Re: {Disarmed} Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing !
Saya salut atas pernyataan yang begini. Salam, BISAI. - Original Message - From: Akhmad Bukhari Saleh To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, April 17, 2008 5:24 AM Subject: Re: {Disarmed} Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing ! Patriotisme adalah salahsatu pilar budaya tionghoa. Tentu saja patriotisme berkaitan dengan patria, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Sejak awal milis ini sudah ini yang selalu diusung dalam pembahasan-pembahasannya. Kita bisa melihat betapa tingginya patriotisme warga Singapore pada patria-nya, Singapura. Baik yang Melayunya, yang Tamilnya, yang Kaukasiannya, apalagi yang Cinanya. Ini yang membuat negara itu maju, dan kekurangan akan patriotisme ini yang membuat kita terpuruk. Wasalam. --- - Original Message - From: Skalaras To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 16, 2008 10:42 PM Subject: {Disarmed} Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing ! > Wah! Sejak kapan Millis ini menjadi Millis Patriotik??? > > Apakah yang menjadi anggota harus WNI semua ya? > Apakah kalau eks Warga Indonesia yang sudah pindah ke luar negeri > dan menjadi Warga negara Asing tak boleh ikut joint di sini Ya??? > > Menurut saya, Millis ini bahasanya saja Indonesia, > asal masih bicara budaya Tionghoa, bukan politik Tionghoa, > oke2 saja, tak harus yang serba Indonesia. > apalagi dikait2kan dng nilai2 patriotik segala. > > ZFy
Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing !
Lagu kejujuran selalu sederhana, tapi lebih indah dari segala lagu yang pernah diciptakan. Salam, BISAI. - Original Message - From: Ulysee To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, April 17, 2008 6:45 AM Subject: RE: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing ! Huehehehehe, saya juga jadi ingat, waktu keranjingan lagu "I'm Proud To Be An American." Tyus ada yang komentar gini, " Hei sejak kapan lo jadi American??" gue melongo nggak langsung ngeh, waktu sadar lalu ngakak, "Weh, gue masih Indonesian Citizenship euy, belon jadi American, cuman ikut nyanyi doank." Seperti kalau gue nyanyiin lagu Jatuh cinta berjuta rasanya, khan nggak berarti gue lagi jatuh cinta Atau kalau gue nyanyiin lagu cengeng mendayu-dayu, khan nggak berarti gue lagi patah hati. Dan kalau gue nyanyi I'm Proud to Be an American, kan enggak mendadak Amerika jadi Ibu tiri gue, wakakakakaka. Tapi kalau gue nyanyi Indonesia Tanah Air Beta. suer, rasanya beda, ada yang mendesir dalam darah. Itu artinya apa ya? -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ChanCT Sent: Thursday, April 17, 2008 10:40 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing ! Saya jadi teringat ditahun 04 di Chang Sha menghadiri seminar Media-Tionghoa sedunia, bertemu dengan seorang dokter etnis TIonghoa kelahiran HK bernama Huang Jin-biao, pernah menjabat walikota (lupa saya kota apa namanya) di AS dan ketika itu masih seorang pejabat polisi di kota itu, pada saat malam gembira perpisahan penutup Seminar, dia tampil kedepan podium menyanyikan "Pujaan Tanah-air" dan, ... tentu jelas yang dipuja sebagai tanah-airnya itu tanah leluhurnya Tiongkok! Kebetulan saya semeja dengan beliau. Disaat kembali duduk disebelah saya, saya tanya: "Lho, kamu sudah jadi WN Amerika, kok masih memuja Tiongkok sebagai tanah-air-mu?", dengan mudah dia jawab: "Saya sebagai Tionghoa, akan tetap mencintai Tiongkok sebagai ibu-kandung saya, dan, ... saya juga akan tetap mencintai Amerika sebagai ibu-tiri yang membesarkan dan mememlihara saya. Tidak bisa saya lupakan dan tidak perlu dipungkiri. Kedua ibu, Tiongkok dan Amerika saya cintai bersamaan.!" Salah? Tentu saja tidak. Perlu diragukan loyalitasnya menjadi loyalitas ganda? Juga tidak perlu. Mengapa harus diragukan, lakukan saja sanksi HUKUM yang berlaku, jeratlah dengan Hukum yang berlaku kalau dia langgar. Dan, ... itulah satu-satunya patokan untuk melihat kesetiaan, loyalitas seseorang pada tanah-airnya. Dilihat sikap dan tindak tanduknya sebagai warga yang baik, memenuhi atau tidak hak dan kewajibannya pada negara dan bangsanya. Begitu saja kok repot. Salam, ChanCT - Original Message - From: Akhmad Bukhari Saleh To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, April 17, 2008 1:43 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing ! Ya saya dong yang bilang. Memang Indonesia lah tanah airku, tanah tumpah darahku, bukan lainnya. Apakah Lim-heng tanah airnya bukan Indonesia? Atau ada satu lagi yang lain di samping Indonesia. Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku. Jangan "di sanalah tempat hotelku, jadi lahan oportunitasku". Wasalam. -- - Original Message - From: * To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 16, 2008 4:35 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Yuuu..uk Boikot Olimpiade Beijing ! > ...siapa yg bilang??? > > Eddy Lim - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - > Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> schrieb: > > Bukan Asia Tenggara, tetapi Indonesia! > > > > Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku. > > Bukan Cungkuo! > > > > Wasalam. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.22.12/1374 - Release Date: 2008/4/11 _U__ 04:59 No virus found in this incoming message. Checked by AVG. Version: 7.5.519 / Virus Database: 269.23.0/1379 - Release Date: 4/15/2008 6:10 PM No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.519 / Virus Database: 269.23.0/1379 - Release Date: 4/15/2008 6:10 PM
[budaya_tionghua] OOT. KOMPLOTAN BELASTING DIENST DENGAN SOCIAALE DIENST
ASAHAN AIDIT: BELASTING DIENST(Jawatan Pajak) BERKOMPOLOT DENGAN SOCIALE DIENST(Jawatan sosial) MERAMPOK UANG UITKERING (Uang bantuan bagi kaum minima) KAUM PENSIUNAN. Tidak bisa dibayangkan kalau sebuah Jawatan Sosial (Sociaale Dienst) berkomplot dengan Jawatan Pajak (Belasting dienst) bekerja sama untuk merampok uang bantuan Pemerintah yang diterima oleh seorang pensiunan seperti saya dengan jumlah lebih dari setengahnya dalam waktu panjang yang itu berarti: - Saya tidak akan bisa membayar uang sewa rumah - Saya tidak akan bisa membayar uang pemakaian gas dan listrik -Saya tidak akan bisa membayar penggunaan air minum -Saya tidak akan bisa membayar uang asuransi kesehatan -Saya tidak akan bisa membayar uang pemakaian tilpon, televisi dan antene televisi -Saya tidak akan bisa mermbayar berbagai keperluan hidup lainnya yang juga mendesak. -Kemampuan belanja dapur saya akan dengan cepat merosot menuju ke bahaya kelaparan. Dan sebagai akibat dari semua ini, saya tidak akan mendapatkan aliran listrik, tidak akan mendapatkan air minum, tidak bisa ke dokter gigi dan ahirnya saya akan diusir dari rumah karena tidak bisa lagi membayar sewa rumah. Eksekusi mati perlahan lahan ini akan saya jalani secara perlahan-lahan tanpa ampun, tanpa pertolongan oleh sikap manusia robot para ambtenar yang tidak punya rasa kemanausiaan terhadap- kaum ekonomi lemah yang terlibat hutang yang dibikin sendiri oleh pemerintah dan dipaksa harus membayar meskipun sang korban tidak mampu dan bahkan mutlak tidak mampu membayar hutang yang dibikin oleh Belasting Dienst yang tidak seorangpun bisa mengerti mengapa seseorang tiba-tiba mempunyai hutang pada mereka dan mutlak harus dibayar tidak pandang mampu atau tidak mampu membayar hutang bikinan dan paksaan tersebut. Dan bila tidak mampu membayar maka mereka bekerja sama dengan Sociaale Dienst yang memberi uitkering, untuk merampok secara paksa uang penerima uitkering yang dikenakan hutang. Logika manusia yang normal mengertikan bahwa Jawatan Sosial itu sedapat mungkin membantu manusia yang lemah ekonominya dalam menghadapi kesukaran. Tapi malah sebaliknya, Sosciaale dienst didikte oleh Belasting Dienst untuk merampok hak penerima uitkering sebagai rampasan paksa penebus hutang yang mereka bikin sendiri. Usaha untuk mendapatkan keringanan kemanusiaan selalu dibentengi dengan birokarasi yang hampir selalu super iritant, sia-sia, dengan sikap super arogansi...HOOPELOOS. orang Belanda bilang dan mampuslah semua orang yang tidak berdaya di negeri yang demokratis, kaya raya, dan penuh dengan human right. BERSAMBUNG... [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Kolom IBRAHIM ISA -- DEMOKRASI --- KRITIK DAN KONTRA-KRITIK, 19 Jan 07
Pak Ibrahim Isa Yb. Apakah bapak sudah pernah membaca buku "MAO" karangan Yung Chang? ( terjemahan bahasa Belanda). Bila belum dan bapak berminat membacanya saya bisa meminjamkannya pada bapak. Salam. asahan - Original Message - From: IBRAHIM ISA Alias BRAMIJN To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, January 19, 2007 11:28 AM Subject: [budaya_tionghua] Kolom IBRAHIM ISA -- DEMOKRASI --- KRITIK DAN KONTRA-KRITIK, 19 Jan 07 Kolom IBRAHIM ISA Jum'at, Januari 2007 DEMOKRASI --- KRITIK DAN KONTRA-KRITIK < Bagaimana itu ditrapkan dalam kehidupan bernegara> Belakangan ini media kita ramai memberitakan dan mengomentari kritik dan kontra-kritik antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono versus mantan Presiden, Ketua Umum PDI-P, Megawati Sukarnoputri. Di satu segi, ramé-ramé kritik-kontra-kritik itu ada baiknya! Pertama-tama tentunya manfaaat yang bisa ditarik dari substansi kritik dan kontra-kritik itu sendiri, yang disinggung secara umum kali ini. Yang hendak difokuskan disini ialah segi lainnya. Yaitu segi praktek berdemokrasi. Kita bisa menarik pelajaran bagaimana 'kebebasan menyatakan pendapat' ditrapkan di kalangan elite politik Indonesia. Yang menunjukkan bahwa, meskipun formalnya beliau-beliau itu berasumsi sebagai penganut dan pembela demokrasi, tetapi di dalam praktek, bila dirinya sendiri yang jadi sasaran kritik, betapapun, terkesan yang bersangkutan sedikit 'tersinggung' atau merasa 'risih' menerima kritik tsb. 'Risih' bila pelaksanaan salah satu prinsip demokrasi, yaitu kritik, itu ditujukan terhadap dirinya sendiri. Terdengarlah celetukan, seperti : 'hendaknya perbedaan pendapat itu ditangani secara baik-baik'. Terkadang dipertanyakan, bukankah kita ini, sebagai bangsa Timur, yang punya tradisi dan kulturnya sendiri, tidakkah sebaiknya mencari solusi lewat 'musyawarah dan mufakat'?. Lewat konsensus? Bisa jadi, saran tsb punya maksud baik. Tetapi, kita punya pengalaman yang jelék sekali dari praktek otoriter rezim Orba. Yang dikatakan tradisi dan kultur 'musyawarah dan mukafat' ternyata kata-akhir, yaitu yang mengambil keputusan yang mengikat semua, yang menentukan, adalah 'bapak-bapak pemimpin ' sebagai 'sesepuh' yang sejak semula telah memberikan 'pengarahan'. Yaitu Bapak Presiden Jendral Suharto! Bukankah itu kultur politik Orba yang njelimet untuk, dengan selubung 'musyawarah dan mufakat', memelintir hak untuk 'dengan bebas menyatakan pendapat', menindas hak mayoritas warganegara mengambil keputusan lewat cara demokratis. Pada akhirnya Pak Hartolah, yang dengan cara otoriter menentukan segala-galanya. * * *. Ketika Megawati menduduki jabatan Presiden RI, tidak sekali dua orang melihat betapa beliau kurang réla bila dikritik. Maka digunakanlah kata 'hujatan' bila ada yang mengeritiknya. Bisa dipastikan bahwa baik SBY maupun Mega menganut prinsip DEMOKRASI. Bukankah partai mereka masing-masing menyandang nama DEMOKRASI? Yang satu menggunakan nama Partai D e m o k r a s i Indonesia Perjuangan (PDI-P), yang satunya lagi bernama Partai D e m o k r a t . Masing-masing mereka itu adalah pimpinan partai yang punya program DEMOKRASI. Dengan demikian masing-masing menyatakan diri sebagai DEMOKRAT. Kali ini bisa disaksikan betapa SBY merasa 'risih' dan 'tidak rela' ketika dari jurusan PDI-P, dari ketuanya sendiri, Megawati, meluncur kritik-kritik tajam terhadap beleid SBY dan pemerintahannya.( 'Jangan hanya menebar pesona, kata Mega, tetapi menebar karya'). Tak lama kemudian SBY melakukan 'serangan balas'. Kira-kira begini kata SBY: Kalian jangan hanya bisa ngomong saja, (dong) dan kemudian berpangku tangan. Yang penting bekerja untuk rakyat (seperti saya ini, kata SBY). Kira-kira begitu maksudnya. Sesungguhnya, yang melancarkan kritik ke arah pemerintah, bukan hanya Mega. Yang sudah sejak semula memang mengumumkan bahwa PDI-P akan mengambil posisi sebagai partai oposisi. Jadi, apa yang dilakukan Mega adalah normal dan wajar dalam suatu masyarakat demokratis. Juga pers dan parpol lainnya menggunakan hak fundamental untuk menyatakan fikiran dengan bebas, untuk mengeritik yang berkuasa. Baca saja surat-kabar, atau dengarlah radio ( sebaiknya yang swasta) yang begitu banyak jumlahnya. Tidak sehari lewat tanpa ada kritik terhadap pemerintah, terhadap penguasa, polisi, tentara, Pengadilan, terhadap SBY, terhadap Wapres Jusuf Kala. Apakah itu datangnya dari media, ornop, parpol maupun LSM. Apa itu menyangkut soal ekonomi, atau masalah perusahaan-perusahaan asing yang semakin leluasa mengeduk kekayaan bumi dan alam kita, serta menikmati upah kerja buruh yang murah di Indonesia sekarang ini. Atau kritik itu mengenai ketentuan-ketentuan IMF, Bank Dunia yang dengan patuh dilaksakankan di negeri merdeka ini, dsb. Sehingga menjadikan negeri tecinta ini betul-betul tergantung pada asing. Di tambah lagi kritik-kritik terhadap pen
[budaya_tionghua] "ALHAMDULILLAH"Bag.II(28)
ASAHAN AIDIT: Roman memoar "ALHAMDULILLAH" Bagian II (28) Merambat tanah pemukiman Di usia yang amat belia saya suka diperguraukan oleh abang saya yang katanya saya adalah anak seorang Cina yang bernama Tan Tek Beng. Ketika ibu saya melahirkan saya di rumah sakit Tanjung Pandan, ibu saya membawa bayi yang keliru atau tertukar dan itulah saya, bayi seorang perempuan Cina yang menurut abang saya bernama Tan Tek Beng itu. Saya tidak marah karena saya tahu itu pergurauan saja tapi abang saya begitu gigih meyakinkan pergurauannya itu sebagai yang sesungguhnya. Saya anak Cina dan bukan anak dari Ibu dan ayah saya. Kadang-kadang saya marah kalau pergurauan demikian terlalu diintensifkan abang saya. Abang saya mengatakan bahwa mata saya lebih sipit dari yang biasa dan itulah tandanya orang Cina. Suatu hari saya ambil cermin secara diam-diam dan membawanya ke kakus. Saya lihat dua belah mata saya dengan perhatian istimewa. Saya merasa terkejut. Memang kedua mata saya tampak sipit, lebih tertutup meskipun sudah saya buka selebar-lebarnya dan sejak itu saya mempunyai kebiasaan baru melatih membuka mata saya lebar-lebar agar tidak sipit tapi bukan karena untuk membantah abang saya yang menuduh saya anak Cina karena saya tidak merasa sedih sedikitpun dituduh anak Cina dan bila betul memang saya adalah bayi yang tertukar dan saya memang Cina itupun saya merasa tidak apa -apa. Tapi mempunyai mata sipit saya tidak mau, tidak mau mempunyai mata sipit seperti orang Cina meskipun munkin ternyata memang saya anak Cina. Biasanya ayah sayalah yang menghibur saya bila abang saya itu sedang kambuh penyakitnya menuduh saya anak Cina. Ayah saya bilang Cina itu kaya-kaya dan bila tidak kaya mereka orang baik-baik dan jangan lupa ayah saya bilang, rumah kami yang besar dan bagus adalah dibangun oleh seorang Cina sahabat ayah saya yang biasa kami panggil Kong-ie. Ironisnya di masa belianya, abang saya itu sangat suka mengganggu petani Cina yang sering liwat di muka rumah kami sambil memikul dua kaleng besar yang berisi tinja untuk pupuk tanaman dan itu menimbulkan bau yang sangat menusuk hidung . Abang saya dan teman-temannya sering mengguncang pikulan tinja itu hingga isinya berhamburan di tengah jalan dan lalu mereka lari. Ketika ia menginjak dewasa dan lalu ikut politik ia menjadi pengagum orang Cina, punya pacar orang Cina, pergi ke negeri Cina dan terdampar berpuluh tahun di sana dan lalu pergi dari sana dan hingga di usia tuanya dia tetap pengagum Cina dan dia juga seorang Sinolog bikinan UI di Jakarta. Jadi lengkaplah dunia percinaannya. dan dia tidak bertepuk sebelah tangan. Orang Cinapun suka dengan dia. Dia pernah jadi guru di sekolah Cina dan mempunyai banyak murid-murid Cina yang bukan main hormatnya pada dia. Apa yang tidak Cina pada dia. Semuanya, luar dan dalam kecuali matanya yang tidak sipit. Saya teringat akan sebuah sajak Mayakovsky yang berjudul: "Jangan Jamah Cina! ". Di kuping saya seolah terdengar abang sayalah yang mengatakan kalimat perintah itu dan bukannya Mayakovsky. Tapi saya mempunyai pengalaman yang lain. Memang suatu periode saya juga pernah jadi pengagum Cina sejak saya sering diajak oleh abang saya ke kedutaan Cina di Jakarta. Ketika itulah saya untuk pertama kalinya menikmati makanan Cina yang saya rasakan begitu lezat, kaya ragam dan macamnya, sedap bumbunya, pendek kata apa saja yang masuk ke mulut, yang cair maupun yang padat asal dibikin orang Cina semuanya nikmat. Hingga saya berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan pelajaran di Moskow, kekaguman saya pada Cina terkonsolidasi keras ketika Negeri Cina bertengkar dengan orang Rusia. Partai saya membela Cina sambil memaki Rusia dan begitu pulalah yang saya lakukan bersama kawan-kawan saya yang lainnya karena itu garis Partai. Mungkin tidak tertulis begitu, tapi ketika itu apa saja yang disuarakan Partai adalah garis Partai. Tapi ketika saya meninggalkan Rusia untuk berangkat ke Vietnam saya harus singgah di Cina untuk beberapa bulan sebagai tamu Partai. Saya merasa sikap Cina terhadap saya jauh berbeda dengan sikap Cina terhadap abang saya. Dingin. Dan kalau Cina bersikap dingin itu berarti tidak ada persahabatan meskipun mungkin belum bermusuhan. Saya memberikan alasan yang sederhana tanpa analisis yang mendalam. Mungkin sebabnya karena saya sekolah di negeri revisionis dan karenanya telah terjangkit berat penyakit revisionisme moderen atau mungkin juga saya tidak pandai antusias memuji-muji Cina yang ketika itu sangat memerlukan adat istiadat demikiah. Semua alasan saya mungkin akan mudah diremehkan orang, ah, itu c
[budaya_tionghua] "ALHAMDULILLAH"Bag.II(29)
ASAHAN AIDIT: Roman memoar "ALHAMDULILLAH" Bagian II (29) Merambat tanah pemukiman Setiap saya pulang dari rumah tante Annie selalu saja ada yang saya bawa pulang ke rumah yang sudah disiapkan tante Annie , biasanya buku, atau musik cassete lagu-lagu klassik, dia sudah tahu hobby saya, dan tidak lupa menyelipkan uang seratus gulden, dari uang pensiunnya yang dia sisakan untuk saya yang ini tidak bisa ditolak (tentu ketika menolak itu sayapun berlumuran kata-kata munafik dengan harapan agar ia memaksakan terus uang itu saya terima). Tapi pada hari itu saya menerima sesuatu yang agak lain dari biasanya. Potret abang sulung saya dalam bentuk dan ukuran poster. Dia tahu saya tidak menunjukkan antusias yang husus untuk itu tapi juga saya merasa sikap saya tidak sedingin sikap Cina terhadap saya. Saya menerimanya setelah poster itu saya gulung. "Mengapa sampai PKI terprovokasi?". Begitu pertanyaannya dan saya sama sekali tidak siap untuk men- jawab pertanyaan mendadak seperti itu. Tapi tentu saya tidak bisa mendiamkan pertanyaan seseorang yang begitu bersimpati pada saya, menolong begitu tulus, berhemat untuk bisa menyisakan uang agar saya bisa belanja apa yang saya butuhkan."Saya tidak tahu tante, tapi kalau tante bertanya mengapa abang saya bisa sampai terprovokasi mungkin saya bisa menerkanya, karena saya tahu sifat dia". "Nah, ceritakan ! " Dan saya menceritakannya apa yang saya tahu tentang abang sulung saya itu karena saya memang cukup lama tinggal bersama dengannya dan keluarganya hingga saya berangkat ke Sovyet Uni. Disamping antara saya dan dia ada hubungan kerja, ia majikan saya dan saya pekerja perpustakaan pribadinya yang juga di salah satu ruangan husus dalam rumahnya, ia kadang-kadang setelah capek bekerja di kamar kerjanya, sering tanya ini itu kepada saya sekitar pekerjaan saya sehari-hari , pelajaran saya di Universitas, belanja dapur untuk konsumsi teman-teman Pemuda Rakyat yang bertugas malam menjaga rumah kami yang saya urusi keuangannya bahkan sampai ke pertanyaan yang cukup pribadi, umpamanya hubungan saya dengan seorang gadis anak seorang temannya yang sering datang ke rumah kami untuk bermain dengan anak-anakya. Kami sangat jarang omong politik meskipun menurut dia pekerjaan yang saya lakukan adalah tugas politik. Penegasan demikian tidak banyak meninggalkan kesan pada saya, saya menerima gaji dan itu menambah pendapatan saya disamping uang saku yang saya terima setiap bulan dari ayah saya yang dikirim via Postspaarbank dari Belitung. Dan karena dia banyak bertanya setiap pertemuan yang katakanlah punya sifat dari hati ke hati selama dia belum menemukan kekurangan atau kesalahanh saya yang itu bisa menimbulkan sakit hati di pihak saya, sayapun merasa perlu juga bertanya padanya meskipun saya tidak punya pertannyaan padanya. Saya juga tidak suka kalau dikira sama sekali buta politik padahal tinggal di rumah seorang pemimpin Partai politik yang begitu banyak pengikutnya. "Mengapa PKI selalu menyokong gerakan yang melawan Pemerintah". Saya sedar pertanyaan bodoh itu tidak sepatutnya diajukan kepada tokoh politik seperti dia. Tapi karena saya merasa saya bukan mahluk politik, saya tidak perlu merasa malu politik. Semakin bodoh sebuah pertanyaan semakin sulit menjawabnya. Nah pikir saya jawablah, kalau saya memang bodoh. Saya tahu dia sangat sukar mentolerir kesalahan-kesalahan bodoh yang dilakukan kader-kadernya bahkan terhadap kader tingginya sekalipun. Dia mudah membelalakkan mata, marah dengan kata-kata yang sangat mudah dimengerti dan menunjukkan kebodohan si pembuat kesalahan dengan bahasa getir dan mengharukan. Dan sekarang pikir saya, bagaimana dia akan menunjukkan kebodohan pertanyaan saya dan dengan bahasa apa yang akan dia pakai. Ternyata apa yang saya duga cukup meleset. "Sulai..." Dia menyebut nama saya dan itu biasanya kemungkinan saya akan diblejeti amat kecil karena di sana terkandung kemesraan. Kalau dia menemukan kesalahan seseorang , apalagi kesalahan serius, dia tidak akan bermanis-manis sebagai pembuka kata tapi serta merta start sambil menginjak gas semakin kuat. Lalu katanya: " Gerakan rakyat juga bisa melakukan kesalahan, tapi Partai tidak boleh menanggapi kesalahan dan kelemahan satu gerakan progressif secara terbuka. Pertama -tama Partai harus cepat memberikan penilaian positif, berpihak pada gerakan dan menyokongnya. Bila ada kesalahan atau kelemahan, itu nanti didiskusikan dalam intern Partai". "Lalu kalau gerakan progressif itu ternyata s
[budaya_tionghua] "ALHAMDULILLAH"Bag.II(30)
ASAHAN AIDIT: Roman memoar "ALHAMDULILLAH" Bagian II (30) Merambat tanah pemukiman Hasil perundingan antara tante Annie dan R memutuskan agar saya pindah ke rumah R yang jauhnya kira-kira 5 km dari rumah Mang P. Beberapa hari sebelumnya R mengunjungi saya di rumah Mang P. Ia memeriksa dapur, kamar di mana saya tidur dan termometer dan lalu memanggil saya datang kedekatnya."Selalu demikian? Konstan 13 derajat C ?. Kami saja orang Belanda yang pada umumnya sangat berhemat, dalam pemakaian gas pemanas harus di atas 18 derajat atau antara 18 dan 19 tapi jarang hingga 20. Tapi angka 13 di musim salju sekarang adalah angka mati untukmu" Tipikal gaya R berbicara. Lurus tapi adil. Ketika itu Mang P sedang ada di dapur dan nampaknya antara Mang P dan R sudah ada persetujuan hingga pada hari esoknya saya sudah berada di rumah R. Dalam berbincang bincang dengan saya di dalam mobil R mengatakan, ada sedikit uang bantuan yang diberikan pada Mang P untuk membantu uang belanja kami berdua termasuk untuk ongkos gas, listrik, air dan belanja dapur yang uang itu keluar dari dompet R sendiri.Tapi rupanya subsidi itu tidak mengalir ke gas, listrik, dan air hingga setiap hari selama berada di rumah saya harus mengenakan mantel tebal untuk mengatasi hawa dingin di dalam rumah. Memasak, saya harus mengenakan sarung tangan tebal dan itu tentu saja tidak leluasa. Mang P punya filsafat sendiri: "Dingin, kan, bisa diatasi dengan baju tebal yang di rumah ini puluhan karung banyaknya. Tapi kalau kurang uang untuk membayar gas, listrik dan air kepada siapa akan meminjam". Memang uang subsidi partikulir yang diberikan R padanya bukanlah uang pinjaman, tapi pemberian gratis. Uang yang diberi tante Annie untuk saya selalu saya bagi dua dengan Mang P. Tapi ini semua soal tetek bengek menjadi selesai tanpa melukai semua pihak berkat R yang bertindak cepat dan tanpa ribut-ribut. Mang P bagaimanapun punya jasa terhadap saya dan berkat dialah saya sampai bisa berkenalan dengan R dan tante Annie. Manusia mana yang tanpa cacat, nabi sekalipun masih ragu apakah akan masuk surga dan seluruh umatnya harus berdoa selama manusia masih ada di bumi ini agar Tuhan tidak memasukkannya ke neraka. Pertama kali dalam hidup saya, saya tinggal di rumah orang lain yang orang lain itu orang asing, orang Belanda. R mempunyai dua orang anak laki-laki, yang seorang masih bersekolah di sekolah menengah sedangkan yang tertua sedang dalam dinas militer di Jerman Barat tapi ketika itu ia sedang cuti di rumah, ia berumur 20 tahun sedang adik lelakinya tiga tahun lebih muda. Istri R seorang kader Partai CPN dan aktivis yang setiap hari harus bekerja di kantornya dan hanya pada sore hari sesudah jam lima, dua suami istri itu bertemu di rumah. R tentu saja setiap hari sibuk di perusahaannya dan pada sore atau malam sehabis jam kerja ia melakukan aktivitas sosial menolong para pelarian politik berbagai bangsa yang sedang minta suaka politik di negerinya. Tapi nampak-nampaknya spesialisasinya adalah orang-orang Turki dan Maroko. Dia manusia yang tak pernah kelihatan capek. Rumahnya yang tetap adalah kendaraannya, mobilnya. Istrinya sudah biasa dengan kegiatan suaminya yang sangat jarang lama berada di rumah. Kehidupan keluarga mereka biasanya dimulai sesudah menjelang jam sembilan malam, semuanya berkumpul di kamar tamu sambil melihat televisi termasuk saya. Saya tidur di sebuah kamar husus di tingkat satu dalam sebuah rumah keluarga mereka yang di Belanda disebut een gezin woning, cukup besar, mempunyai lima kamar tidur, ada kebun di depan dan di belakang rumah. Ada yang terasa aneh bagi saya, rumah mereka tidak pernah dikunci siang malam meskipun tidak ada seorangpun di rumah. Saya jadi teringat kampung saya di Belitung di tahun empat puluhan, lima puluhan, jarang orang mengunci rumah dan kalau ke pasar dengan sepeda lalu mengunci sepeda tentu akan diperolokkan orang. Mungkin di desa suasananya masih demikian tapi ketika itu sudah awal tahun delapan puluhan. Di mana itu para pencuri dan pemecah rumah. Saya bisa bebas ke luar dan pulang jam berapapun. Di dalam kamar, saya lihat temperatur menunjukkan angka 20 dan tentu saja menjelang jam tidur gas dimatikan dan persediaan panas cukup hingga pagi esoknya. Saya telah bebas dari bahaya kedinginan dan nafsu makan mulai pulih kembali. Makanan Eropah tidak asing bagi saya, sudah terlatih ketika belajar di Rusia dulu. Hanya saja tentu saya tidak bisa makan nasi di rumah R sepereti di rumah Mang P yang saya sendiri yang memasaknya dan makan nasi tiga kali sehari. Tapi setiap seminggu sekali R dan istrinya mengajak saya makan di
[budaya_tionghua] Re: ALHAMDULILLAH Bag.II(31)
ASAHAN AIDIT: Roman Memoar "ALAHAMDULILLAH Bagian II (31) Merambat tanah pemukiman R mengatakan bawa ia telah mendapat tilpon dari polisi. Dalam waktu tiga hari mereka akan mengambil saya ke rumah R, jadi dalam jangka waktu tiga hari itu saya harus tidak ada di rumah. R sudah mengatur segala sesuatunya dan saya akan diungsikan ke rumah seorang anggota CPN di Amsterdam yang namanya saya katakan saja sebagai X. R menjelaskan kepada saya tentang X kawan separtainya sbb. Dalam intern Partai mereka terjadi kontradiksi intern. Antara R dan X yang masing-masing dalam kubu yang berkontradiksi terlibat dalam perbedaan pendapat dan tidak lagi saling berhubungan. Tapi kata R, melalui via, via, yang juga dalam Partai mereka, X berhasil mereka hubungi dan untuk kepentingan menyembunyikan saya di rumahnya, X telah setuju menerima saya asal saja katanya jangan terlalu lama. Jadi R bilang dia akan mengantarkan saya ke rumah X di pusat kota Amsterdam dengan alamat Jalan Admiral de Ruiter yang nomor rumahnya baru akan saya umumkan bila komunisme dan masyarakat komunis telah menang total di seluruh dunia. Tapi, kata R lagi, bahwa dia tidak akan mengantarkan saya hingga masuk rumah X, maklum antara mereka, formil sudah tidak ada hubungan satu sama lain. Tanpa surat, tanpa pengantar saya akan sendiri mengetuk pintu rumah X dan X sudah akan mengerti kehadiran saya seperti yang telah dirundingkan sebelumnya. Meskipun saya merasa ada sedikit kelucuan tapi keseriusan mereka mengurusi saya meningggalkan kesan yang dalam di hati saya. Saya akan dilarikan dan disembunyikan untuk menghindari polisi yang akan membawa saya ke Schpiphol untuk diusir keluar dari negeri ini yang entah kemana karena saya memang tak punya negeri. Tentang X, R tidak banyak bercerita hanya saja katanya, dulu, ketika belum terjadi kontaradiksi intern, rumah X memang sangat strategis untuk pekerjaan rahasia. Rumahnya cukup besar yang adalah bagian dari rumah bertingkat banyak yang terletak di satu jalan yang sangat ramai dan panjang di pusat kota Amsterdam. X mempunyai ruang yang sangat luas di kelder, yaitu di bagian terbawah dari rumahnya yang dulu kata R dijadikan tempat menyimpan buku-buku dan dokumen rahasia Partai. Ada pintu rahasia yang dalam keadaan darurat bisa cepat keluar rumah dan tembus langsung ke jalan yang ramai dan sangat mudah mendapatkan berbagai jenis kendaraan umum. Tentang keluarga X, R tidak banyak bercerita dan sayapun tidak bertanya. Sedangkan segala kemungkinan yang bisa terjadi, semua telah diperhitungkan dan ada dalam rencana R dan teman-temannya. Saya, katanya, tak usah kuatir, bawa sedikti buku atau katanya saya juga bisa membawa viool saya yang baru saya beli beberapa waktu lalu di sebuah toko alat-alat musik di Amsterdam yang harganya belum mencapai seratus gulden. Uangnya adalah dari pemberian tante Annie yang saya tabung dan juga dari R sendiri. Rumah R selalu kosong dari jam delapan hingga jam lima sore. Saya bisa berlatih untuk membunuh waktu bila saya tidak pergi ke Amsterdam. Biola yang dalam rongga dadanya ada tertulis "made in China" meskipun suaranya agak mendengungkan suara kaleng saya masih mau memberanikan diri mengambil risiko berhadapan dengan tetangga yang marah atau gedoran pintu protes dan saya telah siap dengan satu janji meng-"amankan"biola saya untuk selama lamanya. Kepada siapa lagi saya akan mengadu bila tidak kepada diri sendiri dengan membikin musik sendiri untuk menjinakkan diri sendiri. Keluarga X cukup ramah dan menerima saya dengan gembira di tengah keluarga mereka. Mereka hanya mepunya seorang anak gadis, Annemarie namanya, berusia 14 tahun. Setiap waktu makan kami makan bersama. Mereka membeli roti yang enak-enak dan hidangan sehari hari mereka sangat banyak ragamnya. Kesan saya mereka keluarga kaya melihat peralatan rumah tangga mereka yang mahal-mahal, ruangan tamu yang sangat luas dengan kursi-kursi salon klasik bermutu tinggi. Sebuah piano besar merek terkenal ada di sebuah ruang husus untuk anak gadis mereka berlatih yang saya dengar sudah cukup tinggi nivo permainannya. Tapi kami tidak bicara tentang musik. Juga tidak tentang politik. Ah, sukur pikir saya. Setiap pembicaraan yang berbau politik sudah terasa begitu banalnya bagi saya. R suka bicara politik tapi politik dia adalah dalam anekdot-anekdot dan sinisme yang ramah, di telinga saya terdengar sebagai hiburan. Juga keluarga X menceritakan ba
[budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(12)
ASAHAN ALHAM AIDIT: Roman memoar "ALHAMDULILLAH" Bagian Ketiga (12) Merambat Tanah Pemukiman Tante Annie berhasil mendapatkan informasi tentang kursus bahasa Belanda untuk saya. Saya menerima beberapa nomor tilpon untuk kembali mencari informasi yang lebih terperinci kemana dan dimana saya harus mendaftarkan diri sebagai calon pengikut kursus. Nama-nama yang saya catat dari kertas tante Annie ternyata semuanya nama-nama yang pernah saya kenal. Bekas teman, bekas kenalan, bekas mahasiswa ketika di Moskow dulu.Tapi disamping informasi saya masih mengharapkan sesuatu yang lain lagi. Kehangatan atau setidaknya tentang sesuatu yang agak surprais dalam pembicaraan tilpon itu nanti. Tapi dua-duanya tidak saya dapatkan. Lagi-lagi saya menjumpai dunia yang sudah berubah, manusia yang sudah berubah dengan mentalitas dan lingkungan kehidupannya. Dingin cara Belanda atau yang lebih populer dengan sebutan nuchter. Pertemuan dan pertemanan yang ditemukan oleh ide besar dan cita-cita agung di masa lampau ternyata cumalah pertemuan kebetulan se-mata-mata dan oleh prahara politik yang berdarah telah sirna seperti asap diterbangkan angin. Disamping saya harus belajar bahasa Belanda, rupanya saya harus belajar cara hidup yang baru di udara dingin, di tengah manusia-manusia dingin yang dulu kawan dengan segala macam atribut dan embel-embel ideologi yang kini sudah pudar. Bagaimanapun saya melihat sesuatu yang positif. Mereka sudah meninggalkan dunia lama yang dulu diagungkan sebagai dunia baru yang akan memarakkan dunia. Menjadi konservatif bagaimanapun lebih menjemukan daripada menjadi manusia dingin dan nuchter. Konsevativisme bisa menyalakan api yang akan membakar diri sendiri. Manusia dingin dan nuchter hanya memerlukan pemanas di dalam rumah yang sudah sedia ada, tak perlu banyak keluar sambil patroli 24 jam di depan tv, hidup sudah selesai meskipun dengan penghasilan minimum ukuran barat. Alamat yang saya anggap baik justru saya dapatkan dari seorang teman R, seorang mevrouw anggota Amnesti Internasional yang juga teman separtai-nya R. Setiap hari saya sekolah bahasa ke Amsterdam yang sekolah ini adalah kepunyaan Amnesti Internasional. Di sekolah ini saya bertemu dengan banyak orang Indonesia yang lagi-lagi di antaranya bekas teman, bekas kenalan di samping yang belum pernah saya kenal yang dulu bersekolah di negeri-negeri Sosialis lainnya selain Rusia. Ternyata ada satu dua yang masih bisa dirapati dan diajak omong di antara yang sebagian besar memagari dirinya dengan pagar "nuchter".Orang Indonesia memang punya bakat besar jadi Belanda, terutama para peranakan Cina, bakat alam satu-satunya yang bisa diandalkan. Tapi bahasa Belanda tidak mudah, juga bagi mereka yang sudah mempelajari bahasa Rusia yang terkenal sukar itu. Sedangkan untuk tinggal di Belanda, menguasai bahasa Belanda teramat sangat-sangat penting terutama bagi para pelarian politik. Dengan bahasa Belanda yang jelek akan lebih didiskriminasi di segala bidang meskipun itu bisa dikompensir dengan penguasaan bahasa Inggris yang perfek. Orang asing yang tidak mengerti atau kurang mengerti bahasa Belanda akan mudah kena bentak seperti di zaman kolonial. Hal ini tidak akan terjadi di Rusia. Diskriminasi bahasa telah saya rasakan sejak jam-jam pertama saya menginjak negeri ini. Mereka sangat bangga dengan bahasa mereka. Kalau kita bicara dengan mereka pakai bahasa Inggris, apalagi Perancis atau Jerman, mereka masih menganggap kita sederajat dengan mereka.Tapi dengan bahasa Belanda yang paling sedikitpun cacadnya, kita aka njadi lawan bicara kelas dua. Sejak saya belajar bahasa Belanda di Amsterdam, dalam keluarga R saya diharuskan R menggunakan bahasa Belanda yang baru saya pelajari. R seorang Belanda yang baik dan banyak perkecualiannya, tapi dalam soal bahasa dia punya kebanggaan yang sama dengan orang sebangsanya. Saya merasa sebagai anak yang naik usia tiga tahun. Seluruh keluarga R mengajari saya bicara dalam bahasa mereka, terutama istri R yang begitu konsekwen "memaksa" saya mengatakan semua dalam bahasa Belanda. Tapi saya masih punya sedikit kebanggaan karena saya harus belajar bahasa Belanda dari mula. Pada keluarga R saya katakan saya adalah generasi baru yang tidak lagi mempelajari bahasa Belanda di sekolah karena ketika itu kaum kolonialis Belanda sudah diusir dari Indonesia. Semua kelima abang saya adalah dari generasi lama yang bahkan dengan istri-istri merekapun, di rumah, sehari-harinya menggunakan bahasa Belanda, termasuk abang saya yang sulung . Anak bungsu R, yang bernama J
[budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13)
ASAHAN ALHAM AIDIT: Roman memoar "ALHAMDULILLAH" Bagian Ketiga (13) Merambat Tanah Pemukiman Seorang teman pelarian politik dari Pakistan mengajak saya menuju ke sebuah kerumunan yang sedang ribut seperti sedang mengadili seseorang. "Sulai, kau sedang dimaki pelajar-pelajar dari Kamboja. Mungkin kau dikiranya orang Vietnam".Ketika itu adalah jam istirahat pelajaran bahasa dan biasanya para pengikut kursus berkumpul di sekitar mesin koffie otomat di sebuah ruang yang cukup luas. Saya datang ke sana dan benar, seorang pelajar wanita Kamboja dengan gaya pidato sedang mengutuk agresi Vietnam terhadap Kamboja. Dan lalu yang mengenai diri saya, katanya, ini sekolahnya Amnesti tapi juga mengampuni seorang agen agressor dari Vietnam dan kalau dia bukan agen agresor, mengapa dia disekolahkan di sini, semua refuji Vietnam yang dari Selatan disekolahkan pada sekolah husus hanya untuk mereka dan juga katanya saya hanya punya tugas husus untuk memata-matai orang Kamboja yang belajar di sekolah ini dan macam-macam dan macam-macam lagi. Nama saya tidak disebut tapi sudah pasti sayalah yang dimaksudkan itu dan semua orang lain juga tahu.Soalnya dalam pelajaran bahasa Belanda setiap murid diminta menceritakan pengalaman atau bisa juga riwayat hidup masing-masing bila suka dalam bahasa Belanda sebagai latihan bercakap-cakap. Saya ternyata adalah pelarian politik yang satu-satunya di sekolah itu yang datang dari Vietnam dan dalam satu pelajaran bercakap-cakap di kelas, saya menceritakan serba sedikit tentang kepergian saya dari Vietnam. Rupanya tema itu cukup menarik bagi yang lain-lainnya dan cepat menyebar ke pelajar-pelajar yang lainnya dan rupanya sampai juga ke telinga pelajar-pelajar Kamboja yang menjadi pelarian politik akibat pendudukan tentara Vietnam di Kamboja. Saya bisa mengerti kegeraman mereka kalau memang betul-betul ada pengikut kursus orang Vietnam yang sedang jadi musuh mereka sama-sama belajar bahasa Belanda di satu sekolah. Dan sebagaimana yang sering terjadi saya telah kembali berada dalam samudra kesalah pahaman. Sudah sangat klasik dan historis bagi saya. Dulu di Soviet Uni saya dicurigai sebagai agen Cina, di Cina dikira agen revisionisme moderen Rusia, di Vietnam dituduh agen Maoisme dan di Belanda ini dituduh sebagai agen Viernam. Sedangkan di Indonesia tentu saja dicap sebagai agen semua yang terburuk di dunia ini. Seharusnya saya patut menerima gaji besar atau super salaris dari semua bos saya di berbagai negeri yang mengutus saya.Tapi saya mengangapnya sebagi ironis kemanusiaan. Semua yang pernah dianggap maju dan progressif dari dunia manapun datangnya telah disokong sebagai kewajiban manusia yang bermoral kemanausiaan demi kemanusiaan, demi keadilan dan juga katanya demi perdamaian dunia tapi apa yang diterima cuma kesalah pahaman, fitnah, kehancuran kehidupan pribadi termasuk kehilangan negeri seperti yang banyak dialami oleh orang-orang senasib saya. Dan celakanya, kalau sudah begitu sering-sering teman dijadikan musuh, musuh dianggap penyelamat, kekejaman dianggap menjalankan ibadah agama, yang mestinya diingat justru dilupakan, yang berjasa dianggap penghianat dan penghianat dianggap pahlawan. Dan kepanikan ideologi ini harus ditelan oleh setiap korban dalam hukum rimba siapa yang menang dialah yang benar. Tapi saya tidak bermaksud meralat kutukan para pelarian politik Kamboja yang senasib dengan saya itu. Yang mereka kutuk adalah agressor Vietnam dan bukan saya sebagai orang yang tertuduh salah dan itupun masih tuduhan politik yang adalah juga samudra relativisme dan bahkan juga gunung berapi -nya emosi yang datum meledaknya bisa kapan saja dan di mana saja. Turia, seorang pengikut kursus, wanita, imigran dari Maroko yang duduk sebangku dengan saya ketika habis jam pelajaran mengatakan kepada saya bahwa dia telah menemui pelajar Kamboja itu dan menjelaskan padanya bahwa saya bukan orang Vietnam, tapi pelarian Indonesia yang lari dari Vietnam karena pernah tinggal lama sekali di sana. Teman saya yang dari Pakistan yang satu kelas punya ide untuk jalan-jalan ke pusat kota Amsterdam dan katanya kalau cuma kopi, dia akan traktir asal juga Turia ikut serta bersama kami. Sayapun lalu mengajak Turia dan Turia mengajak seorang teman sekelas kami yang berasal dari Indonesai, bukan refuji, untuk ikut serta. Kami berempat pergi ke pusat kota. Dekat lapangan di pusat kota Amsterdam yang terkenal dengan Dam itu kami masuk ke cafetaria sambil menikmati kopi dan melihat orang lalu lalang yang tak putus-putusnya. Baru saat itulah
Fw: Turia Yang Kabur Dari Lakinya (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13))
Kok, galak banget sihI Kalau memang tidak suka dengan tulisan saya, ya, jangan dibaca. Tapi kalau "BudayaTionghua"selalu ingin exclusiev seperti halnya etnis itu sendiri ngapain mesti bikin mailing-list di tengah-tengah masyarakat Indonesia dan pake bahasa Indonesia lagi (yang sering-sering jeleknya bukan main).Pakailah bahasa Cina supaya tidak "diganggu:"orang Indonesia dan nyaman berkongko-kongko di kandang sendiri. Tapi saya tidak yakin semua moderator akan bisa dikemudikan oleh segelintir orang yang tidak bisa meninggalkan ideologi exclusivisme etnis yang begitu klasik dan lucu di abad ini terutama untuk Indonesia yang sedang menperkuat persatuan bangsanya. Tapi kalau memang moderator berpendapart sama dengan ini orang-orang sopan dan "bersih Cina" sayapun tidak akan mengirimkan lagi tulisan saya ke sini. Saya tunggu sikap moderator yang terhormat. Dan pada itu orang-orang yang klabakan yang merasa budaya murninya ternodai, janganlah cepat-cepat mengumumkan perang. Saya tidak biasa menggunakan siasat licilk seperti yang dituduhkan kepada saya untuk bikin kecil huruf-huruf tulisan saya agar terlihat tidak panjang. Sungguh kecil nyali orang ini. Dikiranya semua orang licik seperti dia. Salam hormat untuk moderator dan saya menunggu keputusan saudara-saudara. Asahan Alham Aidit. - Original Message - From: Akhmad Bukhari Saleh To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, August 07, 2005 7:51 AM Subject: Turia Yang Kabur Dari Lakinya (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13)) - Original Message - From: BISAI To: WAHANA Cc: BUDAYA TIONGHUA Sent: Sunday, 07 August, 2005 00:48 Subject: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13) ASAHAN ALHAM AIDIT: Roman memoar "ALHAMDULILLAH" Bagian Ketiga (13) Merambat Tanah Pemukiman Lalu Turia. Ternyata dia juga sudah punya suami tapi suaminya sedang tinggal di Maroko. Katanya dia dipaksa kawin dan tidak bahagia lalu lari ke Belanda. Perempuan cantik Maroko yang kabur dari lakinya ke negeri Belanda... apa ya hubungannya dengan Budaya Tionghoa? - Original Message - From: Rinto Jiang To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, 05 August, 2005 15:52 Subject: [budaya_tionghua] Peringatan: Pencantuman Out of Topic Artikel yang tidak berkaitan langsung dengan topik milis ini, mohon dicantumkan OOT (Out of Topic) di depan judul artikel supaya dapat memberikan perbedaan dengan topik lainnya. Rinto JiangSalah satu moderator Setuju banget, Moderator! Apalagi kalau OOT-nya itu panjang-panjang (atau hurufnya dikecilin banget supaya nggak kentara kalau panjang), dan sampai berseri-seri (huh, ngabisin bandwith), apalagi milis kita cuma sekedar 'pelengkap penderita' (cuma kebagian di-Cc.-innya aja)... Wasalam. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
Fw: Turia Yang Kabur Dari Lakinya (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13))
Saudara-saudara yang memberikan reaksi thd tulisan saya "Alhamdulillah" Yth. Baiklah saya akan memberikan jawaban a la kadarnya terhadap berbagai "timbrungan" yang pendek-pendek tapi irritant yang menurut saya tidak sedikitkpun mengandung maksud baik kecuali kesukaan menjewer kuping orang lain dengan satu dua patah kata untuk berlagak hebat tanpa susah-susah nulis yang baik dan bertanggung jawab. Kalau saya melanggar tata tertib, seperti yang dikatakan tidak punya hubungan dengan topik :"budaya tionghua" maka beritahukanlah pada saya atau tegurlah yang agak baik-baik agar saya tahu, baik oleh moderator maupun oleh milis lainnya. Tentu saya tidak bisa dipaksa per kalimat dalam tulisan saya selalu berbau "budaya tionghua" karena saya menulis bebas, tidak terikat tema atau menulis menurut pesanan untuk kepentingan politik atau ideologi tertentu. Dalam kehidupan ada satu hukum tidak tertulis: Bila kita memulai tidak ramah dengan orang lain, maka sudah pasti reaksi orang lain tidak akan ramah pula terhadap kita. Bertanya dengan nada sinis lain dengan bertanya dengan maksud untuk mengerti. Menyinggung perasaan orang lain sangatlah mudah, tapi bila yang tersinggung memberikan reaksi apakah yang diharapkan oleh sang penyinggung cuma kata-kata yang enak didengar saja. Berbudayalah yang saling tenggang menenggang, jangan cuma memperhitungkan kepentingan dan perasaan sendiri melulu karena itulah yang namannya exclusivisme, serba ingin istimewa dan merasa istimewa. Kalau menantang main hebat hebatan, siapa paling laku, memang saya sudah pasti kalah. Saya orang biasa saja dari etnis yang juga biasa, dari sebuah bangsa yang juga biasa. bukan dari yang besar-besar dan hebat-hebat. Kalau saya dipanggil baby, tentu saya balik dengan memanggil pap.Singkat kata kalau tulisan saya memang tidak welcome di milis saudara-saudara yang super exclusiv ini , saya akan segera menghentikannya. Saya hanya akan menulis di milis bangsa saya sendiri . Sekian. ASAHAN ALHAM AIDIT. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, August 07, 2005 1:17 PM Subject: Re: Turia Yang Kabur Dari Lakinya (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13)) Koq baru ditanya sudah merasa tersinggung. Take it easy baby! - Original Message - From: BISAI To: BUDAYA TIONGHUA Cc: WAHANA Sent: Sunday, August 07, 2005 11:39 AM Subject: Fw: Turia Yang Kabur Dari Lakinya (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13)) Kok, galak banget sihI Kalau memang tidak suka dengan tulisan saya, ya, jangan dibaca. Tapi kalau "BudayaTionghua"selalu ingin exclusiev seperti halnya etnis itu sendiri ngapain mesti bikin mailing-list di tengah-tengah masyarakat Indonesia dan pake bahasa Indonesia lagi (yang sering-sering jeleknya bukan main).Pakailah bahasa Cina supaya tidak "diganggu:"orang Indonesia dan nyaman berkongko-kongko di kandang sendiri. Tapi saya tidak yakin semua moderator akan bisa dikemudikan oleh segelintir orang yang tidak bisa meninggalkan ideologi exclusivisme etnis yang begitu klasik dan lucu di abad ini terutama untuk Indonesia yang sedang menperkuat persatuan bangsanya. Tapi kalau memang moderator berpendapart sama dengan ini orang-orang sopan dan "bersih Cina" sayapun tidak akan mengirimkan lagi tulisan saya ke sini. Saya tunggu sikap moderator yang terhormat. Dan pada itu orang-orang yang klabakan yang merasa budaya murninya ternodai, janganlah cepat-cepat mengumumkan perang. Saya tidak biasa menggunakan siasat licilk seperti yang dituduhkan kepada saya untuk bikin kecil huruf-huruf tulisan saya agar terlihat tidak panjang. Sungguh kecil nyali orang ini. Dikiranya semua orang licik seperti dia. Salam hormat untuk moderator dan saya menunggu keputusan saudara-saudara. Asahan Alham Aidit. - Original Message - From: Akhmad Bukhari Saleh To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, August 07, 2005 7:51 AM Subject: Turia Yang Kabur Dari Lakinya (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13)) - Original Message - From: BISAI To: WAHANA Cc: BUDAYA TIONGHUA Sent: Sunday, 07 August, 2005 00:48 Subject: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13) ASAHAN ALHAM AIDIT: Roman memoar "ALHAMDULILLAH" Bagian Ketiga (13) Merambat Tanah Pemukiman Lalu Turia. Ternyata dia juga sudah punya
[budaya_tionghua] BUDAYA INDONESIA (Bangsa Indonesia adalah...)
Asahan Alham Aidit: Bangsa Indonesia adalah bangsa yang toleren Saya belum lihat film Gie karena saya tidak berada di tanah air saya sendiri. Tapi tentang film ini saya ketahui dari beberapa tulisan termasuk tentang riwayat Soe Hok Gie sendiri. Saya lalu teringat akan kerusuhan anti Cina di tahun 1998, pengusiran besar-besaran terhadap orang-orang Cina dari Indonesia di tahun 1959( maaf kalau tahun tepatnya keliru). Lalu ketika saya masih tinggal di Vietnam, pada tahun 1979 terjadi pengusiran besar-besaran terhadap penduduk Cina oleh Pemerintah Vietnam yang diikuti perang perbatasan antara tentara Vietnam lawan tentara Cina, luar biasa banyak korbannya pada dua belah pihak yang mencapai jutaan jiwa.( dalam pers Internasional tidak banyak diberitakan). Orang-orang Cina dan Cina peranakan di Indonesia banyak mengalami kemalangan terutama oleh kerusuhan rasial, diskriminasi rasial dan ternyata bukan hanya di Indonesia, di Vietnam juga pernah begitu yang saya saksikan sendiri bagaimana sengsaranya mereka yang harus meninggalkan Vietnam maupun yang masih bisa tinggal yang jumlahnya tidak banyak. Mengapa demikian?. Di Indonesia maupun di Vietnam saya mendengar cerita yang sama: Etnis Cina pada umumnya hidup mengisolir diri , tidak berintegrasi dengan penduduk setempat, menjaga kebudayaannya secara amat ketat dan tentu saja kecemburuan ekonomi serta bukan rahasia lagi pemeo yang hidup di kalangan rakyat di Indonsia maupun di Vietnam yang dalam bahasa Vietnamnya ich ky yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti hanya mementingkan diri sendiri. Mau tidak mau harus diakui reputasi perantau Cina yang di dua negeri ini saja memang tidak populer di kalangan rakyat. Tapi dengan kenyataan begini kita tidak lalu membenarkan ras diskriminasi, sentimen etnis dan politik tertentu menggunakannya atau mensalah gunakannya untuk menyebarkaan kerusuhan ras dan menganggap adanya perantau Cina seperti duri dalam daging disamping juga kita tidak menutup-nutupi pikiran hidup di kalangan rakyat itu tentang perantau Cina karena sudah menjadi memori nasion bahkan hidup dalam anekdot-anekdot di berbagai bangsa di dunia ini. Ketika saya mendengar bahwa sebuah film sudah dibuat tentang seorang pemuda asal perantau Cina Gie saya juga menganggapnya sebagai permulaan seberkas cahaya terang mulai muncul tentang wajah baru perantau Cina di Indonesia. Saya tidak tahu sampai dimana dibesar-besarkannya tokoh yang sampai dibikin film itu karena saya belum menyaksikannya sendiri.Tapi lahirnya sebuah film demikian adalah juga menunjukkan sifat bangsa Indonesia yang toleran, bisa mengambil contoh baik meskipun dari etnis lain yang etnis itu juga mempunyai segi negatif yang populer di kalangan rakyat. Sudah pasti demikian, karena kalau tidak tentulah bioskop yang memutar film Gie itu akan dilempari batu atau didemonstrasi. Hal itu tidak terjadi. Saya merasa bersukur tapi juga berharap agar etnis yang ratusan tahun sehidup semati dengan bang Indonesia ini mau memberikan wajah baru, kesan baru dan mentalitas baru hingga tidak terkesan hidup dengan mereka seperti duri dalam daging. Dua belah pihak harus saling menarik pengalaman dan jangan saling menghidupkan diskriminasi rasial, saling hina dan ingatlah selalu benih-benih diskriminasi rasial selalu tertanam pada setiap bangsa seperti virus yang telah sedia ada dalam tubuh yang jika timbul sarat-saratnya akan sakitlah kita. Sukur Alhamdulillah bangsa Indonesia termasuk bangsa yang toleran. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
Fw: [wahana-news] (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13)
Bung Harsutejo Yb. Lama juga kita tak bersuratan tapi rupanya masih sama-sama mengikuti WAHANA.Saya memang kembali mengaktivkan penulisan "Alhamdulillah"saya yang cukup lama terputus yang sebetulnya secara kebetulan ketika saya print dari nomor pertama hingga pada nomor yang saya hentikan ternyata sudah lebih dari empat rarus halaman kertas tik. Lalu saya pikir, kok sayang kalau hanya akan jadi kertas tua untuk dicampakkan ke tong sampah. Begitulah beberapa waktu yang lalu kembali saya teruskan hanya saja kata Bab saya jadikan kata Bagian yang bagian ketiganya saya mulai dari angka 1 yang hingga sekarang sudah yang ke 13 yang jadi persoalan di milis "budaya tionghua". Seperti yang bung sendiri turut membacanya di antara para milis dan salah seorang moderatornya tidak sreg dengan tulisan saya itu yang menganggapnya diluar topik dan juga tidak sesuai dengan aliran yang mereka anut yaitu semuanya harus berbau "budaya tionghua". Sayangnya cara mengatakan keberatan mereka itu dengan cara yang iritant, tidak bersahabat dan onsimpatik. Tentu saja kritik bisa saja dilontarkana oleh siapapun dan saya sudah sangat biasa menerima kritik yang pedas maupun yang mendorong. Tapi rupanya budaya mereka dalam hal ini, asal tidak suka lalu yang ditonjolkan adalah sentimennya, antipatinya dulu supaya yang dikritik ter-iritasi dan marah atau menggunakan cara-cara provokasi yang seharusnya mereka bisa berbuat lain yang lebih akurat meskipun tanpa rasa persahabatan. Ternyata semuanya absent dan mereka lebih suka menggunakan metode iritasi untuk tujuan agar saya out dari milis mereka. Kalau hanya itu yang mereka inginkan, kan mudah saja . Cukup dengan mengatakan pada saya bahwa sebaiknya jangan lagi mengirim tulisan ke milis mereka karena alasan apa saja yang pasti akan segera saya hentikan.Tapi mereka memilih jalan berliku dan tegang. Tidak ada jalan lain, saya cuma menjawabi semua reaksi. Terima kasih atas dorongan dari bung. Dalam menulis saya masih banyak kelemahan, saya masih belajar dan berusaha meningkatkan mutu dengan berusaha banyak membaca terutama karya-karya literatur dunia yang untungnya di Belanda ini sangat banyak terjemahannya dalam bahasa Belanda. Sesudah pensiun dua tahun yang lalu saya memang kaya raya dengan waktu meskipun sangat miskin di bidang finansil. Tapi itu bukan hanya saya saja, begitulah situasi umum kami kaum eksil di negeri perantauan tapi yang pasti tidak akan mati kelaparan, sakit bisa berobat yang telah ditunjang oleh asuransi tapi kalau untuk jalan-jalan ke Amsterdam saja harus pikir-pikir dulu, ongkos kendaraan sangat mahal. Bung, sekali lagi terima kasih, apakah ada naskah baru dari bung yang segra diterbitkan? Salam hangat. asahan. - Original Message - From: harsutejo To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, August 07, 2005 2:49 PM Subject: [wahana-news] (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13) Kebenaran Itu Jamak Bung Asahan Aidit, Saya salah seorang yang selalu mengikuti dengan cermat serial tulisan anda yang bung sebut sebagai 'roman memoar'. Tempo hari Pak Asvi yang sejarawan itu memintanya untuk tidak dicicil tetapi langsung diterbitkan. Tetapi masalahnya tidak gampang bukan untuk menerbitkannya, buat saya lebih bagus dicicil seperti sekarang ini daripada disimpan di laci. Begitu banyak pengalaman yang unik yang tidak pernah saya bayangkan, bahkan kadang hebat menurut ukuran pribadi saya sampai-sampai saya mengiri dalam artian positif. Di samping itu kisah-kisah tersebut selalu mengalir dengan nyaman untuk dibaca. Di dalamnya penuh dengan rasa kemanusiaan tanpa sekat. Memang terkadang terlontar kritik tajam, tetapi kehidupan ini sendiri sering lebih tajam lagi bukan. Bisa saja kritik itu terkadang bercampur dengan luapan emosi, kemarahan, penilaian yang amat subjektif. Betapapun menurut hemat saya semua orang bisa belajar daripadanya. Bahwa kebenaran itu sama sekali tidak tunggal, kebenaran itu jamak. Menurut pemahaman saya terhadap agama Islam, mereka yang memperlakukan kebenaran itu tunggal yakni kebenaran yang dipegangnya sendiri, itu artinya menduakan Allah, karena hanya Allah yang Maha Benar. Sedang setiap manusia berpeluang salah, sempit, sombong, curang dst. Saya masih terus berharap dapat membaca tulisan-tulisan Bung Asahan berikutnya, saya percaya anda tidak akan kapok hanya karena ada orang yang tidak suka. Bekasi, 7 Agustus 2005Salam, Harsutejo.- - Original Message - From: BISAI To: BUDAYA TIONGHUA Cc: WAHANA Sent: Sunday, August 07, 2005 4:39 PM Subject: [wahana-news] Fw: Turia Yang Kabur Dari Lakinya (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13)) Kok, galak banget sihI Kalau memang tidak suka dengan tulisan saya, ya, jangan dibaca. - Original Message - From: Akhmad Bukhari Saleh To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, August 07,
Fw: OOT lho (Fw: [wahana-news] (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13))OOT
Saudara Karang Terjal , Yth. Terima kasih atas informasi anda dan juga reaksi yang simpatik. Saya orang baru dalam milis ini, barangkali belum sampai sebulan dan itupun kebetulan karena pada suatu hari saya temukan tulisan abang saya yang bernama Sobron Aidit. Lalu saya pun melamar jadi anggota dan sesudah mengikuti isi-isi di milis ini saya coba-coba mengirimkan juga tulisan saya karena saya pikir kalau tulisan yang berupa cerita yang dibuat abang saya bisa dimuat di milis ini barangkali tulisan sayapun bisa dimuat juga. Dan dalam kenyataan semua tulisan saya dimuat dan saya merasa gembira. Tapi saya tidak tahu menahu kalau tema yang tidak berhubungan langsung dengan "budaya tionghua"harus dicantumkan OOT. Dan lalu saya kira pencantuman itu dilakukan oleh moderator sebagai penentu atau pengklsifikasi jenis OOT atau bukan. Hingga saya membaca reaksi dan informasi dari anda barulah saya tahu bahwa OOT itu harus dicantumkan sendiri oleh si penulis. Ah, masaalahnya sungguh sederhana bila saya diberi tahu sejak mula. Tapi karena saya tidak tahu menahu tentang tata tertib demikian lalu saya dicap tidak mau menaati peraturan dan merasa mau mengistimewakan diri dari milis-milis lainnya. Sayangnya kesalah pahaman di kedua belah pihak itu dimulai dengan teguran sinis, persangkaan buruk bahwa saya main licik menulis dengan huruf kecil supaya disangka tulisannya tidak panjang, sengaja tidak mau menaati tata tertib yang dalam pada itu sama sekali tidak ada teguran yang jelas dari pihak para milis yang memberikan reaksi dan bahkan dari pihak salah seorang moderatorpun turut-turut memberikaan reaksi yang onsimpatik terhadap saya dan saya masih tetap tidak tahu menahu bahwa saya telah melanggar tata tertib.Tapi selain itu, masih ada soal lain disamping tuduhan bahwa saya tidak mengindahkan tata tertib, yaitu saya menerima komunikasi yang antipatik, tidak bersahabat, sinis dan mencemoohkan sehingga sebagai manusia biasa tentu saya bisa marah dan memberikan reaksi pula karena saya tidak termasuk golongan manusia yang ditempeleng pipi kiri lalu menyerahkan pipi kanan. Singkat kata telah terjadi komunikasi yang buruk dan irritant. Padahal masaalahnya kalau memang mau punya itikad baik, berilah penjelasan agar yang tidak tahu menjadi jelas dan mengerti dan tidak memulai dengan cemoohan, praduga buruk dengan cara nimbrung singkat-singkat, tidakserius dan provokatif.Tapi baiklah, kalau tergantung pada saya sendiri saya tidak suka polemik apalagi debat kusir dan caci maki tidak karuan. Niat saya mengirimkan tulisan ke milis ini adalah sekedar untuk menyumbang segala sesuatunya bila itu berkenan untuk pemikiran bersama dengan cara saya sendiri sesuai dengan kemampuan saya yang kalau welcome saya teruskan tapi kalau tidak... yah ,setiap orang punya wilayahnya masing-masing dan menjadi tuan di kandangnya sendiri-sendiri. Tentang pertanyaan saudara apakah saya ini ada hubungan keluarga dengan D.N. Aidit. Jawab saya adalah ya. D.N. Aidit adalah abang sulung saya dan saya adalah yang bungsu dari banyak bersaudara. Tapi kami bukan otak kembar. Setiap kami mempunyai otak masing-masing, cara berpikir masing-masing. Jadi tentang segala sesuatunya yang mengenai saya, umpamanya, tidak bisa dihubung-hubungkan karena saya adiknya D.N. Aidit bekas ketua PKI, jadi...Tidak, tidak bisa. Saya adalah saya sendiri dan itu telah tercermin dalam semua tulisan saya. Bahwa saya memakai nama Aidit sebagai nama belakang sebagaimana juga semua abang-abang saya memakainya, itu adalah karena nama ayah kami adalah Abdullah Aidit. Nah, saudara Karang Terjal, biginilah secara singkat yang sudah panjang ini penjelasan saya pada saudara yang simpatik. Saya merasa bersukur bahwa dalam milis ini ada manusia seperti saudara yang lebih suka mencari penyelesaian daripada menggugah keributan. Salam hormat saya pada saudara. Asahan Alham Aidit. NB: di atas sudah saya cantumkan OOT(saya bukan orang yang keras kepala) - Original Message - From: "karang_terjal" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Monday, August 08, 2005 8:05 AM Subject: OOT lho (Fw: [wahana-news] (Re: [budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH Bag.III(13)) > Sdr. Aidit, > > Memang moderator dan member sini kadang rada tegas, spt saya yg ngak > cantumin OOT di topik ttg suku hutan yg hampir punah itu, langsung > keluar peringatan keras. > Trus mau gimana lagi? Namanya juga aturan di milist sini, tetap harus > diikuti. Dongkol sih diperingatin spt itu, tapi itu deh, sekali lagi > balik ke aturan. Saya musti hormati itu. > > Gini aja...entar Sdr. Aidit posting aja dgn cantumkan "OOT" di depan, > biar tulisan anda bisa tetap dibaca kelanjutannya. > > Boleh tanya: > Sdr. Aidit masih ada hubungan dengan DN. Aidit? > > Kalau benar, pasti banyak yang bisa dipelajari dari anda. Saksi > sejarah kekejaman suatu rejim. > > Salam, > KT > > > > --- In budaya_ti
[budaya_tionghua] OOT. Berita gembira dari Belitung
ASAHAN ALHAM AIDIT: BERITA GEMBIRA DARI BELITUNG Seorang teman dari Lampung memberitahukan kepada saya tentang sebuah berita yang dilihatnya di TV bahwa di Belitung baru baru ini ada unjuk rasa para warga etnis Cina yang menuntut hak-hak sama sebagai warga negara Republik Indonesia. Sungguh tak tak terbayangkan kata teman itu bahwa hal itu bisa terjadi sekarang inikalau kita melihat ke belakang yang terdekat saja yaitu di jaman Orba. Saya punya kesan sama dengan teman itu dan saya merasa gembira bukan main. Mengapa. Karena warga etnis Cina sudah begitu berubahnya di dunia yang juga berubah ini. Otomatis saya jadi terkenang semasa saya masih hidup di Belitung, di masa yang masih amat belia. Penduduk Cina waktu itu hidup sangat mengisolir diri, yang di kota Tanjung Pandan punya perkampungan sendiri semacam kampung Cina yang husus seperti negara kecil dalam negara. Yang kaya-kaya demikian juga dengan istana-istana kecilnya yang mewah, terkurung rapat dengan dinding-dinding seng atau semen yang tinggi yang pada suatu waktu ketika itu saya bisa masuk ke salah satu istana kecil mereka itu karena saya menjajakan dagangan saya dan mengantarkan dodol kwalitas istimewa yang dipesan salah seorangng mulyuner Cina di kota Tanjung Pandan. Dari luar tampaknya cuma pagar dari seng yang sudah agak berkarat tapi dibalik pagar itu adalah sebuah istana yang sessungguhnya, mewah dengan ubin-ubin yang indah dengan peralatan rumah yang serba mewah. Lalu keistimewaan lainnya bahwa sebagian sangat terbesar dari penduduk Cina itu tidak bisa berbahasa Indonesia meskipun dengan bahasa pasaraan yang paling jelek sekalipun walaupun mereka sudah hidup turun temurun ratusan tahun di tengah-tengah orang Belitung. Lapisan bawahnya paling paling cuma bisa sepatah dua patah bahasa pasaran untuk berkomunikasi dengan pribumi apabila sangat perlu. Orang Cina yang bisa sedikit bahasa Indonesia yang jelekpum hanya bisa dihitung dengan jari yang terkenal dengan fonetiknya yang minta ampun lucunya. Penduduk Cina yang hidup di luar kota atau di desa yang terpencil juga dengan sendirinya memisahkan diri secara total dari penduduk pribumi dan biasanya mereka membangun rumah-rumah yang besar yang dipagari rapat serta memelihara anjing penjaga yang galak-galak. Pendek kata mereka hidup total terpisah, terisolir dari pribumi dan kalau ada sedikit pergaulan dengan pribumi cumalah di pasar Tanjung Pandan karena urusan dagang. Seluruh pertokoan di kota paling tidak sembilan puluh persen adalah milik orang-orang Cina. Ekonomi Belitung adalah ekonomi Cina ketika itu dan juga yang telah ratusan tahun lalu. Di Belitung, juga terkenal dengan kuburan Cina yang biasanya menyita areal yang bukan main luasnya, terpisah dan penuh dengan kuburan-kuburan mewah. Orang akan terkesan Belitung ketika itu adalah negeri Cina kecil di wilayah Indonesia di mana orang-orang Belitung sendiri seperti penduduk asing. Abang saya yang sulung yang kemudian menjadi ketua PKI, seperti yang pernah saya ceritakan dalam salah satu tulisan saya, musuh bebuyutannya adalah Cina-Cina jagoan yang terutama yang tinggal di pusat kota Tajung Pandan, sangat sering terlibat perkelahian berbahaya yang menggunakan senjata pisau atau krakeling dengan pemuda-pemudan Cina yang jadi raja di pasar pasar dan suka memeras pedagang kecil dan lalu kebiasaan berkelahi dengan Cina-Cina itu menurun kepada abang saya yang lebih belakangan lahir. Namun terkadang sungguh ironis sejarah seorang manusia, abang saya yang sulung sesudah tiba di pucak karier politiknya begitu jatuh cinta dengan negeri dan bangsa Cina di daratan benua Asia, begitu cintanya hingga ia sendiri hancur oleh pengaruh politik dan ideologi Cina yang dianutnya, tanpa bantuan, tanpa uluran tangan ketika dia dan Partainya jatuh dan runtuh oleh musuh yang kejam dan biadab tidak ada taranya. Tapi kecintaannya terhadaap Cina menurun ke abang saya yang lebih berikutnya tapi terhenti pada saya. Saya tidak mencintai bangsa yang manapun kecuali bangsa saya sendiri dan juga tidak membenci bangsa yang manapun kecuali manusia-manusia jelak termasuk yang dari bangsa saya sendiri. Kembali ke soal Cina di Belitung dan berita di TV yang diceritikan teman saya yang di Lampung itu. Saya merasa dunia ini bukan saja sudah banyak berubah tapi barangkali sudah terbalik sama sekali dua kutubnya dalam artian positif. Warga etnis Cina yang telah berani menuntut hak sama itu berarti mereka telah menyadari bahwa mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia, telah merasa jadi Indonesia yang sesungguhnya, telah melaburkan diri secara total karena itu mereka menuntut hak-hak mereka disamakan dengan warga asli pribumi.Saya kira telah terjadi revolusi besar dalam mental dan pikiran mereka, sudah jauh tidak seperti dulu di jaman saya masih belia dan jauh sebelumnya. Saya merasa gembira sebagai orang Belitung kampung halaman saya yang
Re: [budaya_tionghua] VOOT: Renungan akhir pekan - Bacalah Sebelum Marah Kepada Istrimu.OOT. Cerita menarik
Hallo, bung Kusumo, Cerita bung ini sangat menarik. Kebetulan beberapa minggu yang lalu saya melihat di internet Vietnam cerita yang persis seperti yang bung ceritakan ini. Nama film-nya " 7 ngay lam vo" yang bahasa kitanya berarti "Seminggu menjadi istri". Isi ceritanya persis seperti cerita bung. Tapi karena saya melihat filmnya saya betul betul menikmati cerita film itu. Saya sedang mrenghubungi salah satu anggota keluarga saya di Vietnam untuk mencarikan VCD-nya. Sungguh menarik dan juga kocak bukan main. Salam dan saya masih mengharap cerita-cerita yang menarik lainnya yang bung temukan. asahan.aa. - Original Message - From: "W. Kusumo" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Friday, August 12, 2005 8:56 AM Subject: [budaya_tionghua] VOOT: Renungan akhir pekan - Bacalah Sebelum Marah Kepada Istrimu. > Maaf Pak Moderator, yg satu ini memang benar-benar VVOOT (Very Very > Out Of Topic), tapi pada saat yg bersamaan juga mengandung nilai > mendidik yg sangat baik, terutama kepada SEBAGIAN dari kita kaum Adam > yg terkadang gampang untuk lupa daratan dan tidak bersyukur telah > diberikan seorang pendamping hidup yg luar biasa tapi karena dia tidak > pernah mengeluh ---seperti halnya yg didampinginya--- membuat yg > didampinginya timbul prasangka yg tidak fair. Semoga bermanfaat. > > Selamat berakhir pekan dear T-Netters... > > = > > Bacalah Sebelum Marah Kepada Istrimu > > Suatu pagi seorang suami yg merasa kesepian dalam hidupnya memanjatkan > doa kepada Tuhan. "Ya Tuhan kasihanilah aku. Aku bekerja membanting > tulang, sementara istriku tinggal di rumah. Saya akan persembahkan > apapun, asalkan Kau kabulkan permohonanku: 'tukarlah aku menjadi > istriku'. Ia enak-enak dirumah,dan aku ingin memberinya pelajaran > betapa beratnya kehidupan seorang laki-laki" > > Tuhan mendengarkan doa tersebut, dan mengabulkannya. > > Esoknya, mulailah 'perempuan baru' tersebut menjalankan kehidupan. Ia > bangun dipagi buta, menyiapkan sarapan,membangunkan nak-anak, > menyiapkan bekal suaminya, memasukkan cucian kotor ke mesin cuci, > menyiapkan masakan hari ini, mengantarkan anak-anak.Sepulang dari > sekolahanaknya mampir ke pom bensin,mengambil uang, membayar rekening > listrik dan telpon, mengambil cucian suaminya di pelayanan laundry, > dan cepat-cepat kepasar untuk belanja. > > Dengan cepat hari mencapai pukul 13;00 tengah hari. Ia membereskan > tempat tidur, mengambil cucian tadi pagi dan menjemurnya,dan > memasukkan sisanya ke mesin cuci, menyapu, mengepel rumah, menanak > nasi, sebelum kemudian segera berangkat menjemput anak-anaknya dari > sekolah, yang disambut oleh anak-anaknya dengan bersitegang. > > Sesampai dirumah ia segera menyiapkan makan anak-anaknya. Dengan > tergopoh-gopoh meniriskan kembali cuciannya yang sebenarnya telah > kering, karena ternyata hari hujan selama ditinggal kesekolah. Sore > hari ia membantu anak-anak mengerjakan PR. Ia sempat-sempatkan > mengintip acara teve sambil tangannya menyetrika. Setelah itu ia > menyiapkan makan malam keluarga, memandikan anak-anak, dan > mengantarkannya tidur. > > Pukul 21;00 malam,ia dengan badan lelah pergi tidur. Sudah tentu ada > tugas lain, yang entah bagaimana caranya ia laksanakan dengan baik, > sebelum benar-benar menikmati tidurnya. > > Esok paginya ia berdoa sekali lagi kepada Tuhan; "Ya Tuhan,apa yang > kubayangkan saat meminta Mu mengabulkan permohonanku, tak sanggup > kutanggungkan lagi. Aku menghibaMu, ya. Tuhan, kembalikan aku menjadi > diriku, kumohon, ya, Tuhan." > > Tuhan kembali mendengarkan doanya. Ia berkata; "Wahai, hambaKU, aku > akan kembalikan keadaanmu semula. Tapi, ada hal kecil yang sedikit > mengganggu, kau harus menunggu 9 bulan. Ingat, perbuatanmu sendiri > telah membuatmu hamil sejak kemaren." (dari milis sebelah) > > > > > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. > > .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. > > .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. > > .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. > Yahoo! Groups Links > > > > > > Yahoo! Groups Sponsor ~--> http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hho4dn7/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1123866553/A=2896112/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com ">Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children¿s Research Hospital. ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL
[budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik
ASAHAN ALHAM AIDIT: Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik Tidak ada manusia yang perfek atau sempurna. Juga dalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi verbal antara sesamanya. Tapi dalam berbahasa manusia juga cenderung menggunakannya dengan baik, bahkan indah sehingga ada jenis bahasa sastra dimana sastrawan biasanya memperagakan kepandaian atau bakatnya dalam menggunakan bahasa dalam menyampaikan pikirannya, pertuturannya, fantasinya dalam sebuah karya sastra. Tapi dalam bahasa sehari-hari, bahasa lisan atau bahasa tulisan yang bukan bahasa sastra, biasanya bukan pada keindahan yang diberi tekanan tapi pada betul atau tidaknya bahasa itu digunakan. Menguasai bahasa diartikan menggunakan bahasa dengan benar, menurut standar bahasa tertentu, menguasai gramatika atau tata bahasanya, fonetikanya, bahkan bila penguasaan itu meningkat lebih jauh lagi juga menguasai semantika,stilistika, morfologi, sintaksis, etimologi dan macam-macam lagi yang kita kenal dalam bidang perbahasaan dan ilmu bahasa. Tapi yang terahir itu tentu saja tidak akan dibicarakan dalam tulisan sekecil ini. Yang saya maksud berbahasa yang baik disini adalah berbahasa yang benar menurut standar bahasa tertentu yang dalam hal ini adalah dalam bahasa Indonesia. Benar dulu barulah cenderung ke arah menggunakan bahasa yang baik. Benar berarti tidak salah gramatikanya, tepat pengucapannya atau fonetikanya, benar orfografinya atau menuliskannya menurut peraturan bahasa Indonesia dan juga bila mungkin benar aksennya menurut aksen standar bila hal itu telah diakui sebagai aksen bahasa Indonesia yang standar( untuk sementara tidak atau belum penting untuk Indonesia yang berpenduduk multi etnis yang masing-masing etnis atau suku bangsa mempunyai bahasa daerahnya masing-masing).Tuntutan atau kebutuhan untuk menggunakan bahasa yang baik tidaklah terlalu tinggi terutama dalam berkomunikasi verbal biasa atau sehari-hari dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kesedaran atau kemauan untuk menggunakan bahasa secara baik dan membiasakan diri untuk berbahasa yang baik adalah teramat penting terutama untuk perkembangan dan mutu bahasa yang kita gunakan. Tanpa kesedaran dan kemauan untuk itu, tidak akan pernah ada keseriusan atau kesungguh-sungguhan berbahasa yang baik dan betul apalagi sampai indah atau mahir. Untuk berbahasa yang baik orang harus belajar bahasa yang akan digunakannya. Tapi itu tidak mesti harus di sekolah atau di kursus maupun sampai ke Universitas tapi dalam praktek berbahasa sehari hari. Dan disinilah soal dan problematik yang sering mengganjal penggunaan bahasa secara baik dan betul. Biasanya kita malas mempelajari bahasa yang sudah bahasa sendiri, bahasa ibu, bahasa yang setiap hari digunakan di rumah maupun dalam pergaulan sehari-hari. Dan masih ada problim ekstra yang cukup besar untuk Indonesia yang antara lain karena bangsa kita yang multi etnis yang mempunya bahasa daerahnya masing-masing sedangkan yang kita sebut Bahasa Indonesia sekarang ini asalnya adalah dari bahasa Melayu dari etnis Melayu yang relatif kecil dibandingkan dengan etnis-etnis lainnya seperti Jawa, Sunda dan lain-lainnya. Untuk menentukan bahasa standar saja sudah sangat sulit atau tidak mudah untuk mendapatkan pengakuan bersama. Tapi memang bahasa Indonesia jalan terus sebagai bahasa persatuan resmi untuk seluruh bangsa. Bahasa Indonesia berkembang dan terus berkembang dan semakin luas dipakai oleh seluruh rakyatnya sebagai bahasa yang hidup dan banyak diterima. Tapi perkembangan tidak selalu menghasilkan sesuatu yang ideal, yang diinginkan menurut relnya yang benar yang sesuai dengan hukum perkembangan yang sosial alamiah. Demikian pula yang terjadi dengan perkembangan bahasa Indonesia. Disamping dia berkembang di satu sisi tapi juga menciut di sisi yang lain. Disamping dia diperkaya di satu lambungnya tapi juga dipermiskin di lambungnya yang lain. Disamping dia juga dipupuri di sebelah pipinya, tapi di pipinya yang lain dia juga dibopengi. Dalam karya sastra moderen umpamanya, ada kecenderungan kuat untuk memasukkan kata-kata atau istilah asing sebanyak mungkin, mengganti kata-kata yang masih produktif justru dengan kata yang sudah mati dari bahasa Sansekerta purba, Jawa Kuno maupun Jawa moderen yang sekarang yang semua itu seperti dipompakan dalam satu karya sastra sehingga Bahasa Indonesia telah menjadi seperti multi Lingua bahkan terkesan seperti bahasa Esperanto yang baru. Untuk mengerti hingga delapan puluh persen orang harus melihat kamus berbagai bahasa dari bahasa Sansekerta, Jawa Kuno, Jawa moderen, kamus Inggris, Belanda dan di beberapa internet, kamus bahasa Cina Glodok plus Inggris dan bahasa dialek Jakarta. Bila ini yang kita maksudkan sebagai perkembangan Bahasa Indonesia, maka perkembangan yang demikian tidaklah
[budaya_tionghua] OOT (Budaya Indonesia)Kebudayaan Hangat-hangat tahi ayam
I ASAHAN ALHAM AIDIT: KEBUDAYAAN "HANGAT-HANGAT TAHI AYAM" Indonesia disamping punya etnis yang bhineka tunggal ika, juga punya sifat tunggal ika yang sangat membudaya dan bahkan telah menjadi kebudayaannya sejak lama yaitu "hangat-hangat tahi ayam".Kalau kita perhatikan seekor ayam yang baru buang air maka tahi yang baru keluar juga mengeluarkan asap yang barangkali bila dipegang akan terasa panas atau hangat. Tapi setelah beberapa detik kemudian gumpalan tahi itu tampak cepat membeku dan barangkali bila dipegang akan terasa sejuk. Ini mungkin sebuah pengamatan nenek moyang kita bangsa Indonesia yang cukup genial dan telah menjadi perumpamaan tetap seperti yang kita kenal sekarang . Pikiran manusia memang teramat rumit. Sekali lagi saya ingin mengatakan apa yang pernah dikatakan seorang matematik Rusia yang kenamaan bahkan di arena Internasional yang begitu banyak disanjung dan dikagumi di negerinya dan ia hanya bilang: "Orang-0rang mengagumi saya sebagai ahli yang menguasi ilmu yang terumit di dunia ini, mereka tidak tahu pikiran manusia adalah beribu kali lebih rumit dari matematika". Dan sampai dimana rumitnya pikiran manusia itu, belum ditemukan sebuah alat atau instrumern untuk mengukurnya. Tapi sesungguhnya kerumitan pikiran manusia yang dilipatgandakan atau dipangkatkan hingga angka sepuluhpun, perbuatannya sederhana saja: baik atau buruk, jahat atau budiman, jujur atau lancung, konsekwen atau mencla mencle dan sebagainya dan sebagainya bisa diperpanjang pasangan yang selalu berkontradiksi itu. Mari kita periksa jantung orang Indonesia dan hati nuraninya dengan perbuatan kongkretnya. Disamping kita kenal bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang ramah tamah, toleren, suka senyum, suka bergurau dan tertawa, kalau makan suka ribut dan cepatnya bukan main, berjalan lambat, mudah kompromi, mudah saling memaafkan dan juga mudah marah dan ngambek hingga bisa ngamuk(orang Belitung menyebutnya ngamok dari kata amok) yang menakutkan dan mengerikan ( Ingat ketika Suharto bersama tentara dan premannya ngamuk di tahun 65). Dan dalam hal amokan Suharto ini, dia sama sekali tidak "hangat-hangat tahi ayam" tapi konstan tetap hangat hingga sekarang dan bila dia dapat kesempatan lagi tentu dia akan buktikan sekali lagi bahwa dia tidak hangat-hangat tahi ayam. Dia akan membasmi orang komunis hingga cicitnya yang terahir. Barangkali dia memang perkecualian. Yusril, orang sekampung saya yang sama-sama Belitung yang diutus Gus Dur ke Belanda untuk menemui para "kaum kelayaban"atau orang-orang eksil Indonesia di Belanda, menjanjikan akan mengurus kepulangan kembali kaum pengembara paksaan ini untuk pulang ke Indonesia dengan terhormat dan akurat. Semua dengan antusias menyambut utusan Gus Dur yang semula akan disangka sebagai peristiwa historis itu. Sesampainya ia di Indonesiaia juga cuma segumpal tahi ayam yang cepat sejuk dan bahkan ia masih menggerutu, kenapa sih itu orang-orang PKI nggak diabisin saja sejak dulu. Sekarang hati saya agak terhibur mendengar berita di Belitung Timur telah terpilih bupati orang Indonesia dari etnis Cina dan telah mengalahkan secara meyakinkan orang-orang Yusril yang Belitung asli dalam pemilihan Bupati yang bahkan di kandang Yusril sendiri. Kalau saya hidup di Belitung saya lebih suka di bupati-in keturunan Cina yang baik daripada orang pribumi sekalipun Belitung totok tapi selalu mengabaikan kepentingan rakyat.Seingat saya Belitung selalu di bupati-in orang dari luar Belitung dan baru kali ini Belitung dibupati-in Belitung Cina tapi Indonesia dan mudah-mudahan dia jadi Bupati yang dapat mengabulkan harapan rakyat Belitung dan tidak cuma hangat-hangat tahi ayam seperti Yusril. Dan lalu reformasi, rekonsiliasai, yang begitu pernah gegap gempita berkumandang di seluruh persada Nusantara bahkan hingga ke luar negeri, oh, maaf, maksud saja ke manca negara, juga tahi ayamnya semakin terasa sejuk. Lalu perang suci anti korupsi yang tahi ayamnya masih cukup hangat sekarang ini apakah akan cepat basi. Aksi menelusuri siapa pembunuh Munir dan gerombolan yang ada dibalik komplot teroris gelap itu juga pernah gegap gempita tapi berkat keuletan istri Munir, tahi ayam yang hampir cepat menyejuk itu masih berhasil dihangatkan kembali dan mudah-mudahan akan bisa juga disukur alhamdulila-in bila nanti bisa tuntas dan jelas jemelas. Lalu sifat kita masing-masing sebagai manusia Indonesia yang ingin sunguh-sungguh menjadi bangsa Bhineka tunggal ika. Kita tahu hukum umum yang berlaku: Manusia dilahirkan berbeda. Tapi juga meskipun dilahirkan berbeda tidak tertutup kemungkinan terdapat persamaan-persamaan meskipun persamaan yang relatif saja. Dan persamaan itu malangnya dalam hal ini adalah salah satunya dalam dunia pertahi ayaman yang cepat sejuk dan lalu membisu itu. Kita berjajnji dengan seseorang yang mungkin teman atau kenalan atau baru kenal atau s
[budaya_tionghua] OOT.Mencicil hutang besar
ASAHAN ALHAM AIDIT: MENCICIL HUTANG BESAR Kompromi telah dimulai. NKRI tidak bisa bersorak sorai karena tubuhnya mulai dipreteli sedikit demi sedikit. Tidak ada yang bisa diherankan dari setiap hasil perundingan dari ujung Sumatra hingga ke Papua yang akan datang. Hanya ada dua pilihan: menghentikan pertempuran atau memulai kompromi yang kini harus dikuatkan di atas kertas, dihadapan para saksi Internasional dengan tanda tangan yang tak bisa tawar menawar lagi. Kesimpulan besarnya: NKRI kalah. Tapi siapa yang menang. Tidak otomatis lawan yang diajak berunding meskipun mereka bisa memaksa "raksasa" penyembelih jutaan bangsanya sendiri di tahun 65. Yang disembelih tidak bersenjata, tapi yang sekarang meskipun kecil sekecil percikan api namun memegang dan menggunakan senjata mereka secara sangat tidak jelek. Itu tentu akan membuat iri banyak etnis lain yang secara historis dikecewakan pemerintah pusat NKRI yang dengan berbagai cara berjuang untuk mendapatkan kesamaan hak, kesetaraan pembagian perkembangan ekonomi, kesetaraan kebudayaan dan pandangan sosial yang sejak Indonesia diperintah oleh bangsanya sendiri tidak turut menikmati yang harus mereka nikmati tapi terus diabaikan sepanjang masa, sepanjang pemerintahan yang telah lima kali berganti presiden. Bangsa adalah pembesaran dari sebuah individu dan individu adalah pengecilan dari sebuah bangsa. Bila seorang individu merasa disakiti maka seluruh bangsa turut merasakannya, begitu pula jika seluruh bangsa merasa sakit semua individu turut merasakannya. Tapi para penguasa dan dan pemimpin bangsa ada di tengah-tengah yang berfungsi mengemudikan perjalanan bangsanya dan membagi seluruh hak-hak secara adil agar tidak terjadi kecemburuan, iri hati dan rasa diabaikan. Bila keharmonian itu rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh bangsa dan semua merasa sakit, tidak sehat dan lemah. Dan ketidak harmonian atau disharmoni inilah yang sekarang dan dimasa lalu yang panjang yang sesungguhnya telah menggerogoti seluruh tubuh NKRI, dia sakit kronis yang telah hampir menjadi kangker dan menuntut obat yang luar biasanya mahalnya untuk bisa sembuh atau tidak bisa disembuhkan sama sekali. Sementara, obat yang sekarang adalah kompromi yang disatu pihak membikin banyak orang tidak merasa enak tapi dipihak lain , juga membikin banyak orang merasa iri. Kesimpulan yang lain: kalau melawan, meskipun banyak korban, tapi bisa mencapai atau mendekati tujuan. Tapi kalau tidak, cuma sekedar iri sambil gigit jari, bahkan meskipun telah disembelih berjuta juta. Kesimpulan tambahan: Yang besar dan yang seolah tampak kuat itu, bila sedang sakit atau kehilangan keharmoniannya, bisa juga dikalahkan oleh yang lebih kecil yang berani dan tegas berlawan untuk mencapai tujuannya. Sekarang sedang menjadi kenyataan. Pahit di satu pihak, lega di pihak lain. Apa boleh buat. Hutang lama yang terus membengkak puluhan tahun untuk membiayai kehidupan berfoya-foya, kompetisi korupsi untuk membiayai diri sendiri dan istana gading di pusat, haus kekuasaan , haus uang, haus kejayaan, mengabaikan yang lemah, menekan yang lebih bawah yang dilakukan para penguasa dan pemimpin bangsa ini telah menghancurkan keharmonian hidup berbangsa dan bernegara hingga bangsa yang multi etnis yang hanya disempali dengan filsafat Bhineka tunggal ika di mulut tapi tak pernah diindahkan kepentingan perut maupun kehidupan kultur etnis mereka secara adil dan terhormat. Dan kini tibalah saatnya mencicil hutang yang harus dibayar dengan bunga yang teramat besar. Ada peribahasa Melayu yang berbunyi: "Hutang emas dibayar emas, hutang budi dibawa mati". Tapi sekali ini bukan hutang budi tapi hutang dosa yang entah bisa ditebus atau tidak. Tanya saja pada si pemberi hutang yang selama ini dianggap kecil dan selalu diabaikan. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT. Penjelasan
Ya, betul kata "perfek" bukan kata yang berasal dari kata Indonesia sama halnya dengan kata "sori" dalam kalimat anda dalam tanggapan anda yang sekarang. Kata itu juga bukan dari bahasa Indonesia bukan?. Dan kalau mau ditulis dengan bahasa Inggris yang betul tentu ia harus ditulis dengan "sorry" yang ditulis dengan rr dan y . tapi anda menulisnya dengan sori. Sayapun menulis kata yang jadi perhatian anda itu dengan "perfek" dan bukannya "perfect" seperti yang seharusnya menurut anda. Jadinya saya dan anda sama-sama-sama memilih penyederhanaan dalam menggunakan kata-kata dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan pengucapan Indonesianya. Hal yang sama kita lakukan itu tidak hanya terjadi dalam bahasa Indonesia saja tapi banyak terjadi pada bahasa-bahasa lainnya di dunia. Bahasa itu kadang-kadang luwes dan juga memberikan toleransi tertrentu. Gejala demikian dalam ilmu perbahasaan atau linguistik disebut sebagai gejala alternatif. Artinya orang bisa memilih yang ini atau yang itu selama belum ada ketentuan dari komisi istilah atau pendapat umum yang luas . Gejala alternatif itu jadi tidak berlaku bila sudah ada ketentuan harus menggunakan yang satu dan tidak lagi boleh memilih yang lain meskipun sama arti. Umpamanya dalam bahasa Belanda kata "bureau" (pinjaman dari bahasa Perancis) pernah ditulis dengan "buro" untuk penyederhanaan dan hal itu masih saya alamai ditahun delapan puluhan ketika saya mulai belajar bahasa Belanda dan di sekolah bahkan di koran-koran atau majalah setiap orang boleh menuliskannya dengan "bureau" atau "buro" dua-duanya tidak salah. Tapi sekarang tidak lagi boleh ditulis dengan "buro" tapi sudah harus "bureau" karena sudah ada ketentuan begitu, jadi toleranssi alternatif suduh tidak berlaku. Nama anda umpamanya, ditulis dengan Rudy yang nama itu berasal dari nama Belanda Ruud yang pengecilannya atau panggilan akrabnya menjadi Rudy. Tapi tidak sedikit orang Indonesia yang bernama demikian tapi menuliskannya dengan Rudi . Itu juga termasuk gejala alternatif yang setiap orang bisa memilih cara menuliskan namanya sendiri menurut keinginannya dan kita tidak bisa protes mengapa umpamanya tidak ditulus dengan Rudy seperti cara anda menuliskan nama anda. Demikian pula yang terjadi dengan nama belakang saya yang Aidit. Nama itu bukan dari nama Indonesia asli tapi dari nama Arab karena latar belakang keluarga saya yang Islam. Dalam bahasa Arab nama itu ditulis dengan Aidid (ditulis dengan huruf d pada huruf terahir). Tapi kami lalu merubahnya dengan huruf t dari d yang terahir ( Hingga tahun lima puluhan ayah kami tetap menuliskan namanya dengan Aidid sesuai dengan ejaan Arab aslinya tapi juga lalu merubahnya menjadi Aidit. dan hingga sekarang belum ada orang Arab manapun yang hidup di Indonesia yang memprotes atau mengoreksi nama Arab yang sudah kami tukangi sendiri itu. Nama manusia bukankah juga sebuah gejala bahasa?. Terima kasih atas perhatian dan catatan anda dan semoga penjelasan saya ini bisa memuaskan anda. Tapi saya juga punya sedikit catatan untuk anda. Anda bilang anda belum membaca hingga habis tulisan saya. Saya anjurkan sebelum anda mengomentari sebuah tulisan orang lain atau mungkin anda ingin mengajukan pertanyaan, sebaiknya anda menguasai dulu apa yang ditulis orang lain dan membacanya hingga habis karena kalau anda tidak menguasai tema yang dibicarakan atau anda tidak sampai habis membaca tulisan yang anda komentari anda bisa terjerembab sendiri dengan komentar dan pertanyaan anda yang bermaksud merubuhkan tulisan orang lain. Ingatlah selalu, dengan komentar pendek atau timbrungan liar tanpa menguasai apa yang akan disasar, orang tidak mungkin meruntuhkan tulisan yang manapun yang dibuat orang lain secara serius dan bermaksud baik. Lalu jangan cepat terkejut sebelum menguasai masaalah. Take you easy baby! asahan.aa - Original Message - From: Rudy To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, August 15, 2005 6:29 AM Subject: RE: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik Sori,, saya belum baca sampai habis, tapi melihat judul Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik , saya sedikit kaget juga melihat kalimat pertamanya Tiada manusa yang perfek atau sempurna .. Setahu saya, kata perfek bukanlah Bahasa Indonesia, dan kalaupun mau pakai Bahasa Inggris, seharusnya adalah perfect. rudy -Original Message-From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of BISAISent: 13 Agustus 2005 4:42To: BUDAYA TIONGHUA; WAHANASubject: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik ASAHAN ALHAM AIDIT: Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik Tidak ada manusia yang perfek atau sempurna. Juga dalam menggunak
Re: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT. Penjelasan
- Original Message - From: BISAI To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA Sent: Monday, August 15, 2005 5:28 PM Subject: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT. Penjelasan Ya, betul kata "perfek" bukan kata yang berasal dari kata Indonesia sama halnya dengan kata "sori" dalam kalimat anda dalam tanggapan anda yang sekarang. Kata itu juga bukan dari bahasa Indonesia bukan?. Dan kalau mau ditulis dengan bahasa Inggris yang betul tentu ia harus ditulis dengan "sorry" yang ditulis dengan rr dan y . tapi anda menulisnya dengan sori. Sayapun menulis kata yang jadi perhatian anda itu dengan "perfek" dan bukannya "perfect" seperti yang seharusnya menurut anda. Jadinya saya dan anda sama-sama-sama memilih penyederhanaan dalam menggunakan kata-kata dari bahasa asing dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan pengucapan Indonesianya. Hal yang sama kita lakukan itu tidak hanya terjadi dalam bahasa Indonesia saja tapi banyak terjadi pada bahasa-bahasa lainnya di dunia. Bahasa itu kadang-kadang luwes dan juga memberikan toleransi tertrentu. Gejala demikian dalam ilmu perbahasaan atau linguistik disebut sebagai gejala alternatif. Artinya orang bisa memilih yang ini atau yang itu selama belum ada ketentuan dari komisi istilah atau pendapat umum yang luas . Gejala alternatif itu jadi tidak berlaku bila sudah ada ketentuan harus menggunakan yang satu dan tidak lagi boleh memilih yang lain meskipun sama arti. Umpamanya dalam bahasa Belanda kata "bureau" (pinjaman dari bahasa Perancis) pernah ditulis dengan "buro" untuk penyederhanaan dan hal itu masih saya alamai ditahun delapan puluhan ketika saya mulai belajar bahasa Belanda dan di sekolah bahkan di koran-koran atau majalah setiap orang boleh menuliskannya dengan "bureau" atau "buro" dua-duanya tidak salah. Tapi sekarang tidak lagi boleh ditulis dengan "buro" tapi sudah harus "bureau" karena sudah ada ketentuan begitu, jadi toleranssi alternatif suduh tidak berlaku. Nama anda umpamanya, ditulis dengan Rudy yang nama itu berasal dari nama Belanda Ruud yang pengecilannya atau panggilan akrabnya menjadi Rudy. Tapi tidak sedikit orang Indonesia yang bernama demikian tapi menuliskannya dengan Rudi . Itu juga termasuk gejala alternatif yang setiap orang bisa memilih cara menuliskan namanya sendiri menurut keinginannya dan kita tidak bisa protes mengapa umpamanya tidak ditulus dengan Rudy seperti cara anda menuliskan nama anda. Demikian pula yang terjadi dengan nama belakang saya yang Aidit. Nama itu bukan dari nama Indonesia asli tapi dari nama Arab karena latar belakang keluarga saya yang Islam. Dalam bahasa Arab nama itu ditulis dengan Aidid (ditulis dengan huruf d pada huruf terahir). Tapi kami lalu merubahnya dengan huruf t dari d yang terahir ( Hingga tahun lima puluhan ayah kami tetap menuliskan namanya dengan Aidid sesuai dengan ejaan Arab aslinya tapi juga lalu merubahnya menjadi Aidit. dan hingga sekarang belum ada orang Arab manapun yang hidup di Indonesia yang memprotes atau mengoreksi nama Arab yang sudah kami tukangi sendiri itu. Nama manusia bukankah juga sebuah gejala bahasa?. Terima kasih atas perhatian dan catatan anda dan semoga penjelasan saya ini bisa memuaskan anda. Tapi saya juga punya sedikit catatan untuk anda. Anda bilang anda belum membaca hingga habis tulisan saya. Saya anjurkan sebelum anda mengomentari sebuah tulisan orang lain atau mungkin anda ingin mengajukan pertanyaan, sebaiknya anda menguasai dulu apa yang ditulis orang lain dan membacanya hingga habis karena kalau anda tidak menguasai tema yang dibicarakan atau anda tidak sampai habis membaca tulisan yang anda komentari anda bisa terjerembab sendiri dengan komentar dan pertanyaan anda yang bermaksud merubuhkan tulisan orang lain. Ingatlah selalu, dengan komentar pendek atau timbrungan liar tanpa menguasai apa yang akan disasar, orang tidak mungkin meruntuhkan tulisan yang manapun yang dibuat orang lain secara serius dan bermaksud baik. Lalu jangan cepat terkejut sebelum menguasai masaalah. Take you easy baby! asahan.aa - Original Message - From: Rudy To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, August 15, 2005 6:29 AM Subject: RE: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik Sori,, saya belum baca sampai habis, tapi melihat judul 'Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik' , saya sedikit kaget juga melihat kalimat pertamanya 'Tiada manusa yang perfek atau sempurna' .. Setahu saya, kata 'perfek' bukanlah Bahasa Indonesia, dan kalaupun mau pakai Bahasa Inggris, seharusnya adalah 'perfect'. rudy -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of BISAI Sent: 13 Agustus 2005 4:42 T
Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.
Oke, boy, hebat sekali komentart pendeknya. Tapi kata "mensitir" dalam komentar anda yang hebat ini apakah juga memang dari bahasa Indonesia?. Apakah anda juga tidak sedang mensitir? . Ah , begitu banyak orang yang suka cerewet kecil-kecilan di milis ini. Anda mungkin tidak tertarik mengambil inti sari dari seluruh tulisan saya. Itu urusan anda sendiri.Tapi kalau sudah mau bikin komenrtar, yang serius dong. Jangan main recehan dalam menghemat menggunakan otak, atau itu memang kebiasaan orang-orang di milis ini, semuanya main hemat sebagaimana kebiasaan sehari-hari sambil jotosin orang lain yang dianggap kurang perfek hingga ke ujung kaki?. Cobalah anda perhatikan kata-kata asing yang sudah dianggap dan sangat biasa dipakai dalam bahasa Indonesia seperti: "kondusif, "asumsi", "aset", "dikotomi" dan masih ribuan yang lainnya apakah itu hasil sitiran salah menuliskannya. Tolong deh anda betulkan bagaimana cara menuliskan kata-kata tsb. atau anda anggap orang-orang yang menggunakan kata itu tolol bahasa siang?. Saya punya kesan anda hebat sekali bahasa Inggrisnya hingga dengan koreksian anda yang begitu genial semua orang menjadi tolol, tidak tahu menuliskan kata kata "kondusif"dan yang lain-lainya secara betul menurut bahasa aslinya. Saya sudah jelas bukan manusia perfek dalam segala bidang. Itupun sudah saya tulis pada kalimat pertama dalam tulisan saya. Tapi saya kira anda juga demikian. Coba saja lihat, dalam kalimat anda yang begitu pendek yang anda bikin. Kata "mensitir"tidak anda tulis menurut bahasa aslinya( saya sendiri tidak menuntut lho,). Tapi kalau kata "daei" tentu yang anda maksudkan adalah "dari". Ketidak perfekan itu saya kira mungkin anda terburu nafsu atau sekedar salah ketik dan tidak akan mengurangi kehebatan anda dalam menguasai bahasa Indonesia atau bahasa asing. Saluut atas kehebatan komentar anda. (Maaf saya pinjam kata "Saluut" mungkin itu akan jadi problim lagi bagi anda, tapi kalau memang saya dianggap bodoh saya tidak merasa hina, saya akan terus belajar, termasuk belajar kepada anda). asahan.aa - Original Message - From: "kRikil" <[EMAIL PROTECTED]> To: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Wednesday, August 17, 2005 10:49 AM Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT. > >> Take you easy baby! >> asahan.aa >> > > > * > Kalau mensitir daei bahasa asing harus pakai bahasa yang baik dan > benar juga :-) > > Take it easy baby > > salam, > bill > > > Yahoo! Groups Sponsor ~--> http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h0sib6n/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124282148/A=2896130/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail";>Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project . ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Fw: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.
A, yalah!. Omong soal integrasi memang pinter. Tapi kalo hakekatnya memang menutup diri yang super eksklusif, kan keliatan juga belangnya. Pasang pengumuman deh, semacem: "Hanya untuk kebudayaan Cina, bahasa Indonesia dilarang masuk". Kalo cuman pikiran kayak gitu sih, udah lama diketauin orang Indonesia. Tapi kalo mau keluar, keluar deh, saya ucapin slamet. Saya sih sebelum diusir masih tetep aja duduk. Wong, Indonesia itu kepunyaan orang orang Indonesia kok, masak kebudayaan asing mau ngusir. Mengkali aje masih ade nyang tau diri di milis ini. Saya kira komentar anda yang kayak beginian bukan cuma sovinis tapi malah sudah SO...SOP NAJIS! Nah, inilah lelucon dari saya. asahan.aa - Original Message - From: "Steve Haryono" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Wednesday, August 17, 2005 12:49 PM Subject: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT. > Hallo, > > Saya kira topic ini sudah bukan OOT lagi, tapi malah sudah OOOT > Ingat, milis ini milis mengenai kebudayaan Tionghoa. Sekali-sekali baca > soal > OOT memang tidak apa-apa, mungkin juga malah jadi segar pikiran, apalagi > kalau dapat lelucon. Tetapi kalo terus-terusan kayak gini, jangan heran > banyak orang akan keluar dari milis, sebab tujuan ikut milis ini khan > untuk > membahas mengenai kebudayaan tionghoa, bukan membahas pelajaran bahasa > Indonesia. > > salam, > steve > rotterdam > > ps. saya kira tulisan bill dibawah bukan pakai jalur umum tapi malah > japri. > > - Original Message - > From: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]> > To: "BUDAYA TIONGHUA" ; "WAHANA" > <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Wednesday, August 17, 2005 12:24 PM > Subject: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah > berbahasa yang baik.OOT. > > > Oke, boy, hebat sekali komentart pendeknya. Tapi kata "mensitir" dalam > komentar anda yang hebat ini apakah juga memang dari bahasa Indonesia?. > Apakah anda juga tidak sedang mensitir? . Ah , begitu banyak orang yang > suka > cerewet kecil-kecilan di milis ini. Anda mungkin tidak tertarik mengambil > inti sari dari seluruh tulisan saya. Itu urusan anda sendiri.Tapi kalau > sudah mau bikin komenrtar, yang serius dong. Jangan main recehan dalam > menghemat menggunakan otak, atau itu memang kebiasaan orang-orang di milis > ini, semuanya main hemat sebagaimana kebiasaan sehari-hari sambil jotosin > orang lain yang dianggap kurang perfek hingga ke ujung kaki?. Cobalah anda > perhatikan kata-kata asing yang sudah dianggap dan sangat biasa dipakai > dalam bahasa Indonesia seperti: "kondusif, "asumsi", "aset", "dikotomi" > dan > masih ribuan yang lainnya apakah itu hasil sitiran salah menuliskannya. > Tolong deh anda betulkan bagaimana cara menuliskan kata-kata tsb. atau > anda > anggap orang-orang yang menggunakan kata itu tolol bahasa siang?. Saya > punya > kesan anda hebat sekali bahasa Inggrisnya hingga dengan koreksian anda > yang > begitu genial semua orang menjadi tolol, tidak tahu menuliskan kata kata > "kondusif"dan yang lain-lainya secara betul menurut bahasa aslinya. Saya > sudah jelas bukan manusia perfek dalam segala bidang. Itupun sudah saya > tulis pada kalimat pertama dalam tulisan saya. Tapi saya kira anda juga > demikian. Coba saja lihat, dalam kalimat anda yang begitu pendek yang anda > bikin. Kata "mensitir"tidak anda tulis menurut bahasa aslinya( saya > sendiri > tidak menuntut lho,). Tapi kalau kata "daei" tentu yang anda maksudkan > adalah "dari". Ketidak perfekan itu saya kira mungkin anda terburu nafsu > atau sekedar salah ketik dan tidak akan mengurangi kehebatan anda dalam > menguasai bahasa Indonesia atau bahasa asing. > Saluut atas kehebatan komentar anda. (Maaf saya pinjam kata "Saluut" > mungkin > itu akan jadi problim lagi bagi anda, tapi kalau memang saya dianggap > bodoh > saya tidak merasa hina, saya akan terus belajar, termasuk belajar kepada > anda). > asahan.aa > > > - Original Message - > From: "kRikil" <[EMAIL PROTECTED]> > To: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Wednesday, August 17, 2005 10:49 AM > Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa > yang baik.OOT. > > >> >>> Take you easy baby! >>> asahan.aa >>> >> >> >> * >> Kalau mensitir daei bahasa asing harus pakai bahasa yang baik dan >> benar juga :-) >> >> Take it easy baby >> >> salam, >> bill >> >> >> > > > > > > > > .: Forum
Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.
Hallo, terima kasih atas masukan dan komentar anda. Baru sekali ini saya menerima respon yang cukup manusiawi. Kalau anda membaca tulisan saya hingga habis, tentu anda akan lebih mengerti maksud saya yaitu keberatan saya adalah mengambil atau menyerap kata-kata asing secara membabi buta, terlalu banyak dan sok pamer agar terkesaan hebat. Saya sama sekali tidak menganut puritanisme dalam bahasa. Mempertahankan kemurnian bahasa dengan menolak segala yang datang dari luar atau asing adalah tidak mungkih apalagi di abad kita yang sekarang ini. Karena itu jugalah dalam tulisan saya yang manapun, saya juga menggunakan hasil serapan dari bahasa atau kata-kata asing. Umpamanya saya bilang: "Tidak ada manusia perfek atau sempurna". Kan sama saja artinya. Tapi setiap penulis punya gaya sendiri-sendiri. Dalam hal ini saya ingin menekankan apa yang ingin saya bilang menjadi dua kali lipat, ya perfek ya sempurna. Tapi karena tulisan saya ditanggapi sepotong sepotong dan lalu memberikan komentar yang maunya arogan dan hebat, semua inti sari yang saya ingin bilang lalu diabaikan sambil bilang: "gue nggak nafsu ame tulisan lu" atau dalam bahasa Jakartanya: "emangnye gue pikirin". Ya, kalau tidak nafsu atau tidak mau ambil peduli janganlan melontarkan kata-kata usil, tidak bertanggung jawab sambil merasa hebat. Dengan pengalaman saya selama ini, menulis di milis ini( budaya-tionghua) saya sepertinya kesasar ke kampung Cina yang serba tertutup seperti di tahun-tahun limapuluhan yang dulu setiap abang sulung saya menjajakan dagangannya di kampung Cina ia selalu dilempari batu oleh Cina-Cina yang merasa tidak suka wilayahnya dilanggar. Sekarang terjadi pula pada saya. Saya datang dengan maksud baik, ingin menuliskan buah pikiran saya untuk jadi pemikiran bersama, tapi yang saya alami lalu saya ditimpuki rame-rame sambil mencemoohkan tulisan saya dengan cara usil sepatah dua patah kata, jewer kuping, tendang pantat dengan cara sinis. Kalau beda pendapat, katakankah, tulislah, dengan cara yang memadai supaya kita bisa bertukar pikiran dengan leluasa. Tapi begitulah rupanya, baru punya sekeping wilayah di atas maya sana, sudah bukan main ketat menjagaganya. Nah, saudara, semoga kesan saya ini tidak akan melebar dengan bukti-bukti baru. asahan.aa - Original Message - From: "Handoko Prasodjo" <[EMAIL PROTECTED]> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com> Sent: Wednesday, August 17, 2005 1:48 PM Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT. > Maaf saya cuma ikutan, saya sendiri tidak membaca tulisan Bang Bisai dan> mengikuti perdebatan ini hanya sepotong-sepotong saja. Penggunaan bahasa> Indonesia yang tidak benar, contohnya yang kini baru populer adalah tulisan> "Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 60 tahun". Seharusnya cukup> dituliskan/diucapkan "Dirgahayu Republik Indonesia", karena arti dari> dirgahayu adalah (semoga) berumur panjang.> > Kalau penggunaan kata "perfek" untuk padanan kata "sempurna", kalau tidak> salah namanya adalah penyerapan kata asing, contoh disini menyerap dengan> meng-Indonesiakan kata "perfect" yang berasal dari bahasa Inggris. Kata-kata> serapan semacam ini amat banyak kita temui dalam bahasa Indonesia, mulai> dari bhs Inggris seperti efektif, edukatif, komunikatif dsb, dari Arab kita> peroleh kata2 kitab, nama2 hari, dsb, lalu dari Cina/Hokkian seperti bakso,> bakmi, anglo, eh keliatannya dari dapur dan hasil2nya ya?> > Lalu serapan dari bahasa2 lokal sendiri, bahkan tak jarang berasal dari> induknya sendiri, bahasa Melayu. Mangkus, canggih, kesenjangan, windu, dsb.> Buanyak sekali serapan kata2 asing maupun lokal yang memperkaya kosa kata> Indonesia. Meskipun tidak semua kata2 serapan dimaksudkan untuk memperkaya> kosa kata, bahkan kadang2 cuma sebagai riasan saja, tapi bisa dikatakan juga> tanpa menyerap kata2 asing, bahasa Indonesia akan statis/mati. Kehabisan> atau kekurangan kata2 untuk mengungkapkan secara lisan dinamika dunia yang> amat dinamis ini.> > CMIIW> Han> > - Original Message -> From: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]>> To: "BUDAYA TIONGHUA" <budaya_tionghua@yahoogroups.com>; "WAHANA"> <[EMAIL PROTECTED]>> Sent: Wednesday, August 17, 2005 5:24 PM> Subject: Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa> yang baik.OOT.> > > Oke, boy, hebat sekali komentart pendeknya. Tapi kata "mensitir" dalam> komentar anda yang hebat ini apakah juga memang dari bahasa Indonesia?.> Apakah anda juga tidak sedang mensitir? . Ah , begitu banyak orang yang suka> cerewet kecil-kecilan di milis ini. Anda mungkin tidak tertarik mengambil> inti sari dari seluruh tulisan saya. Itu urusan
Fw: [budaya_tionghua] VVVOOT: Milis Politik ??? (was OOT. Biasakan dan berusahalah ber....)
Dan sebaiknya juga, bila anda akan memberikan reaksi pada seseorang milis, anda juga harus Fw-kan, apa yang telah dikatakan oleh milis yang menimbulkan reaksi agar pembaca lain bisa menimbang-nimbang apa masaalah yang sedang dibicarakan secara obyektif. Tapi anda tidak berbuat demikian yang itu menyalahi kebiasaan dunia permilisan sehingga dalam hal ini anda merugikaan posisi saya secara tidak sportif. Pembaca lain tidak akan tahu, apa saja yang dikatakan seseorang milis atau kritikannya terhadaap saya. Lalu yang perlu saya jawab: -- Sebaiknya juga anda meluangkan waktu untuk mengikuti dari mula bagaimana dialog-dialog yang terjadi antara saya dengan para pemberi reaksi pada tulisan-tulisan saya lainnya. Dengan begitu anda tidak memotong ditengah jalan apa yang sedang terjadi yang bisa membingungkan para pembaca lainnya dan merugikan satu pihak. -- Menghina? Ah, belum apa-apa sudah menggunakan kata-kata besar. Untuk menakut-nakuti apa?.Siapa yang menghina dan siapa yang dihina masih dalam proses, bang!. Kalau sudah begini, ngomong memang tidak hanya sekali tapi gaung bersambut gaung. -- Nggak. Saya tidak mengerti bahasa Indonesia, saya sedang berbahasa Cina-kok! -- Saya mewakili diri saya sendiri, kok. Tapi pada Cina-Cina yang tidak mau integrasi ,adanya sikap dan pikiran eksklusif itu bukan cuma saya yang bilang, banyak, buanyak sekali bahkan bukan cuma orang Indonesia! Dan sekarang saya balik bertanya. Anda sendiri mewakili siapa?. Apakah anda salah seorang moderator? --Saya tidak mengusir, saya hanya mengucapkan selamat. Masa nggak boleh kasi ucapan selamat.Tapi kalau mau bicara soal usir-usiran, kan saya yang lebih banyak kemungkinan diusir meskipun saya tidak akan mengusir diri sendiri. Apakah bahasa Cina saya kurang jelas? --Wow!..hoow, hoow,hoow! banyak sekali super-nya. Tapi saya tidak merasa seperti superman, kok. Dan menurut saya "budaya-tionghua"sudah jelas bukan budaya Indonesia, atau barangkali karena bahasa Cina saya yang jelek ini hingga sukar dimengerti. Mengenai saya menyebut Cina, apasih pikiran anda tentang itu? Orang Indonesia sudah ratusan tahun menyebut Cina adalah Cina dan berjuta-juta bangsa lainnya juga menyebut Cina. Mau buka diskusi soal yang sudah basi ini apa?. Tentang tuduhan anda terhadap saya seperti: munafik, super eksklusiv, naif, super tertutup... Masyaallaaah,... o, my God, ...pod verdorie! Berhematlah dengan tuduhan-tuduhan seperti itu karena tanpa argumentasi, tanpa bukti, semua itu cumalah tuduhan kosong tidak berjiwa yang akan menjadi fitnah melulu dan akan menjadi bumerang bagi anda sendiri. -- Kalau Indonesia memang memiliki saya dan seluruh rakyatnya, tentu saya dan orang-orang sebangsa dan senasib seperti saya, bisa pulang ke pangkuan ibu pertiwinya. Tapi dalam kenyataan, Indonesia itu pernah dimiliki penguasa jahat sejak tahun 65 dan setelah pemilik barunya yang katanya lebih baik itu, toh saya dan teman-teman saya belum juga boleh pulang. Jelas jemelas Indonesia atau ibu pertiwi tidak memiliki rakyatnya seperti yang anda pikir, tapi Indonesia dimiliki oleh para penguasanya, penerus penguasa sebelumnya. Nah ini kenyataan, meskipun ide atau fantasi anda sangat indah.Tapi retorika melulu tidak akan menyelesaikan masaalah. -- Ya, komentar anda sudah terlalu banyak memang, sudah hampir-hampir inflasi.Tapi saya tahan kok membacanya. --Buruk muka cermin dibelah? Muka siapa?. Sayang saya tidak bisa melihat muka anda di monitor komputer saya ini.Tapi saya juga ingin mengirim kado ke alamat anda: "Kuman di seberang lautan, tampak. Gajah di pelupuk mata, tiada tampak".Namun kado ini bukan hanya untuk anda saja, tapi untuk semua pemilis-pemilis sejenis anda. Harap dibagi rata. --Tulisan anda memang bukan lelucon tapi mirip mercon.Untung pecahannya cuma dari kertas tua. Sekarang belum tahun baru,simpan deh untuk persediaan imlek. asahan. aa - Original Message - From: "Hendri Irawan" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Thursday, August 18, 2005 7:27 AM Subject: [budaya_tionghua] VVVOOT: Milis Politik ??? (was OOT. Biasakan dan berusahalah ber) Moderator, numpang bandwith ngomongin politik sebentar Asahan: > A, yalah!. Omong soal integrasi memang pinter. Tapi kalo hakekatnya memang menutup diri yang super eksklusif, kan keliatan juga belangnya. HY: Sebaiknya anda meluangkan waktu dulu sebentar untuk melihat arsip message lama milis ini. Milis ini tidak tertutup hanya untuk etnis tionghua saja. Banyak anggota milis yang bukan tionghua. Dilihat dari bahasa anda, mungkin lebih tepat kalau anda yang super ekslusif dan menutup diri. Asahan: > Pasang pengumuman deh, semacem: "Hanya untuk kebudayaan Cina, bahasa Indonesia > dilarang masuk". HY: Bahasa Indonesia dilarang masuk ? Anda mengerti bahasa Indonesia gak ? Jelas-jelas bahasa utama milis ini adalah bahasa Indonesia. Mengenai pilihan anda untuk menggunakan istilah "Cina", saya minta klarifikasi anda, dalam konteks apa anda memakai istilah tersebut ? Dilihat dari tulisan-tulisan anda sebelumnya, saya ber
Fw: Fw: [budaya_tionghua] VVVOOT: Milis Politik ??? (was OOT. Biasakan dan berusahalah ber....)
> > - Original Message - > From: "Hendri Irawan" <[EMAIL PROTECTED]> > To: > Sent: Friday, August 19, 2005 7:37 AM > Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] VVVOOT: Milis Politik ??? (was OOT. > Biasakan dan berusahalah ber) > > >> Asahan: >>> Dan sebaiknya juga, bila anda akan memberikan reaksi pada seseorang >> milis, >>> anda juga harus Fw-kan, apa yang telah dikatakan oleh milis yang >> menimbulkan >>> reaksi agar pembaca lain bisa menimbang-nimbang apa masaalah yang >> sedang >>> dibicarakan secara obyektif. Tapi anda tidak berbuat demikian yang >> itu >>> menyalahi kebiasaan dunia permilisan sehingga dalam hal ini anda >> merugikaan >>> posisi saya secara tidak sportif. Pembaca lain tidak akan tahu, apa >> saja >>> yang dikatakan seseorang milis atau kritikannya terhadaap saya. >> >> Hy: >> 1. "pada seseorang milis", harusnya "pada seseorang di milis" >> 2. "apa yang telah dikatakan oleh milis", mungkin lebih tepat "apa >> yang dituliskan (diketikkan) di milis" >> 3. Jelas etika milis yang saya ikuti tidak sama dengan anda yang >> menyia-yiakan bandwith. >> 4. Sebisa mungkin pakailah bahasa Indonesia yang baik dan benar. > AAA: > Terima atas koreksian anda atas bahasa Cina saya yang jelek,oh maaf, > bahasa Indonesia saya yang jelek.Kan, saya sudah bilang sebelumnya > saya juga bukan manusia perfek atau sempurna. Saya membuka selebar- > lebarnya untuk semua kritik, ralat, penyempurnaan bahkan cemoohan > sekalipun. Tapi itulah seperti saya bilang, semua itu bersambut menurut > apa yang diterima seseorang. Ramah dibalas ramah, sopan dibalas sopan, > cemoohan dibalas cemoohan dan juga keras dibalas keras. Logis saja bukan? > Lalu nomor-nomor anda yang perlu saya jawab: > 1.Menurut saya kata" milis"tidak hanya menunjukkan tempat tapi juga > menunjukkan > orang(peserta). Kata itu memang kata baru dan bukan berasal dari bahasa > Indonesia > tapi dari kebiasaan-kebiasan yang terus berlaku dalam dunia permilisan, > dia > "seperti" > telah dijadikan atau dianggap bahasa Indonesia. > 2."Apa yang telah dikatakan" yang saya bilang, dengan "Apa yang telah > dituliskan". Maksudnya sama saja. > Yang anda anggap lebih tepat, itu cuma soal alternatif dalam memilih kata. > 3. Ya, etika bisa tidak sama tentu saja. Tapi kebiasaan yang berlaku yang > juga saya pakai, > juga adalah sebuah etika yang banyak diterima orang kalau tidak boleh > dikatakan yang terbanyak. > dibandingkan etika anda serba husus itu. > 4.Saya tidak bermaksud menyia-nyiakan bandwith. Saya hanya menuliskan > pikiran saya. Kebiasaan berhemat dalam segala hal itu tentu saja tidak > jelek, Yang jelek adalah > dengan alasan berhemat lalu mengkorup bahan yang bisa membingungkan orang > lain. > Saya menulis menurut kebebasan yang saya anut dan dianut orang lain. Tapi > kalau anda mau > mengatakan tulisan saya tidak berharga dan sampah itu adalah kebebasan > anda > sendiri dalam menilai orang lain. Tapi apakah anda menilai tulisan anda > sebagai yang brilliant, paling hebat, yang meledak-ledak seperti mercon > tahun baru?. Terima kasih atas nilai "sampah"yang anda berikan untuk saya. > Bagaimana penilaian > para moderator sendiri, apakah "sampah" yang mengotori milis ini perlu > disapu > dan diberesihkan untuk hanya memberikan tempat pada "budaya-tionghua"yang > gemerlapan > peninggalan nenek moyang para leluhur > seperti dimaui segelintir orang dalam milis ini. > Mengenai anjuran anda agar saya menggunakan bahasa Indonesia dengan baik > dan > benar, > itu adalah juga anjuran saya termasuk untuk saya sendiri. Sukur kalau > bahasa Indonesia anda > lebih benar dan kebih baik dari saya. Saya akan belajar dari anda. >> Asahan: >>>Lalu yang >>> perlu saya jawab: >>> -- Sebaiknya juga anda meluangkan waktu untuk mengikuti dari mula >> bagaimana >>> dialog-dialog yang terjadi antara saya dengan para pemberi reaksi >> pada >>> tulisan-tulisan saya lainnya. Dengan begitu anda tidak memotong >> ditengah >>> jalan >>> apa yang sedang terjadi yang bisa membingungkan para pembaca >> lainnya dan >>> merugikan satu pihak. >> >> Hy: >> Saya tidak memotong di tengah jalan. Dari mana anda tahu saya tidak >> mengikuti dari awal ? Maaf saja ya, anda terlalu menganggap diri anda >> paling benar sendiri. > AAA: > Ah, tidaaak. Saya tidak pernah merasa bahwa sayalah yang paling benar > sendiri. > Hal itu tidak tercermin dalam semua tulisan saya. Anda mengikuti sejak > dari > awal?. > Saya percaya.Yang tidak saya percayai adalah bahwa anda pura-pura tidak > mengerti > isi tulisan saya dan lalu menebeng pada komentar-komentar orang lain > sebelum > anda. > >> >> Asahan: >>> -- Menghina? Ah, belum apa-apa sudah menggunakan kata-kata besar. >> Untuk >>> menakut-nakuti apa?.Siapa yang menghina dan siapa yang dihina masih >> dalam >>> proses, bang!. Kalau sudah begini, ngomong memang tidak hanya >> sekali tapi >>> gaung >>> bersambut gaung. >> >> Hy: >> Jelas bahwa anda menggunakan istilah itu dalam konteks menghina. >> Orang hina memang suka menghina. > AAA: > Dan ap
[budaya_tionghua] Fw: Perhatikanlah dengan cermat...
ASAHAN ALHAM AIDIT: Perhatikanlah dengan cermat apa yang sudah baik dan apa yang berlum baik Ketika saya membaca diskusi hangat atau katakanlah "debat kusir di suatu milis dua tahun lalu tentang saling serang, saling maki, saling hina dan segala macam saling yang membikin tidak enak dua belah pihak, bahkan orang-orang yang di luar diskusi, saya lalu memutuskan keluar dari milis itu. Tidak tahan. Meskipun saya bisa tidak membacanya dengan hanya menekan tombol "delete". Diskusi apa itu. Biasa dan sangat biasa. Peranakan Cina lawan pribumi dengan pihak-pihak pro dan kontranya. Tapi apa yang saya anggap biasa tapi juga yang bisa menegangkan itu, kemudian terasa keluar biasaannya bahkan telah banyak mempengaruhi pikiran saya atau barangkali lebih tepatnya, menggugah pikiran saya dari yang mula-mula saya anggap dan banyak orang menganggapnya sebagai debat kusir". Saya petik salah satu yang paling tipikal dari pertengkaran dan saling tuduh itu: Cina: "Tanpa uang Cina, tidak akan ada Indonesia " Pribumi: "Etnis tidak tahu diri, sombong, licik, egosentris" Dialog yang saya anggap ketika itu saling mengiris empedu masing-masing itu, ternyata bukan sekedar debat kusir tapi adalah juga pemikiran hidup yang lama terpendam di dalam hati kedua belah pihak. Sekarang keluar, keluar, begitu lancar seperti air yang baru mendapat pintu di satu bendungan dendam dan sentimen sejak ratusan tahun. Saya merasa itu sudah baik di satu segi. Seperti bisul yang telah matang dan lalu dipencet kuat-kuat dan keluarlah semua nanah hingga habis dan bersih. Lalu menunggu tumbuhnya bisul berikutnya. Dan ini yang tidak baik. Dua belah pihak memelihara bisulnya masing-masing dan seperti kita tahu ledakan demi ledakan (saling mencet bisul) telah terjadi: kerusuhan rasial, pengusiran besar-besaran yang dilakukan oleh negara yang anti Cina. Dan bila itu belum terjadi atau sedang adem pauze atau masa jedah yang panjang, kerusuhan selanjutnya akan datang jua meskipun orang tidak tahu kapan dan di mana serta berapa besar skalanya. Tapi orang Indonesia memang tidak mungkin mengusir Cina dari bumi Indonesia hingga habis. Kapanpun. Mengapa?. Dunia beradab di abad sekarang tidak mengizinkan hal itu. Tapi bila dua belah pihak terus-terusan hidup seperti duri dalam daging, juga tak terperikan. Indoneia mempunya tanah yang luas, wilayah yang masih banyak kosongnya, lalu berikan saja pada Cina di satu wilayah kosong yang tak sedikit jumlahnya di bumi Indonesia. Itupun menurut saya sebuah ide gila-gilaan kalau memang ada. Kembali kita harus hidup bersama. Tapi satu yang sudah pasti, etnis Cina sudah tidak mungkin lagi memilih cara hidup memencilkan diri di tengah-tengan etnis Indonesia lainnya karena mereka memerlukan komunikasi dengan etnis lainnya juga, memerlukan perlindungan, memerlukan hubungan ekonomi dan juga lahan ekonomi dan yang penting lagi hubungan kebudayaan dengan etnis lain di sekitarnya. Kebudayaan Cina yang cuma dalam memori yang dibawa dari negeri asalnya, bila tidak berasimilasi dengan kebudayaan Indonesia, cumalah kebudayaan memori, kebudayaan merek, kebudayaan musium belaka. Tapi Cina juga tidak bermaksud begitu dan pribumipun tidak bisa menolak kebudayaan Cina secara total karena orang Cina peranakan maupun Cina asli tidak mungkin hidup tanpa kebudayaan yang mereka bawa dari negeri asalnya. Di samping hak hidup harus diberika pada mereka, juga hak mempunyai kebudayaan mereka sendiri harus dijamin dan dihormati. Hanya saja, kebudayaan Cina di Indonesia sudah tidak mungkin mempertahankan kemurniannya karena bila itu dipertahankan akan terjadi benturan kultur yang berbeda dan itu bisa berbahaya bagi kedua belah pihak.Lalu siapa yang harus kompromi?. Tidak ada yang harus kompromi. Jalan yang terbaik adalah saling menyesuaikan diri dari kedua belah pihak, saling menghormati, saling toleran. Dan yang terpenting lagi adalah memperhatikan latar belakang historis. Umapamanya antara sentimen pribumidi satu pihak dengan sifat-sifat ekslusif, angkuh (terutama golongan atasnya) dan egosentris etnis yang dipunyai etnis Cina yang tidak bisa dibantah, karena itu bukan hanya pengalaman Indonesia tapi juga pengalaman Internasional. Sikap angkuh atau sombong atau arogan, memang bukan dosa atau kesalahan. Tidak ada orang yang karena sombong lalu dihukum atau boleh ditempeleng dimana saja. Seiap bangsa mempunyai orang-orang sombongnya masing-masing dan semua orang ini bebas saja berkeliaran dimana-mana tanpa ditangkapi oleh polisi atau dipecat dari pekerjaannya. Itu sifat perseorangan dan bahkan mungkin bukan karena sifat tapi sekedar adanya rasa rendah diri yang dikompensasikan dengan sikap sombong. Tapi kesombongan etnis, s
Fw: [budaya_tionghua] Fw: Perhatikanlah dengan cermat...
Maaf Bung Asahan, walaupun karangan anda ingin menyampaikan sesuatu yang lain, tapi kalimat anda yang saya beri tanda petik dibawah ini, SANGAT TIDAK BISA SAYA TERIMA. Jangan kaitnya politik dengan sifik pribadi seseorang. Kalau kamu mau, saya bisa memperkenalkan anda ke teman-teman saya, CINA atau NON CINA, dan anda bisa tanya sama mereka apakah memang sifat yang anda katakan, ada didalam saya atau orang CINA. Dalam bahasa CINA, ada satu kata "YIK CHI" yang tidak bisa saya terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, karena memang tidak ada kata untuk itu. Kepada member lainnya, daripada kita terus menanggapi tulisan yang sifatnya hanya menyerang ( maaf, telah saya lakukan sendiri) lebih baik kita membahas sesuatu yang lebih bermanfaat. Bung Rinto Jiang, saya sangat suka dengan artikel ASMnya. Gimana kalau ditambahkan dengan topik membahas pribahasa yang ada dalam Bahasa Cina. Saya kira pernah dibahas sebelumnya, tapi sifatnya cuma acak dan tidak fokus. Berikut ini ada 2 pribahasa yang ingin saya sharing : 1. CHU MUK PUK KHE TIAO, LU (keledai) CE PUK KHE CIAO 2. WEI NI JENG HE XIAO JENG CUI NANG YANG YE Salam Hormat, Zufen Date: Sun, 21 Aug 2005 21:10:23 +0200 From: "BISAI" Subject: Fw: Perhatikanlah dengan cermat... ASAHAN ALHAM AIDIT: Perhatikanlah dengan cermat apa yang sudah baik dan apa yang berlum baik Ketika saya membaca diskusi hangat atau katakanlah "debat kusir di suatu milis dua tahun lalu tentang saling serang, saling maki, saling hina dan segala macam saling yang .." Cina punya sifat menghianati teman ". 使用 MSN Messenger 与联机的朋友进行交流 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesian languages Indonesian language learn Indonesian Dari YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
Fw: [budaya_tionghua] Re: Festival Hantu, 8/19/2005, 12:00 am
Saudara Rinto Jiang Yang baik, Inilah yang saya maksudkan, sebagai reaksi saya atau timbrungan saya terhadap tulisan Saudara Harry Alim yang tidak muncul dalam milis . Terima kasih atas perhatian anda dan bila ada prasangka saya yang buruk terhadap moderator yang ternyata bukan begitu saya minta maaf. Orang Indonesua sangat ringan mulut untuk segra meminta maaf bila mereka merasa telah keliru atau bersalah, bahkan tanpa salahpun kami sering mengucapkan kata maaf sebagai tanda persahabatan maupun kesopanan. Tapi barangkali reaksi saya terlalu cepat tanpa memeriksa dulu apakah ketidak munculan tulisan saya itu di milis anda, mungkin karena soal tehnik atau yang lainnya yang tidak bisa diketahui. Sekali lagi bila demikian, saya minta maaf. Tapi bahwa saya telah mengirimkannya ke milis anda, itu sudah jelas dan inilah tanda buktinya. Selebihnya, anda tentu saja bisa mengkritik saya setajam apapun dan menyiarkannya sampai kemanapun yang anda suka. Hati saya terbuka lebar untuk semua kritik bahkan makian dari manapun dan siapaun. Saya suka belajar dari semua yang positif maupun yang negatif. Salam hangat dari saya. asahan.a.aidit. - Original Message - From: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]> To: "BUDAYA TIONGHUA" ; "WAHANA" <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, August 22, 2005 7:49 PM Subject: Fw: [budaya_tionghua] Re: Festival Hantu, 8/19/2005, 12:00 am > Saudara Harry Alim, > > > Ketika saya masih kecil (antara usia 5-6 tahun) saya pernah juga > menyaksikan upacara yang di pulau Belitung kami disebut sebagai "sembayang > rebut"jadi kami tidak menyebutnya sebagai "sembayang rebutan". Ritul ini > biasanya diadakan di sebuah sekolah Cina di tengah-tengah kota Tanjung > Pandan yang diadakan sangat meriah yang diahiri dengan rebutan kue-kue dan > bermacam penganan lainnya.Tapi penganan dan kue-kue itu tidak saja > dipusatkan di tempat rituil, tapi bisa di tempat-tempat yang dianggap > keramat lainnya, seperti di bawah pohon, di tumpukan batu besar di sekitar > pantai. > Di Vietnam: > Orang Vietnam yang penganut Buddha menyebut sembayang rebut sebagai "ngay > ram" (dibaca:"ngai zam") yang jatuh pada setiap tanggal 15 Imlek (orang > Vietnam menyebutnya"am lich" atau dibaca "em lik". Tapi yang terbesar > adalah yang diadakan pada tanggal 15 bulan tujuh Imlek. Biasanya perayaan > itu diadakan di klenteng-klenteng tapi bisa juga di dalam keluarga di > rumah. Hidangan upacara selalu besar dan sangat banyak makanan atau > penganan yang lezat-lezat. Tapi yang tidak boleh tidak ada adalah sejenis > kue yang di Indonesia disebut "kue satu" atau bahasa Vietnamnya "oan" > yaitu yang terbikin dari tepung beras yang bebentuk gunung atau kerucut. > Juga nasi ketan atau nasi pulut dibuat berbentuk kerucut.Biasanya hidangan > atau penganan itu dibungkus dengan kertas minyak yang transparan itu dan > bisa dilihat isinya dari luar. Orang-orang yang lebih kaya mengantarkan > hidangan-hidangan mereka yang lebih banyak dan lebih lezat ke > kelenteng-kelenteng untuk disembahyangkan di sana. Setelah disembahyangkan > lalu dibawa pulang kembali ke rumah untuk disantap bersama keluarga.Tapi > kue-kue atau makanan kecil lainnya diperebutkan oleh anak-anak yang > seperti saya lihat ketika saya masih kecil pada rituil "sembahyang rebut > "di kota Tanjung Pandan lebih setengah abad yang lalu. Ada sejenis lagu > rakyat > Vietnam yang berbentuk gurindam yang menyebutkan sembayang rebut itu > yaitu: > > Hom nay muoi bon(14), mai ram > Ai muon an oan thi nam voi su > > Yang artinya bisa diterjemahkan sbb: Hari ini tanggal 14, besok sembayang > rebut > Siapa mau makan > kue satu, tidurlah bersama biarawan > > Atau: Nai muoi tu mai lai muoi ram > Ai muon an oan thi nang lem chua > > Terjemahannya: > > Hari ini tanggal empat belas, besok lima belas > Siapa yang ingin makan kue satu , rajinlah > datang ke kelenteng > > > > > Kue satu dalam artian lagu rakyat ini adalah semua jenis makanan yang > berbentuk kerucut yang dihidangkan pada perayaan tgl 15 bulan tujuh, Imlek > itu. > Mengingat sebagian terbesar penduduk Vietnam adalah penganut Buddha, maka > mungkin saja hari raya sembahyang rebut itu memang berasal dari agama > Buddha. Tapi tidak tertutup kemungkinan bahwa kebiasaan itu mungkin juga > telah lebih lama asalnya mengingat agama Buddha di Vietnam pada pokoknya > adalah agama yang menyembah nenek moyang mereka, para pahlawan dalam > sejarah mereka. Itulah sebagai pe
[budaya_tionghua] OOT: Menyesali atau mempelajari?
ASAHAN ALHAM AIDIT: MENYESALI ATAU MEMPELAJARI ? Ketika perang di Aceh masih berlangsung yang paling banyak disoroti adalah kekejaman dan pelanggaran HAM oleh TNI. GAM tidak banyak disinggung-singgung. Lalu yang diharapkan adalah usainya pertempuran, perdamaian di Aceh dan kembalinya Aceh dalam haribaan ibu pertiwi di bawah NKRI. Mimpi itu tidak terkabul sepenuhnya bahkan sebagian telah menjadi mimpi buruk dan GAM yang hakekatnya jadi pemenang, kini menjadi sorotan. Kekuatiran NKRI semakin terancam separatisme membesar setiap hari dan kekuatiran Aceh akan terlepas menjadi negara Federal atau bahkan lepas secara total dari NKRI juga semakin menegangkan urat syaraf seluruh bangsa. Padahal ancaman separatisme sudah sangat lama ujud sejak orde lama dengan ditandai bermacam pemberontakan seperti PRRI-PERMESTA dll, yang lalu masaalah Papua serta ide-ide untuk memerdekan diri dari NKRI yang timbul di berbagai provinsi di Indonesia. Pelajaran pahit itu tidak pernah diselesaikan secara baik oleh semua Penguasa yang pernah ada, semua Presiden yang pernah berkuasa. Ketidak puasan banyak etnis, kekecewaan daerah-daerah yang merasa diabaikan, pembagian kemakmuran yang timpang yang mengalir ke pusat terlalu banyak dan ulah para penguasa dan pemimpin di Pusat yang korupsi, korupsi dan korupsi sepanjang masa hingga detik ini. Setiap daerah mempunyai seribu alasan untuk memisahkan diri dari kekecewaan, ketidak percaayaan, merasa ditipu dan selalu ditinggalkan oleh Pemerintah pusat. Dan sekarang tibalah saatnya menikmati buah yang tidak enak dimakan hasil tanaman sendiri, hasil kebun sendiri dan hasil perbuatan merajalela sendiri , hasil lupa diri, lupa daratan dalam singgasana kekuasaan yang tidak memperdulikan jeritan bangsa sendiri kecuali diri semata-mata dan ditambah pula dengan pernah berkuasanya sistim kediktatoran yang keji, korup, rasialitis dan fasis dalam jangka yang begitu spektakuler panjangnya meskipun ahirnya terguling. Apakah masih berani mengharapkan sebuah NKRI tetap utuh, dirgahayu dalam retorika puitis dan penuh romantis. Mimpi di siang bolong itu kini cumalah mimpi buruk, penuh penyesalan dan lalu kembali ke retorika seperti NKRI harga mati, aku cinta NKRI dan macam-macam tangisan orang dewasa yang tanpa mengeluarkan air mata dan cuma mengucurkan air liur menyaksikan sebuah provinsi perlahan tapi pasti lepas dari RI yang dihiasi antrian para separatis lainnya. Istilah "separatis" semakain tidak terasa tidak positif tapi seperti berbunyi "hak menentukan nasib sendiri" bagi setiap kelompok etnis yang berani memberontak melawan ketidak adilan Pemerintah Pusat. Barangkali kata "federal" tidak akan terlalu lama tetap menjadi tabu karena manusia Indonesia menjadi semakin kritis dan yang mau kritis serta belajar dari pengalaman bangsanya sendiri. Pada ahir-ahirnya orang harus memilih: besar secara badaniah, tapi penuh penyakit, lemah karena kadar cholesterol terlalu tinggi (korupsi,kolusi,kkn), jantung membesar( terlalu sering pesta dan berfoya-foya dan malas bekerja), kegemukan yang telah menjadi penyakit akibat cara hidup mengejar kenikmatan dan kemakmuran diri sendiri. Berkacalah di muka cermin dan perhatikan diagnosa para dokter spesialis tentang kesehatan fisik yang sudah kritis yang memerlukan obat yang super mahal atau operasi segra. Atau menjadi manusia yang berbadan normal, meskipun tidak besar tapi sehat, lincah dan berpikir cerah, punya bakat untuk panjang umur. Nah, itulah gambaran fisik NKRI sekarang ini. Tidak ada cukup waktu untuk menyesal oleh perbuatan di masa lalu, obat yang harus ditelan bukan retorika, romantika bangsa tapi belajar dari mula, merevolusi mental diri sendiri secara jantan, sportif menghadapi kekalahan dan kegagalan. Itu hendaknya disedari oleh setiap manusia Indonesia terutama para penguasa dan pemimpinnya. Demokrasi Indonesia harus membuka semua kemungkinan. Harus memberikan tempat kepada semua ide dan tidak menekan atau memberangus setiap ide yang dianggap bertentangan dengan ide yang sedang dianggap populer atau yang dianggap banyak diterima orang. Kita belajar tidak saja pada kebobrokan orde baru tapi juga pada yang dianggap 'kecemerlangan" orde lama yang terlihat cemerlang karena betapa bobroknya orde baru. Mengapa rakyat Indonesia yang telah hidup di dua orde selama lebih 60 tahun tapi belum juga terbebaskan dari kemelaratan, kehinaan, ke- pariaan serta mengalami bermacam terror akibat hura-hara antara daerah-daerah yang memberontak dengan pemerintah Pusat, kurang diberikan jalan atau alternatif lain kecuali menyembah NKRI yang selalu dianggap jaya tapi kropos yang penyembahan itu sudah seperti penyembah berhala berupa patung-patung raksasa menjulang tinggi tapi tidak berjiwa dan hanya pandai korupsi. Selain kamus tunggal, tebal yang hanya berisi satu kata dengan arti yang tidak bisa dirubah: NKRI = harga mat
Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina
- Original Message - From: ChanCT To: budaya_tionghua@yahoogroups.com ; WAHANA Bung ChanCT Yang sangat baik; Ah, mungkin saya terlalu spontan hingga bung seperti merasa bersalah. Tapi baiklah kita ambil hikmahnya saja buat hanya tujuan baik. Untuk saya pokok permasaalahan dalam cerita ini adalah melankolisme dalam melukiskan penderitaan yang sangat tipikal dalam cerita-certia Cina. Berpuluh-puluh tahun lalu, tepatnya di tahun 1972, saya berada di Cina dan diatur dalam satu perjalanan jauh dan panjang keseluruh provinsi-provinsi Cina, kecuali satu: Provinsi Sinkiang karena provinsi ini, ketika itu belum boleh dikunjungi tamu asing. Tahun 1972 adalah masih hangat-hangatnya RBKP. Saya merasa bahagia bisa turut menyaksikan dari dekat peristiwa bersejarah itu meskipun saya juga merasa tidak bahagia ketika mendengar langsung atau memyaksikan secara langsung hal-hal yang merusak kebudaayaan (dus, kebudayaan-tionghua) dalam peristiwa besar itu. Selama kunjungan enam bulan putar-putar seluruh Cina itu, saya banyak menyaksikam atau menonton fillm-film Cina yang diputar husus untuk kami maupun yang kami tonton di bioskop-bioskop. Puluhan film kalau tidak mau dikatakan ratusdan film yang saya saksikan selama emam bulan itu. Suatu hari saya menonton sebuah film di sebuah bioskop di sebuah provinsi dimana Ketua Mao dilahirkan, yaitu di ibu kota provinsi itu, saya lupa namanya. Nama film yang saya lihat, kalau tidak salah judulnya adalah"Gadis penjual bunga". Selesai menonton film itu, seorang teman berkata dengan separuh bergurau separuh serius: "Siapa yang tidak mengucurkan air mata, sudah jelas tuan tanah". Saya termasuk yang mengucurkan air mata, jadi saya tidak termasuk tuan tanah, menurut teman yang memeriksa setiap muka kami ketika itu. Dan untuk selanajutnya film-film pengucur air mata itu luar biasa banyaknya yang membuat kami jadi "kebal"air mata. Inilan yang saya maksudkan melankolisme dalam melukiskan penderitaan, kemalangan, korban penindasan yang dibuat oleh sang penulis demikian rupa hingga penderitaan yang sesungguhnya menjadi berlipat dua atau tiga untuk mendapatkan efek tertentu seperti untuk menguatkan rasa dendam kelas, perjuangan dua garis atau semata keinginan menimba air mata dari pengarang atau penulisnya. Aliran seni atau sastra demikian sangat banyak saya jumpai di Cina. Yang dilukiskan menderita dan tertindas itu hampir semuanya tidak berdaya, hampir semuanya tanpa perlawanan , hampir semuanya dalam keadaan pasrah dan baru bisa diselematkan bila sang juru selamat tiba yang juru selamat itu tentu saja Partai bila terjadi di Cina daratan. Cerita yang barusan kita baca ini adalah persis demikan. Si Abak yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya setelah kehilangan pekerjaan lalu membanting tulang menanam sayuran bersama anaknya tapi hasilnya dirampas oleh sang istri kejam bahkan tidak ada uang untuk membeli sebatang rokok kuning atau Dji Sam Soe. Alangkah melankoliknya penggambaran penderitaan si Abak. Padahal dalam kehidupan nyata mungkin saja si Abak bisa bilang pada istrinya, umpamanya begitin: "lu gimana sih, gue nyang kerja setengah mati, beli rokok sebatang aja nggak dikasi, padahal lu sendiri cuma tiduran di rumah nggak ngerjain apa-apa". Mengapa si Abak tidak bisa bilang begitu tapi tetap membiarkan dirinya diperas seenaknya oleh istrinya. Saya melihat melankolisme penulisnya dalam menggamabarkan ketidak berdayaan si Abak yang tanpa perlawanan atau bela diri serambutpun. Maaf beribu maaf, sama sekali tanpa prasangka buruk, tapi saya menduga penulis cerpen ini adalah seorang warga dari etnis Cina meskipun namanya sudah Indonesia. Bila saya salah maafkan karena dugaan saya itu adalah berdasarkan melankolisme yang sangat menonjol dalam cerita-cerita Cina dalam menggambarkan penderitaan..Dan adanya melankolisme ini pada cerrita-cerita maupun dalam karya seni lainnya hampir selalu cerita bertendens. Masaalahnya apakah melankolisme dalam penderitaan ini masih merupakan aliran sastra dan seni di abad kita yang sekarang ini dan masih menemukan pembaca dengan selera demikian. Bung Chan yang baik, ini sudah panjang meskipun pendek saja dan sekali lagi terima kasih atas perhatian bung dan maaf kalau saya tampak keburu nafsu lagi. Salam sehangat-hangatnya dari saya. asahan.aa. Sent: Monday, August 29, 2005 4:27 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Merantau Cina Bung Bisai yb, Terimakasih atas kritik yang diajukan. Seandainya peluncuran tulisan "Merantau Cina" dianggap tidak pantas bagi milist , tentunya masalahnya ada pada diri saya. Maafkan. Baik-buruk satu tulisan tentu bisa dipandang dari berbagai segi, dan siapa saja berhak menilai sesuai dengan titik pandang masing-masing. Dan, ... tentunya siapa saja juga berhak memberikan komentar dan pendapat-pendapatnya dimilis. Siapa tahu bisa saling bersambut untuk tukar pikiran, sebagai sarana untuk s
Fw: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.
da? Kita disini memang diarahkan untuk membicarakan masalah eklusif, tapi di luar milis ini, banyak dari kita juga bergabung dengan milis lain, berbicara masalah lain, bisa bicara masalah pemilu di milis politik, bisa bicara bahasa Indonesia di milis sastra, bisa bicara tentang krisis valuta di milis ekonomi, apakah pantas anda menilai kita manusia eksklusif? Analoginya: Di saat mengajar, pantaskah seorang guru matematik banyak bicara masalah sejarah dengan muridnya ? Sebenarnya, para moderator di milis ini sudah sangat longgar, membiarkan banyak tulsan yang OOT, coba anda bergabung di milis lain, contohnya milis tjerita silat, sering OOT bisa langsung kena pecat, tak peduli yang menulis dari golongan mana! saya pribadi memahami niat baik sang moderator: Agar forum milis lebih fokus!!! salam, Zhou Fy ----- Original Message - From: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]> To: "BUDAYA TIONGHUA" <budaya_tionghua@yahoogroups.com>; "WAHANA" <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Thursday, August 18, 2005 3:01 AM Subject: Fw: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT. A, yalah!. Omong soal integrasi memang pinter. Tapi kalo hakekatnya memang menutup diri yang super eksklusif, kan keliatan juga belangnya. Pasang pengumuman deh, semacem: "Hanya untuk kebudayaan Cina, bahasa Indonesia dilarang masuk". Kalo cuman pikiran kayak gitu sih, udah lama diketauin orang Indonesia. Tapi kalo mau keluar, keluar deh, saya ucapin slamet. Saya sih sebelum diusir masih tetep aja duduk. Wong, Indonesia itu kepunyaan orang orang Indonesia kok, masak kebudayaan asing mau ngusir. Mengkali aje masih ade nyang tau diri di milis ini.Saya kira komentar anda yang kayak beginian bukan cuma sovinis tapi malah sudah SO...SOP NAJIS!Nah, inilah lelucon dari saya.asahan.aa .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Fw: [wahana-news] Re: Eksklusif, ciiri etnis Tionghoa?
-cucu yang jumlahnya mencapai puluhan jutaan disana kalau seluruhnya eksklusif? Sekali lagi, saya tidak menentang adanya segelintir Tionghoa yang petentengan, yang hidup eksklusif, tapi itu tidak bisa dikatakan ciri etnis Tionghoa atau suku Tionghoa. Salam, ChanCT - Original Message - From: BISAI To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA Sent: Tuesday, August 30, 2005 4:07 AM Subject: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina - Original Message - From: ChanCT To: budaya_tionghua@yahoogroups.com ; WAHANA Bung ChanCT Yang sangat baik; Ah, mungkin saya terlalu spontan hingga bung seperti merasa bersalah. Tapi baiklah kita ambil hikmahnya saja buat hanya tujuan baik. Untuk saya pokok permasaalahan dalam cerita ini adalah melankolisme dalam melukiskan penderitaan yang sangat tipikal dalam cerita-certia Cina. Berpuluh-puluh tahun lalu, tepatnya di tahun 1972, saya berada di Cina dan diatur dalam satu perjalanan jauh dan panjang keseluruh provinsi-provinsi Cina, kecuali satu: Provinsi Sinkiang karena provinsi ini, ketika itu belum boleh dikunjungi tamu asing. Tahun 1972 adalah masih hangat-hangatnya RBKP. Saya merasa bahagia bisa turut menyaksikan dari dekat peristiwa bersejarah itu meskipun saya juga merasa tidak bahagia ketika mendengar langsung atau memyaksikan secara langsung hal-hal yang merusak kebudaayaan (dus, kebudayaan-tionghua) dalam peristiwa besar itu. Selama kunjungan enam bulan putar-putar seluruh Cina itu, saya banyak menyaksikam atau menonton fillm-film Cina yang diputar husus untuk kami maupun yang kami tonton di bioskop-bioskop. Puluhan film kalau tidak mau dikatakan ratusdan film yang saya saksikan selama emam bulan itu. Suatu hari saya menonton sebuah film di sebuah bioskop di sebuah provinsi dimana Ketua Mao dilahirkan, yaitu di ibu kota provinsi itu, saya lupa namanya. Nama film yang saya lihat, kalau tidak salah judulnya adalah"Gadis penjual bunga". Selesai menonton film itu, seorang teman berkata dengan separuh bergurau separuh serius: "Siapa yang tidak mengucurkan air mata, sudah jelas tuan tanah". Saya termasuk yang mengucurkan air mata, jadi saya tidak termasuk tuan tanah, menurut teman yang memeriksa setiap muka kami ketika itu. Dan untuk selanajutnya film-film pengucur air mata itu luar biasa banyaknya yang membuat kami jadi "kebal"air mata. Inilan yang saya maksudkan melankolisme dalam melukiskan penderitaan, kemalangan, korban penindasan yang dibuat oleh sang penulis demikian rupa hingga penderitaan yang sesungguhnya menjadi berlipat dua atau tiga untuk mendapatkan efek tertentu seperti untuk menguatkan rasa dendam kelas, perjuangan dua garis atau semata keinginan menimba air mata dari pengarang atau penulisnya. Aliran seni atau sastra demikian sangat banyak saya jumpai di Cina. Yang dilukiskan menderita dan tertindas itu hampir semuanya tidak berdaya, hampir semuanya tanpa perlawanan , hampir semuanya dalam keadaan pasrah dan baru bisa diselematkan bila sang juru selamat tiba yang juru selamat itu tentu saja Partai bila terjadi di Cina daratan. Cerita yang barusan kita baca ini adalah persis demikan. Si Abak yang bekerja keras untuk menghidupi keluarganya setelah kehilangan pekerjaan lalu membanting tulang menanam sayuran bersama anaknya tapi hasilnya dirampas oleh sang istri kejam bahkan tidak ada uang untuk membeli sebatang rokok kuning atau Dji Sam Soe. Alangkah melankoliknya penggambaran penderitaan si Abak. Padahal dalam kehidupan nyata mungkin saja si Abak bisa bilang pada istrinya, umpamanya begitin: "lu gimana sih, gue nyang kerja setengah mati, beli rokok sebatang aja nggak dikasi, padahal lu sendiri cuma tiduran di rumah nggak ngerjain apa-apa". Mengapa si Abak tidak bisa bilang begitu tapi tetap membiarkan dirinya diperas seenaknya oleh istrinya. Saya melihat melankolisme penulisnya dalam menggamabarkan ketidak berdayaan si Abak yang tanpa perlawanan atau bela diri serambutpun. Maaf beribu maaf, sama sekali tanpa prasangka buruk, tapi saya menduga penulis cerpen ini adalah seorang warga dari etnis Cina meskipun namanya sudah Indonesia. Bila saya salah maafkan karena dugaan saya itu adalah berdasarkan melankolisme yang sangat menonjol dalam cerita-cerita Cina dalam menggambarkan penderitaan..Dan adanya melankolisme ini pada cerrita-cerita maupun dalam karya seni lainnya hampir selalu cerita bertendens. Masaalahnya apakah melankolisme dalam penderitaan ini masih merupakan aliran sastra dan seni di abad kita yang sekarang ini dan masih menemukan pembaca dengan selera demikian. Bung Chan yang baik, ini sudah panjang meskipun
[budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT.
Saudara Christine yang baik. Wah, namanya kok indah sekali. Dalam roman saya yang bernaama "Perang dan Kembang" terbitan Dunia Pustaka Jaya yang pengarangnya bernama Asahan Alham(saya) ada tokoh gadis yang bernama Chistine yang saya gambarkan cantik sekali dan pula seorang wanita Perancis. Buku itu bisa dibeli di toko buku Gramedia, Jakarta, harganya Rp.39.000. tebal 484 halaman. Ini bukan maksudnya reklame, tapi mungkin berminat membacanya, karena tulisan saya memang tidak laku, tidak dibaca orang dan bila kebetulan ada yang baca lalu saya dimaki setengah mati. Seneng ya?. Ada kemungkinan terjadinya ketegangan itu adalah juga disebabkan karena perbedaan kebudayaan di antara kita. Untuk orang Indonesia-Cina, tulisan saya yang dianggap membikin storing komunikasi itu, mungkin terasa menimbulkan ketegangan. Saya sendiri tidak merasakan efek tulisan saya akan menimbulkan ketegangan kecuali yang sudah jadi pertengkaran yang nyata itu. Memang budaya Indonesia itu cukup rumit, kurang stabil, penuh spontanitas dan terkadang seperti bom waktu. Tapi kami orang Indonesia biasa-biasa saja dengan budaya demikian...relax. Tapi nasihat Christine agar saya kalm-kalm saja akan saya perhatikan sungguh-sungguh. Sesungguhhya pribadi saya memang cukup kalm, saya tidak bisa bertengkar mulut dan selalu kalah dan juga sebetulnya saya paling tidak suka bertengkar. Tapi oleh watak saya yang selalu bebas, saya rupanya selalu menemukan pasangan bertengkar bila sudah di milis. Seneng, ya? Nah, Christine, terima kasih atas nasihat yang sejuk. Saya baik-baik saja kok. Tentang mengapa setiap tulisan saya, saya fw-kan ke WAHANA, karena di situlah pelabuhan saya dengan harapan ada satu dua orang yang membacanya. Seneng ya?. Nah, sekali lagi, nah . Saya bisa melantur terus nih. Seneng ya? eh, salam ya?. asahan. - Original Message - From: "Gouw, Christine (HID)" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Tuesday, August 30, 2005 6:15 AM Subject: RE: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan berusahalah berbahasa yang baik.OOT. > > -----Original Message- > From: BISAI [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Tuesday, August 30, 2005 1:20 AM > To: BUDAYA TIONGHUA; WAHANA > Subject: Fw: [Spam] Re: [Spam] Fw: Fw: [budaya_tionghua] OOT. Biasakan dan > berusahalah berbahasa yang baik.OOT. > > > Saudara Zhou Fy yang baik. > > cut-- > == > > Duhhh... jadi gregetanakhirnya ga tahan juga ingin ikut komentar. > Kenapa yah seperti ada komunikasi yang kurang pas antara pak Asahan dengan > para pembaca yang lain akibatnya ada saja terjadi ketegangan. > > Mungkin memang agak sulit yah menyampaikan pesan dengan bahasa tulis > dibandingkan bahasa lisan dimana bisa saling pandang, saling senyum:) > > Betul kata pak Aris Tanone sering-2lah periksa tekanan darah bukan hanya > berlaku untuk pak Asahan dan bersyukurlah pak Asahan ternyata ada yang > membaca tulisan bapak. > Kalem pak, hitung 1 sampai 10 tarik napas yang panjang keluarkan pelan-2 > :) > > Salam kalem, > Christine > > btw, kenapa tulisan yang berisi 'debat-2an' pak Asahan kirim juga ke > Wahana? > apa ga bingung tuh yang di Wahana? > > > > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. > > .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. > > .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. > > .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. > Yahoo! Groups Links > > > > > > Yahoo! Groups Sponsor ~--> DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today! http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina
> Andaikan betul, Damhuri Muhammad itu Cina yang ganti nama, berapa sih > kira-kira umurnya sekarang? Bagaimana dia bisa dipengaruhi oleh sifat > melankolis berlebihan yang memaksa orang mengucurkan airmata itu yang > notabene menurut pak Asahan sendiri terjadi di tahun 70-an saat pak > Asahan menjadi tamu Ketua Mao dan pengawal merah sehingga bisa > keliling ke segala penjuru kecuali Sin Kiang? > > Buat saya ini kesimpulan yang sangat tak masuk akal, tetapi bisa saja > terjadi karena memang dalam benak pak Asahan yang ada hanyalah satu - > kebencian pada Cina yang ibarat hawa dingin yang membekukan es, bukan > dingin sehari. Kebencian pada Paman Mao yang menghianati abang pak > Asahan juga dibagi-bagikan juga kepada setiap orang Cina tidak peduli > siapa dia. Pokoknya apa-apa, yang ada di benak pak Asahan itu cuma > satu, "dasar cina!" Apa itu istilah vietnamnya? Tham No? Tham Lo? Ah, > sayang ya pak Asahan. Tapi itu kebebasan pak Asahan akibat dingin > yang bukan sehari. Tak ada guna kita bicara karena tak bakal merubah > pandangan pak Asahan yang sudah mendarah daging. Cina itu pasti jelek > jadi asal bau Cina atau ada bunyi Cina pun, itu pasti Cina. Dan jelek! > > Terus terang baca komentar pak Asahan malam ini saya jadi ingat > ceritera yang beberapa waktu lalu saya baca di Internet. Detailnya > sudah lupa. Tentang seorang ibu yang beli biskuit waktu mau naik > pesawat terbang, tetapi kurang ajar sekali, lelaki yang duduk di > dekatnya malah buka biskuit itu dan memakannya waktu ibu itu tidak > perhatikan. Tentu hal itu membuat ibu itu jengkel terus dia juga > memakan biskuit itu. Betul-betul kurang ajar, sudah tinggal satu > malah ditawari apakah ibu itu mau makan potongan yang terakhir. Tentu > saja ibu itu melalap sambil melerok jengkel. Bukankah itu hal yang > sering terjadi? Kalau sudah punya prasangka, menganggap seseorang itu > pencuri, pola tingkah, gerak gerik, bahkan helaan napas pun > mencerminkan helaan napas pencuri. Sama kurang ajarnya dengan lelaki > tak tahu malu yang sudah melalap biskuit ibu itu. Tapi setelah di > pesawat, waktu buka tasnya, ternyata biskuitnya sendiri masih utuh > dan orang yang duduk di ruang tunggu tadi tidak satu pesawat. Waduh! > > Sayang saya tidak bisa merubah pandangan pak Asahan tentang Cina yang > busuk dan jahat, sampai tulisan Merantau Cina yang ditulis penulis > bernama Damhuri Muhammad pun dicurigai tulisan Cina pakai cara > penulis-penulis yang lolos sensor PKC, bicara tentang dendam klas > segala. Memangnya semua orang Cina hasil produk PKC, pak? Apakah film > Cina lain sama-sama mengobralkan air mata? Bagaimana dengan film > India yang juga banyak cucuran air matanya? > > Saya pikir usia pak Asahan pasti jauh di atas usia saya. Daripada > menulis yang mencak-mencak, marah-marah terus pak, mbok tulis dong > yang bikin kita baca tidak usah kerutkan kening sih Pak? > > Oh ya, jangan lupa. Sering-sering periksa dong tekanan darahnya pak. > Seriusan nih. Kalau dikasih obat darah tinggi sama dokter jangan lupa > minum dong pak. Mbok sudahlah, kalau baca tulisan yang pak Asahan > anggap itu menghina pak Asahan, tinggalkan dulu komputernya, besok > baru baca lagi. Sayang dong kalau ulah lelucon tentang ibu dengan > biskuit itu terulang dalam tulisan pak Asahan. > > Salam, > > Aris Tanone > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: >> >> - Original Message - >> From: ChanCT >> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com ; WAHANA >> >> Bung ChanCT Yang sangat baik; >> >> Ah, mungkin saya terlalu spontan hingga bung seperti merasa > bersalah. Tapi baiklah kita ambil hikmahnya saja buat hanya tujuan > baik. Untuk saya pokok permasaalahan dalam cerita ini adalah > melankolisme dalam melukiskan penderitaan yang sangat tipikal dalam > cerita-certia Cina. Berpuluh-puluh tahun lalu, tepatnya di tahun > 1972, saya berada di Cina dan diatur dalam satu perjalanan jauh dan > panjang keseluruh provinsi-provinsi Cina, kecuali satu: Provinsi > Sinkiang karena provinsi ini, ketika itu belum boleh dikunjungi tamu > asing. Tahun 1972 adalah masih hangat-hangatnya RBKP. Saya merasa > bahagia bisa turut menyaksikan dari dekat peristiwa bersejarah itu > meskipun saya juga merasa tidak bahagia ketika mendengar langsung > atau memyaksikan secara langsung hal-hal yang merusak kebudaayaan > (dus, kebudayaan-tionghua) dalam peristiwa besar itu. Selama > kunjungan enam bulan putar-putar seluruh Cina itu, saya banyak > menyaksikam atau menonton fillm-film Cina yang diputar husus untuk > kami maupun yang kami tonton di bioskop-bioskop. Puluhan film kalau > tidak mau dikatakan ratusdan film yang saya saksikan selama emam > bulan itu. Suatu hari saya menont
[budaya_tionghua] ALHAMDULILLAH.Bag.III(14)
ASAHAN ALHAM AIDIT: Roman memoar "ALHAMDULILLAH" Bagian Ketiga (14) R mengatakan bahwa ia akan turut menjemput abang saya beserta dua putrinya yang akan datang dari Paris untuk mengunjungi saya. Kami berdua dengan sebuah Peugeot besar yang dikemudikan R tiba di Sentral Stasion Amsterdam di suatu musim panas yang masih terasa masih agak dingin. Abang saya tampak dengan mengenakan jaket merah yang tebal menggelembung dan ia tampak gemuk seperti puluhan tahun yang lalu.Dua putrinya sedang di ambang keremajaan dengan kecantikan yang barangkali membuat si "pengembala" tidak selalu mudah disamping rasa kebanggaan yang tidak disembunykannya. Perkenalan singkat dengan R berahir dengan semua masuk ke dalam mobil dan pembicaraan mulai dengan penggunaan bahasa. R bilang: "Bahasa Perancis saya hanya di nivo bahasa Perancis turis. Bagaimana kalau kita gunakan Inggris saja. Di luar rumah, kami bicara Inggris dengan Sulai. Tapi di rumah, Sulai sudah harus menggunakan bahasa Belanda. Itu ketentuan dari istri saya . Tapi dua putra saya selalu melanggar ketentuan itu karena mereka lebih suka menggunakan Inggris bersama Sulai". R. sebagaimana biasa selalu menggunaka kalimat panjang bila bersua dengan orang yang baru berkenalan dengannya. "Mr. R, bagaimana bahasa Belanda paman saya". Keponakan saya yang bungsu memulai percakapan. "Terima kasih. Usul saya diterima. Bahasa Belanda pamanmu tentu belum halus tapi sudah cukup untuk berkomunikasi sederhana. Tapi barangkali bahasa Inggrismu jauh lebih baik dari pamanmu." Kami tertawa gembira. "Ayah kami bilang, paman Sulai pernah menjadi penterjemah Perancis ketika ayah saya menjabat Sekretaris Lembaga Persahabatan Indonesia-Vietnam di Jakarta. Dia menterjemahkan percakapan antara Ayah saya dengan duta besar Vietnam di Jakarta waktu itu dalam satu pesta di Kedutaan Vietnam". R, cepat melihat ke belakang ke arah keponakan saya yang tertua. "Nah, ini bahasa Inggris London dengan aksen orisinil. Apa di Paris orang bisa belajar bahasa Inggris?" R sering meluncurkan sinis yang lunak dengan muatan humor yang mudah diterima. "Saya sering bekerja di London sebagai opas pada sebuah keluar Inggris yang bermukim di Paris. Setiap mereka vakansi ke Inggris saya selalu mereka bawa untuk menjaga tiga anak mereka yang masih kecil-kecil". "Ya, saya juga pernah ada pikiran mengirim Sulai ke Klooster agar dia lebih cepat menguasai bahasa Belanda dan juga di sana dia bisa sepuasnya minum bir". "Heinekan, ya Mr. R ?". Tanya keponakan saya yang bungsu. "Tuan Heinekan tidak bisa masuk klooster, di sana para pendeta membikin bir sendiri". Selama dalam perjalanan menuju ke rumah mang P di Hoofdddorp, pembicaraan terus mengalir dan hampir selalu diiringi tawa gembira. Keponakan saya yang bungsu punya sifat yang spontan, sangat mudah tertawa dan sangat cepat menangkap humor. Kakaknya tampak lebih intelek, kalimat-kalimat Ingrisnya sangat teratur dan bila tertawa tidak keras seperti adiknya, penampilannya sediki elegant. Ketika bahan pembicaraan berangsur menipis lalu digantikan dengan sebuah pause yang agak panjang tapi lalu mendadak sontak bunyi pembicaraan menjadi lain antara dua keponakan saya. Entah mereka sedang bertengkar atau berdialog biasa saja, sungguh tidak bisa saya duga karena mereka bicara dalam bahasa Cina dan cepatnya bukan main. Dan sebagaimana biasanya bila menghadapi hal yang aneh. R selalu memberikan reaksi yang pertama. "Apakah kita sudah hampir tiba di Peking?" "Maaf Mr. R. Saya memang lahir di Peking.Kakak saya sejak umur dua tahun sudah tinggal di Cina karena ayah kami mendapat tugas sebagai spesialis di sebuah Universitas di Peking. Bahasa Indonesia, kami pelajari di rumah. Pendidikan kami adalah pendidikan sekolah Cina. Kami belum bisa menggunakan bahasa Indonesia bila tema pembicaraan agak sulit". "Tapi kalian bukan sedang menjelek-jelekkan Belanda bukan?. Pamanmu bila sedang tidak suka, ia juga mengungkit-ungkit dosa orang Belanda selama tiga setengah abad terhadap orang Indonesia. Kalau cuma keberatan demikian, saya juga setuju dengan kalian. Periode itu periode Belanda jelek. Kalian tak perlu harus mengutuknya dalam bahasa Cina". "Ah, tidak Mr.R. Kami tidak tahu sejarah Indonesia, kami hanya diberi pelajaran sejarah Cina di sekolah. Sejarah kolonial Belanda di Indonesia, kadang-kadang kami dengar dari omongan paman-paman yang lebih tua ketika kami hidup di Cina dulu itu". Keponakan saya yang tertua punya sifat agak kediplomat-diplomatan" "Bagus kalau begitu. Paling tidak selama kunjungan kalian di Belanda ini, lupakan sejarah yang membikin kami malu itu. Tentu tidak semua Belanda punya rasa malu demikian. Sekarang usul saya. Untuk kal
[budaya_tionghua] OOT. Kong Ngi Arsitek rumah kami
ASAHAN ALHAM AIDIT: KONG NGI Arsitek rumah kami Saya tidak tahu bagaimana melatinkan nama teman Cina ayah saya secara benar.Sebelum saya menulis cerita ini ,saya lantas menelpon abang saya yang Sinolog itu ke Paris untuk menanyakan barangkali ia masih ingat cara menuliskannya . Jawabannya ternyata sama seperti yang saya perkirakan sendiri: Kong Ngi ditulis sebagai Kong Ngi. Entah betul entah tidak barangkali tidak terlalu sangat penting. Tapi Kong Ngi adalah seorang manusia yang pernah hidup dan ia telah menjadi kenang-kenangan bagi keluarga kami karena dialah yang mendirikan rumah kami kira-kira tiga perempat abad lalu. Dia seorang etnis Cina totok, bahkan bukan main totoknya, rupanya, seperti mata dan mulutnya, kulitnya, dan pula bahasanya yang kata ayah saya, dia berbahasa Hokkian dan sangat minim persedian kata-kata Melayu dan bahkan hampir tidak sebuah kata Melayupun yang bisa diucapkannya secara benar. Hanya ayah saya saja yang bisa mengerti bahasa Kong Ngi yang dianggap bahasa Melayu itu. Ketika saya masih kecil antara berumur 4 atau lima tahun, bila Kong Ngi menanyai saya maka hanya ayah saya sajalah yang bisa mengerti dan menterjemahkannya kepada saya hingga saya tahu apa yang ditanyakan oleh Kong Ngi. Ia seorang Cina yang sangat baik dan setiap dia datang ke rumah kami atas undangan ayah saya untuk memperbaiki rumah kami, ia selalu membawa kue-kue Cina yang enak-enak untuk saya. Dan saya sambil makan kue hadiahnya itu sambil menunggui dia bertukang, seperti mengetam papan, menggergaji. memahat kayu, menggurdi, mengukur, menggaris-garis dengan benang lembab berwarna hitam dan semua itu hampir selalu dilakukannya sambil merokok. Saya menikmati semua gerak tangannya yang saya rasa selalu tidak pernah meleset, dari mulai memaku, memotong, memasang kayu-kayu yang telah dilobangi dengan pahat dan semua pekerjaan menaklukkan kayu menjadi semua yang diingini dan dimaksudkannya.Saya menikmati bunyi ketika ia menggergaji kayu, seolah bunyi itu begitu lunak terdengar dan gergajiannya begitu halus, licin dan seolah sangat mudah melakukannya. Begitu pula bila ia sedang mengetam papan, bunyi yang srek-srek itu sangat enak terdengar pada kuping saya dan ketamannya sangat licin, rata dan sangat indah terlihat di mata saya. Barangkali sejak pengalaman itulah saya punya hobby bertukang hingga di usia yang menjelang tua. Saya yang masih kecil ketika itu pernah bertanya kepada ayah saya, di mana Kong Ngi belajar bertukang dan apakah saya juga bisa pandai bertukang seperti Kong Ngi. Banyak peralatan rumah kami yang dibuat oleh Kong Ngi, seperti lemari makan, lemari pakaian, menja tulis, kursi, bahkan hingga kandang ayam yang saya rasa sangat bagus dan sayapun ingin bisa membuat barang-barang itu seperti buatan Kong Ngi. Ayah saya mengatakan, bahkan rumah kami yang besar dan luas itu adalah dibuat sendiri oleh Kong Ngi. Ia hanya kadang-kadang saja memerlukan dua tiga orang teman-teman Cinanya untuk membantunya beberapa kali dan selanjutnya dia sendiri yang mengerjakannya. Ketika saya berangsur menginjak dewasa, timbullah kekaguman saya akan Kong Ngi yang luar biasa yang telah membangun rumah kami yang besar, luas dan panjang serta sangat enak untuk didiami dan di rumah itu pulalah semua abang-abang saya berlahiran hingga saya sebagai anggota keluarga besar yang terahir juga lahir dan mendewasa di rumah yang di buat oleh Kong Ngi. Siapakah Kong Ngi dan sejak kapan dia menjadi sahabat ayah saya. Sayang saya tidak banyak mengetahui sejarah Kong Ngi karena saya telah meninggalkan kampung halaman saya Belitung itu ketika usia saya baru dua belas tahun dan pergi ke Jakarta untuk melanjutkan pelajaran. Dan memang begitulah tradisi keluarga kami, setiap anak ayah kami menjelang akil balik lalu dengan segera dikirim ayah saya ke Pulau Jawa bahkan ada yang di Sumatra hingga Borneo(sebutan ketika itu) sekaliapun. Begitulah, ayah ibu saya meskipun punya anak cukup banyak tapi selalu kesepian karena semua anak-anaknya dikirimnya ke berbagai tempat untuk mencari pengetahuan, katanya. Di usia puber, saya masih setiap tahun pulang berlibur mengunjungi orang tua kami di Belitung, dari tempat kami belajar yaitu di ibu kota Jakarta. Dan ketika saya berusia delapan belas dan hampir menamatkan SMA saya pulang berlibur bersama banyak pelajar Belitung lainnya dan kami mencarter sebuah kapal KPM berlayar menuju Belitung. Kapal yang tidak terlalu besar itu yang masih saya ingat namanya "LAHEWA", dipenuhi pelajar Belitung yang hampir ratusan jumlahnya itu yang membuat kapal itu berlayar seperti penumpangnya yang mabuk laut, oleng kekiri, oleng ke kanan, maju segan mundur tak mau tapi ahirnya sampai juga ke pelabuhan Tanjung Pandan dengan nafas terengah- engah, tidak karam tidak tenggelam. Dan setibanya di rumah, saya melihat Kong Nhi
[budaya_tionghua] BANG AYOK beristri CINA
ASAHAN ALHAM AIDIT: BANG AYOK beristri CINA Keluaga kami yang tradisionil Islam sebetulnya bukanlah penganut fanatik dan menjalankan rukun Islam persis seperti yang termaktub dalam Al Qur'an. Banyak di antara kami yang tidak sembahyang atau jarang-jarang atau yang sekedar masih mempertahan- kan tidak makan daging babi dan itu sudah cukup untuk merasa Islam. Tapi ayah dan ibu saya termasuk yang taat bersembahyang setiap hari dan pada hari Jumat pergi ke mesjid secara teratur bila sedang ada di rumah. Keluarga yang yang maksudkan di sini adalah keluarga besar yang dari dua belah pihak, ayah dan ibu kami . Banyaknya tidak tanggung-tangung, hampir seluruh penduduk kampung kami. Itu disebabkan karena pada umumnya masyarakat keluarga kami, terutama di pihak ibu saya, hidupnya relatif lama, atau panjang usia hingga sempat bercucu dan bercicit dan pada umumnya hidup berkumpul di satu kampung atau relatif terkonsentrasi di satu tempat hingga merupakan kampung keluarga dan telah bercampur baur antara keluarga dekat, masih agak dekat ataupun yang sudah berangsur menjadi keluarga jauh. Tapi rasa kekeluargaan ketika itu adalah sama ,tidak pandang dekat atau sudah jauh. Itu saya rasakan masa-masa yang indah dan romantis dalam kehidupan keluarga. Sekarang sudah tentu telah ada perubahan. Begitulah pada suatu ketika di jaman romantis itu, keluarga besar kami dikejutkan oleh satu berita keluarga yang lain daripada yang lain. Bang Ayok, membawa seorang gadis Cina totok nginap di rumah orang tuanya dan pada paginya gemparlah seluruh isi keluarga itu. Bang Ayok memperkenalkan buah hatinya yang ia petik dari sebuah pohon yang tak terbayangkan tingginya lalu ia serahkan pada ke dua orang tuanya untuk diambil menantu. Mendadak sontak seluruh anggota keluarga dalam rumah bang Ayok menjadi panik yang hampir tak terbayangkan keadaannya. Memang ada beberapa hal yang bisa membikin anggota keluarga bang Ayok penuh tanya dan dibebani keheranan. Gadis Cina yang telah diboyong bang Ayok ke rumahnya itu tidak sepatahpun bisa bahasa Melayu (ketika itu orang Belitung jarang menyebut "bahasa Indonesia" tapi "bahasa Melayu"). Lalu orang Cina berarti bukan orang Islam, sedangkan keluarga bang Ayok adalah keluarga Islam meskipun bang Ayok sendiri hampir-hampir tak pernah terlihat bersembahyang dan adik-adiknyapun tak banyak yang pernah mengaji Al Qur'an. Keberadaan gadis Cina di dalam rumah bang Ayok menjadi lalu persoalan agama pula. Kegemparan yang terjadi pada suatu pagi yang indah dan bersinar itu ahirnya mengutus sebuah "delegasi" para ibu-ibu dari keluarga terdekat bang Ayok menemui ayah saya yang mereka anggap sebagai orang yang dituakan dan juga disegani disamping memang ayah saya juga seorang muslim yang taat menjalankan rukun Islam secara teratur. Seorang dari para ibu anggota delegasi itu bilang pada ayah saya: "Cobalah bang Idit (panggilan akrab nama ayah saya yang diiris satu huruf) timbang, Ayok minta dikawinkan dengan gadis Cina. Bagaimana agama akan ditaruh. Cina bukan Islam. Kawin dengan orang kafir bukankah dosa besar?". Ayah berfikir sebentar sesudah sebelumnya telah dijejali informasi sekitar peristiwa sepagi itu. "Kawinkan saja, kalau mereka sudah sama-sama suka",Jawab ayah saya singkat tapi juga serius. "Ya, Allah, bang Idit, janganlah bang Idit takabur begitu. Bang Idit masih banyak mempunyai anak lelaki yang belum kawin. Bagaimana nanti bila ada anak bang Idit yang mengambi istri Cina dan kafir?" Kata salah seorang dari para ibu itu. " Semua istri-istri anak lelaki saya adalah menantu saya, dari manapun datangnya dan apapun agamanya". Ayah saya memang tidak suka berdiskusi panjang-panjang. Tapi ia selalu mendengarkan dengan tanpa pernah memberikan interupsi pada yang sedang bicara betapapun panjangnya. Tapi setiap kesimpulan pikirannya selalu ketat dan sukar di tawar-tawar lagi. Delegasi para ibu itu pulang dengan rasa tidak puas karena mereka tidak menyangka bahwa pendapat ayah saya yang begitu tegas tanpa ada memberikan alternatif lain untuk penyelesaian yang mereka harapkan. Tapi besoknya, ibu bang Ayok datang kembali menemui ayah saya dan mengatakan: "Ya, bang Idit, mungkin sudah takdir dan kemauan Tuhan memang begitu. Cuma saya menghendaki agar gadis Cina itu disunat untuk memenuhi peraturan Islam". "Asal dia setuju, bisa saja. Ingat, tidak boleh ada paksaan karena Islam bukan agama paksaan". Dan memang keajaiban selanjutnya juga cepat terjadi. Bang Ayok dikawinkan dengan gadis Cina yang setuju di-Islamkan dan bahkan hingga disunat sekalipun, agar mereka bisa kawin sah. Semua berjalan cepat tanpa sekatan atau gendala yang berarti. Istri bang Ayok mendapat nama baru, nama Islam yaitu Mariam, dan seluruh keluarga yang lebih muda darinya lalu memanggilnya dengan kak Mar dan ia cepat diterima dalam keluarga. Ketika itu usia saya masih sangat muda tapi sudah s
[budaya_tionghua] OOT. Menonton fill-film Vietnam
ASAHAN ALHAM AIDIT: MENONTON FILM-FILM VIETNAM Ketika saya mengunjungi Vietnam beberapa bulan yang lalu salah satu kegiatan saya sehari-hari adalah lihat film-film Vietnam lewat acara televisi. Sekembalinya saya dari kunjungan itu, film-film Vietnam masih terus saya tonton liwat internet. Meskipun tema-tema film itu relatif kaya atau beragam segi kehidupan di masa lalu maupun dengan tema-tema kekinian, namun tema masa kini yang menarik, yang banyak menjadi tema pokok adalah kehidupan di desa-desa dan daya tarik yang luar biasa dari kehidupan kota atau ibu kota. Kontras dua macam kehidupan yang lalu menjadi masaalah serius itu turut menggambar- kan betapa repotnya pemerintah pusat dalam menghadapi arus penduduk yang pindah ke ibu kota untuk mencari atau mengadu nasib demi kehidupan yang lebih baik, lebih menyenangkan dan untuk menjadi kaya dan mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Terutama generasi muda dan terutama para pemudanya. Di desa atau daerah, menjadi langka orang-orang muda, hampir semua mereka lari ke ibu kota untuk mengejar mimpi-mimpi mereka. Keadaan di desa jadi seperti ketika masa perang melawan agresi Amerika Serikat berpuluh tahun lalu. Desa kekurangan pemuda dan langka laki-laki yang sehat karena dikirim ke front untuk bertempur. Sedangkan di desa-desa isinya cuma wanita, orang tua dan anak-anak. Sekarang keadaan itu ternyata tidak banyak berobah, hanya saja alasan atau sebabnya sudah lain, bukan karena para pemuda dan laki-laki bertempur melawan musuh di front-front, tapi pada kabur ke kota-kota atau ke ibu kota mencari kehidupan, mendekati modernisasi, turut berlomba siapa cepat siapa dapat dalam ekonomi terbuka kapitalisme dan juga sekedar untuk mencari udara baru dari kebosanan hidup di desa yang pada umumnya menjemukan dan kurang menjanjikan hari depan yang lebih terang. Keadaan yang demikian tentu saja sangat mencemaskan para pengelola petinggi ideologi di pusat maupun negara sendiri. Tanpa pemuda, pembangunan desa atau daerah tidak akan berjalan lancar dan akan terus tertinggal atau terbelakang sedangkan kota maju pesat sambil menghancurkan keseimbangan ekonomi kota dan ekonomi desa. Kita lalu bisa teringat akan semboyan Teng Siau Ping yang mengatakan, biarlah para kapitalis kaya lebih duluan, rakyat belakangan. Yang itu bisa pula berlaku, biarlah kota-kota (baca: ibu kota) maju pesat lebih duluan, desa-desa belakangan. Dan lalu pernyataan Teng Siau Ping yang mengatakan, kekayaan adalah kemuliaan. Dan itupun telah dijalankan oleh anak-anak beliau yang telah jadi multi milyuner dan sukses dalam mencapai kemuliaan melalui kekayaan. Nampaknya, melalui film-film, pekerjaan ideologi masih tetap diperhatikan oleh tingkat atas atau barangkali juga oleh pihak partikulir yang melihat kerjanggalan yang menyolok kehidupan ibu kota dan desa yang bertambah menghawatirkan. Salah satu yang paling tipikal dalam film-film Vietnam yang bertemakan dua kehidupan yang berdikotomi itu adalah menunjukkan kegagalan para pemuda desa yang coba-coba mengadu nasib di ibu kota yang telah dipermoderen, di Baratkan, dihias dengan gemerlapan lampu-lampu neon reklame, dan juga imbauan serta bujuk rayu para mafia atau mafioso dengan undang-undang besi, bisa cepat kaya ,tapi setitik berhianat hanya ada satu hukuman: hukuman mati. Tapi para pemuda yang dengan penuh kesedaran yang dulu hidup dan lahir di ibu kota lalu secara sukarela mengabdikan dirinya ke desa tapi dengan seribu satu cobaan-cobaan berat seperti penyakit konsevatisme kader-kader negara atau Partai di desa, keterbatasan kehidupan materi, adat istiadat yang dianggap sudah sangat terbelakang dan segala macam yang sangat lain dengan kehidupan di kota-kota. Pemuda-pemuda yang jenis inipun dalam film-film itu digambarkan sebagai hanya pengorbanan dan bukan kemuliaan. Karena kemuliaan, dalam pengertian seperti yang dikatakan Teng Siau Ping adalan kekayaan. Dalam hal ini segi positip yang ingin dikesankan oleh film-film itu masih mempertahankan sifat realis. Berkorban tapi belum berarti telah menjadi pahlawan pembangun desa yang dikagumi dan dihormati. Tapi yang gagal di ibu kota dan kembali ke desa, juga tidak dikesankan sebagai tindakan mulia tapi hanya sebagai tokoh gagal dengan sedikit mengenyampingkan sifat realis, tokoh gagal itu menemukan kebahagiaannya ahir-ahirnya di desa dengan cara menemukannya dengan kekasih lama yang dihianatinya ketika ia meninggalkan desa pergi ke kota. Sedangkan kekasih atau istri yang didapatkannya di kota cumalah para kekasih atau istri mata duitan yang cinta utamanya adalah pada materi dan bukan dari hati nurani. Pengesanan yang setengah realis setengah ideologis ini juga menarik karena dengan jelas menggambarkan perjuangan ideologi dalam tahap menjalankan ekonomi kapitalis di negeri yang masih mengaku ber-identitas sosialisme. Ada satu hal yang menarik perhatian sa
[budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?
ASAHAN ALHAM AIDIT: Mengapa harus mengharamkan istilah Pribumi dan Non Pribumi? Menurut pendapat saya sebutan Pribumi dan non Pribumi bukanlah sebab utama terjadinya sentimen ras yang memicu kerusuhan rasial. Tapi bahwa istilah itu diberi warna politik untuk mengesankan seolah-olah pemerintah yang mengharamkan istilah itu adalah pemerintah yang bersih dari politik diskriminasi rasial, adalah cuma punya sifat reklame untuk menarik satu golongan tertentu dan mengaburkan atau mengalihkan perhatian massa rakyat dari persoalan-persoalan berat seperti krisis ekonomi, krisis politik dan juga krisis kebudayaan serta moral di tingkat atas. Tapi memang harus diakui, bahwa istilah yang sudah dilaburi warna politik dengan inti reklame menarik itu, memang lebih banyak ditujukan pada etnis Cina dan memang lalu etnis Cina yang lebih banyak menjadi korban yang juga sekaligus adalah juga korban reklame Pemerintah yang berjubah anti diskriminasi rasial. Buktinya. Ketika benar-benar telah terjadi kerusuhan rasial di bulan Mei 1988 , apakah yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam usaha menghentikan, membatasi, mengadakan penyelidikan siapa biang keladi kerusuhan, menangkap para penyuluh kerusuhan?, Yang kita dengar adalah bahwa aparat negara seperti TNI, polisi cuma diam menyaksikan kerusuhan yang sudah menjadi terror itu . Bukankah hal ini berarti bahwa Pemerintah ketika itu cuma munafik, demagog, lain dimulut lain di hati. Dan lalu orang-orang menyalahkan istilah Pribumi dan Non Pribumi yang telah menjadi biang keladi dan cikal bakal sentimen ras. Pada hal kata itu sendiri tidak punya dosa sedikitpun dan hanya sebutan biasa tanpa warna politik atau tendensi ras dan hanya menunjukkan tempat di mana seseorang dilahirkan atau telah lama diam di suatu tempat dan merasa dirinya atau dianggap adalah penduduk tempat tertentu.Tapi karena dipersoalkan dan banyak dipersoalkan, kata itu jadi kehilangan artinya yang asli dan netral lalu diberi warna politik sehingga menjadi peka dan bisa memancing sentimen ras yang pada gilirannya untuk mengambil keuntungan politik oleh segolongan atau aliran poltik tertentu. Inti masaalah sentimen ras bukan terletak pada istilah Pribumi atau non Pribumi tapi pada cara berfikir seseorang atau golongan atau aliran politik terhadap satu golongan ras yang lain. Dengan kata lain pengharaman kata Pribumi dan Non Pribumi adalah pengharaman yang dilakukan oleh Orde Baru itu sendiri untuk tujuan reklame yang licik dan lihai bagi mempengaruhi psikologi massa sehingga orang-orang lupa pada masaalah yang paling inti dari timbulnya sentimen ras sebagai satu sisitim pemikiran dan terlena oleh daya tarik reklame dengan menggunakan istilah yang mudah dijadikan kambing hitam. Sedangkan Pemerintah pencipta pengharaman itu berada di balik kabut hitam yang mengaburkan semua kemunafikan dan penipuannya sambil menyulut sentimen ras tanpa dirasakan banyak orang. Sebaiknya kita kembali ke persoaalan inti masaalah dan bukan pada istilah yang tak habis-habisnya dibicarakan. Dalam kenyataan yang lebih dalam, bukan hanya etnis Cina saja yang menderita korban sentimen ras atau diskriminasi secara umum. Di antara ras-ras atau suku-suku di Indonesia, juga saling mendiskriminasi satu sama lain. Ini persoalan bersama semua etnis yang ada dan bukan hanya terkonsentrasi pada satu etnis saja. Terlalu banyak mengkonsentrasi diri sebagai etnis yang dikorbankan akan mengakibatkan perjuangan melawan diskriminasi menjadi hanya terfokos pada satu etnis dan itu akan berakibat kembali ke diskriminasi terpusat sehinggap perhatian tertuju ke satu pusat. Korban diskriminasi di Indonesia mencakup ratusan juta atau sebagian terbesar penduduk Indonesia. Setiap hari mereka dibunuhi secara psikologis, secara ekonomis, secara moril maupun materil. Bukankah kita lebih baik menyatukan diri dalam perjuangan bersama melawan diskriminasi yang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia yang membuat terpuruknya bangsa ini. Jadi bukan cuma meng-utik-utik soal istilah Pribumi dan non pribumi melulu sambil berlari jauh dari inti persoalan yang sesungguhnya yang bahkan bisa lebih menyulut sentimen ras. Semua kita adalah korban historis dan kontemporer Orde Baru. Tanpa menyedari hal ini cuma akan menguntungkan Orde Baru dan memperpanjang keterpurukan bangsa. Waspadalah terhadap reklame Orba dan jangan cepat-cepat membelinya dengan harga murah, bungkusnya indah, isinya tuba. asahan aidit. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Cultur
Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?
lihat pertikaian suku Dayak dan Madura di Kalimantan yang sampai bunuh-membunuh itu. Dan, ... kalau pengertian "Pribumi" dan "Non-Pribumi" ini diteruskan, bukankah terjadi desintegrasi NKRI? Barulah pemerintah cepat-cepat menstop, dengan tegas menghentikan penggunaan istilah "Pribumi" dan "Non-pribumi" yang dalam kenyataan telah membuat perpecahan bangsa Indonesia ini menjadi lebih parah. Karena yang merasa "Pribumi" terdesak oleh "Non-Pribumi", kelompok pendatang itu. Jadi, saya sepenuhnya setuju dengan instruksi Presiden Habibie itu, untuk menghentikan penggunaan istilah "Pribumi" pada sebutan kelompok warga RI. Mengapa harus mempertentangkan warganya dengan sebutan "Pribumi" dan "Non-Pribumi"? Seharusnyalah kita hanya mengenal satu macam warganegara dengan hak dan kewajiban yang sama! Tidak ada lagi pembagian klas, pribumi lebih tinggi dari yang dikatakan non-pribumi, atau suku Jawa yang mayoritas lebih tinggi kedudukannnya dari suku lain, atau khususnya etnis Tionghoa sebagai "Non-Pribumi" yang boleh dianak-tirikan. Tidak seharusnya ada pengertian anak emas dan anak tiri dalam memperlakukan warganegaranya. Setiap orang, setiap warga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan sederajat dihadapan HUKUM. Betul, kan! Lalu, bagaimana seharusnya memperlakukan persaingan bebas yang terjadi, dan kenyataan etnis Tionghoa, suku Bugis, suku Madura yang dikategorikan "Non-Pribumi", sebagai "Pendatang" justru menunjukkan keungulannya dibidang usaha-ekonomi itu? Haruskan mereka disingkirkan dengan pernyataan telah "merampas" hak "Pribumi"? Benarkan mereka-mereka yang berhasil usahanya itu merupakan "penghisapan" dan "pemerasan-kejam" terhadap "Pribumi" dan oleh karenanya boleh direbut kembali secara semena-mena? Bagi negeri kaya yang sangat miskin, dimana ekonomi sedang terpuruk parah seperti Indonesia ini, tidaklah mungkin sekaligus mengangkat rakyatnya menjadi makmur sekaligus. Tidak mungkin itu, kecuali dalam mimpi indah saja. Yang mungkin dilakukan adalah sebagaimana dikatakan Deng Siao-ping, "Perkenankan sementara orang kaya lebih dahulu. Dan kita gunakan mereka sebagai lokomotif untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak yang miskin", begitu kira-kira pengertian kata Deng yang saya kira tepat dan harus kita jalankan juga dengan baik. Berilah kesempatan sebaik-baiknya bagi mereka yang telah berhasil menjalankan usaha-nya, dengan tidak peduli dari suku apa, etnis apa. Mereka-lah pengusaha yang harus digunakan sebaik-baiknya untuk mendorong maju ekonomi lebih cepat lagi, dan dengan demikian bisa mengangkat kesejahteraan rakyat banyak. Mereka-mereka sebagai pengusaha domestik, bukan sasaran yang harus disingkirkan apalagi dengan pikiran rasialis sekadar untuk menggantikan posisi mereka dengan yang dinamakan "Pribumi", akan menjadi lebih celaka ternyata penggantinya hanyalah konco-konco dekat pejabat tinggi yang tidak berkemampuan usaha. Langkah-langkah demikian ini, hanyalah pemborosan yang sangat sangat merugikan pembangunan ekonomi, hanya akan menggendutkan perut segelintir pejabat tinggi dengan konco-konconya, tapi membuat rakyat banyak lebih melarat lagi. Pemerintah seharusnya memberi kemudahan bagi mereka-mereka yang berhasil dalam usaha itu untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya lebih baik lagi. Bersandar pada mereka-mereka itu untuk mempercepat perputaran ekonomi, menjadikan mereka sebagai lokomotif untuk menarik gerbong panjang maju kedepan, meningkatkan kemakmuran bersama lebih dahulu. Buatlah ketentuan-ketentuan usaha sebijaksana mungkin, tegakkanlah HUKUM sebaik mungkin, jeratlah pengusaha nakal licik sesuai dengan ketentuan HUKUM yang berlaku, tak peduli pengusaha itu berasal dari suku apa, etnis apa dan beragama apa, yang salah dan curang harus di HUKUM! Jadi, jangan main gebyah uyah, kata orang Jawa. Bagi pengusaha berhasil harus berani kita gunakan sebaik-baiknya, tapi bagi yang melakukan kecurangan, kelicikan yang biasa disebut pengusaha-hitam atau konglomerat-hitam itu, juga harus tegas disingkirkan, dihukum sebagaimana ketentuan yang berlaku! Hanya dengan cara demikian, ekonomi bisa berkembang lebih cepat dan kesejahteraan rakyat banyak terangkat sebaik-baiknya. Mudah-mudahan penguasa, penjabat-pejabat tinggi di pemerintah satu persatu menyadari betul, kebijaksanaan menggunakan sebaik-baiknya pengusaha yang berhasil, dengan tidak peduli pengusaha itu dari suku dan etnis apa, akan lebih mempercepat pembangunan ekonomi, sedang pikiran berbau rasis yang selalu bertujuan untuk menyingkirkan etnis Tionghoa atau merebut-kembali posisi mereka yang dikatakan sebagai "Non-Pribumi", sebagai "pendatang" adalah kebijaksanaan celaka yang membuat ekonomi terperosok kejurang lebih dalam lagi, d
[budaya_tionghua] Fw: [Politik_Tionghoa] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?
ususnya etnis Tionghoa sebagai "Non-Pribumi" yang boleh dianak-tirikan. Tidak seharusnya ada pengertian anak emas dan anak tiri dalam memperlakukan warganegaranya. Setiap orang, setiap warga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan sederajat dihadapan HUKUM. Betul, kan!> > Lalu, bagaimana seharusnya memperlakukan persaingan bebas yang terjadi, dan kenyataan etnis Tionghoa, suku Bugis, suku Madura yang dikategorikan "Non-Pribumi", sebagai "Pendatang" justru menunjukkan keungulannya dibidang usaha-ekonomi itu? Haruskan mereka disingkirkan dengan pernyataan telah "merampas" hak "Pribumi"? Benarkan mereka-mereka yang berhasil usahanya itu merupakan "penghisapan" dan "pemerasan-kejam" terhadap "Pribumi" dan oleh karenanya boleh direbut kembali secara semena-mena?> > Bagi negeri kaya yang sangat miskin, dimana ekonomi sedang terpuruk parah seperti Indonesia ini, tidaklah mungkin sekaligus mengangkat rakyatnya menjadi makmur sekaligus. Tidak mungkin itu, kecuali dalam mimpi indah saja. Yang mungkin dilakukan adalah sebagaimana dikatakan Deng Siao-ping, "Perkenankan sementara orang kaya lebih dahulu. Dan kita gunakan mereka sebagai lokomotif untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak yang miskin", begitu kira-kira pengertian kata Deng yang saya kira tepat dan harus kita jalankan juga dengan baik. Berilah kesempatan sebaik-baiknya bagi mereka yang telah berhasil menjalankan usaha-nya, dengan tidak peduli dari suku apa, etnis apa. Mereka-lah pengusaha yang harus digunakan sebaik-baiknya untuk mendorong maju ekonomi lebih cepat lagi, dan dengan demikian bisa mengangkat kesejahteraan rakyat banyak. Mereka-mereka sebagai pengusaha domestik, bukan sasaran yang harus disingkirkan apalagi dengan pikiran rasialis sekadar untuk menggantikan posisi mereka dengan yang dinamakan "Pribumi", akan menjadi lebih celaka ternyata penggantinya hanyalah konco-konco dekat pejabat tinggi yang tidak berkemampuan usaha. Langkah-langkah demikian ini, hanyalah pemborosan yang sangat sangat merugikan pembangunan ekonomi, hanya akan menggendutkan perut segelintir pejabat tinggi dengan konco-konconya, tapi membuat rakyat banyak lebih melarat lagi.> > Pemerintah seharusnya memberi kemudahan bagi mereka-mereka yang berhasil dalam usaha itu untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya lebih baik lagi. Bersandar pada mereka-mereka itu untuk mempercepat perputaran ekonomi, menjadikan mereka sebagai lokomotif untuk menarik gerbong panjang maju kedepan, meningkatkan kemakmuran bersama lebih dahulu. Buatlah ketentuan-ketentuan usaha sebijaksana mungkin, tegakkanlah HUKUM sebaik mungkin, jeratlah pengusaha nakal licik sesuai dengan ketentuan HUKUM yang berlaku, tak peduli pengusaha itu berasal dari suku apa, etnis apa dan beragama apa, yang salah dan curang harus di HUKUM!> > Jadi, jangan main gebyah uyah, kata orang Jawa. Bagi pengusaha berhasil harus berani kita gunakan sebaik-baiknya, tapi bagi yang melakukan kecurangan, kelicikan yang biasa disebut pengusaha-hitam atau konglomerat-hitam itu, juga harus tegas disingkirkan, dihukum sebagaimana ketentuan yang berlaku! Hanya dengan cara demikian, ekonomi bisa berkembang lebih cepat dan kesejahteraan rakyat banyak terangkat sebaik-baiknya.> > Mudah-mudahan penguasa, penjabat-pejabat tinggi di pemerintah satu persatu menyadari betul, kebijaksanaan menggunakan sebaik-baiknya pengusaha yang berhasil, dengan tidak peduli pengusaha itu dari suku dan etnis apa, akan lebih mempercepat pembangunan ekonomi, sedang pikiran berbau rasis yang selalu bertujuan untuk menyingkirkan etnis Tionghoa atau merebut-kembali posisi mereka yang dikatakan sebagai "Non-Pribumi", sebagai "pendatang" adalah kebijaksanaan celaka yang membuat ekonomi terperosok kejurang lebih dalam lagi, dan rakyat banyak akan menderita kemiskinan berkepanjangan.> > Mudah-mudahan bisa dimengerti dengan baik.> > Salam,> ChanCT> > > - Original Message - > From: BISAI > To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA > Sent: Sunday, September 11, 2005 9:35 PM> Subject: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?> > > > ASAHAN ALHAM AIDIT:> > > Mengapa harus mengharamkan > istilah Pribumi dan Non Pribumi?> > Menurut pendapat saya sebutan Pribumi dan non Pribumi bukanlah sebab utama terjadinya sentimen ras yang memicu kerusuhan rasial. Tapi bahwa istilah itu diberi warna politik untuk mengesankan seolah-olah pemerintah yang mengharamkan istilah itu adalah pemerintah yang bersih dari politik diskriminasi rasial, adalah cuma punya sifat reklame untuk menarik satu golongan tertentu dan mengaburka
Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?
melontarkan istilah Pribumi non pribumi, pasti ada maksud tersembunyi dibalik perkataan itu. tendensinya selalu kearah negatif. ini tidak boleh kita pungkiri. sekarang, karena sering mendapat sorotan masyarakat yang kritis, supaya tidak terlihat rasialis, mereka menghindari istilah ini. tapi mereka pintar mencari pengganti istilah:, istilah Pribumi diganti istilah Kaum Islam. Non Pribumi pun diganti istilah Non Islam. lihat kalimat ini :" selama orde baru, Kaum Islam terpinggirkan dalam bidang ekonomi!" Jika sebuah istilah sudah terdestorsi sedemikina jauh, apa manfaatnya kita terus mempertahankan? Pak asahan, bagaimana jika istilah Pribumi sering dipakai orang untuk memaki dan merendahkan? misalnya disamakan dengan Istilah " barbar", sehingga muncul ungkapan:" dasar Pribumi!!", apakah Bapak masih senang mendengar disebut Pribumi? salam, Zhou Fy - Original Message - From: BISAI Dan sekarang lagi-lagi saya terpaksa dan sangat terpaksa bicara soal kata . Saudara punya dalil, bahwa bila tidak mau mengharamkan kata adalah rasialist. Saya berpendirian, tidak seorang manusiapun yang berhak mengharamkan sebuah kata biasa yang adalah kepunyaan perbendaraan kata-kata bahasa Indonesia, milik orang Indonesia, lalu demi kepentingan politik tiba-tiba diharamkan untuk memenuhi kebutuhan satu etnis lain. Pun, Habibi tidak punya hak demikian meskipun dia seorang Presiden pada waktunya yang juga sekaligus produk terbesar dari Orde Baru itu. Saudara Mayat, seperti juga orang-orang yang sepikiran dengan saudara, saudara ingin mempertahankan peninggalan murtad Orde Baru itu yang saudara anggap anti rasialist. Dari sudut pandang sempit bertolak dari kepentingan satu etnis semata-mata, tentu saudara akan menghalalkan dan mengharamkan semua saja menurut cita rasa golongan saudara sendiri, kepentingan dan keuntungan golongan saudara sendiri. Tapi Indonesia tidak cuma mengurusi satu etnis saja, memanjakan satu etnis saja, memperhatikan keluhan satu etnis saja. Dengan mentalitas yang demikian, etnis yang saudara wakili, setiap hari akan menambah musuh dan bukan memperbanyak kawan dan kalau begitu alangkah kasihannya dengan golongan etnis Cina yang lainnya yang dengan sepenuh hati dan jujur, rendah hati dan tulus untuk menyatukan diri dengan etnis-etnis Indonesia yang lainnya, dengan bangsa Indonesia, akan jadi sasaran kerusuhan rasial sepanjang masa akibat ulah golongan etnis yang punya mentalitas seperti saudara. Percayalah, semua orang yang masih waras,masih normal, tidak akan memperdulikan budaya stempel saudara yang main hitam putih, main cap asal tidak sependapat dengan pikiran saudara atau etnis Cina. Betapa naif-nya kesimpulan saudara yang mengatakan, bila tidak mengharamkan atau menghilangkan kata akan memberi peluang bagi rasisme. Kata< pribumi> adalah milik bangsa Indonesia yang berada dalam perbendaharaan kata-katanya, dan bukan milik Habibi, bukan milik kaum kolonialis lama maupun baru dan juga bukan milik orang Cina. Tapi kalau saudara ingin setia pada Habibi yang dedengkot Orba itu, silahkan saja dan bagi saya perdebatan ini tidaklah sia-sia, karena saya menjadi lebih tahu di mana saudara berdiri meskipun dalam omongan sepertinya juga mengumpat Orba dan saya saudara tuduh sebagai yang "menjalankan project rasialis anti tionghoa". Orang-orang sebangsa saya bila ingin berhianapun tidak mungkin dan akan mati. Kami tidak punya jalan lain kecuali tetap setia asahan aidit. Yahoo! Groups Sponsor ~--> 1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery. http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?
a langsung > efek dari Pribumi dan Non-pribumi akan pupus dengan > sendirinya, menurutku inilah inti jawaban dari Pribumi > dan Non-pribumi. > > Negara ini terdiri dari berbagai suku, agama, ras, > maka itu marilah kita berpikir ulang, sebenarnya apa > yang salah, kenapa suku tiong hua saja yang selalu > bermasalah, bukan maksud aku membela2 native, karena > menurutku native juga ada yang baik dan yang tidak, > sama seperti orang2 tiong hua dan orang2 suku lainnya, > pasti ada yang baik dan tidak, nah yang seharusnya > dilakukan adalah bagaimana cara mengedukasi orang2 > yang rasialis/yang suka mendiskriminasikan dapat > menerima "perbedaan", sehingga kita yang dari berbagai > macam itu dapat bekerjasama dalam membangun negara ini > jauh lebih baik > > > NB : emai ini benar2 dari yang aku pikirkan selama > ini, memang dalam hati aku secara jujur banyak setuju > dengan apa yang diungkapan Bung Asahan, jadi aku nga > mau panjang2 cerita lagi, karena inti yang aku > pikirkan rata2 sama, dan walau aku bukan jago politik > ttp mohon intelektual pribadi aku jgn dihina ya :->, > kalo aku salah mohon tolong dikoreksi > > Rgds, > Andri > > > >> __ >> Do You Yahoo!? >> Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam >> protection around >> http://mail.yahoo.com > To: "BUDAYA TIONGHUA" >> , >> "WAHANA" <[EMAIL PROTECTED]> >> From: "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]> >> Date: Tue, 13 Sep 2005 21:18:15 +0200 >> Subject: [budaya_tionghua] Fw: [Politik_Tionghoa] >> Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan >> Non Pribumi? >> >> Saudara Mayat Yt.hormat. >> Ah, nama persembunyian saudara sungguh menakutkan. >> Tapi apalah arti sebuah nama. >> Saya akan menanggapi komentar saudara sambil >> berkelakar saja menyesuaikan diri dengan gaya >> saudara yang sebelumnya sudah sedikit saya kenal di >> mulis BT. Rupanya saudara termasuk penganut budaya >> stempel. Saudara mempunyai dua buah stempel: yang >> satu dengan tinta >> Cina dan satunya lagi dengan cat putih. Saudara >> memulai dengan basa-basi dengan stempel putih >> saudara yang seakan mengangkat uraian saya dan lalu >> dengan cepat saudara mengayunkan tangan kuat-kuat >> dan...Plok! "bung Asahah Aidit ternyata >> melaksanakan project rasialist anti tionghoa" tentu >> saja dengan stempel tinta Cina. Tidak secuil >> argumentasi ataupun petikan kata-kata dari saya yang >> saudara gunakan sebagai alasan saudara, mengapa >> saya dianggap melaksanakan ""project rasialist anti >> tionghoa". Tentu dengan stempel hitam yang saudara >> gunakan itu, saudara bayangkan bahwa saudara telah >> menjatuhkan bom di atas kepala saya yang sebelum bom >> itu meledak saudara tulisi dengan huruf-huruf besar >> "pembunuhan karakter" agar saya runtuh. Ya, saudara >> Mayat, bukan saya berlagak hebat, tapi selama >> sepuluh tahun perang Vietnam, hampir setiap hari >> saya mendengar jatuhan bom yang kadang-kadang cuma >> puluhan meter jaraknya dari lubang perlindungan. >> Alhamdulillah saya masih dilindungi Tuhah dan diberi >> hidup hingga kini.Tapi bom yang saudara jatuhkan >> meskipun bunyinya seperti suara pistol beneran,tapi >> pelurunya cuma dari kertas yang dikunyah kunyah >> duluan lalu dimasukkan ke tabung bambu atau sumpitan >> anak-anak, lalu disodok...bum!. Peluru kertasnya >> bertaburan yang semula saudara maksudkan, untuk >> membunuh karakter saya. Tipikal cara yang sering >> digunakan oleh orang-orang yang menjadi panik >> kehilangan argumentasi dan lalu main kasar sambil >> memberikan cap-cap (tapi saudara menggunakan stempel >> kuno) secara membabi buta dan itu saudara anggap >> hebat dan akan mempengaruhi banyak orang. >> Cara demikian sudah sangat klassik dan saya anjurkan >> pada saudara janganlah berpikir bahwa pembaca itu >> bodoh semuanya hingga mudah saudara bawa kemana saja >> menuruti gertakan saudara. Dunia sudah sangat >> berubah, demikian pula manusianya, generasinya. >> Sentimen, emosi, gertak, tidak ada lagi tempatnya >> dalam perbincangan serius untuk mencari kebenaran. >> Biasakanlah menggunakan argumen yang baik, analisa >> yang jernih dan jangan cepat main maki, main cap, >> main hitam putih hanya oleh karena tidak sependapat >> dengan orang lain.Tapi rupanya modal terbesar >> satu-satunya yang saudara miliki adalah kepekaan >> yang berlebih lebihan. Sedikit sedikit, belum >> apa-apa asal terasa etnis Cina disinggung, mesin >>
Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?
sama-sama pribumi, mungkin hanya bisa > dibenarkan kalau melihatnya dari segi hukum. Maaf, saya awam akan HUKUM, > tapi kira-kira bisa diajukan dalam pengertian begini: Berdasarkan > ketentuan Undang-undang No.3 tahun 1946, yang menetapkan asas ius-soli, > jadi setiap orang yang lahir di Indonesia sebagai orang Indonesia. Maka, > secara hukum bisa dikatakan orang-orang yang lahir di Indonesia sejak > diundangkannya pada tahun 1946 itulah orang-orang Indonesia asli, yang > "Pribumi". Tentu, dengan tidak mempedulikan seorang itu dari ras apa, suku > apa dan etnis apa, asal dia lahir di Indonesia, maka bisa dikategorikan > Pribumi, yang asli-Indonesia. Dan, ... ini hanya digunakan untuk > membedakan orang-orang pendatang, yang tidak lahir di Indonesia, entah > orang Belanda, orang Tionghoa, atau orang Arab dll. yang menjadi > warganegara Indonesia setelah melepas warganegara asal. Jadi, orang-oran! > g yang tidak lahir di Indonesia, kemudian menjadi Indonesia dengan > naturalisasi inilah yang bisa disebut sebagai non-pribumi, non-asli > Indonesia. > >Tapi sungguh, kenyataan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat di > Indonesia selama ini tidak demikian adanya. "Pribumi" dan "Non-Pribumi" > adalah sebutan yang dipakai untuk mengkotak-kotak kelompok yang ada > didalam masyarakat, jelasnya untuk menyudutkan kelompok yang etnis > Tionghoa itu. Menghadapi kenyataan begini, apa tidak lebih baik kita > sambut instruksi Presiden itu, agar dihentikan penggunaan istilah > "Pribumi" yang jelas merusak persatuan bangsa ini? Apa kiranya yang mau > dan bisa dicapai dengan mempertahankan sebutan "Pribumi" dan "Non-Pribumi" > itu? > >Saya pun setuju, melawan diskriminasi rasial tidaklah berarti > meniadakan segala perbedaan yang ada pada setiap ras, setiap suku dan > setiap etnis. Apalagi hanya ditujukan untuk meniadakan identitas etnis > tertentu. Berpegang teguh pada semboyan Bhineka Tungal Ika, dimana kita > bersatu-teguh dengan segala perbedaan yang ada, ya beda ras, ya beda suku, > ya beda etnis, ya beda agama, ya beda ideologi. Sayang seribu sayang, > sekalipun sudah lebih 60 tahun semboyan Bhineka Tunggal Ika diserukan dan > berkumandang di Nusantara ini, tapi belum juga terwujud dalam kenyataan > hidup yang sesunguhnya. Itulah tugas berat generasi muda untuk lebih keras > berjuang mempercepat gerak-langkah melanjutkan cita-cita pejuang > kemerdekaan yang belum selesai itu. > >Salam, >ChanCT > > > - Original Message - > From: BISAI > To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA > Sent: Friday, September 16, 2005 6:15 AM > Subject: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi > dan Non Pribumi? > > > Saudara Andri Halim yang saya hormati, > Komentar anda saya baca kata perkata, kalimat perkalimat. Saya merasakan > kejernihan pikiran anda, langsung menangkap masaalah yang sedang > dibicarakan > dan menangkap hakekat atau inti masaalah tanpa berpanjang panjang atau > berprasangka buruk. Tepat sungguh seperti yang anda bilang: ..."bagaimana > cara menghilangkan"DISKRIMINASI" dengan tidak adanya diskriminasi lagi > maka > secara langsung efek dari Pribumi dan non Pribumi akan pupus dengan > sendirinya, menurutku inilah inti jawaban dari Pribumi dan non pribumi". > Menurut saya inilah kesimpulan terbaik dari seluruh diskusi yang anda > temukan dengan kepala dingin dan pikiran yang terang. Memang kita tidak > melawan kata tapi melawan setiap pikiran, tindakan maupun naluri > diskriminasi. Hanya dengan pikiran demikian kita bisa mendekati atau > manangkap hakekat melawan diskriminasi secara benar dan terfokus. > Mem-phoby-kan kata yang hanya karena adanya instruksi seorang > Presiden yang kelanjutan dari seorang Presiden diktator yang terguling > sebelumnya, cumalah perbuatan sia-sia dan juga terlalu sentris untuk > semata > disangkutkan kepada satu etnis, sedangkan sebagian terbesar etnis lainnya > harus manut begitu saja, seolah mereka tidak setetespun menderita racun > diskriminasi. Pandangan sentris yang begini patut kita tentang justru > karena > kita menghendaki bangunan masyarakat yang pluralis seperti yang juga anda > dan saya > menghendakinya. > Melawan diskriminasi ataupum diskriminasi rasial bukan berarti semua > etnis > harus dihilangkan identitas etnis-nya, tidak ada lagi Jawa, tidak ada > lagi > Sunda, tidak ada lagi Melayu, Batak dsb, dan yang ada hanya Indonesia, > Indonesia dan Indonesia. Itu tentu sangat indah kedengarannya. Dan ketika > dua orang Indonesia yang baru berkenalan di Jakarta umpamanya, yang satu > tanya : "Saudara berasal dari mana?".Lalu yang ditanya menjawab: "Saya > berasa
[budaya_tionghua] Fw: Salam Hormat untuk kamerad Asahan
Bung Mayat Yang baik, Anda seorang lawan debat yang sportif. Sayapun minta maaf pada bung atas kata-kata saya yang mungkin atau telah melukai perasaan bung. Undangan bung saya terima dengan senang hati dan saya menantikan kiriman-kiriman e-mailnya.Salam persaudaraan yang sekencaang kencangnya dan saya sambut salam perkenalan bung dengan setulus hati. asahan aidit. - Original Message - From: "mayatperempuan" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Saturday, September 17, 2005 8:31 AM Subject: Salam Hormat untuk kamerad Asahan > Dirgahayu > > salam kenal untuk bung Asahan. dan maaf kalo > ada kata-kata saya yang salah selama perdebatan > dengan bung Asahan. saya tidak hendak melakukan > karakter assasination spt yang bung katakan. > > saya ini pengagum kawan ketua DNA. mana bisa saya > berbuat lancang terhadap bung Asahan. > > bung, saya mau undang bung untuk masuk milis saya > yaitu : > > Politik_Tionghoa@yahoogroups.com > > > Mayat > > > Yahoo! Groups Sponsor ~--> DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today! http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~-> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?
Bung Andri Yang bijaksana, Komentar bung selalu singkat tapi padat. Saya belajar dari bung. Semua kita sesungguhnya masih belajar, tapi ada yang lebih cepat majunya dan ada yang kurang cepat. Saya termasuk yang kurang cepat itu. Tapi sungguh-sungguh saya juga ingin belajar dari siapapun. Tapi disamping belajar kita juga berusaha berbuat sungguh-sungguh. < Pribumi> , , , , < Peranakan> , , dsb, dsb-nya, CUMALAH sebuah kata atau nama. Dan apalah artinya sebuah nama. Tapi kita memang akan bersungguh-sungguh bila sebuah kata atau nama ditunggangi atau dimanipulasi seseorang atau penguasa, atau rezim atau siapa saja, untuk mengambil keuntungan tertentu dan merugikan orang banyak, apalagi merugikan seluruh rakyat. Tapi seperti juga pemikiran bung, kalau kata yang telah menjadi coreng moreng itu lalu rame-rame kita sikat dari muka bumi, dari kamus, disapu bersih, tapi bukan dibersihkan nodanya untuk kita miliki kembali sebagai kekayaan kita sendiri, perbuatan yang demikian bukanlah perbuataan yang produktif bahkan anti produktif. Secara berkelakar, bila umpamanya bung ditanya seseorang apakah pribumi atau non pribumi, lalu bung jawab: "Saya pribumi!". Lalu bung sendiri, umpamanya merasa lucu karena mata yang sipit, kulit yang lebih putih dari pribumi dsb,dsb. Juga yang menanyai yang tampak pribumi asli atau pribumi totok, juga berpikir seperti bung. Apakah ini lucu?. Ya, memang itu lucu. Tapi juga di sana terkandung satu keseriusan. Bung telah berani menggunakan hak bung, merasa pribumi dan memang pribumi. Soal yang bung anggap halangan karena mata sipit dan semua ciri-ciri husus yang bersifat biologis lainnya itu, kita anggap sebagai pergurauan yang membuat kita gembira, sebuah humor yang sehat. Saya menyaksikan sendiri meskipun hanya dalam sebuah film dokumenter, film ilmiah, bahwa DNA seorang warga Kirgistan yang ciri biologisnya sangat Cina, tapi ternyata dia masih mermiliki DNA nenek moyang asal muasal manusia, yanga sama dengan DNA-nya nenek moyang kita yang dari benua Afrika (ketika itu tentu saja belum ada yang namanya bangsa Afrika, cuma nama geografis saja) yang puluhan ribu tahun lalu. Dalam film itu juga tampak lucu, seorang yang berwajah Cina tapi punya DNA Afrika dan berkebangsaan Kirgistan. Dia tertawa, sang doktor(penyelidik) juga tertawa bahkan saya sendiri sebagai penonton TV itu turut tertawa. Tapi yang terserius adalah bahwa telah terbuktikan secara ilmiah yang tidak mungkin dibantah lagi bahwa kita umat manusia ini berasal dari nenek moyang yang sama. Semua kita dari Afrika. Tapi manusia telah terlanjur mengkotak-kotakkan dirinya menjadi puak-puak, suku-suku dan lalu bangsa-bangsa. Itu juga suatu yang wajar saja dalam perkembangan sejarah kehidupan manusia sebagai mahluk sosial dan mahluk dinamis. Tapi yang tidak wajar adalah, ketika sekelompok manusia merasa dirinya lebih tinggi, lebih berhak dari kelompok atau bangsa yang lain dengan dirinya. Ketidak wajaran inilah yang kita lawan sepanjang masa. Tapi bagaima cara melawannya?. Tentu saja dengan bermacam cara yang sesuai dan juga mestinya efektif agar mendapatkan hasil yang kita inginkan. Di sinilah pentingnya kita saling bertukar pikiran dan saling belajar dan bukan hanya menuruti instruksi, perintah, apalagi pemaksaan mutlak dari para diktator bangsa yang bila perlu kita lawan, harus kita lawan dengan berbagai cara. Salam sebangsa dan setanah air. asahan aidit - Original Message - From: "andri halim" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Saturday, September 17, 2005 5:31 AM Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi? > Salam hangatku utk Bung Asahan, > > Apa yang salah dengan kata "Pribumi" dan "Non > pribumi", jawabanku adalah tidak ada yang salah dengan > kata-kata tersebut, tetapi kata-kata tersebut dilihat > oleh sebagian orang seolah-olah sangat bersalah hanya > karena digunakan sebagai senjata oleh ORBA. > > Andaikata benar kalau kata "pribumi dan non-pribumi" > sangat begitu bersalah terhadap terjadinya > diskriminasi, dan kata-kata tersebut harus > dihapuskan(tidak boleh disebut2 lagi) maka yang > terjadi hanyalah mengurangi perbendaharaan kata saja, > dan dilain pihak hanya membiarkan > diskriminasi(permasalahan utama) terus berjalan. > > Inti, Apa yang Anda pikirkan menurutku benar adanya, > buat apa mengharamkan istilah "Pribumi dan > Non-pribumi", karena itu hanya sebagai "alat" ORBA, > yang seharusnya dipikirkan dan didiskusikan adalah > bagaimana cara menghilangkan "diskriminasi" yang > terjadi bukan mempermasalahkan kata "Pribumi dan > Non-pribumi", mungkin yang dipikirkan oleh sebagian > orang adalah "kalo kata tersebut diharamkan maka etnis > China bisa diterima oleh masyarakat asli > Indonesia(pribumi), heheheheheheee, kalo segampang itu > seharusnya Indonesia tidak lagi terjadi diskriminasi > donk, karena Habibie sendiri telah melarang penggunaan > kata tersebut pada saat dilantik menjadi presiden > tetapi hasilnya = nihil. > > Salam persahabatan, > > > Andr
Fw: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina
Saudara Aris Tanone Yang baik, Saya kira secara perlahan dan berangsur-angsur sudah mulai ada titik-titik saling pengertian di antara kita untuk menuju ke saling pengertian yang lebih besar lagi. Semua itu kita dapatkan dari keterus terangan kita masing-masing yang telah kita curahkan secara sebebas-bebasnya dalam milis yang menampung semua tulisan kita.Terima kasih saya pada semua milis dan moderator yang dengan kesabaran luar biasa, memuat semua tulisan-tulisan kita tidak pandang bagaimanapun pendapat seseorang atau pendirian seseorang. Saya teringat akan kata-kata Ketua Ho chi Minh atau yang biasa kita panggil dengan Paman Ho. Beliau mengatakan: "Noi that mat long" yang artinya: Berterus terang, atau berkata benar, akan menyinggung perasaan". Tapi beliau selalu berterus terang kepada siapapun bila ada sesuatu yang tidak wajar, tidak baik, tidak sepatutnya sambil mendidik rakyat beliau untuk mencapai persatuan seluruh rakyat. Suatu hari ada cerita begini. Paman Ho makan bersama dengan para para prajurit pengawal beliau. Seorang prajurit makannya terlalu cepat hingga hingga khalayak makan yang lainnya tidak kebagian, padahal yang disajikan sangat sedikit karena dalam situasi perang melawan musuh bangsa dan juga persediaan makanan amat terlalu minim. Lalu Paman Ho berkata: "Kalau Anh( panggilan akrab) makan terlalu cepat begini, semua kawan lain akan kelaparan". Isi keterus terangan Paman Ho itu kalau kita terjemahkan adalah bahwa prajurit yang makan terlalu cepat itu adalah seorang yang hanya mermikirkan diri sendiri, individualis, rakus dan pula tidak punya kesopanan karena hanya memikirkan perut sendiri di tengah teman-temannya yang juga lapar. Bung Aris sangat benar kalau mendapati ada juga segolongan suku bangsa atau sekelompok ataupun bahkan hingga ke sebuah kota yang rakyatnya tidak suka berterus terang. Bukankah juga jelas, saya juga memberikan perkecualian, bukan seratus persen orang Indonesia itu punya sifat terus terang. Tapi sebagai ciri umum manusia Indonesia, memang suka berterus terang dan spontan. Mungkin saya salah dan mungkin tidak begitu, tapi itulah pendapat saya dan penemuan saya. Salah satu contoh, umpamanya, seluruh bangsa Indonesia sekarang ini mengakui bahwa bangsanya sedang terpuruk, mengakui bahwa korupsi telah menjadi budaya seluruh bangsa, mengakui para penguasanya di masa lalu(Orba) adalah penguasa biadab, mengakui bahwa kebanyakan para pemimpin bangsa mereka cuma memikirkan kepentingan diri sendiri dan macam-macam pengakuan lainnya yang digeneralisasi sebagai Indonesia atau bangsa Indonesia.Tapi kan, kita tidak berfikiran, asal Indonesia, atau bangsa Indonesia, berarti seratus persen termasuk bayi-bayi yang baru lahir, punya ciri yang demikian. Tapi keberanian orang Indonesia mengakui kekurangannya, kelemahannya, bukankah itu masih bisa disebut positif? Apakah orang Indonesia akan menjadi hina karena berterus terang?. Orang Indonesia akan benar-benar menjadi bangsa yang hina bila mereka tidak mau mengubah mentalitas mereka yang jelek, tidak mau mengakui keterpurukannya di segala bidang yang sekarang mereka alami dan rasakan. Lalu saya bertanya: Apakah bangsa Cina itu bangsa yang super? etnis yang super? bangsa yang mulia sepanjang masa tanpa cacat cela dan hanya bersedia menerima pujian, dikagumi dan mengharamkan semua kritik, mengharamkan semua peringatan orang lain yang bermaksud baik agar bisa hidup bersama secara harmonis dan tidak selalu merasa ekslusif?. Begitulah maksud saya bila saya menyinggung masalah kekurangan Cina, sifat-sifat Cina yang ada negatifnya yang bukan berarti adalah semua Cina bahkan termasuk bayi yang baru lahir dan yang akan dilahirkan minggu depan. Kita tidak boleh terlalu mekanis sambil terlalu super sensitif menafsirkan sebuah generalisasi .Harus juga dilihat konteks dari masaalah yang sedang dibicarakn, benang merah atau makna apa yang dikatakan atau dimaksudkan seseorang. Bila kita terlalu emosional, otak dan daya analisa kita akan lumpuh dan lalu timbullah prasangka buruk, tuduhan yang berlebih lebihan dan mungkin kontradiksi antara kita akan berkembang menjadi kontradiksi antagonis.Kita tidak menghendaki hal itu. Yang saya maksudkan dengan kritik terhadap sifat-sifat Cina yang negatif( sekali lagi, apakah bangsa Cina tidak punya sifat-sifat negatif?) adalah bahwa kita harus mengoreksi kembali secara besar-besaran, secara lebih beraani, lebih berterus terang, lebih blak-blakan, bagaimana hubungan-hubungan antara Cina dan Indonesia di masa lalu maupun yang sekarang ini, yang telah dilakukan PKI dan PKC, antara dua bangsa, antara dua kebudayaan yang berbeda, antara dua etnis yang sudah begitu lama saling hidup bersama di Indonsia, tapi selalu saja terjadi percekcokan ras. Mengapa demikian?. PKI sudah jelas melakukan banyak kesalahan fanatis dan dogmatis dalam bersahabat dengan Cina terutama dengan PKC. Kesalahan itu telah menimbulkan akibat luar biasa seperti yang semua kita telah mengetahuinya. Saya, sebagai salah seorang korban
Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?
da RI. Kesetiaan atau loyalitas seseorang jadi bagaikan > jubah, cukup dengan mengganti nama, menyandang nama yang berbau > "Indonesia" katanya! Sungguh luar biasa. Untuk membuang nama-nama orang > yang berbau Tionghoa, untuk memusnahkan adat-istiadat budaya Tionghoa, > mereka memulai dengan gerakan ganti-nama ini. Yang kemudian menjadi lebih > tegas dengan melarang segala adat-istiadat Tionghoa, dari pelarangan > segala tulisan Tulisan Tionghoa, sampai pada ibadah Tionghoa dilarang, > inilah bentuk diskriminasi rasial terhadap etnis Tionghoa dengan menekan > harga-diri etnis Tionghoa. > >Kemudian lebih lanjut mereka mengganti penggunaan istilah > Tionghoa-Tiongkok menjadi Cina, sebagai pernyataan anti-Tiongkok dan > sekaligus bertujuan untuk menekan harga-diri etnis Tionghoa. > >Sekarang ini, lagi-lagi mengangkat kata "Pribumi" dan "Non-pribumi" > untuk dihentikan penggunaannya, yang seolah-olah dengan demikian penguasa > tampil sebagai pihak yang anti-diskriminasi rasial. Dan, kemudian kita > dibawah jadi berdebat setuju dan menentang pencabutan penggunaan kata > "Pribumi". Yang menentang pencabutan dituduh "rasialis", yang setuju > dituduh "sepihak dengan penguasa", "merasa penguasa sudah tidak rasialis > lagi". Padahal tidaklah demikian. Bagi bung Asahan yang menentang > pencabutan penggunaan kata "Pribumi" tidak berdiri sebagai seorang yang > rasialis anti-Tionghoa, sebaliknya yang setuju, termasuk saya, juga > tidaklah berarti sepihak dengan penguasa, atau khususnya pemerintah > Habibie dianggap sudah tidak rasialis lagi dan dengan demikian > diskriminasi rasial di Indonesia selesai sudah, tidak ada lagi. Bagaimana > mungkin! > >Saya menyetujui instruk Presiden Habibi untuk menghentikan penggunaan > istilah "Pribumi" dan "Non-Pribumi", dalam pengertian tidak guna kita > teruskan pengkotak-kotakan bangsa ini berdasarkan suku, etnis yang satu > dengan yang lain. Sudahlah seharusnya kita semua, dari berbagai ras, > berbagai suku, berbagai etnis yang ada di Nusantara ini bisa memberikan > toleransi setinggi-tinggi untuk menerima segala perbedaan yang ada, hidup > secara hormonis, bersama-sama membangun masyarakat adil dan makmur. Dengan > tegas tidak memperkenankan penguasa meperlakukan sekelompok warga sebagai > "Pribumi" yang harus didahulukan, atau yang dianak-emaskan, sedang > sekelompok lain lalu menjadi di "Non-Pribumi"kan dan diperlakukan sebagai > anak-tiri. > > Hentikan pengkotak-kotakan bangsa Indonesia ini menjadi kelompok "Pribumi" > dan kelompok yang lain "Non-Pribumi"! UUD-45 hanya mengenal satu macam > warganegara Indonesia, perlakukanlah setiap warga sama hak dan > kewajibannya deengan tidak mempedulikan ras, suku dan etnis yang > berbeda-beda. > > Bukanlah dengan demikian kita semua bisa hidup lebih tentram, lebih > bersahabat dan bersatu-padu untuk mengatasi segala kesulitan yang dihadapi > dalam pembangunan ekonomi dan masyarakat dimana kita hidup?! Mewujudkan > Bhineka Tunggal Ika dalam kenyataan hidup bermasyarakat. > > Salam, > ChanCT > > - Original Message - > From: BISAI > To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA > Sent: Sunday, September 18, 2005 2:06 AM > Subject: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi > dan Non Pribumi? > > > Bung Andri Yang bijaksana, > Komentar bung selalu singkat tapi padat. Saya belajar dari bung. Semua > kita > sesungguhnya masih belajar, tapi ada yang lebih cepat majunya dan ada > yang > kurang cepat. Saya termasuk yang kurang cepat itu. Tapi sungguh-sungguh > saya > juga ingin belajar dari siapapun. Tapi disamping belajar kita juga > berusaha > berbuat sungguh-sungguh. < Pribumi> , , , asli> > , < Peranakan> , , dsb, dsb-nya, CUMALAH sebuah > kata atau nama. Dan apalah artinya sebuah nama. Tapi kita memang akan > bersungguh-sungguh bila sebuah kata atau nama ditunggangi atau > dimanipulasi > seseorang atau penguasa, atau rezim atau siapa saja, untuk mengambil > keuntungan tertentu dan merugikan orang banyak, apalagi merugikan seluruh > rakyat. Tapi seperti juga pemikiran bung, kalau kata yang telah menjadi > coreng moreng itu lalu rame-rame kita sikat dari muka bumi, dari kamus, > disapu bersih, tapi bukan dibersihkan nodanya untuk kita miliki kembali > sebagai kekayaan kita sendiri, perbuatan yang demikian bukanlah > perbuataan > yang produktif bahkan anti produktif. Secara berkelakar, bila umpamanya > bung > ditanya seseorang apakah pribumi atau non pribumi, lalu bung jawab: "Saya > pribumi!". Lalu bung sendiri, umpamanya merasa lucu karena mata yang > sipit, > kulit ya
Fw: Fw: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina
Saudara Aris yang sangat baik, Kebetulaan surat anda saya baca di satu pagi yang cerah, udara yang nyaman serta perasaan yang leluasa dan segar. Lalu ditambah lagi dengan ajakan anda yang begitu tulus dan bersahabat. Sayapun mohon maaf atas kata-kata maupun kalimat saya yang mungkin atau sudah menyinggung perasaan anda. Sekarang saya ingin meneruskan pekerjaan saya yang lain, semoga berguna sebagaiamana juga harapan terbaik anda. Salam tulus dari saya asahan aidit. - Original Message - From: "kribo1" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Sunday, September 18, 2005 11:55 PM Subject: Re: Fw: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina > Pak Asahan yang baik, > > Terima kasih atas penjelasan pak Asahan. Tidak ada hak saya untuk > berkeberatan atas kritik terhadap sifat buruk sesuatu suku. Tidak > juga saya punya anggapan bahwa sesuatu suku itu lebih superior dari > suku lain. Andaikan dalam keterusterangan saya menyimpulkan tulisan > pak Asahan - dengan cara baca 'menikmati bunga sambil naik kuda' ini > alias tidak pusing dengan detail ceritera,- terdapat kata-kata yang > menyinggung pak Asahan, saya mohon maaf. Mari kita sudahi diskusi > kita yang tidak akan membawa kita ke mana-mana, dan mari kita gunakan > waktu untuk menulis ini untuk menulis/berbuat sesuatu yang bermanfaat. > > Salam, > > Aris. > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "BISAI" <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: >> Saudara Aris Tanone Yang baik, >> Saya kira secara perlahan dan berangsur-angsur sudah mulai ada > titik-titik >> saling pengertian di antara kita untuk menuju ke saling pengertian > yang >> lebih besar lagi. Semua itu kita dapatkan dari keterus terangan kita >> masing-masing yang telah kita curahkan secara sebebas-bebasnya > dalam milis >> yang menampung semua tulisan kita.Terima kasih saya pada semua > milis dan >> moderator yang dengan kesabaran luar biasa, memuat semua tulisan- > tulisan >> kita >> tidak pandang bagaimanapun pendapat seseorang atau pendirian > seseorang. >> Saya teringat akan kata-kata Ketua Ho chi Minh atau yang biasa kita > panggil >> dengan Paman Ho. Beliau mengatakan: "Noi that mat long" yang > artinya: >> Berterus >> terang, atau berkata benar, akan menyinggung perasaan". Tapi beliau > selalu >> berterus terang kepada siapapun bila ada sesuatu yang tidak wajar, > tidak >> baik, tidak sepatutnya sambil mendidik rakyat beliau untuk mencapai >> persatuan seluruh rakyat. Suatu hari ada cerita begini. Paman Ho > makan >> bersama dengan para para prajurit pengawal beliau. Seorang prajurit > makannya >> terlalu cepat hingga hingga khalayak makan yang lainnya tidak > kebagian, >> padahal yang disajikan sangat sedikit karena dalam situasi perang > melawan >> musuh bangsa dan juga persediaan makanan amat terlalu minim. Lalu > Paman Ho >> berkata: "Kalau Anh( panggilan akrab) makan terlalu cepat begini, > semua >> kawan lain akan kelaparan". Isi keterus terangan Paman Ho itu kalau > kita >> terjemahkan adalah bahwa prajurit yang makan terlalu cepat itu > adalah >> seorang yang hanya mermikirkan diri sendiri, individualis, rakus > dan pula >> tidak punya kesopanan karena hanya memikirkan perut sendiri di > tengah >> teman-temannya yang juga lapar. >> Bung Aris sangat benar kalau mendapati ada juga segolongan suku > bangsa atau >> sekelompok ataupun bahkan hingga ke sebuah kota yang rakyatnya > tidak suka >> berterus terang. Bukankah juga jelas, saya juga memberikan > perkecualian, >> bukan seratus persen orang Indonesia itu punya sifat terus terang. > Tapi >> sebagai ciri umum manusia Indonesia, memang suka berterus terang dan >> spontan. Mungkin saya salah dan mungkin tidak begitu, tapi itulah > pendapat >> saya dan penemuan saya. Salah satu contoh, umpamanya, seluruh > bangsa >> Indonesia sekarang ini >> mengakui bahwa bangsanya sedang terpuruk, mengakui bahwa korupsi > telah >> menjadi budaya seluruh bangsa, mengakui para penguasanya di masa > lalu(Orba) >> adalah penguasa biadab, mengakui bahwa kebanyakan para pemimpin > bangsa >> mereka cuma memikirkan kepentingan diri sendiri dan macam-macam > pengakuan >> lainnya >> yang digeneralisasi sebagai Indonesia atau bangsa Indonesia.Tapi > kan, kita >> tidak berfikiran, asal Indonesia, atau bangsa Indonesia, berarti > seratus >> persen termasuk bayi-bayi yang baru lahir, punya ciri yang > demikian. Tapi >> keberanian orang Indonesia mengakui kekurangannya, kelemahannya, > bukankah >> itu masih bisa disebut positif? Apakah orang Indonesia akan menjadi > hin
[budaya_tionghua] Fw: [wahana-news] G-30-S, SEJARAH YANG DIGELAPKAN
Dalam acara "Pekan Seni Budaya < Menyingkap Tabir Merajut Masa Depan> " yang akan diadakan mulai 19 September hingga 5 Oktober 2005, saya tidak mendapatkan nama Sdr. Harsutejo sebagai peserta ataupun sebagai penymbang acara. Ter-asosiasi pada tema "Sejarah yang digelapkapkan"sebagai salah satu topik yang menjadi di acara Pekan tsb, dan juga oleh resensi terhadap buku Sdr Harsutejo dalam tulisan dibawah ini, saya menjadi agak keheran-heranan kalau Sdr, Harsutejo tidak diikut sertakan sacara aktif dalam Pekan yang sangat penting dan menarik ini. Saya tidak menentang sifat akademis maupun rentetan nama-nama akademisi dengan gelar mereka yang dipasang. Itu bagus juga. Tapi kerendahan hati penulis buku :"G-30-S, SEJARAH YANG DIGELAPKAN" janganlah hendaknya dianggap, begitulah mutu beliau seperti yang diakuinya. Seseorang itu bisa bertitel tapi tidak memasang titielnya, atau mungkin juga tidak bertitel tapi pikiran-pikirannya sama sekali tidak kalah dengan seorang akademisi yang bertitel sekalipun. Saya telah membaca tulisa sdr. Harsutejo. Kesan saya , pancaran pemikiran akademis beliau sangat jelas. Dan saya sendiri salah seorang pengkritik tulisan beliau meskipun terbatas dalam sebuah memoar sastra saya. Tapi saya menilai tinggi hasil karya Sdr, Harsutejo dan itu adalah satu buku atau tulisan yang terbaik dan juga lengkap dengan data-data yang bisa dipertanggunggung jawabkan sekitar sejarah yang digelapkan peristiwa 65. Tapi ini baru keheranan, mungkin acara itu memang belum lengkap dan kalau begitu, masih ada tempat bagi Sdr. Harsutejo untuk diundang memberikan sumbangannya dalam Pekan yang pasti akan meriah ini. Dan bila keheranan saya terhapuskan, anggaplah tulisan ini sebagai tidak pernah ada. Salam dan selamat bekerja. asahan aidit (penonton dari jauh). - Original Message - From: HKSIS To: HKSIS-Group Sent: Wednesday, September 21, 2005 9:49 AM Subject: [wahana-news] G-30-S, SEJARAH YANG DIGELAPKAN http://parokimbk.or.id/wm/260904/buku.htm RESENSI BUKUG-30-S, SEJARAH YANG DIGELAPKAN Setiap tahun atau tepatnya tanggal 30 September, kita teringat kepada peristiwa G-30-S yang imbasnya adalah drama kemanusiaan, pembantaian terhadap orang-orang yang tidak bersalah. Angka pasti jumlahnya belum disepakati, tetapi angka antara 500.000 s/d 3.000.000 manusia yang hilang tercantum dari berbagai dokumen yang diketemukan. Korban terbesar adalah orang yang tidak tahu menahu, atau paling tidak tercap stigmata komunis. Dan betapa " jahat"nya komunis sudah kita saksikan melalui pemberitaan media massa Indonesia selama 32 tahun. Terutama melalui film G-30-S/PKI yang merupakan lagu wajib harus diputar oleh semua stasiun TV di Indonesia dalam kurun waktu 15 tahun berturut-turut.Karena penyelesaiannya tidak melalui peradilan, maka sampai sekarang terus timbul tanda tanya, bagaimana peristiwa itu sampai terjadi ? Dan siapa-siapa terutama yang menjadi aktor utamanya? Memang, rujukan itu ada dari buku putih terbitan sekretariat negara ketika di bawah Moerdiono. Namun orang tahu buku itu bukan history, melainkan his story, cerita tentang satu sisi saja untuk melanggengkan kekuasaan Orde Baru. Contoh sudah dimulai ketika Pancasila, sebagai ideologi negara dikatakan bukan penemuan Bung Karno, melainkan Moh. Yamin, dalam rangka melenyapkan nama Bapak Proklamator Kemerdekaan RI. Dan paling jelas adalah " serangan umum 1 Maret", nama Sri Sultan Hamengku Buwono IX dianulir bukan sebagai penggagas ide.Harsutedjo, atau nama lengkapnya adalah Harsono Sutedjo, menurut penerbitnya, ia seorang Muslim saleh yang menjunjung tinggi Islam sebagai agamanya dari buaian sampai masuk liang lahat. Berlatar belakang pendidikan S1 Sejarah IKIP Malang 1964, bekerja di sebuah bank asing di Jakarta. Mempunyai modal pandai tulis menulis human interst dengan berbagai penghargaan, sampai menjadi dosen tamu di Melbourne University Australia. Ia menulis buku " G30S, SEJARAH YANG DIGELAPKAN" 400 hal. Dan diterbitkan oleh Hasta Mitra. Penerbit ini sebelumnya juga telah menerbitkan DOKUMEN CIA,Melacak Penggulingan Soekarno dan Konspirasi G30S.Buku Harsutedjo tidak berpretensi sebagai hasil penelitian ilmiah. Malahan dengan rendah hati ia menyebut diri sebagai penyusun. Uraiannya merupakan sebuah kompilasi yang dirangkum dari berpuluh-puluh sumber literatur dan hasil wawancara dengan mereka yang berkaitan dengan G30S. Kerajinannya ini membuahkan buah tangan sebuah buku bacaan, jika dibaca bak sebuah narasi yang lancar. Dan kerendahan hati juga terpancar dengan pernyataan bahwa buku ini bukan bermaksud untuk meluruskan sejarah. Sebagai buku bacaan umum, enak dibaca, terutama kepada mereka yang menggemari sejarah.SIAPA DALANGNYA ?Dalam bab Tinjauan Kejadian, Harsutejo menulis secara jelas dan rinci dari berbagai dokumen, a.l. dokumen siaran RRI tanggal 1 dan 4 Oktober 1965. Tgl.1 Oktober pkl.13.00 dari pihak G30S tentang penurunan dan penaikan pangkat yang dita
[budaya_tionghua] OOT.Aku hanya bisa membayangkan
Asahan Alham Aidit: Aku hanya bisa membayangkan Ketika kalian berhimpit Di penahanan atau di penjara sempit Dalam udara panas bau busuk dan perut lapar Dikawal serdadu garang perwira kejam Di pembuangan terpencil merahasiakan penyiksaan Ketika pertanyaan hanya menuntut sebuah jawaban Aku penjahat, kami pembunuh, dia penghianat Lalu pukulan, tusukan, teriakan, makian menyertai darah Peristiwa sehari-hari untuk yang hidup maupun yang mati Ketika topan fitnah ditiupkan ke tanah Nusantara Seperti Nero membakar Roma Mahluk Tuhan bermatian tertuduh dosa Neraka telah digelar Yesus dan Mohammad tiada lagi didengar Tuhan membisu dalam teriakan ummatnya di puncak derita Aku hanya bisa membayangkan Ketika sungai-sungai yang bersih Tiba-tiba ternoda berwarna merah Oleh nyawa-nyawa yang telah dihentikan Di luar rencana Tuhan Oleh sekawanan srigala bermuka manusia Sungguh , aku hanya bisa membayangkan Ketika lubang-lubang besar harus digali Untuk yang harus mati ketika sedang hidup Tempurung kepala yang dipecahkan dengan besi Busung lapar yang ditusuk dengan sangkur Wanita hamil yang diperkosa sebelum dikubur Orang-orang tua yang dibenam setelah disiksa Para serdadu yang congkak bermata srigala Para algojo yang disewa memeriahkan pesta Dan aku hanya bisa membayangkan Saudara saudaraku yang dikorbankan Yang mereka tidak mengerti mengapa harus mati Tanpa setetes dosa pada yang menyiksa Tanpa sepatah pembelaan yang boleh dikatakan Tanpa satu bukti dosa yang dapat dituduhkan Mereka hanya menjerit, nyeri luka sepanjang hari lalu mati Aku cuma bisa membayangkan Dari koran-koran dan semua pemberitaan dunia Gambar-gambar mengerikan berita yang menusuk jantung Kepala-kepala bergelantungan di atas pohon Seperti buah zaitun yang rimbun Di sebuah negeri yang telah jadi majenun Para hulubalang berbintang gemerlapan tapi berlumuran Darah bangsanya sendiri saudaranya sendiri Ingin berkuasa di atas samudra bangkai Ingin berjasa dari timbunan pejagalan Ingin surga dari rampasan milik Tuhan Aku sangat bisa membayangkan Semua kebohongan yang dilipat ribukan Dibayangkan akan bisa mengoyak kebenaran Tapi waktu lebih cepat dari cahaya Meski di otak berjalan seperti kura-kura Fitnah mana yang tak akan terbuka Besok atau lusa Bahkan sekarang waktu itu sudah tiba Cahaya benderang menyusul mengiringi waktu Ketika semuanya jelas antara engkau dan aku Antara kami dan kalian Antara fitnah dan kebenaran Antara manusia dan srigala Urusan kita akan juga usai. Hoofddorp 2792005 asahan aidit .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Term
[budaya_tionghua] OOT: "ALHAMDULILLAH".BagIII(16)
ASAHAN ALHAM AIDIT: Roman memoar "ALHAMDULILLAH" Bagian III (16) Merambat Tanah Pemukiman Moskow - 1965 - Peking (II) Di antara anggota Delegasi Partai yang paling saya kenal adalah bung Ajis. Dia seorang supir abang saya. Bung Ajis orangnya sederhana tapi punya kewibawaan, berdisiplin tinggi, ramah tapi juga serius. Bung Eko Darminto, bekas pengawal pribadi abang saya yang kemudian disekolahkan di Moskow bersama saya, adalah seorang yang berbadan besar tinggi, berkulit gelap, tampak perkasa dan memang dia pernah jadi anggota CPM, juga sangat segan pada bung Ajis. Bung Ajis tidak semata hanya seorang supir tapi juga seorang kawan yang mengemban tanggung jawab tinggi atas keselamatan abang saya yang juga bekerja sama dengan bung Eko Darminto. Pertemuan kami yang tidak di sangka-sangka itu dimulai dengan pergurauan lama kami: "korek sambel" yang entah bagaimana secara spontaan terucapkan bersama ketika kami bersalaman pada waktu ketemu di Guest House. Soalnya ketika Bung Ajis disekolahkan di Uiversitas Rakyat yang mengambil Jurusan bahasa Inggris, suatu hari ia bertanya pada saya: "Bung Sulai, saya kok selalu mendengar dosen Inggris saya sering mengucapkan "korek sambel" setiap dia akan memberikan contoh, apa sih artinya". Saya cepat menduga pertanyaannya yang lucu itu. "Itukan maksudnya "For example" kata saya sambil tertawa. Bung Ajis memang sering melucu, tapi bila sedang melakukan tugasnya, ia sangat serius dan kadang-kadang bisa galak juga bila sedang dalam tugas terjadi hal-hal yang kurang beres dan memerlukan reaksi cepat yang biasanya karena kelengahan atau kelambanan pengawal pribadi abang saya. Di saat-saat demikian bung Ajis lalu mengambil komando dan mengambil semua kebijaksanaan. Dia sangat cepat berpikir dan juga cerdas meskipun pendidikan formalnya sederhana saja, tapi ia selalu aktif mengambil bermacam kursus yang diadakan oleh Partai maupun di luar. Abang saya sangat menghormati bung Ajis dan memperlakukan bung Ajis tidak pernah sebagai supir, tapi sebagai kawan yang sederajat, sebagai orang terdekat ketika sedang bertugas bersama meskipun berlainan tanggung jawab dan sifat pekerjaan. Untuk saya bung Ajis, seorang manusia yang sangat menarik untuk dijadikan teman maupun kawan. "Sayang bung Sulai tidak diajak ketemu Ketua Mao, tadi siang". Itu kalimat pertama bung Ajis ketika kami bertemu kembali sejak ketidak ikutsertaan saya bersama delegasi menemui Ketua Mao. "Nah, bagaimana bung Ajis, ceritanya. Cerita dong, nanti saya juga ganti cerita bagaimana saya berduaan dengan si Amoi totok si cantik jelita berdayung dayung di danau". "Ketua Mao, orangnya sangat halus dan santun budinya. Bicaranya pelan dan sangat ramah". "Apa saja isi pembicaraan yang penting-penting, bung Ajis?".Tanya saya tidak sabar. "Mula-mula bung Aidit menceritakan situasi situasi revolusioner yang sudah mulai terasa di Indonesia. Rakyat sudah di belakang Partai dan PKI sudah menjadi Partai yang sangat besar. Ketua Mao mendengarkan dengan penuh perhatian. Lalu ia menanggapi dengan tenang dan sopan, katanya , yang perlu diperhatikan adalah kekuatan Partai di desa-desa, karena di sanalah kekuatan riiel Partai harus berakar dan dari sanalah revolusi akan dimulai". Masih banyak yang diceritakan bung Ajis tentang pertemuan antara delegasi PKI dengan ketua Mao. Itu sedekar pertemuan ramah tamah yang penuh persahabatan dan tidak membuat pernyataan bersama ataupun persetujuan-persetujuan tertentu. Bung Ajis merasa bahagia bisa ikut serta dalam pertemuan itu meskipun pekerjaan atau tugas kongkret dia cuma sebagai seorang supir abang saya tapi telah menjadi anggota delegasi Partai resmi yang sederajat dengan semua anggota delegasi Partai lainnya yang adalah petinggi-petinggi Partai. Saya merasa bung Ajis pantas mendapatkan penghargaan dan juga kehormatan demikian sebagai kawan separtai yang langsung mendampingi dan menyertai abang saya selama tugas-tugas penting yang sering-sering berbahaya itu. Cerita Bung Ajis sangat berkesan pada saya dan pula menambah pengetahuan saya betapa eratnya Persahabatan antara dua Partai, Cina dan Indonesia pada waktu itu. Saya masih diberi kesempatan untuk ikut serta bersama delegasi untuk meninjau ke beberapa tempat obyek ekskursi di sekitar kota Peking, terutama ke pabrik-pabrik dan musium-musium yang sangat menarik dengan penjelasan yang terperinci dari petugas-petugas dari pihak tuan rumah. Ada hal yang sangat menonjol selama ekskursi dan peninjauan itu. Pengawal pribadi abang saya yang baru (pengganti bung Eko Darminto yang ketika itu sedang sekolah di Moskow) punya
[budaya_tionghua] Fw: [wahana-news] Fw: Jangan Buat Masalah Lagi dengan Kata "Pribumi"
Dalam demokrasi tidak seorangpun yang berhak mengatakan: "Jangat buat masaalah! " Setiap orang berhak mengajukan apa yang dianggapnya menjadi masaalah, meskipun sudah ribuan tahun lalu (Ingat masaalah sebab terbunuhnya Tutankhamon lebih kurang 3000 tahun lalu, ternyata , penyebab kematiannya bukan karena di bunuh dalam istana, tapi oleh luka perang pada kakinya). asahan aidit. - Original Message - From: HKSIS To: HKSIS-Group Sent: Thursday, October 06, 2005 4:13 PM Subject: [wahana-news] Fw: Jangan Buat Masalah Lagi dengan Kata "Pribumi" Melempar kembali sebuah tulisan Pak Asvi yang ditulis pada tahun 2002 tentang kata "Pribumi", sangat baik untuk direnungkan bersama. Salam, ChanCT http://www.mesias.8k.com/artikel.htm Asvi Warman AdamJangan Buat Masalah Lagi dengan Kata "Pribumi"PAKAR sejarah Asvi Warman Adam mengingatkan jangan membuat masalah lagi dengan kata "pribumi" seperti dimunculkan dalam Rancangan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Rantap MPR) tentang Rekomendasi Kebijakan untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional (RKMPEN).Seperti diketahui, Jumat (9/8), rapat konsultasi pimpinan MPR dengan pimpinan fraksi dan Komisi B pada Sidang Tahunan (ST) MPR 2002 di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta disepakati penggunaan kata "pribumi" dalam rantap dimaksud. Pertimbangannya, seperti dikutip dari penuturan Ketua Komisi B Rambe Kamarulzaman, majelis melihat selama ini keberpihakkan kepada "pribumi" masih sangat kurang. Padahal, sebagian besar rakyat "pribumi" masih berada di bawah kemiskinan. Hitungan majelis, dari 60 juta rakyat yang menderita di bawah kemiskinan sebagian besar "pribumi".Bertolak dari hal tersebut, kepada KCM yang menghubunginya di Jakarta, Jumat, Asvi mengatakan dirinya terkejut dengan pemakaian kata tersebut. "Pemakaian kata itu membuat kita semua mengalami langkah mundur," kritik Asvi.Asvi yang sepakat bahwa kata "pribumi" dalam khazanah Bahasa Indonesia tidak beranjak dari dikotomi dengan kata "nonpribumi" sampai kini tetap berkonotasi membedakan antara etnis satu dengan lainnya, persis sama dengan yang dulu diterapkan di masa penjajahan kolonial Belanda. Waktu itu, "nonpribumi" diidentikkan, khususnya, dengan warga etnis Cina. "Tapi, itu kan dulu. Kalau sekarang digunakan, ya, saya kira, tidak pada tempatnya lagi," tuturnya.Atas pendapatnya itu, Asvi menuturkan, kata "pribumi" menjadi tidak relevan karena memunculkan perdebatan seputar siapa yang sebetulnya disebut "pribumi". Sebab, dalam pengamatannya, semua "pribumi" pada dasarnya adalah pendatang di suatu wilayah. "Yang mengaku "pribumi" kan pendatang yang lebih dahulu menempati tempat tersebut. Jadi, faktornya adalah siapa yang paling dahulu datang kan," ulasnya.Pun, jika kata itu hendak dimasukkan dalam konteks etnis Cina dan bukan, di masa seperti ini, pembedaan macam itu amat tidak pada tempatnya. Dalam kehidupan sehari-hari, Asvi memberi contoh, warga etnis Cina sudah lebih bebas mengekspresikan diri mereka. "Pertunjukan barongsai kini bisa dilihat di mana-mana," paparnya.Dengan demikian, kata "pribumi" yang dimanipulasi demikian rupa oleh rezim baik Orde Lama maupun Orde Baru dengan berbagai persoalan ketidakadilan selayaknya ditinggalkan. Catatan sejarah memilukan semestinya memang harus dihentikan dengan becermin pada apa yang terjadi di masa lalu.Lalu, langkah mundur penggunaan kata "pribumi", jelas Asvi, harus dibandingkan pula dengan belum tuntasnya kita membahas masalah "Indonesia asli" dalam diskusi amandemen Undang-Undang Dasar 1945 soal Presiden Indonesia. "Kita kan masih belum selesai membahas soal Presiden harus Indonesia asli," ujarnya mengingatkan.Jadi, selain langkah mundur, kemudian, pemakaian kembali kata "pribumi", kalau rantap dimaksud jadi, akan memunculkan masalah krusial di kemudian hari. Oleh karena itu, sudah seharusnya kata tersebut dihilangkan.Sebagai gantinya, Asvi mengusulkan agar dipakai saja kata "ekonomi kerakyatan". Baginya, dua kata itu signfikan untuk dimanfaatkan sebagai lawan dari, contohnya, "ekonomi kapitalis" yang kurang sesuai dengan kondisi rakyat Indonesia. Begitu rentannya kata "pribumi" tersebut akan berbagai perdebatan dan persoalan rawan lainnya hingga Asvi menegaskan sekali lagi," Jangan buat masalah lagi dengan kata pribumi".*(prim)Asvi Warman Adam, peneliti LIPI, doktor sejarah dari Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales, Paris.Sumber: Sarapan Pagi Kompas Cyber Media, Sabtu, 10 Agustus 2002, 11:42 WIB .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese
[budaya_tionghua] OOT.Makna apa dibalik kata "KEBLINGER"pemimpim PKI dalam G30S65
Asahan Aidit: Makna apa dibalik kata "KEBLINGER" pemimpin PKI dalam peristiwa G30S-65? Salah satu dari tiga alasan terjadinya peristiwa 30S-65 yang dikatakan oleh Presiden Soekarno adalah "Keblinger"-nya pemimpin PKI. Ini bisa menimbulkanan bermacam penafsiran, dugaan dan bahkan mungkin memancing kesimpulan, siapa yang sesungguhnya biang keladi terpenting dalam mencetuskan peristiwa mandi darah itu. Sebagai logika umum dari makna kata "keblingernya"pemimpimn PKI dalam hubungan keterlibatannya dengan peristiwa September itu bisa diartikan sbb(sementara): 1. PKI memang terlibat(meskipun bukan satu-satunya): keblinger! 2. Pemimpin PKI-lah yang terutamanya yang terlibat: keblinger! 3. PKI melaklukan tindakan avonturis politik secara spontan: keblinger! 4. Pemimpin PKI telah bertindak sendiri di luar garis umum politik Partai (merebut kekuasaan dengan jalan coup): keblinger! Dan bahkan sesudah nomor 4 itu masih mungkin ditambah hingga beberapa nomor lagi karena memang kata "keblinger"membuka kemungkinan yang sangat luas, tapi untuk memudahkan penganalisaan baiklah dibatasi dengan 4 faktor itu saja. Tapi sebagai kesan umum, dari empat faktor isi dari makna kata "kebilinger"itu adalah tuduhan Presiden Sukarno, bahwa PKI dan pemimpinnya memang terlibat dan terlibat secara bodoh bahkan bisa disebut secara gila-gilaan, diluar perhitungan, di luar akal sehat dan tidak bertanggung jawab. Teoritis, PKI sebagai partai Marxis, mengetahui bahwa dalam merebut kekuasaan negara dan memenangkan revolusi tidak bisa dengan jalan coup tapi di atas dasar kematangan situasi revolusioner yang sudah matang dan kesiapan massa rakyat yang luas serta kesiapan Partai revolusoiner itu sendiri dalam memimpin revolusi di garis terdepan. Jadi dalam situasi yang tidak keblinger, PKI tidak mungkin tiba-tiba menjadi keblinger dan lalu secara spontan bertindak melakukan avonturis besar dan maha berbahaya itu yang juga di luar garis Partai yang mengarah pada cara-cara demikian. Dalam pendidikan intern Partai-pun PKI selalu mengharamkan jalan coup atau avonturisme dalam merebut kekuasaan dan melaksanakan revolusi. Bahkan dalam diskusi-diskusi periodik Partai hingga ke bawah, jalan terorisme dan avonturisme, sangat diharamkan. Lagipula bila dikatakan PKI telah sangat terpengaruh dengan jalan Revolusi Cina yang menempuh jalan dari desa mengepung kota, maka cara-cara keblinger yang spontan, di luar garis umum dan tanpa persiapan yang panjang, tuduhan keblinger itu sangat diragukan. Karena bila demikian, yaitu ,memang kekeblingeran PKI telah melakukan kesalahan-kesalahan besar dan prinsip sbb: 1. Menyalahi dan melanggar garis umum Partai yang telah ditetapkannya sendiri 2. Menyalahi prinsip Marksis dalam menjalankan revolusi 3. Menyalahi jalan Revolusi Cina (Dari desa mengepung kota) yang telah sangat mempengaruhinya. 4.Meninggalkan massa anggota yang tidak dipersiapkan dan tidak siap sama sekali untuk menempuh jalan coup. 5. Melakukan politik avonturis secara total dan itulah yang namanya KEBLINGER dalam arti yang sesungguh-sungguhnya. Tapi lalu masaalahnya, apakah memang demikian. Untuk sampai pada kesimpulan atau tuduhan demikian, harus ada bukti-bukti dan analisa mendalam yang harus bisa dikontrol dan diklopkan apa memang demikian adanya di dalam praktek atau dalam kenyataan. Banyak hal-hal yang hanya orang PKI sendirilah yang bisa menilai sampai dimana mereka bisa dikatakan keblinger atau mungkin hanya tertuduh, terfitnah dan lalu tidak bisa berbuat apa-apa, tidak mungkin membela diri, tidak sempat menerangkan situasi dan yang terpenting mereka telah begitu cepat dihabisi dengan terror. D.N. Aidit cepat dibunuh agar tidak mungkin diajukan dan membela diri di depan pengadilan. Puluhan ribu orang-orang yang dituduh PKI dan anggota PKI di buang ke Pulau Buru dan penjara-penjara lainnya di seluruh Indonesia tanpa pernah diadili hingga Suharto terguling. Hak-hak dasar kemanusiaan puluhan juta korban 65 hingga sekarang belum dipulihkan. Semua kenyataan ini membuktikan kebenaran yang sesungguhhya di balik peristiwa G30S-65 akan selalu ditutup-tutupi yang mula-mula dengan teror, lalu dengan kebohongan, pembodohan massa rakyat dan sekarang ini dengan pemutar balikan sejarah melaui tulisan-tulisan, buku-buku (termasuk yang dibuat oleh penulis asing) yang membikin roman politik atau sastra jurnalis politik yang lebih menyerupai film-film Jackie Chan, yang memang enak ditonton tapi tidak bisa diperlakukan sebagai film-film `yang mengangkat kebenaran sejarah. Tapi dalam ketakutan dan ancaman jiwa yang serius, orang memang bisa keblinger, bisa mengatakan sesuatu yang lain dari apa yang sesungguhnya yang ada di hatinya, bisa menipu musuh dan menipu dirinya sendiri untuk menyelamatkan diri, bisa berhianat, bisa memfitnah teman sendiri bahkan saudara kandung sendiri di depan musuh yang sedang juga super blinger ta
[budaya_tionghua] OOT. JENAKA POLITIKANTA
Relax... JENAKA POLITIKANTA (reaksi bangsa yang sudah beradab terhadap dongeng-dongeng absurd) Seorang pelarian politik Indonesia di Belanda (vluchteling) menceritakan berita yang didengarnya sekitar peristiwa G30S-65 kepada seorang petani Belanda kenalannya. Pelarian Politiki(PP): Wanita-wanita Gerwani dituduh telah memotong kemaluan 7 Jendral yang sudah jadi mayat. Sungguh mengerikan. Petani Belanda(PB): Apakah kepunyaan para Jendral itu lebih panjang untuk dicangkokkan pada suami-suami mereka ? Mengapa tidak mengimport dari Belanda saja. Di kamar tunggu sebuah rumah sakit mata, seorang PP menceritakan berita yang dibacanya di koran Indonesia kepada teman Belandanya yang ikut mengantarkannya, katanya, telah ditemukan alat pencungkil mata di sebuah rumah orang PKI yang dituduh melakukan pencungkilan mata terhadap mayat 7 jendral yang mereka bunuh. Reaksi teman PP: Tentu alat itu mereka curi dari sebuah kamar operasi di rumah sakit mata. PP: Tidak, mereka buat sendiri Teman Belanda: Untuk apa? PP: Barangkali untuk bikin telor mata sapi Teman Belanda: Saya tidak mengerti PP: Saya juga tidak mengerti Seorang PP yang lain menceritakan cerita yang lain lagi pada seorang teman Belanda-nya ketika mereka sedang mengunjungi Kebun Binatang "Artis"di Amsterdam. PP: 7 Jendral Indonesia dibunuh secara kejam di Lubang buaya, lalu PKI yang disalahkan. Teman Belanda: Rupanya bangsa kalian juga bangsa penghemat seperti bangsa Belanda. Buaya lapar lebih hemat dari rentetan peluru. PP: Lubang buaya itu nama tempat bukan... Teman Belanda: Buaya lapar tidak pandang tempat atau pangkat, dari Jendral hingga prajurit semua dia makan. Tapi siapa pemilik peternakan buaya itu? PP: eee...Suharto! Teman Belanda: Sudah saya duga sejak mula. Dan ketika dalam suatu acara mengantarkan jenazah seorang teman senasib, sambil minum kopi di ruang tunggu, seorang PP menceritakan cerita lama yang didengarnya sekitar perbuatan GERWANI yang menyanyikan dan menarikan "TARI HARUM BUNGA" di sekitar 7 mayat para Jendral yang telah dibunuh yang sudah tak karuan tubuhnya akibat disayati dengan pisau silet oleh wanita-wanita GERWANI. PP: sungguh tak bisa saya bayangkan, wanita-wanita Indonesia yang terkenal ramah tamah dan lemah lembut itu bisa berbuat sadis sedemikian rupa. Teman Belanda: Saya juga tidak. Tapi apakah mereka tahan bau mayat yang sudah begitu rusak, apakah tehnik pengawetan di negeri kalian sudah begitu majunya. Seorang teman Belanda bertanya pada seorang PP sahabatnya. Teman Belanda: Kapan kamu akan pulang ke Indonesia PP: Kalau ajaran Marxis sudah benar-benar hilang dari dari otak seluruh orang Indonnesia Teman Berlanda: Kapan itu akan terjadi PP: Kalau hari sudah kiamat Teman Belanda: Saya tidak mengeti PP: Apa kamu kira saya juga mengerti Kiriman asahan aidit. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] OOT. KOMEDIA SEPTEMBRIA ANAM LIMA
Relax... KOMEDIA SEPTEMBRIA ANAM LIMA ( Drama dan tragedi peristiwa G30S-65 adalah juga komidi dalam senyum yang dikulum) RALAT: D.N.Aidit ketika akan ditembak oleh seorang perwira tinggi Suharto masih sempat meneriakkan: ...HIDUP PKI !!! Sang perwira tinggi jadi latah dan serta merta meneriakkan: HIDUP DEWAN REVOLUSI!!! dan lalu dor! dor! dor!...Aidit rebah seketika tapi sang perwira tinggi cepat menyedari kesalahannya dan lalu berkata: - Hei, Aidit, jangan mati dulu, tadi maksuk saya HIDUP DEWAN JENDRAL! Seorang serdadu pengawal maju ke depan menghampiri atasannya sang perwira tinggi dengan moncong senjata ke arah sang perwira lalu mengatakan: - Kesalahan bapak saya maafkah karena bapak telah membunuh ketua PKI RIWAYAT ATAU ASAL- USUL KATA "KEBLINGER": Ketika Suharto sudah menguasai situasi dan Presiden Soekarno paraktris sudah menjadi tawanannya, ia lalu bilang sama Presiden Soekarno. SUHARTO: "Begini saja Pak, karena seluruh rakyat sudah mengutuk PKI yang mendalangi G30S-PKI, untuk keselamatan Bapak, saya kira bapak juga harus mengutuk PKI". Presiden Soekarno cepat menyedari posisinya yang lemah dan juga berpikir tentang keselamatannya yang diancam Suharto itu lalu mengatakan: SOEKARNO:"Baiklah nanti akan saya kutuk dalam NAWAKSARA isi pidato saya di MPR". Dalam sidang MPR. SOEKARNO: "Yang menjadi dalang peristiwa 30 September sesungguhnya adalah kaum NEKOLIM dan CIA, saudara-saudara sekalian..." Seorang anggota MPR yang agresiv tiba-tiba meng-interupsi pidato bung Karno: : "Jangan umum-umum begitu Pak, sebutkan siapa dalang yang sesungguhnya!!!" SOEKARNO: "Ya, baiklah, yang saya maksudkan adalah kaum reaksioner dalam negeri itu lho..." Tapi seorang anggota MPR yang lebih agresiv lagi dengan suara lantang memotong kata bung Karno. Anggota MPR: "Jangan plintat-plintut Pak, atas nama rakyat, nasib bapak akan diadili, bilang terus terang siapa dalang satu-satunya peristiwa G30S-PKI!!!" SOEKARNO: "Ya, itulah, maksud saya para pemimpim PKI yang KEBLINGER itu." Seluruh anggota MPR bertepuk tangan dengan gemuruhnya. SALING MENYALAHKAN: Sesudah kekalahan G30S-65 , Partai-Partai Komunis luar negeri saling menyalahkan yang terutama menyalahkan PKI. Partai Komunis Sovyet: "Kami kan sudah bilang pada PKI, jangan mengutuk REMO, ikut-ikutan Partai Komunis Cina. Nah, sekarang begini ini akibatnya, kami terpaksa tidak bisa membantu, yang kami bantu justru musuh kalian". Partai Komunis Cina: "Kesalahan PKI itu karena tidak mau mengikuti jalan revolusi Cina dan hanya mendengarkan kata REMO yang menjerumuskan. Kami juga terpaksa tidak bisa bantu, abis garisnya sudah salah begitu kok". Partai Komunis Perancis dan Itali: "Kalo mau jalan damai yang sungguh-sungguh, ya jalan damainya kami ini. Abis PKI kegedean bacot sih, pakek nakut-nakutin Nekolim segala. Mbok yang sopan kalo ngomong sama kaum reaksioner. Kalian tu gimana sih. Brontak nggak genah, damai juga sambil ngumumin perang, nah itulah kalo nggak mau belajar dari kami..." Tiba-tiba bangkai Trotsky bangkit dari kuburannya setelah membebaskan diri dari peti mayatnya yang sudah lapuk, tidak sabar mendengarkan perdebatan yang dianggapnya absurd. Bangkai Trotsky: "Dasar pada goblok semua. Tiga juta pada mampus justru karena kalian tidak mau brontak nurutin penghianatan Stalin. Kalian semua Partai Stalinis, korban penghianatan Stalinis, tahu nggak, goblok, goblok, goblok!!! Kalo kalian nggak punya otak, nih, saya bagi- bagi". Bangkai Trotsky lalu kembali ke peti mayatnya dan mengambil sebuah kapak kiriman Stalin yang mengahiri hidupnya berpuluh puluh tahun lalu dan lalu mengapak batok lepalanya yang tinggal setengah itu. Seorang anggota PKI yang masih hidup yang sejak tadi diam saja menyaksikan perdebatan itu lalu berkata. Anggota PKI: "Lho, kawan Trotsky, yang keluar dari batok kepala kawan, kok cuma tanah, mana otaknya?" Kiriman asahan aidit. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] OOT.Seluruh bangsa adalah keblinger
Asahan Aidit: Dalam peristiwa G30S-65 seluruh bangsa adalah keblinger Tapi yang terutamanya adalah Suharto sendiri. Dimulai dengan membunuh 7 Jendaral dan diahiri dengan pembunuhan berjuta-juta orang yang tidak bersalah termasuk anggota-anggota PKI beserta simpatisannya. Seluruh kekuatan reaksioner dalam negeri yang bekerja sama dengan CIA telah nyata-nyata keblinger. Tidak ada satu pihakpun yang terlibat langsung maupun tak langsung dalam peristiwa G30S-65 , bisa merasa dirinya tidak keblinger. Itu semua adalah kesesatan pikiran dan tindakan gila-gilaan yang tak terperikan kejam dan biadabnya terhadap kemanusiaan dan terhadap bangsa Indonesia khususnya. Karenanya kalau hanya dituduhkan pada pimpinan PKI saja yang keblinger, adalah sangat idak adil, tidak obyektif dan juga tidak benar. Yang benar, semuanya dalam keadaan keblinger, mabuk kuasa, mabuk darah dan mabuk kejayaan oleh kesesatan dan kepanikan ideologi dan kemerosotan moral politik maupun moral kemanusiaan. asahan aidit. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Re: Seluruh bangsa adalah keblinger?
ya salah atau punya dosa yang mestinya minta maaf. Dan bukan sebaliknya. Dan di sinilah politik:dia sebuah logika, analisa historis dan kontemporer dan argumentasi yang bisa diterima akal sehat dan bukan "sportivitas"di depan musuh politik yang tak akan pernah melakukan hal itu. asahan aidit. - Original Message - From: ChanCT To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, October 13, 2005 5:04 AM Subject: [wahana-news] Re: Seluruh bangsa adalah keblinger? Bung Asahan yth, Wah, pernyataan seluruh bangsa keblinger sih agak keterlaluan juga, ya. Apalagi dinyatakan seluruh bangsa mabuk kuasa. Siapa yang mabuk kuasa? Itukan cuman segelintir elite saja, kenapa mesti dibawa-bawa rakyat tidak berdosa, ya. Mereka-mereka itu betul-betul tidak tahu apa-apa, kok. Tahu-tahu ditangkap, dipenjara, atau, ... dibantai dengan tidak tahu-menahu apa salahnya, apa dosanya! Bagaimana bisa dikatakan keblinger? Satu lagi, menjadi lebih salah kalau dikatakan jenderal Soeharto juga keblinger. Jenderal Soeharto adalah satu-satunya orang yang tidak keblinger, tapi yang betul-betul cerdik-pandai (baca sangat licik) dan berhasil mencapai tujuannya. Bukankah itu berarti orang yang sok pinter tapi melakukan kesalahan yang sangat bodoh? Salam, CahanCT - Original Message - From: BISAI To: WAHANA ; BUDAYA TIONGHUA Sent: Thursday, October 13, 2005 5:26 AM Subject: [wahana-news] OOT.Seluruh bangsa adalah keblinger Asahan Aidit: Dalam peristiwa G30S-65 seluruh bangsa adalah keblinger Tapi yang terutamanya adalah Suharto sendiri. Dimulai dengan membunuh 7 Jendaral dan diahiri dengan pembunuhan berjuta-juta orang yang tidak bersalah termasuk anggota-anggota PKI beserta simpatisannya. Seluruh kekuatan reaksioner dalam negeri yang bekerja sama dengan CIA telah nyata-nyata keblinger. Tidak ada satu pihakpun yang terlibat langsung maupun tak langsung dalam peristiwa G30S-65 , bisa merasa dirinya tidak keblinger. Itu semua adalah kesesatan pikiran dan tindakan gila-gilaan yang tak terperikan kejam dan biadabnya terhadap kemanusiaan dan terhadap bangsa Indonesia khususnya. Karenanya kalau hanya dituduhkan pada pimpinan PKI saja yang keblinger, adalah sangat idak adil, tidak obyektif dan juga tidak benar. Yang benar, semuanya dalam keadaan keblinger, mabuk kuasa, mabuk darah dan mabuk kejayaan oleh kesesatan dan kepanikan ideologi dan kemerosotan moral politik maupun moral kemanusiaan. asahan aidit. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] OOT: SELAMAT LEBARAN
Selamat Hari Raya Aidul Fitri 1 Syawal 1426 Maafkan lahir batin atas semua kata yang telah terlanjur yang tidak ramah maupun yang menyinggung perasaan (termasuk pada lawan-lawan debat saya) selama bermilis di "budaya tionghoea", "WAHANA" dan"HKSIS". asahan aidit. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.