[budaya_tionghua] Re: budaya permainan , daftar dulu permainan yang diminati

2009-09-10 Terurut Topik david_kwa2003
Ngga usa jau-jau ke sebrang lautan, bukan hanya di Ponti sana, ncim-ncim dan 
ncek-ncek di Benteng (Tangerang) juga pada pinter maen Ce-ki 一枝 ('satu 
batang'), dll. Btw, selaen Ce-ki, masi ada jenis permaenan laen yang namanya 
Cap-ji-ki 十二枝 ('dua belas batang'). Apa bedanya ya? Maklum owe bukan 
tukang maen dan tida bisa maen ...

Selidik punya selidik, rupanya kaum Peranakan (Baba-Nyonya) di Singapura dan 
Malaysia (Melaka - Pulau Pinang) juga kenal yang namanya permaenan Ce-ki, yang 
mereka sebut Chitki. Permaenanan dari Hokkian ini tersebar buhan cuman di 
Indonesia, tapi juga di kedua negara jiran tersebut. Ada yang tau?

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kawaii_no_shogetsu fenghuan...@... 
wrote:

  SHENGGUANTU
  WEIQI
  
  Klo Ceki(ni asalnya dari Zhongyuan juga ga?), kartu setan(klo ni biasa yang 
 maen ncim-ncim di Ponti sono) kayak gitu tu sejarahnya gimana?
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibc ibcindon@ wrote:
 
  Sambil tunggu Suhu RED  PHOENIX  turun gunung,  mari kita mulai daftar dulu 
  permainan yang diminati dan ingin diketahui lebih lanjut apa saja:
  
  MACIOK,
  SIANGCI
  
  Apa lagi lainya   silahkan tambah - tambah :-))
  
  
  
  -Original Message-
  From: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of ardian_c
  Sent: Monday, September 07, 2009 11:37 AM
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: [budaya_tionghua] Re: budaya permainan macam-macam
  
  aih si Red itu modie disini pak. Sengaja namanya disebut2 biar bangkit dan 
  turun dari pertapaan huehehehehehehe
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibc ibcindon@ wrote:
  
   Pak Ardian,
   
   Nah kalu dikasi cuma  gelar Kaypang gini, gimana  owe bisa tahu orangnya 
   ??  Soalnya owe enga kenal Pangcu yang bisa ditanyain   :-))
   
   
   
   -Original Message-
   From: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of ardian_c
   Sent: Monday, September 07, 2009 10:58 AM
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Subject: [budaya_tionghua] Re: budaya permainan macam-macam
   
   cari red phoenix di bandung noh, dia jago maen yg strategi ala tenglang.
   
   
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibc ibcindon@ wrote:
   
Kayanya nih kalau ada diskusi permainan  Tionghoa bakalan seru , dan 
padat pengunjungnya……

 

Hayo siapa yang bersedia  bertutur mengenai  sejarah,  cara bermainnya, 
 relasi dengan budaya nya apa ,  Rasanya dulu; kalau tunggu orang mati 
juga ada permainan,  kalau melek semalaman sincia juga ada permainan,  
dst……..  dst..

 

Siapa bisa jadi nara sumber ??  nanti kita  masukan dalam jadwal  
bulanan  Forum Budaya…..

 

Jangan lupa yang bisa bawa contoh-contoh permainan nya   juga 
diperlukan 
………………………………….

 

Salam,

Sugiri.

 

PS,  Satpol PP datang kan kalu main pake  
uang……. Kalu untuk latihan saja supaya tahu 
apa  jadi masalah ??? 
……………………..
 hehehe

 

 

 

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
[mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of King Hian
Sent: Monday, September 07, 2009 9:25 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Memasyarakatkan Kue Bulan

 






Mau cari Weiqi ada di Pancoran Glodok. Harganya bervariasi, harus bisa 
nawar.
Sebagai perbandingan saya pernah beli weiqi di Kelapa Gading di toko 
Wenxin Shufang, harganya Rp. 70.000,- Bijinya terbuat dari batu. Harga 
di Glodok biasanya sedikit lebih tinggi.

Kalau tdk sempat ke Jakarta, coba cari toko Oke Doku 6000 (dulu Oke 
Doku 5000, di Bandung ada?? ), yang berjualan barang2 produksi RRT 
dengan harga Rp. 6000,-
Di situ dijual wuziqi (äºå­æ£‹) dengan 
harga 6 rebu perak. Wuziqi ini menggunakan kotak dan biji seperti 
weiqi, hanya saja peraturan permainan yang berbeda. Wuziqi membuat 
barisan yang terdiri dari 5 biji (seperti dengan permainan catur jawa 
yang kita mainkan dengan tanda X dan O). Bijinya terbuat dari plastik. 
Untuk memainkan weiqi yang ukuran besar, beli 3-4 kotak (dengan harga 
18-24 ribu) sudah lebih dari cukup.
Dusnya warna biru, dengan gambar Tong Sam Cong dan murid2nya.

kiongchiu,
KH



  _  

From: kawaii_no_shogetsu fenghuang82@
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: 

[budaya_tionghua] Re: Asal usul orang khek Singakawang....

2009-09-10 Terurut Topik david_kwa2003
Contoh lain:

Orang Tionghoa di Indonesia datang dari dua propinsi yaitu Fujian dan 
Guangdong. Kelompok terbesar yang ada di Indonesia adalah Hokkian (Fujian) yang 
menurut sensus tahun 1930 berjumlah 550.000 jiwa. Mereka tersebar di Jawa, 
Madura, Sumatera (kecuali Bengkalis), Indonesia bagian Timur dan sedikit di 
Kalimantan Barat. Kelompok lainnya yaitu Hakka yang berasal dari Barat Daya 
propinsi Fujian dan menurut sensus 1930 berjumlah 200.000 jiwa. Kelompok ini 
banyak terdapat di Kalimantan Barat.

Salah satu hal yang menarik adalah istilah `China' yang masih digunakan mereka. 
Orang-orang China Singkawang, Kalimantan Barat dan di Bangka selalu 
mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Ch'in tanpa memiliki anggapan bahwa 
istilah itu mengandung konotasi merendahkan atau menghina.

DK:
Di Bengkalis sebagian besar adalah orang Hokkian Totok yang masih bisa 
berbahasa Hokkian, bukan Peranakan, begitu pula di Bagansiapi-api dan Selat 
Panjang. Koq dikecualikan? Ada apa?

Orang Hakka berasal dari propinsi Fujian bagian barat daya (Yongding dst), 
Guangdong timur laut (Meizhou, Mei Xian dan sekitarnya) dan Guangxi bagian 
timur (CMIIW, pls). Bukan hanya dari Barat Daya propinsi Fujian. Justru 
sebagian besar dari Guangdong, koq dibilang hanya dari Fujian?

Istlah Cina (bukan China, jangan malu-malu lah), pernah owe bahas di satu 
tulisan lain, dalam bahasa Melayu―awalnya dan mungkin masih sampai sekarang 
juga di luar Jawa―tidak berkonotasi menghina atau merendahkan. Seperti kata 
Cina Benteng toh tidak bermakna berkonotasi menghina atau merendahkan, 
semata-mata hanya bermakna denotatif orang Cina dari Benteng (Tangerang), itu 
saja. Pemerintah orde babe lah yang “berjasa”besar merekayasa sehingga 
istilah itu menjadi dilekati makna konotatif negatif, dengan dikeluarkannya 
Surat Edaran Presidium Kabinet No. 6 /Pres-Kab/6/1967 yang memaksa digantinya 
semua istilah Tionghoa dan Tiongkok menjadi Cina. Itulah sebabnya 
“Orang-orang China (baca: Cina) Singkawang, Kalimantan Barat dan di Bangka 
selalu mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Ch'in (baca: Cin-a) tanpa 
memiliki anggapan bahwa istilah itu mengandung konotasi merendahkan atau 
menghina”. Bagi mereka, istilah Cina dalam bahasa Melayu tidak bermakna 
politik apa-apa, berbeda dengan makna politik yang sudah dilekatkan pada 
istilah Cina di Jawa dan tempat-tempat lain. Bagi mereka, tokh tiada yang salah 
dengan Cina... 

Jadi, akibat rekayasa politik orde babe, jangan heran bila sebagian orang 
menjadi alergi dan lalu memakai topeng untuk menyebut Cina menjadi China, atau 
paling banter Chinese, bukan Tionghoa atau Tiongkok sesuai aslinya sebelum 
1967. Padahal, bagi kebanyakan orang lafalnya tetap saja Cina juga, sebab hanya 
sedikit yang mampu melafalkannya menjadi Caina atau Cainis seperti layaknya 
bahasa Inggris. Itupun yang pernah belajar bahasa Inggris! 


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, henyung heny...@... wrote:

 Ini ngutipnya benar tidak ? Mungkin bung Mitradewata salah membaca ?
 
 contoh:
 Tidak jarang pula mereka mengidentifikasikan diri sebagai orang Tong Nyin 
 atau orang dari dinasti Tang (618-907 M) yang merupakan orang Manchu (hal.20).
 
 hy:
 Istilah Manzu baru dikenal pada akhir dinasti Ming (1368 - 1644 penanggalan 
 umum). Bahkan pada masa Tang nenek moyang orang Manzu yaitu suku-suku Nvzhen 
 masih merupakan sub suku Yilou (bagian dari Wuhuan) yaitu suku Heishui bagian 
 dari kelompok suku Mohe. Abad ke 12 penanggalan umum suku Nvzhen ini 
 menguasai Tiongkok utara di bawah pimpinan klan Wanyan dan mendirikan dinasti 
 Jin (1115 - 1234 penanggalan umum). Pada masa ini mereka sudah ter-sinifikasi.
 
 Pada akhir dinasti Ming, di bawah pimpinan Nurhaci daerah Nvzhen yang 
 sebelumnya daerah vassal melepaskan diri dari kekuasaan Ming. Nurhaci (dari 
 klan Aishin Gioro) kemudian mendirikan dinasti baru yang dia beri nama Jin. 
 Namanya sama seperti dinasti sebelumnya yang di bawah klan Wanyan. Ia 
 kemudian mengganti istilah Nvzhen dengan Manzu. Sebagian teori mengatakan 
 bahwa Manzu diturunkan dari nama bodhisatva Mansjuri.
 
 Hormat saya,
 
 Yongde
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, san.mitradewata san.mitradewata@ 
 wrote:
 
  Di dapat dari Milis tetangga...Just for information...
  
  
  #ASAL USUL KHEK SINGKAWANG#
  
  Asal usul komunitas Tionghoa di Nusantara memiliki sejarah yang menarik. 
  Mereka ternyata berasal dari suku yang berbeda satu sama lain. Tidak hanya 
  yang kita kenal yaitu `orang China' saja. Orang Tionghoa di Indonesia 
  datang dari dua propinsi yaitu Fujian dan Guangdong. Kelompok terbesar yang 
  ada di Indonesia adalah Hokkian (Fujian) yang menurut sensus tahun 1930 
  berjumlah 550.000 jiwa. Mereka tersebar di Jawa, Madura, Sumatera (kecuali 
  Bengkalis), Indonesia bagian Timur dan sedikit di Kalimantan Barat. 
  Kelompok lainnya yaitu Hakka yang berasal dari Barat Daya propinsi Fujian 
  dan menurut sensus 1930 berjumlah 200.000 jiwa. Kelompok ini banyak 
  

[budaya_tionghua] Re: SANGJIT laen suku laen aturan (Sang Jit dan Lap Tin)

2009-09-08 Terurut Topik david_kwa2003
RRS,

Makna sesungguhnya dari sang jit-thau-a é€æ—¥é ­ä» atau, disingkat, sang jit 
送日 saja adalah:
“(pihak keluarga laki-laki) mengirimkan sepucuk surat kepada pihak perempuan 
yang berisi nanma para sanak-saudara, tanggal-tanggal menggunting pakaian, 
menjahitnya, mengantar panjar, merias kamar pengantin, dan nikah. Juga mencari 
hari baik dan saat yang baik di dalam buku almanak Tionghoa (Thongsi 通書)”.

Tetapi yang dilaksanakan pada waktu Sangjit sekarang ini sebenarnya adalah Lap 
Tin 納徵 alias Anter Panjer dalam bahasa Melayu, yang mirip dengan upacara 
Seserahan (Sunda). Maknanya adalah memberi antaran uang dan barang-barang 
(pheng kim 聘é‡` atau bride price) kepada keluarga calon mempelai wanita. Jadi 
rupanya makna sangjit yang sebenarnya sudah bergeser, dari ‘mengantar surat 
berisi jadwal hari-hari untuk pernikahan’ hingga ‘mengantar mas kawin 
(panjer)’.

Meski waktu itu hanya berlaku di kalangan bangsawan, upacara ini sudah tercatat 
sejak dinasti Ciu å`¨æœ (1046 SM-256 SM) dalam kitab Le Ki 禮記.

Kiongchiu,
DK


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Franz Widjojo franzwidj...@... wrote:

 Dear All,
 Sewaktu menikah saya melalui acara sangjitan, begitu juga teman teman dan 
 saudara yang Cina juga sangjitan, jadi saya beranggapan bahwa sangjit adalah 
 asli Cina, 
 Tetapi sewaktu saudara saya menikah dengan orang India, ternyata mereka juga 
 mengadakan Sangjit
 
 Mungkin ada yang tahu arti sangjit dan sejarahnya?
 
 Salam
 
 Franz W
 
 
 
 
 
 From: Lim Wiss lim.w...@...
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Tuesday, September 8, 2009 12:17:41 PM
 Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: SANGJIT laen suku laen aturan
 

 Saat saya menikah baki ada 8 juga.
 Semua makanan ada 16 buah.
 Beda dengan adik saya menikah
 dengan orang Hokkian, baki ada 9. Semua makanan ada 18 buah.
  
 Saya perhatikan orang Hokkian lebih suka
 angka 9 diucapkan jiu, yang berarti panjang. Bisa diartikan jodoh diharapkan
 panjang.
 Beda dengan orang Khek lebih suka angka 8
 diucapkan ba, menyerupai bunyi fa yang berarti hoki.
  
 
 
  
 From:budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto: budaya_tionghua@ yahoogroups. 
 com ] On Behalf Of ardian_c
 Sent: Tuesday, September 08, 2009
 11:44 AM
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Subject: [budaya_tionghua] Re:
 SANGJIT laen suku laen aturan
 lha gw org khek jg waktu merit bakinya ada 8 tuh , itu
 jg aturan dari keluarga gw.
 gimana ya ?
 
 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com,
  ulysee _me2  ulysee _me2@ ... wrote:
 
  Kemaren, sepupu gue ada yang bikin acara di rumahnya. Acara sangjit atau
 seserahan kalau di jawa, hantar baki kalau kata Ema. Biasanya sih enggk boleh
 tuh bikin cara begitu di bulan tujuh imlek, dianggap kurang baik. 
  Tapi kayaknya mitos mitos horror sudah mulai ditinggalkan, bahkan oleh
 angkatan babeh gue. 
  
  Sepupu gue terhitung Hokkian, dapetin cowok nya orang Khek, jadinya
 ceritanya kita ikut adat Khek Lang. Sebelumnya udah ada bisik-bisik, Nanti 
 yang
 datang bawa nampan sembilan, jadi tolong disiapin sembilan orang cewek yang
 menerima. 
  
  Sempet geger, lhoh kok sembilan? Soalnya kita orang Hokkian biasa bawa
 hantaran itu harus genap, either enam, delapan, sepuluh atau duabelas. 
  
  Kata comblangnya, soalnya yang ngantar sembilan, yang terima sembilan,
 total jadi delapanbelas, kiu-kiu, itu angka bagus. 
  
  Yah, pihak cewek ngikut deeehhh. Jadi sembilan orang, terima sembilan
 nampan. Ternyata angka sembilan yang keramat ini (kok kayak SBY aja) itu 
 sampai
 ke semua barang di nampan mengikuti angka ini. Semuanya delapanbelas biji. 
 Hah!
 Gue beruntung bagian gue terima nampan berisi kue mangkok warna merah,
 delapanbelas biji masih enteng. 
  
  Yang terima apel jeruk, sama yang terima lengkeng kalengan, sama yang
 terima kaki babi kalengan, pada gempor sakin beratnya. Heheheh.
  
  Dari sembilan baki, satu isi buah apel dan jeruk (totalnya jadi 36 noh),
 satu isi perhiasan dan dua angpau, satu isi sepatu, dompet dan kosmetik, satu
 isi pakaian, satu isi kalengan lengkeng, satu baki isi kaki babi kalengan, 
 satu
 baki lagi isi permen dan manisan, satu isi kue mangkok warna merah, satu lagi
 isi apa ya kok gue lupa, semuanya dibagi dua. Jadi sembilan baki dikembalikan
 dengan masing masing isinya sembilan. 
  
  Ada 
 bedanya lagi, kalau jaman gue dulu, calon penganten pihak cewek diumpetin 
 dulu,
 sementara yang tua tua pada berbalas pantun, selain tawar tawaran juga 
 ngejelek
 jelekin anak sendiri, hahaha. 
  Maksudnya biar mertuanya nggak merasa beli kucing dalam karung kali, (enak
 aje, emangnya barang jual beli)
  Jadi sebelumnya dikasih tahu dulu, Anak saya, nggak bisa masak,
 nggak bisa nyuci, mohon diajari (maksudnya, anak gue biasanya kayak
 putri, harap maklum donk kalau nggak bisa kerja kasar gitu kali ya, hahaha)
  
  Tyus ntar kalau tawar tawaran udah selesai, baru deh dipanggil keluar,
 terus si calon pengantin 

[budaya_tionghua] Re: (mohon tanya) Pecinan Semarang: Identitas dan Warisan Budaya

2009-09-06 Terurut Topik david_kwa2003
Owe juga inget lah, Fu Shan alias Fauzan yang baru pulang dari Taiwan. Wah, 
pasti banyak ilmunya nih, sudah keliling-keliling Taiwan.

Untuk urusan kota Semarang kan banyak ahlinya di sini. Boleh tanya pak Jongkie 
Tio, pak R. Soenarto, bu Widya Wijayanti, pak Irawan Raharjo, siapa lagi yah 
yang belum disebutkan namanya di sini? Pokoknya banyak lah. Mungkin 
beliau-beliau bisa membantu.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote:

 weleh dah balik dari taiwan ya huehehehe gimana skulnya disana ?
 Fu Shan alias Fauzan lar , masak owe lupa.
 
 BTW rasanya aye gak berani tulis tentang semarang lar, mesti berguru ama oom 
 Jongki baru berani
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, fazacavalera fazacavalera@ wrote:
 
  Yang Terhormat
  Para Admin dan semua anggota budaya_tionghua@yahoogroups.com
  
  dengan hormat,
  sebelumnya perkenalkan nama saya Chen Fu Shan tinggal di Semarang, saat ini 
  tengah membutuhkan beberapa data tertulis maupun lisan dari teman-teman 
  yang aktif disini untuk saya gunakan pada riset individu saya yang 
  kebetulan kali ini mengambil tema Identitas dan Warisan Budaya : Strategi 
  KOPI SEMAWIS dalam menghidupkan kawasan Pecinan Semarang. untuk itu, mohon 
  sudilah kiranya ikut membantu mengisi draft-pertanyaan dibawah ini (jika 
  memungkinkan disertai dokumentasi. mengapa saya perlu menanyakan hal ini 
  pada teman-teman (yang mungkin) tidak tinggal di Semarang (sementara saya 
  sendiri tinggal dasini) hal ini semata-mata untuk mendapatkan data yang 
  kaya dan inspiratif. ohya, sebelumnya secara pribadi saya ingin menyapa 
  kembali pada saudara saya yang telah lama sekali ter(di)lupakan, yang 
  kebetulan aktif diforum ini, yakni Ka' David Kwa, Ka' Ardian Changianto dan 
  Ka' Rinto Jiang...masih inget Fu Shan kan??? hik hik hik
  sebelum dan sesudahnya, saya haturkan maturnuwun sanget
  jazaakumullah khairan katsiraa
  
  Semarang, 3 Sept 2009
  
  salam ta'dzim
  
  
  chen fu shan
  
  
  
  berikut daftar pertanyaan-nya
  
  
  1.  Bagaimana Sejarah asal-mula Peranakan Tionghoa Semarang?
  
  2.  Bagaimana Identitas Peranakan Tionghoa Semarang?
  
  3.  Apa saja Identitas Peranakan Tionghoa Semarang dari segi Biologis dan 
  Budayanya, meliputi Pendidikan, Bahasa, Kesenian, Karakter, Perilaku, 
  Profesi, Religiusitas, Politik dan Ekonomi?
  
  4.  Bagaimanakah Identitas Pemukiman Pecinan Semarang?
  5.  Bagaimana Upaya Kopi Semawis sebagai Aktor Pecinan dalam 
  mempertahankan Identitas Peranakan Tionghoa Semarang? 
  
  6.  Sejauh Mana Budaya dan Lingkungan berpengaruh terhadap keaslian 
  Identitas Peranakan Tionghoa Semarang?
  
  7.  Apa saja Warisan Budaya yang ada di Pecinan Semarang?
  
  8.  Bagaimana Upaya Kopi Semawis sebagai Aktor Pecinan dalam menghidupkan 
  kembali Warisan Budaya Peranakan Tionghoa Semarang?
  
  9.  Sejauh Mana Kinerja Kopi Semawis dalam menjalankan Program-programnya 
  kaitannya dengan Revitalisasi Kawasan Pecinan Semarang?
 





[budaya_tionghua] Re: kelompok kaligafi dan lukisan Tionghoa

2009-09-06 Terurut Topik david_kwa2003
Seru juga bikin tuilian dan bahas abis.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kawaii_no_shogetsu fenghuan...@... 
wrote:

  Saya ada buku contoh-contoh nianhua, lengkap sama penjelasannya. Kayaknya 
 seru tuch bikin ^^
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibc ibcindon@ wrote:
 
  Yth Sdri  Wenny,
  
   
  
  Boleh coba ikutan  di kelompok Chinese painting saja dulu.. :-))  enga perlu
  bisa  baca Mandarin kan..dekat ama grafis juga  kan ??   Ramai-ramai mulai
  saja dulu.  
  
   
  
  Nanti menyusul yang lainnya.
  
   
  
  Kalau diadakan siang hari, masalahnya ialah pinjam ruangannya , kan dipakai
  kegiatana kurikuler.. Sulit dapatnya.
  
   
  
  Juga siang hari  waktunya untuk sebagian  peminat dari luar kampus punya
  kegiatan masing-masing.
  
   
  
  Memang saya sudah usul juga untuk taruh undangan / pengumuman disemua
  jurusan,  tapi kayanya enga sampe kali  ???.
  
   
  
  Lain kali boleh bantu  secara pribadi undang , ajak saja teman-teman dari
  jurusan sastra Tionghoa,  nantinya juga berkembang sendirinya.  Mouth  to
  mouth  promotion .. :-))
  
   
  
  Siapa saja  diundang , every body welcome...
  
   
  
  C U next time,
  
   
  
  Sugiri
  
   
  
   
  
   
  
   
  
  From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of Wenny Lie
  Sent: Friday, September 04, 2009 11:45 AM
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: kelompok kaligafi dan lukisan Tionghoa
  
   
  
  
  
  
  
  
  
  Wah, saya sebenernya tertarik sama budaya tionghoa, tapi ngga ada yg bisa
  gimana ya...? bahasa mandarin aja ngga gitu bisa, apalagi kesenian
  tionghoa.
  
  Yg saya bisa hanya design grafis (maklum kuliah jurusan desain komunikasi
  visual) ,
  Kalo kaligrafi, lukisan, apalagi puisigelap banged ga tau apa
  
  Btw, mnurut saya, diskusi kmrn menarik, coba kalau diadakannya siang hari,
  saya yakin mahasiswa/i byk yg tertarik. Sayangnya malam hari.
  Trus saya punya ide, bagaimana kalau diskusi ini juga sekalian diumumkan di
  sastra mandarin Maranatha? sy yakin byk yg suka =)
  
  Thanks,
  
  Wenny Lee
  www.coroflot.com/wenny
  
  
  
  --- On Thu, 9/3/09, kawaii_no_shogetsu fenghuang82@ wrote:
  
  
  From: kawaii_no_shogetsu fenghuang82@
  Subject: [budaya_tionghua] Re: kelompok kaligafi dan lukisan Tionghoa.
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Date: Thursday, September 3, 2009, 7:08 PM
  

  
  Qiu Laoxiong, thx buat supportnya. Ditunggu nech buat yang laen yang
  tertarik.
  Lukisan, Kaligrafi, Puisi semuanya berhubungan. Gak harus sampai pinter Cas
  Cis Cus la (Saya mandarin baru level pasif lho! Jangan nyangka dah jag
  setinggi langit :P). Klo ada niat dan semangat, pasti bisa. Ketekunan paling
  penting ^^
  
  Ditunggu nech yang laennya ya?
  
  Wuliang Shoufu
  Ryan
  
  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, ibc ibcindon@ . wrote:
  
   Ryan,
   
   Ide yang bagus.
   
   Ayo ngumpul, kalau ada peminatnya nanti kita minta pinjam ruang pada pak
   Dekan. Untuk fasilitasi kesempatan ngumpulnya. 
   
   Sebulan sekali biar enga jenuh. Mulai dengan seni lukis aja dulu, atau mau
   kaligrafi juga baiknya dipisah waktunya .
   
   Yang minat tolong ngacung deh... thx.
   
   
   Moga-moga aja dikasih juga.
   
   Kalu puisi , peserta kan harus mahir bahasa Tionghoa, jadinya sebaiknya
   joint juga dengan fakultas sastra Tionghoa.
   
   
   Di Bandung, digedung Premier tiap selasa -rabu sudah ada tuh acara ini,
   peserta nya banyaknya law hwe... :-))
   
   Salam,
   
   Sugiri.
   
   -Original Message-
   From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
   [mailto:budaya_tionghua@ yahoogroups. com] On Behalf Of kawaii_no_shogetsu
   Sent: Thursday, September 03, 2009 12:21 AM
   To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
   Subject: [budaya_tionghua] Re: Memasyarakatkan Kue Bulan
   
   BIKIN PERKUMPULAN NYOKKK!!!
   Yang muda-muda, yang suka lukis, kaligrafi, puisi ngumpul nyok?
   
   Saling belajar lah itung-itung ^^
   
   Gimana?
   
   
   --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Wenny Lie wennydesign@  wrote:
   
Haduh... GEREDJA BOELOE yg mana tea lagi..
daku mah ikutan seminar bwt cari data tambahan buat TA. Anak DKV Marnat
   juga.
TA nya emang ttg memasyarakatkan kue bulan
tapi info ttg orang Tionghoa itu yg gw cari, en untung dateng seminar,
  jd
   nambah pengetahuan lumayan =)

Gw juga minta dibuatin kaligrafi nama kmrn. Yg namanya Lie Wei Ni
kalo lupa, selamet aja de hahahahahaha

Iya kmrn gw sempet bawa kamera en foto juga. Tar gw bagi fotony de


--- On Tue, 9/1/09, kawaii_no_shogetsu fenghuang82@  wrote:

From: kawaii_no_shogetsu fenghuang82@ 
Subject: [budaya_tionghua] Re: Memasyarakatkan Kue Bulan
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Tuesday, September 1, 2009, 5:10 PM

   
  
 





[budaya_tionghua] Re: Sembayangan di Bulan Tujuh Imlek (Sembayang Chitgueq dan Chnioukou)

2009-09-06 Terurut Topik david_kwa2003
Pak Alim, Yuli dan RRS,

Sembahyang bulan tujuh yang dilakukan di rumah dan Sembahyang Rebutan yang 
diadakan di kelenteng ada bedanya sedikit. Serupa tapi tak sama lah.

Sejauh yang owe ketahui, sembahyang bulan tujuh (chitgueq 七月) di rumah 
biasanya diadakan sebelum tanggal 15 bulan tujuh Imlek (Chitgueq Capgou 
七月十四äº) untuk arwah para leluhur yang masih disembahyangi. Ada yang 
mengatakan tanggal 14 (Chitgueh Capsi 七月十四)sudah tidak boleh sembahyang 
lagi, tetapi biasanya orang telah sembahyang sebelum atau pas tanggal 14 bulan 
tujuh. Karena sifatnya untuk para leluhur yang tidak saling berebut, maka 
sembahyang ini tidak tepat kalau disebut Sembahyang Rebutan (Chniougou 搶孤). 
Para leluhur kan kita undang makan dengan hormat, bukannya disuruh berebut. 
Maka istilah Sembahyang Chitgueh lebih layak terdengar untuk sembahyang di 
rumah.

Sebaliknya yang disebut Sembahyang Rebutan (Chniougou 搶孤) secara rutin 
setahun sekali diadakan di kelenteng, biasanya pada pertengahan bulan tujuh 
atau sesudahnya. Berdasarkan etimologinya dalam dialek Hokkian selatan, Chniou 
搶artinya “Merebut atau merampas”―umat asal Manado di Lochia Bio 
åªå'廟 menggunakan istilah Sambayang Barampas―dan Kou 孤彭 singkatan 
dari Kou-pne 孤彭 atau “panggung untuk arwah yang kesepian.” Disebut 
demikian karena sembahyang ini dahulu diadakan di sebuah panggung yang sengaja 
dibangun untuk keperluan sembahyang untuk arwah yang tidak disembahyangi di 
rumah karena tidak punya keturunan, atau sebab-sebab lain. Lalu, karena biasa 
diadakan pada pertengahan bulan tujuh (Chitgueq Pnua 七月半), maka 
sembahyang ini lazim disebut Sembahyang Chitgueq Pnua 七月半 (“Pertengahan 
Bulan Tujuh”). Di Semarang, berdasarkan penuturan Thio Tiong Gie 
忠義張老前輩, dalang Poutehi yang juga rohaniwan Khong Hucu dan mantan 
sesepuh di Kelenteng Tay Kak Sie 大覺寺, Semarang, istilah Keng Ho Peng 
敬好朋 (di Semarang dieja King Hoo Ping), artinya “Menghormati Kawan 
Baik,” yang dipakai. Namun di Jakarta dan Bogor istilah Chniougou 搶孤 lah 
yang acap terdengar di masyarakat Tionghoa. Karena memang sifatnya rebutan, 
biasanya pada akhir sembahyang, makanan yang dipersembahkan boleh direbut 
beramai-ramai oleh khalayak ramai yang telah menunggu dengan sabar sejak 
sembahyang dimulai.

Sembahyang Chniougou 搶孤, Chitgueq Pnua 七月半, atau Keng Ho Peng 
敬好朋 merupakan peluang yang sangat baik bagi umat untuk berdana 
sembako―biasanya berupa beras dan lain-lain―kepada fakir-miskin. Beberapa 
waktu sebelumnya pengurus kelenteng sudah mengumpulkan sumbangan kepada para 
umat untuk dibelikan beras dan lain-lain. Seperti halnya pembagian zakat pada 
umat Muslim, maka pada hari yang ditentukan kaum fakir-miskin telah siap dengan 
kupon masing-masing untuk ditukar dengan beras dan lain-lain. Acara ini 
berlangsungsung rutin setiap tahun di kelenteng-kelenteng. Beberapa yang owe 
sempat lihat beritanya di salah satu TV swasta adalah pembagian sembako di 
Kelenteng xxx di Kediri dan Kelenteng Poo An Tian 保安殿 di Pekalongan.

Kiongchiu,
DK


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, harry alim haria...@... wrote:

 Waktu kecil dulu, sembahyang bulan 7 di daerah jawa tengah dan jawa timur 
 disebut sembahyang rebutan disamping di adakan di rumah juga di kelenteng. 
 
 Jadi yang di rumah adalah sembahyang utk leluhur sendiri dg segala hal yg 
 sudah diceritakan ulysee di bawah. 
 
 Sedang yang di kelenteng biasanya tiap keluarga akan menyumbang 'sebesek 
 (se kotak) kue, sedang banyak sedikit tgt kemampuan. Kemudian kue kue ini 
 akan disusun menjadi gunungan yang kenudian diperebutkan oleh mereka yang 
 datang sembahyang atau masyarakat sekitar yg pergi ke kelenteng untuk maksud 
 itu. 
 
 Beberapa keluarga bisa jadi datang membawa 2 besek. Yg satu disumbangkan sdg 
 yg satu ditaruh di altar untuk disembahyangkan dan kemudian dibawa pulang. 
 
 Tidak aneh dulu setelah lewat pagi sembahyang di rumah akan segera pergi ke 
 kelenteng untuk sembahyang sambil membawa 2 kotak kue itu. Selesai sembahyang 
 akan menunggu sampai sekitar jam 3 sore saat gunungan mulai diperebutkan. Dan 
 tentu saja ikut merebut gunungan. Tentu saja penulis belum ikut berebut, 
 melainkan melihat saja. 
 
 Biasanya kakak yang sdh remaja akan ikut merebut kue dan mendapat beberapa 
 potong kue. 
 
 Di atas delman pulang menuju ke rumah kue tadi di makan sambil mendengar ibu 
 bercerita khasiat makan kue yang diperebutkan tadi. Membuat jadi cepat besar 
 dllsb. 
 
 Sambil menikmati kue, kakak akan berjanji kalau tahun ini cuma dapat 2 potong 
 kue, tahun depan akan dapat 3 potong kue. Dia berjanji ke ibu akan makan 
 lebih banyak supaya lebih cepat besar dan bisa merebut kue lebih banyak tahun 
 depan. 
 
 
 Sent from my BlueBerry?
 powered by Sinyal Kuat BLUESAT
 
 -Original Message-
 From: ulysee_me2 ulysee_...@...
 Date: Mon, 07 Sep 2009 01:28:08 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: 

[budaya_tionghua] Re: Sembayangan di Bulan Tujuh Imlek (Sembayang Chitgueq dan Chnioukou)

2009-09-06 Terurut Topik david_kwa2003
Sry, salah aksara. Yg benar, Kou 孤 singkatan dari Kou-pne 孤棚 atau 
“panggung untuk arwah yang kesepian.”Itu yang berhasil owe cari dari sebuah 
kamus Hokkian.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote:

 孤臺 kale ya. trus jg sebenernya tradisi kenghopeng itu kalu di taiwan dan 
 bbrp daerah di guang fu 廣福 itu tgl 2 ama tgl 16 tiap bulan.
 jadi tgl 1 buat shen tgl 2 buat yin/roh yg mati
 
 nah itu tradisi dari mulai kapan , owe masih gelap tuh.
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 david_kwa2003@ 
 wrote:
 
  Pak Alim, Yuli dan RRS,
  
  Sembahyang bulan tujuh yang dilakukan di rumah dan Sembahyang Rebutan yang 
  diadakan di kelenteng ada bedanya sedikit. Serupa tapi tak sama lah.
  
  Sejauh yang owe ketahui, sembahyang bulan tujuh (chitgueq 七月) di rumah 
  biasanya diadakan sebelum tanggal 15 bulan tujuh Imlek (Chitgueq Capgou 
  七月十四�) untuk arwah para leluhur yang masih disembahyangi. Ada 
  yang mengatakan tanggal 14 (Chitgueh Capsi 七月十四)sudah tidak boleh 
  sembahyang lagi, tetapi biasanya orang telah sembahyang sebelum atau pas 
  tanggal 14 bulan tujuh. Karena sifatnya untuk para leluhur yang tidak 
  saling berebut, maka sembahyang ini tidak tepat kalau disebut Sembahyang 
  Rebutan (Chniougou 搶孤). Para leluhur kan kita undang makan dengan 
  hormat, bukannya disuruh berebut. Maka istilah Sembahyang Chitgueh lebih 
  layak terdengar untuk sembahyang di rumah.
  
  Sebaliknya yang disebut Sembahyang Rebutan (Chniougou 搶孤) secara rutin 
  setahun sekali diadakan di kelenteng, biasanya pada pertengahan bulan tujuh 
  atau sesudahnya. Berdasarkan etimologinya dalam dialek Hokkian selatan, 
  Chniou 搶artinya “Merebut atau merampas”―umat asal Manado di Lochia 
  Bio ���'廟 menggunakan istilah Sambayang Barampas―dan Kou 孤彭 
  singkatan dari Kou-pne 孤彭 atau “panggung untuk arwah yang 
  kesepian.” Disebut demikian karena sembahyang ini dahulu diadakan di 
  sebuah panggung yang sengaja dibangun untuk keperluan sembahyang untuk 
  arwah yang tidak disembahyangi di rumah karena tidak punya keturunan, atau 
  sebab-sebab lain. Lalu, karena biasa diadakan pada pertengahan bulan tujuh 
  (Chitgueq Pnua 七月半), maka sembahyang ini lazim disebut Sembahyang 
  Chitgueq Pnua 七月半 (“Pertengahan Bulan Tujuh”). Di Semarang, 
  berdasarkan penuturan Thio Tiong Gie 忠義張老前輩, dalang Poutehi 
  yang juga rohaniwan Khong Hucu dan mantan sesepuh di Kelenteng Tay Kak Sie 
  大覺寺, Semarang, istilah Keng Ho Peng 敬好朋 (di Semarang dieja King 
  Hoo Ping), artinya “Menghormati Kawan Baik,” yang dipakai. Namun di 
  Jakarta dan Bogor istilah Chniougou 搶孤 lah yang acap terdengar di 
  masyarakat Tionghoa. Karena memang sifatnya rebutan, biasanya pada akhir 
  sembahyang, makanan yang dipersembahkan boleh direbut beramai-ramai oleh 
  khalayak ramai yang telah menunggu dengan sabar sejak sembahyang dimulai.
  
  Sembahyang Chniougou 搶孤, Chitgueq Pnua 七月半, atau Keng Ho Peng 
  敬好朋 merupakan peluang yang sangat baik bagi umat untuk berdana 
  sembako―biasanya berupa beras dan lain-lain―kepada fakir-miskin. 
  Beberapa waktu sebelumnya pengurus kelenteng sudah mengumpulkan sumbangan 
  kepada para umat untuk dibelikan beras dan lain-lain. Seperti halnya 
  pembagian zakat pada umat Muslim, maka pada hari yang ditentukan kaum 
  fakir-miskin telah siap dengan kupon masing-masing untuk ditukar dengan 
  beras dan lain-lain. Acara ini berlangsungsung rutin setiap tahun di 
  kelenteng-kelenteng. Beberapa yang owe sempat lihat beritanya di salah satu 
  TV swasta adalah pembagian sembako di Kelenteng xxx di Kediri dan Kelenteng 
  Poo An Tian 保安殿 di Pekalongan.
  
  Kiongchiu,
  DK
  
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, harry alim harialim@ wrote:
  
   Waktu kecil dulu, sembahyang bulan 7 di daerah jawa tengah dan jawa timur 
   disebut sembahyang rebutan disamping di adakan di rumah juga di 
   kelenteng. 
   
   Jadi yang di rumah adalah sembahyang utk leluhur sendiri dg segala hal yg 
   sudah diceritakan ulysee di bawah. 
   
   Sedang yang di kelenteng biasanya tiap keluarga akan menyumbang 
   'sebesek (se kotak) kue, sedang banyak sedikit tgt kemampuan. Kemudian 
   kue kue ini akan disusun menjadi gunungan yang kenudian diperebutkan oleh 
   mereka yang datang sembahyang atau masyarakat sekitar yg pergi ke 
   kelenteng untuk maksud itu. 
   
   Beberapa keluarga bisa jadi datang membawa 2 besek. Yg satu disumbangkan 
   sdg yg satu ditaruh di altar untuk disembahyangkan dan kemudian dibawa 
   pulang. 
   
   Tidak aneh dulu setelah lewat pagi sembahyang di rumah akan segera pergi 
   ke kelenteng untuk sembahyang sambil membawa 2 kotak kue itu. Selesai 
   sembahyang akan menunggu sampai sekitar jam 3 sore saat gunungan mulai 
   diperebutkan. Dan tentu saja ikut merebut gunungan. Tentu saja penulis 
   belum ikut berebut

[budaya_tionghua] Re: Baba-Nyonya

2008-03-03 Terurut Topik david_kwa2003
Pa Danardono yth,

Memang di Malaysia dan Singapura budaya Peranakan sudah sangat 
dikenal, perhatian pemerintah juga cukup besar, berbeda dengan di 
kita. Maka tak heran apabila kita bisa menemukan mulai Museum Pusaka 
Baba-Nyonya di Malaka dan Museum Peradaban Asia di Singapura, sampai 
rumah makan yang menyajikan kuliner Peranakan. Tentu pak Danardono 
bisa melihat sendiri, betapa di sana bangunan-bangunan tua 
peninggalan masa lalu dipelihara bagi generasi mendatang, bukan 
dihancurkan atas nama kepentingan bisnis, untuk dibangun apartemen 
di atasnya, seperti kasus Gedung Candra Naya (Sin Ming Hui) di Jalan 
Gajah Mada 188!

Melalui museum kita bisa melihat dan mempelajari berbagai hasil 
budaya Peranakan. Kebaya Nyonya, yang di Indonesia diberi nama 
Kebaya Encim, salah satunya. Pada 2002 Almh. Datin Sri Endoon 
Mahmood sempat menulis The Nyonya Kebaya: A Century od Straits 
Chinese Costume yang cukup keren disain maupun cetakannya. Buku 
setebal 176 halaman yang ditulis isteri Perdana Menteri Malaysia 
Ahmad Badawi itu menunjukkan betapa besarnya pengakuan dan perhatian 
pemerintah terhadap kostum kaum Peranakan di sana, yang nota bene 
berasal dari Jawa.

Saya sungguh menyayangkan, hasil budaya kaum Peranakan Indonesia 
masih kurang dikenal¯apalagi disayang¯di negeri sendiri. Padahal, 
apa yang secara umum disebut Tionghoa/Cina, pada hakekatnya adalah 
Peranakan, artinya tidak murni Tionghoa atau hanya dibuat di 
Indonesia, dari bahan baku lokal dan untuk konsumsi kaum Peranakan, 
yang berbeda selera setiap daerah. Contohnya, mebel (ranjang 
pengantin, lemari, meja sembahyang) Tionghoa. Ranjang pengantin yang 
bertiang delapan (ranjang Banji) berikut lemari dan mejanya ala 
Peranakan Jakarta-Jawa Barat berbeda model dengan yang dari Jawa 
Tengah dan Jawa Timur.

Akibat kurang dikenalnya budaya Peranakan, sepengamatan saya, 
ternyata sudah banyak artefak kaum Peranakan di Jawa yang 
telah lari ke luar negeri, di antaranya batik Nyonya. 
Sebagaimana kita ketahui banyak dari batik Nyonya yang terhalus, 
yang pernah dihasilkan produsen batik Tionghoa Peranakan di Cirebon, 
Pekalongan, Kudus, Lasem dan Tuban, tetap yang dipakai para Nyonya 
di kota-kota di Jawa. Batik-batik tersebut kini sangat disukai para 
kolektor di kedua negara jiran tersebut. Batik Nyonya terbukti telah 
memperkaya khazanah perbatikan di Nusantara, khususnya Jawa.

Selain itu, saya juga melihat sebuah kembang goyang pengantin 
Peranakan yang dipamerkan di Museum Peradaban Asia di Jalan Armenia 
ternyata berasal dari wilayah Jabodetabek¯yang kurang-lebih 
mirip kembang goyang pengantin Betawi¯namun pada keterangan di 
bawahnya dikatakan berasal dari Palembang!

Kawasan Bukit Cina sebagai Pemakaman Tionghoa terbesar di luar 
Tiongkok tampaknya sangat menariik dikunjungi. Bahkan katanya di 
sana ada Sumur dan Bio Sam Po segala! 

Saya sering bertanya kepada diri sendiri, kapan ya di Indonesia ada 
rasa peduli terhadap budaya Peranakan dengan segala kontribusinya 
bagi budaya bangsa, dan tidak lagi terjadi penghancuran atas nama 
kepentingan bisnis.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Hallo suhu!
 
 Menarik sekali. Saya kenal Lontong Capgomeh pertama kali di sebuah 
 rumahmakan sekaligus museum Baba-Nonya di Malakka. Di sana 
dinamakan 
 budaya Baba-Nonya, bukan Baba-Nyonya. Mungkin mereka campuradukkan 
 dari Dona (nona) dan Donha (nyonya).
 
 Museum itu menarik sekali, karena menunjukkan percampuran budaya 
 Belanda, Portugis, Tionghoa dan Melayu.
 
 Di kota Malakka ada kelompok yang merupakan keturunan Portugis, 
 mereka menggunakan dialek campuran Portugus-Melayu, bernama 
CRISTAO. 
 Orang Portugis sendiri di Portugal tak memahaminya satu katapun.
 
 Di kota ini ada makam Tionghoa terbesar di luar Tiongkok, Bukit 
Cina. 
 Komplex makam ini sangat mengesankan. Terletak diatas bukit yang 
 cukup tinggi.
 
 
 SEJARAH:Bukit China
 
 
 Bukit Cina merupakan bukit yang mana dikatakan adalah penempatan 
Cina 
 yang terawal di Melaka. Ia seluas 26 hektar, dan merupakan kubur 
Cina 
 yang terbesar di luar Negara Cina. Ia mengandungi lebih kurang 
12,500 
 kubur dan banyak daripada batu nisan di situ dikatakan wujud sejak 
 dari Dinasti Ming.
 
 Pada pertengahan kurun ke-15, puteri Hang Li Po, cicit Maharaja 
Yong 
 Lo, Maharaja Cina Dinasti Ming, dihantar ke Melaka untuk berkahwin 
 dengan Sultan Mansur Shah pada 1459 bagi mengukuhkan hubungan 
 diplomatik di antara Melaka dan Negara Cina. Baginda Puteri 
membawa 
 bersamanya rombongan pengiring seramai 500 orang. Bukit Cina, 
 merupakan hadiah daripada Sultan dan dijadikan tempat tinggal 
mereka 
 sehingga kejatuhan Melaka ke dalam tangan Portugis.
 
 http://209.85.175.104/search?q=cache:HPvwX-
 VkfR0J:portal.melaka.gov.my/v1/view_article.php%3Fpageid%3D138%
 26PHPSESSID%
 
3Dba7aae14feed47f6ae275e8ef87171a1+kuburan+bukit+cinahl=idct=clnkc
d
 =15gl=id
 
 

[budaya_tionghua] Re: Tjiam (Hokkien) itu artinya apa dan Hanyu Pinyinnya apa?

2008-02-29 Terurut Topik david_kwa2003
Sdri. Stefanie,

She/xing Tjiam (Hokkian) itu Pinyinnya Zhan û¥ dan tidak ada artinya, 
hanya she/xing.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, stefanimw [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Halo,
 
 Ini untuk teman yang ingin cari tahu nama marganya artinya apa dan 
 Pinyin / Hanzinya apa.
 
 Terima kasih.





[budaya_tionghua] Re: SEMBAYANG TI KONG

2008-02-22 Terurut Topik david_kwa2003
Sdri. Siao Ling yth,

Nanas banyak digunakan untuk sembahyang Thi Kong, karena dalam dalam 
dialek Hokkian selatan (Minnan/Banlam) nanas adalah ong-lai, yang 
sama bunyi dan nadanya dengan frasa ong lai yang bermakna 'datanglah 
kemakmuran.' Ini menyiratkan harapan agar Thi Kong berkenan memberi 
kemakmuran di tahun yang sedang berjalan. 

Kiongchiu,
Kian Hauw

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Han Siao Ling 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bpk Xoan Tong yth,
 
 Xie-Xie atas jawabannya.
 tapi timbul satu pertanyaan lagi, kenapa kok tidak boleh yg 
berduri?
 bagaimana definisi duri itu?
 apakah seperti durian? bagaimana dengan nenas? setahuku, nenas 
banyak
 digunakan delam acara sembahyangan.
 
 oh ya tentang jam, ternyata seperti itu maknanya. Jika jam 23.00 
adalah jam
 Zi, apakah tiap jam ada namnya sendiri?
 Bagaimana dengan jam yg juga dihubungkan dengan shio? aku pernah 
dengar
 katanya jam 23.00 s/d 01.00 itu termasuk dalam jam tikus?
 Apakah jam kelahiran juga ada hubungannya dengan karakter?
 Mohon pencerahannya.
 
 
 Ling.
 
 
 
 
 2008/2/16 perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED]:
 
Sdr. Siao Ling,
 
  buah yang boleh digunakan adalah buah lokal tapi hindari buah 
yang
  berduri.
 
  Mengenai kue, maaf saya tidak tahu artinya.
 
  Sembahyang dimulai pada jam 11 pm - 1 am. Maknanya adalah 
pergantian
  qi Yin menuju Yang dan juga jam tersebut adalah jam Zi, dimana Zi
  dianggap permulaan dari pergerakan waktu.
 
  Hormat saya,
 
  Xuan Tong
 
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%
40yahoogroups.com,
  Han Siao Ling
  hansiaoling@ wrote:
  
   Dear semuanya,
  
   terima kasih infonya tentang tebu.
   Saya mau nanya lagi nih, apakah buah yg dipakai buah lokal?
   atau memang sdh ditentukan buah apa yg boleh.
   Mohon pencerahannya.
  
   Satu lagi, tentang kue ku (yg warnanya merah dan dalamnya 
kacang
  ijo), apa
   maknanya.
   JUga bakcang (tanpa isi) dan ketan yg dimasak dng gula jawa.
  
   Oh ya, kenapa acara sembahyangnya kok tengah malam? bukannya 
pagi2?
   terima kasih.
  
  
   salam,
  
   ling
  
  
   2008/2/15 Hendri Irawan henyung@:
 
  
Saudari Rahadi,
   
Untuk kue bulan, ini berkaitan dengan festival Tiongciu / 
Zhongqiu.
Sebuah festival yang berasal dari kebudayaan petani yaitu 
festival
masa panen. Hal ini bisa disearch di arsip milis, banyak 
yang membahas
mengenai festival ini dan kue bulan.
   
Sebagai contohnya saya kutipkan pesan dari bung Jiang di 
bawah.
   
Hormat saya,
   
Yongde
   
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/20839
   
*Legenda Kue Bulan*
   
Sumber : ftjenet.or.id
   
Masyarakat Cina menyantap dan membagikan kue ini sebagai 
tanda syukur
terhadap rejeki yang mereka terima sepanjang tahun ini. 
Dibalik
  rasa dan
penampilannya yang manis, kue ini ternyata menyimpan cerita 
yang
menarik. Versinya pun banyak sekali, hampir semuanya 
mengandung nilai
filsafat yang tinggi.
   
Versi Raja Ho Le
   
Raja Ho Le adalah seorang raja yang tamak dan senang 
memperkaya diri
sendiri. Rakyatnya sangat menderita, apalagi saat sang raja
memerintahkan tabib istana agar membuatkan dia obat untuk
  memperpanjang
umur. Ratu Jango sang permaisuri tidak setuju dengan 
permintaan sang
suami, maka dicurilah ramuan obat tersebut kemudian 
diminumnya.
  Beberapa
saat setelah meminum ramuan tersebut, ratu Jango menghilang 
dan muncul
dalam mimpi seorang suhu. Lewat mimpi tersebut sang ratu 
mengatakan
bahwa dirinya sekarang telah bersemayam di bulan dan 
menyebut dirinya
Dewi Bulan. Sejak saat itu setiap tahun menurut kalendar 
Cina,
masyarakat Cina selalu memperingati perjuangan ratu Jango 
dalam
menyelamatkan masyarakat dari ketamakan Raja Ho Le.
   
Versi perjuangan prajurit Cina
   
Kue bulan bermula ketika cina dibawah penjajahan Mongolia. 
Pada akhir
rejim mereka, pemerintahan sangatlah buruk. Raja hidup 
berhura-hura,
padahal rakyat mereka penuh penderitaan. Saat keadaan 
ekonomi negara
kacau, ada beberapa aktivis menyerukan revolusi. Sebuah 
revolusi
direncanakan. Namum, karena pengawasan yang ketat dari 
pemerintahan
mongolia, pesan dan surat dari para pemberontak tidak mungkin
disebarkan. Akhirnya seorang aktivis bernama Chu Yuen-chang, 
dan
  deputi
seniornya, Liu Po-wen memperkenalkan sejenis makanan yang 
disebut kue
bulan. Ia mengatakan dengan memakan kue bulan saat festival 
terang
bulan (Chung Chiu festival) akan menjaga mereka dari 
penyakit dan
  segera
terbebas dari krisis. Liu berpakaian sebagai pendeta Tao 
membawa dan
membagikan kue bulan penduduk-penduduk kota.
Saat Chung Chiu festival tiba, rakyat membuka kue bulan dan 
mereka
menemukan secarik kertas dalam kue, habisi orang-orang 
tartar tanggal
15 pada bulan ke delapan. Sebagai hasilnya semua rakyat 
bangkit
berevolusi melawan pemerintahan Mongolia dan mereka 
berhasil !!!.
  Sejak
saat 

[budaya_tionghua] Re: Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?

2008-02-09 Terurut Topik david_kwa2003
Ha ha ha, Suhu...mesti pake kumis dan jenggot panjang dong kalau 
jadi suhu...Kalau tidak, kurang afdol... Kapan pak Danardono ke 
Indonesia dan kita bisa ngobrol lagi?

Re: nasib kelenteng, akibat penindasan pada masa orde babe, yang 
mengancam akan menutup kelenteng-kelenteng, nasib kelenteng memang 
sangat merana.  Hal ini terutama terjadi di DKI dan Jabar, (hampir?) 
semua kelenteng telah bermetamorfosa menjadi vihara, dengan syarat 
harus menempatkan patung Buddha di ruang altar utama, meski 
kelenteng tersebut jelas-jelas kelenteng Taois sekalipun!

Namun tidak demikian halnya dengan kebanyakan kelenteng di Jateng 
dan Jatim, tentu tidak termasuk Po An Kiong di Solo, yang sekarang 
telah menjadi Vihara Rahayu, padahal Dewata tuan rumahnya adalah 
Kong Tek Cun Ong alias Kwee Seng Ong. Setahu saya, itu semua tak 
terlepas dari jasa Ong Kie Tjay yang berjasa menyelamatkan 
kelenteng. Jadilah kelenteng di Jateng dan Jatim berubah nama 
menjadi Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD). Untunglah nama kelenteng 
tidak diubah, tetap seperti sediakala. 

Kiongchiu,
KH

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Wa, welcome back, Suhu! Sudah pulih kembali? Syukurlah. nah, 
pak 
 David yang akhli budaya mohon urun rembug disini, terutama 
mengenai 
 nasib kelenteng, yang menurut beberapa sahabat disini dimanja pak 
 Harto.
 
 Kapan ketemu  dan ngobrol lagi?
 
 Salam
 
 Danardono
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 
 david_kwa2003@ wrote:
 
  Kamsia, ABS-pangtjoe, alhamdulillah, atas doa dan simpati 
saudara-
  saudaraku sekalian siauwtee suda banyak mendingan. Sayang 
tayangan 
  di AnTV kemaren siauwtee ga sempet liat. Sakali deui hatur 
nuhun, 
  nya!
  
  Kiongchiu,
  KH
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh 
  absaleh@ wrote:
  
   Wah, David hiantee udah menggebu-gebu lagi nih!
   Dan kemarin juga sudah muncul di TV.
   
   Jadi sudah benar-benar sembuh dong! Kitu sanes, 'Vid? 
   Lamun nya'an, Alhamdulillah atuh...
   
   Wasalam.
   
   
   
   - Original Message - 
   From: david_kwa2003 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   Sent: Friday, February 08, 2008 6:54 PM
   Subject: [budaya_tionghua] Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?
   
Gile! Saya dapet informasi Eng Tay rupanya cewe nakal juga 
ya! 
Diem-diem, eh bukan diem-diem, tapi terang-terangan, 
dia berani selingkuh  sama cowo laen bangsa bernama Samuel 
di Mangga Dua Square! 
Waktunya diumumin lagi, besok 9 Februari 2008, jem 15, 
katanya! 
Berani amat 'ni  cewe! 
Para Sam Pek, gimana neh reaksinya? Diem aja?
  
 





[budaya_tionghua] Mandarin dan Tionghoa

2008-02-09 Terurut Topik david_kwa2003
Liatwi Hengte Cimue,

Di tengah kontroversi tentang pemakaian istilah Mandarin dan 
Tionghoa (maaf saya terlambat), di bawah ini izinkanlah saya 
menyampaikan kembali tulisan saya yang pernah dimuat dalam Kita Sama 
Kita, No 7 Tahun II Maret 2002, hlm. 10-11. Mudah-mudahan tulisan 
ini masih tetap menarik untuk dijadikan bahan perenungan.

Kiongchiu,
KH

MANDARIN DAN TIONGHOA

David Kwa Kian Hauw 

Geli sekaligus sedih, ketika membolak-balik daftar menu makanan di 
sebuah restoran. Di sana disajikan bermacam-macam jenis masakan: ada 
masakan Indonesia, masakan Eropa dan ada pula masakan Mandarin. 
Tapi kekeliruan itu ternyata tidak hanya terdapat di kalangan 
masyarakat kebanyakan, bahkan dalam acara-acara televisi pun 
kekeliruan itu terjadi. Penulis teringat, dalam tayangan acara 
penyambutan Tahun Baru dan sekaligus Abad Baru dan Millenium Baru 
2001 dua tahun lalu, sebuah stasiun televisi Tribahasa (Indonesia, 
Inggris, dab Mandarin) melaporkan beberapa acara yang digelar 
masyarakat dalam menyambut detik-detik bersejarah dalam perjalanan 
hidup manusia itu dalam dua bahasa, Mandarin dan Indonesia. Si 
pembawa acara pertama-tama melaporkan dalam bahasa Mandarin bahwa di 
sebuah hotel di bilangan Ancol tengah berlangsung acara penyambutan 
Tahun Baru dalam suasana yang penuh aroma budaya Tionghoa, yang ia 
katakan dalam bahasa Mandarin chongman Zhonghua wenhua secai 
#20805;#28415;#20013;#33775;
#25991;#21270;#33394;#24425;. Tetapi ketika ditanya oleh si pembawa acara 
bahasa 
Indonesia, serta-merta Zhonghua wenhua secai 
#20013;#33775;#25991;#21270;#33394;#24425; ia 
terjemahkan sebagai suasana Mandarin. 
Istilah Zhonghua memang identik dengan istilah „Tionghoa yang kita 
kenal di sini, istilah yang berasal dari dialek Hokkian selatan 
(Minnan #38313;#21335;). Sedangkan istilah Mandarin berasal dari bahasa 
Sansekerta mantri yang artinya tidak lain dari „menteri dalam 
bahasa Indonesia. Istilah ini berubah menjadi mandarin di lidah kaum 
misionaris dan sinolog Barat yang sejak dahulu sudah banyak 
berdatangan dan bermukim di Cina. Buku-buku abad ke-19 yang mereka 
tulis banyak menggunakan istilah mandarin ini untuk menyebut para 
pejabat dari masa dinasti Qing #28165;#26397; (1644-1911). Sedangkan bahasa 
Tionghoa dialek Beijing #21271;#20140;#35441; yang digunakan para pejabat 
(mandarin) 
ketika beraudiensi dengan kaisar di istana adalah yang kemudian 
disebut guanhua #23448;#35441; (bahasa para pejabat/bahasa para menteri) atau 
bahasa Mandarin. 
Seperti kita ketahui di Cina, seperti juga di Indonesia, terdapat 
banyak bahasa daerah (dialek) yang kesemuanya hanya merupakan bahasa 
lisan, sebab bahasa tulisan tetap hanya satu, yakni huruf atau 
aksara Han (Hanzi #28450;#23383;). Hingga runtuhnya dinasti Qing 
#28165;#26397; atau 
Mancu, Cina masih belum mempunyai bahasa nasional. Akibatnya 
komunikasi antar anggota masyarakat dari berbagai propinsi yang 
berbeda dialek menjadi sangat sulit. Ketika Revolusi Tahun 1911 
berhasil mencapai kemenangan dan didirikan Republik Tionghoa 
(Zhonghua Minguo #20013;#33775;#27665;#22283;), maka guanhua 
#23448;#35441;(bahasa para 
menteri/mantri/mandarin) atau Mandarin ini di jadikan bahasa 
nasional (guoyu #22283;#35486;). Bahasa inilah kemudian yang dipakai sebagai 
bahasa pengantar di sekolah-sekolah di seluruh Cina. Begitu pula 
lagu-lagu Tionghoa dalam bahasa ini yang mulai marak semenjak 
Shanghai mulai berkembang menjadi kota „modern seperti Hong Kong di 
kemudian hari disebut lagu guoyu #22283;#35486;#27468;#26354; atau oleh 
bangsa-bangsa non-
Tionghoa disebut lagu Mandarin. 
Di Indonesia sendiri, selain lagu-lagu Mandarin, akhir-akhir ini 
juga beredar lagu-lagu Kwongfu #24291;#22827; (Cantonese) yang popular di 
Hong 
Kong contohnya, Shanghai Tan #19978;#28023;#28760; serta lagu-lagu Hokkian 
selatan 
(Minnan #38313;#21335;) yang sangat digemari di Taiwan, contohnya, lagu Ai 
Bnia 
Ziah E Yna #24859;#25340;#25165;#26371;#36111; yang terkenal itu, yang 
pernah penulis dengar 
dinyanyikan oleh Alm. Kasino Warkop. 
Dengan demikian, jelaslah bahwa istilah „Mandarin adalah hanya 
mengacu kepada bahasa nasional Tiongkok. Yang bisa disebut Mandarin 
hanyalah bahasa, yaitu bahasa Mandarin, atau kalau masih ada paling-
paling hanya sisa-sisa para menteri dinasti Qing yang masih hidup, 
yakni para mandarin. Maka adalah kesalahan besar yang konyol bila 
istilah ini dijadikan sebagai pengganti istilah „Tiongkok (China) 
atau „Tionghoa (Chinese) atau „Cina. 
Sebagaimana diketahui, akibat penindasan terhadap budaya Tionghoa 
dan etnis Tionghoa Indonesia selama periode Orde Baru, dimana 
istilah „Tiongkok dan „Tionghoa secara paksa diganti dengan 
istilah „Cina melalui Surat Edaran No SE-06/PresKab/6/67, maka pada 
sebagian orang di dalam masyarakat Tionghoa telah timbul keengganan 
terhadap istilah „Cina yang dianggap berkonotasi pejoratif 
(menghina) itu. Akibatnya mereka lebih senang memilih istilah 
Chinese sebagai pengganti „Tionghoa dan China untuk „Tiongkok 

[budaya_tionghua] Re: Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?

2008-02-09 Terurut Topik david_kwa2003

Waduh pak Danardono menempelkan emas di muka saya, disamakan dengan 
Alm. Mahabhikkhu Ashin Jinnarakkhitta! Mana berani? Beliaulah yang 
berjasa menyelamatkan kelenteng-kelenteng di DKI dan Jabar yang 
terancam ditutup semasa orde babe, hingga para pengurusnya 
berbondong-bondong datang ke Cipanas memohon perlindungan. Beliau 
juga salah seorang tokoh yang saya kagumi.

RE: Kelenteng Po An Kiong •ÛˆÀ‹{/Vihara Rahayu, saya tidak tahui 
persis kenapa namanya diubah menjadi Rahayu, bukan nama-nama berbau 
Sanskerta/Pali yang umum dipakai untuk menamai kelenteng yang 
dipaksa menjadi vihara. Yang saya tahu, berdasarkan tayangan Naga di 
Bumi Garuda di Metro TV, salah seorang pengurusnya yang aktif 
bertahan selama Dark Ages orde babe adalah Pandita Rahayu. Saya 
pribadi bersama teman-teman menjelang Lebaran tahun 2005 pernah 
berkesempatan berkunjung ke sana, tapi terkesan tidak mendapat 
sambutan positif dari pengurus. Jadi saya hanya sebentar, untuk 
melanjutkan perjalanan hingga Jawa Timur. Mungkin baju yang 
dikenakannya adalah baju pandita khaS Buddha Mahayana Tionghoa.

Lalu mengenai TriDharma, itu kan terjemahan dari Sam Kau/SAn Jiao 
(Tiga Ajaran). Sam Kau yang mencakupi Konfusianisme (Ji Kau/Ru Jiao Žò
‹³), Taoisme (To Kau/Dao Jiao ¹‹³) dan Buddhisme (Sek Kau/Shi Jiao ç×
‹³) merupakan dasar agama Tionghoa (the so-called Chinese Religion), 
bukan dipilah-pilah, tapi ketiga-tiganya. Ketiganya merupakan satu 
kesatuan  yang tak terpisahkan (Sam Kau It Kau/San Jiao Yi Jiao ŽO‹³ˆê
‹³).

Kiongchiu,
KH

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Matur nuwun, Suhu! Apa yang pak David uraikan mengenai rumah 
ibadat 
 dalam budaya Tionghoa saya terima dengan full guarantee ha ha ha
 Suhu saya yang lain adalah Mahabikkhu Jinarakitta alm.
 
 Saya ingin tahu lebih banyak mengenai vihara Rahayu di Surakarta. 
Per-
 tama tama mengapa namanya Rahayu? apakah dia pemiliknya? Saya 
lihat 
 dia mengenakan baju pandita seperti di Tibet, ritual apakah itu? 
 Pasti bukan Buddha Mahayana bukan? Tao?
 
 Di Vienna saya ikuti kegiatan Buddha Theravadda (kebanyakan di 
Eropa 
 selain jalur Tibetan), jadi, mohon maaf, saya agak kurang familiar 
 dengan bentuk ritual di Asia tenggara.
 Mula mula saya agak confused dengan ungkapan Tridharma, namun lama 
 lama saya pahami dalam kaitan dengan kegiatan orang orangnya pakde 
 Harto ha ha ha.
 
 Sampai jumpa segera, saya beritahu via email. mana mas Kinghian 
dkk?
 
 Salam metta
 
 danardono
 
 
 
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 
 david_kwa2003@ wrote:
 
  Ha ha ha, Suhu...mesti pake kumis dan jenggot panjang dong kalau 
  jadi suhu...Kalau tidak, kurang afdol... Kapan pak Danardono ke 
  Indonesia dan kita bisa ngobrol lagi?
  
  Re: nasib kelenteng, akibat penindasan pada masa orde babe, yang 
  mengancam akan menutup kelenteng-kelenteng, nasib kelenteng 
memang 
  sangat merana.  Hal ini terutama terjadi di DKI dan Jabar, 
 (hampir?) 
  semua kelenteng telah bermetamorfosa menjadi vihara, dengan 
 syarat 
  harus menempatkan patung Buddha di ruang altar utama, meski 
  kelenteng tersebut jelas-jelas kelenteng Taois sekalipun!
  
  Namun tidak demikian halnya dengan kebanyakan kelenteng di 
Jateng 
  dan Jatim, tentu tidak termasuk Po An Kiong di Solo, yang 
sekarang 
  telah menjadi Vihara Rahayu, padahal Dewata tuan rumahnya adalah 
  Kong Tek Cun Ong alias Kwee Seng Ong. Setahu saya, itu semua tak 
  terlepas dari jasa Ong Kie Tjay yang berjasa menyelamatkan 
  kelenteng. Jadilah kelenteng di Jateng dan Jatim berubah nama 
  menjadi Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD). Untunglah nama 
kelenteng 
  tidak diubah, tetap seperti sediakala. 
  
  Kiongchiu,
  KH




[budaya_tionghua] Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?

2008-02-08 Terurut Topik david_kwa2003
Gile! Saya dapet informasi Eng Tay rupanya cewe nakal juga ya! Diem-
diem, eh bukan diem-diem, tapi terang-terangan, dia berani selingkuh 
sama cowo laen bangsa bernama Samuel di Mangga Dua Square! Waktunya 
diumumin lagi, besok 9 Februari 2008, jem 15, katanya! Berani amat 'ni 
cewe! Para Sam Pek, gimana neh reaksinya? Diem aja?



[budaya_tionghua] Re: Lasem, Titik Penting Hubungan Tionghoa - Jawa

2008-02-08 Terurut Topik david_kwa2003
Sdr Golden Horde,

Maaf, saya beri masukan sedikit. Film Ca Bau Kan bukan disutradarai 
Remy Silado, tapi Nia Dinata. Remy Silado hanya mengarang bukunya.

Salah satu produk batik Lasem yalah toh-ui, yakni kain penghias Meja 
Abu leluhur orang Tionghoa. Bila aslinya toh-ui dibuat di Tiongkok, 
Hong Kong, maka para produsen batik Peranakan di Lasem membuatnya 
dengan cara dibatik, dengan ragam hias khas Tionghoa yang dipadukan 
dengan Jawa. Jadilah toh-ui yang khas Peranakan dan dengan begitu 
menjadi khas Indonesia. Batik Lasem yang khas dipamerkan di Mal 
Ciputra sampai 17 Februari.

Kiongchiu,
KH

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Golden Horde [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 
 Nuansa arsitektur bangunan dan tata letak pemukiman kota Lasem 
 memang  unik dan  kental pengaruh arsitektur Tionghoa-nya yang 
kadang-
 kadang disebutkan juga sebagai kota tembok, karena bangunan-
bangunan 
 arsitektur Tionghoanya dikelilingi oleh tembok (sutradara Remy 
Silado 
 pernah membuat film disini,Ca Bao Kan,1999), dan salah satu produk 
 budaya kota Lasem yang  terkenal lainnya  adalah batik Lasem.
 
 Batik Lasem yang merupakan perpaduan budaya Tionghoa dan Indonesia 
 ini adalah salah satu batik pesisir yang unik dan  indah  serta 
 telah   mendapatkan penghargaan tinggi dari masyarakat  
Internasional 
 di luar negeri. 
 
 Batik Lasem ini  sering di pamerkan pada beberapa musium di luar 
 negeri seperti salah satunya  pada musium tekstil di Fukuoka, 
Jepang 
 dan juga sering dibahas dan menghias halaman buku-buku  penerbitan 
 Internasional mengenai batik serta menjadi  koleksi  item  para 
 penggemar tekstil khususnya baik  nasional maupun internasional.
 
 Selain itu batik Lasem ini juga sering diletakkan pada meja 
 sembahyang atau abu orang Tionghoa Indonesia. Warisan budaya ini 
 memang patut dipertahankan, diwariskan dan bahkan dikembangkan 
lagi 
 dengan interpretasi baru atau kontemporer. 
 
 Tetapi apakah warisan budaya ini dapat dipertahankan terus, masih 
 merupakan tanda tanya kedepannya, karena banyak generasi mudanya 
 telah meninggalkan kota Lasem dan kota ini hampir kehilangan 
 vitalitasnya saat kini.
 
 G.H.
 ---
 In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO 
 rm_danardono@ wrote:
 
 Lasem, Titik Penting Hubungan Tionghoa - Jawa
 . 
 Namun dalam beberapa tahun belakangan sejumlah pihak sudah mulai 
 tergerak untuk menghidupkan kembali Lasem sebagai pusat 
bersatunya 
 hubungan Tionghoa dan Jawa. Salah satunya adalah upaya pengusaha 
 batik lasem untuk membangkitkan kembali bisnis yang telah mati 
suri. 
  
 Menghidupkan kembali batik lasem adalah sebuah pekerjaan idealis 
 yang sangat berat. Namun, mengingat hubungan masa lalu yang telah 
 terjalin baik, pekerjaan ini akan terasa ringan. Yang paling 
penting 
 dilakukan saat ini adalah memanggil generasi muda Tionghoa Lasem 
 yang  ada di luar untuk kembali dan turut terjun melanjutkan 
usaha 
 yang  sudah mati suri,'' tegas Widji. (Mulyanto Ari Wibowo-62)





[budaya_tionghua] Re: Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?

2008-02-08 Terurut Topik david_kwa2003
Memang nanggung, memang dapet infonya cuma segitu! Kalu mau lengkap, 
niari ya mesti ke Mangga Dua Square kale... Makanya saya juga heran, 
Tjiok Eng Tay yang semua tau pacarnya Nio Sam Pek (San Pek) yang 
paling setia, bisa sampe selingkuh sama cowo laen bangsa yang 
namanya Samuel! Gimana tuh?

Kiongchiu,
KH

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 gak jelas ah yg namanya Engtay itu yg mana ? pacarnye sampek ataw 
boekan
 
 lagean kok kasih informasi nanggung2 seh.
 
 jelasin dong boss ape seh itu
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003
 david_kwa2003@ wrote:
 
  Gile! Saya dapet informasi Eng Tay rupanya cewe nakal juga ya! 
Diem-
  diem, eh bukan diem-diem, tapi terang-terangan, dia berani 
selingkuh 
  sama cowo laen bangsa bernama Samuel di Mangga Dua Square! 
Waktunya 
  diumumin lagi, besok 9 Februari 2008, jem 15, katanya! Berani 
amat 'ni 
  cewe! Para Sam Pek, gimana neh reaksinya? Diem aja?
 





[budaya_tionghua] Re: Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?

2008-02-08 Terurut Topik david_kwa2003
Kamsia, ABS-pangtjoe, alhamdulillah, atas doa dan simpati saudara-
saudaraku sekalian siauwtee suda banyak mendingan. Sayang tayangan 
di AnTV kemaren siauwtee ga sempet liat. Sakali deui hatur nuhun, 
nya!

Kiongchiu,
KH

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Wah, David hiantee udah menggebu-gebu lagi nih!
 Dan kemarin juga sudah muncul di TV.
 
 Jadi sudah benar-benar sembuh dong! Kitu sanes, 'Vid? 
 Lamun nya'an, Alhamdulillah atuh...
 
 Wasalam.
 
 
 
 - Original Message - 
 From: david_kwa2003 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
 Sent: Friday, February 08, 2008 6:54 PM
 Subject: [budaya_tionghua] Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?
 
  Gile! Saya dapet informasi Eng Tay rupanya cewe nakal juga ya! 
  Diem-diem, eh bukan diem-diem, tapi terang-terangan, 
  dia berani selingkuh  sama cowo laen bangsa bernama Samuel 
  di Mangga Dua Square! 
  Waktunya diumumin lagi, besok 9 Februari 2008, jem 15, katanya! 
  Berani amat 'ni  cewe! 
  Para Sam Pek, gimana neh reaksinya? Diem aja?





[budaya_tionghua] Re: Silsilah Gan Peng di Pasar Malam Imlek Semawis.

2008-01-22 Terurut Topik david_kwa2003
Pa Raharjo,

Wah, isu yang menarik untuk disimak, sayang jauh ya. Kalau begitu 
kita semua menantikan beritanya saja.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, raharjo irawan 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Koran Suara Merdeka yang terbit di Semarang pagi ini
 memberitakan, kalau pada Pasar Malam Imlek Semawis
 yang akan diadakan pada Sabtu 2 Februari 2008 sampai
 dengan Selasa 5 Februari 2008 akan diadakan
 bincang-bincang tentang keluarga besar Gan Peng.
 
 Salam,
 Irawan R
 
 
   __
 Sent from Yahoo! Mail - a smarter inbox http://uk.mail.yahoo.com





[budaya_tionghua] Re: BONGPAY Kuburan Tua yang dibongkar

2008-01-22 Terurut Topik david_kwa2003
Pak Steve dan Pak Thian Ien,

Saya sangat setuju bongpay dari makam yang digusur tidak 
dimusnahkan, hanya tetap dipelihara, karena bongpay tua dalam bahasa 
Tionghoa umumnya mengandung banyak informasi yang berharga tentang 
leluhur tsb (vide Chinese Epigraphic Materials in Indonesia, jilid 
2), lebih dari bongpay berbahasa Indonesia. Masalahnya, tempat 
penitipan, karena bongpay dipercaya tidak baik dibawa pulang ke 
rumah. Saya pikir ide yang baik bila bongpay bisa dititipkan di 
kelenteng, mengingat menjadi kelaziman di zaman dulu jenazah 
dititipkan di kelenteng sambil menunggu hari baik untuk pemakaman. 
Apalagi cuma bongpay, ratusan tahun pula usianya. Why not?!! Semoga 
tidak terjadi lagi penghancuran bongpay tua, sebelum kita menyesal 
nanti karena mati obor, seperti yang sudah banyak terjadi.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Steve Haryono 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Thian Ien,
 
 Waktu terakhir saya ke Indonesia dan mengunjungi kelenteng Tiao Kak
 Sie di Cirebon. Saya menceritakan bahwa beberapa bongpay dari 
kuburan
 keluarga THE kita yang di Kali Tanjung sekarang ada di rumah sepupu
 kita koh The Thian Teng setelah kuburan keluarga tersebut digusur
 setahun lalu (2006).
 
 Katanya tidak baik menyimpan bongpay kuburan dirumah seseorang, dan
 waktu itu juga diusulkan untuk ditaruh di kelenteng saja, karena
 semasa hidupnya, leluhur-leluhur yang bongpaynya masih ada itu 
cukup
 berbuat kebaikan kepada kelenteng tersebut.
 
 Jadi tampaknya, kalau tidak ada museum yang mau menampung, mungkin
 bisa ditanyakan kepada kelenteng setempat. Saya kurang tahu apakah 
ada
 kelenteng di Batang, tapi di Pekalongan ada, jadi mungkin bisa
 disimpan disana.
 
 Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar.
 
 Salam,
 Steve Haryono
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Thian Ien The irwanbuchi@
 wrote:
 
  Baru baru ini saya mendapat kabar dari seorang kerabat yang
 memberitakan bahwa makam leluhur kami yang dimakamkan kira kira 
tahun
 1895 harus dibongkar karena kena gusur.
 
Setelah mereka tanya kepada orang yang mengerti lalu 
ditetapkanlah
 tanggal dan waktu pembongkaran dengan ketentuan beberapa orang 
dengan
 shio tertentu tidak diperkenankan mendekati makam tersebut karena 
ciong.
 
Rencana selanjutnya adalah sisa sisa jenasah yang masih ada (
 mungkin tulang tulang) akan diperabukan dan dilarung ke laut.
 
Persoalan yang belum terpecahkan adalah:
Setelah pelarungan, maka bongpay akan diapakan.
ada yang bilang akan di hancurkan agar tidak dipergunakan untuk
 bahan bangunan .
 
Namun saya koq merasa sayang.
Mau saya bawa pulang koq ukurannya besar sekali dan tentu 
sangat
 berat.
atau apa ada tempat penitipan bongpay?
 
Kenapa saya merasa sayang untuk menghancurkan bongpay itu, 
karena
 menurut saya bongpay itu memuat banyak sekali informasi bagi 
keturunannya.
kemudian konon katanya makam yang akan di bongkar ini adalah 
makam
 orang tersohor di jamannya. (ada istilah Mayor dan satu lagi 
capitain
 china pada jaman belanda)
 
Pembongkaran akan dilaksanakan setelah cap go meh.
 
salam
the thian ien
 
 
  
 
  -
  Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.
  
  [Non-text portions of this message have been removed]
 





[budaya_tionghua] Re: Cerita Rakyat, Legenda, Dongeng China Terbitan Indo

2008-01-20 Terurut Topik david_kwa2003
Terima kasih, Fuyuan, atas simpati dari saudara-saudaraku sekalian, 
maka kesehatan saya sudah mulai pulih sedikit demi sedikit.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Selamat bergabung kembali, David, semoga ini menandakan bahwa fisik 
anda
 sudah semakin baik.
 
 ZFy




[budaya_tionghua] Re: Cerita Rakyat, Legenda, Dongeng China Terbitan Indo

2008-01-17 Terurut Topik david_kwa2003
Sdri. Olivia,

Mungkin anda bisa mencari buku di bawah ini:
 
Judul: Folklor Tionghoa
Penulis: Prof. (Emeritus) Dr James Danandjaja, MA
Penerbit: Pustaka Utama Grafiti
Tahun Terbit: 2007, SEptember
ISBN: 978-979-444-445-0
Buku tersebut bisa didapatkan a.l. di Gramedia.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Olive [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Apa ada yang bisa memberi informasi cerita rakyat, legenda, 
dongeng China apa saja yang diterbitkan dalam versi Bahasa 
Indonesia, dan dimana bisa mendapatkannya ? Baik yang baru dicetak, 
maupun terbitan lama ?
 
 Jika ada yang mengetahuinya, tolong beri informasi :
 
 Judul :
 Penerbit :
 Tahun Terbitan :
 ISBN nya apabila ada...
 
 Terima kasih banyak sebelumnya...
 
 Olivia
 
 
 
   
_
___
 Be a better friend, newshound, and 
 know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.  
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ 
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[budaya_tionghua] Re: imlek

2007-09-05 Terurut Topik david_kwa2003
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, boensastra 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Guo Nian, Chun Jie atau Tahun Baru Imlek, Festival menyambut musim 
 semi, tapi saat hari raya ini berlangsung justru di Tiongkok sana 
 lagi dingin2nya tuh...
 
 saya gak tau yang memberikan 3 pertanyaan imlek itu maksudnya apa, 
 tidak dibesarkan di keluarga Tionghoa ato cuma mau memancing 
 postingan dari para member ? sampai tidak bisa membedakan imlek 
dan 
 tahun baru imlek.
 
 Boen
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras skalaras@ 
 wrote:
 
  Pertanyaan yang begitu tendensius, se-akan2 perayaan Tahun baru 
 Imlek disamakan dng perayan agama, pakai makna spiritual dan 
pesan2 
 luhur segala! pertanyaan ini mengingatkan artikel berapa bulan 
lalu 
 di Kompas, yang ingin menghilangkan warna budaya Tionghoa dari 
 perayaan Tahun baru Imlek. 
  
  Maklum,  karena yang bertanya ini tidak paham nama yamg benar 
dari 
 perayaan ini : Tahun baru Imlek  atau Festifal musim semi . dia 
hanya 
 menyebut tradisi imlek, imlek artinya penanggalan bulan, apa 
sistem 
 penanggalan mau dicari makna speritual? Oho 
  
  Dari namanya saja sudah terbaca, ini adalah murni pesta 
pergantian 
 tahun, dan bagi masyarakat agraris, menyambut datangnya musim 
semi. 
 apakah aasan2 ini belum cukup?
  
  Salam,
  ZFy
  
  
- Original Message - 
From: positive_im 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Tuesday, September 04, 2007 8:42 PM
Subject: [budaya_tionghua] imlek
  
  
1. menurut anda, apakah makna spiritual dari imlek?
2. menurut anda, pesan apa yang disampaikan dari imlek yang 
sesungguhnya?
3. menurut anda, apakah arti warna merah dalam tradisi imlek?




[budaya_tionghua] Re: imlek

2007-09-05 Terurut Topik david_kwa2003
Zhou dan Boen jiwi loheng,

Maaf yang barusan siaute salah kirim. Siaute setuju dengan loheng 
berdua, memang juga tidak ada perayaan imlek, yang ada tahun baru 
imlek sebab imlek itu kalender atau penanggalan bulan (lunar 
calendar) dan bukan hari raya. Jadi apanya yang mau dirayakan, 
memangnya mau merayakan kalender bulan? Siaute juga sampai kini 
masih saja heran, kenapa orang-orang suka merayakan imlek, bukan 
tahun baru imlek!!! Analoginya, apa orang juga merayakan Hijriah, 
bukan tahun baru Hijriah?!! Apa bisa?

Lalu, yang namanya tahun baru imlek ya tahun barunya orang Tionghoa 
alias Chinese new year, bukan perayaan agama dan tidak usah dikait-
kaitkan dengan agama dan pake makna spiritual segala. Di seluruh 
dunia juga sama, Chinese new year. Sesuai namanya, bahkan orang yang 
tidak (secara formal mengaku) beragama pun merayakannya, selama dia 
itu masih merasa punya darah Tionghoa yang mengalir dalam dirinya.

Kalau mau dicari makna spiritualnya, sama halnya seperti tahun baru 
yanglek (solar), tahun baru baik imlek (lunar) maupun yanglek 
(solar) ya tahun baru, yakni menyambut pergantian tahun dari yang 
lama ke yang baru. Lalu apa makna spiritual tahun baru yanglek?

Kalau tahun baru imlek mau dikaitkan dengan agama, ya monggo mawon, 
ga ada yang larang koq. Tapi kita juga ga usah maksa mengaitkan 
setiap perayaan Tionghoa selalu dikaitkan dengan agama, sebab memang 
ga begitu.

Mengenai warna budaya Tionghoa dalam perayaan tahun baru imlek, 
kenapa juga harus dihilangkan, salah apa dia sehingga harus 
dihilangkan? Analoginya, bilau mau warna budaya Tionghoa mau 
dihilangkan, apakah warna budaya Arab juga mau dihilangkan dari 
perayaan tahun baru hijriah, dan warna budaya Barat dalam tahun baru 
masehi, dst? Apa jadinya?

Mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang sedap (dibaca).

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, boensastra 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Guo Nian, Chun Jie atau Tahun Baru Imlek, Festival menyambut musim 
 semi, tapi saat hari raya ini berlangsung justru di Tiongkok sana 
 lagi dingin2nya tuh...
 
 saya gak tau yang memberikan 3 pertanyaan imlek itu maksudnya apa, 
 tidak dibesarkan di keluarga Tionghoa ato cuma mau memancing 
 postingan dari para member ? sampai tidak bisa membedakan imlek 
dan tahun baru imlek.
 
 Boen

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras skalaras@ 
 wrote:
 
  Pertanyaan yang begitu tendensius, se-akan2 perayaan Tahun baru 
 Imlek disamakan dng perayan agama, pakai makna spiritual dan 
pesan2 
 luhur segala! pertanyaan ini mengingatkan artikel berapa bulan 
lalu 
 di Kompas, yang ingin menghilangkan warna budaya Tionghoa dari 
 perayaan Tahun baru Imlek. 
  
  Maklum,  karena yang bertanya ini tidak paham nama yamg benar 
dari 
 perayaan ini : Tahun baru Imlek  atau Festifal musim semi . dia 
hanya 
 menyebut tradisi imlek, imlek artinya penanggalan bulan, apa 
sistem 
 penanggalan mau dicari makna speritual? Oho 
  
  Dari namanya saja sudah terbaca, ini adalah murni pesta 
pergantian 
 tahun, dan bagi masyarakat agraris, menyambut datangnya musim 
semi. 
 apakah aasan2 ini belum cukup?
  
  Salam,
  ZFy




Re: Tuntut Mang Ucup!!! RE: [budaya_tionghua] Budaya Imlek agar Lho Melek !

2007-02-14 Terurut Topik david_kwa2003
Lagian siapa pula yang merayakan TAHUN BARU Imlek (Lunar New Year)---
BUKAN Imlek---sebagai hari lahirnya Khong Hucu---bukan KONG HU CHU, 
emangnya ADA? Lalu MEREKA itu siapa? Siapa yang bilang TAHUN BARU 
IMLEK bukan perayaan budaya? Di mana-mana juga di muka bumi ini 
sama, tidak ada bedanya, semua orang juga tahu itu. Atau mungkin 
MANG UTJUP sendiri yang baru tahu? Itulah sebabnya TAHUN BARU Imlek 
dalam bahasa bulenya disebut Chineesche Nieuwjaar atau Chinese New 
Year, bukan het jaardad van Confusius atau Confusius birthday. MANG 
UTJUP jangan mengada-ada deh!
Fyi: Hari ulang tahun Khong Hucu adalah bulan delapan tanggal 27 
IMLEK (LUNAR CALENDAR), bukan bulan satu tanggal satu IMLEK (LUNAR 
CALENDAR). Jadi, IMLEK adalah sistem kalender, BUKAN hari raya!

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ulysee [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 SEBEL SAMA JUDULNYE Gue resehin juga lu! Mang Ucup gue nuntut
 penjelasan!
 
 1.To quote: Di Indonesia MEREKA merayakan tahun baru Imlek sebagai
 perayaan hari lahirnya Kong Hu Chu.
 
 Numpang tanya. MEREKA itu siapa Siapa yang dimaksud dengan
 Mereka di kalimat tersebut?!
 
 2. Ini lagi, to quote:  Hanya sayangnya di kebanyakan negara 
lainnya
 diluar Indonesia; mereka merayakan tahun baru Imlek bukannya tahun 
2558
 melainkan tahun 4644
 
 Tanya lagi: 
 
 Kenapa disitu dibilang  hanya sayangnya  Kenapa disayangkan?
 Apanya yang disayangkan seolah olah disesali? Aneh banget.
 
 3. Ada satu lagi yang aneh:
 , maklum bagi mereka tahun baru Imlek hanya berdasarkan perayaan 
budaya
 saja, jadi tidak ada kaitannya sama sekali dengan Kong Hu Chu.
 
 Lhah Bukannya dari dulu perayaan Imlek itu memang perayaan 
budaya?
 
  
 
 -Original Message-
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of MANGUCUP
 Sent: Wednesday, February 14, 2007 3:37 AM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Budaya Imlek agar Lho Melek !
 
 
 Di Indonesia mereka merayakan Tahun Baru Imlek sebagai perayaan 
hari
 lahirnya Kong Hu Chu yang lahir di tahun
 551 SM, sehingga dengan demikian penanggalan Imlek dan penanggalan
 masehi
 itu berselisih 551 tahun. Jika tahun Masehi saat ini 2007, maka 
tahun
 Imleknya menjadi 2007 + 551 = 2558. 
 
 Hanya sayangnya di kebanyakan negara lainnya diluar Indonesia; 
mereka
 merayakan tahun baru Imlek bukannya tahun 2558 melainkan tahun 
4644,
 sebab
 dalam sejarah tercatat, bahwa penanggalan Imlek dimulai sejak 
tanggal 8
 Maret 2637 SM, sewaktu Kaisar Oet Tee / Huang Ti (2698-2598 SM)
 mengeluarkan
 siklus pertama pada tahun ke-61 masa pemerintahannya. Jadi tepatnya
 ialah
 4644 tahun yang lampau, maklum bagi mereka tahun baru Imlek hanya
 berdasarkan perayaan budaya saja, jadi tidak ada kaitannya sama 
sekali
 dengan Kong Hu Chu.
 
  
 
 Send instant messages to your online friends 
http://asia.messenger.yahoo.com





[budaya_tionghua] Re: Tjetjeran Riwayat Negri Tiongkok

2007-02-08 Terurut Topik david_kwa2003
Hoedjin Tjamboek Berdoerie jang boediman (tida taoe apa Hoedjin masi 
ada katoeroenan dari Toewan Kwee Thiam Tjing?),

Dengan senang hati kitaorang kapengen taoe itoe hikajat negri 
binoewa Tjina jang ada termoewat dalam weekblad Bok Tok kloewaran 
tahon 1913, sebab itoe Weekblad jang kita perna liat ada kloewaran 
dari djeman sasoedanja Perang Doenia II. Djadi, di dalemnja sama 
sekalih tida ada dimoewat itoe hikajat-hikajat jang sanget menarik 
hati boewat dioewarken kapada kaoem moeda Tjina pranakan jang tida 
mengarti soerat Tjina saoemoemnja. Tida loepa kita hatoerken kamsia 
sablonnja atas Hoedjin poenja tjape-lelah.

Kiongtjhioe,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hoedjin_tjamboek_berdoeri 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 Inilah hikayat Negri Tiongkok poenja sedjarah ringkes jang hanja
 tertoelis di dalem Weekblad „Bok Tok satoe Weekblad terbit di
 Soerabaia Oktober 1913. Saja rasa sanget bergoena boeat kita 
mengenal
 boedaja kita poenja leloehoer jang sanget kaja aken tjerita² jang
 bermoetoe, tjoema sajang saja hanja menemoeken 75 % sadja dari itoe
 Weekblad.
 
 Saja tida taoe apa siansing² disini bekenan menjamboet tjerita jang
 aken saja salinken sesoeai asli (sanget Bootjenglie kaloe saja
 mengoebah-oebah edjaan) jalah bahasa Melajoe rendah tjampoer Hok 
Kian
 plus sedikit Belanda jang sanget sedap oentoek di batja, seperti 
kaloe
 saja liat sekarang koempoelan tjerita silat sadoeran jang djelas 
bergaja
 Hok kian jang kentel.
 
 Jang pasti ini tjerita aken dapet tempat khoesoes di Web'nja 
Tjamboek
 Berdoeri. Dimana aken salah sekali kaloe orang doega jang saja ini
 tjoema bisa memaki atawa boeka boroknja bangsa Tionghoa sadja.
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[budaya_tionghua] Re: Tjong A Fie di Medan

2006-07-19 Terurut Topik david_kwa2003
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, King Hian [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 
 KH:
 Artikel ttg Tjong A Fie di Pelangi Cina Indonesia berasal dari 
buku Memories of a Nonya tulisan Queeny Chang (Anak Tjong A Fie). 
Pada tahun 2003 buku ini telah diterjemahkan ke bhs Indonesia dan 
diterbitkan oleh penerbit Taramedia Publisher.
 ---

DK:
Terjemahannya kaco-balo banget, yang nerjema'in ngga ngarti budaya TH. 
Lebih baik baca aslinya, seperti yang Sdr Didi tunjukin.

Kiongtjhioe,
DK





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Something is new at Yahoo! Groups.  Check out the enhanced email design.
http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: minta tolong contact person klenteng

2006-03-03 Terurut Topik david_kwa2003
Kelenteng itu namanya Thian Houw Kiong (Mandarin: Tianhou Gong), 
waktu jaman orde babe diganti jadi Wihara Dewi Samudra. Dewi tuan 
rumah kelenteng itu dikenal dengan beberapa gelar: Ma Cou (Ma Zu), 
Ma Cou Po (Mazu Po), Thian Hou (Tian Hou atau Permaisuri Langit), 
atau Thian Siang Seng Bou (Tian Shang Shengmu atau Ibu Suci di Atas 
Langit), berbagai gelar yang diberikan kaisar berbagai dinasti di 
Tiongkok kepada Dewi pelindung para nelayan dan pelaut, yang berasal 
dari pulau Bi Ciu (Meizhouxu), kabupaten Pouchan (Putian Xian), 
Hinhoa (Xinghua Fu), propinsi Hokkian (Fujian) ini. Di Hong Kong 
beliau dikenal sebagai Tin Hau (= Mandarin: Tian Hou).

Memang kelenteng itu agak aneh, difoto saja tidak boleh. Saya juga 
pernah dilarang oleh penjaganya membikin foto kelenteng itu, padahal 
kelenteng itu cukup megah dan bagus bikinannya, dengan sebuah 
paseban di depannya. Sayang sekali, waktu setelah Kerusuhan Mei 
1998, karena saking ketakutan kelentengnya diserbu massa, maka 
pemiliknya memutuskan untuk bikin kerangkeng di paseban depan. 
Sehingga arsitekturnya rusak, sebab di tempat lain mana ada paseban 
dikerangkeng seperti itu?!! Dan kelihatannya juga tidak setiap 
kelenteng punya paseban di depannya.

Beberapa tahun lalu, setiap ulang tahun (shedjit) sang Dewi yang 
jatuh pada bulan tiga tanggal 23 Imlek (Imlek Shagwee Djiesha Djit), 
pada tanggal 22 malam 23 dimeriahkan dengan pertunjukan Orkes 
Keroncong milik kelenteng tersebut. Namun, terakhir, saya dengar 
orkes tersebut sudah bubar, konon karena para pemainnya sudah pada 
meninggal dan tidak ada regenerasi. Selain Gambang Kromong, 
Keroncong juga merupakan salah satu jenis musik yang sangat digemari 
kaum Peranakan.

Kalau mau ketemu dengan pemiliknya, saya sarankan agar Sdri Greysia 
datang saja pada tanggal 22 malam 23 bulan tiga, karena, biasanya, 
pemiliknya datang ke sana bersama keluarganya. Otherwise, saya juga 
tidak tahu harus menghubungi ke mana. Bulan tiga (Shagwee) sudah 
dekat koq, sekarang saja sudah bulan dua (Djiegwee).

Mengenai keyakinan penduduk setempat kepada Dewi Thian Siang Seng 
Bouw ini, bukan hanya jaman dulu, waktu terakhir dua hari menjelang 
Lebaran saya ke Kelenteng Tjoe An Kiong di Lasem, yang merupakan 
kelenteng Dewi ini juga yang cukup terkenal, beberapa nelayan yang 
perahunya sedang berlabuh di kali depan kelenteng mengatakan, sudah 
menjadi kepercayaan bagi para nelayan setempat baik Tionghoa maupun 
Jawa untuk selalu meminta restu kepada sang Dewi sebelum berangkat 
melaut, agar hasil tangkapannya baik dan selamat dalam perjalanan 
pergi dan pulang. Mereka percaya bahwa sang Dewi selalu memberkahi 
mereka.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Lucas Ony 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 wah.. sayang sekali pak...
 padahal kalau jaman dulu para pelaut sebelum melaut pasti ke bio 
Ma Cho Po ini, karena Ma Cho Po dikenal sebagai dewi pelindung 
pelaut.. terutama diyakini oleh para pelaur Hokkian... kalau ada 
badai di laut, mereka teriak2 Ma Cho Po... Ma Cho Po...
 
 tolong koreksi kalau ada yang salah ya...
 
 Kind regards,
 Ony
 
 
   - Original Message - 
   From: greysia susilo junus 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   Sent: Friday, March 03, 2006 7:59 AM
   Subject: [budaya_tionghua] minta tolong contact person klenteng
 
 
   Subject: minta tolong contact person klenteng
 Para cianpwee.
 Saya adalah mahasiswa yang sedang melakukan penelitian 
klenteng di Jakarta. Kemarin saya bermaksud melakukan penelitian di 
klenteng ma co po di bandengan selatan, yang umurnya sudah sangat 
tua.
 Yang terjadi adalah saya tidak diperbolehkan meneliti oleh 
penjaga disana, dengan alasan yang tidak jelas. Oleh karena itu saya 
minta tolong saudara-saudara, adakah yang mengetahui ketua pengurus 
untuk klenteng tersebut? Selain itu saya juga tidak mendapat contact 
person untuk klenteng San Yuan Gong di jalan Jembatan Batu, padahal 
saya sangat butuh untuk minta ijin meneliti arsitektur klenteng.
  
 Jika ada yang bisa membantu saya, saya ucapkan banyak terima 
kasih.
 Greysia susilo
 
   
   -
   Yahoo! Mail
   Bring photos to life! New PhotoMail  makes sharing a breeze. 
 
   [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
   .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
   .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
   .: Untuk bergabung : 
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
   .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
 
 
 
   SPONSORED LINKS Indonesia  Culture  Chinese  
 
 
 ---
---
   YAHOO! GROUPS LINKS 
 
 a..  Visit your group budaya_tionghua on the web.
   
 b..  To unsubscribe from this group, send an email to:
  [EMAIL PROTECTED]
   
 c..  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms 
of Service. 
 
 
 

[budaya_tionghua] Undangan Peluncuran dan Diskusi Buku

2006-02-07 Terurut Topik david_kwa2003
RRS,

Di bawah ini saya sampaikan undangan peluncuran dan diskusi buku. 
Yang tertarik silakan datang.

UNDANGAN PELUNCURAN DAN DISKUSI BUKU

RIWAYAT TIONGHOA PERANAKAN DI JAWA 

KARYA ONG HOK HAM

Menyambut hari besar masyarakat Tionghoa yaitu Tahun Baru Imlek 
(29/1) dan perayaan Cap Go Meh (12/2), kami dari penerbit Komunitas 
Bambu pada Januari 2006 ini telah menerbitkan buku Riwayat Tionghoa 
Peranakan di Jawa karya Ong Hok Ham, sejarawan terkemuka kita. 

Buku ini ditulis dengan gaya yang populer tetapi serius dan 
bernuansa akademis isinya karena didukung oleh riset lapangan maupun 
arsip Ong Hok Ham mengulas dan menganalisis segi sosial-budaya-
politik yang terkait dengan masalah orang Tionghoa di Nusantara, 
terutama mereka yang di Jawa dan Madura sejak kira-kira tahun 1750-
an sampai dengan awal 1960-an, ketika pecah polemik mengenai 
asimilasi atau integrasi masyarakat Tionghoa ke dalam masyarakat 
Indonesia. 

Membaca Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa kita bukan saja dibawa 
oleh Ong Hok Ham untuk mengenali tetapi juga memahami siapakah dan 
bagaimanakah masyarakat Tionghoa di Indonesia, sehingga dapatlah 
kita menyusun pandangan yang lebih jernih ihwal etnis ini. Lebih 
menarik lagi adalah melalui buku Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa 
ini dapat pula dilihat landasan intelektual dasar dari pandangan Ong 
Hok Ham sebagai sejarawan sekaligus seorang Tionghoa peranakan 
selama ini terhadap kedudukan, baik masa lalu, kini dan masa depan 
orang Tionghoa dalam masyarakat Indonesia. 

Peluncuran dan diskusi buku akan dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Saptu, 11 Februari 2006
Jam  : 15.00 – 17.00 WIB
Tempat   : Museum Bank Mandiri 
   Jl. Lap. Stasiun No 1, Kota, Jakarta Barat

Pembicara: 
1. David Reeve (Associate Professor Departement of Chinese and 
Indonesian, School of Modern Language Studies, UNSW, Sidney, 
Australia.

2. Mona Lohanda, Pengajar di Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu 
Pengetahuan Budaya UI dan penulis buku The Kapitan Cina of Batavia 
1837–1942.

Kami mengundang dan berharap Anda untuk menghadiri acara ini. 

Tabik serta hormat.

Penerbit Komunitas Bambu
Komunitas Jelajah Budaya

Informasi: Astri  Kartum (6902000 ext. 2003). Dan buku sudah bisa 
Anda dapatkan di toko-toko buku terdekat di tempat Anda.

Kiongchiu,
DK





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Spanduk berbau SARA di Bogor

2006-02-01 Terurut Topik david_kwa2003
RRS,

Hari Minggu 29 Januari 2006, bertepatan dengan hari Tahun Baru Imlek 1 
Chiagwe 2557, di Tugu Kujang Bogor terpampang sebuah spanduk 
bertulisan putih di atas dasar kain merah berbau SARA dari Front 
Pribumi, bertulisan:

SELAMAT IMLEK ORANG CINA ! Nikmati Kekayaan di Indonesia Sepuasmu

Terus terang, spanduk provokatif ini sangat mengusik ketenangan warga 
Bogor yang selama ini hidup rukun dan damai tanpa konflik apapun! 
 
Di bawahnya ada tulisan kecil: Nyabut Tanpa Izin Stroke / Muntah 
Darah !

Namun, hari Senin 30 Januari 2006, spanduk sudah tidak kelihatan lagi!

Kiongchiu,
DK





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: seputar Imlek

2006-01-25 Terurut Topik david_kwa2003
Mohon maaf ada ralat sedikit. Setelah saya cek, Keng Thni-kong dalam 
dialek Hokkian selatan, Mandarin Pinyinnya bukan Jing Tiangong, tapi 
Gong Tiangong.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, UKM BANGKA [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Terima-kasih atas pencerahnyanya. 
 
 Wassalam
   - Original Message - 
   From: david_kwa2003 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   Sent: Saturday, January 21, 2006 12:29 AM
   Subject: [budaya_tionghua] Re: seputar Imlek
 
 
   Bukan jaman Jepang, tapi jaman akhir Ming awal Qing (tahun 1600-
an). 
   Waktu itu propinsi Fujian diserang orang Mancu untuk ditaklukkan, 
   orang Hokkian lari menyelamatkan diri ke kebun tebu dan selamat.  
   Keluar dari kebun tebu sudah tanggal 8 malam tanggal 9. Mereka 
   menghaturkan syukur kepada Tian dengan mengadakan upacara 
   sembahyang, upacara yang sekarang disebut Keng Thni-kong (Jing 
   Tiangong), untuk kamuflase kepada pemerintah Mancu. Jadi 
peristiwa 
   diselamatkan di kebun tebu itu mereka peringati dengan 
menggunakan 
   sepasang tebu di meja sembahyang maupun pada upacara sembahyang 
   lainnya (sembahyang Sam Kai/San Jie pada perkawinan, misalnya), 
dan 
   menjadi khas Hokkian. Suku lain tidak mengenalnya.
 
   Kiongchiu,
   DK
 
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, UKM BANGKA 
   [EMAIL PROTECTED] wrote:
   
Saya dapat cerita lain dari teman Hok Kian , katanya pada zaman 
   Jepang, pada tahun baru imlek  Fu Jian diserang oleh Jepang, 
jadi  
   mereka menyembunyikan diri , dan baru keluar pada hari ke 8, jadi 
   diperingati tahun baru imlek pada hari ke 9, aya tidak tahu benar 
   atau tidak ?

Wassalam
  - Original Message - 
  From: Stevan Raharjo 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, January 20, 2006 8:21 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: seputar Imlek


  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Chen Kuang 
   [EMAIL PROTECTED]
  wrote:
  
   
   
   Dear rekan-rekan semilis BT
   
   sebentar lagi kita akan memasuki imlek, konon katanya
   
   bahwa suku Hokkian merayakan imlek pada hari imlek ke 8 / 9 
   (mohon
   dikoreksi)
   
   bagaimana kisah tsb, mohon informasi bagi yang mengetahuinya
   
   atas informasinya saya ucapkan terima kasih sebnayak-
banyaknya
   
   
   Salam
   CK
  
  Kalau pada hari ke 8 (malam hari) / menjelang hari ke 9 cia 
   gwee, adl
  hari ulang tahun Giok Hong Tay Tee / Thian Kong
  Pada jam 23.00-01.00, diadakan sembahyang King Thi Kong 
   (sembahyang
  besar kepada Thian).






  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

  .: Untuk bergabung : 
   http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 



  SPONSORED LINKS Indonesia  Culture  Chinese  



---
   ---
  YAHOO! GROUPS LINKS 

a..  Visit your group budaya_tionghua on the web.
  
b..  To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
  
c..  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! 
Terms 
   of Service. 



---
   ---
   
 
 
 
 
 
 
   .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
   .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
   .: Untuk bergabung : 
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
   .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
 
 
 
 
--
   YAHOO! GROUPS LINKS 
 
 a..  Visit your group budaya_tionghua on the web.
   
 b..  To unsubscribe from this group, send an email to:
  [EMAIL PROTECTED]
   
 c..  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms 
of Service. 
 
 
 
--








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: seputar Imlek

2006-01-25 Terurut Topik david_kwa2003
Mohon maaf ada ralat sedikit. Setelah saya cek, Keng Thni-kong dalam 
dialek Hokkian selatan, Mandarin Pinyinnya bukan Jing Tiangong, tapi 
Gong Tiangong.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, UKM BANGKA [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Terima-kasih atas pencerahnyanya. 
 
 Wassalam
   - Original Message - 
   From: david_kwa2003 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   Sent: Saturday, January 21, 2006 12:29 AM
   Subject: [budaya_tionghua] Re: seputar Imlek
 
 
   Bukan jaman Jepang, tapi jaman akhir Ming awal Qing (tahun 1600-
an). 
   Waktu itu propinsi Fujian diserang orang Mancu untuk ditaklukkan, 
   orang Hokkian lari menyelamatkan diri ke kebun tebu dan selamat.  
   Keluar dari kebun tebu sudah tanggal 8 malam tanggal 9. Mereka 
   menghaturkan syukur kepada Tian dengan mengadakan upacara 
   sembahyang, upacara yang sekarang disebut Keng Thni-kong (Jing 
   Tiangong), untuk kamuflase kepada pemerintah Mancu. Jadi 
peristiwa 
   diselamatkan di kebun tebu itu mereka peringati dengan 
menggunakan 
   sepasang tebu di meja sembahyang maupun pada upacara sembahyang 
   lainnya (sembahyang Sam Kai/San Jie pada perkawinan, misalnya), 
dan 
   menjadi khas Hokkian. Suku lain tidak mengenalnya.
 
   Kiongchiu,
   DK
 
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, UKM BANGKA 
   [EMAIL PROTECTED] wrote:
   
Saya dapat cerita lain dari teman Hok Kian , katanya pada zaman 
   Jepang, pada tahun baru imlek  Fu Jian diserang oleh Jepang, 
jadi  
   mereka menyembunyikan diri , dan baru keluar pada hari ke 8, jadi 
   diperingati tahun baru imlek pada hari ke 9, aya tidak tahu benar 
   atau tidak ?

Wassalam
  - Original Message - 
  From: Stevan Raharjo 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, January 20, 2006 8:21 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: seputar Imlek


  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Chen Kuang 
   [EMAIL PROTECTED]
  wrote:
  
   
   
   Dear rekan-rekan semilis BT
   
   sebentar lagi kita akan memasuki imlek, konon katanya
   
   bahwa suku Hokkian merayakan imlek pada hari imlek ke 8 / 9 
   (mohon
   dikoreksi)
   
   bagaimana kisah tsb, mohon informasi bagi yang mengetahuinya
   
   atas informasinya saya ucapkan terima kasih sebnayak-
banyaknya
   
   
   Salam
   CK
  
  Kalau pada hari ke 8 (malam hari) / menjelang hari ke 9 cia 
   gwee, adl
  hari ulang tahun Giok Hong Tay Tee / Thian Kong
  Pada jam 23.00-01.00, diadakan sembahyang King Thi Kong 
   (sembahyang
  besar kepada Thian).






  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

  .: Untuk bergabung : 
   http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 



  SPONSORED LINKS Indonesia  Culture  Chinese  



---
   ---
  YAHOO! GROUPS LINKS 

a..  Visit your group budaya_tionghua on the web.
  
b..  To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
  
c..  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! 
Terms 
   of Service. 



---
   ---
   
 
 
 
 
 
 
   .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
   .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
   .: Untuk bergabung : 
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
   .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
 
 
 
 
--
   YAHOO! GROUPS LINKS 
 
 a..  Visit your group budaya_tionghua on the web.
   
 b..  To unsubscribe from this group, send an email to:
  [EMAIL PROTECTED]
   
 c..  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms 
of Service. 
 
 
 
--







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Kenalan + tanya2 klenteng n Oei Tiong Ham

2006-01-20 Terurut Topik david_kwa2003
Kamsia pisan, King Hian-tee, ditambain biar lengkep.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, King Hian [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Saya tambahkan sedikit:
   Hiap Thian Kiong [Xie Tian Gong] (Vihara Satya Budhi) tertelak di 
jalan Kelenteng, Jl. Kelenteng sendiri terletak diantara Jl. Sudirman 
dan Jl. Kebon Jati. Banyak orang Bandung yang menyebut Hiap Thian 
Kiong dengan sebutan kelenteng gede.
   Di kedua sisi Hiap Thian Kiong, telah 'ditambahkan' dua vihara, 
yaitu vihara Buddha Gaya (sisi barat) dan vihara Samudra Bhakti [Hai 
Hui Tang] (sisi timur).

   Sedangkan Jl. Vihara adalah jalan kecil yang terletak di tengah2 
Jl. Kelenteng, ke arah timur. Di Jl. Vihara terdapat kelenteng lain, 
yaitu: Seng Ong Bio [Sheng Wang Miao] (Vihara Tanda Bhakti). 
Kelenteng ini didirikan oleh orang2 bermarga Tan di Bandung, untuk 
menghormati Tan Guan Kong [Chen Yuanguang] yang dianggap sebagai 
leluhur orang2 marga Tan di Ciangciu [Zhangzhou].
 
 david_kwa2003 [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Sdr. Achie,
 
 Re: Kelenteng Xietian gong yang dimaksud adalah (dalam dialek 
 Hokkian) Kelenteng Besar Hiap Thian Kiong di Jalan Kelenteng. Di 
 jaman penindasan oleh Orde Babe nama kelenteng ini dipaksa ganti 
 jadi Wihara Satya Budhi, dan Jalan Kelenteng jadi Jalan Vihara 
 (sich)! PCMIIW! Dewata utama (tuan rumah) di kelenteng ini adalah 
 Guan Gong (Koan Kong), yang nama kecil beliau adalah Guan Yu (Koan 
 I) alias Yunchang (In Tiang), seorang tokoh sejarah dan pahlawan 
 yang pernah hidup di Cina periode Tiga Negara (San Guo/Sam Kok, 220-
 280). Oleh kaisar-kaisar dari berbagai dinasti, beliau diperingati 
 di kelenteng yang dibangun khusus untuk beliau serta dianugerahi 
 berbagai gelar, antara lain Xietian Dadi (Hiap Thian Tai Te)--
 Xietian (Hiap Thian) menjadi nama kelenteng di Bandung tempat 
beliau 
 dihormati.
 
 Re: perusahaan Oei Tiong Ham (Oei Tiong Ham Concern), menurut yang 
 saya dengar dari orang Semarang yang tahu kejadian tersebut, di 
 zaman Orde Lama, perusahaannya yang ada di Indonesia telah begitu 
 saja dirampas negara (istilah halusnya dinasionalisasi) oleh 
 pemerintah Soekarno dan sekarang namanya menjadi PT Rajawali (yang 
 kantornya ada di kawasan Rasuna Said-Kuningan), sehingga para 
 keturunan Oei Tiong Ham terpaksa hanya bisa melanjutkan usahanya 
 yang masih ada di luar negeri dengan nama Kian Gwan. PCMIIW. Jadi, 
 pelanjutan usaha di luar negeri tersebut bukan untuk menghindari 
 pajak, tapi kearena yang di dalam negeri memang sudah tidak ada.
 
 Gongshou/Kiongchiu,
 DK

 
   
 -
 Yahoo! Photos – Showcase holiday pictures in hardcover
  Photo Books. You design it and we'll bind it!








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: Kenalan + tanya2 klenteng n Oei Tiong Ham

2006-01-20 Terurut Topik david_kwa2003
Andre-heng,

Hiolouw di bandung = Njooloo di Semarang, Mandarinnya Xianglu, adalah 
istilah umum bagi tempat untuk menancapkan hio alias tempat menampung 
abu hio. Di kalangan Peranakan, karena banyak yang sudah tidak 
mempunyai sin-ci (Mandarin: shenzhu at shenzhupai) di rumahnya, meski 
masih melakukan penghormatan kepada leluhur di rumah masing-masing, 
hiolouw (njooloo) itulah yang dianggap sebagai pengganti sin-ci, 
disebut aboe leloehoer. Sehingga, kalau keturunan tidak bersedia 
melanjutkan penghormatan tersebut (istilah Melayu Tionghoanya di 
kalangan Peranakan adalah piara aboe) karena berbagai alasan, 
hiolouw/njooloo ikut dikuburkan bersama generasi tua yang terakhir 
meninggal.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Stevan Raharjo 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 andre susanto:
  dan oweh jelaskan karena oweh dari Bandung dan istilah
  di sana memang pelihara Hiolow, jadi bukan gak bener
  kale, tapi You_qing_long tidak kenal adat dari orang
  Tionghoa di Bandung.
 
 Stevan Nio:
 memang saya pernah denger istilah itu. Maksudnya ya sama dengan 
ngerawat.








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !tambahan neh

2006-01-20 Terurut Topik david_kwa2003
Kita kan orang Indonesia (bukan warganegara loh, warga negara hanya 
selembar surat!, tapi dari lubuk hati) dari kelompok etnik Tionghoa, 
bukan orang China. Seperti Xinjiaporen, Malaixiyaren, kita adalah 
Yinniren, bukan Zhongguoren! Jadi, nasionalisme kita seharusnya 
ditujukan ke mana, ke Indonesia atau ke China? Kalau ke China, 
memangnya kita diaku di sana sebagai orang China, dalam arti 
Zhongguoren? Mohon pencerahan dan PCMIIW.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Iya tuh byk yg pada sok rasa nasionlisnya 
tinggi...padahal...padahal...udah ada satu contohnya berkoar2 tp  
lari ke Jermanhuh malu2in aja,mana coba, kan terbuktiyg  
merasa pemilik negara begitu...kalau yg keturunan kuning 
aja litle..to me...litle to me...(hehe).

   Pengalaman sy th 94 jalan2 ke Beijing,sy generasi 60an 
orba,...ditanya sama salesgirl...dg bhs mandarin..gw ngak 
ngerti...dia ngomong apa..akhirnya dia bilang...oh...nie she inni 
ren? kita jawab ...she...lihat tuh apa bener org keturunan tionghoa 
masih mengaku dan diakui sbg org cina kalau dinegara china,kitanya 
jg ngkunya org indo tau...mmhhdasar ..lho
 
 you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote:
   tambahan lage buat mang ucup , setau aye nyang ngomonk kata china 
 dari dinasti qin mah org serikat yesuit waktu jaman ming ape akhir 
 ming. coema owe loepa tepatnye kapan en sape getu.
 
 
 Banyak orang yang beranggapan bahwa kata China berasal dari kata
 dinasti Qin.
 Sebenarnya hal ini bisa dikatakan adalah salah kaprah.
 
 Kata China berasal dari bahasa Sansekerta. Dan menyebut Tiongkok
 dalam epik Mahabharata menyebut Tiongkok adalah Mahacoinasthana.
 Coinasthana biasa disebut Zhen Dan k 'U , yaitu sebutan bangsa 
India
 jaman purba menurut literatur kuno dalam bahasa mandarin. Dan dalam
 banyak literatur kuno menuliskan Zhi Na Žxß (Ž‰ß), Zhen Dan.
 Mereka menyebutnya China.
 Sebutan ini jauh telah ada sebelum dinasti Qin berdiri.
 Zhi Na inilah cikal bakal sebutan China pada jaman sekarang.
 Arti kata ZhiNa sendiri adalah negara yang berbudaya.
 Istilah ini sudah diperkirakan sudah dipakai oleh orang India sejak
 pada dinasti Shang berdiri.
 
 Banyak yang menyatakan bahwa sebenarnya orang Yunani yang
 memperkenalkan istilah China berdasarkan kerajaan Qin sebenarnya
 adalah salah karena sebutan Yunani kepada Tiongkok jaman dahulu
 adalah Seres yang artinya adalah negri sutra. Kata seres diambil 
dari
 kata Si ãN yang berarti sutra.
 Dan sebutan orang Tiongkok kepada kerajaan Roma adalah Da Qin `å `.
 
 Bahasa Arab yang menyebut Tiongkok adalah Sin diperkirakan sama
 dengan bahasa Sogdian ˆ¾ÁŒê(cat: nenek moyang bangsa Kazhak ,
 sekarang berada di daerah Xin Jiang) yaitu Cystn. Mereka kemungkinan
 berpatokan kepada penyebutan Seres.
 
 Sedangkan bahasa Rusia menyebut Tiongkok dengan sebutan Kitaj 
berasal
 dari Qi Dan Œ_ 'Oatau Khitan.
 
 Sebutan bahasa Jepang Chaogoku , bahasa Korea JungGuk , bahasa
 Vietnam TrungQuoc dan bahasa Indonesia Tiongkok adalah berdasarkan
 dari kata Zhong Guo.
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, MANG UCUP [EMAIL PROTECTED] 
 wrote:
 
  Dasar Cina Lho ! Bagi banyak orang Tionghoa ucapan tersebut 
 dinilai sebagai
  suatu penghinaan, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa RRC itu 
 adalah
  singkatannya dari Repubulik Rakyat China, tetapi cobalah tanyakan 
 bagaimana
  perasaannya saudara kita yang berkulit hitam apabila mereka 
 disebut Niger,
  walaupun di Afrika juga sebenarnya ada negara yang bernama Niger. 
  
  Mereka lebih senang dipanggil dengan sebutan black men atau 
 orang hitam,
  walaupun sebenarnya arti harafiahnya dari kata Niger itu  
 adalah hitam
  dalam bahasa Latin, atau Negro dalam bahasa Spanyol. Jadi hitam 
 atau Black
  dalam bahasa Inggris; bagi yang berkulit hitam tidak bisa dinilai 
 sama
  dengan hitam dalam bahasa Latin = Niger, yang satu merupakan 
 ungkapan hormat
  sedangkan yang lain penghinaan.
  
  Begitu juga dengan tulisan China dan Cina. Mungkin hal yang 
serupa 
 dirasakan
  oleh kebanyakan orang Tionghoa, walaupun bedanya hanya dari 
 huruf H nya,
  bahkan kalau di ucapkan kedengarannya juga sami mawon alias sama 
 azah  C I
  N A! 
  
  Apalagi ketika istilah kata Cina ini dipakai untuk memaki dan 
 diembel-embeli
  perkataan seperti Cina Loleng, Cina Mindring dan sebutan2 
 degeneratif
  lainnya, oleh sebab itulah istilah kata Tionghoa lebih disukai 
 ketimbang
  kata Cina. Dan anehnya pula ada sebutan Cina Medan, tetapi 
tidak 
 pernah
  ada sebutan Arab Medan. 
  
  Dan yang lebih lucunya lagi; banyak sekali orang merasa jengah 
 untuk
  menggunakan kata Cina secara resmi terhadap etnis Tionghoa di 
 Indonesia.
  Cobalah perhatikan dengan seksama yang dimaksud dengan Warga 
 Keturunan itu
  selalu orang Tionghoa, walaupun demikian tidak pernah ditulis 
 entah di media
  cetak maupun media elektronik Warga Keturunan Cina, begitu juga 
 yang
  dimaksud dengan perkataan non pribumi selalu mengacu kepada 
orang
  

[budaya_tionghua] Re: seputar Imlek

2006-01-20 Terurut Topik david_kwa2003
Bukan jaman Jepang, tapi jaman akhir Ming awal Qing (tahun 1600-an). 
Waktu itu propinsi Fujian diserang orang Mancu untuk ditaklukkan, 
orang Hokkian lari menyelamatkan diri ke kebun tebu dan selamat.  
Keluar dari kebun tebu sudah tanggal 8 malam tanggal 9. Mereka 
menghaturkan syukur kepada Tian dengan mengadakan upacara 
sembahyang, upacara yang sekarang disebut Keng Thni-kong (Jing 
Tiangong), untuk kamuflase kepada pemerintah Mancu. Jadi peristiwa 
diselamatkan di kebun tebu itu mereka peringati dengan menggunakan 
sepasang tebu di meja sembahyang maupun pada upacara sembahyang 
lainnya (sembahyang Sam Kai/San Jie pada perkawinan, misalnya), dan 
menjadi khas Hokkian. Suku lain tidak mengenalnya.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, UKM BANGKA 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya dapat cerita lain dari teman Hok Kian , katanya pada zaman 
Jepang, pada tahun baru imlek  Fu Jian diserang oleh Jepang, jadi  
mereka menyembunyikan diri , dan baru keluar pada hari ke 8, jadi 
diperingati tahun baru imlek pada hari ke 9, aya tidak tahu benar 
atau tidak ?
 
 Wassalam
   - Original Message - 
   From: Stevan Raharjo 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   Sent: Friday, January 20, 2006 8:21 PM
   Subject: [budaya_tionghua] Re: seputar Imlek
 
 
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Chen Kuang 
[EMAIL PROTECTED]
   wrote:
   


Dear rekan-rekan semilis BT

sebentar lagi kita akan memasuki imlek, konon katanya

bahwa suku Hokkian merayakan imlek pada hari imlek ke 8 / 9 
(mohon
dikoreksi)

bagaimana kisah tsb, mohon informasi bagi yang mengetahuinya

atas informasinya saya ucapkan terima kasih sebnayak-banyaknya


Salam
CK
   
   Kalau pada hari ke 8 (malam hari) / menjelang hari ke 9 cia 
gwee, adl
   hari ulang tahun Giok Hong Tay Tee / Thian Kong
   Pada jam 23.00-01.00, diadakan sembahyang King Thi Kong 
(sembahyang
   besar kepada Thian).
 
 
 
 
 
 
   .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
   .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
   .: Untuk bergabung : 
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
   .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
 
 
 
   SPONSORED LINKS Indonesia  Culture  Chinese  
 
 
 ---
---
   YAHOO! GROUPS LINKS 
 
 a..  Visit your group budaya_tionghua on the web.
   
 b..  To unsubscribe from this group, send an email to:
  [EMAIL PROTECTED]
   
 c..  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms 
of Service. 
 
 
 ---
---







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Rombongan Guru Katholik kunjungi klenteng Tay Kak Sie

2006-01-19 Terurut Topik david_kwa2003
Rudy-heng,

Memang betul yang Rudy-heng katakan, bangunan gereja Santa Maria de 
Fatima (Ricci) dulunya bukan kelenteng, tapi rumah seorang pejabat 
Tionghoa, yang, katanya, seorang luitenant der Chineezen (letnan 
Cina) she Tjioe. Di atas atap bangunan gereja, kalau kita 
perhatikan, ada inskripsi yang menyatakan daerah asal leluhur si 
pemilik rumah, sebelum dijadikan gereja, yaitu Quanzhou fu, Nan'an 
xian (Coanciu Hu, Lam'an Hian), artinya Kabupaten Lam-oa, 
Keresidenan Coanciu, (di propinsi Fujian/Hokkian bagian selatan). 
Menurut peraturan yang berlaku di masa itu di Cina, yang masih 
ditaati di Jawa, selain bangunan kelenteng dan pemerintahan, hanya 
orang berpangkat alias pejabat yang boleh membangun rumah dengan 
gaya atap Ekor Walet (Yanwei xing), yang kedua ujungnya melengkung 
seperti atap kelenteng. Orang biasa hanya boleh membangun rumah 
dengan gaya atap Pelana (Mabei xing). Hak lain yang tidak dimiliki 
kebanyakan orang adalah menaruh sepasang singa batu (cioh-
sai/shishi) di kiri dan kanan depan gedung.

Di Jakarta bangunan lain, selain Gereja Ricci yang punya atap 
seperti itu, yang tersisa adalah Gedung Famili Souw di Patekoan 
(Perniagaan), gedung ex Candra Naya di Gajah Mada, yang sebagian 
besar telah dihancurkan sendiri oleh seorang konglomerat Cina (!)
yang sekarang telah kabur ke luar negeri.
Selain itu, rupanya gaya atap Ekor Walet telah membuat gerah 
sebagian pemilik rumah bergaya seperti itu, yang tidak mengerti 
bahwa gaya seperti lebih eksklusif ketimbang gaya Pelana, saya 
melihat atap sebuah toko alat memancing di Jalan Toko Tiga (kalau 
tidak salah namanya Lautan Mas), yang dengan sengaja dipotong kedua 
ujungnya, untuk menghilangkan kesan Ekor Waletnya, dan kelihatan 
seperti Pelana. Proses mutilasi yang sama juga terjadi pada sebuah 
bangunan gaya Tionghoa di Jalan Pancoran, sebelah Pertookoan 
Chandra, bila kita lihat dari halaman parkir, maka terlihat bahwa 
kedua ujung Ekor Waletnya telah dipatahkan! Kesimpulan saya 
sementara, mungkin pemilik kedua bangunan tadi, entah siapa, merasa 
malu mempnyai bangunan yang gaya atapnya seperti kelenteng!!! 
Padahal...

Gongshou/Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rudy [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ralat lagi .
 
 Gereja Ricci yang di petak sembilan modelnya bukan seperti 
klenteng, tapi
 tipikal rumah orang Tionghoa kaya di jaman itu.
 
 Aslinya memang rumah, yang kemudian dijadikan gereja.
 
 Kalo kita bicara 'gedung gereja Katolik  tertua di Jakarta', maka  
gedung
 ini ada yang yang paling tua, tapi kalo gereja Katolik tertua, ya 
gereja
 Kathedral.
 
 Itu semua ada di buku 'Gereja gereja Tua di Jakarta' karangan Rm. 
A.Heuken
 SJ.
 
  
 
  
 
 Rudy
 
  
 
  
 
   _  
 
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of [EMAIL PROTECTED]
 Sent: 17 Januari 2006 14:53
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Rombongan Guru Katholik kunjungi 
klenteng Tay
 Kak Sie
 
  
 
 In a message dated 1/16/2006 11:13:54 PM Pacific Standard Time,
 [EMAIL PROTECTED] writes:
 
 
 Pada hari Sabtu tanggal 14 Januari 2006 jam 14.00 yang
 lalu klenteng Tay Kak Sie kedatangan puluhan guru TK,
 SD, SMP, dan SMA Sekolah Katholik KEBON DALEM (
 satu-satunya sekolah Protestan yang berada di daerah
 Pecinan Semarang ).
 
 Mohon pencerahan sekolah katolik atau Protestan ?
 
  
 
 Kalau dari gereja Katolik , itu sudah banyak terbukti, karena 
gereja Richi
 di petak sembilan /Toa se bio saja modelnya seperti Kelenteng.
 
   _








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: prasasti/bongpai

2006-01-13 Terurut Topik david_kwa2003
Di Jalan Tiang Bendera, dekat Jalan Kopi, saya lihat juga ada tukang 
bikin bongpai, sebab saya pernah mengantar seorang teman ke sana. 
Cuma saya lupa alamatnya. Ada rekan-rekan yang tahu?

Gongshou/Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Petrus Gunadi Omas 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dear Sir,
 
  
 
 Kalo ngak salah di Jalan Terate Raya, Angke ada yang bikin.
 
 Bilamana anda mao tau lebih jauh saya harus tanya teman saya yang 
kebetulan
 tetangganya.
 
  
 
 Best Regards
 
 Petrus Gunadi Omas
 
 Equal Solusindo
 
   _  
 
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of aziz_sandy
 Sent: Monday, January 09, 2006 1:13 PM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] prasasti/bongpai
 
  
 
 Selamat Siang
 Mohon informasi dari rekan dimilist apakah ada yang tau tempat 
 pembuatan prasasti peresmiaan atau kalo di kuburan papan nisan/
 bongpai dari batu marmer? Untuk wilayah Jakarta
 Thanks
 Azis  
 
 
 
 
 
 
 
 
 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
 .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
 .: Untuk bergabung : 
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
 .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
 
 
 
 
   _  
 
 YAHOO! GROUPS LINKS 
 
  
 
 *  Visit your group budaya_tionghua
 http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua  on the web.
   
 *  To unsubscribe from this group, send an email to:
  [EMAIL PROTECTED]
 mailto:[EMAIL PROTECTED]
subject=Unsubscribe 
   
 *  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo!
 http://docs.yahoo.com/info/terms/  Terms of Service. 
 
  
 
   _







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: tanya: Remy Sylado

2006-01-05 Terurut Topik david_kwa2003
Ha ha ha, setuju, setuju ... 

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 He he he... susanya David Kwa haksoe ada sunggu sebal sama itu satu 
Tambayong...
 
 Wasalam.
 
 ==
 
   - Original Message - 
   From: mayatperempuan 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   Sent: Thursday, 29 December, 2005 17:44
   Subject: [budaya_tionghua] tanya: Remy Sylado
 
 
   Saya kira, apabila bung Remy bersedia bergabung di milis BUDAYA 
ini 
   maka manfaat lebih besar akan kita rasakan. Saya memahami bahwa 
   milis BT ini telah diisi oleh tokoh-tokoh berkualitas seperti 
David 
   Kwa, Erik Eresen dan sejumlah nama yang tidak begitu saya kenal 
   tetapi saya kira memiliki pemahaman yang cukup detail mengenai 
   budaya Tionghoa







 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Clean water saves lives.  Help make water safe for our children.
http://us.click.yahoo.com/CHhStB/VREMAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: Lun Yu Sehari-hari--apakah perlu disalin di milis BT?

2005-12-22 Terurut Topik david_kwa2003
Gewei Laoqianbei Xiongdi Jiemei/Kok-ui Lo-cian-pwe Heng-te Ci-moai,

Izinkanlah saya menyampaikan sedikit pendapat. Kongzi (Khong Cu) dan 
ajarannya dapat dilihat dari dua sudut. Dari sudut penganutnya, 
Kongzi adalah seorang nabi (shengren/seng-jin) yang menyampaikan 
suatu ajaran agama (Kong Jiao/Khong Kau atau Ru Jiao/Ji Kau) - arti 
Jiao/Kau adalah 'ajaran'. Itu sah-sah saja. Namun bagi orang 
Tionghoa umumnya, Kongzi adalah seorang mahaguru selama hampir 
sepanjang sejarah Tiongkok - sejak dinasti Zhou/Ciu hingga saat ini -
yang ajarannya telah mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku 
orang Tionghoa di seluruh dunia, apapun agama yang dianutnya, bahkan 
mereka yang tidak beragama sekalipun. Dipandang dari sudut ini Kong 
Jiao/Khong Kau dapat dipandang sebagai bukan agama, melainkan ajaran 
etika-moral yang membentuk karakteristik Tionghoa, sehingga tak 
lekang kena panas, tak lapuk kena hujan selama berabad-abad. Kalau 
kita (masih) mengaku sebagai orang Tionghoa, baik totok maupun 
peranakan, salahkah apabila kita mempelajari ajaran etika-moral kita 
sendiri, tanpa harus memandangnya sebagai agama? Saya tahu ada orang-
orang Tionghoa Kristen yang tetap menjalankan Kong Jiao/Khong Kau 
tanpa merasa bahwa mereka menganut dua agama sekaligus dan itu dosa! 
Mohon pencerahan.

Gongshou/Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, you_qing_long 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 waduh !!!
 padahal ik lagi rencana mo terjemahin di zi gui en posting dimilis 
 ini.
 Itu ajaran Konghucu alias KongZi tuh.
 Gimana ya ? dilanjut jangan ya ?
 jadi bingung neh 
 
 eh sekalian ngucapin SELAMAT HARI NATAL en TAHUN BARU
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Endra [EMAIL PROTECTED] 
 wrote:
 
  Rekan rekan YTH:
  
   
  
  Dari sekian milis yang saya ikuti, milis ini merupakan salah 
satu 
 milis yang
  sangat saya cintai ( biarpun saya hanya sbg member passive), dan 
 dengan
  melihat pengalaman di milis ini, maka saya sepenuhnya setuju 
 dengan pendapat
  Bung Dewa Mabuk.
  
   
  
  Memang sesuai 'kata pembukaan' pada website budaya tionghoa atau 
 tepatnya
  email-email dari moderator budaya tionghoa, bahwa :
  
   
  
  Milis ini bukan milik suatu golongan, terlebih-lebih aliran 
 politik apapun.
  Namun bila ada banyak topik mengenai Tri-Dharma, harap maklum 
sebab
  kebudayaan Chinese selama ribuan tahun memang dipengaruhi oleh 3 
 filsafat
  ini. Selamat berdiskusi.
  
  jadi ada kewajaran bila juga menyentuh hal Tri Dharma, tetapi 
bila 
 yang di
  sampaikan sebagai (baca : seperti) dari kitab yang setiap hari  
di
  sampaikan, tentu saja hal ini seolah olah memancing email email 
 senada dari
  agama lain.
  
   
  
   
  
  Salam damai,
  
  endra
  
   
  
_  
  
  From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of dewa mabuk
  Sent: 21 Desember 2005 11:23
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Lun Yu Sehari-hari--apakah perlu 
 disalin di
  milis BT?
  
   
  
  Tanpa mengurangi rasa hormat atas ajaran Khong-tse, apabila 
kitab 
 Lun Yu ini
  disalin di milis ini, jangan-jangan kelompok agama lain juga 
 melakukan hal
  yang sama, lalu milis ini nggak beda dengan milis agama.
  
   
  
  Tjayhe berpendapat, bahwa kutipan ayat kitab suci sebagai 
 referensi dalam
  diskusi di milis budaya masih wajar; namun menyalin kitab suci 
di 
 milis
  budaya menurut Tjayhe adalah tidak tepat-tempat.
  
  Khiong Tjioe,
  
   
  
  Tjoei Sian
  
  
  
_
 








 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/f4eSOB/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: owe itu sopan sekali!

2005-11-24 Terurut Topik david_kwa2003
RRS,

Memang benar kata ganti orang pertama tunggal owe itu kata ganti 
yang sangat sopan. Kata ganti ini khas Peranakan, yakni mereka yang 
telah beberapa generasi di negeri ini, bukan totok. Orang totok 
tidak memakai owe sebagai kata ganti, melainkan gua 
(Hokkian), ngai (Hakka/Kheh), ngou (Konghu), wa (Tiociu) dll, 
tergantung kelompok dialek mana seseorang termasuk. Di masa kini 
banyak orang totok menggunakan kata wo sebagai kata ganti orang 
pertama. Patut diketahui, kata ganti owe (oweh di Priangan) 
hanya boleh digunakan oleh laki-laki saja (perempuan tidak boleh) 
dan dapat digunakan:
- oleh anak (laki-laki) terhadap orangtua dan orang-orang yang 
segenerasi dengan orangtuanya, baik kerabat maupun bukan kerabat;
- adik (laki-laki) terhadap kakak laki-laki dan istrinya, kakak 
perempuan dan suaminya dsb;
- seorang laki-laki terhadap seseorang yang baru dikenalnya, baik 
laki-laki maupun perempuan.
- seorang teman terhadap seorang temannya yang lain namun berbeda 
usia atau  (untuk menghormati).
- dll.

Orangtua atau kakak laki-laki maupun perempuan tidak memakai 
kata owe terhadap anak atau adik mereka. Mereka menggunakan kata 
ganti gua yang sama artinya, namun lebih kasar/akrab.

Mengenai asal-usul kata owe ini, kata ini tidak berasal 
dari dialek Mandarin, yang di Jawa pemakaiannya relatif 
masih muda ketimbang dialek-dialek Tionghoa lainnya, baru 
sekitar 100 tahunan, sehingga masih terasa asing, apalagi di 
kalangan Peranakan. Maka, asal-usulnya harus dicari dalam salah satu 
dialek Tionghoa yang umum dikenal kaum Peranakan, yakni Hokkian 
selatan. Setahu saya berasal dari kata oe/ue (Mandarin wei, yang 
sekarang artinya hallo) dalam dialek Hokkian selatan 
(Banlam/Minnan)yang maksudnya mengiyakan panggilan orangtua, mirip 
dengan kulan/kah dalam dialek Sunda atau dalem dalam dialek 
Jawa. Dengan bergulirnya waktu, di kalangan Peranakan yang berbahasa 
Melayu atau dialek Indonesia lainnya, maka jawaban mengiyakan tadi 
berubah menjadi kata ganti orang pertama khas Peranakan, utamanya di 
Jawa.

Karena merupakan kata ganti orang pertama yang sangat-sangat sopan, 
maka, jika seorang Peranakan marah besar, bukan owe lagi yang 
dipakainya, melainkan gua! Kata gua yang aslinya dalam dialek 
Hokkian selatan bermakna netral, di kalangan Peranakan terasa kasar, 
sehingga kata owe biasanya langsung berubah menjadi gua.

Sebaliknya perempuan tidak memakai kata owe. Sebagai gantinya, 
perempuan menggunakan kata saya (sayah atau yayah di 
Priangan). 

Maka dari itu, tayangan-tayangan yang bertujuan mengolok-olok kaum 
Tionghoa (Totok) di TV salah besar dalam pemakaian kata owe 
tersebut. Sebab, tidak lzaim seorang Totok (macam tokoh Babah Ho 
Liang-nya Suryana Patah) yang masih pelo itu menggunakan kata owe 
dalam berbicara Melayu-Sunda. Yang memakai kata owe hanya kaum 
Peranakan.

Akibat tayangan yang bertubi-tubi selama masa penindasan rejim Orde 
Baru itu, pemakaian kata owe yang sangat-sangat sopan itu menjadi 
melenceng jauh. Meskipun masih lazim di kalangan tua Peranakan, kaum 
muda Peranakan (utamanya yang di kota-kota besar) merasa gerah 
memakai kata ganti yang dianggapnya hanya pantas dipakai seorang 
laki-laki Totok berthaucang macam Babah Ho Liang yang licik itu. 
Sebaliknya kaum muda Totok juga tidak mengakui kata itu sebagai kata 
ganti yang lazim dipakai di kalangan mereka.

Demikianlah sekadar penjelasan saya mengenai asal-usul dan 
penggunaan kata ganti orang pertama owe. 

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Yan Widjaja 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

  
   Pendapatku beda,

   Owe adalah sebutan merendah dan sangat sopan untuk diri sendiri 
oleh lelaki Tionghoa bila berbicara dengan sesama orang Tionghoa 
yang lebih tua (misal orang tua, engkong-emak, empek-encim, engkoh-
enci, calon mertua) atau untuk orang yang sangat dihormati (misal 
bos, direktur, atau pimpinan), bukan untuk orang yang sederajat 
(misal kawan seusia, sepantaran).
   Sampai hari ini, sebutan owe masih lazim didengar, khususnya di 
kalangan Tionghoa Jawa Tengah.
   Asal-usulnya diduga berasal dari kata Wo yang memang berarti 
Aku, diperkirakan sejak tahun 1900-an sudah digunakan oleh kalangan 
Tionghoa, terlihat dari buku-buku bacaan, novel, majalah dan koran 
terbitan era tersebut.

   Tapi khusus mengenai tayangan di teve, memang itu untuk 
guyonan/dagelan belaka, menjadi trademark pelawak asal Bandung 
anggota De Kabayan yang aslinya berdarah Sunda (saya pribadi 
mengenalnya),  almarhum Suryana Fatah (pemeran Babah Ho Liang), 
sekarang dilanujutkan oleh putranya.
   Tentu saja di zaman sekarang mana ada lelaki Tionghoa yang masih 
pakai tauchang (rambut dikuncir) seperti ciri khas si Babah Ho 
Liang? 

   Itu kan cuma di fragmen lawakan teve belaka, karena kuncir sudah 
digunting dari era Dr Sun Yat Sen pada tahun 1940-an dulu. Atau 
dilakukan oleh Jet Li saat berperan sebagai Tabib Huang Fei-hung 
dalam film karya Tsui Hark, Once Upon a Time in China.
   Begitu,
   Yan W.  
 
 Martha 

[budaya_tionghua] Hio, sebuah produk budaya (Re: Tata Cara Sembahyang)

2005-10-19 Terurut Topik david_kwa2003
Bukankah hio adalah salah satu sarana terapi aroma yang digunakan 
untuk menenangkan pikiran saat beribadah. Ternyata kakek-moyang 
orang Tionghoa (dan India---konon hio berasal dari India, yang 
diimpor ke Tiongkok. PCMIIW!) berabad-abad lalu sudah mengetahui 
manfaat terapi aroma, suatu hal yang baru menjadi populer di mana-
mana sekarang ini.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Andy:
 
 Terima kasih atas tanggapannya.  Saya melihat beberapa teman saya 
suka 
 menyalakan hio ketika melakukan meditasi dan ketika saya tanya 
tidak 
 satu pun di antara mereka bisa memberikan alasan 'logis' atau 
memberi 
 latar belakang sejarahnya.  Itulah sebabnya saya mengira bahwa ada 
suatu 
 alasan mistis di balik penyalaan hio dan saya melemparkan di milis 
para 
 ahli budaya Tionghoa ini, barangkali aja ada yang berkenan 
menjawabnya.
 
 
 Rinto Jiang:
 
 Ini pertanyaan bagus dan juga memberikan kesempatan kepada saya 
untuk 
 menjelaskan bahwa hio tidak lekat dengan unsur religius, hio bukan 
 sebuah produk agama, melainkan sebuah produk budaya.
 
 Hio sebagai wangi2an saya ketahui pertama kali tercatat dalam 
sejarah 
 adalah di zaman Konfusius, di zaman tersebut kelas2 menggunakan 
harum2an 
 untuk mengusir rasa kantuk dan menambah semangat belajar serta 
 konsentrasi. Jadi itu semacam terapi aroma. Waktu itu tentu 
bentuknya 
 bukan hio batangan seperti sekarang ini. Pernah lihat film2 serial 
kuno 
 zaman Qin atau Han atau bahkan Samkok? Di sana sering kita lihat 
ada 
 sebuah tempat untuk membakar bubuk untuk pengharum ruangan. 
Deskripsi 
 film2 tersebut adalah sangat mendekati keadaan yang sebenarnya.
 
 Untuk kemudian dikarenakan hio telah erat berkaitan dengan 
kehidupan 
 sehari2 leluhur orang Tionghoa di zaman tersebut, kaum agamawan 
dan 
 penganut kepercayaan tradisional juga mengadopsi produk budaya ini 
ke 
 dalam ritual keagamaan mereka. Hio dianggap cocok sebagai simbol 
 penghormatan pernah dijelaskan sebelumnya di sini adalah karena 
asap 
 yang mengepul selalu mengarah ke atas dan menandakan niat 
penghormatan 
 kita akan terbawa bersama asap ke atas.
 
 OOT, Hong Kong mendapat namanya Hong Kong karena kaitannya 
dengan hio 
 juga. Di zaman Ming, Hong Kong itu adalah penghasil kayu gaharu 
yang 
 digunakan untuk membuat hio. Kayu2 gaharu tadi diangkut dengan 
kapal 
 dari pelabuhan Hong Kong ke pelabuhan Guangzhou, lalu diangkut ke 
 seluruh pelosok Tiongkok. Untuk itu daerah Hong Kong saat itu 
kemudian 
 mendapat nama Xiang Jiang, lalu Xiang Gang yang 
artinya Pelabuhan 
 Harum. Dalam dialek Kanton, lafalnya adalah Hoeng Kong. Orang 
Inggris 
 kemudian mengambil lafal tadi dan menjadikannya sebagai nama 
 internasional Hong Kong.
 
 Saya sering mendapat pertanyaan dari teman2 Tionghoa yang beragama 
 Kristen apakah setelah menganut agama Kristen masih boleh memegang 
hio 
 atau tidak. Saya jawab dari sudut sejarah sih tidak ada alasan 
logis 
 untuk mengharamkan pemakaian hio, semuanya tergantung dari 
persepsi dan 
 pemahaman kita sendiri. Setahu saya sih, kitab suci tidak pernah 
 melarang dan mengatur2 masalah ini.
 
 Dulu, di zaman Qing di Tiongkok, seluruh orang Tionghoa penganut 
Kristen 
 maupun Katolik tidak punya sedikit masalahpun akan hio. Waktu itu, 
di 
 zaman pemerintahan Kangxi, kaum Yesuit adalah kelompok misionaris 
yang 
 paling berpengaruh karena Kangxi sangat mempercayai mereka. Kangxi 
juga 
 meminta mereka mengajarkan teknologi2 yang dianggap baru bagi 
Tiongkok. 
 Misionaris terkenal pada waktu itu semisal Ferdinand Verbiest, 
Antoine 
 Thomas dan Thomas Pereira. Mereka dapat keluar masuk istana sesuka 
hati.
 
 Namun, kemudian Paus di Roma mengeluarkan fatwa supaya para 
misionaris 
 jangan sampai membiarkan racun2 budaya Tionghoa memasuki ritual2 
 keagamaan Kristen di Tiongkok. Dalam pada ini salah satu yang 
paling 
 penting adalah larangan memegang hio. Kangxi marah dan mengusir 
seluruh 
 misionaris yang ada di Beijing dan mengeluarkan ultimatum hanya 
 misionaris2 yang menghormati dan menerima Konfusianisme dapat 
meneruskan 
 misi mereka di Tiongkok. Sikap Paus kemudian melunak dan mencabut 
 larangan tersebut.
 
 Nah, dari sini sudah sangat jelas bahwa yang memutuskan segalanya 
tetap 
 hanyalah manusia2 yang kebetulan kita anggap sebagai manusia yang 
punya 
 kedudukan lebih tinggi di mata Tuhan. Bagaimanapun mereka tetap 
manusia, 
 bukan Tuhan atau agama itu sendiri. Saya sering mengatakan bahwa 
ada 2 
 macam umat beragama, yang rasional skeptis dan yang seperti 
kerbau 
 dicucuk hidungnya. Beragama adalah sebuah hak, bukan kewajiban 
dan 
 untuk itu kita berhak memilih apakah akan menjadi seorang agamis 
yang 
 rasional skeptis, atau yang seperti kerbau dicucuk hidung yang 
menelan 
 mentah2 apa yang dikatakan oleh orang2 yang kita tinggikan.
 
 Saya jamin, kalau Yesus Kristus dan agama Kristen itu asalnya dari 
 Tiongkok, sekarang di gereja2 di seluruh dunia akan penuh dengan 
asap 
 dari hio. Karena sebuah 

[budaya_tionghua] Re: Situ Meisheng - was (Nama Tionghoa berbagai kota di Indonesia)

2005-10-06 Terurut Topik david_kwa2003
ABS Pangtjoe,

Kalau Situ, Hokkiannya Soetouw, Meisheng (tebak-tebak, tanpa melihat 
aksara TH-nya) kira-kira adalah Bie Seng. Lalu she Ouyang, Hokkiannya 
bisa Auwyang (lafal Tjiangtjioe/Zhangzhou, lebih banyak dipakai dalam 
Melayu-Tionghoa, termasuk cerita silat), juga bisa Auwyong (lafal 
Emoey/Emng/Xiamen). Contoh Auwyang, nama tokoh Auwyang Hong dalam 
cerita silat. Contoh Auwyong, ya Auwyong Peng Koen (PK Oyong 1920-
1980) tadi. Selain PK Oyong, setahu saya, yang juga she Ouyang di 
Indonesia adalah Ibu Myra Sidharta, istri alm. Dr Priguna Sidharta 
(Sie Pek Giok) yang nama TH-nya dalam lafal Hakka adalah Euwyong 
Tjhoen Moy (Beliau adalah orang Hakka/Kheh). Dalam pinyin, Ouyang 
Chunmei. Dalam lafal Hokkian selatan nama beliau Auwyang/Auwyong 
Tjhoen Bwee (Moy/Bwee/Mei adalah nama bunga).

Kiongtjhioe,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

Kalau Situ itu Hokkiannya Seetouw, lantas Meisheng apa ya? 
Barangkali would ring a bell, karena nama dengan she rangkap kan 
sedikit sekali (misalnya, selain PK Oyong, saya belum pernah tahu 
siapa Auwyong lainnya lagi di Indonesia). 
 
 Wasalam.





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Help tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now.
http://us.click.yahoo.com/T8WM1C/KbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 






[budaya_tionghua] Dialek Hokkian Shui Hu Zhuan (Re: Roman sejarah dan faktualitasnya (Buku Cerita terjermahan))

2005-07-20 Terurut Topik david_kwa2003
Kang-heng  Pa Marcus,

Siauwtee tambahken lagi:
Shui Hu Zhuan (Mandarin Pinyin) = Soey Houw Toan (Hokkian Van 
Ophuijsen) = Sui Hou Toan (Sui adalah lafal wenyan/bun-gan 
(literary), sedangkan cui lafal baihua/peh-oa (vernacular). Judul 
hasil sastra kebanyakan (atau semuanya? PCMIIW!) dilafalkan dengan 
lafal wenyan, bukan baihua.
Feng Shen Yanyi atau Feng Shen Bang (Mandarin) = Hong Sin Yan-gie 
atau Hong Sin Pong (Hokkian Van Ophuijsen) = Hong Sin Yan-gi atau 
Hong Sin Pong
Luo Guanzhong (Mandarin Pinyin) = Lo Kuan-chung (Mandarin Wade-Giles) 
= Loo/Lo Koan Tiong (Hokkian Van Ophuijsen) = Lo Koan Tiong
Shi Nai'an (Mandarin Pinyin) = Shih Nai-an (Mandarin Wade-Giles) = 
Sie Nay Am (Hokkian Van Ophuijsen) = Si Nai Am 
Jin Ping Mei (Mandarin Pinyin) = Chin P'ing Mei (Mandarin Wade-Giles) 
= Kim Peng Bwee (Hokkian Van Ophuijsen) = Kim Peng Bue
Xu Zhonglin (Mandarin Pinyin) = Hsu (u-nya pakai umlaut) Chung-lin 
(Mandarin Wade-Giles) = Khouw Tiong Lim (Hokkian Van Ophuijsen) = Kho 
Tiong Lin.

Kiongchiu/kiongtjhioe/gongshou/kung-shou,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 Marcus menulis :
 
 Mengenai Batas Air atau Shui Hu Chuan (dialek Hokkian) menurut
 beberapa pendapat ahli memang merupakan karya Shi Nai An yang
 direvisi (sunting) oleh Ko Kuan Chung. Selain terkait dengan Chin
 Ping Mei, Shui Hu Chuan juga disebut-sebut terkait dengan roman Hong
 Sin (Feng Shen). Alasannya, karena roman Shui Hu Chuan dianggap
 membahayakan pemerintah maka si penulis dicari2 pemerintah. Maka
 untuk kamuflase ditulis lah roman Hong Sin yang penuh daya khayal
 ini. Tapi penelitian menganai hal itu masih perlu dibuktikan lagi.
 
 Marcus
 
 
 
 Rinto Jiang :
 
 Hm, Pak Marcus saya mau koreksi dikit. Shui Hu Zhuan itu dialek 
utara 
 atau mandarin yang kita kenal sekarang. Kalau dialek Hokkiannya 
Shui Hu 
 Zhuan dibaca Cui Ho Toan. Ho itu dibaca seperti Ho-nya harimau yang 
 bernada sengau.
 
 Feng Shen (Hong Sin) setahu saya ditulis oleh Xu Zhong-lin, 
pengarang 
 zaman Ming juga, tidak ada kaitannya dengan Shi Nai-an ataupun Luo 
 Guan-zhong.
 
 
 Rinto Jiang




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Papan nama leluhur (Re: Tuhan vs Dewa)

2005-06-22 Terurut Topik david_kwa2003
DK:
Dilihat dari satu sisi, memang dengan foto almarhum/ah kita bisa 
mengetahui rupa orangtua/leluhur kita, walaupun kita tak mengenalnya 
secara pribadi, namun ada kekurangannya. Di papan nama almarhum/ah 
biasanya terkandung informasi sbb:
- Nama lengkap (termasuk nama kecil) almarhum/ah
- Tanggal, bulan, tahun dan saat (si) kelahiran almarhum/ah
- Tanggal, bulan, tahun dan saat (si) wafatnya alamrhum/ah
- (Kadang-kadang) lokasi almarhum/ah dimakamkan, serta arah 
menghadapnya menurut perhitungan hong-sui/fengshui
- Nama anak-anak, cucu-cucu, buyut-buyut dst lengkap
Nah, informasi inilah yang tidak dapat disampaikan pada foto.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 Ming menulis :
 
 saya pun dulu sempat meremehkan budaya tionghoa ,,, saya akui 
kesalahan
 itu. Mudah-mudahan saya tidak mengulangi di masa depan. Mengenai 
meja
 penghormatan kepada leluhur (meja abu?), di keluarga saya terbiasa
 memasang foto almarhum. Tetapi saat mengunjungi mertua di Pematang
 Siantar,Medan, di sana tidak menggunakan foto, tetapi papan yg
 bertuliskan nama almarhum. Yang ingin saya tanyakan, apakah 
perbedaan
 itu akibat perbedaan suku (hokkian, kanton, khe',dll)? Mohon maaf
 apabila hal ini pernah dibahas sebelumnya.
 
 
 Rinto Jiang :
 
 Papan tulisan itu sebenarnya sama hakikatnya dengan foto itu 
sendiri, 
 adalah sebuah simbol semata. Yang dihormati bukan papan tersebut 
ataupun 
 foto tadi. Foto boleh dilihat sebagai satu transformasi karena 
orang 
 dulu belum mengenal foto dan karenanya meneruskan tradisi papan 
seperti 
 ini. Papan seperti ini ada di tradisi orang hokkian, konghu, hakka 
dan 
 lain2. Jadi, tidak ada hubungannya dengan perbedaan darimana orang 
itu 
 berasal (hokkian, konghu, hakka deelel).
 
 Saya ingat dulu kakek saya pernah membuat satu papan untuk nenek 
saya. 
 Papan tadi adalah 2 papan yang disatukan menjadi 1 papan, bila 
dipisah, 
 maka di bagian dalam ada riwayat singkat nenek saya.
 
 
 Rinto Jiang




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Re: OOT Tanya Keturunan

2005-06-22 Terurut Topik david_kwa2003
Sdr Hendri,

Sepengetahuan saya orang Cina Benteng (Tangerang) kebanyakan 
termasuk ke dalam kelompok dialek Hokkian (Selatan), karena kakek-
moyangnya, seperti kebanyakan kaum Peranakan lain di Jawa, umumnya 
berasal dari propinsi Hokkian (Mandarin: Fujian) di Tiongkok 
selatan. Mereka sudah bermukim di tanah ini lama sebelum kedatangan 
bangsa-bangsa Barat ke Jawa. Karena sudah sedemikian lamanya dan 
tidak dicatat, tak heran bila banyak warga Peranakan (dan mungkin 
juga Totok) dan yang tidak tahu asal-usul dan silsilah marga 
sendiri. She (marga) yang dipakai ayah dan ibu Sdr Hendri, yakni Yo 
(Mandarin: Yang) dan she Tjoa (Mandarin: Cai) membuktikan hal itu. 
Akan tetapi, seperti dijelaskan oleh Sdr Rinto, kakek-moyangnya 
belum tentu asalnya dari Hokkian (Fujian), bisa saja dari propinsi 
lain yang merantau ke Hokkian (Fujian).

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 Hendri menulis :
 
 Dear All
 
 Maaf mohon tanya sebelumnya karena saya sendiri gak tau harus 
nanya ama 
 siapa
 
 Saya dari keluarga chinise yang berasal dari tangerang ( cina 
benteng ) 
 dan gak tau dari keturunana mana,
 
 Saya dah tanya ama keluarga ( kakek n nenek ) dan mereka gak ada 
yanga 
 tau silsilah keluarga
 
 Marga dari ayah  Yo  dan marga dari ibu  Tjoa 
 
 Saya mo tanya saya tuh berasal dari suku apa yach 
 
 Penyebutan keluarga biasa menggunakan Cici, Kokoh, Mpe, Aem, 
Encim, 
 Encek dll
 
  
 
 Maaf jika ganggu sodara sekalian
 
  
 
 Salam Damai
 
 **Hendri Gunawan**
 
 
 
 Rinto Jiang :
 
 Sebenarnya ada beberapa cara mengetahui silsilah keluarga, seperti 
yang 
 dulu pernah dilakukan beberapa member di milis yaitu dengan 
menelusuri 
 ke atas, ke papan nisan makam leluhur. Di sana biasanya dapat 
dicari 
 beberapa petunjuk. Pernah saya tuliskan tata cara penulisan 
bongpay 
 (papan nisan) makam orang Tionghoa, bahwa ada dituliskan tang 
hao 
 (klan), gelar, daerah asal dan lain2.
 
 Dulu ada satu member yang baru mengetahui kalau leluhurnya adalah 
satu 
 pejabat bergelar ini itu di satu kabupaten di Fujian. Dari sini 
dapat 
 kita ketahui bahwasanya ia adalah keturunan Hakka dari Fujian.
 
 Bila ingin menilik silsilah dan keturunan dari bahasa dan cara 
 panggilan, saya rasa kurang tepat karena ada kecenderungan orang 
dari 
 tempat yang berlain2an menggunakan bahasa mayoritas orang di suatu 
 daerah. Misalnya di Medan, yang lazim digunakan adalah dialek 
Hokkian, 
 jadi orang apapun (Hakka, Tiociu, Hokkian, Konghu) bisa berbahasa 
 Hokkian dan malah sering tidak menguasai lagi dialek asli mereka. 
Di 
 Aceh, orang Tionghoa lazim menggunakan bahasa Hakka. Namun, bila 
ditilik 
 dari tata cara panggilan anda di dalam keluarga, maka tata cara 
itu 
 adalah berasal dari dialek Hokkian, tetap saja tidak menandakan 
bila 
 anda itu adalah orang Hokkian.
 
 Satu lagi, mengenai marga, juga tidak dapat digunakan untuk 
menunjuk 
 daerah asal. Saya pernah menjelaskan di dalam satu tulisan 
bagaimana 
 satu marga bisa ada di dalam orang Hakka, Hokkian, Kanton, Tiociu 
dan 
 lain2. Saya copy paste lagi.
 
 [quoted]
 
 Budiman menulis :
 
 disamping itu kami juga cukup bingung kenapa ada Orang yang 
bemarga Oe / 
 Wang yang bersuku Hokien or Konghu ???demikian juga 
Chang/Chong/Tio ada 
 yang dari suku Hokkien dan ada yang dari Hakka ??? ( hanya sebagai 
 contoh ). Kenapa hal ini bisa terjadi ???
  
 Mungkin ada yang bisa bantu untuk menjelaskannya
  
 Terima kasih
  
 Budiman
 
 
 Rinto Jiang :
 
 Budiman-xiong,
 
 Mumpung masih ada waktu luang, saya jawab sekalian. Saya mau 
mendongeng 
 dulu.
 
 Budiman-xiong, misalnya kita bermarga sama dari leluhur yang sama 
 bermarga Jiang berdomisili di Luoyang di masa Samkok (abad ke-3). 
Kita 
 masih sepupu. Namun, orang tua saya memutuskan untuk bermigrasi 
dulu ke 
 daerah Jianye di negara Wu sedangkan orang tua anda tetap memilih 
 bertahan di Luoyang negara Wei. Kita terpisah sejak itu dan 
keturunan 
 marga Jiang mulai saat itu terpisah menjadi di Luoyang dan di 
Jianye.
 
 Lewat beberapa abad, kekacauan terjadi lagi di saat Dinasti Sui. 
 Keturunan saya yang bermarga Jiang memutuskan bermigrasi ke 
selatan ke 
 daerah Fujian sekarang (kita sebut garis keturunan A), ada juga 
yang 
 memutuskan mengungsi lebih jauh ke selatan menempati daerah 
Guangdong 
 sekarang (kita sebut garis keturunan B). Lalu mereka tinggal di 
sana 
 selama bergenerasi tanpa kenal mengenal lagi satu sama lain.
 
 Suatu saat di zaman Dinasti Song Utara, sewaktu bangsa Kim 
menyerbu Song 
 dan mendesak Song ke selatan, keturunan anda yang merga Jiang di 
Luoyang 
 itu ikut mengungsi ke selatan. Mereka lalu berdomisili di 
pegunungan di 
 propinsi Jiangxi. Mereka inilah yang menjadi cikal bakal orang 
Hakka 
 kemudian.
 
 Dari sini, kita dapat menjawab pertanyaan anda itu.
 
 Garis keturunan A dari saya menjadi orang Hokkian bermarga Jiang.
 Garis keturunan B dari saya menjadi orang Kanton (Konghu) bermarga 
Jiang.
 Garis keturunan anda menjadi 

[budaya_tionghua] Re: Peh Cun tidak bertepatan dengan hari ulang tahun Dewa Bumi (Peh Cun)

2005-06-07 Terurut Topik david_kwa2003
Tjoewie Hengtee Tjiemoay/Zhuwei Xiongdi Jiemei,

Sekedar informasi: Toan Ngo Ciat (Duanwu Jie) tahun ini akan diadakan 
di Tangerang oleh Pemkot Tangerang, bekerja sama dengan Kelenteng 
Boen Tek Bio, tanggal 11-12 Juni 2005 dengan acara Festival Cisadane 
bertempat di bantaran Sungai Cisadane, belakang Plaza Tangerang 
(Robinson). Akan ada Perlombaan Mendayung Perahu Naga (Pe Liong-cun), 
Kesenian Gambang Kromong dan Wayang Cokek, Berburu Bebek yang dilepas 
di air, Barongsai, dll. Yang berminat dipersilakan datang.

Kiongtjhioe/Gongshou,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 Suryadi menulis :
 
 Rekan-rekan milis yth,
 
 Mohon keterangan, apakah Sabtu 11 Juni 2005 merupakan hari Peh 
Cun atau
 hari Dewa Bumi?
 Dan, apakah benar pada hari itu telor akan berdiri? Jam berapa? 
Caranya
 bagaimana?
 Mohon petunjuk, sebab hal ini tentu akan merupakan fenomena yang 
menarik.
 
 Trim's,
 Suryadi
 
 
 
 Rinto Jiang :
 
 Sabtu, 11 Juni 2005 (tgl 5 bulan 5 penanggalan Imlek) adalah hari 
raya 
 Peh Cun (Duan Wu Jie). Hari ulang tahun Dewa Bumi (Thotekong) 
adalah 
 bertepatan pada hari raya Tiongciu (Zhong Qiu Jie) yaitu pada 
tanggal 15 
 bulan 8 penanggalan Imlek (18 September 2005).
 
 Duan Wu Jie makan bakcang, Zhong Qiu Jie makan kue bulan. Yang satu 
 festival musim panas, yang satu festival musim gugur. Orang 
Tionghoa 
 mengenal 4 festival menurut musimnya, musim semi Chun Jie (hari 
raya 
 Imlek), musim panas Peh Cun, musim gugur Tiongchiu dan musim dingin 
Tangceh.
 
 Mengenai telor berdiri pernah didiskusikan di milis tahun lalu oleh 
Pak 
 Andreas, mohon dirujuk ke :
 
 http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/4108
 
 dan posting2 komentar yang menyertainya dari member lain.
 
 
 Rinto Jiang




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: TOLONG BANTU TTG KELENTENG!!!!

2005-06-01 Terurut Topik david_kwa2003
Xuan Tong-xiong,

Betul sekali Kelenteng Besar Tai Kak Sie bisa dikategorikan vihara. 
Sam Po Tong yang lagi dipugar besar-besaran bukan vihara, tapi 
kelenteng. Saya heran, kenapa nama kelenteng Sam Po Tong (Tong = Gua) 
sering diganti menjadi Sam Po Kong (Kong = Paduka), bahkan oleh 
penulis buku Mengenal Kelenteng Sam Po Kong sendiri, padahal namanya 
dalam aksara Tionghoa yang terpampang di halaman parkir kelenteng 
jelas-jelas Sam Po Tong, bukan Sam Po Kong! Maaf agak OOT 'dikit.

Gongshou,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, perfect_harmony2000 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 Kwa heng ,
 
 terimakasih atas koreksi anda.
 Mungkin yang termasuk kategori vihara dalam sebutan kelenteng 
adalah 
 Tai Kak Sie di Semarang.
 
 
 
 hormat saya ,
 
 
 
 Xuan Tong
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Xuan Tong Xiong,
  
  Xiaodi tambahkan sedikit yah:
  
  XT:
   kelenteng adalah sebutan umum bagi tempat ibadat orang tionghoa.
  
  DK:
  Kelenteng adalah istilah generik dalam bahasa Melayu (Tionghoa) 
 bagi 
  apa yang dalam bahasa Inggris disebut Chinese Temple.
  
   Secara umum , kelenteng dibagi menjadi 4 macam yang mewakili 4 
  macam 
   agama.
   Adapun 4 macam agama adalah sebagai berikut :
   1.Taoism
   2.Khong Hucu
   3.Buddhism
   4.rakyat atau Sam Kaw 
   
   Masing-masing memiliki sebutan tempat ibadat yang berbeda-beda.
   Tempat ibadat Taoism disebut Gong (kiong), Dao Goan ( tokwan), 
 An 
   (am).
   Misalnya Tek Hai Kiong ( Ci Hai Gong ) di Tegal.
  
  DK:
   Tek Hai Kiong = Ze Hai Gong di Tegal. Tek Hai Cin-jin = Ze Hai 
  Zhenren.
  
  XT: 
  Tempat ibadat Khong Hucu disebut Li Tang (pada masa sekarang ini) 
  dan Miao (bio). Misalnya Bun Tek Bio ( Wen De Miao ) di Surabaya.
  
  DK:
  Yang di Surabaya adalah Bun Bio = Wen Miao, sedangkan Boen Tek 
Bio 
  (Wende Miao) adanya di Pasar Lama, Tangerang.
  
  XT:
  Tempat ibadat Buddhism disebut Si (sie), Tang , An (am). Misalnya 
  Shaolin Si (Siao Lim Sie).
  
  DK:
  Si (Si), Tang (Tong), misalnya Koan Im Tong (Guan Yin Tang) di 
 Mangga 
  Besar 58 (sekarang diganti nama menjadi Koan Im Sie) dan Mangga 
 Besar 
  95, Jakarta. Tong (Hall) sering juga dipakai sebagai nama 
 kelenteng 
  yang dihuni para cai-ci (zhaijie), yakni yang disebut cai-am 
  (zhai'an). Misalnya, Qingfu Tang (Tjhin Foek Thong), Tongshan 
Tang 
  (Thoeng San Thong), Wanfu Tang (Wan Foek Thong) dll.
  
  Vihara (baca: wihara) adalah rumah ibadah khusus agama Buddha. 
 Sejak 
  rezim Orde Babe mulai berkuasa, karena selain agama Buddha, agama 
  Tionghoa lainnya tidak diakui pemerintah (memangnya apa pula hak 
  negara untuk mengakui atau tidak mengakui gama yang dianut setiap 
  warga?), maka banyak kelenteng, utamanya di Jakarta dan Jawa 
 Barat, 
  dipaksa (ditakut-takuti!) untuk memakai nama vihara di depan 
  namanya yang harus dipilih yang berbau Sanskerta serta---bagi 
  kelentyeng non-Buddhis---menempatkan sebuah Buddharupang (arca 
  Buddha) di meja sembahyang depan/ruang utama. Maka jadilah Kim 
Tek 
 Ie 
  menjadi Wihara Dharma Bhakti, Hong San Bio (Toa Sai Bio) menjadi 
  Dharma Jaya, Lam Tjeng Bio menjadi Ariya Marga, Boen Tek Bio 
  Tangerang menjadi Padumuttara, Boen San Bio Tangerang menjadi 
  Nimmala, Boen Hai Bio Serpong menjadi Karunayala (?), Hok Tek Bio 
  Bogor menjadi Dhanagun, Hiap Thian Kiong Bandung menjadi Satya 
  Dharma. Kenyataan ini mengindikasikan tekanan terhadap kelenteng 
 yang 
  sangat kuat di Jakarta dan Jawa Barat.
  
  Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, para pengurus kelenteng secara 
 kompak 
  menolak dipaksa dijadikan vihara. Mereka memilih memakai nama 
 Tempat 
  Ibadah Tri Dharma, disingkat TITD. Maka di sana sangat sedikit 
  Vihara, yang banyak adalah TITD: TITD Tek Hai Kiong Tegal, Tjoe 
 Hwie 
  Kiong Rembang, Tjoe An Kiong Lasem, dsb.
  
  Setelah Reformasi, di Jakarta dan Jawa Barat ada sebagian 
 Kelenteng 
  yang kembali ke jalan yang benar ke nama semula. Misalnya, Boen 
 Tek 
  Bio. Namun, sebagian besar kelenteng acuh tak acuh dan tetap 
 memakai 
  nama paksaan rezim Orde Babe tersebut.
  
  Hal ini tentu membingungkan generasi muda. Banyak di antara 
mereka 
  yang tidak bisa membedakan kelenteng dan vihara, sehingga timbul 
  pertanyaan Nandha Xiong di bawah ini.
  
  Kiongchiu/Gongshou,
  DK
  
 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Rumah Persembunyian Soekarno di Rengasdengklok

2005-05-26 Terurut Topik david_kwa2003
RRS,

Setahu saya, dari sumber-sumber lain, nama pemilik rumah kebanggaan 
itu adalah Djiauw Kie Siong deh, bukan Djiaw Ki Siong (ejaan van 
Ophuijzennya salah). Rupanya penulis salah mengeja atu tidak mengerti 
ejaan van Ophuijzen sama sekali. Dilafalkannya ya tetap jiau ki siong.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, yastaki_kurata 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 Rekan Rinto, 
 
 Berikut artikel yang saya dapatkan mengenai pemilik rumah tersebut. 
 sumbernya adalah dari http://www.gpdi-gatep.org/wmview.php?ArtID=118
 
 Koreksi sedikit, istilah persembunyian Soekarno kurang tepat. 
Bung 
 Karno tidak bersembunyi tetapi disembunyikan. Kalau kita setuju 
 bahwa peristiwa rengas dengklok itu adalah penculikan, maka kata 
 yang tepat sebetulnya adalah tempat penyekapan. Tapi, karena 
 tujuan penculikan itu adalah baik (supaya Bung Karno 
 memproklamirkan kemerdekaan RI), maka kata itu terasa terlalu 
kasar. 
 Oke, itu adalah hal lain lagi, yaitu sejarah. Maaf berpanjang-
 panjang kata
 
 YasKur
 
 
 Tempat Penulisan Naskah Proklamasi 
 Sumber: Internet 
 SEJAK Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan Soekarno-Hatta, 17 
 Agustus 1495, rumah alm. Babah Djiaw Ki Siong di Dusun Bojong 
 Ds./Kec. Rengasdengklok Kab. Karawang diabadikan sebagai rumah 
 bersejarah. Rumah seorang petani keturunan Tionghoa di pinggir 
 Sungai Citarum itu pernah dipakai tempat tinggal para Bapak 
Bangsa 
 dalam menyusun naskah proklamasi, sebelum naskah itu dikumandangkan 
 di Jalan Pegangsaan Timur no 56 Jakarta. 
 Karena dinobatkan sebagai rumah bersejarah, seluruh bangunan rumah 
 yang berdinding kayu jati, beratap genting tua, dan beralaskan batu 
 bata itu dan sampai sekarang masih ditempati anak cucu Djiaw Ki 
 Siong sebagai pemiliknya, tak boleh diperbaiki apalagi diubah 
 seenaknya. Pelarangan itu muncul karena kekhawatiran nilai keaslian 
 rumah itu punah. 
 Anehnya, dari dulu hingga sekarang, pemerintah hanya cukup 
 memberikan nama rumah bersejarah yang harus dilestarikan. Di luar 
 itu sama sekali tak pernah ada perhatian bagi si pemiliknya. 
 Sementara itu, kondisi rumah kian tua dan terancam mengalami 
 kerusakan. Andai rumah itu ambruk, bagaimana nasib keluarga yang 
 sekarang menempati rumah itu? 
 Ketika Babah Djiaw Ki Siong masih hidup, sejumlah perkakas rumah 
 yang dulu pernah dipakai Bung Karno sekeluarga, Bung Hatta, dan 
 tokoh proklamator lainnya diangkut ke museum di Jabar. Sayangnya, 
 Djiaw Ki Siong -- yang pekerjaan sehari-harinya sebagai petani 
 kecil -- tak sepeser pun mendapat ganti rugi saat barang-barang 
 miliknya itu diboyong ke museum. 
 Meski demikian kedaannya, keluarga kami tetap bangga rumah ini 
 telah dijadikan simbol rumah bersejarah bagi perjuangan bangsa. 
 Bingungnya, rumah ini sudah lapuk dan sudah mengkhawatirkan bila 
 dipakai tempat tinggal, sulit untuk diperbaiki karena dilarang 
 pemerintah, kata Ny. Iin alias Djiaw Kwin Moy, cucu Djiaw Ki Siong 
 yang sekarang menempati rumah tersebut. Di rumah itu pernah tinggal 
 Bung Karno, Bung Hatta, Sukarni Yusuf Kunto, dr. Sucipto, Ny. 
 Fatmawati, Guntur Soekarnoputra, dan lainnya selama tiga hari, pada 
 14-16 Agustus 1945. 
 Pada tahun 1958, rumah bersejarah itu pernah dipindahkan karena 
 tergusur pelebaran pembangunan Sungai Citarum. Sebelum dipindahkan, 
 dua perangkat tempat tidur terbuat dari kayu jati, tempat tidur 
Bung 
 Karno dan Bung Hatta, seperangkat tempat minum dan seperangkat meja 
 kursi tempat duduk para tokoh proklamator, diambil pihak museum 
 Bandung. 
 Engkong (kakek) Djiaw Ki Siong merelakan semua perkakas rumah 
untuk 
 diabadikan sebagai benda bersejarah. Membangun rumah di tempat baru 
 yang harus dipertahankan keasliannya pun semuanya dibiayai dari 
 hasil jerih payah engkong, tanpa sepeser pun bantuan pemerintah, 
 kata Yayang, suami Ny. Iin. Padahal, engkong hanyalah seorang 
petani 
 kecil di Rengasdengklok. 
 Di antara para tokoh nasional yang memberi perhatian besar kepada 
 keluarga Djiaw Ki Siong adalah Mayjen Ibrahim Adjie yang pada saat 
 itu menjabat sebagai Pangdam III Siliwangi. Pangdam pernah memberi 
 penghargaan kepada Babah Djiaw berupa selembar piagam nomor 
 08/TP/DS/tahun 1961. 
 Setelah Babah Djiaw meninggal pada tahun 1964 dan beberapa tahun 
 berselang berganti kepemimpinan nasional dari Soekarno ke Soeharto, 
 rumah bersejarah diwariskan kepada anak pertama Babah Djiaw, yakni 
 Ny. Tiaw Siong (ibunda Ny. Iin). Sekali lagi, tak ada perhatian apa 
 pun dari pemerintah. Malah, Ny. Tiaw sempat tak dibolehkan menerima 
 tamu siapa pun yang ingin tahu rumah bersejarah itu. 
 Sekira tahun 1980-an, di Lapangan Rengasdengklok yang letaknya 
hanya 
 beberapa puluh meter dari rumah alm. Djiaw, dibangun Tugu 
Perjuangan 
 dengan biaya besar. Anehnya, pihak pemerintah sama sekali tak 
 melirik keberadaan rumah Djiaw yang kondisinya sudah rusak termakan 
 usia. Padahal, di rumah itu naskah proklamasi disusun sehari 
sebelum 
 Indonesia merdeka. 
 Anehnya lagi, tatkala rumah ini akan direhab 

[budaya_tionghua] Re: Tan Hu Jin (Miao, Si, Ci (TOLONG BANTU TTG KELENTENG!!!!))

2005-05-25 Terurut Topik david_kwa2003
Kang-heng,

Tan Hu Cin-jin (Chen Fu Zhenren), seperti juga Tek Hai Cin-jin (Ze 
Hai Zhenren) di pantura Jawa, adalah tokoh lokal yang kemudian 
dihormati di beberapa kelenteng di ujung timur Jawa dan di Bali. 
Dengan demikian tokoh ini tidak dapat ditemui di Tiongkok maupun di 
Taiwan.

Ini terbukti dari Riwayat Tan Hu Cin-jin yang ditulis oleh Hindra 
Suarlim, yang dikutip oleh Jayasentosa-bali-heng tersebut. Lagipula 
Tan Hu Cin-jin adalah kong-cou (laki-laki), sedangkan Tan Hu-jin 
(Cu Seng Nio-nio) adalah mah-cou (perempuan).

Tokoh lokal lainnya konon adalah Tan Oei Djie Sian-seng (Chen Huang 
Er Xiansheng) di kelenteng-kelenteng Juana, Kudus, Rembang dan Lasem. 
Kedua kong-cou ini adalah pejuang Tionghoa pada waktu Geger Pacina, 
yakni perlawanan gabungan orang Tionghoa dan Jawa melawan VOC, 
setelah Tragedi Pembantaian Angke di Batavia (Ang-khe Tai Tou-sat 
Cham-an tahun 1740).

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 Makasih atas koreksi dan tambahan dari Sdr. Xuan Tong dan Sdr. Jaya
 Sentosa. Bila yang dimaksud Tan Hu Jin Yin oleh Sdr. David itu 
adalah
 dewi, maka Zhu Sheng Niang Niang (Tan Hu Jin) saya kira sangat
 mendekati, karena Tan Hujin memang menjadi dewi utama di banyak
 kelenteng di Taiwan dan Fujian. Namun bila adalah dewa, maka 
pastilah
 bukan Tan Hujin, melainkan yang dikutip oleh Sdr. Jaya tadi adalah 
lebih
 mendekati.
 
 
 Rinto Jiang
 
 
 
 
 perfect_harmony2000 wrote:
 
  sdr.Jaya ,
 
  saya mencoba meluruskan kesalahpahaman disini.
  Yang dimaksud oleh anda adalah Chen Fu Zhen Ren  ¸ զȋ
dan yang
  dimaksud oleh sdr.Rinto adalah Chen Fu Ren    ȋ  
 
 
 
  hormat saya ,
 
 
  Xuan Tong
 
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jayasentosa_bali
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Saya mengutip sebagian dari tulisan Bapak Hindra Suarlim.
   Riwayat Yang Mulia Kongco Tan Hu Cin jin
   Tan HU Cin Jin berarti; manusia sejati dari keluarga /marga Tan
   Nama Beliau adalah Tan Bun Ciong,berasal dari Propinsi Kwan 
Tung.
   Terkenal sangat pintar dalam berbagai pengetahuan dan 
ketrampilan
   antara lain sebagai Sinse,pakar hong shui,arsitek bangunan dan
   pertamanan.
   Beliau terdampar di pantai Banyuwangi,sedangkan dua saudaranya
   terdampar di Pulau Bali.
   Arsitek Tan menetap untuk sementara di Kerajaan Blambangan.pada
  masa
   pemerintahan Pangeran Danureja(1697-1736)
   Beliau membangun sebuah Istana di daerah Macan Putih Blambangan.
  
   Pada masa itu Blambangan berada di bawah kekuasaan Kerajaan 
Mengwi
  di
   Bali.Raja Mengwi mengirim utusan ke Blambangan menitahkan kepada
   Pangeran Danureja agar segera menugaskan Arsitek Tan dan para
  pekerja
   ke Mengwi,untuk membangun Istana dan taman yang indah.
  
   KongCo Bio Kuta didirikan oleh komunitas Tionghua Kuta-Bali dan
   sekitarnya. Sebagai tempat bersemayamnya Yang Mulia Kongco Tan 
Hu
  Cin
   Jin.yang diyakini dapat memberi perlindungan,kesejahteraan dan
   kebahagiaan bagi para keluarga pengabdinya.Secara organisatoris
  Kongco
   Bio Kuta-Bali dipertanggung Jawabkan oleh Hiap Yu Hwe Yu,wadah 
suka
   duka masyarakat Tionghua Kuta-Bali yang dipimpin oleh seorang
  Lothia
   atau yang dituakan.
  
   Kongco Bio Kuta berubah nama menjadi Vihara Dharmayana Kuta
   untuk lebih jelasnya silahkan membaca Buku Mengenal Vihara
  Dharmayana
   Kuta yang ditulis oleh Bapak Hindra Suarlim
  
   Semoga tulisan diatas dapat menambah wawasan kita
 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




MEI XIEN THAI PHU Re: [budaya_tionghua] Re: Beberapa hal tentang orang hakka

2005-04-23 Terurut Topik david_kwa2003


Yonathan-heng/xiong,

Putian itu (dulu, di zaman Qing) nama sebuah kabupaten (xian) di
keresidenan (fu) Xinghua (atau Hinghua). Setahu saya orang Putian juga
disebut orang Hinghua. Di Jakarta perkumpulan orang Hinghua ada di
sebelah Kelenteng Guanghua Si (Kong Hoa Si), yakni perkumpulan Hok Pou
Seng, singkatan dari Hok Chnia, Pouchan, dan Sengyu (Fuqing, Putian
dan Xianyou).

Kiongchiu/Gongshou,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Yonathan David
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Menarik sekali topik mengenai asal usul orang hakka di Indonesia.
 Satu yg ingin saya tanyakan, orang2 yg berasal dari Pu Tian termasuk yg 
 dialek yg mana? Kedua orang tua saya bilang kalo, leluhur kami
berasal dari 
 Pu Tian shi, tepatnya Xian You, kadang ortu saya juga nyebut dirinya
orang 
 Xian You.
 Terima kasih kalo ada bisa menjawab pertanyaan saya ini.
 
 David Chen
 
 From: King Hian [EMAIL PROTECTED]
 Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Re: MEI XIEN  THAI PHU Re: [budaya_tionghua] Re: Beberapa
hal 
 tentang orang hakka
 Date: Fri, 22 Apr 2005 07:48:54 -0700 (PDT)
 
 Dialek standard bahasa Hakka adalah dialek Meixian (nama kabupaten di 
 Guangdong), yang sekarang disebut Meizhou shi (kota Meizhou).
 
 Pembagian sub-dialek bahasa Hakka menurut Dr. Lau Chun-fat:
 1. Jiaying (Guangdong Utara, Guangdong Timur Laut, Guangxi, Sichuan
Timur, 
 Taiwan, sekitar 24 juta)
 2. Minxi-Gannan (Fujian Barat dan Jiangxi Selatan, sekitar 10 juta)
 3. Yuemin (Guangdong Tenggara dan Fujian Selatan, sekitar 1 juta)
 4. Yuezhong (Guangdong Tengah, 1 juta)
 
 Subdialek Jiaying (yang merupakan subdialek terbesar) terdiri dari dua 
 kelompok yaitu:
 A. Meixian, yang terdiri dari 7 logat:
   a. Meizhou
   b. Sixian
   c. Huiyang-bao
   d. Yuexi-Guangxi
   e. Xinning
   f. Hailu
   g. Gannan Guangdong
 B. Wuhua, terdiri dari 5 logat:
   a. Wuhua
   b. Yuebei
   c. Jiexi
   d. Dongguan
   e. Sichuan
   f. Tonggu
 
 
 Logat Meizhou (dahulu: Meixian [Moiyan]) mencakup bahasa di daerah:
 Meizhou, Dabu [Thaiphu], Jiaoling, Pingyuan, Longchuan, Zijin
(semuanya di 
 Guangdong).
 
 Sepengetahuan saya, mayoritas orang Hakka di Jawa termasuk logat
Meixian 
 (1.A.a). Selain itu ada juga beberapa yang berasal dari Xingning
[Hinnen] 
 (1.A.e) dan Yongding [Yunting] (2).
 
 Untuk orang Hakka di Bangka-Belitung dan Kalimantan Barat, saya
tidak tahu 
 termasuk logat yang mana. Tetapi kalau melihat perbedaan dengan dialek 
 Moiyan, kelihatannya logatnya mirip dengan logat Hailu [Hoiluk] (1.A.f).
 MoiyanHoiluk
 Wong  Bong(kuning)
 Yong   Jong (kambing)
 Nyi  Ngi   (kamu)
 Nyan   Ngan(mata)
 
 Salam,
 KH
 
 
 BUD'S [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Setahu kami, orang khek itu ada 2, yaitu Mei Xien ( Mayoritas di
Sumatera 
 Utara dan Jawa ???) dan Thai Phu ( Mayoritas di Pontianak), dialek 
 bahasanya agak beda.
 
 Mungkin ada yang bisa mejelaskanya 
 
 Budiman
 
 
 -
 Do you Yahoo!?
   Yahoo! Small Business - Try our new resources site!
 
 _
 MSN Hotmail¤Ç³«±¿¥á¥ë¥¢¥ÉÀꤤ¼Â»ÜÃæ 
 http://promotion.msn.co.jp/hotmail/fortune/input_un.asp





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Perkenalan

2005-04-23 Terurut Topik david_kwa2003


Kang Tisna,

Wilujeng sumping. Mugi ieu pacaturan aya mangpa'atna kanggo ka urang
sadaya, utamina kanggo ka Akang (Selamat datang. Mudah-mudahan diskusi
ini bermanfaat bagi kita semua, terutama untuk Anda).

Salam baktos,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, nana sutrisna
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Assalamu'alaikum (Salam sejahtera untuk Anda)
 
 Segenap pecinta budaya Tionghua
 
  
 
 Izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu
 
 Nama   : Sutisna (Nana Sutrisna)
 
 Asal : Subang ?Jawa barat
 
 Suku: Sunda ?Jawa
 
 Agama : Islam
 
  
 
 Saya harap dengan sebenarnya milist ini tidak hanya untuk etnis atau
agama tertentu. Karena walaupun saya bukan berasal dari etnis China
dan beragama yang tidak umumnya orang China menganutnya tapi dengan
sebenarnya saya sangat menyukai budaya, sejarah, filsafat dan bahasa
China.
 
  
 
 Mungkin rekan ?rekan pernah mendengar Carilah ilmu walaupun sampai
ke negeri China? Perlu rekan ?rekan ketahui kata ?kata itu berasal
dari perkataan Nabi Muhammad, 15 abad yang lalu. Dari perkataan beliau
ini kita melihat tidak ada sedikitpun yang disebut sentimen etnis
ataupun agama kepada orang China. 
 
  
 
 Agama islam lebih dulu dikenal orang China daripada orang Indonesia,
bukankah di propinsi Xinjiang uyghur adalah mayoritas beragama Islam,
bukankan suku Hui juga beragama Islam, bukankah Laksamana Chengho juga
seorang muslim, bukankah para wali penyebar agama dan sultan ?sultan
di Demak dan di Palembang adalah kesemuanya adalah keturunan China.
Sepanjang sepengetahuan saya orang China lebih dulu mengenal Islam
daripada Kristen.
 
  
 
 Saya harap dengan keikutsertaan saya di milist ini semakin menambah
pengetahuan saya tentang China. Supaya saya lebih bisa melaksanakan
apa yang diperintahkan Nabi Muhammad agar mencari ilmu itu sampai ke
negeri China. Saya percaya ada hikmah besar dibalik perintah itu.
 
  
 
 Saya merasa sedih dengan perlakuan buruk yang diterima rekan ?rekan
dari etnis China pada saat terjadinya reformasi di Indonesia, saya pun
ingin tegaknya keadilan di negeri ini yang tidak membeda ?bedakan
suku, ras, golongan atau agama tertentu. Dan kebetulan karena
Indonesia mayoritas beragama Islam, ini bisa menimbulkan perasaan anti
Islam dikalangan rekan ?rekan China. Padahal perbuatan pelecehan dan
penindasan itu benar ?benar tidak sesuai dengan ajaran agama islam.
 
 
  
 
 Untuk kali ini mungkin saya cukupkan sekian dulu mohon maaf apabila
ada perkataan saya yang tidak berkenan.
 
  
 
 Wassalamu'alaikum (Dan salam sejahtera untuk anda)
 
 Nana Sutrisna





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Falungong mengapa dilarang di Tiongkok?

2005-04-20 Terurut Topik david_kwa2003


Zhou-xiong,

Betul sekali, siaute/xiaodi setuju! Diskusi tentang dogma agama di 
milis ini membuat orang yang tidak bersangkut paut menjadi (maaf) muak 
kepengen muntah! Apalagi bila ketemu yang orang yang ngotot! Milis ini 
bukan milis agama. Lebih baik ganti saja dengan topik lain yang lebih 
berguna, seperti yang diusulkan beberapa rekan lain... Mohon maaf kalau 
ada yang tersinggung.

Kiongchiu/Gongshou,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 Sudahlah! selama anda tidak mau menegaskan posisi anda, apakah anda 
menganggap ajaran Falungong adalah kebenaran mutlak atau tidak, saya 
malas menanggapi masalah ini lagi. Karena saya malas berdiskusi masalah 
kepercayaan dengan para  Penganut Agama! dan saya juga mengharapkan 
para umat agama tidak melontarkan ajarannya di Milis umum ini.






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: apakah Maitreya = Jilayhud ?

2005-03-22 Terurut Topik david_kwa2003


Ji Lai Hut (Hokkian Selatan lafal Ciangciu) = Rulai Fo (Mandarin) 
adalah terjemahan dari istilah Tathagata (Sansekerta) = Ia Yang Telah 
Datang (Inggris: He Who Thus Come), dalam hal ini Buddha Sakyamuni 
(Sek Kia Mou Ni Hut) alias Siddharta Gautama.

Sedangkan Maitreya (Sansekerta) adalah bodhisattva (calon Buddha) 
atau Buddha yang akan datang, yang akan menggantikan Buddha 
Sakyamuni. Dalam bahasa Tionghoa dialek Hokkian Selatan lafal 
Ciangciu Maitreya Bodhisattva = Mi Lek Phou Sat (Mandarin: Mile 
Pusa). Oleh beberapa sekte Maitreya dianggap sudah menjadi Buddha, 
sehingga disebut Mi Lek Hut (Mandarin: Mile Fo). Nah, nama Mi Lek Hut 
ini yang sering dikacaukan dengan istilah Ji Lai Hut, padahal 
pengertiannya sangat berbeda!!!

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 Goenawan Sugihrehardja menulis :
 
 yth. netters
 
 saya punya pertanyaan menganjal, apakah Maitreya itu sama dengan 
Jilayhud?
 
 salam dan terima kasih,
 goenawan s
 
 
 Rinto Jiang :
 
 Sdr. Goenawan,
 
 Tidak sama.
 
 Julayhud itu semacam gelar, panggilan seperti Presiden misalnya. 
Jadi 
 Julayhud itu adalah salah satu gelaran untuk menyebut Buddha. 
Seperti 
 juga ada pertanyaan, siapa presiden Indonesia sekarang maka adalah 
juga 
 pertanyaan siapakah Julayhud yang sekarang. Buddha yang sekarang 
menurut 
 agama Buddha adalah Buddha Sakyamuni. Jadi Buddha Sakyamuni adalah 
Julayhud.
 
 Mengenai Maitreya adalah calon Buddha yang akan datang menggantikan 
 Buddha Sakyamuni. Jadi, Maitreya itu calon Julayhud.
 
 Maitreya disebut Mi Le Pu Sa dalam mandarin. Pu Sa artinya 
Bodhisatva = 
 calon Buddha.
 
 Beberapa sekte agama Buddha menyebut Maitreya sebagai Buddha 
Maitreya 
 sehingga kerap pula terdengar sebutan Mi Le Fo.
 
 Demikian, semoga mencerahkan.
 
 
 Rinto Jiang
 
 
 PS.  Ru Lai Fo (mandarin) = Ju Lai Hud (hokkian)
Mi Le Pu Sa (mandarin) = Bi Lek Pho Sat (hokkian)





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks  Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Lupakan jati Tionghoa Anda!

2005-03-13 Terurut Topik david_kwa2003


Lim-heng,

Memang itulah yang saya dengar, justru dialah biang keladi yang 
menganjurkan agar pemerintah orde babe waktu itu untuk mengeluarkan 
sebuah peraturan yang mengganti istilah Tionghoa dan Tiongkok menjadi 
Cina, sehingga timbul masalah psikologis (hingga timbul 
istilah pengganti: Cainis, Caina, Cines; untuk menghindari dicina-
cinakan oleh pemerintah) yang sampai sekarang tidak selesai!!! Dialah 
orangnya!!!

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi S Lim [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 
 Dari apa yang saya baca ttg Sindhunata, entah mengapa juga merasa 
dia 
 ini lebih cocok dikategorikan sebagai penghianat. Dia ini salah 
satu 
 yang mendukung penggunaan kata 'cina' dan bukannya 'tionghoa'. 
kalau 
 nggak salah dia juga salah satu tokoh pendukung Piagam Asimilasi 
 tahun 1961 (tolong dikoreksi kalau salah) yang manganjurkan untuk 
 meninggalkan ketionghoaan.
 
 Cat: Ada perbedaan antara asimilasi dan integrasi. Asimilasi 
berarti 
 meninggalkan ketionghoaan supaya bisa menyatu dengan keindonesiaan. 
 Intergrasi berarti kira2 menggabungkan tanpa menghilangkan ciri 
 ketionghoaan. 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Sebenarnya kita juga ngerti, kenapa dia berbuat begitu, biasa , 
 agar  dikasih 
  konsesi atau proyek2nya Trisakti itu ngkali yah. Buat saya sih 
 saya  bangga 
  kalau ada orang Tionghoa jadi perwira seperti Shindunata itu, 
tapi 
 yang  saya 
  tidak suka adalah kalau ada orang Tionghoa berjaya, tapi berdiri 
 diatas  
  penderitaan kaumnya. Itu namanya menghianat namanya. Koq jadi 
saya 
 ngelantur  sampai 
  gini jauh yah ? 
  Ah udahan dulu Mang , Shieun aya nuh ngamuk.
   
  salam,
  Dr.Irawan.





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks  Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Menyusuri Pecinan di Kota Tua Batavia

2005-03-04 Terurut Topik david_kwa2003


Pa Hadinoto,

Terima kasih atas dukungan moreel dari Bapa, saya tentu akan selalu 
berusaha semampu saya untuk memberikan informasi yang benar, sebab, 
seperti kita ketahui, banyak fakta sejarah yang selama ini dipelintir 
oleh orang-orang tak bertanggung jawab macam 23 761 itu. Sedangkan, 
di lain pihak, masyarakat dan generasi penerus kan perlu tahu fakta 
yang sebenarnya. Jangan sampai salah persepsi seperti yang sudah-
sudah, sebab bukankah kata pepatah tak kenal maka tak sayang? Dan 
fakta sejarah seperti yang saya kumpulkan selama ini masih belum 
dimasukkan ke dalam penulisan sejarah bangsa ini.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Excellent, pak David. 
 
 Bapak sebagai pakar budaya Tionghoa, pantaslah menuliskan kesaksian 
 dan apa yang pak David tahu. Ini penting sekali bagi generasi 
 penerus. Jakarta yang dahulu Batavia, dihuni oleh pelbagai budaya, 
 yang menghiasi bagian bagian kota ini. Khususnya wilayah 
utara/barat, 
 mempunyai sejarah tersendiri, yang pantas bersanding bersama 
 penulisan sejarah Indonesia yang lain.
 
 Salam
 
 Danardono
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
  RR BT S,
  
  Artikel itu datanya banyak yang salah kutip. Panduan untuk para 
 guide 
  Wisata Kampoeng Toea Museum Sejarah Jakarta dan Plesiran Tempo 
 Doeloe 
  Sahabat Museum, khususnya yang berkaitan dengan Molenvliet dan 
  Kampoeng Tjina (Chineesche Wijk) saya yang membuat, makanya nama-
  namanya semua dalam dialek Hokkian, bukan Mandarin. Data itu yang 
  dipakai oleh Sdr Asep Kambali dan lalu dikutib oleh penulis 
artikel 
  ini, namun ada kesalahan-kesalahan kecil di sana. Aslinya ada 
pada 
  saya dan di dalamnya saya berikutkan aksara Tionghoa untuk nama-
 nama 
  Tionghoa, sehingga mereka yang mengerti aksara Tionghoa bisa 
  melafalkannya baik dalam lafal Hokkian maupun Mandarin (Hoa-
  gie/Huayu). Waktu itu saya aktif sebagai nara sumber, namun 
 sekarang 
  sedang istirahat.
  
  Kesalahan-kesalahan kecil itu, misalnya, objek tertua (yang 
  berinskripsi angka tahun, sehingga bisa dibuktikan 
keotentikannya) 
 di 
  Jakarta yang masih berupa meja sembahyang di Kelenteng Kim Tek Ie 
  seharusnya berangka tahun 1724 (di sana tertulis Yong Tjeng tahun 
 ke-
  2, kalau tidak salah, harus dicek lagi), jadi sebelum Tragedi 
  pembantaian Angke (Ang-khe Tai-tou-sat Cham-an/Hongxi Datusha 
 Can'an) 
  1740, bukan 1742. Di artikel tertulis 1742, jadi setelah Tragedi 
  Angke tersebut. Meja tersebut satu-satunya yang tidak terbakar 
 dalam 
  tragedi tersebut, letaknya di ruang samping kedua sebelah kiri 
 pintu 
  masuk, dekat tungku pembakaran kertas emas (kim-lou/jinlu).
  
  Lalu di bagian lain, pada bangunan bekas kediaman Luitenant der 
  Chineezen bermarga Tjioe/Zhou (di artikel tertulis Tjio), 
tertulis 
  aksara hok/fu (di artikel tertulis bok) atau rezeki, siu/shou 
atau 
  usia panjang, khong/kang atau kesehatan, dan leng/ning atau 
  kesejahteraan (di artikel tidak tercantum).
  
  Lalu nama kelenteng di gang Lam-ceng sebenarnya adalah Lam-ceng 
  Bio/Nanjing Miao (nama inilah yang tertulis di prasasti beraksara 
  Tionghoa di dinding depan kelenteng). Namun di papan depan gang 
  dituliskan Lam Ceng Koan Tee Bio. Akibatnya, orang menyangka 
 namanya 
  Koan Tee Bio. Lam-ceng/Nanjing adalah nama suatu kabupaten 
 (koan/xian 
  atau county) di ex-Keresidenan Ciang-ciu Hu/Zhangzhou Fu di zaman 
  dinasti Cheng/Qing (1644-1911). Dari kabupaten inilah Tee Liang 
  Hoey/Dan Lianghui, yang konon berpangkat kapitein der Chineezen 
  (mungkin titulair, bukan sebenarnya), pendiri kelenteng ini pada 
 1824 
  berasal. Sedangkan Koan Tee/Guan Di (Kaisar Koan/Guan) adalah 
gelar 
  yang diberikan kepada Koan Kong/Guan Gong.
  
  Mengeanai Kelenteng Toa Se Bio, seperti yang pernah saya sebutkan 
  dalam posting beberapa waktu sebelumnya, nama sebenarnya adalah 
 Hong 
  San Bio/Feng Shan Miao atau Kelenteng Gunung Hong. Namun, 
kelenteng 
  ini juga dikenal sebagai Toa Sai Bio/Dashi Miao atau Kelenteng 
Duta 
  Besar, sebab Cheng Goan Cin-kun/Qingyuan Zhenjun, dewata utama 
tuan 
  rumah kelenteng ini, juga dikenal dengan sebutan Toa Sai 
Kong/Dashi 
  Gong. Nama Toa sai Bio ini di lidah penduduk lama Batavia/Jakarta 
  lama-kelamaan luluh menjadi Toa Se Bio. Nah, nama Toa Se Bio 
inilah 
  yang masih dikenal sekarang di kalangan penduduk sekitar 
kelenteng. 
  Sampai-sampai ada Paroki Toasebio di Gereja Santa Maria de 
Fatima, 
  yang bekas kediaman Luitenant der Chineezen she Tjioe tadi.
  
  Juga dikatakan bahwa bahwa kelenteng ini didirikan oleh orang 
 Hokkian 
  dari Kabupaten Tiotha (seharusnya Tiothoa/Changtai), Keresidenan 
  Ciangciu/Zhangzhou, Cina/Tiongkok.
  
  Mengenai bekas gedung Tiong Hoa Hwee Koan yang sangat bersejarah 
 bagi 
  Sejarah Indonesia itu, bangunan aslinya memang sudah diruntuhkan 
 dan 
  diganti dengan bangunan modern oleh pengurusnya waktu itu pada

[budaya_tionghua] Re: Menyusuri Pecinan di Kota Tua Batavia

2005-03-03 Terurut Topik david_kwa2003


RR BT S,

Artikel itu datanya banyak yang salah kutip. Panduan untuk para guide 
Wisata Kampoeng Toea Museum Sejarah Jakarta dan Plesiran Tempo Doeloe 
Sahabat Museum, khususnya yang berkaitan dengan Molenvliet dan 
Kampoeng Tjina (Chineesche Wijk) saya yang membuat, makanya nama-
namanya semua dalam dialek Hokkian, bukan Mandarin. Data itu yang 
dipakai oleh Sdr Asep Kambali dan lalu dikutib oleh penulis artikel 
ini, namun ada kesalahan-kesalahan kecil di sana. Aslinya ada pada 
saya dan di dalamnya saya berikutkan aksara Tionghoa untuk nama-nama 
Tionghoa, sehingga mereka yang mengerti aksara Tionghoa bisa 
melafalkannya baik dalam lafal Hokkian maupun Mandarin (Hoa-
gie/Huayu). Waktu itu saya aktif sebagai nara sumber, namun sekarang 
sedang istirahat.

Kesalahan-kesalahan kecil itu, misalnya, objek tertua (yang 
berinskripsi angka tahun, sehingga bisa dibuktikan keotentikannya) di 
Jakarta yang masih berupa meja sembahyang di Kelenteng Kim Tek Ie 
seharusnya berangka tahun 1724 (di sana tertulis Yong Tjeng tahun ke-
2, kalau tidak salah, harus dicek lagi), jadi sebelum Tragedi 
pembantaian Angke (Ang-khe Tai-tou-sat Cham-an/Hongxi Datusha Can'an) 
1740, bukan 1742. Di artikel tertulis 1742, jadi setelah Tragedi 
Angke tersebut. Meja tersebut satu-satunya yang tidak terbakar dalam 
tragedi tersebut, letaknya di ruang samping kedua sebelah kiri pintu 
masuk, dekat tungku pembakaran kertas emas (kim-lou/jinlu).

Lalu di bagian lain, pada bangunan bekas kediaman Luitenant der 
Chineezen bermarga Tjioe/Zhou (di artikel tertulis Tjio), tertulis 
aksara hok/fu (di artikel tertulis bok) atau rezeki, siu/shou atau 
usia panjang, khong/kang atau kesehatan, dan leng/ning atau 
kesejahteraan (di artikel tidak tercantum).

Lalu nama kelenteng di gang Lam-ceng sebenarnya adalah Lam-ceng 
Bio/Nanjing Miao (nama inilah yang tertulis di prasasti beraksara 
Tionghoa di dinding depan kelenteng). Namun di papan depan gang 
dituliskan Lam Ceng Koan Tee Bio. Akibatnya, orang menyangka namanya 
Koan Tee Bio. Lam-ceng/Nanjing adalah nama suatu kabupaten (koan/xian 
atau county) di ex-Keresidenan Ciang-ciu Hu/Zhangzhou Fu di zaman 
dinasti Cheng/Qing (1644-1911). Dari kabupaten inilah Tee Liang 
Hoey/Dan Lianghui, yang konon berpangkat kapitein der Chineezen 
(mungkin titulair, bukan sebenarnya), pendiri kelenteng ini pada 1824 
berasal. Sedangkan Koan Tee/Guan Di (Kaisar Koan/Guan) adalah gelar 
yang diberikan kepada Koan Kong/Guan Gong.

Mengeanai Kelenteng Toa Se Bio, seperti yang pernah saya sebutkan 
dalam posting beberapa waktu sebelumnya, nama sebenarnya adalah Hong 
San Bio/Feng Shan Miao atau Kelenteng Gunung Hong. Namun, kelenteng 
ini juga dikenal sebagai Toa Sai Bio/Dashi Miao atau Kelenteng Duta 
Besar, sebab Cheng Goan Cin-kun/Qingyuan Zhenjun, dewata utama tuan 
rumah kelenteng ini, juga dikenal dengan sebutan Toa Sai Kong/Dashi 
Gong. Nama Toa sai Bio ini di lidah penduduk lama Batavia/Jakarta 
lama-kelamaan luluh menjadi Toa Se Bio. Nah, nama Toa Se Bio inilah 
yang masih dikenal sekarang di kalangan penduduk sekitar kelenteng. 
Sampai-sampai ada Paroki Toasebio di Gereja Santa Maria de Fatima, 
yang bekas kediaman Luitenant der Chineezen she Tjioe tadi.

Juga dikatakan bahwa bahwa kelenteng ini didirikan oleh orang Hokkian 
dari Kabupaten Tiotha (seharusnya Tiothoa/Changtai), Keresidenan 
Ciangciu/Zhangzhou, Cina/Tiongkok.

Mengenai bekas gedung Tiong Hoa Hwee Koan yang sangat bersejarah bagi 
Sejarah Indonesia itu, bangunan aslinya memang sudah diruntuhkan dan 
diganti dengan bangunan modern oleh pengurusnya waktu itu pada 1954 
(kalau tidak salah, belum saya cek), dengan alasan sudah tidak 
memenuhi syarat lagi. Nio Joe Lan --- seorang sejarawan lokal penulis 
masterpiece Riwajat 40 Tahon Tiong Hoa Hwe Koan Batavia yang sangat 
terkenal itu --- sempat menulis sebuah artikel di Star Weekly (saya 
masih menyimpannya, cuma harus dicari lagi disimpan di mana) yang 
nadanya menyayangkan dibongkarnya bangunan bersejarah yang cukup 
artistik itu. Namun kelihatannya ia tak berdaya. Jadi, jelas bukan 
oleh Orde Babe, tapi oleh orang Cina sendiri! Kasusnya sama 
dengan bekas gedung Sin Ming Hui yang diahancurkan oleh orang Cina 
sendiri

Mengenai ada dua patung di depan sekolah, dari bangunan tua yang 
telah dibongkar, yang tersisa hanya dua tatakan (alas) patung singa 
saja. Singa batu (cioh-sai/shishi)-nya sudah raib entah sejak kapan. 
Mungkin sudah berpindah tempat ke rumah seorang kolektor entah yang 
mana.

Kira-kira begitulah antara lain masukan yang kiranya perlu saya 
sampaikan, sebab saya tahu persis isi tulisan saya itu. Dan saya juga 
bertanggung jawab atas kebenaran atau ketidakbenaran tulisan saya 
tersebut. Kalau ada lagi, nanti saya susulkan.

Kiongchiu/Gongshou,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Pak Hadinoto yb,
  
 Artikel ini sumbernya dari mana ? Bagus sekali , saya mungkin 
punya  
 ilustrasinya sebagian dari situs2 yang di sebut disini. Saya ingin  

[budaya_tionghua] Re: Peranakan

2005-03-03 Terurut Topik david_kwa2003


Xuan Tong-xiong,

Terima kasih atas dukungan Laoxiong. Mudah-mudahan Yongky-heng masih 
punya foto-foto yang belum diterbitkan dan tidak keberatan 
memamerkannya di tahun mendatang. Dan mudah-mudahan pula dukungan 
kita-kita ini akan bermanfaat bagi Pasar Imlek Kopi Semawis khususnya 
serta warga Semarang umumnya, seperti visi dan misi sejak semula 
diselenggarakannya Pasar Malem Djie Kauw Meh ini, yakni adanya 
pertukaran budaya dan ditampilkannya segala sesuatu yang sarat muatan 
lokal khas gaya Semarangan, bukan yang Hong Kong, bukan pula yang 
Taiwan, apalagi yang Cina/Tiongkok, seperti apa yang dirasakan oleh 
Widya-Tjie tersebut. Dengan demikian, harapan xiaodi, Pasar Malem ini 
memang dirasakan benar-benar milik warga Semarang dari berbagai 
etnik, bukan hanya etnik Tionghoa saja. Alangkah indahnya semua 
etnik: Jawa-Cina dll yang ada di Semarang semuanya bersatu-padu dalam 
naungan Pasar Malem ini!!!

Gongshou,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, perfect_harmony2000 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Kwa heng ,
 
 
 memang sdr.Jongky Tio menyimpan banyak kenangan Semarang tempo dulu.
 Saya percaya sdr.Jongky memiliki koleksi photo-photo yang banyak 
 terutama berkaitan dengan Tionghoa tempo dulu.
 
 Saya sendiri akan mencoba menghubungi sdr.Jongky untuk meminta ijin 
 photo-photo koleksinya untuk ditaruh di website budaya-tionghoa.
 Sayangnya webmaster dan team websitenya sedang sibuk dengan 
 pekerjaannya.
 Saya sibuk dengan pekerjaan saya pula.
 Mungkin team moderator akan meminta salah satu moderator untuk ke 
 Semarang.
 
 
 
 
 hormat saya ,
 
 
 Xuan Tong
 
 
 PS: moderator yang aktif di milist hanya 4 tapi masih ada beberapa 
 rekan yang tergabung dalam team moderator sebagai nara sumber.
  
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
  Widya-Tjie,
  
  Terima kasih atas informasinya. Memang sulit sekali menyadarkan 
  masyarakat akan budaya ke-pacinan-an khas Semarang, bukan Hong 
 Kong, 
  bukan Taiwan, sebab memang masih sangat sedikit yang sadar akan 
 hal 
  itu. Mungkin masih perlu waktu yang lebih panjang ... Bukan tahun 
  ini, tapi tahun depan. Foto-foto Baba-Nyonya Semarang (kalau ada) 
  diperbanyak, biar masyarakat tahu seperti apa identitas mereka 
  sebenarnya, identitas yang membumi di Tanah Semarang! Ko Yongky 
  mungkin masih menyimpan banyak foto lama?! Saya lihat di buku-
buku 
  tentang Baba-Nyonya di Malaysia dan Singapura banyak sekali foto-
  fotonya.
  
  Kiongchiu,
  DK
 





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks  Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Peranakan

2005-03-02 Terurut Topik david_kwa2003


Widya-Tjie,

Terima kasih atas informasinya. Memang sulit sekali menyadarkan 
masyarakat akan budaya ke-pacinan-an khas Semarang, bukan Hong Kong, 
bukan Taiwan, sebab memang masih sangat sedikit yang sadar akan hal 
itu. Mungkin masih perlu waktu yang lebih panjang ... Bukan tahun 
ini, tapi tahun depan. Foto-foto Baba-Nyonya Semarang (kalau ada) 
diperbanyak, biar masyarakat tahu seperti apa identitas mereka 
sebenarnya, identitas yang membumi di Tanah Semarang! Ko Yongky 
mungkin masih menyimpan banyak foto lama?! Saya lihat di buku-buku 
tentang Baba-Nyonya di Malaysia dan Singapura banyak sekali foto-
fotonya.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Widya Wijayanti 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
   david, 
   sesungguhnya semarang masih butuh pencerahan mengenai budaya 
pacinan - peranakan dari pakarnya. 
   pasar kemarin dalam mendatangkan massa dan sebagai satu keramaian 
memang berhasil, tetapi sebagai ajang untuk pertukaran budaya masih 
menjadi tanda tanya besar. masalah mendasar, budaya seperti apa dari 
pacinan (semarang) yang akan dipertukarkan?
 
   yang jelas, sampai sekarang, ke-pacinan-an masih diekspresikan 
dalam pakaian serba merah, yang perempuan juga  mengenakan shanghai 
dress sutera merah darah-rah-rah dengan belahan tinggi. pertunjukan 
pengantin juga pengantin asing yang berbaju sutera merah-merah dan si 
lelaki mengenakan topi hitam. seingat saya kok pada pesta kawin di 
kampung dekat pacinan yang saya saksikan masa lalu, termasuk di 
semarang, adalah para nyonya bersarung (ada pula sebagian yang 
bercelana setelan dengan bajunya, tetapi tidak merah) yang 
mendengarkan musik gambang yang ditanggap oleh si empunya gawe. 
 
   kemarin saya hampir tidak terlibat. kalau terlibat saya pasti 
melibatkan david kwa untuk session pencerahan. semestinya masyarakat 
pacinan harus dibiarkan melihat dirinya sendiri dan apa saja yang 
mereka warisi, dan tidak malah didorong membentuk citra baru yang 
diimpor secara instan. 
 
   berita bagusnya, stand cersil mendapatkan sambutan meriah. mereka 
nyaris tidak kebagian space karena panitya tidak sepenuhnya menyadari 
bahwa mereka adalah pihak yang semestinya diundang untuk ikut 
berpameran.
 
   saya masih memerlukan masukan tentang masakan nyonya atau 
peranakan. sebelumnya terima kasih.   
 
 
   salam, 
   widya wijayanti






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Walisongo itu Cino! - Versi baru:-))

2005-03-02 Terurut Topik david_kwa2003


Xuan Tong-xiong,

Jadi bukan Tionghoa dong! Lalu Ja Tik Su itu dialek apa? Terlepas 
dari nama tersebut salah eja atau apa lah, seperti Kang-heng katakan, 
saya curiga jangan-jangan nama-nama tersebut fiktif belaka!!! 
Mengapa? Sebab nama-nama tersebut, katanya, diambil dari naskah yang 
tiga cikar (gerobak) dalam bahasa Tionghoa dari Kelenteng Sam Poo 
Tong (Sanbao Dong) dan Kelenteng Talang, Cirebon.  Jadi nama-nama tsb 
ditranskrip dari huruf Tionghoa, menurut salah satu dialek 
pentranskripnya! Apakah mungkin si pentranskrip dialeknya campur-
campu? Atau, nama-nama tersebut sebenarnya nama bukan Tionghoa, yang 
ditulis dalam aksara Tionghoa, lalu ditranskripsikan ke dalam aksara 
Latin, jadi begitulah hasilnya?

Mohon pencerahan dari liatwie tjianpwee.

Gongshou,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, perfect_harmony2000 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Kwa heng ,
 
 jika kita membuka buku yang ditulis Parlindungan , Ja Tik Soe 
adalah orang Da Shi atau orang Arab.
 
 hormat saya ,
 
 
 Xuan Tong
  
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
  Liatwie Tjianpwee,
  
  Yang selama ini selalu menjadi pertanyaan yang mengganjal bagi 
  siauwtee adalah nama-nama Tionghoa yang dikatakan sebagai nama-
 nama 
  kecil Wali Sanga di bawah ini. Siauwtee tidak bisa menangkap 
 dalam 
  dialek apa nama-nama tersebut dilafalkan: Hokkian (Gan, Tan Eng 
 Hoat, 
  Swie Ho), Kheh (Bong), atau Kwongfu (Tak) kah? atau campur-baur 
 tidak 
  jelas termasuk lafal dialek mana, sesuka-suka si penulis saja (Si 
  Cang, Ja Tik Su)? Atau,  ekstrimnya, nama-nama tersebut fiktif 
 alias 
  ciptaan penulis saja, jadi tidak perlu ditanggapi serius?!!! 
Kalau 
 Ja 
  Tik Su menjadi Zha Dexu, itu kan hanya transliterasi dari aksara 
  Latik ke aksara Han saja. Mohon pencerahan dari rekan-rekan.
  
  Kiongchiu,
  DK
  
 





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks  Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Unsur bhs Tionghoa dlm bhs Indonesia-DK

2005-02-24 Terurut Topik david_kwa2003


Xuan Tong-xiong,

Memang betul Remy Sylado itu tukang plintir, selain Ca Bau Kan yang 
pernah saya tulis kritiknya, coba baca juga Siau Ling, yang pernah 
dipentaskan di TIM, yang mengatakan suling (bhs Ind) berasal dari 
siau-ling (bhs TH)! Kan gila!!! Tapi ternyata banyak orang percaya 
isapan jempolnya itu! Bahkan Ca Bau Kan laku keras, sampai dicetak 
ulang entah berapa kali. Saya pernah bertemu dengan Bp Parakitri 
Simbolon dari KPG, ternyata beliau sudah membaca kritik saya itu dan 
setuju bahwa apa yang saya tulis tidak mengada-ada.

Mengenai Tong Hay Kwa Loosianseng dari Kelenteng Sam Poo Tong di 
Liongtjhoan (Sam Pa Lang), memang dia ada satu she dengan siauwtee, 
tapi bukan kerabat. Dia dari Jawa Tengah (kl tdk slh Lasem), 
sedangkan siauwtee ada asal keturunan Ciampea, Bogor, Jawa Barat. 
Mungkin saja kakek-moyang kami di Tiongkok beberapa puluh generasi 
lalu kerabat dekat, hanya sekarang baru bertemu lagi di Jawa.

Kwa tidak sama dengan Kwee. Kwa (juga dieja Qua, Kuah, Kua di negara 
Asean lain) = Ke dari bintang film lama Ke Junxiong. Sedangkan Kwee 
(Kwik, Que) = Guo dari Guo Fucheng.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, perfect_harmony2000 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Kwa heng ,
 
 
 Saya pernah bertemu dengan seorang yang paham sejarah Semarang dan 
 Sampo Taijin mentertawakan buku Remy Sylado mengenai Sampo Taijin.
 Belum lagi Remy Sylado pernah memelintiri tulisan aksara Tionghoa 
 demi kepentingan siar agama.
 
 
 
 hormat saya ,
 
 
 
 Xuan Tong
 
 
 PS: saya memiliki kawan yang kebetulan bermarga sama dengan Kwa 
heng 
 dan merupakan buyut dari kepala Kong Kwan Semarang.
 Apakah anda masih kerabatnya ?
 Juga sedikit tanya , apakah marga Kwa dengan Kwee sama yaitu marga 
 Guo ?






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Delapan dari Walisongo itu adalah Tionghoa!-Steve H.

2005-02-24 Terurut Topik david_kwa2003


Pak Hadinoto yang baik,

Menarik sekali informasi yang Bapak sebutkan ini. Sebelumnya saya 
pernah membaca summary tulisan sejarawan Belanda (de Graaf  Pigeaud) 
yang mengatakan bahwa banyak keluarga penguasa di pantura zaman itu 
berdarah campuran Jawa-India dan Jawa-Tionghoa. Namun baru sekarang 
konfirmasi seperti ini saya dapatkan. Sebab, terus terang saja, 
selama OrBa, banyak fakta sejarah yang ditutup-tutupi atau 
dipelintir, seperti Bapak katakan mengenai Serangan Oemoem di 
Djokdja, sehingga kadang sulit bagi kita untuk mengetahui yang 
sebenarnya. Fakta bahwa nenek moyang sebagian orang Jawa adalah 
Tionghoa yang tadinya dianggap aib yang harus ditutupi serapat-
rapatnya, toh akhirnya tidak bisa juga. Persoalan mengenai punya 
darah Tionghoa aib atau bukan, bukankah akhirnya itu terpulang pada  
siapa yang memandang?

Sebagai perbandingan, adanya darah perempuan lokal (the so-called 
Pribumi) dalam darah sebagian orang Tionghoa (yakni Peranakan) juga 
tidak bisa disangkal, terlepas diakui atau tidak.

Di Singapura dan Malaysia, saya lihat, menjadi Peranakan (Baba-
Nyonya), identitas Peranakan menjadi identitas yang cukup terpandang 
di masyarakat sana. Semakin banyak orang yang terang-terangan mengaku 
Peranakan, dan itu berarti ada darah Melayu yang mengalir dalam 
tubuhnya, dan ada unsur budaya Melayu dalam budayanya!

Kesimpulan yang mau saya ambil di sini adalah: meski Bapak secara 
kultural termasuk etnis Jawa dan saya termasuk etnis Tionghoa, secara 
legal-formal kita sama-sama merasa orang Indonesia, sebab tidak ada 
orang Indonesia yang asli seperti yang dikatakan dalam UUD '45 
(Presiden adalah Orang Indonesia Asli) selain, mungkin, saudara-
saudara kita yang di Pegunungan Jayawijaya di Papua sana!!! Hanya 
penguasa yang memisahkan kita agar tidak bersatu sehingga 
membahayakan kekuasaan mereka.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Saya ingat ketika ayah almarhum berserta saya ditahun 1961 ziarah 
ke 
 makam Sunan Kalijogo di Kadilangu, Demak. (untuk informasi, kami 
 masih anggauta keluarga Kadilangu, jadi yang dalam silsilah masih 
 terkait dar beliau).
 
 Dimakam beliau kamo berdoa dan mohon berkat. Setelah selesai doa, 
 ayah menerangkan makamsiapa saja yang ada disisi beliau. Ayah 
 menunjuk pada sebuah makam, yang dibuat agak lebih rendah, dari 
 marmer. Ayah katakan: Itu makam ibu Sunan Kalijogo. saya baca 
nama 
 yang terukir dimakam ibu Sunan Kalijogo itu. 
 
 Nama Tionghoa.
 
 Ayah kemudian menerangkan sejarah keluarga kami, yang berasal dari 
 penguasa (adipati2) pantai utara, Demak, Blora, Tuban, Jepara, 
 Rembang dan Lasem. banyak sekali dari leluhur kami, yang menikah 
 dengan wanita Tionghoa. Terutama di Lasem. Eyang buyut adalah masih 
 Kanjeng Patih Blora, dan mata beliau memang sipit.
 
 Tahun itu, kami berdua belum tahu, kalau para wali adalah orang 
 Tionghoa, kami sangka bangsawan Jawa. Walau demikian kami yakin 
akan 
 keterkaitan erat dengan Tiongkok, yang juga berhubungan dengan 
 kedatangan laksamana Zheng He dipantai utara, yang oleh orang Jawa 
 dihormati, sebagai orang suci.
 
 Saya ingin sekali menunjukkan ayah,  buku Slamet Mulyana, guna 
 meneruskan pembicaraan kami tahun 1961. Sayang sekali, ayah telah 
 wafat sebelumnya.
 
 Salam 
 
 danardono






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks  Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Unsur bhs Tionghoa dlm bhs Indonesia-DK

2005-02-23 Terurut Topik david_kwa2003


Mang Ucup anu bageur,

Alo juga pernah mendengar dongeng lain, juga dari penulis yang sama 
(23 761 alias Remy Sylado alias Japie Tambajong), yang bahkan sudah 
dibukukan, judulnya Alo lupa (kalau tidak salah ingat, 9 dari 10 Kata 
Indonesia adalah Asing?). Menurut dongeng itu, cenah, kata Sunda 
sibeungeut (mencuci muka) berasal dari kata Hokkian Selatan se-bin 
(mencuci muka), seka (ini mah Melayu, bukan Sunda ya) dari se-kha 
(mencuci kaki). Yang Alo tanyakan, bagaimana dengan kata 
Sunda sibanyo (mencuci tangan), apakah dari kata Hokkian se-chiu? 
Ko tebih pisan, dari se-bin ke sibeungeut...

Lalu, mengenai informasi yang diperoleh dari, antara lain, situs 
Masjid Agung Karawang sendiri, kesalahan bisa saja terjadi, karena 
sumber yang diambil salah. Jadi, bukan mereka sengaja hendak menulis 
sejarah yang salah. 

Alo curiga, jangan-jangan sumber sejarahnya juga mitos 
macam dongeng 23 761 tadi! Apalagi kalau generasi di bawah kita 
nanti mengambil novel Ca Bau Kan karya penulis yang sama yang jelas-
jelas dongeng fiktif antah berantah isapan jempol sebelum tidur 
sebagai sumber sejarah Tionghoa di Indonesia, kan bisa runyam!!! 
Namun Alo yakin, generasi penerus kita akan lebih arif, lebih bisa 
membedakan yang mana emas yang mana loyang, daripada kita yang mudah 
dikelabui mentah-mentah oleh penulis macam 23 761 itu!!!

Mohon maaf, Alo bukannya hendak menggurui Emang, apalagi sampai 
menghajar Emang, Alo hanya sekadar ingin sharing pendapat. Mugi agung 
nya paralun, mugi ageng pangaksami, tah kitu anu disuhun ku Alo.

Sembah baktos ti Alo,
Pun DK tea

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Mang_Ucup [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 
 DK:
 Apa iya namanya Kerawan-an, bukanya Karawang?
 
 MU:
 Yth sdr David yg baik
 Informasi itulah yg mang Ucup dapatkan dari beberapa situs antara 
lain
 Dari situs sejarahnya Mesjid Agung Karawang yg mungkin ini bisa 
jauh lebih
 dipercaya, sebab tidak mungkin mereka mau menulis sejarah yg salah 
apalagi
 untuk Mesjid Agung nya sendiri
 
 DK:
 Mengenai cai/ci yang artinya air atau sungai dalam bahasa Sunda 
 diambil dari kata Hokkian selatan cui (bukan sui), Alo terus 
 terang agak meragukannya. Dibusek..
 
 MU:
 Kok tega banget sih, moso sih kagak boleh dongeng dikit aza
 entah itu bohong entah kagak, kan MU mau pamer bahwa MU itu 
 juga ngerti bhs Sunda maklum hobby makan jengkol he-he-he
 
 Dongeng cai ini bukan hanya dari MU saja banyak sudah ada tokoh2 
lainnya
 juga yg sok pinter seperti MU yg telah turut menyebar luaskan 
dongeng ini
 antara lain Remy Sylado pengarang novel Ca Bau Kan, nah kalau 
informasi ini
 salah bukankah tugasnya para enghiong dan locianpwee disini yg 
mudeng bhs
 Tionghoa untuk dapat meluruskannya, jadi jangan langsung di embat 
penulisnya
 dong kesian tuh udah pada benjol kena pentungan melulu
 
 Untuk informasi2 lainnya saya mengucapkan banyak terima kasih yg 
telah
 menambah pengetahuan dan wawasannya mang Ucup, minimum udah jadi 
lebih
 pinter daripada kemarin he-he-he
 
 Salam persahabatan dgn tabik jabat tangan erat
 Mang Ucup





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Give underprivileged students the materials they need to learn. 
Bring education to life by funding a specific classroom project.
http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Re: Unsur bhs Tionghoa dlm bhs Indonesia

2005-02-20 Terurut Topik david_kwa2003


Mang Ucup anu bageur,

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Mang_Ucup [EMAIL PROTECTED] 
wrote

MU:
Sebelumnya laksama Cheng Ho mendarat di Cirebon (Muara Jati) di th 
1415 M, dgn didampingi antara lain oleh Ma Huan seorang Muslim 
Tionghoa, mereka singgah dahulu di Kerawang, yg pada saat itu masih 
bernama Kerawan-an dlm bhs Sunda, satu pelabuhan di muara sungai 
Citarum.  Pelabuhan tsb merupakan pintu gerbang masuk utama dari laut 
untuk kerajaan Pajajaran yg memerintah dari abad VIII s/d XVI M, 
penerus dari pemerintahan kerajaan Tarumanegara.

DK:
Apa iya namanya Kerawan-an, bukanya Karawang?

MU:
Apabila dahulu kapal berlabuh maka kebutuhan yg paling pokok 
adalah air tawar untuk persediaan minum mereka, maka dari itulah 
permohonan pertama dari pihak anak buah Cheng Ho adalah air yg dlm 
bhs Tionghoa adalah sui, karena lafalnya orang Tionghoa sehingga 
kedengarannya oleh penduduk Sunda jadi cai yg s/d saat ini 
perkataan tsb. masih terus dipakai. Sedangkan air sungai Tarum, 
disebut sui-tarum, mulailah dari situlah adanya nama sungai
Ci-tarum, yg berakibat juga bagi nama sungai2 lainnya di Jawa Barat yg
 kebanyakan diawali dgn unsur kata Ci, Ciliwung, Cikapundung, 
Cimanuk dsb.

DK:
Mengenai cai/ci yang artinya air atau sungai dalam bahasa Sunda 
diambil dari kata Hokkian selatan cui (bukan sui), Alo terus 
terang agak meragukannya. Mengapa? Sebab, sepengetahuan Alo, 
kata cai sudah ada lebih dahulu dalam bahasa Sunda dan nama-nama 
tempat di Pasundan, jauh sebelum ada kontak dengan orang Tionghoa, 
apalagi dengan Zheng He (ejaan baru/hanyu pinyin/pinyin dari Cheng 
Ho) yang baru terjadi abad ke-15. Menurut logika Alo yang bodoh ini, 
seandainya benar cai baru diambil pada abad ke-15, sebelum itu orang 
Sunda menggunakan istilah apa untuk merujuk kepada benda yang 
bernama air? Apakah tidak ada istilahnya? Apakah mungkin orang 
Sunda baru memakai istilah cai sejak adanya kontak dengan orang 
Tionghgoa. Lagi pula, seandainya benar cai diambil dari cui, apakah 
mungkin istilah itu dipakai serempak menjadi nama sungai dan nama 
tempat di Banten, seluruh Jawa Barat, serta sebagian Jawa Tengah 
(mulai Cilegon di Banten, hingga Cilacap di Jawa Tengah)? Memang 
sebelumnya juga Alo sudah mendengar dongeng isapan jempol ini. 
Namun anehnya, banyak orang mempercayainya.
 
MU:
Marco Polo adalah orang Eropa pertama yg mendarat di Indonesia, maka 
dari itu juga kamus pertama bhs Melayu ke dlm bhs Eropa adalah kamus 
Melayu - Italy yg disusun oleh Antonio Pigafetta yang berbangsa Itali 
pada tahun 1522. 

DK:
Setahu Alo Marco Polo tidak pernah ke Nusantara, kalau ke Tiongkok, 
memang pernah.

MU:
Aneh bin nyata bangsa Jepang mengalami kesulitan untuk mengucapkan 
lafal l sehingga kata Hotel menjadi Hotero, sedangkan Hallo menjadi 
Ohio, kebalikannya orang Tionghoa kesulitan mengucapkan lafal r 
sehingga kata2 yg ada huruf r nya jadi pelo diucapkannya, padahal 
kalau direnungkan ras dan daerah mereka tinggal tidak berjauhan satu 
dgn yg lain.

DK:
Tiongkok adalah negara yang sangat luas, jauh lebih luas daripada 
Jepang. Itulah sebabnya tidak semua orang Tiongkok tidak dapat 
mengucapkan fonem r. Yang tidak bisa adalah orang Tiongkok selatan 
(termasuk di antaranya Hokkian, Kheh, Kwongfu)), yang bisa orang 
Tiongkok utara. Sebagai contoh, dalam dialek Beijing yang menjadi 
dasar bahasa Mandarin (bahasa Pejabat alias Guan hua), banyak kata 
yang mengandung fonem r.  Misalnya, bunga adalah huar (selatan 
= hua saja, di sini zai zher (selatan = zai zheli), orang 
adalah ren (selatan = hampir seperti jen), saputangan 
adalah shoujuanr (selatan = shoupa, shoujin) dlsb.

MU
Berdasarkan Noam Chomsky, seorang ahli bahasa kenamaan dari Amerika, 
ini sebenarnya tidak tergantung dari ras atau etnis darimana manusia 
itu berasal, sebab setiap bayi yg dilahirkan di dunia ini telah 
dilengkapi dengan perangkat bahasa yang dinamakan Language 
Acquisition Device (LAD), jadi bertentangan dgn teori bahwa tiap bayi 
yg dilahirkan itu bak piring kosong, atau tabularasa. 

Perangkat LAD ini bersifat universal, dibawa anak sejak lahir, 
sehingga dapat dikatakan ia sudah dibekali pengetahuan tertentu 
tentang bahasa. Yang dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan 
berbahasanya hanyalah masukan guna mengaktifkan tombol-tombol 
universal itu. Sesungguhnya, perangkat bahasa inilah yang 
memungkinkan anak bisa memperoleh bahasa apa pun.

Sebagai contoh apabila seorang anak Bule dilahirkan di Shanghai, 
selama beberapa tahun memakai bahasa Tionghoa, bergaul dengan anak-
anak yang berbahasa Tionghoa, ia tidak hanya bisa berbahasa Tionghoa, 
tetapi bahasa Tionghoa nya juga akan serupa dengan bunyi bahasa 
Tionghoa penduduk Shanghai tulen, berarti ia juga nantinya akan pelo 
untuk mengucapkan lafal huruf l'.

DK:
Menurut apa yang Alo dengar, kemampuan berbahasa seperti penutur asli 
(native speaker) ini dimiliki serorang anak sebelum usianya lima 
tahun. Setelah itu akan sulit baginya untuk bisa menyamai lidah 
penutur asli.

Alo nyuhunkeun 

[budaya_tionghua] Re: Antara Budaya Betawi dan Tionghoa

2005-02-17 Terurut Topik david_kwa2003


RRS,

Agaknya pernyataan di bawah kurang tepat, sebab tanjidor jelas 
berkaitan erat dengan budaya Belanda. Mungkin yang dimaksud adalah 
Gambang Kromong. Gambang Kromong memang sangat kental dengan nuansa 
musik Tionghoa gaya Hokkian Selatan, antara lain dalam instrumen 
gesek: su-kong, the-hian, kong-a-hian, suling dan ning-ning. Selain 
itu, juga lagu-lagunya yang terawal, yang disebut lagu pobin 
(instrumental) dan lagu dalem (klasik). Judul lagu pobin yang 
masih dikenal hingga kini bahkan masih dalam bahasa Tionghoa dialek 
Hokkian (Selatan): Cai Cu Teng, Ma To Jin, Peh Pan Thau, Khong Ji 
Liok, dll. Judul lagu dalem hampir semuanya dalam bahasa Melayu-
Betawi adalah: Mawar Tumpah, Semar Gunem, Mas Nona, Gula Ganting, 
Peca Piring, Tanjung Burung, Centeh Manis Berdiri, Burung Nori (Nori 
Kocok), Poa Si Li Tan, Sip Pat Mo, dll. Pengaruh Tionghoa mulai 
menipis pada lagu sayur (pop) yang lebih kemudian. Judul 
lagu sayur: Balo-balo, Akang Haji, Renggong Manis, Kramat Karem, 
Glatik Nguknguk, Onde-onde, Renggong Buyut, Surilang, Jali-jali, 
Stambul, Centeh Manis, dll.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, HKSIS [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.suarapembaruan.com/News/2005/02/16/index.html
 SUARA PEMBARUAN DAILY 
 
 Sebut saja musik tradisional tanjidor yang biasa dipakai masyarakat 
Betawi adalah juga bagian dari kebudayaan Tionghoa. 






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/