[keluarga-islam] Re: halal haram=Kaidah Dasar

2007-01-02 Terurut Topik arland_hmd098
Assalamu 'alaikum wr. wb.

Mas Wandy,
Sepatutnya anda dapat membedakan mana ibadah yang sudah ditentukan 
tata-caranya (mahdhoh) dan ibadah yang ghoiru mahdhoh.
disini menurut saya titik koncinya.

Kalau masalah sholat jum'at memang sudah ditentukan tata-caranya, 
begitu juga dengan tata-cara sholat wajib lainnya, sudah ditentukan 
tata-cara dan waktunya.
Begitu juga tentang pelarangan waktu/saat sholat sunnah sudah 
ditentukan juga oleh Rasulullah SAW, misalnya setelah subuh, saat 
matahari diatas kepala dan setelah ashar.

Tapi karena tidak ada larangan lain selain ketiga hal ini, dan sudah 
ada perintah untuk melakukan sholat sunnah (mutlak) sebanyak-
banyaknya, maka kapanpun kita lakukan sholat sunnah mutlak ya boleh2 
saja.
Misalnya anda sanggupnya sholat sunnah mutlak sebelum atau sesudah 
mandi, boleh juga.
Atau anda sanggup sholat sunnah mutlak sebelum tidur atau setelah 
bangun tidur, itu juga boleh. Walaupun hal itu tidak pernah 
dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang berupa sunnah muakkadah maupun 
ghoiru muakkadah, bukan berarti melakukan sholat-sholat sunnah mutlak 
itu terlarang dan bid'ah dholalah, karena perintah memperbanyak 
sholat sunnah sudah ada dalilnya, soal waktu yang dilarangpun sudah 
jelas dan terang.
yang penting tata-cara atau rukun-rukun sholat yang sudah ditentukan 
jangan diapa-apain. soalnya waktunya ya terserah sempatnya kita kapan 
mau melakukan sholat sunnah mutlak itu, berapa banyakpun hingga 1000 
rakaat sehari, kalau anda sanggup ya boleh-boleh saja.Asalkan tata-
cara dan waktu-waktu yang sudah jelas dilarang jangan kita langgar.
Dan walaupun tidak ada contohnya soal waktu-waktu ini, anda tetap 
mendapatkan pahala karena sudah melakukan kebaikan (bid'ah hasanah) 
yaitu sholat sunnah itu dengan jumlah yang cukup banyak, namun 
demikian bila sanggup mengikuti contoh/sunnah maka itu lebih afdhol 
lagi, tapi bila tidak mengikutipun bukan berarti bathil/sesat.

Ini menurut hemat saya tidak melanggar sabda Rasulullah: Siapa yang 
mengamalkan suatu amalan yang tidak di atas perintah kami maka 
amalannya itu tertolak.
Karena sholat sunnah mutlak itu memang bukan amalan baru, dan itu 
juga sudah diperintahkan untuk sholat sunnah sebanyak-banyaknya, 
asalkan jangan melanggar larangan waktu-waktu sholat tersebut.

Begitu juga zikir2, tahlil dan tahmid, sholawat dan bacaaan-bacaan Al-
Qur'an. mau dilakukan kapan saja tidak dilarang karena memang tidak 
ada larangan, mau dilakukan sebanyak-banyaknya memang dianjurkan, mau 
dilakuakan bersama-sama secara berjamaah ataupun munfarid ya gpp, 
yang penting baca-bacaan zikir, tahlildan tahmid atau ayat Al-Qur'an 
itu semua bukan berupa kalimat baru yang tak ada dalilnya, soal 
teknisnya ya terserah kita.

gitu lho maksudnya ente faham...?? :)

wassalam,
arland-jkt.




--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Seperti yang saya katakan Pak Faqih, bahwa aktifitas kita 
 sesungguhnya terbagi menjadi dua macam. Pertama aktifitas yang 
 khusus untuk Ibadah, kedua aktifitas yang berhubungan dengan 
 kduniaan (muammalah).
 
 Aktifitas yang khusus untuk ibadah inilah yang harus dilakukan 
 berdasarkan perintah/anjuran dengan tatacara dan aturan yang sudah 
 ditentukan dan dicontohkan oleh Rasulullah. Contohnya seperti yang 
 baru saja kita lakukan yaitu sholat Jum'at. Mengapa kita melakukan 
 sholat Jum'at? Karena ada dalil yang memerintahkannya. Bolehkah 
kita 
 sholat jumat dengan tatacara semau kita? Tentu tidak, melainkan 
 harus mengikuti apa yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah, yaitu 
 salah satunya dengan didahului oleh dua khutbah terlebih dahulu. 
 Kalau dibalik bagaimana... sholat dulu, baru khutbah? Ya tetap saja 
 tidak boleh, karena Rasulullah mencontohkan kepada kita Khutbah 
dulu 
 baru sholat. Lho, kan tidak ada dalil yang melarangnya..? Ibadah 
itu 
 dilakukan atas dasar perintah dan dilaksanakan sebagaimana yang 
 ditetapkan/dicontohkan Rasulullah, jadi bukan semau kita dengan 
 alasan tidak ada dalil yang melarangnya. Sebagaimana sabda 
 Rasulullah: Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak di atas 
 perintah kami maka amalannya itu tertolak. 
 
 Sebaliknya aktifitas yang berhubungan dengan keduniaan (muammalah), 
 tidak memiliki tatacara dan aturan yang baku. Karena hukum asalnya 
 (sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran) itu boleh/halal untuk 
 dikerjakan selama tidak ada dalil yang melarangnya dan 
 mengharamkannya, maka setiap muslim diberi kebebasan untuk 
 mengembangkan kreatifitasnya. Contohnya adalah seperti apa yang 
kita 
 kerjakan sekarang, email-email-an atau berinternet ria. Adakah 
 perintah untuk berinternet? Tidak. Adakah dalil yang melarangnya? 
 Tidak juga. Jadi, bolehkah kita melakukan aktifitas berinternet? 
 Boleh, asalkan tidak mengandung unsur yang dilarang syariat. Apa 
 misalnya? Browsing ke situs porno, menyebarkan berita fitnah, 
 menggunjung di milis, dsb... :)
 
 Aktifitas keduniaan (muammalah) bukan berarti tidak ada ada 
 hubungannya dengan 

Re: [keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik bos gila
Sabda Rasulullah saw :
  
  barangsiapa yg membacas setiap  selesai shalat subhanallah 33X, lalu 
alhamdulillah 33X, lalu Allah  Akbar 33X maka dihapus dosanya walau sebanyak 
buih di lautan (Shahih  Bukhari)

gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga
  kali.
  Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang
  paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
  mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: 
  
  (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah
  dikaruniakan kepada dirinya?).
  
  Tarjamahan ayat itu adalah: 
  
  Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak 30
  kali.
  
  Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan
  kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang Allah
  Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.
  
  Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga
  puluh tiga kali, 
  
  (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap).
  
  Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al
  Bandungi.
  (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air
  adalah sebagian dari iman).
  
  Salam
  
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*
   
   An-Nisa : 103-104
   Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi atau
   menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa
  bacaan itu
   sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah
  jadi
   dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan
  RasulNya
   saja yang mengetahui.
   
   Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih (Subhanallah),
   adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha
  Sempurna
   dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi tulus
   dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat maslah,
   jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih melihat
  rahmat
   Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan tak
   hitungan.
   
   
   
   Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan serba
   memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima kasih,
  bisa
   memuji keMaha-MuliaanNya.
   
   Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya jiwa yang
   bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih itulah
   diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya bagai
  Allah).
   
   Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan
  Tuhan. Diri
   seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak ada
   apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa Maha
   Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari kesadaran
  itulah,
   lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa Tuhan
   sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar.
   
   Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan
  terukur.
   Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang
  disesuaikan
   dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak pula
   kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang
  tahu kenapa
   tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul yang
   besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep saja yang
   tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja.
   
   Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-hamdu
  lilah 33
   kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan terbaca
   sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif terbaca
   sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka total
   berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, jumlahnya
   14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika
   benar-benar dibaca
   secara sungguhan dan diresapi.
   
   Logikanya, jiwa sesorang muslim mesti bisa bersih, bisa pandai
  bersyukur,
   bisa menyadari keterbatasan jika dia membaca wiridan di atas secara
  aktif
   dan teresapi dalam satu bulan.
   
   Dilanjutkan dengan membaca kalimah tahlil  La ilah illa Allah,
  Tiada Tuhan
   selain Allah. Sekian kali. Lalu berdoa. Berdoa memohon kebaikan di
  Dunia
   dan kebaikan di Akhirat. Sungguh rangkaian bacaan yang bagus dan sangat
   religius.
   
   Haruskah wiridan dilakukan dengan duduk setelah usai shalat seperti
   kebiasaan kita? Ya tidak. Bisa saja Anda berwiridan, membaca-baca
  kalimah
   thayyibah sambil tiduran, dengan jalan-jalan, termasuk dengan jungkiran
   sekalipun.
   
   Ayat studi ini memberi kebebasan cara berdzikir, yakni sambil
  berdiri, duduk
   atau tiduran  fadzkuru Allah qiyama wa qu'uda wa 'ala junubihim . 

[keluarga-islam] Re: halal haram=Kaidah Dasar

2007-01-02 Terurut Topik wandysulastra
Wa'alaikum salam wr wb...

Bang Arland, bagaimana dengan keterangan berikut:

Dari Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu 'anhu, bahwa dia melihat
seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit
fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang tersebut berkata, Wahai
Abu Muhammad (nama panggilan Sa'id bin Musayyab), apakah Allah akan
menyiksa saya karena shalat? Ia menjawab : Tidak, tetapi Allah akan
menyiksa kamu karena menyalahi Sunnah (HR Baihaqi dalam As-Sunan
Al-Kubra II/466)

Adakah dalil yang melarangan sholat SUNNAH fajar LEBIH dari dua 
rakaat? Kenapa sahabat melarang orang melakukan sholat sunnah fajar 
lebih dari dua rakaat? Itu semua karena sahabat tersebut mengetahui 
bahwa Rasulullah sepanjang hidupnya mencontohkan melaksanakan sholat 
Sunnah Fajar HANYA dua Rakaat, walaupun tidak ada dalil yang 
melarangnya.

Diriwayatkan oleh Nafi' Radhiyallahu 'anhu, Seseorang bersin di 
samping Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhu, lalu ia 
berkata, 'Alhamdulillah wassalamu 'ala Rasulih (segala puji bagi 
Allah dan kesejahteraan kepada RasulNya)'. Maka Ibnu Umar 
berkata, Dan saya mengatakan, Alhamdulillah wassalamu 'ala 
Rasulillah. Tetapi tidak demikian Rasulullah Shallallahu'alaihi wa 
sallam mengajarkan kami. Beliau mengajarkan agar kami 
mengatakan, Alhamdulillah 'ala kulli hal (segala puji bagi Allah 
dalam segala hal) (HR Tirmidzi 2738, Hakim IV/265-266, Harits bin 
Usamah Al-Baghdadi dalam Musnadnya 200)

Bahkan untuk SEKEDAR menjawab bersin pun kita diminta untuk 
mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah.

Sufyan bin Uyainah berkata, Saya mendengar bahwa seseorang datang
kepada Malik bin Anas Radhiyallahu 'anhu lalu berkata, Wahai Abu
Abdullah (nama panggilan Malik), dari mana saya ihram? Ia berkata,
Dari Dzulhulaifah, tempat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
ihram Ia berkata, Saya ingin ihram dari masjid dari samping makam
(nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam), Ia berkata, Jangan kamu 
lakukan. Sebab saya mengkhawatirkan engkau tertimpa fitnah, Ia 
berkata, Fitnah apakah dalam hal ini? Karena aku hanya menambahkan 
beberapa mil saja! Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar 
daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang 
ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Sesungguhnya 
Allah berfirman, 'Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi 
perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang 
pedih '[An-Nuur : 63] (HR Al-Khatib Al-Baghdadi dalam Al-Faqih wal 
Mutafaqih I/148, Abu Nu'aim dalam Al-hilyah VI/326, Al-Baihaqi dalam 
Al-Madhal : 236, Ibnu Baththah dalam Al-Ibanah : 98 dan Abu Syamah 
dalam Al-Ba'its : 90)

Dan masih ada banyak contoh riwayat seperti diatas yang menunjukkan 
bahwa dalam ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah haruslah 
mengikuti petunjuk Rasulullah, dan tidak boleh merekayasa sendiri.

Kalau ibadah sunnah boleh dilakukan semaunya, kenapa tiap tahun kita 
mesti meributkan sholat tarawih 8, 20, atau 40 rakaat? Kan tidak ada 
dalil yang melarang kita mau sholat 8, 20, 40, atau bahkan 100 
rakaat...

Oh, ternyata baik yang 8, 20 atau 40 itu masing2 memiliki dalil yang 
dianggap paling kuat toh Ya ndak apa2, itu hanya masalah 
ikhtilaf ulama, yang penting masing2 memiliki landasan bahwa 
Rasulullah atau pun Sahabat pernah melakukan amalan sholat tarawih 
dengan jumlah seperti yang sekarang mereka kerjakan... Yang penting 
jangan ngarang sendiri misalnya melaksanakan sholat taraweh 100 atau 
1000 Rakaat, ini baru namanya Bid'ah... hehehe..

Mudah2an dapat difahami.

Salam :)
WnS

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, arland_hmd098 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Assalamu 'alaikum wr. wb.
 
 Mas Wandy,
 Sepatutnya anda dapat membedakan mana ibadah yang sudah ditentukan 
 tata-caranya (mahdhoh) dan ibadah yang ghoiru mahdhoh.
 disini menurut saya titik koncinya.
 
 Kalau masalah sholat jum'at memang sudah ditentukan tata-caranya, 
 begitu juga dengan tata-cara sholat wajib lainnya, sudah 
ditentukan 
 tata-cara dan waktunya.
 Begitu juga tentang pelarangan waktu/saat sholat sunnah sudah 
 ditentukan juga oleh Rasulullah SAW, misalnya setelah subuh, saat 
 matahari diatas kepala dan setelah ashar.
 
 Tapi karena tidak ada larangan lain selain ketiga hal ini, dan 
sudah 
 ada perintah untuk melakukan sholat sunnah (mutlak) sebanyak-
 banyaknya, maka kapanpun kita lakukan sholat sunnah mutlak ya 
boleh2 
 saja.
 Misalnya anda sanggupnya sholat sunnah mutlak sebelum atau sesudah 
 mandi, boleh juga.
 Atau anda sanggup sholat sunnah mutlak sebelum tidur atau setelah 
 bangun tidur, itu juga boleh. Walaupun hal itu tidak pernah 
 dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang berupa sunnah muakkadah 
maupun 
 ghoiru muakkadah, bukan berarti melakukan sholat-sholat sunnah 
mutlak 
 itu terlarang dan bid'ah dholalah, karena perintah memperbanyak 
 sholat sunnah sudah ada dalilnya, soal waktu yang dilarangpun 
sudah 
 jelas dan terang.
 yang penting tata-cara atau rukun-rukun sholat yang sudah 
ditentukan 
 jangan diapa-apain. soalnya waktunya ya 

[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik wandysulastra
Memang seperti inilah yang seharusnya kita lakukan dalam beribadah. 
Apa2 yang sudah diajarkan rasulullah, lakukanlah apa adanya tanpa 
menambah atau mengurangi dan tanpa harus bertanya kenapa dan 
kenapa... :)

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*
 
 An-Nisa : 103-104
 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi 
atau
 menambah TIDAK ADA NASH YANG TEGAS MELARANG. Masalahnya, bahwa 
bacaan itu
 sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang sudah 
jadi
 dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan 
RasulNya
 saja yang mengetahui.
 
=



[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik wandysulastra
Terimakasih Pak Budi

Inilah bukti bahwa ibadah adalah berdasarkan perintah/Dalil, dan 
bukan berdasarkan larangan... Kenapa tidak dibaca 100, 200, atau 
1000, kan tidak ada dalil yang melarangnya? Ya, karena Rasulullah 
mengajarkan cuma 33, sudah cukup lakukan saja, dan jangan tanya 
kenapa dan kenapa.. Hanya Allah dan RasulNya saja yang tahu apa 
rahasia dibalik angka 33 itu... :)

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Sabda Rasulullah saw :
   
   barangsiapa yg membacas setiap  selesai shalat subhanallah 33X, 
lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah  Akbar 33X maka dihapus dosanya 
walau sebanyak buih di lautan (Shahih  Bukhari)
 
 gotholoco [EMAIL PROTECTED] 
wrote:  Kalau dieja 
atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga
   kali.
   Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya 
kurang
   paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
   mengulang-ngulang ayat yang berbunyi: 
   
   (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang 
telah
   dikaruniakan kepada dirinya?).
   
   Tarjamahan ayat itu adalah: 
   
   Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? 
Sebanyak 30
   kali.
   
   Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT 
anugerahkan
   kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang 
Allah
   Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.
   
   Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga
   puluh tiga kali, 
   
   (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, 
kelakuan menguap).
   
   Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup 
Al
   Bandungi.
   (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air
   adalah sebagian dari iman).
   
   Salam
   
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ 
wrote:
   
*Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*

An-Nisa : 103-104
Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau 
mengurangi atau
menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa
   bacaan itu
sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang 
sudah
   jadi
dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah 
dan
   RasulNya
saja yang mengetahui.

Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih 
(Subhanallah),
adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang 
Maha
   Sempurna
dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah 
refleksi tulus
dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam 
melihat maslah,
jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih 
melihat
   rahmat
Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas 
dan tak
hitungan.



Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan 
serba
memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima 
kasih,
   bisa
memuji keMaha-MuliaanNya.

Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya 
jiwa yang
bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima 
kasih itulah
diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya 
bagai
   Allah).

Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di 
hadapan
   Tuhan. Diri
seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. 
Tak ada
apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, 
betapa Maha
Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari 
kesadaran
   itulah,
lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, 
bahwa Tuhan
sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar.

Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang 
dan
   terukur.
Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang
   disesuaikan
dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan 
tidak pula
kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. 
Yang
   tahu kenapa
tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan 
kapsul yang
besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep 
saja yang
tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja.

Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-
hamdu
   lilah 33
kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan 
terbaca
sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif 
terbaca
sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, 
maka total
berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, 
jumlahnya
14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika
benar-benar dibaca
secara sungguhan dan diresapi.

Logikanya, jiwa sesorang muslim mesti bisa bersih, bisa pandai
   bersyukur,
bisa menyadari keterbatasan jika dia membaca wiridan di atas 
secara
   aktif
dan teresapi dalam satu bulan.

Dilanjutkan dengan membaca 

[keluarga-islam] Pernikahan Yang Produktif

2007-01-02 Terurut Topik iwan

Pernikahan yang Produktif



sumber : http://akmal.multiply.com/journal/item/401



assalaamu'alaikum wr. wb.

Wah, ada buku baru nih! kata seorang teman.


Buku apa?

Buku love story antara Rasulullah saw. dan Khadijah ra.!

O ya?  Menarik juga, ya!  Sepertinya memang Khadijah ra. itulah
istri Rasulullah saw. yang paling istimewa.  Padahal istri-istrinya yang
lain pun tidak ada yang tidak istimewa.

Ya, tapi beda level, lah !

Beda level bagaimana?

Khadijah ra. `kan istri Rasulullah saw. yang setia mendukungnya
di saat-saat penuh kesusahan di masa awal dakwah di Mekkah.  Kalau
istri-istri beliau yang lain sih, kasarnya nih, tinggal enaknya aja! 
Saat beliau menikahi istri-istri yang lain, beliau `kan sudah
menjadi pemimpin besar di Madinah.

* * * * * * *

Ya, memang benar.  Saya pribadi belum pernah mendengar ada pernikahan
lain yang lebih produktif daripada pernikahan Rasulullah saw. dengan
Khadijah ra.  `Aisyah memang paling muda, paling pintar, dan konon,
juga paling cantik.  Tapi semua aset dalam dirinya itu masih saja
`beda level' dengan Khadijah ra.  Itulah sebabnya Rasulullah
saw. seringkali menyebut-nyebut dan memuji-muji nama Khadijah ra., jauh
setelah istri pertamanya itu wafat.

Hal yang paling sering dibahas oleh orang-orang dari kisah cinta mereka
adalah bahwa Rasulullah saw. lebih lama bermonogami daripada
berpoligami.  Sama sekali tidak salah.  Hanya saja, ada hal lain yang
bisa digali dari sana.  Mengapa dalam masa-masa awal dakwahnya di Mekkah
– yang penuh kesulitan itu – Rasulullah saw. merasa cukup dengan
seorang Khadijah ra. sebagai pendamping hidupnya?

Perlu diingat, bahwa pernikahan ini tidak dimulai dengan pinangan dari
pihak Rasulullah saw., melainkan justru Khadijah ra.-lah yang menawarkan
dirinya melalui perantara.  Lelaki ini begitu tinggi kemuliaan
akhlaq-nya hingga seorang perempuan terhormat yang dimuliakan di Mekkah
mau menawarkan diri untuk menjadi istrinya.  Tambahan lagi, perempuan
itu adalah saudagar yang mempercayakan perdagangannya kepada Rasulullah
saw.  Dengan kata lain, beliau dulunya adalah `atasan' dari sang
al-Amin.  Lelaki yang mampu meluluhkan hati perempuan semulia Khadijah
ra. sedemikian rupa, menurut keyakinan saya pribadi, takkan mengalami
kesulitan untuk mendapatkan beberapa perempuan lain yang mau dijadikan
istri.  Toh, masyarakat jahiliyah pada masa itu sudah terbiasa dengan
poligami yang tanpa aturan.

Kenyataannya, beliau merasa cukup dengan Khadijah ra.

Inilah pernikahan yang paling produktif yang pernah ada di seluruh
dunia!  Sesudah Jibril menampakkan dirinya dan membuat Muhammad saw.
lari ketakutan, siapa yang menyelimuti beliau dengan kehangatan dan
menghiburnya dengan ucapan yang tidak sedikitpun dikotori oleh rasa
ragu?  Abu Bakar ra. diberi gelar ash-shiddiq karena selalu membenarkan
Rasulullah saw., namun ia hanyalah back up dari Rasululah saw. yang amat
yakin dengan dakwahnya.  Ingatlah bahwa di sisi Rasulullah saw. ada
seorang istri setia yang tidak pernah sedetik pun ragu pada suaminya,
bahkan ketika Rasulullah saw. ragu dengan penglihatannya sendiri. 
Apakah yang tadi itu benar malaikat, atau syaithan?  Khadijah ra.-lah
yang memantapkan hati beliau, padahal ia tidak bersamanya ketika Jibril
datang.

Khadijah ra.-lah yang `pasang badan' demi dakwah, ketika umat
Islam masih sangat sedikit dan dikepung oleh kekuatan musyrik dari
segala arah.  Semua kekayaan dan kemuliaan yang sudah dimilikinya
benar-benar dibaktikan demi misi suci sang suami.  Jika Anda memuji Abu
Bakar ra. karena kesetiaannya, Umar ra. karena keberaniannya, dan Ali
ra. karena keperkasaannya, maka setidaknya janganlah melupakan perempuan
mulia yang satu ini.

Ketika Rasulullah saw. dan para pengikutnya diboikot, adakah Khadijah
ra. mengeluh dan mengingat-ingat kejayaannya di masa lalu?  Pernahkah
keluar satu kata cemooh dari lidahnya karena menyesali keputusannya
untuk menawarkan diri pada salah satu pedagang yang bekerja untuk
dirinya itu?  Demi Allah, sejarah tidak pernah mendengar keburukan
semacam itu datang dari pribadi Khadijah ra.!

Inilah pernikahan yang paling produktif.  Dua orang manusia
dipersatukan, kemudian bahu-membahu di jalan dakwah, bukannya larut
dalam kebahagiaan berdua.  Manusia yang sedang dimabuk cinta memang
merasa dunia milik berdua, namun untuk semua hal ada waktu-waktunya. 
Rasulullah saw. dan Khadijah ra. telah memberi contoh kepada kita
bagaimana sebuah pernikahan semestinya mempengaruhi hidup kita.

Sungguh aneh umat ini, karena mengaku meneladani Rasulullah saw. namun
bersikap jauh dari apa yang dicontohkannya.  Mereka yang sudah menikah
tiba-tiba saja bersikap seolah-olah waktunya habis.  Tidak ada lagi
waktu untuk dakwah, tidak ada lagi waktu untuk mengurusi teman, tidak
ada kesempatan lagi untuk mencermati kebutuhan umat, dan tidak ada
energi lagi untuk bersikap kritis terhadap keadaan.

Seorang teman pernah berkata pada saya : Lu harus aktif, mumpung
belum nikah!

Dagelan macam apa lagi ini?  Saya menikah untuk meningkatkan

[keluarga-islam] Re: Undangan Milis Moderator (Hanya untuk Moderator)

2007-01-02 Terurut Topik Ikhwan Sopa
Assalamu'alaikum wr.wb.

Yth Mas Dodi.

Terimakasih atas responnya.
Aku tanggepin dikit ya.

Positif, ya. Penilaiannya terserah masing-masing. Jika merasa punya 
misi positif ya monggo. Kalo nanti para moderatornya ternyata 'gak 
terima', ya mereka cuman jalanin tugas aja. Kaitannya dengan orientasi
milisnya, bukan dengan positif atau tidaknya. Mereka sendiri, pasti 
punya ukuran positif itu kayak apa. Tapi yang jelas, positif itu pan 
luar biasa luasnya. Jadi, nggak perlu khawatir duluan. Coba aja. Try. 
You'll know.

Secara pribadi, aku melihatnya dari segi kita sebagai individu. 
Setiap kita toh pasti pengen yang positif-positif kan? Itu saja, 
sudah bisa menjadi kesepakatan pendahuluan. Intinya, hal atau 
keinginan positif itu pan perlu diomongin. Jadi orang langsung 
tahu, woooh gito to Kalo nggak, kan bakal simpang siur nantinya.

Kalo sampeyan punya hal-hal positif sekitar 10.000 item, orang lain 
juga punya 10.000 item, dijamin lebih dari 90 persen pasti sama deh 
(itung deh kalo gak percaya, he...he...he...). Banyakan samanya 
daripada bedanya.

Kalo moderator milis keluarga-islam, moderator milis bakso, dan 
moderator milis vw kodok gabung, Insya Allah masih bisa deh 
berdampingan.

Makan bakso di dalam vw kodok. Di depan masjid abis shalat dhuhur.

Catatan itu diberikan, untuk menunjukkan orientasi yang bersahabat. 
Bayangkan kalo catatan itu bunyinya begini hanya untuk milis yang 
membawa nilai negatif. Lha sampeyan ya pasti lebih binun lagi kan?

Maxudnya sih, kalo ngomong positif, itu berarti TST-lah. Kalo emang 
positif ama positif, Insya Allah nggak tabrakan deh. Nggak kayak besi 
magnet.

Soal dimoderasi, itu adalah konsekuensi keinginan. Milis pan pasti 
punya dasar, yaitu interest alias minat. Trus, dari situ muncul 
impian, milisnya mau kayak apa ya?

Mimpi itu gak bakal jalan sendirian, harus digawangi.

Setengah hati, ya. Soalnya hati setiap orang memang setengah-
setengah. Setengahnya positif, setengah lagi negatif. Pan bukan 
malekat.

Dibanned? Lha! Berapa yang udah dibanned dari sono? Mulai aja belon...

BTW: Ente moderator?
Udah deh bang... tenang aja, semua aman kok. Gabung ya?

Wassalamu'alaikum wr.wb.
Ikhwan Sopa
Moderator Milis Moderator.



--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, dodindra [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Ass.Wr.Wb.
 
 Om Popa yang baik, ajakan ini merupakan hal positip, sebagai ajang
 silaturohmi.
 Mohon maaf sebelumnya ya, kok ajakan ini rasanya setengah hati.
 Gini alasannya :
 
 ada kata-kata : Catatan: 1. Milis ini hanya menerima moderator dari
 milis yang bernilai POSITIF. 2. Milis ini DIMODERASI .
 
 Siapa yang menilai sesuatu Milis yang bernilai positip ?Apa 
acuannya ?
 lalu, Kenapa mesti DIMODERASI ? biasanya sich...milis yang 
dimoderasi
 adalah milis tertutup, yang hanya mau menerima dari golongannya 
saja,
 dan ujungnya, ketika ada yang bukan golongannya, ya dibanned lah,
 tanpa ada penjelasan yang rasional, walau ajakan bergabungnya 
disebar
 kemana-mana.
 
 Mohon maaf lho, ini hanya komentar pribadi, silahkan para Moderator
 kalau mau gabung, dan mohon dijelaskan lho oleh om POPA komentar 
saya
 ini...nuhun...
 
 wassalam,
 dodi



[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik banganut
Enak sekali ...
cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan.

Mohon di kritisi ...

wassalam

anut

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Sabda Rasulullah saw :

 barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu
alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau
sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari)

 gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan
33 kali adalah Tiga puluh tiga
   kali.
   Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang
   paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
   mengulang-ngulang ayat yang berbunyi:

   (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah
   dikaruniakan kepada dirinya?).

   Tarjamahan ayat itu adalah:

   Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak
30
   kali.

   Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan
   kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang
Allah
   Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.

   Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga
   puluh tiga kali,

   (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap).

   Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al
   Bandungi.
   (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air
   adalah sebagian dari iman).

   Salam

   --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@
wrote:
   
*Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*
   
An-Nisa : 103-104
Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi
atau
menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa
   bacaan itu
sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang
sudah
   jadi
dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan
   RasulNya
saja yang mengetahui.
   
Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih
(Subhanallah),
adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha
   Sempurna
dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi
tulus
dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat
maslah,
jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih
melihat
   rahmat
Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan
tak
hitungan.
   
   
   
Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan
serba
memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima
kasih,
   bisa
memuji keMaha-MuliaanNya.
   
Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya
jiwa yang
bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih
itulah
diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya
bagai
   Allah).
   
Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan
   Tuhan. Diri
seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak
ada
apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa
Maha
Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari
kesadaran
   itulah,
lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa
Tuhan
sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar.
   
Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan
   terukur.
Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang
   disesuaikan
dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak
pula
kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang
   tahu kenapa
tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul
yang
besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep
saja yang
tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja.
   
Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-hamdu
   lilah 33
kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan
terbaca
sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif
terbaca
sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka
total
berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, jumlahnya
14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika
benar-benar dibaca
secara sungguhan dan diresapi.
   
Logikanya, jiwa sesorang muslim mesti bisa bersih, bisa pandai
   bersyukur,
bisa menyadari keterbatasan jika dia membaca wiridan di atas
secara
   aktif
dan teresapi dalam satu bulan.
   
Dilanjutkan dengan membaca kalimah tahlil  La ilah illa Allah,
   Tiada Tuhan
selain Allah. Sekian kali. Lalu berdoa. Berdoa memohon kebaikan
di
   Dunia
dan kebaikan di Akhirat. Sungguh rangkaian bacaan yang bagus dan
sangat
religius.
   
Haruskah wiridan dilakukan dengan duduk setelah usai shalat
seperti
kebiasaan kita? Ya tidak. Bisa saja Anda berwiridan, membaca-baca
   kalimah
thayyibah sambil tiduran, dengan 

[keluarga-islam] Darood

2007-01-02 Terurut Topik ***hajikhan***

   
  Abu Humaid As-Sa`idi (May Allah be pleased with him) reported: 
  The Companions of the Messenger of Allah (PBUH) said: O Messenger of Allah! 
  How should we supplicate for you?'' He (PBUH) replied, 
  Say: 
  `Allahumma salli `ala Muhammadin wa `ala azwajihi wa dhurriyyatihi, 
  kama sallaita `ala Ibrahima; wa barik `ala Muhammadin wa `ala azwajihi 
  wa dhurriyyatihi, kama barakta `ala Ibrahima, innaka Hamidum-Majid 
  (O Allah sent Your Salat (O Allah, exalt the mention of Muhammad and his 
  wives and offspring as You exalted the mention of the family of Ibrahim, 
  and bless Muhammad and the wives and  the offspring of Muhammad as 
  you blessed the family of Ibrahim. You are the Praised, the Glorious'.''
[Al-Bukhari and Muslim]. 
   
  


[keluarga-islam] Subhan-Allahi wa bihamdihi (100 times)

2007-01-02 Terurut Topik ***hajikhan***

  Abu Hurairah (May Allah be pleased with him) reported: 
  The Messenger of Allah (PBUH) said, 
  He who utters: 
  `Subhan-Allahi wa bihamdihi 
  (Allah is free from imperfection and His is the praise)' 
  one hundred times a day, 
  his sins will be obliterated even if they are equal to 
  the extent of the foam of the ocean.''
[Al-Bukhari and Muslim]. 
  


[keluarga-islam] (Do'a of the Day) 13 Dzulhijjah 1427H

2007-01-02 Terurut Topik Ananto

Bismillah irRahman irRaheem
In the Name of Allaah, The Most Gracious, The Most Kind

Allahumma anta robbi laa illaaha illa anta kholaqtani wa ana ab'duka wa ana
ala ahdika wawa'dika mastatho'tu audzubika min syarri ma shona'tu wa abu u
ilaika bini'matika alayya wa a'tarifu bidunubi faghfirli dunubii innahu laa
yahghfiruddunuuba illa anta.

Ya Allah Engkau pembimbingku tiada yang patut disembah kecuali Engkau
penciptaku dan kami hambamu dan kami atas janjimu dan menjanjikan Engkau
semampukku aku berlindung pada-Mu apa-apa kejelekan yg mengerjakan aku dan
tobat kami pada Engkau dengan nikmat-Mu atas kami dan mengakui aku atas
dosaku maka ampunilah aku dosa-dosaku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni
dosa kecuali Engkau


Re: [keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik Ananto

ga boleh dikritisi bang...
nanti dimarahin ama om wandy...:))

salam,
ananto


On 1/2/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Enak sekali ...
cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan.

Mohon di kritisi ...

wassalam

anut

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
bos gila [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Sabda Rasulullah saw :

 barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu
alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau
sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari)

 gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan
33 kali adalah Tiga puluh tiga
 kali.
 Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang
 paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
 mengulang-ngulang ayat yang berbunyi:

 (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah
 dikaruniakan kepada dirinya?).

 Tarjamahan ayat itu adalah:

 Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak
30
 kali.

 Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan
 kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang
Allah
 Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.

 Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga
 puluh tiga kali,

 (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap).

 Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al
 Bandungi.
 (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air
 adalah sebagian dari iman).

 Salam

 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
Ananto pratikno.ananto@
wrote:
 
  *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*
 
  An-Nisa : 103-104
  Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi
atau
  menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa
 bacaan itu
  sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang
sudah
 jadi
  dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan
 RasulNya
  saja yang mengetahui.
 
  Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih
(Subhanallah),
  adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha
 Sempurna
  dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi
tulus
  dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat
maslah,
  jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih
melihat
 rahmat
  Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan
tak
  hitungan.
 
 
 
  Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan
serba
  memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima
kasih,
 bisa
  memuji keMaha-MuliaanNya.
 
  Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya
jiwa yang
  bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih
itulah
  diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya
bagai
 Allah).
 
  Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan
 Tuhan. Diri
  seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak
ada
  apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa
Maha
  Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari
kesadaran
 itulah,
  lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa
Tuhan
  sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar.
 
  Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan
 terukur.
  Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang
 disesuaikan
  dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak
pula
  kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang
 tahu kenapa
  tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul
yang
  besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep
saja yang
  tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja.
 
  Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-hamdu
 lilah 33
  kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan
terbaca
  sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif
terbaca
  sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka
total
  berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, jumlahnya
  14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika
  benar-benar dibaca
  secara sungguhan dan diresapi.
 
  Logikanya, jiwa sesorang muslim mesti bisa bersih, bisa pandai
 bersyukur,
  bisa menyadari keterbatasan jika dia membaca wiridan di atas
secara
 aktif
  dan teresapi dalam satu bulan.
 
  Dilanjutkan dengan membaca kalimah tahlil  La ilah illa Allah,
 Tiada Tuhan
  selain Allah. Sekian kali. Lalu berdoa. Berdoa memohon kebaikan
di
 Dunia
  dan kebaikan di Akhirat. Sungguh rangkaian bacaan yang bagus dan
sangat
  religius.
 
  Haruskah wiridan dilakukan dengan duduk setelah usai shalat
seperti
  kebiasaan kita? Ya tidak. Bisa saja Anda berwiridan, membaca-baca
 kalimah
  thayyibah sambil tiduran, dengan 

[keluarga-islam] Bersembunyi dalam Diri-Mu

2007-01-02 Terurut Topik Ananto

Bersembunyi dalam Diri-Mu
Bersembunyi dalam diri-Ku

Tiada yang tahu tentang diri-Ku
karena yang kutahu hanya Diri-Mu

Sembunyikanlah aku dalam Diri-Mu
Agar kutahu siapa diri-Ku

Hilang
tiada arti
sunyi
tiada sepi

Yang ada hanya Diri-Mu

Allah Akbar


[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik banganut
ngewirid itu perkara ibadah sunat, ya ? apakah mu'akad atau ghairu
mu'akad ? kalau dilanggar apakah haram ? kalau di baca kurang dari 33x
atau lebih dari 33x  apakah batal hukumnya ?

mohon pencerahan

wassalam

anut

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Terimakasih Pak Budi

 Inilah bukti bahwa ibadah adalah berdasarkan perintah/Dalil, dan
 bukan berdasarkan larangan... Kenapa tidak dibaca 100, 200, atau
 1000, kan tidak ada dalil yang melarangnya? Ya, karena Rasulullah
 mengajarkan cuma 33, sudah cukup lakukan saja, dan jangan tanya
 kenapa dan kenapa.. Hanya Allah dan RasulNya saja yang tahu apa
 rahasia dibalik angka 33 itu... :)

 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila pemudasuci@
 wrote:
 
  Sabda Rasulullah saw :
 
barangsiapa yg membacas setiap  selesai shalat subhanallah 33X,
 lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah  Akbar 33X maka dihapus dosanya
 walau sebanyak buih di lautan (Shahih  Bukhari)
 
  gotholoco gotholoco@
 wrote:  Kalau dieja
 atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga
kali.
Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya
 kurang
paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
mengulang-ngulang ayat yang berbunyi:
 
(entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang
 telah
dikaruniakan kepada dirinya?).
 
Tarjamahan ayat itu adalah:
 
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
 Sebanyak 30
kali.
 
Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT
 anugerahkan
kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang
 Allah
Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.
 
Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga
puluh tiga kali,
 
(namun percuma juga seh kalau mulut mengucap,
 kelakuan menguap).
 
Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup
 Al
Bandungi.
(walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air
adalah sebagian dari iman).
 
Salam
 
--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@
 wrote:

 *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*

 An-Nisa : 103-104
 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau
 mengurangi atau
 menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa
bacaan itu
 sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang
 sudah
jadi
 dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah
 dan
RasulNya
 saja yang mengetahui.

 Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih
 (Subhanallah),
 adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang
 Maha
Sempurna
 dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah
 refleksi tulus
 dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam
 melihat maslah,
 jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih
 melihat
rahmat
 Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas
 dan tak
 hitungan.



 Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan
 serba
 memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima
 kasih,
bisa
 memuji keMaha-MuliaanNya.

 Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya
 jiwa yang
 bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima
 kasih itulah
 diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya
 bagai
Allah).

 Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di
 hadapan
Tuhan. Diri
 seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala.
 Tak ada
 apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia,
 betapa Maha
 Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari
 kesadaran
itulah,
 lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam,
 bahwa Tuhan
 sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar.

 Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang
 dan
terukur.
 Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang
disesuaikan
 dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan
 tidak pula
 kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk.
 Yang
tahu kenapa
 tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan
 kapsul yang
 besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep
 saja yang
 tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja.

 Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-
 hamdu
lilah 33
 kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan
 terbaca
 sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif
 terbaca
 sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu,
 maka total
 berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan,
 jumlahnya
 14.850kali. Sebuah 

[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik banganut
kalau ngak di kritisi nanti ada yang memahami cukup ngewirid 33x ngak
perlu ibadah yang lain, kalau bikin dosa ngak apa-apa,nanti masuk sorga
juga sebab cukup ngewiridd 33x dosa sudah dihapus lalu masuk sorga
dengan berlenggang , enak tenaaan mas

wassalam

anut
--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 ga boleh dikritisi bang...
 nanti dimarahin ama om wandy...:))

 salam,
 ananto


 On 1/2/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
Enak sekali ...
  cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan.
 
  Mohon di kritisi ...
 
  wassalam
 
  anut
 
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com
keluarga-islam%40yahoogroups.com,
  bos gila pemudasuci@ wrote:
  
   Sabda Rasulullah saw :
  
   barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X,
lalu
  alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau
  sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari)
  
   gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan
  33 kali adalah Tiga puluh tiga
   kali.
   Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya
kurang
   paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
   mengulang-ngulang ayat yang berbunyi:
  
   (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang
telah
   dikaruniakan kepada dirinya?).
  
   Tarjamahan ayat itu adalah:
  
   Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak
  30
   kali.
  
   Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT
anugerahkan
   kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang
  Allah
   Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.
  
   Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga
   puluh tiga kali,
  
   (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap).
  
   Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al
   Bandungi.
   (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air
   adalah sebagian dari iman).
  
   Salam
  
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.com
keluarga-islam%40yahoogroups.com,
  Ananto pratikno.ananto@
  wrote:
   
*Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*
   
An-Nisa : 103-104
Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau
mengurangi
  atau
menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa
   bacaan itu
sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang
  sudah
   jadi
dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah
dan
   RasulNya
saja yang mengetahui.
   
Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih
  (Subhanallah),
adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang
Maha
   Sempurna
dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah
refleksi
  tulus
dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat
  maslah,
jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih
  melihat
   rahmat
Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan
  tak
hitungan.
   
   
   
Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan
  serba
memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima
  kasih,
   bisa
memuji keMaha-MuliaanNya.
   
Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya
  jiwa yang
bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima
kasih
  itulah
diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya
  bagai
   Allah).
   
Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan
   Tuhan. Diri
seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala.
Tak
  ada
apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa
  Maha
Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari
  kesadaran
   itulah,
lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa
  Tuhan
sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar.
   
Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang
dan
   terukur.
Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang
   disesuaikan
dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan
tidak
  pula
kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang
   tahu kenapa
tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul
  yang
besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep
  saja yang
tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja.
   
Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-hamdu
   lilah 33
kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan
  terbaca
sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif
  terbaca
sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka
  total
berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan,
jumlahnya
14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika
benar-benar dibaca
secara sungguhan dan diresapi.
   
Logikanya, jiwa 

[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik gotholoco
Agar diskusi lebih berkembang jauh, maka patut juga direnungkan atau
dibahas, yang dimulai dari pertanyaan dari saya.  
Pertanyaannya adalah apakah orang gila itu suci dan kelak tidak
dihisab dan langsung masuk surga???

Mohon dibantah.
:)
 

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 ga boleh dikritisi bang...
 nanti dimarahin ama om wandy...:))
 
 salam,
 ananto
 
 
 On 1/2/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
Enak sekali ...
  cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan.
 
  Mohon di kritisi ...
 
  wassalam
 
  anut
 
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com
keluarga-islam%40yahoogroups.com,
  bos gila pemudasuci@ wrote:
  
   Sabda Rasulullah saw :
  
   barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu
  alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau
  sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari)
  
   gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan
  33 kali adalah Tiga puluh tiga
   kali.
   Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang
   paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
   mengulang-ngulang ayat yang berbunyi:
  
   (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah
   dikaruniakan kepada dirinya?).
  
   Tarjamahan ayat itu adalah:
  
   Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak
  30
   kali.
  
   Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan
   kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang
  Allah
   Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.
  
   Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga
   puluh tiga kali,
  
   (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap).
  
   Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al
   Bandungi.
   (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air
   adalah sebagian dari iman).
  
   Salam
  
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.com
keluarga-islam%40yahoogroups.com,
  Ananto pratikno.ananto@
  wrote:
   
*Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*
   
An-Nisa : 103-104
Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi
  atau
menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa
   bacaan itu
sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang
  sudah
   jadi
dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan
   RasulNya
saja yang mengetahui.
   
Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih
  (Subhanallah),
adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha
   Sempurna
dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi
  tulus
dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat
  maslah,
jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih
  melihat
   rahmat
Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan
  tak
hitungan.
   
   
   
Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan
  serba
memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima
  kasih,
   bisa
memuji keMaha-MuliaanNya.
   
Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya
  jiwa yang
bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih
  itulah
diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya
  bagai
   Allah).
   
Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan
   Tuhan. Diri
seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak
  ada
apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa
  Maha
Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari
  kesadaran
   itulah,
lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa
  Tuhan
sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar.
   
Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan
   terukur.
Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang
   disesuaikan
dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak
  pula
kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang
   tahu kenapa
tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul
  yang
besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep
  saja yang
tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja.
   
Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-hamdu
   lilah 33
kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan
  terbaca
sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif
  terbaca
sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, maka
  total
berjumlah 3465 kali. Jika dibaca aktif dalam satu bulan, jumlahnya
14.850kali. Sebuah angka cukup efektif menembus sanubari, jika
benar-benar dibaca
secara sungguhan dan diresapi.
   
Logikanya, jiwa sesorang muslim 

[keluarga-islam] Selamat Tahun Baru

2007-01-02 Terurut Topik Ananto

Selamat Tahun Baru

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri


Sampai sekarang saya belum paham persis mengapa setiap tahun baru datang,
orang-orang menyambutnya dengan suka cita. Terkadang –terutama di kota-kota
besar—sambutan malah berlebihan. Sering kali dengan pesta pora gegap
gempita.

Suka cita orang yang menyambut tahun baru itu apakah karena besarnya
optimisme akan datangnya masa yang lebih cerah, atau merupakan luapan rasa
lega dengan ditinggalkannya masa lalu yang parah? Ataukah itu hanya seperti
kesukaan lumrah orang kepada setiap yang baru.

Padahal, bukankah tahun baru merupakan rambu-rambu penanda jarak mendekati
batas akhir perjalanan hidup yang berarti pengurangan umur? Bagi orang yang
menyadari batas akhir sejak melangkah dalam perjalanan hidup, seperti
Sutardji Calzoum Bachri yang bersajak maut menabungku/ segobang segobang,
tahun baru tentu tidak serta merta disambut dengan gembira. Tapi terlebih
dulu dengan perenungan.


Apabila tahun yang lewat mencatat masukan-masukan positif bagi bekal
perjalanan selanjutnya, maka sudah selayaknya tahun yang baru datang
disyukuri. Namun apabila sebaliknya, tahun yang lalu memperlihatkan rapor
buruk; maka kegembiraan menyambut tahun yang baru sungguh sulit dimengerti.


Sebagai hamba Allah yang diangkat sebagai khalifahNya di muka bumi, sudah
sepatutnya, dalam menyambut tahun baru, kita merenungkan perjalanan hidup
yang sudah kita lalui bagi melanjutkan perjalanan menjelang tempuhan yang
akan. Jangan-jangan selama ini, kita terlampau sadar dengan kekhalifan kita
hingga melupakan kehambaan. Atau sebaliknya terlalu sadar akan kehambaan
kita lalu tidak berbuat apa-apa, hanya menunggu nasib dan lupa untuk apa
kita diangkat sebagai khalifahNya.


Kadang-kadang kita menyadari kehambaan dan kekhalifahan kita, tapi kita
kurang memahami apa yang harus kita lakukan sebagai hamba dan apa yang harus
kita lakukan sebagai khalifahNya. Maka bisa saja terjadi hanya kita yang
merasa hamba, sedangkan Tuhan sendiri tidak menganggap. Na'udzu billah. Atau
kita merasa sebagai khalifah bumi, padahal saat demi saat kita merusaknya


Jangan-jangan selama ini kita malah melupakan kedua-duanya. Melupakan
kehambaan dan kekhalifahan kita, karena kita melupakan Tuhan yang mengangkat
kita sebagai khalifahNya. Dalam kitab suciNya, Allah berfirman kepada kaum
beriman: Walaa takuunu kalladziina nasuuLlaha fa ansaahum anfusahum;
ulaa-ika humul-faasiquun (Q. 59: 19), Dan janganlah kalian seperti
orang-orang yang lupa akan Allah lalu Allah menjadikan mereka lupa akan diri
mereka sendiri; mereka itulah orang-orang yang fasik.


Orang yang lupa diri akibat lupa Allah, bagaimana bisa diharapkan ingat akan
yang lain; ingat tempatnya, lingkungannya, keluarganya, saudaranya, dlsb.
Orang Indonesia yang lupa diri, akan lupa negerinya, lupa bangsanya, lupa
kewajibannya. Bila orang yang lupa diri ini termasuk rakyat jelata, mungkin
tidak seberapa pengaruhnya terhadap kehidupan. Tapi bila dia termasuk elite,
termasuk pemimpin, Anda bisa bayangkan –atau malah bisa membuktikan— sendiri
betapa buruk dampak yang diakibatkannya. Bayangkan pemimpin yang lupa diri
dan lupa amanah serta tanggungjawab yang dipikulnya. Bayangkan pejabat yang
lupa diri dan lupa bahwa tidak semua yang ada ditangannya adalah miliknya
dan bahwa dia tidak selamanya menjabat. Bayangkan orang berilmu yang lupa
diri dan lupa memanfaatkan serta mengamalkan ilmunya. Bayangkan kiai yang
lupa diri dan lupa maqamnya. Bayangkan …apa jadinya.


Dengan merenung, kita jadi sadar bahwa hidup di dunia ini ternyata memang
sangat singkat. Kemarin baru tahun 2006, tak terasa sekarang sudah tahun
2007. Yang kemarin belum lahir, kini sudah lahir, Yang kemarin masih bersama
kita, kini telah tiada. Yang kemarin belum balig sekarang sudah dewasa. Yang
kemarin belum menikah, sekarang sudah punya anak. Yang kemarin …, sekarang …



Hidup di dunia ini bagaikan waktu Asar, sangat singkat. Dan perjalanan
setelah itu sangat jauh. Sebelum lupa, mari kita ingat-ingat: tahun-tahun
kemarin seberapa banyak kita mengumpulkan bekal dan seberapa banyak kita
mensia-siakan bahkan membuang-buang bekal? Tahun ini, apakah kita akan
melanjutkan pemupukan dan mengembangan perolehan positif kita bagi
kepentingan kebahagiaan hakiki dan abadi kita? Ataukah kita akan terus
mengulang-ulang rutinitas kesia-siaan kita; meski Tuhan bersama alamNya
terus mengingatkan kita?


Demi waktu Asar, sungguh manusia itu benar-benar dalam kerugian; kecuali
mereka yang beriman, mengerjakan amal saleh, saling menasehati bagi
menegakkan kebenaran dan saling menasehati untuk sabar. (Q. 103)


Selamat Tahun Baru! Selamatlah Tahun ini!


[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik wandysulastra
Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah pernah suatu ketika 
setelah selesai sholat langsung pulang tanpa wirid terlebih dahulu. 
Dalam satu riwayat pula pernah diceritakan bahwa seorang sahabat 
pernah membaca suatu bacaan yang teksnya jauh lebih panjang dari apa 
yang diajarkan Rasulullah. Ketika itu Rasulullah meminta sahabat 
tersebut untuk membaca seperti apa yang diajarkannya saja, selain 
lebih pendek juga karena NILAI-nya SAMA saja.

Apakah boleh kita melanggar atau meninggalkan keutamaan yang 
ditinggalkan Rasulullah? 

Mungkin perkataan Imam Malik ini baik untuk direnungkan:

Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar
daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang
ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Sesungguhnya
Allah berfirman, 'Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi
perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang
pedih '

Salam :)
WnS

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, banganut [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 ngewirid itu perkara ibadah sunat, ya ? apakah mu'akad atau ghairu
 mu'akad ? kalau dilanggar apakah haram ? kalau di baca kurang dari 
33x
 atau lebih dari 33x  apakah batal hukumnya ?
 
 mohon pencerahan
 
 wassalam
 
 anut
 
 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra
 wandysulastra@ wrote:
 
  Terimakasih Pak Budi
 
  Inilah bukti bahwa ibadah adalah berdasarkan perintah/Dalil, dan
  bukan berdasarkan larangan... Kenapa tidak dibaca 100, 200, atau
  1000, kan tidak ada dalil yang melarangnya? Ya, karena Rasulullah
  mengajarkan cuma 33, sudah cukup lakukan saja, dan jangan tanya
  kenapa dan kenapa.. Hanya Allah dan RasulNya saja yang tahu apa
  rahasia dibalik angka 33 itu... :)
 
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila pemudasuci@
  wrote:
  
   Sabda Rasulullah saw :
  
 barangsiapa yg membacas setiap  selesai shalat subhanallah 
33X,
  lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah  Akbar 33X maka dihapus dosanya
  walau sebanyak buih di lautan (Shahih  Bukhari)
  
   gotholoco gotholoco@
  wrote:  Kalau 
dieja
  atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga
 kali.
 Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya
  kurang
 paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
 mengulang-ngulang ayat yang berbunyi:
  
 (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang
  telah
 dikaruniakan kepada dirinya?).
  
 Tarjamahan ayat itu adalah:
  
 Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
  Sebanyak 30
 kali.
  
 Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT
  anugerahkan
 kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat 
yang
  Allah
 Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.
  
 Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah 
tashbih tiga
 puluh tiga kali,
  
 (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap,
  kelakuan menguap).
  
 Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang 
Ucup
  Al
 Bandungi.
 (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah 
air
 adalah sebagian dari iman).
  
 Salam
  
 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto 
pratikno.ananto@
  wrote:
 
  *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*
 
  An-Nisa : 103-104
  Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau
  mengurangi atau
  menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, 
bahwa
 bacaan itu
  sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep 
yang
  sudah
 jadi
  dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya 
Allah
  dan
 RasulNya
  saja yang mengetahui.
 
  Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih
  (Subhanallah),
  adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan 
yang
  Maha
 Sempurna
  dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah
  refleksi tulus
  dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam
  melihat maslah,
  jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih
  melihat
 rahmat
  Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas
  dan tak
  hitungan.
 
 
 
  Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap 
Tuhan
  serba
  memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap 
terima
  kasih,
 bisa
  memuji keMaha-MuliaanNya.
 
  Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. 
Hanya
  jiwa yang
  bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima
  kasih itulah
  diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji 
hanya
  bagai
 Allah).
 
  Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di
  hadapan
 Tuhan. Diri
  seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha 
Segala.
  Tak ada
  apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia,
  betapa Maha
  Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak 

Re: [keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik ahmad faqih

Bila mulai gila sebelum akil baligh, maka dianya tidak punya dosa.
Bila gilanya setelah akil baligh, maka ada dua kemungkinan :  dihisab, lalu
masuk syurga atau neraka.  Tergantung amalannya, dan akhir hayatnya gimana.

Gitu kali, ya? :)

Salam,
Faqih


On 1/3/07, gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Agar diskusi lebih berkembang jauh, maka patut juga direnungkan atau
dibahas, yang dimulai dari pertanyaan dari saya.
Pertanyaannya adalah apakah orang gila itu suci dan kelak tidak
dihisab dan langsung masuk surga???

Mohon dibantah.
:)


--- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 ga boleh dikritisi bang...
 nanti dimarahin ama om wandy...:))

 salam,
 ananto


 On 1/2/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Enak sekali ...
  cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan.
 
  Mohon di kritisi ...
 
  wassalam
 
  anut
 
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com
keluarga-islam%40yahoogroups.com,
  bos gila pemudasuci@ wrote:
  
   Sabda Rasulullah saw :
  
   barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu
  alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau
  sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari)
  
   gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan
  33 kali adalah Tiga puluh tiga
   kali.
   Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang
   paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
   mengulang-ngulang ayat yang berbunyi:
  
   (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah
   dikaruniakan kepada dirinya?).
  
   Tarjamahan ayat itu adalah:
  
   Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak
  30
   kali.
  
   Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan
   kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang
  Allah
   Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.
  
   Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga
   puluh tiga kali,
  
   (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap).
  
   Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al
   Bandungi.
   (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air
   adalah sebagian dari iman).
  
   Salam
  
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com
keluarga-islam%40yahoogroups.com,
  Ananto pratikno.ananto@
  wrote:
   
*Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*
   
An-Nisa : 103-104
Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi
  atau
menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa
   bacaan itu
sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang
  sudah
   jadi
dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan
   RasulNya
saja yang mengetahui.
   
Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih
  (Subhanallah),
adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha
   Sempurna
dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi
  tulus
dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat
  maslah,
jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih
  melihat
   rahmat
Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan
  tak
hitungan.
   
   
   
Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan
  serba
memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima
  kasih,
   bisa
memuji keMaha-MuliaanNya.
   
Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya
  jiwa yang
bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih
  itulah
diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya
  bagai
   Allah).
   
Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan
   Tuhan. Diri
seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak
  ada
apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa
  Maha
Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari
  kesadaran
   itulah,
lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa
  Tuhan
sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar.
   
Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang seimbang dan
   terukur.
Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang
   disesuaikan
dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan tidak
  pula
kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. Yang
   tahu kenapa
tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan kapsul
  yang
besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep
  saja yang
tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja.
   
Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-hamdu
   lilah 33
kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan
  

[keluarga-islam] Re: Bersembunyi dalam Diri-Mu

2007-01-02 Terurut Topik gotholoco
Diri-Mu bersembunyi dalam wujud diriku
Wujud diriku adalah hijab-MU pada diriku
Kucoba membuka hijab-Mu dengan mengHisab wujudku
Tak mungkin hilang wujud-Mu karena wujud-ku semu

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bersembunyi dalam Diri-Mu
 Bersembunyi dalam diri-Ku
 
 Tiada yang tahu tentang diri-Ku
 karena yang kutahu hanya Diri-Mu
 
 Sembunyikanlah aku dalam Diri-Mu
 Agar kutahu siapa diri-Ku
 
 Hilang
 tiada arti
 sunyi
 tiada sepi
 
 Yang ada hanya Diri-Mu
 
 Allah Akbar





[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik wandysulastra
Om Nanto, saya kan hanya mengutip tulisan anda yang menyebutkan 
jangan bertanya kenapa dan kenapa tentang hal ini, hehehehe

Sekedar tambahan, dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa amalan ini 
hanya akan menghapus dosa-dosa KECIL saja, tidak termasuk dosa yang 
besar. Setuju dengan Om Anut bahwa amalan ini bukan hanya sekedar 
dibaca kemudian dosa terhapus, namun ada syarat2 tertentu yang harus 
dipenuhinya...

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 ga boleh dikritisi bang...
 nanti dimarahin ama om wandy...:))
 
 salam,
 ananto
 
 
 On 1/2/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
Enak sekali ...
  cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan.
 
  Mohon di kritisi ...
 
  wassalam
 
  anut
 
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%
40yahoogroups.com,
  bos gila pemudasuci@ wrote:
  
   Sabda Rasulullah saw :
  
   barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, 
lalu
  alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau
  sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari)
  
   gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan
  33 kali adalah Tiga puluh tiga
   kali.
   Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya 
kurang
   paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
   mengulang-ngulang ayat yang berbunyi:
  
   (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang 
telah
   dikaruniakan kepada dirinya?).
  
   Tarjamahan ayat itu adalah:
  
   Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? 
Sebanyak
  30
   kali.
  
   Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT 
anugerahkan
   kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang
  Allah
   Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.
  
   Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah 
tashbih tiga
   puluh tiga kali,
  
   (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, 
kelakuan menguap).
  
   Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup 
Al
   Bandungi.
   (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air
   adalah sebagian dari iman).
  
   Salam
  
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%
40yahoogroups.com,
  Ananto pratikno.ananto@
  wrote:
   
*Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*
   
An-Nisa : 103-104
Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau 
mengurangi
  atau
menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa
   bacaan itu
sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang
  sudah
   jadi
dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya 
Allah dan
   RasulNya
saja yang mengetahui.
   
Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih
  (Subhanallah),
adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang 
Maha
   Sempurna
dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah 
refleksi
  tulus
dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam 
melihat
  maslah,
jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih
  melihat
   rahmat
Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas 
dan
  tak
hitungan.
   
   
   
Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan
  serba
memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima
  kasih,
   bisa
memuji keMaha-MuliaanNya.
   
Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya
  jiwa yang
bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima 
kasih
  itulah
diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya
  bagai
   Allah).
   
Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di 
hadapan
   Tuhan. Diri
seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha 
Segala. Tak
  ada
apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, 
betapa
  Maha
Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari
  kesadaran
   itulah,
lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, 
bahwa
  Tuhan
sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar.
   
Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang 
seimbang dan
   terukur.
Ibarat obat yang diresep dokter ahli. Sungguh sangat seimbang
   disesuaikan
dengan keadaan penyakit. Terukur dan pas. Tidak berlebih dan 
tidak
  pula
kurang. Apalagi jika ditaati dan diamalkan sesuai petunjuk. 
Yang
   tahu kenapa
tablet sekecil ini cukup diminum sekali sehari, sedangkan 
kapsul
  yang
besar-besar malah tiga kali sehari?.Hanya dokter pembuat resep
  saja yang
tahu itu. Pasien tidak perlu mengetahui, cukup mentaati saja.
   
Bila Subahanallah dibaca 33 kali setiap usai shalat, Al-
hamdu
   lilah 33
kali dan Allah Akbar juga demikian, maka masing-masing akan
  terbaca
sebanyak 165 kali dalam sehari-semalam. Atau, secara kumulatif
  terbaca
sebanyak 495 kali. Jika aktif dilakukan dalam satu minggu, 
maka
  total
berjumlah 3465 kali. Jika 

Balasan: [keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik joseph khaidar
nambahin yah..
   
  orang gila masuk surga? ane juga kurang faham.. tapi yang ane tau, apa 
penyebab yang membuat orang ntu gila... memang ada orang yang dalam ibadahnye 
gugur karena keterbatasan fisik atawa akalne. jangan musingin ntu orang masuk 
mane.. mungkin diri kite sekarang juge dah gile dengan mencintai kehidupan yang 
ga jelas kaye gini.. 
   
  terus kalo dosa di hapus dengan bacaan 33 kali, para rosul ga perlu berjuang 
biar islam ni dzohir... emang si ane ga terlalu ngikutin masaleh ni... tapi 
Alloh selalu meminjam barang lain untuk menceritakan barang yang lain.. emang 
bener kate Nabi Muhammad kalo kamu mencintai Alloh ikutilah aku, tapi bukan 
secara fisik.. dan ane rase temen2 juga tau.. layaknya isa dalam alkitab bilang 
kalo kau mencintai Alloh ikutilah aku maka kau harus siap disasah dan memanggul 
salib.. musa ga perlu muter2 selama 40 tahun di gurun sinai supaya dya 
mendapatkan surga. 
   
  tar ane tambahin lagi...
   
  Paulus hamed  sabeni

gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Agar diskusi lebih berkembang jauh, maka patut juga direnungkan atau
dibahas, yang dimulai dari pertanyaan dari saya. 
Pertanyaannya adalah apakah orang gila itu suci dan kelak tidak
dihisab dan langsung masuk surga???

Mohon dibantah.
:)


--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 ga boleh dikritisi bang...
 nanti dimarahin ama om wandy...:))
 
 salam,
 ananto
 
 
 On 1/2/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Enak sekali ...
  cukup baca 33 kali dosa terhapus sekalipun sebanyak buih dilautan.
 
  Mohon di kritisi ...
 
  wassalam
 
  anut
 
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com
keluarga-islam%40yahoogroups.com,
  bos gila pemudasuci@ wrote:
  
   Sabda Rasulullah saw :
  
   barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah 33X, lalu
  alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya walau
  sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari)
  
   gotholoco gotholoco@ wrote: Kalau dieja atau dilafazkan, tulisan
  33 kali adalah Tiga puluh tiga
   kali.
   Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya kurang
   paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
   mengulang-ngulang ayat yang berbunyi:
  
   (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang telah
   dikaruniakan kepada dirinya?).
  
   Tarjamahan ayat itu adalah:
  
   Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Sebanyak
  30
   kali.
  
   Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan
   kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat yang
  Allah
   Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.
  
   Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah tashbih tiga
   puluh tiga kali,
  
   (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap, kelakuan menguap).
  
   Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang Ucup Al
   Bandungi.
   (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah air
   adalah sebagian dari iman).
  
   Salam
  
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.com
keluarga-islam%40yahoogroups.com,
  Ananto pratikno.ananto@
  wrote:
   
*Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*
   
An-Nisa : 103-104
Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau mengurangi
  atau
menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya, bahwa
   bacaan itu
sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep yang
  sudah
   jadi
dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya Allah dan
   RasulNya
saja yang mengetahui.
   
Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih
  (Subhanallah),
adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan yang Maha
   Sempurna
dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah refleksi
  tulus
dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam melihat
  maslah,
jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih
  melihat
   rahmat
Tuhan. Dan ternyata Tuhan serba Maha Memeberi, tak terbatas dan
  tak
hitungan.
   
   
   
Setelah begitu bersih, begitu jernih mampu melihat betap Tuhan
  serba
memberi, barulah jiwa itu bisa bersyukur, bisa berucap terima
  kasih,
   bisa
memuji keMaha-MuliaanNya.
   
Memang hanya jiwa yang jernih saja yang mampu bersyukur. Hanya
  jiwa yang
bersih saja yang pandai berterima kasih. Ekspresi berterima kasih
  itulah
diungkap dalam kata-kata al-Hamdu lillah (Segala puji hanya
  bagai
   Allah).
   
Ternyata si hamba itu sudah menyadari keadaan dirinya di hadapan
   Tuhan. Diri
seorang hamba yang lemah dan Diri Dzat Tuhan Yang Maha Segala. Tak
  ada
apa-apanya diri ini di hadapan Tuhan. Betapa Maha Mulia, betapa
  Maha
Pengasih, betapa Maha Kuasa, Perkasa tak tertandingi. Dari
  kesadaran
   itulah,
lahir ungkapan yang lkeluar dari lubuk hati paling dalam, bahwa
  Tuhan
sungguh Maha Besar. Itulah ungkapan Allah Akbar.
   
Soal 33 kali murni sebuah adonan, sebuah formula yang 

[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik banganut
wah bicara NILAI-nya SAMA, jadi ingat orang ngebaca al fatihah dan 
ikhlash NILAI-nya SAMA juga dengan membaca qur'an secara keseluruhan.
Pertanyaannya benarkah NILAI-nya SAMA ? mari sama-sama jernih jangan
terlalu terjebak dengan nilai pahala sehingga betapa banyak ayat Allah
tiak terwakili hanya sebatas al-fatihah dan al-ikhlah

Kang Wandy,  melanggar dalam perkara sunat apakah berdosa, sampai kena
azab ? bagaimana dengan pemahaman bahwa sunat itu jika dikerjakan
berpahala tapi kalau di tinggalkan tidak apa-apa ?

Oh, iya mas, kalau mesti baca 33x tentu tidak bid'ah kan kalau pakai
biji tasbih yang banyak di jual. karena jumlah bijinya sudah pasti benar
33x.

wassalam

anut

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah pernah suatu ketika
 setelah selesai sholat langsung pulang tanpa wirid terlebih dahulu.
 Dalam satu riwayat pula pernah diceritakan bahwa seorang sahabat
 pernah membaca suatu bacaan yang teksnya jauh lebih panjang dari apa
 yang diajarkan Rasulullah. Ketika itu Rasulullah meminta sahabat
 tersebut untuk membaca seperti apa yang diajarkannya saja, selain
 lebih pendek juga karena NILAI-nya SAMA saja.

 Apakah boleh kita melanggar atau meninggalkan keutamaan yang
 ditinggalkan Rasulullah?

 Mungkin perkataan Imam Malik ini baik untuk direnungkan:

 Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar
 daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang
 ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Sesungguhnya
 Allah berfirman, 'Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi
 perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang
 pedih '

 Salam :)
 WnS

 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, banganut banganut@
 wrote:
 
  ngewirid itu perkara ibadah sunat, ya ? apakah mu'akad atau ghairu
  mu'akad ? kalau dilanggar apakah haram ? kalau di baca kurang dari
 33x
  atau lebih dari 33x  apakah batal hukumnya ?
 
  mohon pencerahan
 
  wassalam
 
  anut
 
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra
  wandysulastra@ wrote:
  
   Terimakasih Pak Budi
  
   Inilah bukti bahwa ibadah adalah berdasarkan perintah/Dalil, dan
   bukan berdasarkan larangan... Kenapa tidak dibaca 100, 200, atau
   1000, kan tidak ada dalil yang melarangnya? Ya, karena Rasulullah
   mengajarkan cuma 33, sudah cukup lakukan saja, dan jangan tanya
   kenapa dan kenapa.. Hanya Allah dan RasulNya saja yang tahu apa
   rahasia dibalik angka 33 itu... :)
  
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila pemudasuci@
   wrote:
   
Sabda Rasulullah saw :
   
  barangsiapa yg membacas setiap  selesai shalat subhanallah
 33X,
   lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah  Akbar 33X maka dihapus dosanya
   walau sebanyak buih di lautan (Shahih  Bukhari)
   
gotholoco gotholoco@
   wrote:  Kalau
 dieja
   atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga
  kali.
  Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya
   kurang
  paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
  mengulang-ngulang ayat yang berbunyi:
   
  (entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang
   telah
  dikaruniakan kepada dirinya?).
   
  Tarjamahan ayat itu adalah:
   
  Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
   Sebanyak 30
  kali.
   
  Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT
   anugerahkan
  kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat
 yang
   Allah
  Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.
   
  Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah
 tashbih tiga
  puluh tiga kali,
   
  (namun percuma juga seh kalau mulut mengucap,
   kelakuan menguap).
   
  Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang
 Ucup
   Al
  Bandungi.
  (walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah
 air
  adalah sebagian dari iman).
   
  Salam
   
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto
 pratikno.ananto@
   wrote:
  
   *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*
  
   An-Nisa : 103-104
   Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau
   mengurangi atau
   menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya,
 bahwa
  bacaan itu
   sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep
 yang
   sudah
  jadi
   dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya
 Allah
   dan
  RasulNya
   saja yang mengetahui.
  
   Tapi, jika boleh dikira-kira, maka begini: Bacaan tasbih
   (Subhanallah),
   adalah ungkapan seorang hamba mensucikan Tuhannya. Tuhan
 yang
   Maha
  Sempurna
   dan bersih dari segala sifat kurang. Pensucian ini adalah
   refleksi tulus
   dengan harapan jiwa hamba tersebut bisa bersih dan tajam
   melihat maslah,
   jernih melihat Tuhan, melihat segala pemberian Tuhan. jernih
   melihat
  rahmat
   

[keluarga-islam] Gila tidak dijamin masuk sorga .... Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik gotholoco
O..gitu ya, jadi menjadi gila tidak dijamin masuk sorga, apalagi
pura-pura gila atau pura-pura suci.


--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, ahmad faqih [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bila mulai gila sebelum akil baligh, maka dianya tidak punya dosa.
 Bila gilanya setelah akil baligh, maka ada dua kemungkinan : 
dihisab, lalu
 masuk syurga atau neraka.  Tergantung amalannya, dan akhir hayatnya
gimana.
 
 Gitu kali, ya? :)
 
 Salam,
 Faqih




[keluarga-islam] Re: Tanya : suami memperkosa istri

2007-01-02 Terurut Topik banganut
Kalau berhubungan di pahami sebagai suatu ibadah, enak juga. ya ...
Tapi bagaimana hukumnya jika suami memperkosa istri ?

wassalam

anut

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Benul sekali Om Nanto..

 Belaian, rabaan, ciuman dan bahkan hubungan intim akan bernilai
 ibadah jika dilakukan 'sesuai pada tempatnya'. Sebagaimana sabda
 Rasulullah: Dalam hubungan intim yang kamu lakukan diantara kamu ada
 sedekah Para sahabat menanggapi:Wahai Rasulullah, ketika salah
 seorang diantara kita memuaskan gairah seksualnya, apakah ia akan
 mendapat pahala untuk itu?
 Beliau menjawab:Tidakkah kamu berpikir bahwa jika ia melakukannya
 secara tidak sah akan mendapat dosa? Dengan demikian. Jika ia
 melakukannya secara sah, ia akan mendapat pahala. (HR Muslim)

 Salam :)
 WnS

 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@
 wrote:
 
  hehehe...
 
  sampeyan nyium istri aja ibadah lho.. asal ikhlas... (emang ada yg
 ga ikhlas
  nyium istri??)...
  tapi, jika sampeyan nyium istri tetangga (walaupun sampeyan ikhlas
 lahir
  batin), insya allah langsung diseret ke balai RW setempat...
 
  tidak susah kan?
 
  salam,
  ananto
 
 
  On 12/29/06, ahmad faqih alif786@ wrote:
  
  Mas Wandy,
  
   Berarti apa yang kita kerjakan saat ini, atau detik ini, kalau
 bukan
   muamalah berarti ibadah, ya?  Atau kalau bukan ibadah berarti
 muamalah, ya?
   Mohon bisa dijelaskan lebih lanjut, seperti apa jelasnya amalan
 ibadah
   formal atau ritual itu?
  
   Terima kasih.
  
   Salam,
   Faqih H.
  
  
On 12/29/06, wandysulastra wandysulastra@ wrote:
   
  Pada dasarnya seluruh hidup kita adalah ibadah, karena memang
 Allah
menciptakan jin dan manusia tidak lain dan tidak bukan hanyalah
untuk beribadah kepadaNya. Setiap amalan (aktifitas) yang kita
lakukan sehari-hari insya Allah akan bernilai ibadah jika memang
kita niatkan karena Allah.
   
Bentuk amalan terbagi dua, yaitu amalan ibadah dan amalan
 muamalah.
Amalan Ibadah adalah amalan yang bersifat formal yang tatacara
 dan
petunjuk teknisnya harus mengacu kepada apa yang diatur dan
dicontohkan oleh Rasulullah. Amalan ini biasanya berbentuk
 ritual.
Dan sebagaimana kaidahnya bahwa semua ibadah adalah dilarang
 kecuali
ada perintahnya, maka seorang muslim tidak boleh menciptakan
 amalan
ibadah jenis baru, kecuali apa yang telah ditentukan oleh Allah
 dan
RasulNya.
   
Sedangkan pada amalan muammalah (keduniaan) tidak berlaku
 demikian,
sebagaimana hukum asalnya maka muammalah boleh dilakukan sebebas
mungkin yang penting dalam pelaksanaanya tidak bertentangan
 dengan
syariat (prinsip halal/haram).
   
Salam :)
WnS
   
--- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%
 40yahoogroups.com,
ahmad faqih alif786@
wrote:

 Benar ... setiap saat adalah ibadah.
 Maksud saya, mana yang masuk kategori ibadah, sehingga terkena
kaidah
 tersebut? (Bahwa semua ibadah adalah dilarang, kecuali ada
perintahnya).

 salam,
 Alif


 On 12/29/06, Ananto pratikno.ananto@ wrote:
 
  ruang lingkup ibadah sangat luas...
  dari sampeyan bangun tidur sampai tidur lagi... bahkan
 tidurpun
bisa
  dikatakan ibadah...
 
  so, 24 jam nonstop aktifitas anda bisa dikatakan ibadah
 jika kita
  mengetahuinya...
 
  salam,
  ananto
 
 
  On 12/29/06, ahmad faqih alif786@ wrote:
  
   Mas Wandy,
  
   Apakah definisi atau batasan ibadah di sini, dan juga
 definisi
dari
   muamalah?
  
   Salam,
   Alif
  
  
   On 12/28/06, wandysulastra wandysulastra@  wrote:
   
Betul sekali Mas Anto...
   
Sebenarnya tanpa disadari pun kita telah melakukan itu.
 Kita
melakukan sholat karena ada perintah sholat, kita puasa
karena ada
perintah puasa, kita berzakat karena ada perintah
 berzakat,
kita
berhaji, karena ada perintah berhaji, kita bersholawat
karena ada
perintah bersholawat, kita berdoa karena ada perintah
berdoa, kita
berdzikir karena ada perintah berdzikir, kita berbakti
 pada
orang
tua karena ada perintah berbakti kepada mereka, dst
   
Ketika terjadi perbedaan khilafiyah, masing2 dari kita
 pasti
akan
mencari dalil yang cukup kuat untuk mendukung pendapat
 kita.
Ketika
ada yang berbicara tentang satu amalan yang baru kita
dengar, yang
akan kita tanyakan tentunya adalah apa dalil landasan
 amalan
tersebut. Jadi, dalam beribadah (sesuai dengan kaidah
ibadah) yang
akan kita cari dan tanyakan biasanya adalah dalil yang
menjadi dasar
perintah atau anjurannya.
   
Berbeda dengan masalah muamalah, ketika tidak ada hal
 yang
sekiranya
melanggar syariat, tentu kita tidak perlu repot2 mencari
dalil2 yang
menjadi 

Re: [keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik Ananto

hehehe...

kalo saya lupa bawa biji tasbih, biasanya suka bolak balik dan ga yakin...
ini sudah 33 apa masih 32? kalau ga yakin biasanya diulang lagi... hehehe...
kalau diulang lagi, berarti 33 + 32 = 65 kali... itupun kalau ga yakinnya
sekali... la gimana kalo ga yakin nya 5 kali? silahkan hitung sendiri...
cape kan?

salam,
ananto


On 1/3/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote:


  wah bicara NILAI-nya SAMA, jadi ingat orang ngebaca al fatihah dan
ikhlash NILAI-nya SAMA juga dengan membaca qur'an secara keseluruhan.
Pertanyaannya benarkah NILAI-nya SAMA ? mari sama-sama jernih jangan
terlalu terjebak dengan nilai pahala sehingga betapa banyak ayat Allah
tiak terwakili hanya sebatas al-fatihah dan al-ikhlah

Kang Wandy, melanggar dalam perkara sunat apakah berdosa, sampai kena
azab ? bagaimana dengan pemahaman bahwa sunat itu jika dikerjakan
berpahala tapi kalau di tinggalkan tidak apa-apa ?

Oh, iya mas, kalau mesti baca 33x tentu tidak bid'ah kan kalau pakai
biji tasbih yang banyak di jual. karena jumlah bijinya sudah pasti benar
33x.

wassalam

anut

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
wandysulastra
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah pernah suatu ketika
 setelah selesai sholat langsung pulang tanpa wirid terlebih dahulu.
 Dalam satu riwayat pula pernah diceritakan bahwa seorang sahabat
 pernah membaca suatu bacaan yang teksnya jauh lebih panjang dari apa
 yang diajarkan Rasulullah. Ketika itu Rasulullah meminta sahabat
 tersebut untuk membaca seperti apa yang diajarkannya saja, selain
 lebih pendek juga karena NILAI-nya SAMA saja.

 Apakah boleh kita melanggar atau meninggalkan keutamaan yang
 ditinggalkan Rasulullah?

 Mungkin perkataan Imam Malik ini baik untuk direnungkan:

 Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar
 daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang
 ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Sesungguhnya
 Allah berfirman, 'Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi
 perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang
 pedih '

 Salam :)
 WnS

 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
banganut banganut@
 wrote:
 
  ngewirid itu perkara ibadah sunat, ya ? apakah mu'akad atau ghairu
  mu'akad ? kalau dilanggar apakah haram ? kalau di baca kurang dari
 33x
  atau lebih dari 33x apakah batal hukumnya ?
 
  mohon pencerahan
 
  wassalam
 
  anut
 
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com,
wandysulastra
  wandysulastra@ wrote:
  
   Terimakasih Pak Budi
  
   Inilah bukti bahwa ibadah adalah berdasarkan perintah/Dalil, dan
   bukan berdasarkan larangan... Kenapa tidak dibaca 100, 200, atau
   1000, kan tidak ada dalil yang melarangnya? Ya, karena Rasulullah
   mengajarkan cuma 33, sudah cukup lakukan saja, dan jangan tanya
   kenapa dan kenapa.. Hanya Allah dan RasulNya saja yang tahu apa
   rahasia dibalik angka 33 itu... :)
  
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com,
bos gila pemudasuci@
   wrote:
   
Sabda Rasulullah saw :
   
barangsiapa yg membacas setiap selesai shalat subhanallah
 33X,
   lalu alhamdulillah 33X, lalu Allah Akbar 33X maka dihapus dosanya
   walau sebanyak buih di lautan (Shahih Bukhari)
   
gotholoco gotholoco@
   wrote: Kalau
 dieja
   atau dilafazkan, tulisan 33 kali adalah Tiga puluh tiga
kali.
Ini hanya sekedar menghitung-hitung, namun entah mengapa saya
   kurang
paham mengapa Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman, dan
mengulang-ngulang ayat yang berbunyi:
   
(entah apakah karena manusia sering/suka lupa akan nikmat yang
   telah
dikaruniakan kepada dirinya?).
   
Tarjamahan ayat itu adalah:
   
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
   Sebanyak 30
kali.
   
Maka untuk mengingatkan akan nikmat yang telah Allah SWT
   anugerahkan
kepada kita semua maka baca lah tashbih, ingat ayat-ayat
 yang
   Allah
Swt sendiri ulang-ulang sebanyak 30 kali.
   
Jadi untuk mengucapkan tasyakur bil nikmah, bacalah
 tashbih tiga
puluh tiga kali,
   
(namun percuma juga seh kalau mulut mengucap,
   kelakuan menguap).
   
Yang jelas kutipan ayat itu dulunya adalah favoritnya Kang
 Ucup
   Al
Bandungi.
(walaupun sekarang mottonya berubah menjadi mencintai tanah
 air
adalah sebagian dari iman).
   
Salam
   
--- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com,
Ananto
 pratikno.ananto@
   wrote:

 *Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?*

 An-Nisa : 103-104
 Sesungguhnya, kalau mau membalik atau membaca acak, mau
   mengurangi atau
 menambah tidak ada Nash yang tegas melarang. Masalahnya,
 bahwa
bacaan itu
 sudah paket dari Nabi Muhammad SAW langsung. Ibarat resep
 yang
   sudah
jadi
 dan tinggal menelan saja. Soal kenapa dan kenapa ? Hanya
 Allah
   dan
RasulNya
 saja yang mengetahui.

 Tapi, jika 

Re: [keluarga-islam] Re: Tanya : suami memperkosa istri

2007-01-02 Terurut Topik Ananto

bang,

bisa didefinisikan kasus suami memperkosa istri? soale kan jarang2 tuh kasus
beginian...
kalau di amrik seh ane sering denger berita nye...

salam,
ananto


On 1/3/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Kalau berhubungan di pahami sebagai suatu ibadah, enak juga. ya ...
Tapi bagaimana hukumnya jika suami memperkosa istri ?

wassalam

anut

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
wandysulastra
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Benul sekali Om Nanto..

 Belaian, rabaan, ciuman dan bahkan hubungan intim akan bernilai
 ibadah jika dilakukan 'sesuai pada tempatnya'. Sebagaimana sabda
 Rasulullah: Dalam hubungan intim yang kamu lakukan diantara kamu ada
 sedekah Para sahabat menanggapi:Wahai Rasulullah, ketika salah
 seorang diantara kita memuaskan gairah seksualnya, apakah ia akan
 mendapat pahala untuk itu?
 Beliau menjawab:Tidakkah kamu berpikir bahwa jika ia melakukannya
 secara tidak sah akan mendapat dosa? Dengan demikian. Jika ia
 melakukannya secara sah, ia akan mendapat pahala. (HR Muslim)

 Salam :)
 WnS

 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
Ananto pratikno.ananto@
 wrote:
 
  hehehe...
 
  sampeyan nyium istri aja ibadah lho.. asal ikhlas... (emang ada yg
 ga ikhlas
  nyium istri??)...
  tapi, jika sampeyan nyium istri tetangga (walaupun sampeyan ikhlas
 lahir
  batin), insya allah langsung diseret ke balai RW setempat...
 
  tidak susah kan?
 
  salam,
  ananto
 
 
  On 12/29/06, ahmad faqih alif786@ wrote:
  
   Mas Wandy,
  
   Berarti apa yang kita kerjakan saat ini, atau detik ini, kalau
 bukan
   muamalah berarti ibadah, ya? Atau kalau bukan ibadah berarti
 muamalah, ya?
   Mohon bisa dijelaskan lebih lanjut, seperti apa jelasnya amalan
 ibadah
   formal atau ritual itu?
  
   Terima kasih.
  
   Salam,
   Faqih H.
  
  
   On 12/29/06, wandysulastra wandysulastra@ wrote:
   
Pada dasarnya seluruh hidup kita adalah ibadah, karena memang
 Allah
menciptakan jin dan manusia tidak lain dan tidak bukan hanyalah
untuk beribadah kepadaNya. Setiap amalan (aktifitas) yang kita
lakukan sehari-hari insya Allah akan bernilai ibadah jika memang
kita niatkan karena Allah.
   
Bentuk amalan terbagi dua, yaitu amalan ibadah dan amalan
 muamalah.
Amalan Ibadah adalah amalan yang bersifat formal yang tatacara
 dan
petunjuk teknisnya harus mengacu kepada apa yang diatur dan
dicontohkan oleh Rasulullah. Amalan ini biasanya berbentuk
 ritual.
Dan sebagaimana kaidahnya bahwa semua ibadah adalah dilarang
 kecuali
ada perintahnya, maka seorang muslim tidak boleh menciptakan
 amalan
ibadah jenis baru, kecuali apa yang telah ditentukan oleh Allah
 dan
RasulNya.
   
Sedangkan pada amalan muammalah (keduniaan) tidak berlaku
 demikian,
sebagaimana hukum asalnya maka muammalah boleh dilakukan sebebas
mungkin yang penting dalam pelaksanaanya tidak bertentangan
 dengan
syariat (prinsip halal/haram).
   
Salam :)
WnS
   
--- In 
keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.comkeluarga-islam%
 40yahoogroups.com,
ahmad faqih alif786@
wrote:

 Benar ... setiap saat adalah ibadah.
 Maksud saya, mana yang masuk kategori ibadah, sehingga terkena
kaidah
 tersebut? (Bahwa semua ibadah adalah dilarang, kecuali ada
perintahnya).

 salam,
 Alif


 On 12/29/06, Ananto pratikno.ananto@ wrote:
 
  ruang lingkup ibadah sangat luas...
  dari sampeyan bangun tidur sampai tidur lagi... bahkan
 tidurpun
bisa
  dikatakan ibadah...
 
  so, 24 jam nonstop aktifitas anda bisa dikatakan ibadah
 jika kita
  mengetahuinya...
 
  salam,
  ananto
 
 
  On 12/29/06, ahmad faqih alif786@ wrote:
  
   Mas Wandy,
  
   Apakah definisi atau batasan ibadah di sini, dan juga
 definisi
dari
   muamalah?
  
   Salam,
   Alif
  
  
   On 12/28/06, wandysulastra wandysulastra@  wrote:
   
Betul sekali Mas Anto...
   
Sebenarnya tanpa disadari pun kita telah melakukan itu.
 Kita
melakukan sholat karena ada perintah sholat, kita puasa
karena ada
perintah puasa, kita berzakat karena ada perintah
 berzakat,
kita
berhaji, karena ada perintah berhaji, kita bersholawat
karena ada
perintah bersholawat, kita berdoa karena ada perintah
berdoa, kita
berdzikir karena ada perintah berdzikir, kita berbakti
 pada
orang
tua karena ada perintah berbakti kepada mereka, dst
   
Ketika terjadi perbedaan khilafiyah, masing2 dari kita
 pasti
akan
mencari dalil yang cukup kuat untuk mendukung pendapat
 kita.
Ketika
ada yang berbicara tentang satu amalan yang baru kita
dengar, yang
akan kita tanyakan tentunya adalah apa dalil landasan
 amalan
tersebut. Jadi, dalam beribadah (sesuai dengan kaidah
ibadah) yang

[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik wandysulastra
Tentu NILAI SAMA dalam amalan membaca alquran berbeda dengan apa 
yang dimaksud dalam riwayat tersebut Om... Kebetulan bukunya saya 
lupa simpan, jadi bunyi teks haditsnya belum bisa saya kutipkan. 
Mungkin ada rekan lain yg bisa bantu? Disana diceritakan Rasulullah 
mengajarkan suatu dzikiran yang lafaznya tidak sepanjang yang 
diamalkan oleh sahabat, tapi ternyata menurut Rasulullah PENAMBAHAN 
yang dilakukan sahabat tersebut tidak memiliki NILAI LEBIH. Artinya, 
mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah adalah lebih baik dan lebih 
utama, walaupun kelihatannya lebih simple.
 
Bagaimana dengan orang yang dengan sengaja melanggar sunnah? 
Bukankah meninggalkan sunnah saja tidak apa2?

Sekali lagi mari kita renungkan riwayat2 yang menceritakan tentang 
perilaku seseorang yang dengan SENGAJA menyalahi sunnah,

Sufyan bin Uyainah berkata, Saya mendengar bahwa seseorang datang
kepada Malik bin Anas Radhiyallahu 'anhu lalu berkata, Wahai Abu
Abdullah (nama panggilan Malik), dari mana saya ihram? Ia 
berkata,Dari Dzulhulaifah, tempat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 
sallam ihram Ia berkata, Saya ingin ihram dari masjid dari samping 
makam (nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam), Ia berkata, Jangan 
kamu lakukan. Sebab saya mengkhawatirkan engkau tertimpa fitnah, Ia 
berkata, Fitnah apakah dalam hal ini? Karena aku hanya menambahkan 
beberapa mil saja! Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar 
daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang 
ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? Sesungguhnya 
Allah berfirman, Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi 
perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang 
pedih (QS 24:63).'

Dari Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu 'anhu, bahwa dia melihat
seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit
fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang tersebut berkata, Wahai
Abu Muhammad (nama panggilan Sa'id bin Musayyab), apakah Allah akan
menyiksa saya karena shalat? Ia menjawab : Tidak, tetapi Allah akan
menyiksa kamu karena menyalahi Sunnah

Sedangkan bagi mereka yang suka meninggalkan ibadah sunnah, walaupun 
hukumnya tidak mendapat dosa, tapi hal itu merupakan kerugian yang 
sangat besar. Karena mengerjakan ibadah Sunnah merupakan satu cara 
agar kita menjadi dekat kepada Allah, sehingga Allah mencintai kita. 
Tekun menjalankan dan mengamalkan sunnah adalah berarti Patuh dan 
ta`at kepada Rasulullah. Allah berfirman, 

Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, 
dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar 
(perintah-perintahnya) (QS 8:20) 

Berkata Abu Bakar as Shiddiq, Tiada sesuatu pun yang pernah 
dilakukan oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, kecuali aku 
melakukannya dan tidak pernah aku meninggalkannya. Aku bimbang jika 
aku meninggalkan sedikit saja yang beliau perintahkan, maka aku akan 
menyimpang. 

Salam :)
WnS

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, banganut [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 wah bicara NILAI-nya SAMA, jadi ingat orang ngebaca al fatihah dan 
 ikhlash NILAI-nya SAMA juga dengan membaca qur'an secara 
keseluruhan.
 Pertanyaannya benarkah NILAI-nya SAMA ? mari sama-sama jernih 
jangan
 terlalu terjebak dengan nilai pahala sehingga betapa banyak ayat 
Allah
 tiak terwakili hanya sebatas al-fatihah dan al-ikhlah
 
 Kang Wandy,  melanggar dalam perkara sunat apakah berdosa, sampai 
kena
 azab ? bagaimana dengan pemahaman bahwa sunat itu jika dikerjakan
 berpahala tapi kalau di tinggalkan tidak apa-apa ?
 
 Oh, iya mas, kalau mesti baca 33x tentu tidak bid'ah kan kalau 
pakai
 biji tasbih yang banyak di jual. karena jumlah bijinya sudah pasti 
benar
 33x.
 
 wassalam
 
 anut
 
 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra
 wandysulastra@ wrote:
 
  Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah pernah suatu 
ketika
  setelah selesai sholat langsung pulang tanpa wirid terlebih 
dahulu.
  Dalam satu riwayat pula pernah diceritakan bahwa seorang sahabat
  pernah membaca suatu bacaan yang teksnya jauh lebih panjang dari 
apa
  yang diajarkan Rasulullah. Ketika itu Rasulullah meminta sahabat
  tersebut untuk membaca seperti apa yang diajarkannya saja, selain
  lebih pendek juga karena NILAI-nya SAMA saja.
 
  Apakah boleh kita melanggar atau meninggalkan keutamaan yang
  ditinggalkan Rasulullah?
 
  Mungkin perkataan Imam Malik ini baik untuk direnungkan:
 
  Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar
  daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang
  ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? 
Sesungguhnya
  Allah berfirman, 'Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi
  perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang
  pedih '
 
  Salam :)
  WnS
 
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, banganut banganut@
  wrote:
  
   ngewirid itu perkara ibadah sunat, ya ? apakah mu'akad atau 
ghairu
   mu'akad ? kalau dilanggar apakah haram ? kalau di baca kurang 
dari
  33x
   atau lebih dari 33x  apakah batal hukumnya ?
  

[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Gila,,,

2007-01-02 Terurut Topik kang nceps
nah ini juga perlu dikritisi dulu,,,:-)

gilanya karena apa ?
kalo gilanya karena pernah memperkosa anak orang terus digebukin ,
urat sarapnya putus jadi gila, maka bisa diperkirakan 

terus jadi gila karena nuntut elmu enggak kesampean, bisa juga
diperkirakan,,

tapi kalo gila karena sakit dan jatuh lalu menjadi gila, maka silahkan
juga diperkirakan,,

banyak disebut gila,,
gila harta,,,
gila wanita,,
gila pria,,
gila dunia,,,
gila tahta,,
gila pujian,,

tapi lantas apa bedanya dengan 
wanita gila,,,
pria gila,,,
dunia gila,,,
lingkungan gila,,,
tempat gila,,,

yang jadi masalah adalah ujung pertanyaan berakhir kepada masuk surga
atau neraka, karena ini hak prerogatif presidennya para makhluk alias
gusti Alloh untuk menentukan posisi terakhir, jadi rada-rada sulit
gitu ,,,


wassalam
KnC
--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, gotholoco [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Agar diskusi lebih berkembang jauh, maka patut juga direnungkan atau
 dibahas, yang dimulai dari pertanyaan dari saya.  
 Pertanyaannya adalah apakah orang gila itu suci dan kelak tidak
 dihisab dan langsung masuk surga???
 
 Mohon dibantah.
 :)
  
 
 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Ananto pratikno.ananto@ wrote:
 
  ga boleh dikritisi bang...
  nanti dimarahin ama om wandy...:))
  
  salam,
  ananto
  
  



[keluarga-islam] Benarkah 1 Januari Tahun Baru !

2007-01-02 Terurut Topik dadearinto
Benarkah 1 Januari Tahun Baru ! 

Dalam bertahun baru menurut penanggalan musim atau olar Year yang 
umumnya disebut tahun Masehi, mereka tidak memiliki dasar dan bukti. 
Jika penanggalan itu benar-benar cocok dengan pergantian musim yang 
menjadi dasar penyusunannya, maka permulaan tahun atau tahun barunya 
bukanlah pada 1 Januari' tetapi 23 Desember yaitu tanggal permulaan 
Surya tampak bergerak dari Tropic of Capricorn di belahan selatan Bumi 
ke arah Tropic of Cancer di belahan utara

Penanggalan yang benar adalah penanggalan Lunar Year atau Qamariah 
sesuai dengan petunjuk dan keredhaan ALLAH. 
Tahun Baru di mulai dari 1 Muharam

Selengkapnya klik di bawah;

http://myquran.org/forum/index.php/topic,13089.0.html

wassalam



[keluarga-islam] Ditengah Kereta Api

2007-01-02 Terurut Topik agussyafii
Ditengah Kereta Api

Melaju kencang, melewati lintasan Pasar Minggu. Sore itu didalam 
gerbong kereta api terasa bergoyang, seperti naik motor melintasi 
polisi tidur.  Awalnya penumpang sama sekali tidak menghiraukan. Bau 
terbakar menyengat, kami para penumpang baru tersadar kalo kereta api 
baru saja menabrak pengendara sepeda motor. Kereta api berhenti, 
nampak orang-orang pada turun dari kereta api dan memilih naik bus 
untuk melanjutkan perjalanan.

Demikian halnya dengan saya melanjutkan perjalanan ke rumah dengan 
naik angkot. Ditengah perjalanan tak terbayang bagaimana bentuk 
sepeda motor dan pengemudinya. Mungkin juga seorang ayah yang tengah 
ditungguin anak-anaknya dengan membawa oleh-oleh. Atau anak yang 
hendak menengok orang tuanya. Duka teramat dalam ikut merasakannya.

Pesan saya bagi sahabat-sahabat yang biasa mengendarai sepeda motor 
atau pengendara mobil. Berhati-hatilah dijalan dan tidak usah terburu-
buru ketika melewati lintasan kereta api. Sebaiknya bersabar ketika 
palang pintu sudah tertutup. Tunggulah sampai kereta api lewat agar 
selamat sampai ditujuan. Keluarga dirumah menunggu anda. 

Sampaikan Salam takzim saya buat keluarga dirumah..

Wassalam,
Agussyafii
http://agussyafii.blogspot.com






[keluarga-islam] Re: Mengapa Harus Dibaca 33 Kali?

2007-01-02 Terurut Topik al.fatih
Nambahin dikit ya kang...

Di antara sabahat yang utama yang sangat berittiba kepada Rasulullah 
adalah Umar dan Ustman radhiyallahu 'anhum. Merekalah salah satunya 
yang kata Rasul wajib dipengang sunnahnya selain dari pada sunah 
beliau sendiri. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam al-Musnadnya.

Dari Ibnu Al Musayab, bahwasanya Ustman ra pergi untuk melaksanakan 
ibadah haji, ketika dia berada di tengah perjalanan, seseorang 
mengatakan kepada Ali radiyallahu `anhu, Sesungguhnya dilarang 
mengerjakan umrah ke haji secara tamattu. Ali radhiyallahu `anhu 
kemudian berkata kepada sahabatnya jika ia berangkat maka 
berangkatlah kalian semua. Ali radhiyallahu `anhu dan sahabatnya 
lalu berniat dan bertalbiyah untuk umrah, namun Ustman 
radhiyallahu `anhu tidak berbicara kepadanya dalam hal itu. Ali 
radhiyallahu `anhu kemudian berkata kepada Ustman 
radhiyallahu `anhu,Bukankah aku telah dikabarkan bahwa engkau telah 
melarang tamattu umrah?, Ustman radhiyallahu `anhu 
menjawab.Benar. Ali radhiyallahu `anhu berkata, Jadi engkau belum 
mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam pernah 
bertamattu. Ustaman radhiyallahu `anhu menjawab,Benar.


Dari Ya'la bin Umayah, ia berkata,Aku thawaf bersama Umar 
radhiyallahu `anhu ketika sampai di sudut yang menyambung ke pintu 
Ka'bah dan Hajar Aswad, lalu aku menarik tangannya untuk memberi 
salam kepadanya. Namu ia (Umar) berkata,Tidakkah engkau pernah 
melakukan thawaf bersama Rasulullah?, Aku menjawab,Ya pernah. 
Umar radhiyallahu `anhu kemudian berkata,Pernahkah engkau melihat 
beliau memberi salam kepadanya?. Aku menjawab,Tidak. Umar 
radhiyallahu `anhu berkata,Tinggalkan hal itu, karena sesungguhnya 
pada Rasulullah ada teladan yang baik untukmu.

Dari hadits di atas Umar dan Ustman radhiyallahu `anhum sama sekali 
tidak memerintahkan sesuatu yang Rasulullah pun tidak memerintahkan 
dan melakukannya. Jika mereka berdua tidak pernah mendengar atau 
melihat Rasulullah melakukan sesuatu maka cukuplah mereka diam dan 
meninggalkan apa yang akan menyelisihinya. Cukup bagi mereka 
Rasulullah sebagai contoh.

Wallahu'alam bis shawab




--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Tentu NILAI SAMA dalam amalan membaca alquran berbeda dengan apa 
 yang dimaksud dalam riwayat tersebut Om... Kebetulan bukunya saya 
 lupa simpan, jadi bunyi teks haditsnya belum bisa saya kutipkan. 
 Mungkin ada rekan lain yg bisa bantu? Disana diceritakan 
Rasulullah 
 mengajarkan suatu dzikiran yang lafaznya tidak sepanjang yang 
 diamalkan oleh sahabat, tapi ternyata menurut Rasulullah 
PENAMBAHAN 
 yang dilakukan sahabat tersebut tidak memiliki NILAI LEBIH. 
Artinya, 
 mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah adalah lebih baik dan 
lebih 
 utama, walaupun kelihatannya lebih simple.
  
 Bagaimana dengan orang yang dengan sengaja melanggar sunnah? 
 Bukankah meninggalkan sunnah saja tidak apa2?
 
 Sekali lagi mari kita renungkan riwayat2 yang menceritakan tentang 
 perilaku seseorang yang dengan SENGAJA menyalahi sunnah,
 
 Sufyan bin Uyainah berkata, Saya mendengar bahwa seseorang datang
 kepada Malik bin Anas Radhiyallahu 'anhu lalu berkata, Wahai Abu
 Abdullah (nama panggilan Malik), dari mana saya ihram? Ia 
 berkata,Dari Dzulhulaifah, tempat Rasulullah Shallallahu 'alaihi 
wa 
 sallam ihram Ia berkata, Saya ingin ihram dari masjid dari 
samping 
 makam (nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam), Ia berkata, Jangan 
 kamu lakukan. Sebab saya mengkhawatirkan engkau tertimpa fitnah, 
Ia 
 berkata, Fitnah apakah dalam hal ini? Karena aku hanya 
menambahkan 
 beberapa mil saja! Ia berkata, Fitnah manakah yang lebih besar 
 daripada kamu melihat bahwa kamu mendahului keutamaan yang 
 ditinggalkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam? 
Sesungguhnya 
 Allah berfirman, Maka hendaklah orang -orang yang menyalahi 
 perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang 
 pedih (QS 24:63).'
 
 Dari Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu 'anhu, bahwa dia melihat
 seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit
 fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang tersebut berkata, Wahai
 Abu Muhammad (nama panggilan Sa'id bin Musayyab), apakah Allah akan
 menyiksa saya karena shalat? Ia menjawab : Tidak, tetapi Allah 
akan
 menyiksa kamu karena menyalahi Sunnah
 
 Sedangkan bagi mereka yang suka meninggalkan ibadah sunnah, 
walaupun 
 hukumnya tidak mendapat dosa, tapi hal itu merupakan kerugian yang 
 sangat besar. Karena mengerjakan ibadah Sunnah merupakan satu cara 
 agar kita menjadi dekat kepada Allah, sehingga Allah mencintai 
kita. 
 Tekun menjalankan dan mengamalkan sunnah adalah berarti Patuh dan 
 ta`at kepada Rasulullah. Allah berfirman, 
 
 Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, 
 dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar 
 (perintah-perintahnya) (QS 8:20) 
 
 Berkata Abu Bakar as Shiddiq, Tiada sesuatu pun yang pernah 
 dilakukan oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, kecuali