[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi...boleh jadi masalah pahala ini pun harus di revisi sesuai kebutuhan zaman... saya lihat sekarang ini banyak orang berpikir manusia untuk agama padahal seharunya bukankah agama itu untuk manusia...jadi agama yang harus dirubah untuk memenuhi kebutuhan manusia bukan sebaliknya:)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Awan Biru [EMAIL PROTECTED] wrote: He...he... Quote hebat hari ini.. terutama buat yang suka cara pahala... Korupsilah yang banyak dan sumbangkan seperempatnya untuk amal maka kamu akan dapat pahala 1.5 kali dari nilai korupsimu.. Persamaan Matematiknya Pahala Korupsi = ( Percentage * Nilai Korupsi ) * 10 - Nilai Korupsi Salam AB Note Sayang teman yang suka cari pahala sudah lama nggak nongol di WM ini. Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Ya, pahala berasal dari kosa kata Sanskerta phala yang artinya buah atau balasan. Setiap agama mengajarkan konsep pahala. Yang saya sayangkan ialah penyalah-gunaan konsep pahala. Misalnya, korupsi 1 milyar lalu diamalkan 250 juta. Oleh karena Tuhan hanya menghukum kesalahan sebesar kesalahan yang dibuat, maka kesalahan koruptor itu ya hanya 1 milyar. Lalu, karena dia beramal 250 juta akan dapat pahala minimal 10 kali lipat, berarti besarnya pahala 2,5 milyar. Oleh karena pahala dikurangi dosa masih ada pahala sebesar 1,5 milyar; maka makin besar korupsi makin besar pahalanya, hahaha.. Maka.., orang-orang Islam yang menjabat di negara terus korupsi Sertifikat halal terus ada dan diperbesar, sehingga air minum yang dari Alqurannya sudah dinyatakan halal, masih harus diberi label halal. Bagaimana ini MUI koq malah melanggar Alquran? Wasalam, chodjim - Original Message - From: rsa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, November 16, 2007 11:40 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada kata yang maknanya 'balasan/reward' ... tul ga mas chodjim...?! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Betul mba, hitung menghitung pahala kayak gitu malah jadi menjauhkan kita dari yang kita tuju. Solat iya...tapi korupsi jalan terus, soale ada buku debit kredit pahala-dosa, yang di akhir bulan nanti bisa direkonsiliasi atau dikonsolidasi. Nggak bisa kita mengubah karakter kalo tembok mental credit debit itu belum runtuh - ini yang namanya mental sekular yang dsalahkaprahi. Tapi jangan salah mba. Orang Indonesia harus berhitung (efisien) dalam soal kekayaan alam, rencana hidup/kerja, yang seperti itulah. Kalo nggak berhitung cermat terus2an kekayaan alam dan HR kita disedot keluar tanpa langsung bermanfaat untuk kita sendiri. Duh, dari dulu sampe sekarang kita hobi jual aset negara nih, plus utang. Saya mengagumi Pak Amin Rais yang kritis dalam hal ini...lo kok jadi nyasar ke AR, soale dia emang yang paling jujur dalam hal ini. Selain Arab, ada juga yang jago hitung berhitung...orang India termasuk tetangga2nya...hehehe.. Kita juga masyarakat berhitung mba...wong semua orang berhitung, tapi apa yang dihitung itu bisa beda2. Dan kita juga komunal kok, semua orang juga komunal, tapi yang jadi basis komunal itu beda2. Orang Indonesia relatif kurang berhitung (i.e kurang efisien) kalo itu masalah natural resources, untung rugi duit/usaha, fisik lahiriah yang semacam itulah...wong alamnya ramah, mild, nggak ekstrim seperti di Arab dan India sono - kecuali kalo lagi gempa dan gunung api batuk, ini ngagetin. Tapi orang Indo berhitung banget soal moral, nama baik, masalah psikologis-spiritual gitu lah. Makanya kalo salah kaprah, jadi mengejar 'kesalehan pribadi' menurut istilah mba Chae. Orang Arab cenderung berhitung banget dengan resources ato sumber pendapatan karena alamnya keras. India alamnya ekstrim tapi jelas lebih kaya dibandingkan Arab. Di India agama nggak ada nilainya, kecuali itu relevan dengan kehidupannya sehari2 (apa ini namanya agama yang membumi? dalam kehidupan spiritual konon katanya India itu di garda terdepan). Umpamanya tuh, orang Indonesia ngarepin sorga nantiii...karena udah di sorga di dunia, orang India Arab ngarepin sorganya sekarangsoale mesti kerja keras untuk menaklukkan alam. Tapi orang Indonesia yang selalu siap
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Bisa ibu tunjukkan, persisnya riwayat/hadis mana yang isinya Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi... ...? Ibu yakin agama (karena kita milis muslim yang memeluk Islam, beriman pada Al-Quran dan Hadis) yaitu Islam harus diubah? Bisa jelaskan maksud ibu ini apa? terima kasih. satriyo ;-] --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi...boleh jadi masalah pahala ini pun harus di revisi sesuai kebutuhan zaman... saya lihat sekarang ini banyak orang berpikir manusia untuk agama padahal seharunya bukankah agama itu untuk manusia...jadi agama yang harus dirubah untuk memenuhi kebutuhan manusia bukan sebaliknya:)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Awan Biru gsuus2004@ wrote: He...he... Quote hebat hari ini.. terutama buat yang suka cara pahala... Korupsilah yang banyak dan sumbangkan seperempatnya untuk amal maka kamu akan dapat pahala 1.5 kali dari nilai korupsimu.. Persamaan Matematiknya Pahala Korupsi = ( Percentage * Nilai Korupsi ) * 10 - Nilai Korupsi Salam AB Note Sayang teman yang suka cari pahala sudah lama nggak nongol di WM ini. Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ya, pahala berasal dari kosa kata Sanskerta phala yang artinya buah atau balasan. Setiap agama mengajarkan konsep pahala. Yang saya sayangkan ialah penyalah-gunaan konsep pahala. Misalnya, korupsi 1 milyar lalu diamalkan 250 juta. Oleh karena Tuhan hanya menghukum kesalahan sebesar kesalahan yang dibuat, maka kesalahan koruptor itu ya hanya 1 milyar. Lalu, karena dia beramal 250 juta akan dapat pahala minimal 10 kali lipat, berarti besarnya pahala 2,5 milyar. Oleh karena pahala dikurangi dosa masih ada pahala sebesar 1,5 milyar; maka makin besar korupsi makin besar pahalanya, hahaha.. Maka.., orang-orang Islam yang menjabat di negara terus korupsi Sertifikat halal terus ada dan diperbesar, sehingga air minum yang dari Alqurannya sudah dinyatakan halal, masih harus diberi label halal. Bagaimana ini MUI koq malah melanggar Alquran? Wasalam, chodjim - Original Message - From: rsa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, November 16, 2007 11:40 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada kata yang maknanya 'balasan/reward' ... tul ga mas chodjim...?! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Misalnya saja soal persepuluhan dalam kita taurat di tafsir ulang pada zakat pertanian dan peternakan. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: Bisa ibu tunjukkan, persisnya riwayat/hadis mana yang isinya Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi... ...? Ibu yakin agama (karena kita milis muslim yang memeluk Islam, beriman pada Al-Quran dan Hadis) yaitu Islam harus diubah? Bisa jelaskan maksud ibu ini apa? terima kasih. satriyo ;-] --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi...boleh jadi masalah pahala ini pun harus di revisi sesuai kebutuhan zaman... saya lihat sekarang ini banyak orang berpikir manusia untuk agama padahal seharunya bukankah agama itu untuk manusia...jadi agama yang harus dirubah untuk memenuhi kebutuhan manusia bukan sebaliknya:)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Awan Biru gsuus2004@ wrote: He...he... Quote hebat hari ini.. terutama buat yang suka cara pahala... Korupsilah yang banyak dan sumbangkan seperempatnya untuk amal maka kamu akan dapat pahala 1.5 kali dari nilai korupsimu.. Persamaan Matematiknya Pahala Korupsi = ( Percentage * Nilai Korupsi ) * 10 - Nilai Korupsi Salam AB Note Sayang teman yang suka cari pahala sudah lama nggak nongol di WM ini. Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ya, pahala berasal dari kosa kata Sanskerta phala yang artinya buah atau balasan. Setiap agama mengajarkan konsep pahala. Yang saya sayangkan ialah penyalah-gunaan konsep pahala. Misalnya, korupsi 1 milyar lalu diamalkan 250 juta. Oleh karena Tuhan hanya menghukum kesalahan sebesar kesalahan yang dibuat, maka kesalahan koruptor itu ya hanya 1 milyar. Lalu, karena dia beramal 250 juta akan dapat pahala minimal 10 kali lipat, berarti besarnya pahala 2,5 milyar. Oleh karena pahala dikurangi dosa masih ada pahala sebesar 1,5 milyar; maka makin besar korupsi makin besar pahalanya, hahaha.. Maka.., orang-orang Islam yang menjabat di negara terus korupsi Sertifikat halal terus ada dan diperbesar, sehingga air minum yang dari Alqurannya sudah dinyatakan halal, masih harus diberi label halal. Bagaimana ini MUI koq malah melanggar Alquran? Wasalam, chodjim - Original Message - From: rsa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, November 16, 2007 11:40 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada kata yang maknanya 'balasan/reward' ... tul ga mas chodjim...?! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
saya ulang agar bisa menjawab pertanyaan saya: Bisa ibu tunjukkan, persisnya riwayat/hadis mana yang isinya Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi... ...? Ibu yakin agama (karena kita milis muslim yang memeluk Islam, beriman pada Al-Quran dan Hadis) yaitu Islam harus diubah? Bisa jelaskan maksud ibu ini apa? terima kasih. ringkasnya, bu, 2 pertanyaan saya itu (tidak ada satupun yang ibu jawab) [1] mana hadis atau riwayatnya? [2] Ibu mau Islam berubah bagaimana/spt apa? terima kasih satriyo ;-] --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Misalnya saja soal persepuluhan dalam kita taurat di tafsir ulang pada zakat pertanian dan peternakan. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Bisa ibu tunjukkan, persisnya riwayat/hadis mana yang isinya Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi... ...? Ibu yakin agama (karena kita milis muslim yang memeluk Islam, beriman pada Al-Quran dan Hadis) yaitu Islam harus diubah? Bisa jelaskan maksud ibu ini apa? terima kasih. satriyo ;-] --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi...boleh jadi masalah pahala ini pun harus di revisi sesuai kebutuhan zaman... saya lihat sekarang ini banyak orang berpikir manusia untuk agama padahal seharunya bukankah agama itu untuk manusia...jadi agama yang harus dirubah untuk memenuhi kebutuhan manusia bukan sebaliknya:)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Awan Biru gsuus2004@ wrote: He...he... Quote hebat hari ini.. terutama buat yang suka cara pahala... Korupsilah yang banyak dan sumbangkan seperempatnya untuk amal maka kamu akan dapat pahala 1.5 kali dari nilai korupsimu.. Persamaan Matematiknya Pahala Korupsi = ( Percentage * Nilai Korupsi ) * 10 - Nilai Korupsi Salam AB Note Sayang teman yang suka cari pahala sudah lama nggak nongol di WM ini. Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ya, pahala berasal dari kosa kata Sanskerta phala yang artinya buah atau balasan. Setiap agama mengajarkan konsep pahala. Yang saya sayangkan ialah penyalah-gunaan konsep pahala. Misalnya, korupsi 1 milyar lalu diamalkan 250 juta. Oleh karena Tuhan hanya menghukum kesalahan sebesar kesalahan yang dibuat, maka kesalahan koruptor itu ya hanya 1 milyar. Lalu, karena dia beramal 250 juta akan dapat pahala minimal 10 kali lipat, berarti besarnya pahala 2,5 milyar. Oleh karena pahala dikurangi dosa masih ada pahala sebesar 1,5 milyar; maka makin besar korupsi makin besar pahalanya, hahaha.. Maka.., orang-orang Islam yang menjabat di negara terus korupsi Sertifikat halal terus ada dan diperbesar, sehingga air minum yang dari Alqurannya sudah dinyatakan halal, masih harus diberi label halal. Bagaimana ini MUI koq malah melanggar Alquran? Wasalam, chodjim - Original Message - From: rsa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, November 16, 2007 11:40 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada kata yang maknanya 'balasan/reward' ... tul ga mas chodjim...?! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Silahkan dirunut riwayat Hidup Nabi Muhammad saw. Agar lebih jelas bisa anda lihat bagaimana posisi Taurat, bagaimana pernyataan Qur'an terhadap Taurat dan bagaimana implementasi taurat dan Qur'an di masa hidup Rasul... ayooo dong jangan mau di suapin terusss ahhh;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: saya ulang agar bisa menjawab pertanyaan saya: Bisa ibu tunjukkan, persisnya riwayat/hadis mana yang isinya Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi... ...? Ibu yakin agama (karena kita milis muslim yang memeluk Islam, beriman pada Al-Quran dan Hadis) yaitu Islam harus diubah? Bisa jelaskan maksud ibu ini apa? terima kasih. ringkasnya, bu, 2 pertanyaan saya itu (tidak ada satupun yang ibu jawab) [1] mana hadis atau riwayatnya? [2] Ibu mau Islam berubah bagaimana/spt apa? terima kasih satriyo ;-] --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Misalnya saja soal persepuluhan dalam kita taurat di tafsir ulang pada zakat pertanian dan peternakan. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Bisa ibu tunjukkan, persisnya riwayat/hadis mana yang isinya Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi... ...? Ibu yakin agama (karena kita milis muslim yang memeluk Islam, beriman pada Al-Quran dan Hadis) yaitu Islam harus diubah? Bisa jelaskan maksud ibu ini apa? terima kasih. satriyo ;-] --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi...boleh jadi masalah pahala ini pun harus di revisi sesuai kebutuhan zaman... saya lihat sekarang ini banyak orang berpikir manusia untuk agama padahal seharunya bukankah agama itu untuk manusia...jadi agama yang harus dirubah untuk memenuhi kebutuhan manusia bukan sebaliknya:)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Awan Biru gsuus2004@ wrote: He...he... Quote hebat hari ini.. terutama buat yang suka cara pahala... Korupsilah yang banyak dan sumbangkan seperempatnya untuk amal maka kamu akan dapat pahala 1.5 kali dari nilai korupsimu.. Persamaan Matematiknya Pahala Korupsi = ( Percentage * Nilai Korupsi ) * 10 - Nilai Korupsi Salam AB Note Sayang teman yang suka cari pahala sudah lama nggak nongol di WM ini. Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ya, pahala berasal dari kosa kata Sanskerta phala yang artinya buah atau balasan. Setiap agama mengajarkan konsep pahala. Yang saya sayangkan ialah penyalah-gunaan konsep pahala. Misalnya, korupsi 1 milyar lalu diamalkan 250 juta. Oleh karena Tuhan hanya menghukum kesalahan sebesar kesalahan yang dibuat, maka kesalahan koruptor itu ya hanya 1 milyar. Lalu, karena dia beramal 250 juta akan dapat pahala minimal 10 kali lipat, berarti besarnya pahala 2,5 milyar. Oleh karena pahala dikurangi dosa masih ada pahala sebesar 1,5 milyar; maka makin besar korupsi makin besar pahalanya, hahaha.. Maka.., orang-orang Islam yang menjabat di negara terus korupsi Sertifikat halal terus ada dan diperbesar, sehingga air minum yang dari Alqurannya sudah dinyatakan halal, masih harus diberi label halal. Bagaimana ini MUI koq malah melanggar Alquran? Wasalam, chodjim - Original Message - From: rsa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, November 16, 2007 11:40 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada kata yang maknanya 'balasan/reward' ... tul ga mas chodjim...?! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
kapan anda pernah nyuapin saya? please deh ... ini bukan arisan bo! ;) jika tidak bisa jawab, terus terang saja, bu. dare to say 'i don;t know' ... gitu aja ko repot...! ada yang lain yang bisa banti chae yang lagi mentok ini? saya ulang pertanyaan saya buat chairunisa mahadewi ini: [1] mana hadis atau riwayatnya? (mohon scroll up/back buat ref statement yang saya pertanyakan) [2] Ibu (=chae) mau Islam berubah bagaimana/spt apa? (buat yang ini ya hanya si ibu chae satu ini yang bisa jawab ... tap ...) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Silahkan dirunut riwayat Hidup Nabi Muhammad saw. Agar lebih jelas bisa anda lihat bagaimana posisi Taurat, bagaimana pernyataan Qur'an terhadap Taurat dan bagaimana implementasi taurat dan Qur'an di masa hidup Rasul... ayooo dong jangan mau di suapin terusss ahhh;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: saya ulang agar bisa menjawab pertanyaan saya: Bisa ibu tunjukkan, persisnya riwayat/hadis mana yang isinya Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi... ...? Ibu yakin agama (karena kita milis muslim yang memeluk Islam, beriman pada Al-Quran dan Hadis) yaitu Islam harus diubah? Bisa jelaskan maksud ibu ini apa? terima kasih. ringkasnya, bu, 2 pertanyaan saya itu (tidak ada satupun yang ibu jawab) [1] mana hadis atau riwayatnya? [2] Ibu mau Islam berubah bagaimana/spt apa? terima kasih satriyo ;-] --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Misalnya saja soal persepuluhan dalam kita taurat di tafsir ulang pada zakat pertanian dan peternakan. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: Bisa ibu tunjukkan, persisnya riwayat/hadis mana yang isinya Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi... ...? Ibu yakin agama (karena kita milis muslim yang memeluk Islam, beriman pada Al-Quran dan Hadis) yaitu Islam harus diubah? Bisa jelaskan maksud ibu ini apa? terima kasih. satriyo ;-] --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Nabi banyak memberi contoh untuk melakukan tafsir ulang terhadap bentuk2 yang memang sudah tidak bisa membumi lagi...boleh jadi masalah pahala ini pun harus di revisi sesuai kebutuhan zaman... saya lihat sekarang ini banyak orang berpikir manusia untuk agama padahal seharunya bukankah agama itu untuk manusia...jadi agama yang harus dirubah untuk memenuhi kebutuhan manusia bukan sebaliknya:)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Awan Biru gsuus2004@ wrote: He...he... Quote hebat hari ini.. terutama buat yang suka cara pahala... Korupsilah yang banyak dan sumbangkan seperempatnya untuk amal maka kamu akan dapat pahala 1.5 kali dari nilai korupsimu.. Persamaan Matematiknya Pahala Korupsi = ( Percentage * Nilai Korupsi ) * 10 - Nilai Korupsi Salam AB Note Sayang teman yang suka cari pahala sudah lama nggak nongol di WM ini. Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ya, pahala berasal dari kosa kata Sanskerta phala yang artinya buah atau balasan. Setiap agama mengajarkan konsep pahala. Yang saya sayangkan ialah penyalah-gunaan konsep pahala. Misalnya, korupsi 1 milyar lalu diamalkan 250 juta. Oleh karena Tuhan hanya menghukum kesalahan sebesar kesalahan yang dibuat, maka kesalahan koruptor itu ya hanya 1 milyar. Lalu, karena dia beramal 250 juta akan dapat pahala minimal 10 kali lipat, berarti besarnya pahala 2,5 milyar. Oleh karena pahala dikurangi dosa masih ada pahala sebesar 1,5 milyar; maka makin besar korupsi makin besar pahalanya, hahaha.. Maka.., orang-orang Islam yang menjabat di negara terus korupsi Sertifikat halal terus ada dan diperbesar, sehingga air minum yang dari Alqurannya sudah dinyatakan halal, masih harus diberi label halal. Bagaimana ini MUI koq malah melanggar Alquran? Wasalam, chodjim - Original Message - From: rsa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, November 16, 2007 11:40 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
makin besar pahalanya, hahaha.. Maka.., orang-orang Islam yang menjabat di negara terus korupsi Sertifikat halal terus ada dan diperbesar, sehingga air minum yang dari Alqurannya sudah dinyatakan halal, masih harus diberi label halal. Bagaimana ini MUI koq malah melanggar Alquran? Wasalam, chodjim - Original Message - From: rsa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, November 16, 2007 11:40 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada kata yang maknanya 'balasan/reward' ... tul ga mas chodjim...?! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
) * 10 - Nilai Korupsi Salam AB Note Sayang teman yang suka cari pahala sudah lama nggak nongol di WM ini. Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ya, pahala berasal dari kosa kata Sanskerta phala yang artinya buah atau balasan. Setiap agama mengajarkan konsep pahala. Yang saya sayangkan ialah penyalah-gunaan konsep pahala. Misalnya, korupsi 1 milyar lalu diamalkan 250 juta. Oleh karena Tuhan hanya menghukum kesalahan sebesar kesalahan yang dibuat, maka kesalahan koruptor itu ya hanya 1 milyar. Lalu, karena dia beramal 250 juta akan dapat pahala minimal 10 kali lipat, berarti besarnya pahala 2,5 milyar. Oleh karena pahala dikurangi dosa masih ada pahala sebesar 1,5 milyar; maka makin besar korupsi makin besar pahalanya, hahaha.. Maka.., orang-orang Islam yang menjabat di negara terus korupsi Sertifikat halal terus ada dan diperbesar, sehingga air minum yang dari Alqurannya sudah dinyatakan halal, masih harus diberi label halal. Bagaimana ini MUI koq malah melanggar Alquran? Wasalam, chodjim - Original Message - From: rsa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, November 16, 2007 11:40 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada kata yang maknanya 'balasan/reward' ... tul ga mas chodjim...?! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
, Awan Biru gsuus2004@ wrote: He...he... Quote hebat hari ini.. terutama buat yang suka cara pahala... Korupsilah yang banyak dan sumbangkan seperempatnya untuk amal maka kamu akan dapat pahala 1.5 kali dari nilai korupsimu.. Persamaan Matematiknya Pahala Korupsi = ( Percentage * Nilai Korupsi ) * 10 - Nilai Korupsi Salam AB Note Sayang teman yang suka cari pahala sudah lama nggak nongol di WM ini. Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ya, pahala berasal dari kosa kata Sanskerta phala yang artinya buah atau balasan. Setiap agama mengajarkan konsep pahala. Yang saya sayangkan ialah penyalah-gunaan konsep pahala. Misalnya, korupsi 1 milyar lalu diamalkan 250 juta. Oleh karena Tuhan hanya menghukum kesalahan sebesar kesalahan yang dibuat, maka kesalahan koruptor itu ya hanya 1 milyar. Lalu, karena dia beramal 250 juta akan dapat pahala minimal 10 kali lipat, berarti besarnya pahala 2,5 milyar. Oleh karena pahala dikurangi dosa masih ada pahala sebesar 1,5 milyar; maka makin besar korupsi makin besar pahalanya, hahaha.. Maka.., orang-orang Islam yang menjabat di negara terus korupsi Sertifikat halal terus ada dan diperbesar, sehingga air minum yang dari Alqurannya sudah dinyatakan halal, masih harus diberi label halal. Bagaimana ini MUI koq malah melanggar Alquran? Wasalam, chodjim - Original Message - From: rsa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, November 16, 2007 11:40 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada kata yang maknanya 'balasan/reward' ... tul ga mas chodjim...?! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote:
Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Ya, pahala berasal dari kosa kata Sanskerta phala yang artinya buah atau balasan. Setiap agama mengajarkan konsep pahala. Yang saya sayangkan ialah penyalah-gunaan konsep pahala. Misalnya, korupsi 1 milyar lalu diamalkan 250 juta. Oleh karena Tuhan hanya menghukum kesalahan sebesar kesalahan yang dibuat, maka kesalahan koruptor itu ya hanya 1 milyar. Lalu, karena dia beramal 250 juta akan dapat pahala minimal 10 kali lipat, berarti besarnya pahala 2,5 milyar. Oleh karena pahala dikurangi dosa masih ada pahala sebesar 1,5 milyar; maka makin besar korupsi makin besar pahalanya, hahaha.. Maka.., orang-orang Islam yang menjabat di negara terus korupsi Sertifikat halal terus ada dan diperbesar, sehingga air minum yang dari Alqurannya sudah dinyatakan halal, masih harus diberi label halal. Bagaimana ini MUI koq malah melanggar Alquran? Wasalam, chodjim - Original Message - From: rsa To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, November 16, 2007 11:40 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada kata yang maknanya 'balasan/reward' ... tul ga mas chodjim...?! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Betul mba, hitung menghitung pahala kayak gitu malah jadi menjauhkan kita dari yang kita tuju. Solat iya...tapi korupsi jalan terus, soale ada buku debit kredit pahala-dosa, yang di akhir bulan nanti bisa direkonsiliasi atau dikonsolidasi. Nggak bisa kita mengubah karakter kalo tembok mental credit debit itu belum runtuh - ini yang namanya mental sekular yang dsalahkaprahi. Tapi jangan salah mba. Orang Indonesia harus berhitung (efisien) dalam soal kekayaan alam, rencana hidup/kerja, yang seperti itulah. Kalo nggak berhitung cermat terus2an kekayaan alam dan HR kita disedot keluar tanpa langsung bermanfaat untuk kita sendiri. Duh, dari dulu sampe sekarang kita hobi jual aset negara nih, plus utang. Saya mengagumi Pak Amin Rais yang kritis dalam hal ini...lo kok jadi nyasar ke AR, soale dia emang yang paling jujur dalam hal ini. Selain Arab, ada juga yang jago hitung berhitung...orang India termasuk tetangga2nya...hehehe.. Kita juga masyarakat berhitung mba...wong semua orang berhitung, tapi apa yang dihitung itu bisa beda2. Dan kita juga komunal kok, semua orang juga komunal, tapi yang jadi basis komunal itu beda2. Orang Indonesia relatif kurang berhitung (i.e kurang efisien) kalo itu masalah natural resources, untung rugi duit/usaha, fisik lahiriah yang semacam itulah...wong alamnya ramah, mild, nggak ekstrim seperti di Arab dan India sono - kecuali kalo lagi gempa dan gunung api batuk, ini ngagetin. Tapi orang Indo berhitung banget soal moral, nama baik, masalah psikologis-spiritual gitu lah. Makanya kalo salah kaprah, jadi mengejar 'kesalehan pribadi' menurut istilah mba Chae. Orang Arab cenderung berhitung banget dengan resources ato sumber pendapatan karena alamnya keras. India alamnya ekstrim tapi jelas lebih kaya dibandingkan Arab. Di India agama nggak ada nilainya, kecuali itu relevan dengan kehidupannya sehari2 (apa ini namanya agama yang membumi? dalam kehidupan spiritual konon katanya India itu di garda terdepan). Umpamanya tuh, orang Indonesia ngarepin sorga nantiii...karena udah di sorga di dunia, orang India Arab ngarepin sorganya sekarangsoale mesti kerja keras untuk menaklukkan alam. Tapi orang Indonesia yang selalu siap berbagi, plural, nggak berhitung dengan kekayaan fisik, tapi berhitung dengan non fisik - terus2an salah kaprah, dibodohin, atau membodohi diri sendiri. Sekarang, kalo nggak hati2 aset negara kita bisa dijual terus (udah dijual sebagian sama kelompok Megawati dkk), termasuk HR kita yang unskilled, sementara kita hitung2an terus dengan pahala-dosa dan para nabi palsu. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Mungkin ya Mba Mia, sebenarnya sistem hitung berhitung..tabung menabung pahala ini ndak cocok dengan kondisi dan keadaan budaya asli dari masyarakat kita. Masyarakat arab kan kental banget dengan bentuk masyarakat komunalnya dimana hampir tidak ada hak kepemilikan dan kepentingan secara
Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun (koruptor dan pahala)
Wah, akhirnya muncul juga mba Flora. Langsung menohok pula pernyataannya nih ...! Saya kira INTI tulisan mba Flora adalah di bagian akhir, ya: Berdo'a, tapi juga melanggar larangan, berarti melecehkan Allah SWT. Setuju mba, gayanya saja menyandang gelar HAJI, simbol ke-ISLAM-an yang lima itu, tapi perilakunya bertentangan 180 derajat...! Sebagaimana dengan aliran sesat lainnya, termasuk spt di tulisan MH di gatra ( http://www.gatra.com/versi_cetak.php?id=109526), di satu sisi kita perlu tetap mengingatkan mereka, dan pada akhirnyat ketika sudah tidak ada tanda-tanda kesembuhan, baru kita adili dan langsung hukum mati mereka. Hukuman yang lumayan pas buat sosok yang menghina/melecehkan Allah swt dan sekaligus menyengsarakan bangsa dan negara sec ekonomis dan moral ...! salam, satriyo On Nov 16, 2007 9:21 PM, Floradianti [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh .. , koruptor ini belajar agama Islam apa enggak sih?? Apa yang dia ketahui tentang dosa dan pahala (dari menghajikan orang)?? Manusia, sebagai khalifah di bumi ini, dalam menjalani tugasnya sebagai wakil Allah, tentulah bertindak-tanduk sesuai dengan perintah dari sang Pemberi Amanat. Melaksanakan yang diwajibkan oleh Allah, harus selalu diiringi dengan kebajikan2 yang lain. Tidak bisa dong, melaksanakan perintah, tapi dibarengi dengan melakukan yang dilarang. Melaksanakan rukun2 Islam, tapi juga melakukan korupsi. Pemahaman saya, korupsi menghapus segala pahala yang sudah dia dikumpulkan. Seorang muslim yang tinggi kesalehan pribadinya (pinjam istilahnya Chae), yang tak pernah absen sholat berjamaah di mushalla, juga sholat2/puasa2 sunnah lainnya, namun ia dzolim terhadap isterinya, ya batal sudah itu reward2 maupun pahala2 yang dia punya. Rujukan mudah tentang batalnya pahala yang disebabkan karena melanggar larangan Allah adalah pada salah satu dari hadist2 tentang khamr, misalnya yang ini: Dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi SAW bersabda, Orang yang minum khamar, tidak diterima shalatnya 40 hari. Siapa yang bertaubat, maka Allah memberinya taubat untuknya. Namun bila kembali lagi, maka hak Allah untuk memberinya minum dari sungai Khabal. Seseorang bertanya, Apakah sungai Khabal itu? Beliau menjawab, Nanahnya penduduk neraka. (HR Ahmad) Sabda Rasulullah s.a.w: Tidaklah kamu sekalian beriman, jika salah seorang dari kamu tidur dengan perut kekenyangan sementara tetanggamu kelaparan. Lha kalau tidak beriman itu kan artinya kafir, ingkar. Koruptor itu tak punya belas kasih, tidak beriman, telah kafir, karena membuat rakyat melarat. Kita tak akan bisa mencintai Allah, jika kita tidak bisa mencintai sesama umat manusia dan sesama makhluk Allah. Jadi, tidak mungkin pahala berjalan seiring dengan dosa. Pahala tidak boleh dicemari dengan dosa. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Berdo'a, tapi juga melanggar larangan, berarti melecehkan Allah SWT. Salam, Flora -- Re: Di saat hujan turun Posted by: Aisha [EMAIL PROTECTED]aishayasmina2002%40yahoo.com.sgaishayasmina2002 Thu Nov 15, 2007 12:00 am (PST) Bener mba Mia :-) Jadi ingat cerita ayah, di satu acara reuni sekolahnya ada seorang temannya yang jadi pejabat dan terkenal korup. Teman-teman reuninya becanda sambil mukul pelan-pelan perut buncit koruptor itu, ini perut makin buncit saja makan yang haram, kapan sadarnya?. Koruptor ini sambil ketawa menjawab, tenang, dosaku berkurang, malah mungkin tidak ada dosa lagi karena kemarin aku menghajikan 5 orang. Ini kan akibat dari hitung menghitung pahala-dosa. Koruptor itu menghitung kebaikan yang berbuah pahala, padahal kebaikan itu dibiayai dari perbuatan buruknya (korupsi). salam Aisha --- From : Mia Betul mba, hitung menghitung pahala kayak gitu malah jadi menjauhkan kita dari yang kita tuju. Solat iya...tapi korupsi jalan terus, soale ada buku debit kredit pahala-dosa, yang di akhir bulan nanti bisa direkonsiliasi atau dikonsolidasi. Nggak bisa kita mengubah karakter kalo tembok mental credit debit itu belum runtuh - ini yang namanya mental sekular yang dsalahkaprahi. .. .. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: [Non-text portions of this message have been removed] -- Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun (koruptor dan pahala)
koruptornya menteri agama, mbakyu flora. yg menjebloskan isa a.s ke tangan orang romawi juga imam di masing masing sekte yahudi, mbakyu ... agama, sering hanya jadi jubah dan embel embel. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Floradianti [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh .. , koruptor ini belajar agama Islam apa enggak sih?? Apa yang dia ketahui tentang dosa dan pahala (dari menghajikan orang)??
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 07, 2007 4:05 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. Recent Activity a.. 17New Members Visit Your Group Sitebuilder Build a web site quickly easily with Sitebuilder. Yahoo! 360° Start Sharing Your place online Blog photos Y! Messenger Instant hello Chat in real-time with your friends. . [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Waduh mas satriyo, Anda ini kok dengan saya selalu minta hal yang sebetulnya tidak boleh anda minta. Masak saya harus membeberkan aib anda sendiri. Silahkan anda lihat semua artikel yang anda forward. Itu semua kan pendapat anda juga, hanya anda berlindung dibalik penulisnya. Btw, kok komentarnya hanya yang itu saja? Salam Ary --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: singkat saja, dah lewat pk 5 sore wib: tunjukkan klaim anda: Ya model anda lah. Yang merasa lebih tahu dan menyalah-nyalahkan yang lain sambil mengklaim dirinya yang lebih tahu. ...! Kalo tidak bisa ya sama saja anda sedang mencorang muka sendiri! jelas! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, asetijadi2004 ary.setijadi@ wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: pak setijadi, bukankah ada hadisnya yang Rasul mengibaratkan para shahabat itu bak bintang di malam hari, yang jiga bisa menjadi acuan kita sebagai ummat Muhammad saw? lalu apa maksud anda Jangan menisbahkan perilaku sahabat selalu kepada Rasulullah? apakah berlaku general atau partikular? kan memang ada tindakan shahabat yang itu karena titah Rasul? banyak ko ilustrasinya, bisa anda cek sendiri ... memang ADA tindakan sahabat yang karena titah Rasul TAPI TIDAK SEMUA. Saya yakin anda tahu bedanya. Ayo kritis, tidak semua tindakan sahabat karena titah Rasul. saya belum lama berdiskusi soal yang tidak beda jauh, soal sunnah. mitra diskusi saya keukeuh bahwa saya salah bila menganggap meniru perilaku Rasul seolah mesin fotokopi itu wrong and ridiculous, semata karena mitra diskusi saya itu melihat ada shahabat yang memang meniru hampir semua perilaku Rasul, bak fotokopi. argumen saya sederhana, hanya SATU shahabat yang demikian dan itu dilakukan ketika Rasul masih kasat mata, masih hidup. lah gimana kita bisa demikian? ok lah banyak hadis shahih yamg bisa menggambarkan bagaimana kanjeng rasul bertindak tapi kan tetap saja ada beda alam (geografis dan kultur) dan waktu yang sulit membuat kita bisa meniru habis sikap shahabat yang satu itu ... eniwei, di sini ko saya lihat anda berani menyarankan salah satu member ummat yang perihatin dengan kesesatan sebagai sibuk ngurusin toh? selama itu jelas ada landasannya, yaitu mencoba meluruskan yang bengkok, mengapa tidak? anda sendiri apa alasannya malah menyuruh demikian semata dengan sikap yang mas tuduhkan membela sebuah HADIS yang tidak ada hubungannya dengan topik di sini? Mbak Lina itu hanya melecehkan kepercayaan orang lain. Lha wong melecehkan yang jelas-jelas beda seperti temen-temen Nasrani saja DILARANG. Itulah tuntunan Al-Quran dan Sunnah yang benar. soal SEMUA NABI PALSU DIBUNUH SETELAH RASUL WAFAT, DAN BUKAN ATAS PERINTAH RASUL. kan ini sama saja anda mendakwakan bahwa para shahabat yang membunuh para rasul palsu/pembohong itu telah melakukan BID'AH karena melakukan sesuatu tanpa ada perintah dari Allah dan Rasul ...! Wah, dari mana logika ini? Lebih tahu mana anda daripada para shahabat mulia itu? Mas satriyo, logika anda itu yang bengkok. Siapa anda bisa MEMASTIKAN APA YANG DIPIKIRKAN OLEH SAHABAT KETIKA BERTINDAK? Coba pikirkan lagi. 1. Para sahabat itu melakukan sesuatu sesuai dengan kondisinya. Ada tindakan yang bersandar dari: - MENCONTOH LANGSUNG perilaku Rasul (sholat misalnya), - ada yang meteladani rasionalisasinya dari Rasul - dan ada yang karena kebijakan sendiri atas penafsiran sendiri. Perang yang membunuh Musailamah al-Khadzab itu merupakan bagian dari perang Ridda yang prinsipnya adalah memadamkan pemberontakan dari suku-suku yang memerdekakan diri. Musailamah diperangi karena lebih dulu melakukan kampanye memerangi Kekhalifahan Abu Bakar. Musaylamah telah menjadi Nabi sejak Rasul masih hidup. Mengirim utusan dan lain-lain yang TIDAK PERNAH DISAKITI OLEH RASUL WALAUPUN RASUL MARAH. Abu Bakar ra telah difitnah oleh orang-orang macam anda yang seakan- akan melakukan tindakan yang tidak adil atas dorongan nafsu amarah BALAS DENDAM. Abu Bakar ra melakukan apa yang menjadi kewajibannya sbg. khalifah, yaitu mempertahankan kedaulatan kekhalifan muslimin. terakhir, apakah yang anda maksud dengan Coba fakta ini bisa dikonfirmasi dulu daripada merasa jadi pembela Rasul yang keblinger.? adalah mba Lina membela Rasul Muhammad saw itu keblinger, atau mba Lina keblinger karena membela Rasul Muhammad saw? atau apa? maaf kadang kalo lagi emosi tulisan kita jadi babling ... Ya model anda lah. Yang merasa lebih tahu dan menyalah-nyalahkan yang lain sambil mengklaim dirinya yang lebih tahu. Semoga jelas. Salam Ary satriyo --- In
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
beralasan karena Allah yang tahu maka hanya Allah yang berhak menghukum ato menyatakan kezaliman. Pada budaya di jaman Nabi SAW hidup dan para sahabat hidup orang macam gini sudah diperangi dan dihukum mati karena hubungan spiritual mereka terhadap Allah SWT jauh lebih dekat dibanding dengan kita2 sekarang ini. Jadi, saya dapat memaklumi kalau urat syaraf kita tidak sekuat urat syaraf orang2 terbaik yang telah mendapat kemenangan besar tsb. Saya sangat paham bahwa dalam ayat itu tidak ada anjuran dari Allah SWT kepada manusia untuk menghukum ato menyatakan dzalim (Eksplisit]. Tapi, bukankan kita juga harus melihat pelaksanaannya pada jaman Nabi SAW (Sunnah/Hadist) dan kehidupan para sahabat? Kalo memang urat syaraf kita yang gak kuat, gak elok juga kalo kita beralasan hanya Allah yang berhak menghukum dan menyatakan dzalim. Kalo saya mengikuti pola pikir spt ini, saya juga bisa bertanya ada gak dalam AlQur'an bhw hanya hak Allah dan malaikatnya untuk menghukum dan menyatakan dzalim? Dont worry, saya juga termasuk orang yang urat syarafnya gak kuat utk menghukum orang2 dzalim..tapi saya tak mau menjadikan ke Mahakuasaan Allah untuk alasan ketidak kuatan saya...:-) karena saya yakin ada orang yang urat syarafnya kuat untuk menjadi hakim adil di muka dunia ini: Sang Ratu Adil ...:-) wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ayat yang Mbak Lina cuplik itu adalah ayat tentang spiritualitas. Jadi, seseorang itu bohong atau tidak terhadap Allah, hanyalah Allah dan malaikat utusan-Nya yang mengetahui. Lantaran hanya Allah yang mengetahui, maka Dia semata yang berhak menghukum atau menyatakan kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 07, 2007 4:05 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. Recent Activity a.. 17New Members Visit Your Group Sitebuilder Build a web site quickly easily with Sitebuilder. Yahoo! 360° Start Sharing Your place online Blog photos Y! Messenger Instant hello Chat in real-time with your friends. . [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
singkat saja, dah lewat pk 5 sore wib: tunjukkan klaim anda: Ya model anda lah. Yang merasa lebih tahu dan menyalah-nyalahkan yang lain sambil mengklaim dirinya yang lebih tahu. ...! Kalo tidak bisa ya sama saja anda sedang mencorang muka sendiri! jelas! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, asetijadi2004 [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: pak setijadi, bukankah ada hadisnya yang Rasul mengibaratkan para shahabat itu bak bintang di malam hari, yang jiga bisa menjadi acuan kita sebagai ummat Muhammad saw? lalu apa maksud anda Jangan menisbahkan perilaku sahabat selalu kepada Rasulullah? apakah berlaku general atau partikular? kan memang ada tindakan shahabat yang itu karena titah Rasul? banyak ko ilustrasinya, bisa anda cek sendiri ... memang ADA tindakan sahabat yang karena titah Rasul TAPI TIDAK SEMUA. Saya yakin anda tahu bedanya. Ayo kritis, tidak semua tindakan sahabat karena titah Rasul. saya belum lama berdiskusi soal yang tidak beda jauh, soal sunnah. mitra diskusi saya keukeuh bahwa saya salah bila menganggap meniru perilaku Rasul seolah mesin fotokopi itu wrong and ridiculous, semata karena mitra diskusi saya itu melihat ada shahabat yang memang meniru hampir semua perilaku Rasul, bak fotokopi. argumen saya sederhana, hanya SATU shahabat yang demikian dan itu dilakukan ketika Rasul masih kasat mata, masih hidup. lah gimana kita bisa demikian? ok lah banyak hadis shahih yamg bisa menggambarkan bagaimana kanjeng rasul bertindak tapi kan tetap saja ada beda alam (geografis dan kultur) dan waktu yang sulit membuat kita bisa meniru habis sikap shahabat yang satu itu ... eniwei, di sini ko saya lihat anda berani menyarankan salah satu member ummat yang perihatin dengan kesesatan sebagai sibuk ngurusin toh? selama itu jelas ada landasannya, yaitu mencoba meluruskan yang bengkok, mengapa tidak? anda sendiri apa alasannya malah menyuruh demikian semata dengan sikap yang mas tuduhkan membela sebuah HADIS yang tidak ada hubungannya dengan topik di sini? Mbak Lina itu hanya melecehkan kepercayaan orang lain. Lha wong melecehkan yang jelas-jelas beda seperti temen-temen Nasrani saja DILARANG. Itulah tuntunan Al-Quran dan Sunnah yang benar. soal SEMUA NABI PALSU DIBUNUH SETELAH RASUL WAFAT, DAN BUKAN ATAS PERINTAH RASUL. kan ini sama saja anda mendakwakan bahwa para shahabat yang membunuh para rasul palsu/pembohong itu telah melakukan BID'AH karena melakukan sesuatu tanpa ada perintah dari Allah dan Rasul ...! Wah, dari mana logika ini? Lebih tahu mana anda daripada para shahabat mulia itu? Mas satriyo, logika anda itu yang bengkok. Siapa anda bisa MEMASTIKAN APA YANG DIPIKIRKAN OLEH SAHABAT KETIKA BERTINDAK? Coba pikirkan lagi. 1. Para sahabat itu melakukan sesuatu sesuai dengan kondisinya. Ada tindakan yang bersandar dari: - MENCONTOH LANGSUNG perilaku Rasul (sholat misalnya), - ada yang meteladani rasionalisasinya dari Rasul - dan ada yang karena kebijakan sendiri atas penafsiran sendiri. Perang yang membunuh Musailamah al-Khadzab itu merupakan bagian dari perang Ridda yang prinsipnya adalah memadamkan pemberontakan dari suku-suku yang memerdekakan diri. Musailamah diperangi karena lebih dulu melakukan kampanye memerangi Kekhalifahan Abu Bakar. Musaylamah telah menjadi Nabi sejak Rasul masih hidup. Mengirim utusan dan lain-lain yang TIDAK PERNAH DISAKITI OLEH RASUL WALAUPUN RASUL MARAH. Abu Bakar ra telah difitnah oleh orang-orang macam anda yang seakan- akan melakukan tindakan yang tidak adil atas dorongan nafsu amarah BALAS DENDAM. Abu Bakar ra melakukan apa yang menjadi kewajibannya sbg. khalifah, yaitu mempertahankan kedaulatan kekhalifan muslimin. terakhir, apakah yang anda maksud dengan Coba fakta ini bisa dikonfirmasi dulu daripada merasa jadi pembela Rasul yang keblinger.? adalah mba Lina membela Rasul Muhammad saw itu keblinger, atau mba Lina keblinger karena membela Rasul Muhammad saw? atau apa? maaf kadang kalo lagi emosi tulisan kita jadi babling ... Ya model anda lah. Yang merasa lebih tahu dan menyalah-nyalahkan yang lain sambil mengklaim dirinya yang lebih tahu. Semoga jelas. Salam Ary satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, asetijadi2004 ary.setijadi@ wrote: mbak Lina,
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun (koruptor dan pahala)
Aduh .. , koruptor ini belajar agama Islam apa enggak sih?? Apa yang dia ketahui tentang dosa dan pahala (dari menghajikan orang)?? Manusia, sebagai khalifah di bumi ini, dalam menjalani tugasnya sebagai wakil Allah, tentulah bertindak-tanduk sesuai dengan perintah dari sang Pemberi Amanat. Melaksanakan yang diwajibkan oleh Allah, harus selalu diiringi dengan kebajikan2 yang lain. Tidak bisa dong, melaksanakan perintah, tapi dibarengi dengan melakukan yang dilarang. Melaksanakan rukun2 Islam, tapi juga melakukan korupsi. Pemahaman saya, korupsi menghapus segala pahala yang sudah dia dikumpulkan. Seorang muslim yang tinggi kesalehan pribadinya (pinjam istilahnya Chae), yang tak pernah absen sholat berjamaah di mushalla, juga sholat2/puasa2 sunnah lainnya, namun ia dzolim terhadap isterinya, ya batal sudah itu reward2 maupun pahala2 yang dia punya. Rujukan mudah tentang batalnya pahala yang disebabkan karena melanggar larangan Allah adalah pada salah satu dari hadist2 tentang khamr, misalnya yang ini: Dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi SAW bersabda, Orang yang minum khamar, tidak diterima shalatnya 40 hari. Siapa yang bertaubat, maka Allah memberinya taubat untuknya. Namun bila kembali lagi, maka hak Allah untuk memberinya minum dari sungai Khabal. Seseorang bertanya, Apakah sungai Khabal itu? Beliau menjawab, Nanahnya penduduk neraka. (HR Ahmad) Sabda Rasulullah s.a.w: Tidaklah kamu sekalian beriman, jika salah seorang dari kamu tidur dengan perut kekenyangan sementara tetanggamu kelaparan. Lha kalau tidak beriman itu kan artinya kafir, ingkar. Koruptor itu tak punya belas kasih, tidak beriman, telah kafir, karena membuat rakyat melarat. Kita tak akan bisa mencintai Allah, jika kita tidak bisa mencintai sesama umat manusia dan sesama makhluk Allah. Jadi, tidak mungkin pahala berjalan seiring dengan dosa. Pahala tidak boleh dicemari dengan dosa. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Berdo'a, tapi juga melanggar larangan, berarti melecehkan Allah SWT. Salam, Flora -- Re: Di saat hujan turun Posted by: Aisha [EMAIL PROTECTED] aishayasmina2002 Thu Nov 15, 2007 12:00 am (PST) Bener mba Mia :-) Jadi ingat cerita ayah, di satu acara reuni sekolahnya ada seorang temannya yang jadi pejabat dan terkenal korup. Teman-teman reuninya becanda sambil mukul pelan-pelan perut buncit koruptor itu, ini perut makin buncit saja makan yang haram, kapan sadarnya?. Koruptor ini sambil ketawa menjawab, tenang, dosaku berkurang, malah mungkin tidak ada dosa lagi karena kemarin aku menghajikan 5 orang. Ini kan akibat dari hitung menghitung pahala-dosa. Koruptor itu menghitung kebaikan yang berbuah pahala, padahal kebaikan itu dibiayai dari perbuatan buruknya (korupsi). salam Aisha --- From : Mia Betul mba, hitung menghitung pahala kayak gitu malah jadi menjauhkan kita dari yang kita tuju. Solat iya...tapi korupsi jalan terus, soale ada buku debit kredit pahala-dosa, yang di akhir bulan nanti bisa direkonsiliasi atau dikonsolidasi. Nggak bisa kita mengubah karakter kalo tembok mental credit debit itu belum runtuh - ini yang namanya mental sekular yang dsalahkaprahi. .. .. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun (koruptor dan pahala)
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Floradianti [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh .. , koruptor ini belajar agama Islam apa enggak sih?? Apa yang dia ketahui tentang dosa dan pahala (dari menghajikan orang)?? koruptor tidak nyari pahala tapi pahaloe hehehe
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun (koruptor dan pahala)
Mbak Flora, mungkin anda sudah terlalu lama tidak tinggal di Indonesia.. Apa yg berlaku di sebagian besar masyarakat kita adalah seperti yg sudah mbak Flora baca sendiri.. Perbuatan baik dengan membantu anak yatim, membangun masjid dll akan menjadi penyeimbang tindakan korupsi.. Jadi agama lebih digunakan sebagai tameng untuk menyelamatkan diri, dan terbukti bahwa strategi itu berhasil selalu Apa koruptor itu belajar agama Islam ? jawabannya..ya..iya..lah.. Mbak Flora masih ingat khan bagaimana lingkungan kerja di Pertamina, (mungkin..IAPCO, Diamond Shamrock, Maxus and YPF Repsol..ya..coba tanya suami mbak Flora yg tercinta..pasti deh beliau tahu..). Berapa orang yg menyandang gelar keimanan sebagai HAJI, ternyata juga berpesta pora berkorupsi ria menggerogoti uang Negara.. Kalaupun mau berpikiran singkat..berapa ratus ribu atau mungkin berapa juta orang Indonesia yg sudah menjalankan panggilan Haji..tapi masih tetep berkorupsi ria.. menyedihkan.. Salam, Rani --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Floradianti [EMAIL PROTECTED] wrote: Aduh .. , koruptor ini belajar agama Islam apa enggak sih?? Apa yang dia ketahui tentang dosa dan pahala (dari menghajikan orang)??
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
salat oleh, ora salat iyo oleh.. sing ora oleh, menging wong salat.. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kinantaka [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk membantu istri beres-beres kamar anak. Saya memilih untuk sholat di rumah saja, yang hanya dapat 1 derajat. Apakah saya salah? Kinantaka [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Lha itu udah dijawab! ...:-). Rumus umumnya begitu: Dahulukan yang wajib drpd yang sunnah. Kecuali kalo sikonnya istri sampeyan ini bilang,ya udah mas, gak apa-apa ditinggal aja kalo mas mau sholat jamaah di masjid. Saya juga mau istirahat dulu. Mo minum teh manis hangat dulu! Nanti kalo mas udah pulang ya diterusin lagi. Kan masih bisa ditunnggu kok! Insyaallah istri sampeyan dapet pahala sholat berjamaah nya juga karena keikhlasannya,cuma gak tau berapa derajatnya he..he... Mungkin juga bukan pahala istilahnya tapi 'hasanah' kata orang arab. Kebaikan. Tapi tetep aja, ujung2nya kebaikan itu kan pahala. wassalam, Hayuu buat kebaikan sebanyak-banyaknya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kinantaka [EMAIL PROTECTED] wrote: Membantu istri kan wajib, dan sholat berjama'ah di mesjid itu Sunnah. Jadi gimana, kalau menurut rumus mbak Lina, berarti saya harus membantu beres2 di rumah kan? Apakah ada yg pernah berpendapat bahwa membantu istri itu hukumnya Sunnah? Kinantaka On 11/7/07, Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] wrote: Tanya pak Kinan karena dia yang ngalami. Separah apa kebocorannya ? Apa diperlukan perbaikan/perhatian sesegera mungkin ? Kalo emang urgent banget ini menjadi lebih wajib ketimbang shola wajib DI MASJID karena mendahulukan memberikan bantuan kpd yang membutuhkan urgent itu mendapatkan pahala 100 derajat...:-)) Kalo mo itung2an derajat pahala. Saya pernah tanya juga ama seorang ustadz mana yang lebih penting memberikan infaq sedekah atau membayar hutang? Kata si ustadz membayar hutang itu wajib, infaq sedekah itu sunnah. Jadi, dahulukan yang wajib dari yang sunnah kecualididepan mata ada orang yang membutuhkan infaq sedekah kita dan kalo tidak di kasih pertolongan berupa uang utk makan ato berobat orang tsb akan mate'. Sebetulnya pertanyaan saya ke ustadz itu merujuk kepada fenomena seseorang (ato misalkan kita) yang rajin membagikan infaq sedekah tapi rajin pula meminjam uang kesana kemari untuk menutupi keperluan hidupnya sehari-hari karena orang tsb (or kita) terlibat hutang sana sini: termasuk hutang credit card ??? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: sekarang mana yang lebih wajib hukumnya...membantu istri di rumah atau sholat wajib di mesjid? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ wrote: Dahulukan yang wajib dari yang sunnah. Beres deh. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw@ wrote: Pak Kinan, Menurut saya, kalau isteri lagi eM, ya pak Kinan sebaiknya sholat jamaah di Musholla dong. Tapi, memang harus lihat suasana juga. Kalau keadaannya parah, menurut saya sih bantuin dulu isteri beres-beres. Karena nanti pak Kinan, biarpun berjamaah, tapi jadi tidak khusyu' sholatnya, kepikiran rumah terus. Seperti yang mbak Mei ceritakan di email lain bahwa Rasulullah menyuruh untuk menambatkan unta kita terlebih dahulu sebelum sholat, supaya sholatnya khusyu', tidak kepikiran untanya terus. Jadi hal- hal yang bisa membuat hati kita tidak tenang, tidak fokus pada saat sholat, ya dibereskan dulu. Tapi kalau bisa ditinggal, ya tinggal aja dulu. Pak Kinan bilang ke isterinya untuk istirahat dulu beres-beresnya sejenak, sementara pak Kinan sholat jamaah di masjid, paling lama kan 15 menit-an aja. Setelah pulang, diterusin lagi. Kalau isterinya ngomel, ya dikasih senyum aja, Pak. Suami saya juga suka senyum aja, kalau saya ngomel. Saya jadi malu hati kalau udah begitu, ingat cerita Rasulullah saat minta ijin pada Aisyah saat akan sholat malam (jadi tidak menemani Aisyah tidur), Aisyah menjawab yang isinya kira-kira begini:Sebenarnya aku ingin dan senang engkau temani tidur. Tetapi engkau akan melakukan yang lebih disukai oleh Allah, maka aku ridho engkau tinggalkan. Waah... Isteri teladan kan kalau bisa seperti beliau R.A. Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com] On Behalf Of Kinantaka Sent: Saturday, November 03, 2007 10:41 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun Mbak Ning, Kalau istri sedang -eM- bagaimana? Tetap dengan sangat terpaksa sholat sendirian, kan? Kinantaka On 11/2/07, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Saya berpendapat ini karena kita tinggal pada budaya yang demikian 'lembut' sehingga bisa beralasan karena Allah yang tahu maka hanya Allah yang berhak menghukum ato menyatakan kezaliman. Pada budaya di jaman Nabi SAW hidup dan para sahabat hidup orang macam gini sudah diperangi dan dihukum mati karena hubungan spiritual mereka terhadap Allah SWT jauh lebih dekat dibanding dengan kita2 sekarang ini. Jadi, saya dapat memaklumi kalau urat syaraf kita tidak sekuat urat syaraf orang2 terbaik yang telah mendapat kemenangan besar tsb. Saya sangat paham bahwa dalam ayat itu tidak ada anjuran dari Allah SWT kepada manusia untuk menghukum ato menyatakan dzalim (Eksplisit]. Tapi, bukankan kita juga harus melihat pelaksanaannya pada jaman Nabi SAW (Sunnah/Hadist) dan kehidupan para sahabat? Kalo memang urat syaraf kita yang gak kuat, gak elok juga kalo kita beralasan hanya Allah yang berhak menghukum dan menyatakan dzalim. Kalo saya mengikuti pola pikir spt ini, saya juga bisa bertanya ada gak dalam AlQur'an bhw hanya hak Allah dan malaikatnya untuk menghukum dan menyatakan dzalim? Dont worry, saya juga termasuk orang yang urat syarafnya gak kuat utk menghukum orang2 dzalim..tapi saya tak mau menjadikan ke Mahakuasaan Allah untuk alasan ketidak kuatan saya...:-) karena saya yakin ada orang yang urat syarafnya kuat untuk menjadi hakim adil di muka dunia ini: Sang Ratu Adil ...:-) wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Ayat yang Mbak Lina cuplik itu adalah ayat tentang spiritualitas. Jadi, seseorang itu bohong atau tidak terhadap Allah, hanyalah Allah dan malaikat utusan-Nya yang mengetahui. Lantaran hanya Allah yang mengetahui, maka Dia semata yang berhak menghukum atau menyatakan kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 07, 2007 4:05 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. Recent Activity a.. 17New Members Visit Your Group Sitebuilder Build a web site quickly easily with Sitebuilder. Yahoo! 360° Start Sharing Your place online Blog photos Y! Messenger Instant hello Chat in real-time with your friends. . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Wa alaykumus salam wr. wb., Salam hormat, Mas Suryawan. Dalam hal ini saya tidak menggunakan standar kata nabi (yang bahasa Arab) itu. Yang saya gunakan ialah sifat meski sebutannya bisa nabi, awatara (avatar), utusan, atau rasul. Itu tidak menjadi masalah bagi saya. Guru Nanak secara faktual telah membangun agama baru Sikh dengan kitab suci, tata cara peribadatan, dan simbol-simbolnya sendiri. Meskipun Mirza Ali Muhammad dihukum mati, tapi pengembangan agama Bahai itu dilanjutkan oleh Muhammad Husein Nuri, dan berkembanglah agama Bahai sampai dewasa ini. Dari sinilah saya anggap bahwa dia sukses. Banyak nabi yang tidak mati dibunuh oleh kaumnya, tapi hanya tinggal namanya dan tidak ada pengikutnya yang tersisa di hari ini, seperti Ilyas, Yunus, dan lain-lain. Matur kasuwun, atas koreksi tahun kelahiran Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Wasalam, chodjim - Original Message - From: ma_suryawan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, November 13, 2007 3:53 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat Assalamu'alaikum, Pak Chodjim, Memang benar, barangsiapa yang mengaku mendapat wahyu dari Allah, hanya Allah saja yang mengetahui apakah klaim itu dusta atau benar, sehingga hanya Allah saja yang berhak memberi hukuman atau menyatakan sebagai zalim. Mengenai ukuran sukses tidaknya nabi, saya percaya salah satu kriterianya adalah bahwa nabi yang sukses adalah nabi yang tidak di bunuh oleh kaumnya sendiri. Mengenai Guru Baba Nanak, rasanya beliau tidak pernah mendakwakan dirinya sebagai nabi. Oleh sebab itu beliau bukan nabi, dan para pengikutnya (kaum Sikh) juga tidak menganggapnya sebagai nabi. Menurut Ahmadiya, beliau adalah beragama Islam dan seorang wali Allah. Mengenai Mirza Ali Muhammad (Bahai), ia dihukum mati di muka umum di Persia pada tahun 1850 dalam usia 31 tahun. Artinya, ia tidak sukses. Mengenai Mirza Ghulam Ahmad, ada koreksi sedikit, beliau lahir tahun 1835, bukan tahun 1839. Salam, MAS --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Ayat yang Mbak Lina cuplik itu adalah ayat tentang spiritualitas. Jadi, seseorang itu bohong atau tidak terhadap Allah, hanyalah Allah dan malaikat utusan-Nya yang mengetahui. Lantaran hanya Allah yang mengetahui, maka Dia semata yang berhak menghukum atau menyatakan kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 07, 2007 4:05 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. Recent Activity a.. 17New Members Visit Your Group Sitebuilder Build a web site quickly easily with Sitebuilder. Yahoo! 360° Start Sharing Your place online Blog photos Y! Messenger Instant hello Chat in real-time with your friends. . [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Nimbrung- Mungkin istri teman Pak Kinan itu orang Jawa tradisional;-) Apapun juga ikut suami 'Suargo nunut, neraka katut' Kalo suaminya dapat banyak pahala/surga istrinya ikut, kalo suaminya masuk neraka istrinya juga ikut. Nilai pahala/dosa istri nggak diperhitungkan oleh Gusti Allah. Begitulah konon rumusannya. Salam l.meilany - Original Message - From: Kinantaka To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, November 15, 2007 8:40 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun Mbak Mia, Ada teman yang japri ke saya begini: On 11/7/07, NW wrote: Waalaikum salam Wr. Wb. Kalo saya kebalikannya Pak Kinantaka, istri saya malah mengingatkan untuk sholat di mushollah, padahal kondisinya 2 anak saya lagi rewel dan yang bayi nangis-nangis. Yang ini biar umi yang tanganin, panggilan Allah harus dijawab. gitu katanya. Wasalam. Bagaimana, mbak? Kinantaka On 11/14/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Ya mba Chae, dalam ceritanya kupikir pak Kinan sudah menyiratkan itu, apa artinya 'pahala-dosa' buat kita jaman sekarang, apa artinya lika- liku hubungan kita dengan isteri tercinta yang lagi kerepotan. KEMANA kita mentransformasikan diri kita (i.e. mendapat pahala, hablumminallah) vs DARIMANA kita mentransformasikan diri kita (hubungan dengan isteri, hablumminan-nas). Walaupun nggak bisa di- clear-cut gitu juga sih, karena solat ke mesjid itu bisa juga jadi dalih dari kerepotan menghadapi rumah bocor isteri ngomel - mendingan ke musola donks..cari aman.. Tapi jelas dari tutur ceritanya Pak Kinan mempertanyakan lagi apa arti konsep pahala-dosa itu buat kita sekarang, yang keliatannya kita lebih males mikir males berinisiatif, 'pahala oriented' - ketimbang menjalani proses ke arah itu - sehingga bukannya mengubah karakter dan kehidupan kita, tapi cuman dapet itung2annya doang, bahkan jadi ngleyer kemana-mana, atau kurang empatik terhadap kebutuhan pasangan sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Gimana enggak jengah dong Jeng:) wong dulunya sistem pahala ini kan buat masyarakat tingkat pedagang zaman kuda ngegel besi...apa masih keukeuh wae mau dilestarikan terus menerus??? walah kapan bisa maju atuh masyarakat beragama teh..pantesan kalah sama masyarakat yang tidak beragama... Banyak sekali orang yang jadi keblinger gara-gara masalah pahala...niat mendapat pahala malah menzalimi orang lain. * lagi bete nunggu avatar sesion 3 DOBS hiks..hiks..kapan kau tayangg;P --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Betul mba, hitung menghitung pahala kayak gitu malah jadi menjauhkan kita dari yang kita tuju. Solat iya...tapi korupsi jalan terus, soale ada buku debit kredit pahala-dosa, yang di akhir bulan nanti bisa direkonsiliasi atau dikonsolidasi. Nggak bisa kita mengubah karakter kalo tembok mental credit debit itu belum runtuh - ini yang namanya mental sekular yang dsalahkaprahi. Tapi jangan salah mba. Orang Indonesia harus berhitung (efisien) dalam soal kekayaan alam, rencana hidup/kerja, yang seperti itulah. Kalo nggak berhitung cermat terus2an kekayaan alam dan HR kita disedot keluar tanpa langsung bermanfaat untuk kita sendiri. Duh, dari dulu sampe sekarang kita hobi jual aset negara nih, plus utang. Saya mengagumi Pak Amin Rais yang kritis dalam hal ini...lo kok jadi nyasar ke AR, soale dia emang yang paling jujur dalam hal ini. Selain Arab, ada juga yang jago hitung berhitung...orang India termasuk tetangga2nya...hehehe.. Kita juga masyarakat berhitung mba...wong semua orang berhitung, tapi apa yang dihitung itu bisa beda2. Dan kita juga komunal kok, semua orang juga komunal, tapi yang jadi basis komunal itu beda2. Orang Indonesia relatif kurang berhitung (i.e kurang efisien) kalo itu masalah natural resources, untung rugi duit/usaha, fisik lahiriah yang semacam itulah...wong alamnya ramah, mild, nggak ekstrim seperti di Arab dan India sono - kecuali kalo lagi gempa dan gunung api batuk, ini ngagetin. Tapi orang Indo berhitung banget soal moral, nama baik, masalah psikologis-spiritual gitu lah. Makanya kalo salah kaprah, jadi mengejar 'kesalehan pribadi' menurut istilah mba Chae. Orang Arab cenderung berhitung banget dengan resources ato sumber pendapatan karena alamnya keras. India alamnya ekstrim tapi jelas lebih kaya dibandingkan Arab. Di India agama nggak ada nilainya, kecuali itu relevan dengan kehidupannya sehari2 (apa ini namanya agama yang membumi? dalam kehidupan spiritual konon katanya India itu di garda terdepan). Umpamanya tuh, orang Indonesia ngarepin sorga nantiii...karena udah di sorga di dunia, orang India Arab ngarepin sorganya sekarangsoale mesti kerja keras untuk menaklukkan alam. Tapi orang Indonesia yang selalu siap berbagi, plural, nggak berhitung dengan kekayaan fisik, tapi berhitung dengan non fisik - terus2an salah kaprah, dibodohin, atau membodohi diri sendiri. Sekarang, kalo nggak hati2 aset negara kita bisa dijual terus (udah dijual sebagian sama kelompok Megawati dkk), termasuk HR kita yang unskilled, sementara kita hitung2an terus dengan pahala-dosa dan para nabi palsu. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Mungkin ya Mba Mia, sebenarnya sistem hitung berhitung..tabung menabung pahala ini ndak cocok dengan kondisi dan keadaan budaya asli dari masyarakat kita. Masyarakat arab kan kental banget dengan bentuk masyarakat komunalnya dimana hampir tidak ada hak kepemilikan dan kepentingan secara individu. Nah dimana-mana yang namanya bersifat ekstrim itu kan tidak baik..makanya muncul sistem hitung berhitung pahala dan tabung menabung pahala secara per indvidu untuk menciptakan suasana balance terhadap situasi dan kondisi yang ada. Sedangkan masyarakat kita ini pada dasarnya sudah bersifat seimbang...dengan sistem itung berhitung pahala malah jadi miring. Kalau saya pikir banyak sekali akbat yang tidak baik dari sistem hitung-menghitung pahala ini bermunculan...seperti yang banyak kita ketahui begitu banyak di dalam masyarakat kita orang-orang yang hanya mengejar keshalehan pribadiyang berujung hanya berangan-angan semata. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Ya mba Chae, dalam ceritanya kupikir pak Kinan sudah menyiratkan itu, apa artinya 'pahala-dosa' buat kita jaman sekarang, apa artinya lika- liku hubungan kita dengan isteri tercinta yang lagi kerepotan. KEMANA kita mentransformasikan diri kita (i.e. mendapat pahala, hablumminallah) vs DARIMANA kita mentransformasikan diri kita (hubungan dengan isteri, hablumminan-nas). Walaupun nggak bisa di- clear-cut gitu juga sih, karena solat ke mesjid itu bisa juga jadi dalih dari kerepotan menghadapi rumah bocor isteri ngomel - mendingan ke musola donks..cari aman.. Tapi jelas dari tutur ceritanya Pak Kinan mempertanyakan lagi apa arti konsep pahala-dosa itu buat kita sekarang, yang keliatannya kita lebih males mikir males berinisiatif, 'pahala oriented' - ketimbang menjalani proses ke arah itu - sehingga bukannya mengubah karakter dan kehidupan kita, tapi cuman dapet itung2annya doang, bahkan jadi ngleyer kemana-mana, atau kurang
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Penjelasan Pak Chojim sangat baik, maksud saya juga demikian bahwa indikator kesuksesan seorang Nabi pada misinya hanya berdasarkan 'cara kematianya amat sangat tidak relevan kalau bagi saya:) Karena masalah cara kematianya pun menimbulkan persepsi yang berbeda-beda..contohnya kematian nabi Isa as dan sudah seharusnya kita saling menghormati dan berempati terhadap apa yang diyakini setiap orang/umat. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Wa alaykumus salam wr. wb., Salam hormat, Mas Suryawan. Dalam hal ini saya tidak menggunakan standar kata nabi (yang bahasa Arab) itu. Yang saya gunakan ialah sifat meski sebutannya bisa nabi, awatara (avatar), utusan, atau rasul. Itu tidak menjadi masalah bagi saya. Guru Nanak secara faktual telah membangun agama baru Sikh dengan kitab suci, tata cara peribadatan, dan simbol-simbolnya sendiri. Meskipun Mirza Ali Muhammad dihukum mati, tapi pengembangan agama Bahai itu dilanjutkan oleh Muhammad Husein Nuri, dan berkembanglah agama Bahai sampai dewasa ini. Dari sinilah saya anggap bahwa dia sukses. Banyak nabi yang tidak mati dibunuh oleh kaumnya, tapi hanya tinggal namanya dan tidak ada pengikutnya yang tersisa di hari ini, seperti Ilyas, Yunus, dan lain-lain. Matur kasuwun, atas koreksi tahun kelahiran Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Wasalam, chodjim - Original Message - From: ma_suryawan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, November 13, 2007 3:53 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat Assalamu'alaikum, Pak Chodjim, Memang benar, barangsiapa yang mengaku mendapat wahyu dari Allah, hanya Allah saja yang mengetahui apakah klaim itu dusta atau benar, sehingga hanya Allah saja yang berhak memberi hukuman atau menyatakan sebagai zalim. Mengenai ukuran sukses tidaknya nabi, saya percaya salah satu kriterianya adalah bahwa nabi yang sukses adalah nabi yang tidak di bunuh oleh kaumnya sendiri. Mengenai Guru Baba Nanak, rasanya beliau tidak pernah mendakwakan dirinya sebagai nabi. Oleh sebab itu beliau bukan nabi, dan para pengikutnya (kaum Sikh) juga tidak menganggapnya sebagai nabi. Menurut Ahmadiya, beliau adalah beragama Islam dan seorang wali Allah. Mengenai Mirza Ali Muhammad (Bahai), ia dihukum mati di muka umum di Persia pada tahun 1850 dalam usia 31 tahun. Artinya, ia tidak sukses. Mengenai Mirza Ghulam Ahmad, ada koreksi sedikit, beliau lahir tahun 1835, bukan tahun 1839. Salam, MAS --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ayat yang Mbak Lina cuplik itu adalah ayat tentang spiritualitas. Jadi, seseorang itu bohong atau tidak terhadap Allah, hanyalah Allah dan malaikat utusan-Nya yang mengetahui. Lantaran hanya Allah yang mengetahui, maka Dia semata yang berhak menghukum atau menyatakan kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 07, 2007 4:05 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. Recent Activity a.. 17New Members Visit Your Group Sitebuilder Build a web site quickly easily with Sitebuilder. Yahoo! 360° Start Sharing Your place online Blog photos Y! Messenger Instant hello Chat in real-time with your friends. . [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
. Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com] On Behalf Of Kinantaka Sent: Saturday, November 03, 2007 10:41 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun Mbak Ning, Kalau istri sedang -eM- bagaimana? Tetap dengan sangat terpaksa sholat sendirian, kan? Kinantaka On 11/2/07, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw@ wrote: Yang bener, gini, pak Kinan... Bantuin dulu isteri beres- beres kamar. Setelah semua beres, pak Kinan ajak isteri sholat berjamaah. Jadi dua-duanya dapet kan ? Dapat pahala bantuin isteri, dan pahala sholat jamaah.. Yang saya fahami, bila di rumah ada yang di-imam-I, lelaki tidak harus sholat di masjid (musholla). Tapi kalau di rumah ngga ada yang diimam-I, ya musti ke masjid atuh... Wass, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com wanita-muslimah% 40yahoogroups. com] On Behalf Of Chae Sent: Friday, November 02, 2007 3:57 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun yang bener tuch pilih sholat di mesjid Nabawi yang katanya berpahala lebih dari 27 derajat.:)) (kagok edan) hehehehe --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Kinantaka kinantaka@ wrote: Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres- beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk membantu istri beres- beres kamar anak. Saya memilih untuk sholat di rumah saja, yang hanya dapat 1 derajat. Apakah saya salah? Kinantaka [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com wanita-muslimah% 40yahoogroups.c om Berhenti mailto:wanita-muslimah- [EMAIL PROTECTED]wanita-muslimah-unsubscribe% 40yahoogroups.com wanita- muslimah-uns ubscribe%40yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]keluarga- sejahtera%40yahoogroups.com keluarga-sejahtera% 40yahoogr oups.com Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] majelismuda% 40yahoogroups.com majelismuda% 40yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada kata yang maknanya 'balasan/reward' ... tul ga mas chodjim...?! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Betul mba, hitung menghitung pahala kayak gitu malah jadi menjauhkan kita dari yang kita tuju. Solat iya...tapi korupsi jalan terus, soale ada buku debit kredit pahala-dosa, yang di akhir bulan nanti bisa direkonsiliasi atau dikonsolidasi. Nggak bisa kita mengubah karakter kalo tembok mental credit debit itu belum runtuh - ini yang namanya mental sekular yang dsalahkaprahi. Tapi jangan salah mba. Orang Indonesia harus berhitung (efisien) dalam soal kekayaan alam, rencana hidup/kerja, yang seperti itulah. Kalo nggak berhitung cermat terus2an kekayaan alam dan HR kita disedot keluar tanpa langsung bermanfaat untuk kita sendiri. Duh, dari dulu sampe sekarang kita hobi jual aset negara nih, plus utang. Saya mengagumi Pak Amin Rais yang kritis dalam hal ini...lo kok jadi nyasar ke AR, soale dia emang yang paling jujur dalam hal ini. Selain Arab, ada juga yang jago hitung berhitung...orang India termasuk tetangga2nya...hehehe.. Kita juga masyarakat berhitung mba...wong semua orang berhitung, tapi apa yang dihitung itu bisa beda2. Dan kita juga komunal kok, semua orang juga komunal, tapi yang jadi basis komunal itu beda2. Orang Indonesia relatif kurang berhitung (i.e kurang efisien) kalo itu masalah natural resources, untung rugi duit/usaha, fisik lahiriah yang semacam itulah...wong alamnya ramah, mild, nggak ekstrim seperti di Arab dan India sono - kecuali kalo lagi gempa dan gunung api batuk, ini ngagetin. Tapi orang Indo berhitung banget soal moral, nama baik, masalah psikologis-spiritual gitu lah. Makanya kalo salah kaprah, jadi mengejar 'kesalehan pribadi' menurut istilah mba Chae. Orang Arab cenderung berhitung banget dengan resources ato sumber pendapatan karena alamnya keras. India alamnya ekstrim tapi jelas lebih kaya dibandingkan Arab. Di India agama nggak ada nilainya, kecuali itu relevan dengan kehidupannya sehari2 (apa ini namanya agama yang membumi? dalam kehidupan spiritual konon katanya India itu di garda terdepan). Umpamanya tuh, orang Indonesia ngarepin sorga nantiii...karena udah di sorga di dunia, orang India Arab ngarepin sorganya sekarangsoale mesti kerja keras untuk menaklukkan alam. Tapi orang Indonesia yang selalu siap berbagi, plural, nggak berhitung dengan kekayaan fisik, tapi berhitung dengan non fisik - terus2an salah kaprah, dibodohin, atau membodohi diri sendiri. Sekarang, kalo nggak hati2 aset negara kita bisa dijual terus (udah dijual sebagian sama kelompok Megawati dkk), termasuk HR kita yang unskilled, sementara kita hitung2an terus dengan pahala-dosa dan para nabi palsu. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Mungkin ya Mba Mia, sebenarnya sistem hitung berhitung..tabung menabung pahala ini ndak cocok dengan kondisi dan keadaan budaya asli dari masyarakat kita. Masyarakat arab kan kental banget dengan bentuk masyarakat komunalnya dimana hampir tidak ada hak kepemilikan dan kepentingan secara individu. Nah dimana-mana yang namanya bersifat ekstrim itu kan tidak baik..makanya muncul sistem hitung berhitung pahala dan tabung menabung pahala secara per indvidu untuk menciptakan suasana balance terhadap situasi dan kondisi yang ada. Sedangkan masyarakat kita ini pada dasarnya sudah bersifat seimbang...dengan sistem itung berhitung pahala malah jadi miring. Kalau saya pikir banyak sekali akbat yang tidak baik dari sistem hitung-menghitung pahala ini bermunculan...seperti yang banyak kita ketahui begitu banyak di dalam masyarakat kita orang-orang yang hanya mengejar keshalehan pribadiyang berujung hanya berangan- angan semata. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Ya mba Chae, dalam ceritanya kupikir pak Kinan sudah menyiratkan itu, apa artinya 'pahala-dosa' buat kita jaman sekarang, apa artinya lika- liku hubungan kita dengan isteri tercinta yang lagi kerepotan. KEMANA kita mentransformasikan diri kita (i.e. mendapat pahala, hablumminallah) vs DARIMANA kita mentransformasikan diri kita (hubungan dengan isteri, hablumminan-nas). Walaupun nggak bisa di- clear-cut gitu juga sih, karena solat ke mesjid itu bisa juga
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Kalau sudah tahu makna katanya lalu apa?? bagaimana implementasi pada kehidupan kita dari makna yg kita ketahui?? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote: ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada kata yang maknanya 'balasan/reward' ... tul ga mas chodjim...?! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Betul mba, hitung menghitung pahala kayak gitu malah jadi menjauhkan kita dari yang kita tuju. Solat iya...tapi korupsi jalan terus, soale ada buku debit kredit pahala-dosa, yang di akhir bulan nanti bisa direkonsiliasi atau dikonsolidasi. Nggak bisa kita mengubah karakter kalo tembok mental credit debit itu belum runtuh - ini yang namanya mental sekular yang dsalahkaprahi. Tapi jangan salah mba. Orang Indonesia harus berhitung (efisien) dalam soal kekayaan alam, rencana hidup/kerja, yang seperti itulah. Kalo nggak berhitung cermat terus2an kekayaan alam dan HR kita disedot keluar tanpa langsung bermanfaat untuk kita sendiri. Duh, dari dulu sampe sekarang kita hobi jual aset negara nih, plus utang. Saya mengagumi Pak Amin Rais yang kritis dalam hal ini...lo kok jadi nyasar ke AR, soale dia emang yang paling jujur dalam hal ini. Selain Arab, ada juga yang jago hitung berhitung...orang India termasuk tetangga2nya...hehehe.. Kita juga masyarakat berhitung mba...wong semua orang berhitung, tapi apa yang dihitung itu bisa beda2. Dan kita juga komunal kok, semua orang juga komunal, tapi yang jadi basis komunal itu beda2. Orang Indonesia relatif kurang berhitung (i.e kurang efisien) kalo itu masalah natural resources, untung rugi duit/usaha, fisik lahiriah yang semacam itulah...wong alamnya ramah, mild, nggak ekstrim seperti di Arab dan India sono - kecuali kalo lagi gempa dan gunung api batuk, ini ngagetin. Tapi orang Indo berhitung banget soal moral, nama baik, masalah psikologis-spiritual gitu lah. Makanya kalo salah kaprah, jadi mengejar 'kesalehan pribadi' menurut istilah mba Chae. Orang Arab cenderung berhitung banget dengan resources ato sumber pendapatan karena alamnya keras. India alamnya ekstrim tapi jelas lebih kaya dibandingkan Arab. Di India agama nggak ada nilainya, kecuali itu relevan dengan kehidupannya sehari2 (apa ini namanya agama yang membumi? dalam kehidupan spiritual konon katanya India itu di garda terdepan). Umpamanya tuh, orang Indonesia ngarepin sorga nantiii...karena udah di sorga di dunia, orang India Arab ngarepin sorganya sekarangsoale mesti kerja keras untuk menaklukkan alam. Tapi orang Indonesia yang selalu siap berbagi, plural, nggak berhitung dengan kekayaan fisik, tapi berhitung dengan non fisik - terus2an salah kaprah, dibodohin, atau membodohi diri sendiri. Sekarang, kalo nggak hati2 aset negara kita bisa dijual terus (udah dijual sebagian sama kelompok Megawati dkk), termasuk HR kita yang unskilled, sementara kita hitung2an terus dengan pahala-dosa dan para nabi palsu. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Mungkin ya Mba Mia, sebenarnya sistem hitung berhitung..tabung menabung pahala ini ndak cocok dengan kondisi dan keadaan budaya asli dari masyarakat kita. Masyarakat arab kan kental banget dengan bentuk masyarakat komunalnya dimana hampir tidak ada hak kepemilikan dan kepentingan secara individu. Nah dimana-mana yang namanya bersifat ekstrim itu kan tidak baik..makanya muncul sistem hitung berhitung pahala dan tabung menabung pahala secara per indvidu untuk menciptakan suasana balance terhadap situasi dan kondisi yang ada. Sedangkan masyarakat kita ini pada dasarnya sudah bersifat seimbang...dengan sistem itung berhitung pahala malah jadi miring. Kalau saya pikir banyak sekali akbat yang tidak baik dari sistem hitung-menghitung pahala ini bermunculan...seperti yang banyak kita ketahui begitu banyak di dalam masyarakat kita orang-orang yang hanya mengejar keshalehan pribadiyang berujung hanya berangan- angan semata. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Ya mba Chae, dalam ceritanya kupikir pak Kinan sudah menyiratkan itu, apa artinya 'pahala-dosa' buat kita jaman sekarang, apa artinya lika- liku hubungan kita dengan
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Looo ko jadi mundur sendiri too...? Ini kan sama saja menanyakan pertanyaan anda sendiri: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) gimana? why ask this in the first place then? satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau sudah tahu makna katanya lalu apa?? bagaimana implementasi pada kehidupan kita dari makna yg kita ketahui?? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, rsa efikoe@ wrote: ada... untuk langkah awal, tidak perlu dulu buat tafsir, tapi coba runut ke belakang, dari mana asal kata 'pahala' ... itu apakah asli/khas indonesia/nusantara atau dari asing, lalu apakah ada padanannya dalam al-Qur'an ... yang kalo ga salah itu hanya ada kata yang maknanya 'balasan/reward' ... tul ga mas chodjim...?! satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: mungkin tafisr kita terhadap pahala itu harus di revisi/diperbaiki agar bisa menjadi petunjuk yang benar...ada ide;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Betul mba, hitung menghitung pahala kayak gitu malah jadi menjauhkan kita dari yang kita tuju. Solat iya...tapi korupsi jalan terus, soale ada buku debit kredit pahala-dosa, yang di akhir bulan nanti bisa direkonsiliasi atau dikonsolidasi. Nggak bisa kita mengubah karakter kalo tembok mental credit debit itu belum runtuh - ini yang namanya mental sekular yang dsalahkaprahi. Tapi jangan salah mba. Orang Indonesia harus berhitung (efisien) dalam soal kekayaan alam, rencana hidup/kerja, yang seperti itulah. Kalo nggak berhitung cermat terus2an kekayaan alam dan HR kita disedot keluar tanpa langsung bermanfaat untuk kita sendiri. Duh, dari dulu sampe sekarang kita hobi jual aset negara nih, plus utang. Saya mengagumi Pak Amin Rais yang kritis dalam hal ini...lo kok jadi nyasar ke AR, soale dia emang yang paling jujur dalam hal ini. Selain Arab, ada juga yang jago hitung berhitung...orang India termasuk tetangga2nya...hehehe.. Kita juga masyarakat berhitung mba...wong semua orang berhitung, tapi apa yang dihitung itu bisa beda2. Dan kita juga komunal kok, semua orang juga komunal, tapi yang jadi basis komunal itu beda2. Orang Indonesia relatif kurang berhitung (i.e kurang efisien) kalo itu masalah natural resources, untung rugi duit/usaha, fisik lahiriah yang semacam itulah...wong alamnya ramah, mild, nggak ekstrim seperti di Arab dan India sono - kecuali kalo lagi gempa dan gunung api batuk, ini ngagetin. Tapi orang Indo berhitung banget soal moral, nama baik, masalah psikologis-spiritual gitu lah. Makanya kalo salah kaprah, jadi mengejar 'kesalehan pribadi' menurut istilah mba Chae. Orang Arab cenderung berhitung banget dengan resources ato sumber pendapatan karena alamnya keras. India alamnya ekstrim tapi jelas lebih kaya dibandingkan Arab. Di India agama nggak ada nilainya, kecuali itu relevan dengan kehidupannya sehari2 (apa ini namanya agama yang membumi? dalam kehidupan spiritual konon katanya India itu di garda terdepan). Umpamanya tuh, orang Indonesia ngarepin sorga nantiii...karena udah di sorga di dunia, orang India Arab ngarepin sorganya sekarangsoale mesti kerja keras untuk menaklukkan alam. Tapi orang Indonesia yang selalu siap berbagi, plural, nggak berhitung dengan kekayaan fisik, tapi berhitung dengan non fisik - terus2an salah kaprah, dibodohin, atau membodohi diri sendiri. Sekarang, kalo nggak hati2 aset negara kita bisa dijual terus (udah dijual sebagian sama kelompok Megawati dkk), termasuk HR kita yang unskilled, sementara kita hitung2an terus dengan pahala-dosa dan para nabi palsu. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Mungkin ya Mba Mia, sebenarnya sistem hitung berhitung..tabung menabung pahala ini ndak cocok dengan kondisi dan keadaan budaya asli dari masyarakat kita. Masyarakat arab kan kental banget dengan bentuk masyarakat komunalnya dimana hampir tidak ada hak kepemilikan dan kepentingan secara individu. Nah dimana-mana yang namanya bersifat ekstrim itu kan tidak baik..makanya muncul sistem hitung berhitung pahala dan tabung menabung pahala secara per indvidu untuk menciptakan suasana balance terhadap situasi dan kondisi yang ada. Sedangkan masyarakat kita ini pada dasarnya sudah bersifat seimbang...dengan sistem itung berhitung pahala malah jadi miring. Kalau saya pikir banyak sekali akbat yang tidak baik dari sistem
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Bu Mei, Memang pasti ya kalo pahala itu berbanding lurus dengan surga? bukannya surga (juga pahala) itu hak prerogatif Allah, kec buat 10 sahabat yang sudah dijamin surga? Btw, rumus yang konon itu dari mana ya kononnya? satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, L.Meilany [EMAIL PROTECTED] wrote: Nimbrung- Mungkin istri teman Pak Kinan itu orang Jawa tradisional;-) Apapun juga ikut suami 'Suargo nunut, neraka katut' Kalo suaminya dapat banyak pahala/surga istrinya ikut, kalo suaminya masuk neraka istrinya juga ikut. Nilai pahala/dosa istri nggak diperhitungkan oleh Gusti Allah. Begitulah konon rumusannya. Salam l.meilany - Original Message - From: Kinantaka To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, November 15, 2007 8:40 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun Mbak Mia, Ada teman yang japri ke saya begini: On 11/7/07, NW wrote: Waalaikum salam Wr. Wb. Kalo saya kebalikannya Pak Kinantaka, istri saya malah mengingatkan untuk sholat di mushollah, padahal kondisinya 2 anak saya lagi rewel dan yang bayi nangis-nangis. Yang ini biar umi yang tanganin, panggilan Allah harus dijawab. gitu katanya. Wasalam. Bagaimana, mbak? Kinantaka On 11/14/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Ya mba Chae, dalam ceritanya kupikir pak Kinan sudah menyiratkan itu, apa artinya 'pahala-dosa' buat kita jaman sekarang, apa artinya lika- liku hubungan kita dengan isteri tercinta yang lagi kerepotan. KEMANA kita mentransformasikan diri kita (i.e. mendapat pahala, hablumminallah) vs DARIMANA kita mentransformasikan diri kita (hubungan dengan isteri, hablumminan-nas). Walaupun nggak bisa di- clear-cut gitu juga sih, karena solat ke mesjid itu bisa juga jadi dalih dari kerepotan menghadapi rumah bocor isteri ngomel - mendingan ke musola donks..cari aman.. Tapi jelas dari tutur ceritanya Pak Kinan mempertanyakan lagi apa arti konsep pahala-dosa itu buat kita sekarang, yang keliatannya kita lebih males mikir males berinisiatif, 'pahala oriented' - ketimbang menjalani proses ke arah itu - sehingga bukannya mengubah karakter dan kehidupan kita, tapi cuman dapet itung2annya doang, bahkan jadi ngleyer kemana-mana, atau kurang empatik terhadap kebutuhan pasangan sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Gimana enggak jengah dong Jeng:) wong dulunya sistem pahala ini kan buat masyarakat tingkat pedagang zaman kuda ngegel besi...apa masih keukeuh wae mau dilestarikan terus menerus??? walah kapan bisa maju atuh masyarakat beragama teh..pantesan kalah sama masyarakat yang tidak beragama... Banyak sekali orang yang jadi keblinger gara-gara masalah pahala...niat mendapat pahala malah menzalimi orang lain. * lagi bete nunggu avatar sesion 3 DOBS hiks..hiks..kapan kau tayangg;P --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
mbak Lina, Jangan menisbahkan perilaku sahabat selalu kepada Rasulullah. Nanti jika sahabat kencing di suatu tempat, dikiranya disuruh Rasul. Akibatnya kencing di tempat itu jadi Sunnah. Itu yang terjadi. Dari pada sibuk ngurusin Nabinya orang lain spt. MGA, coba mbak Lina pelajari dengan baik hadits-hadits yang mbak Lina akui. Lha wong katanya setuju sama hadits yang bilang Rasul membenarkan orang yang membunuh istrinya karena menghina Rasul. TIDAK ADA PERINTAH RASUL UNTUK MEMBUNUH ORANG KARENA MENGAKU NABI. Musailamah itu bertemu nabi berkali-kali. SEMUA NABI PALSU DIBUNUH SETELAH RASUL WAFAT, DAN BUKAN ATAS PERINTAH RASUL. Coba fakta ini bisa dikonfirmasi dulu daripada merasa jadi pembela Rasul yang keblinger. Salam Ary --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya berpendapat ini karena kita tinggal pada budaya yang demikian 'lembut' sehingga bisa beralasan karena Allah yang tahu maka hanya Allah yang berhak menghukum ato menyatakan kezaliman. Pada budaya di jaman Nabi SAW hidup dan para sahabat hidup orang macam gini sudah diperangi dan dihukum mati karena hubungan spiritual mereka terhadap Allah SWT jauh lebih dekat dibanding dengan kita2 sekarang ini. Jadi, saya dapat memaklumi kalau urat syaraf kita tidak sekuat urat syaraf orang2 terbaik yang telah mendapat kemenangan besar tsb. Saya sangat paham bahwa dalam ayat itu tidak ada anjuran dari Allah SWT kepada manusia untuk menghukum ato menyatakan dzalim (Eksplisit]. Tapi, bukankan kita juga harus melihat pelaksanaannya pada jaman Nabi SAW (Sunnah/Hadist) dan kehidupan para sahabat? Kalo memang urat syaraf kita yang gak kuat, gak elok juga kalo kita beralasan hanya Allah yang berhak menghukum dan menyatakan dzalim. Kalo saya mengikuti pola pikir spt ini, saya juga bisa bertanya ada gak dalam AlQur'an bhw hanya hak Allah dan malaikatnya untuk menghukum dan menyatakan dzalim? Dont worry, saya juga termasuk orang yang urat syarafnya gak kuat utk menghukum orang2 dzalim..tapi saya tak mau menjadikan ke Mahakuasaan Allah untuk alasan ketidak kuatan saya...:-) karena saya yakin ada orang yang urat syarafnya kuat untuk menjadi hakim adil di muka dunia ini: Sang Ratu Adil ...:-) wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ayat yang Mbak Lina cuplik itu adalah ayat tentang spiritualitas. Jadi, seseorang itu bohong atau tidak terhadap Allah, hanyalah Allah dan malaikat utusan-Nya yang mengetahui. Lantaran hanya Allah yang mengetahui, maka Dia semata yang berhak menghukum atau menyatakan kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 07, 2007 4:05 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. Recent Activity a.. 17New Members Visit Your Group Sitebuilder Build a web site quickly easily with Sitebuilder. Yahoo! 360° Start Sharing Your place online Blog photos Y! Messenger Instant hello Chat in real-time with your friends. . [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
di bunuh oleh kaumnya sendiri. Mengenai Guru Baba Nanak, rasanya beliau tidak pernah mendakwakan dirinya sebagai nabi. Oleh sebab itu beliau bukan nabi, dan para pengikutnya (kaum Sikh) juga tidak menganggapnya sebagai nabi. Menurut Ahmadiya, beliau adalah beragama Islam dan seorang wali Allah. Mengenai Mirza Ali Muhammad (Bahai), ia dihukum mati di muka umum di Persia pada tahun 1850 dalam usia 31 tahun. Artinya, ia tidak sukses. Mengenai Mirza Ghulam Ahmad, ada koreksi sedikit, beliau lahir tahun 1835, bukan tahun 1839. Salam, MAS --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ayat yang Mbak Lina cuplik itu adalah ayat tentang spiritualitas. Jadi, seseorang itu bohong atau tidak terhadap Allah, hanyalah Allah dan malaikat utusan-Nya yang mengetahui. Lantaran hanya Allah yang mengetahui, maka Dia semata yang berhak menghukum atau menyatakan kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 07, 2007 4:05 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. Recent Activity a.. 17New Members Visit Your Group Sitebuilder Build a web site quickly easily with Sitebuilder. Yahoo! 360° Start Sharing Your place online Blog photos Y! Messenger Instant hello Chat in real-time with your friends. . [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Ya mba Chae, dalam ceritanya kupikir pak Kinan sudah menyiratkan itu, apa artinya 'pahala-dosa' buat kita jaman sekarang, apa artinya lika- liku hubungan kita dengan isteri tercinta yang lagi kerepotan. KEMANA kita mentransformasikan diri kita (i.e. mendapat pahala, hablumminallah) vs DARIMANA kita mentransformasikan diri kita (hubungan dengan isteri, hablumminan-nas). Walaupun nggak bisa di- clear-cut gitu juga sih, karena solat ke mesjid itu bisa juga jadi dalih dari kerepotan menghadapi rumah bocor isteri ngomel - mendingan ke musola donks..cari aman.. Tapi jelas dari tutur ceritanya Pak Kinan mempertanyakan lagi apa arti konsep pahala-dosa itu buat kita sekarang, yang keliatannya kita lebih males mikir males berinisiatif, 'pahala oriented' - ketimbang menjalani proses ke arah itu - sehingga bukannya mengubah karakter dan kehidupan kita, tapi cuman dapet itung2annya doang, bahkan jadi ngleyer kemana-mana, atau kurang empatik terhadap kebutuhan pasangan sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Gimana enggak jengah dong Jeng:) wong dulunya sistem pahala ini kan buat masyarakat tingkat pedagang zaman kuda ngegel besi...apa masih keukeuh wae mau dilestarikan terus menerus??? walah kapan bisa maju atuh masyarakat beragama teh..pantesan kalah sama masyarakat yang tidak beragama... Banyak sekali orang yang jadi keblinger gara-gara masalah pahala...niat mendapat pahala malah menzalimi orang lain. * lagi bete nunggu avatar sesion 3 DOBS hiks..hiks..kapan kau tayangg;P --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@
Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Mbak Mia, Ada teman yang japri ke saya begini: On 11/7/07, NW wrote: Waalaikum salam Wr. Wb. Kalo saya kebalikannya Pak Kinantaka, istri saya malah mengingatkan untuk sholat di mushollah, padahal kondisinya 2 anak saya lagi rewel dan yang bayi nangis-nangis. Yang ini biar umi yang tanganin, panggilan Allah harus dijawab. gitu katanya. Wasalam. Bagaimana, mbak? Kinantaka On 11/14/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Ya mba Chae, dalam ceritanya kupikir pak Kinan sudah menyiratkan itu, apa artinya 'pahala-dosa' buat kita jaman sekarang, apa artinya lika- liku hubungan kita dengan isteri tercinta yang lagi kerepotan. KEMANA kita mentransformasikan diri kita (i.e. mendapat pahala, hablumminallah) vs DARIMANA kita mentransformasikan diri kita (hubungan dengan isteri, hablumminan-nas). Walaupun nggak bisa di- clear-cut gitu juga sih, karena solat ke mesjid itu bisa juga jadi dalih dari kerepotan menghadapi rumah bocor isteri ngomel - mendingan ke musola donks..cari aman.. Tapi jelas dari tutur ceritanya Pak Kinan mempertanyakan lagi apa arti konsep pahala-dosa itu buat kita sekarang, yang keliatannya kita lebih males mikir males berinisiatif, 'pahala oriented' - ketimbang menjalani proses ke arah itu - sehingga bukannya mengubah karakter dan kehidupan kita, tapi cuman dapet itung2annya doang, bahkan jadi ngleyer kemana-mana, atau kurang empatik terhadap kebutuhan pasangan sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Gimana enggak jengah dong Jeng:) wong dulunya sistem pahala ini kan buat masyarakat tingkat pedagang zaman kuda ngegel besi...apa masih keukeuh wae mau dilestarikan terus menerus??? walah kapan bisa maju atuh masyarakat beragama teh..pantesan kalah sama masyarakat yang tidak beragama... Banyak sekali orang yang jadi keblinger gara-gara masalah pahala...niat mendapat pahala malah menzalimi orang lain. * lagi bete nunggu avatar sesion 3 DOBS hiks..hiks..kapan kau tayangg;P --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Apa bedanya dengan situasi yang Pak Kinan ceritakan, nggak banyak beda kecuali yang pertama isteri menginginkan kerjainnya berdua, yang bawah, maunya ngerjain sendiri. Yang pertama suami berat ke pahala 27 kali, yang bawah ini berat mikirin anak-anak rewel (di kasus NW, hujan dan bocor juga nggak si..?) yang bikin beda ni..kalo Pak NW bilang ke isteri, mama aja deh yang ke musola biar sesekali dapet pahala 27X ngadep Gusti Allah, biar gantian aku yang urus anak2...:-)) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kinantaka [EMAIL PROTECTED] wrote: Mbak Mia, Ada teman yang japri ke saya begini: On 11/7/07, NW wrote: Waalaikum salam Wr. Wb. Kalo saya kebalikannya Pak Kinantaka, istri saya malah mengingatkan untuk sholat di mushollah, padahal kondisinya 2 anak saya lagi rewel dan yang bayi nangis-nangis. Yang ini biar umi yang tanganin, panggilan Allah harus dijawab. gitu katanya. Wasalam. Bagaimana, mbak? Kinantaka
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Bisa aja Mba Mia nich:)) Tapi yang kadang jadi pertanyaan saya...kok orang-orang kebanyakan berpikir bisa-bisanya menyenangkan Gusti Allahemang bisa? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Apa bedanya dengan situasi yang Pak Kinan ceritakan, nggak banyak beda kecuali yang pertama isteri menginginkan kerjainnya berdua, yang bawah, maunya ngerjain sendiri. Yang pertama suami berat ke pahala 27 kali, yang bawah ini berat mikirin anak-anak rewel (di kasus NW, hujan dan bocor juga nggak si..?) yang bikin beda ni..kalo Pak NW bilang ke isteri, mama aja deh yang ke musola biar sesekali dapet pahala 27X ngadep Gusti Allah, biar gantian aku yang urus anak2...:-)) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kinantaka kinantaka@ wrote: Mbak Mia, Ada teman yang japri ke saya begini: On 11/7/07, NW wrote: Waalaikum salam Wr. Wb. Kalo saya kebalikannya Pak Kinantaka, istri saya malah mengingatkan untuk sholat di mushollah, padahal kondisinya 2 anak saya lagi rewel dan yang bayi nangis-nangis. Yang ini biar umi yang tanganin, panggilan Allah harus dijawab. gitu katanya. Wasalam. Bagaimana, mbak? Kinantaka
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Mungkin ya Mba Mia, sebenarnya sistem hitung berhitung..tabung menabung pahala ini ndak cocok dengan kondisi dan keadaan budaya asli dari masyarakat kita. Masyarakat arab kan kental banget dengan bentuk masyarakat komunalnya dimana hampir tidak ada hak kepemilikan dan kepentingan secara individu. Nah dimana-mana yang namanya bersifat ekstrim itu kan tidak baik..makanya muncul sistem hitung berhitung pahala dan tabung menabung pahala secara per indvidu untuk menciptakan suasana balance terhadap situasi dan kondisi yang ada. Sedangkan masyarakat kita ini pada dasarnya sudah bersifat seimbang...dengan sistem itung berhitung pahala malah jadi miring. Kalau saya pikir banyak sekali akbat yang tidak baik dari sistem hitung-menghitung pahala ini bermunculan...seperti yang banyak kita ketahui begitu banyak di dalam masyarakat kita orang-orang yang hanya mengejar keshalehan pribadiyang berujung hanya berangan-angan semata. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Ya mba Chae, dalam ceritanya kupikir pak Kinan sudah menyiratkan itu, apa artinya 'pahala-dosa' buat kita jaman sekarang, apa artinya lika- liku hubungan kita dengan isteri tercinta yang lagi kerepotan. KEMANA kita mentransformasikan diri kita (i.e. mendapat pahala, hablumminallah) vs DARIMANA kita mentransformasikan diri kita (hubungan dengan isteri, hablumminan-nas). Walaupun nggak bisa di- clear-cut gitu juga sih, karena solat ke mesjid itu bisa juga jadi dalih dari kerepotan menghadapi rumah bocor isteri ngomel - mendingan ke musola donks..cari aman.. Tapi jelas dari tutur ceritanya Pak Kinan mempertanyakan lagi apa arti konsep pahala-dosa itu buat kita sekarang, yang keliatannya kita lebih males mikir males berinisiatif, 'pahala oriented' - ketimbang menjalani proses ke arah itu - sehingga bukannya mengubah karakter dan kehidupan kita, tapi cuman dapet itung2annya doang, bahkan jadi ngleyer kemana-mana, atau kurang empatik terhadap kebutuhan pasangan sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Gimana enggak jengah dong Jeng:) wong dulunya sistem pahala ini kan buat masyarakat tingkat pedagang zaman kuda ngegel besi...apa masih keukeuh wae mau dilestarikan terus menerus??? walah kapan bisa maju atuh masyarakat beragama teh..pantesan kalah sama masyarakat yang tidak beragama... Banyak sekali orang yang jadi keblinger gara-gara masalah pahala...niat mendapat pahala malah menzalimi orang lain. * lagi bete nunggu avatar sesion 3 DOBS hiks..hiks..kapan kau tayangg;P --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Betul mba, hitung menghitung pahala kayak gitu malah jadi menjauhkan kita dari yang kita tuju. Solat iya...tapi korupsi jalan terus, soale ada buku debit kredit pahala-dosa, yang di akhir bulan nanti bisa direkonsiliasi atau dikonsolidasi. Nggak bisa kita mengubah karakter kalo tembok mental credit debit itu belum runtuh - ini yang namanya mental sekular yang dsalahkaprahi. Tapi jangan salah mba. Orang Indonesia harus berhitung (efisien) dalam soal kekayaan alam, rencana hidup/kerja, yang seperti itulah. Kalo nggak berhitung cermat terus2an kekayaan alam dan HR kita disedot keluar tanpa langsung bermanfaat untuk kita sendiri. Duh, dari dulu sampe sekarang kita hobi jual aset negara nih, plus utang. Saya mengagumi Pak Amin Rais yang kritis dalam hal ini...lo kok jadi nyasar ke AR, soale dia emang yang paling jujur dalam hal ini. Selain Arab, ada juga yang jago hitung berhitung...orang India termasuk tetangga2nya...hehehe.. Kita juga masyarakat berhitung mba...wong semua orang berhitung, tapi apa yang dihitung itu bisa beda2. Dan kita juga komunal kok, semua orang juga komunal, tapi yang jadi basis komunal itu beda2. Orang Indonesia relatif kurang berhitung (i.e kurang efisien) kalo itu masalah natural resources, untung rugi duit/usaha, fisik lahiriah yang semacam itulah...wong alamnya ramah, mild, nggak ekstrim seperti di Arab dan India sono - kecuali kalo lagi gempa dan gunung api batuk, ini ngagetin. Tapi orang Indo berhitung banget soal moral, nama baik, masalah psikologis-spiritual gitu lah. Makanya kalo salah kaprah, jadi mengejar 'kesalehan pribadi' menurut istilah mba Chae. Orang Arab cenderung berhitung banget dengan resources ato sumber pendapatan karena alamnya keras. India alamnya ekstrim tapi jelas lebih kaya dibandingkan Arab. Di India agama nggak ada nilainya, kecuali itu relevan dengan kehidupannya sehari2 (apa ini namanya agama yang membumi? dalam kehidupan spiritual konon katanya India itu di garda terdepan). Umpamanya tuh, orang Indonesia ngarepin sorga nantiii...karena udah di sorga di dunia, orang India Arab ngarepin sorganya sekarangsoale mesti kerja keras untuk menaklukkan alam. Tapi orang Indonesia yang selalu siap berbagi, plural, nggak berhitung dengan kekayaan fisik, tapi berhitung dengan non fisik - terus2an salah kaprah, dibodohin, atau membodohi diri sendiri. Sekarang, kalo nggak hati2 aset negara kita bisa dijual terus (udah dijual sebagian sama kelompok Megawati dkk), termasuk HR kita yang unskilled, sementara kita hitung2an terus dengan pahala-dosa dan para nabi palsu. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Mungkin ya Mba Mia, sebenarnya sistem hitung berhitung..tabung menabung pahala ini ndak cocok dengan kondisi dan keadaan budaya asli dari masyarakat kita. Masyarakat arab kan kental banget dengan bentuk masyarakat komunalnya dimana hampir tidak ada hak kepemilikan dan kepentingan secara individu. Nah dimana-mana yang namanya bersifat ekstrim itu kan tidak baik..makanya muncul sistem hitung berhitung pahala dan tabung menabung pahala secara per indvidu untuk menciptakan suasana balance terhadap situasi dan kondisi yang ada. Sedangkan masyarakat kita ini pada dasarnya sudah bersifat seimbang...dengan sistem itung berhitung pahala malah jadi miring. Kalau saya pikir banyak sekali akbat yang tidak baik dari sistem hitung-menghitung pahala ini bermunculan...seperti yang banyak kita ketahui begitu banyak di dalam masyarakat kita orang-orang yang hanya mengejar keshalehan pribadiyang berujung hanya berangan-angan semata. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia aldiy@ wrote: Ya mba Chae, dalam ceritanya kupikir pak Kinan sudah menyiratkan itu, apa artinya 'pahala-dosa' buat kita jaman sekarang, apa artinya lika- liku hubungan kita dengan isteri tercinta yang lagi kerepotan. KEMANA kita mentransformasikan diri kita (i.e. mendapat pahala, hablumminallah) vs DARIMANA kita mentransformasikan diri kita (hubungan dengan isteri, hablumminan-nas). Walaupun nggak bisa di- clear-cut gitu juga sih, karena solat ke mesjid itu bisa juga jadi dalih dari kerepotan menghadapi rumah bocor isteri ngomel - mendingan ke musola donks..cari aman.. Tapi jelas dari tutur ceritanya Pak Kinan mempertanyakan lagi apa arti konsep pahala-dosa itu buat kita sekarang, yang keliatannya kita lebih males mikir males berinisiatif, 'pahala oriented' - ketimbang menjalani proses ke arah itu - sehingga bukannya mengubah karakter dan kehidupan kita, tapi cuman dapet itung2annya doang, bahkan jadi ngleyer kemana-mana, atau kurang empatik terhadap kebutuhan pasangan sendiri. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Gimana enggak jengah dong Jeng:) wong dulunya sistem pahala ini kan buat masyarakat tingkat pedagang zaman kuda ngegel besi...apa masih keukeuh
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Assalamu'alaikum, Pak Chodjim, Memang benar, barangsiapa yang mengaku mendapat wahyu dari Allah, hanya Allah saja yang mengetahui apakah klaim itu dusta atau benar, sehingga hanya Allah saja yang berhak memberi hukuman atau menyatakan sebagai zalim. Mengenai ukuran sukses tidaknya nabi, saya percaya salah satu kriterianya adalah bahwa nabi yang sukses adalah nabi yang tidak di bunuh oleh kaumnya sendiri. Mengenai Guru Baba Nanak, rasanya beliau tidak pernah mendakwakan dirinya sebagai nabi. Oleh sebab itu beliau bukan nabi, dan para pengikutnya (kaum Sikh) juga tidak menganggapnya sebagai nabi. Menurut Ahmadiya, beliau adalah beragama Islam dan seorang wali Allah. Mengenai Mirza Ali Muhammad (Bahai), ia dihukum mati di muka umum di Persia pada tahun 1850 dalam usia 31 tahun. Artinya, ia tidak sukses. Mengenai Mirza Ghulam Ahmad, ada koreksi sedikit, beliau lahir tahun 1835, bukan tahun 1839. Salam, MAS --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Ayat yang Mbak Lina cuplik itu adalah ayat tentang spiritualitas. Jadi, seseorang itu bohong atau tidak terhadap Allah, hanyalah Allah dan malaikat utusan-Nya yang mengetahui. Lantaran hanya Allah yang mengetahui, maka Dia semata yang berhak menghukum atau menyatakan kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 07, 2007 4:05 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. Recent Activity a.. 17New Members Visit Your Group Sitebuilder Build a web site quickly easily with Sitebuilder. Yahoo! 360° Start Sharing Your place online Blog photos Y! Messenger Instant hello Chat in real-time with your friends. . [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
seberapa sukses seorang Nabi dalam menunaikan dan menyebarkan misi dan visinya, saya kira tidak bisa di ukur dari cara kematianya apalagi kalau kita percaya bahwa cara kematian seseorang adalah suratan Takdir hehehehe:)) Seperti misalnya Nabi Isa as, walaupun cara kematian beliau ini diperdebatkan tapi jelas bahwa kaum nya sendiri berniat membunuh Beliau begitu juga dengan kasus Nabi Ibrahim. Walaupun demikian kita bisa merasakan betapa besar pengaruh dan meresapnya ajaran yang dibawa oleh kedua Nabi tsb dalam perkembangan kehidupan manusia sampai saat ini. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ma_suryawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum, Pak Chodjim, Memang benar, barangsiapa yang mengaku mendapat wahyu dari Allah, hanya Allah saja yang mengetahui apakah klaim itu dusta atau benar, sehingga hanya Allah saja yang berhak memberi hukuman atau menyatakan sebagai zalim. Mengenai ukuran sukses tidaknya nabi, saya percaya salah satu kriterianya adalah bahwa nabi yang sukses adalah nabi yang tidak di bunuh oleh kaumnya sendiri. Mengenai Guru Baba Nanak, rasanya beliau tidak pernah mendakwakan dirinya sebagai nabi. Oleh sebab itu beliau bukan nabi, dan para pengikutnya (kaum Sikh) juga tidak menganggapnya sebagai nabi. Menurut Ahmadiya, beliau adalah beragama Islam dan seorang wali Allah. Mengenai Mirza Ali Muhammad (Bahai), ia dihukum mati di muka umum di Persia pada tahun 1850 dalam usia 31 tahun. Artinya, ia tidak sukses. Mengenai Mirza Ghulam Ahmad, ada koreksi sedikit, beliau lahir tahun 1835, bukan tahun 1839. Salam, MAS --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ayat yang Mbak Lina cuplik itu adalah ayat tentang spiritualitas. Jadi, seseorang itu bohong atau tidak terhadap Allah, hanyalah Allah dan malaikat utusan-Nya yang mengetahui. Lantaran hanya Allah yang mengetahui, maka Dia semata yang berhak menghukum atau menyatakan kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 07, 2007 4:05 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. Recent Activity a.. 17New Members Visit Your Group Sitebuilder Build a web site quickly easily with Sitebuilder. Yahoo! 360° Start Sharing Your place online Blog photos Y! Messenger Instant hello Chat in real-time with your friends. . [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Kalo baca The Great Transformation nya Karen Armstrong, rata-rata nabi di jaman axial (3000SM-Muhammad), itu berkutat dengan kekerasan, karena memang tugas para nabi menyebarkan perdamaian dalam kekerasan, dan mau nggak mau terlibat dalam kekerasan - dan bahwa kekerasan itu kadang inheren dalam ajaran agama karena fitrah manusia sendiri yang melibatkan kekerasan. Para nabi bukanlah ustaz yang nongkrong di menara gading. Jadi kalau mereka terbunuh atau diancam bunuh, ya itu memang kejadiannya, sekalipun kepada para nabi yang mengajarkan ahimsa. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: seberapa sukses seorang Nabi dalam menunaikan dan menyebarkan misi dan visinya, saya kira tidak bisa di ukur dari cara kematianya apalagi kalau kita percaya bahwa cara kematian seseorang adalah suratan Takdir hehehehe:)) Seperti misalnya Nabi Isa as, walaupun cara kematian beliau ini diperdebatkan tapi jelas bahwa kaum nya sendiri berniat membunuh Beliau begitu juga dengan kasus Nabi Ibrahim. Walaupun demikian kita bisa merasakan betapa besar pengaruh dan meresapnya ajaran yang dibawa oleh kedua Nabi tsb dalam perkembangan kehidupan manusia sampai saat ini. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ma_suryawan ma_suryawan@ wrote: Assalamu'alaikum, Pak Chodjim, Memang benar, barangsiapa yang mengaku mendapat wahyu dari Allah, hanya Allah saja yang mengetahui apakah klaim itu dusta atau benar, sehingga hanya Allah saja yang berhak memberi hukuman atau menyatakan sebagai zalim. Mengenai ukuran sukses tidaknya nabi, saya percaya salah satu kriterianya adalah bahwa nabi yang sukses adalah nabi yang tidak di bunuh oleh kaumnya sendiri. Mengenai Guru Baba Nanak, rasanya beliau tidak pernah mendakwakan dirinya sebagai nabi. Oleh sebab itu beliau bukan nabi, dan para pengikutnya (kaum Sikh) juga tidak menganggapnya sebagai nabi. Menurut Ahmadiya, beliau adalah beragama Islam dan seorang wali Allah. Mengenai Mirza Ali Muhammad (Bahai), ia dihukum mati di muka umum di Persia pada tahun 1850 dalam usia 31 tahun. Artinya, ia tidak sukses. Mengenai Mirza Ghulam Ahmad, ada koreksi sedikit, beliau lahir tahun 1835, bukan tahun 1839. Salam, MAS
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Maksudnya begini, nabi/rasul yang haq adalah repsresentasi dari One True God (Allah Ta'ala). Jika nabi/rasul mati di tangan musuh- musuhnya yang berasal dari kaumnya sendiri, maka One True God telah dikalahkan. Padahal, Allah Ta'ala yang Maha Perkasa selalu dan senantiasa memenuhi janji-Nya untuk melindungi nabi/rasul-Nya. Jadi, satu kriteria yang terpenting adalah nabi/rasul Allah yang haq tidak pernah dikalahkan atau dibunuh oleh musuh-musuhnya, sebab Allah Ta'ala ada dan selalu membela mereka. Demikian pula dengan Yesus alias Nabi Isa as., beliau tidak dikalahkan oleh musuh-musuhnya yang berasal dari kaumnya sendiri sebab ia tidak mati di atas salib. Beliau as. tetap hidup dan meneruskan tugas kenabiannya kepada Bani Israil sampai beliau wafat dengan wajar (artinya, tidak dibunuh oleh musuh/penentangnya). Salam, MAS --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: seberapa sukses seorang Nabi dalam menunaikan dan menyebarkan misi dan visinya, saya kira tidak bisa di ukur dari cara kematianya apalagi kalau kita percaya bahwa cara kematian seseorang adalah suratan Takdir hehehehe:)) Seperti misalnya Nabi Isa as, walaupun cara kematian beliau ini diperdebatkan tapi jelas bahwa kaum nya sendiri berniat membunuh Beliau begitu juga dengan kasus Nabi Ibrahim. Walaupun demikian kita bisa merasakan betapa besar pengaruh dan meresapnya ajaran yang dibawa oleh kedua Nabi tsb dalam perkembangan kehidupan manusia sampai saat ini. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ma_suryawan ma_suryawan@ wrote: Assalamu'alaikum, Pak Chodjim, Memang benar, barangsiapa yang mengaku mendapat wahyu dari Allah, hanya Allah saja yang mengetahui apakah klaim itu dusta atau benar, sehingga hanya Allah saja yang berhak memberi hukuman atau menyatakan sebagai zalim. Mengenai ukuran sukses tidaknya nabi, saya percaya salah satu kriterianya adalah bahwa nabi yang sukses adalah nabi yang tidak di bunuh oleh kaumnya sendiri. Mengenai Guru Baba Nanak, rasanya beliau tidak pernah mendakwakan dirinya sebagai nabi. Oleh sebab itu beliau bukan nabi, dan para pengikutnya (kaum Sikh) juga tidak menganggapnya sebagai nabi. Menurut Ahmadiya, beliau adalah beragama Islam dan seorang wali Allah. Mengenai Mirza Ali Muhammad (Bahai), ia dihukum mati di muka umum di Persia pada tahun 1850 dalam usia 31 tahun. Artinya, ia tidak sukses. Mengenai Mirza Ghulam Ahmad, ada koreksi sedikit, beliau lahir tahun 1835, bukan tahun 1839. Salam, MAS --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ayat yang Mbak Lina cuplik itu adalah ayat tentang spiritualitas. Jadi, seseorang itu bohong atau tidak terhadap Allah, hanyalah Allah dan malaikat utusan-Nya yang mengetahui. Lantaran hanya Allah yang mengetahui, maka Dia semata yang berhak menghukum atau menyatakan kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 07, 2007 4:05 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. Recent Activity a.. 17New Members Visit Your Group Sitebuilder Build a web site quickly easily with Sitebuilder. Yahoo! 360° Start Sharing Your place online Blog photos Y! Messenger Instant hello Chat in real-time with your friends. . [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Pak Suryawan, Indicator yang Bapa sampaikan sepertinya masih bersifat sangat relatif, misalnya saja mengapa dikatakan dikalahkan jika mati di tangan musuhnya yang berasal dari kaumnya sendiri, bagaimana jika mati di tangan musuh bukan dari kaumnya sendiri seperti Nabi Yahya?? bagaimana janji perlindungan Allah kepada para Nabi/Rasulnya?? apakah hanya berlaku untuk perlindungan dari kejahatan kaumnya sendiri? bagaimana dengan kejahatan di luar kaumnya? Soal kematian Yesus ini ada beberapa tafsiran, artinya ada juga sebagian pihak memang menyakini kematian Yesus atau Nabi Isa as di tiang salib bahkan ada sebagian juga tidak mempercayai kematian Beliau dan menyakini bahwa Beliau masih hidup sampai sekarang di suatu tempat. Terlepas dari itu semua saya pikir amat tidak relevan untuk membuat suatu indicator kesuksesan seorang Nabi dari bagaimana cara kematiannya apalagi kita lihat bagaimana acara para Nabi yang diperkirakan di bunuh justru banyak mempengaruhi perkembangan peradaban manusia. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ma_suryawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Maksudnya begini, nabi/rasul yang haq adalah repsresentasi dari One True God (Allah Ta'ala). Jika nabi/rasul mati di tangan musuh- musuhnya yang berasal dari kaumnya sendiri, maka One True God telah dikalahkan. Padahal, Allah Ta'ala yang Maha Perkasa selalu dan senantiasa memenuhi janji-Nya untuk melindungi nabi/rasul-Nya. Jadi, satu kriteria yang terpenting adalah nabi/rasul Allah yang haq tidak pernah dikalahkan atau dibunuh oleh musuh-musuhnya, sebab Allah Ta'ala ada dan selalu membela mereka. Demikian pula dengan Yesus alias Nabi Isa as., beliau tidak dikalahkan oleh musuh-musuhnya yang berasal dari kaumnya sendiri sebab ia tidak mati di atas salib. Beliau as. tetap hidup dan meneruskan tugas kenabiannya kepada Bani Israil sampai beliau wafat dengan wajar (artinya, tidak dibunuh oleh musuh/penentangnya). Salam, MAS --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: seberapa sukses seorang Nabi dalam menunaikan dan menyebarkan misi dan visinya, saya kira tidak bisa di ukur dari cara kematianya apalagi kalau kita percaya bahwa cara kematian seseorang adalah suratan Takdir hehehehe:)) Seperti misalnya Nabi Isa as, walaupun cara kematian beliau ini diperdebatkan tapi jelas bahwa kaum nya sendiri berniat membunuh Beliau begitu juga dengan kasus Nabi Ibrahim. Walaupun demikian kita bisa merasakan betapa besar pengaruh dan meresapnya ajaran yang dibawa oleh kedua Nabi tsb dalam perkembangan kehidupan manusia sampai saat ini. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ma_suryawan ma_suryawan@ wrote: Assalamu'alaikum, Pak Chodjim, Memang benar, barangsiapa yang mengaku mendapat wahyu dari Allah, hanya Allah saja yang mengetahui apakah klaim itu dusta atau benar, sehingga hanya Allah saja yang berhak memberi hukuman atau menyatakan sebagai zalim. Mengenai ukuran sukses tidaknya nabi, saya percaya salah satu kriterianya adalah bahwa nabi yang sukses adalah nabi yang tidak di bunuh oleh kaumnya sendiri. Mengenai Guru Baba Nanak, rasanya beliau tidak pernah mendakwakan dirinya sebagai nabi. Oleh sebab itu beliau bukan nabi, dan para pengikutnya (kaum Sikh) juga tidak menganggapnya sebagai nabi. Menurut Ahmadiya, beliau adalah beragama Islam dan seorang wali Allah. Mengenai Mirza Ali Muhammad (Bahai), ia dihukum mati di muka umum di Persia pada tahun 1850 dalam usia 31 tahun. Artinya, ia tidak sukses. Mengenai Mirza Ghulam Ahmad, ada koreksi sedikit, beliau lahir tahun 1835, bukan tahun 1839. Salam, MAS --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim chodjim@ wrote: Ayat yang Mbak Lina cuplik itu adalah ayat tentang spiritualitas. Jadi, seseorang itu bohong atau tidak terhadap Allah, hanyalah Allah dan malaikat utusan-Nya yang mengetahui. Lantaran hanya Allah yang mengetahui, maka Dia semata yang berhak menghukum atau menyatakan kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 07, 2007 4:05 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Setuju Mba Mia, dengan pemikiran bahwa sebenarnya para Nabi itu bukan orang-orang yang berdiam di menara gading, justru sekarang inilah para umatnya yang seringkali salah kaprah menempatkan mereka sebagai sosok penghuni menara gading.padahal jelas-jelas para Nabi dan Rasul itu manusia-manusia yang membumi...dan itulah menurut saya salah satu kuncu sukses mereka membumi..:)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalo baca The Great Transformation nya Karen Armstrong, rata-rata nabi di jaman axial (3000SM-Muhammad), itu berkutat dengan kekerasan, karena memang tugas para nabi menyebarkan perdamaian dalam kekerasan, dan mau nggak mau terlibat dalam kekerasan - dan bahwa kekerasan itu kadang inheren dalam ajaran agama karena fitrah manusia sendiri yang melibatkan kekerasan. Para nabi bukanlah ustaz yang nongkrong di menara gading. Jadi kalau mereka terbunuh atau diancam bunuh, ya itu memang kejadiannya, sekalipun kepada para nabi yang mengajarkan ahimsa. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: seberapa sukses seorang Nabi dalam menunaikan dan menyebarkan misi dan visinya, saya kira tidak bisa di ukur dari cara kematianya apalagi kalau kita percaya bahwa cara kematian seseorang adalah suratan Takdir hehehehe:)) Seperti misalnya Nabi Isa as, walaupun cara kematian beliau ini diperdebatkan tapi jelas bahwa kaum nya sendiri berniat membunuh Beliau begitu juga dengan kasus Nabi Ibrahim. Walaupun demikian kita bisa merasakan betapa besar pengaruh dan meresapnya ajaran yang dibawa oleh kedua Nabi tsb dalam perkembangan kehidupan manusia sampai saat ini. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ma_suryawan ma_suryawan@ wrote: Assalamu'alaikum, Pak Chodjim, Memang benar, barangsiapa yang mengaku mendapat wahyu dari Allah, hanya Allah saja yang mengetahui apakah klaim itu dusta atau benar, sehingga hanya Allah saja yang berhak memberi hukuman atau menyatakan sebagai zalim. Mengenai ukuran sukses tidaknya nabi, saya percaya salah satu kriterianya adalah bahwa nabi yang sukses adalah nabi yang tidak di bunuh oleh kaumnya sendiri. Mengenai Guru Baba Nanak, rasanya beliau tidak pernah mendakwakan dirinya sebagai nabi. Oleh sebab itu beliau bukan nabi, dan para pengikutnya (kaum Sikh) juga tidak menganggapnya sebagai nabi. Menurut Ahmadiya, beliau adalah beragama Islam dan seorang wali Allah. Mengenai Mirza Ali Muhammad (Bahai), ia dihukum mati di muka umum di Persia pada tahun 1850 dalam usia 31 tahun. Artinya, ia tidak sukses. Mengenai Mirza Ghulam Ahmad, ada koreksi sedikit, beliau lahir tahun 1835, bukan tahun 1839. Salam, MAS
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
memang ada sebagian sodara kita dari ummat Islam yg suka usil pada golongan lain. padahal kadang2 mereka juga pengurus organisasi Islam, tapi tidak mampu memakmurkan dan mensejahterakan anggotanya. Dan juga mereka tidak memberi manfaat bagi lingkungannya. Kegiatannya hanya pengajian mulu... ganyang Amerika... ganyang Yahudi. tapi ketika mendirikan sekolahan, mereka menerima bantuan dari AIG (American International Group).. ini khan dana dari Amrik. setelah sekolahan berdiri.. ya pengelolaannya primitif dan tidak mau dievaluasi. Kalau ada aliran sesat tapi anggotanya tidak pernah kelaparan, anak2nya pintar-pintar dan kreatif, mereka dapat memberi manfaat bagi lingkungan.. ya mari kita dukung kelompok tersebut apapun agamanya. jangankan Islam, bukan Islam pun perlu kita dukung. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED] wrote: Ayat yang Mbak Lina cuplik itu adalah ayat tentang spiritualitas. Jadi, seseorang itu bohong atau tidak terhadap Allah, hanyalah Allah dan malaikat utusan-Nya yang mengetahui. Lantaran hanya Allah yang mengetahui, maka Dia semata yang berhak menghukum atau menyatakan kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Duh, mba Lina..ada potongan ayat yang lepas dibaca: ..padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya.. Artinya, Tuhan menghukum nabi palsu yang ngaku2 nabi padahal nggak diturunin wahyu, ngakunya dapet wahyu. Itu namanya berbohong. emang nggak disebut di situ bahwa kita mesti menghukum/melarang orang yang ngaku nabi, hanya dikatakan Tuhan menghukum pembohong yang ngaku nabi, padahal nggak pernah dapet wahyukecuali kalo kita mau playing God...:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] wrote: Baca lagi pertanyaan sampeyan. emang ada pasalnya di Qur'an kita tidak boleh ngaku Nabi??;)) jawab Allah: lebih zalim. [ato bahasa saya neh (yg lebih lunak) ada gak sih orang yang lebih dableg daripada org yg mengatakan...] Lalu manusia mo bilang emangnya ada pasal di Qur'an kita boleh berlaku zalim?? he..he..kayak Yahudi ngeyel di kisah Sapi Betina. wassalam, -- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: Jelas sekali di ayat ini bahwa kita ini ndak ikut campur urusan Gusti Allah sama Makluk-Nya wong nanti yang balas juga Gusti Allah...kok...sepertinya kita2 kadang suka over acting:) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ wrote: QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: ** emang ada pasalnya di Qur'an kita tidak boleh ngaku Nabi??;))
Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Ayat yang Mbak Lina cuplik itu adalah ayat tentang spiritualitas. Jadi, seseorang itu bohong atau tidak terhadap Allah, hanyalah Allah dan malaikat utusan-Nya yang mengetahui. Lantaran hanya Allah yang mengetahui, maka Dia semata yang berhak menghukum atau menyatakan kezaliman terhadap pelakunya. Ratusan ribu nabi dan rasul telah diutus. Kebanyakan nabi tidaklah sukses dalam dakwahnya, dan bahkan dibunuh oleh kaumnya. Maka, tidaklah heran bila kehadiran nabi yang diketahui orang dan sukses hanya puluhan saja. Di antara yang mengaku nabi dan sukses pasca Nabi Muhammad ialah Guru Nanak (1469-1539,Agama Sikh), Mirza Ali Muhammad (Baha'i, didirikan pada 1844), dan MGA (1839 - 1908, Ahmadiyah). Wasalam, chodjim - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Wednesday, November 07, 2007 4:05 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. Recent Activity a.. 17New Members Visit Your Group Sitebuilder Build a web site quickly easily with Sitebuilder. Yahoo! 360° Start Sharing Your place online Blog photos Y! Messenger Instant hello Chat in real-time with your friends. . [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Terlebih dulu saya kirim sedikit kisah Rabiah Al Adawiyah. Seorang wanita sufi yg meninggal sekitar tahun 801 yg memperkenalkan cinta pada Allah SWT yg 'tanpa pamrih'. Ketika ditanya tentang hakikat imannya Rabiah menjawab : Aku tidak beribadah kepada Allah karena takut kepadaNya sehingga aku serupa saja dengan budak yg buruk yg bekerja dengan rasa takut pada majikannya. Aku beribadah bukan karena mengharapkan surga sehingga aku serupa budak yg buruk yg diberi sesuatu untuk pekerjaannya. Aku beribadah kepada Allah karena cinta dan rinduku padaNya. Ketika istilah unconditional love ini jadi omongan ya bermula dari kisahnya Rabiah ini. Kemudian kita melihat sekeliling adakan cinta tak bersyarat itu dikehidupan? Ternyata ada yaitu cinta ibu terhadap anaknya. Kalo peribahasa bilang 'kasih ibu sepanjang hayat, kasih anak sepanjang galah' :-) Tempo hari baca mail Mia tentang omongan dengan anaknya yg jika gimana klo pindah agama? Seorang ibu selalu akan menerima anaknya, memberi maaf bahkan ketika anaknya menjadi jahat sekalipun. Ketika melahirkan, seorang ibu tanya apakah anaknya selamat, seorang bapak tanya apakah anaknya sehat tak kurang suatu apa? [ baca: cacat] :-)) Di kehidupan bukankah Tuhan memberi udara yg kita hirup, memberi sinar matahari yg tepat waktu. Kepada siapapun, yg soleh, yg baik hati, yg koruptor, yg pendosam, yg gak pernah alat sekalipun sama jatahnya. Kalo Gde Parma bilang ; Cinta Tuhan itu seperti pohon besar yg bisa meneduhi semua orang, siapapun, gratis. Tetapi pada Allah kita selalu berhitung; katanya sih untuk tabungan banyak2-an deposit untuk kehidupan setelah mati nanti. Akhirnya ibadahnya gak ikhlas, cuma syarat saja. Semuanya ada itungannya berupa pahala2 :-)) Agak nyimpang dikit : Seperti ibadahnya anak kecil, kalo puasanya genap sebulan maka dikasih hadiah. Maka si anak berpuasa karena ingin hadiah dan ini terus menjadi kebiasaan sampai ia dewasa, menjadi perilaku. Yg penampakannnya pada saat berbuka : balas dendam. Konon menurut ahli gizi sebenarnya puasa ramadhan, puasa sunnah yg dilakukan dengan baik adalah bisa juga sebagai upaya detoksifikasi. Nilai2 puasa akhirnya bukan lagi ibadah tapi hanya sekedear menunda makan minum dan syahwat dan kita tuntuh pahala. Apa gak salah tuh? Tapi kalo cinta antara laki dan perempuan itu selalu bersyarat. Harus kaya, harus solehah, harus cakep, harus sehat walafiat, harus pinter, harus bisa punya banyak anak; pokoknya banyak keharusan, banyak syarat. Jika kemudian sebuah syarat tak terpenuhi maka tak ada cinta lagi. Begitu kan? Salam l.meilany - Original Message - From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, November 06, 2007 6:10 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat Mbak Mei, saya jadi kepingin tanya soal cinta-cintaan neh. Unconditional love. Katanya Tuhan mencintai manusia tanpa syarat. Itu makna Ar-rahman Ar- rahimNya Allah. Cinta Rabiah Al-Adawiyah terhadap Tuhannya juga cinta tanpa syarat. Lalu bagaimana cinta antara pria dan wanita? Ada gak? Kalau ada mungkin bedanya tipis ama cuex...:-)) salam cuex, Lina --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, L.Meilany [EMAIL PROTECTED] wrote: Wa'alaikumsalam, Disaat hujan turun dan mau meraih pahala, tiba2 teringat puisi Rabiah Al Adawiyah yg memperkenalkan cinta pada Allah [ baca: diantaranya melakukan ibadah] yg tanpa pamrih. Kalo bahasa gaulnya unconditional love - cinta tak bersyarat. Janganlah sampai orang mengabdi pada Allah karena mengharapkan surga atau janganlah mengabdi pada Allah karena takut masuk neraka. :-) Bekerja, cari uang, membantu isteri, juga adalah ibadah; begitu kata ustad di pengajian. Kata kisah hadits, tambatkan unta sebelum solat, daripada waktu solat kepikiran jadi nggak fokus. Moral hadits ; Bawa selalu kantong kresek bersih kemanapun pergi, sewaktu sholat bungkus sepatu, sendal kemudian tarok di dalam masjid, disamping kita solat. Daripada selesai solat sepatu, sendal sudah dicolong. Kesian deh. Padahal cicilannya saja belum lunas. :-) Salam l.meilany - Original Message - From: Kinantaka To: wanita-muslimah@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, November 02, 2007 2:23 PM Subject: [wanita-muslimah] Di saat hujan turun Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
kalau mau dapat tambahan pahala lagi, anak mertua langsung diajak yayang yayangan sehabis ngeberesin bocor dan sholat subhuh. :D --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: Yang bener, gini, pak Kinan... Bantuin dulu isteri beres-beres kamar. Setelah semua beres, pak Kinan ajak isteri sholat berjamaah. Jadi dua-duanya dapet kan ? Dapat pahala bantuin isteri, dan pahala sholat jamaah..
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
wah, kok mirip dengan kategorisasi cpa - child - parent - adult yg diuraikan oleh ustad chodjim di milis sebelah ya On Nov 9, 2007 1:29 AM, Achmad Chodjim [EMAIL PROTECTED]: Sebenarnya, bukan terletak pada adanya G-Spot atau tidak. Manusia hidup ini secara ekonomi, ada yang berhasil dan ada yang nestapa. Ada kelas-kelas kesejahteraan yang dialami manusia yang hidup di dunia. Nah, ketika kondisi manusia tertindas, KM (kaum mustadh'afiin) itu menjadi bagian terbesar manusia, maka muncullah orang-orang yang ingin menyelamatkan KM tersebut. Orang-orang inilah yang di kemudian hari dikenal sebagai pembawa agama. Maka, jangan heran bila orang-orang yang lemot, yang lemah, yang miskin, yang tertindas, berbondong-bondong mengikuti agama; lantaran mereka merasa mendapatkan pengayoman, perlindungan, dan ketenangan batin dalam agama. Adalah seorang Bagavan Rajneesh dari India yang menganalisis tipe kepemimpinan para nabi/avatar/bagavan di dunia ini. Katanya, ada 3 tipe penyelamatan yang dilakukan oleh para nabi/rasul/avatar/bagavan, yaitu CPA (child, parent, and adult). 1) CHILD Tipe ini mengajarkan keselamatan dengan cara keselamatan dapat diperoleh jika manusia telah mampu menjadikan dirinya setulus kanak-kanak. Yesus dan Lao Tze termasuk tipe ini. Seseorang bisa memasuki Kerajaan Tuhan bila ia telah hidup polos sebagai kanak-kanak. Silakan yang beragama Kristen/Katholik mengecek dalilnya. 2) PARENT Nah, kebanyakan para nabi itu memiliki sifat kepemimpinan ala parent. Mereka menyatakan diri sebagai orang tua yang telah mendapatkan kearifan dari Tuhan, maka yang ada ialah perintah dan larangan, halal dan haram. Umat dipandang sebagai anak-anak yang perlu diberi petunjuk. 3) ADULT Para filosof atau orang-orang yang mengikutinya menganggap bahwa manusia harus bisa menempuh kehidupan ini sebagai orang dewasa. Setiap orang harus hidup dengan menggunakan akal-pikiran sepenuhnya. Nah, problemanya, sebagian besar manusia itu hanya mengekor. Coba saja sensus, nanti akan diketahui bahwa sebagian besar manusia itu hanya hidup dengan mengikuti atau mengekor ide orang lain. Amat sedikit sekali orang yang hidup sekualitas seperti Bertrand Russel dan Sartre. Namun, jangan lupa, orang-orang seperti Russel dan Sartre itu hanya menebar pemikiran, dan tidak langsung mengayomi KM. Makanya pemikiran mereka tak pernah bisa menjadi agama. KM tak tersentuh oleh Russel dan kawan-kawan. Selanjutnya, kata Rajneesh, bila ada pemimpin manusia yang tidak terjebak oleh ketiga pola tersebut ya Siddharta Gautama dan beberapa orang sufi (Islam) atau kaum gnostik pada agama lain. Orang-orang bergerak di tengah segitiga CPA. Wasalam, chodjim --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: Ass wR wB. Masalah hitung2an pahala, beberapa minggu lalu saya ikut pengajian di suatu masjid. Ustadznya menjelaskan begini. Orang-orang itu, dalam cara beramal/beribadahnya, bisa diibaratkan sbb : (1) Seperti buruh - yang bekerja karena takut dimarahi majikannya--Ada yang beribadah karena takut hukuman bila tidak menjalankan ibadahnya itu. (2) Seperti pedagang - yang selalu menghitung untung rugi dari perniagaannya--Beribadah dengan mengitung-hitung pahala (3) Seperti sufi - yang hanya berharap agar dicintai oleh Allah, selalu berharap-harap cemas saat beribadah, berharap agar ibadahnya meningkatkan cinta Allah pada diri-Nya, cemas jika cintanya tak berbalas. Menurut pak Ustadz, tidak ada yang salah dengan ketiganya. Dan Insya Allah ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Mungkin maturity-nya saja yang berbeda. Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
(jadi tidak menemani Aisyah tidur), Aisyah menjawab yang isinya kira-kira begini:Sebenarnya aku ingin dan senang engkau temani tidur. Tetapi engkau akan melakukan yang lebih disukai oleh Allah, maka aku ridho engkau tinggalkan. Waah... Isteri teladan kan kalau bisa seperti beliau R.A. Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Kinantaka Sent: Saturday, November 03, 2007 10:41 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun Mbak Ning, Kalau istri sedang -eM- bagaimana? Tetap dengan sangat terpaksa sholat sendirian, kan? Kinantaka On 11/2/07, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw@ wrote: Yang bener, gini, pak Kinan... Bantuin dulu isteri beres- beres kamar. Setelah semua beres, pak Kinan ajak isteri sholat berjamaah. Jadi dua-duanya dapet kan ? Dapat pahala bantuin isteri, dan pahala sholat jamaah.. Yang saya fahami, bila di rumah ada yang di-imam-I, lelaki tidak harus sholat di masjid (musholla). Tapi kalau di rumah ngga ada yang diimam-I, ya musti ke masjid atuh... Wass, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups. com] On Behalf Of Chae Sent: Friday, November 02, 2007 3:57 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun yang bener tuch pilih sholat di mesjid Nabawi yang katanya berpahala lebih dari 27 derajat.:)) (kagok edan) hehehehe --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Kinantaka kinantaka@ wrote: Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres- beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk membantu istri beres- beres kamar anak. Saya memilih untuk sholat di rumah saja, yang hanya dapat 1 derajat. Apakah saya salah? Kinantaka [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.c om Berhenti mailto:wanita-muslimah- [EMAIL PROTECTED]wanita- muslimah-uns ubscribe%40yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]keluarga- sejahtera% 40yahoogr oups.com Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]majelismuda% 40yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: ** emang ada pasalnya di Qur'an kita tidak boleh ngaku Nabi??;)) Ada rujukan juga kisah dijaman Nabi SAW dan para sahabat. Ini mengingatkan saya kepada komentas MAS kepada mbak Lena (?) ttg halalnya darah di jaman Abu Bakar ra.: *** Nabi palsu yang muncul di jaman Rasulullah adalah Musailamah Al- Kadzdzab, yang telah memiliki pengikut yang sangat banyak dan membuat banyak fitnah terhadap Islam, yang akhirnya dibunuh pada jaman khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq .ra. dalam perang Yamamah. Di negri Yaman muncul nabi palsu Al-Aswad Al-`Ansi, yang juga dibunuh oleh para sahabat. Ada pula Nabi perempuan bernama Sajah, yang dikawin oleh Musailamah, namun akhirnya bertaubat dan kembali memeluk Islam. Al-Muktar bin Abi Ubaid Ats-Tsaqafi memiliki pengikut yang banyak di kota Kuffah, yang mengaku didatangi Malaikat Jibril, pada zaman pemerintahan Ibnu Zubair. Al-Harits Al-Kadzdzab mengaku nabi palsu di jaman pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, yang kemudian harus menerima hukum bunuh. Dan Dijaman Modern ada yang mengaku Nabi orang yang bernama Mirza Ghulam Ahmad. *** Yah, kita hidup di jaman yang sangat jauh dari jaman Nabi SAW dan para sahabat. Jadi...maklum aja kalo toleransinya sudah jauh semakin tinggi (ha..ha atau semakin cuex). Padahal di AlQur'an sudah dibilang bhw umat yang mengalami kemenangan besar adalah umat spt ini: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar (QS9:100) Tapi mengapa kita segan mengikuti cara mereka ya? padahal begitu lah kalau mau mencapai kemenangan besar. Oh ya kita lebih senang kepada kemanangan kecil saja atau bahkan kekalahan. Ya udah lah, cuex aja. Kita cuma sekedar saling mengingatkan: mo cara halus ato cara keras/menghujat...he..he...karena gak dibolehin cara radikal. wassalam,
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Lina: sepaham. Tapi gimana cinta manusia kepada Allah yang satu arah juga? Itu dia cinta Rabiah kepada Tuhannya? Cinta manusia tidak ada yang satu arah, dia mencintai Allah dengan harapan bahwa diapun dicintai-Nya...karena manusia hanya mampu mencintai kalau dia bisa merasakan cinta-Nya. Singkatnya mahkluk tidak akan mampu mencintai tanpa cinta-Nya Lina: Setelah berpikir keras, akhirnya sayapun menyetujui hal ini karena kita mencintai seseorang dengan berharap orang tsb mencintai kita pula. Berarti bersyarat. Kalo gak bersyaratgak ada gregetnya hidup ini. Enggak salah kan kalau memperjuangan poliandri setelah merasakan gregetnya punya selingkuhan model Mr.Z yang cakep abis huaauhauhauhau;P Lina: gak ada salahnya untuk orang selevel kita-kita ini. Tapi orang selevel Rabiah ini (saya gak tau dia ada dibawah ato diatas level rata2...he..he)..ya lain lagi harapannya. pada dasarnya semua ADA MAUNYA...JADI APAPUN BENTUKNYA ...SALING MEMAHAMI SAJA NDAK MELARANG-LARANG...:)) mau mengharapkan surga monggo, rezeki, jodoh, ridho.silahkan saja.
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
Baca lagi pertanyaan sampeyan. emang ada pasalnya di Qur'an kita tidak boleh ngaku Nabi??;)) jawab Allah: lebih zalim. [ato bahasa saya neh (yg lebih lunak) ada gak sih orang yang lebih dableg daripada org yg mengatakan...] Lalu manusia mo bilang emangnya ada pasal di Qur'an kita boleh berlaku zalim?? he..he..kayak Yahudi ngeyel di kisah Sapi Betina. wassalam, -- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Jelas sekali di ayat ini bahwa kita ini ndak ikut campur urusan Gusti Allah sama Makluk-Nya wong nanti yang balas juga Gusti Allah...kok...sepertinya kita2 kadang suka over acting:) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ wrote: QS6:93 Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata:Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata:Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang- orang yang zalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) :Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri ayat-ayat-Nya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: ** emang ada pasalnya di Qur'an kita tidak boleh ngaku Nabi??;)) Ada rujukan juga kisah dijaman Nabi SAW dan para sahabat. Ini mengingatkan saya kepada komentas MAS kepada mbak Lena (?) ttg halalnya darah di jaman Abu Bakar ra.: *** Nabi palsu yang muncul di jaman Rasulullah adalah Musailamah Al- Kadzdzab, yang telah memiliki pengikut yang sangat banyak dan membuat banyak fitnah terhadap Islam, yang akhirnya dibunuh pada jaman khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq .ra. dalam perang Yamamah. Di negri Yaman muncul nabi palsu Al-Aswad Al-`Ansi, yang juga dibunuh oleh para sahabat. Ada pula Nabi perempuan bernama Sajah, yang dikawin oleh Musailamah, namun akhirnya bertaubat dan kembali memeluk Islam. Al-Muktar bin Abi Ubaid Ats-Tsaqafi memiliki pengikut yang banyak di kota Kuffah, yang mengaku didatangi Malaikat Jibril, pada zaman pemerintahan Ibnu Zubair. Al-Harits Al-Kadzdzab mengaku nabi palsu di jaman pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, yang kemudian harus menerima hukum bunuh. Dan Dijaman Modern ada yang mengaku Nabi orang yang bernama Mirza Ghulam Ahmad. *** Yah, kita hidup di jaman yang sangat jauh dari jaman Nabi SAW dan para sahabat. Jadi...maklum aja kalo toleransinya sudah jauh semakin tinggi (ha..ha atau semakin cuex). Padahal di AlQur'an sudah dibilang bhw umat yang mengalami kemenangan besar adalah umat spt ini: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar (QS9:100) Tapi mengapa kita segan mengikuti cara mereka ya? padahal begitu lah kalau mau mencapai kemenangan besar. Oh ya kita lebih senang kepada kemanangan kecil saja atau bahkan kekalahan. Ya udah lah, cuex aja. Kita cuma sekedar saling mengingatkan: mo cara halus ato cara keras/menghujat...he..he...karena gak dibolehin cara radikal. wassalam,
Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Membantu istri kan wajib, dan sholat berjama'ah di mesjid itu Sunnah. Jadi gimana, kalau menurut rumus mbak Lina, berarti saya harus membantu beres2 di rumah kan? Apakah ada yg pernah berpendapat bahwa membantu istri itu hukumnya Sunnah? Kinantaka On 11/7/07, Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] wrote: Tanya pak Kinan karena dia yang ngalami. Separah apa kebocorannya ? Apa diperlukan perbaikan/perhatian sesegera mungkin ? Kalo emang urgent banget ini menjadi lebih wajib ketimbang shola wajib DI MASJID karena mendahulukan memberikan bantuan kpd yang membutuhkan urgent itu mendapatkan pahala 100 derajat...:-)) Kalo mo itung2an derajat pahala. Saya pernah tanya juga ama seorang ustadz mana yang lebih penting memberikan infaq sedekah atau membayar hutang? Kata si ustadz membayar hutang itu wajib, infaq sedekah itu sunnah. Jadi, dahulukan yang wajib dari yang sunnah kecualididepan mata ada orang yang membutuhkan infaq sedekah kita dan kalo tidak di kasih pertolongan berupa uang utk makan ato berobat orang tsb akan mate'. Sebetulnya pertanyaan saya ke ustadz itu merujuk kepada fenomena seseorang (ato misalkan kita) yang rajin membagikan infaq sedekah tapi rajin pula meminjam uang kesana kemari untuk menutupi keperluan hidupnya sehari-hari karena orang tsb (or kita) terlibat hutang sana sini: termasuk hutang credit card ??? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: sekarang mana yang lebih wajib hukumnya...membantu istri di rumah atau sholat wajib di mesjid? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ wrote: Dahulukan yang wajib dari yang sunnah. Beres deh. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw@ wrote: Pak Kinan, Menurut saya, kalau isteri lagi eM, ya pak Kinan sebaiknya sholat jamaah di Musholla dong. Tapi, memang harus lihat suasana juga. Kalau keadaannya parah, menurut saya sih bantuin dulu isteri beres-beres. Karena nanti pak Kinan, biarpun berjamaah, tapi jadi tidak khusyu' sholatnya, kepikiran rumah terus. Seperti yang mbak Mei ceritakan di email lain bahwa Rasulullah menyuruh untuk menambatkan unta kita terlebih dahulu sebelum sholat, supaya sholatnya khusyu', tidak kepikiran untanya terus. Jadi hal- hal yang bisa membuat hati kita tidak tenang, tidak fokus pada saat sholat, ya dibereskan dulu. Tapi kalau bisa ditinggal, ya tinggal aja dulu. Pak Kinan bilang ke isterinya untuk istirahat dulu beres-beresnya sejenak, sementara pak Kinan sholat jamaah di masjid, paling lama kan 15 menit-an aja. Setelah pulang, diterusin lagi. Kalau isterinya ngomel, ya dikasih senyum aja, Pak. Suami saya juga suka senyum aja, kalau saya ngomel. Saya jadi malu hati kalau udah begitu, ingat cerita Rasulullah saat minta ijin pada Aisyah saat akan sholat malam (jadi tidak menemani Aisyah tidur), Aisyah menjawab yang isinya kira-kira begini:Sebenarnya aku ingin dan senang engkau temani tidur. Tetapi engkau akan melakukan yang lebih disukai oleh Allah, maka aku ridho engkau tinggalkan. Waah... Isteri teladan kan kalau bisa seperti beliau R.A. Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com] On Behalf Of Kinantaka Sent: Saturday, November 03, 2007 10:41 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun Mbak Ning, Kalau istri sedang -eM- bagaimana? Tetap dengan sangat terpaksa sholat sendirian, kan? Kinantaka On 11/2/07, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw@ wrote: Yang bener, gini, pak Kinan... Bantuin dulu isteri beres- beres kamar. Setelah semua beres, pak Kinan ajak isteri sholat berjamaah. Jadi dua-duanya dapet kan ? Dapat pahala bantuin isteri, dan pahala sholat jamaah.. Yang saya fahami, bila di rumah ada yang di-imam-I, lelaki tidak harus sholat di masjid (musholla). Tapi kalau di rumah ngga ada yang diimam-I, ya musti ke masjid atuh... Wass, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah% 40yahoogroups. com] On Behalf Of Chae Sent: Friday, November 02, 2007 3:57 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com
Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
bagaimana cara menghadapi istri yang merasa selalu paling benar,dan tidak mau berkaca pada diri sendiri bahwa manusia itu diciptakan Allah, manusia yang jauh dari kesempurnaan pasti pernah berbuat baik dan berbuat buruk tanpa mereka sadari. mohon pencerahan On 08/11/2007, Kinantaka [EMAIL PROTECTED] wrote: Membantu istri kan wajib, dan sholat berjama'ah di mesjid itu Sunnah. Jadi gimana, kalau menurut rumus mbak Lina, berarti saya harus membantu beres2 di rumah kan? Apakah ada yg pernah berpendapat bahwa membantu istri itu hukumnya Sunnah? Kinantaka On 11/7/07, Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] linadahlan%40yahoo.com wrote: Tanya pak Kinan karena dia yang ngalami. Separah apa kebocorannya ? Apa diperlukan perbaikan/perhatian sesegera mungkin ? Kalo emang urgent banget ini menjadi lebih wajib ketimbang shola wajib DI MASJID karena mendahulukan memberikan bantuan kpd yang membutuhkan urgent itu mendapatkan pahala 100 derajat...:-)) Kalo mo itung2an derajat pahala. Saya pernah tanya juga ama seorang ustadz mana yang lebih penting memberikan infaq sedekah atau membayar hutang? Kata si ustadz membayar hutang itu wajib, infaq sedekah itu sunnah. Jadi, dahulukan yang wajib dari yang sunnah kecualididepan mata ada orang yang membutuhkan infaq sedekah kita dan kalo tidak di kasih pertolongan berupa uang utk makan ato berobat orang tsb akan mate'. Sebetulnya pertanyaan saya ke ustadz itu merujuk kepada fenomena seseorang (ato misalkan kita) yang rajin membagikan infaq sedekah tapi rajin pula meminjam uang kesana kemari untuk menutupi keperluan hidupnya sehari-hari karena orang tsb (or kita) terlibat hutang sana sini: termasuk hutang credit card ??? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: sekarang mana yang lebih wajib hukumnya...membantu istri di rumah atau sholat wajib di mesjid? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ wrote: Dahulukan yang wajib dari yang sunnah. Beres deh. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw@ wrote: Pak Kinan, Menurut saya, kalau isteri lagi eM, ya pak Kinan sebaiknya sholat jamaah di Musholla dong. Tapi, memang harus lihat suasana juga. Kalau keadaannya parah, menurut saya sih bantuin dulu isteri beres-beres. Karena nanti pak Kinan, biarpun berjamaah, tapi jadi tidak khusyu' sholatnya, kepikiran rumah terus. Seperti yang mbak Mei ceritakan di email lain bahwa Rasulullah menyuruh untuk menambatkan unta kita terlebih dahulu sebelum sholat, supaya sholatnya khusyu', tidak kepikiran untanya terus. Jadi hal- hal yang bisa membuat hati kita tidak tenang, tidak fokus pada saat sholat, ya dibereskan dulu. Tapi kalau bisa ditinggal, ya tinggal aja dulu. Pak Kinan bilang ke isterinya untuk istirahat dulu beres-beresnya sejenak, sementara pak Kinan sholat jamaah di masjid, paling lama kan 15 menit-an aja. Setelah pulang, diterusin lagi. Kalau isterinya ngomel, ya dikasih senyum aja, Pak. Suami saya juga suka senyum aja, kalau saya ngomel. Saya jadi malu hati kalau udah begitu, ingat cerita Rasulullah saat minta ijin pada Aisyah saat akan sholat malam (jadi tidak menemani Aisyah tidur), Aisyah menjawab yang isinya kira-kira begini:Sebenarnya aku ingin dan senang engkau temani tidur. Tetapi engkau akan melakukan yang lebih disukai oleh Allah, maka aku ridho engkau tinggalkan. Waah... Isteri teladan kan kalau bisa seperti beliau R.A. Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com] On Behalf Of Kinantaka Sent: Saturday, November 03, 2007 10:41 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun Mbak Ning, Kalau istri sedang -eM- bagaimana? Tetap dengan sangat terpaksa sholat sendirian, kan? Kinantaka On 11/2/07, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw@ wrote: Yang bener, gini, pak Kinan... Bantuin dulu isteri beres- beres kamar. Setelah semua beres, pak Kinan ajak isteri sholat berjamaah. Jadi dua-duanya dapet kan ? Dapat pahala
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Dahulukan yang wajib dari yang sunnah. Beres deh. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Kinan, Menurut saya, kalau isteri lagi eM, ya pak Kinan sebaiknya sholat jamaah di Musholla dong. Tapi, memang harus lihat suasana juga. Kalau keadaannya parah, menurut saya sih bantuin dulu isteri beres-beres. Karena nanti pak Kinan, biarpun berjamaah, tapi jadi tidak khusyu' sholatnya, kepikiran rumah terus. Seperti yang mbak Mei ceritakan di email lain bahwa Rasulullah menyuruh untuk menambatkan unta kita terlebih dahulu sebelum sholat, supaya sholatnya khusyu', tidak kepikiran untanya terus. Jadi hal- hal yang bisa membuat hati kita tidak tenang, tidak fokus pada saat sholat, ya dibereskan dulu. Tapi kalau bisa ditinggal, ya tinggal aja dulu. Pak Kinan bilang ke isterinya untuk istirahat dulu beres-beresnya sejenak, sementara pak Kinan sholat jamaah di masjid, paling lama kan 15 menit-an aja. Setelah pulang, diterusin lagi. Kalau isterinya ngomel, ya dikasih senyum aja, Pak. Suami saya juga suka senyum aja, kalau saya ngomel. Saya jadi malu hati kalau udah begitu, ingat cerita Rasulullah saat minta ijin pada Aisyah saat akan sholat malam (jadi tidak menemani Aisyah tidur), Aisyah menjawab yang isinya kira-kira begini:Sebenarnya aku ingin dan senang engkau temani tidur. Tetapi engkau akan melakukan yang lebih disukai oleh Allah, maka aku ridho engkau tinggalkan. Waah... Isteri teladan kan kalau bisa seperti beliau R.A. Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Kinantaka Sent: Saturday, November 03, 2007 10:41 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun Mbak Ning, Kalau istri sedang -eM- bagaimana? Tetap dengan sangat terpaksa sholat sendirian, kan? Kinantaka On 11/2/07, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: Yang bener, gini, pak Kinan... Bantuin dulu isteri beres-beres kamar. Setelah semua beres, pak Kinan ajak isteri sholat berjamaah. Jadi dua-duanya dapet kan ? Dapat pahala bantuin isteri, dan pahala sholat jamaah.. Yang saya fahami, bila di rumah ada yang di-imam-I, lelaki tidak harus sholat di masjid (musholla). Tapi kalau di rumah ngga ada yang diimam-I, ya musti ke masjid atuh... Wass, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups. com] On Behalf Of Chae Sent: Friday, November 02, 2007 3:57 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun yang bener tuch pilih sholat di mesjid Nabawi yang katanya berpahala lebih dari 27 derajat.:)) (kagok edan) hehehehe --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Kinantaka kinantaka@ wrote: Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk membantu istri beres-beres kamar anak. Saya memilih untuk sholat di rumah saja, yang hanya dapat 1 derajat. Apakah saya salah? Kinantaka [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups.c om Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]wanita- muslimah-uns ubscribe
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
sekarang mana yang lebih wajib hukumnya...membantu istri di rumah atau sholat wajib di mesjid? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] wrote: Dahulukan yang wajib dari yang sunnah. Beres deh. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw@ wrote: Pak Kinan, Menurut saya, kalau isteri lagi eM, ya pak Kinan sebaiknya sholat jamaah di Musholla dong. Tapi, memang harus lihat suasana juga. Kalau keadaannya parah, menurut saya sih bantuin dulu isteri beres-beres. Karena nanti pak Kinan, biarpun berjamaah, tapi jadi tidak khusyu' sholatnya, kepikiran rumah terus. Seperti yang mbak Mei ceritakan di email lain bahwa Rasulullah menyuruh untuk menambatkan unta kita terlebih dahulu sebelum sholat, supaya sholatnya khusyu', tidak kepikiran untanya terus. Jadi hal- hal yang bisa membuat hati kita tidak tenang, tidak fokus pada saat sholat, ya dibereskan dulu. Tapi kalau bisa ditinggal, ya tinggal aja dulu. Pak Kinan bilang ke isterinya untuk istirahat dulu beres-beresnya sejenak, sementara pak Kinan sholat jamaah di masjid, paling lama kan 15 menit-an aja. Setelah pulang, diterusin lagi. Kalau isterinya ngomel, ya dikasih senyum aja, Pak. Suami saya juga suka senyum aja, kalau saya ngomel. Saya jadi malu hati kalau udah begitu, ingat cerita Rasulullah saat minta ijin pada Aisyah saat akan sholat malam (jadi tidak menemani Aisyah tidur), Aisyah menjawab yang isinya kira-kira begini:Sebenarnya aku ingin dan senang engkau temani tidur. Tetapi engkau akan melakukan yang lebih disukai oleh Allah, maka aku ridho engkau tinggalkan. Waah... Isteri teladan kan kalau bisa seperti beliau R.A. Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Kinantaka Sent: Saturday, November 03, 2007 10:41 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun Mbak Ning, Kalau istri sedang -eM- bagaimana? Tetap dengan sangat terpaksa sholat sendirian, kan? Kinantaka On 11/2/07, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw@ wrote: Yang bener, gini, pak Kinan... Bantuin dulu isteri beres-beres kamar. Setelah semua beres, pak Kinan ajak isteri sholat berjamaah. Jadi dua-duanya dapet kan ? Dapat pahala bantuin isteri, dan pahala sholat jamaah.. Yang saya fahami, bila di rumah ada yang di-imam-I, lelaki tidak harus sholat di masjid (musholla). Tapi kalau di rumah ngga ada yang diimam-I, ya musti ke masjid atuh... Wass, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups. com] On Behalf Of Chae Sent: Friday, November 02, 2007 3:57 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun yang bener tuch pilih sholat di mesjid Nabawi yang katanya berpahala lebih dari 27 derajat.:)) (kagok edan) hehehehe --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Kinantaka kinantaka@ wrote: Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk membantu istri beres-beres kamar anak. Saya memilih untuk sholat di rumah saja, yang hanya dapat 1 derajat. Apakah saya salah? Kinantaka [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Tanya pak Kinan karena dia yang ngalami. Separah apa kebocorannya ? Apa diperlukan perbaikan/perhatian sesegera mungkin ? Kalo emang urgent banget ini menjadi lebih wajib ketimbang shola wajib DI MASJID karena mendahulukan memberikan bantuan kpd yang membutuhkan urgent itu mendapatkan pahala 100 derajat...:-)) Kalo mo itung2an derajat pahala. Saya pernah tanya juga ama seorang ustadz mana yang lebih penting memberikan infaq sedekah atau membayar hutang? Kata si ustadz membayar hutang itu wajib, infaq sedekah itu sunnah. Jadi, dahulukan yang wajib dari yang sunnah kecualididepan mata ada orang yang membutuhkan infaq sedekah kita dan kalo tidak di kasih pertolongan berupa uang utk makan ato berobat orang tsb akan mate'. Sebetulnya pertanyaan saya ke ustadz itu merujuk kepada fenomena seseorang (ato misalkan kita) yang rajin membagikan infaq sedekah tapi rajin pula meminjam uang kesana kemari untuk menutupi keperluan hidupnya sehari-hari karena orang tsb (or kita) terlibat hutang sana sini: termasuk hutang credit card ??? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: sekarang mana yang lebih wajib hukumnya...membantu istri di rumah atau sholat wajib di mesjid? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ wrote: Dahulukan yang wajib dari yang sunnah. Beres deh. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw@ wrote: Pak Kinan, Menurut saya, kalau isteri lagi eM, ya pak Kinan sebaiknya sholat jamaah di Musholla dong. Tapi, memang harus lihat suasana juga. Kalau keadaannya parah, menurut saya sih bantuin dulu isteri beres-beres. Karena nanti pak Kinan, biarpun berjamaah, tapi jadi tidak khusyu' sholatnya, kepikiran rumah terus. Seperti yang mbak Mei ceritakan di email lain bahwa Rasulullah menyuruh untuk menambatkan unta kita terlebih dahulu sebelum sholat, supaya sholatnya khusyu', tidak kepikiran untanya terus. Jadi hal- hal yang bisa membuat hati kita tidak tenang, tidak fokus pada saat sholat, ya dibereskan dulu. Tapi kalau bisa ditinggal, ya tinggal aja dulu. Pak Kinan bilang ke isterinya untuk istirahat dulu beres-beresnya sejenak, sementara pak Kinan sholat jamaah di masjid, paling lama kan 15 menit-an aja. Setelah pulang, diterusin lagi. Kalau isterinya ngomel, ya dikasih senyum aja, Pak. Suami saya juga suka senyum aja, kalau saya ngomel. Saya jadi malu hati kalau udah begitu, ingat cerita Rasulullah saat minta ijin pada Aisyah saat akan sholat malam (jadi tidak menemani Aisyah tidur), Aisyah menjawab yang isinya kira-kira begini:Sebenarnya aku ingin dan senang engkau temani tidur. Tetapi engkau akan melakukan yang lebih disukai oleh Allah, maka aku ridho engkau tinggalkan. Waah... Isteri teladan kan kalau bisa seperti beliau R.A. Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Kinantaka Sent: Saturday, November 03, 2007 10:41 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun Mbak Ning, Kalau istri sedang -eM- bagaimana? Tetap dengan sangat terpaksa sholat sendirian, kan? Kinantaka On 11/2/07, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw@ wrote: Yang bener, gini, pak Kinan... Bantuin dulu isteri beres- beres kamar. Setelah semua beres, pak Kinan ajak isteri sholat berjamaah. Jadi dua-duanya dapet kan ? Dapat pahala bantuin isteri, dan pahala sholat jamaah.. Yang saya fahami, bila di rumah ada yang di-imam-I, lelaki tidak harus sholat di masjid (musholla). Tapi kalau di rumah ngga ada yang diimam-I, ya musti ke masjid atuh... Wass, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah% 40yahoogroups. com] On Behalf Of Chae Sent: Friday, November 02, 2007 3:57 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun yang bener tuch pilih sholat di mesjid Nabawi yang katanya berpahala lebih dari 27 derajat.:)) (kagok edan) hehehehe --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Kinantaka kinantaka@ wrote: Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Gak usah jengah. Cuex aja...:-)) Soale didunia ini type orang itu banyak banget. Ada yang demen itung2an pahala nyang segala untung rugi diitung (Type pedagang). Karena Ar-rahman dan Ar-rahim Tuhan, makanya diberi juga reward model itung2an pahala...:-) Barangkali juga karena di Arab sono dulunya begini typenya. Wajar aja kan ? Gak ada orang nyang mo rugi. Mo model laen pan juga ada...enak tenan toh? Coba sampeyan bayangin kalo reward itu cuma satu model? Orang type pedagang itu pasti akan komplen sama spt sampeyan komplen. Subhanallah...Alhamdulillah wa syukrillah. (boleh dong ngarab dikit) wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae [EMAIL PROTECTED] wrote: Insya Allah, Pak Kinan sepertinya sudah mengetahui jawabanya...cuman saja saya termasuk orang aneh kali yeee ...;P yang kadang jengah kalau banyak juga umat beragama yang sering melakukan ibadah dengan itung-itungan pahala...:)) Seringkali saya dibuat heran dengan alasan untuk nambah pahala... yang muncul dalam pemikiran saya yang cekak ini...kira-kira.. emang pahala buat apa sich...??? apa pengaruh pahala buat diri kita? buat apa sih pahala pake dikumpulin segala, kalau point reward sich enak bisa di tukar hadiah...terus kalau pahala mau diapa'in...??? Jangan2 pahala kita sudah banyak yang expire karena cuman sering dijadikan koleksi doang:)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ wrote: Tanya pak Kinan karena dia yang ngalami. Separah apa kebocorannya ? Apa diperlukan perbaikan/perhatian sesegera mungkin ? Kalo emang urgent banget ini menjadi lebih wajib ketimbang shola wajib DI MASJID karena mendahulukan memberikan bantuan kpd yang membutuhkan urgent itu mendapatkan pahala 100 derajat...:-)) Kalo mo itung2an derajat pahala. Saya pernah tanya juga ama seorang ustadz mana yang lebih penting memberikan infaq sedekah atau membayar hutang? Kata si ustadz membayar hutang itu wajib, infaq sedekah itu sunnah. Jadi, dahulukan yang wajib dari yang sunnah kecualididepan mata ada orang yang membutuhkan infaq sedekah kita dan kalo tidak di kasih pertolongan berupa uang utk makan ato berobat orang tsb akan mate'. Sebetulnya pertanyaan saya ke ustadz itu merujuk kepada fenomena seseorang (ato misalkan kita) yang rajin membagikan infaq sedekah tapi rajin pula meminjam uang kesana kemari untuk menutupi keperluan hidupnya sehari-hari karena orang tsb (or kita) terlibat hutang sana sini: termasuk hutang credit card ??? wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: sekarang mana yang lebih wajib hukumnya...membantu istri di rumah atau sholat wajib di mesjid? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ wrote: Dahulukan yang wajib dari yang sunnah. Beres deh. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) ninghdw@ wrote: Pak Kinan, Menurut saya, kalau isteri lagi eM, ya pak Kinan sebaiknya sholat jamaah di Musholla dong. Tapi, memang harus lihat suasana juga. Kalau keadaannya parah, menurut saya sih bantuin dulu isteri beres-beres. Karena nanti pak Kinan, biarpun berjamaah, tapi jadi tidak khusyu' sholatnya, kepikiran rumah terus. Seperti yang mbak Mei ceritakan di email lain bahwa Rasulullah menyuruh untuk menambatkan unta kita terlebih dahulu sebelum sholat, supaya sholatnya khusyu', tidak kepikiran untanya terus. Jadi hal- hal yang bisa membuat hati kita tidak tenang, tidak fokus pada saat sholat, ya dibereskan dulu. Tapi kalau bisa ditinggal, ya tinggal aja dulu. Pak Kinan bilang ke isterinya untuk istirahat dulu beres-beresnya sejenak, sementara pak Kinan sholat jamaah di masjid, paling lama kan 15 menit-an aja. Setelah pulang, diterusin lagi. Kalau isterinya ngomel, ya dikasih senyum aja, Pak. Suami saya juga suka senyum aja, kalau saya ngomel. Saya jadi malu hati kalau udah begitu, ingat cerita Rasulullah saat minta ijin pada Aisyah saat akan sholat malam (jadi tidak menemani Aisyah tidur), Aisyah menjawab yang isinya kira-kira begini:Sebenarnya aku ingin dan senang engkau temani tidur. Tetapi engkau akan melakukan yang lebih disukai oleh Allah, maka aku ridho engkau tinggalkan. Waah... Isteri teladan kan kalau bisa seperti beliau R.A. Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Kinantaka Sent: Saturday, November 03, 2007 10:41 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
huahuahuahuahuasenangnya bisa ketawa2 sendiri depan komputer walau pun konsekwensinya di cap orang gila..:)) Mba Lina, Kalau Gusti Allah cuek sih memang kudunya karena Gusti Allah ndak bergantung pada Makhluk-Nya artinya hubungan hanya satu arah...makhluk-Nya yang bergantung kepada-Nya tapi tidak sebaliknya... Makanya saya tekankan bahwa tidak ada yang namanya cinta tak bersyarat pada kehidupan Makhluk-Nya karena pada kenyataanya setiap makhluk-Nya memiliki ketergantungan... Mba, memang apa salahnya jika kita mengharapkan surga dan memohon untuk dihindari dari neraka?? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan [EMAIL PROTECTED] wrote: ha..ha..jadi bener dong ya beda antara unconditional love dan cuex itu tipisss banget banget. Saya dicaci sebagai orang cuex (ama orang2 deket), bahkan ama suami..he..he dibilang kelewat cool (cuex maksute). Jadi saya bisa beralasan ini karena saya mencintai suami tanpa syarat...ha..ha... Soal Rabiah Al-Adawiyah, menurut saya sih bukan cintanya kepada Tuhan bersyarat karena dia memohon (berdoa). Lah apa Rabiah gak usah berdoa utk menunjukkan cinta tak bersyaratnya kepada Tuhan? Sayang si Rabiahnya gak ikut 'ngenet' di milis ini sih ya? Tapi setidaknya kita hanya menilai belio dari puisinya itu, lebih sempit lagi dari cuplikan puisinya yang menggambarkan Janganlah sampai orang mengabdi pada Allah karena mengharapkan surga atau janganlahmengabdi pada Allah karena takut masuk neraka. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: selain cinta Sang Pencipta kepada mahkluk-Nya tanpa syarat memang ada cinta makhluk kepada Tuhanya yang tanpa syarat?? Cinta Rabiah Al-Adawiyah pun bersyaratmeminta penerimaan Tuhan-Nya...Kalau Gusti Allah sih cuek aja cinta-Nya pada makhluk- Nya tidak tergantung dari Makhluk-Nya --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ wrote: Mbak Mei, saya jadi kepingin tanya soal cinta-cintaan neh. Unconditional love. Katanya Tuhan mencintai manusia tanpa syarat. Itu makna Ar- rahman Ar- rahimNya Allah. Cinta Rabiah Al-Adawiyah terhadap Tuhannya juga cinta tanpa syarat. Lalu bagaimana cinta antara pria dan wanita? Ada gak? Kalau ada mungkin bedanya tipis ama cuex...:-)) salam cuex, Lina --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, L.Meilany wpamungk@ wrote: Wa'alaikumsalam, Disaat hujan turun dan mau meraih pahala, tiba2 teringat puisi Rabiah Al Adawiyah yg memperkenalkan cinta pada Allah [ baca: diantaranya melakukan ibadah] yg tanpa pamrih. Kalo bahasa gaulnya unconditional love - cinta tak bersyarat. Janganlah sampai orang mengabdi pada Allah karena mengharapkan surga atau janganlah mengabdi pada Allah karena takut masuk neraka. :-) Bekerja, cari uang, membantu isteri, juga adalah ibadah; begitu kata ustad di pengajian. Kata kisah hadits, tambatkan unta sebelum solat, daripada waktu solat kepikiran jadi nggak fokus. Moral hadits ; Bawa selalu kantong kresek bersih kemanapun pergi, sewaktu sholat bungkus sepatu, sendal kemudian tarok di dalam masjid, disamping kita solat. Daripada selesai solat sepatu, sendal sudah dicolong. Kesian deh. Padahal cicilannya saja belum lunas. :-) Salam l.meilany - Original Message - From: Kinantaka To: wanita-muslimah@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, November 02, 2007 2:23 PM Subject: [wanita-muslimah] Di saat hujan turun Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai. Akhirnya saya memutuskan
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat
setuju Pak Ary, kemarin ada teman yang sedikit banyak esmosi oleh masalah maraknya aliran kepercayaan baru di indonesia yang menamakan Islam apa..Islam anu...gitu loh!! saya sih cuman tanya...kenapa musti pake acara marah-marah segala sampe keluar kepri (keputusan pribadi) untuk menyatakan bahwa si Anu itu sesat, si Anu itu kafirbla..bla.. Katanya sih si anu ini disebut kafir bin sesat dan menyesatkan karena apa yang diyakininya telah melanggar dan bertentangan dengan isi dari Al-Qur'an... Mesem-mesem dikit lah di Qur'an yang ngaku Tuhan aja model Fir'aun cuman ditegur dengan kata-kata yang lemah lembutnah bagaimana dengan orang yang sekedar ngaku Nabi doang??? jadi sebenarnya yang melanggar Qur'an itu siapa yach???:)) ** emang ada pasalnya di Qur'an kita tidak boleh ngaku Nabi??;)) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, asetijadi2004 [EMAIL PROTECTED] wrote: mbak Chae, Makanya yang diklaim oleh Allah adalah 'Islam itu rahmatan-lil- 'alamin. Nggak pandang bulu. Mau muslim kek, aliran aneh kek, non- muslim kek semua terayomi dan mendapatkan keselamatan dengan adanya muslim di situ. Yang bilang membuat Islam menjadi rahmatan-lil-muslimin'saja itu termasuk orang egois yang sesat dan menyesatkan. Salam Ary --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Chae chairunisa_mahadewi@ wrote: selain cinta Sang Pencipta kepada mahkluk-Nya tanpa syarat memang ada cinta makhluk kepada Tuhanya yang tanpa syarat?? Cinta Rabiah Al-Adawiyah pun bersyaratmeminta penerimaan Tuhan-Nya...Kalau Gusti Allah sih cuek aja cinta-Nya pada makhluk- Nya tidak tergantung dari Makhluk-Nya --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ wrote: Mbak Mei, saya jadi kepingin tanya soal cinta-cintaan neh. Unconditional love. Katanya Tuhan mencintai manusia tanpa syarat. Itu makna Ar-rahman Ar- rahimNya Allah. Cinta Rabiah Al-Adawiyah terhadap Tuhannya juga cinta tanpa syarat. Lalu bagaimana cinta antara pria dan wanita? Ada gak? Kalau ada mungkin bedanya tipis ama cuex...:-)) salam cuex, Lina --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, L.Meilany wpamungk@ wrote: Wa'alaikumsalam, Disaat hujan turun dan mau meraih pahala, tiba2 teringat puisi Rabiah Al Adawiyah yg memperkenalkan cinta pada Allah [ baca: diantaranya melakukan ibadah] yg tanpa pamrih. Kalo bahasa gaulnya unconditional love - cinta tak bersyarat. Janganlah sampai orang mengabdi pada Allah karena mengharapkan surga atau janganlah mengabdi pada Allah karena takut masuk neraka. :-) Bekerja, cari uang, membantu isteri, juga adalah ibadah; begitu kata ustad di pengajian. Kata kisah hadits, tambatkan unta sebelum solat, daripada waktu solat kepikiran jadi nggak fokus. Moral hadits ; Bawa selalu kantong kresek bersih kemanapun pergi, sewaktu sholat bungkus sepatu, sendal kemudian tarok di dalam masjid, disamping kita solat. Daripada selesai solat sepatu, sendal sudah dicolong. Kesian deh. Padahal cicilannya saja belum lunas. :-) Salam l.meilany - Original Message - From: Kinantaka To: wanita-muslimah@yahoogroups.com ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, November 02, 2007 2:23 PM Subject: [wanita-muslimah] Di saat hujan turun Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk membantu istri beres-beres kamar anak. Saya memilih untuk sholat di rumah saja, yang hanya dapat 1 derajat. Apakah saya salah? Kinantaka [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Pak Kinan, Menurut saya, kalau isteri lagi eM, ya pak Kinan sebaiknya sholat jamaah di Musholla dong. Tapi, memang harus lihat suasana juga. Kalau keadaannya parah, menurut saya sih bantuin dulu isteri beres-beres. Karena nanti pak Kinan, biarpun berjamaah, tapi jadi tidak khusyu' sholatnya, kepikiran rumah terus. Seperti yang mbak Mei ceritakan di email lain bahwa Rasulullah menyuruh untuk menambatkan unta kita terlebih dahulu sebelum sholat, supaya sholatnya khusyu', tidak kepikiran untanya terus. Jadi hal-hal yang bisa membuat hati kita tidak tenang, tidak fokus pada saat sholat, ya dibereskan dulu. Tapi kalau bisa ditinggal, ya tinggal aja dulu. Pak Kinan bilang ke isterinya untuk istirahat dulu beres-beresnya sejenak, sementara pak Kinan sholat jamaah di masjid, paling lama kan 15 menit-an aja. Setelah pulang, diterusin lagi. Kalau isterinya ngomel, ya dikasih senyum aja, Pak. Suami saya juga suka senyum aja, kalau saya ngomel. Saya jadi malu hati kalau udah begitu, ingat cerita Rasulullah saat minta ijin pada Aisyah saat akan sholat malam (jadi tidak menemani Aisyah tidur), Aisyah menjawab yang isinya kira-kira begini:Sebenarnya aku ingin dan senang engkau temani tidur. Tetapi engkau akan melakukan yang lebih disukai oleh Allah, maka aku ridho engkau tinggalkan. Waah... Isteri teladan kan kalau bisa seperti beliau R.A. Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Kinantaka Sent: Saturday, November 03, 2007 10:41 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun Mbak Ning, Kalau istri sedang -eM- bagaimana? Tetap dengan sangat terpaksa sholat sendirian, kan? Kinantaka On 11/2/07, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: Yang bener, gini, pak Kinan... Bantuin dulu isteri beres-beres kamar. Setelah semua beres, pak Kinan ajak isteri sholat berjamaah. Jadi dua-duanya dapet kan ? Dapat pahala bantuin isteri, dan pahala sholat jamaah.. Yang saya fahami, bila di rumah ada yang di-imam-I, lelaki tidak harus sholat di masjid (musholla). Tapi kalau di rumah ngga ada yang diimam-I, ya musti ke masjid atuh... Wass, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups. com] On Behalf Of Chae Sent: Friday, November 02, 2007 3:57 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun yang bener tuch pilih sholat di mesjid Nabawi yang katanya berpahala lebih dari 27 derajat.:)) (kagok edan) hehehehe --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Kinantaka [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk membantu istri beres-beres kamar anak. Saya memilih untuk sholat di rumah saja, yang hanya dapat 1 derajat. Apakah saya salah? Kinantaka [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.c om Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]wanita-muslimah-uns ubscribe%40yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]keluarga-sejahtera%40yahoogr oups.com Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]majelismuda%40yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been
Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Saran saya supaya suami dan istri dapet pahala karena sholat berjamaah kemesjid, sebaiknya suami pergi ke matrial duluayo ada yang tau ga, ngapain ke matrial...?? On 02/11/2007, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: Yang bener, gini, pak Kinan... Bantuin dulu isteri beres-beres kamar. Setelah semua beres, pak Kinan ajak isteri sholat berjamaah. Jadi dua-duanya dapet kan ? Dapat pahala bantuin isteri, dan pahala sholat jamaah.. Yang saya fahami, bila di rumah ada yang di-imam-I, lelaki tidak harus sholat di masjid (musholla). Tapi kalau di rumah ngga ada yang diimam-I, ya musti ke masjid atuh... Wass, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com] On Behalf Of Chae Sent: Friday, November 02, 2007 3:57 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun yang bener tuch pilih sholat di mesjid Nabawi yang katanya berpahala lebih dari 27 derajat.:)) (kagok edan) hehehehe --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Kinantaka [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk membantu istri beres-beres kamar anak. Saya memilih untuk sholat di rumah saja, yang hanya dapat 1 derajat. Apakah saya salah? Kinantaka [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]wanita-muslimah-unsubscribe%40yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]keluarga-sejahtera%40yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]majelismuda%40yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links -- Oky Zayyd Editor in Chief PT. INDOSINEMA NETWORK - Leading Movie Media Jl. Haji Salim III No. 54 Radio Dalam - Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Phone : 021-723-2059 Mobile : 021-9299-5700 [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Yang bener, gini, pak Kinan... Bantuin dulu isteri beres-beres kamar. Setelah semua beres, pak Kinan ajak isteri sholat berjamaah. Jadi dua-duanya dapet kan ? Dapat pahala bantuin isteri, dan pahala sholat jamaah.. Yang saya fahami, bila di rumah ada yang di-imam-I, lelaki tidak harus sholat di masjid (musholla). Tapi kalau di rumah ngga ada yang diimam-I, ya musti ke masjid atuh... Wass, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Chae Sent: Friday, November 02, 2007 3:57 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun yang bener tuch pilih sholat di mesjid Nabawi yang katanya berpahala lebih dari 27 derajat.:)) (kagok edan) hehehehe --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kinantaka [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk membantu istri beres-beres kamar anak. Saya memilih untuk sholat di rumah saja, yang hanya dapat 1 derajat. Apakah saya salah? Kinantaka [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED] This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links
[wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
yang bener tuch pilih sholat di mesjid Nabawi yang katanya berpahala lebih dari 27 derajat.:)) (kagok edan) hehehehe --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Kinantaka [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk membantu istri beres-beres kamar anak. Saya memilih untuk sholat di rumah saja, yang hanya dapat 1 derajat. Apakah saya salah? Kinantaka [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun
Mbak Ning, Kalau istri sedang -eM- bagaimana? Tetap dengan sangat terpaksa sholat sendirian, kan? Kinantaka On 11/2/07, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: Yang bener, gini, pak Kinan... Bantuin dulu isteri beres-beres kamar. Setelah semua beres, pak Kinan ajak isteri sholat berjamaah. Jadi dua-duanya dapet kan ? Dapat pahala bantuin isteri, dan pahala sholat jamaah.. Yang saya fahami, bila di rumah ada yang di-imam-I, lelaki tidak harus sholat di masjid (musholla). Tapi kalau di rumah ngga ada yang diimam-I, ya musti ke masjid atuh... Wass, -Ning -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com] On Behalf Of Chae Sent: Friday, November 02, 2007 3:57 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Di saat hujan turun yang bener tuch pilih sholat di mesjid Nabawi yang katanya berpahala lebih dari 27 derajat.:)) (kagok edan) hehehehe --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Kinantaka [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum Wr. Wb. Semalam di tempat saya hujan turun dengan deras. Gludug dan bledek silih berganti bersahut-sahutan. Seperti biasanya kalau hujan deras, kamar anak saya bocor. Tetesan air hampir membasahi seluruh kamar. Kemudian saya dan istri kerja bakti untuk meminggirkan barang2 agar tidak kebasahan. Sedang asyik2nya beres-beres kamar, terdengar adzan Isya' di musholla sebelah. Saya menghentikan aktifitas beres-beres kamar, segera ambil air wudlu, ambil payung dan bersiap mau berangkat ke musholla. Istri saya menyeletuk: Mau ke mana, mas? Ya mau sholat atuh, apa ndak denger adzan Isya'?, jawab saya. Sholat di rumah aja, kan hujan gede, yah, sahut istri saya kembali. Ibu, ayah kan pengen dapet 27 derajat dengan sholat jama'ah di musholla, jawab saya. Ayah enak dapet 27 derajat, sementara ibu di rumah ngurusin kamar bocor begini. Terserah ayah, deh, ketus istri saya. Deg Jantung saya terhenyak. Ragu2 apakah mau sholat ke musholla untuk mendapatkan 27 derajat atau membantu istri ngeberesin kamar anak yang bocor. Agak lama saya berdiam diri, sampai adzan di musholla hampir selesai. Akhirnya saya memutuskan untuk membantu istri beres-beres kamar anak. Saya memilih untuk sholat di rumah saja, yang hanya dapat 1 derajat. Apakah saya salah? Kinantaka [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.comwanita-muslimah%40yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]wanita-muslimah-unsubscribe%40yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]keluarga-sejahtera%40yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED]majelismuda%40yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed]