[keluarga-islam] Re: halal haram=Kaidah Dasar
Assalamu 'alaikum wr. wb. Mas Wandy, Sepatutnya anda dapat membedakan mana ibadah yang sudah ditentukan tata-caranya (mahdhoh) dan ibadah yang ghoiru mahdhoh. disini menurut saya titik koncinya. Kalau masalah sholat jum'at memang sudah ditentukan tata-caranya, begitu juga dengan tata-cara sholat wajib lainnya, sudah ditentukan tata-cara dan waktunya. Begitu juga tentang pelarangan waktu/saat sholat sunnah sudah ditentukan juga oleh Rasulullah SAW, misalnya setelah subuh, saat matahari diatas kepala dan setelah ashar. Tapi karena tidak ada larangan lain selain ketiga hal ini, dan sudah ada perintah untuk melakukan sholat sunnah (mutlak) sebanyak- banyaknya, maka kapanpun kita lakukan sholat sunnah mutlak ya boleh2 saja. Misalnya anda sanggupnya sholat sunnah mutlak sebelum atau sesudah mandi, boleh juga. Atau anda sanggup sholat sunnah mutlak sebelum tidur atau setelah bangun tidur, itu juga boleh. Walaupun hal itu tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang berupa sunnah muakkadah maupun ghoiru muakkadah, bukan berarti melakukan sholat-sholat sunnah mutlak itu terlarang dan bid'ah dholalah, karena perintah memperbanyak sholat sunnah sudah ada dalilnya, soal waktu yang dilarangpun sudah jelas dan terang. yang penting tata-cara atau rukun-rukun sholat yang sudah ditentukan jangan diapa-apain. soalnya waktunya ya terserah sempatnya kita kapan mau melakukan sholat sunnah mutlak itu, berapa banyakpun hingga 1000 rakaat sehari, kalau anda sanggup ya boleh-boleh saja.Asalkan tata- cara dan waktu-waktu yang sudah jelas dilarang jangan kita langgar. Dan walaupun tidak ada contohnya soal waktu-waktu ini, anda tetap mendapatkan pahala karena sudah melakukan kebaikan (bid'ah hasanah) yaitu sholat sunnah itu dengan jumlah yang cukup banyak, namun demikian bila sanggup mengikuti contoh/sunnah maka itu lebih afdhol lagi, tapi bila tidak mengikutipun bukan berarti bathil/sesat. Ini menurut hemat saya tidak melanggar sabda Rasulullah: Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak di atas perintah kami maka amalannya itu tertolak. Karena sholat sunnah mutlak itu memang bukan amalan baru, dan itu juga sudah diperintahkan untuk sholat sunnah sebanyak-banyaknya, asalkan jangan melanggar larangan waktu-waktu sholat tersebut. Begitu juga zikir2, tahlil dan tahmid, sholawat dan bacaaan-bacaan Al- Qur'an. mau dilakukan kapan saja tidak dilarang karena memang tidak ada larangan, mau dilakukan sebanyak-banyaknya memang dianjurkan, mau dilakuakan bersama-sama secara berjamaah ataupun munfarid ya gpp, yang penting baca-bacaan zikir, tahlildan tahmid atau ayat Al-Qur'an itu semua bukan berupa kalimat baru yang tak ada dalilnya, soal teknisnya ya terserah kita. gitu lho maksudnya ente faham...?? :) wassalam, arland-jkt. --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Seperti yang saya katakan Pak Faqih, bahwa aktifitas kita sesungguhnya terbagi menjadi dua macam. Pertama aktifitas yang khusus untuk Ibadah, kedua aktifitas yang berhubungan dengan kduniaan (muammalah). Aktifitas yang khusus untuk ibadah inilah yang harus dilakukan berdasarkan perintah/anjuran dengan tatacara dan aturan yang sudah ditentukan dan dicontohkan oleh Rasulullah. Contohnya seperti yang baru saja kita lakukan yaitu sholat Jum'at. Mengapa kita melakukan sholat Jum'at? Karena ada dalil yang memerintahkannya. Bolehkah kita sholat jumat dengan tatacara semau kita? Tentu tidak, melainkan harus mengikuti apa yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah, yaitu salah satunya dengan didahului oleh dua khutbah terlebih dahulu. Kalau dibalik bagaimana... sholat dulu, baru khutbah? Ya tetap saja tidak boleh, karena Rasulullah mencontohkan kepada kita Khutbah dulu baru sholat. Lho, kan tidak ada dalil yang melarangnya..? Ibadah itu dilakukan atas dasar perintah dan dilaksanakan sebagaimana yang ditetapkan/dicontohkan Rasulullah, jadi bukan semau kita dengan alasan tidak ada dalil yang melarangnya. Sebagaimana sabda Rasulullah: Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak di atas perintah kami maka amalannya itu tertolak. Sebaliknya aktifitas yang berhubungan dengan keduniaan (muammalah), tidak memiliki tatacara dan aturan yang baku. Karena hukum asalnya (sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran) itu boleh/halal untuk dikerjakan selama tidak ada dalil yang melarangnya dan mengharamkannya, maka setiap muslim diberi kebebasan untuk mengembangkan kreatifitasnya. Contohnya adalah seperti apa yang kita kerjakan sekarang, email-email-an atau berinternet ria. Adakah perintah untuk berinternet? Tidak. Adakah dalil yang melarangnya? Tidak juga. Jadi, bolehkah kita melakukan aktifitas berinternet? Boleh, asalkan tidak mengandung unsur yang dilarang syariat. Apa misalnya? Browsing ke situs porno, menyebarkan berita fitnah, menggunjung di milis, dsb... :) Aktifitas keduniaan (muammalah) bukan berarti tidak ada ada hubungannya dengan
Re: [keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak hitungan. Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih, bisa memuji keMaha-MuliaanNya. Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya bagai Allah). Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan Tuhan. Diri seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari kesadaran itulah, lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa Tuhan sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar. Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan terukur. Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang disesuaikan dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak pula kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang tahu kenapa tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul yang besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep saja yang tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja. Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-hamdu lilah 33 kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan terbaca sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif terbaca sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka total berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, jumlahnya 14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika benar-benar dibaca secara sungguhan dan diresapi. Logikanya, jiwa sesorang muslim mesti bisa bersih, bisa pandai bersyukur, bisa menyadari keterbatasan jika dia membaca wiridan di atas secara aktif dan teresapi dalam satu bulan. Dilanjutkan dengan membaca kalimah tahlil La ilah illa Allah, Tiada Tuhan selain Allah. Sekian kali. Lalu berdoa. Berdoa memohon kebaikan di Dunia dan kebaikan di Akhirat. Sungguh rangkaian bacaan yang bagus dan sangat religius. Haruskah wiridan dilakukan dengan duduk setelah usai shalat seperti kebiasaan kita? Ya tidak. Bisa saja Anda berwiridan, membaca-baca kalimah thayyibah sambil tiduran, dengan jalan-jalan, termasuk dengan jungkiran sekalipun. Ayat studi ini memberi kebebasan cara berdzikir, yakni sambil berdiri, duduk atau tiduran fadzkuru Allah qiyama wa qu'uda wa 'ala junubihim .
[keluarga-islam] Re: halal haram=Kaidah Dasar
Wa'alaikum salam wr wb... Bang Arland, bagaimana dengan keterangan berikut: Dari Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu 'anhu, bahwa dia melihat seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang tersebut berkata, Wahai Abu Muhammad (nama panggilan Sa'id bin Musayyab), apakah Allah akan menyiksa saya karena shalat? Ia menjawab : Tidak, tetapi Allah akan menyiksa kamu karena menyalahi Sunnah (HR Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra II/466) Adakah dalil yang melarangan sholat SUNNAH fajar LEBIH dari dua rakaat? Kenapa sahabat melarang orang melakukan sholat sunnah fajar lebih dari dua rakaat? Itu semua karena sahabat tersebut mengetahui bahwa Rasulullah sepanjang hidupnya mencontohkan melaksanakan sholat Sunnah Fajar HANYA dua Rakaat, walaupun tidak ada dalil yang melarangnya. Diriwayatkan oleh Nafi' Radhiyallahu 'anhu, Seseorang bersin di samping Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhu, lalu ia berkata, 'Alhamdulillah wassalamu 'ala Rasulih (segala puji bagi Allah dan kesejahteraan kepada RasulNya)'. Maka Ibnu Umar berkata, Dan saya mengatakan, Alhamdulillah wassalamu 'ala Rasulillah. Tetapi tidak demikian Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam mengajarkan kami. Beliau mengajarkan agar kami mengatakan, Alhamdulillah 'ala kulli hal (segala puji bagi Allah dalam segala hal) (HR Tirmidzi 2738, Hakim IV/265-266, Harits bin Usamah Al-Baghdadi dalam Musnadnya 200) Bahkan untuk SEKEDAR menjawab bersin pun kita diminta untuk mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah. Sufyan bin Uyainah berkata, Saya mendengar bahwa seseorang datang kepada Malik bin Anas Radhiyallahu 'anhu lalu berkata, Wahai Abu Abdullah (nama panggilan Malik), dari mana saya ihram? Ia berkata, Dari Dzulhulaifah, tempat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ihram Ia berkata, Saya ingin ihram dari masjid dari samping makam (nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam), Ia berkata, Jangan kamu lakukan. Sebab saya mengkhawatirkan engkau tertimpa fitnah, Ia berkata, Fitnah apakah dalam hal ini? Karena aku hanya menambahkan beberapa mil saja! Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Sesungguhnya Allah berfirman, 'Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih '[An-Nuur : 63] (HR Al-Khatib Al-Baghdadi dalam Al-Faqih wal Mutafaqih I/148, Abu Nu'aim dalam Al-hilyah VI/326, Al-Baihaqi dalam Al-Madhal : 236, Ibnu Baththah dalam Al-Ibanah : 98 dan Abu Syamah dalam Al-Ba'its : 90) Dan masih ada banyak contoh riwayat seperti diatas yang menunjukkan bahwa dalam ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah haruslah mengikuti petunjuk Rasulullah, dan tidak boleh merekayasa sendiri. Kalau ibadah sunnah boleh dilakukan semaunya, kenapa tiap tahun kita mesti meributkan sholat tarawih 8, 20, atau 40 rakaat? Kan tidak ada dalil yang melarang kita mau sholat 8, 20, 40, atau bahkan 100 rakaat... Oh, ternyata baik yang 8, 20 atau 40 itu masing2 memiliki dalil yang dianggap paling kuat toh Ya ndak apa2, itu hanya masalah ikhtilaf ulama, yang penting masing2 memiliki landasan bahwa Rasulullah atau pun Sahabat pernah melakukan amalan sholat tarawih dengan jumlah seperti yang sekarang mereka kerjakan... Yang penting jangan ngarang sendiri misalnya melaksanakan sholat taraweh 100 atau 1000 Rakaat, ini baru namanya Bid'ah... hehehe.. Mudah2an dapat difahami. Salam :) WnS --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, arland_hmd098 [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu 'alaikum wr. wb. Mas Wandy, Sepatutnya anda dapat membedakan mana ibadah yang sudah ditentukan tata-caranya (mahdhoh) dan ibadah yang ghoiru mahdhoh. disini menurut saya titik koncinya. Kalau masalah sholat jum'at memang sudah ditentukan tata-caranya, begitu juga dengan tata-cara sholat wajib lainnya, sudah ditentukan tata-cara dan waktunya. Begitu juga tentang pelarangan waktu/saat sholat sunnah sudah ditentukan juga oleh Rasulullah SAW, misalnya setelah subuh, saat matahari diatas kepala dan setelah ashar. Tapi karena tidak ada larangan lain selain ketiga hal ini, dan sudah ada perintah untuk melakukan sholat sunnah (mutlak) sebanyak- banyaknya, maka kapanpun kita lakukan sholat sunnah mutlak ya boleh2 saja. Misalnya anda sanggupnya sholat sunnah mutlak sebelum atau sesudah mandi, boleh juga. Atau anda sanggup sholat sunnah mutlak sebelum tidur atau setelah bangun tidur, itu juga boleh. Walaupun hal itu tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang berupa sunnah muakkadah maupun ghoiru muakkadah, bukan berarti melakukan sholat-sholat sunnah mutlak itu terlarang dan bid'ah dholalah, karena perintah memperbanyak sholat sunnah sudah ada dalilnya, soal waktu yang dilarangpun sudah jelas dan terang. yang penting tata-cara atau rukun-rukun sholat yang sudah ditentukan jangan diapa-apain. soalnya waktunya ya
[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
Memang seperti inilah yang seharusnya kita lakukan dalam beribadah. Apa2 yang sudah diajarkan rasulullah, lakukanlah apa adanya tanpa menambah atau mengurangi dan tanpa harus bertanya kenapa dan kenapa... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah TIDAK ADA NASH YANG TEGAS MELARANG. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. =
[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
Terimakasih Pak Budi Inilah bukti bahwa ibadah adalah berdasarkan perintah/Dalil, dan bukan berdasarkan larangan... Kenapa tidak dibaca 100, 200, atau 1000, kan tidak ada dalil yang melarangnya? Ya, karena Rasulullah mengajarkan cuma 33, sudah cukup lakukan saja, dan jangan tanya kenapa dan kenapa.. Hanya Allah dan RasulNya saja yang tahu apa rahasia dibalik angka 33 itu... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila [EMAIL PROTECTED] wrote: Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak hitungan. Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih, bisa memuji keMaha-MuliaanNya. Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya bagai Allah). Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan Tuhan. Diri seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari kesadaran itulah, lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa Tuhan sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar. Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan terukur. Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang disesuaikan dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak pula kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang tahu kenapa tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul yang besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep saja yang tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja. Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al- hamdu lilah 33 kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan terbaca sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif terbaca sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka total berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, jumlahnya 14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika benar-benar dibaca secara sungguhan dan diresapi. Logikanya, jiwa sesorang muslim mesti bisa bersih, bisa pandai bersyukur, bisa menyadari keterbatasan jika dia membaca wiridan di atas secara aktif dan teresapi dalam satu bulan. Dilanjutkan dengan membaca
[keluarga-islam] Pernikahan Yang Produktif
Pernikahan yang Produktif sumber : http://akmal.multiply.com/journal/item/401 assalaamu'alaikum wr. wb. Wah, ada buku baru nih! kata seorang teman. Buku apa? Buku love story antara Rasulullah saw. dan Khadijah ra.! O ya? Menarik juga, ya! Sepertinya memang Khadijah ra. itulah istri Rasulullah saw. yang paling istimewa. Padahal istri-istrinya yang lain pun tidak ada yang tidak istimewa. Ya, tapi beda level, lah ! Beda level bagaimana? Khadijah ra. `kan istri Rasulullah saw. yang setia mendukungnya di saat-saat penuh kesusahan di masa awal dakwah di Mekkah. Kalau istri-istri beliau yang lain sih, kasarnya nih, tinggal enaknya aja! Saat beliau menikahi istri-istri yang lain, beliau `kan sudah menjadi pemimpin besar di Madinah. * * * * * * * Ya, memang benar. Saya pribadi belum pernah mendengar ada pernikahan lain yang lebih produktif daripada pernikahan Rasulullah saw. dengan Khadijah ra. `Aisyah memang paling muda, paling pintar, dan konon, juga paling cantik. Tapi semua aset dalam dirinya itu masih saja `beda level' dengan Khadijah ra. Itulah sebabnya Rasulullah saw. seringkali menyebut-nyebut dan memuji-muji nama Khadijah ra., jauh setelah istri pertamanya itu wafat. Hal yang paling sering dibahas oleh orang-orang dari kisah cinta mereka adalah bahwa Rasulullah saw. lebih lama bermonogami daripada berpoligami. Sama sekali tidak salah. Hanya saja, ada hal lain yang bisa digali dari sana. Mengapa dalam masa-masa awal dakwahnya di Mekkah yang penuh kesulitan itu Rasulullah saw. merasa cukup dengan seorang Khadijah ra. sebagai pendamping hidupnya? Perlu diingat, bahwa pernikahan ini tidak dimulai dengan pinangan dari pihak Rasulullah saw., melainkan justru Khadijah ra.-lah yang menawarkan dirinya melalui perantara. Lelaki ini begitu tinggi kemuliaan akhlaq-nya hingga seorang perempuan terhormat yang dimuliakan di Mekkah mau menawarkan diri untuk menjadi istrinya. Tambahan lagi, perempuan itu adalah saudagar yang mempercayakan perdagangannya kepada Rasulullah saw. Dengan kata lain, beliau dulunya adalah `atasan' dari sang al-Amin. Lelaki yang mampu meluluhkan hati perempuan semulia Khadijah ra. sedemikian rupa, menurut keyakinan saya pribadi, takkan mengalami kesulitan untuk mendapatkan beberapa perempuan lain yang mau dijadikan istri. Toh, masyarakat jahiliyah pada masa itu sudah terbiasa dengan poligami yang tanpa aturan. Kenyataannya, beliau merasa cukup dengan Khadijah ra. Inilah pernikahan yang paling produktif yang pernah ada di seluruh dunia! Sesudah Jibril menampakkan dirinya dan membuat Muhammad saw. lari ketakutan, siapa yang menyelimuti beliau dengan kehangatan dan menghiburnya dengan ucapan yang tidak sedikitpun dikotori oleh rasa ragu? Abu Bakar ra. diberi gelar ash-shiddiq karena selalu membenarkan Rasulullah saw., namun ia hanyalah back up dari Rasululah saw. yang amat yakin dengan dakwahnya. Ingatlah bahwa di sisi Rasulullah saw. ada seorang istri setia yang tidak pernah sedetik pun ragu pada suaminya, bahkan ketika Rasulullah saw. ragu dengan penglihatannya sendiri. Apakah yang tadi itu benar malaikat, atau syaithan? Khadijah ra.-lah yang memantapkan hati beliau, padahal ia tidak bersamanya ketika Jibril datang. Khadijah ra.-lah yang `pasang badan' demi dakwah, ketika umat Islam masih sangat sedikit dan dikepung oleh kekuatan musyrik dari segala arah. Semua kekayaan dan kemuliaan yang sudah dimilikinya benar-benar dibaktikan demi misi suci sang suami. Jika Anda memuji Abu Bakar ra. karena kesetiaannya, Umar ra. karena keberaniannya, dan Ali ra. karena keperkasaannya, maka setidaknya janganlah melupakan perempuan mulia yang satu ini. Ketika Rasulullah saw. dan para pengikutnya diboikot, adakah Khadijah ra. mengeluh dan mengingat-ingat kejayaannya di masa lalu? Pernahkah keluar satu kata cemooh dari lidahnya karena menyesali keputusannya untuk menawarkan diri pada salah satu pedagang yang bekerja untuk dirinya itu? Demi Allah, sejarah tidak pernah mendengar keburukan semacam itu datang dari pribadi Khadijah ra.! Inilah pernikahan yang paling produktif. Dua orang manusia dipersatukan, kemudian bahu-membahu di jalan dakwah, bukannya larut dalam kebahagiaan berdua. Manusia yang sedang dimabuk cinta memang merasa dunia milik berdua, namun untuk semua hal ada waktu-waktunya. Rasulullah saw. dan Khadijah ra. telah memberi contoh kepada kita bagaimana sebuah pernikahan semestinya mempengaruhi hidup kita. Sungguh aneh umat ini, karena mengaku meneladani Rasulullah saw. namun bersikap jauh dari apa yang dicontohkannya. Mereka yang sudah menikah tiba-tiba saja bersikap seolah-olah waktunya habis. Tidak ada lagi waktu untuk dakwah, tidak ada lagi waktu untuk mengurusi teman, tidak ada kesempatan lagi untuk mencermati kebutuhan umat, dan tidak ada energi lagi untuk bersikap kritis terhadap keadaan. Seorang teman pernah berkata pada saya : Lu harus aktif, mumpung belum nikah! Dagelan macam apa lagi ini? Saya menikah untuk meningkatkan
[keluarga-islam] Re: Undangan Milis Moderator (Hanya untuk Moderator)
Assalamu'alaikum wr.wb. Yth Mas Dodi. Terimakasih atas responnya. Aku tanggepin dikit ya. Positif, ya. Penilaiannya terserah masing-masing. Jika merasa punya misi positif ya monggo. Kalo nanti para moderatornya ternyata 'gak terima', ya mereka cuman jalanin tugas aja. Kaitannya dengan orientasi milisnya, bukan dengan positif atau tidaknya. Mereka sendiri, pasti punya ukuran positif itu kayak apa. Tapi yang jelas, positif itu pan luar biasa luasnya. Jadi, nggak perlu khawatir duluan. Coba aja. Try. You'll know. Secara pribadi, aku melihatnya dari segi kita sebagai individu. Setiap kita toh pasti pengen yang positif-positif kan? Itu saja, sudah bisa menjadi kesepakatan pendahuluan. Intinya, hal atau keinginan positif itu pan perlu diomongin. Jadi orang langsung tahu, woooh gito to Kalo nggak, kan bakal simpang siur nantinya. Kalo sampeyan punya hal-hal positif sekitar 10.000 item, orang lain juga punya 10.000 item, dijamin lebih dari 90 persen pasti sama deh (itung deh kalo gak percaya, he...he...he...). Banyakan samanya daripada bedanya. Kalo moderator milis keluarga-islam, moderator milis bakso, dan moderator milis vw kodok gabung, Insya Allah masih bisa deh berdampingan. Makan bakso di dalam vw kodok. Di depan masjid abis shalat dhuhur. Catatan itu diberikan, untuk menunjukkan orientasi yang bersahabat. Bayangkan kalo catatan itu bunyinya begini hanya untuk milis yang membawa nilai negatif. Lha sampeyan ya pasti lebih binun lagi kan? Maxudnya sih, kalo ngomong positif, itu berarti TST-lah. Kalo emang positif ama positif, Insya Allah nggak tabrakan deh. Nggak kayak besi magnet. Soal dimoderasi, itu adalah konsekuensi keinginan. Milis pan pasti punya dasar, yaitu interest alias minat. Trus, dari situ muncul impian, milisnya mau kayak apa ya? Mimpi itu gak bakal jalan sendirian, harus digawangi. Setengah hati, ya. Soalnya hati setiap orang memang setengah- setengah. Setengahnya positif, setengah lagi negatif. Pan bukan malekat. Dibanned? Lha! Berapa yang udah dibanned dari sono? Mulai aja belon... BTW: Ente moderator? Udah deh bang... tenang aja, semua aman kok. Gabung ya? Wassalamu'alaikum wr.wb. Ikhwan Sopa Moderator Milis Moderator. --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, dodindra [EMAIL PROTECTED] wrote: Ass.Wr.Wb. Om Popa yang baik, ajakan ini merupakan hal positip, sebagai ajang silaturohmi. Mohon maaf sebelumnya ya, kok ajakan ini rasanya setengah hati. Gini alasannya : ada kata-kata : Catatan: 1. Milis ini hanya menerima moderator dari milis yang bernilai POSITIF. 2. Milis ini DIMODERASI . Siapa yang menilai sesuatu Milis yang bernilai positip ?Apa acuannya ? lalu, Kenapa mesti DIMODERASI ? biasanya sich...milis yang dimoderasi adalah milis tertutup, yang hanya mau menerima dari golongannya saja, dan ujungnya, ketika ada yang bukan golongannya, ya dibanned lah, tanpa ada penjelasan yang rasional, walau ajakan bergabungnya disebar kemana-mana. Mohon maaf lho, ini hanya komentar pribadi, silahkan para Moderator kalau mau gabung, dan mohon dijelaskan lho oleh om POPA komentar saya ini...nuhun... wassalam, dodi
[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
Enak sekali ... cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan. Mohon di kritisi ... wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila [EMAIL PROTECTED] wrote: Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak hitungan. Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih, bisa memuji keMaha-MuliaanNya. Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya bagai Allah). Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan Tuhan. Diri seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari kesadaran itulah, lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa Tuhan sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar. Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan terukur. Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang disesuaikan dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak pula kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang tahu kenapa tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul yang besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep saja yang tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja. Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-hamdu lilah 33 kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan terbaca sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif terbaca sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka total berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, jumlahnya 14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika benar-benar dibaca secara sungguhan dan diresapi. Logikanya, jiwa sesorang muslim mesti bisa bersih, bisa pandai bersyukur, bisa menyadari keterbatasan jika dia membaca wiridan di atas secara aktif dan teresapi dalam satu bulan. Dilanjutkan dengan membaca kalimah tahlil La ilah illa Allah, Tiada Tuhan selain Allah. Sekian kali. Lalu berdoa. Berdoa memohon kebaikan di Dunia dan kebaikan di Akhirat. Sungguh rangkaian bacaan yang bagus dan sangat religius. Haruskah wiridan dilakukan dengan duduk setelah usai shalat seperti kebiasaan kita? Ya tidak. Bisa saja Anda berwiridan, membaca-baca kalimah thayyibah sambil tiduran, dengan
[keluarga-islam] Darood
Abu Humaid As-Sa`idi (May Allah be pleased with him) reported: The Companions of the Messenger of Allah (PBUH) said: O Messenger of Allah! How should we supplicate for you?'' He (PBUH) replied, Say: `Allahumma salli `ala Muhammadin wa `ala azwajihi wa dhurriyyatihi, kama sallaita `ala Ibrahima; wa barik `ala Muhammadin wa `ala azwajihi wa dhurriyyatihi, kama barakta `ala Ibrahima, innaka Hamidum-Majid (O Allah sent Your Salat (O Allah, exalt the mention of Muhammad and his wives and offspring as You exalted the mention of the family of Ibrahim, and bless Muhammad and the wives and the offspring of Muhammad as you blessed the family of Ibrahim. You are the Praised, the Glorious'.'' [Al-Bukhari and Muslim].
[keluarga-islam] Subhan-Allahi wa bihamdihi (100 times)
Abu Hurairah (May Allah be pleased with him) reported: The Messenger of Allah (PBUH) said, He who utters: `Subhan-Allahi wa bihamdihi (Allah is free from imperfection and His is the praise)' one hundred times a day, his sins will be obliterated even if they are equal to the extent of the foam of the ocean.'' [Al-Bukhari and Muslim].
[keluarga-islam] (Do'a of the Day) 13 Dzulhijjah 1427H
Bismillah irRahman irRaheem In the Name of Allaah, The Most Gracious, The Most Kind Allahumma anta robbi laa illaaha illa anta kholaqtani wa ana ab'duka wa ana ala ahdika wawa'dika mastatho'tu audzubika min syarri ma shona'tu wa abu u ilaika bini'matika alayya wa a'tarifu bidunubi faghfirli dunubii innahu laa yahghfiruddunuuba illa anta. Ya Allah Engkau pembimbingku tiada yang patut disembah kecuali Engkau penciptaku dan kami hambamu dan kami atas janjimu dan menjanjikan Engkau semampukku aku berlindung pada-Mu apa-apa kejelekan yg mengerjakan aku dan tobat kami pada Engkau dengan nikmat-Mu atas kami dan mengakui aku atas dosaku maka ampunilah aku dosa-dosaku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau
Re: [keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
ga boleh dikritisi bang... nanti dimarahin ama om wandy...:)) salam, ananto On 1/2/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: Enak sekali ... cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan. Mohon di kritisi ... wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, bos gila [EMAIL PROTECTED] wrote: Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak hitungan. Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih, bisa memuji keMaha-MuliaanNya. Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya bagai Allah). Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan Tuhan. Diri seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari kesadaran itulah, lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa Tuhan sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar. Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan terukur. Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang disesuaikan dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak pula kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang tahu kenapa tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul yang besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep saja yang tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja. Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-hamdu lilah 33 kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan terbaca sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif terbaca sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka total berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, jumlahnya 14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika benar-benar dibaca secara sungguhan dan diresapi. Logikanya, jiwa sesorang muslim mesti bisa bersih, bisa pandai bersyukur, bisa menyadari keterbatasan jika dia membaca wiridan di atas secara aktif dan teresapi dalam satu bulan. Dilanjutkan dengan membaca kalimah tahlil La ilah illa Allah, Tiada Tuhan selain Allah. Sekian kali. Lalu berdoa. Berdoa memohon kebaikan di Dunia dan kebaikan di Akhirat. Sungguh rangkaian bacaan yang bagus dan sangat religius. Haruskah wiridan dilakukan dengan duduk setelah usai shalat seperti kebiasaan kita? Ya tidak. Bisa saja Anda berwiridan, membaca-baca kalimah thayyibah sambil tiduran, dengan
[keluarga-islam] Bersembunyi dalam Diri-Mu
Bersembunyi dalam Diri-Mu Bersembunyi dalam diri-Ku Tiada yang tahu tentang diri-Ku karena yang kutahu hanya Diri-Mu Sembunyikanlah aku dalam Diri-Mu Agar kutahu siapa diri-Ku Hilang tiada arti sunyi tiada sepi Yang ada hanya Diri-Mu Allah Akbar
[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
ngewirid itu perkara ibadah sunat, ya ? apakah mu'akad atau ghairu mu'akad ? kalau dilanggar apakah haram ? kalau di baca kurang dari 33x atau lebih dari 33x apakah batal hukumnya ? mohon pencerahan wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Terimakasih Pak Budi Inilah bukti bahwa ibadah adalah berdasarkan perintah/Dalil, dan bukan berdasarkan larangan... Kenapa tidak dibaca 100, 200, atau 1000, kan tidak ada dalil yang melarangnya? Ya, karena Rasulullah mengajarkan cuma 33, sudah cukup lakukan saja, dan jangan tanya kenapa dan kenapa.. Hanya Allah dan RasulNya saja yang tahu apa rahasia dibalik angka 33 itu... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila pemudasuci@ wrote: Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak hitungan. Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih, bisa memuji keMaha-MuliaanNya. Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya bagai Allah). Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan Tuhan. Diri seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari kesadaran itulah, lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa Tuhan sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar. Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan terukur. Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang disesuaikan dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak pula kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang tahu kenapa tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul yang besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep saja yang tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja. Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al- hamdu lilah 33 kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan terbaca sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif terbaca sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka total berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, jumlahnya 14.850kali. Sebuah
[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
kalau ngak di kritisi nanti ada yang memahami cukup ngewirid 33x ngak perlu ibadah yang lain, kalau bikin dosa ngak apa-apa,nanti masuk sorga juga sebab cukup ngewiridd 33x dosa sudah dihapus lalu masuk sorga dengan berlenggang , enak tenaaan mas wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: ga boleh dikritisi bang... nanti dimarahin ama om wandy...:)) salam, ananto On 1/2/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: Enak sekali ... cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan. Mohon di kritisi ... wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, bos gila pemudasuci@ wrote: Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak hitungan. Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih, bisa memuji keMaha-MuliaanNya. Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya bagai Allah). Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan Tuhan. Diri seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari kesadaran itulah, lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa Tuhan sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar. Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan terukur. Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang disesuaikan dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak pula kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang tahu kenapa tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul yang besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep saja yang tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja. Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-hamdu lilah 33 kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan terbaca sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif terbaca sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka total berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, jumlahnya 14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika benar-benar dibaca secara sungguhan dan diresapi. Logikanya, jiwa
[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
Agar diskusi lebih berkembang jauh, maka patut juga direnungkan atau dibahas, yang dimulai dari pertanyaan dari saya. Pertanyaannya adalah apakah orang gila itu suci dan kelak tidak dihisab dan langsung masuk surga??? Mohon dibantah. :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: ga boleh dikritisi bang... nanti dimarahin ama om wandy...:)) salam, ananto On 1/2/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: Enak sekali ... cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan. Mohon di kritisi ... wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, bos gila pemudasuci@ wrote: Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak hitungan. Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih, bisa memuji keMaha-MuliaanNya. Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya bagai Allah). Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan Tuhan. Diri seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari kesadaran itulah, lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa Tuhan sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar. Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan terukur. Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang disesuaikan dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak pula kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang tahu kenapa tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul yang besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep saja yang tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja. Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-hamdu lilah 33 kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan terbaca sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif terbaca sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka total berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, jumlahnya 14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika benar-benar dibaca secara sungguhan dan diresapi. Logikanya, jiwa sesorang muslim
[keluarga-islam] Selamat Tahun Baru
Selamat Tahun Baru Oleh: KH. A. Mustofa Bisri Sampai sekarang saya belum paham persis mengapa setiap tahun baru datang, orang-orang menyambutnya dengan suka cita. Terkadang –terutama di kota-kota besar—sambutan malah berlebihan. Sering kali dengan pesta pora gegap gempita. Suka cita orang yang menyambut tahun baru itu apakah karena besarnya optimisme akan datangnya masa yang lebih cerah, atau merupakan luapan rasa lega dengan ditinggalkannya masa lalu yang parah? Ataukah itu hanya seperti kesukaan lumrah orang kepada setiap yang baru. Padahal, bukankah tahun baru merupakan rambu-rambu penanda jarak mendekati batas akhir perjalanan hidup yang berarti pengurangan umur? Bagi orang yang menyadari batas akhir sejak melangkah dalam perjalanan hidup, seperti Sutardji Calzoum Bachri yang bersajak maut menabungku/ segobang segobang, tahun baru tentu tidak serta merta disambut dengan gembira. Tapi terlebih dulu dengan perenungan. Apabila tahun yang lewat mencatat masukan-masukan positif bagi bekal perjalanan selanjutnya, maka sudah selayaknya tahun yang baru datang disyukuri. Namun apabila sebaliknya, tahun yang lalu memperlihatkan rapor buruk; maka kegembiraan menyambut tahun yang baru sungguh sulit dimengerti. Sebagai hamba Allah yang diangkat sebagai khalifahNya di muka bumi, sudah sepatutnya, dalam menyambut tahun baru, kita merenungkan perjalanan hidup yang sudah kita lalui bagi melanjutkan perjalanan menjelang tempuhan yang akan. Jangan-jangan selama ini, kita terlampau sadar dengan kekhalifan kita hingga melupakan kehambaan. Atau sebaliknya terlalu sadar akan kehambaan kita lalu tidak berbuat apa-apa, hanya menunggu nasib dan lupa untuk apa kita diangkat sebagai khalifahNya. Kadang-kadang kita menyadari kehambaan dan kekhalifahan kita, tapi kita kurang memahami apa yang harus kita lakukan sebagai hamba dan apa yang harus kita lakukan sebagai khalifahNya. Maka bisa saja terjadi hanya kita yang merasa hamba, sedangkan Tuhan sendiri tidak menganggap. Na'udzu billah. Atau kita merasa sebagai khalifah bumi, padahal saat demi saat kita merusaknya Jangan-jangan selama ini kita malah melupakan kedua-duanya. Melupakan kehambaan dan kekhalifahan kita, karena kita melupakan Tuhan yang mengangkat kita sebagai khalifahNya. Dalam kitab suciNya, Allah berfirman kepada kaum beriman: Walaa takuunu kalladziina nasuuLlaha fa ansaahum anfusahum; ulaa-ika humul-faasiquun (Q. 59: 19), Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa akan Allah lalu Allah menjadikan mereka lupa akan diri mereka sendiri; mereka itulah orang-orang yang fasik. Orang yang lupa diri akibat lupa Allah, bagaimana bisa diharapkan ingat akan yang lain; ingat tempatnya, lingkungannya, keluarganya, saudaranya, dlsb. Orang Indonesia yang lupa diri, akan lupa negerinya, lupa bangsanya, lupa kewajibannya. Bila orang yang lupa diri ini termasuk rakyat jelata, mungkin tidak seberapa pengaruhnya terhadap kehidupan. Tapi bila dia termasuk elite, termasuk pemimpin, Anda bisa bayangkan –atau malah bisa membuktikan— sendiri betapa buruk dampak yang diakibatkannya. Bayangkan pemimpin yang lupa diri dan lupa amanah serta tanggungjawab yang dipikulnya. Bayangkan pejabat yang lupa diri dan lupa bahwa tidak semua yang ada ditangannya adalah miliknya dan bahwa dia tidak selamanya menjabat. Bayangkan orang berilmu yang lupa diri dan lupa memanfaatkan serta mengamalkan ilmunya. Bayangkan kiai yang lupa diri dan lupa maqamnya. Bayangkan …apa jadinya. Dengan merenung, kita jadi sadar bahwa hidup di dunia ini ternyata memang sangat singkat. Kemarin baru tahun 2006, tak terasa sekarang sudah tahun 2007. Yang kemarin belum lahir, kini sudah lahir, Yang kemarin masih bersama kita, kini telah tiada. Yang kemarin belum balig sekarang sudah dewasa. Yang kemarin belum menikah, sekarang sudah punya anak. Yang kemarin …, sekarang … Hidup di dunia ini bagaikan waktu Asar, sangat singkat. Dan perjalanan setelah itu sangat jauh. Sebelum lupa, mari kita ingat-ingat: tahun-tahun kemarin seberapa banyak kita mengumpulkan bekal dan seberapa banyak kita mensia-siakan bahkan membuang-buang bekal? Tahun ini, apakah kita akan melanjutkan pemupukan dan mengembangan perolehan positif kita bagi kepentingan kebahagiaan hakiki dan abadi kita? Ataukah kita akan terus mengulang-ulang rutinitas kesia-siaan kita; meski Tuhan bersama alamNya terus mengingatkan kita? Demi waktu Asar, sungguh manusia itu benar-benar dalam kerugian; kecuali mereka yang beriman, mengerjakan amal saleh, saling menasehati bagi menegakkan kebenaran dan saling menasehati untuk sabar. (Q. 103) Selamat Tahun Baru! Selamatlah Tahun ini!
[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah pernah suatu ketika setelah selesai sholat langsung pulang tanpa wirid terlebih dahulu. Dalam satu riwayat pula pernah diceritakan bahwa seorang sahabat pernah membaca suatu bacaan yang teksnya jauh lebih panjang dari apa yang diajarkan Rasulullah. Ketika itu Rasulullah meminta sahabat tersebut untuk membaca seperti apa yang diajarkannya saja, selain lebih pendek juga karena NILAI-nya SAMA saja. Apakah boleh kita melanggar atau meninggalkan keutamaan yang ditinggalkan Rasulullah? Mungkin perkataan Imam Malik ini baik untuk direnungkan: Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Sesungguhnya Allah berfirman, 'Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih ' Salam :) WnS --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: ngewirid itu perkara ibadah sunat, ya ? apakah mu'akad atau ghairu mu'akad ? kalau dilanggar apakah haram ? kalau di baca kurang dari 33x atau lebih dari 33x apakah batal hukumnya ? mohon pencerahan wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra wandysulastra@ wrote: Terimakasih Pak Budi Inilah bukti bahwa ibadah adalah berdasarkan perintah/Dalil, dan bukan berdasarkan larangan... Kenapa tidak dibaca 100, 200, atau 1000, kan tidak ada dalil yang melarangnya? Ya, karena Rasulullah mengajarkan cuma 33, sudah cukup lakukan saja, dan jangan tanya kenapa dan kenapa.. Hanya Allah dan RasulNya saja yang tahu apa rahasia dibalik angka 33 itu... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila pemudasuci@ wrote: Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak hitungan. Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih, bisa memuji keMaha-MuliaanNya. Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya bagai Allah). Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan Tuhan. Diri seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak
Re: [keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
Bila mulai gila sebelum akil baligh, maka dianya tidak punya dosa. Bila gilanya setelah akil baligh, maka ada dua kemungkinan : dihisab, lalu masuk syurga atau neraka. Tergantung amalannya, dan akhir hayatnya gimana. Gitu kali, ya? :) Salam, Faqih On 1/3/07, gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote: Agar diskusi lebih berkembang jauh, maka patut juga direnungkan atau dibahas, yang dimulai dari pertanyaan dari saya. Pertanyaannya adalah apakah orang gila itu suci dan kelak tidak dihisab dan langsung masuk surga??? Mohon dibantah. :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: ga boleh dikritisi bang... nanti dimarahin ama om wandy...:)) salam, ananto On 1/2/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: Enak sekali ... cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan. Mohon di kritisi ... wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, bos gila pemudasuci@ wrote: Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak hitungan. Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih, bisa memuji keMaha-MuliaanNya. Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya bagai Allah). Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan Tuhan. Diri seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari kesadaran itulah, lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa Tuhan sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar. Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan terukur. Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang disesuaikan dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak pula kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang tahu kenapa tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul yang besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep saja yang tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja. Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-hamdu lilah 33 kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan
[keluarga-islam] Re: Bersembunyi dalam Diri-Mu
Diri-Mu bersembunyi dalam wujud diriku Wujud diriku adalah hijab-MU pada diriku Kucoba membuka hijab-Mu dengan mengHisab wujudku Tak mungkin hilang wujud-Mu karena wujud-ku semu --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: Bersembunyi dalam Diri-Mu Bersembunyi dalam diri-Ku Tiada yang tahu tentang diri-Ku karena yang kutahu hanya Diri-Mu Sembunyikanlah aku dalam Diri-Mu Agar kutahu siapa diri-Ku Hilang tiada arti sunyi tiada sepi Yang ada hanya Diri-Mu Allah Akbar
[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
Om Nanto, saya kan hanya mengutip tulisan anda yang menyebutkan jangan bertanya kenapa dan kenapa tentang hal ini, hehehehe Sekedar tambahan, dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa amalan ini hanya akan menghapus dosa-dosa KECIL saja, tidak termasuk dosa yang besar. Setuju dengan Om Anut bahwa amalan ini bukan hanya sekedar dibaca kemudian dosa terhapus, namun ada syarat2 tertentu yang harus dipenuhinya... --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: ga boleh dikritisi bang... nanti dimarahin ama om wandy...:)) salam, ananto On 1/2/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: Enak sekali ... cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan. Mohon di kritisi ... wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam% 40yahoogroups.com, bos gila pemudasuci@ wrote: Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam% 40yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak hitungan. Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih, bisa memuji keMaha-MuliaanNya. Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya bagai Allah). Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan Tuhan. Diri seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari kesadaran itulah, lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa Tuhan sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar. Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan terukur. Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang disesuaikan dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak pula kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang tahu kenapa tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul yang besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep saja yang tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja. Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al- hamdu lilah 33 kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan terbaca sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif terbaca sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka total berjumlah 3465 kali. Jika
Balasan: [keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
nambahin yah.. orang gila masuk surga? ane juga kurang faham.. tapi yang ane tau, apa penyebab yang membuat orang ntu gila... memang ada orang yang dalam ibadahnye gugur karena keterbatasan fisik atawa akalne. jangan musingin ntu orang masuk mane.. mungkin diri kite sekarang juge dah gile dengan mencintai kehidupan yang ga jelas kaye gini.. terus kalo dosa di hapus dengan bacaan 33 kali, para rosul ga perlu berjuang biar islam ni dzohir... emang si ane ga terlalu ngikutin masaleh ni... tapi Alloh selalu meminjam barang lain untuk menceritakan barang yang lain.. emang bener kate Nabi Muhammad kalo kamu mencintai Alloh ikutilah aku, tapi bukan secara fisik.. dan ane rase temen2 juga tau.. layaknya isa dalam alkitab bilang kalo kau mencintai Alloh ikutilah aku maka kau harus siap disasah dan memanggul salib.. musa ga perlu muter2 selama 40 tahun di gurun sinai supaya dya mendapatkan surga. tar ane tambahin lagi... Paulus hamed sabeni gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote: Agar diskusi lebih berkembang jauh, maka patut juga direnungkan atau dibahas, yang dimulai dari pertanyaan dari saya. Pertanyaannya adalah apakah orang gila itu suci dan kelak tidak dihisab dan langsung masuk surga??? Mohon dibantah. :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: ga boleh dikritisi bang... nanti dimarahin ama om wandy...:)) salam, ananto On 1/2/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: Enak sekali ... cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan. Mohon di kritisi ... wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, bos gila pemudasuci@ wrote: Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak hitungan. Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih, bisa memuji keMaha-MuliaanNya. Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya bagai Allah). Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan Tuhan. Diri seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari kesadaran itulah, lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa Tuhan sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar. Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang
[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
wah bicara NILAI-nya SAMA, jadi ingat orang ngebaca al fatihah dan ikhlash NILAI-nya SAMA juga dengan membaca qur'an secara keseluruhan. Pertanyaannya benarkah NILAI-nya SAMA ? mari sama-sama jernih jangan terlalu terjebak dengan nilai pahala sehingga betapa banyak ayat Allah tiak terwakili hanya sebatas al-fatihah dan al-ikhlah Kang Wandy, melanggar dalam perkara sunat apakah berdosa, sampai kena azab ? bagaimana dengan pemahaman bahwa sunat itu jika dikerjakan berpahala tapi kalau di tinggalkan tidak apa-apa ? Oh, iya mas, kalau mesti baca 33x tentu tidak bid'ah kan kalau pakai biji tasbih yang banyak di jual. karena jumlah bijinya sudah pasti benar 33x. wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah pernah suatu ketika setelah selesai sholat langsung pulang tanpa wirid terlebih dahulu. Dalam satu riwayat pula pernah diceritakan bahwa seorang sahabat pernah membaca suatu bacaan yang teksnya jauh lebih panjang dari apa yang diajarkan Rasulullah. Ketika itu Rasulullah meminta sahabat tersebut untuk membaca seperti apa yang diajarkannya saja, selain lebih pendek juga karena NILAI-nya SAMA saja. Apakah boleh kita melanggar atau meninggalkan keutamaan yang ditinggalkan Rasulullah? Mungkin perkataan Imam Malik ini baik untuk direnungkan: Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Sesungguhnya Allah berfirman, 'Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih ' Salam :) WnS --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, banganut banganut@ wrote: ngewirid itu perkara ibadah sunat, ya ? apakah mu'akad atau ghairu mu'akad ? kalau dilanggar apakah haram ? kalau di baca kurang dari 33x atau lebih dari 33x apakah batal hukumnya ? mohon pencerahan wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra wandysulastra@ wrote: Terimakasih Pak Budi Inilah bukti bahwa ibadah adalah berdasarkan perintah/Dalil, dan bukan berdasarkan larangan... Kenapa tidak dibaca 100, 200, atau 1000, kan tidak ada dalil yang melarangnya? Ya, karena Rasulullah mengajarkan cuma 33, sudah cukup lakukan saja, dan jangan tanya kenapa dan kenapa.. Hanya Allah dan RasulNya saja yang tahu apa rahasia dibalik angka 33 itu... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila pemudasuci@ wrote: Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah), adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha Sempurna dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah, jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat rahmat
[keluarga-islam] Gila tidak dijamin masuk sorga .... Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
O..gitu ya, jadi menjadi gila tidak dijamin masuk sorga, apalagi pura-pura gila atau pura-pura suci. --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, ahmad faqih [EMAIL PROTECTED] wrote: Bila mulai gila sebelum akil baligh, maka dianya tidak punya dosa. Bila gilanya setelah akil baligh, maka ada dua kemungkinan : dihisab, lalu masuk syurga atau neraka. Tergantung amalannya, dan akhir hayatnya gimana. Gitu kali, ya? :) Salam, Faqih
[keluarga-islam] Re: Tanya : suami memperkosa istri
Kalau berhubungan di pahami sebagai suatu ibadah, enak juga. ya ... Tapi bagaimana hukumnya jika suami memperkosa istri ? wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Benul sekali Om Nanto.. Belaian, rabaan, ciuman dan bahkan hubungan intim akan bernilai ibadah jika dilakukan 'sesuai pada tempatnya'. Sebagaimana sabda Rasulullah: Dalam hubungan intim yang kamu lakukan diantara kamu ada sedekah Para sahabat menanggapi:Wahai Rasulullah, ketika salah seorang diantara kita memuaskan gairah seksualnya, apakah ia akan mendapat pahala untuk itu? Beliau menjawab:Tidakkah kamu berpikir bahwa jika ia melakukannya secara tidak sah akan mendapat dosa? Dengan demikian. Jika ia melakukannya secara sah, ia akan mendapat pahala. (HR Muslim) Salam :) WnS --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: hehehe... sampeyan nyium istri aja ibadah lho.. asal ikhlas... (emang ada yg ga ikhlas nyium istri??)... tapi, jika sampeyan nyium istri tetangga (walaupun sampeyan ikhlas lahir batin), insya allah langsung diseret ke balai RW setempat... tidak susah kan? salam, ananto On 12/29/06, ahmad faqih alif786@ wrote: Mas Wandy, Berarti apa yang kita kerjakan saat ini, atau detik ini, kalau bukan muamalah berarti ibadah, ya? Atau kalau bukan ibadah berarti muamalah, ya? Mohon bisa dijelaskan lebih lanjut, seperti apa jelasnya amalan ibadah formal atau ritual itu? Terima kasih. Salam, Faqih H. On 12/29/06, wandysulastra wandysulastra@ wrote: Pada dasarnya seluruh hidup kita adalah ibadah, karena memang Allah menciptakan jin dan manusia tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk beribadah kepadaNya. Setiap amalan (aktifitas) yang kita lakukan sehari-hari insya Allah akan bernilai ibadah jika memang kita niatkan karena Allah. Bentuk amalan terbagi dua, yaitu amalan ibadah dan amalan muamalah. Amalan Ibadah adalah amalan yang bersifat formal yang tatacara dan petunjuk teknisnya harus mengacu kepada apa yang diatur dan dicontohkan oleh Rasulullah. Amalan ini biasanya berbentuk ritual. Dan sebagaimana kaidahnya bahwa semua ibadah adalah dilarang kecuali ada perintahnya, maka seorang muslim tidak boleh menciptakan amalan ibadah jenis baru, kecuali apa yang telah ditentukan oleh Allah dan RasulNya. Sedangkan pada amalan muammalah (keduniaan) tidak berlaku demikian, sebagaimana hukum asalnya maka muammalah boleh dilakukan sebebas mungkin yang penting dalam pelaksanaanya tidak bertentangan dengan syariat (prinsip halal/haram). Salam :) WnS --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam% 40yahoogroups.com, ahmad faqih alif786@ wrote: Benar ... setiap saat adalah ibadah. Maksud saya, mana yang masuk kategori ibadah, sehingga terkena kaidah tersebut? (Bahwa semua ibadah adalah dilarang, kecuali ada perintahnya). salam, Alif On 12/29/06, Ananto pratikno.ananto@ wrote: ruang lingkup ibadah sangat luas... dari sampeyan bangun tidur sampai tidur lagi... bahkan tidurpun bisa dikatakan ibadah... so, 24 jam nonstop aktifitas anda bisa dikatakan ibadah jika kita mengetahuinya... salam, ananto On 12/29/06, ahmad faqih alif786@ wrote: Mas Wandy, Apakah definisi atau batasan ibadah di sini, dan juga definisi dari muamalah? Salam, Alif On 12/28/06, wandysulastra wandysulastra@ wrote: Betul sekali Mas Anto... Sebenarnya tanpa disadari pun kita telah melakukan itu. Kita melakukan sholat karena ada perintah sholat, kita puasa karena ada perintah puasa, kita berzakat karena ada perintah berzakat, kita berhaji, karena ada perintah berhaji, kita bersholawat karena ada perintah bersholawat, kita berdoa karena ada perintah berdoa, kita berdzikir karena ada perintah berdzikir, kita berbakti pada orang tua karena ada perintah berbakti kepada mereka, dst Ketika terjadi perbedaan khilafiyah, masing2 dari kita pasti akan mencari dalil yang cukup kuat untuk mendukung pendapat kita. Ketika ada yang berbicara tentang satu amalan yang baru kita dengar, yang akan kita tanyakan tentunya adalah apa dalil landasan amalan tersebut. Jadi, dalam beribadah (sesuai dengan kaidah ibadah) yang akan kita cari dan tanyakan biasanya adalah dalil yang menjadi dasar perintah atau anjurannya. Berbeda dengan masalah muamalah, ketika tidak ada hal yang sekiranya melanggar syariat, tentu kita tidak perlu repot2 mencari dalil2 yang menjadi
Re: [keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
hehehe... kalo saya lupa bawa biji tasbih, biasanya suka bolak balik dan ga yakin... ini sudah 33 apa masih 32? kalau ga yakin biasanya diulang lagi... hehehe... kalau diulang lagi, berarti 33 + 32 = 65 kali... itupun kalau ga yakinnya sekali... la gimana kalo ga yakin nya 5 kali? silahkan hitung sendiri... cape kan? salam, ananto On 1/3/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: wah bicara NILAI-nya SAMA, jadi ingat orang ngebaca al fatihah dan ikhlash NILAI-nya SAMA juga dengan membaca qur'an secara keseluruhan. Pertanyaannya benarkah NILAI-nya SAMA ? mari sama-sama jernih jangan terlalu terjebak dengan nilai pahala sehingga betapa banyak ayat Allah tiak terwakili hanya sebatas al-fatihah dan al-ikhlah Kang Wandy, melanggar dalam perkara sunat apakah berdosa, sampai kena azab ? bagaimana dengan pemahaman bahwa sunat itu jika dikerjakan berpahala tapi kalau di tinggalkan tidak apa-apa ? Oh, iya mas, kalau mesti baca 33x tentu tidak bid'ah kan kalau pakai biji tasbih yang banyak di jual. karena jumlah bijinya sudah pasti benar 33x. wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah pernah suatu ketika setelah selesai sholat langsung pulang tanpa wirid terlebih dahulu. Dalam satu riwayat pula pernah diceritakan bahwa seorang sahabat pernah membaca suatu bacaan yang teksnya jauh lebih panjang dari apa yang diajarkan Rasulullah. Ketika itu Rasulullah meminta sahabat tersebut untuk membaca seperti apa yang diajarkannya saja, selain lebih pendek juga karena NILAI-nya SAMA saja. Apakah boleh kita melanggar atau meninggalkan keutamaan yang ditinggalkan Rasulullah? Mungkin perkataan Imam Malik ini baik untuk direnungkan: Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Sesungguhnya Allah berfirman, 'Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih ' Salam :) WnS --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, banganut banganut@ wrote: ngewirid itu perkara ibadah sunat, ya ? apakah mu'akad atau ghairu mu'akad ? kalau dilanggar apakah haram ? kalau di baca kurang dari 33x atau lebih dari 33x apakah batal hukumnya ? mohon pencerahan wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com, wandysulastra wandysulastra@ wrote: Terimakasih Pak Budi Inilah bukti bahwa ibadah adalah berdasarkan perintah/Dalil, dan bukan berdasarkan larangan... Kenapa tidak dibaca 100, 200, atau 1000, kan tidak ada dalil yang melarangnya? Ya, karena Rasulullah mengajarkan cuma 33, sudah cukup lakukan saja, dan jangan tanya kenapa dan kenapa.. Hanya Allah dan RasulNya saja yang tahu apa rahasia dibalik angka 33 itu... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com, bos gila pemudasuci@ wrote: Sabda Rasulullah saw : barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari) gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga kali. Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah dikaruniakan kepada dirinya?). Tarjamahan ayat itu adalah: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30 kali. Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali. Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga puluh tiga kali, (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap). Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al Bandungi. (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air adalah sebagian dari iman). Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?* An-Nisa : 103-104 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa bacaan itu sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah jadi dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan RasulNya saja yang mengetahui. Tapi, jika
Re: [keluarga-islam] Re: Tanya : suami memperkosa istri
bang, bisa didefinisikan kasus suami memperkosa istri? soale kan jarang2 tuh kasus beginian... kalau di amrik seh ane sering denger berita nye... salam, ananto On 1/3/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau berhubungan di pahami sebagai suatu ibadah, enak juga. ya ... Tapi bagaimana hukumnya jika suami memperkosa istri ? wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Benul sekali Om Nanto.. Belaian, rabaan, ciuman dan bahkan hubungan intim akan bernilai ibadah jika dilakukan 'sesuai pada tempatnya'. Sebagaimana sabda Rasulullah: Dalam hubungan intim yang kamu lakukan diantara kamu ada sedekah Para sahabat menanggapi:Wahai Rasulullah, ketika salah seorang diantara kita memuaskan gairah seksualnya, apakah ia akan mendapat pahala untuk itu? Beliau menjawab:Tidakkah kamu berpikir bahwa jika ia melakukannya secara tidak sah akan mendapat dosa? Dengan demikian. Jika ia melakukannya secara sah, ia akan mendapat pahala. (HR Muslim) Salam :) WnS --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: hehehe... sampeyan nyium istri aja ibadah lho.. asal ikhlas... (emang ada yg ga ikhlas nyium istri??)... tapi, jika sampeyan nyium istri tetangga (walaupun sampeyan ikhlas lahir batin), insya allah langsung diseret ke balai RW setempat... tidak susah kan? salam, ananto On 12/29/06, ahmad faqih alif786@ wrote: Mas Wandy, Berarti apa yang kita kerjakan saat ini, atau detik ini, kalau bukan muamalah berarti ibadah, ya? Atau kalau bukan ibadah berarti muamalah, ya? Mohon bisa dijelaskan lebih lanjut, seperti apa jelasnya amalan ibadah formal atau ritual itu? Terima kasih. Salam, Faqih H. On 12/29/06, wandysulastra wandysulastra@ wrote: Pada dasarnya seluruh hidup kita adalah ibadah, karena memang Allah menciptakan jin dan manusia tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk beribadah kepadaNya. Setiap amalan (aktifitas) yang kita lakukan sehari-hari insya Allah akan bernilai ibadah jika memang kita niatkan karena Allah. Bentuk amalan terbagi dua, yaitu amalan ibadah dan amalan muamalah. Amalan Ibadah adalah amalan yang bersifat formal yang tatacara dan petunjuk teknisnya harus mengacu kepada apa yang diatur dan dicontohkan oleh Rasulullah. Amalan ini biasanya berbentuk ritual. Dan sebagaimana kaidahnya bahwa semua ibadah adalah dilarang kecuali ada perintahnya, maka seorang muslim tidak boleh menciptakan amalan ibadah jenis baru, kecuali apa yang telah ditentukan oleh Allah dan RasulNya. Sedangkan pada amalan muammalah (keduniaan) tidak berlaku demikian, sebagaimana hukum asalnya maka muammalah boleh dilakukan sebebas mungkin yang penting dalam pelaksanaanya tidak bertentangan dengan syariat (prinsip halal/haram). Salam :) WnS --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.comkeluarga-islam% 40yahoogroups.com, ahmad faqih alif786@ wrote: Benar ... setiap saat adalah ibadah. Maksud saya, mana yang masuk kategori ibadah, sehingga terkena kaidah tersebut? (Bahwa semua ibadah adalah dilarang, kecuali ada perintahnya). salam, Alif On 12/29/06, Ananto pratikno.ananto@ wrote: ruang lingkup ibadah sangat luas... dari sampeyan bangun tidur sampai tidur lagi... bahkan tidurpun bisa dikatakan ibadah... so, 24 jam nonstop aktifitas anda bisa dikatakan ibadah jika kita mengetahuinya... salam, ananto On 12/29/06, ahmad faqih alif786@ wrote: Mas Wandy, Apakah definisi atau batasan ibadah di sini, dan juga definisi dari muamalah? Salam, Alif On 12/28/06, wandysulastra wandysulastra@ wrote: Betul sekali Mas Anto... Sebenarnya tanpa disadari pun kita telah melakukan itu. Kita melakukan sholat karena ada perintah sholat, kita puasa karena ada perintah puasa, kita berzakat karena ada perintah berzakat, kita berhaji, karena ada perintah berhaji, kita bersholawat karena ada perintah bersholawat, kita berdoa karena ada perintah berdoa, kita berdzikir karena ada perintah berdzikir, kita berbakti pada orang tua karena ada perintah berbakti kepada mereka, dst Ketika terjadi perbedaan khilafiyah, masing2 dari kita pasti akan mencari dalil yang cukup kuat untuk mendukung pendapat kita. Ketika ada yang berbicara tentang satu amalan yang baru kita dengar, yang akan kita tanyakan tentunya adalah apa dalil landasan amalan tersebut. Jadi, dalam beribadah (sesuai dengan kaidah ibadah) yang
[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
Tentu NILAI SAMA dalam amalan membaca alquran berbeda dengan apa yang dimaksud dalam riwayat tersebut Om... Kebetulan bukunya saya lupa simpan, jadi bunyi teks haditsnya belum bisa saya kutipkan. Mungkin ada rekan lain yg bisa bantu? Disana diceritakan Rasulullah mengajarkan suatu dzikiran yang lafaznya tidak sepanjang yang diamalkan oleh sahabat, tapi ternyata menurut Rasulullah PENAMBAHAN yang dilakukan sahabat tersebut tidak memiliki NILAI LEBIH. Artinya, mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah adalah lebih baik dan lebih utama, walaupun kelihatannya lebih simple. Bagaimana dengan orang yang dengan sengaja melanggar sunnah? Bukankah meninggalkan sunnah saja tidak apa2? Sekali lagi mari kita renungkan riwayat2 yang menceritakan tentang perilaku seseorang yang dengan SENGAJA menyalahi sunnah, Sufyan bin Uyainah berkata, Saya mendengar bahwa seseorang datang kepada Malik bin Anas Radhiyallahu 'anhu lalu berkata, Wahai Abu Abdullah (nama panggilan Malik), dari mana saya ihram? Ia berkata,Dari Dzulhulaifah, tempat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ihram Ia berkata, Saya ingin ihram dari masjid dari samping makam (nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam), Ia berkata, Jangan kamu lakukan. Sebab saya mengkhawatirkan engkau tertimpa fitnah, Ia berkata, Fitnah apakah dalam hal ini? Karena aku hanya menambahkan beberapa mil saja! Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Sesungguhnya Allah berfirman, Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih (QS 24:63).' Dari Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu 'anhu, bahwa dia melihat seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang tersebut berkata, Wahai Abu Muhammad (nama panggilan Sa'id bin Musayyab), apakah Allah akan menyiksa saya karena shalat? Ia menjawab : Tidak, tetapi Allah akan menyiksa kamu karena menyalahi Sunnah Sedangkan bagi mereka yang suka meninggalkan ibadah sunnah, walaupun hukumnya tidak mendapat dosa, tapi hal itu merupakan kerugian yang sangat besar. Karena mengerjakan ibadah Sunnah merupakan satu cara agar kita menjadi dekat kepada Allah, sehingga Allah mencintai kita. Tekun menjalankan dan mengamalkan sunnah adalah berarti Patuh dan ta`at kepada Rasulullah. Allah berfirman, Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintahnya) (QS 8:20) Berkata Abu Bakar as Shiddiq, Tiada sesuatu pun yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, kecuali aku melakukannya dan tidak pernah aku meninggalkannya. Aku bimbang jika aku meninggalkan sedikit saja yang beliau perintahkan, maka aku akan menyimpang. Salam :) WnS --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: wah bicara NILAI-nya SAMA, jadi ingat orang ngebaca al fatihah dan ikhlash NILAI-nya SAMA juga dengan membaca qur'an secara keseluruhan. Pertanyaannya benarkah NILAI-nya SAMA ? mari sama-sama jernih jangan terlalu terjebak dengan nilai pahala sehingga betapa banyak ayat Allah tiak terwakili hanya sebatas al-fatihah dan al-ikhlah Kang Wandy, melanggar dalam perkara sunat apakah berdosa, sampai kena azab ? bagaimana dengan pemahaman bahwa sunat itu jika dikerjakan berpahala tapi kalau di tinggalkan tidak apa-apa ? Oh, iya mas, kalau mesti baca 33x tentu tidak bid'ah kan kalau pakai biji tasbih yang banyak di jual. karena jumlah bijinya sudah pasti benar 33x. wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra wandysulastra@ wrote: Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah pernah suatu ketika setelah selesai sholat langsung pulang tanpa wirid terlebih dahulu. Dalam satu riwayat pula pernah diceritakan bahwa seorang sahabat pernah membaca suatu bacaan yang teksnya jauh lebih panjang dari apa yang diajarkan Rasulullah. Ketika itu Rasulullah meminta sahabat tersebut untuk membaca seperti apa yang diajarkannya saja, selain lebih pendek juga karena NILAI-nya SAMA saja. Apakah boleh kita melanggar atau meninggalkan keutamaan yang ditinggalkan Rasulullah? Mungkin perkataan Imam Malik ini baik untuk direnungkan: Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Sesungguhnya Allah berfirman, 'Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih ' Salam :) WnS --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, banganut banganut@ wrote: ngewirid itu perkara ibadah sunat, ya ? apakah mu'akad atau ghairu mu'akad ? kalau dilanggar apakah haram ? kalau di baca kurang dari 33x atau lebih dari 33x apakah batal hukumnya ?
[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Gila,,,
nah ini juga perlu dikritisi dulu,,,:-) gilanya karena apa ? kalo gilanya karena pernah memperkosa anak orang terus digebukin , urat sarapnya putus jadi gila, maka bisa diperkirakan terus jadi gila karena nuntut elmu enggak kesampean, bisa juga diperkirakan,, tapi kalo gila karena sakit dan jatuh lalu menjadi gila, maka silahkan juga diperkirakan,, banyak disebut gila,, gila harta,,, gila wanita,, gila pria,, gila dunia,,, gila tahta,, gila pujian,, tapi lantas apa bedanya dengan wanita gila,,, pria gila,,, dunia gila,,, lingkungan gila,,, tempat gila,,, yang jadi masalah adalah ujung pertanyaan berakhir kepada masuk surga atau neraka, karena ini hak prerogatif presidennya para makhluk alias gusti Alloh untuk menentukan posisi terakhir, jadi rada-rada sulit gitu ,,, wassalam KnC --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote: Agar diskusi lebih berkembang jauh, maka patut juga direnungkan atau dibahas, yang dimulai dari pertanyaan dari saya. Pertanyaannya adalah apakah orang gila itu suci dan kelak tidak dihisab dan langsung masuk surga??? Mohon dibantah. :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote: ga boleh dikritisi bang... nanti dimarahin ama om wandy...:)) salam, ananto
[keluarga-islam] Benarkah 1 Januari Tahun Baru !
Benarkah 1 Januari Tahun Baru ! Dalam bertahun baru menurut penanggalan musim atau olar Year yang umumnya disebut tahun Masehi, mereka tidak memiliki dasar dan bukti. Jika penanggalan itu benar-benar cocok dengan pergantian musim yang menjadi dasar penyusunannya, maka permulaan tahun atau tahun barunya bukanlah pada 1 Januari' tetapi 23 Desember yaitu tanggal permulaan Surya tampak bergerak dari Tropic of Capricorn di belahan selatan Bumi ke arah Tropic of Cancer di belahan utara Penanggalan yang benar adalah penanggalan Lunar Year atau Qamariah sesuai dengan petunjuk dan keredhaan ALLAH. Tahun Baru di mulai dari 1 Muharam Selengkapnya klik di bawah; http://myquran.org/forum/index.php/topic,13089.0.html wassalam
[keluarga-islam] Ditengah Kereta Api
Ditengah Kereta Api Melaju kencang, melewati lintasan Pasar Minggu. Sore itu didalam gerbong kereta api terasa bergoyang, seperti naik motor melintasi polisi tidur. Awalnya penumpang sama sekali tidak menghiraukan. Bau terbakar menyengat, kami para penumpang baru tersadar kalo kereta api baru saja menabrak pengendara sepeda motor. Kereta api berhenti, nampak orang-orang pada turun dari kereta api dan memilih naik bus untuk melanjutkan perjalanan. Demikian halnya dengan saya melanjutkan perjalanan ke rumah dengan naik angkot. Ditengah perjalanan tak terbayang bagaimana bentuk sepeda motor dan pengemudinya. Mungkin juga seorang ayah yang tengah ditungguin anak-anaknya dengan membawa oleh-oleh. Atau anak yang hendak menengok orang tuanya. Duka teramat dalam ikut merasakannya. Pesan saya bagi sahabat-sahabat yang biasa mengendarai sepeda motor atau pengendara mobil. Berhati-hatilah dijalan dan tidak usah terburu- buru ketika melewati lintasan kereta api. Sebaiknya bersabar ketika palang pintu sudah tertutup. Tunggulah sampai kereta api lewat agar selamat sampai ditujuan. Keluarga dirumah menunggu anda. Sampaikan Salam takzim saya buat keluarga dirumah.. Wassalam, Agussyafii http://agussyafii.blogspot.com
[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?
Nambahin dikit ya kang... Di antara sabahat yang utama yang sangat berittiba kepada Rasulullah adalah Umar dan Ustman radhiyallahu 'anhum. Merekalah salah satunya yang kata Rasul wajib dipengang sunnahnya selain dari pada sunah beliau sendiri. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnadnya. Dari Ibnu Al Musayab, bahwasanya Ustman ra pergi untuk melaksanakan ibadah haji, ketika dia berada di tengah perjalanan, seseorang mengatakan kepada Ali radiyallahu `anhu, Sesungguhnya dilarang mengerjakan umrah ke haji secara tamattu. Ali radhiyallahu `anhu kemudian berkata kepada sahabatnya jika ia berangkat maka berangkatlah kalian semua. Ali radhiyallahu `anhu dan sahabatnya lalu berniat dan bertalbiyah untuk umrah, namun Ustman radhiyallahu `anhu tidak berbicara kepadanya dalam hal itu. Ali radhiyallahu `anhu kemudian berkata kepada Ustman radhiyallahu `anhu,Bukankah aku telah dikabarkan bahwa engkau telah melarang tamattu umrah?, Ustman radhiyallahu `anhu menjawab.Benar. Ali radhiyallahu `anhu berkata, Jadi engkau belum mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam pernah bertamattu. Ustaman radhiyallahu `anhu menjawab,Benar. Dari Ya'la bin Umayah, ia berkata,Aku thawaf bersama Umar radhiyallahu `anhu ketika sampai di sudut yang menyambung ke pintu Ka'bah dan Hajar Aswad, lalu aku menarik tangannya untuk memberi salam kepadanya. Namu ia (Umar) berkata,Tidakkah engkau pernah melakukan thawaf bersama Rasulullah?, Aku menjawab,Ya pernah. Umar radhiyallahu `anhu kemudian berkata,Pernahkah engkau melihat beliau memberi salam kepadanya?. Aku menjawab,Tidak. Umar radhiyallahu `anhu berkata,Tinggalkan hal itu, karena sesungguhnya pada Rasulullah ada teladan yang baik untukmu. Dari hadits di atas Umar dan Ustman radhiyallahu `anhum sama sekali tidak memerintahkan sesuatu yang Rasulullah pun tidak memerintahkan dan melakukannya. Jika mereka berdua tidak pernah mendengar atau melihat Rasulullah melakukan sesuatu maka cukuplah mereka diam dan meninggalkan apa yang akan menyelisihinya. Cukup bagi mereka Rasulullah sebagai contoh. Wallahu'alam bis shawab --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Tentu NILAI SAMA dalam amalan membaca alquran berbeda dengan apa yang dimaksud dalam riwayat tersebut Om... Kebetulan bukunya saya lupa simpan, jadi bunyi teks haditsnya belum bisa saya kutipkan. Mungkin ada rekan lain yg bisa bantu? Disana diceritakan Rasulullah mengajarkan suatu dzikiran yang lafaznya tidak sepanjang yang diamalkan oleh sahabat, tapi ternyata menurut Rasulullah PENAMBAHAN yang dilakukan sahabat tersebut tidak memiliki NILAI LEBIH. Artinya, mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah adalah lebih baik dan lebih utama, walaupun kelihatannya lebih simple. Bagaimana dengan orang yang dengan sengaja melanggar sunnah? Bukankah meninggalkan sunnah saja tidak apa2? Sekali lagi mari kita renungkan riwayat2 yang menceritakan tentang perilaku seseorang yang dengan SENGAJA menyalahi sunnah, Sufyan bin Uyainah berkata, Saya mendengar bahwa seseorang datang kepada Malik bin Anas Radhiyallahu 'anhu lalu berkata, Wahai Abu Abdullah (nama panggilan Malik), dari mana saya ihram? Ia berkata,Dari Dzulhulaifah, tempat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ihram Ia berkata, Saya ingin ihram dari masjid dari samping makam (nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam), Ia berkata, Jangan kamu lakukan. Sebab saya mengkhawatirkan engkau tertimpa fitnah, Ia berkata, Fitnah apakah dalam hal ini? Karena aku hanya menambahkan beberapa mil saja! Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Sesungguhnya Allah berfirman, Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih (QS 24:63).' Dari Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu 'anhu, bahwa dia melihat seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang tersebut berkata, Wahai Abu Muhammad (nama panggilan Sa'id bin Musayyab), apakah Allah akan menyiksa saya karena shalat? Ia menjawab : Tidak, tetapi Allah akan menyiksa kamu karena menyalahi Sunnah Sedangkan bagi mereka yang suka meninggalkan ibadah sunnah, walaupun hukumnya tidak mendapat dosa, tapi hal itu merupakan kerugian yang sangat besar. Karena mengerjakan ibadah Sunnah merupakan satu cara agar kita menjadi dekat kepada Allah, sehingga Allah mencintai kita. Tekun menjalankan dan mengamalkan sunnah adalah berarti Patuh dan ta`at kepada Rasulullah. Allah berfirman, Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintahnya) (QS 8:20) Berkata Abu Bakar as Shiddiq, Tiada sesuatu pun yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, kecuali