[ac-i] WS Rendra dikenang di USM Pulau Pinang

2010-08-27 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Sastera-BERITA HARIAN
 
Cetak . Emel Rakan . 
WS Rendra wira manusia 'kecil'

Oleh Rashiqah Ilmi Abd Rahim
rashi...@bharian.com.my
2010/08/16
ANTARA mereka yang menyertai Seminar WS Rendra: Mengenang Rendra dalam Hubungan 
Budaya Antara Malaysia dan Indonesia di USM, baru-baru ini.
 
Permasalahan mereka yang dibangkitkan dalam karya tarik khalayak

KETOKOHAN Allahyarham WS Rendra sebagai penyair yang membela nasib manusia 
‘kecil’ dan serentak itu berlaku kritis terhadap dasar pemerintah Indonesia 
dibongkar pada Seminar WS Rendra: Mengenang Rendra dalam Hubungan Budaya Antara 
Malaysia dan Indonesia. 

 
Turut dibongkar, kelantangan WS Rendra dalam memperjuangkan nasib golongan 
terpinggir sehingga memberi kesan besar terhadap dunia politik Indonesia, 
sekali 
gus membuktikan lidah kepengarangan lebih tajam daripada mata pedang. 

 
Pensyarah Fakulti Bahasa Moden dan Komunikasi (FBMK), Universiti Putra Malaysia 
(UPM), Prof Madya Dr Lim Swee Tin berkata, puisi Nyanyian Angsa dan Bersatulah 
Pelacur-Pelacur Kota Jakarta berjaya memperlihatkan perjuangan Rendra untuk 
kelompok terbabit. 


“Dalam puisi Nyanyian Angsa, Rendra memperjuangkan nasib pelacur yang diusir, 
Maria Zaitun kerana mengidap sifilis, bukan saja gagal mendapatkan rawatan 
sempurna di klinik, tetapi turut dinasihati paderi di gereja yang menyuruh 
Maria 
berjumpa dengan pakar sakit jiwa,” katanya ketika melapah Rendra di 
Tengah-Tengah Manusia Kecil, Lantang Menyuarakan Penentangan. 


Seminar anjuran Persatuan Karyawan Pulau Pinang dengan kerjasama Kementerian 
Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia dan Dewan Bahasa dan Pustaka 
Wilayah Utara itu berlangsung di Dewan Budaya, Universiti Sains Malaysia (USM), 
Pulau Pinang baru-baru ini. 


WS Rendra turut sinis terhadap kepemimpinan Indonesia dalam Bersatulah 
Pelacur-Pelacur Kota Jakarta yang sinis melalui watak Sarinah dan Dasima, 
pelacur yang sering didampingi pemimpin, penguasa dan pemerintah yang gemar 
melontarkan janji manis terhadap masyarakat bawahan. 

Selain menonjolkan kerosakan moral sesetengah pembesar dan mendedahkan segala 
kepincangan yang berlaku terhadap masyarakat bawahan, WS Rendra turut dilihat 
mengambil posisi membela manusia kecil dengan menenangkan mereka melalui unsur 
nasihat yang diselitkan dalam puisi itu. 


“Karya WS Rendra tidak sekadar indah, malahan menggerakkan kesedaran masyarakat 
dengan rentetan transformasi perjuangan. Ketajaman mata penanya menyebabkan 
beliau pernah ditahan, dipenjarakan dan kadang kala penonton bangkit merusuh 
selepas mendengar deklamasinya. 


“Inilah buktinya bahawa karya sastera pernah memberi impak yang besar kepada 
negara dan masyarakat. Berbeza dengan kebanyakan karya penyair pada hari ini 
yang kurang menunjukkan taringnya, walhal sastera sudah terbukti sebagai alat 
penyampaian yang berkesan,” jelasnya. 


Sasterawan Indonesia, Putu Wijaya, pula menjelaskan WS Rendra yang mendapat 
jolokan Burung Merak itu sudah menjadi fenomena dan inspirasi penggiat seni di 
Indonesia kerana kebijaksanaannya melontarkan kritikan sosial yang mewakili 
suara rakyat. 


“WS Rendra menyebabkan penonton berasa diwakili pada zaman yang penuh dengan 
tekanan itu, meskipun kritikannya tidak baru dan sekadar mengulangi paparan 
dalam akhbar. Bagaimanapun, apa yang diucapkan adalah sesuatu yang ingin 
didengari, lalu karyanya mendapat perhatian. 


“Beliau tidak sekadar bijak menghasilkan puisi, bahkan menjadi inspirasi bagi 
penggiat seni teater Indonesia. Selepas kembali dari Amerika pada 1967, langkah 
teaternya memimpin kebangkitan teater moden di Indonesia yang sebelumnya kurang 
popular di kalangan mahasiswa,” katanya. 


Putu Wijaya melihat kebangkitan teater yang dipelopori WS Rendra ialah tidak 
membiarkan teater sebagai alat hiburan, tetapi alat menyalurkan inspirasi yang 
lebih agresif, vokal dan mencerminkan suara hati masyarakat mengenai isu 
kemanusiaan, politik dan budaya. 


“Ketika WS Rendra mementaskan Macbeth dengan memakai gaya ketoprak, kebudayaan 
Jawa mulai dibaca dari sisi berbeza. Dalam mengusung kearifan teknik adegan 
ketoprak, WS Rendra seperti mengajak masyarakat menyingkap sisi baru dalam 
budaya Jawa,” jelasnya. 


Penerima Anugerah Penulisan Sea Write 1989 , Dr Siti Zainon Ismail pula 
menyifatkan karya awal tokoh itu yang dihasilkan pada 1950-an, begitu rapat 
sekali dengan alam berlatar dan nilai sosiobudaya Jawa kerana beliau dibesarkan 
dalam persekitaran masyarakat Jawa. 


“Kehidupan penyair ini bertolak daripada pegangan awalnya sebagai orang Jawa 
yang berpegang kepada Kristian, sebelum memilih Islam selepas mengkajinya. 
Latar 
budaya dan semangat jiwa lewat kebesaran alam semesta menjadi landasan asas 
penyair ini menggerakkan batin mahupun mindanya. 


“Keprihatinan WS Rendra terhadap unsur alam dapat dilihat dalam Kumpulan 
Sajak-Sajak Sepatu dan Empat Kumpulan Sajak 1961. Nada awal puisinya akrab 
dengan unsur alam, kemudian menyatu dengan peristiwa diskriminasi terhadap 
pelacur sehingga 

[ac-i] Gua Akbar menyimpan situs Mataram-Majapahit

2010-08-27 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Radar Bojonegoro-Jawa Pos Grup
[ Kamis, 26 Agustus 2010 ] 
Di Balik Keelokan Gua Akbar Tuban 
Dulu Angker, Sekarang Jadi Idola Wisatawan 

Tuban memiliki banyak gua. Namun, sedikit yang  seelok Gua Akbar. Gua yang dulu 
dijadikan tempat pembuangan sampah  tersebut sekarang menjadi tempat wisata 
yang 
memikat. 


DWI SETIYAWAN, Tuban 

--- 

GUA Akbar terletak di tengah Kota Tuban, berjarak sekitar  600 meter (m) dari 
Terminal Wisata Kebonsari. Lokasi gua ini persis di  bawah Pasar Baru Tuban. 
Sebelum dibangun Bupati Tuban H. Hindarto  sekitar 13 tahun lalu, gua ini 
dulunya hanya sebuah lubang besar di  perut bumi yang dijadikan tempat 
pembuangan sampah dan buang air besar. 


Gua  ini memiliki stalaktit dan stalakmit. Itu terlihat seluruh ujung  bebatuan 
gua yang masih meneteskan angin. Keasrian lain dari gua ini  munculnya sumber 
air di sejumlah lantai. Sumber air inilah membentuk  telaga-telaga kecil yang 
dihuni ikan hias. 


''Tapi waktu itu  (sebelum dibersihkan dan dibangun seperti sekarang ini), 
keadaan gua  masih terlihat angker dan menakutkan. Kendati demikian, tempatnya 
cukup  bersih,'' ujar Mbah Rohman, 74, warga sekitar.

Sekarang, Gua  Akbar dijadikan satu paket wisata dengan makam Sunan Bonang yang 
hanya  berjarak sekitar 1,5 km dan Pemandian Bektiharjo sekitar 3,5 km.  
''Setelah ziarah dari makam Sunan Bonang, kami menyempatkan melihat  kebesaran 
Gua Akbar,'' tutur Nana Suharna, yang mengaku datang dari  Cianjur, Jawa Barat.

Menurut Rohman, gua mulai rusak ketika Pasar  Baru Tuban mulai dibangun dan 
daerah sekitar mulai ditempati pendatang  liar. Sampah pun mulai menggunung dan 
banyak lalat berdatangan.  ''Pedagang memanfaatkannya sebagai tempat pembuangan 
sampah, sementara  warga menggunakannya sebagai tempat pembuangan hajat,'' 
tuturnya. 


Untung,  lanjut dia, saat itu pemkab setempat cepat merespons dengan menjadikan 
 
Gua Akbar menjadi tempat wisata seperti yang terlihat sekarang ini.  Sebelum 
dijadikan salah satu obyek wisata, imbuh Rohman, mulut goa  tertutup sampah, 
penuh semak belukar serta banyak ditumbuhi  entong-entong (sejenis kaktus). 
''Pokoknya saat itu terkenal angker,''  katanya seraya membayangkan kondisi 
saat 
itu.

Meski tidak ada  referensi sejarah yang mengupas, Gua Akbar dikaitkan warga 
Tuban dengan  kerajaan Mataram. Konon, ketika tentara kerajaan Mataram hendak 
menyerbu  Mojopahit, gua ini dijadikan markas pasukan Mataram. ''Begitulah 
cerita  tutur dari mbah-mbah saya dulu,'' kata Karjan, 75, warga Dusun  
Tegalombo, Desa Semanding, Kecamatan Semanding. 


Salah satu bukti  gua ini pernah dijadikan markas tentara kerajaan adalah 
ditemukannya  tulang-tulang manusia dan piranti perang ketika gua tersebut 
digali.  Pemanfaatan Gua Akbar berlanjut ketika agama Islam berkembang di 
pesisir  utara Pulau Jawa. Seperti disebutkan Sutarno, salah seorang yang suka  
menelusuri tempat bersejarah di wilayah Tuban dan sekitarnya. Gua Akbar  ketika 
itu, menurut dia, menjadi sarang Berandal Lokajoyo berikut  pengikutnya. 
Berandal tersebut termasuk salah satu berandal yang paling  ditakuti dan sudah 
punya nama di tanah Jawa ini. (*/yan)


  
 
HALAMAN KEMARIN 
* Penderita Kusta Jangan Dikucilkan  
* Kos-Kosan Juga Jadi Target Operasi  
* Giliran Mengadu ke DPRD  
* Pemkab Butuh Utangan Rp 46,5 M  
* FKB tak Hadiri Paripurna  
* Warga Serbu Gunungan  
* Butuh Dana Rp 14 M  
* Satu Pemain Lagi Melamar  
* Lamongan Jadi Tuan Rumah Lagi  
* Transaksi Jual-Beli Emas Meningkat  




[ac-i] Sesama Absurdis masih berantem - Lanjutkan !!!!

2010-08-18 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Ruang Putih 
[ JAWA POS Minggu, 15 Agustus 2010 ] 
Belajar Sentosa dengan Arif 
ARIF B. Prasetya -penyair, cerpenis, dan kurator kelahiran  Madiun itu- 
merintis 
karir kepenulisan di Bengkel Muda, Surabaya, ketika  berkuliah di ITS. Dia 
lantas menikah dan bermukim di Bali. Relatif  tenang, tanpa gegar budaya yang 
menyeruak ke permukaan sebagai teks  sastra, tidak seperti Oka Rusmini yang 
gerah dimarjinalkan oleh  lingkungan padahal dirinya hanya mengutamakan cinta.

Sebagai  esais Bengkel Muda, Surabaya, pemikirannya tidak berada di lingkaran  
fisik Bengkel. Sebagai penyair penyuka Neruda dan penyair Amertika Latin  
lainnya, dia pernah dekat dengan Wahyu Prasetya. Bahkan, dia sering  mampir 
untuk mendiskusikan terjemahan puisi Amerika Latin. Ajaibnya,  tidak ada jejak 
kiri Neruda dalam puisi Arif  B. Prasetya, meski ilusi  surealisme dan puitika 
diksi berkonotasi magistik Amerika Latin  berpecototan dalam puisinya. Mungkin 
itu dampak kepekaan, akibat  kecondongan terlalu intens membaca teks bergenre 
sama, karena menandai  puisi terbaik sebagai ''yang melampaui apa yang sering 
dibaca (baca:  cakrawala harapan) dan berbeda dari yang telah diketahui''.

Resepsi  Jaussian menyebut itu sebagai jarak estetik. Dan, yang mengeksiskan  
satu teks yang memiliki jarak estetik itu adalah bacaan di satu sisi dan  (di 
sisi lain) komunitas yang membaca teks yang relatif sama. Sebab,  itu tiba di 
konsensus identik. Dan, kalau kritis dan objektif, kita akan  menemukan 
perbedaan ketimbang apriori menekankan kesamaan teks. Meski,  perbedaan itu 
merupakan konsekuensi dari multipersepsi tanpa bersepakat  menentukan titik 
netral sebelum menyebut kiri dan kanan, sehingga yang  kanan bisa dianggap 
codong kiri ketika diapresiasi dengan penolakan.  Kenapa saya bilang begitu? 
Karena Arif  B. Prasetya itu ya arek Suroboyo, tapi kok digonggong oleh arek 
Suroboyo lagi. Aneh!

*** 

MUNGKIN karena Arif  B. Prasetya (kini) di Bali.  Yang lebih lucu, amarah 
kepada 
Mashuri yang pernah sekampus, sekomunitas  diskusi, dan bahkan (kini) sekantor 
-meski berbeda aplikasi ijazah-  yang dianggap amat bersekongkol dengan Jakarta 
cuma sukses karena  mempublikasikan puisi dan novel di Jakarta. Padahal, W yang 
kuasa  menembus Kalam lebih dulu, lalu Mashuri, makin sering tampil di Kalam, 
Koran Tempo, Kompas,dan Media Indonesia.  Kalau konstelasinya begitu, bukan 
Mashuri, Arif B. Prasetya, Ribut  Wiyoto, atau Mardiluhung yang salah. Yang 
salah itu Jakarta, bahkan  kegagalan memuaskan tuntutan cakrawala harapan dan 
jarak estetik  Jaussian Jakarta.

Agus R. Sarjono dan Horison punya lingkaran berbeda dari TUK (Teater Utan 
Kayu). 
Satu hari Sitok Srengenge mengeluh, GM (Goenawan Muhammad) dan Kalam dianggap 
antek Amerika karena menerima dana asing. Tapi, Horison yang  juga mendapatkan 
dana dari Ford Foundation tak diperlakukan sama. Apa  memang ada kemarahan pada 
lobi dan kucuran dana asing atau hanya karena  kemarahan personal cq individu 
yang tidak disukai yang lalu disasar dengan alasan antek (dana) asing?

Dan berbicara tentang estetika TUK, kita tak bisa menelusurinya hanya dari 
kemunculan Kalam. Sebab, jauh sebelum itu, di akhir 1980-an, di Tempo sering  
ada diskusi yang intinya ingin melawan lirisme dalam puisi, yang  melahirkan 
pemekatan suasana tanpa ada kepastian objek yang ditunjuk  kata.

Anehnya, meski setiap hari, saat itu Afrizal  Malna sering bilang: jangan 
membuat puisi (liris) dalam perbincangan,  esei, prosa, dan puisi, sambil 
dengan 
gagah mencemooh mantra SCB  (Sutardji Colzoum Bachri) dan euphorisme bahasa 
Orba 
dengan  merujuk ke Paulo Freire yang kiri dan gemar menganalisis kondisioning  
sosial-budaya yang harus dilawan dengan penyadaran dan pencerahan.  Nyatanya, 
dia bikin kalimat terang yang melulu menjajarkan benda-benda  dalam ruang dan 
kesadaran mental. Tak lagi ada puisi dan melulu fakta,  tapi tetap gelap. Bukan 
lagi puisi liris pekat suasana, tapi traumatika  teror benda-benda faktual. 
Persis Arif B. Prasetya. Penolakan pada  suasana yang dominan dalam puisi itu 
justru menghasilkan surealisme  benda-benda faktual yang menghadirkan 
traumatika.

Penolakan  lirisme (puisi) menghasilkan puisi prosaik, fantasi yang meliuk 
bebas,  dan panorama surealistik dan magis. Kenapa bisa begitu? 


***

MUSUH  dari ihwal yang puitik itu bukan yang prosaik atau faktual, tapi justru  
yang ilmiah dan hegemonik. Malah, musuh yang puitik itu definisi kaku  yang 
membedakan puisi, prosa, esei, telaah objektif, fakta, fantasi, dan  seterusnya 
itu harus seperti ini. Dan ketika definisi dihancurkan,  tidak ada batasan. 
Ketika kita mengandaikan matahari terbit di nadir dan  tenggelam di zenith, apa 
ada siang dan malam, apa ada timur dan barat?  Ada dekonstruksi besar. Dan 
ketika acuan dihancurkan, maka tidak ada  lagi acuan di satu sisi. Hanya ada 
aku 
dan komunitasku yang menentukan  aturan dan nilai eksklusif.

Ini yang terjadi, tapi  banyak pihak luar lingkaran -yang tumbuh oleh 
kecondongan 

[ac-i] Kenangan Khmer Merah Komunis

2010-08-12 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Khmer Merah
Penjagal Itu Berkisah
KOMPAS.COM Rabu,  11 Agustus 2010 | 09:12 WIB
AP PHOTO/ELIZABETH  BECKER
Bocah-bocah Kamboja berjalan beriringan di dekat pertanian  kolektif pada masa 
pemerintahan Khmer Merah, Desember 1978. Anak-anak  dipisahkan dari orangtua 
dan 
sanak keluarga oleh rezim Khmer Merah yang  melarang adanya hubungan 
kekeluargaan. 

TERKAIT:
* Duch,  Kepala Penjara Khmer Merah,  Divonis
* Korban  Khmer Merah Menanti Keadilan
* Khieu  Samphan Jalani Persidangan
KOMPAS.com — Selama lebih dari tiga dekade, desa-desa di Kamboja menjadi  
tempat 
tinggal para pembunuh diam: para mantan komandan Khmer Merah yang  membunuh 
ratusan, bahkan ribuan korban, lalu membuang jenazah-jenazah  ke kuburan 
dangkal.

Thet Sambath, pembuat film, melewatkan 10  tahun menyisir pedesaan mencoba 
untuk 
menemukan pembantai. Bersama  pemimpin ideologi rezim itu, Nuon Chea, mereka 
mengungkapkan kebenaran  mengenai salah satu dari babak tergelap abad ke-20.

Kisah-kisah  mereka diceritakan dalam film dokumenter Musuh Rakyat, yang  masih 
diputar terbatas di AS. Namun, akan makin banyak bioskop yang  menayangkannya.

Setidaknya 1,7 juta orang atau seperempat dari  jumlah penduduk tewas karena 
dieksekusi, penyakit, kelaparan, dan kerja  paksa ketika Khmer Merah yang 
ultrakomunis mencoba mengubah negara itu  menjadi sebuah firdaus pertanian yang 
luas tahun 1975-1979.

Dalam  film itu, Soun, seorang mantan komandan milisi, duduk di bawah sebatang  
pohon dan memandang lahan yang kini jadi hamparan sawah hijau. ”Saya  kembali 
ke 
sini, tempat saya pernah membunuh,” katanya. Dia menunjuk  beberapa tempat 
lokasi mayat-mayat menggembung bertumpukan. ”Saya  merasakan sesuatu yang 
sangat 
buruk Jiwa dan tubuh saya berputar.  Semua yang telah saya lakukan melintas 
cepat dan seolah nyata di  pikiran.”

Dia ingat bau darah di tangannya saat dia makan nasi  suatu malam. Sebelumnya, 
dia memandang ke mata seorang penjahit cantik  sembari memegang erat lutut, 
memohon untuk diselamatkan.

Soun  tergoda, lalu bertanya apakah penjahit cantik itu mau hidup dengannya  
selamanya. Perempuan itu cepat-cepat berjanji, tetapi ketika Soun  mendengar 
atasannya berteriak, ”Apa yang kau tunggu? Cepat!” Dia pun  langsung menikam 
tubuh perempuan itu dan

Tak ada jalur  perintah

Soun membawa Thet yang berusia 42 tahun itu untuk  menemui para pembunuh lain, 
yang harus diyakinkan perlahan agar mengaku.  Mereka juga menemui pihak yang 
memerintahkan pembunuhan etnis minoritas  dan orang-orang yang dicurigai 
menjadi 
pengkhianat atau mata-mata  Vietnam.

Saat mereka menelusuri hierarki komando, menjadi jelas  bahwa kemungkinan tidak 
pernah ada sebuah ”perintah asli” dari lingkaran  Khmer Merah untuk pembantaian 
di pedesaan. Yang terjadi adalah para  pemimpin daerah dan pejabat-pejabat 
atasan mereka langsung  menginterpretasikan apa yang mereka dengar pada tingkat 
politik abstrak.

Khmer  Merah menghadapi pertikaian di dalam sejak awal. Dua pemimpin utama,  
Pol 
Pot yang meninggal tahun 1998 dan Nuon Chea yang menanti sidang di  mahkamah 
pengadilan perang, mendukung China. Namun, banyak pihak lain  yang memilih 
berteman dengan Vietnam.

Nuon Chea mengakui untuk  pertama kali bahwa dia dan Pol Pot sama-sama 
memutuskan untuk membunuh  semua anggota partai yang dianggap musuh-musuh 
rakyat. ”Mereka harus  dihancurkan,” katanya untuk menyelamatkan partai. Namun, 
dia mengatakan  tidak menyadari atau terlalu sibuk untuk peduli soal apa yang 
terjadi di  desa-desa.

Perjalanan itu merupakan perjalanan pribadi bagi  Thet, seorang reporter senior 
dari surat kabar Phnom Penh Post.

Ketika  dia kanak-kanak, ayahnya ditikam sampai tewas setelah sebuah rapat yang 
 
diadakan kader Khmer Merah. Saat itu dia keberatan atas rencana  penyitaan 
ternak, emas, dan properti pribadi demi partai. Ibunya dipaksa  menikahi 
seorang 
anggota milisi Khmer Merah dan tak lama setelah itu  hamil dan meninggal saat 
melahirkan. Adiknya juga tewas.

Thet  berpikir bahwa menemukan orang-orang yang ambil bagian dalam sebagian  
pembantaian itu akan membantunya untuk mengerti dan menjadi sembuh.  Mereka 
yang 
membuka diri padanya sepertinya juga mendapat manfaat. ”Saya  ingin 
mengungkapkan semua pembunuh yang saya kenal,” kata Soun. ”Ketika  kita 
menemukan mereka dan mengakui semuanya, saya merasa lebih tenang.”

Perlu  bertahun-tahun bagi Thet mendapatkan kepercayaan Nuon. Mereka berdua  
membentuk sebuah ikatan kuat. (AP/DI)
Editor: aegi|   
 
Sumber : Kompas Cetak  Dibaca : 2806 

Sent  from Indosat BlackBerry powered by  



[ac-i] Sesama absurdist berantem di SALIHARA ????

2010-08-10 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Ruang Putih 
[ JAWA POS Minggu, 08 Agustus 2010 ] 
Perang Sastra di Kandang Buaya 
Situasi sastra di Jatim terkini bergerak dalam tarikan krusial  yang kian 
menyedot huru-hara tak berujung dan meruncing. Hal ini  berawal saat Komunitas 
Salihara Jakarta mengundang enam sastrawan Jatim.  Mereka adalah S. Yoga, Timur 
Budi Raja, Indra Tjahyadi, A. Muttaqien,  Mardi Luhung, dan Steffany Irawan. 
Acara itu berlangsung pada 14 Juli  2010 di markas Salihara dengan tajuk 
diskusi 
''Sastra Indonesia Mutakhir  Jawa Timur''. Di media Facebook agenda itu juga 
diunggah dan  direspons. Reaksi pun meruyak. Ada tanggapan yang biasa-biasa 
saja,  dingin, bising di kepala, juga ada yang sinis. Misalnya, nongol  
komentar, ''Eh, mau jualan kambing ya di sana... dan  bla-bla-bla. Esai 
kuratorial Arif B. Prasetya tentang itu dia kirim dan  ditayangkan di Jawa Pos 
(25/7/2010) lalu ditanggapi W. Haryanto  (1/8/2010) yang menyorot politisasi 
sastra dan sentralisasi sastra Jatim  oleh pihak Jakarta. 


Lha, Jakarta ini  didefinisikan sebagai apa dan siapa yang berkepentingan lebih 
politis di  dalamnya? TUK dengan gerombolannya versus sastra Jatim atau 
keduanya  
berkolaborasi membikin arus sastra sendiri dan menenggelamkan wilayah  riil 
sastra yang lain? Atau benarkah terjadi agresi DKJ (Dewan Kesenian  Jakarta) 
dalam mengotak-atik sejarah sastra Jatim seperti yang disebut  W. Haryanto 
dengan penghapusan sejumlah pengarang serta kapling-kapling  pilihan estetik 
mereka? Ini seperti gerak ''lempar batu sembunyi saling  tahu'' antara yang 
dilawan dan yang melawan, ataukah hanya indikasi  krisis identitas 
kepengarangan 
yang tersamar, dalam hiruk percepatan  isu, kasak-kusuk sastra, sampai 
cas-cis-cusnya lewat berbagai media?

Kompor Tersulut 

Politik sastra, apa pun bentuknya, dan upaya  pemetaan sastra Jatim sebagaimana 
yang terlalu sering digembar-gemborkan  oleh semacam dewan kesenian, padahal 
kenyataannya hanyalah omong  kosong, jika ikhtiar itu sekadar diwujudkan dalam 
bentuk antologi puisi,  misalnya. Maka tudingan miring W. Haryanto atas DKJT 
(Dewan Kesenian  Jawa Timur) yang menerbitkan buku Pesta Penyair (2009) harus  
dilihat sebagai bukan usaha pemetaan atau penyortiran penyair-penyair  pilihan 
yang diklaim bermutu. Sorotan urgen adalah bagaimana membaca  pola kerja DKJT 
dalam mengurusi kesenian (sastra) dan mau turun ke  lapangan menyusuri denyut 
komunitas-komunitas sastra atau  penulis-penulis yang bersemai di 38 kota dan 
kabupaten di Jatim. Jelas  ini butuh keringat lebih. Dan, si penuding 
ketidakberesan kerja DKJT ya  percuma saja dan bisa lain perkara. Politik 
dagang 
kambing atau ''dagang  sastra'' di wilayah yang lebih luas ''dagang kesenian'', 
sudah lazim  terjadi dan begitulah praktiknya. Seniman atau pertunjukan 
kesenian  
kerap dijadikan ''ganjal'' untuk kepentingan politik praktis. Banyak  dewan 
kesenian yang tidak sepi dari pertelingkahan dan pembusukan macam  itu.

Karena itu, soal pemetaan sastra tidak cukup  mengunduh lalu mengolah informasi 
dari pejabat DKJT, redaktur koran,  ataupun kliping-kliping sastra. Tilikan 
historis, kronik situasi sosial,  periodisasi, data tokoh-tokoh penggerak di 
dalamnya, hingga ritual  sastra yang permanen sampai yang eksidentil harus 
menjadi kajian pula.  Sebab, yang dinamakan ''pemetaan'' adalah riset intensif, 
mendalam,  upaya pembandingan, dan paham betul kenyataan di lapangan. Pemetaan  
harus mencari bahan dari yang kualitatif sampai yang kuantitatif. Tanpa  bahan, 
atau bahan yang minim, mana mungkin bisa memetakannya. 


Jadi, tulisan Arif B. Prasetya di Jawa Pos yang  berlambar ''Jawa Timur Negeri 
Puisi itu barangkali semata untuk hajatan  Salihara yang sifatnya even. Alasan 
Arif memilih enam sastrawan Jatim  mutakhir itu: ''Karya mereka saya nilai 
representatif untuk menampilkan  sketsa perkembangan sastra Indonesia di Jawa 
Timur kiwari. Namun, selain  soal kemutakhiran belaka, perkara intensitas 
kreatif, pencapaian  estetik, dan kematangan pengucapan menjadi poin penting 
yang menentukan  terpilihnya mereka sebagai wakil Jawa Timur di forum ini. 


Namanya juga kendurenan, alasan Arif tersebut sah-sah  saja. Dan, W. Haryanto 
tak perlu kobongan jenggot, malah  tanggapannya agak melenceng ke wilayah 
problem internal DKJT. Ini makin  bikin panas atau dia sengaja menyoal 
ketidakbecusan lembaga tersebut.  Sebagai kritik, itu baik dan korektif. Tapi, 
kritik yang dipersepsi  negatif bisa jadi ''kompor mbleduk''. Ini angin 
(isu-isu 
sensitif) yang  sengaja diembuskan atau berembus sendiri? Ataukah justru dia 
hendak  menggelontorkan ''perang'' TUK vs sastra Jatim? Wah, bisa jadi  perang 
jilid kedua antar ''Boemipoetra'' Saut Situmorang melawan  ''TUKulisme'' ini!

Lamunan Pemetaan Sastra Jatim 

Perseliweran dialektika sastra di wilayah luar  kekaryaan di Jatim nyata-nyata 
menjadi penyakit tersendiri yang juga  mengimbas pada dangkalnya sejumlah 
tampilan wacana kesastraan atau even  sastra yang digelar DKJT dan 

[ac-i] 60 thn-65 thn podho wae

2010-08-10 Terurut Topik Wajah Bercahaya
* 

* Links 
* Database 
* Calendar 
* Promote 
* Groups Labs (Beta)  
 
 Already a member? Sign  in to Yahoo!  
 
Yahoo! Groups Tips
Did you know...Real people. Real stories. See how Yahoo! Groups impacts members 
worldwide.  

 
Best  of Y! Groups
Check them out and nominate your group.
 Click  here for the latest updates on Groups Message search   
MessagesMessages Help  
  Message #   
Search:Advanced 
[Bookleat]: Acara  Sarasehan 60 thn Kemerdekaan R.I. ( V )   Topic  List   
 Prev  Topic  |  Next  Topic

 
Reply   Prev Message  |  Next Message
 
MENYERAHLAH, ELIT INDONESIA!

Oleh : Viddy AD Daery

Kalian tak bisa terus-terusan membohongi kami, berbuat jahat terhadap  kami,
berkhianat terhadap kami, sambil berpura-pura berpihak kepada kami. Kami  sudah
tahu belang kalian, kami sudah mengepung kalian! Kalian tak bisa lagi
kemana-mana, karena kemanapun kalian melangkah, kalian memijak air mata  kami,
kemanapun kalian terbang, kalian akan lelah dan hinggap di air mata  kami.

Kemanapun kalian berlayar, kalian mengarungi air mata kami.
Semenjak Sukarno berubah menjadi “Raja Jawa” ketika ia sudah merasakan  
nikmatnya
kursi presiden, kami sudah tahu bahwa kami mulai kalian khianati.
Sukarno membangun istana-istana megah untuk para isterinya, darimana  uangnya?
Tentu uang kami.

Tapi kebodohan kamilah yang tak pernah mempersoalkan hal itu sampai  kini.
Kebodohan kami membiarkan Sukarno mencetuskan dekrit presiden yang  menghapus
demokrasi dengan membohongi kami memakai nama “Demokrasi Terpimpin”.  Kebodohan
kami membiarkan Sukarno melantik dirinya sendiri menjadi Paduka Yang  Mulia
Presiden Seumur Hidup, karena kami yang bodoh terlalu berterimakasih  terhadap
pengorbanannya memimpin kami mendirikan negara baru Indonesia merdeka  ini.

Sehingga kami mempertuhankan Sukarno, kami membangun kultus  individu—bahkan
sampai kini—dan membiarkan Sukarno berbuat semaunya, mengkhianati kami,
sekaligus mengkhianati prinsip dan cita-citanya sendiri.

Ketika Suharto memperdayakan Sukarno, kamipun mengikuti saja skenario  Suharto,
kami menuruti apa saja jenis ajakan Suharto mengganyang Sukarno dan Orde  Lama
beserta semua antek-anteknya, sehingga hasilnya kami mengobarkan perang  saudara
yang mengerikan, karena kami yang sudah muak dan lelah dikhianati  Sukarno dan
Orde Lama menjadi terlalu pusing untuk diajak berfikir jernih.

Suharto memberi harapan baru kepada kami. Para koruptor Orde Lama  dipenjara, 
dan
ekonomi dibangun. Kami tak lagi dibiarkan kelaparan. Jalan-jalan lama  yang
terlantar sejak zaman Mojopahit ( dalan gung atau delanggung )  diperbaiki dan
jalan-jalan peninggalan Belanda ditingkatkan mutunya, serta yang perlu  diberi
acungan jempol di zaman Suharto: jalan-jalan barupun dibuka, dirambah  dan
dibangun, diaspal rapi.

Kehidupan seni budaya dibina. Subsidi-subsidi dikucurkan untuk membangun
pusat-pusat pendidikan murah, pusat-pusat seni budaya, pusat-pusat  kajian
intelektual, pusat-pusat iptek, pusat-pusat keagamaan, dan  beasiswa-beasiswa
untuk mencari ilmu ke negara maju digalakkan.

Tapi kebaikan Suharto berangsur surut sejalan dengan semakin lamanya dia
berkuasa dan kembali terkena penyakit kekuasaan yang korup dan dekaden,  apalagi
ketika anak-anak dan cucunya semakin besar dan dewasa lalu diajari ilmu
pengkhianatan terhadap rakyat oleh para syaitan-syaitan politik dan  ekonomi, 
dan
Suhartopun mulai kejam terhadap kami.
Kami kembali dibungkam, seperti zaman Sukarno, bahkan kami dibunuhi dan
kebebasan dirantai, hingga akhirnya kami hampir putus asa terlalu lelah  puluhan
tahun disiksa Suharto.
Kami kembali berteriak gembira ketika mahasiswa disupport Brutus-brutus
mengkudeta Suharto di saat usia Suharto sudah renta, dan terlambat  menyadari
bahwa manusia tak akan bisa selamanya berpura-pura menjadi Tuhan.

Tak ada yang lebih kami kenang ketimbang saat-saat yang gegap gempita  sempena
detik-detik kejatuhan Suharto. Kami ramai-ramai bersujud syukur di aspal  jalan
raya, kampung-kampung berpesta memotong ayam atau kambing, dan  
televisi-televisi
yang rata-rata kepunyaan anak-anak Suharto menyanyikan lagu-lagu  perjuangan
seakan-akan kami baru merdeka dari penjajahan, seakan-akan  televisi-televisi 
itu
bukan milik anak-anak bos yang mereka jatuhkan.

Tetapi memang semua itu hanya tipuan, dan kembali kami tertipu. Rupanya
reformasi hanyalah milik para Brutus yang mengkhianati Suharto dengan
menunggangi gerakan mahasiswa yang berdarah-darah dan disumbang dengan  darah 
dan
nyawa kami rakyat kecil, tanpa pernah berfikir dan berniat untuk membela  kami
sedikitpun.

Para Brutus hanya ingin mengganti Suharto dan orang-orang elitnya lalu  
menduduki
jabatan sebagai Suharto/Tuhan baru serta mendudukkan orang-orang elitnya  untuk
menjadi pemeras kami yang baru, penjajah kami yang baru, penipu kami  yang baru.
O tidak,tidak! Bahkan lebih parah lagi dari itu. Rezim Brutus bahkan  menemukan
sistem baru untuk menindas kami, yakni membuat 

[ac-i] Sooo...neee...faaa

2010-08-10 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Radar Bojonegoro- Jawapos Grup
[ Sabtu, 07 Agustus 2010 ] 
Khusna Wahib S, Seniman Spesialis Mencipta Lagu Kepala Daerah Selain Masfuk, 
Pernah Mencipta Lagu untuk Pak De Karwo 


Khusna Wahib S merupakan seniman asli Lamongan  yang biasa mencipta lagu untuk 
beberapa kepala daerah. Lagu-lagu yang  diciptakan pria asal Desa Padenganploso 
Kecamatan Turi itu antara lain  tentang Bupati Lamongan, Masfuk dan Gubernur 
Jawa Timur, Soekarwo.

B. FEBRIANTO, Lamongan 

---

DALAM acara pamitan Bupati Lamongan, Masfuk  dan Wabup Tsalits Fahami dengan 
para pegawai di Penopo Lokatantra  kemarin terdapat hiburan musik. Salah satu 
penyanyi yang tampil banyak  menarik perhatian undangan, karena penampilannya 
mirip Rhoma Irama.  Bahkan suaranya pun juga hampir sama dengan dengan penyanyi 
dangdut  ternama yang biasa dipanggil Bang Haji tersebut.

Lagu yang  dinyanyikan pria yang tampil khas dengan kacamata itu juga menarik  
perhatian undangan. Sebab lagu-lagu yang dinyanyikan itu benar-benar  lagu baru 
yang belum pernah terdengar di televisi atau radio dan  liriknya menceritakan 
tentang sepak terjang Bupati Masfuk saat memimpin  Lamongan. Pria tersebut 
bernama Khusna Wahib atau biasa dipanggil Abah  Wahib.

Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam acara pamitan itu  merupakan isi dari albumnya 
terbaru yang berjudul 10 tahun mengabdi pada  tanah kelahiran. Dalam album 
bergambar Bupati Masfuk tersebut terdapat  lima lagu yang berjudul, 10 tahun, 
Lamongan, Separuh  Jiwa, H. Masfuk Panglima Perubahan, dan Alun-Alun Lamongan.  
Lagu-lagu dalam album tersebut berirama dangdut. 


''Dari lima  lagu itu, yang tiga lagu merupakan ciptaan saya sepenuhnya. 
Sedangkan  yang dua lagu merupakan ciptaan teman saya, namun untuk liriknya 
saya  
yang bikin,'' kata Abah Wahib kepada Radar Bojonegoro, kemarin.

Abah  Wahib menciptakan tiga lagu cukup cepat, yakni tidak sampai satu jam.  
Dia 
memakai nama Rhisoma Timur dalam nama pencipta lagu di album  tersebut. ''Saya 
dalam mencipta lagu tergantung feeling. Kalau  tidak ada feeling sampai 
berminggu-minggu tidak satu pun lagu  yang tercipta. Tapi kalau lagi feeling, 
dalam 10 menit saya bisa  mencipta satu lagu. Dalam membuat album ini kebetulan 
feeling saya sedang bagus sehingga cepat,'' ungkapnya.

Pria beranak dua  orang tersebut mengungkapkan, untuk proses rekamannya 
membutuhkan waktu  sekitar seminggu. Kebetulan dia memiliki group musik sendiri 
bernama OM  Sonefa dan dibantu penyanyi lokal sebagai backing vokal, Ita 
Mustika.  ''Alhamdulillah, pembuatan album ini cukup cepat,'' ujarnya.

Pembuatan  lagu-lagu dalam album tersebut merupakan murni dari insiatif dan  
inspirasinya sendiri. Yakni berisi ketertarikan dan kekagumannya kepada  Bupati 
Masfuk yang berhasil membuat Lamongan menjadi maju dan tidak  kalah dengan 
daerah lain. ''Apa yang saya rasakan merupakan isi dari  lagu itu. Saya tidak 
berbohong, karena syair tidak boleh bohong dan saya  memang takjub dengan 
Lamongan yang saat ini banyak yang terdepan,''  ujarnya.

Salah satu contoh lagu yang diceritakan tentang proses  inspirasinya yakni 
Alun-Alun Lamongan. ''Saat itu saya iri dengan  lagu-lagu yang sudah tenar 
seperti Alun-Alun Nganjuk. Kemudian  saya melihat Alun-Alun Lamongan yang saat 
ini telah berubah total dan  bisa dibanggakan sehingga layak untuk diabadikan 
dalam sebuah lagu,''  ceritanya.

Kemampuan mencipta lagu dan menyanyi pada diri Wahib  sebenarnya cukup mumpuni. 
Sebab dia juga banyak mencipta lagu, terutama  untuk para kepala daerah. Selain 
Masfuk juga pernah mencipta lagu untuk  Gubernur Jawa Timur, Pak Dhe Karwo. 
Sedangkan kemampuan menyanyinya  lebih bagus lagi, karena dia selalu menjadi 
pendamping penyanyi dangdut  top, Ida Laila setiap manggung di seluruh 
Indonesia 
yang biasanya dalam  acara nada dan dakwah.

Selain memiliki jiwa seniman, Wahib juga  memiliki jiwa ulama. Itu ditunjukkan 
dengan Ponpes Baitul Muslim yang  berhasil dibangunnya sejak 1990. Menariknya, 
santri yang berjumlah 50  orang di ponpesnya itu sama sekali tidak ditarik uang 
belajar alias  gratis. ''Dana untuk menghidupi pondok itu ya dari menyanyi dan 
mencipta  lagu ini, selain dari dermawan insidental termasuk Pemkab Lamongan.  
Belum ada donatur tetap untuk pondok saya ini,'' ungkapnya.(*/nas)



[ac-i] Kemunduran Perhatian Sastra di Malaysia

2010-08-10 Terurut Topik Wajah Bercahaya
SASTERA-UTUSAN MALAYSIA


ARKIB : 06/08/2010   
Sasterawan Melayu susah
Oleh AZNAN BAKAR
aznan.ba...@utusan.com.my

 
Gambar yang dirakamkan pada  1987 menunjukkan (dari kiri) Keris Mas, Usman 
Awang, bekas perdana  menteri, Tun Dr. Mahathir Mohamad dan A. Samad Said. 


 

BERCAKAP tentang sastera Melayu seolah-olah ia sudah tidak ada masa  depan. 
Dengan perkembangan dunia Internet karya sastera sudah tidak  dihiraukan. 



Sasterawan yang pernah menghasilkan karya-karya besar, yang pernah  dipuja dan 
disanjung satu ketika dahulu kini tidak lagi mempunyai  peranan dalam 
masyarakat.

Malah karya mereka semakin dilupakan. Kalau dianggap menjadi hiasan  pada 
rak-rak buku di institusi pengajian tinggi sudah boleh dikira  bertuah.

Tetapi untuk melihat ia dijual di kedai-kedai buku ternama jangan  harap 
sangat. 
Mungkin pada sesetengah orang, karya sasterawan tempatan  ini terutama yang 
dihasilkan pada zaman sebelum merdeka dan awal  kemerdekaan tidak ada nilai 
komersial. Jadi tidak guna ia diulang cetak  dan diberi layanan istimewa oleh 
kedai-kedai.

Hasilnya kini, sasterawan Melayu hidup susah. Kenapa mereka hidup  susah? 
Menurut Sasterawan Negara, Datuk A. Samad Said atau lebih senang  disapa Pak 
Samad, ini kerana sasterawan Melayu tidak begitu diperlukan.
Apa yang dikatakan oleh Pak Samad itu bukan disebabkan ia datang  daripada 
orang 
kecewa seperti diselalu ditohmahkan oleh kumpulan  tertentu.

Tetapi ia berdasarkan pengalaman dan realiti. Kenyataan tetap kenyataan. Ia 
tidak boleh dinafikan oleh sesiapa.
Cubalah kita cari hasil karya penulis tersohor satu ketika dahulu  seperti 
Ishak 
Hj Mohamad atau Pak Sako, Usman Awang, Zaabah dan Keris  Mas. Susah untuk 
diperolehi.

Sedangkan kata Pak Samad, karya-karya mereka adalah sebahagian daripada 
khazanah 
negara.
Tetapi hakikatnya, hasil yang pernah dianggap sebagai karya agung itu begitu 
sukar diperolehi.
Seolah-olah ia dibiarkan lenyap dari muka bumi hingga satu hari nanti  generasi 
muda di negara ini langsung tidak tahu bahawa kita ada  khazanah seperti itu.

Jadi tidak hairan apabila generasi hari ini tidak lagi menghargai golongan 
sasterawan.
Sepatutnya kata Pak Samad, setiap anak muda perlu mengenali tokoh sastera 
seperti Usman Awang.
Sebaliknya katanya, anak-anak zaman ini memulakan kehidupan mereka  sama ada di 
sekolah mahupun di institusi pengajian tinggi tanpa  mengetahui mereka 
mempunyai 
khazanah sastera yang bernilai.

Anak-anak kita harus kenal Usman Awang, tegas Pak Samad.
Kegusaran Pak Samad ada wajarnya jika dilihat kepada layanan yang diberikan 
kepada khazanah sastera Melayu di negara ini.
Jika sastera barat diangkat dan dimuliakan, sastera Melayu pula dibiar 
terpinggir seperti tidak terbela.
Sebab itu kata Pak Samad sasterawan Melayu hidupnya susah.

Mengambil contoh buku Killing the Morking Bird karya Harper Lee, Pak Samad 
berkata, sehingga kini ia terus mendapat tempat di rak-rak buku utama.
Pergilah ke mana-mana kedai di ibu negara, ia boleh diperolehi dengan mudah. 
Sedangkan buku itu sudah mencecah 50 tahun.
Malah sempena ulang tahunnya yang ke-50 ia diulang cetak dan  dipromosi secara 
besar-besaran sebagai karya sastera yang perlu dibaca  oleh setiap anak muda di 
Amerika Syarikat.
Sedangkan Killing the Morking Bird merupakan satu-satunya karya yang dihasilkan 
oleh Harper Lee.
Bayangkan bagaimana seorang itu yang hanya menulis sebuah buku terus boleh 
menjadi jutawan, kata Pak Samad.

Malah karyanya terus diangkat hingga ke hari ini termasuk di kalangan anak-anak 
muda di Malaysia.
Tetapi apa jadi dengan karya sasterawan tempatan? Apa jadi dengan karya Pak 
Sako 
seperti Anak Mat Lela Gila dan Putera Gunung Tahan?

Dua buku ini merupakan antara karya yang dianggap hebat pada zamannya  terutama 
dalam meniup semangat nasionalisme untuk menentang penjajah.

Malangnya, ia bukan sahaja terpinggir tetapi hampir dilupakan begitu sahaja 
tanpa apa-apa penghargaan.
Jika Killing the Morking Bird boleh diangkat, dipromosi dan  diulang cetak 
walaupun ia membawa nilai masyarakat 50 tahun lalu, kenapa  untuk karya 
tempatan 
tidak boleh diberi layanan yang sama?
Jangan nilai karya Ishak (Pak Sako), Anak Mat Lela Gila dengan nilai estetika 
sekarang. Tetapi kena berdasarkan dengan nilai pada waktu itu.

Pada waktu itu buku ini sangat berjejak kepada masyarakat, katanya.
Sebab itu kata Pak Samad, karya Pak Sako sepatutnya dijadikan bacaan  wajib di 
semua peringkat kerana ia merupakan hasil kesusasteraan yang  membawa kepada 
perjuangan bangsa.
Yang penting katanya, karya-karya besar sastera Melayu perlu  diwariskan kepada 
generasi seterusnya. Ia perlu terus dihayati dan  dihargai sebagai khazanah 
bangsa dan negara.



[ac-i] ‘Malam Merah Putih’ Pembacan Puisi, Cerpe n dan Musikalisasi Puisi 7 Agst-TIM

2010-08-03 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Agenda TIM Bulan Agustus 2010


Rabu, 28 Juli 2010 | 01:27 WIB
Festival Seni Budaya Tionghoa - Indonesia 

‘Memaknai Keberagaman’   

Jumat  Sabtu, 6 - 7  Agustus 2010

Halaman, lobi, teras, dan panggung Teater Kecil  

Gratis Untuk Umum

Menandai sekaligus memaknai 60 tahun hubungan Indonesia – Cina (RRC), komunitas 
penulis Tionghoa Indonesia Yinhua, bekerjasama dengan Dewan Kesenian Jakarta 
(DKJ) akan menggelar Festival Budaya Tionghoa – Indonesia.
Festival dengan tema ‘Mamaknai Keberagaman’ ini akan diisi dengan diskusi dan 
pertunjukan sastra, temu penulis, pemutaran film, bazaar, pameran dan demo 
melukis kaligrafi. Diharapkan,  festival akan dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta, 
Bapak  Fauzi Bowo, dengan pemukulan ‘Ku’ – alat musik tradisional Cina.

Pentas Lenong Betawi
‘Mirah Gadis Marunda’
Jumat, 6 Agustus 2010, pkl 20.00 WIB

Plaza,
Gratis Untuk Umum

Si Mirah belajar ilmu silat yang tinggi dari bapaknya, sehingga mengalahkan 
semua jejaka yang meminangnya. Mirah dan bapaknya membela rakyat terhadap 
perampok-perampok yang banyak beraksi disekitar Marunda. Karena salah paham, 
Mirah terpaksa melawan Asni, jagoan Kemayoran. Mirah dikalahkan oleh Asni dan 
kemudian menjadi istrinya.

Pada pesta perkawinan Mirah, si Tirta dari Karawang menembak Bek Kemayoran dan 
bapak si Mirah. Tirta kemudian lari, tetapi dikejar oleh Mirah, dan ketika akan 
merebut pistol Tirta, peluru lepas dan menembus si Tirta. Sebelum meninggal, 
Tirta masih dapat berpesan kepada Asni bahwa ia adalah adiknya yang berasal 
dari 
ibu yang lain. 



Pemain : 
HJ. Nori, Kubil, Rinni S Bon Bon, Edi Oglek, Ucup, Jaka, Rudi Sipit, Jaya, 
Atin, 
Rita Hamzah, Madih, Abnon 

Pembina : Drs. Syahrial M.M
Sutradara : Syaiful Amri
Ass. Sutradara : Maulana Firdaus
Penata Musik : Andi Suhandi
Penata Artistik : Adi
Penata Kostum : Nuk Sri Lestari
Penata Rias : Nengah Nuarti Asih

Pembukaan acara 
Courts-Circuits : Special à courts d’écran # 4
Jumat, 6 Agustus 2010
Teater Halaman, pkl. 19.00 WIB
Untuk keempat kalinya CCF Jakarta akan menyelenggarakan program Courts-Circuits 
: Special à courts d’écran # 4, setelah yang pertama dan kedua diselenggarakan 
di Kineforum dan Galeri Cipta II – 2007 dan 2008, kemudian di Galeri Nasional 
untuk yang ketiga pada tahun 2009.

Visi dari program ini adalah untuk mendukung serta memfasilitasi pembuat film 
muda Indonesia, membuat ruang temu antara pembuat dengan penonton, serta ruang 
dialog antara Indonesia – Perancis, melalui medium film pendek.   


==

‘Malam Merah Putih’
Pembacan Puisi, Cerpen dan Musikalisasi Puisi
Sabtu, 7 Agustus 2010, pkl 20.00 WIB
Plaza

Gratis Untuk Umum

Dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-65, PKJ-TIM mempersembahkan acara 
pembacaan puisi, cerpen dan musikalisasi puisi bersama sastrawan-sastrawan 
ternama Indonesia : Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq Ismail, Putu Wijaya, Remy 
Sylado, Hamzad Rangkuti, Ahmadun Yosi Herfanda, Remy Novaris, Asrizal Noer, 
Viddy AD Daery, Irmansyah, Rukmi Wardani, Teater Tanah Air dan Sanggar Matahari 
++

==




[ac-i] Orang Betawi

2010-07-27 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Betawi sebagai etnis sudah ada sejak lama

Dalam buku Babad Tanah Betawi, Ridwan Saidi sang penulis buku tersebut, 
mengklaim bahwa nenek moyang orang Betawi adalah Aki Tirem atau  Sang Aki 
Luhur Mulya, seorang penghulu kampung yang  tinggal di pinggiran Kali Tirem, 
Warakas, Tanjung Priuk.

Aki Tirem sebagaimana yang tercatat dalam Naskah Pangeran Wangsakerta dalam 
Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara, Parwa 1, Sarga 1, adalah putera Ki 
Srengga, Ki Srengga Putera Nyai Sariti Warawiri, Nyai Sariti Warawiri puteri 
Sang Aki Bajulpakel, Aki Bajulpakel putera Aki Dungkul dari Swarnabhumi bagian 
selatan kemudian berdiam di Jawa Barat sebelah Barat, Aki Dungkul putera Ki 
Pawang Sawer, Ki Pawang Sawer Putera Datuk Pawang Marga, Datuk Pawang Marga 
putera Ki Bagang yang berdiam di swarnabhumi sebelah utara, Ki Bagang putera 
Datuk Waling yang berdiam di Pulau Hujung Mendini, Datuk Waling putera Datuk 
Banda, ia berdiam di dukuh tepi sungai, Datuk Banda putera Nesan, yang berasal 
dari Langkasungka. Sedangkan Nenek moyangnya berasal dari negeri Yawana sebelah 
barat.

Setelah menikahkan anaknya Pohaci Larasati dengan sorang pangeran pelarian dari 
India yang berilmu tinggi, Dewawarman, maka keturunan Aki tirem inilah yang 
oleh 
Ridwan Saidi disebut sebagai manusia proto betawi. dan terus berkembang sampai 
sekarang sebagai etnis yang mendiami wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Menurut perkiraan saat ini, orang Betawi yang ada di Jakarta itu ada sekitar 27 
persen atau 2.310.587 jiwa. Jumlah ini artinya etnis Betawi menjadi etnis 
terbanyak kedua setelah etnis Jawa yang sekitar 33 persen. Warga pribumi 
Jakarta 
ini hidup terpencar-pencar di lima wali kota. Lalu etnis Betawi yang hidup di 
Bekasi, Tangerang, dan Depok mencapai angka 2.340.000-an jiwa.

Betawi sebagai etnis sudah ada sejak lama, secara tertulis sebutan orang Betawi 
pertama kali terdapat dalam dokumen 1644 berupa testament Nyai Inqua, janda 
Tuan 
Tanah Souw Beng Kong, Kapiten Tionghoa pertama ditanah Betawi. Tetapi sebagai 
satuan sosial dan politik, etnis Betawi baru muncul ketika Mohamad Husni 
Thamrin 
mendirikan organisasi kemasarakatan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Di saat itu 
mungkin baru kaum terpelajar dan segelintir saja orang Betawi, yang sadar 
sebagai  suatu golongan etnis yang akan berperan dalam panggung sosial politik. 



[ac-i] Kkkk..kkoopppiiii Lllluuwwwaaakk...

2010-07-27 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Radar Banyuwangi -Jawa Pos Group 
[ Minggu, 25 Juli 2010 ] 
Mengintip Produksi Kopi Luwak di Perkebunan Kayu Mas, Arjasa 
Selama 3 Bulan, 105 Ekor Hasilkan 1,5 Ton Kopi 

Harga kopi luwak di pasaran begitu menggiurkan. Perkebunan Kayu Mas di 
Kecamatan 
Arjasa, Situbondo dikenal sebagai penghasil kopi Luwak kali pertama di Jawa 
Timur. 


EDY SUPRIYONO, Situbondo 

--- 

SUDAH sangat mafhum, harga kopi luwak di pasaran begitu menggiurkan. Di 
Situbondo, secangkir kopi luwak harganya mencapai Rp 50 ribu - 60 ribu. 
Sedangkan harga kopi luwak per kilogramnya kini hampir Rp 1 juta. Mahalnya 
harga 
kopi Luwak itu memang sangat wajar. Selain rasanya yang khas, produksinya juga 
begitu terbatas.

Salah satu pihak yang sukses mengelola dan memproduksi kopi luwak ini adalah 
Perkebunan Kayu Mas, Kecamatan Arjasa. Perkebunan tersebut juga dikenal sebagai 
produsen kopi luwak kali pertama di Jawa Timur. Sebab itulah, PTP Kayu Mas 
begitu eksklusif dan membatasi diri untuk urusan produksi kopi luwak. Di pintu 
masuk penangkaran luwak, ada tulisan 'Dilarang mengambil gambar'. 


Salah satu tujuannya, kemungkinan agar strategi teknis produksi kopi luwak 
tidak 
diadopsi oleh pihak lain. Banyak pihak yang mengatasnamakan kami, padahal kopi 
(luwak)-nya tidak order ke kita. Kami tidak mau dirugikan, terang salah 
seorang 
petugas perkebunan.

Manajer PTP Kayu Mas, Ir Erwanu Suhandi mengungkapkan, permintaan terhadap kopi 
luwak ke depan akan terus meningkat. Selain cita rasanya yang banyak digemari, 
produksi kopi luwak juga begitu terbatas. Sebab, produksi kopi bubuk jenis ini 
sangat bergantung kepada hewan yakni luwak. 


Produksinya pun tidak bisa terus dilakukan. Biasanya hanya pada musim kopi. Ini 
seiring dengan tersedianya buah kopi sebagai makanan luwak. Selanjutnya, kopi 
yang dimakan itu akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Namun biji kopi tetap 
utuh. Luwak hanya makan kulit kopi yang rasanya manis. 


Nah, biji kopi yang keluar bersama kotoran luwak itulah yang akan diolah 
menjadi 
kopi bubuk. Kopi harus masuk ke perut Luwak dulu untuk mendapatkan enzim 
khusus, tidak bisa di rekayasa di luar, paparnya.

John Sinaga, pengelola penangkaran luwak mengungkapkan, saat ini PTP Kayu Mas 
sudah memiliki 105 ekor luwak. Binatang itu ditempatkan dalam sangkar yang 
telah 
diberi sekat dalam satu kompleks penampungan. Sangkar luwak didesain sebisa 
mungkin menyerupai habitat aslinya. Ini dilakukan, agar luwak tidak stres dan 
mampu berproduksi secara maksimal.

Meski jumlah yang ditampung lumayan banyak, namun produksi kopi Luwak sangat 
terbatas. Sebab, begitu menggantungkan pada hasil kotoran luwak. Per hari hanya 
mampu terkumpul 10 Kg hingga 15 Kg. Itu pun berat kotor, sebab belum diolah. 
Kalau diolah bisa hanya tersisa 50 sampai 75 persen, terangnya. 


Menurut John, selama musim panen (tiga bulan) kopi Luwak yang dihasilkan PTP 
Kayu Mas antara 1 ton hingga 1,5 ton. Setelah musim panen kopi lewat, luwak tak 
bisa lagi berproduksi. Ini mengingat tidak adanya buah kopi yang akan 
dikonsumsi 
luwak. Selepas musim kopi, kita gunakan untuk masa perawatan Luwak, mereka 
kita 
beri makan buah, ungkap John.

PTPN Kayu Mas juga berusaha menangkarkan Luwak. Hingga saat ini, sudah ada tiga 
bayi luwak yang lahir. Sulit untuk menangkarkan. Kalau terlambat mengamankan 
bayi yang dilahirkan, bayi luwak itu bisa dimakan induknya sendiri, papar 
John. 
(bay)



[ac-i] Budaya Pendalungan

2010-07-27 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Radar Jember -Jawapos Group 
[ Minggu, 25 Juli 2010 ] 
Indahnya Budaya Pandhalungan 


Jember - Sejarah kabupaten Jember, tak akan pernah lepas dari perkebunan. 
Keberadaan perkebunan ini punya andil besar dalam memadukan etnis Jawa dan 
Madura di Jember hingga akhirnya membentuk budaya pandhalungan sebagai budaya 
yang berkembang di Jember.

Tipe kebudayaan orang pandhalungan adalah kebudayaan agraris-egaliter. Penanda 
simbolik yang tampak jelas dari tipe kebudayaan ini terdapat pada seni 
pertunjukan yang digeluti dan penggunaan bahasa sehari-hari yang secara dominan 
menggunakan ragam bahasa kasar (ngoko) dan bahasa campuran antara dua bahasa 
daerah atau lebih.

Jejak rekam yang bersumber dari berbagai arsip dalam bahasa Belanda seakan 
menguatkan sejarah Jember yang bermula dari kapitalisasi industri perkebunan 
adalah sebuah kota yang lahir dari sebuah proses modernisasi kota-kota Hindia, 
sebagai akibat dari sistem perusahaan bebas yang dianut sebagai prinsip umum 
ekonomi, sejak masuknya kapital besar, periode akhir abad XIX.

Sejarah perkembangan pesat peradaban Jember sebagai wilayah industri perkebunan 
juga ditentukan oleh semakin merebaknya perusahaan swasta Belanda di wilayah 
Jember utara dan Jember tengah.

Adalah George Birnie yang pada tanggal 21 Oktober 1859 bersama dengan Mr. C. 
Sandenberg Matthiesen dan van Gennep mendirikan NV Landbouw Maatsccappij Oud 
Djember yang semula bergerak di bidang perkebunan tembakau.

Lantas kemudian, industri perkebunan semakin meluas dengan tumbuhnya kopi dan 
kakao sebagai tanaman lanjutan tembakau atau yang ketika itu disebut dengan 
daun 
emas. Sebab, usaha yang dilakukan George Birnie membuat para ondermener (tuan 
tanah, Red) Belanda tertarik untuk mendirikan industri perkebunan pula. 


Tembakau pun bergeser menjadi tanaman pertanian karena sifatnya yang musiman. 
Sedangkan tanaman seperti kopi, kakao, dan karet tetap menjadi tanaman 
perkebunan karena merupakan tanaman tahunan.

Kehadiran sistem perkebunan swasta ini telah membawa perubahan-perubahan sosial 
dan ekonomi pada masyarakatnya. Jember yang tadinya merupakan distrik (sebutan 
administratif setingkat kecamatan pada zaman colonial, Red) dan menjadi bagian 
dari afdelling (merupakan wilayah administratif di bawah karisidenan pada masa 
kolonial, Red) Bondowoso, Jember akhirnya menjadi afdelling yang berdiri 
sendiri 
pada tahun 1800 an.

Terbangunnya Jember sebagai afdelling tersendiri membuat pemerintah pusat 
mengadakan perombakan infrastruktur, seperti pembangunan rel kereta api dari 
Surabaya melalui Jember hingga Panarukan yang berfungsi sebagai pelabuhan untuk 
melakukan ekspor hasil alam seperti tembakau, kopi, kakao, dan juga karet serta 
biji-bijian kedelai.

Pada saat itu, tumbuhnya industri perkebunan dalam tempo yang relatif cepat 
membuat Belanda menggiring masyarakat etnis Jawa dan Madura untuk masuk ke 
Jember guna dijadikan pekerja perkerbunan, ujar Ayu Sutarto, Budayawan Jember.

Mereka, lanjut Ayu, mengabdikan diri menjadi buruh migran perkebunan dan 
pertanian. Namun, dominasi masyarakat Jawa dalam industri perkebunan relatif 
sedikit, sebab masyarakat Jawa yang masuk ke Jember sebagian besar berasal dari 
Jawa Matraman yang mata pencaharian terbesarnya adalah bertani. 


Sedangkan masyarakat Madura, lebih banyak mendominasi posisi buruh perkebunan. 
Hingga saat ini, masyarakat yang bertahan menjadi buruh perkebunan adalah etnis 
Madura.

Seiring perjalanan waktu, Jember yang merupakan lumbung padi, dan disebut 
sebagai kota perkebunan yang memberikan hasil alamnya bagi negeri ini justru 
lebih dikenal sebagai kota pendidikan dan Jember Fashion Carnival (JFC). 
Keanggunan dan kekayaan perkebunan yang harusnya bisa tetap dipertahankan 
menghilang begitu saja ditelan masa.

Padahal, total luas areal perkebunan di Jember mencapai ribuan hektare. Untuk 
perkebunan kopi di Jember misalnya, luasnya mencapai 16.882 hektare, 
masing-masing diisi dengan pengusahaan kopi rakyat seluas 4.911 hektare yang 
tersebar di 27 kecamatan dengan areal terluas berada di Kecamatan Silo. 


Selanjutnya, sebanyak 14 kebun dengan luas areal 6.009 hektare dikelola oleh 
PT. 
Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) dan 7 kebun seluas 2.267 hektare dikelola 
oleh Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP), serta 10 kebun dengan luas areal 3.695 
hektare dikelola oleh pihak swasta.

Sementara itu, untuk komoditi tanaman perkebunan kakao di Jember dari total 
luas 
areal 4.641 hektare, masing-masing dipegang oleh perusahaan perkebunan seperti 
PTPN XII dengan mengelola 4 kebun yang luasnya 3.914 hektare.

Sedangkan, 3 kebun dengan luas 216 hektare dikelola oleh PDP. Sisanya, sebanyak 
5 kebun dengan luas areal 511 hektare dikelola oleh swasta.

Ada pula perkebunan yang terdiri dari aneka ragam tanaman seperti lada, kelapa 
sawit, dan juga vanili yang juga dirintis sejak zaman kolonial. Namun, 
masyarakat Jember saat ini cenderung tidak ingin melakukan pengembangan 
terhadap 
tanaman-tanaman tersebut.


[ac-i] Sejumlah Penyair Indonesia peserta PPN IV Masih di Brunei

2010-07-27 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Sejumlah Penyair Indonesia Masih di Brunei
ANTARA-Selasa, 20 Jul 2010 10:44:00| Budaya  Pariwisata | Dibaca 17 kali | 
Penulis : Slamet Agus Sudarmojo
Bandar Seri Begawan, - Sejumlah penyair asal Indonesia masih belum meninggalkan 
Brunei Darussalam, setelah mengikuti acara Pertemuan Penyair Nusantara ke-IV di 
Bandar Seri Begawan, pada tanggal 16 Juli - 19 Juli. Saya baru bisa pulang 24 
Juli, karena jadwal pesawat, kata penyair asal Batam, Tarmizi Rumahitam, di 
Pusat Belia di Bandar Seri Begawan, Selasa.

Disamping itu, penyair lainnya yang masih belum kembali ke Indonesia yaitu 
penyair asal Medan, Rahim Qahhar, penyair asal Jawa Timur, Ary Nurdiana 
(Ponorogo), Hardho Sayoko SPB (Ngawi), Anna Noor (Tangerang), Didik Wahyudi 
(Bojonegoro), Agus Sigro (Bojonegoro). Mereka, belum pulang hanya karena 
menunggu jadwal keberangkatan pesawat. 


Tarmizi Rumahitam mengaku berangkat ke Brunei dengan uang saku pas-pasan hanya 
Rp4 juta. Dengan uang itu, tidak mungkin cukup untuk menempuh perjalanan dari 
Batam ke Brunei dengan pesawat. Karena itu, dia menghemat lewat Johor Malaysia, 
naik kapal Ferry dari Batam menuju Johor; lalu lewat darat naik bus ke Kuala 
Lumpur, sebelum akhirnya terbang dengan pesawat dari Kuala Lumpur ke Brunei.
Di Kuala Lumpur, Tarmizi harus menginap satu malam di Rumah Gapena bersama para 
penyair tamu dari Indonesia,yakni Viddy AD Daery, Rahim Qahhar dan Hasan 
Al-Banna.
Viddy AD Daery karena membeli mendadak di KL Sentral Kuala Lumpur,maka 
kehabisan 
tiket sehingga tidak bisa berangkat ke Brunei, dan terus tinggal di Kuala 
Lumpur 
untuk menyelesaikan proposal rancangan proyek besar Pertemuan Budayawan 
Nusantara yang telah dimusyawarahkan bersama Gapena dan para Profesor ternama 
dari berbagai Universitas Besar Malaysia, antara lain UiTM dan UKM,sedangkan 
tiga penyair lainnya,yakni Tarmizi Rumahitam,Rahim Qahhar dan Hasan 
Al-Banna berangkat besok paginya, karena sudah memesan tiket sejak lama.

Dari tempatnya di Batam, Tarmizi Rumahitam yang berangkat sendirian membawa 
sejumlah cindera mata, mulai gantungan kunci, pulpen, juga video acara baca 
puisi yang dia lakukan termasuk buku-buku sastra.Saya berhasil menjual 
berbagai 
barang yang saya jual dan mendapatkan uang sekitar Rp1,8 juta, katanya 
menjelaskan.

Sementara itu, rombongan penyair asal Indonesia yang jumlahnya berkisar 130 
penyair, sejak acara rampung pada tanggal 19 Juli, sebagian besar langsung 
kembali ke tanah air. Tak terkecuali Kepala Bidang Informasi dan Publikasi 
Kementerian Pendidikan Nasional, Dad Murniah dan Koordinator Penyair Indonesia, 
Achmadun Yosi Herfanda. 


Sementara itu, dengan dipandu salah satu panitia PPN ke-IV Brunei, yaitu 
penyair 
wanita Brunei,Soshonjan Khan, rombongan penyair asal Jatim, antara lain Ary 
Nurdiana (Ponorogo) yang masih menunggu jadwal kepulangannya, menyempatkan 
pergi 
ke sejumlah obyek wisata. Sejumlah obyek wisata yang dikunjungi yakni pantai 
Jerudong yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari Bandar Seri Begawan.

Mereka, juga menyempatkan meninjau lokasi hutan Shahbandar yang masuk kawasan 
wisata Jerudong, juga Amphy Teater Jerudong yang pernah menjadi lokasi Michael 
Jackson dan bintang Hollywod lainnya, termasuk Rhoma Irama pentas.

Sebenarnya kami mengusulkan kepada panitia PPN IV, agar wisata hutan 
Shahbandar 
menjadi tempat para penyair berkumpul dan melakukan berbagai kegiatan lainnya, 
kata Soshonjan Khan.

Namun, menurut dia, dengan berbagai pertimbangan, berbagai kegiatan yang 
digelar 
panitia PPN ke-IV, dilaksanakan di lokasi yang tertutup seperti di Radio 
Televisien Brunei (RTB) dan lokasi lainnya. Dalam acara di RTB, untuk 
penampilan 
penyair Indonesia di awali oleh penyair Anna Noor yang membacakan karyanya 
dengan judul Terbangun Dari Tidur Panjang dan ditutup penyair asal Ponorogo, 
Ari Nurdiana yang membacakan puisinya dengan judul, Kepada Siapa Aku Bicara. 




[ac-i] He Pemerintah ! Terimakasihlah pada pegawai kecil berdedikasi!!!

2010-07-27 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Radar Bojonegoro -JAWA POS Grup 
[ Senin, 19 Juli 2010 ] 
Agus Sunarno, 13 Tahun Sendirian Urusi Museum 
Sering Kewalahan Kalau Tamu Berjumlah Banyak 

Bagi sebagian besar orang, bekerja sendirian selama lebih dari 10 tahun, tentu 
sangat membosankan. Namun tidak bagi Agus Sunarno. Dia menjalani pekerjaan 
mengurusi Museum Rajekwesi, Bojonegoro, dengan penuh kesabaran. 


TONNY ADE IRAWAN, Bojonegoro 

--- 

SEORANG pria berdiri di teras sebuah bangunan yang terletak di sebelah barat 
kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Bojonegoro, di Jalan Pattimura. Pria itu hanya 
diam, sambil melihat beberapa orang yang lalu lalang di depannya. Sebab, secara 
kebetulan di depan tempat pria tersebut berdiri, digunakan sebagai tempat 
parkir 
bagi karyawan dan tamu di Disdik Bojonegoro. 


Kegiatan itu dilakukan oleh Agus Sunarno, demikian nama pria tersebut, usai 
melakukan tugasnya membersihkan dan mengurus artefak Museum Rajekwesi. Sejak 
tahun 1997 ya begini ini, sendirian mengurusi museum, ungkap Agus.. 


Sehari-hari, Agus memang bekerja sebagai petugas jaga Museum Rajekwesi. Meski 
lokasi museum di kompleks disdik, Agus bukan pegawai disdik. Agus adalah 
karyawan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto yang 
ditempatkan di Bojonegoro.

Kepada Radar Bojonegoro, Agus mengungkapkan keluh kesahnya mengurusi 
artefak-artefak museum. Dia mengaku sering kerepotan dan mendapat teguran dari 
berbagai kalangan yang datang ke museum, karena mendapati gedungnya tutup. Hal 
itu terpaksa dilakukan karena Agus bertugas sendirian. Kalau sedang keluar 
karena ada keperluan, kan otomatis tutup. Apalagi kalau sakit, ya tutup, karena 
saya sendirian, ujarnya. 


Semestinya, petugas jaga museum ada tiga orang. Sehingga, dia bisa bergantian 
dengan yang lain. Apalagi, tugas Agus selama ini ganda. Selain bertugas 
melayani 
tamu yang datang, Agus juga harus membersihkan gedung museum. Termasuk juga 
merawat berbagai benda yang tersimpan di museum. Itu semua tugas saya, bukan 
hanya menerima tamu, tapi semuanya, paparnya. 


Dia kemudian menceritakan pengalaman selama liburan sekolah yang baru saja 
berlalu. Selama musim liburan dua pekan lalu, museum diramaikan dengan 
kunjungan 
tamu, terutama pelajar di Bojonegoro. Siswa biasanya datang bersama guru untuk 
memantau dan membuat laporan berbagai benda yang ada di museum, jelasnya. 
Total 
selama dua minggu itu ada sekitar 400 pelajar SMA yang berkunjung. Karena itu, 
Agus mengaku sempat kewalahan. Karena selain menjelaskan, masih harus melayani 
pengunjung.  

Tugas ini cukup berat. Karena, di museum tersimpan 115 item artefak. Mulai 
benda-benda prasejarah berupa fosil binatang purba, hingga benda zaman sejarah 
seperti yoni dan benda-benda etnografi. Selain itu, museum juga diisi dengan 
benda-benda etnografi yang dimanfaatkan masyarakat dengan usia 50 tahun, tetapi 
tidak ada kaitannya dengan sejarah. Ya seperti dokar yang ada di depan 
(museum) 
itu. Kan tidak ada hubungannya dengan sejarah, jelasnya. Ini berbeda dengan 
dokar di Keraton Solo, Jateng, yang sudah berusia ratusan tahun dan 
dikeramatkan 
oleh masyarakat. (*/fiq)


  
 
* Serangan Wereng Mengganas 
* Pendukung Kades Moropelang Ngluruk Pemkab 
* Struktur Baru, Butuh Ruang Baru 
* Penyaluran Raskin Dipercepat 
* Kasek Bantah Pendidikan ala Militer 
* Ratusan Duta Seni Berlomba 
* Gembbbel Ngotot Tolak Perluasan Tambang SG 
* Warga Ancam Buat Pasar Tandingan 
* Mahasiswa Larikan Motor 
* SMKN 3 Pecat Tiga Guru 
* KPRI Maju Mantup Lamongan Raih Penghargaan Koperasi Berprestasi 
Nasional 2010 

* Minta Hasil Tes Pengawas SD Dibatalkan 
* Setyo Budi Mengaku Sehat 
* Ketua Hanura-Abu Nafi 
* Pencairan Tunjangan Guru Molor 
* Fraksi Pendukung Eksekutif Terima Motdin 
* Faham Tetap Menang 
* Razia, 34 Pelajar Terjaring 
* Isu Buta Aksara dan Putus Sekolah Dominan 
* Dua Penadah Divonis Empat Bulan 
* Rapat Pansus-Satker Memanas 
* Lumpur Kerukan di Lahan Perhutani 
* Rumah Kabag Humas Dibobol Maling 
* Polres Razia Daerah Perbatasan 
* Rampok Bermotor di Sore Hari 
* Cokok Tukang Becak Nyambi Togel 
* Juni-Juli Belum Gajian 
* Lusa Evaluasi Kinerja KPUK 
* Banggar Batasi Penambahan Anggaran 
* Sinyal ke Pelatih Lokal 
* Satu Lagi Pemain Asing Mengadu Nasib 
* Matangkan Pembentukan Tim KU 
* Berharap Panahan Dulang Emas 
* Kapok Ikuti Pospenas 
* Jadwalkan Teken Kontrak Pelatih Minggu Ini 
HALAMAN KEMARIN 
* Tingkatkan Pendidikan Aswaja bagi Generasi Muda 
* Hari Ini Penentuan Hasil Pilkada Lamongan 
* Enam Pasangan Mesum Digerebek 
* Peluang Ari Masuk Kejurnas, Terbuka 
* Bhayangkara FC ke Semifinal 
* PT LI Tegur Persela 
* Perombakan Alat Kelengkapan Dewan Disahkan 
   

[ac-i] Setelah dipetakan,tindak lanjuti ya!!! Ini PERINTAH RAKYAT! Bos kalian!!!

2010-07-16 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Bojonegoro Petakan Benda Cagar Budaya 

Selasa, 13 Juli 2010 | 01:01 WIB

BOJONEGORO, KOMPAS.com--Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Dewan Kepurbakalaan 
Bojonegoro, Jawa Timur, memetakan benda cagar budaya di wilayah kerjanya. 

  
Pemetaan benda cagar budaya ini juga sebagai langkah mengamankan berbagai 
benda 
yang memiliki nilai sejarah yang berada di wilayah Bojonegoro, kata Kepala 
Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 
Bojonegoro, Saptatik, Senin. 

  
Ia menjelaskan berdasarkan Keputusan Bupati Bojonegoro, Suyoto, Nomor 
188/176/KEP/412.11/2010, tertanggal 8 Juni 2010 dibentuk Dewan Keperbukalaan 
Bojonegoro. 

  
Menurut dia, Dewan Kepurbakalaan melakukan pemetaan benda cagar budaya, 
situs-situs, benda bersejarah, dan legenda yang berkembang di masyarakat. 

Dalam pemetaan tersebut sekaligus mengamankan apabila menemukan benda yang 
memiliki nilai sejarah yang ada di masyarakat. 

  
Selain itu, para pengurus Dewan Kepurbakalaan juga memiliki tugas memberikan 
penjelasan sekaligus sebagai pemandu yang datang ke Bojonegoro untuk melakukan 
penelitian. Baik dari kalangan mahasiswa atau dari para peneliti dalam dan luar 
negeri. 

Mereka memiliki tugas sebagai pemandu peneliti yang datang ke Bojonegoro, 
katanya. 

  
Ia mencontohkan di Desa Soko, Kecamatan Temayang, ada seorang dalang wanita 
berusia 97 tahun yang mendalang dalam rangka ruwatan. Dalang wanita itu 
mendalang tanpa gamelan dan hanya memanfaatkan mulutnya sebagai musik. 

  
Saptatik mengatakan di Bojonegoro selama ini dikenal sebagai wilayah yang 
memiliki situs yang seringkali ditemukan benda purbakala, di antaranya situs 
Jawik di Desa Jawik, Kecamatan Tambakrejo, situs Mlawatan di Kecamatan 
Kalitidu. 

  
Disamping sering ditemukan fosil binatang purba, juga ditemukan sejumlah benda 
bersejarah di era jaman Majapahit.Paling tidak dengan adanya pemetaan 
tersebut, 
keberadaan benda bersejarah dan tempat bersejarah di Bojonegoro semakin jelas, 
katanya 

  
Dalam melakukan pemetaan itu, dilakukan kerja sama dengan BP3 Trowulan 
Mojokerto, Kementerian ESDM, Museum Geologi Bandung, serta beberapa dosen 
Fakultas Ilmu Bumi dan Mineral Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Johan Arif, 
MT.
 
Penulis: JY   |   Editor: jodhi   |   Sumber : ANT Dibaca : 76 
Sent from Indosat BlackBerry powered by  



[ac-i] Warisan abad 19-Tambang Timah di Batu Gajah PERAK

2010-07-12 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Nasional-BERITA HARIAN
 Cetak .  Emel Rakan .   
Bangunan tinggalan syarikat lombong timah kurun ke-19


2010/07/12
BATU GAJAH: Stor tempat simpanan bijih timah yang menjadi lokasi  kejadian tiga 
pelajar terbunuh dan seorang lagi parah selepas dihempap  bumbung konkrit 
bangunan lama itu di kawasan Projek Perumahan Rakyat  Termiskin (PPRT) Kampung 
Changkat Tin, dekat sini, malam kelmarin  dipercayai berusia lebih 50 tahun. 


Ia berdasarkan sejarah perlombongan bijih timah di Perak terutama  sekitar Batu 
Gajah yang wujud sejak kurun ke-19, yang mana ketika itu  industri berkenaan 
sudah diusahakan penduduk Melayu.

  
Difahamkan, Tanjung Tualang satu ketika dulu dikenali kerana  mempunyai 
beberapa 
lombong bijih timah yang beroperasi pada skala besar.

  
Antara syarikat multinasional yang pernah bertapak serta beroperasi  di Tanjung 
Tualang ialah Lower Perak Tin Dredging, Southern Kinta  Consolidated, Southern 
Malayan Tin Dredging, Austral Amalgamated Tin,  Osborne  Chapple, Pernas 
Chartered Management dan Malaysian Mining  Corporation. 


Kebanyakan syarikat berkenaan membina tempat penyimpanan bijih  timah 
masing-masing sebagai tempat simpanan bahan mentah itu sebelum  diproses. 


Ketua Perhubungan RELA Tanjung Tualang, Ahmad Redwan Arif,  berkata berdasarkan 
maklumat penduduk setempat, stor simpanan bijih  timah sudah berusia lebih 50 
tahun dan dibiarkan dalam keadaan asal  kerana dianggap tinggalan sejarah. 


Tempat itu (stor) memang dijadikan sebagai tempat simpanan bijih  kerana 
berdasarkan lokasi kejadian, ia hanya terletak kira-kira 10  meter dari kawasan 
lombong tinggal. 


Stor berkenaan memang sentiasa dijadikan sebagai tempat bermain  dan membaiki 
basikal oleh sebahagian kanak-kanak di kawasan itu, selain  tempat berteduh, 
katanya. 


Tinjauan Berita Harian di lokasi kejadian turut mendapati stor  berkenaan 
mempunyai rekahan serius di struktur dinding, dan bumbung  konkrit, selain 
kawasan berkenaan dikelilingi belukar kecil. 


Turut difahamkan, bahagian atas stor itu dilitupi separuh bumbung  konkrit, 
manakala sebahagian lagi dibiarkan terbuka. 


Bahagian bumbung konkrit itu yang dikatakan runtuh dan menghempap  empat 
pelajar 
terbabit.  




[ac-i] Raja Thailand berdarah Melayu?

2010-07-10 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Wednesday, March 17, 2010 
RAJA  THAI RAMA III BERDARAH MELAYU? 
J

ika Perdana Menteri pertama  Malaysia Yang Amat Mulia Tun Abdul Rahman Putra al 
Haj berdarah Siam  melalui ibunya Che Manjalara dari keluarga bangsawan Siam, 
begitu  jugalah sebaliknya Raja Rama III raja Thai dari Dinasti Chakri.Namun  
baginda bukan Islam tetapi penganut Buddha yang taat. Apa yang pasti  ibunya 
datang dari keluarga bangsawan Islam dari Selatan Thai atau  mungkin juga 
sebelah Kelantan atau Patanni. Wallahua alam.

Raja Rama III atau nama asalnya  Putera Jessadabonindra merupakan putera kepada 
Raja Buddha Loetla  Nabhalai dengan seorang gadis Melayu bernama Chao Chom 
Manda 
Riam atau  nama asalnya Maryam. Dilahirkan pada 31 Mac 1787 dan mangkat pada 2  
April 1851. Baginda merupakan pemerintah Thai dari Dinasti Chakri yang  ke 3.




Setelah ditabalkan sebagai Raja  Thai baginda menggunakan nama PHRA BAT SOMDET 
PHRA PORAMINTHAMAHA   JESSADABONINDRA PHRA NANGKLAO CHAO YU HUA. Manakala 
ibunya 
pula Maryam  menggunakan gelaran KROM SOMDET PHRA SRI SULALAI.

Semasa pemerintahan baginda juga  kerajaan Kedah melakukan pemberontakan pada 
1837 iaitu semasa  perkabungan kemangkatan Maryam. Baginda telah menghantar 
Panglima Tat  Bunag untuk mendamaikan Kedah. Untuk makluman Tat Bunag datang 
dari  keluarga bangsawan Bunag iaitu keturunan Islam Parsi bermazhab Syiah  
yang 
telah murtad dan memeluk agama Buddha.Moyang Keluarga Bunag ialah  Syeikh Ahmad 
dan Muhammad Said dari Safavid, Parsi.




Posted by EDDY DY  at 5:32 PM  0 comments Links  to this post  
Labels: Sejarah Budaya Tamadun Melayu  



[ac-i] Sekali lagi LEMBAH BUJANG-dari blog Eddy

2010-07-10 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Friday, March 19, 2010
PUSAT TAMADUN TERTUA ASIA TENGGARA DITEMUI DI MALAYSIA. 
Jikasebelum ini ditemui bukti-bukti bahawa Kerajaan Kedah Tua di Lembah Bujang 
lebih tua dari jangkaan sebelumnya iaitu sekitar abad ke 3 Masihi (Tahun 
200-299) mendahului usia Kerajaan Kutai di Indonesia, baru-baru ini ditemui 
bukti-bukti bahawa Kerajaan Kedah Tua telah wujud sekitar 110 Masihi (tamadun 
Sungai Batu) atau abad 1 Masihi.
 
 
Candi Kampung Pangkalan Bujang.
 
 
Candi Pendiat.
 
 
Candi Batu Pahat.
 
 
Candi Bendang Dalam.
 
 
Candi Pangkalan Bujang.
 
 
Candi Sungai Batu.
 
Gambar-gambar di atas merupakan runtuhan beberapa buah candi-candi purba di 
Lembah Bujang.Berdasarkan kajian, candi-candi di Malaysia ini mempunyai 
pengaruh 
tempatan iaitu campuran binaan bata dan kayu. Di bawah merupakan contoh 
miniature candi-candi di Lembah Bujang.
 
 
 

 
TAMADUN 110 MASIHI.
 
 
Bukti terbaharu pusat tamadun berusia 1,900 tahun.
 
Penemuan sebuah pusat memproses batu bata dan besi serta jeti-jeti purba di 
Sungai Batu tidak jauh dari Lembah Bujang membuka satu lembaran baharu dalam 
sejarah peradaban Malaysia.Jika sebelum ini hanya candi-candi yang ditemui, 
tapak arkeologi Sungai Batu pula menemui dua jeti, dua relau peleburan besi 
purba, pusat pembuatan batu bata dan 87 tapak masih dalam proses penggalian.
 
Turut di temui ialah 10 000 buah alat peniup haba, tembikar-tembikar lama, dan 
prasasti yang berbentuk syair dan mantera dalam tulisan Sanskrit - Palava.



[ac-i] Gajah Mada di HIKAYAT HANG TUAH itu Gajah Mada yang mana????

2010-07-10 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Hang  Tuah Berusia 200 Tahun  Berperang dengan Portugis dan Menang?
Displaying all 4 posts.
* Irawan  Tokoh Hang Tuah dalam Hikayat Hang Tuah diceritakan sangat 
luar 
biasa.  Ia mampu membuat malu Patih Gajah Mada selaku Patih Utama Majapahit.  
Padahal Majapahit pada saat itu diceritakan, mampu menghimpun Nusantara  dalam 
satu tongkat komando. Namun mungkinkah keluarbiasaan itu juga  terjadi 
diusianya 
yang hampir 200 tahun, dengan melawan Portugis dan  menang?

Sulastin Sutrisno (Hikayat Hang Tuah Analisa Struktur dan  Fungsi. Yogyakarta: 
Gadjah Mada University Press, 1983) dalam  pembahasannya menyejajarkan 
informasi 
Hikayat Hang Tuah dengan informasi  Nāgarakŗtāgama dan Pararaton atau Hang Tuah 
sejajar dengan tokoh Gajah  Mada masa pemerintahan Raja Tribhuwana Tunggadewi 
hingga Raja  Rājasanagara (1328 – 1389). 


Penyejajaran ini dilakukan pula oleh  Slametmulyana dan para sejarawan lain. 
Penyejajaran ini menyebabkan  semua informasi mengenai Hikayat Hang Tuah 
ditarik 
ke masa Raja  Rājasanagara. Ini dapat dimengerti karena Hikayat Hang Tuah 
ataupun  Sejarah Melayu tidak mencantumkan angka tahun seperti penulisan 
sejarah  
di Jawa.

Satu-satunya data yang menghubungkan Hang Tuah dengan  Majapahit adalah tokoh 
Gajah Mada. Sebagaimana di Hikayat Hang Tuah,  pada masa lalu orang Jawa yang 
tidak dekat dengan keraton juga biasa  melukiskan kejadian peristiwa sejarah 
dengan kejadian-kejadian alam atau  obyek-obyek terkenal. Misalnya tahun 
kelahiran putranya bertepatan  dengan gunung api meletus dsb. Pencatatan itu 
biasa dilakukan bagi  mereka yang tidak mengenal angka tahun. 


Kiranya penulisan  Hikayat Hang Tuah terjadi sepeti itu. Hikayat Hang Tuah 
menyandarkan  semua peristiwa dengan Gajah Mada Patih Majapahit yang paling 
terkenal  di Nūşântara saat itu. Namun ini tidak berarti cerita Hikayat Hang 
Tuah  salah. 


Gajah Mada wafat sesuai pemberitaan Nagarakrtagama tahun  1364 M. Dengan 
demikian kisah Hang Tuah ke Majapahit tentu lebih awal  dari itu, karena ia 
turut merajakan Raja Majapahit yang baru. Bila  misalnya maksud yang dirajakan 
itu adalah Hayam Wuruk tahun 1350, maka  tahun kelahiran Hang Tuah itu minimal 
1304. Kedatangannya pada masa Raja  Tribhuwana Tunggadewi.

Asumsi ini didasarkan pada Hang Tuah  melihat bayinya Raja Majapahit Baru 
sesuai 
cerita Hikayat Hang Tuah. Dan  pada saat ia melihat Raja Majapahit masih bayi 
itu, ia telah bergelar  Laksamana. Bila usia Hayam Wuruk menjadi raja adalah 16 
tahun di tahun  1350, maka 1350-16= 1334. Pada tahun 1334, Hang Tuah telah 
menjadi  Laksamana. Usia Laksamana paling muda diasumsikan berusia 30 tahun.  
Dengan begitu tahun kelahiran Hang Tuah adalah 1334-30 = 1304. 


Menjadi  sebuah keanehan kemudian. Hang Tuah di usia senjanya dapat mengusir  
Portugis sekalipun keris pusakanya kemudian hilang. Portugis menaklukkan  
Malaka 
tahun 1511. Dengan demikian saat Hang Tuah mengalahkan Portugis  tentu pada 
tahun yang lebih awal yaitu kurang lebih tahun 1500.  Pertanyaan: Apakah 
mungkin 
Hang Tuah dengan usia kurang lebih 200 tahun  mampu mengalahkan Portugis. Tahun 
1500-1304 = 196 tahun? 


Sebenarnya  bila informasi Hikayat Hang Tuah lebih dicermati sekali lagi, ada  
beberapa data yang sangat penting dipertimbangkan lagi. 


1.  Di  dalam Sejarah Melayu, Betara Majapahit dicatat mempunyai 2 orang 
patih  
yang memiliki kedudukan setara, yaitu patih Gajah Mada dan Patih Aria  Dikara. 
Pada Nāgarakŗtāgama, patih Majapahit hanya satu yang memiliki  kekuasaan 
pemerintahan besar. 
* 
2.  Pada Hikayat Hang Tuah, Patih Gajah  Mada diceritakan masih hidup dan 
tetap 
menjabat Patih Majapahit selepas  Batara Majapahit. Sepeninggal Batara 
Majapahit, Patih Gajah Mada  meminta putra perkawinan Sang Maniaka dengan Radin 
Emas Ayu yaitu Radin  Bahar (cucu Betara Majapahit) menjadi Mahārāja Majapahit. 
Hal ini karena  Betara Majapahit disebut tidak memiliki putra pengganti. 
Informasi ini  tentu sangat bertentangan dengan Nāgarakŗtāgama. Menurut 
Nāgarakŗtāgama,  Patih Gajah Mada lah yang terlebih dahulu meninggal mendahului 
Mahārāja  Majapahit Rājasanagara dan Ibu Mahārāja Majapahit Tribhuwana Tungga  
Dewi. Kedua raja itu bergabung dalam sidang Pahem Nadendra kemudian  membahas 
tentang pengganti Patih Gajah Mada, Nag. 71.2-3. 
* 
3.  Di  dalam Hikayat Hang Tuah, Hang Tuah disebut pernah berperang dengan  
armada Portugis dan menang. Armada Portugis dalam catatan sejarah belum  ada 
pada masa awal Majapahit. Ia baru muncul pada Majapahit Akhir. 


Data-data  tersebut menepis anggapan para ahli sejarah dan sastra Melayu yang  
menyebut Hikayat Hang Tuah mengacu kepada jaman Raja Tribhuwana  Tunggadewi 
hingga Raja Rājasanagara selama ini. Informasi ini lebih  menunjukkan ada Gajah 
Mada lain selain Gajah Mada patih Tribhuwana dan  Rajasanagara. Sekalipun 
mereka 
sama-sama merupakan Patih Majapahit namun  mereka hidup dalam kurun masa yang 
berbeda. Pada Babad Demak (Durma  XXXIX 1-3) Raja 

[ac-i] gak heran,aku sudah tahu ini sejak lama hehehehehieeeeeh

2010-07-10 Terurut Topik Wajah Bercahaya
  DetikForum  Politik   Peristiwa  Politik  
 Setelah Para Jenderal,  Anggota Banggar DPR pun memiliki rekening gendut?   
User Name  Remember Me? 

Password   
Connect with Facebook  
Register FAQ Community  Award Calendar  

Notices 
Bazaar Online  Made in Indonesia telah dibuka. Silakan belanja di sini!
Kuis Tebak Juara  Piala Dunia, KLIK DISINI !  

PolitikDiskusi seputar tokoh, partai politik, kebijakan dan  seputarnya di 
sini... 


Community Links 
Social  Groups 
Pictures   Albums  
Members  List 
Go to  Page...  
* 
* 
* 
* 
* 
* 
* 
* 
* 
* 

 
http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a9486230cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' 
target='_blank'http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=688cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HEREn=a9486230'
 border='0' alt='' /  
http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=ac9fd543cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' 
target='_blank'http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=689cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HEREn=ac9fd543'
 border='0' alt='' / 
http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=ab8d4694cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' 
target='_blank'http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=690cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HEREn=ab8d4694'
 border='0' alt='' / 


 Page 1 of 6 1 2 3  Last »   
   Thread  ToolsDisplay  Modes
  #1   
 9th July 2010, 08:29  
 tukangsalahinorang   
Mania Member   Join Date: Jan 2010
Posts: 2,624   
 Setelah Para Jenderal, Anggota Banggar DPR pun  memiliki rekening gendut? 

 
Rekening  Gendut Anggota Banggar
PKS: PPATK Sudah Tak Terkontrol
Dwifantya Aquina

INILAH.COM, Jakarta - Anggota Badan Anggaran DPR dari Fraksi PKS Andi  Rahmat 
mengaku curiga dengan data yang dimiliki Lumbung Informasi Rakyat  Indonesia 
(LIRA) terkait rekening gendut anggota Banggar DPR. Jika  PPATK yang 
membocorkannya, Andi mengaku sangat kecewa dengan lembaga  indpenden itu.

Harus dilihat dulu sumber data LIRA itu dari mana. Kemungkinannya hanya  dua, 
pertama dari bank atas permintaan lembaga-lembaga yang berwenang  dan kedua 
PPATK, ujar Andi yang juga merupakan anggota Komisi XI DPR  kepada INILAH.COM 
di Jakarta, Jumat (9/7).

Menurut Andi, jika benar LIRA mendapatkan data tersebut dari PPATK maka  
lembaga 
tersebut jelas telah keluar dari jalur. Sebab, lanjutnya, saat  panitia khusus 
(Pansus) hak angket Century meminta data-data ke PPATK  saja tak semudah itu.

PPATK kelihatannya sudah tidak terkontrol lagi, waktu panitia angket  Century 
saja susah mintanya, eh sekarang seenaknya saja keluarin data.  Data dari PPATK 
itu hanya bisa dikeluarkan lewat permintaan penegak  hukum dalam rangka 
penyidikan. Jadi kalau dikasih pun terbatas. Apalagi  yang minta LSM, urainya.

Andi pun mengatakan data yang dikemukakan oleh LIRA itu perlu ditelusuri  
terlebih dahulu kebenarannya. Mantan Ketua KAMMI ini curiga data  tersebut 
didapatkannya dari hasil mengunduh. Apabila data LIRA tersebut  valid dan bisa 
dipercaya saya setuju diverivikasi, tapi jangan  sembarangan, tandasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Lumbung Informasi Rakyat (LIRA)  Jusuf 
Rizal mengatakan, para anggota Banggar DPR yang memiliki rekening  gendut itu 
berasal dari beberapa partai yang berbeda.Mereka ini sudah beberapa periode 
duduk di Banggar, mereka yang  berkuasa menentukan mata anggaran ke komisi 
maupun kementerian,  rekeningnya gendut sekali.

Ketika ditanya siapa anggota Banggar yang dimaksud, Jusuf Rizal enggan  
menyebutkannya. Dia mengatakan, saat ini tengah melakukan pengumpulan  dan 
pendalaman informasi. Kita sedang telusuri informasi ini, badan  pemantau 
kinerja legislatif LIRA akan ungkap semuanya, ujar Jusuf  Rizal. [tia/jib]



Makin kacau, Celengan Bab1 pun ternyata dimiliki juga oleh Anggota  Banggar 
DPR! 


Jangan sampai Jusuf Rizal ada yang membacok juga. 
__
WASPADAI!   SAKIT HATI LEBIH BERBAHAYA DARI SAKIT GIGI 
tukangsalahinorang 
View  Public Profile 
Send a private message to tukangsalahinorang 
Find all posts by tukangsalahinorang 
  #2   
 9th July 2010, 10:38  
 tukangsalahinorang   
Mania Member   Join Date: Jan 2010
Posts: 2,624   
 

 
Kira-kira majalah apa ya yang akan mengupas  Banggar yang punya Rekening gendut 
ini.

Saran ane : 
Kalau Tempo kan kemarin Covernya pake Gambar Polisi lagi nganggon  Celengan 
babi., kalau untuk anggota DPR kalau bisa Cover Majalahnya  Gambar Pria Gendut 
lagi Makan Kue Celengan babi...   , sementara KEdua tangan  dan kakinya Masing2 
Pegang kue celengan babi, biar sama-sama ada gambar  Bab1 nya...

Jadi terlihat sebagai Pria Gendut yang rakus, kalau perlu muka orang  yang 
makan 
Kue Celengan Bab1 itu juga harus kayak Bab1.., lagin kan  kalau cuman gambar 
Bab1 itu kan ga Haram.. 

__
WASPADAI!   SAKIT HATI LEBIH BERBAHAYA DARI SAKIT GIGI 
tukangsalahinorang 
View  Public Profile 
Send a private message to 

[ac-i] Trs: Pertemuan Penulis Nusantara

2010-07-08 Terurut Topik Wajah Bercahaya




- Pesan Diteruskan 
Dari: rasa baharum rasa.asmara...@gmail.com
Kepada: Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id
Terkirim: Kam, 8 Juli, 2010 09:10:55
Judul: Pertemuan Penulis Nusantara


Sdra Viddy,
 
Saya diberitahu anda akan ke Brunei pada 16-19 Julai ini. Saya dan suami juga 
akan menyertai pertemuan penulis itu. Saya kagum dengan cara anda baca sajak. 
Harap anda akan membaca lagi dan bertemu disana. Salam, RASANUBARI ASMARAMAH




[ac-i] Candi Kedaton,Trowulan

2010-07-08 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Radar Mojokerto-JAWAPOS Group
[ Rabu, 07 Juli 2010 ] 
Segera Sentuh Candi Kedaton Upaya Pelestarian Peninggalan Majapahit 

MOJOKERTO - Keberadaan peninggalan Majapahit terus  mendapat perhatian 
pemerintah pusat. Belakangan, sudah ada rencana untuk  memulai melestarikan 
situs-situs yang ada. Sebagai langkah awal, akan  menyentuh Candi Kedaton di 
Dusun Kedaton, Desa Sentonorejo, Kecamatan  Trowulan. 


Demikian itu disampaikan Menteri Kebudayaan dan  Pariwisata (Menbudbar) Jero 
Wacik saat berkunjung ke Candi Kedaton dan  Sumur Upas di Trowulan kemarin. 
Menurutnya, langkah pelestarian situs  peninggalan Majapahit dengan menyentuh 
Candi Kedaton itu sekaligus  sebagai upaya mewujudkan Taman Majapahit 
(Majapahit 
Park). Lokasi yang  banyak terdapat bangunan batu bata yang mirip dengan kolam, 
rencananya  akan dipugar. Hal itu agar bisa lebih mudah dilihat para wisatawan. 


Selanjutnya,  di lokasi itu akan dipasang atap permanen. Tak hanya itu, namun 
juga  dilengkapi jembatan. Sehingga, situs tersebut bisa dilihat dari atas  
jembatan. ''Situs tak mudah rusak dijamah wisatawan,'' ungkapnya. 


Untuk  itu, menurutnya, sudah disiapkan anggarannya. Yaitu sebesar Rp 3 miliar  
dari APBN 2010. Diperkirakan, proyek tersebut rampung pada tahun 2011.  
Pelaksanaannya sendiri akan bersamaan dengan pembangunan Pusat Informasi  
Majapahit (PIM). 


Menguatkan rencana tersebut, Jero Wacik  menyampaikan, master plan proyek Candi 
Kedaton sudah dibuat. Bahkan, dia  juga menunjukkan gambaran hasil akhirnya 
nanti. Proyek itu,  dikatakannya, tetap mempertimbangkan beberapa hal. 
Diantaranya,  kenyamanan pengunjung dan keselamatan situs. 


Sementara itu,  terkait rencana pembangunan Majapahit Park, Jero Wacik belum 
memastikan  kebutuhan anggarannya. ''Kita akan komunikasikan dengan DPR RI,''  
ungkapnya. Proyek tersebut bakal dilaksanakan secara bertahap. Terhadap  proyek 
tersebut, Menbudpar menargetkan bisa dirampungkan sebelum masa  jabatan 
Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono habis, tahun 2014 nanti. (abi/yr) 



[ac-i] Re: Hoax? - Temuan di Malaysia Ubah Sejarah Indonesia?

2010-07-08 Terurut Topik Wajah
Aku sudah pergi ke tempat itu,dan memang pemerintah Malaysia mengucurkan dana 
luar biasa untuk penelitian itu,karena itu akan membanggakan mereka! Beda 
dengan Indonesia yang gak bangga masa lalunya yang jaya!

Tapi KUKATAKAN! ITU TIDAK AKAN MENGUBAH SEJARAHMemang Kedah Tua adalah 
permukiman sangat teratur dan berperadaban tinggi ( jangan-jangan ada hubungan 
dengan MOHENJO DARO-India ).Karena itu ada seorang Prof.kaya raya Malaysia dari 
keturunan India hitam ( Mohenjo Daro ) memesan lukisan berharga ratusan juta 
kepada temanku pelukis Ismail Embong untuk melukis peradaban KEDAH TUA/Lembah 
Bujang.Ismail Embong adalah pelukis sejarah khusus Nusantara.

Kembali soal LEMBAH BUJANG!!!
Tapi itu masa lalu sebelum masehi.KENYATAANNYA,awal Masehi peradaban itu 
sirna,lalu dikuasai SRIWIJAYA,lalu ratusan tahun kemudian dikuasai 
MAJAPAHIT,diistilahkan di NEGARAKERTAGAMA sebagai wilayah KEDAH dan GUNUNG 
JEREI !!!

Samalah dengan Teori Robert Dick-Read,bahwa pelayar Nusantara sebelum masehi 
sampai abad 7 M,sudah berlayar ke Afrika sebelum Cina dan India dan Arab berani 
berlayar ( apalagi Eropa masih zaman kegelapan dan jahiliyah kuno,yang rumahpun 
dari ijuk dan tanahnya becek berlumpur ).

Peninggalan pelayar nUSANTARA itu ada di Zimbabwe,sepanjang pantai Afrika dan 
peninggalan nyata adalah BANGSA MELAYU-MERINA di MADAGASCAR,mereka mengaku 
keturunan Nusantara sebelum Masehi.

Sama dengan orang-orang KEDAH TUA,toh mereka lenyap,dan kini sisanya mereka 
mengungsi ke gunung-gunung menjadi ORANG ASLI di Malaysia,seperti 
Jakun,Semang,Sakai,Negrito,Kadazan Dusun...
di Indonesia menjadi Dayak,Bugis kuno ( Toraja ),Kubu,Lubu,dan sebagainya.( ini 
teori Robert Dick-Read lho Bukunya PENJELAJAH BAHARI sudah diterjemahkan ke 
bahasa Indonesia diterbitkan MIZAN ).

Jadi TAK AKAN MENGUBAH SEJARAH,hanya MEMPERJELAS SEJARAH NUSANTARA!!!
salam,VIDDY AD DAERY---+62856 1310 996

--- In artculture-indonesia@yahoogroups.com, mediacare mediac...@... wrote:

 Temuan di Malaysia Ubah Sejarah Indonesia?
 
 Sejarah mencatat dominasi Indonesia, Thailand, dan Vietnam. Kini, klaim itu 
 bisa berubah. 
 Selasa, 6 Juli 2010, 06:36 WIB
 
 Elin Yunita Kristanti
 
   
 Situs Purbakala di Lembah Bujang (pkukmweb.ukm.my)  
  
 BERITA TERKAIT
   a.. Relief Borobudur Menjelma jadi Kapal
   b.. Peninggalan Majapahit Tertutup Air dan Tanah
   c.. 'Permusuhan' Jawa-Sunda Diluruskan Lewat Film
   d.. Tiga Skrenario Penyelesaian Trowulan
   e.. Proyeknya Diminta Yudhoyono tahun 2004
 web tools
  VIVAnews - Temuan arkeologi di Malaysia menemukan sebuah peradaban 
 baru. Menurut profesor dari Universitas Oxford, Inggris, temuan ini bisa jadi 
 mengubah sejarah Asia Tenggara. Sejarah, kata dia, harus ditulis ulang. 
 
 Berdasarkan penemuan itu kita harus menulis ulang sejarah. Sebab, selama 
 2.000 tahun, sejarah mengklaim dominasi Indonesia--dengan Kerajaan Sri Wijaya 
 dan Majapahit, juga Thailand dan Vietnam. Tapi kini itu berubah, kata 
 Profesor Stephen James Oppenheimer, seperti dimuat laman Bernama, Senin, 5 
 Juli 2010. 
 
 Pernyataan tersebut disampaikan terkait temuan peradaban baru, Lembah Bujang 
 oleh tim peneliti Universiti Sains Malaysia (USM). 
 
 USM menemukan sebuah situs industri peralatan besi di Lembah Bujang, yang 
 diyakini dibangun di era Kedah Tua. Ini menunjukkan bahwa peradaban Malaysia 
 lebih tua dari pada yang diperkirakan sebelumnya. 
 
 Tak hanya peradaban maju yang dilengkapi industri peralatan besi, ukuran 
 peradaban Lembah Bujang juga jauh lebih besar, meliputi 1.000 kilometer 
 persegi, atau tiga kali ukuran Pulau Penang, Malaysia.
 
 Temuan ini menurut Oppenheimer tak hanya penting bagi Malaysia, tapi juga 
 Asia Tenggara. Sebab, menunjukkan bukti adanya struktur monumental dan 
 peradaban maju yang meliputi eksploitasi bijih besi dari pegunungan lokal, 
 juga peleburan besi. 
 
 Sementara, Dr. Susan Jane Allen dari Institut Riset Arkeologi Internasional 
 di Honolulu, Hawaii, mengaku sangat tertarik dengan temuan di Lembah Bujang, 
 khususnya keberadaan bangunan prasejarah di Sungai Batu. 
 
 Allen, yang terlibat dalam penggalian beberapa situs sejarah--situs 71, 72, 
 dan 73--di Sungai Batu tiga dekade lalu, meyakini ada sesuatu yang 
 tersembunyi di balik situs-situs itu. 
 
 Aku tahu ada sesuatu di bawah gundukan itu, aku sangat ingin mengetahuinya.  
 Pada saat itu, wilayah ini merupakan perkebunan karet, dan 71 adalah Situs 
 gundukan sekitar 75 cm di atas tanah, kata dia.
 
 Terpisah, Direktur Pusat Penelitian Arkeologi USM, Dr. Mokhtar Saidin 
 mengatakan laporan ilmiah temuan Lembah Bujang akan dipublikasikan dalam 
 jurnal internasional, untuk mendapat pengakuan dari arkeolog internasional. 
 (kd)
 
 . VIVAnews 
 
 
 http://nasional.vivanews.com/news/read/162480--sejarah-asia-tenggara-harus-ditulis-ulang
 Facebook: Radityo Djadjoeri
 YM: radityo_dj
 Twitter: @mediacare
 4sq: http://foursquare.com/user/mediacare





[ac-i] Legenda Joko Samudro

2010-07-08 Terurut Topik Wajah Bercahaya
 Radar Jember-JAWAPOS Group
[ Minggu, 04 Juli 2010 ]


Legenda Joko Samudera dan Indahnya Watu Ulo 
JEMBER - Bagi warga Jember dan sekitarnya, Watu Ulo  sudah dikenal sejak zaman 
dahulu. Tidak hanya sekadar menjadi tempat  jujugan dalam berwisata, Watu Ulo 
juga menjadi tempat mencari nafkah  bagi masyarakat pinggir pantai. 


Sayang, hingga kini, Watu Ulo  tak mengalami perubahan. Seolah keindahan 
alamnya 
dibiarkan begitu saja,  dan terabaikan.

Watu Ulo adalah sebuah pantai yang terletak di  Kecamatan Ambulu, Jember. 
Pantai 
ini merupakan gugusan Samudera  Indonesia, atau biasa di sebut pantai selatan. 
Letaknya di sebelah  selatan Kabupaten Jember, sekitar 45 menit dari pusat 
kota. 


Bisa  dikunjungi dari dua jalur. Yakni, dari jalur pusat kota menuju ke  
Kecamatan Jenggawah, dan berlanjut ke Kecamatan Ambulu. Sedangkan jalur  kedua 
bisa menggunakan jalan dari pertigaan Rambipuji menuju ke  Kecamatan Balung, 
kemudian berlanjut ke Kecamatan Ambulu. Bisa dinaiki  oleh kendaraan apa saja 
karena jalan menuju ke sana sangat lapang dan  mulus. 


Watu Ulo merupakan nama dalam bahasa Jawa yang berarti  batu ular. Syahdan, di 
tempat itu dulu tinggal pasangan suami istri yang  bernama Aki dan Nini Sambi. 
Kedua pasangan suami istri ini memiliki  seorang anak bernama Joko Samudera. 
Untuk memenuhi kebutuhan hidup  mereka, pasangan suami istri yang harmonis ini 
mencari kayu bakar di  bukit-bukit sekitar pantai.

Sedangkan, anak mereka, Joko Samudera  mencari ikan di laut.

Suatu ketika, Aki dan Nini Sambi yang  sedang mencari kayu bakar di hutan, 
dikejutkan oleh suara tangis bayi.  Mereka mencari sumber suara tersebut dan 
menemukan seorang bayi lelaki  yang montok dan tampan. Melihatnya, Nini Sambi 
langsung jatuh hati. 


Dia  memohon pada sang suami, agar si anak bisa mereka rawat. Melihat sang  
istri begitu ingin mengasuh bayi tersebut, Aki Sambi mengijinkan. Dan  mereka 
memberi nama bayi tersebut Marsudo.

Waktu berjalan membuat  kedua bocah lelaki ini tumbuh dewasa. Mereka selalu 
bergantian mencari  ikan di laut untuk kebutuhan hidup keluarga. Di suatu hari 
yang cerah,  Marsudo yang sedang memancing, tersentak karena pancingnya 
bergoyang. 


Diangkatnya,  pancing itu dan betapa terkejutnya dia ketika melihat seekor ikan 
yang  besar nyangkut di mata pancingnya. Lebih terkejut lagi, ikan itu bisa  
bicara. Dia ingin Marsudo melepaskan dirinya dan sebagai ganti Marsudo  akan 
dikabulkan setiap keinginannya.

Kasihan dan merasa tidak  tega, Marsudo melepaskan ikan yang bernama Raja Mina 
itu. Dengan penuh  ucapan rasa terima kasih, Raja Mina langsung berenang dengan 
bebas.  Perbuatan Marsudo yang melepaskan ikan sangat besar, ternyata membuat  
Aki Sambi marah. Hingga dia membuat nasi yang akan dimakannya. Nantinya,  nasi 
tersebut akan berubah menjadi pasir putih di Pantai Pasir Putih  Jember.

Sementara itu, untuk menghilangkan kejengkelan sang ayah,  Joko Samudera 
memancing ikan di laut menggantikan adiknya. Namun malang  tak dapat ditolak, 
untung tak dapat diraih. Bukannya mendapat ikan, dia  malah mendapat seekor 
ular 
besar. Ular ini mengamuk karena kait pancing  Joko Samudera melukai tubuhnya. 


Tak mau menyerah, Joko Samudera  melakukan perlawanan. Duel sengit tak dapat 
dihindarkan. Melihat sang  kakak pontang-panting melawan ular raksasa, Marsudo 
memanggil Raja Mina. 


Dia meminta janji Raja Mina ditepati. Yakni, semua keinginanya  dikabulkan. Dia 
ingin kakaknya menang melawan sang ular raksasa.  Mendengar permintaan Marsudo, 
Raja Mino memberinya sebatang cemeti. 


Pukul  dua kali, maka tubuhnya akan terbelah jadi tiga. Pisahkan ketiga bagian 
 
tubuhnya ke tiga tempat, hingga dia tidak bisa bersatu. Kalau bersatu  dia akan 
hidup kembali. Begitu kata Raja Mino pada Marsudo, terang  Kalsum, seorang 
penduduk Watu Ulo yang sudah sejak tahun 1989 bermukim  di kawasan itu.

Begitulah legenda yang membuat pantai tersebut  bernama Watu Ulo. Di pinggir 
pantai, memang ada gugusan batu, yang jika  diamati mirip dengan anatomi tubuh 
seekor ular. Panjang dan  berlekuk-lekuk serta model batuannya, seperti sisik. 
Bahkan, masih  menurut Kalsum, pernah ada seseorang yang mencungkil batu itu. 
Tapi,  akhirnya dikembalikan, karena batu itu mengeluarkan darah.

Terlepas  dari legenda dan mitos tentang Watu Ulo, pantai ini sesungguhnya  
potensi alam yang layak untuk dikelola dengan baik. Sayang, sampai saat  ini 
pantai tersebut seperti dibiarkan tumbuh dengan sendirinya. 


Dari  tahun 1989 sampai sekarang, tidak berubah, sambungnya. Kondisi ini  
jelas sangat memprihatinkan. Padahal, jika dikelola dengan baik, Watu  Ulo akan 
semakin menarik perhatian masyarakat. Tidak hanya masyarakat  Jember 
sekitarnya, 
tapi luar kabupaten.

Begitu banyak hal  tersiakan di kawasan pantai ini. Pohon-pohon waru yang 
dibiarkan tumbuh  asal-asalan, hingga daunnya banyak mengotori kawasan pantai. 
Ada juga  kawasan pantai yang dibiarkan kosong. Tidak ada tanaman yang bisa  
menjadi tempat berlindung 

[ac-i] Acara Kerjasama PENA-GAPENA

2010-07-08 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Nasional-BERITA HARIAN

 Cetak .  Emel Rakan .   
Malam  Tangisan Gaza kecam kezaliman Zionis
Oleh  Nazmi Yaakub

2010/07/0315 penyair tanah air simpati penderitaan rakyat Palestin

KUALA  LUMPUR: Kira-kira 15 penyair tanah air meluahkan kemarahan terhadap  
kekejaman Israel terhadap Palestin dalam bentuk deklamasi puisi dan lagu  puisi 
pada Malam Puisi PENA: Malam Tangisan Gaza, di Rumah Persatuan  Penulis 
Nasional 
Malaysia (PENA) di sini, malam tadi. 


Puisi protes kezaliman rejim Zionis  itu  ke atas rakyat Palestin,  terutama di 
Gaza, termasuk isu misi bantuan kemanusiaan  dibacakan  Penerima Anugerah 
Sasterawan Negeri Melaka 2009, Mokhtar Yasin yang  mendeklamasikan puisi Rayuan 
Warga Bumi.
art
  
Ketua Satu Persatuan Penulis Melaka (PENAMA) yang juga Speaker Dewan  Undangan 
Negeri (DUN) Melaka, Datuk Othman Muhammad pula membacakan  puisi Aku, Puisi 
dan 
Bani Israel, manakala penyair veteran, Jamaluddin  Darus mendeklamasikan puisi 
Wangi Taman Pembunuhan Metafora Sebuah Gaza.   

Malam puisi itu turut menampilkan tokoh dari luar negara, iaitu mantan  
Pensyarah Universiti Sains Malaysia (USM), Prof Tone Brulin dari  Belgium dan 
Penasihat Lembaga Adat Melayu Luhak Tambusai, Riau,  Indonesia, Datuk Muda 
Taufik Affandi Talib. 


Antara penyair yang mendeklamasikan puisi ialah Ismas Saring,  Khalid Salleh, 
Abdul Hadi Yusof dan Osman Mahali, selain personaliti  TV3, Ahmad Fitri Yahya. 


Malam puisi anjuran PENA, Gabungan Persatuan Penulis Nasional  (GAPENA) dan 
Yayasan Salam itu turut dimeriahkan dengan persembahan lagu  oleh Datuk Ibrahim 
Bachik. 



[ac-i] Di Pulau Pinang yang dikuasai partai China DAP-kampung Melayu digusur seperti di Singapura

2010-07-08 Terurut Topik Wajah Bercahaya
 


 

BERITA UTAMA-UTUSAN MALAYSIA 
Kampung Melayu di Pulau Pinang  bakal lenyap?

 
Zaiton  Ismail  dan  suaminya, Abdullah Mat Isa tidak dapat menahan kesedihan 
ketika membaca   notis arahan mengosongkan rumah mereka yang dibina lebih 
seratus tahun  di Kampung Pokok Asam, Jelutong, Pulau Pinang,  semalam.  -  
UTUSAN/Zhafaran Nasib 


 

PULAU PINANG 2 Julai - Penduduk Kampung Jalan Pokok Asam, Jelutong di  sini 
berharap ada pertubuhan sedia membantu nasib mereka yang  berkemungkinan hilang 
rumah kerana diambil pemaju.
Salah seorang penduduk, Shima Ismail, 37, berkata, jika masalah  sedemikian 
tidak ditangani, tidak hairan jika pada satu hari nanti tiada  lagi 
perkampungan 
milik orang Melayu di tengah bandar raya George Town  ini.

Kampung ini adalah antara perkampungan Melayu yang masih ada di  bandar ini.
Janganlah nanti tiada lagi kampung Melayu di George Town kerana  semua mereka 
telah dihalau keluar dari pulau, katanya ketika ditemui di  sini semalam.
Kelmarin, kira-kira 200 penduduk asal Kampung Jalan Pokok Asam diusir  oleh 
pemaju.

Pengusiran itu didakwa dibuat oleh pemaju tanpa sebarang perbincangan  terlebih 
dahulu antara kedua-dua pihak.

Difahamkan, tanah kampung berkenaan akan dibangunkan dengan projek  kediaman 
bertingkat dengan kos lebih RM800,000 seunit oleh pemaju yang  berpangkalan di 
Kuala Lumpur.

Menurut Shima, penduduk kampung kini tidak tahu kepada siapa untuk  mereka 
mengadu dan mendapatkan bantuan.

Ini kerana, jelas beliau, wakil rakyat di kawasan itu sendiri dilihat  
seolah-olah tidak endah dengan nasib yang menimpa mereka.

Kami ada mengadu kepada Ahli Parlimen Jelutong, Jeff Ooi tetapi  tidak 
mendapat 
sebarang reaksi daripadanya.

Kami hubungi dia semalam, tapi dia tidak dapat hadir meninjau  masalah ini 
kerana berada di Parlimen, ujarnya.

TAJUK-TAJUK BERITA LAIN: • Pilih  kontraktor berkualiti - PM
• PKR  lindungi Raja Petra?
• Kampung  Melayu di Pulau Pinang  bakal lenyap?
• JKM  ambil alih urus Rumah Titian Kasih
• Percepat  transformasi dalam UMNO - TPM



[ac-i] Sunan Bejagung Tuban

2010-07-08 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Radar Bojonegoro-JAWAPOS Group
[ Minggu, 04 Juli 2010 ]


Mengupas Mitos Peninggalan Sunan Bejagung Lor-B 
Watu Gajah Penjelmaan Gajah Tentara Majapahit  ?

Sejarah penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa tak bisa  dilepaskan dari sosok 
Sunan Bejagung Lor dan Bejagung Kidul yang  makamnya berada di Desa Bejagung, 
Kecamatan Semanding. Begitu  berpengaruhnya, sejumlah mitos dikaitkan dengan 
kedua aulia ini.  


DWI SETIYAWAN, Tuban 

--- 

GUGUSAN batu besar nan hitam teronggok di barat lapangan  Desa Bejagung, 
Kecamatan Semanding, sekitar 2,5 kilometer (km) selatan  barat Kota Tuban. 
Sudah 
ratusan tahun batu-batu tersebut bercokol di  tanah desa seluas 2 hektare 
tersebut. 


Sebagian batu mirip gajah,  terutama di bagian utara. Meski tidak dijaga dan 
dilindungi dengan  bangunan pagar, tidak ada satu pun yang berani mengusik 
batu-batu itu.  Jangankan membongkar, untuk sekadar memindahkan batu pun tidak 
ada yang  bernyali. 


Gugusan batu yang bernama Watu Gajah ini termasuk  salah satu mitos kebesaran 
Sunan Bejagung Lor dan Bejagung Kidul. Konon,  batu-batu tersebut penjelmaan 
dari gajah tentara Majapahit yang hendak  membawa pulang paksa Pangeran 
Kusumohadi yang mengaji kepada Maulana  Abdullah Asyari (Sunan Bejagung). 


Pangeran Kusumohadi adalah  putra Prabu Hayam Wuruk, salah satu raja Majapahit. 
Setelah mengetahui  bahwa anaknya mengaji di Padepokan Sunan Bejagung Tuban, 
maka sang prabu  memerintahkan patihnya Gajah Mada menjemput. Mendengar rencana 
itu,  Pangeran Kusumohadimemohon kepada Sunan  Bejagung untuk membantunya 
menolak kehendak Prabu Hayam Wuruk. 


Alasannya,  pangeran ingin tetap menekuni ilmu Islam dan  tidak ingin menjadi 
raja.  Kehendak pangeran tersebut dikabulkan Sunan Bejagung. Untuk melindungi  
sang pangeran, Sunan Bejagung menggaret tanah sekitar Padepokan  Kasunanan 
Bejagung yang sampai sekarang dikenal dengan Siti  Garet. Tujuannya, agar 
tentara Majapahit tidak  bisa masuk kasunanan. 


Tentara Majapahit akhirnya tak bisa masuk  kasunanan dan berhenti di selatan 
kasunanan. Melihat itu, salah seorang  santri melapor kepada Sunan Bejagung 
bahwa di sebelah selatan  kasunanan banyak pasukan gajah dari Majapahit. Sunan 
Bejagung spontan  mengatakan tidak gajah tetapi batu. Karena  kekuatan karomah 
sang wali, semua gajah menjadi batu.

Kepala UPTD  Museum Kambang Putih Tuban, Supriyadi membenarkan bahwa Watu Gajah 
 
hanyalah bagian dari mitos sejarah Sunan Bejagung Lor dan Bejagung  Kidul. 
Meski 
dikaitkan dengan siar wali di daerah setempat, tidak ada  bukti sejarah yang 
menguatkan kalau batu-batu tersebut adalah bagian  dari sejarah.

Karena itu, batu-batu tersebut tidak masuk benda  cagar budaya (BCB) yang 
dilindungi. Dikatakan dia, yang masuk dalam  situs sejarah hanyalah seluruh 
benda di dalam kompleks makam Sunan  Bejagung Lor dan Bejagung Kidul.

Mitos lain yang terkait dengan  karomah Sunan Bejagung adalah pantangan warga 
Bejagung memakan ikan  meladang (jenis ikan laut). Sekdes Bejagung, Kusnadi 
mengatakan, hampir  semua warganya tak pernah melanggar pantangan tersebut. 
''Kalau  dilanggar, maka yang memakan akan gatal-gatal,'' kata dia. 


Mitos  ini terkait dengan pengalaman Sunang Bejagung yang terapung di laut dan  
ditolong ikan tersebut. Ponpes Sunan Bejagung mengupas pantangan  memakan ikan 
ini dalam situsnya sunan-bejagung.net. Rujukannya, buku  Babad Tanah Jawa, 
Babad 
Tuban, dan juga buku dokumen Bejagung. 


Dalam  situs ini disebutkan, suatu ketika Sunan Bejagung diajak berhaji oleh  
santrinya yang berwujud jin. Santri tersebut sanggup menggendong Sunan  
Bejagung 
dari Tuban sampai ke Masjidil Haram Makkah. Namun, saat  digendong melintas 
samudra, Sunan Bejagung lepas dan jatuh ke laut. 


Dalam  musibah tersebut dikisahkan Sunan Bejagung selamat karena dan ditolong  
ikan meladang. Ikan inilah yang membawa sunan sampai di suatu pantai di  
Hadramaut (yang sekarang dikenal dengan Saudi Arabia). Setelah sampai di  Arab, 
Sunan Bejagung berpesan kepada semua anak cucunya jangan sampai  makan ikan 
meladang.

Dalam portal Ponpes Bejagung ini juga  dibeber sejarah kedatangan Sunan 
Bejagung 
yang dikaitkan dengan  hancurnya Kerajaan Pasai di Kutai. Setelah Pasai hancur, 
terjadi eksodus  besar-besaran muballig Arab yang dipimpin Syekh Jumadil Kubro. 
 
Pengikutnya, Syekh Ibrohim Asmoro Qondi, Maulana Ishak, Maulana Malik  Ibrahim, 
Maulana Abdullah Asyari Sunan Bejagung, dan ulama lainnya. 


Sesampai  di tanah Jawa yang menjadi tujuannnya, Syekh Jumadil Kubro membagi  
tugas dakwah. Dia menuju kerajaan Majapahit. Maulana Ishaq ke Kadipaten  
Banyuwangi, Maulana Malik Ibrahim ke Gresik. Sementara Syekh Maulana  Ibrohim 
Asmoro Qondi dan  Syekh Maulana Abdullah  Asy'ari  ditugaskan di  Kadipaten 
Tuban. Mubalig lainnya ditugaskan di tempat yang berbeda  dengan tujuan yang 
sama, siar ajaran Islam. 


Kedatangan Maulana  Abdullah Asy'ari di Tuban disambut baik Adipati Tuban 
Wilotikto. Sang  Adipati sangat menghormati ulama pendatang 

[ac-i] Alhamdulillah ! Allahu Akbar!!! Bapak Prof.Ismail Hussein MENANG DAN BERJAYA!!!!!

2010-07-08 Terurut Topik Wajah Bercahaya
DALAM NEGERI-UTUSAN MALAYSIA
   
Ismail Hussein kekal terajui Gapena
KUALA LUMPUR 3 Julai - Profesor Emeritus Tan Sri Ismail Hussein  mengekalkan 
rekod tanpa kalah sejak 40 tahun lalu apabila berjaya  mengekalkan jawatan 
Ketua 
Satu Gabungan Persatuan Penulis Nasional  Malaysia (Gapena) dalam pemilihan 
persatuan itu hari ini.

Beliau yang memperolehi 55 undi mengetepikan pencabarnya, Amiruddin  Md. Ali 
Hanafiah iaitu seorang guru Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK)  Jinjang dengan 
kelebihan 36 undi..

Ini merupakan cubaan kali kedua Amiruddin untuk menduduki pucuk  pimpinan 
Gapena 
sejak 2008.

Turut mengekalkan jawatan masing-masing pada pemilihan sempena  Mesyuarat Agung 
Gapena Ke-39 termasuk Profesor Datuk Dr. Abdul Latiff  Abu Bakar (Ketua Dua); 
Profesor Madya Datuk Zainal Abidin Borhan  (Setiausaha Satu); Profesor Madya 
Dr. 
Hashim Ismail (Setiausaha Dua) dan  Hamzah Hamdani (Bendahari).

Sementara itu, lima Ahli Jawatankuasa yang terpilih daripada 11  pencalonan 
ialah Datuk A. Aziz Deraman, Profesor Datuk Dr. Zainal Kling,  Datuk Abd. Samad 
Maharuddin, Borhan Md. Zain dan Datuk Dr. Mohd. Mansur  Abdullah.

TAJUK-TAJUK BERITA LAIN: • Suraya,  Rafidah wanita pertama dilantik Hakim Syarie
• Shahrizat  sifatkan kejayaan perjuangan Wanita UMNO 
• Ainuddin,  Norazrah johan tilawah al-Quran
• PM:  Negara hilang generasi pejuang kemerdekaan 
• Melayu  P. Pinang perlu ambil iktibar
• 283  sekolah punyai kemudahan  paling teruk
• Galak  promosi produk baru pelancongan
• 'Istana  Negara bukan istana air mata' - Ezam
• Curi  kabel: TM beri ganjaran RM10,000
• Skim  pencen anggota polis sebelum merdeka
• Ismail  kekal terajui Gapena
• Mekanik  maut, 3 rakan cedera
• KDN  tidak pilih kasih antara suara perkasa dan suara keadilan
• Gerakan  bantu 100,000 miskin tegar
• Bantu  tingkat prestasi pelajar - Rosmah
• 17,967  rumah mesra rakyat lulus
• Remaja  tinggalkan rumah selepas ditegur pakai jean
• Mimie  akhirnya pulang ke Sabah



[ac-i] Teater Biografi Natrah yang terbelah Agama

2010-06-29 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Sastera-BERITA HARIAN

 Cetak .  Emel Rakan .   
Muzakarah kasus Natrah

Oleh Salbiah Ani

2010/06/29
RASA tidak puas hati penonton Teater Natrah ketika dipentaskan di 
Istana Budaya, akhir tahun lalu kerana adaptasi naskhah teater itu lari 
daripada teks biografi yang ditangani Datin Seri Fatini Yaacob, pasti 
akan terubat pagi ini. 

Meskipun kali ini bukan dalam bentuk teater yang gah sehingga lebih 
RM1 juta ‘terbang’ hanya untuk latar pentas di Panggung Sari pada 
persembahan dari 30 November hingga 13 Disember lalu, tetapi pasti tiada hati 
yang meronta ekoran penyimpangan daripada teks asal. 

  
Muzakarah Pakar Selepas 50 tahun Kes Natrah: Di Mana Kita? akan 
berlangsung di Dewan Besar, Blok B, Institut Kefahaman Islam Malaysia 
(IKIM), 2 Langgak Tunku off Jalan Duta, Kuala Lumpur, pada 29 Jun ini, 
jam 9 pagi. Fatini selaku pengkaji dan penulis biografi Natrah (1937-2009) 
Nadra@ 
Hurbedina Maria Hertogh @ Bertha - Cinta - Rusuhan - Air Mata akan 
membincangkan Selepas 60 Tahun Kes Natrah: Di Mana Kita? - Perspektif 
Sosial.   
Ketua Pengarah yang juga Ketua Hakim Syarie, Jabatan Kemajuan Islam 
Malaysia, Tan Sri Ibrahim Lembut, akan membincangkan Selepas 60 tahun 
Kes Natrah: Di Mana Kita - Pelaksanaan Undang-undang Islam. 

Felo Kehormat, Institut Antarabangsa Pemikiran Islam dan Tamadun 
Islam (ISTAC), Uthman el-Muhammady, akan membincangkan Selepas 60 tahun 
Kes Natrah: Di Mana Kita? Perspektif Pendidikan. 

Timbalan Ketua Pengarah IKIM, Prof Datuk Dr Zaleha Kamaruddin, akan 
bertindak sebagai moderator pada muzakarah anjuran institut terbabit 
dibuka kepada mereka yang berminat dengan kes yang pernah menggegarkan 
Tanah Melayu dan Singapura 12 Disember pada 1950. 

Selepas mahkamah sivil di Singapura memutuskan agar Natrah yang 
dibesarkan secara Islam oleh ibu angkatnya, Cik Aminah Mohamad dari 
Kemaman, dikembalikan kepada bapanya, Sarjan Adrianus Petrus Hertogh, 
mengakibatkan tercetusnya rusuhan. 
Rusuhan itu berkesudahan dengan 18 nyawa terkorban dan 180 tercedera sehingga 
memaksa pemerintah Inggeris mengisytiharkan perintah berkurung selama tiga hari 
di Singapura, menarik perhatian seluruh dunia. 

Natrah yang dilahirkan pada 24 Mac 1937  oleh ibunya, Adeline 
sebagai Hurbedina Maria Hertogh @ Bertha di Bandung sebagai Kristian dan 
diserahkan kepada hartawan, Cik Aminah Mohammad yang berasal dari 
Kemaman, Terengganu, dibesarkan sebagai seorang Islam. 

Ibu dan nenek Natrah menyerahkan Natrah kepada ibu angkatnya itu 
selepas bapanya, Sarjan Adrianus Petrus Hertogh, ditawan apabila Jepun 
mendarat di Indonesia dan bagi menyelamatkan kanak-kanak berusia lima 
tahun itu ekoran perasaan antipenjajah yang meluap di Jawa. 

Fatini, mantan wartawan Dewan Masyarakat yang pernah menjejaki 
wanita malang itu di negara asalnya sehingga terhasil empat rencana 
berhubung perkara terbabit dalam Dewan Masyarakat terbitan Februari 
hingga Mei 1989 dan diteruskan dengan kajian terperinci selepas itu. 

Kajian selama 20 tahun bagi mendapatkan gambaran sebenar kisah 
Natrah, membawa Fatini melakukan perjalanan ke Singapura, Belanda dan 
Amerika Syarikat bagi menemuramah dan menyelongkar dokumen bertulis 
mengenai wanita itu selain tugasan di Terengganu. 

Sudah pasti muzakarah yang membincangkan aspek sosial di samping 
pelaksanaan undang-undang Islam dan pendidikan daripada kes terbabit 
akan memberi ruang lebih bermakna dalam menilai dan menafsir peristiwa 
rusuhan yang tercetus di Singapura. 

Muzakarah ini tentunya akan dapat menjalurkan persoalan membendung 
murtad di Malaysia yang menjadi sebahagian daripada matlamat penulis 
biografi setebal 474 halaman terbitan Penerbit Universiti Teknologi 
Malaysia (UTM) Press yang diketepikan pada pementasan teater lalu. 

Natrah yang meninggal dunia pada 9 Julai 2009 akibat leukemia di 
rumahnya di Huijberhen, di selatan Belanda, pada usia 72 tahun, tetap 
dikenang rakyat Singapura dan Malaysia seusianya sebagai wanita malang 
Belanda yang dipaksa berpisah dengan Mansor Adabi sehingga kini. 



[ac-i] Yang beli wayang adalah TKI-apa dia juga diteriaki MALIIIIING????

2010-06-23 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Radar Tulungagung -JAWA POS Grup 
[ Selasa, 22 Juni 2010 ] 
Sumiran Kebanjiran Pesanan untuk Dibuatkan Wayang Kulit 
TKI Malaysia untuk Majikan, Persiapkan Anak Kedua Warisi Keahliannya 

Ibarat buah kelapa, makin tua makin bersantan. Itulah gambaran Sumiran, 61, 
warga Desa Kedunglurah, Kecamatan Pogalan, Trenggalek. Dia usia yang semakin 
senja, hasil karyanya membuat wayang kulit makin dicari.

Didin Cahya, Trenggalek 

---

Rumah menghadap utara di pinggir jalan raya Kedunglurah tanpa sepi dari luar. 
Di teras rumah sederhana berjajar wayang kulit dengan aneka tokoh. Mulai 
Pandawa, Punakawan dan Kurawa. 

Tak ketinggalan, tumpukan kulit kambing rata-rata berukuran satu meter, sisa 
potongan kayu serta tetesan bekas cat yang menghiasi lantai teras.

Saat pintu diketuk, muncul laki-laki baya yang berpakaian motif batik. Dialah 
Sumiran. Segera dia mempersilakan RaTu masuk rumah. Silakan masuk, ya seperti 
ini keadaanya, ujar Sumiran kemarin.

Tak perlu diragukan semangat ayah enam anak ini mempertahankan kesenian asli 
Indonesia. Setiap hari dia mulai membuat anak wayang pukul 08.00 hingga sore 
hari. Mulai dari memilih kulit kambing, nge-mal atau menggambar dasar wayang, 
nge-cat dan sebagainya dilakukan sendiri.

Kepiawaiannya membuat anak wayang merupakan warisan dari ayahnya, Kardi. Selama 
masa kecil setiap hari dia melihat proses membuat wayang. Saya sering duduk di 
samping Bapak saat Bapak membuat wayang. Dia menceritakan masing-masing sifat 
tokoh wayang. Kayak mendongeng dan memberik nasihat, begitu! kata suami Toini, 
55 tahun ini.

Dia usia sekitar 9 tahun, Kardi mengajari Sumiran membuat wayang. Dia mulai 
dilatih memahat kulit domba, termasuk memberi warna sesuai karakter tokoh.

Waktu terus berjalan, memasuki usia belasan tahun, Sumiran kecil sudah bisa 
membuat wayang. Tentu timbul rasa bangga. Dia memasarkan hasil karya sendiri.

Di kala semangat tinggi untuk bekerja, kesedihan menghampirinya. Pada 1967 
ayahnya meninggal dunia. Hal itu membuat dirinya shock. Lah bagaimana? Saat 
itu bapak bekerja keras untuk menghidupi kelurga, ingatnya.

Paska kematian ayahnya, beban di pundak Sumiran semakin berat. Dia diminta 
meneruskan keahlian membuat wayang. Pada 1968 dia bekerja sebagai instalator di 
Pabrik Gula (PG) Mojopanggung, Desa Panggungrejo, Kecamatan Kauman, 
Tulungagung. Di sela-sela waktu luang disempatkan membuat wayang. Itu untuk 
melaksanakan wasiat bapaknya. Kadang mendapat pesanan, tapi tidak banyak, 
jelas Sumiran. 

Pada 2004 dirinya pensiun dari PG Mojopanggung. Waktu lebih banyak untuk 
membuat wayang. Di usia kini, Sumiran sanggup membuat satu wayang dalam waktu 
dua hari. Tergantung tingkat kesulitan dan cuaca, paparnya sambil memahat 
kulit domba. 

Jika cuaca panas, dia menyatakan lebih cepat. Karena kulit domba lebih mudah 
dibentuk serta dipahat. Sebaliknya jika musim hujan datang, Sumiran mengaku 
sedih. Hal itu disebabkan kesulitan menjemur kulit domba.

Di masa tuanya, pesanan membuatkan wayang terus mengalir. Baik dari Trenggalek 
maupun luar kota seperti Malang dan Solo. Bahkan tidak sedikit warga Malaysia 
yang memesan anak wayang buatannya. Biasanya TKI yang membawa ke negeri jiran 
itu. 

Harga jual tiap kulit kambing yang sudah diubah menjadi wayang bervariasi, 
mulai Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu. Dalam sebulan dia meraup jutaan rupiah 
dari keterampilannya tersebut.

Menghadapi masa pensiun membuat wayang, dia sudah mempersiapkan anak keduanya, 
Dwi Purnomo untuk mewarisi keahlinya. Kabetulan anaknya juga berminat, jadi 
tidak ada masalah, terangnya. (din/her)



[ac-i] Trs: JADUAL SEMENTARA PPN 4 BRUNEI

2010-06-23 Terurut Topik Wajah Bercahaya




- Pesan Diteruskan 
Dari: Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id
Kepada: wajahbercah...@yahoo.co.id; wan...@ukm.my; viddy.da...@gmail.com; 
arieme...@yahoo.com; feb_bayu2...@yahoo.co.id; k...@kompas.com; 
d...@kompas.com; e...@mediaindonesia.com
Terkirim: Sel, 22 Juni, 2010 10:56:15
Judul: JADUAL SEMENTARA PPN 4 BRUNEI


 
 
ATUR ACARA TENTATIF
PERTEMUAN PENYAIR NUSANTARA KE-4, 2010 (PPN4) /
BRUNEI INTERNATIONAL POETRY GATHERING 2010
 
HARI PERTAMA:  JUMAAT, 16 JULAI 2010
 
Pagi – petang: Kehadiran dan urusan penginapan bagi peserta 
luar negara dan sesi pendaftaran
 
MAJLIS PEMBUKAAN RASMI PPN4
Tempat:    Dewan Bankuet, Bangunan Majlis Mesyuarat 
Negara
 
7.00 malam: Kehadiran peserta dan jemputan
7.30 malam: Ketibaan Tetamu Kehormat,
Yang Berhormat Pehin Datu Seri Maharaja Dato Paduka Seri Setia Ustaz Dr. Haji 
Awang Abdul Aziz bin Juned (Adi Rumi),
Mufti Kerajaan Negara Brunei Darussalam
* Bacaan surah Al-Fatihah, dan Doa Selamat
* Ucapan Pengerusi Bersama PPN4, YM Prof. Madya Ampuan Dr. Hj. Brahim 
bin Ampuan Hj. Tengah, Ketua I ASTERAWANI
* Ucaptama dan Perasmian oleh Tetamu Kehormat
* Pelancaran Antologi Sajak Gema Nusantara
* Persembahan Tambang Syair karya Muda Omar ‘Ali Saifuddien
* Imbauan dan Ambauan Penyair 3 Serangkai:
* Yahya M.S.
* Badaruddin H.O.
* Adi Rumi
* Menikmati Jamuan
* Persembahan Penyair Nusantara
* Pertukaran Cenderamata
* Bergambar Ramai
* Bersurai
 
HARI KEDUA:  SABTU, 17 JULAI 2010
 
DIALOG PUISI
Tempat:    Dewan Raya, Radio Televisyen Brunei
 
8.00 – 8.30 pagi: Pra Gema:  Melestari Kehijauan Alam dan Kehidupan
Prof. Siti Zainon Ismail
 
8.30 – 10.00 pagi:      Gema 1:  Penyair Pembina Masyarakat 
* Brunei Darussalam:  Prof. Madya Ampuan Dr. Hj. Brahim
* Indonesia:  Drs. Viddy AD Daery
* Malaysia:  Dr. Awang Azman Awang Pawi
* Thailand:  Nik Rakib Nik Hassan
* Pemakalah Singapura
* Pemakalah Luar Nusantara
 
10.00 – 10.30 pagi:    Minum pagi
 
10.30 pagi – 12.00 tgh:  Gema 2:  Kepenyairan: Akreditasi dan Kredibiliti
* Brunei Darussalam:  Prof. Madya Dr. Hj. Hashim
* Indonesia:  Prof. Dr. Abdul Hadi WM
* Malaysia:  Rahimidin Zahari
* Penyair Thailand / Kemboja / Filipina
* Penyair Singapura    
 
12.00 tgh – 2.00 ptg:  Makan tengah hari / Solat Zuhur / Rehat
 
2.00 – 3.30 ptg:   Forum Penyair Nusantara:  “Rangsangan Lonjakan 
Industri Kreatif Menerusi Dunia Perpuisian”
* Brunei Darussalam:  Mohamad bin Rajap
* Indonesia:  Drs. Ahmadun Yosi Herfanda, MTI
* Malaysia:  S.M. Zakir
* Panel Singapura
* Panel Filipina / Kemboja / Thailand
 
3.30 – 4.30 ptg:   Gema 3:  Kepenyairan Media Baru
* Brunei Darussalam:  Zefri Ariff Brunei
* Indonesia:  Drs. Isbedy Stiawan ZS
* Malaysia:  Mohamad Saleeh Rahamad
* Akademia / Pengamal Media dari Singapura
 
4.30 ptg – 7.00 mlm:   Minum Petang / Solat Asar / Rehat
 
MERAKYAT PUISI
Tempat:    Bangunan Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah
 
7.00 – 8.00 mlm: Kehadiran Peserta dan Makan Malam
 
8.30 – 10.30 mlm:   Malam Puisi Yayasan
 
HARI KETIGA:  AHAD, 18 JULAI 2010
 
8.00 – 10.15 pagi:  Sepagi Puisi di Tarindak D’Seni
 
10.30 – 11.15 pagi:    Lawatan ke Galeri Pusat Kesenian dan Pertukangan 
Tangan Brunei
 
11.30 pagi – 12.30 tgh:  Lawatan ke Galeri Kebudayaan dan Pelancongan Kg. Ayer
 
12.45 tgh – 1.15 ptg:  Lawatan / Solat Zuhur di Masjid Omar ‘Ali Saifuddien
 
FESTIVAL PENYAIR NUSANTARA
(Bersempena dengan Sambutan Perayaan Hari Ulangtahun Kebawah Duli Yang Maha 
Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam 
yang ke-64 Tahun)
Tempat:    Dewan Raya, Radio Televisyen Brunei
 
1.30 ptg:   Kehadiran Peserta dan Jemputan    
 
2.00 – 3.45 ptg:   Festival Penyair Nusantara
 
MAJLIS PENUTUPAN RASMI PPN4
 
4.00 ptg:   Kehadiran Tetamu Kehormat,
  Yang Berhormat Pehin Udana Khatib 
Dato Paduka Seri Setia Ustaz Haji Awang Badaruddin bin Dato Paduka Pengarah 
Haji Othman (Badaruddin H.O.),
  Menteri Hal Ehwal Dalam Negeri, 
Negara Brunei Darussalam
* Pembentangan Resolusi
* Ucapan Pengerusi Bersama PPN4, YM Dayang Hajah Aminah binti Hj. 
Momin, Pemangku Pengarah DBP
* Penyerahan Simbolik kepada Tuan Rumah PPN5
* Ucapan Penutupan Rasmi oleh Tetamu Kehormat
* Pertukaran Cenderamata
* Doa Selamat
* Acara Bergambar Ramai
* Jamuan
* Bersurai
 
Malam: Acara bebas
 
HARI

[ac-i] Lhooo...Singapura juga bisa banjir !!!

2010-06-18 Terurut Topik Wajah Bercahaya
JAWA POS Jum'at, 18 Juni 2010
  
  Opini 
[ Jum'at, 18 Juni 2010 ] 
Banjir di Singapura dan Perilaku Belanja Kita 
KAWASAN Orchard Road, Singapura, kebanjiran. Di sepanjang jalan yang 
kanan-kirinya dipadati mal itu pada Rabu (16/6), air menggenang hingga separo 
ban mobil. Secara kasatmata, tak ada yang dramatis dalam banjir itu. Tapi, 
banjir tersebut menjadi berita yang menggemparkan. Tidak hanya di Singapura, 
namun juga di Indonesia.

Pemandangan banjir seperti itu sangat lumrah terjadi di sini, tapi sangat luar 
biasa ketika terjadi di Singapura. Padahal, tak ada korban jiwa seorang pun 
pada banjir karena curah hujan tinggi yang turun saat pagi itu.

Orang-orang kaya Indonesia telah lama menjadikan Singapura sebagai tempat 
berbelanja. Banyak orang Jakarta atau Surabaya, misalnya, yang akhirnya merasa 
dekat secara emosional dengan kawasan Orchard karena beberapa pertimbangan. 

Tiket penerbangan ke Singapura semakin murah. Membeli pakaian dan barang-barang 
bermerek, emas, serta barang seni juga jatuhnya bisa lebih murah bila dibanding 
berbelanja di Jakarta atau Surabaya. Sebab, jika Anda seorang turis di 
Singapura, Anda bisa terhindar dari PPn 10 persen untuk pembelian barang yang 
sama di Indonesia. 

Saat hendak kembali ke tanah air, semua pajak yang dikenakan saat membeli 
bermacam barang di seluruh sudut Singapura itu bisa diuangkan kembali di konter 
tax refund di Changi International Airport. Menurut kalkulasi para pembelanja, 
kalau mereka membeli banyak barang, tax refund-nya bisa cukup untuk membeli 
tiket pesawat atau membayar biaya menginap di Singapura.

Banjir Orchard hanya terlihat menggenangi separo ban mobil, tapi sesungguhnya 
telah menenggelamkan banyak hal. Pertama adalah kepercayaan. Banjir kali ini 
adalah kali pertama dalam sejarah Singapura modern yang sistem drainasenya bisa 
lumpuh dan kewalahan hanya oleh guyuran hujan dalam tempo beberapa jam saja. 
Banyak orang Singapura yang tidak bisa memercayai hal itu. 

Kedua, banyak hal yang berada di bawah tanah, khususnya di sepanjang Orchard 
Road. Sebagai jantung Singapura, negara yang luas daratannya hanya 633 
kilometer persegi, Orchard terus dioptimalkan sebagai pusat perbelanjaan dan 
bisnis dengan cara meninggikan gedung serta menggali tanah untuk dibuat pusat 
perbelanjaan bawah tanah. 

Rata-rata mal di Orchard mempunyai ruangan belanja tiga sampai empat lantai di 
bawah tanah (under ground floor level). Jadi, banjir yang hanya terlihat 
menenggelamkan separo ban mobil itu sesungguhnya telah menenggelamkan ribuan 
gerai, butik, dan toko di bawah tanah. Bisa kita bayangkan berapa banyak barang 
yang kemarin tenggelam karena banjir di Orchard itu. Belum termasuk jaringan 
kereta api bawah tanah (MRT) yang rutenya juga melintasi kawasan Orchard.

Namun, yang perlu diingat, Singapura adalah negara yang sangat kreatif. Negeri 
Singa tersebut selalu punya akal untuk merealisasikan impiannya. Tak punya 
sirkuit, mereka ubah jalan raya untuk ajang balapan Formula 1. Tak punya 
pantai, mereka beli pasir dari Indonesia untuk dibuat pantai baru. 

Barang-barang yang kemarin tenggelam oleh banjir: baju, celana, tas, aneka 
aksesori bermerek, dan lain-lain, bisa jadi tak akan dibuang begitu saja. 
Sebab, orang Indonesia sangat dikenal sebagai pemburu diskon barang-barang 
bermerek. The Singapore Great Sale tahun ini baru akan berakhir 25 Juli 
mendatang. Pembeli harus teliti agar tak dapat barang murah yang sangat mungkin 
bekas banjir. (*)


  
Informasi : 

Pembaca yang ingin menyumbangkan opini atau gagasan, dapat dikirimkan melalui 

       op...@jawapos.co.id Harap sertakan foto diri, nomor rekening serta 
NPWP (kalau ada).  
* Negara Oknum 
* Catatan dari Kongres Nasional Tokoh Agama III 
* Jangan Hanya Tiru Kampanye Obama 
HALAMAN KEMARIN 
* Obsesi Ngintip Muatan Cabul 
* Belajar Sportivitas Suporter 
* Mempertanyakan Kekayaan PNS dan Aparat Hukum 
* Masyarakat Porno 
* PKS Jadi Konco Amerika 
* Memaksimalkan Televisi Pendidikan 
* Desa sebagai Komoditas Politik 
* Listrik untuk Rakyat Miskin 
* Belajar dari Teluk Meksiko 
* Pusat Rehabilitasi Artis Porno 



[ac-i] Dari KOMPAS.COM : Anak kreatif tak perduli GAK DIGUBRIS INDONESIA

2010-06-17 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Indonesiaku Kebanggaanku Bertutur Lewat Film
REP 
Gurat Ungu Senja
|  15 Juni 2010  |  09:46
6
0
Belum ada chart.
   
 Belum ada chart. 
Nihil.
 
“Indonesia dalam masa-masa yang terpuruk karena penguasa tak lagi peduli”. 
 
Lalu siapa yang akan peduli dengan masa depan bangsa? Mereka sibuk “bermain” 
dalam kasus Century, mafia hukum dan makelar kasus. Bangsa ini sudah letih 
dengan semuanya, demo tak lagi mempan, tulisan tak lagi dibaca, lalu munculah 
sebuah ide dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) untuk mengangkat kembali 
kepedulian anak muda dengan menggelar Festifal Film Pelajar (FFP) 2010 dengan 
tema “Indonesia Kebanggaanku”. IKJ melihat bahwa kepedulian terhadap bangsa ini 
perlu terus untuk ditumbuhkan sejak usia muda.
 
FFP tahun ini diikuti oleh 169 karya film yang masuk Festival Film Pelajar 
Indonesia 2010, yang terdiri dari 5 kategori : fiksi, animasi, dokumenter, 
iklan layanan masyarakat dan video  musik. Menurut Ketuapenyelenggara Tomy 
Widyanto Taslim acara ini digelar sebagai bentuk kepedulian pekerja seni 
terhadap hilangnya nilai-nilai kebangsaan dan kepedulian terhadap Indonesia 
kedepan. “Kita sudah capek melihat demo tiap hari, lalu kita punya ide untuk 
mengajak anak-anak muda membangun kembali Indonesia melaui film. Kita ingin 
mengajak pelajar membangun kembali Indonesia dengan cara-cara yang lebih 
kreatif, yaitu film”.
 
Kategori yang ditetapkan juri adalah Karya terbaik kategori fiksi : memiliki 
kadar pesan yang kuat  dalam menumbuhkan sikap nasionalisme, gaya bertutur yang 
runtut, kualitas teknik yang sangat mendukung dan penggunaan bahasa visual yang 
efektif. Karya terbaik kategori dokumenter: memiliki tema kuat dalam mendukung 
nilai-nilai budaya tradisional, dengan gaya bertutur yang runtut, aspek teknik 
dan estetis yang sangat  mendukung.Karya terbaik kategori animasi: memiliki 
tema yang kuat, pemilihan media animasi yang tepat sehingga sangat menunjang 
penyampaian pesannya. Karya terbaik kategori Iklan Layanan Masyarakat: pesan 
yang mudah dipahami dengan gaya bertutur yang bersahaja.Karya terbaik kategori 
Video Musik:kaya dengan ungkapan-ungkapan visual  yang inovatif, searah dengan 
lirik, lagu dan tema yang diangkat.
 
Indonesia memang tengah dilanda krisis kepedulian akan keberlangsungan negara 
yang konon besar ini. Kekayaan negara yang tersebar di seluruh nusantara 
pelan-pelan tinggal sejarah dan mungkin tinggal cerita. IKJ melihat hal ini 
sebagai krisis yang harus segera diselamatkan dengan mengajak pelajar 
mendokuntasikan kebudayaan yang ada diwilayah mereka masing-masing. Hasilnya 
ternyata luar biasa, 4 film dokumenter tentang kebudayaan sanggup dirampungkan 
siswa dari berbagai wilayah, seperti 2 buah karya dari SMKN 3 Batu, Malang yang 
mengambil judul “Banteng Monel dan Santos Si Jago Kentrung”. Banteng Monelan 
yang berhasil menjadi pemenang untuk kategori dokumenter bertutur tentang 
kesenian Bantengan satren ke Benteng monelan yang menonjolkan kecantikan, 
kemanisan, keserasian gerak, tari dan musik yang masih dilakukan oleh anak-anak 
dibeberapa sanggar tari di Malang. Santos Si jago Kentrung, bertutur tentang 
cita-cita dan harapan seorang anak bernama Santos
 yang terus berupaya untuk melestarikan budaya didaerahnya. 
 
Untuk ketegori Iklan Layanan pelajar dari SMKN 1 Sukabumi berhasil menjadi 
pemenang iklan layanan terbaik dan sutradara terbaik sekaligus. Iklan layanan 
masyarakat ini mengyampaikan pesan tentang penyelamatan hutan dari penebangan 
liar. Karena hutan yang telah gundul sekarang ini udara terasa panas sampai ke 
Sukabumi, hal itulah yang mednorongPrima Cita, selaku sutradara menuangkan 
idenya dalam bentuk iklan layanan masyarakat. Selain itu ia bahwa Indonesia 
saat ini terkenal “brutal” tak ada lagi yang peduli, senang berkelahi, 
membudayakan korupsi, pendidikan dan kesehatan tak lagi menjadi tanggung jawab 
pemerintah. “Orang miskin susah berobat dan sekolah karena biaya mahal”.
 
Dalam kategori iklan layanan masyarakat “Cintailah Batik Indonesia” karya Eko 
Dita yunianto SMK Nawa Bhakti Kebumen, Jawa Tengah mengajak kita semua untuk 
mencintai warisan budaya batik. “Jaga” sebuah ajakan dari Anita Setyawati dari 
SMKN 51 Jakarta, mengajak kita semua untuk menjaga kebudayaan-kebudayaan asli 
Indonesia. Ayah dan rokok, iklan yang dihasilkan dari SMKN 5 Bandar Lampung 
mengajak masyarakat untuk berhenti merokok agar umur panjang.
 
Kategori Fiksi dimenangkan oleh SMKN 1 Ponggalan Trenggalek yang membuat film 
berjudul “Untukku Untukmu dan Untuk Negara Kita”. Film ini mengambil cerita 
tentang persahabatan 2 orang anak muda yang memiliki cita-cita untuk membangun 
bangsa dan negaranya meskipun salah satu diantara mereka memilih untuk 
melanjutkan studi ke Jepang namun akhirnya kembali kedaerah karena ingin 
membangun bangsa. Menurut Novanda Febrianti, kerpihatinan terhadap 
ketidakpedulian orang yang suskes terhadap daerah asalnya menjadi latar 
belakang film ini. “banyak yang telah mendapat pendidikan tinggi tetapi 

[ac-i] Jawapos : Opini Pendet

2010-06-17 Terurut Topik Wajah Bercahaya
  
  Opini  
[ Kamis, 27 Agustus 2009 ] 
Menjernihkan Konflik Serumpun 
Oleh: Ahmad Sahidah

DUA tulisan tentang isu pencaplokan tari pendet oleh Dewa Gde Satrya berjudul 
Klaim Tari Pendet oleh Malaysia (Jawa Pos, 24/8/09) dan Siti R. Susanto 
berjudul Konflik Klaim Kebudayaan (25/8/09) mengandaikan isu lama tentang 
keranjingan negara tetangga kita itu mencuri hasil kebudayaan Indonesia. Tentu, 
kasus tersebut menyeret tuduhan sebelumnya seperti batik, lagu Rasa Sayange, 
dan reog Ponorogo serta menambah keyakinan khalayak di sini untuk menista 
saudara serumpunnya sebagai maling. 

Benarkah gambaran tersebut? Benarkah negara bekas jajahan Inggris itu mencuri 
karya Indonesia untuk diakui sebagai miliknya? Di antara sederet karya, yang 
sering dikemukakan diklaim adalah batik. Padahal, menurut Wan Hasmah, mahasiswi 
PhD di Universitas Teknologi Mara (UiTM), Malaysia mengakui batik itu berasal 
dari Indonesia sebagaimana dijelaskan dalam sejarah usul yang dipatrikan di 
Museum Batik Negara Malaysia.

Lebih jauh, Majapahit sebelumnya memberikan hadiah batik kepada Kerajaan 
Melaka. Bagaimanapun, jika ditilik dengan cermat, corak batik Malaysia berbeda 
dari Indonesia, baik motif maupun bahan. Masalahnya, karena banyak warga dan 
keturunan Indonesia di sana, batik-batik tersebut mendapatkan permintaan yang 
besar dan menyerbu masuk tanpa bisa dicegah, sehingga melalui celah itulah 
''peniruan'' mungkin terjadi. 

Persoalannya, apakah salah keturunan Jawa di Malaysia memanfaatkan karya nenek 
moyangnya untuk digunakan sebagai identitas, sedangkan pada waktu yang sama 
mereka telah mengalami naturalisasi sebagai warga Malaysia? 

Mengapa kita tidak pernah mendengar gugatan orang Jawa terhadap budaya gamelan 
yang dimainkan orang Suriname keturunan Jawa? Salahkah orang Malaysia keturunan 
Bugis mengakui epik Galigo sebagai miliknya, mengingat perdana menteri yang 
sekarang, Najib Tun Razak, adalah keturunan Bugis yang telah menjadi warga 
negara di negeri serumpun tersebut?

Jawaban pertanyaan itu tentu tidak hanya berupa ya dan tidak. Sebab, 
batas-batas tersebut menjadi cair setelah pengalaman hubungan kedua negara ini 
sering naik-turun.

Kerja Sama dan Konflik 

Kalau dirunut ke belakang, sejak Kerajaan Majapahit dan Melaka, perselisihan 
telah meruyak. Namun, pada masa yang sama, bagian dari dua negara ini juga 
pernah bahu-membahu bekerja sama melawan liyan. Misalnya, Aceh membantu Kedah, 
negeri utara Malaysia, melawan Siam (sekarang Thailand). 

Bukan hanya itu, hubungan mesra tersebut telah memungkinkan orang Aceh diberi 
tanah untuk dihidupkan, seperti di Pulau Pinang, jauh sebelum Francis Light, 
asal Inggris, pada 1786 menyulap pulau mutiara itu menjadi kota modern. Dari 
hubungan tersebut, banyak keturunan Aceh yang berkewarganegaraan Malaysia 
berhasil dalam segala bidang. Misalnya, bisnis, politik, dan akademis.

Malahan, pada zaman prakemerdekaan, 1920-an, Tan Malaka menyusuri tanah 
Semenanjung untuk bersama-sama pegiat kemerdekaan lokal melawan penjajah. 
Rustam A. Sani, sosiolog terkemuka keturunan Minangkabau, dalam buku Social 
Roots of the Malay Left (2008)menulis dengan terang benderang bagaimana kaum 
kiri Indonesia, Djamaluddin Tamin, Tan Malaka, Budiman, Sutan Djenain, Alimin, 
dan Mohammad Arif, menggelorakan pergerakan orang Melayu setelah revolusi Jawa 
dan Sumatera dipadamkan Belanda. Dari pertautan itu, lahirlah Kesatuan Melayu 
Muda yang dikenal sebagai pemprakarsa perlawanan terhadap kolonialisme melalui 
gerakan bersenjata. 

Selanjutnya, tidak aneh jika konflik muncul antara dua negara ini, masyarakat 
terbelah. Contoh yang paling jelas adalah penolakan almarhum Hamka, novelis dan 
ulama, terhadap gagasan konfrontasi Presiden Soekarno karena bukan saja alasan 
agama, tapi juga sejarah hubungan Minangkabau dengan Negeri Sembilan yang 
sangat erat.

Negara yang terakhir itu layaknya salinan fotokopi dari induknya, yang kata 
Hamka dulu disebut Melayu, bukan Menang Kerbau,satu sebutan yang digagas 
Belanda. Dukungan Jawa tentu lebih total pada Ganyang Malaysia karena tak 
mempunyai hubungan historis seperti Minang, meski pengaruh Jawa sangat kuat 
karena pada masa Kesultanan Demak banyak prajurit yang dikirim ke Melaka untuk 
melawan Portugis.

Teori Mimesis 

Teori tersebut mengandaikan bahwa seseorang merasa kehilangan sesuatu ketika 
barang miliknya diambil atau dipinjam orang lain. Keadaan semacam itu sering 
terjadi pada anak kecil.

Apakah kasus tari pendet mencerminkan teori itu? Siapa pun bisa mencocokkan 
atau malah mengajukan teori lain untuk menyangkalnya. Secara umum, seseorang 
akan meradang jika miliknya diambil orang lain. 

Masalahnya, kepemilikan tersebut berkaitan dengan hasil kebudayaan yang 
mengandaikan sejarah penciptaan yang rumit. Misalnya, tari pendet. Bukankah 
unsur-unsur Hindu begitu kuat di dalamnya yang notabene merupakan warisan India 
kuno? 

Hakikatnya, kedua negara ini mengandaikan pengalaman sejarah panjang yang 
berjalin kelindan, berbahasa 

[ac-i] Sekali Lagi,Kita cuma bisa marah jika dipulung orang ketimbang menghargai

2010-06-17 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Radar Tulungagung 
[ Minggu, 13 Juni 2010 ] 
Kehidupan Seniman Tradisi 
Disyukuri meski Tanggapan Makin 'Jauh' 

Zaman terus bergerak cepat. Tak banyak yang bertahan dalam berkesenian tradisi. 
Tapi tidak dengan Adam Sumeh dan Maryani. Keduanya eksis di kesenian kentrung 
dan macapat. 

---

Saat bertamu ke rumahnya yang sederhana di Desa Dayu, Kecamatan Nglegok, Mbah 
Sumeh sedang santai. Pria yang bernama asli Adam ini adalah salah seorang 
seniman kentrung yang hingga kini tetap eksis. Saat ditanya tentang nama Sumeh 
yang melekat pada dirinya, pria kelahiran 1 Juli 1946 ini mengungkapkan nama 
itu didapatkannya saat masih pentas bersama grup ludruk sekitar 1975 silam. 
Saat itu, dia yang mendapat lakon lawak bersama dua rekannya mendapat nama 
Sumeh. Ya sejak saat itu nama saya Adam Sumeh. Di KTP juga begitu. Pekerjaan 
seniman, kata bapak tiga anak ini. 

Mbah Sumeh, kini dikenal sebagai salah satu seniman kentrung yang tersisa di 
Blitar. Grup kentrungnya yang bernama Tri Santoso Budoyo bisa disebut sebagai 
kelompok kentrung yang hingga tetap ada di bawah gempuran seni modern. Ada 
juga di daerah Udanawu. Tapi memang sudah jarang, kata pria yang sudah ikut 
wayang orang sejak 1959 ini. 

Sebelum jadi dalang kentrung seperti sekarang ini, Mbah Sumeh dulunya menjadi 
seniman wayang orang, ludruk, ketoprak dan jaranan. Saat main di kentrung, dia 
mengawalinya menjadi pancak atau penabuh alat pengiring kentrung. Baru sejak 
1994 dia menjadi dalang kentrung. Yakni, sebuah kesenian warisan nenek moyang 
yang menyajikan sebuah kisah diselingi dengan lagu dari yang dinyanyikan sinden 
dan guyonan antara dalang, pancake, dan sinden. Dia mengaku tak pernah belajar 
secara khusus. Tapi karena sudah suka dengan segala sesuatu berbau kesenian, 
Mbah Sumeh bergaul dengan orang-orang yang telah lebih dulu terjun ke kesenian 
tersebut. Kentrung itu kan warisan walisanga. Kisah yang disampaikan biasaya 
seputar kisah walisanga, keratin, dan kerajaan, terang Mbah Sumeh yang memang 
sumeh alias banyak senyum ini. 

Kehidupan menjadi seniman terkadang memang tidak menentu. Namun, Mbah Sumeh 
bisa menggantungkan hidupnya dari kesenian kentrung. Sekali manggung di dalam 
kota, kelompok kentrung yang beranggotakan setidaknya lima orang ini dibayar Rp 
1 juta. Harga itu, menurut Mbah Sumeh, cukup untuk dibagi dan dijadikan sumber 
penghidupan. Sebulan, paling sedikit tiga kali dia mendapat tanggapan kentrung. 
Yang namanya rezeki makin disyukuri kan makin terasa nikmatnya, katanya. 

Namun itu tidak menentu. Dia pun kadang digojlok oleh seniman muda lainnya. 
Yakni manggung makin jauh. Maksudnya bukannya tempat yang hingga ke luar kota 
atau luar negeri, melainkan tanggapan manggung yang berjarak lama. Kadang dalam 
setahun bisa dihitung dengan jari. 

Kini, Mbah Sumeh berusaha melakukan regenerasi untuk pewaris kesenian 
tradisional tersebut. Menurut dia, kini anak-anak sekolah telah banyak yang 
mulai diajari kesenian tradisi ini. Kadang saya diajak untuk mengajari mereka. 
Pertama-tama ya belajar nabuh kendang, terbang, ketipung dulu, kata Mbah 
Sumeh. 

Sebagai salah satu seniman kentrung yang masih bertahan, Mbah Sumeh yakin bahwa 
masyarakat bakal terus menggemari kesenian tradisional ini. Meski hanya 
orang-orang tertentu. Namun hal itu cukup bisa membuat Mbah Sumeh terus 
berkarya sebagai dalang kentrung. 

Demikian juga dengan Maryani. Menjadi seniman menurut Maryani merupakan 
panggilan hati. Sejak SMP, pria 46 tahun ini hobi menulis tembang. Hobinya itu, 
sedikit banyak dipengaruhi oleh sang ayah yang menggeluti kesenian wayang 
orang. Saat kuliah, Maryani memilih mengambil jurusan Sastra Indonesia di 
Universitas Jember. Kuliah di jurusan sastra, membawanya ke dunia kesenian yang 
lebih kompleks. Maka, hobinya nulis tembang ditambah kemampuannya dalam dunia 
akting dan teater membuatnya aktif di dunia kesenian di kampusnya. Untuk 
mengasah kemampuannya menulis tembang, saat menulis surat buat orang tuanya dia 
diharuskan menuliskannya dalam tembang. Jika tidak ditulis begitu, ndak 
dibales sama bapak, kenang Maryani. 

Tidak hanya itu, pada 1989, Maryani yang juga sempat aktif di Kentrung Jos 
Jember, pernah turut mencicipi pentas nasional. Saat itu, Kentrung Jos jadi 
ikon Jember. Sekarang ya dikatakan mati tidak, hidup tidak, kata suami dari 
Kuswidayati. 

Pria asli Mangunan, Udanawu, ini dulunya sering berkeliling di berbagai daerah 
untuk pentas pertunjukan seni. Baik teater, kentrung, macapat dan lain-lain. 
Baru pada 1994 dia kembali ke tanah kelahirannya di Blitar. Dan hingga kini, 
selain sebagai seniman dia tercatat sebagai guru di SD Mangunan 2. Dulu 
sebelum pulang ke Blitar ya keliling-keliling bersama teman-teman seniman, 
kenang Maryani. 

Sebagai seniman tradisional, Maryani bersama rekan-rekannya di paguyuban 
macapat berusaha melestarikan kesenian warisan nenek moyang ini. Bagi pria yang 
hobi nulis tembang ini, banyak filosofi yang bisa diambil dari kesenian 
macapat. Dengan memahami 

08 - Re: [ac-i] Re: Malaysia Lifestyle??? : tetap Trully Indonesia

2010-06-17 Terurut Topik Wajah
Pak Purwanto,anda menerima info Mengaku-aku atau Merampas itu via mulut media 
massa yang menyelewengkan asas medianya atau meneliti lebih teliti dari 
sumber yang betul?

Faktanya :
1.Yang menari Barong ( sebuah tarian yang diilhami tari Reog, seperti halnya 
di Lamongan ada tari Jepaplokan juga diilhami reog ),adalah penduduk 
Johor,Malaysia yang leluhurnya adalah imigran dari Ponorogo.Menyalahkan wong 
Jowo Johor menari Barong sama dengan menyalahkan wong Lamongan menari 
jepaplokan.

2.Yang membuat filler Tari Pendet itu PH Singapura/Cina Singapura yang 
merupakan pegawai Discovery Channel Singapura, yang menayangkan filler itu 
untuk mempromosikan Tayangan Dokumenter mengenai Malaysia di Discovery 
Channel.Itupun di tayangan asli Dokumenter Malaysia ya tak ada tari pendet sama 
sekalilah..kan itu cuma bikinan tukang bikin promo asal Singapura. Jadi yang 
salah Singapura kenapa yang anda tuduh Malaysia? Berita ini sudah disiarkan 
oleh Kantor Berita ANTARA,tetapi tak ada media massa Indonesia yang 
mencupliknya.Tuh kan? Apa kira-kira agenda tersembunyi para media massa yang 
investornya adalah para .dari negara...itu???

Sementara itu dulu. Aku gak mau melanjutkan bahwa Ramayana dan Mahabharata 
dan banyak lagi itu juga barang rampasan kalau anda memakai istilah 
rampasan...tapi dalam teori kebudayaan sebetulnya tak ada istilah mengaku dan 
merampas...namun ada keterpengaruhan...diffusi...migrasi budaya...duplikasi 
dan sebagainya...

WB

--- In artculture-indonesia@yahoogroups.com, bambang purwanto mazpoor2...@... 
wrote:

 Tampaknya semakin kacau perbincangan ini.  Masalah utama yang diperbincangkan 
 menjadi tidak jelas,Tindakan Mengaku-aku atau Merampas Hak Budaya orang 
 lain sepertinya diarahkan menjadi sesuatu yang boleh dilakukan atau halal.
 Tampaknya ini merupakan sikap perilaku manusia jaman sekarang, yang sudah 
 tidak mempunyai urat malu.
 Maaf kalau saya terlalu langsung.
 
 
 
 
 
 From: francis yaman frach...@...
 To: artculture-indonesia@yahoogroups.com
 Sent: Friday, June 11, 2010 12:32:45
 Subject: 08 - Re: [ac-i] Re: Malaysia Lifestyle??? : tetap Trully Indonesia
 
 Note: Forwarded message is attached.
 
  
 Block reason:  This message is above your Auto Block threshold | Approve 
 sender | Approve domain | Approve artculture-indonesia@yahoogroups.com |





[ac-i] VIDDY AD DAERY Mempertanyakan Keseriusan Tim Pemda Lamongan mengenai Tim Gajah Mada. [2 Attachments]

2010-06-08 Terurut Topik Wajah Bercahaya
RILIS : 

VIDDY AD DAERY Mempertanyakan Keseriusan Tim Pemda Lamongan mengenai Tim Gajah 
Mada.
 
VIDDY BERHARAP BUPATI LAMONGAN YANG BARU LEBIH PERDULI BUDAYA
 
Viddy AD Daery, budayawan Lamongan yang kini banyak bermukim di Malaysia untuk 
mengerjakan beberapa proyek kebudayaan dan persiapan mengambil sekolah pasca 
sarjana, mempertanyakan Tim Pemda Lamongan seperti dijanjikan dalam Rapat 
Pembentukan Tim Gajah Mada,seperti dalam berita ini :
Asal-usul Patih Gajah Mada Asli Lamongan Diteliti
Senin, 22 Juni 2009 | 07:00 WIB
TEMPO Interaktif, Lamongan: Pemerintah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, 
membentuk tim untuk penelusuran sejarah Gajah Mada. Tim diarahkan pada 
penggalian data menyangkut kemungkinan bahwa Maha Patih Majapahit yang dikenal 
dengan Sumpah Palapa itu berasal dari Lamongan.

Tim yang dibentuk oleh Bupati Masfuk dan mulai bekerja pekan ini diperkuat 
sejumlah budayawan. Pelaksana tugas Asisten Administrasi Lamongan, Aris Wibawa, 
kemarin mengatakan tim akan melakukan riset sejarah Gajah Mada di sejumlah 
museum di Surabaya, juga Trowulan, Mojokerto, dan beberapa tempat 
peninggalannya. 

Aris menyebutkan, dalam seminar dan rembuk budaya di Lamongan beberapa waktu 
lalu, dibahas keberadaan dan asal-usul Gajah Mada. Budayawan Lamongan Viddy 
A.D. Daery menyebutkan sejumlah cerita rakyat mengisahkan bahwa Gajah Mada 
adalah anak kelahiran Desa Mada (sekarang Kecamatan Modo, Lamongan). Di zaman 
Majapahit (1293-1527), wilayah Lamongan bernama Pamotan.

Berdasarkan cerita rakyat, Gajah Mada adalah anak Raja Majapahit secara tidak 
sah (istilahnya lembu peteng atau anak haram) dengan gadis cantik anak seorang 
demang (kepala desa) Kali Lanang. Anak yang dinamai Joko Modo atau jejaka dari 
Desa Mada itu diperkirakan lahir sekitar tahun 1300.

Kakek Gajah Mada, yang bernama Empu Mada, membawa Joko Modo ke Desa Cancing, 
Kecamatan Ngimbang. Wilayah yang lebih dekat dengan Biluluk, salah satu pakuwon 
di Pamotan, benteng Majapahit di wilayah utara. Sedangkan benteng utama berada 
di Pakuwon Tenggulun, Kecamatan Solokuro.

Salah satu bukti fisik bahwa Gajah Mada lahir di Lamongan ialah situs kuburan 
Ibunda Gajah Mada di Desa Ngimbang. Digambarkan, Joko Modo ketika itu berbadan 
tegap, jago kanuragan didikan Empu Mada. Di kemudian hari, dia diterima menjadi 
anggota Pasukan Bhayangkara (pasukan elite pengawal raja) di era Raja 
Jayanegara.

Ia menyelamatkan Jayanegara yang hendak dibunuh Ra Kuti, patih Majapahit. Gajah 
melarikan Jayanegara ke Desa Badander (sekarang masuk wilayah Bojonegoro) di 
wilayah Pamotan. Dari bukti-bukti itu, tim pelacakan Gajah Mada akan membuat 
dokumen. Tim akan bekerja sekitar enam bulan langsung di bawah pengarahan 
bupati.
 
Tim yang dibentuk oleh Bupati Masfuk dan mulai bekerja pekan ini diperkuat 
sejumlah budayawan. Pelaksana tugas Asisten Administrasi Lamongan, Aris Wibawa, 
kemarin mengatakan tim akan melakukan riset sejarah Gajah Mada di sejumlah 
museum di Surabaya, juga Trowulan, Mojokerto, dan beberapa tempat 
peninggalannya.

Aris menyebutkan, dalam seminar dan rembuk budaya di Lamongan beberapa waktu 
lalu, dibahas keberadaan dan asal-usul Gajah Mada. Budayawan Lamongan Viddy 
A.D. Daery menyebutkan sejumlah cerita rakyat mengisahkan bahwa Gajah Mada 
adalah anak kelahiran Desa Mada (sekarang Kecamatan Modo, Lamongan). Di zaman 
Majapahit (1293-1527), wilayah Lamongan bernama Pamotan.

Berdasarkan cerita rakyat, Gajah Mada adalah anak Raja Majapahit secara tidak 
sah (istilahnya lembu peteng atau anak haram) dengan gadis cantik anak seorang 
demang (kepala desa) Kali Lanang. Anak yang dinamai Joko Modo atau jejaka dari 
Desa Mada itu diperkirakan lahir sekitar tahun 1300.

Kakek Gajah Mada, yang bernama Empu Mada, membawa Joko Modo ke Desa Cancing, 
Kecamatan Ngimbang. Wilayah yang lebih dekat dengan Biluluk, salah satu pakuwon 
di Pamotan, benteng Majapahit di wilayah utara. Sedangkan benteng utama berada 
di Pakuwon Tenggulun, Kecamatan Solokuro.

Salah satu bukti fisik bahwa Gajah Mada lahir di Lamongan ialah situs kuburan 
Ibunda Gajah Mada di Desa Ngimbang. Digambarkan, Joko Modo ketika itu berbadan 
tegap, jago kanuragan didikan Empu Mada. Di kemudian hari, dia diterima menjadi 
anggota Pasukan Bhayangkara (pasukan elite pengawal raja) di era Raja 
Jayanegara.

Ia menyelamatkan Jayanegara yang hendak dibunuh Ra Kuti, patih Majapahit. Gajah 
melarikan Jayanegara ke Desa Badander (sekarang masuk wilayah Bojonegoro) di 
wilayah Pamotan. Dari bukti-bukti itu, tim pelacakan Gajah Mada akan membuat 
dokumen. Tim akan bekerja sekitar enam bulan langsung di bawah pengarahan 
bupati. ( Sumber : TEMPO INTERAKTIF ).
 
( catatan : hampir semua media massa besar Indonesia memuat berita tersebut )
 
Menurut Viddy yang kini tiap hari di RUMAH GAPENA ( semacam Dewan Kesenian 
Nasional Malaysia ) di Kuala Lumpur, ngebut mengetik novel serial silatnya 
“Pendekar Sendang Drajat” jilid 2 dalam seri “Misteri Pengebom Candi GAJAH 
MADA” , dia pernah diundang oleh Tim Humas 

[ac-i] Re: Malaysia Lifestyle??? : tetap Trully Indonesia

2010-05-23 Terurut Topik Wajah

Lalu yang jadi masalah apa,Gayatri?
Kan memang wong malaysia itu keturunan Indonesia.
Misalnya adikmu makan makanan ibumu,pakai baju warisan ibumu,
apa kau berhak sewot?

Baca Negarakertagama, Kitab Raja-Raja Pasai,dsbnya.
Malaysia itu wilayah Nusantara ( ibukotanya Trowulan,Mojopahit).

Sampai abad 16 M, antara Gresik,Malaka-Patani Thailand,Aceh-Pahang saling 
kunjung dengan perahu layar. Baru tengah abad 16 M wong londo 
mecah-belah.Perjanjian Bongaya memaksa kapal-kapal Nusantara gak boleh saling 
kunjung.Selanjutnya dibagi2 jadi negara ini-itu Republik ini-itu.

Yang benci Malaysia adalah orang gak ngerti sejarah atau wong non-pri ( 
maaf-tapi wong non-pri yang mempunyai faham ekstrimis bukan humanis ). Baca 
tulisan wartawan ( mantan )Kompas di PRISMA, ia dengan jitu menganalisis, wong 
kebencian Indonesia terhadap saudaranya Malaysia,adalah kebencian cinta / 
melihat alter-egonya jadi milik adiknya/ adiknya yang pernah diajarinya kini 
kaya karena bekerja keras,meninggalkan kakaknya yang ribut rebutan balung 
pepesan kosong.

Jangan suka menuduh maling dalam ranah budaya,karena ada teori antropologinya, 
nanti kamu dibilang bodoh lho.
Sekarang kita misalnya, dituduh India maling Ramayana gak mau kan???

Salam,








--- In artculture-indonesia@yahoogroups.com, BJD. Gayatri bgayatr...@... 
wrote:

 Negara Jiran Maling-Sialan itu bilang; pavilyun mereka di Shanghai Expo 
 adalah cerminan gaya hidup malaysia yang sebenarnya. ehem!!!
 Coba Tengok
 Rumah Melayu gaya Rumah Gadang Minangkabau. Kayaknya bangsa Indonesia yang 
 terdiri dari lebih 300 etnis bisa membedakan ya,... suku Melayu tidak 
 berRumah Gadang, 
 seperti juga, suku Melayu juga bukan bertradisi batik, namun bertradisi Tenun 
 Ikat atau Songket.
 Jangan-jangan tarian yang disajikan adalah reog ponorogo dan tari 
 bali,kalleee...
 
 Beda iklan pariwisata, beda pavilyun nya. Tampaknya, pavilyun ini tidak 
 menunjukkan slogan iklannya.
 Menambah keyakinan saya: Malaysia Trully Indonesia wannabe-lah. heuheu
 
 http://www.bernama.com/bernama/v5/newsgeneral.php?id=499255





[ac-i] Acara Puisi untuk Guru di Malaysia

2010-05-22 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Sastera-BERITA HARIAN

 Cetak .  Emel Rakan .   
Puisi hangat PPDHL

Oleh Nazmi Yaakub
na...@bharian.com.my
2010/05/19Guru dan murid bergabung tenaga mementaskan sajak, seloka, 
syair dan gurindam 

PERSEMBAHAN puisi oleh guru dan pelajar menguasai pentas Malam Puisi Sasterawan 
Selangor di Pejabat Pelajaran Daerah Hulu Langat (PPDHL), 
Kajang, baru-baru ini, apabila mereka tampil dengan deklamasi sajak dan 
lagu serta penyampaian seloka, syair serta gurindam.   
Malam puisi anjuran Persatuan Penulis Selangor (PPS) dan PPDHL itu 
bertepatan dengan sambutan Hari Guru, sekali gus menjadikan tema 
persembahannya akrab dengan dunia pendidikan dan persekolahan.  
Antara yang mencuri tumpuan ialah persembahan guru Sekolah Menengah 
Kebangsaan (SMK) Jalan 4 mencuri tumpuan penonton dengan menggabungkan 
sajak, seloka, syair dan pantun yang berkongsi asam garam dan pahit 
manis perjuangan guru mendidik anak bangsa. 

Penyampaian secara seloka itu menyebabkan lebih 100 penonton 
tersenyum meskipun ia sarat dengan sindiran terhadap isu semasa yang 
sering mencuit profesion perguruan dan persekolahan, sekali gus 
meluahkan keluhan terhadap cabaran mendidik pelajar. 

Aduhai nasib si guru 
kerjanya banyak tak menentu 
ibu bapa bising selalu sampai telinga rasa tepu. 

Aduhai nasib si guru 
hidup segan mati tak mahu 
kera di hutan disusui 
anak sendiri bimbang tak jadi. 

Masa mengajar tak main-main 
pinggan tak retak nasi tak dingin 
walaupun murid tak ingin 
guru tetap, tak naik angin. 

Seloka guru SMK Jalan 4 itu bagaikan disambut Penolong Pegawai 
Pelajaran PPDHL, Nurul Badar Mohd Salleh yang membacakan puisi Cikgu, 
Suara Kita Adalah Gema karya Ismail Musa, yang memberikan semangat 
kepada guru untuk meneruskan tanggungjawab mulia itu. 

Cikgu, suara kita adalah gema 
dialun dan menara 
kita jadi pelita menerangi malam gelap 
kita jadi tangan mengusap dahi anak didik tercinta 
dari lena tarian, bangunlah agar generasi bonda 
tidak jadi hamba di bumi tercinta yang bertuah ini. 

Pegawai Pelajaran PPD Kuala Langat, Abdul Talib Hamid pula 
membacakan puisinya, Encik Guru, dengan menggunakan diksi yang 
mengingatkan penonton gelaran kehormat ‘cikgu’ dipadan daripada dua 
perkataan mulia, iaitu encik dan guru, sekali gus memikul tugas yang 
murni. 

Kita mulia ada martabat 
bina bangsa berdaulat 
dengan semangat dan kudrat 
mengheret amanah 
kerana pejuang besar berkeringat 
untuk insan yang mulia yang hebat 
mencurah jasa bakti tanpa penat 
melampaui garis waktu tersurat 
melebihi bejana telaga yang diharap. 

Ketua Satu PPS, Hamzah Hamdani sempat menitipkan puisi ala haikunya, Gurulah 
Obor, pada hujung ucapan pendahuluannya, sambil memberi 
penghormatan yang besar kepada guru yang mendidik generasi berilmu 
dengan sabar. 

Gurulah obor 
bawa cahaya hidup 
sepanjang hayat 

Gurulah lilin 
cahayanya mengalir 
ke jantung bangsa. 

Guru Sekolah Menengah Agama Persekutuan (SMAP) Kajang, Rahimaton 
Haron, Zuriyal Hanim Baharuddin dan Siti Aisyah Mohd Akahsah pula 
membacakan puisi, Travelog Sang Sahabat karya pelajar mereka, Raja Muhd 
Khairul Akhtar Raja Muhd Najib. 

Ingatlah tiada ungkapan perpisahan 
dalam persahabatan 
walaupun maut menjadi noktahnya 
kerana sahabat itu terlalu istimewa 
dalam doa sahabatnya 
walau tanpa bayangnya. 

Malam puisi itu turut dihadiri Sasterawan Negara (SN), Datuk Dr 
Anwar Ridhwan; Ketua Sektor Pengurusan Akademik Jabatan Pelajaran 
Selangor, Hasnul Hadi Abdullah Sani yang mewakili Pengarah Jabatan 
Pelajaran Selangor dan Pegawai Pelajaran PPDHL Kajang, Hashim Musa. 

Tidak ketinggalan SMK Saujana Impian,  SMK Convent Kajang dan SMK 
Abdul Jalil turut memeriahkan acara dengan persembahan puisi 
tradisional. 

Selain itu, Penyair dari Indonesia, Viddy Ad Daery, guru Sekolah Kebangsaan 
(SK) Pandan Indah, Azerai Azmi; penyair PPS, Salleh Mohd Tahir dan Harlyon 
Yeo turut beraksi di pentas, manakala seniman dari e-Sastera.com, Anuar 
Bakhri Haron atau lebih dikenali sebagai Anbakri pula menyanyikan lagu 
puisi. 



[ac-i] DPR D Lamongan meremehkan sektor kebudayaan

2010-04-26 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Radar Bojonegoro-Jawa pos Group
[ Selasa, 20 April 2010 ] 
APSB Ngluruk DPRD Lamongan LAMONGAN - Sekitar 50 massa yang mengatasnamakan 
Aliansi Pelaku Seni Budaya (APSB) Lamongan kemarin (19/4) mendatangi 
kantor DPRD setempat. Mereka melakukan longmarch dari depan sekretariat 
Dewan Kesenian Lamongan (DKL). 

Mereka membawa berbagai poster 
dan benda-benda yang dimaksudkan sebagai kritikan. Yakni, berupa ungkal 
(batu asah, Red), boran (bakul, Red) dan sebagainya. Benda tersebut 
rencananya dikadokan kepada pimpinan dewan tapi batal.

Polisi 
yang mengaku sebelumnya tidak mendapatkan pemberitahuan tentang aksi ini 
langsung datang melakukan antisipasi pengamanan. ''Saya minta yang 
tertib sesuai perwakilan yang disepakati,'' kata Kasatsamapta Polres 
Lamongan, AKP Suyanto.

Perwakilan massa akhirnya diterima Ketua 
DPRD Makin Abbas dan Wakil Ketua DPRD Sa'im serta Ketua Komisi D 
Sulaiman. Hadir dalam pertemuan itu sejumlah pejabat instansi terkait. 
Saat audensi, koordinator APSB Rokhiem, yang juga merupakan perwakilan LKL ( 
Lembaga Kebudayaan Lamongan ), menyampaikan beberapa persoalan 
dan usulan. Di antaranya, berharap kepada dewan agar berkenan membangun 
kompleks 
gedung kesenian yang terpadu di Lamongan. Selain itu, 15 persen pendapatan asli 
daerah (PAD) dari sektor pariwisata hendaknya didistribusikan untuk 
pengembangan seni dan budaya Lamongan.

APSB juga meminta Dewan 
Kesenian Lamongan (DKL) dibubarkan karena melempem atau dilaksanakan 
improvement 
internal DKL. Tuntutan ini sebelumnya diwujudkan dengan aksi APSB yang 
menyegel sekretariat DKL di Jalan Lamongrejo. Tuntutan terakhir, 
memberikan pendidikan kerakyatan, pelatihan, pembinaan, perhatian, 
penghargaan dan naungan kepada pelaku seni budaya khususnya pemuda 
Lamongan.

Ketua DPRD Makin Abbas tidak serta menanggapi tuntutan 
APSB yang amat mulia itu. Dikatakan, apa yang disampaikan APSB akan 
diperhatikan. Tapi, 
khusus usulan agar 15 persen PAD dari sektor pariwisata diditribusikan 
untuk  pengembangan seni jelas tidak mungkin. ''Untuk gedung kesenian 
juga tidak dianggarkan. Tapi, semua ini kami catat untuk dipelajari 
lebih lanjut,'' katanya meremehkan,padahal dirinya pernah mengucapkan 
janji-janji muluk mengenai kebudayaan ketika mengadakan pertemuan dengan LKL 
sekitar setahun sebelumnya. (idi/wid)




[ac-i] Aku akan singgah di Sanggar Budaya Tarmizi Rumah Hitam

2010-04-26 Terurut Topik Wajah Bercahaya
* 

KOMPAS/KENEDI NURHAN
Tarmizi


Bergerilya dari Ruli ke 
Rumahitam


Senin, 21 April 2008 | 00:31 WIB

Ketika pertama berjumpa di Pelabuhan Pungur, Batam, agak 
terperangah juga melihat penampilan lelaki muda itu. Bersama anak 
lelakinya yang berusia 2,5 tahun, lelaki ber-”jubah” hitam dengan 
sedikit strip putih tipis di bagian tepi busananya itu pun tersenyum dan 
mengulurkan tangan. Ia mengajak bersalaman.


Tarmizi dari 
Komunitas Seni Rumahitam,” kata lelaki berbusana serba hitam itu 
memperkenalkan diri. Anak lelakinya pun mengenakan setelan baju koko 
berwarna serba hitam, seakan ingin memberi aksentuasi pada komunitas 
yang ia pimpin: Rumahitam!
Tarmizi bukanlah pemimpin sebuah sekte 
atau mengorganisasi kelompok eksklusif dengan ideologi tertentu. Simbol 
warna hitam sebagai ciri khas keberadaan komunitas yang ia 
kelola—termasuk pada sejumlah bangunan tempat tinggal, warung, dan rumah baca 
mereka yang juga dicat hitam—di kawasan Sekupang, Batam, hanyalah 
semacam penanda.

”Tak ada kaitan sama sekali dengan ideologi para 
anggota komunitas,” kata Tarmizi (35), lelaki kelahiran Rumbai, Riau, 
namun dibesarkan di kampung halaman ibunya (Nuraini) di Rao, Kabupaten 
Pasaman, Sumatera Barat. Adapun ayahnya, (almarhum) Saidul Nasution, 
berasal dari Sumatera Utara.

Rumahitam sebagai anak ideologis 
Tarmizi memang mengandung makna simbolik. Bagi Tarmizi, ”rumahitam” 
adalah sebuah sudut pandang tentang Batam yang kian tak ramah pada 
lingkungan sosial dan budaya lokal.
Di tengah atmosfer kesenian di Batam yang mandek, Tarmizi melakukan 
”perlawanan” lewat puisi yang ia 
tulis dari balik dinding tripleks di rumah liar—masyarakat Batam 
menyebutnya ”ruli”—yang ia huni di kawasan Batuaji. Isinya memang lebih 
banyak mengungkap sisi kelam di balik gemerlap lampu warna-warni 
pembangunan di Pulau Batam.

”Kami di Batam memang hidup bagaikan 
di rumah yang hitam. Sebagian besar orang cenderung mengikuti sesuatu 
yang buruk, sebuah lingkungan yang hitam dan kelam. Saya merasa tinggal 
di sini, di rumah yang hitam itu. Tetapi, kalau mau jujur, kondisi 
semacam ini juga menyungkupi negeri ini: Indonesia!” kata Tarmizi.

Sebagai penyair, nama Tarmizi memang belum menasional. Tetapi, label semacam 
itu tak begitu penting jika melihat ”ketokohan”-nya dalam konteks 
gerilya kesenimanannya. Ketika pembangunan kebudayaan tak mendapat 
tempat di tengah gemuruh mesin pabrik dan industri di Pulau Batam, warga 
pendatang ini justru menawarkan setitik cahaya.

Sebuah komunitas 
seni ia dirikan pada 21 April 2000. Di tengah kegersangan Kota Batam, 
Tarmizi menggelorakan sebuah gerakan kebudayaan untuk mengangkat marwah 
Melayu. Para sopir taksi, buruh pabrik, pedagang asongan, hingga yang 
berstatus pegawai negeri lulusan perguruan tinggi ikut bergabung. Mereka 
menenggelamkan diri dalam berkesenian, di mana Melayu sebagai basisnya.

Gerakan kebudayaan yang digagas dari ruang pengap di pondok tinggalnya yang 
beratap bahan karet bekas di kawasan Batuaji itu menemukan bentuk 
setelah mereka pindah ke daerah Sungai Harapan, Sekupang, pada 2001. 
Gerakan yang ia bangun ternyata mampu meyakinkan Ketua Otorita Batam 
(saat itu) Ismeth Abdullah. Tarmizi pun ”dipinjami” lahan 2,5 hektar 
untuk dikembangkan menjadi semacam kawasan budaya-kreatif.
”Di 
sinilah kami membangun ’permukiman’ baru, baik secara fisik maupun 
simbolik. Artinya, kawasan ini sekaligus sebagai ladang kreativitas yang harus 
ditanami, dipupuk, disiram, sehingga seni dan budaya (Melayu) 
bisa tumbuh subur,” ujar Tarmizi.

Berawal dari nol
Delapan tahun sudah berlalu. Selama kurun waktu itu, puluhan bahkan ratusan 
pencinta seni di daerah ini keluar-masuk komunitas yang ia bangun dari 
nol tersebut.

Ketika dipinjami lahan oleh Otorita Batam, Tarmizi 
hanya mampu mendirikan pondok kecil berukuran sekitar 4 x 5 meter. 
Dinding dan atapnya pun masih terbuat dari ban bekas yang dicat warna 
hitam.

Tak ada sumber air bersih, juga penerangan listrik. Hanya 
lampu teplok yang menemani malam-malam perbincangan mereka tentang masa 
depan Melayu di pulau industri ini. Banyak yang mencibir, tetapi Tarmizi jalan 
terus.
Meski secara fisik jauh dari memadai untuk disebut 
sebagai ”pusat kebudayaan”, tetapi dari sinilah cikal bakal 
berkembangnya Komunitas Seni Rumahitam hingga menemukan bentuknya 
seperti sekarang. Kini, walau belum sepenuhnya berjaya, mereka sudah 
memiliki sejumlah rumah tinggal, ”wisma tamu”, panggung untuk latihan 
dan pementasan, rumah baca, serta warung makanan yang lebih menyerupai 
semacam kafe.
Di sini pula beragam kegiatan disuarakan: mulai dari seni teater, tari, seni 
rupa, seni kriya, seni sastra, hingga upaya 
penggiatan seni tradisi yang ada di Batam dan sekitarnya. Nama 
”Rumahitam” pun sudah laku ”dijual”. Bahkan, beberapa partai politik 
mulai melirik mereka untuk diminta mengisi acara kesenian di sela 
kegiatan pertemuan partai.

”Sebagai pribadi, kami orang-orang 
Komunitas Seni Rumahitam tetap independen. Undangan dari 

[ac-i] Etnis Arab kini digusur China

2010-04-26 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Ruang Putih- JAWA POS
[ Minggu, 25 April 2010 ]


Mbah Priok dan Etnis Arab 
''Jangan ada kegaduhan di sekitar makam. Presiden mengimbau 
masyarakat tidak termakan isu,'' kata Habib Ali Habib Ali Zaenal bin 
Abdurrahman Alaydrus.

Habib Ali adalah salah seorang ahli waris 
Al Habib Hasan Muhammad Al Haddad atau yang dikenal sebagai Mbah Priok 
di Koja, Tanjung Priok, yang makamnya menjadi ajang sengketa hingga 
memicu insiden berdarah, Rabu pekan lalu.

Bersama Habib Salim bin Umar Al Attas, Habib Ali bertemu Presiden Susilo 
Bambang Yudhoyono, 
hanya berselang sehari setelah terjadi bentrokan antara anggota Satpol 
PP dan massa yang mempertahankan kawasan makam yang dikeramatkan itu.

Tiga anggota Satpol PP tewas dalam bentrokan itu, sekitar 150 orang lainnya 
terluka, tapi PMI masih menyelidik soal ini. Ketua Umum PMI Jusuf Kalla 
menegaskan harus ada tindakan hukum yang tegas dan adil terhadap siapa 
saja yang melakukan penganiayaan, pembakaran, maupun pembunuhan pada 
kerusuhan Priok.

Sudah lama Pemkot Jakarta Utara berencana 
menertibkan kawasan makam tersebut, yang sebagian tanahnya milik PT 
Pelindo II. Tetapi, ahli waris makam Mbah Priok menolak dengan alasan 
tempat itu adalah situs sejarah yang harus dirawat. 

Presiden 
sebelumnya bereaksi atas terjadinya kekerasan itu dengan menyerukan agar 
rencana penertiban itu distatusquokan untuk dicari cara terbaik 
penyelesaiannya dengan melibatkan banyak pihak yang terkait. 

Kedekatan SBY dengan masyarakat etnis Arab boleh jadi juga menjadi salah satu 
faktor di balik turun tangannya presiden dalam masalah ini. Juga 
diterimanya ahli waris Mbah Priok, yang disebut sebagai ulama penyebar 
Islam abad ke-18 di Betawi itu. Seperti diketahui, ada dua menteri 
keturunan Arab dalam kabinet SBY. Keduanya berasal dari golongan 
Alawiyin (habib atau sayid). Mereka adalah Menteri Sosial Salim Segaff 
Al-Jufri dan Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Mohammad.. 

Beragam komentar berseliweran setelah terjadi insiden berdarah itu di TV, 
koran, situs-situs internet, Facebook, dan sebagainya. Jusuf Kalla 
sebagai ketua umum PMI meragukan apa yang disebut sebagai ''ahli waris 
makam'' karena tidak ada silsilahnya. Selain itu, status tanah makam itu adalah 
tanah wakaf. ''Ini tanah wakaf yang dipakai untuk kuburan dan di dalamnya ada 
24.000 makam. Makam ini kemudian dipindahkan di Semper,'' 
kata Kalla.

Menurut Kalla, jika benar ada ahli waris dari makam 
Mbah Priok tersebut, tentu jumlahnya akan banyak sekali karena makamnya 
sudah ada sejak 250 tahun lalu.

''Kalau benar ada ahli warisnya, 
ini tanah makam sudah diwakafkan. Jadi, kalau ada yang mau mencabut 
wakaf tersebut, berarti itu dosa besar karena mencabut wakaf dan 
seketika pahalanya putus,'' kata Kalla.

Namun, terlepas dari itu, ada satu topik yang tampaknya makin menarik 
dibicarakan, yakni 
eksistensi orang-orang etnis Arab di Indonesia. Siapakah Al Habib Hasan 
Muhammad Al Haddad atau Mbah Priok itu? Mengapa makamnya dikeramatkan? 
Pertanyaan ini bisa dilanjutkan lagi, ada berapa banyak habib di 
Indonesia? Apa beda mereka dengan orang-orang Arab yang bukan habib? 

Dari sejarahnya, orang-orang peranakan Arab di Indonesia umumnya berasal 
dari Hadramaut, bagian selatan Jazirah Arab yang dikenal sebagai Yaman. 
Dalam bahasa Ibrani, Hadramaut disebut Havermavt, sementara dalam Alkitab 
(Injil) disebut sebagai Hazarmaveth (Kejadian: 
10-26-28).

L.W.C. van den Berg dalam bukunya Le Hadhramout et. Les Colonies Arabes Dans 
L'Archipel Indien yang terbit pada 1886 
mengupas panjang lebar tentang Hadramaut dan kota-kota di Indonesia yang 
berpenghuni orang-orang etnis Arab pada akhir abad ke-19.

Tetapi, hanya sedikit orang keturunan Arab yang pernah berkunjung ke Hadramaut. 
M. Anis, Pemred portal Kemenegpora adalah salah seorang di antaranya 
yang pernah berkeliling di tanah asal kakek moyangnya itu

''Hadramaut terdiri atas dua kata, yaitu hadra berasal dari kata hadir dan 
maut. Siapa hadir ke sana akan menemui maut,'' tulis Anis dalam bukunya, 
Hadramaut (1996), mengutip penjelasan Saleh, sopir yang mengantarkannya di 
Hadramaut.

Teori lain menyebut Hadramaut adalah nama seorang 
tokoh legendaris yang tak diketahui asal usulnya. Hanya tokoh itu 
dipercaya sebagai keturunan Ya'kub, cucu Nabi Hud yang babat alas di selatan 
Jazirah Arab yang kering kerontang itu. Karena alamnya yang 
tak bersahabat itulah orang-orang Arab di Hadramaut menjadi pengelana ke 
mana-mana. Mereka berlayar ke Ethiopia, Zanzibar, Kenya, India, 
Singapura, dan Indonesia.

Ada beberapa argumen tentang kapan 
mereka mulai datang di Indonesia. Tetapi, gelombang besar imigran Arab 
diperkirakan tiba di negeri ini setelah abad ke-17. Mereka tinggal di 
kantong-kantong permukiman kota-kota pantai Jawa seperti Batavia 
(Jakarta), Cirebon, Pekalongan, Tegal, Semarang, Gresik, Surabaya, 
Bangil, dan sebagainya. Di antara mereka juga tinggal di kota pedalaman 
seperti Solo dan Jogjakarta. Sebagian kecil dari mereka bahkan sampai ke 

[ac-i] Sastrawan Malaysia mendapat banyak fasilitas penerbitan

2010-04-20 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Sastera-BERITA HARIAN

 Cetak .  Emel Rakan .   
DBP pilih kasih?
Oleh Mohd Azrone Sarabatin
azr...@bharian.com.my 
2010/04/19Dituduh menganaktirikan penulis Sabah

BICARA
Eksekutif Sastera Sabah sempena 40 Tahun Badan Bahasa dan Sastera Sabah
(Bahasa) tegang dengan dua isu mengenai Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP)
iaitu kesamaran fungsi badan berkanun terbabit dan penulis Sabah
menganggap diri mereka dianaktirikan organisasi terbabit. 

Program tiga jam dengan empat ahli panel itu `panas' dengan
pertikaian berhubung fungsi DBP yang cacamerba kerana menjadi pencetak
buku, tetapi tiada syarikat percetakan dan memasarkan buku selain
pemasaran diswastakan menimbulkan persoalan serta pelbagai tohmahan.

   
Ketua Bahagian Teori dan Kritikan DBP, Mohamad Daud Mohamad
membandingkan fungsi badan itu dengan agensi kerajaan Persekutuan lain
seperti Felcra Berhad dan Lembaga Kemajuan Ikan Malaysia (LKIM) yang
jelas fungsinya berbanding DBP.

   “Felcra Berhad hanya memajukan tanah dan tidak terbabit dengan
penanaman mahupun pemasaran kelapa sawit, manakala LKIM hanya
memasarkan ikan, tetapi DBP melakukan semua kerja dalam satu masa iaitu
sebagai penerbit, pencetak dan pengedar,” katanya menjawab soalan
Setiausaha Bahasa, Aliuddin Mohd Salleh selaku pengerusi sesi Bicara
Eksekutif Sastera Sabah di Kompleks Belia dan Sukan Sabah, Putatan,
Kota Kinabalu, baru-baru ini. 

Baginya DBP sepatutnya hanya berfungsi sebagai pembimbing mahupun
pemantau penulis dan bukannya mencetak buku kerana tiada syarikat
percetakan, apatah lagi memasarkannya kerana kedua-dua tugas terbabit
sudah diambil alih Dawama Sdn Bhd. 

“Saya juga berharap penulis sepatutnya bertindak sebagai penerbit
dan penjual buku mereka seperti yang dilakukan Sasterawan Negara (SN),
Datuk (Dr) A Samad Said apabila menerbit dan memasarkan novelnya, Wira
Bukit,” katanya. 

Aliuddin yang juga pengerusi sesi itu, meminta ahli panel merungkai
dilema penulis Sabah yang diibaratkan seperti anak tiri kerana terpaksa
menerbit dan memasarkan karya sendiri sedangkan penulis di Semenanjung
diberi layanan kelas `satu' oleh DBP. 
Selain Mohamad Daud, tiga lagi ahli panel ialah Ketua Satu
Persatuan Penulis Johor (PPJ), Mohd Amiruddin Ali Hanafiah; Ketua Dua
Persatuan Penulis Utara Sarawak (Putera), Poul Nanggang dan Pengerusi
Bahasa Cawangan Matunggong, Raymond Majumah. 

Hadir sama bekas Ketua Pengarah DBP, Datuk A Aziz Deraman; Pengarah
DBP cawangan Sabah, Zubaidi Abas; Yang Dipertua Bahasa, Jasni Matlani
dan Setiausaha II Gabungan Persatuan Penulis Nasional Malaysia
(Gapena), Prof Madya Dr Hashim Ismail. 

Mohamad Daud turut mempelawa penulis Sabah memohon dana penerbitan
daripada DBP kerana organisasi itu menerima peruntukan RM10 juta
setahun daripada Kementerian Pelajaran sejak tujuh tahun lalu dan
ketika ini hanya RM2 juta dibelanjakan, manakala RM68 juta lagi tidak
dibelanjakan. 

“Penulis Sabah boleh menulis surat kepada DBP untuk memohon dana
menerbitkan novel, antologi cerpen, antologi puisi, biografi dan
autobiogi,” katanya. 

Terdahulu, Raymond turut menyifatkan penulis Sabah sebagai `balak
yang sudah pupus' kerana bakat mereka tidak dapat dikembangkan akibat
kerenah birokrasi DBP dalam aspek penerbitan karya kelompok terbabit. 

“Jika kegemilangan dan kekayaan Sabah sebagai pengeluar balak utama
negara sudah berakhir selepas semua kayu kayan habis akibat kegiatan
pembalakan berpermit dan secara haram, kini penulis Sabah turut meniti
nasib sama akibat dianaktirikan. 

“Saya sendiri terpaksa mengeluarkan perbelanjaan dan menjual buku
sendiri sehingga ke tamu (pasar tradisi di Sabah) sedangkan sepatutnya
DBP membantu. Saya ada menulis surat kepada organisasi itu, tetapi
tidak dilayan dengan alasan tiada peruntukan,” katanya.  

__
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[ac-i] Kaum yang menumpang,tetapi cerewet dan tidak tahu diri

2010-04-19 Terurut Topik Wajah Bercahaya
FORUM
UTUSAN MALAYSIA
ARKIB : 17/04/2010
 
BACALAH ISU-ISU MEDIA MASSA CINA
ORANG Melayu sepatutnya membaca dan memahami pandangan dan maksud sebenar 
penulis-penulis seperti yang disiarkan di dalam ruangan ‘Isu-Isu Media massa 
Cina,’  Utusan Malaysia setiap minggu. Tulisan-tulisan mereka baik di 
dalam surat khabar Nanyang Siang Pau, Sin Chew Daily dan China Press 
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu banyak berkisar mengenai 
kegagalan dan ketidakadilan pemerintah dalam bidang pendidikan, 
ekonomi, politik, sosial dan agama. 


Isu-isu hangat dibincangkan termasuk mengenai bahasa Melayu, sistem 
sekolah satu aliran, SRJKC, 1Malaysia (sama rata sama rasa), rasuah, 
perilaku pegawai kerajaan, DEB, UMNO dan UiTM.

Mereka sentiasa melahirkan rasa tidak puas hati, memperlekeh, 
mengherdik dan membuat kata-kata sinis serta cerewet mengenai kewibawaan 
kerajaan dan 
kedudukan orang Melayu.  Kecenderungan ini tentu amat berbahaya kepada 
perpaduan kaum dan masa depan negara. Kenyataan yang berbau rasis dan 
sindiran kerap digunakan.Di Indonesia disebut SARA. Di Malaysia kaum Cinalah 
yang suka mengobarkan sentimen SARA.


ZAMRI MAHMUD 
Wangsa Melawati, Kuala Lumpur


  Apakah saya bisa menurunkan berat badan? Temukan jawabannya di Yahoo! 
Answers!
http://id.answers.yahoo.com

[ac-i] Kekesalan Melayu Bumiputra Malaysia dianaktirikan di negeri sendiri

2010-04-15 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Rencana-BERITA HARIAN



  
  
 Cetak . 
 Emel Rakan
 . 

addthis_pub  = 'BHONLINE';


  
  

  
  Hanya Melayu sajakah  yang dituntut harus bersikap liberal?
Oleh
 Rejal Arbee

2010/04/15





   Memperjuangkan hak dianggap pelampau, tindakan sama bangsa lain 
tidak pernah dipersoalkan


NAMPAKNYA kini sudah ada istilah baru yang menjadi bahan 
perbincangan sesetengah puak untuk memecah-belahkan lagi orang Melayu di 
Malaysia, iaitu 
Melayu liberal. Puak ini seolah-olah mahu memberi gambaran bahawa orang 
Melayu terus saja mempertahankan apa yang termaktub dalam perlembagaan 
mengenai kedudukan Melayu, malah Bahasa Melayu sebagai tidak liberal.


function 
ebBannerFlash_0_49341265633976006_DoFSCommand(command,args){ebScriptWin0_49341265633976006.gEbBanners[0].displayUnit.handleFSCommand(command,args,ebBannerFlash_0_49341265633976006);}function
 ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;}








  Maka itu, Melayu yang mahu pertahankan hak mereka seperti termaktub 
dalam Perlembagaan Persekutuan dilabelkan sebagai pelampau. Apakah 
perjuangan mereka ini salah dan tidak senada dengan slogan 1Malaysia 
yang dilaungkan sekarang?



function ebStdBanner0_DoFSCommand(command,args){try{command = 
command.replace(/FSCommand:/ig,);if((command.toLowerCase()==ebinteraction) 
|| 
(command.toLowerCase()==ebclickthrough))gEbStdBanners[0].handleInteraction();}catch(e){}}function
 ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;}









  Usaha dilakukan ini menimbulkan beberapa persoalan. Apakah sikap 
Melayu begitu akomodatif sekali selama ini masih tidak memadai bagi 
mereka yang begitu mudah mahu melabelkan Melayu? Kenapa orang Melayu 
saja dikehendaki bersikap liberal? Bagaimana dengan orang Cina dan 
India? Apakah mereka ini tidak perlu bersikap liberal dan berakomodatif 
terhadap Melayu?



  Orang Melayu yang dilabelkan sebagai pelampau ini bukan pun mahu 
lebih daripada diperuntukkan. Hanya hendak perjuangkan apa yang hak 
seperti termaktub dalam perlembagaan saja. Apakah perjuangan ini pun 
dianggap melampau?



  Siapa sebenarnya yang justru melampau dalam hal ini? Bila bahasa 
kebangsaan sendiri pun diabaikan. Inikah dikatakan warga yang berbangga 
menjadi rakyat Malaysia? Kalau benar begitu kenapa bahasa Melayu terus 
saja diabaikan seperti  dilakukan sesetengah orang kononnya orang 
Malaysia. 



  Lihat saja beberapa pemaju perumahan yang berterusan abaikan 
bahasa Melayu, malah dalam risalah yang mereka edarkan ke rumah-rumah 
termasuk kawasan seperti Shah Alam iaitu lebih 90 peratus didiami 
Melayu. Pemaju hanya menggunakan bahasa Ing geris dan Mandarin mengenai 
rumah yang mereka hendak jual. Apakah boleh disimpulkan daripada sikap 
begini? Apa muslihat  pemaju perumahan itu?






  Bagaimana pula dengan pengerusi media massa China yang berucap  dalam 
bahasa Mandarin dalam satu upacara ulang tahun akhbar itu dengan Perdana
 Menteri, Datuk Seri Najib Razak menjadi tetamu kehormat?. Sepatah pun 
bahasa Melayu tidak digunakannya. 
Di bumi manakah ia tinggal ?


  Memang disedari ia adalah suatu acara akhbar Cina dan tentu tidak 
salah berucap dalam Mandarin. Tetapi memandangkan tetamu kehormatnya 
ialah Perdana Menteri dan ada beberapa orang Melayu lain, tidak bolehkah
 sekurang-kurangnya dia memulakan ucapannya dengan kata-kata aluan dalam
 bahasa Melayu? Orang ini bukan saja tidak menghormati bahasa rasmi dan 
bahasa kebangsaan negara ini, malah tidak menghormati tetamunya.



  Jelas daripada sudut pandangan mereka yang menimbulkan persoalan 
Melayu liberal ini orang Melayu tidak boleh pertahankan hak mereka. 
Tetapi bukan Melayu boleh saja bersikap demikian  tanpa dilabelkan 
sebagai pelampau? Maka itulah akhbar Melayu yang pertahankan hak Melayu 
dilabel pelampau, tetapi akhbar berbahasa Cina  berterusan pertahankan 
hak Cina dan mengkritik Melayu termasuk pertubuhan seperti Perkasa tidak
 pula dilabelkan pelampau.



  Maka itulah mereka ini tidak pula mahu menyebut mengenai Cina 
liberal atau India liberal. Apakah dari sudut pandangan mereka, orang 
bukan Melayu tidak perlu bersikap liberal? Apa liberalnya jika hingga 
kini selepas merdeka lebih 53 tahun, masih ada di antara mereka ini 
sedikit pun tidak mahu menghormati bahasa Melayu iaitu bahasa kebangsaan
 dan bahasa rasmi negara ini?



  Sebagai perbandingan lihat saja keadaan di Thailand tidak siapa 
pun boleh terfikir orang Thailand tidak boleh bertutur bahasa Thai. 
Lihat juga dengan keadaan di Indonesia. Tidak terfikir langsung seorang 
rakyat Indonesia tidak bisa berbahasa Indonesia. Malah rakyat Indonesia
 berketurunan Cina pun harus bertutur bahasa Indonesia. 



  Bolehkah kita mengharapkan keadaan sama di Malaysia? Kalau bukan 
Melayu mungkin hanya golongan baba saja bertutur sesama mereka dalam 
bahasa Melayu. Malangnya golongan baba ini pula telah semakin pupus.



  Bagaimana pula dengan sikap akomodatif Melayu yang sanggup 
menerima sesiapa saja tanpa kira bangsa, ras atau latar belakang sebagai
 Melayu hanya dengan berpegang 

[ac-i] Menu Wrg.SUROBOYO-Blok M Square - HP 0856 976 26 906 [1 Attachment]

2010-04-15 Terurut Topik Wajah Bercahaya



MENU
“WARUNG SUROBOYO” 

BLOK
M SQUARE 

telp
0856 976 26 906
Nasi
goreng Gila Seafood + Aqua Rp 10.rb
Es
kopyor Fantasi + Bakwan Malang Rp 10.rb
Mie
pangsit Rp 6 .rb






Es
pisang ijo segar Rp 6.rb



Silah
coba Mak Top Markotop!!!


__
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 

[ac-i] Merbuk

2010-04-14 Terurut Topik Wajah Bercahaya
SASTERA-Utusan Malaysia

 
 
 
ARKIB : 09/04/2010










.khad1,
.khad1:link,
.khad1:visited,
.khad1:active {
color:#3366CC;
text-decoration:underline;
border-bottom:#3366CC 1px solid;
}

.khad1:hover {
color:#c03;
text-decoration:underline;
border-bottom:#c03 1px solid;
}

.khad2,
.khad2:link,
.khad2:visited,
.khad2:hover,
.khad2:active,
text-decoration:none;
border-bottom:none;
}










Tamadun 1900 tahun di Merbuk
Oleh OPAT RATTANACHOT 
uspet...@utusan.com.my




Naib Canselor USM, Prof.
Tan Sri Dzulkifli Abdul Razak (berbaju biru-dua dari kiri) melihat
tapak penggalian sambil diberi penerangan oleh kakitangannya berkaitan
penemuan dua tapak tinggalan sejarah di Sungai Batu,Lembah Bujang
Merbok. 



LEMBAH Bujang merangkumi keluasan kira-kira 300 kilometer persegi
bermula dari Gunung Jerai di daerah Kuala Muda, Kedah hingga
menyeberangi Sungai Muda memasuki kawasan Seberang Perai, Pulau Pinang.

Ia merupakan kawasan peradaban tertua di Asia Tenggara dengan mula
dikenal pasti berdasarkan penemuan lebih 20 candi oleh Kapten James Low
pada tahun 1840. 


Ekskavasi yang dijalankan sebelum ini juga mendapati kawasan tersebut merupakan 
sebuah pelabuhan utama di Asia Tenggara. 


Penemuan candi-candi lama dan artifak yang dikatakan bertarikh abad
ke-6 hingga 12 Masehi turut menjurus kepada pelbagai kisah peradaban.
Namun begitu, ia tidak dapat dibuktikan kesahihan berikutan tarikh
yang diberikan hanyalah anggaran dan mempunyai banyak kelemahan.

Keadaan tersebut mendorong kepada masalah kekurangan pengetahuan tentang 
kewujudan tamadun awal di negara ini. 


Menyedari hakikat berkenaan, Jabatan Warisan Negara (JWN) telah
merancang pelan penyelidikan lengkap untuk mencari tapak baru dan
meminta bantuan pakar arkeologi dari Universiti Sains Malaysia (USM)
dan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) menjalankan kajian menyeluruh
di Lembah Bujang. 


Baru-baru ini, sekumpulan ahli arkeologi USM berjaya menemui sebuah
pusat tamadun yang dilengkapi monumen dan batu bersurat berusia lebih
1,900 tahun di Sungai Batu, Merbok. 


Lebih menakjubkan, misi penyelidikan yang diketuai Pengarah Pusat
Penyelidikan Arkeologi Global (PPAG) USM, Prof. Madya Dr. Mokhtar
Saidin itu membuktikan adanya kehidupan sebuah komuniti manusia
prasejarah yang serba lengkap dengan konsep keagamaan, sosioekonomi dan
perdagangan. 


Penyelidikan di kawasan seluas tiga kilometer persegi di sebuah
ladang sawit di tepi Jalan Lencongan Merbok itu turut meletakkan ia
sebagai pusat tamadun sejarah terawal di Asia Tenggara. Ia mengatasi
Angkor Wat di Kemboja yang wujud sekitar abad ke-12 Masihi dan
Borobodur, Indonesia (abad ke-9 Masihi).

Menurut Mokhtar, penyelidikan itu bermula pada tahun 2007 apabila
pihaknya yang diberikan tanggungjawab oleh JWN menemui sebuah tapak
baru berdekatan Sungai Batu Besi melalui kaedah pemetaan awal.

Katanya, para penyelidik mengesan 30 bukit kecil atau dalam bahasa
saintifik dikenali sebagai 'mound' di kawasan itu yang dijangka
mempunyai pelbagai fungsi seperti kediaman dan pemerintahan.

Bertitik tolak dari situlah, proses ekskavasi dimulakan pada 1
Februari 2009 melibatkan kira-kira 70 orang staf PPPAG, penuntut
jurusan arkeologi USM dan kakitangan Muzium Arkeologi Lembah Bujang
serta penduduk setempat.

Hasil pertemuan itu kemudiannya didedahkan kepada pengetahuan umum
pada 4 Mac 2009. Pada ketika itu, para penyelidik berjaya menjumpai dua
artifak prasejarah berupa bangunan dan kilang melebur besi sekitar abad
ke-3 Masihi.

Misi penyelidikan tersebut diteruskan para dengan bantuan beberapa
tokoh akademik seperti Profesor Sam Teng Wah (pakar kimia); Profesor
Ruslan Rainis (pakar data sistem maklumat geografi); Profesor Madya Dr.
Nawawi Nordin (pakar data geofizik); Profesor Madya Dr. Wan Fauzy
(pakar penggambaran) dan Profesor Madya A. Rahman (pakar data seni
kreatif) serta beberapa penuntut peringkat Sarjana dan Doktor Falsafah.

Tidak lama selepas itu, ia berjaya menghasilkan perkembangan positif
dengan penemuan satu kompleks baru berserta 90 tapak di kawasan
berkeluasan 3 kilometer persegi itu.
Mokhtar memberitahu, kompleks dan monumen tersebut disifatkan
penting kerana ia merupakan kunci untuk membuka sejarah tamadun awal
negara.

Kajian saintifik ke atas 10 tapak telah berjaya menonjolkan
Malaysia sebagai kawasan tamadun sejarah terawal di Asia Tenggara,
katanya.

Bukti-bukti lain seperti tapak peleburan besi, dewan, bangunan,
upacara amal, batu bata, atap genting, tembikar dan lain-lain telah
memberikan interpretasi jelas tentang kefahaman sejarah warisan lebih
menyeluruh.
Lebih penting lagi, satu batu bersurat yang ditemui turut mengukuhkan lagi 
bukti kewujudan tamadun tersebut.

Batu bersurat terbabit ditulis dalam bahasa Sanskrit Pallava yang
berkisar kepada kepercayaan Buddha, animisme dan fahaman spiritual
masyarakat purba di Sungai Batu. 
Ekoran penemuan berkenaan juga, para penyelidik telah mendapatkan
pengesahan pentarikhan di 

[ac-i] Penyair2 Malaysia keturunan JOWO-disedut dari BERITA HARIAN

2010-04-13 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Jawa dominasi dialog bahasa
Oleh Amad Bahri 
MardiPertemuan di Tanjung Piai antara PPJ, Kemudi angkat martabat 
keturunan Jawa terbabit



DIALOG Bahasa dan Sastera Penulis Johor-Selangor di Tanjung Piai 
Resort, Pontian, baru-baru ini, mempamerkan kekuatan ukhuwah di antara 
kedua-dua persatuan penulis terbabit dengan pelbagai aspek Jawa yang 
menjadi sebahagian daripada bangsa Melayu diberi tumpuan.


function 
ebBannerFlash_0_7716986227283311_DoFSCommand(command,args){ebScriptWin0_7716986227283311.gEbBanners[0].displayUnit.handleFSCommand(command,args,ebBannerFlash_0_7716986227283311);}function
 ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;}








Seramai 70 penulis Johor (Persatuan Penulis Johor) dan Selangor (Kemudi)
 yang dipertemukan pada program terbabit saling memuji dan mengakui 
keturunan Jawa menjadi faktor penting untuk mereka meneruskan perjuangan
 dalam bidang penulisan di negara ini.



function ebStdBanner0_DoFSCommand(command,args){try{command = 
command.replace(/FSCommand:/ig,);if((command.toLowerCase()==ebinteraction) 
|| 
(command.toLowerCase()==ebclickthrough))gEbStdBanners[0].handleInteraction();}catch(e){}}function
 ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;}









Dipengerusikan oleh Ketua 1, Persatuan Penulis Johor (PPJ), Amiruddin 
Mohd Ali Hanafiah. Dua orang ahli panel daripada PPJ yang ditampilkan 
ialah, Ketua II, Mohd Khairy Halimy dan Setiausaha I, Rosli Bakir. 
Manakala di pihak Kemudi, mereka menampilkan Ketua II, Kemudi, Abu 
Hassan Ashari Abas dan penulis drama, Asmira Suhadis. 



Ketua II, Persatuan Penulis Johor (PPJ), Mohd Khairy Halimy, 
menggamatkan dialog ketika memulakan bicara mengenai budaya orang Jawa, 
Giring Putu: Salah Satu Adat Tradisional Masyarakat Jawa Yang Mengalami 
Kepupusan; Satu Pengamatan. 



“Giring Putu  ialah Perhimpunan Keluarga Besar yang secara tidak 
langsung menyerlahkan adat budaya, amalan turun temurun dan istilah yang
 berjaya memugar nostalgia dan semangat anak Jawa,” katanya yang pernah 
hadir dan menguruskan majlis terbabit.



Khalayak diberitahu bahawa putu bermaksud cucu dan ia merangkumi 
cicit dan seluruh keluarga terdekat dan pasti ada saudara mara yang 
bercerita mengenai jenis makanan dan hidangan, terdengarlah nama seperti
 getuk, nasi ambeng, rengginang, rempeyek, tempe dan tiwol. 






“Bagi kelompok anak muda yang jarang berjumpa, sesekali mereka 
bercerita mengenai aktiviti budaya orang Jawa dan persembahan seperti 
barongan, kemplingan, ketoprak dan kuda kepang, pasti tidak terlepas 
daripada dibincangkan,” katanya.



Selain itu, lazimnya pemilihan hari yang sesuai bagi mengadakan 
majlis terbabit akan pasti ‘terkeluar’ kiraan orang Jawa seperti Legi, 
Paeng, Poon, Wage dan Keliwon yang merujuk kepada lima hari yang 
mempunyai neton (nilai) tersendiri. 



Selesai Mohd Khairy mengolah adat budaya masyarakat Jawa yang 
semakin ditinggalkan dalam arus globalisasi, penulis drama, Asmira 
Suhadis yang juga ahli Persatuan Penulis dan Kebajikan Selangor 
(Kemudi), berkongsi kegembiraannya apabila skrip drama radionya dalam 
bahasa Jawa diterima untuk disiarkan oleh Radio dan Televisyen Malaysia 
(RTM).



“Saya bersetuju bahawa bahasa Jawa boleh jadi pengikat antara sesama
 penulis, termasuk kalangan ahli PPJ dan Kemudi,” katanya yang terharu 
dan gembira apabila melihat sebahagian besar rakan penulis pada 
pertemuan itu boleh bertutur dalam bahasa Jawa, walaupun ada yang kurang
 lancar. 



Dialog yang berlangsung dalam suasana santai pagi itu dan 
dipengerusikan oleh Ketua 1 PPJ, Amiruddin Mohd Ali Hanafiah, tidak 
hanya bertumpu kepada dua lagi panel; Setiausaha I PPJ, Rosli Bakir dan 
Ketua II Kemudi, Abu Hassan Ashari Abas, apabila seorang demi seorang 
Penulis Selangor Johor saling mengemukakan pandangan, mengimbas 
peristiwa, ingat mengingatkan dan tidak kurang ada yang membuat lawak 
sehingga ramai ketawa berdekah-dekah. 



Ahli Kemudi, Ismail Supandi, terus menyokong bahawa bahasa Jawa ada 
aura dan sejarah tersendiri sehingga hari ini, lalu orang Jawa mahupun 
bahasanya perlu menggegar dan digegarkan sehingga sudah ada beberapa 
perkataan suku itu dikomersialkan media seperti ‘banget’.



Beliau juga mengajak peserta Dialog Bahasa dan Sastera Penulis 
Johor-Selangor berbangga dan menyedari bahawa hidangan sarapan pagi yang
 popular orang Jawa, iaitu lempeng kini sudah ditiru Barat sehingga 
mereka mencipta ‘piza’. 



Ketika semua terhibur dengan jenaka dan usikan mesra Amiruddin, ahli
 Kemudi, Dr Ibrahim Ghafar; tiba-tiba tampil mengimbas peristiwa 1988 
yang membabitkan Dugong Si Tenang, sambil berharap masyarakat, pihak 
berkuasa dan pemimpin mengambil pengajaran.



“Pihak berkuasa mengarahkan Pak Atan melepaskan Si Tenang dan 
akhirnya ikan itu ditemui mati. Perlu diingat, selepas itu satu demi 
satu malapetaka menimpa negara membabitkan hubungan Malaysia-Singapura 
termasuk isu Tambak Laut,” ujarnya.



Dr Ibrahim turut berharap rakyat negara ini khususnya orang Johor 
agar merenung ‘Wasiat Tuanku’, 

[ac-i] Berita PENDEKAR SENDANG DRAJAT di toko-toko Gunung Agung dan Togamas [2 Attachments]

2010-04-06 Terurut Topik Wajah Bercahaya




 BERITA STOK PSD

 

Para sohib,

Menjelang dicetak ulangnya PSD, maka
sisa-sisa cetakan 1 PSD adalah suvenir yang penting untuk dikoleksi. Silahkan
buru di Toko-toko GUNUNG AGUNG seluruh Indonesia, atau Toko-toko TOGAMAS jika
di kota kecil, atau TOKO FAJAR Laren Lamongan-Jatim.

Rata-rata toko stok tinggal 4 buku
menjelang habss ludesss…!!! Trimsss

 

 Viddy
AD Daery




  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[ac-i] Pendidikan Indonesia Tergantung Pada Bank Dunia

2010-04-04 Terurut Topik Wajah Bercahaya

 
 
 
 

 Pendidikan Indonesia Tergantung Pada Bank Dunia
 
 
  
 
 Tempo - Selasa, 
30 Maret

 KirimKirim via YMCetak 
 
 
 
 

 TEMPO Interaktif, Jakarta - Indonesia disebut sebagai salah satu 
dari lima negara ASEAN yang paling tergantung dengan bank Dunia untuk 
pengembangan program pendidikan dalam sebuah seminar yang diadakan 
kementerian pendidikan negara-negara ASEAN di negara bagian Sarawak, 
Malaysia hari ini (29/3).

 Manajer Sektor Pendidikan Bank Dunia untuk kawasan Asia Pasifik 
Eduardo Velez-Bustillo mengatakan dalam konferensi pers seminar Strategi
 Pengajaran untuk Meningkatkan Kinerja Sekolah-Sekolah Kecil, ada lima 
negara yang masih sangat tergantung pada Bank Dunia dalam bidang 
pendidikan.

 Indonesia, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Timor Leste adalah kelompok 
paling tergantung pada bantuan itu, sedangkan Singapura dan Thailand 
adalah negara dari ASEAN yang sudah bisa dikelompokkan bersama Korea, 
Jepang, Taiwan dan Singapura.
 Tahun lalu kami membantu pemerintah Indonesia dengan pinjaman 
US$600 juta. Ini adalah bantuan pendidikan terbesar yang disponsori Bank
 Dunia sepanjang sejarah lembaga ini, ungkap Vellez Bustillo.

 Dari kelima negara itu indonesia memiliki produk domstik bruto 
rata-rata terbesar yaitu US$2,239, sedangkan Vietnam, Laos, Kamboja, dan
 Timor Leste masing-masing US$1,042, US$859, US$823, US$468.

 Filipina yang memiliki produk domestik bruto rata-rata lebih rendah 
dari Indonesia tidak termasuk dalam kelompok yang paling tergantung 
dengan bantuan Bank Dunia.
 Seminar itu dihadiri wakil dari Malaysia, Kamboja, Filipina, 
Indonesia, Thailand dan Brunei.
 BERNAMA | WIKIPEDIA | RONALD
 
 
 
 
   
 
 
 
 
 
 Rekomendasikan
 
 24 rekomendasi
 
 
 
 KirimKirim via YMCetak 
 
 
 
 Artikel Terkait
 Ketua
 Parlemen: Irak Hendaknya Miliki Pemerintahan Persatuan Nasional Antara
 - Minggu, 4 AprilTiga
 Tentara Jerman Tewas di Afghanistan Liputan 6 - Minggu,
 4 AprilRusia
 Berjanji Terus Pasok Senjata ke Venezuela Antara - Sabtu,
 3 AprilVenezuela-Rusia
 Sepakati Rencana Proyek Tenaga Nuklir Antara - Sabtu, 3
 AprilOrang
 Bersenjata Bunuh 25 Penduduk di Irak Antara - Sabtu, 3 
April
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Cari Berita
 
 
 
 
 
 
 
 Berita Utama
 
 
 Pavel
 Makin Tajam Bermain di Sriwijaya FCHamilton
 Dominasi Pelatihan di MalaysiaDrogba
 Hernia Selama Beberapa BulanKetum
 Persema Tak Berniat Cari Pengganti SubangkitHoward
 Perkokoh Magic untuk Menang Atas Mavs
 
 
 Berita Utama Lainnya »
 
 
 
ADVERTISEMENT



if(window.yzq_d==null)window.yzq_d=new Object();
window.yzq_d['bd5JT3xsfDI-']='U=13go3ugdf%2fN%3dbd5JT3xsfDI-%2fC%3d629078.14019189.13969508.12823904%2fD%3dLREC%2fB%3d5811053%2fV%3d1';

Dari 
TempointeraktifAhmad Albar 
Ketagihan Main Film nbsp;William Soeryadjaya BerpulangSensasi Menunggang Balon 
UdaraSalah
 Satu Pembom Kereta di Moskow Janda Berusia 17 TahunAndi 
Ingin Anas Jadi Sekjen Partai Demokrat nbsp;


var 
ysm_rd=http://sg.ard.yahoo.com/SIG=15un2uo59/M=667619.13608146.13658862.13112552/D=idnews-int/S=2023633305:LREC2/Y=ID/EXP=1270350064/L=2qZTDnxsfeq31taaS7fktgAcbosHC0u35PAACdLl/B=cN5JT3xsfDI-/J=1270342864104741/K=kkYfaXx8vo6B.8_cARz_dw/A=5808580/R=0/*;;
var 
ysm_url=http://cm.id.overture.com/js_flat_1_0/?mkt=sgmaxCount=2source=yahoo_id_news_ctxtconfig=23100809731ctxtId=worldctxtUrl=http%3A%2F%2Fid.news.yahoo.com%2Fworld.html;;
var 
ysm_landing_url=http://searchmarketing.yahoo.com/en_SG/arp/internetmarketing.php?o=SG0145;;
var 
ysm_backup_url=http://searchmarketing.yahoo.com/en_SG/arp/internetmarketing.php?o=SG0145;;
var 
ysm_backup_gif=http://ads.yimg.com/hb/i/sg/adv/infinity/backup_diner_300x250.jpg;;
var ysm_width=300;
var ysm_height=250;
var ysm_target=_blank;
var 
ysm_flashfile1=http://ads.yimg.com/hb/i/sg/adv/infinity/ysm_lrec_dual_utf8_apr09.swf;;
var 
ysm_flashfile2=http://ads.yimg.com/hb/i/sg/adv/infinity/ysm_lrec_dual_utf8_apr09.swf;;
var ysm_flashfile3=;
var 
ysm_iframe=http://ads.yimg.com/hb/i/sg/adv/infinity/generic_ysm_iframe.html?ysm_rd=+encodeURIComponent(ysm_rd)+ysm_url=+encodeURIComponent(ysm_url)+ysm_landing_url=+encodeURIComponent(ysm_landing_url)+ysm_backup_url=+encodeURIComponent(ysm_backup_url)+ysm_backup_gif=+encodeURIComponent(ysm_backup_gif)+ysm_width=+encodeURIComponent(ysm_width)+ysm_height=+encodeURIComponent(ysm_height)+ysm_target=+encodeURIComponent(ysm_target)+ysm_flashfile1=+encodeURIComponent(ysm_flashfile1)+ysm_flashfile2=+encodeURIComponent(ysm_flashfile2)+ysm_flashfile3=+encodeURIComponent(ysm_flashfile3);
document.write();


if(window.yzq_d==null)window.yzq_d=new Object();
window.yzq_d['cN5JT3xsfDI-']='U=13hcrm70d%2fN%3dcN5JT3xsfDI-%2fC%3d667619.13608146.13658862.13112552%2fD%3dLREC2%2fB%3d5808580%2fV%3d1';


 
 
 
 Lainnya di Yahoo!
 
 
 Financial news on Yahoo! 
FinanceStars and latest moviesBest travel destinations
 
 
 
  
 


  Apakah saya bisa menurunkan berat badan? Temukan jawabannya di Yahoo! 
Answers!
http://id.answers.yahoo.com

[ac-i] rilis seni PPN di Brunei 2010 [1 Attachment]

2010-04-04 Terurut Topik Wajah Bercahaya


--- Pada Sab, 27/3/10, Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id menulis:

Dari: Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id
Judul: rilis seni PPN di Brunei 2010
Kepada: feb_bayu2...@yahoo.co.id, pendekarbudiman1...@yahoo.co.id, 
putrak...@gmail.com, wajahbercah...@yahoo.co.id, akib_peny...@yahoo.com, 
perpustakaan_prov.kal...@yahoo.co.id, suraba...@gmail.com, suraba...@yahoo.com, 
superman4ba...@yahoo.com, surabayacommun...@yahoogroups.com, 
sufi-is...@yahoogroups.com, mencintai-is...@yahoogroups.com, abah...@yahoo.com, 
abelhai...@gmail.com, adibadiozamant...@bppmis.com, AWANGKU MERALI 
kumer...@gmail.com, BAHASA SABAH bahasa_sa...@hotmail.com, amdai siregar 
badai...@yahoo.com, buku-is...@yahoogroups.com, taufiqism...@hotmail.com, 
tamm...@yahoo.com, jamal_d_rah...@yahoo.com, jasni_matl...@hotmail.com, 
HAJIJAH HAJI JAIS haji...@dbp.gov.my, hasan.bi...@tpi.tv, MAHALI HJ OSMAN 
norga...@yahoo.com, hori...@centrin.net.id, mas.do...@yahoo.co.id
Tanggal: Sabtu, 27 Maret, 2010, 3:46 AM



--- Pada Sab, 27/3/10, Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id menulis:






Rilis berita SENI : 

   

VIDDY AD DAERY MENGHIMBAU CABUP MENJADI DERMAWAN SENI 

   

Viddy AD Daery, budayawan Lamongan dan penasehat LKL ( Lembaga
Kebudayaan Lamongan ) sebagai Pantap Indonesia bagian Timur PPN ( Persatuan
Penyair dan Penulis Nusantara ) ditunjuk oleh Pantap Brunei untuk menjadi
koordinator delegasi Indonesia wilayah Timur untuk mengikuti PPN ( Pertemuan
Penyair Nusantara ) ke IV yang akan diadakan di Bandar Sri Begawan,Brunei 23-25
Juli 2010.

   

Maka,Viddy menghimbau untuk para
cabup seluruh wilayah timur Indonesia ,termasuk
Lamongan menunjukkan darmabaktinya dan cintanya yang sejati kepada rakyat
termasuk seniman lokal, agar menjadi dermawan yang menyumbang ongkos transport
delegasi lokal yang akan berangkat ke Brunei .

   

“Sebab, panitia hanya menanggung
hotel dan makan-minum serta transportasi lokal selama di Brunei,sedangkan
ongkos pesawat Surabaya-Brunei PP diserahkan kepada Pemda atau donatur”,kata
Viddy yang merekomendasikan para penyair Lamongan seperti Viddy AD Daery
sebagai pemandu,Javed Syatha,Arina Habbaid dan Rokhim Ede untuk delegasi tahun
ini. 

   

Menurut Viddy yang sudah ditawari
untuk sekolah tingkat Master dan Doktoral oleh LSM platmerah Malaysia tersebut, 
“ Brunei merupakan Negara yang pantas
dikunjungi oleh budayawan dan pejabat Lamongan,karena mempunyai kondisi bagai
surga atau negeri dongeng di Buku Kisah Aladdin 1001 Malam. Negaranya 
aman,tertib,teratur,agamis
dan hutannya 80% masih utuh. Jadi,Negara Brunei itu adalah kumpulan bangunan
Istana-istana indah di balut lebatnya hutan.Mencari perbandingannya di
Indonesia sudah susah,karena hutan sudah habis tinggal 1 %.Mungkin kalau di
Malaysia masih bisa diperbandingkan, karena hutan Malaysia masih 50 %. Penduduk
 Brunei 
ber GNP ( penghasilan rata-rata ) tertinggi di dunia tetapi pemeluk Islam yang
taat. Rumah-rumah di Brunei berhalaman seluas lapangan basket dan rata-rata
mempunyai mobil 5 sampai 10 biji tiap rumah.Dan itu semua hanya karena hasil
dari 1 sumur minyak, namun dibagi rata oleh Sultannya. Kalau di Indonesia kan 
ratusan sumur minyak
tapi dirampok para pemimpin saja.”

   

“Nah,Lamongan juga agamis dan
punya sumur minyak,jadi seharusnya berkaca kepada Brunei,jangan berkaca kepada
Indonesia meski Lamongan termasuk Negara Indonesia.Toh,Kaltim dan Riau yang
banyak berkaca kepada Malaysia dan Brunei,sedikit banyak kini hampir menyamai
kemakmuran Malaysia dan Brunei”, kata Viddy yang bukunya berjudul “Pendekar
Sendang Drajat” ,sebuah novel sejarah masa lalu Lamongan,habis ludes ketika
dijual di Brunei meski harganya dinaikkan empat kali lipat dari harga
Indonesia.

   

Menurut Viddy,para cabup dengan
enteng menghabiskan biaya milyaran rupiah untuk ongkos pembuataan banner dan
kaos, “masak menyumbang 6 juta rupiah per delegasi yang ditanggung
bareng-bareng oleh semua cabup,masak nggak bisa? Padahal ini juga merupakan
wujud bakti dan cinta kepada Lamongan. Kalau keberatan menyumbang kepada
seniman demi memperjuangkan nama Lamongan di forum Internasional,maka
pengeluaran mereka untuk kampanye juga bukan keikhlasan murni demi cinta kepada
masa depan Lamongan, tetapi untuk niat pribadi yang tersembunyi.”tukas
budayawan yang juga aktif memperjuangkan sejarah Gajah Mada sebagai putra
kelahiran Modo Lamongan.

   

Foto-foto :

   

-Para pemakalah PSN 15 di
Brunei—tahun 2009, termasuk Viddy,sedang mendengarkan sambutan pembukaan PSN
oleh Pangeran Putra Mahkota Brunei 
di Hotel Risqun Brunei .

   

-Viddy dan para penyair Nusantara
melawat situs “Kampung Air” sebuah situs desa kuno awal Brunei yang masih
dilestarikan di Muara Sungai Brunei ,meski sudah jarang dihuni,tinggal ditempati
orang-orang tua atau orang-orang Dayak dan “orang-orang laut” yang menyewanya.

   

( pendekarbudiman.blogspot.com )

   

   

   



Berselancar lebih cepat. 
 Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman 
favorit

[ac-i] Telaah lamongan

2010-04-04 Terurut Topik Wajah Bercahaya






 Telaah


Gedung Kesenian dan Budaya LamonganOleh : saiful anam assyaibani

Di
Jawa Timur; selain Surabaya adakah semarak seniman se-kaya Lamongan?
Memang tidak dapat dipungkiri Surabaya masih sebuah pusat bagi kesenian
Jawa Timur, ini karena semata-mata Surabaya adalah muara bagi seniman
manapun tak terkecuali dari Lamongan. Bahkan bagi sebagian seniman
terpaksa mengakui bahwa Surabaya adalah fenomena lain bagi dunia seni,
sastra dan budaya selain Jakarta, Bali, Bandung dan Jogjakarta dimana
mata dunia telah tertuju kesana.

Bukanlah sebuah harapan kosong
saya kira untuk menyejajarkan Lamongan dengan setidaknya Surabaya di
bidang urat nadi kebudayaan itu; jika saja Lamongan mau berdandan
sedikit saja dengan menyediakan wilayah atau pusat kesenian di
tengah-tengah kota, sebut saja “gedung seni dan budaya” yang telah lama
dirindukan para pelaku seni di Lamongan, alangkah damai saya
membayangkannya. Bukankah “ajine bongso songko budoyo”. Dalam
keyakinan saya Lamongan akan menjadi kota yang akan diperhitungkan di
pentas nasional manakala di tengah-tengah kota telah tertanam “gedung
seni dan budaya” bukan hanya sekedar Dewan Kesenian. 

Jika
menilik dari sisi seni rupa di Lamongan, sungguh kita akan membaca
keemanan yang luar biasa, betapa tidak; Lamongan melahirkan Agus
Sudintiono, Arifin Katiq, Maruwa Naya, Haris, Bambang Bolet, Jumartono
dan sejumlah nama lain yang kerap mundar mandir melakukan pameran
hampir di seluruh belahan negeri, Jumartono adalah representasi kecil
dari sekian banyak perupa Lamongan yang luar biasa itu. Dari sisi
sastra, Lamongan punya Viddy AD Daery,
Herry Lamongan, Mashuri, Nurel Javissyarqi, Haris Del Hakim, AS.
Sumbawi, Bambang Kempling, Pringgo Hr. Sutardi, Imam Saiful Aziz,
Rokhim  dan sejumlah lain yang luar biasa banyak untuk diejakan. Bahkan
karya mereka telah bicara di wilayah mancanegara. Belum lagi Ninin sang
penari dan Rodli yang teaterawan itu; sejarah internasional telah
mencatatnya sebagai bagian sejarah yang membanggakan, mereka jawara
dalam festival internasional dalam karya mereka masing-masing. Belum
lagi kita mencatat betapa kaya Lamongan dengan budaya-budaya
tradisional, sebut saja batik prengan, batik sendang, kuntulan, wayang
songsong, kentrung, sandur, karawitan, jaran jenggo dan jidor yang
kental sekali dengan budaya khas Lamongan yang sampai saat ini masih
bergeliat dengan gairahnya. 

Beberapa fakta mencengangkan
sebagai tolok ukur kreatifitas dan produktifitas bagi para seniman di
Lamongan adalah bahwa para Seniman itu dengan diam-diam telah
mendokumentasikan karya mereka baik dalam katalog maupun antologi, baik
tunggal maupun bersama. Dan tak jarang juga mereka mengajak para
penulis nasional untuk melebur bersama-sama dalam karya. Berikut
beberapa karya yang pernah terbit di Lamongan; Bercermin Memecah Badai
(1999), Negeri Pantai (2000), Rebana Kesunyian (2002), Imajinasi Nama
(2003), Bulan Merayap (2004), Lanskap Telunjuk (2004), Pada Suatu
Alamat (La Rose 2004), Mozaik Pinggir Jalan (2005), Absurditas Rindu
(La Rose 2006), Khianat Waktu (2006), Memori Biru (2007), Jalan Cahaya
(2007), Gemuruh Ruh (2008). Mawar Putih (La Rose 2007), Kristal
Bercahaya dari Surga ( La Rose 2008), The Power of Love (La Rose 2008),
Kamashastra (La Rose 2009). Laki-laki Tak Bernama (2008), Pameran Makam
(2008), Kidung Samenanjung (2009). 

Secara individual, para
seniman Lamongan juga membukukan karya-karyanya baik dalam skala
nasional maupun regional. Diantaranya adalah Herry Lamongan; Lambaian
Muara (1988), Latar Ngarep (2006), Surat Hening (2008), Nurel
Javissyarqi; Balada Takdir Terlalu Dini (2002), Kitab Para Malaikat
(2008), Mashuri; Jawadwipa 3003 (2003), Pengantin Lumpur (2005),
Ngaceng (2007), Hubbu (2007), Gaidurrahman El Mitsri; Kitab Dusta dari
Surga (2008), Langit Mekah Berkabut Jingga (2008), Bait-Bait Cinta
(2008), Pringgo HR; Sungai Asal (2005), Bambang Kempling; Kata Sebuah
Sajak (2002), Alang Khoiruddin; Lorong Cinta (2000), Seruling Cinta
(2002), Haris Del Hakim; Kau Nodai Cintaku (2000), Wejangan Cinta
(2004) Javed Paul Syatha; Syahadat Sukma (La Rose 2004), Tamasya Langit
(La Rose 2007), The Lamongan Soul (La Rose 2008), Kitab Lazarus (La
Rose 2009). Angin Yang Menulis Pintu (La Rose 2010), A. Sauqi Sumbawi;
Interlude di Remang Malam (2006), Tanpa Syahwat (2006), #2 (2007),
Dunia Kecil, Panggung dan Omong Kosong (2007), Waktu di Pesisir Utara
(2008), Maskerade (2008), Rodli TL; Dozedlove (2006), Imamuddin SA;
Esensi Bayang-Bayang, Sembah Rindu Sang Kekasih, Kidung Sang Pecinta,
Sasmita Kembang Widerda, dan sekian buku yang berserak dan luput dari
pengamatan penulis.

Belum lagi komunitas-komunitas dan
kantung-kantung sastra pelajar yang luar biasa membludak di Lamongan,
saya mencatat tak kurang dari 40 komunitas seni dan sastra yang pernah
ada dan konsisten mengembangkan ranah tersebut. Diantaranya adalah:
Laboratorium Seni LA Rose (MA. Matholi’ul Anwar Simo), Teater Sketsa
(SMA Sunan Drajat), Teater Taman (MAN Babat), Teater Rekat (SMUN
Mantup), 

[ac-i] Manfaat sastra Melayu

2010-04-04 Terurut Topik Wajah Bercahaya
SASTERA-UTUSAN MALAYSIa

ARKIB : 21/03/2010
Manfaatnya sastera Melayu

oleh Mawar Shafei
(www.mawarshafei.blogspot.com)

SEMINAR Antarabangsa Kesusasteraan Melayu yang ke-10 (SAKM X) dianjurkan hujung 
tahun yang lalu, antara lain memperlihatkan betapa wujudnya hubungan yang akrab 
antara kesusasteraan dengan pelbagai cabang bidang ilmu atau disiplin lain.

Para pembentang yang terdiri daripada sarjana/ pemikir serta mereka yang 
bergiat cergas dalam bidang masing-masing namun menaruh kecintaan terhadap 
kesusasteraan Melayu, hadir untuk berbahagi pandangan dan saranan. Maka apa 
yang diperagakan antara lain ialah betapa lebarnya ruang yang ditawarkan 
sastera dan paling penting, ia memberi manfaat yang banyak dalam bidang ilmu 
yang sempat dibincangkan antaranya agama, sejarah, kreativiti, pendidikan, 
sains sosial, sains dan seni persembahan.

Hubungan akrab antara sastera dengan seni persembahan, muzik misalnya, 
rata-rata sudah dilihat dalilnya sekian zaman. Betapa rangkap lagu dipindahkan 
dari pantun atau puisi yang cantik dengan susunan fikiran dan rumus/formula 
rima yang relatifnya mudah digubah. Puisi seperti kata Muhammad Haji Salleh, 
antaranya adalah fikiran-perasaan, bentuk yang berangkap-berentak, susunan, 
imaginasi, kecantikan dan kenyataan. Muzik yang menjala puisi Melayu, maka akan 
diperoleh hasil yang molek. Cabarannya adalah perlunya kreativiti penggubah 
lagu, mencipta dan menyusun irama yang bersesuaian.

Isu dan cabaran yang selari diutarakan Ku Seman Ku Hussain dalam rencananya, 
Filem tidak memanfaatkan sastera (Mingguan Malaysia, 7 Mac 2010), merakamkan 
antara lain kekecewaannya terhadap kesenjangan yang berlaku, kali ini dalam 
genre filem. Betapa sastera kurang diperah sarinya untuk filem Melayu. Penulis 
berangkat dari kenyataan bahawa kesusasteraan Melayu adalah sumur kreativiti 
dan pemikiran yang mewah dari tangan Sasterawan Negara mahupun pengarang umum 
lainnya.

Menerusi cerpen, novel ataupun puisi, rentas genre boleh berlaku misalnya ke 
filem, drama, teater, lukisan, tarian atau seni tampak. Ku Seman mengambil 
contoh banyak pengalaman pembikin filem barat yang tersihir dengan novel dan 
akhirnya berbekalkan kreativiti, imaginasi dan teknologi terkini; filem seperti 
Star Wars, Lord of the Rings atau Harry Porter, dapat dijual dengan sambutan 
yang sangat luar biasa.

Isunya, mengapa ia tidak berlaku di sini; adakah keperluan membaca, menekuni 
dan menafsir gagasan atau pemikiran dalam karya sastera itu satu kerja yang 
menjerakan? Dan pembikin filem Melayu belum atau tidak bersedia? Sedangkan 
kerja merentas-genre ini bukan sahaja bersifat memindah teks, sebaliknya 
menawarkan yang baru. Misalnya apa yang berlaku dalam teater atau filem klasik 
tentang kedudukan Tuah-Jebat yang diselewengkan daripada Hikayat Hang Tuah. 
Ia banyak dikupas Mana Sikana dalam Tuah-Jebat dalam Drama Melayu Satu Kajian 
Intertekstualiti (1994).

kekuatan

Mengambil contoh sastera rakyat, kisah superman atau uebermensch yang menjadi 
protagonis Hikayat Malim Deman rata-rata sama sahaja dengan watak Superman yang 
punya kekuatan luar biasa dengan label heronya. Mengapa ia pernah didakwa tidak 
masuk akal atau hanya khayalan sebaliknya tidak dilihat sebagai satu kerja 
kreatif. Atau ia alasan yang munasabah untuk pembikin filem atau drama yang 
tidak cukup ilmu kreativitinya atau kurang imaginasi atau miskinnya industri 
filem Melayu dengan peralatan canggih, bagi menjadikan watak Malim Deman atau 
Badang seperti Superman.

Tulisan ini merupakan reaksi terhadap catatan Ku Seman Ku Hussain dan berangkat 
darinya menjelajah ke ruang lain, banyak lagi sastera dapat dimanfaatkan. 
Menerusi SAKM X juga, Profesor Dr Wan Ahmad Tajuddin Wan Abdullah dalam Kata, 
Ungkapan, Citraan, Metafora dan Penjiwaan Fizik: Suatu Jalan Rambang dalam Alam 
Puisi Melayu, menggembleng sastera sebagai ruang percakapan tentang alam sains 
fizik yang mungkin sahaja asing dan jauh dari masyarakat umum. Bahasannya 
memperlihatkan bagaimana ungkapan yang sarat keindahan bahasa perlambangan 
seperti metafora dapat menterjemahkan beberapa konsep atau fenomena sains fizik.

Begitu juga menerusi trilogi novel Hikayat NeoGenesis, Fitrah Kimiawi dan 
Panggil Aku Melaju, dunia perubatan diakrabkan dengan khalayak sastera Melayu 
termasuk kalangan remaja. Istilah perubatan, fenomena sains kimia atau konflik 
kesenjangan dalam birokrasi kerjayanya, diutarakan Dr Rahmat Haroun Hashim, 
doktor perubatan menerusi bahasa dan peralatan sastera.

Malah ia sudah dilakukan lebih awal misalnya lewat Sentuhan Oedipus, Di Ar Ti 
mahupun Manuklon. Namun apa yang menarik menerusi trilogi mutakhirnya menjadi 
medan untuk melancarkan misi pembelaan terhadap petaka PPSMI dalam sejarah 
pendidikan dan bahasa negara ini. Dalam bidang yang sama Aminah Mokhtar, 
jururawat terlatih, juga pernah menyatakan langgam bahasa sastera yang indah 
merupakan ruang ekspresinya berkarya. Ia banyak dipaparkan dalam Dominasi 
Tebrau, Semoga Cepat Sembuh dan 

[ac-i] Mengeja September

2010-04-04 Terurut Topik Wajah Bercahaya
 Tuesday, January 5, 2010 at 8:33pm



Judul: Mengeja September: Antologi Cerpen Joglo 7 – Seri Dokumentasi Sastra

Pengarang: W Wharek AM  Yudhi Heriwibowo (Penyunting)

Penerbit: Taman Budaya Jawa Tengah

Cetakan: Ke-1 (Oktober 2009)

Tebal: 80 halaman

Genre: Antologi cerpen



Dalam dunia sastra, karya adalah sesuatu yang berdiri sendiri. Ia nggak
kayak barang-barang di industri pop, yang ukuran kecemerlangannya
dilihat melulu dari laku terjual apa enggak. Buku antologi cerpen
sastra, seperti yang satu ini, udah cukup jadi berharga hanya karena ia
ada. Titik.


Dihadirkan dengan judul panjang, Mengeja September: Antologi Cerpen
Joglo 7 – Seri Dokumentasi Sastra, antologi semacam ini nggak perlu
jadi keren, kinclong, atau memikat. Cukup karena ia eksis,
sumbangsihnya udah cukup terasa. Nggak perlu lagi ditambah
syarat-syarat yang lain, apalagi yang sesepele soal penjualan.

Mengeja September diterbitin oleh Taman Budaya Jawa Tengah, penerbit
milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. Dua belas
cerpen tersaji dalam antologi ini. Cukup semarak bila dilihat dari
latar belakang para penulisnya, yang berdomisili mulai Solo dan Pati
hingga Banyuwangi dan Tanah Karo.


Karena ini bukan antologi cerpen untuk remaja, maka tema dan muatan
yang diusung ke-12 cerpen ini pun amat beragam dan kerap tak
terduga-duga. Cerpen pembukaannya aja udah cukup serius, karena
berlatar belakang peristiwa G30S/PKI tahun 1965 lalu (Mengeja September
oleh Eka Bahari, yang ternyata adalah kontributor g-Mag di Solo!).

Kemudian muncul kisah fantasi tentang roh korban tsunami yang sudah ada
di alam kelanggengan dan bertemu malaikat (Dari Tsunami ke Surga oleh Viddy AD 
Daery)
serta kemiskinan parah seorang pemulung yang berkhayal mendapat marjan
senilai Rp 500 juta (Sampah Bertuah oleh Shofi Al Khansa’).


Satu-satunya cerpen dengan cerita yang lumayan “ramah lingkungan” untuk
ABG hanyalah Hidup ini Indah… Namaku Stroberi (Lis Dhaniati).
Menyinggung geliat dunia jejaring sosial Facebook, cerpen ini bertutur
tentang misteri insiden bunuh diri seorang kawan yang bernama Bulan.


Tentu, sebuah antologi cerpen sastra tak afdal bila nggak disertai
pengantar yang analitik dan empirik. Ditulis oleh Beni Setia, pengantar
di Mengeja September mencoba mengulas setiap judul cerpen yang
terhidang dengan bahasa mahasiswa yang rumit, berkelas, dan jelas nggak
semua orang bisa paham.


Buku Mainstream

Secara kemasan, jelas Mengeja September masih kalah jauh dari buku-buku
mainstream terbitan penerbit-penerbit gede yang emang mengejar angka
penjualan. Baik dari pilihan kertas (terutama untuk kaver) maupun
desain perwajahan, antologi ini masih berpenampilan terlalu polos
sehingga lebih mirip buku pelajaran sekolah.


Tapi untuk sebuah buku sastra, sudah pasti ukurannya nggak berada di
titik itu. Biarpun hanya diterbitin independen dengan edisi hasil print
out komputer yang lantas diperbanyak dengan fotokopi, sebuah buku
sastra udah layak mendapatkan apresiasi karena keberhasilannya untuk
muncul menjadi karya yang bermanfaat bagi audiens.

Mengeja September pun tak luput dari apresiasi serupa. Dan lebih lagi,
buat pembaca ABG kayak kita, membaca cerita-cerita yang berada jauh di
luar ranah romans cinta-cintaan bakal memberi tambahan wawasan yang
jauh bermanfaat daripada tiap hari asyik masyuk dengan lirik
menye-menye dari Lyla, Angkasa, atau Wali!



written by wiwien wintarto (Gradasi Edisi November 2009)


Updated about 2 months ago · Comment · LikeMpick likes this.majalah gradasi 
rama: wah nang kene kari ono siji. tanyalah ke panitianya (miftahul) :)
whani: siap. nanti tinggal ngontak2 temen2 di soloJanuary 7 at 12:46ammajalah 
gradasi harus selalu muantep. ben payu...January 11 at 8:59pmWibowo Prasetyo 
tks mas note-nya... menarik.January 12 at 10:45pmmajalah gradasi thanks 
juga..January 21 at 7:51pm



  
___
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[ac-i] Re: Buku Dewan Kesenian Jawa Timur PESTA PENYAIR ANTOLOGI PUISI JAWA TIMUR

2010-03-05 Terurut Topik Wajah
Wah lengkap banget,kecuali nama-nama yang dianggap terlalu besar sehingga bagi 
mereka merasa kerdil jika memasukkan nama tersebut!!??

VDAD

--- In artculture-indonesia@yahoogroups.com, abdul malik filantro...@... 
wrote:

 
 
 
   
   
   
   
   
   
 
 Inilah buku ke-6 dari 11 judul buku
 yang diterbitkan Dewan Kesenian Jawa Timur
 
 
 
 Judul:PESTA PENYAIR 
 
 ANTOLOGI PUISI JAWA TIMUR
 
 
 
 Editor: Ribut Wijoto, S Yoga,
 Mashuri
 Pracetak: Abdul Malik
 Desain cover: Mufian Haris
 Layo out: Dheny Jatmiko
 Cetakan pertama; 2009
 ISBN: 978-979-18793-5-4
 Tebal: vi + 288 halaman
 
 
 
 Penerbit:
 Dewan Kesenian Jawa Timur
 Jl. Wisata Menanggal
 Surabaya 60234
 Telp/ fax 031- 855 4304
 e-mail: dk_ja...@...
 
 
 
 Antologi puisi Pesta Penyair ini tak
 hendak digunakan sebagai acuan proyek raksasa, atau mengusung jargon
 politik sastra, juga tak hendak sebagai ikhtiar memasang
 tonggak-tonggak karya, antologi ini hanyalah ikhtiar megumpulkan
 karya yang berserak dan tercerai-berai, sambil berharap tumbuhnya
 gagasan baru tentang puisi, karya-karya brilian, juga ditemukannya
 gaya ucap perpuisian Jawa Timur dari waktu ke waktu.
 Gagasan ini
 seiring dengan ihwal yang diungkap Octavio Paz, bahwa Barat telah
 berada di akhir gagasan puisi, tapi kita harus menyongsong fajar baru
 perpuisian dunia. Dengan diterbitkannya antologi ini, diharapkan
 fajar baru perpuisian Jawa Timur merekah, sebagai fajar baru
 perpuisian dunia..
 
 
 
 Sekedar Pengantar
 
 
 
 Menulis puisi adalah laku banal dan
 subversive dalam kondisi dunia saat ini. Dunia yang kontradiktif,
 anomaly, jungkir-balik, tetapi selalu beralur pada sebuah pintu yang
 sama: upaya massalisasi nilai dan selera, juga pengabdian tanpa ampun
 pada pasar dan budaya massa. Meski demikian puisi tetaplah harus
 ditulis, sebagaimana yang telah ditulis oleh nenek moyang sejak
 beribu tahun lampau, karena laku menyimpang dari sebuah selera
 public, bahwa keawaman, bisa menerbitkan spectrum khas tentang
 kehidupan dan capaian-capaian otentik perihal estetik, karena
 nilai-nilai otentik dan kekhasan hablur dalam budaya massa dan
 hiperrealitas yang demikian panas.
 
 
 
 Kiranya bukan persoalan salah benar
 terkait dengan massalisasi nilai/selera/batas estetik yang ingin
 diacu dalm konteks ini, tetapi lebih merujuk pada lubuk yang kerap
 dihindari para pelaku budaya yang berpatok pada permukaan kehidupan
 semata. Padahal dalam lubuk itulah sebenarnya tersimpan hidup yang
 sesungguhnya. Hidup yang dihidupi oleh semangat yang bermain dalam
 dunia mungkin, hidup yang dihidupi oleh semangat untuk hidup dan
 mati, hidup yang tak jarang dihindari karena terlalu dalam dan di
 ceruknya menyimpan begitu banyak hal-ihwal.
 
 
 
 Namun alangkah menariknya, jika
 berpuisi bukanlah laku menghamba pada hidup. Berpuisi bisa bertaruh
 antara larut dengan gemuruh dunia, menghindarinya atau tarik ulur di
 baliknya. Jadi berpuisi adalah hidup itu sendiri. Sungguh, alangkah
 elok bila puisi dimaknai dalam kapasitas puisi itu sendiri, dengan
 logikanya sendiri. Alangkah cantiknya jika puisi dimaknai sebagai
 sebuah pesta, sebuah guyuran waktu murni (meminjam Octavio Paz),
 sehingga puisi tak lagi bernafsu merubah dunia tapi merayakan
 kemurnian kemanusiaan, yang dalam kurun waktu belakangan ini, semakin
 langka dijumpai, tercabik, termanipulasi dan tersedot oleh arus dunia
 yang selalu berkutat pada materi dan pamrih.
 Mungkin beberapa patah kata tadi
 terlalu raksasa, atau bahkan tak berujung apa-apa, tapi kemurnian
 memang selalu berpulang pada wilayah dada, wilayah yang tak bisa
 diukur dengan depa. Dengan segala kerendahan hati, antologi puisi
 Pesta Penyair ini tak hendak digunakan sebagai acuan proyek raksasa ,
 atau mengusung jargon politik sastra, juga tak hendak sebagai ikhtiar
 memasang tonggak-tonggak karya, antologi ini hanyalah ikhtiar
 megumpulkan karya yang berserak dan tercerai-berai, sambil berharap
 tumbuhnya gagasan baru tentang puisi, karya-karya brilian, juga
 ditemukannya gaya ucap perpuisian Jawa Timur dari waktu ke
 waktu.
 Gagasan ini seiring dengan ihwal yang diungkap Octavio Paz,
 bahwa Barat telah berada di akhir gagasan puisi, tapi kita harus
 menyongsong fajar baru perpuisian dunia. Dengan diterbitkannya
 antologi ini, diharapkan fajar baru perpuisian Jawa Timur merekah,
 sebagai fajar baru perpuisian dunia.
 
 
 
 Mashuri,
 Ketua Komite Sastra
 Dewan Kesenian Jawa Timur
 Hp 081 331333131
 
 
 
 Daftar nama penyair yang termuat dalam
 antologi puisi ini:
 1.A Junianto
 2.A Muutaqin
 3.Abdul Mukhid
 4.AF Tuasikal
 5.Ahmad Faisal
 6..Akhmad Fatoni
 7.Akhudiat
 8.Alek Subairi
 9.Aming Aminoedhin
 10.Anas Yusuf
 11.As’adi Muhammad
 12.Bambang Kempling
 13.Benazir Nafilah
 14.Beni Setia
 15.Deny Tri Aryanti
 16.Dheny Jatmiko
 17.Dian Nita Kurnia
 18.D Zawai Imron
 19.Dody Kristianto
 20.Eny Rose
 21.F Azis Manna
 22.Fahrudin Nasrulloh
 23.Herry Lamongan
 24.Hidayat Raharja
 25.Indra Tjahyadi
 26Javed Paul Syatha
 27.Joko Susilo
 

[ac-i] Di Malaysia sastrawan tua terus aktif

2010-02-17 Terurut Topik Wajah Bercahaya
SASTERA-UTUSAN MALAYSIA

 
 
 
ARKIB : 14/02/2010










.khad1,
.khad1:link,
.khad1:visited,
.khad1:active {
color:#3366CC;
text-decoration:underline;
border-bottom:#3366CC 1px solid;
}

.khad1:hover {
color:#c03;
text-decoration:underline;
border-bottom:#c03 1px solid;
}

.khad2,
.khad2:link,
.khad2:visited,
.khad2:hover,
.khad2:active,
text-decoration:none;
border-bottom:none;
}










Menoleh kebangkitan Keranda 152
Oleh  Rozais  Al-Anamy


Sasterawan Negara Datuk Usman Awang telah menghasilkan puisi protes
Keranda 152 pada 1967. Puisi ini membawa satu kebangkitan kalangan
pejuang-pejuang bahasa apabila Rang Undang-Undang Bahasa Kebangsaan
yang dibentangkan di Parlimen ketika itu tidak menggambarkan kedudukan
bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan seperti yang termaktub dalam
Fasal 152 Perlembagaan.

Disebabkan keengganan kerajaan menolak keputusan yang dibuat di
Parlimen, para pejuang bahasa mengadakan perhimpunan besar-besaran di
perkarangan Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) pada 3 Mac 1967. Tujuannya
untuk melahirkan protes kerana orang politik gagal meletakkan bahasa
Melayu di tempat yang telah tertulis dalam Perlembagaan.

Tragedi bahasa Melayu yang membawa kepada perarakan Keranda 152 ke
Parlimen itu berlaku sepuluh tahun selepas negara mencapai kemerdekaan.
Dalam usia kemerdekaan yang dianggap masih muda kalangan tokoh politik
Melayu telah lupa tentang peri pentingnya bahasa Melayu sebagai bahasa
perpaduan rakyat pelbagai kaum di negara ini.
Kalangan tokoh politik Melayu ketika itu kelihatan tidak ada
semangat untuk memperjuangkan kedudukan bahasa Melayu, semua ini
terpancar daripada keputusan di Parlimen yang meletakkan bahasa Melayu
di tempat yang tidak sepatutnya sebagai bahasa kebangsaan negara ini.
Kemarahan perjuang bahasa dan rakyat jelata tidak ada agenda politik di
sebaliknya. Mereka berjuang demi bahasa Melayu yang mulai dipijak
selepas sepuluh tahun merdeka.

Malangnya bahasa Melayu. Ini kerana selepas tragedi Keranda 152
empat dekad lalu, bahasa Melayu terus terpinggir dan dipinggirkan oleh
kalangan politik Melayu sendiri. Ketika ini bahasa Melayu hanya pada
nama saja menjadi bahasa kebangsaan dan bahasa rasmi negara ini. Tetapi
segi praktisnya bahasa Melayu berada di tempat tercorot. Bahasa Melayu
tidak diasuh menjadi bahasa perpaduan ketika orang politik sibuk
bercakap tentang perpaduan kaum.

Apakah kita memerlukan perhimpunan Keranda 152 yang kedua untuk
menyedarkan kalangan pembuat dasar supaya bahasa Melayu diletakkan di
tempat yang dimuliakan dalam Perlembagaan? Ketika pejuang bahasa
dianggap kolot dan anti establishment, gerakan memartabatkan bahasa
Melayu tetap diteruskan.

Petikan ucapan bekas Ketua Pengarah DBP, Allahyarham Tun Syed Nasir
Ismail pada perhimpunan Keranda 152 40 tahun lalu wajar menjadi
renungan pembuat dasar. Kata Syed Nasir,   Saya menangis bukan
kerana takut, tetapi air mata ini lahir daripada keharuan hati sanubari
saya mengenangkan nasib bangsa saya. Saya tidak boleh buat apa-apa
sekarang ini. Saya terikat.

Kalau ditoleh sejarah silam, bahasa Melayu telah menjadi bahasa bagi
kerajaan Melayu- Islam, bahasa persuratan, bahasa undang-undang dan
menjadi alat pengembangan agama Islam di Nusantara sejak abad ke 13.
Bukan itu saja malah menjadi lingua franca perdagangan dan sosial sejak
ratusan tahun dulu. Kemudian pada 1957 bahasa Melayu termaktub dalam
Perlembagaan.

Perjuangan memartabatkan bahasa Melayu tidak pernah berhenti. Hari
ini dan esok Persatuan Penulis Kuala Lumpur (Kalam), Gabungan Persatuan
Penulis Nasional (Gapena), Persatuan Penulis Nasional (Pena), DBP dan
banyak persatuan penulis serta NGO Melayu lain menganjurkan Hari
Pejuang Bahasa 152. Acara yang akan dijadikan acara tahunan ini
berlangsung hari ini dan esok di Rumah Gapena, Rumah Pena dan Balai
Budaya DBP.

Ketua Satu Kalam, Mohamad Daud Mohamad memberitahu, mulai tahun ini
Hari Pejuang Bahasa 152 akan dijadikan acara tahunan untuk mengingatkan
kembali kedudukan bahasa Melayu dalam Perlembagaan dan berusaha
meletakkan bahasa Melayu di tempat yang wajar dalam pembangunan negara
masa kini.

sokongan

Menurutnya, Kalam yang mengepalai Hari Pejuang Bahasa 152 dengan
sokongan banyak persatuan penulis dan NGO Melayu gembira kerana
mendapat sokongan pelbagai pihak untuk menganjurkan acara penting bagi
memperjuangkan bahasa Melayu di negara ini. 

Sokongan itu diharap boleh
memberi isyarat kepada pembuat dasar supaya berhati-hati menggubal
sesuatu dasar yang melibatkan masa depan dan kepentingan bahasa Melayu.
Hari Pejuang Bahasa 152 bermula malam ini dengan majlis tahlil di
Rumah Gapena kemudian diikuti dengan majlis makan malam. Pada pukul 9
malam, diadakan Pengucapan Puisi 152 di Rumah Pena bersebelahan
dengan Rumah Gapena. Difahamkan acara deklamasi puisi ini tidak
menyenaraikan penyair tertentu tetapi terbuka kepada orang ramai untuk
mendeklamasikan puisi bertemakan bahasa Melayu.

Esok pula akan berlangsung perasmian 

[ac-i] Anugrah Sastra teruuuuss...kapan di Indonesia yaaa

2010-02-17 Terurut Topik Wajah Bercahaya
   SASTERA-BERITA HARIAN





Melaka terus ampuh
Oleh Nazmi Yaakub
na...@bharian.com.my






 
MOKHTAR
(tengah) berkongsi kegembiraan dengan penerima lain pada majlis
anugerah Sastera Negeri Melaka 2009 di Dewan Seri Negeri, Ayer Keroh,
Melaka, baru-baru ini.



   
Mahu buktikan kesungguhan dalam memartabatkan sastera


ANUGERAH sastera peringkat negeri boleh dianggap tenggelam
timbul dalam samudera sastera tanah air, seolah-olah penganjurannya
sudah tersurat dengan takdir program tidak berterusan dan terbelenggu
dengan masalah kewangan.


Tidak banyak anugerah sastera negeri yang dapat dianjurkan
secara tekal dan berkala seperti Hadiah Sastera Darul Takzim yang
diberikan kepada pengarang Johor secara dwitahunan sejak 1996, selain
Anugerah Sastera Negeri Sarawak, Hadiah Penghargaan Penulis Sarawak dan
Hadiah Sastera Sabah.











innity_country = MY;
innity_client = 17;
innity_zone = 761;
innity_channel = ;
innity_keyword = ;









Selain
tiga negeri itu, anugerah dan hadiah yang mengiktiraf sumbangan
kepengarangan, kepenyairan dan kesarjanaan dalam dunia sastera
seolah-olah muncul sekali-sekala seperti yang menimpa beberapa negeri.


Anugerah Sastera Negeri Kelantan, Anugerah Penulis Perak dan
Anugerah Sastera Negeri Sembilan, hanya tinggal nama kini, manakala
Hadiah Sastera Pahang pula hanya menjengah khalayak sastera lewat
kenyataan akhbar.


Justeru, penganjur Anugerah Sastera Negeri Melaka 2009 di
Dewan Seri Negeri, Ayer Keroh, baru-baru ini, seolah-olah mahu
membuktikan ketekalan dan kesungguhan mengiktiraf sumbangan pengarang
kreatif dalam konteks pembangunan menyeluruh.

  



 
MOHD Khalil menyarungkan selempang dan tanjak kepada Mokhtar.






Apatah
lagi pada hari sama, Bicara Karya Sastera Negeri Melaka 2010 di
Institut Pendidikan Guru Malaysia (IPGM), Kampus Perempuan Melayu,
Durian Daun, mencabar khalayak sastera Negeri Hang Tuah itu untuk
melahirkan lebih ramai pengarang dan penyair khususnya wanita.


Pada bicara karya itu, Pensyarah Jabatan Pendidikan Bahasa dan
Kemanusiaan, Universiti Putra Malaysia (UPM), Shamsudin Othman, berkata
Melaka kekurangan penyair, novelis dan cerpenis, menjadikan sejarah
penyair negeri itu tidak sehebat Kelantan, Terengganu, Selangor dan
Johor.


Bagaimanapun, Anugerah Sastera Negeri Melaka itu menjadi
serampang dua mata, iaitu pemangkin pertumbuhan pengarang remaja dan
baru serta pencetus kesedaran kepada pihak berwajib di negeri lain
untuk mengiktiraf kelompok yang menyumbang dalam pembangunan intelek,
mental dan kerohanian.


Pada majlis penganugerahan itu, Mokhtar Yasin menerima
Anugerah Sasterawan Negeri Melaka 2009 daripada Yang di-Pertua Melaka,
Tun Khalil Yaakob, sekali gus melayakkannya menerima hadiah RM7,000,
sijil dan sepersalinan.





Hadir
sama pada majlis itu, isteri Yang di-Pertua Negeri, Toh Puan Zurina
Kassim; Speaker Dewan Undangan Negeri, Datuk Othman Mohamad; Setiausaha
Kerajaan Negeri yang juga Pengerusi Anugerah Sastera Negeri Melaka,
Datuk Omar Kaseh; Ketua Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP), Datuk
Termuzi Abdul Aziz serta Pengerusi Institut Kajian Sejarah dan
Patriotisme Malaysia (Iksep), Datuk Mohd Said Yusof.


Mokhtar yang dilahirkan di Sungai Rambai Melaka pada 29 Mac
1937, menulis sejak sebelum kemerdekaan dan turut terbabit dalam
Angkatan Sasterawan 50 (Asas 50), terkenal dengan puisi pendek,
penekanan rima, bahasa lembut lagi lunak dan idea terkawal.


Ketua Satu, Ikatan Persuratan Melayu Melaka (IPM) itu mendapat
pendidikan di Maktab Perguruan Sultan Idris (MITC), Tanjung Malim, pada
1953 hingga 1956 dan memperoleh Sarjana Muda Sastera dengan
pengkhususan Kesusasteraan Bandingan di Universiti Sains Malaysia (USM)
pada 1980.


Bagi kategori Anugerah Tokoh Penulis Muda pula, Mohd Faizal
Musa atau lebih dikenali sebagai Faisal Tehrani merangkul hadiah
berkenaan dengan membawa pulang hadiah RM3,000, sijil dan plak.


Pengarang pelbagai genre yang dilahirkan di Melaka pada 7 Ogos
1974, memperoleh Sarjana Muda Syariah Politik dari Universiti Malaya
(UM) dan Sarjana dalam Kesusasteraan serta berkhidmat di Akademi Seni
Budaya dan Warisan Kebangsaan (Aswara).


Faisal Tehrani cenderung memperkenalkan pembaharuan dalam
karya dan condong menghasilkan karya eksperimen, sering memenangi
hadiah termasuk Hadiah Sayembara Mengarang Jubli Emas DBP hingga
melayakkannya membolot RM74,000 lewat tiga anugerah utama, iaitu
kategori novel menerusi Bedar Sukma Bisu; novel remaja (Manikam Kalbu)
dan cerpen (Rindu Ini Luar Biasa), selain memenangi Anugerah Seni
Negara 2006.


Penerima Anugerah Tokoh Penulis Bukan Melayu pula dimenangi
Joseph Selvam, sekali gus melayakkan bekas guru besar sekolah rendah
itu membawa pulang hadiah RM2,000, sijil dan plak.


Selvam menggunakan nama pena Elili, menghasilkan kumpulan
puisi seperti Sajak-sajak Kecil, Perhimpunan, 

[ac-i] Senjakala Pakatan

2010-02-13 Terurut Topik Wajah Bercahaya
   RENCANA-BERITA HARIAN





Pakatan  tidak mampu jadi alternatif kepada BN
Oleh Haspaizi Mohd Zain





   
SEBAIK
Pas selesai membuat keputusan terhadap dua pemimpinnya iaitu
Pesuruhjaya Pas Selangor, Datuk Dr Mohd Hassan Ali dan Ahli Parlimen
Shah Alam, Khalid Samad kerana melanggar disiplin parti, Parti Keadilan
Rakyat (PKR) dan DAP pula tampak semakin bergolak apabila pemimpin
mereka semakin sibuk mengkritik kepemimpinan Ketua Menteri Pulau
Pinang, Lim Guan Eng.


 Bagaikan tidak menghormati resolusi persepakatan yang
dimeterai pada Konvensyen Pakatan Pembangkang akhir tahun lalu,
pemimpin PKR tidak mengendahkan arahan pucuk pimpinan apabila terus
mengkritik sesama sendiri. Walaupun, PKR semakin bergolak dengan
perbalahan sesama sendiri, ia tidak menarik minat Umno atau Barisan
Nasional (BN) untuk menghentam mereka.


 Umno dan BN sebaliknya terus berusaha menumpukan kepada
langkah memenangi hati rakyat. Berbanding pembangkang, selepas pelbagai
janji ditabur pada kempen pilihan raya umum lalu, kini mereka semakin
sibuk berpolitik sehinggakan lupa akan amanah diberikan rakyat. 










innity_country = MY;
innity_client = 17;
innity_zone = 761;
innity_channel = ;
innity_keyword = ;

innity_country = MY;innity_path = /200912_2140/9202/;innity_proxy = 
proxy_12481;innity_ord = ord=[timestamp];function 
ebStdBanner0_DoFSCommand(command,args){try{command = 
command.replace(/FSCommand:/ig,);if((command.toLowerCase()==ebinteraction) 
|| 
(command.toLowerCase()==ebclickthrough))gEbStdBanners[0].handleInteraction();}catch(e){}}function
 ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;}









Bermula dengan tindakan Ahli Parlimen Kulim-Bandar Baharu, Zulkifli
Nordin, membuat laporan polis terhadap Khalid yang didakwa
memperlekehkan enakmen agama Islam, kemelut pembangkang kian ketara
apabila Ahli Parlimen Bayan Baru, Datuk Seri Zahrain Hashim dengan
terbuka mengkritik Guan Eng, diikuti rakannya yang juga Ahli Parlimen
Nibong Tebal, Tan Tee Beng.


 Namun bekas Naib Ketua Pemuda Keadilan, Muhammad Zahid Md
Arip, menyifatkan konflik yang berlaku dalam PKR dan DAP adalah
sandiwara murahan dicipta pembangkang bagi mengalihkan tumpuan rakyat
terhadap perbicaraan kes liwat Ketua Umum PKR, Datuk Seri Anwar
Ibrahim.


 Beliau berkata, tuduhan pemimpin parti itu bahawa Guan Eng
adalah diktator, cauvinis dan berfikiran komunis adalah perkara lama,
kerana sememangnya mereka sudah tahu serta arif dengan pendirian DAP.
Malah katanya, sudah terlewat bagi pemimpin PKR untuk menjadi wira
Melayu, selepas nasib peniaga Melayu di Pulau Pinang terhimpit dan
ditindas kerajaan negeri. 


  
  
function ebStdBanner1_DoFSCommand(command,args){try{command = 
command.replace(/FSCommand:/ig,);if((command.toLowerCase()==ebinteraction) 
|| 
(command.toLowerCase()==ebclickthrough))gEbStdBanners[1].handleInteraction();}catch(e){}}function
 ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;}















Kalau Zahrain cakap Guan Eng sebagai komunis, ini sebenarnya perkara
lama. Sebaiknya kita usah terpengaruh dengan kemelut yang berlaku dalam
pakatan pembangkang, kerana itu semua adalah sandiwara ciptaan mereka
sendiri yang akhirnya Anwar akan kata semua masalah itu dapat
diselesaikan, katanya.


 Sementara itu Ahli Majlis Tertinggi (MT) Umno, Dr Mohd Puad
Zarkashi, berkata tindakan Anwar mengheret Ahli Parlimennya yang
'celupar' ke Lembaga Disiplin adalah untuk mempertahankan rakan
kongsinya dalam pakatan daripada menyiasat punca tidak puas hati anak
buahnya. Manakah yang lebih penting, iaitu mempertahankan rakan kongsi
atau menyiasat sejauh manakah kebenaran isu yang menimbulkan rasa tidak
puas hati di kalangan wakil rakyat terbabit. 

 Anwar sudah tentu tidak sanggup dan tidak berani
memperjudikan masa depan pakatan pembangkang. Ini akan menghancurkan
kredibilitinya sebagai pemim-pin pembangkang. Dia akan dilihat sebagai
terlalu lemah untuk merealisasikan kewujudan pakatan pembangkang. 

 Apatah lagi mereka baru saja selesai mengadakan konvensyen
pakatan pembangkang dengan pelbagai resolusi dan janji yang
indah-indah. Paling ketara, Anwar pasti tidak mahu memperjudikan
impiannya untuk menjadi Perdana Menteri, katanya.






Kegagalan merealisasikan kewujudan Pakatan Rakyat bermakna Anwar
semakin jauh daripada mimpi besarnya itu. Oleh itu baginya, mengambil
tindakan disiplin adalah jalan selamat berbanding tindakan menyiasat
isu rasa tidak puas hati yang dibangkitkan. 

 Tetapi hakikatnya kredibiliti Anwar dan PKR yang mahu
menjadi parti yang demokratik dan mempertahankan kepentingan rakyat
sudah semakin dipersoalkan. 

 Bagi Pensyarah Sains Politik Universiti Islam Antarabangsa
Malaysia (UIAM), Dr Tunku Mohar Tunku Mohd Mokhtar, pakatan pembangkang
tidak mampu menjadi parti alternatif kepada BN serta gagal menunaikan
apa yang dijanjikannya.


 Katanya, belum sampai satu penggal pembangkang memenangi

[ac-i] Pemerintah Malaysia tegur pemberian hadiah sastra tertunda-tunda

2010-02-07 Terurut Topik Wajah Bercahaya
SASTERA-UTUSAN MALAYSIA

 
 
 
ARKIB : 24/01/2010










.khad1,
.khad1:link,
.khad1:visited,
.khad1:active {
color:#3366CC;
text-decoration:underline;
border-bottom:#3366CC 1px solid;
}

.khad1:hover {
color:#c03;
text-decoration:underline;
border-bottom:#c03 1px solid;
}

.khad2,
.khad2:link,
.khad2:visited,
.khad2:hover,
.khad2:active,
text-decoration:none;
border-bottom:none;
}










HSPM jadi acara tahunan
Oleh  Ku Seman Ku Hussain




 Muhyiddin (kanan)
menyampaikan hadiah kepada Said Zahari di majlis Hadiah Sastera Perdana
Malaysia (HSPM) di Kuala Lumpur Isnin lalu. 



Penganjur Hadiah Sastera Perdana Malaysia (HSPM) ditegur oleh
Timbalan Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin apabila penerima
hadiah untuk tahun penilaian 2006 dan 2007 disampaikan pada 2010.

Majlis penyampaian hadiah HSPM ke 18 telah diadakan di Hotel Legend
Kuala Lumpur 18 Januari lalu merangkumi penerima hadiah untuk tahun
penilaian 2004 hingga 2007. HSPM dianjurkan oleh Dewan Bahasa dan
Pustaka (DBP) mula diperkenalkan pada 1972 yang dikenali sebagai Hadiah
Karya Sastera.

Semasa berucap pada majlis penyampaian HSPM itu, Muhyiddin
melahirkan rasa terkejut kerana HSPM tidak diadakan secara tetap dua
tahun sekali. Majlis penyampaian hadiah sepatutnya diadakan pada 2006
dan 2008 yang lalu..

Muhyiddin yang juga Menteri Pelajaran meminta DBP menganjurkan HSPM
setiap tahun dan bukan dua tahun sekali seperti kebiasaannya untuk
mencari lebih banyak karya-karya sastera yang berkualiti tinggi.

Ini bermakna tahun depan dan seterusnya, khalayak sastera mempunyai
satu lagi anugerah dalam kesusasteraan selain Hadiah Sastera Kumpulan
Utusan (HSKU) yang diadakan setiap tahun sejak 25 tahun lalu.

Penganjur HSPM mesti serius untuk memastikan acara ini diadakan pada
masa yang ditetapkan. Ketiadaan acara pada 2006 dan 2008 memperlihatkan
seolah-olah belanja untuk kegiatan sastera menjadi mangsa penjimatan.

Kesungguhan

Ini memberikan kesan yang buruk sekaligus menambahkan persepsi
masyarakat bahawa kesusasteraan tidak memberi sumbangan dalam
pembangunan negara.. Padahal kerajaan telah lama memperlihatkan
kesungguhan menyemarakkan dunia sastera dan budaya.

HSPM adalah hadiah yang bertaraf nasional dan sekaligus menjadi kayu
pengukur turun naik mutu pengkaryaan di negara ini. DBP mungkin boleh
memberikan jawapan ketiadaan acara pada 2006 dan 2008. Adakah pihak
sekretariat tidak sempat mengumpul karya-karya untuk dinilai atau
sememangnya sengaja tidak diadakan?

Memang benar, apalah ada pada acara penyampaian hadiah. Tambahan
pula khabarnya semua pemenang untuk tahun penilaian 2002 dan 2005 sudah
diberi hadiah. Tetapi hadiah disampaikan menerusi pos. Acara dalam
kesusasteraan juga penting kerana ini mengingatkan masyarakat tentang
hal-hal kesusasteraan.

Format penyertaan seperti yang ada sekarang iaitu sekretariat
mengumpul karya-karya pada tahun penilaian wajar diteruskan. Pada masa
yang sama penulis dan penerbit buku juga digalakkan menghantar
pencalonan untuk mengatasi masalah keciciran karya yang bermutu.

Tetapi sekretariat tidak boleh mengharapkan penyertaan daripada
penulis semata-mata. Sebaliknya melipatgandakan usaha menjejaki
karya-karya untuk dinilai bagi HSPM. Kita tidak mahu ada karya bermutu
yang tercicir kerana penulisnya tidak menghantar pencalonan,
sekretariat pula terlepas pandang.

Sementara itu kategori cerpen untuk tahun penilaian 2006 dan 2007, tiga cerpen 
yang disiarkan dalam Mingguan Malaysia antara sepuluh cerpen yang dipilih oleh 
panel juri.
Cerpen itu ialah Cinta Puncak Sagarmatha karya Rozais Al-Anamy, Pusaka Cendana 
(Nisah Haron) dan Nilai Cinta Kami (Azizi Haji Abdullah). Cerpen Cinta Puncak 
Sagarmatha dan  Pusaka Cendana pernah memenangi hadiah utama HSKU 2006.
Karya puisi Sasterawan Negara A. Samad Said, Malam Rosiah yang disiarkan dalam 
Mingguan Malaysia 2006 antara sepuluh karya terpilih kategori puisi.

Buku tulisan tokoh wartawan terkemuka, Said Zahari, Dalam Ribuan Mimpi Gelisah: 
Memoir Said Zahari terbitan Utusan Publications  Distributors (UPD) dipilih 
untuk menerima hadiah kategori buku (autobiografi).


  Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang 
Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com

[ac-i] Solo ingin ke Singapura

2009-12-25 Terurut Topik Wajah Bercahaya
JAWA POS Jum'at, 25 Desember 2009   

  













 







 
Nusantara


 








  
[ Kamis, 24 Desember 2009 ]


Pemkot Solo Adakan Audisi Chinghay Parade Singapore 



SOLO -
Untuk mempersiapkan diri mengikuti Chingay Parade Singapore 2010,
Pemerintah Kota Solo mengadakan audisi calon peserta di Taman
Balekambang, Rabu, 23 Desember kemarin. Sekitar 97 peserta diundang
dalam audisi tersebut.

Namun, hanya 68 orang yang hadir. Dari
jumlah tersebut, dipilih 40 peserta yang akan mewakili Solo dalam
parade di Negeri Singa itu.

Dalam audisi kemarin, kriteria penilaiannya didasarkan kepada rancangan kostum 
batik, gerak tari, tata rias wajah (make up),
kostum, serta iringan musik yang akan ditampilkan dalam parade
tersebut. Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) Kota Solo Mufti Raharjo mengemukakan, masyarakat Kota Solo
memiliki ratusan kostum Solo Carnival dengan motif dan model yang
berbeda. ''Hanya 40 yang akan ditampilkan,'' katanya.

Untuk
motif batik yang akan digunakan dalam audisi dan Chingay Parade
Singapore 2010 adalah bermotif Sekar Jagad. Konsep motif itu adalah
perpaduan dari beberapa motif. (wl/jpnn/ruk) 





 














 Dataran Tinggi Dieng Kritis, Kondisi Hutan Memprihatinkan

   







Anggota DPRD Semarang Gagas Hak Interpelasi dan Hak 
Angket 


Puluhan Pulau di Kaltim Rawan Dicaplok Malaysia 



Bangun Jalan Layang, Pastika Berharap Tokoh Agama 
Lakukan Kajian 


Tangkap Ikan dengan Bom, Diadili 


Ratusan Perangkat Desa Unjuk Rasa 

 





HALAMAN KEMARIN



   

 
Perampok Bersenjata Api Tembaki Sasaran di Lalur Lintas 
Timur Sumatera 

 
Perampok di Rokan Hilir Gasak Rp 200 Juta   
  

 
KP3 Ngurah Rai Bali Gagalkan Penyelundupan Tengkorak 
Manusia ke Luar
Negeri 

 
Rumah Adat Toraja terbakar, 5 Orang Tewas   
  

 
Gara-Gara Merokok, Pengusaha Diturunkan Paksa dari 
Pesawat 

 
Puluhan Warga Terkena Cikungunya 

 
Dewan Adat Papua Tuntut Penutupan PT Freeport Indonesia 


 
Pagi, Perampokan Toko Emas Bima di Batang   
   

 
Warga Semarang Kalah Valas, Buat Laporan Palsu  


 
Nunukan Jadi Buangan Orgil dari Malaysia
 

  








  Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

[ac-i] Berita Penting dari RADAR BOJONEGORO

2009-12-24 Terurut Topik Wajah Bercahaya




Radar Bojonegoro ( JAWA POS GROUP
) 12 Desember 2009

 

Viddy AD Daery, Budayawan Asal Lamongan Yang Dikenal di Negeri Jiran

Pencetus Gajah Mada Asli Lamongan

 

Viddy AD Daery yang nama aslinya
Anuf Chafiddi merupakan budayawan kelahiran Lamongan. Dia cukup dikenal di
negeri Jiran, seperti Malaysia,Singapura
dan Brunei Darussalam, namun justru kurang dikenal di daerah kelahirannya.

--

B. FEBRIANTO, Lamongan

--

Kamis lalu sebuah SMS diterima
wartawan koran ini. Setelah dibuka ternyata berasal dari Viddy AD Daery. Dalam
SMS itu dia menginformasikan kalau sudah sampai di Bandar Sri Begawan, Ibukota
Bruneu Darussalam.

 

Kedatangannya ke
negara itu dalam rangka memenuhi undangan Asterawani Brunei (LSM platmerah dari
Kesultanan Brunei) untuk menjadi pembicara Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN)
ke-15 di Bandar Sri Begawan pada 10-13 Desember 2009. Dalam acara yang diikuti
budayawan dari Indonesia, Malaysia, Thailand dan Brunei tersebut, Viddy  
membawakan makalah bertema perbandingan syair nasehat
karya Sultan Brunei dengan karya Sunan Drajat.

 

Pria kelahiran
28 Desember 1961 tersebut sudah tidak asing lagi dengan acara PSN. Dia diundang
sebagai pembicara sejak PSN ke-9 pada 1997 di Kayu Tanam,Sumatera Barat.

 

Sebelum sebagai
pembicara di Brunei, Viddy
pada 20-22 Nopember lalu juga diundang dalam acara Pesta penyair nusantara
(PPN) ke-3 di Kualalumpur, Malaysia. Acara di  Dewan
Bahasa dan Pustaka Malaysia itu diikuti  30 penyair dari Indonesia,
Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand dan negara Asia Pasifik.

 

Viddy cukup
dikenal di negeri jiran tersebut disebabkan pandangannya yang gigih untuk
mempersatukan kembali nusantara hasil sumpah Palapa dari Mahapatih Majapahit,
Gajah Mada. Wilayah nusantara saat itu meliputi Indonesia,
Malaysia, Thailand, dan
Bruneu Darussalam. ‘’Saya sangat perhatian pada nusantara, karena wilayah itu
sebagai lambang kebesaran bangsa Indonesia, karena yang mewujudkan nusantara
itu adalah Gajah Mada dari Mahapahit yang ada di wilayah Indonesia saat ini,’’
kata Viddy kepada Radar Bojonegoro.

 

Karena tingginya
perhatiannya terhadap nusantara tersebut, Viddy merupakan salah satu orang yang
prihatin dan menyesalkan terjadinya perseteruan antara Indonesia dan Malaysia
terkait adanya isu-isu mengenai ada klaim beberapa seni budaya Indonesia oleh 
Malaysia. ‘’Seharusnya masalah itu
tidak perlu terjadi karena Malaysia
dan Indonesia
satu keluarga nusantara bahkan satu keluarga rumpun melayu. Kalau ada masalah,
layaknya sebuah keluarga, hendaknya dibicarakan baik-baik,’’ ujarnya.

 

Viddy juga
merupakan budayawan yang mengungkapkan kali pertama kalau Gajah Mada asal
Lamongan. Temuannya itu sempat menarik perhatian budayawan dan sejarahwan
karena menambah masukan tentang asal-usul Gajah Mada. Sebelumnya Gajah Mada
dipertentangkan antara lahir di Malang, Bali,
atau Sumatra. Dengan temuan Viddy tersebut,
pertentangannya bertambah satu tempat lagi.

 

Bahkan dengan
temuan Viddy itu menarik perhatian Bupati Lamongan, Masfuk untuk membentuk tim
penelusuran asal usul Gajah Mada di Lamongan. Atas dedikasinya dalam penelitian
nusantara dan Gajah Mada tersebut, Viddy bersama budayawan Malaysia akan 
menggelar seminar
internasional tentang Gajah Mada di Malaysia yang direncanakan akhir bulan ini.


 

Viddy mendapat predikat budayawan
karena cukup produktif menulis berbagai puisi, cerpen, novel, naskah drama,
artikel hingga naskah sinetron. Lulusan sosiologi Fisip Unair Surabaya 1987
tersebut pernah bekerja sebagai koresponden beberapa koran dan pernah bekerja di
Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) sebagai redaktur features,lalu naik menjadi
penanggungjawab sinetron komedi, produser eksekutif hingga staf ahli. 

Hasil
karyanya di TPI antara lain acara Lenong Bocah, Kompor Diamor, Tuturan kata
bermakna, Kentrung Humor Lamongan hingga Patrio Ngelaba.(*)

 

DOK.FOTO
VIDDY/RDR.BJN

TINGKAT
INTERNASIONAL : Viddy (kiri) bersama para budayawan dari Malaysia, Singapura,
Brunei, Thailand dan negara Asia Pasifik dalam Pesta Penyair Nusantara (PPN)
ke-3 di Kualalumpur, Malaysia Nopember lalu. 

 




  Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari 
Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! 
http://id.messenger.yahoo.com/invite/

[ac-i] Seni Barongan

2009-12-20 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Radar Bojonegoro -Jawa Pos Grup


[ Minggu, 20 Desember 2009 ] 
600 Grup Barongan Atraksi Masal 

BLORA - Enam ratus grup barongan se-Kabupaten Blora kemarin (19/12) memadati 
Jalan Pemuda. Mereka menggelar atraksi masal untuk mendeklarasikan kesenian 
barongan sebagai kesenian khas dan asli Blora. 

''Jika di Ponorogo ada reog, di sini ada barongan karena kesenian ini sudah 
mendarah daging bagi warga Blora,'' ujar Pudiyatmo, kepala Dinas Pariwisata 
Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (DPKPOR) Blora.

Selain Bupati Yudhi Sancoyo dan Ketua DPRD Maulana Kusnanto, deklarasi itu juga 
dihadiri para pejabat pemkab setempat dan Profesor Slamet, ahli kebudayaan dari 
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. 'Kami ingin pemkab mengembangkan 
kesenian ini dan menjadikan kesenian ini kebanggaan dan budaya lokal yang 
adiluhung,'' tambah Pudiyatmo.

Enam ratus grup barongan itu tampil memanjang hingga lebih dari dua kilometer. 
Menurut Prof Slamet, dari catatan dirinya, kesenian barongan ada sejak sekitar 
tahun 1935. Kesenian itu merupakan kesenian asli Blora. Alasannya, sebuah buku 
yang ditulis warga Belanda, menyebutkan Gubernur Belanda saat itu pernah datang 
ke Blora dan disuguhi kesenian tersebut. Setiap tahun, kesenian barongan 
berkembang. ''Sebelum tahun 1945 kesenian Barongan masih merupakan kepercayaan 
dan olah kanuragan,'' tuturnya.

Sejak 1945 sampai 1965, kesenian barongan menjadi propaganda politik. Melalui 
kesenian ini, warga Blora ingin menggelorakan perlawanan pada penjajah. Karena 
itu, ada sebuah wadanan atau olok-olok untuk barongan. Yakni, barongan ora 
galak, barongan moto beling. Barongan ora galak, endas butak ditempiling 
(Barongan tidak galak, barongan bermata kaca. Barongan tidak galak, kepala 
botak di tempeleng). ''Wadanan ini isyarat karena mengandung makna semangat. 
Kepala botak yang dimaksud adalah penjajah saat itu sehingga harus ditempeleng 
dan diusir dari negeri ini,'' jelasnya.

Dalam perkembangan selanjutnya, barongan menjadi seni pertunjukan, meski masih 
ada unsur mistiknya. Menurut Slamet, barongan sebagai alat mengusir energi 
jahat ketika itu masih ada. 

Sejak 1965 sampai 1998, lanjut dia, kesenian ini terpengaruh dengan kuda 
lumping. Sehingga kuda lumping pun dimasukkan. ''Dan hingga sekarang barongan 
menjadi kesenian yang masih digemari,'' ujarnya. (ono)




  Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

[ac-i] Aq di Brunei di sms Mas Amang berita ini! Innalillahi...

2009-12-20 Terurut Topik Wajah Bercahaya

 




JAWA POS [ Sabtu, 19 Desember 2009 ] 
Pendiri Bengkel Muda Surabaya Meninggal 

SURABAYA -Dunia seni Surabaya dan Jawa Timur berduka. Penyair dan teaterawan 
Bambang Sujiyono, pukul 18.30 tadi malam (18/12) meninggal dunia di 
kediamannya, Jalan Garuda, Rewwin, Sidoarjo. Seniman 61 tahun itu meninggal 
akibat penyakit komplikasi yang dideritanya. Tadi malam almarhum langsung 
dimakamkan di TPU Rewwin.

Di dunia kesenian Surabaya, Bambang banyak meninggalkan ''warisan'' penting.. 
Salah satunya berdirinya Bengkel Muda Surabaya (BMS), wadah berkreativitas bagi 
para seniman Surabaya. Hingga akhir hayatnya Bambang masih didapuk menjadi 
penasihat BMS.

Hampir empat bulan ini, Bambang memang keluar masuk rumah sakit. Salah satunya 
akibat kanker pankreas yang dideritanya. Amang Mawardi, salah satu seniman yang 
juga sahabat dekat Bambang mengatakan, selama ini Bambang juga menderita 
beberapa penyakit lain. Terakhir, pria kelahiran Ponorogo, Februari 1948, itu 
masuk Graha Amerta, RSUD dr Soetomo.

Bagi Amang, sosok Bambang dikenal sebagai pria low profile dan tidak suka 
merepotkan orang lain. Selama sakit dia meminta pihak keluarga tidak 
mengabarkan ke teman-temannya. Keluarganya bilang, beliau tidak ingin 
merepotkan teman-teman,'' ucapnya.

Banyak hal berharga terkait dunia seni Surabaya dan Jawa Timur lahir dari 
tangannya tidak diketahui banyak orang. Beliau selalu berada di balik layar, 
sehingga namanya tidak banyak diketahui orang awam, jelasnya.

Dari tangan Bambang pula banyak lahir seniman-seniman berbakat dari Surabaya. 
Bambang juga dikenal sebagai sosok yang menghargai seniman. Hal itu 
ditunjukkannya, selama 12 tahun ini dia menjadi penasihat tim penghargaan 
seniman Jatim. (gun/ari)


  

 


 
Perayaan 1 Sura Sejumlah Seniman Di Depan Gedung Grahadi 




 
Desak-desakan Berebut Hp Murah Di Royal Plaza 





Januari 2010, Satpol PP Bongkar 263 Bangunan Liar 
Desak-Desakan Berebut HP Murah di Royal Plaza 
Perayaan 1 Sura Sejumlah Seniman di Depan Gedung Grahadi 
Pemenang Surabaya Berbunga Diumumkan di Jatim Expo 
Yusuf Husni-Alisjahbana Deklarasi Maju Pilwali 
Antisipasi Banjir dan Longsor 
Berhitung ala Lumba-Lumba 
Operasi Lilin Terjunkan 4.500 Personel 
Wisuda Sekaligus Syukuran 
Sawahan Larang PSK Indekos 
Reklame Mayangkara Akan Dipindah 
Karangpilang Razia Bengkel dan Konter HP 
Menghadang Bayi di Bawah Garis Merah 
Pasien Di Rumah Sakit Terus Bertambah 
Wali Kota Tak Ingin Saling Lempar 
Embat Pakan Ternak 
Rp 23,4 M untuk Kantor Praja 
Fashion Fantasi Natal 
Green House Kecamatan Sebagai Contoh 
Melestarikan Ritual Sedekah Bumi 
Pantau Jajan via Lab Keliling 
Boneka Salju Lengkapi Natal 
Sukses KTP, Ganti SKTS 
Yakin Niat Terbitkan Buletin Terealisasi 
Gali Potensi Berbahasa di Sanggar Sastra 
Apresiasi 


HALAMAN KEMARIN 



PAN Belum Tetapkan Calon, Kader Muda Siapkan Slogan Hamas 
FKB Tanyakan Legalitas Pansus LPA Benowo 
Polda Jatim Kerja Sama dengan Telkom Perbaiki Konten Situs 
Simulasi Tanggulangi Flu Misterius di Tanjung Perak 
Warga Koordinasi untuk Percepatan Penutupan Lokalisasi Dupak Bangunsari 
APBD 2010 Makin Ruwet 
Bogowonto Berikutnya 
Sabu biar Kuat Banting Sapi 
KSAL: Penertiban Jalan Terus 
Hore, Kembali ke Sekolah 


  Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[ac-i] Bojone Manohara dicabar/dilawan adiknya

2009-12-18 Terurut Topik Wajah Bercahaya

BERITA UTAMA -BERITA HARIAN
Tengku Fakhry cabar abang
Oleh Norhashimah Mohd Radzali
norhashi...@bharian.com.my








Mohon kembali kedudukan ahli Majlis Perajaan Kelantan

KUALA LUMPUR: Tengku Temenggong Kelantan, Tengku Muhammad Fakhry Sultan Ismail 
Petra, mencabar keputusan kekanda sulungnya yang juga Pemangku Raja Kelantan, 
Tengku Muhammad Faris Petra, membatalkan pelantikannya sebagai ahli Majlis 
Perajaan Negeri. 

Dalam permohonan semakan kehakiman yang dikemukakan di Mahkamah Tinggi 
(Bahagian Rayuan  Kuasa-Kuasa Khas) di sini, Tengku Muhammad Fakhry memohon 
keputusan itu dibatalkan dan mengembalikan kedudukan beliau serta semua hak, 
keistimewaan dan anugerah bersangkutan dengannya. 




innity_country = MY;
innity_client = 17;
innity_zone = 761;
innity_channel = ;
innity_keyword = ;






innity_country = MY;innity_path = /200910_1930/8395/;innity_proxy = 
proxy_10079;innity_ord = ord=[timestamp];










 
Pada prosiding semalam, Hakim Mohamad Ariff Md Yusof, menetapkan 31 Disember 
ini bagi memutuskan sama ada membenarkan semakan itu. 

Tengku Muhammad Fakhry yang dilantik ke majlis itu oleh ayahandanya, Sultan 
Kelantan Tuanku Ismail Petra ibni Almarhum Sultan Yahya Petra pada 2001, 
menamakan Pemangku Raja Kelantan itu, Setiausaha majlis berkenaan dan Kerajaan 
Negeri Kelantan sebagai responden pertama hingga ketiga. 

Plaintif yang juga Putera ketiga Sultan Kelantan, turut menamakan lima ahli 
Majlis Perajaan Negeri yang baru dilantik Tengku Muhammad Faris sebagai 
responden keempat hingga kelapan. 
Mereka ialah Datuk Hashim Datuk Yusoff, Datuk Tengku Salwah Almarhum Sultan 
Yahya Petra, Datuk Sukri Mohamed, Datuk Che Mohd Rahim Jusoh dan Kolonel Dr 
Mohammad Razin Kamarulzaman, 

Majlis itu bertanggungjawab mengesahkan pewarisan kepada Takhta dan Kedaulatan 
Negeri Kelantan dan untuk menentukan jika terdapatnya 'ketiadaan' (kekosongan) 
di Takhta disebabkan ketiadaan yang berpanjangan dari Negeri oleh Pemerintah 
yang berdaulat. 

Tengku Muhammad Fakhry dalam permohonannya yang difailkan pada 1 Disember lalu, 
menjelaskan majlis itu melantik Tengku Muhammad Faris sebagai Tengku Mahkota 
Kelantan ketika Sultan Kelantan tidak boleh menjalankan hal ehwal negeri 
daripada 24 Mei lalu sehingga baginda sembuh daripada kegeringan. 

Tengku Muhammad Fakhry berkata, Sultan dalam keadaan gering sejak Mei lalu, 
namun baginda yang menerima rawatan di sebuah hospital di Singapura nampaknya 
pulih daripada kegeringan. 
Katanya, beliau menerima surat daripada Setiausaha majlis itu pada 16 September 
lalu yang menyatakan pelantikannya dibatalkan dan diberhentikan daripada 
tanggungjawabnya sebagai ahli majlis berkenaan. 

Tengku Muhammad Fakhry berkata, beliau meminta penjelasan berhubung perkara 
itu, tetapi Setiausaha majlis berkenaan dalam suratnya pada 26 Oktober lalu 
tidak memberi sebarang alasan, sebaliknya menjelaskan keputusan itu dibuat di 
bawah perintah Tengku Muhammad Faris. 

Plaintif kemudian mendapat tahu, Tengku Muhammad Faris melantik responden 
keempat hingga kelapan sebagai ahli majlis itu. 

Tengku Muhammad Fakhry mendakwa pembatalannya dan pelantikan itu bertentangan 
dengan Perkara 7 Undang-Undang Perlembagaan Tubuh Kerajaan Kelantan (Bahagian 
Kedua) kerana ia tidak boleh dilaksanakan Tengku Muhammad Faris sebagai seorang 
Pemangku Raja Kelantan tetapi hanya boleh dilaksanakan secara peribadi oleh 
Sultan. 

Pernaikkan takhta Responden Pertama ke Takhta Negeri Kelantan bukannya secara 
automatik. Beliau (Tengku Muhammad Faris) sebagai waris harus disahkan sebagai 
pemerintah yang berdaulat oleh Majlis Perajaan Negeri sebelum boleh 
dimahkotakan dan mula menjadi 'kedaulatan' Negeri Kelantan. 

Jika Responden Pertama tidak disahkan, putera kedua, iaitu Tengku Muhammad 
Faiz Petra sebagai waris kedua berhak untuk disahkan sebagai pemerintah 
berdaulat oleh Majlis Perajaan dan mengikut urutan pewarisan itu, plaintif 
sebagai waris yang lain berhak untuk disahkan sebagai pemerintah, katanya. 

Katanya, pembatalan itu juga bertentangan dengan Perkara 8 Perlembagaan 
Persekutuan kerana ia diputuskan tanpa sebarang alasan dan notis terlebih 
dulu.. 

Beliau turut memohon perintah mahkamah untuk membatalkan pelantikan responden 
keempat hingga kelima serta perintah quo warranto bagi mereka mengemukakan 
tunjuk sebab dan atas kuasa apa mereka berhak dilantik ke majlis itu. 

Tengku Muhammad Fakhry diwakili peguam K Shanmuga dan Nizam Bashir, manakala 
semua responden diwakili Peguam Kanan Persekutuan Azizah Nawawi


  quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.comquot;

[ac-i] Re: Pembuatan 'PERANG BUBAT' Mulai Dipermasalahkan

2009-12-16 Terurut Topik Wajah
Sebaiknya diseminarkan dulu,dan undanglah pakar2 Majapahit.
Apalagi soal BUBAT tempatnya perlu diriset,karena bisa terjadi di 
Babat,Lamongan. ( konon tempatnya di lembah Gunung Pegat Babat ).Nama Gunung 
Pegat juga mengacu Perang Bubat yang mengakibatkan Pegatan/Cerai.

Viddy AD Daery-Bandar Sri Begawan-Brunei

--- In artculture-indonesia@yahoogroups.com, mediacare mediac...@... wrote:

 Pembuatan 'PERANG BUBAT' Mulai Dipermasalahkan
  
 Kapanlagi.com - Sabtu, 12 Desember
   a.. Kirim 
   b.. Kirim via YM 
   c.. Cetak
  Pembuatan 'PERANG BUBAT' Mulai Dipermasalahkan 
 Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) DPRD Jawa Barat 
 mempertanyakan dan meminta pengkajian ulang rencana pembuatan film kolosal 
 PERANG BUBAT yang akan diproduksi bersama oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat 
 dan Jawa Timur.
 
 Hal itu terungkap dalam Rapat Paripurna DPRD Jawa Barat dengan agenda 
 pembacaan pandangan fraksi terkait RAPBD Jabar 2010 di Bandung, Jumat (11/12).
 
 Bukan berarti menghalangi rencana pembuatan film daerah yang diproduksi 
 bersama Jatim itu, namun perlu ada pengkajian ulang terlebih dahulu dari 
 semua sisi, kata Ketua Fraksi PDIP DPRD Jawa Barat, Agus Weliansyah.
 
 Untuk pembuatan film PERANG BUBAT yang rencananya menjadi upaya untuk 
 rekonsiliasi sejarah Jawa Barat dan Jawa Timur itu akan dibiayai oleh APBD 
 kedua provinsi itu. Pemprov Jabar sendiri mengajukan anggaran sebesar Rp6 
 miliar pada APBD 2010 untuk pembiayaan produksi film itu. 
 
 Rencana itu positif, namun kami minta ada pengkajian ulang baik dari sisi 
 efisiensi dan juga sisi sejarah dan budaya kedua daerah itu. Jangan sampai 
 film tersebut kemudian menjadi permasalahan di kemudian hari, kata Agus.
 
 PERANG BUBAT sendiri menurut sebuah versi merupakan fakta sejarah yang pernah 
 terjadi di daerah Bubat (Babad, Lamongan). Kejadian bermula saat raja 
 Majapahit Prabu Hayam Wuruk yang hendak memperistri Dyah Pithaloka 
 Citraresmi, putri Raja Sunda Prabu Maharaja Linggabuana, sebagai permaisuri. 
 
 Namun Patih Gajahmada mempunyai maksud bahwa Dyah Pithaloka sebagai upeti 
 raja Sunda, sebagai bentuk kepatuhan pada Majapahit. Gajahmada bersama 
 pasukannya kemudian menghadang rombongan pengantin di Bubat, dan membantai 
 rombongan tersebut karena menolak penaklukan tersebut. Bahkan Dyah Pithaloka 
 pun memilih bunuh diri karena melihat keluarganya dibantai.
 
 Sementara itu Wagub Jawa Barat, H Dede Yusuf yang juga penggagas produksi 
 film PERANG BUBAT menyambut masukan dari fraksi PDIP itu.
 
 Pendapat itu hanya dari satu fraksi, bukan suara seluruh fraksi di DPRD. 
 Yang jelas Pemprov Jatim juga sudah memasukkan pada APBD 2010, kata Dede 
 Yusuf.
 
 Menurut Dede, rencana pembuatan film PERANG BUBAT itu sudah dilakukan secara 
 matang dan dibicarakan dengan pihak Pemprov Jatim yang diwakili oleh Wagub H 
 Syaifullah Yusuf. Termasuk juga berkonsultasi dengan ahli sejarah dan 
 tokoh-tokoh masyarakat.
 
 Wagub Jabar dan Jatim itu beberapa kali bertemu untuk membahas rencana 
 pembuatan film yang disebut-sebut akan menjadi salah satu upaya rekonsiliasi 
 sejarah kedua wilayah itu. Film ini rencananya akan mengupas sisi lain dari 
 konflik Kerajaan Sunda dengan Majapahit di masa lalu yang dikemas menjadi 
 sebuah misi rekonsiliasi bagi kedua wilayah itu. (ant/dar)
 
 
 Facebook:
 Radityo Djadjoeri





[ac-i] PSN 15 di Brunei-10-sd-13 Desember 2009

2009-12-06 Terurut Topik Wajah Bercahaya
   SASTERA-BERITA HARIAN   




Pertemuan Sasterawan Nusantara Ke-15 di Brunei
Oleh Nazmi Yaakub
na...@bharian.com.my




   
PERTEMUAN
Sasterawan Nusantara Ke-15 (PSN XV) bertema Mencarukkan Sastera
Nusantara anjuran Angkatan Sasterawan Dan Sasterawani (Asterawani) akan
diadakan di Gadong, Brunei Darussalam, pada 10 hingga 13 Disember ini.


Setiausahanya, Mohd Zefri Ariff Mohd Zain Ariff, berkata PSN
XV yang dijadual disertai lebih 200 pengarang rantau ini akan memberi
tumpuan kepada Penyair Islam Diraja Brunei, Muda Omar ‘Ali Saifuddien
dan tokoh Nusantara seperti Raja Ali Haji dan Hamzah Fansuri.


“Selain itu, pertemuan akan turut membincangkan isu sastera
Nusantara dalam sastera global dan falsafah sastera, kepimpinan,
adikarya, paradigma serta jaringan Sastera Nusantara,” katanya.









innity_country = MY;
innity_client = 17;
innity_zone = 761;
innity_channel = ;
innity_keyword = ;

innity_country = MY;innity_path = /200910_1930/8395/;innity_proxy = 
proxy_10079;innity_ord = ord=[timestamp];function 
ebBannerFlash_0_8647953240249795_DoFSCommand(command,args){ebScriptWin0_8647953240249795.gEbBanners[0].displayUnit.handleFSCommand(command,args,ebBannerFlash_0_8647953240249795);}function
 ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;}









Menteri
Hal Ehwal Agama Brunei Darussalam, Datuk Seri Utama Dr Awang Mohd Zain
Serudin atau dikenali sebagai Shukri Zain, akan menyampaikan ucaptama
dan Datuk Paduka Awang Yahya Ibrahim (Yahya MS) dan Datuk Paduka
Badaruddin Othman (Badaruddin HO), turut tampil sebagai panel.


“Sasterawan Negara (SN), Datuk Dr Anwar Ridhwan, Prof Datuk Dr
Zainal Kling , Prof. Arbak Othman dan Prof Dr Harun Daud mewakili Malaysia; 
Viddy AD Daery, Habiburrahman el-Shirazy dan Medy Lukito (Indonesia);
Prof Madya Dr Hadijah Rahmat , Dr Syed Muhd Khairudin Aljunied, Moh Pitchey Gani
(Singapura) serta Dr Jan Van Der Putten (Belanda),” katanya dalam satu
kenyataan di Kuala Lumpur, baru-baru ini.


Beliau berkata, PSN XV diharap dapat menjadikan sastera
Nusantara sebagai landasan mewujudkan persefahaman dan jati diri bangsa
dalam memperteguhkan bahasa, sastera serta budaya Nusantara, sekali gus
memperkaya di samping mempertingkatkan mutu sastera di rantau ini. 


  




“Kami
berharap ia dapat meningkatkan kerjasama antara persatuan atau
organisasi kebangsaan, serantau dan antarabangsa demi memperluaskan
ruang serta wawasan sasterawan yang menyertai pertemuan ini.


“Sasterawan dan pengarang juga berpeluang untuk berkumpul,
berinteraksi dan bertukar-tukar fikiran mengenai isu semasa dalam
sastera, bahasa dan budaya, sekali gus menjadi landasan permulaan untuk
mereka membina rangkaian hubungan serta kerjasama,” katanya.


Bayaran penyertaan RM25 ($10) dalam PSN XV dikenakan, manakala
maklumat lanjut hubungi Mohd Zefri Ariff di talian
+673-8749500/asteraw...@yahoo.com/zefriar...@hotmail.com atau Awang
Kamis Tuah (+673-8844574/khami...@gmail.com)












innity_pub = c16a5320fa475530d9583c34fd356ef5;
innity_cat = NEWS;
innity_zone = 3309;
innity_width = **;
innity_height = **;

innity_country = MY;innity_path = /200911_2038/8863/;innity_proxy = 
proxy_10115;innity_ord = ord=[timestamp];.adv_class {border-bottom:1px 
dashed #0066CC; cursor:pointer; background:transparent 
url(http://m1.innity.net/media/200911_2038/8863/push_src/intext_icon_snap.gif) 
no-repeat scroll right center; margin:0px 2px 0px 0px; padding:0px 10px 0px 
0px;}.adv_class_off {border-bottom:0px; cursor:auto; background:transparent; 
margin:0px 0px 0px 0px; padding:0px 0px 0px 0px;}












  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Re: [ac-i] Seminar Gajah Mada

2009-12-06 Terurut Topik Wajah
Kelantan wilayah Majapahit juga, sama dengan Nakhon Sri Thammarat di thailand 
selatan,sama juga Minangkabau,Jambi,Dayak Kalimantan,Bali,Malang,Lamongan,semua 
mengklaim Gajah Mada,karena merasa pernah dipijak kaki Gajah Mada.

Kuburan Sunan Bonang ada di Bawean,Tuban,Bonang Jateng,Lamongan,mana yang betul?

Mindset kita sudah kadung,kalau Malaysia itu musuh,padahal saudara kita,dari 
ibu yang sama. Kalau adik kita pernah makan lontong sama dengan kita,lalu 
berdiri jadi negara Malaysia kita anggap haram makan lontong? Mindset kita 
harus kita kembalikan ke logika dan hati nurani serta akal sehat, hai para 
sahabat!!!

VDAD

--- In artculture-indonesia@yahoogroups.com, mediacare mediac...@... wrote:

 Kok bisa ya mas Kelantan juga mengklaim bahwa Gajah Mada kelahiran sana.
 
 Bagaimana jalan ceritanya?
 
 
 Matur nuwun
 
 Salam,
 
 Radityo
 
 Facebook:
 Radityo Djadjoeri
 
   - Original Message - 
   From: Wajah Bercahaya 
   To: pedulimajapa...@... ; pendekarbudiman1...@... ; wajahbercah...@... ; 
 wardiya...@... ; Jan Van Der Putten ; m...@... ; masc...@... ; matan_...@... 
 ; mediab...@yahoogroups.com ; mediac...@yahoogroups.com ; melg...@... ; 
 eiz...@... ; apaka...@yahoogroups.com ; apresiasi-sas...@yahoogroups.com ; 
 artculture-indonesia@yahoogroups.com ; spm-gap...@yahoogroups.com ; 
 spr_wi...@... ; spto_032...@... ; Soechirno Umroch ; salqad...@... ; bali 
 kuna ; budhi setyawan ; balip...@... ; blackpo...@... ; boemipu...@... ; 
 austi...@yahoogroups.com ; atriza umar ; di...@... ; di...@... ; 
 dik...@yahoogroups.com ; dimasarikmihar...@... ; dians_lung...@... ; Zawawi - 
 ; zama...@yahoogroups.com ; zefriar...@... ; ze...@... ; znism...@... ; 
 zudi_...@... ; ymusthofa_...@... ; yaakub...@... ; 
 yisc_al-az...@yahoogroups.com ; yisc-akti...@yahoogroups.com ; yono...@... ; 
 yshart...@... ; yuro_...@... 
   Sent: Tuesday, November 24, 2009 8:19 PM
   Subject: [ac-i] Seminar Gajah Mada
 
 
 
  Radar Bojonegoro-JAWA POS Grup 
 
 [ Selasa, 24 November 2009 ] 
 Lokasi Kelahiran Gajah Mada Diseminarkan 
 
 LAMONGAN - Lamongan diundang mengikuti seminar internasional di 
 Malaysia tentang Gajah Mada Pemersatu Bangsa Serumpun Nusantara. Undangan 
 untuk mengikuti seminar tersebut salah satunya ditujukan kepada pihak-pihak 
 yang mengklaim sebagai tempat lahirnya Gajah Mada,antara lain 
 Kelantan,Malaysia, Jambi,Dayak,Bali,Malang dan Lamongan. ''Lamongan termasuk 
 salah satu daerah yang diyakini sebagai tempat lahirnya Gajah Mada sehingga 
 mendapat undangan. Kebetulan undangan tersebut ditujukan kepada LKL,'' kata 
 penasihat Lembaga Kebudayaan Lamongan (LKL), Viddy AD Daery kepada Radar 
 Bojonegoro, kemarin (23/11).
 
 Menurut dia, undangan tersebut disampaikan pada saat dirinya 
 menghadiri pertemuan penyair nusantara ke-3 (PPN3) di Kuala Lumpur Malaysia 
 pada 20-22 November lalu. ''Seminar tersebut akan digelar di Kuala Lumpur 
 atau di Negara Bagian Kelantan, saat ini sedang dipersiapkan, termasuk 
 penentuan waktunya,'' ungkap dia. Diperkirakan bakal dilaksanakan Desember 
 mendatang atau tahun 2010. 
 
 Viddy mengungkapkan, seminar tersebut digagas oleh budayawan 
 Internasional, yakni Profesor Tan Sri Ismail Hussein, Ketua Umum GAPENA (LSM 
 Kebudayaan di Malaysia), Siri Neng Buah (Direktur Direktorat Warisan Budaya 
 Kementerian Komunikasi,Penerangan dan Kebudayaan Malaysia). (feb)
 
 
  
  
 
   a.. Perajin Musiman Tempat Bakar Sate di Bojonegoro 
   b.. Minta Tunda Soft Opening Lamongan Plasa 
   c.. Pembubaran Mapolwil Kewenangan Mabes Polri 
   d.. Eksepsi Terdakwa Ditolak, Sidang Dilanjutkan 
   e.. Tangkap Dua Pembobol SDN Cendoro 2 
   f.. Selidiki Unsur Gratifikasi Pencairan Dana Persibo 
   g.. Enam Orang Kembalikan Formulir 
   h.. Minta PG Cabut Surat 
   i.. Meningkat 85 Persen Lebih 
   j.. Dua Guru SD Dituntut Satu Tahun 
   k.. Ditarget Kelar Desember 
   l.. Ciduk Pengepul Togel Beromzet Jutaan 
   m.. Dua Oknum Wartawan Akhirnya Dibui 
   n.. Ditolak Usulan PDIP Calon PPK Tes Tulis 
   o.. 147 Desa Terima Dana BKD Rp 13 M 
   p.. KPUK Dipanggil PTUN 
   q.. 92 Karya Ilmiah Siswa SMP Dilombakan 
   r.. Sehari 1.500 Surat Balasan CPNS 
   s.. Bayi Pertama Masih Dirawat 
   t.. Raker, Libatkan PMR dan Pembina 
   u.. Terpeleset Aspal, Pengendara Motor Tewas 
   v.. Izin Tempat Ibadah Harus Disetujui 60 Warga 
   w.. Kota Belum Bebas Banjir 
   x.. Satpol PP Preteli Spanduk Kedaluwarsa 
   y.. Truk Tergencet di Depan Mapolres 
   z.. Berharap Semua Klub Ikut 
   aa.. Mentalitas Pemain Persela Disorot 
   ab.. Tinggal Tunggu Pengesahan pemain 
   ac.. 15 Kenshi Ikuti Gashuku 
   ad.. Siap Gelar Kompetisi Internal 
   ae.. Dijajal Petinju Kediri

[ac-i] DESEMBER BAGI 3 SENIMAN LAMONGAN BERPRESTASI [1 Attachment]

2009-12-06 Terurut Topik Wajah Bercahaya






PRESS RELEASE :









DESEMBER BAGI 3 SENIMAN LAMONGAN
BERPRESTASI 




Desember adalah bulan
istimewa bagi 3 seniman-budayawan Lamongan, yaitu Jumartono LA, Kris
Dologh dan Viddy AD Daery. Mereka mendapat undangan dari
lembaga-lembaga terhormat untuk mempertunjukkan prestasinya, setelah
melalui seleksi ketat.



Jumartono LA dan Kris
Dologh terpilih untuk menyertai pameran lukisan eksklusif tingkat
regional Jawa Timur : ” BIENNALE
SENI RUPA JATIM
III 2009
“ yang diadakan pada 11-18 Desember 2009
di Surabaya. Sedangkan Viddy AD Daery mendapat undangan dari
Asterawani Brunei ( LSM platmerah dari Kesultanan Brunei ), untuk
menjadi pembicara pada PSN ( Pertemuan Sastrawan Nusantara ) ke 15 di
Bandar Sri Begawan, Brunei pada 10-13 Desember 2009, dengan
membawakan makalah bertema : “Perbandingan Syair Nasehat karya
Sultan Brunei dengan karya Sunan Drajat.”






BIENNALE



Jumartono dan Kris
Dologh , mendapat keputusan diterima karyanya untuk menyertai
Biennale seminggu sebelum pelaksanaan pameran, dan karya Jumartono
yang diterima,berjudul :” Batik in Mystycal Stone” , sedangkan
karya Kris berjudul “Dialog Atas Bawah”.



Menurut Agus
Koecink,salah satu kurator , “ Biennale
Jawa Timur 2009
diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim sebagai
agenda pameran dua tahunan, yang diikuti oleh para perupa yang
beraktivitas kesenirupaan di wilayah Jawa Timur dan perupa Jatim
yang  beraktifitas diluar wilayah Jatim
“.



“Biennale Jawa Timur III, melibatkan sekurangnya
111 seniman, dan hanya 20% saja yang bisa disebut sebagai seniman
tua, selebihnya adalah anak muda yang dipilih yang paling tampak
aktif dari daerahnya masing-masing ,”tambah AGUS KOECINK.”Dan
tema yang dipilih adalah KEMBALI KE AKAR BUDAYA”

“Dengan
memilih tema kembali kepada akar budaya, diharapkan pameran ini juga
merupakan sebuah strategi untuk mencari akar budaya asli Jawa Timur ,
dan bisa memberikan wawasan baru bagi para seniman” kata Agus
Koecink pula.

“Kalau ngomong kontemporer, jangan hanya
kontemporer yang mencomot dari Cina saja. Tetapi lebih dari itu,
seniman diharapkan mampu menciptakan sendiri akar budayanya
berdasarkan budaya lokal masing-masing,” tambah FREDDY H. ISTANTO
konsultan Biennale Jawa Timur III yang juga Dekan Fakultas Teknologi
dan Desain Universitas Ciputra Surabaya.
Karena itu, lanjut
FREDDY, pameran ini sekaligus kesempatan bagi para seniman terutama
anak-anak mudanya untuk dapat menemukan sendiri akar budaya lokal,
sebuah kekuatan okal yang berbeda dengan lokalitas lainnya.





PSN DAN  ACARA LAIN



Viddy AD Daery memang
sudah tidak asing lagi dengan acara PSN, pertama dia diundang sebagai
pembicara ialah pada PSN ke 9 pada 1997 di Kayu Tanam,Sumatera
Barat,ketika ia masih penyair muda. Viddy membawakan makalah mengenai
tugas dan perjuangan seorang penyair. 




Kemudian pada PSN 12
tahun 2003 di Singapura,Viddy membawakan makalah mengenai Kerajaan
Majapahit. Pada PSN 13 tahun 2004 di Surabaya, Viddy membawakan
makalah mengenai karya-karya sastra kuno zaman Majapahit.Pada PSN 14
tahun 2007 di Alor Star,Kedah,Malaysia Viddy membawakan makalah
mengenai Sejarah Kehidupan Mahapatih Gajah Mada dan teori
kelahirannya di Modo,Ngimbang , Lamongan.



“Di PSN Brunei kali
ini,saya mendapat tugas khusus dari panitia untuk membedah syair
nasehat karya almarhum Sultan Brunei Muda Omar 'Ali Saifuddin, karena
kali ini Negara Brunei sedang mengangkat kembali karya-karya warisan
Sultan Omar 'Ali,dan karena itu Kesultanan Brunei mengucurkan dana
yang sangat besar. Saya memperbandingkannya dengan syair nasehat
karya Sunan Drajat”, kata Viddy yang juga menulis novel berjudul
“Pendekar Sendang Drajat”. 




Karena Viddy mendapat
tugas khusus mengkaji lebih mendalam, maka ketika para peserta PSN
sudah pulang pada tanggal 14 Desember nanti,Viddy disuruh tinggal di
Brunei sampai 22 Desember untuk mengkaji. “Mungkin juga terbuka
kemungkinan saya disuruh tinggal di Brunei lebih lama sebagai tenaga
ahli , sedangkan Malaysia juga sudah meminta hal yang sama”, kata
budayawan kelahiran Laren,Lamongan tersebut.



Menurut Viddy tiket
pesawat Royal Brunei seharga 563 dolar Brunei sudah dikirimkan oleh
Panitia PSN Brunei via internet. “Saya berangkat 10 Desember jam
13.00 siang via bandara Soekarno Hatta, karena dari Surabaya tidak
ada pesawat Royal Brunei”, jelas penasehat LKL ( Lembaga Kebudayaan
Lamongan ) tersebut.










wajahbercah...@yahoo.co.id
jumarton...@yahoo.com



  Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail 
ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

[ac-i] Trs: foto-foto PPN 3 Kuala Lumpur : para penyair dari Bandung,Lamongan,Kelantan,Perak,Thailand,Singapura,Lampung,Malaysia,Minuuuum teruuuus sampai mabuk? orang minum TEH TARIK kooook... [4 Atta

2009-12-06 Terurut Topik Wajah Bercahaya


--- Pada Rab, 2/12/09, Heri Maja Klana mataai...@gmail.com menulis:

Dari: Heri Maja Klana mataai...@gmail.com
Judul: foto
Kepada: wajahbercah...@yahoo.co.id
Tanggal: Rabu, 2 Desember, 2009, 12:17 PM






  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[ac-i] Seminar Gajah Mada

2009-12-01 Terurut Topik Wajah Bercahaya
 Radar Bojonegoro-JAWA POS Grup






  
[ Selasa, 24 November 2009 ]

  

  Lokasi Kelahiran  Gajah Mada Diseminarkan




  LAMONGAN
- Lamongan diundang mengikuti seminar internasional di Malaysia tentang
Gajah Mada Pemersatu Bangsa Serumpun Nusantara. Undangan untuk
mengikuti seminar tersebut salah satunya ditujukan kepada pihak-pihak
yang mengklaim sebagai tempat lahirnya Gajah Mada,antara lain 
Kelantan,Malaysia, Jambi,Dayak,Bali,Malang dan Lamongan. ''Lamongan termasuk
salah satu daerah yang diyakini sebagai tempat lahirnya Gajah Mada
sehingga mendapat undangan. Kebetulan undangan tersebut ditujukan
kepada LKL,'' kata penasihat Lembaga Kebudayaan Lamongan (LKL), Viddy
AD Daery kepada Radar Bojonegoro, kemarin (23/11).

 Menurut dia,
undangan tersebut disampaikan pada saat dirinya menghadiri pertemuan
penyair nusantara ke-3 (PPN3) di Kuala Lumpur Malaysia pada 20-22
November lalu. ''Seminar tersebut akan digelar di Kuala Lumpur atau di
Negara Bagian Kelantan, saat ini sedang dipersiapkan, termasuk
penentuan waktunya,'' ungkap dia. Diperkirakan bakal dilaksanakan
Desember mendatang atau tahun 2010. 

 Viddy mengungkapkan, seminar tersebut
digagas oleh budayawan Internasional, yakni Profesor Tan Sri Ismail
Hussein, Ketua Umum GAPENA (LSM Kebudayaan di Malaysia), Siri Neng Buah
(Direktur Direktorat Warisan Budaya Kementerian Komunikasi,Penerangan
dan Kebudayaan Malaysia). (feb)




 









 
  Perajin Musiman Tempat Bakar Sate di Bojonegoro   
  

 

  Minta Tunda Soft Opening Lamongan Plasa 
 

 

  Pembubaran Mapolwil Kewenangan Mabes Polri 
 

 

  Eksepsi Terdakwa Ditolak, Sidang Dilanjutkan
 

 

  Tangkap Dua Pembobol SDN Cendoro 2 
 

 

  Selidiki Unsur Gratifikasi Pencairan Dana Persibo 
 

 

  Enam Orang Kembalikan Formulir 
 

 

  Minta PG Cabut Surat 
 

 

  Meningkat 85 Persen Lebih
 

 

  Dua Guru SD Dituntut Satu Tahun 
 

 

  Ditarget Kelar Desember
 

 

  Ciduk Pengepul Togel Beromzet Jutaan
 

 

  Dua Oknum Wartawan Akhirnya Dibui
 

 

  Ditolak Usulan PDIP Calon PPK Tes  Tulis
 

 

  147 Desa Terima Dana BKD Rp 13 M
 

 

  KPUK Dipanggil PTUN
 

 

  92 Karya Ilmiah Siswa SMP Dilombakan 
 

 

  Sehari 1.500 Surat Balasan CPNS
 

 

  Bayi Pertama Masih Dirawat 
 

 

  Raker, Libatkan PMR dan Pembina 
 

 

  Terpeleset Aspal, Pengendara Motor Tewas
 

 

  Izin Tempat Ibadah Harus Disetujui 60 Warga 
 

 

  Kota Belum Bebas Banjir
 

 

  Satpol PP Preteli Spanduk Kedaluwarsa 
 

 

  Truk Tergencet di Depan Mapolres
 

 

  Berharap Semua Klub Ikut
 

 

  Mentalitas Pemain Persela Disorot
 


[ac-i] Yang hadir di PPN 3 Kuala Lumpur

2009-12-01 Terurut Topik Wajah Bercahaya
18 Nopember 2009-SUARA MERDEKA


Gunoto Saparie Tampil di Kuala Lumpur

SEMARANG -  Penyair dari Semarang, Gunoto Saparie akan tampil 
di dalam Pesta Penyair Nusantara (PPN) III di Kuala Lumpur, Malaysia. Acara di  
Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur,
20-22 November, itu juga diikuti  30 penyair dari Indonesia, serta para
penyair dari Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand dan negara Asia
Pasifik.  



“Hubungan kedua negara akhir-akhir ini sedang terganggu. Melalui
pertemuan penyair diharapkan  mempererat silahturahmi budaya antara
negara-negara ASEAN dan Asia Pasifik,” ujar Gunoto, Senin (16/11). 



Dikatakan, perhelatan ini tidak hanya menjadi langkah usaha untuk
menjalin hubungan budaya yang serumpun, tetapi juga menyorot potensi
ruang lingkup lokal.



“Forum seperti ini bagi penyair Semarang juga penting untuk
memperkenalkan karya ke lingkup yang lebih luas. Karena selama ini
penyair Semarang memang terkesan seperti katak dalam tempurung, “
tambahnya. 



Melalui pertemuan para ahli dan praktisi bahasa sastra se-Asia Tenggara
ini akan memberikan kontribusi pemikiran di tiap kota dan negara dalam
mengangkat dunia sastra antarbangsa.



Turut berpartisipasi nama-nama seperti Wowok Hesti Prabowo, Jumari HS,
Kurnia Effendi, Dyah Hadaning, Ahmadun Yose Herfanda. Bagi para penyair
Indonesia, hal ini sebagai wujud rekonsiliasi yang efektif khususnya
hubungan antara Indonesia-Malaysia.  (K16-18)

Catatan : Kecuali Ahmadun YH,nama2 yang disebut koran SM tersebut tak pernah 
mengirim info ingin hadir kepada panitia, dan memang tidak hadir. Yang hadir 
dari Jakarta sekitar 5 orang, Bandung 4 orang, Tasikmalaya 1 orang, Jogja 1 
orang, Lamongan 1 orang, Lampung 1 orang, Jambi 1 orang, Padang 2 orang,  
Pekanbaru 1 orang, Palembang 10 orang, Medan 2 orang, Kepri 4 orang, Aceh 4 
orang, Makassar 1 orang dan Balikpapan 1 orang. Semarang 1 orang yaitu Gunoto 
Sapari.

Yang terbanyak tentu Malaysia. Thailand ada 16 orang dan Brunei 10 orang. 
Singapura ada 5 orang.



  Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik. Tambah lebih banyak teman 
ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

[ac-i] Pak Manshor Brunei merakam Pembentangan makalah PPN 3 KL [3 Attachments]

2009-12-01 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Demikianlah
suasana pembentangan makalah hari pertama

Dari sana :

-Viddy AD Daery-Indonesia.
-Pak Jamal Tukimin-Singapura.
-Pak Malim Ghozali PK- Malaysia-Semenanjung.
-Moderator
-Syeh Manshor -Brunei.
-Abdul Razak Panaemalae -Thailand.
-Abizai - Malaysia-Serawak.




  Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[ac-i] PPN 3 di Kuala Lumpur dimulai 20 November 2009 siang

2009-11-18 Terurut Topik Wajah Bercahaya

SASTERA -BERITA HARIAN
200 penyair jayakan Pertemuan Penyair Nusantara ( PPN ) Ke-3
Oleh Nazmi Yaakub
na...@bharian.com.my

PERTEMUAN Penyair Nusantara Ke-3 (PPN3) bertema Puisi Suara Kemanusiaan 
anjuran Persatuan Penulis Nasional Malaysia (Pena) akan di Kuala Lumpur, 
bermula 20 hingga 22 November ini, akan menghimpunkan 200 peserta dari 
Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand. 

Setiausaha Agung Pena, Syed Mohd Zakir Syed Othman ( SM Zakir ), berkata PPN3 
yang menjadi wadah dalam merealisasikan cita-cita menjadikan Kuala Lumpur 
sebagai pusat budaya yang penting di rantau Asia Tenggara, khususnya dalam 
konteks Asean, berjaya 80 penyertaan dari luar Malaysia. Dari Indonesia 
kemungkinan 35 orang penyair hadir.

“PPN3 adalah kesinambungan daripada persetujuan yang dicapai dalam gabungan 
komuniti penyair dari negara ini, Indonesia dan Brunei Darussalam yang 
menubuhkan Panitia Rasmi Pesta Penyair Nusantara pada Pesta Penyair Nusantara 
di Medan pada 2007 dan Pesta Penyair Nusantara di Kendiri (2008),” katanya 
dalam kenyataan di Kuala Lumpur, baru-baru ini. 
 
Syed Mohd Zakir berkata, Forum Penyair: Puisi Mancanegara akan membuka tirai 
PPN3 dan panelnya ialah Malim Ghozali Pk dan Abizai Abi dengan Ahmadun Yosi 
Herfanda yang mewakili Indonesia; Sheikh Mansor (Brunei Darussalam); Djamal 
Tukimin (Singapura) dan Abdul Razak Panaemale (Thailand). 

“Seminar PPN3 diadakan di Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) pada hari kedua, 
bermula jam 8.30 pagi, dengan ucap utama oleh Sasterawan Negara (SN), Prof Dr 
Muhammad Salleh dan pembentangan kertas kerja oleh Datuk Dr Ahmad Kamal 
Abdullah, Jasni Matlani, Viddy AD Daery, Maman S Mahayana dan Rasiah Halil. 

“Baca Puisi di Menara Petronas Kuala Lumpur / KLCC turut diadakan pada hari 
itu, jam 2.30 hingga 6.30 petang yang kemudian disambung dengan Baca Puisi di 
Rumah Pena pada sebelah malam, sekali gus memberi peluang kepada penyair untuk 
membaca dan mendeklamasikan puisi mereka,” katanya. 
 
Beliau berkata, Persidangan Penyair: Kerjasama Penyair dalam Mengataskan Suara 
Kemanusiaan yang dipengerusikan Timbalan Presiden Pena, Mohamed Saleeh Rahamad 
pula menutup PPN3 untuk membincangkan arah dan hala tuju penyair dari rantau 
ini serta menjadi acara ‘bertukar baton’ kepada negara yang bakal dipilih 
sebagai tuan rumah bagi pesta penyair yang seterusnya. 

Penyertaan dalam PPN3 yang mendapat kerjasama DBP, Institut Terjemahan Negara 
Malaysia (ITNM) dan Jabatan Kebudayaan dan Kesenian Negara (JKKN) itu, 
dikenakan yuran RM20, manakala maklumat lanjut hubungi Syed Mohd Zakir di 
talian 017-3427991 atau e-mel   smzaki...@gmail.com

innity_pub = c16a5320fa475530d9583c34fd356ef5;
innity_cat = NEWS;
innity_zone = 3309;
innity_width = **;
innity_height = **;









  Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat 
tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[ac-i] Rilis SENIMAN LAMONGAN GO INTERNASIONAL [1 Attachment]

2009-11-11 Terurut Topik Wajah Bercahaya



Rilis









SASTRAWAN BUDAYAWAN ASIA TENGGARA
KELAHIRAN LAMONGAN DIUNDANG KE MALAYSIA DAN BRUNEI



Sastrawan budayawan Lamongan
kelahiran Laren Lamongan, Viddy AD Daery yang beberapa bulan ini
membidani pembentukan LKL / Lembaga Kebudayaan Lamongan,dan
mengaktifkan kegiatan kebudayaan Lamongan, akan segera memulai
perjalanan Tur Asia Tenggara 2009, karena mendapat undangan dari
beberapa lembaga Malaysia dan Brunei.



Sebetulnya,Viddy
sudah sejak `10 tahun yang lalu sering mendapat undangan baca puisi
dan ceramah budaya di Malaysia,Singapura,Brunei dan Thailand selatan,
padahal di Lamongan sendiri,Viddy justru disisihkan oleh DKL tanpa
alasan yang jelas. 




Viddy
yang mantan manajer bidang sinetron TPI, dan pernah memproduksi
KENTRUNG HUMOR LAMONGAN puluhan episode selama menjadi pejabat TPI (
1991-2004 ) tersebut, kini menjadi penulis novel full-time, yang
mengkhususkan diri menulis novel-novel sejarah Lamongan.



Alasannya
menulis tersebut : “Karena menulis bisa dilakukan dimana-mana,tidak
terikat kantor. Dan Saya banyak menulis mengenai sejarah Lamongan
karena zaman dulu Lamongan adalah gerbang Majapahit paling strategis
karena di wilayah utara yang berbatasan dengan laut/tempat musuh
berlabuh.

Jadi,pasti
banyak kejadian penting yang banyak bisa dieksplorasi,misalnya :
situs desa kelahiran Gajah Mada, situs Keraton Kahuripan, tempat
kerajaan Tribuanatunggadewi ( Ibunda Hayam Wuruk )ketika masih belum
menjadi Ratu Majapahit,belum lagi situs Sendang Duwur,pusat gudang
senjata Majapahit,dan apalagi situs Jelak dan Drajat, markas Sunan
Drajat dan banyak lagi,tetapi sayangnya belum banyak dieksplorasi
oleh sejarawan Indonesia, bahkan oleh Pemkab Lamongan sendiri.”



“Jadi,
Lamongan ini disamping Berjaya dimasa sekarang di zaman Bupati
Masfuk, juga pernah SANGAT BERJAYA di masa lalu, sebelum tenggelam
lama sekali”.



Jadual
Viddy di Malaysia sekarang adalah :



-7-8
November : Viddy diundang membaca puisi di acara “Baca Puisi amal
Musibah Gempa Padang” di Masjid Abdul Rahman Auf, Puchong, Kuala
Lumpur,selenggaraan Menteri Wilayah Persekutuan Malaysia.



-19-22
November :Viddy diundang sebagai pembicara sastra di PPN “Pesta
Penyair Nusantara” 2009 di DBP/Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia
dan membaca puisi di Menara Kembar PETRONAS, selenggaraan PENA dan
DBP.



-Kemudian
Viddy diundang untuk melatih workshop drama di kota Seremban, negara
bagian Negeri Sembilan sampai Desember.



-Kemudian
mungkin langsung terbang ke Brunei karena diundang menjadi pembicara
sastra di PSN ( Pertemuan Sastrawan Nusantara ) ke XV di Bandar Sri
Begawan, Brunei pada 11-13 Desember.



Untuk
acara PPN dan PSN mungkin Viddy juga membawa beberapa teman penyair
dan seniman Lamongan untuk ikut serta, namun masih merundingkan biaya
tiketnya dengan pihak panitia.



Viddy
berupaya membangun jembatan budaya Lamongan-MaLAYSIA-bRUNEI. KARENA
MENURUT vIDDY, “Kerajaan Malaka di Malaysia adalah dibangun oleh
Wong Lamongan, yaitu Paduka Parameswara, anak turun Parameswara Raja
Pamotan ( Kerajaan Lamongan di abad 14 dan 15 M ) , sedang Sultan
Brunei adalah keturunan ibu dari Gresik, padahal Gresik adalah (
Sunan Giri ) adalah arsitek pendirian/pembentukan Keranggan dan
Katumenggungan Lamongan, jadi ya bisa saja dihubung-hubungkan...” 




Viddy
sekarang sedang menunggu bantuan sponsor dari para dermawan Lamongan
untuk tambahan biaya transport . “Semoga Bupati terketuk,karena
ketika berpidato di Lamongan Art kemarin, Pak Bupati menyatakan akan
mendukung seniman Lamongan yang “GO INTERNASIONAL”...Kalau mereka
tidak terketuk menyumbang ya terpaksa berhutang ke tabungan
isteri”katanya.




rilis :  wajahbercah...@yahoo.co.id
==


  Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka 
dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! 
http://id.messenger.yahoo.com/invite/

[ac-i] Undangan Baca Puisi Musibah Gempa Padang

2009-11-11 Terurut Topik Wajah Bercahaya











reply
kudup9 wrote on Oct
16

UNDANGAN TERBUKA KE MAJLIS
PELUNCURAN ANTOLOGI
MUSIBAH
GEMPA PADANG


7 November 2009: SABTU

Jam 10 pagi
sehingga 3 ptg ketibaan para penyair.

4ptg. PENDAFTARAN di
Balai Syeikh Bukhari

5.00 ptg. PELUNCURAN/BACA
PUISI

Peluncuran
antologi MUSIBAH Gempa Padang akan diadakan di
Dewan al-Ghazali, Masjid
Abdul Rahman bin Auf.
Majlis dijangka diresmikan oleh YB Menteri 
Wilayah. Ini diikuti
dengan Baca
Puisi
dan rehat. 

Selepas Maghrib Kenduri akan diadakan. Selepas
Isyak Baca
Puisi
akan disambung sehingga 11 malam.

8hb. November:
AHAD

4.30 pagi: Qiamulail.
Subuh dan Kuliah
Subuh.

7.30 pagi: SARAPAN

9.00 pagi: BACA
PUISI

12.30
Mencecap Jamuan

01.15 SOLAT ZUHOR

CHECK-OUT -
BERSURAI

Halia itu tanam-tanaman
Ke barat juga akan
condongnya
Dunia itu pinjam-pinjaman
Ke akhirat juga akan
sungguhnya.

* Nota: Giliran Membaca Puisi
akan ditentukan atas dasar
pengesahan peserta yang
hadir.

Salam dan salam

Dato' Dr Ahmad Khamal
Abdullah
Pengerusi Sambutan










  Apakah demonstrasi  turun ke jalan itu hal yang wajar? Temukan 
jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com

[ac-i] Adat Istiadat KAPUR SIRIH

2009-11-11 Terurut Topik Wajah Bercahaya
   SASTERA-BERITA HARIAN





Warna Kehidupan: Pantang larang kapur sirih
Oleh Nurul Farina Nazlan





   
Masyarakat Melayu, India dan suku Sarawak manfaat cara berbeza

KAPUR
sirih memang banyak kegunaannya sama ada dalam pembuatan kuih-muih
tradisional, ketika bersalin, memakan sirih atau berubat dalam
masyarakat Melayu, tetapi suatu yang jarang diketahui ramai bahawa ada
pantang larang penggunaannya dalam masyarakat India dan suku di
Sarawak.


Pengalaman penulis ketika berkunjung ke sebuah kedai milik
bangsa India pada satu senja kerana ingin membeli kapur memberi
pengalaman baru apabila pemilik kedai enggan menjual kapur dengan
alasan sudah kehabisan stok, meskipun sebenarnya ia dapat dilihat masih
ada.






Seakan-akan tidak percaya dengan jawapan itu dan
selepas melihat reaksi pelik penulis, pemilik kedai terbabit
menerangkan dalam masyarakat India, ada pantang larang bahawa mereka
tidak dibenarkan menjual kapur pada waktu senja kecuali pembeli
mengambil sendiri tanpa bertanya kepada penjual dan terus membayarnya.


Pemilik kedai itu memberitahu penulis, sekiranya dia menjual
kapur berkenaan, ia mungkin akan menimbulkan perbalahan antara kami
berdua pada suatu masalah kelak kerana dalam masyarakat India kapur
dianggap barang keperluan yang panas.


Selain daripada pantang larang terbabit, penulis diberitahu,
masyarakat India juga berpegang kepada kepercayaan bahawa amalan
memakan sirih yang dilengkapkan dengan pinang dan kapur oleh wanita
dalam tempoh berpantang dapat menambah zat kalsium dalam tubuh mereka.

  




Pensyarah
Jabatan Pengajian India, Universiti Malaya (UM), Prof Dr M Rajantheran,
berkata sebenarnya kebanyakan kepercayaan dan pantang larang masyarakat
India terhadap penggunaan kapur sirih semakin terhakis ekoran peralihan
zaman dan kepercayaan yang menipis di kalangan generasi muda.


“Memang pada zaman dulu, masyarakat mengaitkan banyak benda
untuk dijadikan pantang larang bagi mengelakkan berlakunya sesuatu
perkara buruk. Sebagai contoh, kita dilarang memotong kuku pada waktu
malam dengan alasan akan muncul lembaga jika tidak dipatuhi,” katanya
pada pertemuan dengan Sastera di pejabatnya di Kuala Lumpur, baru-baru
ini.


Pantang larang berkenaan diguna pakai masyarakat zaman dulu
kerana ketiadaan bekalan elektrik akan menjejaskan penglihatan pemotong
kuku pada waktu malam dan memungkinkan berlakunya kecederaan kepada
pelaku dan kuku yang bertaburan di lantai menyebabkan ketidakselesaan
pada orang lain.


Bagi Prof M Rajantheran, mereka yang masih percaya kepada
pantang larang berhubung kapur sirih adalah dalam kelompok masyarakat
konservatif yang masih berpegang teguh terhadap amalan dan kepercayaan
lama meskipun sudah berada pada alaf ketiga.





Pensyarah
Pusat Pengajian Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu, Universiti
Kebangsaan Malaysia (UKM), Yusmilayati Yunos pula, berkata dalam
masyarakat Melayu tidak ada istilah pantang larang yang kuat
membabitkan penggunaan kapur sirih.


“Dalam masyarakat Melayu pantang larang ini kurang berbanding
Jawa yang sering mencalitkan kapur di bahagian telinga kanak-kanak,
pada upacara kematian bagi mengelakkan si anak daripada terkejut atau
terkena sampuk dengan makhluk halus,” katanya.


Yusmilayati mendedahkan, kajian pelajarnya berhubung amalan
pantang larang membabitkan kapur sirih di Sarawak mendapati bahawa
kapur yang dibalut dengan daun sirih dan pinang diletakkan bersebelahan
sebatang paku dalam upacara perkahwinan.


Semua barang berkenaan akan dibuang ke dalam sungai kerana
dipercayai boleh membuang sial, mengelakkan pasangan pengantin daripada
terkena bala dan demi menjaga keselamatan pasangan pengantin dan bagi
memastikan majlis perkahwinan terbabit berjalan lancar.


“Amalan itu masih menjadi tradisi masyarakat di Sarawak hingga
ke hari ini . Malah, ia juga digunakan bagi menaikkan seri wajah dalam
perubatan di sana dan dipanggil ‘menconteng’ iaitu bagi mengelak
gangguan makhluk halus dengan mencalit kapur di atas kunyit hidup,”
jelasnya.


Yusmila berkata, kebanyakan bomoh dan pawang menggunakan
mantera tertentu bagi tujuan menyembuhkan penyakit terutama yang
berkaitan dengan makhluk halus dan menasihatkan masyarakat agar
meneliti sama ada ia bertentangan atau tidak dengan hukum Islam.


Bismi’llahi’l -Rahmani’l-Rahim
Nun di atas na pinangku
Nun di atas du sirihku
Kumbang menari-nari padaku
 Semut mengiring-ngiring dibibirku
Seri naik ke dahiku
Cahaya naik ke wajahku
 Seri ku sik hilang
Cahaya ku sik berubah
Berkat aku makei doa la ilaha illa’llah
Muhammadar Rasulullah.


Justeru, amalan dan pantang larang berkenaan kapur sirih
sebenarnya tidak menjadi satu kesalahan jika diamalkan, tetapi ia perlu
dielakkan jika membawa kepada amalan khurafat dan syirik khususnya
kepada 


  Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang

[ac-i] Anggaran Negara untuk Sastra di Malaysia

2009-11-11 Terurut Topik Wajah Bercahaya
   SASTERA-BERITA HARIAN





Godam: 'Alahai orang sastera, realiti sekolah satu aliran'
Bersama Salbiah Ani





   
SEPANJANG
14 hari lalu, dua perkara menarik perhatian penulis iaitu ketiadaan
peruntukkan khusus untuk pembangunan bahasa dan sastera negara dalam
pembentangan Belanjawan 2010 dan isu sekolah satu aliran yang hangat
semula di Parlimen.


Nampaknya seperti biasa sulit untuk melihat peruntukan khusus
disediakan kepada penggiat sastera berbanding mereka dalam industri
kreatif lain, khususnya yang berbau hiburan seperti seni persembahan
dan muzik.


Penyediaan Dana Industri Kreatif bernilai RM200 juta, tentunya
tidak dapat dimanfaatkan penggiat sastera kerana ia terkeluar daripada
apa yang ditentukan iaitu bagi membiayai kegiatan pengeluaran filem dan
drama, muzik, animasi, pengiklanan dan pembangunan kandungan tempatan. 





Begitu juga dengan Tabung Kebajikan Penggiat Seni
bernilai RM3 juta bagi memastikan warga seni sentiasa terbela, tentunya
juga bukan khabar gembira kepada penggiat sastera tanah air dan jelas
di sini bahawa mereka juga terkeluar daripada senarai penerimanya!


Nampaknya pembabitan dalam hal kesusasteraan tanah air
meskipun demi memberi nilai kepada tamadun bangsa, menuntut pengorbanan
yang tidak boleh dinilai dengan wang ringgit dan kerana itu juga dunia
sastera tanah air terus bergelut dengan pelbagai masalah tanpa
akhirnya!


Memang sudah suratan takdir agaknya penggiat sastera tanah air
hanya mendengar kalangan mereka dinobatkan sebagai penerima Anugerah
Sastera Negara (ASN) selepas enam tahun lompang apabila Datuk Dr Anwar
Ridhwan diumumkan sebagai penerimanya untuk 2009.

  




Berbeza
dengan rakan seniman lain, menerima Anugerah Seni Negara setiap dua
tahun pasti ada saja penerimanya, sedangkan ia membabitkan kos lebih
tinggi kerana selain hadiah utama bernilai RM60,000, ada beberapa lagi
kategori sampingan.


Penggiat sastera tanah air perlu mengambil iktibar agar
perkara seperti ini tidak berulang dalam belanjawan akan datang dengan
memastikan setiap persatuan mengemukakan cadangan kepada Dewan Bahasa
dan Pustaka (DBP) atau Kementerian Penerangan, Komunikasi dan
Kebudayaan.


Jika tiada juga peruntukan khusus diambil selepas diusahakan
tidak akan timbul ralat kerana setidak-tidaknya mereka sudah berusaha
dan DBP melalui Kementerian Pendidikan dan Kementerian Penerangan,
Komunikasi dan Kebudayaan sepatutnya membantu mereka.


Cadangan tokoh akademik dan sejarawan, Prof Emeritus Tan Sri
Dr Khoo Khay Kim dan sebelum ini pernah dibangkitkan Ketua Umno
Bahagian Jerlun, Datuk Mukhriz Mahathir, agar negara melaksanakan
sekolah satu aliran, seperti dijangka ditolak kelompok tertentu.





Seperti
sedia maklum, bantahan dikemukakan kelompok yang mahu mempertahankan
sekolah jenis kebangsaan Cina dan Tamil yang beranggapan sekolah satu
aliran akan membunuh bahasa ibunda mereka kerana bersama-sama bahasa
itu terperi budaya bangsa.


Mereka tetap mempertahankan kehadiran kedua-dua jenis sekolah
terbabit meskipun sedar bahawa peruntukan bahasa Melayu sebagai bahasa
rasmi, kebangsaan dan ilmu di negara ini sudah terang termaktub dalam
Perlembagaan Negara.


Rasa cinta dan kasih mereka kepada bahasa dan budaya mereka
mengatasi segala, meskipun dalam masa sama memperakukan 1Malaysia yang
dibawa Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Razak, sejak beliau menjadi
orang nombor satu negara!


Semangat perpaduan kaum yang mampu dijana daripada pelaksanaan
sekolah satu aliran di negara ini, tanpa menafikan kepentingan
menguasai lebih daripada satu bahasa untuk meningkatkan daya saing
dalam pasaran guna tenaga negara, sudah menjadi perkara kedua kepada
mereka.


Realiti ini memperlihatkan betapa dalam banyak segi, bangsa
Melayu paling banyak berkorban dan dikorbankan demi kesejahteraan
Malaysia tercinta, sehingga pengorbanan itu tidak lagi dihargai serta
diremehkan kerana kelompok berkenaan sudah terbiasa dengan keadaan
terbabit!


Alangkah moleknya jika seluruh bangsa Melayu sedar akan
hakikat dalam bahasa terangkum artifak, institusi dan organisasi sosial
sesuatu bangsa, sikap, pemikiran dan emosi, falsafah, budaya, sejarah,
sistem kepercayaan dan nilai bangsa yang terhimpun sejak turun-temurun.



  __
Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update real-time, 
panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi http://id.messenger.yahoo.com/

[ac-i] Trs: Ikut Antologi GEMPA PADANg detik2 terakhir yaaaouuwww

2009-11-11 Terurut Topik Wajah Bercahaya


--- Pada Sen, 9/11/09, Abdul Rahim Qahhar rahim_...@yahoo.com menulis:


Dari: Abdul Rahim Qahhar rahim_...@yahoo.com
Judul: Ikut Antologi GEMPA PADANg detik2 terakhir yaaaouuwww
Kepada: wajahbercah...@yahoo.co.id, apresiasi_sas...@yahoogroups.com, 
peny...@yahoogroups.com
Tanggal: Senin, 9 November, 2009, 4:16 AM







 
Viddy AD Daery :
 
DI MASJID ABDULRAHMAN AUF, 
MENGGEMA SIMPATI UNTUK KORBAN GEMPA PADANG
 
Sabtu dan Minggu yang penuh cahaya matahari
Di Masjid Abdul Rahman Auf Kuala Lumpur
Para penyair dari Kelantan,Trengganu, Perak dan Kuala Lumpur
Dari Medan,.Makassar dan Jakarta
Berkumpul tertib dan tepekur
 
Dengan khidmad membaca puisi-puisi simpati
Menyuarakan kepedihan luka dan airmata
Saudara mereka yang merintih karna musibah gempa Padang
 
“Pisau bumi yang melukai,membelah kulit,menebar sakit”
Desis Kirana dibacakan lirih penyair wanita
“Siapa di bawah sana yang mengguncang tanah?”
Jerit Khusairi dibacakan pedih penyair PENA
“Ah,bumi,mengapa kau begitu kejam?”
Rutuk Victor dari Rusia yang mengajar Sastra Rusia University Malaya
“Di sini kami butuh banyak kain lap dan perban
Bolehkah kami pakai jas dan baju batik DPR
Yang dibeli dari pengorbanan darah luka kami?”
Teriak penyair Nusantara dan semua hadirin mengusap air mata
 
Di Masjid Abdul Rahman Auf Puchong Kuala Lumpur,
Para penyair Nusantara mengirim simpati dan kata-kata
Untuk mengobati luka Padang : Saudara Serumpun Nusantara
 
( Keterangan : setelah acara itu usai, ada musyawarah pembentukan
  LSM antarbangsa “Persaudaraan Nusantara” )
 
RUMAH GAPENA, Kuala Lumpur , 9 November 2009
 
 

Viddy AD Daery atau Drs. Anuf Chafiddi lahir di Lamongan 28 Desember 1961. 
Lulus sebagai Sarjana Sosiologi FISIP Unair Surabaya, dan sejak 1991 hijrah ke 
Jakarta, untuk bekerja di TPI (Televisi Pendidikan Indonesia). Banyak menulis 
puisi, cerpen, novel, kolom, dan naskah televisi. Puisinya yang paling terkenal 
berjudul Surabaya Mari Berbicara Empat Mata. Novelnya Sungai Bening diterbitkan 
oleh Grasindo (Grup Kompas) pada tahun 2001. Viddy sering diundang sebagai 
pembicara sastra budaya di negara-negara Asia Tenggara dan Australia . Kini 
aktif menerbitkan novel serial silat sejarah “PENDEKAR SENDANG DRAJAT”.E-mail: 
wajahbercah...@yahoo.co.id



  
___
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[ac-i] dari www.Kompas.com

2009-10-31 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Ibu dan Anak Penyiksa PRT Diadili di Singapura




  
   




Loke Phooi Ling (38) dan Teng Chen Lian 
(67) diadili karena menyiksa PRT asal Indonesia.
  
  




/














Sabtu, 28 Maret 2009 | 07:26 WIB

SINGAPURA, KOMPAS.com — Penyiksaan kembali 
dialami oleh tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Susilawati Kusnata, 
pembantu rumah tangga asal Indonesia, disiksa oleh majikan
wanita dan anak perempuannya. Akibatnya, Loke Phooi Ling (38) dan Teng
Chen Lian (67) diadili atas dakwaan penganiayaan yang menyebabkan
luka-luka pada Susilawati.

Di persidangan, Loke mengaku
menjambak rambut WNI tersebut dan membenturkan kepalanya ke dinding.
Wanita asal Malaysia itu juga pernah meninju mata kiri Susilawati,
menginjak kakinya, dan menggunakan alat-alat rumah tangga untuk memukul
wanita Indonesia berumur 23 tahun itu.

Seperti dilansir media Singapura, Straits Times,
Jumat (27/3), kasus itu terungkap setelah Susilawati berhasil kabur
dari rumah majikannya, setelah memanjat jendela dapur, pada 5 Juli
2007. Ia kemudian membuat tangga dengan kain dari lantai lima flat
tersebut ke arah tangga. Setelah itu, ia pergi ke sebuah masjid.
Beberapa orang kemudian membawanya ke KBRI.

Penyiksaan itu
terjadi di flat mereka di Pasir Ris, Singapura, antara Maret dan Juli
2007. Teng kepada hakim mengaku bersalah telah menampar pipi korban dan
memukul kepalanya. Wanita asal Malaysia itu juga mengaku pernah
mendorong tubuh TKI tersebut hingga terjatuh.

Di
pengadilan terungkap bahwa dari akhir Maret hingga 4 Juli 2007, korban
berulang kali mengalami penyiksaan fisik oleh Loke, Teng, dan anggota
keluarga lainnya. Penyiksaan juga dilakukan suami Loke, Stanley Kuah
Kian Chong (38), seorang eksekutif bank Malaysia di negara itu.

Korban
tidak mendapatkan tidur dan makanan yang cukup. Bahkan, berat badan
Susilawati sampai menyusut 13 kilogram selama 4 bulan, sejak ia bekerja
pada keluarga tersebut. Hakim Singapura menegaskan, majikan TKI
itu bersalah dan menolak jaminan agar mereka dibebaskan. Hakim yang
menyidangkan kasus ini mengatakan, mereka akan ditahan di penjara
distrik Jill Tan. (YAN) 
.indosat {font: bold italic 12px Tahoma;}
Sent from Indosat BlackBerry powered by   










http://m.kompas.com di mana saja melalui ponsel, Blackberry, iPhone, 
atau Windows Mobile Phone Anda








function fbs_click() 
{u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return
 false;} html .fb_share_link { padding:0px 0 0 20px; margin-top:5px; 
height:16px; 
background:url(http://static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?2:26981)
 no-repeat top left; font:normal 11px arial; }Share on Facebook


 




  - Beri Rating Artikel -
  --
  Sangat Baik
  Baik
  Cukup
  Kurang
  Sangat Kurang
  
  
  


  A
  A
  A

   
   

 
 






Ada 19 Komentar Untuk Artikel Ini. Posting komentar Andaerik @ Sabtu, 
18 April 2009 | 23:04 WIB
kayak ny  ada  unsur dendam niehHelen @ Minggu, 29 Maret 2009 | 06:25 WIB
BIsa dilihat sekarang apa bedanya tkw kerja diluar  dan didalam negri. WNI 
etnis Tionghoa selalu kejam dgn pembantu rumah tangga, nyatanya diluar negri 
majikan
Tionghoa melakukan kekejaman terhadap tkw karena tdk bisa berkomunikasi baik
antara keduanya.TKW kurang smart dan tdk berbahasa Inggris sedikitpun
atau mengerti tata cara bekerja.wati @ Sabtu, 28 Maret 2009 | 21:55 WIB
Ini tanggung jawab agent juga yg mengirim tki tanpa ad a  kemampuan kerja dan 
mahalnya agent yg harus dibayar 

[ac-i] Puisi Padang di Sabah

2009-10-31 Terurut Topik Wajah Bercahaya
   SASTERA-BERITA HARIAN
   




Tangisan Padang di Teluk Likas
Oleh Fatta Hassan Sankar
bhsast...@nstp.com.my






 
PENGARAH
DBP Cawangan Sabah, Zubaidi Abas (lima dari kanan) bergambar kenangan
dengan penyair yang menjayakan Tangisan Padang di Teluk Likas.



   
Tanda simpati penyair Sabah kepada mangsa gempa bumi Sumatera


SETITIK air mata yang tumpah di bumi Padang bagai turut
menyentap nurani saudara serumpun di bumi Malaysia sehingga terlaksana
Baca Puisi Teluk Likas - Tangisan Padang sebagai tanda keprihatinan
mereka terhadap tragedi di Padang, Sumatera Barat, pada 30 September
lalu. 

Tirai majlis anjuran Ikatan Penulis Sabah (IPS) dengan kerjasama Dewan Bahasa 
dan Pustaka (DBP) Cawangan Sabah









innity_country = MY;
innity_client = 17;
innity_zone = 761;
innity_channel = ;
innity_keyword = ;










dibuka
deklamator Ali Amat Anas yang membacakan puisi, Suatu Padang karya
Ready Susanto, penyair dari Bandung yang dikirimkan kepada khusus untuk
acara terbabit.


dan tibalah jua aku
di suatu padang, reruntuh
gedung dan ribuan orang
berpulang
menjumpaimu, suatu
pertemuan belum
terlunaskan.


ah, kakak sayang,
maafkan, maafkan
petang ini dijemputnya aku
untuk satu janji yang
tak dapat lagi dibatalkan.

  



 






Deklamator
yang sudah lama tidak beraksi di pentas puisi, Basyiroh Abd Mukti, juga
seorang peguam, tampil dengan Tangisan Padang karya Hasyuda Abadi,
mengajak khalayak untuk segera insaf betapa pentingnya hubungan ukhuwah
sesama manusia apalagi jika bersaudara.


saudara-saudaraku yang lain
yang telah hilang dan merasa kehilangan
musibah ini menyentuh kalbu
mendekam rasa sayu, sedih dan pilu.


hulur seluhur simpati dan doa yang panjang
bumi bergetar itu hikmah keinsafan
dan tangisan yang membelah padang
menyatu patuh tiadakan goyah takwa
tiang yakin telah didirikan berzaman
semakin ampuh menerima ketentuan
di sana tangisan kudengar/dari padang kesengsaraan ujian Tuhan
terjemahan yang memancar piala keimanan.


Pensyarah Sekolah Pengajian Seni Universiti Malaysia Sabah
(UMS), Mohd Fuad Bebit, selaku hos tampil dengan puisi, Pandang-Pandang
di Padang dan menyampaikan dengan penuh dramatik ujian getir yang
terpaksa dihadapi penduduk tujuh perkampungan di Padang.





penonton seolah-olah melihat
padang bergegar tiang bergoyang
tiangnya hilang
pohonnya tumbang
terumbang ambing mencari imbang
tersasar
terdampar tak sedar
dalam runtuhan celah-celah akar besar
tercalar
terlantar di balik kamar tertiarap
terhempap di tengah padang
padang hilang tak sempat dipandang.


Ketua Satu IPS, Mohd Jasni Yakub, membawa segala keresahan
mangsa gempa bumi ketika beraksi di pentas dengan puisi, Jeritan Kota
Padang, manakala Ahli Dewan Undangan Negeri (Adun) Membakut, Datuk
Mohamad Arifin Arif, lewat Sepadang Tangis mengajak semua segera insaf
di samping bertawakal dengan bencana yang menimpa.


reda takkan hakis
tabah yang menitis dari hujung qadar
menetas kasih di pucuk tawakal.


sepadang tangis
esak syahdu bertebar
sepetang uji al Akbar
sepadang hikmah iktibar.


Pegawai Perancang Bahasa DBP Sabah, Abdul Nassir Said, beraksi
di pentas puisi dengan Kembali Sujud, Salmah Matius (Wajah di Cermin
karya Hasyuda Abad), Muhammad Salleh atau lebih dikenali sebagai Mat
Congo (Tsunami Bukan Hanya Nama). 

Penyanyi lagu puisi tersohor Sabah, Aloy, mengalunkan lagu
popular Ebiet G Ade, Berita Kepada Kawan secara acapella pada majlis
yang turut dihadiri, Pengerusi Institut Penilaian Sastera Sabah (INPES)
yang juga Ahli Kehormat IPS, Janathan Kandok dan Pengarah DBP Sabah,
Zubaidi Abas.


Majlis Baca Puisi Teluk Likas - Tangisan Padang yang berjaya
mengubat kerinduan peminat sastera di Sabah turut dimeriahkan dengan
aksi baca puisi oleh Ismaily Bungsu, Nandrayanatirow, Hasyuda Abadi
(Sukor Usin), Muhammad Salleh, Alipah Jambuan, Eyna Juning, Salmah
Matius dan Yusuf Nur.



  quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.comquot;

[ac-i] Majikan TKI Muntik adalah Orang INDIA KELAS BAWAH/Pedagang Es Tebu

2009-10-31 Terurut Topik Wajah Bercahaya
BERITA UTAMA-UTUSAN MALAYSIA

 
 
 










.khad1,
.khad1:link,
.khad1:visited,
.khad1:active {
color:#3366CC;
text-decoration:underline;
border-bottom:#3366CC 1px solid;
}

.khad1:hover {
color:#c03;
text-decoration:underline;
border-bottom:#c03 1px solid;
}

.khad2,
.khad2:link,
.khad2:visited,
.khad2:hover,
.khad2:active,
text-decoration:none;
border-bottom:none;
}










Peniaga air tebu didakwa
Oleh SUWARNI MOKHTAR
pengar...@utusan.com.my




A. Murugan dihadapkan ke
Mahkamah Majistret Klang, semalam untuk didakwa atas tuduhan
menyebabkan kematian pembantu rumahnya, Mantik Hani warga Indonesia. –
utusan/Saharuddin Abdullah



KLANG 30 Okt. – Empat hari selepas Mantik Hani meninggal dunia
dipercayai angkara perbuatan keji majikannya, seorang penjual air tebu
hari ini dihadapkan ke Mahkamah Majistret di sini atas tuduhan membunuh
pembantu rumah warga Indonesia itu.

A. Murugan, 35, didakwa membunuh wanita berusia 36 tahun itu di
rumahnya di No. 11, Jalan Datuk Yusof Shahbudin 6, Taman Sentosa di
sini di antara 18 dan 20 Oktober lalu.

Pertuduhan terhadapnya mengikut Seksyen 302 Kanun Keseksaan yang memperuntukkan 
hukuman mati mandatori jika sabit kesalahan.

Tiada pengakuan direkodkan daripada majikan lelaki mangsa itu
selepas pertuduhan dibacakan di hadapan Majistret Afifah Mamat @ Yusof.

Pendakwaan terhadapnya dikemukakan Timbalan Pendakwa Raya, Manoj Kurup manakala 
peniaga terbabit tidak diwakili peguam bela.

Manoj memohon supaya kes tersebut dipindahkan segera ke Mahkamah Tinggi atas 
alasan kes itu menarik perhatian umum.

Permohonan itu dibenarkan oleh Afifah yang menetapkan 3 November ini
untuk sebutan semula kes di Mahkamah Tinggi Shah Alam bagi membolehkan
pengakuan tertuduh direkodkan.

Isteri dan ibu Murugan yang sebelum ini turut ditahan reman tidak didakwa di 
mahkamah selepas dibebaskan oleh pihak polis.

Mantik yang berasal dari Surabaya meninggal dunia di Hospital Tengku
Ampuan Rahimah di sini, pada pukul 10 pagi, 26 Oktober lalu setelah
gagal bertindak balas terhadap rawatan yang diberikan kerana terlalu
lemah.

Ketika diselamatkan dari rumah majikannya, pada 21 Oktober lalu,
pembantu rumah terbabit berada dalam keadaan 'nyawa-nyawa ikan' dan
dikurung dalam tandas, kepala dicukur hampir botak dan tidak diberi
makan beberapa hari oleh majikannya.
Wanita itu diselamatkan pihak polis selepas seorang tukang sapu yang
bertugas membersihkan kediaman rumah suspek membuat laporan polis
bersama peguam, Gerald Lazarus.

Semasa diselamatkan, terdapat kesan kecederaan teruk di beberapa
bahagian badan mangsa termasuk luka hampir lima sentimeter sehingga
menampakkan tulang pada kakinya.

Selain itu, mangsa mengalami kecederaan pada tangan kiri termasuk
bengkak pada bahagian muka, dipercayai dipukul dengan objek keras.


  Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

[ac-i] Atlantis adalah Nusantara ?

2009-10-31 Terurut Topik Wajah Bercahaya

Atlantis = Indonesia ???


Benua Atlantis itu (Ternyata) Indonesia 
Oleh Prof. Dr. H. PRIYATNA ABDURRASYID, Ph.D. (Pikiran Rakyat, Senin, 02 
Oktober 2006)
MUSIBAH alam beruntun dialami
Indonesia. Mulai dari tsunami di Aceh hingga yang mutakhir semburan
lumpur panas di Jawa Timur. Hal itu mengingatkan kita pada peristiwa
serupa di wilayah yang dikenal sebagai Benua Atlantis. Apakah ada
hubungan antara Indonesia dan Atlantis? 
  
Plato (427 - 347 SM)
menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan
gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan
banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam.
Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis. 

Penelitian
mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis
itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan
penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost
Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost
Civilization (2005). 

Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas
wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang
akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem
terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang
diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno
Aztec di Meksiko. 
  
*Ada kesamaan pola antara peta yang digambarkan Plato dengan pola pada 
Borobudur. Jangan-Jangan…..

Konteks Indonesia 

Bukan
kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr.
Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan
Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan
perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu
kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk
penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah
negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak
terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang. 

Santos
menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang
membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa,
Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang)
sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang
aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale,
terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. 

Teori Plato
menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan
gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian
besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era
Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara
bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu,
maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang
mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung
Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di
Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan
puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat
di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian
Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda. 

Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga
atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya
(Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu
merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan
alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak
Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh
bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara
menyeluruh. 

Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti
mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh
ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo,
Einstein, dan Stephen Hawking. 

Santos berbeda dengan Plato
mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada
saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan
es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan
lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan
dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar
samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa.
Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian
secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos
menamakannya Heinrich Events. 

Dalam usaha mengemukakan pendapat
mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua
kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar.
Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera
Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika 

[ac-i] Klaim atau pinjam ? aah semua saling pinjam kok...

2009-10-31 Terurut Topik Wajah Bercahaya
   SASTERA-BERITA HARIAN
   




Godam: 'Maaf mas dan mbak, semua saling meminjam!'
Bersama Salbiah Ani
dah...@nstp.com.my




   
GODAM
minggu lalu, Antara kemanusiaan, kesombongan dan harga diri! mendapat
reaksi daripada orang kuat Persatuan Penulis Nasional Malaysia (Pena),
Timbalan Pengerusi Tetap, Dr Ibrahim Ghafar.


Kiriman SMSnya berbunyi: “Salam puan Salbiah. Terima kasih
Godam hari ini. Sebagai penulis rasa diwakili. Meluah rasa resah di
hati. Penulis kita tak pernah dihargai, malahan dihina dan disakiti;
maruah dan emosi. Kita di tempat mereka dilayan sepi, mereka minta
istimewa di sini.”


Disusuli dengan puisi spontan beliau: “Padang; ketika 7.6
skala ritcher melanda/ bergegar bumimu barat Sumatera/ takdir mengambus
konfrontasi di Jakarta/ padamkah marah mereka ganyang Malaysia/ yang
maraknya tumpah di laut rasa/ sedang sebenarnya kita jiran tetangga/
cubit paha kiri, kanan turut terasa/.









innity_country = MY;
innity_client = 17;
innity_zone = 761;
innity_channel = ;
innity_keyword = ;










Isu
Antara kemanusiaan, kesombongan dan harga diri! yang disinggung dalam
Godam minggu lalu, turut mengundang pembongkaran maklumat tidak masuk
akal dan pasti menambah parah ‘luka’ rakyat Malaysia dengan
tindak-tanduk warga serumpun itu.


“Jika difikirkan memang tidak masuk akal, tetapi inilah yang
terjadi. Pesawat Malaysia yang menghantar bantuan kemanusiaan ke
Padang, Indonesia, hendak dikenakan cukai 300 peratus untuk membeli
minyak.


“Akhirnya minyak diterbangkan dari Kuala Lumpur dan kadar yang
sama hendak dikenakan atas sewaan kereta pacuan empat roda (MPV)
penghantar bantuan, lalu sebuah MPV diterbangkan khas dari Malaysia,”
demikian pengakuan seorang doktor perubatan kepada penulis.

  




Pendedahan
ini menunjukkan betapa pengorbanan kemanusiaan oleh Malaysia sama
sekali tidak menyentuh nubari sesetengah rakyat negara jiran itu,
tetapi bantuan dari negara ini tetap mencurah seperti air sungai yang
mengalir ke laut, tanpa henti.


Seorang teman diskusi pula melihat kegilaan mempaten budaya
menjadi punca masalah kekeruhan hubungan budaya antara Indonesia
Malaysia dan perkara ini mendapat perhatian ekoran tumpuan yang
diberikan media massa di negara jiran itu berhubung perkara terbabit.


“Media Indonesia memberi tumpuan kepada perkara sedemikian,
tetapi tidak media di Malaysia. Sedikit pencerobohan menyebabkan
ledakan reaksi. Media Malaysia masih dikuasai orang politik atau rela
hati dilihat rapat dengan tokoh atau parti tertentu,” jelas teman ini
dalam nada sinis.


Kebenaran dakwaan kegilaan mempaten budaya oleh negara jiran
itu antaranya dapat dilihat melalui usaha mereka mendapatkan
pengiktirafan dunia bahawa batik adalah warisan mereka dan langkah
serupa turut diambil sebuah lagi negara republik yang berjiran dengan
Malaysia.





Ketika
Singapura mendapatkan pengiktirafan dunia bahawa roti prata (roti
canai) dan nasi lemak adalah milik mereka, tetapi Malaysia tidak
menunjukkan kecenderungan ke arah mengangkat makanan mahupun budaya
sebagai sebahagian daripada pengenalan jati diri negara. 

“Kita berusaha ‘menjual’ sukan sebagai cap dagang negara ini,
sedangkan perkara terbabit mengalami pasang surut seperti pernah
dilalui arena bola sepak, hoki dan badminton negara, seolah-olah lupa
aspek makanan mahupun budaya boleh mengangkat Malaysia di mata dunia,”
jelas seorang lagi teman.


Suatu hakikat yang sering dilupakan kelompok yang suka mencari
silap negara jiran itu ialah ketiadaan sempadan politik dan geografi di
Alam Melayu suatu ketika dulu, malahan ada bahagian tertentu di Siam
juga sebahagian daripada wilayah rantau sebelah sini.


Hakikat Alam Melayu satu wilayah dengan hujah Teori
Pengunduran Glaseir bahawa sesetengah rupa bumi tenggelam ekoran
pencairan bongkah ais hingga mengakibatkan kenaikan paras air laut dan
kini perkara serupa berlaku disebabkan fenomena pemanasan global.


“Pada zaman itulah juga berlaku banjir besar pada zaman Noh
seperti dikisahkan dalam al-Quran, malahan Injil sehingga nabi itu
ditertawakan oleh kumpulan yang menentangnya kerana menyediakan kapal
besar di atas darat sebagai persediaan bencana menimpa,” ujarnya.


Kelompok Sapu Malaysia @ Ganyang Malaysia sengaja meremehkan
hakikat berlakunya migrasi penduduk secara semula jadi dan dalam bentuk
paksaan ketika kuasa besar menjajah, menyebabkan terjadi perkongsian
budaya secara tidak sengaja antara negara berjiran mahupun jauh
terpisah.


Jika Indonesia mahu mendakwa bahasa wayang kulit milik mereka
umpamanya, ia sama seperti menafikan bahawa ia juga adalah pinjaman
daripada India kerana kisahnya berdasarkan kitab Mahabratta dan
Ramayana ketika Islam belum berkembang di rantau sebelah sini.


Mereka hanya memberi sentuhan Indonesia dalam kisah yang
disampaikan dengan watak utama daripada kedua-dua epik utama terbabit
untuk persembahan wayang 

[ac-i] Sastra Melayu untuk Dunia

2009-10-22 Terurut Topik Wajah Bercahaya
   NASIONAL-BERITA HARIAN





Terjemahan karya agung kita untuk bacaan dunia
Oleh Anwar Hussin dan Nazmi Yaakub
bhn...@bharian.com.my




   

KUALA LUMPUR: Tan Sri Muhyiddin Yassin meminta karya Sasterawan Negara
dan karya besar lain diterjemahkan dan dikembangkan ke peringkat
antarabangsa bagi dijadikan jambatan persuratan sejagat serta
menyerlahkan peradaban kesusasteraan bangsa sebagai warisan sastera
dunia yang penting. 

 Timbalan Perdana Menteri berkata, melalui karya mereka,
pemikiran dan estetika karya penulis akan mendapat perhatian serta
pengiktirafan antarabangsa dan mengangkat martabat sastera negara
seperti dikecapi tradisi kesusasteraan Eropah, Amerika Latin, Asia
Barat dan Asia Timur.


 Sejajar hasrat itu, usaha penterjemahan karya Sasterawan
Negara dan karya besar lain hendaklah diusahakan dengan lebih
terancang. 








innity_country = MY;
innity_client = 17;
innity_zone = 761;
innity_channel = ;
innity_keyword = ;

innity_country = MY;innity_path = /200908_1835/7973/;innity_proxy = 
proxy_8054;innity_ord = ord=[timestamp];function 
ebBannerFlash_0_5839142162578824_DoFSCommand(command,args){ebScriptWin0_5839142162578824.gEbBanners[0].displayUnit.handleFSCommand(command,args,ebBannerFlash_0_5839142162578824);}function
 ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;}










Usaha penterjemahan hendaklah disertai program pembinaan dan
pengembangan karya ke peringkat antarabangsa secara berkala, termasuk
melalui usaha sama kedutaan asing dan kedutaan Malaysia di luar negara.


 Selain itu, memperkasakan Pusat Pengajian Melayu di
universiti luar negara juga perlu dimanfaatkan sebagai langkah promosi
dan galakan penyelidikan yang lebih tuntas, katanya pada Majlis
Pengurniaan Anugerah Sastera Negara Ke-10, di sini malam tadi.


 Yang di-Pertuan Agong Tuanku Mizan Zainal Abidin menyampaikan
Anugerah Sastera Negara (ASN) 2009 kepada Datuk Dr Mohd Anuar Rethwan
atau lebih dikenali sebagai Anwar Ridhwan.

  





Anwar menerima hadiah wang RM60,000, Warkah Penghormatan Negara,
kemudahan mencipta dan menerbitkan karya di samping perubatan percuma
di hospital kerajaan.


 Anugerah Sastera Negara yang diperkenalkan pada 1979 adalah
pengiktirafan tertinggi kerajaan kepada sasterawan yang memberi
sumbangan cemerlang dalam perkembangan kesusasteraan tanah air melalui
karya bermutu tinggi.


 Muhyiddin yang juga Pengerusi Panel Anugerah Sastera Negara
berkata, sektor swasta patut mengambil bahagian secara aktif dalam
menaja penghasilan, penghasilan, penerbitan dan penyebaran karya
Sasterawan Negara dan karya besar lain.


 Jika usaha ini dapat dilaksanakan secara berterusan, kita
akan melahirkan lebih ramai penulis berwibawa yang menghasilkan karya
agung, sekali gus memartabatkan kesusasteraan negara, katanya.








 Kerjasama dengan media elektronik dan jaringan komunikasi
maya juga wajar diterokai dan digembleng. Usaha ini boleh dilakukan
melalui pelbagai kaedah seperti adaptasi karya, filem dan pemindahan
karya dalam genre yang pelbagai seperti drama dan animasi.


 Media cetak, terutama akhbar berbahasa Malaysia juga perlu
memberikan ruang lebih luas kepada penyiaran tulisan ilmiah berkaitan
sastera, katanya.


 Selain itu, Muhyiddin berkata, sastera kebangsaan juga
berperanan memupuk dan memperkukuhkan perpaduan kaum selaras hasrat
gagasan 1Malaysia.


 Beliau menyarankan semua pihak menggerakkan program
meningkatkan perpaduan kaum melalui apresiasi sastera kebangsaan di
samping menterjemahkan karya sastera pelbagai kaum untuk dihayati oleh
semua.



  Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

[ac-i] sastrawan Negara Malaysia ke 10

2009-10-22 Terurut Topik Wajah Bercahaya
DALAM NEGERI-UTUSAN MALAYSIA

 
 
 










.khad1,
.khad1:link,
.khad1:visited,
.khad1:active {
color:#3366CC;
text-decoration:underline;
border-bottom:#3366CC 1px solid;
}

.khad1:hover {
color:#c03;
text-decoration:underline;
border-bottom:#c03 1px solid;
}

.khad2,
.khad2:link,
.khad2:visited,
.khad2:hover,
.khad2:active,
text-decoration:none;
border-bottom:none;
}










Anwar Ridhwan Sasterawan Negara Ke-10




Anwar  Ridhwan bersama anugerah selepas menerima Anugerah Sastera Negara Ke-10 
di  Kuala Lumpur, semalam. 



KUALA LUMPUR 20 Okt. - Dekan Fakulti Penulisan,
Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (Aswara), Datuk Dr. Mohd.
Anuar Rethwan, 60, atau nama penanya Anwar Ridhwan diumum sebagai
penerima Anugerah Sastera Negara Ke-10.

Yang di-Pertuan Agong Tuanku Mizan Zainal Abidin menyampaikan
anugerah tersebut kepada tokoh sastera dan bahasa itu yang membawa
gelaran Sasterawan Negara.

Turut berangkat pada majlis yang diadakan di Palace of the Golden
Horses, Seri Kembangan dekat sini malam ini ialah Raja Permaisuri Agong
Tuanku Nur Zahirah.

Hadir sama ialah Timbalan Perdana Menteri merangkap Pengerusi Panel
Anugerah Sastera Negara, Tan Sri Muhyiddin Yassin dan isteri, Puan Seri
Noorainee Abdul Rahman.

Pemilihan tersebut membolehkan anak kelahiran Sungai Besar, Selangor
itu menerima warkah penghormatan negara, wang tunai RM60,000 serta
pelbagai kemudahan untuk kegiatan mencipta karya sastera.
Kerajaan turut membeli 50,000 naskah karya beliau untuk diedarkan ke 
sekolah-sekolah, perpustakaan, jabatan dan agensi kerajaan.

Dalam ucapannya pada majlis penyampaian anugerah tersebut di sini
malam ini, Muhyiddin berkata, pemilihan Anuar berdasarkan sumbangan
kreatif dan kesan pemikiran sehingga membentuk tradisi persuratan
tersendiri bagi masyarakat negara ini.
Beliau berkata, ketegaran dalam mendalami dan mempertahankan nilai
pembinaan negara bangsa yang diperjuangkan menjadi penilaian utama ahli
panel untuk memilih penerima anugerah.

''Di samping itu, komitmen sasterawan dalam kegiatan sastera secara
berterusan sehingga membentuk tradisi persuratan yang tersendiri serta
didukung dan diteruskan oleh generasi penulis juga dijadikan asas
penilaian, katanya.

Beliau berkata, pengurniaan Anugerah Sastera Negara merupakan
iltizam berterusan kerajaan untuk memberikan pengiktirafan terhadap
sumbangan sasterawan dalam usaha memperkukuh dan memartabatkan karya
sastera kebangsaan.
Berikutan itu kata beliau, sebagai tanda penghargaan, kerajaan
bersetuju untuk menaikkan jumlah ganjaran daripada RM30,000 kepada
RM60,000.

Muhyiddin juga menyarankan agar penterjemahan karya Sasterawan
Negara dan karya-karya besar yang lain diusahakan dengan lebih
terancang.
Menurutnya, akhbar-akhbar berbahasa Melayu juga perlu memberikan
ruang lebih luas kepada penyiaran tulisan-tulisan ilmiah berkaitan
sastera.

''Karya-karya ini boleh disiarkan di akhbar-akhbar vernakular dan
diuar-uarkan di media baru sebagai salah satu kaedah pengembangan dan
pemasyarakatan sastera kebangsaan sekali gus mengukuhkan lagi semangat
perpaduan 1Malaysia, katanya.

Anuar yang dilahirkan pada 5 Ogos 1949, merupakan pemegang Ijazah
Doktor Falsafah dari Universiti Malaya sebelum memulakan tugas sebagai
Pegawai Penyelidik di Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) dan bersara selaku
Pengarah Penerbitan pada tahun 2005.
Antara cerpen beliau yang popular ialah Parasit, Sesudah Perang, Sangkar dan 
Dunia Adalah Sebuah Apartmen manakala drama pula seperti Orang-orang Kecil 
serta Yang Menjelma dan Menghilang.
Novel terkenal beliau ialah Hari-hari Terakhir Seorang Seniman dan Ogonshoto.


  
___
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[ac-i] Soal meniru atawa mengklaim

2009-10-22 Terurut Topik Wajah Bercahaya
DALAM NEGERI-UTUSAN MALAYSIA

 
 
 










.khad1,
.khad1:link,
.khad1:visited,
.khad1:active {
color:#3366CC;
text-decoration:underline;
border-bottom:#3366CC 1px solid;
}

.khad1:hover {
color:#c03;
text-decoration:underline;
border-bottom:#c03 1px solid;
}

.khad2,
.khad2:link,
.khad2:visited,
.khad2:hover,
.khad2:active,
text-decoration:none;
border-bottom:none;
}










Budaya: Tidak wujud soal tiru-meniru
KUALA LUMPUR 20 Okt. - Kementerian Penerangan, Komunikasi dan
Kebudayaan hari ini menegaskan tidak wujud soal tiru-meniru atau
pengambilan hak pembudayaan tradisi antara masyarakat Malaysia di
Negeri Sembilan dan rakyat Indonesia di Sumatera Barat.
Menterinya, Datuk Seri Dr. Rais Yatim berkata, masyarakat Indonesia
di Sumatera Barat yang telah berhijrah ke Negeri Sembilan beratus-ratus
tahun lamanya, bebas untuk mengamalkan adat istiadat mereka.

''Piagam Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) juga telah
menggariskan bahawa satu-satu kaum yang berhijrah antara satu sempadan
dengan sempadan negara yang lain, mereka berhak membawa budaya dan cara
hidup secara tradisi sama ada menerusi bahasa, muzik atau pembudayaan
lain.

''Oleh itu, soal budaya tidak seharusnya dipermainkan menerusi media
sehingga Malaysia dilihat sebagai sebuah negara yang hanya bersifat
mempertahankan hala tuju pembudayaan sendiri, katanya.

Beliau berkata demikian pada sidang akhbar sempena kunjungan muhibah
19 wartawan Bukittinggi, Sumatera Barat di kementeriannya di sini hari
ini.

Rais berkata, dalam pertemuan itu, kumpulan wartawan Indonesia
tersebut juga menyifatkan, pihak-pihak tertentu yang mengkritik isu
tarian Pendet sebagai keterlaluan.
''Mereka juga mengatakan golongan tersebut hanya diwakili oleh
kumpulan yang kecil dan tidak mewakili rakyat Indonesia secara
keseluruhannya, katanya.

Dalam pada itu, beliau berkata, kementeriannya akan merapatkan lagi
usaha seni budaya antara antara kedua-dua buah negara melalui dua
program yang akan diadakan di Malaysia dan Indonesia.

''Kita menyambut baik usul untuk mengatur beberapa program
termasuklah program seni penulisan tentang adat istiadat, adat Pepatih
dan adat Temenggung.
''Selain itu, kita akan menentukan sama ada beberapa artis
tradisional dapat bertukar-tukar persembahan antara kedua-dua negara
dari semasa ke semasa, katanya.


  



addthis_pub = 'UtusanOnline'; 
addthis_logo= 
'http://www.utusan.com.my/utusan/design1_files/logo_1.gif';
addthis_logo_background = 'EFEFFF';
addthis_logo_color  = '99';
addthis_brand   = 'Utusan Online';
addthis_options = 'favorites, email, digg, delicious, myspace, 
facebook, google, live, more';




  __
Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update real-time, 
panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi http://id.messenger.yahoo.com/

[ac-i] dibantu malah melempar batu

2009-10-22 Terurut Topik Wajah Bercahaya
   SASTERA-BERITA HARIAN





Godam: 'Antara kemanusiaan, kesombongan dan harga diri!’
Oleh Salbiah Ani
dah...@bharian.com.my




   
SETIAP
kali menyaksikan tayangan video mangsa gempa bumi di Padang, Indonesia,
pasti sebahagian besar daripada rakyat Malaysia tergenang air mata
kerana hiba dan simpati yang melaut terhadap nasib malang tak kunjung
sudah yang terpaksa dipikul rakyat negara jiran itu angkara 'kemarahan'
alam.


Tindak balas semula jadi ini ekoran rasa kemanusiaan rakyat
Malaysia yang melangit sehingga tidak mengenal erti sempadan geografi,
politik mahupun agama, lalu sentiasa bersedia menghulur bantuan
meskipun pada jeda masa yang rapat dan tanpa dipinta kerana kebetulan
malang menimpa bukan atas permintaan mereka.


Tetapi bila dikenang pesawat Tentera Udara Diraja Malaysia
(TUDM) dilontar dengan batu ketika menghantar bantuan kepada tujuh
kampung di Pariaman, Sumatera yang musnah angkara gempa bumi sehingga
500,000 penduduk kehilangan tempat tinggal dan 100,000 kediaman musnah;
ramai rakyat negara ini berang.









innity_country = MY;
innity_client = 17;
innity_zone = 761;
innity_channel = ;
innity_keyword = ;

innity_country = MY;innity_path = /200908_1835/7973/;innity_proxy = 
proxy_8054;innity_ord = ord=[timestamp];function 
ebBannerFlash_0_10318970076590173_DoFSCommand(command,args){ebScriptWin0_10318970076590173.gEbBanners[0].displayUnit.handleFSCommand(command,args,ebBannerFlash_0_10318970076590173);}function
 ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;}









Sikap
berdiam diri pemerintah terhadap ‘kebiadapan’ segerombolan rakyat
negara jiran yang angkuh meskipun ketika tersepit sehingga sanggup
melakukan hasutan untuk melancarkan kempen Sapu Malaysia, mengundang
rasa meluat tidak terperi dan laman maya dijadikan sebagai medan
mencurah rasa.


Antara protes yang diluahkan dalam media maya berhubung
perkara terbabit berbunyi, “Bila tengok rencana kat TV pasal gempa bumi
kat Indon rasa nak tolong. Tapi bila tengok ape benda yang dia orang
buat kat kite, rasanye tak patut kite tolong.”


Yang terlalu marah pula menulis, “Pi tolong orang kafir kena
taufan lagi baik daripada tolong orang Islam Indon yang tak tahu kenang
budi.” dan “Apalah Malaysia, kita sentiasa senyap aje. Bendera yang
menjadi lambang maruah negara kena pijak dan dibakar pun tak bersuara!”

  




Itu
antara beberapa rasa tidak puas hati rakyat negara ini yang
dipanjangkan kepada penulis sehingga media massa pun dipandang lekeh,
lalu dilabel tidak bersemangat patriotik seperti akhbar dan televisyen
negara itu termasuk dalam hal yang membabitkan orang berkedudukan di
Malaysia.


“Indonesia dengan konsep langit terbuka dan media mereka
menghayati dengan sepenuhnya. Berbeza dengan media Malaysia yang tidak
berketik dalam banyak hal. Tahukah Salbiah kes Manohara menjadi berita
utama media cetak mereka dan lahir tiga sinetron dengan salah satu
daripadanya dilakonkan oleh wanita yang melarikan diri itu.


”Malah kes Manohara kerap menjadi tajuk utama dan berita
hangat akhbar tabloid mereka, manakala salah satu daripada sinetron
berkenaan watak utama dilakonkan Manohara sendiri tanpa ‘sekatan’
dialog: ‘Kalau berani si botak itu datanglah ke sini’ dan tafsir
sendiri sejauh mana mereka berani bertindak!”


Kebaikan Malaysia kepada negara jiran yang dilihat sebagai
abang kepada Malaysia pada zaman sebelum merdeka itu turut dapat
dilihat dengan kemasukan karya sastera mereka ke negara ini sama ada
naskhah asal atau versi terjemahan @ dipermudah dan berterusan sehingga
ke hari ini, tetapi tidak buku dari Malaysia.





Penulis
masih ingat teks beberapa pengarang tersohor negara itu seperti Ateis
karya Achdiat K Mihardja, Siti Nurbaya (Marah Rusli) dan Keluarga
Gerilya (Pramoedya Ananta Toer) menjadi teks Sastera Tingkatan Enam
sekolah negara ini sejak 1960-an dan hanya dihentikan pada 1980-an
selepas adanya gerakan protes oleh sasterawan negara ini.


Begitulah mulianya hati Malaysia dalam banyak perkara kepada
negara jiran itu, tetapi tidak dipandang apalagi dihargai dan mereka
yang melakukan protes itu lupa bahawa ramai rakyat Malaysia meluat
dengan kebanjiran rakyat negara jiran itu yang menikmati segala
prasarana awam atas pengorbanan pembayar cukai pendapatan rakyat negara
ini.


Mereka bukan saja datang sebagai pembantu rumah dan pekerja
kontrak, tetapi turut merebut peluang dalam sektor perladangan,
perkilangan, rangkaian restoran makanan segera serta mencuri peluang
perniagaan rakyat tempatan, dengan sesetengah melanggar peraturan
negara ini apabila masuk secara haram serta terbabit dalam kerja haram!


Risikan penulis kepada teman yang baru pulang dari Jakarta
dimaklumkan bahawa penerbangan kadar murah dari Kuala Lumpur ke Jakarta
dan sebaliknya, penuh dengan rakyat kedua-dua negara dan difahamkan
kelompok yang melancarkan Sapu Malaysia @ Ganyang Malaysia adalah di
kalangan 

[ac-i] sastera Kemanusiaan

2009-10-05 Terurut Topik Wajah Bercahaya
SASTERA-UTUSAN MALAYSIA

 
 
 
ARKIB : 04/10/2009










.khad1,
.khad1:link,
.khad1:visited,
.khad1:active {
color:#3366CC;
text-decoration:underline;
border-bottom:#3366CC 1px solid;
}

.khad1:hover {
color:#c03;
text-decoration:underline;
border-bottom:#c03 1px solid;
}

.khad2,
.khad2:link,
.khad2:visited,
.khad2:hover,
.khad2:active,
text-decoration:none;
border-bottom:none;
}










Tema kemanusiaan jadi isi karya sastera
Oleh Muhammad Ali Atan




A. Samad Said 



Novel-novel seperti Crime and Punishment (jenayah dan Hukuman) dan Notes From 
Underground (nota dari bawah tanah) oleh Fyodor Dostoevsky, War and Peace dan 
Anna Karenina oleh Leo Tolstoy, Noli Me Tangere (Jangan sentuh Aku)
oleh Jose Rizal dianggap besar dan agung kerana keupayaan berbicara
secara jujur, luhur dan telus menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan
sejagat. Misalnya Crime and Punishment memaparkan seorang
mahasiswa bernama Raskolnikov membenci sang oportunis yang memeras
rakyat miskin. Dia memutuskan untuk membunuh seorang wanita lintah
darat bernama Alyona Ivanovna yang kaya raya dan merasakan telah
melakukan perbuatan yang benar. 


Dostoevsky tidak membiarkan watak Raskolnikov terus bebas sebaliknya
menghukum kesalahannya melalui pujukan watak Sonia agar dia menyerah
diri kepada pihak berkuasa. Bagaimanapun Raskolnikov didapati tidak
menggunakan harta Ivanovna sedikitpun biarpun dia berpeluang dan hidup
miskin. Dia beranggapan dengan membuat kejahatan maka dia akan dapat
melenyapkan kejahatan. Tetapi Dostoevsky mengemukakan penolakan dan
menegaskan tujuan yang baik tidak menghalalkan cara yang jahat.
Raskolnikov dihukum dibuang dan diasingkan di Siberia. Notes From Underground
menaratifkan watak yang hidup bersendirian. Keperibadian introvert
dianggap sejenis penyakit yang berpunca daripada kekotoran sistem
sosioekonomi Barat. 


Peperangan dan penjajahan melahirkan karya agung dunia seperti War and Peace
merupakan hasil pengalamannya menyertai pasukan tentera Rusia dalam
perang melawan Perancis pada tahun 1812. Tolstoy berfalsafah, Perang
adalah kedinamikan kehidupan kerana dalam keadaan perang, orang
bersedia untuk berdamai. Manakala dalam keadaan damai orang bersedia
untuk berperang. Noli Me Tangere memaparkan strategi penjajah
Sepanyol menjajah minda rakyat Filipina menerusi manipulasi gereja
dibogelkan habis-habisan untuk membebaskan rakyat Filipina daripada
penjajahan kolonial Sepanyol. Pendidikan dijadikan alat untuk
menyedarkan rakyat akan hak-hak bernegara sendiri.

Di Malaysia novel seperti Ranjau Sepanjang Jalan oleh Shahnon
Ahmad dengan jelas menjadi suara kemanusiaan segolongan petani dalam
mendepani takdir kehidupan tanpa peralatan dan ilmu yang mencukupi.
Pembacaan ke atas novel ini nyata memberi kesan apabila mengundang rasa
simpatik pembaca. Pada masa yang sama pembaca turut memberi tanggapan
dengan mempersoalkan kejahilan dan sifat degil watak Lahuma dan nasib
yang menimpa Jeha. 


Begitu juga novel kemanusiaan lain yang dapat diklasifikasikan dalam tema-tema 
tertentu seperti Salina dan Di Hadapan Pulau
oleh A. Samad Said bertemakan kesan peperangan yang mengundang
kemelaratan hidup dan kacau-bilau sosioekonomi masyarakat. Novel Tulang-tulang 
Berserakan oleh Usman Awang, Anugerah dan Panglima Salleh Selempang Merah
oleh Zaharah Nawawi bertemakan sejarah perjuangan kemerdekaan dan
keberanian orang Melayu melawan penindasan penjajahan dan kekerasan. 


Novel Wi dan William oleh Azizi Hj. Abdullah bertemakan isu tanah yang 
disinonimkan dengan hak-hak orang Melayu. Novel satira politik seperti Tikus 
Rahmat oleh Hassan Ibrahim menyindir dengan mewatakkan tingkah laku politikus 
yang gila kuasa. Senjakala
oleh Baharuddin Kahar mengemukakan falsafah perburuan demi mencapai
impian yang berlangsung dalam nostalgia kemenangan sambil dikejar
ketuaan. Novel bergarda depan dan simbolik Naratif Ogonshoto oleh
Anwar Ridhwan membawa gaya naratif penglipurlara yang dimodenkan untuk
mengkreatifkan percaturan strategi politik, kejahilan, kezaliman dan
penawanan. 


masyarakat

Suara-suara kemanusiaan yang terpancar dalam karya
sastera merupakan refleksi sosial masyarakat yang berada dalam
jangkauan sensitiviti pengarang. Pelanggaran dan pemusnahan nilai-nilai
kemanusiaan akibat peperangan, perebutan kuasa dan hegemoni barat
menjadi adunan pengarang yang kukuh akar jatidiri dan sedar fungsi
kepengarangannya untuk menegur, menempelak, menyindir, memparodikan,
mensatirakan dan mengkomedikan perihal yang berlaku untuk membangkitkan
kesedaran masyarakat. 

Kesedaran mendorong introspeksi diri dalam
menilai pemikiran dan tindak tanduk manusia yang pada akhirnya
menyalakan keinginan untuk pulang ke pangkal jalan. Pepatah Melayu
menyebut, sesat di hujung balik ke pangkal bermaksud kepulangan
daripada jalan dan tujuan yang sesat dan binasa kepada jalan dan tujuan
yang benar dan bahagia yang merupakan manifestasi inti fitrah manusia.

Dalam sejarah pertumbuhan 

[ac-i] Melihat Kegiatan Pemetaan Budaya oleh Lembaga Kebudayaan Lamongan (LKL)

2009-09-19 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Radar Bojonegoro-Jawa Pos Group






  
[ Sabtu, 12 September 2009 ]

  

  Melihat Kegiatan Pemetaan Budaya oleh Lembaga Kebudayaan Lamongan (LKL)




  
  Petakan Budaya Dengan Konsep Obat Nyamuk


Banyaknya budaya Indonesia yang diklim Malaysia memantik
keprihatinan mendalam. Untuk mengantisipasi kasus seperti itu terjadi
terhadap kebudayaan Lamongan, para seniman Lamongan yang tergabung
dalam Lembaga Kebudayaan Lamongan (LKL) berinisiatif melakukan pemetaan
budaya asli Kota Soto tersebut.


  B. FEBRIANTO, Lamongan


---

Sekitar 30 seniman Lamongan dari berbagai komunitas
seni, seperti ludruk, wayang, jaran kepang, teater, paguyuban permadani
pada 7 September lalu terlihat berada di tiga kecamatan. Mereka sedang
melakukan safari sekaligus pemetaan budaya.

Perjalanan mereka
diawali dari Kecamatan Modo kemudian dilanjutkan ke Sukorame dan
perjalanan diakhir di Desa Songowareng Kecamatan Bluluk. Di setiap
kecamatan tersebut mereka bersilaturahmi ke rumah para seniman di
masing-masing kecamatan sekaligus mendata serta menanyakan perkembangan
aktivitas seni yang mereka geluti.

Beberapa aktivitas seni yang
didatangi antara lain seni sandur, ludruk, hingga campursari. Mereka
kemudian mendiskusikan hasil safarinya tersebut di halaman rumah Kepala
Desa Songowareng dengan lesehan.

Menurut penasehat LKL, Viddy AD
Daery, Desa Songowareng dipilih sebagai tempat diskusi karena desa itu
dulu dikenal kaya dengan seni ornamen rumah penduduk. ''Memandang Desa
Songowareng saya merasa ada kesan, bahwa dulu desa ini desa kaya karena
banyak terdapat peninggalan rumah-rumah yang terbuat dari kayu jati
berukir indah, dengan bentuk joglo atau bucu sesuai dengan teori
Antropologi Desa yang pernah saya pelajari sewaktu kuliah,'' ungkapnya.

Namun
saat ini, ujar budayawan nusantara tersebut, ada kesan menjadi
terlantar. Rumah-rumah tradisional tersebut satu persatu dijual kepada
orang kota yang ingin mempunyai rumah ala desa. Sebaliknya orang desa
bangga mengadopsi gaya kota dan ramai-ramai membangun rumah tembok yang
tidak akrab lingkungan. ''Padahal di Thailand,Malaysia bahkan
negara-negara Eropa dan Australia, desa tetap desa dan kota tetap kota.
Desa adalah alternatif kota, sehingga kalau orang kota bosan dengan
suasana kota, mereka menjadi turis yang berkunjung ke desa. Desa
menjadi makmur karena menyewakan homestay-homestay untuk orang kota,''
paparnya.

Menurut Viddy, di Indonesia sebenarnya juga mulai
digalakkan program Desa Wisata. Tapi sayangnya desa-desa sudah kadung
rusak karena berusaha menjadi kota. Mereka merasa malu jika tetap
berbentuk desa. ''Sungai-sungai dan jublang-jublang yang dulu asri
ramai-ramai diurug dijadikan tempat membuang sampah,'' tukasnya.

Sementara
itu menurut penasehat LKL laonnya, Haris Asito, kunjungan silaturahmi
ke kantong-kantong budaya itu akan terus digalakkan LKL untuk memetakan
kebudayaan Lamongan sebelum diklaim komunitas lain. ''Buktinya masih
ada kesenian Jepaplokan atau disebut juga Jaran Sepaplok serta Jaran
Kepang Dor di Songowareng yang hidupnya kembang kempis sehingga mudah
diklim pihak lain yang bersedia memberi perhatian,'' paparnya.

Menurut
Ketua LKL, Hidayat Iksan, kunjungan silaturahmi budaya tersebut persis
dengan ketika dewan (DPRD) mengadakan kunjungan hearing. ''Bedanya
hearing ala LKL ini tampak lebih serius dan tulus, sedang yang
dilakukan oleh dewan tampak cuma abang-abang lambe ,'' tukas pria
yang juga mantan anggota DPRD Lamongan itu.

Sekretaris LKL,
Rokhim ED menambahkan, konsep pemetaan budaya yang dilakukan LKL
tersebut seperti makan bubur atau menyalakan obat nyamuk bakar. Yakni
mulai bergerak dari pinggir kemudian ke tengah. Harapannya agar bisa
menyatukan energi kebudayaan lokal yang masih kuat di wilayah
pinggiran. ''Karena baru kali perama dilakukan, hasil pemetaan budaya
tersebut belum bisa disimpulkan. Kesimpulannya setelah safari budaya
ini selesai di semua wilayah. Selanjutnya hasilnya bisa dipikirkan
lebih lanjut menyangkut pengamanan budaya asli Lamongan tersebut,''
tukasnya.

Aktifis seniman dan budayawan yang hadir pada
kesempatan itu antara lain Haris Asito, Hidayat Iksan, Maruwa Naya,
Viddy AD Daery, Rokim ED, Fanani Mosah, Is Kasihady, Kris Yanto dan
Jumartono. Diskusi yang dimulai pukul 16.00 tersebut diakhiri dengan
berbuka puasa bersama.(*)




 









 

  Penerima Dana PKH di Lamongan Rame-Rame Kirim Kartu Lebaran ke Presiden
 

 

  210 Guru-Pengawas Lulus Sertifikasi
 

 

  PT Amartya Siap Bangun Hotel 
 

   

[ac-i] 13 Mei

2009-09-12 Terurut Topik Wajah Bercahaya
   SASTERA-BERITA HARIAN





Dunia Buku: 13 Mei 1969 versi penjajah
Oleh Nazmi Yaakub
na...@bharian.com.my






 
caption image1



   
Pendedahan mengejutkan, tapi kaca mata neokolonialisme


13 Mei: Dokumen-dokumen Deklasifikasi mengenai Rusuhan 1969
Malaysia karya Dr Kua Kia Soong dan terjemahan Seah Li Ling, meninjau
kembali rusuhan perkauman yang menggegarkan negara ini pada 13 Mei
tahun terbabit, berpandukan dokumen sebelah pihak, iaitu British yang
dibuka di Pejabat Rekod Awam, London.


Pembukaan dokumen itu selaras dengan Peraturan Arkib yang
mengkehendaki fail sulit dan rahsia dibuka selepas mencapai tempoh 30
tahun bagi membolehkan orang awam membacanya.







Buku ini dibahagikan kepada lima bab meliputi Bab 1:
Formula Perikatan Bersifat Perkauman; Bab 2: Pilihan Raya 1969; Bab 3:
Rekod Rusuhan; Bab 4: Penilaian Negara Asing tentang Pertukaran Regim
dan Bab 5: Kelas Pemerintahan Melayu Baru, selain bahagian Pendahuluan:
Mempersoalkan Sejarah Versi Kerajaan serta Kesimpulan: Ke Arah
Perdamaian Negara.


Bahagian pendahuluan buku ini menjelaskan dokumen yang menjadi
rujukan dalam buku ini, membabitkan perutusan rasmi oleh Pegawai
Suruhanjaya Tinggi British yang membuat pemerhatian terhadap rusuhan
kaum dan perutusan rasmi Pejabat Luar Negeri dan Komanwel (FCO) yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan negara di Pasifik Barat Daya
termasuk Australia, New Zealand, Indonesia serta Singapura.


Antara dokumen lain yang turut dipetik dalam buku ini ialah
laporan daripada media asing dan kenyataan akhbar oleh Persatuan Palang
Merah Malaysia yang menerangkan kesan rusuhan terbabit, khususnya
membabitkan kematian serta kecederaan.

  





 
Kua Kia Soong






Buku
ini turut berpandukan catatan sulit yang memperlihatkan reaksi
Suruhanjaya Tinggi British di Malaysia Barat dan Timur serta laporan
kepada London, selain penilaian Jabatan Kabinet British, Pejabat Luar
Negeri dan Komanwel serta Kementerian Pertahanan.


Maklumat yang menjadi sandaran dalam penulisan buku ini turut
dikumpul melalui catatan dalam mesyuarat diplomat dan catatan risikan
daripada Kedutaan British, selain turut mengambil kira reaksi
masyarakat ekspatriat British di ibu negara.


Perlu ditegaskan laporan yang dikumpulkan dalam penulisan buku
ini adalah berpunca daripada satu pihak, iaitu British yang pernah
menjajah negara ini dan sudah tentu boleh menimbulkan wasangka terhadap
penilaian pegawai negara bekas imperialis berkenaan yang boleh
dihubungkan dengan maksud neokolonialisme.


Pandangan media dan masyarakat ekspatriat pula sudah tentu
terhad kepada kejadian yang berlaku dalam jangkauan mereka dan mungkin
dipengaruhi oleh pandangan tidak objektif daripada bangsa bekas kuasa
imperialis berkenaan.





Hal
ini boleh dilihat daripada laporan media dengan penggunaan perkataan
yang mungkin bersifat hiperbola seperti kumpulan pengganas seramai
lebah atau penceroboh, yang sudah tentu maksudnya jauh berlainan
sekiranya pembaca cuba membandingkannya dalam konteks hari ini.


Berdasarkan dokumen deklasifikasi dan laporan media terbabit
itulah, buku ini menganggapnya sebagai petunjuk kepada rancangan untuk
menghimpun ‘penjahat muda’ di kediaman Menteri Besar Selangor serta
menyimpulkan pihak keselamatan gagal menjalankan tugas dengan baik
untuk mengekang rusuhan berkenaan.


Buku ini turut memetik pandangan pemimpin dan media daripada
negara jiran serta negara asing yang terkandung dalam dokumen
deklasifikasi itu, sekali gus turut mendedahkan pandangan sinis bekas
Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew.


Pandangan lancang Lee itu termuat dalam telegram FCO yang
menganggap Tunku Abdul Rahman sebagai ‘seorang tua yang bodoh, tetapi
beliau ialah seorang tokoh bapa’, manakala Tun Abdul Razak pula dicemuh
dengan mengatakan, ‘Razak menjadi semakin menyerupai seorang setan yang
pintar’.


Ia disebut dalam telegram yang dihantar Diplomat British di
Singapura, Sir A de la Mare yang bertemu dengan Lee dan kemudian
menghantar telegram berkenaan pada 2 Jun 1969.


Judul buku ini mungkin provokatif dengan maksud memancing
minat pembaca kerana menggambarkan penulisannya berdasarkan dokumen
sulit dan rahsia yang dibuka serta diturunkan tarafnya, tetapi dokumen
terbabit tidak dapat lari daripada pandangan tipikal pegawai tinggi,
perisikan, wartawan dan ekspatriat bekas kuasa imperialis kepada negara
bekas jajahannya.


Kebenaran di sebalik peristiwa 13 Mei sudah tentu tidak boleh
dan tidak wajar ditentukan dengan hanya berlandaskan laporan asing,
sebaliknya perlu diimbangi dengan penyelidikan daripada pengkaji dan
sejarawan tempatan.


Sekiranya buku setebal 165 halaman terbitan Suara Rakyat
Malaysia (Suaram) Komunikasi ini menimbulkan keterujaan pembaca dengan
bahagian yang mempersoalkan sejarah versi kerajaan, maka ia juga
sepatutnya turut mempersoalkan sejarah versi ‘bekas 

[ac-i] Trs: Rilis Arsip Peluncuran Buku SOUTH BANK AIR MATA 1996 di Balai Budaya HORISON [4 Attachments]

2009-09-08 Terurut Topik Wajah Bercahaya


--- Pada Rab, 26/8/09, anuv chaviddy putrak...@gmail.com menulis:

Dari: anuv chaviddy putrak...@gmail.com
Judul: Rilis Arsip Peluncuran Buku SOUTH BANK  AIR MATA 1996 di Balai  Budaya 
HORISON
Kepada: pendekarbudiman1565 pendekarbudiman1...@yahoo.co.id, putrakami 
putrak...@gmail.com, wajahbercah...@yahoo.co.id, horisonpu...@centrin.net.id, 
kom...@kompas.com, kora...@suarapembaruan.com, i...@tpi.co.id, i...@tpi.tv, 
reda...@surabayapost.co.id, reda...@seputar-indonesia.com, 
reda...@alvabet.co.id, r...@surabayapost.co.id, reda...@mediaindonesia.co.id, 
reda...@suarapembaruan.com, reda...@gong.tikar.or.id, reda...@sctv.co.id
Tanggal: Rabu, 26 Agustus, 2009, 4:50 AM

Peluncuran Buku Puisi Tunggal Viddy AD Daery SOUTH BANK  AIR MATA . Ketika 
Viddy ( kelahiran lamongan 28 Desember 1961 ), masih menjadi produser eksekutif 
TPI. Puisi2 itu bertema Australia, hasil mengantar Syuting LENONG BOCAH ke 
Australia pada 1994. Acara Peluncuran Buku Puisi diberi sambutan oleh Hamsad 
Rangkuti ( Pimred HORISON versi BALAI BUDAYA ), dibedah oleh Djamal D Rahman, 
dihadiri : Geoff Fox-Australia, Wowok HP dan aktifis KSI awal, Azwina Aziz 
Mirasa almarhum, Endo Senggono PDS HB Jassin, Leo Kristi dan keluarga, dan 
sebagainya. Acara itu diberitakan di Harian KOMPAS dan mingguan SWADESI.( dok : 
1996 )




  Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda? 
Buat Pingbox terbaru Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[ac-i] BUDAYAWAN LAMONGAN TUMBUH DARI JATIM ke NASIONAL DAN NANTINYA INTERNASIONAL [3 Attachments]

2009-09-04 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Yth.Para Sahabat semua,

Bersama ini adalah rilis album lama tumbuh kembang seorang Viddy AD Daery ( 
lahir di Lamongan 28 Desember 1961 ) :

Foto 1 : Tahun 1980 : pertamakali menerima PIALA JUARA II LOMBA CIPTA PUISI 
NASIONAL majalah Liberty Surabaya, Piala diserahkan oleh Ibu Muhaji Wijaya ( 
isteri Walikota Surabaya ) di sebuah gedung megah di Surabaya pada tahun 1980 ( 
sewaktu Viddy mahasiswa tingkat I FISIP Universitas Airlangga Surabaya ).

Foto 2 dan 3 : Tahun 1986 : menjelang lulus kuliah,Viddy diundang bang Hamsad 
Rangkuti, Pimred Majalah Horison versi Balai Budaya, untuk ikut baca puisi 
memeriahkan HUT ke 20 majalah HORISON di Gedung Balai Budaya Jakarta 1986. Yang 
membaca puisi disamping Viddy adalah Soraya Perucha, Sutardji Calzoum Bachri, 
Mohtar Lubis, Salim Said, Husni jamaluddin dan sebagainya.

( rilis selanjutnya adalah Foto 4 dstnya---yang akan datang )




  Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk 
Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka 
browser. Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

[ac-i] Tari Pendet di Opini UTUSAN MALAYSIA

2009-09-04 Terurut Topik Wajah Bercahaya
FORUM-UTUSAN MALAYSIA

 
 
 










.khad1,
.khad1:link,
.khad1:visited,
.khad1:active {
color:#3366CC;
text-decoration:underline;
border-bottom:#3366CC 1px solid;
}

.khad1:hover {
color:#c03;
text-decoration:underline;
border-bottom:#c03 1px solid;
}

.khad2,
.khad2:link,
.khad2:visited,
.khad2:hover,
.khad2:active,
text-decoration:none;
border-bottom:none;
}










Keliru penari Bali dalam iklan pelancongan/pariwisata Malaysia
SUDAH sekian lama saya ingin mengutarakan pendapat berkenaan dengan
iklan pelancongan Malaysia di mata luar negara. Reaksi daripada pihak media
Indonesia baru-baru ini mengejek Malaysia gara-gara menampilkan penari
Bali dalam iklan pelancongan.

Kasus tarian kepala singa/Reog dan lagu Rasa Sayange sudah selesai. Sekarang
panas semula isu tarian Bali, ‘tari pendet’ pula muncul. Akan panaslah
tempat duduk duta besar serta konsulat jeneral kita di sana, begitu
juga Borhan Abu Samah, wakil Utusan Malaysia di Jakarta.

Melihat akan iklan tersebut, memang saya sendiri terkejut dan ada
juga rasa malu, terhina dan sebagainya seolah-olah Malaysia tidak ada
budaya, miskin kesenian.

Saya sebagai rakyat Malaysia secara peribadi juga berasa seolah-olah
pihak-pihak yang terlibat dengan promosi Pelancongan Malaysia tidak
sensitif akan hal ini,dan biasanya mereka adalah rumpun non-Melayu. 
Padahal,banyak lagi budaya tempatan yang boleh dikatakan
‘serumpun’ dapat diangkat menjadi daya penarik.

Hal-hal yang berkaitan Bali itu tentu jauh sekali untuk mewakili Malaysia,
malah di Indonesia sekalipun, Bali seolah-olah berdiri sendiri. Jangan
lagi digunakan alasan serumpun - selidiki dahulu.

Saya memohon Kementerian Pelancongan memantau penampilan-penampilan
imej Malaysia dalam promosi-promosi budaya kita yang diproduksi swasta. Jika 
diikutkan emosi saya,
saya cadangkan jangan lagi tampilkan apa-apa juga yang ‘berbau’ Indonesia,kita 
tak perlu lagi mengangkat-angkat Indonesia.

Barangkali hal ini dianggap kecil oleh sesetengah golongan, tetapi tidak bagi 
kami sebagai pengamat budaya.



  
___
Nama baru untuk Anda! 
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

[ac-i] Trs: Rilis ke Pertemuan Sastrawan Nusantara/PSN IX di Sumatera Barat 1997 [5 Attachments]

2009-09-04 Terurut Topik Wajah Bercahaya


--- Pada Rab, 26/8/09, Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id menulis:

Dari: Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id
Judul: Rilis ke Pertemuan Sastrawan Nusantara/PSN  IX di Sumatera Barat 1997
Kepada: pendekarbudiman1...@yahoo.co.id, putrak...@gmail.com, 
wajahbercah...@yahoo.co.id, a_ala...@yahoo.com, 
a.rizki_indonesi...@yahoo.co.id, Abi Ravi Viddi abiravivi...@yahoo.co.id, 
Acicis Yogyakarta aci...@murdoch.edu.au, ade.suken...@deplu.go.id, 
afrionb...@yahoo.com, Agung Wijaya azollapin...@yahoo.com, 
ahmadu...@yahoo.com, aidaidris2...@yahoo.com, a...@dbp.gov.my, 
alfat...@yahoo.com, alumnifisipu...@yahoogroups.com, 
amangmawardi2...@yahoo.com, arifinkatiq_...@yahoo.com, 
arina_szm@hotmail.com, atriza_u...@yahoo.com, austi...@yahoogroups.com, 
ananda_spee...@yahoo.com, artculture-indonesia@yahoogroups.com, 
apresiasi-sas...@yahoogroups.com, apaka...@yahoogroups.com, 
melg...@pd.jaring.my, matan_...@yahoo.com, masc...@gmail.com, m...@ukm.my, 
hamz...@yahoo.com, hasan.bi...@tpi.tv, henri1...@yahoo.com, 
hhas...@apb.ubd.edu.bn, hhas...@fass.ubd.edu.bn, hori...@centrin.net.id, 
daarut-tauh...@yahoogroups.com, daeng_ti...@yahoo.com,
 darawindi2...@yahoo.co.id, daru_priyamb...@yahoo.com, dato_kem...@yahoo.com, 
deddymiz...@windowslive.com, denbi...@yahoo.com, deny_mani...@yahoo.com, 
dhila_ha...@yahoo.com, dians_lung...@yahoo.co.id, djoko_fine...@yahoo.com, 
dimasarikmihar...@yahoo.co.id, dk_ja...@yahoo.com, di...@email.com, 
di...@um.edu.my, d...@centrin.net.id, d...@kompas.com, dph_dj...@yahoo.com, 
Jan Van Der Putten mlsj...@nus.edu.sg, jamal_d_rah...@yahoo.com, 
jurnali...@yahoogroups.com, jip-un...@yahoogroups.com, jil kalaran 
jilkala...@yahoo.com, k...@kompas.com, kklan...@indosat.net.id
Tanggal: Rabu, 26 Agustus, 2009, 5:32 AM

Tahun 1997,Viddy-budayawan Asia Tenggara asal  LAMONGAN diundang oleh Bang 
Hamid Jabbar sebagai salah satu pembicara/pemakalah di Pertemuan Sasterawan 
Nusantara 9 di Sumatera Barat 1997.
Pembukaannya di Bukit Tinggi oleh pak Menteri Moerdiono.
PSN berlangsung di Sekolah INS Kayu Tanam selama seminggu.
Penutupan di Kantor Gubernur Sumbar di kota PADANG di tepi pantai Malin Kundang.

Foto 1 : Setelah Upacara Pembukaan PSN IX lalu berfoto di Jam gadang Bukit 
Tinggi.
Foto 2 : Berfoto di Pasar Atas Bukit Tinggi lalu berburu makan siang dengan 
makanan lokal.
Foto 3 : Jadi pembicara PSN berdampingan dengan Haji Hamzah Hamdani/Gapena 
Malaysia, dan pembicara dari Sumbar.dan pembicara dari Makasar sedang 
bicara.
Moderator dipegang Jose Rizal Manua,penyair dan deklamator Jakarta keturunan 
Sumatra.
Foto 4 : Berfoto bersama para aktifis
 KSI awal / Wowok dkk setelah makan siang di kantin PSN Kayu Tanam.
Foto 5 : Viddy, Jamal D Rahman dan seorang budayawan Johor,Malaysia berfoto 
dengan para adik2 pelayan/pramusaji PSN Kayu Tanam, usai sarapan pagi.

( Dok.Visi Aman Sentosa Dahsyat ) 




  Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat -  Rasakan Yahoo! Mail baru yang 
Lebih Cepat hari ini!


  Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka 
dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! 
http://id.messenger.yahoo.com/invite/

[ac-i] Trs: Rilis Rombongan Ke Pertemuan Sastrawan Nusantara 10 di Johor Baru,Johor,Malaysia 1999-bersama rombongan HORISON [4 Attachments]

2009-09-04 Terurut Topik Wajah Bercahaya


--- Pada Rab, 26/8/09, anuv chaviddy putrak...@gmail.com menulis:



Tahun 1999, UNTUK PERTAMA KALINYA VIDDY KE MALAYSIA--kalau ke luar negeri sudah 
pernah ke Australia dalam rangka syuting LENONG BOCAH-TPI.

Kami diundang Pak Taufik Ismail dan Ibu Atik Ismail dari majalah HORISON untuk 
ramai-ramai sekitar 30-an orang sastrawan tua-muda Indonesia, menyeberang naik 
kapal laut dari Tanjung Priok ke Batam dua hari semalam, nginep di Batam 
semalam ditaja oleh Pak Ismeth Abdullah--kini Gubernur Kepri--yang waktu itu 
masih menjadi Kepala Otorita Batam,karena Bu Aida Ismeth adalah sahabat Bu Atik.


Setelah keliling Batam 2 hari, lalu menyeberang ke Singapura lalu keliling 
Singapura 1 hari, baru naik bus melewati jembatan antarabangsa menuju Hotel 
Hyat Johor Baru, tempat Pertemuan Sastrawan Nusantara/PSN X dilaksanakan.


Foto 1 : Viddy dan beberapa sastrawan al. Subhanuddin Alwi Cirebon dan Jamal D 
Rahman redaktur Horison ( waktu itu belum Pimred ), berfoto persis ketika kapal 
lepas jangkar dari pelabuhan Tanjung Priok.

Foto 2 : Di tengah laut masih dekat perairan Tanjung Priok, Viddy berfoto 
dengan Pak Taufik Ismail, Ibu Atik Ismail,Helvy Tiana Rosa dan sekretaris Bu 
Atik.


Foto 3 : Mampir di Singapura, di sebuah tempat wisata Bukit, berfoto bersama 
Isbedy Stiawan Lampung.

Foto 4 : Viddy berpose di pantai Selat Tebrau, yang memisahkan daratan Johor 
dengan Singapura nun di seberang sana. ( Dok.Visi Amansentosa Dahsyat )




  Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

[ac-i] BANGKA pOS.com : Temu Sastrawan Indonesia II Kurang Sambutan

2009-09-04 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Berita


04 agustus 2009 09:00Temu Sastrawan Indonesia II Kurang 
SambutanPangkalpinang, Babel - Pertanyaan  tentang sejauh mana kontribusi 
perhelatan akbar Temu  Sastrawan Indonesia (TSI) II 2009 untuk menggaungkan 
sastra
lokal (Bangka Belitung) selaku tuan rumah akhirnya terjawab sudah.
Sebanyak 16 orang narasumber yang terdiri dari sastrawan ternama,
kritikus dan peneliti sastra Indonesia tersebut, hanya melemparkan
wacana-wacana teoritis tanpa diperkuat dengan rekomendasi nyata tentang
kebangunan sastra lokal di ranah nasional. Kita akhirnya betul-betul
menjadi penonton. Hanya nilai-nilai normatif (silaturrahmi) yang dapat
kita petik. Sementara nilai intelektualitas tentang bagaimana membangun
sastra lokal agar lebih gemilang di tingkat nasional, tidak terasa kita
dapatkan, ungkap sesepuh adat sekaligus pegiat budaya dan sastra
Bangka Belitung, Suhaimi Sulaiman, usai mengikuti Forum Dialog dan
Apresiasi Sastra di Gedung Diklat Provinsi Babel, Sabtu (1/8). Hampir
semua narasumber, kata Suhaimi, hanya melemparkan wacana bersifat teori
tanpa memberikan kontribusi atau jalan keluar yang nyata bagaimana
membangun dunia sastra lokal agar lebih diperhitungkan di tataran
nasional. Kontribusi seperti ini yang sebenarnya kita harapkan muncul.
Kalau hanya sekadar teori barangkali dapat kita pelajari dari
buku-buku, tandas Suhaimi. Suhaimi mengakui, dari sisi serimonial, TSI
II 2009 yang mengusungkan tema Sastra Indonesia Pascakolonial, sangat sukses 
dan  meriah. Kawan-kawan
yang terlibat di panitia, termasuk pihak Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, saya pikir sudah memberikan kontribusi yang besar terhadap
meriahnya kegiatan ini. Rasa dahaga untuk bertemu kawan-kawan sastrawan
ternama dari pelosok tanah air terasa terlampiaskan, kata Suhaimi
seraya menyarankan, agar TSI di masa yang akan datang selain menekankan
pentingnya nilai silaturrahim, juga hendaknya memperhitungkan
rekomendasi tentang sastra lokal agar lebih menggeliat lagi. Khususnya
bagi tuan rumah, setidaknya even TSI meninggalkan benih intelektualitas
untuk disemai agar kelak berbuah lebat dan dapat dipetik oleh sastrawan
lokal serta masyarakat sebagai modal memajukan sastra lokal kita,
papar Suhaimi.Perumusan TemaRadhar
Panca Dahana, salah seorang narasumber Dialog dan Apresiasi Sastra TSI
II 2009 mengungkapkan, tidak terpenuhinya harapan kawan-kawan daerah
mengenai kontribusi yang dilahirkan dari TSI II, pada dasarnya bukan
terletak pada kesalahan materi yang disampaikan. Menurut Radhar,
persoalannya terletak pada perumusan tema yang disuguhkan oleh pihak
panitia penyelenggara. Jauh-jauh hari kita sudah disodorkan untuk
berbicara tentang Sastra Indonesia Pascakolonial sebagaimana tema TSI
II. Ya, otomatis kita akan berbicara tentang tema, menterjemahkannya
sesuai konteks yang disodorkan kepada kita, kata Radhar.Kendati
demikian, kata dia, dalam ruang tanya jawab, beberapa peserta ada yang
mempertanyakan masalah sastra lokal dan kaitannya dengan persoalan
sastra secara nasional saat ini. Jawaban yang disampaikan oleh para
narasumber, mungkin memang agar terbatas dan tidak terlalu dikupas
tuntas, mengingat pertanyaan-pertanyaan tersebut lepas begitu saja dari
paparan makalah, ujarnya.Lebih
lanjut dikatakan Radhar, dalam konstalasi sastra nasional saat ini,
peran sastra lokal sudah cukup baik dan bagus. Jadi saya pikir,
kreativitasnya saja yang lebih perlu ditingkatkan. Dari sisi kualitas
sudah amat baik. Yang penting terus saja untuk berkarya, jangan pernah
ada kata berhenti. Kemajuan atau upaya membangun lebih gemilang sastra
lokal, tentunya tidak mutlak harus melalui kegiatan seperti TSI ini,
jelas Radhar. Ditanya bagaimana sejauh ini kontribusi sastra lokal,
khususnya Bangka Belitung dalam mewarnai sastra di tataran nasional,
Radhar mengaku belum melihat sesuatu yang dapat diandalkan dari kronik
sastra Babel untuk tanah air. Saya belum melihat hal itu. Atau mungkin
terlepas dari perhatian saya tentang hal tersebut, ujarnya.Sementara
pembicara dari Yayasan Lontar, Jhon McGlynn, menyatakan, tema yang
diusung dalam TSI II 2009 terkesan terlalu luas. Mestinya ada
pengerucutan yang lebih kecil, misalnya diarahkan kepada konteks yang
lebih lokal, sehingga akan mampu menjawab tantangantantangan apa dan
jalan keluar yang bagaimana yang perlu dirumuskan untuk memberi jawaban
sebagaimana harapan kawankawan daerah. Kendati tidak berupa jawaban, ya
mungkin ada sejenis rekomendasi untuk dijadikan PR bersama, papar Jhon.
Menurut
hemat Jhon, TSI II 2009 terkesan kurang mendapat perhatian masyarakat
luas. Masyarakat tampaknya kurang memanfaatkan momen ini. Para pelajar
dan mahasiswa juga tidak terlihat antusiasnya. Saya tidak tahu persis
apa persoalannya, apa memang tidak dilibatkan ataukah karena tempat
penyelenggaraannya yang jauh dari pusat keramaian, tandas Jhon. Jhon
mengakui, sejak berada di Bangka Belitung tiga hari lalu, ia menangkap
suatu yang unik dan mestinya 

[ac-i] Rendra di Utusan Malaysia

2009-08-17 Terurut Topik Wajah Bercahaya
SASTERA-UTUSAN MALAYSIA

 
 
 
ARKIB : 09/08/2009










.khad1,
.khad1:link,
.khad1:visited,
.khad1:active {
color:#3366CC;
text-decoration:underline;
border-bottom:#3366CC 1px solid;
}

.khad1:hover {
color:#c03;
text-decoration:underline;
border-bottom:#c03 1px solid;
}

.khad2,
.khad2:link,
.khad2:visited,
.khad2:hover,
.khad2:active,
text-decoration:none;
border-bottom:none;
}










Pulangnya Burung Merak Jogja
Oleh Ku Seman Ku Hussain



Di Nusantara dia diberi gelaran manis, Burung Merak Jogja.
Terbangnya ke serata dunia dengan sayap sastera, tidak lekang semangat
Indonesia dan sangat tebal pula protes terhadap arus perdana. Biarpun
usia melewati tujuh dekad, dia masih ampuh berpuisi lantang di pentas
teater.

Dia memilik nama besar selepas dipenjarakan beberapa kali pada era
bekas Presiden Suharto kerana puisi protesnya. Keluar penjara dia tetap
tokoh yang dijulang oleh segenap warga, dari tokoh politik hingga
pelacur-pelacur di kota Jakarta.

Demikian percikan pengaruh puisi kepada sasterawan tersohor
Indonesia, W.S Rendra yang menutup usia 74 tahun pukul 10.22 malam
Khamis lalu di Jakarta Utara. Rendra atau nama sebelum memeluk Islam
Wilibrordus Surendra Broto ini berjuang menerusi wadah sastera; puisi
dan teater. Selepas memeluk Islam, Rendra menukar namanya kepada Wahyu
Sulaiman Rendra atau singkatannya W.S. Rendra.

Pengaruh Rendra sangat digeruni pemerintah, acara deklamasi puisinya
kerap diserbu dan beberapa kali pula Rendra dihumban ke rumah pasung.

Tetapi Burung Merak Jogja ini tidak pernah tewas, sayapnya tidap pernah
patah. Buktinya pada dekad 80-an, acara deklamasi puisi Rendra yang
dikenakan tiket RM30 penuh sesak seumpama konsert artis popular.

Sepanjang hayatnya, Rendra tidak pernah toleran kepada
penyalahgunaan kuasa oleh pihak berkuasa. Rendra bangun memprotes dan
menjadi suara golongan gelandangan yang hidup di bawah jambatan di
Jakarta. Rendra menjadi sasterawan pertama yang mendapat sokongan hebat
seluruh pelacur-pelacur Kota Jakarta selepas mencipta puisi Bersatulah 
Pelacur-Pelacur Kota Jakarta.

riwayat

Membaca riwayat Rendra, saya begitu teringin untuk menemuinya.
Terlalu terpagut dengan lancang suara dan aksi tatkala berteater. 


Tahun 1985, apabila Rendra mengadakan program bersama Grup Teater
Kreatif, saya dan wartawan Zaini Nasri (kini Pengarah Hal Ehwal Pelajar
Universiti Utara Malaysia) mewawancara Rendra, dari kisah dunia sastera
hingga pergulatan politik Indonesia.
Rendra memperlihatkan ketokohan sebagai pemimpin yang menggerakkan
perjuangan rakyat. Jawapannya penuh yakin dilontarkan dalam suara yang
sangat tenang apabila menggambarkan rejim Suharto sebagai perompak
kesejahteraan rakyat.

Wawancara yang berlangsung di Rumah Grup Teater Kreatif itu memberi
peluang kepada saya mengenali karakter dan laras pemikiran sastera
besar yang memilih jalan kiri untuk sampai ke destinasinya. Saya masih
ingat kata-kata Rendra apabila kami berdua mengasak dengan soalan
mengenai rejim Suharto yang banyak menangkap golongan seniman, kata
Rendra, Mereka boleh penjarakan saya, bukan perjuangan saya.

Lelaki berambut gondrong, seluar jeans dan satu butang baju pasti
terbuka di dada, bukan saja sangat tangkas ketika mendeklamasi puisi
malah bertenaga seperti orang muda. Puisinya pula lebih berupa naratif
yang sangat sukar disampaikan oleh deklamator lain yang tidak mempunyai
stamina yang sama. Rendra mencurahkan lebih separuh daripada usianya
kepada sastera dan teater. Rendra menulis naskhah teater dan melakonkan
sendiri menerusi konsep teater yang dikenali sebagai mini kata.

Rendra yang dilahirkan di Solo pada 7 November 1935 bukanlah secara
kebetulan terjerumus dalam kancah sastera dan perjuangan golongan kiri
di Indonesia. Selepas tamat sekolah, Rendra memasuki Fakulti Sastera
dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, kemudian melanjutkan pengajian
di American of Academy of Dramatic Art di New York.

Sekembali dari New York tahun 1967, Rendra membangunkan Bengkel
Teater di Jogjakarta. Di situ Rendra menjadi pengasuh kepada golongan
muda yang meminati sastera dan teater. Karya-karya awalnya sudah berbau
protes selepas Rendra terpasung kepada perjuangan mahasiswa yang cukup
hebat pada dekad 70-an. Rendra tidak membuat demonstrasi jalanan tetapi
melontarkan protes dalam karya-karyanya.

Selain memprotes dalam puisi dan teater, Rendra memperlihatkan
pemerhatian tajam kepada gejolak sosial kelas rendah. Dari situ
lahirlah puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta, Pesan
Pencopek Kepada Pacarnya, Blues Untuk Ronnie, State of Emergency, Sajak
Seorang Tua Tentang Bandung Lautan Api dan Mencari Bapak.
Antara karya teater Rendra yang menjadi sebutan ialah Oedipus Rex, Kasidah 
Berzanji, Perang Troya Tidak Akan Meletus dan Kereta Kencana. Prestasi Rendra 
di dunia sastera ditandai dengan banyak penghargaan yang diterimanya. Antaranya 
ialah Achmad Bakrie Award 2006 kerana menunjukkan bentuk yang unik dalam dunia 

[ac-i] South bank air mata : kumpulan sajak-sajak tema Australia / karya Viddy A.D Book Bib ID 3989097 Format Book Author Viddy A. D. (Viddy Alymahfoedh Daery) Edition Cet. 1. Description Jaka

2009-08-17 Terurut Topik Wajah Bercahaya


South bank  air mata : kumpulan sajak-sajak tema Australia / 
karya Viddy A.D

   





Book



Bib ID

3989097



Format

Book



Author

Viddy A. D. (Viddy Alymahfoedh Daery)





Edition

Cet. 1. 





Description

Jakarta : Visi Amansentosa Dahsyat, 
1996. 

22 p. ; 
21 cm. 




Notes

Indonesian poems about Australia.



Subjects

Australia - Poetry.





Also Titled

South bank dan air mata








  
  extdata.add_hook (showGoogleBooksPreview);
  extdata.add_hook (showOnlineShopLink);
  




Holdings

Comments

Librarian's View

Copyright Status






  
  
  





Details
Collect From






Np 899.22112 V651ut
Copy: N pbk
Main Reading Room  (Australian Collection)

  







  







  



  


  

  

Have a question?

For reference enquiries and general questions on
items in the collection, ask a librarian.

For comments and suggestions on the catalogue site, please let 
us know.



  Similar Items


  Australien : Notizen vom funften Kontinent / Lucjan 
Wolanowski


  Australia / Robin Mead


  This is Australia / [by] Olaf Ruhen ...[et al]


  Picture reference book of Australia / consultant 
historian Barry Collett ; research and illustrations Gi...


  This is Australia / by Olaf Ruhen ... [et al.]

  

  Explore
  Preview at Google Books
Add to delicious


  


flashHoldings('detailsDiv');



New search |
  Advanced search |
  Browse |
  Search history |
  User lists |
  New items |
  Site news |
  Site feedback |
  Ask a librarian |
  Help

  

  


  



  


  Wajib militer di Indonesia? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! 
http://id.answers.yahoo.com

[ac-i] arsip Jantung Pisang Raja

2009-08-17 Terurut Topik Wajah Bercahaya

[ac-i] JANTUNG PISANG RAJA
anuv chaviddy

Tue, 22 Apr 2008 22:43:15 -0700









google_protectAndRun(ads_core.google_render_ad, google_handleError, 
google_render_ad);


Viddy AD Daery :

JANTUNG PISANG RAJA

Gulailah jantung pisang raja
Dengan sambal belimbing kuning
Atau dimasak dendeng kering
Laksana pesta di Pondok Burana *)

Gulailah jantung penyair nyinyir
Dengan sambal dengki dan resah
Nyeri pedih dibelah bibir
Seperti pemabuk berpesta ludah

“Aguk,dimanakah Javed Satha berada?
Apakah mengunjungi makam Sunan Sendang?
Ataukah berenang bersama ikan sembilang?”

Mereka bersama bocah angon di Hutan Kayu
Memanjat pohon belimbing sore-sore
Untuk sambal gulai jantung pisang raja
Bekal pesta “Rembulan Jembar Kalangane”

Jakarta, 20 April 2008 01.00

(*) Pondok Pesantren Burana berada di pedalaman Hutan
Narathiwat,Pattani,Thailand selatan.

Curiculum Vitae : 
Viddy AD Daery atau Drs. Ahmad Anuf Chafiddi, lahir di
Lamongan,Jawa Timur, 28 Desember 1961, menulis puisi,
cerpen, novel, artikel/kolom dan naskah drama serta
naskah sinetron.Juga melukis dan merancang manajemen
televisi dan kurikulum pendidikan televisi.
Garis Besar Riwayat Hidup : 
-1987 : Lulus sebagai sarjana sosiologi dari FISIP
Univ.Airlangga Surabaya.
-1987-1995 : Menjadi wartawan/koresponden Surabaya
Post dan Jawa Pos.
-2000-sekarang : Koresponden WARTA GAPENA, Malaysia ,
sambil menjadi sutradara TV, penulis dan pelukis.
-1991-2002 : Bekerja di TPI ( Televisi Pendidikan
Indonesia ) sebagai produser eksekutif. 
-2002-2007 : Menjadi sutradara dan penulis naskah
sinetron dan Company Profile di beberapa Production
House. Sambil mengajar beberapa matakuliah
pertelevisian di SDM CITRA-PPHUI Jakarta.
-2008 : Menjadi anggota Tim analis media Staf Khusus
Menkominfo.

Sebagai Penulis KOLOM TETAP : 
-Tabloid MEMORANDUM-Surabaya ( zaman mahasiswa sekitar
1980-1985 ).
-Surabaya Post ( 1990-an ).
-Jawa Pos ( 1990-an-2000-an ).
-Harian Suara Merdeka –Semarang ( 1990-an ).
-Harian Pikiran Rakyat –Bandung ( 1990-an ).
-Republika ( 1990-an-2000-an ).
-Rakyat Merdeka ( 2000-an ).
Karya-karya di SMA dan mahasiswa sebagai penulis
naskah drama dan sutradara dan pemain: 
-Criezies ( Teater SMAN IV Malang ).
-Taubatan Nasukhah ( Teater Remaja Islam
Laren-Parengan Lamongan ).
-Pengibaran Bendera Pusaka ( Teater Patriana Surabaya
).
-FS Remaja-remaja Harapan ( Teater Diskusi di TVRI
Surabaya ).
-FS ACI : Sepatu Baru ( Pustekkom Dikbud di TVRI
Nasional ).
-FS ACI : Hengki Hengki ( Pustekkom Dikbud di TVRI
Nasional ). 
Karya-karya di TPI sebagai Redaktur Features SERBANEKA
( 1991 ) : 
-Jakarta di waktu malam.
-PDS HB Jassin.
-Majalah HORISON.
-Perpustakaan di Jakarta.
-Arsip Nasional.-dllnya.
Karya-karya di TPI Sebagai Produser,Penulis Naskah dan
sesekali Sutradara dan Pemain :
-Diamor.
-Jogelo.
-Neo Panggung Jakarta.
-Dagelan Neo Mataram.
-Lenong Bocah.
-Gelak Ria.
-Komedi Anti Stres.
-Kentrung Humor.
-Komedi John Rocky.
-Patrio Ngelaba.
-Telenovela Dimana Cinta kutitipkan.-Dlsb.
Riwayat Pendidikan : 
1.Taman Kanak-kanak Aisyiyah
Pangkatrejo,Parengan,Lamongan.
2.Sekolah Dasar Negeri Laren,Lamongan.
3.Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah Laren,Lamongan. (
sore hari )
4.Sekolah Menengah Pertama Negeri I Tuban.
5.Pondok Pesantren Al-Ma’hadul Islami, Tuban ( sore
hari ).
6.Sekolah Menengah Atas Negeri IV Malang.
7.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan
Sosiologi,Universitas Airlangga,Surabaya.
8.Fakultas Ushuluddin Jurusan Akidah dan Filsafat,
Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
9.Akademi Wartawan Surabaya AWS ( 3 tahun minus ujian
negara ).
Pendidikan dan Pelatihan : 
1.  25 Juli-6 Agustus 1983 : Kursus TV Pendidikan I di
BPM TV-Pustekkom Dikbud Jawa Timur di Surabaya. 
2.  29 September-31 Oktober 1983 : Kursus TV Pendidikan
II di BPM TV-Pustekkom Dikbud Surabaya. 
3.  12 Agustus 1991 : Seminar Kejahatan Perbankan,
penyelenggara TPI  Law Office Warsito Sanyoto di
Jakarta. 
4.  2-4 September 1991 : Penataran Pemilu Bagi
Pengelola Media , penyelenggara : Pemda DKI  BPRSNP
di Puncak, Bogor. 
5.  15-18 Februari 1993 : Penataran Penulisan Naskah TV
Pendidikan, penyelenggara : TPI, UT, Teleac Belanda
dan Pustekkom Pusat di Jakarta. 
6.  12-21 Oktober 1998 : Pelatihan Program TV Seni
Tradisional, penyelenggara : SAV Pusat Jogja  The
Ford Foundation di Jogjakarta. 
7.  15-18 September 1999 : Pelatihan Synergic Building,
penyelenggara : TPI  Indosat di Jatiluhur,
Purwakarta,Jawa Barat. 
8.  Juni 1999 : Kursus Bahasa Inggris II di LIA Slipi,
Jakarta. 
9.  September 1999 : Kursus Bahasa Inggris III di LIA
Slipi,Jakarta. 
10. Dan masih sangat terlalu banyak lagi. 
Keberhasilan Khusus / Puncak Prestasi : 
1 . Menghantar acara-acara TPI merebut 8 Piala Vidia
pada FSI 1994 dan FSI 1995.
2. Memenej acara-acara TPI yang berada dalam lingkup
tanggungjawabnya, meraih rating tinggi ( masuk 10 top
program versi SRI/kini AC Nielsen Indonesia ), 

[ac-i] Arsip BERITA HARIAN

2009-08-06 Terurut Topik Wajah Bercahaya








Pesta
Penyair Indonesia
yang 

berlangsung

pada
25­28 

Mei
2007 di Taman Budaya 

Sumatera
Utara Medan ini 


adalah
bersempena dengan The 

1st
Medan
International Poetry 

Gathering. 



Pesta

yang

dianjurkan


Laboratorium
Sastra Medan, 

Dinas
Kebudayaan dan Para­

wisata
Medan, Dewan
Kesenian 

Medan dan Garuda Plaza Hotel


Medan ini bertujuan untuk
mem­

pertemukan
penyair Indonesia


dengan

penyair

seluruh


Nusantara.

Antara lain, pesta 

puisi
ini bertujuan untuk mewu­

judkan
ruang komunikasi dan 

mempererat
hubungan silaturah­

him
antara penyair serantau, di 

samping
mengamati tradisi sas­

tera
dan adat istiadat daerah.


Pesta
ini disertai oleh lebih 

150
orang penyair dan pengkritik 

sastera
dari Indonesia, Malaysia, 

Brunei,Thailand,danSingapura.


Dewan
Bahasa dan Pustaka 

Kuala
Lumpur diwakili oleh 

Mohd
Amran Daud, Saifullizan 

Yahaya,
dan Sharunizal Mohd 

Noor.


Pesta
ini berjaya menarik per­

hatian
ramai peserta melalui 

sesi
pembentangan kertas kerja 

oleh
tokoh penyair/pengkritik 

tersohor
seperti Ahmadun Yosi 

Herfanda,
Afrion, Viddy AD 

Daery (Indonesia), S.M. Zakir, 

Mohamad

Saleeh

Rahamad


(Malaysia),
dan Zefri Arif dan 

Syed
Mansor (Brunei).


Dalam
kertas kerja utama, ber­

tajuk
“Sepintas Sastra Indonesia


Mutakhir”,
Ahmadun Yosi mela­

hirkan
kesenangannya

terha­

dap
kesusasteraan Indonesia


yang
semakin berkembang, dan 

sangat
menarik untuk dicermati. 

Pelbagai
ragam fiksi diutarakan 

dalam
karya termasuk fiksyen 

sejarah,
fiksyen budaya, dan pen­

tafsiran
baharu. 



Sementara
itu, SM Zakir dalam 

kertas
kerjanya, “Tiga Penyair 

Malaysia

dalam

Pergelutan


Ruang
Ketiga” mengetengahkan 

tiga
orang penyair Malaysia yang 

mewakili
era mutakhir, iaitu 

Rahimidin
Zahari, Shamsuddin 

Othman,
dan Zaen Kasturi.

Tiga
orang tokoh ini mewakili 

golongan
peribumi tradisi yang 

tegar
mempertahankan keperib­

adian
bangsa berasaskan hubun­

gan
tekal histriografi, etnografi, 

psikologi
dan

nilai
autentik 

bangsadannegara,melaluikarya


mereka.


Selain
sesi pembentangan, 

Pesta
Penyair Indonesia ini juga 

menyelitkan
dialog Kebudayaan 

Serantau
dan Musyawarah Sas­

terawan
Nusantara. 

Pesta
tahunan yang diadakan 

secara
penggiliran (Indonesia, 

Malaysia,
Brunei, Thailand) 

ini
diserikan dengan persem­

bahan
baca puisi oleh penyair 

Indonesia,
Tarmizi Rumahitam, 

dan
Nurhilmy Daulay. Penyair 

Malaysia,
Mohd Amran Daud 

(DBP)
dan Amirul Fakir serta 

penyair
Brunei, Zefry Arif turut 

membuat
persembahan.


( OlehMohdAmranDaud )

 




  Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail 
ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/

  1   2   >