[wanita-muslimah] Re: Ba'asyir Siap Beber 500 Korban Densus 88
Saya melihat kelompok2 ektrem Islamist di Eropa itu dalam menjalankan jihadnya selalu mengutip hukum2 Allah, terutama hadits2. Membacok sampai mati sutradara Belanda yg dianggap menghina Islam itu menjalankan hukum Allah, membakar hidup2 perempuan yg tidak mau berjilbab itu menjalankan hukum Allah, membom manusia tidak bersalah adalah menjalankan hukum Allah, banyaklah kezaliman2 yg dijalankan atas nama Allah. Tapi kalau sudah ditangkap dan dipenjara, pembelaannya selalu dg mengutip UU HAM ala Uni Eropa, yg memang sangat melindungi hak manusia. Minta pengampunan atau grasi itu dg UU HAM, tidak dg hukum Allah. Apakah hukum Allah tidak mencakup perlindungan hak manusia? Lucu kan? Fenomena ini mencengangkan memang ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Dan, Bisa lebih rinci kalimat anda ini Menarik juga kiat2 berkelitnya kelompok2 ekstrem macam ini yg juga sering dilakukan di negara Barat karena tidak jelas benar yang anda maksud dengan kelompok2 ekstrem macam ini itu yang mana, dan yg juga sering dilakukan di negara Barat itu siapa atau apa? Mungkin buat pernyataan anda lainnya cukup jelaskan dengan sedikit menebak dari konteksnya krn ada HAM di satu sisi dan hukum Allah di sisi lain. satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan dana.pamilih@ wrote: Menarik juga kiat2 berkelitnya kelompok2 ekstrem macam ini yg juga sering dilakukan di negara Barat. Kalau mereka merasa dizalimi, didengungkanlah UU mengenai HAM, tetapi kalau mereka menzalimi orang dan umat lain maka mereka hanya menjalankan hukum Allah, Al-Qur'an dan terutama hadits. Pick and choose as it suits you. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, H. M. Nur Abdurrahman mnabdurrahman@ wrote: Ba'asyir Siap Beber 500 Korban Densus 88 (27 Jun 2007) JAKARTA -- Penangkapan tersangka teroris Abu Dujana alias Aenul Bahri yang dianggap menyalahi prosedur, menggugah Ustaz Abu Bakar Ba'asyir. Kemarin amir Majelis Mujahidin Indonesia itu, terbang dari Solo ke Jakarta untuk mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dalam gugatannya itu, Ba'asyir menuntut pembubaran Densus 88 Antiteror Mabes Polri.Gugatan itu mewakili diri saya sendiri dan ratusan korban teror Densus 88 yang disiksa dan diperlakukan secara kejam, ujar Ba'asyir kepada wartawan di Gedung Menara Dakwah, Jakarta, Selasa 26 Juni kemarin. Dia menguasakan hak hukumnya kepada 12 pengacara muslim yang diberi nama Tangkap Densus 88 (Tim Advokasi Korban Penangkapan Densus 88). Menurut ustaz kelahiran Jombang itu, Densus 88 merupakan kepanjangan tangan kepentingan Amerika Serikat dan Australia. Saya serukan kepada polisi yang masih punya hati nurani untuk segera keluar dari Densus 88, katanya. Kemarin Ba'asyir didampingi belasan ulama dari Forum Umat Islam dan para pengacara yang tergabung dalam Tim Pengacara Muslim (TPM). Menurut Ba'asyir, tindakan Abu Dujana dan teman-temannya bukan termasuk tindak terorisme. Justru kontra terorisme terhadap kejahatan Amerika. Hanya, saya tidak setuju dengan pengeboman yang dilakukan di negara yang tidak sedang berkonflik langsung. Kalau mau ngebom, di Afghanistan atau Iraq. Itu benar dan pantas ditiru, tuturnya. Sejak bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang 14 Juni 2006, Ba'asyir mengaku selalu dikuntit polisi. Mungkin, mereka menganggap saya ini berbahaya. Padahal, bom saya ini ya cuma mulut, ujarnya. Salah seorang pengacara Tangkap Densus 88 Munarman menambahkan, pihaknya mempunyai data 500 korban penyiksaan dan tindakan semena- mena yang dilakukan anggota Densus 88. Mereka melanggar Undang-Undang Nomor 39 Tahun 199 tentang Hak Asasi Manusia, katanya. Dalam draf gugatannya, Tangkap Densus 88 melampirkan beberapa data. Misalnya, pengakuan Syaiful Anang alias Mujadid --ditangkap di Temanggung-- yang ditembak tanpa perlawanan. Lalu, penyiksaan yang dilakukan terhadap Andi Ipong alias Yusuf Asapa di sel Polda Metro Jaya. Andi ditelanjangi, disetrum, dirantai, dan tidak boleh melakukan salat Jumat. Selain itu, data yang menyebutkan bahwa Ali Gufron alias Muklas, terpidana bom Bali, dibakar bulu-bulu di tubuhnya setelah ditelanjangi. Demikian juga, kesaksian Imam Samudera yang disiram air panas terus-menerus di kamar mandi agar mengakui keterlibatan Abu Bakar Ba'asyir dalam peristiwa bom Bali 1. Munarman optimistis, gugatan mereka akan menang. Kami juga melapor ke DPR karena selama ini mereka tidak pernah menyerahkan laporan keuangan yang digunakan untuk operasionalisasi Densus 88, kata mantan aktivis YLBHI itu. Semua keluarga korban, kata Munarman, juga membenarkan adanya tindakan penyiksaan dan penangkapan yang sewenang-wenang oleh Densus 88. Ada subtim intelijen di Densus 88 yang bertugas membuat rekayasa dan skenario, tuturnya. Bagaimana tanggapan Kapolri?
Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias OMDO? - mudheng
Sekedar berbagi, kalau di sini semua produk makanan dan minuman harus mencantumkan kandungan bahannya. sehingga konsumen bisa baca dan menilai sendiri, ooh makanan ini mengandung babi, minuman ini mengandung alkohol, sehingga orang muslim bisa menghindarinya. demikian juga buat orang2 lain yang vegetarian juga bisa melihat kandungan makanan, jadi dia bisa menghindari makanan yang mengandung daging. buat orang yang diet bisa menghitung jumlah kalori makanan. manfaat pencantuman kandungan makanan/minuman ini banyak beragam, serta mencerdaskan konsumen. Selain itu ada yang namanya yayasan penguji yang bekerja secara independen tidak dibayar pemerintah atau produsen. Tugas mereka menguji keamanan dan kualitas produk2, tidak sekedar makanan sih, dan secara periodik (biasanya tiap tahun/semester) mereka mengeluarkan jurnal yang berisi penilaian mereka terhadap produk2 yang dikeluarkan produsen. Ada yang dinilai baik, cukup, sedang, buruk. Penilaian mereka independen karena mereka yang aktif menilai, bukan dimintai oleh pihak produsen dan mereka juga gak minta bayaran dari produsen, sehingga lebih objektif. Produsen yang bangga terus memakai label yang diberikan oleh yayasan penguji tadi, sehingga bisa jadi iklan juga buat produk tadi. Kalau produknya gak ada label baik, mungkin jadi pertimbangan buat konsumen juga. Terus konsumen juga bisa menilai produk mana yang bagus aman, mana yang kurang bagus. salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 6/28/07, Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Jano ko, Percuma saja ya saya mengutipkan hadis yang menyebutkan bahwa ulama itu kepercayaan Rasul selama tidak terlibat dalam kekuasaan dan kesenangan duniawi. Baca lagi, Mas. Makanya, peran ulama itu mendidik agar umat tahu halal dan haram dengan benar. Umat yang benar tinggal baca bahan-bahan yang tercantum dalam kemasan. Dan, itu kerjaan ulil amri! Bila dalam bahannya terulis mengandung babi, ya yang Islam tak perlu mengkonsumsinya. Kan begic Kalau ulama sudah terlibat kekuasaan dengan memberi label halal bagi makanan, jadinya rawan korupsi. Jangan dipelintir terus, ya... Siapa yang menjamin proyek label haram itu suci? Mosok see sampeyan tak mencium baunya. Bayangkan saja bagaimana ribuan jenis makanan harus mendapatkan label halal dengan cepat. Untuk menguji kehalalan satu jenis makanan saja, perlu waktu; apalagi puluhan ribu makanan. Bagaimana untuk cepat mendapatkan label haram? hehehe.. Makanya, saya sarankan mas Jano ko banyak tahajud dan mengaji makrifat dengan benar, supaya tidak hanya dapat kulitnya!
[wanita-muslimah] Re: Menag: Ada Celah untuk Berpoligami, Tapi Sangat Terbatas
Ini menunjukkan bahwa urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks masih membingungkan dalam Islam ... he he ... Bagi saya sih simple aja, kita uji saja niat ybs. Kalau niatnya memang membantu perempuan pasti yg dinikahinya itu bukan gadis2 cantik dan belia melainkan janda2 yg memiliki anak, termasuk nenek nenek. Dan terbukti bahwa anak2nya yg dibawa istri2nya itu terpelihara dg baik dan terdidik bersekolah dg baik. Tapi kalau tidak demikian maka berarti menyalahgunakan ayat2 Al-Qur'an utk memuaskan nafsu keserakahan seksual. Bagi mereka yg demikian akan terlihat bahwa istrinya ganti2, selalu dg yg lebih muda, walaupun maksimal 4 dan semua istri yg diceraikan tidak ada yg dipelihara dan diberi santunan keuangan yg layak. Semua anak2nya terlantar. Penilaian poligami dg pendekatan ini akan konsisten mana yg bermaslahat mana yg mudharat belaka. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Terima kasih atas kiriman beritanya bu Flora. Saya melihat dari ucapan pak Menag yang notabene senior saya di UI, walau dia dr fak sastra arab dan saya sastra inggris, menyiratkan beberapa hal (yang tersurat sudah jelas lah ya): [1] Islam memandang monogami dan poligami (maksudnya 'poligini') sebagai dua hal yang tidak sepadan. Ujar beliau, Kita tidak mengatakan menolak poligami, pada hakekatnya, Islam menganut asas monogami meskipun ada celah-celah untuk berpoligami, statusnya sangat terbatas. Jadi di mata beliau, monogami dan poligini yang jelas- jelas adalah bentuk pernikahan, oleh Islam tidak dipandang sama. Berikut alasan dia lainnya ... [2] Lebih jauh dilaporkan bahwa beliau menyatakan, dasar hukum berpoligami sebagaimana terdapat dalam surat An-Nisa ayat 3, sebenarnya hanya berbicara tentang bolehnya berpoligami, dan tidak menyebutkan secara langsung bahwa poligami itu adalah ibadah. Ini ditegaskan dengan ujaran beliau, Poligami yang sifatnya ibadah hanyalah dilakukan oleh Rasullulah SAW, yang berpoligami dalam rangka membantu dn menolong perempuan yang ditinggal mati suaminya dalam peperangan, dan dalam keadaan ini poligami bersifat sunnah. Sebagaimana di poin #1 di atas, di poin #2 ini lebih ditegaskan lagi oleh pak Menag bahwa alasan Islam membedakan monogami dari poligini karena menurut beliau selain poligini Rasulullah, poligini yang dilakukan ummat Islam bukan ibadah. Mengapa demikian, karena Rasul melakukan poligini semata untuk menolong, wa bil khusus menolong janda perang. Jadi beliau menilai, poligini oleh selain Rasulullah bukanlah ibadah. Apa yang saya tarik dari pernyataan2 Menag ini adalah bahwa poligini dalam Islam itu [1] beda dari monogami krn Islam menganut monogami karena QS 4:3 yang sering dijadikan landasan berpoligini itu hanya membolehkan bukan 'mewajibkan' poligini sebagai sebuah ibadah, bukan spt wajibnya nikah monogami; [2] poligini hanya bernilai ibadah ketika dilakukan oleh Rasul dan dalam rangka menolong para janda perang. Jika demikian, [1] para shahabat dan ulama salaf hingga kiwari ini tidak ada yang beribadah ketika melakukan poligini karena mereka bukan Rasul dan mereka tidak poligini untuk menolong para janda perang. Sungguh prakondisi yang memang sulit (=terbatas) pak Menag. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa 'tidak usah' poligini lah toh kalian bukan Rasul dan tidak dalam rangkan menolong para janda perang. Jadi khusus buat 'sunnah' yang satu ini, lupakan! Lalu, [2] menikah dalam Islam itu menurut kacamata beliau hanyalah monogami, karena poligini jelas tidak mungkin dilakukan dengan syarat ketat spt poin #1 di atas. Jadi entah apa namanya poligini itu. Karena sec umum definisi poligini adalah bentuk pernikahan dengan lebih dari satu istri di saat yang sama. Seharusnya menurut definisi ini, poligini sama dengan nikah sama dengan monogami sama dengan ibadah. Ada missing link dari logika sang Menag ini. Lebih jauh lagi [3] makna tersirat lain adalah, pernikahan Rasul dengan Aisyah jelas 'tidak sah' krn Rasul sudah beristrikan Saudah yang dinikahinya dalam status janda dengan banyak anak dan sudah berumur. Mengapa sang Menag seolah mengesampingkan fakta ini? Kasihan juga status pernikahan Rasul dengan Aisyah yang bukan janda dan bukan pula dalam rangka Rasul menolong janda perang. Terakhir, bisa dikatakan [4] bahwa sunnah yang sesungguhnya bagi muslim laki-laki untuk bisa mencontoh Rasul, yaitu dengan kata lain mengikuti sunnahnya adalah, dalam berumah tangga adalah [a] nikahlah dengan perempuan yang lebih tua, [b] sekaligus seorang pedagang sukses, [c] di saat yang sama juga seorang janda cantik yang direbutkan banyak kali-laki, dan [d] menikah sebelum masuk islam. Lalu bisa juga diteruskan, [e] setelah menikah selama 10 tahun barulah masuk islam dan mengajak istri masuk islam. Teladan lainnya, [f] nikahilah janda tua beranak banyak setelah 2 atau 3 tahun menduda, dan [g] boleh menikahi perawan cantik
[wanita-muslimah] Re: the Satanic Verses dan pemberian gelar Sir ... scientology
Need i ask what SCIENTOLOGY is? Hmm jadi makin lebar ya bahasannya ... salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: kebetulan baca artikel ini http://www.spiegel.de/international/zeitgeist/0,1518,490765,00.html Tom Cruise ditolak di Jerman karena dianggap menyebarkan ajaran Scientology. Orang Jerman menganggap bahwa ajaran Scientology tidak berdasar dan cuman mengejar duit saja. Untuk diketahui bahwa banyak selebritis seperti John Travolta dan Tom Cruise yang memeluk ajaran Scientology. salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 6/28/07, Dan [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau orang ada yg merasa dirinya Nabi, atau wakil Tuhan, penerus Nabi, dsb, bagi saya sih silahkan aja. Yg penting kita harus uji dg rasional dan berdasarkan hukum yg berlaku kualitas amal perbuatan dan perilakunya. Kalau perilaku mengacau ya tangkap. Tapi kalau ada pengikutnya yg merasakan manfaatnya dan terlihat dari amal perbuatan thd sesama itu baik dan berkontribusi, maka biarkan saja. Itu kan kebebasan beragama. Agama tidak bisa didefinisikan oleh negara. Bisa dikelompokkan secara garis besar tapi tidak bisa didekritkan mana yg agama mana yg bukan. Mengkomersialkan agama memang jalan cepat menuju kekayaaan ... he he ... Supply gampang tidak ada cost, demand tak berhenti dan bisa dijual dg harga tinggi ... Dari segi ilmu marketing itu kuncinya gimana packagingnya aja .. Belum lagi spt di AS kegiatan2 keagamaan itu bebas pajak ...
[wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias OMDO? - mudheng
Boleh nimbrung ya, Ternyata pemisahan kekuasaan eksekutif dan yudikatif itu jelas ada dalam Islam, kalau bisa saya tangkap dari penjelasan Bung Chodjim: ulil amri vs ulama. Ulama itu kan ahli fikih biasanya, spt Ibnu Khaldun itu fuquha yg juga qadi. Jadi posisi ulama seharusnya ada dalam lembaga yudikatif. Kalau ada ulama yg bernafsu berkuasa dan otomatis ingin jadi ulil amri juga maka resikonya akan terjadi despotisme. Di Indonesia, karena kita sudah ada UUD maka saya kira sebaiknya MUI itu adalah sebagai dewan pertimbangan utk Mahkamah Agung dan kerjanya ikut mengawasi pengadilan agama, yg peranannya jelas bagaimana agar keputusan pengadilan agama tidak bertentangan dg UUD. Jadi bukan bagian dari kekuasaan eksekutif. Kalau begini jadi lebih jelas porsi porsinya. Tapi lembaga legislatif tetap dipegang oleh DPR, dan kalau ada ulama mau buat UU harus terpilih dulu sbg anggota DPR dan mengajukan RUU sesuai prosedur. Kita tidak lagi dapat menerima fatwa2 yg mengikat secara hukum tapi extra-konstitusional proses dan prosedurnya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Jano ko, Percuma saja ya saya mengutipkan hadis yang menyebutkan bahwa ulama itu kepercayaan Rasul selama tidak terlibat dalam kekuasaan dan kesenangan duniawi. Baca lagi, Mas. Makanya, peran ulama itu mendidik agar umat tahu halal dan haram dengan benar. Umat yang benar tinggal baca bahan-bahan yang tercantum dalam kemasan. Dan, itu kerjaan ulil amri! Bila dalam bahannya terulis mengandung babi, ya yang Islam tak perlu mengkonsumsinya. Kan begic Kalau ulama sudah terlibat kekuasaan dengan memberi label halal bagi makanan, jadinya rawan korupsi. Jangan dipelintir terus, ya... Siapa yang menjamin proyek label haram itu suci? Mosok see sampeyan tak mencium baunya. Bayangkan saja bagaimana ribuan jenis makanan harus mendapatkan label halal dengan cepat. Untuk menguji kehalalan satu jenis makanan saja, perlu waktu; apalagi puluhan ribu makanan. Bagaimana untuk cepat mendapatkan label haram? hehehe.. Makanya, saya sarankan mas Jano ko banyak tahajud dan mengaji makrifat dengan benar, supaya tidak hanya dapat kulitnya! Wassalam, chodjim - Original Message - From: jano ko To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, June 27, 2007 7:15 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias OMDO? - mudheng Pak Achmad : Lalu, di mana peran ulama? Ulama yang sebenarnya hanyalah pelita. Dengan pelita itu sebenarnya umat bisa menjumpai Rasulullah. Karena ulama itu hanya pelita, maka pro-aktif umatlah yang diperlukan. Tak ada ketaatan buat ulama. --- Janoko : Saya ulang lagi apa yang dikatakan Pak Achmad diatas. Lalu peranan MUI ( Majelis Ulama Indonesia ) itu dimana pak ? Ada beberapa produk buatan saya yang mempunyai sertifikat halal yang dikeluarkan oleh MUI, lalu njok kepiye legalitas sertifikat halal dari produk saya kalau apa yang dikatakan pak Achmad itu.. ? Masih engga mudheng Wassalam --oo0oo-- Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Nuwun sewu, Mas Jano ko supados balik sekolah malih teng SD. Mosok nggak bisa mengerti sebuah paragraf tuturan. Mana ada kalimat dari saya yang memerintah sampiyan taat kepada saya? Wassalam, chodjim - Original Message - From: jano ko To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, June 27, 2007 9:11 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias OMDO? - mudheng Pak Achmad : Betul, Mas Jano ko. Janganlah taati kata-kata saya bila belum mudeng. Kalau menaati sesuatu yang belum dimudengi itu namanya menaati berhala. -- Janoko : Jadi, kalau saya sudah mudheng, berarti saya bisa dan boleh taat kepada pak Achmad, begitu pak ? Wassalam --oo0oo-- Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Betul, Mas Jano ko. Janganlah taati kata-kata saya bila belum mudeng. Kalau menaati sesuatu yang belum dimudengi itu namanya menaati berhala. Makanya di Alquran tak ada satu ayat pun untuk menaati ulama. Bahkan ada kelompok yang memandang ulama-ulama dan rahib-rahibnya sebagai pengganti Tuhan atau telah dijadikan ilah selain Allah. Baca QS 9:31. Karena ulama itu sebagai pelita, bawalah pelita itu untuk menerangi jalan, dan jadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai peta. jadi, lengkaplah, ada peta jalan ada lampunya. Agar tidak keliru dalam membaca peta, maka mohonlah petunjuk kepada ALLAH dan Rasul-Nya (sebagai wasilah). Wassalam, chodjim - Original Message - From: jano ko To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 9:59 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias OMDO? - mudheng Pak Achmad : Lalu, di mana peran ulama? Ulama yang sebenarnya hanyalah pelita.
[wanita-muslimah] Re: Ba'asyir Siap Beber 500 Korban Densus 88
quick question 1: islamist itu apa ya? apa yang dimaksud itu muslim? quick question 2: ekstrem itu yang bagaimana/spt apa? jelas beda ya antara dianggap menghina dan memang jelas menghina. apakah akan kita akan memilih melihat sesuatu itu sebagai muslim atau non-muslim? itu kan masalahnya. bisakah kita empati kepada kedua belah pihak, tahu mengapa si A yang non-muslim menghina (bagi muslim) atau dianggap menghina (bagi non-muslim), dan di saat yang sama tahu mengapa B yang muslim memutuskan menghabisi nyawa A karena bagi B perbuatan A adalah penghinaan. itu adalah juga masalahnya. dengan kata lain, sebagai muslim, kita juga harus paham betul bahwa tidak ada di dunia ini yang as is, krn selalu add something up the sleeves, a hidden agenda atau alterior motives di setiap hal. [1] apakah kita have gone at length saat ada berita yang memberikan informasi tentang kejadian yang melibatkan saudara seiman, atau bukan for that matter. dengan kata lain, tabayyun, cross-check untuk tiap berita yang potentially subjective, to say the least, if not questionable krn sumbernya tidak jelas-jelas berasal dari sesama muslim. jika di dalam negeri saja hampir semua media sec langsung atau tidak bisa terlihat menjadi corong pemerintah, dalam hal ini misalnya kepolisian/polri untuk kasus2 pemboman, apalagi sumber berita yang jelas dari kalangan non-muslim. tidak ada tempat nya buat ber-polos ria, walau tidak juga berarti percaya mutlak pada teori konspirasi. be investigative and avoid being the victim of pivot theory atau being gullible. [2] mampu menerima dengan lapang dada kesalahan dan kekeliruan saudara seiman yang ijtihadnya masih menyisakan banyak lubang dan centang perenang, dan tidak ikut hanyut dalam frenzy 'dunia' yang cenderung mudah mendiskreditkan ummat muslim. tidak ada gunanya menepuk air di dulang. terlebih buat mereka yang berdomisili dan hidup di dan dari social fabric of non-muslim society/community/populace yang cenderung menghanyutkan jika tiada filter yang kokoh dan apik. tidak sedikit dari kita yang silau (diakui atau tidak, disadari atau tidak) dengan perikehidupan atau pranata masyakarat non-muslim, terlebih yang dipandang maju dan memiliki keunggulan duniawi lainnya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya melihat kelompok2 ektrem Islamist di Eropa itu dalam menjalankan jihadnya selalu mengutip hukum2 Allah, terutama hadits2. Membacok sampai mati sutradara Belanda yg dianggap menghina Islam itu menjalankan hukum Allah, membakar hidup2 perempuan yg tidak mau berjilbab itu menjalankan hukum Allah, membom manusia tidak bersalah adalah menjalankan hukum Allah, banyaklah kezaliman2 yg dijalankan atas nama Allah. Tapi kalau sudah ditangkap dan dipenjara, pembelaannya selalu dg mengutip UU HAM ala Uni Eropa, yg memang sangat melindungi hak manusia. Minta pengampunan atau grasi itu dg UU HAM, tidak dg hukum Allah. Apakah hukum Allah tidak mencakup perlindungan hak manusia? Lucu kan? Fenomena ini mencengangkan memang ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Bung Dan, Bisa lebih rinci kalimat anda ini Menarik juga kiat2 berkelitnya kelompok2 ekstrem macam ini yg juga sering dilakukan di negara Barat karena tidak jelas benar yang anda maksud dengan kelompok2 ekstrem macam ini itu yang mana, dan yg juga sering dilakukan di negara Barat itu siapa atau apa? Mungkin buat pernyataan anda lainnya cukup jelaskan dengan sedikit menebak dari konteksnya krn ada HAM di satu sisi dan hukum Allah di sisi lain. satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan dana.pamilih@ wrote: Menarik juga kiat2 berkelitnya kelompok2 ekstrem macam ini yg juga sering dilakukan di negara Barat. Kalau mereka merasa dizalimi, didengungkanlah UU mengenai HAM, tetapi kalau mereka menzalimi orang dan umat lain maka mereka hanya menjalankan hukum Allah, Al-Qur'an dan terutama hadits. Pick and choose as it suits you. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, H. M. Nur Abdurrahman mnabdurrahman@ wrote: Ba'asyir Siap Beber 500 Korban Densus 88 (27 Jun 2007) JAKARTA -- Penangkapan tersangka teroris Abu Dujana alias Aenul Bahri yang dianggap menyalahi prosedur, menggugah Ustaz Abu Bakar Ba'asyir. Kemarin amir Majelis Mujahidin Indonesia itu, terbang dari Solo ke Jakarta untuk mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dalam gugatannya itu, Ba'asyir menuntut pembubaran Densus 88 Antiteror Mabes Polri.Gugatan itu mewakili diri saya sendiri dan ratusan korban teror Densus 88 yang disiksa dan diperlakukan secara kejam, ujar Ba'asyir kepada wartawan di Gedung Menara Dakwah, Jakarta, Selasa 26 Juni kemarin. Dia menguasakan hak hukumnya kepada 12 pengacara muslim yang diberi nama Tangkap Densus 88 (Tim Advokasi Korban Penangkapan Densus 88). Menurut ustaz kelahiran
[wanita-muslimah] Re: Menag: Ada Celah untuk Berpoligami, Tapi Sangat Terbatas
'Ini' yang dimaksud 'ini menunjukkan' itu apa ya? lalu yg membingungkan dalam 'urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks' dalam Islam itu yang seperti apa? apakah memang niat bisa diuji? hmmm ... parameternya apa ya? bukankah ada riwayat Rasul menegur sangat keras shahabat yang membunuh lawan tandingnya dalam sebuah peperangan padahal si lawan sudah berikrar syahadat hanya karena shahabat ini 'yakin' sesuai 'uji niat' dia bahwa ikrar syahadatnya itu hanya untuk cari selamat saja? maka Rasul menimpali, apakah muslim itu diutus untuk membelah dada orang dan melihat isinya? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan [EMAIL PROTECTED] wrote: Ini menunjukkan bahwa urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks masih membingungkan dalam Islam ... he he ... Bagi saya sih simple aja, kita uji saja niat ybs. Kalau niatnya memang membantu perempuan pasti yg dinikahinya itu bukan gadis2 cantik dan belia melainkan janda2 yg memiliki anak, termasuk nenek nenek. Dan terbukti bahwa anak2nya yg dibawa istri2nya itu terpelihara dg baik dan terdidik bersekolah dg baik. Tapi kalau tidak demikian maka berarti menyalahgunakan ayat2 Al- Qur'an utk memuaskan nafsu keserakahan seksual. Bagi mereka yg demikian akan terlihat bahwa istrinya ganti2, selalu dg yg lebih muda, walaupun maksimal 4 dan semua istri yg diceraikan tidak ada yg dipelihara dan diberi santunan keuangan yg layak. Semua anak2nya terlantar. Penilaian poligami dg pendekatan ini akan konsisten mana yg bermaslahat mana yg mudharat belaka. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Terima kasih atas kiriman beritanya bu Flora. Saya melihat dari ucapan pak Menag yang notabene senior saya di UI, walau dia dr fak sastra arab dan saya sastra inggris, menyiratkan beberapa hal (yang tersurat sudah jelas lah ya): [1] Islam memandang monogami dan poligami (maksudnya 'poligini') sebagai dua hal yang tidak sepadan. Ujar beliau, Kita tidak mengatakan menolak poligami, pada hakekatnya, Islam menganut asas monogami meskipun ada celah-celah untuk berpoligami, statusnya sangat terbatas. Jadi di mata beliau, monogami dan poligini yang jelas- jelas adalah bentuk pernikahan, oleh Islam tidak dipandang sama. Berikut alasan dia lainnya ... [2] Lebih jauh dilaporkan bahwa beliau menyatakan, dasar hukum berpoligami sebagaimana terdapat dalam surat An-Nisa ayat 3, sebenarnya hanya berbicara tentang bolehnya berpoligami, dan tidak menyebutkan secara langsung bahwa poligami itu adalah ibadah. Ini ditegaskan dengan ujaran beliau, Poligami yang sifatnya ibadah hanyalah dilakukan oleh Rasullulah SAW, yang berpoligami dalam rangka membantu dn menolong perempuan yang ditinggal mati suaminya dalam peperangan, dan dalam keadaan ini poligami bersifat sunnah. Sebagaimana di poin #1 di atas, di poin #2 ini lebih ditegaskan lagi oleh pak Menag bahwa alasan Islam membedakan monogami dari poligini karena menurut beliau selain poligini Rasulullah, poligini yang dilakukan ummat Islam bukan ibadah. Mengapa demikian, karena Rasul melakukan poligini semata untuk menolong, wa bil khusus menolong janda perang. Jadi beliau menilai, poligini oleh selain Rasulullah bukanlah ibadah. Apa yang saya tarik dari pernyataan2 Menag ini adalah bahwa poligini dalam Islam itu [1] beda dari monogami krn Islam menganut monogami karena QS 4:3 yang sering dijadikan landasan berpoligini itu hanya membolehkan bukan 'mewajibkan' poligini sebagai sebuah ibadah, bukan spt wajibnya nikah monogami; [2] poligini hanya bernilai ibadah ketika dilakukan oleh Rasul dan dalam rangka menolong para janda perang. Jika demikian, [1] para shahabat dan ulama salaf hingga kiwari ini tidak ada yang beribadah ketika melakukan poligini karena mereka bukan Rasul dan mereka tidak poligini untuk menolong para janda perang. Sungguh prakondisi yang memang sulit (=terbatas) pak Menag. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa 'tidak usah' poligini lah toh kalian bukan Rasul dan tidak dalam rangkan menolong para janda perang. Jadi khusus buat 'sunnah' yang satu ini, lupakan! Lalu, [2] menikah dalam Islam itu menurut kacamata beliau hanyalah monogami, karena poligini jelas tidak mungkin dilakukan dengan syarat ketat spt poin #1 di atas. Jadi entah apa namanya poligini itu. Karena sec umum definisi poligini adalah bentuk pernikahan dengan lebih dari satu istri di saat yang sama. Seharusnya menurut definisi ini, poligini sama dengan nikah sama dengan monogami sama dengan ibadah. Ada missing link dari logika sang Menag ini. Lebih jauh lagi [3] makna tersirat lain adalah, pernikahan Rasul dengan Aisyah jelas 'tidak sah' krn Rasul sudah beristrikan Saudah yang dinikahinya dalam status janda dengan banyak anak dan sudah berumur. Mengapa sang Menag seolah mengesampingkan fakta ini? Kasihan juga
[wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias OMDO? - ULAMA
Mas Codjim dan mas Jano, Entah apakah memang analisis Bung Dana soal beda paradigma juga berlaku di sini, tapi izinkan saya menyarankan untuk tidak terbawa emosi (maaf tapi ini terlihat dari penyampaian masing-masing) sehingga membuat tidak fokus dalam membahas. Padahal JUDUL threadnya masih UKHUWAH PRAKTIS lhooo ... ;-] Soal ULAMA. Jujur, setahu saya 'ulama' ini kan dari bhs Arab yang berbentuk jamak sehingga artinya adalah orang-orang pandai atau orang- orang yang mengetahui relatif lebih banyak hal dari rata-rata orang kebanyakan. Kalo hanya satu, jadi 'alim'. Dan kita kenal frase 'alim- ulama' sebagai sebuah kata mejemuk dalam bahasa indonesia. Istilah ilmuwan juga setali tiga uang, yaitu dari kata ilmu+(-wan). ILMU juga dari bahasa Arab yang artinya adalah suatu kumpulan data berdasar pengamatan dan pengalaman yang dapat menjelaskan suatu hal tertentu dalam kehidupan manusia. Maaf ini karangan saya, lagi ga sempat cek ke kamus. Akhiran -wan menunjukkan pelaku atau orang. Jadi membedakan ULAMA dan ILMUWAN saya kira tidak pas krn ULAMA = ILMUWAN. Tapi bisa saja kita sengaja membedakannya agar bisa 'nyambung' dengan konsep yang berasal dari bahasa (=budaya; bahasa itu cerminan budaya) asing spt Inggris. Inggris mengenal istilah scientist, scholar, intellectual, academic dan semacamnya, yang mirip maknanya tapi ada nuansa yang berbeda. Jadi jika ingin mengatakan bahwa ULAMA adalah mereka yang menguasai segala sesuatu tentang ISLAM (krn mungkin agak janggal menyandangkannya buat konteks yang sama di luar ISLAM, yang lebih lazim menggunakan istilah AGAMAWAN) sedangkan ILMUWAN adalah mereka yang menguasai segala sesuatu tentang selain ISLAM, terutama yang tidak menyangkut masalah iman/keyakinan. Dalam konteks ini kita juga punya istilah SARJANA. Nah, izinkan saya untuk melanjutkan bahasan ini dengan bertanya, posisi Rasulullah dan para shahabat, terutama yang sepeninggal Rasul itu dipilih dan menyandang gelar KHALIFAH itu apa ya, ULAMA atau ULIL AMRI? salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan [EMAIL PROTECTED] wrote: Boleh nimbrung ya, Ternyata pemisahan kekuasaan eksekutif dan yudikatif itu jelas ada dalam Islam, kalau bisa saya tangkap dari penjelasan Bung Chodjim: ulil amri vs ulama. Ulama itu kan ahli fikih biasanya, spt Ibnu Khaldun itu fuquha yg juga qadi. Jadi posisi ulama seharusnya ada dalam lembaga yudikatif. Kalau ada ulama yg bernafsu berkuasa dan otomatis ingin jadi ulil amri juga maka resikonya akan terjadi despotisme. Di Indonesia, karena kita sudah ada UUD maka saya kira sebaiknya MUI itu adalah sebagai dewan pertimbangan utk Mahkamah Agung dan kerjanya ikut mengawasi pengadilan agama, yg peranannya jelas bagaimana agar keputusan pengadilan agama tidak bertentangan dg UUD. Jadi bukan bagian dari kekuasaan eksekutif. Kalau begini jadi lebih jelas porsi porsinya. Tapi lembaga legislatif tetap dipegang oleh DPR, dan kalau ada ulama mau buat UU harus terpilih dulu sbg anggota DPR dan mengajukan RUU sesuai prosedur. Kita tidak lagi dapat menerima fatwa2 yg mengikat secara hukum tapi extra-konstitusional proses dan prosedurnya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Mas Jano ko, Percuma saja ya saya mengutipkan hadis yang menyebutkan bahwa ulama itu kepercayaan Rasul selama tidak terlibat dalam kekuasaan dan kesenangan duniawi. Baca lagi, Mas. Makanya, peran ulama itu mendidik agar umat tahu halal dan haram dengan benar. Umat yang benar tinggal baca bahan-bahan yang tercantum dalam kemasan. Dan, itu kerjaan ulil amri! Bila dalam bahannya terulis mengandung babi, ya yang Islam tak perlu mengkonsumsinya. Kan begic Kalau ulama sudah terlibat kekuasaan dengan memberi label halal bagi makanan, jadinya rawan korupsi. Jangan dipelintir terus, ya... Siapa yang menjamin proyek label haram itu suci? Mosok see sampeyan tak mencium baunya. Bayangkan saja bagaimana ribuan jenis makanan harus mendapatkan label halal dengan cepat. Untuk menguji kehalalan satu jenis makanan saja, perlu waktu; apalagi puluhan ribu makanan. Bagaimana untuk cepat mendapatkan label haram? hehehe.. Makanya, saya sarankan mas Jano ko banyak tahajud dan mengaji makrifat dengan benar, supaya tidak hanya dapat kulitnya! Wassalam, chodjim - Original Message - From: jano ko To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, June 27, 2007 7:15 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah praktis ... atau teoritis alias OMDO? - mudheng Pak Achmad : Lalu, di mana peran ulama? Ulama yang sebenarnya hanyalah pelita. Dengan pelita itu sebenarnya umat bisa menjumpai Rasulullah. Karena ulama itu hanya pelita, maka pro-aktif umatlah yang diperlukan. Tak ada ketaatan buat ulama. --- Janoko : Saya ulang lagi apa yang dikatakan Pak Achmad diatas. Lalu peranan MUI ( Majelis
[wanita-muslimah] Blunder Melawan Agama Dengan Agama
assalaamu'alaikum Anick H.T. kelihatannya memang cukup piawai dalam membuat karya tulis yang mampu menarik perhatian para pembaca dalam sekejapan mata. Judul Melawan Agama Dengan Agama itu saja sudah cukup untuk membuat dahi pembaca mengernyit penuh tanda tanya. Tanda tanya yang membutuhkan jawaban, tentu saja. Sayangnya, judul tersebut masih jauh dari standar keilmiahan, karena kelihatannya tidak terlalu tepat untuk digunakan di sini. Singkatnya, kisah Dr. Bhimarao Ambedkar (lengkapnya bisa dilihat di sini) yang `membelot' dari Hindu menuju agama Budha masih terlalu dini untuk dianggap sebagai perlawanan sebuah agama terhadap agama lainnya. Yang (barangkali) bisa disimpulkan dari sini adalah perlawanan Ambedkar terhadap agama Hindu, dan bukan Budha vs. Hindu. Di sisi lain, banyak pengamat yang berpendapat bahwa motif konversi Ambedkar dari agama Hindu ke Budha bukan semata karena masalah spiritualitas atau preferensi beragama, melainkan karena masalah politis. Jika yang terjadi adalah pertarungan antara dua agama, tentu masalahnya akan jauh lebih runyam dan kemungkinan besar akan terjadi pertumpahan darah, karena pemeluk masing-masing agama itu akan saling bertukar argumen, atau bahkan celaan. Akan tetapi, yang terjadi adalah konversi besar-besaran dari agama Hindu ke agama Budha yang dipelopori oleh Ambedkar, dan relatif tidak diwarnai dengan kekerasan atau tindak pencegahan dari umat Hindu. Tentu saja tidak perlu ada konflik dengan umat Budha, karena umat Budha tidak menggerakkan orang Hindu untuk minggat dari agamanya. Kesalahan berikutnya adalah dengan menjadikan kasus Ambedkar dan konversi besar-besaran umat Hindu di India sebagai cermin atas kondisi di Indonesia. Di Indonesia tidak terjadi masalah karena perbedaan kasta, karena umat Hindu adalah minoritas, dan karena umat Hindu di Indonesia tidak melaksanakan diskriminasi kasta sebagaimana di India. Di luar Hindu, tidak ada yang mengenal pembedaan kasta. Oleh karena tidak ditemukan penindasan dalam agama, maka tidak ada pula konversi dalam jumlah yang amat menakjubkan seperti yang terjadi di India. Karena sebenarnya tidak pernah terjadi pertarungan antara dua agama dalam kasus Ambedkar (sebagaimana yang terlanjur disugestikan oleh judul artikel Anick H.T.), maka ia tidak bisa dijadikan pembanding atas masalah konversi agama di Indonesia. Di Indonesia, yang terjadi (atau yang dituduhkan telah terjadi) adalah pemurtadan yang dirancang sedemikian rupa secara terencana oleh suatu umat beragama terhadap umat beragama yang lainnya. Lebih parahnya lagi, metode yang digunakan seringkali tidak etis. Dalam kasus Indonesia, masalah konversi agama ini biasanya hanya berputar diantara umat Islam dan Kristiani, di mana umat Islam lebih sering menuduh umat Kristiani telah bekerja aktif dalam tindak pemurtadan tersebut. Banyak hal yang dipermasalahkan oleh umat Islam dalam kaitannya dengan pemurtadan oleh umat Kristiani ini, yang seharusnya dipelajari lebih mendalam oleh Anick H.T. sebelum memutuskan untuk menghubung-hubungkan kasus Indonesia dengan kasus Ambedkar di India. Inilah beberapa contoh metode pemurtadan terencana yang diprotes keras oleh umat Islam : Pemurtadan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan atau menyebar brosur menggunakan istilah-istilah yang secara eksklusif digunakan oleh umat Islam, sehingga banyak yang terkecoh. Penculikan anak-anak korban konflik etnis / agama di wilayah-wilayah rawan konflik yang disertai dengan pemaksaan untuk berpindah agama. Penculikan anak-anak korban bencana alam untuk dikonversi, sebagaimana yang disinyalir terjadi paska peristiwa tsunami di Aceh. Penggunaan hipnotis, sebagaimana pernah terjadi di kota-kota di Sumatera, misalnya di Padang. Dan sebagainya. Metode semacam ini tentulah dianggap tidak fair oleh umat Islam, dan membuat kasus Ambedkar menjadi sangat tidak valid untuk diperbandingkan dengan fenomena pemurtadan di Indonesia. Di Indonesia, pemurtadan menuai protes terutama karena penggunaan cara- cara yang licik dan tidak bisa dibenarkan menurut standar hak asasi manusia versi mana pun. Dalam kasus Ambedkar, konversi dari agama Hindu terjadi karena himpitan akibat sistem kasta yang memang sangat susah untuk diterima akal dan hati nurani. Dan sekali lagi, dalam kasus Ambedkar, umat Budha tidak berusaha mengkonversi umat Hindu, atau dengan kata lain : tidak ada pertarungan antaragama! Sebuah catatan perlu diberikan pada pernyataan di paragraf terakhir yang di artikel Anick H.T. tersebut, yaitu bahwa umat di Indonesia seringkali menyalahkan dan mempersekusi seseorang yang pindah dari agamanya. Catatan ini agaknya perlu dialamatkan khususnya kepada umat Kristiani. Meskipun agama Islam konon mensyariatkan hukuman mati terhadap mereka yang murtad, tapi pada kenyataannya umat Kristiani jauh lebih sering melakukan kekerasan fisik maupun mental kepada anggotanya yang berpindah ke agama lain (misalnya dalam kasus ini).
[wanita-muslimah] Basmalah ... dengan/atas Nama Allah [2/5]
assalaamu'alaikum wr. wb. Pertanyaan Mengapa? selalu bergayut dalam akal manusia sepanjang hidupnya. Mengapa manusia diciptakan? Mengapa manusia harus diuji dengan kesenangan dan kesusahan? Mengapa manusia harus mengabdi pada Tuhan Yang Maha Tidak Butuh? Mengapa manusia harus dibatasi dengan berbagai aturan? Mengapa harus begini dan tidak boleh begitu? Mengapa yang ini benar dan yang itu salah? Jika Anda ditanya, Mengapa harus makan?, maka jawaban yang (barangkali) cukup bijak adalah Agar tubuh kita mendapat nutrisi yang cukup. Kalau sang penanya `tergoda' untuk bertanya lebih jauh, maka ia akan bertanya, Mengapa tubuh harus dapat nutrisi yang cukup? Setiap pertanyaan bisa ditimpali dengan pertanyaan lainnya dan akhirnya menuju pada satu muara. Bagi orang-orang sekularis- materialis, yang dianggapnya muara adalah kalimat jawaban, Untuk kepentingan diri sendiri. Akan tetapi, bagi seorang Muslim, jawaban yang paling mantap adalah Karena Allah!, karena manusia memang diciptakan hanya untuk mengabdi pada-Nya saja. Karena Perintah Allah Agar dinilai sebagai ibadah (yaitu bentuk penghambaan kepada Allah), baik saja tidak cukup. Perbuatan itu harus diniatkan sebagai bagian dari melaksanakan perintah Allah, karena Allah memerintahkan hamba- hamba-Nya untuk berbuat baik, apa pun bentuknya. Salah besar jika Anda menganggap perintah Allah hanya sebatas shalat, shaum, zakat, haji, umrah, wudhu, jihad, dan semacamnya. Memungut sampah di jalan dan memasukkannya ke tempat sampah adalah bagian dari perintah Allah. Membantu nenek-nenek menyeberang jalan bukanlah ajaran Pramuka, melainkan perintah Allah. Mendahulukan orang lain bukan ajaran moral bikinan manusia, melainkan murni perintah Allah. Menghindari korupsi bukan karena takut pada KPK, namun karena Allah sudah mencela perbuatan tersebut sejak jauh-jauh hari. Setiap perbuatan yang baik-baik adalah bagian dari perintah Allah (Q.S. [2] : 195). Allah adalah sumber motivasi terbesar bagi umat Islam. Allah-lah yang menentukan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dikerjakan. Akal manusia saja kadang tidak mampu membedakan, karena dirongrong oleh hawa nafsu dan godaan syaitan. Suatu suku di Afrika ada yang membiarkan anak-anak perempuannya dilecut punggungnya hingga luka menganga dan memperlihatkan dagingnya, hanya karena alasan adat yang sangat konyol : saudara lelakinya baru saja beranjak dewasa. Apakah mereka adalah manusia yang tidak mampu menggunakan akalnya? Tentu tidak. Mereka memiliki otak yang sama dengan kita, namun gagal membedakan mana yang wajar dan mana yang tidak. Andaikan manusia mampu selalu membedakan mana yang benar dan yang salah, maka tentu manusia-manusia yang sekolahnya lebih tinggi pasti akan hidup lebih tentram, dan masyarakat di negara-negara maju akan hidup lebih tenang. Kenyataan menunjukkan bahwa variabel yang menentukan bukanlah kekayaan finansial, kesejahteraan sosial, pendapatan per kapita, atau indeks harga saham gabungan di negerinya. Maha Benar Allah yang telah menjelaskan melalui Rasul-Nya bahwa di dunia ini hanya ada satu ukuran yang membedakan keadaan manusia, yaitu ketaqwaannya. Manusia senantiasa berada dalam kebingungan jika bukan karena Allah yang telah memberikan garis pembatas yang jelas. Tanpa agama, maka segalanya akan nampak `relatif', dan perdebatan mengenai relatifitas ini tidak akan pernah berhenti karena selalu dikompromikan dengan selera pribadi. Kenyataannya, manusia seringkali gagal menentukan mana yang baik bagi dirinya dan mana yang tidak (Q.S. [2] : 216). Dengan mengucap Basmalah, maka kita secara terang-terangan telah menyatakan bahwa pekerjaan yang akan dilakukan itu adalah bagian dari perintah Allah SWT. Tentu kita tidak bisa seenaknya menisbatkan semua pekerjaan kepada Allah. Sebagai contoh, berjudi tidak wajar untuk diawali dengan Basmalah, karena ia adalah perbuatan dosa. Dari sini muncullah sebuah konsep yang sering diabaikan orang, yaitu bahwa setiap perbuatan harus ditimbang dahulu baik-buruknya sebelum mulai dikerjakan. Diwajibkannya pembacaan Basmalah mengimplikasikan kewajiban untuk menimbang baik-buruknya suatu perbuatan sebelum dimulai. Setelah yakin bahwa perbuatan itu bernilai baik, barulah kita mengucap Basmalah dengan hati tenang dan mulai mengerahkan segenap kemampuan demi kesuksesan pekerjaan tersebut. Implikasi dari bacaan Basmalah adalah pertimbangan yang matang dan keyakinan yang sangat mendalam terhadap apa yang sedang / akan dikerjakan. Dengan demikian, jelaslah bahwa Allah tidak menghendaki hamba-hamba-Nya untuk bekerja setengah-setengah. Mengerjakan perintah Allah kok tanggung-tanggung? wassalaamu'alaikum wr. wb. [bersambung]
[wanita-muslimah] Basmalah ... dengan/atas Nama Allah [3/5]
assalaamu'alaikum wr. wb. Mengapa nama Allah perlu diingat? Penyebutan Basmalah sebelum memulai suatu pekerjaan dan mengakhirinya dengan Hamdalah menyiratkan adanya suatu penjagaan; seolah-olah perbuatan manusia itu diincar oleh suatu `bahaya tak terlihat' sehingga perlu dilindungi dari depan dan belakang dengan menyebut nama Allah SWT. Bahaya yang dimaksud bukan dalam arti yang menyebabkan suatu pekerjaan tidak mencapai tujuannya, karena keberhasilan bukanlah hal yang dituntut oleh agama. Ada masalah lain yang jauh lebih besar sehingga nama Allah perlu sering disebut-sebut oleh manusia (baca: Muslim) sepanjang hidupnya. Rencana Allah Surah Al-Ikhlash, yang konon memiliki `bobot' setara dengan sepertiga Al-Qur'an, telah menjelaskan bahwa Allah-lah tempat bergantungnya segala sesuatu. Artinya, tidak ada satu pun daun yang jatuh dari ranting pohon atau setitik debu yang tertiup angin kecuali pasti berada dalam pengawasan Allah SWT. Tidak ada yang dapat terlaksana kecuali karena Allah telah berkehendak demikian, dan tidak ada pula yang menjadi tidak terlaksana kecuali Allah telah menghendakinya. Surah Al-Ikhlash secara tegas menolak paham sebagian kaum sekularis yang menganggap bahwa teologi adalah antropologi, dan bahwa agama adalah ajaran yang tunduk pada manusia. Dengan cara yang amat ringkas dan sederhana, surah ini mencampakkan hawa nafsu manusia yang menginginkan agar dunia ini berputar mengelilinginya saja. Berlawanan dengan apa yang mereka damba-dambakan, kehidupan ini pada hakikatnya hanya tunduk pada Allah SWT saja. Manusia bukanlah variabel utama dalam hidup, bahkan sama sekali tidak menentukan. Hanya ada satu variabel, yaitu Allah. Inilah salah satu konsep yang sulit dipahami oleh orang-orang sekuler. Jika Anda memiliki hidup yang baik sekarang pekerjaan yang bagus, keluarga yang makmur, rumah sendiri, kendaraan pribadi, jauh dari hutang dan sebagainya maka itu bukanlah `prestasi sendiri'. Anda tidak mungkin mencapai posisi Anda sekarang dengan one man show belaka. Pekerjaan yang bagus, misalnya, bisa Anda dapatkan karena kualitas pribadi Anda yang baik. Peningkatan kualitas diri tersebut Anda pelajari di rumah (tempat Anda ditempa oleh orang tua dan saudara-saudara Anda), kampus dan sekolah (di mana Anda belajar banyak dari guru dan teman-teman Anda), dan lingkungan (tempat Anda menimba banyak `ilmu sosial' dari teman-teman sepermainan Anda). Kalau mau dirunut lebih jauh lagi, Anda boleh menanyakan pada diri sendiri, dari mana datangnya `pertolongan-pertolongan' yang tak kasat mata itu? Jika Anda merasa memiliki teman-teman yang sangat baik dan membantu Anda dalam mencapai puncak karir, maka tanyakanlah: dari mana mereka mempelajari kebaikan itu? Anda akan barangkali akan terheran-heran ketika menyadari bahwa Anda ternyata berhutang banyak sekali pada orang-orang yang bahkan Anda sendiri tidak kenal, dan mereka tidak mengenali Anda. Matematika yang teramat rumit semacam inilah yang ditolak mentah- mentah oleh mereka yang berpendapat bahwa segalanya terjadi just by chance. Segalanya serba kebetulan. Anda bisa sekolah hanya karena kebetulan lahir dari orang tua yang cukup duit, mendapat gelar sarjana hanya lantaran kebetulan terlahir dengan otak yang encer, dan menjadi Muslim karena orang tuanya dari sononya sudah Muslim. Berhubung manusia pertama adalah seorang Muslim, maka seharusnya semua manusia pun beragama Islam. Tidakkah Anda melihat kejanggalan dalam cara berpikir seperti ini? Bagaimana pun Anda tidak boleh menghindar dari persamaan rumit ini, jika Anda memang ingin memahami arti hidup. Arti hidup ini sederhana saja, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT (Q.S. [51] : 56). Artinya, cukup mengikuti juklak dan juknis dari Allah saja. Tidak usah repot membuat terobosan juklak dan juknis tandingan, tidak perlu juga menggugat otoritas juklak dan juknis tersebut, karena tidak akan ada tempat untuk Anda mengadu selain Dia Yang Maha Berkehendak. Enaknya, jika sudah menjadi hamba-Nya, maka hidup Anda tidak perlu lagi berorientasi pada hasil dan tidak perlu menyusahkan diri dengan pola pikir pragmatis. Ini bukan berarti Anda akan menjadi orang yang miskin prestasi, karena biasanya yang menikmati proses justru akan meraup hasil yang lebih banyak daripada yang lain. Nama Allah disebut-sebut sepanjang hidup karena memang hanya Dia-lah yang pantas diperhitungkan dalam hidup ini. Apa yang Anda kerjakan tidak pernah lepas dari rencana besar yang telah digariskan-Nya, meskipun Anda hanya meraba-raba dan tidak selalu berhasil memahami rencana itu. Setelah menguatkan hati untuk melaksanakan perintah Allah (yang mana pun itu), tiba saatnya bagi Anda untuk menyadari bahwa Anda tidak memiliki kekuatan apa pun untuk menyelesaikan pekerjaan itu, seandainya Allah tidak menghendakinya. wassalaamu'alaikum wr. wb. [bersambung]
[wanita-muslimah] Re: Menag: Ada Celah untuk Berpoligami, Tapi Sangat Terbatas
Bung Satriyo Uji niat bukan pada saat diucapkan baik dalam hati maupun lisan. Uji utamanya pada amal perbuatan thd sesama manusia. Mengapa koq jadi niatnya yg diusik-usik bukan maslahat vs mudharat dari poligami? Ayo dong kita bahas saja maslahat vs mudharat dari setiap hadits ... Akan teruji mana yg bermanfaat mana yg tidak ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: 'Ini' yang dimaksud 'ini menunjukkan' itu apa ya? lalu yg membingungkan dalam 'urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks' dalam Islam itu yang seperti apa? apakah memang niat bisa diuji? hmmm ... parameternya apa ya? bukankah ada riwayat Rasul menegur sangat keras shahabat yang membunuh lawan tandingnya dalam sebuah peperangan padahal si lawan sudah berikrar syahadat hanya karena shahabat ini 'yakin' sesuai 'uji niat' dia bahwa ikrar syahadatnya itu hanya untuk cari selamat saja? maka Rasul menimpali, apakah muslim itu diutus untuk membelah dada orang dan melihat isinya? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan dana.pamilih@ wrote: Ini menunjukkan bahwa urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks masih membingungkan dalam Islam ... he he ... Bagi saya sih simple aja, kita uji saja niat ybs. Kalau niatnya memang membantu perempuan pasti yg dinikahinya itu bukan gadis2 cantik dan belia melainkan janda2 yg memiliki anak, termasuk nenek nenek. Dan terbukti bahwa anak2nya yg dibawa istri2nya itu terpelihara dg baik dan terdidik bersekolah dg baik. Tapi kalau tidak demikian maka berarti menyalahgunakan ayat2 Al- Qur'an utk memuaskan nafsu keserakahan seksual. Bagi mereka yg demikian akan terlihat bahwa istrinya ganti2, selalu dg yg lebih muda, walaupun maksimal 4 dan semua istri yg diceraikan tidak ada yg dipelihara dan diberi santunan keuangan yg layak. Semua anak2nya terlantar. Penilaian poligami dg pendekatan ini akan konsisten mana yg bermaslahat mana yg mudharat belaka. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Terima kasih atas kiriman beritanya bu Flora. Saya melihat dari ucapan pak Menag yang notabene senior saya di UI, walau dia dr fak sastra arab dan saya sastra inggris, menyiratkan beberapa hal (yang tersurat sudah jelas lah ya): [1] Islam memandang monogami dan poligami (maksudnya 'poligini') sebagai dua hal yang tidak sepadan. Ujar beliau, Kita tidak mengatakan menolak poligami, pada hakekatnya, Islam menganut asas monogami meskipun ada celah-celah untuk berpoligami, statusnya sangat terbatas. Jadi di mata beliau, monogami dan poligini yang jelas- jelas adalah bentuk pernikahan, oleh Islam tidak dipandang sama. Berikut alasan dia lainnya ... [2] Lebih jauh dilaporkan bahwa beliau menyatakan, dasar hukum berpoligami sebagaimana terdapat dalam surat An-Nisa ayat 3, sebenarnya hanya berbicara tentang bolehnya berpoligami, dan tidak menyebutkan secara langsung bahwa poligami itu adalah ibadah. Ini ditegaskan dengan ujaran beliau, Poligami yang sifatnya ibadah hanyalah dilakukan oleh Rasullulah SAW, yang berpoligami dalam rangka membantu dn menolong perempuan yang ditinggal mati suaminya dalam peperangan, dan dalam keadaan ini poligami bersifat sunnah. Sebagaimana di poin #1 di atas, di poin #2 ini lebih ditegaskan lagi oleh pak Menag bahwa alasan Islam membedakan monogami dari poligini karena menurut beliau selain poligini Rasulullah, poligini yang dilakukan ummat Islam bukan ibadah. Mengapa demikian, karena Rasul melakukan poligini semata untuk menolong, wa bil khusus menolong janda perang. Jadi beliau menilai, poligini oleh selain Rasulullah bukanlah ibadah. Apa yang saya tarik dari pernyataan2 Menag ini adalah bahwa poligini dalam Islam itu [1] beda dari monogami krn Islam menganut monogami karena QS 4:3 yang sering dijadikan landasan berpoligini itu hanya membolehkan bukan 'mewajibkan' poligini sebagai sebuah ibadah, bukan spt wajibnya nikah monogami; [2] poligini hanya bernilai ibadah ketika dilakukan oleh Rasul dan dalam rangka menolong para janda perang. Jika demikian, [1] para shahabat dan ulama salaf hingga kiwari ini tidak ada yang beribadah ketika melakukan poligini karena mereka bukan Rasul dan mereka tidak poligini untuk menolong para janda perang. Sungguh prakondisi yang memang sulit (=terbatas) pak Menag. Ini sama saja dengan mengatakan bahwa 'tidak usah' poligini lah toh kalian bukan Rasul dan tidak dalam rangkan menolong para janda perang. Jadi khusus buat 'sunnah' yang satu ini, lupakan! Lalu, [2] menikah dalam Islam itu menurut kacamata beliau hanyalah monogami, karena poligini jelas tidak mungkin dilakukan dengan syarat ketat spt poin #1 di atas. Jadi entah apa namanya poligini itu. Karena sec umum definisi poligini adalah
[wanita-muslimah] Mengaku Beriman (Bag. I)
assalaamu'alaikum wr. wb. Marilah kembali pada Al-Qur'an sejenak dan membaca apa yang telah Allah jelaskan mengenai sifat sebagian manusia yang mengaku beriman. Esensi diri mereka dijelaskan dalam tiga ayat yang cukup singkat: Di antara manusia ada yang mengatakan, Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS Al-Baqarah [2]: 8 10) Resapilah satu persatu penjelasan yang disajikan dengan sangat indahnya di atas. Ingatlah bahwa tidak semua yang mengaku beriman itu benar-benar beriman, dan sebagian diantara mereka benar-benar berniat mengelabui Allah dan orang-orang yang beriman. Mereka melakukannya dengan kesadaran penuh! Yang tidak mereka sadari adalah bahwa pada hakikatnya mereka hanya membohongi dirinya sendiri. Allah tidak tertipu dengan permainan mereka, dan orang-orang yang beriman cukup cerdas untuk dapat membaca tipu dayanya. Mereka terus menghibur dirinya sendiri (salah satunya dengan berkumpul bersama-sama orang yang `sejenis' mereka) sehingga mereka merasa telah berhasil dalam melakukan tipu daya, padahal tidak demikian adanya. Penyakit dalam hati mereka (salah satunya adalah hobi mencari-cari pembenaran) terus ditambah oleh Allah, sehingga penderitaannya makin menjadi-jadi, dan inilah siksa dunia yang amat pedih. Parahnya lagi, di akhirat sudah menunggu pula siksa yang lebih pedih lagi. Memiliki penyakit itu sudah menyedihkan, namun tidak menyadari keberadaan penyakit di dalam tubuh sendiri bahkan lebih menyedihkan lagi. HIV adalah sebuah pelajaran bagus bagi manusia untuk lebih memahami betapa pedihnya memiliki penyakit yang tidak disadari keberadaannya. Virus yang satu ini mendekam bertahun-tahun lamanya di dalam tubuh sebelum akhirnya menimbulkan efek yang amat nyata bagi manusia. Ironisnya, ketika sang penderita sudah menyadarinya, semuanya sudah sangat terlambat! Setelah mengenali esensi orang-orang yang mengaku beriman (padahal tidak) ini, marilah kita tengok ciri-cirinya, sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an : Dan bila dikatakan kepada mereka, Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, mereka berkata, Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya. Apabila dikatakan kepada mereka, Berimanlah kamu sebagaimana orang- orang lain telah beriman, mereka menjawab, Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman? Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahuinya. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, Kami telah beriman. Dan bila mereka kembali pada syaitan- syaitan mereka, mereka mengatakan, Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (QS Al-Baqarah [2]: 11 15) Sensitif dan Defensif Pada ayat ke-11, tergambar jelas betapa golongan manusia yang sedang kita bicarakan ini begitu `sensitif', sehingga sebuah kalimat teguran atau nasihat yang biasa-biasa saja pun mereka tanggapi dengan keras. Apa salahnya memberi nasihat, janganlah membuat kerusakan di muka bumi? Bentuk pertanyaan ini dapat `dimodifikasi' ke dalam berbagai bentuk, misalnya jangan buang sampah sembarangan!, jangan jadi provokator!, atau jangan belajar Islam dari Non-Muslim!. Semua contoh modifikasi tadi bermakna sama, janganlah membuat kerusakan di muka bumi, baik kerusakan yang nyata, fisik, ataupun yang halus, abstrak. Akan tetapi, ketika nasihat ini diberikan, tanggapannya ketus dan justru menyiratkan sikap defensif yang merupakan cerminan dari rasa bersalah: Sesungguhnya kami orang-orang yang melakukan kebaikan! yang sama saja dengan 'Ah saya tidak membuat kerusakan apapun ko!'. Mengapa harus menegaskan dengan cara seperti ini, sementara yang memberi nasihat tidak bermaksud menuduh? Pada ayat ke-12, Al-Qur'an membongkar kebenaran sejatinya, yaitu bahwa mereka itulah yang sebenarnya berbuat kerusakan. Al-Qur'an mengajari kita untuk membaca perilaku manusia yang `gampang gerah'. Belum lama ini, dalam sebuah milis, saya baru saja menemukan sikap sensitif dan defensif semacam ini dalam bentuk yang (menurut saya) cukup ekstrem. Ada orang yang tidak setuju dengan penjelasan bahwa Rasulullah saw. memiliki pertimbangan yang lain ketika dakwah di Thaif dengan ketika berada di medan jihad. Ekspresikan ketidaksetujuannya itu berbunyi: Nabi bukan orang yang plintat- plintut, bilang begini di satu keadaan, lalu bilang yang lain di keadaan yang lain. Kemudian ekspresi itu dijawab singkat (one-line) saja,
[wanita-muslimah] Mengaku Beriman (Bag. II)
assalaamu'alaikum wr. wb. Meninggikan dan Merendahkan Pada ayat ke-13, dijelaskan salah satu ciri penting lainnya dari orang-orang munafiq (harap jangan dikacaukan dengan kata munafik yang biasa dipergunakan dalam bahasa Indonesia sehari-hari) adalah betapa mereka memandang tinggi dirinya sendiri dan memandang rendah orang lain. Ketika diminta agar beriman sepenuhnya, mereka dengan angkuhnya menjawab tidak sudi beriman sebagaimana orang-orang bodoh beriman. Anggaplah memang orang-orang yang ditunjuknya itu memang bodoh, namun statement angkuh semacam ini tetap saja `salah tempat' dan tidak mungkin berasal dari lisan orang yang cerdas beragama. Kalaupun memang orang-orang yang dicelanya itu bodoh, maka kelihatannya yang mencela pun tidak lebih pintar. Sifat meremehkan semacam ini barangkali kedengaran sangat ekstrem, namun sebenarnya justru sangat sering diumbar akhir-akhir ini. Sikap meninggikan diri sendiri dan merendahkan orang lain tidak mesti dengan pengakuan jujur secara verbal, namun justru lebih sering ditunjukkan dengan sikap dan perbuatan. Jika seseorang mengajak diskusi dengan serius, kemudian Anda menjawab sekenanya saja, maka hal itu sudah bisa dikategorikan penghinaan. Simaklah petikan wawancara Abdurahman Wahid (yang saya kutip dari http://swaramuslim.net/more.php?id=5606_0_1_0_M) dengan Radio Nederland Wereldomroep (RNW) yang terjadi setelah mengikuti konferensi bertema Holocaust di bawah ini (warna merah adalah highlight dari saya): Radio Nederland Wereldomroep [RNW]: Sebenarnya apa inti konferensi ini? Abdurahman Wahid [AW]*: Ya, seminar hubungan antar agama. Jadi kita selesai seminar, tadi pagi, saya bilang kepada salah seorang penyelenggara seminar, Colin Tail, orang Amerika, bahwa kita harus bikin pernyataan membela Holocaust. Hubungan saya baik dengan Presiden Mahmoud Ahmadinejad, tapi itu tidak berarti bahwa kita selamanya harus sepandangan. Pandangan tentang itu jauh berbeda dengan dia. Saya membela dia satu soal, berbeda dari dia soal lain. Itulah kenyataannya. RNW: Maksudnya apa membela holocaust? Ini bagaimana? AW: Lho iya, bahwa Holocaust itu ada. Kan Ahmadinejad mengatakan tidak RNW: Kalau dia mengatakan tidak kan ada alasannya yaitu anti Israel? AW: Iya, tapi nyatanya, buktinya yang ada adalah Holocaust itu ada. Saya pernah ke museum holocaust di Tel Aviv, lihat ratusan ribu sepatu. Itu kan menunjukkan bahwa dulu sepatu itu kan dipakai orang. RNW: Tapi apa perlunya Abdurahman Wahid mengadakan seminar semacam itu? AW: Seminarnya tentang masalah lain, hubungan antar agama. Itu kan tambahan aja sebetulnya. RNW: Kalau begitu apa perlunya membubuhkan tambahan semacam itu? AW: Ya, untuk membela kebenaran. RNW: Tapi pihak lain bisa mengatakan itu provokasi? AW: Ya biar aja. Masa kita mau berbuat, mikir soal orang lain melulu. RNW: Ini juga baru pertama kali kalau tidak salah, ada begitu banyak rabi Yahudi yang datang ke Indonesia? AW: Lha iya, kenapa Indonesia, kita hubungan dengan RRT dan Uni Soviet, yang ada atheismenya. Masak dengan Israel enggak boleh yang percaya Tuhan? RNW: Bukan enggak bolehnya, tapi Israel itu kan menduduki wilayah Palestina. Kita kan solider dengan Palestina? AW: Ah, anda percaya pada propaganda orang Palestina. RNW: Kalau pendudukan wilayah Palestina itu kan bukan propaganda, itu kan kenyataan? AW: Pendudukan Israel itu di mana ada pendudukan? Saya tanya. Ramallah dan lainnya tetap mereka di situ. Daerah-daerah suci tetap. Saya mau tanya pendudukan yang mana. Anda aja yang percaya, sendirian itu. Diomongin bohong-bohong kok mau aja. RNW: Eropa aja solider dengan Palestina? AW: Iya, kalau bisa solider. Kadang-kadang enggak bisa juga disolideri. Saya enggak bisa punya solideritas dengan orang Palestina, sebab ngotot dia. Sebuah konferensi serius dengan tema yang sangat serius, dimana yang dibahasnya pun adalah suatu masalah yang amat kontroversial, namun beginilah pandangan Abdurahman Wahid yang disampaikannya dengan cara yang sangat tidak serius dan jauh dari terhormat. Sama persis seperti orang tua yang menyuruh anak-anaknya untuk segera kembali ke rumah saat Maghrib dengan ancaman akan menjadi santapan genderuwo kalau masih main di luar. Sama sekali tidak ilmiah. Membuktikan holocaust dengan sekedar melihat ratusan ribu sepatu sangatlah tidak ilmiah. Pada saat Perang Dunia II, di seluruh Eropa jatuh korban jiwa dalam jumlah banyak. Tidak susah mengumpulkan sepatu sebanyak itu untuk keperluan museum. Di sisi lain, holocaust sendiri disebut sebagai mitos karena memiliki banyak kelemahan, misalnya: tidak ditemukannya residu gas beracun yang konon digunakan untuk membantai warga Yahudi di kamar-kamar gas, konstruksi kamar gas pada foto-foto kamp konsentrasi yang sangat tidak meyakinkan, dan fakta bahwa Yahudi bukanlah umat yang paling banyak dibantai oleh NAZI. Jika semua argumen ini diperbandingkan dengan `ratusan ribu sepatu' yang dilihat oleh Abdurahman
[wanita-muslimah] Mengaku Beriman (Bag. III)
assalaamu'alaikum wr. wb. Agama Olok-Olok Cocok sekali figur seorang munafiq dengan sikap tidak serius dalam beragama. Saya kira memang sudah sewajarnya agama itu diseriusi, namun banyak juga manusia memang tidak memperlakukan agama dengan sikap yang semestinya. Al-Qur'an menegur keras orang-orang yang berbuat demikian dalam sebuah ayat di dalam sebuah surat yang dikenal karena ketegasannya: Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja. Katakanlah, Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? (QS At-Taubah [9]: 65) Pada ayat ke-14 (silakan melihat kembali rincian ayatnya di Bag.I dari tulisan ini), Allah menjelaskan bahwa dalam masalah keimanan pun (sebagian) manusia masih bermain-main. Mereka mengaku beriman jika bertemu dengan kaum mu'min, namun ketika kembali pada syaitan- syaitannya (yaitu kawan persekongkolannya), lepaslah topengnya dan kembalilah mereka pada wajah yang sebenarnya. Belum lama ini saya memergoki sekelompok santri yang berpakaian lengkap: berpeci, berbaju koko, dan mengenakan sarung. Wajahnya seperti santri pada umumnya; sopan dan teduh. Ketika itu mereka baru saja kembali dari suatu acara. Salah seorang dari mereka pulang dan mengganti bajunya, kemudian nongkrong dengan beberapa rekannya di sebuah warung sambil menikmati kopi panas dan gorengan. Ternyata `topeng' santri dilepasnya begitu saja bagai pakaian, karena setelah berganti pakaian itu, ia tidak ada bedanya dengan preman begajulan yang kerjanya hanya menggoda perempuan. Diantara para santri ternyata ada pula yang hanya `memasang kedok' dan kembali ke wajah asalnya ketika memisahkan diri dari para santri dan kembali pada `kelompok aslinya'. Sebenarnya sudah sejak dulu saya menyadari bahwa ketidakseriusan dalam beragama ini terjadi di mana-mana, hanya saja kebenarannya selalu ditutup-tutupi, karena hati kecil manusia memang merasa malu terhadap dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Akan tetapi, ada juga yang tidak malu-malu lagi dengan sikapnya yang tidak pernah serius dalam urusan agama. Tadinya saya merasa karakter manusia semacam ini hanya ada dalam cerita-cerita sebagai hiperbola belaka. Tapi ternyata benar-benar ada. Dalam sebuah perdebatan (lagi-lagi mengenai Abdurrahman Wahid dan pernyataan `Al-Qur'an itu kitab porno'), ada orang (lihat: http://ryono.multiply.com) yang mengajukan sebuah argumen (atau lebih tepatnya sekadar seruan): Jangan terlalu serius ber-Islam-nya! Sampai detik ini saya tidak mampu memahami makna kata baru yang telah diperkenalkannya (yaitu ber-Islam), namun saya dapat dengan mudah memahami tabiat si pengucapnya (thanks to QS [2]:14). Ya, baginya, dan orang sejenisnya, agama ini hanya senda gurau, bahkan iman pun dijadikan olok-olokan belaka. Dengan demikian, shalat tidak perlu dianggap terlalu serius, aturan shaum tidak usah terlalu ketat, bunga bank bolehlah dicicipi asal jangan banyak-banyak, dan masalah aurat jangan terlalu kaku lah Semuanya bisa ditawar. Pola pikir yang beginilah yang menyebabkan Luthfi Assyaukanie (salah satu pentolan JIL) dengan mudahnya menafikan keberadaan syariat Islam. Dengan `gagah perkasanya' ia berkata bahwa ibadah haji adalah warisan jahiliyah (padahal sebenarnya adalah warisan Nabi Ibrahim as. yang merupakan Nabi yang mulia, namun oleh Luthfi disebut jahil Na'uudzubillaah !), dan shalat adalah warisan Nabi Daud as. (kalaupun memang ini benar, lantas apa salahnya Rasulullah saw. mewarisi syariat Nabi yang sebelumnya?). Beginilah sebuah paragraf `argumen' (atau olok-olok?) Luthfi Assyaukanie ketika berdebat dengan Adnin Armas: Ah, itu kan buku-bukunya orientalis! mungkin Anda akan bilang begitu. Atau Ah, itu kan cuma Fatima Mernissi, seperti kata kawan kita yang sangat percaya dengan Imam Bukhari itu (bingo! ad hominem!). Maaf, untuk sekarang ini saya lebih percaya dengan buku- buku semacam itu. Sudah bosan baca buku yang biasa-biasa saja. Tidak ada kemajuan. Sejak kecil juga sudah tahu kalau shalat jumat dua rakaat, shalat harus menghadap kiblat, Tuhan satu, nabi itu orang Arab, rukun Islam ada lima, berbohong masuk neraka, puasa wajib, mau shalat wudhu dulu, tayammum tidak boleh diganti dengan air kelapa, najis terbagi tiga, air juga terbagi tiga, menikah tidak boleh lebih dari empat, perempuan tidak boleh jadi imam, kalau buang angin batal, menyentuh perempuan juga batal, pahala meniduri istri sama dengan membunuh tujuh ratus orang kafir, air wudhu yang tertinggal di jenggot akan membawa kita ke surga, karena itu peliharalah jenggot. Semua agama sesat, kecuali Islam. Semua orientalis jahat, maka jauhilah. Semua pemikiran baru berbahaya dan bid'ah enyahkanlah. Babi haram, riba juga haram, pemikiran Barat dapat mengganggu iman kita, pemikiran sekuler rancu, pemikiran Barat jelek, yang betul al-Ghazali bukan Denny, yang benar
[wanita-muslimah] Mengaku Beriman (Bag. IV/akhir)
assalaamu'alaikum wr. wb. Yang Nampak Yang Sebenarnya Karakter paling menonjol dari orang-orang munafiq adalah betapa mereka selalu menyembunyikan wajah sejatinya dari hadapan khalayak ramai. Apa yang nampak tidak sama dengan apa yang sebenarnya ada di dalam hati mereka. Hal ini tergambar jelas dalam ayat-ayat yang telah saya rinci sebelumnya, yaitu pada awal surah Al-Baqarah. Betapa pun seringnya George W. Bush bicara soal kebebasan, namun rakyat Irak paham betul bahwa semuanya adalah bohong belaka. Betapa seringnya orang bicara tentang demokrasi dan kedaulatan rakyat, namun semuanya harus dilupakan jika Hamas menang di Palestina, FIS menang di Aljazair, dan partai Islam menang di Turki. Semua orang bebas berkompetisi kecuali umat Islam yang setia pada agamanya. Inilah persekongkolan tanpa perjanjian tertulis yang terjadi di mana-mana di seluruh penjuru dunia. Mereka yang menyerukan kebebasan belum tentu menjanjikan kebebasan. Anda hanya bebas mengikuti mereka, tidak yang lain! Demikian pula para petinggi komunisme dunia menjanjikan kemajuan bangsa pada rakyatnya, namun tidak pernah ada buktinya selain kejayaan yang umurnya sangat pendek dan disusul oleh kesengsaraan yang benar-benar merata. Mereka yang mengaku menjunjung tinggi `kebebasan berpikir' pada dasarnya adalah pembohong belaka, karena berpikir itu tidak pernah bebas sebebas-bebasnya. Akal tidak pernah membiarkan manusia berbuat seenaknya saja. Orang dengan kelakuan paling bejat pun pasti memiliki nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh dirinya sendiri. Manusia yang berakal juga tidak akan membiarkan dirinya terjerumus dalam tindakan-tindakan bodoh yang hanya akan merugikan diri sendiri. Karena itu, akal dan kebebasan adalah dua hal yang sebenarnya tidak tepat jika disandingkan. Konon pernah terjadi perdebatan hangat antara Bung Karno dan M. Natsir. Yang satu mewakili mainstream `nasionalis', sedangkan yang satunya lagi adalah salah satu ikon yang sempat menjadi representasi umat Islam Indonesia di mata dunia. Perdebatan terjadi dalam masalah poligami, di mana Bung Karno mengikuti pendapat yang menyatakan bahwa poligami itu merendahkan perempuan, sedangkan M. Natsir merasa tidak berhak mengharamkan apa yang sudah Allah halalkan. Perdebatan masalah poligami ini, seperti biasa, selalu dijadikan alat untuk mendiskreditkan Islam dan membuat syariat menjadi sesuatu yang sangat tidak populer di mata masyarakat. Begitu serunya perdebatan ini sehingga akhirnya orang pun banyak yang lupa: siapa diantara para pendebat itu (yaitu Bung Karno dan M. Natsir) yang sebenarnya berpoligami? Kenyataannya, pihak-pihak yang menyetujui poligami (dengan cara-cara yang benar) belum tentu (bahkan sebagian besar tidak) mempraktekkan poligami sampai akhir hayatnya. Sebaliknya, orang-orang yang menolak mentah-mentah poligami (tentu tidak semuanya juga) ada juga yang melakukan poligami, bahkan dengan cara yang amat tidak terhormat (nikah sirri, kawin kontrak, istri simpanan, selingkuhan, dan berbagai pilihan lainnya). Dengan kekuatan media, apa yang terjadi di belakang layar bisa dibuat tidak nampak dan membuat objektifitas umat menjadi berkurang drastis. Masyarakat awam memang mudah ditipu dan dibuat lupa. Dengan bagi-bagi nasi bungkus saja mereka mau mencoblos partai tertentu (padahal tidak ada yang bisa memaksa mereka untuk memilih salah satu partai di dalam bilik rahasia itu). Mereka lupa bahwa dalam kurun waktu kurang lebih lima tahun sebelumnya, partai yang membagi-bagi makanan itulah justru yang sudah menyengsarakannya sedemikian rupa. Ada juga yang senang melihat bendera partainya berkibar dimana-mana, padahal seharusnya ia marah-marah karena uang rakyat lebih banyak dipakai untuk sesuatu yang mubazir seperti itu daripada untuk hal-hal yang benar-benar penting. Ada partai yang anggota dewannya kerjanya cuma tidur dan selingkuh dengan artis kelas tiga atau empat, plesir kesana-kemari dengan kedok `studi banding', dan ideologinya bisa ditawar dengan harga sebuah `lahan basah'. Akan tetapi semua dosa itu terlupakan begitu saja asalkan mereka mau mengadakan acara joget dangdut sekali lima tahun. Menjelang Pemilu memang banyak orang yang tiba-tiba jadi baik bagaikan malaikat, dan mereka yang tidak teliti memang akan tertipu dengan mudahnya. Bahkan Nabi Adam as. pun bisa terkelabui oleh Iblis! Ada `ulama' yang pakaiannya `serba ulama': dengan peci atau sorban, bergamis atau baju koko, dan penampilannya rapi jali. Ia naik ke atas podium dan memulai tabligh dengan sangat mulus dan khidmat. Apa dinyana, pembicaraannya setelah itu lebih banyak bercanda daripada seriusnya. Bahkan saya pernah menjumpai `ulama' yang bercanda jorok di depan audiens yang rata-rata masih bersekolah di SD. Pakaian memang tidak mencerminkan ketaqwaan, dan sorban tidak menunjukkan isi kepala orang yang mengenakannya. Dalam kasus orang yang menuduh saya sebagai pihak yang `ketika lemah manggut-manggut, dan ketika kuat
[wanita-muslimah] Re: Menag: Ada Celah untuk Berpoligami, Tapi Sangat Terbatas
Lho justru itu yang tampak dari hadis. Bung Dana jangan membedakan ujaran/ucapan dengan amal. Ujaran/ucapan kan juga amal. Bukankah bersyahadat itu tidak adalah amal yang menandai Islam-nya seorang yang tadinya non-muslim? Piye tohh ...? Yang mengusik niat itu siapa to? Kan yang mulai menyinggung niat di thread ini kan bukan saya. Kok nadanya Bung ini mempertanyakan poligini yang dibolehkan Allah dan ditauladankan Rasul ya? Yang bahas hadis itu siapa? Hadis yang saya jadikan ilustrasi kan bukan jadi pokok bahasan. Justru QS 4:3 pokok bahasannya. halahhh ... ;-] Yoohhooo ... weakey weakey! --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan [EMAIL PROTECTED] wrote: Bung Satriyo Uji niat bukan pada saat diucapkan baik dalam hati maupun lisan. Uji utamanya pada amal perbuatan thd sesama manusia. Mengapa koq jadi niatnya yg diusik-usik bukan maslahat vs mudharat dari poligami? Ayo dong kita bahas saja maslahat vs mudharat dari setiap hadits ... Akan teruji mana yg bermanfaat mana yg tidak ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: 'Ini' yang dimaksud 'ini menunjukkan' itu apa ya? lalu yg membingungkan dalam 'urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks' dalam Islam itu yang seperti apa? apakah memang niat bisa diuji? hmmm ... parameternya apa ya? bukankah ada riwayat Rasul menegur sangat keras shahabat yang membunuh lawan tandingnya dalam sebuah peperangan padahal si lawan sudah berikrar syahadat hanya karena shahabat ini 'yakin' sesuai 'uji niat' dia bahwa ikrar syahadatnya itu hanya untuk cari selamat saja? maka Rasul menimpali, apakah muslim itu diutus untuk membelah dada orang dan melihat isinya? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan dana.pamilih@ wrote: Ini menunjukkan bahwa urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks masih membingungkan dalam Islam ... he he ... Bagi saya sih simple aja, kita uji saja niat ybs. Kalau niatnya memang membantu perempuan pasti yg dinikahinya itu bukan gadis2 cantik dan belia melainkan janda2 yg memiliki anak, termasuk nenek nenek. Dan terbukti bahwa anak2nya yg dibawa istri2nya itu terpelihara dg baik dan terdidik bersekolah dg baik. Tapi kalau tidak demikian maka berarti menyalahgunakan ayat2 Al- Qur'an utk memuaskan nafsu keserakahan seksual. Bagi mereka yg demikian akan terlihat bahwa istrinya ganti2, selalu dg yg lebih muda, walaupun maksimal 4 dan semua istri yg diceraikan tidak ada yg dipelihara dan diberi santunan keuangan yg layak. Semua anak2nya terlantar. Penilaian poligami dg pendekatan ini akan konsisten mana yg bermaslahat mana yg mudharat belaka. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Terima kasih atas kiriman beritanya bu Flora. Saya melihat dari ucapan pak Menag yang notabene senior saya di UI, walau dia dr fak sastra arab dan saya sastra inggris, menyiratkan beberapa hal (yang tersurat sudah jelas lah ya): [1] Islam memandang monogami dan poligami (maksudnya 'poligini') sebagai dua hal yang tidak sepadan. Ujar beliau, Kita tidak mengatakan menolak poligami, pada hakekatnya, Islam menganut asas monogami meskipun ada celah-celah untuk berpoligami, statusnya sangat terbatas. Jadi di mata beliau, monogami dan poligini yang jelas- jelas adalah bentuk pernikahan, oleh Islam tidak dipandang sama. Berikut alasan dia lainnya ... [2] Lebih jauh dilaporkan bahwa beliau menyatakan, dasar hukum berpoligami sebagaimana terdapat dalam surat An-Nisa ayat 3, sebenarnya hanya berbicara tentang bolehnya berpoligami, dan tidak menyebutkan secara langsung bahwa poligami itu adalah ibadah. Ini ditegaskan dengan ujaran beliau, Poligami yang sifatnya ibadah hanyalah dilakukan oleh Rasullulah SAW, yang berpoligami dalam rangka membantu dn menolong perempuan yang ditinggal mati suaminya dalam peperangan, dan dalam keadaan ini poligami bersifat sunnah. Sebagaimana di poin #1 di atas, di poin #2 ini lebih ditegaskan lagi oleh pak Menag bahwa alasan Islam membedakan monogami dari poligini karena menurut beliau selain poligini Rasulullah, poligini yang dilakukan ummat Islam bukan ibadah. Mengapa demikian, karena Rasul melakukan poligini semata untuk menolong, wa bil khusus menolong janda perang. Jadi beliau menilai, poligini oleh selain Rasulullah bukanlah ibadah. Apa yang saya tarik dari pernyataan2 Menag ini adalah bahwa poligini dalam Islam itu [1] beda dari monogami krn Islam menganut monogami karena QS 4:3 yang sering dijadikan landasan berpoligini itu hanya membolehkan bukan 'mewajibkan' poligini sebagai sebuah ibadah, bukan spt wajibnya nikah monogami; [2] poligini hanya bernilai ibadah ketika dilakukan oleh Rasul dan
[wanita-muslimah] Teroris Membeli Media Massa?
Berikut adalah tulisan mantan Kapuspen Kodam III, yang menilik isinya bisa jadi tandingan buat komentar seputar issue yang sama oleh Farid Gaban di thread lain sebelum ini. salam, satriyo === Teroris Membeli Media Massa? Oleh : Redaksi 26 Jun 2007 - 4:00 pm http://swaramuslim.net/more.php?id=5622_0_15_0_M Y Herman Ibrahim Mantan Kepala Penerangan Kodam III/Siliwangi Kalau Anda tidak memiliki cukup waktu untuk membaca, tolong sempatkanlah untuk membaca satu alinea saja tulisan Ilham Prisgunanto di opini Republika, Selasa 19 Juni 2007. Alinea tersebut berbunyi, Dengan demikian terjawablah pertanyaan besar, mengapa jaringan teroris lebih memilih Indonesia sebagai medan perang aksi mereka? Faktor kunci adalah dari begitu `longgar' dan penuh lubangnya sistem pemberitaan dan pers Indonesia. Tidak adanya ketegasan aturan perundang-undangan adalah 'opsi' dari mudahnya lahan publikasi dibeli karena masuk ke ranah yang tak bertuan dan tak terkontrol. Sungguh ini suatu kebohongan publik yang sangat dahsyat. Adhian Husaini mengatakan bahwa Barat mengontrol informasi dunia dan memproduk rata-rata 6 juta kata per hari, sementara Timur (Islam) hanya mampu 500 ribu kata per hari. Dari perbandingan produksi kata melalui berbagai jenis media cetak, elektronik, dan dunia maya tampak jelas bahwa diseminasi nilai yang terus menerus dicangkokan ke benak manusia adalah nilai-nilai, doktrin, ideologi serta budaya Barat. Tengok jaringan informasi seperti CNN yang ditayangkan 24 jam terus- menerus melalui jaringan satelit yang bisa ditonton di seluruh pelosok dunia melakukan cuci otak tanpa henti. Media massa nasional pun lebih banyak merujuk kepada informasi yang diproduksi oleh kantor berita seperti UPI, Reuters, dan BBC. Tidak ada ceritanya media di Indonesia mengambil referensi dari As Sahab, Ar Rahmah, Al Muhajirun, atau secara mandiri mengembangkan informasi tanding. Salah merujuk Ilham juga menyoal lubuk hati manusia yang jika ada rasa pembenaran terhadap aksi teroris merupakan keberhasilan taktik komunikasi jaringan teroris terhadap Indonesia. Ilham tidak salah dengan merujuk konsep agenda setting Maxwell Mc Comb 1995, tapi jika itu ditujukan kepada terorisme di Indonesia jelas menyesatkan. Semua orang menyaksikan betapa pemberitaan media ihwal kejahatan terorisme di Indonesia sungguh berlebihan. Jauh sebelum proses pengadilan dijalankan, media menyebar informasi bahwa Abu Bakar Ba'asyir melakukan kejahatan makar, merancang membunuh Megawati, dan melakukan pelanggaran imigrasi. Tatkala pengadilan dijalankan, semua tuduhan itu tidak terbukti dan hanya satu pelanggaran (bukan kejahatan) yang terbukti yakni pemalsuan nama pada KTP tatkala kabur ke Malaysia untuk menghindari kejaran Benny Moerdani. Sebuah pelanggaran yang sama dengan yang dilakukan Casingkem, seorang TKW yang memalsu nama menjadi Novita Sari. Bedanya, Casingkem disambut Megawati di Istana Negara sementara Abu Bakar Ba'asyir dihukum 3 tahun penjara. Bukankah ini hasil pembentukan opini? Bisa jadi agenda setting Maxwell Mc Comb yang dirujuk Ilham benar sejauh itu digunakan justru untuk membenarkan terorisme yang dilakukan oleh Barat. Operasi Northwood yang kendati dibatalkan oleh Kennedy dirancang untuk memojokkan Kuba. Demikian juga operasi intelijen Teluk Babi di-setting seakan-akan dilakukan oleh teroris komunis. Belakangan masyarakat dunia terhenyak dengan sinyalemen Ahmadinejad bahwa Holocaust sebuah kekejaman teror yang luar biasa dahsyat adalah suatu kebohongan Yahudi untuk mempengaruhi opini dunia. Dusta tentang pembunuhan 6 juta Yahudi oleh Jerman diperlukan untuk pembenaran exodus Yahudi ke Tanah Palestina dan mendirikan negara di sana. Dr Frederisk Toben, asli Jerman dan menjadi warga negara Australia mengatakan bahwa Holocaust adalah kebohongan yang dilindungi secara legal. Tanpa Holocaust tidak ada alasan bagi Yahudi untuk membantai rakyat Palestina. Di negara-negara Eropa, Anda boleh mengritik atau menghina Yesus, Bunda Maria, dan sebagainya, tetapi anda dilarang mengkritik Yahudi dan Holocaustnya. Terorisme memang memerlukan kebohongan untuk pembenaran aksinya, tetapi tidak untuk Islam. Islam tidak mengenal konsep teror, yang ada adalah jihad. Di dalam Islam harus ada kekuatan untuk membuat musuh gentar tetapi bukan seperti terorisme yang dilakukan oleh Barat. Bahwa ada sebagian orang Islam di Indonesia yang marah kepada Barat karena kejahatan yang dilakukan Barat di Palestina, Irak, Afghanistan, Somalia, dan Chechnya lantas melakukan aksi perlawanan berupa pengeboman terhadap kepentingan Barat di negeri ini, memang itu kenyataan. Meski demikian David O Shea, orang Australia mengatakan bahwa aksi bom di Indonesia merupakan jalinan dari tiga kepentingan. Tiga kepentingan itu adalah pertama, Barat memerlukan aksi bom di Indonesia untuk membenarkan perang melawan terorisme. Kedua, ghiroh yang tinggi di kalangan anak-anak muda Islam khususnya alumni Afghanistan,
Re: [wanita-muslimah] Re: the Satanic Verses dan pemberian gelar Sir
Siapa yg dirugikan kalau pemahaman agama seseorang tidak sesuai dg versi orang lain? Kerugian apa saja yg diderita? Kalau saya sih lain, malah akan memperkuat iman. H. M. Nur Abdurrahman wrote: Yang disebut mengacau itu bukan saja dalam soal perbuatan, tetapi juga mengacau Islam, sudah punya nabi sendiri masih mengaku Islam, itukan mengacau ! Kalau punya nabi sendiri jangan pakai nama Islam. Itu agama Bahai yang punya nabi sendiri, walaupun masih mengakui Muhammad sebagai Nabi, tidak pernah diprotes ummat Islam, karena tidak tidak memakai nama Islam, melainkan Bahai. HMNA - Original Message - From: Dan [EMAIL PROTECTED] To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, June 28, 2007 11:44 Subject: [wanita-muslimah] Re: the Satanic Verses dan pemberian gelar Sir Kalau orang ada yg merasa dirinya Nabi, atau wakil Tuhan, penerus Nabi, dsb, bagi saya sih silahkan aja. Yg penting kita harus uji dg rasional dan berdasarkan hukum yg berlaku kualitas amal perbuatan dan perilakunya. Kalau perilaku mengacau ya tangkap. Tapi kalau ada pengikutnya yg merasakan manfaatnya dan terlihat dari amal perbuatan thd sesama itu baik dan berkontribusi, maka biarkan saja. Itu kan kebebasan beragama. Agama tidak bisa didefinisikan oleh negara. Bisa dikelompokkan secara garis besar tapi tidak bisa didekritkan mana yg agama mana yg bukan. Mengkomersialkan agama memang jalan cepat menuju kekayaaan ... he he ... Supply gampang tidak ada cost, demand tak berhenti dan bisa dijual dg harga tinggi ... Dari segi ilmu marketing itu kuncinya gimana packagingnya aja .. Belum lagi spt di AS kegiatan2 keagamaan itu bebas pajak ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, H. M. Nur Abdurrahman [EMAIL PROTECTED] wrote: 'An Abi Hurayrata Anna Rasuwla Lla-hi SHLM qaala laa taquwmu ssaa'ata taqtatila fiataani 'azhiymataani yakuwnu baynahumaa maqtalatun 'azhiymatun waahidatunda'watuhumaa waahidatun WAHATTA- YUB'ATSU DAJJAALUWNA KADDZZAABUWNA QARIYBUN MIN TSALAATSIYNA KULLUHUM YAZ'UMU ANNAHU- RASUWLU LLA-HI (Rawaahu Bukhary), artinya: Dari Abi Hurayrah bahwa RasuluLlah SAW bersabda: Belum akan terjadi kiamat sebelum timbul peperangan di antara dua pasukan besar, antara keduanya timbul perang besar sedang seruan keduanya sama. DAN SEBELUM LAHIR DAJJAL-DAJJAL (PEMBOHONG) YANG AMAT PANDAI BERBOHONG HINGGA BILANGANNYA MENDEKATI TIGA PULUH ORANG, SEMUA MENDA'WAKAN DIRINYA RASUL ALLAH (Perawi Bukhari). Di bawah ini diberi bernomor nabi-nabi palsu itu yang sudah hampir mendekati jumlah 30 orang. No. 27 adalah orang Enrekang (Indonesia), apa di Indonesia masih ada yang akan menyusul ? 1. Musailamatul Kazzab, 2. Aswad Al-Insi, 3. Tulaihah Al-Asadi, 4. Sajjah binti Al-Harith, 5. Ahmad bin Husain, 6. Laqit, 7. Mirza Ghulam Ahmad, 8. Mirza Ali Muhammad, 9. Bahaullah, 10. Al-Mukhtar bin Ubaidillah, 11. Ibnu Sam'an, 12. Amir bin Harb, 13. Abu Mansur Al-Ijli, 14. Ibnu Said As-Sajli, 15. Abu Khattab Al-Asadi, 16. Ibnu Bahram 17. Al-Juba'i, 18. Hasan bin Hamdan, 19. Abul Qasim An-Najar, 20. Al-Muni'ul Qashar, 21. Ibnu Kharba Al-Kindi, 22. Abu Muslim As-Siraj : 23. Harith bin Saad; 24. Isa Al-Asfahan; 25. Faris bin Yahya, 26. Ishak Al-Akhras, 27. Lia Aminuddin Wassalam, bagi yang dapat Hidayah HMNA # - Original Message - From: ma_suryawan [EMAIL PROTECTED] To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 21:05 Subject: [wanita-muslimah] Re: the Satanic Verses dan pemberian gelar Sir Lina, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ wrote: Mas MA, jangan kesel. Emang begitu caranya saya belajar: membandingkan. Saya lagi ingin membandingkan MGA dengan orang- orang terhormat yang pernah ada dalam literatur Islam. Saat ini saya berpendapat MGA ini orang yang punya kharisma tapi kemudian sombong banget. Anda itu bukan belajar, tetapi menghakimi dg mengatakan: sombong banget Orang mengklaim jadi nabi itu bukan sombong banget, kalau sampeyan katakan sebagai orang yang sombong banget, maka perkataan sampeyan itu akan berlaku kepada para nabi. Para nabi dulu mengklaim jadi nabi karena memang diperintahkan oleh Allah untuk mengatakan kepada kaummnya bahwa dirinya adalah nabi/rasul/utusan Allah. Bahkan lebih sombong dari Umar Ibn Khattab ra, padahal Nabi SAW pernah bilang kalo ada nabi sesudah aku pastilah Umar orangnya. Kok sampeyan malah makin menghakimi...Lina, sombong sekali sampeyan menghakimi tanpa ilmu dg mengatakan Mirza Ghulam Ahmad BAHKAN LEBIH SOMBONG dari Umar r.a. Apakah Hz. Umar r.a. adalah seorang yang sombong, kemudian sampeyan katakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad LEBIH SOMBONG dari Umar Ibn Khattab ra??? Makin kelihatan wajah asli si Lina dg
[wanita-muslimah] Re: Menag: Ada Celah untuk Berpoligami, Tapi Sangat Terbatas
Kita kembali ke maslahat vs mudharatnya mengenai pembahasan poligami itu. Coba tolong berikan daftar maslahat dan mudharat dari poligami dalam beberapa skenario konteks, menurut pendapat Anda. Mari kita bahas bersama2. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Lho justru itu yang tampak dari hadis. Bung Dana jangan membedakan ujaran/ucapan dengan amal. Ujaran/ucapan kan juga amal. Bukankah bersyahadat itu tidak adalah amal yang menandai Islam-nya seorang yang tadinya non-muslim? Piye tohh ...? Yang mengusik niat itu siapa to? Kan yang mulai menyinggung niat di thread ini kan bukan saya. Kok nadanya Bung ini mempertanyakan poligini yang dibolehkan Allah dan ditauladankan Rasul ya? Yang bahas hadis itu siapa? Hadis yang saya jadikan ilustrasi kan bukan jadi pokok bahasan. Justru QS 4:3 pokok bahasannya. halahhh ... ;-] Yoohhooo ... weakey weakey! --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan dana.pamilih@ wrote: Bung Satriyo Uji niat bukan pada saat diucapkan baik dalam hati maupun lisan. Uji utamanya pada amal perbuatan thd sesama manusia. Mengapa koq jadi niatnya yg diusik-usik bukan maslahat vs mudharat dari poligami? Ayo dong kita bahas saja maslahat vs mudharat dari setiap hadits ... Akan teruji mana yg bermanfaat mana yg tidak ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: 'Ini' yang dimaksud 'ini menunjukkan' itu apa ya? lalu yg membingungkan dalam 'urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks' dalam Islam itu yang seperti apa? apakah memang niat bisa diuji? hmmm ... parameternya apa ya? bukankah ada riwayat Rasul menegur sangat keras shahabat yang membunuh lawan tandingnya dalam sebuah peperangan padahal si lawan sudah berikrar syahadat hanya karena shahabat ini 'yakin' sesuai 'uji niat' dia bahwa ikrar syahadatnya itu hanya untuk cari selamat saja? maka Rasul menimpali, apakah muslim itu diutus untuk membelah dada orang dan melihat isinya? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan dana.pamilih@ wrote: Ini menunjukkan bahwa urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks masih membingungkan dalam Islam ... he he ... Bagi saya sih simple aja, kita uji saja niat ybs. Kalau niatnya memang membantu perempuan pasti yg dinikahinya itu bukan gadis2 cantik dan belia melainkan janda2 yg memiliki anak, termasuk nenek nenek. Dan terbukti bahwa anak2nya yg dibawa istri2nya itu terpelihara dg baik dan terdidik bersekolah dg baik. Tapi kalau tidak demikian maka berarti menyalahgunakan ayat2 Al- Qur'an utk memuaskan nafsu keserakahan seksual. Bagi mereka yg demikian akan terlihat bahwa istrinya ganti2, selalu dg yg lebih muda, walaupun maksimal 4 dan semua istri yg diceraikan tidak ada yg dipelihara dan diberi santunan keuangan yg layak. Semua anak2nya terlantar. Penilaian poligami dg pendekatan ini akan konsisten mana yg bermaslahat mana yg mudharat belaka. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Terima kasih atas kiriman beritanya bu Flora. Saya melihat dari ucapan pak Menag yang notabene senior saya di UI, walau dia dr fak sastra arab dan saya sastra inggris, menyiratkan beberapa hal (yang tersurat sudah jelas lah ya): [1] Islam memandang monogami dan poligami (maksudnya 'poligini') sebagai dua hal yang tidak sepadan. Ujar beliau, Kita tidak mengatakan menolak poligami, pada hakekatnya, Islam menganut asas monogami meskipun ada celah-celah untuk berpoligami, statusnya sangat terbatas. Jadi di mata beliau, monogami dan poligini yang jelas- jelas adalah bentuk pernikahan, oleh Islam tidak dipandang sama. Berikut alasan dia lainnya ... [2] Lebih jauh dilaporkan bahwa beliau menyatakan, dasar hukum berpoligami sebagaimana terdapat dalam surat An-Nisa ayat 3, sebenarnya hanya berbicara tentang bolehnya berpoligami, dan tidak menyebutkan secara langsung bahwa poligami itu adalah ibadah. Ini ditegaskan dengan ujaran beliau, Poligami yang sifatnya ibadah hanyalah dilakukan oleh Rasullulah SAW, yang berpoligami dalam rangka membantu dn menolong perempuan yang ditinggal mati suaminya dalam peperangan, dan dalam keadaan ini poligami bersifat sunnah. Sebagaimana di poin #1 di atas, di poin #2 ini lebih ditegaskan lagi oleh pak Menag bahwa alasan Islam membedakan monogami dari poligini karena menurut beliau selain poligini Rasulullah, poligini yang dilakukan ummat Islam bukan ibadah. Mengapa demikian, karena Rasul melakukan poligini semata untuk menolong, wa bil khusus menolong janda perang. Jadi beliau menilai, poligini oleh selain Rasulullah
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Teachers sharing KGI: Mengatasi Bullying dengan efektif
justru itulah mas satriyo ... kalau menurut kajian ghozwul fikri, pelan-pelan umat islam dijauhkan dari nilai-nilai islam, melalui pendidikan dan seminar2 dan cara2 lain ... sehingga lama2, umat islam sendiri tidak mengenal nilai2 islam ... bullying sendiri tidak dikenal dalam islam ... tapi penggunaan kekerasan untuk pendidikan memang diperbolehkan misalkan kalau anak sudah aqil baligh tapi tidak mau sholat, maka orang tua boleh memukulnya ... silakan ditanyakan ke pak HMNA untuk keterangan lebih lanjut. wassalam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 6/28/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya husnuzan saja wikan, toh topiknya bukan masalah SARA kan? atau ada bullying lain yang hemat wikan menjadi 'beda' dari sudut pandang agama? Penanganan bullying jadi tidak islami itu maksud wikan bagaimana? Hemat saya sih, jadi a bit awkward kalo tidak hanya nara sumbernya dari universitas kristen, tapi yang hadir hingga panitia pun kristen semua, buat juga maksa hadir yang muslim. nah info ini saya dapat dari milis pendidikan islam ... dan tidak ada tuh bagian dari info yang menyuratkan atau menyiratkan apa yang wikan nyatakan atau yang saya 'khawatirkan' di atas ...
[wanita-muslimah] Re: Fwd: Teachers sharing KGI: Mengatasi Bullying dengan efektif
kalo begitu pemahaman bullying yang saya punya tidak demikian. bullying sesuai dg maknanya adalah segala pemaksaan yang berefek negatif. apakah mengajarkan anak beribadah mahdhah dengan teladan nabi di antaranya dengan 'memukul' (ini jelas relatif sekali konteksnya, spt ayat 'wadhribuhunna') ketika si anak yang sudah aqil (berakal) baligh (terkena kewajiban syariat), atau mumayiz (sudah pada taraf mampu melaksanakan syariat) menolak shalat masuk kategori bullying yang demikian? salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: justru itulah mas satriyo ... kalau menurut kajian ghozwul fikri, pelan-pelan umat islam dijauhkan dari nilai-nilai islam, melalui pendidikan dan seminar2 dan cara2 lain ... sehingga lama2, umat islam sendiri tidak mengenal nilai2 islam ... bullying sendiri tidak dikenal dalam islam ... tapi penggunaan kekerasan untuk pendidikan memang diperbolehkan misalkan kalau anak sudah aqil baligh tapi tidak mau sholat, maka orang tua boleh memukulnya ... silakan ditanyakan ke pak HMNA untuk keterangan lebih lanjut. wassalam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 6/28/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya husnuzan saja wikan, toh topiknya bukan masalah SARA kan? atau ada bullying lain yang hemat wikan menjadi 'beda' dari sudut pandang agama? Penanganan bullying jadi tidak islami itu maksud wikan bagaimana? Hemat saya sih, jadi a bit awkward kalo tidak hanya nara sumbernya dari universitas kristen, tapi yang hadir hingga panitia pun kristen semua, buat juga maksa hadir yang muslim. nah info ini saya dapat dari milis pendidikan islam ... dan tidak ada tuh bagian dari info yang menyuratkan atau menyiratkan apa yang wikan nyatakan atau yang saya 'khawatirkan' di atas ...
[wanita-muslimah] Re: Menag: Ada Celah untuk Berpoligami, Tapi Sangat Terbatas
Mari ... mari ... tapi sebelumnya, Bung, tolong jelaskan alasan untuk pembahasan mengenai maslahat vs mudharatnya poligini ini? Maaf, tapi bagi saya penting untuk tahu alasannya mengingat hukum Allah tidak bisa hanya semata menurut ukuran manusia. Sambil masing- masing kita mendata kalo memang ada maslahat dan mudharatnya ya ... Kita ketemu lagi selasa tgl 3 juli 2007 insyaallah --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan [EMAIL PROTECTED] wrote: Kita kembali ke maslahat vs mudharatnya mengenai pembahasan poligami itu. Coba tolong berikan daftar maslahat dan mudharat dari poligami dalam beberapa skenario konteks, menurut pendapat Anda. Mari kita bahas bersama2. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Lho justru itu yang tampak dari hadis. Bung Dana jangan membedakan ujaran/ucapan dengan amal. Ujaran/ucapan kan juga amal. Bukankah bersyahadat itu tidak adalah amal yang menandai Islam-nya seorang yang tadinya non-muslim? Piye tohh ...? Yang mengusik niat itu siapa to? Kan yang mulai menyinggung niat di thread ini kan bukan saya. Kok nadanya Bung ini mempertanyakan poligini yang dibolehkan Allah dan ditauladankan Rasul ya? Yang bahas hadis itu siapa? Hadis yang saya jadikan ilustrasi kan bukan jadi pokok bahasan. Justru QS 4:3 pokok bahasannya. halahhh ... ;-] Yoohhooo ... weakey weakey! --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan dana.pamilih@ wrote: Bung Satriyo Uji niat bukan pada saat diucapkan baik dalam hati maupun lisan. Uji utamanya pada amal perbuatan thd sesama manusia. Mengapa koq jadi niatnya yg diusik-usik bukan maslahat vs mudharat dari poligami? Ayo dong kita bahas saja maslahat vs mudharat dari setiap hadits ... Akan teruji mana yg bermanfaat mana yg tidak ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: 'Ini' yang dimaksud 'ini menunjukkan' itu apa ya? lalu yg membingungkan dalam 'urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks' dalam Islam itu yang seperti apa? apakah memang niat bisa diuji? hmmm ... parameternya apa ya? bukankah ada riwayat Rasul menegur sangat keras shahabat yang membunuh lawan tandingnya dalam sebuah peperangan padahal si lawan sudah berikrar syahadat hanya karena shahabat ini 'yakin' sesuai 'uji niat' dia bahwa ikrar syahadatnya itu hanya untuk cari selamat saja? maka Rasul menimpali, apakah muslim itu diutus untuk membelah dada orang dan melihat isinya? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan dana.pamilih@ wrote: Ini menunjukkan bahwa urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks masih membingungkan dalam Islam ... he he ... Bagi saya sih simple aja, kita uji saja niat ybs. Kalau niatnya memang membantu perempuan pasti yg dinikahinya itu bukan gadis2 cantik dan belia melainkan janda2 yg memiliki anak, termasuk nenek nenek. Dan terbukti bahwa anak2nya yg dibawa istri2nya itu terpelihara dg baik dan terdidik bersekolah dg baik. Tapi kalau tidak demikian maka berarti menyalahgunakan ayat2 Al- Qur'an utk memuaskan nafsu keserakahan seksual. Bagi mereka yg demikian akan terlihat bahwa istrinya ganti2, selalu dg yg lebih muda, walaupun maksimal 4 dan semua istri yg diceraikan tidak ada yg dipelihara dan diberi santunan keuangan yg layak. Semua anak2nya terlantar. Penilaian poligami dg pendekatan ini akan konsisten mana yg bermaslahat mana yg mudharat belaka. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Terima kasih atas kiriman beritanya bu Flora. Saya melihat dari ucapan pak Menag yang notabene senior saya di UI, walau dia dr fak sastra arab dan saya sastra inggris, menyiratkan beberapa hal (yang tersurat sudah jelas lah ya): [1] Islam memandang monogami dan poligami (maksudnya 'poligini') sebagai dua hal yang tidak sepadan. Ujar beliau, Kita tidak mengatakan menolak poligami, pada hakekatnya, Islam menganut asas monogami meskipun ada celah-celah untuk berpoligami, statusnya sangat terbatas. Jadi di mata beliau, monogami dan poligini yang jelas- jelas adalah bentuk pernikahan, oleh Islam tidak dipandang sama. Berikut alasan dia lainnya ... [2] Lebih jauh dilaporkan bahwa beliau menyatakan, dasar hukum berpoligami sebagaimana terdapat dalam surat An-Nisa ayat 3, sebenarnya hanya berbicara tentang bolehnya berpoligami, dan tidak menyebutkan secara langsung bahwa poligami itu adalah ibadah. Ini ditegaskan dengan ujaran beliau, Poligami yang sifatnya ibadah hanyalah dilakukan oleh Rasullulah SAW, yang berpoligami dalam
[wanita-muslimah] Film Dokumenter: Perempuan yang Tertuduh (27/Jun/2007)
Bagi yang ingin melihat: Film Dokumenter: Perempuan yang Tertuduh (27/Jun/2007), please click: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=260 PEREMPUAN yang tertuduh: Produser: Putu Oka Sukanta; Produksi: Bachtiar Widhi Utama; Data dan Riset: Putu Oka Sukanta, Lilik Munafidah; Pewawancara: Putu Oka Sukanta, Bachtiar Widhi Utama, Bondan Nusantara, Lilik Munafidah; Transkrip wawancara: Fikri, Lilik Munafidah; Penulis Naskah: Putu Oka Sukanta, Lilik Munafidah; Penata Kamera: Heri Sucahyo, Hany Pradigya, Sugiarto Prastyo, Bachtiar Widhi Utama, Lilik Munafidah; Penyunting gambar: Fikri, Lilik Munafidah; Penata Suara: Bachtiar Widhi Utama, Lilik Munafidah; Penata musik: Cahyo Harimurti; Mixing dan Mastering: Cahyo Harimurti; Aransemen lagu: Cahyo Harimurti; Grading Warna: Maxindo Utama; Sketsa Gambar: A.Gumelar; Penerjemah: Arie Kartikasari, Bachtiar Widhi Utama, Lilik Munafidah; Fotografer: Bachtiar Widhi Utama, Lilik Munafidah; Sutradara:Lilik Munafidah Didukung oleh: Para sahabat, NOVIB, sineas-sineas muda Fakultas Filem dan Televisi Institut Kesenian Jakarta. Bagi yang mau beli film-film 1. Menyemai Terang Dalam Kelam, VCD rp. 40.000, DVD Rp. 75.000, 2. Perempuan Yang Tertuduh, VCD Rp. 40.000, DVD Rp.75.000,- Ongkos kirim 10%. Kirim uang ke BCA 065.113248-6 atas nama Putu Oka Sukanta. Bukti transfer dan alamat lengkap kirimkan ke fax 021 47860766. Pengantar: PEREMPUAN yang tertuduh, bercerita tentang tragedi peristiwa '65 yang merupakan salah satu peristiwa dalam sejarah Indonesia yang patut diteliti dari banyak hal. Karena disitulah, kita bisa lihat ada titik krisi dalam membangun National Building sebagai Indonesia. Sampai saát ini, sejarah Indonesia banyak ditulis dari tokoh dan saksi-saksi laki-laki. Filem ini, mengangkat kesaksian perempuan korban tragedi '65 yang bertutur mengenai peristiwa dan kejadian yang belum terungkap sampai saát ini dan bagaimana mereka suvive dalam segi ekonomi dan sosial. Dan kesaksian-kesaksian mereka, merupakan suatu perjalanan panjang yang memberikan sumbangan sejarah sendiri. PEREMPUAN yang tertuduh (The Suspected Women), telling about '65 tragedy which one of tragedy in Indonesian history that being research from many aspects. Because, there we can see that there was one point of crisis in developing Nation Building as Indonesia. Nowadays, many of Indonesian history is written from figure and man witness. This filem, rise women witness as victim of 65 tragedy which is telling about event and tragedy which haven't been revealed till today and how they could survive in term of social and economic. And their witnesses, are long journey that have given it's own contribution to the history. Dokumen terbaru: http://www.progind.net/index.php Film Dokumenter: Perempuan yang Tertuduh (27/Jun/2007) Film dokumenter, Menyemai terang dalam kelam (08/Jun/2007) Film dokumenter, Kado untuk Ibu (08/Jun/2007) Pelarangan Buku yang Salah Larang (31/May/2007) Misteri Sepotong Sejarah (04/May/2007) Ketua MK: Paham Komunis Tidak Perlu Dilarang (26/Apr/2007) Ihwal Penulisan Sejarah dan Peristiwa G30S (19/Mar/2007) Soal Pendataan Eks Anggota PKI Tidak Dapat Ditawar-tawar (22/Feb/2007) Hitorical CIA document-the role : supresison of Communists in INdonesia, (22/Feb/2007) Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ - Building a website is a piece of cake. Yahoo! Small Business gives you all the tools to get online. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Fwd: Teachers sharing KGI: Mengatasi Bullying dengan efektif
wah iya pak satriyo ... memukul diperbolehkan asal dimaksudkan buat kebaikan kalau di pesantren senior bisa menggantikan peran orang tua memukuli yunior yang tidak melaksanakan ibadah dengan baik ... contoh lain, mungkin perlu mengucilkan anak perempuan yang sudah baligh tapi gak pake jilbab, kalau perlu dihina2 dan dipojokkan, biar dia bisa sadar pake jilbab yang bagus buat keimanannya ... atau kalau ada anak yang beragama lain, bisa juga dicela soal agamanya yang mosok nyembah patung, biar mereka segera sadar dan dapat hidayah buat masuk islam salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 6/28/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: kalo begitu pemahaman bullying yang saya punya tidak demikian. bullying sesuai dg maknanya adalah segala pemaksaan yang berefek negatif. apakah mengajarkan anak beribadah mahdhah dengan teladan nabi di antaranya dengan 'memukul' (ini jelas relatif sekali konteksnya, spt ayat 'wadhribuhunna') ketika si anak yang sudah aqil (berakal) baligh (terkena kewajiban syariat), atau mumayiz (sudah pada taraf mampu melaksanakan syariat) menolak shalat masuk kategori bullying yang demikian?
[wanita-muslimah] Re: Menag: Ada Celah untuk Berpoligami, Tapi Sangat Terbatas
Bung Satriyo, Mengapa saya ingin membahas maslahat vs mudharat poligini, ialah karena walaupun dibolehkan Allah dan disunnahkan Rasul, pada saat ini di abad ke 21 di Indonesia terasa bahwa lebih banyak mudharat daripada maslahatnya. Mudharat terutama yg paling kritis ialah rusaknya struktur keluarga, merasa terkhianatinya kaum perempuan dan pada gilirannya akan merusak kualitas generasi ke depan. Bagi saya mudharat ini tidak bisa dibiarkan berjalan. Dibolehnya poligini oleh Allah dan yg menurut Menag sebenarnya celahnya kecil itu TIDAK BERARTI otomatis setiap laki2 muslim boleh berpoligini sesuka hati demi menikmati hak istimewa itu. Walaupun diizinkan belum tentu sebaiknya dijalankan, terutama jika sikonnya tidak mendukung. Sebagai manusia berakal setiap keputusan besar yg berdampak pada orang lain (perempuan) dan masa depan (anak2) harus dipikirkan masak2. Kalau perlu kenyamanan dan hak istimewa laki2 itu kita tinggalkan demi kemaslahatan bagi masyarakat luas. Pilihan poligini itu adalah pilihan laki2 dan laki2 yg berakal tidak akan menjalankan sesuatu yg bermudharat besar. Point2 ini jarang saya dengar dari para ulama kecuali alm. Prof Hamka, yg jelas2 pernah saya dengar khotbahnya di televisi menganjurkan agar laki2 utk mengendalikan kelaminnya. Begitu ucapannya yg masih terngiang2 di telinga saya. Tentu Allah Maha Tahu, tetapi kita juga tahu bahwa mudharat poligini lebih besar terutama dalam lingkungan yg relatif lebih kurang terdidik sehingga tidak melihat dampak buruk yg lebih besar dan lebih jauh wawasan waktunya: generasi ke depan. Coba kita tanyakan pada preman2 di pinggir jalan, bagaimana kehidupan mereka waktu kecil. Hampir pasti semua adalah korban dari keluarga yg ditinggal ayahnya yg tidak bertanggung jawab. Mereka tidak berpendidikan dan tidak mengalami kasih sayang dan peran contoh dari seorang ayah yg bertanggung jawab. Apakah situasi bodoh spt ini ingin dipertahankan demi nama Allah? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Mari ... mari ... tapi sebelumnya, Bung, tolong jelaskan alasan untuk pembahasan mengenai maslahat vs mudharatnya poligini ini? Maaf, tapi bagi saya penting untuk tahu alasannya mengingat hukum Allah tidak bisa hanya semata menurut ukuran manusia. Sambil masing- masing kita mendata kalo memang ada maslahat dan mudharatnya ya ... Kita ketemu lagi selasa tgl 3 juli 2007 insyaallah --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan dana.pamilih@ wrote: Kita kembali ke maslahat vs mudharatnya mengenai pembahasan poligami itu. Coba tolong berikan daftar maslahat dan mudharat dari poligami dalam beberapa skenario konteks, menurut pendapat Anda. Mari kita bahas bersama2. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Lho justru itu yang tampak dari hadis. Bung Dana jangan membedakan ujaran/ucapan dengan amal. Ujaran/ucapan kan juga amal. Bukankah bersyahadat itu tidak adalah amal yang menandai Islam-nya seorang yang tadinya non-muslim? Piye tohh ...? Yang mengusik niat itu siapa to? Kan yang mulai menyinggung niat di thread ini kan bukan saya. Kok nadanya Bung ini mempertanyakan poligini yang dibolehkan Allah dan ditauladankan Rasul ya? Yang bahas hadis itu siapa? Hadis yang saya jadikan ilustrasi kan bukan jadi pokok bahasan. Justru QS 4:3 pokok bahasannya. halahhh ... ;-] Yoohhooo ... weakey weakey! --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan dana.pamilih@ wrote: Bung Satriyo Uji niat bukan pada saat diucapkan baik dalam hati maupun lisan. Uji utamanya pada amal perbuatan thd sesama manusia. Mengapa koq jadi niatnya yg diusik-usik bukan maslahat vs mudharat dari poligami? Ayo dong kita bahas saja maslahat vs mudharat dari setiap hadits ... Akan teruji mana yg bermanfaat mana yg tidak ... --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: 'Ini' yang dimaksud 'ini menunjukkan' itu apa ya? lalu yg membingungkan dalam 'urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks' dalam Islam itu yang seperti apa? apakah memang niat bisa diuji? hmmm ... parameternya apa ya? bukankah ada riwayat Rasul menegur sangat keras shahabat yang membunuh lawan tandingnya dalam sebuah peperangan padahal si lawan sudah berikrar syahadat hanya karena shahabat ini 'yakin' sesuai 'uji niat' dia bahwa ikrar syahadatnya itu hanya untuk cari selamat saja? maka Rasul menimpali, apakah muslim itu diutus untuk membelah dada orang dan melihat isinya? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dan dana.pamilih@ wrote: Ini menunjukkan bahwa urusan pernikahan terutama yg berkaitan dg kehidupan seks masih membingungkan dalam Islam ... he he ... Bagi saya sih simple aja, kita uji saja niat ybs.
[wanita-muslimah] Fw: [HKSIS] Film Dokumenter: Perempuan yang Tertuduh (27/Jun/2007)
- Original Message - From: Mira Wijaya Kusuma To: sastra pembebasan ; Coup d'etat '65 Sent: Thursday, June 28, 2007 2:19 PM Subject: [HKSIS] Film Dokumenter: Perempuan yang Tertuduh (27/Jun/2007) Bagi yang ingin melihat: Film Dokumenter: Perempuan yang Tertuduh (27/Jun/2007), please click: http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=260 PEREMPUAN yang tertuduh: Produser: Putu Oka Sukanta; Produksi: Bachtiar Widhi Utama; Data dan Riset: Putu Oka Sukanta, Lilik Munafidah; Pewawancara: Putu Oka Sukanta, Bachtiar Widhi Utama, Bondan Nusantara, Lilik Munafidah; Transkrip wawancara: Fikri, Lilik Munafidah; Penulis Naskah: Putu Oka Sukanta, Lilik Munafidah; Penata Kamera: Heri Sucahyo, Hany Pradigya, Sugiarto Prastyo, Bachtiar Widhi Utama, Lilik Munafidah; Penyunting gambar: Fikri, Lilik Munafidah; Penata Suara: Bachtiar Widhi Utama, Lilik Munafidah; Penata musik: Cahyo Harimurti; Mixing dan Mastering: Cahyo Harimurti; Aransemen lagu: Cahyo Harimurti; Grading Warna: Maxindo Utama; Sketsa Gambar: A.Gumelar; Penerjemah: Arie Kartikasari, Bachtiar Widhi Utama, Lilik Munafidah; Fotografer: Bachtiar Widhi Utama, Lilik Munafidah; Sutradara:Lilik Munafidah Didukung oleh: Para sahabat, NOVIB, sineas-sineas muda Fakultas Filem dan Televisi Institut Kesenian Jakarta. Bagi yang mau beli film-film 1. Menyemai Terang Dalam Kelam, VCD rp. 40.000, DVD Rp. 75.000, 2. Perempuan Yang Tertuduh, VCD Rp. 40.000, DVD Rp.75.000,- Ongkos kirim 10%. Kirim uang ke BCA 065.113248-6 atas nama Putu Oka Sukanta. Bukti transfer dan alamat lengkap kirimkan ke fax 021 47860766. Pengantar: PEREMPUAN yang tertuduh, bercerita tentang tragedi peristiwa '65 yang merupakan salah satu peristiwa dalam sejarah Indonesia yang patut diteliti dari banyak hal. Karena disitulah, kita bisa lihat ada titik krisi dalam membangun National Building sebagai Indonesia. Sampai saát ini, sejarah Indonesia banyak ditulis dari tokoh dan saksi-saksi laki-laki. Filem ini, mengangkat kesaksian perempuan korban tragedi '65 yang bertutur mengenai peristiwa dan kejadian yang belum terungkap sampai saát ini dan bagaimana mereka suvive dalam segi ekonomi dan sosial. Dan kesaksian-kesaksian mereka, merupakan suatu perjalanan panjang yang memberikan sumbangan sejarah sendiri. PEREMPUAN yang tertuduh (The Suspected Women), telling about '65 tragedy which one of tragedy in Indonesian history that being research from many aspects. Because, there we can see that there was one point of crisis in developing Nation Building as Indonesia. Nowadays, many of Indonesian history is written from figure and man witness. This filem, rise women witness as victim of 65 tragedy which is telling about event and tragedy which haven't been revealed till today and how they could survive in term of social and economic. And their witnesses, are long journey that have given it's own contribution to the history. Dokumen terbaru: http://www.progind.net/index.php a.. Film Dokumenter: Perempuan yang Tertuduh (27/Jun/2007) b.. Film dokumenter, Menyemai terang dalam kelam (08/Jun/2007) c.. Film dokumenter, Kado untuk Ibu (08/Jun/2007) d.. Pelarangan Buku yang Salah Larang (31/May/2007) e.. Misteri Sepotong Sejarah (04/May/2007) f.. Ketua MK: Paham Komunis Tidak Perlu Dilarang (26/Apr/2007) g.. Ihwal Penulisan Sejarah dan Peristiwa G30S (19/Mar/2007) h.. Soal Pendataan Eks Anggota PKI Tidak Dapat Ditawar-tawar (22/Feb/2007) i.. Hitorical CIA document-the role : supresison of Communists in INdonesia, (22/Feb/2007) Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ Luggage? GPS? Comic books? Check out fitting gifts for grads at Yahoo! Search. No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.476 / Virus Database: 269.9.10/873 - Release Date: 6/26/2007 11:54 PM [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: [keluarga-sejahtera] Sekolah Jadi Penjara bagi Anak
Ya, sekarang memang lagi mode 'home schooling' Kak Seto yg pertama mempopulerkannya. Mungkin ia promosi :-) Tapi sekarang zaman yg apa2 dibisniskan maka home schooling juga di bisniskan. Maka kalo dihitung biaya, sekolah rumahan dan sekolah umum juga sama saja keluar duitnya. Hanya saja sekolah rumahan tidak setiap hari. Sekarang banyak orang tua yg berpendidikan baik. Menurut saya, daripada di sekolah umum, lebih baik diajari sendiri. Hemat! Nanti setelahnya ikut ujian Kejar Paket A, B, C. Ini diakui bisa masuk universitas. Kelemahan home schooling cuma nantinya anak jadi a sosial, tidak punya teman bergaul. Tak ada keinginan untuk bersaing u belajar giat, karena semuanya dilakukan dengan santai, yg ajari kan juga orang tua sendiri dalam suasana bermain. Pokoknya sekedar bisa baca tulis dan memenuhi kurikulum yg diujikan. Jadi ada juga anak yg umur 12 tahun sudah sama dengan anak yg setingkat akhir SMP [ 15 tahun] Ada juga anak2 sekolah rumahan ini yg 'dimasyarakatkan' - dengan ikut 'sekolah', semacam ikut pengajian2 untuk lebih punya teman, juga kursus2 ketrampilan, musik, menari, olahraga. Ihsan Idol, Nia Ramadhani yg artis sinetron akhirnya juga ikut home schooling, karena jadwal mereka yg padat daripada sering bolos sekolah. Di tempat saya ada anak China, yg sejak kecil diajari sendiri oleh ortunya, tidak sekolah. Sekarang usianya mungkin 12-an sudah bisa jadi kasir dengan mesin penghitung di resto ortunya jika tidak sedang kursus musik dan melukis. Salam l.meilany - Original Message - From: Q. Ismiyanto To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, June 27, 2007 8:46 AM Subject: [keluarga-sejahtera] Sekolah Jadi Penjara bagi Anak Kak Seto: Sekolah Jadi Penjara bagi Anak Jepara, 26 Juni 2007 14:30 Ketua Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi menilai, beratnya beban kurikulum dan sedikitnya ruang bagi tumbuhnya kreativitas, menyebabkan sekolah menjadi penjara bagi peserta didik. Sistem pendidikan kita memperlakukan anak seperti robot. Anak ke sekolah harus membawa koper berisi begitu banyak buku, sampai di rumah masih harus mengerjakan PR. Habis itu terus teler, katanya di depan peserta Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional (Pirnas) di Jepara, Selasa (26/6). Seto Mulyadi yang biasa disapa Kak Seto itu menggugat, dengan beban sekolah yang demikian padat, lantas kapan anak-anak memiliki waktu untuk bermain. Padahal, katanya, bermain merupakan salah satu unsur penting dalam tumbuh kembang fisik, intelektual, dan mental anak. Sistem pendidikan yang kaku dan mengekang seperti itu, katanya, menganggap otak anak-anak tersebut kosong sehingga harus dijejali dengan berbagai hafalan materi pelajaran. Karena sekolah sudah seperti penjara bagi peserta didik, kata Kak Seto, maka ketika guru mengumumkan siswa bisa pulang lebih awal karena guru akan rapat, reaksi spontan siswa adalah kegirangan. Mereka bergembira karena bisa lepas sejenak dari penjara, katanya. Menurut dia, karena beban di sekolah berat, tidak mengherankan bila sebagian anak pada sat ini ada yang mengidap fobia sekolah (school phobia), yang manifestasinya bisa bermacam, misalnya merasa sakit, tidak enak badan, dan lainnya. Kak Seto mengatakan, beban berat tersebut tidak hanya dialami siswa di Indonesia, tetapi dihadapi siswa bangsa-bangsa lain yang ingin mengejar kemajuan, terutama bangsa-bangsa di Asia, seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan, dan lainnya. Mereka stres menghadapi situasi sekolah dan lingkungan yang begitu menekan sehingga ada yang nekat bunuh diri. Padahal semua anak ingin bersekolah dalam situasi gembira, katanya. Ia mengingatkan, kurikulum pendidikan dasar di Indonesia terlalu padat sehingga kurang memberi ruang ekpresi dan kreativitas bagi peserta didik. Padahal, pendidikan nasional bertujuan mengembangkan segenap potensi peserta didik, bukan ingin menciptakan robot atau bebek-bebek (penurut, red). Menurut dia, kreativitas dengan kedisiplinan seseorang bisa berjalan beriring karena itu keliru bila kebebasan dan kreativitas identik dengan ketidakdispilinan. Kecerdasan intelektual (IQ) bukan segala-galanya. Masih ada banyak kecerdasan yang bisa dikembangkan untuk tumbuh kembang anak, katanya. Ia memberi ilustrasi lima tokoh nasional yang memiliki prestasi istimewa di bidangnya masing-masing. B.J. Habibie yang ahli pesawat terbang, Rudy Hartono (juara tujuh kali berturut-turut All England), Rudy Salam (aktor), Rudi Hadisuwarno (tata rias), dan Rudy Choirudin (kuliner). Jadi, spektrum kecerdasan itu sangat luas. Rudi Hadisuwarno ketika kecil hobi menggunting-gunting kertas, lantas belakangan mahir gunting rambut, katanya. Pendidikan terbaik Di tempat sama, Kepala Biro Kerja Sama dan Pemasyarakatn Iptek Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr. Neni Sintawardani mengatakan, Finlandia merupakan negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia. Padahal, katanya,
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Di tempat saya yg namanya acara pengajian, ceramah, arisan adalah untuk perempuan juga laki2. Kan biasanya arisan identik dengan ibuk2 , ditempat saya tidak berlaku. Ibuk2, bapak2, anak2 juga ikut arisan. Biasanya secara spontan mereka sudah saling memisahkan diri, laki2 di ruang tamu misalnya. perempuan di ruang makan. Nanti pas makan biasanya komunikasi itu terjalin, saling meledek. Kan biasanya bapak2 dulu yg ambil makanan, baru yg perempuan [ biasanya laki2 makannya sedikit, makanya duluan] Selain itu juga masalah yg diomongin supaya lebih akrab. Laki2 biasanya ngomong masalah politik, bisnis, ekonomi, karir, teknik, mobil/gadget/motor keluaran terbaru. Perempuan ngomongin masalah anak2, sekolah, kesehatan, masalah resep masakan, baju model baru yg murah, cicilan perhiasan, panci, tas, sepatu dan yg paling utama menggosip, si artis ini si artis itu, sinetron ini sinetron itu. Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg bengong :-) Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai pembicaraan dan harus didengarin. Salam arisan l.meilany - Original Message - From: Wikan Danar Sunindyo To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 1:40 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah saya mau nanya .. sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya? kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja. dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah. yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum menikah? lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak ada masalah. salam, -- wikan http://wikan.mulltiply.com On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah]ma_suryawan, siapa itu ulama yang punya pikiran kotor - Kajian Khaataman Nabiyyiin = Untuk FLORA = menjawab HMNA
Mungkin gak nyambung : Tapi dari lubuk hati yg dalam saya hanya ingin sekedar memujikan betapa indah kalimat2 cinta yg di sampaikan Pak HMNA, walaupun sedikit Mustinya Pak HMNA juga nulis novel roman :-) Menurut saya banyak novel2 islami tapi miskin ungkapan percintaan yg indah. Karena menurut yg saya lihat, seperti novel 'ayat2 cinta' yg laris manis. Isinya hanya sekedar pendoktrinan bahwa cinta [ baca : asmara, ] tak diperlukan, cinta asmara adalah suatu hal yg tabu di percintaan Islam. Sehingga dengan mudahnya menasihati menikahlah; pokoknya asal yg satu laki2 yg satu perempuan. Dijodohkan. Mungkin belum 'kenal', mungkin belum pernah lihat satu sama lain. Setelah menikah yg perempuan juga mengertikan cinta semata-mata, untuk mengabdi pada Allah. Kisah cinta Zainab dengan Rasulullah memang banyak dinistakan seperti dulu misalnya oleh 'cerpen' nya Pak Sato. Sehingga terjadi banyak 'piktor' untuk kehidupan Rasulullah yg berkenaan dengan kisah pernikahannya. Sesungguhnya saling mencintai, tidak saling mencintai adalah hal yg manusiawi dan bukan sesuatu yg kotor. Beberapa tahun lalu saya pernah menghadiri walimahan sodara teman saya di Lebak. Mempelai wanitanya sudah terkena 'sindrom panik usia' [ usianya sudah hampir 35 tahun] ia berjilbab lebar, wajahnya lumayan, seorang pengajar di tsanawiyah. Kerjaannya kalo hari senggang menghadiri pengajian2. Jadi ia mau begitu saja disuruh ustadnya menikah dengan pria yg 5 tahun lebih muda tapi agak kaku dalam bergaul [pendiam]. Pake sistim taaruf. Cuma data yg disodorkan. Pernikahan berlangsung seminggu kemudian. Dengar2, setahun setelahnya mereka bercerai. Belum punya anak, dan suaminya konon jatuh cinta, kasmaran dengan perempuan lain yg lebih muda dan bekas murid isterinya. Dan si perempuan masih tetap menjanda sampai sekarang, padahal katanya sudah dilamar oleh seorang kyai pengelola pesantren untuk jadi isteri ke 2, tapi ia belum mengiyakan. Salam l.meilany - Original Message - From: H. M. Nur Abdurrahman To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Sunday, June 24, 2007 3:19 AM Subject: ma_suryawan, siapa itu ulama yang punya pikiran kotor -= Re: [wanita-muslimah] Kajian Khaataman Nabiyyiin = Untuk FLORA = menjawab HMNA ma_suryawan memfitnah ulama:ada yang punya pikiran kotor : Pada waktu itu orang-orang Arab mencerca habis-habisan karena beliau s.a.w. dianggap telah melanggar tradisi dengan menikahi bekas menantunya sendiri, dan para kritikus serta ulama yang punya pikiran kotor mengatakan bahwa Nabi s.a.w. telah memerintahkan menceraikan perkawinan Zaid dan Zainab karena secara diam-diam Nabi s.a.w. memang sudah jatuh cinta kepada menantunya. HMNA: 1. Saya minta pertanggungan-jawab ma_suryawan apa yang ditulisnya. Sebutkan siapa-siapa itu ulama yang punya pikiran kotor tsb. 2. Sebenarnya menurut para ulama, seperti berikut: RasuluLlah SAW berkata kepda Zainab: Zainab, aku telah merelakan Zaid untukmu. Jawab Zainab: Ya Rasulallah, aku sulit bersanding dengannya. Aku adalah wanita merdeka di antara kaumku. Aku juga adalah anak perempuan bibimu. Aku tak mungkin menikah dengannya. Tak lama berselang, Allah SWT menurunkan ayat: Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan (tidak patut) pula bagi perempuan mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, lantas mereka memilih pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka ia telah sesat, sesat yang nyata. (Al Ahzab 33:36) Zainab sama sekali tak menyangka, keengganannya untuk bersanding dengan Zaid akan menjadi penyebab turunnya ayat (33:36). Ayat ini mampu menyentuh hati Zainab: Ya Rasulallah, jika memang Allah dan RasulNya telah meridhai Zaid untukku, maka akupun tak kuasa menolaknya. Waktu terus bergulir, namun relung-relung hati mereka berdua masih hampa dari cinta. Jiwa-jiwa mereka berdua selalu bertemu tanpa rasa kasih sayang. Kemesraan di dalam rumah tangga itu layu tanpa pernah tumbuh berkembang. Pelaminan itu hanya menghasilkan suasana duka yang berkepak-kepak bagai sayap-sayap patah dan mengalirkan air mata kepedihan dari kelopak mata mereka. Bahtera cinta itupun terancam karam tanpa sempat berlayar menuju pelabuhan cinta. Zaid bin Haritsah merasa tak kuasa mengayuh biduk cintanya. Zainab binti Jahsyipun tak mampu mengembangkan layar kasihnya. Dengan membawa relung-relung hatinya yang patah, Zaid bin Haritsah mengungkapkan hasrat batinnya kepada Rasulullah saw untuk menutup kisah hidupnya dengan Zainab binti Jahsyi. Namun RasuluLlah hanya menjawab,Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah. Dan tatkala saat Zaid bin Haritsah kembali mengemukakan keinginannya untuk mengakhiri lembar-lembar rumah tangganya dengan Zainab, RasuluLlah kembali menjawab, Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah. Tak lama kemudian turunlah ayat: Dan
[wanita-muslimah] Whatever Happened to Our Respect for Women
http://www.arabnews.com/?page=13section=0article=97958d=29m=6y=2007pix=kingdom.jpgcategory=Local%20Press Thursday, 28, June, 2007 (12, Jumada al-Thani, 1428) Whatever Happened to Our Respect for Women Elham Ahmad . Al-Yaum Layla, a 45-year-old Saudi woman, wanted to renew her expired passport and so went to the Passport Department with her 50-year-old brother. At the department, the officer asked Layla for a bunch of papers. He wanted her father's death certificate, her divorce papers and a power of attorney for her brother - although her brother was the one renewing the passport. When she asked why divorce papers were required, the officer replied: You don't have legal authority over yourself so why are you talking? Your presence is not needed. Next time let only your legal guardian come here. He then asked for another paper that proves Layla is divorced and so she said to him: My expired passport says that I'm divorced. The officer retorted: And how do I know you haven't remarried? Layla tried to speak to the officer as a rational wise mature woman, but this was useless. She had to hide behind her brother and accept the bitter reality. If she did not, then the angry official would find hundred excuses not to complete her papers. To have authority over oneself is a luxury that allows one to make the right decisions and become a responsible individual. Layla's papers will soon be completed and she will be able to renew her passport. However, she could not get over the fact that in spite of being 45 she is still treated like an underaged child. How can she accept the fact that she has no authority over herself? Layla is a mother of two young men who are contributing to Saudi society. As a single mother she has followed up on their paperwork in governmental bodies; she has taken an interest in their education and has managed her finances very well. However, she is treated as a teenager and forced to deal with life through another man. Who taught that officer - and others of the same mentality - to make such statements? Are there any regulations that allow this type of treatment? Or is it a tradition to degrade women? It seems that most men are more concerned with establishing their superiority and dominating society. The problem is that even if there is a group of educated and rational people who respect and understand women, they end up losing their distinguished traits when exposed to society. They are categorized as weak and unmanly for allowing women to be their partners and not slaves. Another young woman went to the airport - accompanying her mother - to catch a flight abroad. She had written permission from her father stating his approval for his daughter to travel by herself. He was on a business trip outside the Kingdom. The police officer asked her: How do I know that this paper is not fake? He then insisted on not allowing her to travel. When she tried to get some sense into his head, he provided her with the perfect solution. Go find yourself a Saudi male guardian, he told her. She of course missed her flight. Sometimes I blame society, sometimes I blame the law and sometimes I become perplexed. How can I stop one of my friends from migrating to another country where she is able to earn respect as a human being regardless of her gender? How can I convince her to stay when I'm suffering profoundly knowing that women - who were respected, trusted and praised by the Prophet (peace be upon him) in their ability to give advice and help during wars - are being degraded in the name of protection? Why does the public sector insist on hiring narrow-minded individuals who reject situations that they are not programmed to deal with? What would the Passport Department think if these were the experiences of their wives, daughters and mothers? [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Sebulan lalu saya menghadiri acara pernikahan teman milis di Jateng. Mereka orang Islam, pake tatacara islam, terpisah gak ada acara adat. Pengantin perempuan memakai kerudung yg di hias menarik sebagai pakaian pengantin. Begitu juga pagar ayu perempuan semua memakai kain kebaya dan berkerudung. Duduk tamu dipisahkan oleh sebuah jalanan setapak. Maklum pestanya di rumah dikawasan perkampungan padat. Beberapa rumah tetangga jadi ketempatan. Laki2 sebelah kiri perempuan sebelah kanan. Begitu juga hidangan meski sama jenisnya di pisahkan. Sampai beberapa saat masih teratur. Laki2 di kiri, perempuan di kanan. Saya mungkin untuk bukan orang sekitar sana, datang paling pertama duduk di kelompok perempuan. Saya manyun, bengong gak ada yg kenal. Mereka saling ribut sendiri, ngomong yg saya musti mikir dulu artinya apa [ maklum bahasa jawa saya sangat memprihatinkan]. Paling2 cuma tersenyum, mengangguk-angguk. Tidak nyaman rasanya karena merasa terasing. Kemudian berdatangan teman2 milis lainnya yg kebanyakan pria, maka saya putuskan bergabung dengan mereka. kemudian akhirnya kami membentuk klompok sendiri; laki2 dan perempuan duduk bersama membentuk lingkaran. Dan akhirnya aturan itu bubar jalan, karena banyak pasangan2 teman2 mempelai yg datang dari luar kota. Ya akhirnya mereka duduk bersisihan. Masak datang berdua, duduknya terpisah, yg satu entah dimana? Lagian apa sepanjang pesta mereka cuma duduk, makan dan diam karena kurang mengenal satu sama lain? Salam l.meilany - Original Message - From: Dwi W. Soegardi To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 8:59 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah On 6/26/07, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Halah mas Dwi, masak harus join padhang mbulan dulu buat baca, bisa nggak kalau sekedar dipostingkan kesini. Makasih lho piye mas, kan sudah saya lampirkan lengkap di bawah signature =DWS :-) silakan dibaca ulang (ya sudah saya lampirkan lagi) makasih juga. http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021 Mengenai resepsi berhijab yang aneh, pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy. Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. di pelaminan, sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya referensi dicek. Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita pengalamannya menerima undangan resepsi dengan keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam, masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak islami? Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat undangan walimahan. Sesuai dengan adat Arab, kaum pria di satu tempat dan kaum perempuan di tempat lain. Benar-benar terpisah, nggak perlu pembatas artifisial lagi, nggak ada daerah abu-abu. Tentu saja kalo keluar ruangan, di parkiran campur baur tidak ada larangan. Saya sih tidak ada kesan apa-apa, wong cuma antar laki-laki kumpul, paling ngobrol dan makan. Nah yang seru ini di bagian perempuan. Istri saya, waktu pertama kali menghadiri, nyaris tidak kenal sama teman-temannya. Lha tidak satupun temannya yang kerudungan lagi di dalam. Datang turun dari mobil masih 'seragam' lengkap, terus masuk kamar ganti, keluar dengan baju pesta. Tidak lagi abaya, malah U can C mayoritas. Kosmetik dan dandanan menor. Kalau perlu rambut blonde bak Madonna. Musiknya hot lagi, irama padang pasir, mengaluni tarian eksotis. Istri saya cuma minggir saja gabung dengan ibu-ibu senior. Ibu-ibu ini nggak cuma ngrumpi dan ngemil, tapi observasi gadis-gadis yang berdansa-dansi dan nantinya menyalurkan informasi penting untuk para perjaka :-) Satu hal yang rada ketinggalan dibanding di Indonesia, adalah tidak adanya panitia seksi panggil-memanggil. Terpaksa deh tunggu-tungguan. Dan rata-rata hadirin mengikuti acara bebas sampai akhir waktu. Di salah satu walimah di Pasar Minggu, pernah dulu saya memakai jasa seksi panggil-memanggil ini sampai 4-5 kali. Maklum bawa bayi, janjiannya saya makan dulu, selesai makan saya panggil istri, bayi diambil alih, habis itu istri selesai makan kembali bayi dioper. Begitu juga waktu mau salat. Habis pembatasnya tinggi banget, nggak bisa sekedar melambai-lambai Teringat dulu tahun 70-an di Jawat Timur, belum umum resepsi di gedung, biasanya walimah diadakan di rumah. Otomatis tanpa dikomando panitia, ibu-ibu masuk ruangan dalam, dan bapak-bapak di bawah tenda. Kalau ada perlu, nggak perlu lewat mikropon, cukup minta tolong hadirin lain untuk memanggilkan. Maklum semua hadirin saling kenal akrab, bukan sekedar lantaran koneksi bisnis. Juga tidak pernah dilihat ada yang diusir-usir 'satpam' kalau ada laki-laki dekat-dekat
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Dapat saya beritahukan bahwa bukan saja di USA dan Tiongkok mempunyai imam wanita tetapi juga di Swedia. Kabar baik ataukah kabar buruk bagi kaum wanita muslimah di Indonesia? Wass, - Original Message - From: L.Meilany To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, June 29, 2007 1:09 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah Di tempat saya yg namanya acara pengajian, ceramah, arisan adalah untuk perempuan juga laki2. Kan biasanya arisan identik dengan ibuk2 , ditempat saya tidak berlaku. Ibuk2, bapak2, anak2 juga ikut arisan. Biasanya secara spontan mereka sudah saling memisahkan diri, laki2 di ruang tamu misalnya. perempuan di ruang makan. Nanti pas makan biasanya komunikasi itu terjalin, saling meledek. Kan biasanya bapak2 dulu yg ambil makanan, baru yg perempuan [ biasanya laki2 makannya sedikit, makanya duluan] Selain itu juga masalah yg diomongin supaya lebih akrab. Laki2 biasanya ngomong masalah politik, bisnis, ekonomi, karir, teknik, mobil/gadget/motor keluaran terbaru. Perempuan ngomongin masalah anak2, sekolah, kesehatan, masalah resep masakan, baju model baru yg murah, cicilan perhiasan, panci, tas, sepatu dan yg paling utama menggosip, si artis ini si artis itu, sinetron ini sinetron itu. Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg bengong :-) Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai pembicaraan dan harus didengarin. Salam arisan l.meilany - Original Message - From: Wikan Danar Sunindyo To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 1:40 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah saya mau nanya .. sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya? kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja. dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah. yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum menikah? lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak ada masalah. salam, -- wikan http://wikan.mulltiply.com On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. [Non-text portions of this message have been removed] -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.476 / Virus Database: 269.9.10/873 - Release Date: 6/26/2007 11:54 PM [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Pulang Dari Arab TKW Teler Dibius
http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=34840ik=2 Pulang Dari Arab TKW Teler Dibius Kamis 28 Juni 2007, Jam: 10:42:00 TANGERANG (Pos Kota) - Sindikat penjahat dengan modus bius gentayangan mengincar para TKW yang baru pulang dari luar negeri. Penampilan yang lugu, dimanfaatkan penjahat untuk memperdaya para wanita yang baru pulang mengais rezeki di negeri orang, yang tak jarang membawa uang dalam jumlah besar. Nasib malang ini dialami Ngatirah,28, yang baru saja menginjakkan kaki di Bandara Soekarno Hatta setibanya dari bekerja di Arab Saudi. Dia tergeletak tak sadarkan diri di depan loket saat akan membeli tiket menuju Yogyakarta, Senin (26/6) malam. Wanita ini teler setelah menenggak air mineral yang dioplos dengan obat bius yang disuguhkan oleh lelaki yang baru dikenalnya di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta. Uang Rp 32 juta hasil bekerja di Arab Saudi nyaris dibawa kabur pria tersebut. Beruntung, pelakunya berhasil dibekuk saat itu juga. Setiyantoro,30, pria yang baru saja dikenal oleh korban langsung dibekuk karena dia berpura-pura sibuk akan menolong korban. Padahal pelaku mengambil tas milik korban berisi uang tunai Rp 32 juta lalu buru-buru kabur. Curiga terhadap gelagat pelaku, pihak keamanan bandara lalu mengejar dan menginterogasinya, namun lelaki ini gelagapan.Tak ayal lagi ia langsung digelandang petugas, saat digeledah di dalam tas pelaku ditemukan puluhan butir pil yang diduga obat tidur yang dipakai untuk mengoplos minuman. Ngatirah yang teler langsung dilarikan ke RS Polri Kramatjati. Hingga semalam petugas belum bisa memintai keterangan Ngatinah karena wanita ini belum sadarkan diri. Korban belum bisa kita mintai keterangan, kondisinya masih belum sadar. Sedangkan pelakunya kita kembangkan ke Bandung karena dugaan kuat ini jaringan, jelas petugas Polres Khusus Bandara Soekarno Hatta yang menangani kasus ini. BERLAGAK AKRAB Keterangan yang diperoleh, sekitar Pk 20:00, Ngatirah baru saja pulang bekerja di Arab Saudi. Dia bermaksud melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta untuk menuju kampungnya di daerah Bantul. Korban yang ingin membeli tiket pesawat menuju Yogyakarta kemudian dihampiri oleh seorang lelaki yang belakangan diketahui bernama Setiyantoro. Dengan sikap ramah, lelaki ini juga mengaku akan pergi ke Yogyakarta. Karena memiliki tujuan yang sama, sebelum membeli tiket keduanya mengobrol di ruang tunggu terminal 2 Bandara Soekarno Hatta. Saat itulah pelaku memberi air mineral kepada korban yang sebelumnya sudah dioplos dengan obat tidur. Sekitar setengah jam kemudian, ketika akan membeli tiket, Ngatirah ambruk di depan loket sehingga membuat calon penumpang lainnya panik. Melihat korban terjatuh, Setiyantoro berlagak mencoba menolong korban, namun disaat menggotong korban inilah dengan cepat ia mengambil tas korban. Menurut Kasat Reskrim Polres Khusus Bandara Soekarno Hatta, Kompol Taufik Hidayat, pihaknya masih melakukan penyelidikan terhadap pelaku. Tidak menutup kemungkinan pelaku merupakan pemain lama yang punya sindikat tersendiri, katanya. Dia meminta agar para TKW dan warga lainnya tetap waspada terhadap orang-orang yang baru dikenal dan menyuguhkan minuman atapun makanan. Kasus kejahatan dengan modus bius kerap terjadi di Bandara Soekarno Hatta [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Egypt outlaws female circumcision
link: http://english.aljazeera.net/NR/exeres/04A6BE36-A265-475A-B8D1-C8E0A4298A69.htm Egypt has banned all female circumcision, the widely-practised removal of the clitoris which just days ago cost the life of a 12-year-old girl in the country. Hatem al-Gabali, the health minister, decided on Thursday to ban every doctor and member of the medical profession, in public or private establishments, from carrying out a clitoridectomy. Any circumcision will be viewed as a violation of the law and all contraventions will be punished, a ministry official said. A survey in 2000 said the practice was carried out on 97 per cent of the country's women. 'Loophole' closed The health ministry's step cancelled a 1996 provision to the law which had permitted circumcision in situations of illness should doctors advise it. The measure to outlaw the practice entirely came after a girl died while undergoing the procedure at a private medical clinic last week. Budour Ahmed Shaker died in the southern province of Minya, south of Cairo, after she was given a heavy dose of anaesthetic, security sources said. She had been taken to the clinic by her mother but died before she could be transferred to a hospital. The practice, which affects both Muslim and Christian women in Egypt, is believed to have begun in the time of the pharoahs.
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Mei : Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg bengong :-) Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai pembicaraan dan harus didengarin. - Janoko : Engga cuma bengong, tapi juga menciptaan suasana syeerrr, soale yang namanya manusia itu kalau lihat lawan jenisnya pasti ..kecuali kalau yang dodhol.. Dari diskusi kali ini kita bisa mengambil kesimpulan kalau ajaran Islam tersebut mengandung ilmu jiwa yang sangat luar biasa. Gitu dulu Salam --oo0oo-- Di tempat saya yg namanya acara pengajian, ceramah, arisan adalah untuk perempuan juga laki2. Kan biasanya arisan identik dengan ibuk2 , ditempat saya tidak berlaku. Ibuk2, bapak2, anak2 juga ikut arisan. Biasanya secara spontan mereka sudah saling memisahkan diri, laki2 di ruang tamu misalnya. perempuan di ruang makan. Nanti pas makan biasanya komunikasi itu terjalin, saling meledek. Kan biasanya bapak2 dulu yg ambil makanan, baru yg perempuan [ biasanya laki2 makannya sedikit, makanya duluan] Selain itu juga masalah yg diomongin supaya lebih akrab. Laki2 biasanya ngomong masalah politik, bisnis, ekonomi, karir, teknik, mobil/gadget/motor keluaran terbaru. Perempuan ngomongin masalah anak2, sekolah, kesehatan, masalah resep masakan, baju model baru yg murah, cicilan perhiasan, panci, tas, sepatu dan yg paling utama menggosip, si artis ini si artis itu, sinetron ini sinetron itu. Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg bengong :-) Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai pembicaraan dan harus didengarin. Salam arisan l.meilany - Original Message - From: Wikan Danar Sunindyo To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 1:40 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah saya mau nanya .. sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya? kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja. dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah. yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum menikah? lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak ada masalah. salam, -- wikan http://wikan.mulltiply.com On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. [Non-text portions of this message have been removed] Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: [thecopymakers] translator Indo-Arab (IKLAN)
Ada yang bisa bantu? Langsung kirim emailvia japri ke: [EMAIL PROTECTED] Iyon [EMAIL PROTECTED] wrote: guys... ada yang kenal atau tau info utk translator bahasa Indonesia - Arab gak? Mungkin ada temen2 masa kuliah atau emang profesional yang ngerti soal bahasa iklan juga. tulung tulung yak.. tolong japri ke [EMAIL PROTECTED] atau bang sms 0811 811 601 terima kasihku kuucapkan Rgds (((iyon))) dentsu indonesia creative dept. BEGIN:VCARD VERSION:2.1 N:;(iyon FN:(((iyon))) TEL;WORK;VOICE:DI-CRT TEL;CELL;VOICE:+6281314505035 EMAIL;PREF;INTERNET:[EMAIL PROTECTED] EMAIL;INTERNET:[EMAIL PROTECTED] REV:20070629T043638Z END:VCARD e-mail: [EMAIL PROTECTED] blog: http://mediacare.blogspot.com - Bored stiff? Loosen up... Download and play hundreds of games for free on Yahoo! Games. [Non-text portions of this message have been removed]