[ac-i] WS Rendra dikenang di USM Pulau Pinang
Sastera-BERITA HARIAN Cetak . Emel Rakan . WS Rendra wira manusia 'kecil' Oleh Rashiqah Ilmi Abd Rahim rashi...@bharian.com.my 2010/08/16 ANTARA mereka yang menyertai Seminar WS Rendra: Mengenang Rendra dalam Hubungan Budaya Antara Malaysia dan Indonesia di USM, baru-baru ini. Permasalahan mereka yang dibangkitkan dalam karya tarik khalayak KETOKOHAN Allahyarham WS Rendra sebagai penyair yang membela nasib manusia ‘kecil’ dan serentak itu berlaku kritis terhadap dasar pemerintah Indonesia dibongkar pada Seminar WS Rendra: Mengenang Rendra dalam Hubungan Budaya Antara Malaysia dan Indonesia. Turut dibongkar, kelantangan WS Rendra dalam memperjuangkan nasib golongan terpinggir sehingga memberi kesan besar terhadap dunia politik Indonesia, sekali gus membuktikan lidah kepengarangan lebih tajam daripada mata pedang. Pensyarah Fakulti Bahasa Moden dan Komunikasi (FBMK), Universiti Putra Malaysia (UPM), Prof Madya Dr Lim Swee Tin berkata, puisi Nyanyian Angsa dan Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta berjaya memperlihatkan perjuangan Rendra untuk kelompok terbabit. “Dalam puisi Nyanyian Angsa, Rendra memperjuangkan nasib pelacur yang diusir, Maria Zaitun kerana mengidap sifilis, bukan saja gagal mendapatkan rawatan sempurna di klinik, tetapi turut dinasihati paderi di gereja yang menyuruh Maria berjumpa dengan pakar sakit jiwa,” katanya ketika melapah Rendra di Tengah-Tengah Manusia Kecil, Lantang Menyuarakan Penentangan. Seminar anjuran Persatuan Karyawan Pulau Pinang dengan kerjasama Kementerian Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia dan Dewan Bahasa dan Pustaka Wilayah Utara itu berlangsung di Dewan Budaya, Universiti Sains Malaysia (USM), Pulau Pinang baru-baru ini. WS Rendra turut sinis terhadap kepemimpinan Indonesia dalam Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta yang sinis melalui watak Sarinah dan Dasima, pelacur yang sering didampingi pemimpin, penguasa dan pemerintah yang gemar melontarkan janji manis terhadap masyarakat bawahan. Selain menonjolkan kerosakan moral sesetengah pembesar dan mendedahkan segala kepincangan yang berlaku terhadap masyarakat bawahan, WS Rendra turut dilihat mengambil posisi membela manusia kecil dengan menenangkan mereka melalui unsur nasihat yang diselitkan dalam puisi itu. “Karya WS Rendra tidak sekadar indah, malahan menggerakkan kesedaran masyarakat dengan rentetan transformasi perjuangan. Ketajaman mata penanya menyebabkan beliau pernah ditahan, dipenjarakan dan kadang kala penonton bangkit merusuh selepas mendengar deklamasinya. “Inilah buktinya bahawa karya sastera pernah memberi impak yang besar kepada negara dan masyarakat. Berbeza dengan kebanyakan karya penyair pada hari ini yang kurang menunjukkan taringnya, walhal sastera sudah terbukti sebagai alat penyampaian yang berkesan,” jelasnya. Sasterawan Indonesia, Putu Wijaya, pula menjelaskan WS Rendra yang mendapat jolokan Burung Merak itu sudah menjadi fenomena dan inspirasi penggiat seni di Indonesia kerana kebijaksanaannya melontarkan kritikan sosial yang mewakili suara rakyat. “WS Rendra menyebabkan penonton berasa diwakili pada zaman yang penuh dengan tekanan itu, meskipun kritikannya tidak baru dan sekadar mengulangi paparan dalam akhbar. Bagaimanapun, apa yang diucapkan adalah sesuatu yang ingin didengari, lalu karyanya mendapat perhatian. “Beliau tidak sekadar bijak menghasilkan puisi, bahkan menjadi inspirasi bagi penggiat seni teater Indonesia. Selepas kembali dari Amerika pada 1967, langkah teaternya memimpin kebangkitan teater moden di Indonesia yang sebelumnya kurang popular di kalangan mahasiswa,” katanya. Putu Wijaya melihat kebangkitan teater yang dipelopori WS Rendra ialah tidak membiarkan teater sebagai alat hiburan, tetapi alat menyalurkan inspirasi yang lebih agresif, vokal dan mencerminkan suara hati masyarakat mengenai isu kemanusiaan, politik dan budaya. “Ketika WS Rendra mementaskan Macbeth dengan memakai gaya ketoprak, kebudayaan Jawa mulai dibaca dari sisi berbeza. Dalam mengusung kearifan teknik adegan ketoprak, WS Rendra seperti mengajak masyarakat menyingkap sisi baru dalam budaya Jawa,” jelasnya. Penerima Anugerah Penulisan Sea Write 1989 , Dr Siti Zainon Ismail pula menyifatkan karya awal tokoh itu yang dihasilkan pada 1950-an, begitu rapat sekali dengan alam berlatar dan nilai sosiobudaya Jawa kerana beliau dibesarkan dalam persekitaran masyarakat Jawa. “Kehidupan penyair ini bertolak daripada pegangan awalnya sebagai orang Jawa yang berpegang kepada Kristian, sebelum memilih Islam selepas mengkajinya. Latar budaya dan semangat jiwa lewat kebesaran alam semesta menjadi landasan asas penyair ini menggerakkan batin mahupun mindanya. “Keprihatinan WS Rendra terhadap unsur alam dapat dilihat dalam Kumpulan Sajak-Sajak Sepatu dan Empat Kumpulan Sajak 1961. Nada awal puisinya akrab dengan unsur alam, kemudian menyatu dengan peristiwa diskriminasi terhadap pelacur sehingga
[ac-i] Gua Akbar menyimpan situs Mataram-Majapahit
Radar Bojonegoro-Jawa Pos Grup [ Kamis, 26 Agustus 2010 ] Di Balik Keelokan Gua Akbar Tuban Dulu Angker, Sekarang Jadi Idola Wisatawan Tuban memiliki banyak gua. Namun, sedikit yang seelok Gua Akbar. Gua yang dulu dijadikan tempat pembuangan sampah tersebut sekarang menjadi tempat wisata yang memikat. DWI SETIYAWAN, Tuban --- GUA Akbar terletak di tengah Kota Tuban, berjarak sekitar 600 meter (m) dari Terminal Wisata Kebonsari. Lokasi gua ini persis di bawah Pasar Baru Tuban. Sebelum dibangun Bupati Tuban H. Hindarto sekitar 13 tahun lalu, gua ini dulunya hanya sebuah lubang besar di perut bumi yang dijadikan tempat pembuangan sampah dan buang air besar. Gua ini memiliki stalaktit dan stalakmit. Itu terlihat seluruh ujung bebatuan gua yang masih meneteskan angin. Keasrian lain dari gua ini munculnya sumber air di sejumlah lantai. Sumber air inilah membentuk telaga-telaga kecil yang dihuni ikan hias. ''Tapi waktu itu (sebelum dibersihkan dan dibangun seperti sekarang ini), keadaan gua masih terlihat angker dan menakutkan. Kendati demikian, tempatnya cukup bersih,'' ujar Mbah Rohman, 74, warga sekitar. Sekarang, Gua Akbar dijadikan satu paket wisata dengan makam Sunan Bonang yang hanya berjarak sekitar 1,5 km dan Pemandian Bektiharjo sekitar 3,5 km. ''Setelah ziarah dari makam Sunan Bonang, kami menyempatkan melihat kebesaran Gua Akbar,'' tutur Nana Suharna, yang mengaku datang dari Cianjur, Jawa Barat. Menurut Rohman, gua mulai rusak ketika Pasar Baru Tuban mulai dibangun dan daerah sekitar mulai ditempati pendatang liar. Sampah pun mulai menggunung dan banyak lalat berdatangan. ''Pedagang memanfaatkannya sebagai tempat pembuangan sampah, sementara warga menggunakannya sebagai tempat pembuangan hajat,'' tuturnya. Untung, lanjut dia, saat itu pemkab setempat cepat merespons dengan menjadikan Gua Akbar menjadi tempat wisata seperti yang terlihat sekarang ini. Sebelum dijadikan salah satu obyek wisata, imbuh Rohman, mulut goa tertutup sampah, penuh semak belukar serta banyak ditumbuhi entong-entong (sejenis kaktus). ''Pokoknya saat itu terkenal angker,'' katanya seraya membayangkan kondisi saat itu. Meski tidak ada referensi sejarah yang mengupas, Gua Akbar dikaitkan warga Tuban dengan kerajaan Mataram. Konon, ketika tentara kerajaan Mataram hendak menyerbu Mojopahit, gua ini dijadikan markas pasukan Mataram. ''Begitulah cerita tutur dari mbah-mbah saya dulu,'' kata Karjan, 75, warga Dusun Tegalombo, Desa Semanding, Kecamatan Semanding. Salah satu bukti gua ini pernah dijadikan markas tentara kerajaan adalah ditemukannya tulang-tulang manusia dan piranti perang ketika gua tersebut digali. Pemanfaatan Gua Akbar berlanjut ketika agama Islam berkembang di pesisir utara Pulau Jawa. Seperti disebutkan Sutarno, salah seorang yang suka menelusuri tempat bersejarah di wilayah Tuban dan sekitarnya. Gua Akbar ketika itu, menurut dia, menjadi sarang Berandal Lokajoyo berikut pengikutnya. Berandal tersebut termasuk salah satu berandal yang paling ditakuti dan sudah punya nama di tanah Jawa ini. (*/yan) HALAMAN KEMARIN * Penderita Kusta Jangan Dikucilkan * Kos-Kosan Juga Jadi Target Operasi * Giliran Mengadu ke DPRD * Pemkab Butuh Utangan Rp 46,5 M * FKB tak Hadiri Paripurna * Warga Serbu Gunungan * Butuh Dana Rp 14 M * Satu Pemain Lagi Melamar * Lamongan Jadi Tuan Rumah Lagi * Transaksi Jual-Beli Emas Meningkat
[ac-i] Sesama Absurdis masih berantem - Lanjutkan !!!!
Ruang Putih [ JAWA POS Minggu, 15 Agustus 2010 ] Belajar Sentosa dengan Arif ARIF B. Prasetya -penyair, cerpenis, dan kurator kelahiran Madiun itu- merintis karir kepenulisan di Bengkel Muda, Surabaya, ketika berkuliah di ITS. Dia lantas menikah dan bermukim di Bali. Relatif tenang, tanpa gegar budaya yang menyeruak ke permukaan sebagai teks sastra, tidak seperti Oka Rusmini yang gerah dimarjinalkan oleh lingkungan padahal dirinya hanya mengutamakan cinta. Sebagai esais Bengkel Muda, Surabaya, pemikirannya tidak berada di lingkaran fisik Bengkel. Sebagai penyair penyuka Neruda dan penyair Amertika Latin lainnya, dia pernah dekat dengan Wahyu Prasetya. Bahkan, dia sering mampir untuk mendiskusikan terjemahan puisi Amerika Latin. Ajaibnya, tidak ada jejak kiri Neruda dalam puisi Arif B. Prasetya, meski ilusi surealisme dan puitika diksi berkonotasi magistik Amerika Latin berpecototan dalam puisinya. Mungkin itu dampak kepekaan, akibat kecondongan terlalu intens membaca teks bergenre sama, karena menandai puisi terbaik sebagai ''yang melampaui apa yang sering dibaca (baca: cakrawala harapan) dan berbeda dari yang telah diketahui''. Resepsi Jaussian menyebut itu sebagai jarak estetik. Dan, yang mengeksiskan satu teks yang memiliki jarak estetik itu adalah bacaan di satu sisi dan (di sisi lain) komunitas yang membaca teks yang relatif sama. Sebab, itu tiba di konsensus identik. Dan, kalau kritis dan objektif, kita akan menemukan perbedaan ketimbang apriori menekankan kesamaan teks. Meski, perbedaan itu merupakan konsekuensi dari multipersepsi tanpa bersepakat menentukan titik netral sebelum menyebut kiri dan kanan, sehingga yang kanan bisa dianggap codong kiri ketika diapresiasi dengan penolakan. Kenapa saya bilang begitu? Karena Arif B. Prasetya itu ya arek Suroboyo, tapi kok digonggong oleh arek Suroboyo lagi. Aneh! *** MUNGKIN karena Arif B. Prasetya (kini) di Bali. Yang lebih lucu, amarah kepada Mashuri yang pernah sekampus, sekomunitas diskusi, dan bahkan (kini) sekantor -meski berbeda aplikasi ijazah- yang dianggap amat bersekongkol dengan Jakarta cuma sukses karena mempublikasikan puisi dan novel di Jakarta. Padahal, W yang kuasa menembus Kalam lebih dulu, lalu Mashuri, makin sering tampil di Kalam, Koran Tempo, Kompas,dan Media Indonesia. Kalau konstelasinya begitu, bukan Mashuri, Arif B. Prasetya, Ribut Wiyoto, atau Mardiluhung yang salah. Yang salah itu Jakarta, bahkan kegagalan memuaskan tuntutan cakrawala harapan dan jarak estetik Jaussian Jakarta. Agus R. Sarjono dan Horison punya lingkaran berbeda dari TUK (Teater Utan Kayu). Satu hari Sitok Srengenge mengeluh, GM (Goenawan Muhammad) dan Kalam dianggap antek Amerika karena menerima dana asing. Tapi, Horison yang juga mendapatkan dana dari Ford Foundation tak diperlakukan sama. Apa memang ada kemarahan pada lobi dan kucuran dana asing atau hanya karena kemarahan personal cq individu yang tidak disukai yang lalu disasar dengan alasan antek (dana) asing? Dan berbicara tentang estetika TUK, kita tak bisa menelusurinya hanya dari kemunculan Kalam. Sebab, jauh sebelum itu, di akhir 1980-an, di Tempo sering ada diskusi yang intinya ingin melawan lirisme dalam puisi, yang melahirkan pemekatan suasana tanpa ada kepastian objek yang ditunjuk kata. Anehnya, meski setiap hari, saat itu Afrizal Malna sering bilang: jangan membuat puisi (liris) dalam perbincangan, esei, prosa, dan puisi, sambil dengan gagah mencemooh mantra SCB (Sutardji Colzoum Bachri) dan euphorisme bahasa Orba dengan merujuk ke Paulo Freire yang kiri dan gemar menganalisis kondisioning sosial-budaya yang harus dilawan dengan penyadaran dan pencerahan. Nyatanya, dia bikin kalimat terang yang melulu menjajarkan benda-benda dalam ruang dan kesadaran mental. Tak lagi ada puisi dan melulu fakta, tapi tetap gelap. Bukan lagi puisi liris pekat suasana, tapi traumatika teror benda-benda faktual. Persis Arif B. Prasetya. Penolakan pada suasana yang dominan dalam puisi itu justru menghasilkan surealisme benda-benda faktual yang menghadirkan traumatika. Penolakan lirisme (puisi) menghasilkan puisi prosaik, fantasi yang meliuk bebas, dan panorama surealistik dan magis. Kenapa bisa begitu? *** MUSUH dari ihwal yang puitik itu bukan yang prosaik atau faktual, tapi justru yang ilmiah dan hegemonik. Malah, musuh yang puitik itu definisi kaku yang membedakan puisi, prosa, esei, telaah objektif, fakta, fantasi, dan seterusnya itu harus seperti ini. Dan ketika definisi dihancurkan, tidak ada batasan. Ketika kita mengandaikan matahari terbit di nadir dan tenggelam di zenith, apa ada siang dan malam, apa ada timur dan barat? Ada dekonstruksi besar. Dan ketika acuan dihancurkan, maka tidak ada lagi acuan di satu sisi. Hanya ada aku dan komunitasku yang menentukan aturan dan nilai eksklusif. Ini yang terjadi, tapi banyak pihak luar lingkaran -yang tumbuh oleh kecondongan
[ac-i] Kenangan Khmer Merah Komunis
Khmer Merah Penjagal Itu Berkisah KOMPAS.COM Rabu, 11 Agustus 2010 | 09:12 WIB AP PHOTO/ELIZABETH BECKER Bocah-bocah Kamboja berjalan beriringan di dekat pertanian kolektif pada masa pemerintahan Khmer Merah, Desember 1978. Anak-anak dipisahkan dari orangtua dan sanak keluarga oleh rezim Khmer Merah yang melarang adanya hubungan kekeluargaan. TERKAIT: * Duch, Kepala Penjara Khmer Merah, Divonis * Korban Khmer Merah Menanti Keadilan * Khieu Samphan Jalani Persidangan KOMPAS.com — Selama lebih dari tiga dekade, desa-desa di Kamboja menjadi tempat tinggal para pembunuh diam: para mantan komandan Khmer Merah yang membunuh ratusan, bahkan ribuan korban, lalu membuang jenazah-jenazah ke kuburan dangkal. Thet Sambath, pembuat film, melewatkan 10 tahun menyisir pedesaan mencoba untuk menemukan pembantai. Bersama pemimpin ideologi rezim itu, Nuon Chea, mereka mengungkapkan kebenaran mengenai salah satu dari babak tergelap abad ke-20. Kisah-kisah mereka diceritakan dalam film dokumenter Musuh Rakyat, yang masih diputar terbatas di AS. Namun, akan makin banyak bioskop yang menayangkannya. Setidaknya 1,7 juta orang atau seperempat dari jumlah penduduk tewas karena dieksekusi, penyakit, kelaparan, dan kerja paksa ketika Khmer Merah yang ultrakomunis mencoba mengubah negara itu menjadi sebuah firdaus pertanian yang luas tahun 1975-1979. Dalam film itu, Soun, seorang mantan komandan milisi, duduk di bawah sebatang pohon dan memandang lahan yang kini jadi hamparan sawah hijau. ”Saya kembali ke sini, tempat saya pernah membunuh,” katanya. Dia menunjuk beberapa tempat lokasi mayat-mayat menggembung bertumpukan. ”Saya merasakan sesuatu yang sangat buruk Jiwa dan tubuh saya berputar. Semua yang telah saya lakukan melintas cepat dan seolah nyata di pikiran.” Dia ingat bau darah di tangannya saat dia makan nasi suatu malam. Sebelumnya, dia memandang ke mata seorang penjahit cantik sembari memegang erat lutut, memohon untuk diselamatkan. Soun tergoda, lalu bertanya apakah penjahit cantik itu mau hidup dengannya selamanya. Perempuan itu cepat-cepat berjanji, tetapi ketika Soun mendengar atasannya berteriak, ”Apa yang kau tunggu? Cepat!” Dia pun langsung menikam tubuh perempuan itu dan Tak ada jalur perintah Soun membawa Thet yang berusia 42 tahun itu untuk menemui para pembunuh lain, yang harus diyakinkan perlahan agar mengaku. Mereka juga menemui pihak yang memerintahkan pembunuhan etnis minoritas dan orang-orang yang dicurigai menjadi pengkhianat atau mata-mata Vietnam. Saat mereka menelusuri hierarki komando, menjadi jelas bahwa kemungkinan tidak pernah ada sebuah ”perintah asli” dari lingkaran Khmer Merah untuk pembantaian di pedesaan. Yang terjadi adalah para pemimpin daerah dan pejabat-pejabat atasan mereka langsung menginterpretasikan apa yang mereka dengar pada tingkat politik abstrak. Khmer Merah menghadapi pertikaian di dalam sejak awal. Dua pemimpin utama, Pol Pot yang meninggal tahun 1998 dan Nuon Chea yang menanti sidang di mahkamah pengadilan perang, mendukung China. Namun, banyak pihak lain yang memilih berteman dengan Vietnam. Nuon Chea mengakui untuk pertama kali bahwa dia dan Pol Pot sama-sama memutuskan untuk membunuh semua anggota partai yang dianggap musuh-musuh rakyat. ”Mereka harus dihancurkan,” katanya untuk menyelamatkan partai. Namun, dia mengatakan tidak menyadari atau terlalu sibuk untuk peduli soal apa yang terjadi di desa-desa. Perjalanan itu merupakan perjalanan pribadi bagi Thet, seorang reporter senior dari surat kabar Phnom Penh Post. Ketika dia kanak-kanak, ayahnya ditikam sampai tewas setelah sebuah rapat yang diadakan kader Khmer Merah. Saat itu dia keberatan atas rencana penyitaan ternak, emas, dan properti pribadi demi partai. Ibunya dipaksa menikahi seorang anggota milisi Khmer Merah dan tak lama setelah itu hamil dan meninggal saat melahirkan. Adiknya juga tewas. Thet berpikir bahwa menemukan orang-orang yang ambil bagian dalam sebagian pembantaian itu akan membantunya untuk mengerti dan menjadi sembuh. Mereka yang membuka diri padanya sepertinya juga mendapat manfaat. ”Saya ingin mengungkapkan semua pembunuh yang saya kenal,” kata Soun. ”Ketika kita menemukan mereka dan mengakui semuanya, saya merasa lebih tenang.” Perlu bertahun-tahun bagi Thet mendapatkan kepercayaan Nuon. Mereka berdua membentuk sebuah ikatan kuat. (AP/DI) Editor: aegi| Sumber : Kompas Cetak Dibaca : 2806 Sent from Indosat BlackBerry powered by
[ac-i] Sesama absurdist berantem di SALIHARA ????
Ruang Putih [ JAWA POS Minggu, 08 Agustus 2010 ] Perang Sastra di Kandang Buaya Situasi sastra di Jatim terkini bergerak dalam tarikan krusial yang kian menyedot huru-hara tak berujung dan meruncing. Hal ini berawal saat Komunitas Salihara Jakarta mengundang enam sastrawan Jatim. Mereka adalah S. Yoga, Timur Budi Raja, Indra Tjahyadi, A. Muttaqien, Mardi Luhung, dan Steffany Irawan. Acara itu berlangsung pada 14 Juli 2010 di markas Salihara dengan tajuk diskusi ''Sastra Indonesia Mutakhir Jawa Timur''. Di media Facebook agenda itu juga diunggah dan direspons. Reaksi pun meruyak. Ada tanggapan yang biasa-biasa saja, dingin, bising di kepala, juga ada yang sinis. Misalnya, nongol komentar, ''Eh, mau jualan kambing ya di sana... dan bla-bla-bla. Esai kuratorial Arif B. Prasetya tentang itu dia kirim dan ditayangkan di Jawa Pos (25/7/2010) lalu ditanggapi W. Haryanto (1/8/2010) yang menyorot politisasi sastra dan sentralisasi sastra Jatim oleh pihak Jakarta. Lha, Jakarta ini didefinisikan sebagai apa dan siapa yang berkepentingan lebih politis di dalamnya? TUK dengan gerombolannya versus sastra Jatim atau keduanya berkolaborasi membikin arus sastra sendiri dan menenggelamkan wilayah riil sastra yang lain? Atau benarkah terjadi agresi DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) dalam mengotak-atik sejarah sastra Jatim seperti yang disebut W. Haryanto dengan penghapusan sejumlah pengarang serta kapling-kapling pilihan estetik mereka? Ini seperti gerak ''lempar batu sembunyi saling tahu'' antara yang dilawan dan yang melawan, ataukah hanya indikasi krisis identitas kepengarangan yang tersamar, dalam hiruk percepatan isu, kasak-kusuk sastra, sampai cas-cis-cusnya lewat berbagai media? Kompor Tersulut Politik sastra, apa pun bentuknya, dan upaya pemetaan sastra Jatim sebagaimana yang terlalu sering digembar-gemborkan oleh semacam dewan kesenian, padahal kenyataannya hanyalah omong kosong, jika ikhtiar itu sekadar diwujudkan dalam bentuk antologi puisi, misalnya. Maka tudingan miring W. Haryanto atas DKJT (Dewan Kesenian Jawa Timur) yang menerbitkan buku Pesta Penyair (2009) harus dilihat sebagai bukan usaha pemetaan atau penyortiran penyair-penyair pilihan yang diklaim bermutu. Sorotan urgen adalah bagaimana membaca pola kerja DKJT dalam mengurusi kesenian (sastra) dan mau turun ke lapangan menyusuri denyut komunitas-komunitas sastra atau penulis-penulis yang bersemai di 38 kota dan kabupaten di Jatim. Jelas ini butuh keringat lebih. Dan, si penuding ketidakberesan kerja DKJT ya percuma saja dan bisa lain perkara. Politik dagang kambing atau ''dagang sastra'' di wilayah yang lebih luas ''dagang kesenian'', sudah lazim terjadi dan begitulah praktiknya. Seniman atau pertunjukan kesenian kerap dijadikan ''ganjal'' untuk kepentingan politik praktis. Banyak dewan kesenian yang tidak sepi dari pertelingkahan dan pembusukan macam itu. Karena itu, soal pemetaan sastra tidak cukup mengunduh lalu mengolah informasi dari pejabat DKJT, redaktur koran, ataupun kliping-kliping sastra. Tilikan historis, kronik situasi sosial, periodisasi, data tokoh-tokoh penggerak di dalamnya, hingga ritual sastra yang permanen sampai yang eksidentil harus menjadi kajian pula. Sebab, yang dinamakan ''pemetaan'' adalah riset intensif, mendalam, upaya pembandingan, dan paham betul kenyataan di lapangan. Pemetaan harus mencari bahan dari yang kualitatif sampai yang kuantitatif. Tanpa bahan, atau bahan yang minim, mana mungkin bisa memetakannya. Jadi, tulisan Arif B. Prasetya di Jawa Pos yang berlambar ''Jawa Timur Negeri Puisi itu barangkali semata untuk hajatan Salihara yang sifatnya even. Alasan Arif memilih enam sastrawan Jatim mutakhir itu: ''Karya mereka saya nilai representatif untuk menampilkan sketsa perkembangan sastra Indonesia di Jawa Timur kiwari. Namun, selain soal kemutakhiran belaka, perkara intensitas kreatif, pencapaian estetik, dan kematangan pengucapan menjadi poin penting yang menentukan terpilihnya mereka sebagai wakil Jawa Timur di forum ini. Namanya juga kendurenan, alasan Arif tersebut sah-sah saja. Dan, W. Haryanto tak perlu kobongan jenggot, malah tanggapannya agak melenceng ke wilayah problem internal DKJT. Ini makin bikin panas atau dia sengaja menyoal ketidakbecusan lembaga tersebut. Sebagai kritik, itu baik dan korektif. Tapi, kritik yang dipersepsi negatif bisa jadi ''kompor mbleduk''. Ini angin (isu-isu sensitif) yang sengaja diembuskan atau berembus sendiri? Ataukah justru dia hendak menggelontorkan ''perang'' TUK vs sastra Jatim? Wah, bisa jadi perang jilid kedua antar ''Boemipoetra'' Saut Situmorang melawan ''TUKulisme'' ini! Lamunan Pemetaan Sastra Jatim Perseliweran dialektika sastra di wilayah luar kekaryaan di Jatim nyata-nyata menjadi penyakit tersendiri yang juga mengimbas pada dangkalnya sejumlah tampilan wacana kesastraan atau even sastra yang digelar DKJT dan
[ac-i] 60 thn-65 thn podho wae
* * Links * Database * Calendar * Promote * Groups Labs (Beta) Already a member? Sign in to Yahoo! Yahoo! Groups Tips Did you know...Real people. Real stories. See how Yahoo! Groups impacts members worldwide. Best of Y! Groups Check them out and nominate your group. Click here for the latest updates on Groups Message search MessagesMessages Help Message # Search:Advanced [Bookleat]: Acara Sarasehan 60 thn Kemerdekaan R.I. ( V ) Topic List Prev Topic | Next Topic Reply Prev Message | Next Message MENYERAHLAH, ELIT INDONESIA! Oleh : Viddy AD Daery Kalian tak bisa terus-terusan membohongi kami, berbuat jahat terhadap kami, berkhianat terhadap kami, sambil berpura-pura berpihak kepada kami. Kami sudah tahu belang kalian, kami sudah mengepung kalian! Kalian tak bisa lagi kemana-mana, karena kemanapun kalian melangkah, kalian memijak air mata kami, kemanapun kalian terbang, kalian akan lelah dan hinggap di air mata kami. Kemanapun kalian berlayar, kalian mengarungi air mata kami. Semenjak Sukarno berubah menjadi “Raja Jawa” ketika ia sudah merasakan nikmatnya kursi presiden, kami sudah tahu bahwa kami mulai kalian khianati. Sukarno membangun istana-istana megah untuk para isterinya, darimana uangnya? Tentu uang kami. Tapi kebodohan kamilah yang tak pernah mempersoalkan hal itu sampai kini. Kebodohan kami membiarkan Sukarno mencetuskan dekrit presiden yang menghapus demokrasi dengan membohongi kami memakai nama “Demokrasi Terpimpin”. Kebodohan kami membiarkan Sukarno melantik dirinya sendiri menjadi Paduka Yang Mulia Presiden Seumur Hidup, karena kami yang bodoh terlalu berterimakasih terhadap pengorbanannya memimpin kami mendirikan negara baru Indonesia merdeka ini. Sehingga kami mempertuhankan Sukarno, kami membangun kultus individu—bahkan sampai kini—dan membiarkan Sukarno berbuat semaunya, mengkhianati kami, sekaligus mengkhianati prinsip dan cita-citanya sendiri. Ketika Suharto memperdayakan Sukarno, kamipun mengikuti saja skenario Suharto, kami menuruti apa saja jenis ajakan Suharto mengganyang Sukarno dan Orde Lama beserta semua antek-anteknya, sehingga hasilnya kami mengobarkan perang saudara yang mengerikan, karena kami yang sudah muak dan lelah dikhianati Sukarno dan Orde Lama menjadi terlalu pusing untuk diajak berfikir jernih. Suharto memberi harapan baru kepada kami. Para koruptor Orde Lama dipenjara, dan ekonomi dibangun. Kami tak lagi dibiarkan kelaparan. Jalan-jalan lama yang terlantar sejak zaman Mojopahit ( dalan gung atau delanggung ) diperbaiki dan jalan-jalan peninggalan Belanda ditingkatkan mutunya, serta yang perlu diberi acungan jempol di zaman Suharto: jalan-jalan barupun dibuka, dirambah dan dibangun, diaspal rapi. Kehidupan seni budaya dibina. Subsidi-subsidi dikucurkan untuk membangun pusat-pusat pendidikan murah, pusat-pusat seni budaya, pusat-pusat kajian intelektual, pusat-pusat iptek, pusat-pusat keagamaan, dan beasiswa-beasiswa untuk mencari ilmu ke negara maju digalakkan. Tapi kebaikan Suharto berangsur surut sejalan dengan semakin lamanya dia berkuasa dan kembali terkena penyakit kekuasaan yang korup dan dekaden, apalagi ketika anak-anak dan cucunya semakin besar dan dewasa lalu diajari ilmu pengkhianatan terhadap rakyat oleh para syaitan-syaitan politik dan ekonomi, dan Suhartopun mulai kejam terhadap kami. Kami kembali dibungkam, seperti zaman Sukarno, bahkan kami dibunuhi dan kebebasan dirantai, hingga akhirnya kami hampir putus asa terlalu lelah puluhan tahun disiksa Suharto. Kami kembali berteriak gembira ketika mahasiswa disupport Brutus-brutus mengkudeta Suharto di saat usia Suharto sudah renta, dan terlambat menyadari bahwa manusia tak akan bisa selamanya berpura-pura menjadi Tuhan. Tak ada yang lebih kami kenang ketimbang saat-saat yang gegap gempita sempena detik-detik kejatuhan Suharto. Kami ramai-ramai bersujud syukur di aspal jalan raya, kampung-kampung berpesta memotong ayam atau kambing, dan televisi-televisi yang rata-rata kepunyaan anak-anak Suharto menyanyikan lagu-lagu perjuangan seakan-akan kami baru merdeka dari penjajahan, seakan-akan televisi-televisi itu bukan milik anak-anak bos yang mereka jatuhkan. Tetapi memang semua itu hanya tipuan, dan kembali kami tertipu. Rupanya reformasi hanyalah milik para Brutus yang mengkhianati Suharto dengan menunggangi gerakan mahasiswa yang berdarah-darah dan disumbang dengan darah dan nyawa kami rakyat kecil, tanpa pernah berfikir dan berniat untuk membela kami sedikitpun. Para Brutus hanya ingin mengganti Suharto dan orang-orang elitnya lalu menduduki jabatan sebagai Suharto/Tuhan baru serta mendudukkan orang-orang elitnya untuk menjadi pemeras kami yang baru, penjajah kami yang baru, penipu kami yang baru. O tidak,tidak! Bahkan lebih parah lagi dari itu. Rezim Brutus bahkan menemukan sistem baru untuk menindas kami, yakni membuat
[ac-i] Sooo...neee...faaa
Radar Bojonegoro- Jawapos Grup [ Sabtu, 07 Agustus 2010 ] Khusna Wahib S, Seniman Spesialis Mencipta Lagu Kepala Daerah Selain Masfuk, Pernah Mencipta Lagu untuk Pak De Karwo Khusna Wahib S merupakan seniman asli Lamongan yang biasa mencipta lagu untuk beberapa kepala daerah. Lagu-lagu yang diciptakan pria asal Desa Padenganploso Kecamatan Turi itu antara lain tentang Bupati Lamongan, Masfuk dan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo. B. FEBRIANTO, Lamongan --- DALAM acara pamitan Bupati Lamongan, Masfuk dan Wabup Tsalits Fahami dengan para pegawai di Penopo Lokatantra kemarin terdapat hiburan musik. Salah satu penyanyi yang tampil banyak menarik perhatian undangan, karena penampilannya mirip Rhoma Irama. Bahkan suaranya pun juga hampir sama dengan dengan penyanyi dangdut ternama yang biasa dipanggil Bang Haji tersebut. Lagu yang dinyanyikan pria yang tampil khas dengan kacamata itu juga menarik perhatian undangan. Sebab lagu-lagu yang dinyanyikan itu benar-benar lagu baru yang belum pernah terdengar di televisi atau radio dan liriknya menceritakan tentang sepak terjang Bupati Masfuk saat memimpin Lamongan. Pria tersebut bernama Khusna Wahib atau biasa dipanggil Abah Wahib. Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam acara pamitan itu merupakan isi dari albumnya terbaru yang berjudul 10 tahun mengabdi pada tanah kelahiran. Dalam album bergambar Bupati Masfuk tersebut terdapat lima lagu yang berjudul, 10 tahun, Lamongan, Separuh Jiwa, H. Masfuk Panglima Perubahan, dan Alun-Alun Lamongan. Lagu-lagu dalam album tersebut berirama dangdut. ''Dari lima lagu itu, yang tiga lagu merupakan ciptaan saya sepenuhnya. Sedangkan yang dua lagu merupakan ciptaan teman saya, namun untuk liriknya saya yang bikin,'' kata Abah Wahib kepada Radar Bojonegoro, kemarin. Abah Wahib menciptakan tiga lagu cukup cepat, yakni tidak sampai satu jam. Dia memakai nama Rhisoma Timur dalam nama pencipta lagu di album tersebut. ''Saya dalam mencipta lagu tergantung feeling. Kalau tidak ada feeling sampai berminggu-minggu tidak satu pun lagu yang tercipta. Tapi kalau lagi feeling, dalam 10 menit saya bisa mencipta satu lagu. Dalam membuat album ini kebetulan feeling saya sedang bagus sehingga cepat,'' ungkapnya. Pria beranak dua orang tersebut mengungkapkan, untuk proses rekamannya membutuhkan waktu sekitar seminggu. Kebetulan dia memiliki group musik sendiri bernama OM Sonefa dan dibantu penyanyi lokal sebagai backing vokal, Ita Mustika. ''Alhamdulillah, pembuatan album ini cukup cepat,'' ujarnya. Pembuatan lagu-lagu dalam album tersebut merupakan murni dari insiatif dan inspirasinya sendiri. Yakni berisi ketertarikan dan kekagumannya kepada Bupati Masfuk yang berhasil membuat Lamongan menjadi maju dan tidak kalah dengan daerah lain. ''Apa yang saya rasakan merupakan isi dari lagu itu. Saya tidak berbohong, karena syair tidak boleh bohong dan saya memang takjub dengan Lamongan yang saat ini banyak yang terdepan,'' ujarnya. Salah satu contoh lagu yang diceritakan tentang proses inspirasinya yakni Alun-Alun Lamongan. ''Saat itu saya iri dengan lagu-lagu yang sudah tenar seperti Alun-Alun Nganjuk. Kemudian saya melihat Alun-Alun Lamongan yang saat ini telah berubah total dan bisa dibanggakan sehingga layak untuk diabadikan dalam sebuah lagu,'' ceritanya. Kemampuan mencipta lagu dan menyanyi pada diri Wahib sebenarnya cukup mumpuni. Sebab dia juga banyak mencipta lagu, terutama untuk para kepala daerah. Selain Masfuk juga pernah mencipta lagu untuk Gubernur Jawa Timur, Pak Dhe Karwo. Sedangkan kemampuan menyanyinya lebih bagus lagi, karena dia selalu menjadi pendamping penyanyi dangdut top, Ida Laila setiap manggung di seluruh Indonesia yang biasanya dalam acara nada dan dakwah. Selain memiliki jiwa seniman, Wahib juga memiliki jiwa ulama. Itu ditunjukkan dengan Ponpes Baitul Muslim yang berhasil dibangunnya sejak 1990. Menariknya, santri yang berjumlah 50 orang di ponpesnya itu sama sekali tidak ditarik uang belajar alias gratis. ''Dana untuk menghidupi pondok itu ya dari menyanyi dan mencipta lagu ini, selain dari dermawan insidental termasuk Pemkab Lamongan. Belum ada donatur tetap untuk pondok saya ini,'' ungkapnya.(*/nas)
[ac-i] Kemunduran Perhatian Sastra di Malaysia
SASTERA-UTUSAN MALAYSIA ARKIB : 06/08/2010 Sasterawan Melayu susah Oleh AZNAN BAKAR aznan.ba...@utusan.com.my Gambar yang dirakamkan pada 1987 menunjukkan (dari kiri) Keris Mas, Usman Awang, bekas perdana menteri, Tun Dr. Mahathir Mohamad dan A. Samad Said. BERCAKAP tentang sastera Melayu seolah-olah ia sudah tidak ada masa depan. Dengan perkembangan dunia Internet karya sastera sudah tidak dihiraukan. Sasterawan yang pernah menghasilkan karya-karya besar, yang pernah dipuja dan disanjung satu ketika dahulu kini tidak lagi mempunyai peranan dalam masyarakat. Malah karya mereka semakin dilupakan. Kalau dianggap menjadi hiasan pada rak-rak buku di institusi pengajian tinggi sudah boleh dikira bertuah. Tetapi untuk melihat ia dijual di kedai-kedai buku ternama jangan harap sangat. Mungkin pada sesetengah orang, karya sasterawan tempatan ini terutama yang dihasilkan pada zaman sebelum merdeka dan awal kemerdekaan tidak ada nilai komersial. Jadi tidak guna ia diulang cetak dan diberi layanan istimewa oleh kedai-kedai. Hasilnya kini, sasterawan Melayu hidup susah. Kenapa mereka hidup susah? Menurut Sasterawan Negara, Datuk A. Samad Said atau lebih senang disapa Pak Samad, ini kerana sasterawan Melayu tidak begitu diperlukan. Apa yang dikatakan oleh Pak Samad itu bukan disebabkan ia datang daripada orang kecewa seperti diselalu ditohmahkan oleh kumpulan tertentu. Tetapi ia berdasarkan pengalaman dan realiti. Kenyataan tetap kenyataan. Ia tidak boleh dinafikan oleh sesiapa. Cubalah kita cari hasil karya penulis tersohor satu ketika dahulu seperti Ishak Hj Mohamad atau Pak Sako, Usman Awang, Zaabah dan Keris Mas. Susah untuk diperolehi. Sedangkan kata Pak Samad, karya-karya mereka adalah sebahagian daripada khazanah negara. Tetapi hakikatnya, hasil yang pernah dianggap sebagai karya agung itu begitu sukar diperolehi. Seolah-olah ia dibiarkan lenyap dari muka bumi hingga satu hari nanti generasi muda di negara ini langsung tidak tahu bahawa kita ada khazanah seperti itu. Jadi tidak hairan apabila generasi hari ini tidak lagi menghargai golongan sasterawan. Sepatutnya kata Pak Samad, setiap anak muda perlu mengenali tokoh sastera seperti Usman Awang. Sebaliknya katanya, anak-anak zaman ini memulakan kehidupan mereka sama ada di sekolah mahupun di institusi pengajian tinggi tanpa mengetahui mereka mempunyai khazanah sastera yang bernilai. Anak-anak kita harus kenal Usman Awang, tegas Pak Samad. Kegusaran Pak Samad ada wajarnya jika dilihat kepada layanan yang diberikan kepada khazanah sastera Melayu di negara ini. Jika sastera barat diangkat dan dimuliakan, sastera Melayu pula dibiar terpinggir seperti tidak terbela. Sebab itu kata Pak Samad sasterawan Melayu hidupnya susah. Mengambil contoh buku Killing the Morking Bird karya Harper Lee, Pak Samad berkata, sehingga kini ia terus mendapat tempat di rak-rak buku utama. Pergilah ke mana-mana kedai di ibu negara, ia boleh diperolehi dengan mudah. Sedangkan buku itu sudah mencecah 50 tahun. Malah sempena ulang tahunnya yang ke-50 ia diulang cetak dan dipromosi secara besar-besaran sebagai karya sastera yang perlu dibaca oleh setiap anak muda di Amerika Syarikat. Sedangkan Killing the Morking Bird merupakan satu-satunya karya yang dihasilkan oleh Harper Lee. Bayangkan bagaimana seorang itu yang hanya menulis sebuah buku terus boleh menjadi jutawan, kata Pak Samad. Malah karyanya terus diangkat hingga ke hari ini termasuk di kalangan anak-anak muda di Malaysia. Tetapi apa jadi dengan karya sasterawan tempatan? Apa jadi dengan karya Pak Sako seperti Anak Mat Lela Gila dan Putera Gunung Tahan? Dua buku ini merupakan antara karya yang dianggap hebat pada zamannya terutama dalam meniup semangat nasionalisme untuk menentang penjajah. Malangnya, ia bukan sahaja terpinggir tetapi hampir dilupakan begitu sahaja tanpa apa-apa penghargaan. Jika Killing the Morking Bird boleh diangkat, dipromosi dan diulang cetak walaupun ia membawa nilai masyarakat 50 tahun lalu, kenapa untuk karya tempatan tidak boleh diberi layanan yang sama? Jangan nilai karya Ishak (Pak Sako), Anak Mat Lela Gila dengan nilai estetika sekarang. Tetapi kena berdasarkan dengan nilai pada waktu itu. Pada waktu itu buku ini sangat berjejak kepada masyarakat, katanya. Sebab itu kata Pak Samad, karya Pak Sako sepatutnya dijadikan bacaan wajib di semua peringkat kerana ia merupakan hasil kesusasteraan yang membawa kepada perjuangan bangsa. Yang penting katanya, karya-karya besar sastera Melayu perlu diwariskan kepada generasi seterusnya. Ia perlu terus dihayati dan dihargai sebagai khazanah bangsa dan negara.
[ac-i] ‘Malam Merah Putih’ Pembacan Puisi, Cerpe n dan Musikalisasi Puisi 7 Agst-TIM
Agenda TIM Bulan Agustus 2010 Rabu, 28 Juli 2010 | 01:27 WIB Festival Seni Budaya Tionghoa - Indonesia ‘Memaknai Keberagaman’ Jumat Sabtu, 6 - 7 Agustus 2010 Halaman, lobi, teras, dan panggung Teater Kecil Gratis Untuk Umum Menandai sekaligus memaknai 60 tahun hubungan Indonesia – Cina (RRC), komunitas penulis Tionghoa Indonesia Yinhua, bekerjasama dengan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) akan menggelar Festival Budaya Tionghoa – Indonesia. Festival dengan tema ‘Mamaknai Keberagaman’ ini akan diisi dengan diskusi dan pertunjukan sastra, temu penulis, pemutaran film, bazaar, pameran dan demo melukis kaligrafi. Diharapkan, festival akan dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta, Bapak Fauzi Bowo, dengan pemukulan ‘Ku’ – alat musik tradisional Cina. Pentas Lenong Betawi ‘Mirah Gadis Marunda’ Jumat, 6 Agustus 2010, pkl 20.00 WIB Plaza, Gratis Untuk Umum Si Mirah belajar ilmu silat yang tinggi dari bapaknya, sehingga mengalahkan semua jejaka yang meminangnya. Mirah dan bapaknya membela rakyat terhadap perampok-perampok yang banyak beraksi disekitar Marunda. Karena salah paham, Mirah terpaksa melawan Asni, jagoan Kemayoran. Mirah dikalahkan oleh Asni dan kemudian menjadi istrinya. Pada pesta perkawinan Mirah, si Tirta dari Karawang menembak Bek Kemayoran dan bapak si Mirah. Tirta kemudian lari, tetapi dikejar oleh Mirah, dan ketika akan merebut pistol Tirta, peluru lepas dan menembus si Tirta. Sebelum meninggal, Tirta masih dapat berpesan kepada Asni bahwa ia adalah adiknya yang berasal dari ibu yang lain. Pemain : HJ. Nori, Kubil, Rinni S Bon Bon, Edi Oglek, Ucup, Jaka, Rudi Sipit, Jaya, Atin, Rita Hamzah, Madih, Abnon Pembina : Drs. Syahrial M.M Sutradara : Syaiful Amri Ass. Sutradara : Maulana Firdaus Penata Musik : Andi Suhandi Penata Artistik : Adi Penata Kostum : Nuk Sri Lestari Penata Rias : Nengah Nuarti Asih Pembukaan acara Courts-Circuits : Special à courts d’écran # 4 Jumat, 6 Agustus 2010 Teater Halaman, pkl. 19.00 WIB Untuk keempat kalinya CCF Jakarta akan menyelenggarakan program Courts-Circuits : Special à courts d’écran # 4, setelah yang pertama dan kedua diselenggarakan di Kineforum dan Galeri Cipta II – 2007 dan 2008, kemudian di Galeri Nasional untuk yang ketiga pada tahun 2009. Visi dari program ini adalah untuk mendukung serta memfasilitasi pembuat film muda Indonesia, membuat ruang temu antara pembuat dengan penonton, serta ruang dialog antara Indonesia – Perancis, melalui medium film pendek. == ‘Malam Merah Putih’ Pembacan Puisi, Cerpen dan Musikalisasi Puisi Sabtu, 7 Agustus 2010, pkl 20.00 WIB Plaza Gratis Untuk Umum Dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-65, PKJ-TIM mempersembahkan acara pembacaan puisi, cerpen dan musikalisasi puisi bersama sastrawan-sastrawan ternama Indonesia : Sutardji Calzoum Bachri, Taufiq Ismail, Putu Wijaya, Remy Sylado, Hamzad Rangkuti, Ahmadun Yosi Herfanda, Remy Novaris, Asrizal Noer, Viddy AD Daery, Irmansyah, Rukmi Wardani, Teater Tanah Air dan Sanggar Matahari ++ ==
[ac-i] Orang Betawi
Betawi sebagai etnis sudah ada sejak lama Dalam buku Babad Tanah Betawi, Ridwan Saidi sang penulis buku tersebut, mengklaim bahwa nenek moyang orang Betawi adalah Aki Tirem atau Sang Aki Luhur Mulya, seorang penghulu kampung yang tinggal di pinggiran Kali Tirem, Warakas, Tanjung Priuk. Aki Tirem sebagaimana yang tercatat dalam Naskah Pangeran Wangsakerta dalam Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara, Parwa 1, Sarga 1, adalah putera Ki Srengga, Ki Srengga Putera Nyai Sariti Warawiri, Nyai Sariti Warawiri puteri Sang Aki Bajulpakel, Aki Bajulpakel putera Aki Dungkul dari Swarnabhumi bagian selatan kemudian berdiam di Jawa Barat sebelah Barat, Aki Dungkul putera Ki Pawang Sawer, Ki Pawang Sawer Putera Datuk Pawang Marga, Datuk Pawang Marga putera Ki Bagang yang berdiam di swarnabhumi sebelah utara, Ki Bagang putera Datuk Waling yang berdiam di Pulau Hujung Mendini, Datuk Waling putera Datuk Banda, ia berdiam di dukuh tepi sungai, Datuk Banda putera Nesan, yang berasal dari Langkasungka. Sedangkan Nenek moyangnya berasal dari negeri Yawana sebelah barat. Setelah menikahkan anaknya Pohaci Larasati dengan sorang pangeran pelarian dari India yang berilmu tinggi, Dewawarman, maka keturunan Aki tirem inilah yang oleh Ridwan Saidi disebut sebagai manusia proto betawi. dan terus berkembang sampai sekarang sebagai etnis yang mendiami wilayah Jakarta dan sekitarnya. Menurut perkiraan saat ini, orang Betawi yang ada di Jakarta itu ada sekitar 27 persen atau 2.310.587 jiwa. Jumlah ini artinya etnis Betawi menjadi etnis terbanyak kedua setelah etnis Jawa yang sekitar 33 persen. Warga pribumi Jakarta ini hidup terpencar-pencar di lima wali kota. Lalu etnis Betawi yang hidup di Bekasi, Tangerang, dan Depok mencapai angka 2.340.000-an jiwa. Betawi sebagai etnis sudah ada sejak lama, secara tertulis sebutan orang Betawi pertama kali terdapat dalam dokumen 1644 berupa testament Nyai Inqua, janda Tuan Tanah Souw Beng Kong, Kapiten Tionghoa pertama ditanah Betawi. Tetapi sebagai satuan sosial dan politik, etnis Betawi baru muncul ketika Mohamad Husni Thamrin mendirikan organisasi kemasarakatan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Di saat itu mungkin baru kaum terpelajar dan segelintir saja orang Betawi, yang sadar sebagai suatu golongan etnis yang akan berperan dalam panggung sosial politik.
[ac-i] Kkkk..kkoopppiiii Lllluuwwwaaakk...
Radar Banyuwangi -Jawa Pos Group [ Minggu, 25 Juli 2010 ] Mengintip Produksi Kopi Luwak di Perkebunan Kayu Mas, Arjasa Selama 3 Bulan, 105 Ekor Hasilkan 1,5 Ton Kopi Harga kopi luwak di pasaran begitu menggiurkan. Perkebunan Kayu Mas di Kecamatan Arjasa, Situbondo dikenal sebagai penghasil kopi Luwak kali pertama di Jawa Timur. EDY SUPRIYONO, Situbondo --- SUDAH sangat mafhum, harga kopi luwak di pasaran begitu menggiurkan. Di Situbondo, secangkir kopi luwak harganya mencapai Rp 50 ribu - 60 ribu. Sedangkan harga kopi luwak per kilogramnya kini hampir Rp 1 juta. Mahalnya harga kopi Luwak itu memang sangat wajar. Selain rasanya yang khas, produksinya juga begitu terbatas. Salah satu pihak yang sukses mengelola dan memproduksi kopi luwak ini adalah Perkebunan Kayu Mas, Kecamatan Arjasa. Perkebunan tersebut juga dikenal sebagai produsen kopi luwak kali pertama di Jawa Timur. Sebab itulah, PTP Kayu Mas begitu eksklusif dan membatasi diri untuk urusan produksi kopi luwak. Di pintu masuk penangkaran luwak, ada tulisan 'Dilarang mengambil gambar'. Salah satu tujuannya, kemungkinan agar strategi teknis produksi kopi luwak tidak diadopsi oleh pihak lain. Banyak pihak yang mengatasnamakan kami, padahal kopi (luwak)-nya tidak order ke kita. Kami tidak mau dirugikan, terang salah seorang petugas perkebunan. Manajer PTP Kayu Mas, Ir Erwanu Suhandi mengungkapkan, permintaan terhadap kopi luwak ke depan akan terus meningkat. Selain cita rasanya yang banyak digemari, produksi kopi luwak juga begitu terbatas. Sebab, produksi kopi bubuk jenis ini sangat bergantung kepada hewan yakni luwak. Produksinya pun tidak bisa terus dilakukan. Biasanya hanya pada musim kopi. Ini seiring dengan tersedianya buah kopi sebagai makanan luwak. Selanjutnya, kopi yang dimakan itu akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Namun biji kopi tetap utuh. Luwak hanya makan kulit kopi yang rasanya manis. Nah, biji kopi yang keluar bersama kotoran luwak itulah yang akan diolah menjadi kopi bubuk. Kopi harus masuk ke perut Luwak dulu untuk mendapatkan enzim khusus, tidak bisa di rekayasa di luar, paparnya. John Sinaga, pengelola penangkaran luwak mengungkapkan, saat ini PTP Kayu Mas sudah memiliki 105 ekor luwak. Binatang itu ditempatkan dalam sangkar yang telah diberi sekat dalam satu kompleks penampungan. Sangkar luwak didesain sebisa mungkin menyerupai habitat aslinya. Ini dilakukan, agar luwak tidak stres dan mampu berproduksi secara maksimal. Meski jumlah yang ditampung lumayan banyak, namun produksi kopi Luwak sangat terbatas. Sebab, begitu menggantungkan pada hasil kotoran luwak. Per hari hanya mampu terkumpul 10 Kg hingga 15 Kg. Itu pun berat kotor, sebab belum diolah. Kalau diolah bisa hanya tersisa 50 sampai 75 persen, terangnya. Menurut John, selama musim panen (tiga bulan) kopi Luwak yang dihasilkan PTP Kayu Mas antara 1 ton hingga 1,5 ton. Setelah musim panen kopi lewat, luwak tak bisa lagi berproduksi. Ini mengingat tidak adanya buah kopi yang akan dikonsumsi luwak. Selepas musim kopi, kita gunakan untuk masa perawatan Luwak, mereka kita beri makan buah, ungkap John. PTPN Kayu Mas juga berusaha menangkarkan Luwak. Hingga saat ini, sudah ada tiga bayi luwak yang lahir. Sulit untuk menangkarkan. Kalau terlambat mengamankan bayi yang dilahirkan, bayi luwak itu bisa dimakan induknya sendiri, papar John. (bay)
[ac-i] Budaya Pendalungan
Radar Jember -Jawapos Group [ Minggu, 25 Juli 2010 ] Indahnya Budaya Pandhalungan Jember - Sejarah kabupaten Jember, tak akan pernah lepas dari perkebunan. Keberadaan perkebunan ini punya andil besar dalam memadukan etnis Jawa dan Madura di Jember hingga akhirnya membentuk budaya pandhalungan sebagai budaya yang berkembang di Jember. Tipe kebudayaan orang pandhalungan adalah kebudayaan agraris-egaliter. Penanda simbolik yang tampak jelas dari tipe kebudayaan ini terdapat pada seni pertunjukan yang digeluti dan penggunaan bahasa sehari-hari yang secara dominan menggunakan ragam bahasa kasar (ngoko) dan bahasa campuran antara dua bahasa daerah atau lebih. Jejak rekam yang bersumber dari berbagai arsip dalam bahasa Belanda seakan menguatkan sejarah Jember yang bermula dari kapitalisasi industri perkebunan adalah sebuah kota yang lahir dari sebuah proses modernisasi kota-kota Hindia, sebagai akibat dari sistem perusahaan bebas yang dianut sebagai prinsip umum ekonomi, sejak masuknya kapital besar, periode akhir abad XIX. Sejarah perkembangan pesat peradaban Jember sebagai wilayah industri perkebunan juga ditentukan oleh semakin merebaknya perusahaan swasta Belanda di wilayah Jember utara dan Jember tengah. Adalah George Birnie yang pada tanggal 21 Oktober 1859 bersama dengan Mr. C. Sandenberg Matthiesen dan van Gennep mendirikan NV Landbouw Maatsccappij Oud Djember yang semula bergerak di bidang perkebunan tembakau. Lantas kemudian, industri perkebunan semakin meluas dengan tumbuhnya kopi dan kakao sebagai tanaman lanjutan tembakau atau yang ketika itu disebut dengan daun emas. Sebab, usaha yang dilakukan George Birnie membuat para ondermener (tuan tanah, Red) Belanda tertarik untuk mendirikan industri perkebunan pula. Tembakau pun bergeser menjadi tanaman pertanian karena sifatnya yang musiman. Sedangkan tanaman seperti kopi, kakao, dan karet tetap menjadi tanaman perkebunan karena merupakan tanaman tahunan. Kehadiran sistem perkebunan swasta ini telah membawa perubahan-perubahan sosial dan ekonomi pada masyarakatnya. Jember yang tadinya merupakan distrik (sebutan administratif setingkat kecamatan pada zaman colonial, Red) dan menjadi bagian dari afdelling (merupakan wilayah administratif di bawah karisidenan pada masa kolonial, Red) Bondowoso, Jember akhirnya menjadi afdelling yang berdiri sendiri pada tahun 1800 an. Terbangunnya Jember sebagai afdelling tersendiri membuat pemerintah pusat mengadakan perombakan infrastruktur, seperti pembangunan rel kereta api dari Surabaya melalui Jember hingga Panarukan yang berfungsi sebagai pelabuhan untuk melakukan ekspor hasil alam seperti tembakau, kopi, kakao, dan juga karet serta biji-bijian kedelai. Pada saat itu, tumbuhnya industri perkebunan dalam tempo yang relatif cepat membuat Belanda menggiring masyarakat etnis Jawa dan Madura untuk masuk ke Jember guna dijadikan pekerja perkerbunan, ujar Ayu Sutarto, Budayawan Jember. Mereka, lanjut Ayu, mengabdikan diri menjadi buruh migran perkebunan dan pertanian. Namun, dominasi masyarakat Jawa dalam industri perkebunan relatif sedikit, sebab masyarakat Jawa yang masuk ke Jember sebagian besar berasal dari Jawa Matraman yang mata pencaharian terbesarnya adalah bertani. Sedangkan masyarakat Madura, lebih banyak mendominasi posisi buruh perkebunan. Hingga saat ini, masyarakat yang bertahan menjadi buruh perkebunan adalah etnis Madura. Seiring perjalanan waktu, Jember yang merupakan lumbung padi, dan disebut sebagai kota perkebunan yang memberikan hasil alamnya bagi negeri ini justru lebih dikenal sebagai kota pendidikan dan Jember Fashion Carnival (JFC). Keanggunan dan kekayaan perkebunan yang harusnya bisa tetap dipertahankan menghilang begitu saja ditelan masa. Padahal, total luas areal perkebunan di Jember mencapai ribuan hektare. Untuk perkebunan kopi di Jember misalnya, luasnya mencapai 16.882 hektare, masing-masing diisi dengan pengusahaan kopi rakyat seluas 4.911 hektare yang tersebar di 27 kecamatan dengan areal terluas berada di Kecamatan Silo. Selanjutnya, sebanyak 14 kebun dengan luas areal 6.009 hektare dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) dan 7 kebun seluas 2.267 hektare dikelola oleh Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP), serta 10 kebun dengan luas areal 3.695 hektare dikelola oleh pihak swasta. Sementara itu, untuk komoditi tanaman perkebunan kakao di Jember dari total luas areal 4.641 hektare, masing-masing dipegang oleh perusahaan perkebunan seperti PTPN XII dengan mengelola 4 kebun yang luasnya 3.914 hektare. Sedangkan, 3 kebun dengan luas 216 hektare dikelola oleh PDP. Sisanya, sebanyak 5 kebun dengan luas areal 511 hektare dikelola oleh swasta. Ada pula perkebunan yang terdiri dari aneka ragam tanaman seperti lada, kelapa sawit, dan juga vanili yang juga dirintis sejak zaman kolonial. Namun, masyarakat Jember saat ini cenderung tidak ingin melakukan pengembangan terhadap tanaman-tanaman tersebut.
[ac-i] Sejumlah Penyair Indonesia peserta PPN IV Masih di Brunei
Sejumlah Penyair Indonesia Masih di Brunei ANTARA-Selasa, 20 Jul 2010 10:44:00| Budaya Pariwisata | Dibaca 17 kali | Penulis : Slamet Agus Sudarmojo Bandar Seri Begawan, - Sejumlah penyair asal Indonesia masih belum meninggalkan Brunei Darussalam, setelah mengikuti acara Pertemuan Penyair Nusantara ke-IV di Bandar Seri Begawan, pada tanggal 16 Juli - 19 Juli. Saya baru bisa pulang 24 Juli, karena jadwal pesawat, kata penyair asal Batam, Tarmizi Rumahitam, di Pusat Belia di Bandar Seri Begawan, Selasa. Disamping itu, penyair lainnya yang masih belum kembali ke Indonesia yaitu penyair asal Medan, Rahim Qahhar, penyair asal Jawa Timur, Ary Nurdiana (Ponorogo), Hardho Sayoko SPB (Ngawi), Anna Noor (Tangerang), Didik Wahyudi (Bojonegoro), Agus Sigro (Bojonegoro). Mereka, belum pulang hanya karena menunggu jadwal keberangkatan pesawat. Tarmizi Rumahitam mengaku berangkat ke Brunei dengan uang saku pas-pasan hanya Rp4 juta. Dengan uang itu, tidak mungkin cukup untuk menempuh perjalanan dari Batam ke Brunei dengan pesawat. Karena itu, dia menghemat lewat Johor Malaysia, naik kapal Ferry dari Batam menuju Johor; lalu lewat darat naik bus ke Kuala Lumpur, sebelum akhirnya terbang dengan pesawat dari Kuala Lumpur ke Brunei. Di Kuala Lumpur, Tarmizi harus menginap satu malam di Rumah Gapena bersama para penyair tamu dari Indonesia,yakni Viddy AD Daery, Rahim Qahhar dan Hasan Al-Banna. Viddy AD Daery karena membeli mendadak di KL Sentral Kuala Lumpur,maka kehabisan tiket sehingga tidak bisa berangkat ke Brunei, dan terus tinggal di Kuala Lumpur untuk menyelesaikan proposal rancangan proyek besar Pertemuan Budayawan Nusantara yang telah dimusyawarahkan bersama Gapena dan para Profesor ternama dari berbagai Universitas Besar Malaysia, antara lain UiTM dan UKM,sedangkan tiga penyair lainnya,yakni Tarmizi Rumahitam,Rahim Qahhar dan Hasan Al-Banna berangkat besok paginya, karena sudah memesan tiket sejak lama. Dari tempatnya di Batam, Tarmizi Rumahitam yang berangkat sendirian membawa sejumlah cindera mata, mulai gantungan kunci, pulpen, juga video acara baca puisi yang dia lakukan termasuk buku-buku sastra.Saya berhasil menjual berbagai barang yang saya jual dan mendapatkan uang sekitar Rp1,8 juta, katanya menjelaskan. Sementara itu, rombongan penyair asal Indonesia yang jumlahnya berkisar 130 penyair, sejak acara rampung pada tanggal 19 Juli, sebagian besar langsung kembali ke tanah air. Tak terkecuali Kepala Bidang Informasi dan Publikasi Kementerian Pendidikan Nasional, Dad Murniah dan Koordinator Penyair Indonesia, Achmadun Yosi Herfanda. Sementara itu, dengan dipandu salah satu panitia PPN ke-IV Brunei, yaitu penyair wanita Brunei,Soshonjan Khan, rombongan penyair asal Jatim, antara lain Ary Nurdiana (Ponorogo) yang masih menunggu jadwal kepulangannya, menyempatkan pergi ke sejumlah obyek wisata. Sejumlah obyek wisata yang dikunjungi yakni pantai Jerudong yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari Bandar Seri Begawan. Mereka, juga menyempatkan meninjau lokasi hutan Shahbandar yang masuk kawasan wisata Jerudong, juga Amphy Teater Jerudong yang pernah menjadi lokasi Michael Jackson dan bintang Hollywod lainnya, termasuk Rhoma Irama pentas. Sebenarnya kami mengusulkan kepada panitia PPN IV, agar wisata hutan Shahbandar menjadi tempat para penyair berkumpul dan melakukan berbagai kegiatan lainnya, kata Soshonjan Khan. Namun, menurut dia, dengan berbagai pertimbangan, berbagai kegiatan yang digelar panitia PPN ke-IV, dilaksanakan di lokasi yang tertutup seperti di Radio Televisien Brunei (RTB) dan lokasi lainnya. Dalam acara di RTB, untuk penampilan penyair Indonesia di awali oleh penyair Anna Noor yang membacakan karyanya dengan judul Terbangun Dari Tidur Panjang dan ditutup penyair asal Ponorogo, Ari Nurdiana yang membacakan puisinya dengan judul, Kepada Siapa Aku Bicara.
[ac-i] He Pemerintah ! Terimakasihlah pada pegawai kecil berdedikasi!!!
Radar Bojonegoro -JAWA POS Grup [ Senin, 19 Juli 2010 ] Agus Sunarno, 13 Tahun Sendirian Urusi Museum Sering Kewalahan Kalau Tamu Berjumlah Banyak Bagi sebagian besar orang, bekerja sendirian selama lebih dari 10 tahun, tentu sangat membosankan. Namun tidak bagi Agus Sunarno. Dia menjalani pekerjaan mengurusi Museum Rajekwesi, Bojonegoro, dengan penuh kesabaran. TONNY ADE IRAWAN, Bojonegoro --- SEORANG pria berdiri di teras sebuah bangunan yang terletak di sebelah barat kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Bojonegoro, di Jalan Pattimura. Pria itu hanya diam, sambil melihat beberapa orang yang lalu lalang di depannya. Sebab, secara kebetulan di depan tempat pria tersebut berdiri, digunakan sebagai tempat parkir bagi karyawan dan tamu di Disdik Bojonegoro. Kegiatan itu dilakukan oleh Agus Sunarno, demikian nama pria tersebut, usai melakukan tugasnya membersihkan dan mengurus artefak Museum Rajekwesi. Sejak tahun 1997 ya begini ini, sendirian mengurusi museum, ungkap Agus.. Sehari-hari, Agus memang bekerja sebagai petugas jaga Museum Rajekwesi. Meski lokasi museum di kompleks disdik, Agus bukan pegawai disdik. Agus adalah karyawan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto yang ditempatkan di Bojonegoro. Kepada Radar Bojonegoro, Agus mengungkapkan keluh kesahnya mengurusi artefak-artefak museum. Dia mengaku sering kerepotan dan mendapat teguran dari berbagai kalangan yang datang ke museum, karena mendapati gedungnya tutup. Hal itu terpaksa dilakukan karena Agus bertugas sendirian. Kalau sedang keluar karena ada keperluan, kan otomatis tutup. Apalagi kalau sakit, ya tutup, karena saya sendirian, ujarnya. Semestinya, petugas jaga museum ada tiga orang. Sehingga, dia bisa bergantian dengan yang lain. Apalagi, tugas Agus selama ini ganda. Selain bertugas melayani tamu yang datang, Agus juga harus membersihkan gedung museum. Termasuk juga merawat berbagai benda yang tersimpan di museum. Itu semua tugas saya, bukan hanya menerima tamu, tapi semuanya, paparnya. Dia kemudian menceritakan pengalaman selama liburan sekolah yang baru saja berlalu. Selama musim liburan dua pekan lalu, museum diramaikan dengan kunjungan tamu, terutama pelajar di Bojonegoro. Siswa biasanya datang bersama guru untuk memantau dan membuat laporan berbagai benda yang ada di museum, jelasnya. Total selama dua minggu itu ada sekitar 400 pelajar SMA yang berkunjung. Karena itu, Agus mengaku sempat kewalahan. Karena selain menjelaskan, masih harus melayani pengunjung. Tugas ini cukup berat. Karena, di museum tersimpan 115 item artefak. Mulai benda-benda prasejarah berupa fosil binatang purba, hingga benda zaman sejarah seperti yoni dan benda-benda etnografi. Selain itu, museum juga diisi dengan benda-benda etnografi yang dimanfaatkan masyarakat dengan usia 50 tahun, tetapi tidak ada kaitannya dengan sejarah. Ya seperti dokar yang ada di depan (museum) itu. Kan tidak ada hubungannya dengan sejarah, jelasnya. Ini berbeda dengan dokar di Keraton Solo, Jateng, yang sudah berusia ratusan tahun dan dikeramatkan oleh masyarakat. (*/fiq) * Serangan Wereng Mengganas * Pendukung Kades Moropelang Ngluruk Pemkab * Struktur Baru, Butuh Ruang Baru * Penyaluran Raskin Dipercepat * Kasek Bantah Pendidikan ala Militer * Ratusan Duta Seni Berlomba * Gembbbel Ngotot Tolak Perluasan Tambang SG * Warga Ancam Buat Pasar Tandingan * Mahasiswa Larikan Motor * SMKN 3 Pecat Tiga Guru * KPRI Maju Mantup Lamongan Raih Penghargaan Koperasi Berprestasi Nasional 2010 * Minta Hasil Tes Pengawas SD Dibatalkan * Setyo Budi Mengaku Sehat * Ketua Hanura-Abu Nafi * Pencairan Tunjangan Guru Molor * Fraksi Pendukung Eksekutif Terima Motdin * Faham Tetap Menang * Razia, 34 Pelajar Terjaring * Isu Buta Aksara dan Putus Sekolah Dominan * Dua Penadah Divonis Empat Bulan * Rapat Pansus-Satker Memanas * Lumpur Kerukan di Lahan Perhutani * Rumah Kabag Humas Dibobol Maling * Polres Razia Daerah Perbatasan * Rampok Bermotor di Sore Hari * Cokok Tukang Becak Nyambi Togel * Juni-Juli Belum Gajian * Lusa Evaluasi Kinerja KPUK * Banggar Batasi Penambahan Anggaran * Sinyal ke Pelatih Lokal * Satu Lagi Pemain Asing Mengadu Nasib * Matangkan Pembentukan Tim KU * Berharap Panahan Dulang Emas * Kapok Ikuti Pospenas * Jadwalkan Teken Kontrak Pelatih Minggu Ini HALAMAN KEMARIN * Tingkatkan Pendidikan Aswaja bagi Generasi Muda * Hari Ini Penentuan Hasil Pilkada Lamongan * Enam Pasangan Mesum Digerebek * Peluang Ari Masuk Kejurnas, Terbuka * Bhayangkara FC ke Semifinal * PT LI Tegur Persela * Perombakan Alat Kelengkapan Dewan Disahkan
[ac-i] Setelah dipetakan,tindak lanjuti ya!!! Ini PERINTAH RAKYAT! Bos kalian!!!
Bojonegoro Petakan Benda Cagar Budaya Selasa, 13 Juli 2010 | 01:01 WIB BOJONEGORO, KOMPAS.com--Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Dewan Kepurbakalaan Bojonegoro, Jawa Timur, memetakan benda cagar budaya di wilayah kerjanya. Pemetaan benda cagar budaya ini juga sebagai langkah mengamankan berbagai benda yang memiliki nilai sejarah yang berada di wilayah Bojonegoro, kata Kepala Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro, Saptatik, Senin. Ia menjelaskan berdasarkan Keputusan Bupati Bojonegoro, Suyoto, Nomor 188/176/KEP/412.11/2010, tertanggal 8 Juni 2010 dibentuk Dewan Keperbukalaan Bojonegoro. Menurut dia, Dewan Kepurbakalaan melakukan pemetaan benda cagar budaya, situs-situs, benda bersejarah, dan legenda yang berkembang di masyarakat. Dalam pemetaan tersebut sekaligus mengamankan apabila menemukan benda yang memiliki nilai sejarah yang ada di masyarakat. Selain itu, para pengurus Dewan Kepurbakalaan juga memiliki tugas memberikan penjelasan sekaligus sebagai pemandu yang datang ke Bojonegoro untuk melakukan penelitian. Baik dari kalangan mahasiswa atau dari para peneliti dalam dan luar negeri. Mereka memiliki tugas sebagai pemandu peneliti yang datang ke Bojonegoro, katanya. Ia mencontohkan di Desa Soko, Kecamatan Temayang, ada seorang dalang wanita berusia 97 tahun yang mendalang dalam rangka ruwatan. Dalang wanita itu mendalang tanpa gamelan dan hanya memanfaatkan mulutnya sebagai musik. Saptatik mengatakan di Bojonegoro selama ini dikenal sebagai wilayah yang memiliki situs yang seringkali ditemukan benda purbakala, di antaranya situs Jawik di Desa Jawik, Kecamatan Tambakrejo, situs Mlawatan di Kecamatan Kalitidu. Disamping sering ditemukan fosil binatang purba, juga ditemukan sejumlah benda bersejarah di era jaman Majapahit.Paling tidak dengan adanya pemetaan tersebut, keberadaan benda bersejarah dan tempat bersejarah di Bojonegoro semakin jelas, katanya Dalam melakukan pemetaan itu, dilakukan kerja sama dengan BP3 Trowulan Mojokerto, Kementerian ESDM, Museum Geologi Bandung, serta beberapa dosen Fakultas Ilmu Bumi dan Mineral Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Johan Arif, MT. Penulis: JY | Editor: jodhi | Sumber : ANT Dibaca : 76 Sent from Indosat BlackBerry powered by
[ac-i] Warisan abad 19-Tambang Timah di Batu Gajah PERAK
Nasional-BERITA HARIAN Cetak . Emel Rakan . Bangunan tinggalan syarikat lombong timah kurun ke-19 2010/07/12 BATU GAJAH: Stor tempat simpanan bijih timah yang menjadi lokasi kejadian tiga pelajar terbunuh dan seorang lagi parah selepas dihempap bumbung konkrit bangunan lama itu di kawasan Projek Perumahan Rakyat Termiskin (PPRT) Kampung Changkat Tin, dekat sini, malam kelmarin dipercayai berusia lebih 50 tahun. Ia berdasarkan sejarah perlombongan bijih timah di Perak terutama sekitar Batu Gajah yang wujud sejak kurun ke-19, yang mana ketika itu industri berkenaan sudah diusahakan penduduk Melayu. Difahamkan, Tanjung Tualang satu ketika dulu dikenali kerana mempunyai beberapa lombong bijih timah yang beroperasi pada skala besar. Antara syarikat multinasional yang pernah bertapak serta beroperasi di Tanjung Tualang ialah Lower Perak Tin Dredging, Southern Kinta Consolidated, Southern Malayan Tin Dredging, Austral Amalgamated Tin, Osborne Chapple, Pernas Chartered Management dan Malaysian Mining Corporation. Kebanyakan syarikat berkenaan membina tempat penyimpanan bijih timah masing-masing sebagai tempat simpanan bahan mentah itu sebelum diproses. Ketua Perhubungan RELA Tanjung Tualang, Ahmad Redwan Arif, berkata berdasarkan maklumat penduduk setempat, stor simpanan bijih timah sudah berusia lebih 50 tahun dan dibiarkan dalam keadaan asal kerana dianggap tinggalan sejarah. Tempat itu (stor) memang dijadikan sebagai tempat simpanan bijih kerana berdasarkan lokasi kejadian, ia hanya terletak kira-kira 10 meter dari kawasan lombong tinggal. Stor berkenaan memang sentiasa dijadikan sebagai tempat bermain dan membaiki basikal oleh sebahagian kanak-kanak di kawasan itu, selain tempat berteduh, katanya. Tinjauan Berita Harian di lokasi kejadian turut mendapati stor berkenaan mempunyai rekahan serius di struktur dinding, dan bumbung konkrit, selain kawasan berkenaan dikelilingi belukar kecil. Turut difahamkan, bahagian atas stor itu dilitupi separuh bumbung konkrit, manakala sebahagian lagi dibiarkan terbuka. Bahagian bumbung konkrit itu yang dikatakan runtuh dan menghempap empat pelajar terbabit.
[ac-i] Raja Thailand berdarah Melayu?
Wednesday, March 17, 2010 RAJA THAI RAMA III BERDARAH MELAYU? J ika Perdana Menteri pertama Malaysia Yang Amat Mulia Tun Abdul Rahman Putra al Haj berdarah Siam melalui ibunya Che Manjalara dari keluarga bangsawan Siam, begitu jugalah sebaliknya Raja Rama III raja Thai dari Dinasti Chakri.Namun baginda bukan Islam tetapi penganut Buddha yang taat. Apa yang pasti ibunya datang dari keluarga bangsawan Islam dari Selatan Thai atau mungkin juga sebelah Kelantan atau Patanni. Wallahua alam. Raja Rama III atau nama asalnya Putera Jessadabonindra merupakan putera kepada Raja Buddha Loetla Nabhalai dengan seorang gadis Melayu bernama Chao Chom Manda Riam atau nama asalnya Maryam. Dilahirkan pada 31 Mac 1787 dan mangkat pada 2 April 1851. Baginda merupakan pemerintah Thai dari Dinasti Chakri yang ke 3. Setelah ditabalkan sebagai Raja Thai baginda menggunakan nama PHRA BAT SOMDET PHRA PORAMINTHAMAHA JESSADABONINDRA PHRA NANGKLAO CHAO YU HUA. Manakala ibunya pula Maryam menggunakan gelaran KROM SOMDET PHRA SRI SULALAI. Semasa pemerintahan baginda juga kerajaan Kedah melakukan pemberontakan pada 1837 iaitu semasa perkabungan kemangkatan Maryam. Baginda telah menghantar Panglima Tat Bunag untuk mendamaikan Kedah. Untuk makluman Tat Bunag datang dari keluarga bangsawan Bunag iaitu keturunan Islam Parsi bermazhab Syiah yang telah murtad dan memeluk agama Buddha.Moyang Keluarga Bunag ialah Syeikh Ahmad dan Muhammad Said dari Safavid, Parsi. Posted by EDDY DY at 5:32 PM 0 comments Links to this post Labels: Sejarah Budaya Tamadun Melayu
[ac-i] Sekali lagi LEMBAH BUJANG-dari blog Eddy
Friday, March 19, 2010 PUSAT TAMADUN TERTUA ASIA TENGGARA DITEMUI DI MALAYSIA. Jikasebelum ini ditemui bukti-bukti bahawa Kerajaan Kedah Tua di Lembah Bujang lebih tua dari jangkaan sebelumnya iaitu sekitar abad ke 3 Masihi (Tahun 200-299) mendahului usia Kerajaan Kutai di Indonesia, baru-baru ini ditemui bukti-bukti bahawa Kerajaan Kedah Tua telah wujud sekitar 110 Masihi (tamadun Sungai Batu) atau abad 1 Masihi. Candi Kampung Pangkalan Bujang. Candi Pendiat. Candi Batu Pahat. Candi Bendang Dalam. Candi Pangkalan Bujang. Candi Sungai Batu. Gambar-gambar di atas merupakan runtuhan beberapa buah candi-candi purba di Lembah Bujang.Berdasarkan kajian, candi-candi di Malaysia ini mempunyai pengaruh tempatan iaitu campuran binaan bata dan kayu. Di bawah merupakan contoh miniature candi-candi di Lembah Bujang. TAMADUN 110 MASIHI. Bukti terbaharu pusat tamadun berusia 1,900 tahun. Penemuan sebuah pusat memproses batu bata dan besi serta jeti-jeti purba di Sungai Batu tidak jauh dari Lembah Bujang membuka satu lembaran baharu dalam sejarah peradaban Malaysia.Jika sebelum ini hanya candi-candi yang ditemui, tapak arkeologi Sungai Batu pula menemui dua jeti, dua relau peleburan besi purba, pusat pembuatan batu bata dan 87 tapak masih dalam proses penggalian. Turut di temui ialah 10 000 buah alat peniup haba, tembikar-tembikar lama, dan prasasti yang berbentuk syair dan mantera dalam tulisan Sanskrit - Palava.
[ac-i] Gajah Mada di HIKAYAT HANG TUAH itu Gajah Mada yang mana????
Hang Tuah Berusia 200 Tahun Berperang dengan Portugis dan Menang? Displaying all 4 posts. * Irawan Tokoh Hang Tuah dalam Hikayat Hang Tuah diceritakan sangat luar biasa. Ia mampu membuat malu Patih Gajah Mada selaku Patih Utama Majapahit. Padahal Majapahit pada saat itu diceritakan, mampu menghimpun Nusantara dalam satu tongkat komando. Namun mungkinkah keluarbiasaan itu juga terjadi diusianya yang hampir 200 tahun, dengan melawan Portugis dan menang? Sulastin Sutrisno (Hikayat Hang Tuah Analisa Struktur dan Fungsi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1983) dalam pembahasannya menyejajarkan informasi Hikayat Hang Tuah dengan informasi Nāgarakŗtāgama dan Pararaton atau Hang Tuah sejajar dengan tokoh Gajah Mada masa pemerintahan Raja Tribhuwana Tunggadewi hingga Raja Rājasanagara (1328 – 1389). Penyejajaran ini dilakukan pula oleh Slametmulyana dan para sejarawan lain. Penyejajaran ini menyebabkan semua informasi mengenai Hikayat Hang Tuah ditarik ke masa Raja Rājasanagara. Ini dapat dimengerti karena Hikayat Hang Tuah ataupun Sejarah Melayu tidak mencantumkan angka tahun seperti penulisan sejarah di Jawa. Satu-satunya data yang menghubungkan Hang Tuah dengan Majapahit adalah tokoh Gajah Mada. Sebagaimana di Hikayat Hang Tuah, pada masa lalu orang Jawa yang tidak dekat dengan keraton juga biasa melukiskan kejadian peristiwa sejarah dengan kejadian-kejadian alam atau obyek-obyek terkenal. Misalnya tahun kelahiran putranya bertepatan dengan gunung api meletus dsb. Pencatatan itu biasa dilakukan bagi mereka yang tidak mengenal angka tahun. Kiranya penulisan Hikayat Hang Tuah terjadi sepeti itu. Hikayat Hang Tuah menyandarkan semua peristiwa dengan Gajah Mada Patih Majapahit yang paling terkenal di Nūşântara saat itu. Namun ini tidak berarti cerita Hikayat Hang Tuah salah. Gajah Mada wafat sesuai pemberitaan Nagarakrtagama tahun 1364 M. Dengan demikian kisah Hang Tuah ke Majapahit tentu lebih awal dari itu, karena ia turut merajakan Raja Majapahit yang baru. Bila misalnya maksud yang dirajakan itu adalah Hayam Wuruk tahun 1350, maka tahun kelahiran Hang Tuah itu minimal 1304. Kedatangannya pada masa Raja Tribhuwana Tunggadewi. Asumsi ini didasarkan pada Hang Tuah melihat bayinya Raja Majapahit Baru sesuai cerita Hikayat Hang Tuah. Dan pada saat ia melihat Raja Majapahit masih bayi itu, ia telah bergelar Laksamana. Bila usia Hayam Wuruk menjadi raja adalah 16 tahun di tahun 1350, maka 1350-16= 1334. Pada tahun 1334, Hang Tuah telah menjadi Laksamana. Usia Laksamana paling muda diasumsikan berusia 30 tahun. Dengan begitu tahun kelahiran Hang Tuah adalah 1334-30 = 1304. Menjadi sebuah keanehan kemudian. Hang Tuah di usia senjanya dapat mengusir Portugis sekalipun keris pusakanya kemudian hilang. Portugis menaklukkan Malaka tahun 1511. Dengan demikian saat Hang Tuah mengalahkan Portugis tentu pada tahun yang lebih awal yaitu kurang lebih tahun 1500. Pertanyaan: Apakah mungkin Hang Tuah dengan usia kurang lebih 200 tahun mampu mengalahkan Portugis. Tahun 1500-1304 = 196 tahun? Sebenarnya bila informasi Hikayat Hang Tuah lebih dicermati sekali lagi, ada beberapa data yang sangat penting dipertimbangkan lagi. 1. Di dalam Sejarah Melayu, Betara Majapahit dicatat mempunyai 2 orang patih yang memiliki kedudukan setara, yaitu patih Gajah Mada dan Patih Aria Dikara. Pada Nāgarakŗtāgama, patih Majapahit hanya satu yang memiliki kekuasaan pemerintahan besar. * 2. Pada Hikayat Hang Tuah, Patih Gajah Mada diceritakan masih hidup dan tetap menjabat Patih Majapahit selepas Batara Majapahit. Sepeninggal Batara Majapahit, Patih Gajah Mada meminta putra perkawinan Sang Maniaka dengan Radin Emas Ayu yaitu Radin Bahar (cucu Betara Majapahit) menjadi Mahārāja Majapahit. Hal ini karena Betara Majapahit disebut tidak memiliki putra pengganti. Informasi ini tentu sangat bertentangan dengan Nāgarakŗtāgama. Menurut Nāgarakŗtāgama, Patih Gajah Mada lah yang terlebih dahulu meninggal mendahului Mahārāja Majapahit Rājasanagara dan Ibu Mahārāja Majapahit Tribhuwana Tungga Dewi. Kedua raja itu bergabung dalam sidang Pahem Nadendra kemudian membahas tentang pengganti Patih Gajah Mada, Nag. 71.2-3. * 3. Di dalam Hikayat Hang Tuah, Hang Tuah disebut pernah berperang dengan armada Portugis dan menang. Armada Portugis dalam catatan sejarah belum ada pada masa awal Majapahit. Ia baru muncul pada Majapahit Akhir. Data-data tersebut menepis anggapan para ahli sejarah dan sastra Melayu yang menyebut Hikayat Hang Tuah mengacu kepada jaman Raja Tribhuwana Tunggadewi hingga Raja Rājasanagara selama ini. Informasi ini lebih menunjukkan ada Gajah Mada lain selain Gajah Mada patih Tribhuwana dan Rajasanagara. Sekalipun mereka sama-sama merupakan Patih Majapahit namun mereka hidup dalam kurun masa yang berbeda. Pada Babad Demak (Durma XXXIX 1-3) Raja
[ac-i] gak heran,aku sudah tahu ini sejak lama hehehehehieeeeeh
DetikForum Politik Peristiwa Politik Setelah Para Jenderal, Anggota Banggar DPR pun memiliki rekening gendut? User Name Remember Me? Password Connect with Facebook Register FAQ Community Award Calendar Notices Bazaar Online Made in Indonesia telah dibuka. Silakan belanja di sini! Kuis Tebak Juara Piala Dunia, KLIK DISINI ! PolitikDiskusi seputar tokoh, partai politik, kebijakan dan seputarnya di sini... Community Links Social Groups Pictures Albums Members List Go to Page... * * * * * * * * * * http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a9486230cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=688cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HEREn=a9486230' border='0' alt='' / http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=ac9fd543cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=689cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HEREn=ac9fd543' border='0' alt='' / http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=ab8d4694cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=690cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HEREn=ab8d4694' border='0' alt='' / Page 1 of 6 1 2 3 Last » Thread ToolsDisplay Modes #1 9th July 2010, 08:29 tukangsalahinorang Mania Member Join Date: Jan 2010 Posts: 2,624 Setelah Para Jenderal, Anggota Banggar DPR pun memiliki rekening gendut? Rekening Gendut Anggota Banggar PKS: PPATK Sudah Tak Terkontrol Dwifantya Aquina INILAH.COM, Jakarta - Anggota Badan Anggaran DPR dari Fraksi PKS Andi Rahmat mengaku curiga dengan data yang dimiliki Lumbung Informasi Rakyat Indonesia (LIRA) terkait rekening gendut anggota Banggar DPR. Jika PPATK yang membocorkannya, Andi mengaku sangat kecewa dengan lembaga indpenden itu. Harus dilihat dulu sumber data LIRA itu dari mana. Kemungkinannya hanya dua, pertama dari bank atas permintaan lembaga-lembaga yang berwenang dan kedua PPATK, ujar Andi yang juga merupakan anggota Komisi XI DPR kepada INILAH.COM di Jakarta, Jumat (9/7). Menurut Andi, jika benar LIRA mendapatkan data tersebut dari PPATK maka lembaga tersebut jelas telah keluar dari jalur. Sebab, lanjutnya, saat panitia khusus (Pansus) hak angket Century meminta data-data ke PPATK saja tak semudah itu. PPATK kelihatannya sudah tidak terkontrol lagi, waktu panitia angket Century saja susah mintanya, eh sekarang seenaknya saja keluarin data. Data dari PPATK itu hanya bisa dikeluarkan lewat permintaan penegak hukum dalam rangka penyidikan. Jadi kalau dikasih pun terbatas. Apalagi yang minta LSM, urainya. Andi pun mengatakan data yang dikemukakan oleh LIRA itu perlu ditelusuri terlebih dahulu kebenarannya. Mantan Ketua KAMMI ini curiga data tersebut didapatkannya dari hasil mengunduh. Apabila data LIRA tersebut valid dan bisa dipercaya saya setuju diverivikasi, tapi jangan sembarangan, tandasnya. Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Jusuf Rizal mengatakan, para anggota Banggar DPR yang memiliki rekening gendut itu berasal dari beberapa partai yang berbeda.Mereka ini sudah beberapa periode duduk di Banggar, mereka yang berkuasa menentukan mata anggaran ke komisi maupun kementerian, rekeningnya gendut sekali. Ketika ditanya siapa anggota Banggar yang dimaksud, Jusuf Rizal enggan menyebutkannya. Dia mengatakan, saat ini tengah melakukan pengumpulan dan pendalaman informasi. Kita sedang telusuri informasi ini, badan pemantau kinerja legislatif LIRA akan ungkap semuanya, ujar Jusuf Rizal. [tia/jib] Makin kacau, Celengan Bab1 pun ternyata dimiliki juga oleh Anggota Banggar DPR! Jangan sampai Jusuf Rizal ada yang membacok juga. __ WASPADAI! SAKIT HATI LEBIH BERBAHAYA DARI SAKIT GIGI tukangsalahinorang View Public Profile Send a private message to tukangsalahinorang Find all posts by tukangsalahinorang #2 9th July 2010, 10:38 tukangsalahinorang Mania Member Join Date: Jan 2010 Posts: 2,624 Kira-kira majalah apa ya yang akan mengupas Banggar yang punya Rekening gendut ini. Saran ane : Kalau Tempo kan kemarin Covernya pake Gambar Polisi lagi nganggon Celengan babi., kalau untuk anggota DPR kalau bisa Cover Majalahnya Gambar Pria Gendut lagi Makan Kue Celengan babi... , sementara KEdua tangan dan kakinya Masing2 Pegang kue celengan babi, biar sama-sama ada gambar Bab1 nya... Jadi terlihat sebagai Pria Gendut yang rakus, kalau perlu muka orang yang makan Kue Celengan Bab1 itu juga harus kayak Bab1.., lagin kan kalau cuman gambar Bab1 itu kan ga Haram.. __ WASPADAI! SAKIT HATI LEBIH BERBAHAYA DARI SAKIT GIGI tukangsalahinorang View Public Profile Send a private message to
[ac-i] Trs: Pertemuan Penulis Nusantara
- Pesan Diteruskan Dari: rasa baharum rasa.asmara...@gmail.com Kepada: Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id Terkirim: Kam, 8 Juli, 2010 09:10:55 Judul: Pertemuan Penulis Nusantara Sdra Viddy, Saya diberitahu anda akan ke Brunei pada 16-19 Julai ini. Saya dan suami juga akan menyertai pertemuan penulis itu. Saya kagum dengan cara anda baca sajak. Harap anda akan membaca lagi dan bertemu disana. Salam, RASANUBARI ASMARAMAH
[ac-i] Candi Kedaton,Trowulan
Radar Mojokerto-JAWAPOS Group [ Rabu, 07 Juli 2010 ] Segera Sentuh Candi Kedaton Upaya Pelestarian Peninggalan Majapahit MOJOKERTO - Keberadaan peninggalan Majapahit terus mendapat perhatian pemerintah pusat. Belakangan, sudah ada rencana untuk memulai melestarikan situs-situs yang ada. Sebagai langkah awal, akan menyentuh Candi Kedaton di Dusun Kedaton, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan. Demikian itu disampaikan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudbar) Jero Wacik saat berkunjung ke Candi Kedaton dan Sumur Upas di Trowulan kemarin. Menurutnya, langkah pelestarian situs peninggalan Majapahit dengan menyentuh Candi Kedaton itu sekaligus sebagai upaya mewujudkan Taman Majapahit (Majapahit Park). Lokasi yang banyak terdapat bangunan batu bata yang mirip dengan kolam, rencananya akan dipugar. Hal itu agar bisa lebih mudah dilihat para wisatawan. Selanjutnya, di lokasi itu akan dipasang atap permanen. Tak hanya itu, namun juga dilengkapi jembatan. Sehingga, situs tersebut bisa dilihat dari atas jembatan. ''Situs tak mudah rusak dijamah wisatawan,'' ungkapnya. Untuk itu, menurutnya, sudah disiapkan anggarannya. Yaitu sebesar Rp 3 miliar dari APBN 2010. Diperkirakan, proyek tersebut rampung pada tahun 2011. Pelaksanaannya sendiri akan bersamaan dengan pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM). Menguatkan rencana tersebut, Jero Wacik menyampaikan, master plan proyek Candi Kedaton sudah dibuat. Bahkan, dia juga menunjukkan gambaran hasil akhirnya nanti. Proyek itu, dikatakannya, tetap mempertimbangkan beberapa hal. Diantaranya, kenyamanan pengunjung dan keselamatan situs. Sementara itu, terkait rencana pembangunan Majapahit Park, Jero Wacik belum memastikan kebutuhan anggarannya. ''Kita akan komunikasikan dengan DPR RI,'' ungkapnya. Proyek tersebut bakal dilaksanakan secara bertahap. Terhadap proyek tersebut, Menbudpar menargetkan bisa dirampungkan sebelum masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono habis, tahun 2014 nanti. (abi/yr)
[ac-i] Legenda Joko Samudro
Radar Jember-JAWAPOS Group [ Minggu, 04 Juli 2010 ] Legenda Joko Samudera dan Indahnya Watu Ulo JEMBER - Bagi warga Jember dan sekitarnya, Watu Ulo sudah dikenal sejak zaman dahulu. Tidak hanya sekadar menjadi tempat jujugan dalam berwisata, Watu Ulo juga menjadi tempat mencari nafkah bagi masyarakat pinggir pantai. Sayang, hingga kini, Watu Ulo tak mengalami perubahan. Seolah keindahan alamnya dibiarkan begitu saja, dan terabaikan. Watu Ulo adalah sebuah pantai yang terletak di Kecamatan Ambulu, Jember. Pantai ini merupakan gugusan Samudera Indonesia, atau biasa di sebut pantai selatan. Letaknya di sebelah selatan Kabupaten Jember, sekitar 45 menit dari pusat kota. Bisa dikunjungi dari dua jalur. Yakni, dari jalur pusat kota menuju ke Kecamatan Jenggawah, dan berlanjut ke Kecamatan Ambulu. Sedangkan jalur kedua bisa menggunakan jalan dari pertigaan Rambipuji menuju ke Kecamatan Balung, kemudian berlanjut ke Kecamatan Ambulu. Bisa dinaiki oleh kendaraan apa saja karena jalan menuju ke sana sangat lapang dan mulus. Watu Ulo merupakan nama dalam bahasa Jawa yang berarti batu ular. Syahdan, di tempat itu dulu tinggal pasangan suami istri yang bernama Aki dan Nini Sambi. Kedua pasangan suami istri ini memiliki seorang anak bernama Joko Samudera. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, pasangan suami istri yang harmonis ini mencari kayu bakar di bukit-bukit sekitar pantai. Sedangkan, anak mereka, Joko Samudera mencari ikan di laut. Suatu ketika, Aki dan Nini Sambi yang sedang mencari kayu bakar di hutan, dikejutkan oleh suara tangis bayi. Mereka mencari sumber suara tersebut dan menemukan seorang bayi lelaki yang montok dan tampan. Melihatnya, Nini Sambi langsung jatuh hati. Dia memohon pada sang suami, agar si anak bisa mereka rawat. Melihat sang istri begitu ingin mengasuh bayi tersebut, Aki Sambi mengijinkan. Dan mereka memberi nama bayi tersebut Marsudo. Waktu berjalan membuat kedua bocah lelaki ini tumbuh dewasa. Mereka selalu bergantian mencari ikan di laut untuk kebutuhan hidup keluarga. Di suatu hari yang cerah, Marsudo yang sedang memancing, tersentak karena pancingnya bergoyang. Diangkatnya, pancing itu dan betapa terkejutnya dia ketika melihat seekor ikan yang besar nyangkut di mata pancingnya. Lebih terkejut lagi, ikan itu bisa bicara. Dia ingin Marsudo melepaskan dirinya dan sebagai ganti Marsudo akan dikabulkan setiap keinginannya. Kasihan dan merasa tidak tega, Marsudo melepaskan ikan yang bernama Raja Mina itu. Dengan penuh ucapan rasa terima kasih, Raja Mina langsung berenang dengan bebas. Perbuatan Marsudo yang melepaskan ikan sangat besar, ternyata membuat Aki Sambi marah. Hingga dia membuat nasi yang akan dimakannya. Nantinya, nasi tersebut akan berubah menjadi pasir putih di Pantai Pasir Putih Jember. Sementara itu, untuk menghilangkan kejengkelan sang ayah, Joko Samudera memancing ikan di laut menggantikan adiknya. Namun malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Bukannya mendapat ikan, dia malah mendapat seekor ular besar. Ular ini mengamuk karena kait pancing Joko Samudera melukai tubuhnya. Tak mau menyerah, Joko Samudera melakukan perlawanan. Duel sengit tak dapat dihindarkan. Melihat sang kakak pontang-panting melawan ular raksasa, Marsudo memanggil Raja Mina. Dia meminta janji Raja Mina ditepati. Yakni, semua keinginanya dikabulkan. Dia ingin kakaknya menang melawan sang ular raksasa. Mendengar permintaan Marsudo, Raja Mino memberinya sebatang cemeti. Pukul dua kali, maka tubuhnya akan terbelah jadi tiga. Pisahkan ketiga bagian tubuhnya ke tiga tempat, hingga dia tidak bisa bersatu. Kalau bersatu dia akan hidup kembali. Begitu kata Raja Mino pada Marsudo, terang Kalsum, seorang penduduk Watu Ulo yang sudah sejak tahun 1989 bermukim di kawasan itu. Begitulah legenda yang membuat pantai tersebut bernama Watu Ulo. Di pinggir pantai, memang ada gugusan batu, yang jika diamati mirip dengan anatomi tubuh seekor ular. Panjang dan berlekuk-lekuk serta model batuannya, seperti sisik. Bahkan, masih menurut Kalsum, pernah ada seseorang yang mencungkil batu itu. Tapi, akhirnya dikembalikan, karena batu itu mengeluarkan darah. Terlepas dari legenda dan mitos tentang Watu Ulo, pantai ini sesungguhnya potensi alam yang layak untuk dikelola dengan baik. Sayang, sampai saat ini pantai tersebut seperti dibiarkan tumbuh dengan sendirinya. Dari tahun 1989 sampai sekarang, tidak berubah, sambungnya. Kondisi ini jelas sangat memprihatinkan. Padahal, jika dikelola dengan baik, Watu Ulo akan semakin menarik perhatian masyarakat. Tidak hanya masyarakat Jember sekitarnya, tapi luar kabupaten. Begitu banyak hal tersiakan di kawasan pantai ini. Pohon-pohon waru yang dibiarkan tumbuh asal-asalan, hingga daunnya banyak mengotori kawasan pantai. Ada juga kawasan pantai yang dibiarkan kosong. Tidak ada tanaman yang bisa menjadi tempat berlindung
[ac-i] Acara Kerjasama PENA-GAPENA
Nasional-BERITA HARIAN Cetak . Emel Rakan . Malam Tangisan Gaza kecam kezaliman Zionis Oleh Nazmi Yaakub 2010/07/0315 penyair tanah air simpati penderitaan rakyat Palestin KUALA LUMPUR: Kira-kira 15 penyair tanah air meluahkan kemarahan terhadap kekejaman Israel terhadap Palestin dalam bentuk deklamasi puisi dan lagu puisi pada Malam Puisi PENA: Malam Tangisan Gaza, di Rumah Persatuan Penulis Nasional Malaysia (PENA) di sini, malam tadi. Puisi protes kezaliman rejim Zionis itu ke atas rakyat Palestin, terutama di Gaza, termasuk isu misi bantuan kemanusiaan dibacakan Penerima Anugerah Sasterawan Negeri Melaka 2009, Mokhtar Yasin yang mendeklamasikan puisi Rayuan Warga Bumi. art Ketua Satu Persatuan Penulis Melaka (PENAMA) yang juga Speaker Dewan Undangan Negeri (DUN) Melaka, Datuk Othman Muhammad pula membacakan puisi Aku, Puisi dan Bani Israel, manakala penyair veteran, Jamaluddin Darus mendeklamasikan puisi Wangi Taman Pembunuhan Metafora Sebuah Gaza. Malam puisi itu turut menampilkan tokoh dari luar negara, iaitu mantan Pensyarah Universiti Sains Malaysia (USM), Prof Tone Brulin dari Belgium dan Penasihat Lembaga Adat Melayu Luhak Tambusai, Riau, Indonesia, Datuk Muda Taufik Affandi Talib. Antara penyair yang mendeklamasikan puisi ialah Ismas Saring, Khalid Salleh, Abdul Hadi Yusof dan Osman Mahali, selain personaliti TV3, Ahmad Fitri Yahya. Malam puisi anjuran PENA, Gabungan Persatuan Penulis Nasional (GAPENA) dan Yayasan Salam itu turut dimeriahkan dengan persembahan lagu oleh Datuk Ibrahim Bachik.
[ac-i] Di Pulau Pinang yang dikuasai partai China DAP-kampung Melayu digusur seperti di Singapura
BERITA UTAMA-UTUSAN MALAYSIA Kampung Melayu di Pulau Pinang bakal lenyap? Zaiton Ismail dan suaminya, Abdullah Mat Isa tidak dapat menahan kesedihan ketika membaca notis arahan mengosongkan rumah mereka yang dibina lebih seratus tahun di Kampung Pokok Asam, Jelutong, Pulau Pinang, semalam. - UTUSAN/Zhafaran Nasib PULAU PINANG 2 Julai - Penduduk Kampung Jalan Pokok Asam, Jelutong di sini berharap ada pertubuhan sedia membantu nasib mereka yang berkemungkinan hilang rumah kerana diambil pemaju. Salah seorang penduduk, Shima Ismail, 37, berkata, jika masalah sedemikian tidak ditangani, tidak hairan jika pada satu hari nanti tiada lagi perkampungan milik orang Melayu di tengah bandar raya George Town ini. Kampung ini adalah antara perkampungan Melayu yang masih ada di bandar ini. Janganlah nanti tiada lagi kampung Melayu di George Town kerana semua mereka telah dihalau keluar dari pulau, katanya ketika ditemui di sini semalam. Kelmarin, kira-kira 200 penduduk asal Kampung Jalan Pokok Asam diusir oleh pemaju. Pengusiran itu didakwa dibuat oleh pemaju tanpa sebarang perbincangan terlebih dahulu antara kedua-dua pihak. Difahamkan, tanah kampung berkenaan akan dibangunkan dengan projek kediaman bertingkat dengan kos lebih RM800,000 seunit oleh pemaju yang berpangkalan di Kuala Lumpur. Menurut Shima, penduduk kampung kini tidak tahu kepada siapa untuk mereka mengadu dan mendapatkan bantuan. Ini kerana, jelas beliau, wakil rakyat di kawasan itu sendiri dilihat seolah-olah tidak endah dengan nasib yang menimpa mereka. Kami ada mengadu kepada Ahli Parlimen Jelutong, Jeff Ooi tetapi tidak mendapat sebarang reaksi daripadanya. Kami hubungi dia semalam, tapi dia tidak dapat hadir meninjau masalah ini kerana berada di Parlimen, ujarnya. TAJUK-TAJUK BERITA LAIN: • Pilih kontraktor berkualiti - PM • PKR lindungi Raja Petra? • Kampung Melayu di Pulau Pinang bakal lenyap? • JKM ambil alih urus Rumah Titian Kasih • Percepat transformasi dalam UMNO - TPM
[ac-i] Sunan Bejagung Tuban
Radar Bojonegoro-JAWAPOS Group [ Minggu, 04 Juli 2010 ] Mengupas Mitos Peninggalan Sunan Bejagung Lor-B Watu Gajah Penjelmaan Gajah Tentara Majapahit ? Sejarah penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa tak bisa dilepaskan dari sosok Sunan Bejagung Lor dan Bejagung Kidul yang makamnya berada di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding. Begitu berpengaruhnya, sejumlah mitos dikaitkan dengan kedua aulia ini. DWI SETIYAWAN, Tuban --- GUGUSAN batu besar nan hitam teronggok di barat lapangan Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, sekitar 2,5 kilometer (km) selatan barat Kota Tuban. Sudah ratusan tahun batu-batu tersebut bercokol di tanah desa seluas 2 hektare tersebut. Sebagian batu mirip gajah, terutama di bagian utara. Meski tidak dijaga dan dilindungi dengan bangunan pagar, tidak ada satu pun yang berani mengusik batu-batu itu. Jangankan membongkar, untuk sekadar memindahkan batu pun tidak ada yang bernyali. Gugusan batu yang bernama Watu Gajah ini termasuk salah satu mitos kebesaran Sunan Bejagung Lor dan Bejagung Kidul. Konon, batu-batu tersebut penjelmaan dari gajah tentara Majapahit yang hendak membawa pulang paksa Pangeran Kusumohadi yang mengaji kepada Maulana Abdullah Asyari (Sunan Bejagung). Pangeran Kusumohadi adalah putra Prabu Hayam Wuruk, salah satu raja Majapahit. Setelah mengetahui bahwa anaknya mengaji di Padepokan Sunan Bejagung Tuban, maka sang prabu memerintahkan patihnya Gajah Mada menjemput. Mendengar rencana itu, Pangeran Kusumohadimemohon kepada Sunan Bejagung untuk membantunya menolak kehendak Prabu Hayam Wuruk. Alasannya, pangeran ingin tetap menekuni ilmu Islam dan tidak ingin menjadi raja. Kehendak pangeran tersebut dikabulkan Sunan Bejagung. Untuk melindungi sang pangeran, Sunan Bejagung menggaret tanah sekitar Padepokan Kasunanan Bejagung yang sampai sekarang dikenal dengan Siti Garet. Tujuannya, agar tentara Majapahit tidak bisa masuk kasunanan. Tentara Majapahit akhirnya tak bisa masuk kasunanan dan berhenti di selatan kasunanan. Melihat itu, salah seorang santri melapor kepada Sunan Bejagung bahwa di sebelah selatan kasunanan banyak pasukan gajah dari Majapahit. Sunan Bejagung spontan mengatakan tidak gajah tetapi batu. Karena kekuatan karomah sang wali, semua gajah menjadi batu. Kepala UPTD Museum Kambang Putih Tuban, Supriyadi membenarkan bahwa Watu Gajah hanyalah bagian dari mitos sejarah Sunan Bejagung Lor dan Bejagung Kidul. Meski dikaitkan dengan siar wali di daerah setempat, tidak ada bukti sejarah yang menguatkan kalau batu-batu tersebut adalah bagian dari sejarah. Karena itu, batu-batu tersebut tidak masuk benda cagar budaya (BCB) yang dilindungi. Dikatakan dia, yang masuk dalam situs sejarah hanyalah seluruh benda di dalam kompleks makam Sunan Bejagung Lor dan Bejagung Kidul. Mitos lain yang terkait dengan karomah Sunan Bejagung adalah pantangan warga Bejagung memakan ikan meladang (jenis ikan laut). Sekdes Bejagung, Kusnadi mengatakan, hampir semua warganya tak pernah melanggar pantangan tersebut. ''Kalau dilanggar, maka yang memakan akan gatal-gatal,'' kata dia. Mitos ini terkait dengan pengalaman Sunang Bejagung yang terapung di laut dan ditolong ikan tersebut. Ponpes Sunan Bejagung mengupas pantangan memakan ikan ini dalam situsnya sunan-bejagung.net. Rujukannya, buku Babad Tanah Jawa, Babad Tuban, dan juga buku dokumen Bejagung. Dalam situs ini disebutkan, suatu ketika Sunan Bejagung diajak berhaji oleh santrinya yang berwujud jin. Santri tersebut sanggup menggendong Sunan Bejagung dari Tuban sampai ke Masjidil Haram Makkah. Namun, saat digendong melintas samudra, Sunan Bejagung lepas dan jatuh ke laut. Dalam musibah tersebut dikisahkan Sunan Bejagung selamat karena dan ditolong ikan meladang. Ikan inilah yang membawa sunan sampai di suatu pantai di Hadramaut (yang sekarang dikenal dengan Saudi Arabia). Setelah sampai di Arab, Sunan Bejagung berpesan kepada semua anak cucunya jangan sampai makan ikan meladang. Dalam portal Ponpes Bejagung ini juga dibeber sejarah kedatangan Sunan Bejagung yang dikaitkan dengan hancurnya Kerajaan Pasai di Kutai. Setelah Pasai hancur, terjadi eksodus besar-besaran muballig Arab yang dipimpin Syekh Jumadil Kubro. Pengikutnya, Syekh Ibrohim Asmoro Qondi, Maulana Ishak, Maulana Malik Ibrahim, Maulana Abdullah Asyari Sunan Bejagung, dan ulama lainnya. Sesampai di tanah Jawa yang menjadi tujuannnya, Syekh Jumadil Kubro membagi tugas dakwah. Dia menuju kerajaan Majapahit. Maulana Ishaq ke Kadipaten Banyuwangi, Maulana Malik Ibrahim ke Gresik. Sementara Syekh Maulana Ibrohim Asmoro Qondi dan Syekh Maulana Abdullah Asy'ari ditugaskan di Kadipaten Tuban. Mubalig lainnya ditugaskan di tempat yang berbeda dengan tujuan yang sama, siar ajaran Islam. Kedatangan Maulana Abdullah Asy'ari di Tuban disambut baik Adipati Tuban Wilotikto. Sang Adipati sangat menghormati ulama pendatang
[ac-i] Alhamdulillah ! Allahu Akbar!!! Bapak Prof.Ismail Hussein MENANG DAN BERJAYA!!!!!
DALAM NEGERI-UTUSAN MALAYSIA Ismail Hussein kekal terajui Gapena KUALA LUMPUR 3 Julai - Profesor Emeritus Tan Sri Ismail Hussein mengekalkan rekod tanpa kalah sejak 40 tahun lalu apabila berjaya mengekalkan jawatan Ketua Satu Gabungan Persatuan Penulis Nasional Malaysia (Gapena) dalam pemilihan persatuan itu hari ini. Beliau yang memperolehi 55 undi mengetepikan pencabarnya, Amiruddin Md. Ali Hanafiah iaitu seorang guru Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Jinjang dengan kelebihan 36 undi.. Ini merupakan cubaan kali kedua Amiruddin untuk menduduki pucuk pimpinan Gapena sejak 2008. Turut mengekalkan jawatan masing-masing pada pemilihan sempena Mesyuarat Agung Gapena Ke-39 termasuk Profesor Datuk Dr. Abdul Latiff Abu Bakar (Ketua Dua); Profesor Madya Datuk Zainal Abidin Borhan (Setiausaha Satu); Profesor Madya Dr. Hashim Ismail (Setiausaha Dua) dan Hamzah Hamdani (Bendahari). Sementara itu, lima Ahli Jawatankuasa yang terpilih daripada 11 pencalonan ialah Datuk A. Aziz Deraman, Profesor Datuk Dr. Zainal Kling, Datuk Abd. Samad Maharuddin, Borhan Md. Zain dan Datuk Dr. Mohd. Mansur Abdullah. TAJUK-TAJUK BERITA LAIN: • Suraya, Rafidah wanita pertama dilantik Hakim Syarie • Shahrizat sifatkan kejayaan perjuangan Wanita UMNO • Ainuddin, Norazrah johan tilawah al-Quran • PM: Negara hilang generasi pejuang kemerdekaan • Melayu P. Pinang perlu ambil iktibar • 283 sekolah punyai kemudahan paling teruk • Galak promosi produk baru pelancongan • 'Istana Negara bukan istana air mata' - Ezam • Curi kabel: TM beri ganjaran RM10,000 • Skim pencen anggota polis sebelum merdeka • Ismail kekal terajui Gapena • Mekanik maut, 3 rakan cedera • KDN tidak pilih kasih antara suara perkasa dan suara keadilan • Gerakan bantu 100,000 miskin tegar • Bantu tingkat prestasi pelajar - Rosmah • 17,967 rumah mesra rakyat lulus • Remaja tinggalkan rumah selepas ditegur pakai jean • Mimie akhirnya pulang ke Sabah
[ac-i] Teater Biografi Natrah yang terbelah Agama
Sastera-BERITA HARIAN Cetak . Emel Rakan . Muzakarah kasus Natrah Oleh Salbiah Ani 2010/06/29 RASA tidak puas hati penonton Teater Natrah ketika dipentaskan di Istana Budaya, akhir tahun lalu kerana adaptasi naskhah teater itu lari daripada teks biografi yang ditangani Datin Seri Fatini Yaacob, pasti akan terubat pagi ini. Meskipun kali ini bukan dalam bentuk teater yang gah sehingga lebih RM1 juta ‘terbang’ hanya untuk latar pentas di Panggung Sari pada persembahan dari 30 November hingga 13 Disember lalu, tetapi pasti tiada hati yang meronta ekoran penyimpangan daripada teks asal. Muzakarah Pakar Selepas 50 tahun Kes Natrah: Di Mana Kita? akan berlangsung di Dewan Besar, Blok B, Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM), 2 Langgak Tunku off Jalan Duta, Kuala Lumpur, pada 29 Jun ini, jam 9 pagi. Fatini selaku pengkaji dan penulis biografi Natrah (1937-2009) Nadra@ Hurbedina Maria Hertogh @ Bertha - Cinta - Rusuhan - Air Mata akan membincangkan Selepas 60 Tahun Kes Natrah: Di Mana Kita? - Perspektif Sosial. Ketua Pengarah yang juga Ketua Hakim Syarie, Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Tan Sri Ibrahim Lembut, akan membincangkan Selepas 60 tahun Kes Natrah: Di Mana Kita - Pelaksanaan Undang-undang Islam. Felo Kehormat, Institut Antarabangsa Pemikiran Islam dan Tamadun Islam (ISTAC), Uthman el-Muhammady, akan membincangkan Selepas 60 tahun Kes Natrah: Di Mana Kita? Perspektif Pendidikan. Timbalan Ketua Pengarah IKIM, Prof Datuk Dr Zaleha Kamaruddin, akan bertindak sebagai moderator pada muzakarah anjuran institut terbabit dibuka kepada mereka yang berminat dengan kes yang pernah menggegarkan Tanah Melayu dan Singapura 12 Disember pada 1950. Selepas mahkamah sivil di Singapura memutuskan agar Natrah yang dibesarkan secara Islam oleh ibu angkatnya, Cik Aminah Mohamad dari Kemaman, dikembalikan kepada bapanya, Sarjan Adrianus Petrus Hertogh, mengakibatkan tercetusnya rusuhan. Rusuhan itu berkesudahan dengan 18 nyawa terkorban dan 180 tercedera sehingga memaksa pemerintah Inggeris mengisytiharkan perintah berkurung selama tiga hari di Singapura, menarik perhatian seluruh dunia. Natrah yang dilahirkan pada 24 Mac 1937 oleh ibunya, Adeline sebagai Hurbedina Maria Hertogh @ Bertha di Bandung sebagai Kristian dan diserahkan kepada hartawan, Cik Aminah Mohammad yang berasal dari Kemaman, Terengganu, dibesarkan sebagai seorang Islam. Ibu dan nenek Natrah menyerahkan Natrah kepada ibu angkatnya itu selepas bapanya, Sarjan Adrianus Petrus Hertogh, ditawan apabila Jepun mendarat di Indonesia dan bagi menyelamatkan kanak-kanak berusia lima tahun itu ekoran perasaan antipenjajah yang meluap di Jawa. Fatini, mantan wartawan Dewan Masyarakat yang pernah menjejaki wanita malang itu di negara asalnya sehingga terhasil empat rencana berhubung perkara terbabit dalam Dewan Masyarakat terbitan Februari hingga Mei 1989 dan diteruskan dengan kajian terperinci selepas itu. Kajian selama 20 tahun bagi mendapatkan gambaran sebenar kisah Natrah, membawa Fatini melakukan perjalanan ke Singapura, Belanda dan Amerika Syarikat bagi menemuramah dan menyelongkar dokumen bertulis mengenai wanita itu selain tugasan di Terengganu. Sudah pasti muzakarah yang membincangkan aspek sosial di samping pelaksanaan undang-undang Islam dan pendidikan daripada kes terbabit akan memberi ruang lebih bermakna dalam menilai dan menafsir peristiwa rusuhan yang tercetus di Singapura. Muzakarah ini tentunya akan dapat menjalurkan persoalan membendung murtad di Malaysia yang menjadi sebahagian daripada matlamat penulis biografi setebal 474 halaman terbitan Penerbit Universiti Teknologi Malaysia (UTM) Press yang diketepikan pada pementasan teater lalu. Natrah yang meninggal dunia pada 9 Julai 2009 akibat leukemia di rumahnya di Huijberhen, di selatan Belanda, pada usia 72 tahun, tetap dikenang rakyat Singapura dan Malaysia seusianya sebagai wanita malang Belanda yang dipaksa berpisah dengan Mansor Adabi sehingga kini.
[ac-i] Yang beli wayang adalah TKI-apa dia juga diteriaki MALIIIIING????
Radar Tulungagung -JAWA POS Grup [ Selasa, 22 Juni 2010 ] Sumiran Kebanjiran Pesanan untuk Dibuatkan Wayang Kulit TKI Malaysia untuk Majikan, Persiapkan Anak Kedua Warisi Keahliannya Ibarat buah kelapa, makin tua makin bersantan. Itulah gambaran Sumiran, 61, warga Desa Kedunglurah, Kecamatan Pogalan, Trenggalek. Dia usia yang semakin senja, hasil karyanya membuat wayang kulit makin dicari. Didin Cahya, Trenggalek --- Rumah menghadap utara di pinggir jalan raya Kedunglurah tanpa sepi dari luar. Di teras rumah sederhana berjajar wayang kulit dengan aneka tokoh. Mulai Pandawa, Punakawan dan Kurawa. Tak ketinggalan, tumpukan kulit kambing rata-rata berukuran satu meter, sisa potongan kayu serta tetesan bekas cat yang menghiasi lantai teras. Saat pintu diketuk, muncul laki-laki baya yang berpakaian motif batik. Dialah Sumiran. Segera dia mempersilakan RaTu masuk rumah. Silakan masuk, ya seperti ini keadaanya, ujar Sumiran kemarin. Tak perlu diragukan semangat ayah enam anak ini mempertahankan kesenian asli Indonesia. Setiap hari dia mulai membuat anak wayang pukul 08.00 hingga sore hari. Mulai dari memilih kulit kambing, nge-mal atau menggambar dasar wayang, nge-cat dan sebagainya dilakukan sendiri. Kepiawaiannya membuat anak wayang merupakan warisan dari ayahnya, Kardi. Selama masa kecil setiap hari dia melihat proses membuat wayang. Saya sering duduk di samping Bapak saat Bapak membuat wayang. Dia menceritakan masing-masing sifat tokoh wayang. Kayak mendongeng dan memberik nasihat, begitu! kata suami Toini, 55 tahun ini. Dia usia sekitar 9 tahun, Kardi mengajari Sumiran membuat wayang. Dia mulai dilatih memahat kulit domba, termasuk memberi warna sesuai karakter tokoh. Waktu terus berjalan, memasuki usia belasan tahun, Sumiran kecil sudah bisa membuat wayang. Tentu timbul rasa bangga. Dia memasarkan hasil karya sendiri. Di kala semangat tinggi untuk bekerja, kesedihan menghampirinya. Pada 1967 ayahnya meninggal dunia. Hal itu membuat dirinya shock. Lah bagaimana? Saat itu bapak bekerja keras untuk menghidupi kelurga, ingatnya. Paska kematian ayahnya, beban di pundak Sumiran semakin berat. Dia diminta meneruskan keahlian membuat wayang. Pada 1968 dia bekerja sebagai instalator di Pabrik Gula (PG) Mojopanggung, Desa Panggungrejo, Kecamatan Kauman, Tulungagung. Di sela-sela waktu luang disempatkan membuat wayang. Itu untuk melaksanakan wasiat bapaknya. Kadang mendapat pesanan, tapi tidak banyak, jelas Sumiran. Pada 2004 dirinya pensiun dari PG Mojopanggung. Waktu lebih banyak untuk membuat wayang. Di usia kini, Sumiran sanggup membuat satu wayang dalam waktu dua hari. Tergantung tingkat kesulitan dan cuaca, paparnya sambil memahat kulit domba. Jika cuaca panas, dia menyatakan lebih cepat. Karena kulit domba lebih mudah dibentuk serta dipahat. Sebaliknya jika musim hujan datang, Sumiran mengaku sedih. Hal itu disebabkan kesulitan menjemur kulit domba. Di masa tuanya, pesanan membuatkan wayang terus mengalir. Baik dari Trenggalek maupun luar kota seperti Malang dan Solo. Bahkan tidak sedikit warga Malaysia yang memesan anak wayang buatannya. Biasanya TKI yang membawa ke negeri jiran itu. Harga jual tiap kulit kambing yang sudah diubah menjadi wayang bervariasi, mulai Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu. Dalam sebulan dia meraup jutaan rupiah dari keterampilannya tersebut. Menghadapi masa pensiun membuat wayang, dia sudah mempersiapkan anak keduanya, Dwi Purnomo untuk mewarisi keahlinya. Kabetulan anaknya juga berminat, jadi tidak ada masalah, terangnya. (din/her)
[ac-i] Trs: JADUAL SEMENTARA PPN 4 BRUNEI
- Pesan Diteruskan Dari: Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id Kepada: wajahbercah...@yahoo.co.id; wan...@ukm.my; viddy.da...@gmail.com; arieme...@yahoo.com; feb_bayu2...@yahoo.co.id; k...@kompas.com; d...@kompas.com; e...@mediaindonesia.com Terkirim: Sel, 22 Juni, 2010 10:56:15 Judul: JADUAL SEMENTARA PPN 4 BRUNEI ATUR ACARA TENTATIF PERTEMUAN PENYAIR NUSANTARA KE-4, 2010 (PPN4) / BRUNEI INTERNATIONAL POETRY GATHERING 2010 HARI PERTAMA: JUMAAT, 16 JULAI 2010 Pagi – petang: Kehadiran dan urusan penginapan bagi peserta luar negara dan sesi pendaftaran MAJLIS PEMBUKAAN RASMI PPN4 Tempat: Dewan Bankuet, Bangunan Majlis Mesyuarat Negara 7.00 malam: Kehadiran peserta dan jemputan 7.30 malam: Ketibaan Tetamu Kehormat, Yang Berhormat Pehin Datu Seri Maharaja Dato Paduka Seri Setia Ustaz Dr. Haji Awang Abdul Aziz bin Juned (Adi Rumi), Mufti Kerajaan Negara Brunei Darussalam * Bacaan surah Al-Fatihah, dan Doa Selamat * Ucapan Pengerusi Bersama PPN4, YM Prof. Madya Ampuan Dr. Hj. Brahim bin Ampuan Hj. Tengah, Ketua I ASTERAWANI * Ucaptama dan Perasmian oleh Tetamu Kehormat * Pelancaran Antologi Sajak Gema Nusantara * Persembahan Tambang Syair karya Muda Omar ‘Ali Saifuddien * Imbauan dan Ambauan Penyair 3 Serangkai: * Yahya M.S. * Badaruddin H.O. * Adi Rumi * Menikmati Jamuan * Persembahan Penyair Nusantara * Pertukaran Cenderamata * Bergambar Ramai * Bersurai HARI KEDUA: SABTU, 17 JULAI 2010 DIALOG PUISI Tempat: Dewan Raya, Radio Televisyen Brunei 8.00 – 8.30 pagi: Pra Gema: Melestari Kehijauan Alam dan Kehidupan Prof. Siti Zainon Ismail 8.30 – 10.00 pagi: Gema 1: Penyair Pembina Masyarakat * Brunei Darussalam: Prof. Madya Ampuan Dr. Hj. Brahim * Indonesia: Drs. Viddy AD Daery * Malaysia: Dr. Awang Azman Awang Pawi * Thailand: Nik Rakib Nik Hassan * Pemakalah Singapura * Pemakalah Luar Nusantara 10.00 – 10.30 pagi: Minum pagi 10.30 pagi – 12.00 tgh: Gema 2: Kepenyairan: Akreditasi dan Kredibiliti * Brunei Darussalam: Prof. Madya Dr. Hj. Hashim * Indonesia: Prof. Dr. Abdul Hadi WM * Malaysia: Rahimidin Zahari * Penyair Thailand / Kemboja / Filipina * Penyair Singapura 12.00 tgh – 2.00 ptg: Makan tengah hari / Solat Zuhur / Rehat 2.00 – 3.30 ptg: Forum Penyair Nusantara: “Rangsangan Lonjakan Industri Kreatif Menerusi Dunia Perpuisian” * Brunei Darussalam: Mohamad bin Rajap * Indonesia: Drs. Ahmadun Yosi Herfanda, MTI * Malaysia: S.M. Zakir * Panel Singapura * Panel Filipina / Kemboja / Thailand 3.30 – 4.30 ptg: Gema 3: Kepenyairan Media Baru * Brunei Darussalam: Zefri Ariff Brunei * Indonesia: Drs. Isbedy Stiawan ZS * Malaysia: Mohamad Saleeh Rahamad * Akademia / Pengamal Media dari Singapura 4.30 ptg – 7.00 mlm: Minum Petang / Solat Asar / Rehat MERAKYAT PUISI Tempat: Bangunan Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah 7.00 – 8.00 mlm: Kehadiran Peserta dan Makan Malam 8.30 – 10.30 mlm: Malam Puisi Yayasan HARI KETIGA: AHAD, 18 JULAI 2010 8.00 – 10.15 pagi: Sepagi Puisi di Tarindak D’Seni 10.30 – 11.15 pagi: Lawatan ke Galeri Pusat Kesenian dan Pertukangan Tangan Brunei 11.30 pagi – 12.30 tgh: Lawatan ke Galeri Kebudayaan dan Pelancongan Kg. Ayer 12.45 tgh – 1.15 ptg: Lawatan / Solat Zuhur di Masjid Omar ‘Ali Saifuddien FESTIVAL PENYAIR NUSANTARA (Bersempena dengan Sambutan Perayaan Hari Ulangtahun Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam yang ke-64 Tahun) Tempat: Dewan Raya, Radio Televisyen Brunei 1.30 ptg: Kehadiran Peserta dan Jemputan 2.00 – 3.45 ptg: Festival Penyair Nusantara MAJLIS PENUTUPAN RASMI PPN4 4.00 ptg: Kehadiran Tetamu Kehormat, Yang Berhormat Pehin Udana Khatib Dato Paduka Seri Setia Ustaz Haji Awang Badaruddin bin Dato Paduka Pengarah Haji Othman (Badaruddin H.O.), Menteri Hal Ehwal Dalam Negeri, Negara Brunei Darussalam * Pembentangan Resolusi * Ucapan Pengerusi Bersama PPN4, YM Dayang Hajah Aminah binti Hj. Momin, Pemangku Pengarah DBP * Penyerahan Simbolik kepada Tuan Rumah PPN5 * Ucapan Penutupan Rasmi oleh Tetamu Kehormat * Pertukaran Cenderamata * Doa Selamat * Acara Bergambar Ramai * Jamuan * Bersurai Malam: Acara bebas HARI
[ac-i] Lhooo...Singapura juga bisa banjir !!!
JAWA POS Jum'at, 18 Juni 2010 Opini [ Jum'at, 18 Juni 2010 ] Banjir di Singapura dan Perilaku Belanja Kita KAWASAN Orchard Road, Singapura, kebanjiran. Di sepanjang jalan yang kanan-kirinya dipadati mal itu pada Rabu (16/6), air menggenang hingga separo ban mobil. Secara kasatmata, tak ada yang dramatis dalam banjir itu. Tapi, banjir tersebut menjadi berita yang menggemparkan. Tidak hanya di Singapura, namun juga di Indonesia. Pemandangan banjir seperti itu sangat lumrah terjadi di sini, tapi sangat luar biasa ketika terjadi di Singapura. Padahal, tak ada korban jiwa seorang pun pada banjir karena curah hujan tinggi yang turun saat pagi itu. Orang-orang kaya Indonesia telah lama menjadikan Singapura sebagai tempat berbelanja. Banyak orang Jakarta atau Surabaya, misalnya, yang akhirnya merasa dekat secara emosional dengan kawasan Orchard karena beberapa pertimbangan. Tiket penerbangan ke Singapura semakin murah. Membeli pakaian dan barang-barang bermerek, emas, serta barang seni juga jatuhnya bisa lebih murah bila dibanding berbelanja di Jakarta atau Surabaya. Sebab, jika Anda seorang turis di Singapura, Anda bisa terhindar dari PPn 10 persen untuk pembelian barang yang sama di Indonesia. Saat hendak kembali ke tanah air, semua pajak yang dikenakan saat membeli bermacam barang di seluruh sudut Singapura itu bisa diuangkan kembali di konter tax refund di Changi International Airport. Menurut kalkulasi para pembelanja, kalau mereka membeli banyak barang, tax refund-nya bisa cukup untuk membeli tiket pesawat atau membayar biaya menginap di Singapura. Banjir Orchard hanya terlihat menggenangi separo ban mobil, tapi sesungguhnya telah menenggelamkan banyak hal. Pertama adalah kepercayaan. Banjir kali ini adalah kali pertama dalam sejarah Singapura modern yang sistem drainasenya bisa lumpuh dan kewalahan hanya oleh guyuran hujan dalam tempo beberapa jam saja. Banyak orang Singapura yang tidak bisa memercayai hal itu. Kedua, banyak hal yang berada di bawah tanah, khususnya di sepanjang Orchard Road. Sebagai jantung Singapura, negara yang luas daratannya hanya 633 kilometer persegi, Orchard terus dioptimalkan sebagai pusat perbelanjaan dan bisnis dengan cara meninggikan gedung serta menggali tanah untuk dibuat pusat perbelanjaan bawah tanah. Rata-rata mal di Orchard mempunyai ruangan belanja tiga sampai empat lantai di bawah tanah (under ground floor level). Jadi, banjir yang hanya terlihat menenggelamkan separo ban mobil itu sesungguhnya telah menenggelamkan ribuan gerai, butik, dan toko di bawah tanah. Bisa kita bayangkan berapa banyak barang yang kemarin tenggelam karena banjir di Orchard itu. Belum termasuk jaringan kereta api bawah tanah (MRT) yang rutenya juga melintasi kawasan Orchard. Namun, yang perlu diingat, Singapura adalah negara yang sangat kreatif. Negeri Singa tersebut selalu punya akal untuk merealisasikan impiannya. Tak punya sirkuit, mereka ubah jalan raya untuk ajang balapan Formula 1. Tak punya pantai, mereka beli pasir dari Indonesia untuk dibuat pantai baru. Barang-barang yang kemarin tenggelam oleh banjir: baju, celana, tas, aneka aksesori bermerek, dan lain-lain, bisa jadi tak akan dibuang begitu saja. Sebab, orang Indonesia sangat dikenal sebagai pemburu diskon barang-barang bermerek. The Singapore Great Sale tahun ini baru akan berakhir 25 Juli mendatang. Pembeli harus teliti agar tak dapat barang murah yang sangat mungkin bekas banjir. (*) Informasi : Pembaca yang ingin menyumbangkan opini atau gagasan, dapat dikirimkan melalui op...@jawapos.co.id Harap sertakan foto diri, nomor rekening serta NPWP (kalau ada). * Negara Oknum * Catatan dari Kongres Nasional Tokoh Agama III * Jangan Hanya Tiru Kampanye Obama HALAMAN KEMARIN * Obsesi Ngintip Muatan Cabul * Belajar Sportivitas Suporter * Mempertanyakan Kekayaan PNS dan Aparat Hukum * Masyarakat Porno * PKS Jadi Konco Amerika * Memaksimalkan Televisi Pendidikan * Desa sebagai Komoditas Politik * Listrik untuk Rakyat Miskin * Belajar dari Teluk Meksiko * Pusat Rehabilitasi Artis Porno
[ac-i] Dari KOMPAS.COM : Anak kreatif tak perduli GAK DIGUBRIS INDONESIA
Indonesiaku Kebanggaanku Bertutur Lewat Film REP Gurat Ungu Senja | 15 Juni 2010 | 09:46 6 0 Belum ada chart. Belum ada chart. Nihil. “Indonesia dalam masa-masa yang terpuruk karena penguasa tak lagi peduli”. Lalu siapa yang akan peduli dengan masa depan bangsa? Mereka sibuk “bermain” dalam kasus Century, mafia hukum dan makelar kasus. Bangsa ini sudah letih dengan semuanya, demo tak lagi mempan, tulisan tak lagi dibaca, lalu munculah sebuah ide dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) untuk mengangkat kembali kepedulian anak muda dengan menggelar Festifal Film Pelajar (FFP) 2010 dengan tema “Indonesia Kebanggaanku”. IKJ melihat bahwa kepedulian terhadap bangsa ini perlu terus untuk ditumbuhkan sejak usia muda. FFP tahun ini diikuti oleh 169 karya film yang masuk Festival Film Pelajar Indonesia 2010, yang terdiri dari 5 kategori : fiksi, animasi, dokumenter, iklan layanan masyarakat dan video musik. Menurut Ketuapenyelenggara Tomy Widyanto Taslim acara ini digelar sebagai bentuk kepedulian pekerja seni terhadap hilangnya nilai-nilai kebangsaan dan kepedulian terhadap Indonesia kedepan. “Kita sudah capek melihat demo tiap hari, lalu kita punya ide untuk mengajak anak-anak muda membangun kembali Indonesia melaui film. Kita ingin mengajak pelajar membangun kembali Indonesia dengan cara-cara yang lebih kreatif, yaitu film”. Kategori yang ditetapkan juri adalah Karya terbaik kategori fiksi : memiliki kadar pesan yang kuat dalam menumbuhkan sikap nasionalisme, gaya bertutur yang runtut, kualitas teknik yang sangat mendukung dan penggunaan bahasa visual yang efektif. Karya terbaik kategori dokumenter: memiliki tema kuat dalam mendukung nilai-nilai budaya tradisional, dengan gaya bertutur yang runtut, aspek teknik dan estetis yang sangat mendukung.Karya terbaik kategori animasi: memiliki tema yang kuat, pemilihan media animasi yang tepat sehingga sangat menunjang penyampaian pesannya. Karya terbaik kategori Iklan Layanan Masyarakat: pesan yang mudah dipahami dengan gaya bertutur yang bersahaja.Karya terbaik kategori Video Musik:kaya dengan ungkapan-ungkapan visual yang inovatif, searah dengan lirik, lagu dan tema yang diangkat. Indonesia memang tengah dilanda krisis kepedulian akan keberlangsungan negara yang konon besar ini. Kekayaan negara yang tersebar di seluruh nusantara pelan-pelan tinggal sejarah dan mungkin tinggal cerita. IKJ melihat hal ini sebagai krisis yang harus segera diselamatkan dengan mengajak pelajar mendokuntasikan kebudayaan yang ada diwilayah mereka masing-masing. Hasilnya ternyata luar biasa, 4 film dokumenter tentang kebudayaan sanggup dirampungkan siswa dari berbagai wilayah, seperti 2 buah karya dari SMKN 3 Batu, Malang yang mengambil judul “Banteng Monel dan Santos Si Jago Kentrung”. Banteng Monelan yang berhasil menjadi pemenang untuk kategori dokumenter bertutur tentang kesenian Bantengan satren ke Benteng monelan yang menonjolkan kecantikan, kemanisan, keserasian gerak, tari dan musik yang masih dilakukan oleh anak-anak dibeberapa sanggar tari di Malang. Santos Si jago Kentrung, bertutur tentang cita-cita dan harapan seorang anak bernama Santos yang terus berupaya untuk melestarikan budaya didaerahnya. Untuk ketegori Iklan Layanan pelajar dari SMKN 1 Sukabumi berhasil menjadi pemenang iklan layanan terbaik dan sutradara terbaik sekaligus. Iklan layanan masyarakat ini mengyampaikan pesan tentang penyelamatan hutan dari penebangan liar. Karena hutan yang telah gundul sekarang ini udara terasa panas sampai ke Sukabumi, hal itulah yang mednorongPrima Cita, selaku sutradara menuangkan idenya dalam bentuk iklan layanan masyarakat. Selain itu ia bahwa Indonesia saat ini terkenal “brutal” tak ada lagi yang peduli, senang berkelahi, membudayakan korupsi, pendidikan dan kesehatan tak lagi menjadi tanggung jawab pemerintah. “Orang miskin susah berobat dan sekolah karena biaya mahal”. Dalam kategori iklan layanan masyarakat “Cintailah Batik Indonesia” karya Eko Dita yunianto SMK Nawa Bhakti Kebumen, Jawa Tengah mengajak kita semua untuk mencintai warisan budaya batik. “Jaga” sebuah ajakan dari Anita Setyawati dari SMKN 51 Jakarta, mengajak kita semua untuk menjaga kebudayaan-kebudayaan asli Indonesia. Ayah dan rokok, iklan yang dihasilkan dari SMKN 5 Bandar Lampung mengajak masyarakat untuk berhenti merokok agar umur panjang. Kategori Fiksi dimenangkan oleh SMKN 1 Ponggalan Trenggalek yang membuat film berjudul “Untukku Untukmu dan Untuk Negara Kita”. Film ini mengambil cerita tentang persahabatan 2 orang anak muda yang memiliki cita-cita untuk membangun bangsa dan negaranya meskipun salah satu diantara mereka memilih untuk melanjutkan studi ke Jepang namun akhirnya kembali kedaerah karena ingin membangun bangsa. Menurut Novanda Febrianti, kerpihatinan terhadap ketidakpedulian orang yang suskes terhadap daerah asalnya menjadi latar belakang film ini. “banyak yang telah mendapat pendidikan tinggi tetapi
[ac-i] Jawapos : Opini Pendet
Opini [ Kamis, 27 Agustus 2009 ] Menjernihkan Konflik Serumpun Oleh: Ahmad Sahidah DUA tulisan tentang isu pencaplokan tari pendet oleh Dewa Gde Satrya berjudul Klaim Tari Pendet oleh Malaysia (Jawa Pos, 24/8/09) dan Siti R. Susanto berjudul Konflik Klaim Kebudayaan (25/8/09) mengandaikan isu lama tentang keranjingan negara tetangga kita itu mencuri hasil kebudayaan Indonesia. Tentu, kasus tersebut menyeret tuduhan sebelumnya seperti batik, lagu Rasa Sayange, dan reog Ponorogo serta menambah keyakinan khalayak di sini untuk menista saudara serumpunnya sebagai maling. Benarkah gambaran tersebut? Benarkah negara bekas jajahan Inggris itu mencuri karya Indonesia untuk diakui sebagai miliknya? Di antara sederet karya, yang sering dikemukakan diklaim adalah batik. Padahal, menurut Wan Hasmah, mahasiswi PhD di Universitas Teknologi Mara (UiTM), Malaysia mengakui batik itu berasal dari Indonesia sebagaimana dijelaskan dalam sejarah usul yang dipatrikan di Museum Batik Negara Malaysia. Lebih jauh, Majapahit sebelumnya memberikan hadiah batik kepada Kerajaan Melaka. Bagaimanapun, jika ditilik dengan cermat, corak batik Malaysia berbeda dari Indonesia, baik motif maupun bahan. Masalahnya, karena banyak warga dan keturunan Indonesia di sana, batik-batik tersebut mendapatkan permintaan yang besar dan menyerbu masuk tanpa bisa dicegah, sehingga melalui celah itulah ''peniruan'' mungkin terjadi. Persoalannya, apakah salah keturunan Jawa di Malaysia memanfaatkan karya nenek moyangnya untuk digunakan sebagai identitas, sedangkan pada waktu yang sama mereka telah mengalami naturalisasi sebagai warga Malaysia? Mengapa kita tidak pernah mendengar gugatan orang Jawa terhadap budaya gamelan yang dimainkan orang Suriname keturunan Jawa? Salahkah orang Malaysia keturunan Bugis mengakui epik Galigo sebagai miliknya, mengingat perdana menteri yang sekarang, Najib Tun Razak, adalah keturunan Bugis yang telah menjadi warga negara di negeri serumpun tersebut? Jawaban pertanyaan itu tentu tidak hanya berupa ya dan tidak. Sebab, batas-batas tersebut menjadi cair setelah pengalaman hubungan kedua negara ini sering naik-turun. Kerja Sama dan Konflik Kalau dirunut ke belakang, sejak Kerajaan Majapahit dan Melaka, perselisihan telah meruyak. Namun, pada masa yang sama, bagian dari dua negara ini juga pernah bahu-membahu bekerja sama melawan liyan. Misalnya, Aceh membantu Kedah, negeri utara Malaysia, melawan Siam (sekarang Thailand). Bukan hanya itu, hubungan mesra tersebut telah memungkinkan orang Aceh diberi tanah untuk dihidupkan, seperti di Pulau Pinang, jauh sebelum Francis Light, asal Inggris, pada 1786 menyulap pulau mutiara itu menjadi kota modern. Dari hubungan tersebut, banyak keturunan Aceh yang berkewarganegaraan Malaysia berhasil dalam segala bidang. Misalnya, bisnis, politik, dan akademis. Malahan, pada zaman prakemerdekaan, 1920-an, Tan Malaka menyusuri tanah Semenanjung untuk bersama-sama pegiat kemerdekaan lokal melawan penjajah. Rustam A. Sani, sosiolog terkemuka keturunan Minangkabau, dalam buku Social Roots of the Malay Left (2008)menulis dengan terang benderang bagaimana kaum kiri Indonesia, Djamaluddin Tamin, Tan Malaka, Budiman, Sutan Djenain, Alimin, dan Mohammad Arif, menggelorakan pergerakan orang Melayu setelah revolusi Jawa dan Sumatera dipadamkan Belanda. Dari pertautan itu, lahirlah Kesatuan Melayu Muda yang dikenal sebagai pemprakarsa perlawanan terhadap kolonialisme melalui gerakan bersenjata. Selanjutnya, tidak aneh jika konflik muncul antara dua negara ini, masyarakat terbelah. Contoh yang paling jelas adalah penolakan almarhum Hamka, novelis dan ulama, terhadap gagasan konfrontasi Presiden Soekarno karena bukan saja alasan agama, tapi juga sejarah hubungan Minangkabau dengan Negeri Sembilan yang sangat erat. Negara yang terakhir itu layaknya salinan fotokopi dari induknya, yang kata Hamka dulu disebut Melayu, bukan Menang Kerbau,satu sebutan yang digagas Belanda. Dukungan Jawa tentu lebih total pada Ganyang Malaysia karena tak mempunyai hubungan historis seperti Minang, meski pengaruh Jawa sangat kuat karena pada masa Kesultanan Demak banyak prajurit yang dikirim ke Melaka untuk melawan Portugis. Teori Mimesis Teori tersebut mengandaikan bahwa seseorang merasa kehilangan sesuatu ketika barang miliknya diambil atau dipinjam orang lain. Keadaan semacam itu sering terjadi pada anak kecil. Apakah kasus tari pendet mencerminkan teori itu? Siapa pun bisa mencocokkan atau malah mengajukan teori lain untuk menyangkalnya. Secara umum, seseorang akan meradang jika miliknya diambil orang lain. Masalahnya, kepemilikan tersebut berkaitan dengan hasil kebudayaan yang mengandaikan sejarah penciptaan yang rumit. Misalnya, tari pendet. Bukankah unsur-unsur Hindu begitu kuat di dalamnya yang notabene merupakan warisan India kuno? Hakikatnya, kedua negara ini mengandaikan pengalaman sejarah panjang yang berjalin kelindan, berbahasa
[ac-i] Sekali Lagi,Kita cuma bisa marah jika dipulung orang ketimbang menghargai
Radar Tulungagung [ Minggu, 13 Juni 2010 ] Kehidupan Seniman Tradisi Disyukuri meski Tanggapan Makin 'Jauh' Zaman terus bergerak cepat. Tak banyak yang bertahan dalam berkesenian tradisi. Tapi tidak dengan Adam Sumeh dan Maryani. Keduanya eksis di kesenian kentrung dan macapat. --- Saat bertamu ke rumahnya yang sederhana di Desa Dayu, Kecamatan Nglegok, Mbah Sumeh sedang santai. Pria yang bernama asli Adam ini adalah salah seorang seniman kentrung yang hingga kini tetap eksis. Saat ditanya tentang nama Sumeh yang melekat pada dirinya, pria kelahiran 1 Juli 1946 ini mengungkapkan nama itu didapatkannya saat masih pentas bersama grup ludruk sekitar 1975 silam. Saat itu, dia yang mendapat lakon lawak bersama dua rekannya mendapat nama Sumeh. Ya sejak saat itu nama saya Adam Sumeh. Di KTP juga begitu. Pekerjaan seniman, kata bapak tiga anak ini. Mbah Sumeh, kini dikenal sebagai salah satu seniman kentrung yang tersisa di Blitar. Grup kentrungnya yang bernama Tri Santoso Budoyo bisa disebut sebagai kelompok kentrung yang hingga tetap ada di bawah gempuran seni modern. Ada juga di daerah Udanawu. Tapi memang sudah jarang, kata pria yang sudah ikut wayang orang sejak 1959 ini. Sebelum jadi dalang kentrung seperti sekarang ini, Mbah Sumeh dulunya menjadi seniman wayang orang, ludruk, ketoprak dan jaranan. Saat main di kentrung, dia mengawalinya menjadi pancak atau penabuh alat pengiring kentrung. Baru sejak 1994 dia menjadi dalang kentrung. Yakni, sebuah kesenian warisan nenek moyang yang menyajikan sebuah kisah diselingi dengan lagu dari yang dinyanyikan sinden dan guyonan antara dalang, pancake, dan sinden. Dia mengaku tak pernah belajar secara khusus. Tapi karena sudah suka dengan segala sesuatu berbau kesenian, Mbah Sumeh bergaul dengan orang-orang yang telah lebih dulu terjun ke kesenian tersebut. Kentrung itu kan warisan walisanga. Kisah yang disampaikan biasaya seputar kisah walisanga, keratin, dan kerajaan, terang Mbah Sumeh yang memang sumeh alias banyak senyum ini. Kehidupan menjadi seniman terkadang memang tidak menentu. Namun, Mbah Sumeh bisa menggantungkan hidupnya dari kesenian kentrung. Sekali manggung di dalam kota, kelompok kentrung yang beranggotakan setidaknya lima orang ini dibayar Rp 1 juta. Harga itu, menurut Mbah Sumeh, cukup untuk dibagi dan dijadikan sumber penghidupan. Sebulan, paling sedikit tiga kali dia mendapat tanggapan kentrung. Yang namanya rezeki makin disyukuri kan makin terasa nikmatnya, katanya. Namun itu tidak menentu. Dia pun kadang digojlok oleh seniman muda lainnya. Yakni manggung makin jauh. Maksudnya bukannya tempat yang hingga ke luar kota atau luar negeri, melainkan tanggapan manggung yang berjarak lama. Kadang dalam setahun bisa dihitung dengan jari. Kini, Mbah Sumeh berusaha melakukan regenerasi untuk pewaris kesenian tradisional tersebut. Menurut dia, kini anak-anak sekolah telah banyak yang mulai diajari kesenian tradisi ini. Kadang saya diajak untuk mengajari mereka. Pertama-tama ya belajar nabuh kendang, terbang, ketipung dulu, kata Mbah Sumeh. Sebagai salah satu seniman kentrung yang masih bertahan, Mbah Sumeh yakin bahwa masyarakat bakal terus menggemari kesenian tradisional ini. Meski hanya orang-orang tertentu. Namun hal itu cukup bisa membuat Mbah Sumeh terus berkarya sebagai dalang kentrung. Demikian juga dengan Maryani. Menjadi seniman menurut Maryani merupakan panggilan hati. Sejak SMP, pria 46 tahun ini hobi menulis tembang. Hobinya itu, sedikit banyak dipengaruhi oleh sang ayah yang menggeluti kesenian wayang orang. Saat kuliah, Maryani memilih mengambil jurusan Sastra Indonesia di Universitas Jember. Kuliah di jurusan sastra, membawanya ke dunia kesenian yang lebih kompleks. Maka, hobinya nulis tembang ditambah kemampuannya dalam dunia akting dan teater membuatnya aktif di dunia kesenian di kampusnya. Untuk mengasah kemampuannya menulis tembang, saat menulis surat buat orang tuanya dia diharuskan menuliskannya dalam tembang. Jika tidak ditulis begitu, ndak dibales sama bapak, kenang Maryani. Tidak hanya itu, pada 1989, Maryani yang juga sempat aktif di Kentrung Jos Jember, pernah turut mencicipi pentas nasional. Saat itu, Kentrung Jos jadi ikon Jember. Sekarang ya dikatakan mati tidak, hidup tidak, kata suami dari Kuswidayati. Pria asli Mangunan, Udanawu, ini dulunya sering berkeliling di berbagai daerah untuk pentas pertunjukan seni. Baik teater, kentrung, macapat dan lain-lain. Baru pada 1994 dia kembali ke tanah kelahirannya di Blitar. Dan hingga kini, selain sebagai seniman dia tercatat sebagai guru di SD Mangunan 2. Dulu sebelum pulang ke Blitar ya keliling-keliling bersama teman-teman seniman, kenang Maryani. Sebagai seniman tradisional, Maryani bersama rekan-rekannya di paguyuban macapat berusaha melestarikan kesenian warisan nenek moyang ini. Bagi pria yang hobi nulis tembang ini, banyak filosofi yang bisa diambil dari kesenian macapat. Dengan memahami
[ac-i] VIDDY AD DAERY Mempertanyakan Keseriusan Tim Pemda Lamongan mengenai Tim Gajah Mada. [2 Attachments]
RILIS : VIDDY AD DAERY Mempertanyakan Keseriusan Tim Pemda Lamongan mengenai Tim Gajah Mada. VIDDY BERHARAP BUPATI LAMONGAN YANG BARU LEBIH PERDULI BUDAYA Viddy AD Daery, budayawan Lamongan yang kini banyak bermukim di Malaysia untuk mengerjakan beberapa proyek kebudayaan dan persiapan mengambil sekolah pasca sarjana, mempertanyakan Tim Pemda Lamongan seperti dijanjikan dalam Rapat Pembentukan Tim Gajah Mada,seperti dalam berita ini : Asal-usul Patih Gajah Mada Asli Lamongan Diteliti Senin, 22 Juni 2009 | 07:00 WIB TEMPO Interaktif, Lamongan: Pemerintah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, membentuk tim untuk penelusuran sejarah Gajah Mada. Tim diarahkan pada penggalian data menyangkut kemungkinan bahwa Maha Patih Majapahit yang dikenal dengan Sumpah Palapa itu berasal dari Lamongan. Tim yang dibentuk oleh Bupati Masfuk dan mulai bekerja pekan ini diperkuat sejumlah budayawan. Pelaksana tugas Asisten Administrasi Lamongan, Aris Wibawa, kemarin mengatakan tim akan melakukan riset sejarah Gajah Mada di sejumlah museum di Surabaya, juga Trowulan, Mojokerto, dan beberapa tempat peninggalannya. Aris menyebutkan, dalam seminar dan rembuk budaya di Lamongan beberapa waktu lalu, dibahas keberadaan dan asal-usul Gajah Mada. Budayawan Lamongan Viddy A.D. Daery menyebutkan sejumlah cerita rakyat mengisahkan bahwa Gajah Mada adalah anak kelahiran Desa Mada (sekarang Kecamatan Modo, Lamongan). Di zaman Majapahit (1293-1527), wilayah Lamongan bernama Pamotan. Berdasarkan cerita rakyat, Gajah Mada adalah anak Raja Majapahit secara tidak sah (istilahnya lembu peteng atau anak haram) dengan gadis cantik anak seorang demang (kepala desa) Kali Lanang. Anak yang dinamai Joko Modo atau jejaka dari Desa Mada itu diperkirakan lahir sekitar tahun 1300. Kakek Gajah Mada, yang bernama Empu Mada, membawa Joko Modo ke Desa Cancing, Kecamatan Ngimbang. Wilayah yang lebih dekat dengan Biluluk, salah satu pakuwon di Pamotan, benteng Majapahit di wilayah utara. Sedangkan benteng utama berada di Pakuwon Tenggulun, Kecamatan Solokuro. Salah satu bukti fisik bahwa Gajah Mada lahir di Lamongan ialah situs kuburan Ibunda Gajah Mada di Desa Ngimbang. Digambarkan, Joko Modo ketika itu berbadan tegap, jago kanuragan didikan Empu Mada. Di kemudian hari, dia diterima menjadi anggota Pasukan Bhayangkara (pasukan elite pengawal raja) di era Raja Jayanegara. Ia menyelamatkan Jayanegara yang hendak dibunuh Ra Kuti, patih Majapahit. Gajah melarikan Jayanegara ke Desa Badander (sekarang masuk wilayah Bojonegoro) di wilayah Pamotan. Dari bukti-bukti itu, tim pelacakan Gajah Mada akan membuat dokumen. Tim akan bekerja sekitar enam bulan langsung di bawah pengarahan bupati. Tim yang dibentuk oleh Bupati Masfuk dan mulai bekerja pekan ini diperkuat sejumlah budayawan. Pelaksana tugas Asisten Administrasi Lamongan, Aris Wibawa, kemarin mengatakan tim akan melakukan riset sejarah Gajah Mada di sejumlah museum di Surabaya, juga Trowulan, Mojokerto, dan beberapa tempat peninggalannya. Aris menyebutkan, dalam seminar dan rembuk budaya di Lamongan beberapa waktu lalu, dibahas keberadaan dan asal-usul Gajah Mada. Budayawan Lamongan Viddy A.D. Daery menyebutkan sejumlah cerita rakyat mengisahkan bahwa Gajah Mada adalah anak kelahiran Desa Mada (sekarang Kecamatan Modo, Lamongan). Di zaman Majapahit (1293-1527), wilayah Lamongan bernama Pamotan. Berdasarkan cerita rakyat, Gajah Mada adalah anak Raja Majapahit secara tidak sah (istilahnya lembu peteng atau anak haram) dengan gadis cantik anak seorang demang (kepala desa) Kali Lanang. Anak yang dinamai Joko Modo atau jejaka dari Desa Mada itu diperkirakan lahir sekitar tahun 1300. Kakek Gajah Mada, yang bernama Empu Mada, membawa Joko Modo ke Desa Cancing, Kecamatan Ngimbang. Wilayah yang lebih dekat dengan Biluluk, salah satu pakuwon di Pamotan, benteng Majapahit di wilayah utara. Sedangkan benteng utama berada di Pakuwon Tenggulun, Kecamatan Solokuro. Salah satu bukti fisik bahwa Gajah Mada lahir di Lamongan ialah situs kuburan Ibunda Gajah Mada di Desa Ngimbang. Digambarkan, Joko Modo ketika itu berbadan tegap, jago kanuragan didikan Empu Mada. Di kemudian hari, dia diterima menjadi anggota Pasukan Bhayangkara (pasukan elite pengawal raja) di era Raja Jayanegara. Ia menyelamatkan Jayanegara yang hendak dibunuh Ra Kuti, patih Majapahit. Gajah melarikan Jayanegara ke Desa Badander (sekarang masuk wilayah Bojonegoro) di wilayah Pamotan. Dari bukti-bukti itu, tim pelacakan Gajah Mada akan membuat dokumen. Tim akan bekerja sekitar enam bulan langsung di bawah pengarahan bupati. ( Sumber : TEMPO INTERAKTIF ). ( catatan : hampir semua media massa besar Indonesia memuat berita tersebut ) Menurut Viddy yang kini tiap hari di RUMAH GAPENA ( semacam Dewan Kesenian Nasional Malaysia ) di Kuala Lumpur, ngebut mengetik novel serial silatnya “Pendekar Sendang Drajat” jilid 2 dalam seri “Misteri Pengebom Candi GAJAH MADA” , dia pernah diundang oleh Tim Humas
[ac-i] Acara Puisi untuk Guru di Malaysia
Sastera-BERITA HARIAN Cetak . Emel Rakan . Puisi hangat PPDHL Oleh Nazmi Yaakub na...@bharian.com.my 2010/05/19Guru dan murid bergabung tenaga mementaskan sajak, seloka, syair dan gurindam PERSEMBAHAN puisi oleh guru dan pelajar menguasai pentas Malam Puisi Sasterawan Selangor di Pejabat Pelajaran Daerah Hulu Langat (PPDHL), Kajang, baru-baru ini, apabila mereka tampil dengan deklamasi sajak dan lagu serta penyampaian seloka, syair serta gurindam. Malam puisi anjuran Persatuan Penulis Selangor (PPS) dan PPDHL itu bertepatan dengan sambutan Hari Guru, sekali gus menjadikan tema persembahannya akrab dengan dunia pendidikan dan persekolahan. Antara yang mencuri tumpuan ialah persembahan guru Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK) Jalan 4 mencuri tumpuan penonton dengan menggabungkan sajak, seloka, syair dan pantun yang berkongsi asam garam dan pahit manis perjuangan guru mendidik anak bangsa. Penyampaian secara seloka itu menyebabkan lebih 100 penonton tersenyum meskipun ia sarat dengan sindiran terhadap isu semasa yang sering mencuit profesion perguruan dan persekolahan, sekali gus meluahkan keluhan terhadap cabaran mendidik pelajar. Aduhai nasib si guru kerjanya banyak tak menentu ibu bapa bising selalu sampai telinga rasa tepu. Aduhai nasib si guru hidup segan mati tak mahu kera di hutan disusui anak sendiri bimbang tak jadi. Masa mengajar tak main-main pinggan tak retak nasi tak dingin walaupun murid tak ingin guru tetap, tak naik angin. Seloka guru SMK Jalan 4 itu bagaikan disambut Penolong Pegawai Pelajaran PPDHL, Nurul Badar Mohd Salleh yang membacakan puisi Cikgu, Suara Kita Adalah Gema karya Ismail Musa, yang memberikan semangat kepada guru untuk meneruskan tanggungjawab mulia itu. Cikgu, suara kita adalah gema dialun dan menara kita jadi pelita menerangi malam gelap kita jadi tangan mengusap dahi anak didik tercinta dari lena tarian, bangunlah agar generasi bonda tidak jadi hamba di bumi tercinta yang bertuah ini. Pegawai Pelajaran PPD Kuala Langat, Abdul Talib Hamid pula membacakan puisinya, Encik Guru, dengan menggunakan diksi yang mengingatkan penonton gelaran kehormat ‘cikgu’ dipadan daripada dua perkataan mulia, iaitu encik dan guru, sekali gus memikul tugas yang murni. Kita mulia ada martabat bina bangsa berdaulat dengan semangat dan kudrat mengheret amanah kerana pejuang besar berkeringat untuk insan yang mulia yang hebat mencurah jasa bakti tanpa penat melampaui garis waktu tersurat melebihi bejana telaga yang diharap. Ketua Satu PPS, Hamzah Hamdani sempat menitipkan puisi ala haikunya, Gurulah Obor, pada hujung ucapan pendahuluannya, sambil memberi penghormatan yang besar kepada guru yang mendidik generasi berilmu dengan sabar. Gurulah obor bawa cahaya hidup sepanjang hayat Gurulah lilin cahayanya mengalir ke jantung bangsa. Guru Sekolah Menengah Agama Persekutuan (SMAP) Kajang, Rahimaton Haron, Zuriyal Hanim Baharuddin dan Siti Aisyah Mohd Akahsah pula membacakan puisi, Travelog Sang Sahabat karya pelajar mereka, Raja Muhd Khairul Akhtar Raja Muhd Najib. Ingatlah tiada ungkapan perpisahan dalam persahabatan walaupun maut menjadi noktahnya kerana sahabat itu terlalu istimewa dalam doa sahabatnya walau tanpa bayangnya. Malam puisi itu turut dihadiri Sasterawan Negara (SN), Datuk Dr Anwar Ridhwan; Ketua Sektor Pengurusan Akademik Jabatan Pelajaran Selangor, Hasnul Hadi Abdullah Sani yang mewakili Pengarah Jabatan Pelajaran Selangor dan Pegawai Pelajaran PPDHL Kajang, Hashim Musa. Tidak ketinggalan SMK Saujana Impian, SMK Convent Kajang dan SMK Abdul Jalil turut memeriahkan acara dengan persembahan puisi tradisional. Selain itu, Penyair dari Indonesia, Viddy Ad Daery, guru Sekolah Kebangsaan (SK) Pandan Indah, Azerai Azmi; penyair PPS, Salleh Mohd Tahir dan Harlyon Yeo turut beraksi di pentas, manakala seniman dari e-Sastera.com, Anuar Bakhri Haron atau lebih dikenali sebagai Anbakri pula menyanyikan lagu puisi.
[ac-i] DPR D Lamongan meremehkan sektor kebudayaan
Radar Bojonegoro-Jawa pos Group [ Selasa, 20 April 2010 ] APSB Ngluruk DPRD Lamongan LAMONGAN - Sekitar 50 massa yang mengatasnamakan Aliansi Pelaku Seni Budaya (APSB) Lamongan kemarin (19/4) mendatangi kantor DPRD setempat. Mereka melakukan longmarch dari depan sekretariat Dewan Kesenian Lamongan (DKL). Mereka membawa berbagai poster dan benda-benda yang dimaksudkan sebagai kritikan. Yakni, berupa ungkal (batu asah, Red), boran (bakul, Red) dan sebagainya. Benda tersebut rencananya dikadokan kepada pimpinan dewan tapi batal. Polisi yang mengaku sebelumnya tidak mendapatkan pemberitahuan tentang aksi ini langsung datang melakukan antisipasi pengamanan. ''Saya minta yang tertib sesuai perwakilan yang disepakati,'' kata Kasatsamapta Polres Lamongan, AKP Suyanto. Perwakilan massa akhirnya diterima Ketua DPRD Makin Abbas dan Wakil Ketua DPRD Sa'im serta Ketua Komisi D Sulaiman. Hadir dalam pertemuan itu sejumlah pejabat instansi terkait. Saat audensi, koordinator APSB Rokhiem, yang juga merupakan perwakilan LKL ( Lembaga Kebudayaan Lamongan ), menyampaikan beberapa persoalan dan usulan. Di antaranya, berharap kepada dewan agar berkenan membangun kompleks gedung kesenian yang terpadu di Lamongan. Selain itu, 15 persen pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata hendaknya didistribusikan untuk pengembangan seni dan budaya Lamongan. APSB juga meminta Dewan Kesenian Lamongan (DKL) dibubarkan karena melempem atau dilaksanakan improvement internal DKL. Tuntutan ini sebelumnya diwujudkan dengan aksi APSB yang menyegel sekretariat DKL di Jalan Lamongrejo. Tuntutan terakhir, memberikan pendidikan kerakyatan, pelatihan, pembinaan, perhatian, penghargaan dan naungan kepada pelaku seni budaya khususnya pemuda Lamongan. Ketua DPRD Makin Abbas tidak serta menanggapi tuntutan APSB yang amat mulia itu. Dikatakan, apa yang disampaikan APSB akan diperhatikan. Tapi, khusus usulan agar 15 persen PAD dari sektor pariwisata diditribusikan untuk pengembangan seni jelas tidak mungkin. ''Untuk gedung kesenian juga tidak dianggarkan. Tapi, semua ini kami catat untuk dipelajari lebih lanjut,'' katanya meremehkan,padahal dirinya pernah mengucapkan janji-janji muluk mengenai kebudayaan ketika mengadakan pertemuan dengan LKL sekitar setahun sebelumnya. (idi/wid)
[ac-i] Aku akan singgah di Sanggar Budaya Tarmizi Rumah Hitam
* KOMPAS/KENEDI NURHAN Tarmizi Bergerilya dari Ruli ke Rumahitam Senin, 21 April 2008 | 00:31 WIB Ketika pertama berjumpa di Pelabuhan Pungur, Batam, agak terperangah juga melihat penampilan lelaki muda itu. Bersama anak lelakinya yang berusia 2,5 tahun, lelaki ber-”jubah” hitam dengan sedikit strip putih tipis di bagian tepi busananya itu pun tersenyum dan mengulurkan tangan. Ia mengajak bersalaman. Tarmizi dari Komunitas Seni Rumahitam,” kata lelaki berbusana serba hitam itu memperkenalkan diri. Anak lelakinya pun mengenakan setelan baju koko berwarna serba hitam, seakan ingin memberi aksentuasi pada komunitas yang ia pimpin: Rumahitam! Tarmizi bukanlah pemimpin sebuah sekte atau mengorganisasi kelompok eksklusif dengan ideologi tertentu. Simbol warna hitam sebagai ciri khas keberadaan komunitas yang ia kelola—termasuk pada sejumlah bangunan tempat tinggal, warung, dan rumah baca mereka yang juga dicat hitam—di kawasan Sekupang, Batam, hanyalah semacam penanda. ”Tak ada kaitan sama sekali dengan ideologi para anggota komunitas,” kata Tarmizi (35), lelaki kelahiran Rumbai, Riau, namun dibesarkan di kampung halaman ibunya (Nuraini) di Rao, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Adapun ayahnya, (almarhum) Saidul Nasution, berasal dari Sumatera Utara. Rumahitam sebagai anak ideologis Tarmizi memang mengandung makna simbolik. Bagi Tarmizi, ”rumahitam” adalah sebuah sudut pandang tentang Batam yang kian tak ramah pada lingkungan sosial dan budaya lokal. Di tengah atmosfer kesenian di Batam yang mandek, Tarmizi melakukan ”perlawanan” lewat puisi yang ia tulis dari balik dinding tripleks di rumah liar—masyarakat Batam menyebutnya ”ruli”—yang ia huni di kawasan Batuaji. Isinya memang lebih banyak mengungkap sisi kelam di balik gemerlap lampu warna-warni pembangunan di Pulau Batam. ”Kami di Batam memang hidup bagaikan di rumah yang hitam. Sebagian besar orang cenderung mengikuti sesuatu yang buruk, sebuah lingkungan yang hitam dan kelam. Saya merasa tinggal di sini, di rumah yang hitam itu. Tetapi, kalau mau jujur, kondisi semacam ini juga menyungkupi negeri ini: Indonesia!” kata Tarmizi. Sebagai penyair, nama Tarmizi memang belum menasional. Tetapi, label semacam itu tak begitu penting jika melihat ”ketokohan”-nya dalam konteks gerilya kesenimanannya. Ketika pembangunan kebudayaan tak mendapat tempat di tengah gemuruh mesin pabrik dan industri di Pulau Batam, warga pendatang ini justru menawarkan setitik cahaya. Sebuah komunitas seni ia dirikan pada 21 April 2000. Di tengah kegersangan Kota Batam, Tarmizi menggelorakan sebuah gerakan kebudayaan untuk mengangkat marwah Melayu. Para sopir taksi, buruh pabrik, pedagang asongan, hingga yang berstatus pegawai negeri lulusan perguruan tinggi ikut bergabung. Mereka menenggelamkan diri dalam berkesenian, di mana Melayu sebagai basisnya. Gerakan kebudayaan yang digagas dari ruang pengap di pondok tinggalnya yang beratap bahan karet bekas di kawasan Batuaji itu menemukan bentuk setelah mereka pindah ke daerah Sungai Harapan, Sekupang, pada 2001. Gerakan yang ia bangun ternyata mampu meyakinkan Ketua Otorita Batam (saat itu) Ismeth Abdullah. Tarmizi pun ”dipinjami” lahan 2,5 hektar untuk dikembangkan menjadi semacam kawasan budaya-kreatif. ”Di sinilah kami membangun ’permukiman’ baru, baik secara fisik maupun simbolik. Artinya, kawasan ini sekaligus sebagai ladang kreativitas yang harus ditanami, dipupuk, disiram, sehingga seni dan budaya (Melayu) bisa tumbuh subur,” ujar Tarmizi. Berawal dari nol Delapan tahun sudah berlalu. Selama kurun waktu itu, puluhan bahkan ratusan pencinta seni di daerah ini keluar-masuk komunitas yang ia bangun dari nol tersebut. Ketika dipinjami lahan oleh Otorita Batam, Tarmizi hanya mampu mendirikan pondok kecil berukuran sekitar 4 x 5 meter. Dinding dan atapnya pun masih terbuat dari ban bekas yang dicat warna hitam. Tak ada sumber air bersih, juga penerangan listrik. Hanya lampu teplok yang menemani malam-malam perbincangan mereka tentang masa depan Melayu di pulau industri ini. Banyak yang mencibir, tetapi Tarmizi jalan terus. Meski secara fisik jauh dari memadai untuk disebut sebagai ”pusat kebudayaan”, tetapi dari sinilah cikal bakal berkembangnya Komunitas Seni Rumahitam hingga menemukan bentuknya seperti sekarang. Kini, walau belum sepenuhnya berjaya, mereka sudah memiliki sejumlah rumah tinggal, ”wisma tamu”, panggung untuk latihan dan pementasan, rumah baca, serta warung makanan yang lebih menyerupai semacam kafe. Di sini pula beragam kegiatan disuarakan: mulai dari seni teater, tari, seni rupa, seni kriya, seni sastra, hingga upaya penggiatan seni tradisi yang ada di Batam dan sekitarnya. Nama ”Rumahitam” pun sudah laku ”dijual”. Bahkan, beberapa partai politik mulai melirik mereka untuk diminta mengisi acara kesenian di sela kegiatan pertemuan partai. ”Sebagai pribadi, kami orang-orang Komunitas Seni Rumahitam tetap independen. Undangan dari
[ac-i] Etnis Arab kini digusur China
Ruang Putih- JAWA POS [ Minggu, 25 April 2010 ] Mbah Priok dan Etnis Arab ''Jangan ada kegaduhan di sekitar makam. Presiden mengimbau masyarakat tidak termakan isu,'' kata Habib Ali Habib Ali Zaenal bin Abdurrahman Alaydrus. Habib Ali adalah salah seorang ahli waris Al Habib Hasan Muhammad Al Haddad atau yang dikenal sebagai Mbah Priok di Koja, Tanjung Priok, yang makamnya menjadi ajang sengketa hingga memicu insiden berdarah, Rabu pekan lalu. Bersama Habib Salim bin Umar Al Attas, Habib Ali bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hanya berselang sehari setelah terjadi bentrokan antara anggota Satpol PP dan massa yang mempertahankan kawasan makam yang dikeramatkan itu. Tiga anggota Satpol PP tewas dalam bentrokan itu, sekitar 150 orang lainnya terluka, tapi PMI masih menyelidik soal ini. Ketua Umum PMI Jusuf Kalla menegaskan harus ada tindakan hukum yang tegas dan adil terhadap siapa saja yang melakukan penganiayaan, pembakaran, maupun pembunuhan pada kerusuhan Priok. Sudah lama Pemkot Jakarta Utara berencana menertibkan kawasan makam tersebut, yang sebagian tanahnya milik PT Pelindo II. Tetapi, ahli waris makam Mbah Priok menolak dengan alasan tempat itu adalah situs sejarah yang harus dirawat. Presiden sebelumnya bereaksi atas terjadinya kekerasan itu dengan menyerukan agar rencana penertiban itu distatusquokan untuk dicari cara terbaik penyelesaiannya dengan melibatkan banyak pihak yang terkait. Kedekatan SBY dengan masyarakat etnis Arab boleh jadi juga menjadi salah satu faktor di balik turun tangannya presiden dalam masalah ini. Juga diterimanya ahli waris Mbah Priok, yang disebut sebagai ulama penyebar Islam abad ke-18 di Betawi itu. Seperti diketahui, ada dua menteri keturunan Arab dalam kabinet SBY. Keduanya berasal dari golongan Alawiyin (habib atau sayid). Mereka adalah Menteri Sosial Salim Segaff Al-Jufri dan Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Mohammad.. Beragam komentar berseliweran setelah terjadi insiden berdarah itu di TV, koran, situs-situs internet, Facebook, dan sebagainya. Jusuf Kalla sebagai ketua umum PMI meragukan apa yang disebut sebagai ''ahli waris makam'' karena tidak ada silsilahnya. Selain itu, status tanah makam itu adalah tanah wakaf. ''Ini tanah wakaf yang dipakai untuk kuburan dan di dalamnya ada 24.000 makam. Makam ini kemudian dipindahkan di Semper,'' kata Kalla. Menurut Kalla, jika benar ada ahli waris dari makam Mbah Priok tersebut, tentu jumlahnya akan banyak sekali karena makamnya sudah ada sejak 250 tahun lalu. ''Kalau benar ada ahli warisnya, ini tanah makam sudah diwakafkan. Jadi, kalau ada yang mau mencabut wakaf tersebut, berarti itu dosa besar karena mencabut wakaf dan seketika pahalanya putus,'' kata Kalla. Namun, terlepas dari itu, ada satu topik yang tampaknya makin menarik dibicarakan, yakni eksistensi orang-orang etnis Arab di Indonesia. Siapakah Al Habib Hasan Muhammad Al Haddad atau Mbah Priok itu? Mengapa makamnya dikeramatkan? Pertanyaan ini bisa dilanjutkan lagi, ada berapa banyak habib di Indonesia? Apa beda mereka dengan orang-orang Arab yang bukan habib? Dari sejarahnya, orang-orang peranakan Arab di Indonesia umumnya berasal dari Hadramaut, bagian selatan Jazirah Arab yang dikenal sebagai Yaman. Dalam bahasa Ibrani, Hadramaut disebut Havermavt, sementara dalam Alkitab (Injil) disebut sebagai Hazarmaveth (Kejadian: 10-26-28). L.W.C. van den Berg dalam bukunya Le Hadhramout et. Les Colonies Arabes Dans L'Archipel Indien yang terbit pada 1886 mengupas panjang lebar tentang Hadramaut dan kota-kota di Indonesia yang berpenghuni orang-orang etnis Arab pada akhir abad ke-19. Tetapi, hanya sedikit orang keturunan Arab yang pernah berkunjung ke Hadramaut. M. Anis, Pemred portal Kemenegpora adalah salah seorang di antaranya yang pernah berkeliling di tanah asal kakek moyangnya itu ''Hadramaut terdiri atas dua kata, yaitu hadra berasal dari kata hadir dan maut. Siapa hadir ke sana akan menemui maut,'' tulis Anis dalam bukunya, Hadramaut (1996), mengutip penjelasan Saleh, sopir yang mengantarkannya di Hadramaut. Teori lain menyebut Hadramaut adalah nama seorang tokoh legendaris yang tak diketahui asal usulnya. Hanya tokoh itu dipercaya sebagai keturunan Ya'kub, cucu Nabi Hud yang babat alas di selatan Jazirah Arab yang kering kerontang itu. Karena alamnya yang tak bersahabat itulah orang-orang Arab di Hadramaut menjadi pengelana ke mana-mana. Mereka berlayar ke Ethiopia, Zanzibar, Kenya, India, Singapura, dan Indonesia. Ada beberapa argumen tentang kapan mereka mulai datang di Indonesia. Tetapi, gelombang besar imigran Arab diperkirakan tiba di negeri ini setelah abad ke-17. Mereka tinggal di kantong-kantong permukiman kota-kota pantai Jawa seperti Batavia (Jakarta), Cirebon, Pekalongan, Tegal, Semarang, Gresik, Surabaya, Bangil, dan sebagainya. Di antara mereka juga tinggal di kota pedalaman seperti Solo dan Jogjakarta. Sebagian kecil dari mereka bahkan sampai ke
[ac-i] Sastrawan Malaysia mendapat banyak fasilitas penerbitan
Sastera-BERITA HARIAN Cetak . Emel Rakan . DBP pilih kasih? Oleh Mohd Azrone Sarabatin azr...@bharian.com.my 2010/04/19Dituduh menganaktirikan penulis Sabah BICARA Eksekutif Sastera Sabah sempena 40 Tahun Badan Bahasa dan Sastera Sabah (Bahasa) tegang dengan dua isu mengenai Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) iaitu kesamaran fungsi badan berkanun terbabit dan penulis Sabah menganggap diri mereka dianaktirikan organisasi terbabit. Program tiga jam dengan empat ahli panel itu `panas' dengan pertikaian berhubung fungsi DBP yang cacamerba kerana menjadi pencetak buku, tetapi tiada syarikat percetakan dan memasarkan buku selain pemasaran diswastakan menimbulkan persoalan serta pelbagai tohmahan. Ketua Bahagian Teori dan Kritikan DBP, Mohamad Daud Mohamad membandingkan fungsi badan itu dengan agensi kerajaan Persekutuan lain seperti Felcra Berhad dan Lembaga Kemajuan Ikan Malaysia (LKIM) yang jelas fungsinya berbanding DBP. “Felcra Berhad hanya memajukan tanah dan tidak terbabit dengan penanaman mahupun pemasaran kelapa sawit, manakala LKIM hanya memasarkan ikan, tetapi DBP melakukan semua kerja dalam satu masa iaitu sebagai penerbit, pencetak dan pengedar,” katanya menjawab soalan Setiausaha Bahasa, Aliuddin Mohd Salleh selaku pengerusi sesi Bicara Eksekutif Sastera Sabah di Kompleks Belia dan Sukan Sabah, Putatan, Kota Kinabalu, baru-baru ini. Baginya DBP sepatutnya hanya berfungsi sebagai pembimbing mahupun pemantau penulis dan bukannya mencetak buku kerana tiada syarikat percetakan, apatah lagi memasarkannya kerana kedua-dua tugas terbabit sudah diambil alih Dawama Sdn Bhd. “Saya juga berharap penulis sepatutnya bertindak sebagai penerbit dan penjual buku mereka seperti yang dilakukan Sasterawan Negara (SN), Datuk (Dr) A Samad Said apabila menerbit dan memasarkan novelnya, Wira Bukit,” katanya. Aliuddin yang juga pengerusi sesi itu, meminta ahli panel merungkai dilema penulis Sabah yang diibaratkan seperti anak tiri kerana terpaksa menerbit dan memasarkan karya sendiri sedangkan penulis di Semenanjung diberi layanan kelas `satu' oleh DBP. Selain Mohamad Daud, tiga lagi ahli panel ialah Ketua Satu Persatuan Penulis Johor (PPJ), Mohd Amiruddin Ali Hanafiah; Ketua Dua Persatuan Penulis Utara Sarawak (Putera), Poul Nanggang dan Pengerusi Bahasa Cawangan Matunggong, Raymond Majumah. Hadir sama bekas Ketua Pengarah DBP, Datuk A Aziz Deraman; Pengarah DBP cawangan Sabah, Zubaidi Abas; Yang Dipertua Bahasa, Jasni Matlani dan Setiausaha II Gabungan Persatuan Penulis Nasional Malaysia (Gapena), Prof Madya Dr Hashim Ismail. Mohamad Daud turut mempelawa penulis Sabah memohon dana penerbitan daripada DBP kerana organisasi itu menerima peruntukan RM10 juta setahun daripada Kementerian Pelajaran sejak tujuh tahun lalu dan ketika ini hanya RM2 juta dibelanjakan, manakala RM68 juta lagi tidak dibelanjakan. “Penulis Sabah boleh menulis surat kepada DBP untuk memohon dana menerbitkan novel, antologi cerpen, antologi puisi, biografi dan autobiogi,” katanya. Terdahulu, Raymond turut menyifatkan penulis Sabah sebagai `balak yang sudah pupus' kerana bakat mereka tidak dapat dikembangkan akibat kerenah birokrasi DBP dalam aspek penerbitan karya kelompok terbabit. “Jika kegemilangan dan kekayaan Sabah sebagai pengeluar balak utama negara sudah berakhir selepas semua kayu kayan habis akibat kegiatan pembalakan berpermit dan secara haram, kini penulis Sabah turut meniti nasib sama akibat dianaktirikan. “Saya sendiri terpaksa mengeluarkan perbelanjaan dan menjual buku sendiri sehingga ke tamu (pasar tradisi di Sabah) sedangkan sepatutnya DBP membantu. Saya ada menulis surat kepada organisasi itu, tetapi tidak dilayan dengan alasan tiada peruntukan,” katanya. __ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com
[ac-i] Kaum yang menumpang,tetapi cerewet dan tidak tahu diri
FORUM UTUSAN MALAYSIA ARKIB : 17/04/2010 BACALAH ISU-ISU MEDIA MASSA CINA ORANG Melayu sepatutnya membaca dan memahami pandangan dan maksud sebenar penulis-penulis seperti yang disiarkan di dalam ruangan ‘Isu-Isu Media massa Cina,’ Utusan Malaysia setiap minggu. Tulisan-tulisan mereka baik di dalam surat khabar Nanyang Siang Pau, Sin Chew Daily dan China Press yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu banyak berkisar mengenai kegagalan dan ketidakadilan pemerintah dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, sosial dan agama. Isu-isu hangat dibincangkan termasuk mengenai bahasa Melayu, sistem sekolah satu aliran, SRJKC, 1Malaysia (sama rata sama rasa), rasuah, perilaku pegawai kerajaan, DEB, UMNO dan UiTM. Mereka sentiasa melahirkan rasa tidak puas hati, memperlekeh, mengherdik dan membuat kata-kata sinis serta cerewet mengenai kewibawaan kerajaan dan kedudukan orang Melayu. Kecenderungan ini tentu amat berbahaya kepada perpaduan kaum dan masa depan negara. Kenyataan yang berbau rasis dan sindiran kerap digunakan.Di Indonesia disebut SARA. Di Malaysia kaum Cinalah yang suka mengobarkan sentimen SARA. ZAMRI MAHMUD Wangsa Melawati, Kuala Lumpur Apakah saya bisa menurunkan berat badan? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com
[ac-i] Kekesalan Melayu Bumiputra Malaysia dianaktirikan di negeri sendiri
Rencana-BERITA HARIAN Cetak . Emel Rakan . addthis_pub = 'BHONLINE'; Hanya Melayu sajakah yang dituntut harus bersikap liberal? Oleh Rejal Arbee 2010/04/15 Memperjuangkan hak dianggap pelampau, tindakan sama bangsa lain tidak pernah dipersoalkan NAMPAKNYA kini sudah ada istilah baru yang menjadi bahan perbincangan sesetengah puak untuk memecah-belahkan lagi orang Melayu di Malaysia, iaitu Melayu liberal. Puak ini seolah-olah mahu memberi gambaran bahawa orang Melayu terus saja mempertahankan apa yang termaktub dalam perlembagaan mengenai kedudukan Melayu, malah Bahasa Melayu sebagai tidak liberal. function ebBannerFlash_0_49341265633976006_DoFSCommand(command,args){ebScriptWin0_49341265633976006.gEbBanners[0].displayUnit.handleFSCommand(command,args,ebBannerFlash_0_49341265633976006);}function ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;} Maka itu, Melayu yang mahu pertahankan hak mereka seperti termaktub dalam Perlembagaan Persekutuan dilabelkan sebagai pelampau. Apakah perjuangan mereka ini salah dan tidak senada dengan slogan 1Malaysia yang dilaungkan sekarang? function ebStdBanner0_DoFSCommand(command,args){try{command = command.replace(/FSCommand:/ig,);if((command.toLowerCase()==ebinteraction) || (command.toLowerCase()==ebclickthrough))gEbStdBanners[0].handleInteraction();}catch(e){}}function ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;} Usaha dilakukan ini menimbulkan beberapa persoalan. Apakah sikap Melayu begitu akomodatif sekali selama ini masih tidak memadai bagi mereka yang begitu mudah mahu melabelkan Melayu? Kenapa orang Melayu saja dikehendaki bersikap liberal? Bagaimana dengan orang Cina dan India? Apakah mereka ini tidak perlu bersikap liberal dan berakomodatif terhadap Melayu? Orang Melayu yang dilabelkan sebagai pelampau ini bukan pun mahu lebih daripada diperuntukkan. Hanya hendak perjuangkan apa yang hak seperti termaktub dalam perlembagaan saja. Apakah perjuangan ini pun dianggap melampau? Siapa sebenarnya yang justru melampau dalam hal ini? Bila bahasa kebangsaan sendiri pun diabaikan. Inikah dikatakan warga yang berbangga menjadi rakyat Malaysia? Kalau benar begitu kenapa bahasa Melayu terus saja diabaikan seperti dilakukan sesetengah orang kononnya orang Malaysia. Lihat saja beberapa pemaju perumahan yang berterusan abaikan bahasa Melayu, malah dalam risalah yang mereka edarkan ke rumah-rumah termasuk kawasan seperti Shah Alam iaitu lebih 90 peratus didiami Melayu. Pemaju hanya menggunakan bahasa Ing geris dan Mandarin mengenai rumah yang mereka hendak jual. Apakah boleh disimpulkan daripada sikap begini? Apa muslihat pemaju perumahan itu? Bagaimana pula dengan pengerusi media massa China yang berucap dalam bahasa Mandarin dalam satu upacara ulang tahun akhbar itu dengan Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Razak menjadi tetamu kehormat?. Sepatah pun bahasa Melayu tidak digunakannya. Di bumi manakah ia tinggal ? Memang disedari ia adalah suatu acara akhbar Cina dan tentu tidak salah berucap dalam Mandarin. Tetapi memandangkan tetamu kehormatnya ialah Perdana Menteri dan ada beberapa orang Melayu lain, tidak bolehkah sekurang-kurangnya dia memulakan ucapannya dengan kata-kata aluan dalam bahasa Melayu? Orang ini bukan saja tidak menghormati bahasa rasmi dan bahasa kebangsaan negara ini, malah tidak menghormati tetamunya. Jelas daripada sudut pandangan mereka yang menimbulkan persoalan Melayu liberal ini orang Melayu tidak boleh pertahankan hak mereka. Tetapi bukan Melayu boleh saja bersikap demikian tanpa dilabelkan sebagai pelampau? Maka itulah akhbar Melayu yang pertahankan hak Melayu dilabel pelampau, tetapi akhbar berbahasa Cina berterusan pertahankan hak Cina dan mengkritik Melayu termasuk pertubuhan seperti Perkasa tidak pula dilabelkan pelampau. Maka itulah mereka ini tidak pula mahu menyebut mengenai Cina liberal atau India liberal. Apakah dari sudut pandangan mereka, orang bukan Melayu tidak perlu bersikap liberal? Apa liberalnya jika hingga kini selepas merdeka lebih 53 tahun, masih ada di antara mereka ini sedikit pun tidak mahu menghormati bahasa Melayu iaitu bahasa kebangsaan dan bahasa rasmi negara ini? Sebagai perbandingan lihat saja keadaan di Thailand tidak siapa pun boleh terfikir orang Thailand tidak boleh bertutur bahasa Thai. Lihat juga dengan keadaan di Indonesia. Tidak terfikir langsung seorang rakyat Indonesia tidak bisa berbahasa Indonesia. Malah rakyat Indonesia berketurunan Cina pun harus bertutur bahasa Indonesia. Bolehkah kita mengharapkan keadaan sama di Malaysia? Kalau bukan Melayu mungkin hanya golongan baba saja bertutur sesama mereka dalam bahasa Melayu. Malangnya golongan baba ini pula telah semakin pupus. Bagaimana pula dengan sikap akomodatif Melayu yang sanggup menerima sesiapa saja tanpa kira bangsa, ras atau latar belakang sebagai Melayu hanya dengan berpegang
[ac-i] Menu Wrg.SUROBOYO-Blok M Square - HP 0856 976 26 906 [1 Attachment]
MENU “WARUNG SUROBOYO” BLOK M SQUARE telp 0856 976 26 906 Nasi goreng Gila Seafood + Aqua Rp 10.rb Es kopyor Fantasi + Bakwan Malang Rp 10.rb Mie pangsit Rp 6 .rb Es pisang ijo segar Rp 6.rb Silah coba Mak Top Markotop!!! __ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com
[ac-i] Merbuk
SASTERA-Utusan Malaysia ARKIB : 09/04/2010 .khad1, .khad1:link, .khad1:visited, .khad1:active { color:#3366CC; text-decoration:underline; border-bottom:#3366CC 1px solid; } .khad1:hover { color:#c03; text-decoration:underline; border-bottom:#c03 1px solid; } .khad2, .khad2:link, .khad2:visited, .khad2:hover, .khad2:active, text-decoration:none; border-bottom:none; } Tamadun 1900 tahun di Merbuk Oleh OPAT RATTANACHOT uspet...@utusan.com.my Naib Canselor USM, Prof. Tan Sri Dzulkifli Abdul Razak (berbaju biru-dua dari kiri) melihat tapak penggalian sambil diberi penerangan oleh kakitangannya berkaitan penemuan dua tapak tinggalan sejarah di Sungai Batu,Lembah Bujang Merbok. LEMBAH Bujang merangkumi keluasan kira-kira 300 kilometer persegi bermula dari Gunung Jerai di daerah Kuala Muda, Kedah hingga menyeberangi Sungai Muda memasuki kawasan Seberang Perai, Pulau Pinang. Ia merupakan kawasan peradaban tertua di Asia Tenggara dengan mula dikenal pasti berdasarkan penemuan lebih 20 candi oleh Kapten James Low pada tahun 1840. Ekskavasi yang dijalankan sebelum ini juga mendapati kawasan tersebut merupakan sebuah pelabuhan utama di Asia Tenggara. Penemuan candi-candi lama dan artifak yang dikatakan bertarikh abad ke-6 hingga 12 Masehi turut menjurus kepada pelbagai kisah peradaban. Namun begitu, ia tidak dapat dibuktikan kesahihan berikutan tarikh yang diberikan hanyalah anggaran dan mempunyai banyak kelemahan. Keadaan tersebut mendorong kepada masalah kekurangan pengetahuan tentang kewujudan tamadun awal di negara ini. Menyedari hakikat berkenaan, Jabatan Warisan Negara (JWN) telah merancang pelan penyelidikan lengkap untuk mencari tapak baru dan meminta bantuan pakar arkeologi dari Universiti Sains Malaysia (USM) dan Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) menjalankan kajian menyeluruh di Lembah Bujang. Baru-baru ini, sekumpulan ahli arkeologi USM berjaya menemui sebuah pusat tamadun yang dilengkapi monumen dan batu bersurat berusia lebih 1,900 tahun di Sungai Batu, Merbok. Lebih menakjubkan, misi penyelidikan yang diketuai Pengarah Pusat Penyelidikan Arkeologi Global (PPAG) USM, Prof. Madya Dr. Mokhtar Saidin itu membuktikan adanya kehidupan sebuah komuniti manusia prasejarah yang serba lengkap dengan konsep keagamaan, sosioekonomi dan perdagangan. Penyelidikan di kawasan seluas tiga kilometer persegi di sebuah ladang sawit di tepi Jalan Lencongan Merbok itu turut meletakkan ia sebagai pusat tamadun sejarah terawal di Asia Tenggara. Ia mengatasi Angkor Wat di Kemboja yang wujud sekitar abad ke-12 Masihi dan Borobodur, Indonesia (abad ke-9 Masihi). Menurut Mokhtar, penyelidikan itu bermula pada tahun 2007 apabila pihaknya yang diberikan tanggungjawab oleh JWN menemui sebuah tapak baru berdekatan Sungai Batu Besi melalui kaedah pemetaan awal. Katanya, para penyelidik mengesan 30 bukit kecil atau dalam bahasa saintifik dikenali sebagai 'mound' di kawasan itu yang dijangka mempunyai pelbagai fungsi seperti kediaman dan pemerintahan. Bertitik tolak dari situlah, proses ekskavasi dimulakan pada 1 Februari 2009 melibatkan kira-kira 70 orang staf PPPAG, penuntut jurusan arkeologi USM dan kakitangan Muzium Arkeologi Lembah Bujang serta penduduk setempat. Hasil pertemuan itu kemudiannya didedahkan kepada pengetahuan umum pada 4 Mac 2009. Pada ketika itu, para penyelidik berjaya menjumpai dua artifak prasejarah berupa bangunan dan kilang melebur besi sekitar abad ke-3 Masihi. Misi penyelidikan tersebut diteruskan para dengan bantuan beberapa tokoh akademik seperti Profesor Sam Teng Wah (pakar kimia); Profesor Ruslan Rainis (pakar data sistem maklumat geografi); Profesor Madya Dr. Nawawi Nordin (pakar data geofizik); Profesor Madya Dr. Wan Fauzy (pakar penggambaran) dan Profesor Madya A. Rahman (pakar data seni kreatif) serta beberapa penuntut peringkat Sarjana dan Doktor Falsafah. Tidak lama selepas itu, ia berjaya menghasilkan perkembangan positif dengan penemuan satu kompleks baru berserta 90 tapak di kawasan berkeluasan 3 kilometer persegi itu. Mokhtar memberitahu, kompleks dan monumen tersebut disifatkan penting kerana ia merupakan kunci untuk membuka sejarah tamadun awal negara. Kajian saintifik ke atas 10 tapak telah berjaya menonjolkan Malaysia sebagai kawasan tamadun sejarah terawal di Asia Tenggara, katanya. Bukti-bukti lain seperti tapak peleburan besi, dewan, bangunan, upacara amal, batu bata, atap genting, tembikar dan lain-lain telah memberikan interpretasi jelas tentang kefahaman sejarah warisan lebih menyeluruh. Lebih penting lagi, satu batu bersurat yang ditemui turut mengukuhkan lagi bukti kewujudan tamadun tersebut. Batu bersurat terbabit ditulis dalam bahasa Sanskrit Pallava yang berkisar kepada kepercayaan Buddha, animisme dan fahaman spiritual masyarakat purba di Sungai Batu. Ekoran penemuan berkenaan juga, para penyelidik telah mendapatkan pengesahan pentarikhan di
[ac-i] Penyair2 Malaysia keturunan JOWO-disedut dari BERITA HARIAN
Jawa dominasi dialog bahasa Oleh Amad Bahri MardiPertemuan di Tanjung Piai antara PPJ, Kemudi angkat martabat keturunan Jawa terbabit DIALOG Bahasa dan Sastera Penulis Johor-Selangor di Tanjung Piai Resort, Pontian, baru-baru ini, mempamerkan kekuatan ukhuwah di antara kedua-dua persatuan penulis terbabit dengan pelbagai aspek Jawa yang menjadi sebahagian daripada bangsa Melayu diberi tumpuan. function ebBannerFlash_0_7716986227283311_DoFSCommand(command,args){ebScriptWin0_7716986227283311.gEbBanners[0].displayUnit.handleFSCommand(command,args,ebBannerFlash_0_7716986227283311);}function ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;} Seramai 70 penulis Johor (Persatuan Penulis Johor) dan Selangor (Kemudi) yang dipertemukan pada program terbabit saling memuji dan mengakui keturunan Jawa menjadi faktor penting untuk mereka meneruskan perjuangan dalam bidang penulisan di negara ini. function ebStdBanner0_DoFSCommand(command,args){try{command = command.replace(/FSCommand:/ig,);if((command.toLowerCase()==ebinteraction) || (command.toLowerCase()==ebclickthrough))gEbStdBanners[0].handleInteraction();}catch(e){}}function ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;} Dipengerusikan oleh Ketua 1, Persatuan Penulis Johor (PPJ), Amiruddin Mohd Ali Hanafiah. Dua orang ahli panel daripada PPJ yang ditampilkan ialah, Ketua II, Mohd Khairy Halimy dan Setiausaha I, Rosli Bakir. Manakala di pihak Kemudi, mereka menampilkan Ketua II, Kemudi, Abu Hassan Ashari Abas dan penulis drama, Asmira Suhadis. Ketua II, Persatuan Penulis Johor (PPJ), Mohd Khairy Halimy, menggamatkan dialog ketika memulakan bicara mengenai budaya orang Jawa, Giring Putu: Salah Satu Adat Tradisional Masyarakat Jawa Yang Mengalami Kepupusan; Satu Pengamatan. “Giring Putu ialah Perhimpunan Keluarga Besar yang secara tidak langsung menyerlahkan adat budaya, amalan turun temurun dan istilah yang berjaya memugar nostalgia dan semangat anak Jawa,” katanya yang pernah hadir dan menguruskan majlis terbabit. Khalayak diberitahu bahawa putu bermaksud cucu dan ia merangkumi cicit dan seluruh keluarga terdekat dan pasti ada saudara mara yang bercerita mengenai jenis makanan dan hidangan, terdengarlah nama seperti getuk, nasi ambeng, rengginang, rempeyek, tempe dan tiwol. “Bagi kelompok anak muda yang jarang berjumpa, sesekali mereka bercerita mengenai aktiviti budaya orang Jawa dan persembahan seperti barongan, kemplingan, ketoprak dan kuda kepang, pasti tidak terlepas daripada dibincangkan,” katanya. Selain itu, lazimnya pemilihan hari yang sesuai bagi mengadakan majlis terbabit akan pasti ‘terkeluar’ kiraan orang Jawa seperti Legi, Paeng, Poon, Wage dan Keliwon yang merujuk kepada lima hari yang mempunyai neton (nilai) tersendiri. Selesai Mohd Khairy mengolah adat budaya masyarakat Jawa yang semakin ditinggalkan dalam arus globalisasi, penulis drama, Asmira Suhadis yang juga ahli Persatuan Penulis dan Kebajikan Selangor (Kemudi), berkongsi kegembiraannya apabila skrip drama radionya dalam bahasa Jawa diterima untuk disiarkan oleh Radio dan Televisyen Malaysia (RTM). “Saya bersetuju bahawa bahasa Jawa boleh jadi pengikat antara sesama penulis, termasuk kalangan ahli PPJ dan Kemudi,” katanya yang terharu dan gembira apabila melihat sebahagian besar rakan penulis pada pertemuan itu boleh bertutur dalam bahasa Jawa, walaupun ada yang kurang lancar. Dialog yang berlangsung dalam suasana santai pagi itu dan dipengerusikan oleh Ketua 1 PPJ, Amiruddin Mohd Ali Hanafiah, tidak hanya bertumpu kepada dua lagi panel; Setiausaha I PPJ, Rosli Bakir dan Ketua II Kemudi, Abu Hassan Ashari Abas, apabila seorang demi seorang Penulis Selangor Johor saling mengemukakan pandangan, mengimbas peristiwa, ingat mengingatkan dan tidak kurang ada yang membuat lawak sehingga ramai ketawa berdekah-dekah. Ahli Kemudi, Ismail Supandi, terus menyokong bahawa bahasa Jawa ada aura dan sejarah tersendiri sehingga hari ini, lalu orang Jawa mahupun bahasanya perlu menggegar dan digegarkan sehingga sudah ada beberapa perkataan suku itu dikomersialkan media seperti ‘banget’. Beliau juga mengajak peserta Dialog Bahasa dan Sastera Penulis Johor-Selangor berbangga dan menyedari bahawa hidangan sarapan pagi yang popular orang Jawa, iaitu lempeng kini sudah ditiru Barat sehingga mereka mencipta ‘piza’. Ketika semua terhibur dengan jenaka dan usikan mesra Amiruddin, ahli Kemudi, Dr Ibrahim Ghafar; tiba-tiba tampil mengimbas peristiwa 1988 yang membabitkan Dugong Si Tenang, sambil berharap masyarakat, pihak berkuasa dan pemimpin mengambil pengajaran. “Pihak berkuasa mengarahkan Pak Atan melepaskan Si Tenang dan akhirnya ikan itu ditemui mati. Perlu diingat, selepas itu satu demi satu malapetaka menimpa negara membabitkan hubungan Malaysia-Singapura termasuk isu Tambak Laut,” ujarnya. Dr Ibrahim turut berharap rakyat negara ini khususnya orang Johor agar merenung ‘Wasiat Tuanku’,
[ac-i] Berita PENDEKAR SENDANG DRAJAT di toko-toko Gunung Agung dan Togamas [2 Attachments]
BERITA STOK PSD Para sohib, Menjelang dicetak ulangnya PSD, maka sisa-sisa cetakan 1 PSD adalah suvenir yang penting untuk dikoleksi. Silahkan buru di Toko-toko GUNUNG AGUNG seluruh Indonesia, atau Toko-toko TOGAMAS jika di kota kecil, atau TOKO FAJAR Laren Lamongan-Jatim. Rata-rata toko stok tinggal 4 buku menjelang habss ludesss…!!! Trimsss Viddy AD Daery ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
[ac-i] Pendidikan Indonesia Tergantung Pada Bank Dunia
Pendidikan Indonesia Tergantung Pada Bank Dunia Tempo - Selasa, 30 Maret KirimKirim via YMCetak TEMPO Interaktif, Jakarta - Indonesia disebut sebagai salah satu dari lima negara ASEAN yang paling tergantung dengan bank Dunia untuk pengembangan program pendidikan dalam sebuah seminar yang diadakan kementerian pendidikan negara-negara ASEAN di negara bagian Sarawak, Malaysia hari ini (29/3). Manajer Sektor Pendidikan Bank Dunia untuk kawasan Asia Pasifik Eduardo Velez-Bustillo mengatakan dalam konferensi pers seminar Strategi Pengajaran untuk Meningkatkan Kinerja Sekolah-Sekolah Kecil, ada lima negara yang masih sangat tergantung pada Bank Dunia dalam bidang pendidikan. Indonesia, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Timor Leste adalah kelompok paling tergantung pada bantuan itu, sedangkan Singapura dan Thailand adalah negara dari ASEAN yang sudah bisa dikelompokkan bersama Korea, Jepang, Taiwan dan Singapura. Tahun lalu kami membantu pemerintah Indonesia dengan pinjaman US$600 juta. Ini adalah bantuan pendidikan terbesar yang disponsori Bank Dunia sepanjang sejarah lembaga ini, ungkap Vellez Bustillo. Dari kelima negara itu indonesia memiliki produk domstik bruto rata-rata terbesar yaitu US$2,239, sedangkan Vietnam, Laos, Kamboja, dan Timor Leste masing-masing US$1,042, US$859, US$823, US$468. Filipina yang memiliki produk domestik bruto rata-rata lebih rendah dari Indonesia tidak termasuk dalam kelompok yang paling tergantung dengan bantuan Bank Dunia. Seminar itu dihadiri wakil dari Malaysia, Kamboja, Filipina, Indonesia, Thailand dan Brunei. BERNAMA | WIKIPEDIA | RONALD Rekomendasikan 24 rekomendasi KirimKirim via YMCetak Artikel Terkait Ketua Parlemen: Irak Hendaknya Miliki Pemerintahan Persatuan Nasional Antara - Minggu, 4 AprilTiga Tentara Jerman Tewas di Afghanistan Liputan 6 - Minggu, 4 AprilRusia Berjanji Terus Pasok Senjata ke Venezuela Antara - Sabtu, 3 AprilVenezuela-Rusia Sepakati Rencana Proyek Tenaga Nuklir Antara - Sabtu, 3 AprilOrang Bersenjata Bunuh 25 Penduduk di Irak Antara - Sabtu, 3 April Cari Berita Berita Utama Pavel Makin Tajam Bermain di Sriwijaya FCHamilton Dominasi Pelatihan di MalaysiaDrogba Hernia Selama Beberapa BulanKetum Persema Tak Berniat Cari Pengganti SubangkitHoward Perkokoh Magic untuk Menang Atas Mavs Berita Utama Lainnya » ADVERTISEMENT if(window.yzq_d==null)window.yzq_d=new Object(); window.yzq_d['bd5JT3xsfDI-']='U=13go3ugdf%2fN%3dbd5JT3xsfDI-%2fC%3d629078.14019189.13969508.12823904%2fD%3dLREC%2fB%3d5811053%2fV%3d1'; Dari TempointeraktifAhmad Albar Ketagihan Main Film nbsp;William Soeryadjaya BerpulangSensasi Menunggang Balon UdaraSalah Satu Pembom Kereta di Moskow Janda Berusia 17 TahunAndi Ingin Anas Jadi Sekjen Partai Demokrat nbsp; var ysm_rd=http://sg.ard.yahoo.com/SIG=15un2uo59/M=667619.13608146.13658862.13112552/D=idnews-int/S=2023633305:LREC2/Y=ID/EXP=1270350064/L=2qZTDnxsfeq31taaS7fktgAcbosHC0u35PAACdLl/B=cN5JT3xsfDI-/J=1270342864104741/K=kkYfaXx8vo6B.8_cARz_dw/A=5808580/R=0/*;; var ysm_url=http://cm.id.overture.com/js_flat_1_0/?mkt=sgmaxCount=2source=yahoo_id_news_ctxtconfig=23100809731ctxtId=worldctxtUrl=http%3A%2F%2Fid.news.yahoo.com%2Fworld.html;; var ysm_landing_url=http://searchmarketing.yahoo.com/en_SG/arp/internetmarketing.php?o=SG0145;; var ysm_backup_url=http://searchmarketing.yahoo.com/en_SG/arp/internetmarketing.php?o=SG0145;; var ysm_backup_gif=http://ads.yimg.com/hb/i/sg/adv/infinity/backup_diner_300x250.jpg;; var ysm_width=300; var ysm_height=250; var ysm_target=_blank; var ysm_flashfile1=http://ads.yimg.com/hb/i/sg/adv/infinity/ysm_lrec_dual_utf8_apr09.swf;; var ysm_flashfile2=http://ads.yimg.com/hb/i/sg/adv/infinity/ysm_lrec_dual_utf8_apr09.swf;; var ysm_flashfile3=; var ysm_iframe=http://ads.yimg.com/hb/i/sg/adv/infinity/generic_ysm_iframe.html?ysm_rd=+encodeURIComponent(ysm_rd)+ysm_url=+encodeURIComponent(ysm_url)+ysm_landing_url=+encodeURIComponent(ysm_landing_url)+ysm_backup_url=+encodeURIComponent(ysm_backup_url)+ysm_backup_gif=+encodeURIComponent(ysm_backup_gif)+ysm_width=+encodeURIComponent(ysm_width)+ysm_height=+encodeURIComponent(ysm_height)+ysm_target=+encodeURIComponent(ysm_target)+ysm_flashfile1=+encodeURIComponent(ysm_flashfile1)+ysm_flashfile2=+encodeURIComponent(ysm_flashfile2)+ysm_flashfile3=+encodeURIComponent(ysm_flashfile3); document.write(); if(window.yzq_d==null)window.yzq_d=new Object(); window.yzq_d['cN5JT3xsfDI-']='U=13hcrm70d%2fN%3dcN5JT3xsfDI-%2fC%3d667619.13608146.13658862.13112552%2fD%3dLREC2%2fB%3d5808580%2fV%3d1'; Lainnya di Yahoo! Financial news on Yahoo! FinanceStars and latest moviesBest travel destinations Apakah saya bisa menurunkan berat badan? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com
[ac-i] rilis seni PPN di Brunei 2010 [1 Attachment]
--- Pada Sab, 27/3/10, Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id menulis: Dari: Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id Judul: rilis seni PPN di Brunei 2010 Kepada: feb_bayu2...@yahoo.co.id, pendekarbudiman1...@yahoo.co.id, putrak...@gmail.com, wajahbercah...@yahoo.co.id, akib_peny...@yahoo.com, perpustakaan_prov.kal...@yahoo.co.id, suraba...@gmail.com, suraba...@yahoo.com, superman4ba...@yahoo.com, surabayacommun...@yahoogroups.com, sufi-is...@yahoogroups.com, mencintai-is...@yahoogroups.com, abah...@yahoo.com, abelhai...@gmail.com, adibadiozamant...@bppmis.com, AWANGKU MERALI kumer...@gmail.com, BAHASA SABAH bahasa_sa...@hotmail.com, amdai siregar badai...@yahoo.com, buku-is...@yahoogroups.com, taufiqism...@hotmail.com, tamm...@yahoo.com, jamal_d_rah...@yahoo.com, jasni_matl...@hotmail.com, HAJIJAH HAJI JAIS haji...@dbp.gov.my, hasan.bi...@tpi.tv, MAHALI HJ OSMAN norga...@yahoo.com, hori...@centrin.net.id, mas.do...@yahoo.co.id Tanggal: Sabtu, 27 Maret, 2010, 3:46 AM --- Pada Sab, 27/3/10, Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id menulis: Rilis berita SENI : VIDDY AD DAERY MENGHIMBAU CABUP MENJADI DERMAWAN SENI Viddy AD Daery, budayawan Lamongan dan penasehat LKL ( Lembaga Kebudayaan Lamongan ) sebagai Pantap Indonesia bagian Timur PPN ( Persatuan Penyair dan Penulis Nusantara ) ditunjuk oleh Pantap Brunei untuk menjadi koordinator delegasi Indonesia wilayah Timur untuk mengikuti PPN ( Pertemuan Penyair Nusantara ) ke IV yang akan diadakan di Bandar Sri Begawan,Brunei 23-25 Juli 2010. Maka,Viddy menghimbau untuk para cabup seluruh wilayah timur Indonesia ,termasuk Lamongan menunjukkan darmabaktinya dan cintanya yang sejati kepada rakyat termasuk seniman lokal, agar menjadi dermawan yang menyumbang ongkos transport delegasi lokal yang akan berangkat ke Brunei . “Sebab, panitia hanya menanggung hotel dan makan-minum serta transportasi lokal selama di Brunei,sedangkan ongkos pesawat Surabaya-Brunei PP diserahkan kepada Pemda atau donatur”,kata Viddy yang merekomendasikan para penyair Lamongan seperti Viddy AD Daery sebagai pemandu,Javed Syatha,Arina Habbaid dan Rokhim Ede untuk delegasi tahun ini. Menurut Viddy yang sudah ditawari untuk sekolah tingkat Master dan Doktoral oleh LSM platmerah Malaysia tersebut, “ Brunei merupakan Negara yang pantas dikunjungi oleh budayawan dan pejabat Lamongan,karena mempunyai kondisi bagai surga atau negeri dongeng di Buku Kisah Aladdin 1001 Malam. Negaranya aman,tertib,teratur,agamis dan hutannya 80% masih utuh. Jadi,Negara Brunei itu adalah kumpulan bangunan Istana-istana indah di balut lebatnya hutan.Mencari perbandingannya di Indonesia sudah susah,karena hutan sudah habis tinggal 1 %.Mungkin kalau di Malaysia masih bisa diperbandingkan, karena hutan Malaysia masih 50 %. Penduduk Brunei ber GNP ( penghasilan rata-rata ) tertinggi di dunia tetapi pemeluk Islam yang taat. Rumah-rumah di Brunei berhalaman seluas lapangan basket dan rata-rata mempunyai mobil 5 sampai 10 biji tiap rumah.Dan itu semua hanya karena hasil dari 1 sumur minyak, namun dibagi rata oleh Sultannya. Kalau di Indonesia kan ratusan sumur minyak tapi dirampok para pemimpin saja.” “Nah,Lamongan juga agamis dan punya sumur minyak,jadi seharusnya berkaca kepada Brunei,jangan berkaca kepada Indonesia meski Lamongan termasuk Negara Indonesia.Toh,Kaltim dan Riau yang banyak berkaca kepada Malaysia dan Brunei,sedikit banyak kini hampir menyamai kemakmuran Malaysia dan Brunei”, kata Viddy yang bukunya berjudul “Pendekar Sendang Drajat” ,sebuah novel sejarah masa lalu Lamongan,habis ludes ketika dijual di Brunei meski harganya dinaikkan empat kali lipat dari harga Indonesia. Menurut Viddy,para cabup dengan enteng menghabiskan biaya milyaran rupiah untuk ongkos pembuataan banner dan kaos, “masak menyumbang 6 juta rupiah per delegasi yang ditanggung bareng-bareng oleh semua cabup,masak nggak bisa? Padahal ini juga merupakan wujud bakti dan cinta kepada Lamongan. Kalau keberatan menyumbang kepada seniman demi memperjuangkan nama Lamongan di forum Internasional,maka pengeluaran mereka untuk kampanye juga bukan keikhlasan murni demi cinta kepada masa depan Lamongan, tetapi untuk niat pribadi yang tersembunyi.”tukas budayawan yang juga aktif memperjuangkan sejarah Gajah Mada sebagai putra kelahiran Modo Lamongan. Foto-foto : -Para pemakalah PSN 15 di Brunei—tahun 2009, termasuk Viddy,sedang mendengarkan sambutan pembukaan PSN oleh Pangeran Putra Mahkota Brunei di Hotel Risqun Brunei . -Viddy dan para penyair Nusantara melawat situs “Kampung Air” sebuah situs desa kuno awal Brunei yang masih dilestarikan di Muara Sungai Brunei ,meski sudah jarang dihuni,tinggal ditempati orang-orang tua atau orang-orang Dayak dan “orang-orang laut” yang menyewanya. ( pendekarbudiman.blogspot.com ) Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit
[ac-i] Telaah lamongan
Telaah Gedung Kesenian dan Budaya LamonganOleh : saiful anam assyaibani Di Jawa Timur; selain Surabaya adakah semarak seniman se-kaya Lamongan? Memang tidak dapat dipungkiri Surabaya masih sebuah pusat bagi kesenian Jawa Timur, ini karena semata-mata Surabaya adalah muara bagi seniman manapun tak terkecuali dari Lamongan. Bahkan bagi sebagian seniman terpaksa mengakui bahwa Surabaya adalah fenomena lain bagi dunia seni, sastra dan budaya selain Jakarta, Bali, Bandung dan Jogjakarta dimana mata dunia telah tertuju kesana. Bukanlah sebuah harapan kosong saya kira untuk menyejajarkan Lamongan dengan setidaknya Surabaya di bidang urat nadi kebudayaan itu; jika saja Lamongan mau berdandan sedikit saja dengan menyediakan wilayah atau pusat kesenian di tengah-tengah kota, sebut saja “gedung seni dan budaya” yang telah lama dirindukan para pelaku seni di Lamongan, alangkah damai saya membayangkannya. Bukankah “ajine bongso songko budoyo”. Dalam keyakinan saya Lamongan akan menjadi kota yang akan diperhitungkan di pentas nasional manakala di tengah-tengah kota telah tertanam “gedung seni dan budaya” bukan hanya sekedar Dewan Kesenian. Jika menilik dari sisi seni rupa di Lamongan, sungguh kita akan membaca keemanan yang luar biasa, betapa tidak; Lamongan melahirkan Agus Sudintiono, Arifin Katiq, Maruwa Naya, Haris, Bambang Bolet, Jumartono dan sejumlah nama lain yang kerap mundar mandir melakukan pameran hampir di seluruh belahan negeri, Jumartono adalah representasi kecil dari sekian banyak perupa Lamongan yang luar biasa itu. Dari sisi sastra, Lamongan punya Viddy AD Daery, Herry Lamongan, Mashuri, Nurel Javissyarqi, Haris Del Hakim, AS. Sumbawi, Bambang Kempling, Pringgo Hr. Sutardi, Imam Saiful Aziz, Rokhim dan sejumlah lain yang luar biasa banyak untuk diejakan. Bahkan karya mereka telah bicara di wilayah mancanegara. Belum lagi Ninin sang penari dan Rodli yang teaterawan itu; sejarah internasional telah mencatatnya sebagai bagian sejarah yang membanggakan, mereka jawara dalam festival internasional dalam karya mereka masing-masing. Belum lagi kita mencatat betapa kaya Lamongan dengan budaya-budaya tradisional, sebut saja batik prengan, batik sendang, kuntulan, wayang songsong, kentrung, sandur, karawitan, jaran jenggo dan jidor yang kental sekali dengan budaya khas Lamongan yang sampai saat ini masih bergeliat dengan gairahnya. Beberapa fakta mencengangkan sebagai tolok ukur kreatifitas dan produktifitas bagi para seniman di Lamongan adalah bahwa para Seniman itu dengan diam-diam telah mendokumentasikan karya mereka baik dalam katalog maupun antologi, baik tunggal maupun bersama. Dan tak jarang juga mereka mengajak para penulis nasional untuk melebur bersama-sama dalam karya. Berikut beberapa karya yang pernah terbit di Lamongan; Bercermin Memecah Badai (1999), Negeri Pantai (2000), Rebana Kesunyian (2002), Imajinasi Nama (2003), Bulan Merayap (2004), Lanskap Telunjuk (2004), Pada Suatu Alamat (La Rose 2004), Mozaik Pinggir Jalan (2005), Absurditas Rindu (La Rose 2006), Khianat Waktu (2006), Memori Biru (2007), Jalan Cahaya (2007), Gemuruh Ruh (2008). Mawar Putih (La Rose 2007), Kristal Bercahaya dari Surga ( La Rose 2008), The Power of Love (La Rose 2008), Kamashastra (La Rose 2009). Laki-laki Tak Bernama (2008), Pameran Makam (2008), Kidung Samenanjung (2009). Secara individual, para seniman Lamongan juga membukukan karya-karyanya baik dalam skala nasional maupun regional. Diantaranya adalah Herry Lamongan; Lambaian Muara (1988), Latar Ngarep (2006), Surat Hening (2008), Nurel Javissyarqi; Balada Takdir Terlalu Dini (2002), Kitab Para Malaikat (2008), Mashuri; Jawadwipa 3003 (2003), Pengantin Lumpur (2005), Ngaceng (2007), Hubbu (2007), Gaidurrahman El Mitsri; Kitab Dusta dari Surga (2008), Langit Mekah Berkabut Jingga (2008), Bait-Bait Cinta (2008), Pringgo HR; Sungai Asal (2005), Bambang Kempling; Kata Sebuah Sajak (2002), Alang Khoiruddin; Lorong Cinta (2000), Seruling Cinta (2002), Haris Del Hakim; Kau Nodai Cintaku (2000), Wejangan Cinta (2004) Javed Paul Syatha; Syahadat Sukma (La Rose 2004), Tamasya Langit (La Rose 2007), The Lamongan Soul (La Rose 2008), Kitab Lazarus (La Rose 2009). Angin Yang Menulis Pintu (La Rose 2010), A. Sauqi Sumbawi; Interlude di Remang Malam (2006), Tanpa Syahwat (2006), #2 (2007), Dunia Kecil, Panggung dan Omong Kosong (2007), Waktu di Pesisir Utara (2008), Maskerade (2008), Rodli TL; Dozedlove (2006), Imamuddin SA; Esensi Bayang-Bayang, Sembah Rindu Sang Kekasih, Kidung Sang Pecinta, Sasmita Kembang Widerda, dan sekian buku yang berserak dan luput dari pengamatan penulis. Belum lagi komunitas-komunitas dan kantung-kantung sastra pelajar yang luar biasa membludak di Lamongan, saya mencatat tak kurang dari 40 komunitas seni dan sastra yang pernah ada dan konsisten mengembangkan ranah tersebut. Diantaranya adalah: Laboratorium Seni LA Rose (MA. Matholi’ul Anwar Simo), Teater Sketsa (SMA Sunan Drajat), Teater Taman (MAN Babat), Teater Rekat (SMUN Mantup),
[ac-i] Manfaat sastra Melayu
SASTERA-UTUSAN MALAYSIa ARKIB : 21/03/2010 Manfaatnya sastera Melayu oleh Mawar Shafei (www.mawarshafei.blogspot.com) SEMINAR Antarabangsa Kesusasteraan Melayu yang ke-10 (SAKM X) dianjurkan hujung tahun yang lalu, antara lain memperlihatkan betapa wujudnya hubungan yang akrab antara kesusasteraan dengan pelbagai cabang bidang ilmu atau disiplin lain. Para pembentang yang terdiri daripada sarjana/ pemikir serta mereka yang bergiat cergas dalam bidang masing-masing namun menaruh kecintaan terhadap kesusasteraan Melayu, hadir untuk berbahagi pandangan dan saranan. Maka apa yang diperagakan antara lain ialah betapa lebarnya ruang yang ditawarkan sastera dan paling penting, ia memberi manfaat yang banyak dalam bidang ilmu yang sempat dibincangkan antaranya agama, sejarah, kreativiti, pendidikan, sains sosial, sains dan seni persembahan. Hubungan akrab antara sastera dengan seni persembahan, muzik misalnya, rata-rata sudah dilihat dalilnya sekian zaman. Betapa rangkap lagu dipindahkan dari pantun atau puisi yang cantik dengan susunan fikiran dan rumus/formula rima yang relatifnya mudah digubah. Puisi seperti kata Muhammad Haji Salleh, antaranya adalah fikiran-perasaan, bentuk yang berangkap-berentak, susunan, imaginasi, kecantikan dan kenyataan. Muzik yang menjala puisi Melayu, maka akan diperoleh hasil yang molek. Cabarannya adalah perlunya kreativiti penggubah lagu, mencipta dan menyusun irama yang bersesuaian. Isu dan cabaran yang selari diutarakan Ku Seman Ku Hussain dalam rencananya, Filem tidak memanfaatkan sastera (Mingguan Malaysia, 7 Mac 2010), merakamkan antara lain kekecewaannya terhadap kesenjangan yang berlaku, kali ini dalam genre filem. Betapa sastera kurang diperah sarinya untuk filem Melayu. Penulis berangkat dari kenyataan bahawa kesusasteraan Melayu adalah sumur kreativiti dan pemikiran yang mewah dari tangan Sasterawan Negara mahupun pengarang umum lainnya. Menerusi cerpen, novel ataupun puisi, rentas genre boleh berlaku misalnya ke filem, drama, teater, lukisan, tarian atau seni tampak. Ku Seman mengambil contoh banyak pengalaman pembikin filem barat yang tersihir dengan novel dan akhirnya berbekalkan kreativiti, imaginasi dan teknologi terkini; filem seperti Star Wars, Lord of the Rings atau Harry Porter, dapat dijual dengan sambutan yang sangat luar biasa. Isunya, mengapa ia tidak berlaku di sini; adakah keperluan membaca, menekuni dan menafsir gagasan atau pemikiran dalam karya sastera itu satu kerja yang menjerakan? Dan pembikin filem Melayu belum atau tidak bersedia? Sedangkan kerja merentas-genre ini bukan sahaja bersifat memindah teks, sebaliknya menawarkan yang baru. Misalnya apa yang berlaku dalam teater atau filem klasik tentang kedudukan Tuah-Jebat yang diselewengkan daripada Hikayat Hang Tuah. Ia banyak dikupas Mana Sikana dalam Tuah-Jebat dalam Drama Melayu Satu Kajian Intertekstualiti (1994). kekuatan Mengambil contoh sastera rakyat, kisah superman atau uebermensch yang menjadi protagonis Hikayat Malim Deman rata-rata sama sahaja dengan watak Superman yang punya kekuatan luar biasa dengan label heronya. Mengapa ia pernah didakwa tidak masuk akal atau hanya khayalan sebaliknya tidak dilihat sebagai satu kerja kreatif. Atau ia alasan yang munasabah untuk pembikin filem atau drama yang tidak cukup ilmu kreativitinya atau kurang imaginasi atau miskinnya industri filem Melayu dengan peralatan canggih, bagi menjadikan watak Malim Deman atau Badang seperti Superman. Tulisan ini merupakan reaksi terhadap catatan Ku Seman Ku Hussain dan berangkat darinya menjelajah ke ruang lain, banyak lagi sastera dapat dimanfaatkan. Menerusi SAKM X juga, Profesor Dr Wan Ahmad Tajuddin Wan Abdullah dalam Kata, Ungkapan, Citraan, Metafora dan Penjiwaan Fizik: Suatu Jalan Rambang dalam Alam Puisi Melayu, menggembleng sastera sebagai ruang percakapan tentang alam sains fizik yang mungkin sahaja asing dan jauh dari masyarakat umum. Bahasannya memperlihatkan bagaimana ungkapan yang sarat keindahan bahasa perlambangan seperti metafora dapat menterjemahkan beberapa konsep atau fenomena sains fizik. Begitu juga menerusi trilogi novel Hikayat NeoGenesis, Fitrah Kimiawi dan Panggil Aku Melaju, dunia perubatan diakrabkan dengan khalayak sastera Melayu termasuk kalangan remaja. Istilah perubatan, fenomena sains kimia atau konflik kesenjangan dalam birokrasi kerjayanya, diutarakan Dr Rahmat Haroun Hashim, doktor perubatan menerusi bahasa dan peralatan sastera. Malah ia sudah dilakukan lebih awal misalnya lewat Sentuhan Oedipus, Di Ar Ti mahupun Manuklon. Namun apa yang menarik menerusi trilogi mutakhirnya menjadi medan untuk melancarkan misi pembelaan terhadap petaka PPSMI dalam sejarah pendidikan dan bahasa negara ini. Dalam bidang yang sama Aminah Mokhtar, jururawat terlatih, juga pernah menyatakan langgam bahasa sastera yang indah merupakan ruang ekspresinya berkarya. Ia banyak dipaparkan dalam Dominasi Tebrau, Semoga Cepat Sembuh dan
[ac-i] Mengeja September
Tuesday, January 5, 2010 at 8:33pm Judul: Mengeja September: Antologi Cerpen Joglo 7 – Seri Dokumentasi Sastra Pengarang: W Wharek AM Yudhi Heriwibowo (Penyunting) Penerbit: Taman Budaya Jawa Tengah Cetakan: Ke-1 (Oktober 2009) Tebal: 80 halaman Genre: Antologi cerpen Dalam dunia sastra, karya adalah sesuatu yang berdiri sendiri. Ia nggak kayak barang-barang di industri pop, yang ukuran kecemerlangannya dilihat melulu dari laku terjual apa enggak. Buku antologi cerpen sastra, seperti yang satu ini, udah cukup jadi berharga hanya karena ia ada. Titik. Dihadirkan dengan judul panjang, Mengeja September: Antologi Cerpen Joglo 7 – Seri Dokumentasi Sastra, antologi semacam ini nggak perlu jadi keren, kinclong, atau memikat. Cukup karena ia eksis, sumbangsihnya udah cukup terasa. Nggak perlu lagi ditambah syarat-syarat yang lain, apalagi yang sesepele soal penjualan. Mengeja September diterbitin oleh Taman Budaya Jawa Tengah, penerbit milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. Dua belas cerpen tersaji dalam antologi ini. Cukup semarak bila dilihat dari latar belakang para penulisnya, yang berdomisili mulai Solo dan Pati hingga Banyuwangi dan Tanah Karo. Karena ini bukan antologi cerpen untuk remaja, maka tema dan muatan yang diusung ke-12 cerpen ini pun amat beragam dan kerap tak terduga-duga. Cerpen pembukaannya aja udah cukup serius, karena berlatar belakang peristiwa G30S/PKI tahun 1965 lalu (Mengeja September oleh Eka Bahari, yang ternyata adalah kontributor g-Mag di Solo!). Kemudian muncul kisah fantasi tentang roh korban tsunami yang sudah ada di alam kelanggengan dan bertemu malaikat (Dari Tsunami ke Surga oleh Viddy AD Daery) serta kemiskinan parah seorang pemulung yang berkhayal mendapat marjan senilai Rp 500 juta (Sampah Bertuah oleh Shofi Al Khansa’). Satu-satunya cerpen dengan cerita yang lumayan “ramah lingkungan” untuk ABG hanyalah Hidup ini Indah… Namaku Stroberi (Lis Dhaniati). Menyinggung geliat dunia jejaring sosial Facebook, cerpen ini bertutur tentang misteri insiden bunuh diri seorang kawan yang bernama Bulan. Tentu, sebuah antologi cerpen sastra tak afdal bila nggak disertai pengantar yang analitik dan empirik. Ditulis oleh Beni Setia, pengantar di Mengeja September mencoba mengulas setiap judul cerpen yang terhidang dengan bahasa mahasiswa yang rumit, berkelas, dan jelas nggak semua orang bisa paham. Buku Mainstream Secara kemasan, jelas Mengeja September masih kalah jauh dari buku-buku mainstream terbitan penerbit-penerbit gede yang emang mengejar angka penjualan. Baik dari pilihan kertas (terutama untuk kaver) maupun desain perwajahan, antologi ini masih berpenampilan terlalu polos sehingga lebih mirip buku pelajaran sekolah. Tapi untuk sebuah buku sastra, sudah pasti ukurannya nggak berada di titik itu. Biarpun hanya diterbitin independen dengan edisi hasil print out komputer yang lantas diperbanyak dengan fotokopi, sebuah buku sastra udah layak mendapatkan apresiasi karena keberhasilannya untuk muncul menjadi karya yang bermanfaat bagi audiens. Mengeja September pun tak luput dari apresiasi serupa. Dan lebih lagi, buat pembaca ABG kayak kita, membaca cerita-cerita yang berada jauh di luar ranah romans cinta-cintaan bakal memberi tambahan wawasan yang jauh bermanfaat daripada tiap hari asyik masyuk dengan lirik menye-menye dari Lyla, Angkasa, atau Wali! written by wiwien wintarto (Gradasi Edisi November 2009) Updated about 2 months ago · Comment · LikeMpick likes this.majalah gradasi rama: wah nang kene kari ono siji. tanyalah ke panitianya (miftahul) :) whani: siap. nanti tinggal ngontak2 temen2 di soloJanuary 7 at 12:46ammajalah gradasi harus selalu muantep. ben payu...January 11 at 8:59pmWibowo Prasetyo tks mas note-nya... menarik.January 12 at 10:45pmmajalah gradasi thanks juga..January 21 at 7:51pm ___ Dapatkan alamat Email baru Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
[ac-i] Di Malaysia sastrawan tua terus aktif
SASTERA-UTUSAN MALAYSIA ARKIB : 14/02/2010 .khad1, .khad1:link, .khad1:visited, .khad1:active { color:#3366CC; text-decoration:underline; border-bottom:#3366CC 1px solid; } .khad1:hover { color:#c03; text-decoration:underline; border-bottom:#c03 1px solid; } .khad2, .khad2:link, .khad2:visited, .khad2:hover, .khad2:active, text-decoration:none; border-bottom:none; } Menoleh kebangkitan Keranda 152 Oleh Rozais Al-Anamy Sasterawan Negara Datuk Usman Awang telah menghasilkan puisi protes Keranda 152 pada 1967. Puisi ini membawa satu kebangkitan kalangan pejuang-pejuang bahasa apabila Rang Undang-Undang Bahasa Kebangsaan yang dibentangkan di Parlimen ketika itu tidak menggambarkan kedudukan bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan seperti yang termaktub dalam Fasal 152 Perlembagaan. Disebabkan keengganan kerajaan menolak keputusan yang dibuat di Parlimen, para pejuang bahasa mengadakan perhimpunan besar-besaran di perkarangan Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) pada 3 Mac 1967. Tujuannya untuk melahirkan protes kerana orang politik gagal meletakkan bahasa Melayu di tempat yang telah tertulis dalam Perlembagaan. Tragedi bahasa Melayu yang membawa kepada perarakan Keranda 152 ke Parlimen itu berlaku sepuluh tahun selepas negara mencapai kemerdekaan. Dalam usia kemerdekaan yang dianggap masih muda kalangan tokoh politik Melayu telah lupa tentang peri pentingnya bahasa Melayu sebagai bahasa perpaduan rakyat pelbagai kaum di negara ini. Kalangan tokoh politik Melayu ketika itu kelihatan tidak ada semangat untuk memperjuangkan kedudukan bahasa Melayu, semua ini terpancar daripada keputusan di Parlimen yang meletakkan bahasa Melayu di tempat yang tidak sepatutnya sebagai bahasa kebangsaan negara ini. Kemarahan perjuang bahasa dan rakyat jelata tidak ada agenda politik di sebaliknya. Mereka berjuang demi bahasa Melayu yang mulai dipijak selepas sepuluh tahun merdeka. Malangnya bahasa Melayu. Ini kerana selepas tragedi Keranda 152 empat dekad lalu, bahasa Melayu terus terpinggir dan dipinggirkan oleh kalangan politik Melayu sendiri. Ketika ini bahasa Melayu hanya pada nama saja menjadi bahasa kebangsaan dan bahasa rasmi negara ini. Tetapi segi praktisnya bahasa Melayu berada di tempat tercorot. Bahasa Melayu tidak diasuh menjadi bahasa perpaduan ketika orang politik sibuk bercakap tentang perpaduan kaum. Apakah kita memerlukan perhimpunan Keranda 152 yang kedua untuk menyedarkan kalangan pembuat dasar supaya bahasa Melayu diletakkan di tempat yang dimuliakan dalam Perlembagaan? Ketika pejuang bahasa dianggap kolot dan anti establishment, gerakan memartabatkan bahasa Melayu tetap diteruskan. Petikan ucapan bekas Ketua Pengarah DBP, Allahyarham Tun Syed Nasir Ismail pada perhimpunan Keranda 152 40 tahun lalu wajar menjadi renungan pembuat dasar. Kata Syed Nasir, Saya menangis bukan kerana takut, tetapi air mata ini lahir daripada keharuan hati sanubari saya mengenangkan nasib bangsa saya. Saya tidak boleh buat apa-apa sekarang ini. Saya terikat. Kalau ditoleh sejarah silam, bahasa Melayu telah menjadi bahasa bagi kerajaan Melayu- Islam, bahasa persuratan, bahasa undang-undang dan menjadi alat pengembangan agama Islam di Nusantara sejak abad ke 13. Bukan itu saja malah menjadi lingua franca perdagangan dan sosial sejak ratusan tahun dulu. Kemudian pada 1957 bahasa Melayu termaktub dalam Perlembagaan. Perjuangan memartabatkan bahasa Melayu tidak pernah berhenti. Hari ini dan esok Persatuan Penulis Kuala Lumpur (Kalam), Gabungan Persatuan Penulis Nasional (Gapena), Persatuan Penulis Nasional (Pena), DBP dan banyak persatuan penulis serta NGO Melayu lain menganjurkan Hari Pejuang Bahasa 152. Acara yang akan dijadikan acara tahunan ini berlangsung hari ini dan esok di Rumah Gapena, Rumah Pena dan Balai Budaya DBP. Ketua Satu Kalam, Mohamad Daud Mohamad memberitahu, mulai tahun ini Hari Pejuang Bahasa 152 akan dijadikan acara tahunan untuk mengingatkan kembali kedudukan bahasa Melayu dalam Perlembagaan dan berusaha meletakkan bahasa Melayu di tempat yang wajar dalam pembangunan negara masa kini. sokongan Menurutnya, Kalam yang mengepalai Hari Pejuang Bahasa 152 dengan sokongan banyak persatuan penulis dan NGO Melayu gembira kerana mendapat sokongan pelbagai pihak untuk menganjurkan acara penting bagi memperjuangkan bahasa Melayu di negara ini. Sokongan itu diharap boleh memberi isyarat kepada pembuat dasar supaya berhati-hati menggubal sesuatu dasar yang melibatkan masa depan dan kepentingan bahasa Melayu. Hari Pejuang Bahasa 152 bermula malam ini dengan majlis tahlil di Rumah Gapena kemudian diikuti dengan majlis makan malam. Pada pukul 9 malam, diadakan Pengucapan Puisi 152 di Rumah Pena bersebelahan dengan Rumah Gapena. Difahamkan acara deklamasi puisi ini tidak menyenaraikan penyair tertentu tetapi terbuka kepada orang ramai untuk mendeklamasikan puisi bertemakan bahasa Melayu. Esok pula akan berlangsung perasmian
[ac-i] Anugrah Sastra teruuuuss...kapan di Indonesia yaaa
SASTERA-BERITA HARIAN Melaka terus ampuh Oleh Nazmi Yaakub na...@bharian.com.my MOKHTAR (tengah) berkongsi kegembiraan dengan penerima lain pada majlis anugerah Sastera Negeri Melaka 2009 di Dewan Seri Negeri, Ayer Keroh, Melaka, baru-baru ini. Mahu buktikan kesungguhan dalam memartabatkan sastera ANUGERAH sastera peringkat negeri boleh dianggap tenggelam timbul dalam samudera sastera tanah air, seolah-olah penganjurannya sudah tersurat dengan takdir program tidak berterusan dan terbelenggu dengan masalah kewangan. Tidak banyak anugerah sastera negeri yang dapat dianjurkan secara tekal dan berkala seperti Hadiah Sastera Darul Takzim yang diberikan kepada pengarang Johor secara dwitahunan sejak 1996, selain Anugerah Sastera Negeri Sarawak, Hadiah Penghargaan Penulis Sarawak dan Hadiah Sastera Sabah. innity_country = MY; innity_client = 17; innity_zone = 761; innity_channel = ; innity_keyword = ; Selain tiga negeri itu, anugerah dan hadiah yang mengiktiraf sumbangan kepengarangan, kepenyairan dan kesarjanaan dalam dunia sastera seolah-olah muncul sekali-sekala seperti yang menimpa beberapa negeri. Anugerah Sastera Negeri Kelantan, Anugerah Penulis Perak dan Anugerah Sastera Negeri Sembilan, hanya tinggal nama kini, manakala Hadiah Sastera Pahang pula hanya menjengah khalayak sastera lewat kenyataan akhbar. Justeru, penganjur Anugerah Sastera Negeri Melaka 2009 di Dewan Seri Negeri, Ayer Keroh, baru-baru ini, seolah-olah mahu membuktikan ketekalan dan kesungguhan mengiktiraf sumbangan pengarang kreatif dalam konteks pembangunan menyeluruh. MOHD Khalil menyarungkan selempang dan tanjak kepada Mokhtar. Apatah lagi pada hari sama, Bicara Karya Sastera Negeri Melaka 2010 di Institut Pendidikan Guru Malaysia (IPGM), Kampus Perempuan Melayu, Durian Daun, mencabar khalayak sastera Negeri Hang Tuah itu untuk melahirkan lebih ramai pengarang dan penyair khususnya wanita. Pada bicara karya itu, Pensyarah Jabatan Pendidikan Bahasa dan Kemanusiaan, Universiti Putra Malaysia (UPM), Shamsudin Othman, berkata Melaka kekurangan penyair, novelis dan cerpenis, menjadikan sejarah penyair negeri itu tidak sehebat Kelantan, Terengganu, Selangor dan Johor. Bagaimanapun, Anugerah Sastera Negeri Melaka itu menjadi serampang dua mata, iaitu pemangkin pertumbuhan pengarang remaja dan baru serta pencetus kesedaran kepada pihak berwajib di negeri lain untuk mengiktiraf kelompok yang menyumbang dalam pembangunan intelek, mental dan kerohanian. Pada majlis penganugerahan itu, Mokhtar Yasin menerima Anugerah Sasterawan Negeri Melaka 2009 daripada Yang di-Pertua Melaka, Tun Khalil Yaakob, sekali gus melayakkannya menerima hadiah RM7,000, sijil dan sepersalinan. Hadir sama pada majlis itu, isteri Yang di-Pertua Negeri, Toh Puan Zurina Kassim; Speaker Dewan Undangan Negeri, Datuk Othman Mohamad; Setiausaha Kerajaan Negeri yang juga Pengerusi Anugerah Sastera Negeri Melaka, Datuk Omar Kaseh; Ketua Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP), Datuk Termuzi Abdul Aziz serta Pengerusi Institut Kajian Sejarah dan Patriotisme Malaysia (Iksep), Datuk Mohd Said Yusof. Mokhtar yang dilahirkan di Sungai Rambai Melaka pada 29 Mac 1937, menulis sejak sebelum kemerdekaan dan turut terbabit dalam Angkatan Sasterawan 50 (Asas 50), terkenal dengan puisi pendek, penekanan rima, bahasa lembut lagi lunak dan idea terkawal. Ketua Satu, Ikatan Persuratan Melayu Melaka (IPM) itu mendapat pendidikan di Maktab Perguruan Sultan Idris (MITC), Tanjung Malim, pada 1953 hingga 1956 dan memperoleh Sarjana Muda Sastera dengan pengkhususan Kesusasteraan Bandingan di Universiti Sains Malaysia (USM) pada 1980. Bagi kategori Anugerah Tokoh Penulis Muda pula, Mohd Faizal Musa atau lebih dikenali sebagai Faisal Tehrani merangkul hadiah berkenaan dengan membawa pulang hadiah RM3,000, sijil dan plak. Pengarang pelbagai genre yang dilahirkan di Melaka pada 7 Ogos 1974, memperoleh Sarjana Muda Syariah Politik dari Universiti Malaya (UM) dan Sarjana dalam Kesusasteraan serta berkhidmat di Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (Aswara). Faisal Tehrani cenderung memperkenalkan pembaharuan dalam karya dan condong menghasilkan karya eksperimen, sering memenangi hadiah termasuk Hadiah Sayembara Mengarang Jubli Emas DBP hingga melayakkannya membolot RM74,000 lewat tiga anugerah utama, iaitu kategori novel menerusi Bedar Sukma Bisu; novel remaja (Manikam Kalbu) dan cerpen (Rindu Ini Luar Biasa), selain memenangi Anugerah Seni Negara 2006. Penerima Anugerah Tokoh Penulis Bukan Melayu pula dimenangi Joseph Selvam, sekali gus melayakkan bekas guru besar sekolah rendah itu membawa pulang hadiah RM2,000, sijil dan plak. Selvam menggunakan nama pena Elili, menghasilkan kumpulan puisi seperti Sajak-sajak Kecil, Perhimpunan,
[ac-i] Senjakala Pakatan
RENCANA-BERITA HARIAN Pakatan tidak mampu jadi alternatif kepada BN Oleh Haspaizi Mohd Zain SEBAIK Pas selesai membuat keputusan terhadap dua pemimpinnya iaitu Pesuruhjaya Pas Selangor, Datuk Dr Mohd Hassan Ali dan Ahli Parlimen Shah Alam, Khalid Samad kerana melanggar disiplin parti, Parti Keadilan Rakyat (PKR) dan DAP pula tampak semakin bergolak apabila pemimpin mereka semakin sibuk mengkritik kepemimpinan Ketua Menteri Pulau Pinang, Lim Guan Eng. Bagaikan tidak menghormati resolusi persepakatan yang dimeterai pada Konvensyen Pakatan Pembangkang akhir tahun lalu, pemimpin PKR tidak mengendahkan arahan pucuk pimpinan apabila terus mengkritik sesama sendiri. Walaupun, PKR semakin bergolak dengan perbalahan sesama sendiri, ia tidak menarik minat Umno atau Barisan Nasional (BN) untuk menghentam mereka. Umno dan BN sebaliknya terus berusaha menumpukan kepada langkah memenangi hati rakyat. Berbanding pembangkang, selepas pelbagai janji ditabur pada kempen pilihan raya umum lalu, kini mereka semakin sibuk berpolitik sehinggakan lupa akan amanah diberikan rakyat. innity_country = MY; innity_client = 17; innity_zone = 761; innity_channel = ; innity_keyword = ; innity_country = MY;innity_path = /200912_2140/9202/;innity_proxy = proxy_12481;innity_ord = ord=[timestamp];function ebStdBanner0_DoFSCommand(command,args){try{command = command.replace(/FSCommand:/ig,);if((command.toLowerCase()==ebinteraction) || (command.toLowerCase()==ebclickthrough))gEbStdBanners[0].handleInteraction();}catch(e){}}function ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;} Bermula dengan tindakan Ahli Parlimen Kulim-Bandar Baharu, Zulkifli Nordin, membuat laporan polis terhadap Khalid yang didakwa memperlekehkan enakmen agama Islam, kemelut pembangkang kian ketara apabila Ahli Parlimen Bayan Baru, Datuk Seri Zahrain Hashim dengan terbuka mengkritik Guan Eng, diikuti rakannya yang juga Ahli Parlimen Nibong Tebal, Tan Tee Beng. Namun bekas Naib Ketua Pemuda Keadilan, Muhammad Zahid Md Arip, menyifatkan konflik yang berlaku dalam PKR dan DAP adalah sandiwara murahan dicipta pembangkang bagi mengalihkan tumpuan rakyat terhadap perbicaraan kes liwat Ketua Umum PKR, Datuk Seri Anwar Ibrahim. Beliau berkata, tuduhan pemimpin parti itu bahawa Guan Eng adalah diktator, cauvinis dan berfikiran komunis adalah perkara lama, kerana sememangnya mereka sudah tahu serta arif dengan pendirian DAP. Malah katanya, sudah terlewat bagi pemimpin PKR untuk menjadi wira Melayu, selepas nasib peniaga Melayu di Pulau Pinang terhimpit dan ditindas kerajaan negeri. function ebStdBanner1_DoFSCommand(command,args){try{command = command.replace(/FSCommand:/ig,);if((command.toLowerCase()==ebinteraction) || (command.toLowerCase()==ebclickthrough))gEbStdBanners[1].handleInteraction();}catch(e){}}function ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;} Kalau Zahrain cakap Guan Eng sebagai komunis, ini sebenarnya perkara lama. Sebaiknya kita usah terpengaruh dengan kemelut yang berlaku dalam pakatan pembangkang, kerana itu semua adalah sandiwara ciptaan mereka sendiri yang akhirnya Anwar akan kata semua masalah itu dapat diselesaikan, katanya. Sementara itu Ahli Majlis Tertinggi (MT) Umno, Dr Mohd Puad Zarkashi, berkata tindakan Anwar mengheret Ahli Parlimennya yang 'celupar' ke Lembaga Disiplin adalah untuk mempertahankan rakan kongsinya dalam pakatan daripada menyiasat punca tidak puas hati anak buahnya. Manakah yang lebih penting, iaitu mempertahankan rakan kongsi atau menyiasat sejauh manakah kebenaran isu yang menimbulkan rasa tidak puas hati di kalangan wakil rakyat terbabit. Anwar sudah tentu tidak sanggup dan tidak berani memperjudikan masa depan pakatan pembangkang. Ini akan menghancurkan kredibilitinya sebagai pemim-pin pembangkang. Dia akan dilihat sebagai terlalu lemah untuk merealisasikan kewujudan pakatan pembangkang. Apatah lagi mereka baru saja selesai mengadakan konvensyen pakatan pembangkang dengan pelbagai resolusi dan janji yang indah-indah. Paling ketara, Anwar pasti tidak mahu memperjudikan impiannya untuk menjadi Perdana Menteri, katanya. Kegagalan merealisasikan kewujudan Pakatan Rakyat bermakna Anwar semakin jauh daripada mimpi besarnya itu. Oleh itu baginya, mengambil tindakan disiplin adalah jalan selamat berbanding tindakan menyiasat isu rasa tidak puas hati yang dibangkitkan. Tetapi hakikatnya kredibiliti Anwar dan PKR yang mahu menjadi parti yang demokratik dan mempertahankan kepentingan rakyat sudah semakin dipersoalkan. Bagi Pensyarah Sains Politik Universiti Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), Dr Tunku Mohar Tunku Mohd Mokhtar, pakatan pembangkang tidak mampu menjadi parti alternatif kepada BN serta gagal menunaikan apa yang dijanjikannya. Katanya, belum sampai satu penggal pembangkang memenangi
[ac-i] Pemerintah Malaysia tegur pemberian hadiah sastra tertunda-tunda
SASTERA-UTUSAN MALAYSIA ARKIB : 24/01/2010 .khad1, .khad1:link, .khad1:visited, .khad1:active { color:#3366CC; text-decoration:underline; border-bottom:#3366CC 1px solid; } .khad1:hover { color:#c03; text-decoration:underline; border-bottom:#c03 1px solid; } .khad2, .khad2:link, .khad2:visited, .khad2:hover, .khad2:active, text-decoration:none; border-bottom:none; } HSPM jadi acara tahunan Oleh Ku Seman Ku Hussain Muhyiddin (kanan) menyampaikan hadiah kepada Said Zahari di majlis Hadiah Sastera Perdana Malaysia (HSPM) di Kuala Lumpur Isnin lalu. Penganjur Hadiah Sastera Perdana Malaysia (HSPM) ditegur oleh Timbalan Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin apabila penerima hadiah untuk tahun penilaian 2006 dan 2007 disampaikan pada 2010. Majlis penyampaian hadiah HSPM ke 18 telah diadakan di Hotel Legend Kuala Lumpur 18 Januari lalu merangkumi penerima hadiah untuk tahun penilaian 2004 hingga 2007. HSPM dianjurkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) mula diperkenalkan pada 1972 yang dikenali sebagai Hadiah Karya Sastera. Semasa berucap pada majlis penyampaian HSPM itu, Muhyiddin melahirkan rasa terkejut kerana HSPM tidak diadakan secara tetap dua tahun sekali. Majlis penyampaian hadiah sepatutnya diadakan pada 2006 dan 2008 yang lalu.. Muhyiddin yang juga Menteri Pelajaran meminta DBP menganjurkan HSPM setiap tahun dan bukan dua tahun sekali seperti kebiasaannya untuk mencari lebih banyak karya-karya sastera yang berkualiti tinggi. Ini bermakna tahun depan dan seterusnya, khalayak sastera mempunyai satu lagi anugerah dalam kesusasteraan selain Hadiah Sastera Kumpulan Utusan (HSKU) yang diadakan setiap tahun sejak 25 tahun lalu. Penganjur HSPM mesti serius untuk memastikan acara ini diadakan pada masa yang ditetapkan. Ketiadaan acara pada 2006 dan 2008 memperlihatkan seolah-olah belanja untuk kegiatan sastera menjadi mangsa penjimatan. Kesungguhan Ini memberikan kesan yang buruk sekaligus menambahkan persepsi masyarakat bahawa kesusasteraan tidak memberi sumbangan dalam pembangunan negara.. Padahal kerajaan telah lama memperlihatkan kesungguhan menyemarakkan dunia sastera dan budaya. HSPM adalah hadiah yang bertaraf nasional dan sekaligus menjadi kayu pengukur turun naik mutu pengkaryaan di negara ini. DBP mungkin boleh memberikan jawapan ketiadaan acara pada 2006 dan 2008. Adakah pihak sekretariat tidak sempat mengumpul karya-karya untuk dinilai atau sememangnya sengaja tidak diadakan? Memang benar, apalah ada pada acara penyampaian hadiah. Tambahan pula khabarnya semua pemenang untuk tahun penilaian 2002 dan 2005 sudah diberi hadiah. Tetapi hadiah disampaikan menerusi pos. Acara dalam kesusasteraan juga penting kerana ini mengingatkan masyarakat tentang hal-hal kesusasteraan. Format penyertaan seperti yang ada sekarang iaitu sekretariat mengumpul karya-karya pada tahun penilaian wajar diteruskan. Pada masa yang sama penulis dan penerbit buku juga digalakkan menghantar pencalonan untuk mengatasi masalah keciciran karya yang bermutu. Tetapi sekretariat tidak boleh mengharapkan penyertaan daripada penulis semata-mata. Sebaliknya melipatgandakan usaha menjejaki karya-karya untuk dinilai bagi HSPM. Kita tidak mahu ada karya bermutu yang tercicir kerana penulisnya tidak menghantar pencalonan, sekretariat pula terlepas pandang. Sementara itu kategori cerpen untuk tahun penilaian 2006 dan 2007, tiga cerpen yang disiarkan dalam Mingguan Malaysia antara sepuluh cerpen yang dipilih oleh panel juri. Cerpen itu ialah Cinta Puncak Sagarmatha karya Rozais Al-Anamy, Pusaka Cendana (Nisah Haron) dan Nilai Cinta Kami (Azizi Haji Abdullah). Cerpen Cinta Puncak Sagarmatha dan Pusaka Cendana pernah memenangi hadiah utama HSKU 2006. Karya puisi Sasterawan Negara A. Samad Said, Malam Rosiah yang disiarkan dalam Mingguan Malaysia 2006 antara sepuluh karya terpilih kategori puisi. Buku tulisan tokoh wartawan terkemuka, Said Zahari, Dalam Ribuan Mimpi Gelisah: Memoir Said Zahari terbitan Utusan Publications Distributors (UPD) dipilih untuk menerima hadiah kategori buku (autobiografi). Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com
[ac-i] Solo ingin ke Singapura
JAWA POS Jum'at, 25 Desember 2009 Nusantara [ Kamis, 24 Desember 2009 ] Pemkot Solo Adakan Audisi Chinghay Parade Singapore SOLO - Untuk mempersiapkan diri mengikuti Chingay Parade Singapore 2010, Pemerintah Kota Solo mengadakan audisi calon peserta di Taman Balekambang, Rabu, 23 Desember kemarin. Sekitar 97 peserta diundang dalam audisi tersebut. Namun, hanya 68 orang yang hadir. Dari jumlah tersebut, dipilih 40 peserta yang akan mewakili Solo dalam parade di Negeri Singa itu. Dalam audisi kemarin, kriteria penilaiannya didasarkan kepada rancangan kostum batik, gerak tari, tata rias wajah (make up), kostum, serta iringan musik yang akan ditampilkan dalam parade tersebut. Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Solo Mufti Raharjo mengemukakan, masyarakat Kota Solo memiliki ratusan kostum Solo Carnival dengan motif dan model yang berbeda. ''Hanya 40 yang akan ditampilkan,'' katanya. Untuk motif batik yang akan digunakan dalam audisi dan Chingay Parade Singapore 2010 adalah bermotif Sekar Jagad. Konsep motif itu adalah perpaduan dari beberapa motif. (wl/jpnn/ruk) Dataran Tinggi Dieng Kritis, Kondisi Hutan Memprihatinkan Anggota DPRD Semarang Gagas Hak Interpelasi dan Hak Angket Puluhan Pulau di Kaltim Rawan Dicaplok Malaysia Bangun Jalan Layang, Pastika Berharap Tokoh Agama Lakukan Kajian Tangkap Ikan dengan Bom, Diadili Ratusan Perangkat Desa Unjuk Rasa HALAMAN KEMARIN Perampok Bersenjata Api Tembaki Sasaran di Lalur Lintas Timur Sumatera Perampok di Rokan Hilir Gasak Rp 200 Juta KP3 Ngurah Rai Bali Gagalkan Penyelundupan Tengkorak Manusia ke Luar Negeri Rumah Adat Toraja terbakar, 5 Orang Tewas Gara-Gara Merokok, Pengusaha Diturunkan Paksa dari Pesawat Puluhan Warga Terkena Cikungunya Dewan Adat Papua Tuntut Penutupan PT Freeport Indonesia Pagi, Perampokan Toko Emas Bima di Batang Warga Semarang Kalah Valas, Buat Laporan Palsu Nunukan Jadi Buangan Orgil dari Malaysia Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/
[ac-i] Berita Penting dari RADAR BOJONEGORO
Radar Bojonegoro ( JAWA POS GROUP ) 12 Desember 2009 Viddy AD Daery, Budayawan Asal Lamongan Yang Dikenal di Negeri Jiran Pencetus Gajah Mada Asli Lamongan Viddy AD Daery yang nama aslinya Anuf Chafiddi merupakan budayawan kelahiran Lamongan. Dia cukup dikenal di negeri Jiran, seperti Malaysia,Singapura dan Brunei Darussalam, namun justru kurang dikenal di daerah kelahirannya. -- B. FEBRIANTO, Lamongan -- Kamis lalu sebuah SMS diterima wartawan koran ini. Setelah dibuka ternyata berasal dari Viddy AD Daery. Dalam SMS itu dia menginformasikan kalau sudah sampai di Bandar Sri Begawan, Ibukota Bruneu Darussalam. Kedatangannya ke negara itu dalam rangka memenuhi undangan Asterawani Brunei (LSM platmerah dari Kesultanan Brunei) untuk menjadi pembicara Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN) ke-15 di Bandar Sri Begawan pada 10-13 Desember 2009. Dalam acara yang diikuti budayawan dari Indonesia, Malaysia, Thailand dan Brunei tersebut, Viddy membawakan makalah bertema perbandingan syair nasehat karya Sultan Brunei dengan karya Sunan Drajat. Pria kelahiran 28 Desember 1961 tersebut sudah tidak asing lagi dengan acara PSN. Dia diundang sebagai pembicara sejak PSN ke-9 pada 1997 di Kayu Tanam,Sumatera Barat. Sebelum sebagai pembicara di Brunei, Viddy pada 20-22 Nopember lalu juga diundang dalam acara Pesta penyair nusantara (PPN) ke-3 di Kualalumpur, Malaysia. Acara di Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia itu diikuti 30 penyair dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand dan negara Asia Pasifik. Viddy cukup dikenal di negeri jiran tersebut disebabkan pandangannya yang gigih untuk mempersatukan kembali nusantara hasil sumpah Palapa dari Mahapatih Majapahit, Gajah Mada. Wilayah nusantara saat itu meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Bruneu Darussalam. ‘’Saya sangat perhatian pada nusantara, karena wilayah itu sebagai lambang kebesaran bangsa Indonesia, karena yang mewujudkan nusantara itu adalah Gajah Mada dari Mahapahit yang ada di wilayah Indonesia saat ini,’’ kata Viddy kepada Radar Bojonegoro. Karena tingginya perhatiannya terhadap nusantara tersebut, Viddy merupakan salah satu orang yang prihatin dan menyesalkan terjadinya perseteruan antara Indonesia dan Malaysia terkait adanya isu-isu mengenai ada klaim beberapa seni budaya Indonesia oleh Malaysia. ‘’Seharusnya masalah itu tidak perlu terjadi karena Malaysia dan Indonesia satu keluarga nusantara bahkan satu keluarga rumpun melayu. Kalau ada masalah, layaknya sebuah keluarga, hendaknya dibicarakan baik-baik,’’ ujarnya. Viddy juga merupakan budayawan yang mengungkapkan kali pertama kalau Gajah Mada asal Lamongan. Temuannya itu sempat menarik perhatian budayawan dan sejarahwan karena menambah masukan tentang asal-usul Gajah Mada. Sebelumnya Gajah Mada dipertentangkan antara lahir di Malang, Bali, atau Sumatra. Dengan temuan Viddy tersebut, pertentangannya bertambah satu tempat lagi. Bahkan dengan temuan Viddy itu menarik perhatian Bupati Lamongan, Masfuk untuk membentuk tim penelusuran asal usul Gajah Mada di Lamongan. Atas dedikasinya dalam penelitian nusantara dan Gajah Mada tersebut, Viddy bersama budayawan Malaysia akan menggelar seminar internasional tentang Gajah Mada di Malaysia yang direncanakan akhir bulan ini. Viddy mendapat predikat budayawan karena cukup produktif menulis berbagai puisi, cerpen, novel, naskah drama, artikel hingga naskah sinetron. Lulusan sosiologi Fisip Unair Surabaya 1987 tersebut pernah bekerja sebagai koresponden beberapa koran dan pernah bekerja di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) sebagai redaktur features,lalu naik menjadi penanggungjawab sinetron komedi, produser eksekutif hingga staf ahli. Hasil karyanya di TPI antara lain acara Lenong Bocah, Kompor Diamor, Tuturan kata bermakna, Kentrung Humor Lamongan hingga Patrio Ngelaba.(*) DOK.FOTO VIDDY/RDR.BJN TINGKAT INTERNASIONAL : Viddy (kiri) bersama para budayawan dari Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand dan negara Asia Pasifik dalam Pesta Penyair Nusantara (PPN) ke-3 di Kualalumpur, Malaysia Nopember lalu. Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[ac-i] Seni Barongan
Radar Bojonegoro -Jawa Pos Grup [ Minggu, 20 Desember 2009 ] 600 Grup Barongan Atraksi Masal BLORA - Enam ratus grup barongan se-Kabupaten Blora kemarin (19/12) memadati Jalan Pemuda. Mereka menggelar atraksi masal untuk mendeklarasikan kesenian barongan sebagai kesenian khas dan asli Blora. ''Jika di Ponorogo ada reog, di sini ada barongan karena kesenian ini sudah mendarah daging bagi warga Blora,'' ujar Pudiyatmo, kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (DPKPOR) Blora. Selain Bupati Yudhi Sancoyo dan Ketua DPRD Maulana Kusnanto, deklarasi itu juga dihadiri para pejabat pemkab setempat dan Profesor Slamet, ahli kebudayaan dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. 'Kami ingin pemkab mengembangkan kesenian ini dan menjadikan kesenian ini kebanggaan dan budaya lokal yang adiluhung,'' tambah Pudiyatmo. Enam ratus grup barongan itu tampil memanjang hingga lebih dari dua kilometer. Menurut Prof Slamet, dari catatan dirinya, kesenian barongan ada sejak sekitar tahun 1935. Kesenian itu merupakan kesenian asli Blora. Alasannya, sebuah buku yang ditulis warga Belanda, menyebutkan Gubernur Belanda saat itu pernah datang ke Blora dan disuguhi kesenian tersebut. Setiap tahun, kesenian barongan berkembang. ''Sebelum tahun 1945 kesenian Barongan masih merupakan kepercayaan dan olah kanuragan,'' tuturnya. Sejak 1945 sampai 1965, kesenian barongan menjadi propaganda politik. Melalui kesenian ini, warga Blora ingin menggelorakan perlawanan pada penjajah. Karena itu, ada sebuah wadanan atau olok-olok untuk barongan. Yakni, barongan ora galak, barongan moto beling. Barongan ora galak, endas butak ditempiling (Barongan tidak galak, barongan bermata kaca. Barongan tidak galak, kepala botak di tempeleng). ''Wadanan ini isyarat karena mengandung makna semangat. Kepala botak yang dimaksud adalah penjajah saat itu sehingga harus ditempeleng dan diusir dari negeri ini,'' jelasnya. Dalam perkembangan selanjutnya, barongan menjadi seni pertunjukan, meski masih ada unsur mistiknya. Menurut Slamet, barongan sebagai alat mengusir energi jahat ketika itu masih ada. Sejak 1965 sampai 1998, lanjut dia, kesenian ini terpengaruh dengan kuda lumping. Sehingga kuda lumping pun dimasukkan. ''Dan hingga sekarang barongan menjadi kesenian yang masih digemari,'' ujarnya. (ono) Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
[ac-i] Aq di Brunei di sms Mas Amang berita ini! Innalillahi...
JAWA POS [ Sabtu, 19 Desember 2009 ] Pendiri Bengkel Muda Surabaya Meninggal SURABAYA -Dunia seni Surabaya dan Jawa Timur berduka. Penyair dan teaterawan Bambang Sujiyono, pukul 18.30 tadi malam (18/12) meninggal dunia di kediamannya, Jalan Garuda, Rewwin, Sidoarjo. Seniman 61 tahun itu meninggal akibat penyakit komplikasi yang dideritanya. Tadi malam almarhum langsung dimakamkan di TPU Rewwin. Di dunia kesenian Surabaya, Bambang banyak meninggalkan ''warisan'' penting.. Salah satunya berdirinya Bengkel Muda Surabaya (BMS), wadah berkreativitas bagi para seniman Surabaya. Hingga akhir hayatnya Bambang masih didapuk menjadi penasihat BMS. Hampir empat bulan ini, Bambang memang keluar masuk rumah sakit. Salah satunya akibat kanker pankreas yang dideritanya. Amang Mawardi, salah satu seniman yang juga sahabat dekat Bambang mengatakan, selama ini Bambang juga menderita beberapa penyakit lain. Terakhir, pria kelahiran Ponorogo, Februari 1948, itu masuk Graha Amerta, RSUD dr Soetomo. Bagi Amang, sosok Bambang dikenal sebagai pria low profile dan tidak suka merepotkan orang lain. Selama sakit dia meminta pihak keluarga tidak mengabarkan ke teman-temannya. Keluarganya bilang, beliau tidak ingin merepotkan teman-teman,'' ucapnya. Banyak hal berharga terkait dunia seni Surabaya dan Jawa Timur lahir dari tangannya tidak diketahui banyak orang. Beliau selalu berada di balik layar, sehingga namanya tidak banyak diketahui orang awam, jelasnya. Dari tangan Bambang pula banyak lahir seniman-seniman berbakat dari Surabaya. Bambang juga dikenal sebagai sosok yang menghargai seniman. Hal itu ditunjukkannya, selama 12 tahun ini dia menjadi penasihat tim penghargaan seniman Jatim. (gun/ari) Perayaan 1 Sura Sejumlah Seniman Di Depan Gedung Grahadi Desak-desakan Berebut Hp Murah Di Royal Plaza Januari 2010, Satpol PP Bongkar 263 Bangunan Liar Desak-Desakan Berebut HP Murah di Royal Plaza Perayaan 1 Sura Sejumlah Seniman di Depan Gedung Grahadi Pemenang Surabaya Berbunga Diumumkan di Jatim Expo Yusuf Husni-Alisjahbana Deklarasi Maju Pilwali Antisipasi Banjir dan Longsor Berhitung ala Lumba-Lumba Operasi Lilin Terjunkan 4.500 Personel Wisuda Sekaligus Syukuran Sawahan Larang PSK Indekos Reklame Mayangkara Akan Dipindah Karangpilang Razia Bengkel dan Konter HP Menghadang Bayi di Bawah Garis Merah Pasien Di Rumah Sakit Terus Bertambah Wali Kota Tak Ingin Saling Lempar Embat Pakan Ternak Rp 23,4 M untuk Kantor Praja Fashion Fantasi Natal Green House Kecamatan Sebagai Contoh Melestarikan Ritual Sedekah Bumi Pantau Jajan via Lab Keliling Boneka Salju Lengkapi Natal Sukses KTP, Ganti SKTS Yakin Niat Terbitkan Buletin Terealisasi Gali Potensi Berbahasa di Sanggar Sastra Apresiasi HALAMAN KEMARIN PAN Belum Tetapkan Calon, Kader Muda Siapkan Slogan Hamas FKB Tanyakan Legalitas Pansus LPA Benowo Polda Jatim Kerja Sama dengan Telkom Perbaiki Konten Situs Simulasi Tanggulangi Flu Misterius di Tanjung Perak Warga Koordinasi untuk Percepatan Penutupan Lokalisasi Dupak Bangunsari APBD 2010 Makin Ruwet Bogowonto Berikutnya Sabu biar Kuat Banting Sapi KSAL: Penertiban Jalan Terus Hore, Kembali ke Sekolah Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
[ac-i] Bojone Manohara dicabar/dilawan adiknya
BERITA UTAMA -BERITA HARIAN Tengku Fakhry cabar abang Oleh Norhashimah Mohd Radzali norhashi...@bharian.com.my Mohon kembali kedudukan ahli Majlis Perajaan Kelantan KUALA LUMPUR: Tengku Temenggong Kelantan, Tengku Muhammad Fakhry Sultan Ismail Petra, mencabar keputusan kekanda sulungnya yang juga Pemangku Raja Kelantan, Tengku Muhammad Faris Petra, membatalkan pelantikannya sebagai ahli Majlis Perajaan Negeri. Dalam permohonan semakan kehakiman yang dikemukakan di Mahkamah Tinggi (Bahagian Rayuan Kuasa-Kuasa Khas) di sini, Tengku Muhammad Fakhry memohon keputusan itu dibatalkan dan mengembalikan kedudukan beliau serta semua hak, keistimewaan dan anugerah bersangkutan dengannya. innity_country = MY; innity_client = 17; innity_zone = 761; innity_channel = ; innity_keyword = ; innity_country = MY;innity_path = /200910_1930/8395/;innity_proxy = proxy_10079;innity_ord = ord=[timestamp]; Pada prosiding semalam, Hakim Mohamad Ariff Md Yusof, menetapkan 31 Disember ini bagi memutuskan sama ada membenarkan semakan itu. Tengku Muhammad Fakhry yang dilantik ke majlis itu oleh ayahandanya, Sultan Kelantan Tuanku Ismail Petra ibni Almarhum Sultan Yahya Petra pada 2001, menamakan Pemangku Raja Kelantan itu, Setiausaha majlis berkenaan dan Kerajaan Negeri Kelantan sebagai responden pertama hingga ketiga. Plaintif yang juga Putera ketiga Sultan Kelantan, turut menamakan lima ahli Majlis Perajaan Negeri yang baru dilantik Tengku Muhammad Faris sebagai responden keempat hingga kelapan. Mereka ialah Datuk Hashim Datuk Yusoff, Datuk Tengku Salwah Almarhum Sultan Yahya Petra, Datuk Sukri Mohamed, Datuk Che Mohd Rahim Jusoh dan Kolonel Dr Mohammad Razin Kamarulzaman, Majlis itu bertanggungjawab mengesahkan pewarisan kepada Takhta dan Kedaulatan Negeri Kelantan dan untuk menentukan jika terdapatnya 'ketiadaan' (kekosongan) di Takhta disebabkan ketiadaan yang berpanjangan dari Negeri oleh Pemerintah yang berdaulat. Tengku Muhammad Fakhry dalam permohonannya yang difailkan pada 1 Disember lalu, menjelaskan majlis itu melantik Tengku Muhammad Faris sebagai Tengku Mahkota Kelantan ketika Sultan Kelantan tidak boleh menjalankan hal ehwal negeri daripada 24 Mei lalu sehingga baginda sembuh daripada kegeringan. Tengku Muhammad Fakhry berkata, Sultan dalam keadaan gering sejak Mei lalu, namun baginda yang menerima rawatan di sebuah hospital di Singapura nampaknya pulih daripada kegeringan. Katanya, beliau menerima surat daripada Setiausaha majlis itu pada 16 September lalu yang menyatakan pelantikannya dibatalkan dan diberhentikan daripada tanggungjawabnya sebagai ahli majlis berkenaan. Tengku Muhammad Fakhry berkata, beliau meminta penjelasan berhubung perkara itu, tetapi Setiausaha majlis berkenaan dalam suratnya pada 26 Oktober lalu tidak memberi sebarang alasan, sebaliknya menjelaskan keputusan itu dibuat di bawah perintah Tengku Muhammad Faris. Plaintif kemudian mendapat tahu, Tengku Muhammad Faris melantik responden keempat hingga kelapan sebagai ahli majlis itu. Tengku Muhammad Fakhry mendakwa pembatalannya dan pelantikan itu bertentangan dengan Perkara 7 Undang-Undang Perlembagaan Tubuh Kerajaan Kelantan (Bahagian Kedua) kerana ia tidak boleh dilaksanakan Tengku Muhammad Faris sebagai seorang Pemangku Raja Kelantan tetapi hanya boleh dilaksanakan secara peribadi oleh Sultan. Pernaikkan takhta Responden Pertama ke Takhta Negeri Kelantan bukannya secara automatik. Beliau (Tengku Muhammad Faris) sebagai waris harus disahkan sebagai pemerintah yang berdaulat oleh Majlis Perajaan Negeri sebelum boleh dimahkotakan dan mula menjadi 'kedaulatan' Negeri Kelantan. Jika Responden Pertama tidak disahkan, putera kedua, iaitu Tengku Muhammad Faiz Petra sebagai waris kedua berhak untuk disahkan sebagai pemerintah berdaulat oleh Majlis Perajaan dan mengikut urutan pewarisan itu, plaintif sebagai waris yang lain berhak untuk disahkan sebagai pemerintah, katanya. Katanya, pembatalan itu juga bertentangan dengan Perkara 8 Perlembagaan Persekutuan kerana ia diputuskan tanpa sebarang alasan dan notis terlebih dulu.. Beliau turut memohon perintah mahkamah untuk membatalkan pelantikan responden keempat hingga kelima serta perintah quo warranto bagi mereka mengemukakan tunjuk sebab dan atas kuasa apa mereka berhak dilantik ke majlis itu. Tengku Muhammad Fakhry diwakili peguam K Shanmuga dan Nizam Bashir, manakala semua responden diwakili Peguam Kanan Persekutuan Azizah Nawawi quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.comquot;
[ac-i] PSN 15 di Brunei-10-sd-13 Desember 2009
SASTERA-BERITA HARIAN Pertemuan Sasterawan Nusantara Ke-15 di Brunei Oleh Nazmi Yaakub na...@bharian.com.my PERTEMUAN Sasterawan Nusantara Ke-15 (PSN XV) bertema Mencarukkan Sastera Nusantara anjuran Angkatan Sasterawan Dan Sasterawani (Asterawani) akan diadakan di Gadong, Brunei Darussalam, pada 10 hingga 13 Disember ini. Setiausahanya, Mohd Zefri Ariff Mohd Zain Ariff, berkata PSN XV yang dijadual disertai lebih 200 pengarang rantau ini akan memberi tumpuan kepada Penyair Islam Diraja Brunei, Muda Omar ‘Ali Saifuddien dan tokoh Nusantara seperti Raja Ali Haji dan Hamzah Fansuri. “Selain itu, pertemuan akan turut membincangkan isu sastera Nusantara dalam sastera global dan falsafah sastera, kepimpinan, adikarya, paradigma serta jaringan Sastera Nusantara,” katanya. innity_country = MY; innity_client = 17; innity_zone = 761; innity_channel = ; innity_keyword = ; innity_country = MY;innity_path = /200910_1930/8395/;innity_proxy = proxy_10079;innity_ord = ord=[timestamp];function ebBannerFlash_0_8647953240249795_DoFSCommand(command,args){ebScriptWin0_8647953240249795.gEbBanners[0].displayUnit.handleFSCommand(command,args,ebBannerFlash_0_8647953240249795);}function ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;} Menteri Hal Ehwal Agama Brunei Darussalam, Datuk Seri Utama Dr Awang Mohd Zain Serudin atau dikenali sebagai Shukri Zain, akan menyampaikan ucaptama dan Datuk Paduka Awang Yahya Ibrahim (Yahya MS) dan Datuk Paduka Badaruddin Othman (Badaruddin HO), turut tampil sebagai panel. “Sasterawan Negara (SN), Datuk Dr Anwar Ridhwan, Prof Datuk Dr Zainal Kling , Prof. Arbak Othman dan Prof Dr Harun Daud mewakili Malaysia; Viddy AD Daery, Habiburrahman el-Shirazy dan Medy Lukito (Indonesia); Prof Madya Dr Hadijah Rahmat , Dr Syed Muhd Khairudin Aljunied, Moh Pitchey Gani (Singapura) serta Dr Jan Van Der Putten (Belanda),” katanya dalam satu kenyataan di Kuala Lumpur, baru-baru ini. Beliau berkata, PSN XV diharap dapat menjadikan sastera Nusantara sebagai landasan mewujudkan persefahaman dan jati diri bangsa dalam memperteguhkan bahasa, sastera serta budaya Nusantara, sekali gus memperkaya di samping mempertingkatkan mutu sastera di rantau ini. “Kami berharap ia dapat meningkatkan kerjasama antara persatuan atau organisasi kebangsaan, serantau dan antarabangsa demi memperluaskan ruang serta wawasan sasterawan yang menyertai pertemuan ini. “Sasterawan dan pengarang juga berpeluang untuk berkumpul, berinteraksi dan bertukar-tukar fikiran mengenai isu semasa dalam sastera, bahasa dan budaya, sekali gus menjadi landasan permulaan untuk mereka membina rangkaian hubungan serta kerjasama,” katanya. Bayaran penyertaan RM25 ($10) dalam PSN XV dikenakan, manakala maklumat lanjut hubungi Mohd Zefri Ariff di talian +673-8749500/asteraw...@yahoo.com/zefriar...@hotmail.com atau Awang Kamis Tuah (+673-8844574/khami...@gmail.com) innity_pub = c16a5320fa475530d9583c34fd356ef5; innity_cat = NEWS; innity_zone = 3309; innity_width = **; innity_height = **; innity_country = MY;innity_path = /200911_2038/8863/;innity_proxy = proxy_10115;innity_ord = ord=[timestamp];.adv_class {border-bottom:1px dashed #0066CC; cursor:pointer; background:transparent url(http://m1.innity.net/media/200911_2038/8863/push_src/intext_icon_snap.gif) no-repeat scroll right center; margin:0px 2px 0px 0px; padding:0px 10px 0px 0px;}.adv_class_off {border-bottom:0px; cursor:auto; background:transparent; margin:0px 0px 0px 0px; padding:0px 0px 0px 0px;} Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
[ac-i] DESEMBER BAGI 3 SENIMAN LAMONGAN BERPRESTASI [1 Attachment]
PRESS RELEASE : DESEMBER BAGI 3 SENIMAN LAMONGAN BERPRESTASI Desember adalah bulan istimewa bagi 3 seniman-budayawan Lamongan, yaitu Jumartono LA, Kris Dologh dan Viddy AD Daery. Mereka mendapat undangan dari lembaga-lembaga terhormat untuk mempertunjukkan prestasinya, setelah melalui seleksi ketat. Jumartono LA dan Kris Dologh terpilih untuk menyertai pameran lukisan eksklusif tingkat regional Jawa Timur : ” BIENNALE SENI RUPA JATIM III 2009 “ yang diadakan pada 11-18 Desember 2009 di Surabaya. Sedangkan Viddy AD Daery mendapat undangan dari Asterawani Brunei ( LSM platmerah dari Kesultanan Brunei ), untuk menjadi pembicara pada PSN ( Pertemuan Sastrawan Nusantara ) ke 15 di Bandar Sri Begawan, Brunei pada 10-13 Desember 2009, dengan membawakan makalah bertema : “Perbandingan Syair Nasehat karya Sultan Brunei dengan karya Sunan Drajat.” BIENNALE Jumartono dan Kris Dologh , mendapat keputusan diterima karyanya untuk menyertai Biennale seminggu sebelum pelaksanaan pameran, dan karya Jumartono yang diterima,berjudul :” Batik in Mystycal Stone” , sedangkan karya Kris berjudul “Dialog Atas Bawah”. Menurut Agus Koecink,salah satu kurator , “ Biennale Jawa Timur 2009 diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim sebagai agenda pameran dua tahunan, yang diikuti oleh para perupa yang beraktivitas kesenirupaan di wilayah Jawa Timur dan perupa Jatim yang beraktifitas diluar wilayah Jatim “. “Biennale Jawa Timur III, melibatkan sekurangnya 111 seniman, dan hanya 20% saja yang bisa disebut sebagai seniman tua, selebihnya adalah anak muda yang dipilih yang paling tampak aktif dari daerahnya masing-masing ,”tambah AGUS KOECINK.”Dan tema yang dipilih adalah KEMBALI KE AKAR BUDAYA” “Dengan memilih tema kembali kepada akar budaya, diharapkan pameran ini juga merupakan sebuah strategi untuk mencari akar budaya asli Jawa Timur , dan bisa memberikan wawasan baru bagi para seniman” kata Agus Koecink pula. “Kalau ngomong kontemporer, jangan hanya kontemporer yang mencomot dari Cina saja. Tetapi lebih dari itu, seniman diharapkan mampu menciptakan sendiri akar budayanya berdasarkan budaya lokal masing-masing,” tambah FREDDY H. ISTANTO konsultan Biennale Jawa Timur III yang juga Dekan Fakultas Teknologi dan Desain Universitas Ciputra Surabaya. Karena itu, lanjut FREDDY, pameran ini sekaligus kesempatan bagi para seniman terutama anak-anak mudanya untuk dapat menemukan sendiri akar budaya lokal, sebuah kekuatan okal yang berbeda dengan lokalitas lainnya. PSN DAN ACARA LAIN Viddy AD Daery memang sudah tidak asing lagi dengan acara PSN, pertama dia diundang sebagai pembicara ialah pada PSN ke 9 pada 1997 di Kayu Tanam,Sumatera Barat,ketika ia masih penyair muda. Viddy membawakan makalah mengenai tugas dan perjuangan seorang penyair. Kemudian pada PSN 12 tahun 2003 di Singapura,Viddy membawakan makalah mengenai Kerajaan Majapahit. Pada PSN 13 tahun 2004 di Surabaya, Viddy membawakan makalah mengenai karya-karya sastra kuno zaman Majapahit.Pada PSN 14 tahun 2007 di Alor Star,Kedah,Malaysia Viddy membawakan makalah mengenai Sejarah Kehidupan Mahapatih Gajah Mada dan teori kelahirannya di Modo,Ngimbang , Lamongan. “Di PSN Brunei kali ini,saya mendapat tugas khusus dari panitia untuk membedah syair nasehat karya almarhum Sultan Brunei Muda Omar 'Ali Saifuddin, karena kali ini Negara Brunei sedang mengangkat kembali karya-karya warisan Sultan Omar 'Ali,dan karena itu Kesultanan Brunei mengucurkan dana yang sangat besar. Saya memperbandingkannya dengan syair nasehat karya Sunan Drajat”, kata Viddy yang juga menulis novel berjudul “Pendekar Sendang Drajat”. Karena Viddy mendapat tugas khusus mengkaji lebih mendalam, maka ketika para peserta PSN sudah pulang pada tanggal 14 Desember nanti,Viddy disuruh tinggal di Brunei sampai 22 Desember untuk mengkaji. “Mungkin juga terbuka kemungkinan saya disuruh tinggal di Brunei lebih lama sebagai tenaga ahli , sedangkan Malaysia juga sudah meminta hal yang sama”, kata budayawan kelahiran Laren,Lamongan tersebut. Menurut Viddy tiket pesawat Royal Brunei seharga 563 dolar Brunei sudah dikirimkan oleh Panitia PSN Brunei via internet. “Saya berangkat 10 Desember jam 13.00 siang via bandara Soekarno Hatta, karena dari Surabaya tidak ada pesawat Royal Brunei”, jelas penasehat LKL ( Lembaga Kebudayaan Lamongan ) tersebut. wajahbercah...@yahoo.co.id jumarton...@yahoo.com Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[ac-i] Trs: foto-foto PPN 3 Kuala Lumpur : para penyair dari Bandung,Lamongan,Kelantan,Perak,Thailand,Singapura,Lampung,Malaysia,Minuuuum teruuuus sampai mabuk? orang minum TEH TARIK kooook... [4 Atta
--- Pada Rab, 2/12/09, Heri Maja Klana mataai...@gmail.com menulis: Dari: Heri Maja Klana mataai...@gmail.com Judul: foto Kepada: wajahbercah...@yahoo.co.id Tanggal: Rabu, 2 Desember, 2009, 12:17 PM ___ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
[ac-i] Seminar Gajah Mada
Radar Bojonegoro-JAWA POS Grup [ Selasa, 24 November 2009 ] Lokasi Kelahiran Gajah Mada Diseminarkan LAMONGAN - Lamongan diundang mengikuti seminar internasional di Malaysia tentang Gajah Mada Pemersatu Bangsa Serumpun Nusantara. Undangan untuk mengikuti seminar tersebut salah satunya ditujukan kepada pihak-pihak yang mengklaim sebagai tempat lahirnya Gajah Mada,antara lain Kelantan,Malaysia, Jambi,Dayak,Bali,Malang dan Lamongan. ''Lamongan termasuk salah satu daerah yang diyakini sebagai tempat lahirnya Gajah Mada sehingga mendapat undangan. Kebetulan undangan tersebut ditujukan kepada LKL,'' kata penasihat Lembaga Kebudayaan Lamongan (LKL), Viddy AD Daery kepada Radar Bojonegoro, kemarin (23/11). Menurut dia, undangan tersebut disampaikan pada saat dirinya menghadiri pertemuan penyair nusantara ke-3 (PPN3) di Kuala Lumpur Malaysia pada 20-22 November lalu. ''Seminar tersebut akan digelar di Kuala Lumpur atau di Negara Bagian Kelantan, saat ini sedang dipersiapkan, termasuk penentuan waktunya,'' ungkap dia. Diperkirakan bakal dilaksanakan Desember mendatang atau tahun 2010. Viddy mengungkapkan, seminar tersebut digagas oleh budayawan Internasional, yakni Profesor Tan Sri Ismail Hussein, Ketua Umum GAPENA (LSM Kebudayaan di Malaysia), Siri Neng Buah (Direktur Direktorat Warisan Budaya Kementerian Komunikasi,Penerangan dan Kebudayaan Malaysia). (feb) Perajin Musiman Tempat Bakar Sate di Bojonegoro Minta Tunda Soft Opening Lamongan Plasa Pembubaran Mapolwil Kewenangan Mabes Polri Eksepsi Terdakwa Ditolak, Sidang Dilanjutkan Tangkap Dua Pembobol SDN Cendoro 2 Selidiki Unsur Gratifikasi Pencairan Dana Persibo Enam Orang Kembalikan Formulir Minta PG Cabut Surat Meningkat 85 Persen Lebih Dua Guru SD Dituntut Satu Tahun Ditarget Kelar Desember Ciduk Pengepul Togel Beromzet Jutaan Dua Oknum Wartawan Akhirnya Dibui Ditolak Usulan PDIP Calon PPK Tes Tulis 147 Desa Terima Dana BKD Rp 13 M KPUK Dipanggil PTUN 92 Karya Ilmiah Siswa SMP Dilombakan Sehari 1.500 Surat Balasan CPNS Bayi Pertama Masih Dirawat Raker, Libatkan PMR dan Pembina Terpeleset Aspal, Pengendara Motor Tewas Izin Tempat Ibadah Harus Disetujui 60 Warga Kota Belum Bebas Banjir Satpol PP Preteli Spanduk Kedaluwarsa Truk Tergencet di Depan Mapolres Berharap Semua Klub Ikut Mentalitas Pemain Persela Disorot
[ac-i] Yang hadir di PPN 3 Kuala Lumpur
18 Nopember 2009-SUARA MERDEKA Gunoto Saparie Tampil di Kuala Lumpur SEMARANG - Penyair dari Semarang, Gunoto Saparie akan tampil di dalam Pesta Penyair Nusantara (PPN) III di Kuala Lumpur, Malaysia. Acara di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 20-22 November, itu juga diikuti 30 penyair dari Indonesia, serta para penyair dari Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand dan negara Asia Pasifik. “Hubungan kedua negara akhir-akhir ini sedang terganggu. Melalui pertemuan penyair diharapkan mempererat silahturahmi budaya antara negara-negara ASEAN dan Asia Pasifik,” ujar Gunoto, Senin (16/11). Dikatakan, perhelatan ini tidak hanya menjadi langkah usaha untuk menjalin hubungan budaya yang serumpun, tetapi juga menyorot potensi ruang lingkup lokal. “Forum seperti ini bagi penyair Semarang juga penting untuk memperkenalkan karya ke lingkup yang lebih luas. Karena selama ini penyair Semarang memang terkesan seperti katak dalam tempurung, “ tambahnya. Melalui pertemuan para ahli dan praktisi bahasa sastra se-Asia Tenggara ini akan memberikan kontribusi pemikiran di tiap kota dan negara dalam mengangkat dunia sastra antarbangsa. Turut berpartisipasi nama-nama seperti Wowok Hesti Prabowo, Jumari HS, Kurnia Effendi, Dyah Hadaning, Ahmadun Yose Herfanda. Bagi para penyair Indonesia, hal ini sebagai wujud rekonsiliasi yang efektif khususnya hubungan antara Indonesia-Malaysia. (K16-18) Catatan : Kecuali Ahmadun YH,nama2 yang disebut koran SM tersebut tak pernah mengirim info ingin hadir kepada panitia, dan memang tidak hadir. Yang hadir dari Jakarta sekitar 5 orang, Bandung 4 orang, Tasikmalaya 1 orang, Jogja 1 orang, Lamongan 1 orang, Lampung 1 orang, Jambi 1 orang, Padang 2 orang, Pekanbaru 1 orang, Palembang 10 orang, Medan 2 orang, Kepri 4 orang, Aceh 4 orang, Makassar 1 orang dan Balikpapan 1 orang. Semarang 1 orang yaitu Gunoto Sapari. Yang terbanyak tentu Malaysia. Thailand ada 16 orang dan Brunei 10 orang. Singapura ada 5 orang. Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik. Tambah lebih banyak teman ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[ac-i] Pak Manshor Brunei merakam Pembentangan makalah PPN 3 KL [3 Attachments]
Demikianlah suasana pembentangan makalah hari pertama Dari sana : -Viddy AD Daery-Indonesia. -Pak Jamal Tukimin-Singapura. -Pak Malim Ghozali PK- Malaysia-Semenanjung. -Moderator -Syeh Manshor -Brunei. -Abdul Razak Panaemalae -Thailand. -Abizai - Malaysia-Serawak. Buat sendiri desain eksklusif Messenger Pingbox Anda sekarang! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
[ac-i] PPN 3 di Kuala Lumpur dimulai 20 November 2009 siang
SASTERA -BERITA HARIAN 200 penyair jayakan Pertemuan Penyair Nusantara ( PPN ) Ke-3 Oleh Nazmi Yaakub na...@bharian.com.my PERTEMUAN Penyair Nusantara Ke-3 (PPN3) bertema Puisi Suara Kemanusiaan anjuran Persatuan Penulis Nasional Malaysia (Pena) akan di Kuala Lumpur, bermula 20 hingga 22 November ini, akan menghimpunkan 200 peserta dari Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand. Setiausaha Agung Pena, Syed Mohd Zakir Syed Othman ( SM Zakir ), berkata PPN3 yang menjadi wadah dalam merealisasikan cita-cita menjadikan Kuala Lumpur sebagai pusat budaya yang penting di rantau Asia Tenggara, khususnya dalam konteks Asean, berjaya 80 penyertaan dari luar Malaysia. Dari Indonesia kemungkinan 35 orang penyair hadir. “PPN3 adalah kesinambungan daripada persetujuan yang dicapai dalam gabungan komuniti penyair dari negara ini, Indonesia dan Brunei Darussalam yang menubuhkan Panitia Rasmi Pesta Penyair Nusantara pada Pesta Penyair Nusantara di Medan pada 2007 dan Pesta Penyair Nusantara di Kendiri (2008),” katanya dalam kenyataan di Kuala Lumpur, baru-baru ini. Syed Mohd Zakir berkata, Forum Penyair: Puisi Mancanegara akan membuka tirai PPN3 dan panelnya ialah Malim Ghozali Pk dan Abizai Abi dengan Ahmadun Yosi Herfanda yang mewakili Indonesia; Sheikh Mansor (Brunei Darussalam); Djamal Tukimin (Singapura) dan Abdul Razak Panaemale (Thailand). “Seminar PPN3 diadakan di Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) pada hari kedua, bermula jam 8.30 pagi, dengan ucap utama oleh Sasterawan Negara (SN), Prof Dr Muhammad Salleh dan pembentangan kertas kerja oleh Datuk Dr Ahmad Kamal Abdullah, Jasni Matlani, Viddy AD Daery, Maman S Mahayana dan Rasiah Halil. “Baca Puisi di Menara Petronas Kuala Lumpur / KLCC turut diadakan pada hari itu, jam 2.30 hingga 6.30 petang yang kemudian disambung dengan Baca Puisi di Rumah Pena pada sebelah malam, sekali gus memberi peluang kepada penyair untuk membaca dan mendeklamasikan puisi mereka,” katanya. Beliau berkata, Persidangan Penyair: Kerjasama Penyair dalam Mengataskan Suara Kemanusiaan yang dipengerusikan Timbalan Presiden Pena, Mohamed Saleeh Rahamad pula menutup PPN3 untuk membincangkan arah dan hala tuju penyair dari rantau ini serta menjadi acara ‘bertukar baton’ kepada negara yang bakal dipilih sebagai tuan rumah bagi pesta penyair yang seterusnya. Penyertaan dalam PPN3 yang mendapat kerjasama DBP, Institut Terjemahan Negara Malaysia (ITNM) dan Jabatan Kebudayaan dan Kesenian Negara (JKKN) itu, dikenakan yuran RM20, manakala maklumat lanjut hubungi Syed Mohd Zakir di talian 017-3427991 atau e-mel smzaki...@gmail.com innity_pub = c16a5320fa475530d9583c34fd356ef5; innity_cat = NEWS; innity_zone = 3309; innity_width = **; innity_height = **; Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
[ac-i] Rilis SENIMAN LAMONGAN GO INTERNASIONAL [1 Attachment]
Rilis SASTRAWAN BUDAYAWAN ASIA TENGGARA KELAHIRAN LAMONGAN DIUNDANG KE MALAYSIA DAN BRUNEI Sastrawan budayawan Lamongan kelahiran Laren Lamongan, Viddy AD Daery yang beberapa bulan ini membidani pembentukan LKL / Lembaga Kebudayaan Lamongan,dan mengaktifkan kegiatan kebudayaan Lamongan, akan segera memulai perjalanan Tur Asia Tenggara 2009, karena mendapat undangan dari beberapa lembaga Malaysia dan Brunei. Sebetulnya,Viddy sudah sejak `10 tahun yang lalu sering mendapat undangan baca puisi dan ceramah budaya di Malaysia,Singapura,Brunei dan Thailand selatan, padahal di Lamongan sendiri,Viddy justru disisihkan oleh DKL tanpa alasan yang jelas. Viddy yang mantan manajer bidang sinetron TPI, dan pernah memproduksi KENTRUNG HUMOR LAMONGAN puluhan episode selama menjadi pejabat TPI ( 1991-2004 ) tersebut, kini menjadi penulis novel full-time, yang mengkhususkan diri menulis novel-novel sejarah Lamongan. Alasannya menulis tersebut : “Karena menulis bisa dilakukan dimana-mana,tidak terikat kantor. Dan Saya banyak menulis mengenai sejarah Lamongan karena zaman dulu Lamongan adalah gerbang Majapahit paling strategis karena di wilayah utara yang berbatasan dengan laut/tempat musuh berlabuh. Jadi,pasti banyak kejadian penting yang banyak bisa dieksplorasi,misalnya : situs desa kelahiran Gajah Mada, situs Keraton Kahuripan, tempat kerajaan Tribuanatunggadewi ( Ibunda Hayam Wuruk )ketika masih belum menjadi Ratu Majapahit,belum lagi situs Sendang Duwur,pusat gudang senjata Majapahit,dan apalagi situs Jelak dan Drajat, markas Sunan Drajat dan banyak lagi,tetapi sayangnya belum banyak dieksplorasi oleh sejarawan Indonesia, bahkan oleh Pemkab Lamongan sendiri.” “Jadi, Lamongan ini disamping Berjaya dimasa sekarang di zaman Bupati Masfuk, juga pernah SANGAT BERJAYA di masa lalu, sebelum tenggelam lama sekali”. Jadual Viddy di Malaysia sekarang adalah : -7-8 November : Viddy diundang membaca puisi di acara “Baca Puisi amal Musibah Gempa Padang” di Masjid Abdul Rahman Auf, Puchong, Kuala Lumpur,selenggaraan Menteri Wilayah Persekutuan Malaysia. -19-22 November :Viddy diundang sebagai pembicara sastra di PPN “Pesta Penyair Nusantara” 2009 di DBP/Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dan membaca puisi di Menara Kembar PETRONAS, selenggaraan PENA dan DBP. -Kemudian Viddy diundang untuk melatih workshop drama di kota Seremban, negara bagian Negeri Sembilan sampai Desember. -Kemudian mungkin langsung terbang ke Brunei karena diundang menjadi pembicara sastra di PSN ( Pertemuan Sastrawan Nusantara ) ke XV di Bandar Sri Begawan, Brunei pada 11-13 Desember. Untuk acara PPN dan PSN mungkin Viddy juga membawa beberapa teman penyair dan seniman Lamongan untuk ikut serta, namun masih merundingkan biaya tiketnya dengan pihak panitia. Viddy berupaya membangun jembatan budaya Lamongan-MaLAYSIA-bRUNEI. KARENA MENURUT vIDDY, “Kerajaan Malaka di Malaysia adalah dibangun oleh Wong Lamongan, yaitu Paduka Parameswara, anak turun Parameswara Raja Pamotan ( Kerajaan Lamongan di abad 14 dan 15 M ) , sedang Sultan Brunei adalah keturunan ibu dari Gresik, padahal Gresik adalah ( Sunan Giri ) adalah arsitek pendirian/pembentukan Keranggan dan Katumenggungan Lamongan, jadi ya bisa saja dihubung-hubungkan...” Viddy sekarang sedang menunggu bantuan sponsor dari para dermawan Lamongan untuk tambahan biaya transport . “Semoga Bupati terketuk,karena ketika berpidato di Lamongan Art kemarin, Pak Bupati menyatakan akan mendukung seniman Lamongan yang “GO INTERNASIONAL”...Kalau mereka tidak terketuk menyumbang ya terpaksa berhutang ke tabungan isteri”katanya. rilis : wajahbercah...@yahoo.co.id == Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[ac-i] Undangan Baca Puisi Musibah Gempa Padang
reply kudup9 wrote on Oct 16 UNDANGAN TERBUKA KE MAJLIS PELUNCURAN ANTOLOGI MUSIBAH GEMPA PADANG 7 November 2009: SABTU Jam 10 pagi sehingga 3 ptg ketibaan para penyair. 4ptg. PENDAFTARAN di Balai Syeikh Bukhari 5.00 ptg. PELUNCURAN/BACA PUISI Peluncuran antologi MUSIBAH Gempa Padang akan diadakan di Dewan al-Ghazali, Masjid Abdul Rahman bin Auf. Majlis dijangka diresmikan oleh YB Menteri Wilayah. Ini diikuti dengan Baca Puisi dan rehat. Selepas Maghrib Kenduri akan diadakan. Selepas Isyak Baca Puisi akan disambung sehingga 11 malam. 8hb. November: AHAD 4.30 pagi: Qiamulail. Subuh dan Kuliah Subuh. 7.30 pagi: SARAPAN 9.00 pagi: BACA PUISI 12.30 Mencecap Jamuan 01.15 SOLAT ZUHOR CHECK-OUT - BERSURAI Halia itu tanam-tanaman Ke barat juga akan condongnya Dunia itu pinjam-pinjaman Ke akhirat juga akan sungguhnya. * Nota: Giliran Membaca Puisi akan ditentukan atas dasar pengesahan peserta yang hadir. Salam dan salam Dato' Dr Ahmad Khamal Abdullah Pengerusi Sambutan Apakah demonstrasi turun ke jalan itu hal yang wajar? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com
[ac-i] Adat Istiadat KAPUR SIRIH
SASTERA-BERITA HARIAN Warna Kehidupan: Pantang larang kapur sirih Oleh Nurul Farina Nazlan Masyarakat Melayu, India dan suku Sarawak manfaat cara berbeza KAPUR sirih memang banyak kegunaannya sama ada dalam pembuatan kuih-muih tradisional, ketika bersalin, memakan sirih atau berubat dalam masyarakat Melayu, tetapi suatu yang jarang diketahui ramai bahawa ada pantang larang penggunaannya dalam masyarakat India dan suku di Sarawak. Pengalaman penulis ketika berkunjung ke sebuah kedai milik bangsa India pada satu senja kerana ingin membeli kapur memberi pengalaman baru apabila pemilik kedai enggan menjual kapur dengan alasan sudah kehabisan stok, meskipun sebenarnya ia dapat dilihat masih ada. Seakan-akan tidak percaya dengan jawapan itu dan selepas melihat reaksi pelik penulis, pemilik kedai terbabit menerangkan dalam masyarakat India, ada pantang larang bahawa mereka tidak dibenarkan menjual kapur pada waktu senja kecuali pembeli mengambil sendiri tanpa bertanya kepada penjual dan terus membayarnya. Pemilik kedai itu memberitahu penulis, sekiranya dia menjual kapur berkenaan, ia mungkin akan menimbulkan perbalahan antara kami berdua pada suatu masalah kelak kerana dalam masyarakat India kapur dianggap barang keperluan yang panas. Selain daripada pantang larang terbabit, penulis diberitahu, masyarakat India juga berpegang kepada kepercayaan bahawa amalan memakan sirih yang dilengkapkan dengan pinang dan kapur oleh wanita dalam tempoh berpantang dapat menambah zat kalsium dalam tubuh mereka. Pensyarah Jabatan Pengajian India, Universiti Malaya (UM), Prof Dr M Rajantheran, berkata sebenarnya kebanyakan kepercayaan dan pantang larang masyarakat India terhadap penggunaan kapur sirih semakin terhakis ekoran peralihan zaman dan kepercayaan yang menipis di kalangan generasi muda. “Memang pada zaman dulu, masyarakat mengaitkan banyak benda untuk dijadikan pantang larang bagi mengelakkan berlakunya sesuatu perkara buruk. Sebagai contoh, kita dilarang memotong kuku pada waktu malam dengan alasan akan muncul lembaga jika tidak dipatuhi,” katanya pada pertemuan dengan Sastera di pejabatnya di Kuala Lumpur, baru-baru ini. Pantang larang berkenaan diguna pakai masyarakat zaman dulu kerana ketiadaan bekalan elektrik akan menjejaskan penglihatan pemotong kuku pada waktu malam dan memungkinkan berlakunya kecederaan kepada pelaku dan kuku yang bertaburan di lantai menyebabkan ketidakselesaan pada orang lain. Bagi Prof M Rajantheran, mereka yang masih percaya kepada pantang larang berhubung kapur sirih adalah dalam kelompok masyarakat konservatif yang masih berpegang teguh terhadap amalan dan kepercayaan lama meskipun sudah berada pada alaf ketiga. Pensyarah Pusat Pengajian Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Yusmilayati Yunos pula, berkata dalam masyarakat Melayu tidak ada istilah pantang larang yang kuat membabitkan penggunaan kapur sirih. “Dalam masyarakat Melayu pantang larang ini kurang berbanding Jawa yang sering mencalitkan kapur di bahagian telinga kanak-kanak, pada upacara kematian bagi mengelakkan si anak daripada terkejut atau terkena sampuk dengan makhluk halus,” katanya. Yusmilayati mendedahkan, kajian pelajarnya berhubung amalan pantang larang membabitkan kapur sirih di Sarawak mendapati bahawa kapur yang dibalut dengan daun sirih dan pinang diletakkan bersebelahan sebatang paku dalam upacara perkahwinan. Semua barang berkenaan akan dibuang ke dalam sungai kerana dipercayai boleh membuang sial, mengelakkan pasangan pengantin daripada terkena bala dan demi menjaga keselamatan pasangan pengantin dan bagi memastikan majlis perkahwinan terbabit berjalan lancar. “Amalan itu masih menjadi tradisi masyarakat di Sarawak hingga ke hari ini . Malah, ia juga digunakan bagi menaikkan seri wajah dalam perubatan di sana dan dipanggil ‘menconteng’ iaitu bagi mengelak gangguan makhluk halus dengan mencalit kapur di atas kunyit hidup,” jelasnya. Yusmila berkata, kebanyakan bomoh dan pawang menggunakan mantera tertentu bagi tujuan menyembuhkan penyakit terutama yang berkaitan dengan makhluk halus dan menasihatkan masyarakat agar meneliti sama ada ia bertentangan atau tidak dengan hukum Islam. Bismi’llahi’l -Rahmani’l-Rahim Nun di atas na pinangku Nun di atas du sirihku Kumbang menari-nari padaku Semut mengiring-ngiring dibibirku Seri naik ke dahiku Cahaya naik ke wajahku Seri ku sik hilang Cahaya ku sik berubah Berkat aku makei doa la ilaha illa’llah Muhammadar Rasulullah. Justeru, amalan dan pantang larang berkenaan kapur sirih sebenarnya tidak menjadi satu kesalahan jika diamalkan, tetapi ia perlu dielakkan jika membawa kepada amalan khurafat dan syirik khususnya kepada Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang
[ac-i] Anggaran Negara untuk Sastra di Malaysia
SASTERA-BERITA HARIAN Godam: 'Alahai orang sastera, realiti sekolah satu aliran' Bersama Salbiah Ani SEPANJANG 14 hari lalu, dua perkara menarik perhatian penulis iaitu ketiadaan peruntukkan khusus untuk pembangunan bahasa dan sastera negara dalam pembentangan Belanjawan 2010 dan isu sekolah satu aliran yang hangat semula di Parlimen. Nampaknya seperti biasa sulit untuk melihat peruntukan khusus disediakan kepada penggiat sastera berbanding mereka dalam industri kreatif lain, khususnya yang berbau hiburan seperti seni persembahan dan muzik. Penyediaan Dana Industri Kreatif bernilai RM200 juta, tentunya tidak dapat dimanfaatkan penggiat sastera kerana ia terkeluar daripada apa yang ditentukan iaitu bagi membiayai kegiatan pengeluaran filem dan drama, muzik, animasi, pengiklanan dan pembangunan kandungan tempatan. Begitu juga dengan Tabung Kebajikan Penggiat Seni bernilai RM3 juta bagi memastikan warga seni sentiasa terbela, tentunya juga bukan khabar gembira kepada penggiat sastera tanah air dan jelas di sini bahawa mereka juga terkeluar daripada senarai penerimanya! Nampaknya pembabitan dalam hal kesusasteraan tanah air meskipun demi memberi nilai kepada tamadun bangsa, menuntut pengorbanan yang tidak boleh dinilai dengan wang ringgit dan kerana itu juga dunia sastera tanah air terus bergelut dengan pelbagai masalah tanpa akhirnya! Memang sudah suratan takdir agaknya penggiat sastera tanah air hanya mendengar kalangan mereka dinobatkan sebagai penerima Anugerah Sastera Negara (ASN) selepas enam tahun lompang apabila Datuk Dr Anwar Ridhwan diumumkan sebagai penerimanya untuk 2009. Berbeza dengan rakan seniman lain, menerima Anugerah Seni Negara setiap dua tahun pasti ada saja penerimanya, sedangkan ia membabitkan kos lebih tinggi kerana selain hadiah utama bernilai RM60,000, ada beberapa lagi kategori sampingan. Penggiat sastera tanah air perlu mengambil iktibar agar perkara seperti ini tidak berulang dalam belanjawan akan datang dengan memastikan setiap persatuan mengemukakan cadangan kepada Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) atau Kementerian Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan. Jika tiada juga peruntukan khusus diambil selepas diusahakan tidak akan timbul ralat kerana setidak-tidaknya mereka sudah berusaha dan DBP melalui Kementerian Pendidikan dan Kementerian Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan sepatutnya membantu mereka. Cadangan tokoh akademik dan sejarawan, Prof Emeritus Tan Sri Dr Khoo Khay Kim dan sebelum ini pernah dibangkitkan Ketua Umno Bahagian Jerlun, Datuk Mukhriz Mahathir, agar negara melaksanakan sekolah satu aliran, seperti dijangka ditolak kelompok tertentu. Seperti sedia maklum, bantahan dikemukakan kelompok yang mahu mempertahankan sekolah jenis kebangsaan Cina dan Tamil yang beranggapan sekolah satu aliran akan membunuh bahasa ibunda mereka kerana bersama-sama bahasa itu terperi budaya bangsa. Mereka tetap mempertahankan kehadiran kedua-dua jenis sekolah terbabit meskipun sedar bahawa peruntukan bahasa Melayu sebagai bahasa rasmi, kebangsaan dan ilmu di negara ini sudah terang termaktub dalam Perlembagaan Negara. Rasa cinta dan kasih mereka kepada bahasa dan budaya mereka mengatasi segala, meskipun dalam masa sama memperakukan 1Malaysia yang dibawa Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Razak, sejak beliau menjadi orang nombor satu negara! Semangat perpaduan kaum yang mampu dijana daripada pelaksanaan sekolah satu aliran di negara ini, tanpa menafikan kepentingan menguasai lebih daripada satu bahasa untuk meningkatkan daya saing dalam pasaran guna tenaga negara, sudah menjadi perkara kedua kepada mereka. Realiti ini memperlihatkan betapa dalam banyak segi, bangsa Melayu paling banyak berkorban dan dikorbankan demi kesejahteraan Malaysia tercinta, sehingga pengorbanan itu tidak lagi dihargai serta diremehkan kerana kelompok berkenaan sudah terbiasa dengan keadaan terbabit! Alangkah moleknya jika seluruh bangsa Melayu sedar akan hakikat dalam bahasa terangkum artifak, institusi dan organisasi sosial sesuatu bangsa, sikap, pemikiran dan emosi, falsafah, budaya, sejarah, sistem kepercayaan dan nilai bangsa yang terhimpun sejak turun-temurun. __ Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update real-time, panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi http://id.messenger.yahoo.com/
[ac-i] Trs: Ikut Antologi GEMPA PADANg detik2 terakhir yaaaouuwww
--- Pada Sen, 9/11/09, Abdul Rahim Qahhar rahim_...@yahoo.com menulis: Dari: Abdul Rahim Qahhar rahim_...@yahoo.com Judul: Ikut Antologi GEMPA PADANg detik2 terakhir yaaaouuwww Kepada: wajahbercah...@yahoo.co.id, apresiasi_sas...@yahoogroups.com, peny...@yahoogroups.com Tanggal: Senin, 9 November, 2009, 4:16 AM Viddy AD Daery : DI MASJID ABDULRAHMAN AUF, MENGGEMA SIMPATI UNTUK KORBAN GEMPA PADANG Sabtu dan Minggu yang penuh cahaya matahari Di Masjid Abdul Rahman Auf Kuala Lumpur Para penyair dari Kelantan,Trengganu, Perak dan Kuala Lumpur Dari Medan,.Makassar dan Jakarta Berkumpul tertib dan tepekur Dengan khidmad membaca puisi-puisi simpati Menyuarakan kepedihan luka dan airmata Saudara mereka yang merintih karna musibah gempa Padang “Pisau bumi yang melukai,membelah kulit,menebar sakit” Desis Kirana dibacakan lirih penyair wanita “Siapa di bawah sana yang mengguncang tanah?” Jerit Khusairi dibacakan pedih penyair PENA “Ah,bumi,mengapa kau begitu kejam?” Rutuk Victor dari Rusia yang mengajar Sastra Rusia University Malaya “Di sini kami butuh banyak kain lap dan perban Bolehkah kami pakai jas dan baju batik DPR Yang dibeli dari pengorbanan darah luka kami?” Teriak penyair Nusantara dan semua hadirin mengusap air mata Di Masjid Abdul Rahman Auf Puchong Kuala Lumpur, Para penyair Nusantara mengirim simpati dan kata-kata Untuk mengobati luka Padang : Saudara Serumpun Nusantara ( Keterangan : setelah acara itu usai, ada musyawarah pembentukan LSM antarbangsa “Persaudaraan Nusantara” ) RUMAH GAPENA, Kuala Lumpur , 9 November 2009 Viddy AD Daery atau Drs. Anuf Chafiddi lahir di Lamongan 28 Desember 1961. Lulus sebagai Sarjana Sosiologi FISIP Unair Surabaya, dan sejak 1991 hijrah ke Jakarta, untuk bekerja di TPI (Televisi Pendidikan Indonesia). Banyak menulis puisi, cerpen, novel, kolom, dan naskah televisi. Puisinya yang paling terkenal berjudul Surabaya Mari Berbicara Empat Mata. Novelnya Sungai Bening diterbitkan oleh Grasindo (Grup Kompas) pada tahun 2001. Viddy sering diundang sebagai pembicara sastra budaya di negara-negara Asia Tenggara dan Australia . Kini aktif menerbitkan novel serial silat sejarah “PENDEKAR SENDANG DRAJAT”.E-mail: wajahbercah...@yahoo.co.id ___ Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru. Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
[ac-i] dari www.Kompas.com
Ibu dan Anak Penyiksa PRT Diadili di Singapura Loke Phooi Ling (38) dan Teng Chen Lian (67) diadili karena menyiksa PRT asal Indonesia. / Sabtu, 28 Maret 2009 | 07:26 WIB SINGAPURA, KOMPAS.com — Penyiksaan kembali dialami oleh tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Susilawati Kusnata, pembantu rumah tangga asal Indonesia, disiksa oleh majikan wanita dan anak perempuannya. Akibatnya, Loke Phooi Ling (38) dan Teng Chen Lian (67) diadili atas dakwaan penganiayaan yang menyebabkan luka-luka pada Susilawati. Di persidangan, Loke mengaku menjambak rambut WNI tersebut dan membenturkan kepalanya ke dinding. Wanita asal Malaysia itu juga pernah meninju mata kiri Susilawati, menginjak kakinya, dan menggunakan alat-alat rumah tangga untuk memukul wanita Indonesia berumur 23 tahun itu. Seperti dilansir media Singapura, Straits Times, Jumat (27/3), kasus itu terungkap setelah Susilawati berhasil kabur dari rumah majikannya, setelah memanjat jendela dapur, pada 5 Juli 2007. Ia kemudian membuat tangga dengan kain dari lantai lima flat tersebut ke arah tangga. Setelah itu, ia pergi ke sebuah masjid. Beberapa orang kemudian membawanya ke KBRI. Penyiksaan itu terjadi di flat mereka di Pasir Ris, Singapura, antara Maret dan Juli 2007. Teng kepada hakim mengaku bersalah telah menampar pipi korban dan memukul kepalanya. Wanita asal Malaysia itu juga mengaku pernah mendorong tubuh TKI tersebut hingga terjatuh. Di pengadilan terungkap bahwa dari akhir Maret hingga 4 Juli 2007, korban berulang kali mengalami penyiksaan fisik oleh Loke, Teng, dan anggota keluarga lainnya. Penyiksaan juga dilakukan suami Loke, Stanley Kuah Kian Chong (38), seorang eksekutif bank Malaysia di negara itu. Korban tidak mendapatkan tidur dan makanan yang cukup. Bahkan, berat badan Susilawati sampai menyusut 13 kilogram selama 4 bulan, sejak ia bekerja pada keluarga tersebut. Hakim Singapura menegaskan, majikan TKI itu bersalah dan menolak jaminan agar mereka dibebaskan. Hakim yang menyidangkan kasus ini mengatakan, mereka akan ditahan di penjara distrik Jill Tan. (YAN) .indosat {font: bold italic 12px Tahoma;} Sent from Indosat BlackBerry powered by http://m.kompas.com di mana saja melalui ponsel, Blackberry, iPhone, atau Windows Mobile Phone Anda function fbs_click() {u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return false;} html .fb_share_link { padding:0px 0 0 20px; margin-top:5px; height:16px; background:url(http://static.ak.fbcdn.net/images/share/facebook_share_icon.gif?2:26981) no-repeat top left; font:normal 11px arial; }Share on Facebook - Beri Rating Artikel - -- Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang A A A Ada 19 Komentar Untuk Artikel Ini. Posting komentar Andaerik @ Sabtu, 18 April 2009 | 23:04 WIB kayak ny ada unsur dendam niehHelen @ Minggu, 29 Maret 2009 | 06:25 WIB BIsa dilihat sekarang apa bedanya tkw kerja diluar dan didalam negri. WNI etnis Tionghoa selalu kejam dgn pembantu rumah tangga, nyatanya diluar negri majikan Tionghoa melakukan kekejaman terhadap tkw karena tdk bisa berkomunikasi baik antara keduanya.TKW kurang smart dan tdk berbahasa Inggris sedikitpun atau mengerti tata cara bekerja.wati @ Sabtu, 28 Maret 2009 | 21:55 WIB Ini tanggung jawab agent juga yg mengirim tki tanpa ad a kemampuan kerja dan mahalnya agent yg harus dibayar
[ac-i] Puisi Padang di Sabah
SASTERA-BERITA HARIAN Tangisan Padang di Teluk Likas Oleh Fatta Hassan Sankar bhsast...@nstp.com.my PENGARAH DBP Cawangan Sabah, Zubaidi Abas (lima dari kanan) bergambar kenangan dengan penyair yang menjayakan Tangisan Padang di Teluk Likas. Tanda simpati penyair Sabah kepada mangsa gempa bumi Sumatera SETITIK air mata yang tumpah di bumi Padang bagai turut menyentap nurani saudara serumpun di bumi Malaysia sehingga terlaksana Baca Puisi Teluk Likas - Tangisan Padang sebagai tanda keprihatinan mereka terhadap tragedi di Padang, Sumatera Barat, pada 30 September lalu. Tirai majlis anjuran Ikatan Penulis Sabah (IPS) dengan kerjasama Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) Cawangan Sabah innity_country = MY; innity_client = 17; innity_zone = 761; innity_channel = ; innity_keyword = ; dibuka deklamator Ali Amat Anas yang membacakan puisi, Suatu Padang karya Ready Susanto, penyair dari Bandung yang dikirimkan kepada khusus untuk acara terbabit. dan tibalah jua aku di suatu padang, reruntuh gedung dan ribuan orang berpulang menjumpaimu, suatu pertemuan belum terlunaskan. ah, kakak sayang, maafkan, maafkan petang ini dijemputnya aku untuk satu janji yang tak dapat lagi dibatalkan. Deklamator yang sudah lama tidak beraksi di pentas puisi, Basyiroh Abd Mukti, juga seorang peguam, tampil dengan Tangisan Padang karya Hasyuda Abadi, mengajak khalayak untuk segera insaf betapa pentingnya hubungan ukhuwah sesama manusia apalagi jika bersaudara. saudara-saudaraku yang lain yang telah hilang dan merasa kehilangan musibah ini menyentuh kalbu mendekam rasa sayu, sedih dan pilu. hulur seluhur simpati dan doa yang panjang bumi bergetar itu hikmah keinsafan dan tangisan yang membelah padang menyatu patuh tiadakan goyah takwa tiang yakin telah didirikan berzaman semakin ampuh menerima ketentuan di sana tangisan kudengar/dari padang kesengsaraan ujian Tuhan terjemahan yang memancar piala keimanan. Pensyarah Sekolah Pengajian Seni Universiti Malaysia Sabah (UMS), Mohd Fuad Bebit, selaku hos tampil dengan puisi, Pandang-Pandang di Padang dan menyampaikan dengan penuh dramatik ujian getir yang terpaksa dihadapi penduduk tujuh perkampungan di Padang. penonton seolah-olah melihat padang bergegar tiang bergoyang tiangnya hilang pohonnya tumbang terumbang ambing mencari imbang tersasar terdampar tak sedar dalam runtuhan celah-celah akar besar tercalar terlantar di balik kamar tertiarap terhempap di tengah padang padang hilang tak sempat dipandang. Ketua Satu IPS, Mohd Jasni Yakub, membawa segala keresahan mangsa gempa bumi ketika beraksi di pentas dengan puisi, Jeritan Kota Padang, manakala Ahli Dewan Undangan Negeri (Adun) Membakut, Datuk Mohamad Arifin Arif, lewat Sepadang Tangis mengajak semua segera insaf di samping bertawakal dengan bencana yang menimpa. reda takkan hakis tabah yang menitis dari hujung qadar menetas kasih di pucuk tawakal. sepadang tangis esak syahdu bertebar sepetang uji al Akbar sepadang hikmah iktibar. Pegawai Perancang Bahasa DBP Sabah, Abdul Nassir Said, beraksi di pentas puisi dengan Kembali Sujud, Salmah Matius (Wajah di Cermin karya Hasyuda Abad), Muhammad Salleh atau lebih dikenali sebagai Mat Congo (Tsunami Bukan Hanya Nama). Penyanyi lagu puisi tersohor Sabah, Aloy, mengalunkan lagu popular Ebiet G Ade, Berita Kepada Kawan secara acapella pada majlis yang turut dihadiri, Pengerusi Institut Penilaian Sastera Sabah (INPES) yang juga Ahli Kehormat IPS, Janathan Kandok dan Pengarah DBP Sabah, Zubaidi Abas. Majlis Baca Puisi Teluk Likas - Tangisan Padang yang berjaya mengubat kerinduan peminat sastera di Sabah turut dimeriahkan dengan aksi baca puisi oleh Ismaily Bungsu, Nandrayanatirow, Hasyuda Abadi (Sukor Usin), Muhammad Salleh, Alipah Jambuan, Eyna Juning, Salmah Matius dan Yusuf Nur. quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.comquot;
[ac-i] Majikan TKI Muntik adalah Orang INDIA KELAS BAWAH/Pedagang Es Tebu
BERITA UTAMA-UTUSAN MALAYSIA .khad1, .khad1:link, .khad1:visited, .khad1:active { color:#3366CC; text-decoration:underline; border-bottom:#3366CC 1px solid; } .khad1:hover { color:#c03; text-decoration:underline; border-bottom:#c03 1px solid; } .khad2, .khad2:link, .khad2:visited, .khad2:hover, .khad2:active, text-decoration:none; border-bottom:none; } Peniaga air tebu didakwa Oleh SUWARNI MOKHTAR pengar...@utusan.com.my A. Murugan dihadapkan ke Mahkamah Majistret Klang, semalam untuk didakwa atas tuduhan menyebabkan kematian pembantu rumahnya, Mantik Hani warga Indonesia. – utusan/Saharuddin Abdullah KLANG 30 Okt. – Empat hari selepas Mantik Hani meninggal dunia dipercayai angkara perbuatan keji majikannya, seorang penjual air tebu hari ini dihadapkan ke Mahkamah Majistret di sini atas tuduhan membunuh pembantu rumah warga Indonesia itu. A. Murugan, 35, didakwa membunuh wanita berusia 36 tahun itu di rumahnya di No. 11, Jalan Datuk Yusof Shahbudin 6, Taman Sentosa di sini di antara 18 dan 20 Oktober lalu. Pertuduhan terhadapnya mengikut Seksyen 302 Kanun Keseksaan yang memperuntukkan hukuman mati mandatori jika sabit kesalahan. Tiada pengakuan direkodkan daripada majikan lelaki mangsa itu selepas pertuduhan dibacakan di hadapan Majistret Afifah Mamat @ Yusof. Pendakwaan terhadapnya dikemukakan Timbalan Pendakwa Raya, Manoj Kurup manakala peniaga terbabit tidak diwakili peguam bela. Manoj memohon supaya kes tersebut dipindahkan segera ke Mahkamah Tinggi atas alasan kes itu menarik perhatian umum. Permohonan itu dibenarkan oleh Afifah yang menetapkan 3 November ini untuk sebutan semula kes di Mahkamah Tinggi Shah Alam bagi membolehkan pengakuan tertuduh direkodkan. Isteri dan ibu Murugan yang sebelum ini turut ditahan reman tidak didakwa di mahkamah selepas dibebaskan oleh pihak polis. Mantik yang berasal dari Surabaya meninggal dunia di Hospital Tengku Ampuan Rahimah di sini, pada pukul 10 pagi, 26 Oktober lalu setelah gagal bertindak balas terhadap rawatan yang diberikan kerana terlalu lemah. Ketika diselamatkan dari rumah majikannya, pada 21 Oktober lalu, pembantu rumah terbabit berada dalam keadaan 'nyawa-nyawa ikan' dan dikurung dalam tandas, kepala dicukur hampir botak dan tidak diberi makan beberapa hari oleh majikannya. Wanita itu diselamatkan pihak polis selepas seorang tukang sapu yang bertugas membersihkan kediaman rumah suspek membuat laporan polis bersama peguam, Gerald Lazarus. Semasa diselamatkan, terdapat kesan kecederaan teruk di beberapa bahagian badan mangsa termasuk luka hampir lima sentimeter sehingga menampakkan tulang pada kakinya. Selain itu, mangsa mengalami kecederaan pada tangan kiri termasuk bengkak pada bahagian muka, dipercayai dipukul dengan objek keras. Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
[ac-i] Atlantis adalah Nusantara ?
Atlantis = Indonesia ??? Benua Atlantis itu (Ternyata) Indonesia Oleh Prof. Dr. H. PRIYATNA ABDURRASYID, Ph.D. (Pikiran Rakyat, Senin, 02 Oktober 2006) MUSIBAH alam beruntun dialami Indonesia. Mulai dari tsunami di Aceh hingga yang mutakhir semburan lumpur panas di Jawa Timur. Hal itu mengingatkan kita pada peristiwa serupa di wilayah yang dikenal sebagai Benua Atlantis. Apakah ada hubungan antara Indonesia dan Atlantis? Plato (427 - 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis. Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko. *Ada kesamaan pola antara peta yang digambarkan Plato dengan pola pada Borobudur. Jangan-Jangan….. Konteks Indonesia Bukan kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU no. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang. Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda. Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Plato menetapkan bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh. Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking. Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events. Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika
[ac-i] Klaim atau pinjam ? aah semua saling pinjam kok...
SASTERA-BERITA HARIAN Godam: 'Maaf mas dan mbak, semua saling meminjam!' Bersama Salbiah Ani dah...@nstp.com.my GODAM minggu lalu, Antara kemanusiaan, kesombongan dan harga diri! mendapat reaksi daripada orang kuat Persatuan Penulis Nasional Malaysia (Pena), Timbalan Pengerusi Tetap, Dr Ibrahim Ghafar. Kiriman SMSnya berbunyi: “Salam puan Salbiah. Terima kasih Godam hari ini. Sebagai penulis rasa diwakili. Meluah rasa resah di hati. Penulis kita tak pernah dihargai, malahan dihina dan disakiti; maruah dan emosi. Kita di tempat mereka dilayan sepi, mereka minta istimewa di sini.” Disusuli dengan puisi spontan beliau: “Padang; ketika 7.6 skala ritcher melanda/ bergegar bumimu barat Sumatera/ takdir mengambus konfrontasi di Jakarta/ padamkah marah mereka ganyang Malaysia/ yang maraknya tumpah di laut rasa/ sedang sebenarnya kita jiran tetangga/ cubit paha kiri, kanan turut terasa/. innity_country = MY; innity_client = 17; innity_zone = 761; innity_channel = ; innity_keyword = ; Isu Antara kemanusiaan, kesombongan dan harga diri! yang disinggung dalam Godam minggu lalu, turut mengundang pembongkaran maklumat tidak masuk akal dan pasti menambah parah ‘luka’ rakyat Malaysia dengan tindak-tanduk warga serumpun itu. “Jika difikirkan memang tidak masuk akal, tetapi inilah yang terjadi. Pesawat Malaysia yang menghantar bantuan kemanusiaan ke Padang, Indonesia, hendak dikenakan cukai 300 peratus untuk membeli minyak. “Akhirnya minyak diterbangkan dari Kuala Lumpur dan kadar yang sama hendak dikenakan atas sewaan kereta pacuan empat roda (MPV) penghantar bantuan, lalu sebuah MPV diterbangkan khas dari Malaysia,” demikian pengakuan seorang doktor perubatan kepada penulis. Pendedahan ini menunjukkan betapa pengorbanan kemanusiaan oleh Malaysia sama sekali tidak menyentuh nubari sesetengah rakyat negara jiran itu, tetapi bantuan dari negara ini tetap mencurah seperti air sungai yang mengalir ke laut, tanpa henti. Seorang teman diskusi pula melihat kegilaan mempaten budaya menjadi punca masalah kekeruhan hubungan budaya antara Indonesia Malaysia dan perkara ini mendapat perhatian ekoran tumpuan yang diberikan media massa di negara jiran itu berhubung perkara terbabit. “Media Indonesia memberi tumpuan kepada perkara sedemikian, tetapi tidak media di Malaysia. Sedikit pencerobohan menyebabkan ledakan reaksi. Media Malaysia masih dikuasai orang politik atau rela hati dilihat rapat dengan tokoh atau parti tertentu,” jelas teman ini dalam nada sinis. Kebenaran dakwaan kegilaan mempaten budaya oleh negara jiran itu antaranya dapat dilihat melalui usaha mereka mendapatkan pengiktirafan dunia bahawa batik adalah warisan mereka dan langkah serupa turut diambil sebuah lagi negara republik yang berjiran dengan Malaysia. Ketika Singapura mendapatkan pengiktirafan dunia bahawa roti prata (roti canai) dan nasi lemak adalah milik mereka, tetapi Malaysia tidak menunjukkan kecenderungan ke arah mengangkat makanan mahupun budaya sebagai sebahagian daripada pengenalan jati diri negara. “Kita berusaha ‘menjual’ sukan sebagai cap dagang negara ini, sedangkan perkara terbabit mengalami pasang surut seperti pernah dilalui arena bola sepak, hoki dan badminton negara, seolah-olah lupa aspek makanan mahupun budaya boleh mengangkat Malaysia di mata dunia,” jelas seorang lagi teman. Suatu hakikat yang sering dilupakan kelompok yang suka mencari silap negara jiran itu ialah ketiadaan sempadan politik dan geografi di Alam Melayu suatu ketika dulu, malahan ada bahagian tertentu di Siam juga sebahagian daripada wilayah rantau sebelah sini. Hakikat Alam Melayu satu wilayah dengan hujah Teori Pengunduran Glaseir bahawa sesetengah rupa bumi tenggelam ekoran pencairan bongkah ais hingga mengakibatkan kenaikan paras air laut dan kini perkara serupa berlaku disebabkan fenomena pemanasan global. “Pada zaman itulah juga berlaku banjir besar pada zaman Noh seperti dikisahkan dalam al-Quran, malahan Injil sehingga nabi itu ditertawakan oleh kumpulan yang menentangnya kerana menyediakan kapal besar di atas darat sebagai persediaan bencana menimpa,” ujarnya. Kelompok Sapu Malaysia @ Ganyang Malaysia sengaja meremehkan hakikat berlakunya migrasi penduduk secara semula jadi dan dalam bentuk paksaan ketika kuasa besar menjajah, menyebabkan terjadi perkongsian budaya secara tidak sengaja antara negara berjiran mahupun jauh terpisah. Jika Indonesia mahu mendakwa bahasa wayang kulit milik mereka umpamanya, ia sama seperti menafikan bahawa ia juga adalah pinjaman daripada India kerana kisahnya berdasarkan kitab Mahabratta dan Ramayana ketika Islam belum berkembang di rantau sebelah sini. Mereka hanya memberi sentuhan Indonesia dalam kisah yang disampaikan dengan watak utama daripada kedua-dua epik utama terbabit untuk persembahan wayang
[ac-i] Sastra Melayu untuk Dunia
NASIONAL-BERITA HARIAN Terjemahan karya agung kita untuk bacaan dunia Oleh Anwar Hussin dan Nazmi Yaakub bhn...@bharian.com.my KUALA LUMPUR: Tan Sri Muhyiddin Yassin meminta karya Sasterawan Negara dan karya besar lain diterjemahkan dan dikembangkan ke peringkat antarabangsa bagi dijadikan jambatan persuratan sejagat serta menyerlahkan peradaban kesusasteraan bangsa sebagai warisan sastera dunia yang penting. Timbalan Perdana Menteri berkata, melalui karya mereka, pemikiran dan estetika karya penulis akan mendapat perhatian serta pengiktirafan antarabangsa dan mengangkat martabat sastera negara seperti dikecapi tradisi kesusasteraan Eropah, Amerika Latin, Asia Barat dan Asia Timur. Sejajar hasrat itu, usaha penterjemahan karya Sasterawan Negara dan karya besar lain hendaklah diusahakan dengan lebih terancang. innity_country = MY; innity_client = 17; innity_zone = 761; innity_channel = ; innity_keyword = ; innity_country = MY;innity_path = /200908_1835/7973/;innity_proxy = proxy_8054;innity_ord = ord=[timestamp];function ebBannerFlash_0_5839142162578824_DoFSCommand(command,args){ebScriptWin0_5839142162578824.gEbBanners[0].displayUnit.handleFSCommand(command,args,ebBannerFlash_0_5839142162578824);}function ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;} Usaha penterjemahan hendaklah disertai program pembinaan dan pengembangan karya ke peringkat antarabangsa secara berkala, termasuk melalui usaha sama kedutaan asing dan kedutaan Malaysia di luar negara. Selain itu, memperkasakan Pusat Pengajian Melayu di universiti luar negara juga perlu dimanfaatkan sebagai langkah promosi dan galakan penyelidikan yang lebih tuntas, katanya pada Majlis Pengurniaan Anugerah Sastera Negara Ke-10, di sini malam tadi. Yang di-Pertuan Agong Tuanku Mizan Zainal Abidin menyampaikan Anugerah Sastera Negara (ASN) 2009 kepada Datuk Dr Mohd Anuar Rethwan atau lebih dikenali sebagai Anwar Ridhwan. Anwar menerima hadiah wang RM60,000, Warkah Penghormatan Negara, kemudahan mencipta dan menerbitkan karya di samping perubatan percuma di hospital kerajaan. Anugerah Sastera Negara yang diperkenalkan pada 1979 adalah pengiktirafan tertinggi kerajaan kepada sasterawan yang memberi sumbangan cemerlang dalam perkembangan kesusasteraan tanah air melalui karya bermutu tinggi. Muhyiddin yang juga Pengerusi Panel Anugerah Sastera Negara berkata, sektor swasta patut mengambil bahagian secara aktif dalam menaja penghasilan, penghasilan, penerbitan dan penyebaran karya Sasterawan Negara dan karya besar lain. Jika usaha ini dapat dilaksanakan secara berterusan, kita akan melahirkan lebih ramai penulis berwibawa yang menghasilkan karya agung, sekali gus memartabatkan kesusasteraan negara, katanya. Kerjasama dengan media elektronik dan jaringan komunikasi maya juga wajar diterokai dan digembleng. Usaha ini boleh dilakukan melalui pelbagai kaedah seperti adaptasi karya, filem dan pemindahan karya dalam genre yang pelbagai seperti drama dan animasi. Media cetak, terutama akhbar berbahasa Malaysia juga perlu memberikan ruang lebih luas kepada penyiaran tulisan ilmiah berkaitan sastera, katanya. Selain itu, Muhyiddin berkata, sastera kebangsaan juga berperanan memupuk dan memperkukuhkan perpaduan kaum selaras hasrat gagasan 1Malaysia. Beliau menyarankan semua pihak menggerakkan program meningkatkan perpaduan kaum melalui apresiasi sastera kebangsaan di samping menterjemahkan karya sastera pelbagai kaum untuk dihayati oleh semua. Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
[ac-i] sastrawan Negara Malaysia ke 10
DALAM NEGERI-UTUSAN MALAYSIA .khad1, .khad1:link, .khad1:visited, .khad1:active { color:#3366CC; text-decoration:underline; border-bottom:#3366CC 1px solid; } .khad1:hover { color:#c03; text-decoration:underline; border-bottom:#c03 1px solid; } .khad2, .khad2:link, .khad2:visited, .khad2:hover, .khad2:active, text-decoration:none; border-bottom:none; } Anwar Ridhwan Sasterawan Negara Ke-10 Anwar Ridhwan bersama anugerah selepas menerima Anugerah Sastera Negara Ke-10 di Kuala Lumpur, semalam. KUALA LUMPUR 20 Okt. - Dekan Fakulti Penulisan, Akademi Seni Budaya dan Warisan Kebangsaan (Aswara), Datuk Dr. Mohd. Anuar Rethwan, 60, atau nama penanya Anwar Ridhwan diumum sebagai penerima Anugerah Sastera Negara Ke-10. Yang di-Pertuan Agong Tuanku Mizan Zainal Abidin menyampaikan anugerah tersebut kepada tokoh sastera dan bahasa itu yang membawa gelaran Sasterawan Negara. Turut berangkat pada majlis yang diadakan di Palace of the Golden Horses, Seri Kembangan dekat sini malam ini ialah Raja Permaisuri Agong Tuanku Nur Zahirah. Hadir sama ialah Timbalan Perdana Menteri merangkap Pengerusi Panel Anugerah Sastera Negara, Tan Sri Muhyiddin Yassin dan isteri, Puan Seri Noorainee Abdul Rahman. Pemilihan tersebut membolehkan anak kelahiran Sungai Besar, Selangor itu menerima warkah penghormatan negara, wang tunai RM60,000 serta pelbagai kemudahan untuk kegiatan mencipta karya sastera. Kerajaan turut membeli 50,000 naskah karya beliau untuk diedarkan ke sekolah-sekolah, perpustakaan, jabatan dan agensi kerajaan. Dalam ucapannya pada majlis penyampaian anugerah tersebut di sini malam ini, Muhyiddin berkata, pemilihan Anuar berdasarkan sumbangan kreatif dan kesan pemikiran sehingga membentuk tradisi persuratan tersendiri bagi masyarakat negara ini. Beliau berkata, ketegaran dalam mendalami dan mempertahankan nilai pembinaan negara bangsa yang diperjuangkan menjadi penilaian utama ahli panel untuk memilih penerima anugerah. ''Di samping itu, komitmen sasterawan dalam kegiatan sastera secara berterusan sehingga membentuk tradisi persuratan yang tersendiri serta didukung dan diteruskan oleh generasi penulis juga dijadikan asas penilaian, katanya. Beliau berkata, pengurniaan Anugerah Sastera Negara merupakan iltizam berterusan kerajaan untuk memberikan pengiktirafan terhadap sumbangan sasterawan dalam usaha memperkukuh dan memartabatkan karya sastera kebangsaan. Berikutan itu kata beliau, sebagai tanda penghargaan, kerajaan bersetuju untuk menaikkan jumlah ganjaran daripada RM30,000 kepada RM60,000. Muhyiddin juga menyarankan agar penterjemahan karya Sasterawan Negara dan karya-karya besar yang lain diusahakan dengan lebih terancang. Menurutnya, akhbar-akhbar berbahasa Melayu juga perlu memberikan ruang lebih luas kepada penyiaran tulisan-tulisan ilmiah berkaitan sastera. ''Karya-karya ini boleh disiarkan di akhbar-akhbar vernakular dan diuar-uarkan di media baru sebagai salah satu kaedah pengembangan dan pemasyarakatan sastera kebangsaan sekali gus mengukuhkan lagi semangat perpaduan 1Malaysia, katanya. Anuar yang dilahirkan pada 5 Ogos 1949, merupakan pemegang Ijazah Doktor Falsafah dari Universiti Malaya sebelum memulakan tugas sebagai Pegawai Penyelidik di Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) dan bersara selaku Pengarah Penerbitan pada tahun 2005. Antara cerpen beliau yang popular ialah Parasit, Sesudah Perang, Sangkar dan Dunia Adalah Sebuah Apartmen manakala drama pula seperti Orang-orang Kecil serta Yang Menjelma dan Menghilang. Novel terkenal beliau ialah Hari-hari Terakhir Seorang Seniman dan Ogonshoto. ___ Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru. Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
[ac-i] Soal meniru atawa mengklaim
DALAM NEGERI-UTUSAN MALAYSIA .khad1, .khad1:link, .khad1:visited, .khad1:active { color:#3366CC; text-decoration:underline; border-bottom:#3366CC 1px solid; } .khad1:hover { color:#c03; text-decoration:underline; border-bottom:#c03 1px solid; } .khad2, .khad2:link, .khad2:visited, .khad2:hover, .khad2:active, text-decoration:none; border-bottom:none; } Budaya: Tidak wujud soal tiru-meniru KUALA LUMPUR 20 Okt. - Kementerian Penerangan, Komunikasi dan Kebudayaan hari ini menegaskan tidak wujud soal tiru-meniru atau pengambilan hak pembudayaan tradisi antara masyarakat Malaysia di Negeri Sembilan dan rakyat Indonesia di Sumatera Barat. Menterinya, Datuk Seri Dr. Rais Yatim berkata, masyarakat Indonesia di Sumatera Barat yang telah berhijrah ke Negeri Sembilan beratus-ratus tahun lamanya, bebas untuk mengamalkan adat istiadat mereka. ''Piagam Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) juga telah menggariskan bahawa satu-satu kaum yang berhijrah antara satu sempadan dengan sempadan negara yang lain, mereka berhak membawa budaya dan cara hidup secara tradisi sama ada menerusi bahasa, muzik atau pembudayaan lain. ''Oleh itu, soal budaya tidak seharusnya dipermainkan menerusi media sehingga Malaysia dilihat sebagai sebuah negara yang hanya bersifat mempertahankan hala tuju pembudayaan sendiri, katanya. Beliau berkata demikian pada sidang akhbar sempena kunjungan muhibah 19 wartawan Bukittinggi, Sumatera Barat di kementeriannya di sini hari ini. Rais berkata, dalam pertemuan itu, kumpulan wartawan Indonesia tersebut juga menyifatkan, pihak-pihak tertentu yang mengkritik isu tarian Pendet sebagai keterlaluan. ''Mereka juga mengatakan golongan tersebut hanya diwakili oleh kumpulan yang kecil dan tidak mewakili rakyat Indonesia secara keseluruhannya, katanya. Dalam pada itu, beliau berkata, kementeriannya akan merapatkan lagi usaha seni budaya antara antara kedua-dua buah negara melalui dua program yang akan diadakan di Malaysia dan Indonesia. ''Kita menyambut baik usul untuk mengatur beberapa program termasuklah program seni penulisan tentang adat istiadat, adat Pepatih dan adat Temenggung. ''Selain itu, kita akan menentukan sama ada beberapa artis tradisional dapat bertukar-tukar persembahan antara kedua-dua negara dari semasa ke semasa, katanya. addthis_pub = 'UtusanOnline'; addthis_logo= 'http://www.utusan.com.my/utusan/design1_files/logo_1.gif'; addthis_logo_background = 'EFEFFF'; addthis_logo_color = '99'; addthis_brand = 'Utusan Online'; addthis_options = 'favorites, email, digg, delicious, myspace, facebook, google, live, more'; __ Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update real-time, panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi http://id.messenger.yahoo.com/
[ac-i] dibantu malah melempar batu
SASTERA-BERITA HARIAN Godam: 'Antara kemanusiaan, kesombongan dan harga diri!’ Oleh Salbiah Ani dah...@bharian.com.my SETIAP kali menyaksikan tayangan video mangsa gempa bumi di Padang, Indonesia, pasti sebahagian besar daripada rakyat Malaysia tergenang air mata kerana hiba dan simpati yang melaut terhadap nasib malang tak kunjung sudah yang terpaksa dipikul rakyat negara jiran itu angkara 'kemarahan' alam. Tindak balas semula jadi ini ekoran rasa kemanusiaan rakyat Malaysia yang melangit sehingga tidak mengenal erti sempadan geografi, politik mahupun agama, lalu sentiasa bersedia menghulur bantuan meskipun pada jeda masa yang rapat dan tanpa dipinta kerana kebetulan malang menimpa bukan atas permintaan mereka. Tetapi bila dikenang pesawat Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) dilontar dengan batu ketika menghantar bantuan kepada tujuh kampung di Pariaman, Sumatera yang musnah angkara gempa bumi sehingga 500,000 penduduk kehilangan tempat tinggal dan 100,000 kediaman musnah; ramai rakyat negara ini berang. innity_country = MY; innity_client = 17; innity_zone = 761; innity_channel = ; innity_keyword = ; innity_country = MY;innity_path = /200908_1835/7973/;innity_proxy = proxy_8054;innity_ord = ord=[timestamp];function ebBannerFlash_0_10318970076590173_DoFSCommand(command,args){ebScriptWin0_10318970076590173.gEbBanners[0].displayUnit.handleFSCommand(command,args,ebBannerFlash_0_10318970076590173);}function ebIsFlashExtInterfaceExist(){return true;} Sikap berdiam diri pemerintah terhadap ‘kebiadapan’ segerombolan rakyat negara jiran yang angkuh meskipun ketika tersepit sehingga sanggup melakukan hasutan untuk melancarkan kempen Sapu Malaysia, mengundang rasa meluat tidak terperi dan laman maya dijadikan sebagai medan mencurah rasa. Antara protes yang diluahkan dalam media maya berhubung perkara terbabit berbunyi, “Bila tengok rencana kat TV pasal gempa bumi kat Indon rasa nak tolong. Tapi bila tengok ape benda yang dia orang buat kat kite, rasanye tak patut kite tolong.” Yang terlalu marah pula menulis, “Pi tolong orang kafir kena taufan lagi baik daripada tolong orang Islam Indon yang tak tahu kenang budi.” dan “Apalah Malaysia, kita sentiasa senyap aje. Bendera yang menjadi lambang maruah negara kena pijak dan dibakar pun tak bersuara!” Itu antara beberapa rasa tidak puas hati rakyat negara ini yang dipanjangkan kepada penulis sehingga media massa pun dipandang lekeh, lalu dilabel tidak bersemangat patriotik seperti akhbar dan televisyen negara itu termasuk dalam hal yang membabitkan orang berkedudukan di Malaysia. “Indonesia dengan konsep langit terbuka dan media mereka menghayati dengan sepenuhnya. Berbeza dengan media Malaysia yang tidak berketik dalam banyak hal. Tahukah Salbiah kes Manohara menjadi berita utama media cetak mereka dan lahir tiga sinetron dengan salah satu daripadanya dilakonkan oleh wanita yang melarikan diri itu. ”Malah kes Manohara kerap menjadi tajuk utama dan berita hangat akhbar tabloid mereka, manakala salah satu daripada sinetron berkenaan watak utama dilakonkan Manohara sendiri tanpa ‘sekatan’ dialog: ‘Kalau berani si botak itu datanglah ke sini’ dan tafsir sendiri sejauh mana mereka berani bertindak!” Kebaikan Malaysia kepada negara jiran yang dilihat sebagai abang kepada Malaysia pada zaman sebelum merdeka itu turut dapat dilihat dengan kemasukan karya sastera mereka ke negara ini sama ada naskhah asal atau versi terjemahan @ dipermudah dan berterusan sehingga ke hari ini, tetapi tidak buku dari Malaysia. Penulis masih ingat teks beberapa pengarang tersohor negara itu seperti Ateis karya Achdiat K Mihardja, Siti Nurbaya (Marah Rusli) dan Keluarga Gerilya (Pramoedya Ananta Toer) menjadi teks Sastera Tingkatan Enam sekolah negara ini sejak 1960-an dan hanya dihentikan pada 1980-an selepas adanya gerakan protes oleh sasterawan negara ini. Begitulah mulianya hati Malaysia dalam banyak perkara kepada negara jiran itu, tetapi tidak dipandang apalagi dihargai dan mereka yang melakukan protes itu lupa bahawa ramai rakyat Malaysia meluat dengan kebanjiran rakyat negara jiran itu yang menikmati segala prasarana awam atas pengorbanan pembayar cukai pendapatan rakyat negara ini. Mereka bukan saja datang sebagai pembantu rumah dan pekerja kontrak, tetapi turut merebut peluang dalam sektor perladangan, perkilangan, rangkaian restoran makanan segera serta mencuri peluang perniagaan rakyat tempatan, dengan sesetengah melanggar peraturan negara ini apabila masuk secara haram serta terbabit dalam kerja haram! Risikan penulis kepada teman yang baru pulang dari Jakarta dimaklumkan bahawa penerbangan kadar murah dari Kuala Lumpur ke Jakarta dan sebaliknya, penuh dengan rakyat kedua-dua negara dan difahamkan kelompok yang melancarkan Sapu Malaysia @ Ganyang Malaysia adalah di kalangan
[ac-i] sastera Kemanusiaan
SASTERA-UTUSAN MALAYSIA ARKIB : 04/10/2009 .khad1, .khad1:link, .khad1:visited, .khad1:active { color:#3366CC; text-decoration:underline; border-bottom:#3366CC 1px solid; } .khad1:hover { color:#c03; text-decoration:underline; border-bottom:#c03 1px solid; } .khad2, .khad2:link, .khad2:visited, .khad2:hover, .khad2:active, text-decoration:none; border-bottom:none; } Tema kemanusiaan jadi isi karya sastera Oleh Muhammad Ali Atan A. Samad Said Novel-novel seperti Crime and Punishment (jenayah dan Hukuman) dan Notes From Underground (nota dari bawah tanah) oleh Fyodor Dostoevsky, War and Peace dan Anna Karenina oleh Leo Tolstoy, Noli Me Tangere (Jangan sentuh Aku) oleh Jose Rizal dianggap besar dan agung kerana keupayaan berbicara secara jujur, luhur dan telus menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan sejagat. Misalnya Crime and Punishment memaparkan seorang mahasiswa bernama Raskolnikov membenci sang oportunis yang memeras rakyat miskin. Dia memutuskan untuk membunuh seorang wanita lintah darat bernama Alyona Ivanovna yang kaya raya dan merasakan telah melakukan perbuatan yang benar. Dostoevsky tidak membiarkan watak Raskolnikov terus bebas sebaliknya menghukum kesalahannya melalui pujukan watak Sonia agar dia menyerah diri kepada pihak berkuasa. Bagaimanapun Raskolnikov didapati tidak menggunakan harta Ivanovna sedikitpun biarpun dia berpeluang dan hidup miskin. Dia beranggapan dengan membuat kejahatan maka dia akan dapat melenyapkan kejahatan. Tetapi Dostoevsky mengemukakan penolakan dan menegaskan tujuan yang baik tidak menghalalkan cara yang jahat. Raskolnikov dihukum dibuang dan diasingkan di Siberia. Notes From Underground menaratifkan watak yang hidup bersendirian. Keperibadian introvert dianggap sejenis penyakit yang berpunca daripada kekotoran sistem sosioekonomi Barat. Peperangan dan penjajahan melahirkan karya agung dunia seperti War and Peace merupakan hasil pengalamannya menyertai pasukan tentera Rusia dalam perang melawan Perancis pada tahun 1812. Tolstoy berfalsafah, Perang adalah kedinamikan kehidupan kerana dalam keadaan perang, orang bersedia untuk berdamai. Manakala dalam keadaan damai orang bersedia untuk berperang. Noli Me Tangere memaparkan strategi penjajah Sepanyol menjajah minda rakyat Filipina menerusi manipulasi gereja dibogelkan habis-habisan untuk membebaskan rakyat Filipina daripada penjajahan kolonial Sepanyol. Pendidikan dijadikan alat untuk menyedarkan rakyat akan hak-hak bernegara sendiri. Di Malaysia novel seperti Ranjau Sepanjang Jalan oleh Shahnon Ahmad dengan jelas menjadi suara kemanusiaan segolongan petani dalam mendepani takdir kehidupan tanpa peralatan dan ilmu yang mencukupi. Pembacaan ke atas novel ini nyata memberi kesan apabila mengundang rasa simpatik pembaca. Pada masa yang sama pembaca turut memberi tanggapan dengan mempersoalkan kejahilan dan sifat degil watak Lahuma dan nasib yang menimpa Jeha. Begitu juga novel kemanusiaan lain yang dapat diklasifikasikan dalam tema-tema tertentu seperti Salina dan Di Hadapan Pulau oleh A. Samad Said bertemakan kesan peperangan yang mengundang kemelaratan hidup dan kacau-bilau sosioekonomi masyarakat. Novel Tulang-tulang Berserakan oleh Usman Awang, Anugerah dan Panglima Salleh Selempang Merah oleh Zaharah Nawawi bertemakan sejarah perjuangan kemerdekaan dan keberanian orang Melayu melawan penindasan penjajahan dan kekerasan. Novel Wi dan William oleh Azizi Hj. Abdullah bertemakan isu tanah yang disinonimkan dengan hak-hak orang Melayu. Novel satira politik seperti Tikus Rahmat oleh Hassan Ibrahim menyindir dengan mewatakkan tingkah laku politikus yang gila kuasa. Senjakala oleh Baharuddin Kahar mengemukakan falsafah perburuan demi mencapai impian yang berlangsung dalam nostalgia kemenangan sambil dikejar ketuaan. Novel bergarda depan dan simbolik Naratif Ogonshoto oleh Anwar Ridhwan membawa gaya naratif penglipurlara yang dimodenkan untuk mengkreatifkan percaturan strategi politik, kejahilan, kezaliman dan penawanan. masyarakat Suara-suara kemanusiaan yang terpancar dalam karya sastera merupakan refleksi sosial masyarakat yang berada dalam jangkauan sensitiviti pengarang. Pelanggaran dan pemusnahan nilai-nilai kemanusiaan akibat peperangan, perebutan kuasa dan hegemoni barat menjadi adunan pengarang yang kukuh akar jatidiri dan sedar fungsi kepengarangannya untuk menegur, menempelak, menyindir, memparodikan, mensatirakan dan mengkomedikan perihal yang berlaku untuk membangkitkan kesedaran masyarakat. Kesedaran mendorong introspeksi diri dalam menilai pemikiran dan tindak tanduk manusia yang pada akhirnya menyalakan keinginan untuk pulang ke pangkal jalan. Pepatah Melayu menyebut, sesat di hujung balik ke pangkal bermaksud kepulangan daripada jalan dan tujuan yang sesat dan binasa kepada jalan dan tujuan yang benar dan bahagia yang merupakan manifestasi inti fitrah manusia. Dalam sejarah pertumbuhan
[ac-i] Melihat Kegiatan Pemetaan Budaya oleh Lembaga Kebudayaan Lamongan (LKL)
Radar Bojonegoro-Jawa Pos Group [ Sabtu, 12 September 2009 ] Melihat Kegiatan Pemetaan Budaya oleh Lembaga Kebudayaan Lamongan (LKL) Petakan Budaya Dengan Konsep Obat Nyamuk Banyaknya budaya Indonesia yang diklim Malaysia memantik keprihatinan mendalam. Untuk mengantisipasi kasus seperti itu terjadi terhadap kebudayaan Lamongan, para seniman Lamongan yang tergabung dalam Lembaga Kebudayaan Lamongan (LKL) berinisiatif melakukan pemetaan budaya asli Kota Soto tersebut. B. FEBRIANTO, Lamongan --- Sekitar 30 seniman Lamongan dari berbagai komunitas seni, seperti ludruk, wayang, jaran kepang, teater, paguyuban permadani pada 7 September lalu terlihat berada di tiga kecamatan. Mereka sedang melakukan safari sekaligus pemetaan budaya. Perjalanan mereka diawali dari Kecamatan Modo kemudian dilanjutkan ke Sukorame dan perjalanan diakhir di Desa Songowareng Kecamatan Bluluk. Di setiap kecamatan tersebut mereka bersilaturahmi ke rumah para seniman di masing-masing kecamatan sekaligus mendata serta menanyakan perkembangan aktivitas seni yang mereka geluti. Beberapa aktivitas seni yang didatangi antara lain seni sandur, ludruk, hingga campursari. Mereka kemudian mendiskusikan hasil safarinya tersebut di halaman rumah Kepala Desa Songowareng dengan lesehan. Menurut penasehat LKL, Viddy AD Daery, Desa Songowareng dipilih sebagai tempat diskusi karena desa itu dulu dikenal kaya dengan seni ornamen rumah penduduk. ''Memandang Desa Songowareng saya merasa ada kesan, bahwa dulu desa ini desa kaya karena banyak terdapat peninggalan rumah-rumah yang terbuat dari kayu jati berukir indah, dengan bentuk joglo atau bucu sesuai dengan teori Antropologi Desa yang pernah saya pelajari sewaktu kuliah,'' ungkapnya. Namun saat ini, ujar budayawan nusantara tersebut, ada kesan menjadi terlantar. Rumah-rumah tradisional tersebut satu persatu dijual kepada orang kota yang ingin mempunyai rumah ala desa. Sebaliknya orang desa bangga mengadopsi gaya kota dan ramai-ramai membangun rumah tembok yang tidak akrab lingkungan. ''Padahal di Thailand,Malaysia bahkan negara-negara Eropa dan Australia, desa tetap desa dan kota tetap kota. Desa adalah alternatif kota, sehingga kalau orang kota bosan dengan suasana kota, mereka menjadi turis yang berkunjung ke desa. Desa menjadi makmur karena menyewakan homestay-homestay untuk orang kota,'' paparnya. Menurut Viddy, di Indonesia sebenarnya juga mulai digalakkan program Desa Wisata. Tapi sayangnya desa-desa sudah kadung rusak karena berusaha menjadi kota. Mereka merasa malu jika tetap berbentuk desa. ''Sungai-sungai dan jublang-jublang yang dulu asri ramai-ramai diurug dijadikan tempat membuang sampah,'' tukasnya. Sementara itu menurut penasehat LKL laonnya, Haris Asito, kunjungan silaturahmi ke kantong-kantong budaya itu akan terus digalakkan LKL untuk memetakan kebudayaan Lamongan sebelum diklaim komunitas lain. ''Buktinya masih ada kesenian Jepaplokan atau disebut juga Jaran Sepaplok serta Jaran Kepang Dor di Songowareng yang hidupnya kembang kempis sehingga mudah diklim pihak lain yang bersedia memberi perhatian,'' paparnya. Menurut Ketua LKL, Hidayat Iksan, kunjungan silaturahmi budaya tersebut persis dengan ketika dewan (DPRD) mengadakan kunjungan hearing. ''Bedanya hearing ala LKL ini tampak lebih serius dan tulus, sedang yang dilakukan oleh dewan tampak cuma abang-abang lambe ,'' tukas pria yang juga mantan anggota DPRD Lamongan itu. Sekretaris LKL, Rokhim ED menambahkan, konsep pemetaan budaya yang dilakukan LKL tersebut seperti makan bubur atau menyalakan obat nyamuk bakar. Yakni mulai bergerak dari pinggir kemudian ke tengah. Harapannya agar bisa menyatukan energi kebudayaan lokal yang masih kuat di wilayah pinggiran. ''Karena baru kali perama dilakukan, hasil pemetaan budaya tersebut belum bisa disimpulkan. Kesimpulannya setelah safari budaya ini selesai di semua wilayah. Selanjutnya hasilnya bisa dipikirkan lebih lanjut menyangkut pengamanan budaya asli Lamongan tersebut,'' tukasnya. Aktifis seniman dan budayawan yang hadir pada kesempatan itu antara lain Haris Asito, Hidayat Iksan, Maruwa Naya, Viddy AD Daery, Rokim ED, Fanani Mosah, Is Kasihady, Kris Yanto dan Jumartono. Diskusi yang dimulai pukul 16.00 tersebut diakhiri dengan berbuka puasa bersama.(*) Penerima Dana PKH di Lamongan Rame-Rame Kirim Kartu Lebaran ke Presiden 210 Guru-Pengawas Lulus Sertifikasi PT Amartya Siap Bangun Hotel
[ac-i] 13 Mei
SASTERA-BERITA HARIAN Dunia Buku: 13 Mei 1969 versi penjajah Oleh Nazmi Yaakub na...@bharian.com.my caption image1 Pendedahan mengejutkan, tapi kaca mata neokolonialisme 13 Mei: Dokumen-dokumen Deklasifikasi mengenai Rusuhan 1969 Malaysia karya Dr Kua Kia Soong dan terjemahan Seah Li Ling, meninjau kembali rusuhan perkauman yang menggegarkan negara ini pada 13 Mei tahun terbabit, berpandukan dokumen sebelah pihak, iaitu British yang dibuka di Pejabat Rekod Awam, London. Pembukaan dokumen itu selaras dengan Peraturan Arkib yang mengkehendaki fail sulit dan rahsia dibuka selepas mencapai tempoh 30 tahun bagi membolehkan orang awam membacanya. Buku ini dibahagikan kepada lima bab meliputi Bab 1: Formula Perikatan Bersifat Perkauman; Bab 2: Pilihan Raya 1969; Bab 3: Rekod Rusuhan; Bab 4: Penilaian Negara Asing tentang Pertukaran Regim dan Bab 5: Kelas Pemerintahan Melayu Baru, selain bahagian Pendahuluan: Mempersoalkan Sejarah Versi Kerajaan serta Kesimpulan: Ke Arah Perdamaian Negara. Bahagian pendahuluan buku ini menjelaskan dokumen yang menjadi rujukan dalam buku ini, membabitkan perutusan rasmi oleh Pegawai Suruhanjaya Tinggi British yang membuat pemerhatian terhadap rusuhan kaum dan perutusan rasmi Pejabat Luar Negeri dan Komanwel (FCO) yang bertanggungjawab terhadap perkembangan negara di Pasifik Barat Daya termasuk Australia, New Zealand, Indonesia serta Singapura. Antara dokumen lain yang turut dipetik dalam buku ini ialah laporan daripada media asing dan kenyataan akhbar oleh Persatuan Palang Merah Malaysia yang menerangkan kesan rusuhan terbabit, khususnya membabitkan kematian serta kecederaan. Kua Kia Soong Buku ini turut berpandukan catatan sulit yang memperlihatkan reaksi Suruhanjaya Tinggi British di Malaysia Barat dan Timur serta laporan kepada London, selain penilaian Jabatan Kabinet British, Pejabat Luar Negeri dan Komanwel serta Kementerian Pertahanan. Maklumat yang menjadi sandaran dalam penulisan buku ini turut dikumpul melalui catatan dalam mesyuarat diplomat dan catatan risikan daripada Kedutaan British, selain turut mengambil kira reaksi masyarakat ekspatriat British di ibu negara. Perlu ditegaskan laporan yang dikumpulkan dalam penulisan buku ini adalah berpunca daripada satu pihak, iaitu British yang pernah menjajah negara ini dan sudah tentu boleh menimbulkan wasangka terhadap penilaian pegawai negara bekas imperialis berkenaan yang boleh dihubungkan dengan maksud neokolonialisme. Pandangan media dan masyarakat ekspatriat pula sudah tentu terhad kepada kejadian yang berlaku dalam jangkauan mereka dan mungkin dipengaruhi oleh pandangan tidak objektif daripada bangsa bekas kuasa imperialis berkenaan. Hal ini boleh dilihat daripada laporan media dengan penggunaan perkataan yang mungkin bersifat hiperbola seperti kumpulan pengganas seramai lebah atau penceroboh, yang sudah tentu maksudnya jauh berlainan sekiranya pembaca cuba membandingkannya dalam konteks hari ini. Berdasarkan dokumen deklasifikasi dan laporan media terbabit itulah, buku ini menganggapnya sebagai petunjuk kepada rancangan untuk menghimpun ‘penjahat muda’ di kediaman Menteri Besar Selangor serta menyimpulkan pihak keselamatan gagal menjalankan tugas dengan baik untuk mengekang rusuhan berkenaan. Buku ini turut memetik pandangan pemimpin dan media daripada negara jiran serta negara asing yang terkandung dalam dokumen deklasifikasi itu, sekali gus turut mendedahkan pandangan sinis bekas Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew. Pandangan lancang Lee itu termuat dalam telegram FCO yang menganggap Tunku Abdul Rahman sebagai ‘seorang tua yang bodoh, tetapi beliau ialah seorang tokoh bapa’, manakala Tun Abdul Razak pula dicemuh dengan mengatakan, ‘Razak menjadi semakin menyerupai seorang setan yang pintar’. Ia disebut dalam telegram yang dihantar Diplomat British di Singapura, Sir A de la Mare yang bertemu dengan Lee dan kemudian menghantar telegram berkenaan pada 2 Jun 1969. Judul buku ini mungkin provokatif dengan maksud memancing minat pembaca kerana menggambarkan penulisannya berdasarkan dokumen sulit dan rahsia yang dibuka serta diturunkan tarafnya, tetapi dokumen terbabit tidak dapat lari daripada pandangan tipikal pegawai tinggi, perisikan, wartawan dan ekspatriat bekas kuasa imperialis kepada negara bekas jajahannya. Kebenaran di sebalik peristiwa 13 Mei sudah tentu tidak boleh dan tidak wajar ditentukan dengan hanya berlandaskan laporan asing, sebaliknya perlu diimbangi dengan penyelidikan daripada pengkaji dan sejarawan tempatan. Sekiranya buku setebal 165 halaman terbitan Suara Rakyat Malaysia (Suaram) Komunikasi ini menimbulkan keterujaan pembaca dengan bahagian yang mempersoalkan sejarah versi kerajaan, maka ia juga sepatutnya turut mempersoalkan sejarah versi ‘bekas
[ac-i] Trs: Rilis Arsip Peluncuran Buku SOUTH BANK AIR MATA 1996 di Balai Budaya HORISON [4 Attachments]
--- Pada Rab, 26/8/09, anuv chaviddy putrak...@gmail.com menulis: Dari: anuv chaviddy putrak...@gmail.com Judul: Rilis Arsip Peluncuran Buku SOUTH BANK AIR MATA 1996 di Balai Budaya HORISON Kepada: pendekarbudiman1565 pendekarbudiman1...@yahoo.co.id, putrakami putrak...@gmail.com, wajahbercah...@yahoo.co.id, horisonpu...@centrin.net.id, kom...@kompas.com, kora...@suarapembaruan.com, i...@tpi.co.id, i...@tpi.tv, reda...@surabayapost.co.id, reda...@seputar-indonesia.com, reda...@alvabet.co.id, r...@surabayapost.co.id, reda...@mediaindonesia.co.id, reda...@suarapembaruan.com, reda...@gong.tikar.or.id, reda...@sctv.co.id Tanggal: Rabu, 26 Agustus, 2009, 4:50 AM Peluncuran Buku Puisi Tunggal Viddy AD Daery SOUTH BANK AIR MATA . Ketika Viddy ( kelahiran lamongan 28 Desember 1961 ), masih menjadi produser eksekutif TPI. Puisi2 itu bertema Australia, hasil mengantar Syuting LENONG BOCAH ke Australia pada 1994. Acara Peluncuran Buku Puisi diberi sambutan oleh Hamsad Rangkuti ( Pimred HORISON versi BALAI BUDAYA ), dibedah oleh Djamal D Rahman, dihadiri : Geoff Fox-Australia, Wowok HP dan aktifis KSI awal, Azwina Aziz Mirasa almarhum, Endo Senggono PDS HB Jassin, Leo Kristi dan keluarga, dan sebagainya. Acara itu diberitakan di Harian KOMPAS dan mingguan SWADESI.( dok : 1996 ) Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda? Buat Pingbox terbaru Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
[ac-i] BUDAYAWAN LAMONGAN TUMBUH DARI JATIM ke NASIONAL DAN NANTINYA INTERNASIONAL [3 Attachments]
Yth.Para Sahabat semua, Bersama ini adalah rilis album lama tumbuh kembang seorang Viddy AD Daery ( lahir di Lamongan 28 Desember 1961 ) : Foto 1 : Tahun 1980 : pertamakali menerima PIALA JUARA II LOMBA CIPTA PUISI NASIONAL majalah Liberty Surabaya, Piala diserahkan oleh Ibu Muhaji Wijaya ( isteri Walikota Surabaya ) di sebuah gedung megah di Surabaya pada tahun 1980 ( sewaktu Viddy mahasiswa tingkat I FISIP Universitas Airlangga Surabaya ). Foto 2 dan 3 : Tahun 1986 : menjelang lulus kuliah,Viddy diundang bang Hamsad Rangkuti, Pimred Majalah Horison versi Balai Budaya, untuk ikut baca puisi memeriahkan HUT ke 20 majalah HORISON di Gedung Balai Budaya Jakarta 1986. Yang membaca puisi disamping Viddy adalah Soraya Perucha, Sutardji Calzoum Bachri, Mohtar Lubis, Salim Said, Husni jamaluddin dan sebagainya. ( rilis selanjutnya adalah Foto 4 dstnya---yang akan datang ) Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
[ac-i] Tari Pendet di Opini UTUSAN MALAYSIA
FORUM-UTUSAN MALAYSIA .khad1, .khad1:link, .khad1:visited, .khad1:active { color:#3366CC; text-decoration:underline; border-bottom:#3366CC 1px solid; } .khad1:hover { color:#c03; text-decoration:underline; border-bottom:#c03 1px solid; } .khad2, .khad2:link, .khad2:visited, .khad2:hover, .khad2:active, text-decoration:none; border-bottom:none; } Keliru penari Bali dalam iklan pelancongan/pariwisata Malaysia SUDAH sekian lama saya ingin mengutarakan pendapat berkenaan dengan iklan pelancongan Malaysia di mata luar negara. Reaksi daripada pihak media Indonesia baru-baru ini mengejek Malaysia gara-gara menampilkan penari Bali dalam iklan pelancongan. Kasus tarian kepala singa/Reog dan lagu Rasa Sayange sudah selesai. Sekarang panas semula isu tarian Bali, ‘tari pendet’ pula muncul. Akan panaslah tempat duduk duta besar serta konsulat jeneral kita di sana, begitu juga Borhan Abu Samah, wakil Utusan Malaysia di Jakarta. Melihat akan iklan tersebut, memang saya sendiri terkejut dan ada juga rasa malu, terhina dan sebagainya seolah-olah Malaysia tidak ada budaya, miskin kesenian. Saya sebagai rakyat Malaysia secara peribadi juga berasa seolah-olah pihak-pihak yang terlibat dengan promosi Pelancongan Malaysia tidak sensitif akan hal ini,dan biasanya mereka adalah rumpun non-Melayu. Padahal,banyak lagi budaya tempatan yang boleh dikatakan ‘serumpun’ dapat diangkat menjadi daya penarik. Hal-hal yang berkaitan Bali itu tentu jauh sekali untuk mewakili Malaysia, malah di Indonesia sekalipun, Bali seolah-olah berdiri sendiri. Jangan lagi digunakan alasan serumpun - selidiki dahulu. Saya memohon Kementerian Pelancongan memantau penampilan-penampilan imej Malaysia dalam promosi-promosi budaya kita yang diproduksi swasta. Jika diikutkan emosi saya, saya cadangkan jangan lagi tampilkan apa-apa juga yang ‘berbau’ Indonesia,kita tak perlu lagi mengangkat-angkat Indonesia. Barangkali hal ini dianggap kecil oleh sesetengah golongan, tetapi tidak bagi kami sebagai pengamat budaya. ___ Nama baru untuk Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
[ac-i] Trs: Rilis ke Pertemuan Sastrawan Nusantara/PSN IX di Sumatera Barat 1997 [5 Attachments]
--- Pada Rab, 26/8/09, Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id menulis: Dari: Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id Judul: Rilis ke Pertemuan Sastrawan Nusantara/PSN IX di Sumatera Barat 1997 Kepada: pendekarbudiman1...@yahoo.co.id, putrak...@gmail.com, wajahbercah...@yahoo.co.id, a_ala...@yahoo.com, a.rizki_indonesi...@yahoo.co.id, Abi Ravi Viddi abiravivi...@yahoo.co.id, Acicis Yogyakarta aci...@murdoch.edu.au, ade.suken...@deplu.go.id, afrionb...@yahoo.com, Agung Wijaya azollapin...@yahoo.com, ahmadu...@yahoo.com, aidaidris2...@yahoo.com, a...@dbp.gov.my, alfat...@yahoo.com, alumnifisipu...@yahoogroups.com, amangmawardi2...@yahoo.com, arifinkatiq_...@yahoo.com, arina_szm@hotmail.com, atriza_u...@yahoo.com, austi...@yahoogroups.com, ananda_spee...@yahoo.com, artculture-indonesia@yahoogroups.com, apresiasi-sas...@yahoogroups.com, apaka...@yahoogroups.com, melg...@pd.jaring.my, matan_...@yahoo.com, masc...@gmail.com, m...@ukm.my, hamz...@yahoo.com, hasan.bi...@tpi.tv, henri1...@yahoo.com, hhas...@apb.ubd.edu.bn, hhas...@fass.ubd.edu.bn, hori...@centrin.net.id, daarut-tauh...@yahoogroups.com, daeng_ti...@yahoo.com, darawindi2...@yahoo.co.id, daru_priyamb...@yahoo.com, dato_kem...@yahoo.com, deddymiz...@windowslive.com, denbi...@yahoo.com, deny_mani...@yahoo.com, dhila_ha...@yahoo.com, dians_lung...@yahoo.co.id, djoko_fine...@yahoo.com, dimasarikmihar...@yahoo.co.id, dk_ja...@yahoo.com, di...@email.com, di...@um.edu.my, d...@centrin.net.id, d...@kompas.com, dph_dj...@yahoo.com, Jan Van Der Putten mlsj...@nus.edu.sg, jamal_d_rah...@yahoo.com, jurnali...@yahoogroups.com, jip-un...@yahoogroups.com, jil kalaran jilkala...@yahoo.com, k...@kompas.com, kklan...@indosat.net.id Tanggal: Rabu, 26 Agustus, 2009, 5:32 AM Tahun 1997,Viddy-budayawan Asia Tenggara asal LAMONGAN diundang oleh Bang Hamid Jabbar sebagai salah satu pembicara/pemakalah di Pertemuan Sasterawan Nusantara 9 di Sumatera Barat 1997. Pembukaannya di Bukit Tinggi oleh pak Menteri Moerdiono. PSN berlangsung di Sekolah INS Kayu Tanam selama seminggu. Penutupan di Kantor Gubernur Sumbar di kota PADANG di tepi pantai Malin Kundang. Foto 1 : Setelah Upacara Pembukaan PSN IX lalu berfoto di Jam gadang Bukit Tinggi. Foto 2 : Berfoto di Pasar Atas Bukit Tinggi lalu berburu makan siang dengan makanan lokal. Foto 3 : Jadi pembicara PSN berdampingan dengan Haji Hamzah Hamdani/Gapena Malaysia, dan pembicara dari Sumbar.dan pembicara dari Makasar sedang bicara. Moderator dipegang Jose Rizal Manua,penyair dan deklamator Jakarta keturunan Sumatra. Foto 4 : Berfoto bersama para aktifis KSI awal / Wowok dkk setelah makan siang di kantin PSN Kayu Tanam. Foto 5 : Viddy, Jamal D Rahman dan seorang budayawan Johor,Malaysia berfoto dengan para adik2 pelayan/pramusaji PSN Kayu Tanam, usai sarapan pagi. ( Dok.Visi Aman Sentosa Dahsyat ) Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini! Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[ac-i] Trs: Rilis Rombongan Ke Pertemuan Sastrawan Nusantara 10 di Johor Baru,Johor,Malaysia 1999-bersama rombongan HORISON [4 Attachments]
--- Pada Rab, 26/8/09, anuv chaviddy putrak...@gmail.com menulis: Tahun 1999, UNTUK PERTAMA KALINYA VIDDY KE MALAYSIA--kalau ke luar negeri sudah pernah ke Australia dalam rangka syuting LENONG BOCAH-TPI. Kami diundang Pak Taufik Ismail dan Ibu Atik Ismail dari majalah HORISON untuk ramai-ramai sekitar 30-an orang sastrawan tua-muda Indonesia, menyeberang naik kapal laut dari Tanjung Priok ke Batam dua hari semalam, nginep di Batam semalam ditaja oleh Pak Ismeth Abdullah--kini Gubernur Kepri--yang waktu itu masih menjadi Kepala Otorita Batam,karena Bu Aida Ismeth adalah sahabat Bu Atik. Setelah keliling Batam 2 hari, lalu menyeberang ke Singapura lalu keliling Singapura 1 hari, baru naik bus melewati jembatan antarabangsa menuju Hotel Hyat Johor Baru, tempat Pertemuan Sastrawan Nusantara/PSN X dilaksanakan. Foto 1 : Viddy dan beberapa sastrawan al. Subhanuddin Alwi Cirebon dan Jamal D Rahman redaktur Horison ( waktu itu belum Pimred ), berfoto persis ketika kapal lepas jangkar dari pelabuhan Tanjung Priok. Foto 2 : Di tengah laut masih dekat perairan Tanjung Priok, Viddy berfoto dengan Pak Taufik Ismail, Ibu Atik Ismail,Helvy Tiana Rosa dan sekretaris Bu Atik. Foto 3 : Mampir di Singapura, di sebuah tempat wisata Bukit, berfoto bersama Isbedy Stiawan Lampung. Foto 4 : Viddy berpose di pantai Selat Tebrau, yang memisahkan daratan Johor dengan Singapura nun di seberang sana. ( Dok.Visi Amansentosa Dahsyat ) Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/
[ac-i] BANGKA pOS.com : Temu Sastrawan Indonesia II Kurang Sambutan
Berita 04 agustus 2009 09:00Temu Sastrawan Indonesia II Kurang SambutanPangkalpinang, Babel - Pertanyaan tentang sejauh mana kontribusi perhelatan akbar Temu Sastrawan Indonesia (TSI) II 2009 untuk menggaungkan sastra lokal (Bangka Belitung) selaku tuan rumah akhirnya terjawab sudah. Sebanyak 16 orang narasumber yang terdiri dari sastrawan ternama, kritikus dan peneliti sastra Indonesia tersebut, hanya melemparkan wacana-wacana teoritis tanpa diperkuat dengan rekomendasi nyata tentang kebangunan sastra lokal di ranah nasional. Kita akhirnya betul-betul menjadi penonton. Hanya nilai-nilai normatif (silaturrahmi) yang dapat kita petik. Sementara nilai intelektualitas tentang bagaimana membangun sastra lokal agar lebih gemilang di tingkat nasional, tidak terasa kita dapatkan, ungkap sesepuh adat sekaligus pegiat budaya dan sastra Bangka Belitung, Suhaimi Sulaiman, usai mengikuti Forum Dialog dan Apresiasi Sastra di Gedung Diklat Provinsi Babel, Sabtu (1/8). Hampir semua narasumber, kata Suhaimi, hanya melemparkan wacana bersifat teori tanpa memberikan kontribusi atau jalan keluar yang nyata bagaimana membangun dunia sastra lokal agar lebih diperhitungkan di tataran nasional. Kontribusi seperti ini yang sebenarnya kita harapkan muncul. Kalau hanya sekadar teori barangkali dapat kita pelajari dari buku-buku, tandas Suhaimi. Suhaimi mengakui, dari sisi serimonial, TSI II 2009 yang mengusungkan tema Sastra Indonesia Pascakolonial, sangat sukses dan meriah. Kawan-kawan yang terlibat di panitia, termasuk pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, saya pikir sudah memberikan kontribusi yang besar terhadap meriahnya kegiatan ini. Rasa dahaga untuk bertemu kawan-kawan sastrawan ternama dari pelosok tanah air terasa terlampiaskan, kata Suhaimi seraya menyarankan, agar TSI di masa yang akan datang selain menekankan pentingnya nilai silaturrahim, juga hendaknya memperhitungkan rekomendasi tentang sastra lokal agar lebih menggeliat lagi. Khususnya bagi tuan rumah, setidaknya even TSI meninggalkan benih intelektualitas untuk disemai agar kelak berbuah lebat dan dapat dipetik oleh sastrawan lokal serta masyarakat sebagai modal memajukan sastra lokal kita, papar Suhaimi.Perumusan TemaRadhar Panca Dahana, salah seorang narasumber Dialog dan Apresiasi Sastra TSI II 2009 mengungkapkan, tidak terpenuhinya harapan kawan-kawan daerah mengenai kontribusi yang dilahirkan dari TSI II, pada dasarnya bukan terletak pada kesalahan materi yang disampaikan. Menurut Radhar, persoalannya terletak pada perumusan tema yang disuguhkan oleh pihak panitia penyelenggara. Jauh-jauh hari kita sudah disodorkan untuk berbicara tentang Sastra Indonesia Pascakolonial sebagaimana tema TSI II. Ya, otomatis kita akan berbicara tentang tema, menterjemahkannya sesuai konteks yang disodorkan kepada kita, kata Radhar.Kendati demikian, kata dia, dalam ruang tanya jawab, beberapa peserta ada yang mempertanyakan masalah sastra lokal dan kaitannya dengan persoalan sastra secara nasional saat ini. Jawaban yang disampaikan oleh para narasumber, mungkin memang agar terbatas dan tidak terlalu dikupas tuntas, mengingat pertanyaan-pertanyaan tersebut lepas begitu saja dari paparan makalah, ujarnya.Lebih lanjut dikatakan Radhar, dalam konstalasi sastra nasional saat ini, peran sastra lokal sudah cukup baik dan bagus. Jadi saya pikir, kreativitasnya saja yang lebih perlu ditingkatkan. Dari sisi kualitas sudah amat baik. Yang penting terus saja untuk berkarya, jangan pernah ada kata berhenti. Kemajuan atau upaya membangun lebih gemilang sastra lokal, tentunya tidak mutlak harus melalui kegiatan seperti TSI ini, jelas Radhar. Ditanya bagaimana sejauh ini kontribusi sastra lokal, khususnya Bangka Belitung dalam mewarnai sastra di tataran nasional, Radhar mengaku belum melihat sesuatu yang dapat diandalkan dari kronik sastra Babel untuk tanah air. Saya belum melihat hal itu. Atau mungkin terlepas dari perhatian saya tentang hal tersebut, ujarnya.Sementara pembicara dari Yayasan Lontar, Jhon McGlynn, menyatakan, tema yang diusung dalam TSI II 2009 terkesan terlalu luas. Mestinya ada pengerucutan yang lebih kecil, misalnya diarahkan kepada konteks yang lebih lokal, sehingga akan mampu menjawab tantangantantangan apa dan jalan keluar yang bagaimana yang perlu dirumuskan untuk memberi jawaban sebagaimana harapan kawankawan daerah. Kendati tidak berupa jawaban, ya mungkin ada sejenis rekomendasi untuk dijadikan PR bersama, papar Jhon. Menurut hemat Jhon, TSI II 2009 terkesan kurang mendapat perhatian masyarakat luas. Masyarakat tampaknya kurang memanfaatkan momen ini. Para pelajar dan mahasiswa juga tidak terlihat antusiasnya. Saya tidak tahu persis apa persoalannya, apa memang tidak dilibatkan ataukah karena tempat penyelenggaraannya yang jauh dari pusat keramaian, tandas Jhon. Jhon mengakui, sejak berada di Bangka Belitung tiga hari lalu, ia menangkap suatu yang unik dan mestinya
[ac-i] Rendra di Utusan Malaysia
SASTERA-UTUSAN MALAYSIA ARKIB : 09/08/2009 .khad1, .khad1:link, .khad1:visited, .khad1:active { color:#3366CC; text-decoration:underline; border-bottom:#3366CC 1px solid; } .khad1:hover { color:#c03; text-decoration:underline; border-bottom:#c03 1px solid; } .khad2, .khad2:link, .khad2:visited, .khad2:hover, .khad2:active, text-decoration:none; border-bottom:none; } Pulangnya Burung Merak Jogja Oleh Ku Seman Ku Hussain Di Nusantara dia diberi gelaran manis, Burung Merak Jogja. Terbangnya ke serata dunia dengan sayap sastera, tidak lekang semangat Indonesia dan sangat tebal pula protes terhadap arus perdana. Biarpun usia melewati tujuh dekad, dia masih ampuh berpuisi lantang di pentas teater. Dia memilik nama besar selepas dipenjarakan beberapa kali pada era bekas Presiden Suharto kerana puisi protesnya. Keluar penjara dia tetap tokoh yang dijulang oleh segenap warga, dari tokoh politik hingga pelacur-pelacur di kota Jakarta. Demikian percikan pengaruh puisi kepada sasterawan tersohor Indonesia, W.S Rendra yang menutup usia 74 tahun pukul 10.22 malam Khamis lalu di Jakarta Utara. Rendra atau nama sebelum memeluk Islam Wilibrordus Surendra Broto ini berjuang menerusi wadah sastera; puisi dan teater. Selepas memeluk Islam, Rendra menukar namanya kepada Wahyu Sulaiman Rendra atau singkatannya W.S. Rendra. Pengaruh Rendra sangat digeruni pemerintah, acara deklamasi puisinya kerap diserbu dan beberapa kali pula Rendra dihumban ke rumah pasung. Tetapi Burung Merak Jogja ini tidak pernah tewas, sayapnya tidap pernah patah. Buktinya pada dekad 80-an, acara deklamasi puisi Rendra yang dikenakan tiket RM30 penuh sesak seumpama konsert artis popular. Sepanjang hayatnya, Rendra tidak pernah toleran kepada penyalahgunaan kuasa oleh pihak berkuasa. Rendra bangun memprotes dan menjadi suara golongan gelandangan yang hidup di bawah jambatan di Jakarta. Rendra menjadi sasterawan pertama yang mendapat sokongan hebat seluruh pelacur-pelacur Kota Jakarta selepas mencipta puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta. riwayat Membaca riwayat Rendra, saya begitu teringin untuk menemuinya. Terlalu terpagut dengan lancang suara dan aksi tatkala berteater. Tahun 1985, apabila Rendra mengadakan program bersama Grup Teater Kreatif, saya dan wartawan Zaini Nasri (kini Pengarah Hal Ehwal Pelajar Universiti Utara Malaysia) mewawancara Rendra, dari kisah dunia sastera hingga pergulatan politik Indonesia. Rendra memperlihatkan ketokohan sebagai pemimpin yang menggerakkan perjuangan rakyat. Jawapannya penuh yakin dilontarkan dalam suara yang sangat tenang apabila menggambarkan rejim Suharto sebagai perompak kesejahteraan rakyat. Wawancara yang berlangsung di Rumah Grup Teater Kreatif itu memberi peluang kepada saya mengenali karakter dan laras pemikiran sastera besar yang memilih jalan kiri untuk sampai ke destinasinya. Saya masih ingat kata-kata Rendra apabila kami berdua mengasak dengan soalan mengenai rejim Suharto yang banyak menangkap golongan seniman, kata Rendra, Mereka boleh penjarakan saya, bukan perjuangan saya. Lelaki berambut gondrong, seluar jeans dan satu butang baju pasti terbuka di dada, bukan saja sangat tangkas ketika mendeklamasi puisi malah bertenaga seperti orang muda. Puisinya pula lebih berupa naratif yang sangat sukar disampaikan oleh deklamator lain yang tidak mempunyai stamina yang sama. Rendra mencurahkan lebih separuh daripada usianya kepada sastera dan teater. Rendra menulis naskhah teater dan melakonkan sendiri menerusi konsep teater yang dikenali sebagai mini kata. Rendra yang dilahirkan di Solo pada 7 November 1935 bukanlah secara kebetulan terjerumus dalam kancah sastera dan perjuangan golongan kiri di Indonesia. Selepas tamat sekolah, Rendra memasuki Fakulti Sastera dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, kemudian melanjutkan pengajian di American of Academy of Dramatic Art di New York. Sekembali dari New York tahun 1967, Rendra membangunkan Bengkel Teater di Jogjakarta. Di situ Rendra menjadi pengasuh kepada golongan muda yang meminati sastera dan teater. Karya-karya awalnya sudah berbau protes selepas Rendra terpasung kepada perjuangan mahasiswa yang cukup hebat pada dekad 70-an. Rendra tidak membuat demonstrasi jalanan tetapi melontarkan protes dalam karya-karyanya. Selain memprotes dalam puisi dan teater, Rendra memperlihatkan pemerhatian tajam kepada gejolak sosial kelas rendah. Dari situ lahirlah puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta, Pesan Pencopek Kepada Pacarnya, Blues Untuk Ronnie, State of Emergency, Sajak Seorang Tua Tentang Bandung Lautan Api dan Mencari Bapak. Antara karya teater Rendra yang menjadi sebutan ialah Oedipus Rex, Kasidah Berzanji, Perang Troya Tidak Akan Meletus dan Kereta Kencana. Prestasi Rendra di dunia sastera ditandai dengan banyak penghargaan yang diterimanya. Antaranya ialah Achmad Bakrie Award 2006 kerana menunjukkan bentuk yang unik dalam dunia
[ac-i] South bank air mata : kumpulan sajak-sajak tema Australia / karya Viddy A.D Book Bib ID 3989097 Format Book Author Viddy A. D. (Viddy Alymahfoedh Daery) Edition Cet. 1. Description Jaka
South bank air mata : kumpulan sajak-sajak tema Australia / karya Viddy A.D Book Bib ID 3989097 Format Book Author Viddy A. D. (Viddy Alymahfoedh Daery) Edition Cet. 1. Description Jakarta : Visi Amansentosa Dahsyat, 1996. 22 p. ; 21 cm. Notes Indonesian poems about Australia. Subjects Australia - Poetry. Also Titled South bank dan air mata extdata.add_hook (showGoogleBooksPreview); extdata.add_hook (showOnlineShopLink); Holdings Comments Librarian's View Copyright Status Details Collect From Np 899.22112 V651ut Copy: N pbk Main Reading Room (Australian Collection) Have a question? For reference enquiries and general questions on items in the collection, ask a librarian. For comments and suggestions on the catalogue site, please let us know. Similar Items Australien : Notizen vom funften Kontinent / Lucjan Wolanowski Australia / Robin Mead This is Australia / [by] Olaf Ruhen ...[et al] Picture reference book of Australia / consultant historian Barry Collett ; research and illustrations Gi... This is Australia / by Olaf Ruhen ... [et al.] Explore Preview at Google Books Add to delicious flashHoldings('detailsDiv'); New search | Advanced search | Browse | Search history | User lists | New items | Site news | Site feedback | Ask a librarian | Help Wajib militer di Indonesia? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com
[ac-i] arsip Jantung Pisang Raja
[ac-i] JANTUNG PISANG RAJA anuv chaviddy Tue, 22 Apr 2008 22:43:15 -0700 google_protectAndRun(ads_core.google_render_ad, google_handleError, google_render_ad); Viddy AD Daery : JANTUNG PISANG RAJA Gulailah jantung pisang raja Dengan sambal belimbing kuning Atau dimasak dendeng kering Laksana pesta di Pondok Burana *) Gulailah jantung penyair nyinyir Dengan sambal dengki dan resah Nyeri pedih dibelah bibir Seperti pemabuk berpesta ludah Aguk,dimanakah Javed Satha berada? Apakah mengunjungi makam Sunan Sendang? Ataukah berenang bersama ikan sembilang? Mereka bersama bocah angon di Hutan Kayu Memanjat pohon belimbing sore-sore Untuk sambal gulai jantung pisang raja Bekal pesta Rembulan Jembar Kalangane Jakarta, 20 April 2008 01.00 (*) Pondok Pesantren Burana berada di pedalaman Hutan Narathiwat,Pattani,Thailand selatan. Curiculum Vitae : Viddy AD Daery atau Drs. Ahmad Anuf Chafiddi, lahir di Lamongan,Jawa Timur, 28 Desember 1961, menulis puisi, cerpen, novel, artikel/kolom dan naskah drama serta naskah sinetron.Juga melukis dan merancang manajemen televisi dan kurikulum pendidikan televisi. Garis Besar Riwayat Hidup : -1987 : Lulus sebagai sarjana sosiologi dari FISIP Univ.Airlangga Surabaya. -1987-1995 : Menjadi wartawan/koresponden Surabaya Post dan Jawa Pos. -2000-sekarang : Koresponden WARTA GAPENA, Malaysia , sambil menjadi sutradara TV, penulis dan pelukis. -1991-2002 : Bekerja di TPI ( Televisi Pendidikan Indonesia ) sebagai produser eksekutif. -2002-2007 : Menjadi sutradara dan penulis naskah sinetron dan Company Profile di beberapa Production House. Sambil mengajar beberapa matakuliah pertelevisian di SDM CITRA-PPHUI Jakarta. -2008 : Menjadi anggota Tim analis media Staf Khusus Menkominfo. Sebagai Penulis KOLOM TETAP : -Tabloid MEMORANDUM-Surabaya ( zaman mahasiswa sekitar 1980-1985 ). -Surabaya Post ( 1990-an ). -Jawa Pos ( 1990-an-2000-an ). -Harian Suara Merdeka Semarang ( 1990-an ). -Harian Pikiran Rakyat Bandung ( 1990-an ). -Republika ( 1990-an-2000-an ). -Rakyat Merdeka ( 2000-an ). Karya-karya di SMA dan mahasiswa sebagai penulis naskah drama dan sutradara dan pemain: -Criezies ( Teater SMAN IV Malang ). -Taubatan Nasukhah ( Teater Remaja Islam Laren-Parengan Lamongan ). -Pengibaran Bendera Pusaka ( Teater Patriana Surabaya ). -FS Remaja-remaja Harapan ( Teater Diskusi di TVRI Surabaya ). -FS ACI : Sepatu Baru ( Pustekkom Dikbud di TVRI Nasional ). -FS ACI : Hengki Hengki ( Pustekkom Dikbud di TVRI Nasional ). Karya-karya di TPI sebagai Redaktur Features SERBANEKA ( 1991 ) : -Jakarta di waktu malam. -PDS HB Jassin. -Majalah HORISON. -Perpustakaan di Jakarta. -Arsip Nasional.-dllnya. Karya-karya di TPI Sebagai Produser,Penulis Naskah dan sesekali Sutradara dan Pemain : -Diamor. -Jogelo. -Neo Panggung Jakarta. -Dagelan Neo Mataram. -Lenong Bocah. -Gelak Ria. -Komedi Anti Stres. -Kentrung Humor. -Komedi John Rocky. -Patrio Ngelaba. -Telenovela Dimana Cinta kutitipkan.-Dlsb. Riwayat Pendidikan : 1.Taman Kanak-kanak Aisyiyah Pangkatrejo,Parengan,Lamongan. 2.Sekolah Dasar Negeri Laren,Lamongan. 3.Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Laren,Lamongan. ( sore hari ) 4.Sekolah Menengah Pertama Negeri I Tuban. 5.Pondok Pesantren Al-Mahadul Islami, Tuban ( sore hari ). 6.Sekolah Menengah Atas Negeri IV Malang. 7.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi,Universitas Airlangga,Surabaya. 8.Fakultas Ushuluddin Jurusan Akidah dan Filsafat, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 9.Akademi Wartawan Surabaya AWS ( 3 tahun minus ujian negara ). Pendidikan dan Pelatihan : 1. 25 Juli-6 Agustus 1983 : Kursus TV Pendidikan I di BPM TV-Pustekkom Dikbud Jawa Timur di Surabaya. 2. 29 September-31 Oktober 1983 : Kursus TV Pendidikan II di BPM TV-Pustekkom Dikbud Surabaya. 3. 12 Agustus 1991 : Seminar Kejahatan Perbankan, penyelenggara TPI Law Office Warsito Sanyoto di Jakarta. 4. 2-4 September 1991 : Penataran Pemilu Bagi Pengelola Media , penyelenggara : Pemda DKI BPRSNP di Puncak, Bogor. 5. 15-18 Februari 1993 : Penataran Penulisan Naskah TV Pendidikan, penyelenggara : TPI, UT, Teleac Belanda dan Pustekkom Pusat di Jakarta. 6. 12-21 Oktober 1998 : Pelatihan Program TV Seni Tradisional, penyelenggara : SAV Pusat Jogja The Ford Foundation di Jogjakarta. 7. 15-18 September 1999 : Pelatihan Synergic Building, penyelenggara : TPI Indosat di Jatiluhur, Purwakarta,Jawa Barat. 8. Juni 1999 : Kursus Bahasa Inggris II di LIA Slipi, Jakarta. 9. September 1999 : Kursus Bahasa Inggris III di LIA Slipi,Jakarta. 10. Dan masih sangat terlalu banyak lagi. Keberhasilan Khusus / Puncak Prestasi : 1 . Menghantar acara-acara TPI merebut 8 Piala Vidia pada FSI 1994 dan FSI 1995. 2. Memenej acara-acara TPI yang berada dalam lingkup tanggungjawabnya, meraih rating tinggi ( masuk 10 top program versi SRI/kini AC Nielsen Indonesia ),
[ac-i] Arsip BERITA HARIAN
Pesta Penyair Indonesia yang berlangsung pada 2528 Mei 2007 di Taman Budaya Sumatera Utara Medan ini adalah bersempena dengan The 1st Medan International Poetry Gathering. Pesta yang dianjurkan Laboratorium Sastra Medan, Dinas Kebudayaan dan Para wisata Medan, Dewan Kesenian Medan dan Garuda Plaza Hotel Medan ini bertujuan untuk mem pertemukan penyair Indonesia dengan penyair seluruh Nusantara. Antara lain, pesta puisi ini bertujuan untuk mewu judkan ruang komunikasi dan mempererat hubungan silaturah him antara penyair serantau, di samping mengamati tradisi sas tera dan adat istiadat daerah. Pesta ini disertai oleh lebih 150 orang penyair dan pengkritik sastera dari Indonesia, Malaysia, Brunei,Thailand,danSingapura. Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur diwakili oleh Mohd Amran Daud, Saifullizan Yahaya, dan Sharunizal Mohd Noor. Pesta ini berjaya menarik per hatian ramai peserta melalui sesi pembentangan kertas kerja oleh tokoh penyair/pengkritik tersohor seperti Ahmadun Yosi Herfanda, Afrion, Viddy AD Daery (Indonesia), S.M. Zakir, Mohamad Saleeh Rahamad (Malaysia), dan Zefri Arif dan Syed Mansor (Brunei). Dalam kertas kerja utama, ber tajuk “Sepintas Sastra Indonesia Mutakhir”, Ahmadun Yosi mela hirkan kesenangannya terha dap kesusasteraan Indonesia yang semakin berkembang, dan sangat menarik untuk dicermati. Pelbagai ragam fiksi diutarakan dalam karya termasuk fiksyen sejarah, fiksyen budaya, dan pen tafsiran baharu. Sementara itu, SM Zakir dalam kertas kerjanya, “Tiga Penyair Malaysia dalam Pergelutan Ruang Ketiga” mengetengahkan tiga orang penyair Malaysia yang mewakili era mutakhir, iaitu Rahimidin Zahari, Shamsuddin Othman, dan Zaen Kasturi. Tiga orang tokoh ini mewakili golongan peribumi tradisi yang tegar mempertahankan keperib adian bangsa berasaskan hubun gan tekal histriografi, etnografi, psikologi dan nilai autentik bangsadannegara,melaluikarya mereka. Selain sesi pembentangan, Pesta Penyair Indonesia ini juga menyelitkan dialog Kebudayaan Serantau dan Musyawarah Sas terawan Nusantara. Pesta tahunan yang diadakan secara penggiliran (Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand) ini diserikan dengan persem bahan baca puisi oleh penyair Indonesia, Tarmizi Rumahitam, dan Nurhilmy Daulay. Penyair Malaysia, Mohd Amran Daud (DBP) dan Amirul Fakir serta penyair Brunei, Zefry Arif turut membuat persembahan. ( OlehMohdAmranDaud ) Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
[ac-i] Bls: info rakyat
Untuk menghibur keresahan itu,dan mencari inspirasi tindakannya,mungkin anda perlu beli buku silat sejarah PENDEKAR SENDANG DRAJAT di toko Gunung Agung Tunjungan Plaza Surabaya,atau kalau di jakarta ya di semua Gramedia. Semoga pas. VDAD --- Pada Ming, 2/8/09, bambang Tegalboto bambangtegalb...@yahoo.co.id menulis: Dari: bambang Tegalboto bambangtegalb...@yahoo.co.id Judul: info rakyat Kepada: wajahbercah...@yahoo.co.id Tanggal: Minggu, 2 Agustus, 2009, 4:00 AM SAMPAI HARI INI JAWA POS BELUM PERNAH MEMUAT BERITA TENTANG KEJADIAN PENJUALAN PRODUK RESIDU YANG DILAKUKAN OLEH KANTOR PEMERINTAH PUSDIKLAT MIGAS CEPU Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! (Gratis) Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/
[ac-i] PSD dari sudut KOMEDI-resensi yang amat amat menarik!!!
topic: Buku Membaca Resensi Buku: Pendekar Masa Transisi -- By : Sjifa Amori Comments (showing 1-1 of 1) (1 new) post a comment » date newest » message 1: by Amang, Moderator (new) 07/14/2009 09:27AM Judul: Pendekar Sendang Drajat (Pesisir Utara Majapahit di Abad Ke-16) Penulis: Viddy AD Daery Terbit : Mei 2009 Penerbit: Pustaka Alvabet Tebal : 236 hlm Raden Ahmad atau Pendekar Sendang Drajat, adalah potret pahlawan yang muncul demi membenahi situasi dengan keutuhan sifatnya manusianya. BARANGKALI Pendekar Sendang Drajat termasuk salah satu novel silat berlatar sejarah yang gaya tulisannya paling berapi-api sejak awal cerita hingga klimaksnya. Meski penulis Viddy Ad Daery mengaku kalau proses penulisan Pendekar Sendang Drajat lebih lama dibandingkan novel karyanya yang lain -materi cerita sudah memenuhi otak penulis sejak kanak-kanak-, alur cerita mengalir begitu lancar seolah ditulis tanpa jeda karena pengarang seperti tak pernah kehabisan inspirasi. Mungkin juga karena materi cerita sudah tertanam di benak penulis sejak kecil, ada daya tarik kanak-kanak karakter penceritaan Pendekar Sendang Drajat, yaitu gaya berkisah ceplas-ceplos penuh keyakinan dan keberanian yang jadi pesona novel silat yang satu ini. Berdasar kekuatan riset sejarah yang kemudian diracik bebas dengan fantasi mengenai pendekar muslim ideal, Viddy menyuguhkan dimensi masa lalu yang menyegarkan. Sejak awal, pengarang sudah mengawali ceritanya dengan latar waktu masa-masa senja kekuasaan Majapahit Raya. Ini adalah era “kegelapan” yang menggiring wilayah-wilayah di bawah kekuasaannya masuk dalam kondisi chaos karena kehilangan pegangan. Termasuk sendi kehidupan dan sistem pemerintahan di wilayah otonom Sendang Duwur di daerah Kerajaan Pamotan, Tuban (kini Lamongan). Di masa itulah, seperti dituturkan Viddy, yaitu sekitar tahun 1565-an, hidup seorang jagoan silat berusia 30-an yang mumpuni dalam olah kanuragan, olah perkelahian. Dialah Raden Ahmad yang lebih dikenal dengan sebutan Pendekar Sendang Drajat. Kelihatan tak mau berbasa-basi dengan plot, setting kekacauan ini menghalalkan pengarang untuk langsung menampilkan Raden Ahmad di awal tulisannya. Pengarang langsung bergulat dengan konflik yang akhirnya juga menjadi seluruh pokok permasalahan yang mesti dihadapi sang pendekar. Meski baru sedikit saja diulas tentang kepiawaian si tokoh utama, perkelahian dan interaksi yang kemudian terjadi akan segera mengungkap tentang kepribadian pendekar. Tentunya masih ada serapan karakter jagoan klasik seperti gagah, bijaksana, kharismatik, dan tentu saja berakhlak mulia. Bedanya, Pendekar Sendang Drajat agak galak dan tidak bertele-tele. Bisa jadi karena pengaruh suburnya pertumbuhan Islam yang menggantikan Hindu di masa itu, maka ciri khas pendekarnya pun lekat dengan budaya dakwah dan penegakan nilai Islam selayaknya para Sunan yang menyebarkan Islam di bumi nusantara. Pendekar Sendang Drajat sesekali menghabisi lawan tanpa pertimbangan yang lambat jika ia yakin musuhnya hanya akan menambah maksiat di bumi. Misalnya ketika pendekar ini membantu Ki Suryadadi menghadapi gerombolan penjahat sadis pimpinan Ki Suradadu. Tanpa ragu-ragu, Pendekar Sendang Drajat memenggal kepala lawannya yang sudah menyerah karena segala kebejatannya terbongkar. “Rupanya kau adalah manusia yang sangat berbahaya jika dibiarkan hidup, Darmo,” seru Raden Ahmad gusar mengetahui kalau musuhnya menculik banyak perempuan untuk dijadikan “penghibur”. Segeralah ia mencabut pedang dan menebaskannya ke leher laki-laki yang dipanggil Darmo tersebut. Adegan yang lumayan sadis macam ini memang umum dijumpain dalam novel silat. Viddy pun mengemukakannya dengan gamblang selayaknya keputusan macam itu bukan sesuatu yang luar biasa. Untungnya, penulis mengimbangi kekelaman yang penuh adu cabut-nyawa ini dengan kejenakaan yang diselipkan di sana sini. Humor menggelitik dalam novel ini tak membutuhkan eksistensi sosok konyol tertentu, karena sesungguhnya yang menggelitik adalah gaya tutur pengarang. Viddy terbilang piawai memilih timing yang tepat untuk melontarkan hal-hal yang lucu sehingga karakter mana pun bisa jadi lucu kapan pun dimana pun. Terkadang panas hati, lembut, humoris, atau konyol karena jatuh cinta, adalah sifat dasar manusia yang dipaparkan dengan jujur oleh pengarang denga membiarkannya terjadi pada beberapa tokoh cerita. Biasanya sisi manusia yang kompleks macam ini disederhanakan dalam
[ac-i] TVRI Tempo doeloe
Monday, July 03, 2006 Menuju TVRI Sebagai TV Publik, sebuah artikel Menuju TVRI Sebagai TV Publik: TAK KENAL MAKA TAK SAYANG, TAK SAYANG MAKA TAK MERASA MEMILIKI Oleh: Maya Fitrianingsih Takjub pula bila saya mengingat masa lalu. Tiap Sabtu malam, saya yang masih duduk di bangku awal Sekolah Dasar, berbondong bersama kakak, ibu, kadang pula bapak, menuju rumah Lik Kismo, tetangga kami. Di sana kami bertemu beberapa keluarga lain yang punya tujuan sama: menonton ketoprak yang ditayangkan TVRI Jogja (TVRI stasiun Yogyakarta). Sesekali kami ingin menonton lebih lama. Tak lupa saya membawa kain sarung untuk selimut sehingga waktu acara Dunia Dalam Berita saya bisa tidur dulu tanpa kedinginan. Selepas siaran berita tiap pukul 21.00 WIB itu, kami bisa menonton film, kuis atau hiburan musik. Betapa mahalnya sebuah tontonan televisi, bukan sekadar karena tak punya pesawat televisi tapi TVRI-lah the single fighter televisi saat itu. Minggu pagi, cerita anak-anak Unyil, klip-klip musik yang dirangkum dalam acara Album Minggu serta seri Little Missy yang saya nantikan. Saya jadi ingat, betapa Little Missy menjadi cerita hiburan yang merogoh emosi penonton, mirip halnya Maria Mercedes yang merebut hati penonton dan mengawali booming cerita telenovela beberapa tahun lalu. Masih ada pula catatan di otak saya pada tayangan yang melegenda seperti Jendela Rumah Kita, Siti Nurbaya dan Sengsara Membawa Nikmat. Ya, itu sekadar nostalgia yang hanya sesekali saja menyenangkan untuk dikenang. Potret sejarah. Yang berbicara betapa TVRI telah puluhan tahun menemani penontonnya, meninggalkan sebagian jejak-jejaknya dalam ruang memori saya. TVRI telah 43 tahun menuliskan sejarahnya sejak siaran percobaannya pada HUT RI ke-17 di Istana Merdeka hingga seminggu kemudian mulai mengudara lewat siaran langsung pembukaan Asian Games IV (24 Agustus 1962). Saya tergelitik dan secara tak sadar mencoba membuka ruang nostalgia acara-acara TVRI dan membawa saya untuk mengaduknya bersama pengalaman dan kesan yang saya rasa mengendap pada ruang sadar saya. *** TVRI sebagai corong pemerintah di masa Orde Baru, siapa pun mafhum itu. Sebelum munculnya televisi swasta, TVRI sebagai media audio-visual satu-satunya, siapa pun tak menyangkal. Tapi, begitu televisi swasta muncul, segera penontonnya berpaling. Tahun 1994, SRI (kini AC Nielsen, salah satu peneliti media), menyatakan bahwa jumlah penonton TVRI tinggal 5 % (Viddy AD Daery, Republika, 1 April 2001). Selepas tumbangnya Orde Baru, terlihat bagaimana TVRI mulai “mencari bentuk” sehingga acap kita dengar bagaimana upaya TVRI mereposisi diri menuju sistem yang lebih ideal. Diantara dinamika demokratisasi di segala bidang, Juni 2000, dikeluarkan PP No. 36/ 2000 tentang perubahan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan). Pada perkembangannya UU No. 32/ 2002 tentang penyiaran menyebutkan TVRI sebagai lembaga penyiaran publik atau TV publik. Berdasar pada UU ini pula, TVRI diberi waktu 3 tahun untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian sebelum siap sebagai TV pulik. Akte notaris pendirian PT TVRI (Persero) ditandatangani 15 April 2003 sehingga sempat muncul polemik di masyarakat tentang keberadaan TVRI. Namun, satu yang pasti, TVRI sebagai TV publik efektif berlaku mulai 1 Desember 2005 ini (demikian keterangan yang saya peroleh dari TVRI Jogja). Ada satu pengalaman yang sempat membuat saya patah arang dan memaki diri sendiri. Waktu itu, masih masa awal TVRI menggunakan slogan “makin dekat di hati”. Saya mendapat hadiah/ doorprize dari acara Resensi Buku TVRI Jogja. Setahu saya, bentuk hadiahnya adalah buku. Lain hari, saya coba ambil di stasiun yang sama. Petugas yang berkompeten tak ada, “keluar” tanpa kejelasan urusan apa. Padahal, untuk mengambil hadiah, musti pada yang bersangkutan. Nah, inilah stereotip sosok PNS yang suka “mangkir”, begitu pikir saya. Maka, mengalahlah saya. Beberapa hari kemudian, saya datang lagi, tak berubah. Pengalaman yang sama. Sejak itu, saya coba ikhlaskan untuk tidak mengharap lagi hadiah itu. Untung saja, meski rumah saya cukup jauh namun tak berada di pucuk gunung sehingga saya tak terlalu kecewa jika biaya transportasi ke stasiun itu sama dengan harga bukunya. Tak ada kejelasan selepas itu. Toh, kalaupun TVRI akan mengirimkan lewat pos atau meminta konfirmasi ke saya, mereka tahu alamat saya. Satu hal yang saya rasakan waktu itu, betapa ironisnya pengalaman ini dengan slogan yang mulai didengungkan. TVRI bukannya makin dekat tapi makin jauh di hati. Setelah beberapa tahun, tepatnya awal Agustus 2005 ini, ketika saya tahu iklan lomba artikel yang diadakan TVRI pusat (Jakarta), saya coba cari informasi selengkapnya di internet, termasuk website TVRI. Hasilnya teramat susah dan untuk sementara pulanglah saya dengan tangan hampa. Saya coba tanya ke TVRI Jogja yang menurut logika saya tentunya tahu informasi itu. Ternyata asumsi saya keliru.
[ac-i] Trs: Buku2 baru di List JAWA POS
--- Pada Sab, 11/7/09, Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id menulis: Dari: Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id Judul: Buku2 baru di List JAWA POS Kepada: pabdu...@wu.ac.th, padi...@dbp.gov.my, p...@dbp.gov.my, pedulimajapa...@gmail.com, pendekarbudiman1...@yahoo.co.id, pesi...@yahoogroups.com, prieya...@yahoo.com, prudisa_s...@yahoo.com, pusat_studi_budaya_banyuwa...@yahoo.co.id, putrak...@gmail.com, wajahbercah...@yahoo.co.id, reda...@alvabet.co.id Tanggal: Sabtu, 11 Juli, 2009, 4:21 AM Buku JAWA POS [ Minggu, 05 Juli 2009 ] Buku Baru PENDEKAR SENDANG DRAJAT Viddy A.D. Daery, Pustaka Alvabet Jakarta, Juni 2009 (Novel) WIRAUSAHA MENGABDI PEMBANGUNAN UNTUK MASYARAKAT Sukamdani S.G., Yayasan Sahid Jaya Jakarta, Mei 2009 (Bisnis) UMMAT DIKEPUNG MAKSIAT, POLITIK SESAT Hartono Ahmad Jaiz Dkk, Pustaka Nahi Munkar Jakarta, Juni 2009 (Religi) 64 RUMUS TERAPAN; PROBABILITAS DAN SEKTOR PADA HIPOTESIS STATISTIKA Dali Santun Naga, Grasindo Jakarta, 2009 (Kajian) A COLD DARK PLACE Gregg Olsen, Dastan Books Jakarta, Juni 2009 (Novel) THE COMPASSIONATE SAMURAI Brian Klemmer, Penerbit Gemilang Jakarta, Juni 2009 (Novel) SENANGNYA ANAKKU JADI PENULIS Sofie Beatrix, Bian Surabaya, 2009 (Pendidikan) Jakarta Sebelum Dan Sesudah Soeharto Spiritualitas Ala Warung Kopi Jakarta Sebelum dan Sesudah Soeharto Mendengarkan Curhat Ibu-Ibu Teks, Konsekuensi, dan Kebenaran Buku Laris Spiritualitas ala Warung Kopi Jangan Dibaca, Ngakak Saja Mari Menulis Buku Harian Buku Laris Buku Baru Ilusi Berbuah Kontroversi Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
[ac-i] PSD di JURNAS MInggu
--- Pada Sen, 13/7/09, Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id menulis: Dari: Wajah Bercahaya wajahbercah...@yahoo.co.id Judul: PSD di JURNAS MInggu Kepada: pedulimajapa...@gmail.com, pendekarbudiman1...@yahoo.co.id, pesi...@yahoogroups.com, putrijulint...@gmail.com, putrak...@gmail.com, pusat_studi_budaya_banyuwa...@yahoo.co.id, wajahbercah...@yahoo.co.id, wardiya...@budpar.go.id, webmas...@ujanailmu.com.my, wibjay...@gmail.com, wid_dialagi...@yahoo.com, wi...@yahoo.com, wiwi...@gmail.com, wiwit_rudia...@yahoo.com, reda...@alvabet.co.id, tamba_...@yahoo.com, toni_kata...@yahoo.com, tsiba...@yahoo.com Tanggal: Senin, 13 Juli, 2009, 1:59 PM BerandaBreakingnewsKoran Hari Ini JURNAL NASIONAL Hasil PencarianUpdate terakhir : 19:04:53 WIB Search result for : Pendekar Sendang Drajat Cari berita Lihat Arsip Koran Senin, 13 Jul 2009 Arsip Koran Close ?July, 2009«‹Today›»SunMonTueWedThuFriSat 12345678910111213141516171819202122232425262728293031Select dateJanFebMarAprMayJunJulAugSepOctNovDec Media Arsip Koran Breakingnews Arsip KoranPendekar Masa TransisiPustaka | Jakarta | Minggu, 12 Jul 2009 BreakingnewsPencarian berita Pendekar Sendang Drajat tidak ditemukan. Pustaka Jakarta | Minggu, 12 Jul 2009Pendekar Masa Transisiby : Sjifa AmoriRaden Ahmad, atau Pendekar Sendang Drajat, adalah potret pahlawan yang muncul demi membenahi situasi dengan keutuhan sifatnya manusianya. BARANGKALI Pendekar Sendang Drajat termasuk salah satu novel silat berlatar sejarah yang gaya tulisannya paling berapi-api sejak awal cerita hingga klimaksnya. Meski penulis Viddy Ad Daery mengaku kalau proses penulisan Pendekar Sendang Drajat lebih lama dibandingkan novel karyanya yang lain -materi cerita sudah memenuhi otak penulis sejak kanak-kanak-, alur cerita mengalir begitu lancar seolah ditulis tanpa jeda karena pengarang seperti tak pernah kehabisan inspirasi. Mungkin juga karena materi cerita sudah tertanam di benak penulis sejak kecil, ada daya tarik kanak-kanak karakter penceritaan Pendekar Sendang Drajat, yaitu gaya berkisah ceplas-ceplos penuh keyakinan dan keberanian yang jadi pesona novel silat yang satu ini. Berdasar kekuatan riset sejarah yang kemudian diracik bebas dengan fantasi mengenai pendekar muslim ideal, Viddy menyuguhkan dimensi masa lalu yang menyegarkan. Sejak awal, pengarang sudah mengawali ceritanya dengan latar waktu masa-masa senja kekuasaan Majapahit Raya. Ini adalah era “kegelapan” yang menggiring wilayah-wilayah di bawah kekuasaannya masuk dalam kondisi chaos karena kehilangan pegangan. Termasuk sendi kehidupan dan sistem pemerintahan di wilayah otonom Sendang Duwur di daerah Kerajaan Pamotan, Tuban (kini Lamongan). Di masa itulah, seperti dituturkan Viddy, yaitu sekitar tahun 1565-an, hidup seorang jagoan silat berusia 30-an yang mumpuni dalam olah kanuragan, olah perkelahian. Dialah Raden Ahmad yang lebih dikenal dengan sebutan Pendekar Sendang Drajat.Kelihatan tak mau berbasa-basi dengan plot, setting kekacauan ini menghalalkan pengarang untuk langsung menampilkan Raden Ahmad di awal tulisannya. Pengarang langsung bergulat dengan konflik yang akhirnya juga menjadi seluruh pokok permasalahan yang mesti dihadapi sang pendekar. Meski baru sedikit saja diulas tentang kepiawaian si tokoh utama, perkelahian dan interaksi yang kemudian terjadi akan segera mengungkap tentang kepribadian pendekar. Tentunya masih ada
[ac-i] Nasyid Lintas Agama
Radar Kediri [ Rabu, 08 Juli 2009 ] SMA Kristen Petra Wujudkan Universalitas Seni Punya Grup Nasyid Lintas Agama Masyarakat mengenal nasyid sebagai salah satu seni olah vokal bernuansa islami. Namun, seni itu ternyata menembus batas agama. Seni tersebut juga ada di SMA Kristen Petra. Tak hanya mendengar, mereka juga belajar nasyid. IKA MARIANA, Kediri --- Sore itu, gedung sekolah di Jalan Medang Kamulan, Kelurahan Balowerti, tersebut terlihat lengang. Maklum, pada minggu ini anak sekolah masih menikmati libur kenaikan kelas. Hanya ada beberapa pekerja yang sedang membenahi bagian depan sekolah. Namun, sayup-sayup terdengar suara nyanyian. Itu datang dari gedung bagian selatan. Tidak hanya suara seseorang, suara berirama tersebut keluar dari beberapa orang. Sesekali, mereka bersahut-sahutan. Ternyata, suara itu bersumber dari gedung perpustakaan. Alunan suara terdengar semakin keras ketika koran ini berada di pintu masuk. Di dalam perpustakaan tersebut, ada lima siswa. Mereka sedang berakapela. Yaitu, suatu teknik bernyanyi tanpa iringan musik. Mereka melantunkan lagu nasyid milik grup asal Malaysia, Raihan. Judulnya adalah Assalamualaikum. Kelima remaja itu adalah Kholifatun Ida Atkha, Elya Destiara, Anggi Aditia, Muhammad Rambo Muslim, dan Yohanes. Mereka adalah personel grup nasyid SMA Kristen Petra Kediri yang bernama Alhamdulillah Petra Nasyid. Beberapa kali nyanyian mereka terhenti. Kemudian mereka tertawa pelan. Ternyata mereka menertawakan kesalahan sendiri. Ada yang lupa lirik. Ada juga yang lupa nada. ''Yah, lupa lagi liriknya...ulang-ulang,'' teriak Kholifatun yang akrab disapa Yuni. Alhamdulillah Petra Nasyid yang beranggotakan sepuluh orang tersebut sore itu sedang berlatih. Sebenarnya, grup nasyid tersebut baru terbentuk sebulan lalu. Para pelajar itu bergabung demi mengikuti even School Nasyid Contest dalam Honda-KoMu Radar Kediri School Contest pada 3 Agustus mendatang. Keikutsertaan mereka membuat panitia terkejut. Sebab, jarang ada sekolah berlatar belakang agama Kristen yang punya grup nasyid. ''Di sekolah kami, ada yang muslim kok. Termasuk saya. Tapi, anggota grup nasyid ini juga ada yang Kristen,'' lanjut Yuni yang juga koordinator Alhamdulillah Petra Nasyid. Perbedaan agama tidak menjadi masalah besar bagi grup itu. Bagi mereka, seni universal. Siapa pun bisa menikmati dan belajar. Seni tak membedakan suku, agama, ras, dan golongan. Seni justru bisa menumbuhkan persatuan dan membuat hidup lebih menyenangkan. ''Saya suka menyanyi apa pun. Nasyid kan salah satu seni vokal juga. Jadi, tidak ada salahnya mempelajari nasyid,'' ungkap Yohanes, satu-satunya anggota grup yang beragama Kristen. Terbentuknya grup nasyid tersebut mendapatkan dukungan penuh dari pengurus sekolah. ''Kami selalu mendukung semua kegiatan yang bisa menunjang dan mengembangkan bakat dan kemampuan siswa. Termasuk mengikuti kontes nasyid ini. Menurut saya, nasyid adalah salah satu seni vokal yang bagus. Tidak ada salahnya belajar,'' papar Kepala SMA Kristen Petra Kediri Setiani Daryulina. Kebetulan, dia mengajar seni budaya, termasuk musik. Mendapat dukungan, Yuni sebagai pencentus ide membuat grup nasyid makin bersemangat. Karena itu, dia mengajak teman-temannya untuk bergabung. (ib) Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/