RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-03 Terurut Topik King Hian
 Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 1, 2008, 4:33 PM







Huehehehehe, ya deh gue ngerti, lu mau membelokkan masalah jati diri ke urusan  
hilangnya bahasa Tionghoa gitu yah. 
 
Jadi dibiarin nge-gantung aja urusan korelasi kemampuan bahasa mandarin dan 
jati diri yah? 
Boleeeh, nggak masyalah buat gue mah. 
Hayuk lah kita belok yah, ke masalah 'di-paksa itu' 
 
Menurut gue, seandainya pun tionghoa tionghoa dibiarkan bebas dengan bahasanya 
sendiri, 
tidak akan berbeda banyak dengan  keadaan jaman sekarang, 
malahan mungkin lebih parah. 
 
Gue perbandingkan aja dengan temen-temen gue, yang Jawa, yang Sunda, 
saat ini mereka sendiri ngerasa, bahwa kemampuan mereka berbahasa ibu (minjem 
istilah elu)
sudah sangat-sangat berkurang dibandingkan angkatan yang sebelumnya. 
Padahal bokap nyokapnya masih bisa kok berbahasa jawa halus, berbahasa Sunda 
lemes, 
lha kok anaknya sama kayak gue - yang lu anggap 'tercabut dari akar ' gitu?
padahal nggak ada lhoh larangan berbahasa Jawa dan Sunda.  
 
Begitu pun di Singapura
Nggak ada larangan berbahasa mandarin. 
Tapi angkatan gue disana lebih nyaman saling bicara dengan bahasa Inggris tuh, 
biarpun mandarinnya nggak sekacau gue sih.  
 
Apakah fenomena ini karena dipaksa paksa, atau terpaksa paksa? 
 
Gue bilang kondisinya malahan mendingan bahasa mandarin ketimbang nasib bahasa 
Jawa dan Sunda, 
karena banyak orang merasa 'dipaksa' tidak belajar bahasa mandarin di jaman 
ORBA, 
di jaman sekarang jadi pada sibuk euphoria belajar mandarin.
kebetulan RRC lagi berkembang juga perekonomiannya, jadi lebih banyak lagi yang 
merasa BUTUH belajar mandarin. 
 
Coba 20 taon yang lalu, seandainya pun bahasa Mandarin di bebaskan untuk 
dipelajari, 
gue yakin lebih laku tempat kursus bahasa Inggris.  
 
Jadi kalau nggak bisa bahasa mandarin, ya nggak perlu nuding ORBA jadi kambing 
item lrrr.
 


-Original Message-
From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_ tionghua@ yahoogroups. 
com] On Behalf Of King Hian
Sent: Wednesday, October 01, 2008 2:24 PM
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI








Uly:
Jadi Kemungkinannya ada 2:
1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
jati diri tionghoa, sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti 
harusnya merasa kehilangan ketionghoaannya.
Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
meninggalkan jati dirinya??? 

2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan??? ?)
 
KH:
Maksud gua: kita2 ini (Cina produk orde baru) DIPAKSA kehilangan kemampuan bhs 
Tionghoanya (tidak mesti Mandarin). Yang 'DIHILANGKAN' dari kita ini 
mencakup seluruh aspek tradisi (termasuk agama) Tionghoa. Gua angkat masalah 
bahasa adalah sebagai satu contoh yang paling gampang dilihat. 
 
Masalahnya ada orang yang sadar bahwa dirinya telah dicabut dari akar, ada 
yang tidak. Ada pula yang lebih ekstrim: orang2 Cina, yang menganjurkan 
pelarangan itu.
 
Tapi semua ini memang tergantung persepsi kita masing2, mau ngerasa atau tidak, 
itu pilihan. Tapi sebaiknya jangan jadi tipe fosil (pake istilah lu)!
 
KH



Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua/

--- On Wed, 10/1/08, Ulysee [EMAIL PROTECTED] com.sg wrote:

From: Ulysee [EMAIL PROTECTED] com.sg
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Wednesday, October 1, 2008, 12:11 PM

Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak.
Lalu hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa
mandarin???
Coba dijelaskan secara gamblang sebab gue belum
ngertiii. . ... 

Udah baca bolak balik penjelasan KH dibawah situ tetep aja nggak ngerti,

kenapa dari jati diri belok ke kemampuan bahasa mandarin?

to remind: 
 Uly:
  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
- - - -
  KH: masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'! 


Jadi Kemungkinannya ada 2:
1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
jati diri tionghoa, 
sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti harusnya merasa
kehilangan ketionghoaannya.
Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
meninggalkan jati dirinya??? 

2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan??? ?)





No virus found in this incoming message.
Checked

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-01 Terurut Topik Tangko
Melihat komentar dibawah ini, yang menjadi masalaha hanya soal bahasa,
Tetapi bukan itu yang menjadikan kita jati diri,
Jati diri adalah ke pribadian yang di bentuk dari lingkungan, 
sekolah,keluarga dan alam sekitar kita hidup.
Kalau jaman Orba memang di larang tetapi apa ynag dilakukan oleh pemimpin 
tersebut, yiatu kolaboarasi dengan mereka,
Apa arti ganti nama ?
Walaupun nama sudah di ganti dan muka di cat ataupun mata di permak, kita 
tidak akan kehilangan jati diri kalau punya prinsip hidup,
Jadi bukan bahasa yang menjadi patokan,
Sama dengan yang bisa berbahasa Holland atau pun sekarang English, maupun 
Spain,
Apakah bangasa America latin berubah jati diri ya menjadi orang Spain,
Memang ada sebagain tetapi bukan semua nya 100 % kecuali sudah melupakan 
jati diri nya.
Penggantian nama hany menghilangkan satu generasi, tetapi kita bisa lihat 
nama marga tetap akan ada selama 2 nya,
Coba lihat apakah orang Sumatera yang menpunyai nama Marga akan berubah ke 
Jawa misalnya ?
Contoh yang jelas Aceh dulu merasa di jajah oleh orang Jawa,
Jadi kemanpuan berbahasa itu bukan jaminan bahwa kita berubah jati diri nya
LIhat para Hoa Kiau yang ada di Bejing atau kota lain nya,
Mereka dulu berasal dari Indonesia, karena PP 10 mereka pergi dan Imigarsi 
Indonesia katakan jangan balik ke Indonesia?
Sekarang mereka banyak di Indonesia, maupun yang tetap di Tiongkok tetap 
merayakan hari HUT 17 Agustus dengan pakaina daerah dari Indonesia ( Jawa ).
Ini bukti bahwa bukan bahasa yang menjadi masalah,
Bahasa bisa di pelajari kalau ada kesempatan serta kemampuan juga,


- Original Message - 
From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, October 01, 2008 12:11 PM
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa 
Dalam Cengkeraman SBKRI


 Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak.
 Lalu hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa
 mandarin???
 Coba dijelaskan secara gamblang sebab gue belum
 ngertiii.

 Udah baca bolak balik penjelasan KH dibawah situ tetep aja nggak ngerti,

 kenapa dari jati diri belok ke kemampuan bahasa mandarin?

 to remind:
 Uly:
  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
 - - - -
  KH: masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!


 Jadi Kemungkinannya ada 2:
 1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
 jati diri tionghoa,
 sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti harusnya merasa
 kehilangan ketionghoaannya.
 Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
 meninggalkan jati dirinya???

 2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
 kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan)


 -Original Message-
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of King Hian
 Sent: Tuesday, September 30, 2008 9:42 PM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
 [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
 : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI


 ABS:
 Pertama, tidak bisa berbahasa tionghoa tidak berarti hilang
 kebanggaannya dan jatidirinya sebagai warga suku tionghoa.

 KH:
 Betul ABS Heng! Saya sangat setuju.
 Pertanyaan saya kpd Uly tentang kemampuan bhs Mandarin adalah untuk
 mengomentari point pernyataannya, bahwa ia belum pernah meniggalkan jati
 diri, dipaksa maupun tidak. Bukan mengomentari point sebelumnya. Bukan
 untuk mengatakan TIDAK BISA BHS TIONGHOA BERARTI HILANG KEBANGGAAN SBG
 TIONGHOA

  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
 - - - -
 masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!

 KH:
 Pertanyaan saya kpd sdr Uly adalah 'pernyataan untuk mengingatkan' sdr
 Uly bahwa dia seperti saya dan teman2 lain (kecuali yang tinggal di
 Sumatra, terutama pesisir Timur, Bangka-Belitung, Kalbar) yang
 terpaksa tidak diajarkan bhs Tionghoa oleh orang tuanya (padahal orang
 tuanya bisa berbahasa Tionghoa) karena pemerintah orba mengharamkan bhs
 Cina. Dan hubungannya dengan topik awal diskusi ini adalah: orang2 LPKB
 adalah pendukung utama pelarangan bhs Cina ini.

 Banyak orang Tionghoa di Jawa kelahiran 1930-1950-an yang masih bisa
 berbahasa Tionghoa karena:
 1. mereka totok (generasi pertama-kedua), kedua orang tuanya masih
 berbahasa Tionghoa (umumnya bhs dialek)
 2. mereka sekolah di sekolah Tionghoa, banyak orang2 Tionghoa peranakan
 yang orang tuanya sudah berbahasa Melayu, tetapi karena bersekolah di
 sekolah Tionghoa, mereka bisa

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-01 Terurut Topik Fy Zhou
Ini Jika anda melihat bahasa hanyalah sekedar alat komunikasi.
 
Padahal bahasa lebih dari itu. Dalam bahasa mengandung berbagai aspek filsafat 
dan budaya satu bangsa! para penterjemah sering mengalami kesulitan 
menterjemahkan sebuah istilah, karena tak ada padanan yang memadai dalam bahasa 
lain. karena istilah tersebut mengandung sebuah konsep yang hanya ada pada 
bangsa tsb.
 
Orang yang dari kecil sudah hidup dalam lingkup bahasa tertentu, akan lain dng 
orang yang mempelajari bahasa sesudah dewasa. karena pola pikirnya sudah 
terbentuk oleh bahasa ibunya.
 
Saya mengungkap hal ini, bukan menyatakan orang yang tak bisa bhs 
tionghoa  pasti kehilangan identitas ketionghoaan. tapi memastikan tak bisa bhs 
Tionghoa akan melunturkan kadar ketionghoannya.  Semua pasti ada pengaruhnya, 
seorang Xiong Delong yang jelas2 berdarah India, bisa menjadi sangat Tionghoa 
karena pengaruh lingkungan sejak kecil. Maka jangan mengecilkan pengaruh aspek 
2 budaya thd pembentukan identitas!
 
Salam,
ZFy



- Original Message 
From: Tangko [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, October 1, 2008 1:40:54 PM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI

Melihat komentar dibawah ini, yang menjadi masalaha hanya soal bahasa,
Tetapi bukan itu yang menjadikan kita jati diri,
Jati diri adalah ke pribadian yang di bentuk dari lingkungan, 
sekolah,keluarga dan alam sekitar kita hidup.
Kalau jaman Orba memang di larang tetapi apa ynag dilakukan oleh pemimpin 
tersebut, yiatu kolaboarasi dengan mereka,
Apa arti ganti nama ?
Walaupun nama sudah di ganti dan muka di cat ataupun mata di permak, kita 
tidak akan kehilangan jati diri kalau punya prinsip hidup,
Jadi bukan bahasa yang menjadi patokan,
Sama dengan yang bisa berbahasa Holland atau pun sekarang English, maupun 
Spain,
Apakah bangasa America latin berubah jati diri ya menjadi orang Spain,
Memang ada sebagain tetapi bukan semua nya 100 % kecuali sudah melupakan 
jati diri nya.
Penggantian nama hany menghilangkan satu generasi, tetapi kita bisa lihat 
nama marga tetap akan ada selama 2 nya,
Coba lihat apakah orang Sumatera yang menpunyai nama Marga akan berubah ke 
Jawa misalnya ?
Contoh yang jelas Aceh dulu merasa di jajah oleh orang Jawa,
Jadi kemanpuan berbahasa itu bukan jaminan bahwa kita berubah jati diri nya
LIhat para Hoa Kiau yang ada di Bejing atau kota lain nya,
Mereka dulu berasal dari Indonesia, karena PP 10 mereka pergi dan Imigarsi 
Indonesia katakan jangan balik ke Indonesia?
Sekarang mereka banyak di Indonesia, maupun yang tetap di Tiongkok tetap 
merayakan hari HUT 17 Agustus dengan pakaina daerah dari Indonesia ( Jawa ).
Ini bukti bahwa bukan bahasa yang menjadi masalah,
Bahasa bisa di pelajari kalau ada kesempatan serta kemampuan juga,


- Original Message - 
From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, October 01, 2008 12:11 PM
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa 
Dalam Cengkeraman SBKRI


 Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak.
 Lalu hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa
 mandarin???
 Coba dijelaskan secara gamblang sebab gue belum
 ngertiii.

 Udah baca bolak balik penjelasan KH dibawah situ tetep aja nggak ngerti,

 kenapa dari jati diri belok ke kemampuan bahasa mandarin?

 to remind:
 Uly:
  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
 - - - -
  KH: masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!


 Jadi Kemungkinannya ada 2:
 1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
 jati diri tionghoa,
 sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti harusnya merasa
 kehilangan ketionghoaannya.
 Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
 meninggalkan jati dirinya???

 2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
 kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan)


 -Original Message-
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of King Hian
 Sent: Tuesday, September 30, 2008 9:42 PM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
 [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
 : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI


 ABS:
 Pertama, tidak bisa berbahasa tionghoa tidak berarti hilang
 kebanggaannya dan jatidirinya sebagai warga suku tionghoa.

 KH:
 Betul ABS Heng! Saya sangat setuju.
 Pertanyaan saya kpd Uly tentang kemampuan bhs Mandarin adalah untuk
 mengomentari point pernyataannya, bahwa ia belum

RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-01 Terurut Topik Ulysee
Lho! ya kalau disangsikan itu harus bisa mengajukan argumen yang
meneguhkan pendapat, donk.
kalau argumennya amburadul, waktu tanya malah marah-marah bukannya
menjelaskan, 
khan semakin diragukan   keabsahannya,  ya khan? 
 
Makanya kalau bikin artikel itu yang ballance, jangan pake istilah yang
menggoda untuk dipertanyakan. 
pemasungan budaya apalah, jentrengin aja data faktanya, jangan pake
muatan politis, 
orang mau anggap itu keji atau tidak, ya ndak perlu dipaksakan dan nggak
perlu di ngototin gitu lh.
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Fy Zhou
Sent: Tuesday, September 30, 2008 11:05 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI






Saya kira, uraian2 Kinghian di bawah cukup jelas mengungkap aksi Orba
yang memasung budaya dan bahasa tionghoa. mungkin yang lain bisa
melengkapi daftarnya dng jenis2 aksi pemasungan budaya Tionghoa yang
lain, setelah tersusun rapi bisa dijadikan arsip tetap di Web Budaya
Tionghoa. 

 

Selanjutnya, kalau ada orang yang menyangsikan kekejian politik Orde
baru thd masyarakt Tionghoa, tinggal kita mereposting artikel ini untuk
menjawab, atau suruh dia membaca sendiri artikelnya di Web, agar tak
memakan energi kita2 lagi untuk menuliskan seabreg jawaban yang sama.

 

Salam,

ZFy






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-01 Terurut Topik King Hian
Tangko:
Penggantian nama hany menghilangkan satu generasi, tetapi kita bisa lihat 
nama marga tetap akan ada selama 2 nya,
Coba lihat apakah orang Sumatera yang menpunyai nama Marga akan berubah ke 
Jawa misalnya ?

KH:
Apakah Anda belum pernah bertemu dengan orang Tionghoa yang sudah tidak punya 
nama Tionghoa, dan tidak tahu apa sne (marga) nya?
Kalo saya sih sering. Saya beberapa kali membantu beberapa orang yang ingin 
tahu apa sne-nya.

salam,
KH

--- On Wed, 10/1/08, Tangko [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Tangko [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 1, 2008, 1:40 PM

Melihat komentar dibawah ini, yang menjadi masalaha hanya soal bahasa,
Tetapi bukan itu yang menjadikan kita jati diri,
Jati diri adalah ke pribadian yang di bentuk dari lingkungan, 
sekolah,keluarga dan alam sekitar kita hidup.
Kalau jaman Orba memang di larang tetapi apa ynag dilakukan oleh pemimpin 
tersebut, yiatu kolaboarasi dengan mereka,
Apa arti ganti nama ?
Walaupun nama sudah di ganti dan muka di cat ataupun mata di permak, kita 
tidak akan kehilangan jati diri kalau punya prinsip hidup,
Jadi bukan bahasa yang menjadi patokan,
Sama dengan yang bisa berbahasa Holland atau pun sekarang English, maupun 
Spain,
Apakah bangasa America latin berubah jati diri ya menjadi orang Spain,
Memang ada sebagain tetapi bukan semua nya 100 % kecuali sudah melupakan 
jati diri nya.
Penggantian nama hany menghilangkan satu generasi, tetapi kita bisa lihat 
nama marga tetap akan ada selama 2 nya,
Coba lihat apakah orang Sumatera yang menpunyai nama Marga akan berubah ke 
Jawa misalnya ?
Contoh yang jelas Aceh dulu merasa di jajah oleh orang Jawa,
Jadi kemanpuan berbahasa itu bukan jaminan bahwa kita berubah jati diri nya
LIhat para Hoa Kiau yang ada di Bejing atau kota lain nya,
Mereka dulu berasal dari Indonesia, karena PP 10 mereka pergi dan Imigarsi 
Indonesia katakan jangan balik ke Indonesia?
Sekarang mereka banyak di Indonesia, maupun yang tetap di Tiongkok tetap 
merayakan hari HUT 17 Agustus dengan pakaina daerah dari Indonesia ( Jawa ).
Ini bukti bahwa bukan bahasa yang menjadi masalah,
Bahasa bisa di pelajari kalau ada kesempatan serta kemampuan juga,


- Original Message - 
From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, October 01, 2008 12:11 PM
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa 
Dalam Cengkeraman SBKRI


 Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak.
 Lalu hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa
 mandarin???
 Coba dijelaskan secara gamblang sebab gue belum
 ngertiii.

 Udah baca bolak balik penjelasan KH dibawah situ tetep aja nggak ngerti,

 kenapa dari jati diri belok ke kemampuan bahasa mandarin?

 to remind:
 Uly:
  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
 - - - -
  KH: masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!


 Jadi Kemungkinannya ada 2:
 1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
 jati diri tionghoa,
 sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti harusnya merasa
 kehilangan ketionghoaannya.
 Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
 meninggalkan jati dirinya???

 2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
 kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan)


 -Original Message-
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of King Hian
 Sent: Tuesday, September 30, 2008 9:42 PM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
 [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
 : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI


 ABS:
 Pertama, tidak bisa berbahasa tionghoa tidak berarti hilang
 kebanggaannya dan jatidirinya sebagai warga suku tionghoa.

 KH:
 Betul ABS Heng! Saya sangat setuju.
 Pertanyaan saya kpd Uly tentang kemampuan bhs Mandarin adalah untuk
 mengomentari point pernyataannya, bahwa ia belum pernah meniggalkan jati
 diri, dipaksa maupun tidak. Bukan mengomentari point sebelumnya. Bukan
 untuk mengatakan TIDAK BISA BHS TIONGHOA BERARTI HILANG KEBANGGAAN SBG
 TIONGHOA

  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
 - - - -
 masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!

 KH:
 Pertanyaan saya kpd sdr Uly adalah 'pernyataan untuk

RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-01 Terurut Topik King Hian
Uly:
Jadi Kemungkinannya ada 2:
1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
jati diri tionghoa, sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti 
harusnya merasa kehilangan ketionghoaannya.
Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
meninggalkan jati dirinya??? 

2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan)
 
KH:
Maksud gua: kita2 ini (Cina produk orde baru) DIPAKSA kehilangan kemampuan bhs 
Tionghoanya (tidak mesti Mandarin). Yang 'DIHILANGKAN' dari kita ini 
mencakup seluruh aspek tradisi (termasuk agama) Tionghoa. Gua angkat masalah 
bahasa adalah sebagai satu contoh yang paling gampang dilihat. 
 
Masalahnya ada orang yang sadar bahwa dirinya telah dicabut dari akar, ada 
yang tidak. Ada pula yang lebih ekstrim: orang2 Cina, yang menganjurkan 
pelarangan itu.
 
Tapi semua ini memang tergantung persepsi kita masing2, mau ngerasa atau tidak, 
itu pilihan. Tapi sebaiknya jangan jadi tipe fosil (pake istilah lu)!
 
KH



Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

--- On Wed, 10/1/08, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 1, 2008, 12:11 PM

Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak.
Lalu hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa
mandarin???
Coba dijelaskan secara gamblang sebab gue belum
ngertiii. 

Udah baca bolak balik penjelasan KH dibawah situ tetep aja nggak ngerti,

kenapa dari jati diri belok ke kemampuan bahasa mandarin?

to remind: 
 Uly:
  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
- - - -
  KH: masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'! 


Jadi Kemungkinannya ada 2:
1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
jati diri tionghoa, 
sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti harusnya merasa
kehilangan ketionghoaannya.
Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
meninggalkan jati dirinya??? 

2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan)





  

RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-01 Terurut Topik agoeng_set
G lg di malingsia nih. Katanya disini diskriminasi lebih parah dari diindo tp 
kenapa yah disini masih bisa pake bahasa ibu semua n ga dilarang2 jadi iri nih. 
Hik hik hik. Btw barusan g naek taksi kebetulan dia org tenglang. Dari awal 
naek sampe ke tujuan dia maki2 melayu sini mlulu katanya sembayang n kotbah aja 
yg banyak giliran disuruh kerja banyak alesan sakit dll tp makan dll mau enak 
mlulu. Hahaha ternyata yg rasis engga cuma diindo aja yah. Atau emang dasarnya 
tenglang dimana pun udah rasis?  
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: King Hian [EMAIL PROTECTED]

Date: Wed, 1 Oct 2008 00:24:01 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran   ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


Uly:
Jadi Kemungkinannya ada 2:
1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
jati diri tionghoa, sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti 
harusnya merasa kehilangan ketionghoaannya.
Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
meninggalkan jati dirinya??? 

2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan)
�
KH:
Maksud gua: kita2 ini (Cina produk orde baru) DIPAKSA kehilangan kemampuan bhs 
Tionghoanya (tidak�mesti Mandarin). Yang 'DIHILANGKAN' dari kita ini 
mencakup�seluruh aspek�tradisi (termasuk agama) Tionghoa. Gua angkat masalah 
bahasa adalah sebagai satu contoh yang paling gampang dilihat. 
�
Masalahnya ada orang yang sadar bahwa dirinya telah dicabut dari akar, ada 
yang tidak. Ada pula yang lebih ekstrim:�orang2 Cina, yang menganjurkan 
pelarangan itu.
�
Tapi semua ini memang tergantung persepsi kita masing2,�mau ngerasa atau tidak, 
itu pilihan. Tapi sebaiknya jangan jadi tipe fosil (pake istilah lu)!
�
KH



Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

--- On Wed, 10/1/08, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 1, 2008, 12:11 PM

Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak.
Lalu hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa
mandarin???
Coba dijelaskan secara gamblang sebab gue belum
ngertiii. 

Udah baca bolak balik penjelasan KH dibawah situ tetep aja nggak ngerti,

kenapa dari jati diri belok ke kemampuan bahasa mandarin?

to remind: 
 Uly:
  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
- - - -
  KH: masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'! 


Jadi Kemungkinannya ada 2:
1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
jati diri tionghoa, 
sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti harusnya merasa
kehilangan ketionghoaannya.
Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
meninggalkan jati dirinya??? 

2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan)





  


RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-01 Terurut Topik Ulysee
Kalau lu lihat beberapa peraturan dan undang-undang malaysia,
diskriminasinya jelas banget antara yang keturunan cina yang yang malay.

Kalau gue bilang sih di Indonesia kondisinya jahhh lebih mendingan. 
At least sebagai warganegara, hak dan kewajiban kita sama kok di mata
hukum. 
 
Jadinya lu sama gue suka ribut, kadang gue ngelihat dari segi persamaan
hukum, lu lihat dari kacamata pergaulan lu sendiri. 
Ya ga apa apa, ribut ribut itu menambah wawasan juga kok, ehehehhe. 
 
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, October 01, 2008 2:51 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI



G lg di malingsia nih. Katanya disini diskriminasi lebih parah dari
diindo tp kenapa yah disini masih bisa pake bahasa ibu semua n ga
dilarang2 jadi iri nih. Hik hik hik. Btw barusan g naek taksi kebetulan
dia org tenglang. Dari awal naek sampe ke tujuan dia maki2 melayu sini
mlulu katanya sembayang n kotbah aja yg banyak giliran disuruh kerja
banyak alesan sakit dll tp makan dll mau enak mlulu. Hahaha ternyata yg
rasis engga cuma diindo aja yah. Atau emang dasarnya tenglang dimana pun
udah rasis? 


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT



   _  

From: King Hian [EMAIL PROTECTED]
Date: Wed, 1 Oct 2008 00:24:01 -0700 (PDT)
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI







Uly:
Jadi Kemungkinannya ada 2:
1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
jati diri tionghoa, sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin,
berarti harusnya merasa kehilangan ketionghoaannya.
Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
meninggalkan jati dirinya??? 

2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan???-?)
 
KH:
Maksud gua: kita2 ini (Cina produk orde baru) DIPAKSA kehilangan
kemampuan bhs Tionghoanya (tidak mesti Mandarin). Yang 'DIHILANGKAN'
dari kita ini mencakup seluruh aspek tradisi (termasuk agama) Tionghoa.
Gua angkat masalah bahasa adalah sebagai satu contoh yang paling gampang
dilihat. 
 
Masalahnya ada orang yang sadar bahwa dirinya telah dicabut dari akar,
ada yang tidak. Ada pula yang lebih ekstrim: orang2 Cina, yang
menganjurkan pelarangan itu.
 
Tapi semua ini memang tergantung persepsi kita masing2, mau ngerasa atau
tidak, itu pilihan. Tapi sebaiknya jangan jadi tipe fosil (pake istilah
lu)!
 
KH



Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
http://groups.-yahoo.com/-group/budaya_-tionghua/

--- On Wed, 10/1/08, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:


From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Wednesday, October 1, 2008, 12:11 PM


Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak. Lalu
hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa
mandarin??? Coba dijelaskan secara gamblang sebab gue belum
ngertiii.-.-...   Udah baca bolak balik penjelasan KH
dibawah situ tetep aja nggak ngerti,  kenapa dari jati diri belok ke
kemampuan bahasa mandarin?  to remind:   Uly:   - cina yang masih
bangga jadi cina   - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati
diri,   dipaksa maupun tidak - - - -   KH: masa gak ngerasa sih? 
apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?  neng Uly kagak bisa ngomong bhs
Cina karena apa?  Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!
Jadi Kemungkinannya ada 2: 1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa
mandarin adalah bagian dari jati diri tionghoa,  sehingga kalau enggak
bisa berbahasa mandarin, berarti harusnya merasa kehilangan
ketionghoaannya. Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak -
berarti sudah meninggalkan jati dirinya???   2. ( belon kepikir
apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada kemungkinan maksud lain
yang gue nggak kelihatan???-?)  




 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM
 


RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-01 Terurut Topik Ulysee
Huehehehehe, ya deh gue ngerti, lu mau membelokkan masalah jati diri ke
urusan  hilangnya bahasa Tionghoa gitu yah. 
 
Jadi dibiarin nge-gantung aja urusan korelasi kemampuan bahasa mandarin
dan jati diri yah? 
Boleeeh, nggak masyalah buat gue mah. 
Hayuk lah kita belok yah, ke masalah 'di-paksa itu' 
 
Menurut gue, seandainya pun tionghoa tionghoa dibiarkan bebas dengan
bahasanya sendiri, 
tidak akan berbeda banyak dengan  keadaan jaman sekarang, 
malahan mungkin lebih parah. 
 
Gue perbandingkan aja dengan temen-temen gue, yang Jawa, yang Sunda, 
saat ini mereka sendiri ngerasa, bahwa kemampuan mereka berbahasa ibu
(minjem istilah elu)
sudah sangat-sangat berkurang dibandingkan angkatan yang sebelumnya. 
Padahal bokap nyokapnya masih bisa kok berbahasa jawa halus, berbahasa
Sunda lemes, 
lha kok anaknya sama kayak gue - yang lu anggap 'tercabut dari akar '
gitu?
padahal nggak ada lhoh larangan berbahasa Jawa dan Sunda.  
 
Begitu pun di Singapura
Nggak ada larangan berbahasa mandarin. 
Tapi angkatan gue disana lebih nyaman saling bicara dengan bahasa
Inggris tuh, biarpun mandarinnya nggak sekacau gue sih.  
 
Apakah fenomena ini karena dipaksa paksa, atau terpaksa paksa? 
 
Gue bilang kondisinya malahan mendingan bahasa mandarin ketimbang nasib
bahasa Jawa dan Sunda, 
karena banyak orang merasa 'dipaksa' tidak belajar bahasa mandarin di
jaman ORBA, 
di jaman sekarang jadi pada sibuk euphoria belajar mandarin.
kebetulan RRC lagi berkembang juga perekonomiannya, jadi lebih banyak
lagi yang merasa BUTUH belajar mandarin. 
 
Coba 20 taon yang lalu, seandainya pun bahasa Mandarin di bebaskan untuk
dipelajari, 
gue yakin lebih laku tempat kursus bahasa Inggris.  
 
Jadi kalau nggak bisa bahasa mandarin, ya nggak perlu nuding ORBA jadi
kambing item lrrr.
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of King Hian
Sent: Wednesday, October 01, 2008 2:24 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI






Uly:
Jadi Kemungkinannya ada 2:
1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
jati diri tionghoa, sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin,
berarti harusnya merasa kehilangan ketionghoaannya.
Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
meninggalkan jati dirinya??? 

2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan???-?)
 
KH:
Maksud gua: kita2 ini (Cina produk orde baru) DIPAKSA kehilangan
kemampuan bhs Tionghoanya (tidak mesti Mandarin). Yang 'DIHILANGKAN'
dari kita ini mencakup seluruh aspek tradisi (termasuk agama) Tionghoa.
Gua angkat masalah bahasa adalah sebagai satu contoh yang paling gampang
dilihat. 
 
Masalahnya ada orang yang sadar bahwa dirinya telah dicabut dari akar,
ada yang tidak. Ada pula yang lebih ekstrim: orang2 Cina, yang
menganjurkan pelarangan itu.
 
Tapi semua ini memang tergantung persepsi kita masing2, mau ngerasa atau
tidak, itu pilihan. Tapi sebaiknya jangan jadi tipe fosil (pake istilah
lu)!
 
KH



Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
http://groups.-yahoo.com/-group/budaya_-tionghua/

--- On Wed, 10/1/08, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:


From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Wednesday, October 1, 2008, 12:11 PM


Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak.

Lalu hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa

mandarin???

Coba dijelaskan secara gamblang sebab gue belum

ngertiii.-.-... 



Udah baca bolak balik penjelasan KH dibawah situ tetep aja nggak ngerti,



kenapa dari jati diri belok ke kemampuan bahasa mandarin?



to remind: 

 Uly:

  - cina yang masih bangga jadi cina

  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,

  dipaksa maupun tidak

- - - -

  KH: masa gak ngerasa sih?

 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?

 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?

 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'! 





Jadi Kemungkinannya ada 2:

1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari

jati diri tionghoa, 

sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti harusnya merasa

kehilangan ketionghoaannya.

Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah

meninggalkan jati dirinya??? 



2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada

kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan???-?)






 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version

RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-01 Terurut Topik agoeng_set
Iya katanya mereka didiskriminasi tp masih boleh ngomong mandarin hokkkian dll 
bahkan jadi bahasa resmi juga. Toko2 pasang merk hurup mandarin gede2. Di 
jalan2 iklan petunjuk dll pake hurup mandaris juga, bahkan ditv pun ada acara 
film mandarin malingsia yg bintang lokal n situasi lokal malay pula, nah kenapa 
di indo yg lo blg kagak ada diskriminasi dllnya malah semua dilarang n kagak 
ada, bahkan guru2 mandarin pun dikejar2 kayak penjahat kakap. Itu yg g bingung, 
yg diskriminasi yg mana yah? 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]

Date: Wed, 1 Oct 2008 15:59:13 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran   ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


Kalau lu lihat beberapa peraturan dan undang-undang malaysia,
diskriminasinya jelas banget antara yang keturunan cina yang yang malay.

Kalau gue bilang sih di Indonesia kondisinya jahhh lebih mendingan. 
At least sebagai warganegara, hak dan kewajiban kita sama kok di mata
hukum. 
 
Jadinya lu sama gue suka ribut, kadang gue ngelihat dari segi persamaan
hukum, lu lihat dari kacamata pergaulan lu sendiri. 
Ya ga apa apa, ribut ribut itu menambah wawasan juga kok, ehehehhe. 
 
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, October 01, 2008 2:51 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI



G lg di malingsia nih. Katanya disini diskriminasi lebih parah dari
diindo tp kenapa yah disini masih bisa pake bahasa ibu semua n ga
dilarang2 jadi iri nih. Hik hik hik. Btw barusan g naek taksi kebetulan
dia org tenglang. Dari awal naek sampe ke tujuan dia maki2 melayu sini
mlulu katanya sembayang n kotbah aja yg banyak giliran disuruh kerja
banyak alesan sakit dll tp makan dll mau enak mlulu. Hahaha ternyata yg
rasis engga cuma diindo aja yah. Atau emang dasarnya tenglang dimana pun
udah rasis? 


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT



_  

From: King Hian [EMAIL PROTECTED]
Date: Wed, 1 Oct 2008 00:24:01 -0700 (PDT)
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI







Uly:
Jadi Kemungkinannya ada 2:
1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
jati diri tionghoa, sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin,
berarti harusnya merasa kehilangan ketionghoaannya.
Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
meninggalkan jati dirinya??? 

2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan???-?)
 
KH:
Maksud gua: kita2 ini (Cina produk orde baru) DIPAKSA kehilangan
kemampuan bhs Tionghoanya (tidak mesti Mandarin). Yang 'DIHILANGKAN'
dari kita ini mencakup seluruh aspek tradisi (termasuk agama) Tionghoa.
Gua angkat masalah bahasa adalah sebagai satu contoh yang paling gampang
dilihat. 
 
Masalahnya ada orang yang sadar bahwa dirinya telah dicabut dari akar,
ada yang tidak. Ada pula yang lebih ekstrim: orang2 Cina, yang
menganjurkan pelarangan itu.
 
Tapi semua ini memang tergantung persepsi kita masing2, mau ngerasa atau
tidak, itu pilihan. Tapi sebaiknya jangan jadi tipe fosil (pake istilah
lu)!
 
KH



Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
http://groups.-yahoo.com/-group/budaya_-tionghua/

--- On Wed, 10/1/08, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:


From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Wednesday, October 1, 2008, 12:11 PM


Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak. Lalu
hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa
mandarin??? Coba dijelaskan secara gamblang sebab gue belum
ngertiii.-.-...   Udah baca bolak balik penjelasan KH
dibawah situ tetep aja nggak ngerti,  kenapa dari jati diri belok ke
kemampuan bahasa mandarin?  to remind:   Uly:   - cina yang masih
bangga jadi cina   - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati
diri,   dipaksa maupun tidak - - - -   KH: masa gak ngerasa sih? 
apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?  neng Uly kagak bisa ngomong bhs
Cina karena apa?  Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!
Jadi Kemungkinannya ada 2: 1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa
mandarin adalah bagian dari jati diri tionghoa,  sehingga kalau enggak
bisa berbahasa mandarin, berarti harusnya merasa kehilangan
ketionghoaannya. Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak

RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-01 Terurut Topik Fy Zhou
Setahu saya, di Malay yang terang2an diskriminasi adalah kebijakan ekonominya 
yang membedakan Pri dan Nonpri. Di bidang budaya sih seperti bumi dan langit 
dibandingkan Ondonesia zaman Orba, (terpaksa nyantumin Orba lagi)
 
ZFy

--- On Wed, 10/1/08, [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 1, 2008, 10:02 AM






Iya katanya mereka didiskriminasi tp masih boleh ngomong mandarin hokkkian dll 
bahkan jadi bahasa resmi juga. Toko2 pasang merk hurup mandarin gede2. Di 
jalan2 iklan petunjuk dll pake hurup mandaris juga, bahkan ditv pun ada acara 
film mandarin malingsia yg bintang lokal n situasi lokal malay pula, nah kenapa 
di indo yg lo blg kagak ada diskriminasi dllnya malah semua dilarang n kagak 
ada, bahkan guru2 mandarin pun dikejar2 kayak penjahat kakap. Itu yg g bingung, 
yg diskriminasi yg mana yah? 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From: Ulysee [EMAIL PROTECTED] com.sg
Date: Wed, 1 Oct 2008 15:59:13 +0700
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI




Kalau lu lihat beberapa peraturan dan undang-undang malaysia, diskriminasinya 
jelas banget antara yang keturunan cina yang yang malay. 
Kalau gue bilang sih di Indonesia kondisinya jahhh lebih mendingan. 
At least sebagai warganegara, hak dan kewajiban kita sama kok di mata hukum.. 
 
Jadinya lu sama gue suka ribut, kadang gue ngelihat dari segi persamaan hukum, 
lu lihat dari kacamata pergaulan lu sendiri. 
Ya ga apa apa, ribut ribut itu menambah wawasan juga kok, ehehehhe. 
 
 


-Original Message-
From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_ tionghua@ yahoogroups. 
com] On Behalf Of [EMAIL PROTECTED] com
Sent: Wednesday, October 01, 2008 2:51 PM
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI



G lg di malingsia nih. Katanya disini diskriminasi lebih parah dari diindo tp 
kenapa yah disini masih bisa pake bahasa ibu semua n ga dilarang2 jadi iri nih. 
Hik hik hik. Btw barusan g naek taksi kebetulan dia org tenglang. Dari awal 
naek sampe ke tujuan dia maki2 melayu sini mlulu katanya sembayang n kotbah aja 
yg banyak giliran disuruh kerja banyak alesan sakit dll tp makan dll mau enak 
mlulu. Hahaha ternyata yg rasis engga cuma diindo aja yah. Atau emang dasarnya 
tenglang dimana pun udah rasis? 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From: King Hian [EMAIL PROTECTED] com
Date: Wed, 1 Oct 2008 00:24:01 -0700 (PDT)
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI








Uly:
Jadi Kemungkinannya ada 2:
1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
jati diri tionghoa, sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti 
harusnya merasa kehilangan ketionghoaannya.
Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
meninggalkan jati dirinya??? 

2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan??? ?)
 
KH:
Maksud gua: kita2 ini (Cina produk orde baru) DIPAKSA kehilangan kemampuan bhs 
Tionghoanya (tidak mesti Mandarin). Yang 'DIHILANGKAN' dari kita ini 
mencakup seluruh aspek tradisi (termasuk agama) Tionghoa. Gua angkat masalah 
bahasa adalah sebagai satu contoh yang paling gampang dilihat. 
 
Masalahnya ada orang yang sadar bahwa dirinya telah dicabut dari akar, ada 
yang tidak. Ada pula yang lebih ekstrim: orang2 Cina, yang menganjurkan 
pelarangan itu.
 
Tapi semua ini memang tergantung persepsi kita masing2, mau ngerasa atau tidak, 
itu pilihan. Tapi sebaiknya jangan jadi tipe fosil (pake istilah lu)!
 
KH



Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua/

--- On Wed, 10/1/08, Ulysee [EMAIL PROTECTED] com.sg wrote:

From: Ulysee [EMAIL PROTECTED] com.sg
Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Wednesday, October 1, 2008, 12:11 PM

Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak. Lalu 
hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa mandarin??? Coba 
dijelaskan secara gamblang sebab gue belum ngertiii. . ...   Udah 
baca bolak balik penjelasan

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-01 Terurut Topik ANDREAS MIHARDJA
Kesukuan perseorangan bukan berdasarkan pemakaian bahasa.
Penduduk China tidak semua memakai putonghua utk berkommunikasi
Suku keturunan china diseluruh tidak semua memakai bahasa putonghua utk 
berkommunikasi.
Kesukuan perseorangan tergantung dari tradisi, kebudayaan dan juga jaman 
sekarang mah DNA. dulu sih keturunan. Kesukuan perseorangan berdasarkan 
pendidikan pembingbingan dan perasaan perseorangan.  Jikalau orang yg berkulit 
hitam atau putih berkata dia adalah chinese oleh karena leluhurnya atau OT-nya 
adalah chinese - so be it. 
DiEuropah dan di benua America dan banyak yg asal dari negara2 diCaribean OT 
adalah hasil pembauran antara suku pribumi america, negro, europa dan chinese 
dan keturunannya banyak yg hitam seperti negro atau boele seperti asli Europa - 
sama dgn diIndonesia pembauran antara suku jawa, Bali atau Sumatera dgn suku 
China dan yg kalian beringkan nama Babah. Jikalau siBabah ini ingin mengatakan 
dia pribumi Jawa, Bali etc ini correct - tetapi kalau dia bilang dia pribumi 
china dia juga correct.
 
Di China sendiri warna kulit tidak menentukan kesukuan dan pemakaian bahasa 
tidak menentukan kesukuan --- ini semua tergantung perasaan perseorangan dan 
pendidikan yg dia terima sedari bayi sampai dewasa.  Sebagai contoh saya baru2 
ini berkenalan dgn seorang suku vietnam yg warna kulitnya dan geneticnya adalah 
70% negro - tetapi dia bilang dia adalag suku vietnam dan hanya bisa 
berkomunikasi dlm bah. vietnam dan makan dan berkebudayaan vietnam - nah dimata 
saya dia adalah orang vietnam.  DiUSA saya ketemu orang ket. Vietnam kelahiran 
USA tetapi sudah tidak bisa memakai bahasa OTnya lagi dan hanya memakai ingeris 
- dia bilang dia suku vietnam - so be it.
 
Yang penting perasaan kita - kita berwarganegara apa  Jikalau warga negara 
Indonesia mereka harus berpendapat saya Indonesian keturunan china atau jawa 
atau sunda. Jangan menepatkan keskuan dimuka dan berpendapat saya jawa  warga 
negara indonesia atau warganegara belanda atau orang babah sering berkata saya 
cina WNI. Perhatikanlah orang Malaysia atau Singapore - mereka selalu berkata I 
am Singaporan chinese, tamil, malay etc sama dgn diMalaysia I am Malaysian 
chinese, native, tamil, etc.
 
Satu hal yg kalian harus ingatkan jaman sekarang  - pemerintah PRC tidak 
mengakui dwikewarganegara-an. Isteri saya kelahiran Szechuan dulu memakai 
chinese pasport - sekarang WN-US - paspor chinanya dicabut oleh pemerintah PRC 
dan hilang. Jikalau inging kembali harus tinggal diChina selama x thn dan 
re-apply WN chinanya.
 
Andreas

--- On Wed, 10/1/08, perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED]
Subject: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa 
kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 1, 2008, 11:39 AM






Sdr.King Hian,

sederhananya bisa kita balik begini, holocaust tidak ada, buktinya
orang Yahudi masih ada di Jerman dan tidak semua Yahudi menderita.

Ada yang tahu bahwa negara besar pada masa itu dan satu institusi
keagamaan menutup mata ?

Hormat saya,

Xuan Tong
--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, King Hian [EMAIL PROTECTED] .. 
wrote:

 Uly:
 Jadi Kemungkinannya ada 2:
 1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
 jati diri tionghoa, sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin,
berarti harusnya merasa kehilangan ketionghoaannya.
 Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
 meninggalkan jati dirinya??? 
 
 2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
 kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan??? ?)
  
 KH:
 Maksud gua: kita2 ini (Cina produk orde baru) DIPAKSA kehilangan
kemampuan bhs Tionghoanya (tidak mesti Mandarin). Yang 'DIHILANGKAN'
dari kita ini mencakup seluruh aspek tradisi (termasuk agama)
Tionghoa. Gua angkat masalah bahasa adalah sebagai satu contoh yang
paling gampang dilihat. 
  
 Masalahnya ada orang yang sadar bahwa dirinya telah dicabut dari
akar, ada yang tidak. Ada pula yang lebih ekstrim: orang2 Cina, yang
menganjurkan pelarangan itu.
  
 Tapi semua ini memang tergantung persepsi kita masing2, mau ngerasa
atau tidak, itu pilihan. Tapi sebaiknya jangan jadi tipe fosil (pake
istilah lu)!
  
 KH
 
 
 
 Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok
 http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua/
 
 --- On Wed, 10/1/08, Ulysee ulysee_me2@ ... wrote:
 
 From: Ulysee ulysee_me2@ ...
 Subject: RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Date: Wednesday, October 1, 2008, 12:11 PM
 
 Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak.
 Lalu hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa
 mandarin???
 Coba dijelaskan secara gamblang sebab gue

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-10-01 Terurut Topik Fy Zhou
Pak Andreas, Kalau masalah Indonesian Chinese dan Tionghoa Indonesia ini sih 
murni masalah Linguistik,  dalam bahasa Inggris menganut hukum MD sedang 
Indonesia belaku hukum DM! ini tak ada hubungannya dng sikap politik dsb dsb. 
Lihat saja, untuk menempatkan Indonesia di depan Tionghoa, anda terpaksa 
menambah kata penghubung keturunan. Apakah setiap ngomong kita harus membawa2 
keturunan?
 
salam,
ZFy



- Original Message 
From: ANDREAS MIHARDJA [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, October 2, 2008 2:16:34 AM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI





Yang penting perasaan kita - kita berwarganegara apa  Jikalau warga negara 
Indonesia mereka harus berpendapat saya Indonesian keturunan china atau jawa 
atau sunda. Jangan menepatkan keskuan dimuka dan berpendapat saya jawa  warga 
negara indonesia atau warganegara belanda atau orang babah sering berkata saya 
cina WNI. Perhatikanlah orang Malaysia atau Singapore - mereka selalu berkata I 
am Singaporan chinese, tamil, malay etc sama dgn diMalaysia I am Malaysian 
chinese, native, tamil, etc.

  


  

Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-30 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 30, 2008 12:16 AM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan 
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

 Dalam menanggapi masalah utama, banyak anggota disini
 yang membuat analisa dan pernyataan2  sampiran sebagai
 bahan berargumentasi, apakah Pak ABS tak pernah
 menanggapi potongan2 kalimat tersebut sebagai sebuah
 topik baru yang lepas dari konteks pembicaraan awal?

-

Ini sih okay-okay saja.

Tetapi kalau di tengah-tengah pembahasan tentang A, mendadak seseorang 
bilang: Si X ini saya lihat dalam posting-posting di milis selalu bersikap 
B! Pokoknya sekarang jawab, bagaimana sikapnya terhadap C.
Yah, kita lantas cuma bisa bilang: Haiyaaa!.

Makanya saya bilang ini mempolitikkan diskusi kita.
Jangan salah, bukan berdiskusi tentang politik lho. Tapi mempolitikkan 
diskusi...

Wasalam.
Coba sekarang 



Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-30 Terurut Topik Fy Zhou
Ada orang yang dalam mengungkap pandangannya selalu gamblang dan total, Tapi 
ada orang yang dalam mengungkap pandangannya selalu samar2 dan sepotong2 
dicicil.
 
Untuk yang pertama sangat mudah untuk mendiskusikan pemikirannya. Tapi untuk 
yang kedua? tak ada cara selain mengungkit seluruh isi pembicaraannya, meminta 
dia bicara yang lebih terbuka dan menyeluruh, agar lebih gamblang!
 
ZFy



- Original Message 
From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 30, 2008 3:35:05 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan 
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)


- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Tuesday, September 30, 2008 12:16 AM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan 
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

 Dalam menanggapi masalah utama, banyak anggota disini
 yang membuat analisa dan pernyataan2 sampiran sebagai
 bahan berargumentasi, apakah Pak ABS tak pernah
 menanggapi potongan2 kalimat tersebut sebagai sebuah
 topik baru yang lepas dari konteks pembicaraan awal?

 -

Ini sih okay-okay saja.

Tetapi kalau di tengah-tengah pembahasan tentang A, mendadak seseorang 
bilang: Si X ini saya lihat dalam posting-posting di milis selalu bersikap 
B! Pokoknya sekarang jawab, bagaimana sikapnya terhadap C.
Yah, kita lantas cuma bisa bilang: Haiyaaa!.

Makanya saya bilang ini mempolitikkan diskusi kita.
Jangan salah, bukan berdiskusi tentang politik lho. Tapi mempolitikkan 
diskusi...

Wasalam.
Coba sekarang 

 


  

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-30 Terurut Topik King Hian
ABS:
Pertama, tidak bisa berbahasa tionghoa tidak berarti hilang kebanggaannya dan 
jatidirinya sebagai warga suku tionghoa.
 
KH:
Betul ABS Heng! Saya sangat setuju.
Pertanyaan saya kpd Uly tentang kemampuan bhs Mandarin adalah untuk 
mengomentari point pernyataannya, bahwa ia belum pernah meniggalkan jati diri, 
dipaksa maupun tidak. Bukan mengomentari point sebelumnya. Bukan untuk 
mengatakan TIDAK BISA BHS TIONGHOA BERARTI HILANG KEBANGGAAN SBG TIONGHOA
 
  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
- - - -
 masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!

KH:
Pertanyaan saya kpd sdr Uly adalah 'pernyataan untuk mengingatkan' sdr Uly 
bahwa dia seperti saya dan teman2 lain (kecuali yang tinggal di Sumatra, 
terutama pesisir Timur, Bangka-Belitung, Kalbar) yang terpaksa tidak 
diajarkan bhs Tionghoa oleh orang tuanya (padahal orang tuanya bisa berbahasa 
Tionghoa) karena pemerintah orba mengharamkan bhs Cina. Dan hubungannya dengan 
topik awal diskusi ini adalah: orang2 LPKB adalah pendukung utama pelarangan 
bhs Cina ini.
 
Banyak orang Tionghoa di Jawa kelahiran 1930-1950-an yang masih bisa berbahasa 
Tionghoa karena:
1. mereka totok (generasi pertama-kedua), kedua orang tuanya masih berbahasa 
Tionghoa (umumnya bhs dialek)
2. mereka sekolah di sekolah Tionghoa, banyak orang2 Tionghoa peranakan yang 
orang tuanya sudah berbahasa Melayu, tetapi karena bersekolah di sekolah 
Tionghoa, mereka bisa berbahasa Mandarin.
 
Umumnya mereka ini mempunyai anak2 yang lahir di zaman orba, dan umumnya mereka 
tidak mengajarkan bhs Tionghoa (Mandarin atau dialek) kepada anak2nya.
Dari teman2 Tionghoa yang seangkatan dengan saya, 99% tidak bisa berbahasa 
Tionghoa, padahal orangtuanya fasih berbahasa Tionghoa. Termasuk beberapa teman 
saya yang orang tuanya pernah jadi guru di sekolah Tionghoa (tetapi anaknya 
sama sekali tidak bisa).
 
Begitu juga dengan teman2 orang tua saya (yang masih berbahasa Tionghoa). Saya 
beberapa kali ikut reuni sekolah orang tua saya, sewaktu berkumpul mereka 
berbicara dlm bhs Mandarin. Sedangkan anak2nya yang juga ikut tidak bisa 
berbahasa Mandarin.
 
Kembali ke 'pernyataan' saya di atas. Dari diskusi sebelumnya, sdr Uly pernah 
bercerita bahwa ayahnya 'masih' membaca koran berbahasa Tionghoa. Sehingga saya 
menyimpulkan bahwa orang tuanya masih mampu berbahasa Tionghoa. Kalau sekarang 
Uly tidak bisa berbahasa Tionghoa itu karena (sama seperti saya dan yang 
lainnya) 'TERPAKSA' tidak diajarkan bhs Tionghoa karena tekanan pemerintah orba.
--
 
ABS:
Dari 3-an juta tionghoa di Indonesia, yang bisa bahasa tionghoa paling-paling 
300-an ribu. Atau 10% saja. Walaupun banyak di antara mereka yang 90% itu yang 
masih Konghucu sekali pun!
10% itu pun barangkali sudah kebanyakan asumsinya. Dari seribuan teman tionghoa 
saya di dunia percersilan, yang paham bahasa tionghoa cuma kurang dari 10 
orang, atau 1%.
Dan dari 300-an ribu penutur bahasa tionghoa di Indonesia itu, kebanyakan 
tahunya dialek. Yang bisa Mandarin paling-paling 100-an ribu. Itu pun Mandarin 
pasaran, yang cuma sampai ni hao ma, wo ai ni, dan lyric lagu Mandarin. Yang 
mampu muncul di acara Metro Xinwen, misalnya, paling-paling 10-an ribu orang 
saja. Atau malahan nggak sampai 1.000 orang jangan-jangan! ?
Lantas apa tionghoa yang 2 juta 9 ratus ribu, termasuk yang Konghucu, mau 
dianggap tionghoa palsu, tionghoa yang tidak bangga dan tidak berjatidiri? ?


KH:
Saya belum bisa menerima angka2 yang diutarakan ABS Heng, mungkin bisa kita 
bahas di thread lain. Tetapi saya tidak pernah menganggap orang yang tidak bisa 
berbahasa Tionghoa adalah Tionghoa Palsu.
--
ABS:
Kedua, banyaknya orang di Indonesia yang tidak bisa berbahasa tionghoa, bukan 
karena adanya Orba.
Dari jaman Orla juga sudah 90-an % orang tionghoa tidak bisa berbahasa 
tionghoa. 
Bahkan penurunan jumlah populasi orang tionghoa mampu berbahasa tionghoa yang 
terdrastis terjadi sudah jauh sebelumnya, yaitu di jaman kolonial, ketika orang 
tionghoa diklasifikasikan sebagai timur asing yang dimudahkan untuk gelijk 
gesteeld jadi orang Belanda.


KH:
Pada zaman Belanda sekolah yang 'bermutu' adalah ELS yang diperuntukkan untuk 
orang Eropa saja, bahasa yang dipergunakan adalah bhs Belanda. Hanya segelintir 
orang Pribumi (anak Pejabat) dan Tionghoa (anak orang kaya) yang bisa 
diperbolehkan bersekolah di sini. 
 
Sebelum THHK mendirikan sekolah utk orang Tionghoa, sekolah yang tersedia bagi 
orang Tionghoa adalah sekolah2 'lokal' yang mengajarkan kitab2 klasik, ini pun 
hanya mereka yang kaya yang mampu 'memanggil guru' untuk mengajar anak2nya. 
Setelah THHK membuka sekolah dengan konsep 'sekolah modern', cukup banyak orang 
peranakan yang menyekolahkan anaknya di sini, dan mereka menjadi lebih mampu 
berbhs Tionghoa.
Untuk mengimbangi 'pengaruh 

Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-30 Terurut Topik gsuryana
From: Fy Zhou


Ada orang yang dalam mengungkap pandangannya selalu gamblang dan total, Tapi 
ada orang yang dalam mengungkap pandangannya selalu samar2 dan sepotong2 
dicicil.

Dalam hal ini, budaya sangat memegang peranan penting.
Budaya barat umumnya terbiasa to the point, dan ogah muter muter sehingga 
terkesan sombong, padahal selain sudah menjadi kebiasaan juga bahasanya 
lebih fokus.
Berbeda dengan budaya dari asia, baik Mandarin maupun Indonesia to the point 
sebisa mungkin dihindarkan, sehingga bila terbiasa dengan to the point 
menjadi bertele tele, demikian juga dengan bahasa Indonesia yang bila 
ditulis to the point menjadi terlalu singkat, dan malah persepsinya bisa 
menjadi seperti tantangan.

Mana yang terbaik ?, semua kembali kepada kebiasaan, untuk yang ini aku 
selalu berusaha untuk merubah menjadi to the point, selain lebih singkat, 
tegas dan tidak cape hati..

sur. 



Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-30 Terurut Topik Fy Zhou
kalau lagi merayu bolehlah muter2, biar tak terasa sudah kena tuh rayuannya.. 
Kalau yang diomongkan masalah2 santai juga tak apa muter2, untuk pengisi waktu 
luang kan.   Tapi kalau lagi bicara serius ketemu lawan bicara yang muter2, 
bisa membuat tekann darah naik lho! 



- Original Message 
From: gsuryana [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 30, 2008 10:18:59 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan 
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)


From: Fy Zhou

Ada orang yang dalam mengungkap pandangannya selalu gamblang dan total, Tapi 
ada orang yang dalam mengungkap pandangannya selalu samar2 dan sepotong2 
dicicil.

Dalam hal ini, budaya sangat memegang peranan penting.
Budaya barat umumnya terbiasa to the point, dan ogah muter muter sehingga 
terkesan sombong, padahal selain sudah menjadi kebiasaan juga bahasanya 
lebih fokus.
Berbeda dengan budaya dari asia, baik Mandarin maupun Indonesia to the point 
sebisa mungkin dihindarkan, sehingga bila terbiasa dengan to the point 
menjadi bertele tele, demikian juga dengan bahasa Indonesia yang bila 
ditulis to the point menjadi terlalu singkat, dan malah persepsinya bisa 
menjadi seperti tantangan.

Mana yang terbaik ?, semua kembali kepada kebiasaan, untuk yang ini aku 
selalu berusaha untuk merubah menjadi to the point, selain lebih singkat, 
tegas dan tidak cape hati..

sur. 

 


  

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-30 Terurut Topik Fy Zhou
Saya kira, uraian2 Kinghian di bawah cukup jelas mengungkap aksi Orba yang 
memasung budaya dan bahasa tionghoa. mungkin yang lain bisa 
melengkapi daftarnya dng jenis2 aksi pemasungan budaya Tionghoa yang lain, 
setelah tersusun rapi bisa dijadikan arsip tetap di Web Budaya Tionghoa. 
 
Selanjutnya, kalau ada orang yang menyangsikan kekejian politik Orde baru thd 
masyarakt Tionghoa, tinggal kita mereposting artikel ini untuk menjawab, atau 
suruh dia membaca sendiri artikelnya di Web, agar tak memakan energi kita2 
lagi untuk menuliskan seabreg jawaban yang sama.
 
Salam,
ZFy



- Original Message 
From: King Hian [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 30, 2008 9:41:44 PM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


ABS:
Pertama, tidak bisa berbahasa tionghoa tidak berarti hilang kebanggaannya dan 
jatidirinya sebagai warga suku tionghoa.
 
KH:
Betul ABS Heng! Saya sangat setuju.
Pertanyaan saya kpd Uly tentang kemampuan bhs Mandarin adalah untuk 
mengomentari point pernyataannya, bahwa ia belum pernah meniggalkan jati diri, 
dipaksa maupun tidak. Bukan mengomentari point sebelumnya. Bukan untuk 
mengatakan TIDAK BISA BHS TIONGHOA BERARTI HILANG KEBANGGAAN SBG TIONGHOA

  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
- - - -
 masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!

KH:
Pertanyaan saya kpd sdr Uly adalah 'pernyataan untuk mengingatkan' sdr Uly 
bahwa dia seperti saya dan teman2 lain (kecuali yang tinggal di Sumatra, 
terutama pesisir Timur, Bangka-Belitung, Kalbar) yang terpaksa tidak 
diajarkan bhs Tionghoa oleh orang tuanya (padahal orang tuanya bisa berbahasa 
Tionghoa) karena pemerintah orba mengharamkan bhs Cina. Dan hubungannya dengan 
topik awal diskusi ini adalah: orang2 LPKB adalah pendukung utama pelarangan 
bhs Cina ini.
 
Banyak orang Tionghoa di Jawa kelahiran 1930-1950-an yang masih bisa berbahasa 
Tionghoa karena:
1. mereka totok (generasi pertama-kedua) , kedua orang tuanya masih berbahasa 
Tionghoa (umumnya bhs dialek)
2. mereka sekolah di sekolah Tionghoa, banyak orang2 Tionghoa peranakan yang 
orang tuanya sudah berbahasa Melayu, tetapi karena bersekolah di sekolah 
Tionghoa, mereka bisa berbahasa Mandarin.
 
Umumnya mereka ini mempunyai anak2 yang lahir di zaman orba, dan umumnya mereka 
tidak mengajarkan bhs Tionghoa (Mandarin atau dialek) kepada anak2nya.
Dari teman2 Tionghoa yang seangkatan dengan saya, 99% tidak bisa berbahasa 
Tionghoa, padahal orangtuanya fasih berbahasa Tionghoa. Termasuk beberapa teman 
saya yang orang tuanya pernah jadi guru di sekolah Tionghoa (tetapi anaknya 
sama sekali tidak bisa).
 
Begitu juga dengan teman2 orang tua saya (yang masih berbahasa Tionghoa). Saya 
beberapa kali ikut reuni sekolah orang tua saya, sewaktu berkumpul mereka 
berbicara dlm bhs Mandarin. Sedangkan anak2nya yang juga ikut tidak bisa 
berbahasa Mandarin.
 
Kembali ke 'pernyataan' saya di atas. Dari diskusi sebelumnya, sdr Uly pernah 
bercerita bahwa ayahnya 'masih' membaca koran berbahasa Tionghoa. Sehingga saya 
menyimpulkan bahwa orang tuanya masih mampu berbahasa Tionghoa. Kalau sekarang 
Uly tidak bisa berbahasa Tionghoa itu karena (sama seperti saya dan yang 
lainnya) 'TERPAKSA' tidak diajarkan bhs Tionghoa karena tekanan pemerintah orba.
 - -
 
ABS:
Dari 3-an juta tionghoa di Indonesia, yang bisa bahasa tionghoa paling-paling 
300-an ribu. Atau 10% saja. Walaupun banyak di antara mereka yang 90% itu yang 
masih Konghucu sekali pun!
10% itu pun barangkali sudah kebanyakan asumsinya. Dari seribuan teman tionghoa 
saya di dunia percersilan, yang paham bahasa tionghoa cuma kurang dari 10 
orang, atau 1%.
Dan dari 300-an ribu penutur bahasa tionghoa di Indonesia itu, kebanyakan 
tahunya dialek. Yang bisa Mandarin paling-paling 100-an ribu. Itu pun Mandarin 
pasaran, yang cuma sampai ni hao ma, wo ai ni, dan lyric lagu Mandarin. Yang 
mampu muncul di acara Metro Xinwen, misalnya, paling-paling 10-an ribu orang 
saja. Atau malahan nggak sampai 1.000 orang jangan-jangan! ?
Lantas apa tionghoa yang 2 juta 9 ratus ribu, termasuk yang Konghucu, mau 
dianggap tionghoa palsu, tionghoa yang tidak bangga dan tidak berjatidiri? ?


KH:
Saya belum bisa menerima angka2 yang diutarakan ABS Heng, mungkin bisa kita 
bahas di thread lain. Tetapi saya tidak pernah menganggap orang yang tidak bisa 
berbahasa Tionghoa adalah Tionghoa Palsu.
 - -
ABS:
Kedua, banyaknya orang di Indonesia yang tidak bisa berbahasa tionghoa, bukan 
karena adanya Orba.
Dari jaman Orla juga sudah 90-an % orang tionghoa tidak bisa berbahasa 
tionghoa. 
Bahkan penurunan jumlah populasi orang tionghoa mampu berbahasa

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-30 Terurut Topik Ari Tonang
Sebagai catatan saja, di P siantar memakai dialeknya berbeda dengan mandarin, 
tapi hampir mirip dengan mandarin, dan orang Tionghua siantar menyebutnya 
sebagai Mandarin Siantar. Jadi kalau orang Tionghua di siantar mampu menguasai 
3 bahasa tionghua sekaligus, yaitu bahasa mandarin siantar, bahasa mandarin dan 
bahasa hokkian (karena pengaruh Medan yang dekat dan dialek yang dipakai adalah 
Hokkian)
Dan bahkan banyak teman saya yang Tionghua di siantar bahkan bisa bahasa batak, 
dan saya termasuk sedikit dari pribumi yang mampu berbahasa mandarin dengan 
baik. Karena saya sekolah di siantar sampai smp dan disekolah tionghua.
 
Bung John jadi caleg di PDIP yah 

--- On Sun, 9/28/08, Liquid Yahoo [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Liquid Yahoo [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sunday, September 28, 2008, 8:50 PM






 
    Ko John, penduduk Pematang Siantar itu jagonya bahasa mandarin apa Hokian???
 
 
 

- Original Message - 
From: John Siswanto 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Sunday, 28 September, 2008 16:18
Subject: Bls: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI






Pak Akhmad Bukhari Saleh (ABS) yth,
 
Terima kasih atas pencerahan bapak, saya ingin mengomentari postingan bapak, 
sbb :
 
1.   Menurut Wikipedia Indonesia, berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, 
jumlah populasi Tionghoa Indonesia adalah berkisar 4% - 5% dari seluruh jumlah 
populasi Indonesia.
2.   Kalau anda datang ke kota kelahiran saya, Pematang Siantar, etnis 
Tionghoanya minimal 90 % mampu berbahasa Mandarin (bukan dialek), bukan 10 
%..., bahkan non-Tionghoanyapun bisa berbahasa mandarin.. bingung ? coba deh 
jalan-jalan ke kota kelahiranku. .. untuk mendapatkan pengalaman baru...  
3.   Saya lebih cenderung, kita tidak mendikotomikan masalah Tionghoa dan 
non-Tionghoa, lebih baik kita membahas, bagaimana kita sebagai suatu bangsa, 
saling bahu membahu membangun negara kita bersama, niscaya, masalah-masalah 
turunannya juga akan dikisis/hilang. ..
4. Kalau kita masih ribut yang boten-boten, sementara jurang pemisah di antara 
kita makin melebar, apa jadinya bangsa ini ke depan ?
 
wassalam,
Jhon Siswanto  
 


--- Pada Ming, 28/9/08, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] net.id menulis:

Dari: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] net.id
Topik: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa 
kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Tanggal: Minggu, 28 September, 2008, 1:06 AM





- Original Message - 
From: King Hian
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, September 28, 2008 2:05 AM
Subject: RE: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

 Uly:
  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
- - - -
 masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!

 - - - -

Ada 2 kesimpulan yang tidak tepat di statement di atas ini. Bahkan cenderung 
ngawur!

Pertama, tidak bisa berbahasa tionghoa tidak berarti hilang kebanggaannya dan 
jatidirinya sebagai warga suku tionghoa.
Dari 3-an juta tionghoa di Indonesia, yang bisa bahasa tionghoa paling-paling 
300-an ribu. Atau 10% saja. Walaupun banyak di antara mereka yang 90% itu yang 
masih Konghucu sekali pun!
10% itu pun barangkali sudah kebanyakan asumsinya. Dari seribuan teman tionghoa 
saya di dunia percersilan, yang paham bahasa tionghoa cuma kurang dari 10 
orang, atau 1%.
Dan dari 300-an ribu penutur bahasa tionghoa di Indonesia itu, kebanyakan 
tahunya dialek. Yang bisa Mandarin paling-paling 100-an ribu. Itu pun Mandarin 
pasaran, yang cuma sampai ni hao ma, wo ai ni, dan lyric lagu Mandarin. Yang 
mampu muncul di acara Metro Xinwen, misalnya, paling-paling 10-an ribu orang 
saja. Atau malahan nggak sampai 1.000 orang jangan-jangan! ?
Lantas apa tionghoa yang 2 juta 9 ratus ribu, termasuk yang Konghucu, mau 
dianggap tionghoa palsu, tionghoa yang tidak bangga dan tidak berjatidiri? ?

Kedua, banyaknya orang di Indonesia yang tidak bisa berbahasa tionghoa, bukan 
karena adanya Orba.
Dari jaman Orla juga sudah 90-an % orang tionghoa tidak bisa berbahasa 
tionghoa. 
Bahkan penurunan jumlah populasi orang tionghoa mampu berbahasa tionghoa yang 
terdrastis terjadi sudah jauh sebelumnya, yaitu di jaman kolonial, ketika orang 
tionghoa diklasifikasikan sebagai timur asing yang dimudahkan untuk gelijk 
gesteeld jadi orang Belanda.
Malahan di jaman

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-30 Terurut Topik John Siswanto
 
Bung Ari Tonang yang baik,
 
horas bah laeku,
gimana kabar ?
saya termasuk orang yang anda maksudkan, saya bisa bahasa Mandarin (umum), 
Mandarin Siantar (kata teman-teman dialek Sichuan), hokkian, tapi ditambah 
dialek Tio Ciu, juga fasih bahasa Batak (toba).
 
Anda sendiri berasal dari mana ? Apakah kita dongan sa huta (teman sekampung) ?
 
Benar kawan memang saya dicalegkan dari PDI Perjuangan, anda tahu darimana bung 
?
 
Horas,
 
John Siswanto

--- Pada Sel, 30/9/08, Ari Tonang [EMAIL PROTECTED] menulis:


Dari: Ari Tonang [EMAIL PROTECTED]
Topik: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com

Tanggal: Selasa, 30 September, 2008, 12:32 PM











Sebagai catatan saja, di P siantar memakai dialeknya berbeda dengan mandarin, 
tapi hampir mirip dengan mandarin, dan orang Tionghua siantar menyebutnya 
sebagai Mandarin Siantar. Jadi kalau orang Tionghua di siantar mampu menguasai 
3 bahasa tionghua sekaligus, yaitu bahasa mandarin siantar, bahasa mandarin dan 
bahasa hokkian (karena pengaruh Medan yang dekat dan dialek yang dipakai adalah 
Hokkian)
Dan bahkan banyak teman saya yang Tionghua di siantar bahkan bisa bahasa batak, 
dan saya termasuk sedikit dari pribumi yang mampu berbahasa mandarin dengan 
baik. Karena saya sekolah di siantar sampai smp dan disekolah tionghua.
 
Bung John jadi caleg di PDIP yah 

--- On Sun, 9/28/08, Liquid Yahoo [EMAIL PROTECTED] co.id wrote:

From: Liquid Yahoo [EMAIL PROTECTED] co.id
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Sunday, September 28, 2008, 8:50 PM




 
    Ko John, penduduk Pematang Siantar itu jagonya bahasa mandarin apa Hokian???
 
 
 

- Original Message - 
From: John Siswanto 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Sunday, 28 September, 2008 16:18
Subject: Bls: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI






Pak Akhmad Bukhari Saleh (ABS) yth,
 
Terima kasih atas pencerahan bapak, saya ingin mengomentari postingan bapak, 
sbb :
 
1.   Menurut Wikipedia Indonesia, berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, 
jumlah populasi Tionghoa Indonesia adalah berkisar 4% - 5% dari seluruh jumlah 
populasi Indonesia.
2.   Kalau anda datang ke kota kelahiran saya, Pematang Siantar, etnis 
Tionghoanya minimal 90 % mampu berbahasa Mandarin (bukan dialek), bukan 10 
%..., bahkan non-Tionghoanyapun bisa berbahasa mandarin.. bingung ? coba deh 
jalan-jalan ke kota kelahiranku. .. untuk mendapatkan pengalaman baru...  
3.   Saya lebih cenderung, kita tidak mendikotomikan masalah Tionghoa dan 
non-Tionghoa, lebih baik kita membahas, bagaimana kita sebagai suatu bangsa, 
saling bahu membahu membangun negara kita bersama, niscaya, masalah-masalah 
turunannya juga akan dikisis/hilang. ..
4. Kalau kita masih ribut yang boten-boten, sementara jurang pemisah di antara 
kita makin melebar, apa jadinya bangsa ini ke depan ?
 
wassalam,
Jhon Siswanto  
 


--- Pada Ming, 28/9/08, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] net.id menulis:

Dari: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] net.id
Topik: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa 
kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Tanggal: Minggu, 28 September, 2008, 1:06 AM





- Original Message - 
From: King Hian
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, September 28, 2008 2:05 AM
Subject: RE: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

 Uly:
  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
- - - -
 masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!

 - - - -

Ada 2 kesimpulan yang tidak tepat di statement di atas ini. Bahkan cenderung 
ngawur!

Pertama, tidak bisa berbahasa tionghoa tidak berarti hilang kebanggaannya dan 
jatidirinya sebagai warga suku tionghoa.
Dari 3-an juta tionghoa di Indonesia, yang bisa bahasa tionghoa paling-paling 
300-an ribu. Atau 10% saja. Walaupun banyak di antara mereka yang 90% itu yang 
masih Konghucu sekali pun!
10% itu pun barangkali sudah kebanyakan asumsinya. Dari seribuan teman tionghoa 
saya di dunia percersilan, yang paham bahasa tionghoa cuma kurang dari 10 
orang, atau 1%.
Dan dari 300-an ribu penutur bahasa tionghoa di Indonesia itu, kebanyakan 
tahunya dialek. Yang bisa Mandarin paling-paling 100-an ribu. Itu pun Mandarin

RE: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-30 Terurut Topik Ulysee
Iya, gue belum pernah meninggalkan jati diri, dipaksa maupun tidak.
Lalu hubungannya dimana antara jati diri dengan kemampuan berbahasa
mandarin???
Coba dijelaskan secara gamblang sebab gue belum
ngertiii. 

Udah baca bolak balik penjelasan KH dibawah situ tetep aja nggak ngerti,

kenapa dari jati diri belok ke kemampuan bahasa mandarin?

to remind: 
 Uly:
  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
- - - -
  KH: masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'! 


Jadi Kemungkinannya ada 2:
1. KH beranggapan bahwa kemampuan bahasa mandarin adalah bagian dari
jati diri tionghoa, 
sehingga kalau enggak bisa berbahasa mandarin, berarti harusnya merasa
kehilangan ketionghoaannya.
Enggak bisa mandarinnya karena dipaksa atau tidak - berarti sudah
meninggalkan jati dirinya??? 

2. ( belon kepikir apa... KH boleh isi sendiri deh, barangkali ada
kemungkinan maksud lain yang gue nggak kelihatan)


-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of King Hian
Sent: Tuesday, September 30, 2008 9:42 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang
: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI


ABS:
Pertama, tidak bisa berbahasa tionghoa tidak berarti hilang
kebanggaannya dan jatidirinya sebagai warga suku tionghoa.

KH:
Betul ABS Heng! Saya sangat setuju.
Pertanyaan saya kpd Uly tentang kemampuan bhs Mandarin adalah untuk
mengomentari point pernyataannya, bahwa ia belum pernah meniggalkan jati
diri, dipaksa maupun tidak. Bukan mengomentari point sebelumnya. Bukan
untuk mengatakan TIDAK BISA BHS TIONGHOA BERARTI HILANG KEBANGGAAN SBG
TIONGHOA

  - cina yang masih bangga jadi cina
  - tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
  dipaksa maupun tidak
- - - -
 masa gak ngerasa sih?
 apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
 neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
 Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!

KH:
Pertanyaan saya kpd sdr Uly adalah 'pernyataan untuk mengingatkan' sdr
Uly bahwa dia seperti saya dan teman2 lain (kecuali yang tinggal di
Sumatra, terutama pesisir Timur, Bangka-Belitung, Kalbar) yang
terpaksa tidak diajarkan bhs Tionghoa oleh orang tuanya (padahal orang
tuanya bisa berbahasa Tionghoa) karena pemerintah orba mengharamkan bhs
Cina. Dan hubungannya dengan topik awal diskusi ini adalah: orang2 LPKB
adalah pendukung utama pelarangan bhs Cina ini.

Banyak orang Tionghoa di Jawa kelahiran 1930-1950-an yang masih bisa
berbahasa Tionghoa karena:
1. mereka totok (generasi pertama-kedua), kedua orang tuanya masih
berbahasa Tionghoa (umumnya bhs dialek)
2. mereka sekolah di sekolah Tionghoa, banyak orang2 Tionghoa peranakan
yang orang tuanya sudah berbahasa Melayu, tetapi karena bersekolah di
sekolah Tionghoa, mereka bisa berbahasa Mandarin.

Umumnya mereka ini mempunyai anak2 yang lahir di zaman orba, dan umumnya
mereka tidak mengajarkan bhs Tionghoa (Mandarin atau dialek) kepada
anak2nya.
Dari teman2 Tionghoa yang seangkatan dengan saya, 99% tidak bisa
berbahasa Tionghoa, padahal orangtuanya fasih berbahasa Tionghoa.
Termasuk beberapa teman saya yang orang tuanya pernah jadi guru di
sekolah Tionghoa (tetapi anaknya sama sekali tidak bisa).

Begitu juga dengan teman2 orang tua saya (yang masih berbahasa
Tionghoa). Saya beberapa kali ikut reuni sekolah orang tua saya, sewaktu
berkumpul mereka berbicara dlm bhs Mandarin. Sedangkan anak2nya yang
juga ikut tidak bisa berbahasa Mandarin.

Kembali ke 'pernyataan' saya di atas. Dari diskusi sebelumnya, sdr Uly
pernah bercerita bahwa ayahnya 'masih' membaca koran berbahasa Tionghoa.
Sehingga saya menyimpulkan bahwa orang tuanya masih mampu berbahasa
Tionghoa. Kalau sekarang Uly tidak bisa berbahasa Tionghoa itu karena
(sama seperti saya dan yang lainnya) 'TERPAKSA' tidak diajarkan bhs
Tionghoa karena tekanan pemerintah orba.
--

ABS:
Dari 3-an juta tionghoa di Indonesia, yang bisa bahasa tionghoa
paling-paling 300-an ribu. Atau 10% saja. Walaupun banyak di antara
mereka yang 90% itu yang masih Konghucu sekali pun!
10% itu pun barangkali sudah kebanyakan asumsinya. Dari seribuan teman
tionghoa saya di dunia percersilan, yang paham bahasa tionghoa cuma
kurang dari 10 orang, atau 1%.
Dan dari 300-an ribu penutur bahasa tionghoa di Indonesia itu,
kebanyakan tahunya dialek. Yang bisa Mandarin paling-paling 100-an ribu.
Itu pun Mandarin pasaran, yang cuma sampai ni hao ma, wo ai ni, dan
lyric lagu Mandarin. Yang mampu muncul di acara Metro Xinwen, misalnya,
paling-paling 10-an ribu orang saja. Atau malahan nggak sampai 1.000
orang jangan-jangan! ?
Lantas apa tionghoa yang 2 juta 9 ratus ribu, termasuk yang Konghucu,
mau dianggap tionghoa palsu, tionghoa yang tidak

Komunis (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: melani chia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 7:56 AM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa 
Dalam Cengkeraman SBKRI

 ABS bukannya pahlwan melawan Komunis jaman dulu
 (tdk suka konmunis)???Pak??

Pahlawan sih bukan, tidak suka iya, ikut menggulung komunis iya!!! 
Kouwnio!!!

- - - - - - - - -

 Lalu 10 th lalu jadi pejuang repormasi juga

He he he... emangnya yang anti komunis nggak bisa ikut repormasi??
Malahan yang nggak kelihatan waktu repormasi justru yang komunis!!

- - - - - - - - -

Tapi soal ini nggak ada hubungannya dengan budaya tionghoa. Jadi saya 
sudahkan sampai di sini
Kalau Chia kouwnio masih penasaran, mau terus-terusin soal komunis dan 
reformasi, japri saja.
Ntar kalau lagi mood debat, saya jawab. Tapi kalau lagi nggak mood debat, ya 
saya diemin dulu, sampai mood lagi. Abis lebih senang tindakan nyata dari 
debat sih...


Wasalam. 



Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Kalau berdiskusi atau berdebat tentang ketionghoaan, ya
bahas saja soal ketionghoaan.
Nanti diskusinya jadi terdesak atau jadi di atas angin, itu soal biasa.

Tidak usah kalau terdesak lalu membelok-belokkan topik
diskusi dengan menstempelkan berbagai cap-cap
kepolitikan pada lawan diskusinya. Lalu mengarang-ngarang
analisis fiktif tentang pribadi orang lain berdasarkan gambar
cap yang diciptakan sendiri itu.

Tidak salah Promotheus-heng ketika mengatakan dalam
posting-nya pagi ini, menanggapi Zhou-heng juga:
   Saya tidak terlalu memperhatikan sikap politik member-
   member milis ini (apalagi jika terus dihubungkan dengan
   asimilasi-integrasi, orba-orla, dll).
   Saya lebih tertarik pada topik dan isi tulisannya.
   Jika saya ingin memperhatikan pun, menurut saya terlalu
   prematur, untuk menduga-duga sikap politik (dan
   kemudian menuding-nuding) hanya berdasarkan tulisan-
   tulisan yang ada.


Untuk sedikit OOT dari budaya tionghoa, saya menegaskan
kembali bahwa sikap saya tentang kebijakan pendidikan
nasional pemerintah Indonesia, dalam kaitannya dengan
pendidikan asing, sudah berulang-ulang saya kemukakan
dalam berbagai posting di milis ini selama beberapa tahun ini,
tanpa pernah berubah. Silahkan dilihat-lihat arsipnya.

Saya konsisten berpendapat bahwa pengintegrasian semua
sistem pendidikan asing, baik belanda, tionghoa, arab, india,
dsb. menjadi satu sistem pendidikan nasional, telah memberi
manfaat positif ke arah pembentukan bangsa Indonesia
yang kohesif.

Jaman sudah berjalan maju jauh sekali. Mereka yang masih
memimpikan egoisme sektarian masa lalu, hanya akan tinggal
bermimpi.
Kalau habib-habib FPI yang senang berjubah misalnya, ingin
mendirikan lagi sekolah arab, atau indo-indo cantik pemain
sinetron misalnya, ingin mendirikan lagi sekolah belanda, atau
Raam Punjabi cs. di Pasar Baru misalnya, ingin mendirikan
lagi sekolah india, mereka akan menemui the hard facts
bahwa mereka semua hanya sedang bermimpi!


Kalau soal Orba awal atau Orba akhir, seluruh keluarga saya
ada di puncak black-list-nya Soeharto sudah sejak 1978.
Itu adalah 11 tahun setelah Soeharto jadi presiden, 20 tahun
sebelum dia terjungkal, entah itu Orba awal atau Orba akhir.
Cuma saja, keluarga kami tidak dalam posisi untuk cari
selamat ke luarnegeri.
Tetapi ini juga soal yang OOT dengan budaya tionghoa, jadi
pembahasannya ya sampai sini saja.


Kalau soal kapan memulai sesuatu dari nol lagi, ini kebetulan
contoh kasusnya ada hubungannya dengan budaya tionghoa.
Jadi boleh lah kita bahas sedikit di sini.

Bagi saya memulai sesuatu dari nol tidak ada hubungannya
dengan usia, melainkan dengan keyakinan, dengan semangat, dengan passion.

Ketika saya mulai membangun kembali dunia cerita silat
tionghoa di Indonesia, saya mulai samasekali dari nol.
Nyatanya teman-teman seperti Zhou-heng, Tan-lookay, Ul-
djie, misalnya, saya kenal dalam konteks itu baru-baru saja,
teman-teman dari nol, bukan teman-teman dari jaman dulu.

Saya memulai dari nol, dengan antara lain menghindari jalan
pintas mencampuri berinvestasi dalam bisnis penerbitan
cersil.
Saya berprinsip mulailah dari awal dengan menciptakan
musim tjoen di dunia susastera tionghoa Indonesia, nanti
dengan sendirinya akan tumbuh rumput-rumput hijau bisnis
penerbitan sastra tionghoa Indonesia yang subur. Bukan
penerbitan milik saya saja.

Alhamdulillah, melihat perkembangannya sekarang, memulai
sesuatu dari nol di usia tua, tetapi dengan keyakinan, dengan
semangat, dengan passion, ternyata saya bisa melakukannya, dan ternyata juga 
bisa berhasil.

Saya sendiri samasekali tidak meng-klaim, tetapi banyak
teman yang berpandangan bahwa suksesnya penerbitan buku
Zhou-heng pun tidak terlepas dari merekahnya musim tjoen
pada dunia susastra tionghoa yang saya ikut memulainya dari nol tadi itu.

Wasalam.

=

- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 9:59 AM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua]
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa
Dalam Cengkeraman SBKRI

Kalau saya perhatikan seluruh posting Pk ABS, dari dulu hingga sekarang,
tidak ada satupun yang terang2an
menyalahkan politik budaya Orde Baru yang
berkaitan dng bhasa dan budaya Tionghoa, bahkan sering
secara tak langsung menyanggah point2 yang menyebut kemunduran budaya
Tionghoa di zaman Orba!
bahkan membuat pernyatan2 yang mengaburkan seperti kalimat di bawah ini :
Sebetulnya di Indonesia tidak pernah ada larangan, di jaman
Orba sekali pun, untuk orang ngomong bahasa Mandarin. Apalagi ngomong di
antara sesamanya.

Di atas anda sengaja menonjolkan masalah tak ada larangan
Ngomong, anda sengaja tak mau menyinggung, bahwa
larangan bahasa tulis dan pendidikan mandarin sangat berperan dalam
memundurkan pemakaian bhs mandarin! Ini
bukan pembelaan lantas apa?

Saya tahu anda melawan Orba, tapi Orba yang anda lawan
adalah dalam hal politik represif non demokratisnya

Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik Fy Zhou
Pak ABS,
 
Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya membesarkan apa yang tersirat 
dari tulisan anda menjadi sesuatu yang tersurat. Agar lebih mudah didikusikan.
 
Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang saya gugat!
 
Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa hanya ke masalah 
sekolahan tionghoa. kita semua tahu yang diperbuat Orde baru lebih dari itu!
 
Juga tak usah berkilah dng orde baru Tengahan dan akhiran, toh anda pastinya 
paham, yang saya angkat adalah peran anda di awal berdirinya orde baru. Anda 
sepenuhnya menyokong  politik budayanya kan? kalau seminggu kemudian keluarga 
anda ternyata dimusuhi Suharto, itu sudah soal lain, yang pasti bukan karena 
anda berubah menentang politik budaya tionghoanya bukan? 
 
Saya bisa terus mengejar anda, karena setiap kita sebut ada kemunduran dibidang 
tertentu bagi masyarakat Tionghoa akibat politik Orde baru, anda selalu 
menyanggah. Jika  hal 2 konkrit negatif yang kita kemukakan semua anda bantah, 
lantas yang mana yang anda terima sbg negatif? jangan2 menurut anda yang ada 
hanya positif melulu! 
 
Kalau begitu, tolong sebutkan dng tegas, apakah secara keseluruhan, 
Nasib Tionghoa di zaman Orde baru mengalami kemajuan atau kemunduran dibanding 
zaman Orla? kebijakan Suharto menghambat tau malah mendorong budaya tionghoa?
 
 
Salam sejarah
ZFy

 


- Original Message 
From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 4:38:26 PM
Subject: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran 
()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : 
Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)


Kalau berdiskusi atau berdebat tentang ketionghoaan, ya
bahas saja soal ketionghoaan.
Nanti diskusinya jadi terdesak atau jadi di atas angin, itu soal biasa.

Tidak usah kalau terdesak lalu membelok-belokkan topik
diskusi dengan menstempelkan berbagai cap-cap
kepolitikan pada lawan diskusinya. Lalu mengarang-ngarang
analisis fiktif tentang pribadi orang lain berdasarkan gambar
cap yang diciptakan sendiri itu.

Tidak salah Promotheus-heng ketika mengatakan dalam
posting-nya pagi ini, menanggapi Zhou-heng juga:
Saya tidak terlalu memperhatikan sikap politik member-
member milis ini (apalagi jika terus dihubungkan dengan
asimilasi-integrasi , orba-orla, dll).
Saya lebih tertarik pada topik dan isi tulisannya.
Jika saya ingin memperhatikan pun, menurut saya terlalu
prematur, untuk menduga-duga sikap politik (dan
kemudian menuding-nuding) hanya berdasarkan tulisan-
tulisan yang ada.

Untuk sedikit OOT dari budaya tionghoa, saya menegaskan
kembali bahwa sikap saya tentang kebijakan pendidikan
nasional pemerintah Indonesia, dalam kaitannya dengan
pendidikan asing, sudah berulang-ulang saya kemukakan
dalam berbagai posting di milis ini selama beberapa tahun ini,
tanpa pernah berubah. Silahkan dilihat-lihat arsipnya.

Saya konsisten berpendapat bahwa pengintegrasian semua
sistem pendidikan asing, baik belanda, tionghoa, arab, india,
dsb. menjadi satu sistem pendidikan nasional, telah memberi
manfaat positif ke arah pembentukan bangsa Indonesia
yang kohesif.

Jaman sudah berjalan maju jauh sekali.. Mereka yang masih
memimpikan egoisme sektarian masa lalu, hanya akan tinggal
bermimpi.
Kalau habib-habib FPI yang senang berjubah misalnya, ingin
mendirikan lagi sekolah arab, atau indo-indo cantik pemain
sinetron misalnya, ingin mendirikan lagi sekolah belanda, atau
Raam Punjabi cs. di Pasar Baru misalnya, ingin mendirikan
lagi sekolah india, mereka akan menemui the hard facts
bahwa mereka semua hanya sedang bermimpi!

Kalau soal Orba awal atau Orba akhir, seluruh keluarga saya
ada di puncak black-list-nya Soeharto sudah sejak 1978.
Itu adalah 11 tahun setelah Soeharto jadi presiden, 20 tahun
sebelum dia terjungkal, entah itu Orba awal atau Orba akhir.
Cuma saja, keluarga kami tidak dalam posisi untuk cari
selamat ke luarnegeri.
Tetapi ini juga soal yang OOT dengan budaya tionghoa, jadi
pembahasannya ya sampai sini saja.

Kalau soal kapan memulai sesuatu dari nol lagi, ini kebetulan
contoh kasusnya ada hubungannya dengan budaya tionghoa.
Jadi boleh lah kita bahas sedikit di sini.

Bagi saya memulai sesuatu dari nol tidak ada hubungannya
dengan usia, melainkan dengan keyakinan, dengan semangat, dengan passion.

Ketika saya mulai membangun kembali dunia cerita silat
tionghoa di Indonesia, saya mulai samasekali dari nol.
Nyatanya teman-teman seperti Zhou-heng, Tan-lookay, Ul-
djie, misalnya, saya kenal dalam konteks itu baru-baru saja,
teman-teman dari nol, bukan teman-teman dari jaman dulu.

Saya memulai dari nol, dengan antara lain menghindari jalan
pintas mencampuri berinvestasi dalam bisnis penerbitan
cersil.
Saya berprinsip mulailah dari awal dengan menciptakan
musim tjoen di dunia susastera tionghoa Indonesia, nanti
dengan sendirinya akan tumbuh rumput-rumput hijau bisnis
penerbitan sastra tionghoa Indonesia yang subur. Bukan

Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik merpati_dewa
Hi Semuanya,

Maaf, saya nyampaikan pemikiran saya tentang kata politik, menurut
saya pribadi, kalau kita sudah hidup di negara demokratis jangan
terbelenggu lagi dengan istilah politik, politik bukan sesuatu yang
tabu atau hanya boleh dibicarakan oleh kalangan tertentu, siapa saja
punya hak asasi berpolitik, dimanapun boleh bicara politik, di UUD pun
tidak dilarang kecuali kita teracuni unsur paham komunis yang selalu
mentabukan rakyatnya berbicara politik seakan berbicara politik di
negara komunis adalah hal yang akan berhubungan dengan penguasa dan
salah-salah bicara akan dimasukkan ke penjara atau dibunuh.

Saya pingin hidup bebas, bicara bebas, menyampaikan pendapat secara
bebas karena kebebasan itu pemberian Tuhan kecuali perbuatan amoral
dan perbuatan yang melanggar hukum tertulis dan memang saya tidak suka
dengan masa orba yang selalu mengekang dan menindas kita.

Sekali maaf, mungkin ini tidak ada hubungannya dengan topik yang dibahas.

Salam bebas,

Ati
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak ABS,
  
 Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya membesarkan apa
yang tersirat dari tulisan anda menjadi sesuatu yang tersurat. Agar
lebih mudah didikusikan.
  
 Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang saya gugat!
  
 Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa hanya ke
masalah sekolahan tionghoa. kita semua tahu yang diperbuat Orde baru
lebih dari itu!
  
 Juga tak usah berkilah dng orde baru Tengahan dan akhiran, toh anda
pastinya paham, yang saya angkat adalah peran anda di awal berdirinya
orde baru. Anda sepenuhnya menyokong  politik budayanya kan? kalau
seminggu kemudian keluarga anda ternyata dimusuhi Suharto, itu sudah
soal lain, yang pasti bukan karena anda berubah menentang politik
budaya tionghoanya bukan? 
  
 Saya bisa terus mengejar anda, karena setiap kita sebut ada
kemunduran dibidang tertentu bagi masyarakat Tionghoa akibat politik
Orde baru, anda selalu menyanggah. Jika  hal 2 konkrit negatif yang
kita kemukakan semua anda bantah, lantas yang mana yang anda terima
sbg negatif? jangan2 menurut anda yang ada hanya positif melulu! 
  
 Kalau begitu, tolong sebutkan dng tegas, apakah secara keseluruhan,
Nasib Tionghoa di zaman Orde baru mengalami kemajuan atau kemunduran
dibanding zaman Orla? kebijakan Suharto menghambat tau malah mendorong
budaya tionghoa?
  
  
 Salam sejarah
 ZFy
 
  
 
 
 - Original Message 
 From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Monday, September 29, 2008 4:38:26 PM
 Subject: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin
Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE:
[t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)
 
 
 Kalau berdiskusi atau berdebat tentang ketionghoaan, ya
 bahas saja soal ketionghoaan.
 Nanti diskusinya jadi terdesak atau jadi di atas angin, itu soal biasa.
 
 Tidak usah kalau terdesak lalu membelok-belokkan topik
 diskusi dengan menstempelkan berbagai cap-cap
 kepolitikan pada lawan diskusinya. Lalu mengarang-ngarang
 analisis fiktif tentang pribadi orang lain berdasarkan gambar
 cap yang diciptakan sendiri itu.
 
 Tidak salah Promotheus-heng ketika mengatakan dalam
 posting-nya pagi ini, menanggapi Zhou-heng juga:
 Saya tidak terlalu memperhatikan sikap politik member-
 member milis ini (apalagi jika terus dihubungkan dengan
 asimilasi-integrasi , orba-orla, dll).
 Saya lebih tertarik pada topik dan isi tulisannya.
 Jika saya ingin memperhatikan pun, menurut saya terlalu
 prematur, untuk menduga-duga sikap politik (dan
 kemudian menuding-nuding) hanya berdasarkan tulisan-
 tulisan yang ada.
 
 Untuk sedikit OOT dari budaya tionghoa, saya menegaskan
 kembali bahwa sikap saya tentang kebijakan pendidikan
 nasional pemerintah Indonesia, dalam kaitannya dengan
 pendidikan asing, sudah berulang-ulang saya kemukakan
 dalam berbagai posting di milis ini selama beberapa tahun ini,
 tanpa pernah berubah. Silahkan dilihat-lihat arsipnya.
 
 Saya konsisten berpendapat bahwa pengintegrasian semua
 sistem pendidikan asing, baik belanda, tionghoa, arab, india,
 dsb. menjadi satu sistem pendidikan nasional, telah memberi
 manfaat positif ke arah pembentukan bangsa Indonesia
 yang kohesif.
 
 Jaman sudah berjalan maju jauh sekali.. Mereka yang masih
 memimpikan egoisme sektarian masa lalu, hanya akan tinggal
 bermimpi.
 Kalau habib-habib FPI yang senang berjubah misalnya, ingin
 mendirikan lagi sekolah arab, atau indo-indo cantik pemain
 sinetron misalnya, ingin mendirikan lagi sekolah belanda, atau
 Raam Punjabi cs. di Pasar Baru misalnya, ingin mendirikan
 lagi sekolah india, mereka akan menemui the hard facts
 bahwa mereka semua hanya sedang bermimpi!
 
 Kalau soal Orba awal atau Orba akhir, seluruh keluarga saya
 ada di puncak black-list-nya Soeharto sudah sejak 1978.
 Itu adalah 11 tahun setelah Soeharto jadi presiden, 20 tahun
 sebelum dia terjungkal, entah itu Orba awal atau Orba

Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 5:18 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

 Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya
 membesarkan apa yang tersirat dari tulisan anda menjadi
 sesuatu yang tersurat. Agar lebih mudah didikusikan.
 Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang
 saya gugat!
 Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa
 hanya ke masalah sekolahan tionghoa. kita semua tahu
 yang diperbuat Orde baru lebih dari itu!

---

Dari judul thread diskusi ini saja sudah jelas, kita sedang
membahas apakah ketidak-mampuan berbahasa Mandarin
pada seorang tionghoa berarti ketiadaan kebanggaan dan
jatidirinya sebagai orang tionghoa. Di mana dalam thread
diskusi tersebut saya berargumen bahwa itu tidak betul.

Lalu Zhou-heng memaksa membelokkan masalah ke soal
Orla, Orba, dsb., sambil memaksa mem-politik-praktis-kan
diskusi budaya menjadi diskusi gugat-menggugat, sambil
memaksa pokoknya saya harus mengambil sikap soal politik
untuk issue yang sudah basi (dan sudah seringsekali saya
postingkan sikap sayatentangnya, lihat saja di arsip).

Tapi hebatnya kalimat pembelokan masalah itu disatu-
paragraf-kan dengan kalimat yang memaksa agar orang
percaya bahwa Zhou-heng sedang tidak membelokkan masalahnya!
Haiyyaaa...

Wasalam.

==

- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 5:18 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)


Pak ABS,

Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya membesarkan apa yang
tersirat dari tulisan anda menjadi sesuatu yang tersurat. Agar lebih mudah
didikusikan.

Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang saya gugat!

Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa
hanya ke masalah sekolahan tionghoa. kita semua tahu yang diperbuat Orde
baru lebih dari itu!

Juga tak usah berkilah dng orde baru Tengahan dan akhiran, toh anda pastinya
paham, yang saya angkat adalah peran anda di awal berdirinya orde baru. Anda
sepenuhnya menyokong  politik budayanya kan? kalau seminggu kemudian
keluarga anda ternyata dimusuhi Suharto, itu sudah soal lain, yang pasti
bukan karena anda berubah menentang politik budaya tionghoanya bukan?

Saya bisa terus mengejar anda, karena setiap kita sebut ada kemunduran
dibidang tertentu bagi masyarakat Tionghoa akibat politik Orde baru, anda
selalu menyanggah. Jika  hal 2 konkrit negatif yang kita kemukakan semua
anda bantah, lantas yang mana yang anda terima sbg negatif? jangan2 menurut
anda yang ada hanya positif melulu!

Kalau begitu, tolong sebutkan dng tegas, apakah secara keseluruhan, Nasib
Tionghoa di zaman Orde baru mengalami kemajuan atau kemunduran dibanding
zaman Orla? kebijakan Suharto menghambat tau malah mendorong budaya
tionghoa?


Salam sejarah
ZFy




Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik Fy Zhou
Dalam menanggapi masalah utama, banyak anggota disini yang membuat analisa dan 
pernyataan2  sampiran sebagai bahan berargumentasi, apakah Pak ABS tak pernah 
menanggapi potongan2 kalimat tersebut sebagai sebuah topik baru yang lepas dari 
konteks pembicaraan awal?
 
Cukup sering kok! Dan ini sah2 saja, karena dalam hal ini kita kebetulan tak 
memasalahkan poiint utama yang dibahas(alias sepakat),. yang tidak 
sepakat justru salah satu bagian dari argumentnya.
 
Misalnya kita sedang membahas orang bisa sakit jantung karena kolestrol, lalu 
dalam salah satu contoh saya menyebut satu nama yang mati karena sakit jantung. 
padahal anda tahu orang itu mati karena penyakit lever, bisa saja anda 
bebantahan dng saya mengenai sebab kematian orang tsb, tanpa meributkan apakah 
teori saya tentang penyebab sakit jantung betul atau tidak! 



- Original Message 
From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 11:15:25 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan 
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)


- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, September 29, 2008 5:18 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

 Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya
 membesarkan apa yang tersirat dari tulisan anda menjadi
 sesuatu yang tersurat.. Agar lebih mudah didikusikan.
 Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang
 saya gugat!
 Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa
 hanya ke masalah sekolahan tionghoa. kita semua tahu
 yang diperbuat Orde baru lebih dari itu!

 - - -

Dari judul thread diskusi ini saja sudah jelas, kita sedang
membahas apakah ketidak-mampuan berbahasa Mandarin
pada seorang tionghoa berarti ketiadaan kebanggaan dan
jatidirinya sebagai orang tionghoa.. Di mana dalam thread
diskusi tersebut saya berargumen bahwa itu tidak betul.

Lalu Zhou-heng memaksa membelokkan masalah ke soal
Orla, Orba, dsb., sambil memaksa mem-politik- praktis-kan
diskusi budaya menjadi diskusi gugat-menggugat, sambil
memaksa pokoknya saya harus mengambil sikap soal politik
untuk issue yang sudah basi (dan sudah seringsekali saya
postingkan sikap sayatentangnya, lihat saja di arsip).

Tapi hebatnya kalimat pembelokan masalah itu disatu-
paragraf-kan dengan kalimat yang memaksa agar orang
percaya bahwa Zhou-heng sedang tidak membelokkan masalahnya!
Haiyyaaa...

Wasalam.

 = =

- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, September 29, 2008 5:18 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

Pak ABS,

Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya membesarkan apa yang
tersirat dari tulisan anda menjadi sesuatu yang tersurat. Agar lebih mudah
didikusikan.

Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang saya gugat!

Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa
hanya ke masalah sekolahan tionghoa. kita semua tahu yang diperbuat Orde
baru lebih dari itu!

Juga tak usah berkilah dng orde baru Tengahan dan akhiran, toh anda pastinya
paham, yang saya angkat adalah peran anda di awal berdirinya orde baru. Anda
sepenuhnya menyokong politik budayanya kan? kalau seminggu kemudian
keluarga anda ternyata dimusuhi Suharto, itu sudah soal lain, yang pasti
bukan karena anda berubah menentang politik budaya tionghoanya bukan?

Saya bisa terus mengejar anda, karena setiap kita sebut ada kemunduran
dibidang tertentu bagi masyarakat Tionghoa akibat politik Orde baru, anda
selalu menyanggah. Jika hal 2 konkrit negatif yang kita kemukakan semua
anda bantah, lantas yang mana yang anda terima sbg negatif? jangan2 menurut
anda yang ada hanya positif melulu!

Kalau begitu, tolong sebutkan dng tegas, apakah secara keseluruhan, Nasib
Tionghoa di zaman Orde baru mengalami kemajuan atau kemunduran dibanding
zaman Orla? kebijakan Suharto menghambat tau malah mendorong budaya
tionghoa?

Salam sejarah
ZFy

__.._,_.___ 
Messages in this topic (4) Reply (via web post) | Start a new topic 
Messages 
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :..

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


 
Change settings via the Web (Yahoo! ID required) 
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to 
Traditional 
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use

Re: Komunis (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik melani chia
Kalau gitu diakhiri aja,peace dah.



--- On Mon, 29/9/08, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
Subject: Komunis (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: 
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : 
Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 29 September, 2008, 4:10 PM






- Original Message - 
From: melani chia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, September 29, 2008 7:56 AM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa 
Dalam Cengkeraman SBKRI

 ABS bukannya pahlwan melawan Komunis jaman dulu
 (tdk suka konmunis)??? Pak?? 

Pahlawan sih bukan, tidak suka iya, ikut menggulung komunis iya!!! 
Kouwnio! !!

- - - - - - - - -

 Lalu 10 th lalu jadi pejuang repormasi juga

He he he... emangnya yang anti komunis nggak bisa ikut repormasi??? ???
Malahan yang nggak kelihatan waktu repormasi justru yang komunis! !

- - - - - - - - -

Tapi soal ini nggak ada hubungannya dengan budaya tionghoa. Jadi saya 
sudahkan sampai di sini
Kalau Chia kouwnio masih penasaran, mau terus-terusin soal komunis dan 
reformasi, japri saja.
Ntar kalau lagi mood debat, saya jawab. Tapi kalau lagi nggak mood debat, ya 
saya diemin dulu, sampai mood lagi. Abis lebih senang tindakan nyata dari 
debat sih...

Wasalam. 

 














  

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Fy Zhou
Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan mau mengurangi 
dosa Orde Baru!
 
Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin itu pasang 
surut, jika di zaman belanda sempat surut karena sebagian sudah menjadi babah 
yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi Holand spreaken, di zaman belanda 
pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa yang berhasil menaikkan lagi jumlah 
pemakai bhs Tionghoa. Puncak perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada 
zaman Orla, di mana sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. 
Jumlah sekolah maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi 
sekolah Tionghoa berbhs Indonesia. Harap maklum, saat itu anak2 usia sekolah 
yang WNA masih lebih banyak dari yang WNI.
 
Jumlah Koran maupun jumlah oplah koran berbhs mndarin di zaman sekarangpun tak 
bisa menandingi zamn emas Orla. Belum lagi semaraknya penerbitan sastra 
mandarin lokal di masa itu! Di zaman sekarang, majalah2 dan buku sastra 
mandarin lokal dibagikn gratis!
 
 
 
- Original Message 
From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sunday, September 28, 2008 3:06:44 PM
Subject: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa 
kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI




Kedua, banyaknya orang di Indonesia yang tidak bisa berbahasa tionghoa, bukan 
karena adanya Orba.
Dari jaman Orla juga sudah 90-an % orang tionghoa tidak bisa berbahasa 
tionghoa. 
Bahkan penurunan jumlah populasi orang tionghoa mampu berbahasa tionghoa yang 
terdrastis terjadi sudah jauh sebelumnya, yaitu di jaman kolonial, ketika orang 
tionghoa diklasifikasikan sebagai timur asing yang dimudahkan untuk gelijk 
gesteeld jadi orang Belanda.
Malahan di jaman Orba, untuk kepentingan mereka, rejim Orba mendidik banyak 
sekali agen-agennya, pribumi dan tionghoa, tentara dan sipil, belajar Mandarin 
di Singapore, Malaysia dan Taiwan (negara-negara cina yang sahabat RI waktu 
itu), a.l. teman saya Jend. Agum Gumelar yang fasih Mandarin karena 
bertahun-tahun di Taipeh. Jadi populasi penutur Mandarin di jaman 
Orba, jangan-jangan justru naik jumlahnya!
 
Wasalam. 


  

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Liquid Yahoo
Orang tua saya dulu sekolah di sekolah TiongHua setelah di bredel taon 65, 
mereka putus sekolah, orang tua saya bilang, TiongHua peranakan sulit masuk 
sekolah TiongHua, kebanyakan sekolah TiongHua itu hanya orang Totoq, bahkan 
terjadi saling hina antara totoq  peranakan.

Dari penjelasan itu, asumsi saya jumlah orang yang bisa bahasa mandarin 
juga ga menjadi banyak, karena hanya orang yang emang bisa bahasa mandarin yang 
sekolah di sekolahan TiongHua, sementara yang peranakan emang dari dasarnya 
kaga mahir mandarin, dan sulit masuk sekolah TiongHua. Kecuali kalo peranakan 
itu les / kursus bahasa mandarin, biar kaga ketinggalan sama totoq.

Jadi asumsi makin banyak yang bisa bahasa mandarin itu darimana? Tolong 
dijelaskan kepada saya yang blon ngerasain jaman itu kecuali tau dari cerita 
orang tua.



  - Original Message - 
  From: Fy Zhou 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, 28 September, 2008 16:33
  Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


  Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan mau 
mengurangi dosa Orde Baru!



  Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin itu pasang 
surut, jika di zaman belanda sempat surut karena sebagian sudah menjadi babah 
yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi Holand spreaken, di zaman belanda 
pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa yang berhasil menaikkan lagi jumlah 
pemakai bhs Tionghoa. Puncak perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada 
zaman Orla, di mana sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. 
Jumlah sekolah maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi 
sekolah Tionghoa berbhs Indonesia. Harap maklum, saat itu anak2 usia sekolah 
yang WNA masih lebih banyak dari yang WNI.



  Jumlah Koran maupun jumlah oplah koran berbhs mndarin di zaman sekarangpun 
tak bisa menandingi zamn emas Orla. Belum lagi semaraknya penerbitan sastra 
mandarin lokal di masa itu! Di zaman sekarang, majalah2 dan buku sastra 
mandarin lokal dibagikn gratis!







  - Original Message 
  From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Sunday, September 28, 2008 3:06:44 PM
  Subject: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI






  Kedua, banyaknya orang di Indonesia yang tidak bisa berbahasa tionghoa, bukan 
karena adanya Orba.
  Dari jaman Orla juga sudah 90-an % orang tionghoa tidak bisa berbahasa 
tionghoa. 
  Bahkan penurunan jumlah populasi orang tionghoa mampu berbahasa tionghoa yang 
terdrastis terjadi sudah jauh sebelumnya, yaitu di jaman kolonial, ketika orang 
tionghoa diklasifikasikan sebagai timur asing yang dimudahkan untuk gelijk 
gesteeld jadi orang Belanda.
  Malahan di jaman Orba, untuk kepentingan mereka, rejim Orba mendidik banyak 
sekali agen-agennya, pribumi dan tionghoa, tentara dan sipil, belajar Mandarin 
di Singapore, Malaysia dan Taiwan (negara-negara cina yang sahabat RI waktu 
itu), a.l. teman saya Jend. Agum Gumelar yang fasih Mandarin karena 
bertahun-tahun di Taipeh. Jadi populasi penutur Mandarin di jaman Orba, 
jangan-jangan justru naik jumlahnya!

  Wasalam.


   

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Liquid Yahoo
Ko John, penduduk Pematang Siantar itu jagonya bahasa mandarin apa Hokian???



  - Original Message - 
  From: John Siswanto 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, 28 September, 2008 16:18
  Subject: Bls: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


Pak Akhmad Bukhari Saleh (ABS) yth,

Terima kasih atas pencerahan bapak, saya ingin mengomentari postingan 
bapak, sbb :

1.   Menurut Wikipedia Indonesia, berdasarkan sensus penduduk tahun 
2000, jumlah populasi Tionghoa Indonesia adalah berkisar 4% - 5% dari seluruh 
jumlah populasi Indonesia.
2.   Kalau anda datang ke kota kelahiran saya, Pematang Siantar, etnis 
Tionghoanya minimal 90 % mampu berbahasa Mandarin (bukan dialek), bukan 10 
%..., bahkan non-Tionghoanyapun bisa berbahasa mandarin.. bingung ? coba deh 
jalan-jalan ke kota kelahiranku... untuk mendapatkan pengalaman baru...  
3.   Saya lebih cenderung, kita tidak mendikotomikan masalah Tionghoa 
dan non-Tionghoa, lebih baik kita membahas, bagaimana kita sebagai suatu 
bangsa, saling bahu membahu membangun negara kita bersama, niscaya, 
masalah-masalah turunannya juga akan dikisis/hilang...
4. Kalau kita masih ribut yang boten-boten, sementara jurang pemisah di 
antara kita makin melebar, apa jadinya bangsa ini ke depan ?

wassalam,
Jhon Siswanto  



--- Pada Ming, 28/9/08, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] 
menulis:

  Dari: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
  Topik: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
  Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Tanggal: Minggu, 28 September, 2008, 1:06 AM


  - Original Message - 
  From: King Hian
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Sent: Sunday, September 28, 2008 2:05 AM
  Subject: RE: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] 
Selayang 
  Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

   Uly:
- cina yang masih bangga jadi cina
- tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
dipaksa maupun tidak
  - - - -
   masa gak ngerasa sih?
   apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
   neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
   Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!

   - - - -

  Ada 2 kesimpulan yang tidak tepat di statement di atas ini. Bahkan 
cenderung ngawur!

  Pertama, tidak bisa berbahasa tionghoa tidak berarti hilang 
kebanggaannya dan jatidirinya sebagai warga suku tionghoa.
  Dari 3-an juta tionghoa di Indonesia, yang bisa bahasa tionghoa 
paling-paling 300-an ribu. Atau 10% saja. Walaupun banyak di antara mereka yang 
90% itu yang masih Konghucu sekali pun!
  10% itu pun barangkali sudah kebanyakan asumsinya. Dari seribuan 
teman tionghoa saya di dunia percersilan, yang paham bahasa tionghoa cuma 
kurang dari 10 orang, atau 1%.
  Dan dari 300-an ribu penutur bahasa tionghoa di Indonesia itu, 
kebanyakan tahunya dialek. Yang bisa Mandarin paling-paling 100-an ribu. Itu 
pun Mandarin pasaran, yang cuma sampai ni hao ma, wo ai ni, dan lyric lagu 
Mandarin. Yang mampu muncul di acara Metro Xinwen, misalnya, paling-paling 
10-an ribu orang saja. Atau malahan nggak sampai 1.000 orang jangan-jangan! ?
  Lantas apa tionghoa yang 2 juta 9 ratus ribu, termasuk yang Konghucu, 
mau dianggap tionghoa palsu, tionghoa yang tidak bangga dan tidak berjatidiri? ?

  Kedua, banyaknya orang di Indonesia yang tidak bisa berbahasa 
tionghoa, bukan karena adanya Orba.
  Dari jaman Orla juga sudah 90-an % orang tionghoa tidak bisa 
berbahasa tionghoa. 
  Bahkan penurunan jumlah populasi orang tionghoa mampu berbahasa 
tionghoa yang terdrastis terjadi sudah jauh sebelumnya, yaitu di jaman 
kolonial, ketika orang tionghoa diklasifikasikan sebagai timur asing yang 
dimudahkan untuk gelijk gesteeld jadi orang Belanda.
  Malahan di jaman Orba, untuk kepentingan mereka, rejim Orba mendidik 
banyak sekali agen-agennya, pribumi dan tionghoa, tentara dan sipil, belajar 
Mandarin di Singapore, Malaysia dan Taiwan (negara-negara cina yang sahabat RI 
waktu itu), a.l. teman saya Jend. Agum Gumelar yang fasih Mandarin karena 
bertahun-tahun di Taipeh. Jadi populasi penutur Mandarin di jaman Orba, 
jangan-jangan justru naik jumlahnya!

  Wasalam. 


--
  Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers  

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik gsuryana
Huss orang tua aku ( ibu ) dan keluarganya sekolah di sekolah Tionghoa lho.
Salah satu almarhum pamanku suka sedih dan sakit hati bila ingat masa sekolah 
tersebut, karena sering disebut fankwie nyasar.

Memang sih untuk yang cina peranakan umumnya sekolah di sekolah Kristen ( 
Katholik ) dan kebingungan bila memasukan ke sekolah Tionghoa, karena beda 
Budaya nya.
Dalam hal ini cina peranakan sudah terbiasa dengan pola hidup belanda.

Ibuku biarpun ireng malah di sekolah sampai setingkat SMA ( lulus SMA ) selalu 
juara ( padahal pelajaran yang paling tidak di sukai pelajaran sejarah, harus 
nya dikirim ke Taiwan karena dapat bea siswa ).

Sampai sekarang ibu ku sering mengalami kejadian lucu dan kearah tragis, bila 
naik angkot sering mendengar keluh kesah mengenai cina sialan, dan ibuku 
dianggap bukan cina, dilain pihak biar bagaimanapun juga ibuku adalah cina, 
biarpun cina peranakan.

Sampai sekarang mantan sekolahnya suka mengadakan reuni ( bayangkan usia diatas 
60 reuni.seru banget ngkali yah ) 

Dan disaat kena breidel ibu ku menjadi guru privat sambil ngumpet ngumpet 
ngajarin anak anak dari teman sekolahnya dulu.

Di jaman Orla yang mampu berbahasa Tionghoa bisa dibilang jauh lebih banyak 
dibandingkan dengan dijaman Belanda dan Orba, karena pada jaman setelah merdeka 
banyak didirikan sekolah sekolah Tionghoa sampai ketingkat kecamatan, ditambah 
lagi sekolah terbagi 2 kelompok, satu kelompok pro Taiwan ( jadi setiap masuk 
kelas di brainwash Tengshoa harus bisa diambil alih ), sedang satunya lagi pro 
RRT, kedua sekolah tersebut adu service dalam hal ini service kwalitas 
pengajaran dan pendidikan ( aku pisah pengajar dan pendidik, karena di jaman 
sekarang pendidik nya sudah kabur dibawa kalong wewe ), akibatnya kwalitas 
sekolah tersebut menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah Kristen ( 
yang siswanya selain sedikit juga kurang mendapat bantuan dari pusat/vatican ).

Bisa dibilang generasi Tionghoa Indonesia yang lahir sampai ditahun 52-an cukup 
banyak yang masuk sekolah Tionghoa, dan setelah kena breidel ( aneh kan bagian 
pendidikan di breidel, sedang rumah sakit tidak kena otak atik, menandakan yang 
enak diambil yang gak enak dibuang ), dan generasi terakhir tersebut akhirnya 
hanya bisa bicara dan sulit menulis, ada juga yang bisa baca terutama yang 
hobby membaca sejarah, buku silat, dan minimal Lao Fu Tse wakakakak.

Informasi, ibuku sekolah sampai SMP di kota kecil sedang SMA nya di Jakarta, 
karena pada saat itu belum ada SMA nya. ( dan akibatnya brojol lah aku, karena 
ketemu ayahku cina singkek di Jakarta huehuehue )

sur.
http://indolobby.blogspot.com
  - Original Message - 
  From: Liquid Yahoo 

  Orang tua saya dulu sekolah di sekolah TiongHua setelah di bredel taon 
65, mereka putus sekolah, orang tua saya bilang, TiongHua peranakan sulit masuk 
sekolah TiongHua, kebanyakan sekolah TiongHua itu hanya orang Totoq, bahkan 
terjadi saling hina antara totoq  peranakan.

  Dari penjelasan itu, asumsi saya jumlah orang yang bisa bahasa mandarin 
juga ga menjadi banyak, karena hanya orang yang emang bisa bahasa mandarin yang 
sekolah di sekolahan TiongHua, sementara yang peranakan emang dari dasarnya 
kaga mahir mandarin, dan sulit masuk sekolah TiongHua. Kecuali kalo peranakan 
itu les / kursus bahasa mandarin, biar kaga ketinggalan sama totoq.

  Jadi asumsi makin banyak yang bisa bahasa mandarin itu darimana? Tolong 
dijelaskan kepada saya yang blon ngerasain jaman itu kecuali tau dari cerita 
orang tua.



- Original Message - 
From: Fy Zhou 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Sunday, 28 September, 2008 16:33
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan mau 
mengurangi dosa Orde Baru!



Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin itu pasang 
surut, jika di zaman belanda sempat surut karena sebagian sudah menjadi babah 
yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi Holand spreaken, di zaman belanda 
pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa yang berhasil menaikkan lagi jumlah 
pemakai bhs Tionghoa. Puncak perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada 
zaman Orla, di mana sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. 
Jumlah sekolah maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi 
sekolah Tionghoa berbhs Indonesia. Harap maklum, saat itu anak2 usia sekolah 
yang WNA masih lebih banyak dari yang WNI.



Jumlah Koran maupun jumlah oplah koran berbhs mndarin di zaman sekarangpun 
tak bisa menandingi zamn emas Orla. Belum lagi semaraknya penerbitan sastra 
mandarin lokal di masa itu! Di zaman sekarang, majalah2 dan buku sastra 
mandarin lokal dibagikn gratis!







- Original Message 
From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Fy Zhou
Banyak sedikit adalah dalam pembandingan.
 
Saya membandingkan antara zaman Belanda, zaman Orla dan zaman Orba.
 
Zaman Belanda pendidikan bhs tionghoa masih sporadis, zaman Orla pendidikan 
bhsTionghoa sudah sistematis.zaman Orba pendidikan bhs tionghoa tergilas habis! 
ini anda cukup paham bukan?
 
Sekolah Tionghoa zaman Orla sebenarnya bukan khusus untuk orang totok, hanya 
peraturan pemerintah yang membatasi Tionghoa WNA saja yang boleh masuk ke situ. 
Teman2 saya banyak yang secara kultural babah, tapi karena orang tuanya masih 
WNA ya sekolah di situ. Kebanyakan anak2 usia sekolah kan masih ikut status WNA 
orang tua. setelah dewasa baru boleh mengajukan diri untuk naturalisasi. 
seperti kakak2 saya.
 
Di zaman itu, Tionghoa yang WNA jumlahnya cukup signifikan, anda bisa melihat 
data penduduk yang berkaitan dng Tionghoa WNI yang berhak ikut pemilu, ternyata 
jumlahnya sangat minim, maka Siauw giok Tjwan giat memperjuangkan sistem 
pewarga negaraan pasif. 
 
di zaman sekarang, pendidikan bhs mandarin baru mulai digiatkan lagi, hasilnya 
belum ketahuan, jadi saya belum bisa membandingkannya.
 
ZFy
 



- Original Message 
From: Liquid Yahoo [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sunday, September 28, 2008 8:49:43 PM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


    Orang tua saya dulu sekolah di sekolah TiongHua setelah di bredel taon 65, 
mereka putus sekolah, orang tua saya bilang, TiongHua peranakan sulit masuk 
sekolah TiongHua, kebanyakan sekolah TiongHua itu hanya orang Totoq, bahkan 
terjadi saling hina antara totoq  peranakan.

    Dari penjelasan itu, asumsi saya jumlah orang yang bisa bahasa mandarin 
juga ga menjadi banyak, karena hanya orang yang emang bisa bahasa mandarin yang 
sekolah di sekolahan TiongHua, sementara yang peranakan emang dari dasarnya 
kaga mahir mandarin, dan sulit masuk sekolah TiongHua. Kecuali kalo peranakan 
itu les / kursus bahasa mandarin, biar kaga ketinggalan sama totoq.

    Jadi asumsi makin banyak yang bisa bahasa mandarin itu darimana? Tolong 
dijelaskan kepada saya yang blon ngerasain jaman itu kecuali tau dari cerita 
orang tua.



- Original Message - 
From: Fy Zhou 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Sunday, 28 September, 2008 16:33
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI

Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan mau mengurangi 
dosa Orde Baru!
 
Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin itu pasang 
surut, jika di zaman belanda sempat surut karena sebagian sudah menjadi babah 
yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi Holand spreaken, di zaman belanda 
pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa yang berhasil menaikkan lagi jumlah 
pemakai bhs Tionghoa. Puncak perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada 
zaman Orla, di mana sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. 
Jumlah sekolah maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi 
sekolah Tionghoa berbhs Indonesia. Harap maklum, saat itu anak2 usia sekolah 
yang WNA masih lebih banyak dari yang WNI.
 
Jumlah Koran maupun jumlah oplah koran berbhs mndarin di zaman sekarangpun tak 
bisa menandingi zamn emas Orla. Belum lagi semaraknya penerbitan sastra 
mandarin lokal di masa itu! Di zaman sekarang, majalah2 dan buku sastra 
mandarin lokal dibagikn gratis!
 
 
 
- Original Message 
From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] net.id
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, September 28, 2008 3:06:44 PM
Subject: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa 
kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI




Kedua, banyaknya orang di Indonesia yang tidak bisa berbahasa tionghoa, bukan 
karena adanya Orba.
Dari jaman Orla juga sudah 90-an % orang tionghoa tidak bisa berbahasa 
tionghoa. 
Bahkan penurunan jumlah populasi orang tionghoa mampu berbahasa tionghoa yang 
terdrastis terjadi sudah jauh sebelumnya, yaitu di jaman kolonial, ketika orang 
tionghoa diklasifikasikan sebagai timur asing yang dimudahkan untuk gelijk 
gesteeld jadi orang Belanda.
Malahan di jaman Orba, untuk kepentingan mereka, rejim Orba mendidik banyak 
sekali agen-agennya, pribumi dan tionghoa, tentara dan sipil, belajar Mandarin 
di Singapore, Malaysia dan Taiwan (negara-negara cina yang sahabat RI waktu 
itu), a.l. teman saya Jend. Agum Gumelar yang fasih Mandarin karena 
bertahun-tahun di Taipeh. Jadi populasi penutur Mandarin di jaman 
Orba, jangan-jangan justru naik jumlahnya!
 
Wasalam.
 


  

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Fy Zhou
Wah, kalau begitu naga2nya Ibu anda masih cukup aktif ya, saya banyak kenal 
generasi tua yang aktif mengajar dan menulis, jangan2 kenal ibu anda. meski 
saya hanya jebolan 4 Sd. 
 
ZFy

 
- Original Message 
From: gsuryana [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sunday, September 28, 2008 10:15:36 PM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


Huss orang tua aku ( ibu ) dan keluarganya sekolah di sekolah Tionghoa lho.
Salah satu almarhum pamanku suka sedih dan sakit hati bila ingat masa sekolah 
tersebut, karena sering disebut fankwie nyasar.
 
Memang sih untuk yang cina peranakan umumnya sekolah di sekolah Kristen ( 
Katholik ) dan kebingungan bila memasukan ke sekolah Tionghoa, karena beda 
Budaya nya.
Dalam hal ini cina peranakan sudah terbiasa dengan pola hidup belanda.
 
Ibuku biarpun ireng malah di sekolah sampai setingkat SMA ( lulus SMA ) selalu 
juara ( padahal pelajaran yang paling tidak di sukai pelajaran sejarah, harus 
nya dikirim ke Taiwan karena dapat bea siswa ).
 
Sampai sekarang ibu ku sering mengalami kejadian lucu dan kearah tragis, bila 
naik angkot sering mendengar keluh kesah mengenai cina sialan, dan ibuku 
dianggap bukan cina, dilain pihak biar bagaimanapun juga ibuku adalah cina, 
biarpun cina peranakan.

Sampai sekarang mantan sekolahnya suka mengadakan reuni ( bayangkan usia diatas 
60 reuni... ..seru banget ngkali yah ) 
 
Dan disaat kena breidel ibu ku menjadi guru privat sambil ngumpet ngumpet 
ngajarin anak anak dari teman sekolahnya dulu.
 
Di jaman Orla yang mampu berbahasa Tionghoa bisa dibilang jauh lebih banyak 
dibandingkan dengan dijaman Belanda dan Orba, karena pada jaman setelah merdeka 
banyak didirikan sekolah sekolah Tionghoa sampai ketingkat kecamatan, ditambah 
lagi sekolah terbagi 2 kelompok, satu kelompok pro Taiwan ( jadi setiap masuk 
kelas di brainwash Tengshoa harus bisa diambil alih ), sedang satunya lagi pro 
RRT, kedua sekolah tersebut adu service dalam hal ini service kwalitas 
pengajaran dan pendidikan ( aku pisah pengajar dan pendidik, karena di jaman 
sekarang pendidik nya sudah kabur dibawa kalong wewe ), akibatnya kwalitas 
sekolah tersebut menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah Kristen ( 
yang siswanya selain sedikit juga kurang mendapat bantuan dari pusat/vatican ).
 
Bisa dibilang generasi Tionghoa Indonesia yang lahir sampai ditahun 52-an cukup 
banyak yang masuk sekolah Tionghoa, dan setelah kena breidel ( aneh kan bagian 
pendidikan di breidel, sedang rumah sakit tidak kena otak atik, menandakan yang 
enak diambil yang gak enak dibuang ), dan generasi terakhir tersebut akhirnya 
hanya bisa bicara dan sulit menulis, ada juga yang bisa baca terutama yang 
hobby membaca sejarah, buku silat, dan minimal Lao Fu Tse wakakakak.
 
Informasi, ibuku sekolah sampai SMP di kota kecil sedang SMA nya di Jakarta, 
karena pada saat itu belum ada SMA nya. ( dan akibatnya brojol lah aku, karena 
ketemu ayahku cina singkek di Jakarta huehuehue )
 
sur.
http://indolobby. blogspot.. com
- Original Message - 
From: Liquid Yahoo 

    Orang tua saya dulu sekolah di sekolah TiongHua setelah di bredel taon 65, 
mereka putus sekolah, orang tua saya bilang, TiongHua peranakan sulit masuk 
sekolah TiongHua, kebanyakan sekolah TiongHua itu hanya orang Totoq, bahkan 
terjadi saling hina antara totoq  peranakan.

    Dari penjelasan itu, asumsi saya jumlah orang yang bisa bahasa mandarin 
juga ga menjadi banyak, karena hanya orang yang emang bisa bahasa mandarin yang 
sekolah di sekolahan TiongHua, sementara yang peranakan emang dari dasarnya 
kaga mahir mandarin, dan sulit masuk sekolah TiongHua. Kecuali kalo peranakan 
itu les / kursus bahasa mandarin, biar kaga ketinggalan sama totoq.

    Jadi asumsi makin banyak yang bisa bahasa mandarin itu darimana? Tolong 
dijelaskan kepada saya yang blon ngerasain jaman itu kecuali tau dari cerita 
orang tua.



- Original Message - 
From: Fy Zhou 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Sunday, 28 September, 2008 16:33
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI

Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan mau mengurangi 
dosa Orde Baru!
 
Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin itu pasang 
surut, jika di zaman belanda sempat surut karena sebagian sudah menjadi babah 
yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi Holand spreaken, di zaman belanda 
pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa yang berhasil menaikkan lagi jumlah 
pemakai bhs Tionghoa. Puncak perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada 
zaman Orla, di mana sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. 
Jumlah sekolah maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi 
sekolah Tionghoa berbhs

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Liquid Yahoo
Knapa ada sekolah tionghoa jaman belanda? Ya itu tadi FY Zhou baru aja 
bilang kalo di batesin ama pemerintah. Tapi emang ada aturan tertulisnya? 
(dari segi hukum).

Ngai bilang sulit itu bukan berarti ga ada, tapi ya sulit masuk, ya 
mungkin aja karena susah beradaptasi atau maksudnya sulit itu sedikit sekali 
yang non totoq. Abis ortu juga masih kecil saat itu, ortu ngai cuma bisa 
nikmatin ampe 6 SD, itupun kaga lulus karena katanya waktu pagi-pagi mao 
masuk sekolah, sekolahannya di jaga ama tentara, ga boleh masuk sekolah 
lagi, ude di segel. Ya uda sejak itu putus sekolah, ya akhirnya mao ga mao 
jadi pedagang...



- Original Message - 
From: ardian_c [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sunday, 28 September, 2008 23:46
Subject: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


 bokap gw ngajar di sekolah zhongwen lho, en ada bbrp muridnya yg
 pribumi lho.

 ada satu ex guru bahasa inggris gw yg termasuk tipe peranakan jg
 pernah sekolah zhongwen, gak dibedain kok.
 Malah die bilang sekolah khc itu bagus, semua anak didik dapet susu
 dan makanan sehat setiap pagi, uang sekolah murah, semua agama
 diajarin, budi pekerti jg diajarin.

 So gimana ?

 Btw tau kenapa ada sekolah tionghoa jaman belanda ? hehehehe

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Liquid Yahoo [EMAIL PROTECTED]
 wrote:

 Orang tua saya dulu sekolah di sekolah TiongHua setelah di
 bredel taon 65, mereka putus sekolah, orang tua saya bilang, TiongHua
 peranakan sulit masuk sekolah TiongHua, kebanyakan sekolah TiongHua
 itu hanya orang Totoq, bahkan terjadi saling hina antara totoq 
 peranakan.

 Dari penjelasan itu, asumsi saya jumlah orang yang bisa bahasa
 mandarin juga ga menjadi banyak, karena hanya orang yang emang bisa
 bahasa mandarin yang sekolah di sekolahan TiongHua, sementara yang
 peranakan emang dari dasarnya kaga mahir mandarin, dan sulit masuk
 sekolah TiongHua. Kecuali kalo peranakan itu les / kursus bahasa
 mandarin, biar kaga ketinggalan sama totoq.

 Jadi asumsi makin banyak yang bisa bahasa mandarin itu darimana?
 Tolong dijelaskan kepada saya yang blon ngerasain jaman itu kecuali
 tau dari cerita orang tua.



   - Original Message - 
   From: Fy Zhou
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Sent: Sunday, 28 September, 2008 16:33
   Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
 [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
 Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI


   Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan
 mau mengurangi dosa Orde Baru!



   Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin
 itu pasang surut, jika di zaman belanda sempat surut karena sebagian
 sudah menjadi babah yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi Holand
 spreaken, di zaman belanda pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa yang
 berhasil menaikkan lagi jumlah pemakai bhs Tionghoa. Puncak
 perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada zaman Orla, di mana
 sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. Jumlah sekolah
 maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi sekolah
 Tionghoa berbhs Indonesia. Harap maklum, saat itu anak2 usia sekolah
 yang WNA masih lebih banyak dari yang WNI.



   Jumlah Koran maupun jumlah oplah koran berbhs mndarin di zaman
 sekarangpun tak bisa menandingi zamn emas Orla. Belum lagi semaraknya
 penerbitan sastra mandarin lokal di masa itu! Di zaman sekarang,
 majalah2 dan buku sastra mandarin lokal dibagikn gratis!







   - Original Message 
   From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Sent: Sunday, September 28, 2008 3:06:44 PM
   Subject: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
 [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
 Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI






   Kedua, banyaknya orang di Indonesia yang tidak bisa berbahasa
 tionghoa, bukan karena adanya Orba.
   Dari jaman Orla juga sudah 90-an % orang tionghoa tidak bisa
 berbahasa tionghoa.
   Bahkan penurunan jumlah populasi orang tionghoa mampu berbahasa
 tionghoa yang terdrastis terjadi sudah jauh sebelumnya, yaitu di jaman
 kolonial, ketika orang tionghoa diklasifikasikan sebagai timur asing
 yang dimudahkan untuk gelijk gesteeld jadi orang Belanda.
   Malahan di jaman Orba, untuk kepentingan mereka, rejim Orba
 mendidik banyak sekali agen-agennya, pribumi dan tionghoa, tentara dan
 sipil, belajar Mandarin di Singapore, Malaysia dan Taiwan
 (negara-negara cina yang sahabat RI waktu itu), a.l. teman saya Jend.
 Agum Gumelar yang fasih Mandarin karena bertahun-tahun di Taipeh. Jadi
 populasi penutur Mandarin di jaman Orba, jangan-jangan justru naik
 jumlahnya!

   Wasalam.




 

 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Liquid Yahoo
Jadi gue harus percaya siapa? OrTu gue atau cerita elu? :-)

OrTu gue kan cerita berdasarkan pengalaman kecil waktu sekolah di 
sekolahan TiongHua, lah elu emang sekolah di sekolahan TiongHua juga? Cerita 
dong pengalamannye kalo gitu



- Original Message - 
From: ardian_c [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, 29 September, 2008 00:52
Subject: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


 aduh akang, yg banyak diriin sekolah tionghoa itu THHK en rata2
 pendirinya itu kaum PERANAKAN boekan TOTOK. Yg diajarin jg bhs melayu
 en tionghoa.
 Set dah

 Soalne belanda tdk pernah menyediakan skulnya buat org2 tionghoa, so
 peranakan yg waktu itu lebih kaya drpd totok yg baru pada dateng
 nyangkul or kerja jadi kuli.

 Lagian inget org tionghoa itu pentingin pendidikan, budaya baca jg
 kentel dikalangan mrk. Tapi ya syaratnya mesti ada duit lebih doeloe
 kale ya jd baru bisa beli boekoe.

 Org tionghoa jaman itu mana bisa belajar disekolah belanda ? wong uang
 sekolahnya mahal jg kalu mo masuk ya mesti belajar budaya belanda
 hehehehheehe ntar kalu gw tulis agama disalahin lage.

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Liquid Yahoo [EMAIL PROTECTED]
 wrote:

 Knapa ada sekolah tionghoa jaman belanda? Ya itu tadi FY Zhou
 baru aja
 bilang kalo di batesin ama pemerintah. Tapi emang ada aturan
 tertulisnya?
 (dari segi hukum).

 Ngai bilang sulit itu bukan berarti ga ada, tapi ya sulit masuk, ya
 mungkin aja karena susah beradaptasi atau maksudnya sulit itu
 sedikit sekali
 yang non totoq. Abis ortu juga masih kecil saat itu, ortu ngai cuma
 bisa
 nikmatin ampe 6 SD, itupun kaga lulus karena katanya waktu pagi-pagi
 mao
 masuk sekolah, sekolahannya di jaga ama tentara, ga boleh masuk sekolah
 lagi, ude di segel. Ya uda sejak itu putus sekolah, ya akhirnya mao
 ga mao
 jadi pedagang...



 - Original Message - 
 From: ardian_c [EMAIL PROTECTED]
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Sunday, 28 September, 2008 23:46
 Subject: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
 [budaya_tionghua] Fwd:
 Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa
 Dalam
 Cengkeraman SBKRI


  bokap gw ngajar di sekolah zhongwen lho, en ada bbrp muridnya yg
  pribumi lho.
 
  ada satu ex guru bahasa inggris gw yg termasuk tipe peranakan jg
  pernah sekolah zhongwen, gak dibedain kok.
  Malah die bilang sekolah khc itu bagus, semua anak didik dapet susu
  dan makanan sehat setiap pagi, uang sekolah murah, semua agama
  diajarin, budi pekerti jg diajarin.
 
  So gimana ?
 
  Btw tau kenapa ada sekolah tionghoa jaman belanda ? hehehehe
 
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Liquid Yahoo liquidha@
  wrote:
 
  Orang tua saya dulu sekolah di sekolah TiongHua setelah di
  bredel taon 65, mereka putus sekolah, orang tua saya bilang, TiongHua
  peranakan sulit masuk sekolah TiongHua, kebanyakan sekolah TiongHua
  itu hanya orang Totoq, bahkan terjadi saling hina antara totoq 
  peranakan.
 
  Dari penjelasan itu, asumsi saya jumlah orang yang bisa bahasa
  mandarin juga ga menjadi banyak, karena hanya orang yang emang bisa
  bahasa mandarin yang sekolah di sekolahan TiongHua, sementara yang
  peranakan emang dari dasarnya kaga mahir mandarin, dan sulit masuk
  sekolah TiongHua. Kecuali kalo peranakan itu les / kursus bahasa
  mandarin, biar kaga ketinggalan sama totoq.
 
  Jadi asumsi makin banyak yang bisa bahasa mandarin itu darimana?
  Tolong dijelaskan kepada saya yang blon ngerasain jaman itu kecuali
  tau dari cerita orang tua.
 
 
 
- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sunday, 28 September, 2008 16:33
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
  [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
  Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
 
 
Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan
  mau mengurangi dosa Orde Baru!
 
 
 
Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin
  itu pasang surut, jika di zaman belanda sempat surut karena sebagian
  sudah menjadi babah yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi Holand
  spreaken, di zaman belanda pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa yang
  berhasil menaikkan lagi jumlah pemakai bhs Tionghoa. Puncak
  perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada zaman Orla, di mana
  sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. Jumlah sekolah
  maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi sekolah
  Tionghoa berbhs Indonesia. Harap maklum, saat itu anak2 usia sekolah
  yang WNA masih lebih banyak dari yang WNI.
 
 
 
Jumlah Koran maupun jumlah oplah koran berbhs mndarin di zaman
  sekarangpun tak bisa menandingi zamn emas Orla. Belum lagi semaraknya
  penerbitan sastra mandarin lokal di masa itu! Di zaman

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Soal jumlah populasi warga suku Tionghoa di Indonesia pernah dibahas pada milis 
ini di masa alalu dengan cukup rinci, dan kesimpulannya tidak ada angka pasti 
yang dapat dipegang sebagai acuan.

Penyebutan hasil sensus tahun 2000 pun bagi saya meragukan, karena apa iya di 
formulir sensus ada bagian yang menanyakan apakah si pengisi formulir suku 
tionghoa atau bukan.
Andaikata hal itu ditanyakan, maka tentunya kita sekarang punya angka pasti, 
tidak mengatakannya berkisar antara sekian sampai sekian persen.

Bahkan andaikata hal keturunan asing itu ditanyakan di formulir sensus, 
tentunya kita sekarang juga punya angka berapa banyak adanya itu habib-habib 
biang kerusuhan di Indonesia, berapa banyak adanya nona-nona cantik yang 
potensial jadi artis sinetron seperti Rianti Cartwirght dan Chinta Laura itu, 
dsb. he he he...

Angka 3 juta yang saya pakai itu memang hanya perumpamaan saja, berdasarkan 
kesepahaman kita di milis ini bahwa angka sebenarnya kita semua sama-sama tidak 
tahu.
Angka itu hanya untuk menunjukkan bahwa suku Tionghoa di Indonesia itu banyak 
jumlahnya, ada jutaan. Untuk lalu masuk pada betapa sangat kecilnya jumlah 
mereka yang menguasai bahasa Mandarin dari antara keseluruhan jumlah warga suku 
Tionghoa di Indonesia yang jutaan itu.

Kalau John-heng anggap 3 juta terlalu sedikit, dengan senang hati saya pakai 
angka 10 juta deh. Tetapi lalu berapa dari 10 juta itu yang fasih berbahasa 
Mandarin, toh akan tetap saja magnitude-nya pada orde ribuan orang.

Tentu mungkin saja di daerah tertentu atau kelompok pergaulan tertentu, 
persentase penutur bahasa Mandarin lebih besar dari di daerah atau kelompok 
lain. Di satu pihak bisa 90%, di yang lain bisa 50%, tetapi ada juga yang 0%.

Tetapi point saya adalah bahwa yang tidak bisa berbahasa Mandarin itu, walaupun 
katakanlah mereka hanya 10% sekalipun, samasekali tidak kurang kebanggaannya 
dan jati dirinya sebagai orang tionghoa.

Kalau soal dikotomi tionghoa dan non-tionghoa, maaf, saya tidak paham apa yang 
dimaksud John-heng, karena saya samasekali tidak menyinggungnya.

Wasalam.

=

  - Original Message - 
  From: John Siswanto 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, September 28, 2008 4:18 PM
  Subject: Bls: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


Pak Akhmad Bukhari Saleh (ABS) yth,

Terima kasih atas pencerahan bapak, saya ingin mengomentari postingan 
bapak, sbb :

1.   Menurut Wikipedia Indonesia, berdasarkan sensus penduduk tahun 
2000, jumlah populasi Tionghoa Indonesia adalah berkisar 4% - 5% dari seluruh 
jumlah populasi Indonesia.
2.   Kalau anda datang ke kota kelahiran saya, Pematang Siantar, etnis 
Tionghoanya minimal 90 % mampu berbahasa Mandarin (bukan dialek), bukan 10 
%..., bahkan non-Tionghoanyapun bisa berbahasa mandarin.. bingung ? coba deh 
jalan-jalan ke kota kelahiranku... untuk mendapatkan pengalaman baru...  
3.   Saya lebih cenderung, kita tidak mendikotomikan masalah Tionghoa 
dan non-Tionghoa, lebih baik kita membahas, bagaimana kita sebagai suatu 
bangsa, saling bahu membahu membangun negara kita bersama, niscaya, 
masalah-masalah turunannya juga akan dikisis/hilang...
4. Kalau kita masih ribut yang boten-boten, sementara jurang pemisah di 
antara kita makin melebar, apa jadinya bangsa ini ke depan ?

wassalam,
Jhon Siswanto  



--- Pada Ming, 28/9/08, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] 
menulis:

  Dari: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
  Topik: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
  Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Tanggal: Minggu, 28 September, 2008, 1:06 AM


  - Original Message - 
  From: King Hian
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Sent: Sunday, September 28, 2008 2:05 AM
  Subject: RE: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] 
Selayang 
  Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

   Uly:
- cina yang masih bangga jadi cina
- tionghoa yang belum pernah meninggalkan jati diri,
dipaksa maupun tidak
  - - - -
   masa gak ngerasa sih?
   apa neng Uly bisa ngomong bhs Cina?
   neng Uly kagak bisa ngomong bhs Cina karena apa?
   Di zaman orba bhs Cina kan 'barang terlarang'!

   - - - -

  Ada 2 kesimpulan yang tidak tepat di statement di atas ini. Bahkan 
cenderung ngawur!

  Pertama, tidak bisa berbahasa tionghoa tidak berarti hilang 
kebanggaannya dan jatidirinya sebagai warga suku tionghoa.
  Dari 3-an juta tionghoa di Indonesia, yang bisa bahasa 

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Saya tidak punya kepentingan untuk membela Orba, karena saya aktif dengan 
tindakan nyata menjungkalkan Orba.
Tidak seperti banyak orang yang entah ada di mana waktu itu, lalu beraninya 
teriak-teriak keras belakangan sesudah Orba terjungkal, itu pun banyak yang 
hanya omong doang dari tempat kenikmatannya yang jauh di luar negeri.

Saya hanya mempertanyakan keabsahan postulat Tjan sianseng, eh maaf, Chan 
sianseng, mengenai pasang-surutnya jumlah penutur bahasa Mandarin dikaitkan 
dengan periodisasi jaman.
Sama saja kita mempertanyakan keabsahan postulat Harry Tjan sianseng mengenai 
pasang-surutnya nasib orang Tionghoa dikaitkan dengan periodisasi jaman.

Sebetulnya di Indonesia tidak pernah ada larangan, di jaman Orba sekali pun, 
untuk orang ngomong bahasa Mandarin. Apalagi ngomong di antara sesamanya.
Kalau pun dianjurkan tidak berbahasa Mandarin, itu ketika forumnya multi suku. 
Sama saja kita menghimbau agar tidak berbicara bahasa Batak, atau Jawa, atau 
bahasa suku lainnya, ketika forumnya multi suku.

Jadi tidak ada yang tahu berapa persen warga suku Tionghoa yang tadinya bisa 
berbahasa Mandarin, jadi tidak bisa berbahasa Mandarin di masa Orba.
Kalau pun jumlahnya ada rada banyakan, it's for good, untuk kebaikan, jadi 
lebih mantab berbahasa kesatuan, Bahasa Indonesia! 
Yang jelas, di jaman mana pun, orang Tionghoa yang tidak bisa berbahasa 
Mandarin jauh lebih besar persentasenya dalam keseluruhan orang Tionghoa di 
Indonesia. 

Tetapi yang pasti, ini point saya dalam posting terdahulu itu, orang Tionghoa 
yang tidak bisa berbahasa Mandarin, baik mereka yang dari semula tidak bisa, 
maupun mereka yang tadinya bisa lalu menjadi tidak bisa, tidak ada yang 
berkurang kebanggaannya dan jatidirinya sebagai orang Tionghoa!

Wasalam.




  - Original Message - 
  From: Fy Zhou 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, September 28, 2008 4:33 PM
  Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI



  Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan mau 
mengurangi dosa Orde Baru!

  Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin itu pasang 
surut, jika di zaman belanda sempat surut karena sebagian sudah menjadi babah 
yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi Holand spreaken, di zaman belanda 
pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa yang berhasil menaikkan lagi jumlah 
pemakai bhs Tionghoa. Puncak perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada 
zaman Orla, di mana sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. 
Jumlah sekolah maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi 
sekolah Tionghoa berbhs Indonesia. Harap maklum, saat itu anak2 usia sekolah 
yang WNA masih lebih banyak dari yang WNI.



  Jumlah Koran maupun jumlah oplah koran berbhs mndarin di zaman sekarangpun 
tak bisa menandingi zamn emas Orla. Belum lagi semaraknya penerbitan sastra 
mandarin lokal di masa itu! Di zaman sekarang, majalah2 dan buku sastra 
mandarin lokal dibagikn gratis!
  . 
   


--



  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG - http://www.avg.com 
  Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.2/1689 - Release Date: 9/24/2008 
6:51 PM


Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Liquid Yahoo
 totoq 
   peranakan.
  
   Dari penjelasan itu, asumsi saya jumlah orang yang bisa bahasa
   mandarin juga ga menjadi banyak, karena hanya orang yang emang bisa
   bahasa mandarin yang sekolah di sekolahan TiongHua, sementara yang
   peranakan emang dari dasarnya kaga mahir mandarin, dan sulit masuk
   sekolah TiongHua. Kecuali kalo peranakan itu les / kursus bahasa
   mandarin, biar kaga ketinggalan sama totoq.
  
   Jadi asumsi makin banyak yang bisa bahasa mandarin itu
 darimana?
   Tolong dijelaskan kepada saya yang blon ngerasain jaman itu kecuali
   tau dari cerita orang tua.
  
  
  
 - Original Message - 
 From: Fy Zhou
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Sunday, 28 September, 2008 16:33
 Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
   [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
   Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
  
  
 Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan
   mau mengurangi dosa Orde Baru!
  
  
  
 Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin
   itu pasang surut, jika di zaman belanda sempat surut karena
 sebagian
   sudah menjadi babah yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi
 Holand
   spreaken, di zaman belanda pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa
 yang
   berhasil menaikkan lagi jumlah pemakai bhs Tionghoa. Puncak
   perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada zaman Orla, di mana
   sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. Jumlah
 sekolah
   maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi sekolah
   Tionghoa berbhs Indonesia. Harap maklum, saat itu anak2 usia
 sekolah
   yang WNA masih lebih banyak dari yang WNI.
  
  
  
 Jumlah Koran maupun jumlah oplah koran berbhs mndarin di zaman
   sekarangpun tak bisa menandingi zamn emas Orla. Belum lagi
 semaraknya
   penerbitan sastra mandarin lokal di masa itu! Di zaman sekarang,
   majalah2 dan buku sastra mandarin lokal dibagikn gratis!
  
  
  
  
  
  
  
 - Original Message 
 From: Akhmad Bukhari Saleh absaleh@
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Sunday, September 28, 2008 3:06:44 PM
 Subject: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
   [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
   Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
  
  
  
  
  
  
 Kedua, banyaknya orang di Indonesia yang tidak bisa berbahasa
   tionghoa, bukan karena adanya Orba.
 Dari jaman Orla juga sudah 90-an % orang tionghoa tidak bisa
   berbahasa tionghoa.
 Bahkan penurunan jumlah populasi orang tionghoa mampu berbahasa
   tionghoa yang terdrastis terjadi sudah jauh sebelumnya, yaitu
 di jaman
   kolonial, ketika orang tionghoa diklasifikasikan sebagai timur
 asing
   yang dimudahkan untuk gelijk gesteeld jadi orang Belanda.
 Malahan di jaman Orba, untuk kepentingan mereka, rejim Orba
   mendidik banyak sekali agen-agennya, pribumi dan tionghoa,
 tentara dan
   sipil, belajar Mandarin di Singapore, Malaysia dan Taiwan
   (negara-negara cina yang sahabat RI waktu itu), a.l. teman saya
 Jend.
   Agum Gumelar yang fasih Mandarin karena bertahun-tahun di
 Taipeh. Jadi
   populasi penutur Mandarin di jaman Orba, jangan-jangan justru naik
   jumlahnya!
  
 Wasalam.
  
  
  
  
   
  
   .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
  
   .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
  
   .: Pertanyaan? Ajukan di
  http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
  
   .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua
 http://iccsg.wordpress.com :.
  
   Yahoo! Groups Links
  
  
  
  
 
 
 
 
  
 
  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
  .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
  .: Pertanyaan? Ajukan di
 http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
  .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
 
  Yahoo! Groups Links
 
 
 
 




 

 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 Yahoo! Groups Links



 




Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik gsuryana
From: Liquid Yahoo [EMAIL PROTECTED]
 
Blon tidur bozz? Ga maen war craft?
+++
War craft ntu permainan apa sih ?

sur


Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik melani chia
Wah hebatnya ABS,ternyata pejuang repormasi ya?/
yg diluar???kabur krn ;( bukan tau bacot doang)
1 ada yg jadi korban,merasa malu
2.kecewa
3 takut
4 udah cape peristiwa rasis berulang apa udah lupa peristiwa th 46-49
 
Btw ABS waktu itu sebagai apa ya? sampe bisa numbangi ORBA,saya ini
kuper,ngak gaul jadi tdk tau sama sekali,maaf lho kalau sampe hari ini baru tau
pak ABS punya andil besar dalam memrperjuangan repormasi.
 
Soal larangan bhs CINO entah itu berbagai dialek mau pun mandarin, bagi semua 
org
keturunan tau, dan yg radical pribumi /pencuci otak itu jahat tau?/
saya masih ingat kalau lagi diluar rumah ngomong pake bahasa tionghoa,..apa 
kata anak
pribumi,..EEE...CINO MAKAN BABI ,BALEK KAU KE RRC ,DISINI CUMA
NUMPANG,... blm lagi yg sibling sy yg cowo2,pada jadi sasran empuk waktu 
kecilnya
suka dipalakin duit jajannya,fisik juga sering diserang,...saya masih idup 
pak,saksi idup
koko saya berantem sama temannya org sunda,bapaknya ketua RT, koko saya 
dipangil kerumahnya tanpa setau org tua saya,..didepan mata saya liat 
sendiri,kebetulan saya lagi
beli lontong krn bininya pak RT jualan lontong,...itu kepala kokoku dibentur ke 
dinding sama
bapaknya tuh anak,pake maki CINO lagi kurang ajar tau?
 
Menjadi tionghoa mau pun suku lain bukan masalah bangga atau tdk,yg menjadi 
bahan
diskusi adalah soal pelarangan mengunakan bhs,...ini kan tidakan tdk 
manusiawi,...
 
ABS bukannya pahlwan melawan Komunis jaman dulu (tdk suka 
konmunis)???Pak??
 Lalu 10 th lalu jadi pejuang repormasi juga
 




--- On Mon, 29/9/08, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 29 September, 2008, 2:59 AM







Saya tidak punya kepentingan untuk membela Orba, karena saya aktif dengan 
tindakan nyata menjungkalkan Orba.
Tidak seperti banyak orang yang entah ada di mana waktu itu, lalu beraninya 
teriak-teriak keras belakangan sesudah Orba terjungkal, itu pun banyak yang 
hanya omong doang dari tempat kenikmatannya yang jauh di luar negeri.
 
Saya hanya mempertanyakan keabsahan postulat Tjan sianseng, eh maaf, Chan 
sianseng, mengenai pasang-surutnya jumlah penutur bahasa Mandarin dikaitkan 
dengan periodisasi jaman.
Sama saja kita mempertanyakan keabsahan postulat Harry Tjan sianseng mengenai 
pasang-surutnya nasib orang Tionghoa dikaitkan dengan periodisasi jaman.
 
Sebetulnya di Indonesia tidak pernah ada larangan, di jaman Orba sekali pun, 
untuk orang ngomong bahasa Mandarin. Apalagi ngomong di antara sesamanya.
Kalau pun dianjurkan tidak berbahasa Mandarin, itu ketika forumnya multi suku. 
Sama saja kita menghimbau agar tidak berbicara bahasa Batak, atau Jawa, atau 
bahasa suku lainnya, ketika forumnya multi suku.
 
Jadi tidak ada yang tahu berapa persen warga suku Tionghoa yang tadinya bisa 
berbahasa Mandarin, jadi tidak bisa berbahasa Mandarin di masa Orba.
Kalau pun jumlahnya ada rada banyakan, it's for good, untuk kebaikan, jadi 
lebih mantab berbahasa kesatuan, Bahasa Indonesia! 
Yang jelas, di jaman mana pun, orang Tionghoa yang tidak bisa berbahasa 
Mandarin jauh lebih besar persentasenya dalam keseluruhan orang Tionghoa di 
Indonesia. 
 
Tetapi yang pasti, ini point saya dalam posting terdahulu itu, orang Tionghoa 
yang tidak bisa berbahasa Mandarin, baik mereka yang dari semula tidak bisa, 
maupun mereka yang tadinya bisa lalu menjadi tidak bisa, tidak ada yang 
berkurang kebanggaannya dan jatidirinya sebagai orang Tionghoa!
 
Wasalam.
 
 = ===
 
 

- Original Message - 
From: Fy Zhou 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Sunday, September 28, 2008 4:33 PM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI





Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan mau mengurangi 
dosa Orde Baru!
Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin itu pasang 
surut, jika di zaman belanda sempat surut karena sebagian sudah menjadi babah 
yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi Holand spreaken, di zaman belanda 
pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa yang berhasil menaikkan lagi jumlah 
pemakai bhs Tionghoa. Puncak perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada 
zaman Orla, di mana sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. 
Jumlah sekolah maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi 
sekolah Tionghoa berbhs Indonesia. Harap maklum, saat itu anak2 usia sekolah 
yang WNA masih lebih banyak dari yang WNI.
 
Jumlah Koran maupun jumlah oplah koran berbhs mndarin di zaman sekarangpun tak 
bisa menandingi zamn emas Orla. Belum lagi semaraknya penerbitan sastra 
mandarin lokal di masa itu! Di

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Liquid Yahoo
Sejenis game online, ya perang2an



- Original Message - 
From: gsuryana [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, 29 September, 2008 03:04
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa 
Dalam Cengkeraman SBKRI


 From: Liquid Yahoo [EMAIL PROTECTED]

Blon tidur bozz? Ga maen war craft?
 +++
 War craft ntu permainan apa sih ?

 sur

 

 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 Yahoo! Groups Links



 




Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Fy Zhou
Oh nulisnya dalam bhs indonesia  (kan pakai istilah cina)?  saya kira dlm 
mandarin. 



- Original Message 
From: gsuryana [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sunday, September 28, 2008 11:32:12 PM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


Weleh sekarang sejak jadi umat GBI aktifnya di agama, ntu juga masih untung aku 
masih bisa menahan gempuran GBI yang meng sesat kan filsafat KHC.
Kadang sebel dan sengak banget sama ulah karesten yang mengakibatkan budaya 
Tionghoa dianggap sesat, jadi ingat pepatah kacang lupa kulit, ingin jadi bani 
Israel mata sipit, padahal di sonoh tetap saja dianggap cina dan bukan bangsa 
pilihan.
 
Eniwe biar bagaimana pun beliau adalah ibuku, jadi aku hanya bisa berusaha 
menjelaskan semampuku ( seperti yang aku tulis, ibuku kurang menyukai sejarah, 
jadi aku mencoba masuk di sejarah, dan amitaba. bisa diterima, biarpun 
digabung gabung dengan kitab suci Alkitab ).
 
Beberapa waktu yang lalu memang ada niat untuk tetap mengajar, aku bilang 
generasi sekarang sudah lebih gampang mendapatkan ilmu bahasa Mandarin, biarkan 
saja generasi muda yang meneruskan tugas.
 
Pernah menulis di majalah cina ( terbitan bandung ), aku tulis cina karena 
majalah tersebut lebih memilih istilah cina dibandingkan Tionghoa, biarpun 
pengurusnya Tionghoa singkek, mereka hanya mengikuti trend anak Tionghoa jaman 
sekarang yang sudah tidak memperdulikan lagi istilah cina dan Tionghoa.

 
sur.
http://indolobby. blogspot. com
- Original Message - 
From: Fy Zhou 

Wah, kalau begitu naga2nya Ibu anda masih cukup aktif ya, saya banyak kenal 
generasi tua yang aktif mengajar dan menulis, jangan2 kenal ibu anda.. meski 
saya hanya jebolan 4 Sd. 
 
ZFy

 
- Original Message 
From: gsuryana [EMAIL PROTECTED] net.id
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, September 28, 2008 10:15:36 PM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


Huss orang tua aku ( ibu ) dan keluarganya sekolah di sekolah Tionghoa lho.
Salah satu almarhum pamanku suka sedih dan sakit hati bila ingat masa sekolah 
tersebut, karena sering disebut fankwie nyasar.
 
Memang sih untuk yang cina peranakan umumnya sekolah di sekolah Kristen ( 
Katholik ) dan kebingungan bila memasukan ke sekolah Tionghoa, karena beda 
Budaya nya.
Dalam hal ini cina peranakan sudah terbiasa dengan pola hidup belanda.
 
Ibuku biarpun ireng malah di sekolah sampai setingkat SMA ( lulus SMA ) selalu 
juara ( padahal pelajaran yang paling tidak di sukai pelajaran sejarah, harus 
nya dikirim ke Taiwan karena dapat bea siswa ).
 
Sampai sekarang ibu ku sering mengalami kejadian lucu dan kearah tragis, bila 
naik angkot sering mendengar keluh kesah mengenai cina sialan, dan ibuku 
dianggap bukan cina, dilain pihak biar bagaimanapun juga ibuku adalah cina, 
biarpun cina peranakan.

Sampai sekarang mantan sekolahnya suka mengadakan reuni ( bayangkan usia diatas 
60 reuni... ..seru banget ngkali yah ) 
 
Dan disaat kena breidel ibu ku menjadi guru privat sambil ngumpet ngumpet 
ngajarin anak anak dari teman sekolahnya dulu.
 
Di jaman Orla yang mampu berbahasa Tionghoa bisa dibilang jauh lebih banyak 
dibandingkan dengan dijaman Belanda dan Orba, karena pada jaman setelah merdeka 
banyak didirikan sekolah sekolah Tionghoa sampai ketingkat kecamatan, ditambah 
lagi sekolah terbagi 2 kelompok, satu kelompok pro Taiwan ( jadi setiap masuk 
kelas di brainwash Tengshoa harus bisa diambil alih ), sedang satunya lagi pro 
RRT, kedua sekolah tersebut adu service dalam hal ini service kwalitas 
pengajaran dan pendidikan ( aku pisah pengajar dan pendidik, karena di jaman 
sekarang pendidik nya sudah kabur dibawa kalong wewe ), akibatnya kwalitas 
sekolah tersebut menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah Kristen ( 
yang siswanya selain sedikit juga kurang mendapat bantuan dari pusat/vatican ).
 
Bisa dibilang generasi Tionghoa Indonesia yang lahir sampai ditahun 52-an cukup 
banyak yang masuk sekolah Tionghoa, dan setelah kena breidel ( aneh kan bagian 
pendidikan di breidel, sedang rumah sakit tidak kena otak atik, menandakan yang 
enak diambil yang gak enak dibuang ), dan generasi terakhir tersebut akhirnya 
hanya bisa bicara dan sulit menulis, ada juga yang bisa baca terutama yang 
hobby membaca sejarah, buku silat, dan minimal Lao Fu Tse wakakakak.
 
Informasi, ibuku sekolah sampai SMP di kota kecil sedang SMA nya di Jakarta, 
karena pada saat itu belum ada SMA nya. ( dan akibatnya brojol lah aku, karena 
ketemu ayahku cina singkek di Jakarta huehuehue )
 
sur.
http://indolobby. blogspot. com
- Original Message - 
From: Liquid Yahoo 

    Orang tua saya dulu sekolah di sekolah TiongHua setelah di bredel taon 65, 
mereka putus sekolah

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Fy Zhou
Kurikulum mandarin masih ada di THHK setelah Republik, teman saya masih sempat 
mengenyam pendidikan bhs mandarin di Muntilan. Tapi di tahun(?) pemerintah 
membuat peraturan. membedakan sekolah nasional dan sekolah asing, bhs 
mandarinpun hilang di THHK.
 
ZFy



- Original Message 
From: ardian_c [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 12:52:24 AM
Subject: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa 
kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


aduh akang, yg banyak diriin sekolah tionghoa itu THHK en rata2
pendirinya itu kaum PERANAKAN boekan TOTOK. Yg diajarin jg bhs melayu
en tionghoa.
Set dah

Soalne belanda tdk pernah menyediakan skulnya buat org2 tionghoa, so
peranakan yg waktu itu lebih kaya drpd totok yg baru pada dateng
nyangkul or kerja jadi kuli.

Lagian inget org tionghoa itu pentingin pendidikan, budaya baca jg
kentel dikalangan mrk. Tapi ya syaratnya mesti ada duit lebih doeloe
kale ya jd baru bisa beli boekoe.

Org tionghoa jaman itu mana bisa belajar disekolah belanda ? wong uang
sekolahnya mahal jg kalu mo masuk ya mesti belajar budaya belanda
hehehehheehe ntar kalu gw tulis agama disalahin lage.

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Liquid Yahoo [EMAIL PROTECTED] .
wrote:

 Knapa ada sekolah tionghoa jaman belanda? Ya itu tadi FY Zhou
baru aja 
 bilang kalo di batesin ama pemerintah. Tapi emang ada aturan
tertulisnya? 
 (dari segi hukum).
 
 Ngai bilang sulit itu bukan berarti ga ada, tapi ya sulit masuk, ya 
 mungkin aja karena susah beradaptasi atau maksudnya sulit itu
sedikit sekali 
 yang non totoq. Abis ortu juga masih kecil saat itu, ortu ngai cuma
bisa 
 nikmatin ampe 6 SD, itupun kaga lulus karena katanya waktu pagi-pagi
mao 
 masuk sekolah, sekolahannya di jaga ama tentara, ga boleh masuk sekolah 
 lagi, ude di segel. Ya uda sejak itu putus sekolah, ya akhirnya mao
ga mao 
 jadi pedagang...
 
 
 
 - Original Message - 
 From: ardian_c [EMAIL PROTECTED] .
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Sent: Sunday, 28 September, 2008 23:46
 Subject: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: 
 Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa
Dalam 
 Cengkeraman SBKRI
 
 
  bokap gw ngajar di sekolah zhongwen lho, en ada bbrp muridnya yg
  pribumi lho.
 
  ada satu ex guru bahasa inggris gw yg termasuk tipe peranakan jg
  pernah sekolah zhongwen, gak dibedain kok.
  Malah die bilang sekolah khc itu bagus, semua anak didik dapet susu
  dan makanan sehat setiap pagi, uang sekolah murah, semua agama
  diajarin, budi pekerti jg diajarin.
 
  So gimana ?
 
  Btw tau kenapa ada sekolah tionghoa jaman belanda ? hehehehe
 
  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Liquid Yahoo liquidha@
  wrote:
 
  Orang tua saya dulu sekolah di sekolah TiongHua setelah di
  bredel taon 65, mereka putus sekolah, orang tua saya bilang, TiongHua
  peranakan sulit masuk sekolah TiongHua, kebanyakan sekolah TiongHua
  itu hanya orang Totoq, bahkan terjadi saling hina antara totoq 
  peranakan.
 
  Dari penjelasan itu, asumsi saya jumlah orang yang bisa bahasa
  mandarin juga ga menjadi banyak, karena hanya orang yang emang bisa
  bahasa mandarin yang sekolah di sekolahan TiongHua, sementara yang
  peranakan emang dari dasarnya kaga mahir mandarin, dan sulit masuk
  sekolah TiongHua. Kecuali kalo peranakan itu les / kursus bahasa
  mandarin, biar kaga ketinggalan sama totoq.
 
  Jadi asumsi makin banyak yang bisa bahasa mandarin itu darimana?
  Tolong dijelaskan kepada saya yang blon ngerasain jaman itu kecuali
  tau dari cerita orang tua.
 
 
 
  - Original Message - 
  From: Fy Zhou
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Sent: Sunday, 28 September, 2008 16:33
  Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
  [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
  Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
 
 
  Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan
  mau mengurangi dosa Orde Baru!
 
 
 
  Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin
  itu pasang surut, jika di zaman belanda sempat surut karena sebagian
  sudah menjadi babah yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi Holand
  spreaken, di zaman belanda pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa yang
  berhasil menaikkan lagi jumlah pemakai bhs Tionghoa. Puncak
  perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada zaman Orla, di mana
  sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. Jumlah sekolah
  maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi sekolah
  Tionghoa berbhs Indonesia. Harap maklum, saat itu anak2 usia sekolah
  yang WNA masih lebih banyak dari yang WNI.
 
 
 
  Jumlah Koran maupun jumlah oplah koran berbhs mndarin di zaman
  sekarangpun tak bisa menandingi zamn emas Orla. Belum lagi semaraknya
  penerbitan sastra mandarin lokal di masa itu! Di zaman sekarang

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Fy Zhou
Kalau saya perhatikan seluruh posting Pk ABS, dari dulu hingga sekarang, tidak 
ada satupun yang terang2an menyalahkan politik budaya Orde Baru yang berkaitan 
dng bhasa dan budaya Tionghoa, bahkan sering secara tak langsung menyanggah 
point2 yang menyebut kemunduran budaya Tionghoa di zaman Orba! bahkan membuat 
pernyatan2 yang mengaburkan seperti kalimat di bawah ini :
 
Sebetulnya di Indonesia tidak pernah ada larangan, di jaman Orba sekali pun, 
untuk orang ngomong bahasa Mandarin. Apalagi ngomong di antara sesamanya.

Di atas anda sengaja menonjolkan masalah tak ada larangan Ngomong, anda sengaja 
tak mau menyinggung, bahwa larangan bahasa tulis dan pendidikan mandarin sangat 
berperan dalam memundurkan pemakaian bhs mandarin! Ini bukan pembelaan lantas 
apa?

Saya tahu anda melawan Orba, tapi Orba yang anda lawan  adalah dalam hal 
politik represif non demokratisnya, yakni Orba akhir dan bukan Orba awal,  Orba 
awal dengan politik budaya tionghoanya sedari awal memang anda dukung, anda dan 
temen2 seperjuangan anda di tahun 66, seperti Sofyan Wanandi Cs sangat 
membanggakan hal ini!
 
Saya tahu memang berat sebagai orang yang sudah berusia lanjut, seperti pak ABS 
dan HTS untuk mengkoreksi sikap politiknya di masa muda. Karena ini sama saja 
disuruh menghapus seluruh rekord kebanggaannya. Jika HTS disuruh mengakui 
kesalahan LPKB, berarti  sebagian besar sejarah perjuangan di nilai negatif, 
mana tahan? lain halnya jika masih berusi muda, masih bisa mulai lagi dari nol.
 
 
Salam Sejarah
ZFy
 
 



- Original Message 
From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 1:59:49 AM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


Saya tidak punya kepentingan untuk membela Orba, karena saya aktif dengan 
tindakan nyata menjungkalkan Orba.
Tidak seperti banyak orang yang entah ada di mana waktu itu, lalu beraninya 
teriak-teriak keras belakangan sesudah Orba terjungkal, itu pun banyak yang 
hanya omong doang dari tempat kenikmatannya yang jauh di luar negeri.
 
Saya hanya mempertanyakan keabsahan postulat Tjan sianseng, eh maaf, Chan 
sianseng, mengenai pasang-surutnya jumlah penutur bahasa Mandarin dikaitkan 
dengan periodisasi jaman.
Sama saja kita mempertanyakan keabsahan postulat Harry Tjan sianseng mengenai 
pasang-surutnya nasib orang Tionghoa dikaitkan dengan periodisasi jaman.
 
Sebetulnya di Indonesia tidak pernah ada larangan, di jaman Orba sekali pun, 
untuk orang ngomong bahasa Mandarin. Apalagi ngomong di antara sesamanya.
Kalau pun dianjurkan tidak berbahasa Mandarin, itu ketika forumnya multi suku. 
Sama saja kita menghimbau agar tidak berbicara bahasa Batak, atau Jawa, atau 
bahasa suku lainnya, ketika forumnya multi suku.
 
Jadi tidak ada yang tahu berapa persen warga suku Tionghoa yang tadinya bisa 
berbahasa Mandarin, jadi tidak bisa berbahasa Mandarin di masa Orba.
Kalau pun jumlahnya ada rada banyakan, it's for good, untuk kebaikan, jadi 
lebih mantab berbahasa kesatuan, Bahasa Indonesia! 
Yang jelas, di jaman mana pun, orang Tionghoa yang tidak bisa berbahasa 
Mandarin jauh lebih besar persentasenya dalam keseluruhan orang Tionghoa di 
Indonesia. 
 
Tetapi yang pasti, ini point saya dalam posting terdahulu itu, orang Tionghoa 
yang tidak bisa berbahasa Mandarin, baik mereka yang dari semula tidak bisa, 
maupun mereka yang tadinya bisa lalu menjadi tidak bisa, tidak ada yang 
berkurang kebanggaannya dan jatidirinya sebagai orang Tionghoa!
 
Wasalam.
 
 = ===
 
 
- Original Message - 
From: Fy Zhou 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Sunday, September 28, 2008 4:33 PM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI

Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan mau mengurangi 
dosa Orde Baru!
Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin itu pasang 
surut, jika di zaman belanda sempat surut karena sebagian sudah menjadi babah 
yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi Holand spreaken, di zaman belanda 
pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa yang berhasil menaikkan lagi jumlah 
pemakai bhs Tionghoa. Puncak perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada 
zaman Orla, di mana sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. 
Jumlah sekolah maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi 
sekolah Tionghoa berbhs Indonesia. Harap maklum, saat itu anak2 usia sekolah 
yang WNA masih lebih banyak dari yang WNI.
 
Jumlah Koran maupun jumlah oplah koran berbhs mndarin di zaman sekarangpun tak 
bisa menandingi zamn emas Orla. Belum lagi semaraknya penerbitan sastra 
mandarin lokal di masa itu! Di zaman sekarang, majalah2 dan buku sastra 
mandarin lokal dibagikn gratis

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik gsuryana
Nulis nya memakai bahasa Mandarin, soale ntu majalah majalah Mandarin.
Memakai bahasa Indonesia mah mana ibuku, palingan garis besarnya dikasih tahu 
ke aku dan selanjutnya aku yang nulis ke 'millis' huehuehue..

http://indolobby.blogspot.com
  - Original Message - 
  From: Fy Zhou 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, September 29, 2008 8:59 AM
  Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


  Oh nulisnya dalam bhs indonesia  (kan pakai istilah cina)?  saya kira dlm 
mandarin. 




  - Original Message 
  From: gsuryana [EMAIL PROTECTED]
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Sunday, September 28, 2008 11:32:12 PM
  Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI



  Weleh sekarang sejak jadi umat GBI aktifnya di agama, ntu juga masih untung 
aku masih bisa menahan gempuran GBI yang meng sesat kan filsafat KHC.
  Kadang sebel dan sengak banget sama ulah karesten yang mengakibatkan budaya 
Tionghoa dianggap sesat, jadi ingat pepatah kacang lupa kulit, ingin jadi bani 
Israel mata sipit, padahal di sonoh tetap saja dianggap cina dan bukan bangsa 
pilihan.

  Eniwe biar bagaimana pun beliau adalah ibuku, jadi aku hanya bisa berusaha 
menjelaskan semampuku ( seperti yang aku tulis, ibuku kurang menyukai sejarah, 
jadi aku mencoba masuk di sejarah, dan amitaba. bisa diterima, biarpun 
digabung gabung dengan kitab suci Alkitab ).

  Beberapa waktu yang lalu memang ada niat untuk tetap mengajar, aku bilang 
generasi sekarang sudah lebih gampang mendapatkan ilmu bahasa Mandarin, biarkan 
saja generasi muda yang meneruskan tugas.

  Pernah menulis di majalah cina ( terbitan bandung ), aku tulis cina karena 
majalah tersebut lebih memilih istilah cina dibandingkan Tionghoa, biarpun 
pengurusnya Tionghoa singkek, mereka hanya mengikuti trend anak Tionghoa jaman 
sekarang yang sudah tidak memperdulikan lagi istilah cina dan Tionghoa.


  sur.
  http://indolobby. blogspot. com
- Original Message - 
From: Fy Zhou 

Wah, kalau begitu naga2nya Ibu anda masih cukup aktif ya, saya banyak kenal 
generasi tua yang aktif mengajar dan menulis, jangan2 kenal ibu anda. meski 
saya hanya jebolan 4 Sd. 



ZFy


 

- Original Message 
From: gsuryana [EMAIL PROTECTED] net.id
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, September 28, 2008 10:15:36 PM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI



Huss orang tua aku ( ibu ) dan keluarganya sekolah di sekolah Tionghoa lho.
Salah satu almarhum pamanku suka sedih dan sakit hati bila ingat masa 
sekolah tersebut, karena sering disebut fankwie nyasar.

Memang sih untuk yang cina peranakan umumnya sekolah di sekolah Kristen ( 
Katholik ) dan kebingungan bila memasukan ke sekolah Tionghoa, karena beda 
Budaya nya.
Dalam hal ini cina peranakan sudah terbiasa dengan pola hidup belanda.

Ibuku biarpun ireng malah di sekolah sampai setingkat SMA ( lulus SMA ) 
selalu juara ( padahal pelajaran yang paling tidak di sukai pelajaran sejarah, 
harus nya dikirim ke Taiwan karena dapat bea siswa ).

Sampai sekarang ibu ku sering mengalami kejadian lucu dan kearah tragis, 
bila naik angkot sering mendengar keluh kesah mengenai cina sialan, dan ibuku 
dianggap bukan cina, dilain pihak biar bagaimanapun juga ibuku adalah cina, 
biarpun cina peranakan.

Sampai sekarang mantan sekolahnya suka mengadakan reuni ( bayangkan usia 
diatas 60 reuni... ..seru banget ngkali yah ) 

Dan disaat kena breidel ibu ku menjadi guru privat sambil ngumpet ngumpet 
ngajarin anak anak dari teman sekolahnya dulu.

Di jaman Orla yang mampu berbahasa Tionghoa bisa dibilang jauh lebih banyak 
dibandingkan dengan dijaman Belanda dan Orba, karena pada jaman setelah merdeka 
banyak didirikan sekolah sekolah Tionghoa sampai ketingkat kecamatan, ditambah 
lagi sekolah terbagi 2 kelompok, satu kelompok pro Taiwan ( jadi setiap masuk 
kelas di brainwash Tengshoa harus bisa diambil alih ), sedang satunya lagi pro 
RRT, kedua sekolah tersebut adu service dalam hal ini service kwalitas 
pengajaran dan pendidikan ( aku pisah pengajar dan pendidik, karena di jaman 
sekarang pendidik nya sudah kabur dibawa kalong wewe ), akibatnya kwalitas 
sekolah tersebut menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah Kristen ( 
yang siswanya selain sedikit juga kurang mendapat bantuan dari pusat/vatican ).

Bisa dibilang generasi Tionghoa Indonesia yang lahir sampai ditahun 52-an 
cukup banyak yang masuk sekolah Tionghoa, dan setelah kena breidel ( aneh kan 
bagian pendidikan di breidel, sedang rumah sakit tidak kena otak

Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-28 Terurut Topik Fy Zhou
Oh istilah majalah cina itu hanya oral to, urang salah paham rupanya.
kalau boleh tahu, pakai nama apa ya? boleh Japri.



- Original Message 
From: gsuryana [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 12:19:47 PM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


Nulis nya memakai bahasa Mandarin, soale ntu majalah majalah Mandarin.
Memakai bahasa Indonesia mah mana ibuku, palingan garis besarnya dikasih tahu 
ke aku dan selanjutnya aku yang nulis ke 'millis' huehuehue..

http://indolobby. blogspot. com
- Original Message - 
From: Fy Zhou 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Monday, September 29, 2008 8:59 AM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI

Oh nulisnya dalam bhs indonesia  (kan pakai istilah cina)?  saya kira dlm 
mandarin. 



- Original Message 
From: gsuryana [EMAIL PROTECTED] net.id
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, September 28, 2008 11:32:12 PM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


Weleh sekarang sejak jadi umat GBI aktifnya di agama, ntu juga masih untung aku 
masih bisa menahan gempuran GBI yang meng sesat kan filsafat KHC.
Kadang sebel dan sengak banget sama ulah karesten yang mengakibatkan budaya 
Tionghoa dianggap sesat, jadi ingat pepatah kacang lupa kulit, ingin jadi bani 
Israel mata sipit, padahal di sonoh tetap saja dianggap cina dan bukan bangsa 
pilihan.
 
Eniwe biar bagaimana pun beliau adalah ibuku, jadi aku hanya bisa berusaha 
menjelaskan semampuku ( seperti yang aku tulis, ibuku kurang menyukai sejarah, 
jadi aku mencoba masuk di sejarah, dan amitaba. bisa diterima, biarpun 
digabung gabung dengan kitab suci Alkitab ).
 
Beberapa waktu yang lalu memang ada niat untuk tetap mengajar, aku bilang 
generasi sekarang sudah lebih gampang mendapatkan ilmu bahasa Mandarin, biarkan 
saja generasi muda yang meneruskan tugas.
 
Pernah menulis di majalah cina ( terbitan bandung ), aku tulis cina karena 
majalah tersebut lebih memilih istilah cina dibandingkan Tionghoa, biarpun 
pengurusnya Tionghoa singkek, mereka hanya mengikuti trend anak Tionghoa jaman 
sekarang yang sudah tidak memperdulikan lagi istilah cina dan Tionghoa.

 
sur.
http://indolobby. blogspot. com
- Original Message - 
From: Fy Zhou 

Wah, kalau begitu naga2nya Ibu anda masih cukup aktif ya, saya banyak kenal 
generasi tua yang aktif mengajar dan menulis, jangan2 kenal ibu anda. meski 
saya hanya jebolan 4 Sd. 
 
ZFy

 
- Original Message 
From: gsuryana [EMAIL PROTECTED] net.id
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, September 28, 2008 10:15:36 PM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: 
Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam 
Cengkeraman SBKRI


Huss orang tua aku ( ibu ) dan keluarganya sekolah di sekolah Tionghoa lho.
Salah satu almarhum pamanku suka sedih dan sakit hati bila ingat masa sekolah 
tersebut, karena sering disebut fankwie nyasar.
 
Memang sih untuk yang cina peranakan umumnya sekolah di sekolah Kristen ( 
Katholik ) dan kebingungan bila memasukan ke sekolah Tionghoa, karena beda 
Budaya nya.
Dalam hal ini cina peranakan sudah terbiasa dengan pola hidup belanda.
 
Ibuku biarpun ireng malah di sekolah sampai setingkat SMA ( lulus SMA ) selalu 
juara ( padahal pelajaran yang paling tidak di sukai pelajaran sejarah, harus 
nya dikirim ke Taiwan karena dapat bea siswa ).
 
Sampai sekarang ibu ku sering mengalami kejadian lucu dan kearah tragis, bila 
naik angkot sering mendengar keluh kesah mengenai cina sialan, dan ibuku 
dianggap bukan cina, dilain pihak biar bagaimanapun juga ibuku adalah cina, 
biarpun cina peranakan.

Sampai sekarang mantan sekolahnya suka mengadakan reuni ( bayangkan usia diatas 
60 reuni... ..seru banget ngkali yah ) 
 
Dan disaat kena breidel ibu ku menjadi guru privat sambil ngumpet ngumpet 
ngajarin anak anak dari teman sekolahnya dulu.
 
Di jaman Orla yang mampu berbahasa Tionghoa bisa dibilang jauh lebih banyak 
dibandingkan dengan dijaman Belanda dan Orba, karena pada jaman setelah merdeka 
banyak didirikan sekolah sekolah Tionghoa sampai ketingkat kecamatan, ditambah 
lagi sekolah terbagi 2 kelompok, satu kelompok pro Taiwan ( jadi setiap masuk 
kelas di brainwash Tengshoa harus bisa diambil alih ), sedang satunya lagi pro 
RRT, kedua sekolah tersebut adu service dalam hal ini service kwalitas 
pengajaran dan pendidikan ( aku pisah pengajar dan pendidik, karena di jaman 
sekarang pendidik nya sudah kabur dibawa kalong wewe ), akibatnya kwalitas 
sekolah tersebut menjadi lebih tinggi