- Original Message -
From: "I Made Wiryana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, January 20, 2004 9:20 AM
Subject: Re: [GUNADARMA] milis sepi?
> On Tue, 20 Jan 2004, Sigi Saraswati Warmada wrote:
>
> > On Monday 19 January 2004 17:26, I Made Wiryana wrote:
> > > Kal
berikut:
- Photoshop, Flash MX, Freehand
- Dreamweaver, Frontpage
- Javascript
Kirimkan CV lengkap beserta contoh url pekerjaan/portfolio (bila ada) dan ekspektasi
gaji ke [EMAIL PROTECTED]
Thanks,
Marhaena H.S.
Deptech Digital
Tlp : 75909016
Fax: 55758422
www.deptechdigital.com
> Kenapa harus lebih dulu dosen yg disiplin ?? Kenapa tidak mahasiswa juga.
> Melihat dari ratio, (dosen baru nggka ngajar 3 kali langsung dapat surat
> peringatan) dan mahasiswa, maka bisa dikatakan ketidak disiplinan lebih
> tinggi di mahasiswa.
>
saya setuju dg ini, bahwa mahasiswa lebih tidak
> Perasaan malah saya yg bilang seharusnya diskusi bukan menang/kalah, dan
> anda yg menyuguhkan istilah "win/win" dsb... (kalau ada win apa bukannya
> menang heheh)
hehehe... saya lama2 jadi bingung... Bapak bilang "(heran diskusi koq pakai
menang kalah)", yang artinya Bapak menitik beratkan win/
> Pertanyaan saya, bagaiman caranya mahasiswa bisa berubah lebih dewasa ?
> dalam kurun waktu 1 tahun.
Dengan membuat sistem perkuliahan yang "disiplin", yaitu pihak kampus
"mendisiplin" kan seluruh dosen, staf, asisten dan lain2 dengan aturan2 yg
"keras" didukung oleh pengawasan yang "ketat"...
> Para peserta diasumsikan dapat mengambil hikmah yg dibutuhkan, sehingga
tidak wajib setiap diskusi mencantumkan kesimpulan.
>
Sori lupa... kita ambil kesimpulan untuk meng-clarify apa sebenarnya esensi
dari diskusi ini... dan kalau bisa, diclarify juga mengenai solusinya dan
kendala2nya, kalau t
> Setuju. Saya sering mengamati (walaupun tidak memiliki sedikitpun
pengetahuan ilmiah seperti Pak Made), menurut pendapat saya banyak sekali
mhs/dosen yang bila dalam sebuah diskusi merasa bahwa
pendapatnya/pemikirannya merepresentasikan dirinya (baca: harga diri).
Sehingga bila ada sanggahan terh
> Socrates adalah seorang filsuf yg memulai model explorasi intelektual
> secara "investigatif" artinya dia akan bertanya, dijawab, bertanya dijawab
> dalam diskusi. Tanpa dia sendiri tidak tahu apakah itu benar atau salah
> jawabannya. Jadi proses investigasi inilah yg di"nikmati" bukan hasil
>
> Menurut saya sebuah diskusi bukanlah ajang menyamakan persepsi, apalagi
kalau pesertanya kaum intelektual. Lingkaran setan yang Anda lihat itu
merupakan warna-warni indah dari sebuah diskusi. Biarlah sebuah diskusi
sederhana melahirkan makin banyak warna. Para peserta diasumsikan dapat
mengambil
> Menjadi memutar.mutar karena pada dasarnya anda tetap tak menerimabahwa
> salah satu penyebab policy itu adalah kondisi mahasiswa, simple koq.
hehehehe... Bapak lupa ya... kan saya sudah setuju kalo "kondisi mahasiswa"
juga harus dirubah,... :) tapi menurut saya kampus juga mempunyai peran
hehehhee.. ada baiknya kalau saya tidak jawab satu per satu email yg kontra
dengan pendapat saya, karena hanya akan membuat lingkaran "setan" yg gak
akan ada habisnya, tapi saya akan coba membuat kesimpulan dari diskusi ini,
disertai oleh quote2 dari thread ini dan pertanyaan2 hanya untuk
memastika
hehehehe... sepertinya kita balik lagi ke titik 0... apa mungkin karena
sudah ganti topic jadi kita kembali ke titik 0? :)
Pada thread "Perpustakaan ; Ganti Topik"... terdapat kesimpulan sbb:
1. Prilaku mahasiswa (Gunadarma) belum bisa bertanggung jawab dan belum
dewasa.
2. Univ. Gunadarma masih
- Original Message -
From: "Ni Made Sunarti" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Saturday, June 07, 2003 12:16 PM
Subject: Re: [GUNADARMA] Perpustakaan: membaca buku
> --- Marhaena <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> --cut--
> > Memang d
Kalau masalah ini bisa diluruskan dengan merumuskan pertanyaan2 yg tepat
didalam surveynya, misalnya qualitas dosen dinilai dari sisi pembahasan
materi, cara mengajar, apakah supportive, dsb... pertanyaan2 seperti ini
bisa disusun sehingga "fair" dan objective... maka dari itu harus dibentuk
team p
>
> Saya bisa katakan dari tahu ke tahun Uni memiliki "path" utk melakukan
> perbaikan (karena lebih banyak orang menunjukkan pihak Uni yg bersalah),
> sedangkan sedikit yg memiliki "path" bahwa pihak mahasiswa yg bersalah dan
> harus berubah. Karena sedikit yg menunjukkan bahwa ksealahan juga
>
> Seperti yg saya ceritakan, dalam setiap kelas saya dan kakak saya selalu
> melontarkan pertanyaan seperti
>
> 1. Berapa orang yg ke perpus
> 2. Berapa oprang yg extra baca buku
>
> Dsb, dan ternyata jumlahnyan kecil, maka menjadi pertanyaan apakah lebih
> efektif "membuat perpustakaan lebih terb
> Hm saya menjadi membaca semacam kontradiktif di sini, di satu sisi anda
> tidak terima bahwa turunya policy atas pembatasan fasilitas (misal
> perpustakaan, dsb) akibat perilaku "mayoritas" mahasiswa. Sedangkan di
> paragraf di atsa, Anda mengharapkan kita tidak menilai berdasarkan
> minoritas.
> .oh ya cari format yuk... supaya
> dosen, adm,mhs itu saling menghargai, saling menghormati, supaya harmonis
> tapi bukan kolusi. bukan dengan maksud saling menyalahkan, tapi kalau itu
> terjadi kan, yg dosen enak, yg mhs belajar tenang (meski sebentar-sebentar
> kereta lewat), yg adm juga ak
>
> Kalo yg sering main ke tetangga akan tahu jawabannya tidak hehehehe
>
hehehehe... kebetulan sekali Pak, saya baru saja main ke tetangga... dan ini
hasil saya bermain2 ke tetangga di mIRC, channel #binus
Sepertinya memang rumput tetangga lebih hijau berkilau Pak... :)
hmmm... soalnya pertan
> Yah, namanya juga kampus, mutu pelayanan loket nomor ke sekian, itupun
> syukur "kalau inget" :-) Orang masuk ke kampus utk belajar & mengajar dan
> secara tidak langsung harus mampu melayani diri sendiri.
> Orang2x (termasuk saya) mungkin nggak peduli kalau anda teriak2x pelayanan
> loket x guna
Hmmm... bagaimana kalo kita buat persamaan seperti ini...
Anggap saja loket2 gunadarma tersebut adalah loket2 customer service sebuah
perusahaan... setiap hari tentunya loket2 tersebut dibombardir dengan
pertanyaan2, complain2, dari customernya dll. Lalu bila loket2 tersebut
"tumpul", tidak melay
> Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat luas. Sayangnya definisi
> bagaimana mahasiswa itu sangat berbeda antara situasi di Eropa dan
> Indonesia. Di Eropa relatif mahasiswa diposisikan oleh masyarakat
> sebagai orang yg telah dewasa, dan bisa menentukan apa yg dia inginkan (dg
> kata lain dia
> Hm.. pengurus perpustkaan BiNus adalah teman dekat saya 8-) nanti saya
> tanyakan langsung apa memang seperti itu yg terjadi..
Ok Pak, kita semua akan tunggu jawabannya, saya juga akan cari
"kebenarannya"...
>
> IMW
> NB : rumput tetangga sering terlihat lebih hijau dari rumput sendiri
NB : Mu
> Menindaklanjuti di pihak mana ? Uni saja atau kedua pihak. JAngan hanya
> mengharapkan yg hanya dari pihak Uni yg berubah, sedang dari perilaku
> mahasiswa tidak.
Ya, setuju Pak, mahasiswa dan kampus mempunyai peran yg sama untuk merubah
"keadaan"... jadi masalahnya tidak hanya dititik beratka
us lumus hingga menempatkan Cina digugus teratas
negara paling korup di dunia."
Bagaimana kalau "sistem semacam ini" diterapkan di Gunadarma, semuanya bisa
lebih baikkan, dan bukan hanya individu2 yg "unggul"...
Dan kita butuh orang2 "unggul" untuk membuat dan membentuk
> Mungkin perpus Binus berani seperti ini karena "rate" kehilangan dan
abuse
> yg lebih rendah. Tapi bisa juga mungkin karean mereka berani menambah
> biaya di sisi ini tapi mengurangi biaya di sisi lain (NB : ada banyak
> mahasiswa Binus juga yg bilang di Gunadarma lebih enak... makanya saya
> b
> Sangat berbeda. institusi pendidikan tidak sama dg persh (product
> institusi pendidikan bukan ditentukan hanya oleh institusi tersebut).
>
> Jangan-jangan di masa mendatang, mahasiswa menganggap Uni itu hanya "persh
> penyedia ijazah" jadi mahasiswa nggak perlu capek, nggak perlu belajar,
> kare
> Sayangnya seringkali orang merasa enggan membongkar ke"bobrokan" perilaku
> mahasiswa/masyarakat dalam menjaga milik bersama. Merubah policy
> Gunadarma itu mudah (1 kali rapat pun bisa), tapi merubah prilaku
> mahaisswa itu lama dan perlu diingatkan terus. Justru itu saya lebih
> memilih mengin
> Contohnya seperti di:
> http://digilib1.binus.ac.id/Regulation_TataTertibKunjungan.html
> "..Pengunjung dari luar Universitas Bina Nusantara harus menuliskan
> nama, istansi, dan tujuan kunjungan pada buku tamu.."
> Maaf kalau "memohon" pihak kampus "membantu", padahal pihak kampus sudah
> sanga
> Sejak awal pengembangan situs Gunadarma, sering mengajak mahasiswa, tetapi
> rata-rata "kontinuitas"nya sering dipertanyakan (artinya ketika semangat
> mau, tetapi lama-lama menghilang). Nah ini sulitnya.
Mungkin kalo dalam pengembang situs memang agak sulit untuk mengkontrol
"kontinuitas" maha
> Kendalanya :
>
> 1. Siapa yg mau (alumni mana yg mau)
> 2. Siapa yg bisa persisten melakukan hal ini
>
> Bukannya saya merendahkan alumni tapi melihat kenyataan yg ada.
Memang agaknya sulit kalo sepenuhnya mengandalkan alumni, karena
kepentingannya sudah berbeda, konsentrasi sudah mencari nafkah
Ok Pak, bagaimana kalo alumni gunadarma diberikan tempat untuk mengelola
perpustakaannya sendiri? Jadi dari dua buku yang disumbangkan ke Gunadarma
salah satunya disumbangkan ke perpustakaan alumni. Berarti dari 10 ribu
buku yang Gunadarma dapat dari sumbangan 5000 alumni, setengahnya
disumbangka
Lalu menurut Bapak, kapan kira2 perpustakaan Gunadarma bisa seperti
perpustakaan BC? Apakah akan ada upaya untuk menuju kesitu?
> Suatu solusi akan bergantung berapa effort vs hasil yg diharapkan 8-)
> Utk kedua hal itu perlu dicatat
>
> 1. Yang menjadi anggota BC sebetulnya telah "secara otoma
> Terus terang mereka bisa begini, karean memang masyarakatnya sudah ebgitu
> menghargai perpustkaan( banyak oragn yg menyumbang koleksi perpustakaan,
> menjaga agar koleksi perpustakaan tidah ilang dsb).
>
> Sedangkan situasi di negara tercinta ?? jangankan di tingkat masyarakat
> umum (perpus um
Udah ada yang survey/polling, "Kenapa sangat sedikit sekali MHS/Dosen UGD
yang menggunakan fasilitas perpus?"
- Original Message -
From: "I Made Wiryana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, June 04, 2003 1:53 PM
Subject: Re: [GUNADARMA] Perpustakaan: membaca buku
Nah, inilah yang menurut saya harus digali dan dicari solusinya. Karena
kita sudah tau "gambaran masyarakat kita", kita cari sistem yang dapat
diterapkan serta mengedukasi "masyarakat kita".
Misalnya, sistem perpus dibuat seperti British Council, dimana semua orang
bisa membaca buku secara bebas
Mbak, 2 pertanyaan 1 kritik...
Pertanyaan:
1. Apakah keperluan kita untuk membaca buku hanya pas kita kuliah saja, pas
buat PI/Skripsi?
2. Apakah saya sebagai alumni tidak boleh menggali ilmu diperpustakaan
kampus sendiri untuk meningkatkan pengetahuan profesi saya?
Kritik:
1. Jawaban2 sepert
> Udah dech jangan ngomongin perpustakaan mulu, cari yang bisa bermanfaat (
> ada ilmu atau duitnya atau dua-duanya)
Lho kok ganti topic? Jadi menurut Anda perpus tidak bermanfaat? Bukankah
perpus itu sumber ilmu yang sangat bermanfaat? Anda pun bisa membahas point
1-6 karena Anda baca buku kan?
hello rekan2 milis...
gue pengen bikin applikasi notes (R5) yang ada fungsi attachmentnya...
apakah bisa hanya dengan menggunakan command standar dan fungsi standarnya
notes? atau harus membuat script di script libarynya? kalo harus buat
script, tolong donk contohnya..
mungkin ada dari rekan2 se
39 matches
Mail list logo