Re: {Disarmed} Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing !

2008-04-17 Thread BISAI
Saya salut atas pernyataan yang begini.
Salam,
BISAI.




  - Original Message - 
  From: Akhmad Bukhari Saleh 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, April 17, 2008 5:24 AM
  Subject: Re: {Disarmed} Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade 
Beijing !


  Patriotisme adalah salahsatu pilar budaya tionghoa.
  Tentu saja patriotisme berkaitan dengan patria, di mana bumi dipijak di situ 
  langit dijunjung.
  Sejak awal milis ini sudah ini yang selalu diusung dalam 
  pembahasan-pembahasannya.

  Kita bisa melihat betapa tingginya patriotisme warga Singapore pada 
  patria-nya, Singapura. Baik yang Melayunya, yang Tamilnya, yang 
  Kaukasiannya, apalagi yang Cinanya.
  Ini yang membuat negara itu maju, dan kekurangan akan patriotisme ini yang 
  membuat kita terpuruk.

  Wasalam.

  ---

  - Original Message - 
  From: Skalaras
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Wednesday, April 16, 2008 10:42 PM
  Subject: {Disarmed} Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing 
  !

  > Wah! Sejak kapan Millis ini menjadi Millis Patriotik???
  >
  > Apakah yang menjadi anggota harus WNI semua ya?
  > Apakah kalau eks Warga Indonesia yang sudah pindah ke luar negeri
  > dan menjadi Warga negara Asing tak boleh ikut joint di sini Ya???
  >
  > Menurut saya, Millis ini bahasanya saja Indonesia,
  > asal masih bicara budaya Tionghoa, bukan politik Tionghoa,
  > oke2 saja, tak harus yang serba Indonesia.
  > apalagi dikait2kan dng nilai2 patriotik segala.
  >
  > ZFy



   

Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing !

2008-04-17 Thread BISAI
Lagu kejujuran selalu sederhana, tapi lebih indah dari segala lagu yang pernah 
diciptakan.
Salam,
BISAI.


  - Original Message - 
  From: Ulysee 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, April 17, 2008 6:45 AM
  Subject: RE: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing !



  Huehehehehe, saya juga jadi ingat, 
  waktu keranjingan lagu "I'm Proud To Be An American." 
  Tyus ada yang komentar gini, " Hei sejak kapan lo jadi American??" 
  gue melongo nggak langsung ngeh, waktu sadar lalu ngakak, 
  "Weh, gue masih Indonesian Citizenship euy, belon jadi American, cuman ikut 
nyanyi doank."

  Seperti kalau gue nyanyiin lagu Jatuh cinta berjuta rasanya, 
  khan nggak berarti gue lagi jatuh cinta 
  Atau kalau gue nyanyiin lagu cengeng mendayu-dayu, 
  khan nggak berarti gue lagi patah hati.

  Dan kalau gue nyanyi I'm Proud to Be an American, 
  kan enggak mendadak Amerika jadi Ibu tiri gue, wakakakakaka.

  Tapi kalau gue nyanyi Indonesia Tanah Air Beta. 
  suer, rasanya beda, ada yang mendesir dalam darah. 
  Itu artinya apa ya? 



-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf 
Of ChanCT
Sent: Thursday, April 17, 2008 10:40 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing !



Saya jadi teringat ditahun 04 di Chang Sha menghadiri seminar 
Media-Tionghoa sedunia, bertemu dengan seorang dokter etnis TIonghoa kelahiran 
HK bernama Huang Jin-biao, pernah menjabat walikota (lupa saya kota apa 
namanya) di AS dan ketika itu masih seorang pejabat polisi di kota itu, pada 
saat malam gembira perpisahan penutup Seminar, dia tampil kedepan podium 
menyanyikan "Pujaan Tanah-air" dan, ... tentu jelas yang dipuja sebagai 
tanah-airnya itu tanah leluhurnya Tiongkok! 

Kebetulan saya semeja dengan beliau. Disaat kembali duduk disebelah saya, 
saya tanya: "Lho, kamu sudah jadi WN Amerika, kok masih memuja Tiongkok sebagai 
tanah-air-mu?", dengan mudah dia jawab: "Saya sebagai Tionghoa, akan tetap 
mencintai Tiongkok sebagai ibu-kandung saya, dan, ... saya juga akan tetap 
mencintai Amerika sebagai ibu-tiri yang membesarkan dan mememlihara saya. Tidak 
bisa saya lupakan dan tidak perlu dipungkiri. Kedua ibu, Tiongkok dan Amerika 
saya cintai bersamaan.!" Salah? Tentu saja tidak. Perlu diragukan loyalitasnya 
menjadi loyalitas ganda? Juga tidak perlu. Mengapa harus diragukan, lakukan 
saja sanksi HUKUM yang berlaku, jeratlah dengan Hukum yang berlaku kalau dia 
langgar. Dan, ... itulah satu-satunya patokan untuk melihat kesetiaan, 
loyalitas seseorang pada tanah-airnya. Dilihat sikap dan tindak tanduknya 
sebagai warga yang baik, memenuhi atau tidak hak dan kewajibannya pada negara 
dan bangsanya. Begitu saja kok repot.

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: Akhmad Bukhari Saleh 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, April 17, 2008 1:43 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing !


  Ya saya dong yang bilang.
  Memang Indonesia lah tanah airku, tanah tumpah darahku, bukan lainnya.

  Apakah Lim-heng tanah airnya bukan Indonesia?
  Atau ada satu lagi yang lain di samping Indonesia.

  Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku.
  Jangan "di sanalah tempat hotelku, jadi lahan oportunitasku".

  Wasalam.

  --

  - Original Message - 
  From: * 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, April 16, 2008 4:35 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing !

  > ...siapa yg bilang???
  > 
  > Eddy Lim

  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

  > Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> schrieb:

  > > Bukan Asia Tenggara, tetapi Indonesia!
  > > 
  > > Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku.
  > > Bukan Cungkuo!
  > > 
  > > Wasalam.

  

  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

  .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

  Yahoo! Groups Links





  -- 
  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition. 
  Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.22.12/1374 - Release Date: 
2008/4/11 _U__ 04:59





No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.519 / Virus Database: 269.23.0/1379 - Release Date: 4/15/2008 
6:10 PM




  No virus found in this outgoing message.
  Checked by AVG.
  Version: 7.5.519 / Virus Database: 269.23.0/1379 - Release Date: 4/15/2008 
6:10 PM



   

[budaya_tionghua] OOT. KOMPLOTAN BELASTING DIENST DENGAN SOCIAALE DIENST

2007-06-03 Thread BISAI
ASAHAN AIDIT:


   BELASTING DIENST(Jawatan Pajak) 
BERKOMPOLOT DENGAN
 SOCIALE DIENST(Jawatan sosial) MERAMPOK 
UANG UITKERING
   (Uang bantuan bagi kaum minima) KAUM 
PENSIUNAN.


Tidak bisa dibayangkan kalau sebuah Jawatan Sosial (Sociaale Dienst) berkomplot 
dengan Jawatan Pajak (Belasting dienst) bekerja sama untuk merampok uang 
bantuan Pemerintah yang diterima oleh seorang pensiunan seperti saya dengan 
jumlah lebih dari setengahnya dalam waktu panjang yang itu berarti:
- Saya tidak akan bisa membayar uang sewa rumah
- Saya tidak akan bisa membayar uang pemakaian gas dan listrik
-Saya tidak akan bisa membayar penggunaan air minum
-Saya tidak akan bisa membayar uang asuransi kesehatan
-Saya tidak akan bisa membayar uang pemakaian tilpon, televisi dan antene 
televisi
-Saya tidak akan bisa mermbayar berbagai keperluan hidup lainnya yang juga 
mendesak.
-Kemampuan belanja dapur saya akan dengan cepat merosot menuju ke bahaya 
kelaparan.

Dan sebagai akibat dari semua ini, saya tidak akan mendapatkan aliran listrik, 
tidak akan mendapatkan 
air minum, tidak bisa ke dokter gigi dan ahirnya saya akan diusir dari rumah 
karena tidak bisa lagi membayar sewa rumah. Eksekusi mati perlahan lahan ini 
akan saya jalani secara perlahan-lahan tanpa ampun, tanpa pertolongan oleh 
sikap manusia robot para ambtenar yang tidak punya rasa kemanausiaan terhadap- 
kaum ekonomi lemah yang terlibat hutang yang dibikin sendiri oleh pemerintah 
dan dipaksa harus membayar meskipun sang korban tidak mampu dan bahkan mutlak 
tidak mampu membayar hutang yang dibikin oleh Belasting Dienst yang tidak 
seorangpun bisa mengerti mengapa seseorang tiba-tiba mempunyai hutang pada 
mereka dan mutlak harus dibayar tidak pandang mampu atau tidak mampu membayar 
hutang bikinan dan paksaan tersebut. Dan bila tidak mampu membayar maka mereka 
bekerja sama dengan Sociaale Dienst yang 
memberi uitkering, untuk merampok secara paksa uang penerima uitkering yang 
dikenakan hutang.
Logika manusia yang normal mengertikan bahwa Jawatan Sosial itu sedapat mungkin 
membantu manusia yang  lemah ekonominya dalam menghadapi kesukaran. Tapi malah 
sebaliknya, Sosciaale dienst didikte oleh Belasting Dienst untuk merampok hak 
penerima uitkering sebagai rampasan paksa penebus hutang yang mereka bikin 
sendiri. Usaha untuk mendapatkan keringanan kemanusiaan selalu dibentengi  
dengan birokarasi yang hampir selalu super iritant, sia-sia, dengan sikap super 
arogansi...HOOPELOOS. orang Belanda bilang dan mampuslah semua orang yang tidak 
berdaya di negeri yang demokratis, kaya raya, dan penuh dengan human right.
BERSAMBUNG...

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [budaya_tionghua] Kolom IBRAHIM ISA -- DEMOKRASI --- KRITIK DAN KONTRA-KRITIK, 19 Jan 07

2007-01-19 Thread BISAI


Pak Ibrahim Isa Yb.
Apakah bapak sudah pernah membaca buku "MAO" karangan Yung Chang? ( terjemahan 
bahasa Belanda). Bila belum dan bapak berminat membacanya saya bisa 
meminjamkannya pada bapak.
Salam.
asahan
  - Original Message - 
  From: IBRAHIM ISA Alias BRAMIJN 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, January 19, 2007 11:28 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Kolom IBRAHIM ISA -- DEMOKRASI --- KRITIK DAN 
KONTRA-KRITIK, 19 Jan 07


  Kolom IBRAHIM ISA
  Jum'at, Januari 2007

  DEMOKRASI --- KRITIK DAN KONTRA-KRITIK
  < Bagaimana itu ditrapkan dalam kehidupan bernegara>
  Belakangan ini media kita ramai memberitakan dan mengomentari kritik
  dan kontra-kritik antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono versus
  mantan Presiden, Ketua Umum PDI-P, Megawati Sukarnoputri. Di satu
  segi, ramé-ramé kritik-kontra-kritik itu ada baiknya! Pertama-tama 
  tentunya manfaaat yang bisa ditarik dari substansi kritik dan
  kontra-kritik itu sendiri, yang disinggung secara umum kali ini. 

  Yang hendak difokuskan disini ialah segi lainnya. Yaitu segi 
  praktek berdemokrasi. Kita bisa menarik pelajaran bagaimana 'kebebasan
  menyatakan pendapat' 
  ditrapkan di kalangan elite politik Indonesia. Yang menunjukkan
  bahwa, meskipun formalnya beliau-beliau itu berasumsi sebagai
  penganut dan pembela demokrasi, tetapi di dalam praktek, bila dirinya
  sendiri yang jadi sasaran kritik, betapapun, terkesan yang
  bersangkutan sedikit 'tersinggung' atau merasa 'risih' menerima kritik
  tsb. 

  'Risih' bila pelaksanaan salah satu prinsip demokrasi, yaitu kritik,
  itu ditujukan terhadap dirinya sendiri. Terdengarlah celetukan,
  seperti : 'hendaknya perbedaan pendapat itu ditangani secara
  baik-baik'. Terkadang dipertanyakan, bukankah kita ini, sebagai bangsa
  Timur, yang punya tradisi dan kulturnya sendiri, tidakkah sebaiknya
  mencari solusi lewat 'musyawarah dan mufakat'?. Lewat konsensus?
  Bisa jadi, saran tsb punya maksud baik. Tetapi, kita punya pengalaman
  yang jelék sekali dari praktek otoriter rezim Orba. Yang dikatakan
  tradisi dan kultur 'musyawarah dan mukafat' ternyata kata-akhir, 
  yaitu yang mengambil keputusan yang mengikat semua, yang menentukan,
  adalah 'bapak-bapak pemimpin ' sebagai 'sesepuh' yang sejak semula
  telah memberikan 'pengarahan'. Yaitu Bapak Presiden Jendral Suharto!
  Bukankah itu kultur politik Orba yang njelimet untuk, dengan selubung
  'musyawarah dan mufakat', memelintir hak untuk 'dengan bebas
  menyatakan pendapat', menindas hak mayoritas warganegara mengambil
  keputusan lewat cara demokratis. Pada akhirnya Pak Hartolah, yang
  dengan cara otoriter menentukan segala-galanya.

  * * *.

  Ketika Megawati menduduki jabatan Presiden RI, tidak sekali dua orang
  melihat betapa beliau kurang réla bila dikritik. Maka digunakanlah
  kata 'hujatan' bila ada yang mengeritiknya. Bisa dipastikan bahwa
  baik SBY maupun Mega menganut prinsip DEMOKRASI. Bukankah partai
  mereka masing-masing menyandang nama DEMOKRASI? Yang satu menggunakan
  nama Partai D e m o k r a s i Indonesia Perjuangan (PDI-P), yang
  satunya lagi bernama Partai D e m o k r a t . Masing-masing mereka itu
  adalah pimpinan partai yang punya program DEMOKRASI. Dengan demikian
  masing-masing menyatakan diri sebagai DEMOKRAT.

  Kali ini bisa disaksikan betapa SBY merasa 'risih' dan 'tidak rela' 
  ketika dari jurusan PDI-P, dari ketuanya sendiri, Megawati, meluncur
  kritik-kritik tajam terhadap beleid SBY dan pemerintahannya.( 'Jangan
  hanya menebar pesona, kata Mega, tetapi menebar karya'). Tak lama
  kemudian SBY melakukan 'serangan balas'. Kira-kira begini kata SBY: 
  Kalian jangan hanya bisa ngomong saja, (dong) dan kemudian berpangku
  tangan. Yang penting bekerja untuk rakyat (seperti saya ini, kata
  SBY). Kira-kira begitu maksudnya.

  Sesungguhnya, yang melancarkan kritik ke arah pemerintah, bukan hanya
  Mega. Yang sudah sejak semula memang mengumumkan bahwa PDI-P akan
  mengambil posisi sebagai partai oposisi. Jadi, apa yang dilakukan Mega
  adalah normal dan wajar dalam suatu masyarakat demokratis. Juga pers
  dan parpol lainnya menggunakan hak fundamental untuk menyatakan
  fikiran dengan bebas, untuk mengeritik yang berkuasa. 

  Baca saja surat-kabar, atau dengarlah radio ( sebaiknya yang swasta)
  yang begitu banyak jumlahnya. Tidak sehari lewat tanpa ada kritik
  terhadap pemerintah, terhadap penguasa, polisi, tentara, Pengadilan,
  terhadap SBY, terhadap Wapres Jusuf Kala. Apakah itu datangnya dari
  media, ornop, parpol maupun LSM. Apa itu menyangkut soal ekonomi,
  atau masalah perusahaan-perusahaan asing yang semakin leluasa 
  mengeduk kekayaan bumi dan alam kita, serta menikmati upah kerja buruh
  yang murah di Indonesia sekarang ini. Atau kritik itu mengenai
  ketentuan-ketentuan IMF, Bank Dunia yang dengan patuh dilaksakankan
  di negeri merdeka ini, dsb. Sehingga menjadikan negeri tecinta ini
  betul-betul tergantung pada asing. Di tambah lagi kritik-kritik
  terhadap pen

[budaya_tionghua] "ALHAMDULILLAH"Bag.II(28)

2005-07-22 Thread BISAI





 
  ASAHAN 
AIDIT:
 
 
 
Roman memoar
 
 "ALHAMDULILLAH"
   
Bagian II
   
(28)
 
 
 Merambat 
tanah pemukiman
 
 
 
Di usia yang amat belia saya suka diperguraukan oleh abang saya 
yang katanya saya adalah anak seorang Cina yang bernama Tan Tek Beng. Ketika ibu 
saya melahirkan saya di rumah sakit Tanjung Pandan, ibu saya membawa bayi yang 
keliru atau tertukar dan itulah saya, bayi seorang perempuan Cina yang menurut 
abang saya bernama Tan Tek Beng itu. Saya tidak marah karena saya tahu itu 
pergurauan saja tapi abang saya begitu gigih meyakinkan pergurauannya itu 
sebagai yang sesungguhnya. Saya anak Cina dan bukan anak dari Ibu dan ayah saya. 
Kadang-kadang saya marah kalau pergurauan demikian terlalu diintensifkan abang 
saya. Abang saya mengatakan bahwa mata saya lebih sipit dari yang biasa dan 
itulah tandanya orang Cina. Suatu hari saya ambil cermin secara diam-diam dan 
membawanya ke kakus. Saya lihat dua belah mata saya dengan perhatian istimewa. 
Saya merasa terkejut. Memang kedua mata saya tampak sipit, lebih tertutup 
meskipun sudah saya buka selebar-lebarnya dan sejak itu saya mempunyai kebiasaan 
baru melatih membuka mata saya lebar-lebar agar tidak sipit tapi bukan karena 
untuk membantah abang saya yang menuduh saya anak Cina karena saya tidak merasa 
sedih sedikitpun dituduh anak Cina dan bila betul memang saya adalah bayi yang 
tertukar dan saya memang Cina itupun saya merasa tidak apa -apa. Tapi 
mempunyai mata sipit saya tidak mau, tidak mau mempunyai mata sipit seperti 
orang Cina meskipun munkin ternyata memang saya anak Cina. Biasanya ayah 
sayalah yang menghibur saya bila abang saya itu sedang kambuh 
penyakitnya menuduh saya anak Cina. Ayah saya bilang Cina itu kaya-kaya dan 
bila tidak kaya mereka  orang baik-baik dan jangan lupa ayah saya bilang, 
rumah kami yang besar dan bagus adalah dibangun oleh seorang Cina sahabat ayah 
saya yang biasa kami panggil Kong-ie. Ironisnya di masa belianya, abang saya itu 
sangat suka  mengganggu petani Cina yang sering liwat di muka rumah 
kami sambil memikul  dua kaleng besar yang berisi tinja untuk pupuk tanaman 
dan itu menimbulkan bau yang sangat menusuk hidung . Abang saya dan 
teman-temannya sering mengguncang pikulan tinja itu hingga isinya berhamburan di 
tengah jalan dan lalu mereka lari. Ketika ia menginjak dewasa dan lalu ikut 
politik ia menjadi pengagum orang Cina, punya pacar orang Cina, pergi ke negeri 
Cina dan terdampar berpuluh tahun di sana dan lalu pergi dari sana dan hingga di 
usia tuanya dia tetap pengagum Cina dan dia juga seorang Sinolog bikinan UI di 
Jakarta. Jadi lengkaplah dunia percinaannya. dan dia tidak bertepuk sebelah 
tangan. Orang Cinapun suka dengan dia. Dia pernah jadi guru di sekolah Cina dan 
mempunyai banyak murid-murid Cina yang bukan main hormatnya pada dia. Apa yang 
tidak Cina pada dia. Semuanya, luar dan dalam kecuali matanya yang tidak 
sipit. Saya teringat akan sebuah sajak Mayakovsky yang berjudul: "Jangan 
Jamah Cina! ". Di kuping saya seolah terdengar abang sayalah yang 
mengatakan kalimat perintah itu dan bukannya Mayakovsky.
Tapi saya mempunyai pengalaman yang 
lain. Memang suatu periode saya juga pernah jadi pengagum Cina sejak saya sering 
diajak oleh abang  saya  ke kedutaan Cina di Jakarta. Ketika itulah 
saya untuk pertama kalinya menikmati makanan Cina yang saya rasakan begitu 
lezat, kaya ragam dan macamnya, sedap bumbunya, pendek kata apa saja yang masuk 
ke mulut, yang cair maupun  yang padat asal dibikin orang Cina   
semuanya nikmat. Hingga saya berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan 
pelajaran di Moskow, kekaguman saya pada Cina terkonsolidasi  keras ketika 
Negeri Cina bertengkar dengan orang Rusia. Partai saya membela Cina sambil 
memaki Rusia dan begitu pulalah yang saya lakukan bersama kawan-kawan saya yang 
lainnya karena itu garis Partai. Mungkin tidak tertulis begitu, tapi ketika 
itu apa saja yang disuarakan Partai adalah garis Partai. Tapi ketika saya 
meninggalkan Rusia untuk berangkat ke Vietnam saya harus singgah di Cina untuk 
beberapa bulan sebagai tamu Partai. Saya merasa sikap Cina terhadap saya jauh 
berbeda dengan sikap Cina terhadap abang saya. Dingin. Dan kalau Cina bersikap 
dingin itu berarti tidak ada persahabatan meskipun mungkin belum bermusuhan. 
Saya memberikan alasan yang sederhana tanpa analisis yang mendalam. 
Mungkin  sebabnya karena saya sekolah di negeri revisionis dan 
karenanya telah terjangkit berat penyakit revisionisme moderen atau mungkin 
juga saya tidak pandai antusias memuji-muji Cina yang ketika itu sangat 
memerlukan adat istiadat demikiah. Semua alasan saya mungkin  akan mudah 
diremehkan orang, ah, itu c

[budaya_tionghua] "ALHAMDULILLAH"Bag.II(29)

2005-07-24 Thread BISAI




   ASAHAN AIDIT:


   
Roman memoar 

 
"ALHAMDULILLAH"
  
Bagian II

   (29)


 Merambat tanah 
pemukiman



Setiap saya pulang dari rumah tante Annie selalu saja ada  yang 
saya bawa pulang ke rumah yang sudah disiapkan tante Annie , biasanya buku, 
atau musik cassete lagu-lagu klassik, dia sudah tahu hobby saya, dan tidak lupa 
menyelipkan uang seratus gulden, dari uang pensiunnya yang dia sisakan untuk 
saya yang ini tidak bisa ditolak (tentu ketika menolak itu sayapun berlumuran 
kata-kata munafik dengan harapan agar ia memaksakan terus uang itu saya 
terima). Tapi pada hari itu saya menerima sesuatu yang agak lain dari biasanya. 
Potret abang sulung saya dalam bentuk dan ukuran poster. Dia tahu saya tidak 
menunjukkan antusias yang husus untuk itu tapi juga saya merasa sikap saya 
tidak sedingin sikap Cina terhadap saya. Saya menerimanya setelah poster itu 
saya gulung.
  "Mengapa sampai PKI terprovokasi?". Begitu pertanyaannya dan saya sama sekali 
tidak siap untuk  men- jawab pertanyaan mendadak seperti itu. Tapi tentu saya 
tidak bisa mendiamkan pertanyaan seseorang yang begitu bersimpati pada saya, 
menolong begitu tulus, berhemat untuk bisa menyisakan uang agar saya bisa 
belanja apa yang saya butuhkan."Saya tidak tahu tante, tapi kalau tante 
bertanya mengapa abang saya bisa sampai terprovokasi mungkin saya bisa 
menerkanya, karena saya tahu sifat dia".
  "Nah, ceritakan ! " Dan saya menceritakannya apa yang saya tahu tentang abang 
sulung saya itu karena saya memang cukup lama tinggal bersama dengannya dan 
keluarganya hingga saya berangkat ke Sovyet Uni. Disamping antara  saya dan dia 
ada hubungan kerja, ia majikan saya dan saya pekerja perpustakaan pribadinya 
yang juga di salah satu ruangan husus dalam rumahnya, ia kadang-kadang  setelah 
capek  bekerja di kamar kerjanya,  sering tanya ini itu kepada saya sekitar 
pekerjaan saya sehari-hari , pelajaran saya di Universitas, belanja dapur untuk 
konsumsi teman-teman Pemuda Rakyat yang bertugas malam menjaga rumah kami yang 
saya urusi keuangannya bahkan sampai ke pertanyaan yang cukup pribadi, 
umpamanya hubungan saya dengan seorang gadis anak seorang temannya yang sering 
datang ke rumah kami untuk bermain dengan   anak-anakya. Kami sangat jarang 
omong politik meskipun menurut dia pekerjaan yang saya lakukan adalah tugas 
politik. Penegasan demikian tidak banyak meninggalkan kesan pada saya, saya 
menerima gaji dan itu menambah pendapatan saya disamping uang saku yang saya 
terima setiap bulan dari ayah saya yang dikirim via Postspaarbank dari 
Belitung. Dan karena dia banyak bertanya setiap pertemuan yang katakanlah punya 
sifat dari hati ke hati selama dia belum menemukan kekurangan atau kesalahanh 
saya yang itu bisa menimbulkan sakit hati di pihak saya, sayapun merasa perlu 
juga bertanya padanya meskipun saya tidak punya pertannyaan padanya. Saya juga 
tidak suka kalau dikira  sama sekali buta politik padahal tinggal di rumah 
seorang pemimpin Partai politik yang begitu banyak pengikutnya.
  "Mengapa PKI selalu menyokong gerakan yang melawan Pemerintah". Saya sedar 
pertanyaan bodoh itu tidak sepatutnya diajukan kepada tokoh politik seperti 
dia. Tapi karena saya merasa saya bukan mahluk politik, saya tidak perlu merasa 
malu politik. Semakin bodoh sebuah pertanyaan semakin sulit menjawabnya. Nah 
pikir saya   jawablah, kalau saya memang bodoh. Saya tahu dia sangat sukar 
mentolerir kesalahan-kesalahan bodoh yang dilakukan kader-kadernya bahkan 
terhadap kader tingginya sekalipun. Dia mudah membelalakkan mata, marah dengan 
kata-kata yang sangat mudah dimengerti dan menunjukkan kebodohan si pembuat 
kesalahan dengan bahasa getir dan mengharukan. Dan sekarang pikir saya, 
bagaimana dia akan menunjukkan kebodohan pertanyaan saya dan dengan bahasa apa 
yang akan dia pakai. Ternyata apa yang saya duga cukup meleset. "Sulai..." Dia 
menyebut nama saya dan itu biasanya kemungkinan  saya akan diblejeti amat kecil 
karena di sana terkandung kemesraan. Kalau dia menemukan kesalahan seseorang , 
apalagi kesalahan serius, dia tidak akan bermanis-manis sebagai pembuka kata 
tapi serta merta start sambil menginjak gas semakin kuat. Lalu katanya: " 
Gerakan rakyat juga bisa melakukan kesalahan, tapi Partai tidak  boleh 
menanggapi  kesalahan dan kelemahan satu gerakan progressif secara terbuka. 
Pertama -tama Partai harus cepat memberikan penilaian positif, berpihak pada 
gerakan dan menyokongnya. Bila ada kesalahan atau kelemahan, itu nanti 
didiskusikan dalam intern Partai".
  "Lalu kalau  gerakan progressif itu ternyata s

[budaya_tionghua] "ALHAMDULILLAH"Bag.II(30)

2005-07-25 Thread BISAI





 
 
  ASAHAN 
AIDIT:
 
 
   
Roman memoar
 
 "ALHAMDULILLAH"
   Bagian 
II
(30)
 
 
Merambat 
tanah pemukiman
 
 
 Hasil perundingan antara tante Annie dan R 
memutuskan agar saya pindah ke rumah R yang jauhnya
kira-kira 5 km dari rumah Mang P. Beberapa hari sebelumnya R 
mengunjungi saya di rumah Mang P. Ia memeriksa dapur, kamar di mana saya tidur 
dan termometer dan lalu memanggil saya datang kedekatnya."Selalu 
demikian? Konstan 13 derajat C ?. Kami saja orang Belanda  yang pada 
umumnya sangat berhemat, dalam pemakaian gas pemanas harus di atas 18 derajat 
atau antara 18 dan 19 tapi jarang hingga 20. Tapi angka 13 di musim salju 
sekarang adalah angka mati untukmu" Tipikal gaya R berbicara. Lurus tapi adil. 
Ketika itu Mang P sedang ada di dapur dan nampaknya antara Mang P dan R sudah 
ada persetujuan hingga pada hari esoknya saya sudah berada di rumah R. Dalam 
berbincang bincang dengan saya di dalam mobil R mengatakan, ada sedikit uang 
bantuan yang diberikan pada Mang P untuk membantu uang belanja kami berdua 
termasuk untuk ongkos gas, listrik, air dan belanja dapur yang uang itu keluar 
dari dompet R sendiri.Tapi rupanya subsidi itu tidak mengalir ke gas, listrik, 
dan air hingga setiap hari selama berada di rumah saya harus mengenakan mantel 
tebal untuk mengatasi hawa dingin di dalam rumah. Memasak, saya harus mengenakan 
sarung tangan tebal dan itu tentu saja tidak leluasa. Mang P punya filsafat 
sendiri: "Dingin, kan, bisa diatasi dengan baju tebal yang di rumah ini puluhan 
karung banyaknya. Tapi kalau kurang uang untuk membayar gas, listrik dan air 
kepada siapa akan meminjam". Memang uang subsidi partikulir yang 
diberikan R padanya  bukanlah uang pinjaman, tapi pemberian gratis. 
Uang yang diberi tante Annie untuk saya selalu saya bagi dua dengan Mang P. 
Tapi ini semua soal tetek bengek menjadi selesai tanpa melukai semua pihak 
berkat R yang bertindak cepat dan tanpa ribut-ribut. Mang P bagaimanapun punya 
jasa terhadap saya dan berkat dialah saya sampai bisa berkenalan dengan R 
dan tante Annie. Manusia mana yang tanpa cacat, nabi sekalipun masih ragu apakah 
akan masuk surga dan seluruh umatnya harus berdoa selama manusia masih ada di 
bumi ini agar Tuhan tidak memasukkannya ke neraka. Pertama kali dalam hidup saya, saya tinggal 
di rumah orang lain yang orang lain itu orang asing, orang Belanda. R mempunyai 
dua orang anak laki-laki, yang seorang masih bersekolah di sekolah menengah 
sedangkan yang tertua sedang dalam dinas militer di Jerman Barat tapi ketika itu 
ia sedang cuti  di rumah, ia berumur 20 tahun sedang adik lelakinya tiga 
tahun lebih muda. Istri R seorang kader Partai CPN dan aktivis yang setiap hari 
harus bekerja di kantornya dan hanya pada sore hari sesudah jam lima, dua suami 
istri itu bertemu di rumah. R tentu saja setiap hari sibuk di perusahaannya dan 
pada sore atau malam sehabis jam kerja ia melakukan aktivitas sosial menolong 
para pelarian politik berbagai bangsa yang sedang minta suaka politik di 
negerinya. Tapi nampak-nampaknya spesialisasinya adalah orang-orang Turki dan 
Maroko. Dia manusia yang tak pernah kelihatan capek. Rumahnya yang tetap adalah 
kendaraannya, mobilnya. Istrinya sudah biasa dengan kegiatan suaminya yang 
sangat jarang lama berada di rumah. Kehidupan keluarga mereka biasanya dimulai 
sesudah menjelang jam sembilan malam, semuanya berkumpul di kamar tamu sambil 
melihat televisi termasuk saya. Saya tidur di sebuah kamar husus di tingkat satu 
dalam sebuah rumah keluarga mereka yang di Belanda disebut een 
gezin woning, cukup besar, mempunyai lima kamar tidur, ada kebun 
di depan dan di belakang rumah. Ada yang terasa aneh bagi saya, rumah mereka 
tidak pernah dikunci siang malam meskipun tidak ada seorangpun di rumah. Saya 
jadi teringat kampung saya di Belitung di tahun empat puluhan, lima puluhan, 
jarang orang mengunci rumah dan kalau ke pasar dengan sepeda lalu mengunci 
sepeda tentu akan diperolokkan orang. Mungkin di desa suasananya masih demikian 
tapi ketika itu sudah awal tahun delapan puluhan. Di mana itu para pencuri dan 
pemecah rumah. Saya bisa bebas ke luar dan pulang jam berapapun. Di dalam kamar, 
saya lihat temperatur menunjukkan angka 20 dan tentu saja menjelang jam tidur 
gas dimatikan dan persediaan panas cukup hingga pagi esoknya. Saya telah bebas 
dari bahaya kedinginan dan nafsu makan mulai pulih kembali. Makanan Eropah tidak 
asing bagi saya, sudah terlatih ketika belajar di Rusia dulu. Hanya saja tentu 
saya tidak bisa makan nasi di rumah R sepereti di rumah Mang P yang saya sendiri 
yang memasaknya dan makan nasi tiga kali sehari. Tapi setiap seminggu sekali R 
dan istrinya mengajak saya makan di 

[budaya_tionghua] Re: ALHAMDULILLAH Bag.II(31)

2005-07-28 Thread BISAI





 

   
   
   
      ASAHAN 
  AIDIT:
   
   
      
  Roman Memoar
   
   
   "ALAHAMDULILLAH
    Bagian 
  II
     
  (31)
   
   Merambat 
  tanah pemukiman
   
   R mengatakan  bawa ia telah 
  mendapat tilpon dari polisi. Dalam waktu tiga hari mereka akan mengambil saya 
  ke rumah R,  jadi dalam jangka waktu tiga hari itu saya harus tidak ada 
  di rumah. R sudah mengatur segala sesuatunya dan saya akan diungsikan ke rumah 
  seorang  anggota CPN di Amsterdam yang namanya saya katakan saja sebagai 
  X. R menjelaskan kepada saya tentang X kawan separtainya sbb. Dalam intern 
  Partai mereka terjadi kontradiksi intern. Antara R  dan X yang 
  masing-masing dalam kubu yang berkontradiksi terlibat dalam perbedaan pendapat 
  dan tidak lagi saling berhubungan. Tapi kata R, melalui via, via,  yang 
  juga dalam Partai mereka, X berhasil mereka hubungi dan untuk kepentingan 
  menyembunyikan saya di rumahnya, X telah setuju menerima saya asal saja 
  katanya jangan terlalu lama. Jadi R bilang dia akan mengantarkan saya ke rumah 
  X di pusat kota Amsterdam dengan alamat Jalan Admiral de Ruiter yang nomor 
  rumahnya baru akan saya umumkan bila komunisme dan masyarakat komunis telah 
  menang total di seluruh dunia. Tapi, kata R lagi, bahwa dia tidak akan 
  mengantarkan saya hingga masuk rumah X, maklum antara mereka, formil sudah 
  tidak ada hubungan satu sama lain. Tanpa surat, tanpa pengantar saya akan 
  sendiri mengetuk pintu rumah X dan X sudah akan mengerti kehadiran saya  
  seperti yang telah dirundingkan sebelumnya. Meskipun saya merasa ada sedikit 
  kelucuan tapi keseriusan mereka mengurusi saya meningggalkan kesan yang dalam 
  di hati saya. Saya akan dilarikan dan disembunyikan untuk menghindari polisi 
  yang akan membawa saya ke Schpiphol untuk diusir keluar dari negeri ini 
  yang entah kemana karena saya memang tak punya negeri. Tentang X, R tidak 
  banyak bercerita hanya saja katanya, dulu, ketika belum terjadi kontaradiksi 
  intern, rumah X memang sangat strategis untuk pekerjaan rahasia. Rumahnya 
  cukup besar yang adalah bagian dari rumah bertingkat banyak yang terletak di 
  satu jalan yang sangat ramai dan panjang di pusat kota Amsterdam. X 
  mempunyai ruang yang sangat luas di kelder, yaitu di bagian terbawah dari 
  rumahnya yang dulu kata R dijadikan tempat menyimpan buku-buku dan dokumen 
  rahasia Partai. Ada pintu rahasia yang dalam keadaan darurat bisa cepat keluar 
  rumah dan tembus  langsung ke jalan yang ramai dan sangat mudah 
  mendapatkan berbagai jenis  kendaraan umum. Tentang keluarga X, R tidak 
  banyak bercerita dan sayapun tidak bertanya. Sedangkan segala kemungkinan 
  yang bisa terjadi, semua telah diperhitungkan dan ada dalam rencana R dan 
  teman-temannya. Saya, katanya, tak usah kuatir, bawa sedikti buku atau katanya 
  saya juga bisa membawa viool saya yang baru saya beli beberapa waktu lalu di 
  sebuah toko alat-alat musik di Amsterdam yang harganya belum mencapai seratus 
  gulden. Uangnya adalah dari pemberian tante Annie yang saya tabung dan 
  juga dari R sendiri. Rumah R selalu kosong dari jam delapan hingga jam lima 
  sore. Saya bisa berlatih untuk membunuh waktu bila saya tidak pergi ke 
  Amsterdam. Biola yang dalam rongga dadanya ada tertulis "made in China" 
  meskipun suaranya agak mendengungkan suara kaleng saya masih mau 
  memberanikan diri mengambil risiko berhadapan dengan tetangga yang marah 
  atau gedoran pintu protes dan saya telah siap dengan satu janji 
  meng-"amankan"biola saya untuk selama lamanya. Kepada siapa lagi saya 
  akan mengadu bila tidak kepada diri 
  sendiri dengan 
  membikin musik sendiri untuk menjinakkan diri sendiri.
   
    Keluarga X cukup 
  ramah dan menerima saya dengan gembira di tengah keluarga mereka. Mereka hanya 
  mepunya seorang anak gadis, Annemarie namanya, berusia 14 tahun. Setiap waktu 
  makan kami makan bersama. Mereka membeli roti yang enak-enak dan hidangan 
  sehari hari mereka sangat banyak ragamnya. Kesan saya mereka keluarga kaya 
  melihat peralatan rumah tangga  mereka yang mahal-mahal, ruangan tamu 
  yang sangat luas dengan kursi-kursi salon klasik bermutu tinggi. Sebuah piano 
  besar merek terkenal ada di sebuah ruang husus untuk anak gadis mereka 
  berlatih yang saya dengar sudah cukup tinggi nivo permainannya. Tapi kami 
  tidak bicara tentang musik. Juga tidak tentang politik. Ah, sukur pikir saya. 
  Setiap pembicaraan yang berbau politik sudah terasa begitu banalnya bagi 
  saya. R suka bicara politik tapi politik dia adalah dalam anekdot-anekdot dan 
  sinisme yang ramah, di telinga saya terdengar sebagai hiburan. Juga keluarga X 
  menceritakan ba

[budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(12)

2005-08-04 Thread BISAI





 
 
  
ASAHAN ALHAM AIDIT:
 
 
 
    
Roman memoar
 
    
"ALHAMDULILLAH"
 Bagian 
Ketiga
  (12)
 
 
   
Merambat Tanah Pemukiman
 
 
 
 
Tante Annie berhasil mendapatkan informasi tentang kursus bahasa Belanda 
untuk saya. Saya menerima beberapa nomor tilpon untuk kembali mencari informasi 
yang lebih terperinci kemana dan dimana saya harus mendaftarkan diri sebagai 
calon pengikut kursus. Nama-nama yang saya catat dari kertas tante Annie 
ternyata semuanya nama-nama yang pernah saya kenal. Bekas teman, bekas kenalan, 
bekas mahasiswa ketika di Moskow dulu.Tapi disamping informasi saya masih 
mengharapkan sesuatu yang lain lagi. Kehangatan atau setidaknya tentang sesuatu 
yang agak surprais dalam pembicaraan tilpon itu nanti. Tapi dua-duanya tidak 
saya dapatkan. Lagi-lagi saya menjumpai dunia yang sudah berubah, manusia yang 
sudah berubah dengan mentalitas dan lingkungan kehidupannya. Dingin cara Belanda 
atau yang lebih populer dengan sebutan nuchter. Pertemuan dan 
pertemanan yang ditemukan oleh ide besar dan cita-cita agung di masa lampau 
ternyata cumalah pertemuan kebetulan se-mata-mata dan oleh prahara politik 
yang berdarah telah sirna seperti asap diterbangkan angin. Disamping saya harus 
belajar bahasa Belanda, rupanya saya harus belajar cara hidup yang baru di udara 
dingin, di tengah manusia-manusia dingin yang dulu kawan dengan segala macam 
atribut dan embel-embel ideologi yang kini sudah pudar. Bagaimanapun saya 
melihat sesuatu yang positif. Mereka sudah meninggalkan dunia lama yang dulu 
diagungkan sebagai dunia baru yang akan memarakkan dunia. Menjadi konservatif 
bagaimanapun lebih menjemukan daripada menjadi manusia dingin dan nuchter. 
Konsevativisme bisa menyalakan api yang akan membakar diri sendiri. Manusia 
dingin dan nuchter hanya memerlukan pemanas di dalam rumah yang sudah sedia ada, 
tak perlu banyak keluar sambil patroli 24 jam di depan tv,  hidup sudah 
selesai meskipun dengan penghasilan minimum ukuran barat.
Alamat yang saya anggap baik justru 
saya dapatkan dari seorang teman R, seorang mevrouw anggota Amnesti 
Internasional yang juga teman separtai-nya R. 
 
   
Setiap hari saya sekolah bahasa ke Amsterdam yang sekolah ini adalah kepunyaan 
Amnesti Internasional. Di sekolah ini saya bertemu dengan banyak orang Indonesia 
yang lagi-lagi di antaranya bekas teman, bekas kenalan di samping yang belum 
pernah saya kenal yang dulu bersekolah di negeri-negeri Sosialis lainnya selain 
Rusia. Ternyata ada satu dua yang masih bisa dirapati dan diajak omong di antara 
yang sebagian besar memagari dirinya dengan pagar "nuchter".Orang 
Indonesia memang punya bakat besar jadi Belanda, terutama para peranakan 
Cina, bakat alam satu-satunya yang bisa diandalkan. Tapi bahasa Belanda 
tidak mudah, juga bagi mereka yang  sudah mempelajari bahasa Rusia yang 
terkenal sukar itu. Sedangkan untuk tinggal di Belanda, menguasai bahasa Belanda 
teramat sangat-sangat penting terutama bagi para pelarian politik. Dengan bahasa 
Belanda yang jelek akan lebih didiskriminasi di segala bidang meskipun itu bisa 
dikompensir dengan penguasaan bahasa Inggris yang perfek. Orang asing yang tidak 
mengerti atau kurang mengerti bahasa Belanda akan mudah kena bentak seperti di 
zaman kolonial. Hal ini tidak akan terjadi di Rusia. Diskriminasi bahasa telah 
saya rasakan sejak jam-jam pertama saya menginjak negeri ini. Mereka sangat 
bangga dengan bahasa mereka. Kalau kita bicara dengan mereka pakai bahasa 
Inggris, apalagi Perancis atau Jerman, mereka masih menganggap kita sederajat 
dengan mereka.Tapi dengan bahasa Belanda yang paling sedikitpun cacadnya, kita 
aka njadi lawan bicara kelas dua.
Sejak saya belajar bahasa Belanda di 
Amsterdam, dalam keluarga R saya diharuskan R menggunakan bahasa Belanda yang 
baru saya pelajari. R seorang Belanda yang baik dan banyak perkecualiannya, tapi 
dalam soal bahasa dia punya kebanggaan yang sama dengan orang sebangsanya. Saya 
merasa sebagai anak yang naik usia tiga tahun. Seluruh keluarga R mengajari saya 
bicara dalam bahasa mereka, terutama istri R yang begitu konsekwen "memaksa" 
saya mengatakan semua dalam bahasa Belanda. Tapi saya masih punya sedikit 
kebanggaan karena saya harus belajar bahasa Belanda dari mula. Pada keluarga R 
saya katakan saya adalah generasi baru yang tidak lagi mempelajari bahasa 
Belanda di sekolah karena ketika itu kaum kolonialis Belanda sudah diusir dari 
Indonesia. Semua kelima abang saya adalah dari generasi lama yang bahkan dengan 
istri-istri merekapun, di rumah,     sehari-harinya 
menggunakan bahasa Belanda, termasuk abang  saya yang 
sulung .  Anak bungsu R, yang  bernama J 

[budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13)

2005-08-06 Thread BISAI





 
   
ASAHAN ALHAM AIDIT:
 
 
 
 
 
    
Roman memoar
 
  
"ALHAMDULILLAH"
 Bagian 
Ketiga
    
(13)
  Merambat 
Tanah Pemukiman
 
 
 
Seorang teman pelarian politik dari Pakistan mengajak saya 
menuju ke sebuah kerumunan yang sedang ribut seperti sedang mengadili 
seseorang.
"Sulai, kau sedang dimaki pelajar-pelajar dari 
Kamboja. Mungkin kau dikiranya orang Vietnam".Ketika itu adalah jam istirahat 
pelajaran bahasa dan biasanya para pengikut kursus berkumpul di sekitar mesin 
koffie otomat di sebuah ruang yang cukup luas. Saya datang ke sana dan benar, 
seorang pelajar wanita Kamboja dengan gaya pidato sedang mengutuk agresi Vietnam 
terhadap Kamboja. Dan lalu yang mengenai diri saya, katanya, ini sekolahnya 
Amnesti tapi juga mengampuni seorang agen agressor dari Vietnam dan kalau dia 
bukan agen agresor, mengapa dia disekolahkan di sini, semua refuji Vietnam yang 
dari Selatan disekolahkan pada sekolah husus hanya untuk mereka dan juga katanya 
saya hanya punya tugas husus untuk memata-matai orang Kamboja yang belajar 
di sekolah ini dan macam-macam dan macam-macam lagi. Nama saya tidak disebut 
tapi sudah pasti sayalah yang dimaksudkan itu dan semua orang lain juga 
tahu.Soalnya dalam pelajaran bahasa Belanda setiap murid diminta menceritakan 
pengalaman atau bisa juga riwayat hidup masing-masing bila suka dalam 
bahasa Belanda sebagai latihan bercakap-cakap. Saya ternyata adalah pelarian 
politik yang satu-satunya di sekolah itu yang datang dari Vietnam  dan 
dalam satu pelajaran bercakap-cakap di kelas, saya menceritakan serba sedikit 
tentang kepergian saya dari Vietnam. Rupanya tema itu cukup menarik bagi yang 
lain-lainnya dan cepat menyebar ke pelajar-pelajar yang lainnya dan rupanya 
sampai juga ke telinga pelajar-pelajar Kamboja yang menjadi pelarian politik 
akibat pendudukan tentara Vietnam di Kamboja. Saya bisa mengerti kegeraman 
mereka kalau memang betul-betul ada pengikut kursus orang Vietnam yang sedang 
jadi musuh mereka sama-sama belajar bahasa Belanda di satu sekolah. Dan 
sebagaimana yang sering terjadi saya telah kembali berada dalam samudra kesalah 
pahaman. Sudah sangat klasik dan historis bagi saya. Dulu di Soviet Uni saya 
dicurigai sebagai agen Cina,  di Cina dikira agen revisionisme 
moderen Rusia, di Vietnam dituduh agen Maoisme dan di Belanda ini dituduh 
sebagai agen Viernam. Sedangkan di Indonesia tentu saja dicap sebagai  
agen semua yang terburuk di dunia ini. Seharusnya saya patut menerima gaji 
besar atau super salaris dari semua bos saya di berbagai negeri yang mengutus 
saya.Tapi saya mengangapnya sebagi ironis kemanusiaan.  Semua yang pernah 
dianggap maju dan progressif dari dunia manapun datangnya telah disokong sebagai 
kewajiban manusia yang bermoral kemanausiaan demi kemanusiaan, demi keadilan dan 
juga katanya demi perdamaian dunia tapi apa yang diterima cuma kesalah pahaman, 
fitnah, kehancuran kehidupan pribadi termasuk kehilangan negeri seperti yang 
banyak dialami oleh orang-orang senasib saya. Dan celakanya, kalau sudah begitu 
sering-sering teman dijadikan musuh, musuh dianggap penyelamat, kekejaman 
dianggap menjalankan ibadah agama, yang mestinya diingat justru dilupakan, yang 
berjasa dianggap penghianat dan penghianat dianggap pahlawan. Dan kepanikan 
ideologi ini harus ditelan oleh setiap korban dalam hukum rimba siapa yang 
menang dialah yang benar.
Tapi saya tidak bermaksud meralat kutukan para 
pelarian politik Kamboja yang senasib dengan saya itu. Yang mereka kutuk 
adalah agressor Vietnam dan bukan saya sebagai orang yang  tertuduh 
salah dan itupun masih tuduhan politik yang adalah juga samudra relativisme 
dan bahkan juga gunung berapi -nya emosi yang datum meledaknya bisa kapan saja 
dan di mana saja.
Turia, seorang pengikut kursus, wanita, imigran 
dari Maroko yang duduk sebangku dengan saya ketika habis jam 
pelajaran mengatakan kepada saya bahwa dia telah menemui pelajar 
Kamboja itu dan menjelaskan padanya bahwa saya bukan orang Vietnam, tapi 
pelarian Indonesia yang lari dari Vietnam karena pernah tinggal lama sekali di 
sana. Teman saya yang dari Pakistan yang satu kelas punya ide untuk jalan-jalan 
ke pusat kota Amsterdam dan katanya kalau cuma kopi, dia akan traktir asal 
juga Turia ikut serta bersama kami. Sayapun lalu mengajak Turia dan Turia 
mengajak seorang teman sekelas kami yang berasal dari Indonesai, bukan 
refuji,  untuk ikut serta. Kami berempat pergi ke pusat kota. Dekat 
lapangan di pusat kota Amsterdam yang terkenal dengan Dam itu kami masuk ke 
cafetaria sambil menikmati kopi dan melihat orang lalu lalang yang tak 
putus-putusnya. Baru saat itulah 

Fw: Turia Yang Kabur Dari Lakinya (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13))

2005-08-07 Thread BISAI





Kok, galak banget 
sihI Kalau memang tidak suka dengan tulisan saya, ya, jangan dibaca. 
Tapi kalau "BudayaTionghua"selalu ingin exclusiev seperti halnya etnis itu 
sendiri  ngapain mesti bikin mailing-list di tengah-tengah masyarakat 
Indonesia dan pake bahasa Indonesia lagi (yang sering-sering jeleknya bukan 
main).Pakailah bahasa Cina supaya tidak "diganggu:"orang Indonesia dan nyaman 
berkongko-kongko di kandang sendiri. Tapi saya tidak yakin semua moderator akan 
bisa dikemudikan oleh  segelintir orang yang tidak bisa meninggalkan 
ideologi exclusivisme etnis yang begitu klasik dan lucu di abad ini terutama 
untuk Indonesia yang sedang menperkuat persatuan bangsanya. Tapi kalau memang 
moderator berpendapart sama dengan ini orang-orang sopan dan "bersih Cina" 
sayapun tidak akan mengirimkan lagi tulisan saya ke sini. Saya tunggu sikap 
moderator yang terhormat. Dan pada itu orang-orang yang klabakan yang merasa 
budaya murninya ternodai, janganlah cepat-cepat mengumumkan perang. Saya tidak 
biasa menggunakan siasat licilk seperti yang dituduhkan kepada saya untuk bikin 
kecil huruf-huruf tulisan saya agar terlihat tidak panjang. Sungguh kecil nyali 
orang ini. Dikiranya semua orang licik seperti dia. Salam hormat untuk moderator 
dan saya menunggu keputusan saudara-saudara. 
Asahan Alham Aidit.
 
- Original Message - 
From: Akhmad Bukhari 
Saleh 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 

Sent: Sunday, August 07, 2005 7:51 AM
Subject: Turia Yang Kabur Dari Lakinya (Re: [budaya_tionghua] 
ALHAMDULILLAH Bag.III(13))



  
  - Original Message - 
  
  From: BISAI 
  To: WAHANA 
  
  Cc: BUDAYA 
  TIONGHUA 
  Sent: Sunday, 07 
  August, 2005 00:48
  Subject: 
  [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13)
  
     
  ASAHAN ALHAM AIDIT:
      
  Roman memoar
    
  "ALHAMDULILLAH"
   Bagian 
  Ketiga
      
  (13)
    Merambat 
  Tanah Pemukiman
  Lalu Turia. Ternyata dia 
  juga sudah punya suami tapi suaminya sedang tinggal di Maroko. Katanya dia 
  dipaksa kawin dan tidak bahagia lalu lari ke Belanda. 
  
 
Perempuan cantik Maroko yang kabur dari lakinya 
ke negeri Belanda... apa ya hubungannya dengan Budaya Tionghoa?
 

 

  - Original Message - 
  
  From: Rinto Jiang 
  
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, 05 
  August, 2005 15:52
  Subject: 
  [budaya_tionghua] Peringatan: Pencantuman Out of Topic
   
  Artikel yang tidak berkaitan langsung dengan topik 
  milis ini, mohon dicantumkan OOT (Out of Topic) di depan judul artikel supaya 
  dapat memberikan perbedaan dengan topik lainnya. 
   
  Rinto JiangSalah satu moderator
 
Setuju banget, Moderator! 
Apalagi kalau OOT-nya itu panjang-panjang (atau 
hurufnya dikecilin banget supaya nggak kentara kalau panjang), dan sampai 
berseri-seri (huh, ngabisin bandwith), apalagi milis kita cuma sekedar 
'pelengkap penderita' (cuma kebagian di-Cc.-innya aja)...
 
Wasalam.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









Fw: Turia Yang Kabur Dari Lakinya (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13))

2005-08-07 Thread BISAI





Saudara-saudara yang memberikan reaksi thd tulisan 
saya "Alhamdulillah" Yth.
 
 Baiklah saya akan memberikan 
jawaban  a la kadarnya terhadap berbagai "timbrungan" yang pendek-pendek 
tapi irritant yang menurut saya tidak sedikitkpun mengandung maksud baik kecuali 
kesukaan menjewer kuping orang lain dengan satu dua patah kata untuk berlagak 
hebat tanpa susah-susah nulis yang baik dan bertanggung jawab. Kalau saya 
melanggar tata tertib, seperti yang dikatakan tidak punya hubungan dengan topik 
:"budaya tionghua" maka beritahukanlah pada saya atau tegurlah yang agak 
baik-baik agar saya tahu, baik oleh  moderator maupun oleh milis lainnya. 
Tentu saya tidak bisa dipaksa  per kalimat dalam tulisan saya selalu berbau 
"budaya tionghua" karena saya menulis bebas, tidak terikat tema atau menulis 
menurut pesanan untuk kepentingan politik atau ideologi tertentu. Dalam 
kehidupan ada satu hukum tidak tertulis: Bila kita memulai tidak ramah dengan 
orang lain, maka sudah pasti reaksi orang lain tidak akan ramah pula terhadap 
kita. Bertanya dengan nada sinis lain dengan bertanya dengan maksud untuk 
mengerti. Menyinggung perasaan orang lain sangatlah mudah, tapi bila yang 
tersinggung memberikan reaksi apakah yang diharapkan oleh sang 
penyinggung cuma kata-kata yang  enak didengar saja. Berbudayalah 
yang saling tenggang menenggang, jangan cuma memperhitungkan kepentingan dan 
perasaan sendiri melulu karena itulah yang namannya exclusivisme, serba ingin 
istimewa dan merasa istimewa. Kalau menantang main hebat hebatan, 
siapa paling laku, memang saya sudah pasti kalah. Saya orang biasa saja 
dari etnis  yang juga biasa, dari sebuah bangsa yang juga biasa. 
bukan  dari yang besar-besar dan hebat-hebat. Kalau saya dipanggil 
baby, tentu saya balik dengan memanggil pap.Singkat kata kalau 
tulisan saya memang tidak welcome di milis saudara-saudara  yang super 
exclusiv ini , saya akan segera menghentikannya. Saya hanya  
akan menulis di milis bangsa saya sendiri . 
Sekian.
ASAHAN ALHAM AIDIT.
 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 

Sent: Sunday, August 07, 2005 1:17 PM
Subject: Re: Turia Yang Kabur Dari Lakinya 
(Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13))

Koq baru ditanya sudah merasa tersinggung. Take it 
easy baby!

  - Original Message - 
  From: 
  BISAI 
  To: BUDAYA TIONGHUA 
  Cc: WAHANA 
  Sent: Sunday, August 07, 2005 11:39 
  AM
  Subject: Fw: Turia Yang Kabur Dari 
  Lakinya (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13))
  
  Kok, galak banget 
  sihI Kalau memang tidak suka dengan tulisan saya, ya, jangan dibaca. 
  Tapi kalau "BudayaTionghua"selalu ingin exclusiev seperti halnya etnis itu 
  sendiri  ngapain mesti bikin mailing-list di tengah-tengah masyarakat 
  Indonesia dan pake bahasa Indonesia lagi (yang sering-sering jeleknya bukan 
  main).Pakailah bahasa Cina supaya tidak "diganggu:"orang Indonesia dan nyaman 
  berkongko-kongko di kandang sendiri. Tapi saya tidak yakin semua moderator 
  akan bisa dikemudikan oleh  segelintir orang yang tidak bisa meninggalkan 
  ideologi exclusivisme etnis yang begitu klasik dan lucu di abad ini terutama 
  untuk Indonesia yang sedang menperkuat persatuan bangsanya. Tapi kalau memang 
  moderator berpendapart sama dengan ini orang-orang sopan dan "bersih Cina" 
  sayapun tidak akan mengirimkan lagi tulisan saya ke sini. Saya tunggu sikap 
  moderator yang terhormat. Dan pada itu orang-orang yang klabakan yang merasa 
  budaya murninya ternodai, janganlah cepat-cepat mengumumkan perang. Saya tidak 
  biasa menggunakan siasat licilk seperti yang dituduhkan kepada saya untuk 
  bikin kecil huruf-huruf tulisan saya agar terlihat tidak panjang. Sungguh 
  kecil nyali orang ini. Dikiranya semua orang licik seperti dia. Salam hormat 
  untuk moderator dan saya menunggu keputusan saudara-saudara. 
  Asahan Alham Aidit.
   
  - Original Message - 
  From: Akhmad Bukhari 
  Saleh 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  
  Sent: Sunday, August 07, 2005 7:51 AM
  Subject: Turia Yang Kabur Dari Lakinya (Re: [budaya_tionghua] 
  ALHAMDULILLAH Bag.III(13))
  
  
  

- Original Message - 

From: BISAI 
To: WAHANA 

Cc: BUDAYA 
TIONGHUA 
Sent: Sunday, 07 
August, 2005 00:48
Subject: 
[budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13)

   
ASAHAN ALHAM AIDIT:
    
Roman memoar
  
"ALHAMDULILLAH"
 Bagian 
Ketiga
    
(13)
  Merambat 
Tanah Pemukiman
Lalu Turia. Ternyata 
dia juga sudah punya 

[budaya_tionghua] BUDAYA INDONESIA (Bangsa Indonesia adalah...)

2005-08-07 Thread BISAI





Asahan Alham Aidit: 

 
 
   
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang toleren
 
 
 
Saya belum lihat film Gie 
karena saya tidak berada di tanah air saya sendiri. Tapi tentang film ini saya 
ketahui dari beberapa tulisan termasuk tentang riwayat  Soe Hok Gie 
sendiri. Saya lalu teringat akan kerusuhan anti Cina di tahun 1998, pengusiran 
besar-besaran terhadap orang-orang Cina dari Indonesia di tahun 1959( maaf kalau 
tahun tepatnya keliru). Lalu ketika saya masih tinggal di Vietnam, pada tahun 
1979 terjadi pengusiran besar-besaran terhadap penduduk Cina oleh Pemerintah 
Vietnam yang diikuti perang perbatasan antara tentara Vietnam lawan tentara 
Cina, luar biasa banyak korbannya pada dua belah pihak yang mencapai jutaan 
jiwa.( dalam pers Internasional tidak banyak diberitakan). Orang-orang Cina dan 
Cina peranakan di Indonesia banyak mengalami kemalangan terutama oleh kerusuhan 
rasial, diskriminasi rasial dan ternyata bukan hanya di Indonesia, di Vietnam 
juga pernah begitu yang saya saksikan sendiri bagaimana sengsaranya mereka yang 
harus meninggalkan Vietnam maupun yang masih bisa tinggal yang jumlahnya tidak 
banyak. Mengapa demikian?. Di Indonesia maupun di Vietnam saya mendengar cerita 
yang sama: Etnis Cina pada umumnya hidup mengisolir diri , tidak berintegrasi 
dengan penduduk setempat, menjaga kebudayaannya secara amat ketat dan tentu 
saja kecemburuan ekonomi serta bukan rahasia lagi pemeo yang hidup di kalangan 
rakyat di Indonsia maupun di Vietnam yang dalam bahasa Vietnamnya 
ich ky yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia 
berarti hanya mementingkan diri sendiri. Mau tidak mau harus 
diakui reputasi perantau Cina yang di dua negeri ini saja memang tidak 
populer di kalangan rakyat. Tapi dengan kenyataan begini kita tidak lalu 
membenarkan ras diskriminasi, sentimen etnis dan politik tertentu menggunakannya 
atau mensalah gunakannya untuk menyebarkaan kerusuhan ras dan menganggap adanya 
perantau Cina seperti duri dalam daging disamping juga kita tidak menutup-nutupi 
pikiran hidup di kalangan rakyat itu tentang perantau Cina karena sudah menjadi 
memori nasion bahkan hidup dalam anekdot-anekdot di berbagai bangsa di dunia 
ini. Ketika saya mendengar bahwa sebuah film sudah dibuat tentang seorang pemuda 
asal perantau Cina Gie saya juga menganggapnya sebagai permulaan 
seberkas cahaya terang mulai muncul tentang wajah baru perantau Cina di 
Indonesia. Saya tidak tahu sampai dimana dibesar-besarkannya tokoh yang 
sampai dibikin film itu karena saya belum menyaksikannya sendiri.Tapi lahirnya 
sebuah film demikian adalah juga menunjukkan sifat bangsa Indonesia yang 
toleran, bisa mengambil contoh baik meskipun dari etnis lain yang etnis itu juga 
mempunyai segi negatif yang populer di kalangan rakyat. Sudah pasti demikian, 
karena kalau tidak tentulah bioskop yang memutar  film Gie itu 
akan dilempari batu atau didemonstrasi. Hal itu tidak terjadi. Saya merasa 
bersukur tapi juga berharap agar etnis yang ratusan tahun sehidup semati dengan 
bang Indonesia ini mau memberikan wajah baru, kesan baru dan mentalitas baru 
hingga tidak terkesan hidup dengan mereka seperti duri dalam daging. Dua belah 
pihak harus saling menarik pengalaman dan jangan saling menghidupkan 
diskriminasi rasial, saling hina dan ingatlah selalu benih-benih diskriminasi 
rasial selalu tertanam pada setiap bangsa seperti virus yang telah sedia ada 
dalam tubuh yang jika timbul sarat-saratnya akan sakitlah kita. Sukur 
Alhamdulillah bangsa Indonesia termasuk bangsa yang 
toleran.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









Fw: [wahana-news] (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13)

2005-08-07 Thread BISAI





Bung Harsutejo Yb.
 
Lama juga kita tak bersuratan tapi 
rupanya masih sama-sama mengikuti WAHANA.Saya memang kembali mengaktivkan 
penulisan "Alhamdulillah"saya yang cukup lama terputus yang sebetulnya secara 
kebetulan ketika saya print dari nomor pertama hingga pada nomor yang saya 
hentikan ternyata sudah lebih dari empat rarus halaman kertas tik. Lalu saya 
pikir, kok sayang kalau hanya akan jadi kertas tua untuk dicampakkan ke tong 
sampah. Begitulah beberapa waktu yang lalu kembali saya teruskan hanya  
saja kata Bab saya jadikan kata Bagian yang 
bagian ketiganya saya mulai dari angka 1 yang hingga sekarang sudah yang ke 13 
yang jadi persoalan di milis "budaya tionghua". Seperti yang bung sendiri turut 
membacanya di antara para milis dan salah seorang moderatornya tidak sreg dengan 
tulisan saya itu yang menganggapnya diluar topik dan juga tidak sesuai dengan 
aliran yang mereka anut yaitu semuanya harus berbau "budaya tionghua". Sayangnya 
cara mengatakan keberatan mereka itu dengan cara yang iritant, tidak bersahabat 
dan onsimpatik. Tentu saja kritik bisa saja dilontarkana oleh siapapun dan saya 
sudah sangat biasa menerima kritik yang pedas maupun yang mendorong. Tapi 
rupanya budaya mereka dalam hal ini, asal tidak suka lalu yang ditonjolkan 
adalah sentimennya, antipatinya dulu supaya yang dikritik ter-iritasi dan marah 
atau menggunakan cara-cara provokasi yang seharusnya mereka bisa berbuat lain 
yang lebih akurat meskipun tanpa rasa persahabatan. Ternyata semuanya absent dan 
mereka lebih suka menggunakan metode iritasi untuk tujuan  agar saya 
out dari milis mereka. Kalau hanya itu yang mereka inginkan, kan mudah 
saja . Cukup dengan mengatakan pada saya bahwa sebaiknya jangan lagi mengirim 
tulisan ke milis mereka karena alasan apa saja yang pasti akan segera saya 
hentikan.Tapi mereka memilih jalan berliku dan tegang. Tidak ada jalan lain, 
saya cuma menjawabi semua reaksi.
Terima kasih atas dorongan dari bung. 
Dalam menulis saya masih banyak kelemahan, saya masih belajar dan berusaha 
meningkatkan mutu dengan berusaha banyak membaca terutama karya-karya literatur 
dunia yang untungnya di Belanda ini sangat banyak terjemahannya dalam bahasa 
Belanda. Sesudah pensiun dua tahun yang lalu saya memang kaya raya dengan waktu 
meskipun sangat miskin di bidang finansil. Tapi itu bukan hanya saya saja, 
begitulah situasi umum kami kaum eksil di negeri perantauan tapi yang pasti 
tidak akan mati kelaparan, sakit bisa berobat yang telah ditunjang oleh asuransi 
tapi kalau untuk jalan-jalan ke Amsterdam saja harus pikir-pikir dulu, ongkos 
kendaraan sangat mahal. 
Bung, sekali lagi terima kasih, 
apakah ada naskah baru dari bung yang segra diterbitkan?
Salam hangat. asahan.
 
- Original Message - 
From: harsutejo 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Sunday, August 07, 2005 2:49 PM
Subject: [wahana-news] (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH 
Bag.III(13)

        
                
        Kebenaran Itu 
Jamak
 
Bung Asahan Aidit,
Saya salah seorang yang selalu mengikuti dengan 
cermat serial tulisan anda yang bung sebut sebagai 'roman memoar'. Tempo hari 
Pak Asvi yang sejarawan itu memintanya untuk tidak dicicil tetapi langsung 
diterbitkan. Tetapi masalahnya tidak gampang bukan untuk menerbitkannya, buat 
saya lebih bagus dicicil seperti sekarang ini daripada disimpan di laci. Begitu 
banyak pengalaman yang unik yang tidak pernah saya bayangkan, bahkan kadang 
hebat menurut ukuran pribadi saya sampai-sampai saya mengiri dalam artian 
positif. Di samping itu kisah-kisah tersebut selalu mengalir dengan nyaman untuk 
dibaca. Di dalamnya penuh dengan rasa kemanusiaan tanpa sekat. Memang terkadang 
terlontar kritik tajam, tetapi kehidupan ini sendiri sering lebih tajam lagi 
bukan. Bisa saja kritik itu terkadang bercampur dengan luapan emosi, kemarahan, 
penilaian yang amat subjektif. Betapapun menurut hemat saya semua orang bisa 
belajar daripadanya. Bahwa kebenaran itu sama sekali tidak tunggal, kebenaran 
itu jamak. Menurut pemahaman saya terhadap agama Islam, mereka yang 
memperlakukan kebenaran itu tunggal yakni kebenaran yang dipegangnya sendiri, 
itu artinya menduakan Allah, karena hanya Allah yang Maha Benar. Sedang setiap 
manusia berpeluang salah, sempit, sombong, curang dst.
Saya masih terus berharap dapat membaca 
tulisan-tulisan Bung Asahan berikutnya, saya percaya anda tidak akan kapok 
hanya karena ada orang yang tidak suka.  
Bekasi, 7 Agustus 2005Salam, Harsutejo.-

  - Original Message - 
  From: 
  BISAI 
  To: BUDAYA TIONGHUA 
  Cc: WAHANA 
  Sent: Sunday, August 07, 2005 4:39 
  PM
  Subject: [wahana-news] Fw: Turia Yang 
  Kabur Dari Lakinya (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13))
  
  Kok, galak banget 
  sihI Kalau memang tidak suka dengan tulisan saya, ya, jangan dibaca. 
  - Original Message - 
  
  From: Akhmad Bukhari 
  Saleh 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  
  Sent: Sunday, August 07, 

Fw: OOT lho (Fw: [wahana-news] (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13))OOT

2005-08-08 Thread BISAI

Saudara Karang Terjal , Yth.
Terima kasih  atas informasi anda dan juga reaksi yang simpatik. Saya orang 
baru dalam milis ini, barangkali belum sampai sebulan dan itupun kebetulan 
karena pada suatu  hari saya temukan tulisan abang saya yang bernama Sobron 
Aidit. Lalu saya pun melamar jadi anggota dan sesudah mengikuti isi-isi di 
milis ini saya coba-coba mengirimkan juga tulisan saya karena saya pikir 
kalau tulisan yang berupa cerita yang dibuat abang saya bisa dimuat di milis 
ini barangkali tulisan sayapun bisa dimuat juga. Dan dalam kenyataan semua 
tulisan saya dimuat dan saya merasa gembira. Tapi saya tidak tahu menahu 
kalau tema yang tidak berhubungan langsung dengan "budaya tionghua"harus 
dicantumkan OOT. Dan lalu saya kira pencantuman itu dilakukan oleh moderator 
sebagai penentu atau pengklsifikasi jenis OOT atau bukan. Hingga saya 
membaca reaksi dan informasi dari anda barulah saya tahu bahwa OOT itu harus 
dicantumkan sendiri oleh si penulis. Ah, masaalahnya sungguh sederhana bila 
saya diberi tahu sejak mula. Tapi karena saya tidak tahu menahu tentang tata 
tertib demikian lalu saya dicap tidak mau menaati peraturan dan merasa mau 
mengistimewakan diri dari milis-milis lainnya. Sayangnya kesalah pahaman di 
kedua belah pihak itu dimulai dengan teguran sinis, persangkaan buruk bahwa 
saya main licik menulis dengan huruf kecil supaya disangka tulisannya tidak 
panjang, sengaja tidak mau menaati tata tertib yang  dalam pada itu sama 
sekali tidak ada teguran yang jelas dari pihak para milis yang memberikan 
reaksi dan bahkan dari pihak salah seorang moderatorpun turut-turut 
memberikaan reaksi yang onsimpatik terhadap saya dan saya masih tetap tidak 
tahu menahu bahwa saya telah melanggar tata tertib.Tapi selain itu, masih 
ada soal lain disamping tuduhan bahwa saya tidak mengindahkan tata tertib, 
yaitu  saya menerima komunikasi yang antipatik, tidak bersahabat, sinis dan 
mencemoohkan sehingga sebagai manusia biasa tentu saya bisa marah dan 
memberikan reaksi pula karena saya tidak termasuk golongan manusia yang 
ditempeleng pipi kiri lalu menyerahkan pipi kanan. Singkat kata telah 
terjadi komunikasi yang buruk dan irritant. Padahal masaalahnya kalau memang 
mau punya itikad baik, berilah penjelasan agar yang tidak tahu menjadi jelas 
dan mengerti dan tidak memulai dengan cemoohan, praduga buruk dengan cara 
nimbrung singkat-singkat, tidakserius dan provokatif.Tapi baiklah, kalau 
tergantung pada saya sendiri saya tidak suka polemik apalagi debat kusir dan 
caci maki tidak karuan. Niat saya mengirimkan tulisan ke milis ini adalah 
sekedar untuk menyumbang segala sesuatunya bila itu berkenan untuk pemikiran 
bersama dengan cara saya sendiri sesuai dengan kemampuan saya yang kalau 
welcome saya teruskan tapi kalau tidak... yah ,setiap orang punya wilayahnya 
masing-masing dan menjadi tuan di kandangnya sendiri-sendiri.
Tentang pertanyaan saudara apakah saya ini ada hubungan keluarga dengan D.N. 
Aidit.
Jawab saya adalah ya. D.N. Aidit adalah abang sulung saya dan saya adalah 
yang bungsu dari banyak bersaudara. Tapi kami bukan otak kembar. Setiap kami 
mempunyai otak masing-masing, cara berpikir masing-masing. Jadi tentang 
segala sesuatunya  yang mengenai saya, umpamanya, tidak bisa 
dihubung-hubungkan karena saya adiknya D.N. Aidit bekas ketua PKI, 
jadi...Tidak, tidak bisa. Saya adalah saya sendiri dan itu telah tercermin 
dalam semua tulisan saya. Bahwa saya memakai nama Aidit sebagai nama 
belakang sebagaimana juga semua abang-abang saya memakainya, itu adalah 
karena nama ayah kami adalah Abdullah Aidit.
Nah, saudara Karang Terjal, biginilah secara singkat yang sudah panjang ini 
penjelasan saya pada saudara yang simpatik. Saya merasa bersukur bahwa dalam 
milis ini ada manusia seperti saudara yang lebih suka mencari penyelesaian 
daripada menggugah keributan. Salam hormat saya pada saudara.
Asahan Alham Aidit.
NB: di atas sudah saya cantumkan OOT(saya bukan orang yang keras kepala)
- Original Message - 
From: "karang_terjal" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Monday, August 08, 2005 8:05 AM
Subject: OOT lho (Fw: [wahana-news] (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH 
Bag.III(13))


> Sdr. Aidit,
>
> Memang moderator dan member sini kadang rada tegas, spt saya yg ngak
> cantumin OOT di topik ttg suku hutan yg hampir punah itu, langsung
> keluar peringatan keras.
> Trus mau gimana lagi? Namanya juga aturan di milist sini, tetap harus
> diikuti. Dongkol sih diperingatin spt itu, tapi  itu deh, sekali lagi
> balik ke aturan. Saya musti hormati itu.
>
> Gini aja...entar Sdr. Aidit posting aja dgn cantumkan "OOT" di depan,
> biar tulisan anda bisa tetap dibaca kelanjutannya.
>
> Boleh tanya:
> Sdr. Aidit masih ada hubungan dengan DN. Aidit?
>
> Kalau benar, pasti banyak yang bisa dipelajari dari anda. Saksi
> sejarah kekejaman suatu rejim.
>
> Salam,
> KT
>
>
>
> --- In budaya_ti

[budaya_tionghua] OOT. Berita gembira dari Belitung

2005-08-08 Thread BISAI





 
 ASAHAN ALHAM 
AIDIT:
 
 
   
BERITA GEMBIRA DARI BELITUNG
 
 
 
 
 Seorang teman 
dari Lampung memberitahukan kepada saya tentang sebuah berita yang dilihatnya di 
TV bahwa di Belitung baru baru ini ada unjuk rasa para warga etnis Cina 
yang menuntut hak-hak sama sebagai warga negara Republik Indonesia. Sungguh tak 
tak terbayangkan kata teman itu bahwa hal itu bisa terjadi  sekarang 
inikalau kita melihat ke belakang yang terdekat saja yaitu di jaman Orba. Saya 
punya kesan sama dengan teman itu dan saya merasa gembira bukan main. Mengapa. 
Karena warga etnis Cina sudah begitu berubahnya di dunia yang juga berubah ini. 
Otomatis saya jadi terkenang semasa saya masih hidup di Belitung, di masa yang 
masih amat belia. Penduduk Cina waktu itu hidup  sangat mengisolir diri, 
yang di kota Tanjung Pandan punya perkampungan sendiri semacam kampung Cina yang 
husus seperti negara kecil dalam negara. Yang kaya-kaya demikian juga dengan 
istana-istana kecilnya yang mewah, terkurung rapat dengan dinding-dinding seng 
atau semen yang tinggi yang pada suatu waktu ketika itu saya bisa masuk ke salah 
satu istana kecil mereka itu karena saya menjajakan dagangan saya dan 
mengantarkan dodol kwalitas istimewa yang dipesan salah seorangng mulyuner Cina 
di kota Tanjung Pandan. Dari luar tampaknya cuma pagar dari seng yang sudah agak 
berkarat tapi dibalik pagar itu adalah sebuah istana yang sessungguhnya, mewah 
dengan ubin-ubin yang indah dengan peralatan rumah yang serba mewah. Lalu 
keistimewaan lainnya bahwa sebagian sangat terbesar dari penduduk Cina itu tidak 
bisa berbahasa Indonesia meskipun dengan bahasa pasaraan yang paling jelek 
sekalipun walaupun mereka sudah hidup turun temurun ratusan tahun di 
tengah-tengah orang Belitung. Lapisan bawahnya paling paling cuma bisa sepatah 
dua patah bahasa pasaran untuk berkomunikasi dengan pribumi apabila sangat 
perlu. Orang Cina yang bisa sedikit bahasa Indonesia yang jelekpum hanya bisa 
dihitung dengan jari yang terkenal dengan fonetiknya yang minta ampun lucunya. 
Penduduk Cina yang hidup di luar kota atau di desa yang terpencil juga dengan 
sendirinya memisahkan diri secara total dari penduduk pribumi dan biasanya 
mereka membangun rumah-rumah yang besar yang dipagari rapat serta memelihara 
anjing penjaga yang galak-galak. Pendek kata mereka hidup total terpisah, 
terisolir dari pribumi dan kalau ada sedikit pergaulan dengan pribumi 
cumalah di pasar Tanjung Pandan karena urusan dagang. Seluruh pertokoan di kota 
paling tidak sembilan puluh persen adalah milik orang-orang Cina. Ekonomi 
Belitung adalah ekonomi Cina ketika itu dan juga yang telah ratusan tahun lalu. 
Di Belitung, juga terkenal dengan kuburan Cina yang biasanya menyita areal yang 
bukan main luasnya, terpisah dan penuh dengan kuburan-kuburan mewah. Orang akan 
terkesan Belitung ketika itu adalah negeri Cina kecil di wilayah Indonesia di 
mana orang-orang Belitung sendiri seperti penduduk asing. Abang saya yang sulung 
yang kemudian menjadi ketua PKI, seperti yang pernah saya ceritakan dalam salah 
satu tulisan saya, musuh bebuyutannya adalah Cina-Cina jagoan yang terutama yang 
tinggal di pusat kota Tajung Pandan, sangat sering terlibat perkelahian 
berbahaya yang menggunakan senjata pisau atau krakeling dengan pemuda-pemudan 
Cina yang jadi raja di pasar pasar dan suka memeras pedagang kecil dan lalu 
kebiasaan berkelahi dengan Cina-Cina itu menurun kepada abang saya yang lebih 
belakangan lahir. Namun terkadang sungguh ironis sejarah seorang 
manusia, abang saya yang sulung sesudah tiba di pucak karier politiknya begitu 
jatuh cinta dengan negeri dan bangsa Cina di daratan benua Asia, begitu cintanya 
hingga ia sendiri hancur oleh pengaruh politik dan ideologi Cina yang dianutnya, 
tanpa bantuan, tanpa uluran tangan ketika dia dan Partainya jatuh dan runtuh 
oleh musuh yang kejam dan biadab tidak ada taranya. Tapi kecintaannya terhadaap 
Cina menurun ke abang saya yang lebih berikutnya tapi terhenti pada saya. 
Saya tidak mencintai bangsa yang manapun kecuali bangsa saya sendiri dan juga 
tidak membenci bangsa yang manapun kecuali manusia-manusia jelak termasuk yang 
dari bangsa saya sendiri. Kembali ke soal Cina di Belitung dan berita di TV 
yang diceritikan teman saya yang di Lampung itu. Saya merasa dunia ini bukan 
saja sudah banyak berubah tapi barangkali sudah terbalik sama sekali dua 
kutubnya dalam artian positif. Warga etnis Cina yang  telah berani menuntut 
hak sama itu berarti mereka telah menyadari bahwa mereka adalah bagian dari 
bangsa  Indonesia, telah merasa jadi Indonesia yang sesungguhnya, telah 
melaburkan diri secara total karena itu mereka menuntut hak-hak mereka disamakan 
dengan warga asli pribumi.Saya kira telah terjadi revolusi besar dalam mental 
dan pikiran mereka, sudah jauh tidak seperti dulu di jaman saya masih belia 
dan  jauh sebelumnya. Saya merasa gembira sebagai orang Belitung kampung 
halaman saya yang

Re: [budaya_tionghua] VOOT: Renungan akhir pekan - Bacalah Sebelum Marah Kepada Istrimu.OOT. Cerita menarik

2005-08-12 Thread BISAI
Hallo, bung Kusumo,
Cerita bung ini sangat menarik. Kebetulan beberapa minggu yang lalu saya 
melihat di internet Vietnam cerita yang persis seperti yang bung ceritakan 
ini. Nama film-nya " 7 ngay lam vo" yang bahasa kitanya berarti "Seminggu 
menjadi istri". Isi ceritanya persis seperti cerita bung. Tapi karena saya 
melihat filmnya saya betul betul menikmati cerita film itu. Saya sedang 
mrenghubungi salah satu anggota keluarga saya di Vietnam untuk mencarikan 
VCD-nya. Sungguh menarik dan juga kocak bukan main.
Salam dan saya masih mengharap cerita-cerita yang menarik lainnya yang bung 
temukan.
asahan.aa.
- Original Message - 
From: "W. Kusumo" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Friday, August 12, 2005 8:56 AM
Subject: [budaya_tionghua] VOOT: Renungan akhir pekan - Bacalah Sebelum 
Marah Kepada Istrimu.


> Maaf Pak Moderator, yg satu ini memang benar-benar VVOOT (Very Very
> Out Of Topic), tapi pada saat yg bersamaan juga mengandung nilai
> mendidik yg sangat baik, terutama kepada SEBAGIAN dari kita kaum Adam
> yg terkadang gampang untuk lupa daratan dan tidak bersyukur telah
> diberikan seorang pendamping hidup yg luar biasa tapi karena dia tidak
> pernah mengeluh ---seperti halnya yg didampinginya--- membuat yg
> didampinginya timbul prasangka yg tidak fair. Semoga bermanfaat.
>
> Selamat berakhir pekan dear T-Netters...
>
> =
>
> Bacalah Sebelum Marah Kepada Istrimu
>
> Suatu pagi seorang suami yg merasa kesepian dalam hidupnya memanjatkan
> doa kepada Tuhan. "Ya Tuhan kasihanilah aku. Aku bekerja membanting
> tulang, sementara istriku tinggal di rumah. Saya akan persembahkan
> apapun, asalkan Kau kabulkan permohonanku: 'tukarlah aku menjadi
> istriku'. Ia enak-enak dirumah,dan aku ingin memberinya pelajaran
> betapa beratnya kehidupan seorang laki-laki"
>
> Tuhan mendengarkan doa tersebut, dan mengabulkannya.
>
> Esoknya, mulailah 'perempuan baru' tersebut menjalankan kehidupan. Ia
> bangun dipagi buta, menyiapkan sarapan,membangunkan nak-anak,
> menyiapkan bekal suaminya, memasukkan cucian kotor ke mesin cuci,
> menyiapkan masakan hari ini, mengantarkan anak-anak.Sepulang dari
> sekolahanaknya mampir ke pom bensin,mengambil uang, membayar rekening
> listrik dan telpon, mengambil cucian suaminya di pelayanan laundry,
> dan cepat-cepat kepasar untuk belanja.
>
> Dengan cepat hari mencapai pukul 13;00 tengah hari. Ia membereskan
> tempat tidur, mengambil cucian tadi pagi dan menjemurnya,dan
> memasukkan sisanya ke mesin cuci, menyapu, mengepel rumah, menanak
> nasi, sebelum kemudian segera berangkat menjemput anak-anaknya dari
> sekolah, yang disambut oleh anak-anaknya dengan bersitegang.
>
> Sesampai dirumah ia segera menyiapkan makan anak-anaknya. Dengan
> tergopoh-gopoh meniriskan kembali cuciannya yang sebenarnya telah
> kering, karena ternyata hari hujan selama ditinggal kesekolah. Sore
> hari ia membantu anak-anak mengerjakan PR. Ia sempat-sempatkan
> mengintip acara teve sambil tangannya menyetrika. Setelah itu ia
> menyiapkan makan malam keluarga, memandikan anak-anak, dan
> mengantarkannya tidur.
>
> Pukul 21;00 malam,ia dengan badan lelah pergi tidur. Sudah tentu ada
> tugas lain, yang entah bagaimana caranya ia laksanakan dengan baik,
> sebelum benar-benar menikmati tidurnya.
>
> Esok paginya ia berdoa sekali lagi kepada Tuhan; "Ya Tuhan,apa yang
> kubayangkan saat meminta Mu mengabulkan permohonanku, tak sanggup
> kutanggungkan lagi. Aku menghibaMu, ya. Tuhan, kembalikan aku menjadi
> diriku, kumohon, ya, Tuhan."
>
> Tuhan kembali mendengarkan doanya. Ia berkata; "Wahai, hambaKU, aku
> akan kembalikan keadaanmu semula. Tapi, ada hal kecil yang sedikit
> mengganggu, kau harus menunggu 9 bulan. Ingat, perbuatanmu sendiri
> telah membuatmu hamil sejak kemaren." (dari milis sebelah)
>
>
>
>
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
> 






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hho4dn7/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1123866553/A=2896112/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com
">Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children¿s Research 
Hospital.
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL 

[budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik

2005-08-12 Thread BISAI





 
 
    ASAHAN 
ALHAM AIDIT:
 
 
  
Biasakan dan berusahalah
   berbahasa 
yang baik 
 
 
 
   Tidak ada manusia yang perfek atau sempurna. Juga 
dalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi verbal antara sesamanya. Tapi 
dalam berbahasa manusia juga cenderung menggunakannya dengan baik, bahkan 
indah sehingga ada jenis bahasa sastra dimana sastrawan biasanya memperagakan 
kepandaian atau bakatnya dalam menggunakan bahasa dalam menyampaikan pikirannya, 
pertuturannya, fantasinya dalam sebuah karya sastra. Tapi dalam bahasa 
sehari-hari, bahasa lisan atau bahasa tulisan yang bukan bahasa sastra, biasanya 
bukan pada keindahan yang diberi tekanan tapi pada betul atau tidaknya bahasa 
itu digunakan. Menguasai bahasa diartikan menggunakan bahasa dengan benar, 
menurut standar bahasa tertentu, menguasai gramatika atau tata bahasanya, 
fonetikanya, bahkan bila penguasaan itu meningkat lebih jauh lagi juga menguasai 
semantika,stilistika, morfologi, sintaksis, etimologi dan macam-macam lagi 
yang kita kenal dalam bidang perbahasaan dan ilmu bahasa. Tapi yang terahir 
itu tentu saja tidak akan dibicarakan dalam tulisan sekecil 
ini.
Yang saya maksud berbahasa yang baik disini adalah 
berbahasa yang benar menurut standar bahasa tertentu yang dalam hal ini adalah 
dalam bahasa Indonesia. Benar dulu barulah cenderung ke arah menggunakan bahasa 
yang baik. Benar berarti tidak salah gramatikanya, tepat pengucapannya atau 
fonetikanya, benar orfografinya atau menuliskannya menurut peraturan bahasa 
Indonesia dan juga bila mungkin benar aksennya menurut aksen standar bila hal 
itu telah diakui sebagai aksen bahasa Indonesia  yang standar( untuk 
sementara tidak atau belum penting untuk Indonesia yang berpenduduk multi 
etnis yang masing-masing  etnis atau suku bangsa mempunyai bahasa daerahnya 
masing-masing).Tuntutan atau kebutuhan untuk menggunakan bahasa yang baik 
tidaklah terlalu tinggi terutama dalam berkomunikasi verbal biasa atau 
sehari-hari dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kesedaran atau kemauan untuk 
menggunakan bahasa secara baik dan membiasakan diri untuk berbahasa yang baik 
adalah teramat penting terutama untuk perkembangan dan mutu bahasa yang kita 
gunakan. Tanpa kesedaran dan kemauan untuk itu, tidak akan pernah ada keseriusan 
atau kesungguh-sungguhan berbahasa yang baik dan betul apalagi sampai indah atau 
mahir. Untuk berbahasa yang baik orang harus belajar bahasa yang akan 
digunakannya. Tapi itu tidak mesti harus di sekolah atau di kursus maupun 
sampai ke Universitas tapi dalam praktek berbahasa sehari hari. Dan disinilah 
soal dan problematik yang sering mengganjal penggunaan bahasa secara baik dan 
betul.  Biasanya kita malas mempelajari bahasa yang sudah bahasa sendiri, 
bahasa ibu, bahasa yang setiap hari digunakan di rumah maupun dalam pergaulan 
sehari-hari. Dan masih ada problim ekstra yang cukup besar untuk Indonesia yang 
antara lain karena bangsa kita yang multi etnis yang mempunya bahasa 
daerahnya masing-masing sedangkan yang kita sebut Bahasa Indonesia sekarang ini 
asalnya adalah dari bahasa Melayu dari etnis Melayu yang relatif kecil 
dibandingkan dengan etnis-etnis lainnya seperti Jawa, Sunda dan lain-lainnya. 
Untuk menentukan bahasa standar saja sudah sangat sulit atau tidak mudah untuk 
mendapatkan pengakuan bersama. Tapi memang bahasa Indonesia jalan terus sebagai 
bahasa persatuan resmi untuk seluruh bangsa. Bahasa Indonesia berkembang dan 
terus berkembang dan semakin luas dipakai oleh seluruh rakyatnya sebagai bahasa 
yang hidup dan banyak diterima. Tapi perkembangan tidak selalu menghasilkan 
sesuatu yang ideal, yang diinginkan menurut relnya yang benar yang sesuai dengan 
hukum perkembangan yang sosial alamiah. Demikian pula yang terjadi dengan 
perkembangan bahasa Indonesia. Disamping dia berkembang di satu sisi tapi juga 
menciut di sisi yang lain. Disamping dia diperkaya di satu lambungnya tapi juga 
dipermiskin di lambungnya yang lain. Disamping dia juga dipupuri di sebelah 
pipinya, tapi di pipinya yang lain dia juga dibopengi. Dalam karya 
sastra moderen umpamanya, ada kecenderungan kuat untuk memasukkan kata-kata 
atau istilah asing sebanyak mungkin, mengganti kata-kata yang masih 
produktif justru dengan kata yang  sudah mati dari 
bahasa Sansekerta purba, Jawa Kuno  maupun Jawa moderen yang sekarang 
yang semua itu seperti dipompakan dalam satu karya sastra sehingga Bahasa 
Indonesia telah menjadi seperti multi Lingua bahkan terkesan seperti bahasa 
Esperanto yang baru. Untuk mengerti hingga delapan puluh persen orang harus 
melihat kamus berbagai bahasa dari bahasa Sansekerta, Jawa Kuno, Jawa 
moderen, kamus Inggris, Belanda  dan di beberapa internet, kamus 
bahasa Cina Glodok plus Inggris dan bahasa dialek Jakarta. Bila ini yang 
kita maksudkan sebagai perkembangan Bahasa Indonesia, maka perkembangan  
yang demikian tidaklah 

[budaya_tionghua] OOT (Budaya Indonesia)Kebudayaan Hangat-hangat tahi ayam

2005-08-13 Thread BISAI





I
 
 ASAHAN ALHAM 
AIDIT:
 
 
  
KEBUDAYAAN "HANGAT-HANGAT TAHI 
AYAM"
 
 
 
  Indonesia 
disamping punya etnis yang bhineka tunggal ika, juga punya sifat tunggal 
ika yang sangat membudaya dan bahkan telah menjadi kebudayaannya sejak lama 
yaitu "hangat-hangat tahi ayam".Kalau kita perhatikan seekor ayam yang baru 
buang air maka tahi yang baru keluar juga mengeluarkan asap yang barangkali 
bila dipegang akan terasa panas atau hangat. Tapi setelah beberapa detik 
kemudian gumpalan tahi itu tampak cepat membeku dan barangkali bila dipegang 
akan terasa sejuk. Ini mungkin sebuah pengamatan nenek moyang kita bangsa 
Indonesia yang cukup genial dan telah menjadi 
perumpamaan tetap seperti yang kita kenal 
sekarang .
Pikiran manusia memang teramat rumit. Sekali lagi saya ingin 
mengatakan apa yang pernah dikatakan seorang 
matematik Rusia yang kenamaan bahkan di arena Internasional yang begitu banyak 
disanjung dan dikagumi di negerinya dan ia hanya bilang: "Orang-0rang mengagumi 
saya sebagai ahli yang menguasi ilmu yang terumit di dunia ini, mereka tidak 
tahu pikiran manusia adalah beribu kali lebih rumit dari matematika". Dan sampai 
dimana rumitnya pikiran manusia itu, belum ditemukan sebuah alat atau instrumern 
untuk mengukurnya. Tapi sesungguhnya kerumitan pikiran manusia yang 
dilipatgandakan atau dipangkatkan hingga angka sepuluhpun, perbuatannya 
sederhana saja: baik atau buruk, jahat atau budiman, jujur atau lancung, 
konsekwen atau mencla mencle dan sebagainya dan sebagainya bisa diperpanjang 
pasangan yang selalu berkontradiksi itu.
 
Mari kita periksa jantung orang Indonesia dan hati nuraninya 
dengan perbuatan kongkretnya. Disamping kita kenal bangsa Indonesia terkenal 
sebagai bangsa yang ramah tamah, toleren, suka senyum, suka bergurau dan 
tertawa, kalau makan suka ribut dan cepatnya bukan main, berjalan lambat, mudah 
kompromi, mudah saling memaafkan dan juga mudah marah dan ngambek hingga bisa 
ngamuk(orang Belitung menyebutnya ngamok dari kata 
amok) yang menakutkan dan mengerikan ( Ingat ketika Suharto 
bersama tentara dan premannya ngamuk di tahun 65). Dan dalam hal amokan Suharto 
ini, dia sama sekali tidak "hangat-hangat tahi ayam" tapi konstan tetap hangat 
hingga sekarang dan bila dia dapat kesempatan lagi tentu dia akan buktikan 
sekali lagi bahwa dia tidak hangat-hangat tahi ayam. Dia akan membasmi orang 
komunis hingga cicitnya yang terahir. Barangkali dia memang 
perkecualian.
 
Yusril, orang sekampung saya yang sama-sama Belitung yang 
diutus Gus Dur ke Belanda untuk menemui para "kaum kelayaban"atau orang-orang 
eksil Indonesia di Belanda, menjanjikan akan mengurus kepulangan kembali 
kaum pengembara paksaan ini untuk pulang ke Indonesia dengan terhormat dan 
akurat. Semua  dengan antusias menyambut utusan Gus Dur yang 
semula akan disangka sebagai peristiwa historis itu. Sesampainya ia  di 
Indonesiaia juga cuma segumpal tahi ayam yang cepat sejuk dan bahkan ia masih 
menggerutu, kenapa sih itu orang-orang PKI nggak diabisin saja sejak dulu. 
Sekarang hati saya agak terhibur mendengar berita di Belitung Timur telah 
terpilih bupati orang Indonesia dari etnis Cina dan telah mengalahkan secara 
meyakinkan orang-orang Yusril yang Belitung asli dalam pemilihan Bupati yang 
bahkan di kandang Yusril sendiri. Kalau saya hidup di Belitung saya lebih 
suka di bupati-in keturunan Cina yang baik daripada orang pribumi sekalipun 
Belitung totok tapi selalu mengabaikan kepentingan rakyat.Seingat saya Belitung 
selalu di bupati-in orang dari luar Belitung dan baru kali ini Belitung 
dibupati-in Belitung Cina tapi Indonesia dan mudah-mudahan dia jadi Bupati yang 
dapat mengabulkan harapan rakyat Belitung dan tidak cuma hangat-hangat tahi ayam 
seperti Yusril.
 
Dan lalu reformasi, rekonsiliasai, yang begitu pernah gegap 
gempita berkumandang di seluruh persada Nusantara bahkan hingga ke luar negeri, 
oh, maaf, maksud saja ke manca negara, juga tahi ayamnya semakin terasa sejuk. 
Lalu perang suci anti korupsi yang tahi ayamnya masih cukup hangat sekarang ini 
apakah akan cepat basi. Aksi menelusuri siapa pembunuh Munir dan gerombolan yang 
ada dibalik komplot teroris gelap itu juga pernah gegap gempita tapi berkat 
keuletan istri Munir, tahi ayam yang hampir cepat menyejuk itu masih berhasil 
dihangatkan kembali dan mudah-mudahan akan bisa juga disukur alhamdulila-in bila 
nanti bisa tuntas dan jelas jemelas.
 
Lalu sifat kita masing-masing sebagai manusia Indonesia yang 
ingin sunguh-sungguh menjadi bangsa Bhineka tunggal ika. Kita tahu hukum umum 
yang berlaku: Manusia dilahirkan berbeda. Tapi juga meskipun dilahirkan berbeda 
tidak tertutup kemungkinan terdapat persamaan-persamaan meskipun persamaan yang 
relatif saja. Dan persamaan itu malangnya dalam hal ini adalah salah satunya 
dalam dunia pertahi ayaman yang cepat sejuk dan lalu membisu itu.
Kita berjajnji dengan seseorang yang mungkin teman atau 
kenalan atau baru kenal atau s

[budaya_tionghua] OOT.Mencicil hutang besar

2005-08-14 Thread BISAI





 
 ASAHAN ALHAM AIDIT: 

 
 
    
MENCICIL HUTANG BESAR
 
 
 
 Kompromi 
telah dimulai. NKRI tidak bisa bersorak sorai karena tubuhnya mulai dipreteli 
sedikit demi sedikit. Tidak ada yang bisa diherankan dari setiap hasil 
perundingan dari ujung Sumatra hingga ke Papua yang akan datang. Hanya ada 
dua pilihan: menghentikan pertempuran atau memulai kompromi yang kini harus 
dikuatkan di atas kertas, dihadapan para saksi Internasional dengan tanda tangan 
yang tak bisa tawar menawar lagi. Kesimpulan besarnya: NKRI kalah. Tapi siapa 
yang menang. Tidak otomatis lawan yang diajak berunding meskipun mereka bisa 
memaksa "raksasa" penyembelih jutaan bangsanya sendiri di tahun 65. Yang 
disembelih tidak bersenjata, tapi yang sekarang meskipun kecil sekecil percikan 
api namun memegang dan menggunakan senjata mereka secara sangat tidak 
jelek. Itu tentu akan membuat iri banyak etnis lain yang secara historis 
dikecewakan pemerintah pusat NKRI yang dengan berbagai cara berjuang untuk 
mendapatkan kesamaan hak, kesetaraan pembagian perkembangan ekonomi, kesetaraan 
kebudayaan dan pandangan sosial yang sejak Indonesia diperintah oleh bangsanya 
sendiri tidak turut menikmati yang harus mereka nikmati tapi terus diabaikan 
sepanjang masa, sepanjang pemerintahan yang telah lima kali berganti presiden. 
Bangsa adalah pembesaran dari sebuah individu dan individu adalah pengecilan 
dari sebuah bangsa. Bila seorang individu merasa disakiti maka seluruh bangsa 
turut merasakannya, begitu pula jika seluruh bangsa merasa sakit semua individu 
turut merasakannya. Tapi para penguasa dan 
dan pemimpin bangsa ada di tengah-tengah 
yang berfungsi mengemudikan perjalanan bangsanya dan membagi seluruh hak-hak 
secara adil agar tidak terjadi kecemburuan, iri hati dan rasa diabaikan. Bila 
keharmonian itu rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh bangsa dan semua merasa 
sakit, tidak sehat dan lemah. Dan ketidak harmonian atau disharmoni  inilah 
yang sekarang dan dimasa lalu yang panjang yang sesungguhnya telah menggerogoti 
seluruh tubuh NKRI, dia sakit kronis yang telah hampir menjadi kangker dan 
menuntut obat yang luar biasanya mahalnya untuk bisa sembuh atau tidak bisa 
disembuhkan sama sekali. Sementara, obat yang sekarang adalah kompromi yang 
disatu pihak membikin banyak orang tidak merasa enak tapi dipihak lain , juga 
membikin banyak orang merasa iri. Kesimpulan yang lain: kalau melawan, meskipun 
banyak korban, tapi bisa mencapai atau mendekati tujuan. Tapi kalau tidak, cuma 
sekedar iri sambil gigit jari, bahkan meskipun telah disembelih berjuta 
juta. Kesimpulan tambahan: Yang besar dan yang  seolah tampak kuat 
itu, bila sedang sakit atau kehilangan keharmoniannya, bisa juga dikalahkan oleh 
yang lebih kecil yang berani dan tegas berlawan untuk mencapai 
tujuannya. Sekarang sedang menjadi kenyataan. Pahit di satu pihak, lega di pihak 
lain. Apa boleh buat. Hutang lama yang terus membengkak puluhan tahun untuk 
membiayai kehidupan berfoya-foya, kompetisi korupsi untuk membiayai diri sendiri 
dan istana gading di pusat, haus kekuasaan , haus uang, haus kejayaan, 
mengabaikan yang lemah, menekan yang lebih bawah yang dilakukan para penguasa 
dan pemimpin bangsa ini telah menghancurkan keharmonian hidup berbangsa dan 
bernegara hingga bangsa yang multi etnis yang hanya disempali dengan 
filsafat Bhineka tunggal ika di mulut tapi tak pernah diindahkan kepentingan 
perut maupun kehidupan kultur etnis mereka secara adil dan terhormat. Dan kini 
tibalah saatnya mencicil hutang yang harus dibayar dengan bunga yang teramat 
besar. Ada peribahasa Melayu yang berbunyi: "Hutang emas dibayar emas, hutang 
budi dibawa mati". Tapi sekali ini bukan hutang budi tapi hutang dosa yang entah 
bisa ditebus atau tidak. Tanya saja pada si pemberi hutang yang selama ini 
dianggap kecil dan selalu diabaikan.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT. Penjelasan

2005-08-15 Thread BISAI





Ya, betul kata "perfek" bukan kata 
yang berasal dari kata Indonesia sama halnya dengan kata "sori" 
dalam  kalimat anda dalam tanggapan anda yang sekarang. Kata itu juga 
bukan dari bahasa Indonesia bukan?. Dan  kalau mau ditulis dengan bahasa 
Inggris yang betul tentu ia harus ditulis dengan "sorry" yang ditulis dengan 
rr dan y . tapi anda menulisnya dengan 
sori.  Sayapun menulis kata yang jadi perhatian anda itu 
dengan "perfek" dan bukannya "perfect" seperti yang seharusnya menurut anda. 
Jadinya saya dan anda sama-sama-sama memilih penyederhanaan dalam menggunakan 
kata-kata dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan pengucapan 
Indonesianya. Hal yang  sama kita lakukan itu tidak hanya terjadi dalam 
bahasa Indonesia saja tapi banyak terjadi pada bahasa-bahasa lainnya di dunia. 
Bahasa itu kadang-kadang luwes dan juga memberikan toleransi tertrentu. Gejala 
demikian dalam ilmu perbahasaan atau linguistik disebut sebagai 
gejala alternatif. Artinya orang bisa memilih yang ini 
atau yang itu selama  belum ada ketentuan dari komisi istilah atau pendapat 
umum yang luas . Gejala alternatif itu jadi tidak berlaku bila sudah ada 
ketentuan harus menggunakan yang satu dan tidak lagi  boleh memilih yang 
lain meskipun sama arti. Umpamanya dalam bahasa Belanda kata 
"bureau" (pinjaman dari bahasa Perancis) pernah ditulis dengan "buro" 
untuk penyederhanaan dan hal itu masih saya alamai ditahun delapan puluhan 
ketika saya mulai belajar bahasa Belanda dan di sekolah bahkan di koran-koran 
atau majalah setiap orang boleh menuliskannya dengan "bureau" atau "buro" 
dua-duanya tidak salah. Tapi sekarang tidak lagi boleh ditulis dengan "buro" 
tapi sudah harus "bureau" karena sudah ada ketentuan begitu, jadi toleranssi 
alternatif suduh tidak berlaku. Nama anda umpamanya, ditulis dengan 
Rudy  yang nama itu berasal dari nama 
Belanda Ruud yang pengecilannya atau 
panggilan akrabnya menjadi Rudy. Tapi tidak 
sedikit orang Indonesia yang bernama demikian tapi menuliskannya dengan 
Rudi . Itu juga termasuk gejala alternatif 
yang setiap orang bisa memilih  cara menuliskan namanya sendiri 
menurut keinginannya dan kita tidak bisa protes mengapa umpamanya 
tidak ditulus dengan Rudy 
seperti cara anda menuliskan nama anda. Demikian pula yang terjadi dengan 
nama belakang saya yang Aidit. Nama itu bukan 
dari nama Indonesia asli tapi dari nama Arab karena latar belakang keluarga 
saya yang Islam. Dalam bahasa Arab nama itu ditulis dengan 
Aidid (ditulis dengan huruf 
d pada huruf 
terahir). Tapi kami lalu merubahnya dengan huruf 
t dari d yang terahir 
( Hingga tahun lima puluhan ayah kami tetap menuliskan namanya dengan 
Aidid sesuai dengan ejaan Arab aslinya tapi juga lalu 
merubahnya menjadi Aidit. dan hingga sekarang belum 
ada orang Arab manapun yang hidup di Indonesia yang memprotes atau 
mengoreksi nama Arab yang sudah kami tukangi sendiri itu. Nama manusia bukankah 
juga sebuah gejala bahasa?. Terima kasih atas perhatian dan catatan anda 
dan semoga penjelasan saya ini bisa memuaskan anda. Tapi saya juga punya sedikit 
catatan untuk anda. Anda bilang anda belum membaca hingga habis tulisan saya. 
Saya anjurkan sebelum anda mengomentari sebuah tulisan orang lain atau mungkin 
anda ingin mengajukan pertanyaan, sebaiknya anda menguasai dulu apa yang ditulis 
orang lain dan membacanya hingga habis karena kalau anda tidak menguasai tema 
yang dibicarakan atau anda tidak sampai habis membaca tulisan yang anda 
komentari anda bisa terjerembab sendiri dengan  komentar dan pertanyaan 
anda yang bermaksud merubuhkan tulisan orang lain. Ingatlah selalu, dengan 
komentar pendek atau timbrungan liar tanpa menguasai apa yang akan disasar, 
orang tidak mungkin meruntuhkan tulisan yang manapun yang dibuat orang lain 
secara serius dan bermaksud baik. Lalu jangan cepat terkejut sebelum menguasai 
masaalah. 
Take you easy baby!
asahan.aa
 
- Original Message - 

From: Rudy 

To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 

Sent: Monday, August 15, 2005 6:29 AM
Subject: RE: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah 
berbahasa yang baik


Sori,, saya belum baca 
sampai habis, tapi melihat judul ‘Biasakan dan berusahalah berbahasa yang 
baik’  , saya sedikit kaget juga 
melihat kalimat pertamanya ‘Tiada manusa yang perfek atau sempurna’ 
..
Setahu saya, kata 
‘perfek’ bukanlah Bahasa Indonesia, dan kalaupun mau pakai Bahasa Inggris, 
seharusnya adalah ‘perfect’.
 
 
 
rudy
 
-Original 
Message-From: 
budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
On Behalf Of BISAISent: 13 Agustus 2005 4:42To: BUDAYA TIONGHUA; WAHANASubject: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan 
dan berusahalah berbahasa yang baik
 

 

 

    
ASAHAN ALHAM 
AIDIT:

 

 

  
Biasakan dan 
berusahalah

   berbahasa yang 
baik 

 

 

 

   Tidak 
ada manusia yang perfek atau sempurna. Juga dalam menggunak

Re: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT. Penjelasan

2005-08-15 Thread BISAI
  - Original Message - 
  From: BISAI 
  To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA 
  Sent: Monday, August 15, 2005 5:28 PM
  Subject: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang 
baik.OOT. Penjelasan


  Ya, betul kata "perfek" bukan kata yang berasal dari kata Indonesia sama 
halnya dengan kata "sori" dalam  kalimat anda dalam tanggapan anda yang 
sekarang. Kata itu juga bukan dari bahasa Indonesia bukan?. Dan  kalau mau 
ditulis dengan bahasa Inggris yang betul tentu ia harus ditulis dengan "sorry" 
yang ditulis dengan rr dan y . tapi anda menulisnya dengan sori.  Sayapun 
menulis kata yang jadi perhatian anda itu dengan "perfek" dan bukannya 
"perfect" seperti yang seharusnya menurut anda. Jadinya saya dan anda 
sama-sama-sama memilih penyederhanaan dalam menggunakan kata-kata dari bahasa 
asing dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan pengucapan Indonesianya. Hal yang 
 sama kita lakukan itu tidak hanya terjadi dalam bahasa Indonesia saja tapi 
banyak terjadi pada bahasa-bahasa lainnya di dunia. Bahasa itu kadang-kadang 
luwes dan juga memberikan toleransi tertrentu. Gejala demikian dalam ilmu 
perbahasaan atau linguistik disebut sebagai gejala alternatif. Artinya orang 
bisa memilih yang ini atau yang itu selama  belum ada ketentuan dari komisi 
istilah atau pendapat umum yang luas . Gejala alternatif itu jadi tidak berlaku 
bila sudah ada ketentuan harus menggunakan yang satu dan tidak lagi  boleh 
memilih yang lain meskipun sama arti. Umpamanya dalam bahasa Belanda kata 
"bureau" (pinjaman dari bahasa Perancis) pernah ditulis dengan "buro" untuk 
penyederhanaan dan hal itu masih saya alamai ditahun delapan puluhan ketika 
saya mulai belajar bahasa Belanda dan di sekolah bahkan di koran-koran atau 
majalah setiap orang boleh menuliskannya dengan "bureau" atau "buro" dua-duanya 
tidak salah. Tapi sekarang tidak lagi boleh ditulis dengan "buro" tapi sudah 
harus "bureau" karena sudah ada ketentuan begitu, jadi toleranssi alternatif 
suduh tidak berlaku. Nama anda umpamanya, ditulis dengan Rudy  yang nama itu 
berasal dari nama Belanda Ruud yang pengecilannya atau panggilan akrabnya 
menjadi Rudy. Tapi tidak sedikit orang Indonesia yang bernama demikian tapi 
menuliskannya dengan Rudi . Itu juga termasuk gejala alternatif yang setiap 
orang bisa memilih  cara menuliskan namanya sendiri menurut keinginannya dan 
kita tidak bisa protes mengapa umpamanya tidak ditulus dengan Rudy seperti cara 
anda menuliskan nama anda. Demikian pula yang terjadi dengan nama belakang saya 
yang Aidit. Nama itu bukan dari nama Indonesia asli tapi dari nama Arab karena 
latar belakang keluarga saya yang Islam. Dalam bahasa Arab nama itu ditulis 
dengan Aidid (ditulis dengan huruf d pada huruf terahir). Tapi kami lalu 
merubahnya dengan huruf t dari d yang terahir ( Hingga tahun lima puluhan ayah 
kami tetap menuliskan namanya dengan Aidid sesuai dengan ejaan Arab aslinya 
tapi juga lalu merubahnya menjadi Aidit. dan hingga sekarang belum ada orang 
Arab manapun yang hidup di Indonesia yang memprotes atau mengoreksi nama Arab 
yang sudah kami tukangi sendiri itu. Nama manusia bukankah juga sebuah gejala 
bahasa?. Terima kasih atas perhatian dan catatan anda dan semoga penjelasan 
saya ini bisa memuaskan anda. Tapi saya juga punya sedikit catatan untuk anda. 
Anda bilang anda belum membaca hingga habis tulisan saya. Saya anjurkan sebelum 
anda mengomentari sebuah tulisan orang lain atau mungkin anda ingin mengajukan 
pertanyaan, sebaiknya anda menguasai dulu apa yang ditulis orang lain dan 
membacanya hingga habis karena kalau anda tidak menguasai tema yang dibicarakan 
atau anda tidak sampai habis membaca tulisan yang anda komentari anda bisa 
terjerembab sendiri dengan  komentar dan pertanyaan anda yang bermaksud 
merubuhkan tulisan orang lain. Ingatlah selalu, dengan komentar pendek atau 
timbrungan liar tanpa menguasai apa yang akan disasar, orang tidak mungkin 
meruntuhkan tulisan yang manapun yang dibuat orang lain secara serius dan 
bermaksud baik. Lalu jangan cepat terkejut sebelum menguasai masaalah. 
  Take you easy baby!
  asahan.aa

  - Original Message - 
  From: Rudy 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, August 15, 2005 6:29 AM
  Subject: RE: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang 
baik


  Sori,, saya belum baca sampai habis, tapi melihat judul 'Biasakan dan 
berusahalah berbahasa yang baik'  , saya sedikit kaget juga melihat kalimat 
pertamanya 'Tiada manusa yang perfek atau sempurna' ..

  Setahu saya, kata 'perfek' bukanlah Bahasa Indonesia, dan kalaupun mau pakai 
Bahasa Inggris, seharusnya adalah 'perfect'.

   

   

   

  rudy

   

  -Original Message-
  From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of 
BISAI
  Sent: 13 Agustus 2005 4:42
  T

Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.

2005-08-17 Thread BISAI
 Oke, boy, hebat sekali komentart pendeknya. Tapi kata "mensitir" dalam 
komentar anda yang hebat ini apakah juga memang dari bahasa Indonesia?. 
Apakah anda juga tidak sedang mensitir? . Ah , begitu banyak orang yang suka 
cerewet kecil-kecilan di milis ini. Anda mungkin tidak tertarik mengambil 
inti sari dari seluruh tulisan saya. Itu urusan anda sendiri.Tapi kalau 
sudah mau bikin komenrtar, yang serius dong. Jangan main recehan dalam 
menghemat menggunakan otak, atau itu memang kebiasaan orang-orang di milis 
ini, semuanya main hemat sebagaimana kebiasaan sehari-hari sambil jotosin 
orang lain yang dianggap kurang perfek hingga ke ujung kaki?. Cobalah anda 
perhatikan kata-kata asing yang sudah dianggap dan sangat biasa dipakai 
dalam bahasa Indonesia seperti: "kondusif, "asumsi", "aset", "dikotomi" dan 
masih ribuan yang lainnya apakah itu hasil sitiran salah menuliskannya. 
Tolong deh anda betulkan bagaimana cara menuliskan kata-kata tsb. atau anda 
anggap orang-orang yang menggunakan kata itu tolol bahasa siang?. Saya punya 
kesan anda hebat sekali bahasa Inggrisnya hingga dengan koreksian anda yang 
begitu genial semua orang menjadi tolol, tidak tahu  menuliskan kata kata 
"kondusif"dan yang lain-lainya secara betul menurut bahasa aslinya. Saya 
sudah jelas bukan manusia perfek dalam segala bidang. Itupun sudah  saya 
tulis pada kalimat pertama dalam tulisan saya. Tapi saya kira anda juga 
demikian. Coba saja lihat, dalam kalimat anda yang begitu pendek yang anda 
bikin. Kata "mensitir"tidak anda tulis menurut bahasa aslinya( saya sendiri 
tidak menuntut lho,). Tapi kalau kata "daei" tentu yang anda maksudkan 
adalah "dari". Ketidak perfekan  itu saya kira mungkin anda terburu nafsu 
atau sekedar salah ketik dan tidak akan mengurangi kehebatan anda dalam 
menguasai bahasa Indonesia atau bahasa asing.
Saluut atas kehebatan komentar anda. (Maaf saya pinjam kata "Saluut" mungkin 
itu akan jadi problim lagi bagi anda, tapi kalau memang  saya dianggap bodoh 
saya tidak merasa hina, saya akan terus belajar, termasuk belajar kepada 
anda).
asahan.aa


- Original Message - 
From: "kRikil" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, August 17, 2005 10:49 AM
Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa 
yang baik.OOT.


>
>> Take you easy baby!
>> asahan.aa
>>
>
>
> *
> Kalau mensitir daei bahasa asing harus pakai bahasa yang baik dan
> benar juga  :-)
>
> Take it easy baby
>
> salam,
> bill
>
>
> 






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h0sib6n/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124282148/A=2896130/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail";>Give
 underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to 
life by funding a specific classroom project  
.
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Fw: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.

2005-08-17 Thread BISAI
A, yalah!. Omong soal integrasi memang pinter. Tapi kalo hakekatnya memang 
menutup diri yang super eksklusif, kan keliatan juga belangnya. Pasang 
pengumuman deh, semacem: "Hanya untuk kebudayaan Cina, bahasa Indonesia 
dilarang masuk". Kalo cuman pikiran kayak gitu sih, udah lama  diketauin 
orang Indonesia. Tapi kalo mau keluar, keluar deh, saya ucapin slamet. Saya 
sih sebelum diusir masih tetep aja duduk. Wong, Indonesia itu kepunyaan 
orang orang Indonesia kok, masak kebudayaan asing mau ngusir. Mengkali aje 
masih ade nyang tau diri di milis ini.
Saya kira komentar anda yang kayak beginian bukan cuma sovinis tapi malah 
sudah SO...SOP NAJIS!
Nah, inilah lelucon dari saya.
asahan.aa
- Original Message - 
From: "Steve Haryono" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Wednesday, August 17, 2005 12:49 PM
Subject: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan 
berusahalah berbahasa yang baik.OOT.


> Hallo,
>
> Saya kira topic ini sudah bukan OOT lagi, tapi malah sudah OOOT
> Ingat, milis ini milis mengenai kebudayaan Tionghoa. Sekali-sekali baca 
> soal
> OOT memang tidak apa-apa, mungkin juga malah jadi segar pikiran, apalagi
> kalau dapat lelucon. Tetapi kalo terus-terusan kayak gini, jangan heran
> banyak orang akan keluar dari milis, sebab tujuan ikut milis ini khan 
> untuk
> membahas mengenai kebudayaan tionghoa, bukan membahas pelajaran bahasa
> Indonesia.
>
> salam,
> steve
> rotterdam
>
> ps. saya kira tulisan bill dibawah bukan pakai jalur umum tapi malah 
> japri.
>
> - Original Message - 
> From: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: "BUDAYA TIONGHUA" ; "WAHANA"
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Wednesday, August 17, 2005 12:24 PM
> Subject: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah
> berbahasa yang baik.OOT.
>
>
> Oke, boy, hebat sekali komentart pendeknya. Tapi kata "mensitir" dalam
> komentar anda yang hebat ini apakah juga memang dari bahasa Indonesia?.
> Apakah anda juga tidak sedang mensitir? . Ah , begitu banyak orang yang 
> suka
> cerewet kecil-kecilan di milis ini. Anda mungkin tidak tertarik mengambil
> inti sari dari seluruh tulisan saya. Itu urusan anda sendiri.Tapi kalau
> sudah mau bikin komenrtar, yang serius dong. Jangan main recehan dalam
> menghemat menggunakan otak, atau itu memang kebiasaan orang-orang di milis
> ini, semuanya main hemat sebagaimana kebiasaan sehari-hari sambil jotosin
> orang lain yang dianggap kurang perfek hingga ke ujung kaki?. Cobalah anda
> perhatikan kata-kata asing yang sudah dianggap dan sangat biasa dipakai
> dalam bahasa Indonesia seperti: "kondusif, "asumsi", "aset", "dikotomi" 
> dan
> masih ribuan yang lainnya apakah itu hasil sitiran salah menuliskannya.
> Tolong deh anda betulkan bagaimana cara menuliskan kata-kata tsb. atau 
> anda
> anggap orang-orang yang menggunakan kata itu tolol bahasa siang?. Saya 
> punya
> kesan anda hebat sekali bahasa Inggrisnya hingga dengan koreksian anda 
> yang
> begitu genial semua orang menjadi tolol, tidak tahu  menuliskan kata kata
> "kondusif"dan yang lain-lainya secara betul menurut bahasa aslinya. Saya
> sudah jelas bukan manusia perfek dalam segala bidang. Itupun sudah  saya
> tulis pada kalimat pertama dalam tulisan saya. Tapi saya kira anda juga
> demikian. Coba saja lihat, dalam kalimat anda yang begitu pendek yang anda
> bikin. Kata "mensitir"tidak anda tulis menurut bahasa aslinya( saya 
> sendiri
> tidak menuntut lho,). Tapi kalau kata "daei" tentu yang anda maksudkan
> adalah "dari". Ketidak perfekan  itu saya kira mungkin anda terburu nafsu
> atau sekedar salah ketik dan tidak akan mengurangi kehebatan anda dalam
> menguasai bahasa Indonesia atau bahasa asing.
> Saluut atas kehebatan komentar anda. (Maaf saya pinjam kata "Saluut" 
> mungkin
> itu akan jadi problim lagi bagi anda, tapi kalau memang  saya dianggap 
> bodoh
> saya tidak merasa hina, saya akan terus belajar, termasuk belajar kepada
> anda).
> asahan.aa
>
>
> - Original Message - 
> From: "kRikil" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Wednesday, August 17, 2005 10:49 AM
> Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa
> yang baik.OOT.
>
>
>>
>>> Take you easy baby!
>>> asahan.aa
>>>
>>
>>
>> *
>> Kalau mensitir daei bahasa asing harus pakai bahasa yang baik dan
>> benar juga  :-)
>>
>> Take it easy baby
>>
>> salam,
>> bill
>>
>>
>>
>
>
>
>
>
>
>
> .: Forum 

Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.

2005-08-17 Thread BISAI





Hallo, terima kasih atas masukan dan 
komentar  anda. Baru sekali ini saya menerima respon yang cukup 
manusiawi. Kalau anda membaca tulisan saya hingga habis, tentu anda akan lebih 
mengerti maksud saya yaitu keberatan saya adalah mengambil atau menyerap 
kata-kata asing secara membabi buta, terlalu banyak dan sok pamer agar terkesaan 
hebat. Saya sama sekali tidak menganut puritanisme dalam bahasa. 
Mempertahankan  kemurnian bahasa dengan menolak segala yang datang dari 
luar atau asing adalah tidak mungkih apalagi di abad kita yang sekarang ini. 
Karena itu jugalah dalam tulisan saya yang manapun, saya juga menggunakan hasil 
serapan dari  bahasa atau kata-kata asing. Umpamanya saya bilang: "Tidak 
ada manusia perfek atau sempurna". Kan sama saja artinya. Tapi setiap 
penulis punya gaya sendiri-sendiri. Dalam hal ini saya ingin menekankan apa yang 
ingin saya bilang menjadi dua kali lipat, ya perfek ya sempurna. Tapi karena 
tulisan saya ditanggapi sepotong sepotong dan lalu memberikan komentar yang 
maunya arogan dan hebat, semua inti sari yang saya ingin bilang lalu diabaikan 
sambil bilang: "gue nggak nafsu ame tulisan lu" atau dalam bahasa Jakartanya: 
"emangnye gue pikirin". Ya, kalau tidak nafsu atau tidak mau ambil peduli 
janganlan melontarkan kata-kata usil, tidak bertanggung jawab sambil merasa 
hebat. Dengan pengalaman saya selama ini, menulis di milis ini( budaya-tionghua) 
saya sepertinya kesasar ke kampung Cina yang serba tertutup  seperti di 
tahun-tahun limapuluhan yang dulu setiap abang sulung saya menjajakan 
dagangannya di kampung Cina ia selalu dilempari batu oleh Cina-Cina yang 
merasa tidak suka wilayahnya dilanggar. Sekarang terjadi pula pada saya. 
Saya datang dengan maksud baik, ingin menuliskan buah pikiran saya untuk jadi 
pemikiran bersama, tapi yang saya alami lalu saya ditimpuki rame-rame sambil 
mencemoohkan tulisan saya dengan cara usil sepatah dua patah kata, jewer kuping, 
tendang pantat dengan cara sinis. Kalau beda pendapat, katakankah, tulislah, 
dengan cara yang memadai supaya kita bisa bertukar pikiran dengan leluasa. Tapi 
begitulah rupanya, baru punya sekeping wilayah di atas maya sana, sudah bukan 
main ketat menjagaganya. Nah, saudara, semoga kesan saya ini tidak akan melebar 
dengan bukti-bukti baru.
asahan.aa
 
 
- Original Message - 
From: "Handoko Prasodjo" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, August 17, 2005 1:48 
PM
Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan 
dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.
> Maaf saya cuma ikutan, saya sendiri tidak membaca tulisan Bang Bisai 
dan> mengikuti perdebatan ini hanya sepotong-sepotong saja. Penggunaan 
bahasa> Indonesia yang tidak benar, contohnya yang kini baru populer 
adalah tulisan> "Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 60 tahun". 
Seharusnya cukup> dituliskan/diucapkan "Dirgahayu Republik Indonesia", 
karena arti dari> dirgahayu adalah (semoga) berumur panjang.> 
> Kalau penggunaan kata "perfek" untuk padanan kata "sempurna", kalau 
tidak> salah namanya adalah penyerapan kata asing, contoh disini menyerap 
dengan> meng-Indonesiakan kata "perfect" yang berasal dari bahasa 
Inggris. Kata-kata> serapan semacam ini amat banyak kita temui dalam 
bahasa Indonesia, mulai> dari bhs Inggris seperti efektif, edukatif, 
komunikatif dsb, dari Arab kita> peroleh kata2 kitab, nama2 hari, dsb, 
lalu dari Cina/Hokkian seperti bakso,> bakmi, anglo, eh keliatannya dari 
dapur dan hasil2nya ya?> > Lalu serapan dari bahasa2 lokal 
sendiri, bahkan tak jarang berasal dari> induknya sendiri, bahasa Melayu. 
Mangkus, canggih, kesenjangan, windu, dsb.> Buanyak sekali serapan kata2 
asing maupun lokal yang memperkaya kosa kata> Indonesia. Meskipun tidak 
semua kata2 serapan dimaksudkan untuk memperkaya> kosa kata, bahkan 
kadang2 cuma sebagai riasan saja, tapi bisa dikatakan juga> tanpa 
menyerap kata2 asing, bahasa Indonesia akan statis/mati. Kehabisan> atau 
kekurangan kata2 untuk mengungkapkan secara lisan dinamika dunia yang> 
amat dinamis ini.> > CMIIW> Han> > - 
Original Message -> From: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]>> 
To: "BUDAYA TIONGHUA" <budaya_tionghua@yahoogroups.com>; 
"WAHANA"> <[EMAIL PROTECTED]>> Sent: Wednesday, August 17, 2005 5:24 PM> Subject: 
Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa> yang 
baik.OOT.> > > Oke, boy, hebat sekali komentart pendeknya. 
Tapi kata "mensitir" dalam> komentar anda yang hebat ini apakah juga 
memang dari bahasa Indonesia?.> Apakah anda juga tidak sedang mensitir? . 
Ah , begitu banyak orang yang suka> cerewet kecil-kecilan di milis ini. 
Anda mungkin tidak tertarik mengambil> inti sari dari seluruh tulisan 
saya. Itu urusan 

Fw: [budaya_tionghua] VVVOOT: Milis Politik ??? (was OOT. Biasakan dan berusahalah ber....)

2005-08-18 Thread BISAI
Dan sebaiknya juga, bila anda akan memberikan reaksi pada seseorang milis,
anda juga harus Fw-kan, apa yang telah dikatakan oleh milis yang menimbulkan
reaksi agar pembaca lain bisa menimbang-nimbang apa masaalah yang sedang
dibicarakan secara obyektif. Tapi anda tidak berbuat demikian yang itu
menyalahi kebiasaan dunia permilisan sehingga dalam hal ini anda merugikaan
posisi saya secara tidak sportif. Pembaca lain tidak akan tahu, apa saja
yang dikatakan seseorang milis atau kritikannya terhadaap saya. Lalu yang
perlu saya jawab:
-- Sebaiknya juga anda meluangkan waktu untuk mengikuti dari mula bagaimana
dialog-dialog yang terjadi antara saya dengan para pemberi reaksi pada
tulisan-tulisan saya lainnya. Dengan begitu anda tidak memotong ditengah
jalan
apa yang sedang terjadi yang bisa membingungkan para pembaca lainnya dan
merugikan satu pihak.
-- Menghina? Ah, belum apa-apa sudah menggunakan kata-kata besar. Untuk
menakut-nakuti apa?.Siapa yang menghina dan siapa yang dihina masih dalam
proses, bang!. Kalau sudah begini, ngomong memang tidak hanya sekali tapi
gaung
bersambut gaung.
--  Nggak. Saya tidak mengerti bahasa Indonesia, saya sedang berbahasa
Cina-kok!
--  Saya mewakili diri saya sendiri, kok. Tapi pada Cina-Cina yang tidak mau
integrasi ,adanya sikap dan pikiran eksklusif itu bukan cuma saya yang
bilang, banyak, buanyak sekali bahkan  bukan cuma orang Indonesia! Dan
sekarang
saya balik bertanya. Anda sendiri mewakili siapa?. Apakah anda salah seorang
moderator?
--Saya tidak mengusir, saya hanya mengucapkan selamat. Masa nggak boleh kasi
ucapan selamat.Tapi  kalau mau bicara soal usir-usiran, kan saya yang
lebih banyak kemungkinan diusir meskipun saya tidak akan mengusir diri
sendiri. Apakah bahasa Cina saya kurang jelas?
--Wow!..hoow, hoow,hoow! banyak sekali super-nya. Tapi saya tidak
merasa seperti superman, kok. Dan menurut saya "budaya-tionghua"sudah
jelas bukan budaya Indonesia, atau barangkali karena bahasa Cina saya yang
jelek ini hingga sukar dimengerti. Mengenai saya menyebut Cina, apasih
pikiran
anda tentang itu? Orang Indonesia sudah ratusan tahun menyebut Cina adalah
Cina dan berjuta-juta bangsa lainnya juga menyebut Cina. Mau buka diskusi
soal
yang sudah basi ini apa?.
Tentang tuduhan anda terhadap saya seperti: munafik, super eksklusiv, naif,
super tertutup...
Masyaallaaah,... o, my God, ...pod verdorie! Berhematlah dengan
tuduhan-tuduhan seperti
itu karena tanpa argumentasi, tanpa bukti, semua itu cumalah tuduhan kosong
tidak
berjiwa yang akan menjadi fitnah melulu dan akan menjadi bumerang bagi anda
sendiri.
-- Kalau Indonesia memang memiliki saya dan seluruh rakyatnya, tentu saya
dan orang-orang
sebangsa dan senasib seperti saya, bisa pulang ke pangkuan ibu pertiwinya.
Tapi dalam kenyataan,
Indonesia itu pernah dimiliki penguasa jahat sejak tahun 65 dan setelah
pemilik barunya yang katanya
lebih baik itu, toh saya dan teman-teman saya belum juga boleh pulang.
Jelas jemelas Indonesia atau
ibu pertiwi tidak memiliki rakyatnya seperti yang anda pikir, tapi Indonesia
dimiliki oleh para
penguasanya, penerus penguasa sebelumnya. Nah ini kenyataan, meskipun ide
atau fantasi anda
sangat indah.Tapi retorika melulu tidak akan menyelesaikan masaalah.



-- Ya, komentar anda sudah terlalu banyak memang, sudah hampir-hampir
inflasi.Tapi saya tahan kok membacanya.
--Buruk muka cermin dibelah? Muka siapa?. Sayang saya tidak bisa melihat
muka
anda di monitor komputer saya ini.Tapi saya juga ingin mengirim kado ke
alamat anda:
"Kuman di seberang lautan, tampak. Gajah di pelupuk mata, tiada
tampak".Namun kado ini bukan hanya untuk anda saja, tapi untuk semua
pemilis-pemilis sejenis anda. Harap dibagi rata.
--Tulisan anda memang bukan lelucon tapi mirip mercon.Untung pecahannya cuma
dari kertas tua. Sekarang belum tahun baru,simpan deh untuk persediaan
imlek.

asahan. aa

- Original Message - 
From: "Hendri Irawan" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Thursday, August 18, 2005 7:27 AM
Subject: [budaya_tionghua] VVVOOT: Milis Politik ??? (was OOT. Biasakan dan
berusahalah ber)


Moderator, numpang bandwith ngomongin politik sebentar

Asahan:
> A, yalah!. Omong soal integrasi memang pinter. Tapi kalo
hakekatnya  memang menutup diri yang super eksklusif, kan keliatan
juga belangnya.

HY:
Sebaiknya anda meluangkan waktu dulu sebentar untuk melihat arsip
message lama milis ini. Milis ini tidak tertutup hanya untuk etnis
tionghua saja. Banyak anggota milis yang bukan tionghua. Dilihat dari
bahasa anda, mungkin lebih tepat kalau anda yang super ekslusif dan
menutup diri.

Asahan:
> Pasang pengumuman deh, semacem: "Hanya untuk kebudayaan Cina,
bahasa Indonesia
> dilarang masuk".

HY:
Bahasa Indonesia dilarang masuk ? Anda mengerti bahasa Indonesia
gak ? Jelas-jelas bahasa utama milis ini adalah bahasa Indonesia.
Mengenai pilihan anda untuk menggunakan istilah "Cina", saya minta
klarifikasi anda, dalam konteks apa anda memakai istilah tersebut ?
Dilihat dari tulisan-tulisan anda sebelumnya, saya ber

Fw: Fw: [budaya_tionghua] VVVOOT: Milis Politik ??? (was OOT. Biasakan dan berusahalah ber....)

2005-08-19 Thread BISAI


>
> - Original Message - 
> From: "Hendri Irawan" <[EMAIL PROTECTED]>
> To: 
> Sent: Friday, August 19, 2005 7:37 AM
> Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] VVVOOT: Milis Politik ??? (was OOT.
> Biasakan dan berusahalah ber)
>
>
>> Asahan:
>>> Dan sebaiknya juga, bila anda akan memberikan reaksi pada seseorang
>> milis,
>>> anda juga harus Fw-kan, apa yang telah dikatakan oleh milis yang
>> menimbulkan
>>> reaksi agar pembaca lain bisa menimbang-nimbang apa masaalah yang
>> sedang
>>> dibicarakan secara obyektif. Tapi anda tidak berbuat demikian yang
>> itu
>>> menyalahi kebiasaan dunia permilisan sehingga dalam hal ini anda
>> merugikaan
>>> posisi saya secara tidak sportif. Pembaca lain tidak akan tahu, apa
>> saja
>>> yang dikatakan seseorang milis atau kritikannya terhadaap saya.
>>
>> Hy:
>> 1. "pada seseorang milis", harusnya "pada seseorang di milis"
>> 2. "apa yang telah dikatakan oleh milis", mungkin lebih tepat "apa
>> yang dituliskan (diketikkan) di milis"
>> 3. Jelas etika milis yang saya ikuti tidak sama dengan anda yang
>> menyia-yiakan bandwith.
>> 4. Sebisa mungkin pakailah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
> AAA:
> Terima atas koreksian anda atas bahasa Cina saya yang jelek,oh maaf,
> bahasa Indonesia saya yang jelek.Kan, saya sudah bilang sebelumnya
> saya juga bukan manusia perfek atau sempurna. Saya membuka selebar-
> lebarnya untuk semua kritik, ralat, penyempurnaan bahkan cemoohan
> sekalipun. Tapi itulah seperti saya bilang, semua itu bersambut menurut
> apa yang diterima seseorang. Ramah dibalas ramah, sopan dibalas sopan,
> cemoohan dibalas cemoohan dan juga keras dibalas keras. Logis saja bukan?
> Lalu nomor-nomor anda yang perlu saya jawab:
> 1.Menurut saya kata" milis"tidak hanya menunjukkan tempat tapi juga
> menunjukkan
> orang(peserta). Kata itu memang kata baru dan bukan berasal dari bahasa
> Indonesia
> tapi dari kebiasaan-kebiasan yang terus berlaku dalam dunia permilisan, 
> dia
> "seperti"
> telah dijadikan atau dianggap bahasa Indonesia.
> 2."Apa yang telah dikatakan" yang saya bilang, dengan "Apa yang telah
> dituliskan". Maksudnya sama saja.
> Yang anda anggap lebih tepat, itu cuma soal alternatif dalam memilih kata.
> 3. Ya, etika bisa tidak sama tentu saja. Tapi kebiasaan yang berlaku yang
> juga saya pakai,
> juga adalah sebuah etika yang banyak diterima orang kalau tidak boleh
> dikatakan yang terbanyak.
> dibandingkan etika anda serba husus itu.
> 4.Saya tidak bermaksud menyia-nyiakan bandwith. Saya hanya menuliskan
> pikiran saya. Kebiasaan berhemat dalam segala hal itu tentu saja tidak
> jelek, Yang jelek adalah
> dengan alasan berhemat lalu mengkorup bahan yang bisa membingungkan orang
> lain.
> Saya menulis menurut kebebasan yang saya anut dan dianut orang lain. Tapi
> kalau anda mau
> mengatakan tulisan saya tidak berharga dan sampah itu adalah kebebasan 
> anda
> sendiri dalam menilai orang lain. Tapi apakah anda menilai tulisan anda
> sebagai yang brilliant, paling hebat, yang meledak-ledak seperti mercon
> tahun baru?. Terima kasih atas nilai "sampah"yang anda berikan untuk saya.
> Bagaimana penilaian
> para moderator sendiri, apakah "sampah" yang mengotori milis ini perlu
> disapu
> dan diberesihkan untuk hanya memberikan tempat pada "budaya-tionghua"yang
> gemerlapan
> peninggalan nenek moyang para leluhur
> seperti dimaui segelintir orang  dalam milis ini.
> Mengenai anjuran anda agar saya menggunakan bahasa Indonesia dengan baik 
> dan
> benar,
> itu adalah juga anjuran saya termasuk untuk saya sendiri. Sukur kalau
> bahasa Indonesia anda
> lebih benar dan kebih baik dari saya. Saya akan belajar dari anda.
>> Asahan:
>>>Lalu yang
>>> perlu saya jawab:
>>> -- Sebaiknya juga anda meluangkan waktu untuk mengikuti dari mula
>> bagaimana
>>> dialog-dialog yang terjadi antara saya dengan para pemberi reaksi
>> pada
>>> tulisan-tulisan saya lainnya. Dengan begitu anda tidak memotong
>> ditengah
>>> jalan
>>> apa yang sedang terjadi yang bisa membingungkan para pembaca
>> lainnya dan
>>> merugikan satu pihak.
>>
>> Hy:
>> Saya tidak memotong di tengah jalan. Dari mana anda tahu saya tidak
>> mengikuti dari awal ? Maaf saja ya, anda terlalu menganggap diri anda
>> paling benar sendiri.
> AAA:
>   Ah, tidaaak. Saya tidak pernah merasa bahwa sayalah yang paling benar
> sendiri.
> Hal itu tidak tercermin dalam semua tulisan saya. Anda mengikuti sejak 
> dari
> awal?.
> Saya percaya.Yang tidak saya percayai adalah bahwa anda pura-pura tidak
> mengerti
> isi tulisan saya dan lalu menebeng pada komentar-komentar orang lain 
> sebelum
> anda.
>
>>
>> Asahan:
>>> -- Menghina? Ah, belum apa-apa sudah menggunakan kata-kata besar.
>> Untuk
>>> menakut-nakuti apa?.Siapa yang menghina dan siapa yang dihina masih
>> dalam
>>> proses, bang!. Kalau sudah begini, ngomong memang tidak hanya
>> sekali tapi
>>> gaung
>>> bersambut gaung.
>>
>> Hy:
>> Jelas bahwa anda menggunakan istilah itu dalam konteks menghina.
>> Orang hina memang suka menghina.
> AAA:
> Dan ap

[budaya_tionghua] Fw: Perhatikanlah dengan cermat...

2005-08-21 Thread BISAI





 
 
 
 ASAHAN  
ALHAM  AIDIT:
 
 
Perhatikanlah dengan cermat
    
apa yang sudah baik 
   
dan
    
apa yang berlum baik
 
Ketika 
saya membaca diskusi hangat atau katakanlah "debat kusir  di suatu 
milis dua tahun lalu tentang saling serang, saling maki, saling hina dan 
segala macam saling yang membikin tidak enak dua belah pihak, bahkan orang-orang 
yang di luar diskusi, saya lalu memutuskan keluar dari milis itu. Tidak tahan. 
Meskipun saya bisa tidak membacanya dengan hanya menekan tombol "delete". 
Diskusi apa itu. Biasa dan sangat biasa. Peranakan Cina lawan pribumi dengan 
pihak-pihak  pro dan kontranya. Tapi apa yang saya anggap biasa tapi 
juga yang bisa menegangkan itu, kemudian terasa keluar biasaannya bahkan telah 
banyak mempengaruhi pikiran saya atau barangkali lebih tepatnya, menggugah 
pikiran saya dari yang mula-mula  saya anggap dan banyak orang 
menganggapnya sebagai debat kusir".
Saya petik salah satu  yang paling 
tipikal dari pertengkaran dan saling tuduh itu:
Cina: "Tanpa uang Cina, tidak akan ada 
Indonesia "
Pribumi: "Etnis tidak tahu diri, 
sombong, licik, egosentris"
Dialog yang saya anggap ketika itu 
saling mengiris empedu masing-masing itu, ternyata bukan sekedar debat kusir 
tapi adalah juga pemikiran hidup yang lama terpendam di dalam hati kedua belah 
pihak. Sekarang keluar, keluar, begitu lancar seperti air yang baru mendapat 
pintu di satu bendungan dendam dan sentimen sejak ratusan tahun. Saya merasa itu 
sudah baik di satu segi. Seperti bisul yang telah matang dan lalu dipencet 
kuat-kuat dan keluarlah semua nanah hingga habis dan bersih. Lalu menunggu 
tumbuhnya bisul berikutnya. Dan ini yang tidak baik. Dua belah pihak 
memelihara bisulnya masing-masing dan seperti kita tahu ledakan demi ledakan 
(saling mencet bisul) telah terjadi: kerusuhan rasial, pengusiran besar-besaran 
yang dilakukan oleh negara yang anti Cina. Dan bila itu belum terjadi atau 
sedang adem pauze atau masa jedah yang panjang, kerusuhan selanjutnya akan 
datang jua meskipun orang tidak tahu kapan dan di mana serta berapa besar 
skalanya. 
 
Tapi orang Indonesia memang 
tidak mungkin mengusir Cina dari bumi Indonesia hingga habis. 
Kapanpun. Mengapa?. Dunia  beradab di abad  sekarang tidak mengizinkan 
hal itu. Tapi bila dua belah pihak terus-terusan hidup seperti duri dalam 
daging, juga tak terperikan. Indoneia mempunya tanah yang luas, wilayah yang 
masih banyak kosongnya, lalu berikan saja pada Cina di satu wilayah 
kosong yang tak sedikit  jumlahnya di bumi Indonesia. Itupun menurut saya 
sebuah ide gila-gilaan kalau memang ada. Kembali kita harus hidup bersama. Tapi 
satu yang sudah pasti, etnis Cina sudah tidak mungkin lagi memilih cara hidup 
memencilkan diri di tengah-tengan etnis Indonesia lainnya karena mereka 
memerlukan komunikasi dengan etnis lainnya juga, memerlukan perlindungan, 
memerlukan hubungan ekonomi  dan juga lahan ekonomi dan yang penting lagi 
hubungan kebudayaan dengan etnis lain di sekitarnya. Kebudayaan Cina yang cuma 
dalam memori yang dibawa dari negeri asalnya, bila tidak berasimilasi dengan 
kebudayaan Indonesia, cumalah kebudayaan memori, kebudayaan merek, kebudayaan 
musium belaka. Tapi Cina juga tidak bermaksud begitu dan pribumipun tidak 
bisa menolak kebudayaan Cina secara total karena orang Cina peranakan maupun 
Cina asli tidak mungkin hidup tanpa kebudayaan yang mereka bawa dari negeri 
asalnya. Di samping hak hidup harus diberika pada mereka, juga hak mempunyai 
kebudayaan mereka sendiri harus dijamin dan dihormati. Hanya saja, kebudayaan 
Cina di Indonesia sudah tidak mungkin mempertahankan kemurniannya karena  
bila itu dipertahankan akan terjadi benturan kultur yang berbeda dan itu bisa 
berbahaya bagi kedua belah pihak.Lalu siapa yang harus kompromi?. Tidak ada yang 
harus kompromi. Jalan yang terbaik adalah saling menyesuaikan diri dari 
kedua belah pihak, saling menghormati, saling toleran. Dan yang terpenting 
lagi adalah memperhatikan  latar belakang historis. Umapamanya 
antara sentimen pribumidi satu pihak dengan sifat-sifat ekslusif, 
angkuh (terutama golongan atasnya) dan egosentris etnis yang dipunyai etnis 
Cina yang tidak bisa dibantah, karena itu bukan hanya pengalaman Indonesia tapi 
juga pengalaman Internasional.
 
Sikap angkuh atau sombong atau arogan, 
memang bukan dosa atau kesalahan. Tidak ada orang yang karena sombong lalu 
dihukum atau boleh ditempeleng dimana saja. Seiap bangsa mempunyai 
orang-orang sombongnya masing-masing dan semua orang ini bebas saja berkeliaran 
dimana-mana tanpa ditangkapi oleh polisi atau dipecat dari pekerjaannya. Itu 
sifat perseorangan dan bahkan mungkin bukan karena sifat tapi sekedar adanya 
rasa rendah diri yang dikompensasikan dengan sikap sombong. Tapi 
kesombongan etnis, s

Fw: [budaya_tionghua] Fw: Perhatikanlah dengan cermat...

2005-08-23 Thread BISAI
 Maaf Bung Asahan, walaupun karangan anda ingin menyampaikan 
  sesuatu yang lain, tapi kalimat anda yang saya beri tanda petik dibawah 
  ini, SANGAT TIDAK BISA SAYA TERIMA. Jangan kaitnya politik dengan sifik 
  pribadi seseorang. Kalau kamu mau, saya bisa memperkenalkan anda ke 
  teman-teman saya, CINA atau NON CINA, dan anda bisa tanya sama mereka 
  apakah memang sifat yang anda katakan, ada didalam saya atau orang CINA. 
  Dalam bahasa CINA, ada satu kata "YIK CHI" yang tidak bisa saya 
  terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, karena memang tidak ada kata untuk 
  itu.
   
  Kepada member lainnya, daripada kita terus menanggapi 
  tulisan yang sifatnya hanya menyerang ( maaf, telah saya lakukan sendiri) 
  lebih baik kita membahas sesuatu yang lebih bermanfaat.
   
  Bung Rinto Jiang, saya sangat suka dengan artikel ASMnya. 
  Gimana kalau ditambahkan dengan topik membahas pribahasa yang ada 
  dalam Bahasa Cina. Saya kira pernah dibahas sebelumnya, tapi sifatnya cuma 
  acak dan tidak fokus.
   
  Berikut ini ada 2 pribahasa yang ingin saya sharing :
  1. CHU MUK PUK KHE TIAO, LU (keledai) CE PUK KHE CIAO
  2. WEI NI JENG HE XIAO JENG CUI NANG YANG YE
   
  Salam Hormat,
  Zufen
   
   
  Date: Sun, 21 Aug 2005 21:10:23 +0200    
  From: "BISAI" 
  Subject: Fw: Perhatikanlah dengan cermat... 
  
  
  
  
   
  ASAHAN  ALHAM  AIDIT: 
  
   
  Perhatikanlah dengan cermat 
  apa 
  yang sudah baik 
     
  dan 
  apa 
  yang berlum baik 
  
  Ketika saya membaca diskusi hangat atau 
  katakanlah "debat kusir  di suatu 
  milis dua tahun lalu tentang saling serang, saling maki, saling 
  hina dan segala 
  
  macam saling yang
  .." Cina punya sifat menghianati teman 
  ". 


使用 MSN 
Messenger 与联机的朋友进行交流 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesian languages
  
  
Indonesian language learn
  
  
Indonesian
  
  


Dari
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









Fw: [budaya_tionghua] Re: Festival Hantu, 8/19/2005, 12:00 am

2005-08-24 Thread BISAI
 Saudara Rinto Jiang Yang baik,
Inilah yang saya maksudkan, sebagai reaksi saya atau timbrungan saya 
terhadap tulisan Saudara Harry Alim yang tidak muncul dalam milis 
. Terima kasih atas perhatian anda dan bila ada prasangka 
saya yang buruk terhadap moderator yang ternyata bukan begitu saya minta 
maaf. Orang Indonesua sangat ringan mulut untuk segra meminta maaf bila 
mereka merasa telah keliru atau bersalah, bahkan tanpa salahpun kami sering 
mengucapkan kata maaf sebagai tanda persahabatan maupun kesopanan. Tapi 
barangkali reaksi saya terlalu cepat tanpa memeriksa dulu apakah ketidak 
munculan tulisan saya itu di milis anda, mungkin karena soal tehnik atau 
yang lainnya yang tidak bisa diketahui. Sekali lagi bila demikian, saya 
minta maaf. Tapi bahwa saya telah mengirimkannya
ke milis anda, itu sudah jelas dan inilah tanda buktinya. Selebihnya, anda 
tentu saja bisa mengkritik saya setajam apapun dan menyiarkannya sampai 
kemanapun yang  anda suka. Hati saya terbuka lebar untuk semua kritik bahkan 
makian dari manapun dan siapaun. Saya suka belajar dari semua yang positif 
maupun yang negatif.
Salam hangat dari saya.
asahan.a.aidit.



- Original Message - 
From: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "BUDAYA TIONGHUA" ; "WAHANA" 
<[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, August 22, 2005 7:49 PM
Subject: Fw: [budaya_tionghua] Re: Festival Hantu, 8/19/2005, 12:00 am


> Saudara Harry Alim,
>
>
> Ketika saya masih kecil (antara usia 5-6 tahun) saya pernah juga 
> menyaksikan upacara yang di pulau Belitung kami disebut sebagai "sembayang 
> rebut"jadi kami tidak menyebutnya sebagai "sembayang rebutan". Ritul ini 
> biasanya diadakan di sebuah sekolah Cina di tengah-tengah kota Tanjung 
> Pandan yang diadakan sangat meriah yang diahiri dengan rebutan kue-kue dan 
> bermacam penganan lainnya.Tapi  penganan dan kue-kue itu tidak saja 
> dipusatkan di tempat rituil, tapi bisa di tempat-tempat yang dianggap 
> keramat lainnya, seperti di bawah pohon, di tumpukan batu besar di sekitar 
> pantai.
> Di Vietnam:
> Orang Vietnam yang penganut Buddha menyebut sembayang rebut sebagai "ngay 
> ram" (dibaca:"ngai zam") yang jatuh pada setiap tanggal 15 Imlek (orang 
> Vietnam menyebutnya"am lich" atau dibaca "em lik". Tapi yang terbesar 
> adalah yang diadakan pada tanggal 15 bulan tujuh Imlek. Biasanya perayaan 
> itu diadakan di klenteng-klenteng tapi bisa juga di dalam keluarga di 
> rumah. Hidangan upacara selalu besar dan sangat banyak makanan atau 
> penganan yang lezat-lezat. Tapi yang tidak boleh tidak ada adalah  sejenis 
> kue yang di Indonesia disebut "kue satu" atau bahasa Vietnamnya "oan" 
> yaitu yang terbikin dari tepung beras yang bebentuk gunung atau kerucut. 
> Juga nasi ketan atau nasi pulut dibuat berbentuk kerucut.Biasanya hidangan 
> atau penganan itu dibungkus dengan kertas minyak yang transparan itu dan 
> bisa dilihat isinya dari luar. Orang-orang yang lebih kaya mengantarkan 
> hidangan-hidangan mereka yang lebih banyak dan lebih lezat ke 
> kelenteng-kelenteng untuk disembahyangkan di sana. Setelah disembahyangkan 
> lalu dibawa pulang kembali ke rumah untuk disantap bersama keluarga.Tapi 
> kue-kue atau makanan kecil lainnya diperebutkan oleh anak-anak yang 
> seperti saya lihat ketika saya masih kecil pada rituil "sembahyang rebut 
> "di kota Tanjung Pandan lebih setengah abad yang lalu. Ada sejenis lagu 
> rakyat
> Vietnam yang berbentuk gurindam yang menyebutkan sembayang rebut itu 
> yaitu:
>
>  Hom nay muoi bon(14), mai ram
>  Ai muon an oan thi nam voi su
>
> Yang artinya bisa diterjemahkan sbb:  Hari ini tanggal 14, besok sembayang 
> rebut
> Siapa mau makan 
> kue satu, tidurlah bersama biarawan
>
> Atau:   Nai muoi tu  mai lai muoi ram
>   Ai muon an oan thi nang lem chua
>
> Terjemahannya:
>
>   Hari ini tanggal empat belas, besok lima belas
>   Siapa yang ingin makan kue satu , rajinlah 
> datang ke kelenteng
>
>
>
>
> Kue satu dalam artian lagu rakyat ini adalah semua jenis makanan yang 
> berbentuk kerucut yang dihidangkan pada perayaan tgl 15 bulan tujuh, Imlek 
> itu.
> Mengingat sebagian terbesar penduduk Vietnam adalah penganut Buddha, maka 
> mungkin saja  hari raya sembahyang rebut itu memang berasal dari agama 
> Buddha. Tapi tidak tertutup kemungkinan bahwa kebiasaan itu mungkin juga 
> telah lebih lama asalnya mengingat agama Buddha di Vietnam pada pokoknya 
> adalah agama yang menyembah nenek moyang mereka, para pahlawan dalam 
> sejarah mereka. Itulah sebagai pe

[budaya_tionghua] OOT: Menyesali atau mempelajari?

2005-08-25 Thread BISAI





 
 ASAHAN  
ALHAM  AIDIT:
 
 
MENYESALI ATAU MEMPELAJARI ?
 
   

 Ketika 
perang di Aceh masih berlangsung yang  paling banyak disoroti adalah 
kekejaman
dan pelanggaran HAM oleh TNI. GAM tidak 
banyak disinggung-singgung. Lalu yang diharapkan adalah usainya pertempuran, 
perdamaian di Aceh dan kembalinya Aceh dalam haribaan ibu pertiwi di bawah NKRI. 
Mimpi itu tidak terkabul sepenuhnya bahkan sebagian telah menjadi mimpi buruk 
dan GAM yang hakekatnya jadi pemenang, kini menjadi sorotan. Kekuatiran NKRI 
semakin terancam separatisme membesar setiap hari dan kekuatiran Aceh akan 
terlepas menjadi negara Federal atau bahkan lepas secara total dari NKRI juga 
semakin menegangkan urat syaraf seluruh bangsa. Padahal ancaman separatisme 
sudah sangat lama ujud sejak orde lama dengan ditandai bermacam pemberontakan 
seperti PRRI-PERMESTA dll, yang lalu masaalah Papua serta ide-ide untuk 
memerdekan diri dari NKRI yang timbul di berbagai provinsi di Indonesia. 
Pelajaran pahit itu tidak pernah diselesaikan secara baik oleh semua Penguasa 
yang pernah ada, semua Presiden yang pernah berkuasa. Ketidak puasan banyak 
etnis, kekecewaan daerah-daerah yang merasa diabaikan, pembagian kemakmuran yang 
timpang yang mengalir ke pusat terlalu banyak dan ulah para penguasa dan 
pemimpin di Pusat yang korupsi, korupsi dan korupsi sepanjang masa hingga detik 
ini. Setiap daerah mempunyai seribu alasan untuk memisahkan diri dari 
kekecewaan, ketidak percaayaan, merasa ditipu dan selalu ditinggalkan oleh 
Pemerintah pusat. Dan sekarang tibalah saatnya menikmati buah yang tidak enak 
dimakan hasil tanaman sendiri, hasil kebun sendiri dan hasil perbuatan 
merajalela sendiri , hasil lupa diri, lupa daratan dalam singgasana 
kekuasaan yang tidak memperdulikan jeritan bangsa sendiri kecuali diri 
semata-mata dan ditambah pula dengan pernah berkuasanya sistim kediktatoran yang 
keji, korup, rasialitis dan fasis dalam jangka yang begitu spektakuler 
panjangnya meskipun ahirnya terguling. Apakah masih berani mengharapkan 
sebuah NKRI tetap utuh, dirgahayu dalam retorika puitis dan penuh romantis. 
Mimpi di siang bolong itu kini cumalah mimpi buruk, penuh penyesalan dan lalu 
kembali ke retorika seperti NKRI harga mati, aku cinta NKRI dan 
macam-macam  tangisan orang dewasa yang tanpa mengeluarkan air mata dan 
cuma mengucurkan air liur menyaksikan sebuah provinsi perlahan tapi pasti 
lepas dari RI yang dihiasi antrian para separatis lainnya. Istilah "separatis" 
semakain tidak terasa tidak positif tapi seperti berbunyi "hak menentukan 
nasib sendiri" bagi setiap kelompok etnis yang berani memberontak melawan 
ketidak adilan Pemerintah Pusat. Barangkali kata "federal" tidak akan terlalu 
lama tetap menjadi tabu karena manusia Indonesia menjadi semakin kritis dan 
 yang mau kritis serta belajar dari pengalaman bangsanya sendiri. Pada 
ahir-ahirnya orang harus memilih: besar secara badaniah, tapi penuh penyakit, 
lemah karena kadar cholesterol terlalu tinggi (korupsi,kolusi,kkn), jantung 
membesar( terlalu sering pesta dan berfoya-foya dan malas bekerja), kegemukan 
yang telah menjadi penyakit akibat cara hidup mengejar kenikmatan dan 
kemakmuran diri sendiri. Berkacalah di muka cermin dan perhatikan diagnosa para 
dokter spesialis tentang kesehatan fisik yang sudah kritis yang memerlukan obat 
yang super mahal atau operasi segra. Atau menjadi manusia yang berbadan normal, 
meskipun tidak besar tapi sehat, lincah dan berpikir cerah, punya bakat untuk 
panjang umur. Nah, itulah gambaran fisik NKRI sekarang ini. Tidak ada cukup 
waktu untuk menyesal oleh perbuatan di masa lalu, obat yang harus ditelan bukan 
retorika, romantika bangsa tapi belajar  dari mula, merevolusi mental diri 
sendiri secara jantan, sportif menghadapi kekalahan dan kegagalan. Itu hendaknya 
disedari oleh setiap manusia Indonesia terutama para penguasa dan pemimpinnya. 

 
Demokrasi Indonesia harus membuka semua 
kemungkinan. Harus memberikan tempat 
kepada semua ide dan tidak menekan atau 
memberangus setiap ide yang dianggap bertentangan dengan ide yang sedang 
dianggap populer atau yang dianggap banyak diterima orang. Kita belajar tidak 
saja pada kebobrokan orde baru tapi juga pada yang dianggap 'kecemerlangan" orde 
lama yang terlihat cemerlang karena betapa bobroknya orde baru. Mengapa rakyat 
Indonesia yang telah hidup di dua orde selama lebih 60 tahun tapi belum juga 
terbebaskan dari kemelaratan, kehinaan, ke- pariaan serta mengalami bermacam 
terror akibat hura-hara  antara daerah-daerah yang memberontak dengan 
pemerintah Pusat, kurang diberikan jalan atau alternatif lain kecuali menyembah 
NKRI yang selalu dianggap jaya tapi kropos yang penyembahan itu sudah seperti 
penyembah berhala berupa patung-patung raksasa menjulang tinggi tapi tidak 
berjiwa dan hanya pandai korupsi. Selain kamus tunggal, tebal yang hanya berisi 
satu kata dengan arti yang tidak bisa dirubah: NKRI = harga mat

Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina

2005-08-29 Thread BISAI





 
- Original Message - 
From: ChanCT 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
; WAHANA 
 
Bung ChanCT Yang sangat baik;
 
Ah, mungkin saya terlalu spontan hingga bung seperti merasa 
bersalah. Tapi baiklah kita ambil hikmahnya saja buat hanya tujuan baik. Untuk 
saya pokok permasaalahan dalam cerita ini adalah melankolisme dalam melukiskan 
penderitaan yang sangat tipikal dalam cerita-certia Cina. Berpuluh-puluh tahun 
lalu, tepatnya di tahun 1972, saya berada di Cina dan diatur dalam satu 
perjalanan jauh dan panjang keseluruh provinsi-provinsi Cina, kecuali satu: 
Provinsi Sinkiang karena provinsi ini, ketika itu belum boleh dikunjungi tamu 
asing. Tahun 1972 adalah masih hangat-hangatnya RBKP. Saya merasa bahagia bisa 
turut menyaksikan dari dekat peristiwa bersejarah itu meskipun saya juga merasa 
tidak bahagia ketika mendengar langsung atau memyaksikan secara langsung hal-hal 
yang merusak kebudaayaan (dus, kebudayaan-tionghua) dalam peristiwa besar itu. 
Selama kunjungan enam bulan putar-putar seluruh Cina itu, saya banyak 
menyaksikam atau menonton fillm-film Cina yang diputar husus untuk kami maupun 
yang kami tonton di bioskop-bioskop. Puluhan film kalau tidak mau dikatakan 
ratusdan film yang saya saksikan selama emam bulan itu. Suatu hari saya menonton 
sebuah film di sebuah bioskop di sebuah provinsi dimana Ketua Mao dilahirkan, 
yaitu di ibu kota provinsi itu, saya lupa namanya. Nama film yang saya lihat, 
kalau tidak salah judulnya adalah"Gadis penjual bunga". Selesai menonton 
film itu, seorang teman berkata dengan separuh bergurau separuh serius: "Siapa 
yang tidak mengucurkan air mata, sudah jelas tuan tanah". Saya termasuk yang 
mengucurkan air mata, jadi saya tidak termasuk tuan tanah, menurut teman yang 
memeriksa setiap muka kami ketika itu. Dan untuk selanajutnya film-film pengucur 
air mata itu luar biasa banyaknya yang membuat kami jadi "kebal"air mata. Inilan 
yang saya maksudkan melankolisme dalam melukiskan penderitaan, kemalangan, 
korban penindasan yang dibuat oleh sang penulis demikian rupa hingga penderitaan 
yang sesungguhnya menjadi berlipat dua atau tiga untuk mendapatkan efek tertentu 
seperti untuk menguatkan rasa dendam kelas, perjuangan dua garis atau 
semata keinginan menimba air mata dari pengarang atau penulisnya. Aliran seni 
atau sastra demikian sangat banyak saya jumpai di Cina. Yang dilukiskan 
menderita dan tertindas itu hampir semuanya tidak berdaya, hampir semuanya 
tanpa perlawanan , hampir semuanya dalam keadaan pasrah dan baru bisa 
diselematkan bila sang juru selamat tiba yang juru selamat itu tentu saja Partai 
bila terjadi di Cina daratan. Cerita yang barusan kita baca ini adalah 
persis demikan. Si Abak yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya setelah 
kehilangan pekerjaan lalu membanting tulang menanam sayuran bersama 
anaknya tapi hasilnya dirampas oleh sang istri kejam bahkan tidak ada uang 
untuk membeli sebatang rokok kuning atau Dji Sam Soe. Alangkah melankoliknya 
penggambaran penderitaan si Abak. Padahal dalam kehidupan nyata mungkin saja si 
Abak bisa bilang pada istrinya, umpamanya begitin: "lu gimana sih, gue nyang 
kerja setengah mati, beli rokok sebatang aja nggak dikasi, padahal  lu 
sendiri cuma tiduran di rumah nggak ngerjain apa-apa". Mengapa si Abak tidak 
bisa bilang begitu tapi tetap membiarkan dirinya diperas seenaknya oleh 
istrinya. Saya melihat melankolisme penulisnya dalam menggamabarkan ketidak 
berdayaan si Abak yang tanpa perlawanan atau bela diri serambutpun. Maaf beribu 
maaf, sama sekali tanpa prasangka buruk, tapi saya menduga penulis cerpen ini 
adalah seorang warga dari etnis  Cina meskipun namanya sudah Indonesia. 
Bila saya salah maafkan karena dugaan saya itu adalah berdasarkan 
melankolisme  yang sangat menonjol dalam cerita-cerita Cina dalam 
menggambarkan penderitaan..Dan adanya melankolisme ini pada cerrita-cerita 
maupun dalam karya seni lainnya hampir selalu cerita bertendens. Masaalahnya 
apakah melankolisme dalam penderitaan ini masih merupakan aliran 
sastra dan seni di abad kita yang sekarang ini dan masih menemukan pembaca 
dengan selera demikian. Bung Chan yang baik, ini sudah panjang meskipun 
pendek saja dan sekali lagi terima kasih atas perhatian bung dan maaf kalau 
saya tampak keburu nafsu lagi. Salam sehangat-hangatnya dari saya.
asahan.aa.
 
 
Sent: Monday, August 29, 2005 4:27 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Merantau Cina

Bung Bisai yb,
 
    Terimakasih atas kritik 
yang diajukan. Seandainya peluncuran tulisan "Merantau Cina" dianggap tidak 
pantas bagi milist , tentunya masalahnya ada pada diri 
saya. Maafkan. 
 
    Baik-buruk satu tulisan 
tentu bisa dipandang dari berbagai segi, dan siapa saja berhak menilai sesuai 
dengan titik pandang masing-masing. Dan, ... tentunya siapa saja juga berhak 
memberikan komentar dan pendapat-pendapatnya dimilis. Siapa tahu bisa saling 
bersambut untuk tukar pikiran, sebagai sarana untuk s

Fw: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.

2005-08-29 Thread BISAI
da?
 
Kita disini memang diarahkan untuk membicarakan masalah 
eklusif, tapi di luar milis ini, banyak dari kita juga bergabung dengan 
milis lain, berbicara masalah lain, bisa bicara masalah pemilu di milis 
politik, bisa bicara bahasa Indonesia di milis sastra, bisa bicara tentang 
krisis valuta di milis ekonomi, apakah pantas anda menilai 
kita manusia eksklusif? 
 
Analoginya: Di saat mengajar, pantaskah seorang guru 
matematik banyak bicara masalah sejarah dengan muridnya ?
 
Sebenarnya, para moderator di milis ini sudah sangat longgar, 
membiarkan banyak tulsan yang OOT, coba anda bergabung di milis lain, contohnya 
milis tjerita silat, sering OOT bisa langsung kena pecat, tak peduli yang 
menulis dari golongan mana! saya pribadi memahami niat baik sang moderator: Agar 
forum milis lebih fokus!!! 
 
salam,
Zhou Fy
 
 
----- Original Message - 
From: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "BUDAYA TIONGHUA" <budaya_tionghua@yahoogroups.com>; 
"WAHANA" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, August 18, 2005 3:01 AM
Subject: Fw: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. 
Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.

A, yalah!. Omong soal integrasi memang pinter. Tapi kalo 
hakekatnya memang menutup diri yang super eksklusif, kan keliatan juga 
belangnya. Pasang pengumuman deh, semacem: "Hanya untuk kebudayaan Cina, 
bahasa Indonesia dilarang masuk". Kalo cuman pikiran kayak gitu sih, udah 
lama  diketauin orang Indonesia. Tapi kalo mau keluar, keluar deh, saya 
ucapin slamet. Saya sih sebelum diusir masih tetep aja duduk. Wong, 
Indonesia itu kepunyaan orang orang Indonesia kok, masak kebudayaan asing 
mau ngusir. Mengkali aje masih ade nyang tau diri di milis ini.Saya kira 
komentar anda yang kayak beginian bukan cuma sovinis tapi malah sudah 
SO...SOP NAJIS!Nah, inilah lelucon dari 
saya.asahan.aa





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] Fw: [wahana-news] Re: Eksklusif, ciiri etnis Tionghoa?

2005-08-30 Thread BISAI
-cucu yang jumlahnya mencapai 
  puluhan jutaan disana kalau seluruhnya eksklusif? 
   
      Sekali lagi, saya tidak 
  menentang adanya segelintir Tionghoa yang petentengan, yang hidup eksklusif, 
  tapi itu tidak bisa dikatakan ciri etnis Tionghoa atau suku 
  Tionghoa.
   
      Salam,
      ChanCT
   
   
   
  - Original Message - 
  
From: 
BISAI 
To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA 
Sent: Tuesday, August 30, 2005 4:07 
AM
Subject: Fw: [budaya_tionghua] Merantau 
Cina

 
- Original Message - 
From: ChanCT 

To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
; WAHANA 
 
Bung ChanCT Yang sangat baik;
 
Ah, mungkin saya terlalu spontan hingga bung seperti 
merasa bersalah. Tapi baiklah kita ambil hikmahnya saja buat hanya tujuan 
baik. Untuk saya pokok permasaalahan dalam cerita ini adalah melankolisme 
dalam melukiskan penderitaan yang sangat tipikal dalam cerita-certia Cina. 
Berpuluh-puluh tahun lalu, tepatnya di tahun 1972, saya berada di Cina dan 
diatur dalam satu perjalanan jauh dan panjang keseluruh provinsi-provinsi 
Cina, kecuali satu: Provinsi Sinkiang karena provinsi ini, ketika itu belum 
boleh dikunjungi tamu asing. Tahun 1972 adalah masih hangat-hangatnya RBKP. 
Saya merasa bahagia bisa turut menyaksikan dari dekat peristiwa bersejarah 
itu meskipun saya juga merasa tidak bahagia ketika mendengar langsung atau 
memyaksikan secara langsung hal-hal yang merusak kebudaayaan (dus, 
kebudayaan-tionghua) dalam peristiwa besar itu. Selama kunjungan enam bulan 
putar-putar seluruh Cina itu, saya banyak menyaksikam atau menonton 
fillm-film Cina yang diputar husus untuk kami maupun yang kami tonton di 
bioskop-bioskop. Puluhan film kalau tidak mau dikatakan ratusdan film yang 
saya saksikan selama emam bulan itu. Suatu hari saya menonton sebuah film di 
sebuah bioskop di sebuah provinsi dimana Ketua Mao dilahirkan, yaitu di ibu 
kota provinsi itu, saya lupa namanya. Nama film yang saya lihat, kalau tidak 
salah judulnya adalah"Gadis penjual bunga". Selesai menonton film itu, 
seorang teman berkata dengan separuh bergurau separuh serius: "Siapa yang 
tidak mengucurkan air mata, sudah jelas tuan tanah". Saya termasuk yang 
mengucurkan air mata, jadi saya tidak termasuk tuan tanah, menurut teman 
yang memeriksa setiap muka kami ketika itu. Dan untuk selanajutnya film-film 
pengucur air mata itu luar biasa banyaknya yang membuat kami jadi "kebal"air 
mata. Inilan yang saya maksudkan melankolisme dalam melukiskan penderitaan, 
kemalangan, korban penindasan yang dibuat oleh sang penulis demikian rupa 
hingga penderitaan yang sesungguhnya menjadi berlipat dua atau tiga untuk 
mendapatkan efek tertentu seperti untuk menguatkan rasa dendam kelas, 
perjuangan dua garis atau semata keinginan menimba air mata dari pengarang 
atau penulisnya. Aliran seni atau sastra demikian sangat banyak saya jumpai 
di Cina. Yang dilukiskan menderita dan tertindas itu hampir semuanya 
tidak berdaya, hampir semuanya tanpa perlawanan , hampir semuanya dalam 
keadaan pasrah dan baru bisa diselematkan bila sang juru selamat tiba yang 
juru selamat itu tentu saja Partai bila terjadi di Cina daratan. Cerita yang 
barusan kita baca ini adalah persis demikan. Si Abak yang bekerja keras 
untuk menghidupi keluarganya setelah kehilangan pekerjaan lalu 
membanting tulang menanam sayuran bersama anaknya tapi hasilnya 
dirampas oleh sang istri kejam bahkan tidak ada uang untuk membeli sebatang 
rokok kuning atau Dji Sam Soe. Alangkah melankoliknya penggambaran 
penderitaan si Abak. Padahal dalam kehidupan nyata mungkin saja si Abak bisa 
bilang pada istrinya, umpamanya begitin: "lu gimana sih, gue nyang kerja 
setengah mati, beli rokok sebatang aja nggak dikasi, padahal  lu 
sendiri cuma tiduran di rumah nggak ngerjain apa-apa". Mengapa si Abak tidak 
bisa bilang begitu tapi tetap membiarkan dirinya diperas seenaknya oleh 
istrinya. Saya melihat melankolisme penulisnya dalam menggamabarkan ketidak 
berdayaan si Abak yang tanpa perlawanan atau bela diri serambutpun. Maaf 
beribu maaf, sama sekali tanpa prasangka buruk, tapi saya menduga penulis 
cerpen ini adalah seorang warga dari etnis  Cina meskipun namanya sudah 
Indonesia. Bila saya salah maafkan karena dugaan saya itu adalah berdasarkan 
melankolisme  yang sangat menonjol dalam cerita-cerita Cina dalam 
menggambarkan penderitaan..Dan adanya melankolisme ini pada cerrita-cerita 
maupun dalam karya seni lainnya hampir selalu cerita bertendens. Masaalahnya 
apakah melankolisme dalam penderitaan ini masih merupakan aliran 
sastra dan seni di abad kita yang sekarang ini dan masih menemukan pembaca 
dengan selera demikian. Bung Chan yang baik, ini sudah panjang meskipun 
   

[budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.

2005-08-30 Thread BISAI
Saudara Christine yang baik.
Wah, namanya kok indah sekali. Dalam roman saya yang bernaama "Perang dan 
Kembang"
 terbitan Dunia Pustaka Jaya yang pengarangnya bernama Asahan Alham(saya) 
ada tokoh gadis yang bernama Chistine yang saya gambarkan cantik sekali dan 
pula seorang wanita Perancis. Buku itu bisa dibeli di toko buku Gramedia, 
Jakarta, harganya Rp.39.000. tebal 484 halaman. Ini bukan maksudnya reklame, 
tapi mungkin berminat membacanya, karena tulisan saya memang tidak laku, 
tidak dibaca orang dan bila kebetulan ada yang baca lalu saya dimaki 
setengah mati. Seneng ya?. Ada kemungkinan terjadinya ketegangan itu adalah 
juga disebabkan karena perbedaan kebudayaan di antara kita. Untuk orang 
Indonesia-Cina, tulisan saya yang dianggap membikin storing komunikasi itu, 
mungkin terasa menimbulkan ketegangan. Saya sendiri tidak merasakan efek 
tulisan saya akan menimbulkan ketegangan kecuali yang sudah jadi 
pertengkaran yang nyata itu. Memang budaya Indonesia itu cukup rumit, kurang 
stabil, penuh spontanitas dan terkadang seperti bom waktu. Tapi kami orang 
Indonesia biasa-biasa saja dengan budaya demikian...relax. Tapi nasihat 
Christine agar saya kalm-kalm saja akan saya perhatikan sungguh-sungguh. 
Sesungguhhya pribadi saya memang cukup kalm, saya tidak bisa bertengkar 
mulut dan selalu kalah dan juga sebetulnya saya paling tidak suka 
bertengkar. Tapi oleh watak saya yang selalu bebas, saya rupanya selalu 
menemukan pasangan bertengkar bila sudah di milis. Seneng, ya?
Nah,  Christine, terima kasih atas nasihat yang sejuk. Saya baik-baik  saja 
kok. Tentang mengapa setiap tulisan saya, saya fw-kan ke WAHANA, karena di 
situlah pelabuhan saya dengan harapan ada satu dua orang yang membacanya. 
Seneng ya?.
Nah, sekali lagi, nah . Saya bisa melantur terus nih. Seneng ya? eh, salam 
ya?.
asahan.

- Original Message - 
From: "Gouw, Christine (HID)" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Tuesday, August 30, 2005 6:15 AM
Subject: RE: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan 
berusahalah berbahasa yang baik.OOT.


>
> -----Original Message-
> From: BISAI [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Tuesday, August 30, 2005 1:20 AM
> To: BUDAYA TIONGHUA; WAHANA
> Subject: Fw: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan
> berusahalah berbahasa yang baik.OOT.
>
>
> Saudara Zhou Fy  yang baik.
>
> cut--
> ==
>
> Duhhh... jadi gregetanakhirnya ga tahan juga ingin ikut komentar.
> Kenapa yah seperti ada komunikasi yang kurang pas antara pak Asahan dengan
> para pembaca yang lain akibatnya ada saja terjadi ketegangan.
>
> Mungkin memang agak sulit yah menyampaikan pesan dengan bahasa tulis
> dibandingkan bahasa lisan dimana bisa saling pandang, saling senyum:)
>
> Betul kata pak Aris Tanone sering-2lah periksa tekanan darah bukan hanya
> berlaku untuk pak Asahan dan bersyukurlah pak Asahan ternyata ada yang
> membaca tulisan bapak.
> Kalem pak, hitung 1 sampai 10 tarik napas yang panjang keluarkan pelan-2 
> :)
>
> Salam kalem,
> Christine
>
> btw, kenapa tulisan yang berisi 'debat-2an' pak Asahan kirim juga ke 
> Wahana?
> apa ga bingung tuh yang di Wahana?
>
>
>
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
> 






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina

2005-08-31 Thread BISAI
> Andaikan betul, Damhuri Muhammad itu Cina yang ganti nama, berapa sih
> kira-kira umurnya sekarang? Bagaimana dia bisa dipengaruhi oleh sifat
> melankolis berlebihan yang memaksa orang mengucurkan airmata itu yang
> notabene menurut pak Asahan sendiri terjadi di tahun 70-an saat pak
> Asahan menjadi tamu Ketua Mao dan pengawal merah sehingga bisa
> keliling ke segala penjuru kecuali Sin Kiang?
>
> Buat saya ini kesimpulan yang sangat tak masuk akal, tetapi bisa saja
> terjadi karena memang dalam benak pak Asahan yang ada hanyalah satu -
> kebencian pada Cina yang ibarat hawa dingin yang membekukan es, bukan
> dingin sehari. Kebencian pada Paman Mao yang menghianati abang pak
> Asahan juga dibagi-bagikan juga kepada setiap orang Cina tidak peduli
> siapa dia. Pokoknya apa-apa, yang ada di benak pak Asahan itu cuma
> satu, "dasar cina!" Apa itu istilah vietnamnya? Tham No? Tham Lo? Ah,
> sayang ya pak Asahan. Tapi itu kebebasan pak Asahan akibat dingin
> yang bukan sehari. Tak ada guna kita bicara karena tak bakal merubah
> pandangan pak Asahan yang sudah mendarah daging. Cina itu pasti jelek
> jadi asal bau Cina atau ada bunyi Cina pun, itu pasti Cina. Dan jelek!
>
> Terus terang baca komentar pak Asahan malam ini saya jadi ingat
> ceritera yang beberapa waktu lalu saya baca di Internet. Detailnya
> sudah lupa. Tentang seorang ibu yang beli biskuit waktu mau naik
> pesawat terbang, tetapi kurang ajar sekali, lelaki yang duduk di
> dekatnya malah buka biskuit itu dan memakannya waktu ibu itu tidak
> perhatikan. Tentu hal itu membuat ibu itu jengkel terus dia juga
> memakan biskuit itu. Betul-betul kurang ajar, sudah tinggal satu
> malah ditawari apakah ibu itu mau makan potongan yang terakhir. Tentu
> saja ibu itu melalap sambil melerok jengkel. Bukankah itu hal yang
> sering terjadi? Kalau sudah punya prasangka, menganggap seseorang itu
> pencuri, pola tingkah, gerak gerik, bahkan helaan napas pun
> mencerminkan helaan napas pencuri. Sama kurang ajarnya dengan lelaki
> tak tahu malu yang sudah melalap biskuit ibu itu. Tapi setelah di
> pesawat, waktu buka tasnya, ternyata biskuitnya sendiri masih utuh
> dan orang yang duduk di ruang tunggu tadi tidak satu pesawat. Waduh!
>
> Sayang saya tidak bisa merubah pandangan pak Asahan tentang Cina yang
> busuk dan jahat, sampai tulisan Merantau Cina yang ditulis penulis
> bernama Damhuri Muhammad pun dicurigai tulisan Cina pakai cara
> penulis-penulis yang lolos sensor PKC, bicara tentang dendam klas
> segala. Memangnya semua orang Cina hasil produk PKC, pak? Apakah film
> Cina lain sama-sama mengobralkan air mata? Bagaimana dengan film
> India yang juga banyak cucuran air matanya?
>
> Saya pikir usia pak Asahan pasti jauh di atas usia saya. Daripada
> menulis yang mencak-mencak, marah-marah terus pak, mbok tulis dong
> yang bikin kita baca tidak usah kerutkan kening sih Pak?
>
> Oh ya, jangan lupa. Sering-sering periksa dong tekanan darahnya pak.
> Seriusan nih. Kalau dikasih obat darah tinggi sama dokter jangan lupa
> minum dong pak. Mbok sudahlah, kalau baca tulisan yang pak Asahan
> anggap itu menghina pak Asahan, tinggalkan dulu komputernya, besok
> baru baca lagi. Sayang dong kalau ulah lelucon tentang ibu dengan
> biskuit itu terulang dalam tulisan pak Asahan.
>
> Salam,
>
> Aris Tanone
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>>
>> - Original Message - 
>> From: ChanCT
>> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com ; WAHANA
>>
>> Bung ChanCT Yang sangat baik;
>>
>> Ah, mungkin saya terlalu spontan hingga bung seperti merasa
> bersalah. Tapi baiklah kita ambil hikmahnya saja buat hanya tujuan
> baik. Untuk saya pokok permasaalahan dalam cerita ini adalah
> melankolisme dalam melukiskan penderitaan yang sangat tipikal dalam
> cerita-certia Cina. Berpuluh-puluh tahun lalu, tepatnya di tahun
> 1972, saya berada di Cina dan diatur dalam satu perjalanan jauh dan
> panjang keseluruh provinsi-provinsi Cina, kecuali satu: Provinsi
> Sinkiang karena provinsi ini, ketika itu belum boleh dikunjungi tamu
> asing. Tahun 1972 adalah masih hangat-hangatnya RBKP. Saya merasa
> bahagia bisa turut menyaksikan dari dekat peristiwa bersejarah itu
> meskipun saya juga merasa tidak bahagia ketika mendengar langsung
> atau memyaksikan secara langsung hal-hal yang merusak kebudaayaan
> (dus, kebudayaan-tionghua) dalam peristiwa besar itu. Selama
> kunjungan enam bulan putar-putar seluruh Cina itu, saya banyak
> menyaksikam atau menonton fillm-film Cina yang diputar husus untuk
> kami maupun yang kami tonton di bioskop-bioskop. Puluhan film kalau
> tidak mau dikatakan ratusdan film yang saya saksikan selama emam
> bulan itu. Suatu hari saya menont

[budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH.Bag.III(14)

2005-09-04 Thread BISAI





 
   
ASAHAN ALHAM AIDIT:
 
 
    
Roman memoar
 
 "ALHAMDULILLAH"
  Bagian 
Ketiga
 
(14)
 
 
 R mengatakan bahwa ia akan turut 
menjemput abang saya beserta dua putrinya yang akan datang dari Paris untuk 
mengunjungi saya. Kami berdua dengan sebuah Peugeot besar yang dikemudikan R 
tiba di Sentral Stasion Amsterdam di suatu musim panas yang masih terasa 
masih agak dingin. Abang saya tampak dengan mengenakan jaket merah 
yang tebal menggelembung dan ia tampak gemuk seperti puluhan tahun yang 
lalu.Dua putrinya sedang di ambang keremajaan dengan kecantikan yang 
barangkali membuat si "pengembala" tidak selalu mudah disamping rasa kebanggaan 
yang tidak disembunykannya. Perkenalan singkat dengan R berahir dengan semua 
masuk ke dalam mobil dan pembicaraan  mulai dengan penggunaan bahasa. R 
bilang: "Bahasa Perancis saya hanya di nivo bahasa Perancis turis. 
Bagaimana kalau kita gunakan Inggris saja. Di luar rumah, kami bicara Inggris 
dengan Sulai. Tapi di rumah, Sulai sudah harus menggunakan bahasa 
Belanda. Itu ketentuan dari istri saya . Tapi dua putra saya selalu 
melanggar ketentuan itu karena mereka lebih suka menggunakan Inggris 
bersama Sulai". R.  sebagaimana biasa selalu menggunaka kalimat 
panjang bila bersua dengan orang yang baru berkenalan dengannya.
"Mr. R, bagaimana  bahasa Belanda paman saya". 
Keponakan saya yang bungsu memulai percakapan.
"Terima kasih. Usul saya diterima. Bahasa Belanda pamanmu 
tentu belum halus tapi sudah cukup untuk berkomunikasi sederhana. Tapi 
barangkali bahasa Inggrismu jauh lebih baik dari pamanmu." Kami tertawa 
gembira.
"Ayah kami bilang, paman Sulai pernah menjadi penterjemah 
Perancis ketika ayah saya menjabat Sekretaris Lembaga Persahabatan 
Indonesia-Vietnam di Jakarta. Dia menterjemahkan percakapan antara Ayah saya 
dengan duta besar Vietnam di Jakarta waktu itu dalam satu pesta di Kedutaan 
Vietnam".
 R, cepat melihat ke belakang ke arah keponakan saya 
yang tertua.
"Nah, ini bahasa Inggris London dengan aksen orisinil. Apa 
di Paris orang bisa belajar bahasa Inggris?" R sering meluncurkan sinis yang 
lunak dengan muatan humor yang mudah diterima.
"Saya sering bekerja di London sebagai opas pada 
sebuah keluar Inggris yang bermukim di Paris. Setiap mereka vakansi ke Inggris 
saya selalu mereka bawa untuk menjaga tiga anak mereka yang masih 
kecil-kecil".
"Ya, saya juga pernah ada pikiran mengirim Sulai ke  
Klooster agar dia lebih cepat menguasai bahasa Belanda dan 
juga di sana dia bisa sepuasnya minum bir".
"Heinekan, ya Mr. R ?". Tanya keponakan saya yang 
bungsu.
"Tuan Heinekan tidak bisa masuk klooster, di sana  
para pendeta membikin bir sendiri".
 
Selama dalam perjalanan menuju ke rumah mang P di 
Hoofdddorp, pembicaraan terus mengalir dan hampir selalu diiringi tawa 
gembira. Keponakan saya yang bungsu punya sifat yang spontan, sangat mudah 
tertawa dan sangat cepat menangkap humor. Kakaknya tampak lebih intelek, 
kalimat-kalimat Ingrisnya sangat teratur dan bila tertawa  tidak keras 
seperti adiknya, penampilannya sediki elegant.
 Ketika bahan pembicaraan 
berangsur menipis lalu digantikan dengan sebuah pause yang agak panjang tapi 
lalu mendadak sontak bunyi pembicaraan menjadi lain antara dua keponakan saya. 
Entah mereka sedang bertengkar atau berdialog biasa saja, sungguh tidak bisa 
saya duga karena mereka bicara dalam bahasa Cina  dan cepatnya bukan main. 

Dan sebagaimana biasanya bila 
menghadapi hal yang aneh. R selalu memberikan reaksi yang 
pertama.
"Apakah kita sudah hampir tiba di Peking?"
"Maaf Mr. R. Saya memang lahir di Peking.Kakak saya sejak 
umur dua tahun sudah tinggal di Cina karena ayah kami mendapat tugas sebagai 
spesialis di sebuah Universitas di Peking. Bahasa Indonesia, kami pelajari di 
rumah. Pendidikan kami adalah pendidikan sekolah Cina. Kami belum bisa 
menggunakan bahasa Indonesia bila tema pembicaraan agak sulit".
"Tapi kalian bukan sedang menjelek-jelekkan Belanda 
bukan?. Pamanmu bila sedang tidak suka, ia juga mengungkit-ungkit dosa orang 
Belanda selama tiga setengah abad terhadap orang Indonesia. Kalau 
cuma keberatan demikian, saya juga setuju dengan kalian. Periode itu 
periode Belanda jelek. Kalian tak perlu harus mengutuknya dalam bahasa 
Cina".
"Ah, tidak Mr.R. Kami tidak tahu sejarah Indonesia, kami 
hanya diberi pelajaran sejarah Cina di sekolah. Sejarah kolonial Belanda di 
Indonesia, kadang-kadang kami dengar dari omongan paman-paman yang lebih tua 
ketika kami hidup di Cina dulu itu". Keponakan saya  yang tertua punya 
sifat agak kediplomat-diplomatan"
"Bagus kalau begitu. Paling tidak selama kunjungan kalian 
di Belanda ini, lupakan sejarah  yang membikin kami malu itu. Tentu tidak 
semua Belanda punya rasa malu demikian. Sekarang usul saya. Untuk kal

[budaya_tionghua] OOT. Kong Ngi Arsitek rumah kami

2005-09-06 Thread BISAI





 
 ASAHAN ALHAM 
AIDIT: 
 
 
 
   
KONG NGI 
Arsitek 
rumah kami
 
 
    Saya tidak tahu bagaimana 
melatinkan nama teman Cina ayah saya secara benar.Sebelum saya menulis cerita 
ini ,saya lantas menelpon abang saya yang Sinolog itu ke  Paris untuk 
menanyakan barangkali ia masih ingat cara menuliskannya . Jawabannya ternyata 
sama seperti yang saya perkirakan sendiri: Kong Ngi ditulis sebagai Kong Ngi. 
Entah  betul entah tidak barangkali tidak terlalu sangat penting. Tapi Kong 
Ngi  adalah seorang manusia yang pernah hidup dan ia telah menjadi 
kenang-kenangan bagi keluarga kami karena dialah yang mendirikan rumah kami 
kira-kira tiga perempat abad lalu. Dia seorang etnis Cina totok, bahkan bukan 
main totoknya, rupanya, seperti mata dan mulutnya, kulitnya, dan 
pula bahasanya yang kata ayah saya, dia berbahasa Hokkian dan sangat minim 
persedian kata-kata Melayu dan bahkan hampir tidak sebuah kata Melayupun 
yang bisa diucapkannya secara benar. Hanya ayah saya saja yang  bisa 
mengerti bahasa Kong Ngi yang dianggap bahasa Melayu itu. Ketika saya masih 
kecil antara berumur 4 atau lima tahun, bila Kong Ngi menanyai saya maka hanya 
ayah saya sajalah yang bisa mengerti dan menterjemahkannya kepada saya 
hingga saya tahu apa yang ditanyakan oleh Kong Ngi. Ia seorang Cina yang sangat 
baik dan setiap dia datang ke rumah kami atas undangan ayah saya untuk 
memperbaiki rumah kami, ia selalu membawa kue-kue Cina yang enak-enak untuk 
saya. Dan saya sambil makan kue hadiahnya itu sambil menunggui dia 
bertukang,  seperti mengetam papan, menggergaji. memahat kayu, menggurdi, 
mengukur, menggaris-garis dengan benang lembab berwarna hitam dan semua itu 
hampir selalu dilakukannya sambil merokok. Saya menikmati semua gerak tangannya 
yang saya rasa selalu tidak pernah meleset, dari mulai memaku, memotong, 
memasang kayu-kayu yang telah dilobangi dengan pahat dan semua pekerjaan 
menaklukkan kayu menjadi semua yang diingini  dan dimaksudkannya.Saya 
menikmati bunyi ketika ia menggergaji kayu, seolah bunyi itu begitu lunak 
terdengar dan gergajiannya begitu halus, licin  dan seolah sangat mudah 
melakukannya. Begitu pula bila ia sedang mengetam papan, bunyi yang srek-srek 
itu sangat enak terdengar pada kuping saya dan ketamannya sangat licin, rata dan 
sangat indah terlihat di mata saya. Barangkali sejak pengalaman itulah saya 
punya hobby bertukang hingga di usia yang menjelang tua. Saya yang masih kecil 
ketika itu pernah bertanya kepada ayah saya, di mana Kong Ngi belajar 
bertukang dan apakah saya juga bisa pandai bertukang seperti Kong Ngi. Banyak 
peralatan rumah kami yang dibuat oleh Kong Ngi, seperti lemari makan, lemari 
pakaian, menja tulis, kursi, bahkan hingga kandang ayam yang saya rasa sangat 
bagus dan sayapun ingin bisa membuat barang-barang itu seperti buatan Kong Ngi. 
Ayah saya mengatakan, bahkan rumah kami yang besar dan luas itu adalah dibuat 
sendiri oleh Kong Ngi. Ia hanya kadang-kadang saja memerlukan dua tiga 
orang teman-teman Cinanya untuk membantunya beberapa kali dan selanjutnya dia 
sendiri yang mengerjakannya. Ketika saya berangsur menginjak dewasa, timbullah 
kekaguman saya akan Kong  Ngi yang luar biasa yang telah membangun rumah 
kami yang besar, luas dan panjang serta sangat enak untuk didiami dan di 
rumah itu pulalah semua abang-abang  saya berlahiran hingga saya sebagai 
anggota keluarga besar yang terahir juga lahir  dan mendewasa di rumah 
yang di buat oleh Kong Ngi. Siapakah Kong Ngi dan sejak kapan dia menjadi 
sahabat ayah saya. Sayang saya tidak banyak mengetahui sejarah Kong Ngi karena 
saya telah meninggalkan
kampung halaman saya Belitung itu ketika usia saya baru 
dua belas tahun dan pergi ke Jakarta untuk melanjutkan pelajaran. Dan memang 
begitulah tradisi keluarga kami, setiap anak ayah kami menjelang akil balik lalu 
dengan segera dikirim ayah saya ke Pulau Jawa bahkan ada yang di Sumatra hingga 
Borneo(sebutan ketika itu) sekaliapun. Begitulah, ayah ibu saya meskipun punya 
anak cukup banyak tapi selalu kesepian karena semua anak-anaknya dikirimnya ke 
berbagai tempat untuk mencari pengetahuan, katanya.
 
 
 Di usia puber, saya masih 
setiap tahun pulang berlibur mengunjungi orang tua kami di Belitung, dari tempat 
kami belajar yaitu di ibu kota Jakarta. Dan ketika saya berusia delapan belas 
dan hampir menamatkan SMA saya pulang berlibur bersama banyak pelajar Belitung 
lainnya dan kami mencarter sebuah kapal KPM berlayar menuju Belitung. Kapal 
yang tidak terlalu besar itu yang masih saya ingat namanya 
"LAHEWA", dipenuhi pelajar Belitung yang hampir ratusan jumlahnya itu yang 
membuat kapal  itu berlayar seperti penumpangnya yang mabuk laut, oleng 
kekiri, oleng ke kanan, maju segan mundur tak mau tapi ahirnya sampai juga ke pelabuhan Tanjung Pandan dengan nafas 
terengah- engah, tidak karam tidak tenggelam. Dan setibanya di rumah, saya 
melihat Kong Nhi 

[budaya_tionghua] BANG AYOK beristri CINA

2005-09-08 Thread BISAI





 
 ASAHAN ALHAM 
AIDIT:
 
 
    
BANG AYOK beristri CINA
 
 
 
 Keluaga kami yang 
tradisionil Islam sebetulnya bukanlah penganut fanatik dan menjalankan rukun 
Islam persis seperti yang termaktub dalam Al Qur'an. Banyak di antara kami yang 
tidak sembahyang atau jarang-jarang atau yang sekedar masih 
mempertahan-
kan tidak makan daging babi dan itu sudah cukup untuk 
merasa Islam. Tapi ayah dan ibu saya termasuk yang taat bersembahyang 
setiap hari dan pada hari Jumat pergi ke mesjid
secara teratur bila sedang ada di rumah. Keluarga yang 
yang maksudkan di sini adalah keluarga besar yang dari dua belah 
pihak, ayah dan ibu kami . Banyaknya tidak 
tanggung-tangung, hampir seluruh penduduk kampung kami. Itu disebabkan  
karena pada umumnya masyarakat keluarga kami, terutama di pihak ibu saya, 
hidupnya relatif lama, atau panjang usia hingga sempat bercucu dan bercicit dan 
pada umumnya hidup berkumpul di satu kampung atau relatif terkonsentrasi di satu 
tempat hingga merupakan kampung keluarga dan telah bercampur baur antara 
keluarga dekat, masih agak dekat ataupun yang sudah berangsur menjadi keluarga 
jauh. Tapi rasa kekeluargaan ketika itu adalah sama ,tidak pandang dekat atau 
sudah jauh. Itu saya rasakan masa-masa yang indah dan romantis dalam kehidupan 
keluarga. Sekarang sudah tentu  telah ada perubahan. 
 Begitulah pada suatu ketika di 
jaman romantis itu, keluarga besar kami dikejutkan oleh satu berita 
keluarga yang lain daripada yang lain. Bang Ayok, membawa seorang gadis Cina 
totok nginap di rumah orang tuanya dan pada paginya gemparlah seluruh isi 
keluarga itu. Bang Ayok memperkenalkan buah hatinya yang ia petik dari sebuah 
pohon yang tak terbayangkan tingginya lalu ia serahkan pada ke dua orang tuanya 
untuk diambil menantu. Mendadak sontak seluruh anggota keluarga dalam rumah bang 
Ayok menjadi panik yang hampir tak terbayangkan keadaannya. Memang ada beberapa 
hal yang bisa membikin anggota keluarga bang Ayok penuh tanya dan dibebani 
keheranan. Gadis Cina
yang telah diboyong bang Ayok ke rumahnya itu tidak 
sepatahpun bisa bahasa Melayu (ketika itu orang Belitung jarang menyebut "bahasa 
Indonesia" tapi "bahasa Melayu"). Lalu 
orang Cina berarti bukan orang Islam, sedangkan keluarga 
bang Ayok adalah keluarga Islam meskipun bang Ayok sendiri hampir-hampir tak 
pernah terlihat bersembahyang dan adik-adiknyapun tak banyak yang pernah mengaji 
Al Qur'an. Keberadaan gadis Cina di dalam rumah bang Ayok menjadi lalu persoalan 
agama pula.
Kegemparan yang terjadi pada suatu pagi yang indah dan 
bersinar itu ahirnya mengutus sebuah "delegasi" para ibu-ibu dari keluarga 
terdekat bang Ayok menemui ayah saya yang mereka anggap sebagai orang yang 
dituakan dan juga disegani disamping memang ayah saya juga seorang muslim yang 
taat menjalankan rukun Islam secara teratur. Seorang dari para ibu anggota 
delegasi itu bilang pada ayah saya: 
"Cobalah bang Idit (panggilan akrab nama ayah saya 
yang diiris satu huruf)  timbang, Ayok minta 
dikawinkan dengan gadis Cina. Bagaimana agama akan ditaruh. Cina bukan Islam. 
Kawin dengan orang kafir bukankah dosa besar?".
Ayah berfikir sebentar sesudah sebelumnya 
telah dijejali informasi sekitar peristiwa sepagi itu.
"Kawinkan saja, kalau mereka sudah sama-sama suka",Jawab 
ayah saya singkat tapi juga serius.
"Ya, Allah, bang Idit, janganlah bang Idit takabur begitu. 
Bang Idit masih banyak mempunyai anak lelaki yang belum kawin. Bagaimana nanti 
bila ada anak bang Idit yang mengambi istri Cina dan kafir?" Kata salah seorang 
dari para ibu itu.
" Semua istri-istri anak lelaki saya adalah menantu saya, 
dari manapun datangnya dan apapun agamanya".
Ayah saya memang tidak suka berdiskusi panjang-panjang. 
Tapi ia selalu mendengarkan dengan tanpa pernah memberikan interupsi pada yang 
sedang bicara betapapun panjangnya. Tapi setiap kesimpulan pikirannya 
selalu  ketat dan sukar di tawar-tawar lagi.
Delegasi para ibu itu pulang dengan rasa tidak puas karena 
mereka tidak menyangka bahwa pendapat ayah saya yang begitu tegas tanpa ada 
memberikan alternatif lain untuk penyelesaian yang mereka harapkan. Tapi 
besoknya, ibu bang Ayok datang kembali menemui ayah saya dan 
mengatakan:
"Ya, bang Idit, mungkin sudah takdir dan kemauan Tuhan 
memang begitu. Cuma saya menghendaki agar gadis Cina itu disunat untuk memenuhi 
peraturan Islam".
"Asal dia setuju, bisa saja. Ingat, tidak boleh ada 
paksaan karena Islam bukan agama paksaan". 
Dan memang keajaiban selanjutnya juga cepat terjadi. Bang 
Ayok dikawinkan dengan gadis Cina yang setuju di-Islamkan dan bahkan hingga 
disunat sekalipun, agar mereka bisa kawin sah. Semua berjalan cepat tanpa 
sekatan atau gendala yang berarti. Istri bang Ayok mendapat nama baru, nama 
Islam yaitu Mariam, dan seluruh keluarga yang lebih muda darinya lalu 
memanggilnya dengan kak Mar dan ia cepat diterima dalam keluarga. Ketika itu 
usia saya masih sangat muda tapi sudah s

[budaya_tionghua] OOT. Menonton fill-film Vietnam

2005-09-10 Thread BISAI





 
 ASAHAN 
ALHAM AIDIT:
 
    
MENONTON FILM-FILM VIETNAM
 
 
 
 Ketika saya mengunjungi 
Vietnam beberapa bulan yang lalu salah satu kegiatan saya 
sehari-hari adalah lihat film-film Vietnam lewat acara 
televisi. Sekembalinya saya dari kunjungan itu, film-film Vietnam masih terus 
saya tonton liwat internet. Meskipun tema-tema
film itu relatif kaya atau beragam segi kehidupan di masa 
lalu maupun dengan tema-tema kekinian, namun tema masa kini yang 
menarik, yang banyak menjadi tema pokok adalah kehidupan di desa-desa dan 
daya tarik yang luar biasa dari kehidupan kota atau ibu kota.
Kontras dua macam kehidupan yang lalu menjadi masaalah 
serius itu turut menggambar-
kan betapa  repotnya pemerintah pusat dalam 
menghadapi arus penduduk yang pindah ke ibu kota untuk mencari atau mengadu 
nasib demi kehidupan yang lebih baik, lebih menyenangkan dan untuk menjadi kaya 
dan mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Terutama generasi muda dan terutama 
para pemudanya. Di desa atau daerah, menjadi langka orang-orang muda, hampir 
semua mereka lari ke ibu kota untuk mengejar mimpi-mimpi mereka. Keadaan di desa 
jadi seperti ketika masa perang melawan agresi Amerika Serikat berpuluh tahun 
lalu. Desa kekurangan pemuda dan langka laki-laki yang sehat karena dikirim ke 
front untuk bertempur. Sedangkan di desa-desa isinya cuma wanita, orang tua dan 
anak-anak. Sekarang keadaan itu ternyata tidak banyak berobah, hanya saja alasan 
atau sebabnya sudah lain, bukan karena para pemuda dan laki-laki bertempur 
melawan musuh di front-front, tapi pada kabur ke kota-kota atau ke ibu kota 
mencari kehidupan, mendekati modernisasi, turut berlomba siapa cepat siapa dapat 
dalam ekonomi terbuka kapitalisme dan juga sekedar untuk mencari udara baru 
dari kebosanan hidup di desa yang pada umumnya menjemukan dan kurang 
menjanjikan hari depan yang lebih terang. Keadaan yang demikian tentu saja  
sangat mencemaskan para pengelola petinggi ideologi di pusat
maupun negara sendiri. Tanpa pemuda, pembangunan desa atau 
daerah tidak akan berjalan lancar dan akan terus tertinggal atau terbelakang 
sedangkan kota maju pesat sambil menghancurkan keseimbangan ekonomi kota dan 
ekonomi desa. Kita lalu bisa teringat akan semboyan Teng Siau Ping yang 
mengatakan, biarlah para kapitalis kaya lebih duluan, rakyat belakangan. Yang 
itu bisa pula berlaku, biarlah kota-kota (baca: ibu kota) maju pesat lebih 
duluan, desa-desa belakangan. Dan lalu pernyataan Teng Siau Ping yang 
mengatakan, kekayaan adalah kemuliaan. Dan itupun telah dijalankan oleh 
anak-anak beliau yang telah jadi multi milyuner dan sukses dalam mencapai 
kemuliaan melalui kekayaan. 
 Nampaknya, melalui film-film, 
pekerjaan ideologi masih tetap diperhatikan oleh tingkat atas atau barangkali 
juga oleh pihak partikulir yang melihat kerjanggalan yang menyolok kehidupan ibu 
kota dan desa yang bertambah menghawatirkan. Salah satu yang paling tipikal 
dalam film-film Vietnam yang bertemakan dua kehidupan yang berdikotomi itu 
adalah menunjukkan kegagalan para pemuda desa yang coba-coba mengadu nasib 
di ibu kota yang telah dipermoderen, di Baratkan, dihias dengan gemerlapan 
lampu-lampu neon reklame, dan juga imbauan serta bujuk rayu para mafia atau 
mafioso dengan undang-undang besi, bisa cepat kaya ,tapi setitik berhianat 
hanya ada satu hukuman: hukuman mati. Tapi para pemuda
yang dengan penuh kesedaran yang dulu hidup dan lahir di 
ibu kota lalu secara sukarela mengabdikan dirinya ke desa tapi dengan seribu satu cobaan-cobaan berat seperti penyakit 
konsevatisme kader-kader negara atau Partai di desa, keterbatasan kehidupan 
materi, adat istiadat yang dianggap sudah sangat terbelakang dan segala macam 
yang sangat lain dengan kehidupan di kota-kota. Pemuda-pemuda yang jenis inipun 
dalam film-film itu digambarkan sebagai hanya pengorbanan dan bukan kemuliaan. 
Karena kemuliaan, dalam pengertian seperti yang dikatakan Teng Siau Ping adalan 
kekayaan. Dalam hal ini segi positip yang ingin dikesankan oleh film-film itu 
masih mempertahankan sifat realis. Berkorban tapi belum berarti telah menjadi 
pahlawan pembangun desa yang dikagumi dan dihormati. Tapi yang gagal di ibu kota 
dan kembali ke desa, juga tidak dikesankan sebagai tindakan mulia tapi hanya 
sebagai tokoh gagal  dengan sedikit mengenyampingkan sifat realis, tokoh 
gagal itu menemukan kebahagiaannya ahir-ahirnya di desa dengan cara menemukannya 
dengan kekasih lama yang dihianatinya ketika ia meninggalkan desa pergi ke kota. 
Sedangkan kekasih atau istri yang didapatkannya di kota cumalah para kekasih 
atau istri mata duitan yang cinta utamanya adalah pada materi dan bukan dari 
hati nurani. Pengesanan yang setengah realis setengah ideologis ini juga menarik 
karena dengan jelas menggambarkan perjuangan ideologi dalam tahap menjalankan 
ekonomi kapitalis di negeri yang masih mengaku ber-identitas 
sosialisme.
 Ada satu hal yang menarik 
perhatian sa

[budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-11 Thread BISAI





 
 ASAHAN ALHAM 
AIDIT:
 
 
    
Mengapa harus mengharamkan 
   
istilah Pribumi dan Non Pribumi?
 
 Menurut pendapat saya 
sebutan Pribumi dan non Pribumi bukanlah sebab utama terjadinya sentimen ras 
yang memicu kerusuhan rasial. Tapi bahwa istilah itu diberi warna politik untuk 
mengesankan seolah-olah pemerintah yang mengharamkan istilah itu adalah 
pemerintah yang bersih dari politik diskriminasi rasial, adalah cuma punya 
sifat reklame untuk menarik satu golongan tertentu dan mengaburkan atau 
mengalihkan perhatian massa rakyat dari persoalan-persoalan berat seperti krisis 
ekonomi, krisis politik dan juga krisis kebudayaan serta moral di tingkat atas. 
Tapi memang harus diakui, bahwa istilah yang sudah dilaburi warna politik 
dengan inti reklame menarik itu, memang lebih banyak ditujukan  pada etnis 
Cina dan memang lalu etnis Cina yang lebih banyak menjadi korban  yang juga 
sekaligus adalah juga korban reklame Pemerintah yang berjubah 
anti diskriminasi rasial. 
Buktinya. Ketika benar-benar telah terjadi kerusuhan 
rasial di bulan Mei 1988 , apakah yang telah dilakukan oleh 
Pemerintah  dalam usaha menghentikan, membatasi, mengadakan penyelidikan 
siapa biang keladi kerusuhan, menangkap para penyuluh kerusuhan?, Yang kita 
dengar adalah bahwa aparat negara seperti TNI, polisi cuma diam menyaksikan 
kerusuhan yang sudah menjadi terror itu . Bukankah hal ini berarti bahwa 
Pemerintah ketika itu cuma munafik, demagog, lain dimulut lain di hati. Dan 
lalu orang-orang menyalahkan istilah Pribumi dan Non Pribumi yang telah 
menjadi biang keladi dan cikal bakal sentimen ras. Pada hal kata itu sendiri 
tidak punya dosa sedikitpun dan hanya sebutan biasa tanpa warna politik atau 
tendensi ras dan hanya menunjukkan tempat di mana seseorang dilahirkan atau 
telah lama diam di suatu tempat dan merasa dirinya atau dianggap adalah penduduk 
tempat tertentu.Tapi karena dipersoalkan dan banyak dipersoalkan, kata itu jadi 
kehilangan artinya yang asli dan netral lalu diberi warna politik sehingga 
menjadi peka dan bisa memancing sentimen ras yang pada gilirannya untuk 
mengambil keuntungan politik oleh segolongan atau aliran poltik tertentu. Inti 
masaalah sentimen ras bukan terletak pada istilah Pribumi atau non Pribumi tapi 
pada cara berfikir seseorang atau golongan atau aliran politik terhadap satu 
golongan ras yang lain. Dengan kata lain pengharaman kata Pribumi dan Non 
Pribumi adalah pengharaman yang dilakukan  oleh Orde Baru itu sendiri 
untuk tujuan reklame yang licik dan lihai bagi mempengaruhi psikologi massa 
sehingga orang-orang lupa pada masaalah yang paling inti dari timbulnya sentimen 
ras sebagai satu sisitim pemikiran dan terlena oleh daya tarik reklame 
dengan menggunakan istilah yang mudah dijadikan kambing hitam. Sedangkan 
Pemerintah pencipta pengharaman itu berada di balik kabut hitam yang mengaburkan 
semua kemunafikan dan penipuannya sambil menyulut sentimen ras tanpa 
dirasakan banyak orang. Sebaiknya kita kembali ke persoaalan inti masaalah 
dan bukan pada istilah yang tak habis-habisnya dibicarakan. 
Dalam kenyataan yang lebih dalam, bukan hanya etnis Cina 
saja yang menderita korban sentimen ras atau diskriminasi secara umum. Di antara 
ras-ras atau suku-suku di Indonesia, juga saling mendiskriminasi satu sama lain. 
Ini persoalan bersama semua etnis yang ada dan bukan hanya terkonsentrasi pada 
satu etnis saja. Terlalu banyak mengkonsentrasi diri sebagai etnis yang 
dikorbankan akan mengakibatkan perjuangan melawan diskriminasi menjadi hanya 
terfokos pada satu etnis dan itu akan berakibat kembali ke diskriminasi terpusat 
sehinggap perhatian tertuju ke satu pusat. Korban diskriminasi di Indonesia 
mencakup ratusan juta atau sebagian terbesar penduduk Indonesia. Setiap hari 
mereka dibunuhi secara psikologis, secara ekonomis, secara moril maupun materil. 
Bukankah kita lebih baik  menyatukan diri dalam perjuangan bersama 
melawan diskriminasi yang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia yang 
membuat terpuruknya bangsa ini. Jadi bukan cuma meng-utik-utik soal istilah 
Pribumi dan non pribumi melulu sambil berlari jauh dari inti persoalan yang 
sesungguhnya yang bahkan bisa lebih menyulut sentimen ras. Semua kita 
adalah korban historis dan kontemporer Orde Baru. Tanpa menyedari hal ini cuma 
akan menguntungkan Orde Baru dan memperpanjang keterpurukan bangsa. Waspadalah 
terhadap reklame Orba dan jangan cepat-cepat membelinya dengan harga murah, 
bungkusnya indah, isinya tuba.
asahan aidit.
 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Cultur

Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-12 Thread BISAI
 lihat pertikaian suku Dayak dan Madura di 
Kalimantan yang sampai bunuh-membunuh itu. Dan, ... kalau pengertian "Pribumi" 
dan "Non-Pribumi" ini diteruskan, bukankah terjadi desintegrasi NKRI? Barulah 
pemerintah cepat-cepat menstop, dengan tegas menghentikan penggunaan 
istilah "Pribumi" dan "Non-pribumi" yang dalam kenyataan telah membuat 
perpecahan bangsa Indonesia ini menjadi lebih parah. Karena yang merasa 
"Pribumi" terdesak oleh "Non-Pribumi", kelompok pendatang itu.
 
    Jadi, saya sepenuhnya 
setuju dengan instruksi Presiden Habibie itu, untuk menghentikan penggunaan 
istilah "Pribumi" pada sebutan kelompok warga RI. Mengapa harus mempertentangkan 
warganya dengan sebutan "Pribumi" dan "Non-Pribumi"? Seharusnyalah kita hanya 
mengenal satu macam warganegara dengan hak dan kewajiban yang sama! Tidak ada 
lagi pembagian klas, pribumi lebih tinggi dari yang dikatakan non-pribumi, atau 
suku Jawa yang mayoritas lebih tinggi kedudukannnya dari suku lain, atau 
khususnya etnis Tionghoa sebagai "Non-Pribumi" yang boleh dianak-tirikan. Tidak 
seharusnya ada pengertian anak emas dan anak tiri dalam memperlakukan 
warganegaranya. Setiap orang, setiap warga mempunyai hak dan kewajiban yang sama 
dan sederajat dihadapan HUKUM. Betul, kan!
 
    Lalu, bagaimana 
seharusnya memperlakukan persaingan bebas yang terjadi, dan kenyataan etnis 
Tionghoa, suku Bugis, suku Madura yang dikategorikan "Non-Pribumi", sebagai 
"Pendatang" justru menunjukkan keungulannya dibidang usaha-ekonomi itu? Haruskan 
mereka disingkirkan dengan pernyataan telah "merampas" hak "Pribumi"? Benarkan 
mereka-mereka yang berhasil usahanya itu merupakan "penghisapan" dan 
"pemerasan-kejam" terhadap "Pribumi" dan oleh karenanya boleh direbut kembali 
secara semena-mena?
 
    Bagi negeri kaya yang 
sangat miskin, dimana ekonomi sedang terpuruk parah seperti Indonesia ini, 
tidaklah mungkin sekaligus mengangkat rakyatnya menjadi makmur sekaligus. Tidak 
mungkin itu, kecuali dalam mimpi indah saja. Yang mungkin dilakukan adalah 
sebagaimana dikatakan Deng Siao-ping, "Perkenankan sementara orang kaya lebih 
dahulu. Dan kita gunakan mereka sebagai lokomotif untuk meningkatkan taraf 
hidup rakyat banyak yang miskin", begitu kira-kira pengertian kata Deng 
yang saya kira tepat dan harus kita jalankan juga dengan baik. Berilah 
kesempatan sebaik-baiknya bagi mereka yang telah berhasil menjalankan usaha-nya, 
dengan tidak peduli dari suku apa, etnis apa. Mereka-lah pengusaha yang harus 
digunakan sebaik-baiknya untuk mendorong maju ekonomi lebih cepat lagi, dan 
dengan demikian bisa mengangkat kesejahteraan rakyat banyak. Mereka-mereka 
sebagai pengusaha domestik, bukan sasaran yang harus disingkirkan apalagi 
dengan pikiran rasialis sekadar untuk menggantikan posisi mereka dengan yang 
dinamakan "Pribumi", akan menjadi lebih celaka ternyata penggantinya hanyalah 
konco-konco dekat pejabat tinggi yang tidak berkemampuan usaha. Langkah-langkah 
demikian ini, hanyalah pemborosan yang sangat sangat merugikan pembangunan 
ekonomi, hanya akan menggendutkan perut segelintir pejabat tinggi dengan 
konco-konconya, tapi membuat rakyat banyak lebih melarat lagi.
 
    Pemerintah seharusnya 
memberi kemudahan bagi mereka-mereka yang berhasil dalam usaha itu untuk 
meningkatkan dan mengembangkan usahanya lebih baik lagi. Bersandar pada 
mereka-mereka itu untuk mempercepat perputaran ekonomi, menjadikan mereka 
sebagai lokomotif untuk menarik gerbong panjang maju kedepan, meningkatkan 
kemakmuran bersama lebih dahulu. Buatlah ketentuan-ketentuan usaha 
sebijaksana mungkin, tegakkanlah HUKUM sebaik mungkin, jeratlah pengusaha nakal 
licik sesuai dengan ketentuan HUKUM yang berlaku, tak peduli pengusaha itu 
berasal dari suku apa, etnis apa dan beragama apa, yang salah dan curang harus 
di HUKUM!
 
    Jadi, jangan main gebyah 
uyah, kata orang Jawa. Bagi pengusaha berhasil harus berani kita gunakan 
sebaik-baiknya, tapi bagi yang melakukan kecurangan, kelicikan yang biasa 
disebut pengusaha-hitam atau konglomerat-hitam itu, juga harus 
tegas disingkirkan, dihukum sebagaimana ketentuan yang berlaku! Hanya 
dengan cara demikian, ekonomi bisa berkembang lebih cepat dan kesejahteraan 
rakyat banyak terangkat sebaik-baiknya.
 
    Mudah-mudahan penguasa, 
penjabat-pejabat tinggi di pemerintah satu persatu menyadari betul, 
kebijaksanaan menggunakan sebaik-baiknya pengusaha yang berhasil, dengan tidak 
peduli pengusaha itu dari suku dan etnis apa, akan lebih mempercepat 
pembangunan ekonomi, sedang pikiran berbau rasis yang selalu bertujuan 
untuk menyingkirkan etnis Tionghoa atau merebut-kembali posisi mereka yang 
dikatakan sebagai "Non-Pribumi", sebagai "pendatang" adalah kebijaksanaan celaka 
yang membuat ekonomi terperosok kejurang lebih dalam lagi, d

[budaya_tionghua] Fw: [Politik_Tionghoa] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-13 Thread BISAI
ususnya etnis Tionghoa sebagai "Non-Pribumi" yang boleh dianak-tirikan. 
Tidak seharusnya ada pengertian anak emas dan anak tiri dalam memperlakukan 
warganegaranya. Setiap orang, setiap warga mempunyai hak dan kewajiban 
yang sama dan sederajat dihadapan HUKUM. Betul, kan!> 
> Lalu, bagaimana seharusnya memperlakukan 
persaingan bebas yang terjadi, dan kenyataan etnis Tionghoa, suku Bugis, 
suku Madura yang dikategorikan "Non-Pribumi", sebagai "Pendatang" justru 
menunjukkan keungulannya dibidang usaha-ekonomi itu? Haruskan mereka 
disingkirkan dengan pernyataan telah "merampas" hak "Pribumi"? Benarkan 
mereka-mereka yang berhasil usahanya itu merupakan "penghisapan" dan 
"pemerasan-kejam" terhadap "Pribumi" dan oleh karenanya boleh direbut 
kembali secara semena-mena?> > Bagi negeri 
kaya yang sangat miskin, dimana ekonomi sedang terpuruk parah seperti 
Indonesia ini, tidaklah mungkin sekaligus mengangkat rakyatnya menjadi 
makmur sekaligus. Tidak mungkin itu, kecuali dalam mimpi indah saja. Yang 
mungkin dilakukan adalah sebagaimana dikatakan Deng Siao-ping, "Perkenankan 
sementara orang kaya lebih dahulu. Dan kita gunakan mereka sebagai lokomotif 
untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak yang miskin", begitu 
kira-kira pengertian kata Deng yang saya kira tepat dan harus kita 
jalankan juga dengan baik. Berilah kesempatan sebaik-baiknya bagi mereka 
yang telah berhasil menjalankan usaha-nya, dengan tidak peduli dari suku 
apa, etnis apa. Mereka-lah pengusaha yang harus digunakan sebaik-baiknya 
untuk mendorong maju ekonomi lebih cepat lagi, dan dengan demikian bisa 
mengangkat kesejahteraan rakyat banyak. Mereka-mereka sebagai pengusaha 
domestik, bukan sasaran yang harus disingkirkan apalagi dengan pikiran 
rasialis sekadar untuk menggantikan posisi mereka dengan yang dinamakan 
"Pribumi", akan menjadi lebih celaka ternyata penggantinya hanyalah 
konco-konco dekat pejabat tinggi yang tidak berkemampuan usaha. 
Langkah-langkah demikian ini, hanyalah pemborosan yang sangat sangat 
merugikan pembangunan ekonomi, hanya akan menggendutkan perut segelintir 
pejabat tinggi dengan konco-konconya, tapi membuat rakyat banyak lebih 
melarat lagi.> > Pemerintah seharusnya 
memberi kemudahan bagi mereka-mereka yang berhasil dalam usaha itu untuk 
meningkatkan dan mengembangkan usahanya lebih baik lagi. Bersandar pada 
mereka-mereka itu untuk mempercepat perputaran ekonomi, menjadikan mereka 
sebagai lokomotif untuk menarik gerbong panjang maju kedepan, meningkatkan 
kemakmuran bersama lebih dahulu. Buatlah ketentuan-ketentuan usaha 
sebijaksana mungkin, tegakkanlah HUKUM sebaik mungkin, jeratlah pengusaha 
nakal licik sesuai dengan ketentuan HUKUM yang berlaku, tak peduli 
pengusaha itu berasal dari suku apa, etnis apa dan beragama apa, yang 
salah dan curang harus di HUKUM!> > Jadi, 
jangan main gebyah uyah, kata orang Jawa. Bagi pengusaha berhasil harus 
berani kita gunakan sebaik-baiknya, tapi bagi yang melakukan kecurangan, 
kelicikan yang biasa disebut pengusaha-hitam atau konglomerat-hitam itu, 
juga harus tegas disingkirkan, dihukum sebagaimana ketentuan yang berlaku! 
Hanya dengan cara demikian, ekonomi bisa berkembang lebih cepat dan 
kesejahteraan rakyat banyak terangkat sebaik-baiknya.> 
> Mudah-mudahan penguasa, penjabat-pejabat tinggi 
di pemerintah satu persatu menyadari betul, kebijaksanaan menggunakan 
sebaik-baiknya pengusaha yang berhasil, dengan tidak peduli pengusaha itu 
dari suku dan etnis apa, akan lebih mempercepat pembangunan ekonomi, 
sedang pikiran berbau rasis yang selalu bertujuan untuk menyingkirkan 
etnis Tionghoa atau merebut-kembali posisi mereka yang dikatakan sebagai 
"Non-Pribumi", sebagai "pendatang" adalah kebijaksanaan celaka yang membuat 
ekonomi terperosok kejurang lebih dalam lagi, dan rakyat banyak akan 
menderita kemiskinan berkepanjangan.> 
> Mudah-mudahan bisa dimengerti dengan 
baik.> > 
Salam,> ChanCT> 
> > - Original Message - 
>   From: BISAI >   To: BUDAYA TIONGHUA ; 
WAHANA >   Sent: Sunday, September 11, 2005 9:35 
PM>   Subject: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah 
istilah Pribumi dan Non Pribumi?> > > 
>    ASAHAN ALHAM AIDIT:> 
> 
>   
Mengapa harus mengharamkan 
>  
istilah Pribumi dan Non Pribumi?> 
>    Menurut pendapat saya sebutan 
Pribumi dan non Pribumi bukanlah sebab utama terjadinya sentimen ras yang 
memicu kerusuhan rasial. Tapi bahwa istilah itu diberi warna politik untuk 
mengesankan seolah-olah pemerintah yang mengharamkan istilah itu adalah 
pemerintah yang bersih dari politik diskriminasi rasial, adalah cuma punya 
sifat reklame untuk menarik satu golongan tertentu dan mengaburka

Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-14 Thread BISAI
 melontarkan istilah Pribumi non pribumi, pasti 
ada maksud tersembunyi dibalik perkataan itu. tendensinya selalu kearah 
negatif. ini tidak boleh kita pungkiri. sekarang, karena sering mendapat 
sorotan masyarakat yang kritis, supaya tidak terlihat rasialis, mereka 
menghindari istilah ini. tapi mereka pintar mencari pengganti istilah:, istilah 
Pribumi diganti istilah Kaum Islam. Non Pribumi pun diganti istilah Non Islam. 
lihat kalimat ini :" selama orde baru, Kaum Islam terpinggirkan dalam bidang 
ekonomi!"

Jika sebuah istilah sudah terdestorsi sedemikina jauh, apa manfaatnya kita 
terus mempertahankan? Pak asahan, bagaimana jika istilah Pribumi sering dipakai 
orang untuk memaki dan merendahkan? misalnya disamakan dengan Istilah " 
barbar", sehingga muncul ungkapan:" dasar Pribumi!!", apakah Bapak masih senang 
mendengar disebut Pribumi?

salam,
Zhou Fy
  - Original Message - 
  From: BISAI 

  Dan sekarang lagi-lagi saya terpaksa dan sangat terpaksa bicara soal kata 
. Saudara punya dalil, bahwa bila tidak mau mengharamkan kata 
 adalah rasialist. 
  Saya berpendirian, tidak seorang manusiapun yang berhak mengharamkan sebuah 
kata biasa yang adalah kepunyaan perbendaraan kata-kata bahasa Indonesia, milik 
orang Indonesia, lalu demi kepentingan politik tiba-tiba diharamkan untuk 
memenuhi kebutuhan satu etnis lain. 
  Pun, Habibi tidak punya hak demikian meskipun dia seorang Presiden pada 
waktunya yang juga sekaligus produk terbesar dari Orde Baru itu. Saudara Mayat, 
seperti juga orang-orang yang sepikiran dengan saudara, saudara ingin 
mempertahankan peninggalan murtad Orde Baru itu yang saudara anggap anti 
rasialist. Dari sudut pandang sempit bertolak dari kepentingan satu etnis 
semata-mata, tentu saudara akan menghalalkan dan mengharamkan semua saja 
menurut cita rasa golongan saudara sendiri, kepentingan dan keuntungan golongan 
saudara sendiri. Tapi Indonesia tidak cuma mengurusi satu etnis saja, 
memanjakan satu etnis saja, memperhatikan keluhan satu etnis saja. 
  Dengan mentalitas yang demikian, etnis yang saudara wakili, setiap hari akan 
menambah musuh dan bukan memperbanyak kawan dan kalau begitu alangkah 
kasihannya dengan golongan etnis Cina yang lainnya yang dengan sepenuh hati dan 
jujur, rendah hati dan tulus untuk menyatukan diri dengan etnis-etnis Indonesia 
yang lainnya, dengan bangsa Indonesia, akan jadi sasaran kerusuhan rasial 
sepanjang masa akibat ulah golongan etnis yang punya mentalitas seperti 
saudara. Percayalah, semua orang yang masih waras,masih normal, tidak akan 
memperdulikan budaya stempel saudara yang main hitam putih, main  cap asal 
tidak sependapat dengan pikiran saudara atau etnis Cina. Betapa naif-nya 
kesimpulan saudara yang mengatakan, bila tidak mengharamkan atau menghilangkan 
kata  akan memberi peluang bagi rasisme. Kata< pribumi> adalah milik 
bangsa Indonesia yang berada dalam perbendaharaan kata-katanya, dan bukan milik 
Habibi, bukan milik kaum kolonialis lama maupun baru dan juga bukan milik orang 
Cina. Tapi kalau saudara ingin setia pada Habibi yang dedengkot Orba itu, 
silahkan saja dan bagi saya perdebatan ini tidaklah sia-sia, karena saya 
menjadi lebih tahu di mana saudara berdiri meskipun dalam omongan sepertinya 
juga mengumpat Orba dan saya saudara tuduh sebagai yang "menjalankan project 
rasialis anti tionghoa". Orang-orang sebangsa saya bila ingin berhianapun tidak 
mungkin dan akan mati. Kami tidak punya jalan lain kecuali tetap setia 

  asahan aidit.




 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery.
http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-15 Thread BISAI
a langsung
> efek dari Pribumi dan Non-pribumi akan pupus dengan
> sendirinya, menurutku inilah inti jawaban dari Pribumi
> dan Non-pribumi.
>
> Negara ini terdiri dari berbagai suku, agama, ras,
> maka itu marilah kita berpikir ulang, sebenarnya apa
> yang salah, kenapa suku tiong hua saja yang selalu
> bermasalah, bukan maksud aku membela2 native, karena
> menurutku native juga ada yang baik dan yang tidak,
> sama seperti orang2 tiong hua dan orang2 suku lainnya,
> pasti ada yang baik dan tidak, nah yang seharusnya
> dilakukan adalah bagaimana cara mengedukasi orang2
> yang rasialis/yang suka mendiskriminasikan dapat
> menerima "perbedaan", sehingga kita yang dari berbagai
> macam itu dapat bekerjasama dalam membangun negara ini
> jauh lebih baik
>
>
> NB : emai ini benar2 dari yang aku pikirkan selama
> ini, memang dalam hati aku secara jujur banyak setuju
> dengan apa yang diungkapan Bung Asahan, jadi aku nga
> mau panjang2 cerita lagi, karena inti yang aku
> pikirkan rata2 sama, dan walau aku bukan jago politik
> ttp mohon intelektual pribadi aku jgn dihina ya :->,
> kalo aku salah mohon tolong dikoreksi
>
> Rgds,
> Andri
>
>
>
>> __
>> Do You Yahoo!?
>> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam
>> protection around
>> http://mail.yahoo.com > To: "BUDAYA TIONGHUA"
>> ,
>> "WAHANA" <[EMAIL PROTECTED]>
>> From: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]>
>> Date: Tue, 13 Sep 2005 21:18:15 +0200
>> Subject: [budaya_tionghua] Fw: [Politik_Tionghoa]
>> Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan
>> Non Pribumi?
>>
>> Saudara Mayat Yt.hormat.
>> Ah, nama persembunyian saudara sungguh menakutkan.
>> Tapi apalah arti sebuah nama.
>> Saya akan menanggapi komentar saudara sambil
>> berkelakar saja menyesuaikan diri dengan gaya
>> saudara yang sebelumnya sudah sedikit saya kenal di
>> mulis BT. Rupanya saudara termasuk penganut budaya
>> stempel. Saudara mempunyai dua buah stempel: yang
>> satu dengan tinta
>> Cina dan satunya lagi dengan cat putih. Saudara
>> memulai dengan basa-basi dengan stempel putih
>> saudara yang seakan mengangkat uraian saya dan lalu
>> dengan cepat saudara mengayunkan tangan kuat-kuat
>> dan...Plok!  "bung Asahah Aidit ternyata
>> melaksanakan project rasialist anti tionghoa" tentu
>> saja dengan stempel tinta Cina. Tidak secuil
>> argumentasi ataupun petikan kata-kata dari saya yang
>> saudara gunakan  sebagai alasan saudara, mengapa
>> saya dianggap melaksanakan ""project rasialist anti
>> tionghoa". Tentu dengan stempel hitam yang saudara
>> gunakan itu, saudara bayangkan bahwa saudara telah
>> menjatuhkan bom di atas kepala saya yang sebelum bom
>> itu meledak saudara tulisi dengan huruf-huruf besar
>> "pembunuhan karakter" agar saya runtuh. Ya, saudara
>> Mayat, bukan saya berlagak hebat, tapi selama
>> sepuluh tahun perang Vietnam, hampir setiap hari
>> saya mendengar jatuhan bom yang kadang-kadang cuma
>> puluhan meter jaraknya dari lubang perlindungan.
>> Alhamdulillah saya masih dilindungi Tuhah dan diberi
>> hidup hingga kini.Tapi bom yang saudara jatuhkan
>> meskipun bunyinya seperti suara pistol beneran,tapi
>> pelurunya cuma dari kertas yang dikunyah kunyah
>> duluan lalu dimasukkan ke tabung bambu atau sumpitan
>> anak-anak, lalu disodok...bum!. Peluru kertasnya
>> bertaburan yang semula saudara maksudkan, untuk
>> membunuh karakter saya. Tipikal cara yang sering
>> digunakan oleh orang-orang yang menjadi panik
>> kehilangan argumentasi dan lalu main kasar sambil
>> memberikan cap-cap (tapi saudara menggunakan stempel
>> kuno) secara membabi buta dan itu saudara anggap
>> hebat dan akan mempengaruhi banyak orang.
>> Cara demikian sudah sangat klassik dan saya anjurkan
>> pada saudara janganlah berpikir bahwa pembaca itu
>> bodoh semuanya hingga mudah saudara bawa kemana saja
>> menuruti gertakan saudara. Dunia sudah sangat
>> berubah, demikian pula manusianya, generasinya.
>> Sentimen, emosi, gertak, tidak ada lagi tempatnya
>> dalam perbincangan serius untuk mencari kebenaran.
>> Biasakanlah menggunakan argumen yang baik, analisa
>> yang jernih dan jangan cepat main maki, main cap,
>> main hitam putih hanya oleh karena tidak sependapat
>> dengan orang lain.Tapi rupanya modal terbesar
>> satu-satunya yang saudara miliki adalah kepekaan
>> yang berlebih lebihan. Sedikit sedikit, belum
>> apa-apa asal terasa etnis Cina disinggung, mesin
>> 

Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-16 Thread BISAI
sama-sama pribumi, mungkin hanya bisa
> dibenarkan kalau melihatnya dari segi hukum. Maaf, saya awam akan HUKUM,
> tapi kira-kira bisa diajukan dalam pengertian begini: Berdasarkan
> ketentuan Undang-undang No.3 tahun 1946, yang menetapkan asas ius-soli,
> jadi setiap orang yang lahir di Indonesia sebagai orang Indonesia. Maka,
> secara hukum bisa dikatakan orang-orang yang lahir di Indonesia sejak
> diundangkannya pada tahun 1946 itulah orang-orang Indonesia asli, yang
> "Pribumi". Tentu, dengan tidak mempedulikan seorang itu dari ras apa, suku
> apa dan etnis apa, asal dia lahir di Indonesia, maka bisa dikategorikan
> Pribumi, yang asli-Indonesia. Dan, ... ini hanya digunakan untuk
> membedakan orang-orang pendatang, yang tidak lahir di Indonesia, entah
> orang Belanda, orang Tionghoa, atau orang Arab dll. yang menjadi
> warganegara Indonesia setelah melepas warganegara asal. Jadi, orang-oran!
> g yang tidak lahir di Indonesia, kemudian menjadi Indonesia dengan
> naturalisasi inilah yang bisa disebut sebagai non-pribumi, non-asli
> Indonesia.
>
>Tapi sungguh, kenyataan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat di
> Indonesia selama ini tidak demikian adanya. "Pribumi" dan "Non-Pribumi"
> adalah sebutan yang dipakai untuk mengkotak-kotak kelompok yang ada
> didalam masyarakat, jelasnya untuk menyudutkan kelompok yang etnis
> Tionghoa itu. Menghadapi kenyataan begini, apa tidak lebih baik kita
> sambut instruksi Presiden itu, agar dihentikan penggunaan istilah
> "Pribumi" yang jelas merusak persatuan bangsa ini? Apa kiranya yang mau
> dan bisa dicapai dengan mempertahankan sebutan "Pribumi" dan "Non-Pribumi"
> itu?
>
>Saya pun setuju, melawan diskriminasi rasial tidaklah berarti
> meniadakan segala perbedaan yang ada pada setiap ras, setiap suku dan
> setiap etnis. Apalagi hanya ditujukan untuk meniadakan identitas etnis
> tertentu. Berpegang teguh pada semboyan Bhineka Tungal Ika, dimana kita
> bersatu-teguh dengan segala perbedaan yang ada, ya beda ras, ya beda suku,
> ya beda etnis, ya beda agama, ya beda ideologi. Sayang seribu sayang,
> sekalipun sudah lebih 60 tahun semboyan Bhineka Tunggal Ika diserukan dan
> berkumandang di Nusantara ini, tapi belum juga terwujud dalam kenyataan
> hidup yang sesunguhnya. Itulah tugas berat generasi muda untuk lebih keras
> berjuang mempercepat gerak-langkah melanjutkan cita-cita pejuang
> kemerdekaan yang belum selesai itu.
>
>Salam,
>ChanCT
>
>
>  - Original Message - 
>  From: BISAI
>  To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA
>  Sent: Friday, September 16, 2005 6:15 AM
>  Subject: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi
> dan Non Pribumi?
>
>
>  Saudara Andri Halim yang saya hormati,
>  Komentar anda saya baca kata perkata, kalimat perkalimat. Saya merasakan
>  kejernihan pikiran anda, langsung menangkap masaalah yang sedang
> dibicarakan
>  dan menangkap hakekat atau inti masaalah tanpa berpanjang panjang atau
>  berprasangka buruk. Tepat sungguh seperti yang anda bilang: ..."bagaimana
>  cara menghilangkan"DISKRIMINASI" dengan tidak adanya diskriminasi lagi
> maka
>  secara langsung efek dari Pribumi dan non Pribumi akan pupus dengan
>  sendirinya, menurutku inilah inti jawaban dari Pribumi dan non pribumi".
>  Menurut saya inilah kesimpulan terbaik  dari seluruh diskusi yang anda
>  temukan dengan kepala dingin dan pikiran yang terang. Memang kita tidak
>  melawan kata tapi melawan setiap pikiran, tindakan maupun naluri
>  diskriminasi. Hanya dengan pikiran demikian kita bisa mendekati atau
>  manangkap hakekat melawan diskriminasi secara benar dan terfokus.
>  Mem-phoby-kan kata  yang hanya karena adanya instruksi  seorang
>  Presiden yang kelanjutan dari seorang Presiden  diktator yang terguling
>  sebelumnya, cumalah perbuatan sia-sia dan juga terlalu sentris untuk
> semata
>  disangkutkan kepada satu etnis, sedangkan sebagian terbesar etnis lainnya
>  harus manut begitu saja, seolah mereka tidak setetespun menderita racun
>  diskriminasi. Pandangan sentris yang begini patut kita tentang justru
> karena
>  kita menghendaki bangunan masyarakat yang pluralis seperti yang juga anda
>  dan saya
>  menghendakinya.
>  Melawan diskriminasi ataupum diskriminasi rasial bukan berarti semua
> etnis
>  harus dihilangkan identitas etnis-nya, tidak ada lagi Jawa, tidak ada
> lagi
>  Sunda, tidak ada lagi Melayu, Batak dsb, dan yang ada hanya Indonesia,
>  Indonesia dan Indonesia. Itu tentu sangat indah kedengarannya. Dan ketika
>  dua orang Indonesia yang baru berkenalan di Jakarta umpamanya, yang satu
>  tanya : "Saudara berasal dari mana?".Lalu yang ditanya menjawab: "Saya
>  berasa

[budaya_tionghua] Fw: Salam Hormat untuk kamerad Asahan

2005-09-17 Thread BISAI
Bung Mayat Yang baik,
Anda seorang lawan debat yang sportif. Sayapun minta maaf pada bung atas 
kata-kata saya yang mungkin atau telah melukai perasaan bung. Undangan bung 
saya terima dengan senang hati dan saya menantikan kiriman-kiriman 
e-mailnya.Salam persaudaraan yang sekencaang kencangnya dan saya sambut 
salam perkenalan bung dengan setulus hati.
asahan aidit.


- Original Message - 
From: "mayatperempuan" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Saturday, September 17, 2005 8:31 AM
Subject: Salam Hormat untuk kamerad Asahan


> Dirgahayu
>
> salam kenal untuk bung Asahan. dan maaf kalo
> ada kata-kata saya yang salah selama perdebatan
> dengan bung Asahan. saya tidak hendak melakukan
> karakter assasination spt yang bung katakan.
>
> saya ini pengagum kawan ketua DNA. mana bisa saya
> berbuat lancang terhadap bung Asahan.
>
> bung, saya mau undang bung untuk masuk milis saya
> yaitu :
>
> Politik_Tionghoa@yahoogroups.com
>
>
> Mayat
>
>
> 





 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today!
http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~-> 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-17 Thread BISAI
Bung Andri Yang bijaksana,
Komentar bung selalu singkat tapi padat. Saya belajar dari bung. Semua kita
sesungguhnya masih belajar, tapi ada yang lebih cepat majunya dan ada yang
kurang cepat. Saya termasuk yang kurang cepat itu. Tapi sungguh-sungguh saya
juga ingin belajar dari siapapun. Tapi disamping belajar kita juga berusaha
berbuat sungguh-sungguh. < Pribumi> , ,  , 
 , < Peranakan> ,  , dsb, dsb-nya, CUMALAH sebuah
kata atau nama. Dan apalah artinya sebuah nama. Tapi kita memang akan
bersungguh-sungguh bila sebuah kata atau nama ditunggangi atau dimanipulasi
seseorang atau penguasa, atau rezim atau siapa saja, untuk mengambil
keuntungan tertentu dan merugikan orang banyak, apalagi merugikan seluruh
rakyat. Tapi seperti juga pemikiran bung, kalau kata yang telah menjadi
coreng moreng itu lalu rame-rame kita sikat dari muka bumi, dari kamus,
disapu bersih, tapi bukan dibersihkan nodanya untuk kita miliki kembali
sebagai kekayaan kita sendiri, perbuatan yang demikian bukanlah perbuataan
yang produktif bahkan anti produktif. Secara berkelakar, bila umpamanya bung
ditanya seseorang apakah pribumi atau non pribumi, lalu bung jawab: "Saya
pribumi!". Lalu bung sendiri, umpamanya merasa lucu karena mata yang sipit,
kulit yang lebih putih dari pribumi dsb,dsb. Juga yang menanyai yang tampak
pribumi asli atau pribumi totok, juga berpikir seperti bung. Apakah ini
lucu?. Ya, memang itu lucu. Tapi juga di sana terkandung satu keseriusan.
Bung telah berani menggunakan hak bung, merasa pribumi dan memang pribumi.
Soal yang bung anggap halangan karena mata sipit dan semua ciri-ciri husus
yang bersifat biologis lainnya itu, kita anggap sebagai pergurauan yang
membuat kita gembira, sebuah humor yang sehat. Saya menyaksikan sendiri
meskipun hanya dalam sebuah film dokumenter, film ilmiah, bahwa DNA seorang
warga Kirgistan yang ciri biologisnya sangat Cina, tapi ternyata dia masih
mermiliki DNA nenek moyang asal muasal manusia, yanga sama dengan DNA-nya
nenek moyang kita yang dari benua Afrika (ketika itu tentu saja belum ada
yang namanya bangsa Afrika, cuma nama geografis saja) yang puluhan ribu
tahun lalu. Dalam film itu juga tampak lucu, seorang yang berwajah Cina tapi
punya DNA Afrika dan berkebangsaan Kirgistan. Dia tertawa, sang
doktor(penyelidik) juga tertawa bahkan saya sendiri sebagai penonton TV itu
turut tertawa. Tapi yang terserius adalah bahwa telah terbuktikan secara
ilmiah yang tidak mungkin dibantah lagi bahwa kita umat manusia ini berasal
dari nenek moyang yang sama. Semua kita dari Afrika. Tapi manusia telah
terlanjur mengkotak-kotakkan dirinya menjadi puak-puak, suku-suku dan lalu
bangsa-bangsa. Itu juga suatu yang wajar saja dalam perkembangan sejarah
kehidupan manusia sebagai mahluk sosial dan mahluk dinamis. Tapi yang tidak
wajar adalah,  ketika sekelompok manusia merasa dirinya lebih tinggi, lebih
berhak dari kelompok atau bangsa yang lain dengan dirinya. Ketidak wajaran
inilah yang kita lawan sepanjang masa. Tapi bagaima cara melawannya?. Tentu
saja dengan bermacam cara yang sesuai dan juga mestinya efektif agar
mendapatkan hasil yang kita inginkan. Di sinilah pentingnya kita saling
bertukar pikiran dan saling belajar dan bukan hanya menuruti instruksi,
perintah, apalagi pemaksaan mutlak dari para diktator bangsa yang bila perlu
kita lawan, harus kita lawan dengan berbagai cara.
Salam sebangsa  dan setanah air.
asahan aidit


- Original Message - 
From: "andri halim" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Saturday, September 17, 2005 5:31 AM
Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah
Pribumi dan Non Pribumi?


> Salam hangatku utk Bung Asahan,
>
> Apa yang salah dengan kata "Pribumi" dan "Non
> pribumi", jawabanku adalah tidak ada yang salah dengan
> kata-kata tersebut, tetapi kata-kata tersebut dilihat
> oleh sebagian orang seolah-olah sangat bersalah hanya
> karena digunakan sebagai senjata oleh ORBA.
>
> Andaikata benar kalau kata "pribumi dan non-pribumi"
> sangat begitu bersalah terhadap terjadinya
> diskriminasi, dan kata-kata tersebut harus
> dihapuskan(tidak boleh disebut2 lagi) maka yang
> terjadi hanyalah mengurangi perbendaharaan kata saja,
> dan dilain pihak hanya membiarkan
> diskriminasi(permasalahan utama) terus berjalan.
>
> Inti, Apa yang Anda pikirkan menurutku benar adanya,
> buat apa  mengharamkan istilah "Pribumi dan
> Non-pribumi", karena itu hanya sebagai "alat" ORBA,
> yang seharusnya dipikirkan dan didiskusikan adalah
> bagaimana cara menghilangkan "diskriminasi" yang
> terjadi bukan mempermasalahkan kata "Pribumi dan
> Non-pribumi", mungkin yang dipikirkan oleh sebagian
> orang adalah "kalo kata tersebut diharamkan maka etnis
> China bisa diterima oleh masyarakat asli
> Indonesia(pribumi), heheheheheheee, kalo segampang itu
> seharusnya Indonesia tidak lagi terjadi diskriminasi
> donk, karena Habibie sendiri telah melarang penggunaan
> kata tersebut pada saat dilantik menjadi presiden
> tetapi hasilnya = nihil.
>
> Salam persahabatan,
>
>
> Andr

Fw: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina

2005-09-18 Thread BISAI
 Saudara Aris Tanone Yang baik,
Saya kira secara perlahan dan berangsur-angsur sudah mulai ada titik-titik
saling pengertian di antara kita untuk menuju ke saling pengertian yang
lebih besar lagi. Semua itu kita dapatkan dari keterus terangan kita
masing-masing yang telah kita curahkan secara sebebas-bebasnya dalam milis
yang menampung semua tulisan kita.Terima kasih saya pada semua milis dan
moderator yang dengan kesabaran luar biasa, memuat semua tulisan-tulisan 
kita
tidak pandang bagaimanapun pendapat seseorang  atau pendirian seseorang.
Saya teringat akan kata-kata Ketua Ho chi Minh atau yang biasa kita panggil
dengan Paman Ho. Beliau mengatakan: "Noi that mat long" yang artinya: 
Berterus
terang, atau berkata benar, akan menyinggung perasaan". Tapi beliau selalu
berterus terang kepada siapapun bila ada sesuatu yang tidak wajar, tidak
baik, tidak sepatutnya sambil mendidik rakyat beliau untuk mencapai
persatuan seluruh rakyat. Suatu hari ada cerita begini. Paman Ho makan
bersama dengan para para prajurit pengawal beliau. Seorang prajurit makannya
terlalu cepat hingga hingga khalayak makan yang lainnya tidak kebagian,
padahal yang disajikan sangat sedikit karena dalam situasi perang  melawan
musuh bangsa dan juga persediaan makanan amat terlalu minim. Lalu Paman Ho
berkata: "Kalau Anh( panggilan akrab) makan terlalu cepat begini, semua
kawan lain akan kelaparan". Isi keterus terangan Paman Ho itu kalau kita
terjemahkan adalah bahwa prajurit yang makan terlalu cepat itu adalah
seorang yang hanya mermikirkan diri sendiri, individualis, rakus dan pula
tidak punya kesopanan karena hanya memikirkan perut sendiri di tengah
teman-temannya yang juga lapar.
Bung Aris sangat benar kalau mendapati ada juga segolongan suku bangsa atau
sekelompok ataupun bahkan hingga ke sebuah kota yang rakyatnya tidak suka
berterus terang. Bukankah juga jelas, saya juga memberikan perkecualian,
bukan seratus persen orang Indonesia itu punya sifat terus terang. Tapi
sebagai ciri umum manusia Indonesia, memang suka berterus terang dan
spontan. Mungkin saya salah dan mungkin tidak begitu, tapi itulah pendapat
saya dan penemuan saya. Salah satu contoh, umpamanya, seluruh bangsa 
Indonesia sekarang ini
mengakui bahwa bangsanya sedang terpuruk, mengakui bahwa korupsi telah
menjadi budaya seluruh bangsa, mengakui para penguasanya di masa lalu(Orba)
adalah penguasa biadab, mengakui bahwa kebanyakan para pemimpin bangsa
mereka cuma memikirkan kepentingan diri sendiri dan macam-macam pengakuan 
lainnya
yang digeneralisasi sebagai Indonesia atau  bangsa Indonesia.Tapi kan, kita
tidak berfikiran, asal Indonesia, atau bangsa Indonesia, berarti seratus
persen termasuk bayi-bayi yang baru lahir, punya ciri yang demikian. Tapi
keberanian orang Indonesia mengakui kekurangannya, kelemahannya, bukankah
itu masih bisa disebut positif? Apakah orang Indonesia akan menjadi hina 
karena
berterus terang?. Orang Indonesia akan benar-benar menjadi bangsa yang hina
bila mereka tidak mau mengubah mentalitas mereka yang jelek, tidak mau
mengakui keterpurukannya di segala bidang yang sekarang mereka alami dan
rasakan. Lalu saya bertanya: Apakah bangsa Cina itu bangsa yang super?
etnis yang super? bangsa yang mulia sepanjang masa tanpa cacat cela dan
hanya bersedia menerima pujian, dikagumi dan mengharamkan semua
kritik, mengharamkan semua peringatan orang lain yang bermaksud baik agar
bisa hidup bersama secara harmonis dan tidak selalu merasa ekslusif?.
Begitulah maksud saya bila saya menyinggung masalah kekurangan Cina,
sifat-sifat Cina yang ada negatifnya yang bukan berarti adalah semua Cina
bahkan termasuk bayi yang baru lahir dan yang akan dilahirkan minggu depan. 
Kita
tidak boleh terlalu mekanis sambil terlalu super sensitif menafsirkan sebuah
generalisasi .Harus juga dilihat konteks dari masaalah yang sedang
dibicarakn, benang merah atau makna apa yang dikatakan atau dimaksudkan
seseorang. Bila kita terlalu emosional, otak dan daya analisa kita akan
lumpuh dan lalu timbullah prasangka buruk, tuduhan yang berlebih lebihan
dan mungkin kontradiksi antara kita akan berkembang menjadi kontradiksi
antagonis.Kita tidak menghendaki hal itu.
Yang saya maksudkan dengan kritik terhadap sifat-sifat Cina yang negatif(
sekali lagi, apakah bangsa Cina tidak punya sifat-sifat negatif?) adalah
bahwa kita harus mengoreksi  kembali secara besar-besaran, secara lebih
beraani, lebih berterus terang, lebih blak-blakan, bagaimana
hubungan-hubungan antara Cina dan Indonesia di masa lalu maupun yang 
sekarang
ini, yang telah dilakukan PKI dan PKC, antara dua bangsa, antara dua
kebudayaan yang berbeda, antara dua etnis yang sudah begitu lama saling
hidup bersama di Indonsia, tapi selalu saja terjadi percekcokan ras. Mengapa
demikian?. PKI sudah jelas melakukan banyak kesalahan fanatis dan dogmatis
dalam bersahabat dengan Cina terutama dengan PKC. Kesalahan itu telah
menimbulkan akibat luar biasa seperti yang semua kita telah mengetahuinya.
Saya, sebagai salah seorang korban 

Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-18 Thread BISAI
da RI. Kesetiaan atau loyalitas seseorang jadi bagaikan
> jubah, cukup dengan mengganti nama, menyandang nama yang berbau
> "Indonesia" katanya! Sungguh luar biasa. Untuk membuang nama-nama orang
> yang berbau Tionghoa, untuk memusnahkan adat-istiadat budaya Tionghoa,
> mereka memulai dengan gerakan ganti-nama ini. Yang kemudian menjadi lebih
> tegas dengan melarang segala adat-istiadat Tionghoa, dari pelarangan
> segala tulisan Tulisan Tionghoa,  sampai pada ibadah Tionghoa dilarang,
> inilah bentuk diskriminasi rasial terhadap etnis Tionghoa dengan menekan
> harga-diri etnis Tionghoa.
>
>Kemudian lebih lanjut mereka mengganti penggunaan istilah
> Tionghoa-Tiongkok menjadi Cina, sebagai pernyataan anti-Tiongkok dan
> sekaligus bertujuan untuk menekan harga-diri etnis Tionghoa.
>
>Sekarang ini, lagi-lagi mengangkat kata "Pribumi" dan "Non-pribumi"
> untuk dihentikan penggunaannya, yang seolah-olah dengan demikian penguasa
> tampil sebagai pihak yang anti-diskriminasi rasial. Dan, kemudian kita
> dibawah jadi berdebat setuju dan menentang pencabutan penggunaan kata
> "Pribumi". Yang menentang pencabutan dituduh "rasialis", yang setuju
> dituduh "sepihak dengan penguasa", "merasa penguasa sudah tidak rasialis
> lagi". Padahal tidaklah demikian. Bagi bung Asahan yang menentang
> pencabutan penggunaan kata "Pribumi" tidak berdiri sebagai seorang yang
> rasialis anti-Tionghoa, sebaliknya yang setuju, termasuk saya, juga
> tidaklah berarti sepihak dengan penguasa, atau khususnya pemerintah
> Habibie dianggap sudah tidak rasialis lagi dan dengan demikian
> diskriminasi rasial di Indonesia selesai sudah, tidak ada lagi. Bagaimana
> mungkin!
>
>Saya menyetujui instruk Presiden Habibi untuk menghentikan penggunaan
> istilah "Pribumi" dan "Non-Pribumi", dalam pengertian tidak guna kita
> teruskan pengkotak-kotakan bangsa ini berdasarkan suku, etnis yang satu
> dengan yang lain. Sudahlah seharusnya kita semua, dari berbagai ras,
> berbagai suku, berbagai etnis yang ada di Nusantara ini bisa memberikan
> toleransi setinggi-tinggi untuk menerima segala perbedaan yang ada, hidup
> secara hormonis, bersama-sama membangun masyarakat adil dan makmur. Dengan
> tegas tidak  memperkenankan penguasa meperlakukan sekelompok warga sebagai
> "Pribumi" yang harus didahulukan, atau yang dianak-emaskan, sedang
> sekelompok lain lalu menjadi di "Non-Pribumi"kan dan diperlakukan sebagai
> anak-tiri.
>
> Hentikan pengkotak-kotakan bangsa Indonesia ini menjadi kelompok "Pribumi"
> dan kelompok yang lain "Non-Pribumi"! UUD-45 hanya mengenal satu macam
> warganegara Indonesia, perlakukanlah setiap warga sama hak dan
> kewajibannya deengan tidak mempedulikan ras, suku dan etnis yang
> berbeda-beda.
>
> Bukanlah dengan demikian kita semua bisa hidup lebih tentram, lebih
> bersahabat dan bersatu-padu untuk mengatasi segala kesulitan yang dihadapi
> dalam pembangunan ekonomi dan masyarakat dimana kita hidup?! Mewujudkan
> Bhineka Tunggal Ika dalam kenyataan hidup bermasyarakat.
>
> Salam,
> ChanCT
>
>  - Original Message - 
>  From: BISAI
>  To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA
>  Sent: Sunday, September 18, 2005 2:06 AM
>  Subject: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi
> dan Non Pribumi?
>
>
>  Bung Andri Yang bijaksana,
>  Komentar bung selalu singkat tapi padat. Saya belajar dari bung. Semua
> kita
>  sesungguhnya masih belajar, tapi ada yang lebih cepat majunya dan ada
> yang
>  kurang cepat. Saya termasuk yang kurang cepat itu. Tapi sungguh-sungguh
> saya
>  juga ingin belajar dari siapapun. Tapi disamping belajar kita juga
> berusaha
>  berbuat sungguh-sungguh. < Pribumi> , ,  ,  asli>
>   , < Peranakan> ,  , dsb, dsb-nya, CUMALAH sebuah
>  kata atau nama. Dan apalah artinya sebuah nama. Tapi kita memang akan
>  bersungguh-sungguh bila sebuah kata atau nama ditunggangi atau
> dimanipulasi
>  seseorang atau penguasa, atau rezim atau siapa saja, untuk mengambil
>  keuntungan tertentu dan merugikan orang banyak, apalagi merugikan seluruh
>  rakyat. Tapi seperti juga pemikiran bung, kalau kata yang telah menjadi
>  coreng moreng itu lalu rame-rame kita sikat dari muka bumi, dari kamus,
>  disapu bersih, tapi bukan dibersihkan nodanya untuk kita miliki kembali
>  sebagai kekayaan kita sendiri, perbuatan yang demikian bukanlah
> perbuataan
>  yang produktif bahkan anti produktif. Secara berkelakar, bila umpamanya
> bung
>  ditanya seseorang apakah pribumi atau non pribumi, lalu bung jawab: "Saya
>  pribumi!". Lalu bung sendiri, umpamanya merasa lucu karena mata yang
> sipit,
>  kulit ya

Fw: Fw: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina

2005-09-19 Thread BISAI
 Saudara Aris yang sangat baik,
Kebetulaan surat anda saya baca di satu pagi yang cerah,
udara yang nyaman serta perasaan yang leluasa dan segar. Lalu ditambah lagi
dengan ajakan anda yang begitu tulus dan bersahabat. Sayapun mohon maaf atas
kata-kata maupun kalimat saya yang  mungkin  atau sudah menyinggung perasaan
anda. Sekarang saya ingin meneruskan pekerjaan saya yang lain, semoga
berguna sebagaiamana juga harapan terbaik anda.
Salam tulus dari saya
asahan aidit.


- Original Message - 
From: "kribo1" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Sunday, September 18, 2005 11:55 PM
Subject: Re: Fw: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina


> Pak Asahan yang baik,
>
> Terima kasih atas penjelasan pak Asahan. Tidak ada hak saya untuk
> berkeberatan atas kritik terhadap sifat buruk sesuatu suku. Tidak
> juga saya punya anggapan bahwa sesuatu suku itu lebih superior dari
> suku lain. Andaikan dalam keterusterangan saya menyimpulkan tulisan
> pak Asahan - dengan cara baca 'menikmati bunga sambil naik kuda' ini
> alias tidak pusing dengan detail ceritera,- terdapat kata-kata yang
> menyinggung pak Asahan, saya mohon maaf. Mari kita sudahi diskusi
> kita yang tidak akan membawa kita ke mana-mana, dan mari kita gunakan
> waktu untuk menulis ini untuk menulis/berbuat sesuatu yang bermanfaat.
>
> Salam,
>
> Aris.
>
>
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>>  Saudara Aris Tanone Yang baik,
>> Saya kira secara perlahan dan berangsur-angsur sudah mulai ada
> titik-titik
>> saling pengertian di antara kita untuk menuju ke saling pengertian
> yang
>> lebih besar lagi. Semua itu kita dapatkan dari keterus terangan kita
>> masing-masing yang telah kita curahkan secara sebebas-bebasnya
> dalam milis
>> yang menampung semua tulisan kita.Terima kasih saya pada semua
> milis dan
>> moderator yang dengan kesabaran luar biasa, memuat semua tulisan-
> tulisan
>> kita
>> tidak pandang bagaimanapun pendapat seseorang  atau pendirian
> seseorang.
>> Saya teringat akan kata-kata Ketua Ho chi Minh atau yang biasa kita
> panggil
>> dengan Paman Ho. Beliau mengatakan: "Noi that mat long" yang
> artinya:
>> Berterus
>> terang, atau berkata benar, akan menyinggung perasaan". Tapi beliau
> selalu
>> berterus terang kepada siapapun bila ada sesuatu yang tidak wajar,
> tidak
>> baik, tidak sepatutnya sambil mendidik rakyat beliau untuk mencapai
>> persatuan seluruh rakyat. Suatu hari ada cerita begini. Paman Ho
> makan
>> bersama dengan para para prajurit pengawal beliau. Seorang prajurit
> makannya
>> terlalu cepat hingga hingga khalayak makan yang lainnya tidak
> kebagian,
>> padahal yang disajikan sangat sedikit karena dalam situasi perang
> melawan
>> musuh bangsa dan juga persediaan makanan amat terlalu minim. Lalu
> Paman Ho
>> berkata: "Kalau Anh( panggilan akrab) makan terlalu cepat begini,
> semua
>> kawan lain akan kelaparan". Isi keterus terangan Paman Ho itu kalau
> kita
>> terjemahkan adalah bahwa prajurit yang makan terlalu cepat itu
> adalah
>> seorang yang hanya mermikirkan diri sendiri, individualis, rakus
> dan pula
>> tidak punya kesopanan karena hanya memikirkan perut sendiri di
> tengah
>> teman-temannya yang juga lapar.
>> Bung Aris sangat benar kalau mendapati ada juga segolongan suku
> bangsa atau
>> sekelompok ataupun bahkan hingga ke sebuah kota yang rakyatnya
> tidak suka
>> berterus terang. Bukankah juga jelas, saya juga memberikan
> perkecualian,
>> bukan seratus persen orang Indonesia itu punya sifat terus terang.
> Tapi
>> sebagai ciri umum manusia Indonesia, memang suka berterus terang dan
>> spontan. Mungkin saya salah dan mungkin tidak begitu, tapi itulah
> pendapat
>> saya dan penemuan saya. Salah satu contoh, umpamanya, seluruh
> bangsa
>> Indonesia sekarang ini
>> mengakui bahwa bangsanya sedang terpuruk, mengakui bahwa korupsi
> telah
>> menjadi budaya seluruh bangsa, mengakui para penguasanya di masa
> lalu(Orba)
>> adalah penguasa biadab, mengakui bahwa kebanyakan para pemimpin
> bangsa
>> mereka cuma memikirkan kepentingan diri sendiri dan macam-macam
> pengakuan
>> lainnya
>> yang digeneralisasi sebagai Indonesia atau  bangsa Indonesia.Tapi
> kan, kita
>> tidak berfikiran, asal Indonesia, atau bangsa Indonesia, berarti
> seratus
>> persen termasuk bayi-bayi yang baru lahir, punya ciri yang
> demikian. Tapi
>> keberanian orang Indonesia mengakui kekurangannya, kelemahannya,
> bukankah
>> itu masih bisa disebut positif? Apakah orang Indonesia akan menjadi
> hin

[budaya_tionghua] Fw: [wahana-news] G-30-S, SEJARAH YANG DIGELAPKAN

2005-09-22 Thread BISAI





Dalam acara "Pekan Seni Budaya < Menyingkap Tabir 
Merajut Masa Depan> " yang  akan diadakan  mulai 19 September 
hingga 5 Oktober 2005, saya tidak mendapatkan nama Sdr. Harsutejo sebagai 
peserta ataupun sebagai penymbang acara. Ter-asosiasi pada tema "Sejarah yang 
digelapkapkan"sebagai salah satu topik yang menjadi di acara Pekan tsb, dan juga 
oleh resensi terhadap buku Sdr Harsutejo dalam tulisan dibawah ini, saya menjadi 
agak keheran-heranan  kalau Sdr, Harsutejo tidak diikut sertakan sacara 
aktif dalam Pekan yang sangat penting dan menarik ini. Saya tidak menentang 
sifat akademis maupun rentetan nama-nama akademisi dengan gelar mereka yang 
dipasang. Itu bagus juga. Tapi kerendahan hati penulis buku :"G-30-S, SEJARAH 
YANG DIGELAPKAN" janganlah hendaknya dianggap, begitulah mutu beliau seperti 
yang diakuinya. Seseorang itu bisa bertitel tapi tidak memasang titielnya, atau 
mungkin juga tidak bertitel tapi pikiran-pikirannya sama sekali tidak kalah 
dengan seorang akademisi yang bertitel sekalipun. Saya telah membaca tulisa sdr. 
Harsutejo. Kesan saya , pancaran pemikiran akademis beliau sangat jelas. Dan 
saya sendiri salah seorang pengkritik tulisan beliau meskipun terbatas dalam 
sebuah memoar sastra saya. Tapi saya menilai tinggi hasil karya Sdr, Harsutejo 
dan itu adalah satu buku atau tulisan yang terbaik dan juga lengkap dengan 
data-data yang bisa dipertanggunggung jawabkan sekitar sejarah yang digelapkan 
peristiwa 65. Tapi ini baru keheranan, mungkin acara itu memang belum lengkap 
dan kalau begitu, masih ada tempat bagi Sdr. Harsutejo untuk diundang memberikan 
sumbangannya dalam Pekan yang pasti akan meriah ini. Dan bila keheranan saya 
terhapuskan, anggaplah tulisan ini sebagai tidak pernah ada.
Salam dan selamat bekerja.
asahan aidit (penonton dari jauh).
 
 
- Original Message - 
From: HKSIS 
To: HKSIS-Group 
Sent: Wednesday, September 21, 2005 9:49 AM
Subject: [wahana-news] G-30-S, SEJARAH YANG DIGELAPKAN


http://parokimbk.or.id/wm/260904/buku.htm
RESENSI 
BUKUG-30-S, SEJARAH YANG 
DIGELAPKAN


Setiap tahun atau tepatnya tanggal 30 September, kita teringat 
kepada peristiwa G-30-S yang imbasnya adalah drama kemanusiaan, pembantaian 
terhadap orang-orang yang tidak bersalah. Angka pasti jumlahnya belum 
disepakati, tetapi angka antara 500.000 s/d 3.000.000 manusia yang hilang 
tercantum dari berbagai dokumen yang diketemukan. Korban terbesar adalah orang 
yang tidak tahu menahu, atau paling tidak tercap stigmata komunis. Dan betapa " 
jahat"nya komunis sudah kita saksikan melalui pemberitaan media massa Indonesia 
selama 32 tahun. Terutama melalui film G-30-S/PKI yang merupakan lagu wajib 
harus diputar oleh semua stasiun TV di Indonesia dalam kurun waktu 15 tahun 
berturut-turut.Karena penyelesaiannya tidak 
melalui peradilan, maka sampai sekarang terus timbul tanda tanya, bagaimana 
peristiwa itu sampai terjadi ? Dan siapa-siapa terutama yang menjadi aktor 
utamanya? Memang, rujukan itu ada dari buku putih terbitan sekretariat negara 
ketika di bawah Moerdiono. Namun orang tahu buku itu bukan history, melainkan 
his story, cerita tentang satu sisi saja untuk melanggengkan kekuasaan 
Orde Baru. Contoh sudah dimulai ketika Pancasila, sebagai ideologi negara 
dikatakan bukan penemuan Bung Karno, melainkan Moh. Yamin, dalam rangka 
melenyapkan nama Bapak Proklamator Kemerdekaan RI. Dan paling jelas adalah " 
serangan umum 1 Maret", nama Sri Sultan Hamengku Buwono IX dianulir bukan 
sebagai penggagas ide.Harsutedjo, atau nama 
lengkapnya adalah Harsono Sutedjo, menurut penerbitnya, ia seorang Muslim saleh 
yang menjunjung tinggi Islam sebagai agamanya dari buaian sampai masuk liang 
lahat. Berlatar belakang pendidikan S1 Sejarah IKIP Malang 1964, bekerja di 
sebuah bank asing di Jakarta. Mempunyai modal pandai tulis menulis human interst 
dengan berbagai penghargaan, sampai menjadi dosen tamu di Melbourne University 
Australia. Ia menulis buku " G30S, SEJARAH YANG DIGELAPKAN" 400 hal. Dan 
diterbitkan oleh Hasta Mitra. Penerbit ini sebelumnya juga telah menerbitkan 
DOKUMEN CIA,Melacak Penggulingan Soekarno dan Konspirasi 
G30S.Buku Harsutedjo tidak berpretensi sebagai 
hasil penelitian ilmiah. Malahan dengan rendah hati ia menyebut diri sebagai 
penyusun. Uraiannya merupakan sebuah kompilasi yang dirangkum dari 
berpuluh-puluh sumber literatur dan hasil wawancara dengan mereka yang berkaitan 
dengan G30S. Kerajinannya ini membuahkan buah tangan sebuah buku bacaan, jika 
dibaca bak sebuah narasi yang lancar. Dan kerendahan hati juga terpancar dengan 
pernyataan bahwa buku ini bukan bermaksud untuk meluruskan sejarah. Sebagai buku 
bacaan umum, enak dibaca, terutama kepada mereka yang menggemari 
sejarah.SIAPA DALANGNYA 
?Dalam bab Tinjauan Kejadian, Harsutejo 
menulis secara jelas dan rinci dari berbagai dokumen, a.l. dokumen siaran RRI 
tanggal 1 dan 4 Oktober 1965. Tgl.1 Oktober pkl.13.00 dari pihak G30S tentang 
penurunan dan penaikan pangkat yang dita

[budaya_tionghua] OOT.Aku hanya bisa membayangkan

2005-09-27 Thread BISAI





 
 
 
  
Asahan Alham Aidit:
 
 
 
 
Aku hanya bisa membayangkan
 
 
    
Ketika kalian berhimpit
    
Di penahanan atau di penjara sempit
    
Dalam udara panas bau busuk dan perut lapar
Dikawal 
serdadu garang perwira kejam
    
Di pembuangan terpencil merahasiakan penyiksaan
 
    
Ketika pertanyaan hanya menuntut sebuah jawaban
    
Aku penjahat, kami pembunuh, dia penghianat
    
Lalu pukulan, tusukan, teriakan, makian menyertai darah
    
Peristiwa sehari-hari untuk yang hidup maupun yang mati
 
    
Ketika topan fitnah ditiupkan ke tanah Nusantara
    
Seperti Nero membakar Roma
    
Mahluk Tuhan bermatian tertuduh dosa
Neraka 
telah digelar
    
Yesus dan Mohammad tiada lagi didengar
Tuhan 
membisu dalam teriakan ummatnya di puncak derita
 
 
Aku hanya bisa membayangkan
 
Ketika sungai-sungai yang bersih
 
Tiba-tiba ternoda berwarna merah
 Oleh 
nyawa-nyawa yang telah dihentikan
 Di 
luar rencana Tuhan
 Oleh 
sekawanan srigala bermuka manusia
 
 
Sungguh , aku hanya bisa membayangkan
 
Ketika lubang-lubang besar harus digali
 
Untuk yang harus mati ketika sedang hidup
 Tempurung 
kepala yang dipecahkan dengan besi
 Busung 
lapar yang ditusuk dengan sangkur
 
Wanita hamil yang diperkosa sebelum dikubur
 
Orang-orang tua yang dibenam setelah disiksa
 Para 
serdadu yang congkak bermata srigala
 Para 
algojo yang disewa memeriahkan pesta
 
 Dan 
aku hanya bisa membayangkan
 
Saudara saudaraku yang dikorbankan
 Yang 
mereka tidak mengerti mengapa harus mati
 Tanpa 
setetes dosa pada yang menyiksa
 Tanpa 
sepatah pembelaan yang boleh dikatakan
 Tanpa 
satu bukti dosa yang dapat dituduhkan
  
Mereka hanya menjerit, nyeri luka sepanjang hari lalu mati
 
  
Aku cuma bisa membayangkan
  
Dari koran-koran dan semua pemberitaan dunia
  
Gambar-gambar mengerikan berita yang menusuk jantung
  
Kepala-kepala bergelantungan di atas pohon
  Seperti 
buah zaitun yang rimbun
  Di 
sebuah negeri yang telah jadi majenun
  Para 
hulubalang berbintang gemerlapan tapi berlumuran
  
Darah bangsanya sendiri saudaranya sendiri 
  Ingin 
berkuasa di atas samudra bangkai
  
Ingin berjasa dari timbunan pejagalan
  
Ingin surga dari rampasan milik Tuhan
 
  
Aku sangat bisa membayangkan
  
Semua kebohongan yang dilipat ribukan
  Dibayangkan 
akan bisa mengoyak kebenaran
  
Tapi waktu lebih cepat dari cahaya
   
Meski di otak berjalan seperti kura-kura
   Fitnah 
mana yang tak akan terbuka
   
Besok atau lusa
   
Bahkan sekarang waktu itu sudah tiba
   
Cahaya benderang menyusul mengiringi waktu
   Ketika 
semuanya jelas antara engkau dan aku
   Antara 
kami dan kalian
   
Antara fitnah dan kebenaran
   
Antara manusia dan srigala
   Urusan 
kita akan juga usai.
 
 Hoofddorp 2792005
 asahan aidit
 
 
 
 
  







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Term

[budaya_tionghua] OOT: "ALHAMDULILLAH".BagIII(16)

2005-10-03 Thread BISAI





 
 ASAHAN ALHAM 
AIDIT:
 
   

    
Roman memoar
 
 "ALHAMDULILLAH"
 
 Bagian 
III
  
(16)
  
Merambat Tanah Pemukiman
 
 
 Moskow - 1965 - 
Peking (II)
 
Di antara anggota Delegasi Partai yang paling saya 
kenal adalah bung Ajis. Dia seorang supir abang saya. Bung Ajis orangnya 
sederhana tapi punya kewibawaan, berdisiplin tinggi, ramah tapi juga serius. 
Bung Eko Darminto, bekas pengawal pribadi abang saya  yang kemudian 
disekolahkan di Moskow bersama saya, adalah seorang yang berbadan besar tinggi, 
berkulit gelap, tampak perkasa dan memang dia pernah jadi anggota CPM, juga 
sangat segan pada bung Ajis. Bung Ajis tidak semata hanya seorang supir tapi 
juga seorang kawan yang mengemban tanggung jawab tinggi atas keselamatan abang 
saya yang juga bekerja sama dengan bung Eko Darminto. Pertemuan kami yang tidak 
di sangka-sangka itu dimulai dengan pergurauan lama kami: "korek 
sambel" yang entah bagaimana secara spontaan terucapkan bersama ketika 
kami bersalaman pada waktu ketemu di Guest House. Soalnya ketika Bung Ajis 
disekolahkan di Uiversitas Rakyat yang mengambil Jurusan bahasa 
Inggris, suatu hari ia bertanya pada saya: "Bung Sulai, saya kok selalu 
mendengar dosen Inggris saya sering mengucapkan "korek sambel" setiap 
dia akan memberikan contoh, apa sih artinya". Saya cepat menduga pertanyaannya 
yang lucu itu. "Itukan maksudnya "For example" kata saya sambil 
tertawa. Bung Ajis memang sering melucu, tapi bila sedang melakukan tugasnya, ia 
sangat serius dan kadang-kadang bisa galak juga bila sedang dalam tugas terjadi 
hal-hal yang kurang beres dan memerlukan reaksi cepat yang biasanya karena 
kelengahan atau kelambanan pengawal pribadi abang saya. Di saat-saat demikian 
bung Ajis lalu mengambil komando dan mengambil semua kebijaksanaan. Dia sangat 
cepat berpikir dan juga cerdas meskipun pendidikan formalnya sederhana saja, 
tapi ia selalu aktif mengambil bermacam kursus yang diadakan oleh Partai maupun 
di luar. Abang saya sangat menghormati bung Ajis dan memperlakukan bung Ajis 
tidak pernah sebagai supir, tapi sebagai kawan yang sederajat, sebagai orang 
terdekat ketika sedang bertugas bersama meskipun berlainan tanggung jawab dan 
sifat pekerjaan. Untuk saya bung Ajis, seorang manusia yang sangat menarik untuk 
dijadikan teman maupun kawan.
"Sayang bung Sulai tidak diajak ketemu Ketua Mao, 
tadi siang". Itu kalimat pertama bung Ajis ketika kami bertemu kembali sejak 
ketidak ikutsertaan saya bersama delegasi menemui Ketua 
Mao.
"Nah, bagaimana bung Ajis, ceritanya. Cerita dong, 
nanti saya juga ganti cerita bagaimana saya berduaan dengan si Amoi totok si 
cantik jelita berdayung dayung di danau".
"Ketua Mao, orangnya sangat halus dan santun 
budinya. Bicaranya pelan dan sangat ramah".
"Apa saja isi pembicaraan yang penting-penting, 
bung Ajis?".Tanya saya tidak sabar.
"Mula-mula bung Aidit menceritakan situasi situasi 
revolusioner yang sudah mulai terasa di Indonesia. Rakyat sudah di belakang 
Partai dan PKI sudah menjadi Partai yang sangat besar. Ketua Mao mendengarkan 
dengan penuh perhatian. Lalu ia menanggapi dengan tenang dan sopan, katanya 
, yang perlu diperhatikan adalah kekuatan Partai di desa-desa, karena di sanalah 
kekuatan riiel Partai harus berakar dan dari sanalah revolusi akan 
dimulai". Masih banyak yang diceritakan bung Ajis tentang pertemuan antara 
delegasi PKI dengan ketua Mao. Itu sedekar pertemuan ramah tamah yang penuh 
persahabatan dan tidak membuat pernyataan bersama ataupun 
persetujuan-persetujuan tertentu. Bung Ajis merasa bahagia bisa ikut serta dalam 
pertemuan itu meskipun pekerjaan atau tugas kongkret dia cuma sebagai seorang 
supir abang saya tapi telah menjadi anggota delegasi Partai resmi yang sederajat 
dengan semua anggota delegasi Partai lainnya yang adalah petinggi-petinggi 
Partai. Saya merasa bung Ajis pantas mendapatkan penghargaan dan juga kehormatan 
demikian sebagai kawan separtai yang langsung mendampingi dan menyertai abang 
saya selama tugas-tugas penting yang sering-sering berbahaya itu. Cerita Bung 
Ajis sangat berkesan pada saya dan pula menambah pengetahuan saya betapa eratnya 
Persahabatan antara dua Partai, Cina dan Indonesia pada waktu 
itu.
 Saya masih diberi 
kesempatan untuk ikut serta bersama delegasi untuk meninjau ke beberapa tempat 
obyek ekskursi di sekitar kota Peking, terutama ke pabrik-pabrik dan 
musium-musium yang sangat menarik dengan penjelasan yang terperinci dari 
petugas-petugas dari pihak tuan rumah. Ada hal yang sangat menonjol selama 
ekskursi  dan peninjauan itu. Pengawal pribadi abang saya yang baru 
(pengganti bung Eko Darminto yang ketika itu sedang sekolah di Moskow) punya 

[budaya_tionghua] Fw: [wahana-news] Fw: Jangan Buat Masalah Lagi dengan Kata "Pribumi"

2005-10-06 Thread BISAI





Dalam demokrasi tidak seorangpun yang berhak 
mengatakan: "Jangat buat masaalah! "
Setiap orang berhak mengajukan apa yang 
dianggapnya menjadi masaalah, meskipun sudah ribuan tahun lalu (Ingat masaalah 
sebab terbunuhnya Tutankhamon lebih kurang 3000 tahun lalu, ternyata , penyebab 
kematiannya bukan karena di bunuh dalam istana, tapi oleh luka perang pada 
kakinya).
asahan aidit.
- Original Message - 
From: HKSIS 
To: HKSIS-Group 
Sent: Thursday, October 06, 2005 4:13 PM
Subject: [wahana-news] Fw: Jangan Buat Masalah Lagi dengan Kata 
"Pribumi"



Melempar kembali sebuah tulisan Pak Asvi yang ditulis pada tahun 
2002 tentang  kata "Pribumi", sangat baik untuk direnungkan 
bersama.
 
Salam,
ChanCT
 
 
http://www.mesias.8k.com/artikel.htm
Asvi 
Warman AdamJangan 
Buat Masalah Lagi dengan Kata "Pribumi"PAKAR sejarah 
Asvi Warman Adam mengingatkan jangan membuat masalah lagi dengan kata "pribumi" 
seperti dimunculkan dalam Rancangan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat 
(Rantap MPR) tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi 
Nasional (RKMPEN).Seperti diketahui, Jumat (9/8), rapat konsultasi 
pimpinan MPR dengan pimpinan fraksi dan Komisi B pada Sidang Tahunan (ST) MPR 
2002 di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta disepakati 
penggunaan kata "pribumi" dalam rantap dimaksud. Pertimbangannya, seperti 
dikutip dari penuturan Ketua Komisi B Rambe Kamarulzaman, majelis melihat selama 
ini keberpihakkan kepada "pribumi" masih sangat kurang. Padahal, sebagian besar 
rakyat "pribumi" masih berada di bawah kemiskinan. Hitungan majelis, dari 60 
juta rakyat yang menderita di bawah kemiskinan sebagian besar 
"pribumi".Bertolak dari hal tersebut, kepada KCM yang menghubunginya di 
Jakarta, Jumat, 
Asvi mengatakan dirinya terkejut dengan pemakaian kata tersebut. "Pemakaian kata 
itu membuat kita semua mengalami langkah mundur," kritik Asvi.Asvi yang 
sepakat bahwa kata "pribumi" dalam khazanah Bahasa Indonesia tidak beranjak dari 
dikotomi dengan kata "nonpribumi" sampai kini tetap berkonotasi membedakan 
antara etnis satu dengan lainnya, persis sama dengan yang dulu diterapkan di 
masa penjajahan kolonial Belanda. Waktu itu, "nonpribumi" diidentikkan, 
khususnya, dengan warga etnis Cina. "Tapi, itu 
kan dulu. Kalau 
sekarang digunakan, ya, saya kira, tidak pada tempatnya lagi," 
tuturnya.Atas pendapatnya itu, Asvi menuturkan, kata "pribumi" menjadi 
tidak relevan karena memunculkan perdebatan seputar siapa yang sebetulnya 
disebut "pribumi". Sebab, dalam pengamatannya, semua "pribumi" pada dasarnya 
adalah pendatang di suatu wilayah. "Yang mengaku "pribumi" 
kan pendatang 
yang lebih dahulu menempati tempat tersebut. Jadi, faktornya adalah siapa yang 
paling dahulu datang kan," 
ulasnya.Pun, jika kata itu hendak dimasukkan dalam konteks etnis Cina 
dan bukan, di masa seperti ini, pembedaan macam itu amat tidak pada tempatnya. 
Dalam kehidupan sehari-hari, Asvi memberi contoh, warga etnis Cina sudah lebih 
bebas mengekspresikan diri mereka. "Pertunjukan barongsai kini bisa dilihat di 
mana-mana," paparnya.Dengan demikian, kata "pribumi" yang dimanipulasi 
demikian rupa oleh rezim baik Orde Lama maupun Orde Baru dengan berbagai 
persoalan ketidakadilan selayaknya ditinggalkan. Catatan sejarah memilukan 
semestinya memang harus dihentikan dengan becermin pada apa yang terjadi di masa 
lalu.Lalu, langkah mundur penggunaan kata "pribumi", jelas Asvi, harus 
dibandingkan pula dengan belum tuntasnya kita membahas masalah "Indonesia asli" 
dalam diskusi amandemen Undang-Undang Dasar 1945 soal Presiden Indonesia. "Kita 
kan masih belum 
selesai membahas soal Presiden harus Indonesia asli," 
ujarnya mengingatkan.Jadi, selain langkah mundur, kemudian, pemakaian 
kembali kata "pribumi", kalau rantap dimaksud jadi, akan memunculkan masalah 
krusial di kemudian hari. Oleh karena itu, sudah seharusnya kata tersebut 
dihilangkan.Sebagai gantinya, Asvi mengusulkan agar dipakai saja kata 
"ekonomi kerakyatan". Baginya, dua kata itu signfikan untuk dimanfaatkan sebagai 
lawan dari, contohnya, "ekonomi kapitalis" yang kurang sesuai dengan kondisi 
rakyat Indonesia. Begitu 
rentannya kata "pribumi" tersebut akan berbagai perdebatan dan persoalan rawan 
lainnya hingga Asvi menegaskan sekali lagi," Jangan buat masalah lagi dengan 
kata pribumi".*(prim)Asvi Warman Adam, peneliti LIPI, doktor 
sejarah dari Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales, 
Paris.Sumber: Sarapan Pagi Kompas Cyber Media, Sabtu, 10 Agustus 
2002, 11:42 
WIB





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  
 

[budaya_tionghua] OOT.Makna apa dibalik kata "KEBLINGER"pemimpim PKI dalam G30S65

2005-10-06 Thread BISAI





Asahan Aidit:
 
  
Makna apa dibalik kata "KEBLINGER"
  
pemimpin PKI dalam peristiwa G30S-65? 
 
 
 Salah satu dari tiga 
alasan terjadinya peristiwa 30S-65 yang dikatakan oleh Presiden Soekarno adalah 
"Keblinger"-nya pemimpin PKI. Ini bisa menimbulkanan bermacam penafsiran, 
dugaan dan bahkan mungkin memancing kesimpulan, siapa yang sesungguhnya biang 
keladi terpenting dalam mencetuskan peristiwa mandi darah 
itu.
Sebagai logika umum dari makna kata 
"keblingernya"pemimpimn PKI dalam hubungan keterlibatannya dengan peristiwa 
September itu bisa diartikan sbb(sementara):
1. PKI memang terlibat(meskipun bukan 
satu-satunya): keblinger!
2. Pemimpin PKI-lah yang terutamanya yang 
terlibat: keblinger!
3. PKI melaklukan tindakan avonturis politik 
secara spontan: keblinger!
4. Pemimpin PKI telah bertindak sendiri di luar 
garis umum politik Partai (merebut  kekuasaan dengan jalan coup): 
keblinger!
Dan bahkan sesudah nomor 4 itu masih mungkin 
ditambah hingga beberapa nomor lagi karena memang kata "keblinger"membuka 
kemungkinan yang sangat luas, tapi untuk memudahkan penganalisaan baiklah  
dibatasi dengan 4 faktor itu saja.
Tapi sebagai kesan umum, dari empat faktor isi 
dari makna kata "kebilinger"itu adalah tuduhan Presiden Sukarno, bahwa PKI dan 
pemimpinnya memang terlibat dan terlibat secara bodoh bahkan bisa disebut secara 
gila-gilaan, diluar perhitungan, di luar akal sehat dan tidak bertanggung 
jawab.
Teoritis, PKI sebagai partai Marxis, mengetahui 
bahwa dalam merebut kekuasaan negara dan memenangkan revolusi tidak bisa dengan 
jalan coup tapi di atas dasar kematangan situasi revolusioner yang 
sudah matang dan kesiapan massa rakyat yang luas serta kesiapan Partai 
revolusoiner itu sendiri dalam memimpin revolusi di garis terdepan. Jadi dalam 
situasi yang tidak keblinger, PKI tidak mungkin tiba-tiba menjadi keblinger dan 
lalu secara spontan bertindak melakukan avonturis besar dan maha berbahaya itu 
yang juga di luar garis Partai yang  mengarah pada cara-cara demikian. 
Dalam pendidikan intern Partai-pun PKI selalu mengharamkan 

jalan coup atau avonturisme dalam merebut 
kekuasaan dan melaksanakan revolusi. Bahkan dalam diskusi-diskusi periodik 
Partai hingga ke bawah, jalan terorisme dan avonturisme, sangat diharamkan. 
Lagipula bila dikatakan PKI telah sangat terpengaruh dengan jalan Revolusi Cina 
yang menempuh jalan dari desa mengepung kota, maka cara-cara keblinger yang 
spontan, di luar garis umum dan tanpa persiapan yang panjang, tuduhan keblinger 
itu sangat diragukan. Karena bila demikian, yaitu ,memang kekeblingeran PKI 
telah melakukan kesalahan-kesalahan besar dan prinsip sbb:
1. Menyalahi dan melanggar garis umum Partai yang 
telah ditetapkannya sendiri
2. Menyalahi prinsip Marksis dalam menjalankan 
revolusi
3. Menyalahi jalan Revolusi Cina (Dari desa 
mengepung kota) yang telah sangat mempengaruhinya.
4.Meninggalkan massa anggota yang tidak 
dipersiapkan dan tidak siap sama sekali untuk menempuh jalan 
coup.
5. Melakukan politik avonturis secara total dan 
itulah yang namanya KEBLINGER dalam arti yang 
sesungguh-sungguhnya.
Tapi lalu masaalahnya, apakah memang demikian. 
Untuk sampai pada kesimpulan atau tuduhan demikian, harus ada bukti-bukti dan 
analisa mendalam yang harus bisa dikontrol dan diklopkan apa memang demikian 
adanya di dalam praktek atau dalam kenyataan. Banyak hal-hal yang hanya orang 
PKI sendirilah yang bisa menilai sampai dimana mereka bisa dikatakan keblinger 
atau mungkin hanya tertuduh, terfitnah dan lalu tidak bisa berbuat apa-apa, 
tidak mungkin membela diri, tidak sempat menerangkan situasi dan yang terpenting 
mereka telah begitu cepat dihabisi dengan terror. D.N. Aidit cepat dibunuh agar 
tidak mungkin diajukan dan membela diri di depan pengadilan. 
Puluhan ribu orang-orang yang dituduh PKI dan anggota PKI di 
buang ke Pulau Buru dan penjara-penjara lainnya di seluruh Indonesia tanpa 
pernah diadili hingga Suharto terguling. Hak-hak dasar kemanusiaan puluhan juta 
korban 65 hingga sekarang belum dipulihkan. Semua kenyataan ini membuktikan 
kebenaran yang sesungguhhya di balik peristiwa  G30S-65 akan selalu 
ditutup-tutupi yang mula-mula dengan teror, lalu dengan kebohongan, pembodohan 
massa rakyat dan sekarang ini dengan pemutar balikan sejarah melaui 
tulisan-tulisan, buku-buku (termasuk yang dibuat oleh penulis asing) yang 
membikin roman politik atau sastra jurnalis politik yang lebih menyerupai 
film-film Jackie Chan, yang memang enak ditonton tapi tidak bisa 
diperlakukan sebagai film-film `yang mengangkat kebenaran 
sejarah.
Tapi dalam ketakutan dan ancaman jiwa yang serius, 
orang memang bisa keblinger, bisa mengatakan sesuatu yang lain dari apa yang 
sesungguhnya yang ada di hatinya, bisa menipu musuh dan menipu dirinya 
sendiri untuk menyelamatkan diri, bisa berhianat, bisa memfitnah teman 
sendiri bahkan saudara kandung sendiri di depan musuh yang sedang juga super 
blinger ta

[budaya_tionghua] OOT. JENAKA POLITIKANTA

2005-10-09 Thread BISAI





Relax...
 
 
 
JENAKA POLITIKANTA
 
   (reaksi bangsa yang sudah 
beradab terhadap dongeng-dongeng absurd)
 
Seorang pelarian politik Indonesia di Belanda 
(vluchteling)  menceritakan berita yang didengarnya sekitar peristiwa 
G30S-65 kepada seorang petani Belanda kenalannya.
Pelarian Politiki(PP):  Wanita-wanita Gerwani 
dituduh telah memotong kemaluan 7 Jendral yang sudah jadi mayat. Sungguh 
mengerikan.
Petani Belanda(PB): Apakah kepunyaan para Jendral 
itu lebih panjang untuk dicangkokkan pada 
   suami-suami 
mereka ? Mengapa tidak mengimport  dari Belanda saja.
 
 
Di kamar tunggu sebuah rumah sakit mata, seorang 
PP menceritakan berita yang dibacanya di koran Indonesia  kepada teman 
Belandanya yang  ikut mengantarkannya, katanya, telah ditemukan alat 
pencungkil mata di sebuah rumah orang PKI yang dituduh melakukan pencungkilan 
mata terhadap mayat 7 jendral yang mereka bunuh.
Reaksi teman PP: Tentu alat itu mereka curi dari 
sebuah kamar operasi di rumah sakit mata.
PP: Tidak, mereka buat 
sendiri
Teman Belanda: Untuk apa? 
PP: Barangkali untuk bikin telor mata 
sapi
Teman Belanda: Saya tidak 
mengerti
PP: Saya juga tidak mengerti
 
 
Seorang PP yang lain menceritakan cerita  
yang lain lagi pada seorang teman Belanda-nya  ketika mereka sedang 
mengunjungi Kebun Binatang "Artis"di Amsterdam.
PP: 7 Jendral Indonesia dibunuh secara kejam di 
Lubang buaya, lalu PKI yang disalahkan.
Teman Belanda: Rupanya bangsa kalian juga bangsa 
penghemat seperti bangsa Belanda. Buaya lapar lebih hemat dari rentetan 
peluru.
PP: Lubang buaya itu nama tempat 
bukan...
Teman Belanda: Buaya lapar tidak pandang tempat 
atau pangkat, dari Jendral hingga prajurit semua dia makan. Tapi siapa pemilik 
peternakan buaya itu?
PP: eee...Suharto!
Teman Belanda: Sudah saya duga sejak 
mula.
 
 
Dan ketika dalam suatu acara mengantarkan jenazah 
seorang teman senasib, sambil minum kopi di ruang tunggu, seorang PP 
menceritakan cerita lama yang didengarnya sekitar perbuatan GERWANI yang 
menyanyikan dan menarikan "TARI HARUM BUNGA" di sekitar 7 mayat para Jendral 
yang telah dibunuh yang sudah tak karuan tubuhnya akibat disayati dengan pisau 
silet oleh wanita-wanita GERWANI.
PP: sungguh tak bisa saya bayangkan, wanita-wanita 
Indonesia yang terkenal ramah tamah dan lemah lembut itu bisa berbuat sadis 
sedemikian rupa.
Teman Belanda: Saya juga tidak. Tapi apakah mereka 
tahan bau mayat yang sudah begitu rusak, apakah tehnik pengawetan di negeri 
kalian sudah begitu majunya.
 
 
 
Seorang teman Belanda bertanya pada seorang PP 
sahabatnya.
Teman Belanda: Kapan kamu akan pulang ke 
Indonesia
PP: Kalau ajaran Marxis sudah benar-benar hilang 
dari dari otak seluruh orang Indonnesia
Teman Berlanda: Kapan itu akan 
terjadi
PP: Kalau hari sudah kiamat
Teman Belanda: Saya tidak 
mengeti
PP: Apa kamu kira saya juga 
mengerti
 
Kiriman asahan aidit.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] OOT. KOMEDIA SEPTEMBRIA ANAM LIMA

2005-10-11 Thread BISAI





Relax...
 
  
KOMEDIA SEPTEMBRIA ANAM LIMA
 
( Drama dan tragedi 
peristiwa G30S-65 adalah juga komidi dalam senyum yang 
dikulum)
 
 
RALAT: 
 
D.N.Aidit ketika akan ditembak oleh seorang 
perwira tinggi Suharto masih sempat meneriakkan:
...HIDUP PKI !!!
Sang perwira tinggi jadi latah dan serta merta 
meneriakkan:
HIDUP DEWAN REVOLUSI!!! dan lalu dor! 
dor! dor!...Aidit rebah seketika tapi sang perwira tinggi cepat menyedari 
kesalahannya dan lalu berkata:
- Hei, Aidit, jangan mati dulu, tadi maksuk saya 
HIDUP DEWAN JENDRAL!
Seorang serdadu pengawal maju ke depan menghampiri 
atasannya sang perwira tinggi dengan moncong senjata ke arah sang perwira  
lalu mengatakan:
- Kesalahan bapak saya maafkah karena bapak telah 
membunuh ketua PKI
 
 
RIWAYAT  ATAU ASAL- USUL 
KATA "KEBLINGER":
 
Ketika Suharto sudah menguasai situasi  dan 
Presiden Soekarno paraktris sudah menjadi tawanannya, ia lalu bilang sama 
Presiden Soekarno.
SUHARTO: "Begini saja Pak, karena seluruh rakyat 
sudah mengutuk PKI yang mendalangi G30S-PKI, untuk keselamatan Bapak, saya kira 
bapak juga harus mengutuk PKI".
Presiden Soekarno cepat menyedari posisinya yang 
lemah dan juga berpikir tentang keselamatannya yang diancam Suharto itu lalu 
mengatakan:
 
SOEKARNO:"Baiklah nanti akan saya kutuk dalam 
NAWAKSARA isi pidato saya di MPR".
Dalam sidang MPR.
SOEKARNO: "Yang menjadi dalang peristiwa 30 
September sesungguhnya adalah kaum NEKOLIM dan CIA, saudara-saudara sekalian..."
Seorang anggota MPR yang agresiv 
tiba-tiba meng-interupsi pidato bung Karno: : "Jangan umum-umum begitu Pak, 
sebutkan siapa dalang yang sesungguhnya!!!"
SOEKARNO: "Ya, baiklah, yang saya maksudkan adalah 
kaum reaksioner dalam negeri itu lho..."
Tapi seorang anggota MPR yang lebih agresiv lagi 
dengan suara lantang memotong kata bung Karno.
Anggota MPR: "Jangan plintat-plintut Pak, atas 
nama rakyat, nasib bapak akan diadili, bilang terus terang siapa dalang 
satu-satunya  peristiwa G30S-PKI!!!"
SOEKARNO: "Ya, itulah, maksud saya para pemimpim 
PKI yang KEBLINGER itu."
Seluruh anggota MPR bertepuk tangan dengan 
gemuruhnya.
 
SALING MENYALAHKAN:
 
Sesudah kekalahan G30S-65 , Partai-Partai Komunis 
luar negeri  saling menyalahkan yang terutama menyalahkan 
PKI.
Partai Komunis Sovyet: "Kami kan sudah 
bilang pada PKI, jangan mengutuk REMO, ikut-ikutan Partai Komunis Cina. Nah, 
sekarang begini ini akibatnya, kami terpaksa tidak bisa membantu, yang kami 
bantu justru musuh kalian".
Partai Komunis Cina: "Kesalahan PKI itu karena 
tidak mau mengikuti jalan revolusi Cina dan hanya mendengarkan kata REMO yang 
menjerumuskan. Kami juga terpaksa tidak bisa bantu, abis garisnya sudah salah 
begitu kok".
Partai Komunis Perancis dan Itali: "Kalo 
mau jalan damai yang sungguh-sungguh, ya jalan damainya kami ini. Abis PKI 
kegedean bacot sih, pakek nakut-nakutin Nekolim segala. Mbok yang sopan kalo 
ngomong sama kaum reaksioner. Kalian tu gimana sih. Brontak nggak genah, damai 
juga sambil ngumumin perang, nah itulah kalo nggak mau belajar dari 
kami..."
Tiba-tiba bangkai Trotsky bangkit dari kuburannya 
setelah membebaskan diri dari peti mayatnya yang sudah lapuk, tidak sabar 
mendengarkan perdebatan yang dianggapnya absurd.
Bangkai Trotsky: "Dasar pada goblok 
semua. Tiga juta pada mampus justru karena kalian tidak mau brontak nurutin 
penghianatan Stalin. Kalian semua Partai Stalinis, korban penghianatan Stalinis, 
tahu nggak, goblok, goblok, goblok!!! Kalo kalian nggak punya otak, nih, saya 
bagi- bagi".
Bangkai Trotsky lalu kembali ke peti mayatnya dan 
mengambil sebuah kapak kiriman Stalin yang mengahiri hidupnya berpuluh puluh 
tahun lalu dan lalu mengapak batok lepalanya yang tinggal setengah itu. Seorang 
anggota PKI yang masih hidup yang sejak tadi diam saja menyaksikan 
perdebatan itu lalu berkata.
Anggota PKI: "Lho, kawan Trotsky, yang 
keluar dari batok kepala kawan, kok cuma tanah, mana otaknya?" 

 
Kiriman asahan aidit.
 
 
 
 
 
 
 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] OOT.Seluruh bangsa adalah keblinger

2005-10-12 Thread BISAI





Asahan Aidit:
 
   
Dalam peristiwa G30S-65 seluruh bangsa adalah keblinger
 
Tapi yang terutamanya adalah Suharto 
sendiri. Dimulai dengan membunuh 7 Jendaral dan diahiri dengan pembunuhan 
berjuta-juta orang yang tidak bersalah termasuk anggota-anggota PKI beserta 
simpatisannya. Seluruh kekuatan reaksioner dalam negeri yang bekerja 
sama dengan CIA telah nyata-nyata keblinger. Tidak ada satu pihakpun yang 
terlibat langsung maupun tak langsung dalam peristiwa G30S-65 , bisa merasa 
dirinya tidak keblinger. Itu semua adalah kesesatan pikiran dan tindakan 
gila-gilaan yang tak terperikan kejam dan biadabnya terhadap kemanusiaan dan 
terhadap bangsa Indonesia khususnya. Karenanya kalau hanya dituduhkan pada 
pimpinan PKI saja yang keblinger, adalah sangat idak adil, tidak obyektif dan 
juga tidak benar. Yang benar, semuanya dalam keadaan keblinger, mabuk kuasa, 
mabuk darah dan mabuk kejayaan oleh kesesatan dan kepanikan ideologi dan 
kemerosotan moral politik maupun moral kemanusiaan.
asahan 
aidit.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] Re: Seluruh bangsa adalah keblinger?

2005-10-14 Thread BISAI
ya salah atau punya 
dosa yang mestinya minta maaf. Dan bukan sebaliknya. Dan di sinilah politik:dia 
sebuah logika, analisa historis dan kontemporer dan argumentasi yang bisa 
diterima akal sehat dan bukan "sportivitas"di depan musuh politik yang tak akan 
pernah melakukan hal itu.
asahan aidit.
 
 
 
- Original Message - 

From: ChanCT 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, October 13, 2005 5:04 AM
Subject: [wahana-news] Re: Seluruh bangsa adalah 
keblinger?

Bung Asahan yth,
 
    Wah, pernyataan seluruh 
bangsa keblinger sih agak keterlaluan juga, ya. Apalagi dinyatakan seluruh 
bangsa mabuk kuasa. Siapa yang mabuk kuasa? Itukan cuman segelintir elite saja, 
kenapa mesti dibawa-bawa rakyat tidak berdosa, ya. Mereka-mereka itu betul-betul 
tidak tahu apa-apa, kok. Tahu-tahu ditangkap, dipenjara, atau, ... dibantai 
dengan tidak tahu-menahu apa salahnya, apa dosanya! Bagaimana bisa dikatakan 
keblinger?
 
    Satu lagi, menjadi lebih 
salah kalau dikatakan jenderal Soeharto juga keblinger. Jenderal Soeharto adalah 
satu-satunya orang yang tidak keblinger, tapi yang betul-betul cerdik-pandai 
(baca sangat licik) dan berhasil mencapai tujuannya. 
 
    Bukankah itu berarti 
orang yang sok pinter tapi melakukan kesalahan yang sangat bodoh?
 
    Salam,
    CahanCT

  - Original Message - 
  From: 
  BISAI 
  To: WAHANA ; BUDAYA TIONGHUA 
  Sent: Thursday, October 13, 2005 5:26 
  AM
  Subject: [wahana-news] OOT.Seluruh bangsa 
  adalah keblinger
  
  Asahan Aidit:
   
     
  Dalam peristiwa G30S-65 seluruh bangsa adalah keblinger
   
  Tapi yang terutamanya adalah 
  Suharto sendiri. Dimulai dengan membunuh 7 Jendaral dan diahiri dengan 
  pembunuhan berjuta-juta orang yang tidak bersalah termasuk anggota-anggota PKI 
  beserta simpatisannya. Seluruh kekuatan reaksioner dalam negeri yang 
  bekerja sama dengan CIA telah nyata-nyata keblinger. Tidak ada satu pihakpun 
  yang terlibat langsung maupun tak langsung dalam peristiwa G30S-65 , bisa 
  merasa dirinya tidak keblinger. Itu semua adalah kesesatan pikiran dan 
  tindakan gila-gilaan yang tak terperikan kejam dan biadabnya terhadap 
  kemanusiaan dan terhadap bangsa Indonesia khususnya. Karenanya kalau hanya 
  dituduhkan pada pimpinan PKI saja yang keblinger, adalah sangat idak adil, 
  tidak obyektif dan juga tidak benar. Yang benar, semuanya dalam keadaan 
  keblinger, mabuk kuasa, mabuk darah dan mabuk kejayaan oleh kesesatan dan 
  kepanikan ideologi dan kemerosotan moral politik maupun moral 
  kemanusiaan.
  asahan 
aidit.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] OOT: SELAMAT LEBARAN

2005-11-02 Thread BISAI





 
 
  
Selamat Hari Raya Aidul Fitri 
   
1 Syawal 1426
 
 
 
  Maafkan lahir batin 
atas semua kata yang telah terlanjur
  yang tidak ramah 
maupun yang menyinggung perasaan
   (termasuk 
pada lawan-lawan debat saya) selama
  bermilis di 
"budaya tionghoea", "WAHANA" dan"HKSIS".
 
asahan aidit.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "budaya_tionghua" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.