Re: [RantauNet.Com] Setelah Lebaran trus Apa ??

2003-11-28 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php

Assalamualaikum Wr. Wb.

Ini adalah calon muballigh---Insya Allah---yang mumpuni. Latar belakang 
profesional yang melatih berfikir dan bertindak rasional serta semangat 
belajar tiada henti, usia dan kepribadian yang matang yang berujung 
kepada sikap arif dan rendah hati, kecintaan kepada agama akan 
melahirkan sikap berjuang hanya untuk mencari ridha Allah Taala semata.

Dan Ibadah Haji yang akan segera dijalani---Insya Allah---akan semakin 
meninggikan motivasi

Dinda Zul, selamat berkiprah. Agama sangat membutuhkan orang-orang 
semacam Dinda, pada saat ummat sangat butuh perluasan cakrawala, 
sementara ayat-ayat Allah tidak jarang dijadikan komoditas untuk 
menumpuk harta

Wassalam, Darwin Bahar gelar St Bandaro Kayo (60)

zul amri wrote:

Hari kemenangan telah berlalu , Hari kemenangan begitulah sebagaian 
orang menyebut Idul Fitri atau Lebaran . Orang bijak berkata lebih 
mudah membangun dari pada memelihara . Lalu kata bijak itu berbunyi 
lebih mudah meraih kemenangan daripada mempertahankannya . Benarkah 
demikian ? Masing masing kita dapat menjawab sesuai pengalaman hidup 
kita . Lagipula , kemenangan dalam soal apa ? mengalahkan nafsu ? 
Nafsu yang mana ? kalau hanya menahan nafsu makan dan minum disiang 
hari , anak kecil juga bisa dan dapat memenangkannya . Tetapi bagi 
orang dewasa ? nafsu sex , nafsu terhadap harta , nafsu terhadap 
kekuasaan seberapa jauh dapat ditahan dan dikalahkan ? dan seberapa 
lama pula dapat bertahan ?

Untuk sekilas instrospeksi diri , marilah kita ingat kembali idul 
fitri tiga hari yang lalu , benarkah sudah kembali ke fitrah ?, 
setinggi apa tingkat makbulnya ibadah kita ? Bukankah orang yang 
berhari raya bukan diukur dari yang berbaju baru , tapi diukur dari 
semakin menggebunya ketaatan kepada Allah . Ukurannya adalah ketaatan 
dan bukan baju baru . Baju baru bisa terkontaminasi oleh dosa , karena 
uang pembeli didapat lewat jalan dosa , bohong , menipu , kolusi , 
suap dlsb .

Kita berpuasa dengan cara yang khas , dan tujuan yang ingin dicapai 
adalah sangat tinggi dan mulia , yakni ingin menjadi orang yang 
muttaqin ( orang yang bertakwa ) .

Jadi selesai lebaran , trus apa yang akan kita perbuat ?? Kita 
khawatir Lebaran membawa lebarnya segala energi kita . jamaah sholat 
fardhu dimesjid dan musholla kembali seperti kondisi sebelum ramadhan 
, sepi.., Kajian al Quran sedikit peminat , Infaq dan shodaqah 
memprihatinkan . Inilah potret masyarakat kita dan mudah mudahan kita 
tidak berada didalamnya .

Mari kita buktikan bahwa puasa kita makbul , taat kita , syukur kita 
dan zikir kita kepada Allah SWT semakin menggebu dan tidak terpengaruh 
oleh waktu , cuaca dan kondisi

Wassalam : zul amry di kuta bali



~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



[RantauNet.Com] Dan Waktu Merambat Melalui Detik-Detik Yang Pelan Tetapi Pasti, Menuju Senja

2003-11-24 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php

Ini adalah hari terakhir Bulan Ramadhan, bulan seribu bulan yang seperti 
sabda Rasulullah SAW, ketika kita diundang menjadi tetamu Allah dan 
dimuliakan oleh-Nya, bulan di mana nafas kita menjadi tasbih, tidur kita 
ibadah, amal-amal kita diterima, dan doa-doa kita diijabah

Ini adalah hari terakhir Bulan Ramadhan bulan di mana perasaan kita 
sangat tipis, dan air mata kita dangkal. Dalam bulan ini, hati kita 
gampang sedih dan menangis terhadap penderitaan sesama, dan tangan 
kitapun ringan untuk menyisihkan sebagian harta untuk para fukaha dan 
masakin.

Dan pada kenyataannya, walaupun ada tanda-tanda bahwa perkonomian bangsa 
ini mulai membaik masih teramat banyak banyak saudara-saudara kita yang 
kurang beruntung yang masih hidup didera kepapaan, yang rela 
berdesak-desakan menyabung nyawa untuk memperoleh sedekah yang tidak 
seberapa, atau mereka yang tergusur dari rumah-rumah gubuk mereka tanpa 
daya, serta saudara-saudara kita di Papua, Poso dan---terutama---di Aceh 
yang masih hidup dalam ketakutan dan perasaan tertekan dalam kedamaian 
yang semu, yang mereka tidak tahu kapan ini akan berakhir.

Dan waktu merambat melalui detik-detik yang pelan tetapi pasti, menuju 
senja, dan pada saat beduk ditabuh, usai sudah kita kita berpuasa, 
berhaus lapar dan tidak melakukan hal-hal yang diperbolehkan di siang 
hari di bulan-bulan lain, menjaga lidah dari kata-kata yang tidak perlu 
diucapkan, menahan pandangan dari apa yang tidak halal dipandang, dan 
menahan pendengaran dari apa yang tidak halal untuk didengar. Zakat 
fitrah akan kita segerakan, supaya para yatim dan para dhuafa bisa 
sekedar ikut bergembira di hari yang mulya ini. Tetapi tentunya kemudian 
perlu kita pikir dan kita upayakan supaya mereka juga bisa tetap 
bergembira di 364 hari yang lain.

(Lalu saya teringat ketika Nabi yang mulia itu menyapa seorang bocah 
yang tidak bergembira di suatu hari raya, dan ketika ditanya kenapa, ia 
mengatakan bahwa ia tidak beribu dan berbapa. Beliau lalu berkata: 
Sejak saat ini Muhammad akan menjadi ayahmu dan Aisyah akan menjadi 
ibumu. Bocah itu kemudian dipondongnya dan diserahkannya kepada Fatimah 
Az-Zahra supaya diasuh seperti putrinya tercinta itu mengasuh Hasan dan 
Hosen cucu-cucunya)

Tiada kata yang bisa mengungkapkan perasaan batin sebagian dari kita 
saat ini, sedih, bahagia, rindu bahkan kahwatir, apakah kita masih akan 
berjumpa dengan bulan yang mulia ini pada kesempatan mendatang.

Besok kita akan mengakhiri puasa kita, dan kita akan merayakan Iedul 
Fitri, pada saat kita berharap kita dilahirkan kembali dalam keadaan 
bersih dan suci, serta merentang kembali rasa persaudaraan dengan 
sesama, tanpa membedakan ras, suku, bangsa dan agama dengan hati bersih 
dan semangat baru.

Minal Aidin Wal Faizin (semoga kita termasuk orang-orang yang kembali 
dengan kemenangan).

Allah Maha Besar, Segala Puji BagiMU!

Selamat Idul Fitri, bagi kaum muslimin yang berhasil menggapainya, dan 
selamat berlebaran bagi semua.

Mohon maaf lahir dan batin.

Semoga hari-hari yang akan kita jelang lebih baik dari pada hari-hari 
yang kita tinggalkan. Amien

Wassalam, Darwin

~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Re: [RantauNet.Com] Bandara Tabing 'Dikuasai' Calo Tiket

2003-11-21 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php

Sekalipun bukan  merupakan pembenaran dan memang harus diberantas, 
percaloan bukan monopoli Tabiang. Di Juanda juga banyak gentayangan.

Cuma indak jaleh bilo terjadinyo kajadian nan dicaritokan di bawahko, 
sabab parang diskon tiket nan menyababkan tiket pesawat non Garuda 
Padang-Jakarta sakali jalan nan dipelopori Lion Air turun ka harago 
sekitar Rp 300.000, alah indak balaku lai sajak sabalun Ramadhan. Katiko 
ambo batugeh ka Sumbar sapakan sabalun Ramadhan ambo liek di tiket ambo 
Garuda alah baliek ka harago lamo, Rp 800.000 labieh sakali jalan. 
Sakalipun baitu kursi di pesawat p.p. tatap panuah. Urang awak tambah 
makmur? Antahlah.

Saketek pengalaman menarik, sasuai rencana ambo bailek ka Jakarta 
Tanggal 26 Oktober, mundur sahari dari jadwal samulo. Tapi sekretaris 
kantua kami di Jakarta lupo maubah tanggal kapulangan di tiket, tatap 
Tanggal 25 Oktober, padahal uang hotel jo uang saku alah diubahynyo. 
Ambo baru tahu katiko ambo manyodorkan tiket saat hendak chek-in di 
counter Garuda untuk penerbangan 613 ka Jakarta. Alhamdulillah walaupun 
penumpang panuah ambo tatap bisa barangkek jo penerbangan 613 hari itu 
juo, tanpa membayar tambahan satu senpun baik resmi maupun tak resmi. 
Apo dek karano ambo pemegang GFF Card? Antahlah.

Tapi ado kelebihan Tabiang dibandingkan jo bandara-bandara lain di 
Indonesia nan indak patuik dibanggakan: adanyo pengemis nan manyambuik 
awak katiko baru kalua dari ruang kadatangan.

Hidup parawisata Sumbar!

Wassalam, Bandaro Kayo (60)

Z Chaniago wrote:

hhhm.namonyo se Tabiang, apopun bisa dilakukanFYI 
sajo.. ambo dan rombongan pernag manyuruah salah satu maskapai 
penerbangan manunggu untuak Take Off hanyo karena 'kami' masih di 
salah satu kantua kanwil di Jl Khatib Sulaimanhehehehe.. dan 
lansuang pake kijang di bawah tanggal pesawat tanpa melewati check in 
dllsb.

Nan paliang aneh adolah walaupun anda punyo tiket round trip..., 
pas ngelapor di Tabiang.
...'biasa'nyo akan dikatokan baraso tiket kini naiak ...dan akan ado 
bayaran tambahan lagi., waspadai hal tsb...jan sampai tertipu 
dengan hal-hal sarupo tsbmakanya agen maskapai ataupun ticketing 
di Padang ndak suko tiket bolak-baliak...

Z Ch - Palai Rinuak

http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2003112101243908

Bandara Tabing 'Dikuasai' Calo Tiket

PAGI itu, pukul 09.00 WIB, Irmawati, 40, keluar dari taksi berwarna 
kuning. Sejumlah calo mengamatinya dengan cermat untuk dijadikan mangsa.

Wanita berbaju hitam dengan jilbab putih itu langsung disambut seorang 
yang memakai seragam petugas bandara, yang kebetulan berdiri dekat 
taksi berhenti.

Petugas itu biasa disapa Arsyad. Dia langsung menggiring Irmawati ke 
salah satu loket maskapai penerbangan.

Irmawati, warga Kabupaten Solok ini kelihatan bingung, ketika si calo 
menjelaskan tiket Padang-Jakarta sudah habis. Tak percaya, dia 
langsung bertanya pada petugas penjualan tiket. Jawabannya ternyata 
sama persis. Habis!

Arsyad terus memepet Irmawati untuk menawarkan jasa baiknya. Walau 
tiket sudah habis, tetapi ibu tetap bisa berangkat, katanya serius.

Biasanya jurusan Padang-Jakarta harganya Rp300.000, tetapi sekarang ia 
harus bayar Rp500.000. Kepadanya diperlihatkan selembar tiket atas 
nama orang lain. Meski berusaha menawar, tetapi Irmawati akhirnya 
takluk pada rayuan si calo. 
--bakuduang--

~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Re: [RantauNet.Com] Definisi ABSSBK ( warisan dan meminang )

2003-11-10 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


zul amri wrote:

 rarachm [EMAIL PROTECTED] wrote:

  
   Adrial S. Sutan Amin Alam (60)
   

  Is it true?

  Setahu saya, ketika mamak-mamak maskulin lagi rapat di rumah
  gadang,
  induak-induak lagi pada sibuk masukin rendang ke piring.
  bundo
  kanduang sih ada, tapi paling cuman satu-dua orang. itu juga

  biasanya induak-induak yang rada galak kayak evi..

  nggak adrial, nggak. elo baru ngeliat romantisme adat minang

  doangan. belon liat faktanya.

  ~rarach

  Iyo lah tipih bana sopan jo santun diawak kiniko yo , masak
  urang lah gahat ( 60 th ), masih dipanggia jo panggilan samo
  gadang , dimaa lataknyo adat minang nan mangajakan sopan jo
  santun dan budi pekerti tu dilatakkan .

  Zul amry di Bali

Rarach memang kayaknya kebablasan. Mungkin dia tidak memperhatikan umur
Sutan Amin Alam, atau ada alasan lain, yang tentunya hanya Rarach yang
tahu. Yang saya tahu. membahasakan orang yang lebih tua dengan “elo”
bukan kebiasaan Rarach, termasuk di Milis keras seperti Proletar.
Sekeras apapun diskusinya dengan Jusfiq Hadjar, sekasar apapun Jusfiq
menyerangnya, Rarach selalu memanggilnya Om..

Wassalam, Bandaro Kayo (60)




~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Re: [RantauNet.Com] Nuansa ke Minangan di Palanta kita mulai memudar

2003-11-03 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


--- In [EMAIL PROTECTED], rarachm [EMAIL PROTECTED] wrote:
 --- In [EMAIL PROTECTED], Sutan Sinaro [EMAIL PROTECTED] 
  rarachm [EMAIL PROTECTED] wrote:

---bakuduang---

 saya nggak tanggung looo kalo ada yang ngomel atas usulan om sutan 
 ini...

 ~rarach
 (hor dapet lagiii!!!)

Si Cecille batue. Kok si Rarachko dikloning, orang-orang di Palanta 
paralu malatakkan es di talingonyo

Untung cuman satu

Wassalam, Bandaro Kayo 
Om atawa Mamaknya si Rarach juga



~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Re: [RantauNet.Com] KOMPAS : Arsitektur Kota Bukittinggi.

2003-11-02 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Angku Ban---yang notabene masih dalam suasana “bulan madu---berhasil 
mongopikan artikel nan rancak banako untuak  Sidang RN nan dimulyakan Allahko

Katiko mambaco artikelko di Kompas kapatangko lamo ambo tamanuang mabaca alinea di 
bawahko:

“Semoga Bukittinggi tidak menjadi batang terendam seperti kawasan Puncak yang harus 
dibangkitkan kembali pada masa depan, hanya karena transformasi pasar membuat orang 
terkecoh oleh cara
membangun yang tak tertib, menyangkal petuah, dan yang oleh modernitas palsu 
menghancurkan harkat”

Apolai katiko Ambo mancubo mangganti Bukit Tinggi jo Sumatera Barat dan Puncak  jo 
Indonesia.

Tapi Apalah awak ini.

Wassalam, Bandaro Kayo (60)


bandaro wrote:

 Dikompas hari Minggu 2 Nov ado artikel mengenai arsitektur Bukittinggi
 dikelompok iptek.

 http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0311/02/iptek/646847.htm

  Mendaki Naik, Bajanjang Turun
  Arsitektur Kota Bukittinggi

Marco Kusumawijaya

  PEPATAH mendaki naik, bajanjang turun berpetuah bahwa
 untuk tiap tujuan ada
  tertibnya. Alam yang terkembang di ranah Minangkabau
 menjadi ilhamnya. Sedang
  Bukittinggi, yang membentang pada ketinggian 1,000
 meter di atas muka laut, adalah
  miniatur alam itu. Di batas saujana kota ini, menganga
 Ngarai Sianok dan menjulang
  Gunung Singgalang di sebelah selatan. Di timurnya,
 Gunung Merapi. Gunung yang
  pertama berpuncak danau, yang lainnya berapi.

  DI dalam Kota Bukittinggi, mendaki naik, bajanjang
 turun bermakna harafiah: seluruh
  kota dibangun pada, dan di antara, bukit-bukit kecil
 dan lembah- lembah elok. Inilah kota
  bertingkat majemuk yang tiada bandingnya di Indonesia.

bakuduang---



~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Re: [RantauNet.Com] Jangan lupa lihat Ajo Duta (Dutamardin) di Metro TV /VOA

2003-11-01 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Ingin bana ambo maliek acarako. Tapi salamo bulan puasoko ambo jam 5
pagi lah musti “cabut” dari rumah karano anak ambo  nan biaso maantaan
ambo ka kantue  ambo di Blok M, jam 7 alah harus sampai di tampek
karajonyo di Pasar Minggu.

Mudah-mudahan ado sanak nan bisa mambuek reportase acarako dan
mampostingkannyo ka Palanta.

Wassalam, Bandaro Kayo (60)


Hayatun Nismah Rumzy wrote:



 dutamardin [EMAIL PROTECTED] wrote:

-bakuduang


~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



[RantauNet.Com] Ramadhan dan Mualaf-Mualaf Metro TV

2003-11-01 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


Beberapa waktu yang lalu setiap Sabtu pagi sebuah setasiun TV menyiarkan
acara perjalanan rohani orang-orang yang baru masuk Islam atau yang di
kalangan Islam disebut para mualaf. Saya menonton hanya satu kali.
Itupun dengan perasaan was-was, khawatir kalau dia menjelek-jelekkan
agama lamanya. Sebab bagi saya kalau seorang yang pindah agama lalu
menyerang atau mencari-cari kejelekan agama lamanya, pasti ada yang
tidak beres pada orang tersebut. Salah satunya sebabnya ialah dia tidak
pede dengan agama barunya itu. Jadi cercaannya kepada agama lamanya
lebih merupakan refleksi dari ketidaktenteraman jiwanya karena
meninggalkan agama lamanya. Contoh soal yang paling gamblang adalah
tulisan-tulisan sampah yang sering disertai dengan kutipan Al-Quran atau
Hadis yang diplesetkan/ditafsirkan seenakperutnya yang dipostingkan ke
Situs Answering Islam atau situs sejenis.

Tetapi acara Mualaf-Mualaf yang disiarkan oleh Metro TV---sebuah
setasion TV yang paling “sekuler”---setiap jam 5 petang selama bulan
Ramadhan dan dipandu oleh Panquita Wijaya yang juga seorang mualaf,
adalah acara yang sangat cerdas dan jauh dari nuansa propaganda. Seperti
pada acara petang tadi yang mengahdirkan bintang tamu penyanyi jazz Iga
Mawarni, bukan kebetulan kalau artis Ayu Azhari yang hadir sebagai nara
sumber tampil tanpa mengenakan tutup kepala. Iga Mawarni sendiri dalam
acara tersebut menekankan bahwa keyakinnya kepada Islam timbul setelah
membaca tafsir Al Qur’an. Iga Mawarni yang pada Ramadhan tahun lalu pada
acara Sahur Bersama Hughes---yang juga seorang mualaf---menceritakan
hubungannya yang sempat renggang dengan ibundanya selama dua tahun
karena pilihannya terhadap Islam.

Sepanjang yang saya ketahui seorang yang pindah agama karena keyakinan
kepada prinsip-prinsip agama barunya lebih bersemangat dalam menjalankan
agama barunya serta memberikan sumbangan pemikirannya kepada agama
barunya atau mengkritisi perilaku penganut agama barunya yang tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip yang diyakininya ketimbang
menjelek-jelekan agama lamanya.

Misalnya Dewi Hughes sendiri. Dewi Huges adalah sebuah fenomena, ketika
sebagai seorang perempuan dengan ukuran tubuh yang “tidak ideal” bisa
tampil sebagai MC kondang. Dewi masuk Islam dengan cara yang tidak
lazim, yakni karena di sekolah di tempat tinggal keluarganya yang baru
di Banten tidak ada pelajaran agama Hindu yang dianut keluarganya, orang
tua Hughes memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk memilih
agama-agama yang diajarkan di sana, yaitu Islam dan Kristen, sementara
mereka sendiri tetap menganut agama Hindu. Hughes termasuk yang memilih
Islam. Sungguh orang tua Hughes orang tua yang luar biasa.

Pada Ramadhan tahun lalu dan tahun sebelumnya, Hughes dipercaya ANTV
menjadi presenter pada  Acara live “Sahur Bersama Hughes”. Hughes,
melaksanakan tugasnya dengan penuh totalitas. Tidak jarang dia terlihat
dengan wajah berbinar dan kadang-kadang dengan mata basah pada ujung
acara yang menampilkan pesan  Ramadhan yang disampaikan oleh Ustadz Dr
Miftah Faridh. “Mbak Hughes cantik”, beberapa ibu-ibu yang menilpon
Hughes pada acara tersebut  mengawali pembicaraannya. Memang Hughes
terlihat cantik dalam acara terserbut, kecantikan yang bukan karena
riasan, tetapi dari cahaya keimanan yang memancar dari kepribadiannya.
Hughes juga menyatakan sikap hormat kepada  orang tuanya yang masih
berbeda agama dengannya kepadanya. Sebuah sikap muslim yang sejati.

Dan Hughes tidak pernah lagi meninggalkan busana muslim, suatu pilihan
seperti yang dikemukakannya kepada Majalah Tempo bukan pilihan yang
tidak beresiko terhadap profesinya sebagai MC dan presenter.

Dan kita tahu, bahwa Hughes tetap berkibar.

Hughes jarang mengumbar perjalanan rohaninya setelah masuk Islam,
apalagi menjelek-jelekkan agama lamanya atau agama lain. Hughes lebih
banyak menyatakan ke-Islamannya dengan sikap dan perbuatan.

Sayang sekali acara Sahur bersama Hughes, absen di ANTV pada Ramadhan
tahun ini.

Salam, Darwin


~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



[RantauNet.Com] Artikel Mengenai Bukit Tinggi yang Sangat Menarik Di Kompas

2003-11-01 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Kompas hariko (Kompas Minggu) memuat artikel menarik mengenai Bukit
Tinggi nan ditulih Marko Kusumawijaya nan sangat patuik diparatikan oleh
pihak-pihak terkait dalam tataruang di Sumbar umumnyo dan Bukit Tinggi
khususnyo, kok awak indak ingin Bukit Tinggi banasib sarupo Bandung bak
kecek lagu si Doel Soembang: “dulu kota kembang sekarang menjadi kota
kambing”

Sayang upayo ambo nan mandownloadnyo dari Kompas gagal taruih dek
indo.net agaknyo sadang agak bamasalah. Mudah-mudahkan nakan Z atau
nakan-nakan lain nan  pakar di bidang download madownloadko bisa
mangkopikannyo ka palanta ko.

Wassalam, Bandaro Kayo (60)



~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Re: [RantauNet.Com] Unsubscribe

2003-10-30 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


 (oh ya, kalau ada yang mau beliin eskrim, minta yang vanilla saja.
 aku nggak gitu suka yang strawberry; jangan lupa sekalian sama
 pinukuik dan es cindua.)

Don’t worry, nakan Rarach, Om Darwin yang akan beliin es krim, pinukuik dan es
cindua.

Plus bonus: cubitan gemas, mas, maa……

Salam, Om



 ~rarach


~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Re: [RantauNet.Com] Paralu Islah di palanta kito ko (mumpung masih dalam suasana Puasa)

2003-10-30 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Singkat saja, karena sebentar lagi jam kantor.

Pesan sanak Mulyadi ini perlu dicerna dengan hati yang jernih. Kalau mau menanggapi 
mohon digigit dulu lidah ini. Ingat kita punya dua telinga tetapi hanya satu mulut, 
yang saya
maksud---maaf---mulut benaran.

Dengan segala keredahan hati, apa akan saya kemukakan ini bukan omongan sok tua. Ini 
hanya sebuah nasehat, kalau diterima ya syukur kalau tidak ya Alhamdulillah. Yang 
penting apa yang perlu
saya sampaikan sudah saya sampaikan.

Sebuah organisasi, termasuk RN pasti mempunyai misi, yang menjadikan organisasi 
tersebut berbeda dengan organisasi lain. Misi ini pula yang membedakan RN tidak saja 
dengan Proletar tetapi
misalnya dengan MinangNet.

Seperti kita ketahui misi adalah alasan keberadan atau istilah kerennya “raison” 
d’être. Dan seperti kita ketahui bersam pula bahwa  komponen-komponen utama dari misi 
sebuah organisasi antara
lain adalah apa produknya, siapa konsumennya, di mana pasarnya, serta---yang tidak 
kalah penting---filsafah dan nilai yang dianut organisasi  tersebut dalam menjalankan 
kegiatannya.

(Sayang bagi kita-kita di Indonesia penegertian misi ini sudah rancu karena adanya 
Inpres 7/1999 mengeneai AKIP).

Pada waktu ini saya aktif di sejumlah milis, termasuk Proletar (artinya saya juga bisa 
“berdiskusi” dengan cara dan kosa kata Proletar, tapi di Proletar tentunya). Tetapi RN 
adalah satu-satunya
milis orang Minang waktu ini yang saya ikuti, karena menurut saya RN adalah 
satu-satunya milis yang saya pikir mempunyai filsafah yang sesuai dengan filsafah 
mayoritas orang Minang yang
tercermin dalam ABSSBK, karena saya adalah orang Minang, yang tidak punya alasan untuk 
tidak bangga menjadi orang Minang dengan segala atributnya tanpa merasa lebih baik 
dari pada etnis lain.
Apalagi isteri belahan jiwa saya berasal dari Jawa Barat.

Saya pikir misi RN perlu dipertegas, perlu diredefinisi supaya kita sadar arti 
keberadaan RN dan juga arti keberadaan kita di sini (yang terakhir ini sering 
disinggung oleh Kanda Nizmah tetapi
saya perhatikan sering ditanggapi secara kurang proporsional)

Dengan segala hormat saya kepada sanak Darul St Perpatih, menurut hemat saya membuat 
bilik-bilik bukan cara yang tepat/subtansial untuk mengatasi suasana yang kurang 
nyaman yang terasa di milis
ini akhir-akhir ini. Apalagi konon kabarnya bilik-bilik yang ada saja tidak berfungsi 
secara optimal. Kalau kesukaan bilik-berbilik ini diteruskan, saya kahwatir nanti akan 
ada pula bilik
“induk-induk” (biarlak induk-induk atau para gadih yang suka “bacaran” pindah ke sana) 
dan ada pula bilik apak-apak (tempat para suami membahas kiat, bagaimana mengamankan 
“uang kaget” dari
jangkauan induak paja, sebab kalau dimasukkan ke kaus kaki sudah kuno), dst, dst

Akhirnya, seperti kata si Rarach, di palanta ini kita akhirnya hanya melihat dinding.

Saya juga mengulangi usul saya untuk memoderasi Palanta, sehingga diskusi yang sudah 
ngawur (seperti diskusi yang membuat doto Rahyus yang santun itu menjadi “gerah”) bisa 
disetop sebelum
berlarut-larut dan terjadi saling sakit-menyakiti, suatu hal yang tidak mungkin 
dilakukan oleh KTT, walaupun KTT dengan fungsi dan peranannya seperti waktu ini jelas 
tetap diperlukan

(Eh, ternyata Panjang juga)

Sekian pendapat saya dan mohon maaf kalau tidak berkenan.

Wassalam, Bandaro Kayo
60 tahun, umur dikemukakan tidak untuk merasa dan mengatakan lebih arif dari pada yang 
muda usia


[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ass,wr,wb.

 O. rang kampuang di Palanta RN nan di muliakan oleh Allah, kok
 ambo caliak bagalaunyo palanta kito ko babarapo hari ko, taraso sadiah
 hati ambo, apo lai nan manjadi pemicu adolah postingan ambo terakhir nan
 ambo lontarkan untuak wacana kito basamo dengan thema Nuansa Minang.
 Banyak persepsi nan bagalau dengan topik tersebut, padahal tujuan ambo
 bukan seperti nan ado dikapalo kito masiang2, sahinggo ado nan maonggok,
 baganyie, merajuk, ngambek atau apapun istilahnya, bahkan ada yang mau
 unsubscribe dari palanta nan kito cintoi bersama ini.


bakuduang---



~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



[RantauNet.Com] Pengalaman Haji Budi Hikmat dan Adelina Syarif

2003-10-28 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


Di bawah ini adalah pengalaman spritual haji yang sangat menarik dari
pasangan suami isteri Budi Hikmat dan Adelina Syarif yang dipostingkan
ke Milis Wanita Muslimah dan saya forwardkan ke milis ini atas
persetujuan pengirimnya (Mbak Adelina).

Menurut hemat saya pengalaman Mas Budi Hikmat dan Mbak Adelina Syarif
ini tidak hanya bermanfaat bagi para netters di milis ini yang akan
menunaikan ibadah haji pada musim haji 1424 H, tetapi juga bagi kaum
muslimin dan ummat beriman lainnya.

Saya percaya pengalaman spritual yang dialami Mas Budi Hikmat dan Mbak
Adelina Syarif tidak hanya bisa ditemui dalam peribadatan khusus seperti
perjalanan haji saja, tetapi juga bagi setiap insan yang melakukan
kegiatan peribadatan dan muamalah dengan tulus dan hanya semata karena
Allah.

Selamat berpuasa bagi yang menjalankannya

Wassalam, Darwin


KESAKSIAN SPIRITUAL HAJI


Tiba-tiba kurasakan tangannya tersentak hingga jabat tangan kami
terlepas. Rezekimu untuk berangkat haji telah disiapkan. Nanti juga
semua pengeluaranmu akan diganti? Aku hanya terdiam. Kupikir ada cara
untuk menguji ucapannya? bahkan untuk membuktikan apakah agama dan Tuhan
yang selama ini kupercaya bukanlah dusta: Akan kukatakan kepada banyak
orang bahwa aku akan berangkat haji. Tahun ini!


Panjar ONH Dibayar Mertua

Kerinduan berangkat haji semakin menguat setelah adikku dan istrinya
berhaji menyusul Ibu dan Bapak yang sudah berangkat tahun sebelumnya.
Salah satu cara merawat kerinduan itu dengan memasang hiasan keramik
bergambar Masjidil Haram di dinding mushola rumah. Namun, berdasarkan
proyeksi kondisi keuangan, kami mungkin baru dapat berangkat tahun 2002.
Ketika mendengar pertimbangan kami, bapak mertua tegas berkata:
Berangkatlah kalian haji tahun ini. Bapak beri pinjaman untuk panjar
ONH kalian berdua. Setelah membayar panjer ONH suami istri US$2000, aku
memperingatkan istri untuk kemungkinan menjual mobil Kijang Krista guna
menutupi ongkos haji.

Ongkos Hajimu Sudah Disiapkan!

Aku tertarik untuk meminta doa kepada seorang Ustadz yang materi kutbah
Jumatnya sangat menyentuh. Aku menandai Ustaz itu. Sebab, pernah tiga
kali sholat Jumat secara berturut-turut, di kota yang berbeda, surat Al
A?laa dan Ghaasyiyah dibacakan dalam sholat. Dan Ustadz itu imam sholat
yang ketiga dengan bacaan serupa. Sembari memberi salam, aku mengulurkan
jabat tangan, Pak Ustadz, saya ingin sekali naik haji. Tolong doakan
saya?.

Wajah Ustadz itu nampak teduh saat memejamkan matanya. Berdoa. Tiba-tiba
kurasakan tangannya tersentak hingga jabat tangan kami terlepas.
Rezekimu untuk berangkat haji telah disiapkan. Nanti juga semua
pengeluaranmu akan diganti...

Ustadz itu nampak demikian yakin. Tetapi tak urung keraguan meliputiku.
Bagaimana mungkin dengan kondisi bisnis di kantor yang sedang menurun?
Aku hanya terdiam. Kupikir ada cara untuk menguji ucapannya? bahkan
untuk membuktikan apakah agama dan Tuhan yang selama ini kupercaya
bukanlah dusta: Akan kukatakan kepada banyak orang bahwa aku akan
berangkat haji. Tahun ini! Ramalan Ustaz itu tidak hanya kusampaikan
kepada istriku, tetapi juga kepada mertua, sanak saudara dan
teman-teman. Aku sengaja mengikat diriku dengan beban. Dan aku ingin
menyaksikan bagaimana beban yang melilitku itu dilepaskan.

Akhir Tahun Menegangkan

Sebagaimana karyawan lain, 23 Desember 2000 adalah hari yang menegangkan
bagiku. Sebab pada hari itu akan diumumkan keputusan manajemen
perusahaan terkait dengan THR dan bonus.

Aku gelisah sejak dini hari dan selama makan sahur. Biaya ONH harus
segera dilunasi dalam beberapa hari kemudian. Setelah subuh aku tidak
ingin tidur. Istriku memahami kekegelisahanku. Kami harus rela menjual
mobil untuk menutupi ongkos haji. Akhirnya kami putuskan untuk pasrah
saja. Kami isi waktu dengan jalan-jalan pagi di sekitar kompleks sambil
mengarang lagu Islami untuk anak-anak. Aneh, inspirasi mengarang lagu
demikian lancar mengalir. Setiba kembali di rumah aku menulis bait-baik
itu dengan komputer dan mencetaknya untuk dibagi kepada teman-teman.

Aku terlambat tiba di kantor. Tidak sempat ikut rapat pagi. Melewati
ruangan atasan dengan sungkan. Terbersit prasangka negatif saat
tangannya melambai memanggilku. Duh, mau diapain aku?

Rupanya ia ingin mengajakku bicara mengenai hal yang paling ditunggu
semua orang hari itu. Atasanku belum lama mengisi jabatan di bagianku.
Aku dimintai saran sebab menurutnya aku staff paling senior. Dia belum
tahu cara menyampaikan kepada bawahannya keputusan manajemen perusahaan
mengenai THR dan bonus serta pesan pimpinan tertinggi. Kepadanya
kusarankan untuk memanggil karyawan satu per satu masuk ke dalam
ruangannya untuk diberikan penjelasan secara pribadi. Atasanku
mengganguk setuju. Karena aku sudah berada di ruangannya, dia 

[RantauNet.Com] Alamat Satuan Pelaksana Penanggulangan Banjir) Kota Solok

2003-10-28 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


Assalamualaikum Wr. Wb.

Angku Amsar Bandaro dan St Parapatih,

Institusi nan bisa dihubungi untuk manyalurkan bantuan korban banjir
Solok:

Satlak PB (Satuan pelaksana Penanggulangan Banjir) Kota Solok
No. Rekening: 304.000224400.001
BNI Cabang Kota Solok

Informasi ko Ambo dapek dari Kantor Bappeda Kota Solok (tel 0755-20170)
melalui Kantor Regional kami di Padang. Sabananyo informasiko alah
difakskan ka ambo tanggal 10 Oktober yang lalu. Tapi dek salamo tigo
pakan terakhirko Ambo banyak batugeh di luar Jakarta, baru kini
informasiko bisa ambo sampaikan

Wassalam, Bandaro Kayo



~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Re: [RantauNet.Com] Nuansa ke Minangan di Palanta kita mulai memudar

2003-10-27 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


Hayatun Nismah Rumzy wrote:

 Assalamu Alaikum W. W.Baru kapatang bundo mamposting maminta bakeh
 nanda St. Lembang Alam.  Sungguahpun Sutan surang nan lahianyo
 tasabuik batinnyo sado awak nan di Rantau Net iko. Mano Sutan Bandaro
 Labiah, mano Darwin Bahar, manonyo Arman Bahar Piliang (abp), nanda
 ZulAmri dengan pantunnyo  lah lamo pulo indak bundo danga suaronyo.
 Bundo memohon pertahankanlah ke khas-an kito salamo iko. Janlah
 dijadikan RantauNet iko sarupo MinangNet dan Proletar.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Uninda yang dinda muliakan

Alhamdulillah dinda masih di palanta, tetapi agak di sudut. Entah
mengapa, belakangan ini dinda lebih senang berdiam di sudut. Apalagi
sembari membaca catatan perjalanan Umroh Uninda yang sangat menarik
serta komentar-komentar Uninda yang hemat kata tetapi sarat makna.

Pada kesempatan ini perkenankanlah pula saya mengucapkan selamat
menjalankankan ibadah Puasa Ramadhan kepada Uninda dan Kanda Rumzy,
serta segenap warga palanta tanpa menyebut nama, khawatir ada yang tidak
terbawa, disertai permohonan maaf atas keterdorongan langkah dan
keterlanjuran lidah selama ini.

Allahumma thawwil a'maaranaa bibarkati ramadhana wa hassin akhlaa qanaa
bikhaahi ramadhan

(Ya Allah panjangkanlah umur kami dengan berkah bulan Ramadhan dan
indahkanlah akhlaq kami dengan keagungan bulan Ramadhan)

Wabiilahi Taufiq wal Hidayah

Wassalam, Bandaro Kayo (60)



~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



[RantauNet.Com] Shirin Ebadi, Muslimah Peraih Nobel Perdamaian dengan Kitab Sucinya

2003-10-11 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


Saya seorang Muslim, itu berarti Anda bisa menjadi Muslim dan mendukung
demokrasi, katanya, sambil menambahkan bahwa ia akan berangkat ke Oslo,
Swedia, bulan Desember mendatang untuk menerima penghargaan tersebut.

Menurut Ebadi, kaum Muslim patut bangga dengan penghargaan ini. Islam
sejalan dengan demokrasi. Bila Anda membaca Al Quran, Anda akan melihat
tak ada satu pun ayat yang bertentangan dengan hak asasi manusia,
ujarnya.

(Dikutip dari Kompas, Sabtu, 11 Oktober 2003)



~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Re: [RantauNet.Com] Interesting article sekedar masukan

2003-10-10 Terurut Topik Darwin Bahar
Server mailing list RantauNet berjalan atas sumbangan para anggota, simpatisan dan 
semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Aaa sata pula saya sekaki.

Sacara prinsip saya mendukung pendapat nakan Rahima.

“Pikiran logis, kehidupan dialektis”, kata pakar manajemen Gede Parama.

Saya sangat setuju dengan pendapat ini. Artinya tidak semua masalah kehidupan bisa 
diatasi hanya dengan pikiran manusia. Artinya ada implikasi tindakan-tindakan yang 
menurut pikiran logis yang
tidak terdeteksi oleh pikiran manusia itu sendiri.

Tidak semua yang logis itu benar.

Berpuasa, menahan lapar, padahal ada makanan yang bisa dimakan menurut logika adalah 
pekerjaan “dungu”. Tetapi kehidupan mengajarkan kita bahwa menunda makan itu adalah 
perlu. Ilmu ekonomi
mengajarkan kepada kita, bahwa kalau semua penghasilan kita dikonsumsi---tidak ditunda 
sebagiantidak akan ada investasi. Dan kalau tidak ada investasi tidak akan ada 
lapangan kerja baru
bagi anak dan kemenakan.

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tapian.

(Di Indonesia kita terbalik, untuk melakukan investasi kita lebih suka berhutang atau 
menjual aset-aset produktif ketimbang mgencangkan ikat pinggang: berenang-renang ke 
hulu,
berakit-rakit---anak cucu---ke tepian)

Penyakit menular dan terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki di kalangan 
siswa/remaja yang belum menikah adalah penyimpangan perilaku. Obatnya tentu 
menciptakan kondusi yang kondusif yang
tidak memberi peluang kepada terjadinya hubungan seks di kalangan remaja siswa/remaja 
yang belum menikah. Karena itu mengobatinya dengan kondom---walaupun terlihat 
logis---bukan saja jauh
panggang dari api, tetapi malah bisa seperti upaya memadamkan api dengan menyiraminya 
dengan bensin.

Menciptakan kodusi yang kondusif yang tidak memberi peluang kepada terjadinya hubungan 
seks di kalangan remaja--- berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tapian---jelas 
bukan pekerjaan
sederhana. Jelas tidak bisa diatasi hanya dengan aqal, tetapi juga dengan naqal. 
Karena itu upaya revisi KUHP dengan menjadikan perzinaan dan “kumpul kebo”---yang 
sesuai dengan ajaran
Islam---sebagai kegiatan yang bisa dikenakan pasal-pasal pidana, patut diberi ancungan 
jempol. Diberlakukannya ketentuan ini kelak memang tidak akan meniadakan perzinaan dan 
“kumpul kebo” sama
sekali, tetapi pasti bisa mengurangi. Orang suka seribu akal, orang enggan seribu 
dalih. Tetapi yang ragu-ragu atau sekedar iseng atau hanya pengen coba-coba, akan 
berpikir dua kali sebelum
melakukannya.  Dipidana bo!

Tetapi jelas tidak bisa dengan naqal saja, karena sering pula kita lupa bahwa aqal itu 
juga anugerah Allah belaka.

Intinya tidak ada jawaban tunggal atau sederhana untuk masalah-masalah kehidupan yang 
umumnya sangat kompleks.

Hidup memang tidak mudah tetapi juga tidak sulit-sulit sekali.

Paling tidak itu kesan yang saya baca dari postingan- postingan cerdas dan subtil dari 
 Kanda Zubir Amin alias Jo Buyuang van Marseille, yang sekalipun seorang pejabat 
tinggi tetapi “enteng”
saja naik bis kota maupun bendi.

Wassalam, Bandaro Kayo (60)

Rahima wrote:


 --- Tanjuang Heri [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Sanak Ronald nan budiman, jo netters sadonyo,
 
 
 Assalamualaikum.Wr.Wb.

 Membawa kondom kesekolah bagi siswa atau
 pelajar,sebagai antisipasi saja.Bagi saya ,sama halnya
 dengan seorang ibu RT yang pergi ke Mal,niat bawa duit
 hanya untuk sebagai persiapan saja,( sedia payung
 sebelum hujan katanya ).

 Niat hati tak ingin berbelanja,tapi pas tertarik pada
 suatu barang di Mal tersebut,akhirnya kebeli
 juga,akibat ada duit yang dianggap sebagai persiapan
 itu tadi sudah ada.

 Coba kalau ngak bawa duit tersebut ada beberapa hal
 kemungkinan yang akan terjadi :

 Pertama : Memang tidak jadi beli,cuman dilihat
 saja,akibat dapat menahan diri dari nafsu
 tersebut.Dengan arti kata kuat iman

 kedua : Kebeli,tapi menghutang.

 Ketiga  : Yah mencopet jadinya,habis ngak bawa duit
 sih.

 Kesimpulan,kalau dipilih,tentu pilih yang
 pertama,karena itu yang terbaik.

 Wassalam.Rahima.


~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



[RantauNet.Com] Aa Gym Comes Back

2003-10-05 Terurut Topik Darwin Bahar
Server RantauNet berjalan atas sumbangan dan kerjasama dari para anggota, simpatisan 
dan semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php

Sewaktu Invasi AS ke Irak pada puncaknya saya mempostingkan ke sejumlah
milis  seruan Aa Gym untuk Bangsa Indonesia yang saya kutip dari
Republika 26/3/03. Dalam seruannya itu Aa Gym antara lain berkata:
“Tentang sweeping, saya percaya tak mungkin orang Islam yang memahami
Islam secara baik berbuat zalim kepada orang lain, hanya karena warna
kulit, etnis, agama. Islam adalah agama yang sangat menjunjung keadilan,
bahkan terhadap musuh sekalipun. Jadi saya percaya tak akan terjadi
sweeping”

Entah karena seruan tersebut ketika itu seperti melawan arus, kemudian
namanya seakan redup.

Namun sebulan terkahir ini nama dan wajahnya kembali mengisi berbagai
media masa. Audiensnya sangat beragam, dari pakar ekonomi yang tergabung
dalam ISEI, para akuntan top, Karyawan RCTI, penghuni LP, dan puncaknya
adalah tausiahnya di depan siswa dan pengajar STPDN yang lagi “ngetof”,
yang disiarkan Transtivi jam 4 siang tadi, tausiah yang tidak saja
memaku orang-orang yang hadir di Aula STPDN di Jatinangor, tetapi juga
jutaan pemirsa acara tersebut  di melalu pesawat TV di rumahnya
masing-masing. Pada acara tersebut Aa Gym kembali menunjukkan
kepiawaiannya dalam menyampaikan kebajikan-kebajikan yang bersifat  umum
dengan tegas tetapi santun, sejuk dan menggugah. Dengan cara yang sama
pula dia mencoba mengembalikan kepercayaan dan harga diri para siswa
yang hancur berantakan divonis kecaman berbagai pihak secara
bertubi-tubi akibat berbagai peristiwa yang sangat tidak patut yang
terjadi di sekolah yang mendidik calon pamong praja itu.

Sukar untuk membantah kebenaran pesannya, bahwa apa yang terjadi di
STPDN pada hakekatnya merupakan wajah Indonesia waktu ini. Mereka yang
mengecam, belum tentu lebih baik dari pada yang dikecam.

“Two wrongs doesn’t make one right”

Dan saya percaya, tidak hanya para siswa STPDN saja yang menangis ketika
Aa mengajak seluruh hadirin untuk melakukan muhasabah tetapi juga para
pemirsa yang berada di depan TV-nya masing-masing.

Bahwa ada yang tidak suka kepada Aa Gym tentunya bukan sesuatu yang
aneh. Tetapi hal tersebut tidak mengurangi kenyataan bahwa Aa Gym dewasa
ini adalah ikon terpenting dari gerakan untuk mengembalikan wajah Islam
ke karakternya yang asli: sederhana, sejuk, cerah dan mencerahkan.

Bahwa ada yang mengatakan bahwa umaat Islam butuh lebih banyak Aa Gym
juga mengandung kebenaran. Tetapi di sini Aa Gym sangat dibantu oleh
teknologi penyiaran yang memungkinkan dirinya seperti tampil di
mana-mana.

Dan juga oleh perusahaan mi instan raksasa yang memanfaatkan
ketenarannya untuk mendukung pemasaran produknya, yang memungkinkan Aa
Gym  untuk bergerak dari satu kota ke kota lain, dari kerumunan masa
yang satu kepada kerumunan masa yang lain.

Tetapi ada juga kritik, yang terutama perlu diperhatikan terutama oleh
para audiens setianya, yaitu kalau kalau kekaguman kepada sang Dai naik
sampai ke ubun-ubun.

Wallahualam bissawab.

Darwin



~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---
Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Re: [RantauNet.Com] Tanggapan moderasi

2003-10-05 Terurut Topik Darwin Bahar
Server RantauNet berjalan atas sumbangan dan kerjasama dari para anggota, simpatisan 
dan semua pihak yang bersedia membantu. Ingin menyumbang silahkan klik: 
http://www.rantaunet.com/sumbangan.php

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Senang sekali melihat kehadiran Tan Bagindo Nagari kembali di Palanta.

Moderasi diberlakukan oleh sejumlah milis untuk mencegah agar diskusi tidak ngelantur, 
emosional dan melanggar aturan-aturan yang ditetapkan. Wanita Muslimah dan Apa Kabar 
adalah contoh milis yang
dimoderasi dengan baik

Dengan segala hormat saya kepada segenap sanak yang ada di Palanta ini, saya pikir 
kita-kita ini tidak lebih istemewa dari para netters di milis lain, 
terkecuali---mungkin---dalam ketajaman lidah.

Moderasi juga  mencegah pengacau atau provokator yang memang berniat tidak baik untuk 
memasuki sebuah milis.

Beberapa milis tanpa moderasi sudah “acak adul”. Contohnya Milis Partai Keadilan dan 
Istiqlal.

Saya pikir RN juga tidak kebal kepada pengacau atau provokator

Tetapi apa perlu dimoderasi atau tidak, tentu tergantung kepada kita semua. Saya hanya 
sekedar usul. Lagi pula moderasi hanya salah satu cara untuk menata ulang RantauNet 
secara komprehensif.

Itupun kalau kita semua memang berkeinginan untuk menata ulang RantauNet.

Wassalam, Bandaro Kayo


[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Assalamu'alaikum wr. wb.

 Bandaro Kayo nan ambo muliakan,
 baganyi itu kan biaso dikalangan urang minang tarutamo nan
 padusi, tingga awak doakan sajo supayo lakeh baliak.Soal moderasi, masih jauah 
 panggang dari api, bauso sajo awak
 alun mampu lai, baa pulo kamanunjuak person ateh soal iko.Milis RN serius sekaligus 
 santai, setidaknya membantu membuka
 pikiran. Taraf mancapai open society memang tidak mudah.Salam

 St. Bagindo Nagari

  Assalamualaikum Wr. Wb.
 
  Sidang RantauNet yang Dimulyakan Allah,


bakuduang-


~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---
Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Re: [RantauNet.Com] Tanggapan Bundo

2003-10-02 Terurut Topik Darwin Bahar
Para netter rantau net Yth. Kini kami sedang menerima sumbangan anda untuk kelanjutan 
milist kita ini. Kalau anda ingin berpartisipasi, kunjungilah website kita di www. 
rantaunet.com dan isikan sumbangan anda disitu. Bagi yang menyumbang 200rb rp/th atau 
lebih akan dapat email: [EMAIL PROTECTED]

Assalamualaikum Wr. Wb.

Sidang RantauNet yang Dimulyakan Allah,

Tidak ingin saya menambah atau mengurangi apa yang disampaikan Uni
Nizmah di bawah ini, kecuali keyakinan bahwa kakanda saya tercinta ini
akhirnya tidak akan sampai hati untuk meninggalkan balerong yang beliau
ikut membangun dan berusaha untuk selalu menjaga semangat pendiriannya.,
.

Tetapi kalau milis ini memang ingin mengemban misinya, milis ini memang
harus dimoderasi. Saya memahami bahwa tidak mungkin bagi Angku Miko
seorang untuk memoderatori milis yang sebegini besar ini. Dan seperti di
beberapa milis lainnya, Angku Miko bisa menunjuk beberapa co-moderator.
Saya sendiri melihat bereapa figure yang berpotensi untuk mendampingi
Angku Miko. Kalau boleh menyebut nama, beliau-beliau itu adalah.

1. Sanak Mulyadi St Bangsawan
2. Sanak Arman Bahar (maaf, walaupun sama-sama Bahar, Ambo lupa gelar
beliau)
3. Nakan Z. Chaniago (maaf Ambo lupa gelar rang mudo ko)

KTT tetap perlu ada dengan penyegaran, mengganti anggota yang sudah
tidak aktif. Untuk saya menusulkan agar memasukkan nama.
1. Ajo Buyuang
2. Ajo Duta Mardin
3. Angku Moh Dafiq Syaib (maaf kalau salah hamba mengeja)
Mengenai pilotnyo tantu indak ado figure nan paling tapek salain tatap
Angku Amsar Bandaro, nan nampaknya di mana saja beliau berada, dan dalam
kondisi apapun RN dan Minang tetap berada dalam hati dan pikirannya.

Setelah itu baru kita bicara tentang iyuran dan dalam rancana jangka
panjang dengan mempertimbangkan sungguh-sungguh gagasan yang pernah
disampaikan Ajo Duta.

Sekian usulan Ambo yang main “tembak langsung ini” (kalau begitu kan
buka “si Padang” namanya), dan moho maaf jika ada yang tidak berkenan.

Wassalam, Bandaro Kayo


Hayatun Nismah Rumzy wrote:



 Assalamu Alaikum W. W.?xml:namespace prefix = o ns =
 urn:schemas-microsoft-com:office:office /

 Maaf baribu maaf bundo aturkan ka ananda semua di RN.Ditahun 1993 kami
 beberapa orang mendirikan RN dengan bertujuan ingin manyanang
 nyanangkan hati dan bersilaturrahmi antara RNnetters.Orang Minang di
 mancanegara membuat mailing list untuk mengobati kerinduan ke kampung
 halaman.Bundo merasakan bagaimana eratnya dan sportifnya kita pada
 saat itu.Dalam kesempatannya pulang ke Pekanbaru nanda Aris dan Yenny
 serta putra mereka Esca datang mengunjungi bundo begitu juga waktu
 bundo pergi ke Melbourne Aussie 1994 bundo coba menghubungi nanda
 Abrar dan rupanya kami berselisih jalan dia ke Rumbai dan bundo ke
 Aussie. Semuanya anggota kepingin ketemu sesama lainnya – tidak ada
 nama samaran dalam menyamarkan identifikasi masing-masing. Pada waktu
 bundo memasuki masa purnabakti maka semua fasilitas “plat merah”
 tersebut berakhir.Jadilah bundo tanpa internet connection beberapa
 lamanya.

 Beberapa tahun berlalu pada awal tahun 2002 rasa kerinduan kepada RN
 mulai datang. Mulailah bundo bermain main ditaman RN kadang kadang
 tersandung batu atau kerikil tapi bundo tidak mengacuhkannya.Yang
 pendiri sudah lama pergi.Yang tua tua tak bundo temukan lagi.Tapi
 masih dengan ke khas-annya.Bundo diangkat menjadi salah seorang
 anggota Komite Tata Tertib.Memang ada orang orang yang tak mau
 menyebutkan identitasnya dan kelihatan mereka dengan bebas merdeka
 melontarkan uneg uneg nya yang telah keluar dari etika dan baso basi
 Minang.Lama bundo menyenangi persembahan yang menjadi budaya
 Minangdengan kata kata pepatah petitihnya yang dikirim oleh nanda
 nanda yang masih menganggap kebudayaan tersebut dilestarikan. Tambahan
 kissah yang menyenangkan.(Terima kasih untuk nanda Arman Bahar, Darwin
 Bahar, Sutan Bandaro Labiah, Ajo Buyuang, Mulyadi, Zul Amri dan nanda
 Rang Mudo yang tak bisa bundo tuliskan satu persatu).Wies, Iraf,
 Dewis, Sutan Kayo, Bandaro, Nopen, Z, Yoel, Anang, Yenny, Yessy
 Elsandra, Darul, Yuhendry, Ronal Putra dan banyak yang lain yang telah
 sempat singgah kehati bundo.

 Beberapa bulan terakhir terasa kurang menyenangkan karena suasana
 berubah bukan lagi suasana kekeluargaan tapi air yang jernih selama
 ini menjadi keruh. Sebetulnya cetusan yang kemarin yang menegor Cysca
 itu tumpukan dari kekurang senangan bundo yang membobolkan kesabaran
 yang telah ditahan beberapa lamanya.Mungkin kalau hal hal tersebut
 terjadi dibilik “Rang Mudo” okay okay sajo tapi ini di palanta yang
 didengar oleh 1000 RN netters.

  Mencandai Indra J. Piliang anak muda yang walaupun sudah
  berkaliber nasional tapi masih tetap ingat RN.  Tetapi menjadi
  bulan bulanan waktu itu. Sudah dikatakan oleh Indra gadis
  metropolitan yang centil dan tak tahu etika waktu itu tambah
  meraja lela.
* Mencandai Rahima dengan mengatakan dengan wajah pas pasan

Re: [RantauNet.Com] Ulah si Isabella,mangarucuik jo Buih.

2003-09-20 Terurut Topik Darwin Bahar
Anda punya ruangan dan mau buka Goro Mart hbg [EMAIL PROTECTED]

Ya, ikut mendoakan agar keluarga dan segenap warga kota dinda Duta tidak tersentuh 
oleh amukan kemarahan si Isabella

Wassalam, Bandaro Kayo

Zubir Amin wrote:

 Assalamualaikum wr.wb.Semoga dinda Dut sekeluar-ga di Virgina selamat dari 
 amukan kemarahan si Isa-
 bella sebagai suruhan Ilahi di arcapada ini.

bakuduang



~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---
Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Sanak Mulyadi dan Kanda Nizmah---Re: [RantauNet.Com] Manasik Haji jo pangalaman di Tanah Suci

2003-09-17 Terurut Topik Darwin Bahar
Ada yang ingin bergabung dg Goro Mart sbg retailer hbg [EMAIL PROTECTED]




 Sanak Mulyadi dan Kanda Nizmah

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sanak Mulyadi, Kanda Nizmah dan segenap penghuni balerong yang saya hormati

Pertama-tama saya mengucapkan selamat kepada sanak Mulyadi, Sanak Zul dan
sanak-sanak lainnya yang akan memenuhi panggilan Nabi Ibrahim pada musim haji
1424 H, baik yang pertama kali atau kesekian kalinya.

Selanjutnya, sebagaimana yang dikemukakan Kanda Nizmah, saya memang telah
menuangkan pengalaman saya ketika menunaikan ibadah haji pada musim haji 1423
bersama isteri saya Kur total sebanyak 27 tulisan. Bahwa saya bisa menulis
sebanyak itu antara lain berkat dorongan / sambutan yang membesarkan hati
dari  Kanda Nizmah sendiri, Kanda Ajo Buyung, Sanak Ajo Duta, Sanak Zul, Sanak
Arman dan lain-lain.

Selain dilewakan di RN, catatan itu juga saya kirimkan ke sejumlah milis yang
saya menjadi anggotanya. Alhamdulillah, Robert Adolf, seorang penganut
Kristiani di Milis Kota Bogor mengoleksi dan memforwardkannya ke beberapa
milis lain sehingga terbaca pula oleh beberapa orang awak yang bermukim di
Qatar. Samodra Wijaya, seorang mahasiswa program Doktor di Jerman kemudian
memfordwarkannya ke milis yang diasuhnya untuk komunitas muslim di sana. Nakan
Nofen St Mudo mengkonversikannya ke file MS Words

Tentu saja tulisan tersebut banyak kekurangan, antara lain kurang bagus dan
kurang akurat. Karena itu sedang saya koreksi di sana sini---hanya karena
keterbatasan waktu karena setiap hari waktu habis untuk mencangkul---koreksi
tersebut belum selesai-selesai juga. Padahal selain akan saya lewakan di situs
saya, yang juga belum sempat saya buat, seorang moderator Milis Wanita
Muslimah juga pernah menghubungi saya karena dia akan menaruhnya di web milis
tersebut. Malah cita-citanya, sesuai dengan saran Ajo Buyuang, tulisan-tulisan
ingin saya jadikan buku.

Dan kepada Kanda Nizmah, saya tidak tahu bagaimana caranya berterima kasih
kepada Kanda---kecuali semoga Allah SWT memberikan pahala atas segala kebaikan
Kanda---atas perkenan Kanda untuk mengirimkannya sendiri tulisan-tulisan saya
tersebut kepada sanak Mulyadi atau kepada siapa saja yang kanda berkenan untuk
meneruskannya. Tentu saja Kanda tidak perlu izin dari saya.

Dan tertumpang salam khidmad saya kepada Kanda Rumzi.

Wabillahi Taufik Wal Hidayah

Wassalam, Bandaro Kayo (60)


[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Wa alaikum salam, wr, wb.
 Ondee... indak ambo sangko, kato bajawek gayuang basambuik, Bundo Nismah
 lai pulo manyimak apo nan ambo posting kalamari. Kalau buliah, dan rancak
 bana, rangkuman nan 25 Sessions tu dibuekkan pulo website atau situsnyo
 seperti situs nan dibuek dek Cysca untuak Uda Zul Bali, sahinggo kito nan
 paralu baraja jo pangalaman tu dan nan sadang manyiapkan diri untuak ka
 Tanah Suci dapek mambaco nyo. Untuak itu ambo himbau, dunsanak Darwin
 Bahar dan dunsanak Kun (nan alah Haji tentunyo) dapek maizinkan apo nan
 dikatokan dek Bundo Nismah.
 Ambo pribadi maucapkan tarimo kasih ka sidang RN tarutamo ka Bundo nan
 alah marespon email ambo. Semoga kebaikan dan ilmu nan bermanfaat ko
 manjadi amal jariah nan akan ditarimo di sisi Tuhan, Amin.

 Wassalam,
 M.St.Bangsawan

  Assalamu Alaikum W. W.
  Nanda Mulyadi,
  Kira-kira beberapa bulan yl nanda Darwin Bahar dan Kun menunaikan ibadah
  Rukun Islam ke V dan nanda Darwin telah merangkum menjadi 25 sessions,
  bundo punya simpanannya tapi tentu yang bersangkutan menyimpannya di
  internet. Kalau seandainya tak ada di internet yang bisa di share maka
  bundo dengan seizin nanda Darwin akan mengirimkan kepada nanda semua
  oleh-oleh cerita perjalanannya yang sangat menarik.
  Semoga perjalanan nanda tak ada halangan dan bundo tunggu berita dari
  nanda Darwin.
 
  Wassalam Bundo Nismah dan Ayah Rumzy

 ~~~
 Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com
 Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
 ~~~
 Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
 ---
 Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
 http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
 


~~~
Ingin memasarkan produk anda di web RantauNet http://www.rantaunet.com 
Hubungi [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]
~~~
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---
Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php



Re: [RantauNet.Com] Mempersempit Ruang .......Yang mungkin terlupakan ttg Palestina (pro Mak SBN)

2003-09-06 Terurut Topik Darwin Bahar
 -- (*o*) -- wrote:

 Makasih ya Om Darwin atas keterangannya, tampaknya sangat menarik. Yang saya tidak 
 mengerti dari Prof. Lang atau mungkin terjemahan buku tersebut jelek, kalimat yang 
 berbunyi:  Yahudi sekarang yang menempati Palestina hanyalah sekadar bagian-bagian 
 dan tak bisa dilacak kepada kaum Hebrew dahulu atau Habiru yang pernah sekali 
 menaklukkan negeri Kanaan..

 Apa ya dimaksud MR. Lang dengan sekedar bagian-bagian? Maksud saya Yahudi moderen 
 yang sekarang menduduki sebagian tanah Palestina, memangnya menjadi bagian2 dari 
 kesatuan Yahudi yang mana? Jika Yahudi sekarang tidak bisa di lacak dari kaum Hebrew 
 yang pernah menaklukan Kanaan, apakah Prof. Lang menuliskan dari mana Yahudi Israel 
 moderen muncul?


Tepat sekali pertanyaan nakan Evi

Prof Lang, masih mengutip Baker, mengemukakan:

Orang-orang Yahudi pada tahun 1897 itu, yang berkeinginan sekali memiliki Palestina 
sebagai tanah air mereka, bagaimanapun juga tidak mungkin terkait dengan Yahudi 
Semitik dari 2500 tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena percampuran darah 
melalui pernikahan, dan juga karena sejumlah besar non semit yang berpindah agama ke 
Judaisme. Contoh klasik dari
kejadian ini adalah suku Khazzar yang hidup di Rusia masa kini. Perpindahan agama 
mereka secara keseluruhan terjadi pada abad ke-8 Masehi, dan banyak orang Yahudi 
sekarangt merupakan keturunan dari suku ini.

Sebagai tambahan, saya juga pernah membaca bahwa ada orang-orang Yahudi berkulit 
hitam, yakni orang-orang Afrika nonsemit yang menganut Judaisme.

Sebaliknya kita juga mengenal para mualaf yang sebelumnya menganut Judaisme, yang 
banyak memberikan sumbangan pemikiran Islam seperti Muhammad Asad dan Mariam Jameela.

Mudah-mudahan kutipan singkat ini bisa memenuhi harapan nakan Evi.

Akhirnya marilah kita sama-sama berdoa agar masalah Israel-Palestina dapat 
diselesaikan segera secara damai, adil dan realistik dan kedua bangsa yang pada 
dasarnya menyembah Tuhan yang sama dapat hidup berdampingan secara damai.

Wassalam, Bandaro Kayo


 Terima kasih terlebih dahulu, Om.

 Oh iya, let say bahwa Yahudi moderen  masih memiliki ikatan dengan Hebrew sang 
 penakluk Kanaan dan tanah Kanaan adalah wilayah Palestina sekarang, julukan mereka 
 masih tetap penjajah toh?

 Salam,

 --Evi

 - Original Message -
 From: Darwin Bahar [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Thursday, September 04, 2003 4:14 AM
 Subject: Re: [RantauNet.Com] Mempersempit Ruang ...Yang mungkin terlupakan ttg 
 Palestina (pro Mak SBN)

  -- (*o*) -- wrote:

 Nakan Evi,

 Masalah Palestina-Israel ini dibahas dengan cukup jelas oleh Prof. Dr
 Jeffrey Lang [*] dalam bukunya Strugling to Surender: Some Impressions
 of an American Convert to Islam yang dialihbahasakan dan diterbitkan
 oleh Serambi (2003) dengan judul Berjuang untuk Berserah pada Bab 5
 Ahlulkitab.

 Di bagian ini Prof Lang dengan mengutip William W Baker antara lian
 menulis:

  Yahudi sekarang yang menempati Palestina hanyalah sekadar
  bagian-bagian dan tak bisa dilacak kepada kaum Hebrew dahulu
  atau Habiru yang pernah sekali menaklukkan negeri
  Kanaan...orang Arab Palestina yang masih hidup di Palestina
  merupakan keturunan sejati dari penduduk semitik yang asli.
  Akar mereka tidak terletak di Suriah atau Libanon, Yordania
  atau Mesir, tetapi terletak pada satu-satunya negara yang
  mereka kenal sebagai tanah air mereka, negeri Palestina (Hal
  284)

 RantauNet http://www.rantaunet.com
 Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
 ---
 Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
 http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
 ===

RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---
Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Mempersempit Ruang .......Yang mungkin terlupakan ttg Palestina (pro Mak SBN)

2003-09-03 Terurut Topik Darwin Bahar
 -- (*o*) -- wrote:

Nakan Evi,

Masalah Palestina-Israel ini dibahas dengan cukup jelas oleh Prof. Dr
Jeffrey Lang [*] dalam bukunya “Strugling to Surender: Some Impressions
of an American Convert to Islam” yang dialihbahasakan dan diterbitkan
oleh Serambi (2003) dengan judul “Berjuang untuk Berserah” pada Bab 5
“Ahlulkitab”.

Di bagian ini Prof Lang dengan mengutip William W Baker antara lian
menulis:

 “Yahudi sekarang yang menempati Palestina hanyalah sekadar
 bagian-bagian dan tak bisa dilacak kepada kaum Hebrew dahulu
 atau Habiru yang pernah sekali menaklukkan negeri
 Kanaan…..orang Arab Palestina yang masih hidup di Palestina
 merupakan keturunan sejati dari penduduk semitik yang asli.
 Akar mereka tidak terletak di Suriah atau Libanon, Yordania
 atau Mesir, tetapi terletak pada satu-satunya negara yang
 mereka kenal sebagai tanah air mereka, negeri Palestina (Hal
 284)

BTW, si IJP yang selalu menulis dengan nada tinggi kalau sudah bicara
mengenai masalah Aceh, Papua, Palestina dan Irak---yang belakangan ini
sering mencogap di Palanta---mestinya tidak diajak bergarah-garah,
tetapi “dipancing” untuk membagi pengetahuan dan wawasannya yang luas
itu.

Saya sudah mengikuti tulisan-tulisan IJP di FID sejak tahun 2000 (selain
tulisan-tulisannya di sejumlah media cetak nasional), dan tidak
ragu-ragu untuk mengatakan si pengagum Hatta ini sebagai “ikan hidup”

Wassalam, Bandaro Kayo

[*] Associate professor pada Departemen Matematika, University of
Kansas, AS


 Dinda In, Aku saja yang bantuin mak SBN, ya. Kalau ada orang resek
 tiba-tiba datang ke rumah saya dan mengklaim bahwa dalam kitab suci
 mereka tertulis bahwa rumah saya adalah warisan yang Tuhan janjikan
 untuk mereka, aku akan ngomong begini:  just go to the hell with your
 kitab suci!!. Tapi ngomong2, bangsa Palestina moderen sekarang ini
 sama nggak ya dengan Palestina yang disebut2 dalam kitab suci orang
 Yahudi? Atau bangsa Israel moderen ini sama gak ya dengan Israel yang
 disebut kitab Taurat? Ada yang bisa bantuin? --Gm
 - Original Message -
 From: indra junaidi
 To: [EMAIL PROTECTED]: Wednesday, September 03, 2003 12:30
 AMSubject: Re: [RantauNet.Com] Mempersempit Ruang ...Yang mungkin
 terlupakan ttg Palestina (pro Mak SBN)
  Assalamualaikum wr.wb. Mamak SBN, alah ambo cubo mamahami jawaban
 mamak tahadok pertanyaan Dinda Nofen dan Sanak Marven, tanyato alun
 bisa mamak manjawab pertanyaan mereka sacaro fair. Wassalamualaikum
 wr.wb. Indra JZ.


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


[RantauNet.Com] PENYEBAB PSP KALAH (Reposting)

2003-08-30 Terurut Topik Darwin Bahar
Dalam tahun limapuluhan, PSP atawa Persatuan Sepak Bola Padang adalah
kesebelasan yang tangguh dan disegani. Kesebelasan ini pernah menahan
Grasshopper FC dari Swis  2-2  dalam suatu petandingan di Kota Padang.

Suatu waktu Tim ini bertandang ke Kota Medan untuk bertanding dengan
PSMS. Karena masyarakat Minang di Kota ini cukup banyak, maka sehabis
Magrib---pertandingan dilakukan malam hari---Stadion Teladan yang
barus selesai dibangun dan digunakan untuk PON penuh sesak oleh urang
awak yang yang sangat bergairah untuk menonton kemenakan yang sedang
naik daun. Entah mana yang lebih banyak suppoter tamu atau tuan rumah.
Karena perkara keras suara, Urang Awak---apalagi kaum
pedagangnya---tidak
kalah dengan Orang Batak.

Begitu, kick off, suara dukungan pada tim tamu semakin membahana.

Ooiii, Pajak Sentral di siko  !!!

Tetapi tidak disangka tidak dinyana, PSP main seperti orang baru belajar
bola. Tendangan sering meleset, yang ditendang bukan bola, tetapi
bayang-bayang bola, atau diumpan kepada lawan, dan kiper sering salah
antisipasi. Pokoknya kacau balau. Maka dukungan berubah menjadi umpatan.

Ooii, gadang sarawa !!!

Walhasil, Tim PSP digunduli, dan para pendukung pulang dengan lesu dan
murung. Tetapi namanya sayang ke kemenakan, Tim Tamu diuandang juga
berbincang-bincang. Dan ketika sampai kepada masalah kok PSP seperti
orang baru belajar main sepak bola terungkap…alamaak…..mata mereka silau
oleh lampu stadion, karena PSP biasa main siang dan…..sehabis
Maghrib…….biasanya mengaji di surau.

Demikian kata sahibul hikayat.

(Pajak=Pasar)

Wassalam, Bandaro Kayo

RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] [MN] Tak Beranak

2003-08-25 Terurut Topik Darwin Bahar
edizal wrote:

  Mau tahu indahnya punya anak, tanya sama Evi yang sangat cinta sama dua
  anaknya.

 Berapa banyak pencopetan, perampasan, perampokan, atau pembunuhan yang
 berlangsung di sekitar kita yang menyebabkan rasa aman sebagai salah
 satu persyaratan kebahagiaan tidak hadir dalam perjalanan hidup ini?
 Menghabiskan banyak waktu dengan memberikan pengajaran agama kepada
 anak-anak, sembahyang siang malam, naik haji, dan sebagainya terbukti
 tidak memecahkan masalah ini.


Si Edizal ko mentang-mentang tinggal di Jepun dan punya isteri orang Jepun,
merasa jadi pemonopoli kebenaran

Padahal hanya seeokor “ikan asin”
Ikan asin pakai kacamata kuda

Wassalam, Bandaro Kayo (60)




RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Duo Ajo--Re: [RantauNet.Com] profil konjen--- Ajo Buyuang Khutbah di Washington

2003-08-24 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

“Ikan itu walaupun hidup di air laut yang asin,namun ikan tersebut
,tidak asin,kecuali memang disengaja,di jadikan ikan asin” *], ungkapan
bijak
Nakan Rahima ini juga pernah saya dengar dalam khutbah Jumat di Masjid
di Silaing, Padang Panjang, dalam kunjungan tugas ke Sumatera Barat
tahun
lalu. Ikan yang tawar itu ikan hidup. Yang bisa dijadikan ikan asin
adalah ikan mati.

Ungkapan tersebut selalu terngiang dalam pikiran saya manakala membaca
posting “Duo Ajo” istemewa di palanta ini---yang kebetulan kedua-duanya
bermukim di “Barat” yang “modern”---yaitu kanda Ajo Buyuang dan Dinda
Ajo Duta.

Termasuk tulisan Ajo Duta di bawah ini.

Dan ini agak berbeda dengan saya, yang seumur-umur tinggal di Indonesia
yang “tidak barat” dan “tidak modern”, yang kadang-kadang
“silau”`melihat
“barat” dan “modern”, dan pelan-pelan membiarkan diri saya menjadi “ikan
asin”.

Banyak cara untuk menjadi ikan asin, salah satu di aantaranya ialah
mendewa-dewakan kemampuan akal dan fikiran, termasuk dalam memahami
pesan-pesan Allah, Dzat yang Maha Sempurna yang tercantum dalam Al
Qur’an dan Sunnah Nabi. Al Qur’an, yang sesuai dengan titahNya, adalah
“hudallinnas”: petunjuk bagi manusia dan a-furqan: pemisah antara baik
dan buruk, Al Qur’an di mana Ia memberikan pengajaran kepada manusia
dengan berbagai dan kisah orang-orang terdahulu melalui bahasa Arab yang
sangat indah.

Tetapi hidup memang pilihan.

Tuhan tidak hanya Maha Kuasa dengan rakhmat bagaikan samudera tak
bertepi. Tuhan Maha Demokrasi.

“Katakanlah, ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu: maka biarkanlah dia
yang ingin beriman, dan dia yang ingin kafir’” (Al Qur’an S 18:29)

Dan Insya Allah, dengan minyimak tulisan-tulisan Duo Ajo yang bijak ini,
saya akan terhindar menjadi “ikan asin”. Karena bagaimanapun, sekalipun
saya bebas untuk menjadi “ikan asin”, pada akhirnya akan berlaku
ketentuan “tangan mencencang, bahu memikul”.

Begitu

Wassalam, Bandaro Kayo (60)

*] saya suka membaca tulisan nakan Rahima, sayangnya sering terganggu
oleh penyingkatan-penyingkatan yang walaupun tujuan baik: menghemat
waktu,
tetapi cukup mengganggu. BTW, RN juga jadi sangat menarik karena adanya
Duo R: Rahima dan Rarach


dutamardin wrote:

 Assalaamu'alaikum WW.,
 Bukan main bangga ambo mandanga konjen awakko bakhutbah
 Jum'at tadi di Mushalla KBRI Washington, DC. Dihadapan sekitar
 100 orang diplomat dan masyarakat, si Ajo menekan raso malu
 nan alah hilang disementara urang Islam. Dengan sangat fasih beliau
 mengungkap ayat dan hadis, betapa pentingnya rasa malu itu terus
 dipelihara. Lihat sekarang, betapa orang tidak malu lagi untuk
 menipu, melanggar aturan dan hukum. Pejabat tak malu kalau
 korupsi (maaf saja juga pejabat, katanya).

 Pada dasarnya Islam itu sangat indah ajarannya. Mari kita kembangkan
 Islam dengan mengembangkan dan mengamalkan ajarannya. Bukan dikembangakn dengan 
 gerakan-gerakan yang kadangkala membingungkan umat, imbuhnya.

 Sekalian sang konjen mengimami sholat Jum'at itu. Qiraat-nya lumayan
 bagus. Kalau ikut MTQ tingkat kabupaten Piaman, saya yakin Ajo Buyuang
 bisa juara.

 Dijadualkan Jum'at muko beliau akan khutbah pula di masjid Al-Hikmah
 New York. Masjid nan didirikan oleh perantau Indonesia dikota nan
 barusan pudua listrik selamo 6 jam itu.

 Sekian berita dari ambo di Washington tentang konjen awaktu.

 Wassalam

 ajo duta (56-17/8 lalu)

 RantauNet http://www.rantaunet.com
 Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
 ---

 Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
 http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
 ===

RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


[RantauNet.Com] Mempersempit Ruang Bagi Para Teroris Secara Moral

2003-08-24 Terurut Topik Darwin Bahar
Serangan Bom para teroris membuat hidup seakan-akan sebuah lotere. Siapa
yang berani menjamin bahwa dirinya suatu saat tidak berada di tempat
yang menjadi lokasi serangan para teroris yang ia sama sekali tidak ada
urusan dengan pelaku, “musuh” si pelaku dan apa yang “diperjuangkan” si
pelaku.

Keadaan ini jelas menakutkan, sekaligus membuat marah dan menimbulkan
semangat perlawanan masyarakat, perlawanan yang diam.

Yang terakhir ini terlihat sekali dalam peristiwa Bom Marriott, di mana
segenap lapisan masyrarkat tampak marah sekali kepada pelakunya.
Misalnya--- sebagaimana yang ditayangkan sebuah TV swasta---rekan sesama
sopir taksi Mendiang Eddy yang dengan menangis dan marah mengutuk dan
memohon agar pelakunya dilaknat Allah SWT, sedikit banyaknya pasti akan
mempengaruhi mental para pelaku dan/atau “actor intelectualnya”. Idem
ditto keinginan masyarakat di sekitar Hotel Marriott yang ingin
melakukan tahlilan bagi korban di lokasi pemboman. Suasana marah juga
terasa di radio-radio niaga swasta. Tidak sedikit pendengar yang meminta
lagu yang dipersembahkan kepada para korban pengeboman.

Tambahan pula sekalipun marah dan khawatir akan terjadi pemboman
susulan, secara umum peristiwa bom Marriott tidak terlalu mempengaruhi
aktivitas masyarakat. Kesan itu tampak ketika saya harus berangkat untuk
bertugas ke Sulawesi Selatan selama sepekan tanggal 10 Agustus yang
lalu, selang beberapa hari setelah peristiwa bom Marriott. Walaupun
bandara merupakan tempat yang rawan terhadap serangan susulan dari para
pelaku yang konon masih mempunyai stok bahan pembunuh tersebut secara
berlimpah, tidak menyebabkan orang mengurungkan rencananya untuk
bepergian. Bandara Sukarno-Hatta tetap berjubel seperti biasa. Walaupun
terlihat lebih waspada, petugas keamanan tidak terlihat mengambil
tindakan yang berlebihan Seluruh tempat duduk di pesawat yang saya
tumpangi ke Makasar juga penuh seperti biasa..

Para pembunuh berdarah dingin pelaku Bom Bali mungkin bisa “berbangga”
akan “hasil” yang diperolehnya. Tetapi tidak pelaku bom Marriott.

Terorisme bisa diperangi dengan (1) walaupun agak klise---mencari akar
permaslaahan (2) Meningkatkan profesionalisme aparat keamanan /
intelejen negara dan (3) Memepersempit ruang moral bagi pelaku
terorisme.

Masyarakat, termasuk ummat Islam sudah melakukannya. Tinggal mereka yang
menamakan dirinya “pemimpin ummat”. Mengutuk terorisme sudah semestinya,
tetapi jelas tidak cukup. Harus ada tindakan nyata. Misalnya dengan
melalui kampanye sistematis ke dalam melalui khutbah-khutbah Jumat.
Mencak-mencak menyanggah temuan aparat di lapangan bahwa para pelaku
adalah jaringan “JI” atau mereka yang merasa “memperjuangkan Islam”
jelas jauh dari pada bijak. Sementara mengembangkan “teori konspirasi”
akan lebih banyak menipu diri sendiri.

Islam tidak perlu dan tidak patut dibela dengan cara demikian. Islam
yang waktu ini dianut oleh lebih kurang 1,2 miliar penduduk bumi terlalu
besar dan agung untuk dicemarkan oleh cecunguk-cecunguk semacam Amrozi,
atau oleh siapapun.

Mudah-mudahan mereka sadar bahwa berapa banyakpun aksi pengeboman yang
berhasil mereka lakukan, dan berapa banyaknya orang yang bisa  mereka
bunuh melalui aksi-aksi teror---walaupun dilakukan “atas nama Islam”---
mereka tidak akan pernah berhasil memenangkan perperangan yang mereka
gelar. Apalagi---frankly speaking---kalau “musuh” yang hendak mereka
kalahkan itu sebuah negara adidaya yang bernama Amerika Serikat

Kecuali korban, korban dan korban sia-sia yang terus berjatuhan di
kalangan orang-orang yang tidak bersalah

(Lalu saya teringat ungkapan kemarahan ulama karismatik KH Alawi
Muhammad atas jatuhnya empat korban jiwa di kalangan pengunjuk rasa yang
menentang pembangunan waduk Nipah di Pulau Madura sekitar 10 tahun yang
lalu akibat kekerasan yang dilakukan aparat keamanan: “Nyawa satu orang
manusia tidak dapat ditukar dengan empat pulau Madura!”)

Tidakkah kalian takut akan murka dan azab Tuhan yang Maha Adil atas
perbuatan kejam yang kalian lalukan tersebut, kalau Anda-Anda
sungguh-sungguh merupakan orang-orang  Islam?

Salam, Darwin



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: Duo Ajo--Re: [RantauNet.Com] profil konjen--- Ajo Buyuang Khutbah di Washington

2003-08-24 Terurut Topik Darwin Bahar
Rahima wrote:

 --- Darwin Bahar [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Assalamu'alaikum Wr. Wb.

 Waalaikum salam.Wr.Wb.
 
  “Ikan itu walaupun hidup di air laut yang asin,namun
  ikan tersebut
  ,tidak asin,kecuali memang disengaja,di jadikan ikan
  asin” *], ungkapan
  bijak
  Nakan Rahima ini juga pernah saya dengar dalam
  khutbah Jumat di Masjid
  di Silaing, Padang Panjang, dalam kunjungan tugas ke
  Sumatera Barat
  tahun
  lalu. Ikan yang tawar itu ikan hidup. Yang bisa
  dijadikan ikan asin
  adalah ikan mati.

---bakuduan


 Maaf Mak Darwin,boleh saya bertanya kan
 Mak..?Maksudnya saya minta lebih dijelaskan lagi kata2
 mak darwin di bawah ini :

   saya akan terhindar menjadi “ikan asin”. Karena
  bagaimanapun, sekalipun
  saya bebas untuk menjadi “ikan asin”, pada akhirnya
  akan berlaku
  ketentuan “tangan mencencang, bahu memikul”.
 

 Ini benar2 saya minta penjelasan dr Mak darwin,kerena
 bagaimanapun dalam bahasa Indonesia saya sedikit lemah
 ( 15 thn saya meninggalkan Indonesia ).Kalau saya
 kurang faham akan kata-kata seseorang,biasanya saya
 suka bertanya,sampai saya faham betul.Maaf
 mak..bagaimanapun saya juga masih terlalu lemah dalam
 berfikir,tidak seperti Bapak-bapak,bundo-bundo,Uni-uni
 dan uda-uda yang ada di RN ini.Tapi Alhamdulillah saya
 tidak malu untuk bertanya,kalau memang saya tidak
 faham.


Ah, nakan Rahima terlalu merendah. Tetapi baiklah.

Seperti saya kemukakan pada posting saya tersebut kebanyakan orang
Islam di Indonesia waktu ini---termasuk saya tentunya---terlalu silau
dengan kehidupan barat dan modern, lalu meniru mentah-mentah pola
kehidupan barat dan modern, terutama pola hidup yang permisif, hedonik
dan sekuler yang pada dasarnya mereduksi nilai kemanusiaannya dan
sekaligus nilai-nilai keislamannya.

Islam---sepanjang yang saya ketahui dan saya yakini---tidak bertentangan
dengan “barat” dan “modernitas” khususnya nilai-nilai positif dari
“barat” dan “modernitas” seperti demokrasi, rasionalitas dan supremasi
hukum.

(Bagaimana menjadi Islam sekaligus orang Modern, dibahas dengan tuntas
oleh Prof Tariq Ramadan---yang belum lama ini mengunjungi
Indonesia---dalam bukunya “Islam, the West, and the Challenge of
Modernity” (2002).

Tentunya hanya manusia-manusia yang sudah “mati”, mati kalbunya yang
menyebabkan seseorang bisa terjebak dengan kehidupan barat dan modern,
lalu meniru mentah-mentah pola kehidupan barat dan modern, terutama pola
hidup yang permisif, hedonik dan sekuler, yang akhirnya walaupun secara
materi mereka makmur tetapi secara rohani mereka terasing dan
teralienasi. Itulah salah satu penyebab bahwa Islam tetap tumbuh dan
berkembang di Eropah dan Amerika Utara.

Menarik, bahwa mayoritas mualaf barat tersebut adalah……perempuan (Murad
F Hoffman, 2000). Menarik, karena tidak sedikit pula kaum muslimah di
Indonesia yang dengan mendewakan akal dan fikirannya. berburuk sangka
kepada Allah yang Maha Adil dan Maha Pengasih, lalu mengembangkan wacana
bahwa ayat-ayat Al Qur’an dan hadis Nabi terlalu “berpihak” kepada
laki-laki dan “melecehkan” perempuan. Dan orang-orang yang tidak
bertanggung jawab sering menuding Islam sebagai agama yang misogini
(merendahnya perempuan).

Dan postingan “Duo Ajo” memperlihatkan bahwa sekalipun hidup di barat
nan modern beliau-beliau ini ini tidak terjebak kepada pola negatif
kehidupan barat dan modernitas, yang tentunya bisa merupakan salah satu
sumber inspirasi dan motivasi bagi saya untuk tidak terjebak kepada
peniruan mentah-mentah terhadap barat dan medernitas.



  Begitu
 
  Wassalam, Bandaro Kayo (60)
 
  *] saya suka membaca tulisan nakan Rahima, sayangnya
  sering terganggu
  oleh penyingkatan-penyingkatan yang walaupun tujuan
  baik: menghemat
  waktu,
  tetapi cukup mengganggu.

 Makasih mak darwin telah mengingatkan saya,dan ini
 sangat bermanfaat buat saya.Mudah-mudahan lain kali
 saya ngak banyak menyingkat lagi.Tapi kalau ada yang
 tersingkat lagi berarti itu saya kelupaan lagi ,karena
 sudah terbiasa.Saya janji untuk merubahnya,karena ini
 demi kebaikan saya sendiri juga.


Sekedar saran, sebaiknya nakan Rahima menyiapkan postingannya dengan MS
Words, sehingga bisa memanfaatkan fitur “shortcut” yang ada di program
ini (Alt, Toll, Autocorrect). Di sini nakan bisa memasukkan shortcut
untuk kata-kata yang sering nakan gunakan seperti “kalau”, “dengan”,
“dan seterusnya”, “yaitu” dst, dst.

Prosedur penyiapan postingan dengan MS Words (dikutip dari Milis
Nasional) adalah sebagai berikut :
1) Siapkan isi artikel/message. Setelah artikel siap disave dengan SAVE
AS,
pilih format TEXT ONLY. Kemudian klik SAVE.
2) Klik FILE, pilih SEND TO, dari situ pilih MAIL RECIPIENT
3) Setelah message dilengkapi dengan adres yang anda tuju (TO, CC, BCC)
klik
SEND A COPY. (Dalam beberapa detik message anda sudah sampai di tempat
tujuan).

Selamat mencoba

Akhirulkalan semoga nakan Rahima, Suami tercinta dan buah-buah hati
tersayang di Kairo selalu dalam lindungan dan limpahan rakhmat Allah SWT

Wassalam, Bandaro Kayo



  BTW, RN juga jadi

Lingkup Diskusi di RN--Re: [RantauNet.Com] salam perkenalan

2003-08-19 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Betul sekali apa yang dikatakan Nakan Cysca. Begitulah obrolan urang
awak dulu di palanta / lapau yang saya ingat. Tidak ada topik yang tidak
dibahas atau dilewatkan dan tentu saja tidak semuanya berkaitan dengan
Minang, tetapi yang jelas mereka membahasnya dengan cara orang Minang,
yang tentu saja berbeda dengan “cara Jawa”, “cara Sunda”, “cara Batak”
dan lain-lain.. Saya pikir “cara Minang”, ini yang perlu dipertahankan
di Rantau.Net .

Masalah agama? Kayayknya sulit dipisahkan dengan orang Minang. Saya
ingat tulisan Dr Taufiq Abdullah di MBM Tempo  sekitar 10 -15 tahun yang
lalu, bahwa orang Minang itu “orthogenic”. Mereka pertama-tama merasa
sebagai orang Islam setelah itu baru merasa sebagai orang Minang.
Sejujurnya, saya tidak tahu persis arti kata-kata  “orthogenic”
tersebut. Tetapi saya percaya  begitulah karakter mayoritas orang
Minang. Paling tidak itulah yang saya rasakan pada diri saya.

Jadi maslahanya bukan membahas agama (atau topik lain) atau bukan.
Tetapi cara membahasnya itu.

Kalau tidak ada yang suka terhadap diskusi masalah agama, itu
wajar-wajar saja. Kepala sama berbulu, kesukaan lain-lain. Saya juga ada
yang tidak suka terhadap topik-topik tertentu, tetapi tetap saya baca
(kalau sempat) atau saya lewatkan saja.

PS. Saya sangat suka dan terharu membaca reportase khitanan masalnya.

Wassalam, Bandaro Kayo


Cysca wrote:

 Bisa saja bila kita semua concern mengapa kita bergabung di milis
 ini.Abis, setiap dibahas bahwa itu tidak sesuai untuk ditampilkan di
 sini, eh...beberapa hari kemudian ikutan lagi. Di milis sebelah, siapa
 pun bisa kena 'pentung' jika subject pembicaraan tidak berhubungan
 sama sekali dengan tema.  Dan akan di-ban bila keterlaluan
 ngelanturnya. Bicara agama, bisa dong yg berkaitan dengan
 kampungBicara budaya dan adat, pasti yg berhubungan dengan
 kampungBicara politik, bisa yg berhubungan dengan kampungBicara hukum,
 bisa yg berkaitan dengan kampung.Bagarah-garah, bisa juga yg
 berhubungan dengan kampungMancari dunsanak, ya tentunya bisa
 menggunakan fasilitas ini, kan untuk kekerabatan katanya.Banyak kan
 topik yg hubungannya dengan kampung? Kalau nggak tega ngelarang, ganti
 nama aja jadi TERSERAHNET. Sorry ya kalau ada yg
 tersinggung.Wass,Cysca

  - Original Message -
  From:Nofendri T. Lare
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Sent: Tuesday, August 19, 2003 5:46 PM
  Subject: Re: [RantauNet.Com] salam perkenalan
   Ni cysca,Itu harapan kita (sebagian) khan yo mak Band??Tapi
  apalah daya, awak pun ndak bisa pula malarang dunsanak nan
  lain membicarakan kan itu.Milis ko, sabananyo untuak malapeh
  rindu kakampuang.malacarin bahaso bia ndak lupo2 (bagi nan
  dirantau)Babagi kaba tentang kampuangdannn harapan kalau
  bisa, bisa babuek nan jaleh untuak namo minang.





RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] salam perkenalan

2003-08-18 Terurut Topik Darwin Bahar
Orang Minang terkenal karena ketangkasan dan kecerdasannya dalam
berwacana.  Rarach adalah contoh soal yang baik.

Wassalam, Bandaro Kayo


mak tachi wrote:

 apa banyak orang Minangkabau yang seperti ini ???

 rarachm [EMAIL PROTECTED] wrote:

  bacanya gimana sih?

  sisil; cicil; ce ile, cicili?

  kalo nyicil 3 x bayar, sya mau deh..:)

  ~rarach = dibaca rarah. artinya, tidak cerewet, kecuali
  kepepet.


  --- In [EMAIL PROTECTED], ce cille wrote:
   Waalaikumsalam WW.
  
   Terimakasih Bapak/mamak/uda/adik? Zul Amry di kuta bali...

  
   kalo masalah nama saya..ini adalah pemberian orang tua.
  Apakah
  memang artinya Aciek Caillah atau Etek Cille saya juga
  kurang
  tahu pasti. Nanti akan saya coba tanyakan. Mohon
  Bapak/mamak/uda/adik? Zul Amry bersabar.
  
   salam
   cecille
  
   amry1948 wrote:
   Assalamualikum wr.wb
  
   Tumben nih mamak SBN ramah (rajin men) , ambo sandiri
  iyo alun
   tahu bana satantang mamak SBN ko , karajo dimana ? nagari
  asal
  mana ?
   suku nya apa ? karajonyo apa ? dan alun pernah lai tampak
  muko ,
   sakali buliah dong Mak dipajang potret awaktu , Nan satahu
  ambo
   mamakko panulis kolom di proletar , dan ambo lah baco
  saluruh
  tulisan
   mamak , apakah itu pangalaman pribadi atau daya imajinasi
  mamak se??
   Kepada anggota baru selamat datang dan bergabung dirantau
  net ,
  cuma
   namanya kok sedikit aneh ya? tadinyo ambo kiro Aciek
  Cillah kalau
   dalam bahaso minang artinyo Etek Cille , mohon maaf hanyo
  intermerzo
  
  
   Wassalam : zul amry di kuta bali



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Perlu Antisipasi segera!!

2003-08-17 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Menurut hemat saya untuk meningkatkan kewaspadaan, informasi-informasi
semacam ini oke-oke saja. Yang penting kita tidak bereaksi berlebihan
terhadapnya. Saya pikir selama ummat Islam, terutama orang-orang Minang
yang punya “kredo” ABSSBK, bersungguh-sungguh mengahayati dan
mengamalkan ajaran Islam secara kaffah (dengan pendekatan Islam. Iman
dan Ikhsan serta berlandaskan Al Qur’an dan Sunnah)---yang sesuai dengan
sbada Rasulullah SAW---dimulai dengan diri sendiri---tidak ada kekuatan
yang akan bisa mengalahkan Islam.

Bagi saya juga tidak mengherankan kalau kaum Kristen mati-matian
berusaha mencari ladang baru di negara-negara berkembang yang masih
bergulat dengan kemiskinan yang menyebabkan masyarakatnya tidak sukar
untuk mengubah akidahnya dengan materi, karena di “daerah asalnya”,
Eropah, agama ini sudah banyak kehilangan pengikut. Menurut Murad F
Hoffman (2001), gereja Katolik di Jerman kehilangan 124.000 anggota
dalam tahun 1997 saja. Sementara Islam tetap tumbuh dan berkembang.
Masih menurut Hoffman(2000), penganut Islam di kalangan penduduk asli
Jerman sudah mencapai 5.000 orang.

Amerika Serikat adalah negara yang mengalami dekristenisasi paling
ringan, namun Islam tetap merupakan---satu-satunya---agama yang tumbuh
secara konstan (Bukan begitu Ajo Duta?). Sementara di Afrika, teutama
berkat kerja keras Misi Ahmadiah (yang di sini sering kita pandang dan
kita perlakukan sebagai penderita kusta---pertmabahan penganut Islam
jauh lebih tinggi dari pada pertmabahan penganut Agama Kristen.

Secara teologis agama Kristen, khususnya kristologi Paulus, sangat mudah
dipatahkan. Seorang netter yang menamakan dirinya Bung Filsuf yang
mengaku ateis sudah melakukannya dengan mudah di Milis ApaKabar (yang
mayotitas netters aktifnya penganut Kristiani). Tetapi dari segi
“kecerdikan” dan  komitmen kepada agamanya, sejujurnya mereka lebih baik
dari pada kita. Lihat saja, Tim Pembela para pembunuh berdarah dingin
seperti Amrozi---maaf--- dengan dungunya menamakan diri mereka “Tim
Pembela Muslim”. Sementara dalam peristiwa Bom Mariot, alih-alih
memberikan perhatian dan santunan kepada orang-orang kecil yang bergama
Islam yang menjadi korban, sebagian pemimpin ummat lebih banyak
mengunakan enersinya untuk membantah bahwa pelakuknya adalah kelompok JI
seperti dugaan pihak berwajib berdasarkan temuan-temuan sementara di
lapangan. Lalu bagaimana kalau nanti terbukti benar?

So what?

Berhasil atau tidaknya kristenisasi atau upaya umat Kristen merebut
kekuasaan politik di Indonesia lebih tergantung kepada umat Islam
sendiri.

Sia-sia hutang tumbuh, cabar-cabar negeri alah

Begitu

Wassalam, Bandaro Kayo (60)


lika rahim wrote:

 Tapi ndak masalah kan Mak Darul ?
 Banyak anggota baru di RN, jadi mungkin
 masih banyak yang belum baca,
 saya juga baru baca sekarang... Kalau pun yang udah baca, mungkin
 sudah lupa..
 SO, NGGA BAKALAN BASI  Thanks Infonya
 Salam,Lili
 Darul Makmur [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Lah pernah muncul disiko, di RN-ko.

  [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Subject: Perlu Antisipasi segera!!

   Innalillahiwainnailaihiroojiun
   Untuk Antisipasi dan SEGERA!!!

   Telah beredar e-mail berantai seperti berikut ini.

   Tolong Forward Ke seluruh MUSLIMIN dan MUSLIMAH
   yang anda kenal.

   Juga forward ke Tabloid Islam untuk sebagai
   Informasi saja.Ini Bahaya ...
   Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


   =
   
 =

   Syalom...

   Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Yesus.

   Pernah nggak sih kita berpikir bahwa suatu waktu
   nanti Indonesia  ini akan  dipimpin oleh seorang
   anak Tuhan ?



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Sekali lagi, Masalah Loudspeaker di Masjid

2003-08-04 Terurut Topik Darwin Bahar
--- In [EMAIL PROTECTED], Muhammad Dafiq Saib 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 Assalamu'alaikum wr.wb.,
  
 Pak Darwin yth,
  
 Ini pula cerita saya sedikit.
  
 Tatkala saya pergi raun dengan orang sekantor sepekan yang lalu, 
saya ajak beberapa orang yang satu departemen dengan saya untuk pergi 
shalat subuh di mesjid Raya. Alhamdulillah, tiga kali subuh itu kami 
shalat disana. Pada hari pertama kami menginap, beberapa orang sempat 
terkecoh, sudah shalat sesudah azan jam setengah lima. Waktu saya dan 
kawan-kawan mau berangkat ke mesjid ada yang bertanya, lho pak, apa 
nggak terlambat kan azannya sudah dari tadi. Saya bilang, tidak. Yang 
tadi itu azan pertama, pakai 'ashshalaatu khairun minan nauum'. Azan 
subuh baru sebentar lagi. 
  
 Kok mesti ke mesjid? Ini dalam rangka mengajak teman-teman untuk 
menyukai shalat ke mesjid itu. 
  
 Ketika saya dinas di Balikpapan, tinggal berbulan-bulan di hotel, 
saya menyewa ojek untuk pergi ke mesjid yang agak jauh dari hotel. 
Saya sengaja pergi ke sana karena saya menyenangi bacaan imamnya yang 
tartil dan bagus.
  
 Insya Allah sejak saya pulang haji pula tahun 1990, dan sejak saya 
mendapatkan kuliyah dari seorang ustad betapa 'fardhu' nya pagi 
laki-laki untuk shalat berjamaah di mesjid, alhamdulillah, saya tidak 
bermaksud riya, sejak itu saya usahakan agar shalat berjamaah itu 
tetap saya lakukan di mesjid (atau di mushala kalau di kantor), 
kecuali ada uzur. Dan sesudah 'berlayar' dengan anak mertua tidaklah 
saya anggap sebagai uzur.

Terima kasih sanak Lembang Alam. Benar sekali apa yang sanak 
sampaikan. Seperti kata pepatah, orang suka seribu akal, orang enggan 
seribu dalih. Tersedia seribu alasan untuk tidak salat berjamaah. 
Padahal di mana ada kemauan di situ ada jalan.

Dan terasa benar manfaat keberadaan Palanta ini sebagai wahana untuk 
bersilaturahmi, sarana untuk ingat-mengingatkan demi kemaslahatan 
dunia dan akhirat.

Kepada Allah SWT jua kita mohon limpahan rakhmat, kekuatan, ampunan 
dan petunjuk.

Wassalam, Bandaro Kayo 

  
 Di mesjid kompleks tempat saya tinggal, rajin ke mesjid secara 
istiqamah ini alhamdulillah membawa hasil juga. Dari hanya beberapa 
gelintir ketika saya baru pindah dari Balikpapan sepuluh tahun yang 
lalu, sekarang sudah sampai tiga shaf kami shalat shubuh, maghrib dan 
isya. 
  
 Tertib di mesjid pelan-pelan juga kita perbaiki. Tidak mudah pada 
awalnya dan tentu saja perlu waktu. Tapi paling tidak sekarang ini, 
kita zikir 'sir' sendiri-sendiri seperti yang pak Darwin ceritakan. 
Dan jamaah menurut saja. Ada satu hal yang belum berhasil saya rubah, 
azan dua kali sebelum shalat Jum'at. Karena saya jarang shalat Jum'at 
di rumah.
  
 Sekian, sekedar penambah cerita pak Darwin.
  
 Wassalamu'alikum wr.wb.,
  
  
  
 Darwin Bahar [EMAIL PROTECTED] wrote: 
 
 (dihapus)
 
 
 Sehabis salat, Imam menggeser duduknya lalu berdoa tanpa 
menjaharkannya
 dan membiarkan jemaah untuk berdoa masing-masing, suatu hal yang 
menurut
 saya lebih sesuai dengan sunnah Nabi SAW. Karena itu saya 
berkeinginan
 untuk salat subuh atau magrib berjemaah di masjid tersebut, yang
 tentunya hanya mungkin saya lakukan pada hari Sabtu, Minggu atau 
hari
 libur.
 
 Tetapi saya lebih sering tidak berhasil.
 
 Banyak problem. Salah satu di antaranya, pada malam Sabtu atau malam
 Minggu, anak mertua kelihatan lebih cantik. Lalu tahu sama tahu 
lah
 awak. 
 
 
 Gagal lagi.
 
 
 Wassalam, Darwin

 
 St. Lembang Alam
 



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


[RantauNet.Com] Sekali lagi, Masalah Loudspeaker di Masjid

2003-08-02 Terurut Topik Darwin Bahar
Karena ada hari-hari libur yang dialihkan ke hari Jumat, menyebabkan
saya melaksanakan Jumatan di masjid dekat rumah pada hari-hari tersebut.
Dan pada hari Jumat itu, isteri saya menyarankan saya salat di sebuah
masjid baru lebih kurang 200 m dari rumah kami. Hari itu rupanya
bertepatan dengan peresmian masjid munggil---apik tetapi tidak
mewah---tersebut. Ada Pak Camat dan Pejabat Depag setempat. Tetapi bukan
itu yang ingin saya ceritakan.

Sehabis salat, Imam menggeser duduknya lalu berdoa tanpa menjaharkannya
dan membiarkan jemaah untuk berdoa masing-masing, suatu hal yang menurut
saya lebih sesuai dengan sunnah Nabi SAW. Karena itu saya berkeinginan
untuk salat subuh atau magrib berjemaah di masjid tersebut, yang
tentunya hanya mungkin saya lakukan pada hari Sabtu, Minggu atau hari
libur.

Tetapi saya lebih sering tidak berhasil.

Banyak problem. Salah satu di antaranya, pada malam Sabtu atau malam
Minggu, “anak mertua” kelihatan lebih cantik.  Lalu tahu sama tahu lah
awak. Walhasil bangun tidur sering sesudah atau mendekati waktu subuh.
Padahal pada hari-hari kerja biasa, jam dua saya biasanya sudah bangun,
salat tahajud yang kadang-kadang diikuti latihan Reiki atau Tetada
Kalimasada selama 30 menit, mengerjakan PR yang di bawa dari kantor atau
bermilis ria, salat subuh---di rumah tentu---sarapan lalu bersiap-siap
untuk ke kantor. Seperti Minggu subuh tadi, setelah terbirit-birit mandi
janabah, menyeduh dan menyeruput kopi ginseng, membangunkan si doi,
mengenakan pakaian yang pantas, mencari dan mengantongi tasbih, tekad
sudah mantap untuk salat di masjid mungil tersebut. eh, tiba-tiba
terdengar Azan.

Gagal lagi.

Tetapi saya pernah juga berhasil sekali. Begitu saya tiba di masjid yang
mungil itu saya menemukan sejumlah jemaah berdoa dan berzikir dengan
“sir”. Setelah salat tahiyatul masjid, saya ikut berzikir. Pengeras
suara dinyalakan beberapa menit menjelang azan. Seusai membaca salam,
Imam menggeser duduknya lalu berdoa tanpa menjaharkannya dan membiarkan
jemaah untuk berdoa masing-masing.

Untuk wilayah Jabotabek dan sebagian besar pulau Jawa, keadaan seperti
di masjid mungil tadi tidak banyak ditemukan. Tidak jarang satu jam
menjelang waktu subuh pengeras suara sudah dihidupkan dan dengan volume
penuh melatunkan ayat-ayat suci atau berbagai wirid.  Tidak sukar untuk
menduga bahwa hal ini mengganggu---terutama---kelompok non-muslim.
Akibatnya jelas, tidak mendorong kerukunan beragama, memperbesar
parasangka bahwa ajaran Islam “norak” dan penganutnya suka menjalankan
kemauan sendiri?

Tetapi, apakah benar demikian?

Kondisi ini sebanarnya membuat gerah kalangan Islam sendiri. Tidak
kurang seorang Ali Audah sastrawan penerjemah biografi Nabi yang ditulis
oleh Heykal mengulas hal yang tidak patut tersebut di sebuah kolom di
Majalah Tempo Sekitar 15 atau 20 tahun yang lalu. Ali Audah jelas tidak
sendirian. Saya---walaupun apalah awak ini---lebih kurang 2 tahun silam
juga menulis di Milis Kota Bogor, kegusaran saya atas hingar bingar di
waktu subuh, bukan karena ketenangan saya terganggu, tetapi karena apa
yang dikira mengagungkan Tuhan tersebut bertentangan dengan nash. Lho
koq?

Paling tidak ada dua hadis menegnai hal ini. Pertama hadis yang
meriwayatkan Rasulullah SAW melarang seseorang mengencangkan bacaan
Qur’an di dalam masjid karena dapat menggangu jemaah lain yang sedang
bertafakur. Yang kedua teguran Nabi kepada seorang yang berdoa dengan
suara keras di masjid. “Tuhan yang engkau sembah bukan Tuhan yang tuli”,
sabda beliau.

Lha ini, pakai pengeras suara, dengan volume pol pula.

Dan seperti saya catat dalam Catatan Perjalanan Haji yang saya tulis, di
Masjidil Haram satu-satunya yang dilantunkan dengan pengeras suara  yang
diarahkan ke luar pada setiap salat lima waktu hanyalah suara azan.
Pengeras suara untuk bacaan imam hanya ditujukan ke dalam masjid dan ke
halaman serta ke jalan-jalan di sekitar masjid yang biasanya juga
dipenuhi oleh jemaah salat. Begitu, di Masjidil Haram, begitu di Masjid
Nabawi, begitu di masjid-masjid   lainnya di Tanah Haram, di tanah
kelahiran Nabi.

Hal serupa juga bisa ditemukan di masjid-masjid di Sumatera Barat, di
lingkungan masyarakat Minang yang mempunyai ‘kredo’ adat bersandi
syarak, syarak bersandi kitabullah. Dari hotel Novotel, tempat saya
menginap kalau bertugas ke Bukittinggi, azan subuh hanya terdengar
sayup-sayup.

Masalah ini kembali mengerucut dalam pikiran saya setelah mengamati
diskusi antara netters Muslim dan Non-Muslim mengenai masalah
Loudspeaker di Masjid ini di Milis Apa Kabar. Terlepas dari persoalan
bahwa diskusi kadangkala kurang berjalan proporsional dan terlalu
didramatisasi, tidak mengurangi esensi bahwa ummat Islam harus mengakui
bahwa hal ini mengganggu saudara-saudara kita non-muslim, suatu hal yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam selain ya itu, hingar bingar
tersebut tidak ada “nash”-nya dalam ajaran Islam sendiri.

Mungkin ada yang mengganggap bahwa ini hanya maslah “kecil”. Saya sih
setuju-setuju saja, tetapi 

Re: [RantauNet.Com] salam perkenalan

2003-07-31 Terurut Topik Darwin Bahar
[EMAIL PROTECTED] wrote:

Apolai mandanga lagunyo nan didendangkan Uda Nuskan Syarif dan Alm Tiar
Ramon (semoga Arwah seniman besar ini dilapangkan Allah SWT di sisiNya)

Wassalam, St Bandaro Kayo


 ass.ww, mak tachi yth, salam kenal dari ambo, dino. iya enak baca
 pantun di bawah dari mak tachi tadi, he he..
   wassalam, dino.32.

  - Original Message -
  From:Erizal Syamsir
  To: '[EMAIL PROTECTED]'
  Sent: Thursday, July 31, 2003 1:59 AM
  Subject: RE: [RantauNet.Com] salam perkenalan
   Salamaek bagabuang mak Tachi, mudah-mudahan mak Tachi bisa
  manggoyang arah ka ilia, he..he... Wassalam,St. Rangkayo
  Basa

  Rang Kik Tinggi juo.

  -Original Message-

  From: mak tachi [mailto:[EMAIL PROTECTED]

  Sent: Thursday, July 31, 2003 2:20 PM

  To: [EMAIL PROTECTED]

  Subject: Re: [RantauNet.Com] salam perkenalan



  Ass. ww.

  eeekok baru mancogok ko langsuang pulo

  katangah++

  ()()()((()()()()()+_()()(




 
 'SOAR AWAY TO SEDONA'
 Check out attractive value getaway packages at www.sedonahotels.com.sg

 
 =
 For more information on our Internet Specials,
 visit our website @ http://www.sedonahotels.com.sg
 =


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Sanak SBN, Tolong Jalehkan Bana--Re: [RantauNet.Com] pe-er-er-i Re:

2003-07-28 Terurut Topik Darwin Bahar
Sanak SBN, Tolong Jalehkan Bana

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saya sependapat dengan Angku SBN mengenai maslah PRRI. Sewaktu terjadi
peristiwa PRRI saya telah kelas 2 SMP dan Ayahanda saya Almarhum yang
semasa hidupnya bergelar Dt Bandaro Nan Bauban adalah Ketua Umum Partai
Masyumi Kotapraja Padang Panjang dan kenal secara pribadi dengan Pak
Natsir Alm, ikut ke “hutan” selama lebih kurang 3 tahun dan termasuk yang
terakhir “bergabung” kembali dengan RI.

Saya melihat ada alasan-alasan rasional atas terjadinya peristiwa PRRI
namun maaf, tidak bermaksud lancang---para Bapak-Bapak kita tersebut salah
strategi. Dan peristiwa PRRI juga membawa kerugian bagi perjuangan ummat
Islam Indonesia karena keterlibatan Pak Natsir dijadikan alasan Bung Karno
yang waktu itu mulai otoriter untuk membubarkan Partai Masyumi, sebuah
partai---meminjam istilah Cak Nur---partai etis, yang tidak dapat
dibandingkan dengan partai apapun waktu ini, apalagi---maaf PPP.

Saya pikir wacana yang dilontarkan Angku SBN mengenai peristiwa PRRI agar
kita bisa menarik pelajaran, dan tidak mengulangi kekekliruan yang sama.

Sebenarnya para orang tua kita sudah mengajari kita tentang konsep
strategi, yang tercermin dari adagium “bia sungu tabanam asal tanduak
makan.

Sekali lagi, dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada ketokohan dan
integritas Bapak-Bapak kita yang membawa masyarakat Minang teribat dan
menanggung akibat peristiwa PRRI, sukar untuk tidak mengatakan bahwa
beliau-beliau tersebut  mengabaikan adagium tersebut.

Dan kesan itupulah yang sukar dihindarkan dari apa yang disebut
pengambilalihan PT SP oleh “masyarakat” Sumbar.

Tidak sedikit enersi yang tersita untuk hal tersebut.  Hasilnya? Yang
jelas agenda-agenda utama menjadi terlantar seperti bagaimana
mengembangkan  paririwisata---yang dari segi potensi Sumbar tidak kalah
dari Bali---tetapi dari segi infrastruktur fisik dan sosial tertinggal
puluhan tahun. Bukan begitu sanak Zul?

Dan untuk membangunnya Pemda dan masyarakat Sumbar berlu cetak biru dan
rencana strategis yang disusun dengan baik dan benar serta melibatkan
seluruh unsur masyarakat Minang termasuk cerdik pandai yang bermukim di
mancanagera seperti Jo Buyung, Ajo Duta, dan Rangkayo Nurbaini McKonsky
untuk menyebut beberapa nama., dan kemudian melaksanakannya dengan tertib
dan sungguh-sungguh.

Mudah-mudahan observasi saya salah

Akhirulkalam saya berharap Angku SBN bisa memenuhi permintaan nakan Andi
yang cerdas dan kritis ini, agar generasi Minang yang lahir setelah tahun
60-an dapat mengetahui lebih jelas dan mengambil hikmah dari padanya.

Wassalam, Bandaro Kayo


Z Chaniago wrote:

 Assalamu'alaikum WW

 Alun tajawab lai 'ngku
 Baa bana manuruik angku SBN peereri tu.?

 kalau nan tadi ..itu kan carito umum

 supayo ambo ndak salah sangko ko ha..

 Z Chaniago - Palai Rinuak -http://photos.yahoo.com/bada_masiak/

 ==
 Alam Takambang Jadi Guru
 ==

 From: SBN [EMAIL PROTECTED]
 
 Assalamu'alaikum wr. wb.
 
 Saol umua, walapun masih di sakola rakyat wakatu
 itu ambo alah mambaco koran, bukan hanyo sakedar
 mambaco carito si Djibun sajo.
 Peereri itu jaleh permainan tantara nan dicaplok dek
 parpol populer di minang wakatu itu, sampai kini kan
 indak ado nan bisa manjalehkan apo bana tujuan
 peereri itu. Kalau soal otonomi, Dewan Banteng nan
 dibantuak sabalun peereri alah otonomi 100%, jadi
 sebuah misteri, kenapa harus proklamasi prri.
 Mamak kito Drs. Moh, Hatta denan segala susah
 payah menahan mereka itu jangan sampai proklamasi,
 tanyato bak kecek Hatta juo, sabalaun malangkah
 mereka indak batanyo ka mamknyo sabagai urang
 minang, tapi manuruk ka om Syafruddin dan Sumitro.
 Kajadiannyo, banyak nan sadiah, tanyolah ka Ajo
 Buyuang dan lain-lain.
 Sakitu daulu
 Salam
 
 SBN



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Nompang Ciek

2003-07-25 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Yang saya mulyakan Uni Nizmah dan Uda Rumzi, yang saya hormati sanak Tan
Bagindo Nagari, sanak Zul, nakan Ben dan nakan Nofen Sutan Mudo

Terima kasih atas ucapan selamat ulang tahun yang membuat saya terharu,
dan terima kasih juga kepada segenap sanak dan kemenakan yang tidak
mengucapkan tetapi ikut mendoakan.

Sanak Sutan Sinaro benar, dalam ajaran Islam tidak ada ajaran untuk
merayakan HUT, khususnya merayakan dengan pesta pora dan dengan cara
melanggar kaidah-kaidah agama.

Tetapi tentu tidak salah kalau pada hari ulang tahun kita bisa menengok ke
belakang, dan semakin terasa betapa besar nikmat dan karunia yang telah
Allah limpahkan kepada kita, walaupun betapa sering badan diri ini berbuat
kilaf, baik karena kedhaifan atau memang tidak kuat melawan
kesenangan-kesenangan sesaat.

Dan sebagian dari karunia itu ialah silaturakhmi antar sesama,
terutama---seperti yang diingatkan oleh Uni Nizmah---kehadiran sang
pendamping hidup yang merupakan salah satu karunia Allah SWT yang tidak
terhingga nilainya, pendamping yang dengan setia menjalani hidup dalam
senang dan susah.

Anak-anak saya memang suka merayakan ultahnya secara sederhana dengan
teman-temannya. Tetapi saya dan Kur isteri saya tidak pernah.
Paling-paling makan di luar besama anak-anak menantu dan cucu, atau Kur
memasakkan makanan kesukaan saya: kalio ayam dan gulai tauco buncis

Akhirulkalam tidak lupa saya mencucapkan selamat Ulang Tahun kepada uda
tercinta Ajo Buyung di Marsaille. Tulisan-tulisan Jo Buyuang yang arif dan
santun tidak pelak lagi sangat mewarnai milis kita tercinta ini.

Wassalam, Bandaro Kayo (60)


 --- In [EMAIL PROTECTED], Hayatun Nismah Rumzy [EMAIL PROTECTED]
 wrote:

 Assalamu Alaikum W. W.

 Tujuan milis ini adalah untuk bersilaturrahmi dan dengan ini Uni
 mengucapkan selamat Ultah untuk yang berulang tahun 22 Juli 2003 - add
 Darwin Bahar. Juga yang yang berulang tahun tanggak 26 Juli 2003 di
 Marseille add. Zubir Amin. Semoga panjang umur dan diberi rahmat dan
 hidayah dari Allah SWT. Jadi lah batambah umua atau bakurang? Salam
 dari uni untuk pendamping-pendamping add. Darwin dan Zubir. Karena
 beliau beliau tersebut makanya add. berdua seperti sekarang. Memang
 katiko ketek saisuak iyo jarang dirayokan tapi kiniko lah tiok tahun
 dirayokan dek anak-anak. Itu adalah hiburan yang tak bisa dinilai
 yakni memberikan perhatian.

 Wassalam Uni Hayatun Nismah Rumzy dan Uda Rumzy Bey Rasjad

 -
 Do you Yahoo!?
 Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software
 --- End forwarded message ---


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Pelajar SMK Nyaris Jadi Korban Pemurtadan

2003-07-25 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saya agak menyesalkan ungkapan Rarach yang kurang bijak ini. Tetapi mari
kita baca apa yang tersirat.

Sabda Nabi SAW (kurang lebih) : “Setiap anak dilahirkan suci, orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Madjusi”.

Siapa orang tua anak-anak jalanan itu, yang seperti diutarakan dalam
sebuah posting ke Palanta baru-baru ini, jumlahnya semakin meningkat
akhir-akhir ini?

Apa bukan kita, termasuk saya?

Dan terlepas dari hal itu saya tidak pernah meragukan keislaman Rarach,
yang hampir tiap hari saya saksikan “bertarung” dengan Jusfiq Hajar dan
para netters “Krisfun” di Apa Kabar dan Proletar  guna mempertahnakn
akidahnya.

Hanya saya berharap agar lain kali Rarach---yang kehadirannya kembali di
Palanta dengan celoteh-celoteh cerdasnya saya sambut dengan suka
cita---lebih bijak dan tidak lupa bahwa RN berbeda dengan Apa Kabar dan
Proletar, OK?

Wassalam, Bandaro Kayo


Sutan Sinaro wrote:

 rarach [EMAIL PROTECTED] wrote:

  dan terus terang, saya lebih suka melihat
  anak jalanan itu masuk nasrani dari pada melihat
  mereka jadi brandalan. tapi tentunya lebih senang
  lagi kalo melihat mereka jadi orang muslim yang cukup
  makan

  ~rarach

 Assalamu'alaikum.w.w.

Ma jo Buyuang tadi ?. Jo buyuang jo dunsanak nan lain di palanta ko

 anak-anak mudo kini iyo

 balain je pandapek-e jo awak, labiah suko pulo we-e mancaliak ughang
 masuak nas-

 rani lai pado mati kalaparan tapi we-e Islam. Iyo ndak abas ndek ambo
 do jo buyuang.

 Satangah mati ambo mancari hubungan antaro brandalan jo paruik lapa.
 Brandalan tu

 sipaik nan ka didapek-e dari ungku-ungku e, mamak-e, abak-e, induak-e,
 guru-guru -e

 tando lai urang babanso ba kaum. Dek paruik lapa we-e jadi brandalan
 ?.

  Kok guru kami dulu jo buyuang, bialah mati kalaparan asa lai baiman
 daripado

 mati kapia. Susah di dunia ko kini, sanang di akhiraik nantik. Ndak
 bitu pelajaran

 guru-guru kini tu jo buyuang ?.



 Wassalam

 St. Sinaro



 ---
 Do you Yahoo!?
 Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Cerpen : Kusir Bendi

2003-07-18 Terurut Topik Darwin Bahar


Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Excellent! Cerita sederhana dengan penuturan indah luar biasa.
Acap-acaplah menulis cerita sanak Lembang Alam
Wassalam, Bandaro Kayo

Muhammad Dafiq Saib wrote:
Assalamu'alaikum wr.wb., Carito nan ditulih sabalun
lalok, palapeh-lepehan taragak jo kampuang. Wassalamu'alaikum wr.wb., Lembang
Alam

Cerpen : Kusir Bendi

-bekuduang--


Re: [RantauNet.Com] REPOSTING: TALEMPONG DITABUH DARI DULU SAMPAI SEKARANG

2003-07-13 Terurut Topik Darwin Bahar
Basri Hasan wrote:

 Assalamu'alaikum wr. wb.

 Ada rasanya yang tercekat dikerongkongan membaca posting Tan Bandaro Kayo,
 tahun lima puluhan,
 waktu ikut sekolah rakyat dengan berkaki telanjang tanpa sedikitpun merasa
 rendah diri dengan kawan
 yang pakai terompah, susu unicef, batu tulis, pena dan tinta semuanya
 gratis... sehigga mandeh tidak
 perlu pusing mikirin spp segala, kutatap masa depan sendiri dan negeriku
 yang cerah..

 Sekarang kenyataannya.. lain sama sekali.

 -- dikuduang---
 Agak celakanya persepsi
 masyarakat minang sangat mirip dengan palestinian myopic, ingin damai,
 tapi
 nggak mau berbagi kedamaian, ingin keadilan tapi tak mau berbuat adil.
 Buku Surau, pendidikan islam tradisional dalam transisi dan modernisasi,
 tesis dari doens Azyumardi Azra, terbitan Logos, 2003 saya lihat memotret
 masalah dasar pertanyaan angku diatas.
 Dalam persepsi saya, gerakan prri dari segi sosiologis sangat besar
 kontribusinya
 melumpuhkan etos civil society urang minang, sekarang masyarakat minang
 terombang ambing antara adat (yang belum sempat diuprade), semangat wahabi,
 dan materialisme hedonis. Agak mengkhawatirkan memang pengaruh materialisme
 hedonis yang sangat marak sekarang ini.


Giliran saya yang tercekat di kerongkongan membaca kalimat-kalimat Tan Bagindo
Nagari di atas.

Hampir terlontar kata-kata: “tega-teganya Tan Bagindo Nagari bicara begitu”.
“Ini kan seperti menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri”

Tapi kemudian saya teremenung

Ingat saya kata-kata ahli strategi Cina yang terkenal Sun Tzu, yang buah
pikirannya banyak mengilhami pakar dan praktisi manajemen: “Kenali dirimu,
kenali musuh-musuhmu, maka engkau akan mememenangi  sepuluh pertempuran”.

Ingat saya bahwa kosep SWOT dalam manajemen strategik pada dasarnya bersumber
pada buah pikiran Sun Tzu di atas

Mengenali musuh tidak usah disuruh, membangga-banggakan kehebatan diri sendiri
apalagi.

Tetapi mengenali kelemahan atau “weaknesses”?

Cukup punya jiwa besarkah saya untuk secara jujur mengakuinya?

Cukup punya jiwa besarkah saya untuk secara jujur melihat penyebab mengapa
propinsi-propinsi tetangga seperti Riau dan Jambi yang secara pelan tapi pasti
mulai meninggalkan tanah kelahiran saya tercinta?

Tepercik peluh saya memikirkannya, lalu kemudian mendesis:

“Antahlah yuang”


Wassalam, Bandaro Kayo


 Semoga persepsi ini salah.

 Salam

 St. Bagindo Nagari

 RantauNet http://www.rantaunet.com
 Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
 ---

 Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
 http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
 ===


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Selamat Buat Nofen dan Siska

2003-07-13 Terurut Topik Darwin Bahar
Ondee, iyo kali nakan Andi. Sabalunko Ambo agak heran juo, baa ko nakan Nofen,
mananyokan sambungan Ballada Si Samsu. Kok tahu ka takah iko, aa yo Mamak
buekkan khusus utntuk Nofen jo Siska

Salamaik Manampuah Hiduik Baru nakan mamak baduo

Semoga Nakan baduo senantiasa dapek bimbingan dan limpahan rezeki dari Allah SWT

Dari Mamak dan Mintuo di Depok, nan bahalangan hadir di hari nan sangaik
berbahagia ko


Z Chaniago wrote:

 ss Mak Ban... nan sabananyo si Nofen tapangaruah di carito Ballada
 si Samsu , khususnyo Part IIheheheh.. :-))  jadi dengan sanang
 ati.dikaja-kajakan..

 dan nan paliang penting konfimasi dari Mak Zz nyo..huahahaha

 Z Chaniago - Palai Rinuak -http://photos.yahoo.com/bada_masiak/

 ==
 Alam Takambang Jadi Guru
 ==

 From: FST-IAMS-Elect [EMAIL PROTECTED]
 
 CalMar (*) jaaan digodaaa   eh digaduah juo Barusan ambo mangeceek jo
 Fen.
 Rencanano alek masih lamo, tapi berhubung sesuatu, dipercepat.
 Jadi beberapo hal dilakukan takaja-kaja.
 
 Wass
 mak Ban
 ~
 
 -Original Message-
 From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]

 _
 Add photos to your e-mail with MSN 8. Get 2 months FREE*.
 http://join.msn.com/?page=features/featuredemail

 RantauNet http://www.rantaunet.com
 Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
 ---

 Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
 http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
 ===


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: FW: [RantauNet.Com] Perkawinan langka

2003-07-12 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Uni Nizmah yang Saya Mulyakan

Saya dapat memahami kegalauan perasaan Uni kalau RN akan jadi ajang
debat kusir. Tetapi kiranya Uni sependapat dengan saya, kalau kita mau
berbicara mengenai masa depan Indonesia dan Sumatera Barat, tidak
mungkin kita lakukan dengan menutup diri atau membatasi kebebasan
berfikir, yang saya rasa Uni lebih maklum dari pada saya, yang dulu
menjadi ciri masyarakat yang telah menyumbangkan mahaputra kelas dunia
semacam Hatta, Agussalim,  Natsir, Syahrir dan Tan Malaka.

Lagipula, bukankah Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa perbedaan
pendapat itu sebuah rakhmat?

Saya pernah menyerang dan berdebat dengan pendukung-pendukung Islib di
beberapa milis, dan saya tidak melihat Angku SBN sebagai seorang
pendukung Islib atau yang kalaupun pendukung Islib, yang tentunya
sepenuhnya menjadi hak beliau, bermaksud mompromosikan Islib di sini.
Yang saya lihat beliau hanya mengajak kita melihat suatu masalah secara
kritis, proporsional dan rasional. Apalagi beliau menyampaikannya secara
santun dan argumentatif, yang kalau ada yang tidak kita setujui---suatu
hal yang lazim dalam berdiskusi---hendaknya dibantah dengan kontra
argumen, dan tidak mislanya dengan mengatakan pengetahuan agamanya
dangkal.

Tidak kurang yang “tahu agama” di kalangan ummat Islam yang sekarang
berjumlah 1,2 miliar. Tetapi kita semua tahu seperti apa kondisi dan
wajah ummat Islam waktu ini.

Sekian dan mohon maaf jika ada kata-kata saya yang kurang berkenan.

Wassalam, Bandaro Kayo


Hayatun Nismah Rumzy wrote:

 Assalamu Alaikum W. W.Nampaknyo lah barampek urang nan indak senang
 dengan postingan iko nan manamokan dirinyo Islam Liberal :

   1. Mulayadi St. Bangsawan
   2. Ayang Yusuf
   3. Eli Nurza
   4. Bundo Nismah

 Ooi urang palanta apo akan awak taruihkan juo debat kusir iko? Usul
 bundo kalau nak nio badebat silakan di Japri. Mohon suara kami juga
 didengar. Hallo Mr. Admin cubo ulang baliak Tata Tertib - Marilah awak
 mambicarakan maso depan indak maulang ulang sejarah lamo dan mancari
 kambiang hitam.  Kini Indonesia  lah termasuk 63 negara termiskin.
 What can you do to this country?

 Wassalam Bundo Nismah


  Ayang Yusuf [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Assalamu'alaikum wr. wb.Waalaikum salam.w.w. Purpose?
  Melihat tanda-tanda jaman... al Asr.. Melihat tanda zaman
  iyo baguno, tapi untuak meningkatkan ke taqwaankepada Allah
  swt. Indak untuak mamacah timbo co iko do. Objective?
  Saling memberi tahu, saling menasihati ...al Asr... Maagiah
  tahu iyo rancak, but, it must not followed by the
  statementthat it becomes menjadi biasa sekarang, sabab alah
  bisa dek karano biaso. Harus tersinggung?  Tidak perlu, itu
  bukan ciri Muslim.   Why not ?, kama dilatakkan asyidaa -u
  'alal kuffaari ruhamma-u bainahum.  Ooo soal toleransi,
  pikir-pikir dong, toleransi yang menyinggung agama tak  bisa
  diterima. Harus sependapat? Tidak perlu, sunni dan syiah
  juga tidak pernah sependapat   So you said all is Islam ?.
  and then you make some other yang ka mamacah timbo ?. Mau
  menyesatkan? Nggak ada niat untuk itu dan tidak perlu, toh
  anggota milis mengaku sudah dewasa semuaDewasa dalam
  arti kata yang lain mungkin, tapi dewasa dalam 'aqidah,
  can you guarantee that all will not be influenced ?.
  Hubungan dengan Minang? Sangat kuat, lihat saja
  posting-posting ratapan mengenai minang, Sorry, I don't
  know these, I should ask to the administrator to send to me
  all. datuk yang begini begitu, kemanakan yang pamer pusar,
  depeer yang korupsi, merampok semen padang bejibun deh.
  Tagak banagari mamaga nagari, nagari buruak indak pulo sato
  kito mampaburuak-  buruak kan doh. Lalu kamudian man- cap
  Minangkabau memang takah itu.  Apa sih yang sebetulnya you
  perbuat ?. Semua meratapi minang, begitu diajak maulang
  kaji saringik nan kalua.   Maulang kaji dari alif sampai
  yaa, indak dimasuakkan pulo di antaro waw jo mim  huruf alfa
  doh. Kok ka dipacik juo, latakkan di tampek lain, dan selalu
  ingat  this is not ours, it is something different and can
  not disturb ours. Memberi semangat mencari pasangan (bagi
  yang lajang)?  Benar supaya mencari pasangan yang sesuai
  dihati masing-masing.Terkontaminasi cara pikir Barat? Barat
  dan Timur terjadinya kan serempak atas bumi ini yang
  diciptakan Allah ini, kenapa alergi dengan Barat dan Timur
  selama itu membawa keselamatan dan kebenaran. Timur dan
  Barat adalah kepunyaan Allah, kemana saja kamu menghadapkan
  mukamu di situlah wajah Allah (al- ayah).Tetapi cara
  berpikir, cara bertindak, cara berbuat, dan akhlakul
  kharimah sudah diturunkan oleh Allah untuk menuntun manusia
  dan diberi contoh oleh Rasulullah saw. Mengapa harus
  mengikuti cara lain selain yang telah direstui oleh Penguasa
  jagad raya ?. Mengapa anda percaya dengan 

[RantauNet.Com] REPOSTING: TALEMPONG DITABUH DARI DULU SAMPAI SEKARANG

2003-07-12 Terurut Topik Darwin Bahar
---yang mengkibatkan terpukulnya martabat dan harga diri masyarakat
Minang---tentu berperanan juga. Bak kata pepatah: “Sekali pasang surut,
sekali tepian beranjak”.

Tetapi pertanyaan yang menggoda saya, ialah mengapa masyarakat Minang
dengan adat yang kuat---yang katanya “tidak lapuk dek hujan dan tidak
lekang dek panas itu”---serta agama Islam yang dianut 99% mayarakat
Minang itu, tidak mempunya daya tahan terhadap gempuran-gempuran
tersebut. Pertanyaan itu semakin menggoda, sejauh mana Sumatera Barat
siap dengan otonomi daerah. Lebih-lebih Sumatera Barat bukan daerah
dengan kekayaan alam berlimpah.

Karena itu dalam salah satu posting saya terdahulu, saya memancing Walhi
Sumbar dengan pertanyaan: “Apa sih yang secara sosiologis terjadi pada
masyarakat Sumbar belakangan ini? Dari adanya “partai” yang bisa menyauk
suara sampai 94% dalam Pemilu 1997, peristiwa busung lapar dan adanya
bau tidak sedap dalam pemilihan kepala daerah?”.

Namun mungkin karena terlalu sibuk dengan urusan advokasi Pembabatan
Seribu Ha Hutan Suaka Alam Air Tarusan, Solok, jawaban yang saya peroleh
dari para cerdik pandai di Walhi Sumbar ini sangat umum dan normatif:
“Sebenarnya jika kita perhatikan kondisi di Sumbar tidak jauh beda
dengan semrautnya Indonesia dalam wilayah yang agak kecil”.

Saya risau terhadap kondisi di Sumatera Barat bukan semata-mata karena
saya dilahirkan di sana. Tetapi saya merasa betapa lengkap sudah carut
marut bangsa ini, dan betapa panjang dan menyakitkan jalan yang harus
ditempuh sampai desentralisi dan otonomi daerah bisa terlaksana dengan
tuntas di tanah air tercinta ini. Apalagi dalam proses ini kita sudah
berada di point of no return…

Talempong ditabuh dari dulu sampai sekarang. Bunyi tetap sama, nuansa
jauh berbeda

Atau barangkali saya yang salah observasi dan salah persepsi?

P.S. Tulisan asli---dengan beberapa perubahan kecil---disiapkan dan
diposkan ke Milis Desentralisasi bulan Oktober 2000.

Wassalam, Darwin Bahar

RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Gala Pusako =========== Salamaik Ulang Tahun

2003-07-12 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Angku Ban, aaa sata pula ambo ciat. Selamat ulang tahun. Mudah-mudahan
tua-tua keladi. Semakin tua semakin menjadi amal dan ibadahnya.

Wassalam, Bandaro Kayo (60)


Darul Makmur wrote:

 Assalamualaikum Ww Mak Ban, ambo juo maucapkan slamaik baumua masuk 54
 th yo. Salamaik bagoyang jo lagu Minang Maimbau nanti malam. Wass.
 WwSt.P

 mulyadi [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Ass, wr, wb.
  Salamaik Ulang Tahun nan ka-53 kapado Kakanda / Mamak kami :
  A. St. Bandaro
  Putiah rang Banuampu nan mungkin berulang tahun kemarin,
  sebab di ujung
  namo Mamak kito tersebut tertulis (53 Tahun + 1 hari).
  Kami rang di palanta RN ko, mendoakan ka Mamak untuak sehat2
  sajo dan sukses
  selalu.

  Wass,
  M.St.Bangsawan (46 plus)
  Rang Suliek Ayie di Pusri Palembang

  - Original Message -
  From: FST-IAMS-Elect
  To: ; Hendry Novis (E-mail)

  Cc: Avissena. Amri (E-mail) ; Elva (E-mail)
  ; Sjamsir Sjarif (E-mail)
  Sent: Friday, July 11, 2003 7:11 AM
  Subject: RE: [RantauNet.Com] Gala Pusako


  
  
   Di darek, indak oleh pihak pidusi 'Jo.
  
   Di Banuampu ; sewaktu marapulai akan dianta kerumah nak
  daro,

  Dikuduang--- 

   Singkek sajo dulu 'Jo.
   Mudah-mudahan St Bandaro Labiah bisa manukuak - malangko'i

  
   Sadang disawah, mancangkua duluuu
  
   Kapado rang Bogor jaaan lupo beko malam 20:00
   sampai 22:00 di 94.2 FM Bagurau Diudaro
   oleh St Bandaro Labiah dan St Sinaro.
  
   Wass
   A St Bandaro Putiah ( 53 + 1 hari)
   Banuampu



  RantauNet http://www.rantaunet.com
  Isikan data keanggotaan anda di
  http://www.rantaunet.com/daftar.php
  ---

  Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
  http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
  ===

 ---
 Do you Yahoo!?
 SBC Yahoo! DSL - Now only $29.95 per month!


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Baa Carito si Peneror Pak Ismal nan dulu..............

2003-07-07 Terurut Topik Darwin Bahar
Dewis Natra wrote:

 Harapan saya email ini tidak menjadi polemik di palanta, klarifikasi dari
 Iraf sudah cukup jelas buat Ronal, Untuk selanjutnya kita bahas secara
 internal.

Kok bulieh ambo sato sakaki, ini adalah cara yang paling tepat, arif dan
bijaksana.

Masih banyak masalah nagari, bangsa dan agama yang memerlukan sumbangan pikiran
dan tenaga kita semua.

Wassalam, Bandaro Kayo (60)



 Salam
 Is


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Untuak parkanalan diparalukan :

2003-07-06 Terurut Topik Darwin Bahar
Sanak Ambo Ajo Buyuang jo Keluaraga Nan Ambo Horamati Nun Jauh di Marseille

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Tarimo kasih atas doa sanak yang membesarkan hati untuk menjalani sisa hidup
yang masih akan diberikan oleh Allah SWT.

Kata orang ulang tahun bukan sesuatu yang harus disyukuri, tetapi ditangisi
karena badan semakin uzur dan semakin dekat badan ke  liang liang kubur.

Tentu saja pendapat itu pendapat yang keliru. Pada hari ulang tahun kita bisa
menengok ke belakang, dan semakin terasa betapa besar nikmat dan karunia yang
telah Allah limpahkan kepada kita, walaupun betapa sering badan diri ini berbuat
kilaf, baik karena kedhaifan atau memang tidak kuat melawan
kesenangan-kesenangan sesaat.

Kepercayaan kepada besarnya kasih sayang Allah, akan menjadikan kita tidak
pernah kehilangan harapan yang menjadikan alasan kita untuk hidup dan bertahan,
hatta setelah usia semakin menua, muka sudah semakin penuh dengan kerutan, dan
pikiran semakin pelupa, kita masih ingin bekerja untuk menfkahi keluarga, untuk
mengantar anak-anak menjadi pribadi-pribadi yang dewasa dan mandiri, tetapi apa
hendak dikata, peluang kerja semakin semakin sempit, tetapi kalaupun tetap ada,
kita bukan lagi kita yang sepuluh dua puluh tahunan yang lalu. Adalah manusiawi,
kalau kita gamang menghadapi masa tua, namun kalau kita sadar besarnya kasih
sayang Allah kepada kita, kegamangan itu bukan sesuatu yang tidak bisa diatasi.

Dengan kata lain, masa tua bukan sesuatu yang perlu disesali, apalagi ditangisi.

Adapun liang kubur, tidak seorangpun yang akan mampu untuk menghindarinya, yang
penting tentu saja, bagaimana kita menyiapkan bekal untuk ke sana. Tentu saja
bukan bekal harta, tepai amal ibadah jua.

Sekali lagi terima kasih atas ucapan selamat dan doa sanak ambo Jo Buyung nan
jauh di Marseille sana, yang sekalipun jauh di mata, tetapi dekat di hati.

Salam hangat pula dari kami sekeluarga di Depok untuk keluarga di Marseille.

Kepada Allah jua kita semua memohonkan magfirah, anugerah dan hidayah.

Wassalam, Bandaro Kayo


Zubir Amin wrote:

 Sanak Darwin Bahar,gala Bandaro Kayo(60?-ab) nan dihormati.

Satolo ambo senek,su'al parkanalan ko.Selain alamaik rumah,no.talipon
 dan HP adolo rancaknyo di
 sampaikan tanggal,bulan,tahun bara mancogok kadunia ini.Sehingga hubungan
 silaturrahim awak dapek
 labiah di akrabkan dengan saling mengucapkan salamaik hari ulang tahun
 dlsb.

   Bakaitan jo nan diateh ko,kalau ndak salah,sanak Darwin alun ganok 60
 tahun,masih kurang 18 hari lai persisnyo kan tanggal 22 Juli 1943.Namun
 demikian,kami sekeluarga di Marseille dan Jakarta,mengucapkan
 Selamat HUT tanggal 22 Juli 2003 semoga diberkahi oleh Allah swt umur nan
 masih bisa dipakai sekarang
 ini dan masa nan akan datang dengan hal2 nan berguna.
   Jo Buyuang,lahia di bulan Juli ko pulo,ampek hari sasudah sanak lahia
 kadunia,dan tahunnyo babedolo
 tigo tahun labiah tuo dari sanak Darwin.Sabananyo apolah aratinyo bedo senek
 tu,nan penting bagaimana
 kito dapek mempergunakan umur awak itu, bermanfaat bagi kita dan keluarga
 serta orang sekitar kita.
 Sekali lagi selamat HUT ke-60,salam hangat kami untuk pak Darwin dan
 Kur.Kiranya Allah swt selalu mem
 berkati kita bersama.Amin ya rabb al alamin.Wass.wr.wb.AB-Marseille.

 _
 Add photos to your e-mail with MSN 8. Get 2 months FREE*.
 http://join.msn.com/?page=features/featuredemail

 RantauNet http://www.rantaunet.com
 Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
 ---

 Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
 http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
 ===


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Daftar No. HP---Re: [RantauNet.Com] Untuak parkanalan diparalukan :

2003-07-06 Terurut Topik Darwin Bahar
Mudah-mudahan ada sanak dan kemenakan yang bersedia nanti membuat daftar
nama, kota, telepon rumah dan terutama HP berdasarkan info yang masuk,
sehingga kalau ada warga Palanta yang “tersesat” ke sebuah kota dan ada
bantuan yang diperlukan, terutama bantuan moril, khan tinggal di SMS
saja.

Wassalam, Bandaro Kayo


hendrizal piliang wrote:

 Assalamualaikum ww, hehehehehe, Mak zul ambo ma ikua di balakang mak
 zul di balakang  uda eltaf ciek a, ambo ingin ma agiah BD lo a, untuak
 warga RN nan ambo cintai : Namo  : Hendrizal PiliangStatus : Alun
 Babini Insayllah ka mancari binilahia : 22 mei 1980 di bonjo
 pasamanUmua  : 23 TahunKarajo  : Manggaleh Karipik Taleh Dan Operator
 Internet CafeAlamaik : Di Lubuak bagaluang padangTelpon Rumah kos  :
 (0751) 776066   Warnet   : (0751) 776938 semoga ado
 manfaat nyo amien amien ya rabbal alamien wassalam
 [EMAIL PROTECTED] , [EMAIL PROTECTED] hendri

 zul amri [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Satolo ciek dih ..., nah iko BD ambo: Namo   : Zul Amri
  Piliang , lahie di Saol Lawas Solok 17 Agustus 1948 babini
  ciek , anak ampek , marantau sajak 1965 , tingga di Bali
  dari tahun 1969 sampai kini , karajo di Angkasa Pura , tahun
  2004 insyaallah pensiun , No Hp 0811 38 5322 . No. Telp Rmh
  0361-752495. Wassalam : [EMAIL PROTECTED] ,
  [EMAIL PROTECTED]

 ---
 Do you Yahoo!?
 SBC Yahoo! DSL - Now only $29.95 per month!


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Fwd: Tuhan Maha Demokrasi

2003-07-05 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sanak Ronald dan Sanak James

Saya memang tidak melakukan analisis terhadap tulisan DjayaWikarta
karena percaya para sanak dan kekmenakan di Palanta mampu melalukannya
sendiri.  Dan saya sependapat dengan ulasan sanak James, bahwa pada
dasarnya Allah SWT memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih dan
tentu saja setiap pilihan mempunyai konsekuensi: tangan mencencang, bahu
memikul.

Saya hanya ingin memberikan latar belakang tulisan Kang Djaya itu
ditulisnya ketika seorang netter yang menamakan dirinya Bung Filsuf dan
mengaku atheis yang sebelumnya suka menyerang Islam namun belakangan ini
rajin “mengobrak abrik” teologi Paulus di Milis Proletar dan Apa Kabar.
DjayaWikarta adalah seorang netter muslim yang menggunakan pendekatan
“gula” dan bukan “gincu” dalam berwacana. Berikut ini saya salinkan
caranya dengan gaya bahasanya yang khas dalam menyikapi UU Sisdiknas
dalam sebuah postingnya di Milis Proletar beberapa waktu yang lalu.

Saya suka cara dan gaya bahasanyanya yang mengingatkan saya kepada salah
satu cara orang Minang dalam berwacana: cara malereng.

Dan menurut pengamatan saya cara berwacan seperti itu di mailing lis
lebih efektif dari pada cara frontal.

Wassalam, Bandaro Kayo



--- In [EMAIL PROTECTED], Djaya WK [EMAIL PROTECTED] wrote:

Aku kemarin sempat nolak sisdiknas
Aku bilang Urusan agama koq diatur negara?
Aku gak peduli mau dibilang sekuler atau apa karena urusan agama kupikir
urusan pribadi.

Lalu seperti biasa, demokrasi bangsa kita selalu ditegakkan melalui
demonstrasi. Ribuan orang demo mendukung, juga ribuan orang menolak
bahwa setiap anak didik berhak mendapat pengajaran agama dari guru yang
seagama

pasal 13 ini logik dan rasional tentu saja. untuk aku, ini aturan
biasa-biasa saja. Aturan ini tidak lebih buruk dari aturan yang
memaksakan keharusan orang menganut agama.

tadinya kupikir, orang yang nolak sisdiknas pastilah orang sekuler
seperti aku atau orang-orang atheis seperti orang-orang nyaintific
Ternyata konyol... penolak sisdiknas ternyata mayoritas orang orang
nasrani yang ngaku beragama.

What's on earth ?, kira-kira begitu teriakan orang-orang yang bingung.

Apa yang salah ? dan Kenapa menyalahkan ?

Lalu logika fully ekonomis pun mencuat...
Kami punya misi...
Kami sudah keluar modal banyak untuk misi ini..
Ribuan sekolah sudah kami bangun untuk misi kami..
UU sisdiknas tentu bertentangan dengan misi kami..
Kami tidak mau rugi...tentu saja.

Celakanya, orang Budha dan Islam, dan mungkin Hindu tidak mengendarai
bangunan sekolah untuk misi agama.

Mungkin negara harus menyediakan ganti rugi untuk yayasan-yayasan agama
pemilik sekolah jika UU sisdiknas disahkan.
Itupun jika ternyata memang benar sekolahnya diniatkan sebagai misi
penyebaran agama.

Kalau pendirian sekolah bukan untuk misi penyebaran agama, sangat tidak
logis jika Theis menolak UU Sisdiknas.

Atau, akan lebih bagus kalau sekolah umum dari yayasan-yayasan agama
berterus terang seperti pesantren
Ini sekolah agama, bukan sekolah umum.

Tapi... begitulah.
Orang hanya seolah-olah umum dan takut berterus terang sejak dari awal
sebagai kelas dengan misi khusus agama.
Padahal, jika memang merasa berniat baik...declare it. sehingga tidak
akan ada orang merasa tertipu masuk pesantren hanya karena semua murid
harus belajar islam.


DjayaWikarta




Ayang Yusuf wrote:

  Assalamu'alaikum.w.w. Tarimo kasih, bana sanak Ronald.Tapi sanak
 Darwin batua juo, cuma agak kurang analisis dan interpretasi nan
 sasuai jo kabanaran nan dimukasuik dek Tuhan.

Tuhan Maha demokrasi, dan iNyo pemilik kebenaran mutlak (bukan
 sejati), lalu demokrasi nan bantuak aa nan di INyo ?. Tentu demokrasi
 ala Tuhan (Allah's version), bukan demokrasi ala Amerika atau Eropa
 atau Western ataupun demokrasi ala Mr. Darwin Bahar. Dan demokrasi ala
 Tuhan tu alah dituangkan dan ditulihkan dalam setiap kitab yang
 diturunkan mulai dari suhuf-suhuf zaman Nabi Adam sampai Ibrahim as.,
 sampai kepada empat kitab yang besar Taurat, Zabur, Injil dan
 Al-Qur'an. Sayang sampai hari kini ko, dan alah pulo dibuktikan urang
 (tamasuak Western people) bahaso kitab nan lain salain Al-Qur'an sudah
 terkontaminasi oleh tangan-tangan manusia. Sementara Al-Qur'an iyo
 alun ado satitiak juo salahnyo lai doh. Dan Qur'an tu kini ado di
 tangan awak masiang-masiang. Rancak kito caliak-calik juo baliak, jan
 koran sajo nan labiah dibaco daripado Qur'an.

   Kini tingga di awak, ka manuruik demokrasi ala Western people atau
 ala Tuhan itu sendiri nan nyato-nyato awak yakini Tiada yang patut
 disembah kecuali Dia (Allah). (Cubo caliak demokrasi ala Tuhan nan
 paliang jaleh sahinggo Tuhan mangecekkan Tiada paksaan dalam memeluk
 salah satu diin (agama), ... maaf tolong cari dima latak ayat ko,
 buliah tacaliak juo Qur'an tu dek awak).

 Wassalam

 James

 ---
 Do you Yahoo!?
 The New Yahoo! Search

Re: [RantauNet.Com] Untuak parkanalan diparalukan :

2003-07-04 Terurut Topik Darwin Bahar
FST-IAMS-Elect wrote:

 Wass
 mak Bandaro ( 53thn)
 kampuang Kubang Putiah - Banuampu
 tingga di Bogor   hp 0812 86 72172

Rancak pulo manyaratokan nomor HP takah nan dicontokan Angku Ban.

Wassalam, Bandaro Kayo (60)
Telepon rumah: (021) 770 0501
HP 0811 13 4101


 marantau sajak 1971
 pansiunan, samantaro di BP (oil kompani)
 ~~

 RantauNet http://www.rantaunet.com
 Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
 ---

 Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
 http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
 ===


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Innalillahi wainna ilahirajiun!

2003-07-03 Terurut Topik Darwin Bahar
--- In [EMAIL PROTECTED], Zubir Amin [EMAIL PROTECTED] wrote:

Prof.DR.Yaumil Chairiyah Agus Achir(63),telah mendahului 
kita.

Assalamualaikum Wr. Wb. 

Kita tidak hanya kehilangan seorang cendekiawan, tetapi juga  
punya karakter yang mengingatkan kita kepada Bung Hatta. Adik 
almarhumah tinggal dekat rumah saya di kompleks Perumnas Depok, dan 
tidak terlihat kecipratan apa-apa sewaktu almarhumah menjabat 
sebagai Sekretaris Pribadi Walpres Megawati.

Yang saya agak gelo ialah ketika ada yang mencalon beliau menjadi 
Gubernur Sumbar, tetapi tidak diberi kesempatan untuk bertarung oleh 
mesin politik yang ada di Sumbar sendiri.

Kalau Alamarhumah menjadi Gubernur mungkin KKN, dekadensi moral dan 
penduduk miskin / busung lapar tidak separah seperti sekarang ini.

Tetapi ya itu, sejarah tidak mengenal kata-kata kalau

Innalillahi, wainna ilaihi rajiun.

Wassalam, Bandaro Kayo 


 
   Inna lillahi wainna ilahi raji'un! Telah berpulang 
kerahmatullah,rekan 
 saya dan rekan siapa saja,atau nan
 kenal dengan almarhumah,Prof.DR.Yaumil Achir dalam usia63 tahun di 
 RumkitNational University Hospital
 Singapura.Seorang putra Minangkabau nan kalem tapi pintar semasa 
hidupnya 
 telah mendarma baktikan
 ilmu dan amalnya baik sebagai Ketua BKKBN ataupun mantan Sekretaris 
Pribadi 
 Walpres Megawati,untuk
 Nusa dan Bangsa dan Minangkabau.Yaumil(sapaan akrabnya),alumnus 
 Fak.Psycholofy UI,kelahiran Kiktinggi
 putri tercinta dari Bapak Ilyas Sutan Maradjo,adalah pekerja keras 
tanpa 
 gembar gembor,tapi juga teman
 yang cepat intim dengan terutama orang nan dari Minangkabau.Ia 
dipanggil 
 Bundo dalam keluarganya.
 
 Jo Buyuang sekeluarga di Marseille dan Jakarta,ikut
belasungkawa 
atas 
 wafatnya Yaumil.Kepada sdr.
 Agus Achir(suami) dan anak-anak,semoga tabah menerima cobaan Allah 
swt 
 ini.Minangkabau kehilangan
 lagi tokoh pendidik dan Maha Sardjana Psychologynya.Semoga Allah 
menerima 
 amal dan ibadahnya sema
 sa beliau hidup.Almat duka di jakarta.Jln.Kompleks DPR II/7A,Kebun 
Jeruk 
 Jakarta Barat.



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


[RantauNet.Com] Fwd: Tuhan Maha Demokrasi

2003-07-03 Terurut Topik Darwin Bahar
(Rasanya sangat sayang kalau renungan Kang Djaya yang sangat cerdas dan
subtil ini hanya dinikmati netters Prol)

--- In [EMAIL PROTECTED], Djaya WK [EMAIL PROTECTED] wrote:

Tuhan saya adalah Maha Pencipta dan Maha Pertama.
Maha Penyayang dan Pengampun tentu saja.

Dia bisa mengampuni apapun salah saya kepadaNya.

Tapi Dia takkan mengampuni salah saya pada manusia.

Dia adalah Tuhan saya yang Maha Demokrat.
Tuhan yang tidak mau meng-overrule hak manusia.

Tuhan saya adalah Maha Kuasa dan Maha Perkasa.
Dia bisa mematikan saya kapan saja.
Dia bisa memenangkan saya melawan siapa saja.

Tapi Dia tidak melakukan sesuai kemauan saya.

Dia adalah Tuhan saya yang Maha Demokrat sejati.
Tuhan yang tidak tunduk pada kemauan pribadi.

Tuhan saya Penguasa segala Ilmu dan pengetahuan.
Tuhan Maha Benar dan Maha Adil dan Maha Pemberi.

Dia memberi ilmu pada semua manusia tanpa kecuali.
Dan Dia yang mengajarkan kebenaran

Tapi Dia tidak pernah akan memberikan kebenaran.
Karena Dia membekali manusia dengan kemerdekaan.

Dia adalah Tuhan saya yang mengajarkan demokrasi
Tuhan pemilik kebenaran sejati.
Dia tak pernah MEMAKSA agar kebenaranNya diikuti.



DjayaWikarta



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


[RantauNet.Com] Angku Admin, Help Me Please

2003-06-18 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamualaikum Wr. Wb.

Angku Miko, ambo maulangi baliek pemintaan ambo melalui japri: baa
caronyo mangubah mode pangiriman dari “individual email” ka “daily
digest” dan sabalieknyo, dek karano pakan mungko ambo kabatugeh ka
Sulsel jo ka Papua lebih kurang duo pakan.

Kok taruih dalam mode “individual email”, agak repot katiko nak
men”check” pasan dari kantua di Jakarta dek kadang-kadang haruih
manggunokan SLLJ di kota-kata nan indak ado subnet Indonetnyo  jo pulsa
telepon supermaha dari hotel-hotel. Di Parepare sabulan nan lalu ambo
kanai charge talepon labieh tinggi dari sewa kamar (di Bumiminang Padang
tarifnyo Rp 12,500/menit, discount 15%, di Novotel Bukuktinggi kurang
labieh samo).

Tarimo kasi dan salam

Bandaro Kayo




RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


[RantauNet.Com] Mini Seri Anak Daro dan Marapulai

2003-06-14 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Ketika membaca undangan pernikahan nakan Z. Chaniago dan kemudian nakan
Yul, saya jadi ingat cerita garah-garah anak muda mengenai anak daro dan
marapulai yang saya coba untuk menggarapnya dengan serius dengan setting
masyarakat Minang di Sumatera Barat akhir tahun limapuluhan (pasca
peristiwa PRRI) di sebuah desa di lereng Gunung Merapi, yang pernah saya
kirim ke beberapa milis akhir tahun 2002 yang lalu.

Saya juga mengisahkan bagaimana sulitnya merantau ke Jawa ketika itu,
harus diskrening dan jadwal kapal tidak tentu. Sekalipun demikian,
jumlah anak-anak muda yang hendak merantau tidak berkurang. Malah rasa
tertekan karena “dijajah” tentara dari Jawa semakin mendorong mereka
untuk meninggalkan kampung halamannya.

Berikut ini saya sajikan “mini seri” 4 sekuel  tersebut yang saya tulis
sebelum menunaikan ibadah haji, serta diperhalus seperlunya, bagi
nakan Z. Chaniago, nakan Yul dan seluruh sanak, anak dan kemenakan di
Palanta.

Mudah-mudahan nakan Z. Chaniago dan anak daronya,  nakan Yul dan anak
daronya, para pengantin baru lainnya, atau pengantin lama yang selalu
merasa baru lainnya sempat dan tertawa membaca “mini seri” tersebut, dan
mohon maaf jika ada ungkapan-ungkapan yang kurang berkenan.

Bagi sanak, anak  dan kemenakan yang sudah pernah membaca mini seri
ini di milis lain mohon dihapus saja.


Depok, 15 Juni 2003

Wassalam

H. Darwin Bahar gelar Sutan Bandaro Kayo, 59 menjelang 60
(Lahir di Padang Panjang, tanggal 22 Juli 1943)
Suku: Panyalai
Isteri: Hj. Kurniah Darwin, 54 tahun, asal Cilimus, Kuningan, Jawa
Barat, dan sudah hampir 37 tahun---meminjam istilah Ajo Duta---sekasur
seselimut.


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


[RantauNet.Com] Ballada Si Samsu Part I: Anak Daro Jo Marapulai

2003-06-14 Terurut Topik Darwin Bahar
Samsuar tinggal bersama mande (ibu) nya di sebuah dusun di kaki Gunung
Merapi, di dataran tinggi Agam yang di malam hari dingin menusuk tulang.
Lalu pepohonan dan rumput-rumputan kuncun kedinginan dan seekali
terdengan cicit burung malam. Dan ketika pagi tiba dan burung murai
berkicau kabut belum berancak dari pucuk pepohonan, bukit-bukit dan
lembah.

Samsuar atau Samsu begitu dia biasa disapa, menjadi yatim sejak berusia
dua tahun. Samsidar, mandenya tidak berniat lagi bersuami dan bertekat
membesarkan anak kandung sibiran tulangnya, obat jerih pelerai demamnya
sendirian. Tidak heran kalau kemudian Samsidar agak berlebihan
melindungi anaknya yang sampai berumur tiga setengah tahun masih
disusuinya. Karena itu, berbeda dengan anak sebayanya, Samsu setelah
akil baligh tidak tidur di surau, namun di rumah belaka.

Surau di Sumatera Barat tidak hanya tempat mengaji, tetapi juga tempat
anak-anak muda Minang belajar silat, belajar “pasambahan”, bahkan
belajar “galir”, terkurung nak di luar, terhimpit nak di atas. Bahkan di
Surau anak-anak muda Minang “belajar” sesuatu mengenai reproduksi
manusia.

Samsu tumbuh sebagai pemuda tampan yang rajin tetapi lugu. Lebih-lebih
setelah si Buyung, konco “palangkinnya” merantau pergi “menggalas” ke
Jawa. Buyung memang lebih cerdik, penuh inistiatif dan tangkas. Kalau
mereka berdua mencuri buah perawas, yang memanjat pohon adalah Buyung
dan Samsu tinggal memungut perawas yang dijatuhkan Buyung. Pernah mereka
kepergok oleh yang punya pohon, dan yang kepegang adalah Samsu walaupun
ia yang lari lebih dulu, karena Buyung larinya lebih cepat. Buyung juga
yang sering melindungi Samsu yang tidak pandai bekelahi dari kejahilan
teman-teman sebayanya. Buyung kemudian menjadi “Sutan Betawi”, sebutan
bagi orang Minang yang kawin dengan orang “Jawa”.

Samsu memang agak lugu, tetapi rajin. Walaupun sawah pusako mandenya
tidak begitu luas, tetapi hasilnya bagus. Selain itu Samsu juga
berkebun, memelihara itik dan ikan di tebat (kolam). Boleh dibilang dari
pagi sampai petang hampir tidak ada waktu luangnya untuk maota-ota atau
main damini (domino) di lepau Mak Leman.

“Berumahlah waangko (maksudnya kawin lah kamu), lah taragakpulo mande
manimang-nimang cucu”, ujar Samsidar suatu hari kepada Samsu.  Karena
melihat anak semata wayangnya akan menolak, karena tidak sampai hati
meninggalkan mandenya sendirian, Samsidar buru-buru melanjutkan: “Mamak
waang Datuk Mangkuto Sati, sudah menanyakan waang untuk si Kiah anaknya
satu-satunya dari isterinya si Suma almarhumah”. “Bagi Mande”, Lanjut
Samsidar, “tidak ada masalah”. “Si Kiah tu kan ringan tangan, rupo elok
budi katuju. Sawahnya pun luas”. “Lagi pula karena Datuk Mangkuto Sati
mamak waang, perkawinan itukan serupa kuah tertunggang ke nasi, nasi
akan dimakan jua”. “Nanti adik si Kiah dari mandenya yang sekarang akan
menemani mande di sini”, imbuh Samsidar.

Samsu memang setuju dengan gambaran mandenya mengenai si Kiah. Ketika
pulang dari sawah, Samsu pernah melihat gadis yang berkulit kuning
langsat dan berhidung mancung itu sedang mandi di pancuran. Kain
basahnya yang tidak menutup seluruh lututnya menimbulkan perasaan “aneh”
di bagian bawah pusar Samsu yang cepat-cepat dilawannya. Pendeknya dia
suka sama si Kiah. Sekalipun demikian karena kecintaan pada Mandenya dan
tidak sampai hati meninggalkan beliau Samsu mencoba untuk menolak.
Tetapi akhirnya karena kecintaan kepada mandenya pula. permintaan
mandenya dia turuti juga. “Baa nan ka rancak di mandelah” ujarnya
kemudian.

Singkat kata jadi jugalah perhelatan itu. Si Kiah tambah rancak pakai
sunting, walaupun dia tidak dapat sepenuhnya menyembunyikan kelelahannya
menjunjung sunting yang berat itu. Apalagi sewaktu rombongan marapulai
(mempelai pria) tiba di rumah si Kiah ada pula pasambahan (dialog /
silat kata berpantun antara wakil rombongan tamu dengan wakil tuan
rumah) yang makan waktu berjam-jam sehingga gulai kambing yang sudah
dihidangkan dari tadi menjadi dingin.

Dulu ada sebuah lagu Minang yang cukup populer.

 Malam-malam baiko, yo mamak
 Malam-malam bainai, yo sayang
 Anak daro yo mamak
 Jo marapulai

Yang diakhiri dengan bait berikut.

 Marapulai galak, yo mamak
 Anak daro manangih

Tetapi ketika keduanya dengan lelah masuk ke kamar pengantin, si Samsu
tidak “tagalak”  (tertawa) dan si Kiah tidak “manangih” (menangis).
Samsu yang kelelahan terus tertidur sampai beduk subuh berbunyi. Dan
setelah meliwati hari-hari yang sibuk mengunjungi sanak keluarga
terdekat, Samsu kembali bekerja di sawah seperti semula. si Samsu belum
juga “tagalak”   dan si Kiah belum pula “manangih”. Dan tiap siang si
Kiah mengantarkan nasi dan laukpauknya buat suaminya. Begitulah setiap
hari sampai pada suatu ketika si Buyung pulang dari Jawa menengok
Bapaknya yang sedang sakit berat. Setelah menemui Bapaknya, si Buyung
langsung mencari konco palangkinnya di sawah.

“Yo lah babini waang” ujar Buyung dengan gembira. Lalu kedua sahabat itu
larut dalam percakapan yang cukup serius sampai 

[RantauNet.Com] Ballada si Samsu Part III: Pamit

2003-06-14 Terurut Topik Darwin Bahar
Samsidar yang belakangan ini menjadi pendiam dan lebih banyak berkurung
di rumah, sedang mengunyah sirih ketika anak dan menantunya datang.
Naluri keibuannya sudah mengatakan apa yang akan dikatakan anaknya.
Belum terkilat sudah terkalam. Pandangannya menerawang ketika Samsu
menyampaikan maksudnya. Butir-butir air mata mulai meleleh di pipinya
yang mulai berkerut, tetapi segera dihapusnya dengan selendangnya. Dia
tahu bahwa suatu waktu dia berpisah sibiran tulangnya yang sangat santun
kepadanya itu. Tetapi tidak secapat itu. Disangka panas sampai petang,
kiranya hujan ditengah hari. Belum sepenuhnya selesai bicara, Samsu
bersujud dan menagis mengerung-gerung di kaki Ibunya, di ikuti ratap
tangis si Kiah. “Onde anak oo….”.hanya itu yang mampu diucapkan
Samsidar yang sudah tidak kuasa lagi menahan tangisnya.

Kehadiran anak perempuan di Ranah Minang akan disambut dengan gembira
oleh ayah bundanya karena akan meneruskan garis keturunan dan warisan.
Tetapi bagi Datuk Mangkuto si Kiah lebih dari separuh hidupnya.. Si Kiah
adalah warisan satu-satunya dan titisan dari si Suma  almarhum isterinya
yang cantik semampai, elok hati serta patuh dan santun pada suami itu.
Rezeki Datuk Mangkuto yang ketika itu punya buah toko di Pasar Atas
Bukittinggi  menanjak sejak menikah dengan si Suma, dan  Datuk Mangkuto
semakin menanjak sejak si Kiah lahir. Setiap hari pekan toko Datuk
Mangkuto ramai dikunjungi pembeli termasuk dari luar daerah seperti dari
Pakanbaru, Rengat, Jambi, Medan bahkan dari Semenanjung Tanah Melayu. Si
Suma meninggal setelah berjuang selama tiga hari untuk melahirkan si
Safar, adik si Kiah yang wajahnya sangat mirip dengan Datuk Mangkuto.
Sayang si Safar hanya mampu bertahan hisup selama tiga minggu.
Menghadapi musibah beruntun itu hampir menyebabkan Datuk Mangkuto
berubah akal. Lama baru Datuk Mangkuto mau menikah lagi dengan si Tinur,
sepupu almarhumah yang tidak cantik tetapi cabar itu. Datuk Mangkuto
membesarkan si Kiah seperti menating gelas penuh. Sawahnya si Kiah yang
luas itu sebagian besar dibeli dengan hasil pencaharian Datuk Mangkuto
sendiri, sehingga mudah untuk digadaikan atau untuk dijual sewaktu-waktu
bila diperlukan. Barang masnya, dari gelang, kalung dan cincin
dilengkapi benar oleh Datuk Mangkuto. Ketika umur 12 tahun Datuk
Mangkuto membangunkan rumah tembok berjendela kaca yang sangat berbeda
dengan rumah-rumah yang ada di sekitarnya untuk anaknya perempuannya
itu. Sekalipun demikian si Kiah tidak sombong, santun dan hormat belaka
kepada siapa saja, persis seperti si Suma almarhum  Ibunya.

Pilihannya kepada Si Samsu untuk diambilnya menjadi menantu, selain suka
dengan rupa dan perangai anak muada itu, ialah karena  pekerjaan si
Samsu sebagai petani yang tidak mungkin akan pergi merantau. Apalagi
sawah yang akan ditanami, yaitu sawah si Kiah ditambah dengan sawah
mandenya sendiri cukup luas. Tidak terbayang baginya untuk berpisah
dengan buah hati pengarang jantungnya itu. Tetapi Datuk Mangkuto sadar,
manusia boleh berencana, Allah jua yang memutuskan..

Karena itu Datuk Mangkuto hampir tidak mampu berbicara ketika menantunya
menyampaikan maksudnya untuk merantau ke Jawa. Datuk Mangkuto hampir
tidak mampu berbicara, tersekat tenggoraknnya oleh air matanya yang
jatuh ke dalam. Dan ia mahfum, tidak mungkin baginya menolak keinginan
menantunya tersebut.

Setelah anak dan menantunya pulang, dengan lunglai Datuk Mangkuto masuk
kebiliknya, direbahkannya dirinya lalu menangis bercucuran air mata. Dia
baru berhenti menangis ketika waktu Magrib menjelang dengan wajah kusut
di pergi mandi dan bersiap-siap untuk sembahyang magrib berkaum di
Surau.

Tidak lama sesudah itu, sesudah menjalani skrening dan memperoleh surat
jalan dari Kantor Polisi di Bukiti Tinggi---seperti yang harus dan perlu
diperoleh orang ketika itu bila hendak bepergian setelah terjadinya
Peristiwa PRRI di Sumatera Tengah---dan dibekali lima puluh ringgit mas
untuk membeli toko, modal usaha dan menyewa rumah, tiga koper besi
pakaian, perabot memasak termasuk “batu lado” dan “pangua” (cobek dan
alat pemarut kelapa khas urang awak) Si Samsu dan si Kiah bersama
Samsiar berangkat ke Padang meninggu kapal yang akan berangkat ke Jawa.
Dalam akhir tahun limapuluhan ketersediaan infrastruktur publik, terasuk
sarana transportasi sangat kurang sekali. Perekonomian mulai memburuk
karena sebagian penerimaan negara, termasuk pinjaman dari Uni Sovyet
banyak yang terpakai untuk mengatasi masalah keamanan dalam negeri dan
persiapan untuk merebut Irian Barat. Kapal ke Jakarta hanya satu atau
dua kali dalam sebulan. Jadwalnya pun tak tentu. Di Padang mereka
tinggal di asrama adik Datuk Mangkuto yang menjadi tentara di Muaro.
Setelah sepuluh hari di Padang tiket kapal baru sapat diperoleh.

Sehari menjelang keberangkatan Si Samsu dan isterinya, Samsidar memasak
rendang daging bercampur jarieng (jengkol) dan rendang tembunsu (usus
sapi yang diisi adukan telur itik) untuk bekal anak dan menantunya di
perjalanan. Setelah itu dia pulang ke Bukit 

[RantauNet.Com] Ballada si Samsu Part II: Hari-Hari Yang Menekan Dan Semakin Tidak Terpikulkan

2003-06-14 Terurut Topik Darwin Bahar
Dulu ada lagu rakyat Minang yang populer

 Tak ton tong kalamai jagung
 Tagunda-gunda ka cambuang basi
 Dahulu balaki ajuang
 Kini balaki tukang padati

Si Buyung yang tangkas dan cerdik itu sekarang duduk mencangkung kuncun
di bawah pohon kuini di depan rumahnya sembari memegang ton tong, atau
kentungan bambu yang karena kecerobahannya membawa petaka bagi
sahabatnya itu. Tidak sedikit sesalnya kepada dirinya karena skenario
yang ditetapkan tidak berjalan mulus karena dia abai pada kenyataan
bahwa pada saat sahabatnya memerlukan musik dangdut dia masih menabuh
irama blus.

Tetapi yang terjadi di biliak (kamar tidur) si Kiah adalah sebuah gunung
yang kawahnya sudah tertutup pasir, batu-batuan dan air yang  meledak
dengan hebat memuntahkan segala penghalang yang ada untuk kemudian
menyembur kahan lahar panas dengan dahsyat dan kemudian merambah,
memanggang dan menyapu rata apapun yang dilaluinya, pepohonan
batuan-batuan bahkan bukit-bukit.

Dan ini adalah lahar panas yang dinanti-nantikan si Kiah yang sebelum
menjadi anak daro beberapa kali disambangi oleh Etek Baya induak paja
Malintang Alam yang beranak delapan itu dan “bercerita panjang” kepada
si Kiah yang membuat matanya berbinar dan wajahnya tersipu merah.

Dan itu adalah lahar panas yang dinanti-nantikan si Kiah walaupun ia
sempat terpekik---tidak menangis---yang disebabkan rasa sakit yang yang
menghentak sampai ke tulang sumsum ketika lahar panas itu menerjang
dengan ganas (tidak lama sesudah itu didengarkan suaminya berteriak
kencang). Terkejut sejenak, namun  dia sudah tidak perduli karena
permainan itu segera membuat dia terbuai. Jeda sejenak, lalu permainan
dilanjutkan kembali. Ketika itu jam di dinding berdentang sembilan kali,
dan berdentang lagi menandakan bahwa enampuluh menit sudah liwat,
permainan terus berlanjut dan berlanjut dan berpeluh, lalu jam dinding
berdentang lagi dan berdentang lagi.

Dan malampun semakin larut dan berpeluh di biliak si Kiah, di sebuah
dusun di kaki Gunung Merapi, di dataran tinggi Agam yang di malam hari
dingin menusuk tulang. Permainan usai tidak lama setelah jam didinding
berdentang dua kali.

Dan ketika mereka terjaga matahari sudah mulai naik. Untuk pertama
kalinya sejak balikh si Samsu tidak ikut sembahyang subuh berkaum
(berjamaah) di surau..Dengan gelagapan Samsu setengah berlari ke
pancuran mandi, sembari menjadari bahwa dia akan meliwati hari-hari yang
berat, hari-hari yang penuh cemooh dan cemeeh dari orang-orang
sekampung. Entah kemana mukanya akan disurukkan jika bertemu dengan
orang-orang kampuang yang sebagian besar dia kenal baik itu.

Dan Samsu tidak menunggu lama. Ketika liwat di depan lepau Mak Leman,
anak-anak muda yang berkumpul di sana bersorak sembari tertawa: Oi
cape’an tontong. Mereka berhenti tertawa dan menggoda ketika si Buyung
yang tinggi hitam dan kekar yang berkerumun sarung dan bertopi sebo itu
mendehem lalu berseru. “Oi ka sawah waang Samsu!”

Samsu yang berjalan dengan mendudu hampir terloncat karena terkejut dan
menjawab dengan tergagap. “yo…yo..yo…Yuang” . Ingin rasanya dia berlari
sekencang-kencangnya dari sana, tetapi lututnya tidak kuasa bergerak.

Di sawah pun si Samsu bekerja tanpa bergairah. Sebentar-sebentar dia
mencingangak mendengar suara orang, seakan setiap oarang akan datang
untuk mentertatawainya.

Tetapi lain di sawah lain pula di rumah. Lain di sawah, lain pula di
biliak se Kiah.

Walaupun ketika si Samsu tiba di rumah matahari sudah mulai hilang di
punggung bukit dan sikekeh sudah mulai berbunyi, namun si Kiah harus
mandi basah sebelum Magrib. Lalu mandi basah lagi sebelum Isya. Apa pula
hendak di kata, ketika keduanya masuk lagi ke biliak untuk beradu
(tidur) begitu selesai makan malam dan sembahyang Isya. Tanpa
membuang-buang waktu, si Samsu pun langsung minta jatah lagi. Uwan ko
cangok bana mah (Kanda ini rakus benar) ujar si Kiah dengan tersenyum
manis dan manja, lalu melepaskan kain panjang yang membalut tubuhnya
yang jenjang itu, menggeraikan rambutnya dan menelentangkan dirinya di
atas kui (ranjang).  Si Samsu hanya tergelak, dan setelah diberi lalu
minta tambuah ciek, tambuah pula ciek, tambuah, tambuah dan tambuah lagi
ciek, sampai si Kiah yang sudah bersimbah peluh dengan wajah letih
tetapi sumringah berkata dengan lembut: Alah tu wan, indak talok di
awak lai (Sudah dulu kanda, sudah tidak sanggup lagi dinda).

Dan untuk kedua kalinya mereka terjaga ketika matahari sudah tinggi. Dan
untuk kedua kalinya sejak balikh, si Samsu tidak ikut sembahyang subuh
berkaum di surau.

Dan Samsu pun segera menjalani siang-siang yang menekan yang semakin
tidak terpikulkan, sehingga sesudah berunding dengan si Buyung, si Samsu
berbulat hati untuk merantau ke Jawa untuk menggalas dengan membawa
serta si Kiah. Si Buyung yang dua hari lagi akan kembali ke Jawa, akan
mencarikan tempat berjualan di Pasar Senen dan rumah untuk dikontrak di
daerah Galur atau Tanah Tinggi.

(Bersambung)

Darwin



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda 

[RantauNet.Com] Ballada si Samsu Part IV: Merantau

2003-06-14 Terurut Topik Darwin Bahar
Di Teluk Bayur Samsu bertemu dengan anak-anak muda yang hendak merantau
ke Jawa baik untuk bersekolah maupun untuk mengadu untung dengan
berdagang. Sekalipun ketika itu perjalan ke Jawa sulit, harus diskrening
dan jadwal kapal tidak tentu, jumlah mereka yang hendak naik kapal tidak
berkurang. Malah rasa tertekan karena “dijajah” tentara dari Jawa
semakin mendorong mereka untuk meninggalkan kampung halamannya . Ketika
itu perjalanan darat Padang-Jakarta  sama sekali belum mungkin.
Penerbangan Padang-Jakarta yang dilayani GIA (Garuda Indonesian Airways)
dua kali dalam sepekan
dengan pesawat DC-4 Convair dan DC-3 Dakota hanya bisa digunakan oleh
kalangan terbatas.

Merantau nyaris merupakan ritual pendewasaan bagi anak-anak Minang yang
tercermin dari adagium

 Keratau madang dihuhulu
 Berbuah berbunga belum
 Merantau bujang dahulu
 Di rumah beguna  belum.

Dan itu ritual itu tentunya bukannya tanpa rasa sakit dan kegamangan.
Banyak nyanyian bahkan ratapan yang tak terucapkan ratusan ribu
anak-anak Minang tatkala harus meninggalkan kampung halaman, tepian
mandi, ayah bunda, sanak saudara, teman sepermainan dan kekasih tercinta
demi masa depan. Bahkan tidak sedikit yang hanya berbekal seadanya.
Berakit rakit ke hulu. Berenang-renang ke tepian. Bersakit sakit dahulu.
Bersenang-senang kemudian.

Kegamangan anak-anak muda yang akan merantaukan itu digambarkan dengan
apik pada bait  Lagu “Kelok Ampek Puluh Ampek” yang ciptaan Syahrul
Mamuja (terjemahan bebas dalam Bahasa Indonesia) sebagai berikut.

 Di Teluk Bayur ku termenung
 Ku lepas pandang berkeliling
 Terbayang rantau yang hendak ku hadang
 Entah di mana badan nanti menumpang
 Jatuh berberderai air mata.

Samsu dan isterinya menumpang kapal kecil berebendera Panama yang mampir
di setiap pelabuhan di pesisir barat Sumatra: Kroe, Enggano dan
Bengkulu. Seperti penumpang-penumpang lainnya, mereka tidur beralas
tikar di dek yang beratapkan terpal. Selama di perjalananan si Samsu
hampir tidak bangun-bangun. Goyangan kapal kekiri dan kekanan membelah
ombak membuat dia pusing dan mengeluarkan isi perutnya. Untung si Kiah
yang walaupun mulai berbadan dua masih bisa bangun untuk antri mengambil
air minum  dan nasi yang dimakan dengan rendang jarieng dan rendang
tambusu masakan mande si Samsu. Catu dari kapal berupa sardencis rebus
tidak pernah lagi diambil si Kiah karena mencium baunya saja sudah
membuat perut si Samsu bergolak.

Setelah tersiksa selama tujuh hari tujuh malam kapal yang mereka
tumpangi tiba di Pelabuhan Tanjung Priok tengah malam tetapi baru
merapat di pagi hari untuk menurunkan penumpang. Keadaan tersebut
menyebabkan si Samsu sempat memulihkan kondisi badannya sehingga waktu
hendak turun dari kapal dirinya mulai segar kembali. Di dermaga si Samsu
melihat  si Buyung sahabat yang hampir seperti saudara kandungnya sudah
menunggu sambil tertawa sehingga giginya yang putih sangat kentara
dengan kulitnya yang hitam.

Dengan menggunakan dua buah delman Samsu, si Kiah dan si Buyung
meninggalkan Pelabuhan Tamjung Priuk. Ingin buru-buru tiba di rumah yang
dicarikan si Buyung di Galur, maklum sudah hampir tiga pekan “berpuasa”
menyebabkan si Samsu tidak sabar melihat jalan delman yang terseok-seok
membawa orang dan koper besi dan barang-baran bawaan lainnya. “Kok bendi
tuan jalannya lambat benar,” ujar si Samsu dengan logat Minang yang
medok. “Kuda saya capek”, jawab kusir delman. “Mana capek”, jawab si
Samsu dengan meradang. “Jalan bendi tiga mengga [2] tiga  mengga tuan
bilang capek” lanjutnya.

Akhirnya sampai juga mereka di rumah kontrakan yang cukup bersih dan
mungil itu. “Beristirahat lah kalian dahulu” ujar si Buyung. “Nanti
malam aden akan kemari dengan si Icih bini den.

Jakarta dalam tahun 1959 bukanlah Jakarta yang glamour dan malah sering
dijuluki sebagai “big village”. Di jalan-jalan, termasuk jalan-jalan
protokol  masih berseliweran becak dan delman. Juga ada trem kota
menyusuri jalan raya dar Jatinegara, Senen dan Pintu Besi, di sini
bercabang ke Jembatan Merah dan Jakarta Kota. Juga ada jalur Kota Tanah
Abang. Trem kota itu kadang-kadang beriring-iringan dengan Bus PPD yang
waktu itu bercat kuning yang sarat dengan penumpang. Yang agak berduit
naik oplet. Jalan lingkar dalam, termasuk jembatan Semanggi belum ada.
Gedung-gedung jangkung juga belum ada. Hotel Indonesia baru dibangun
tahun 1962. Kegiatan malam orang berduit terpusat di Hotel Des Indes di
kompleks Duta Merlin saat ini dan Wisma Nusantara di Harmoni.

Di Jakarta ini si Samsu dan Isterinya meleburkan diri untuk bertahan
hidup dan berkembang bersama perantau-perantau Minang lainnya. Ada yang
berhasil dan ada yang tidak. Si Buyung, Si Samsu dan si Kiah termasuk
yang memiliki gen orang-orang Minang “mainstream”: ulet, hemat dan
mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Mereka
ini lah yang bisa bertahan sampai saat ini di pasar-pasar tradisional di
Jakarta dan Botabek.

Demikianlah cerita sahibul hikayat. Dan kalau ada kesamaan 

Padang Panjang lai di Sinan Juo -- Re: [RantauNet.Com] Data Geografi Sumatera Barat

2003-06-07 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Mangacu ka UU 22/1999  tantang Pemerintahan Daerah, istilah Kotamadya jo
Kota Administratif indak bapakai lai. Nan ado Cuma Daerah Kota, nan dulu
dikenal jo Kotamadya jo Daerah Kabupaten.

Pakan lalu ambo batugeh ka Batusangka, Solok jo Pariaman. Dalam
perjalanan dari Tabiang ka Bukiktinggi, Alhamdulillah tampek lahie ambo
Padang Panjang salah satu Daerah Kota di Sumatera Barat lai talatak di
sinan juo baru, alun pindah ka Provinsi lain lai. Malah kami lai makan
pulo di Restoran “Datuk” nan terkenal tu.

Kabupaten Piaman atawa Pariaman, daerah asal urang-urang beken di
Palanta: Ajo Duta, Jo Buyuang, Indra Piliang c.s. kini alah tapacah
manjadi tigo, disabuik urang “pemekaran”: Kota Pariaman, Kabupaten
Padang Pariaman jo Kabupaten Kapulauan Kepulauan Mantawai.

Kabupaten Solok pun siap-siap kabapacah eh kabamekaran manjadi duo,
Solok Utara dan Solok Selatan.

Pantai Piaman nan alah lamo indak lai manjadi WC terpanjang di dunia,
kini ko alah jadi tampek “berleha-leha” ado pulo tampek makan lesehan
“Pondok Salero”. Kami lai makan pulo di sinan, onde mak, gulai jarieng
mudo, ambu-ambu (tongkol) balado, gulai pucuak parancih bacakak jo nasi
angek nan babungkuih jo daun pisang basangai sabana sero.

Sakian dulu sekedar informasi


MIKO - Admin wrote:

 Ado nan bisa bantu... ma koreksi ataupun manambah/mangurangi daftar
 Kabupaten, Kotamadya ataupun Kota Administratif sampai ka tingkat
 kecamatan di Propinsi Sumatera Barat dibawah. Karena nan ambo punyo
 indak update lai doh.Selain itu karena kadang tidak dikenal nama
 Daerah Tingkat II, maka dirasokan paralu juo namo nagari nan dikenal
 di tingkat kecamatan. Misalnyo labieh dikenal Maninjau dari pado Kec.
 Tanjung Raya ataupun Sicincin dari pado Kec 2 x 11, VI Lingkung. Jadi
 akhirnyo diputuskan manambahkan namo kampuang nan dikenal di Kecamtan
 itu.

 Data iko akan dipergunakan untuk melengkapi website rantauNet. Data
 lengkap asli dalam Microsoft Excel (attachement).

 Tarimo kasih untuak karajo samonyo. Ditunggu.MIKO - Administrator
 ---


  Daerah Tingkat IIKecamatanNama Nagari yang dikenal

  Kabupaten AGAM   Banuhampu/Sungaipua  Sungai Buluah, Kubang
   Baso
   IV Angkat CandungBiaro, Lasi Tuo
   IV Koto: Koto Tuo.
   Lubuk Basung
   Matur
   Palembayan
   Palupuh
   Tanjung Mutiara  Tiku, Manggopoh
   Tanjung Raya Maninjau
   Tilatang Kamang  Pakan Kamis, Ampek Kampung

  Kotamadya BUKITTINGGIAur Kuning
   Birugo   Tigo Baleh
   Guguk Panjang
   Mandiangin

  Kabupaten 50 KOTAGuguk
   Gunung Mas
   Harau
   Kapur Sembilan
   Luhak
   Pangkalan Koto Baru
   Payakumbuh
   Suliki Gunung Mas

  Kabupaten MENTAWAI   Pagai Utara/Selatan
   Siberut Selatan
   Siberut Utara
   Sipora

  Kotamadya PADANG Bungus   Teluk Kabung
   Koto Tangah  Tabiang, Lubuak Buayo
   Kuranji
   Lubuk Begalung
   Lubuk Kilangan
   Nanggalo Lapai, Siteba
   Padang Barat
   Padang Selatan
   Padang Timur
   Padang Utara
   Pauh

  Kabupaten PARIAMAN   2 x 11 - VI Lingkung Sicincin
   Batang Anai  Kayu Tanam
   IV Koto Aur Malintang
   Lubuk Alung
   Nan Sabaris
   Sungai Garingging
   Sungai Limau
   Ulakan Tapakis
   V Koto Dalam
   VII Koto

  Kota Administratif
  PARIAMAN Pariaman Utara   Naras
   Pariaman Tengah  Pasie
   Pariaman Selatan Kurai Taji

  Kabupaten PASAMANBonjol
   Lembah Malintang Ujuang Gading
   Lubuk Sikaping
   Panti
   Pasaman  Simpang Ampek
   Rao Mapat Tunggul
   Sungai Barameh   Air Bangis
   Talamau  Talu

  Kotamadya PAYAKUMBUH Payakumbuh Barat Koto Nan Ampek

[RantauNet.Com] Catatan Perjalanan Haji (25) --- Selamat Tinggal Madinah

2003-06-06 Terurut Topik Darwin Bahar
Kamis, 13 Maret sesudah Subuh

Setibanya di pemondokan saya langsung masuk ke kamar dan merebahkan diri
ke dipan dengan memunggungi pintu, sembari berusaha menenangkan perasaan
saya dari kegalauan saat-saat meninggalkan masjid tadi. Saya mencoba
untuk tidur tetapi tidak bisa.

Saya berfikir paling cepat Kur baru akan kembali jam 11, eh ternyata jam
9 sudah pulang bersama Mas Yuliansyah dan Mbak Etty membawa roti kebab.
Kur mengatakan bahwa mereka pulang saja karena walaupun sudah menunggu
cukup lama di depan Hotel Bahaudin mereka tidak menenemukan Pak Ustadz
dan anggota kafilah kami yang lain. Ketika saya tanyakan apa Pak Tukiman
dan Bu Juminem ikut pulang, Kur mengatakan tidak.  Mendengar itu jantung
saya berdegup lebih cepat, lalu meminta Kur untuk menutup dan mengunci
pintu kamar.

“Mau ngapaian sih?”,  jawab Kur yang khawatir kalau Pak Tukiman dan Bu
Jumimen tiba-tiba pulang atau Mbak Etty mencarinya  untuk mengatakan
atau menanyakan sesuatu, tetapi akhirnya beranjak juga untuk  menutup
dan mengunci pintu kamar.

Perjalanan haji adalah perjalanan ubudiyah, dan setiap jemaah harus
mampu mengendalikan diri dan bersedia untuk mengurangi berbagai
kesenangan duniawi, termasuk melakukan hubungan suami-isteri. Tetapi
berhaji juga jelas bukan untuk penyangkalan diri. Melakukan hubungan
suami-isteri dilarang syariat, tetapi hanya pada saat-saat berihram
umrah haji dan berihram haji sebelum bertahallul qubra. Lagi pula
andaipun diperbolehkan, manna sempat?

Bagi jemaah haji yang memilih haji tamattu, larangan tersebut tidak
lebih dari tujuh hari. Perjalanan haji ONH biasa memakan sekitar 40
hari. Tentu saja sangat sedikit pasangan suami isteri  yang sanggup
untuk “berpantangan” di luar hari-hari yang dilarang tersebut, dan juga
dan tidak perlu. Malah kalau ditahan-tahan bisa gawat karena bisa
uring-uringan dan ibadah menjadi tidak keruan. Lagi pula, sesuai dengan
sabda Nabi SAW, bukankah melakukan hubungan suami-isteri itu mempunyai
nilai ubudiyah juga, berpahala? Karena itu para jemaah yang behaji suami
isteri harus pandai-pandai menggunakan kesempatan untuk itu, termasuk
jika suami dan isteri tidur di kamar yang berbeda seperti yang dijalani
kafilah kami ketika masih di Mekah.  Semua itu bisa diatur 1].

Kur kemudian buru-buru keluar kamar untuk mandi janabah. Sedangkan saya
sempat tertidur, walaupun tidak lama, tetapi cukup nyenyak.

Begitu terbangun perasaan saya terasa agak nyaman, tetapi kenangan
saat-saat  meninggalkan masjid tadi pagi masih menggumpal dalam perasaan
saya. Saya melihat Kur sudah mulai berbenah, memasukkan pakaian kami
selama di Jedah dan pakaian yang akan kami pakai dalam perjalanan pulang
ke tanah air ke  dalam handbag. Saya memutuskan untuk tidak memakai
seragam kafilah pantaloon dan baju koko hitam, tetapi celana dan baju
koko putih.

Saya segera mandi, makan roti kebab yang dibawa Kur dan membantu Kur
memasukkan barang-barang ke koper. Tetapi akhirnya saya lebih banyak
jadi penonton, karena pekerjaan mengikat koper sudah “diambil alih” oleh
Mas Yuliansyah yang melakukkannya dengan cepat, sigap dan sangat rapih.

Di luar handbag pemberian dari Garuda,  kami hanya punya satu tambahan
handbag untuk membawa air Zam-Zam, dan kantong plastik berisi mainan
untuk keempat cucu kami Reza, Dian, Upik dan Reihan.  Saya mencoba
mengangkat handbag yang ada 1 jerigen air Zam-Zam di dalamnnya dan
menggantungkan talinya di bahu saya tanpa kesukaran. Lalu terbayang oleh
saya kembali rangkaian peristiwa sejak saya terbaring sakit menjelang
wukuf di Arafah, lalu terbaring sakit lagi sesudah melaksanakan Tawaf
Ifadhah, membaik menjalang Tawaf Wada, terpuruk lagi pada hari pertama
Arbain di Madinah dan hari itu kondisi hampir tidak berbeda dengan
kondisi ketika pertama kali menginjakkan kaki saya di Tanah Suci.
Perbedaannya saya hanya jauh lebih kurus 2], dan sesekali masih
menghirup inhaler untuk mengatasi serangan asma ringan,
peristiwa-peristiwa yang mirip seperti mimpi. Menurut dokter Ifa yang
mampir ketempat kami beriung beberapa hari yang lalu, udara kering,
angin yang membawa pasir dan karpet hijau kumal tempat kami duduk-duduk
di pemondokan  yang pasti banyak mengandung tungau, penyebab utama
penyakit saluran pernapasan yang banyak diderita jemaah haji.

Kemudian Mas Yuliansyah mengabungkan koper-koper kami dan koper mereka
ke tempat pengumpulan koper-koper jemaah di lantai kami untuk kemudian
diturunkan kebawah dan dinaikkan ke atap mobil oleh portir yang
disiapkan Maktab.

Tidak lama Pak Tukiman dan Bu Juminem pulang. Pak Tukiman menyampaikan
pesan Pak Ketua Kafilah agar jemaah tidak memasukkan air Zam-Zam ke
dalam koper, agar peristiwa jemaah penumpang Saudia yang terlambat tiga
hari gara-gara wadah air Zam-Zam yang ditaruh di koper pecah, tidak
terlulang. Koper-koper kami besok akan ditimbang di Jedah dan yang
kelebihan berat harus membayar biaya kelebihan bagasi yang cukup mahal.

Ketika kami bersiap-siap tersebut kami mendapat pemberitahuan dari Pak
Ketua Kloter, bahwa keberangkatan kami ke 

[RantauNet.Com] Catatan Perjalanan Haji (26) --- Di Madinatul Hujjaj, Jedah

2003-06-06 Terurut Topik Darwin Bahar
Kamis 13 Maret, malam

Bangunan Asrama Emabarkasi Haji Indonesia di Jedah yang terletak di
lokasi yang tidak sestrategis Asrama Emabarkasi Haji Malaysia, merupakan
bangunan berlantai tiga. Kamar-kamarnya cukup luas dengan tempat tidur
bertingkat berendeng dua-dua dan hanya berpendingin kipas angin.
Toilet/kamar mandi dan tempat berwudhuk terbuat dari material kelas dua
dan tidak begitu terawat dan bersih. Kloset jongkoknya sudah berwarna
kehitam-hitaman.

Kami hanya membawa handbag dan barang-barang tentengan lainnya, karena
koper-koper langsung dibawa ke counter Garuda di Bandara  King Abdul
Azis untuk ditimbang dan dimuat ke pesawat.

Kafilah kami mendapat dua kamar yang diisi per kelompok sehingga suami
isteri tidak perlu menempati kamar terpisah. Pengaturannya, isteri di
dipan bawah dan suami di dipan atas. Karena kasihan melihat saya harus
turun naik, Mbak Etty yang dipannya berseberangan dengan kami bilang
biar dia yang di atas di samping Mas Yuliansyah, karena dipan yang di
atas Bu Aisyah yang berendengan dengan Kur kosong. Tetapi dengan
menempati bekas dipan Mbak Etty, saya jadinya tidur berendengan dengan
Bu Paijan. Wah, gawat  nich. Akhirnya saya tukaran dengan Bu Aisyah,
sementara Mbak Etty dan Mas Yuliansyah pindah ke sebuah tempat tidur
yang masih kosong, sehingga Mbak Etty bisa tetap menempati dipan yang di
bawah.

Selama di Jedah, termasuk di Bandara  King Abdul Azis, kami memperoleh
jatah makanan yang disiapkan oleh Panitia Haji Indonesia. Tetapi di
sepanjang alur pintu masuk Asrama banyak kios-kios yang menjual masakan
Indonesia seperti gado-gado, bakso, lotek dan sate, dan tentu saja teh
susu. Sebelum tidur kami mendapat jatah makan: nasi boks, buah dan air
mineral. Karena selera makan saya mulai pulih---walaupun ikan dan sayur
di nasi boks tersebut tidak pedas dan tidak ada sambalnya, saya tidak
mengalami kesukaran untuk memakannya sampai habis.

Jumat, 14 Maret

Tidak lama setelah terbangun saya mendengar azan subuh dari masjid yang
ada di kompleks, yang tadinya saya pikir baru azan pertama, sehingga
ketika Kur membangunkan saya untuk salat saya masih tidur-tidur ayam
saja. Saya buru-buru bangun untuk berwudhuk dan bergabung ketika saya
dengar Pak Ustadz mengimami jemaah yang salat di luar. Tetapi saya tidak
bisa keluar karena Pak Ustadz salat tepat di dekat pintu keluar.
Ternyata saya harus menunggu cukup lama karena doa Pak Ustadz yang
dijaharkannya dan diamin-aminkan oleh para jemaah ternyata panjang
banget.

Ketika hendak keluar saya bertemu dengan Pak Radjikin yang baru kembali
salat subuh di masjid  yang memberitahukan, kalau saya mau mandi
sebaiknya di toilet yang terletak di depan masjid yang lebih bersih.

Di Jedah ada beberapa obyek ziarah yaitu kuburan Siti Hawa yang
panjangnya 8 meter, Sepeda “Bani Adam” 1], masjid Qisas (masjid tempat
diberlakukannya qisas atau hukuman mati bagi para pembunuh yang tidak
dimaafkan oleh keluarga korban) dan pantai Laut Merah, yang bisa
dikunjungi dengan bus “shuttle” yang juga lewat di depan Asrama
Embarkasi. Penumpang setelah membayar bisa turun di salah satu obyek
ziarah dan setelah selesai naik bus lain ke obyek ziarah yang lain
dengan kembali membayar.

Kur mula-mula mengatakan ingin pergi ziarah bersama-sama robongan Bu
Juminem tetapi kemudian bilang ingin istirahat, yang saya amini saja,
karena juga lebih ingin beristirahat. Berbeda dengan ketika masih berada
di Mekah dan Madinah, hatta ketika masih sakit, saat itu capek badan
mulai terasa, sehingga terbersit dalam pikiran saya  saya bahwa
mengingat usia dan kesehatan, ibadah haji ini adalah yang pertama dan
sekaligus terakhir buat saya. Saat itu kerinduan kepada rumah mulai
terasa. Padahal sejak pertama kali menginjakkan kaki di Terminal A
Bandara Sukarno-Hatta waktu hendak berangkat, pekerjaan, rumah dan juga
anak-anak jarang sekali teringat, kecuali ketika berdoa untuk mereka.

Selesai mandi dan sarapan saya keluar dan berjalan-jalan di sekitar
Asrama. Namun ketika hendak keluar dari gerbang, askar yang menjaga di
sana tidak memperbolehkannya. Rupanya yang diperbolehkan jika
berombongan.

Ketika Azan salat Jumat yang pertama terdengar, saya masih
bermalas-malasan di dipan saya dan baru akan berangkat menjelang azan
yang kedua karena masjidnya toh masih di dalam kompleks. “Nanti tidak
dapat tempat”, kata Pak Erman yang sudah siap-siap untuk pergi. Saya
pikir benar juga, dan ikut rombongan teman-teman, sehingga ketika sampai
di masjid saya sempat membaca dan menyelesaikan Surrah Yasin dengan
tartil sampai Azan kedua dikumandangkan (saya tidak bisa dan terbiasa
membaca Yasin dengan “ngebut” seperti yang biasa dilakukan sebagian
orang).

Ketika hendak makan siang Kur keluar untuk membeli bakso pakai sambal
yang pedas yang sudah lama dipengeninya dan sate ayam buat saya di depot
makanan terbesar di kompleks tersebut. Pulangnya Kur hanya membawa bakso
yang harganya di sana 10 real karena sate ayam baru dijual setelah jam 5
petang.

Kur yang tadinya tidak berminat untuk berziarah, sekarang 

[RantauNet.Com] Catatan Perjalanan Haji (27) --- Tepat Jam 4.20 pagi, Boeing 747 Garuda Menjejakkan Rodanya di Landasan Pacu Bandara Soekarno-Hatta

2003-06-06 Terurut Topik Darwin Bahar
Sabtu 15 Maret, Siang

Jam setengah sebelas lebih sedikit rombongan kami tiba di Terminal Haji
Bandara  King Abdul Azis. Setelah barang-barang bawaan kami diturunkan,
kami memasuki bangsal besar dengan atap berarsitektur tenda,  seperti
tempat kami berkumpul ketika baru tiba dari tanah air, dan berkumpul
per  kafilah di atas “kapling” masing-masing. Saya menenteng handbag dan
tas plastik, sedangkan Kur membawa dua buah tas dengan roda bagasi. Saya
sempat membantu Pak Masdoeki turun dari bus dan beliau terlhat
berterima kasih sekali.

Ketika hendak masuk, seorang petugas haji Indonesia menyambut kami
sembari berkata: “Ini tamu-tamu yang harus dilayani dengan baik nich”.

Tidak lama kemudian kami mendapat pembagian konsumsi dan air Zam-Zam
dalam jerigen 5 liter dari Garuda Indonesia.

Kami melihat beberapa petugas haji Indonesia, namun tidak jelas apa
fungsi mereka. Malah ada yang menjajakan buku dan membeli uang real
jemaah yang masih tersisa dengan rupiah. Kur menukarkan kepadanya
beberapa puluh real uang kami yang masih tersisa, kecuali satu lembar
pecahan 5 real untuk kenang-kenangan dengan nilai tukar Rp 2.300 per
satu real. Lumayan, ketimbang repot-repot ke money changer.

Setelah makan dan beristirahat selama lebih dari satu jam, kafilah kami
diminta berbaris dan berjalan menuju ruang pemerikasaan imigrasi dan
ruang tunggu jemaah haji Indonesia yang pintu masuk jemaah perempuan dan
laki-laki dipisah. Ketika itu beban saya bertambah dengan satu jerigen
air Zam-Zam. Sedangkan tas plastik yang berisi mainan oleh-oleh untuk
cucu-cucu kami dibantu Bu Juminem membawakannya.

Di depan pintu kami diminta antri, dan askar yang menjaga mulai menyuruh
jemaah perempuan masuk lima-lima. Pergerakannya terasa lambat karena
para askar yang menjaga terlihat agak lelet dan kerja suka-suka.

Beberapa jemaah yang melihat saya mempersilakan saya untuk antri di
depan, tetapi karena merasa tidak perlu diistimewakan, saya tolak dengan
baik.

Tidak lama terdengar azan Dhuhur. Mula-mula saya ragu apa mau salat dulu
atau nanti saja di ruang tunggu, tetapi kemudian saya meninggalkan
antrian, mengambil wudhuk di sebuah toilet di dekat Outlet Pepsi Cola,
dan kemudian mencari tempat salat. Kebetulan saya menemukan tempat salat
orang-orang Pakistan.

Selesai salat saya sempat agak kebingungan karena kehilangan orientasi,
tetapi akhirnya bisa menemukan antrian kafilah kami. Ketika saya sampai
beberapa orang jemaah laki-laki sudah ada yang masuk. Seorang jemaah
kembali menganjurkan saya ke depan, dan kembali saya bilang tak usah.

Pemeriksaan paspor lancar-lancar saja, hanya ya itu, gerakan jemaah
kadang-kadang tersendat-sendat. Ketika hendak sampai ke tempat
pemeriksaan barang saya melihat ban berjalan yang membawa air Zam-Zam
dalam berbagai wadah, yang oleh petugas Garuda diminta untuk dibagasikan
saja. Sebenarnya soal barang bawaan ke kabin Garuda lebih “bertoleransi”
dari pada “Saudia”. Ya, karena bertoleransi itu sehingga rak bagasi yang
di atas tempat duduk tidak dapat menampung semua barang bawaan
penumpang. Karena itu saya berfikir bagaimana caranya agar cepat masuk
dan menaruh barang-barang bawaan kami ke rak bagasi di atas tempat duduk
kami.

Selesai pemeriksaan kartu kesehatan, paspor dan bagasi kloter kami
berkumpul di ruang keberangkatan yang mirip bangsal dan tempat duduknya
tidak cukup bagi seluruh anggota kloter sehingga ada yang berdiri.

Ketika menunggu itu ada yang menjajakan teh susu panas, saya ingin
sekali tetapi sayang uang realan kami sudah habis kecuali pecahan 5 real
yang akan saya jadikan kenang-kenangan. Mau meminjam sama teman malu
juga. Tetapi tiba-tiba Kur menyuguhkan satu pot teh susu. “Ditraktir
Mbak Dewi”, katanya. Alhamdulillah.

Satu jam menjelang keberangkatan kami dipersilakan untuk boarding, namun
entah kenapa jemaah perempuan disuruh boarding lebih dulu, sehingga saya
dan Kur terpaksa berpisah. Begitu diperbolehkan masuk saya berjalan
dengan mendudu, sehingga Pak Yogas yang dengan agak bersusah payah
membawa barang-barang bawaan saya lewati saja tanpa saya sapa. Yang
terpikir di dalam benak saya ialah bagaimana segera sampai ke tempat
duduk dan menaruh handbag saya di atas rak bagasi.

Dan tak lama kemudian saya langsung mendapat ganjaran.

Begitu masuk ke dalam pesawat dan hendak menuju tempat duduk seperti
waktu berangkat dulu saya kaget, lho kok lain. Kemudian saya sadar bahwa
ini adalah Boeing 747 tipe 400 yang kapasitas dan lay-outnya agak
berbeda dengan tipe 200 yang kami gunakan pada penerbangan Jakarta-Jedah
2]. Tetapi kesadaran itu tidak membuat saya mudah menemukan tempat duduk
yang pada penerbangan haji, didasarkan kepada nomor urut dari depan itu.
Setelah berputar-putar kebingungan, ya, Darwin Bahar pemegang GFF Card,
berputar-putar kebingungan sembari menenteng handbag dan satu jerigen
air Zam-Zam dan hampir sepuluh menit baru berhasil menemukan nomer
tempat duduknya di pesawat!

Kur mengatakan dia melihat saya tetapi ketika dia hendak memanggil, saya
sudah menghilang ke depan

[RantauNet.Com] Catatan Perjalanan Haji (23) --- Setelah Saya kembali Menjadi Saya

2003-06-01 Terurut Topik Darwin Bahar

Selasa 11 Maret, Arbain Hari Ketujuh

Setelah enam hari berturut-turut membaca Al Qur’an sebelum Dhuhur dan
sesudah Ashar, kecuali Sabtu dan Senin kemarin suara dan kondisi saya
mengalami pemulihan dengan kecepatan yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Dalam dua hari terakhir ini saya mulai tidak merasakan kesukaran
menghabiskan nasi boks yang dari katering dan dapat minum air dengan
lancar. Berjalan tanpa payung di bawah terik mataharipun sudah mulai
saya coba sedikit-sedikit. Sewaktu-waktu saya memang masih mengalami
sesak napas, yang langsung saya atasi dengan menghirup Atroven inhaler.

Sebagaimana direncanakan, jam 7 pagi sekembalinya dari salat subuh
kafilah kami sudah siap di atas bus-bus yang akan mengunjungi beberapa
tempat lagi di sekitar Madinah, yaitu pabrik kurma, kunjungan yang
sangat disukai kaum Ibu, Zulhulaifah atau Bir Ali, miqat atau tempat
miqat jemaah haji dan umrah jemaah yang bermukim di atau datang dari
arah Madinah dan Percetakan Al Qur’an terbesar di Dunia. Kegiatan itu
dipandu oleh Ustadz Pembimbing kami, Ikut juga  bersama kami Ustadz Azis
yang jenaka dan dengan humor-humor segarnya yang rupanya sudah dikenal
baik oleh sebagian besar jemaah.

Di pabrik (makanan berbahan) Kurma, kafilah kami menghabiskan waktu
hampir satu jam. Kur  masih membeli beberapa produk kurma untuk
oleh-oleh. Yang untuk disuguhkan kepada tamu yang berkunjung setelah
kami sampai di rumah nanti di beli Iben, anak kami tertua, di Pasar
Tanah Abang.

Dari sana kami menuju Zulhulaifah atau yang disebut juga Bir Ali karena
di sana ada sumur yang menurut riwayat ditemukan oleh Ali bin Abi
Thalib, r.a.. Tempat miqat tersebut berupa masjid yang cukup bagus, luas
dan bersih dan ditengah-tengahnya ada taman. Di sana ada papan
pemberitahuan dalam Bahasa Inggris mengenai tata cara ibadah haji.
Setelah melakukan salat Tahiyatul Masjid kami berkumpul di pelataran
masjid. Pertama tama Pak Ustadz memberitahukan dan menyatakan
belasungkawa atas meninggalnya keluarga dua orang jemaah kafilah kami di
tanah air. Namun sesuatu yang tidak saya duga---dan sejujurnya saya
ikuti dengan perasaan sebal---ialah ketika Pak Ustadz melanjutkannya
dengan melakukan pembacaan tahlilan yang memakan waktu hampir satu jam.
Hal itu bukan karena orang Minang saya lalu anti upacara tahlilan,
tetapi karena saya pikir acara itu dilakukan bukan pada tempat dan waktu
yang tepat. Acara kemudian dilanjutkan dengan ceramah singkat, padat dan
memikat dari Ustadz Iskan dan foto bersama. Di luar masjid banyak PKL
yang menjual berbagai macam barang dan Kur membelikan saya sendal jepit
baru, kedua kalinya selama di Tanah Suci, seharga 5 real (sama dengan
harga payung).

Kami tiba di Percetakan Al Qur’an sudah jam sepuluh lewat. Yang akan
masuk ke dalam hanya jemaah laki-laki, sementara jemaah perempuan
diminta  menunggu di showroom. Tetapi karena masih harus menunggu
kamipun akhirnya masuk ke showroom. Di sana dipamerkan beberapa jenis Al
Qur’an produksi percetakan tersebut, antara lain edisi lux seharga 200
real. Ketika saya duduk-duduk di tembok fondasi rak pameran tersebut
masuk serombongan siswa setempat. Mereka memotret saya dengan kamera
video yang dibawanya dan bercakap-cakap dalam Bahasa Arab dengan Ustadz
Azis. Kur membeli 2 buah Al Qur’an ukuran standar untuk disumbangkan ke
Masjid Nabawi 1], Al Qur’an dan Terjemahan terbitan Departemen Agama RI
yang dicetak di sana, Juz Amma dan Surrah Yasin yang hurufnya
besar-besar.

Kami baru diterima melakukan peninjauan ke dalam setelah jam setengah
sebelas, dan hal ini membuat gelisah sebagian jemaah, termasuk saya,
yang khawatir kalau kami terlambat sampai di Masjid Nabawi untuk
melakukan salat Dhuhur.

Acara peninjauannya sendiri cukup menarik. Kepada kami dijelaskan dalam
Bahasa Inggris proses pencetakan Al Qur’an sejak penyiapan naskahnya
yang rupanya ditulis tangan oleh para Ulama-Ulama Ahli Al Qur’an.

Kafilah kami baru meningglkan kompleks tersebut  jam 11 lewat. Syukur
Alhamdulillah perjalanan kembali ke pemondokan lancar sehingga jam 11.30
kami sudah sampai. Setelah berwudhuk kami langsung berangkat ke masjid
dan saya masih sempat membaca Al Qur’an sebanyak 5 halaman sampai waktu
Dhuhur tiba.

Karena saya denagr sehabis Dhuhur pengunjung Raudah tidak begitu
berjubel saya kembali ke Raudah, dan benar saja, sehingga saya bisa
melakukan salat sunat dan kemudian berdoa dengan lebih tenang dan
leluasa.

Hari itu saya hanya membawa air kemasan biasa, karena pada hari-hari
sebelum ini setiap minum air Zam-Zam saya selalu batuk-batuk. Ketika
saya minum terasa “ringan” dan kurang nyaman. Kemudian saya memasukkan
air Zam-Zam yang saya ambil dari gentong yang ada di masjid ke dalam
botolnya. Kombinasi ini ternyata lebih enakan ketika diminum.

Sehabis salat Ashar kami kembali makan di RM di basement hotel Jazeera.
Sebelum keluar dari masjid saya sempat memberi tahu dengan berbisik
kepada seorang jemaah haji Indonesia berpakaian parlente yang saya lihat
melakukan salat sunat sesudah salat Ashar, bahwa tidak 

[RantauNet.Com] Catatan Perjalanan Haji (21) --- Allah Tidak Menghendaki Kesukaran, Tetapi Kemudahan

2003-06-01 Terurut Topik Darwin Bahar
Sabtu 8 Maret, Arbain hari ke empat.

Ketika kami berangkat untuk melaksanakan salat subuh,  Madinah dingin
sekali dan berangin, sehingga ketika baru menjejakan kaki keluar pintu,
saya balik lagi ke kamar mengambil jas guna melapisi sweater wol yang
saya kenakan.

Pengalaman dua hari belakangan ini menunjukkan, saat-saat sesudah salat
subuh adalah waktu yang saat khusuk untuk berdoa dan berzikir.
Sebagaimana halnya di Masjidil Haram, setiap habis salat fardhu, Imam
masjid hanya memimpin salat  jenazah jemaah haji yang wafat di Madinah.
Tidak ada do’a atau wirid-wirid “terpimpin” seperti yang ditemui di
sebagian besar masjid-masjid di tanah air.

Sekembali dari salat subuh, kami tidak lupa membeli teh susu hangat dari
“si Arab”, dan harus  hati-hati memegang gelas kertasnya agar tidak
tumpah ketika hendak naik ke lantai kami dengan menggunakan lift “jaman
baheula” yang jalannya bergoyang-goyang dan pintunya membuka ke luar
seperti pintu kamar yang menutup dan membukanya didorong dan ditarik
pakai tangan.

Setelah itu seperti hari-hari kemarennya saya  tidur satu atau dua jam,
karena malam saya agak susah tidur. Di kamar kami terdapat empat dipan,
tiga diantaranya berjejer ke samping yang ditempati oleh saya, Kur dan
Bu Juminem, dan satu lagi melintang mepet ke dinding yang ditempati oleh
Pak Tukiman. Kami tidur dengan kepala yang berlawanan arah dengan dipan
Pak Tukiman. Kur yang di rumah jarang tidur pakai selimut, kalau tidur
hampir selalu miring ke kiri atau ke kanan. Karena itu kalau berbalik
selimutnya sering terbuka, sehingga walaupun selalu tidur berpakaian
rapat, bentuk tubuhnya kelihatan. Hal itu tampaknya membuat Pak Tukiman
risih, sehingga kalau terbangun, Pak Tukiman yang sejak masih di Mekah
dulu rajin bertahjud, langsung keluar dan sehabis salat tidak kembali
lagi ke kamar  atau tidur di luar sampai  kami semua bangun.dan keluar
kamar.

Sebuah sikap Muslim sejati!

Karena itu malam sebelumnya ketika hendak tidur,  Kur saya minta untuk
mengubah arah tidurnya, kepalanya ke arah Pak Tukiman. Lalu setiap saya
saya terbangun dan jika melihat selimut Kur tersingkap, segera saya
rapihkan kembali.

Tinggal, beraktivitas dan berinteraksi dengan intensif untuk jangka
waktu yang relatif panjang bersama jemaah yang mempunyai berbagai
karakter dan kebiasaan yang berbeda dan baru saling kenal, yang kalau
tidak dihadapi dengan sikap dewasa bisa menimbulkan masalah atau
kesalahpahaman. Kesalahpahaman itu pulalah yang menyebabkan hubungan Kur
dengan Bu Juminen sempat agak tegang dua hari yang lalu. Pasalnya Kur
tidak “happy” waktu Bu Juminem mengatakan: “Bu Kurniah mah enak, begitu
sampai di tempat  tidur langsung mendengkur”. “Memangnya dia tahu kalau
dia tidur juga mendengkur”, ujar Kur sewot ketika menceritakan hal itu
kepada saya, yang langsung saya tanggapi agar dia mengahadapi hal itu
dengan lapang dada, yang saya teruskan dengan ucapan yang berbau klise,
“Ingat, kita datang kesini untuk beribadah”.  Dan saya gembira ketika
kemarin malam Kur sudah biasa kembali.

Ketika terbangun tidur sekembalinya dari masjid pagi itu, saya menemukan
sebuah payung berwarna menarik di samping saya, yang rupanya berasal
dari Pak Andi. Dengan demikian kami mempunyai dua buah payung, karena
kemarin Kur menemukan tempat orang menjual payung dan membeli sebuah
payung berwrna putih buatan Jepang seharga 5 real. Ketika Kur menemui
Pak Andi untuk mengganti uangnya, Pak Andi tidak mau menerimanya. Ah,
Pak Andi.

Setelah selesai mandi, seperti biasa kami beriung di ruang serba guna.
Pagi itu kami membicarakan usulan beberapa orang jemaah agar langganan
katering dan uang dikembalikan, karena pengirimannya yang tidak tepat
waktu. Kami memutuskan untuk tetap menggunakan katering, karena repot
kalau harus setiap kali harus membeli makan, walaupun bagi saya dan Kur
nasi boks yang dikirim siang, kecuali buah dan air kemasan tidak
termakan, karena kami tidak pulang dan makan di dekat masjid. Menurut
saya makanan yang dari katering itu rasanya lumayan, karena selalu ada
sambal. Hanya lalapannya hampir selalu mentimun dan kol mentah, yang
cenderung menghasilkan gas di dalam lambung yang memudahkan batalnya
wudhuk ketika di masjid. Ketika di tegaskan oleh Pak Ketua Kafilah bahwa
kita tidak bisa membatalkan perjanjian begitu saja ditengah jalan,
walaupun tetap ada yang “ngerundel”,  akhirnya langganan katering
diteruskan.

Ketika kembali ke masjid untuk melakukan salat dhuhur, saya langsung
mencari tempat kesukaan saya di bagian belakang yang beralaskan
permadani di belakang kaki pilar yang berbentuk segi empat. Dari sana
dekat ke rak Al Qur’an dan rak sendal yang bernomor, sehingga kalau saya
terpaksa ke toilet atau hendak memperbarui wudhuk saya mudah mencari
sajadah yang saya tinggalkan di sana.  Beristirahat sambil tidur-tiduran
juga enak di sana karena kepala tidak akan dilangkah-langkahi orang.

Saya hanya memperbarui wudhuk kalau wudhuk saya batal setelah buang air
kecil. Kalau batal karena “buang angin” saya biarkan saja dulu. Malah

[RantauNet.Com] Catatan Perjalanan Haji (24) --- Menangis Menyusuri Halaman Belakang dan Samping Masjid

2003-06-01 Terurut Topik Darwin Bahar
Kamis, 13 Maret, Subuh

Salat subuh pagi itu adalah rangkaian terakhir dari Arbain yang kami
mulai sejak hari Rabu siang pekan lalu, dan sekaligus merupakan
kesempatan terakhir beribadah di masjid yang sangat bersejarah, anggun
dan indah itu. Salat dhuhur akan kami lakukan di pemondokan, dan siang
nanti kami akan berangkat ke Jedah dan lusa akan kembali ke tanah air.

Ini adalah salat kami yang terakhir di Masjid Nabawi, Azan yang terakhir
dan Qiraat Imam Masjid yang begitu indah dan jernih dalam menjaharkan
Suratul Fatihah dan membaca surah atau ayat-ayat setelah Suratul Fatihah
yang saya dengar. Dan saya  berusaha untuk  sepenuhnya salat dengan
khusuk.

Begitu Imam mengucapkan salam, saya langsung melakukan sujud syukur
dengan air mata berlinang.

“Ya Allah, begitu besar kasih sayang dan karuniaMU. Sudah kulewati
hari-hari yang berat dengan selamat dengan tangan dan kakiku yang lemah
ini. Sekarang aku sudah bisa berdiri dengan tegak dan tegar.”

Lalu terbayang ketika saya terbaring dengan setengah putus asa sembari
memegang botol berisi air Zam-Zam. Lalu pulihnya kesehatan saya dengan
kecepatan yang tidak terbayangkan sebelumnya dengan hanya dengan membaca
Al Qur’an, meminum air Zam-Zam dan sesekali menghirup inhaler manakala
sesak napas saya kembali datang, sehingga saya kembali menjadi “saya”,
dan tidak lagi saya yang “bukan saya” seperti yang saya rasakan sejak
selesai melakukan Tawaf Ifadhah.

“Maha Besar EngkauYa Allah, Segala puji bagiMu”.

Saya masih bersujud beberapa saat  dengan perasaan  campur aduk antara
rasya syukur, gembira  dan sedih.

Sedih dan duka, karena saat itu akan segera tiba..

Setelah membenahi sajadah dan perlengkapan lainnya, saya bangun dengan
perasaan berat dan berjalan dengan lunglai ke arah Raudah. Begitu
mendekati makam Rasullulah, air mata saya mulai tak terbendung.

“Ya Nabi, salaamua’laika……”

“Selawat bagimu wahai Mustafa, wahai Junjungan……”

Sembari mengeringkan air mata, saya bergabung dengan jemaah yang berdoa
di Raudah sambil mendekat ke Mihrab Nabi 1], dan dengan sabar menunggu
di belakang beberapa jemaah yang sedang salat di sana. Begitu mereka
selesai, ada yang mengusap-usap mihrab dengan tangannya, saya langsung
salat dua rakaat tepat di mihrab tempat Al Mustafa dulu menjadi imam
salat,  setuman’ninah mungkin.

Selesai salam, saya  kembali berdoa dan beristighfar…..

Sa’at itu telah tiba. Dengan perasaan yang tak terlukiskan saya
bergabung dengan jemaah yang bergerak pelan menuju pintu ke luar.

Begitu keluar dari pintu Raudah, tangis saya tidak tertahankan lagi…

Saya lalu menangis  tersedu-sedu,  tidak tertahankan, menyusuri halaman
belakang dan samping timur masjid, sembari sesekali menoleh ke arah
masjid.

Masjid yang sangat indah, yang  dalam delapan hari delapan malam
terakhir ini menjadi rumah yang  sangat ramah, tempat yang sangat betah
untuk beribadah, rumah yang menerima diri saya untuk merebahkan diri
jikala lelah

Tidak akan ada lagi saat-saat bergairah  membaca kalam Allah sambil
menunggu azan zuhur dan magrib, dan mencatat sudah sampai halaman berapa
yang saya baca hari ini.

Lewat sudah kesempatan untuk mencari tempat yang hangat kalau udara
Madinah terasa begitu dingin, atau mencari tempat yang sejuk kalau hawa
di luar terlalu panas untuk tidur dan tidur-tiduran. Atau terbirit-birit
ke tempat wuduk, karena begitu terbangun, waktu salat sudah hampir
masuk. Dan tidak sabar, karena di setiap pintu toilet ada orang yang
antri.

Tidak akan ada lagi hari-hari kami berdua bergandengan tangan pergi dan
pulang dari masjid sembari menyeruput teh susu panas dan saling tunggu
di depan toko perhiasan Medina. Atau sesekali saling melepaskan tangan
dan diam-diaman.

Saya terus menangis tersedu-sedu sembari sesekali menoleh ke arah
masjid.

Tidak akan ada lagi saudara seiman yang dengan tulus menyodorkan kain
sarungnya yang putih bersih dengan kotak-kotak garis hitam tipis untuk
saya jadikan bantal. Tidak ada lagi kesempatan memandang langit biru
lewat kisi-kisi atap fiberglass berarsitektur tenda, dengan perasaan
yang sangat bening, lega dan damai yang belum pernah saya alami
sebelumnya.

Tidak ada lagi panggilan azan yang begitu indah dan menggetarkan, tidak
ada lagi suara imam yang yang berat dan jernih yang  begitu memukau
dalam menjaharkan bacaan salat  dan mengikat hati dan pikiran untuk
salat dengan khusuk.

Saya terus menangis sembari berjalan menyusuri halaman samping timur
masjid, dan baru berhasil menghentikan tangis saya setelah mendekati
pintu pagar depan.

Lalu menoleh sekali lagi ke arah masjid, dan menyeka air mata saya.

Selamat tinggal kenangan yang tidak akan pernah terlupakan…..

Selamat tinggal peristiwa-peristiwa indah yang tidak akan terulang
lagi…..

Saya keluar pagar, bebelok ke kanan dan kemudian berbelok kekiri, dan
berjalan lunglai dan murung ke utara kota, ke arah pemondokan kami di
Doha.

Berjalan sendiri, dengan duka tidak terkatakan.


(bersambung)

Salam, Darwin

1] Ketika Nabi membangun masjidnya, mihrab, atau tempat imam 

Re: [RantauNet.Com] Undangan dari Z Chaniago

2003-06-01 Terurut Topik Darwin Bahar
Selamat Menempuh Hidup Baru buat Nakanda Z. Caniago dan Calon Anak Daro

Semoga Nakanda berdua berhasil membentuk keluaga sakinah dan senantiasa
dalam lindungan dan naungan kasih sayang Allah SWT.

Amin Ya Rabul Alamin

Wassalam, Bandaro Kayo  (59) dan Keluarga

Depok

rudi antono wrote:

 Kami sekeluarga mengucapkan selamat menempuh hidup
 yang baru untuak sanak zahendri, semoga tercipta
 keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah, Amiin.

 Alhamdulillah, undangan sudah kami terima siang tadi
 dan Insya Allah kami akan menghadiri walimah sanak
 Zahendri yg dari ketek sikola di tk sampai sma di
 maninjau samo-samo jo ambo.

 Ambo juo punyo usul untuak milist rantau iko, kok
 kedepannyo, kalau ado sanak kito nan punyo alek,
 andaknyo ado perwakilan nan ikuik hadir, bia tacipta
 ikatan kekeluargaan nan kuaik.

 Wassalam
 Rudi.Batam.29

 --- [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
  Kami ucap kan juga: selamat menempuh hidup baru dan
  berada dalam Lindungan dan Rahmat Nya.
 
  Dino.Myanmar.32

 __
 Do you Yahoo!?
 Yahoo! Calendar - Free online calendar with sync to Outlook(TM).
 http://calendar.yahoo.com

 RantauNet http://www.rantaunet.com
 Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
 ---

 Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
 http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
 ===


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] Catatan Perjalanan Haji

2003-06-01 Terurut Topik Darwin Bahar
Nakanda Yon, Alah Mamak kirimkan

Wassalam, Bandaro Kayo

Yon Hendri Z. wrote:

 Mamak  dunsanak ambo,
 Minta tolong ka Mamak atau dunsanak RantauNet, untuak mangirimkan catatan
 Perjalanan haji Mak Darwin Bahar yang No.1.
 Antah kama loh painyo ilang dalam file mbo, Yo rancak bana catatan Mak
 Darwin ko, ndak bara urang nan bisa mambuek catatan saroman ko jalehnyo
 sahinggonyo banyak bana palajaran nan bisa diambiak dari tulisan baliau
 ntun. Tarimokasih banyak,

 Wassalam,
 Yon H.

 RantauNet http://www.rantaunet.com
 Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
 ---

 Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
 http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
 ===


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
---

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===


Re: [RantauNet.Com] KOTO

2003-04-04 Terurut Topik Darwin Bahar
X Koto - Tanah data

Madahar wrote:

 Koto Baru - Tanah data
 Koto Baru - Baso
 Koto Baru - Banuhampu
 Kapalo Koto - Sungai Pua
 Ampek Koto - Agam
 Koto Tuo - Ampek Koto
 Koto Tuo - Tanah Data
 Koto Ilalang - Payokumbuah

 -Original Message-
 From: Devy Endry [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Friday, April 04, 2003 2:10 PM
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [RantauNet.Com] KOTO

 Koto marapak (iv Angkek)
 Koto tuo (Iv Angkek)

 - Original Message -
 From: FST-IAMS-Elect [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Friday, April 04, 2003 2:04 PM
 Subject: KOTO ( RE: [RantauNet.Com] Nagari Padang )

 
 
  Kok lah barubah isi, eloklah dirubah pulo Subjectno.
  Kok lai buliah mamintak, mamintak kito kpd Erwin untuak ma-compile
  nagari KOTO ...  ko.
 
  Wass
  mak 'Ndaro
  ~
 
  -Original Message-
  From: Drafles [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 
  Koto marapak ( di Padang )
  Kapalo Koto ( di Pariaman )
  Tujuah Koto ( di Pariaman )
 
  Martoni [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Koto Batu  ( di Lubas )
 
  Sasudah Padang, ambo mausulkan dengan Nagari KOTO, dan
  arti dari koto tu apo
  ?, kok buliah dilewakan pulo di palantako.
1. Koto Tuo (di Padang Panjang)
2. koto baru (solok)
3. koto tangah (solok)
4. koto anau (solok)
 
 
 
 
 
 
 
  ===
  Malas antri buat mendapatkan print-out tagihan telepon ? Klik aja
  http://billinfo2.plasa.com
  Gratis Perpanjangan dan Pendaftaran Nama Domain http://idc.plasa.com
 khusus
  di bulan Maret !
 
 
  ===
 
  RantauNet http://www.rantaunet.com
  Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
  ===
  Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
  anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.
 
  Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di:
  http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
  ===
 
  RantauNet http://www.rantaunet.com
  Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
  ===
  Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
  anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.
 
  Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di:
  http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
  ===
 
  RantauNet http://www.rantaunet.com
  Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
  ===
  Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
  anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.
 
  Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di:
 http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
  ===
 

 RantauNet http://www.rantaunet.com
 Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
 ===
 Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
 anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

 Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di:
 http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
 ===

 RantauNet http://www.rantaunet.com
 Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
 ===
 Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
 anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

 Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
 http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
 ===



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===


[RantauNet.Com] Catatan Perjalanan Haji (2) --- Melintasi Miqat

2003-04-02 Terurut Topik Darwin Bahar
Selasa 4 Maret

Saya tertidur tidak lama setelah bus yang membawa rombongan kami dari
Asrama Haji Pondok Gede 1] memasuki jalan tol Sedyatmo. Saya memang agak
letih, karena setengah jam menjelang keberangkatan ke Asrama Haji sehari
sebelumnya, masih “berkutat” dengan laptop saya untuk menyelesaikan
bahan-bahan yang akan saya emailkan ke rekan-rekan saya yang mulai hari
itu mengadakan rapat regional bulanan dan workshop selama sepekan di
Kuta, Bali.

Saya terbangun ke tika bus sudah memasuki kompleks Bandara Udara
Sukarno-Hatta. dari belakang melintasi apron menuju Terminal A yang
selama musim haji digunakan sebagai Terminal Haji Embarkasi Jakarta dan
Jawa Barat. Bus berhenti dan menurunkan kami di pintu kedatangan,
sehingga dengan hanya menaiki sebuah tangga kami sudah sampai di pintu
ruang tunggu keberangkatan. Satu-satunya pemeriksaan yang kami jalani
sebelum memasuki ruang tunggu hanyalah pemerikasaan barang bawaan kami,
yaitu  tas tangan---yang antara lain berisi pakaian ihram yang akan
dikenakan jemaah di Bandara  King Abdul Azis, Jedah 2]---dan tas paspor
dengan peralatan Sinar X.. Pemerikasaan paspor dan pemotongan boarding
pass sudah dilakukan sebelumnya  di atas bus, tidak lama sesudah bus
meninggalkan Asrama Haji. Sedangkan penimbangan dan pembagasian koper
pakaian diurus sepenuhnya oleh Yayasan. Benda tajam yang terdeksi,
termasuk gunting dan pisau lipat, langsung disuruh dikeluarkan dan
ditahan. Kami memasuki ruang tunggu sekitar jam 5.30 petang, dua
setengah jam menjelang keberangkatan.

Sebagai seorang yang sejak 1984 sering bepergian dengan pesawat terbang
karena tugas, ruang tunggu Terminal A tidak asing bagi saya, terutama
ketika perusahan penerbangan Sempati milik Tommy Suharto sedang
jaya-jayanya. Tetapi petang itu saya seperti berada di tempat lain.
Tepat jam 8.00 malam, Boeing 747-200 Garuda yang akan membawa lebih
kurang 460 jemaah Kloter 61 DKI Jakarta---termasuk kafilah kami---ke
Jedah mulai bergerak, take-off dan membubung tinggi membelah angkasa
malam. Sepanjang penerbangan kembali perasaan aneh sewaktu-waktu
menyelimuti diri saya, seakan-akan kami sedang terbang ke suatu tempat
yang tidak berada di alam nyata.

Kami tiba di Bandara  King Abdul Azis, Jedah jam 2 dinihari waktu
setempat sesuai dengan jadwal (terdapat perbedaan waktu 4 jam antara
Jakarta dan Jedah), setelah terbang selama hampir 10 jam. Pemerikasaan
badan, buku kesehatan, paspor dan bagasi di sini ternyata tidak
“seseram” informasi yang kami peroleh sebelumnya, meskipun cukup memakan
waktu karena harus antri. Bahkan koperpun tidak dibuka sama sekali,
sehingga kekhawatiran kami bahwa rendang dan teri belado yang ditaruh
Kur  di dalam koper akan ditemukan dan ditahan imigrasi Saudi---yang
konon suka “mengobrak abrik” koper jemaah---tidak jadi kenyataan.

Setelah seluruh pemeriksaan selesai kami masuk keruangan
istirahat---ruangan yang sangat luas tanpa kursi dengan atap tinggi
berarsitektur tenda, yang dikapling menurut negara masing-masing. Kami
beristirahat di atas permadani yang diperuntukkan bagi kafilah kami
sambil menunggu waktu subuh dan saat  berihram. Di sini kami mendapat
makanan dalam boks, air kemasan dan buah dari Panitia Haji Indonesia.
Sebenarnya Bandara  King Abdul Azis bukan tempat ideal untuk berihram,
karena memang tidak didesain untuk keperluan itu. Kamar mandi merangkap
WC tempat kami mengganti seragam kami dengan pakaian ihram 3], kurang
penerangan dan kurang bersih. Karena sudah melakukan mandi sunat ihram
ketika masih berada di Asrama Haji Pondok Gede, sebagian besar jemaah,
termasuk saya, hanya berwuduk untuk salat subuh dan salat sunat ihram.

Selesai salat sunat ihram kami dikumpulkan untuk melafazkan niat ihram
dipimpin oleh ustazd pembimbing. Sekalipun selama bimbingan manasik sang
ustazd  menekankan untuk melafazkan niat yang singkat saja:
“Labaikallahuma umratan”, tetapi mungkin karena “grogi” menyaksikan
kafilah lain melafazkan niat yang panjang, ikut-ikutan melafazkan niat
yang panjang yang tidak pernah saya hapal, sehingga giliran saya yang
“grogi”. Walhasil suasana di miqat terasa cair. Hal ini mungkin juga
disebabkan  sebelumnya saya terlalu hanyut kepada romantisme pemaknaan
intelektual Iran Ali Syariati terhadap miqat: “Di Miqat  apapun ras dan
sukumu, lepaskankanlah semua pakaian yang engkau kenakan sehari-hari
sebagai serigala (yang melambangkan kekejaman dan penindasan), tikus
(yang melambangkan kelicikan), anjing (yang melambangkan tipu daya),
atau domba (yang melambangkan penghambaan)” dan di bagian lain
dilanjutkannya “Di Miqat ia mengalami kematian dan kebangkitannya
kembali”. Sementara ustadz kami hanya mengulangi hal-hal yang tidak
boleh dilakukan selama berihram.

Tidak lama kemudian kami menuju pintu keluar untuk menaiki bus-bus yang
dikirim maktab, yang akan membawa kami ke kota suci Makkah al
Mukarramah.

Saat itu matahari sudah mulai naik.

(bersambung)

Salam, Darwin

1] Seluruh jemaah haji “biasa” diharuskankan menjalani karantina selama
lebih kurang 24 jam di 

[RantauNet.Com] Catatan Perjalanan Haji (1) --- Setelah Perasaan Letih Hilang….

2003-03-30 Terurut Topik Darwin Bahar
 “Barang siapa berhaji dan tidak mengerjakan jima’ *] dan tidak
 berbuat fasiq, maka diampunilah dosanya sebagaimana ia baru
 lahir dari kandungan ibunya”, Hadist Nabi SAW.

Saya tiba kembali di tanah air hari Minggu  pagi 16 Maret, setelah
berada di Tanah Suci selama 40 hari. Setiba di rumah rasa penat, letih
dan lelah yang mulai saya rasakan ketika kami beristirahat di Asrama
Embarkasi Haji Indonesia di Jeddah sehari sebelum kepulangan ke tanah
air, semakin tak tertahankan, apalagi sebagian besar dari 40 hari
keberadaan saya  di Tanah Suci saya jalani dalam keadaan sakit.. Karena
itu kecuali waktu makan dan salat,  sepanjang hari Minggu itu kerjaan
saya hanya tidur. Tamu yang datang tidak henti-hentinya, hanya ditemui
oleh isteri saya Kur, yang selama di Tanah Suci selalu sehat, walaupun
cukup capek karena selain melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan
dengan pelaksanaan ibadah dan sunah haji---dan sempat pula menkhatamkan
qur’an--- juga harus mengurusi dan merawat saya yang sakit. Bahkan Kur
yang menurut anak-anak perempuan kami lebih cantik sepulangnya dari
Tanah Suci, terlihat agak sedikit gemuk karena selama di sana selera
makannya selalu baik.

Ketika bangun keesokan harinya, perasaan letih yang saya bawa dari tanah
suci sudah mulai sirna.Tetapi begitu perasaan letih hilang, kerinduan
kepada tanah haram mulai terasa. Tidak saja hal-hal yang yang sangat
mengesankan, seperti saat-saat berada di Arafah, beribadah di Masjidil
Haram, dan melaksanakan arbain di Masjid Nabawi di Madinah, atau hal-hal
yang “sepele” seperti  saat-saat kami berdua berangkat dan pulang dari
Masjid Nabawi sambil berpegangan tangan---sesekali sembari diam-diaman,
nikmatnya satu pot kecil teh susu panas seharga satu real sepulang dari
salat subuh dan salat isya dan menyeruputnya sambil berjalan, tetapi
juga kegiatan-kegiatn peribadatan dan berbagai peristiwa yang ketika
dijalani dan dihadapi terasa berat, sekarang terasa indah belaka. Dan
kerinduan itu semakin lama semakin mengental. Tanpa terasa, air mata
saya jatuh berlinang membasahi pipi.

Perasaan rindu itu tidak hilang, bahkan setelah saya disibuki oleh
tugas-tugas kantor, setelah kembali masuk kerja  pada tanggal 19 Maret.
Kur bahkan sampai saat ini kalau terjaga tengah malam, sering heran
melihat saya tidur di sampingnya, atau kok tempat tidurnya lain, karena
merasa masih berada di maktab kami di Madinah.

(Setelah Kur menghubungi, beberapa teman sesama jemaah, ternyata mereka
juga mengalami hal yang sama)

Sekarang baru saya mengerti, walaupun ibadah haji secara fisik cukup
berat, bahkan kadang-kadang menderita sakit seperti yang saya alami,
memerlukan biaya yang tidak kecil serta harus meninggalkan keluarga
dalam waktu yang cukup lama, bagi kebanyakan orang, berhaji satu kali
seumur hidup, seperti yang disyariatkan agama**], dianggap tidak cukup.
Seorang rekan saya yang sudah berhaji dua kali, masing-masing dalam
tahun 1991 dan 1998,  sudah berancang-ancang untuk berhaji lagi.

Ibadah haji memang merupakan ibadah masal, malah sangat kolosal dalam
jumlah. yang dalam musim haji 1403 H ini diperkirakan mencapai 2,5 juta
orang. Tetapi seperti pada ibadah lainnya, pada ibadah haji hubungan
antara seorang hamba dengan Khaliqnya  sangat personal. Malahan dalam
ibadah Haji, hubungan itu sangat intensif.  Ganjaran terhadap niat,
ucapan  dan perbuatan baik atau buruk sering segera dapat terlihat.
Begitu pula kadang-kadang “rapor” seorang hamba, diperlihatkanNya dengan
cara-cara tak terduga. Karena itu para jemaah sering mengalami hal-hal
unik yang sering tidak dapat dijelaskan oleh akal.

Pada tulisan  berikutnya saya akan menulis beberapa pengalaman saya di
Tanah Suci---temasuk yang agak “unik-unik”---secara lebih rinci yang
saya peruntukkan bagi para sanak di palanta yang berminat. Bagi yang
tidak berminat atau tidak menyukai tulisan-tulisan semacam ini,
sebelumnya saya mohon maaf kalau postingan saya hanya memenuhi mailbox
serta membuang-buang pulsa Anda.

Salam, Darwin

*] Melakukan hubungan suami-isteri pada waktu-waktu terlarang, yaitu
pada saat berihram untuk umrah haji dan  dari sejak saat berihram haji
pada hari tarwiyah sampai bertahallul qubra. Bagi jemaah yang
melaksanakan haji tamattu, jumlahnya tidak lebih dari tujuh hari.

**] Rasulullah sendiri hanya berhaji sekali seumur hidupnya, yaitu
tidak lama sebelum beliau wafat pada Tahun Kesepuluh Hijriah. Karena itu
haji beliau itu juga disebut Haji Wada.



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===


[RantauNet.Com] Invasi AS ke Irak: Seruan Aa Gym untuk Bangsa Indonesia

2003-03-25 Terurut Topik Darwin Bahar
Invasi AS ke Irak telah menguras tenaga dan pikiran Bangsa Indonesia.
Tenaga dan pikiran itu harus memberi dampak positif bagi bangsa
Indonesia dengan cara memanfaatkan momen invasi AS untuk memperbaiki
diri.

- Bangun kesadaran betapa bahayanya tindak kekerasan, sehingga
masyarakat mempunyai visi yang sama untuk menghindari kekerasan di
negeri kita. Inilah momen untuk menyadari perlunya membangun negara
tanpa anarkis.

- Bangun “sense of crisis” di kalangan masyarakat. Invasi AS ke Irak
akan berdampak terjadinya krisis ekonomi lanjutan. Kita harus siap-siap
menghadapinya. Untuk itu, kita perlu berperilaku positif: mandiri.
Gunakan produk sendiri, berhemat dan tak menggunakan barang mewah.

- Bangun persatuan dengan isu kemanusiaan. Selama ini kita tak mempunyai
isu bersama untuk menggalang kebersamaan.

- Bangkitkan harga diri bangsa dengan inisiatif mengadakan diplomasi
ofensif di tingkat internasional. Dengan demikian diharapkan keberadaan
bangsa kita yang  sekarang ini minder bisa bangkit lagi untuk bisa lebih
percaya diri.

- Pemerintah perlu melakukan sosialisasi upaya-upaya ini. Dengan
demikian upaya kita mendukung perjuangan Irak tak hanya bermanfaat bagi
bangsa Irak, tetapi juga bermanfaat bagi bangsa Indonesia sendiri.

- Tentang sweeping, saya percaya tak mungkin orang Islam yang memehami
Islam secara baik berbuat zalim kepada orang lain, hanya karena warna
kulit, etnis, agama. Islam adalah agama yang sangat menjunjung keadilan,
bahkan terhadap musuh sekalipun. Jadi saya percaya tak akan terjadi
sweeping.

- Tentang pengiriman mujahid, saya  sangat menghormati dan menghargai
inisiatif itu, untuk amar ma’ruf nahi mungkar. Mungkin untuk
merealisasikan pemberangkatannya ke Irak akan mengalami banyak kendala
dan berbagai hal yang mungkin juga sudah dipertimbangkan dengan bijak
oleh saudara-suadara kita yang akan mengirimkan mujahid itu.

(Dikutip dari Republika, Rabu, 26 Maret 2003)




RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===


[RantauNet.Com] Mohon Bantuan Angku Miko

2003-01-26 Terurut Topik Darwin Bahar
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Angku Miko, Ambo minta bantuan untuk manyetop pengiriman RantauNet Daily
Digest Email melalui List Server, dek karano Ambo mangakses Rantau.Net
langsung di Web, dan ambo indak ka mambukak-bukak internet lebih kurang
45 hari. Jadi kok ambo taruih dikirimi Daily Digest, ambo khawatir
mailbox ambo bisa luber beko

Terima kasih jo salam,
Bandaro Kayo



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===



[RantauNet.Com] Di Ufuk Ada Fajar (Indonesia Tidak Akan Menyerah) 1/2

2002-12-07 Terurut Topik Darwin Bahar
  “Indonesia, my country right or wrong. If it is Wrong, make
 it Right. If it is Right, keep it Right “ (“Value” atau motto
 Milis “Apa Kabar” yang ditulis oleh Mas Dharmawan Ronodipuro).

Waktu adalah seperti anak panah yang meluncur dengan kecepatan dan
ketinggian konstan, menyusur langit, laut, gunung dan pepohonon; pagi,
siang dan malam, dan membawa purnama Ramadhan bergulir ke titik nadir.

Ini adalah Ramadhan yang berat bagi kapal besar yang bernama Indonesia
yang bocor di sana sini dan diterpa oleh parahara laut yang ganas,
dengan piston megap-megap---karena bahan bakar yang banyak dijarah di
sana sini oleh para pencoleng---memukul-mukul ruang pembakaran guna
menghasilkan energi yang diperlukan untuk memutar baling-baling guna
mendorong kapal  besar ini menuju pulau harapan.

Ledakan bom yang dilakukan para angkara  murka 12 Oktober 02 di Legian,
tidak saja meninggalkan luka kemanusiaan yang dalam, tetapi juga
menimbulkan kerusakan di ruang mesin dan meninggalkan lubang yang
menganga di lambung kapal, sehingga menyebabkan kapal Indonesia semakin
terseok-seok dan limbung.

“Indonesia belum menyerah!” pekik Majalah Tempo dalam edisinya
memperingati Hari Pahlawan 10 November yang lalu.

Indonesia belum menyerah, kapal besar, yang bocor di sana sini, kapal
besar yang sedang oleng diterpa prahara laut yang ganas memang belum
menyerah.

Tetapi apakah memang ada pilihan selain dari tidak menyerah?

Ledakan bom yang dilakukan para angkara  murka Tanggal  12 Oktober 02 di
Legian, memang telah  meninggalkan luka kemanusiaan yang dalam kepada
bangsa ini, dan menyebakan kapal Indonesia semakin limbung.

Tetapi luka kemanusiaan di republik tercinta ini jelas tidak hanya
Legian. Di Papua, Maluku, Poso dan---terutama---di Aceh, luka tersebut
masih menganga dan berdarah-darah.

(Menurut data yang dikumpulkan LBH Banda Aceh seperti yang dikutip
Kompas beberapa waktu yang, konflik bersenjata di NAD dalam satu tahun
terakhir ini telah menelan korban sebanyak 4.385 orang warga sipil. Dari
jumlah itu, 1.228 orang di antaranya meninggal dunia, 1.854 orang
mengalami penyiksaan, 330 orang penghilangan secara paksa, dan 973 orang
penangkapan dan penahanan sewenang-wenang. Dan manusia yang  4.385 jiwa
tersebut jelas tidak hanya sekedar angka! Mereka itu manusia Indonesia
seperti kita, tidak lebih dan tidak kurang. Mereka itu manusia-manusia
yang tidak berbeda dengan manusia-manusia yang kehidupannya tercerabut
secara paksa di WTC New York  oleh para angkara murka dalam tragedi 11
September tahun lalu. Mereka  manusia- manusia yang yang tidak berbeda
dengan dengan manusia-manusia yang kehidupannya tercerabut secara paksa
oleh para angkara murka dalam tragedi 12 Oktober lalu di Legian, Bali,
tidak lebih dan tidak kurang)

Setiap saya mengakses Web Milis “Apa Kabar”, mata saya selalu tertumbuk
kepada “values” atau motto yang ditulis Mas Dharmawan Ronodipuro yang
saya kutip di atas:  “Indonesia, my country right or wrong. If it is
Wrong, make it Right. If it is Right, keep it Right “. Sebuah motto
sederhana, tetapi kuat makna, dan merupakan sesuatu yang niscaya, kalau
kita ingin kapal besar yang bernama Indonesia ini tidak hanya sukses
bertahan untuk tidak menyerah terhadap gempuran prahara, tetapi juga
bisa melaju dengan kecepatan penuh menuju pulau harapan.

Persoalannya, sejauh mana kita---termasuk beliau-beliau yang berada di
anjungan Kapal Indonesia  yang bocor di sana sini, kapal besar yang
sedang limbung diterpa prahara---paham, ingin dan mampu menerjemahkan
ungkapan yang sederhana, tetapi kuat makna, dan merupakan sesuatu yang
niscaya itu dalam keseharian kita.

Faisal Basri, pakar dan pengamat ekonomi yang dikenal berintegritas
tinggi, berteriak-berteriak  tiap Senin di Harian Kompas mengenai
berbagai salah urus di Republik tercinta ini.

Tetapi Bung Faisal seperti berteriak di tengah Gurun Sahara!

Revrisond Baswir, pakar dan pengamat ekonomi lain yang juga dikenal
berintegritas tinggi, bahkan mendatangi dan berteriak-teriak di sejumlah
milis.

Tetapi Bung Sony juga seperti berteriak di tengah Gurun Sahara!

Padahal kita tahu tidak ada pilihan bagi Indonesia selain dari tidak
menyerah

Padahal kita tahu waktu adalah seperti anak panah yang meluncur dengan
kecepatan dan ketinggian konstan.

Padahal kita tahu---di atas segala-galanya---sejarah membuktikan bahwa
waktu tidak pernah mengenal kata maaf.

Sia-sia hutang tumbuh, cabar-cabar negeri (k)alah.

Mudah-mudahan duga-dugaan saya di atas salah

Ya, apalah awak ini.

Salam, Darwin



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===



[RantauNet.Com] Di Ufuk Ada Fajar (Indonesia Tidak Akan Menyerah) 2/2

2002-12-07 Terurut Topik Darwin Bahar
Dari pengamatan saya, di tengah prahara yang sedang menerpa bangsa ini,
suasana Ramadhan di Jakarta tahun ini terlihat lebih khusuk dari pada
tahun sebelumnya. Ummat juga tampak lebih percaya diri dalam
mengekspresikan kesilamannya. Kondisi ini juga dibantu oleh tayangan
televisi dan media masa lainnya yang terasa lebih Islami.

Dan tentu tidak kecil pula peranan da’I kondang  Aa’ Gym, yang selama
Ramadhan dengan tulus dan tidak kenal lelah bersafari dari suatu kota ke
kota lain, dari sebuah setasiun TV ke setasiun TV lain, dari satu
pemancar radio satu ke pemancar radio lain, yang menjadikan
ceramah-ceramahnya menjadi “kurang greget” kata isteri saya yang
merupakan seorang pengagum berat. Tetapi kurang greget atau bukan,
kemampuan da’I kondang ini untuk menyedot pengunjung tetap sangat
fenomenal. Misalnya sebuah acara di Banjarmasin pada pertengahan
Ramadhan yang mampu menyedot 100.000 pengunjung benar-benar “ruar
biasa”!

(Tentu apareasiasi juga sangat pantas diberikan kepada ratusan bahkan
ribuan pembawa pesan-pesan Ramadhan lainnya yang mencerahkan, termasuk
Ustadz Dr. H. Miftah Faridl yang dengan singkat, padat dan memukau
selalu dapat mengambarkan keindahan, kekuatan, keluasan dan keluwesan
ajaran Islam dalam acara renungan sahurnya setiap menjelang subuh di
ANTV)

Tetapi apakah artinya semua ini, khususnya apabila dikaitkan dengan
sumbangan puasa Ramadhan yang baru saja dijalani oleh ummat yang
merupakan bagian terbesar dari kapal besar yang bernama Indonesia ini
yang sedang limbung diterpa prahara?

Hal ini akan lebih jelas dengan melihat, kekuatan yang melandasi
kesediaan atau---syukur-syukur---keiihlasan dalam beribadah---khususnya
bagi orang-orang yang beribadah karena Allah---yaitu kepercayaan kepada
adanya kehidupan sesudah mati.

Kepercayaan bahwa seseorang jika berbuat kebajikan pasti akan mendapat
balasan kebaikan, kalau tidak di dunia, ya di kehidupan yang lain.

Kepercayaan bahwa seseorang jika berbuat kejahatan pasti suatu saat akan
mendapat balasan setimpal. Di dunia seseorang yang menilep dana BLBI,
dana non-budjeter Bulog dan hibah-hibah haram, dengan menggunakan
kekuatan harta, kekuasaan dan trik-trik licik lainnya, bisa saja
berlindung dari jeratan hukum negara.  Tetapi tidak---seperti sebuah
lirik lagu yang dinyanyikan oleh Chrisye--- pada saat mulut tak mampu
bicara.

Kepercayaan dan  harapan, yang membuat seseorang hidup dan bertahan.

(Jangan lah kamu putus asa menunggu datang rakhmat Tuhanmu; Al Qur’an)

Tetapi apakah sikap---yang dalam bahasa agama disebut sebagai
tawakal---bukan sebuah eakapisme yang bermuara pada sikap fatalistik?

Mungkin, terutama bila Anda belum pernah membaca Hadis di bawah ini.

Seorang Arab gunung menemui Rasulullah SAW dengan mengendarai onta.
Ketika Nabi bertanya  kenapa orang itu melepas saja ontanya, orang itu
menjawab: “Saya bertawakal ya Rasulullah”, yang langsung dijawab oleh
Nabi: “Ikat dulu ontamu, baru bertawakal”!

Tentu sumbangan ibadah Ramadhan yang baru saja dijalani ummat terhadap
eksistensi Republik tercinta ini tidak cukup hanya menghasilkan sikap
tawakal saja. Tetapi dalam perspektif saat-saat yang fitri ini, itu saja
sementara sudah cukup, khususnya bila ibadah puasa  Ramadhan mempunyai
dampak kepada peralaku seorang selama 11 bulan ke depan.

Tetapi paling tidak, bagi orang-orang yang berpuasa karena Allah, setiap
melihat di ufuk ada fajar, selalu ada harapan, yang membuat dia tidak
pernah menyerah.

Dan waktu adalah seperti anak panah yang meluncur dengan kecepatan dan
ketinggian konstan, menyusur langit, laut, gunung dan pepohonon; pagi,
siang dan malam, dan membawa purnama Ramadhan bergulir ke titik nadir.

Lalu di ufuk lalu ada fajar, di ufuk ada harapan

Allah Maha Besar, segala puji bagiMu
Allah Maha Besar

Selamat Iedul fitri, Maaf Lahir dan Bathin

Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali dengan kemenangan, dalam
peri hedupan yang lebih baik dan bermartabat.

Dan Indonesia tidak akan pernah menyerah!

Tidak akan pernah!

Wabillahi Taufiq wal Hidayah

Wassalam, Darwin
(Si Padang sengkek yang suka resek)


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===



Re: [RantauNet.Com] [indonesia_damai] Ulil Abshar Dinilai Hina Islam

2002-12-02 Terurut Topik Darwin Bahar
 --- In [EMAIL PROTECTED], Indra Piliang [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
 Godot yang ditunggu datang juga. Tali dan pelana kuda mesti diperbaiki
 letaknya. Mas Ulil saya kira tak akan sendirian, menghadapi fatwa
 ini


Dari dua posting saya sebelum ini mengenai JIL dan Ulil saya jelas tidak
setuju dengan beberapa pemikiran JIL/Ulil. Dan upaya-upaya untuk memggahi
nash saya anggap “seperti tikus comberan yang hendak mengencingi
matahari”. Tetapi dalam salah satu posting saya tersebut saya kemukakan:

“Sekalipun demikian saya berharap, bagi yang tidak setuju dengan Ulil
hendaknya menyanggah pendapatnya saja dan tidak melakukan pembunuhan
karakter, misalnya dengan menuduh Ulil atau Jaringan Islam Liberal (JIL)
sebagai bagian dari konspirasi yang bertujuan untuk “merusak” Islam dengan
sokongan dana dari Asian Foundation, terlepas dari kenyataan bahwa logo
Asian Foundation dulu (entah sekarang) memang tampil pada homepage JIL”

Tetapi ini tidak berbicara pembunuhan karakter, tetapi upaya untuk
pembunuhan benaran!

Astagfirullahaladzim!

Saya sependapat dengan Indra Piliang, bahwa Ulil tidak sendirian dalam
menghadapi ini. Bahkan ini tidak hanya sekadar untuk enyelamatkan nalar
publik bahwa berpikir adalah hak yang melekat pada setiap individu warga
negara, tetapi juga menyelamtkan wajah Islam yang sejatinya damai dan
membawa pencerahan dari orang-orang Islam---yang maaf---menaruh otak
mereka di pantat!

Saya belum lama ini terlibat diskusi yang keras dengan Jusfiq Hadjar di
Prol. Sering sakit hati saya kalau  Jusfiq mengatakan ajaran Islam sebagai
“buas dan biadab”. Tetapi sejujurnya perangai orang-orang yang menamakan
dirinya sebagai Ulama dan Umat Islam Jabar, Jateng dan Jatim seperti
membenarkan apa yang dikatakan Jusfiq tersebut.

Saya juga heran keterlibatan Muhammadyah dalam kegiatan-kegiatan seperti
ini. Padahal Ketua Umum PP Muhammadyah Syafii Maarif baru saja dengan
tegas dalam wawancara dengan MBM Tempo mengatakan bahwa “Radikalisme Agama
Adalah Bunuh Diri” (dan kita tahu bahwa Syafii Maarif tidak hanya berkata,
dirinya dan Muhammadyiah selelu berada di barisan terdepan bersama a.l.
dengan PB NU  dalam mengatakan “tidak” terhadap radikalisme Islam)

Tetapi pernyataan Ulama dan Umat Islam Jabar, Jateng dan Jatim tidak
hanya radikal, tetapi radikal bin tolol!

Dan teori “konspirasi” adalah teori yang paling bagus untuk menipu diri
sendiri.

Saya jelas tidak setuju---dan tidak pernah akan setuju dengan  dengan
beberapa pemikiran JIL/Ulil. Tetapi---walaupun apalah awak ini---saya
termasuk orang yang berada di samping Ulil dalam menghadapi fatwa tolol
dari apa yang menamakan dirinya Ulama dan Umat Islam Jabar, Jateng dan
Jatim, justru karena keyakinan saya yang tidak akan pernah tergoyahkan,
bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin, dan junjungan kaum muslimin,
adalah seorang strateg yang yang sangat jenius yang lebih banyak
menaklukkan musuh-musuh beliau dengan akal budi dan kasih sayang ketimbang
dengan pedang!

Wassalam, Darwin


 - Original Message -
 From: asep
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Monday, December 02, 2002 1:55 AM
 Subject: [komunitasbambu] Ulil Abshar Dinilai Hina Islam

 Ulil Abshar Dinilai Hina Islam
 Reporter : M. Munab Islah Ahyani

 detikcom - Bandung, Tulisan kolumnis dan aktivis Ulil Abshar Abdalla
 di salah satu media nasional bertajuk Menyegarkan Kembali Pemahaman
 Islam dinilai telah menghina Allah, Islam dan Nabi Muhammad SAW.
 Sesuai syariat Islam, oknum yang menghina dan memutarbalikkan diancam
 dengan hukuman mati.

 Demikian salah satu butir pernyataan Ulama dan Umat Islam Jabar,
 Jateng dan Jatim yang disampaikan kepada pers di Bandung, Senin
 (2/12/2002) sore. Dalam forum itu, bergabung berbagai unsur ormas,
 partai dan organisasi Islam seperti Persis, Muhammadiyah, Partai
 Keadilan, Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI), dan pimpinan sejumlah
 pondok pesantren di Jabar, Jateng dan Jatim.

 Dalam penjelasan kepada pers itu, hadir Ketua Umum FUUI KH Athian Ali
 M Da'i, Ketua PPP Reformasi Jabar H Rizal Fadillah SH, pengamat
 politik Herman Ibrahim dan sejumlah pimpinan ponpes.

 Menurut Athian Ali, persoalan Ulil Abshar itu sebetulnya adalah satu
 hal kecil. Persoalan utamanya, ada kesan kuat bahwa terjadi semacam
 jaringan dan konspirasi untuk menyudutkan umat Islam. Karena itu, hal
 ini harus segera diselidiki. Soal hukuman mati bagi yang menghina
 Islam, karena memang syariatnya menggariskan demikian, tegasnya.

 Artikel yang dituliskan Ulil, dinilainya memang betul-betul menghina
 umat Islam. Athian mengutip bahwa Ulil menuliskan, Upaya menegakkan
 syariat Islam, bagi saya, adalah wujud ketidakberdayaan umat Islam
 dalam menghadapi masalah yang mengimpit mereka dan menyelesaikannya
 secara rasional. Umat Islam menganggap, semua masalah akan selesai
 dengan sendirinya manakala syariat Islam, dalam penafsirannya yang
 kolot dan dogmatis, diterapkan di muka bumi.

 Sementara itu, Rizal Fadillah menegaskan bahwa 

Semoga Rarach Tidak Pergi....Re: [RantauNet.Com] pemudik, Pamer Kekayaan di Kampung Halaman

2002-11-28 Terurut Topik Darwin Bahar
--- In [EMAIL PROTECTED], rarachm [EMAIL PROTECTED] wrote:

Saya pikir teguran Angku Bandaro kepada Rarach adalah teguran sayang.

Saya pikir tulisan-tulisan Rarach yang tajam (Apa ada orang Minang 
yang lidahnya tidak tajam  sih) mengandung pesan-pesan yang seharusnya 
kita terima dengan lapang dada, untuk kebaikan bersama. Saya pikir 
Rarach berbicara mengenai prioritas, lebih penting mana saat 
ini---misalnya---mebangun rumah ibadah atau meletakkan dasar-dasar 
untuk mebangun kembali industri otak di tanah kelahiran tercinta.
 
Saya kebetulan dalam tahun ini sering pulang kampung karena tugas, 
terakhir sepekan sebalum puasa. Sejujurnya, bukan karena merasa pandai 
atau arif bijaksana, dan tidak pula hendak menepuk air di dulang, 
setiap pulang sesak dada saya membacar berita koran-koran terbitan 
Sumbar.  Misalnya berita bahwa sekitra 70% calon pengantin di 
Limapuluh Koto tidak bisa membaca Al Quran

Sesak dada saya, khawatir kampung tercinta akan semakin tertinggal 
dengan daerah tetangga, karena kampung kita bukanlah daerah yang kaya 
SDA seperti Riau, sementara tidak terlihat terobosan-terobosan yang 
berarti untuk memenafaatkan potensi yang ada secara optimal.

Saya pikir teguran Angku Bandaro kepada Rarach adalah teguran sayang

Karena itu saya sangat berharap agar Rarach tidak pergi 

Wassalam, Bandaro Kayo 


 Yahhh, om ronal emang hebat kalau soal ber-empati.
 That's exactly what I mean with 'pembangunan masjid'.  
 
 Saya tidak menulis garah, I mean it. 
 
 Dan saya putuskan bahwa ini (Insya Allah), postingan terakhir saya 
di 
 Rantau-Net.  Saya melihat bahwa guardian saya juga udah ngomel-
 ngomel.  Mendingan Cao aja dari pada diusir.:)
 
 Semoga kebaikan selalu melingkupi kita semua. 
 
 ~rarach
 da dagg...
 eh, ntar saya cari bukunya.  komentnya ntar saya japri ajah...
 
 
 --- In [EMAIL PROTECTED], Ronal Chandra [EMAIL PROTECTED] wrote:
  yang pulang kampuang buek musajik adalah gadang dosonyo, karena 
  mementingkan akhirat daripada dunia.  yang kini dibutuhkan urang 
  kampuang adalah sual dunia. 
  
  [RN]Rach dijawek yo :-), Dulu rach wakatu baguru ditasik, iyo lai 
 tadanga stek bahwa membangun musajik dalam islam itu indak bisa 
 semaunyo dan ado beberapo persyaratan sarupo :
  1. Musajik pertamo haruih panuah dahulu sabalun dibangun musajik 
ka 
 duo. Tapi kini susah rach nilai2 dari kesucian musajik itu alah 
 hilang, dan banyak urang menjadikan musajik sebagai hadiah. Dek koq 
 ado urang gaeknyo maninggal dan koq mampu keluarganyo dibangun 
 musajik ciek sarato berlindung dalam sudut pandang berinfaq, samo 
 seperti ambo tagalak mambaco statement mamak Basri Hasan nan 
 mengatokan indak ado nan pasti dalam islamdengan contoh penetapan 
 hari rayo Id. Menuruik ambo itu cuma masalah pemahaman dan bagi 
 ambo Mamak Basri Hasan lumayan dangkal pemahaman islamnyo jadi yo 
 biaso sajo mensikapinya :-).
  
  2. urang nan lebih punya hak dan keharusan membangun musajik 
adolah 
 urang nan berado disekitar musajik. Islam tidak pernah mengajarkan 
 untuk membangun mesjid layaknya istana, karena kata allah seluruh 
 bumi allah itu Mesjid. Islam tidak pernah menyusahkan hambanya 
maka 
 dari itu tidak paralu mambao kotak amal masjid solok ke pariaman :-)
  ==
  yang menaikkan haji urang nan indak mampu, juga gadang dosonyo, 
  karena mewajibkan yang sunat dan melakukan kemubaziran.
  
  [RN]Rach kalou sempat cari bukunya ali ghorisah wajah dunia islam 
 kontemporer tapi setahuku buku itu sempat dibredel jaman suharto 
 cuma karena indonesia dijadikan analisa pemikirannya. Nah baca dari 
 sana insya allah bisa buat nunggu bedug :-)\
  ===
  
  (bener nggak sih?  ini pelajaran dari om ron alun salasai alah 
  baranti...)
  
  ~rarach
  ~ronal
  
 
 
 
 RantauNet http://www.rantaunet.com
 Isikan data keanggotaan anda di 
http://www.rantaunet.com/register.php3
 ===
 Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
 anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.
 
 Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
 ===


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===



Fwd: Yang Logis Itu Belum Tentu Benar--Re: [RantauNet.Com] U.A. ABDALLA: Lagi, Kesesatan Dikemas Ilmiah

2002-11-22 Terurut Topik Darwin Bahar
 --- In [EMAIL PROTECTED], AWAM [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Hehe1001X. Kalo menurut saya sih, kalo kita gak mampu menjalankan
 suatu
 perintah atau gak mampu menghindar larangan sih mending AKUI aja
 (walau di dalam hati).
 Tidak perlu belok2, berkelit, nyari2 pembenaran atau bikin penafsiran
 seenak jidat.

 Lama2 ZINA bisa jadi HALAL lagi :)

Saya sangat setuju pendapat  ini. Untuk memahami ajaran agama kita jelas
memerlukan akal dan perbandingan-perbandingan melalui pengalaman, baik
pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain. Tetapi kita harus
sadar bahwa akal dan persepsi yang kita serap dari pengalaman-pengalaman
tersebut memiliki berbagai keterbatasan.

Memahami suruhan dan larangan agama hendaknya dilakukan dalam perspektif
seperti ini. Kalau ada perintah agama yang kita pikir tidak sesuai dengan
akal atau kita tidak sanggup untuk melakukannya tidak mesti ditafsirkan
sebagai “salah”. Kalau ada perintah agama yang kita tidak atau belum mampu
untuk melakukan kita jujur saja dan minta ampun kepadaNya. Dalam
perspektif agama masalah pokok bukan apakah seseorang berbuat salah
(melanggar kaidah-kaidah moral dan agama) atau bukan, tetapi pada
kemampuan seseorang itu untuk cepat menyadari kesalahan-kesalahan yang
dilkukannya lalu bertaubat: menyesali keslahannya, minta ampunan, berjanji
untuk tidak akakan mengulangi kesalahan dan bebuat baik untuk menghapus
kesalahan-kesalahan. Sangat banyak ayat-ayat Kitab Suci Al Qur’an yang
dialkhiri dengan kata-kata: “Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun dan
Maha Penyayang”

(Kalau kesalahan kepada manusia lain tentu lain cerita. Tangan mencencang
bahu memikul).

Bagi pemeluk Islam yang mendekati agama dengan kerendahan hati, agama itu
mudah dan sederhana, termasuk pelaksanaan salat lima waktu. Karena salat
yang dilakukan dengan khusuk dan tartil akan membawa ketentraman batin dan
kejernihan pikiran. Bagi seorang muslim yang beragama dengan kerendahan
hati, salat dan ibadah-ibadah lainnya, tidak terasa sebagai kewajiban,
tetapi kebutuhan. Islam itu sesungguhnya mudah.

Saya pikir salah satu keberhasilan dakwah Aa’ Gym---yang sangat fenomenal
itu---ialah keberhasilan beliau mengambarkan betapa sederhana dan mudahnya
beragama, tanpa meningalkan sikap tegas dalam apa yang beliau anggap
prinsip dalam agama, misalnya cara muslimah dalam berpakaian.  Islam itu
sesungguhnya mudah dan indah, tetapi jangan dipermudah-mudah.

(Apalagi isu-isu yang dibahas Aa’ Gym umumnya isu-isu utama yang dihadapi
Bangsa Indonesia dewasa ini: rendahnya moral keagamaan dan rasa kebangsaan
di sementara kalangan ummat dan pejabat, sehinga korupsi, kebohongan
publik, pengkhianatan terhadap kepentingan rakyat dan bangsa,  pelecehan
kepada yang lemah, cara berbusana yang kurang senonoh dan komersialisasi
tubuh perempuan dilakukan seperti tanpa beban)

Demikian pula cara Almarhum Buya Hamka berdakwah pada zamannya. Ulama
besar yang dikenal berhasil mendekatkan masyarakat Kebayoran Baru, yang
ketika itu merupakan kawasan elit di Jakarta di samping kawasan Menteng,
kepada Islam. Tidak jarang beliau menerima dengan lapang dada para
muslimah yang menemui beliau sehabis bermain dan masih memakai kostum
tennis, dan tidak langsung menegur mereka-meraka yang baru
senang-senangnya salat  melakukannya dengan kuku-kuku tangan dan kaki yang
masih bersaput kuteks.  Kalau kemudian mereka menemui Buya dengan pakaian
yang lebih pantas atau membersihkan kuteks sebelum berwuduk lebih karena
kesadaran mereka sendiri.

Demikian pula cara beliau mengisi kuliah subuh yang disiarkan oleh Siaran
Nusantara RRI Jakarta ketika itu. Dengan suara yang serak-serak basah,
dengan lembut beliau menjampaikan pesan-pesan keagaaman dan menjawab
pertanyaan dari para pendengar termasuk para pendengar dari semenanjung
Malaya dan Singapura yang terjangkau oleh siaran RRI.  Tentulah tidak
kebetulan kalau Aa’ Gym pernah secara terbuka mengemukakan rasa hormat dan
kekagumannya kepada Almarhum Buya Hamka.

Kembali kepada pokok persoalan, secara prinsip saya sependapat dengan para
netters yang menganggap bahwa tulisan Ulil sangat bagus dan logis. Tetapi
dengan segala kerendahan hati, pokok-pokok pikiran revolusioner, dalam
tanda petik, yang dalam hal tertentu punya kesamaan dengan paham
muta’zilah bukan sesuatu yang baru dalam khasanah pemikiran Islam. Malah
suatu ketika paham ini pernah didukung oleh kekuasan Sultan Mu’tasyim dan
Penggantinya Watsiq yang hendak memaksakan pendapat bahwa Al Qur’an adalah
“makhluk”, sampai banyak ulama yang berpegang teguh pada Al Qur’an dan
Sunnah bertekuk lutut dan tiarap satu persatu, kecuali Imam Ahmad bin
Hanbal---salah satu dari 4 imam mahzab besar dalam Islam---walaupun beliau
sempat mendapat siksaan fisik bahkan kemudian diusir dari kerajaan.

Secara prinsip saya sependapat dengan para netters yang menganggap bahwa
tulisan Ulil sangat bagus dan logis, tetapi

“Yang logis itu belum tentu benar” kata hakim kepada pembela yang kemudian
terdiam  dan terpana dan mengakhiri diskusi di antara 

[RantauNet.Com] Hari ini Ramadhan Hari Kesebelas

2002-11-16 Terurut Topik Darwin Bahar
Hari ini Ramadhan hari kesebelas. Hujan yang mengguyur Jakarta dan
sekitarnya baru saja usai. Perpohonan berayun pelan dibelai angin
semilir. Sepuluh hari yang disebut Rasulullah SAW sebagai periode rahmah
sudah selesai. Sepuluh hari di tengah yang disebut Nabi sebagai periode
maghfirah atau periode pengampunan baru saja mulai.

(Tadi malam bulan mulai mendekati purnama. Tetapi sesungguhnya di
sepanjang Ramadhan ada purnama. Di sepanjang Ramadhan langit selalu
penuh dengan bunga)

Adakah diri yang tidak dikotori dosa?

Adalah Ustad Dr. Miftah Faraidh---yang renungan sahurnya di ANTV, hampir
selalu saya ikuti---menjelang pagi tadi menjawab, bahwa bahwa menurut
ajaran Islam setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Kelakuan atau
perangai seseoranglah yang membuat dirinya dikotori dosa. Bahkan beliau
menegaskan bahwa dalam perspektif Islam  tidak ada yang namanya “anak
haram”! Kelakuan orang tuanyalah yang haram

Memang kelakuan atau perangailah yang membuat nurani seseorang pekat
dengan jelaga.

“Bukan penyakit, tetapi perangailah yang membunuh”, bunyi sebuah pepatah
Minang.

Tetapi baik penyakit maupun perangai ada obatnya. Dan Ustad Miftah lalu
menjelaskan mengenai taubat, taubatan nasuha sebagai obat perangai.
Hampir tidak ada dosa yang tidak diampunkanNya, asalkan manusia
bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat, taubatan nasuha: menyesali
perangai yang tidak berpatutan, berjanji tidak akan mengulanginya dan
berbuat kebajikan untuk menghapuskan dosa-dosa yang sudah diperbuat.

Ya, Bukantah Allah Maha Pengasih dan Maha Pengampun?

(Ya tentu saja, bukantah tidak sedikit ayat-ayat Al Qur’an yang diakhiri
oleh kata-kata “innallaha ghafurrurrahim?)

Lalu saya teringat khotbah Jumat di Masjid PTIK kemarin yang sangat
indah dan menyentuh yang berjudul “Ikhlas”, dan sang Khatib yang
bertutur tentang Rabiah Adawiyah, seorang Perempuan Sufi besar. Beliau
yang berparas cantik ini sebelumnya berprofesi sebagai pelacur kelas
wahid, lalu bertaubat dengan  taubatan nasuha, lalu larut dalam riadhah
dan ibadah yang dilandaskan cinta dan kerinduan kepada Sang Khalik. Dan
Khatib lalu mengutip ucapan Sufi besar itu yang terkenal: “Ya Allah,
kalau aku beribadah hanya karena mengharapkan syurga, maka tutuplah
pintu syurga bagiku, kalau aku  beribadah hanya karena takut akan api
neraka, bukakanlah pintu neraka bagiku, tetapi kalau aku beribadah
karena rindu dan cinta kepadaMu, perlihatkanlah wajahMu kepadaku.”

Masya Allah!

Hari ini Ramadhan kesebelas yang berarti sepuluh hari di tengah yang
disebut Nabi sebagai periode maghfirah baru saja mulai. Hujan yang
mengguyur Jakarta dan sekitarnya baru saja usai. Saya yang dhaif ini
lalu berkaca diri, wahai, dari tahun ke tahun puasaku sepertinya tidak
beranjak dari puasa awam.  Saya masih sering “mangkel” melihat
orang-orang yang klepas-klepos merokok seenaknya siang hari di bulan
puasa di tempat-tempat umum. Kalau saya meliwati Pasar Blok M di siang
hari, air liur saya masih suka terbit melihat gerobak dorong yang
menjajakan bakso urat, ketupat gulai atau masakan Padang “Rajo Salero”
dan seterusnya, dan seterusnya. Ya, apalah awak ini.

Tatapi kalau tidak kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
kepada siapa pula badan buruk ini mohon rakhmat dan pengampunan?

Wassalam, Darwin



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===



[RantauNet.Com] Puasa Hari Keempat (dan Perasaan Bening Menyeruak di Relung Dada)

2002-11-09 Terurut Topik Darwin Bahar
Ketika itu azan subuh yang sahut bersahut telah usai. Televisi yang baru
saja mengumandangan azan setelah berakhirnya acara “Sahur bersama
Hughes” di ANTV sudah dimatikan. Garis kuning keemasan mulai membersit
di ufuk Timur. Puasa telah memasuki hari ke empat dari sepuluh hari
pertama yang oleh Rasulullah SAW disebut sebagai periode rakhmah.

Ya,  tidak terasa puasa Ramadhan yang selama ini ditunggu-tunggu sekitar
satu miliar kaum muslimin di seluruh dunia telah memasuki hari keempat.

(Saya duduk sambil merenung di sofa di ruang tamu rumah kami yang tidak
begitu luas, menunggu air panas untuk berwuduk yang sedang dimasak oleh
isteri saya karena sejak pulang kantor kemarin saya terkena flu ringan.
Saya duduk sambil merenung dan perasaan bening menyeruak di relung dada
saya).

Seperti halnya ibadah-ibadah lainnya, Puasa Ramadhan sarat dengan
nilai-nilai spritual yang mesti dihayati dengan sebaik-baiknya. Sabda
Rasulullah SAW bahwa banyak ummat beliau yang berpuasa tetapi tidak
mendapat apa-apa kecuali rasa haus dan lapar, memperingatkan kita para
muslim dan mukmin, betapa sia-sianya kalau nilai-nilai spritual dari
Puasa tersebut kita abaikan. Puasa adalah bagian dari sajadah panjang
perjalanan spritual kita menuju Darussalam. Di bulan puasa ini kita
berbenah diri, meluruskan yang bengkok, memperbaiki apa yang salah,
mempererat silaturakhmi, mengubur dendam dan permusuhan,  membuang
parasangka-prasangka tak berdasar, memperkuat komitmen kita untuk
beramar makruf dan bernahi mungkar, untuk meningkatkan kemampuan untuk
bertanya dan mewujudkan, apa yang dapat kita berikan kepada bangsa ini
(tidak sebaliknya) serta meningkatkan komitmen kita untuk menyatukan
kata dengan perbuatan

Orang yang bepuasa dalam bulan yang penuh hikmah ini dengan khusuk,
perasaannya biasanya lebih peka, air matanya lebih dangkal, tangannya
lebih ringan untuk memberi kepada mereka yang hidupnya kurang beruntung
dan hatinya lebih jernih dan terbuka untuk meminta dan memberi maaf.

Dari itu pula, pada kesempatan ini---walaupun agak terlambat---kepada
seluruh netters di milis ini saya mohon maaf atas kelancangan ucap dan
sikap saya selama ini yang tidak berkenan dalam berdiskusi atau
berwacana.

Wabillahitaufiq wal hidayah

Wassalam, Darwin



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===



[RantauNet.Com] Ummat Islam Semakin Dewasa?

2002-11-09 Terurut Topik Darwin Bahar
Harian Kompas yang terbit pada hari pertama Puasa Ramadhan tahun ini
mengambil foto dengan “angle” istimewa yang dengan impresif mengambarkan
ribuan umat Islam yang sedang menjalankan Salat Tarawih malam sebelumnya
di Mesjid Istqlal Jakarta.

Dan malamnya sehabis Tarawih, SCTV menanyangkan acara Tausyiah KH
Abdullah Gymnastiar (Aa’ Gym) pada Acara “Gema Ramdhan” di Bandar
Lampung yang dihadiri puluhan ribu ummat yang tumpah ruah di setiap
jengkal yang ada di Stadion Sepakbola tempat acara tersebut diadakan .

Lalu ketika saya kemarin---seperti biasa---Jumatan di Mesjid PTIK
Kebayoran Baru, jemaah yang hadir jauh lebih padat dari biasanya.

Apa artinya ini?

Mungkin tidak ada artinya, kalau sekarang  ini tidak beredar opini yang
kuat bahwa Islam sedang “disudutkan”, “distigmatisasi” dengan
menngait-ngaitkan Islam dengan terorisme, karena serangkaian serangan
terorisme---khususnya pada Tragedi 11 September yang lalu di WTC New
York  dan Tragedi Bom di Kuta, Bali belum lama ini “sangat kuat dugaan”
dilakukan oleh orang-orang yang beragama Islam dan atau
organisasi-organisasi yang didirikan dan aktivitasnya untuk
“memperjuangkan” Islam, seperti Al-Qaedah dan Jamiah Islamiah, yang oleh
Badan Internsional seperti PBB dikategorikan sebagai organisasi teroris.
Dan tidak kurang, seorang ulama dan da’i yang cukup terkemuka, yaitu
Kiyai Abubakar Ba’asyir waktu ini menjadi tersangka dalam kasus-kasus
terorisme dan menjadi tahanan Polisi melalui proses yang menimbulkan
kontroversi itu.

Dari fenomena yang saya kemukakan tadi, setidaknya ada beberpa indikasi.

Pertama: mayoritas ummat tentu saja prihatin dengan apa yang dihadapi
ummat, Bangsa Indonesia dan masyarakat dunia waktu ini, tetapi tidak
merasa tersudut, tidak merasa terstigmasi, tidak  merasa bagian dan
berkaitan serta mendukung gerakan-gerakan terorisme. Suatu hal yang
tidak terlalu mengherankan, karena dua organisasi Islam terbesar di
Indonesia:  NU dan Muhammadyah yang menjadi panutan sekitar 70 s.d. 80%
ummat adalah organisasi-organisasi keagamaan yang teramat  jauh  dari
kegiatan-kegiatan yang bersifat radikal destruktif apalagi terorisme.
Karena tidak merasa tersudut, tidak merasa terstigmasi, dan tidak punya
kaitan dengan kegiatan-kegiatan terorisme, ummat  tidak perlu merasa
“malu” menjadi seorang muslim  sehingga perlu menyembunyikan identitas
keislamannya, seperti menjalankan ibadah dan kegiatan keagamaan di
tempat-tempat publik. Bahkan seorang Ida Fiqriah, satu-satunya perempuan
penerbang Boeing 747 Garuda untuk rute luar negeri, sedikitpun tidak
canggung memperlihatkan kemuslimahannya pada acara “Sahur bersama
Hughes” yang ditayangkan ANTV Jumat pagi yang lalu. Dengan kata lain,
ummat semakin dewasa, “pede” dan mampu melihat persoalan dengan jernih.

Kedua: mayoritas ummat memang rindu kepada pengajian-pengajian dan
tausiah-tausiah keislaman yang sederhana, sejuk dan mencerahkan---yang
merupakan watak Islam yang sejati---seperti yang selalu disampaikan oleh
Aa’ Gym dan sejumlah da'i muda lainnya.

Apakah indikasi-indikasi yang saya kemukakan di atas hanya merupakan
“wishful thinking” saya saja?

Bisa ya bisa tidak.

Bisa “ya”, kalau umat masih terus diprovokasi secara langsung atau tidak
langsung oleh sementara da’i, penulis atau tokoh untuk melakukan
perusakan rumah-rumah ibadah dan tempat kediaman penganut  agama lain,
atau kelompok ummat Islam yang dianggap “menyimpang” seperti jemaah
Ahmadiah atau Islam Jamaah.

Bisa “tidak”, kalau para da’i, para penulis dan para tokoh bisa
melakukan introspeksi ke dalam---khususnya di bulan yang mulia
ini---bersedia melihat kenyataan apa adanya, mampu dengan tegas bersikap
bahwa kriminal adalah kriminal, korupsi adalah korupsi, penyalahgunaan
wewenang adalah penyalahgunaan wewenang, terorisme adalah terorisme
terlepas dari apakah yang melakukannya orang-orang Islam atau bukan.
Mampu dengan tegas mengatakan bahwa kriminalisme, korupsi,
penyalahgunaan wewenang dan  terorisme siapapun pelakunya
adalah---seperti adanya---bertentangan dengan ajaran Islam, serta
mengambil langkah hukum jika ummat merasa dirugikan.

(Saya sering tidak habis pikir, bagaimana seorang yang mengaku Islam
bisa melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak bersalah,
padahal Nabi SAW bahkan dalam perperangan melarang pasukan Beliau
membunuh hewan dan merusak tanaman)

Jadi apakah indikasi-indikasi yang saya kemukakan di atas hanya
merupakan “wishful thinking” saya saja atau tidak, jelas tidak
tergantung kepada saya.

Lagi pula, apalah awak ini.

Salam, Darwin



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===



Re: [RantauNet.Com] [proletar] Jusfiq Hadjar Beruk Tua yang Nyinyir, Beruk Tua Yang Malang

2002-10-13 Terurut Topik Darwin Bahar

 --- In [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] wrote:
 On 7 Oct 2002, at 2:48, Darwin Bahar wrote:

   --- In [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] wrote:
 


Dari kecil teranja-anja
Sudah besar terbawa-bawa
Sudah tua terubah tida’

Jusfiq sekali beruk
Tetap beruk

Beruk jelas tidak bisa mengerti bahwa tokoh-tokoh dalam Al Qur’an tidak
memerlukan pembuktian arkeologis---termasuk Adam, Nuh dan Musa. Kebenaran
Al Qur’an tidak terletak kepada apakah Adam, Nuh, Ibrahim dan Musa
merupakan realitas atau bukan, tetapi kepada ajaran tauhid, pesan-pesan
universalnya yang “tidak lekang dek panas tidak lapuk dek hujan”, serta
bahasanya memliki sastra tertinggi dan terbuka bagi beragam arti. Karena
itu mualaf-mualaf Barat terpelajar yang melakukan konversi kepada Islam
umumnya karena terpikat kepada Al Qur’an. Kisah-kisah Adam, Nuh, Ibrahim,
Musa dan lain-lain lebih berdimensi moral ketimbang historikal.

Mualaf-mualaf Barat terpelajar yang melakukan konversi kepada Islam karena
terpikat kepada Al Qur’an mampu membedakan ensiklopedi dengan kitab suci.

Beruk jelas tidak

Tetapi Jusfiq bukan beruk sembarang beruk

Jusfiq adalah beruk tua yang nyinyir

(Beruk tua yang sudah tidak sigap lagi memanjat dan memetik buah kelapa.
Diikat dipagar menunggu mati lalu menjebi, menyeringai, melotot,
menyodor-menyodorkan  pantatnya kepada orang lewat, walaupun orang itu
tidak mengganggunya)

Dia akan tetap menyeringai, melotot, menyodor-menyodorkan  pantatnya
kepada setiap orang
Sampai dia terjengkang
Tatkala kematian datang

Jusfiq, beruk tua yang malang

Begitu

Salam, Darwin
(Selalu ber do’a agar Jusfiq berhenti menjadi beruk)

P.S. thread ini saya c.c.kan ke Milis Surau dan RantauNet, terutama bagi
netters yang pernah membaca posting saya yang berisi dialog saya dengan
Jusfiq dengan subyek “Dalam Lautan
Bisa Diduga”



 Manusia bermental keledai debil pengencuk kambing congek lagi
 cacingan ini toh tidak  bisa:

 a) membantah bahwa al-Mushaf itu hanya menyuruh orang Padang
 Pasir untuk naik haji.

 b)  membutktikan bahwa Nabi Ibrahim itu memang pernah ada.

 (Kesimpulan ilmuwan bisa berubah, tapi kenyataan tetap saja bahwa
 TIDAK ada bukti hingga hari ini bahwa nabi Ibrahim itu memang
 pernah hidup).

 Dan panggilan Nabi Ibrahim yang tidak terbukti pernah ada inilah
 yang diturutkan oleh manusia bermental keledai pengencuk kambing
 lagi congek ini.

 Tolol bukan?

 Dungu bukan?

 Bodoh bukan?

 Goblok bukan?

 Pandir.

 Otak!

 Itulah yang tidak dimiliki Darwin Bahar ini.

 Apalagi harga diri.

  (Maaf, karena kesibukan pekerjaan baru sekarang dapat saya
 tanggapi).
 
  Anda persis sperti seeokor beruk tua nyinyir yang sudah tidak sigap
 lagi
  memanjat dan memetik buah kelapa. Diikat dipagar menunggu mati lalu
  menjebi, menyeringai, melotot, menyodor-menyodorkan  pantatnya
 kepada
  orang lewat, walaupun orang itu tidak mengganggunya.
 
  Sebagai seorang yang mempunyai gen  Minang yang standar: telinga
 tebal,
  lidah tajam, saya siap membalas cercaan Anda kepada saya yang
 mengatakan
  bahwa saya pandir kayak keledai debil lebih dari pada sekedar
  mengatakan Anda seekor beruk tua yang nyinyir. Anda pasti tahu
 itu.
 
  Tetapi saya berfikir positif saja. Lagi pula bagi saya kemampuan
 untuk
  bercarut marut bukan sesuatu yang perlu dipamer-pamerkan apalagi
 menjadi
  kebanggaan atau menjadi trade mark.
 
  Saya mencoba menangkap moral pesan Anda yaitu agar saya tidak
  membuang-buang untuk memenuhi panggilan Nabi Ibrahim yang menurut
  keyakinan Anda---berdasarkan peneletian arkeologis yang dilakukan
  Finkelstein dan Silberman menyimpulkan bahwa kitab Pantateuk yang
  bercerita tentang Ibrahim itu hanya bikinan manusia---sedangkan
  al-Mushaf yang menyampaikan kisah-kisah Ibrahin tidakberbukti
 berisi
  wahyu Allah, karena sejarawan revisionis (Wansbrough, Crone, Cook
 dll.)
  bilang bahwa al-Mushaf itu disusun di Arabia Utara oleh beberapa
 orang.
 
  Sementara kata-kata kotornya Anda kenakan buat Anda saja. You
 deserve!
 
  Sejujurya, saya seorang seorang awam di bidang arkeologi dan bukan
 pula
  ahli sejarah, dan tidak akan mecoba berpura-pura ahli dalam kedua
 bidang
  ilmu pengetahuan tersebut hanya sekedar ngeyel mempertahankan
 keyakinan
  saya. Tetapi sebagai orang yang makan sekolahan dan dalam mencari
  nafkah dari padanya,  saya juga paham tentang teori-teori mengenai
 ilmu
  pengetahuan, paham bagaimana ilmu pengetahuan bekerja,  paham apa
 itu
  ontologi ilmu, apa itu epistemologi ilmu dan aksiologi ilmu.
 
  Dan seperti kebanyakan orang yang paham bagaimana ilmu pengetahuan
  bekerja, dan paham akan kegunaan dan ---sekaligus
 keterbatasan---ilmu
  pengetahuan, saya berpendapat bahwa kesimpulan ilmu pengetahuan
 bukan
  sesuatu yang final!  Kesimpulan ilmu pengetahuan selalu bersifat
 terbuka,
  termasuk penelitian di bidang ilmu-ilmu eksakta.
 
  (Karena itu saya sangat setuju dengan ungkapan Prof Dr Jujun Suria
  Sumantri: Adalah

Jusfiq Hadjar Beruk Tua yang Nyinyir --Re: [RantauNet.Com] Darwin Bahar yang pandir kayak keledai debil...

2002-10-06 Terurut Topik Darwin Bahar
 perbelanjaan dan perjudian di luar
negeri.

Jadi sebenarnya problem ibadah haji bukan terletak pada kaum muslimin
yang pergi berhaji---khususnya mereka yang berhaji berbekal taqwa dan
mampu memperoleh kebangkitan rohani dengan mendapat haji yang mabrur.
Tetapi dari mata yang selalu Anda julingkan dalam melihat aspek apapun
dalam Islam. Dan ketidaksungkanan Anda menggunakan kata-kata yang paling
kotor dalam melihat Islam dengan mata yang hampir selalu dijulingkan,
maka “beruk tua yang nyinyir” adalah metafora yang paling sopan yang bisa
saya nisbatkan kepada Anda.

Tetapi saya juga berdusta bila saya katakan Anda selalu seperti “beruk
tua yang nyinyir”

Tidak, Anda juga pernah keluar dengan wacana yang sangat mengharukan
saya, bahwa ayat-ayat Makiah itu bersifat universal dan berlaku sepenajng
masa.

Saya sangat terharu terhadap  implikasi dari wacana yang Anda tawarkan
itu, yang tidak perlu saya ulas lagilah. Itu begitu terang bak bersuluh
matahari.

Saya sangat terharu karena percaya---terlepas dari Anda sadar atau tidak,
Anda sangkal atau tidak---bahwa pada bagian yang sangat dalam dari
sanubari Anda masih bersemi apa yang disebut “iman”

Karena itu---terlepas Anda percaya atau tidak, Anda menolak atau tidak,
saya selalu berdoa---termasuk bila saya berada di tanah suci kelak, agar
apa yang masih bersemi dalam sanubari Anda tersebut bisa semakin
besar-dan membesar, sehingga dalam sisa-sisa hidup Anda Anda tidak lagi
berperilaku seperti beruk tua yang nyinyir.

Dan terlepas dari Anda tetap berperilaku seperti beruk tua yang nyinyir
atau tidak---seperti saya kemukakan dalam salah satu posting saya di
Prol, jika sewaktu-waktu Anda pulang ke Indonesia, pintu rumah dan pintu
hati saya, karena Allah, terbuka buat Anda.

Begitu

Salam, Darwin

P.S. thread ini saya copykan ke Milis Surau dan RantauNet, terutama bagi
netters yang pernah membaca posting  dialog saya dengan Jusfiq dengan
subyek “Dalam Lautan Bisa Diduga”

[1] Penyunting Buku “Ilmu dalam Perspektif”, Yayasan Obor Indonesia,
Ctakan Kelimabelas, 2001

 Berjuta-juta rupiah uang dibuang hanya untuk memenuhi panggilan
 Nabi Ibrahim yang tidak pernah hidup itu saya anggap perbuatan
 tolol, dungu, bodoh lagi goblok  yang hanya pantas dilakukan oleh
 manusia bermental débil profond kayak keledai pengencuk kambing
 congek lagi cacingan!

 Pandir!

 Ya, saya tidak habis pikir, bagaimana mungkin ditahun 2002 ini
 orang seperti Darwin Bahar - dan ribuan orang Islam lain - masih
 mau saja menelan kibulan orang Arab, kayak anjing lampar menelan
 taik angat: dengan lahapnya.

 Tahun 2002, saat kita bisa mengetahui bahwa al-Mushaf itu tidak
 berbukti berisi wahyu Allah, saat kita diberi tahu oleh para
 archeolog bahwa cerita tentang Nabi Ibrahim itu hanyalah fiksi
 doang!

 Otak!

 Kemana otak itu ditaruh?

 Hopeless!
 --- End forwarded message ---


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===



[RantauNet.Com] Bersiap Memenuhi Panggilan Nabi Ibrahim (1)---Prosesnya Nyaris Seperti Mimpi

2002-09-24 Terurut Topik Darwin Bahar

 Dan serulah manusia untuk melakukan Haji. Mereka akan datang
 kepadamu dengan bertelanjang-kaki atau dengan menunggang unta
 yang sudah lemah dan mereka akan datang kepadamu dari setiap
 padang pasir yang jauh letaknya; Al Qur’an, 22:27

Saya masih setengah percaya bahwa saya dan Isteri---kalau tidak ada aral
melintang---akan dapat segera memenuhi seruan mulia tersebut. Dan saya
masih setengah percaya ketika Hari Sabtu pagi yang lalu saya dan isteri
berada  di Aula Bank Mandiri Jalan Gatot Subroto guna memenuhi undangan
Yayasan An-Nadwah Bapekis Bank Mandiri untuk memperoleh penjelasan
mengenai jadwal manasik haji dan sekaligus mendengar presentasi Ustadz
Hatta yang bertajuk “Berhaji Seperti Rasulullah SAW”.

Prosesnya begitu cepat bahkan seperti mimpi. Adalah Sang Isteri pada
suatu ketika dalam bulan Pebruari yang lalu menyatakan tekadnya bahwa
kami berdua akan memenuhi panggilan Nabi Ibrahim tersebut  dalam musim
haji tahun 2002/2003 ini. Walaupun hasrat untuk menununaikan Rukun Islam
kelima itu sudah lama terpendam dalam hati saya, pertama-tama saya hanya
terpana, karena kami berdua tahu bahwa ketika itu kami nyaris tidak
punya tabungan di Bank.

Lalu terpikir oleh saya, kalau tidak sekarang ya kapan lagi, mumpung
badan masih cukup sehat dan mempunyai penghasilan tetap, dan dengan
mengucapkan  “Bismillah” kami membulatkan tekad untuk berangkat, dengan
catatan, lebih baik tidak berangkat dari pada menolak permintaan bantuan
kerabat yang benar-benar membutuhkan bantuan kami (seperti kebanyakan
keluarga muslim lainnya, kami selalu berusaha menyisihkan sebagain
rezeki yang kami terima---minimal 2,5% dari gaji yang saya terima setiap
bulannya---bagi sesama yang tidak begitu beruntung, yang rezeki mereka
Allah titipkan kepada kami.). Dan keesokan harinya doi langsung membuka
tabungan Haji di Bank Mandiri---Alhamdulillah---sebesar Rp 2,5 juta. Dan
ketika itu sungguh, saya belum  tahu, apakah kami akan dapat menyisihkan
dari penghasilan kami setiap bulannya  untuk memenuhi pembayaran ONH
“biasa” bagi kami berdua sampai batas akhir pembayaran pada bulan
September, yang ketika itu saya kira besarnya---karena “kuper”–--hanya
Rp 40 juta, tetapi kemudian ternyata mencapai hampir Rp 55 juta,
termasuk fee Rp 2,5 juta perorang  untuk Yayasan yang akan memfasilitasi
perjalanan ke Tanah Suci (kami keluarga besar, dikarunia 5 orang anak, 2
di antaranya masih kuliah, isteri tidak bekerja tapi punya usaha
katering kecil-kecilan yang selalu kami syukuri).

Dan saya tidak dapat melukiskan perasaan saya ketika  doi menelepon,
sehabis menyetor ke tabungan kami berdua  pada pertengahan Agustus yang
lalu mengatakan bahwa menurut petugas Bank Mandiri jumlah tabungan kami
berdua sudah lebih dari cukup untuk melunasi setoran ONH ke Departemen
Agama. Lalu kami minta  Yayasan An-Nadwah untuk segera memprosesnya ke
Depag---tanpa memeprsoalkan apakah dollar akan mengiat atau
melemah---dan membayar fee untuk Yayasan tersebut.

Ya prosesnya nyaris seperti mimpi, berawal dari mulai diberlakukan
aturan gaji bulan ke 14 yang saya terima bulan Maret. Lalu ada kenaikan
gaji yang cukup lumayan pada bulan Maret tersebut, dan “gong”nya
adalah---sesuatu yang tidak bernah diduga---adanya award sebesar USD
1,000 bagi para staf di Indonesia yang sudah bekerja sebelum Maret 2001
dari Presiden sebuah organisasi riset internasional yang mempekerjakan
saya waktu ini untuk sebuah proyeknya di Indonesia,.

Lalu saya ingat sebuah hadis Qudsi: “Apabila hambaKu mendekatiKu dengan
berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari”

Allah Mahakaya,  Allah Mahapemurah, Allah Mahapengasih dan Mahapenyayang

Wassalam, Darwin



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===



[RantauNet.Com] Bersiap Memenuhi Panggilan Nabi Ibrahim (2)---Melepas Pakaian-Pakaian Serigala, Tikus, Anjing dan Domba

2002-09-24 Terurut Topik Darwin Bahar

 “Mon ami, menurutmu, apakah ibadah haji dimulai di Mekah?
 Tidak, tidak. Ibadah haji dimulai sewaktu engkau memutuskan
 untuk pergi menunaikannya” (Michael Wolfe, The Hadj: A
 Pilgrimage to Mecca, seperti dikutip Lang, 1997)

Benar sungguh benar, bahwa ibadah haji dimulai sejak kita memutuskan
untuk pergi menunaikannya, dan bahkan ibadah yang sangat luar biasa ini,
merupakan proses seumur hidup, karena ibadah haji tidak hanya merupakan
perjalanan fisik, tetapi lebih-lebih perjalanan rohani. Ketersediaan
dana untuk bekal biaya perjalanan jelas sangat perlu---dan bagi sebagian
orang ini masalah “kecil”. Demikian pula kesehatan badan, yang tentu
sama sekali tidak dapat diabaikan. Namun sebagai perjalanan rohani.
siapapun Anda, Islam “mainstream”, Islam “literal”, Islam “liberal,
Islam “jemaah”, Syiah, Ahmadiah, dan---bahkan koruptor atau mantan
koruptor, penindas atau mantan penindas, penipu rakyat atau mantan
penipu rakyat---bekal yang terpenting dalam menunaikan rukun Islam ke
lima yang sangat spetakuler ini adalah taqwa, keinginan untuk memperoleh
mardatillah.

 (….Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, Dan
bertaqwalah kepadaKu hai orang yang berakal; Al Qur’an 2:197)

Dimensi rohani dari Ibadah haji ini dikemukakan dengan indah dan subtil
oleh inteklual Iran Dr. Ali Shariati dalam bukunya “Hajj”[1]:

 “Di Miqat (tempat dimulainya pelaksanaan Ibadah Haji dan di
 mana para jemaah mengganti pakaian yang dikenakannya dari
 rumah dengan pakaian Ihram) apapun ras dan sukumu,
 lepaskankanlah semua pakaian yang engkau kenakan sehari-hari
 sebagai serigala (yang melambangkan kekejaman dan penindasan),
 tikus (yang melambangkan kelicikan), anjing (yang melambangkan
 tipu daya), atau domba (yang melambangkan penghambaan”

Dan di bagian lain dikemukakannya

 “Di Miqat ia mengalami kematian dan kebangkitannya kembali”

(Dan betapa mudahnya kita menyaksikan, betapa banyak orang-orang yang
telah menunaikan ibadah haji, namun tetap menggunakan pakaian-pakaian
serigala, tikus, anjing dan domba tersebut, dan betapa banyak pula yang
tidak pernah mengalami kebangkitan kembali, nau’zubillahi mindzaliq)

Herankah kita---seperti disabdakan Nabi SAW---bahwa ganjaran bagi haji
yang mabrur---atau seseorang, siapapun dia,  yang sesudah berhaji
berhasil mengalami kebangkitan kembali---adalah syurga?

Dan presentasi Ustadz Hatta yang PhD tersebut sangat memikat dan
sistematis, sehingga waktu tiga jam, termasuk tanya jawab terasa sangat
singkat. Sangat menarik dan dalam makna dari salah satu uraian Ustadz
Hatta, bahwa “Berhaji Seperti Rasulullah SAW” ialah mengikuti dengan
sungguh-sungguh amalan-amalan yang Nabi sunnahkan, artinya wajib untuk
diikuti kaum muslimin. Di sini tentu misalnya tidak termasuk bahwa kaum
muslimin untuk naik haji harus naik onta seperti yang Nabi lakukan empat
belas abad yang lalu, atau menyembelih hewan kurban dengan tangan
sendiri. Seperti yang diriwayatkan, saat menjalankan salah satu Ibadah
Haji, Junjungan miliaran kaum muslimin tersebut pernah menyembelih
sendiri 63 ekor hewan ternak dengan tangan Beliau yang mulia itu.

Dan ketika Ustadz Hatta melafadzkan bacaan yang akan banyak dilafadzkan
oleh para jemaah nanti selama di Tanah Suci: “Allahummalabaik,
lasyarikalakalabaik, innal hamda wa nni’mata laka walmulku la
syarikalak” yang saya ikuti di dalam hati, dengan tidak terasa air mata
mengambang di pelupuk mata saya.

Wassalam, Darwin

[1] Diterbitkan oleh Free Islamic Literatures Incorporated, Bedford,
Ohio, 1978, terjemahan dalam Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Penerbit
PUSTAKA Bandung.



RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe,
anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini.

Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3
===



[RantauNet] Rumi: Mustafa Sang Cahaya

2002-05-24 Terurut Topik Darwin Bahar

(Sebuah catatan kecil---yang kutulis dengan air mata berlinang---pada
peringatan maulid junjunganku Muhammad bin Abdullah, Nabi yang mulia
yang peri kehidupannya penuh teladan dan cahaya yang takkan pudar
sepanjang masa)

Tasauf---terutama---ajaran Jalaluddin Rumi (1207 – 1273), penyair dan
sufi besar asal Persia adalah salah satu daya tarik para mualaf di Barat
untuk melakukan konversi kepada Islam. Salah satu ordo tasauf yang
berkembang pesat di Barat adalah adalah Tarekat Maulawiyah yang
bermarkas di Amerika Utara. Tarekat ini dipimpin oleh Shaikh Kabir
Helminski yang bersama isterinya Cammile Helminski  membentuk organisasi
dalam pelajaran spritual The Treshold Society yang menyedot perhatian
ratusan ribu orang. Seperti dilaporkan Tempo edisi 31 Desember 2001 – 6
Januari 2002, ada sekitar 2.000 orang non-muslim menyenandungkan zikir
dan lailaahaillalah begitu sejumlah darwis Amerika berpusar di panggung
sewktu The Treshold Society diundang ke acara pertemuan antar-iman di
Katedral Nasional tempat  ibadat Presiden Amerika Serikat

Sebagaimana sufi-sufi besar lainnya, Rumi sangat mencintai Muhammad SAW
sang Mustafa (Yang Terpilih). Mengutip Annemarie Schimel, yang dikenal
sebagai seorang pengagum Rumi, “siapapun yang menyimak na’t-i syarif,
yaitu penggalan musik pengantar pada permulaan upacara-upacara Maulawi
pasti akan merasa, bahkan mengetahui, betapa dalamnya cinta penyair ini
kepada Nabi Muhammad. Ini diungkapkannya dalam kata-katanya---Nabi
(Muhammad), pohon cemara dari taman kenabian,   musim seminya gnosis,
kuncup mawar dari padang Hukum Illahi dan bulbul yang mulia”.

Dan ketika Rumi menamakan Tuhan Matahari, pada waktu itu Muhammad adalah
bulan. Apabila Ahmad (Muhammad) matahari maka para wali adalah bulan.

Di bawah ini pusi Rumi yang menggambarkan Muhammad sebagai sang
cahaya*].

 Aku telah melemparkan bolaku melampaui Saturnus: hati-hatilah
 wahai bintang, dan tutupilah wajah kamu

 Jadi musnahlah dalam sinarku yang tidak ada bandingnya, supaya
 kamu tidak dipermalukan dihadapan cahayaku

 Demi kebaikan hati, aku menghilang setiap malam; (tetapi)
 bagaimana aku pergi? Aku hanya mempertontonkan kepergianku

 Supaya untuk semalam engkau boleh terbang tanpaku seperti
 kelelawar, mengepakkan sayap-sayapmu, di seputar tempat
 terbang ini

 Dan supaya seperti merak, engkau boleh memamerkan sayap, dan
 kemudian mabuk, sombong dan menipu diri

 Di waktu fajar saya mungkin menunjukkan wajah saya untuk
 menegurmu, agar jangan karena keakuan engkau menjadi kaum kiri

 Matahari ini pergi dengan wajah tak tertutup: wajah-Nya
 ditabiri oleh kelebihan dari cahanya.

Salam, Darwin

*] Dikutip dari John Reynard, Raja Wali Sang Raja (Judul Asli: All The
King’s Falcon, Rumi On Prophets and Reveleation) , Serambi, Jakarta
2001.



RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: 
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



[RantauNet] Pernik-Pernik Desotda: PP 84/1999 Itu, Sakit Serasa Kan Membunuh

2002-03-30 Terurut Topik Darwin Bahar

 Bukittinggi kota rang Agam
 Mendaki jenjang  empat puluh
 Sesimpang jalan ke Malalak
 Sakit sebesar biji bayam
 Sakit serasa kan membunuh
 Diobati tidak kunjung cegak*]

Terjemahan bebas dari bait sebuah lagu yang populer di Sumbar di awal
tahun enampuluhan ini**] sangat pas menggambarkan masalah dan suasana
hati antara dua Daerah: Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam, yang
merupakan hinterland dari kota yang asri tersebut, dan jelas antara
kedua daerah otonom tersebut sangat kuat keterkaitan dan
saling-butuh-membutuhkan.

Apa pasal?

PP PP 84/1999 mengatur pemekaran wilayah Kota Bukittinggi, yang disambut
secara sangat bersemangat oleh Pemkot Bukittinggi, diringi dengan
ketegangan antara Kota Bukittinggi dengan Kabupaten Agam, yang konon
sampai anak-anak di kenagarian tertentu dilarang bersekolah di
Bukittinggi

(Tentu saja, kata orang di labuah***], DAU Kota Bukittinggi akan
meningkat dengan adanya pertambahan wilayah dan penduduk)

Tetapi saya tidak mau ikut-ikutan omongan orang di labuah. Saya lebih
tertarik kepada berita koran lokal yang saya baca ketika saya bertugas
ke Sumbar dua pekan yang lalu, bahwa sejumlah kenagarian di Kabupaten
Agam yang akan menjadi wilayah Kota Bukittinggi tersebut, antara lain
kenagarian Banuhampu menolak untuk bergabung---dan tidak luar
biasa---kalau mereka berdemo ke Kantor Gubernur.

Dan yang membuat saya tertarik, dan agak terkesima alasan mereka ialah,
kalau mereka bergabung dengan Bukittinggi, masyarakat akan kehilangan
kemandiriannya dengan perubahan status wilayah mereka dari nagari
menjadi kelurahan (! )

Tiba-tiba saya menggigil, peluh bercucuran---karena khawatir kalau
dugaan saya salah---apakah ini merupakan pertanda bahwa kemandirian,
yang menyebabkan tingginya partisipasi masyarakat seperti yang menjadi
ciri masyarakat Minang di awal tahun lima puluhan, mulai bersemai
kembali setelah dihidupkannya kembali lembaga nagari di Sumbar melalui
Perda Provinsi Sumbar?

Kalau iya---sembari tubuh saya tetap menggigil dan peluh
bercucuran---ini merupakan cerita sukses pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah (desotda) di Indonesia, karena hakekat dari  desotda
ialah semakin berdayanya masyarakat dan bukan penguatan disertai
“kegarangan” eksekutif dan legislatif daerah, fenomena yang sangat
menonjol selama tahun pertama pelaksanaan desotda yang menyebabkan
tangan Pemerintah Pusat menjadi “gatal” untuk segera merevisi UU 22 dan
25/99 yang baru berjalan satu tahun.

Tubuh saya tetap menggigil dan peluh bercucuran mengingat posisi “maju
kena mundur kena” yang dihadapi Pemda Sumbar, dilaksanakan pemekaran,
alasan penolakan cukup kuat (tercermin dari pendapat Wagub seperti yang
saya baca di koran lokal), mau dibatalkan PP-nya harus dicabut, dan hal
ini jelas tidak mudah.
Lalu bagimana?

Antahlah yuang, saya berdesis pelan.

Salam, Darwin

*] cegak=sembuh
**] lagu ini dikarang oleh teman sepermainan saya waktu remaja d Padang
Panjang yang biasa kami panggil Mak Etek, terakhir saya dengan dia
berkarir di TNI sebagai Pamen
***] labuah=jalan (raya). Orang di labuah=the men in the street



RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



Re: [RantauNet] Pro Jusfiq---Fwd: Buat Darwin Bahar (was Re: [proletar] Re: Jumat Itu

2002-03-29 Terurut Topik Darwin Bahar

 --- In [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] wrote:
 On 28 Mar 2002, at 9:49, darwin_bahar wrote

Engku Jusfiq, tidak ada keraguan, bahwa upaya pengungkapan
fenomena-fenomena alam dan sosial, seperti penelitian neuroscientist yang
muttaakhir yang dilakukan Damasio, Newberg dll akan membantu para
neurolog, psikolog dan psikiater dalam meningkatkan kesehatan raga dan
jiwa manusia.

Namun seperti kita maklumi, bahwa penelitian tersebut tetap berkisar pada
tataran manusia sebagai mahkluk biologis. Bahkan tesis Doktor seorang
dokter di Surabaya yang mempelajari hubungan antara salat tahajud dengan
kesehatan ragawi manusia, menurut hemat saya masih tetap berbasis pada
tataran manusia sebagai mahkluk biologis.

Tetapi point saya bukan itu,

Seperti Anda ketahui, walaupun beberapa prinsip meditasi ditemui dalam
amalan-amalan Agama Islam seperti  zikir, tafakur, iktikaf---bahkan
salat---Islam bukan agama meditasi, yang semata-mata mencari
keteduhan/kebahgiaan batin melalui aktivitas-aktivitas ritual, tetapi juga
pada aktivitas-aktivitas sosial.

Seperti Firman Tuhan dalam Surrah Al-Mukminun ayat 1: ”Berbahagialah
orang-orang beriman, yang khusuk dalam salatnya”. Tetapi tidak berhenti di
situ, di ayat 2 sampai empat dilanjutkanNya dengan ….”dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan
orang yang menunaikan zakat”, sedangkan di surrah yang lain Ia berfirman
“neraka wail untuk orang-rang salat, yang lalai (tidak khusuk) dalam
salatnya, yang berbuat kebaikan untuk dilihat orang, tetapi tidak mau
memberi makan kepada orang miskin” (QS 148:4-6).

Jadi kebahagiaan/keteduhan dan sebaliknya dalam perspektif Islam tidak
terbatas kepada kebahagiaan/keteduhan dalam aspek ritual---misalnya
meditasi---belaka, tetapi juga aspek sosial dan antara keduanya ada saling
keterkaitan. Karena di dalam Al Qur’an, perintah atau keutamaan
“mendirikan salat” selalu diikuti dengan “menunaikan zakat”

Jawaban saya kepada Urpas pada dasarnya adalah dalam perspektif Islam
sebagai Agama holistik

(keteduhan yang saya bicarakan tentunya  pengalaman (batin) saya, yaitu
keteduhan yang saya rasakan manakala ketika sedang salat saya bisa lebih
sedikit memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi, manakala dalam kehidupan
sehari-hari, sifat-sifat khianat dan dengki kepada orang lain bisa saya
kurangi, manakala sifat tamak dan serakah lebih sering bisa saya atasi,
manakala saya bisa lebih teguh untuk hanya mengambil yang menjadi hak saya
saja)

Masih bisa saya tambahkan lagi: manakala dalam berbicara lebih sedikit
dusta dibanding kejujuran, manakala lebih sedikit dendam dibanding maaf
bila saya---sengaja atau tidak sengaja---dizalimi orang, manakala dalam
hal materi saya lebih suka menjadi “tangan di atas” daripada “tangan di
bawah”, manakala saya selalu berusaha untuk peka terhadap kesusahan dan
penderitaan orang lain dan berusaha untuk meringankannya dengan semampu
saya, dan seterusnya...

Namun harus saya akui, pada saat ini banyak kaum muslimin ---termasuk saya
tentunya--- meninggalkan pendekatan holistik seperti ini, yang menurut
hemat saya merupakan sebab utama kemunduran ummat seperti ini, walaupun
harapan perbaikan bukannya tidak ada. Pembaruan-pembaruan pemikiran dalam
Muhammadiah semenjak dipimpin oleh Prof Syafii Maarif misalnya merupakan
indikator.

Akhirulkalam, saya mengucapkan terima kasih atas tanggapan-tanggapan Anda
atas posting saya, yang untuk menanggapinya lagi, saya perlu berfikir
terlebih dulu. Tetapi sebagai seorang muslim, hal ini baik buat saya. Dan
memang Al Qur’an sendiri banyak mengandung ayat-ayat yang menyuruh manusia
berfikir

Karena itu saya setuju sekali dengan Murad Hoffmann, muslim Jerman yang
menulis Islam als Alternative, bahwa “Islam adalah agama orang-orang yang
berfikir.”

Demikianlah adanya.

Wassalam, Darwin


 Saya usulkan anda membaca hasil penelitian neuroscientist yang
 muttaakhir, seperti Damasio, Newberg dll.

 Terutama Newberg (God won't go away) yang menurut resensi,
 siaran radio dan artikel yang saya baca - saya sudah pesan
 bukunya dan baru akan sampai tiga minggu lagi - telah melakukan
 penelitian terhadap benak orang yang sedang bersamadi.

  --- In [EMAIL PROTECTED], pasisie [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Ndak ada masalah, karena keteduhan yang saya bicarakan tentunya
  pengalaman (batin) saya, yaitu keteduhan yang saya rasakan manakala
  ketika sedang salat saya bisa lebih sedikit memikirkan hal-hal yang
  bersifat duniawi, manakala dalam kehidupan sehari-hari, sifat-sifat
  khianat dan dengki kepada orang lain bisa saya kurangi, manakala
 sifat
  tamak dan serakah lebih sering bisa saya atasi, manakala saya bisa
  lebih teguh untuk hanya mengambil yang menjadi hak saya saja.
 
  Tuhan Maha Pengasih, Maha Pengampun, Maha Bijaksana dan Maha
  Penyayang.
 
  Dalam kondisi kondisi seperti di atas maka  dalam keteduhan,
 keindahan
  dan cinta Sang Khalik dapat saya rasakan.
 
  Tentu saja pengalaman dan---juga kebutuhan---batin setiap 

Re: [RantauNet] Pro: Jusfiq---Bahkan Malaikatpun Bertanya

2002-03-23 Terurut Topik Darwin Bahar

--- In [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] wrote:

Engku Jusfiq, terima kasih atas tanggapan Anda, dan mohon maaf baru
sekarang bisa saya tanggapi, tidak lain karena sebagian besar waktu saya
belakangan ini habis untuk urusan mencari nafkah buat keluarga. Dan
tidak jarang pula karena urusan mencari nafkah itu terpaksa meninggalkan
rumah berhari-hari. Tetapi kalau tidak begitu, bagaimana pula dapur
orang rumah akan berasap?

 On 15 Mar 2002, at 16:09, Darwin Bahar wrote:
 Saya hanya ingin mengomentari kalimat berikut:

 Saya, dan kebanyakan orang yang mengaku Islam waktu ini hanya
 mampu menangkap kulit: cara berpakaian, bahasa dan cara berbicara
 (seakan-akan Islam identik dengan Timur Tengah), cara menghapal
 hukum-hukum.

 Tetapi di dalam banyak terjadi “pembusukan”, termasuk---dan
 terutama---di kalangan pemimpin dan orang-orang yang menyebut
 dirinya kiyai dan ulama!

 Sayang anda tidak jelas menunjukan  contoh yang  anda sebut
 sebagai 'kulit Islam' dan pembusukan jadi saya tidak tahu apa
 persisnya yang anda maksudkan.

 Jadi saya hanya  bisa meraba-raba.

Saya ambil perumpamaan buah durian: ada kulit dan ada isinya. Dengan
cara berfikir holistik kita akan melihat bahwa kulit dan isi sama
pentingnya. Dengan kata lain duren adalah buah yang kulitnya seperti A
dan isinya seperti B. Bayangkan, apakah apakah daging buah duren bisa
lezat, lembut dan utuh kalau tidak dilindungi kulit yang kuat, dan
apakah buah duren akan ada artinya kalau yang ada hanya kulitnya, isinya
kosong melompong. Tetapi orang  sekarang (sangat mungkin saya masuk
kategori ini) rupanya lebih mementingkan kulit: pakaian, bahasa, cara
berbicara, kecenderungan meniru sikap lahiriah Rasulullah SAW, tetapi
abai terhadap pesan-pesan Islam yang ada dalam Al Qur’an serta ucapan
dan perilaku Nabi: seperti kejujuran dan sikap amanah, sikap zuhud,
persaudaraan, penghormatan kepada kemanusiaan, toleransi serta kesediaan
untuk hidup berdampingan dengan budaya dan agama yang berbeda.
Merebaknya KKN yang jelas-jelas merupakan penafian terhadap semua
pesan-pesan Islam yang saya kemukakan di atas---termasuk di kalangan
sementara ulama dan pemimpin ummat---di Indonesia merupakan indikator
yang sangat jelas terhadap hal yang saya sebut sebagai “pembusukan”

 Yang jelas anda tidak mau menurutkan apa saja yang tertulis di
 al-Mushaf dan hadist secara harafiah: anda gosok gigi saya yakin
 tidak memakai ranting pohon akasia dan anda akan menolak untuk
 membunuhi orang kafir dan ahli al-kitab bila mereka menolak masuk
 Islam.

Tidak ada perintah untuk  membunuhi orang kafir dan ahli al-kitab bila
mereka menolak masuk Islam (lihat penjelesan saya lebih lanjut).

 Dan anda berfikir, anda mengunakan akal seperti yang disuruhkan
 oleh al-Mushaf juga

 Ini yang jelas.

Anda benar, dan saya percaya bahwa sangat banyak kaum muslimin yang
berfikiran seperti itu.

 Karena yang jelas dari tulisan anda itu terbatas maka saya
 padakan untuk mengulang apa yang telah sering saya katakan
 tentang al-Mushaf:

 Ada yang terikat waktu dan tempat di al-Mushaf itu, ayat-ayat
 makiyah tidak terikat waktu sedangkan ayat-ayat madani
 sebahagian besarya (tidak semua) terikat waktu.

 Jadi ayat-ayat madani itu bisa diabaikan oleh orang Indonesia
 ditahun 2002 ini.

Mengenai hal ini nanti akan saya tanggapi secara terpisah, melanjutkan
diskusi kita atas topik yang sama yang terputus beberapa waktu yang
lalu.

 Jelasnya, anda tidak perlu membunuhi orang kafir dan ahli
 al-kitab.

Sepanjang yang saya ketahui hanya satu ayat Al Qur’an yang sering
dikaitkan dengan hal ituyang lazim disebut ayat “pedang”---yaitu
Surrah At-Taubah ayat 5:

 Apabila sudah habis bulan-bulan Haram, maka bunuhlah
 orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka.
 Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika
 mereka bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat,
 maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan.
 Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.

Sepintas ayat yang termasuk kategori ayat madani  tersebut terlihat
“seram”, kecuali kita mengetahui dua hal: pertama bahwa beberapa teks Al
Qur’an memang merespon langsung sejumlah peristiwa yang terjadi
sepanjang masa kenabian Muhammad SAW. Karena itu untuk memahami sejumlah
ayat, pertama perlu diketahui asbabunnuzulnya, dan kedua keterkaitannya
dengan ayat-ayat yang berdekatan atau ayat-ayat di Surrah lain dengan
konteks yang sama. Kalau dilihat dari konteksnya jelas bahwa ayat
tersebut ditujukan kepada orang-orang yang melakukan pengkhianatan atau
mengingkari perjanjian mereka dengan kaum muslimin, seperti yang
dijelaskan pada ayat 4

 Kecuali dengan orang musyrikin yang kamu telah mengadakan
 pernjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi
 suatupun (dari isi perjanjianmu) dan mereka tidak (pula)
 membantu seseorang yang memusuhi kamu

[RantauNet] Do'aku untuk A'a Gym

2002-03-17 Terurut Topik Darwin Bahar

(sebelum latihan Tetada Kalimasada cabang Depok tadi pagi ditutup dengan
do’a, seorang peserta minta waktu untuk mengumumkan bahwa KH Abdullah
Gymnasiar, da’i kondang yang akrab dipanggil A’a Gym akan berceramah di
Mesjid Istiqlal dan akan disiarkan secara langsung oleh SCTV)

A’a Gym, saya adalah salah seorang yang terpana mendengar untaian
kata-katamu yang lugas, santun dan sederhana tetapi penuh makna seperti
yang kusaksikan di layar TV siang tadi.

A’a Gym, saya percaya ini adalah kaji yang dirindukan banyak orang, kaji
yang Qur’ani, sejuk, tidak menghasut, tidak menghujat, tidak menghinakan
siapapun, tidak membenci siapapun, tetapi penuh pengajaran

A’a Gym, saya tidak malu mengakui, bahwa saya menangis ketika Anda
memanjaatkan doa---dengan bahasa---yang sepenuhnya aku mengerti. Dan
tentu saja dimengerti oleh Dia Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha
Penyayang dan Maha Penerima Ampun.

Tetapi tiba-tiba saya khawatir, kalau Anda tergelincir karena ketenaran
sering membuat orang lupa diri. Ketenaran tidak jarang membuat ulama
berubah menjadi entertainer dan hidup bergelimang popularitas dan
kemewahan seperti layaknya seorang entertainer.

Tentu Anda tidak perlu tidur sepanjang hayatmu di atas pelepah kurma
seperti Sang Junjungan, atau berpuasa seperti yang sering Beliau lakukan
manakala Beliau pulang menemukan tidak ada makanan di rumah Beliau.

Anda perlu mobil, rumah dan lain-lain. Tetapi hindarilah kemewahan.
Ingat penganut Islam yang pertama adalah para budak, orang miskin dan
kaum perempuan yang ketika itu direndahkan. Dan sekarang ini kebanyakan
penganut Islam pun dikalangan duafa dan mereka yang tersingkirkan dan
mereka-mereka yang direndahkan.

A’a Gym saya berdoa untukmu, jangan kami sampai kehilangan kamu. Dan
saya yakin, selama Anda beruswah kepada Muhammad Nabi yang ummi, Nabi
yang di dadanya penuh kasih sayang, welas asih dan keadilan, Nabi yang
komitmennya terhadap orang-orang yang malang tidak pernah pudar, Nabi
yang hidupnya jauh dari kemewahan---walaupun Beliau bisa kalau Beliau
mau, Nabi yang pernah sangat gusar tatkala kaum bangsawan Quraish
menyatakan bahwa mereka mau masuk Islam asal Beliau bersedia menjauhi
pengikut Beliau yang miskin dan papa, Anda akan bisa menjaga diri, Insya
Allah.

A’a Gym, saya berdoa untukmu.

Wassalam, Darwin



RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



Re: [RantauNet] [desentralisasi] Re: [demokratisasi] Gus Dur dan Syariat Islam

2002-03-08 Terurut Topik Darwin Bahar

 --- In [EMAIL PROTECTED], mBin [EMAIL PROTECTED] wrote:

 ada lagi saya dengar (cmiiw),
 hamzah has juga mengusulkan sumbar bisa menerapkan syariah islam..:-(
 semangkin bingun dan sumpek jadinya..
 ketika kepentingan kekuasaan akhirnya bisa mendompleng apa saja...

Muhammad SAW: “Sungguh merugi seorang yang beriman bila tidak berilmu.
Sungguh merugi seorang yang berlmu tetapi tidak beramal. Sumgguh merugi
seorang beramal bila tidak ikhlas”.

Orang Islam---di mana saja---tentu hendaknya menjalankan syariat Islam.
Persoalannya perlukakah pelaksanaan syariat Islam didukung oleh
peraturan perundangan-undangan (UU dan Perda) yang bersifat memaksa?
Dapatkah keikhlasan dipaksakan?

Dan Al Qur’an sendiri menyatakan bahwa tidak ada paksaan dalam agama.

Orang Islam---di mana saja---tentu hendaknya menjalankan syariat Islam,
termasuk orang-orang Islam yang berada di Sumbar. Sekitar 98% penduduk
Sumbar adalah dari etnis Minang. Dan sekitar 99% orang Minang adalah
penganut Agama Islam. Malah orang Minang mempunyai “kredo”: Adat
bersyandi syarak, syarak bersandi Kitabullah (Al Qur’an)

Tetapi persoalannya, perlukah pelaksanaan syariat Islam di Sumbar
didukung oleh peraturan perundangan-undangan yang bersifat memaksa?
Dapatkah keikhlasan dipaksakan?

(Saya waktu ini sedang membaca versi Bahasa Indonesia dari Dr. Jefferey
Lang, “Even Angle Ask: A Journey to Islam in Amerika”*]. Dan tidak
jarang saya “merinding” membaca beberapa bagian dari bukunya, bagaimana
beratnya tantangan yang dihadapi mualaf yang Profesor matematika
berkulit putih ini---yang sebelumnya penganut Katholik---untuk menjadi
muslim di masyarakat Barat yang menurut pengakuannya sendiri “sangat
membenci Islam”. Dan bagaimana dia tumbuh menjadi seorang muslim taat,
yang tidak saja yakin akan kesucian dan keotentikan Al Qur’an sebagai
wahyu Illahi serta kepada kenabian Muhammad SAW, tetapi berusaha hidup
sesuai dengan keyakinannya tersebut. Sangat mengharukan membaca,
bagaimana Prof Lang pertama kali melakukan salat, serta “kenikmatan”
yang dialaminya dalam melaksanakan salat, yang mungkin sudah tidak lagi
dirasakan oleh kebanyakan orang Islam yang melakukan salat sebagai
rutinitas, sehingga tidak mampu lagi mencegah mereka dari perbuatan keji
dan mungkar seperti korupsi dan berbagai tindakan antikemanuasiaan
lainnya).

Saya orang Minang dan---tentu saja---beragama Islam. Tetapi saya
termasuk orang Minang yang beranggapan bahwa pelaksanaan syariat Islam
di Sumbar dan di mana saja tidak perlu didukung oleh peraturan
perundangan-undangan yang bersifat memaksa, karena saya termasuk orang
yang percaya, bahwa keikhlasan---yang merupakan pilar utama seseorang
menjadi Islam, sesuai dengan makna terminologi Islam itu sendiri, tidak
mungkin tumbuh karena paksaan.

Saya juga percaya bahwa Islam akan bersemai lebih baik di tengah-tengah
masyarakat yang demokratis dan menjunjung tinggi pluralisme, hatta, di
masyarakat tersebut berkembang subur miskonsepsi yang mendarah mendaging
terhadap Islam.

Bukankan Islam agama yang pertumbuhan penganutnya di AS waktu ini paling
cepat?

Lagipula, bukankah Al Qur’an sendiri menyatakan bahwa tidak ada paksaan
dalam agama?

Salam, Darwin

*] Buku yang edisi Inggrinya berharga US$ 117 ini mendapat rating 5
bintang di Amazon Book.



 mBin
 


RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



[RantauNet] Iedul Adha : Kenapa pada diem?

2002-02-22 Terurut Topik Darwin Bahar

(Tulisan yang ditulis oleh Emabdalah ini saya kutip dari Milis Proletar.
Menurut hemat saya substansi tulisan ini cukup bagus, dan mohon maaf
kalau ada yang “terusik” dengan gaya bahasa “Prol” pada tulisan ini.
Wassalam, Darwin )

Iedul Adha telah datang. Seluruh dunia kompak merayakannya di hari yg
sama : tgl 22 February 2002. Kenapa pada hari Iedul Adha ini seluruh
dunia bisa kompak? Bahkan di Indonesia pun seluruh ummat melaksanakannya
di hari yg sama. Kenapa tidak ada yg protes mengeluarkan jurus-jurus
ilmu Haditsnya untuk menyelenggarakan Iedul Adha pada hari yg lain? Atau
sekedar mempertahankan apa yg telah tertulis di kalender bahwa Iedul
Adha jatuh pada tanggal 23 February 2002? Kenapa para “ulama” itu tidak
ngotot-ngototan mempertahankan pendapatnya dg mengatakan secara lantang
kalau “bla… bla… bla… maka HARAM!… bla … bla… bla… NERAKA!” seperti yg
pernah mereka lontarkan kalau bulan Ramadhan dan Iedul Fitri datang?
Kemana? Kemana perginya itu OTAK-OTAK para “da’i” dan “muballigh” yg
kritis?

Kenapa kalau Ramadhan dan Iedul Fitri datang, selalu muncul
perbedaan-perbedaan? Apa hanya karena Hadits Ru’yah : “Barangsiapa yg
melihat bulan sabit, maka berpuasalah. Barang siapa yg melihat bulan
sabit maka berbukalah”?

Tidak bisakah seluruh dunia ini merayakan Iedul Fitri dan Puasa Ramadan
pada hari yg sama? Seperti mereka merayakan Iedul Adha? Kenapa para
muballigh, para da’i, para Kiyai, para ulama, terlalu “LETTER LUX”
menerjemahkan Hadits Ru’yah di atas? Kenapa mereka tidak melihat dan
MENGAKUI bahwa pada zaman Nabi Muhammad saw yg namanya Ilmu Falak,
Astronomi, perbintangan belum semaju sekarang? Sehingga Nabi, untuk
MEMPERMUDAH ummatnya melaksanakan Puasa dan Hari Raya mengeluarkan
Hadits tsb?

Kenapa tidak terpikir oleh mereka MAKSUD Hadits Ru’yah itu adalah :
“Kalau TELAH DATANG BULAN RAMADAN, maka berpuasalah. Kalau selesai bulan
Ramadan, maka berlebaranlah” ? Dan jaman dahulu, karena belum ketemu
alat-alat astronomi yg canggih, maka mereka hanya mengandalkan
penglihatan mata telanjang melihat bulan. Bukan hanya untuk melihat
bulan Ramadan saja, tapi setiap tiba bulan baru, mereka selalu melihat
bulan di langit sana, “sudah nampak apa belum, bulan sabitnya.” Kalau
nampak berarti awal bulan baru, entah itu Ramadan, Syawal, Dzul Qo’dah,
Dzul Hijjah, Sya’ban, Rabi’ul Awwal, SEMUANYA selalu menggunakan RU’YAH!

Dan pada sekarang ini, para ahli sudah bisa meramalkan dg tepat
pergerakan bintang-bintang, bulan dan matahari dg begitu presisinya.
Gerhana bulan yg akan terjadi 10 th mendatang sudah bisa diramalkan
sejak hari ini, lengkap dg jam, menit dan detiknya. Lengkap pula dg
durasi gerhana itu berlangsung. Begitu juga kedatangan gerhana matahari
yg akan terjadi 10 th mendatang, sama nasibnya dg gerhana bulan, sudah
bisa diramal dg tepat kedatangannya.

Jadi SEHARUSNYA tidak perlu lagi dipertentangkan. Sebab setiap bulan
sabit, yg menandakan jatuhnya awal bulan, sudah bisa diramalkan
jauh-jauh hari sebelumnya. Tidak perlu lagi repot-repot
menyipit-nyipitkan mata untuk mengintip bulan sabit. Tidak perlu lagi
manjat-manjat bukit yg tinggi untuk melihat awal bulan. Karena pada
malam tsb, jam tsb, menit tsb, detik tsb, posisi bulan sudah sabit kalau
dilihat dari tempat yg bersangkutan. Hanya karena awan gelap saja maka
mata tidak bisa melihat. Jadi tidak perlu menunggu lagi keesokan harinya
untuk menentukan awal bulan.

Mungkin ada yg tetap ngotot mempertahankan Hadits Ru’yah tsb berlaku
hanya pada bulan Ramadan dan untuk melihat Idul Fitri. Bulan yg lain
“bodo amat”. Untuk kelompok yg ngotot ini, saya pikir mereka “nyeleneh”
dg pendapat mereka. Kenapa? Sebab ketika menentukan awal puasa mereka
repot-repot nengok bulan sabit, tapi ketika menentukan waktu sholat,
waktu buka, waktu sahur dan imsak, mereka melihat jadwal imsakiyah yg
dibikin dg hasil observasi bintang, tidak lagi dg nengok-nengok ke arah
barat, melihat matahari sudah terbenam atau belum. Kalau mereka mau
konsisten mustinya setiap waktu mereka mau sholat dhuhur, asar, maghrib,
isya, dan subuh dan mentukan imsak, harus melihat matahari dan bulan :
Sudah tiba atau belum waktunya, tidak boleh melihat JADWAL imsakiyah yg
tentu saja dibikin dg hasil HISAB.

Dari hikmah Idul Adha ini, yg bisa terlaksana pada hari yg sama untuk
seluruh dunia, mustinya kita bisa OPEN MINDED, bahwa demi persatuan dan
kesatuan ummat dan mengikut perkembangan jaman, datangnya permulaan
Ramadan dan Iedul Fitri tidak perlu lagi dipertentangkan. Jadi alangkah
baiknya kalau para Da’i, para Ulama, para Muballigh, para Kiyai tidak
terlau ngotot dan secara harfiah memahami suatu Hadits. Terutama Hadits
Ruh’ya. Bukankah matahari yg kita lihat di Indonesia juga sama dengan
matahari yg kita lihat di Amerika, Jepang, Saudi, Irak, Sudan dll?
Bukankah bulan yg kita lihat di Indonesia juga sama dg bulan yg kita
lihat di Korea, Afghanistan,Perancis, Inggris dll?

Jadi dg ini saya instruksikan kapada seluruh ummat Islam di dunia, agar
Ramadan mendatang dan Iedul Fitrinya jatuh pada 

Re: [RantauNet] [indonesia_damai] Sumatera Barat Belum Habis

2002-02-16 Terurut Topik Darwin Bahar

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Posting saya mengenai subyek di atas mendapat tanggapan yang cukup bagus dari seorang 
netter di Milis Indonesia Damai, seperti di bawah ini.

Wassalam, Bandaro Kayo


 Message: 11
Date: Mon, 11 Feb 2002 06:57:34 -0800 (PST)
From: Adriano Rusfi [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: Sumatera Barat Belum Habis

Sumbar belum habis, betul. Potensi sumber daya yang dimilikinya masih dapat 
diharapkan, itu juga betul.

Tapi marilah lihat sisi yang lain, yaitu sisi pendidikan, sisi yang pernah membuat 
orang-orang minang menjadi sangat unggul, sisi yang secara harafiah merupakan industri 
otak itu sendiri. Laporan yang dipaparkan oleh Kompas beberapa bulan lalu
(saya lupa tanggalnya) menunjukkan betapa tertinggalnya Sumatera Barat dalam bidang 
pendidikan ini.

Kedua, orang-orang minang terancam kehilangan tradisi dagangnya dan merantaunya, dua 
serangkai yang seharusnya menjadi unsur melekat dalam diri orang minang. Di satu sisi, 
ada orang minang yang masih mempertahankan tradisi merantau, namun kemudian memilih 
untuk menjadi pegawai. Di sisi lain ada yang masih mau berdagang namun takut merantau, 
sehingga Bukittinggi, misalnya, menjadi kota seribu pasar.

Tanpa kemampuan untuk tetap mempertahankan dua serangkai ini, orang-orang minang akan 
kehilangan kekuatan finansial dari rantau, yang selama ini menjadi penopang ekonomi di 
kampung.

Ke tiga, orang-orang minang semakin kehilangan daya kreatifnya, ketika prinsip alam 
terkembang menjadi guru telah beralih kepada prinsip sekolah menjadi guru. Tanpa 
kreativitas yang tinggi, pada dasarnya orang-orang minang justru akan menjadi bangsa 
yang memiliki sejumlah sisi buruk, seperti keras kepala, individualis, tidak disiplin, 
pemalas dan sebagainya, sisi-sisi buruk yang justru menjadi sangat positif etika 
dibingkai oleh kreativitas.

Jadi, saya setuju jika dikatakan bahwa Sumatera Barat belum habis. Namun akan menjadi 
habis jika anak-anaknya tak berupaya keras untuk memperbaikinya. Kita, Saya dan anda, 
dapat memulainya dari pendidikan : pendidikan berbasis Islam, kreatifitas, di alam, 
untuk membangun mentalitas kewirausahaan, dalam bentuk sebuah wisata pembelajaran 
(edutainment). Anda mau ikut ?



RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



[RantauNet] Sumatera Barat Belum Habis

2002-02-09 Terurut Topik Darwin Bahar

Sejak Tahun 1984 sampai akhir Januari 2002 yang lalu karena pekerjaan
saya banyak bepergian ke sejumlah kota provinsi, kabupaten dan
kecamatan, tetapi belum ke Padang dan kota-kota lainnya di provinsi
Sumbar. Di Pulau Sumatera saja misalnya, saya sudah pernah mengunjungi
kota-kota Banda Aceh, Lhokseumawe, Pekanbaru, Jambi, Palembang dan
Bandar Lampung, tetapi---ya itu---Padang dan kota-kota lainnya di Sumbar
dilewati saja.

Dan awal pekan yang lalu bersama dua orang rekan sekerja saya bertugas
ke Sumbar---terakhir saya kunjungi tahun 1995 untuk urusan
keluarga---mengelilingi “poros” Padang, Pariaman, Lubukbasung, Maninjau,
Bukittinggi (di kota yang sangat asri ini kami menginap semalam) dan
kota kelahiran saya Padangpanjang lalu kembali ke Padang.

Tetapi ini bukan cerita nostalgia. Ini berkenaan karena minat---dan
pekerjaan saya yang berhubungan dengan desentralisasi dan otonomi daerah
(desotda).  Seperti apa perkembangan Sumbar setelah satu tahun
diberlakukannya UU 22 dan 25/99? Seperti apa Sumbar, yang dikatakan
sebagai provinsi yang paling siap dalam pelaksanaan desotda, Padahal
Sumbar bukan daerah yang kaya SDA. Padahal dalam banyak hal Sumbar tidak
banyak berbeda dengan provinsi lain, seperti Golkar yang “berhasil”
menyauk suara 94% dalam Pemilu Tahun 1997 atau cerita adanya busung
lapar di beberapa tempat, serta cerita KKN yang tidak kalah “seru”
dibandingkan dengan provinsi lain.

Memang pada pada suatu sisi Sumbar dikenal sebagai daerah---meminjam
Emil Salim---kawasan “industri otak”. Memang masyarakat Minang dikenal
sebagai masyarakat yang egaliter, demokratis, partisipatif dan Islamis
(adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabulah). Memang masyarakat
Minang dikenal mempunyai pranata sosial yang kuat dalam  bentuk lembaga
nagari

Tetapi itu dulu!

Lalu apakah semuanya itu dapat dikembalikan---termasuk memfungsikan
lembaga nagari yang Perdanya sudah ada---dengan adanya desotda dalam
sekejap seperti membalik telapak tangan?

Kalau membaca koran, dengan dibangunnya kembali lembaga nagari, beberapa
kemajuan memang sudah dicapai, tetapi cerita miring juga tidak kurang
(termasuk dari yang saya baca di koran-koran lokal selama empat hari
saya berada di sana)

Dan saya tidak perlu menunggu lama. Baru keluar dari Bandara Tabing,
saya langsung “ditodong” oleh seorang pengamen, suatu hal yang belum
pernah yang saya alami di bandara-bandara lain di Indonesia, termasuk di
Bandara A. Yani di Semarang yang dalam empat bulan terkahir ini sering
saya kunjungi.

Tetapi kesan tidak enak tersebut mulai berubah setelah saya dkk ke luar
kota Padang keesokannya dalam perjalanan ke Pariaman dan kota-kota
tujuan lainnya. Hujan besar yang sudah hampir dua pekan tidak turun,
memingkinkan kami menikmati alam Sumbar yang indah, bersih dan tidak
mencitrakan sebuah kawasan yang berkurangan secara ekonomi. Rekan saya,
yang termuda, sebut saja Anto---seorang sarjana ternik lingkungan dan
pengusaha realestat yang cerdas---yang  beristerikan seorang perempuan
Minang dan sering mengunjungi Sumbar, adalah yang paling ceria, dan
sangat bangga akan Sumbar, lebih dari pada saya. “Alam Sumbar tidak
kalah cantiknya dari Bali” ujarnya berkali-kali, suatu hal yang sulit
dibantah (saya terakhir mengunjungi Bali bulan Agustus tahun lalu),
lebih-lebih ketika kami meliwati kelok empat-puluh empat yang terkenal
itu di mana danau Maninjau menghampar di bawahnya. “Spetakuler”, seru
Anto berkali-kali.  Tetapi Sumbar tidak hanya punya danau Maninjau.
Masih ada ngarai Sianok, danau Singkarak, danau kembar Diatas dan
Dibawah yang dilewati jalan raya Padang-Solok,  dan lain-lain, hutan
yang masih asri dan lestari. Sumbar juga punya prasarana jalan  raya
yang relatif cukup dengan kualitas yang baik, tetap mulus walaupun
Sumbar tidak bebas dari hujan lebat dan  banjir. Minangkabau juga punya
budaya yang khas yang antara lain tercermin dari arsitektur bangunannya.

Nilai-nilai luhur dari Agama Islam yang dianut 99% orang
Minang---walaupun belakangan ini tergerus juga oleh modernisasi dan
kecintaan yang berlebihan terhadap hal-hal yang bersifat
duniawi---menyebabkan orang Minang---sesuai dengan watak Islam yang
sesungguhnya---toleran terhadap penganut agama lain. Nyaris tidak pernah
ada gangguan terhadap tempat peribadatan, aset dan keselamatan dan
penganut agama atau etnis lain. Tidak mengherankan, sewaktu aksi-aksi
demo anti AS marak di berbagai tempat di Indonesia, Sumbar tidak
termasuk kawasan yang oleh Kedubes AS di Jakarta yang tidak dianjurkan
untuk dikunjungi oleh warga AS.

Tentu tidak bisa diabaikan pula makanannya yang khas dan enak serta
sudah go international.

Ketika rekan saya yang lain---mantan birokrat---dengan sedikit
“prihatin” mengatakan bahwa dari hampir dari Rp 200 M APBD Kabupaten
Padang Pariaman hanya Rp 3 M yang berasal dari PAD, sehingga Kabupaten
Padang Pariaman sangat tergantung kepada DAU, sembari terkekeh Anto
menjawab, bahwa yang “miskin” adalah Pemdanya, tetapi rakyatnya makmur,
kesan yang sukar dibantah dengan melihat 

Re: [RantauNet] Rantaunet penuh sumpah serapah

2002-02-09 Terurut Topik Darwin Bahar

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Karena tiap Minggu harus “mengejar setoran” saya tidak tiap hari mengikuti 
posting-posting yang masuk RantauNet, dan agak terkejut juga mendengar. isi milis 
Rantaunet
sudah jauh berbeda. Penuh dengan ucapan carut marut dan sumpah serapah. Kata-
kata kasar berseliweran, serta  agama Islam yang suci, yang dianut oleh hampir !00% 
orang Minang, juga dicaci dan direndahkan.

Khusus yang terakhir ini, saya melihat memang ada upaya sistematis untuk menumbuhkan 
keraguan terhadap eksistensi dan kemahabesaran Illahi Rabbi, Qur’an suci dan kemuliaan 
Nabi Muhammad SAW, dan ini jelas sekali kalau kita mengikuti milis terbuka seperti 
Proletar yang dimotori antara lain oleh netter yang menamkan dirinya Asoka tersebut. 
Dan kalau sebagian dari propaganda tersebut juga masuk ke RantauNet itu sesuatu yang 
tidak terhindarkan, selama milis ini menghormati kebebasan berpendapat---tentunya 
sejauh tidak melanggar rambu-rambu yang ditetapkan bersama.

Tetapi apakah dengan mengeluarkan mereka yang dianggap “provokator” tersebut 
---atau---lebih-lebih---dengan meningalkan milis ini, masalahnya selesai?

Nah menurut hemat saya, hujjah para provokator tersebut---minimal---yang ada di milis 
ini harus dilawan dengan hujjah yang lebih baik, dan saya percaya bahwa milis ini dan 
juga milis Surau tidak kekurangan orang untuk melakukannya. Tetapi kalau beliau-beliau 
tersebut “diam” saja, lalu bagaimana.

Saya sendiri---dengan segala keterbatasan, kedunguan dan kedaifan saya---sewaktu-waktu 
juga mencemplungkan diri ke Proletar dan bersama-sema sejumlah netters Musliml ainnya 
seperti Emabdalah, Sohib, Rarach, Anti Kejahatan, Abas Amien, dll ikut  melawan para 
penghujat tersebut: keras lawan keras, kasar lawan kasar. Dan kadang-kadang posting 
saya ke sana saya c.c.kan ke RantauNet dan Milis Surau tidak lain agar beliau-beliau 
para alim dan cerdik pandai yang jumlahnya tidak sedikit di kedua milis ini tergugah 
dan ikut membantu, karena jumlah kita lebih sedikit, dan mereka
selain lebih banyak juga ada yang sangat cerdas dan terpelajar.

(Saya masih ingat hujah yang sangat bermutu dan komprehensif yang dilancarkan oleh 
seorang dosen FT Unand yang sedang mengambil program S-3 di sebuah Universitas di 
Jepang terhadap propaganda Ahmadiahnya Wan Nadri, namun saya sudah lama tidak melihat 
beliau tampil di milis ini)

Akhirul kalam, Engku St. Bandaro dari Komisi Tata Tertib tentunya selalu memonitor 
posting di milis ini dan akan meniup peluit apabila ada yang melanggar rambu-rambu 
yang ditetapkan. Bahwa beliau tidak gampang dan sembarangan meniup peluit, tentunya 
adalah sesuatu yang sangat dihargai.

Lalu saya ingat kepada salah satu bait dalam Lagu “Pesan Mande” ciptaan Nuskan Syarif: 
Jan takuik dek ombak gadang / Riak nan tanang nan manghanjuikkan.

Wassalam, Bandaro Kayo

 Message: 10
Date: Sat, 09 Feb 2002 09:02:25 +0700 (WIB)
From: Rinaldi Munir [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Rantaunet penuh sumpah serapah

 Dear All,
 saya sudah cukup lama ikut milis Rantaunet ini. Sebagai perantau minang, saya
 terhibur mendengar celoteh mamak-mamak dan kamanakan kasadonyo.
 Awal-awal saya ikut milis Rantaunet, isi atau topik yang dibicarakan menarik
 dan berbobot.

 Tetapi, sejak beberapa waktru belakangan ini, saya melihat isi milis Rantaunet
 sudah jauh berbeda. Penuh dengan ucapan carut marut dan sumpah serapah. Kata-
 kata kasar berseliweran.

 Bahkan, agama Islam yang suci, yang dianut oleh hampir !00% orang Minang, juga
 dicaci dan direndahkan. Misalnya yang dikemukakan oleh Titik, Panggugek, dll.
 Saya tidak rela agama saya dihina. Saya mensinyalir di dalam Rantaunet ini ada
 anggota yang sangat phobi terhadap Islam.

 Moderator Rantaunet ini saya lihat lemah dan tidak tegas. Meskipun keanggotaan
 Rantaunet ini bebas, tetapi kita perlu menegakkan etika, tata-krama, tidak
 SARA, dll.

 Saya berpikir untuk berhenti saja dari milis ini. Namun akan saya tunggu
 beberapa waktu perkembangannya.

 Wassalam


RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



[RantauNet] Dalam Lautan Bisa Diduga (Dialog Dengan Jusfiq Hadjar)

2001-12-31 Terurut Topik Darwin Bahar

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Dr. Taufik Abdullah Ketua LIPPI yang berdarah Minang pernah menulis di
Tempo, bahwa Orang Minang itu “orthogenic”: mereka pertama-tama merasa
diri mereka muslim, setelah itu baru merasa sebagai orang Minang. Hal
ini bisa menjelaskan mengapa sebagian netters di Milis Surau dan
Rantau.net bereaksi keras terhadap beberapa lontaran pemikiran
introspektif terhadap Islam dari  Urpas yang disampaikannya dengan
bahasa yang “nakal” dan “menggigit”. Tidak kurang salah satu dari yang
“geram” itu adalah Rangkayo Nurbaini McKosky yang sangat terpelajar dan
santun itu, dan---sepanjang yang saya ketahui---bermukim di Amerika
Serikat sebuah negeri yang sangat liberal. Beberapa netters malah
mengira bahwa Urpas adalah….. Jusfiq Hadjar St. Maradjo Lelo. Namun saya
yakin bahwa beliau-beliau yang mengira Urpas adalah Jusfiq Hadjar itu
belum pernah membaca secara langsung posting-posting Jusfiq Hadjar di
Milis Apa Kabar, Proletar, Istiqlal dan sejumlah milis lainnya. Kalau
yang pernah atau sering pasti berpendapat bahwa Urpas “tidak ada
apa-apanya” dibandingkan dengan Jusfiq Hadjar. “Tidak ada tempat bagi
Jusfiq di Ranah Minang!” tulis seorang netter di Proletar. Tidak sedikit
pula yang mencapnya sebagai “kafir”, suatu penilaian yang tidak
berlebihan kalau orang membaca dari apa yang tertulis pada
posting-postingnya mengenai Islam. Cercaan  bahkan ancaman fisikpun
tidak jarang ditujukan kepadanya.. Namun seperti kata pepatah, dalam
lautan dapat diduga, dalam hati manusia siapa tahu. Di bawah ini adalah
dialog saya dengan Jusfiq Hadjar di Milis Proletar belum lama ini.
Dialog diawali dengan tanggapan Jusfiq atas ucapan selamat merayakan
Hari Natal yang yang saya tujukan kepada netters yang beragama Nasrani
di beberapa milis pluralis, termasuk Milis Proletar.

Jusfiq Hadjar:
-
Saya sudah akan merasa amat senang bila seluruh ummat Islam di
Indonesia bersedia menerima untuk hidup berdampingan secara damai dengan
orang lain yang bukan pemeluk agama Islam.

Darwin Bahar:
-
Terima kasih atas tanggapan dan harapan Engku Jusfiq

Seperti Engku Jusfiq ketahui, sebenarnya sejak dulu di kalangan akar
rumput di Indonesia tidak ada masalah antara orang Islam dengan Orang
Kristen.

Saya pernah membaca cerita seorang perempuan Batak Kristen, bagaimana
keluarga Minang tempat dia kos menerimanya dan menganggapnya seperti
anak sendiri, sewaktu ia bersekolah di Normal School Padangpanjang. Dan
orang Padangpanjang---kota yang dijuluki Serambi Mekkah itu---sampai
sekarang juga tidak pernah mengganggu gugat gereja katolik di
Gugukmalintang yang sudah ada (sejak) zaman Belanda.

Dan saya sendiri sewaktu bertugas di sebuah Proyek Bank Dunia di
Sulawesi Utara dan Selatan di akhir tahun delapan puluhan dan pernah
“berkelana” di perkampungan Kristen di Minahasa dan Satal (yang
kristennya dikenal kuat), tidak pernah mendapat perlakukan yang tidak
menjenangkan hanya karena saya seorang Minang dan Muslim yang taat.

Namun di kedua pihak ada biang-biang kerok (plus perangai sebagian
penginjil yang sering melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis dalam
penyebaran Agama Kristen di kalangan penganut Islam, terutama di
kalangan ummat yang kondisi sosial ekonominya lemah)---yang sangat rajin
melakukan tindakan-tindakan yang menimbulkan sikap saling curiga
mencurigai (sampai-sampai kegiatan mulia yang dilakukan Mendiang Romo
Mangun di Kali Code di Yogyakarta juga “dimusuhi” sebagian Ummat
Islam)---dan kemudian dimanfaatkan oleh unsur-unsur angkara murka,
sehingga kemudian mereka saling bunuh.

Karena itu saya sangat gembira bahwa Pertemuan Malino yang dengan bijak
difasilitasi oleh Pemerintah Indonesia---walaupun sangat
terlambat---memperlihatkan tanda-tanda bahwa konflik antarpenganut agama
Islam dan Kristen di Poso yang sudah banyak memakan korban di kedua
pihak, bisa diakhiri.

(Mudah-mudahan Ambon segera menyusul)

Akhirul kalam, semoga Engku Jusfiq dan Keluarga selalu sehat walafiat
dan tidak kurang suatu apapun di Leiden

Wassalam, Darwin

Jusfiq Hadjar:

Saya ulang: posisi yang anda pertahankan adalah posisi yang baik, posisi
yang dari sudut ajaran Islam bisa dipertahankan dan telah dipertahankan
dari zaman Muh.Abduh dan Afghani dan dipertegas oleh Abdul Razik.

Dari sudut teologis posisi anda tidak bisa diruntuhkan.

Anda memegang, antra lain, al-Kafirun yang mengakui hak orang lain untuk
tidak mengikuti ajaran Islam.

Dibalik itu saya juga tahu bahwa sebahagian (besar?) orang Islam di
Indonesia tidak (selalu) mengikuti ajaran al-Banna, Sayed Qutb dan
Maududi.( di kalangan  akar rumput di Indonesia tidak ada masalah
antara orang Islam dengan Orang Kristen. menurut istilah anda)

Namun kita juga kudu ingat - dan ini amat penting - bahwa tidak ada -
dari sudut teologis - yang bisa menyalahkan al-Banna, Sayed Qutb atau
Maududi: mereka adalah juga - dari sudut ajaran Islam - orang-orang
Islam yang baik, karena mereka adalah JUGA orang Islam yang menurutkan
ajaran Islam dengan baik

[RantauNet] Diskusi Masalah Semen Padang

2001-12-24 Terurut Topik Darwin Bahar

Kemarin saya membaca kolom Revrisond Baswir dan Faisal Basri di dua
koran yang berbeda.

Lalu saya ingat diskusi yang bermutu mengenai  Maslah Semen Padang di
Milis Rantau.net  beberapa waktu lalu yang “dipandu” Indra Piliang yang
antara lain menyandingkan pendapat kedua pakar ekonomi tersebut di atas
yang berasal dari “mahzab” yang berbeda, namun kedua-duanya memiliki
integritas yang sangat tinggi.

Saya tidak tahu apakah Indra berminat dan punya waktu untuk membuat
rangkuman diskusi tersebut, yang saya pikir bermanfaat bagi orang-orang
di luar Milis Rantau.net yang berminat dan terlibat dalam masalah Semen
Padang

Salam, Darwin

RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



[RantauNet] Ya Rasullullah Salamua'alaik

2001-12-13 Terurut Topik Darwin Bahar

Emilia Contessa dalam tahun tujuhpuluhan adalah sebuah “bom”. Di usianya
yang setengah baya, kecantikannya belum sepenuhnya pudar, tetapi
alamak….vokalnya  itu, masih tetap prima. “Ya Rasullullah
Salamua’alaik”, lantunnya dengan penuh konsentrasi diiringi oleh biola
maut Idris Sardi, jadilah sebuah ekspresi musikal yang sangat aduhai.
Dan tembang yang bernuansa puji, selawat dan cinta kepada lelaki
junjungan miliaran kaum muslimin seperti itu setiap malam ditayangkan
oleh TV-TV swasta selama bulan Ramadan dalam beberapa tahun terakhir
ini. Hal tersbut tidak mengherankan karena puasa Ramadan adalah salah
satu dari lima pilar Islam yang---di samping syahadat, solat, zakat dan
berhaji---yang beliau ajarkan berdasarkan wahyu yang diturunkan Sang
Khalik kepada beliau.

Muhammad memang sangat berpengaruh sekaligus sangat dicintai oleh kaum
muslimin. Kecintaan dan kehormatan itu tidak berkurang sekalipun banyak
cerita-cerita miring mengenai pribadi beliau. Pada satu sisi, adanya
cerita miring tersebut tidak bisa dihindarkan. Berbeda dengan kebanyakan
pembawa risalah lainnya, Muhammad adalah tokoh sejarah. Dan tidak semua
sumber riwayat hidup beliau pihak-pihak yang mencintai atau beriktikad
baik kepada beliau. Tetapi kebanyakan kaum muslimin---termasuk kalangan
terpelajarnya---lebih mempercayai sumber-sumber Islam bukan semata-mata
karena unsur subyektivitas belaka, tetapi juga karena validitasnya.
Sikap, ucapan dan perilaku beliau yang terhimpun dalam kitab-kitab
hadis, teruji kejelasan mata rantainya, jelas siapa-siapa penyampai
beritanya.

Dari riwayat-riwayat yang terhimpun dalam kitab-kitab hadis tersebut
terungkap faset-faset yang mengagumkan dan sekaligus mengharukan. Beliau
yang sejak belia dikenal lurus dan jujur sehingga digelari Al-Amien
diriwayatkan hidup sangat-sangat sederhana, bahkan setelah pengikut
beliau menguasai jazirah Arabia, beliau tetap tidur di atas pelepah
kurma, sehingga Umar bin Khatab yang gagah berani menangis tersedu-sedu
melihat bekas pelepah kurma di punggung Rasul yang mulia itu.

(Bung Karno---dengan segala kelebihan dan kekurangannya---adalah salah
seorang pengagum berat Rasulullah SAW. Beliau sering mengutip Thomas
Stoddard yang memetaforakan Muhamad SAW bagaikan matahari. Bahkan nama
semua anak-anak lelaki beliau diawali dengan nama Nabi yang mulia
tersebut)

Setelah empatbelas abad berlalu ajaran-ajaran Nabi yang ummi (buta
huruf) ini tidak pernah kehilangan relevansinya. Ritual-ritual yang
beliau ajarkan---seperti puasa Ramadan---tidak saja sarat nilai-nilai
spritual, tetapi juga sangat rasional. Tinggal bagaimana para
pengikutnya menerjemahkan dengan cerdas risalah yang beliau bawakan dan
mengimplementasikanya dengan sungguh-sungguh sehingga dapat memberikan
kontribusi yang nyata kepada demokrasi, persamaan, keadilan dan
kemakmuran ummat manusia, serta penghormatan kepada pluralisme yang pada
hakekatnya merupakan Sunatullah.

(Dalam sebuah hadis diriwatkan, ketika Muhammad SAW sedang duduk bersama
para sahabatnya di pinggir jalan, lewat sebuah iringan keranda jenazah.
Beliau berdiri untuk menghormatinya. Seorang sahabat berkata: “Ya Rasul,
bukankah itu jenazah seorang Yahudi?”. Lelaki mulia itu langsung
menjawab: “Bukankah ia manusia juga?”)

Akan mereka-mereka yang rajin menghujat Nabi yang mulia ini---termasuk
yang ada di sejumlah milis---janganlah dirisaukan benar. Hadapilah
mereka---seperti pesan Al-Quran---dengan cara yang lebih baik. Lawan
wacana dengan wacana, lawan nalar-dengan nalar, lawan data dengan data,
semuanya dengan cara yang lebih baik. Tidak semua pengujat tersebut
beriktikad tidak baik. Ada yang semata-mata ingin kritis, ada yang
semata-mata karena ketidak tahuan. Tidak kenal maka tak sayang.

Kalau mereka tetap bergeming, biarkan saja. Tokh orang-orang semacam ini
sudah ada sejak empat belas abad yang lalu. Dan sejarah membuktikan
bahwa para peludah ke langit tersebut tidak lebih dan tidak kurang
seperti busa-busa kecil yang akan selalu hilang ditelan pusaran-pusaran
sejarah.

Selamat mengakhiri puasa Ramadan 1422 H. Semoga kita masih diberikanNya
kesempatan menemui bulan penuh hikmah ini di tahun-tahun yang akan
datang.

Selamat Idul Fitri. Maaf lahir dan batin.
Minal aidin wal-faizin (semoga kita termasuk orang-orang yang kembali
dengan kemenangan)

Wassalam, Darwin



RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



[RantauNet] Urpas dan Posting RAJAM BIADAB! Nigeria: Woman Sentenced to Death Under Sharia

2001-10-26 Terurut Topik Darwin Bahar

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saya sudah beberapa kali bersilang pendapat dengan Urpas di milis lain
dan kadang-kadang “mual” membaca postingnya yang vulgar. Tetapi saya
harus mengakui bahwa dibalik vulgarisme itu, dia selalu berusaha
mendukung pendapatnya dengan argumentasi.

Saya---Insya Allah---seperti orang Minang umumnya, sangat meyakini
kebenaran Agama Islam, dan dengan segala kedunguan dan kebebalan saya,
berusaha menjadikan Islam sebagai suluh kehidupan saya. Demikian pula
saya menyikapi hukum Allah terhadap penzina. Dan dari intisari hadis
pelaksanaan hukum rajam di zaman Rasulullah SAW masih hidup yang dikutip
sanak Reflizar Piliang di Milis Rantau.net, jelas sekalai bagaimana
bijaksananya Rasulullah SAW menerapkan hukum rajam tersebut. Bahkan
tatkala Amr bin Ash mengumpat ketika dirinya kecipratan darah perempuan
tersebut ketika hukum rajam sedang dijalankan, Nabi yang mulia itu
bersabda” Wahai Amr, kalaulah iman perempuan ini ditimbang, niscaya
lebih berat dari pada iman seluruh penduduk Medinah ini”.

Sebagai agama yang haq, Islam banyak mengajarkan adab kepada manusia.
Misalnya adab menyembelih binatang, yaitu harus dengan pisau yang tajam,
supaya binatang yang disembelih tersebut tidak menderita. Hukum rajam,
di zaman Rasulullah SAW masih hidup adalah bentuk hukuman yang relatif
tidak kejam dibandingkan dengan bentuk hukuman mati lainnya. Namun pada
saat ini, sepertinya tidak. Pertanyaannya, apakah kita memang harus
menafsirkan hukum Islam secara tekstual/skriptualistik? Atau bolehkah
para Ulama melakukan ijtihad untuk menyesuaikannya dengan perkembangan
zaman? Jawabannya tentu bisa ya dan bisa tidak. Tetapi apakah ya atau
tidak tentu perlu didukung dengan argumentasi yang kuat baik secara
“naqly” maupun secara “aqly”

Nah saya pikir esensi tulisan Urpas di bawah subjek “RAJAM BIADAB!
Nigeria: Woman Sentenced to Death Under Sharia” yang dikirimkannya ke
beberapa milis, a.l. Rantau.net, Surau dan Proletar dan dikemukakannya
dengan bahasa yang membuat mual banyak orang termasuk saya---adalah
masalah tersebut di atas, suatu hal yang menurut saya sah-sah saja.

Dalam perspektif ini serta dengan mempertimbangkan sifat demokratis dan
menghargai argumentasi (gayung bersambut, kata berjawab) yang menjadi
ciri orang Minang---dengan harapan Urpas dapat mengubah cara bertuturnya
dengan cara yang lebih elegan---saya termasuk yang “tidak setuju”  kalau
posting Urpas di Rantau.net dan Surau diblokir, walaupun hanya untuk
sementara.

Wassalam, Bandaro Kayo



RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



[RantauNet] Koto Gadang, Tiap Rumah Ada Sarjana

2001-10-26 Terurut Topik Darwin Bahar

Republika, Sabtu, 27 Oktober 2001

Seratus tujuh belas tahun silam, Agus Salim terlahir. Meski telah
teramat lama, di Sumatera Barat, anak-anak sekalipun tetap mengenal
namanya. Betul juga kata orang bijak: harimau mati meninggalkan belang,
manusia mati meninggalkan nama.

Nama besarnya nyaris tidak tertandingi oleh siapapun, kecuali oleh
sejumlah orang di zamannya yang kemudian menjadi 'bapak bangsa' ini.
Agus Salim adalah tipe orang Minang --yang dalam istilah Rosihan Anwar--
gilo-gilo baso alias gendeng. Semua orang Minang yang pintar memang
memiliki sikap demikian. Ia lahir di nagari Koto Gadang pada 8 Oktober
1884. Nagari ini senantiasa dibalut kabut. Anginnya semilir.

Jika Anda berada di Bukittinggi, masuklah ke Ngarai Sianok, menelusuri
jalan beraspal yang menurun tajam. Naik mobil Chevrolet keluaran tahun
1944 atau berjalan kaki, maka Anda akan sampai di Koto Gadang. Bisa juga
dari simpang empat Galudua, Koto Tuo, ruas jalan ke Maninjau, di kaki
Gunung Singgalang. Dari Koto Tuo ini, jaraknya lebih pendek, sekitar dua
kilometer saja.

Koto Gadang adalah satu dari 61 nagari di Kabupaten Agam atau 543 nagari
di Minangkabau. Masuk ke dalam wilayah administrasi kecamatan IV Koto
(baca: Ampek Koto), yaitu nagari: Koto Tuo, Koto Panjang, Sungai Landia,
Balingka, Malalak, Lubuak Tabek Sarojo, Koto Gadang, III Koto,
Garagahan, Sitanang, dan Manggopoh.

Di Koto Gadang, Anda akan disambut oleh ciri khas nagari Minangkabau:
rumah berjejer sepanjang jalan, di belakang selapis atau dua lapis rumah
akan ada sawah. Rumah-rumah di sini banyak yang kosong. Pemiliknya entah
di mana kini. Mungkin di Jakarta, Sydney atau California, dan bisa juga
di Surabaya.

Banyak rumah yang didiami oleh orang upahan. Sebuah keluarga digaji
untuk mendiami rumah oleh keluarga Koto Gadang yang sedang berada di
rantau. Hal semacam ini banyak ditemukan di nagari-nagari lain di
Minangkabau, tapi di Koto Gadang jumlahnya teramat banyak.

Para gadis Koto Gadang yang menetap di kampung halaman, selain sekolah
di kampung sendiri juga di Bukittinggi dan Padang. Yang di kampung,
banyak yang melibatkan diri dalam kerajinan Amai Setia yang didirikan
lebih seabad silam. Hasil kerajinan anak nagari Koto Gadang, terkenal
luas. Tidak saja mengisi etalase pasar konveksi di Bukittinggi, tapi
juga dipesan oleh banyak orang dari berbagai kota.

Ketika wanita di daerah lain masih 'tidur', di Koto Gadang sudah ada
Kerajinan Amai Setia. Tatkala wanita di daerah lain dipasung di rumah,
Rohana Kudus gadis desa itu, sudah menjadi pemimpin redaksi surat kabar
Soenting Melajoe di Padang awal abad ini. Ia menjadi pioner perdebatan
gender dan hak-hak wanita Minangkabau.

Nagari ini, kini, juga menjadi desa tujuan wisata. Para wisatawan asing
akan menuju Ngarai Sianok dan seterusnya berjalan menuju Koto Gadang. Di
sana mereka sepertinya memasuki bab demi bab buku tua milik kaum
intelektual bangsa ini.

Koto Gadang sama terkenalnya dengan Agus Salim atau cucunya, Emil Salim.
Nagari ini berhasil mengambil manfaat yang sempurna dari sistem
pendidikan kolonial yang diterapkan Belanda di Minangkabau. Tidak ada
orang Koto Gadang ketika itu yang tidak pandai berbahasa Belanda. Malah
kini, orang seangkatan Emil Salim atau satu generasi di bawahnya,
biasanya berbicara memakai bahasa Belanda dengan kedua orang tuanya.

Dapat dibayangkan di zaman awal-awal politik etis saja orang Koto Gadang
sudah berbondong-bondong untuk sekolah, apalagi sekarang. Maka jangan
heran dengan kenyataan seperti ini: tiap rumah di Koto Gadang pasti
memiliki sarjana dari bidang ilmu apa saja.

Dari nagari ini muncul sejumlah menteri, jenderal, direktur berbagai
perusahaan, pakar, ahli politik, dokter. Di mana pula di Indonesia tiap
rumah memiliki sarjana? Dari segi prestasi, tidak ada desa di Indonesia,
bahkan mungkin di dunia yang bisa menandingi Koto Gadang. Celakanya
mereka semua berada di rantau. Koto Gadang mereka titipkan pada Gunung
Singgalang dan Merapi. Mereka mencari hidup dan penghidupan di rantau
orang. Biasanya saat Idul Fitri, Koto Gadang sangatlah ramainya. Semua
perantau intelektual itu pulang kampung.

Tidak ada yang congkak, merasa hebat satu dari yang lainnya. Mereka
patuh dan santun pada mamaknya yang tinggal di kampung. Mereka hormat
kepada kepala desa, meski ia sendiri seorang jenderal. Segenap pangkat,
atribut, mereka lepas. Maka jadilah mereka Orang Koto Gadang yang
sesunguhnya.

Agus Salim, tidak meninggalkan apa-apa, kecuali spirit yang kuat bagi
warga Koto Gadang dan rakyat Minangkabau. Orang Minang adalah orang
paling bangga di negeri ini, karena telah menyumbangkan Agus Salim,
Hatta, Yamin, Sjahrir, Natsir, As'ad, dan sejumlah nama lainnya bagi
Indonesia.

Di Koto Gadang, Agus Salim membuka HIS partikulir setelah menamatkan
pendidikannya pada akhir 20-an. Dia sekaligus pulang kampung untuk
menikah. Sejak itulah orang mengenalinya sebagai Haji Agus Salim atau
Paatje bagi kerabat keluarganya. Sekolah partikulir yang ia buka,
ternyata mendayung Koto Gadang ke laut 

[RantauNet] Emil Salim: Dengan Ilmu Menghayati Agama (Bagian II Habis)

2001-10-13 Terurut Topik Darwin Bahar

Komentar: Membedakan mana wilayah ikhtiar (yang tunduk kepada hukum alam
atau sunatullah dan sebagian besar bisa dikendalikan dan diprediksi
dengan ilmu dan pengetahuan) dan mana yang wilayah tawakal (yang berada
di bawah kendali manusia) agaknya sering dirancukan sebagian ummat
dewasa ini.  Masih segar dalam ingatan kita sejumlah “do’a istighotsah”
yang digelar ummat dan ulama pengikut fanatik Gus Dur beberapa bulan
yang lalu yang memohonkan kepada Allah SWT agar Gus Dur tetap jadi
Presiden s.d. Tahun 2004. Dan kita semua tahu bagaimana hasilnya. Hal
serupa juga terlihat dari bagaimana sebagian ummat menyikapi konflik
Taliban dengan AS, yaitu dengan klaim bahwa Allah SWT “pasti” berpihak
kepada Taliban, maka Taliban pasti akan mengalahkan mesin perang dan
sekutu-sekutunya. Semangat semacam ini sah-sah saja. Bahkan tidak
sedikit para pejuang kita yang dengan senjata seadanya dahulu melawan
penjajahan Belanda yang dengan semangat seperti ini (saya pernah membaca
dengan perasaan kagum bagaimana Panglima Sudirman yang paru-parunya
tinggal satu dan salatnya tidak pernah tinggal mememimpin perang gerilya
melawan Belanda). Tetapi dalam perperangan manapun, yang sering menang
adalah mereka yang punya strategi di samping kekuatan dan moral pasukan
yang lebih baik. Dan itu pulalah yang selalu diperhatikan oleh
Rasulullah SAW dalam perperangan-perperangan yang beliau lakukan dalam
menghadapi kaum Kafir Qureish. Bahkan dalam perperangan Uhud, terjadinya
kekalahan pasukan Rasulullah SAW disebabkan sebagian pasukannya tidak
mentaati strategi yang beliau tetapkan, yaitu para pemanah yang berada
di atas bukit yang diperintahkan beliau tetap berada di sana sampai
perang selesai, meninggalkan posisinya untuk mengejar harta rampasan.

Tetapi saya percaya kepada teori bandul jam. Saya yakin ummat akan
belajar dari keterbelakangan dan pengalaman pahit menjadi yang
terbelakang. Saya yakin ummat akan semakin cerdas dalam beragama
sehingga bisa dengan damai mewujudkan Islam sebagai rakhmat bagi
sekalian alam. Saya yakin di tengah keterbelakangan ummat---relatif
terhadap Barat---tetap saja Barat bisa melihat nur kebenaran Islam.
Seorang teman saya yang aktif disebuah organisasi dakwah yang dimotori
oleh para profesional (ada yang bergaji di atas US$ 10 ribu perbulan)
baru-baru ini menceritakan bahwa organisasi tersebut banyak menerima
permintaan dai dari Australia, AS dan Suriname. Bahkan pada saat krismon
dalam tahun 1998, organisasi tersebut berhasil membangun sebuah Masjid
dengan biaya sebesar Rp 5 M di Sidney.

Dan saya setuju dengan pendapat: Taliban memang Islam, tetapi Islam
bukan Taliban. Selain itu saya yakin, bahwa Islam tidak menghalalkan
semua cara untuk mencapai tujuan.

Catatan tambahan: Haji Agus Salim (HAS) yang lahir pada Tahun 1884 di
Kota Gadang, Sumbar adalah salah seorang founding father RI yang dikenal
sangat cerdas dan alim. Setelah Indonesia merdeka beliau menjabat
sebagai Menter Luar Negeri (1946-1947) dan Muda Luar Negeri (1947-1949).
Almarhum yang juga dikenal sebagai diplomat tangguh ini menguasai
sejumlah Bahasa Asing, yaitu Bahasa-Bahasa Belanda, Inggris, Jerman,
Perancis, Arab dan Turki.

Salam, Darwin
(Mohon maaf kepada yang menerima posting ganda)

Dengan Ilmu Menghayati Agama
Republika, Sabtu, 13 Oktober 2001

Oleh :Emil Salim
Mantan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup

(Bagian Kedua, Habis)

Haji Agus Salim mencoba memahami tauhid itu dari filsafat dan bertolak
dari  keesaan Allah. Ia membantah orientalis yang menuduh Islam sebagai
agama yang menyuruh umatnya selalu pasrah, tabah, tawakal, dan sabar.
Oleh mereka, Islam direduksi hanya sebagai agama yang berpendapat bahwa
Tuhan menentukan segala hal di bumi ini, sehingga umat Islam hanya harus
menerima, bersabar, bertawakal, menyerah, pasrah, nerimo. HAS membantah
semua ini.

Menurut dia, hal pokok dalam Islam bukanlah tawakal, namun tauhid. Ciri
khas Islam adalah tauhid, yaitu mengejar keesaan Tuhan. Dengan tauhid,
keseluruhan perbuatan, hidup, dan mati manusia adalah untuk Tuhan,
sehingga langkah apa pun yang kita perbuat kita dahului dengan ucapan
''bismilahirrahmannirahim.'' Itu berarti senantiasa dengan nama Allah
kita memasuki prakehidupan di dunia ini.

Sebagai contoh, polisi tidak bisa seenaknya masuk dan duduk di rumah
kita, kecuali kalau mereka membawa surat perintah atau surat izin sesuai
perundangan yang berlaku. Pendek kata, seseorang harus tunduk pada
peraturan hukum sebelum berbuat sesuatu. Begitu pula manusia di alam
bumi (rumah Tuhan). Untuk melakukan pekerjaan, berusaha di alam rumah
Tuhan, mereka harus mendapat izin Tuhan. Karena itu wajar jika apa yang
kita perbuat di rumah Tuhan ini harus selalau dengan nama Allah. Cara
berpikir ini mengandung makna bahwa kita mengakui keesaan Allah. Takdir
adalah pintu pokok kedua yang terpenting dalam Islam menurut HAS. Kita
hidup, tapi kita tidak dapat menentukan kapan kita lahir dan mati.
Ketentuan itu bukan di tangan manusia.

Saya berpikir, kenapa saya jadi ekonom, padahal tidak 

[RantauNet] Emil Salim: Dengan Ilmu Menghayati Agama

2001-10-11 Terurut Topik Darwin Bahar

Pada saat emosi sering menenggelamkan rasionalitas, tulisan Prof Dr.
Emil Salim  di Republika Jumat, 12 Oktober 2001 ini bisa dijadikan bahan
renungan. Menurutku sebahagian ummat saat ini sering kehilangan
rasionalitas. Saya setuju simpati demi kemanusiaan akan nestapa yang
diderita oleh Rakyat Afganistan akibat perang yang sama sekali tidak
mereka inginkan. Namun kenapa solidaritas kepada masyarakat Aceh atau
kepada lebih dari 1,5 juta pengungsi Bamgsa sendiri yang waktu ini dalam
keadaan nyaris tanpa harapan tidak “seheboh” dan “segreget” solidaritas
kepada Rakyat Afganistan?

Tetapi selalu ada yang tidak kehilangan rasionalitasnya, misalnya Ketua
Umum PP Muhammadyah Prof. Syafii Maarif seperti yang diberitakan Kompas
yang diposkan oleh IJP. Saya percaya pendapat Prof Syafii Maarif
mewakili “the silent majority” kaum muslimin Indonesia.

Salam,  Bandaro Kayo

Dengan Ilmu Menghayati Agama
Republika Jumat, 12 Oktober 2001

Emil Salim
Mantan Menteri Lingkungan Hidup

(Bagian Pertama)

Pada 4 November 1954, Haji Agus Salim meninggal karena serangan jantung,
beberapa hari setelah ia memperingati ulang tahunnya yang ke-70, pada 8
Oktober 1954. Pada perayaan ulang tahun itu diterbitkan buku Djedjak
Langkah Hadji Agus Salim yang memberikan sedikit gambaran tentang alam
berpikir almarhum. Ia juga menulis buku Filsafat tentang Tauhid, Takdir
dan tawakkal. Dalam buku itu, alam berpikirnya tentang peran
rasionalitas dalam menghayati agama sangat menonjol.

Ketika saya masih jadi mahasiswa pada 1951, materi kuliah waktu itu
belum terlalu banyak. Saya tinggal bersama kakak-kakak, tidak jauh dari
rumah H. Agus Salim (HAS). Saya sering singgah ke rumah Agus Salim –
saya memanggilnya Oom Agus-- saat ia bermain kartu pasians dan memberi
kesempatan mengobrol. Saat itu belum ada tape recorder sehingga
pembicaraan tak bisa direkam.

Sebagai seorang mahasiswa yang sedang digodok berpikir ilmiah, saya
bertanya kepada Agus Salim bagaimana sebaiknya mempelajari agama Islam.
Banyak yang ia ceritakan, tapi ujungnya ia meminjamkan buku filsafat
karangannya itu. Pelajari dan pahami buku ini, katanya berpesan. Buku
ini menjelaskan tentang filsafat di mata Agus Salim, yang tak ubahnya
kebun berisikan pohon-pohon ilmu. Pertama, pohon ilmu logika; yaitu cara
berpikir, berkata secara teratur.

Kedua, pohon estetika yaitu cabang filsafat membahas seni dan keindahan,
hal ikhwal, kesenian, keindahan budaya. Itulah yang dibahas dalam cabang
falsafah estetika. Ketiga, pohon cabang filsafat metafisika, yaitu
membahas hal-hal nonfisik yang tidak tampak. Keempat, pohon
epistemologi, yaitu cabang ilmu filsafat tentang dasar dan batas
pengetahuan.

Dalam alam berpikirnya, ada wilayah yang bisa digarap dengan ilmu, namun
ilmu punya batas yang memisahkan kita dengan bidang agama, setelah
melalui bidang tahap nonfisik/metafisika. HAS ingin mendesak batas
tersebut sejuah mungkin menarik garis ilmu mengenali agama. Agama
bertolak dari believe, percaya. Sedangkan ilmu bertolak dari
doubt/atau kesangsian (keraguan). HAS menghendaki agama dapat kita
jelajahi, masuki dengan cara berpikir ilmu agar kita memiliki satu
keyakinan penuh. Atas dasar ilmu logika dan ilmu falsafah, berkembanglah
kehendak
mengembangkan pendekatan falsafah dalam memahami agama. Bukti alur
pikiran ini, di mata Agus Salim, terdapat dua bahan filsafat: 1) Alam
dan lingkungan hidup dalam alam, seperti gunung, laut, manusia dan
sebagainya. 2) Alam pikiran.

Dengan itu, filsafat tumbuh menjadi filsafat alam yang bersifat empiris,
dan alam berpikir yang bersifat abstrak rasional. Karena itu kita harus
memahami alam, seperti diungkap dalam surat Al Baqarah, tentang laut,
burung, gunung dan angin dll, sebagai tanda-tanda yang harus kita
pelajari dan membawa kita pada filsafat berpikir rasional. Maka filsafat
yang ingin dikembangkan HAS adalah filsafat alam dan filsafat akal yang
berbeda namun menyatu. Satu bertolak pada empiris dan yang lain bertolak
pada rasionalisme. Tapi untuk mengaji itu ada arahan dan tujuannya.
Arahannya didasarkan pada etika, yaitu etika mengejar pemahamam tentang
penciptaan kebahagiaan di jalan Tuhan. Timbul pertanyaan: Apa tugas
kita hidup di alam nyata ini? Intinya adalah untuk mengenali dan
memahami alam, dan dengannya kita dalami alam pikiran. Dari situ kita
kembangkan paham metafisika untuk kemudian mencari dan memahami alam
mencari kebenaran hakiki dalam diri Tuhan. Maka pada garis
horisontalnya, ada alam fisik benda yang dapat kita pegang (gunung, batu
dan sebagainya), kemudian kita berangkat ke alam pikiran immaterial yang
tidak ada bendanya. Melalui alam pikiran itu kita menembus hakikat
perikehidupan, dan dengan pemahaman hakikat itu kita masuki bidang
agama.

Mengapa filsafat agama penting? Mengapa pendekatan akal dalam agama
perlu? Ini karena pada 527 M, ada Raja Romawi, Kaisar Yustinianus, dan
istrinya Theodora, yang mempunyai paham bahwa agama dipakai untuk
memberi legitimasi atas kekuasaan yang mereka miliki. Saat itu, Kerajaan
Romawi menguasai 

[RantauNet] Penjaringan Aspirasi Masyarakat dalam Penyusunan APBD

2001-10-06 Terurut Topik Darwin Bahar

Kalau ada pooling pendapat mengenai apakah masyarakat merasa bahwa APBD
di daerahnya sudah aspiratif, saya yakin bahwa lebih dari separuh akan
menjawab tidak. Sumpah serapah pembaca Koran Media Indonesia berkenaan
dengan penggunaan APBD DKI untuk “studi banding” ke LN yang dilakukan
anggota dewan yang terhormat itu bisa merupakan salah satu indikator.
Tetapi kalau Konsep Panduan Perencanaan Anggaran Daerah (PPAD) yang
disiapkan oleh Ditjen Otda Depdagri sudah menjadi keputusan pemerintah,
maka peluang masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyusunan, bahkan
dalam pelaksanaan dan pertanggung jawababan APBD akan semakin besar.

Konsep PPAD yang mulai disosialisasikan pada Rapat Kerja Teknis
Keuangan Daerah yang dihadiri oleh para Ketua Bappeda, Kepala Biro/Badan
Keuangan Daerah dan Kepala Dinas Pendapatan Daerah se Indonesia tanggal
26 dan 27 September yang lalu secara spesifik memberikan panduan
mengenai Panduan Penjaringan Aspirasi Masyarakat. Bagian ini antara lain
memeberikan panduan mengenai Metode Penjaringan Aspirasi dan Dokumentasi
dan Pencatatan Aspirasi.

Sedangkan metode penjaringan aspirasi, mencakup panduan mengenai
mekanisme penjaringan aspirasi, instrumen penjaringan aspirasi
masyarakat secara aktif (kuesioner, observasi lapangan dan dilog
interaktif), instrumen penjaringan aspirasi masyarakat secara pasif
(kotak saran, kotak pos, telepon bebas pulsa dan web site) dan instrumen
penjaringan aspirasi masyarakat secara reaktif (hearing dan sidak).

Apakah peluang masyarakat untuk berpartisiapasi dalam penyusunan,
pelaksanaan dan pertanggung jawababan APBD hanya akan menjadi angin
surga tentu sebagian besar terpulang pada masyarakat atau
lembaga-lembaga yang mewakili masyarakat (Ornop), apakah mereka mau
memberdayakan diri mereka atau apakah mereka akan membiarkan diri mereka
diperdayakan terus. Begitu.

Salam, Darwin


RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



  1   2   >