[mediacare] Klarifikasi kpd Moderator - Re: Kakek Buyut YTH #59899

2007-10-08 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Bung Moderato Yth,

Tanggapan saya dibawah.

(kutipan):
Tapi memang informasi tentang keluarga nenek moyang Anda di Wikipedia
terkesan rancu, jadi mohon diedit dan lebih diperjelas/dilengkapi agar
tidak memunculkan dugaan-dugaan miring.


1. Tidak ada, saya ulangi, tidak ada seorangpun dari keluarga YTH
membuat, mengirim tulisan ataupun menyuruh pihak ke-3 membuat tulisan
mengenai YTH atau nenek moyang kita.
Dan kalaupun kita ingin membuat kenang-kenangan atau tribute
kepada orang tua, bukan di Wikipedia tempatnya tapi akan jauh lebih
ideal melalui media Blogspot.
2. Apa yang tertulis di Wikipedia adalah hak & tanggung jawab sipenulis. 
Kalau setiap kali kita harus mengawasi, memeriksa dan mengkoreksi
Wikipedia, refot sekali Oom!
3. Dugaan miring baru muncul setelah diolah-olah menjadi pembusukan
oleh MM, tidak ada sebelumnya! 


(Kutipan):
" Jadi belum terbukti bahwa dia mantan pendeta. Dan juga belum
terbukti bahwa dia non-muslim."

Lhaa  memangnya sudah terbukti bahwa kakek buyut saya adalah mafia?


Mari sama-sama kita buktikan misi apa yang sedang dilancarkan MM
terhadap pembentukan opini diantara kominitas Indonesia.


Soal bahasa yang kasar atau pembusukan karakter adalah hal normatif,
semua tergantung disisi mana kita berpihak.
Kemarin MM protes karena postingnya ditahan berikutnya langsung muncul
postingnya, stake holder besar rupanya ???


Saya tetap berpendapat bahwa "demokrasi terpimpin" Moderator berlaku
tidak adil, tetapi yang namanya otoritas penguasa, mau bilang apa?

Kalau terlalu banyak protes malah bisa dibreidel keanggotaan saya,
lebih refot lagi ya Oom ..

Jadi inget sama Haromoko ... aduh salah ... map bozz!
 
Wassalam, yhg.
-



Klarifikasi kpd Moderator - Re: Kakek Buyut YTH #59899 

 MOD:
Maaf pak YHG, bahasanya terlalu kasar, jadi kami sunting. Sebaliknya,
banyak postingan dari Nyonya Mus malah saya delete, dan kadang ada
yang disunting juga.

Tapi memang informasi tentang keluarga nenek moyang Anda di Wikipedia
terkesan rancu, jadi mohon diedit dan lebih diperjelas/dilengkapi agar
tidak memunculkan dugaan-dugaan miring.

Tentang Nyonya Mus, dulu pernah saya jabarkan. Jadi belum terbukti
bahwa dia mantan pendeta. Dan juga belum terbukti bahwa dia non-muslim.



Re: [mediacare] Re: Isu Soeharto Cina => Unik Ihsan #59843

2007-10-08 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Bung Unik Iksan Yth,

Pertanyaan tajam Anda, mengapa kebijakan terhadap etnis Tionghoa
dipertahankan selama berpuluh-puluh tahun, tidak bisa saya jawab
secara akademis, karena bukan bagian dari penguasa saat itu.

Tapi menurut hemat saya, pemberlakuan kebijakan terhadap etnis Cina,
15 tahun terakhir tidak seketat diawal Pemerintahan Orba.

Saya teringat waktu berbicara dengan Pak Joop Ave, beliau menceritakan
bagaimana sulitnya kabinet, khususnya menyakinkan Pak Benny dan Pak
Harto untuk membuka pintu pariwisata di indonesia, dimana tolok ukur
kebijakan militer masih berpegangan kuat pada masalah (keamanan)
stabilitas politik. 
Pak Joop keliling dengan presentasinya, yang mengupas dari sudut
income negara selain dari penjualan minyak, potensi dunia pariwisata
internasional terhadap tourisme regional, kebijakan pariwisata di
negara-negara tetangga, dan dari sudut globalisasi (liberalisme).
Akhirnya beliau berhasil meyakinkan penguasa, dan seperti kita ketahui
bersama bahwa pada tahun '80-'90- dunia pariwisata kita booming,
sehingga penerimaan negara dari sektor turisme menjadi nomor dua
setelah minyak. 

Kebijakan terhadap etnis Tionghoa yang dilatar belakangi oleh faktor
"pemulihan keamanan dan mempercepat proses integrasi bangsa", adalah
resmi, bukan pendapat atau opini pribadi.
Perlu juga diakomodir juga pengaruh faktor sejarahnya, bahwa di masa
jayanya PKI, banyak warga Tionghoa yang menjadi anggota partai dan
onderbouwnya. 
Ditambah lagi kiblat politik RI kepada Beijing (bukan Moskow) dan
dukungan Pemerintah RRT kepada PKI dan Pemerintahan Bung Karno,
sehingga setelah Orde Baru berkuasa muncul persepsi "loyalitas ganda".


(kutipan):
Inpres No 14 Tahun 1967 yang menghimbau kegiatan seni budaya, adat
istiadat,
aksara China di Indonesia diselenggarakan secara kekeluargaan dan di
tempat
ibadah.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 
NOMOR 14 TAHUN 1967 
TENTANG 
AGAMA, KEPERCAYAAN DAN ADAT ISTIADAT CINA 

KAMI, PEJABAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 

Menimbang : bahwa agama, kepercayaan dan adat istiadat Cina di
Indonesia yang berpusat pada negeri leluhurnya, yang dalam
manifestasinya dapat menimbulkan pengaruh psychologis, 
mental dan moril yang kurang wajar terhadap warganegara Indonesia
sehingga merupakan hambatan terhadap proses asimilasi, perlu diatur
serta ditempatkan fungsinya pada proporsi yang wajar. 



Para pengamat sosial LN juga menilai bahwa kebijakan  ---yang sekarang
dinilai sebagai tindak diskriminatif--- dilatar belakangi oleh faktor
keamanan, ancaman infiltrasi ideologi komunis China.


Mudah-mudahan penjelasan ini bisa menjawab pertanyaan Anda, terima kasih.

Wassalam, yhg.
-




[mediacare] Kakek Buyut Yap Thiam Hien Adalah Mafia Opium Cina Dari Guangdong !!

2007-10-07 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Bung moderator Yth,


Terima kasih atas tanggapan Anda

Saya kira yang paling relevan disini adalah statement Mus bahwa, "menurut" 
Wikipedia, Kakek buyut YTH adalah bahwa "Mafia
Opium Cina Dari Guangdong"?


Wikipedia mengatakan:
"Ketika monopoli opium di Hindia Belanda dihapuskan, kehidupan
keluarga Yap dan banyak tokoh masyarakat Tionghoa saat itu merosot."

Mus mengatakan:
"Kakek buyut YTH adalah bahwa Mafia Opium Cina Dari Guangdong"


Berita yang dilemparkan ke publik, khususnya mengenai (pribadi)
seseorang harus didasari oleh bahan data faktual.
Kalaupun pemberitaan itu didasari oleh: tafsir, ramalan dan perkiraan
dan asumsi pribadi, itu harus dicantumkan dengan jelas, agar supaya
ada pemisahan antara fakta dengan opini.
Sedangkan yang dilakukan Mus adalah, memanipulir data
(wikipedia) dengan opini pribadi, yang adalah pembohongan publik.


Contoh:
Semenjak diberlakukan pelarangan judi oleh Kapolri Jen. Sutanto,
"bisinis" nite life dikota menjadi suram.
Semua pihak yang terkait bisnis dunia malam mengeluh, mulai dari
tukang parkir, tukang rokok sampai ke pemilik diskotik, restoran, dll, semuanya 
mengeluh.

Pertanyaannya:
Apakah fenomena ini bisa diartikan, ditafsirkan, disimpulkan bahwa
mereka semua ini adalah bandar judi???



Mus sering berceramah tentang konspirasi global,
padahal wawasannya cuma sebatas tingkat kecamatan, sedangkan moralnya
sudah rusak total, sehingga membuat sistim demokrasi menjadi anakhi
berpendapat.


Wassalam, yhg.
-

Pak YHG,

Nyonya Muskit kadang memang terlalu cepat menyimpulkan.

Kalau saya baca ulang dari Wikipedia:
Wikipedia (kutipan):
[Kakek buyutnya adalah seorang Luitenant yang bermigrasi dari provinsi
Guangdong di Tiongkok ke Bangka, namun kemudian pindah ke Aceh.

Ketika
monopoli opium di Hindia Belanda dihapuskan, kehidupan keluarga Yap
dan banyak tokoh masyarakat Tionghoa saat itu merosot. Ditambah lagi
oleh kekeliruan investasi di Aceh berupa kebun kelapa
yang ternyata tidak memberikan hasil yang menguntungkan.]

YHG:
Coba, kalimat Wikipedia mana yang secara explisit menyebutkan bahwa,
Kakek buyut YTH adalah bahwa "Mafia Opium Cina Dari Guangdong"?

Komentar:
Sepertinya narasi yang ada di Wikipedia memang ada beberapa
kejanggalan, sehingga bisa ditafsirkan macam-macam.

1. Kakek buyut YTH adalah seorang Luitenant yang bermigrasi dari
provinsi Guangdong di Tiongkok ke Bangka,  namun kemudian pindah ke Aceh.

Pertanyaan: Jabatan Luitenant itu saat ia dia di Guangdong bukan?
Begitu pindah ke Bangka lalu ke Aceh, apakah masih Luitenant juga?
Ataukah berbisnis kopra/kelapa?

Mungkin akan lebih menarik bila ditambahkan alasan kenapa ia pindah ke
Bangka. Ada kejadian apa pada saat itu di Guangdong?

2. Ketika monopoli opium di Hindia Belanda dihapuskan, kehidupan
keluarga Yap dan banyak tokoh masyarakat Tionghoa saat itu merosot.

Ini yang fatal dan bisa bikin salah tafsir -> dengan penghapusan
monopoli opium, kehidupan keluarga Yap dan banyak tokoh masyarakat
Tionghoa saat itu merosot. Tidak dijelaskan secara rinci korelasi
antara monopoli opium dan merosotnya kehidupan masyarakat Tionghoa.
Bisa ditafsirkan kala itu masyarakat Tionghoa memonopoli jalur
perdagangan opium. Tapi memang dulu operator Rumah Candu kebanyakan
orang Tionghoa.




[mediacare] Klarifikasi kpd Moderator - Re: Kakek Buyut YTH

2007-10-07 Terurut Topik Yap Hong-Gie
MOD:
Maaf pak YHG, bahasanya terlalu kasar, jadi kami sunting. Sebaliknya, banyak 
postingan dari Nyonya Mus malah saya delete, dan kadang ada yang disunting juga.

Tapi memang informasi tentang keluarga nenek moyang Anda di Wikipedia terkesan 
rancu, jadi mohon diedit dan lebih diperjelas/dilengkapi agar tidak memunculkan 
dugaan-dugaan miring.

Tentang Nyonya Mus, dulu pernah saya jabarkan. Jadi belum terbukti
bahwa dia mantan pendeta. Dan juga belum terbukti bahwa dia non-muslim.


Bung Moderator Yth,

Mohon penjelasan, mengapa posting (#59852) saya kepada MM di edit sedemikian 
rupa?

Apakah berlaku perlakuan khusus bagi MM, dimana dia boleh menyerang
pribadi lawan diskusi sampai ke Kakek Buyutnya, sedangkan saya, yang
cuma membuka tabir pribadi MM yang kontroversi, tapi diintervensi oleh pihak 
Moderator?

Saya tidak mempermasalahkan orang menyerang pribadi, termasuk terhadap
Kakek Buyut saya, tapi saya ingin mengajukan protes atas perlakuakan
sepihak terhadap saya.


1. Terlepas benar atau tidaknya Kakek Buyut adalah bandar Opium, topik
diskusi adalah "Isu Soeharto Cina", yang substasi diskusinya tentang
diskriminasi dijaman Orde Baru, yang sama sekali tidak menyentuh
pekerjaan Kakek Buyut saya.
Jelas motif MM adalah menyerang pribadi, bukan ingin menyanggah
tulisan saya.
Sehingga segala alasan MM membawa "dosa" orang tua sampai Kakak Buyut
saya, cuma akal-akalannya guna mencari pembenaran atas "his Evil act"
(tindakan iblisnya).
Seperti juga prilakunya selama ini, melancarkan misinya menista dan
membusuki NKRI; Pemerintah, TNI, Islam, Pribumi dst, dst, dst.


2. Karena MM berlindung dibalik segala macam ID palsu, dia sudah punya
advantage dalam melindungi pribadinya. Pada posisi itu dia
bebas-merdeka menyerang pribadi lawan, sekarang ditambah lagi dengan
proteksi dari pihak moderator, apakah itu fair?  Ibaratnya dalam ring
freefight, yang satu boleh menyerang secara bebas, tapi satunya hanya
boleh menggunakan tinju.


3. Oleh karena itu saya mohon agar posting saya yang lalu dilepaskan
apa adanya.


Saya ucapkan terima kasih sebelumnya.


Wassalam, yhg.
-



[mediacare] Klarifikasi - Re: Kakek Buyut Yap Thiam Hien Adalah Mafia Opium Cina Dari Guangdong

2007-10-07 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Syaloom Nyonya Muskitawati,



Anda menyimak Wikipedia saja tidak mampu, apalagi memahami bahan
materi yang lebih berat .

(#59659):
 "Hafsah Salim" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Kakek Buyut Yap Thiam Hien Adalah Mafia Opium Cina Dari Guangdong !!!

Wikipedia (kutipan):
[Kakek buyutnya adalah seorang Luitenant yang bermigrasi dari provinsi 
Guangdong di Tiongkok ke Bangka, namun kemudian pindah ke Aceh.  Ketika 
monopoli opium di Hindia Belanda dihapuskan, kehidupan
keluarga Yap dan banyak tokoh masyarakat Tionghoa saat itu merosot.
Ditambah lagi oleh kekeliruan investasi di Aceh berupa kebun kelapa
yang ternyata tidak memberikan hasil yang menguntungkan.]


Coba, kalimat Wikipedia mana yang secara explisit menyebutkan bahwa,
Kakek buyut YTH adalah bahwa "Mafia Opium Cina Dari Guangdong"?



MM (#59644):
* Sebagai pelindung keluarga Suharto, Yap menempatkan diri sebagai
opposisi.
* Tuduhan dan kesalahan kecil2an dari Cendana difokuskan jadi besar
untuk menutup kesalahan dan kejahatan Cendana yang besar2an.

MM (#59657):
* Anehnya, Yap Thiam Hien sendiri telah menerima award dari Suharto
untuk jasa2nya menghapuskan diskriminasi terhadap keturunan Cina. Lucu
bukan ???
* Yap Thiam Hien melindungi keluarga cendana dari teropong hukum
orang2 dari luar negeri.


YHG:
Tuduhan Anda harus didukung dengan bukti; bahan data faktual.
Tolong jangan membuat analisa konspirasi yang kusut, tapi tunjukkan
data kering yang faktual.


Berbagai fitnahan ini cuma ungkapan frustasi MM atas kegagalan sebagai manusia 
normal.


Jangan lupa minum obatnya sebelum tidurya Oom, dag .


Wassalam, yhg.
--











Re: [mediacare] Re: Isu Soeharto Cina => LION CB #59757

2007-10-06 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Bung Lion Yth,

Untuk Anda saya cuma mau mengkomentari manipulasi opini:

1.
"Kebencian Sdr. YHG terhadap etnis Cina sebenarnya merupakan suatu
misteri tersendiri."

Mengkritisi sikap dan perilaku Cina oportunis yang kebablasan bukan
bearti saya membenci atau anti-Cina, etnis saya sendiri!?!?

Apakah Anda menganggap etnis Cina adalah "ras superior", jadi  pantang
dikritisi?  



2.
Semisteri kerusuhan Mei 1998, yang juga disangkal oleh dia dan
kawan-kawannya  di mailing list mereka, bahwa dalam kerusuhan tersebut
salah satu sasaran utama adalah aset-aset milik orang Cina di Jakarta. 

Statement Anda diatas tidak benar, silahkan tunjukan tulisan saya atau
kawan-kawan yang menyatakan itu.



Wassalam, yhg.
---




[mediacare] Re: Isu Soeharto Cina => Manneke Budiman #59740

2007-10-06 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Bung Manneke Yth,

Saya diajarkan kalau mencari solusi untuk suatu kasus, harus dimulai
dengan membaca peta situasi (mapping) kejadian, memperhatikan
faktor-faktor external dan internal yang mempengaruhi, mempelajari
sebab dan akibatnya, kemudian baru membuat kesimpulan, untuk mencari
solusinya.
Terbalik dengan Anda, yang sudah mempunyai kesimpulan, kemudian
membuat analisa dan mencari pembenaran untuk mendukung kesimpulan Anda
tersebut.


Selanjutnya tanggapan saya dibawa.


MB:
Saya naif? Mungkin saja. Tapi jelas saya berpikir jernih, dan tidak
membabi buta seperti Anda. Masa gara-gara RRC mendukung PKI, lalu WNI
turunan Cina boleh didiskriminasi?  Wow, cara pandang yang sangat
berbahaya!
Ini analoginya mirip dengan apa yang ini terjadi: karena beberapa
negara Barat memusuhi Islam, maka orang kristen di Indonesia boleh
dimusuhin, sebab kristen adalah akar tadisi Barat. Atau, seperti yang
terjadi semasa PD II di AS dan Kanada: karena AS/Kanada sedang perang
dengan Jerman dan Jepang, maka boleh warga AS/Kanada keturunan Jepang
disita hartanya dan manusianya dipindah ke kamp-kamp tahanan yang
terisolasi.
Dengan kata lain Bung Yap Hong Gie, inilah yang disebut dengan RASISME
itu. Manusia dinilai dan diadili berdasar rasnya.


YHG:
Komen Anda: "Masa gara-gara RRC mendukung PKI, lalu WNI turunan Cina 
boleh didiskriminasi?", nampak sekali ingin memaksakan isu diskriminasi.
Sampai nekat menyepelekan dukungan RRC kepada PKI, hanya untuk
membenarkan masalah diskriminasi, ini visi yang lebih membahayakan!

Tolong jangan sebut "dengan kata lain" untuk memlintir suatu
kesimpulan, saya tidak pernah menganggap, menyetujui atau menyatakan
bahwa etnis Cina boleh didiskriminasi.

Yang saya katakan bahwa, kebijakan pemerintah Orba bukan untuk
mendiskriminir warga Cina, tetapi dalam rangka pemulihan keamanan dan
mempercepat proses integrasi bangsa.

Pada hakekatnya membawa-bawa contoh peristiwa/kasus di LN, sangat
tidaklah relevan, tapi kali ini akan saya tanggapi.

Hal-hal yang terjadi terhadap warga etnis Jepang di AS, bukan
bermotifkan race discrimination, tetapi murni didasari pada
kepentingan keamanan negara.
Quote: "Civilian and military officials had concerns about the loyalty
of the ethnic Japanese on the west coast and considered them to be
security risks"---End quote.



MB:
Masih belum mengerti jugakah mengapa Orba disebut diskiriminatif
terhadap WNI keturunan Cina? Ngomong-ngomong soal naif...

YHG:
Memakai parameter saat sekarang; sambil ngopi-ngopi di Coffee Bean,
untuk menilai dan menyimpulkan suatu kebijakan dalam situasi perang
(atau paska kudeta), adalah sangat absurd.
---

MB:
Politik diskriminasi itu bentuknya macam-macam. Gak ada yang namanya
diskriminasi total di segala bidang. kalo itu yang Anda bayangkan, ya
tengoklah kamp-kamp konsentrasi Nazi itu. Di Indonesia, diskiriminasi
terhadap etnik Cina dilakukan pada tataran politik, budaya dan 
kewarganegaraan.
Namun, di bidang ekonomi, mereka dipelihara dengan baik supaya jadi
gemuk. Tujuannya apa?  masa sih saya perlu kuliahi Anda soal yang satu
ini? Malu dong.


YHG:
Rupanya Anda gemar sekali membawa-bawa Nazi Auswich, untuk
mendramatisir argumentasi Anda yah?

Setahun pasca G30S/PKI, Kopkamtib dan jajaran militer dalam keadaan
high alert, membersihkan sisa-sisa anggota PKI didalam pemerintahan
maupun didalam tubuh Angkatan Bersenjata sendiri, serta jaringan
klandestin didaerah; pembrontakan bersenjata di Blitar Selatan
(1966-68) dan di Jawa Tegah (1967-68).  Belum lagi mengimbangi
Presiden Sukarno dengan Kabinet Dwikora, dimana masih bercokol
Waperdam I Dr. Subandrio, dan Nyoto (Anggota Polit Biro CC PKI)
sebagai Menteri Negara diperbantukan pada Presidium Kabinet, yang
dengan berbagai upaya berusaha menyelamatkan PKI (baru dibubarkan 12 
Maret 1966).
Apakah Anda mengira bahwa Pak Harto dan jajarannya masih punya waktu
untuk memikirkan untuk mendiskriminasi etnis Cina?


Dalam dunia bisnis dimanapun selalu ada bagi-baginya, jangan tanya
kalau minta fasilitas khusus, seperti monopoli, yang "aspal", dan yang
ilegal, dll.

Di LN, untuk bisnis halal saja sudah lama berlaku program CSR, tapi
kita disini baru membahasnya untuk diundangkan.

Persoalannya disini, banyak pengusaha Cina (dalam hal bagi-bagi) pakai 
Calculator Made in Israel*.
(*) = cuma ada tombol (x) dan (+),  sedangkan tombol (:) dan (-) tidak
ada 

Kalau kurang percaya, lihat saja hasil akhir keuntungan para konglo
hitam, koq bisa ya?
Nah, cara hitung-hitungan seperti ini saya perlu kuliah dari Anda ...
he he he
---


MB:
Ngomong-ngomong, Cina yang tinggal di Pluit, PI, Kelapa Gading itu
seberapa besar sih persentasinya dibanding yang tinggal di
kampung-kampung di Tangerang (Benteng), Pontianak, Medan, yang melarat
dan makan aja susah?
Kacamata Anda kayanya mesti ganti deh, jangan pake yang myop aja.
Paradigma yang Anda pakai dalam menyoroti

[mediacare] Re: China vs China [Pak YHG vs Nyonya Mus]=>Martin Widjaja #59671

2007-10-05 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Bung Martin Yth,

Terima kasih, tanggapan saya dibawah.


Martin Widjaja <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Makin seru aja nih polemik nya, makin menjalar ke yg jauh nggak
kebayang , ke buyut2 segala ...
 cu t ---
Saya merasa jenuh, sampai sick of it, karena merasa memang
keturunan China ini selalu akan serba salah, namun kaget 
juga kalau sampai yg juga keturunan China maki2 dgn mengatakan
soal China oportunis, maunya selamat sendiri , apa nggak 
merasa beliau juga keturunan China yg sudah pasti akan 
disama ratakan dgn yg China oportunis itu ?


YHG:
Jadi apakah kita harus berdiam diri menyaksikan sikap prilaku kalangan
oportunis yang merusak tatanan sosial yang sudah mulai kondusif?
Duduk manis, nonton mereka memanipulir "dosa" Orde Baru untuk menuntut
ganti-rugi hak seada-adanya, tapi lupa akan kewajibannya sebagai WN?
-


MW:
Saya banyak memperhatikan banyak juga tokoh2 China [keturunan]
yg bahkan lebih 'nasionalis' atau lebih pribumi dr pribuminya 
Padahal pengungkapan sejarah kek, cerita2 ttg Chinese perantauan
kayaknya semua serba negatif , sampai kakeknya Mr YTH pun
diseret2 gembong opium ... apa iya sejelek itu kah ??
Saya pernah nonton riwayat masjid2 di Jakarta di Trans TV
bagaimana masuknya agama Islam , berdirinya dan berkembangnya 
di Jakarta dll.
Anehnya kemudian membahas dan mengilustrasikan bagaimana
orang2 China jaman itu dikejar2 mau dibunuh Belanda , dan masuk 
masjid di daerah Kota [ yg baru2 ini dikunjungi P SBY ] 
China2 itu digambarkan sangat hina, menyembah2 Uztad dan orang2
di masjid minta dilindungi jiwanya...
Jadi China2 itu hina , maunya selamat aja, kayaknya disuruh masuk 
Islam hayuu , disuruh apa saja mau, asal selamat.
Saya sangat heran menyaksikan tayangan itu, karena nggak pernah 
mendengar dr guru sejarah saya sampai setua ini cerita yg begitu 
tragis
Apa perlu Trans TV menayangkan kisah kayak gitu demi syiar agama Islam
? Sangat merendahkan orang2 China !

YHG:
Maaf, saya tidak melihat tayangan itu.
Tapi mungkin pesan dibalik cerita itu adalah bahwa warga keturunan
Cina juga mengalami tindak kekerasan dan menderita dibawah penguasa
kolonial Belanda.
--

MW:
Kalau ada tujuan politik dan syiar barangkali diatas bangkai yg bernama
China , saya bisa mengerti , tapi kalau yg keturunan China juga
menjelek2an
si China lucu juga, mungkin memang harus dapat award tambahan lagi

YHG:
H! .. yang saya kritisi adalah kalangan oportunis, bukan warga
etnis Cina pada umumnya!
-

MW:
Jaman Maestro Suharto , kaum China begitu ketakutan dgn segala cap 
China yg komunis, yg makan harta rakyat, yg tukang nyogok, mau selamat
nggak pernah mau ikut berjuang untuk 'negara'
Kaum China jelas sangat ketakutan dgn segala cap PKI dll, walau kmd 
muncul juga tokoh2 macam LBK kakak beradik untuk sekedar membalance 
cap China nggak mau ikut 'perjuangan orde baru ..
Bahkan yg saya alami yg namanya LBKo yg adik LBKi itu kalau ngomong
sama sesama China , sengak nya bukan main , lebih kasar dr yg pahlawan 
pribumi. Masya Aulloh 
Sampai terakhir dalam kunjungan Pres  GD ke Eropa 1999 , masih juga 
kesombongan China thd China ini terjadi ... padahal P LBKo ini udah 
nggak bergigi , usaha juga ampir bangkrut, Jend Ali Murtopo dan Jend
Sudjono H sdh almarhum


YHG:
Selama tiga tahun setelah G30S/PKI suasana politik memang mencekam,
yang ketakutan bukan warga keturunan Cina saja, bagi orang Jawa dan
Bali juga menakutkan.
Tapi setelah itu, "business as usual', mulai awal 1970an keadaan mulai
membaik, roda perekonomian mulai berjalan. 
Sama seperti halnya Peristiwa Mei 1998, tahun 2001 index harga saham
sudah mulai terkoreksi.
--


MW:
Kalau dikatakan soal ganti nama adalah anjuran misalnya, kayaknya 
semua juga tahu kalau kebanyakan China ketakutan dan beramai2 
taat pada drpd diusir ke tanah leluhurnya ...
China2 itu memang dipaksa menyangkal dirinya  ! Suatu hukuman 
terberat bagi China2 perantauan di Indonesia
Banyak yg menyalahkan kenapa harus lahir jadi China , hingga serba susah
Bukan cuma soal ganti nama, tapi juga segala kebiasaan , adat istiadat 
sepertinya tabu, harus sesuai dengan di Indonesia
Untung seribu untung [ masih juga untung kan ...?] Maestro Suharto 
'terlambat'  jadi hijau, kalau nggak bukan mustahil semua China itu
harus bersunat... seperti yg dipaksakan kepada siapapun yg mau masuk 
clan Cendana , mulai dr Elsye Sigit,Maya Rumantir dll sampai yg
 paling akhir adalah Lulu Tobing...

YHG:
Tidak separah begitulah Bung Martin, jangan di mark-up dong ... he he
he ...
Pengertian atau istilah "dipaksa menyangkal" itu lucu juga, mana ada
ceritanya memaksa orang lain untuk menyangkal asal-usul dirinya?!?!
Mereka yang menyangkal asal-usulnya adalah para oportunis juga,
sekarang mereka juga yang paling keras melolong-lolong didiskriminasi
dan dizalimi oleh Orde Baru.
-


MW:
Yah memang susah mau dibuktikan rumus2 pene

[mediacare] DIRGAHAYU TNI !

2007-10-05 Terurut Topik Yap Hong Gie
05 Okt 2007

DIRGAHAYU TNI! 

PENGAWAL KEDAULATAN, KONSTITUSI & IDEOLOGI NEGARA.



http://www.sinarharapan.co.id/berita/0710/05/taj01.html

Jumat, 05 Oktober  2007
Kalangan Sipil Harus Introspeksi


Tentara Nasional Indonesia (TNI) berada dalam posisi yang kurang nyaman. 
Berbagai peran yang disandangnya semasa pemerintahan Presiden Soeharto kini 
telah berkurang. 
Ironisnya pada saat yang bersamaan kalangan sipil kurang memikirkan target 
jangka panjang. Mereka bertindak dan berpikir hanya dari pemilu ke pemilu, 
suatu situasi yang memperlemah kekuatan nasional.
Semangat reformasi pada tahun 1997 mendorong perubahan dalam tubuh TNI. Peran 
yang berbentuk kehadiran langsung TNI dalam kerangka dwifungsi telah menurun 
tajam. Tak ada lagi wakil TNI di lembaga legislatif atau eksekutif. 

Perubahan itu belum sepenuhnya tuntas, tetapi harus diakui TNI sudah tampil 
beda. TNI menjadi lebih terfokus pada kegiatan-kegiatan yang menyangkut 
profesionalisme. Yang menarik, perubahan tersebut berlangsung tanpa riak yang 
berarti. 
Sekalian perubahan dalam bidang sosial-politik itu diwujudkan dalam paradigma 
baru. TNI tidak lagi selalu di depan atau menduduki berbagai bidang yang tak 
ada kaitannya dengan profesionalisme. TNI juga mengubah konsep menduduki jadi 
mempengaruhi, itu pun dilakukan dengan cara tidak langsung. Dengan demikian, 
sebutan dominasi TNI nyaris tak dikenal lagi.
TNI/Polri tentu belum sepenuhnya bebas dari percikan politik. Berbagai 
pemilihan gubernur, bupati, atau wali kota, apalagi yang diikuti para calon 
berlatar belakang TNI/Polri, kerapkali dikaitkan dengan status yang disandang 
para calon itu. Keluarga besar TNI/Polri akan mendukung calon-calonnya.
Kecurigaan itu seringkali dibesar-besarkan sebab dalam kenyataannya keluarga 
besar TNI/Polri memilih calon tidak selalu berdasarkan semangat satu korps. 
Mereka bisa menyeberang karena isyu-isyu lain, seperti program kerja, kegiatan 
fisik serta penampilan figur yang bersangkutan. Buktinya, sejumlah calon 
gubernur atau wali kota yang berlatar belakang TNI/Polri menelan kekalahan 
sekalipun sudah mengerahkan segala daya. 

Reformasi TNI/Polri di bidang dwifungsi sudah terlihat hasilnya. Salah satu 
indikatornya adalah media jarang sekali atau tidak pernah lagi memberitakan 
atau menyiarkan peran-peran sosial-politik TNI/Polri. 
Belakangan ini yang lebih banyak disinggung adalah upaya mewujudkan efisiensi 
di kalangan instansi-instansi militer, termasuk Departemen Pertahanan. Salah 
satu tindakan yang menyolok adalah penyingkiran peran broker dalam pembelian 
peralatan militer sebab para pialang itu membuat harga menjadi lebih mahal. 
Anggaran belanja sedapat mungkin dipakai seefektif mungkin.
Di balik sekalian reformasi itu, kita mendapati perkembangan yang ironis. 
Ketika TNI memusatkan perhatian pada profesionalisme, ternyata faktor-faktor 
yang menunjang atau mendukungnya amat lemah. Maksudnya, TNI tidak mempunyai 
peralatan militer atau alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang memadai.

Perkembangan paling akhir ini tidak lepas dari keterbatasan anggaran belanja 
pemerintah. Kita memperkirakan anggaran belanja militer dalam tahun-tahun 
mendatang tidak akan pernah beranjak jauh selama pendapatan pemerintah masih 
seret sedangkan pinjaman yang harus dibayar masih tetap besar. Indonesia memang 
sudah terjebak dalam perangkap utang.
Dalam situasi yang sempit itu semestinya ada pilihan-pilihan. Entah kenapa para 
penyusun anggaran seperti mengenyampingkan manfaat bila TNI Angkatan Laut 
memperoleh anggaran yang cukup guna membeli kapal-kapal di bawah maupun di atas 
permukaan laut. Yang sering dikatakan adalah harga satu unit kapal sangat 
mahal. 
Padahal pembelian itu kelak tidak hanya bermakna untuk menjaga kedaulatan dan 
integritas wilayah, tetapi juga bermakna ekonomis, yakni pencurian hasil laut 
yang bernilai miliar dolar AS akan berkurang. Jadi kalaupun tak mampu membeli 
banyak kapal perang, mengapa tidak menggalakkan pembuatan kapal-kapal patroli 
di dalam negeri. Bukankah pada akhirnya, dampak pembuatan tersebut memiliki 
imbas positif ke segala arah?

Membuat produk di dalam negeri seringkali dikaitkan dengan biaya yang lebih 
mahal, jika dibandingkan dengan membeli produk serupa dari luar negeri. 
Pendapat itu belum tentu sepenuhnya benar, karena dibiaskan para broker, tetapi 
yang pasti dengan membuat di dalam negeri kita akan mampu meningkatkan 
keahlian, menambah persentase kandungan lokal hingga pengaruh positif kepada 
sektor-sektor yang tak berkaitan langsung seperti sektor konsumsi. 

TNI akan terus menghadapi dilema internal maupun eksternal. Dalam konteks ini, 
kita mengharapkan kalangan sipil supaya juga melakukan instropeksi agar 
terbangun suatu kondisi negara yang lebih sehat. 
Dewasa ini, kita melihat perilaku sebagian kalangan sipil, baik politisi maupun 
birokrat, yang tidak elok. Mereka bertindak demi kepentingan sendiri atau 
kelompok hingga sangat merugikan kepent

[mediacare] [ATIMES] Trials and travails of Indonesia's richest man

2007-10-05 Terurut Topik Yap Hong Gie
Bung Manneke Yth,

Apakah Asia Times juga berhalusinasi dan berilusi?

Quote:
Wealthy minority
Although it accounts for only 3% or 4% of Indonesia's 238 million
population, the mostly urban-based ethnic-Chinese community dominates retail
business and controls many of the country's major industrial conglomerates.
Upon achieving independence, Indonesia's ruling pribumi military leaders,
including Suharto, preferred to outsource development of the country's
natural resources to ethnic-Chinese businessmen. End quote.



http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/HJ14Ae01.html

Southeast Asia
Oct 14, 2006
Trials and travails of Indonesia's richest man
By Bill Guerin

JAKARTA - Publicity-shy paper and plantation magnate Sukanto Tanoto
is in Indonesia's national headlines after topping two high-profile lists.

Forbes Asia last month listed the 56-year-old tycoon as the richest
individual in Indonesia, with assets worth about US$2.8 billion (Rp25.2
trillion). In June, the self-made ethnic-Chinese tycoon also topped a list
of state-owned Bank Mandiri's six biggest debtors.

Although Vice President Jusuf Kalla and senior cabinet minister

Aburizal Bakrie, both ethnic-Malay Indonesians, known locally as pribumi,
also featured prominently on Forbes' wealth list, media attention has
focused on Tanoto. The businessman has recently been linked to a revived
financial-fraud investigation, although no formal charges have yet been
filed against the tycoon.

After a joint decision by the national police chief and the attorney
general, a corruption investigation has after five years in abeyance been
restarted involving Unibank, a financial institution once owned by Tanoto.
Corruption allegations first surfaced against Tanoto in September 2000
when a central-bank investigation into Unibank discovered discrepancies
with the bank's outstanding debt, which was in the form of an export draft
worth $230 million, or about Rp2.3 trillion.

The revived charges come as President Susilo Bambang Yudhoyono heats
up his "war on corruption", which includes vigorous investigations into bad
loans parked at state banks. Some international observers have insinuated
that the anti-graft campaign is disproportionately targeting ethnic-Chinese
businessmen over indigenous Indonesians.

Singapore's founding father and Minister Mentor Lee Kuan Yew last month
accused Indonesia of just that, discriminating against its ethnic-Chinese
minority. "Our neighbors [Indonesia and Malaysia] both have problems with
their Chinese. They are successful. They are hard-working and, therefore,
they are systematically marginalized," the elder statesman said.

Many of Indonesia's ethnic-Chinese business leaders fled to majority-Chinese
Singapore after killings, rapes and looting of their businesses in Indonesia
followed strongman Suharto's May 1998 downfall. The local media estimate
that they parked billions of dollars in Singaporean banks, and some have
declined to reinvest their funds in Indonesia. Others, accused of corruption
and pilferage, fled to Singapore to escape prosecution, according to the
Attorney General's Office.

Fairly or not, Tanoto, son of a migrant shopkeeper and an Indonesian
citizen, has often been viewed as part of that diaspora to Singapore. His
Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL) is managed from
Singapore and is one of the world's leading pulp-and-paper companies, with
production operations in both Indonesia and China.

APRIL is the flagship of Tanoto's Raja Garuda Mas, or RGM International
Forestry Group, which is likewise based in Singapore. The global company
has assets in excess of $5 billion and has established a corporate presence
in
Singapore, Indonesia, mainland China, Hong Kong, the Philippines, Finland
and Brazil. One of its subsidiaries, PT Asianagro Agung Jaya (AAJ), is one
of the biggest producers of crude palm oil in Indonesia.

With rubber and cocoa estates and more than 200,000 hectares of oil-palm
plantations, AAJ is now aggressively investing in alternative energy,
including plans for a $38 million bio-diesel factory in Riau designed to
produce 100%-pure bio-diesel, which can be used as automobile fuel without
being mixed with petroleum-based diesel fuel. The planned investment is
notably in line with a new government policy to promote the production of
more biofuels.


Wealthy minority

Although it accounts for only 3% or 4% of Indonesia's 238 million
population, the mostly urban-based ethnic-Chinese community dominates retail
business and controls many of the country's major industrial conglomerates.
Upon achieving independence, Indonesia's ruling pribumi military leaders,
including Suharto, preferred to outsource development of the country's
natural resources to ethnic-Chinese businessmen.

Through that patronage system, Tanoto developed and has maintained strong
political connections with the country's ruling pribumi elite, including
inside the current administration. And several of his business int

[mediacare] Re: Isu Soeharto Cina => Manneke Budiman#59623

2007-10-05 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Bung Manneke Yth,

Terima kasih atas tanggapan Anda.

Secara teoretis anda benar bahwa, "Suatu rezim kekuasaan tidak dapat
secara moral membebaskan dirinya dari penghakiman sejarah."

Tapi bicara tentang penghakiman sejarah, maka kita masuk satu wilayah
yang amat subyektif, tergantung pada siapa yang melakukan penilaian
dan penghakiman, belum lagi pengaruh dan sikap politik Pemerintah yang
berkuasa, sehingga akan selalu menjadi kontroversi yang tidak pernah
berakhir.

Analogi Anda yang membandingkan Pemerintah Orba dengan Nazi Jerman,
Pol Pot dan Idi Amin, cukup bombastis bila dilemparkan kepada kalangan
pelajar SMU, padahal setiap peristiwa politik tidak bisa disamakan,
apalagi membandingkan dengan kejadian dinegara lain.

Lagi pula, tidak ada maksud dibenak saya untuk mengajukan apologia.
Saya mengatakan bawah penilaian terhadap kebijakan pemerintah Orba
adalah tidak tepat, oleh karena menggunakan parameter (nilai-nilai dan
norma) yang berlaku 40 tahun kemudian, tanpa memasukan indikator
situasi dan kondisi politik yang berlaku ketika itu.

Agar tidak bertambah bias, saya ulangi pembuka penjelesan saya:
=Apabila membahas sistim kebijakan Pemerintah Orde Baru dengan
nilai-nilai dan norma yang berlaku sekarang, maka peraturan yang
dibuat tahun 60-an bisa saja dikatagorikan sebagai diskriminatif,
melanggar hak azasi, dsb, dsb,dsb.
Kebijakan sosial-politik Pemerintah harus ditinjau dengan mengacu pada
segala macam faktor, yang terkait pada situasi dan kondisi negara pada
saat itu.=

Mari kita fokuskan diskusi ini pada masalah seputar diskriminasi
terhadap etnis Cina di jaman Orde Baru, masalah tindakan terhadap PKI
dan ondebouwnya adalah isu dan substansi tersendiri.


Sudah saya coba jelaskan tapi rupanya masih terlalu sulit untuk dicerna. 
Aturan dan kebijakan yang dibuat pasca G30S/PKI (1965-1967),
mengutamakan fokusnya pada pemulihan keamanan, ketertiban dan
stabilitas politik.
Oleh karena itu pula segala macam masalah yang menyangkut ideologi,
serta celah-celah yang bisa di infiltrir oleh komunis asing (RRC),
ditangani lansung oleh Komando Operasi Tertinggi Ampera. 

Kenapa aturan-kebijakan tidak dilakukan oleh Pemerintahan RI?
Karena Pemerintahan sudah vakum, sedangkan Kabinet Dwikora lagi
sibuk-sibuknya berkonsolidasi dan berupaya menyelamatkan PKI.

Soal siapa-siapa yang bergidik bulu kuduknya, pada masa pasca revolusi
(kudeta), seluruh bangsa Indonesia dalam keadaan takut dan tidak menentu.
Tetapi kebijakan ganti-nama, tetap saja merupakan anjuran, tidak ada
sangsi hukumnya. 
Buktinya masih banyak warga etnis yang mempertahankan 3 nama, dalam
keadaan sehat walafiat, tidak kurang suatu apa. 


Kadang saya bingung dengan "kepolosan" Anda menyikapi peristiwa
sejarah, koq tega-teganya nanya: "mengapa anjuran ganti nama kok cuma
buat etnik Cina, dan bukan untuk nama-nama Barat dan Timur Tengah?" 
Sekarang saya balik tanya, memangnya selama 10 tahun terakhir, PKI
didukung oleh negara Barat dan Timur Tengah? 
Memangnya orientasi politik Orde Lama adalah poros:
Jakarta-Abudabi-Amsterdam?


Motif kebijakan ganti-nama, maupun soal adat/budaya saat itu, dilatar
belakangi oleh masalah sosial-politik yang sedang pada titik paling
kritis, yang tujuannya adalah agar terciptanya proses pembauran dan
integrasi bangsa, guna menghindari loyalitas ganda, kepada
pemerintahan komunis RRT.  


Kalau benar tuduhan bahwa selama 32 tahun Pemerintah Orde Baru
menerapkan politik diskriminasi, maka:

* Tidak ada kawasan perumahan mewah seperti: Pluit, Pantai Indah
Kapuk, Pantai Mutiara, Kelapa Gading, Permata Hijau, Pondok Indah
dll., yang dihuni oleh warga keturunan Tionghoa.
* Tidak ada warga etnis Tionghoa masuk daftar "150 Richest in
Indonesia 2007 atau masuk "Indonesia's 40 Richest" versi Forbes,
selama berapa tahun berturut-turut.
* Ada 2 lembaga ICMI, dimana yang pertama didirikan adalah "Ikatan
Cina Miskin Indonesia", karena yang kaya sudah mabur semua!


Wassalam, yhg.
-




[mediacare] Pak YHG vs Nyonya Mus => Radityo Djadjoeri #59595

2007-10-04 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Bung Radityo Yth,

Terima kasih untuk tulisan yang telah mengklarifikasi beberapa hal. 
Angkat topi untuk Anda, yang memiliki photographic memory atau
database yang begitu lengkap, yang bisa merekam berbagai detail kecil
untuk melengkapi profil seseorang, dari sekian ribu anggota.


Memang benar saya pernah bekerja di Steady Safe Taxi, kemudian di unit
usaha Zebra Taxi Surabaya, dari pemilik yang sama. 
Setelah menyelesaikan kontrak di Surabaya, saya kembali bergabung di
perusahaan dimana saya pernah bekerja selama 11 tahun.

Hubungan saya dengan Pak Harto, dimulai setelah beliau sakit sekitar
tahun 2000, itupun hanya setahun sekali bersilaturahmi pada hari
pertama Idul Fitri. 


Serangan saya terhadap "Nyonya" Mus (MM), merupakan reaksi terhadap
fitnah rendahan terhadap orang tua saya. 
Saya tidak akan mempersoalkan serangan terhadap pribadi saya, tetapi
kalau sudah menyeret-nyeret orang tua yang sudah meninggal 18 tahun
yll, yang notabene tidak ada hubungannya dengan konteks diskusi, itu
menandakan bahwa kita memasuki gelanggang "free-fight", dimana hanya
satu aturan yang berlaku: "no rules!" 


Sejak 5 tahun terakhir saya sudah mengenal tulisan-tulisan MM,
diberbagai milis berbahasa Indonesia.  Pola dan misinya semua sama,
menciptakan konflik dengan cara memanipulasi data, pembohongan publik,
provokasi massa (umat, etnis, golongan), dibidang sosial-politik atau
agama.  Karena masalah SARA adalah isu paling sensitif, maka menu
utama tulisan MM adalah (konflik) agama. 
Tapi coba suruh buktikan; bawa data pendukung atau menunjukan
referensi kredibel mengenai salah satu pernyataannya, pasti MM
lari-lari seperti petasan injek.


Kalau tidak percaya mari kita tes, minta MM buktikan dan pertanggung
jawabkan dihadapan publik terhormat ini, pernyataannya (#59412)
seperti kutipan dibawah ini.

> Orang ini memang turun temurun telah menjadi Cina yang opportunistik
dan parasitik, sejak dari ayahnya sudah mengabdi kepada penguasa yang
bisa memberikan security feeling kepada keluarganya.

> Yap Thiam Hien yang menjadi ayahnya sangat dikenal dizaman Suharto,
dialah yang dijadikan tameng untuk melindungi kepentingan Suharto saat
berhadapan dengan dunia Internasional dalam pelanggaran2 HAM. Disatu
pihak dia bersandiwara dipihak opposisi pak Harto agar bisa
menempatkan posisi sebagai pelindung pada saat ada serangan fatal.



Secara prinsip saya setuju bahwa urusan latar belakang 'the man behind
the gun', jangan mempengaruhi penilaian atas substansi suatu tulisan.
Tetapi kita juga dibekali kecerdasan untuk melakukan analisa, agar
tidak terbelenggu dalam tata-nilai secara kaku. 
Jangan terpaku diantara semak belukar sehingga menyebabkan kita
tersesat, tidak bisa melihat rimbanya lagi.

Suatu saat kita mengenali pola-pola yang sama, kemudian mempertanyakan
pesan apa yang ingin disampaikan penulis?
Apakah ada motif, maksud-tujuan, atau misi khusus yang terkandung
dibalik penyampaian tulisan-tulisan tersebut.


Sebuah pertanyaan, adakah dari rekan-rekan yang pernah menemukan
tulisan MM yang bersifat positif mengenai NKRI?


Wassalam, yhg.




[mediacare] Yap Thiam Hien toh...... Henny #59488

2007-10-04 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Begini ya, mungkin Anda kurang paham soal komunitas per-milis-an.

Pertama, keberadaan saya sebagai anggota milis adalah atas-nama
pribadi, bukan mewakili golongan, kelompok atau keturunan.
Berarti tulisan saya adalah murni pendapat dan tanggung jawab saya
pribadi, tidak ada sangkut pautnya dengan pihak manapun.


Kedua, sedikit menambah pengetahuan Anda yang minus soal profesi
pengacara, khususnya kode etik advokat.
Sama seperti halnya juga dengan kode etik Kedokteran, bahwa pengacara
tidak boleh menolak permintaan seseorang tersangka, terlepas dia kaya
atau miskin, sanggup bayar atau tidak, (diduga) bersalah, setengah
salah ataupun total salah.  BTW. Seorang baru dianggap bersalah
apabila sudah diputuskan oleh pengadilan.
Bahwasanya, dalam prakteknya terjadi penyimpangan dan pelanggaran,
Anda tidak bisa jadikan dosa tanggung renteng pada (semua) pengacara.


Ketiga, profesi saya bukan pengacara, dan tidak cari uang dibidang itu. 
Dalam hal pembelaan terhadap Pak Harto, adalah oleh karena saya
menentang evoria kebabalasan dalam menista dan menghujat beliau.
Kalau benar ingin mengungkapkan kasus tuduhan, tunjukan bukti data
secara materiel, sampaikan kepada Kejaksaan Agung atau instansi
berwenang lainnya.
Kalau cuma sekedar maki-maki saja, pembantu saya Mbak Kokom juga bisa.


Keempat, Anda harus bisa membedakan mana yang tindakan diskriminatif
dan mana yang bersifat ngutip/meras uang, adalah dua hal yang total
berbeda.
Masalah kutip-mengutip adalah problem laten yang (bisa) dihadapi
setiap warga masyarakat, terlepas dari latar belakang suku dan
etnisitasnya.

Ngomong-ngomong kalau Anda selalu mengeluh ada masalah dengan KTP
Anda, jangan-jangan ada yang tidak beres dengan dokumen pendukung Anda
 


Wassalam, yhg.
--



Yap Thiam Hien toh..
Itu namanya Survivor dan pintar membaca arah angin. OK-OK saja dan
soal membela Suharto OK-OK saja kan memang pengacara yah istilahnya
bandit, setan, dewa yah dibela asal dibayar kan gitu.

Tapi kesimpulannya yang arogan itu lho yang
membingungkan..menentang realitaspadahal terang-terangan
ngurus KTP saja sulit.bila kita membaca buku Tin Tin tak heran
sang Kapten sering berseruBIANG PANU..yah itulah kenyataan.

Salam,
HH



[mediacare] Madam Khouw Yth - Re: Isu Soeharto Cina

2007-10-04 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Madam Khouw Yth,

Kalau sudah bohoat, tapi masih juga suka ngintip posting saya berarti,
dihati yang paling dalam Anda masih ada kerinduan pada tulisan saya 

Kita lompati saja komen-komen Anda yang reseh, tapi masuk pada isu
soal politik busuk soal kebijakan segregasi etnis Pemerintah Kolonial
Belanda. 

Bahwasanya, sekarang kita menganggap Belanda melakukan politik busuk
devide et impera, tapi pada kenyataannya kebanyakan warga etnis,
khususnya kaum pedagang, pemilik perkebunan, dan elit Cina di zaman
itu, berkolaborasi sangat erat dengan pihak penguasa. 
Pemberian status istimewa, pendidikan yang setara dengan warga Eropa,
bahkan sekolah Tionghoa khusus bagi warga keturunan, dimanfaatkan
benar oleh nenek moyang kita.

Coba deh, Anda ngintip-ngintip buku sejarah tentang kehidupan
ekonomi-sosial etnis Tionghoa di abad-abad yang lalu, tidak perlu malu
mengakui fakta sejarah.

Komen seperti:  "... tapi karena banyak duit dan dekat dengan militer,
maka tentu saja Mr. Yap tidak pernah merasa tertindas oleh Pemerintah
Orde Baru," adalah analogi apriori dan tendensius, mending kalau benar
lagi ...

1. Dekat dengan militer tidak perlu kaya dan banyak duit.
2. Sebaliknya, kalau kere juga tidak akan diterima dikalangan "elit" Cina.
3. Soal merasa tertindas atau tidak bukan tergantung pada
tebal-tipisnya dompet. 

 Memang sikap dan watak kita agak berbeda, kebetulan saya tidak
memiliki inferior kompleks 


Wassalam, yhg.


"idakhouw" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Hi Manneke,
Saya sudah sampai taraf bo-hoat (frustrasi[?] dalam dialek Hokkian:)
tiap kali membaca postingan Mr. Yap ini, jadi biasanya saya lewatkan
saja.
Kalau diperhatikan posting2nya sepertinya orang ini sudah keracunan
(baca: membiarkan diri dengan senang hati dibodohi) ideologi
militeristik, jadi nggak-akan-kemana2 lah, pasti di situ2 aja. Lha
sudah banyak orang bicara tentang politik busuk dibalik kebijakan
segregasi etnis Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, kok nggak ngerti
juga!!

Mungkin bukan karena hibernasi, tapi karena banyak duit dan dekat
dengan militer, maka tentu saja Mr. Yap "tidak pernah merasa tertindas
oleh Pemerintah Orde Baru," seperti diucapkannya.

Ida



[mediacare] Re: Isu Soeharto Cina =>Manneke Budiman #59401

2007-10-04 Terurut Topik Yap Hong-Gie
 itu? 
Ada larangan penerbitan dalam bahasa Cina, apa pula namanya itu? 
Ada larangan mendirikan sekolah Cina, apa namanya itu? 
Yap Hong Gie baru bangun dari hibernasi 30 tahun ya?

manneke




[mediacare] My dear "Ny. Muslim binti Muskitawati" - Re: Soeharto

2007-10-03 Terurut Topik Yap Hong-Gie
My dear "Ny. Muslim binti Muskitawati" alias .


Coba Anda merenung sebentar!
Sudah berapa tahun Anda menulis di berbagai forum?
Sudah berapa man-hours Anda buang, untuk menulis ratusan ribu postings?

Luar biasa banyaknya, bukan?

Nah, apa hasil dari semua jerih payah Anda?

Publik menganggap tulisan Anda sebagai sampah kotor!

Mau tahu kenapa?
Karena:
Mustahil orang yang tidak jujur tentang identitas dirinya, memiliki
itikad baik; tulisan yang provokatif, manipulatif dengan kredibilitas
nihil.

Menggunakan nama Muslim untuk meyarukan pikiran Krisfunnya 
Memakai predikat "Nyonya" untuk menutupi aibnya sebagai mantan
pastor/pendeta homo yang dipecat, karena tidak bisa menahan
kegatalannya terhadap pemuda Gereja ..


Sorry buka-bukaan, sekedar menyesuaikan keakraban tentang masalah
pribadi ... ha ha ha 


Wassalam, yhg.




"Hafsah Salim" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
> Menurut penilaian saya,



[mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?=>Kaka Suminta #59147

2007-10-02 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Bung Kaka Suminta Yth,

Kendala dalam menyimak suatu tulisan dengan benar, membuat output
kesimpulan mbeleber ndak karuan ...

Tulisan saya ditujukan khusus kepada: para Cina oportunis, ulangi,
para Cina oportunis. 
Mereka yang dihinggapi "Cinderella Syndrome", yang di Era Reformasi
ini meratap-ratap merasa dirinya sebagai anak tiri, yang selama 32
tahun dizalimi oleh "ibu tiri" Orde Baru. 

Bahwasanya pendapat otokritik ini dianggap oleh kalangan tertentu
menyakitkan "the truth hurts", bukan berarti bahwa pemikiran ini
adalah spekulatif sempit. 
Soal adanya resiko bahaya bagi masa depan Indonesia dan kemanusiaan,
komentar singkat saya tidak ada apa-apanya dibanding dengan perilaku
kebabalasan sebagian elit Cina. 


Sebagai etnis Cina, saya dan sebagian besar saudara-saudara etnis
lainnya tidak pernah merasa tertindas oleh Pemerintah Orde Baru. 

Kita juga sering mendengar kecengengan Cina oportunis yang menyalahkan
sejarah; Pemerintahan Kolonial Belanda, sebagai biang kerok yang
mewarisi segala kebijakan yang bersifat diskriminatif. 
Fakta sejarah memang sering diputar balikan untuk kepentingan tertentu. 
Siapapun tahu bahwa warga etnis Cina diberikan status penduduk khusus
"De Vreemde Oosterling"; strata diatas pribumi (Inlander) dan
setingkat dibawah warga Belanda. 
Juga dikenal pemberian gelar (komersiel) seperti Kapitein, Mayoor Der
Chinesen, dengan konsesi atau kekuasaan atas wilayah tertentu. 
Semua orang pun tahu bahwa kalangan etnis Cina, amat-sangat menikmati
priveledge yang diberikan Kolonial Belanda.
Fenomena ini mirip dengan situasi dan kondisi pada Pemerintahan Orba,
tapi sekarang ada saja yang mengumpat dan menyalahkan Pak Harto.
Kalau di kamus saya perilaku semacam itu disebut: Munafik!


Cerita horor darimana lagi bahwa sekarang etnis Cina masih tertindas? 
Alasan klasik soal masalah kewarganegaraan (SKBRI) harus dilihat
secara komprehensif, mulai dari sejarah sosial-politik; seperti 
Staatsblad Belanda, Dwi Kewarganegaraan, Kebijakan Pemutihan oleh
Pemerintah Orde Baru (baca kembali Orde Baru!), serta jangan lupa juga
segi kesadaran dan sikap-prilaku warga itu sendiri. 
Kalau ngurus dokumen lewat calo, biro jasa dan pihak ke-3, terus
dikenakan biaya (jasa) tambahan, terus semuanya mengaku-ngaku diperas
itu kan konyol!  
Tapi itu semua sudah masa lalu, jangan diulang-ulang lagi cerita
bodong tersebut.  
Pemerintah secara resmi sudah menghapuskan pra-syarat SBKRI (bagi WN
yang orang tuanya lahir di Indonesia), diperkuat dengan payung hukum,
UU Kewarganegaraan dan UU Anti-Diskriminasi. 


Kalau serius ingin mengungkapkan korupsi Pak Harto, bawa bukti-bukti
materiel konkrit, berikan kepada Jaksa Agung, KPK, MA, DPR/MPR dan
Presiden, tapi jangan model fitnahan TIME Inc, atau kumpulan clipping
koran ala Transparansi Internasional.


Saya kira "Cinderella Syndrome" itu cuma diderita turunan genetik
terbatas, rupanyanya sudah mewabah dan nular dari satu milis ke milis
yang lain ... he he he 


Wassalam, yhg.
--




[mediacare] [Kompas] Presiden Tinjau Diorama Sebelum Upacara Kesaktian Pancasila

2007-10-01 Terurut Topik Yap Hong Gie
Sore, pada tanggal 30 September 2007, saya menghadiri Doa bersama/Tahlil 
untuk mengenang gugurnya para Pahlawan Revolusi, di Lobang Buaya.
Bersama teman-teman Nasrani kita pisah menuju tempat Kebaktian di Gedung 
Paseban, dimana acara dimulai dengan penyampaian refleksi oleh Irjenad, 
Kebaktian Oikumene, ucapan terima kasih dari keluarga Pahlawan Revolusi, 
diwakili oleh Salomo DI. Panjaitan, kemudian ramah tamah/makan malam 
bersama.

Dalam sambutan Salomo, maupun oleh adik dari Mayjen Anumerta DI Panjaitan, 
telah disampaikan kembali bahwa, keluarga mereka telah memaafkan para pelaku 
maupun PKI.
Namun dalam mengikuti pemberitaan, dimana ada pihak-pihak yang ingin memutar 
balikan fakta sejarah dan berupaya untuk mempermasalahkan Pancasila, maka 
hal-hal semacam itu membuat sakit hati  keluarga.


Wassalam, yhg.





http://kompas.com/

Selasa, 02 Oktober 2007
Ancaman Masih Nyata
Presiden Tinjau Diorama Sebelum Upacara Kesaktian Pancasila


Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi inspektur
upacara pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya, Jakarta 
Timur, Senin (1/10). Sebelum upacara dimulai pukul 08.00, Presiden secara 
pribadi meninjau diorama yang menggambarkan upaya pengkhianatan terhadap 
Pancasila.

Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng mengemukakan, peninjauan diorama 
itu dilakukan sekitar 20 menit. Kebiasaan ini berbeda dengan Presiden 
Soeharto yang meninjau diorama setelah upacara bersama peserta upacara.
Diorama berada di museum, yang terletak di sisi barat lapangan upacara.

Upacara yang dihadiri pula oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua DPR Agung 
Laksono, Ketua Dewan Perwakilan Daerah Ginandjar Kartasasmita, dan Ketua MPR 
Hidayat Nur Wahid itu berlangsung khidmat. Dalam upacara itu Presiden tidak 
memberikan amanat. Namun, Ketua DPR, mewakili rakyat Indonesia, 
menandatangani deklarasi kesetiaan kepada Pancasila.


Ancaman ideologi

Seusai upacara, Hidayat mengingatkan, ancaman terhadap Pancasila sebagai 
ideologi masih nyata. Oleh karena itu, peringatan saja tak mencukupi. 
"Laksanakan Pancasila secara jujur. Jangan hanya diperingati atau 
dipolemikkan sebagai asas," ujarnya lagi.

Hidayat menyebutkan, upaya menghidupkan komunisme dan separatisme adalah 
lawan Pancasila. Ancaman dari kelompok Islam ada juga, tetapi tidak secara 
khusus seperti tampak dalam terorisme. "Mayoritas bangsa Indonesia, di 
dalamnya umat Islam, sudah sepakat. Sudahlah, ini negara kesatuan kita yang 
di dalamnya ada Pancasila," ujarnya.

Setelah upacara, Presiden meninggalkan lapangan upacara. Seperti tiga
peringatan sebelumnya, ia berhenti di depan paduan suara, mendengarkan
persembahan lagu, dan mengucapkan selamat dan terima kasih.
Sebelum pulang, ia bertemu anggota keluarga beberapa Pahlawan Revolusi.


Jangan gunakan kekerasan

Dalam diskusi "Refleksi Atas Tragedi 30 September 1965", Senin di Jakarta, 
Ketua Umum Majelis Dakwah Islamiyah KH Chalid Mawardi mengingatkan, 
perebutan kekuasaan dengan cara di luar demokrasi atau undang-undang tidak 
boleh terjadi. Ini menimbulkan konflik dan tindak kekerasan yang merugikan 
bangsa dan menodai nilai kemanusiaan.

Pendiri Centre for Strategic and International Studies Harry Tjan Silalahi 
juga menegaskan, pentingnya terus membangkitkan kebencian kepada Partai 
Komunis Indonesia sebagai pelaku pemberontakan 1965. (INU/MZW) 



[mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?

2007-09-29 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Dengan adanya berita ini mudah-mudahan para Cina oportunis, tidak
menghujat Pak Harto seenaknya jidatnya lagi.
Jangan kira dengan berlomba menghujat dan menista Pak Harto,
masyarakat akan merubah penilaian mereka, bahwa etnis Cina adalah
korban rezim Orde Baru, itu salah bezaar .

Ditambah lagi, kalau Suharto Inc. dibongkar maka akan banyak
saudara-saudara etnis sendiri yang kena tersangkut, seperti yang
ditulis "International Commission on Soeharto Inc. Buster", yang
dipublikasikan GLOBE ASIA VERSION (Volume 1 Number 7- August 2007);
"Soeharto Inc., and Cronies: 150 The Richest in Indonesia 2007"


-
ttp://www.geocities.com/capitolhill/4120/soeharto.html

IHCC - Indonesian Huaren Crisis Center
Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?

TAK BISA dibayangkan bagaimana keabsahan Soeharto sebagai presiden
selama 32 tahun, bila ternyata dia bukanlah orang Indonesia asli.

Pergunjingan tentang Soeharto keturunan Cina itu, dilontarkan oleh
Mashuri, SH. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1969-1974) itu,
berbicara kepada Liberty (grup Jawa Pos/grup tablod OPOSISI) bahwa
silsilah Soeharto yang selama ini dipublikasikan - selama Soeharto
masih berkuasa - yang benar hanya dari sisi ibunya.

Adapun tentang bapaknya, di berbagai tulisan tentang otobiografi
Soeharto - yang ada saat ini - hampir semuanya salah.
Yang benar? "Tidak jelas. Campur-baur. Antara orang Cina dan Jawa",
kata Mashuri yang juga mantan Menteri Penerangan RI (1974-1979) ini di
rumahnya di Solo. "Dia bisa disebut lembu peteng (sebutan untuk
anak-anak yang di lahirkan tanpa ayah yang jelas, red)," tandasnya.
Mengatakan lembu peteng Mashuri menekankan keyakinan bahwa ayah
Soeharto keturunan Cina.

Siapakah dia ? Di Jawa Tengah, belakangan ini beredar kisah.
Konon, di Yogyakarta pada awal abad sembilan belas, ada pedagang cukup
terpandang, yang rajin berhubungan dengan rakyat Jawa Tengah. Pedagang
ini cukup populer di masa itu. Maklum, dia tidak saja menjual barang
dagangannya yang dibeli dari daerah lain, tapi juga karena dia membeli
hasil bumi penduduk untuk diperdagangkan.
Kegiatan pedagang ini kian hari kian besar. Oleh karena itu dia
membutuhkan orang-orang yang bisa membantunya. Dari hubungan seperti
itulah lantas pedagang ini berkenalan dengan wanita miskin tapi
berwajah lumayan. Namanya Sukirah. Tidak jelas, bagaimana kemudian
hubungan antara pedagang ini dengan Sukirah.
Yang jelas, menurut Mashuri, Sukirah itulah ibu kandung Soeharto. "Dia
adalah wanita miskin dari Desa Kemusa, Argomulyo, Bantul, Yogyakarta."
Sukirah, kendati miskin, memiliki beberapa kelebihan. Ulet, daya
juangnya untuk hidup tinggi. Dan setelah Soeharto lahir, memiliki daya
linuwih. Ini karena dia pernah bertapa di atas genting rumahnya selama
40 hari. Kegiatan bertapa itu dilakukan setelah Soeharto lahir.
"Oleh karena itu wajar bila Soeharto juga memiliki kelebihan. Warisan
dari ibunya. Aura ibunya. Dengan demikian wajar pula bila Soeharto
sulit dikalahkan," kata lelaki berkacamata ini.

Kelinuwihan Soeharto tidak saja dari ibunya. Tapi juga dari lelaki
sakti asal Wonogiri. Lelaki itu, sering disebut dukun. Namanya Daryatmo.
Oleh karena itu nama Daryatmo begitu melekat pada diri Soeharto. Dalam
bukunya, Soeharto: Ucapan dan Tindakan nama Daryatmo disebut-sebut.
Soeharto mengakui bahwa Daryatmo banyak memberi inspirasi dalam
perjalanan hidupnya. Bahkan sampai Soeharto menjadi presiden.
Setiap bulan, kata Mashuri, sedikitnya satu kali, Soeharto datang
menemui Daryatmo. Di sana dia minta petunjuk khusus apa yang harus
dijalankannya. "Dan semua petunjuk dari sang dukun itu pasti dilakukan."

DENDAM KEPADA MAJIKAN
Ketika di Wonogiri, Soeharto kecil hidup miskin. Bahkan pernah menjadi
pembantu pada keluarga kaya. Ketika menjadi pembantu itu Soeharto
bertekad menjadi orang kaya.
Tekad itu dibentuk oleh dendamnya yang kuat. Dia dendam karena
keluarga kaya yang jadi majikannya itu memperlakukannya tidak baik.
Soeharto tidak digaji dan makan dari makanan sisa sang majikan.
Dendam untuk menjadi orang kaya itu pula yang mengantar Soeharto
berjuang, berpindah-pindah tempat, sampai akhirnya menemukan 'orang
tua' yang menyekolahkannya dan kemudian berkarier di militer melalui KNIL.

MENGERTI DIRINYA CINA
Banyak yang menyebut bahwa Soeharto mengerti bahwa dirinya keturunan
Cina. Itu sebabnya barangkali dia kemudian dekat dan berpartner dengan
Liem Sioe Liong dan Bob Hasan.
Konon orang Cina yang juga dijadikan partner oleh Soeharto bernama Tek
Kiong. Pria ini disebut-sebut sebagai adik Soeharto.
Tak hanya Tek Kiong adik Soeharto. Di Solo berkembang pula nama Ma
King Boo yang disebut-sebut sebagai adik Soeharto (satu ayah lain ibu).
Bukan hanya dari Mashuri kisah tentang Soeharto dicoba diangkat ke
permukaan. Dari beberapa rekan dekat Soeharto, kisah-kisah serupa juga
diperdebatkan.

Sumber: http://www.geocities.com/capitolhill/4120/soeharto.html







[mediacare] Wawancara Tempo dengan World Bank

2007-09-28 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Kalau angka korupsi Pak Harto sejumlah US$ 15-35 miliar bukan
bersumber dari World Bank (WB), kenapa WB tidak buat press release
resmi, sebagai klarifikasi kepada publik dunia?

Atau, motifnya cuma untuk menyelamatkan TIME .
- 


http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/COUNTRIES/EASTASIAPACIFICEXT/INDONESIAINBAHASAEXTN/0,,contentMDK:21484546~pagePK:1497618~piPK:217854~theSitePK:447244,00.html

Prakarsa StAR Bukan Hanya untuk Indonesia
juga tersedia di: English

Diluncurkan di New York pada 17 September lalu, Stolen Asset Recovery
(StAR) Initiative adalah suatu prakarsa internasional untuk membantu
negara berkembang mendapatkan kembali aset hasil korupsi yang
disembunyikan di luar negeri. Bank Dunia dan Perserikatan
Bangsa-Bangsa, melalui Kantor Urusan Obat Terlarang dan Kejahatan
(UNODC), menjadi tuan rumah program ini.

Dalam dokumen StAR yang dirilis kepada publik, tercantum nama 10 bekas 
pemimpin disebut sebagai pencuri aset negara bernilai miliaran dolar, 
termasuk mantan Presiden Indonesia, Soeharto. Untuk mengetahui lebih
jauh perihal Prakarsa StAR dan cara kerjanya, Tempo mewawancarai Joel
Hellman, Chief Governance Advisor World Bank untuk Asia Timur dan
Pasifik, Kamis lalu.

Empat tahun menempati pos Jakarta, Hellman pernah menjadi koordinator 
sejumlah proyek World Bank di Aceh dan Sumatera Utara. Perbincangan
dengan wartawan Tempo Arti Ekawati, Budi Riza, dan Hermien Y. Kleden
berlangsung di kantor Bank Dunia, Gedung Bursa Efek Jakarta lantai 12,
Jakarta Selatan, selama hampir satu jam.


Berikut ini petikannya:

Pada Rabu pekan lalu, Kepala Bank Dunia Jakarta Joachim von Amsberg 
menyerahkan dokumen kepada Jaksa Agung Hendarman Supandji. Apa isinya?
Saya ada bersama Joachim ketika itu. Yang kami serahkan adalah dokumen
yang persis kami berikan ke Tempo sekarang ini, tidak kurang tidak
lebih (dokumen StAR-Red).

Benarkah Anda juga menyerahkan nomor-nomor bank Soeharto di luar negeri?
Sama sekali tidak (tertawa lebar). Kami berbicara tentang Prakarsa
StAR, dan menyampaikan kesiapan kami membantu jika pemerintah
Indonesia memerlukan bantuan melacak harta hasil korupsi. Perlu saya
tegaskan, StAR adalah prakarsa internasional untuk membantu negara
berkembang mana saja, dan bukan hanya Indonesia.

Apa yang harus disiapkan Indonesia agar segera bisa mendapat akses
bantuan StAR?
Komitmen pemerintah! Itu yang paling penting. Fungsi kami adalah
melakukan koordinasi internasional, asistensi, memberikan pelatihan
dan peningkatan kapasitas dalam melaksanakan pengembalian harta hasil
korupsi.

Banyak yang bilang program ini tak akan bergigi di Indonesia,
mengingat korupsi sudah berurat-akar..
Yang membuat program ini bergigi atau tidak adalah kesungguhan
pemerintah yang melaksanakannya. Kita melihat contoh sukses dari
Nigeria dan sejumlah negara lain.

Apakah StAR akan terlibat langsung dalam proses pengembalian harta curian?
Yang dapat mengambil aset curian itu adalah negara itu sendiri. Umpama 
Indonesia mau mengambil kembali harta dari, misalnya, Singapura atau
Swiss. 
Yang melakukannya, ya, bukan Bank Dunia atau PBB, melainkan pemerintah 
Indonesia sendiri. Tapi prosesnya pasti kompleks dan rumit. Nah, kami
akan menyediakan antara lain pelatihan yang tepat, koordinasi
internasional, peningkatan kapasitas agar proses itu dapat ditangani
secara efektif oleh setiap negara yang berkomitmen.

Uang hasil korupsi banyak disimpan di lembaga keuangan negara Barat
dan menguntungkan mereka. Bagaimana Bank Dunia membuat mereka bekerja
sama?
Orang mengatakan Bank Dunia selama cuma berani "menceramahi" Indonesia
dan negara berkembang lain. Sekarang kami akan "menceramahi" negara
maju. Akan kami katakan bahwa kalian negara maju harus turut memikul
tanggung jawab soal ini. Bank Dunia dan PBB bisa menggunakan
pengaruhnya kepada negara maju, menekan mereka agar lebih terbuka.

Dalam dokumen StAR, tercantum nama Soeharto yang diperkirakan mencuri
uang US$ 15-35 miliar. Benarkah data ini dari Transparansi
Internasional (TI)?
Ini isu penting bagi Indonesia dan perlu diklarifikasi. Sulit untuk
tahu angka spesifik uang yang telah dicuri, siapa mencuri apa. Kami
akui, kami tidak dapat memperkirakan angka yang spesifik. Tapi kami
yakin, sejumlah besar dana hilang lewat saluran tertentu. Ada indikasi
jumlahnya mencapai miliaran dolar. Jadi, kami menggunakan data
Transparansi Internasional, lembaga yang berpengalaman dan
berhati-hati dalam pekerjaannya. Data itu penting bagi kami sebagai
ilustrasi besaran masalah.

Anda yakin program ini akan ada hasilnya?
Yang tidak bisa saya janjikan adalah dengan ikut program ini Indonesia
akan segera mendapatkan asetnya. Ini langkah panjang, butuh waktu
10-15 tahun, sebelum standar global dapat disepakati bersama.

Majalah TEMPO - Edisi. 31/XXXVI/24 - 30 September 2007 




[mediacare] Fw: Berita Padang 17/9

2007-09-22 Terurut Topik Yap Hong-Gie
 Original Message -
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Saturday, September 22, 2007 5:38 PM
Subject: Berita Padang 17/9



Bantu Korban Gempa
Tim Medis & Relawan PERMATA & INTI Tiba di Padang

Senin (17/9) tim medis dan relawan PERMATA dan Perhimpunan INTI tiba
di Padang dengan pesawat komersil pukul 8.30. Rombongan yang dipimpin
oleh Dr. Lie Dharwaman ini berangkat pukul 6.50 dari Bandara Soekarno
Hatta membawa serta 13 dokter bedah dan umum, 2 paramedis serta 7 relawan.

Tim ini bergabung dengan PSKP Santu Yusuf, Himpunan Bersatu Teguh,
Himpunan Cinta Teman di Padang yang dikoordinasi oleh Lie Hap Kiang.
Koordinasi telah dilakukan sebelumnya untuk membeli bantuan logistik
berupa 1000kardus mie instant, 1000kardus air mineral dan 1000 buah
sarung.

Bersama 8 orang relawan dari PSKP Santo Yusuf, tim menyusuri Pesisir
Selatan Sumatera Barat ke arah Painan dan Mukomuko, Bengkulu dengan
iring-iringan kendaraan bermotor, sebuah mobil ambulance, sebuah mobil
boks dan truk pengangkut logistik. Ribuan obat-obatan juga dibawa
serta dari Jakarta untuk menangani penyakit yang mulai berjangkit di
posko-posko pengungsan.

Mereka singgah di Painan untuk menyerahkan sebagian bantuan kepada
korban gempa Pesisir Selatan Sumatera Barat sebelum melanjutkan
perjalanan selama 4 jam ke Mukomuko, Bengkulu.

Sebelumnya (14/9) PERMATA telah mengirim dua orang utusan ke Padang
dan Mukomuko untuk melakukan pemetaan awal terhadap kondisi daerah
bencana dan posko-posko pengungsian.
(Lisa Suroso)

Foto menyusul di email tersendiri.





[mediacare] Bounty Hunter, side business PBB & Bank Dunia

2007-09-21 Terurut Topik Yap Hong-Gie

Kalau 10 tahun yang lalu PBB memanfaatkan "UN's oil-for-food"
programme untuk di korup, maka sekarang PBB melihat peluang untuk
menjadi Pemburu Harta Karun.

Melalui Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD)
akan memburu harta para koruptor kakap, melakukan pengusutan korupsi,
mengambil tindakan pencegahan, menemukan, membekukan, dan
mengembalikan aset-aset haram.

Tentunya semua ini tidak gratis, setelah dipotong segala macam
ongkos-ongkos, success fee dsb, mudah-mudahan pengembalian aset secara
fisik masih ada yang tersisa .




http://www.ft.com/cms/s/53c8ab12-86e5-11db-9ad5-779e2340.html

Iraq's oil-for-food scandal perpetrators go unpunished
By Mark Turner at the United Nations, Michael Peel in London and Haig
Simonian in Zurich
Published: December 8 2006 22:27

Slightly more than a year after a United Nations inquiry discovered a
staggering level of graft by officials and corporations worldwide in
buying cheap oil and selling goods to Iraq experts warn the great
majority of alleged perpetrators are escaping scot-free.

An 18-month inquiry by Paul Volcker, former Fed chairman, found that
more than 2,000 companies, including some of the world's most
reputable blue chips, paid kickbacks to get a piece of the market to
sell civilian goods to Iraq, providing the regime of Saddam Hussein
with $1.8bn in illicit income.

Some legal action stemming from the accusations has generated
headlines: in Australia, 11 wheat board officials face possible
criminal charges; in France, Christophe de Margerie, chief executive
designate of Total is in the spotlight; in India the foreign minister
had to step down; and in the US, two influential private oil traders
are due to face trial next year. A US court also convicted Tongsun
Park, who acted as an agent for Iraq in its efforts to undermine the
programme, to help Iraqi civilians.

Yet the response in most countries has been negligible. Russia, seen
as a powerful source of wrongdoing, all but dismissed the findings as
soon as they emerged. Few expected Moscow to do otherwise. But there
has also been a similar lack of follow-up even in countries that
present themselves as anti-corruption leaders.

British authorities, for example, have yet to take action against any
of the UK firms named in the report, which included Weir Group, the
engineer. The Serious Fraud Office said it was still considering
whether to open an investigation, while a new police anti-corruption
unit – set up to investigate bribery by British companies and
individuals overseas – said it would probe the case only if instructed
to do so by the SFO.

"This report has been out for more than 12 months and they are still
just thinking about it," said Jeremy Carver, a board member of
Transparency International UK, a state of affairs he described as
"really shocking".

Swiss companies say there has been nearly no follow-up since last
year. "We have had no contact from the Swiss or Swedish authorities,"
says Thomas Schmidt, spokesman for the Swiss-Swedish electrical
engineering group. "We are still conducting internal inquiries."

Roche, the pharmaceuticals group, similarly said there had been no
official contacts, and the dust has settled even at Cotecna, the
Geneva-based goods authentication company that hit the headlines after
allegations about its involvement with UN Secretary General Kofi
Annan's son.

"We haven't heard a thing since the fifth and final report came out on
October 27 2005," says Alison Bourgeois, head of corporate communications.

In Germany, prosecutors have launched initial probes into some of the
approximately 60 companies named in the report, but progress has been
slow.

The Stuttgart prosecutor's office investigating Volcker report
allegations against automaker DaimlerChrysler admitted in October
"nothing further would happen on the case until January" due to staff
shortages. Daimler on Friday reiterated its position that it had not
knowingly paid any kickbacks.

Mr Annan, whose second term was almost destroyed by the scandal, has
sought to focus more attention upon wrongdoing outside his
organisation. But he told the Financial Times: "Given the numbers
involved, we haven't seen much action across the board."

"There's very little specific follow-up.

The problem is that legal proceedings find the [oil-for-food] scandal
very difficult to deal with," said Jermyn Brooks, head of Transparency
International's private-sector programme.

"Prosecutors are looking at what happened and saying actually the
Iraqi government stole money from itself. Our legal colleagues tell us
it is very difficult to fit this into a corrupt-crime category."

Only one country, Denmark, regards flouting UN sanctions as a crime.

Given limited resources, decisions are being made to focus efforts
elsewhere.

Politics is also playing a role. "In some cases, sad to say, the
political levels might feel this is damaging to national prestige, and
prosecutors are dissuaded from giving priorities to 

[mediacare] Data Posko Pengungsi Kecamatan Mukomuko

2007-09-18 Terurut Topik Yap Hong Gie
Data Posko Pengungsi Kecamatan Mukomuko

1.  Posko Lubuk Pinang, Kantor Kecamatan XIV Kota
Posisi GPS:
· S 020 28' 30,3"
· E 1010 06' 06,9"

Kondisi umum:
· banyak rumah rubuh, beberapa diantaranya rusak sama sekali.
· masyarakat mendirikan tenda di tepi jalan. Mereka masih takut
tidur di dalam rumah.

Sarpras:
· Karena masih cukup dekat dengan keramaian desa dan pasar,
pengungsi Lubuk Pinang masih bisa mendapatkan sumber makanan dengan
cukup mudah.
· Tenda dibangun dari plastik seadanya.
· Listrik mati, namun ada yang punya genset.
· Air mati.

Bantuan yang sudah diterima:
· Batuan logistik dari Pemda, dengan jumlah masih minim.
· Tenaga Medis 2 orang dokter relawan yang tiba pada 15 September
2007.

Kondisi pengungsi:
· Jumlah kurang lebih 300 orang
· Penyakit:  ISPA, diare, masuk angin

Kontak
· Camat Lubuk Pinang Bpk. Harun Al Rasyid: 085268355100



2.  Posko Satuan Pemukiman 2 Pondok Makmur

Posisi GPS:
· S 020 30' 24,7"
· E 1010 11' 01,6"

Kondisi umum:
· Letaknya cukup jauh, rumah rusak hanya beberapa.
· Masyarakat pengungsi berasal dari pesisir pantai, mendirikan tenda
di lapangan, dan hutan sawit.
· Mereka terisolir dari informasi di luar, masih sangat takut dengan
isue gempa dan tidak ingin berpisah dengan keluarga. Akibatnya mereka tidak
kerja dan sekolah.

Sarpras:
· Sangat minim, tanpa listrik dan air bersih.
· Ada satu tenda Dinas Sosial, lainnya tenda seadanya dari plastik.

Bantuan yang sudah diterima:
· Batuan logistik dari Pemda, 4 karung beras.
· Belum ada bantuan medis.

Kondisi pengungsi:
· Jumlah kurang lebih 400 orang
· Penyakit:  ISPA, diare.

Kontak:
· Bapak Yanto 081368231041



3.  Posko Satuan Pemukiman 3 Selangan Jaya

Posisi GPS:
· S 020 33' 02,9"
· E 1010 11' 18,5"

Kondisi umum:
· Sebagian rumah rusak dan beberapa rubuh.
· Masyarakat pengungsi berasal dari Mukomuko, mendirikan tenda
 di lapangan, sekolah dan halaman rumah penduduk.

Sarpras:
· Tanpa listrik dan air bersih.
· Tenda seadanya dari plastik dengan alas tidur tikar.
· Satu tenda dinas sosial yang sangat penuh sesak.

Bantuan yang sudah diterima:
· Batuan logistik dari Pemda, tapi dirasa sangat kurang.
· Belum ada bantuan medis, tapi ada satu perawat dan bidan.

Kondisi pengungsi:
· Jumlah kurang lebih 400 orang
· Penyakit:  ISPA, diare, demam, maag, stres.

Kontak:
· Bapak Jumadi 081539269166



4.  Posko Satuan Pemukiman 6 Air Majunto Agung Jaya
Posisi:
· S 020 30' 26,0"
· E 1010 09' 56,4"

Kondisi umum:
· Sebagian rumah rusak dan beberapa rubuh.
· Masyarakat pengungsi berasal dari Mukomuko, mendirikan tenda
 di lapangan, sekolah dan halaman rumah penduduk.

Sarpras:
· Tanpa listrik dan air bersih.
· Tenda seadanya dari plastik dengan alas tidur tikar.
· Satu tenda dinas sosial yang sangat penuh sesak.

Bantuan yang sudah diterima:
· Batuan logistik dari Pemda, tapi dirasa sangat kurang.
· Belum ada bantuan medis.

Kondisi pengungsi:
· Jumlah kurang lebih 400 orang
· Penyakit:  ISPA, diare, demam, maag, stres.

Kontak:
· Bapak Misto 08527448100



5.  Posko Satuan Pemukiman 4 Setia Budi

Posisi GPS
· Tidak tersedia

Kondisi umum:
· Tidak ada rumah rusak, pemukiman hanya dijadikan tempat menampung
sudara dan karabat yang terkena musibah. Mereka di tampung di dalam rumah.
· Letaknya cukup jauh dengan kondisi jalan rusak.

Sarpras:
· Tidak ada tenda
· Kehidupan berjalan normal.

Bantuan yang sudah diterima:
· Belum ada bantuan logistik atau medis.

Kondisi pengungsi:
· Ditangani oleh masing-masing penduduk setempat.



6.  RSUD Mukomuko

Posisi GPS
· S 020 33' 51,3"
· E 1010 06' 06,9"

Kondisi umum:
· Bangunan masih utuh dengan peralatan RS cukup lengkap.
· Ditinggalkan begitu saja oleh dokter dan paramedisnya dalam
kondisi barang berantakan karena gempa, bahkan tidak terkunci dengan
pintu terbuka lebar. 



[mediacare] Laporan AirPutih Emergency Response Team, Bengkulu - Sumatera

2007-09-16 Terurut Topik Yap Hong-Gie

Laporan Singkat AirPutih Emergency Response Team
Bengkulu - Sumatera
Updated 16 September 2007 Jam 12.00 WIB

(update regular ada di www.mediacenter.or.id, termasuk foto-foto di
menu Galeri)

AirPutih berangkat ke Bengkulu dengan dua arah gerak.
Pertama, Imron Fauzi dan Indra Wahyudi membentuk gabungan kerja dengan 
Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) yakni Lisa Suroso dan Eric Satyadi.
Tim pertama ini berangkat dari Padang, dilanjutkan perjalanan darat
selama 8 jam lebih ke Mukomuko. Kedua, Ahmad Suwandi, dari Bengkulu,
menelusuri jalur selatan menuju Mukomuko melalui jalan darat bersama
tim medis Departemen Kesehatan.


Kondisi Umum:
Sepanjang jalur darat dari Bengkulu ke Mukomuko, masyarakat tidur di
tenda-tenda terpal apa adanya di depan rumah masing-masing. Banyak
ditemui di Kec. Air Besi, Katuhan dan sekitarnya.
Di Kec. Lais, Di Mukomuko seperti kota mati. Warung-warung dan toko
banyak yang tutup.
Kebanyakan mengungsi ke Satuan Pemukiman Transmigran (SP) 2, SP 3, SP
5 dan SP 6. Karena wilayah-wilayah ini terletak di ketinggian dan
relatif jauh dari pantai, sekitar 15 KM. Sedangkan Mukomuko, sekitar
200 meter dari pantai.

Kebutuhan pengungsi terutama adalah tenda, selimut, obat-obatan dan
makanan bayi/anak.

Laporan Posko Pengungsi:
Klik
http://www.mediacenter.or.id/pusatdata/51/tahun/2007/bulan/09/tanggal/15/id/2506/
Klik
http://www.mediacenter.or.id/pusatdata/51/tahun/2007/bulan/09/tanggal/15/id/2504/


Sarana Telekomunikasi:
Sinyal GSM semua operator (Three belum dihitung, tidak punya kartunya)
bisa.
Telepon PSTN lokal bisa berfungsi, namun jarang digunakan karena hanya
dimiliki oleh instansi-instansi saja.
Ketergantungan pada listrik sangat tinggi, di sisi lain, ketersediaan 
listrik minim. PLN mati. Perbaikan sedang dilakukan.

Koneksi internet menggunakan bantuan warnet Mukomuko (www.mukomuko.net)
yang memiliki VSAT KU-Band.
Koneksi internet Mukomuko tersedia di Polresta, Posko Satkorlak Rumah
Bupati dan Warnet Mukomuko Jl. Sudirman).


Aktifitas AirPutih:

1. Membantu Mukomuko.Net membangun saluran komunikasi darurat berbasis
internet di Posko Satkorlak Kabupaten Mukomuko, di Rumas Dinas Bupati
dan Polresta Mukomuko.

2. Update informasi realtime langsung dari lapangan melalui situs
www.mediacenter.or.id.

3. Implementasi Early Warning System berbasis internet.

4. Memfasilitasi media dan relawan untuk penggunaan internet sebagai
sarana sharing informasi.


Rencana AirPutih:

1. Menuju Mentawai, memfasilitasi saluran komunikasi darurat berbasis
internet.

2. Stabilisasi dan pemeliharaan koneksi internet di Mukomuko.

3. Memasang EWS dan sosialisasi di kamp pengungsian dan wilayah
yang masih terputus jalur telekomunikasinya.

4. Update kondisi Mukomuko dan sekitarnya secara regular melalui

www.mediacenter.or.id.

Referensi Data:
http://airputih.or.id/files/gempa-bengkulu/ : Peta dan data gempa.
http://202.155.61.15/gis/map.phtml : SIGAP, Sistem Informasi Gempa
AirPutih
http://files.airputih.or.id/ews/ : Aplikasi EWS real time
www.mediacenter.or.id : Portal Bencana Alam Indonesia


Ini semua adalah kerja kolaboratif antara:
Mukomuko.Net, warnet di Mukomuko yang adminnya anak Jasakom
(Hi Sto!) Pemerintah Kabupaten Mukomuko, Kementrian Riset dan
Teknologi, khususnya Pak KK, Menristek, yang telah rela begadang
setiap malam memantau gerak dan membantu peralatan melalui berbagai
vendor serta operator.
Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI), Jajaran Polisi Resort Mukomuko 
dan Polsek Ipuh, atas tumpangan dan fasilitasnya.
Onno W. Purbo, dengan penyediaan modem 3G-GPRS-nya.
XL, atas kartu SIM-nya yang bisa dipakai online.
IndosatM2, dengan penyediaan hosting semua aplikasi dan data AirPutih.
Ibu Judith M. S., *speechless*
BMG. Indosat, modem GPRS-nya on the way ke Mukomuko.
Departemen Kesehatan, atas tumpangannya menelusuri jalur darat pesisir 
barat.  Semuanya!

Tim AirPutih:
Imron Fauzi (koordinator lapangan, 081574860710)
Indra Wahyudi (pendataan dan upload data, 081511190164)
Ahmad Suwandi (site boy, bukan office boy, 081514440101)
*bukan iklan kalo pake Indosat semua...*

Daftar Kebutuhan Sarana Telekomunikasi:
1. 5 buah Modem GPRS 
Akan dipasang di Posko Satkorlak Mukomuko, Posko Pengungsian Ipuh,
di Media Center Mukomuko dan  kebutuhan mobile unit.
2. 3 buah Genset Portabel
Akan dipasang di Media Center, Posko Pengungsian Ipuh dan back up
mobile unit.
3. 10 buah HT
Untuk diseminasi informasi dari early warning system ke masyarakat.
4. VSAT untuk dibawa ke Mentawai dan stay di Mukomuko.


Jabat erat,

Wandi
--
http://wandi.airputih.or.id | www.airputih.tk
Y!M suwandiahmad | HP 081514440101 




[mediacare] Laporan Tim Penanggulangan Bencana INTI

2007-09-14 Terurut Topik Yap Hong-Gie
SMS laporan Tim Penanggulangan Bencana INTI:

Daerah terparah sepanjang sumbar, selatan mulai painan ke bawah,
sampai bengkulu terutama muko2 & lais.

SUMBAR, kebutuhan: medis cukup, logistik kurang. MUKO2 puskesmas
rusak, tenaga medis kosong mengungungsi, layanan kesehatan
terbengkalai, logistik perlu.
LASI, air laut sempat masuk. krn kekurang logistik, masayarakat lais
mencegat mobil2 bantuan dr bengkulu.

jarak padang-muko2: 8jam. muko2-lais: 6jam.
bensin mulai ada walau antri. jalan bisa dilalui.
bandara padang/bengkulu buka normal.

semua daerah pengungsian masih dlm tahap bahaya krn terletak di
pesisir pantai selatan sumbar. bila ada gempa susulan besar, potensi
tsunami masih mengancam.

pemerintah (bupati painan & bup muko2 dan polres muko2) sdh tahu
kehadiran kita.

usulan:
1. mendarat di padang lalu lanjut jalan darat ke painan utk membagi
sedikit logistik.
2. dari painan lgsg ke muko2 utk membuat posko disana. alasan: daerah
parah yg butuh medis & sarana info komunikasi online lengkap, shg
berita2 peringatan dr BMG bisa diketahui realtime.




[mediacare] Tim Penanggulangan Bencana INTI

2007-09-14 Terurut Topik Yap Hong Gie
SMS dari Tim Penanggulangan Bencana INTI, dibawah pimpinan Lisa Suroso, dari 
Sumbar:


Pak Benny & Dr Lie, kami dalam perjalanan padang - muko2, saya dapat kontak 
kontak bpk harry rusli, trnyata teman dr lie ketua paguyuban santo yusuf.

Bersama2 dgn mrk yang membawa logistik dan tim air putih yang membawa 
koneksi internet, kami akan ke bengkulu utara, kec. muko2, 8jam dari padang.
banyak jembatan putus shg perjalanan ckp lama.

Di muko2 saya sdh kontak dr. karmila, anak buah dr. lie yg sdg PTT.  ket 
dia, pesisir selatan sumbar & pesisir utara bengkulu paling parah.
70% rumah hancur, jembatan & fasilitas umum rusak. listrik & air tak ada. 
kota kosong ditinggalakan penduduk ketakutan.  mrk bikin tenda2 dilapangan.
tak ada toko buka.listrik dari jenset dg bensin dibeli diluar kota.

Syukur tdk ada yg meninggal walaupun rumah runtuh. disini sdh mulai hujan, 
penyakit flu & stress.
paling urgent bantuan tenda, selimut, makanan instan, kebutuhan higienis, 
bantuan dibeli di bengkulu lalu diangkut dg mobil ke utara.

Koordinasi pemerintah dibawah sakorlak yg sdh ada pos di polsek. untuk 
sementara kondisi darurat 6 hari dimulai kemarin,
disana tim air putih akan instal v-sat & internet utk dipakai pemerintah, 
lsm, relawan & media.

Bila tim medis mau datang, bisa turun pesawat di bengkulu.  tadi ada jadwal 
penerbangan tp hrs dicek apa mrk betul bisa mendarat. atau bila mau 
kerjasama dg teman2 di padang lalu 8 jam naik mobil.

pilihan kedua adalah pulau mentawai, kondisi disana juga parah, rumah2 
hancur. gelombang tinggi, org takut naik kapal.
kabarnya bisa naik pesawat kecil kesana. nanti saya cari info lagi.

salam.
lisa suroso. 



[mediacare] Indonesia Digest No.24.07 ; 12 - 09 - 2007

2007-09-13 Terurut Topik Yap Hong Gie
INDONESIA DIGEST
Indonesia's complex Issues in a Nutshell
Published by: TBSC-Strategic Communication
By: Ms. Wuryastuti Sunario
No.: 24. 07 - Dated: 12 September 2007


In this issue:

MAIN FEATURE:

RUSSIA-INDONESIA SIGN 8 COOPERATION AGREEMENTS IN NEW RELATIONS

NEWS AND BACKGROUND:

1.  Tourism and Transportation:
ASEAN Tourism Investment Forum to be held in Bali in September
Bandung International Folklore Festival organized by ITB University School
of Business Management

2.  Climate Change, the Environment, Health and Culture:
Indonesia initiates Forestry Eight Grouping and Coral Reef Triangle in
Climate Change mitigation

3.  The Economy, Trade and Industry
Indonesia-Japan EPA signed
Japan to Buy More LNG from Indonesia


MAIN FEATURE:

RUSSIA-INDONESIA SIGN 8 COOPERATION AGREEMENTS IN NEW RELATIONS


On Thursday, 6 September, Russia's President, Validimir Putin paid a 20-hour
official visit to Indonesia , the first Russian President to do so in the
last 5 decades although Indonesian presidents from Sukarno to Bambang Susilo
Yudhoyono had visited Russia.  President Putin made the stop-over en route
to Australia to attend the Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) forum in
Sydney, Australia.
During the visit, Indonesia and Russia signed eight agreements in bilateral
cooperation covering various fields ranging from sports to
counter-terrorism, which were signed by representatives of both countries,
witnessed by Russia's President Vladimir Putin and Indonesia's President
Susilo Bambang Yudhoyono at the Merdeka Palace,  reported Antara News.

The first agreement which dealt with State Financial Audits was signed by
Indonesian State Audit Board (BPK) Chairman Anwar Nasution and Chief of the
Account Chamber of the Russian Federation S.V. Stephasin.

The two countries also agreed to reduce negative impacts on the environment
in documents signed by Environment Minister Rachmat Witoelar and his Russian
counterpart, K.B. Pulikopsky.

Indonesian State Minister for Youth Affairs and Sports Adhyaksa Dault and
his Russian counterpart, V.A. Fetisov, further signed a Memorandum of
Understanding (MoU) for Russian assistance to Indonesia's efforts to improve
its performance in sports.

The fourth agreement concerned the promotion and protection of Russian
investment in Indonesia, signed by Chief of the Investment Coordinating
Board (BKPM) Mohammad Lutfi and his Russian counterpart V.G Savalyev.

The two countries also agreed to cooperate in the fight against terrorism,
with the agreement inked by Director General of American and European
Affairs of the Indonesian Foreign Ministry Eddi Hariyadi and his Russian
counterpart A. Losyukov.

The sixth agreement dealt with cooperation in the extension of Russian loans
to the Indonesian government, signed by Director General of Debt Management
at the Indonesian Finance Ministry Rahmar Waluyanto and his Russian
counterpart A.A. Storchack.

The seventh agreement concerned Culture and Cinematography for the 2008-2010
period, which was inked by Secretary General of the Indonesian Department of
Culture and Tourism Sapta Nirwandar and Russian Ambassador to Indonesia,
Alexander Ivanov.

The eighth cooperation agreement was related to technical procedures for
placing and managing Indonesia's Credit Budget, which was signed by Director
General of Debt Management of the Indonesian Finance Ministry Rahmar
Waluyanto and his Russian counterpart, A.A. Storchak.

Strengthening Bilateral Relations
President Putin's landmark visit to Jakarta signals a strengthening of
bilateral relations between Russia and Indonesia, analysts said here, wrote
Abdul Khalik for the Jakarta Post. .
The visit is also seen as underscoring the growing importance of Indonesia
in Russia's quest to return to global prominence after the collapse of the
Soviet Union in 1989. Present-day Russia is the heir to two-thirds of the
Soviet Union's vast territory and resources.
"The visit opens a new era for Russian and Indonesian relations. With Russia
almost out of its transition phase after the collapse of the Soviet Union,
it is essential that it seeks to foster an alliance with Indonesia if it
wants to balance the U.S.," said Hariyadi Wirawan, an international
relations expert at the University of Indonesia.
The last visit by any Russian leader to Indonesia was by Soviet Premier
Nikita Khrushchev when he met with Indonesia's first president Sukarno in
Jakarta in the 1950s.


Investment and Business Cooperation

During President Putin's visit, Russia and Indonesia further signed deals on
weapons, mining and oil worth billions of dollars.
President Putin, accompanied by business leaders, among whom were Chairman
of Lukoil, Vagit Alekperov, the head of the Trade and Industry Chamber, and
billionaire investor Vladimir Yevtushenkov, met with Indonesian President
Susilo Bambang Yudhoyono. Presidential spokesman Dino P

[mediacare] Komentar: "Time" Pertanyakan Putusan MA

2007-09-11 Terurut Topik Yap Hong Gie
JUSTICE IS SERVED !!!

Ketua Fraksi PPP Lukman Hakim Saifuddin yang mengatakan bahwa, "Putusan MA 
bisa menjadi lonceng kematian bagi pers di Indonesia", adalah gaya 
politisasi kampungan, dengan maksud agar media pers bergerak melawan 
ketetapan hukum dan melakukan "trial by the press", menghakimi Pak Harto 
kembali.

Salam,

Yap Hong Gie


MOD:
Pak Yap, kasus Soeharto itu tertumpuk banyak. Belum lagi kasus-kasus yang 
melibatkan anak-anak dan kerabatnya. Hampir semuanya menebar malapetaka yang 
luar biasa bagi bangsa Indonesia (kecuali Pak Yap mungkin). 

Kalau Pak Harto toh memang pantas dihakimi, kenapa tidak?

Sampai nanti beliau wafat pun  pasti akan masih diributkan. Mending selesaikan 
semua sebelum dia dicabut nyawanya. 






http://www.kompas.com/

Politik & Hukum
Rabu, 12 September 2007
Kado Pahit bagi Pers
"Time" Pertanyakan Putusan MA

Jakarta, Kompas - Putusan Mahkamah Agung yang menghukum majalah Time edisi 
Asia untuk membayar ganti rugi Rp 1 triliun kepada mantan Presiden Soeharto 
menimbulkan banyak pertanyaan. Putusan MA ini, selain mengancam kebebasan 
pers, juga menyinggung rasa keadilan masyarakat.

"Fraksi Partai Persatuan Pembangunan amat prihatin dengan putusan kasasi MA. 
Putusan itu bisa menjadi lonceng kematian bagi pers di Indonesia," ucap 
Ketua F-PPP di DPR Lukman Hakim Saifuddin, Selasa (11/9).

Lukman juga heran, Mahkamah Agung (MA) membutuhkan waktu sedemikian lama, 
lebih dari enam tahun, untuk memutuskan kasasi. Perkara di bidang pers ini 
pun ditangani Ketua Muda MA Bidang Pengadilan Militer. Penunjukan Mayjen 
(Purn) German Hoediarto ini juga dipertanyakan kuasa hukum majalah Time, 
Todung Mulya Lubis.

"Putusan MA itu harus ditinjau kembali (PK). MA juga harus menetapkan 
hakim-hakim agungnya yang tepat," ujar Lukman Hakim.

Ketua Komisi III DPR Bidang Hukum Trimedya Pandjaitan dari Fraksi Partai 
Demokrasi Indonesia Perjuangan menilai putusan MA tersebut menyinggung rasa 
keadilan masyarakat. "Bayangkan, Soeharto dapat Rp 1 triliun. Padahal, kita 
mau mengutak-atik harta kekayaan Soeharto, susahnya bukan main. Eh, 
sekarang, Soeharto malah dapat pundi-pundi," kata Trimedya.

Ditanya apakah ada permainan uang, Trimedya spontan menjawab, "Segala 
kemungkinan bisa terjadi. Ada uang atau ada kekuasaan." Trimedya juga 
mengatakan putusan MA itu akan mempermalukan Indonesia di mata 
internasional, khususnya di bidang penegakan hukum.

Ditemui seusai diskusi "Membedah Undang-Undang No 40/1999 Tentang Pers dan 
Kode Etik Jurnalistik" di Bandung, anggota Dewan Pers, Wina Armada Sukardi, 
kemarin, mengatakan, putusan MA itu adalah kado pahit menyambut genap 
sewindu Undang-Undang Pers. Itu dianggap hal tragis dan memukul kemerdekaan 
pers.

Menurut Wina, meskipun Time adalah majalah asing, banyak hal dalam prinsip 
pers dan jurnalistik yang seharusnya bersifat universal. Wina melihat 
sekarang masih ada pihak dengan cara-cara tertentu tidak dapat menerima 
kebebasan pers. Ini senada dengan pendapat Todung.

Todung Mulya Lubis mengatakan, putusan itu sudah keluar terlebih dahulu ke 
masyarakat sebelum diterimanya dan ini tidak patut dilakukan.


Penggembosan

Todung menilai putusan MA tersebut merupakan salah satu bentuk penggembosan 
terhadap proses hukum yang kini ditempuh oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). 
Putusan itu dikeluarkan pada saat Kejagung gencar mempersoalkan Soeharto di 
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Ketua MA Bagir Manan mengatakan, penunjukan Ketua Muda MA Bidang Pengadilan 
Militer itu karena MA tidak mengenal sistem kamar. "Ini cuma urusan 
pembagian pekerjaan saja," ujar dia.

Sementara itu, German Hoediarto juga membantah jika statusnya sebagai 
purnawirawan dikaitkan dengan perkara itu. "Saya clean betul. Tidak ada 
beban. Tidak ada yang nginjak," ujarnya.

Ditanya mengapa perkara baru diputus Agustus 2007 (perkara sejak 2001), 
German mengatakan, "Mana saya tahu. Perkaranya baru sampai ke saya sekarang 
(2007)." (ana/sut/CHE)




http://www.smh.com.au/news/world/soeharto-wins-129m-in-damages-from-time/2007/09/10/1189276642061.html

Soeharto wins $129m in damages from Time
September 11, 2007


JAKARTA: Indonesia's Supreme Court had awarded the former dictator Soeharto 
1 trillion rupiah ($129.6 million ) in damages in a lawsuit he brought 
against Time magazine, a court official said yesterday.

The decision is likely to spark outrage in Indonesia, where the ageing 
former president has avoided being brought to trial over persistent 
allegations of massive corruption during his 32 years of iron-fisted rule.

"We accept the suit filed by Soeharto and refuse the decision of the Appeal 
Court and Central Jakarta District Court," a Supreme Court spokesman, 
Nurhadi, said, referring to rulings against Soeharto made in 2000 and 2001.

The court, in its August 30 ruling, had ordered that Soeharto be paid 1 

[mediacare] Selamat Jalan Fahmy ...

2007-09-11 Terurut Topik Yap Hong Gie
Jum'at malam saya mendapat SMS bahwa, Ahmad Fahmy dalam keadaan koma di RS 
Pertamina, setelah mengalami massive stroke di Lombok.

Malam Minggu Fahmy telah tiada, meninggalkan banyak sahabat, dengan berbagai 
kenangan di masa lalu.

Teringat beberapa hari setelah pernikahan (1988), ketika saya dengan istri 
membuka tumpukan hadiah, ada sebuah membuka amplop besar yang menyimpan 
lukisan crayon.
Gambar pemandangan sebuah villa ditepi pantai dengan pohon kelapa, dilukis 
dan ditulis oleh seorang anak, dengan pesan yang berbunyi:  Papa Fahmi 
mengundang kita menginap di Villa mereka, di Anyer.

Hadiah yang begitu simpel, sangat originil, dan begitu indah dan 
mengesankan.

Itulah reflexi dari Ahmad Fahmy, seorang sahabat yang low-profile, sangat 
ramah, dengan tingkat pergaulan yang luas tanpa memandang latar belakang, 
jabatan, kaya atau miskin; semua adalah teman Fahmy.


Selamat jalan sahabat, saya yakin Anda mendapat tempat terbaik disisi Tuhan 
YME.


Wassalam, yhg.



http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/29/utama/xcin01.htm

Minggu, 29 September 2002
Cintaku di Tanamur...
kompas/agus susanto

Didirikan tahun 1970, November nanti dia akan genap berusia 32 tahun. 
Sementara rezim yang tumbuh bersamanya tumbang, Tanamur seperti 
anggur-menjadi "vintage" seiring perjalanan usia. Inilah salah satu potret 
perjalanan dunia hiburan di Indonesia.

"Yang datang banyak, lho. Saya sendiri tidak menduga, waktu itu ada belasan 
pasangan yang datang, yang menyatakan menemukan jodohnya di sini," ucap 
Ahmad Fahmy (60), pemilik Tanamur, mengenai acara bertajuk "I found my love 
in Tanamur" tadi.

Pasti cukup banyak orang, kenangan hidupnya tersangkut di Tanamur. "Itu dulu 
sekolahku...," seloroh Tutie Kirana, yang meramaikan dunia layar perak 
Indonesia utamanya di tahun 1970/ 1980-an. Waktu itu Tutie masih tinggal di 
bilangan Roxy, tak seberapa jauh dari Tanamur. "Saya tiap hari lewat situ, 
kadang mampir sehabis shooting," katanya.

Sedangkan Roy Marten, bintang yang masih bertahan sampai sekarang, mengenai 
Tanamur berujar, "Dahsyat. Di situ kumpul semua kelas, dari kelas pariah 
sampai yang lain-lainnya. Aku ke Jakarta tahun 1973, dulu yang ada hanya 
Tanamur dan Mini Disco. Sekarang semua berkembang, tapi Tanamur tak 
tergoyahkan oleh semua isu. Ramai terus." Dengan ber-seloroh Roy bilang, 
"Aku malah curiga Fahmy kerja sama dengan dokter paru-paru. Setelah dari 
situ, orang pengap oleh asap rokok, harus ke dokter paru-paru, he-he-he"

URUSAN individu, urusan sehari-hari, dalam studi mengenai gaya hidup toh ada 
yang menganggap punya signifikansi, taruhlah seperti diteorikan Anthony 
Giddens, bagaimana gaya hidup (lifestyles) menata sesuatu menjadi suatu 
kesatuan, menjadi sebuah pola yang kurang-lebih punya keteraturan. Gaya 
hidup itu sendiri adalah praktek hidup sehari-hari (dari individu-individu) 
yang dirutinkan, dan rutin tadi disatukan (biasanya oleh bisnis) menjadi 
kebiasaan berpakaian, makan, cara melewatkan waktu luang, dan lain-lain. 
Studi-studi paska-modernisme banyak sekali mengamati proses reproduksi 
sosial seperti itu.

Malam Minggu awal September lalu Tanamur ramai. Baik bagian luar maupun 
dalam belum selesai proses renovasinya. "Ini masih 30 persen," ucap Ahmad 
Fahmy, atau biasa dipanggil Fahmy begitu saja. Orang tampaknya tak terlalu 
peduli. Cewek-cewek berpakaian ketat, sendiri-sendiri ataupun berombongan, 
hilir mudik. Dari orang-orang pribumi sampai asing, tampil dengan gaya 
masing-masing, termasuk beberapa pria yang tampak "kemayu". "Saya tetap 
ingin mempertahankan ciri awal Tanamur. Di sini serba minimalis, fokusnya 
adalah manusia itu sendiri," ucap Fahmy, di sela-sela dentuman house music 
dan orang yang bergoyang di sana-sini, tidak hanya di lantai dansa.

Tanamur sebetulnya juga bisa dilihat dalam proses konsumsi berikut 
evolusinya, termasuk sampai terbentuknya "masyarakat konsumsi" (consumer 
society) di Indonesia pada tingkat seperti sekarang. Semua ini pasti juga 
tak bisa mengabaikan fase akhir 1960-an dan tahun 1970-an-saat lahirnya 
Tanamur-yang menjadi fase penting dalam perubahan sosial di Indonesia.

"Saya dirikan Tanamur 12 November 1970. Waktu itu diskotek masih hal baru. 
Yang ada kebanyakan waktu itu night club," kata Fahmy. Night club atau klub 
malam yang populer waktu itu taruhlah Tropicana dan LCC.

Begitu belum populernya sebutan disco, discotheque, sampai ketika Fahmy 
datang ke kantor DKI untuk meminta izin, pejabat yang menangani perizinan, 
orang yang kebetulan sudah dikenalnya, menanyakan apa itu disko.

"Disko itu apa?" tanya si pejabat. "Ooh, jadi dikasih pelat begitu?" ucapnya 
ketika diterangkan secara teknis bahwa di situ akan diputar musik dengan 
pelat atau piringan hitam. "Orang akan datang?" tanyanya lagi, masih bingung 
apakah orang akan mendatangi tempat hiburan semacam itu. Si pejabat rupanya 
menaruh iba kepada Fahmy. "Kalau mau band, nanti saya kasih..." cerita Fahmy 
mengenangkan sambil tertawa.

Diceritakan oleh Fa

[mediacare] [SP] Etnis Tionghoa Masuk Birokrasi

2007-08-28 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.suarapembaruan.com/News/2007/08/28/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY
TAJUK RENCANA II
Etnis Tionghoa Masuk Birokrasi


Indonesia adalah negara majemuk. Ada yang memandang kemajemukan itu sebagai 
kelemahan bangsa Indonesia. Namun lebih banyak yang melihat kemajemukan itu 
sebagai suatu kekuatan, potensi bangsa yang luar biasa. Kemajemukan itu 
telah menjadi identitas Indonesia.
Sejarah negeri ini telah membuktikan, karena bersatunya berbagai unsur dalam 
masyarakat yang beragam itu, maka kemerdekaan Indonesia bisa terwujud.
Bayangkan, seandainya semua unsur yang ada dalam masyarakat hanya memikirkan 
dirinya sendiri, Indonesia tidak akan pernah lahir.
Para pemuda yang mencetuskan Sumpah Pemuda tahun 1928 menyadari, hanya 
dengan bersatu mereka bisa melepaskan diri dari penjajahan, lalu membentuk 
negara sendiri.
Nilai bening Sumpah Pemuda itu kemudian diwujudkan dalam Proklamasi pada 17 
Agustus 1945.

Karena itu, jika bangsa ini ingin maju, semua potensi yang ada dalam 
masyarakat harus diberi tempat untuk berkembang.
Sudah pasti, potensi yang ada itu mampu menjawab berbagai masalah dan 
kebutuhan bangsa ini dan menjadikan Indonesia sebagai bangsa maju, dapat 
merasakan keadilan dan kemakmuran.
Banyak bukti yang menunjukkan, dalam berbagai aspek kehidupan di mana semua 
unsur dalam bangsa ini dilibatkan, maka bangsa ini cepat maju.

Sungguh menarik perhatian apa yang muncul ke permukaan pada seminar sehari 
yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) DKI Jakarta 
yang bekerja sama dengan Harian Umum Suara Pembaruan, International Daily 
News dan Megaglodok Kemayoran. Dalam seminar itu muncul harapan agar etnis 
Tionghoa mendapat kesempatan untuk masuk birokrasi.
Selama masa Orde Baru, etnis Tionghoa kehilangan hak-hak politik sehingga 
menjadi apolitis, diisolasi dari kegiatan politik.

Kondisi sekarang sudah berubah banyak, apalagi setelah terbitnya UU No 
12/2006 tentang Kewarganegaraan RI.
Dalam UU itu sudah jelas status etnis Tionghoa dalam kebangsaan Indonesia. 
Lewat UU tersebut, etnis Tionghoa diakui sebagai pribadi yang berkebangsaan 
Indonesia.
UU itu juga mengakui adanya kemajemukan bangsa Indonesia yang wajib dihargai 
bahkan diakui pemerintah sebagai ciri yang utama.

Dalam konteks itu pulalah muncul pendapat pada seminar itu agar 
organisasi-organisasi Tionghoa berorientasi ke bumi Indonesia dan membawa 
seluruh anggotanya masuk ke dalam arus utama bangsa Indonesia tanpa 
menanggalkan identitas ke-Tionghoaan-nya dan bergandeng tangan dengan 
seluruh komponen bangsa.

Perlu digarisbawahi pendapat Dr Siauw Tiong Djin dari Committee Against 
Racism in Indonesia, yaitu komunitas Tionghoa harus tetap menyadari 
Indonesia adalah tanah airnya sebagai tempat lahir, hidup dan dikuburkan. 
Karena itu, komunitas Tionghoa perlu mengintegrasikan diri ke dalam tubuh 
bangsa Indonesia dan secara aktif turut memperjuangkan kemakmuran rakyat 
secara keseluruhan.
Menurut dia, anggapan dan harapan bahwa komunitas Tionghoa bisa dilindungi 
hanya dengan bangkitnya negeri Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi raksasa, 
tidaklah tepat.

Pada 2008 bangsa Indonesia akan merayakan seabad kebangkitan nasional. Kita 
perlu merevitalisasi kembali kebangkitan nasional itu sebagai kebangkitan 
bangsa untuk memperjuangkan keadilan dan kemakmuran yang belum terwujud 
dengan sempurna dalam kehidupan bangsa kita. Tidak ada jalan lain, semua 
komponen bangsa harus dilibatkan, termasuk etnis Tionghoa.
Selama keadilan dan kemakmuran itu belum terwujud, maka akan selalu ada 
kesenjangan ekonomi.
Bukan mustahil, kesenjangan ekonomi itu bisa memicu terjadinya kekacauan di 
tengah masyarakat kita. Pada gilirannya, keutuhan bangsa ini bisa retak. 
Tentu saja hal ini tidak boleh kita biarkan.


Last modified: 28/8/07 



[mediacare] Politik Berkiblat ke Indonesia

2007-08-25 Terurut Topik Yap Hong Gie
Politik Berkiblat ke Indonesia
Oleh: Siauw Tiong Djin
25 Agustus 2007

Pendahuluan

Diskusi ini dimulai dengan sebuah kisah seorang pemudi Tionghoa, bernama 
Natalia.  Ia berumur 21 tahun, seorang mahasiswi dalam bidang akuntansi. Ia 
lahir di Jakarta. Orang tuanya lahir dan besar di kota Medan - fasih 
berkomunikasi dalam bahasa Hokkian. Walaupun Natalia mengerti sepatah dua 
kata Hokkian, ia tidak bisa berkomunikasi dalam bahasa ini. Di rumah ia 
hanya berbicara dalam bahasa Indonesia.

Walaupun ia cukup sering makan makanan Tionghoa, ia lebih menggemari masakan 
Indonesia. Mie goreng jawa, soto Betawi, sop buntut dan es doger merupakan 
hidangan yang ia sukai ketimbang keluyuk atau cap-cai. Pacar macam apa yang 
ia idami? Jawabannya seorang pemuda tampan Tionghoa yang tidak terlalu 
"Chinese", maksudnya modern tetapi memiliki latar belakang serupa dengannya.

Ia pernah  diajak orang tuanya jalan-jalan ke Tiongkok. "Enak jalan-jalan, 
tetapi saya tidak merasa sebagai orang Tiongkok. Saya merasa asing di sana 
", demikian ujarnya. Ketika ia ditanya: Anda ini merasa diri sebagai orang 
apa? Secara spontan ia menjawab: ya orang Indonesia.

Pandangan Natalia - keturunan Tionghoa ini - bukan saja merupakan stereotipe 
generasi muda komunitas Tionghoa, tetapi juga merupakan stereotipe mayoritas 
Komunitas Tionghoa peranakan, terutama yang bermukim di pulau Jawa.

Akan tetapi belakangan ini timbul sebuah gelombang di kalangan komunitas 
Tionghoa - terutama generasi yang berumur setengah abad ke atas - yang 
cenderung mengubah stereotipe yang digambarkan di atas. Gelombang ini 
membentuk aliran yang cenderung ber-orientasi ke Tiongkok baik dalam bentuk 
penggunaan bahasa, prilaku kebudayaan maupun dalam melakukan usaha berdagang 
dan pemusatan daya investasinya.  Timbul kesan bahwa untuk kelompok ini, 
Tiongkok merupakan jalan keluar jangka panjangnya sehingga membantu proses 
penguatan Tiongkok lebih penting daripada upaya memakmurkan Indonesia.

Perkembangan ini wajar. Mengapa? Karena Republik Rakyat Tiongkok (RRT) 
muncul sebagai sebuah kekuatan dunia yang mempersonakan banyak orang. 
Marilah kita lihat prestasinya di masa kini.

RRT telah berkembang sebagai Manufacturer of the World. Hampir setiap 
barang, dari yang sangat rendah tingkat teknologi hingga yang tercanggih 
kini dibuat di Tiongkok.

RRT telah berkembang sebagai sebuah kekuatan ekonomi yang bisa diandalkan. 
Banyak negara berkembang di Asia dan Afrika menoleh ke RRT untuk bantuan 
ekonomi. Bantuannya di kawasan Asia loncat dari USD 260 juta hingga lebih 
dari USD 2 Milyard. Bantuan ke kawasan Afrika jauh lebih hebat lagi - 
sekitar USD 6 Milyard. Dan transaksi perdagangan dengan negara-negara Afrika 
pada tahun 2006 tercatat sejumlah USD 32 Milyard.

Perdagangan antara RRT dan Australia yang sebagian besar berkaitan dengan 
gas dan uranium merupakan salah satu sumber utama kemakmuran ekonomi 
Australia. Pengaruh kekuatan ekonomi RRT di Indonesia-pun berkembang pesat. 
Jumlah transaksi perdagangan loncat berganda. Frekwensi dan jumlah kunjugan 
delegasi resmi maupun tidak resmi antar ke dua negara kian meningkat.

Yang lebih mepersonakan adalah perkembangan RRT sendiri. Pesat 
pertumbuhannya tetap tertinggi di dunia.  Dan kehadirannya di dunia disambut 
hangat oleh negara-negara yang berdagang dengannya.  Walaupun pemerintahnya 
masih menganut paham Komunisme, RRT kini diterima sebagai partner dagang 
yang aman ketimbang Amerika Serikat yang di kalangan negara-negara Islam 
dianggap tidak populer dan bersifat mengancam.

Menjelang penyelenggaraan Olympiade di Beijing tahun 2008 mendatang, RRT-pun 
mengagumkan. Penyelenggaraan ini akan dijadikan show case keberhasilan RRT 
dalam dunia pembangunan dan olah raga. Ia berambisi untuk menjadi peraih 
medal terbanyak, melampaui Amerika Serikat.

Pada waktu yang bersamaan sikon di Indonesia untuk Komunitas Tionghoa-pun 
kian membaik. Berbagai larangan yang menekan Komunitas Tionghoa di zaman 
pemerintahan Soeharto telah dicabut. Misalnya Komunitas Tionghoa kini bisa 
merayakan Imlek secara terbuka, bahkan Imlek dijadikan Hari Raya Nasional. 
Pertunjukan Liang Liong dan Barongsai telah berkembang sebagai sebuah hal 
yang populer di berbagai acara umum. Bahasa Tionghoa berkembang sebagai 
bahasa yang populer terutama bagi mereka yang berdagang dengan para 
pengusaha Tiongkok. Bahkan cukup banyak perkumpulan-perkumpulan dagang atau 
sosial yang kini menggunakan Mandarin sebagai bahasa pengantarnya. 
Kampus-kampus universitas di berbagai kota besar di RRT dibanjiri siswa 
Indonesia yang ditugaskan orang tuanya belajar Mandarin. Cukup banyak dari 
mereka ini memiliki S1 atau S2 dari negara-negara barat.

Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia yang baru-baru ini disahkan juga 
lebih menjamin posisi hukum WNI keturunan Tionghoa, yang berkaitan dengan 
konsep: a citizenship based nation, salah satu program utama Baperki di 
zaman Demokrasi Terpimpin, pra Oktober 1965.

Perkembangan di atas memperbesar keinginan

[mediacare] Kebangkitan Organisasi Tionghoa di Indonesia Jangan sampai Kebablasan.

2007-08-25 Terurut Topik Yap Hong Gie
KEBANGKITAN ORGANISASI TIONGHOA DI INDONESIA JANGAN SAMPAI KEBABLASAN.
Oleh : Benny G.Setiono

Setelah  rezim Orde Baru jatuh dan berlangsung reformasi, tumbuh
kesadaran di sementara kalangan etnis Tionghoa bahwa kedudukan mereka
terutama di bidang sosial dan politik  sangat lemah dan menyedihkan.
Kesadaran ini pada  ujungnya membangkitan keberanian untuk menolak
kesewenang-wenangan yang menimpa diri mereka dan menuntut keadilan sebagai
warga negara Republik Indonesia
Dengan segera berbagai organisasi baik partai politik, ormas
maupun LSM dideklarasikan, antara lain Partai Reformasi Tionghoa Indonesia
(PARTI), Partai Bhinneka Tunggal Ika (PBI), Solidaritas Nusa Bangsa (SNB),
Formasi, Simpatik,Gandi, PSMTI, Perhimpunan INTI dllnya.

Demikian juga berbagai penerbitan seperti harian, tabloid dan
majalah antara lain Naga Pos,Glodok Standard,Suar,Nurani,Sinergi,Suara Baru
dllnya bermunculan. Namun dengan berjalannya waktu ternyata beberapa
organisasi tersebut berguguran dan beberapa media cetak telah hilang dari
peredaran.
Masalah utama yang dihadapi organisasi-organisasi tersebut adalah masalah
klasik, tidak adanya visi dan misi serta program yang jelas, semangat yang
mengendur, kurangnya kader muda dan terjadi perpecahan di kalangan
pemimpinnya seperti apa yang terjadi dengan PBI.
Masalah yang dihadapi media cetak adalah masalah finansial dan SDM. Hampir
tidak ada dukungan dari masyarakat Tionghoa akan kelangsungan hidup
media-media cetak tersebut.

Berbeda dengan organisasi-organisasi peranakan,
organisasi-organisasi di kalangan totok malahan tumbuh dengan subur. Lebih
dari lima ratus organisasi di kalangan totok berdiri di berbagai kota di
Indonesia. Organisasi-organisasi tersebut didirikan berdasarkan asal
provinsi, kabupaten, distrik dan kampung halaman di Tiongkok, suku (clan),
marga, alumni sekolah, kesenian, kesusateraan dsbnya. Program mereka tidak
jelas dan pada umumnya berorientasi ke daratan  Tiongkok.
Bahasa yang digunakan bahasa Tionghoa baik Mandarin maupun dialek karena
pada umumnya para pemimpin organisasi tersebut kesulitan dalam berbahasa
Indonesia.
Organisasi-organisasi ini seperti organisasi-organisasi Tionghoa perantauan
di mana pun sangat paternalistik dan para pemimpinnya diangkat berdasarkan
senioritas dan keberhasilan dalam bisnis.
Para anggotanya hanya manut saja dan baru muncul dalam resepsi-resepsi yang
diselenggarakan para pemimpinnya.
Kelebihan organisasi-organisasi ini adalah dukungan dana yang kuat dari para
pemimpinnya.
Namun perpecahan juga muncul di antara para pemimpinnya, terutama di
kalangan suku Hakka yang menyebabkan saat ini berdiri tiga  organisasi Hakka
yang berbeda.
Kegiatan utama organisasi-organisasi ini adalah menyelenggarakan
pertemuan/resepsi di antara para anggotanya tanpa tujuan yang jelas.
Namun ada hal yang menggembirakan karena akhir-akhir ini ada beberapa
organisasi yang melakukan berbagai kegiatan sosial.

Setelah Presiden K.H.Abdurrahman Wahid mencabut seluruh larangan
yang memojokkan etnis Tionghoa termasuk larangan bahasa dan aksara Tionghoa
dan berdirinya organisasi-organisasi Tionghoa tersebut, maka bermunculanlah
berbagai penerbitan berbahasa Mandarin baik harian maupun majalah seperti
Indonesia Shangpao, International Daily News, Universal Daily.
Qian Dao Re Bao ( Harian Nusantara ) dllnya.
Walaupun tiras setiap harian maupun majalah tersebut tidak besar karena
pembacanya yang sangat terbatas, namun karena dukungan dana dari para
pemiliknya maka sampai saat ini berbagai penerbitan tersebut masih dapat
bertahan, kecuali harian Universal Daily yang sudah tutup beberapa bulan
lalu..
Pada umumnya media-media cetak tersebut di samping menyiarkan berita-berita
dalam dan luar negeri digunakan untuk mempublikasikan kegiatan-kegiatan
organisasi-organisasi Tionghoa atau kegiatan-kegiatan para tokohnya.

Hasil apakah yang diperoleh dengan berdirinya
organisasi-organisasi yang menghimpun etnis Tionghoa baik peranakan maupun
totok ?
Walaupun sangat lamban, kesadaran politik mereka mulai tampak meningkat,
namun trauma masa lalu dan stigma Baperki dan G30S masih saja menghantui
sebagian besar etnis Tionghoa sehingga mereka selalu berusaha menghindari
wilayah politik.
Sebagai contoh, ketika berlangsung Pilkada DKI Jakarta yang lalu berdasarkan
survey Litbang Kompas, Kecamatan Penjaringan, Kembangan, Kebon Jeruk, Grogol
Petamburan, Tambora, Taman Sari dan  Kelapa Gading di mana sebagian besar
penduduknya berasal  dari kalangan etnis Tionghoa adalah wilayah  yang
paling tinggi angka golputnya ( 40%- 50 %).
Walaupun beberapa tahun terakhir mulai bermunculan anggota DPR, DPRD,
Bupati, Wakil Bupati  dari kalangan etnis Tionghoa namun masih dirasakan
sangat kurang, mengingat potensi yang sangat besar dapat disumbangkan etnis
Tionghoa dalam membangun bangsa dan  negara.

Dihapusnya segala peraturan yang bersifat rasis dan
diskriminatif oleh Presiden Wahid, Tahun Baru Imlek dijadikan hari

[mediacare] Fw: UNDANGAN SEMINAR INTI

2007-08-23 Terurut Topik Yap Hong Gie

-- Original Message - 
From: Benny Setiono
To: Yap Hong Gie
Sent: Wednesday, August 22, 2007 12:18 PM
Subject: UNDANGAN SEMINAR


UNDANGAN  SEMINAR.

-  Presiden Abdurrahman Wahid telah mencabut peraturan-peraturan
yang mendiskriminasi etnis Tionghoa, Presiden Megawati telah menjadikan
Imlek hari libur nasional dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah
mengembalikan agama Khonghucu menjadi agama resmi di Indonesia.
  Sementara itu Undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia
N0.12/2006 dengan tegas menyatakan yang ada di Indonesia hanya WNI
dan WNA dan tidak ada lagi istilah "pribumi" dan  "non pribumi" dan
Undang-undang N0.23/2006 telah membatalkan seluruh UU dan Staatblad
diskriminatif peninggalan Belanda yang yang telah membagi-bagi kedudukan
hukum dan sosial bangsa Indonesia. Dengan demikian hampir seluruh
peraturan-peraturan yang selama ini mendiskriminasi etnis Tionghoa telah 
dihapus.

-  Selaras dengan hal-hal tersebut di atas, berkembangnya globalisasi dan
berkembangnya RRT menjadi sebuah kekuatan ekonomi, politik dan militer
dunia menuju Super Power dan semakin eratnya hubungan persahabatan
pemerintah RI dan RRT telah menjadi batu ujian bagi loyalitas seluruh etnis
Tionghoa di Indonesia.
   Bagaimana seluruh etnis Tionghoa di Indonesia melalui 
organisasi-organisasinya harus bersikap ?


Untuk menjawabnya Pengurus Daerah  Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI)
DKI Jakarta mengundang Tuan/Nyonya/Saudara/Saudari untuk menghadiri Seminar
sehari penuh dengan thema

"MENGHADAPI GLOBALISASI, ORGANISASI TIONGHOA INDONESIA MAU KEMANA ? "

Pada Sabtu 25 Agustus 2007 am 09.00 - 16.30.

Bertempat di Function Hall Mega Glodok Kemayoran (MGK) lantai 3
Jl.Angkasa Kav.B6. Kota Baru Bandar Kemayoran, Jakarta 10610.


ACARA :
08.30 - 9.00  Registrasi/Welcome Coffee
09.00 -  9.05 Indonesia Raya.
09.05 - 09.15Sambutan Rachman Hakim (Ketua Umum INTI)
09.15 - 09.30Keynote Speech Prof.Dr.Gumelar Rusliwa Somantri (Rektor 
UI)*



  SESI   I.

Moderator: Lisa Suroso  (Pemred majalah Suara Baru).

09.30 - 09.55 DR.Siauw Tiong Djin (Comitee Against Racism in Indonesia),
   Melbourne, Australia.
   Dari Perspektif Sejarah.
09.55 - 10.20 DR.Mely G.Tan (Sosiolog Senior).
   Dari Perspektif Sosial.
10.20 - 10.45 Drs.Christianto Wibisono (The Global Nexus Network).
   Dari Perspektif Global.
10.45 - 11.10 Ir.Budi S.Tanuwibowo (Ketua Umum Matakin,
   Sekjen Perhimpunan INTI).
   Dari Perspektif Kebangsaan.
11.10 - 12.00 Tanya Jawab.

12.00 - 13.00 Makan Siang.

13.00 -  13.30 Sambutan K.H.Abdurachman Wahid.*


 SESI  II

Moderator :  DR.Sukardi Rinakit   (Direktur Eksekutif Soegeng
Sarjadi Syndicate).

13.30 - 13.55   Frans Hendra Winarta SH. (Komisi Hukum Nasional)
 Dari Perspektif Hukum.
13.55 - 14.20   Drs.Faisal Basri  (Ketua Umum Pergerakan Indonesia).
 Dari Perspektif Ekonomi.
14.20 -14.45 Ir.Stanley Yosep Adi Prasetyo (Komisioner Komnas
 HAM)  Dari Perspektif Keamanan dan HAM.
14.45 - 15.20   Sudhamek AWS (CEO Garuda Food)
 Dari Perspektif  Pengusaha.
15.20 - 15.45   Benny G.Setiono  (Ketua PD Perhimpunan INTI DKI
 Jakarta).
 Dari Perspektif Visi dan Misi Perhimpunan INTI.
15.45 - 16.30Tanya Jawab.

* Dalam konfirmasi.



 



[mediacare] Re: Apa bedanya Romusha dan TKW? =>Hafsah Salim #56272

2007-08-20 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Tuan Muskitawan anti Muslim.

Seandainya kisah 200 perawat di Belanda berasal dari orang lain,
mungkin masih saya percaya.

Tapi berhubung Anda yang menulis, maka faktor kebenarnya paling banter
10%, selebihnya cuma pembusukan terhadap Islam.

Wassalam, yhg.
--



[mediacare] Apa bedanya Romusha dan TKW? => Harry Antinegara

2007-08-19 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Master Harry,

Anda memang penuh inspirasi dan imaginasi dalam melancarkan black
campaigning terhadap RI.
Namun, karena pengetahuan dan wawasan Anda terbatas, sehingga
melemahkan misi Anda.


Romusha dalam bahasa Jepang adalah kuli atau buruh.
Mereka dibayar rendah, padahal kondisi pekerjaan sangat berat dan 
diperlakukan tidak manusiawi, kebanyakan dari mereka meninggal.

Akan jauh lebih relevan membandingkan kerja paksa Jepang dengan
Gubernur Jenderal Dandels, yang membuat jalan Dandels, antara Merak
sampai Banyuwangi (Anyer-Panarukan).

Asumsi Anda sudah ngawur sekali, "para TKW ini di-utus oleh pemerintah
untuk cari kerja di LN".

Para TKW kita dengan suka rela memilih untuk bekerja di LN.
Yang memainkan peran disini adalah para calo pencari tenaga kerja dan 
agen-agen tenaga kerja swasta yang memiliki jaringan dan pasar di LN.


Next time better Mate!

Wassalam, yhg.
---






[mediacare] Indonesia Tidak khawatir Perang Dagang Cina => Putu Budiastawa #57851

2007-08-07 Terurut Topik Yap Hong Gie
Seandainya terjadi "perang dagang" a.l. boikot-embargo antara produk RI
dan China, masalahnya bukan sesederhana seperti yang diucapkan Menteri
Perdagangan Marie Elka Pengestu, yang hanya terfokus pada kalkulasi neraca
perdagangan semata.

Ada nilai-nilai strategis dan faktor penting lainnya yang perlu 
dipertimbangkan
dan diperhitungkan dengan seksama, seperti misalnya rencana  investasi
China dalam pengembangan infrastruktur nasional, masalah geo-politik dan
keamanan regional, pembelanjaan Alutsia, stabilitas sos-pol di dalam negeri,
dsb, dsb.


Selama beberapa tahun di era reformasi, politik LN RI tidak lagi ngeblok
habis kepada negara Barat (baca AS), tetapi mencari keseimbangan geo-politik
(dan perdagangan), diantara tarikan kepentingan negara-negara adidaya.


Sudah banyak kita baca statemen-statemen keras, baik dari para politisi,
maupun dari produsen, exportir, Asosiasi dll., tetapi kita juga harus bisa 
menyimak sikap Wakil Presiden Jusuf Kalla kemarin yang cukup bijak.
Juga dari Ketua Umum Kadin MS Hidayat, yang mengingatkan pemerintah
bersikap hati-hati untuk menghentikan peredaran produk yang dianggap
membahayakan, mengingat komoditas China sudah menguasai pasar dalam negeri.

Saya kira semua itu adalah untuk menjaga hubungan dengan pemerintah China,
yang sedang menghadapi masalah opini dunia.



Kalau hubungan dengan China rusak kembali, maka balancing politik dan
militer akan menjadi timpang kembali, dan akhirnya akan berorientasi ke
Barat/AS lagi, seperti dulu.

Kita juga sudah merasakan bagaimana akibat dari embargo peralatan militer
negara Barat terhadap RI, tuduhan-tudahan (standar ganda) sebagai pelanggar 
HAM yang sudah kelewat berlebihan dan tidak habis-habisnya, sehingga selalu 
menyulitkan posisi kita.


Di opini kompas hari ini ada artikel tulisan Kiki Syahnaki tentang masalah
Defence Cooperation Agreement (DCA), dimana saya mendukung penutup
beliau mengutip SMS yang berbunyi:
"We must learn how to negotiate with dignity.. Yes, we are poor but this
country is not for sale."


Namun juga berlaku prinsip: "Tidak ada teman atau musuh abadi, karena yang
abadi hanyalah kepentingan".


Jadi, tanpa menjual (prinsip) diri,  kadang kita perlu mengatakan: "I'll 
scratch
your back, next you scratch mine ..."


Wassalam, yhg.



Indonesia Tidak khawatir Perang Dagang Cina
---
Indosiar News, 07 Agustus 2007, 10:11 WIB

http://news.indosiar.com/news_read.htm?id=63526

(Kutipan):
Namun, Marie menyatakan tidak takut jika pelarangan Cina terhadap hasil
produk laut indonesia sebagai upaya perang dagang. Berdasarkan neraca
perdagangan RI- Cina, Indonesia masih mencapai surplus sebesar 13
millyar Dollar AS. Selain ekport hasil laut, Indonesia juga mengekspor
hasil migas ke Cina, yang nilainya mencapai 8,3 millar Dollar AS.
Sementara import produk Cina ke Indonesia hanya berkisar 6,6 milyar
Dollar AS. (*/Her/*)



[mediacare] [Detik] Warga DKI Tetap Bisa Nyoblos Meski Tanpa Kartu Pemilih

2007-08-07 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.detik.com/indexberita/indexfr.php

07/08/2007 11:45 WIB
Warga DKI Tetap Bisa Nyoblos Meski Tanpa Kartu Pemilih
Rafiqa Qurrata A - detikcom


Jakarta - Warga ibukota yang ingin mencoblos cagub pilihan tak perlu
khawatir meski tak mendapat kartu pemilih. Syaratnya, nama Anda termuat
dalam daftar pemilih tetap (DPT).

"Boleh, yang penting ada namanya di DPT," kata Ketua KPU DKI Jakarta, Juri
Ardiantoro, kepada detikcom, Selasa (7/8/2007).

Warga, kata Juri, tinggal datang ke tempat pemungutan suara (TPS) terdekat.
Jika nama warga termuat pada salinan DPT yang dipasang di TPS, warga tinggal
menunjukkan KTP pada panitia pemungutan suara (PPS).

"Jadi Anda langung cek di TPS dan cari nama Anda dalam DPT. Sebab yang jadi
patokan petugas adalah nama dalam DPT," jelas Juri.

Sebaliknya, kata Juri, jika nama Anda tidak terdapat dalam DPT, suara Anda
otomatis hangus. "Kalau nggak tercantum ya nggak bisa nyoblos," pungkasnya.

DPT merupakan daftar penduduk DKI Jakarta yang memiliki hak memilih dalam
Pilkada DKI. Data ini diperoleh KPUD dari Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil (Dukcapil) Pemprov DKI Jakarta. Asalnya adalah data pemilih pada
Pemilu 2004 yang dimutakhirkan pada 2006. (fiq/nrl)

   © 2007 detikcom, All Rights Reserved. 



[mediacare] [Kompas] Dugaan Penghinaan, Ma'arif Cabut Laporan

2007-08-05 Terurut Topik Yap Hong Gie
Kebangkrutan seorang badut politik tinggal masalah waktu ..

"Publikasi cetak ini kan rawan penafsiran"?!?!
Seperti pemain sirkus, atraksi terakhir Zaenal Ma'arif  --melalui 
pengacaranya-- adalah menyalahkan media cetak yang keliru menafsirkan 
ucapannya, mengenai "pernikahan pertama" Presiden SBY.

Sudah dapat diperkiraan, bahwa sebagai acara penutup ZM akan momohon untuk 
diberikan kesempatan untuk sungkeman Cikeas ..


~~~

http://kompas.com/

Metropolitan  Senin, 06 Agustus 2007
Dugaan Penghinaan
Ma'arif Cabut Laporan

Jakarta, Kompas - Mantan Wakil Ketua DPR Zaenal Ma'arif hari Jumat (3/8) 
mencabut laporannya ke polisi berkenaan dengan kasus dugaan penghinaan 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Alasannya, Zaenal khawatir berbenturan dengan kalangan wartawan cetak, 
menyangkut penafsiran ucapannya.

Demikian disampaikan Zaenal dan kuasa hukumnya, Mahendradata, serta Direktur 
Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Komisaris Besar 
Carlo Brix Tewu yang dihubungi terpisah, Sabtu (4/8).

"Jumat siang saya menerima surat pencabutan laporannya. Surat pencabutan 
tersebut ditandatangani yang bersangkutan dan pengacaranya," ungkap Carlo. 
Menurut dia, seharusnya hari ini polisi memeriksa Zaenal sebagai saksi, 
tetapi karena laporan dicabut, polisi batal memeriksanya.


Klarifikasi
Menurut Mahendradata, pencabutan dilakukan karena kliennya khawatir, terjadi 
penafsiran yang berbeda tentang pernyataan Zaenal yang ditangkap wartawan 
cetak dan yang dimaksud Zaenal.

"Kalau laporan klien saya diteruskan, ia harus berhadapan dengan saksi-saksi 
wartawan cetak. Klien saya tidak menghendaki hal itu karena selama ini ia 
merasa sangat dekat dengan mereka," kata Mahendradata.

Ia mengatakan, kliennya membuat pernyataan publik pertama kali menyangkut 
soal Yudhoyono adalah ketika selesai bertemu dengan Ketua DPR Agung Laksono.

"Waktu itu dari televisi cuma Metro TV, lainnya kawan-kawan cetak. Publikasi 
cetak ini kan rawan penafsiran. Kata-kata yang diucapkan bung Zaenal bisa 
dimengerti berbeda oleh wartawan cetak," tuturnya.

Beda dengan televisi. Pembuktiannya, lanjut Mahendra, lebih konkret. Ada 
gambar, gerak, dan suara, jadi bisa terhindar dari tafsir yang berbeda.


Kepastian

Menurut Mahendradata, ketika menyampaikan kepada wartawan selesai bertemu 
Agung, kliennya bermaksud mengatakan, "Saya sedang mengklarifikasi temuan 
saya menyangkut masa lalu Yudhoyono." Tapi kalangan wartawan cetak 
menangkapnya sebagai kepastian.

"Kepastian bahwa Zaenal memiliki bukti menyangkut masa lalu Yudhoyono. 
Padahal, yang diinginkan klien saya, wartawan menulis bahwa klien saya 
sedang mencari klarifikasi atas temuannya," kilah Mahendradata.

Terbentuklah kemudian opini bahwa Zaenal memastikan, presiden sebelum masuk 
akademi militer telah menikah dan mempunyai dua putra. Pernyataan Zaenal 
inilah yang oleh Presiden Yudhoyono dianggap sebagai menghina dan fitnah.

Yudhoyono lalu melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya, Minggu (29/7). Ia 
mengajukan dua saksi Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng dan Dino 
Patti Djalal. Sebagai bukti, Yudhoyono menyampaikan kliping berita terkait 
di harian Rakyat Merdeka dan Pos Kota, edisi Jumat (27 Juli).

Hari berikutnya, ganti Zaenal yang melaporkan Yudhoyono. Sampai sekarang, 
polisi telah memeriksa Presiden, kedua juru bicara, serta wartawan Rakyat 
Merdeka dan Pos Kota. (WIN) 



[mediacare] [Tempo] Nike Tetap Tinggalkan Murdaya

2007-07-27 Terurut Topik Yap Hong Gie
Dari awal sudah jelas bahwa, pemutusan kontrak pembelian Nike Inc. cuma 
dijadikan alasan untuk tidak membayar pesangon 14,000 buruh, dengan kerja 
rata-rata 15 th.



http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2007/07/26/brk,20070726-104394,id.html

Nike Tetap Tinggalkan Murdaya
Kamis, 26 Juli 2007 | 00:33 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Manajemen perusahaan sepatu asal Amerika Serikat 
Nike Inc. bersikukuh untuk tidak memperpanjang kontrak jual beli dengan PT 
Naga Sakti Pharama Shoes Indonesia (Nasa) dan PT Hardaya Aneka Shoes 
Indonesia (HASI) milik Siti Hartati Murdaya. Alasannya, tawaran untuk 
memperpanjang kontrak dan menambah order ditolak pihak Hartati, maka Nike 
memilih untuk tidak melanjutkan negosiasi.

"Sejauh ini belum ada kesepakatan apa pun. Jadi sampai sekarang posisi Nike 
belum berubah, bahwa order hingga Desember ini," ujar Nike Coorporate 
Responsibility Communications Director Erin Dobson kepada Tempo, Rabu (25/7) 
di Jakarta.

Sebelumnya, Nike telah memutuskan kontrak order pembuatan sepatu pada 6 Juli 
2007. Hartati mengumumkan perihal itu kepada pekerjanya pada 10 Juli. Nike 
memberikan tenggang waktu selama sembilan bulan dan hanya memberikan order 
300 pasang.

Ketika dikonfirmasi tentang hasil pertemuan Nike dan Hartati kemarin, Erin 
membenarkan tidak ada jalan keluar. "Sebetulnya Nike sudah menawarkan 
perpanjangan kontrak 12 bulan untuk HASI dan 24 bulan untuk Nasa, tapi 
ditolak PT Central Cipta Murdaya (induk perusahaan HASI dan Nasa). Jadi 
sebenarnya sudah ada good will dari Nike," katanya.

Namun begitu, ke depan, Nike memastikan tetap memiliki niat baik dan 
berkomitmen dengan Indonesia. "Tapi further step (negosiasi lanjutan) belum 
tahu. Tergantung bagaimana pembicaraan ke depan," kata Erin. Dia membenarkan 
kantor Nike di Bursa Efek Jakarta sudah tutup sejak didemo puluhan ribu 
buruh Hartati beberapa waktu lalu.

Pemilik Central Cipta Murdaya, Hartati Murdaya membantah negosiasi dengan 
Nike menemui jalan buntu. Dia mengaku, pertemuan kemarin dengan Nike 
membuahkan hasil. Nike sepakat perpanjangan kontrak untuk ke dua pabrik. 
"Nike setuju untuk memperpanjang kontrak 12 bulan untuk HASI dan 24 bulan 
untuk Nasa," ujarnya kepada Tempo Rabu (25/7).

Menurut dia, Nike bersedia menambah pesanan (order). Namun, kata Hartati, 
kedua kesepakatan (menambah order dan memperpanjang kontrak) belum berupa 
kesepakatan detail. "Pihak Nike pergi ke Amerika, dan anak buahnya yang akan 
melanjutkan (folow up)," tuturnya. Detail negosiasi, katanya akan dirumuskan 
dalam waktu empat hari.

Sumber Tempo mengatakan, negosiasi dilakukan di salah satu ruang di Hotel 
Ritz Carlton sejak pukul 10.00-16.00 pada Selasa (24/7). Namun, negosiasi 
tidak menghasilkan kesepakatan. Menurut dia, pada saat konsep perjanjian 
akan diteken pada pukul 15.00 perwakilan Nike dan Hartati Murdaya bertemu 
dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Muhammad Lutfi.

Menjelang penandatangan draf perjanjian, kata sumber itu, tiba-tiba Nike 
menolak menekannya. Alasannya, Nike tetap dipaksa membayar pesangon 14.000 
buruh. "Padahal Nike sudah banyak mengalah, dengan menyampaikan pihaknya 
akan memperpanjang kontrak pembelian dengan dua perusahaan masing-masinng 
menjadi 12 dan 24 bulan," ujarnya kemarin. Pukul 16.00 rombongan Nike 
langsung balik badan dan pulang ke Amerika Serikat.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Investasi Chris 
Kanter menilai permintaan bos Central Cipta Murdaya kepada Nike Inc. untuk 
membayar pesangon buruhnya sangat tidak masuk akal. Sebab dalam kontrak 
kedua perusahaan ini adalah jual beli, dan dalam praktek bisnisnya, pembeli 
tidak wajib untuk membayar pesangon. "Hartati mestinya tidak bisa lepas 
tangan dari kewajiban membayar pesangon dan melimpahkannya ke Nike," 
ujarnya.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Muhammad Lutfi membenarkan negosiasi 
kedua pihak tidak berhasil mencapai kesepakatan. "Tidak sepakat kemarin, 
tapi tidak tertutup kemungkinan besok atau masa yang akan datang didapat 
kesepakatan," ujarnya kepada Tempo Rabu (26/7).

Ditanya alasan penolakan Nike menandatangani perjanjian itu, Lutfi mengaku 
tidak tahu. "Kami (pemerintah) inginnya masalah ini cepat selesai, tapi 
ternyata tidak langsung selesai. Tentunya saya tidak berhenti di sini," 
katanya.

RR ARIYANI | YULIAWATI 



[mediacare] [politikindonesia] Antara Hartati, Buruh, dan Nike

2007-07-26 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.politikindonesia.com/readcol.php?id=1690&jenis=plt

 2007-07-24 11:19:46 wib
Antara Hartati, Buruh, dan Nike


Hubungan kerjasama bisnis antara Nike Inc dengan PT Hardaya Aneka Shoes 
Indonesia (HASI) dan PT Natural Nusantara (NASA) kritis. Intinya, Nike 
memandang sepatu buatan perusahaan milik pengusaha Hartati Murdaya Pho itu 
tidak bisa lagi memenuhi kreteria yang dinginkan. Buntutnya, hasil produksi 
buatan kedua perusahaan itu ditolak.

Dalam perspektif bisnis, pemutusan kerjasama adalah sesuatu yang lumrah. 
Sepanjang ada unsur-unsur kerjasama yang tidak bisa ditolerir oleh salah 
satu pihak, dan sudah diingatkan atas hal tersebut, maka "perceraian" sangat 
dimungkinkan terjadi.

Selama ini, baik pemerintah, buruh PT.HASI dan NASA, tentunya sangat awam 
atas unsur-unsur detail yang memayungi kerjasama antara perusahaan Hartati 
dan Nike Inc. Namun secara umum, biasanya kerjasama bisnis itu mengatur 
hal-hal yang memuat unsur hak dan kewajiban kedua belah pihak yang menjalin 
kerjasama. Selain unsur proses penyelesaian bila terjadi sengketa.

Nah, pertanyaannya kemudian, apa saja unsur kesepakatan yang telah dilanggar 
atau tak bisa dipenuhi kedua belah pihak (Nike dan Hartati)? Tentu yang 
paling tahu adalah keduanya.

Maka menjadi sebuah keanehan dan janggal, manakala hubungan bisnis antara 
Hartati dan Nike, utamanya dalam "perceraian" ini, begitu banyak melibatkan 
banyak pihak. Bahkan menyeret-nyeret pemerintah untuk turut ambil alih dalam 
"perceraian" ini. Tentu masyarakat masih mengingat kasus sepatu milik 
perusahaan Hartati yang "digudangkan" Bea Cukai, dan masalahnya sampai masuk 
istana presiden? Mengapa harus demikian.

Persoalan antara Nike dan Hartati, sebenarnya sangat sederhana. Sesederhana 
ketika keduanya mengingat "tali perkawinan". Bila Hartati merasa dirugikan 
karena proses "perceraian", tentu Hartati, sebagai pengusaha yang sudah 
malang melintang di berbagai orde, tahu persis langkah apa yang harus 
diambil. Menggerakkan buruh dan karyawan untuk berdemo di kantor Nike, tentu 
tak ada dalam klausul perikatan "perkawinan". Dan sangat disesalkan, kenapa 
langkah itu bisa terjadi. Disamping mengganggu ketertiban lalulintas, tentu 
saja mengganggu aktifitas di komplek Bursa Efek Jakarta, yang nota bene 
bukan hanya dihuni oleh kantor Nike.

Hartati, sebagai pemilik usaha, tentu paham betul terhadap unsur-unsur yang 
disepakati dalam menyelesaikan sengketa bisnis mereka. Hartati bisa 
mengambil langkah hukum yang tentu saja tertera dalam perjanjian kerjasama 
keduanya. Hartati tidak perlu mengusung persoalan "perceraianmya" dengan 
Nike kemana-mana.

Sebab, letika Hartati dan Nike menjalin "tali perkawinan", apakah Hartati 
juga melibatkan buruh dan pemerintah dalam ber "ijab-kabul"?. Berapa persen 
keuntungan yang didapat buruh, berapa persen keuntungan yang diperoleh 
pemerintah dalam konteks kerjasama keduanya? Tentu tidak dibahas.

Jika soal membuka lapangan kerja dan membayar pajak, yang dikedepankan, 
tentu itu sesuatu yang lumrah dan memang wajib dilakukan jika seseorang 
ingin membuka usaha. Tidak ada sesuatu yang istimewa, bila kedua aspek ini 
yang diagung-agungkan. Semua pengusaha di Indonesia juga melakukan hal 
tersebut. Dan sebaliknya, belum ada pengusaha di Indonesia yang mendirikan 
perusahaan dan menyediakan lapangan kerja, hanya untuk membuang uangnya. 
Melulu karena ada aspek keuntungan material yang diperoleh mereka.

Karenanya, bila "perceraian" keduanya yang terjadi, adalah kewajiban 
perusahaan Hartati untuk memberikan hak karyawan yang akan di PHK, karena 
karyawan yang ada bukan karyawan Nike. Bila jiwa sosial Hartati memang 
besar, jangan PHK karyawan yang ada, sembari menunggu datangnya mitra atau 
usaha yang lain.

Bagi organisasi karyawan atau buruh PT. HASI dan NASA, tuntutan yang 
dilakukan bukan kepada pihak Nike, namun terhadap manajemen tempat mereka 
bekerja. Langkah buruh berunjuk rasa dan demo ke komplek BEJ, dimana Nike 
berkantor, memang sepenuhnya tidak bisa dipersalahkan. Bisa jadi akibat 
ketidaktahuan para karyawan.

Namun, bila terjadi eskalasi gerakan buruh yang berlebihan dan tidak tepat 
sasaran, maka implikasinya adalah ketidakpercayaan investor terhadap iklim 
bisnis dan investasi di Indonesia. Bahkan dari gerakan massa yang besar, 
bisa menimbulkan implikasi terhadap ketentraman dan keamanan. Jadi langkah 
yang tidak tepat akan mengakibatkan kontraproduktif bagi iklim investasi di 
Indonesia. Sebab, Nike bisa saja mengartikan langkah massa buruh tersebut 
sebagai bentuk penekanan terhadap mereka. Padahal itu di luar konteks 
kerjasama dengan HASI dan NASA.

Sepatutnya, kedua belah pihak bisa saling bertemu dan merundingkan 
permasalahan bisnis tersebut. Tidak perlu mengerahkan buruh, melibatkan 
banyak pihak untuk menyelesaikan hubungan bisnis mereka. Toh waktu memulai 
kerjasama, hanya keduanya yang bernegoisasi.

Bila "perceraian" sudah terjadi, dimana letak peran dan fungsi pemerintah 
dalam konteks ini? Adalah tugas D

[mediacare] Re: NY HARTATI MENANTANG P SBY ? [was] Tempo: 'JUST' DUIT

2007-07-26 Terurut Topik Yap Hong-Gie
"Mirror, mirror on the wall, who's the most supreme lady of all?"

Who else but u, my Lady.


"Mirror mirror on the wall, who's the most greediest lady of all?"

Who else but u, my lady.




Martin Widjaja <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Tempo sekali lagi membuktikan kualitasnya
> dengan laporan investigatif soal bisnis Ny HM.






[mediacare] Tempo: 'JUST' DUIT

2007-07-25 Terurut Topik Yap Hong Gie
Majalah Tempo - 29 Mei 2007, Halaman 118

Edisi. 14/XXXII/ 28 Mei - 03 Juni 2007

Laporan Utama : 'JUST' DUIT

Perusahaan sepatu Hartati Murdaya diduga melanggar aturan kawasan berikat.
Sepucuk surat dilayangkannya ke Istana. Tekanan politik mengalir deras ke
arah Bea dan Cukai.

SIAPA sangka penyitaan kontainer sepatu milik perusahaan Siti Hartati
Murdaya, akhir Maret lalu, bakal bikin geger. Sang taipan meradang. Kalangan
Istana Presiden pun turun tangan. Tinggallah aparat Bea dan Cukai di "tubir
jurang". Padahal, yang disita cuma sekitar 40 ribu pasang sepatu senilai
kurang dari Rp 10 miliar.

Buat pengusaha sekelas Hartati, yang nangkring di urutan 16 orang terkaya
Indonesia versi majalah Forbes 2006 dengan kekayaan US$ 430 juta (sekitar
Rp 3,8 triliun), kerugian itu cuma seupil. Tapi, jangan salah. Sebuah 
persoalan
besar siap menghadang. Di antara sepatu yang disita terdapat dua nama besar:
Nike dan Yonex.

Salah melangkah, lisensi produksi Nike yang dikantongi bos Grup Central
Cipta Murdaya (CCM) ini selama belasan tahun bisa melayang. Itu sebabnya,
sepucuk surat dilayangkannya ke Istana. Hartati pun berusaha membungkus
rapat kasus ini. "Saya takut ketahuan oleh perusahaan sepatu di luar negeri
yang biasa memesan dari saya," katanya.

Alasan Hartati masuk akal: jika kontrak diputus, bisa berabe. Pemasukannya
senilai hampir Rp 1 triliun dari sepuluh juta pasang sepatu yang diekspornya
tiap tahun terancam langsung menguap. Sebanyak 14 ribu karyawannya pun bakal
kehilangan pekerjaan.

Tak mengherankan, Hartati meradang, kalangan Istana turun tangan. Karena
pokok soalnya-meminjam pelesetan bunyi slogan merek sepatu terkenal: Just
Duit. Ujung-ujungnya, urusan duit selangit.

l l l

DARI pabrik sepatunya di kawasan Pasar Kemis, Tangerang, Hartati Murdaya,
akhir Maret lalu, meluncur ke kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di
Jalan Ahmad Yani, Jakarta Timur. Bergegas menapaki anak tangga, ia langsung
menuju lantai dua, tempat Direktur Jenderal Bea dan Cukai Anwar Suprijadi
berkantor.

Ada satu agenda penting yang ingin dibicarakan bos CCM ini dengan Anwar.
Agenda itu menyangkut kontainer PT Nagasakti Paramashoes Industry, salah
satu perusahaannya, yang disita Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta pada 24
Maret lalu.

Kontainer itu berisi sekitar 6.500 pasang sepatu, yang dianggap melanggar
aturan kepabeanan, karena telah keluar dari kawasan berikat tanpa izin
Bea-Cukai. Hartati tidak terima kontainernya disita.

Dalam pertemuan 40 menit itu, Hartati membeberkan kronologi penyitaan
kontainer, menurut versinya. "Kontainer itu dikeluarkan tanpa persetujuan
perusahaan," katanya beralasan. Karena itu, pihaknya telah menelepon polisi
untuk melakukan pengejaran dan mengusut siapa yang mengeluarkan sepatu
tersebut.

Dengan alasan itu, ia meminta Anwar melepas kontainer tadi. Hartati juga
sempat minta "dilindungi" agar penyitaan kontainer tidak terungkap di media
massa. Alasannya, ya itu tadi, bisa berabe kalau ketahuan para pemesan
produk sepatunya di luar negeri.

Namun benteng pertahanan Anwar terlalu kukuh untuk dibobol Hartati. Anwar
menolak permintaan tersebut. "Yang bisa memerintahkan saya hanya Menteri
Keuangan dan Presiden," kata Hartati menirukan ucapan Anwar.

Jawaban itu membuat Hartati jengkel. Ia lalu mengirim surat ke Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang ditembuskan ke Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Dalam surat itu, Hartati lagi-lagi membeberkan kronologi
penyitaan kontainer menurut versinya.

Ia berharap pemerintah tidak salah langkah menangani persoalan itu. "Silakan
hukum ditegakkan," tulis Hartati dalam suratnya. "Tapi, kalau mau menangkap
tikus, jangan dibakar rumahnya."

Sejak kontainernya disita Bea-Cukai, Hartati memang sibuk wara-wiri. Kantor
Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta pernah disambanginya. Perempuan 61
tahun ini pun berkali-kali menelepon kepala kantor itu, Agung Kuswandono.
Permintaannya cuma satu: kontainer miliknya segera dibebaskan.

l l l

PENYITAAN sepatu itu bermula ketika sebuah kontainer keluar dari pabrik
Nagasakti Paramashoes Industry di Pasar Kemis, Tangerang. Sepatu yang
semestinya diekspor malah keluar jalur dari kawasan berikat pada 20 Maret,
sekitar pukul 02.00 dini hari, tanpa izin Bea dan Cukai.

Di tengah jalan, kontainer ditangkap petugas Kepolisian Resor Tangerang.
Karena surat-suratnya tak lengkap, kontainer digiring ke kantor Polres
Tangerang. Informasi penangkapan itu membuat Bea dan Cukai Bandara
Soekano-Hatta, yang sudah lama mencium gelagat tidak beres dari Nagasakti,
langsung menelusuri.

Hasilnya, pada 24 Maret, Bea dan Cukai menemukan puluhan ribu sepatu lainnya
ditimbun di gudang milik Nagasakti di kawasan Karet dan Karawaci, Tangerang.
Jumlahnya ditaksir sekitar 30 ribu pasang sepatu. "Di antara sepatu itu
terdapat merek Nike dan Yonex," kata sumber Tempo.

Timbunan sepatu itu kira-kira setara dengan isi tiga kontainer ukuran 40
kaki. Bea-Cukai langsung menyita dan menyegel gudang tersebut. Kontainer
tangkapan polisi pun kemudian d

[mediacare] INTERMEZZO: Pancasila sesuai bahasa daerahnya . . . .

2007-07-16 Terurut Topik Yap Hong Gie
Dalam rangka memeriahkan HUT RI tahun 2007, dan sehubungan dengan otonomi
daerah, maka di setiap upacara pengucapan Pancasila dilakukan sesuai bahasa
daerahnya . . . .


Pancasila (Jawa)
siji: Gusti Alllah ora ono koncone
loro: Dadi wong kudu sing adil lan ojo kejem-kejem
telu: Indonesia bersatu kabeh
papat: karo tonggo-tonggo nek ono masalah diomongno bareng-bareng opo o
limo: mangan ra mangan sing penting kumpul


Pancasila (Sunda)
hiji: Gusti Allah eta sorangan sareng ageng pisan
dua: ka sorangan teh sikapna kudu sami, ulah ngabeda-beda keun..
tilu: Indonesia kuduna mah jadi hiji
Opat: Ra'yat Indonesia sae na pang mutuskeun sagala teh disepakatkeun
heula. Kedah bager lan bijaksana
Lima: Ceunah teh sikap sosialna kudu adil hiji sareng batur.


Pancasila (Batak Toba)
Sada: Dang adong na pajago-jagohon di jolo ni Debata
Dua : Maradat tu sude jolma
Tolu : Punguan ni halak Indonesia
Opat : Marbadai ... marbadai, dungi mardame
Lima : Godang pe habis saotik pe sukkup


Poncosilo (jawa kromo)
kaping setunggal: Gusti ingkang Maha satunggal
Kaping kalih: Tiang ingkang Adil lan beradab
kaping tiga: persetunggalan Indonesia
kaping sekawan: Kerakyatan ingkang dipimpin kaliyan hikmat lan
kewicaksonoan dateng permusyawaratan kang diwakilkan.
kaping gangsal:Adil kang sosial kangge sakabehe tiang Indonesia


Pancasila (Palembang)
sute: Tuhan ne sute tu'la
due: jelme harus khapat same rate
tige: jelme Indones iane bersatu padu
empat: jeleme Indonesiane diketuci ngai hikmah dimane ngedapatkan
jawaban dadi gegale masalah
Leme: kesameratean hidup ne jelmekangok Indonesia...


Pancasila (Ambon)
1. Torang samua tawu cuma ada Tuang Allah yaitu Tete manu...
2. Orang ambon samu harus tau adat
3. acang deng obet harus bisa bakubae
4. Paitua deng maitua harus bae-bae di rumah rakyat
5. samu harus bisa jaga diri karna ambon lapar makan orang... ...


Pancasila (Manado)
1. Cuma boleh ba satu Tuhan
2. Selalu adil kong ja pake ontak
3. Torang samua satu, Bangsa Indonesia
4. Tu rakyat musti slalu bakumpul kong bicara bae-2 spy slalu ada
kaputusan gagah yg semua trima deng nang hati.
5. Voor seluruh rakyat Indonesia, nyanda ada tu jabaku kase beda-2
perlakuan.


Pancasilo (Padang)
ciek: Bintang Basagi Limo
duo: Rantai pangikek kudo
tigo: pohon baringin gadang ta'mpek kito bacinto
ampek: kapalo banteng bataduk duo
limo: padi jo kapeh pambaluik nan luko..



MERDEKAAA!!! ! ! !!!



[mediacare] [Radar Bromo] Kampung Baru, Cerita Lain tentang Alastlogo

2007-07-14 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_radar&id=165928&c=40

RADAR BROMO
Senin, 02 Juli 2007
Kampung Baru, Cerita Lain tentang Alastlogo

Kami Memang Bukan Warga Alastlogo
Sejumlah warga Desa Alastlogo, Lekok Pasuruan, bertahun-tahun lalu hengkang
dari desanya. Mereka lantas tinggal di sebuah kawasan baru yang kini dikenal
sebagai Kampung Baru.

Rabu, 30 Mei 2007, pukul 10.00, Desa Alastlogo berdarah. Konflik tanah yang
melibatkan warga setempat dengan TNI AL memuncak. Warga memprotes langkah
TNI AL melalui PT Rajawali, membajak tanah sengketa yang di atasnya masih
tertancap tanaman milik warga.

Protes warga dijawab dengan berondongan peluru yang dimuntahkan dari senjata
belasan oknum marinir. Lima orang tewas, beberapa lagi terluka.
Warga Alastlogo pun marah. Sebagai balasannya, warga memblokir jalan vital
penguhubung Pasuruan-Probolinggo. Dua hari lamanya, jalur itu lumpuh.

Peristiwa hari itu juga membuat warga Kampung Baru menebah dada. Insiden
berdarah itu juga menginjak-injak rasa kemanusiaan mereka. Namun, rasa
sedihnya seperti berhenti di situ. Mereka merasa sudah bukan orang Alastlogo
lagi. Sejarah bertahun-tahun lalu telah memisahkan warga Kampung Baru dengan
Alastlogo.

"Kami memang bukan warga Alastlogo (lagi)," ungkap Satiman, salah seorang
warga Kampung Baru.

Kampung Baru. Begitu, dusun ini disebut, berada di wilayah Kelurahan Grati
Tunon, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Sebuah dusun dengan jumlah
Kepala Keluarga (KK) tak lebih dari 210. Terdiri dari tiga RT; I (80 KK), II
(70 KK) dan III (60 KK).

Kampung Baru hanya satu dari enam dusun yang ada di kelurahan Grati Tunon.
Lima dusun lainnya adalah Grati Tunon, Kresek, Bejikrimun, Parasan dan
Krikilan. Untuk mencapai dusun Kampung Baru, tidak terlampau sulit. Hanya
butuh 10 menit dari jalan raya poros Pasuruan - Probolinggo.

Kampung Baru berada di sebelah selatan pasar hewan Grati. Di sebelah Barat,
Kampung Baru berbatasan langsung dengan wilayah Dusun Beji; Utara berbatasan
dengan Dusun Grati; Timur dengan Parasan; sementara Selatan berbatasan
dengan Dusun Kambingan.

Sesuai namanya, dusun ini bisa dibilang baru. Terbentuk sekitar tahun
1962-1965. Sampai sekarang, umur Kampung Baru belum genap 50 tahun.
Namun, kesan sebagai dusun miskin sama sekali tidak terlihat dari dusun
dengan mayoritas bertani ini.

Sekilas, orang pun tak akan mengira jika warga Kampung Baru ini merupakan
eks warga Alastlogo. Hal itu dibenarkan oleh Senami, salah satu tokoh dusun
Kampung Baru. "Oo, semua yang di sini dulunya warga Alastlogo," kata Senami
yang bertahun-tahun lamanya menjabat ketua RT di Kampung Baru.

Senami bercerita, mulanya hanya ada sekitar 130 kepala keluarga (KK) yang
mendiami Kampung Baru. Mereka adalah kelompok eksodus dari Desa Alastlogo.
Sementara sekarang, di Kampung Baru sudah ada 210 KK.

Menurut Senami, kepindahan 130 KK eks Alastlogo itu tak lepas dari tuntasnya
proses pembayaran lahan oleh TNI AL atas lahan mereka. Itu terjadi antara
tahun 1962 - 1965 lalu. Karena itu, meski tidak diminta pindah, dengan
sendirinya warga pun melakukannya. "Karena tanah kita sudah dibeli, ya kita
beli tanah lain," aku Senami.

Selain ke Kampung Baru, menurut Senami, ada juga beberapa warga eks
Alastlogo yang membeli lahan di Dusun Kambingan dan Desa Kedawoeng.

Warga yang pindah ke Kampung Baru mengaku lebih senang. Pasalnya, tanahnya
jauh lebih subur dibanding Alastlogo. "Di Alastlogo, panen cuma musim hujan.
Kalau di sini (Kampung Baru, Red) kan tidak," ungkap Senami.

Senami mengaku, sekitar 1962-1965 itu, ia menerima uang Rp 30 ribu dari
pihak TNI AL. Dengan uang sejumlah itu, Senami membeli lahan dengan ukuran
15x150 di Kampung Baru. "Tidak langsung menempati, karena memang baru
berupa lahan," katanya.

Sebelum jadi pemukiman, Kampung Baru hanya berupa sawah. Jangankan untuk
berupa pemukiman seperti sekarang, jalan yang kini jadi poros dusun dulunya
hanya berupa galengan (pematang sawah, Red). Lebarnya pun hanya sekitar 30
sentimeter. Banyaknya rumah warga yang belakangnya berupa sawah, setidaknya
memperkuat pernyataan itu.

Menurut Senami, lahan yang berupa area sawah itu mereka beli dari warga
sekitar dengan harga bervariatif. Setahun pertama, warga masih fokus untuk
beradaptasi. Bahkan, hingga beberapa tahun, pemukiman warga eks Alastlogo
yang sekarang jadi Kampung Baru itu masih belum bernama.

Jangankan infrastruktur, struktur kepemimpinan dusun seperti pada umunya
saja juga belum terbentuk. Warga rupanya masih fokus untuk beradaptasi
dengan bercocok tanam maupun beternak. Karena itu, tidak mengeherankan,
hingga beberapa tahun setelah kepindahan itu, belum ada struktur dusun.

Menurut Senami, struktur dusun, seperti kepala dusun (Kasun) baru dibentuk
sekitar 1973. Tahun itu juga nama Kampung Baru resmi dipakai. Saat itu,
Jupri sebagai kasun pertama kali. Dan, hingga saat ini, tercatat sudah empat
kali Kampung Baru melakukan suksesi kasun.

Senami sendiri bisa dibilang satu-satunya saksi hidup yang masih bisa
menjelaskan proses kepind

[mediacare] Re: 40 Hari Insiden Alas Tlogo ....=>"Kalei Nitisara" #53561

2007-07-14 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Sdri. Dwi Ayu Yth,

Terima kasih untuk tanggapan Anda, khususnya mengkoreksi penulisan
nama Kades Imam Supnadi yang seharusnya adalah Imam Sugnadi.
Saya berharap Anda bisa lebih dewasa untuk tidak mempolitisir soal
missplelling sebagai bukti posting "asal-asalan karena tidak
berdasarkan fakta tapi gosip dan fitnah".

Mungkin saya perlu balik bertanya, bedasarkan apa Anda berani
menyatakan bahwa Kepala Desa Alastlogo bukan lah yang menerbitkan
Surat Girik?
Bedasarkan data mana Anda berani menyatakan bahwa Surat Girik yang
dimiliki penduduk Alastlogo diterbitkan oleh Dinas Pajak Kab. Pasuruan?


http://www.koranindonesia.com/berita/isi-lengkap/Tolak_Relokasi_Warga_Alastogo_Ajukan_Banding.php

Tolak Relokasi, Warga Alastogo Ajukan Banding
Tanggal Masuk: 5 June 2007 15:8 WIB
Pertimbangannya, warga memiliki bukti kepemilikan atas lahan yang
disengketakan berupa letter C, dan pethok D. Surat tanah tersebut sah
secara hukum karena ditandatangani kepala desa dan camat, ungkap
Kepala Desa Alastlogo Imam Sugnadi di sela-sela perundingan antara TNI
AL dengan perwakilan warga di Pendopo Kabupaten Pasuruan, Senin
(4/6).---



Penerapan dan Peradilan Hukum kita memang masih amat banyak kurangnya,
tetapi itu bukan berarti bisa digeneralisir dan dipukul rata bahwa,
setiap perkara Peradilan adalah korup, seperti statement populis: "...
petani dan masyarakat kecil di mata hukum adalah marginal (karena
lagi-lagi mereka dikalahkan)...".



Sebelum banyak membuat pernyataan diforum terhormat ini, sebaiknya
Anda terlebih dahulu membaca dan menyimak "Riwayat Kepemilikan Tanah"
dan "Riwayat Pengrusakan" oleh warga Alastlogo, yang menjadi alat
hasutan para spekulan tanah.

Sumber data yang akurat dan layak dipercaya adalah dari Dinas
Informasi & Komunikasi Pemda Jatim - Online, sbb:

http://www.d-infokom-jatim.go.id/news.php?id=9861
2007-02-09 21:39:17
SEBANYAK 5000 KK TEMPATI LAHAN MILIK TNI AL DI GRATI PASURUAN



Analogi Anda sungguh sangat menyedihkan :
(kutipan):
"TNI AL sebagai institusi negara juga tidak berhak memiliki tanah maka
pernyataan anda bahwa tanah di sana adalah tanah TNIAL adalah salah
besar, tanah tersebut adalah tanah negara yang penguasaan dan
pengelolaannya seharusnya juga digunakan negara untuk sebesar-besarnya
kepentingan rakyat."

Kalau analogi absurd seperti ini dibenarkan dan dipakai sebagai dasar
pemikiran, maka: Tanah Mabes TNI di Cilangkap seluas 14 Ha lebih,
"penguasaan dan pengelolaannya seharusnya juga digunakan negara untuk
sebesar-besarnya kepentingan rakyat.", mulai diduduki, digarap  dan
ditanami oleh rakyat.
 Istana Negara dan Monas, bisa dijadikan lahan untuk pasar
tradisional, warung, warteg dan dibangun perumahan rakyat yang tidak
memiliki tempat tinggal.



Beberapa pernyataan Anda lah adalah sangat tidak akurat dan
terbalik-balik faktanya (kutipan):
* Ketika di tahun 60-an masyarakat Alas tlogo dan 11 desa lainnnya
"menyerahkan"  tanah tersebut karena TNI AL 
* Proses "jual beli" yang terjadi juga tanpa bukti-bukti yang sahih, -

Pada tahun 60an, hanya ada sekita 200 KK yang telah menerima uang dari
hasil pembebasan tanah melalui Panitia Pembebasan Tanah Untuk Negara
(PTUN) pada tahun 1960-1963, sementara 3,000an warga masyarakat
pendatang --bukan penduduk asli atau ahli waris wilayah tsb-- yang
melakukan gugatan tidak memiliki bukti sah yang diakui secara hukum.
Warga 11 desa ini mayoritas adalah warga pendatang yang mengungsi
setelah konflik Sampit di Kalimantan Barat.

Pernyataan Wakil Ketua Komisi I DPR; Yusron Ihza Mahendra, soal status
tanah (kutipan):
Tentang problem pertanahan, Yusron menyayangkan tidak tercapainya
titik temu antara warga dengan Pangkoarmatim TNI AL. Padahal, lanjut
dia, tawaran TNI AL untuk menghibahkan 500 meter persegi ditambah 20
persen tanah dari total jumlah 420 hektar itu merupakan langkah
progresif. Bahkan dikabarkan TNI juga telah menguruskan legalitas
pemberian tanah itu. ''Jadi silakan jalur hukum yang menyelesaikan,"
katanya.
Yusron juga mengusulkan untuk dilakukan verifikasi terkait jumlah
penduduk. Sebab, lanjut dia, pada tahun 1999, penduduk setempat hanya
berjumlah 225 kepala keluarga (KK). Sementara sekarang, jumlah itu
berlipat menjadi 3.602 kepala keluarga. ''Banyak juga memang pendatang
baru," katanya.
Posisi sebagian warga adalah numpang. Yusron menilai gagasan sejumlah
pihak yang meminta supaya tanah-tanah itu dihibahkan ke warga itu akan 
membingungkan. ''Itu bisa dijadikan yurisprudensi bagi sengketa tanah
warga dengan TNI di tempat lain," katanya.



(kutipan):
"Proses reklaiming dan pengambilalihan lahan yang anda maknai sebagai
"penjarahan" adalah karena rakyat LAPAR.tidak ada yang bisa mereka
andalkan selain kemampuan mereka sebagai petani dan salah satu alat
produksi terpenting petani adalah TANAH" -

Lagi-lagi analogi yang absurd; dengan alasan rakyat "lapar",
seakan-akan Anda membenaran warga melakukan penjarahan dan anakhi"!?!?

Dramatisasi bahwasanya Rakyat "lapar" juga merupakan politisasi murahan.

[mediacare] Bakti Sosial INTI & Permata di Baduy Luar - Banten.

2007-07-12 Terurut Topik Yap Hong Gie
Kamis, 12 Juli 2007, pukul 19.50 WIB, SMS dari Benny G. Setiono, Ketua INTI 
Jakarta:

Tim Permata - INTI dalam perjalanan turun dari kampung Baduy Luar, 
Leuwidamar, Bayah, Banten, yang terbakar.

Tim telah menjalankan tugas menyampaikan bantuan untuk Saudara2 kita etnis 
Baduy yang menjadi korban kebakaran dengan sukses.
Bendera Permata  & INTI telah berkibar di kampung Baduy.

Perjalanan dari tempat parkir mobil harus dilanjuti dgn ojek kemudian 
diteruskan dengan jalan kaki yg ditempuh dalam 8 jam pp., melalui jalan 
setapak, menanjak dan licin.
Dr. Lie Dharmawan sempat terjatuh, untung tidak mengalami cedera yg serius.

Tim kali ini terdiri dari 12 org tenaga medis dan relawan dipimpin oleh Dr. 
Lie dan Lisa Suroso. Tim tidak mengadakan pengobatan krn orang Baduy banayak 
pantangan.
Bantuan berupa 1 ton beras, 200 kg  ikan asin dan 300 meter kain hitam untuk 
bahan pakaian.

Mohon doa agar Tim dapat kembali ke Jakarta dengan selamat.


Besok Tim Medis & relawan akan berangkat ke Slawi dan Tegal untuk memberikan 
pengobatan gratis kepada 3,000 pasien di desa diluar kota Slawi, di Klenteng 
Slawi dan di kampung nelayan di Tegal.

Mohon doa restu dan dukungan.

Salam, Benny Setiono. 



[mediacare] INTI, Selamat Menempati Kantor Sekretariat Baru.

2007-07-12 Terurut Topik Yap Hong Gie
Perhimpunan Indonesia-Tionghoa (INTI), telah menempati Kantor Sekretariat 
Baru, di Superblok Mega Glodok Kemayoran.

Semoga, dengan keberadaan ditempat yang baru ini, Perhimpunan INTI akan 
lebih berhasil lagi mengaktualisasikan dan mengamalkan Visi & Misi 
Organisasi, untuk ambil bagian dalam Pembangunan Bangsa (nation building); 
a.l. menyelesaikan "Masalah Tionghoa" di Indonesia, menuju terwujudnya 
Kebangsaan Indonesia yang kokoh, rukun bersatu dalam keharmonisan, 
kebhinnekaan, saling menghargai, dan saling percaya.


Alamat Baru Perhimpunan INTI:

Superblok Mega Glodok Kemayoran
Office Tower B Lantai 10
Jl. Angkasa Kav. B6
Kota Baru Bandar Kemayoran
Jakata 10610, Indonesia

Telp. (021) 2664-6828 ;  2664-6829
Fax. (021) 2664-6597

 Email: [EMAIL PROTECTED]

 Website:  http://id.inti.or.id/



[mediacare] Flying in Indonesia Maybe Hazardous to Your Health?

2007-07-10 Terurut Topik Yap Hong Gie
>From Asian Sentinel - 
http://asiasentinel.com/index.php?option=com_content&task=view&id=573&Itemid=31

Flying in Indonesia Maybe Hazardous to Your Health?
Our Correspondent
09 July 2007
Europe and the United States get nervous over Indonesia's shaky air safety 
record.


In more than just crash deaths, Indonesia is reaping the price of the 2000 
deregulation of its skies without paying adequate attention to the safety of 
its airlines. An all-time low in confidence in the eyes of global aviation 
authorities is severely threatening the country's tourism sector.

European and US airspace was closed last week to Indonesian-registered 
carriers following a spate of domestic aircraft accidents that generated 
intense official concern and public attention on air safety. And although 
Indonesian carriers do not fly to either region, the fear is that tourists 
considering a holiday in Indonesia may opt out because of the potential 
travel dangers, costing billions of tourism dollars.

As well they might. The fact is that travel in Indonesia - not only in the 
air but by ferry or road - can be a risky proposition, and the common 
denominator is a lack of adequate supervision by authorities, either because 
of incompetence or corruption. With 17,000 islands, ferries are ubiquitous 
and virtually all are overloaded. Passenger ferries carry extra freight, and 
freighters allow passengers to climb on. "The captains of these vessels are 
looking for extra money, and pay no attention to safety," said one traveler 
in his blog.

But it is airlines that have caught the world's attention. According to 
Flight International there were only 11 fatal airline accidents worldwide in 
the first six months of this year, covering all categories of commercial 
airline operations, including cargo. Two of those involved Indonesian 
aircraft and killed 123 people. On New Year's Day a Boeing 737-400 belonging 
to budget carrier Adam Air plunged into the sea, killing all 102 on board. 
In March, a Garuda Indonesia plane with 140 people on board overshot the 
runway in Yogyakarta and burst into flames, killing 21.

Deregulation has encouraged scores of new operators, causing a surge in 
domestic passenger growth of almost 30 percent a year between 2000 and 2005. 
In 2006, 34 million passengers flew on Indonesian airlines, up from 7.6 
million in 2000.

In September 1997 the country was officially rated Category 1 (meeting 
International Civil Aviation Organization standards) by the US Federal 
Aviation Administration's International Aviation Safety Assessment Program 
(IASA). These standards imply adequate monitoring and control of airline 
operations, aircraft maintenance, pilot training and licensing, and minimum 
required equipment on aircraft.

With more than 235 million people, Indonesia has 450 airports with profound 
differences in navigational and landing aids, weather conditions and air 
traffic density. But despite 48 air accidents in Indonesia in the last 
decade, 23 of which killed more than 700 people , according to the Aviation 
Safety Network, the FAA only brought Indonesia's civil aviation procedures 
back into its spotlight in April this year.

The catalyst was a hastily convened Indonesian government audit of the 
country's 54 airlines in March, following widespread claims of old and badly 
maintained aircraft, outdated technology, poorly-trained personnel, poor 
radar cover, non-compliance with air traffic regulations, lax supervision 
and bad management practices at airports

The audit ranked carriers in three bands, according to criteria such as 
surveillance, ramp checks, personnel, department safety, number of accidents 
and number of serious incidents. Seven airlines fell in the bottom group, 
category III, deemed as 'least safe'.
These were Batavia, Adam Air, Kartika Airlines, Transwisata Air, Jatayu 
Airlines and cargo jetliners Tri MG Intra Asia Airlines and Manunggal Air 
Service. They were threatened with closure unless they improved training and 
maintenance within three months. Most of the other airlines, including 
state-owned flag carrier Garuda Indonesia, fell into the middle category, 
following evidence that certain civil aviation requirements had not been 
implemented and problems needed fixing.

Others in category II were Merpati Nusantara Airlines, Lion Air, Sriwijaya 
Air, Wings Air, Indonesia's AirAsia, Mandala Airlines, Pelita Air Service, 
Riau Airlines, Trigana Air Service and Travel Express Aviation Service. None 
of the airlines met all the minimum civil aviation safety standards

In April, the US advised its citizens to avoid flying Indonesian airlines, 
while the FAA downgraded Indonesia's safety oversight from Category 1 to 
Category 2, citing "serious concerns" over safety.

"Whenever possible, Americans traveling to and from Indonesia should fly 
directly to their destinations on international carriers from countries 
whose civil aviation authorities meet international aviation safety 

[mediacare] 40 Hari Insiden Alas Tlogo, Warga Khataman Al Quran

2007-07-10 Terurut Topik Yap Hong Gie
#  Kepala Desa (Kades) Alas Tlogo, Imam Supnadi, adalah oknum yang
   menerbitkan Surat Girik untuk warga penduduk, dengan mengutip bayaran,
   untuk mengongkosi istri pertama dan keduanya.

#  Kalau ternyata Imam Supnadi tidak berhasil mengambil alih tanah TNI-AL,
   maka dia akan berhadapan dengan warga Alastlogo yang selama ini diiming-
   iming dan dijadikan sapi perahan.

#  Dengan munculnya berbagai lembaga dan aksi gerakan "Petani", seperti a.l.
   Serikat Petani Merdeka (SEPAM), khususnya Divisi Advokasi SEPAM,
   nampak sekali adanya gerakan terorganisir secara sistimatis untuk 
menjalankan
   program "landreform" lahan tanah TNI.

#  Pertanyaannya, setelah mensengketakan dan berhasil menjarah lahan TNI,
giliran lahan tanah siapa menjadi target berikutnya?



http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=137461

Selasa, 10 Juli 2007
Sabtu, 07 Juli 2007 17:07 WIB
NUSANTARA  »  Jawa Timur
40 Hari Insiden Alas Tlogo, Warga Khataman Al Quran


PASURUAN--MIOL: Memperingati 40 hari korban tewas insiden penembakan warga
Desa Alas Tlogo, Lekok, Pasuruan, Jawa Timur melakukan khataman Al Quran
sepanjang hari di makam korban, Sabtu.
Di tempat yang sama, malam harinya kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan
tahlil bersama.

Di sekitar makam korban insiden peembakan kini terpasang spanduk baru yang
bertuliskan "Warga Alas Tlogo Tetap Menolak Relokasi. Apapun Alasannya dan
Dalihnya. Segera Kembalikan Tanah Milik Rakyat Sesuai Bukti-bukti yang Ada".
Kepala Desa Alas Tlogo Imam Supnadi yang memimpin kegiatan tersebut
menegaskan, warganya berpendirian tetap menolak relokasi seperti yang
ditawarkan TNI AL.

Sebaliknya, warga menuntut TNI AL mengembalikan tanah rakyat yang selama ini
dikuasainya. Imam Supnadi menjelaskan, tuntutan tersebut telah sesuai dengan
bukti-bukti kepemilikan tanah yang dimiliki warganya selama ini.

Saat bersamaan peringatan 40 hari korban insiden Alas Tlogo, para petani
dari Yogyakarta dan Jawa Tengah yang tergabung dalam Serikat Petani Merdeka
(SEPAM) juga datang memberikan bantuan berupa hasil-hasil pertanian separti
jagung, kelapa, beras, pisang, kambing, serta buku sekolah.

Hirzudin dari Divisi Advokasi SEPAM Yogyakarta dan Jawa Tengah
mengungkapkan, bantuan materi yang diberikan para petani dari Jawa Tengah
dan Yogyakarta diakuinya tidak seberapa nilai.
"Bantuan tersebut sebagai bentuk solidaritas sesama petani yang senasib dan
seperjuangan," ucapnya.

Ia mengungkapkan, aksi solidaritas dilakukan, karena antara petani di Jawa
Tengah dan Yogyakarta mempunyai kesamaan nasib dengan para petani di Desa
Alas Tlogo. Para petani di Jawa Tengah khususnya di Cilacap, juga mempunyai
kasus sengketa tanah denagan TNI AD.

Aktivitas solidaritas dilakukan juga untuk memberikan pembelajaran kepada
masyarakat tentang kasus-kasus sengketa tanah antara petani dan institusi
TNI yang tidak kunjung selesai.

"Kegiatan dilakukan mengambil momentum peringatan 40 hari korban insiden
Alas Tlogo ini, diharapkan kasus tanah tesebut tidak kemudian berhenti dan
dilupakan begitu saja, tapi harus dapat diselesaikan secara tuntas,"
paparnya. (Ant/OL-03)




[mediacare] Fw: INDONESIAN ANGER OVER "UNFAIR" E.U. AVIATION BAN

2007-07-04 Terurut Topik Yap Hong Gie
- Original Message - 
From: "Wuryastuti Sunario" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Yap Hong Gie" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, July 03, 2007 8:20 AM
Subject: Fw: INDONESIAN ANGER OVER "UNFAIR" E.U. AVIATION BAN

- Original Message - 
From: "Travel Impact Newswire" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Travel Impact Newswire Readers" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, July 02, 2007 11:41 PM
Subject: INDONESIAN ANGER OVER "UNFAIR" E.U. AVIATION BAN


786/110

TRAVEL IMPACT NEWSWIRE -- Edition 30 -- Monday, July 02, 2007

27 Years of Distinction in Travel Journalism.

Unmatched, thought-provoking coverage of big-picture issues and trends that
impact global travel & tourism. Support independent journalism -- ADVERTISE
in Travel Impact Newswire. Details at the end of the dispatch.

- From Imtiaz Muqbil, Executive Editor, in Bangkok

In this dispatch:

1. INDONESIAN ANGER OVER "UNFAIR" E.U. AVIATION BAN:
 Indonesian aviation  and tourism authorities have been put on the defensive
 by last week's European Union ban on Indonesian airlines but are beginning
 to  question the timing,  methodology and motivation of the move.

2. MINISTER SAYS INDONESIA "VERY DISAPPOINTED":
 Transportation Minister Jusman Syafii Djamal says the decision was
 unilaterally taken without prior dialogue with the government.

3. EU'S FLIGHT BAN BEGINS TO TAKE ITS TOLL:
  ANTARA News agency reports that Indonesia is beginning to feel the
 impact of the ban as European tourists are being advised by travel agents
to cancel their domestic flights for scheduled visits to other Indonesian 
cities.

4. GARUDA ANNOUNCEMENT ON COMPLIANCE WITH SAFETY REGULATIONS:
 National airline Garuda says it has carried out various improvement and
 safety enhancement measures in accordance with international certification
 requirements.

-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-

LOOKING FOR AN INTERESTING CONFERENCE SPEAKER?

2007 marks the 10th anniversary since the 1997 Asian economic crisis, the
first of many global crises that have had a huge impact on the global and
Asia-Pacific travel & tourism industry. What lessons did the travel &
tourism industry learnt from them? Is it doomed to repeat them? Travel
Impact Newswire Executive Editor Imtiaz Muqbil covered these crises with
greater depth than any other industry publication. Industry conference
organisers seeking some historical hindsights from a speaker willing to
challenge conventional wisdom and stoke democratic public debate on issues
that matter, can contact Imtiaz Muqbil at [EMAIL PROTECTED]
For further details, pls click:
http://www.asiaspeakersagency.com/speakersSpeaker.php?mid=2&speakerID=30


-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-


1. INDONESIAN ANGER OVER "UNFAIR" E.U. AVIATION BAN

Indonesian aviation and tourism authorities have been put on the defensive
by last week's European Union ban on Indonesian airlines
[http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/6248490.stm], but are beginning to
question the timing, methodology and motivation of the move. Although the
initial reaction has been again to plead their case before the EU Transport
Commission and cite all the various measures taken recently to boost safety
of the Indonesian airlines, some senior officials are taking a more
questioning attitude.

In an interview with the Jakarta Post, Indonesian Transportation Society
(MTI) chairman Bambang Susantono expressed skepticism about how the
commission's experts arrived at their conclusions, "I don't remember them
coming here to inspect the airlines directly." He said that information for
the report may have come from pilots flying in and out of Jakarta.

Garuda Indonesia's Vice President for Operations, Ari Sapari, told
Indonesian TV that the ban "has followed an uncommon procedure" as the
"EU has never audited Indonesian airlines." By contrast, American aviation
authorities have "done their own audit before making their assessments, and
American authorities have not banned Indonesian airlines," he said.

Another report quoted Indonesian Consumers Foundation (YLKI) executive
director Sudaryatno as saying: "We must also look at this from the
perspective of the saturated markets that exist in the developed world. We
must be careful as this ban could be part of a strategic plan to ruin the
reputation of local airlines so that foreign airlines can get a foothold in
this country."

He added, "Soekarno Hatta Airport (Jakarta) and Ngurah Rai Airport (Bali)
are no longer gateways to Indonesia. They have been replaced by Singapore's
Changi. The situation could worsen if the stakeholders in the industry do
not take the necessary steps."

Indonesia was apparently too late to include the latest assessments audit
that noted significant improvements made by Indonesian operators during
the past three months, to be included in the 

[mediacare] Klarifikasi Agus Widjojo

2007-07-04 Terurut Topik Yap Hong Gie
KLARIFIKASI AGUS WIDJOJO.
Jakarta, 29 Juni 2007.


Menunjuk kepada beberapa artikel yang dimuat dalam website FSAB khususnya 
artikel yang menyampaikan pandangan Ilham Aidit bahwa DN Aidit  Ketua Umum 
PKI pada tahun 1965 tidak terlibat dalam peristiwa G 30/S/PKI, dengan ini 
saya menyampaikan klarifikasi :

Pandangan yang disampaikan oleh Ilham Aidit hanya merupakan pandangan 
pribadi dalam diskusi FSAB dan banyak mendapat tantangan dari anggota FSAB 
lainnya.
Oleh karenanya pandangan yang disampaikan oleh Ilham Aidit tidak diadopsi 
dan sejauh saya fahami bukan merupakan pandangan FSAB, bahkan merupakan 
penyimpangan dari visi dan misi FSAB yang dimaksud menghentikan konflik dan 
tidak membuat konflik baru.

Artikel yang merupakan reportase diskusi, tidak mencerminkan berbagai 
pendapat yang berkembang dalam diskusi, dan pada dasarnya tidak sependapat 
dengan pendapat Ilham Aidit.

Reportase memberi kesan bahwa pendapat Ilham disetujui oleh semua yang 
hadir, khususnya nama-nama yang disebutkan dalam reportase.

Saya pribadi berpendapat bahwa negara kesatuan Republik Indonesia didirikan 
bedasarkan Pancasila dan UUD 1945, oleh karenanya semua ideologi dan 
organisasi yang menganut ideologi yang bertentangan dengan Pancasila tidak 
mempunyai hak hidup di Indonesia.


Klarifikasi ini perlu saya buat, karena dengan membaca artikel reportase 
yang dimuat dalam website didapat kesan bahwa saya setuju dengan pendapat 
Ilham Aidit.

Saya sama sekali tidak setuju dengan pendapat Ilham Aidit, dan menurut 
pendapat saya pendapat Ilham Aidit tidak mencerminkan semangat rekonsiliasi 
yang diusung oleh FSAB.


 



[mediacare] [Berpolitik.com] Setelah Benang Raja, ada Bintang Kejora

2007-07-02 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.berpolitik.com/news.pl?n_id=5792&c_id=21&g_id=25

Senin, Jul 02, 2007 12:24
Pasca pengibaran bendera RMS
Setelah Benang Raja, ada Bintang Kejora
- Redaksi Berpolitik.com
   
Yusak Pakage HRW 
 
Berpolitik.com:: Setelah pengibaran bendera Republik Maluku Selatan (RMS) yang 
membuat kepanikan, pada Minggu (01/07) siang, bendera Bintang Kejora berkibar 
di tanah Papua.

Menurut sumber Berpolitik.com di Papua, pengibaran bendera terjadi sekitar 
pukul 13.45 WIT, di lapangan Lembaga Pemasyarakatan (LP) Abepura, Papua. 
Berawal dari gagalnya rencana jumpa pers antara para tahanan politik penghuni 
LP Abepura dengan sejumlah wartawan, dalam rangka syukuran 1 Juli. 

Tanpa alasan jelas, dengan serta-merta pihak lembaga pemasyarakatan melarang 
jumpa pers tersebut. ''Bahkan pihak LP memerintahkan para wartawan keluar dari 
LP Abepura,'' kata sumber tadi kepada Berpolitik.com. Melihat perlakuan para 
aparat LP, Ketiga tahanan politik (tapol), Yusak Pakage, Simson Wenda dan 
Cosmos Yual (kasus 16 Maret), kemudian melakukan aksi dengan naik ke atas LP. 
Bendera Bintang Kejora pun berkibar selama lima menit.

Petugas LP kemudian segera menurunkn bendera tersebut, untuk kemudian 
menahannya sebagai barang bukti. Hingga saat ini masih belum diketahui dari 
mana bendera Bintang Kejora berasal. Namun sumber Berpolitik menyatakan bahwa 
di Papua, hampir sebagian besar warganya memiliki dan menyimpan bendera 
kebanggan mereka. Juga masih belum diperoleh keterangan, apakah para pelaku 
ditahan atau dimintai keterangan oleh petugas LP.

Yang pasti, Yusak Pakage adalah tahanan politik (tapol) yang ditangkap aparat 
keamanan sejak 2 Desember 2004, bersama rekannya Filep Karma, seorang pegawai 
negeri sipil berusia 45 tahun. Pada saat ditahan, Pakage masih berstatus 
mahasiswa berusia 26 tahun. Di Papua, keduanya adalah tapol yang paling 
terkenal saat ini.

Aktivis politik

Cerita berawal saat Karma dan Pakage didakwa melakukan makar dan dianggap 
memberontak, sehari setelah ratusan mahasiwa berkumpul di Universitas 
Cendrawasih di Jalan Sentani, Abepura Jayapura, Papua. Ratusan mahasiswa 
kemudian melakukan long march sambil meneriakkan kata-kata 'Papua' dan 
'kemerdekaan!'. Teriakan-teriakan mereka juga mengajak untuk menolak 
Undang-Undang Otonomi Khusus, dan meminta 'pemisahan Papua dari Indonesia'.

puncak perayaan perayaan tersebut digelar di Lapangan Trikora di Abepura, 
disertai berbagai pidato politik dari sejumlah tokoh masyarakat dan mahasiswa, 
doa-doa, serta atraksi tarian tradisional. Dalam perjalanannya, beberapa orang 
dalam kerumunan mengibarkan bendera Bintang Kejora.

Oleh beberapa saksi, seperti dilansir Human Rights Watch, mencatat bahwa selama 
pidato-pidato berlangsung, suasana masih tenang. Namun pada saat bendera 
Bintang Kejora dikibarkan, kekerasan mulai terjadi. Sejumlah saksi yang 
tertuang dalam surat dakwaan terhadap Karma menyatakan bahwa pengibaran bendera 
tersebut bersifat spontan dan bukan merupakan tindakan terorganisir.

Ketika polisi berusaha menurunkan bendera secara paksa, bentrokan tak 
terelakkan. Kerumunan massa kemudian menyerang polisi dengan kayu, batu, dan 
botol. Polisi menanggapi dengan menembaki ke arah kerumunan massa. Seperti 
diberitakan Cenderawasih Pos, dalam bentrokan tersebut, lima warga sipil 
mengalami luka-luka. Beberapa diantaranya mengalami luka tembak. Sedang dari 
pihak kepolisian, delapan anggotanya mengalami luka-luka. 

''Saat bendera Bintang Kejora dikibarkan, saya sedang berdiri dengan memegang 
megaphone dan berkoordinasi dengan polisi setempat. Saya tidak tahu siapa yang 
membawa bendera tersebut atau mengibarkannya. Saya berdiri di antara polisi dan 
massa, sementara polisi sedang menembaki ke arah kerumunan. Dan kerumunan massa 
sendiri sedang melemparkan batu ke arah polisi. Saya berusaha mengendalikan 
situasi agar kedua belah pihak tetap berhati dingin. Namun tiba-tiba megaphone 
yang saya pegang hancur terkena peluru,'' kata Pakage ketika menggambarkan apa 
yang terjadi pada perayaan tersebut beberapa tahun silam.


Di luar perkiraan

Sementara itu, terkait dengan pengibaran bendera RMS pada peringatan Hari 
Keluarga Nasional ke-14 di Lapangan Merdeka, Ambon yang dihadiri Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu, Kapuspen TNI Marsekal Muda Sagom 
Tamboen menyebutkan sebagai peristiwa yang terjadi di luar perkiraan. Pasukan 
Pengamanan Presiden (Paspampres) yang didukung unsur TNI dan Polri, saat itu 
lebih memperhatikan pengamanan fisik. 

Artinya, insiden pembentangan bendera RMS oleh pemuda yang melakukan tarian 
Cakalele (tarian perang) untuk membentangkan bendera RMS adalah sungguh di luar 
dugaan. Sedangkan pengamanan fisik dimaksud, berkait dengan kemungkinan adanya 
masyarakat yang membawa senjata tajam dan benda- benda berbahaya lainnya.

Kapuspen berharap, insiden pembentangan bendera RMS tidak ditarik ke wilayah 
politik, karena misi pendukung RMS akan berhasil jika insiden itu bergerak ke 
wil

[mediacare] Indonesia Digest: No.18. 07 ; 30-06-'07

2007-07-02 Terurut Topik Yap Hong Gie
INDONESIA DIGEST
Indonesia's complex Issues in a Nutshell
Published by: TBSC-Strategic Communication
 No.: 18. 07 - Dated: 30 June 2007

 In this issue:
MAIN FEATURE:

'UNFAIR': EU BARRING INDONESIAN AIRLINES FROM FLYING TO EUROPE

NEWS AND BACKGROUND:

1.  Tourism and Transportation:
Corrections to Indonesia Digest 17.07 Article on Visa on Arrival, p. 6
Garuda Indonesia expands operations to Australia and China

2.  The Environment, Health and Culture:
Narcotic Users increasing  and starting younger

3.  The Economy, Trade and Industry
Government plans to cap production of Cigarettes
Indonesia Looks to 36% cut in 2008 Fuel Subsidy
---

MAIN FEATURE:

'UNFAIR': EU BARRING INDONESIAN AIRLINES FROM FLYING TO EUROPE

In a surprise announcement, the European Transport Commission stated on 28 
June that within one week EU would officially bar all Indonesian airlines 
from flying to Europe.
The information was met with surprise and protests from Indonesia carriers, 
calling the ban "unfair" and "outside of normal procedure".

Reuters news from Brussels, as quoted by CNN.com mentioned that "All 
Indonesian airlines including national carrier Garuda will be banned from 
flying to the European Union within a week, the European Commission said on 
Thursday, updating a "blacklist" of carriers deemed unsafe.

Indonesian carriers do not currently fly to Europe so the ban is also a 
warning to the 27-nation EU's consumers and travel agencies not to use the 
country's airlines, an EU official said.
The policy is "to make sure that airlines and civil aviation authorities 
take appropriate actions to improve safety," Transport Commissioner Jacques 
Barrot said in a statement.
The Indonesian carrier ban applies to all 51 airlines certified in that 
country.

The decision, following advice from an EU air safety committee, is expected 
to be formalized within a week. The Commission advised EU countries to start 
preparing for the ban immediately", reported Reuters.
Indonesia was apparently too late to include the latest assessments audit 
that noted significant improvements made by Indonesian operators during the 
past three months, to be included in the EU Commission report, despite 
efforts having been made to do so, explained Director General for Air 
Transportation, Budhi Suyitno to the press.
More importantly, says Suyitno, the government will continue to apply the 
Roadmap to Safety, Security and Services through Compliances (3S+1C).


Safety of Indonesian airlines Significantly Improved since March
A few days earlier, on 25 June Director General Suyitno had announced 
results of the latest quarterly audit on Indonesian airlines, in which 
Garuda Indonesia was shown to have greatly improved its safety performance, 
and therefore was moved up into Category I, - the only Indonesian airline 
that has so far made it into the top category.
Garuda had in fact exceeded the required minimum assessment points, having 
achieved 168 points in compliance, much improved from the 146 points noted 
in March.

The Department of Communications audited 21 airlines, of which only one, 
which is Jatayu Air had been found failing and therefore its operations 
license immediately frozen.

A category I airline fulfills minimum air transportation regulation 
requirements with a score of between 162 and 200, while a category II 
airline satisfies minimum requirements with a score of between 120 and 161.
However, a category III airline, with a score of less than 120, fails to 
consistently meet minimum requirements.

Suyitno explained that Garuda's strength lies in its manpower, aircraft 
maintenance facility and strong technical support, reports Bisnis Indonesia
Other more well known commercial airlines using larger than 30 passenger 
aircrafts that improved their safety standards and moved up to Category II 
are: Merpati Nusantara, with 152 compliance points in June compared to 132 
in March; Indonesia Air Asia (with 142 points, up from 128 in March); 
Sriwijaya Air (140 points, up from 132) ; Pelita Air Services (140 points); 
Kartika Airlines (132 points, up from 116); Lion Air (131 points, up from 
122); Wing Air (130 points, up from 127); Adam Air (129 points, up from 
117); Metro Batavia Air (128 points, up from 117); Mandala Airlines (124 
points, up from 120).


No Retaliatory Actions from Indonesia

Meanwhile, new Minister for Transportation, Jusman Syafii Jamal remains 
optimistic that there is still room for Indonesia to explain to the EU on 
the serious and systematic efforts being done in Indonesia to improve its 
flight safety records, since the notice was given by the EU Commission, and 
the Indonesian government had not yet received an official notice from EU on 
the subject.

 On 2 July, Indonesia will meet the President of ICAO to explain measures of 
improvements made in the standard of safety in Indonesia's airline industry. 
Minister Jamal, 

[mediacare] Long Live White Supremacy!!! ... God bless the Aussies!!!

2007-06-15 Terurut Topik Yap Hong Gie
- Original Message - 
From: Bud Brown
To: Thomas Crawford ; James Daley ; Stanley-Melinda Ewing ; Larry Quinlan ;
Dan Moore ; John Fenton ; Curtis-Margaret Myers ; Gordon - Terri Myers ; Pat
Cochenour ; Thomas Wheeler
Sent: Monday, June 11, 2007 10:58 AM
Subject: Fwd: Debate in Australia


God bless the Aussies!!!  They can be a rough bunch - but I'm IN their
corner on this one!!  I only wish our politicians had the same courage of
conviction


Debate in Australia
This is true and can be checked at

http://www.snopes.com/politics/religion/australia.asp


Muslims Out of Australia!
CANBERRA AUSTRALIA:  Muslims who want to live under Islamic Sharia law were 
told on Wednesday to get out of Australia, as the government targeted 
radicals in a bid to head off potential terror attacks. A day after a group 
of mainstream Muslim leaders pledged loyalty to Australia and her Queen at a 
special meeting with Prime Minister John Howard, he and his Ministers made 
it clear that extremists would face a crackdown.

Treasurer Peter Costello, seen as heir apparent to Howard, hinted that some
radical clerics could be asked to leave the country if they did not accept
that Australia was a secular state, and its laws were made by parliament.
"If those are not your values, if you want a country which has Sharia law or
a theocratic state, then Australia is not for you", he said on National
Television.


 "I'd be saying to clerics who are teaching that there are two laws
governing people in Australia: one the Australian law and another Islamic
law that is false.  If you can't agree with parliamentary law, independent
courts, democracy, and would prefer Sharia law and have the opportunity
to go to another country, which practices it, perhaps, then, that's a better
option", Costello said.


 Asked whether he meant radical clerics would be forced to leave, he
said those with dual citizenship could possibly be asked to move to the
other country.  Education Minister Brendan Nelson later told reporters that
Muslims who did not want to accept local values should "clear off.
Basically people who don't want to be Australians, and who don't want, to
live by Australian values and understand them, well then, they can basically
clear off", he said.


  Separately, Howard angered some Australian Muslims on Wednesday by
saying he supported spy agencies monitoring the nation's mosques.
   Quote: "IMMIGRANTS, NOT AUSTRALIANS, MUST ADAPT.
   Take It Or Leave It.
I am tired of this nation worrying about whether we are offending some
individual or their culture.  Since the terrorist attacks on Bali, we have
experienced a surge in patriotism by the majority of Australians."


 "However, the dust from the attacks had barely settled when the
'politically correct' crowd began complaining about the possibility that our
patriotism was offending others.  I am not against immigration, nor do I
hold a grudge against anyone who is seeking a better life by coming to
Australia."  "However, there are a few things that those who have recently
come to our country, and apparently some born here, need to understand."
"This idea of Australia being a multi-cultural community has served only to
dilute our sovereignty and our national identity.  And as Australians, we
have our own culture, our own society, our own language and our own
lifestyle."
 "This culture has been developed over two centuries of struggles,
trials and victories by millions of men and women who have sought freedom"

 "We speak mainly ENGLISH, not Spanish, Lebanese, Arabic, Chinese,
Japanese, Russian, or any other language.  Therefore, if you wish to become
part of our society .. Learn the language!"
 "Most Australians believe in God.  This is not some Christian, right
wing, political push, but a fact, because Christian men and women, on
Christian principles, founded this nation, and this is clearly documented.
It is certainly appropriate to display it on the walls of our schools.  If
God offends you, then I suggest you consider another part of the world as
your new home, because God is part of our culture."
 "We will accept your beliefs, and will not question why.  All we ask is
that you accept ours, and live in harmony and peaceful enjoyment with us."
  "If the Southern Cross offends you, or you don't like "A Fair Go",
then you should seriously consider a move to another part of this planet.
We are happy with our culture and have no desire to change, and we really
don't  care how you did things where you came from.  By all means, keep your
culture, but do not force it on others.
  "This is OUR COUNTRY, OUR LAND, and OUR LIFESTYLE, and we
will allow you every opportunity to enjoy all this.
But once you are done complaining, whining, and griping about Our Flag,
Our Pledge, Our Christian beliefs, or Our Way of Life, I highly encourage
you take advantage of one other great Australian freedom,
'THE RIGHT TO LEAVE'."

   "If you aren't happy here th

[mediacare] Hargai Asas Praduga Tak Bersalah Dalam Insiden Pasuruan

2007-06-15 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.mimbar-opini.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2171

Opini / Hukum
Hargai Asas Praduga Tak Bersalah Dalam Insiden Pasuruan
Oleh gerry
Selasa, 05-Juni-2007, 06:24:0348 klik

Terkait dengan kasus insiden penembakan warga oleh Marinir di Pasuruan,
Jawa Timur (Jatim), sejumlah pihak seakan satu komando terarah ke Pasuruan
menyelidiki insiden tersebut untuk mengumpulkan sejumlah bukti-bukti, baik
dari korban maupun keterangan dari sejumlah para tersangka anggota Marinir.
Alhasil mereka pun berkomentar dengan versi dan kesimpulan masing-masing,
sehingga setiap hari kita disuguhkan aneka berita yang berubah-ubah menurut
versi sang penyelidik.
Sengketa lahan merupakan masalah yang rumit. Konflik perebutan tanah baik
antar instansi maupun antar warga juga semakin sering terjadi. Bahkan tidak
sedikit yang berujung jatuhnya korban jiwa.

Belum lagi selesai sengketa lahan warga Meruya Selatan dengan PT Porta
Nigra, kini kita dihadapkan lagi dengan kasus sengketa lahan di Pasuruan
yang mengakibatkan sejumlah nyawa melayang.
Terkait dengan kasus insiden penembakan warga oleh Marinir di Pasuruan,
Jawa Timur (Jatim), sejumlah pihak seakan satu komando terarah ke Pasuruan
menyelidiki insiden tersebut untuk mengumpulkan sejumlah bukti-bukti, baik
dari korban maupun keterangan dari sejumlah para tersangka anggota Marinir.
Alhasil mereka pun berkomentar dengan versi dan kesimpulan masing-masing,
sehingga setiap hari kita disuguhkan aneka berita yang berubah-ubah menurut
versi sang penyelidik.

Demi pengusutan kasus ini, maka kepada semua pihak diharapakan untuk menahan
diri untuk tidak berkomentar yang justru memanaskan suasana berkait dengan
peristiwa penembakan yang terjadi pada Rabu (30/5) hingga menewaskan empat
orang warga sipil dan beberapa orang luka-luka itu. Persoalan ini harus
dilihat secara seksama dan menghindari upaya-upaya yang dapat menimbulkan
reaksi keras dan memancing timbulnya insiden yang lebih buruk.

Kalau bicara hukum tentunya kita bicara fakta-fakta dan bukti-bukti. Oleh
karena itu, agar semua pihak dapat melakukan pendekatan-pendekatan
profesional secara hukum dengan tetap memperhatikan asas praduga tak
bersalah dan menghormati hak asasi manusia untuk mengusut dan mengetahui
secara jelas insiden yang terjadi. Kita serahkan semua pada pihak yang
berwenang untuk menuntaskan masalah ini. Kasus ini masih terus dalam
penyidikan, karena itu semua pihak tidak berprasangka macam-macam, karena
kasus ini masih terus berproses.

Kepada warga di sekitar kejadian maupun seluruh pimpinan TNI AL, terutama
Korps Marinir, agar terbuka dan obyektif memproses penyelidikan dan
penyidikan atas insiden penembakan tersebut. (Arry)



[mediacare] [Gatra] Sutiyoso dan Pengadilan Koroner

2007-06-15 Terurut Topik Yap Hong Gie

http://www.gatra.com/artikel.php?id=105282

 HUKUM & KRIMINALITAS
Sutiyoso dan Pengadilan Koroner

Bagaikan serangan jantung koroner, kisah Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso,
dengan pengadilan koroner (coroner's court) di negara bagian New South Wales
(NSW), Australia, dengan cepat menyulut ketegangan diplomatik tingkat tinggi
antara Australia dan Indonesia. Ketidakmengertian mengenai pengadilan
koroner ditambah dugaan perilaku tidak simpatik dari petugas kepolisian
membuat kasus ini menjadi campur baur antara nasionalisme, politik, dan
masalah penegakan hukum.

Apa sebenarnya pengadilan koroner? Sejatinya hanyalah pengadilan tingkat
rendah (lower court) di NSW. Beroperasi sejak 1787, coroner's court
beroperasi untuk memastikan bahwa semua kematian yang dianggap tidak wajar
dilaporkan dan dilakukan investigasi. Ini berguna untuk menentukan identitas
korban, kapan dan bagaimana korban meninggal, serta pihak mana saja yang
diduga terlibat dalam kematian tersebut.

Keluarga korban Balibo (khususnya Brian Peters) mengajukan permintaan kepada
pengadilan koroner untuk memeriksa sebab-musabab kematian lima wartawan
Australia. Permintaan diajukan karena kasus ini belum berumur seratus tahun
untuk memasuki masa kadaluarsa. Meskipun statusnya pengadilan, aturan main
coroner's court berbeda dengan pengadilan Australia lainnya. Alih-alih
menjatuhkan vonis, hasil pengadilan koroner hanya berbentuk finding
(temuan). Kalau hasil temuan menunjukkan ada pihak yang melakukan tindak
pidana, maka polisi akan menindaklanjuti hasil temuan tersebut, sebagaimana
layaknya kasus pidana lainnya.

Sebagai contoh, pengadilan koroner menyelidiki sebab kematian seseorang yang
sedang berada dalam tahanan polisi, atau kematian akibat kecelakaan
transportasi. Temuan dan rekomendasi yang diberikan pengadilan koroner juga
berguna untuk menghindari terulangnya kasus yang sama. Misalnya, kematian
yang terjadi di kolam renang membuat pengadilan koroner merekomendasikan
agar sistem pengamanan dan keselamatan di kolam renang diperbaiki. Ini
artinya, pengadilan ini tidak melulu mengurusi kasus-kasus besar. Boleh
jadi, mayoritas kasus yang diterima pengadilan koroner hanyalah kematian
biasa yang tidak mengundang perhatian media massa.

Dipilihnya pengadilan koroner menunjukkan keluarga korban Balibo membutuhkan
temuan dan rekomendasi untuk kemudian meminta polisi atau Director of Public
Prosecutions menindaklanjuti. Kalau temuan koroner tidak mengindikasikan
adanya tindak pidana, maka kasus ini selesai. Jadi, ini baru merupakan
langkah awal untuk menemukan sebab-musabab kematian Brian Peters dan empat
orang wartawan lainnya. Kalau ini perkara pidana, tentu yang berwenang
adalah Supreme Court, bukan pengadilan koroner.

Pengadilan koroner dapat melakukan inquest atau court hearing di mana pihak
terkait hadir guna didengar keterangannya atau kesaksiannya. Dalam kasus
Balibo, bekas Perdana Menteri Gough Whitlam turut diminta hadir dalam
persidangan.

Dari pemberitaan media massa Australia diketahui bahwa Mark Tedeschi QC
mengaku memiliki bukti keterlibatan dua militer Indonesia dalam peristiwa
Balibo. Satu hal yang perlu diingat kembali bahwa proses pembuktian di
coroner's court sedikit berbeda dengan pengadilan kriminal. Dengan kata
lain, karena persidangan koroner tidak menerapkan the strict rules of
evidence maka klaim serta alat bukti yang dimiliki Tedeschi masih bisa
dipertanyakan dari sudut hukum pidana.

Di ujung spektrum yang berbeda, keterangan yang diberikan sebagian aktivis
hak asasi manusia (HAM) dan para pakar hukum di Indonesia, yang seakan-akan
pengadilan koroner berhak memerintahkan penangkapan Sutiyoso karena tuduhan
pelanggaran kejahatan kemanusian mencerminkan ketidakmengertian bahwa
coroner's court tidak mengurusi pelanggaran HAM. Jadi, terlalu pagi
menganggap Sutiyoso atau siapapun juga sebagai pelaku pelanggaran HAM dalam
kasus Balibo hanya karena diminta bersaksi dalam pengadilan koroner.

Selain dipicu oleh ketidakmengertian mengenai yurisdiksi pengadilan koroner,
tingkah laku dua petugas yang membawa surat dari pengadilan koroner telah
membuat jengkel Sutiyoso. Menurut artikel 37 UU Pengadilan Koroner No 27
Tahun 1980, bila polisi tidak bisa bertemu secara pribadi untuk menyampaikan
perintah pengadilan kepada seseorang untuk hadir sebagai saksi, maka polisi
bisa menitipkan surat tersebut. Polisi dapat menyampaikan surat itu lewat
resepsionis hotel tempat Sutiyoso menginap. Jikalau polisi sampai bersikeras
memasuki kamar hotel hanya untuk menyerahkan surat pengadilan, maka patut
diduga bahwa tindakan kepolisian itu telah melanggar ketentuan yang berlaku
di NSW.

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kasus "serangan" koroner terhadap
Bang Yos ini? Kalau dulu dalam kasus Schapelle Corby banyak warga Australia
yang marah kepada Indonesia akibat ketidamengertian mereka akan proses
pengadilan di Indonesia, maka kali ini giliran kita yang salah paham
terhadap proses pengadilan di Australia. Syukurlah, tidak seperti penyakit
jantung k

[mediacare] Marinir uji-coba menembak menyebabkan peluru ricochet

2007-06-10 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Siang ini, pk.13.30, Marinir memperagakan acara menembak, dilapangan 
tembak Brigif 2, Bumi Marinir Cilandak.

Peragaan ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa tembakan ke tanah 
gembur bisa menyebabkan proyektilnya ricochet.

Rencananya acara ini akan dihadiri oleh para reporter dari berbagai 
media.




[mediacare] Re: Penjelasan Dankormar Tentang Kasus Grati =>Sociopathos Limited

2007-06-07 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Sociopathos Limited <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pernyataan Dankomar ini defensif, tapi bisa dimaklumi dalam tahap
tertentu.

YHG: 
Bukan defensif, tetapi sebagai penyeimbang terhadap komen-komen
tendensius, untuk membentuk opini yang salah.
---



SL:
Analisis hukum agraria sudah dibahas komprehensif di Kompas oleh R
Herlambang yang meneliti politik militer dalam perampasan tanah rakyat
(2004). Kutipan yang menarik:
'...sehingga banyak ditemui klaim kepemilikan militer disahkan oleh
surat-surat keputusan militer. Contoh, Peraturan Penguasa Perang Pusat
(Peperpu) No 011 Th 1958, 14 April 1958 tentang Larangan Pemakaian
Tanah Tanpa Izin Pemiliknya atau Kuasanya...'
Halah, tahun 1958 kadaluwarsa sekali, bukan?


YHG:
Kadaluwarsa atau tidak, sebelum ada UU pengganti atau Peraturan baru
yang bisa memberikan solusi, maka yang kadaluarsa itu masih berlaku
demi hukum.

Jangan alasan kadaluarsa dijadikan pembenaran untuk melakukan
penjarahan atau pengalihan lahan, dari kepemilikan yang sah. 
--


SL:
Di lain pihak, di peta milik BPN ada blok-blok hitam yang tak boleh
dipublikasikan ke umum. Entah ini adalah tanah militer (alasan
keamanan), atau tanah sengketa, atau bahkan tak jelas punya nenek
moyang siapa. 
Silakan cek Google Maps. Jelas kok di Amrikiyah sana, tanah Pentagon
atau daerah militer lainnya tak bisa kita zoom in. Betul ada alasan
keamanan di sana, tapi masalah di Indonesia membacanya jadi: tanah
untuk perut lapar. 


YHG:
Slogan-slogan populis murahan selalu dipakai untuk menghalakan anakhi
dan penjarahan.
--

 
SL:
Untuk itu saya sepakat dengan rilis PBHI 033/SP-PBHI/V/2007 bahwa
harus ada reforma agraria khusus yang 'dimiliki' oleh militer. Sekali
lagi, jangan mengacu pada SK jaman baheula yang dibuat oleh kalangan
internal militer sendiri; dengan catatan khusus: waktu itu negaranya
saja masih orok.


YHG:
Sebagai negara hukum, yang menjadi pedoman adalah UU, bukan hukum jalanan.
PBHI bukan lembaga tinggi negara yang mengatur (perubahan) perundangan.
Namun, apabila PBHI punya konsep solusi yang lebih baik bagi semua
kepentingan, agar segera disampaikan sebagai materi RUU.

Kalau reforma agraria ala PBHI hanya diperuntukan khusus untuk lahan
militer, ada apa
-



SL:
Yang saya ingin garis-bawahi juga adalah masalah EQ dari seorang
marinir muda yang diberikan kewenangan memegang bedil. Boys will be
boys, jika berseragam dan ada mainan di tangan, mengapa tak digunakan? 

YHG:
Analogi sederhana itu juga berlaku untuk warga atau aparat sipil.
Bedil bukanlah penyebab utama, tetapi doktrin dan manusianya lebih
menentukan motif dan aksinya. 

Milisia extrim kanan atau extrim kiri, seperti berbagai "Laskar" atau
"Front", maupun satuan Pamong Praja (PP), tidak juga menyandang bedil,
tapi tindakan mereka sering kali lebih brutal dan kejam.



SL:
Terakhir--dan jangan menguap begitu saja--good governance di birokrasi
kita tentang apapun (termasuk lahan rakyat atau militer) harus tuntas.
Mau itu marinir, atau IPDN, atau siapapun berseragam apapun di negeri
ini, dengan bumbu kekerasan adalah pengulangan-pengulangan yang tak
perlu. 
Indra


YHG 
Setuju!  
Hukum (UU) berdiri di atas segala unsur dan kalangan masyarakat, yang
tidak boleh dikompromikan oleh kepentingan sosial-politik dan ekonomi.

Sikap pemahaman ini harus dimulai dari diri kita masing-masing.


Wassalam, yhg.
---




[mediacare] Re: Ruhut Sitompul: Nyawa Marinir Terancam=>Sociopathos Limited #50950

2007-06-07 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Dalam sekali makna pesan: "Do some research before blaming others ..."

Setuju, mari kita berpikir secara jernih, tetapi tanggalkan jubah
prasangka.
 
Yang disebut research itu bukan cuma dari sumber media saja, yang
sering kali menggiring pemberitaan menjadi "trial by the press".
Pelajari riwayat (sengketa) lahan tersebut, sejarah kekerasan dan
tindakan anarkhi warga sebelumnya.


Apakah pernah dipertanyakan hal-hal sbb: 
1. Bagaimana ceritanya, media atau pihak mana pun yang mengambil
rekaman gambar, bisa berada dilokasi pada saat kejadian; yang
lokasinya 4 jam perjalanan dari Surabaya, masih masuk lagi beberapa
kilo ke Grati Alastlogo.
2. Mengapa hanya gambar-gambar korban saja yang ditunjukan, ketimbang
; tayangkan penembakan "sadis" Marinir, yang jauh lebih hot?
3. Mungkinkah ada pihak-pihak yang memang sudah berencana
menyelenggarakan acara insiden bentrokan berdarah ini?


Selanjutnya, tanggapan saya dibawah.



Sociopathos Limited (SL) wrote:
Bung, yang namanya clurit versus bedil itu dalam kasus ini adalah
kasat mata.

YHG:
Mata katarak 'kali ye . koq analoginya simplistik begitu?
Tanya ... tanya ... berapa ratus warga yang mengepung Marinir, berapa
banyak pacul, clurit, dan batu yang dihadapkan 11 pucuk SS-1

Dari hasil temuan ada 35 selosong peluru yang berarti rata-rata hanya,
Polisi Militer AL (POMAL) Surabaya telah menyita 13 senjata; 11
senjata serbu SS1 dan 2 pistol.
Kalau 11 anggota menembakan senjata otomatis SS1-nya, maka seorang
telah menembakan 3 peluru. Kalau 7 anggota menembak, maka seorang
telah menembakan 5 peluru.
(senjata SS-1 dilengkapi tombol pengatur tembakan; single shot, 3
peluru sekali tarik dan tarikan otomatis.)

Asumsi kesimpulan:
Rasio jumlah selongsong berbanding dengan jumlah senjata SS1, maka
peluru yang ditembakan adalah minim.


Juga, "katanya-katanya", bahwa para anggota Marinir telah menembak
kearah kerumunan massa.
Kalau berita ini benar; maka 35 peluru ditembakan dari jarak (relatif)
dekat kearah kerumunan massa, seharusnya memakan korban tembak yang
jauh lebih besar; puluhan, mengingat satu peluru bisa
menembus orang dibelakang atau disebelahnya.
Jangan lupa bahwa tembakan dengan assault rifle, kearah kaki saja
membuat tulang patah dan kalau kearah depan badan, dia akan jebol
dibelakang dan nembus kesasaran dibelakang. 

Bagaimana kondisi luka-luka warga, mari kita tunggu hasil pemeriksaan
otopsi dan visumnya.




SL:
1. Kalau bukan daerah operasi militer, tak boleh tentara sembarang
ledakkan bedilnya. Etika menembak tentara tidak sama dengan polisi, Bung.

YHG:
Itu teori dalam kondisi ketika sedang ngopi-ngopi di Coffee Bean Plaza
Senayan.
Sudah lupa ya kejadian di Papua, ketika Polisi dilempari batu sampai
mati, asli yang namanya "stoned to death"!
Marinir menghadapi ancaman nyawa koq bicara etika sih???
---


SL:
2. Clurit dibawa (katanya) saat penduduk yang sedang bekerja babat
rumput untuk makanan sapi itu lewat, yang membantu sesama penduduk
versus tentara yang punya bedil. Mau kepepet atau tidak, yang mati itu
ada ibu hamil dan anak balita loh, bukan yang bawa clurit!

YHG:
Katanya  katanya .
Disinilah pesan Anda kembali menjadi relevan; "Do some research before
blaming others !"

Tewasnya Ibu hamil dan tertembaknya anak tersebut adalah suatu petaka
yang amat tragis.
Saat tertembak si Ibu berada dibalik pintu. Jangankan anggota Marinir
biasa, seorang sniper ulung pun tidak akan mampu menembak sasaran
dibalik sekat, apalagi tepat dikepala.

Statement "Mau kepepet atau tidak, yang mati itu ada ibu hamil dan
anak balita loh, bukan yang bawa clurit!" 
Jangan masalah hukum pidana dipolitisir dong!



SL:
Mau rasis atau tidak, Bung Paulus, jangan lupakan bahwa tanah sengketa
itu sedang disewakan oleh Marinir ke pihak swasta (mungkin dari
Jakarta atau Surabaya) untuk hal lain. Padahal rakyat sudah garap
tanah itu puluhan tahun sebelum perusahaan swasta itu masuk. 


YHG:
Mau disewakan atau diapakan tanah sah milik TNI-AL, bukan alasan
pembenaran bahwa rakyat boleh menjarah.
1. Yang membuat kerjasama dengan pihak swasta adalah TNI-AL, melalui
Induk Koperasi Angkatan Laut (Inkopal), jadi bukan Marinir, tolong
dikoreksi !
2. Apakah penyewaan lahan kepada swasta itu menyalahi atau tidak, itu
adalah kewenangan pemerintah atau peradilan yang memutuskan.
3. Rakyat sudah menggarap puluhan tahun darimanan? Tolong tunjukan
bahan pendukungnya.

Awalnya cuma 240 KK penduduk disana, setelah konflik etnis di Kalbar,
pengungsi Madura datang menetap disana, yang sekarang berkembang
menjadi 5,000 KK.
Ini bukan masalah rasis, tetapi sengketa tanah dengan warga pendatang,
yang dikompori untuk menguasai lahan, oleh calo dan spekulan tanah.



SL:
Dengan kata lain, oknum Marinir yang nembak itu BUKAN atas perintah
komandan yang punya etika dan filosofi seorang tentara: MENJAGA  DAN
MELINDUNGI BANGSA DAN NEGARA DARI ANCAMAN BANGSA LAIN. 
Halah, ini kok malah nembakin bang

[mediacare] Penjelasan Dankormar Tentang Kasus Grati 02-06-'07

2007-06-06 Terurut Topik Yap Hong Gie
KORPS MARINIR
DINAS PENERANGAN
Sabtu 2 Juni 2007

PENJELASAN  DANKORMAR TENTANG KASUS GRATI

Pemberitaan mengenai insiden penembakan di Grati - Pasuruan dirasakan
sudah semakin tidak seimbang, dimana pihak-pihak yang sama sekali tidak
menguasai tragedi tersebut ikut memberikan (dis-)informasi, pendapat, serta
menyampaikan opini keliru kepada masyarakat.

Tanpa mengurangi rasa keprihatinan yang mendalam atas jatuhnya korban, juga
bukan maksud untuk mempengaruhi proses hukum yang sedang berjalan, namun
kami merasa perlu menyampaikan kepada publik fakta-fakta yang terjadi,
bedasarkan hasil investigasi Korps Marinir.


1. Marinir sebenarnya tidak ada kaitan apa-apa dengan masalah pekerjaan 
lahan. Lahan itu luas sekali, ada sekitar 5.569 hektar.
 Jadi Marinir sebenarnya tidak mengerti soal adanya kerja sama yang seperti 
apa dan lain-lain. Marinir hanya, bagaimana mereka yang ada di Puslatpur 
Grati itu menyelenggarakan latihan-latihan terhadap pasukan yang dikirim ke 
sana.

2. Marinir setiap hari memang mengeluarkan patroli pengamanan sektor. 
Tujuannya mengontrol agar rakyat tidak terus menyerobot masuk ke daerah 
latihan. Mereka itu sering menyerobot dan membuat bangunan-bangunan baru di 
atas tanah-tanah yang jelas-jelas itu milik TNI AL. Dan itu adalah area dari 
pusat latihan tempur. Juga mengontrol wilayah jika ada masyarakat yang 
menemukan granat, menemukan peluru mortir yang belum meledak, ada yang 
busung. Dan juga kadang-kadang mencegah karena rakyat juga sering-sering 
menebang pohon,  ambil kayunya yang ada di Puslatpur, padahal pohon-pohon 
itu dipelihara untuk latihan untuk berlindung dan sebagainya.

3. Jadi Marinir tidak melakukan bantuan kepada pihak manapun, kepada 
pihak swasta, misalnya itu yang sedang menggarap wilayah lahan Grati. Sebab 
kalau ada maksud untuk membantu seperti itu, tentu mereka datang dengan 
truk. Lho terus ngapain harus jalan kaki sejauh itu, sedangkan pada kejadian 
ini Marinir hanya melaksanakan patroli rutin, karena memang setiap hari 
mereka itu patroli. Tapi rutenya berubah-ubah. Jadi patroli berjalan kaki. 
Sedangkan pada kejadian ini, mereka baru tiba di tempat itu setelah berjalan 
lebih kurang 4 km, selama 2 jam berjalan. Jadi ini suatu fakta, tidak ada 
kita mau bantu, apakah katanya Citra Rajawali, Grati Agung, enggak ada 
urusan dengan itu semua. Marinir hanya jalan, patroli hanya untuk melindungi 
wilayah itu dari tadi yang saya katakan, ada yang menebang pohon, ada yang 
membangun bangunan-bangunan baru di wilayah lahan-lahan latihan. Itu khan 
membahayakan.

4. Perlu diketahui sebenarnya hubungan Marinir dengan anggota masyarakat 
selama ini cukup dekat. Mereka ceritakan, seminggu sebelum kejadian itu, 
mereka datang ke Alastlogo karena ada undangan Kepala Desanya, Pak Ilham. 
Khitanan anaknya, kalau tidak salah. Dan juga sebagian anggota itu tinggal 
di sekitar Grati itu, berada di sekitar Grati, dan keluarganya juga ada yang 
tinggal di sekitar atau dekat dengan Alastlogo. Jadi mereka ini adalah 
orang-orang yang ada di sana, yang memiliki hubungan emosional dengan 
masyarakatnya.

5. Seperti yang sudah dijelaskan pada beberapa kali dalam memberikan 
keterangan bahwa, patroli Marinir tidak di tempat kerumunan massa. Jadi 
setelah mereka jalan selama 2 jam, mereka tiba di tempat kerumunan massa di 
batas desa Alastlogo. Dengan tidak merasa curiga apa-apa, Komandan Tim 
Letnan Budi Santoso itu dengan beberapa anggota datang, merapat, mendekati 
masyarakat, membujuk mereka, buat apa bikin demo, khan kelihatan dari usaha 
mereka mau demo. Nyatanya usaha ini berhasil, sebagian buyar, ada yang 
pulang. Namun belum ada sepuluh menit kira-kira hal itu terjadi, seperti ada 
yang mengomando, mereka mulai menyerang, memukul kentongan, teriak-teriak, 
melempari batu ke arah Marinir. Patroli Marinir ini menghindar dengan cara 
mundur dan menjauhi tempat tersebut tapi terus dikejar, bahkan ada yang mau 
membacok dengan clurit. Orang yang membacok itu jelas diceritakan oleh 
anggota kita yang namanya Koptu Totok, orang itu menutup mukanya dengan 
sorban putih. Dia membacokkan cluritnya dari belakang. Setelah diteriaki 
oleh teman lainnya, itu dapat ditepis dengan menangkis dengan popor. Inilah 
kondisinya. Jadi anggota saat itu memar-memar, ada yang sudah berdarah di 
bagian pelipisnya, ada yang memar di lehernya kena batu, ada yang kakinya 
bengkak, tangan lain-lain di tubuh mereka.   Ini semua jelas dan sudah 
dilakukan visum serta pemeriksaan.

6. Anggota melakukan tembakan peringatan atas perintah Komandan Tim. Itu 
tembakan ke atas pada mulanya. Diharapkan massa itu yach berhenti untuk 
mengejar mereka, tapi nyatanya massa yang  sudah lebih dari 300 orang itu 
terus menyerang dengan berani, dan ada yang meneriakkan di dalam rombongan 
itu,  " Jangan takut, itu peluru bohong, itu peluru hampa, serang terus, 
jangan takut, kita atau Marinir yang mati!!" Jadi mereka meneriakkan 
kalimat-kalimat yang heroik begitu. Nah melihat kondisi inila

[mediacare] [Detik] Sertijab Komandan Marinir Rabu

2007-06-05 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.detik.com/indexberita/indexfr.php

05/06/2007 17:11 WIB
Sertijab Komandan Marinir Rabu
M. Rizal Maslan - detikcom

 Jakarta - Mayjen (Mar) Safzen Noerdin "tukar guling" dengan Mayjen Nono 
Sampono.

Safzen melepas posisinya sebagai Komandan Korps Marinir (Dankomar) dan 
menjadi Irjen TNI AL. Sedangkan Nono melepas jabatan Irjen TNI AL dan 
menjadi Dankomar.

Serah terima jabatan (sertijab) Dankomar akan berlangsung Rabu (6/6/2007) 
pukul 08.30 WIB di Markas Brigade Infantri (Brigif) II Marinir, Cilandak, 
Jakarta Selatan.

Keputusan mutasi ini sudah dikeluarkan 1 bulan lalu sesuai dengan keputusan 
Panglima TNI No Kep/38/V/2007 yang ditandatangani tanggal 1 Mei 2007. Hanya 
saja sertijabnya baru berlangsung esok hari.

Mayjen Nono Sampono lahir di Bangkalan, Madura, tahun 1953. Lulusan Akademi 
AL tahun 1976 itu pernah menjabat Gubernur Akademi AL dan Komandan 
Paspampres.

Nono juga pernah mengenyam pendidikan pasukan khusus antiteror di Detasemen 
81-Penanggulangan Teror Kopassus TNI AD dan juga pernah menjalani pelatihan 
pasukan khusus di Hawaii dan Korea Selatan.

"Pergantian ini sudah direncanakan sebelumnya dan tidak ada hubungannya 
dengan kasus Pasuruan," ujar Kadispenum Mabes TNI Kol CAJ Ahmad Yani Basuki. 
(gah/nrl) 



[mediacare] Ruhut Sitompul: Nyawa Marinir Terancam

2007-06-05 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://batampos.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=22718&Itemid=97

Ruhut Sitompul: Nyawa Marinir Terancam
Senin, 04 Juni 2007
DPR Siap Cecar Panglima TNI

JAKARTA (BP) - Ruhut Sitompul, pengacara 13 marinir tersangka penembakan di
Grati, Pasuruan menyesalkan pernyataan Komnas HAM dan anggota DPR. Bagi
pengacara yang juga kolektor mobil Ferarri itu, berbagai komentar itu tidak
didasarkan fakta riil yang terjadi di lapangan.

''Sangat disesalkan, begitu banyak ucapan yang ngawur dan malah memprovokasi
suasana," ujarnya saat dihubungi kemarin. Ruhut masih bolak-balik
Jakarta-Surabaya untuk mendampingi kliennya yang
sekarang ditahan di ruang isolasi khusus Polisi Militer AL Surabaya.

Alumni Fakultas Hukum Universitas Padjajaran itu telah mendengar keterangan
13 marinir di bawah sumpah. "Itu pure defense, murni bertahan, tembakan
dilepas karena nyawa mereka sudah benar-benar terancam," katanya.
Buktinya, marinir juga mengalami luka-luka bacokan akibat serangan clurit.
''Saya sangat kecewa dengan Garuda Nusantara (Ketua Komnas HAM, red), dia
sudah saya pertemukan langsung dengan klien saya dan melihat sendiri
luka-lukanya tapi malah menyampaikan komentar yang memutar balikkan fakta,"
kata Ruhut. Pengacara yang rambutnya dikuncir itu menilai pernyataan ada
pelanggaran HAM serius dalam kasus di Pasuruan itu terlalu dini.

''Kami khawatir ada upaya yang sistematis dari pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab dan tidak suka dengan komitmen panglima TNI untuk mengusut
kasus ini dalam koridor hukum dan bukan dalam ranah politis," kata pengacara
kelahiran Medan, 24 Maret 1954 itu.

Bukti lain ada penunggang gelap (free rider) dalam kasus itu adalah
pemblokiran jalan Surabaya - Banyuwangi yang diduga diprovokasi oleh
kelompok kepentingan tertentu.
"Sebaiknya hormati asas praduga tak bersalah, tempatkan kasus ini dalam
kacamata hukum," katanya.

Lantas bagaimana sebenarnya versi Marinir ?
Menurut Ruhut, berdasar keterangan kliennya, mereka tidak berniat untuk
menyerang warga.

"Mereka patroli biasa saja, tapi dihadang oleh massa bersenjata tajam,"
ujarnya.
Pimpinan tim patroli sempat bernegosiasi dengan warga, namun dibalas dengan
lemparan batu.

"Ada beberapa orang yang menggunakan bahasa dialek etnis tertentu
memprovokasi warga untuk menyerang,"
katanya. Menurut Ruhut, saat itu kentongan dan peluit dibunyikan sebagai
tanda untuk menyerang patroli marinir.

Orang-orang itu diduga adalah warga baru yang datang ke desa Alas Tlogo,
Grati, Pasuruan. "Mereka pelarian dari konflik etnis di Kalimantan,"
katanya.
Warga yang sudah lama menetap di tempat itu sebenarnya tidak ada masalah
dengan marinir. "Mereka dikipas-kipasi," katanya.

Mantan Ferrari's Owner Club Indonesia itu menjelaskan, setelah ada komando
sistematis dari warga untuk menyerang, marinir mundur ke belakang.
"Ada satu orang klien kami yang faham dengan bahasa etnis itu, dia
mengingatkan teman-temannya bahwa warga mengancam membunuh dan
menjelek-jelekkan marinir," ujarnya.

Kesaksian Ruhut itu jelas berbeda 180 derajat dengan apa yang disampaikan
warga. Versi penduduk, marinir melakukan penembakan membabi buta kepada
rakyat yang akan pergi ke ladang singkong. Lantas mana yang benar?

Pakar Kriminologi Universitas Indonesia Erlangga Masdiana mengusulkan agar
dilakukan tes kebohongan dengan perangkat lie detector yang dimiliki oleh
Mabes TNI dan Polri. "Nanti akan terungkap siapa yang sebenarnya memainkan
suasana," katanya.

Erlangga menambahkan, Polisi Militer TNI AL juga bisa melacak melalui
serangkaian tes dan wawancara psikologis.
"Harus dipastikan apakah ada indikasi marinir yang jadi tersangka itu berada
dalam kondisi stress sebelum kejadian atau shock setelah kejadian itu
terjadi," ujarnya.
Hasilnya bisa menjadi salah satu indikator untuk menentukan apakah marinir
benar-benar terpaksa mengeluarkan tembakan.

Rumitnya penyelidikan kasus penembakan di Pasuruan juga menyangkut lembaga
intelijen.
Instansi yang dikomandani Syamsir Siregar itu akan dimintai bantuan untuk
ikut menelusuri ada apa dibalik insiden Grati berdarah.
"Rencananya besok pagi (hari ini, Red) BIN akan kami panggil ke DPR," ujar
anggota Komisi 1 (Bidang Pertahanan) Untung Wahono.

DPR Siap Cecar Panglima Terpisah, Tim Komisi I DPR RI yang turun langsung ke
Alastlogo untuk melakukan inventigasi juga sudah menemukan hipotesa.
Menurut anggota tim Yusron Ihza Mahendra sejauh ini tim menemukan bahwa
dugaan pelanggaran HAM atas kasus yang menewaskan empat penduduk adalah
benar.
"Tapi sejauh mana pelanggaran HAM yang dilakukan, itu bukan wewenang tapi
Komnas HAM," ujar Yusron kepada JPNN kemarin.

Indikasi pelanggaran HAM, tambah Yusron, menurut keterangan saksi dan
tinjauan TKP, argumen pihak TNI yang mengatakan korban jatuh akibat pantulan
peluru (rekoset) dari tembakan peringatan parat, diragukan.
"Sejauh ini, sulit dipercaya bila korban berjatuhan akibat peluru pantul,"
ujar Yusron yang saat dihubungi mengaku sedang mengedit laporan tim
invenstigasi Pasuruan itu.
Memang benar, uja

[mediacare] [MIOL] Marinir Kembali Bantah Penembakan Secara Langsung

2007-06-04 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.media-indonesia.com/
Senin, 04 Juni 2007 14:40 WIB
NUSANTARA  »  Jawa Timur
Marinir Kembali Bantah Penembakan Secara Langsung


SURABAYA--MIOL: Marinir kembali membantah tuduhan berbagai pihak yang
menyebutkan bahwa penembakan yang menyebabkan empat warga yang menghuni
lahan di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Marinir, Grati, tewas, adalah
secara langsung.

"Marinir tidak gila. Gila apa, mau menembak warga secara langsung Sejak
tahun 1945 Marinir itu tidak pernah bermusuhan dengan rakyat," kata Kasipen
Pangkalan Marinir (Lanmar) Surabaya, Mayor (Mar) Djentayu di Surabaya,
Senin.

Ia mengemukakan, secara logika, kalau penembakan itu dilakukan secara
langsung, maka anggota tubuh yang terkena tembakan hancur. Buktinya para
korban mengalami luka yang tidak menyebabkan luka besar atau kehancuran di
tempat sasaran.

"Karena itu, tolong semua pihak berkomentar secara sejuk dan jangan justru
mencari masalah baru dari peristiwa ini. Kami semua prihatin dan menangis
atas peristiwa ini. Karena sekali lagi, Marinir tidak pernah bermusuhan
dengan rakyat," ujarnya.

Mengenai komentar warga yang menyebutkan bahwa Marinir melakukan terror
kepada mereka, hal itu semakin menunjukkan bahwa mereka justru berbohong.
Bahkan tim Marinir menemukan adanya pendatang yang ikut 'bermain' dalam
kasus, hingga menimbulkan bentrokan itu.
Soal tuduhan Marinir telah merencanakan pembunuhan, ia menegaskan bahwa hal
itu sesuatu yang tidak mungkin. Kalau memang direncanakan, tidak mungkin
pembunuhan dilakukan secara terbuka seperti itu.

"Pasukan Marinir itu sangat terlatih untuk membunuh orang, makanya tidak
mungkin seperti itu. Kalau berniat membunuh, caranya langsung dihilangkan
dan tidak usah ramai-ramai. Itu kan yang selalu dilatihkan kepada anggota
Marinir," paparnya, menegaskan.

Ia berharap, tim Kontras juga tidak mudah mengeluarkan pernyataan yang tidak
didukung oleh bukti nyata. Ia mengemukakan bahwa semua yang dilakukan oleh
Marinir di Puslatpur tidak ada kaitan dengan pekerjaan PT Rajawali.

"Marinir tidak punya hubungan apa-apa dengan PT Rajawali itu. Marinir murni
mengadakan latihan perang di sana. Marinir hanya pemakai dari lahan itu.
Soal PT Rajawali itu mungkin berhubungan dengan Inkopal, saya tidak tahu,"
ucapnya. (Ant/OL-02)



[mediacare] [detik] Riwayat Sengketa Tanah di Pasuruan Versi Pemprov Jatim

2007-06-04 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.detik.com/indexberita/indexfr.php

30/05/2007 14:49 WIB
Riwayat Sengketa Tanah di Pasuruan Versi Pemprov Jatim
Irawulan - detikcom

 Surabaya - Bentrokan antara warga desa Alas Trogo, Pasuruan, Jawa Timur
dengan anggota Marinir dipicu oleh persoalan sengketa tanah. Bentrokan ini
mengakibatkan 4 korban tewas dan 8 orang lainnya luka-luka.

Sengketa tanah ini sudah berlangsung sejak tahun 1998. Bagaimana asal mula
sengketa tanah?

Berdasarkan informasi dari Dinas Informasi dan Komunikasi Pemprov Jatim
sengketa tanah itu bermula ketika pada tahun 1960 TNI AL membeli tanah di
Grati Pasuruan seluas 3.569 hektar.

Tanah itu tersebar di 11 desa dan 2 kecamatan, yakni Kecamatan Nguling dan
Lekok. Sedangkan 11 desa yakni Sumberanyar, Sumberagung, Semedusari,
Wates, Jatirejo, Pasinan, Balunganyar, Branang, Gejugjati, Tamping dan 
Alastelogo.

Dana yang dikeluarkan TNI AL untuk membeli tanah tandus kering ekstrim dan
sulit air itu sebesar Rp. 77.658.210. Pembayaran tanah dan penggantian
bangunan diselesaikan tahun 1963, namun masih ada sebagian kecil penduduk
yang belum melaksanakan pemindahan rumahnya.

Lahan itu direncanakan untuk membangun Pusat Pendidikan TNI AL terlengkap
dan terbesar untuk pendidikan kejuruan Marinir maupun Pelaut.

Namun saat itu terjadi peristiwa G 30/S PKI dimana negara dalam kondisi
tidak tenteram, dan TNI AL belum memiliki dana untuk merealisasikan
pembangunannya.

Sejak tahun 1963 TNI AL mulai melaksanakan pembangunan sarana jalan
sepanjang 25 km di areal lahan. Di area tersebut juga ditempati oleh warga
TNI AL (Prokimal) sebanyak 185 KK.

Pada tahun 1966 agar tidak terlantar, tanah TNI AL Grati dikelola oleh
Puskopal untuk ditanami pohon jarak dan palawija sampai dengan tahun 1982.

Kemudian pada tahun 1984 keluar Surat Keputusan KSAL No. Skep/675/1984
tanggal 28 Maret 1984 yang menunjuk Puskopal dalam hal ini Yasbhum (Yayasan
Sosial Bhumyamca) untuk memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan perkebunan
produktif, dengan memanfaatkan penduduk setempat sebagai pekerja.

Upaya-upaya penyelesaian sertifikasi tanah yang dilaksanakan Lantamal III
Surabaya sejak 20 Januari 1986 dapat terealisir oleh BPN pada tahun 1993
dengan terbitnya sertifikat sebanyak 14 bidang dengan luas 3.676 hektar.

Meski demikian di lapangan masih ditemukan penduduk yang belum melaksanakan
pindah dari tanah yang telah dibebaskan oleh TNI AL. Lalu 3 Februari 1997
TNI AL melaksanakan ruislag berdasarkan surat persetujuan Menteri Keuangan
dengan PT PLN seluas 43,8 hektar berupa 20 unit rumah jabatan TNI AL di
Kenjeran Surabaya, dan PT Pasuruan Power Company (PPC) seluas 57,2 hektar
berupa tanah seluas 40,1 hektar di Desa Mondoluku, Kecamatan Wringinanom,
Kabupaten Gresik.

Lalu 20 November 1993 Bupati Pasuruan mengirimkan surat kepada Komandan
Lantamal III Surabaya perihal usulan pemukiman kembali non pemukim TNI AL di
daerah Prokimal Grati. Kemudian Bupati Pasuruan mengajukan surat kepada KSAL
pada 3 Januari 1998 untuk mengusulkan bahwa tanah relokasi untuk penduduk
non pemukim TNI AL agar diberikan seluas 500 meter persegi per KK.

Secara prinsip TNI AL menyetujui usulan tersebut, dan telah meneruskan
usulan ke Mabes TNI, namun hingga kini belum ada titik terang karena memang
tidak mudah untuk diadakan pelepasan aset negara yang harus melalui
persetujuan Departemen Keuangan.

Kemudian pada 19 Agustus 1998 terjadi unjuk rasa para warga pemukim non TNI
AL (bekas pemilik tanah Desa Alastlogo, Sumberanyar dan Pasinan yang
dikoordinir Pengacara Probolinggo atas nama MS Budi Santoso, SH dan
Pengacara Madang atas nama Ismail Modal, SH dengan memberikan surat terbuka
menuntut pengembalian tanah yang telah dibeli TNI AL.

Mereka menggugat PN Pasuruan pada 4 November 1999 dan sengketa tanah diputus
dengan putusan bahwa gugatan warga tidak dapat diterima. Hal ini mengingat
secara formal TNI AL telah mempunyai sertifikat hak atas tanah Grati hasil
pembebasan tanah melalui Panitia Pembebasan Tanah Untuk Negara (PTUN) pada
tahun 1960-1963, sementara warga masyarakat penggugat tidak memiliki bukti
apapun.

Setelah kalah di Pengadilan, warga mulai melakukan perlawanan pada September
2001 dengan menebang 12.000 pohon mangga siap panen, merusak pompa dan
jaringan pengairan perkebunan, penutupan jalan pantura, penyerobotan lahan.

Karena untuk merehabilitasi kerusakan perkebunan produktif dan sistem
pengairan membutuhkan biaya besar TNI AL memutuskan pada tanggal 16 Mei 2001
untuk menjadikan wilayah Grati menjadi Pusat Latihan Tempur Marinir.

Upaya penyelesaian dilakukan kembali dengan mengadakan pertemuan pada 14
Juli 2005 antara Bupati Pasuruan dengan Mabes TNI AL di Jakarta. Dalam
pertemuan diputuskan Pemda Pasuruan menyatakan tanah Grati adalah milik TNI
AL, Pemda bersedia menjadi fasilitator penyelesaian permasalahan itu.

Pada 5 Februari 2007 Bupati Pasuruan Jusbakir Aljufri didampingi Ketua DPRD
Pasuruan Ahmad Zubaidi beserta unsur Muspida Pasuruan mengadakan pertemuan
dengan Pangarmatim di Surabaya. Dalam pertemuan it

[mediacare] Rakyat dibenturkan dengan TNI, untuk keuntungan juragan dan calo tanah

2007-06-02 Terurut Topik Yap Hong Gie
Kolonel (L) M. Haryono, yang lahir dan dibesarkan di daerah Grati, Pasuruan, 
merupakan saksi sejarah proses penjualan tanah tersebut, mengungkapkan bahwa 
penduduk setempat telah menjual tanah tersebut ke TNI AL sekitar tahun 1960 
senilai total Rp77.658.210.


Namun, pasca-reformasi tahun 1998, telah memunculkan keinginan warga yang 
semula hanya sebagai penggarap untuk memiliki lahan. Mereka menganggap bahwa 
lahan itu milik leluhur mereka.


Pada tanggal 19 Agustus 1998 terjadi unjuk rasa para warga pemukim non-TNI
AL di Desa Alastlogo, Sumberanyar dan Pasinan yang dikoordinir Pengacara 
Probolinggo atas nama MS Budi Santoso, SH dan Pengacara Madang atas nama 
Ismail Modal, SH., dengan memberikan surat terbuka menuntut pengembalian 
tanah yang telah dibeli TNI AL. Mereka menggugat PN Pasuruan.


Setelah kalah di Pengadilan, warga mulai melakukan tindakan anarkhis dan
perusakan-perusakan, antara lain pada 23 September 2001 menebang 12.000
pohon mangga siap panen, pengerusakan pompa dan jaringan pengairan
perkebunan, penutupan jalan pantura, penyerobotan lahan secara liar yang
dikoordinir oleh oknum kepala desa dengan menjual per kapling-kapling.


Kasus itu diperparah lagi lantaran ternyata banyak praktik sewa tanah secara 
tidak sah di lahan milik TNI AL, penyewa ditarik ratusan ribu rupiah oleh 
oknum tertentu.


Tanah sengketa di area Puslatpur TNI AL ditempati 5.702 rumah warga, sudah 
mencapai 11 desa; yakni Alastlogo, Wates, Semedusari, Jatirejo, Pasinan, 
Balunganyar, Branang, Gejugjati, dan Tampung di Kecamatan Lekok, serta Desa 
Sumberanyar, dan Sumberagung di Kecamatan Nguling.


Pada pertemuan 22 Maret lalu antara Pangarmatim bersama Bupati Pasuruan; 
Jusbakir Aldjufri dengan para kepala desa dan perwakilan warga, TNI AL telah 
menyatakan bersedia untuk merelokasi warga yangi masih tinggal di kawasan 
pusat pelatihan, ke daerah diluar pusat pelatihan.
Setiap pemilik rumah akan diberi lahan seluas 500 meter2, plus tambahan 
lahan sebesar 20 persen untuk pemenuhan fasilitas umum. Itu berarti lahan 
relokasi dan fasilitas umum yang harus disiapkan sekitar 385 hektar.
Namun semua ini ditolak oleh para kepala desa dan sebagian warga, dengan 
alasan dianggap kurang untuk memenuhi kebutuhan warga.

.
PT Rajawali Nusantara (Holding) melalui anak perusahaannya, PT Kebun Grati 
Agung, memiliki kontrak kerja sama dengan TNI-AL, melalui Induk Koperasi 
Angkatan Laut (Inkopal) yang dimulai sejak 1981 hingga 2018, dengan 
pembagian keuntungan 80 persen PT KGA dan 20 persen Inkopal.

Kerjasama ini adalah menggarap areal yang sebelumnya tandus dan kering 
ekstrim, menjadi area perkebunan yang menghasilkan ditunjang dengan irigasi 
pengairan yang baik, dan juga mampu menyerap pekerja dari penduduk 
sekitarnya.


Lagi-lagi rakyat dibenturkan dengan TNI, untuk keuntungan para juragan dan 
calo tanah !



Wassalam, yhg.






[mediacare] Sekilas Tentang TZU CHI

2007-05-31 Terurut Topik Yap Hong Gie
Sekilas Tentang TZU CHI

Buddhist Compassion Relief Tsu Chi Foundation.


Pendahuluan :

.Tzu Chi adalah organisasi kemanusiaan yang didirikan oleh
  Master Cheng Yen pada tahun 1966
. Berpusat di Hualien, Taiwan
. Telah berada di 40 negara


Filsafat :

. Berlandaskan cinta kasih
. Lintas agama, ras, etnis, negara, dan bangsa
. Mengajak semua orang untuk peduli dan melakukan kebajikan
. Membantu yang kurang mampu, mendidik yang mampu



Prinsip Bantuan Kemanusiaan :

Tepat Waktu

. Pada waktu dibutuhkan, bantuan diberikan, tidak terlambat


Langsung

. Bantuan langsung diberikan kepada pihak yang membutuhkan


Prioritas Menghargai Jiwa Manusia

. Mendahulukan yang paling membutuhkan


Berhati-hati dalam menggunakan dana donatur.

. Semua dana dari para donatur harus digunakan dengan hati-hati dan 
selayaknya.
. Tidak ada biaya operasional yang boleh dibebankan atas sumbangan
   para donatur.


Bersyukur.

. Sukarelawan dan dermawan menghargai dan berterima kasih kepada 
orang-orang yang dibantu karena telah diberikan kesempatan untuk membantu.


Filsafat :

. Berlandaskan cinta kasih
. Lintas agama, ras, etnis, negara, dan bangsa
. Mengajak semua orang untuk peduli dan melakukan kebajikan
. Membantu yang kurang mampu, mendidik yang mampu.



Delapan Misi Tzu Chi

1. Pengobatan

2. Budaya Kemanusiaan

3. Amal Sosial

4. Pendidikan

5. Donor Tulang Sumsum

6. Pelestarian Lingkungan

7. Bantuan Internasional

8. Sukarelawan Komunitas



Salah satu misi yang dijalankan Tzu Chi adalah Misi Daur Ulang


Berikut ini adalah kondisi tentang lingkungan hidup yang kita hadapi 
sekarang !

* Kertas Koran dapat bertahan hingga  ±  1 - 3 tahun baru dapat terurai

* Kantong plastik  dapat bertahan hingga  ±  15  tahun baru dapat terurai

* Botol plastik dapat bertahan hingga  ± 300 tahun baru dapat terurai

* Kaleng softdrink dapat bertahan hingga  ±  500 tahun

 * Botol beling dapat bertahan hingga  ±1000 tahun baru dapat terurai

 * Sterofoam dapat bertahan hingga  ±10.000 tahun


Data menurut dinas kebersihan DKI :

1 orang menghasilkan 2 kg sampah / hari
Sampah warga Jakarta/ hari = 7.000 ekor gajah
Sampah kantong plastik yang dibuang = dapat menutupi
2.600 lapangan sepakbola.
Sampah kertas yang dibuang = 10.700 batang pohon Pinus


Jumlah sampah dari kota Jakarta:
1985  =  4.000 ton lebih/ hari
2000  =  6.000 ton lebih/ hari
2003  =  sekitar 7.600 ton/ hari
2005  =  sekitar 9.600 ton/ hari

Maka volume sampah tahun 2005 mencapai 246 kali besar Candi Borobudur
(volume Candi Borobudur = 55.000 m3).


Misi Pelestarian Lingkungan dalam Tzu Chi

Asal mula daur ulang Tzu Chi :

Bulan Agustus 1990, Master Cheng Yen memberikan ceramah di Taichung.
Dalam ceramah yang berjudul "hidup penuh berkah", Master Cheng Yen berbicara 
tentang bagaimana menyortir dan mendaur ulang sampah.
Master menghimbau para relawan untuk melestarikan lingkungan, menggalakkan 
pemilahan sampah, daur ulang dan pemanfaatan limbah, dan menghargai energi.

Sampah jadi Emas; Emas menukar jadi cinta kasih



Apa itu Pelestarian Lingkungan ?


Konsep 5R Pelestarian Lingkungan  è Bermula dari diri sendiri

1. Re-Think (Menimbang ulang)
- Barang yang akan dibeli, kebutuhan ataukah keinginan
2.  Reduce  (Mengurangi)
 - Kantong plastik, produk sekali pakai
3.  Re-use (Memakai kembali)
 - Peralatan makan ramah lingkungan, sapu tangan
4.  Repair (Memperbaiki)
 - Pakaian, perabot elektronik
5.  Recycle (Mendaur ulang)
- Kertas, kaleng aluminium, besi



5 Prinsip Pelestarian Tzu Chi

1- Mewariskan gerakan pelestarian lingkungan pada generasi muda

2- Menjabarkan manfaat pelestarian lingkungan

3- Membiasakan gerakan pelestarian lingkungan dalam kehidupan

4- Menerapkan gerakan pelestarian lingkungan di kalangan keluarga

5- Meresapkan makna pelestarian lingkungan dalam batin



Mewariskan gerakan pelestarian lingkungan pada generasi muda


Mengajak generasi muda agar lebih mengenal makna daur ulang dan terjun dalam 
kegiatan nyata secara langsung


Menjabarkan manfaat pelestarian lingkungan


Memiliki pengetahuan mengenai pelestarian lingkungan, misalnya kandungan 
logam berat yang beracun dalam baterai.
Pelestarian Lingkungan merupakan gerakan yang mudah diterapkan dalam 
komunitas, serta merupakan jalan paling efektif untuk menyelamatkan bumi



Membiasakan gerakan pelestarian lingkungan dalam kehidupan

Kegiatan daur ulang harus dibiasakan serta ditanamkan dalam kegiatan 
sehari-hari, misalnya dengan rutin menggunakan alat makan pribadi atau 
membawa keranjang pada saat berbelanja agar tidak menambah produksi sampah 
plastik


Menerapkan gerakan pelestarian lingkungan di kalangan keluarga

Gerakan pelestarian lingkungan harus dimulai dari diri sendiri kemudian 
mengajak keluarga dan anggota komunitas untuk bergabung. Dengan demikian 
kita dapat terus menggerakkan kegiatan ini hingga lingkup lebih luas lagi

[mediacare] Buddha Tzu Chi Guyur Korban Banjir dengan 500 Ton Beras

2007-05-31 Terurut Topik Yap Hong Gie
Rekan-Rekan Umat Budha,
Bung Batara Hutagalung,

Selamat merayakan Hari Raya Waisak 2551

Semoga Kesehatan, Kesejahteraan dan Kebahagiaan menyertai Anda sekeluarga.

Wassalam, yhg.
---




http://www.detik.com/indexberita/indexfr.php

29/12/2006 13:13 WIB
Buddha Tzu Chi Guyur Korban Banjir dengan 500 Ton Beras
Gagah Wijoseno - detikcom

 Jakarta - Bantuan untuk korban banjir dan longsor terus mengalir. Salah 
satu di antaranya datang dari Yayasan Buddha Tzu Chi, yang menyalurkan 
batuan berupa beras, paket kebutuhan harian dan paket balita untuk para 
korban di daerah bencana.

"Kami sudah salurkan 5 ton beras, 700 paket kebutuhan harian dan 134 paket 
balita ke Muara Sipongi dan Besitang Langkat," kata Komisaris Yayasan Buddha 
Tzu Chi Hong Tjin, saat jumpa pers di kantornya, Jl Mangga Dua Raya, Gedung 
ITC Mangga Dua, Jumat (29/12/2006).

Paket kebutuhan harian terdiri dari biskuit, alat makan/memasak, pakaian, 
sarung, dan selimut. Sedangkan paket balita terdiri dari susu, dot, alat 
makan dan mainan.

Semua bantuan tersebut sudah disalurkan ke lokasi bencana, rencananya 
bantuan tahap kedua berupa beras sebanyak 500 ton akan disalurkan ke daerah 
Kuala Simpang, Aceh Tamiang dan sekitarnya.

"Sekarang dalam perjalanan untuk didistribusikan di daerah bencana," 
cetusnya.

Pada bulan Januari 2007, yayasan juga akan membagikan beras di daerah Jawa 
Tengah di 6 karisidenan sebanyak 2 ribu ton. (ndr/nrl) 



[mediacare] [detik] Mayjen Prijanto Dampingi Foke, Panglima TNI Ajukan Syarat

2007-05-31 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.detik.com/indexberita/indexfr.php

31/05/2007 13:30 WIB
Mayjen Prijanto Dampingi Foke, Panglima TNI Ajukan Syarat
Iqbal Fadil - detikcom

 Jakarta - Satu syarat diajukan Panglima TNI Marsekal TNI Djoko Suyanto
kepada Mayjen TNI Prijanto sebelum bersanding dengan Fauzi Bowo dalam
Pilkada DKI Jakarta.

Djoko mengatakan Prijanto telah meminta restunya untuk maju menjadi cawagub
DKI Jakarta.

"Kemarin memang Mayjen Prijanto menghadap saya menyampaikan bahwa beliau
diminta Fauzi Bowo sebagai cawagub. Jadi jangan terbalik, TNI tidak
mencalonkan karena tidak boleh," kata Djoko di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta
Timur, Kamis (31/5/2007).

Djoko pun memberi izin bersyarat. "Tetapi karena diminta, kita izinkan
dengan satu syarat. Setelah resmi mencalonkan, detik itu juga Mayjen
Prijanto harus mundur dari jabatan Asisten Teritorial KSAD dan keanggotaan
TNI," ujarnya.

Menurut dia, keputusan itu merupakan bentuk konsistensi atas keputusan yang
dibuatnya.

"Apabila ada anggota TNI yang mencalonkan sebagai jabatan yang tidak
dibolehkan TNI (di luar TNI), dia harus mengundurkan diri dan itu disanggupi
oleh yang bersangkutan," kata Djoko.

Lebih lanjut Djoko mengaku belum menerima surat pengunduran diri Prijanto.
"Tetapi karena pencalonannya baru besok diumumkan, mungkin surat pengajuan
pengunduran diri baru besok dilakukan," ujarnya. (aan/sss)


Baca juga:
Bang Yos Puji Mayjen Prijanto
Didampingi Ketua FBR
Adang-Dani Ambil Form di KPUD
Fauzi-Prijanto Cukup Prospektif



[mediacare] 'a war crime' - Jangan lari ,sambil marah2....ah! => Harry Antinegara

2007-05-30 Terurut Topik Yap Hong Gie
Master Harry,

Kalau kemarin Anda mengomentari Holy Uncle: "bertingkah kayak ...a ...silly 
old bum ... input2 yang rediculous/silly and dump" , maka tulisan Anda ini 
adalah contoh yang paling cocok dan tepat!

Orang yang sedikit memiliki analogi sehat, pasti bisa membedakan bahwa 
insiden ini terdiri dari beberapa kejanggalan yang terpisah satu dengan yang 
lainnya.

1. Kedatangan Sutiyoso kemarin adalah dalam rangka memenuhi undangan resmi 
negara bagian New South Wales (NSW) sebagai kepada Gubenur DKI Jakarta, 
dalam rangka mengaktifkan kembali kerja sama "sister state/province" antara 
DKI Jakarta dan New South Wales.
   Seorang pejabat negara, yang menghadiri undangan resmi suatu acara 
   kenegaraan, tidak bisa serta merta dipaksa hadir sebagai saksi, sekalipun 
   oleh Lembaga Peradilan.


2. Sikap arogansi Australia, direpresentasikan oleh kepolisian NSW, dengan 
cara memaksa masuk kamar hotel dengan kunci duplikat, untuk menyampaikan 
surat panggilan sebagai saksi di Pengadilan.
Pihak Kepolisi NSW itu sudah melanggar protokol kenegaraan dan privacy 
seseorang, terutama telah melakukan pelanggaran hukum, yang pada akhirnya 
juga gagal menghadirkan seorang saksi.  Bahkan Sutiyoso pun menolak 
menandatangani (tanda terima) surat pemanggilan Pengadilan, terhadap 
dirinya.


3. Sidang Pengadilan Koroner NSW tentang kasus Balibo 1975 itu
   sendiri.
   Dengan menyeret Sutiyoso sebagai saksi di Pengadilan NSW, "Deputy
   Sheriff" untuk kawasan Asia, ingin menunjukan kekuasaannya, tapi
   hasilnya justru kontra produktif, alias gagal total.
   Ironisnya, tahun 1990 Sutiyoso menjalankan pendidikan selama
   sebulan di Melbourne dan selama enam bulan di Canberra.
   Jadi, Pengadilan kadaluarsa kasus Balibo, yang tidak pernah
   terbukti selama 32 tahun, cumalah sebuah mimbar dagelan saja.


 Kalau Pemerintah Australia yakin telah menjalankan hukum dengan
 benar, kenapa tidak sekalian saja menahan Sutiyoso?


Apakah tata krama (etiket) protokoler Australia memang segitu rendahnya, 
ataukah "undangan" Kepala Pemerintah (Premier) NSW, Morris Iemma, 
dimaksud untuk menjebak Sutiyoso?


Arogansi yang berlebihan membuat setting yang bodoh, sehingga menciptakan 
sandal internasional, akhirnya cuma memalukan citra pemerintah Australia 
sendiri.


Wassalam, yhg.



[mediacare] SEBANYAK 5000 KK TEMPATI LAHAN MILIK TNI AL DI GRATI PASURUAN

2007-05-30 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.d-infokom-jatim.go.id/news.php?id=9861

2007-02-09 21:39:17
SEBANYAK 5000 KK TEMPATI LAHAN MILIK TNI AL DI GRATI PASURUAN

Menurut data, saat ini ada sekitar 5000 KK atau 36.000 jiwa yang menduduki 
lahan TNI AL di Grati Pasuruan. Mereka merupakan warga yang secara tidak sah 
berada di lahan tersebut, karena tidak memiliki beberapa bukti kepemilikan. 
Warga pun makin lama makin berkembang, karena disinyalir ada beberapa oknum 
perangkat desa setempat yang ikut bermain dengan memperjualbelikan pada 
penduduk pendatang.

Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI 
Moekhlas Sidik, MPA pada JNR, Jumat (9/2) mengatakan, beberapa upaya solusi 
telah diusulkan, termasuk upaya relokasi. Namun hal ini tidak mudah untuk 
dilakukan, sebab menyangkut pelepasan aset negera yang harus melalui 
persetujuan pemerintah (Depertemen Keuangan).

Upaya itu disepakati bahwa masing-masing pihak yakni TNI AL, warga dan 
Pemkab Pasuruan akan membawa permasalahan ini ke tingkat yang lebih tinggi. 
Tepatnya Armatim akan membawa permasalahan ini ke Mabes TNI AL dan Mabes 
TNI. Sedangkan Bupati Pasuruan akan mengupayakan ke Gubernur Jawa Timur dan 
Mendagri. â?oSelama upaya ini dalam proses, kami meminta agar Pemkab 
Pasuruan bisa menenangkan warganya agar tidak berbuat anarkhis, seperti 
penutupan jalan dan penyerobotan lahan yang selama ini masih terjadi,� 
kata Pangarmatim.

Pangarmatim mengharapkan, agar masyarakat Grati, Pemkab Pasuruan dan semua 
pihak dapat menciptakan situasi yang kondusif, tenang dan tidak menimbulkan 
gejolak sosial terkait adanya gugatan warga Grati ke PN Pasuruan tentang 
status tanah TNI AL tersebut.
Menurutnya, penyelesaian secara yuridis saja tidak akan cukup memuaskan 
semua pihak, karena hal ini perlu adanya solusi yang arif dan bijak. 
�Harapan kita adalah penyelesaikan win win solution, karena tidak mungkin 
serta merta masyarakat harus pergi tanpa ada relokasi. Tetapi kalau harus 
direlokasi di tempat kami, di antara 3.600 Ha tentu harus ada persetujuan 
dari pemerintah karena itu sudah masuk inventaris kekayaan negara (IKN) 
sehingga harus dipecahkan bersama,� ungkapnya.

Menurut dia, mulai 15 Februari 2007 lahan tersebut tetap digunakan untuk 
tempat latihan Combine Exxercise antara pasukan intai amfibi (Marinir) dan 
pasukan katak Koarmatim berupa penerjunan, pendaratan menggunakan 
hovercraft, latihan penembakan menggunakan tank dan sebagainya.
�Selain Marinir dan Armatim juga melibatkan prajurit Kodikal dan institusi 
TNI AL Surabaya dan sekitarnya,� imbuhnya.


Riwayat Kepemilikan.

Pada tahun1960 TNI AL membeli tanah di Grati Pasuruan seluas 3.569,205 Ha, 
yang tersebar di 11 desa dan dua (2) kecamatan, masing-masing Kecamatan 
Nguling dan Kecamatan Lekok. Sedangkan 11 desa yakni Sumberanyar, 
Sumberagung, Semedusari, Wates, Jatirejo, Pasinan, Balunganyar, Branang, 
Gejugjati, Tamping dan Alastelogo. Dana yang dikeluarkan TNI AL untuk 
membeli tanah tandus kering ekstrim dan sulit air itu sebesar Rp. 
77.658.210,- (Tujuh puluh tujuh juta enam ratus lima puluh delatan ribu dua 
ratus sepuluh rupiah).

Pembayaran tanah dan penggantian bangunan diselesaikan tahun 1963, namun 
masih ada sebagian kecil penduduk yang belum melaksanakan pemindahan 
rumahnya.
Lahan tersebut direncanakan untuk membangun Pusat Pendidikan TNI AL 
terlengkap dan terbesar untuk pendidikan kejuruan Marinir maupun Pelaut. 
Namun saat itu terjadi peristiwa G 30/S PKI dimana negara dalam kondisi 
tidak tenteram, dan TNI AL belum memiliki dana untuk merealisasikan 
pembangunannya.
Sejak tahun 1963 TNI AL mulai melaksanakan pembangunan sarana jalan 
sepanjang 25 km di areal lahan. Di area tersebut juga ditempati oleh warga 
TNI AL (Prokimal) sebanyak 185 KK.

Pada tahun 1966 agar tidak terlantar, tanah TNI AL Grati dikelola oleh 
Puskopal untuk ditanami pohon jarak dan palawija sampai dengan tahun 1982. 
Tahun 1984 keluar Surat Keputusan Kasal No. Skep/675/1984 tanggal 28 Maret 
1984 yang menunjuk Puskopal dalam hal ini Yasbhum (Yayasan Sosial Bhumyamca) 
untuk memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan perkebunan produktif, dengan 
memanfaatkan penduduk setempat sebagai pekerja.

Upaya-upaya penyelesaian sertifikasi tanah yang dilaksanakan Lantamal III 
Surabaya sejak 20 Januari 1986 dapat terealisir oleh BPN pada tahun 1993 
dengan terbitnya sertifikat sebanyak 14 bidang dengan luas 3.676.335 Ha 
(36.763.350 M2). Meski demikian di lapangan masih ditemukan penduduk yang 
belum melaksanakan pindah dari tanah yang telah dibebaskan oleh TNI AL.

Tanggal 3 Februari 1997 TNI AL melaksanakan ruislag (surat persetujuan 
Menteri Keuangan RI No. S.486/A/54/0297) dengan PT PLN seluas 43,895 Ha 
berupa 20 unit rumah jabatan TNI AL di Kenjeran Surabaya, dan PT Pasuruan 
Power Company (PPC) seluas 57,2 Ha berupa tanah seluas 40,185 Ha di Desa 
Mondoluku, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik.

Bupati KDH TK II Pasuruan mengirimkan surat kepada Komandan Lantamal III 
Surabaya No. 050/769

[mediacare] Peduli Anak Sekolah (Baksos Mapala UI)

2007-05-29 Terurut Topik Yap Hong Gie
Sugi Jatmiko [EMAIL PROTECTED]

--- firman syah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

 Dear Mapokalers,

Teman-teman, dalam rangkaian perjalanan panjang kali ini, Mapala UI 
bekerjasama dengan Mahipa UMP (Univ. Muhammadiyah Ponorogo) sebagai tim 
riset akan mengadakan Bakti Sosial di Kecamatan Ngebel, Ponorogo, Jawa 
Timur. Kalo pernah baca tulisannya Sutanto, di sana ada telaga Ngebel yang 
memang cukup menyegarkan, tetapi di lingkungan sekitarnya baru-baru ini 
tertimpa bencana longsor yaitu bulan Februari dan April 2007 yang 
meninggalkan kesulitan baru bagi masyarakat setempat.

Sebagai wujud kepedulian sosial maka Mapala UI berniat mengadakan baksos 
yang akan diadakan pada tanggal 5 dan 7 juli 2007, berupa :

Pemberian peralatan sekolah.
Pemberian peralatan sekolah berupa alat tulis, buku dan tas kepada 105 siswa 
berprestasi yang berasal dari 7 Sekolah Dasar di Kecamatan Ngebel, Ponorogo, 
Jawa Timur.

Pemberian buku
Pemberian buku-buku yang berupa buku pengetahuan populer untuk siswa tingkat 
Sekolah Dasar.
Buku-buku tersebut akan dikelola oleh pihak sekolah melalui perpustakaan 
sekolah sehingga dapat digunakan oleh seluruh siswa.

Sunatan Massal
Sunatan massal dilakukan kepada 30 anak usia Sekolah Dasar di Kecamatan 
Ngebel sebagai salah satu bentuk penyuluhan kesehatan.

Bagi teman-teman Mapala maupun khalayak ramai yang ingin membantu baik 
berupa barang, dana, ataupun link-link untuk memperlancar kegiatan tersebut 
dapat menghubungi :

Firman : 021 98963134
Andro  : 0811 935 842,
Swasti  : 0811 180 586,
Yuni: 0813 164 09063,

atau email ke [EMAIL PROTECTED]

Kita tunggu kontribusi teman-teman, thx a lot .. 



[mediacare] Provokasi Pao An Tui (2): Chinese be prepared for the Danger awaiting us

2007-05-20 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://p208.ezboard.com/Chinese-in-Indonesia/fzhonghuafrm3

http://p208.ezboard.com/Chinese-be-prepared-for-the-Danger-awaiting-us/fzhonghuafrm3.showMessage?topicID=1372.topic

 Pao An Tui
Registered Member
Posts: 2 (3/17/07 12:22 am)

Chinese be prepared for the Danger awaiting us


I. ²»¿ÉÆ«·Ï (bu4ke3*-pian1fei4 - jangan menepis sesuatu secara pandangan 
sepihak)

Populasi bangsa Tionghoa di Indonesia lebih besar dari Taiwan, artinya 
masyarakat Tionghoa terbesar di dunia diluar daratan Tiongkok. Pemerintah 
Indonesia baru-baru ini mengakui jumlah penduduk Tionghoa lebih dari 10 
juta, dan akhirnya setelah lebih dari 30 tahun masa »µÈ˵±µÀ 
(huai4ren2-dang1dao4 - masa orang batil berkuasa) resmi tidak menyangkali 
bahwa bangsa Tionghoa adalah etnis kedua terbesar di Indonesia setelah etnis 
Jawa. Bahkan, beberapa puslitbang melakukan penelitian yang menunjukkan 
angka lebih besar rata-rata diatas 20 juta etnis Tionghoa, dulu terdapat 
kesulitan karena banyak orang Tionghoa mencoba menyembunyikan identitas 
mereka dalam suasana diskriminasi rasial yg lebih buruk dibanding sekarang.

Jumlah orang Tionghoa tidak kecil, jauh lebih banyak dari suku bangsa 
pribumi pada umumnya, meskipun distribusi populasi terpencar-pencar tetapi 
banyak sekali daerah atau tempat pemukiman memiliki komunitas Tionghoa yang 
terkonsentrasi. Proses berkonsentrasi inilah yang harus ditingkatkan, jadi 
meski jumlah lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk dari berbagai 
suku bangsa, kekuatan sumber daya manusia Tionghoa yang padat dan rapat 
berpotensi untuk mengimbangi keunggulan pribumi dalam jumlah populasi.

Bila diterapkan berdasarkan prinsip Perang Asymetris, maka kekurangan dalam 
hal tertentu bisa disesuaikan dengan sikon lapangan agar menjadi kekuatan. 
Bangsa Tionghoa yang minoritas dibanding total jumlah penduduk pribumi dari 
berbagai suku bangsa, dapat mengatasi masalah dispersi dan posisi sebagai 
etnis minoritas sebagai berikut:


1. Dua Dasar utama

1a. tingkatkan proses berkonsentrasi penduduk Tionghoa menurut daerah dan 
tempat pemukiman

1b. mengingat jumlah penduduk pribumi dari berbagai suku bangsa jauh lebih 
besar, terapkan strategi devide et impera - keterpurukan keadaan Indonesia 
dewasa ini dimana tiap-tiap kelompok asli berkonflik satu sama lain justru 
berkat terselubung

2. Renstra dan Implementasi

Dengan populasi Tionghoa yang lebih terkonsentrasi dan keterpecahbelahan 
pribumi, terdapat ruang gerak yang lebih luas untuk membela diri dengan 
melakukan berbagai tindakan defensif jika terjadi keadaan darurat dimana 
Tionghoa terancam.

2a. kelompok-kelompok pribumi yang terpecahbelah menurut perbedaan SARA 
lebih mudah dihabisi satu sama lain. Seperti bermain catur, adukan tiap-tiap 
kelompok seakan-akan mereka ë½Å¼¦ (mao2jiao3ji1 - seperti ayam berkeok-keok 
yang kepalanya terpenggal) untuk menghabisi masing-masing tanpa 
keberpihakan. Ketika ada kelompok tertentu yang berada pada titik terlemah, 
manfaatkan kesempatan untuk mengargetkan pusat gravitasi musuh (ibarat 
potong kaki lawan ketika berduel)

2b. untuk setiap serangan, fokuskan dan kerahkan kekuatan optimal tetapi 
ingat agar jangan sampai kehabisan sumber daya (jangan pernah mencoba 
mencapai obyektif yang hasilnya kurang dari pengeluarannya) - terapkan 
strategi dan taktik konsentrasi kekuatan seperti dilakukan divisi panzer 
Jerman dan Napoleon yang mampu mengalahkan pasukan dari berbagai negara yang 
jumlahnya jauh lebih besar karena ia mampu menerapkan strategi divide and 
rule dan strategi dan taktik konsentrasi kekuatan dengan sempurna


II. Buang jauh-jauh sifat ×øÀ§³î³Ç (zuo4kun4-chou2cheng2 - menjadi tawanan 
kekhawatiran sendiri)

Tentu ada kelebihan kalau kita memiliki basis wilayah, namun 
ketidakpemilikan daerah Tionghoa kecuali daerah tertentu seperti Kalbar 
bukan hambatan yang akan menggagalkan renstra dan implementasi. Pasukan 
penduduk, katakan tentara AS di Irak, tidak mungkin memiliki basis wilayah, 
sama pula halnya dengan beberapa ribu orang Belanda dari VOC yang mampu 
menguasai seluruh Arsipelase Melayu. AS dan Belanda berhasil dengan renstra 
dan implementasi konsentrasi kekuatan dan devide et impera yang baik. 
Tionghoa dari Kerajaan Demak dan Lanfang Gongsi di Kalbar pernah berhasil 
menundukkan pribumi dengan cara yang sama, strategi dan taktik yang 
dipelajari orang Barat dan kemudian mereka terapkan kepada orang Asia, 
termasuk Tionghoa.

Demikian, diharapakan tuntas sebagian dari hal-hal yang dikhawatirkan tidak 
mungkin dilakukan demi masa depan bangsa Tionghoa yang lebih baik di 
Indonesia sehingga seakan-akan berprospek tidak cerah. Langkah pertama yang 
terpenting, harus ada pemulihan ikatan emosional antara tiap-tiap 
putra-putri bangsa Tionghoa, tidak mungkin kita berubah dari manusia 
³ì³ù²»Ç° (chou2chu2-bu4qian2* - peragu dalam bertindak) yang Íü±¾ 
(wang4ben3 - lupa akar) menjadi manusia ÍüÉíÍü¼Ò (wang4shen1-wang4jia1 - 
mengutamakan kepentingan bersama diatas segalanya) untuk mencapai sesuatu

[mediacare] "Vietnam Syndrome" => Arnold - USMC Dishwasher

2007-05-14 Terurut Topik Yap Hong Gie
Hhmm  dulu waktu Hans Gouw masih sukses sebagai calo Asylum; berjualan 
tema favorit pemerkosaan Cina, Anda dkk dekat dengan dia 
giliran HG sedang susah dipenjara - sekonyong-konyong dia jadi "my twin 
brother", jangan gitu dong ah!
Kelihatan sekali jiwa-karakter Anda ini.


E ... eh ... hampir lupa nagih hutang tentang pembohongan publik dibulan 
lalu:
1. Pada '98 Kopassus bertugas menculik dan menembak para mahasiswa.
2. YHG pernah menulis tahun lalu satu mobil bersama kelompok FPI,
ketika anggota FPI melakukan pemerasan terhadap suatu tempat usaha.

Kalau punya secuil kredibilitas dan sedikit rasa malu, coba 
pertanggung-jawabkan fitnahan Anda, tentu dengan membawa data dengan 
link-URL-nya.



You are right, I have never seen combat, since I have never been in the
army, nor been discharged by the military.
But, I could understand your pride as a Marine vet, eventhough as a 
dishwasher and kitchen cleaner of the USMC!


One does not need to experienced combat, just to know about the lies,
manipulations, and miss-leading propaganda, in covering your country's
losses in Iraq. Such as Hollywood patriotism in "Black Hawk Down"
is covering-up the fiasco and embarrassment, documented in the military 
history.


FYI: Kawan-kawan saya bertukar pikiran mulai dari Tamtama sampai Perwira 
Tinggi, yang kebanyakan berasal dari infanteri tempur atau satuan Komando 
khusus.
Jadi pencerahan dari Anda sebagai veteran USMC bagian dapur adalah merupakan 
pengalaman pertama bagi saya.


(1.)
Statement Anda: "not to copy the Left Wing Opinion's Media! who didn't 
understand and know anything about Iraq and Vietnam at the first place!", 
menunjukan kemunafikan yang persistent.
Seluruh dunia sudah melihat bagaimana tentara Anda sudah hancur-hancuran di 
Irak, setiap hari lebih dari 2 orang berguguran seperti lalat.
Mental dan moral pasukan juga sudah rusak melawan 'ghosts" musuh yang tidak 
nampak.

Berita kebenaran yang menyakitkan tidak selamanya berasal dari media kiri, 
apakah Anda mewakili opini Holywood dengan mengatakan bahwa AS telah menang 
perang di Vietnam?
Melengkapi berita dari "Left Wing Opinion's Media"; The Associated Press, 
briefing dari Komandan militer AS di Irak; Jenderal David Petraeus, yang 
memprediksi akan meningkatnya pembantaian terhadap tentara AS dan 
memohon-mohon dukungan komitment luar biasa dari pemerintah AS.


Iraq will grow bloodier for U.S., general predicts
Friday, April 27, 2007
The Associated Press
At a Pentagon news briefing Thursday, Gen. David Petraeus, the U.S. military 
commander in Iraq, said the war would require "an enormous commitment" by 
the United States.
WASHINGTON - The U.S. military commander in Iraq says the war effort may 
well get harder before it gets easier and American casualties are likely to 
continue to climb.

~~~

Satu lagi pemberitaan dari "media kiri"; BBC, tentang mental dan moral 
perajurit AS yang memperkosa dan membunuh anak 14th beserta keluarganya.

http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/6152118.stm

Wednesday, 15 November 2006,
US soldier admits Iraq girl rape
A US Army soldier has pleaded guilty to raping a 14-year-old Iraqi girl and 
helping murder her and her family.



(2.)
Talking about Saddam Hussein, menurut estimasi Human Rights Watch, dalam 
periode 20 tahun Rezim Saddam Hussein telah membunuh , sebanyak 250,000 to 
290,000 jiwa warga sipil.
Sedangkan, menurut survey Johns Hopkins, korban warga sipil yang disebabkan 
oleh agresi AS selama 4 tahun (2003) berjumah antara: 426,269 and 793,663, 
dengan probabilitas tertinggi 601,027 jiwa.
Jadi, siapakah juara dunia bantai-membantai penduduk sipil dan anak-anak?



(3.)
Pernah lihat anjing yang kalah berkelahi, dengan buntutnya diselangkangan 
kabur terkaing-kaing, going home for licking his wounds ...
As the "winner", US. Forces training consist exclusively of :  how to stay a 
life in desperation, counting body bags, and how to escape - leaving ground 
zero in the most elegant way  ha ha ha 



Memang mantap wawasan perang Mr. Dishwasher of the USMC Kitchen!!!


Wassalam, yhg.




Dear YHG,

Please say Hello next time when you visit your "twin brother":
Yap Hans Gouw[YHG] at the Prison!

BTW: I like your comment, it's so very refreshing!
Once again YHG, you as a civilian who lacks of experiences and
whose never been in actual Combat [you've tried too hard to convince
yourself]!!!to be a military analyze expertise???!: You're NOT!

The First Lesson is:

1. You should have analyzed deeper and thoroughly especially if you
lack of military back ground!!!, also not to copy the Left Wing
Opinion's Media! who didn't understand and know anything about Iraq
and Vietnam at the first place!

2. If your comment were so TRUE!!!
Otherwise Saddam Husein, two of his sons, all of his cabinet members
were not 'hanged and killed'! O-{===
His 2 daughters would not refuged to Jordan?
I hope YHG would agree until this point!
If not it's OK!

3. W

[mediacare] Ada apa dengan pakaian seragam? =>Harry Antinegara

2007-05-13 Terurut Topik Yap Hong Gie
Dear Master Harry,

Kemungkinan antipati Anda terhadap orang berseragam adalah akibat trauma 
dari pengalaman yang kurang menguntungkan dimasa kecil.

Untuk sedikit memahami dan mengurangi sedikit trauma Anda tentang 
orang-orang berseragam, saya ingin mengajak Anda melihat masalah ini secara 
jernih, tanpa pra-duga dan secara profesional.

Sebenarnya, penggunaan seragam ansich merupakan standar kebutuhan HRD 
diseluruh dunia, yang diperlukan oleh lembaga, industri atau perusahaan yang 
memiliki banyak tenaga kerja, terdiri dari berbagai tingkatan, bermacam 
bagian atau services.
Selain di bidang industri, pertokoan, juga dibidang hospitality, seperti 
rumah sakit, hotel, airline, kapal penumpang, serta perusahaan tertentu, 
juga di lembaga pemerintahan, seragam merupakan "dress code" untuk 
menghormati konsumen, pasien, dan pelayanan masyarakat pada umumnya.
Seperti taman bermain Anda di Casino, para pelayan sampai tingkat manager 
juga memakai seragam, walaupun bentuknya berupa "Black Suit & Tie" dengan 
name-tag, (pin) logo, itu juga dikatagorikan sebagai seragam.

Khususnya di negara kita, untuk orang di pemerintahan, pekerja pabrik, 
pertokoan dll, pembagian seragam merupakan "tunjangan pakaian", sehingga 
personil atau pekerja tidak ada pengeluaran extra, untuk membeli pakaian 
kerjanya sendiri.
Disekolah-sekolah kita, penggunaan seragam, a.l. merupakan alat atau cara 
agar para siswa tidak lomba pamer pakaian dan menghindari gap 
sosial-ekonomi.


Tetapi di Eropa atau negara maju lainnya (kecuali Jepang), budaya penggunaan 
seragam di lembaga pemerintahan atau dunia usaha memang jarang, oleh karena 
selain menjadi cost besar yang harus ditanggung instansi/perusahaan, budaya 
masyarakatnya memilih kebebasan dalam berpakaian.
Kita juga tidak perlu bingung kalau dilayani petugas pemerintahan, guru atau 
dosen yang memakai jeans, walaupun atasnya memakai jas, itupun karena 
dingin.

Nah, kalau pejabat pemerintahan kita; Camat, Bupati, Gubenur yang 
menggunakan seragam dengan atribut (seperti) militer, saya kira adalah 
turunan dari jaman kolonial, dimana pakaian resmi para Regent (Bupati) dan 
Goeveneur (Gubenur) berstelan putih-putih, seperti layaknya perwira Angkatan 
Laut.
Ditambah lagi, bahwa setelah masa kemerdekaan, banyak dari pejabat 
pemerintah berasal dari para pejuang, pensiunan militer atau penugasan dari 
ABRI, yang memperkuat standarisasi dress code seperti itu.

Kalau masyarakat dinegara Anda - Australia, kurang menghargai atau 
menghormati orang berseragam, juga dipengaruhi kuat oleh (turunan) budaya 
sejarah, khususnya karena kebanyakan pendatang kulit putih Australi asalnya 
transmigran (buangan penjahat) dari Inggris.


Mengenai komentar "...jendralnya pakai tongkat pentung kecil lencir di kepit 
di-ketiak-nya  kelihatan/kayaknya ...dunia sudah ditelapaknya...", dimaksud 
adalah Tongkat Komando.
Yang memegang tongkat komando adalah para Perwira Menegah; setingkat Mayor 
(Sr) - Letkol - Kolonel dan Perwira Tinggi setingkat Brigjen - Mayjen - 
Letjen dan Jenderal; hanya mereka yang memimpin suatu pasukan; mulai tingkat 
paling rendah Komandan Batalyon, Komandan Resimen, Brigade, Divisi, Korps 
dan Angkatan.
Jadi penampilan seorang Komandan pasukan dalam acara resmi memang berbeda 
dengan perwira biasa.
Tetapi dalam suasana santai mereka bisa sama konyolnya seperti Anda dan 
saya.

Gaya yang sama juga kita lihat di para managers hotel-hotel berbintang lima, 
walaupun tidak memegang tongkat komando, tapi gaya mereka juga terkesan 
"sok".


Mengenai "fashion" keagamaan (Islam) yang menurut Anda tidak cocok dengan 
daerah tropis seperti Indonesia ini, bagamana tanggapan Anda mengenai jubah 
para pastor dan suster di Irian dan Afrika, apakah klimatnya lebih cocok 
bagi mereka disana?
Bukankah dress-code keagamaan itu merupakan hak, kewajiban dan tanggung 
jawab para penganutnya, dimana Anda sama sekali tidak berhak untuk menilai, 
apalagi memberikan retarded komen semacam itu.


Manusia berseragam tidak mesti berkelakuan buruk atau berjiwa busuk, semua 
tergantung dari pribadinya masing-masing.
Saya khwatir, para petualang, kriminal, raja tega dan manipulator justru 
lebih diwakili oleh pelaku dari dunia sipil, swasta, para profesional, 
pengusaha dan ... politisi, sebut saja misalnya Bush, Howard dlsb 
mohon maaf ini cuma sekedar contoh.


Tapi apapun, saya ikut prihatin tentang trauma masa kecil Anda yang 
mengalami pelecehan (sexual?), entah oleh baby sitter, atau di asrama 
sekolah, maupun kekerasan dimasa kenakalan remaja -dikamplengi oleh tentara 
atau polisi, sehingga berbekas yang mengganggu psikhis Anda terhadap 
orang-orang berseragam.


Wassalam, yhg.






[mediacare] [thenation] Outsourcing the War

2007-05-13 Terurut Topik Yap Hong Gie
Tentara bayaran AS di Irak mempunyai motto sendiri:
"Apa yang terjadi disini hari ini, disimpan disini hari ini."
( "What happens here today,  stays here today." )


Di Irak ada sekitar 48,000 anggota tentara bayaran (private military), dari 
perusahan "kontraktor" seperti: Blackwater, Triple Canopy and DynCorp dan 
dari perusahaan negara lainnya.


Selain standar ganda untuk pembayaran honor mereka, juga berlaku standar 
ganda dalam penerapan hukum.
Tentara reguler yang melakukan pelanggaran dan tindak pidana diadili oleh 
pengadilan militer "Uniform Code of Military Justice" (UCMJ), dimana sudah 
diproses 64 kasus tindak pidana.
Sebaliknya, dalam 4 tahun perang Irak tidak satu pun tentara kontrakan yang 
diadili atas tindakan kriminal terhadap warga Irak, tidak oleh pengadilan 
militer, tidak juga oleh pengadilan sipil, maupun oleh lembaga peradilan 
Irak.

Brigjen Karl Horst yang memimpin Divisi Infantri 3, dalam kemarahannya atas 
akuntabilitas para kontraktor, melakukan penyelidikan terhadap tindak 
kekerasan para tentara bayaran di Bagdad.
Hanya di periode 2 bulan dia mencatat 12 kasus penembakan terhadap penduduk 
sipil, yang menyebabkan korban 6 meninggal dan 3 luka-luka.


Sementara di kongres berlangsung perdebatan tentang akuntabilitas para 
tentara bayaran, namun semangat politik dibaliknya tidak ada.

Wassalam, yhg.




http://www.thenation.com/doc/20070528/scahill

Outsourcing the War
Jeremy Scahill

Editor's Note: Jeremy Scahill, bestselling author and investigative reporter
for The Nation, testified May 10 before the House Appropriations
Subcommittee on Defense on the impact of private military contractors on the
conduct of the Iraq War. This is the full text of his remarks.

My name is Jeremy Scahill. I have submitted my full remarks and request they
be entered into the record. I am an investigative reporter for The Nation
magazine and the author of the book Blackwater: The Rise of the World's Most
Powerful Mercenary Army. I have spent the better part of the past two and a
half years researching privatized warfare. I have interviewed scores of
sources, filed many Freedom of Information Act requests, obtained government
contracts and private company documents of firms operating in Iraq,
Afghanistan and elsewhere.

As this Committee is well aware, we are now in the midst of the most
privatized war in the history of our country. This is hardly a new
phenomenon, but it is one that has greatly accelerated since the launch of
the "global war on terror" and the invasion and occupation of Iraq. Many
Americans are under the impression that the US currently has about 145,000
active duty troops on the ground in Iraq. What is seldom mentioned is the
fact that there are at least 126,000 private personnel deployed alongside
the official armed forces. These private forces effectively double the size
of the occupation force, largely without the knowledge of the US taxpayers
that foot the bill.

But despite the similarity in size of these respective forces in Iraq, there
are key differences with the way our government approaches the active-duty
military and these private war contractors. For instance, we know that
nearly 3,400 US soldiers have been killed in Iraq and more than 25,000
wounded. We do not know the exact number of private contractors killed or
wounded. Through the US Department of Labor, we have been able to determine
that at least 770 contractors had been killed in Iraq as of December 2006
along with at least 7,700 wounded. These casualties are not included in the
official death count and help to mask the human costs of the war. More
disturbing is what this means for our democracy: at a time when the
administration seems unwilling to subject its war strategy to oversight by
the Congress, we face the widespread use of private forces seemingly
accountable to no effective system of oversight or law.

While tens of thousands of these contractors provide logistical support,
thousands are heavily armed private soldiers roaming Iraq. We do know that
there are some 48,000 employees of private military companies in Iraq alone.

These forces work for US companies like Blackwater, Triple Canopy and
DynCorp as well as companies from across the globe. Some contractors make in
a month what many active-duty soldiers make in a year. Indeed, there are
private contractors in Iraq making more money than the Secretary of Defense
and more than the commanding generals. The testimony about private
contractors that I hear most often from active duty soldiers falls into two
categories: resentment and envy.

They ask what message their country is sending them. While many soldiers
lack basic protective equipment--facts well-known to this committee--they
are in a war zone where they see the private soldiers whiz by in better
vehicles, with better armor, better weapons, wearing the corporate logo
instead of the American flag and pulling in much more money. They ask: Are
our lives worth less?

Of course, t

[mediacare] [Chronicle] "Vietnam Syndrome"

2007-05-12 Terurut Topik Yap Hong Gie
Sejarah kekalahan perang AS berulang kembali!
Simak perbandingan indikator yang paralel dengan perang Vietnam ...


http://www.chron.com/disp/story.mpl/editorial/4794324.html

Editorial
May 10, 2007, 8:17PM
Vietnam syndrome
The consequences of U.S. defeat in Iraq would be much greater than they were 
in Vietnam.
Copyright 2007 Houston Chronicle


As the war in Iraq drags on into its fifth year, comparisons to the Vietnam 
War grow more frequent and persuasive.
There are some parallels, as there are to all wars, but key differences 
between Vietnam and Iraq also deserve noting.

As in Vietnam, the United States faces an enemy that cannot be distinguished 
from the civilian population.
A preliminary hearing for Marines charged with killing 24 civilians in the 
Iraqi town of Haditha recalls the U.S. massacre at My Lai.

As in Vietnam, the United States is fighting a war that can't be decisively 
won because a determined, seemingly inexhaustible enemy would rather die 
than cease killing.

In Iraq, the United States again is allied to a democratic government that 
cannot successfully defend itself, no matter how much aid it receives.
As it did following the Vietnam War, the United States might wind up having 
to resettle hundreds of thousands of Iraqis who took our side in the war but 
would risk being murdered if they remained in their country after U.S. 
withdrawal.

Similar to President Lyndon Johnson's experience, President Bush lost 
popular American support for the war as U.S. casualties mounted.
Like Johnson, Bush is unwilling to withdraw. Repeating the 1960s, it will 
take a change in leadership to end U.S. combat involvement in Iraq.

In Vietnam, the United States faced a united, determined enemy: communist 
North Vietnam and its Viet Cong allies.
In Iraq, U.S. troops battle a multifaceted enemy: Saddam loyalists, Shiite 
militias and imported terrorists with ties to al-Qaida.
These enemies can hardly be identified, much less decisively defeated or 
negotiated with.

In Vietnam, the United States spent hundreds of billions of dollars, 
suffered 400,000 casualties and inflicted more than 1 million.
In Iraq, the financial cost is almost as high, but U.S. casualties number in 
the thousands.
Iraqi combat and civilian deaths are difficult to calculate but probably 
exceed 100,000.


The most telling difference between the war in Iraq and the one in Vietnam 
is the most dangerous.
When the United States could not prevail in Vietnam, it withdrew, with 
little consequence to U.S. strategic interests or the regional balance of 
power. U.S. withdrawal from Iraq could result in another rogue regime bent 
on anti-Western terrorism and aggression.
Alternatively, civil war resulting in complete anarchy and a failed state 
would offer global terrorists another base from which to operate with 
impunity.

In some ways, Americans might come to wish the war in Iraq were more like 
the Vietnam War, not less. 



[mediacare] Re: Bagaimana mencegah terulangnya peristiwa Mei 1998

2007-05-09 Terurut Topik Yap Hong Gie
Beberapa hari yang lalu saya dihubungi seorang staf redaksi dari sebuah TV
swasta, untuk memberi informasi dan diperkenalkan pada pihak yang tahu
banyak soal korban etnis Tionghoa pada Peristiwa Mei '98.


Biasanya saya selalu membantunya dengan me-refer kepada pihak yang
bersangkutan atau yang kenal dengan ybs.
Tetapi kali ini secara tegas saya menolaknya; "Saya tidak bersedia
membantu Anda karena saya tidak setuju dengan program peringatan Mei'98".


Karena terdengar kaget maka saya jelaskan bahwa, kerusuhan berdarah
Mei'98 bukan semata-mata tragedi bagi etnis Cina tetapi merupakan
malapetaka bagi seluruh bangsa.

Kalau pada setiap peringatan Peristiwa Mei'98 yang diangkat hanya
korban dari etnis Cina, bagaimana dengan opini dari keluarga ratusan
korban pribumi yang tidak pernah jelas jumlah dan identitasnya?

Apakah ini tidak menimbulkan kecemburuan baru, yang efeknya justru
kontraproduktif bagi etnis Cina sendiri?

Selain banyak cerita-cerita bohong mengenai tragedi Mei'98, ada
pihak-pihak yang memanfaatkan exposure ini untuk menjual-belikan suaka
politik di AS.


Saya bilang, "kalau diperlukan saya siap untuk mendiskusikan hal ini
dengan pimpinan redaksi Anda".


Kawan saya paham sekali dan akan menyampaikan pada tim redaksi medianya.


Wassalam, yhg.
--


[mediacare] Pergeseran pejabat di Korps Marinir TNI-AL

2007-05-08 Terurut Topik Yap Hong Gie
Dijajaran Korps Marinir telah terjadi pergeseran jabatan; baik itu bersifat 
promosi maupun mutasi jabatan, khabarnya sebagaian dari para pejabat lama 
akan menjalani pendidikan di LEMHANAS.


Kol. Mar. RM. Trusono, mantan Komandan Brigade Infanteri-3 Piabung Lampung, 
telah diangkat menjadi Asisten Intelijen Komandan Korps Marinir, 
menggantikan Kol. Mar. Denny Kurniadi
Kol. Mar. Saud Tambahtua, mantan Asintel Pasmar II, telah diangkat menjadi 
Komandan Brigif -3 Piabung - Lampung.


Kol. Mar. Arie Tuhono telah diangkat menjadi Asisten Logistik Komandan Korps 
Marinir, menggantikan Kol. Mar. Tommy Basari Natanegara
Kol. Mar. Sudirmanto telah diangkat menjadi Kadismat (Kepala Dinas Material) 
Kormar, menggantikan Kol. Mar Ivan AR. Titus.

Kol. Mar. Yuniar Ludfi telah diangkat menjadi Komandan Pangkalan Marinir 
(Danlanmar) Surabaya, menggantikan Kol Mar Sudirmanto.


Letkol. Mar. Widhy, yang tadinya menjabat Wadan Walpri, Grup A - Paspampres, 
telah diangkat menjadi Komandan POMAL Lantamal III - Jakarta.


Kepada Pak Trus, Pak Saud, Pak Arie, Pak Dirman, Pak Lutfi dan Pak Widhy, 
kami ucapakan selamat atas kepercayaan dan kehormatan Korps Marinir TNI-AL, 
untuk menempati jabatan baru dan selalu sukses dalam menjalani penugasan dan 
tanggung jawabnya yang semakin kompleks.


Kepada Kang Denny dan Pak Tommy dan Pak Ivan, selamat menemani Bang Chaedir 
menjadi siswa kembali  namun kali ini bukan siswa sembarang siswa, 
tetapi pendidikan untuk meraih peluang "bintang kecil".


Wassalam, yhg.





KOLONEL MARINIR RM. TRUSONO ASINTEL DANKORMAR

[26-April-2007]
Komandan Brigade Infanteri-3 Marinir Kolonel Marinir RM. Trusono, Kamis 
(26/4) secara resmi menempati jabatan baru sebagai Asisten Intelijen 
Komandan Korps Marinir (Asintel Dankormar).

Dalam acara serah terima jabatan yang dilaksanakan secara sederhana di Mako 
Korps Marinir Jl. Prapatan No. 40 Jakarta Pusat tersebut, Kolonel Marinir 
RM. Trusono menerima tugas dan tanggung jawab Asintel Dankormar dari pejabat 
lama Kolonel Marinir Denny Kurniadi.

Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Safzen Noerdin, S.IP yang memimpin 
langsung acara sertijab itu dalam amanatnya mengatakan, serah terima jabatan 
Asintel Dankormar ini merupakan proses kesinambungan kepemimpinan yang 
diharapkan dapat lebih memantapkan manajemen organisasi agar menghasilkan 
kinerja yang lebih baik dan antisipatif dalam menghadapi dinamika dan 
tantangan tugas di masa mendatang.

Selain itu, lanjut orang nomor satu di lingkungan Korps Marinir itu, serah 
terima ini diharapkan dapat membawa semangat baru sekaligus penyegaran 
ide-ide yang semakin berkualitas, dan dapat diimplementasikan di seluruh 
jajaran Korps Marinir dengan sebaik-baiknya.

Menurut Dankormar, di dalam struktur organisasi Korps Marinir, Sintel Kormar 
mempunyai fungsi, tugas dan peran yang sangat penting dalam rangka menunjang 
pelaksanaan tugas pokok Korps Marinir. " Selama ini Asintel Dankormar telah 
menjalankan tugasnya untuk membantu Dankormar dalam pembinaan kebijakan 
bidang intelijen yang meliputi perencanaan, penyelidikan, pengamanan dan 
penggalangan secara baik dan berhasil guna " kata Dankormar di depan kedua 
pejabat Asintel Dankormar yang lama dan baru serta sejumlah pejabat teras 
Korps Marinir yang menghadiri sertijab itu.

Pada akhir amanatnya, Dankormar menyampaikan ucapan terima kasih dan 
penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala sumbangan pemikiran serta 
usaha pekabat lama selama mengemban jabatan sebagai Asintel Dankormar dalam 
memberikan kontribusi positif yang sangat bermanfaat bagi Korps Marinir.
Sedangkan kepada pejabat baru, Dankormar mengucapkan selamat atas jabatan 
baru yang disandangnya dan berharap dapat melahirkan gagasan dan pemikiran 
segar dalam rangka meningkatkan kinerja di jajaran staf intelijen Korps 
Marinir.
[Redaksi MARINIR]




SERTIJAB ASLOG DANKORMAR SERTA KADISMAT KORMAR

[25-April-2007]
Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI (Mar) Safzen Noerdin, S.IP, 18 
April 2007 lalu memimpin acara Serah Terima Jabatan (Sertijab) Asisten 
Logistik Komandan Korps Marinir (Aslog Dankormar) serta Kepala Dinas 
Material Korps Marinir (Kadismat Kormar) di Markas Komando Korps Marinir Jl. 
Prapatan No. 40 Jakarta.

Jabatan Aslog Dankormar diserahterimakan dari Kolonel Marinir Tommy Basari 
Natanegara kepada Kolonel Marinir Arie Tuhono, sedangkan Kadismat Kormar 
diserahterimakan dari Kolonel Marinir Ivan AR. Titus kepada Kolonel Marinir 
Sudirmanto.

Dalam acara yang dihadiri sejumlah pejabat teras di lingkungan Korps Marinir 
tersebut, Dankormar mengatakan, makna hakiki yang terkandung pada acara 
pergantian ini merupakan wujud kepercayaan dan kehormatan dari pemimpin 
Korps Marinir yang diberikan kepada pejabat yang bersangkutan dan penyegaran 
pemikiran serta manajerial organisasi yang konseptual, dengan harapan mampu 
menyelenggarakan perilaku organisasi yang lebih dinamin sehingga mampu 
menghasilkan nilai "out put" yang lebih optimal.

Perilaku or

[mediacare] Mabes TNI Mutasi 42 Pati

2007-05-08 Terurut Topik Yap Hong Gie

http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=292274&kat_id=23

Senin, 07 Mei 2007  16:24:00
Mabes TNI Mutasi 42 Pati

Jakarta-RoL -- Markas Besar (Mabes) TNI kembali memutasi 42 perwira 
tingginya sesuai Keputusan Panglima TN Nomor Kep/38/V/2007 tentang 
Pemberhentian dan Pengangkatan 42 pati di lingkungan TNI.

Kepala Dinas Penerangan Umum Mabes TNI, Kolonel CAJ Ahmad Yani Basuki, 
mengatakan di Jakarta, Senin (7/5), ke-42 pati yang mengalami mutasi itu 
terdiri atas empat orang di jajaran Mabes TNI, sembilan orang dari Mabes TNI 
Angkatan Darat, 12 orang di Mabes TNI Angkatan Laut, dan satu orang di Mabes 
TNI Angkatan Udara.

Selain itu, ada juga tiga orang di lingkungan Departemen Pertahanan, sebelas 
orang di jajaran Lemhanas, satu orang di lingkungan Badan Intelijen Negara 
(BIN), dan satu orang di Pusat Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI.

Dari 42 pati yang dimutasi, 29 orang yang mengalami mutasi antarjabatan 
dalam pangkat yang sama,
Mayjen TNI (Mar) Safzen Noerdin (Dan Korps Marinir) menjadi Irjenal 
menggantikan Mayjen TNI (Mar) Nono Sampono yang dipercaya menjadi Dankormar;
Brigjen TNI Zahari Siregar (Kasdivif-2 Kostrad) menjadi Kepala Pusat Misi 
Pemeliharaan Perdamaian (Ka PMPP) TNI;
Brigjen TNI Santosa Maha (Widyaiswara BIN) menjadi Staf Khusus Panglima TNI;
Brigjen TNI Supriyadi (Kapusjian Demo Etnis Sosbud Debid Jian Lemhannas RI) 
menjadi Staf Khusus Panglima TNI;
Marsma TNI Dikdik Amir Hasan (Widyaiswara Madya Bid Ekonomi Lemhannas RI) 
menjadi Dirjian Ekonomi Debid Jian Strat Lemhannas RI; dan
Marsma TNI M Subchan (Widyaiswara Madya Bid Hub Internasional Lemhannas RI) 
menjadi Dirtap Transial Univers Debid Taplai Bangsa Lemhannas RI.

Sedangkan 12 orang yang mengalami promosi jabatan, adalah Brigjen TNI 
Heriyono (Kadispsiad) menjadi Koorsahli Kasad; Kolonel Inf Eddy Kustiwa 
(Sekretaris Dispsiad menjadi Kadispsiad); Marsma TNI Rispandi Ilyas 
(Kadisdikau) menjadi Pa Sahli Tk III Bid Ekkudak Panglima TNI; Kolonel Pnb 
Bambang Wahyudi (Sesdikau) menjadi Kadisdikau; Kolonel Laut (T) Amri Husaini 
(Paban V/Prodin Spamal) menjadi Kadispamal.

Satu orang yang memasuki masa pensiun Mayjen TNI Johnny Wahab (Koorsahli 
Kasad) menjadi Pati Mabes TNI AD, kata Ahmad Yani.

antara is

 © 2006 Hak Cipta oleh Republika Online


Koreksi:
Jabatan terakhir Mayjen TNI (Mar) Nono Sampono yang sebelumnya adalah 
Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL)





[mediacare] Mayjen (Mar) Safzen Noerdin Dekat dengan Prajurit

2007-05-08 Terurut Topik Yap Hong Gie
Selamat Jalan Jenderal!

Selamat atas kepercayaan dan kehormatan yang diberikan negara dalam
menempati jabatan Irjen TNI AL.

Semoga tali silaturahmi dengan keluarga besar Korps Marinir akan selalu
terpelihara dan tetap terjalin dengan baik.

Wassalam, yhg.
---


http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/safzen-noerdin/index.shtml

Safzen Noerdin
Dekat dengan Prajurit

Mayor Jenderal (Marinir) Safzen Noerdin kelahiran Kruengsabe, Aceh tahun 
1952 butuh waktu 29 tahun saja untuk menduduki jabatan sebagai Komandan 
Korps Marinir TNI-AL. Ia, sejak tanggal 9 November 2004 menggantikan Mayjen 
(Mar) Ahmad Rivai. Sebelum diangkat menjadi Komandan Korps Marinir, dia 
menjabat Komandan Pendidikan TNI Angkatan Laut. Sedangkan jabatan Kepala 
Staf Korps Marinir sudah dipegangnya dua tahun sebelumnya.

Suami dari Diah Winarsini yang memiliki lima anak terdiri empat perempuan 
dan satu laki-laki, ini lulus dari Akademi Angkatan Laut tahun 1975. Ia 
sekaligus terpilih sebagai satu dari tujuh teman seangkatan yang memasuki 
kecabangan marinir. Safzen Noerdin yang dikenal sangat dekat dengan para 
prajurit memiliki perjalanan karir yang terbilang mulus. Kedekatan dengan 
prajurit berikut kelancaran karir selama berbakti di 'pasukan katak' adalah 
buah dari sikap Noerdin yang selalu bersungguh-sungguh dalam melaksanakan 
setiap tugas yang dipercayakan pimpinan.

Kesungguhan Noerdin melaksanakan tugas tampak jelas pada setiap penugasan. 
Seperti saat bertugas sebagai Wakil Komandan Kontingen Garuda XII-B Pasukan 
Pemeliharaan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang bertugas di 
Kamboja. Noerdin yang masih berpangkat mayor marinir ketika itu bertugas 
mendampingi Komandan Kontingen Garuda XII-B Letkol Ryamizard Ryacudu (kini 
Kepala Staf TNI Angkatan Darat). Semasa bertugas di Kamboja Noerdin aktif 
membina hubungan dekat dengan wartawan Indonesia yang meliput konflik di 
negeri pagoda itu.

Kamboja bukanlah medan penugasan pertama yang dijalani Noerdin di luar Korps 
Marinir. Sebelumnya tahun 1988 Noerdin dipercaya bergabung dalam Kontingen 
Garuda-IX yang dikirim ke Irak. Noerdin juga pernah dilibatkan dalam 
penyelesaian masalah Aceh duduk sebagai Ketua Joint Security Committee (JSC) 
dari unsur Pemerintah RI. Noerdin kemudian menjabat sebagai Wakil Panglima 
Komando Operasi TNI untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Kedekatan dengan prajurit membuat Noerdin tak merasa rikuh tatkala 
pangkatnya telah dinaikkan dari kononel marinir menjadi brigadir jenderal 
marinir namun masih memegang jabatan Komandan Brigade Infanteri 2 Korps 
Marinir, jabatan yang diperuntukkan bagi seorang kolonel marinir. Ketika 
menjabat sebagai Komandan Brigade Infanteri 2 Korps Marinir itu Safzen 
Noerdin berkesempatan menunjukkan kedekatan dan kepeduliannya terhadap 
prajurit marinir.

Kedekatan Safzen Noerdin dengan prajurit tumbuh di tengah-tengah tempaan 
prajurit Korps Marinir yang didesain menjadi prajurit profesional dan 
dicintai rakyat. Hasil tempaan bisa dibuktikan pada saat terjadi kerusuhan 
massal pada Mei 1998, demikian pula setelahnya yang memperlihatkan betapa 
setiap prajurit Korps Marinir sangat begitu dicintai rakyat.

Walau berhasil merebut hati dan kepercayaan rakyat Noerdin tak mau takabur. 
Ia mengakui ada saja satu atau dua orang prajurit Korps Marinir yang 
menunjukkan perilaku tidak terpuji. Tetapi Noerdin memastikan bahwa perilaku 
demikian adalah ulah orang per orang. Karenanya Noerdin meminta agar 
perilaku satu dua orang prajurit Korps Marinir yang demikian jangan dianggap 
masyarakat sebagai perilaku seluruh prajurit Korps Marinir.

Kecintaan rakyat kepada Korps Marinir sesungguhnya tidak tumbuh dengan 
mudah. Korps Marinir telah terlebih dahulu membuktikan darma bhakti kepada 
rakyat. Pada peristiwa kerusuhan massal Mei 1998, misalnya, Safzen Noerdin 
yang kala itu menjabat sebagai Asisten Staf Operasipnal Komandan Korps 
Marinir, sama seperti para prajurit Korps Marinir lainnya hampir tak 
sedikitpun memicingkan mata mengawal rakyat sampai-sampai rela menginap di 
sebuah ruangan khusus di samping kamar kerjanya. Noerdin harus mempersiapkan 
sebuah pelbed tempat tidur lapangan yang bisa dilipat yang siap digunakan 
untuk tidur kapan saja.

Karena ukiran bangku
Safzen Noerdin hingga memasuki pendidikan SMA sesungguhnya belum terpikirkan 
mempunyai cita-cita menjadi marinir. Semenjak kecil ia tak sekalipun pernah 
bermimpi menjadi marinir. Apalagi ia lahir dan dibesarkan di Aceh Safzen tak 
banyak mengetahui berita tentang Korps Marinir yang saat itu masih bernama 
KKO kependekan dari Korps Komando TNI AL.

Semangat dan orientasi hidup baru Noerdin baru terbentuk ketika duduk di 
bangku SMA. Di situ ia membaca sebuah ukiran nama murid terdahulu yang duduk 
di bangku yang sama dengan yang ia duduki.

"Saat di SMA, di bangku saya ada ukiran nama murid terdahulu. Ketika saya 
tanyakan kepada kawan saya, siapakah yang mengukir nama itu, kawan saya 
menjawab bahwa orang yang mengukir nama itu ki

[mediacare] Pergantian Komandan Korps Marinir TNI-AL

2007-05-07 Terurut Topik Yap Hong Gie
Komandan Korps Marinir TNI AL akan diganti; Mayjen (Mar) Safzen Noerdin akan 
diganti Mayjen (Mar) Nono Sampono.
Mayjen (Mar) Safzen Noerdin akan menepati jabatan Inspektur Jenderal (Irjen) 
TNI AL.

Kepada Pak Nono kami ucapkan Selamat atas kepercayaan dan kehormatan untuk 
menempati jabatan DANKORMAR.
Semoga Korps Marnir TNI-AL akan semakin jaya dan sejahtera!


Kepada Pak Noerdin, kami ucapkan Selamat Jalan Komandan!
Selamat atas kepercayaan dan kehormatan yang diberikan negara dalam 
menempati jabatan Irjen TNI AL.
Semoga tali silaturahmi dengan keluarga besar Korps Marinir akan selalu 
terpelihara dan tetap terjalin dengan baik.

Jalesu Bhumi Yamca Jayamahe !!!
(dilaut tangguh didarat perkasa )

Wassalam, yhg.
---



http://kompas.com/

Selasa, 08 Mei 2007
Mutasi 42 Perwira Tinggi di Mabes TNI.

Markas Besar TNI memutasi 42 perwira tinggi (pati), baik dalam bentuk 
promosi, mutasi dalam pangkat sama, maupun pensiun. Mutasi itu, kata Kepala 
Dinas Penerangan Umum Puspen TNI Kolonel CAJ A Yani Basuki, Senin (7/5), 
sesuai dengan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/38/V/2007 tanggal 1 Mei 2007. 
Posisi yang berubah, antara lain, Komandan Korps Marinir dari Mayjen (Mar) 
Safzen Noerdin diganti Mayjen (Mar) Nono Sampono. Safzen bertukar posisi 
dengan Nono menjadi Inspektur Jenderal TNI AL. (DWA) 



[mediacare] KOPASSUS >>YHG => Arnold

2007-04-25 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Berhubung T Chandra sudah mengirim sebagian diskusi saya dengan Arnold
Lukito dari milis sebelah, namun sayangnya berupa posting sepihak.
Untuk keseimbangan informasi saya mohon ijin melakukan cross-posting juga.

Wassalam, yhg.
~~


Mudah-mudahan tensi Anda sudah turun dan tidak kena stroke ... he he
he ...

Sebenarnya Anda tidak perlu histeris, saya memperkenalkan platform
Anda sebagai Cina Chauvinis, yang anti-NKRI.

Itu baru "appetizer"-nya, kita belum sampai pada maincourse-nya  lhooo
.

Mengingat keberadaan Anda di seberang lautan, Anda tidak perlu takut.
Akui sikap Anda secara jantan, seperti kelakuan Anda dimilis-milis
etnis sebelah.


Bagaimana kalau dibuka aktivitas Anda dimilis underground, dimana
tulisan-tulisan disana isinya cuma menghasut dan menista RI ?

Bukti:
On Mar 14, 11:24 pm, "???" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Konflik Poso melibatkan Muslim gila dan Kristen gila, pokoknya bukan
> urusan kita. Orang Tionghoa sebaiknya tidak memihak kepada kelompok
> manapun dalam konflik intrapribumi, let the monkeys finish each
other off while we prosper. :)


Bagaimana kalau dibuka, bahwa Anda adalah termasuk pendukung
pembentukan laskar "Pao An Tui", dengan misi balas dendam terhadap
masyarakat Indonesia?
Sebagai catatan: "Pao An Tui" adalah kelompok bersenjata Cina yang 
berkolaborasi dengan kolonial Belanda.

Bukti:
**AL:  Memang ada baiknya hidupkan Pao An Tui dan tutup teman2 anda
dari gang FPI [Front Pembela Iblis] ?

Jadi tidaklah salah introduction saya mengenai Anda, sebagai Cina
rasis, bukan?


Bagaimana kalau dibuka bahwa, diskusi soal laskar "Pao An Tui", ada
posting seseorang (memakai huruf Kanji) yang mengajak melakukan
"serangan" terhadap warga Indonesia (baca pribumi)?

Bagaimana kalau dibuka bahwa yang dimaksud dengan "serangan" setelah 
diterjemahkan seseorang berbunyi sbb:
"... mari  pergi ke Indonesia untuk memperkosa perempuan Indonesia 10
kali!  Lalu memusnahkan bangsa yang hinadina itu!"

Bagaimana kalau dibuka bahwa, sikap Anda sangat bertolak belakang;
tidak menentang ide gila diatas dan juga tidak menjerit-jerit soal
"kesadaran Hukum, HAM & Panca Sila"?

Biarlah publik yang menilai siapa sebenarnya yang Cina rasis berkedok
Hukum, HAM & Panca Sila . he he he ...


Anda mencap saya sebagai rasis anti-Cina dengan blind Nationalism,
karena saya selalu menentang pemikiran absurd para Cina
radikal-fundamentalis.
Tapi, kalau tidak ada alternatif pilihan, maka saya terima fitnahan
Anda dengan penuh rasa hormat, terima kasih!


Nah, sekarang kita lanjut bicara soal Kemunafikan.

Dengan gagahnya Anda mengaku sebagai WN Amerika, dan dengan mantapnya
Anda berorasi tentang kesadaran Hukum dan HAM.

Lhaaa ... kenapa yang dipermasalahkan hanya pelanggaran TNI diwaktu
yang lampau, padahal disaat sekarang ini, sedang berlangsung
pembantaian warga sipil di Irak, terjadi pelanggaran hukum militer dan
HAM oleh pasukan AS dan tentara bayaran "Soldiers of Misfortune".

Untuk sekedar menyegarkan conscious Anda, ada beberapa kutipan tentang
kebiadaban pasukan negara Anda:
(Ini adalah berita yang terpublikasikan, bagian yang tidak terungkap
sudah pasti jauh lebih signifikan)

* 23/04/07
Civilians reported killed by military intervention in Iraq Min: 62,281
- Max: 68,289

* 04/16/07
Retired U.S. Army Gen. Barry McCaffrey said: ". as many as 3,000
Iraqi citizens are murdered per month".

* April 16, 2007
The Pentagon's preliminary investigation into a deadly incident last
month in Afghanistan indicates that at least 10 innocent civilians
were killed and 33 wounded by US marines.

* 28 November 2006
Five young girls have been killed in Iraq during a clash between US
marines and insurgents in the western city of Ramadi, the US has said.
A US military statement said, militants on the roof of a house had
fired on its forces, who responded with tank fire.

* Nov. 15, 2006
Four U.S. soldiers accused of raping a 14-year-old Iraqi girl last
spring and killing her and her family The defendants are accused of
raping the girl and burning her body to conceal their crimes, then
killing the girl's father, mother and 6-year-old sister.



Apakah kesadaran Hukum dan HAM bagi Anda hanya berlaku sepihak,
sebaliknya bersikap buta-tuli terhadap pelanggaran HAM tentara AS?
Mentang-mentang numpang hidup di AS, Anda memakai double standard soal
urusan hukum dan HAM 

Nah itu baru namanya Munafik asli!

Wassalam, yhg.


ps. jangan lupa minum obat menurunkan tensi darah 






[mediacare] [Kompas] Jejak Sejarah Soeharto

2007-04-25 Terurut Topik Yap Hong-Gie
http://kompas.com/kompas-cetak/0704/25/opini/3482400.htm

Opini
 Rabu, 25 April 2007
Jejak Sejarah Soeharto
Azyumardi Azra

Hampir tidak ragu lagi, sosok dan kiprah presiden kedua RI, Soeharto,
adalah kontroversial. Diskusi dan perdebatan tentang apakah ia
meninggalkan warisan besar positif atau negatif bagi perjalanan
historis negara-bangsa Indonesia pasti tidak akan pernah usai.

Namun, satu hal sudah jelas, perjalanan kekuasaannya yang panjang
selama 32 tahun meninggalkan jejak-jejak yang sulit terhapuskan begitu
saja dari sejarah negeri ini.

Tidak banyak buku tentang Soeharto. Karena itu, karya Retnowati 
Abdulgani-Knapp, Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia's Second 
President (Singapore: 2007), merupakan sumbangan amat penting dalam
upaya lebih memahami sosok dan kiprah Soeharto. Membaca buku ini
terlihat nada 
empati tanpa kehilangan kritisisme pada orang kuat pemerintahan Orde Baru.

Inilah buku yang menyajikan pasang surut kehidupan Soeharto dalam masa 
Reformasi. Tetapi, menurut Retnowati, di hari-hari tuanya setelah
tidak berkuasa lagi dan menderita berbagai penyakit, Soeharto telah
pasrah dan menerima kejatuhannya yang tragis dengan sabar dan bermartabat.

Dalam perspektif perbandingan, misalnya dengan karya RE Elson,
Suharto: A Political Biography (Cambridge: 2001), The Legacy memiliki
kekuatan sendiri, yaitu kedekatan langsung Retnowati dengan sumber
tangan pertama, yang tidak ditemukan dalam karya-karya lain, kecuali G
Dwipayana dan Ramadhan KH, Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya
(Otobiografi), (Jakarta: 1989). 
Karena itu, The Legacy merupakan biografi yang mendapat otoritas (an 
authorised biography) Soeharto sendiri.


Kabinet profesional

Warisan Soeharto terlihat menyeruak saat demokrasi hingga kini masih
penuh eforia dan ekses. Saat kehidupan publik dan masyarakat tak
sesuai dengan harapan yang melambung di tengah momentum demokrasi
pasca- Soeharto; saat keamanan pribadi dan lingkungan kian tidak
terjamin; saat harga BBM terus naik; saat tarif utilities dari
listrik, gas dan air terus meningkat; dan saat harga beras dan makanan
pokok lain terus melambung dan sulit didapat, ketika itulah kalangan
masyarakat banyak yang bergulat dengan kelangsungan hidup "merindukan"
pemerintahan Soeharto. Tetapi, "kerinduan" itu melanggar logika
sejarah dan sunnatullah; sejarah tidak pernah berulang meski orang 
Prancis bilang l'histoire se repete

Warisan Soeharto jelas multidimensi. Retnowati dan Elson sepakat,
peran Soeharto amat menonjol dalam modernisasi negara-bangsa
Indonesia. Retnowati menyebut peran Soeharto sebagai building the
nation melalui transformasi ekonomi dan industrialisasi. Senada, Elson
menyatakan, warisan Soeharto yang terus mengikat Indonesia kini dan
masa depan adalah pertumbuhan ekonomi luar biasa, yang membawa
Indonesia dari "negara yang stagnan dan miskin ke alam dunia modern".

Tanpa bermaksud melemahkan usaha antikorupsi yang kini gencar,
pernyataan Elson perlu disimak, "Apa pun kerusakan yang disebabkan
korupsi (pada masa Soeharto), sebagian besar pertumbuhan ekonomi itu
disalurkan ke dalam investasi produktif, elaborasi infrastruktur fisik
dan komunikasi, keluarga berencana, pertanian, dan industri". 
Lebih tajam, Elson menulis, "So great was his achievement that the
damage caused by the 1997-98 financial meltdown-itself ascribed by
Suharto to Indonesia's dearth of appropriate systems and 'talented
men' to handle the rapid economic growth of the late 1980s and early
1990s-made little impact on his overall record" (Elson: 307).

Pelajaran apa yang bisa diambil dari keberhasilan Soeharto bagi
kepentingan pemerintahan sekarang? Salah satu pelajaran adalah
Presiden Soeharto mengangkat para menteri-khususnya dalam bidang
ekonomi-yang sebagian besar ahli dan profesional. Presiden Soeharto
dalam hampir seluruh masa pemerintahannya- kecuali Kabinet terakhir
pascaPemilu 1997-adalah para teknokrat, yang muncul bukan sebagai
hasil dari akomodasi dan kompromi politik.

Pencapaian Soeharto jelas terkait kekuasaannya yang "otoriter". Meski
ia menerapkan "Demokrasi Pancasila", jelas kekuasaan terpusat pada
sang Presiden. Presiden Soeharto agaknya tidak peduli dengan dilema
atau pilihan antara apakah memberikan demokrasi, atau sebaliknya lebih
memprioritaskan modernisasi dan industrialisasi dengan menerapkan
otoritarianisme. Presiden Soeharto mengambil pilihan kedua dan membuka
keran "demokrasi" secara terbatas.

Namun, secara retrospek, otoritarisme dan totalitarianisme Soeharto
agaknya bersumber dari obsesinya membangun Indonesia yang bersatu,
yang stabil secara politik, yang kuat secara ekonomi, dan terhormat di
mata internasional. Obsesi itu membuatnya melakukan program
"depolitisasi" yang menyisakan hanya tiga partai politik.

Depolitisasi juga memaksa organisasi sosial kemasyarakatan melakukan 
reorientasi menjadi "gerakan kultural" daripada gerakan politik.
Reorientasi ini mendorong kemunculan berbagai institusi baru dalam
kehidupan sosial, budaya, pendidikan, agama

[mediacare] [Kompas] Antara Bung Karno dan Pak Harto

2007-04-25 Terurut Topik Yap Hong-Gie
Opini http://kompas.com/kompas-cetak/0704/25/opini/3482193.htm

 Rabu, 25 April 2007
Antara Bung Karno dan Pak Harto
Sulastomo

"Thus, It is not true, that the first two presidents had contradicted
each other, they had in truth, supplemented and complemented each other".

Adalah tidak benar jika kedua Presiden itu (Presiden Soekarno dan
Soeharto) saling berlawanan. Keduanya merupakan suplemen dan komplemen
satu dengan lainnya, tulis Retnowati Abdulgani Knapp dalam buku
Soeharto, The Life and Legacy of Indonesia's Second President.

Buku itu banyak mengungkap bagaimana kedua presiden berperan dalam
sejarah Indonesia. Banyak persamaan antara Bung Karno dan Pak Harto
dalam menyikapi masalah-masalah kenegaraan. Mengapa dikesankan
berbeda, bahkan berlawanan?

Pak Harto tidak bermimpi menjadi presiden, bahkan sadar, dirinya tidak 
memiliki kapasitas sebagai presiden. Karena itu, saat Pak Harto
didesak untuk mengambil alih kekuasaan oleh sebagian pendukungnya yang
dikatakan irrational, Pak Harto tegas menolak dukungan itu.

Dalam filosofi Jawa, yang dipegang teguh Pak Harto, jabatan/
kekuasaan, apalagi jabatan Presiden, hanya bisa diperoleh jika orang
itu dikaruniai "wahyu". Wahyu tidak perlu diturunkan kepadanya, tetapi
bisa kepada orang yang dekat dengannya. Dalam hal kepresidenan Pak
Harto, wahyu itu mungkin diturunkan kepada Ibu Tien Soeharto. Karena
itu, setelah Ibu Tien wafat, Pak Harto tidak dapat lagi mempertahankan
kekuasaannya.


Kesamaan pandangan
Kedua presiden mempunyai mimpi yang sama, yaitu bagaimana mewujudkan 
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bung Karno mewujudkan
mimpi lewat upaya memerdekakan rakyat dari penjajah. Pak Harto ingin
mewujudkan mimpi dengan cara sederhana, mencukupi kebutuhan sandang,
pangan, dan papan.

Perbedaan latar belakang dan lingkungan, baik nasional maupun global, 
membedakan jalan mewujudkan mimpinya. Bung Karno berjuang sejak masa 
penjajahan sehingga untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat harus
dimulai dengan membebaskan bangsa ini dari penjajahan.

Setelah merdeka, Bung Karno mengalami kondisi perang dingin, antara blok 
Barat dan Timur, di mana pertentangan ideologi amat mewarnai kondisi 
nasional dan global. Pak Harto tampil saat perang dingin sudah mereda, 
bahkan pengaruh komunisme internasional sudah meredup. Keduanya
dilahirkan pada waktu yang tepat dalam perspektif sejarah Indonesia.

Bung Karno dan pak Harto menghargai demokrasi. Namun, keduanya tidak
setuju kebebasan yang begitu luas. Demokrasi harus disesuaikan dengan
keadaan setempat. Karena itu, Bung Karno memperkenalkan "Demokrasi
Terpimpin" dan Pak Harto mengenalkan "Demokrasi Pancasila". Keduanya
bersumber pada Pancasila/UUD 1945. Hal ini terlepas kedua model
demokrasi itu dikatakan sebagai otoritarian, setidaknya, sentralistis.

Keduanya amat menghormati pendahulunya, orangtua, sesuai dengan budaya
Jawa. 
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai pahlawannya,"
kata Bung Karno. Pak Harto mengamalkannya melalui ajaran mikul dhuwur
mendhem jero. Hal itu tercermin dari sikap Pak Harto yang menolak
mengadili Bung Karno dan mengabadikan nama kedua proklamator tersebut
pada Bandara Internasional Cengkareng.

Keduanya mengalami nasib sama. Meski mendapat penghargaan yang amat
tinggi, Bung Karno diangkat sebagai presiden seumur hidup (1963) serta
Pak Harto menjadi Bapak Pembangunan dan jenderal bintang lima,
keduanya jatuh dimulai dari demo mahasiswa.

Akan tetapi, di saat kritis, di masa transisi itu, keduanya masih
mampu bersikap sebagai negarawan, dengan cara menghindarkan
pertumpahan darah sesama anak bangsa, secara konstitusional, dengan
caranya sendiri.

Terakhir, keduanya terserempet isu korupsi. Keterbatasan negara dalam 
memenuhi anggaran untuk melaksanakan cita-cita revolusi telah
melahirkan dana nonbudgeter bernama "Dana Revolusi". Untuk menutup
kekurangan anggaran negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, Pak
Harto mendirikan berbagai yayasan. Baik "Dana Revolusi" maupun "Dana
Yayasan" tidak dipersoalkan, bahkan dianggap baik saat keduanya masih
menjadi Presiden. Namun, keduanya dianggap aib saat keduanya tidak
menjabat presiden.


Apa yang beda?
Perbedaan pokok di antara keduanya adalah sikap terhadap komunisme.
Pak Harto tegas anti- komunis. Karena itu, PKI harus dibubarkan
pasca-G30S sebab PKI dianggap dibelakangnya.

Retnowati menuliskan perbedaan pandangan keduanya melalui percakapan
antara Bung Karno dan Pak Harto. Meski berbeda pandangan, keduanya
mempunyai alasan yang bersumber pada kepentingan nasional. Karena itu,
keduanya tidak bisa dipertemukan.

Perbedaan inilah yang mengantar Pak Harto menjadi Presiden kedua
Republik Indonesia.

Sulastomo Koordinator Gerakan Jalan Lurus 




[mediacare] Re: SELAMAT KOPASSUS PADA HUT KE-55

2007-04-25 Terurut Topik Yap Hong-Gie

Seperti saya bilang kemarin, nalar Anda masih mandhek di zaman  60-an;
kalau computer itu ibaratnya "Pentium-1" 

Apa maksud Anda melakukan cross-posting diskusi di milis sebelah? 

Anda tidak perlu bermunafik-ria dengan mengatakan "saling hormat dan
persaudaraan", biasa-biasa saja lah engga usah ngaku saudara segala.

Daripada Anda cuma jadi "cheer girls", mending Anda layani saya
berdiskusi, itupun kalau Anda mampu berdiskusi secara bermutu ..

Wassalam, yhg.
-


T Chandra <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bung-Bung yb.,
>   
> saya mohon dengan hormat namun sangat supaya jangan dong terlalu
keras atau sinis dan juga menyinggung perasaan dalam berdiskusi
interaktip dengan Pak Hong Gie, karena bagaimana nanti kalau beliau
akan seperti Oom Danny Liem lalu ngambeq dan pergi naik bukit Ting
Sian yang bersalju untuk asah jurus-jurus pamungkas, atau juga jhijrah
ke negeri Kincir Angin karena kan kalau tidak salah Pak YHG juga
alumnus Negari Whalanda? 
> 
> Jadi jaga dong rasa saling hormat, dan persaudaran, baik antara
misalnya yg kapitalistik, sosialis dan yang rada-rada fasis. Ok?
>   
> 
> TCh
> 
> Arnold <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>   --- Yap Hong-Gie <[EMAIL PROTECTED]> wrote:



[mediacare] SELAMAT KOPASSUS PADA HUT KE-55

2007-04-17 Terurut Topik Yap Hong Gie
DIRGAHAYU KOPASSUS!!!

Semoga bertambah jaya dan sejahtera, serta menjadi satuan yang semakin
dicintai rakyat!

KOMANDO!

Wassalam, yhg.
---


http://www.jurnalnasional.com/new2/?KR=BreakNews&NID=26713

Kopassus Harus Peka Ancaman
Jakarta
Senin, 16 April 2007 21 :30 WIB

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Djoko Santoso meminta jajaran
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) untuk tetap meningkatkan profesionalisme,
kepekaan dan kepeduliannya dalam menghadapi setiap ancaman dan gangguan yang
dapat menggoyahkan persatuan dan kesatuan. Pesan ini disampaikan KSAD pada
HUT Kopassus Ke-55 di Cijantung, Jakarta, Senin (16/4).

KSAD menjelaskan, setiap ancaman dan gangguan yang dapat membahayakan
keselamatan bangsa dan negara, kecepatan gerak ke seluruh wilayah nusantara,
kesiagaan, dan keunggulan daya tempur yang menjadi ciri utama Kopassus,
mutlak harus dipenuhi.

"Kewaspadaan dan semangat juang tidak boleh kendur, kesiapan satuan dan
kesiagaan dalam bertindak harus selalu terpelihara, sehingga menjadi tekad
serta komitmen seluruh prajurit Kopassus," ujarnya.

Meski anggaran dalam pemenuhan alat utama sistem senjata (alutsista) dari
pemerintah sangat minim, Kopassus tetap mampu melaksanakan tugasnya dengan
baik. Alasannya, pembangunan kekuatan alutsista bukan merupakan satu-satunya
faktor utama dalam menjalankan tugas.

"Yang paling utama adalah manusianya, yakni pemimpinan dan prajurit.
Doktrin, kekuatan non fisiknya, moral, disiplin, semangat, dan militansi
sangat tinggi, keberadaan alutsista tidak menjadi signifikasn," papar KSAD.

Dengan keadaan ini, dia mengingatkan agar  para prajurit tetap menjaga
kehormatan, kepercayaan serta pengakuan terhadap kemampuan dan
profesionalistas yang dimiliki Korps Baret Merah. Mereka harus tetap
berlatih dan belajar.

"Hanya dengan berlatih dan belajar, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki
dapat ditingkatkan, sehingga Kopassus akan dapat menjaga citranya sebagai
pasukan elit yang tidak pernah kalah dan tidak boleh kalah," ucapnya.

Sementara itu, Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI Rasyid Qurnaen
Aquary mengatakan, dalam menghadapi ancaman terorisme, Kopassus selalu siap
siaga untuk dimintai pertolongan kepolisian.

Namun, sejauh ini peran Koppassus belum diperlukan, karena terorisme yang
ada bisa ditangani kepolisian. Meski diingat, keberhasilan ini tidak
terlepas dari bantuan masyarakat dan TNI dalam memberikan informasi.

"Kopassus baru turun jika ancaman yang terjadi sudah mengancam kedaulatan RI
secara keseluruhan," jelas Rasyid. HUT Kopassus ke 55 di Mako Kopassus
Cijantung Jakarta Timur, diperingati secara sederhana dan dihadiri para
mantan Danjen Kopassus diantaranya Faisal Tanjung, Sintong Panjaitan,
Wismoyo Arismunandar, Agum Gumelar dan Prabowo Subianto.

(Adhitya C Utama/Jurnas)
 ©2006 Jurnal Nasional 



[mediacare] Sosok Soeharto Harus Dilihat secara Lebih Lengkap

2007-04-15 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://kompas.com/

Jumat, 13 April 2007
Peluncuran Buku
Sosok Soeharto Harus Dilihat secara Lebih Lengkap

Singapura, Kompas - Penilaian terhadap mantan Presiden Soeharto tidak bisa
hanya dilihat dari fase terakhir kepemimpinannya. Apalagi, faktanya,
sumbangsih Soeharto terhadap dunia dan kawasan sangat besar.

Penilaian tersebut terungkap pada acara bedah buku Soeharto, The Life and
Legacy Indonesia Second's President karya Retnowati Abdulgani-Knapp yang
diselenggarakan Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) dan penerbit
Marshall-Cavendish di Singapura, Kamis (12/4).

K Kesavapany dari ISEAS menjelaskan, stabilitas dan kemakmuran yang
dirasakan masyarakat Asia Tenggara sekarang ini tidak terlepas dari peranan
Soeharto. "Ia merupakan tokoh yang sangat penting untuk menjadikan Asia
Tenggara seperti sekarang," kata Kesavapany.

Mantan Dubes Singapura untuk Indonesia, Barry Desker, membenarkan
penilaian tersebut. Ia masih ingat bagaimana sikap yang ditempuh Soeharto
ketika Singapura mengizinkan wilayahnya dijadikan pangkalan militer AS untuk
menggantikan Subic dan Clark, Filipina. Juga ketika Inggris dan Australia
ingin menerapkan "Rute Kanguru", di mana kedua negara itu bersepakat untuk
tidak menjadikan Singapura sebagai tempat transit.

"Hal yang paling tidak pernah dilupakan Singapura adalah saat Indonesia
mengalami krisis beras di tahun 1965 dan meminjam dari Singapura 10.000 ton.
Ketika harga beras naik dan Singapura memutuskan agar Indonesia tak usah
menggantinya, Soeharto tetap memutuskan menggantinya, bahkan dengan kualitas
yang lebih baik. Bagi Singapura, Soeharto adalah orang yang bisa dipercaya,"
tutur Desker.

Ia tidak menutup mata bahwa pada menjelang akhir masa jabatannya muncul
kesan Soeharto yang korup, yang melanggar hak asasi manusia, dan
antidemokrasi. Namun, akhir-akhir ini, terutama ketika Soeharto sakit,
terlihat begitu banyak pejabat Indonesia yang menjenguknya.

"Menjadi pertanyaan, apakah Soeharto itu buruk dan semua legacy-nya negatif?
Saya kira kalau dilihat dari perspektif bangsa- bangsa Asia Tenggara ia
adalah tokoh yang pantas dihormati," ujar Desker.

Retnowati menjelaskan, buku yang ditulisnya sengaja dibuat dalam bahasa
Inggris agar masyarakat dunia mengetahui sejarah Indonesia. Selama ini ia
melihat kebanyakan buku-buku tentang Indonesia hanya berbicara kepentingan
dalam negeri saja.

"Saya pribadi juga ingin membuat buku yang kualitasnya buku internasional.
Setelah ini tentunya saya mengharapkan buku ini bisa diterbitkan dalam
bahasa Indonesia," ujar Retnowati.


Pahami kultur Jawa

Mantan Gubernur Bank Indonesia Soedradjad Djiwandono memuji buku
yang ditulis Retnowati karena bisa mengangkat tokoh yang masih menjadi
kontroversi di Indonesia dalam perspektif yang tepat. Penulis bisa memahami
nilai, tradisi, dan kultur Jawa secara tepat sehingga pesan yang ingin
disampaikan dalam buku itu bisa sesuai dengan apa yang ingin disampaikan.

Soedradjad menilai, bagian dari buku ini yang mengangkat masalah yayasan
memberikan informasi yang sangat baik. Di sana bisa dipahami mengenai
Presiden Soeharto mengapa sampai membuat yayasan dan apa yang ia inginkan
dengan yayasan yang dibentuknya itu.

"Tampak sekali Presiden Soeharto tidak merasa puas dengan kinerja dari
institusi formal yang ada. Dengan hadirnya yayasan maka program yang
diinginkan, baik untuk membantu pendidikan, mengentaskan kemiskinan,
maupun kesehatan bisa berjalan lebih cepat," kata Soedradjad.

Memang kebijakan itu membawa masalah terhadap institusi resmi dan juga
terhadap soal transparansi maupun akuntabilitas dari penggunaan dananya.
Namun kalau kita ingin menilai kebijakan tersebut, menurut Soedradjad,
kita harus melihatnya secara lebih lengkap. (tom)



[mediacare] SOEHARTO: THE LIFE AND LEGACY OF INDONESIA'S SECOND PRESIDENT

2007-04-13 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.gatra.com/2007-04-01/versi_cetak.php?id=103455

NASIONAL [GATRA Printed Edition]
Di Antara Bung Karno dan Pak Harto
SOEHARTO: THE LIFE AND LEGACY OF INDONESIA'S SECOND PRESIDENT
Penulis: Retnowati Abdulgani-Knapp
Penerbit: Marshall Cavendish Editions, Singapura, 2007, 376 halaman

Entah sudah berapa buku tentang Pak Harto yang terbit di dalam dan luar
negeri. Dari yang pertama, The Smiling General karya O.G. Roeder, disusul
karya Arnold C. Brackman, Suharto's Road, hingga Suharto, Indonesia's Last
Sultan karya Keith Loveard, belasan judul buku tentang penguasa Orde Baru
itu mengisi khazanah perbukuan. Ada yang bernada miring, ada juga yang penuh
puja-puji.

Buku mutakhir tentang mantan orang nomor satu di Indonesia ini boleh
dibilang berbeda dari yang pernah ada. Ditulis oleh seorang anak pejuang
Indonesia, buku ini mencoba menguak kehidupan Pak Harto dan keluarganya
seperti apa yang ia saksikan. "Saya memang berusaha menulis apa adanya
tentang Pak Harto dan keluarganya," kata Retnowati kepada Gatra, beberapa
waktu sebelum buku ini terbit.

Bukan itu saja. Dalam buku ini, sang penulis berusaha pula menggambarkan
plus-minus Indonesia selama dipimpin Pak Harto. Perempuan yang kini bermukim
di Inggris itu berupaya memperbandingkannya dengan plus-minus Indonesia di
bawah kepemimpinan Bung Karno. "Tak bisa dibilang Bung Karno lebih baik dari
Pak Harto atau sebaliknya. Mereka punya kontribusi masing-masing untuk
bangsa ini," kata anak kedua Dr. Roeslan Abdulgani itu.

Bung Karno pada masanya berhasil menanamkan nasionalisme ke dalam dada
bangsa ini. Di lain pihak, Pak Harto harus diakui pernah berhasil membawa
kemajuan ekonomi di Indonesia lewat pembangunan yang berencana. Ia juga
melihat adanya kesamaan-kesamaan dalam kepemimpinan Bung Karno dan Pak
Harto.

Itu terungkap, antara lain, di bagian yang membeberkan hari-hari terakhir
kekuasaan Soeharto. Retnowati menulis, "President Soekarno and President
Soeharto chose the path of living with the enemy, rather than destroying
them, and by doing so, they also laid the basis for a multiracial but very
controlled democracy The legacy of President Soekarno and President
Soeharto is a painful one that will not be forgotten quickly."

Ada bagian tersendiri yang pantas disimak dari buku ini, yakni cerita
tentang tujuh yayasan dan penelusuran penulis ke dalam kehidupan sehari-hari
Pak Harto. Berlatar cerita tentang pemeriksaan Pak Harto di Pengadilan
Tinggi Jakarta, Retnowati membeberkan cerita tentang tujuh yayasan yang
didirikan Pak Harto dan keluarganya.

Retnowati memulai uraian tentang ketujuh yayasan itu dari konsep di balik
pendiriannya dan riwayat masing-masing. Pak Harto, menurut dia, menyadari
benar bahwa sistem kesejahteraan sosial di Indonesia lebih buruk dari
negara-negara Barat dan negara-negara makmur di Asia.
Untuk itulah, ketujuh yayasan tersebut dibentuk. "He created a walfare
scheme for the non-governmental institutions, private sectors and wealthy
individuals to play a role as he knew how limited the government coffers
were," tulis dia.

Lepas dari apa pun kasus hukumnya, Retnowati mencatat sejumlah manfaat
yayasan-yayasan itu bagi publik. Yayasan Trikora, misalnya, yang didirikan
pada 2 Mei 1963. Awalnya, yayasan ini hanya memberi dana bantuan dan
beasiswa kepada para janda dan anak yatim-piatu dalam Operasi Trikora.
Tapi kini, dana bantuan beasiswa juga dinikmati anak-anak yatim-piatu
korban konflik di Aceh, Papua, Ambon, dan Poso.
"It is worthy note that these clashes took place in 2003, five years after
President Soeharto was out of power," tulis Retno lagi.

Demikian pula ia mencatat data yang berkaitan dengan Yayasan Supersemar.
Pada 1975, baru sekitar 3.135 mahasiswa Indonesia yang menerima beasiswa
dari yayasan ini. Hingga 2006, jumlah total mahasiswa penerima beasiswa itu
sudah mencapai 427.789 orang. Belum lagi ribuan mahasiswa S-2 dan S-3,
ratusan ribu siswa SMA, olahragawan, dan anak-anak telantar.
Total dana dana yang dikeluarkan yayasan ini seluruhnya lebih dari Rp 455
milyar.

Retnowati mungkin satu dari sedikit orang yang beruntung mendapat kesempatan
berhubungan sangat dekat dengan Pak Harto dan keluarganya. Juga dari sedikit
orang yang diberi izin menelusuri setiap sisi kehidupan presiden kedua RI
ini usai lengser. Malah ia tercatat sebagai satu dari sedikit sekali orang
yang bisa bergurau dengan penguasa Orde Baru itu.

Dengan kedekatan ini, ia bebas menyaksikan keseharian keluarga Pak Harto
pasca-lengser. Dimulai dari kegiatan saling kunjung ayahnya dengan Pak
Harto. Sang ayah memang sosok yang unik: dekat dengan Bung Karno sekaligus
dekat dengan Pak Harto. Beberapa kali, di hari-hari tertentu, Retnowati
diajak sang ayah bertandang ke Jalan Cendana.

Pertama kali ia diajak ke Cendana pada 1985. Pada kedatangan kemudian,
September 2004, Retnowati menyaksikan sejumlah hal yang tak berubah. Rumah
itu tampak lebih sederhana dibandingkan dengan bangunan
sebelah-menyebelahnya. Gaya hidup Pak Harto pun, menurut Retnowati, ta

[mediacare] Selamat & Dirgahayu TNI-AU ke-61 ; 9 April 2007,

2007-04-08 Terurut Topik Yap Hong Gie
Selamat HUT pada seluruh jajaran dan keluarga besar TNI-AU !!!
Semoga tambah jaya, sejahtera dan senantiasa dalam lindungan Tuhan YME.

Wassalam, yhg.
---

http://www.media-indonesia.com/berita.asp?id=129526

Sabtu, 07 April 2007 13:46 WIB
POLKAM  »  Hankam
TNI AU Siapkan Penerbang Pesawat Tempur Baru


JAKARTA--MIOL: Markas Besar TNI Angkatan Udara (TNI-AU) segera menyiapkan
pilot atau penerbang bagi sejumlah pesawat tempur baru pengganti empat
pesawat tempur yang kini dioperasikan TNI AU, yaitu OV-10 Bronco, Hawk
MK-53, F-5E Tiger dan F-16.

"Kita sudah persiapkan dari sekarang, dan kita terus berlatih untuk mengasah
kemampuan dan keterampilan para penerbang dengan sarana yang ada," kata
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Herman Prayitno di Jakarta, Sabtu
(7/4).

Ditemui usai meninjau kesiapan akhir pelaksanaan peringatan HUT TNI-AU
ke-61, ia mengatakan, penerbang-penerbang lama dari masing-masing jenis
pesawat tempur itu, tetap akan mengawaki pesawat-pesawat baru yang diadakan
setelah 2009.

TNI AU kini melakukan kajian untuk mengganti empat jenis pesawat tempurnya
yakni OV-10 Bronco, Hawk MK-53, F-5E Tiger dan F-16 Fighting Falcon.
Tim TNI AU, ungkap KSAU, sudah mencari pengganti keempat jenis pesawat itu
ke beberapa negara seperti Ceko, China, Rusia, Italia, dan Korea Selatan.
Kini, TNI AU telah mengantongi tiga jenis pesawat calon pengganti, yaitu jet
serang ringan L-159 buatan Ceko, jet latih K-8 dari China, dan pesawat latih
turboprop KO-1 dari Korea Selatan. Pesawat terakhir ini merupakan penerus
pesawat KT-1 Wong Bee yang sudah dimiliki TNI AU.

Saat ini, TNI AU masih mengkaji pesawat mana yang bisa menjalankan berbagai
macam misi, terutama menggantikan fungsi serang darat dari Bronco, fungsi
penyergap F-5, dan juga fungsi latihan.
"Dalam jangka panjang, kalau bisa jenisnya sedikit. Kalau fungsinya hampir
sama, kita pakai satu saja," ujarnya.
Terkait itu, Mabes TNI AU kini mempersiapkan sejumlah penerbang tempur untuk
beberapa jenis pesawat baru pengganti empat pesawat tersebut, hingga pada
saat kontrak pengadaan disetujui, pesawat-pesawat baru itu dapat segera
dioperasikan guna mendukung tugas-tugas pokok TNI AU, kata Herman.

Tentang mana penerbang-penerbang tempur itu akan didatangkan, ia mengatakan
selain dari skuadron masing-masing pesawat tempur juga akan didatangkan dari
skuadron lain melalui seleksi sesuai tugas, peran dan fungsi pesawat yang
akan diawaki.

Saat ini, TNI AU masih mengoperasikan 11 unit pesawat jet buru sergap F-5
Tiger II yang dibeli dari Amerika Serikat (AS) pada 1980. Pesawat serang
darat turboprop OV-10 Bronco --yang dibeli dari AS pada tahun 1976-- biasa
digunakan untuk misi antigerilya (counter insurgency/coin).
Sedangkan pesawat jet serang dan latih ringan Hawk MK-53 dibeli dari Inggris
pada 1978. (Ant/OL-03)

===

http://www.tni.mil.id/news.php?q=dtl&id=113012006113803

Berita
WARGA AAU DAN LANUD ADISUCIPTO LAKUKAN DONOR DARAH
HUT TNI AU.
04 Apr 2007


  Menyambut peringatan ke-61 Hari Ulang Tahun (HUT) TNI Angkatan
Udara, warga Akademi Angkatan Udara (AAU) dan pangkalan TNI AU (Lanud)
Adisucipto, Yogyakarta menggelar kegiatan sosial berupa donor darah.
Sedikitnya 150 personel dari AAU  dan Lanud Adisucipto, baik sipil maupun
militer, terlibat dalam aksi sumbang darah.


  Kegiatan yang dipusatkan di Rumah Sakit Lanud Adisucipto, Dr
Harjolukito ini terselenggara berkat kerjasama antara TNI AU dan Palang
Merah Indonesia (PMI) Cabang Yogyakarta, kata kepala Penerangan AAU Mayor
Sus Sonaji Wibowo, SIP, Selasa (3/4).


Sedikitnya 150 kantong darah berhasil dikumpulkan dan selanjutnya
disumbangkan ke PMI Yogyakarta. Selain pejabat teras AAU dan Lanud
Adisucipto, tampak juga dalam aksi donor ini ibu-ibu PIA Ardya Garini CBS
AAU dan Lanud Adisucipto, serta Perwira Siswa (Pasis) Kursus Intensif Bahasa
Inggris (KIBI) dan Karbol AAU.


  Kepala Rumah Sakit Dr Harjolukito Mayor Kes Dr Junaidi. MS, SpKp,
mengatakan selain memperingati HUT Ke-61 TNI AU tanggal 9 April 2007, aksi
donor darah yang mendapat sambutan antusias dari warga TNI AU di Yogyakarta
ini, juga sebagai bentuk kepedulian dengan sesama khususnya mereka yang
membutuhkan darah.


  Sementara, Ketua Panitia Peringatan HUT Ke-61 TNI AU di Yogyakarta
Kolonel Nav Subarno menjelaskan, rangkaian HUT TNI AU di Yogyakarta tahun
ini, diisi dengan kegiatan sosial serta parade. Untuk kegiatan sosial berupa
pertandingan olahraga (dilaksanakan di masing-masing Satker, baik AAU maupun
Lanud), pemberian bantuan alat-alat olahraga bagi warga masyarakat Desa
Sempor, Kebumen, ziarah ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Negara dan
Monumen perjuangan TNI AU Ngoto, di Bantul.


  Puncak kegiatan berupa upacara akan dilaksanakan di Lapangan
Dirgantara AAU pada 9 April 2007, dengan Irup Komandan Lanud Adisucipto
Yogyakarta, Marsekal Pertama TNI Benyamin Dandel.


Dalam rangka memperingati HUT ke-61 TNI Angkatan Udara tanggal 9 April 2007,
warga TNI AU Makas

[mediacare] Selamat Paskah!

2007-04-07 Terurut Topik Yap Hong Gie
Semoga dengan mengenang kesengsaraan dan kebangkitan Kristus, iman kita 
semakin dikuatkan, bahwa Allah adalah maha pengasih dan mencintai umat 
manusia.

Agar kita membalas cinta Allah mencintai sesama, serta tidak menyerah pada 
kekurangan kita, melainkan terus berjuang untuk mengatasinya.

Selamat Paskah!




[mediacare] Don't say "Bomb" at Changi Airport

2007-04-05 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://groups.yahoo.com/group/tionghoa-net/message/54166

Dangerous Four-Letter word: Do not utter the word BOMB in the
airport at checkpoint..

Do not use the word " BOMB " even for private conversation in airport
although the law only applies to saying it in public in particularly
to security officers.


A FAMILY HOLIDAY RUINED BY ILLOGICAL SECURITY OFFICERS

Dear Mr. Foo,

My name is Sandra Tan (I/C number 7328669G). It is with great
disappointment and distress that I am filing a complaint to you with
regards to my situation.

My family (including myself, my husband, my daughter, and my son)
planned a Darwin holiday for the March school vacation period and
was supposed to depart on 09 March. Unfortunately, we were put in a
situation by the security officers at the departure terminal, that
was way beyond our control and we were not able to make our trip.
The following is an account of what had happened : -

I entered the Immigration gantry at about 7.15pm with my daughter
(Belle Lee, 13 yrs old) to have our passport scanned and our hand
carry luggage checked whilst my husband (Lee Ming Chong) stayed
behind with my son (Caius Lee, 8 yrs old) at the ticketing counter
to sort out my son's visa.

After having mine and my Belle's passport scanned, we proceed to the
security gantry to have our hand luggage and our bodies scanned.
Belle passed the security gantry first, whilst I followed right
behind her. A lady officer asked me to remove my boots for scanning,
and I did as told immediately and put my boots inside the basket
provided, for it to be scanned together with my hand luggage.

I then proceed to the metal detector of which I cleared without the
gantry beeping or detecting any metal objects. I was then asked to
collect my luggage and my boots. In the mean time, Belle was throwing
away a sweet wrapper and retuning to me and saw me putting on my
boots.

Belle then asked casually "Mummy, why do you have to remove your
shoes?"

Whilst putting on my boots, I replied her and said that "they (the
security officers) are afraid that we might keep bombs in our shoes
(which is why I need to take it off to have it scanned)"

Immediately, a security officer standing at the conveyor belt
(Stephen S Naidira) who was standing in front of me said with a very
rude tone "repeat what you just said". I clarified with him what he
meant - is it for me to repeat what I had told my daughter? He said
loudly again, to repeat what I had just said. So I did exactly what
he told me. I said to him that "my daughter asked me why I need to
take off my shoes, and I told her that you guys (the security
officers) are afraid that we will keep bombs in our shoes."

He immediately asked me to stand aside and said that he had to
report it to his superior that I said the word "bomb" twice. Then an
Indian lady (Sivamalar) at the customs started hurling at me and my
daughter and said that I said the word "bomb" twice and it is
against the law and I can be sent to jail and they are calling the
police.

She (Sivamalar) was so loud and rude and she shoved us to the side,
and refused to listen to my explanation. In fact, she got so
aggressive that another officer Ricky Lim (I guess it's her
supervisor) had to come forward to stop her from further
attacking me and my daughter verbally, and specifically asked
Sivamalar to "shut up". I told Ricky Lim that I would like to know
the names of his staff because their attitude and rudeness were
simply beyond any acceptable level.

Immediately Sivamalar got so angry and aggressive that she started
charging at Ricky Lim and hurled "What?! What?! What?! She (she
meant me) said the word "Bomb" twice, so what is wrong with
arresting her (which is me) and we were told that if we heard the
word twice, we will arrest!!"

At that time, Stephen S Naidira came to me again to intimidate me
further by asking me to repeat what I said earlier to my daughter
again. I refused to repeat again then because I believe he was
deliberately asking me to repeat so that he can count the number of
times that I mentioned the word "bomb".

I also believe that that the officers were deliberately provoking me
by being rude and intimidating, in the hope that I will retaliate in
kind, thereby making their unreasonable actions justifiable.

Despite my anger and the fact that my daughter was scared to tears
by the situation, I knew I had to keep my cool. I sat aside with my
daughter taking down names of the personnel involved on my mobile
phone. I was told to wait for another officer of a higher rank to
decide on the matter, and I was still hoping whoever the higher
ranked officer that was coming will have the logical thinking to
acknowledge that what I had said to my daughter was a simple,
harmless private conversation taken completely out-of-context.

At about 7.30pm, the Sergeant-in-charge, Amran Buang came. After I
explained the full context of the incident to him, he refused to
make a decision and decided to escalate it further to the Au

[mediacare] [BBC] Kesaksian di KKP tuduh PBB

2007-04-03 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2007/03/printable/070330_kkptimorleste.shtml

30 Maret, 2007 - Published 14:29 GMT
Kesaksian di KKP tuduh PBB

Dengar pendapat Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) Timor
Leste-Indonesia kedua yang berakhir hari Jumat tidak menghasilkan banyak
informasi baru.

Para mantan pejabat tinggi dan militer Indonesia yang diundang tetap
membantah tuduhan bertanggungjawab atas kekerasan tahun 1999.

Mereka bahkan menuding PBB yang bertanggungjawab.

Mantan Pangdam Udayana Mayjen Adam Damiri dalam kesaksiannya menjelaskan
peristiwa penyerangan kediaman Uskup Bello, penyerangan gereja di Suai dan
situasi Timor Leste pasca jajak pendapat 1999 lalu.

Menurut Damiri, kerusuhan pasca jajak pendapat terjadi akibat misi PB untuk
Timor Leste, UNAMET sebagai penyelenggara banyak melakukan kecurangan dan
tidak netral.

Selain kesaksian Adam Damiri, KKP juga mendengarkan kesaksian dua korban
kerusuhan pasca jajak pendapat dan mantan walikota Dili, Mateus Maia.

Mantan Wakil Ketua Satgas Persiapan Pelaksanaan Penentuan Pendapat Timtim
Mayjen Zacky Anwar Makarim bahkan menuding misi PBB di Timor Leste, UNAMET,
menjadi penyebab kerusuhan pasca jajak pendapat.

Tuduhan Makarim ini senada dengan pernyataan mantan presiden BJ Habibie
kepada KKP bahwa Sekretaris Jenderal PBB saat itu, Kofi Annan, ingkar janji
dengan mengumumkan hasil jajak pendapat lebih cepat.

KKP sendiri belum memutuskan untuk memanggil Kofi Annan untuk memberi
kesaksian.

Keterangan yang diberikan para saksi, terutama dari para pejabat militer
Indonesia, memang sudah diperkirakan sebelumnya oleh banyak pihak.

Ketua Solidamor Bonar Tigor Naipospos bahkan pesimistis KKP bisa mengungkap
kebenaran berdasar kesaksian-kesaksian ini.

Namun Ketua KKP Benyamin Mangkudilaga mengatakan sejak awal KKP yang
dibentuk sebagai kesepakatan antara Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao dan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hanya untuk meluruskan sejarah dan tidak
memiliki kekuatan hukum.

KKP Indonesia-Timor Leste ini berbeda dengan lembaga serupa di Afrika
Selatan yang hasil kerjanya memiliki kekuatan hukum untuk memberi dan
menolak anmesti.

Proses dengar pendapat KKP ini kembali akan digelar di Jakarta sekitar awal
bulan Mei mendatang yang direncanakan akan memanggil mantan Panglima TNI
Jendral Wiranto.

Setelah itu, proses serupa masih akan digelar di Denpasar, Kupang dan Dili.


[mediacare] Indonesia Digest: No. 09.07 ; 31-03-'07

2007-04-02 Terurut Topik Yap Hong Gie
INDONESIA DIGEST
Indonesia's complex Issues in a Nutshell
By Ms. : Wuryastuti Sunario
Published by: TBSC-Strategic Communication
No.: 09.07 - Dated: 31 March 2007
  In this issue:

MAIN FEATURE:

IN 2008 INDONESIA TARGETS 6.8% ECONOMIC GROWTH

NEWS AND BACKGROUND:

1.  Tourism and Transportation:
Tourism must Innovate, says President SBY
Indonesian Airports limit passengers carry Liquids, Aerosols and Gels in 
Plane Cabins

2.  Culture and the Environment:
Jakarta's 3 Divas mesmerize Kuala Lumpur

3.  The Economy, Trade and Industry
Bank Indonesia: Bali's Economy must not depend solely on Tourism

4.  Legislation and Good Governance:
Parliament enacts Bill on National Disasters Management
---

MAIN FEATURE:

IN 2008 INDONESIA TARGETS 6.8% ECONOMIC GROWTH

For 2008 next year, Indonesia assumes an economic growth target of 6.8% and 
a Budget deficit of 1.7% of GDP said Finance Minister, Sri Mulyani, 
announcing the Government's Work plan for 2008 at a recent press conference. 
The target, which had been decided by President SBY at an enlarged plenary 
cabinet meeting, is above the earlier predicted growth of 6.5% maximum, said 
Minister Mulyani.  To achieve the accelerated target, household consumption 
must increase by 5.9%, government spending by 6.2%, investments by 15.5%, 
exports by 12.7%, and imports by 17.8%, Minister Mulyani continued.

Three factors that are estimated to impact on growth are: firstly, the 
expected positive global economic trend that will affect development sectors 
such as infrastructure, import-exports, and in particular mining and 
agricultural production. Secondly, domestically, national disasters may 
adversely impact on government capacity to realize the accelerated 
development of infrastructure. And thirdly, there is the issue of oil prices 
and the price of other commodities. The price of oil is estimated at between 
US$ 55 to US$ 60 per barrel.

In 2007, however, the government's budget deficit is expected to expand from 
1.1% of GDP (or Rp. 40.5 trillion) to between 1.2% to 2% (or an estimated 
Rp. 60 trillion to Rp. 65 trillion), whereas government's revenue is 
expected to reach Rp. 723.1 trillion, and government spending  Rp. 763.6 
trillion.

This increase was caused by added government spending to assist and recover 
from the many natural disasters, as well as the increased payments on 
subsidies carried over from last year. Over the past three years, spending 
by government agencies has continuously increased, and it is hoped that with 
increased government spending this will accelerate economic growth, reported 
Bisnis Indonesia.

Unequal growth between Java and other islands; Growth Quality must be 
improved

Meanwhile, Bank Indonesia Economic Report for 2006 showed that economic 
activities on Java, Bali and Nusa Tenggara are far surpassing those of other 
islands including Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku and Papua, wrote 
Kompas daily.

The 6.42% growth of the provinces of Jakarta and Banten, for example, 
exceeds the average 5.5% national growth. In contrast, growth in Sumatra was 
4.57%, which is below the national average. This accentuates the fact that 
there is an ever widening gap between rich and poor provinces, said Mudrajad 
Kuncoro, economist at the University of Gajah Mada inYogyakarta. Indonesia's 
economic growth remains unequal and tends to be dominated by the richer 
provinces. Regional autonomy which came into force in 2001 has apparently 
not contributed much to equalizing development in regions, he said.

The poor quality of economic growth can also be seen when comparing 
unemployment among regions, which confirms that macro economic growth today 
still has little impact on employment opportunities. The unemployment rate 
on Java, Bali and Nusa Tenggara, increased from 9.6% in 2005 to 9.7% in 
2006. Similarly, unemployment rate on Sulawesi, Maluku and Papua went up 
from 9.4% in 2005 to 9.7% in 2006.

There is also a widening gap between modern and traditional industries. 
While capital intensive industries grew faster than labour-intensive 
industries, which is one of the reasons for the poor absorption of 
unemployment.

Gorontalo Governor, Fadel Muhammad, on his part added that there is still a 
lack of synchronization between national policies vis-à-vis provincial 
policies, where often local policies conflict with national bureaucratic 
rules.

Fadel Muhammad, therefore, suggests that provinces take three innovative 
steps. These are firstly, innovate structure and organizational behaviour. 
Secondly reduce bureaucratic red tape, and thirdly innovate the decision 
making process.

On the other hand, Bank Indonesia Governor, Burhanuddin Abdullah, was of the 
opinion that in order to create quality in economic growth, there needs to 
be quality in investment, meaning the accelerated investments that result 
from wider access that are open to al

[mediacare] Panglima USMC Wilayah Pasifik Kunjungi Marinir TNI-AL

2007-03-22 Terurut Topik Yap Hong Gie

http://www.marinir.mil.id/news.php?id=20070322142810

PANGLIMA USMC WILAYAH PASIFIK KUNJUNGI MARINIR
[22-Maret-2007]

Panglima USMC (United States Marine Corps) Wilayah Pasifik Letnan Jenderal
USMC John F. Goodman, Kamis pagi (22/3) melaksanakan kunjungan kehormatan
ke Korps Marinir TNI AL.
Kunjungan orang nomor satu di jajaran Marinir Amerika untuk Wilayah Pasifik
tersebut diterima langsung Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI
(Mar) Safzen Noerdin, S.IP di Markas Komando Korps Marinir (Mako Kormar)
Jl. Prapatan No.40 Jakarta Pusat.

Kunjungan Jenderal Marinir Amerika berbintang tiga ke Marinir ini merupakan
salah satu dari rangkaian kunjungan kerjanya ke beberapa negara Asia
Tenggara seperti Filipina, Thailand dan Kamboja. Di Indonesia, sebelum ke
Marinir, John F. Goodman sempat mengadakan kunjungan kerja ke Menteri
Pertahanan RI dan Kepala Staf Angkatan Laut.

Selain ingin mempererat tali persaudaraan Marinir (marine brotherhood) dan
"L'esprit de corps" sebagai sesama Marinir, Dankormar dan Jonh F. Goodman
juga saling bertukar informasi tentang organisasi dan perkembangan Marinir
kedua negara.

Pada kunjungan tersebut, Letjen USMC John F. Goodman didampingi oleh Atase
Pertahanan Amerika untuk RI Kolonel (Army) Richards, Mayor USMC Ritchie dan
Mayor USMC Nolin, sedangkan Komandan Korps Marinir TNI AL didampingi
sejumlah pejabat teras Korps Marinir. Di akhir kunjungan, kedua pejabat
saling bertukar cindera mata.

[Redaksi MARINIR] 




[mediacare] Bali Police Adopt a New Security Approach to Nyepi

2007-03-19 Terurut Topik Yap Hong Gie
Om Swastiastu ...

In deference to "Nyepi" - the day of absolute silence on Bali, this edition 
of Bali Update is being sent before sunrise (Bali Time) on March 19, 2006 in 
keeping with local religious strictures which forbid all kind of activities 
for 24 hours starting from 6:00 a.m.on Monday, March 19th. Bali will 
resemble a ghost town later today with all ports and airports closed, all 
streets empty, and local houses shuttered and dark.

In this week's "Nyepi" edition - the news is anything but quiet. February 
arrival figures are in and, like January, set new records for island 
arrivals. In late breaking news, speculation is rife in the national press 
that the Government will issues orders this week to permanently close 
troubled low-cost airline Adam Air. There's an update on Air Paradise who 
now say they'll fly again in May, that is, if they can find an airplane to 
lease. Also blaming a lack of available airplanes, Garuda indefinitely 
extends its suspension of service on the Bali - Brisbane -Auckland route.

The big news of the coming week is the commencement of Qatar Airway flights 
starting on March 25th. Read our article to learn more.

Snow in Bali? Impossible? Think again and read our coverage of a cold front 
expected at the Kuta Galleria Shopping Center for the next 3 months.

There's an interesting study just out ranking all the world's nations in 
terms of their tour & travel competitiveness. Find out how Indonesia ranked. 
And, we've got a tongue-in-cheek look at how Indonesia could sell naming 
rights to over 6,000 islands as a means to raise much-needed foreign 
exchange.

Just some of the news in this week's Bali Update.

Selamat Hari Nyepi. Happy New Year 1929 Saka

Come home to Bali: Our magic is indestructible.T

Om Çanti Çanti Çanti Om ...

J.M. Daniels -Bali Update
Bali Discovery Tours


http://www.balidiscovery.com/messages/message.asp?Id=3698

Bali Police Adopt a New Security Approach to Nyepi

Over 7,000 'Low Profile' Police to Be on Active Duty During Coming Bali 
'Nyepi' New Year Celebrations in Bali.

(3/10/2007) The Chief of Police for Bali, Inspector General Drs. Paulus 
Purwoko has introduced changes in the way his officers will keep the peace 
over the coming Nyepi holidays. In anticipation of this year's the pre-Nyepi 
festivities, including the traditional ogoh-ogoh parades, Chief Purwoko will 
deploy 7,000 officers with 400 mobile brigade (Brimob) reserves on stand-by 
at their barracks.

Differing from the security approach of past years, uniformed officers will 
adopt a lower profile during Bali's official day of silence, leaving 
front-line maintenance of the peace to pecalang or local community volunteer 
forces during this year's celebrations. In explaining the new approach to 
the Indonesian-language Bali Post, Chief Purwoko said: "the police will be 
on guard at their posts, awaiting operational commands if there are any 
disturbances. The function of 'pecalang' will be made more effective; while 
we (the police) will back them up ensuring that anarchy is avoided."

Purwoko went on to explain that he deemed a full deployment of his officers 
to the field over the holidays ineffective, with their presence having the 
potential to disrupt ceremonies and ritual. Instead, the police will be 
depending on intelligence operatives while keeping a full force in reserve 
at local station houses. "There will be sufficient officers in the field 
with full back up in reserve ready to be deployed at a moment's notice," 
added Chief Purwoko.

As an added guarantee of safety over the Nyepi Eve the Bali police have held 
coordinating discussions with Bali Hindu religious associations and 
religious leaders to ensure that every ogoh-ogoh parade seeks prior 
agreement from every village included on the parade routes. In the past, 
sporadic fighting has occasionally occurred between parade participants from 
competing villages.

150 Ogoh-Ogoh

In striving to coordinate ogoh-ogoh activities the Bali police have already 
registered 150 separate parades occurring on the south of the Island. In an 
additional step to keep the peace, police have recently intensified raids to 
confiscate illegal liquor supplies in an effort to curb public drunkenness 
during the Holiday.

Recommendations from Chief Purwoko

In order to maintain good public order over the Nyepi period, Bali's police 
chief General Paulus Purwoko has issued 5 recommendations to the people of 
Bali:

1) Ogoh-ogoh parades should be confined to the home villages of the 
participants. When the parade route goes outside the home village, prior 
permission should be obtained from the any villages the parade will pass 
through. Those organizing ogoh-ogoh parades must assume complete 
responsibility on the conduct of the activity.

2) Celebrants should avoid the use of alcohol in celebrating Nyepi

3) Ogoh-ogoh statues should be destroyed or disposed of after celebrations 
and not be left in places that will inconvenience

[mediacare] Republik Mimpi dan Protes Tionghoa

2007-03-18 Terurut Topik Yap Hong Gie
Paradigma dan kegiatan berpolitik Ormas/Parpol yang mengatas-namakan Etnis, 
cuma menunjukan 2 kemungkinan:
* Wawasan politik (sebagian) elite Tionghoa masih pada tingkat yang 
primitive.
* Bertujuan memperjuangkan kepentingan politik etnis, justru memperkuat 
sikap yang eksklusif, bahkan cenderung mengarah menjadi separatis.

~~

- Original Message - 
From: Daniel Pramono
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, March 18, 2007 11:53 PM
Subject: Republik Mimpi dan Protes Tionghoa


Karena debat soal Rep. Mimpi di Tionghoa-net saya jadi penasaran pingin 
lihat seperti apa sebenarnya acara ini. Maka malem ini saya nyalakan TV 
(yang biasanya jarang nyala) untuk melihat acara ini dari awal sampai akhir.

Ternyata episode Rep Mimpi kali ini adalah episode yang selama ini 
diributkan karena memuat artikel koran berjudul "Republik Mimpi diprotes 
Tionghoa". Jadi amat kebetulan karena saya bisa melihat langsung konteks 
ditayangkannya artikel tersebut dalam keseluruhan acara ini.

Episode ini di awali selentingan bahwa Rep. Mimpi disomasi Menkominfo. 
Kemudian ditayangkan hasil poling detik.com dan perspektif.com yang 
mengungkapkan banyaknya dukungan publik pada Rep. Mimpi. Lalu ditayangkan 
liputan TV Perancis Arte France TV yang mengulas Rep. Mimpi dan peran parodi 
politik bagi pertumbuhan demokrasi di Indonesia.

Segmen penayangan artikel yang menyebut kata "Tionghoa" diawali dengan 
pengantar dari Anya Dwinov (moderator ?) yang kata-katanya adalah sebagai 
berikut : "Terima kasih atas dukungan rekan-rekan pers cetak kepada Rep. 
Mimpi seperti yang akan kita lihat dalam tayangan berikut ini". Kemudian 
ditayangkan kurang lebih tujuh kliping artikel koran yang masing-masing 
muncul empat detik. Artikel-artikel tersebut diantaranya berjudul :

- "Rep. Mimpi diprotes Tionghoa"
- "Rep. Mimpi dibela DPR"
- "Rep. Mimpi dibela Mega dan Gus Dur"
- "Somasi Menkominfo kepada Rep. Mimpi" (saya lupa tepatnya, tapi nadanya 
mengkritik somasi Menkominfo tersebut"
- yang lain saya lupa karena cepet sekali, hanya empat detik, tapi lebih 
banyak tentang somasi dari Menkominfo.

Tayangan ini diakhiri dengan komentar dari Anya Dwinov : "Kami tidak akan 
memberi komentar pada tayangan tadi, anda bisa membacanya sendiri".

Kemudian tayangan dilanjutkan dengan potongan video ketika Habudi (Habibie 
palsu) dan Efendi Gazhali ngobrol santai sambil tertawa-tawa dengan 
Menkominfo Sofyan Jalil. Habudi bicara dengan menirukan gaya Habibi, lalu 
Sofyan Jalil berkomentar supaya Habudi memperkaya vokabulari gaya Habibi 
yang ditirukannya, "Jangan hanya hi-tech melulu, ditambah dong, misalnya 
soal ICMI begitu". Effendi Gazhali ikut menimpali mengolok Habudi yang 
tampak kewalahan menjawab Sofyan Jalil yang tampaknya lebih hafal vokabulari 
gaya Habibie.

Keseluruhan acara Rep. berlangsung lebih dari satu jam, dan tayangan artikel 
"Rep. Mimpi diprotes Tionghoa" hanya empat detik.

Saya menulis ringkasan episode ini supaya dapat dilihat konteks tayangan 
artikel "Rep. Mimpi diprotes Tionghoa" yang diributkan oleh beberapa 
kalangan Tionghoa. Ada tiga hal yang jadi sorotan saya :

Pertama, artikel "Rep. Mimpi diprotes Tionghoa" itu bukanlah opini milik 
Rep. Mimpi sendiri melainkan dari "rekan-rekan pers cetak", dan Rep. Mimpi 
tidak memberikan komentar tambahan apapun terhadap artikel tersebut. Artikel 
itu sendiri hanyalah salah satu dari tujuh artikel yang ditayangkan yang 
menggambarkan dukungan pers cetak kepada Rep. Mimpi. Jadi konteks dari 
tayangan itu adalah menggambarkan dukungan pers terhadap Rep. Mimpi, 
bukannya serangan balik terhadap pihak yang mensomasi Rep. Mimpi.

Dari konteks ini tampaknya jadi rancu bila protes diarahkan ke Rep. Mimpi 
dengan tuduhan mengeluarkan pernyataan provokatif yang menyerang Tionghoa 
karena pernyataan tersebut dirilis oleh koran yang memberikan dukungan 
kepada Rep. Mimpi. Tuduhan yang diarahkan kepada Rep. Mimpi akan menunjukan 
bahwa si penuduh tidak mengerti konteks penayangan pernyataan "Rep. Mimpi 
diprotes Tionghoa" tersebut.


Kedua, pembicaraan dan artikel yang ditayangkan lebih banyak tentang somasi 
dari Menkominfo. Perubahan dari "Republik" Mimpi menjadi "Kerajaan" Mimpi 
adalah sebuah sinisme bahwa tindakan pemerintah yang ingin membungkam suara 
parodi politik ini adalah tindakan otoriter seperti dalam sebuah "kerajaan". 
Jadi bobot dalam memparodikan somasi dari Menkominfo jauh lebih berat 
daripada somasi dari PARTI yang bahkan tidak disebut satu kalipun. (rupanya 
PARTI gagal "numpang beken" di Rep. Mimpi).

Paradoksnya dalam tayangan video justru terlihat Menkominfo Sofyan Jalil 
tertawa-tawa dengan Habudi dan Effendi Gazhali. Malahan ditambah beliau 
mengajari vokabulari gaya Habibie yang bisa ditirukan Habudi.

Bukankah menggelikan bila Sofyan Jalil yang somasinya diparodikan begitu 
panjang saja tertawa-tawa akrab dengan personil Rep. Mimpi nah Tionghoa 
yang cuma muncul empat detik kok malah mau mencak-mencak protes.

Acara ini sendiri

[mediacare] Selamat Hari Raya Nyepi & Selamat Tahun Baru Saka 1929.

2007-03-17 Terurut Topik Yap Hong Gie
http://www.kompas.com/

Sabtu, 17 Maret 2007
Sepi Sunyi yang Menerangi
Gede Prama

Ketika seorang guru ditanya evolusi jiwa manusia ratusan tahun terakhir, 
dengan diam sebentar, menatap mata lalu menjawab, "dari gelap ke gelap". 
Dari ketidakpuasan satu ke ketidakpuasan lain. Dari konflik satu ke konflik 
lain.

Melihat kehidupan bergerak begini, sejumlah orang desa yang polos bertanya, 
mengapa kemajuan iptek harus seperti ini? Maafkanlah keluguan. Andaikan 
keluguan ini dijawab dengan data, angka, logika, mungkin sinyalemen "dari 
gelap ke gelap" akan tambah panjang. Angka dilawan angka. Logika mengundang 
serangan balik logika.

Karena demikian keadaannya, izinkan sekali-sekali bukan angka, bukan logika 
yang bicara, tetapi sepi sunyi. Tidak dalam posisi menyebut sepi benar, yang 
berbeda salah. Sekali lagi tidak. Serupa dengan mulut manusia, gigi wujudnya 
keras karena tugasnya memotong dan menghancurkan. Lidah bentuknya lembut 
karena panggilan hidupnya bukan untuk menghancurkan, tetapi merasakan. 
Keduanya punya tugas lain. Dengan spirit seperti inilah, sepi sunyi dalam 
tulisan ini mohon izin bicara.

Sejak dulu, pencinta sepi selalu tidak banyak. 0rang yang bertapa di 
kesunyian selalu lebih sedikit dibanding mereka yang mencari di keramaian. 
Keduanya bertumbuh. 0rang-orang keramaian menyukai bertumbuh ke luar (dengan 
ukuran kekaguman pujian orang), sedangkan pencinta kesunyian menyukai 
bertumbuh ke dalam. Kekaguman dan pujian orang dihindari karena penuh godaan 
ego.

Melihat bulan dengan lampu

Satu contoh yang amat menerangi di jalan sunyi adalah pertapa suci Ramana 
Maharshi. Sampai umur 16 tahun tidak ada tanda ia akan jadi pertapa. Begitu 
berkenalan dengan perjalanan ke dalam diri, tiba-tiba badannya panas. Ini 
membuatnya lari ke Bukit Arunachala. Lebih dari sekadar panasnya menghilang, 
ia menikmati kesunyian di tempat ini. Bahkan selama puluhan tahun 
menghabiskan hidup yang sepenuhnya diam.

Saat mengakhiri diamnya, Ramana menjawab pertanyaan orang secara mengagumkan 
hanya dengan segelintir kata. Dari situ didirikan ashram oleh banyak 
pengikutnya di sekitar tempat ia bertapa. Tiap kali ditanya siapa gurunya, 
ia menggeleng sambil bergumam, "The ultimate consciousness is the only 
teacher" (Kesadaran yang mahautama itulah gurunya).

Serupa dengan ini, di sejumlah perenungan dengan judul agama yang 
berbeda-beda, banyak murid diminta diam. Awalnya percakapan ke luar 
menghilang, diganti percakapan ke dalam. Akhirnya percakapan ke dalam pun 
menghilang. Dan yang tersisa hanya satu, yakni kesadaran. 0rang-orang yang 
sudah disinari cahaya kesadaran, akan bergumam, untuk melihat bulan tidak 
memerlukan lampu!

Kata-kata, logika, angka mirip lampu luar. Manusia membutuhkan saat gelap. 
Namun, dalam terang cahaya kesadaran, manusia tidak memerlukan lampu luar. 
Salah satu founding father kehidupan spiritual Bali (Dang Hyang Dwijendra) 
menulis Kakawin Dharma Sunya. Ia bertutur, jika batin yang tenang-seimbang 
adalah sumber keindahan. Bila sumber keindahan sudah di dalam, masihkah 
manusia memerlukan lampu penerang dari luar? Dalam bahasa provokatif seorang 
guru, "When you still have some one who can make you happy or sad, you are 
not a master, you are a slave!" (Jika sumber kebahagiaan/kesedihan masih 
dari luar, itu tandanya seseorang belum menjadi master, masih jadi budak).

Apresiasi akan sepi memang bukan monopoli Bali. Lama Surya Das (Awakening 
the Buddha Within) pernah menulis bahwa puncak perjalanan menemukan 
perkataan yang benar adalah hening. Eckhart Tolle (Stillness Speaks) juga 
serupa, "wisdom comes with the ability to be still. Just look and just 
listen... let stillness direct your words and actions" (Kearifan datang dari 
keheningan. Lihat dan dengar saja... biar keheningan yang menjadi 
pembimbing). Thomas Merton (Thoughts in Solitude) menambahkan, "My knowledge 
of myself in silence... opens out into the silence... of God" (Pengetahuan 
diri dalam keheningan membuka rangkaian keheningan yang berujung pada 
Tuhan).

J Krishnamurti (The Light in Oneself) menyarankan, meditation is absolute 
silence of the mind (meditasi adalah keadaan batin yang sepenuhnya hening). 
Dainin Katagiri (Returning to Silence) menulis, Shakyamuni is some one who 
practice tranquil silence (Siapa saja yang mempraktikkan kesempurnaan 
keheningan, ia menjadi Buddha). Murid-murid Zen yang perjalanannya suka 
menekuni latihan silent illumination. Penyair sufi Rumi bertumbuh jauh dalam 
sepi. Perhatikan salah satu syairnya (The Rumi Collections): when you know 
your own definition, flee from it, that you may attain to the 0ne who cannot 
be defined (Saat Anda dipagari kata-kata, cepat-cepatlah menjauh. Ia 
menghalangi mencapai yang Satu yang tidak terucapkan).

Dengan cerita ini, terlihat banyak manusia yang terterangi rapi oleh sepi 
sunyi. Ia melewati banyak sekat tradisi. Dari Sufi, Nasrani, Buddha, sampai 
Hindu. Jenis manusia-manusia ini memiliki pola pertumbuhan serupa. Logika 
dan kata-kata

[mediacare] [Marinir] Ahli Waris Korban Tsunami Aceh Terima Santunan ABP

2007-03-14 Terurut Topik Yap Hong Gie

AHLI WARIS KORBAN TSUNAMI ACEH TERIMA SANTUNAN ABP
[14-Maret-2007]

Lima orang ahli waris korban bencana alam tsunami Aceh menerima santunan ABP 
(Asuransi Bumi Putera) masing-masing sebesar Rp 30 juta.
Kelima ahli waris yang menerima santunan ini adalah Abdul Majid orang tua 
dari Sertu MDL Tri Prasetyo (Alm), Siti Setyaningtyas isteri dari Kopda Mar 
Supono (Alm), Elly Bintari Agustina isteri dari Kopda Mar Purwoko Y.K. 
(Alm), Tri Susilowati isteri dari Kopda Mar Samsudin (Alm), dan Sujono orang 
tua dari Pratu Mar Sujarwo (Alm).

Tiga ahli waris yakni Abdul Majid, Siti Setyaningsih dan Tri Susilowati 
menerima santunan pada Selasa pagi (14/3) di Markas Detasemen Jala Mangkara 
(Denjaka).
Santunan ini diserahkan langsung oleh Asisten Personel Komandan Korps 
Marinir (Aspers Dankormar) Kolonel Marinir Soedarmin Soedar disaksikan 
Komandan Denjaka Letkol Marinir Suhartono beserta pejabat teras Denjaka.

Sedangkan santunan untuk dua ahli waris lainnya akan diserahkan Komandan 
Pasmar I Brigjen TNI (Mar) Arief Suherman saat ulang tahun Pasmar I pada 22 
Maret mendatang.

Dalam musibah bencana stunami Aceh 26 Desember 2004 lalu, kelima prajurit 
Korps Marinir anggota Satgas Mobile IV Mupe II dan Satgas Marinir Rencong 
Sakti XXIV menjadi korban dan hingga kini dinyatakan hilang dalam tugas.

Seluruh korban Marinir dalam musibah tsunami tercatat 14 orang, 9 orang 
lainnya jenasahnya berhasil ditemukan.
Selain mendapat santunan asuransi dari Bumi Putera, kelima ahli waris 
sebelumnya masing-masing telah menerima sejumlah santunan antara lain dari 
Yayasan Bhumyamca (Yasbhum) sebesar Rp 1,5 juta, Yayasan Marinir (Yasmar) 
sebesar Rp. 1,5 juta, Bantuan Sosial (Bansos) sebesar Rp. 2 juta, Asabri 
sebesar Rp. 35 juta dan YKPP Dephan sebesar Rp. 10,5 juta.

Dengan diterimanya santunan tersebut, para ahli waris mengaku sangat puas.
Mereka berterima kasih atas perhatian pemimpin TNI/ TNI AL/ Korps Marinir 
yang begitu besar terhadap nasib para ahli waris prajurit Marinir yang gugur 
dan hilang dalam tugas.
Mereka berjanji akan memanfaatkan uang santunan dengan sebaik-baiknya.

[admin] 




[mediacare] Lap. Tim Relawan PERMATA-INTI di SUMBAR

2007-03-14 Terurut Topik Yap Hong Gie
14/03/'07 - 01.05

Hari ini Baksos PERMATA-INTI  Tim B masih tetap dilembah Ngarai Sianok, 
tepatnya di Jorong Pisang 450 pasien, Jorong Sei Patei 65 orang dan Jorong 
Jambak 270 orang.

Di jorong Pisang ada beberapa rumah yang hancur kena gempa.

Juga dilakukan operasi minor menangkat tumor sebesar telur di tubuh seorang 
ibu.

Saat melakukan Baksos terjadi gempa yang disertai hujan yang mengakibatkan 
terjadinya longsor yang menutupi jalan, sehingga Tim tidak dapat kemabli ke 
Posko.
Akhirnya diputuskan untuk mengambil jalan memutar yang mengakibatkan Tim 
sampai di hotel hampir tengah malam.
(Willy) 




[mediacare] Lap. Tim Relawan PERMATA-INTI di SUMBAR

2007-03-13 Terurut Topik Yap Hong Gie
(13/03/07)
Hari ini tim medis A menuju ke Desa Kutogadang lebih pagi.
Pasien telah berdatangan walaupun meja diagnosa belum tersusun .
Belum setengah jam pasien telah lebih dari 100, kami baksos tepat di depan
Masjid desa yang hancur total & jalan retak merekah (mirip pemandangan bom
Hiroshima yang menurut warga gempa tsb mengakat tanah sd 2 m. disertai
gemuruh dr dlm tanah)

Pasien rata2 mengalami sakit pasca gempa spt stress yang mengakibatkan
saluran pencernaan, juga perubahan pola hidup dari dalam rumah menjadi hidup
di tenda2, terutama anak2 & orang tua
(Willy)




  1   2   >