[budaya_tionghua] Re: budaya permainan , daftar dulu permainan yang diminati
Ngga usa jau-jau ke sebrang lautan, bukan hanya di Ponti sana, ncim-ncim dan ncek-ncek di Benteng (Tangerang) juga pada pinter maen Ce-ki ä¸æ ('satu batang'), dll. Btw, selaen Ce-ki, masi ada jenis permaenan laen yang namanya Cap-ji-ki åäºæ ('dua belas batang'). Apa bedanya ya? Maklum owe bukan tukang maen dan tida bisa maen ... Selidik punya selidik, rupanya kaum Peranakan (Baba-Nyonya) di Singapura dan Malaysia (Melaka - Pulau Pinang) juga kenal yang namanya permaenan Ce-ki, yang mereka sebut Chitki. Permaenanan dari Hokkian ini tersebar buhan cuman di Indonesia, tapi juga di kedua negara jiran tersebut. Ada yang tau? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kawaii_no_shogetsu fenghuan...@... wrote: SHENGGUANTU WEIQI Klo Ceki(ni asalnya dari Zhongyuan juga ga?), kartu setan(klo ni biasa yang maen ncim-ncim di Ponti sono) kayak gitu tu sejarahnya gimana? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibc ibcindon@ wrote: Sambil tunggu Suhu RED PHOENIX turun gunung, mari kita mulai daftar dulu permainan yang diminati dan ingin diketahui lebih lanjut apa saja: MACIOK, SIANGCI Apa lagi lainya silahkan tambah - tambah :-)) -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of ardian_c Sent: Monday, September 07, 2009 11:37 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: budaya permainan macam-macam aih si Red itu modie disini pak. Sengaja namanya disebut2 biar bangkit dan turun dari pertapaan huehehehehehehe --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibc ibcindon@ wrote: Pak Ardian, Nah kalu dikasi cuma gelar Kaypang gini, gimana owe bisa tahu orangnya ?? Soalnya owe enga kenal Pangcu yang bisa ditanyain :-)) -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of ardian_c Sent: Monday, September 07, 2009 10:58 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: budaya permainan macam-macam cari red phoenix di bandung noh, dia jago maen yg strategi ala tenglang. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibc ibcindon@ wrote: Kayanya nih kalau ada diskusi permainan Tionghoa bakalan seru , dan padat pengunjungnyaâââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦ Hayo siapa yang bersedia bertutur mengenai sejarah, cara bermainnya, relasi dengan budaya nya apa , Rasanya dulu; kalau tunggu orang mati juga ada permainan, kalau melek semalaman sincia juga ada permainan, dstâââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦.. dst.. Siapa bisa jadi nara sumber ?? nanti kita masukan dalam jadwal bulanan Forum Budayaâââ¬Ã¦.. Jangan lupa yang bisa bawa contoh-contoh permainan nya juga diperlukan âââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦. Salam, Sugiri. PS, Satpol PP datang kan kalu main pake uangâââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦. Kalu untuk latihan saja supaya tahu apa jadi masalah ??? âââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦Ã¢ââ¬Ã¦.. hehehe From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of King Hian Sent: Monday, September 07, 2009 9:25 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Memasyarakatkan Kue Bulan Mau cari Weiqi ada di Pancoran Glodok. Harganya bervariasi, harus bisa nawar. Sebagai perbandingan saya pernah beli weiqi di Kelapa Gading di toko Wenxin Shufang, harganya Rp. 70.000,- Bijinya terbuat dari batu. Harga di Glodok biasanya sedikit lebih tinggi. Kalau tdk sempat ke Jakarta, coba cari toko Oke Doku 6000 (dulu Oke Doku 5000, di Bandung ada?? ), yang berjualan barang2 produksi RRT dengan harga Rp. 6000,- Di situ dijual wuziqi (äúÃÂ¥ÃÂÃÂæãââ¬Â¹) dengan harga 6 rebu perak. Wuziqi ini menggunakan kotak dan biji seperti weiqi, hanya saja peraturan permainan yang berbeda. Wuziqi membuat barisan yang terdiri dari 5 biji (seperti dengan permainan catur jawa yang kita mainkan dengan tanda X dan O). Bijinya terbuat dari plastik. Untuk memainkan weiqi yang ukuran besar, beli 3-4 kotak (dengan harga 18-24 ribu) sudah lebih dari cukup. Dusnya warna biru, dengan gambar Tong Sam Cong dan murid2nya. kiongchiu, KH _ From: kawaii_no_shogetsu fenghuang82@ To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent:
[budaya_tionghua] Re: Asal usul orang khek Singakawang....
Contoh lain: Orang Tionghoa di Indonesia datang dari dua propinsi yaitu Fujian dan Guangdong. Kelompok terbesar yang ada di Indonesia adalah Hokkian (Fujian) yang menurut sensus tahun 1930 berjumlah 550.000 jiwa. Mereka tersebar di Jawa, Madura, Sumatera (kecuali Bengkalis), Indonesia bagian Timur dan sedikit di Kalimantan Barat. Kelompok lainnya yaitu Hakka yang berasal dari Barat Daya propinsi Fujian dan menurut sensus 1930 berjumlah 200.000 jiwa. Kelompok ini banyak terdapat di Kalimantan Barat. Salah satu hal yang menarik adalah istilah `China' yang masih digunakan mereka. Orang-orang China Singkawang, Kalimantan Barat dan di Bangka selalu mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Ch'in tanpa memiliki anggapan bahwa istilah itu mengandung konotasi merendahkan atau menghina. DK: Di Bengkalis sebagian besar adalah orang Hokkian Totok yang masih bisa berbahasa Hokkian, bukan Peranakan, begitu pula di Bagansiapi-api dan Selat Panjang. Koq dikecualikan? Ada apa? Orang Hakka berasal dari propinsi Fujian bagian barat daya (Yongding dst), Guangdong timur laut (Meizhou, Mei Xian dan sekitarnya) dan Guangxi bagian timur (CMIIW, pls). Bukan hanya dari Barat Daya propinsi Fujian. Justru sebagian besar dari Guangdong, koq dibilang hanya dari Fujian? Istlah Cina (bukan China, jangan malu-malu lah), pernah owe bahas di satu tulisan lain, dalam bahasa Melayuâawalnya dan mungkin masih sampai sekarang juga di luar Jawaâtidak berkonotasi menghina atau merendahkan. Seperti kata Cina Benteng toh tidak bermakna berkonotasi menghina atau merendahkan, semata-mata hanya bermakna denotatif orang Cina dari Benteng (Tangerang), itu saja. Pemerintah orde babe lah yang âberjasaâbesar merekayasa sehingga istilah itu menjadi dilekati makna konotatif negatif, dengan dikeluarkannya Surat Edaran Presidium Kabinet No. 6 /Pres-Kab/6/1967 yang memaksa digantinya semua istilah Tionghoa dan Tiongkok menjadi Cina. Itulah sebabnya âOrang-orang China (baca: Cina) Singkawang, Kalimantan Barat dan di Bangka selalu mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Ch'in (baca: Cin-a) tanpa memiliki anggapan bahwa istilah itu mengandung konotasi merendahkan atau menghinaâ. Bagi mereka, istilah Cina dalam bahasa Melayu tidak bermakna politik apa-apa, berbeda dengan makna politik yang sudah dilekatkan pada istilah Cina di Jawa dan tempat-tempat lain. Bagi mereka, tokh tiada yang salah dengan Cina... Jadi, akibat rekayasa politik orde babe, jangan heran bila sebagian orang menjadi alergi dan lalu memakai topeng untuk menyebut Cina menjadi China, atau paling banter Chinese, bukan Tionghoa atau Tiongkok sesuai aslinya sebelum 1967. Padahal, bagi kebanyakan orang lafalnya tetap saja Cina juga, sebab hanya sedikit yang mampu melafalkannya menjadi Caina atau Cainis seperti layaknya bahasa Inggris. Itupun yang pernah belajar bahasa Inggris! --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, henyung heny...@... wrote: Ini ngutipnya benar tidak ? Mungkin bung Mitradewata salah membaca ? contoh: Tidak jarang pula mereka mengidentifikasikan diri sebagai orang Tong Nyin atau orang dari dinasti Tang (618-907 M) yang merupakan orang Manchu (hal.20). hy: Istilah Manzu baru dikenal pada akhir dinasti Ming (1368 - 1644 penanggalan umum). Bahkan pada masa Tang nenek moyang orang Manzu yaitu suku-suku Nvzhen masih merupakan sub suku Yilou (bagian dari Wuhuan) yaitu suku Heishui bagian dari kelompok suku Mohe. Abad ke 12 penanggalan umum suku Nvzhen ini menguasai Tiongkok utara di bawah pimpinan klan Wanyan dan mendirikan dinasti Jin (1115 - 1234 penanggalan umum). Pada masa ini mereka sudah ter-sinifikasi. Pada akhir dinasti Ming, di bawah pimpinan Nurhaci daerah Nvzhen yang sebelumnya daerah vassal melepaskan diri dari kekuasaan Ming. Nurhaci (dari klan Aishin Gioro) kemudian mendirikan dinasti baru yang dia beri nama Jin. Namanya sama seperti dinasti sebelumnya yang di bawah klan Wanyan. Ia kemudian mengganti istilah Nvzhen dengan Manzu. Sebagian teori mengatakan bahwa Manzu diturunkan dari nama bodhisatva Mansjuri. Hormat saya, Yongde --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, san.mitradewata san.mitradewata@ wrote: Di dapat dari Milis tetangga...Just for information... #ASAL USUL KHEK SINGKAWANG# Asal usul komunitas Tionghoa di Nusantara memiliki sejarah yang menarik. Mereka ternyata berasal dari suku yang berbeda satu sama lain. Tidak hanya yang kita kenal yaitu `orang China' saja. Orang Tionghoa di Indonesia datang dari dua propinsi yaitu Fujian dan Guangdong. Kelompok terbesar yang ada di Indonesia adalah Hokkian (Fujian) yang menurut sensus tahun 1930 berjumlah 550.000 jiwa. Mereka tersebar di Jawa, Madura, Sumatera (kecuali Bengkalis), Indonesia bagian Timur dan sedikit di Kalimantan Barat. Kelompok lainnya yaitu Hakka yang berasal dari Barat Daya propinsi Fujian dan menurut sensus 1930 berjumlah 200.000 jiwa. Kelompok ini banyak
[budaya_tionghua] Re: SANGJIT laen suku laen aturan (Sang Jit dan Lap Tin)
RRS, Makna sesungguhnya dari sang jit-thau-a éæ¥é ä» atau, disingkat, sang jit éæ¥ saja adalah: â(pihak keluarga laki-laki) mengirimkan sepucuk surat kepada pihak perempuan yang berisi nanma para sanak-saudara, tanggal-tanggal menggunting pakaian, menjahitnya, mengantar panjar, merias kamar pengantin, dan nikah. Juga mencari hari baik dan saat yang baik di dalam buku almanak Tionghoa (Thongsi éæ¸)â. Tetapi yang dilaksanakan pada waktu Sangjit sekarang ini sebenarnya adalah Lap Tin ç´å¾µ alias Anter Panjer dalam bahasa Melayu, yang mirip dengan upacara Seserahan (Sunda). Maknanya adalah memberi antaran uang dan barang-barang (pheng kim èé` atau bride price) kepada keluarga calon mempelai wanita. Jadi rupanya makna sangjit yang sebenarnya sudah bergeser, dari âmengantar surat berisi jadwal hari-hari untuk pernikahanâ hingga âmengantar mas kawin (panjer)â. Meski waktu itu hanya berlaku di kalangan bangsawan, upacara ini sudah tercatat sejak dinasti Ciu å`¨æ (1046 SM-256 SM) dalam kitab Le Ki 禮è¨. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Franz Widjojo franzwidj...@... wrote: Dear All, Sewaktu menikah saya melalui acara sangjitan, begitu juga teman teman dan saudara yang Cina juga sangjitan, jadi saya beranggapan bahwa sangjit adalah asli Cina, Tetapi sewaktu saudara saya menikah dengan orang India, ternyata mereka juga mengadakan Sangjit Mungkin ada yang tahu arti sangjit dan sejarahnya? Salam Franz W From: Lim Wiss lim.w...@... To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, September 8, 2009 12:17:41 PM Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: SANGJIT laen suku laen aturan Saat saya menikah baki ada 8 juga. Semua makanan ada 16 buah. Beda dengan adik saya menikah dengan orang Hokkian, baki ada 9. Semua makanan ada 18 buah. Saya perhatikan orang Hokkian lebih suka angka 9 diucapkan jiu, yang berarti panjang. Bisa diartikan jodoh diharapkan panjang. Beda dengan orang Khek lebih suka angka 8 diucapkan ba, menyerupai bunyi fa yang berarti hoki. From:budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto: budaya_tionghua@ yahoogroups. com ] On Behalf Of ardian_c Sent: Tuesday, September 08, 2009 11:44 AM To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: [budaya_tionghua] Re: SANGJIT laen suku laen aturan lha gw org khek jg waktu merit bakinya ada 8 tuh , itu jg aturan dari keluarga gw. gimana ya ? --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, ulysee _me2 ulysee _me2@ ... wrote: Kemaren, sepupu gue ada yang bikin acara di rumahnya. Acara sangjit atau seserahan kalau di jawa, hantar baki kalau kata Ema. Biasanya sih enggk boleh tuh bikin cara begitu di bulan tujuh imlek, dianggap kurang baik. Tapi kayaknya mitos mitos horror sudah mulai ditinggalkan, bahkan oleh angkatan babeh gue. Sepupu gue terhitung Hokkian, dapetin cowok nya orang Khek, jadinya ceritanya kita ikut adat Khek Lang. Sebelumnya udah ada bisik-bisik, Nanti yang datang bawa nampan sembilan, jadi tolong disiapin sembilan orang cewek yang menerima. Sempet geger, lhoh kok sembilan? Soalnya kita orang Hokkian biasa bawa hantaran itu harus genap, either enam, delapan, sepuluh atau duabelas. Kata comblangnya, soalnya yang ngantar sembilan, yang terima sembilan, total jadi delapanbelas, kiu-kiu, itu angka bagus. Yah, pihak cewek ngikut deeehhh. Jadi sembilan orang, terima sembilan nampan. Ternyata angka sembilan yang keramat ini (kok kayak SBY aja) itu sampai ke semua barang di nampan mengikuti angka ini. Semuanya delapanbelas biji. Hah! Gue beruntung bagian gue terima nampan berisi kue mangkok warna merah, delapanbelas biji masih enteng. Yang terima apel jeruk, sama yang terima lengkeng kalengan, sama yang terima kaki babi kalengan, pada gempor sakin beratnya. Heheheh. Dari sembilan baki, satu isi buah apel dan jeruk (totalnya jadi 36 noh), satu isi perhiasan dan dua angpau, satu isi sepatu, dompet dan kosmetik, satu isi pakaian, satu isi kalengan lengkeng, satu baki isi kaki babi kalengan, satu baki lagi isi permen dan manisan, satu isi kue mangkok warna merah, satu lagi isi apa ya kok gue lupa, semuanya dibagi dua. Jadi sembilan baki dikembalikan dengan masing masing isinya sembilan. Ada bedanya lagi, kalau jaman gue dulu, calon penganten pihak cewek diumpetin dulu, sementara yang tua tua pada berbalas pantun, selain tawar tawaran juga ngejelek jelekin anak sendiri, hahaha. Maksudnya biar mertuanya nggak merasa beli kucing dalam karung kali, (enak aje, emangnya barang jual beli) Jadi sebelumnya dikasih tahu dulu, Anak saya, nggak bisa masak, nggak bisa nyuci, mohon diajari (maksudnya, anak gue biasanya kayak putri, harap maklum donk kalau nggak bisa kerja kasar gitu kali ya, hahaha) Tyus ntar kalau tawar tawaran udah selesai, baru deh dipanggil keluar, terus si calon pengantin
[budaya_tionghua] Re: (mohon tanya) Pecinan Semarang: Identitas dan Warisan Budaya
Owe juga inget lah, Fu Shan alias Fauzan yang baru pulang dari Taiwan. Wah, pasti banyak ilmunya nih, sudah keliling-keliling Taiwan. Untuk urusan kota Semarang kan banyak ahlinya di sini. Boleh tanya pak Jongkie Tio, pak R. Soenarto, bu Widya Wijayanti, pak Irawan Raharjo, siapa lagi yah yang belum disebutkan namanya di sini? Pokoknya banyak lah. Mungkin beliau-beliau bisa membantu. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote: weleh dah balik dari taiwan ya huehehehe gimana skulnya disana ? Fu Shan alias Fauzan lar , masak owe lupa. BTW rasanya aye gak berani tulis tentang semarang lar, mesti berguru ama oom Jongki baru berani --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, fazacavalera fazacavalera@ wrote: Yang Terhormat Para Admin dan semua anggota budaya_tionghua@yahoogroups.com dengan hormat, sebelumnya perkenalkan nama saya Chen Fu Shan tinggal di Semarang, saat ini tengah membutuhkan beberapa data tertulis maupun lisan dari teman-teman yang aktif disini untuk saya gunakan pada riset individu saya yang kebetulan kali ini mengambil tema Identitas dan Warisan Budaya : Strategi KOPI SEMAWIS dalam menghidupkan kawasan Pecinan Semarang. untuk itu, mohon sudilah kiranya ikut membantu mengisi draft-pertanyaan dibawah ini (jika memungkinkan disertai dokumentasi. mengapa saya perlu menanyakan hal ini pada teman-teman (yang mungkin) tidak tinggal di Semarang (sementara saya sendiri tinggal dasini) hal ini semata-mata untuk mendapatkan data yang kaya dan inspiratif. ohya, sebelumnya secara pribadi saya ingin menyapa kembali pada saudara saya yang telah lama sekali ter(di)lupakan, yang kebetulan aktif diforum ini, yakni Ka' David Kwa, Ka' Ardian Changianto dan Ka' Rinto Jiang...masih inget Fu Shan kan??? hik hik hik sebelum dan sesudahnya, saya haturkan maturnuwun sanget jazaakumullah khairan katsiraa Semarang, 3 Sept 2009 salam ta'dzim chen fu shan berikut daftar pertanyaan-nya 1. Bagaimana Sejarah asal-mula Peranakan Tionghoa Semarang? 2. Bagaimana Identitas Peranakan Tionghoa Semarang? 3. Apa saja Identitas Peranakan Tionghoa Semarang dari segi Biologis dan Budayanya, meliputi Pendidikan, Bahasa, Kesenian, Karakter, Perilaku, Profesi, Religiusitas, Politik dan Ekonomi? 4. Bagaimanakah Identitas Pemukiman Pecinan Semarang? 5. Bagaimana Upaya Kopi Semawis sebagai Aktor Pecinan dalam mempertahankan Identitas Peranakan Tionghoa Semarang? 6. Sejauh Mana Budaya dan Lingkungan berpengaruh terhadap keaslian Identitas Peranakan Tionghoa Semarang? 7. Apa saja Warisan Budaya yang ada di Pecinan Semarang? 8. Bagaimana Upaya Kopi Semawis sebagai Aktor Pecinan dalam menghidupkan kembali Warisan Budaya Peranakan Tionghoa Semarang? 9. Sejauh Mana Kinerja Kopi Semawis dalam menjalankan Program-programnya kaitannya dengan Revitalisasi Kawasan Pecinan Semarang?
[budaya_tionghua] Re: kelompok kaligafi dan lukisan Tionghoa
Seru juga bikin tuilian dan bahas abis. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kawaii_no_shogetsu fenghuan...@... wrote: Saya ada buku contoh-contoh nianhua, lengkap sama penjelasannya. Kayaknya seru tuch bikin ^^ --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibc ibcindon@ wrote: Yth Sdri Wenny, Boleh coba ikutan di kelompok Chinese painting saja dulu.. :-)) enga perlu bisa baca Mandarin kan..dekat ama grafis juga kan ?? Ramai-ramai mulai saja dulu. Nanti menyusul yang lainnya. Kalau diadakan siang hari, masalahnya ialah pinjam ruangannya , kan dipakai kegiatana kurikuler.. Sulit dapatnya. Juga siang hari waktunya untuk sebagian peminat dari luar kampus punya kegiatan masing-masing. Memang saya sudah usul juga untuk taruh undangan / pengumuman disemua jurusan, tapi kayanya enga sampe kali ???. Lain kali boleh bantu secara pribadi undang , ajak saja teman-teman dari jurusan sastra Tionghoa, nantinya juga berkembang sendirinya. Mouth to mouth promotion .. :-)) Siapa saja diundang , every body welcome... C U next time, Sugiri From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of Wenny Lie Sent: Friday, September 04, 2009 11:45 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: kelompok kaligafi dan lukisan Tionghoa Wah, saya sebenernya tertarik sama budaya tionghoa, tapi ngga ada yg bisa gimana ya...? bahasa mandarin aja ngga gitu bisa, apalagi kesenian tionghoa. Yg saya bisa hanya design grafis (maklum kuliah jurusan desain komunikasi visual) , Kalo kaligrafi, lukisan, apalagi puisigelap banged ga tau apa Btw, mnurut saya, diskusi kmrn menarik, coba kalau diadakannya siang hari, saya yakin mahasiswa/i byk yg tertarik. Sayangnya malam hari. Trus saya punya ide, bagaimana kalau diskusi ini juga sekalian diumumkan di sastra mandarin Maranatha? sy yakin byk yg suka =) Thanks, Wenny Lee www.coroflot.com/wenny --- On Thu, 9/3/09, kawaii_no_shogetsu fenghuang82@ wrote: From: kawaii_no_shogetsu fenghuang82@ Subject: [budaya_tionghua] Re: kelompok kaligafi dan lukisan Tionghoa. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, September 3, 2009, 7:08 PM Qiu Laoxiong, thx buat supportnya. Ditunggu nech buat yang laen yang tertarik. Lukisan, Kaligrafi, Puisi semuanya berhubungan. Gak harus sampai pinter Cas Cis Cus la (Saya mandarin baru level pasif lho! Jangan nyangka dah jag setinggi langit :P). Klo ada niat dan semangat, pasti bisa. Ketekunan paling penting ^^ Ditunggu nech yang laennya ya? Wuliang Shoufu Ryan --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, ibc ibcindon@ . wrote: Ryan, Ide yang bagus. Ayo ngumpul, kalau ada peminatnya nanti kita minta pinjam ruang pada pak Dekan. Untuk fasilitasi kesempatan ngumpulnya. Sebulan sekali biar enga jenuh. Mulai dengan seni lukis aja dulu, atau mau kaligrafi juga baiknya dipisah waktunya . Yang minat tolong ngacung deh... thx. Moga-moga aja dikasih juga. Kalu puisi , peserta kan harus mahir bahasa Tionghoa, jadinya sebaiknya joint juga dengan fakultas sastra Tionghoa. Di Bandung, digedung Premier tiap selasa -rabu sudah ada tuh acara ini, peserta nya banyaknya law hwe... :-)) Salam, Sugiri. -Original Message- From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_tionghua@ yahoogroups. com] On Behalf Of kawaii_no_shogetsu Sent: Thursday, September 03, 2009 12:21 AM To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: [budaya_tionghua] Re: Memasyarakatkan Kue Bulan BIKIN PERKUMPULAN NYOKKK!!! Yang muda-muda, yang suka lukis, kaligrafi, puisi ngumpul nyok? Saling belajar lah itung-itung ^^ Gimana? --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Wenny Lie wennydesign@ wrote: Haduh... GEREDJA BOELOE yg mana tea lagi.. daku mah ikutan seminar bwt cari data tambahan buat TA. Anak DKV Marnat juga. TA nya emang ttg memasyarakatkan kue bulan tapi info ttg orang Tionghoa itu yg gw cari, en untung dateng seminar, jd nambah pengetahuan lumayan =) Gw juga minta dibuatin kaligrafi nama kmrn. Yg namanya Lie Wei Ni kalo lupa, selamet aja de hahahahahaha Iya kmrn gw sempet bawa kamera en foto juga. Tar gw bagi fotony de --- On Tue, 9/1/09, kawaii_no_shogetsu fenghuang82@ wrote: From: kawaii_no_shogetsu fenghuang82@ Subject: [budaya_tionghua] Re: Memasyarakatkan Kue Bulan To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Tuesday, September 1, 2009, 5:10 PM
[budaya_tionghua] Re: Sembayangan di Bulan Tujuh Imlek (Sembayang Chitgueq dan Chnioukou)
Pak Alim, Yuli dan RRS, Sembahyang bulan tujuh yang dilakukan di rumah dan Sembahyang Rebutan yang diadakan di kelenteng ada bedanya sedikit. Serupa tapi tak sama lah. Sejauh yang owe ketahui, sembahyang bulan tujuh (chitgueq ä¸æ) di rumah biasanya diadakan sebelum tanggal 15 bulan tujuh Imlek (Chitgueq Capgou ä¸æååäº) untuk arwah para leluhur yang masih disembahyangi. Ada yang mengatakan tanggal 14 (Chitgueh Capsi ä¸æåå)sudah tidak boleh sembahyang lagi, tetapi biasanya orang telah sembahyang sebelum atau pas tanggal 14 bulan tujuh. Karena sifatnya untuk para leluhur yang tidak saling berebut, maka sembahyang ini tidak tepat kalau disebut Sembahyang Rebutan (Chniougou æ¶å¤). Para leluhur kan kita undang makan dengan hormat, bukannya disuruh berebut. Maka istilah Sembahyang Chitgueh lebih layak terdengar untuk sembahyang di rumah. Sebaliknya yang disebut Sembahyang Rebutan (Chniougou æ¶å¤) secara rutin setahun sekali diadakan di kelenteng, biasanya pada pertengahan bulan tujuh atau sesudahnya. Berdasarkan etimologinya dalam dialek Hokkian selatan, Chniou æ¶artinya âMerebut atau merampasââumat asal Manado di Lochia Bio åªå'å» menggunakan istilah Sambayang Barampasâdan Kou å¤å½ singkatan dari Kou-pne å¤å½ atau âpanggung untuk arwah yang kesepian.â Disebut demikian karena sembahyang ini dahulu diadakan di sebuah panggung yang sengaja dibangun untuk keperluan sembahyang untuk arwah yang tidak disembahyangi di rumah karena tidak punya keturunan, atau sebab-sebab lain. Lalu, karena biasa diadakan pada pertengahan bulan tujuh (Chitgueq Pnua ä¸æå), maka sembahyang ini lazim disebut Sembahyang Chitgueq Pnua ä¸æå (âPertengahan Bulan Tujuhâ). Di Semarang, berdasarkan penuturan Thio Tiong Gie å¿ ç¾©å¼µèå輩, dalang Poutehi yang juga rohaniwan Khong Hucu dan mantan sesepuh di Kelenteng Tay Kak Sie 大覺寺, Semarang, istilah Keng Ho Peng æ¬å¥½æ (di Semarang dieja King Hoo Ping), artinya âMenghormati Kawan Baik,â yang dipakai. Namun di Jakarta dan Bogor istilah Chniougou æ¶å¤ lah yang acap terdengar di masyarakat Tionghoa. Karena memang sifatnya rebutan, biasanya pada akhir sembahyang, makanan yang dipersembahkan boleh direbut beramai-ramai oleh khalayak ramai yang telah menunggu dengan sabar sejak sembahyang dimulai. Sembahyang Chniougou æ¶å¤, Chitgueq Pnua ä¸æå, atau Keng Ho Peng æ¬å¥½æ merupakan peluang yang sangat baik bagi umat untuk berdana sembakoâbiasanya berupa beras dan lain-lainâkepada fakir-miskin. Beberapa waktu sebelumnya pengurus kelenteng sudah mengumpulkan sumbangan kepada para umat untuk dibelikan beras dan lain-lain. Seperti halnya pembagian zakat pada umat Muslim, maka pada hari yang ditentukan kaum fakir-miskin telah siap dengan kupon masing-masing untuk ditukar dengan beras dan lain-lain. Acara ini berlangsungsung rutin setiap tahun di kelenteng-kelenteng. Beberapa yang owe sempat lihat beritanya di salah satu TV swasta adalah pembagian sembako di Kelenteng xxx di Kediri dan Kelenteng Poo An Tian ä¿å®æ®¿ di Pekalongan. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, harry alim haria...@... wrote: Waktu kecil dulu, sembahyang bulan 7 di daerah jawa tengah dan jawa timur disebut sembahyang rebutan disamping di adakan di rumah juga di kelenteng. Jadi yang di rumah adalah sembahyang utk leluhur sendiri dg segala hal yg sudah diceritakan ulysee di bawah. Sedang yang di kelenteng biasanya tiap keluarga akan menyumbang 'sebesek (se kotak) kue, sedang banyak sedikit tgt kemampuan. Kemudian kue kue ini akan disusun menjadi gunungan yang kenudian diperebutkan oleh mereka yang datang sembahyang atau masyarakat sekitar yg pergi ke kelenteng untuk maksud itu. Beberapa keluarga bisa jadi datang membawa 2 besek. Yg satu disumbangkan sdg yg satu ditaruh di altar untuk disembahyangkan dan kemudian dibawa pulang. Tidak aneh dulu setelah lewat pagi sembahyang di rumah akan segera pergi ke kelenteng untuk sembahyang sambil membawa 2 kotak kue itu. Selesai sembahyang akan menunggu sampai sekitar jam 3 sore saat gunungan mulai diperebutkan. Dan tentu saja ikut merebut gunungan. Tentu saja penulis belum ikut berebut, melainkan melihat saja. Biasanya kakak yang sdh remaja akan ikut merebut kue dan mendapat beberapa potong kue. Di atas delman pulang menuju ke rumah kue tadi di makan sambil mendengar ibu bercerita khasiat makan kue yang diperebutkan tadi. Membuat jadi cepat besar dllsb. Sambil menikmati kue, kakak akan berjanji kalau tahun ini cuma dapat 2 potong kue, tahun depan akan dapat 3 potong kue. Dia berjanji ke ibu akan makan lebih banyak supaya lebih cepat besar dan bisa merebut kue lebih banyak tahun depan. Sent from my BlueBerry? powered by Sinyal Kuat BLUESAT -Original Message- From: ulysee_me2 ulysee_...@... Date: Mon, 07 Sep 2009 01:28:08 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject:
[budaya_tionghua] Re: Sembayangan di Bulan Tujuh Imlek (Sembayang Chitgueq dan Chnioukou)
Sry, salah aksara. Yg benar, Kou å¤ singkatan dari Kou-pne å¤æ£ atau âpanggung untuk arwah yang kesepian.âItu yang berhasil owe cari dari sebuah kamus Hokkian. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote: å¤èº kale ya. trus jg sebenernya tradisi kenghopeng itu kalu di taiwan dan bbrp daerah di guang fu å»£ç¦ itu tgl 2 ama tgl 16 tiap bulan. jadi tgl 1 buat shen tgl 2 buat yin/roh yg mati nah itu tradisi dari mulai kapan , owe masih gelap tuh. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 david_kwa2003@ wrote: Pak Alim, Yuli dan RRS, Sembahyang bulan tujuh yang dilakukan di rumah dan Sembahyang Rebutan yang diadakan di kelenteng ada bedanya sedikit. Serupa tapi tak sama lah. Sejauh yang owe ketahui, sembahyang bulan tujuh (chitgueq ä¸æ) di rumah biasanya diadakan sebelum tanggal 15 bulan tujuh Imlek (Chitgueq Capgou ä¸æåå�) untuk arwah para leluhur yang masih disembahyangi. Ada yang mengatakan tanggal 14 (Chitgueh Capsi ä¸æåå)sudah tidak boleh sembahyang lagi, tetapi biasanya orang telah sembahyang sebelum atau pas tanggal 14 bulan tujuh. Karena sifatnya untuk para leluhur yang tidak saling berebut, maka sembahyang ini tidak tepat kalau disebut Sembahyang Rebutan (Chniougou æ¶å¤). Para leluhur kan kita undang makan dengan hormat, bukannya disuruh berebut. Maka istilah Sembahyang Chitgueh lebih layak terdengar untuk sembahyang di rumah. Sebaliknya yang disebut Sembahyang Rebutan (Chniougou æ¶å¤) secara rutin setahun sekali diadakan di kelenteng, biasanya pada pertengahan bulan tujuh atau sesudahnya. Berdasarkan etimologinya dalam dialek Hokkian selatan, Chniou æ¶artinya âMerebut atau merampasââumat asal Manado di Lochia Bio ���'å» menggunakan istilah Sambayang Barampasâdan Kou å¤å½ singkatan dari Kou-pne å¤å½ atau âpanggung untuk arwah yang kesepian.â Disebut demikian karena sembahyang ini dahulu diadakan di sebuah panggung yang sengaja dibangun untuk keperluan sembahyang untuk arwah yang tidak disembahyangi di rumah karena tidak punya keturunan, atau sebab-sebab lain. Lalu, karena biasa diadakan pada pertengahan bulan tujuh (Chitgueq Pnua ä¸æå), maka sembahyang ini lazim disebut Sembahyang Chitgueq Pnua ä¸æå (âPertengahan Bulan Tujuhâ). Di Semarang, berdasarkan penuturan Thio Tiong Gie å¿ ç¾©å¼µèå輩, dalang Poutehi yang juga rohaniwan Khong Hucu dan mantan sesepuh di Kelenteng Tay Kak Sie 大覺寺, Semarang, istilah Keng Ho Peng æ¬å¥½æ (di Semarang dieja King Hoo Ping), artinya âMenghormati Kawan Baik,â yang dipakai. Namun di Jakarta dan Bogor istilah Chniougou æ¶å¤ lah yang acap terdengar di masyarakat Tionghoa. Karena memang sifatnya rebutan, biasanya pada akhir sembahyang, makanan yang dipersembahkan boleh direbut beramai-ramai oleh khalayak ramai yang telah menunggu dengan sabar sejak sembahyang dimulai. Sembahyang Chniougou æ¶å¤, Chitgueq Pnua ä¸æå, atau Keng Ho Peng æ¬å¥½æ merupakan peluang yang sangat baik bagi umat untuk berdana sembakoâbiasanya berupa beras dan lain-lainâkepada fakir-miskin. Beberapa waktu sebelumnya pengurus kelenteng sudah mengumpulkan sumbangan kepada para umat untuk dibelikan beras dan lain-lain. Seperti halnya pembagian zakat pada umat Muslim, maka pada hari yang ditentukan kaum fakir-miskin telah siap dengan kupon masing-masing untuk ditukar dengan beras dan lain-lain. Acara ini berlangsungsung rutin setiap tahun di kelenteng-kelenteng. Beberapa yang owe sempat lihat beritanya di salah satu TV swasta adalah pembagian sembako di Kelenteng xxx di Kediri dan Kelenteng Poo An Tian ä¿å®æ®¿ di Pekalongan. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, harry alim harialim@ wrote: Waktu kecil dulu, sembahyang bulan 7 di daerah jawa tengah dan jawa timur disebut sembahyang rebutan disamping di adakan di rumah juga di kelenteng. Jadi yang di rumah adalah sembahyang utk leluhur sendiri dg segala hal yg sudah diceritakan ulysee di bawah. Sedang yang di kelenteng biasanya tiap keluarga akan menyumbang 'sebesek (se kotak) kue, sedang banyak sedikit tgt kemampuan. Kemudian kue kue ini akan disusun menjadi gunungan yang kenudian diperebutkan oleh mereka yang datang sembahyang atau masyarakat sekitar yg pergi ke kelenteng untuk maksud itu. Beberapa keluarga bisa jadi datang membawa 2 besek. Yg satu disumbangkan sdg yg satu ditaruh di altar untuk disembahyangkan dan kemudian dibawa pulang. Tidak aneh dulu setelah lewat pagi sembahyang di rumah akan segera pergi ke kelenteng untuk sembahyang sambil membawa 2 kotak kue itu. Selesai sembahyang akan menunggu sampai sekitar jam 3 sore saat gunungan mulai diperebutkan. Dan tentu saja ikut merebut gunungan. Tentu saja penulis belum ikut berebut
[budaya_tionghua] Re: Baba-Nyonya
Pa Danardono yth, Memang di Malaysia dan Singapura budaya Peranakan sudah sangat dikenal, perhatian pemerintah juga cukup besar, berbeda dengan di kita. Maka tak heran apabila kita bisa menemukan mulai Museum Pusaka Baba-Nyonya di Malaka dan Museum Peradaban Asia di Singapura, sampai rumah makan yang menyajikan kuliner Peranakan. Tentu pak Danardono bisa melihat sendiri, betapa di sana bangunan-bangunan tua peninggalan masa lalu dipelihara bagi generasi mendatang, bukan dihancurkan atas nama kepentingan bisnis, untuk dibangun apartemen di atasnya, seperti kasus Gedung Candra Naya (Sin Ming Hui) di Jalan Gajah Mada 188! Melalui museum kita bisa melihat dan mempelajari berbagai hasil budaya Peranakan. Kebaya Nyonya, yang di Indonesia diberi nama Kebaya Encim, salah satunya. Pada 2002 Almh. Datin Sri Endoon Mahmood sempat menulis The Nyonya Kebaya: A Century od Straits Chinese Costume yang cukup keren disain maupun cetakannya. Buku setebal 176 halaman yang ditulis isteri Perdana Menteri Malaysia Ahmad Badawi itu menunjukkan betapa besarnya pengakuan dan perhatian pemerintah terhadap kostum kaum Peranakan di sana, yang nota bene berasal dari Jawa. Saya sungguh menyayangkan, hasil budaya kaum Peranakan Indonesia masih kurang dikenal¯apalagi disayang¯di negeri sendiri. Padahal, apa yang secara umum disebut Tionghoa/Cina, pada hakekatnya adalah Peranakan, artinya tidak murni Tionghoa atau hanya dibuat di Indonesia, dari bahan baku lokal dan untuk konsumsi kaum Peranakan, yang berbeda selera setiap daerah. Contohnya, mebel (ranjang pengantin, lemari, meja sembahyang) Tionghoa. Ranjang pengantin yang bertiang delapan (ranjang Banji) berikut lemari dan mejanya ala Peranakan Jakarta-Jawa Barat berbeda model dengan yang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akibat kurang dikenalnya budaya Peranakan, sepengamatan saya, ternyata sudah banyak artefak kaum Peranakan di Jawa yang telah lari ke luar negeri, di antaranya batik Nyonya. Sebagaimana kita ketahui banyak dari batik Nyonya yang terhalus, yang pernah dihasilkan produsen batik Tionghoa Peranakan di Cirebon, Pekalongan, Kudus, Lasem dan Tuban, tetap yang dipakai para Nyonya di kota-kota di Jawa. Batik-batik tersebut kini sangat disukai para kolektor di kedua negara jiran tersebut. Batik Nyonya terbukti telah memperkaya khazanah perbatikan di Nusantara, khususnya Jawa. Selain itu, saya juga melihat sebuah kembang goyang pengantin Peranakan yang dipamerkan di Museum Peradaban Asia di Jalan Armenia ternyata berasal dari wilayah Jabodetabek¯yang kurang-lebih mirip kembang goyang pengantin Betawi¯namun pada keterangan di bawahnya dikatakan berasal dari Palembang! Kawasan Bukit Cina sebagai Pemakaman Tionghoa terbesar di luar Tiongkok tampaknya sangat menariik dikunjungi. Bahkan katanya di sana ada Sumur dan Bio Sam Po segala! Saya sering bertanya kepada diri sendiri, kapan ya di Indonesia ada rasa peduli terhadap budaya Peranakan dengan segala kontribusinya bagi budaya bangsa, dan tidak lagi terjadi penghancuran atas nama kepentingan bisnis. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote: Hallo suhu! Menarik sekali. Saya kenal Lontong Capgomeh pertama kali di sebuah rumahmakan sekaligus museum Baba-Nonya di Malakka. Di sana dinamakan budaya Baba-Nonya, bukan Baba-Nyonya. Mungkin mereka campuradukkan dari Dona (nona) dan Donha (nyonya). Museum itu menarik sekali, karena menunjukkan percampuran budaya Belanda, Portugis, Tionghoa dan Melayu. Di kota Malakka ada kelompok yang merupakan keturunan Portugis, mereka menggunakan dialek campuran Portugus-Melayu, bernama CRISTAO. Orang Portugis sendiri di Portugal tak memahaminya satu katapun. Di kota ini ada makam Tionghoa terbesar di luar Tiongkok, Bukit Cina. Komplex makam ini sangat mengesankan. Terletak diatas bukit yang cukup tinggi. SEJARAH:Bukit China Bukit Cina merupakan bukit yang mana dikatakan adalah penempatan Cina yang terawal di Melaka. Ia seluas 26 hektar, dan merupakan kubur Cina yang terbesar di luar Negara Cina. Ia mengandungi lebih kurang 12,500 kubur dan banyak daripada batu nisan di situ dikatakan wujud sejak dari Dinasti Ming. Pada pertengahan kurun ke-15, puteri Hang Li Po, cicit Maharaja Yong Lo, Maharaja Cina Dinasti Ming, dihantar ke Melaka untuk berkahwin dengan Sultan Mansur Shah pada 1459 bagi mengukuhkan hubungan diplomatik di antara Melaka dan Negara Cina. Baginda Puteri membawa bersamanya rombongan pengiring seramai 500 orang. Bukit Cina, merupakan hadiah daripada Sultan dan dijadikan tempat tinggal mereka sehingga kejatuhan Melaka ke dalam tangan Portugis. http://209.85.175.104/search?q=cache:HPvwX- VkfR0J:portal.melaka.gov.my/v1/view_article.php%3Fpageid%3D138% 26PHPSESSID% 3Dba7aae14feed47f6ae275e8ef87171a1+kuburan+bukit+cinahl=idct=clnkc d =15gl=id
[budaya_tionghua] Re: Tjiam (Hokkien) itu artinya apa dan Hanyu Pinyinnya apa?
Sdri. Stefanie, She/xing Tjiam (Hokkian) itu Pinyinnya Zhan û¥ dan tidak ada artinya, hanya she/xing. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, stefanimw [EMAIL PROTECTED] wrote: Halo, Ini untuk teman yang ingin cari tahu nama marganya artinya apa dan Pinyin / Hanzinya apa. Terima kasih.
[budaya_tionghua] Re: SEMBAYANG TI KONG
Sdri. Siao Ling yth, Nanas banyak digunakan untuk sembahyang Thi Kong, karena dalam dalam dialek Hokkian selatan (Minnan/Banlam) nanas adalah ong-lai, yang sama bunyi dan nadanya dengan frasa ong lai yang bermakna 'datanglah kemakmuran.' Ini menyiratkan harapan agar Thi Kong berkenan memberi kemakmuran di tahun yang sedang berjalan. Kiongchiu, Kian Hauw --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Han Siao Ling [EMAIL PROTECTED] wrote: Bpk Xoan Tong yth, Xie-Xie atas jawabannya. tapi timbul satu pertanyaan lagi, kenapa kok tidak boleh yg berduri? bagaimana definisi duri itu? apakah seperti durian? bagaimana dengan nenas? setahuku, nenas banyak digunakan delam acara sembahyangan. oh ya tentang jam, ternyata seperti itu maknanya. Jika jam 23.00 adalah jam Zi, apakah tiap jam ada namnya sendiri? Bagaimana dengan jam yg juga dihubungkan dengan shio? aku pernah dengar katanya jam 23.00 s/d 01.00 itu termasuk dalam jam tikus? Apakah jam kelahiran juga ada hubungannya dengan karakter? Mohon pencerahannya. Ling. 2008/2/16 perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED]: Sdr. Siao Ling, buah yang boleh digunakan adalah buah lokal tapi hindari buah yang berduri. Mengenai kue, maaf saya tidak tahu artinya. Sembahyang dimulai pada jam 11 pm - 1 am. Maknanya adalah pergantian qi Yin menuju Yang dan juga jam tersebut adalah jam Zi, dimana Zi dianggap permulaan dari pergerakan waktu. Hormat saya, Xuan Tong --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua% 40yahoogroups.com, Han Siao Ling hansiaoling@ wrote: Dear semuanya, terima kasih infonya tentang tebu. Saya mau nanya lagi nih, apakah buah yg dipakai buah lokal? atau memang sdh ditentukan buah apa yg boleh. Mohon pencerahannya. Satu lagi, tentang kue ku (yg warnanya merah dan dalamnya kacang ijo), apa maknanya. JUga bakcang (tanpa isi) dan ketan yg dimasak dng gula jawa. Oh ya, kenapa acara sembahyangnya kok tengah malam? bukannya pagi2? terima kasih. salam, ling 2008/2/15 Hendri Irawan henyung@: Saudari Rahadi, Untuk kue bulan, ini berkaitan dengan festival Tiongciu / Zhongqiu. Sebuah festival yang berasal dari kebudayaan petani yaitu festival masa panen. Hal ini bisa disearch di arsip milis, banyak yang membahas mengenai festival ini dan kue bulan. Sebagai contohnya saya kutipkan pesan dari bung Jiang di bawah. Hormat saya, Yongde http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/20839 *Legenda Kue Bulan* Sumber : ftjenet.or.id Masyarakat Cina menyantap dan membagikan kue ini sebagai tanda syukur terhadap rejeki yang mereka terima sepanjang tahun ini. Dibalik rasa dan penampilannya yang manis, kue ini ternyata menyimpan cerita yang menarik. Versinya pun banyak sekali, hampir semuanya mengandung nilai filsafat yang tinggi. Versi Raja Ho Le Raja Ho Le adalah seorang raja yang tamak dan senang memperkaya diri sendiri. Rakyatnya sangat menderita, apalagi saat sang raja memerintahkan tabib istana agar membuatkan dia obat untuk memperpanjang umur. Ratu Jango sang permaisuri tidak setuju dengan permintaan sang suami, maka dicurilah ramuan obat tersebut kemudian diminumnya. Beberapa saat setelah meminum ramuan tersebut, ratu Jango menghilang dan muncul dalam mimpi seorang suhu. Lewat mimpi tersebut sang ratu mengatakan bahwa dirinya sekarang telah bersemayam di bulan dan menyebut dirinya Dewi Bulan. Sejak saat itu setiap tahun menurut kalendar Cina, masyarakat Cina selalu memperingati perjuangan ratu Jango dalam menyelamatkan masyarakat dari ketamakan Raja Ho Le. Versi perjuangan prajurit Cina Kue bulan bermula ketika cina dibawah penjajahan Mongolia. Pada akhir rejim mereka, pemerintahan sangatlah buruk. Raja hidup berhura-hura, padahal rakyat mereka penuh penderitaan. Saat keadaan ekonomi negara kacau, ada beberapa aktivis menyerukan revolusi. Sebuah revolusi direncanakan. Namum, karena pengawasan yang ketat dari pemerintahan mongolia, pesan dan surat dari para pemberontak tidak mungkin disebarkan. Akhirnya seorang aktivis bernama Chu Yuen-chang, dan deputi seniornya, Liu Po-wen memperkenalkan sejenis makanan yang disebut kue bulan. Ia mengatakan dengan memakan kue bulan saat festival terang bulan (Chung Chiu festival) akan menjaga mereka dari penyakit dan segera terbebas dari krisis. Liu berpakaian sebagai pendeta Tao membawa dan membagikan kue bulan penduduk-penduduk kota. Saat Chung Chiu festival tiba, rakyat membuka kue bulan dan mereka menemukan secarik kertas dalam kue, habisi orang-orang tartar tanggal 15 pada bulan ke delapan. Sebagai hasilnya semua rakyat bangkit berevolusi melawan pemerintahan Mongolia dan mereka berhasil !!!. Sejak saat
[budaya_tionghua] Re: Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?
Ha ha ha, Suhu...mesti pake kumis dan jenggot panjang dong kalau jadi suhu...Kalau tidak, kurang afdol... Kapan pak Danardono ke Indonesia dan kita bisa ngobrol lagi? Re: nasib kelenteng, akibat penindasan pada masa orde babe, yang mengancam akan menutup kelenteng-kelenteng, nasib kelenteng memang sangat merana. Hal ini terutama terjadi di DKI dan Jabar, (hampir?) semua kelenteng telah bermetamorfosa menjadi vihara, dengan syarat harus menempatkan patung Buddha di ruang altar utama, meski kelenteng tersebut jelas-jelas kelenteng Taois sekalipun! Namun tidak demikian halnya dengan kebanyakan kelenteng di Jateng dan Jatim, tentu tidak termasuk Po An Kiong di Solo, yang sekarang telah menjadi Vihara Rahayu, padahal Dewata tuan rumahnya adalah Kong Tek Cun Ong alias Kwee Seng Ong. Setahu saya, itu semua tak terlepas dari jasa Ong Kie Tjay yang berjasa menyelamatkan kelenteng. Jadilah kelenteng di Jateng dan Jatim berubah nama menjadi Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD). Untunglah nama kelenteng tidak diubah, tetap seperti sediakala. Kiongchiu, KH --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote: Wa, welcome back, Suhu! Sudah pulih kembali? Syukurlah. nah, pak David yang akhli budaya mohon urun rembug disini, terutama mengenai nasib kelenteng, yang menurut beberapa sahabat disini dimanja pak Harto. Kapan ketemu dan ngobrol lagi? Salam Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 david_kwa2003@ wrote: Kamsia, ABS-pangtjoe, alhamdulillah, atas doa dan simpati saudara- saudaraku sekalian siauwtee suda banyak mendingan. Sayang tayangan di AnTV kemaren siauwtee ga sempet liat. Sakali deui hatur nuhun, nya! Kiongchiu, KH --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absaleh@ wrote: Wah, David hiantee udah menggebu-gebu lagi nih! Dan kemarin juga sudah muncul di TV. Jadi sudah benar-benar sembuh dong! Kitu sanes, 'Vid? Lamun nya'an, Alhamdulillah atuh... Wasalam. - Original Message - From: david_kwa2003 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, February 08, 2008 6:54 PM Subject: [budaya_tionghua] Eng Tay Selingkuh Sama Samuel? Gile! Saya dapet informasi Eng Tay rupanya cewe nakal juga ya! Diem-diem, eh bukan diem-diem, tapi terang-terangan, dia berani selingkuh sama cowo laen bangsa bernama Samuel di Mangga Dua Square! Waktunya diumumin lagi, besok 9 Februari 2008, jem 15, katanya! Berani amat 'ni cewe! Para Sam Pek, gimana neh reaksinya? Diem aja?
[budaya_tionghua] Mandarin dan Tionghoa
Liatwi Hengte Cimue, Di tengah kontroversi tentang pemakaian istilah Mandarin dan Tionghoa (maaf saya terlambat), di bawah ini izinkanlah saya menyampaikan kembali tulisan saya yang pernah dimuat dalam Kita Sama Kita, No 7 Tahun II Maret 2002, hlm. 10-11. Mudah-mudahan tulisan ini masih tetap menarik untuk dijadikan bahan perenungan. Kiongchiu, KH MANDARIN DAN TIONGHOA David Kwa Kian Hauw Geli sekaligus sedih, ketika membolak-balik daftar menu makanan di sebuah restoran. Di sana disajikan bermacam-macam jenis masakan: ada masakan Indonesia, masakan Eropa dan ada pula masakan Mandarin. Tapi kekeliruan itu ternyata tidak hanya terdapat di kalangan masyarakat kebanyakan, bahkan dalam acara-acara televisi pun kekeliruan itu terjadi. Penulis teringat, dalam tayangan acara penyambutan Tahun Baru dan sekaligus Abad Baru dan Millenium Baru 2001 dua tahun lalu, sebuah stasiun televisi Tribahasa (Indonesia, Inggris, dab Mandarin) melaporkan beberapa acara yang digelar masyarakat dalam menyambut detik-detik bersejarah dalam perjalanan hidup manusia itu dalam dua bahasa, Mandarin dan Indonesia. Si pembawa acara pertama-tama melaporkan dalam bahasa Mandarin bahwa di sebuah hotel di bilangan Ancol tengah berlangsung acara penyambutan Tahun Baru dalam suasana yang penuh aroma budaya Tionghoa, yang ia katakan dalam bahasa Mandarin chongman Zhonghua wenhua secai #20805;#28415;#20013;#33775; #25991;#21270;#33394;#24425;. Tetapi ketika ditanya oleh si pembawa acara bahasa Indonesia, serta-merta Zhonghua wenhua secai #20013;#33775;#25991;#21270;#33394;#24425; ia terjemahkan sebagai suasana Mandarin. Istilah Zhonghua memang identik dengan istilah Tionghoa yang kita kenal di sini, istilah yang berasal dari dialek Hokkian selatan (Minnan #38313;#21335;). Sedangkan istilah Mandarin berasal dari bahasa Sansekerta mantri yang artinya tidak lain dari menteri dalam bahasa Indonesia. Istilah ini berubah menjadi mandarin di lidah kaum misionaris dan sinolog Barat yang sejak dahulu sudah banyak berdatangan dan bermukim di Cina. Buku-buku abad ke-19 yang mereka tulis banyak menggunakan istilah mandarin ini untuk menyebut para pejabat dari masa dinasti Qing #28165;#26397; (1644-1911). Sedangkan bahasa Tionghoa dialek Beijing #21271;#20140;#35441; yang digunakan para pejabat (mandarin) ketika beraudiensi dengan kaisar di istana adalah yang kemudian disebut guanhua #23448;#35441; (bahasa para pejabat/bahasa para menteri) atau bahasa Mandarin. Seperti kita ketahui di Cina, seperti juga di Indonesia, terdapat banyak bahasa daerah (dialek) yang kesemuanya hanya merupakan bahasa lisan, sebab bahasa tulisan tetap hanya satu, yakni huruf atau aksara Han (Hanzi #28450;#23383;). Hingga runtuhnya dinasti Qing #28165;#26397; atau Mancu, Cina masih belum mempunyai bahasa nasional. Akibatnya komunikasi antar anggota masyarakat dari berbagai propinsi yang berbeda dialek menjadi sangat sulit. Ketika Revolusi Tahun 1911 berhasil mencapai kemenangan dan didirikan Republik Tionghoa (Zhonghua Minguo #20013;#33775;#27665;#22283;), maka guanhua #23448;#35441;(bahasa para menteri/mantri/mandarin) atau Mandarin ini di jadikan bahasa nasional (guoyu #22283;#35486;). Bahasa inilah kemudian yang dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah di seluruh Cina. Begitu pula lagu-lagu Tionghoa dalam bahasa ini yang mulai marak semenjak Shanghai mulai berkembang menjadi kota modern seperti Hong Kong di kemudian hari disebut lagu guoyu #22283;#35486;#27468;#26354; atau oleh bangsa-bangsa non- Tionghoa disebut lagu Mandarin. Di Indonesia sendiri, selain lagu-lagu Mandarin, akhir-akhir ini juga beredar lagu-lagu Kwongfu #24291;#22827; (Cantonese) yang popular di Hong Kong contohnya, Shanghai Tan #19978;#28023;#28760; serta lagu-lagu Hokkian selatan (Minnan #38313;#21335;) yang sangat digemari di Taiwan, contohnya, lagu Ai Bnia Ziah E Yna #24859;#25340;#25165;#26371;#36111; yang terkenal itu, yang pernah penulis dengar dinyanyikan oleh Alm. Kasino Warkop. Dengan demikian, jelaslah bahwa istilah Mandarin adalah hanya mengacu kepada bahasa nasional Tiongkok. Yang bisa disebut Mandarin hanyalah bahasa, yaitu bahasa Mandarin, atau kalau masih ada paling- paling hanya sisa-sisa para menteri dinasti Qing yang masih hidup, yakni para mandarin. Maka adalah kesalahan besar yang konyol bila istilah ini dijadikan sebagai pengganti istilah Tiongkok (China) atau Tionghoa (Chinese) atau Cina. Sebagaimana diketahui, akibat penindasan terhadap budaya Tionghoa dan etnis Tionghoa Indonesia selama periode Orde Baru, dimana istilah Tiongkok dan Tionghoa secara paksa diganti dengan istilah Cina melalui Surat Edaran No SE-06/PresKab/6/67, maka pada sebagian orang di dalam masyarakat Tionghoa telah timbul keengganan terhadap istilah Cina yang dianggap berkonotasi pejoratif (menghina) itu. Akibatnya mereka lebih senang memilih istilah Chinese sebagai pengganti Tionghoa dan China untuk Tiongkok
[budaya_tionghua] Re: Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?
Waduh pak Danardono menempelkan emas di muka saya, disamakan dengan Alm. Mahabhikkhu Ashin Jinnarakkhitta! Mana berani? Beliaulah yang berjasa menyelamatkan kelenteng-kelenteng di DKI dan Jabar yang terancam ditutup semasa orde babe, hingga para pengurusnya berbondong-bondong datang ke Cipanas memohon perlindungan. Beliau juga salah seorang tokoh yang saya kagumi. RE: Kelenteng Po An Kiong ÛÀ{/Vihara Rahayu, saya tidak tahui persis kenapa namanya diubah menjadi Rahayu, bukan nama-nama berbau Sanskerta/Pali yang umum dipakai untuk menamai kelenteng yang dipaksa menjadi vihara. Yang saya tahu, berdasarkan tayangan Naga di Bumi Garuda di Metro TV, salah seorang pengurusnya yang aktif bertahan selama Dark Ages orde babe adalah Pandita Rahayu. Saya pribadi bersama teman-teman menjelang Lebaran tahun 2005 pernah berkesempatan berkunjung ke sana, tapi terkesan tidak mendapat sambutan positif dari pengurus. Jadi saya hanya sebentar, untuk melanjutkan perjalanan hingga Jawa Timur. Mungkin baju yang dikenakannya adalah baju pandita khaS Buddha Mahayana Tionghoa. Lalu mengenai TriDharma, itu kan terjemahan dari Sam Kau/SAn Jiao (Tiga Ajaran). Sam Kau yang mencakupi Konfusianisme (Ji Kau/Ru Jiao ò ³), Taoisme (To Kau/Dao Jiao ¹³) dan Buddhisme (Sek Kau/Shi Jiao ç× ³) merupakan dasar agama Tionghoa (the so-called Chinese Religion), bukan dipilah-pilah, tapi ketiga-tiganya. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan (Sam Kau It Kau/San Jiao Yi Jiao O³ê ³). Kiongchiu, KH --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote: Matur nuwun, Suhu! Apa yang pak David uraikan mengenai rumah ibadat dalam budaya Tionghoa saya terima dengan full guarantee ha ha ha Suhu saya yang lain adalah Mahabikkhu Jinarakitta alm. Saya ingin tahu lebih banyak mengenai vihara Rahayu di Surakarta. Per- tama tama mengapa namanya Rahayu? apakah dia pemiliknya? Saya lihat dia mengenakan baju pandita seperti di Tibet, ritual apakah itu? Pasti bukan Buddha Mahayana bukan? Tao? Di Vienna saya ikuti kegiatan Buddha Theravadda (kebanyakan di Eropa selain jalur Tibetan), jadi, mohon maaf, saya agak kurang familiar dengan bentuk ritual di Asia tenggara. Mula mula saya agak confused dengan ungkapan Tridharma, namun lama lama saya pahami dalam kaitan dengan kegiatan orang orangnya pakde Harto ha ha ha. Sampai jumpa segera, saya beritahu via email. mana mas Kinghian dkk? Salam metta danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 david_kwa2003@ wrote: Ha ha ha, Suhu...mesti pake kumis dan jenggot panjang dong kalau jadi suhu...Kalau tidak, kurang afdol... Kapan pak Danardono ke Indonesia dan kita bisa ngobrol lagi? Re: nasib kelenteng, akibat penindasan pada masa orde babe, yang mengancam akan menutup kelenteng-kelenteng, nasib kelenteng memang sangat merana. Hal ini terutama terjadi di DKI dan Jabar, (hampir?) semua kelenteng telah bermetamorfosa menjadi vihara, dengan syarat harus menempatkan patung Buddha di ruang altar utama, meski kelenteng tersebut jelas-jelas kelenteng Taois sekalipun! Namun tidak demikian halnya dengan kebanyakan kelenteng di Jateng dan Jatim, tentu tidak termasuk Po An Kiong di Solo, yang sekarang telah menjadi Vihara Rahayu, padahal Dewata tuan rumahnya adalah Kong Tek Cun Ong alias Kwee Seng Ong. Setahu saya, itu semua tak terlepas dari jasa Ong Kie Tjay yang berjasa menyelamatkan kelenteng. Jadilah kelenteng di Jateng dan Jatim berubah nama menjadi Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD). Untunglah nama kelenteng tidak diubah, tetap seperti sediakala. Kiongchiu, KH
[budaya_tionghua] Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?
Gile! Saya dapet informasi Eng Tay rupanya cewe nakal juga ya! Diem- diem, eh bukan diem-diem, tapi terang-terangan, dia berani selingkuh sama cowo laen bangsa bernama Samuel di Mangga Dua Square! Waktunya diumumin lagi, besok 9 Februari 2008, jem 15, katanya! Berani amat 'ni cewe! Para Sam Pek, gimana neh reaksinya? Diem aja?
[budaya_tionghua] Re: Lasem, Titik Penting Hubungan Tionghoa - Jawa
Sdr Golden Horde, Maaf, saya beri masukan sedikit. Film Ca Bau Kan bukan disutradarai Remy Silado, tapi Nia Dinata. Remy Silado hanya mengarang bukunya. Salah satu produk batik Lasem yalah toh-ui, yakni kain penghias Meja Abu leluhur orang Tionghoa. Bila aslinya toh-ui dibuat di Tiongkok, Hong Kong, maka para produsen batik Peranakan di Lasem membuatnya dengan cara dibatik, dengan ragam hias khas Tionghoa yang dipadukan dengan Jawa. Jadilah toh-ui yang khas Peranakan dan dengan begitu menjadi khas Indonesia. Batik Lasem yang khas dipamerkan di Mal Ciputra sampai 17 Februari. Kiongchiu, KH --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Golden Horde [EMAIL PROTECTED] wrote: Nuansa arsitektur bangunan dan tata letak pemukiman kota Lasem memang unik dan kental pengaruh arsitektur Tionghoa-nya yang kadang- kadang disebutkan juga sebagai kota tembok, karena bangunan- bangunan arsitektur Tionghoanya dikelilingi oleh tembok (sutradara Remy Silado pernah membuat film disini,Ca Bao Kan,1999), dan salah satu produk budaya kota Lasem yang terkenal lainnya adalah batik Lasem. Batik Lasem yang merupakan perpaduan budaya Tionghoa dan Indonesia ini adalah salah satu batik pesisir yang unik dan indah serta telah mendapatkan penghargaan tinggi dari masyarakat Internasional di luar negeri. Batik Lasem ini sering di pamerkan pada beberapa musium di luar negeri seperti salah satunya pada musium tekstil di Fukuoka, Jepang dan juga sering dibahas dan menghias halaman buku-buku penerbitan Internasional mengenai batik serta menjadi koleksi item para penggemar tekstil khususnya baik nasional maupun internasional. Selain itu batik Lasem ini juga sering diletakkan pada meja sembahyang atau abu orang Tionghoa Indonesia. Warisan budaya ini memang patut dipertahankan, diwariskan dan bahkan dikembangkan lagi dengan interpretasi baru atau kontemporer. Tetapi apakah warisan budaya ini dapat dipertahankan terus, masih merupakan tanda tanya kedepannya, karena banyak generasi mudanya telah meninggalkan kota Lasem dan kota ini hampir kehilangan vitalitasnya saat kini. G.H. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO rm_danardono@ wrote: Lasem, Titik Penting Hubungan Tionghoa - Jawa . Namun dalam beberapa tahun belakangan sejumlah pihak sudah mulai tergerak untuk menghidupkan kembali Lasem sebagai pusat bersatunya hubungan Tionghoa dan Jawa. Salah satunya adalah upaya pengusaha batik lasem untuk membangkitkan kembali bisnis yang telah mati suri. Menghidupkan kembali batik lasem adalah sebuah pekerjaan idealis yang sangat berat. Namun, mengingat hubungan masa lalu yang telah terjalin baik, pekerjaan ini akan terasa ringan. Yang paling penting dilakukan saat ini adalah memanggil generasi muda Tionghoa Lasem yang ada di luar untuk kembali dan turut terjun melanjutkan usaha yang sudah mati suri,'' tegas Widji. (Mulyanto Ari Wibowo-62)
[budaya_tionghua] Re: Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?
Memang nanggung, memang dapet infonya cuma segitu! Kalu mau lengkap, niari ya mesti ke Mangga Dua Square kale... Makanya saya juga heran, Tjiok Eng Tay yang semua tau pacarnya Nio Sam Pek (San Pek) yang paling setia, bisa sampe selingkuh sama cowo laen bangsa yang namanya Samuel! Gimana tuh? Kiongchiu, KH --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c [EMAIL PROTECTED] wrote: gak jelas ah yg namanya Engtay itu yg mana ? pacarnye sampek ataw boekan lagean kok kasih informasi nanggung2 seh. jelasin dong boss ape seh itu --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 david_kwa2003@ wrote: Gile! Saya dapet informasi Eng Tay rupanya cewe nakal juga ya! Diem- diem, eh bukan diem-diem, tapi terang-terangan, dia berani selingkuh sama cowo laen bangsa bernama Samuel di Mangga Dua Square! Waktunya diumumin lagi, besok 9 Februari 2008, jem 15, katanya! Berani amat 'ni cewe! Para Sam Pek, gimana neh reaksinya? Diem aja?
[budaya_tionghua] Re: Eng Tay Selingkuh Sama Samuel?
Kamsia, ABS-pangtjoe, alhamdulillah, atas doa dan simpati saudara- saudaraku sekalian siauwtee suda banyak mendingan. Sayang tayangan di AnTV kemaren siauwtee ga sempet liat. Sakali deui hatur nuhun, nya! Kiongchiu, KH --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah, David hiantee udah menggebu-gebu lagi nih! Dan kemarin juga sudah muncul di TV. Jadi sudah benar-benar sembuh dong! Kitu sanes, 'Vid? Lamun nya'an, Alhamdulillah atuh... Wasalam. - Original Message - From: david_kwa2003 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, February 08, 2008 6:54 PM Subject: [budaya_tionghua] Eng Tay Selingkuh Sama Samuel? Gile! Saya dapet informasi Eng Tay rupanya cewe nakal juga ya! Diem-diem, eh bukan diem-diem, tapi terang-terangan, dia berani selingkuh sama cowo laen bangsa bernama Samuel di Mangga Dua Square! Waktunya diumumin lagi, besok 9 Februari 2008, jem 15, katanya! Berani amat 'ni cewe! Para Sam Pek, gimana neh reaksinya? Diem aja?
[budaya_tionghua] Re: Silsilah Gan Peng di Pasar Malam Imlek Semawis.
Pa Raharjo, Wah, isu yang menarik untuk disimak, sayang jauh ya. Kalau begitu kita semua menantikan beritanya saja. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, raharjo irawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Koran Suara Merdeka yang terbit di Semarang pagi ini memberitakan, kalau pada Pasar Malam Imlek Semawis yang akan diadakan pada Sabtu 2 Februari 2008 sampai dengan Selasa 5 Februari 2008 akan diadakan bincang-bincang tentang keluarga besar Gan Peng. Salam, Irawan R __ Sent from Yahoo! Mail - a smarter inbox http://uk.mail.yahoo.com
[budaya_tionghua] Re: BONGPAY Kuburan Tua yang dibongkar
Pak Steve dan Pak Thian Ien, Saya sangat setuju bongpay dari makam yang digusur tidak dimusnahkan, hanya tetap dipelihara, karena bongpay tua dalam bahasa Tionghoa umumnya mengandung banyak informasi yang berharga tentang leluhur tsb (vide Chinese Epigraphic Materials in Indonesia, jilid 2), lebih dari bongpay berbahasa Indonesia. Masalahnya, tempat penitipan, karena bongpay dipercaya tidak baik dibawa pulang ke rumah. Saya pikir ide yang baik bila bongpay bisa dititipkan di kelenteng, mengingat menjadi kelaziman di zaman dulu jenazah dititipkan di kelenteng sambil menunggu hari baik untuk pemakaman. Apalagi cuma bongpay, ratusan tahun pula usianya. Why not?!! Semoga tidak terjadi lagi penghancuran bongpay tua, sebelum kita menyesal nanti karena mati obor, seperti yang sudah banyak terjadi. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Steve Haryono [EMAIL PROTECTED] wrote: Thian Ien, Waktu terakhir saya ke Indonesia dan mengunjungi kelenteng Tiao Kak Sie di Cirebon. Saya menceritakan bahwa beberapa bongpay dari kuburan keluarga THE kita yang di Kali Tanjung sekarang ada di rumah sepupu kita koh The Thian Teng setelah kuburan keluarga tersebut digusur setahun lalu (2006). Katanya tidak baik menyimpan bongpay kuburan dirumah seseorang, dan waktu itu juga diusulkan untuk ditaruh di kelenteng saja, karena semasa hidupnya, leluhur-leluhur yang bongpaynya masih ada itu cukup berbuat kebaikan kepada kelenteng tersebut. Jadi tampaknya, kalau tidak ada museum yang mau menampung, mungkin bisa ditanyakan kepada kelenteng setempat. Saya kurang tahu apakah ada kelenteng di Batang, tapi di Pekalongan ada, jadi mungkin bisa disimpan disana. Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar. Salam, Steve Haryono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Thian Ien The irwanbuchi@ wrote: Baru baru ini saya mendapat kabar dari seorang kerabat yang memberitakan bahwa makam leluhur kami yang dimakamkan kira kira tahun 1895 harus dibongkar karena kena gusur. Setelah mereka tanya kepada orang yang mengerti lalu ditetapkanlah tanggal dan waktu pembongkaran dengan ketentuan beberapa orang dengan shio tertentu tidak diperkenankan mendekati makam tersebut karena ciong. Rencana selanjutnya adalah sisa sisa jenasah yang masih ada ( mungkin tulang tulang) akan diperabukan dan dilarung ke laut. Persoalan yang belum terpecahkan adalah: Setelah pelarungan, maka bongpay akan diapakan. ada yang bilang akan di hancurkan agar tidak dipergunakan untuk bahan bangunan . Namun saya koq merasa sayang. Mau saya bawa pulang koq ukurannya besar sekali dan tentu sangat berat. atau apa ada tempat penitipan bongpay? Kenapa saya merasa sayang untuk menghancurkan bongpay itu, karena menurut saya bongpay itu memuat banyak sekali informasi bagi keturunannya. kemudian konon katanya makam yang akan di bongkar ini adalah makam orang tersohor di jamannya. (ada istilah Mayor dan satu lagi capitain china pada jaman belanda) Pembongkaran akan dilaksanakan setelah cap go meh. salam the thian ien - Never miss a thing. Make Yahoo your homepage. [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: Cerita Rakyat, Legenda, Dongeng China Terbitan Indo
Terima kasih, Fuyuan, atas simpati dari saudara-saudaraku sekalian, maka kesehatan saya sudah mulai pulih sedikit demi sedikit. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Selamat bergabung kembali, David, semoga ini menandakan bahwa fisik anda sudah semakin baik. ZFy
[budaya_tionghua] Re: Cerita Rakyat, Legenda, Dongeng China Terbitan Indo
Sdri. Olivia, Mungkin anda bisa mencari buku di bawah ini: Judul: Folklor Tionghoa Penulis: Prof. (Emeritus) Dr James Danandjaja, MA Penerbit: Pustaka Utama Grafiti Tahun Terbit: 2007, SEptember ISBN: 978-979-444-445-0 Buku tersebut bisa didapatkan a.l. di Gramedia. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Olive [EMAIL PROTECTED] wrote: Apa ada yang bisa memberi informasi cerita rakyat, legenda, dongeng China apa saja yang diterbitkan dalam versi Bahasa Indonesia, dan dimana bisa mendapatkannya ? Baik yang baru dicetak, maupun terbitan lama ? Jika ada yang mengetahuinya, tolong beri informasi : Judul : Penerbit : Tahun Terbitan : ISBN nya apabila ada... Terima kasih banyak sebelumnya... Olivia _ ___ Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: imlek
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, boensastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Guo Nian, Chun Jie atau Tahun Baru Imlek, Festival menyambut musim semi, tapi saat hari raya ini berlangsung justru di Tiongkok sana lagi dingin2nya tuh... saya gak tau yang memberikan 3 pertanyaan imlek itu maksudnya apa, tidak dibesarkan di keluarga Tionghoa ato cuma mau memancing postingan dari para member ? sampai tidak bisa membedakan imlek dan tahun baru imlek. Boen --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras skalaras@ wrote: Pertanyaan yang begitu tendensius, se-akan2 perayaan Tahun baru Imlek disamakan dng perayan agama, pakai makna spiritual dan pesan2 luhur segala! pertanyaan ini mengingatkan artikel berapa bulan lalu di Kompas, yang ingin menghilangkan warna budaya Tionghoa dari perayaan Tahun baru Imlek. Maklum, karena yang bertanya ini tidak paham nama yamg benar dari perayaan ini : Tahun baru Imlek atau Festifal musim semi . dia hanya menyebut tradisi imlek, imlek artinya penanggalan bulan, apa sistem penanggalan mau dicari makna speritual? Oho Dari namanya saja sudah terbaca, ini adalah murni pesta pergantian tahun, dan bagi masyarakat agraris, menyambut datangnya musim semi. apakah aasan2 ini belum cukup? Salam, ZFy - Original Message - From: positive_im To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, September 04, 2007 8:42 PM Subject: [budaya_tionghua] imlek 1. menurut anda, apakah makna spiritual dari imlek? 2. menurut anda, pesan apa yang disampaikan dari imlek yang sesungguhnya? 3. menurut anda, apakah arti warna merah dalam tradisi imlek?
[budaya_tionghua] Re: imlek
Zhou dan Boen jiwi loheng, Maaf yang barusan siaute salah kirim. Siaute setuju dengan loheng berdua, memang juga tidak ada perayaan imlek, yang ada tahun baru imlek sebab imlek itu kalender atau penanggalan bulan (lunar calendar) dan bukan hari raya. Jadi apanya yang mau dirayakan, memangnya mau merayakan kalender bulan? Siaute juga sampai kini masih saja heran, kenapa orang-orang suka merayakan imlek, bukan tahun baru imlek!!! Analoginya, apa orang juga merayakan Hijriah, bukan tahun baru Hijriah?!! Apa bisa? Lalu, yang namanya tahun baru imlek ya tahun barunya orang Tionghoa alias Chinese new year, bukan perayaan agama dan tidak usah dikait- kaitkan dengan agama dan pake makna spiritual segala. Di seluruh dunia juga sama, Chinese new year. Sesuai namanya, bahkan orang yang tidak (secara formal mengaku) beragama pun merayakannya, selama dia itu masih merasa punya darah Tionghoa yang mengalir dalam dirinya. Kalau mau dicari makna spiritualnya, sama halnya seperti tahun baru yanglek (solar), tahun baru baik imlek (lunar) maupun yanglek (solar) ya tahun baru, yakni menyambut pergantian tahun dari yang lama ke yang baru. Lalu apa makna spiritual tahun baru yanglek? Kalau tahun baru imlek mau dikaitkan dengan agama, ya monggo mawon, ga ada yang larang koq. Tapi kita juga ga usah maksa mengaitkan setiap perayaan Tionghoa selalu dikaitkan dengan agama, sebab memang ga begitu. Mengenai warna budaya Tionghoa dalam perayaan tahun baru imlek, kenapa juga harus dihilangkan, salah apa dia sehingga harus dihilangkan? Analoginya, bilau mau warna budaya Tionghoa mau dihilangkan, apakah warna budaya Arab juga mau dihilangkan dari perayaan tahun baru hijriah, dan warna budaya Barat dalam tahun baru masehi, dst? Apa jadinya? Mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang sedap (dibaca). Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, boensastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Guo Nian, Chun Jie atau Tahun Baru Imlek, Festival menyambut musim semi, tapi saat hari raya ini berlangsung justru di Tiongkok sana lagi dingin2nya tuh... saya gak tau yang memberikan 3 pertanyaan imlek itu maksudnya apa, tidak dibesarkan di keluarga Tionghoa ato cuma mau memancing postingan dari para member ? sampai tidak bisa membedakan imlek dan tahun baru imlek. Boen --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras skalaras@ wrote: Pertanyaan yang begitu tendensius, se-akan2 perayaan Tahun baru Imlek disamakan dng perayan agama, pakai makna spiritual dan pesan2 luhur segala! pertanyaan ini mengingatkan artikel berapa bulan lalu di Kompas, yang ingin menghilangkan warna budaya Tionghoa dari perayaan Tahun baru Imlek. Maklum, karena yang bertanya ini tidak paham nama yamg benar dari perayaan ini : Tahun baru Imlek atau Festifal musim semi . dia hanya menyebut tradisi imlek, imlek artinya penanggalan bulan, apa sistem penanggalan mau dicari makna speritual? Oho Dari namanya saja sudah terbaca, ini adalah murni pesta pergantian tahun, dan bagi masyarakat agraris, menyambut datangnya musim semi. apakah aasan2 ini belum cukup? Salam, ZFy
Re: Tuntut Mang Ucup!!! RE: [budaya_tionghua] Budaya Imlek agar Lho Melek !
Lagian siapa pula yang merayakan TAHUN BARU Imlek (Lunar New Year)--- BUKAN Imlek---sebagai hari lahirnya Khong Hucu---bukan KONG HU CHU, emangnya ADA? Lalu MEREKA itu siapa? Siapa yang bilang TAHUN BARU IMLEK bukan perayaan budaya? Di mana-mana juga di muka bumi ini sama, tidak ada bedanya, semua orang juga tahu itu. Atau mungkin MANG UTJUP sendiri yang baru tahu? Itulah sebabnya TAHUN BARU Imlek dalam bahasa bulenya disebut Chineesche Nieuwjaar atau Chinese New Year, bukan het jaardad van Confusius atau Confusius birthday. MANG UTJUP jangan mengada-ada deh! Fyi: Hari ulang tahun Khong Hucu adalah bulan delapan tanggal 27 IMLEK (LUNAR CALENDAR), bukan bulan satu tanggal satu IMLEK (LUNAR CALENDAR). Jadi, IMLEK adalah sistem kalender, BUKAN hari raya! --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote: SEBEL SAMA JUDULNYE Gue resehin juga lu! Mang Ucup gue nuntut penjelasan! 1.To quote: Di Indonesia MEREKA merayakan tahun baru Imlek sebagai perayaan hari lahirnya Kong Hu Chu. Numpang tanya. MEREKA itu siapa Siapa yang dimaksud dengan Mereka di kalimat tersebut?! 2. Ini lagi, to quote: Hanya sayangnya di kebanyakan negara lainnya diluar Indonesia; mereka merayakan tahun baru Imlek bukannya tahun 2558 melainkan tahun 4644 Tanya lagi: Kenapa disitu dibilang hanya sayangnya Kenapa disayangkan? Apanya yang disayangkan seolah olah disesali? Aneh banget. 3. Ada satu lagi yang aneh: , maklum bagi mereka tahun baru Imlek hanya berdasarkan perayaan budaya saja, jadi tidak ada kaitannya sama sekali dengan Kong Hu Chu. Lhah Bukannya dari dulu perayaan Imlek itu memang perayaan budaya? -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of MANGUCUP Sent: Wednesday, February 14, 2007 3:37 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Budaya Imlek agar Lho Melek ! Di Indonesia mereka merayakan Tahun Baru Imlek sebagai perayaan hari lahirnya Kong Hu Chu yang lahir di tahun 551 SM, sehingga dengan demikian penanggalan Imlek dan penanggalan masehi itu berselisih 551 tahun. Jika tahun Masehi saat ini 2007, maka tahun Imleknya menjadi 2007 + 551 = 2558. Hanya sayangnya di kebanyakan negara lainnya diluar Indonesia; mereka merayakan tahun baru Imlek bukannya tahun 2558 melainkan tahun 4644, sebab dalam sejarah tercatat, bahwa penanggalan Imlek dimulai sejak tanggal 8 Maret 2637 SM, sewaktu Kaisar Oet Tee / Huang Ti (2698-2598 SM) mengeluarkan siklus pertama pada tahun ke-61 masa pemerintahannya. Jadi tepatnya ialah 4644 tahun yang lampau, maklum bagi mereka tahun baru Imlek hanya berdasarkan perayaan budaya saja, jadi tidak ada kaitannya sama sekali dengan Kong Hu Chu. Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com
[budaya_tionghua] Re: Tjetjeran Riwayat Negri Tiongkok
Hoedjin Tjamboek Berdoerie jang boediman (tida taoe apa Hoedjin masi ada katoeroenan dari Toewan Kwee Thiam Tjing?), Dengan senang hati kitaorang kapengen taoe itoe hikajat negri binoewa Tjina jang ada termoewat dalam weekblad Bok Tok kloewaran tahon 1913, sebab itoe Weekblad jang kita perna liat ada kloewaran dari djeman sasoedanja Perang Doenia II. Djadi, di dalemnja sama sekalih tida ada dimoewat itoe hikajat-hikajat jang sanget menarik hati boewat dioewarken kapada kaoem moeda Tjina pranakan jang tida mengarti soerat Tjina saoemoemnja. Tida loepa kita hatoerken kamsia sablonnja atas Hoedjin poenja tjape-lelah. Kiongtjhioe, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hoedjin_tjamboek_berdoeri [EMAIL PROTECTED] wrote: Inilah hikayat Negri Tiongkok poenja sedjarah ringkes jang hanja tertoelis di dalem Weekblad Bok Tok satoe Weekblad terbit di Soerabaia Oktober 1913. Saja rasa sanget bergoena boeat kita mengenal boedaja kita poenja leloehoer jang sanget kaja aken tjerita² jang bermoetoe, tjoema sajang saja hanja menemoeken 75 % sadja dari itoe Weekblad. Saja tida taoe apa siansing² disini bekenan menjamboet tjerita jang aken saja salinken sesoeai asli (sanget Bootjenglie kaloe saja mengoebah-oebah edjaan) jalah bahasa Melajoe rendah tjampoer Hok Kian plus sedikit Belanda jang sanget sedap oentoek di batja, seperti kaloe saja liat sekarang koempoelan tjerita silat sadoeran jang djelas bergaja Hok kian jang kentel. Jang pasti ini tjerita aken dapet tempat khoesoes di Web'nja Tjamboek Berdoeri. Dimana aken salah sekali kaloe orang doega jang saja ini tjoema bisa memaki atawa boeka boroknja bangsa Tionghoa sadja. [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: Tjong A Fie di Medan
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, King Hian [EMAIL PROTECTED] wrote: KH: Artikel ttg Tjong A Fie di Pelangi Cina Indonesia berasal dari buku Memories of a Nonya tulisan Queeny Chang (Anak Tjong A Fie). Pada tahun 2003 buku ini telah diterjemahkan ke bhs Indonesia dan diterbitkan oleh penerbit Taramedia Publisher. --- DK: Terjemahannya kaco-balo banget, yang nerjema'in ngga ngarti budaya TH. Lebih baik baca aslinya, seperti yang Sdr Didi tunjukin. Kiongtjhioe, DK Yahoo! Groups Sponsor ~-- Something is new at Yahoo! Groups. Check out the enhanced email design. http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: minta tolong contact person klenteng
Kelenteng itu namanya Thian Houw Kiong (Mandarin: Tianhou Gong), waktu jaman orde babe diganti jadi Wihara Dewi Samudra. Dewi tuan rumah kelenteng itu dikenal dengan beberapa gelar: Ma Cou (Ma Zu), Ma Cou Po (Mazu Po), Thian Hou (Tian Hou atau Permaisuri Langit), atau Thian Siang Seng Bou (Tian Shang Shengmu atau Ibu Suci di Atas Langit), berbagai gelar yang diberikan kaisar berbagai dinasti di Tiongkok kepada Dewi pelindung para nelayan dan pelaut, yang berasal dari pulau Bi Ciu (Meizhouxu), kabupaten Pouchan (Putian Xian), Hinhoa (Xinghua Fu), propinsi Hokkian (Fujian) ini. Di Hong Kong beliau dikenal sebagai Tin Hau (= Mandarin: Tian Hou). Memang kelenteng itu agak aneh, difoto saja tidak boleh. Saya juga pernah dilarang oleh penjaganya membikin foto kelenteng itu, padahal kelenteng itu cukup megah dan bagus bikinannya, dengan sebuah paseban di depannya. Sayang sekali, waktu setelah Kerusuhan Mei 1998, karena saking ketakutan kelentengnya diserbu massa, maka pemiliknya memutuskan untuk bikin kerangkeng di paseban depan. Sehingga arsitekturnya rusak, sebab di tempat lain mana ada paseban dikerangkeng seperti itu?!! Dan kelihatannya juga tidak setiap kelenteng punya paseban di depannya. Beberapa tahun lalu, setiap ulang tahun (shedjit) sang Dewi yang jatuh pada bulan tiga tanggal 23 Imlek (Imlek Shagwee Djiesha Djit), pada tanggal 22 malam 23 dimeriahkan dengan pertunjukan Orkes Keroncong milik kelenteng tersebut. Namun, terakhir, saya dengar orkes tersebut sudah bubar, konon karena para pemainnya sudah pada meninggal dan tidak ada regenerasi. Selain Gambang Kromong, Keroncong juga merupakan salah satu jenis musik yang sangat digemari kaum Peranakan. Kalau mau ketemu dengan pemiliknya, saya sarankan agar Sdri Greysia datang saja pada tanggal 22 malam 23 bulan tiga, karena, biasanya, pemiliknya datang ke sana bersama keluarganya. Otherwise, saya juga tidak tahu harus menghubungi ke mana. Bulan tiga (Shagwee) sudah dekat koq, sekarang saja sudah bulan dua (Djiegwee). Mengenai keyakinan penduduk setempat kepada Dewi Thian Siang Seng Bouw ini, bukan hanya jaman dulu, waktu terakhir dua hari menjelang Lebaran saya ke Kelenteng Tjoe An Kiong di Lasem, yang merupakan kelenteng Dewi ini juga yang cukup terkenal, beberapa nelayan yang perahunya sedang berlabuh di kali depan kelenteng mengatakan, sudah menjadi kepercayaan bagi para nelayan setempat baik Tionghoa maupun Jawa untuk selalu meminta restu kepada sang Dewi sebelum berangkat melaut, agar hasil tangkapannya baik dan selamat dalam perjalanan pergi dan pulang. Mereka percaya bahwa sang Dewi selalu memberkahi mereka. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Lucas Ony [EMAIL PROTECTED] wrote: wah.. sayang sekali pak... padahal kalau jaman dulu para pelaut sebelum melaut pasti ke bio Ma Cho Po ini, karena Ma Cho Po dikenal sebagai dewi pelindung pelaut.. terutama diyakini oleh para pelaur Hokkian... kalau ada badai di laut, mereka teriak2 Ma Cho Po... Ma Cho Po... tolong koreksi kalau ada yang salah ya... Kind regards, Ony - Original Message - From: greysia susilo junus To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, March 03, 2006 7:59 AM Subject: [budaya_tionghua] minta tolong contact person klenteng Subject: minta tolong contact person klenteng Para cianpwee. Saya adalah mahasiswa yang sedang melakukan penelitian klenteng di Jakarta. Kemarin saya bermaksud melakukan penelitian di klenteng ma co po di bandengan selatan, yang umurnya sudah sangat tua. Yang terjadi adalah saya tidak diperbolehkan meneliti oleh penjaga disana, dengan alasan yang tidak jelas. Oleh karena itu saya minta tolong saudara-saudara, adakah yang mengetahui ketua pengurus untuk klenteng tersebut? Selain itu saya juga tidak mendapat contact person untuk klenteng San Yuan Gong di jalan Jembatan Batu, padahal saya sangat butuh untuk minta ijin meneliti arsitektur klenteng. Jika ada yang bisa membantu saya, saya ucapkan banyak terima kasih. Greysia susilo - Yahoo! Mail Bring photos to life! New PhotoMail makes sharing a breeze. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese --- --- YAHOO! GROUPS LINKS a.. Visit your group budaya_tionghua on the web. b.. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] c.. Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Undangan Peluncuran dan Diskusi Buku
RRS, Di bawah ini saya sampaikan undangan peluncuran dan diskusi buku. Yang tertarik silakan datang. UNDANGAN PELUNCURAN DAN DISKUSI BUKU RIWAYAT TIONGHOA PERANAKAN DI JAWA KARYA ONG HOK HAM Menyambut hari besar masyarakat Tionghoa yaitu Tahun Baru Imlek (29/1) dan perayaan Cap Go Meh (12/2), kami dari penerbit Komunitas Bambu pada Januari 2006 ini telah menerbitkan buku Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa karya Ong Hok Ham, sejarawan terkemuka kita. Buku ini ditulis dengan gaya yang populer tetapi serius dan bernuansa akademis isinya karena didukung oleh riset lapangan maupun arsip Ong Hok Ham mengulas dan menganalisis segi sosial-budaya- politik yang terkait dengan masalah orang Tionghoa di Nusantara, terutama mereka yang di Jawa dan Madura sejak kira-kira tahun 1750- an sampai dengan awal 1960-an, ketika pecah polemik mengenai asimilasi atau integrasi masyarakat Tionghoa ke dalam masyarakat Indonesia. Membaca Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa kita bukan saja dibawa oleh Ong Hok Ham untuk mengenali tetapi juga memahami siapakah dan bagaimanakah masyarakat Tionghoa di Indonesia, sehingga dapatlah kita menyusun pandangan yang lebih jernih ihwal etnis ini. Lebih menarik lagi adalah melalui buku Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa ini dapat pula dilihat landasan intelektual dasar dari pandangan Ong Hok Ham sebagai sejarawan sekaligus seorang Tionghoa peranakan selama ini terhadap kedudukan, baik masa lalu, kini dan masa depan orang Tionghoa dalam masyarakat Indonesia. Peluncuran dan diskusi buku akan dilaksanakan pada: Hari/Tanggal : Saptu, 11 Februari 2006 Jam : 15.00 17.00 WIB Tempat : Museum Bank Mandiri Jl. Lap. Stasiun No 1, Kota, Jakarta Barat Pembicara: 1. David Reeve (Associate Professor Departement of Chinese and Indonesian, School of Modern Language Studies, UNSW, Sidney, Australia. 2. Mona Lohanda, Pengajar di Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI dan penulis buku The Kapitan Cina of Batavia 18371942. Kami mengundang dan berharap Anda untuk menghadiri acara ini. Tabik serta hormat. Penerbit Komunitas Bambu Komunitas Jelajah Budaya Informasi: Astri Kartum (6902000 ext. 2003). Dan buku sudah bisa Anda dapatkan di toko-toko buku terdekat di tempat Anda. Kiongchiu, DK .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Spanduk berbau SARA di Bogor
RRS, Hari Minggu 29 Januari 2006, bertepatan dengan hari Tahun Baru Imlek 1 Chiagwe 2557, di Tugu Kujang Bogor terpampang sebuah spanduk bertulisan putih di atas dasar kain merah berbau SARA dari Front Pribumi, bertulisan: SELAMAT IMLEK ORANG CINA ! Nikmati Kekayaan di Indonesia Sepuasmu Terus terang, spanduk provokatif ini sangat mengusik ketenangan warga Bogor yang selama ini hidup rukun dan damai tanpa konflik apapun! Di bawahnya ada tulisan kecil: Nyabut Tanpa Izin Stroke / Muntah Darah ! Namun, hari Senin 30 Januari 2006, spanduk sudah tidak kelihatan lagi! Kiongchiu, DK .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: seputar Imlek
Mohon maaf ada ralat sedikit. Setelah saya cek, Keng Thni-kong dalam dialek Hokkian selatan, Mandarin Pinyinnya bukan Jing Tiangong, tapi Gong Tiangong. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, UKM BANGKA [EMAIL PROTECTED] wrote: Terima-kasih atas pencerahnyanya. Wassalam - Original Message - From: david_kwa2003 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Saturday, January 21, 2006 12:29 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: seputar Imlek Bukan jaman Jepang, tapi jaman akhir Ming awal Qing (tahun 1600- an). Waktu itu propinsi Fujian diserang orang Mancu untuk ditaklukkan, orang Hokkian lari menyelamatkan diri ke kebun tebu dan selamat. Keluar dari kebun tebu sudah tanggal 8 malam tanggal 9. Mereka menghaturkan syukur kepada Tian dengan mengadakan upacara sembahyang, upacara yang sekarang disebut Keng Thni-kong (Jing Tiangong), untuk kamuflase kepada pemerintah Mancu. Jadi peristiwa diselamatkan di kebun tebu itu mereka peringati dengan menggunakan sepasang tebu di meja sembahyang maupun pada upacara sembahyang lainnya (sembahyang Sam Kai/San Jie pada perkawinan, misalnya), dan menjadi khas Hokkian. Suku lain tidak mengenalnya. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, UKM BANGKA [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya dapat cerita lain dari teman Hok Kian , katanya pada zaman Jepang, pada tahun baru imlek Fu Jian diserang oleh Jepang, jadi mereka menyembunyikan diri , dan baru keluar pada hari ke 8, jadi diperingati tahun baru imlek pada hari ke 9, aya tidak tahu benar atau tidak ? Wassalam - Original Message - From: Stevan Raharjo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, January 20, 2006 8:21 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: seputar Imlek --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Chen Kuang [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear rekan-rekan semilis BT sebentar lagi kita akan memasuki imlek, konon katanya bahwa suku Hokkian merayakan imlek pada hari imlek ke 8 / 9 (mohon dikoreksi) bagaimana kisah tsb, mohon informasi bagi yang mengetahuinya atas informasinya saya ucapkan terima kasih sebnayak- banyaknya Salam CK Kalau pada hari ke 8 (malam hari) / menjelang hari ke 9 cia gwee, adl hari ulang tahun Giok Hong Tay Tee / Thian Kong Pada jam 23.00-01.00, diadakan sembahyang King Thi Kong (sembahyang besar kepada Thian). .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese --- --- YAHOO! GROUPS LINKS a.. Visit your group budaya_tionghua on the web. b.. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] c.. Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --- --- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. -- YAHOO! GROUPS LINKS a.. Visit your group budaya_tionghua on the web. b.. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] c.. Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. -- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: seputar Imlek
Mohon maaf ada ralat sedikit. Setelah saya cek, Keng Thni-kong dalam dialek Hokkian selatan, Mandarin Pinyinnya bukan Jing Tiangong, tapi Gong Tiangong. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, UKM BANGKA [EMAIL PROTECTED] wrote: Terima-kasih atas pencerahnyanya. Wassalam - Original Message - From: david_kwa2003 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Saturday, January 21, 2006 12:29 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: seputar Imlek Bukan jaman Jepang, tapi jaman akhir Ming awal Qing (tahun 1600- an). Waktu itu propinsi Fujian diserang orang Mancu untuk ditaklukkan, orang Hokkian lari menyelamatkan diri ke kebun tebu dan selamat. Keluar dari kebun tebu sudah tanggal 8 malam tanggal 9. Mereka menghaturkan syukur kepada Tian dengan mengadakan upacara sembahyang, upacara yang sekarang disebut Keng Thni-kong (Jing Tiangong), untuk kamuflase kepada pemerintah Mancu. Jadi peristiwa diselamatkan di kebun tebu itu mereka peringati dengan menggunakan sepasang tebu di meja sembahyang maupun pada upacara sembahyang lainnya (sembahyang Sam Kai/San Jie pada perkawinan, misalnya), dan menjadi khas Hokkian. Suku lain tidak mengenalnya. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, UKM BANGKA [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya dapat cerita lain dari teman Hok Kian , katanya pada zaman Jepang, pada tahun baru imlek Fu Jian diserang oleh Jepang, jadi mereka menyembunyikan diri , dan baru keluar pada hari ke 8, jadi diperingati tahun baru imlek pada hari ke 9, aya tidak tahu benar atau tidak ? Wassalam - Original Message - From: Stevan Raharjo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, January 20, 2006 8:21 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: seputar Imlek --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Chen Kuang [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear rekan-rekan semilis BT sebentar lagi kita akan memasuki imlek, konon katanya bahwa suku Hokkian merayakan imlek pada hari imlek ke 8 / 9 (mohon dikoreksi) bagaimana kisah tsb, mohon informasi bagi yang mengetahuinya atas informasinya saya ucapkan terima kasih sebnayak- banyaknya Salam CK Kalau pada hari ke 8 (malam hari) / menjelang hari ke 9 cia gwee, adl hari ulang tahun Giok Hong Tay Tee / Thian Kong Pada jam 23.00-01.00, diadakan sembahyang King Thi Kong (sembahyang besar kepada Thian). .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese --- --- YAHOO! GROUPS LINKS a.. Visit your group budaya_tionghua on the web. b.. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] c.. Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --- --- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. -- YAHOO! GROUPS LINKS a.. Visit your group budaya_tionghua on the web. b.. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] c.. Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. -- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Kenalan + tanya2 klenteng n Oei Tiong Ham
Kamsia pisan, King Hian-tee, ditambain biar lengkep. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, King Hian [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya tambahkan sedikit: Hiap Thian Kiong [Xie Tian Gong] (Vihara Satya Budhi) tertelak di jalan Kelenteng, Jl. Kelenteng sendiri terletak diantara Jl. Sudirman dan Jl. Kebon Jati. Banyak orang Bandung yang menyebut Hiap Thian Kiong dengan sebutan kelenteng gede. Di kedua sisi Hiap Thian Kiong, telah 'ditambahkan' dua vihara, yaitu vihara Buddha Gaya (sisi barat) dan vihara Samudra Bhakti [Hai Hui Tang] (sisi timur). Sedangkan Jl. Vihara adalah jalan kecil yang terletak di tengah2 Jl. Kelenteng, ke arah timur. Di Jl. Vihara terdapat kelenteng lain, yaitu: Seng Ong Bio [Sheng Wang Miao] (Vihara Tanda Bhakti). Kelenteng ini didirikan oleh orang2 bermarga Tan di Bandung, untuk menghormati Tan Guan Kong [Chen Yuanguang] yang dianggap sebagai leluhur orang2 marga Tan di Ciangciu [Zhangzhou]. david_kwa2003 [EMAIL PROTECTED] wrote: Sdr. Achie, Re: Kelenteng Xietian gong yang dimaksud adalah (dalam dialek Hokkian) Kelenteng Besar Hiap Thian Kiong di Jalan Kelenteng. Di jaman penindasan oleh Orde Babe nama kelenteng ini dipaksa ganti jadi Wihara Satya Budhi, dan Jalan Kelenteng jadi Jalan Vihara (sich)! PCMIIW! Dewata utama (tuan rumah) di kelenteng ini adalah Guan Gong (Koan Kong), yang nama kecil beliau adalah Guan Yu (Koan I) alias Yunchang (In Tiang), seorang tokoh sejarah dan pahlawan yang pernah hidup di Cina periode Tiga Negara (San Guo/Sam Kok, 220- 280). Oleh kaisar-kaisar dari berbagai dinasti, beliau diperingati di kelenteng yang dibangun khusus untuk beliau serta dianugerahi berbagai gelar, antara lain Xietian Dadi (Hiap Thian Tai Te)-- Xietian (Hiap Thian) menjadi nama kelenteng di Bandung tempat beliau dihormati. Re: perusahaan Oei Tiong Ham (Oei Tiong Ham Concern), menurut yang saya dengar dari orang Semarang yang tahu kejadian tersebut, di zaman Orde Lama, perusahaannya yang ada di Indonesia telah begitu saja dirampas negara (istilah halusnya dinasionalisasi) oleh pemerintah Soekarno dan sekarang namanya menjadi PT Rajawali (yang kantornya ada di kawasan Rasuna Said-Kuningan), sehingga para keturunan Oei Tiong Ham terpaksa hanya bisa melanjutkan usahanya yang masih ada di luar negeri dengan nama Kian Gwan. PCMIIW. Jadi, pelanjutan usaha di luar negeri tersebut bukan untuk menghindari pajak, tapi kearena yang di dalam negeri memang sudah tidak ada. Gongshou/Kiongchiu, DK - Yahoo! Photos Showcase holiday pictures in hardcover Photo Books. You design it and we'll bind it! .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Kenalan + tanya2 klenteng n Oei Tiong Ham
Andre-heng, Hiolouw di bandung = Njooloo di Semarang, Mandarinnya Xianglu, adalah istilah umum bagi tempat untuk menancapkan hio alias tempat menampung abu hio. Di kalangan Peranakan, karena banyak yang sudah tidak mempunyai sin-ci (Mandarin: shenzhu at shenzhupai) di rumahnya, meski masih melakukan penghormatan kepada leluhur di rumah masing-masing, hiolouw (njooloo) itulah yang dianggap sebagai pengganti sin-ci, disebut aboe leloehoer. Sehingga, kalau keturunan tidak bersedia melanjutkan penghormatan tersebut (istilah Melayu Tionghoanya di kalangan Peranakan adalah piara aboe) karena berbagai alasan, hiolouw/njooloo ikut dikuburkan bersama generasi tua yang terakhir meninggal. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Stevan Raharjo [EMAIL PROTECTED] wrote: andre susanto: dan oweh jelaskan karena oweh dari Bandung dan istilah di sana memang pelihara Hiolow, jadi bukan gak bener kale, tapi You_qing_long tidak kenal adat dari orang Tionghoa di Bandung. Stevan Nio: memang saya pernah denger istilah itu. Maksudnya ya sama dengan ngerawat. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Dasar Cina Lho ! = Dasar Niger Lho !tambahan neh
Kita kan orang Indonesia (bukan warganegara loh, warga negara hanya selembar surat!, tapi dari lubuk hati) dari kelompok etnik Tionghoa, bukan orang China. Seperti Xinjiaporen, Malaixiyaren, kita adalah Yinniren, bukan Zhongguoren! Jadi, nasionalisme kita seharusnya ditujukan ke mana, ke Indonesia atau ke China? Kalau ke China, memangnya kita diaku di sana sebagai orang China, dalam arti Zhongguoren? Mohon pencerahan dan PCMIIW. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, melani chia [EMAIL PROTECTED] wrote: Iya tuh byk yg pada sok rasa nasionlisnya tinggi...padahal...padahal...udah ada satu contohnya berkoar2 tp lari ke Jermanhuh malu2in aja,mana coba, kan terbuktiyg merasa pemilik negara begitu...kalau yg keturunan kuning aja litle..to me...litle to me...(hehe). Pengalaman sy th 94 jalan2 ke Beijing,sy generasi 60an orba,...ditanya sama salesgirl...dg bhs mandarin..gw ngak ngerti...dia ngomong apa..akhirnya dia bilang...oh...nie she inni ren? kita jawab ...she...lihat tuh apa bener org keturunan tionghoa masih mengaku dan diakui sbg org cina kalau dinegara china,kitanya jg ngkunya org indo tau...mmhhdasar ..lho you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote: tambahan lage buat mang ucup , setau aye nyang ngomonk kata china dari dinasti qin mah org serikat yesuit waktu jaman ming ape akhir ming. coema owe loepa tepatnye kapan en sape getu. Banyak orang yang beranggapan bahwa kata China berasal dari kata dinasti Qin. Sebenarnya hal ini bisa dikatakan adalah salah kaprah. Kata China berasal dari bahasa Sansekerta. Dan menyebut Tiongkok dalam epik Mahabharata menyebut Tiongkok adalah Mahacoinasthana. Coinasthana biasa disebut Zhen Dan k 'U , yaitu sebutan bangsa India jaman purba menurut literatur kuno dalam bahasa mandarin. Dan dalam banyak literatur kuno menuliskan Zhi Na xß (ß), Zhen Dan. Mereka menyebutnya China. Sebutan ini jauh telah ada sebelum dinasti Qin berdiri. Zhi Na inilah cikal bakal sebutan China pada jaman sekarang. Arti kata ZhiNa sendiri adalah negara yang berbudaya. Istilah ini sudah diperkirakan sudah dipakai oleh orang India sejak pada dinasti Shang berdiri. Banyak yang menyatakan bahwa sebenarnya orang Yunani yang memperkenalkan istilah China berdasarkan kerajaan Qin sebenarnya adalah salah karena sebutan Yunani kepada Tiongkok jaman dahulu adalah Seres yang artinya adalah negri sutra. Kata seres diambil dari kata Si ãN yang berarti sutra. Dan sebutan orang Tiongkok kepada kerajaan Roma adalah Da Qin `å `. Bahasa Arab yang menyebut Tiongkok adalah Sin diperkirakan sama dengan bahasa Sogdian ¾Áê(cat: nenek moyang bangsa Kazhak , sekarang berada di daerah Xin Jiang) yaitu Cystn. Mereka kemungkinan berpatokan kepada penyebutan Seres. Sedangkan bahasa Rusia menyebut Tiongkok dengan sebutan Kitaj berasal dari Qi Dan _ 'Oatau Khitan. Sebutan bahasa Jepang Chaogoku , bahasa Korea JungGuk , bahasa Vietnam TrungQuoc dan bahasa Indonesia Tiongkok adalah berdasarkan dari kata Zhong Guo. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, MANG UCUP [EMAIL PROTECTED] wrote: Dasar Cina Lho ! Bagi banyak orang Tionghoa ucapan tersebut dinilai sebagai suatu penghinaan, walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa RRC itu adalah singkatannya dari Repubulik Rakyat China, tetapi cobalah tanyakan bagaimana perasaannya saudara kita yang berkulit hitam apabila mereka disebut Niger, walaupun di Afrika juga sebenarnya ada negara yang bernama Niger. Mereka lebih senang dipanggil dengan sebutan black men atau orang hitam, walaupun sebenarnya arti harafiahnya dari kata Niger itu adalah hitam dalam bahasa Latin, atau Negro dalam bahasa Spanyol. Jadi hitam atau Black dalam bahasa Inggris; bagi yang berkulit hitam tidak bisa dinilai sama dengan hitam dalam bahasa Latin = Niger, yang satu merupakan ungkapan hormat sedangkan yang lain penghinaan. Begitu juga dengan tulisan China dan Cina. Mungkin hal yang serupa dirasakan oleh kebanyakan orang Tionghoa, walaupun bedanya hanya dari huruf H nya, bahkan kalau di ucapkan kedengarannya juga sami mawon alias sama azah C I N A! Apalagi ketika istilah kata Cina ini dipakai untuk memaki dan diembel-embeli perkataan seperti Cina Loleng, Cina Mindring dan sebutan2 degeneratif lainnya, oleh sebab itulah istilah kata Tionghoa lebih disukai ketimbang kata Cina. Dan anehnya pula ada sebutan Cina Medan, tetapi tidak pernah ada sebutan Arab Medan. Dan yang lebih lucunya lagi; banyak sekali orang merasa jengah untuk menggunakan kata Cina secara resmi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Cobalah perhatikan dengan seksama yang dimaksud dengan Warga Keturunan itu selalu orang Tionghoa, walaupun demikian tidak pernah ditulis entah di media cetak maupun media elektronik Warga Keturunan Cina, begitu juga yang dimaksud dengan perkataan non pribumi selalu mengacu kepada orang
[budaya_tionghua] Re: seputar Imlek
Bukan jaman Jepang, tapi jaman akhir Ming awal Qing (tahun 1600-an). Waktu itu propinsi Fujian diserang orang Mancu untuk ditaklukkan, orang Hokkian lari menyelamatkan diri ke kebun tebu dan selamat. Keluar dari kebun tebu sudah tanggal 8 malam tanggal 9. Mereka menghaturkan syukur kepada Tian dengan mengadakan upacara sembahyang, upacara yang sekarang disebut Keng Thni-kong (Jing Tiangong), untuk kamuflase kepada pemerintah Mancu. Jadi peristiwa diselamatkan di kebun tebu itu mereka peringati dengan menggunakan sepasang tebu di meja sembahyang maupun pada upacara sembahyang lainnya (sembahyang Sam Kai/San Jie pada perkawinan, misalnya), dan menjadi khas Hokkian. Suku lain tidak mengenalnya. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, UKM BANGKA [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya dapat cerita lain dari teman Hok Kian , katanya pada zaman Jepang, pada tahun baru imlek Fu Jian diserang oleh Jepang, jadi mereka menyembunyikan diri , dan baru keluar pada hari ke 8, jadi diperingati tahun baru imlek pada hari ke 9, aya tidak tahu benar atau tidak ? Wassalam - Original Message - From: Stevan Raharjo To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, January 20, 2006 8:21 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: seputar Imlek --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Chen Kuang [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear rekan-rekan semilis BT sebentar lagi kita akan memasuki imlek, konon katanya bahwa suku Hokkian merayakan imlek pada hari imlek ke 8 / 9 (mohon dikoreksi) bagaimana kisah tsb, mohon informasi bagi yang mengetahuinya atas informasinya saya ucapkan terima kasih sebnayak-banyaknya Salam CK Kalau pada hari ke 8 (malam hari) / menjelang hari ke 9 cia gwee, adl hari ulang tahun Giok Hong Tay Tee / Thian Kong Pada jam 23.00-01.00, diadakan sembahyang King Thi Kong (sembahyang besar kepada Thian). .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese --- --- YAHOO! GROUPS LINKS a.. Visit your group budaya_tionghua on the web. b.. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] c.. Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. --- --- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Rombongan Guru Katholik kunjungi klenteng Tay Kak Sie
Rudy-heng, Memang betul yang Rudy-heng katakan, bangunan gereja Santa Maria de Fatima (Ricci) dulunya bukan kelenteng, tapi rumah seorang pejabat Tionghoa, yang, katanya, seorang luitenant der Chineezen (letnan Cina) she Tjioe. Di atas atap bangunan gereja, kalau kita perhatikan, ada inskripsi yang menyatakan daerah asal leluhur si pemilik rumah, sebelum dijadikan gereja, yaitu Quanzhou fu, Nan'an xian (Coanciu Hu, Lam'an Hian), artinya Kabupaten Lam-oa, Keresidenan Coanciu, (di propinsi Fujian/Hokkian bagian selatan). Menurut peraturan yang berlaku di masa itu di Cina, yang masih ditaati di Jawa, selain bangunan kelenteng dan pemerintahan, hanya orang berpangkat alias pejabat yang boleh membangun rumah dengan gaya atap Ekor Walet (Yanwei xing), yang kedua ujungnya melengkung seperti atap kelenteng. Orang biasa hanya boleh membangun rumah dengan gaya atap Pelana (Mabei xing). Hak lain yang tidak dimiliki kebanyakan orang adalah menaruh sepasang singa batu (cioh- sai/shishi) di kiri dan kanan depan gedung. Di Jakarta bangunan lain, selain Gereja Ricci yang punya atap seperti itu, yang tersisa adalah Gedung Famili Souw di Patekoan (Perniagaan), gedung ex Candra Naya di Gajah Mada, yang sebagian besar telah dihancurkan sendiri oleh seorang konglomerat Cina (!) yang sekarang telah kabur ke luar negeri. Selain itu, rupanya gaya atap Ekor Walet telah membuat gerah sebagian pemilik rumah bergaya seperti itu, yang tidak mengerti bahwa gaya seperti lebih eksklusif ketimbang gaya Pelana, saya melihat atap sebuah toko alat memancing di Jalan Toko Tiga (kalau tidak salah namanya Lautan Mas), yang dengan sengaja dipotong kedua ujungnya, untuk menghilangkan kesan Ekor Waletnya, dan kelihatan seperti Pelana. Proses mutilasi yang sama juga terjadi pada sebuah bangunan gaya Tionghoa di Jalan Pancoran, sebelah Pertookoan Chandra, bila kita lihat dari halaman parkir, maka terlihat bahwa kedua ujung Ekor Waletnya telah dipatahkan! Kesimpulan saya sementara, mungkin pemilik kedua bangunan tadi, entah siapa, merasa malu mempnyai bangunan yang gaya atapnya seperti kelenteng!!! Padahal... Gongshou/Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rudy [EMAIL PROTECTED] wrote: Ralat lagi . Gereja Ricci yang di petak sembilan modelnya bukan seperti klenteng, tapi tipikal rumah orang Tionghoa kaya di jaman itu. Aslinya memang rumah, yang kemudian dijadikan gereja. Kalo kita bicara 'gedung gereja Katolik tertua di Jakarta', maka gedung ini ada yang yang paling tua, tapi kalo gereja Katolik tertua, ya gereja Kathedral. Itu semua ada di buku 'Gereja gereja Tua di Jakarta' karangan Rm. A.Heuken SJ. Rudy _ From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of [EMAIL PROTECTED] Sent: 17 Januari 2006 14:53 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Rombongan Guru Katholik kunjungi klenteng Tay Kak Sie In a message dated 1/16/2006 11:13:54 PM Pacific Standard Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Pada hari Sabtu tanggal 14 Januari 2006 jam 14.00 yang lalu klenteng Tay Kak Sie kedatangan puluhan guru TK, SD, SMP, dan SMA Sekolah Katholik KEBON DALEM ( satu-satunya sekolah Protestan yang berada di daerah Pecinan Semarang ). Mohon pencerahan sekolah katolik atau Protestan ? Kalau dari gereja Katolik , itu sudah banyak terbukti, karena gereja Richi di petak sembilan /Toa se bio saja modelnya seperti Kelenteng. _ .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: prasasti/bongpai
Di Jalan Tiang Bendera, dekat Jalan Kopi, saya lihat juga ada tukang bikin bongpai, sebab saya pernah mengantar seorang teman ke sana. Cuma saya lupa alamatnya. Ada rekan-rekan yang tahu? Gongshou/Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Petrus Gunadi Omas [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear Sir, Kalo ngak salah di Jalan Terate Raya, Angke ada yang bikin. Bilamana anda mao tau lebih jauh saya harus tanya teman saya yang kebetulan tetangganya. Best Regards Petrus Gunadi Omas Equal Solusindo _ From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of aziz_sandy Sent: Monday, January 09, 2006 1:13 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] prasasti/bongpai Selamat Siang Mohon informasi dari rekan dimilist apakah ada yang tau tempat pembuatan prasasti peresmiaan atau kalo di kuburan papan nisan/ bongpai dari batu marmer? Untuk wilayah Jakarta Thanks Azis .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. _ YAHOO! GROUPS LINKS * Visit your group budaya_tionghua http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua on the web. * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] subject=Unsubscribe * Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! http://docs.yahoo.com/info/terms/ Terms of Service. _ .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: tanya: Remy Sylado
Ha ha ha, setuju, setuju ... --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote: He he he... susanya David Kwa haksoe ada sunggu sebal sama itu satu Tambayong... Wasalam. == - Original Message - From: mayatperempuan To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, 29 December, 2005 17:44 Subject: [budaya_tionghua] tanya: Remy Sylado Saya kira, apabila bung Remy bersedia bergabung di milis BUDAYA ini maka manfaat lebih besar akan kita rasakan. Saya memahami bahwa milis BT ini telah diisi oleh tokoh-tokoh berkualitas seperti David Kwa, Erik Eresen dan sejumlah nama yang tidak begitu saya kenal tetapi saya kira memiliki pemahaman yang cukup detail mengenai budaya Tionghoa Yahoo! Groups Sponsor ~-- Clean water saves lives. Help make water safe for our children. http://us.click.yahoo.com/CHhStB/VREMAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Lun Yu Sehari-hari--apakah perlu disalin di milis BT?
Gewei Laoqianbei Xiongdi Jiemei/Kok-ui Lo-cian-pwe Heng-te Ci-moai, Izinkanlah saya menyampaikan sedikit pendapat. Kongzi (Khong Cu) dan ajarannya dapat dilihat dari dua sudut. Dari sudut penganutnya, Kongzi adalah seorang nabi (shengren/seng-jin) yang menyampaikan suatu ajaran agama (Kong Jiao/Khong Kau atau Ru Jiao/Ji Kau) - arti Jiao/Kau adalah 'ajaran'. Itu sah-sah saja. Namun bagi orang Tionghoa umumnya, Kongzi adalah seorang mahaguru selama hampir sepanjang sejarah Tiongkok - sejak dinasti Zhou/Ciu hingga saat ini - yang ajarannya telah mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang Tionghoa di seluruh dunia, apapun agama yang dianutnya, bahkan mereka yang tidak beragama sekalipun. Dipandang dari sudut ini Kong Jiao/Khong Kau dapat dipandang sebagai bukan agama, melainkan ajaran etika-moral yang membentuk karakteristik Tionghoa, sehingga tak lekang kena panas, tak lapuk kena hujan selama berabad-abad. Kalau kita (masih) mengaku sebagai orang Tionghoa, baik totok maupun peranakan, salahkah apabila kita mempelajari ajaran etika-moral kita sendiri, tanpa harus memandangnya sebagai agama? Saya tahu ada orang- orang Tionghoa Kristen yang tetap menjalankan Kong Jiao/Khong Kau tanpa merasa bahwa mereka menganut dua agama sekaligus dan itu dosa! Mohon pencerahan. Gongshou/Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, you_qing_long [EMAIL PROTECTED] wrote: waduh !!! padahal ik lagi rencana mo terjemahin di zi gui en posting dimilis ini. Itu ajaran Konghucu alias KongZi tuh. Gimana ya ? dilanjut jangan ya ? jadi bingung neh eh sekalian ngucapin SELAMAT HARI NATAL en TAHUN BARU --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Endra [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan rekan YTH: Dari sekian milis yang saya ikuti, milis ini merupakan salah satu milis yang sangat saya cintai ( biarpun saya hanya sbg member passive), dan dengan melihat pengalaman di milis ini, maka saya sepenuhnya setuju dengan pendapat Bung Dewa Mabuk. Memang sesuai 'kata pembukaan' pada website budaya tionghoa atau tepatnya email-email dari moderator budaya tionghoa, bahwa : Milis ini bukan milik suatu golongan, terlebih-lebih aliran politik apapun. Namun bila ada banyak topik mengenai Tri-Dharma, harap maklum sebab kebudayaan Chinese selama ribuan tahun memang dipengaruhi oleh 3 filsafat ini. Selamat berdiskusi. jadi ada kewajaran bila juga menyentuh hal Tri Dharma, tetapi bila yang di sampaikan sebagai (baca : seperti) dari kitab yang setiap hari di sampaikan, tentu saja hal ini seolah olah memancing email email senada dari agama lain. Salam damai, endra _ From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of dewa mabuk Sent: 21 Desember 2005 11:23 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Lun Yu Sehari-hari--apakah perlu disalin di milis BT? Tanpa mengurangi rasa hormat atas ajaran Khong-tse, apabila kitab Lun Yu ini disalin di milis ini, jangan-jangan kelompok agama lain juga melakukan hal yang sama, lalu milis ini nggak beda dengan milis agama. Tjayhe berpendapat, bahwa kutipan ayat kitab suci sebagai referensi dalam diskusi di milis budaya masih wajar; namun menyalin kitab suci di milis budaya menurut Tjayhe adalah tidak tepat-tempat. Khiong Tjioe, Tjoei Sian _ Yahoo! Groups Sponsor ~-- Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital. http://us.click.yahoo.com/f4eSOB/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: owe itu sopan sekali!
RRS, Memang benar kata ganti orang pertama tunggal owe itu kata ganti yang sangat sopan. Kata ganti ini khas Peranakan, yakni mereka yang telah beberapa generasi di negeri ini, bukan totok. Orang totok tidak memakai owe sebagai kata ganti, melainkan gua (Hokkian), ngai (Hakka/Kheh), ngou (Konghu), wa (Tiociu) dll, tergantung kelompok dialek mana seseorang termasuk. Di masa kini banyak orang totok menggunakan kata wo sebagai kata ganti orang pertama. Patut diketahui, kata ganti owe (oweh di Priangan) hanya boleh digunakan oleh laki-laki saja (perempuan tidak boleh) dan dapat digunakan: - oleh anak (laki-laki) terhadap orangtua dan orang-orang yang segenerasi dengan orangtuanya, baik kerabat maupun bukan kerabat; - adik (laki-laki) terhadap kakak laki-laki dan istrinya, kakak perempuan dan suaminya dsb; - seorang laki-laki terhadap seseorang yang baru dikenalnya, baik laki-laki maupun perempuan. - seorang teman terhadap seorang temannya yang lain namun berbeda usia atau (untuk menghormati). - dll. Orangtua atau kakak laki-laki maupun perempuan tidak memakai kata owe terhadap anak atau adik mereka. Mereka menggunakan kata ganti gua yang sama artinya, namun lebih kasar/akrab. Mengenai asal-usul kata owe ini, kata ini tidak berasal dari dialek Mandarin, yang di Jawa pemakaiannya relatif masih muda ketimbang dialek-dialek Tionghoa lainnya, baru sekitar 100 tahunan, sehingga masih terasa asing, apalagi di kalangan Peranakan. Maka, asal-usulnya harus dicari dalam salah satu dialek Tionghoa yang umum dikenal kaum Peranakan, yakni Hokkian selatan. Setahu saya berasal dari kata oe/ue (Mandarin wei, yang sekarang artinya hallo) dalam dialek Hokkian selatan (Banlam/Minnan)yang maksudnya mengiyakan panggilan orangtua, mirip dengan kulan/kah dalam dialek Sunda atau dalem dalam dialek Jawa. Dengan bergulirnya waktu, di kalangan Peranakan yang berbahasa Melayu atau dialek Indonesia lainnya, maka jawaban mengiyakan tadi berubah menjadi kata ganti orang pertama khas Peranakan, utamanya di Jawa. Karena merupakan kata ganti orang pertama yang sangat-sangat sopan, maka, jika seorang Peranakan marah besar, bukan owe lagi yang dipakainya, melainkan gua! Kata gua yang aslinya dalam dialek Hokkian selatan bermakna netral, di kalangan Peranakan terasa kasar, sehingga kata owe biasanya langsung berubah menjadi gua. Sebaliknya perempuan tidak memakai kata owe. Sebagai gantinya, perempuan menggunakan kata saya (sayah atau yayah di Priangan). Maka dari itu, tayangan-tayangan yang bertujuan mengolok-olok kaum Tionghoa (Totok) di TV salah besar dalam pemakaian kata owe tersebut. Sebab, tidak lzaim seorang Totok (macam tokoh Babah Ho Liang-nya Suryana Patah) yang masih pelo itu menggunakan kata owe dalam berbicara Melayu-Sunda. Yang memakai kata owe hanya kaum Peranakan. Akibat tayangan yang bertubi-tubi selama masa penindasan rejim Orde Baru itu, pemakaian kata owe yang sangat-sangat sopan itu menjadi melenceng jauh. Meskipun masih lazim di kalangan tua Peranakan, kaum muda Peranakan (utamanya yang di kota-kota besar) merasa gerah memakai kata ganti yang dianggapnya hanya pantas dipakai seorang laki-laki Totok berthaucang macam Babah Ho Liang yang licik itu. Sebaliknya kaum muda Totok juga tidak mengakui kata itu sebagai kata ganti yang lazim dipakai di kalangan mereka. Demikianlah sekadar penjelasan saya mengenai asal-usul dan penggunaan kata ganti orang pertama owe. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Yan Widjaja [EMAIL PROTECTED] wrote: Pendapatku beda, Owe adalah sebutan merendah dan sangat sopan untuk diri sendiri oleh lelaki Tionghoa bila berbicara dengan sesama orang Tionghoa yang lebih tua (misal orang tua, engkong-emak, empek-encim, engkoh- enci, calon mertua) atau untuk orang yang sangat dihormati (misal bos, direktur, atau pimpinan), bukan untuk orang yang sederajat (misal kawan seusia, sepantaran). Sampai hari ini, sebutan owe masih lazim didengar, khususnya di kalangan Tionghoa Jawa Tengah. Asal-usulnya diduga berasal dari kata Wo yang memang berarti Aku, diperkirakan sejak tahun 1900-an sudah digunakan oleh kalangan Tionghoa, terlihat dari buku-buku bacaan, novel, majalah dan koran terbitan era tersebut. Tapi khusus mengenai tayangan di teve, memang itu untuk guyonan/dagelan belaka, menjadi trademark pelawak asal Bandung anggota De Kabayan yang aslinya berdarah Sunda (saya pribadi mengenalnya), almarhum Suryana Fatah (pemeran Babah Ho Liang), sekarang dilanujutkan oleh putranya. Tentu saja di zaman sekarang mana ada lelaki Tionghoa yang masih pakai tauchang (rambut dikuncir) seperti ciri khas si Babah Ho Liang? Itu kan cuma di fragmen lawakan teve belaka, karena kuncir sudah digunting dari era Dr Sun Yat Sen pada tahun 1940-an dulu. Atau dilakukan oleh Jet Li saat berperan sebagai Tabib Huang Fei-hung dalam film karya Tsui Hark, Once Upon a Time in China. Begitu, Yan W. Martha
[budaya_tionghua] Hio, sebuah produk budaya (Re: Tata Cara Sembahyang)
Bukankah hio adalah salah satu sarana terapi aroma yang digunakan untuk menenangkan pikiran saat beribadah. Ternyata kakek-moyang orang Tionghoa (dan India---konon hio berasal dari India, yang diimpor ke Tiongkok. PCMIIW!) berabad-abad lalu sudah mengetahui manfaat terapi aroma, suatu hal yang baru menjadi populer di mana- mana sekarang ini. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Andy: Terima kasih atas tanggapannya. Saya melihat beberapa teman saya suka menyalakan hio ketika melakukan meditasi dan ketika saya tanya tidak satu pun di antara mereka bisa memberikan alasan 'logis' atau memberi latar belakang sejarahnya. Itulah sebabnya saya mengira bahwa ada suatu alasan mistis di balik penyalaan hio dan saya melemparkan di milis para ahli budaya Tionghoa ini, barangkali aja ada yang berkenan menjawabnya. Rinto Jiang: Ini pertanyaan bagus dan juga memberikan kesempatan kepada saya untuk menjelaskan bahwa hio tidak lekat dengan unsur religius, hio bukan sebuah produk agama, melainkan sebuah produk budaya. Hio sebagai wangi2an saya ketahui pertama kali tercatat dalam sejarah adalah di zaman Konfusius, di zaman tersebut kelas2 menggunakan harum2an untuk mengusir rasa kantuk dan menambah semangat belajar serta konsentrasi. Jadi itu semacam terapi aroma. Waktu itu tentu bentuknya bukan hio batangan seperti sekarang ini. Pernah lihat film2 serial kuno zaman Qin atau Han atau bahkan Samkok? Di sana sering kita lihat ada sebuah tempat untuk membakar bubuk untuk pengharum ruangan. Deskripsi film2 tersebut adalah sangat mendekati keadaan yang sebenarnya. Untuk kemudian dikarenakan hio telah erat berkaitan dengan kehidupan sehari2 leluhur orang Tionghoa di zaman tersebut, kaum agamawan dan penganut kepercayaan tradisional juga mengadopsi produk budaya ini ke dalam ritual keagamaan mereka. Hio dianggap cocok sebagai simbol penghormatan pernah dijelaskan sebelumnya di sini adalah karena asap yang mengepul selalu mengarah ke atas dan menandakan niat penghormatan kita akan terbawa bersama asap ke atas. OOT, Hong Kong mendapat namanya Hong Kong karena kaitannya dengan hio juga. Di zaman Ming, Hong Kong itu adalah penghasil kayu gaharu yang digunakan untuk membuat hio. Kayu2 gaharu tadi diangkut dengan kapal dari pelabuhan Hong Kong ke pelabuhan Guangzhou, lalu diangkut ke seluruh pelosok Tiongkok. Untuk itu daerah Hong Kong saat itu kemudian mendapat nama Xiang Jiang, lalu Xiang Gang yang artinya Pelabuhan Harum. Dalam dialek Kanton, lafalnya adalah Hoeng Kong. Orang Inggris kemudian mengambil lafal tadi dan menjadikannya sebagai nama internasional Hong Kong. Saya sering mendapat pertanyaan dari teman2 Tionghoa yang beragama Kristen apakah setelah menganut agama Kristen masih boleh memegang hio atau tidak. Saya jawab dari sudut sejarah sih tidak ada alasan logis untuk mengharamkan pemakaian hio, semuanya tergantung dari persepsi dan pemahaman kita sendiri. Setahu saya sih, kitab suci tidak pernah melarang dan mengatur2 masalah ini. Dulu, di zaman Qing di Tiongkok, seluruh orang Tionghoa penganut Kristen maupun Katolik tidak punya sedikit masalahpun akan hio. Waktu itu, di zaman pemerintahan Kangxi, kaum Yesuit adalah kelompok misionaris yang paling berpengaruh karena Kangxi sangat mempercayai mereka. Kangxi juga meminta mereka mengajarkan teknologi2 yang dianggap baru bagi Tiongkok. Misionaris terkenal pada waktu itu semisal Ferdinand Verbiest, Antoine Thomas dan Thomas Pereira. Mereka dapat keluar masuk istana sesuka hati. Namun, kemudian Paus di Roma mengeluarkan fatwa supaya para misionaris jangan sampai membiarkan racun2 budaya Tionghoa memasuki ritual2 keagamaan Kristen di Tiongkok. Dalam pada ini salah satu yang paling penting adalah larangan memegang hio. Kangxi marah dan mengusir seluruh misionaris yang ada di Beijing dan mengeluarkan ultimatum hanya misionaris2 yang menghormati dan menerima Konfusianisme dapat meneruskan misi mereka di Tiongkok. Sikap Paus kemudian melunak dan mencabut larangan tersebut. Nah, dari sini sudah sangat jelas bahwa yang memutuskan segalanya tetap hanyalah manusia2 yang kebetulan kita anggap sebagai manusia yang punya kedudukan lebih tinggi di mata Tuhan. Bagaimanapun mereka tetap manusia, bukan Tuhan atau agama itu sendiri. Saya sering mengatakan bahwa ada 2 macam umat beragama, yang rasional skeptis dan yang seperti kerbau dicucuk hidungnya. Beragama adalah sebuah hak, bukan kewajiban dan untuk itu kita berhak memilih apakah akan menjadi seorang agamis yang rasional skeptis, atau yang seperti kerbau dicucuk hidung yang menelan mentah2 apa yang dikatakan oleh orang2 yang kita tinggikan. Saya jamin, kalau Yesus Kristus dan agama Kristen itu asalnya dari Tiongkok, sekarang di gereja2 di seluruh dunia akan penuh dengan asap dari hio. Karena sebuah
[budaya_tionghua] Re: Situ Meisheng - was (Nama Tionghoa berbagai kota di Indonesia)
ABS Pangtjoe, Kalau Situ, Hokkiannya Soetouw, Meisheng (tebak-tebak, tanpa melihat aksara TH-nya) kira-kira adalah Bie Seng. Lalu she Ouyang, Hokkiannya bisa Auwyang (lafal Tjiangtjioe/Zhangzhou, lebih banyak dipakai dalam Melayu-Tionghoa, termasuk cerita silat), juga bisa Auwyong (lafal Emoey/Emng/Xiamen). Contoh Auwyang, nama tokoh Auwyang Hong dalam cerita silat. Contoh Auwyong, ya Auwyong Peng Koen (PK Oyong 1920- 1980) tadi. Selain PK Oyong, setahu saya, yang juga she Ouyang di Indonesia adalah Ibu Myra Sidharta, istri alm. Dr Priguna Sidharta (Sie Pek Giok) yang nama TH-nya dalam lafal Hakka adalah Euwyong Tjhoen Moy (Beliau adalah orang Hakka/Kheh). Dalam pinyin, Ouyang Chunmei. Dalam lafal Hokkian selatan nama beliau Auwyang/Auwyong Tjhoen Bwee (Moy/Bwee/Mei adalah nama bunga). Kiongtjhioe, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau Situ itu Hokkiannya Seetouw, lantas Meisheng apa ya? Barangkali would ring a bell, karena nama dengan she rangkap kan sedikit sekali (misalnya, selain PK Oyong, saya belum pernah tahu siapa Auwyong lainnya lagi di Indonesia). Wasalam. Yahoo! Groups Sponsor ~-- Help tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now. http://us.click.yahoo.com/T8WM1C/KbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Dialek Hokkian Shui Hu Zhuan (Re: Roman sejarah dan faktualitasnya (Buku Cerita terjermahan))
Kang-heng Pa Marcus, Siauwtee tambahken lagi: Shui Hu Zhuan (Mandarin Pinyin) = Soey Houw Toan (Hokkian Van Ophuijsen) = Sui Hou Toan (Sui adalah lafal wenyan/bun-gan (literary), sedangkan cui lafal baihua/peh-oa (vernacular). Judul hasil sastra kebanyakan (atau semuanya? PCMIIW!) dilafalkan dengan lafal wenyan, bukan baihua. Feng Shen Yanyi atau Feng Shen Bang (Mandarin) = Hong Sin Yan-gie atau Hong Sin Pong (Hokkian Van Ophuijsen) = Hong Sin Yan-gi atau Hong Sin Pong Luo Guanzhong (Mandarin Pinyin) = Lo Kuan-chung (Mandarin Wade-Giles) = Loo/Lo Koan Tiong (Hokkian Van Ophuijsen) = Lo Koan Tiong Shi Nai'an (Mandarin Pinyin) = Shih Nai-an (Mandarin Wade-Giles) = Sie Nay Am (Hokkian Van Ophuijsen) = Si Nai Am Jin Ping Mei (Mandarin Pinyin) = Chin P'ing Mei (Mandarin Wade-Giles) = Kim Peng Bwee (Hokkian Van Ophuijsen) = Kim Peng Bue Xu Zhonglin (Mandarin Pinyin) = Hsu (u-nya pakai umlaut) Chung-lin (Mandarin Wade-Giles) = Khouw Tiong Lim (Hokkian Van Ophuijsen) = Kho Tiong Lin. Kiongchiu/kiongtjhioe/gongshou/kung-shou, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Marcus menulis : Mengenai Batas Air atau Shui Hu Chuan (dialek Hokkian) menurut beberapa pendapat ahli memang merupakan karya Shi Nai An yang direvisi (sunting) oleh Ko Kuan Chung. Selain terkait dengan Chin Ping Mei, Shui Hu Chuan juga disebut-sebut terkait dengan roman Hong Sin (Feng Shen). Alasannya, karena roman Shui Hu Chuan dianggap membahayakan pemerintah maka si penulis dicari2 pemerintah. Maka untuk kamuflase ditulis lah roman Hong Sin yang penuh daya khayal ini. Tapi penelitian menganai hal itu masih perlu dibuktikan lagi. Marcus Rinto Jiang : Hm, Pak Marcus saya mau koreksi dikit. Shui Hu Zhuan itu dialek utara atau mandarin yang kita kenal sekarang. Kalau dialek Hokkiannya Shui Hu Zhuan dibaca Cui Ho Toan. Ho itu dibaca seperti Ho-nya harimau yang bernada sengau. Feng Shen (Hong Sin) setahu saya ditulis oleh Xu Zhong-lin, pengarang zaman Ming juga, tidak ada kaitannya dengan Shi Nai-an ataupun Luo Guan-zhong. Rinto Jiang .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Papan nama leluhur (Re: Tuhan vs Dewa)
DK: Dilihat dari satu sisi, memang dengan foto almarhum/ah kita bisa mengetahui rupa orangtua/leluhur kita, walaupun kita tak mengenalnya secara pribadi, namun ada kekurangannya. Di papan nama almarhum/ah biasanya terkandung informasi sbb: - Nama lengkap (termasuk nama kecil) almarhum/ah - Tanggal, bulan, tahun dan saat (si) kelahiran almarhum/ah - Tanggal, bulan, tahun dan saat (si) wafatnya alamrhum/ah - (Kadang-kadang) lokasi almarhum/ah dimakamkan, serta arah menghadapnya menurut perhitungan hong-sui/fengshui - Nama anak-anak, cucu-cucu, buyut-buyut dst lengkap Nah, informasi inilah yang tidak dapat disampaikan pada foto. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Ming menulis : saya pun dulu sempat meremehkan budaya tionghoa ,,, saya akui kesalahan itu. Mudah-mudahan saya tidak mengulangi di masa depan. Mengenai meja penghormatan kepada leluhur (meja abu?), di keluarga saya terbiasa memasang foto almarhum. Tetapi saat mengunjungi mertua di Pematang Siantar,Medan, di sana tidak menggunakan foto, tetapi papan yg bertuliskan nama almarhum. Yang ingin saya tanyakan, apakah perbedaan itu akibat perbedaan suku (hokkian, kanton, khe',dll)? Mohon maaf apabila hal ini pernah dibahas sebelumnya. Rinto Jiang : Papan tulisan itu sebenarnya sama hakikatnya dengan foto itu sendiri, adalah sebuah simbol semata. Yang dihormati bukan papan tersebut ataupun foto tadi. Foto boleh dilihat sebagai satu transformasi karena orang dulu belum mengenal foto dan karenanya meneruskan tradisi papan seperti ini. Papan seperti ini ada di tradisi orang hokkian, konghu, hakka dan lain2. Jadi, tidak ada hubungannya dengan perbedaan darimana orang itu berasal (hokkian, konghu, hakka deelel). Saya ingat dulu kakek saya pernah membuat satu papan untuk nenek saya. Papan tadi adalah 2 papan yang disatukan menjadi 1 papan, bila dipisah, maka di bagian dalam ada riwayat singkat nenek saya. Rinto Jiang .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: OOT Tanya Keturunan
Sdr Hendri, Sepengetahuan saya orang Cina Benteng (Tangerang) kebanyakan termasuk ke dalam kelompok dialek Hokkian (Selatan), karena kakek- moyangnya, seperti kebanyakan kaum Peranakan lain di Jawa, umumnya berasal dari propinsi Hokkian (Mandarin: Fujian) di Tiongkok selatan. Mereka sudah bermukim di tanah ini lama sebelum kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Jawa. Karena sudah sedemikian lamanya dan tidak dicatat, tak heran bila banyak warga Peranakan (dan mungkin juga Totok) dan yang tidak tahu asal-usul dan silsilah marga sendiri. She (marga) yang dipakai ayah dan ibu Sdr Hendri, yakni Yo (Mandarin: Yang) dan she Tjoa (Mandarin: Cai) membuktikan hal itu. Akan tetapi, seperti dijelaskan oleh Sdr Rinto, kakek-moyangnya belum tentu asalnya dari Hokkian (Fujian), bisa saja dari propinsi lain yang merantau ke Hokkian (Fujian). Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Hendri menulis : Dear All Maaf mohon tanya sebelumnya karena saya sendiri gak tau harus nanya ama siapa Saya dari keluarga chinise yang berasal dari tangerang ( cina benteng ) dan gak tau dari keturunana mana, Saya dah tanya ama keluarga ( kakek n nenek ) dan mereka gak ada yanga tau silsilah keluarga Marga dari ayah Yo dan marga dari ibu Tjoa Saya mo tanya saya tuh berasal dari suku apa yach Penyebutan keluarga biasa menggunakan Cici, Kokoh, Mpe, Aem, Encim, Encek dll Maaf jika ganggu sodara sekalian Salam Damai **Hendri Gunawan** Rinto Jiang : Sebenarnya ada beberapa cara mengetahui silsilah keluarga, seperti yang dulu pernah dilakukan beberapa member di milis yaitu dengan menelusuri ke atas, ke papan nisan makam leluhur. Di sana biasanya dapat dicari beberapa petunjuk. Pernah saya tuliskan tata cara penulisan bongpay (papan nisan) makam orang Tionghoa, bahwa ada dituliskan tang hao (klan), gelar, daerah asal dan lain2. Dulu ada satu member yang baru mengetahui kalau leluhurnya adalah satu pejabat bergelar ini itu di satu kabupaten di Fujian. Dari sini dapat kita ketahui bahwasanya ia adalah keturunan Hakka dari Fujian. Bila ingin menilik silsilah dan keturunan dari bahasa dan cara panggilan, saya rasa kurang tepat karena ada kecenderungan orang dari tempat yang berlain2an menggunakan bahasa mayoritas orang di suatu daerah. Misalnya di Medan, yang lazim digunakan adalah dialek Hokkian, jadi orang apapun (Hakka, Tiociu, Hokkian, Konghu) bisa berbahasa Hokkian dan malah sering tidak menguasai lagi dialek asli mereka. Di Aceh, orang Tionghoa lazim menggunakan bahasa Hakka. Namun, bila ditilik dari tata cara panggilan anda di dalam keluarga, maka tata cara itu adalah berasal dari dialek Hokkian, tetap saja tidak menandakan bila anda itu adalah orang Hokkian. Satu lagi, mengenai marga, juga tidak dapat digunakan untuk menunjuk daerah asal. Saya pernah menjelaskan di dalam satu tulisan bagaimana satu marga bisa ada di dalam orang Hakka, Hokkian, Kanton, Tiociu dan lain2. Saya copy paste lagi. [quoted] Budiman menulis : disamping itu kami juga cukup bingung kenapa ada Orang yang bemarga Oe / Wang yang bersuku Hokien or Konghu ???demikian juga Chang/Chong/Tio ada yang dari suku Hokkien dan ada yang dari Hakka ??? ( hanya sebagai contoh ). Kenapa hal ini bisa terjadi ??? Mungkin ada yang bisa bantu untuk menjelaskannya Terima kasih Budiman Rinto Jiang : Budiman-xiong, Mumpung masih ada waktu luang, saya jawab sekalian. Saya mau mendongeng dulu. Budiman-xiong, misalnya kita bermarga sama dari leluhur yang sama bermarga Jiang berdomisili di Luoyang di masa Samkok (abad ke-3). Kita masih sepupu. Namun, orang tua saya memutuskan untuk bermigrasi dulu ke daerah Jianye di negara Wu sedangkan orang tua anda tetap memilih bertahan di Luoyang negara Wei. Kita terpisah sejak itu dan keturunan marga Jiang mulai saat itu terpisah menjadi di Luoyang dan di Jianye. Lewat beberapa abad, kekacauan terjadi lagi di saat Dinasti Sui. Keturunan saya yang bermarga Jiang memutuskan bermigrasi ke selatan ke daerah Fujian sekarang (kita sebut garis keturunan A), ada juga yang memutuskan mengungsi lebih jauh ke selatan menempati daerah Guangdong sekarang (kita sebut garis keturunan B). Lalu mereka tinggal di sana selama bergenerasi tanpa kenal mengenal lagi satu sama lain. Suatu saat di zaman Dinasti Song Utara, sewaktu bangsa Kim menyerbu Song dan mendesak Song ke selatan, keturunan anda yang merga Jiang di Luoyang itu ikut mengungsi ke selatan. Mereka lalu berdomisili di pegunungan di propinsi Jiangxi. Mereka inilah yang menjadi cikal bakal orang Hakka kemudian. Dari sini, kita dapat menjawab pertanyaan anda itu. Garis keturunan A dari saya menjadi orang Hokkian bermarga Jiang. Garis keturunan B dari saya menjadi orang Kanton (Konghu) bermarga Jiang. Garis keturunan anda menjadi
[budaya_tionghua] Re: Peh Cun tidak bertepatan dengan hari ulang tahun Dewa Bumi (Peh Cun)
Tjoewie Hengtee Tjiemoay/Zhuwei Xiongdi Jiemei, Sekedar informasi: Toan Ngo Ciat (Duanwu Jie) tahun ini akan diadakan di Tangerang oleh Pemkot Tangerang, bekerja sama dengan Kelenteng Boen Tek Bio, tanggal 11-12 Juni 2005 dengan acara Festival Cisadane bertempat di bantaran Sungai Cisadane, belakang Plaza Tangerang (Robinson). Akan ada Perlombaan Mendayung Perahu Naga (Pe Liong-cun), Kesenian Gambang Kromong dan Wayang Cokek, Berburu Bebek yang dilepas di air, Barongsai, dll. Yang berminat dipersilakan datang. Kiongtjhioe/Gongshou, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Suryadi menulis : Rekan-rekan milis yth, Mohon keterangan, apakah Sabtu 11 Juni 2005 merupakan hari Peh Cun atau hari Dewa Bumi? Dan, apakah benar pada hari itu telor akan berdiri? Jam berapa? Caranya bagaimana? Mohon petunjuk, sebab hal ini tentu akan merupakan fenomena yang menarik. Trim's, Suryadi Rinto Jiang : Sabtu, 11 Juni 2005 (tgl 5 bulan 5 penanggalan Imlek) adalah hari raya Peh Cun (Duan Wu Jie). Hari ulang tahun Dewa Bumi (Thotekong) adalah bertepatan pada hari raya Tiongciu (Zhong Qiu Jie) yaitu pada tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek (18 September 2005). Duan Wu Jie makan bakcang, Zhong Qiu Jie makan kue bulan. Yang satu festival musim panas, yang satu festival musim gugur. Orang Tionghoa mengenal 4 festival menurut musimnya, musim semi Chun Jie (hari raya Imlek), musim panas Peh Cun, musim gugur Tiongchiu dan musim dingin Tangceh. Mengenai telor berdiri pernah didiskusikan di milis tahun lalu oleh Pak Andreas, mohon dirujuk ke : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/4108 dan posting2 komentar yang menyertainya dari member lain. Rinto Jiang .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: TOLONG BANTU TTG KELENTENG!!!!
Xuan Tong-xiong, Betul sekali Kelenteng Besar Tai Kak Sie bisa dikategorikan vihara. Sam Po Tong yang lagi dipugar besar-besaran bukan vihara, tapi kelenteng. Saya heran, kenapa nama kelenteng Sam Po Tong (Tong = Gua) sering diganti menjadi Sam Po Kong (Kong = Paduka), bahkan oleh penulis buku Mengenal Kelenteng Sam Po Kong sendiri, padahal namanya dalam aksara Tionghoa yang terpampang di halaman parkir kelenteng jelas-jelas Sam Po Tong, bukan Sam Po Kong! Maaf agak OOT 'dikit. Gongshou, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED] wrote: Kwa heng , terimakasih atas koreksi anda. Mungkin yang termasuk kategori vihara dalam sebutan kelenteng adalah Tai Kak Sie di Semarang. hormat saya , Xuan Tong --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 [EMAIL PROTECTED] wrote: Xuan Tong Xiong, Xiaodi tambahkan sedikit yah: XT: kelenteng adalah sebutan umum bagi tempat ibadat orang tionghoa. DK: Kelenteng adalah istilah generik dalam bahasa Melayu (Tionghoa) bagi apa yang dalam bahasa Inggris disebut Chinese Temple. Secara umum , kelenteng dibagi menjadi 4 macam yang mewakili 4 macam agama. Adapun 4 macam agama adalah sebagai berikut : 1.Taoism 2.Khong Hucu 3.Buddhism 4.rakyat atau Sam Kaw Masing-masing memiliki sebutan tempat ibadat yang berbeda-beda. Tempat ibadat Taoism disebut Gong (kiong), Dao Goan ( tokwan), An (am). Misalnya Tek Hai Kiong ( Ci Hai Gong ) di Tegal. DK: Tek Hai Kiong = Ze Hai Gong di Tegal. Tek Hai Cin-jin = Ze Hai Zhenren. XT: Tempat ibadat Khong Hucu disebut Li Tang (pada masa sekarang ini) dan Miao (bio). Misalnya Bun Tek Bio ( Wen De Miao ) di Surabaya. DK: Yang di Surabaya adalah Bun Bio = Wen Miao, sedangkan Boen Tek Bio (Wende Miao) adanya di Pasar Lama, Tangerang. XT: Tempat ibadat Buddhism disebut Si (sie), Tang , An (am). Misalnya Shaolin Si (Siao Lim Sie). DK: Si (Si), Tang (Tong), misalnya Koan Im Tong (Guan Yin Tang) di Mangga Besar 58 (sekarang diganti nama menjadi Koan Im Sie) dan Mangga Besar 95, Jakarta. Tong (Hall) sering juga dipakai sebagai nama kelenteng yang dihuni para cai-ci (zhaijie), yakni yang disebut cai-am (zhai'an). Misalnya, Qingfu Tang (Tjhin Foek Thong), Tongshan Tang (Thoeng San Thong), Wanfu Tang (Wan Foek Thong) dll. Vihara (baca: wihara) adalah rumah ibadah khusus agama Buddha. Sejak rezim Orde Babe mulai berkuasa, karena selain agama Buddha, agama Tionghoa lainnya tidak diakui pemerintah (memangnya apa pula hak negara untuk mengakui atau tidak mengakui gama yang dianut setiap warga?), maka banyak kelenteng, utamanya di Jakarta dan Jawa Barat, dipaksa (ditakut-takuti!) untuk memakai nama vihara di depan namanya yang harus dipilih yang berbau Sanskerta serta---bagi kelentyeng non-Buddhis---menempatkan sebuah Buddharupang (arca Buddha) di meja sembahyang depan/ruang utama. Maka jadilah Kim Tek Ie menjadi Wihara Dharma Bhakti, Hong San Bio (Toa Sai Bio) menjadi Dharma Jaya, Lam Tjeng Bio menjadi Ariya Marga, Boen Tek Bio Tangerang menjadi Padumuttara, Boen San Bio Tangerang menjadi Nimmala, Boen Hai Bio Serpong menjadi Karunayala (?), Hok Tek Bio Bogor menjadi Dhanagun, Hiap Thian Kiong Bandung menjadi Satya Dharma. Kenyataan ini mengindikasikan tekanan terhadap kelenteng yang sangat kuat di Jakarta dan Jawa Barat. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, para pengurus kelenteng secara kompak menolak dipaksa dijadikan vihara. Mereka memilih memakai nama Tempat Ibadah Tri Dharma, disingkat TITD. Maka di sana sangat sedikit Vihara, yang banyak adalah TITD: TITD Tek Hai Kiong Tegal, Tjoe Hwie Kiong Rembang, Tjoe An Kiong Lasem, dsb. Setelah Reformasi, di Jakarta dan Jawa Barat ada sebagian Kelenteng yang kembali ke jalan yang benar ke nama semula. Misalnya, Boen Tek Bio. Namun, sebagian besar kelenteng acuh tak acuh dan tetap memakai nama paksaan rezim Orde Babe tersebut. Hal ini tentu membingungkan generasi muda. Banyak di antara mereka yang tidak bisa membedakan kelenteng dan vihara, sehingga timbul pertanyaan Nandha Xiong di bawah ini. Kiongchiu/Gongshou, DK .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Rumah Persembunyian Soekarno di Rengasdengklok
RRS, Setahu saya, dari sumber-sumber lain, nama pemilik rumah kebanggaan itu adalah Djiauw Kie Siong deh, bukan Djiaw Ki Siong (ejaan van Ophuijzennya salah). Rupanya penulis salah mengeja atu tidak mengerti ejaan van Ophuijzen sama sekali. Dilafalkannya ya tetap jiau ki siong. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, yastaki_kurata [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan Rinto, Berikut artikel yang saya dapatkan mengenai pemilik rumah tersebut. sumbernya adalah dari http://www.gpdi-gatep.org/wmview.php?ArtID=118 Koreksi sedikit, istilah persembunyian Soekarno kurang tepat. Bung Karno tidak bersembunyi tetapi disembunyikan. Kalau kita setuju bahwa peristiwa rengas dengklok itu adalah penculikan, maka kata yang tepat sebetulnya adalah tempat penyekapan. Tapi, karena tujuan penculikan itu adalah baik (supaya Bung Karno memproklamirkan kemerdekaan RI), maka kata itu terasa terlalu kasar. Oke, itu adalah hal lain lagi, yaitu sejarah. Maaf berpanjang- panjang kata YasKur Tempat Penulisan Naskah Proklamasi Sumber: Internet SEJAK Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan Soekarno-Hatta, 17 Agustus 1495, rumah alm. Babah Djiaw Ki Siong di Dusun Bojong Ds./Kec. Rengasdengklok Kab. Karawang diabadikan sebagai rumah bersejarah. Rumah seorang petani keturunan Tionghoa di pinggir Sungai Citarum itu pernah dipakai tempat tinggal para Bapak Bangsa dalam menyusun naskah proklamasi, sebelum naskah itu dikumandangkan di Jalan Pegangsaan Timur no 56 Jakarta. Karena dinobatkan sebagai rumah bersejarah, seluruh bangunan rumah yang berdinding kayu jati, beratap genting tua, dan beralaskan batu bata itu dan sampai sekarang masih ditempati anak cucu Djiaw Ki Siong sebagai pemiliknya, tak boleh diperbaiki apalagi diubah seenaknya. Pelarangan itu muncul karena kekhawatiran nilai keaslian rumah itu punah. Anehnya, dari dulu hingga sekarang, pemerintah hanya cukup memberikan nama rumah bersejarah yang harus dilestarikan. Di luar itu sama sekali tak pernah ada perhatian bagi si pemiliknya. Sementara itu, kondisi rumah kian tua dan terancam mengalami kerusakan. Andai rumah itu ambruk, bagaimana nasib keluarga yang sekarang menempati rumah itu? Ketika Babah Djiaw Ki Siong masih hidup, sejumlah perkakas rumah yang dulu pernah dipakai Bung Karno sekeluarga, Bung Hatta, dan tokoh proklamator lainnya diangkut ke museum di Jabar. Sayangnya, Djiaw Ki Siong -- yang pekerjaan sehari-harinya sebagai petani kecil -- tak sepeser pun mendapat ganti rugi saat barang-barang miliknya itu diboyong ke museum. Meski demikian kedaannya, keluarga kami tetap bangga rumah ini telah dijadikan simbol rumah bersejarah bagi perjuangan bangsa. Bingungnya, rumah ini sudah lapuk dan sudah mengkhawatirkan bila dipakai tempat tinggal, sulit untuk diperbaiki karena dilarang pemerintah, kata Ny. Iin alias Djiaw Kwin Moy, cucu Djiaw Ki Siong yang sekarang menempati rumah tersebut. Di rumah itu pernah tinggal Bung Karno, Bung Hatta, Sukarni Yusuf Kunto, dr. Sucipto, Ny. Fatmawati, Guntur Soekarnoputra, dan lainnya selama tiga hari, pada 14-16 Agustus 1945. Pada tahun 1958, rumah bersejarah itu pernah dipindahkan karena tergusur pelebaran pembangunan Sungai Citarum. Sebelum dipindahkan, dua perangkat tempat tidur terbuat dari kayu jati, tempat tidur Bung Karno dan Bung Hatta, seperangkat tempat minum dan seperangkat meja kursi tempat duduk para tokoh proklamator, diambil pihak museum Bandung. Engkong (kakek) Djiaw Ki Siong merelakan semua perkakas rumah untuk diabadikan sebagai benda bersejarah. Membangun rumah di tempat baru yang harus dipertahankan keasliannya pun semuanya dibiayai dari hasil jerih payah engkong, tanpa sepeser pun bantuan pemerintah, kata Yayang, suami Ny. Iin. Padahal, engkong hanyalah seorang petani kecil di Rengasdengklok. Di antara para tokoh nasional yang memberi perhatian besar kepada keluarga Djiaw Ki Siong adalah Mayjen Ibrahim Adjie yang pada saat itu menjabat sebagai Pangdam III Siliwangi. Pangdam pernah memberi penghargaan kepada Babah Djiaw berupa selembar piagam nomor 08/TP/DS/tahun 1961. Setelah Babah Djiaw meninggal pada tahun 1964 dan beberapa tahun berselang berganti kepemimpinan nasional dari Soekarno ke Soeharto, rumah bersejarah diwariskan kepada anak pertama Babah Djiaw, yakni Ny. Tiaw Siong (ibunda Ny. Iin). Sekali lagi, tak ada perhatian apa pun dari pemerintah. Malah, Ny. Tiaw sempat tak dibolehkan menerima tamu siapa pun yang ingin tahu rumah bersejarah itu. Sekira tahun 1980-an, di Lapangan Rengasdengklok yang letaknya hanya beberapa puluh meter dari rumah alm. Djiaw, dibangun Tugu Perjuangan dengan biaya besar. Anehnya, pihak pemerintah sama sekali tak melirik keberadaan rumah Djiaw yang kondisinya sudah rusak termakan usia. Padahal, di rumah itu naskah proklamasi disusun sehari sebelum Indonesia merdeka. Anehnya lagi, tatkala rumah ini akan direhab
[budaya_tionghua] Re: Tan Hu Jin (Miao, Si, Ci (TOLONG BANTU TTG KELENTENG!!!!))
Kang-heng, Tan Hu Cin-jin (Chen Fu Zhenren), seperti juga Tek Hai Cin-jin (Ze Hai Zhenren) di pantura Jawa, adalah tokoh lokal yang kemudian dihormati di beberapa kelenteng di ujung timur Jawa dan di Bali. Dengan demikian tokoh ini tidak dapat ditemui di Tiongkok maupun di Taiwan. Ini terbukti dari Riwayat Tan Hu Cin-jin yang ditulis oleh Hindra Suarlim, yang dikutip oleh Jayasentosa-bali-heng tersebut. Lagipula Tan Hu Cin-jin adalah kong-cou (laki-laki), sedangkan Tan Hu-jin (Cu Seng Nio-nio) adalah mah-cou (perempuan). Tokoh lokal lainnya konon adalah Tan Oei Djie Sian-seng (Chen Huang Er Xiansheng) di kelenteng-kelenteng Juana, Kudus, Rembang dan Lasem. Kedua kong-cou ini adalah pejuang Tionghoa pada waktu Geger Pacina, yakni perlawanan gabungan orang Tionghoa dan Jawa melawan VOC, setelah Tragedi Pembantaian Angke di Batavia (Ang-khe Tai Tou-sat Cham-an tahun 1740). Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Makasih atas koreksi dan tambahan dari Sdr. Xuan Tong dan Sdr. Jaya Sentosa. Bila yang dimaksud Tan Hu Jin Yin oleh Sdr. David itu adalah dewi, maka Zhu Sheng Niang Niang (Tan Hu Jin) saya kira sangat mendekati, karena Tan Hujin memang menjadi dewi utama di banyak kelenteng di Taiwan dan Fujian. Namun bila adalah dewa, maka pastilah bukan Tan Hujin, melainkan yang dikutip oleh Sdr. Jaya tadi adalah lebih mendekati. Rinto Jiang perfect_harmony2000 wrote: sdr.Jaya , saya mencoba meluruskan kesalahpahaman disini. Yang dimaksud oleh anda adalah Chen Fu Zhen Ren ¸ զȋ dan yang dimaksud oleh sdr.Rinto adalah Chen Fu Ren ȋ hormat saya , Xuan Tong --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jayasentosa_bali [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya mengutip sebagian dari tulisan Bapak Hindra Suarlim. Riwayat Yang Mulia Kongco Tan Hu Cin jin Tan HU Cin Jin berarti; manusia sejati dari keluarga /marga Tan Nama Beliau adalah Tan Bun Ciong,berasal dari Propinsi Kwan Tung. Terkenal sangat pintar dalam berbagai pengetahuan dan ketrampilan antara lain sebagai Sinse,pakar hong shui,arsitek bangunan dan pertamanan. Beliau terdampar di pantai Banyuwangi,sedangkan dua saudaranya terdampar di Pulau Bali. Arsitek Tan menetap untuk sementara di Kerajaan Blambangan.pada masa pemerintahan Pangeran Danureja(1697-1736) Beliau membangun sebuah Istana di daerah Macan Putih Blambangan. Pada masa itu Blambangan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mengwi di Bali.Raja Mengwi mengirim utusan ke Blambangan menitahkan kepada Pangeran Danureja agar segera menugaskan Arsitek Tan dan para pekerja ke Mengwi,untuk membangun Istana dan taman yang indah. KongCo Bio Kuta didirikan oleh komunitas Tionghua Kuta-Bali dan sekitarnya. Sebagai tempat bersemayamnya Yang Mulia Kongco Tan Hu Cin Jin.yang diyakini dapat memberi perlindungan,kesejahteraan dan kebahagiaan bagi para keluarga pengabdinya.Secara organisatoris Kongco Bio Kuta-Bali dipertanggung Jawabkan oleh Hiap Yu Hwe Yu,wadah suka duka masyarakat Tionghua Kuta-Bali yang dipimpin oleh seorang Lothia atau yang dituakan. Kongco Bio Kuta berubah nama menjadi Vihara Dharmayana Kuta untuk lebih jelasnya silahkan membaca Buku Mengenal Vihara Dharmayana Kuta yang ditulis oleh Bapak Hindra Suarlim Semoga tulisan diatas dapat menambah wawasan kita .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
MEI XIEN THAI PHU Re: [budaya_tionghua] Re: Beberapa hal tentang orang hakka
Yonathan-heng/xiong, Putian itu (dulu, di zaman Qing) nama sebuah kabupaten (xian) di keresidenan (fu) Xinghua (atau Hinghua). Setahu saya orang Putian juga disebut orang Hinghua. Di Jakarta perkumpulan orang Hinghua ada di sebelah Kelenteng Guanghua Si (Kong Hoa Si), yakni perkumpulan Hok Pou Seng, singkatan dari Hok Chnia, Pouchan, dan Sengyu (Fuqing, Putian dan Xianyou). Kiongchiu/Gongshou, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Yonathan David [EMAIL PROTECTED] wrote: Menarik sekali topik mengenai asal usul orang hakka di Indonesia. Satu yg ingin saya tanyakan, orang2 yg berasal dari Pu Tian termasuk yg dialek yg mana? Kedua orang tua saya bilang kalo, leluhur kami berasal dari Pu Tian shi, tepatnya Xian You, kadang ortu saya juga nyebut dirinya orang Xian You. Terima kasih kalo ada bisa menjawab pertanyaan saya ini. David Chen From: King Hian [EMAIL PROTECTED] Reply-To: budaya_tionghua@yahoogroups.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: MEI XIEN THAI PHU Re: [budaya_tionghua] Re: Beberapa hal tentang orang hakka Date: Fri, 22 Apr 2005 07:48:54 -0700 (PDT) Dialek standard bahasa Hakka adalah dialek Meixian (nama kabupaten di Guangdong), yang sekarang disebut Meizhou shi (kota Meizhou). Pembagian sub-dialek bahasa Hakka menurut Dr. Lau Chun-fat: 1. Jiaying (Guangdong Utara, Guangdong Timur Laut, Guangxi, Sichuan Timur, Taiwan, sekitar 24 juta) 2. Minxi-Gannan (Fujian Barat dan Jiangxi Selatan, sekitar 10 juta) 3. Yuemin (Guangdong Tenggara dan Fujian Selatan, sekitar 1 juta) 4. Yuezhong (Guangdong Tengah, 1 juta) Subdialek Jiaying (yang merupakan subdialek terbesar) terdiri dari dua kelompok yaitu: A. Meixian, yang terdiri dari 7 logat: a. Meizhou b. Sixian c. Huiyang-bao d. Yuexi-Guangxi e. Xinning f. Hailu g. Gannan Guangdong B. Wuhua, terdiri dari 5 logat: a. Wuhua b. Yuebei c. Jiexi d. Dongguan e. Sichuan f. Tonggu Logat Meizhou (dahulu: Meixian [Moiyan]) mencakup bahasa di daerah: Meizhou, Dabu [Thaiphu], Jiaoling, Pingyuan, Longchuan, Zijin (semuanya di Guangdong). Sepengetahuan saya, mayoritas orang Hakka di Jawa termasuk logat Meixian (1.A.a). Selain itu ada juga beberapa yang berasal dari Xingning [Hinnen] (1.A.e) dan Yongding [Yunting] (2). Untuk orang Hakka di Bangka-Belitung dan Kalimantan Barat, saya tidak tahu termasuk logat yang mana. Tetapi kalau melihat perbedaan dengan dialek Moiyan, kelihatannya logatnya mirip dengan logat Hailu [Hoiluk] (1.A.f). MoiyanHoiluk Wong Bong(kuning) Yong Jong (kambing) Nyi Ngi (kamu) Nyan Ngan(mata) Salam, KH BUD'S [EMAIL PROTECTED] wrote: Setahu kami, orang khek itu ada 2, yaitu Mei Xien ( Mayoritas di Sumatera Utara dan Jawa ???) dan Thai Phu ( Mayoritas di Pontianak), dialek bahasanya agak beda. Mungkin ada yang bisa mejelaskanya Budiman - Do you Yahoo!? Yahoo! Small Business - Try our new resources site! _ MSN Hotmail¤Ç³«±¿¥á¥ë¥¢¥ÉÀꤤ¼Â»ÜÃæ http://promotion.msn.co.jp/hotmail/fortune/input_un.asp .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Perkenalan
Kang Tisna, Wilujeng sumping. Mugi ieu pacaturan aya mangpa'atna kanggo ka urang sadaya, utamina kanggo ka Akang (Selamat datang. Mudah-mudahan diskusi ini bermanfaat bagi kita semua, terutama untuk Anda). Salam baktos, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, nana sutrisna [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum (Salam sejahtera untuk Anda) Segenap pecinta budaya Tionghua Izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu Nama : Sutisna (Nana Sutrisna) Asal : Subang ?Jawa barat Suku: Sunda ?Jawa Agama : Islam Saya harap dengan sebenarnya milist ini tidak hanya untuk etnis atau agama tertentu. Karena walaupun saya bukan berasal dari etnis China dan beragama yang tidak umumnya orang China menganutnya tapi dengan sebenarnya saya sangat menyukai budaya, sejarah, filsafat dan bahasa China. Mungkin rekan ?rekan pernah mendengar Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri China? Perlu rekan ?rekan ketahui kata ?kata itu berasal dari perkataan Nabi Muhammad, 15 abad yang lalu. Dari perkataan beliau ini kita melihat tidak ada sedikitpun yang disebut sentimen etnis ataupun agama kepada orang China. Agama islam lebih dulu dikenal orang China daripada orang Indonesia, bukankah di propinsi Xinjiang uyghur adalah mayoritas beragama Islam, bukankan suku Hui juga beragama Islam, bukankah Laksamana Chengho juga seorang muslim, bukankah para wali penyebar agama dan sultan ?sultan di Demak dan di Palembang adalah kesemuanya adalah keturunan China. Sepanjang sepengetahuan saya orang China lebih dulu mengenal Islam daripada Kristen. Saya harap dengan keikutsertaan saya di milist ini semakin menambah pengetahuan saya tentang China. Supaya saya lebih bisa melaksanakan apa yang diperintahkan Nabi Muhammad agar mencari ilmu itu sampai ke negeri China. Saya percaya ada hikmah besar dibalik perintah itu. Saya merasa sedih dengan perlakuan buruk yang diterima rekan ?rekan dari etnis China pada saat terjadinya reformasi di Indonesia, saya pun ingin tegaknya keadilan di negeri ini yang tidak membeda ?bedakan suku, ras, golongan atau agama tertentu. Dan kebetulan karena Indonesia mayoritas beragama Islam, ini bisa menimbulkan perasaan anti Islam dikalangan rekan ?rekan China. Padahal perbuatan pelecehan dan penindasan itu benar ?benar tidak sesuai dengan ajaran agama islam. Untuk kali ini mungkin saya cukupkan sekian dulu mohon maaf apabila ada perkataan saya yang tidak berkenan. Wassalamu'alaikum (Dan salam sejahtera untuk anda) Nana Sutrisna .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Falungong mengapa dilarang di Tiongkok?
Zhou-xiong, Betul sekali, siaute/xiaodi setuju! Diskusi tentang dogma agama di milis ini membuat orang yang tidak bersangkut paut menjadi (maaf) muak kepengen muntah! Apalagi bila ketemu yang orang yang ngotot! Milis ini bukan milis agama. Lebih baik ganti saja dengan topik lain yang lebih berguna, seperti yang diusulkan beberapa rekan lain... Mohon maaf kalau ada yang tersinggung. Kiongchiu/Gongshou, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Skalaras [EMAIL PROTECTED] wrote: Sudahlah! selama anda tidak mau menegaskan posisi anda, apakah anda menganggap ajaran Falungong adalah kebenaran mutlak atau tidak, saya malas menanggapi masalah ini lagi. Karena saya malas berdiskusi masalah kepercayaan dengan para Penganut Agama! dan saya juga mengharapkan para umat agama tidak melontarkan ajarannya di Milis umum ini. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: apakah Maitreya = Jilayhud ?
Ji Lai Hut (Hokkian Selatan lafal Ciangciu) = Rulai Fo (Mandarin) adalah terjemahan dari istilah Tathagata (Sansekerta) = Ia Yang Telah Datang (Inggris: He Who Thus Come), dalam hal ini Buddha Sakyamuni (Sek Kia Mou Ni Hut) alias Siddharta Gautama. Sedangkan Maitreya (Sansekerta) adalah bodhisattva (calon Buddha) atau Buddha yang akan datang, yang akan menggantikan Buddha Sakyamuni. Dalam bahasa Tionghoa dialek Hokkian Selatan lafal Ciangciu Maitreya Bodhisattva = Mi Lek Phou Sat (Mandarin: Mile Pusa). Oleh beberapa sekte Maitreya dianggap sudah menjadi Buddha, sehingga disebut Mi Lek Hut (Mandarin: Mile Fo). Nah, nama Mi Lek Hut ini yang sering dikacaukan dengan istilah Ji Lai Hut, padahal pengertiannya sangat berbeda!!! --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Goenawan Sugihrehardja menulis : yth. netters saya punya pertanyaan menganjal, apakah Maitreya itu sama dengan Jilayhud? salam dan terima kasih, goenawan s Rinto Jiang : Sdr. Goenawan, Tidak sama. Julayhud itu semacam gelar, panggilan seperti Presiden misalnya. Jadi Julayhud itu adalah salah satu gelaran untuk menyebut Buddha. Seperti juga ada pertanyaan, siapa presiden Indonesia sekarang maka adalah juga pertanyaan siapakah Julayhud yang sekarang. Buddha yang sekarang menurut agama Buddha adalah Buddha Sakyamuni. Jadi Buddha Sakyamuni adalah Julayhud. Mengenai Maitreya adalah calon Buddha yang akan datang menggantikan Buddha Sakyamuni. Jadi, Maitreya itu calon Julayhud. Maitreya disebut Mi Le Pu Sa dalam mandarin. Pu Sa artinya Bodhisatva = calon Buddha. Beberapa sekte agama Buddha menyebut Maitreya sebagai Buddha Maitreya sehingga kerap pula terdengar sebutan Mi Le Fo. Demikian, semoga mencerahkan. Rinto Jiang PS. Ru Lai Fo (mandarin) = Ju Lai Hud (hokkian) Mi Le Pu Sa (mandarin) = Bi Lek Pho Sat (hokkian) Yahoo! Groups Sponsor ~-- Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Lupakan jati Tionghoa Anda!
Lim-heng, Memang itulah yang saya dengar, justru dialah biang keladi yang menganjurkan agar pemerintah orde babe waktu itu untuk mengeluarkan sebuah peraturan yang mengganti istilah Tionghoa dan Tiongkok menjadi Cina, sehingga timbul masalah psikologis (hingga timbul istilah pengganti: Cainis, Caina, Cines; untuk menghindari dicina- cinakan oleh pemerintah) yang sampai sekarang tidak selesai!!! Dialah orangnya!!! Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi S Lim [EMAIL PROTECTED] wrote: Dari apa yang saya baca ttg Sindhunata, entah mengapa juga merasa dia ini lebih cocok dikategorikan sebagai penghianat. Dia ini salah satu yang mendukung penggunaan kata 'cina' dan bukannya 'tionghoa'. kalau nggak salah dia juga salah satu tokoh pendukung Piagam Asimilasi tahun 1961 (tolong dikoreksi kalau salah) yang manganjurkan untuk meninggalkan ketionghoaan. Cat: Ada perbedaan antara asimilasi dan integrasi. Asimilasi berarti meninggalkan ketionghoaan supaya bisa menyatu dengan keindonesiaan. Intergrasi berarti kira2 menggabungkan tanpa menghilangkan ciri ketionghoaan. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Sebenarnya kita juga ngerti, kenapa dia berbuat begitu, biasa , agar dikasih konsesi atau proyek2nya Trisakti itu ngkali yah. Buat saya sih saya bangga kalau ada orang Tionghoa jadi perwira seperti Shindunata itu, tapi yang saya tidak suka adalah kalau ada orang Tionghoa berjaya, tapi berdiri diatas penderitaan kaumnya. Itu namanya menghianat namanya. Koq jadi saya ngelantur sampai gini jauh yah ? Ah udahan dulu Mang , Shieun aya nuh ngamuk. salam, Dr.Irawan. Yahoo! Groups Sponsor ~-- Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Menyusuri Pecinan di Kota Tua Batavia
Pa Hadinoto, Terima kasih atas dukungan moreel dari Bapa, saya tentu akan selalu berusaha semampu saya untuk memberikan informasi yang benar, sebab, seperti kita ketahui, banyak fakta sejarah yang selama ini dipelintir oleh orang-orang tak bertanggung jawab macam 23 761 itu. Sedangkan, di lain pihak, masyarakat dan generasi penerus kan perlu tahu fakta yang sebenarnya. Jangan sampai salah persepsi seperti yang sudah- sudah, sebab bukankah kata pepatah tak kenal maka tak sayang? Dan fakta sejarah seperti yang saya kumpulkan selama ini masih belum dimasukkan ke dalam penulisan sejarah bangsa ini. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote: Excellent, pak David. Bapak sebagai pakar budaya Tionghoa, pantaslah menuliskan kesaksian dan apa yang pak David tahu. Ini penting sekali bagi generasi penerus. Jakarta yang dahulu Batavia, dihuni oleh pelbagai budaya, yang menghiasi bagian bagian kota ini. Khususnya wilayah utara/barat, mempunyai sejarah tersendiri, yang pantas bersanding bersama penulisan sejarah Indonesia yang lain. Salam Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 [EMAIL PROTECTED] wrote: RR BT S, Artikel itu datanya banyak yang salah kutip. Panduan untuk para guide Wisata Kampoeng Toea Museum Sejarah Jakarta dan Plesiran Tempo Doeloe Sahabat Museum, khususnya yang berkaitan dengan Molenvliet dan Kampoeng Tjina (Chineesche Wijk) saya yang membuat, makanya nama- namanya semua dalam dialek Hokkian, bukan Mandarin. Data itu yang dipakai oleh Sdr Asep Kambali dan lalu dikutib oleh penulis artikel ini, namun ada kesalahan-kesalahan kecil di sana. Aslinya ada pada saya dan di dalamnya saya berikutkan aksara Tionghoa untuk nama- nama Tionghoa, sehingga mereka yang mengerti aksara Tionghoa bisa melafalkannya baik dalam lafal Hokkian maupun Mandarin (Hoa- gie/Huayu). Waktu itu saya aktif sebagai nara sumber, namun sekarang sedang istirahat. Kesalahan-kesalahan kecil itu, misalnya, objek tertua (yang berinskripsi angka tahun, sehingga bisa dibuktikan keotentikannya) di Jakarta yang masih berupa meja sembahyang di Kelenteng Kim Tek Ie seharusnya berangka tahun 1724 (di sana tertulis Yong Tjeng tahun ke- 2, kalau tidak salah, harus dicek lagi), jadi sebelum Tragedi pembantaian Angke (Ang-khe Tai-tou-sat Cham-an/Hongxi Datusha Can'an) 1740, bukan 1742. Di artikel tertulis 1742, jadi setelah Tragedi Angke tersebut. Meja tersebut satu-satunya yang tidak terbakar dalam tragedi tersebut, letaknya di ruang samping kedua sebelah kiri pintu masuk, dekat tungku pembakaran kertas emas (kim-lou/jinlu). Lalu di bagian lain, pada bangunan bekas kediaman Luitenant der Chineezen bermarga Tjioe/Zhou (di artikel tertulis Tjio), tertulis aksara hok/fu (di artikel tertulis bok) atau rezeki, siu/shou atau usia panjang, khong/kang atau kesehatan, dan leng/ning atau kesejahteraan (di artikel tidak tercantum). Lalu nama kelenteng di gang Lam-ceng sebenarnya adalah Lam-ceng Bio/Nanjing Miao (nama inilah yang tertulis di prasasti beraksara Tionghoa di dinding depan kelenteng). Namun di papan depan gang dituliskan Lam Ceng Koan Tee Bio. Akibatnya, orang menyangka namanya Koan Tee Bio. Lam-ceng/Nanjing adalah nama suatu kabupaten (koan/xian atau county) di ex-Keresidenan Ciang-ciu Hu/Zhangzhou Fu di zaman dinasti Cheng/Qing (1644-1911). Dari kabupaten inilah Tee Liang Hoey/Dan Lianghui, yang konon berpangkat kapitein der Chineezen (mungkin titulair, bukan sebenarnya), pendiri kelenteng ini pada 1824 berasal. Sedangkan Koan Tee/Guan Di (Kaisar Koan/Guan) adalah gelar yang diberikan kepada Koan Kong/Guan Gong. Mengeanai Kelenteng Toa Se Bio, seperti yang pernah saya sebutkan dalam posting beberapa waktu sebelumnya, nama sebenarnya adalah Hong San Bio/Feng Shan Miao atau Kelenteng Gunung Hong. Namun, kelenteng ini juga dikenal sebagai Toa Sai Bio/Dashi Miao atau Kelenteng Duta Besar, sebab Cheng Goan Cin-kun/Qingyuan Zhenjun, dewata utama tuan rumah kelenteng ini, juga dikenal dengan sebutan Toa Sai Kong/Dashi Gong. Nama Toa sai Bio ini di lidah penduduk lama Batavia/Jakarta lama-kelamaan luluh menjadi Toa Se Bio. Nah, nama Toa Se Bio inilah yang masih dikenal sekarang di kalangan penduduk sekitar kelenteng. Sampai-sampai ada Paroki Toasebio di Gereja Santa Maria de Fatima, yang bekas kediaman Luitenant der Chineezen she Tjioe tadi. Juga dikatakan bahwa bahwa kelenteng ini didirikan oleh orang Hokkian dari Kabupaten Tiotha (seharusnya Tiothoa/Changtai), Keresidenan Ciangciu/Zhangzhou, Cina/Tiongkok. Mengenai bekas gedung Tiong Hoa Hwee Koan yang sangat bersejarah bagi Sejarah Indonesia itu, bangunan aslinya memang sudah diruntuhkan dan diganti dengan bangunan modern oleh pengurusnya waktu itu pada
[budaya_tionghua] Re: Menyusuri Pecinan di Kota Tua Batavia
RR BT S, Artikel itu datanya banyak yang salah kutip. Panduan untuk para guide Wisata Kampoeng Toea Museum Sejarah Jakarta dan Plesiran Tempo Doeloe Sahabat Museum, khususnya yang berkaitan dengan Molenvliet dan Kampoeng Tjina (Chineesche Wijk) saya yang membuat, makanya nama- namanya semua dalam dialek Hokkian, bukan Mandarin. Data itu yang dipakai oleh Sdr Asep Kambali dan lalu dikutib oleh penulis artikel ini, namun ada kesalahan-kesalahan kecil di sana. Aslinya ada pada saya dan di dalamnya saya berikutkan aksara Tionghoa untuk nama-nama Tionghoa, sehingga mereka yang mengerti aksara Tionghoa bisa melafalkannya baik dalam lafal Hokkian maupun Mandarin (Hoa- gie/Huayu). Waktu itu saya aktif sebagai nara sumber, namun sekarang sedang istirahat. Kesalahan-kesalahan kecil itu, misalnya, objek tertua (yang berinskripsi angka tahun, sehingga bisa dibuktikan keotentikannya) di Jakarta yang masih berupa meja sembahyang di Kelenteng Kim Tek Ie seharusnya berangka tahun 1724 (di sana tertulis Yong Tjeng tahun ke- 2, kalau tidak salah, harus dicek lagi), jadi sebelum Tragedi pembantaian Angke (Ang-khe Tai-tou-sat Cham-an/Hongxi Datusha Can'an) 1740, bukan 1742. Di artikel tertulis 1742, jadi setelah Tragedi Angke tersebut. Meja tersebut satu-satunya yang tidak terbakar dalam tragedi tersebut, letaknya di ruang samping kedua sebelah kiri pintu masuk, dekat tungku pembakaran kertas emas (kim-lou/jinlu). Lalu di bagian lain, pada bangunan bekas kediaman Luitenant der Chineezen bermarga Tjioe/Zhou (di artikel tertulis Tjio), tertulis aksara hok/fu (di artikel tertulis bok) atau rezeki, siu/shou atau usia panjang, khong/kang atau kesehatan, dan leng/ning atau kesejahteraan (di artikel tidak tercantum). Lalu nama kelenteng di gang Lam-ceng sebenarnya adalah Lam-ceng Bio/Nanjing Miao (nama inilah yang tertulis di prasasti beraksara Tionghoa di dinding depan kelenteng). Namun di papan depan gang dituliskan Lam Ceng Koan Tee Bio. Akibatnya, orang menyangka namanya Koan Tee Bio. Lam-ceng/Nanjing adalah nama suatu kabupaten (koan/xian atau county) di ex-Keresidenan Ciang-ciu Hu/Zhangzhou Fu di zaman dinasti Cheng/Qing (1644-1911). Dari kabupaten inilah Tee Liang Hoey/Dan Lianghui, yang konon berpangkat kapitein der Chineezen (mungkin titulair, bukan sebenarnya), pendiri kelenteng ini pada 1824 berasal. Sedangkan Koan Tee/Guan Di (Kaisar Koan/Guan) adalah gelar yang diberikan kepada Koan Kong/Guan Gong. Mengeanai Kelenteng Toa Se Bio, seperti yang pernah saya sebutkan dalam posting beberapa waktu sebelumnya, nama sebenarnya adalah Hong San Bio/Feng Shan Miao atau Kelenteng Gunung Hong. Namun, kelenteng ini juga dikenal sebagai Toa Sai Bio/Dashi Miao atau Kelenteng Duta Besar, sebab Cheng Goan Cin-kun/Qingyuan Zhenjun, dewata utama tuan rumah kelenteng ini, juga dikenal dengan sebutan Toa Sai Kong/Dashi Gong. Nama Toa sai Bio ini di lidah penduduk lama Batavia/Jakarta lama-kelamaan luluh menjadi Toa Se Bio. Nah, nama Toa Se Bio inilah yang masih dikenal sekarang di kalangan penduduk sekitar kelenteng. Sampai-sampai ada Paroki Toasebio di Gereja Santa Maria de Fatima, yang bekas kediaman Luitenant der Chineezen she Tjioe tadi. Juga dikatakan bahwa bahwa kelenteng ini didirikan oleh orang Hokkian dari Kabupaten Tiotha (seharusnya Tiothoa/Changtai), Keresidenan Ciangciu/Zhangzhou, Cina/Tiongkok. Mengenai bekas gedung Tiong Hoa Hwee Koan yang sangat bersejarah bagi Sejarah Indonesia itu, bangunan aslinya memang sudah diruntuhkan dan diganti dengan bangunan modern oleh pengurusnya waktu itu pada 1954 (kalau tidak salah, belum saya cek), dengan alasan sudah tidak memenuhi syarat lagi. Nio Joe Lan --- seorang sejarawan lokal penulis masterpiece Riwajat 40 Tahon Tiong Hoa Hwe Koan Batavia yang sangat terkenal itu --- sempat menulis sebuah artikel di Star Weekly (saya masih menyimpannya, cuma harus dicari lagi disimpan di mana) yang nadanya menyayangkan dibongkarnya bangunan bersejarah yang cukup artistik itu. Namun kelihatannya ia tak berdaya. Jadi, jelas bukan oleh Orde Babe, tapi oleh orang Cina sendiri! Kasusnya sama dengan bekas gedung Sin Ming Hui yang diahancurkan oleh orang Cina sendiri Mengenai ada dua patung di depan sekolah, dari bangunan tua yang telah dibongkar, yang tersisa hanya dua tatakan (alas) patung singa saja. Singa batu (cioh-sai/shishi)-nya sudah raib entah sejak kapan. Mungkin sudah berpindah tempat ke rumah seorang kolektor entah yang mana. Kira-kira begitulah antara lain masukan yang kiranya perlu saya sampaikan, sebab saya tahu persis isi tulisan saya itu. Dan saya juga bertanggung jawab atas kebenaran atau ketidakbenaran tulisan saya tersebut. Kalau ada lagi, nanti saya susulkan. Kiongchiu/Gongshou, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Hadinoto yb, Artikel ini sumbernya dari mana ? Bagus sekali , saya mungkin punya ilustrasinya sebagian dari situs2 yang di sebut disini. Saya ingin
[budaya_tionghua] Re: Peranakan
Xuan Tong-xiong, Terima kasih atas dukungan Laoxiong. Mudah-mudahan Yongky-heng masih punya foto-foto yang belum diterbitkan dan tidak keberatan memamerkannya di tahun mendatang. Dan mudah-mudahan pula dukungan kita-kita ini akan bermanfaat bagi Pasar Imlek Kopi Semawis khususnya serta warga Semarang umumnya, seperti visi dan misi sejak semula diselenggarakannya Pasar Malem Djie Kauw Meh ini, yakni adanya pertukaran budaya dan ditampilkannya segala sesuatu yang sarat muatan lokal khas gaya Semarangan, bukan yang Hong Kong, bukan pula yang Taiwan, apalagi yang Cina/Tiongkok, seperti apa yang dirasakan oleh Widya-Tjie tersebut. Dengan demikian, harapan xiaodi, Pasar Malem ini memang dirasakan benar-benar milik warga Semarang dari berbagai etnik, bukan hanya etnik Tionghoa saja. Alangkah indahnya semua etnik: Jawa-Cina dll yang ada di Semarang semuanya bersatu-padu dalam naungan Pasar Malem ini!!! Gongshou, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED] wrote: Kwa heng , memang sdr.Jongky Tio menyimpan banyak kenangan Semarang tempo dulu. Saya percaya sdr.Jongky memiliki koleksi photo-photo yang banyak terutama berkaitan dengan Tionghoa tempo dulu. Saya sendiri akan mencoba menghubungi sdr.Jongky untuk meminta ijin photo-photo koleksinya untuk ditaruh di website budaya-tionghoa. Sayangnya webmaster dan team websitenya sedang sibuk dengan pekerjaannya. Saya sibuk dengan pekerjaan saya pula. Mungkin team moderator akan meminta salah satu moderator untuk ke Semarang. hormat saya , Xuan Tong PS: moderator yang aktif di milist hanya 4 tapi masih ada beberapa rekan yang tergabung dalam team moderator sebagai nara sumber. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 [EMAIL PROTECTED] wrote: Widya-Tjie, Terima kasih atas informasinya. Memang sulit sekali menyadarkan masyarakat akan budaya ke-pacinan-an khas Semarang, bukan Hong Kong, bukan Taiwan, sebab memang masih sangat sedikit yang sadar akan hal itu. Mungkin masih perlu waktu yang lebih panjang ... Bukan tahun ini, tapi tahun depan. Foto-foto Baba-Nyonya Semarang (kalau ada) diperbanyak, biar masyarakat tahu seperti apa identitas mereka sebenarnya, identitas yang membumi di Tanah Semarang! Ko Yongky mungkin masih menyimpan banyak foto lama?! Saya lihat di buku- buku tentang Baba-Nyonya di Malaysia dan Singapura banyak sekali foto- fotonya. Kiongchiu, DK Yahoo! Groups Sponsor ~-- Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Peranakan
Widya-Tjie, Terima kasih atas informasinya. Memang sulit sekali menyadarkan masyarakat akan budaya ke-pacinan-an khas Semarang, bukan Hong Kong, bukan Taiwan, sebab memang masih sangat sedikit yang sadar akan hal itu. Mungkin masih perlu waktu yang lebih panjang ... Bukan tahun ini, tapi tahun depan. Foto-foto Baba-Nyonya Semarang (kalau ada) diperbanyak, biar masyarakat tahu seperti apa identitas mereka sebenarnya, identitas yang membumi di Tanah Semarang! Ko Yongky mungkin masih menyimpan banyak foto lama?! Saya lihat di buku-buku tentang Baba-Nyonya di Malaysia dan Singapura banyak sekali foto- fotonya. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Widya Wijayanti [EMAIL PROTECTED] wrote: david, sesungguhnya semarang masih butuh pencerahan mengenai budaya pacinan - peranakan dari pakarnya. pasar kemarin dalam mendatangkan massa dan sebagai satu keramaian memang berhasil, tetapi sebagai ajang untuk pertukaran budaya masih menjadi tanda tanya besar. masalah mendasar, budaya seperti apa dari pacinan (semarang) yang akan dipertukarkan? yang jelas, sampai sekarang, ke-pacinan-an masih diekspresikan dalam pakaian serba merah, yang perempuan juga mengenakan shanghai dress sutera merah darah-rah-rah dengan belahan tinggi. pertunjukan pengantin juga pengantin asing yang berbaju sutera merah-merah dan si lelaki mengenakan topi hitam. seingat saya kok pada pesta kawin di kampung dekat pacinan yang saya saksikan masa lalu, termasuk di semarang, adalah para nyonya bersarung (ada pula sebagian yang bercelana setelan dengan bajunya, tetapi tidak merah) yang mendengarkan musik gambang yang ditanggap oleh si empunya gawe. kemarin saya hampir tidak terlibat. kalau terlibat saya pasti melibatkan david kwa untuk session pencerahan. semestinya masyarakat pacinan harus dibiarkan melihat dirinya sendiri dan apa saja yang mereka warisi, dan tidak malah didorong membentuk citra baru yang diimpor secara instan. berita bagusnya, stand cersil mendapatkan sambutan meriah. mereka nyaris tidak kebagian space karena panitya tidak sepenuhnya menyadari bahwa mereka adalah pihak yang semestinya diundang untuk ikut berpameran. saya masih memerlukan masukan tentang masakan nyonya atau peranakan. sebelumnya terima kasih. salam, widya wijayanti Yahoo! Groups Sponsor ~-- DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Walisongo itu Cino! - Versi baru:-))
Xuan Tong-xiong, Jadi bukan Tionghoa dong! Lalu Ja Tik Su itu dialek apa? Terlepas dari nama tersebut salah eja atau apa lah, seperti Kang-heng katakan, saya curiga jangan-jangan nama-nama tersebut fiktif belaka!!! Mengapa? Sebab nama-nama tersebut, katanya, diambil dari naskah yang tiga cikar (gerobak) dalam bahasa Tionghoa dari Kelenteng Sam Poo Tong (Sanbao Dong) dan Kelenteng Talang, Cirebon. Jadi nama-nama tsb ditranskrip dari huruf Tionghoa, menurut salah satu dialek pentranskripnya! Apakah mungkin si pentranskrip dialeknya campur- campu? Atau, nama-nama tersebut sebenarnya nama bukan Tionghoa, yang ditulis dalam aksara Tionghoa, lalu ditranskripsikan ke dalam aksara Latin, jadi begitulah hasilnya? Mohon pencerahan dari liatwie tjianpwee. Gongshou, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED] wrote: Kwa heng , jika kita membuka buku yang ditulis Parlindungan , Ja Tik Soe adalah orang Da Shi atau orang Arab. hormat saya , Xuan Tong --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, david_kwa2003 [EMAIL PROTECTED] wrote: Liatwie Tjianpwee, Yang selama ini selalu menjadi pertanyaan yang mengganjal bagi siauwtee adalah nama-nama Tionghoa yang dikatakan sebagai nama- nama kecil Wali Sanga di bawah ini. Siauwtee tidak bisa menangkap dalam dialek apa nama-nama tersebut dilafalkan: Hokkian (Gan, Tan Eng Hoat, Swie Ho), Kheh (Bong), atau Kwongfu (Tak) kah? atau campur-baur tidak jelas termasuk lafal dialek mana, sesuka-suka si penulis saja (Si Cang, Ja Tik Su)? Atau, ekstrimnya, nama-nama tersebut fiktif alias ciptaan penulis saja, jadi tidak perlu ditanggapi serius?!!! Kalau Ja Tik Su menjadi Zha Dexu, itu kan hanya transliterasi dari aksara Latik ke aksara Han saja. Mohon pencerahan dari rekan-rekan. Kiongchiu, DK Yahoo! Groups Sponsor ~-- Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Unsur bhs Tionghoa dlm bhs Indonesia-DK
Xuan Tong-xiong, Memang betul Remy Sylado itu tukang plintir, selain Ca Bau Kan yang pernah saya tulis kritiknya, coba baca juga Siau Ling, yang pernah dipentaskan di TIM, yang mengatakan suling (bhs Ind) berasal dari siau-ling (bhs TH)! Kan gila!!! Tapi ternyata banyak orang percaya isapan jempolnya itu! Bahkan Ca Bau Kan laku keras, sampai dicetak ulang entah berapa kali. Saya pernah bertemu dengan Bp Parakitri Simbolon dari KPG, ternyata beliau sudah membaca kritik saya itu dan setuju bahwa apa yang saya tulis tidak mengada-ada. Mengenai Tong Hay Kwa Loosianseng dari Kelenteng Sam Poo Tong di Liongtjhoan (Sam Pa Lang), memang dia ada satu she dengan siauwtee, tapi bukan kerabat. Dia dari Jawa Tengah (kl tdk slh Lasem), sedangkan siauwtee ada asal keturunan Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Mungkin saja kakek-moyang kami di Tiongkok beberapa puluh generasi lalu kerabat dekat, hanya sekarang baru bertemu lagi di Jawa. Kwa tidak sama dengan Kwee. Kwa (juga dieja Qua, Kuah, Kua di negara Asean lain) = Ke dari bintang film lama Ke Junxiong. Sedangkan Kwee (Kwik, Que) = Guo dari Guo Fucheng. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED] wrote: Kwa heng , Saya pernah bertemu dengan seorang yang paham sejarah Semarang dan Sampo Taijin mentertawakan buku Remy Sylado mengenai Sampo Taijin. Belum lagi Remy Sylado pernah memelintiri tulisan aksara Tionghoa demi kepentingan siar agama. hormat saya , Xuan Tong PS: saya memiliki kawan yang kebetulan bermarga sama dengan Kwa heng dan merupakan buyut dari kepala Kong Kwan Semarang. Apakah anda masih kerabatnya ? Juga sedikit tanya , apakah marga Kwa dengan Kwee sama yaitu marga Guo ? Yahoo! Groups Sponsor ~-- Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Delapan dari Walisongo itu adalah Tionghoa!-Steve H.
Pak Hadinoto yang baik, Menarik sekali informasi yang Bapak sebutkan ini. Sebelumnya saya pernah membaca summary tulisan sejarawan Belanda (de Graaf Pigeaud) yang mengatakan bahwa banyak keluarga penguasa di pantura zaman itu berdarah campuran Jawa-India dan Jawa-Tionghoa. Namun baru sekarang konfirmasi seperti ini saya dapatkan. Sebab, terus terang saja, selama OrBa, banyak fakta sejarah yang ditutup-tutupi atau dipelintir, seperti Bapak katakan mengenai Serangan Oemoem di Djokdja, sehingga kadang sulit bagi kita untuk mengetahui yang sebenarnya. Fakta bahwa nenek moyang sebagian orang Jawa adalah Tionghoa yang tadinya dianggap aib yang harus ditutupi serapat- rapatnya, toh akhirnya tidak bisa juga. Persoalan mengenai punya darah Tionghoa aib atau bukan, bukankah akhirnya itu terpulang pada siapa yang memandang? Sebagai perbandingan, adanya darah perempuan lokal (the so-called Pribumi) dalam darah sebagian orang Tionghoa (yakni Peranakan) juga tidak bisa disangkal, terlepas diakui atau tidak. Di Singapura dan Malaysia, saya lihat, menjadi Peranakan (Baba- Nyonya), identitas Peranakan menjadi identitas yang cukup terpandang di masyarakat sana. Semakin banyak orang yang terang-terangan mengaku Peranakan, dan itu berarti ada darah Melayu yang mengalir dalam tubuhnya, dan ada unsur budaya Melayu dalam budayanya! Kesimpulan yang mau saya ambil di sini adalah: meski Bapak secara kultural termasuk etnis Jawa dan saya termasuk etnis Tionghoa, secara legal-formal kita sama-sama merasa orang Indonesia, sebab tidak ada orang Indonesia yang asli seperti yang dikatakan dalam UUD '45 (Presiden adalah Orang Indonesia Asli) selain, mungkin, saudara- saudara kita yang di Pegunungan Jayawijaya di Papua sana!!! Hanya penguasa yang memisahkan kita agar tidak bersatu sehingga membahayakan kekuasaan mereka. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya ingat ketika ayah almarhum berserta saya ditahun 1961 ziarah ke makam Sunan Kalijogo di Kadilangu, Demak. (untuk informasi, kami masih anggauta keluarga Kadilangu, jadi yang dalam silsilah masih terkait dar beliau). Dimakam beliau kamo berdoa dan mohon berkat. Setelah selesai doa, ayah menerangkan makamsiapa saja yang ada disisi beliau. Ayah menunjuk pada sebuah makam, yang dibuat agak lebih rendah, dari marmer. Ayah katakan: Itu makam ibu Sunan Kalijogo. saya baca nama yang terukir dimakam ibu Sunan Kalijogo itu. Nama Tionghoa. Ayah kemudian menerangkan sejarah keluarga kami, yang berasal dari penguasa (adipati2) pantai utara, Demak, Blora, Tuban, Jepara, Rembang dan Lasem. banyak sekali dari leluhur kami, yang menikah dengan wanita Tionghoa. Terutama di Lasem. Eyang buyut adalah masih Kanjeng Patih Blora, dan mata beliau memang sipit. Tahun itu, kami berdua belum tahu, kalau para wali adalah orang Tionghoa, kami sangka bangsawan Jawa. Walau demikian kami yakin akan keterkaitan erat dengan Tiongkok, yang juga berhubungan dengan kedatangan laksamana Zheng He dipantai utara, yang oleh orang Jawa dihormati, sebagai orang suci. Saya ingin sekali menunjukkan ayah, buku Slamet Mulyana, guna meneruskan pembicaraan kami tahun 1961. Sayang sekali, ayah telah wafat sebelumnya. Salam danardono Yahoo! Groups Sponsor ~-- Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Unsur bhs Tionghoa dlm bhs Indonesia-DK
Mang Ucup anu bageur, Alo juga pernah mendengar dongeng lain, juga dari penulis yang sama (23 761 alias Remy Sylado alias Japie Tambajong), yang bahkan sudah dibukukan, judulnya Alo lupa (kalau tidak salah ingat, 9 dari 10 Kata Indonesia adalah Asing?). Menurut dongeng itu, cenah, kata Sunda sibeungeut (mencuci muka) berasal dari kata Hokkian Selatan se-bin (mencuci muka), seka (ini mah Melayu, bukan Sunda ya) dari se-kha (mencuci kaki). Yang Alo tanyakan, bagaimana dengan kata Sunda sibanyo (mencuci tangan), apakah dari kata Hokkian se-chiu? Ko tebih pisan, dari se-bin ke sibeungeut... Lalu, mengenai informasi yang diperoleh dari, antara lain, situs Masjid Agung Karawang sendiri, kesalahan bisa saja terjadi, karena sumber yang diambil salah. Jadi, bukan mereka sengaja hendak menulis sejarah yang salah. Alo curiga, jangan-jangan sumber sejarahnya juga mitos macam dongeng 23 761 tadi! Apalagi kalau generasi di bawah kita nanti mengambil novel Ca Bau Kan karya penulis yang sama yang jelas- jelas dongeng fiktif antah berantah isapan jempol sebelum tidur sebagai sumber sejarah Tionghoa di Indonesia, kan bisa runyam!!! Namun Alo yakin, generasi penerus kita akan lebih arif, lebih bisa membedakan yang mana emas yang mana loyang, daripada kita yang mudah dikelabui mentah-mentah oleh penulis macam 23 761 itu!!! Mohon maaf, Alo bukannya hendak menggurui Emang, apalagi sampai menghajar Emang, Alo hanya sekadar ingin sharing pendapat. Mugi agung nya paralun, mugi ageng pangaksami, tah kitu anu disuhun ku Alo. Sembah baktos ti Alo, Pun DK tea --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Mang_Ucup [EMAIL PROTECTED] wrote: DK: Apa iya namanya Kerawan-an, bukanya Karawang? MU: Yth sdr David yg baik Informasi itulah yg mang Ucup dapatkan dari beberapa situs antara lain Dari situs sejarahnya Mesjid Agung Karawang yg mungkin ini bisa jauh lebih dipercaya, sebab tidak mungkin mereka mau menulis sejarah yg salah apalagi untuk Mesjid Agung nya sendiri DK: Mengenai cai/ci yang artinya air atau sungai dalam bahasa Sunda diambil dari kata Hokkian selatan cui (bukan sui), Alo terus terang agak meragukannya. Dibusek.. MU: Kok tega banget sih, moso sih kagak boleh dongeng dikit aza entah itu bohong entah kagak, kan MU mau pamer bahwa MU itu juga ngerti bhs Sunda maklum hobby makan jengkol he-he-he Dongeng cai ini bukan hanya dari MU saja banyak sudah ada tokoh2 lainnya juga yg sok pinter seperti MU yg telah turut menyebar luaskan dongeng ini antara lain Remy Sylado pengarang novel Ca Bau Kan, nah kalau informasi ini salah bukankah tugasnya para enghiong dan locianpwee disini yg mudeng bhs Tionghoa untuk dapat meluruskannya, jadi jangan langsung di embat penulisnya dong kesian tuh udah pada benjol kena pentungan melulu Untuk informasi2 lainnya saya mengucapkan banyak terima kasih yg telah menambah pengetahuan dan wawasannya mang Ucup, minimum udah jadi lebih pinter daripada kemarin he-he-he Salam persahabatan dgn tabik jabat tangan erat Mang Ucup Yahoo! Groups Sponsor ~-- Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Re: Unsur bhs Tionghoa dlm bhs Indonesia
Mang Ucup anu bageur, --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Mang_Ucup [EMAIL PROTECTED] wrote MU: Sebelumnya laksama Cheng Ho mendarat di Cirebon (Muara Jati) di th 1415 M, dgn didampingi antara lain oleh Ma Huan seorang Muslim Tionghoa, mereka singgah dahulu di Kerawang, yg pada saat itu masih bernama Kerawan-an dlm bhs Sunda, satu pelabuhan di muara sungai Citarum. Pelabuhan tsb merupakan pintu gerbang masuk utama dari laut untuk kerajaan Pajajaran yg memerintah dari abad VIII s/d XVI M, penerus dari pemerintahan kerajaan Tarumanegara. DK: Apa iya namanya Kerawan-an, bukanya Karawang? MU: Apabila dahulu kapal berlabuh maka kebutuhan yg paling pokok adalah air tawar untuk persediaan minum mereka, maka dari itulah permohonan pertama dari pihak anak buah Cheng Ho adalah air yg dlm bhs Tionghoa adalah sui, karena lafalnya orang Tionghoa sehingga kedengarannya oleh penduduk Sunda jadi cai yg s/d saat ini perkataan tsb. masih terus dipakai. Sedangkan air sungai Tarum, disebut sui-tarum, mulailah dari situlah adanya nama sungai Ci-tarum, yg berakibat juga bagi nama sungai2 lainnya di Jawa Barat yg kebanyakan diawali dgn unsur kata Ci, Ciliwung, Cikapundung, Cimanuk dsb. DK: Mengenai cai/ci yang artinya air atau sungai dalam bahasa Sunda diambil dari kata Hokkian selatan cui (bukan sui), Alo terus terang agak meragukannya. Mengapa? Sebab, sepengetahuan Alo, kata cai sudah ada lebih dahulu dalam bahasa Sunda dan nama-nama tempat di Pasundan, jauh sebelum ada kontak dengan orang Tionghoa, apalagi dengan Zheng He (ejaan baru/hanyu pinyin/pinyin dari Cheng Ho) yang baru terjadi abad ke-15. Menurut logika Alo yang bodoh ini, seandainya benar cai baru diambil pada abad ke-15, sebelum itu orang Sunda menggunakan istilah apa untuk merujuk kepada benda yang bernama air? Apakah tidak ada istilahnya? Apakah mungkin orang Sunda baru memakai istilah cai sejak adanya kontak dengan orang Tionghgoa. Lagi pula, seandainya benar cai diambil dari cui, apakah mungkin istilah itu dipakai serempak menjadi nama sungai dan nama tempat di Banten, seluruh Jawa Barat, serta sebagian Jawa Tengah (mulai Cilegon di Banten, hingga Cilacap di Jawa Tengah)? Memang sebelumnya juga Alo sudah mendengar dongeng isapan jempol ini. Namun anehnya, banyak orang mempercayainya. MU: Marco Polo adalah orang Eropa pertama yg mendarat di Indonesia, maka dari itu juga kamus pertama bhs Melayu ke dlm bhs Eropa adalah kamus Melayu - Italy yg disusun oleh Antonio Pigafetta yang berbangsa Itali pada tahun 1522. DK: Setahu Alo Marco Polo tidak pernah ke Nusantara, kalau ke Tiongkok, memang pernah. MU: Aneh bin nyata bangsa Jepang mengalami kesulitan untuk mengucapkan lafal l sehingga kata Hotel menjadi Hotero, sedangkan Hallo menjadi Ohio, kebalikannya orang Tionghoa kesulitan mengucapkan lafal r sehingga kata2 yg ada huruf r nya jadi pelo diucapkannya, padahal kalau direnungkan ras dan daerah mereka tinggal tidak berjauhan satu dgn yg lain. DK: Tiongkok adalah negara yang sangat luas, jauh lebih luas daripada Jepang. Itulah sebabnya tidak semua orang Tiongkok tidak dapat mengucapkan fonem r. Yang tidak bisa adalah orang Tiongkok selatan (termasuk di antaranya Hokkian, Kheh, Kwongfu)), yang bisa orang Tiongkok utara. Sebagai contoh, dalam dialek Beijing yang menjadi dasar bahasa Mandarin (bahasa Pejabat alias Guan hua), banyak kata yang mengandung fonem r. Misalnya, bunga adalah huar (selatan = hua saja, di sini zai zher (selatan = zai zheli), orang adalah ren (selatan = hampir seperti jen), saputangan adalah shoujuanr (selatan = shoupa, shoujin) dlsb. MU Berdasarkan Noam Chomsky, seorang ahli bahasa kenamaan dari Amerika, ini sebenarnya tidak tergantung dari ras atau etnis darimana manusia itu berasal, sebab setiap bayi yg dilahirkan di dunia ini telah dilengkapi dengan perangkat bahasa yang dinamakan Language Acquisition Device (LAD), jadi bertentangan dgn teori bahwa tiap bayi yg dilahirkan itu bak piring kosong, atau tabularasa. Perangkat LAD ini bersifat universal, dibawa anak sejak lahir, sehingga dapat dikatakan ia sudah dibekali pengetahuan tertentu tentang bahasa. Yang dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya hanyalah masukan guna mengaktifkan tombol-tombol universal itu. Sesungguhnya, perangkat bahasa inilah yang memungkinkan anak bisa memperoleh bahasa apa pun. Sebagai contoh apabila seorang anak Bule dilahirkan di Shanghai, selama beberapa tahun memakai bahasa Tionghoa, bergaul dengan anak- anak yang berbahasa Tionghoa, ia tidak hanya bisa berbahasa Tionghoa, tetapi bahasa Tionghoa nya juga akan serupa dengan bunyi bahasa Tionghoa penduduk Shanghai tulen, berarti ia juga nantinya akan pelo untuk mengucapkan lafal huruf l'. DK: Menurut apa yang Alo dengar, kemampuan berbahasa seperti penutur asli (native speaker) ini dimiliki serorang anak sebelum usianya lima tahun. Setelah itu akan sulit baginya untuk bisa menyamai lidah penutur asli. Alo nyuhunkeun
[budaya_tionghua] Re: Antara Budaya Betawi dan Tionghoa
RRS, Agaknya pernyataan di bawah kurang tepat, sebab tanjidor jelas berkaitan erat dengan budaya Belanda. Mungkin yang dimaksud adalah Gambang Kromong. Gambang Kromong memang sangat kental dengan nuansa musik Tionghoa gaya Hokkian Selatan, antara lain dalam instrumen gesek: su-kong, the-hian, kong-a-hian, suling dan ning-ning. Selain itu, juga lagu-lagunya yang terawal, yang disebut lagu pobin (instrumental) dan lagu dalem (klasik). Judul lagu pobin yang masih dikenal hingga kini bahkan masih dalam bahasa Tionghoa dialek Hokkian (Selatan): Cai Cu Teng, Ma To Jin, Peh Pan Thau, Khong Ji Liok, dll. Judul lagu dalem hampir semuanya dalam bahasa Melayu- Betawi adalah: Mawar Tumpah, Semar Gunem, Mas Nona, Gula Ganting, Peca Piring, Tanjung Burung, Centeh Manis Berdiri, Burung Nori (Nori Kocok), Poa Si Li Tan, Sip Pat Mo, dll. Pengaruh Tionghoa mulai menipis pada lagu sayur (pop) yang lebih kemudian. Judul lagu sayur: Balo-balo, Akang Haji, Renggong Manis, Kramat Karem, Glatik Nguknguk, Onde-onde, Renggong Buyut, Surilang, Jali-jali, Stambul, Centeh Manis, dll. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, HKSIS [EMAIL PROTECTED] wrote: http://www.suarapembaruan.com/News/2005/02/16/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Sebut saja musik tradisional tanjidor yang biasa dipakai masyarakat Betawi adalah juga bagian dari kebudayaan Tionghoa. Yahoo! Groups Sponsor ~-- DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today! http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/