Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-10 Terurut Topik abangkis
Gak juga, walaupun gw gak setuju dengan opini-nya hendry. Tapi gw
respect, karena dia berani mengemukakan pendapat-nya walaupun
minoritas. Dia sampai ke kesimpulan begitu karena pengalamannya dia,
yang kemudian di generalisasi. Nah di sini logika dan pengalaman gw
menuntut untuk tidak setuju :)

Sebetulnya pendapat kamu sendiri ada kontradiksi-nya, kalo setiap
orang harus bikin tools sendiri dulu baru bisa kritik, lalu bagaimana
tools itu bisa sempurna ? karena bakalan tidak akan ada orang yang
mengkritik. Pemikiran seperti itu juga gak bagus, membuat orang-orang
indonesia jadi ekstrem pasif.

IMO innovation comes from 2 sides, needs and disagreement. Ada inovasi
yang datang karena kebutuhan, ada inovasi yang datang karena ketidak
setujuan. Makanya dia membuat cara baru untuk menyelesaikan problem
tersebut, so there are tools that born from the sake of argumentation.

I always bring passion into my argument. Because arguing about
something that i have no passion for , for me, its a waste of time.
Jadi inget dulu annotation vs interface, arif jadi sempet buat DOBO.
Sementara gw sempet mau buat sesuatu tapi berhenti di tengah jalan
karena pindah kerja. So untuk sementara ini gw masuk kubu NATO :)

2009/6/11 Ardi Smile :
>
>
>
> Budaya bangsa kita yg meski dihilangkan, suka berdebat daripada
> inovasi,berkarya untuk menghasilkan sesuatu yg bermafaat.Hilangkan model
> politikus yg suka mengkritisi cm untuk menutupi kelemahan kita.gak ada tools
> didunia ini yg sempurna bro,microsoftpun yg udah exist lama jg masih butuh
> penyempurnaan terus.Buktikan sendiri aja dengan membuat tools(language
> sendiri) baru kita berkoar...
> 
> From: abangkis 
> To: jug-indonesia@yahoogroups.com
> Sent: Tuesday, June 9, 2009 2:51:05 PM
> Subject: Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0
>
> I totally disagre .. ini omongan jaman Orba nih, tanda orang yang gak
> ngerti open source.
>
> Yang pertama untuk menggunakan open source harus mengerti dulu
> mengenai license open source. Okeh yang di takutin itu GPL, tapi
> opensouce mencakup banyak license, bisa pilih yang lebih linient kayak
> LGPL, atau CDDL. Terus GPL itu sendiri sekarang udah sampe v3, banyak
> perubahan. Dan kalau mau tetap benar-benar closed, biasanya license
> GPL bisa di convert jadi propietary, tapi harus deal langsung dengan
> pembuat library-nya, dan kalo library itu menggunakan lib lain yang
> GPL maka harus deal juga dengan pembuatnya, dst sampe ke ujung. Memang
> jadi lebih ribet, tapi itulah tujuannya GPL untuk membuat Open Source
> Software tetap free.
>
> Gak fair, kalau ada orang yang membuang weekendnya selama 6 bulan
> untuk membuat sebuah library yang dia pikir bermanfaat buat orang
> banyak, lalu tiba-tiba ada satu perusahaan yang memberi sedikit
> aksesoris kemudian menjualnya seharga $10.000 dolar. You can do this,
> but you need the consent of the maker for GPL. Kalau LGPL gak butuh.
>
>> Keuntungan open source itu dah jelas. Quality n freedom... yang gak perlu
>> lagi gw bahas. Gw cuma mo point out opposide side, devil advocate, yang
>> jarang banget dihighlight. .. cost dari OSS.
>>
>> Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part dari
>> project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama dari
>> banking industry.
>> Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible
>> dengan
>> policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive buat
>> mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
>> project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet response
>> dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i feel
>> like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave it. Or
>> better, why don't you fix it and contribute something for what you get?".
>> Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka bisa
>> legally minta pertanggungjawaban.
>
> --> Ini lagi, udah jelas free, masih mau nuntut orang yang ngasih
> sesuatu secara cuma2 ? Damn what a greedy corporate people *my comment
> to the individuals that think like this*. Sekarang ngomong dari segi
> bisnis, rata-rata company, untuk menjamin kelangsungan bisnisnya butuh
> support atau bahasa si hendry ada orang yang bisa disalahin kalau ada
> apa-apa. Untuk itu banyak perusahaan yang memberikan support terhadap
> software2 seperti ini. Contoh paling umum SUN, JBoss, RedHat. So ...
> statement phail !
>
> Kalau ada library yang tidak ada yang support, pilihannya gampang.
> Kontak pembuatnya dia mau support atau engga, atau cari library lain
> yang ada supportnya. Kalau gak ada library yang lebih bagus, ya udah
> t

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-10 Terurut Topik G Hermanto
setuju.. kadang kita lebih seneng ngomongin kekurangan dari programming 
lain.
padahal kalau kita mau kreatif sebenarnya kita bisa menututupi kurangan 
dari program tersebut.




Ardi Smile wrote:
>
>
>
> Budaya bangsa kita yg meski dihilangkan, suka berdebat daripada 
> inovasi,berkarya untuk menghasilkan sesuatu yg bermafaat.Hilangkan 
> model politikus yg suka mengkritisi cm untuk menutupi kelemahan 
> kita.gak ada tools didunia ini yg sempurna bro,microsoftpun yg udah 
> exist lama jg masih butuh penyempurnaan terus.Buktikan sendiri aja 
> dengan membuat tools(language sendiri) baru kita berkoar...
> *From:* abangkis 
> *To:* jug-indonesia@ yahoogroups. com
> *Sent:* Tuesday, June 9, 2009 2:51:05 PM
> *Subject:* Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0
>
> I totally disagre .. ini omongan jaman Orba nih, tanda orang yang gak
> ngerti open source.
>
> Yang pertama untuk menggunakan open source harus mengerti dulu
> mengenai license open source. Okeh yang di takutin itu GPL, tapi
> opensouce mencakup banyak license, bisa pilih yang lebih linient kayak
> LGPL, atau CDDL. Terus GPL itu sendiri sekarang udah sampe v3, banyak
> perubahan. Dan kalau mau tetap benar-benar closed, biasanya license
> GPL bisa di convert jadi propietary, tapi harus deal langsung dengan
> pembuat library-nya, dan kalo library itu menggunakan lib lain yang
> GPL maka harus deal juga dengan pembuatnya, dst sampe ke ujung. Memang
> jadi lebih ribet, tapi itulah tujuannya GPL untuk membuat Open Source
> Software tetap free.
>
> Gak fair, kalau ada orang yang membuang weekendnya selama 6 bulan
> untuk membuat sebuah library yang dia pikir bermanfaat buat orang
> banyak, lalu tiba-tiba ada satu perusahaan yang memberi sedikit
> aksesoris kemudian menjualnya seharga $10.000 dolar. You can do this,
> but you need the consent of the maker for GPL. Kalau LGPL gak butuh.
>
> > Keuntungan open source itu dah jelas. Quality n freedom... yang gak 
> perlu
> > lagi gw bahas. Gw cuma mo point out opposide side, devil advocate, yang
> > jarang banget dihighlight. .. cost dari OSS.
> >
> > Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part dari
> > project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama 
> dari
> > banking industry.
> > Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible 
> dengan
> > policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive 
> buat
> > mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
> > project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet 
> response
> > dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i 
> feel
> > like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave 
> it. Or
> > better, why don't you fix it and contribute something for what you 
> get?".
> > Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka 
> bisa
> > legally minta pertanggungjawaban.
>
> --> Ini lagi, udah jelas free, masih mau nuntut orang yang ngasih
> sesuatu secara cuma2 ? Damn what a greedy corporate people *my comment
> to the individuals that think like this*. Sekarang ngomong dari segi
> bisnis, rata-rata company, untuk menjamin kelangsungan bisnisnya butuh
> support atau bahasa si hendry ada orang yang bisa disalahin kalau ada
> apa-apa. Untuk itu banyak perusahaan yang memberikan support terhadap
> software2 seperti ini. Contoh paling umum SUN, JBoss, RedHat. So ...
> statement phail !
>
> Kalau ada library yang tidak ada yang support, pilihannya gampang.
> Kontak pembuatnya dia mau support atau engga, atau cari library lain
> yang ada supportnya. Kalau gak ada library yang lebih bagus, ya udah
> terima aja gak usah di pake itu library, suruh programmernya bikin
> sendiri dari 0, bakal mau gak kira2 ?
>
> > Banyaak banget client yang terang2an strict no-OSS policy. Mereka lebih
> > prefer solusi2 official, misalnya dari IBM... yang akhirnya mereka 
> complaint
> > siapa bilang java murah? OS non windows juga larinya ke box Solaris yang
> > anything but cheap.
> >
> > Di .net in particular banyak banget client yang strict no OSS, dan 
> nolak2in
> > project yang mengandung NHibernate, nServiceBus, Windsor, Monorail, n
> > stuffs. Mereka demand product yg "official" (baca: keluaran 
> redmond)... yang
> > dah lengkap dari ORM, DI container, MVC dalam frameworknya.
> >
> > Kenapa ini lebih common di .net (daripada java)? Kenapa mereka pilih 
> .net in
> > first place? Because mereka lari ke .net justru karna solusi official
> > non-OSS nya lebih gampang n murah (in fact, they'

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-10 Terurut Topik Frans Thamura
hue hua hua keras banget

mari kita buktikan disini siapa yang NATO 


F

2009/6/11 Ardi Smile :
>
>
>
> Budaya bangsa kita yg meski dihilangkan, suka berdebat daripada
> inovasi,berkarya untuk menghasilkan sesuatu yg bermafaat.Hilangkan model
> politikus yg suka mengkritisi cm untuk menutupi kelemahan kita.gak ada tools
> didunia ini yg sempurna bro,microsoftpun yg udah exist lama jg masih butuh
> penyempurnaan terus.Buktikan sendiri aja dengan membuat tools(language
> sendiri) baru kita berkoar...
> 
> From: abangkis 
> To: jug-indonesia@yahoogroups.com
> Sent: Tuesday, June 9, 2009 2:51:05 PM
> Subject: Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0
>
> I totally disagre .. ini omongan jaman Orba nih, tanda orang yang gak
> ngerti open source.
>
> Yang pertama untuk menggunakan open source harus mengerti dulu
> mengenai license open source. Okeh yang di takutin itu GPL, tapi
> opensouce mencakup banyak license, bisa pilih yang lebih linient kayak
> LGPL, atau CDDL. Terus GPL itu sendiri sekarang udah sampe v3, banyak
> perubahan. Dan kalau mau tetap benar-benar closed, biasanya license
> GPL bisa di convert jadi propietary, tapi harus deal langsung dengan
> pembuat library-nya, dan kalo library itu menggunakan lib lain yang
> GPL maka harus deal juga dengan pembuatnya, dst sampe ke ujung. Memang
> jadi lebih ribet, tapi itulah tujuannya GPL untuk membuat Open Source
> Software tetap free.
>
> Gak fair, kalau ada orang yang membuang weekendnya selama 6 bulan
> untuk membuat sebuah library yang dia pikir bermanfaat buat orang
> banyak, lalu tiba-tiba ada satu perusahaan yang memberi sedikit
> aksesoris kemudian menjualnya seharga $10.000 dolar. You can do this,
> but you need the consent of the maker for GPL. Kalau LGPL gak butuh.
>
>> Keuntungan open source itu dah jelas. Quality n freedom... yang gak perlu
>> lagi gw bahas. Gw cuma mo point out opposide side, devil advocate, yang
>> jarang banget dihighlight. .. cost dari OSS.
>>
>> Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part dari
>> project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama dari
>> banking industry.
>> Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible
>> dengan
>> policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive buat
>> mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
>> project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet response
>> dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i feel
>> like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave it. Or
>> better, why don't you fix it and contribute something for what you get?".
>> Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka bisa
>> legally minta pertanggungjawaban.
>
> --> Ini lagi, udah jelas free, masih mau nuntut orang yang ngasih
> sesuatu secara cuma2 ? Damn what a greedy corporate people *my comment
> to the individuals that think like this*. Sekarang ngomong dari segi
> bisnis, rata-rata company, untuk menjamin kelangsungan bisnisnya butuh
> support atau bahasa si hendry ada orang yang bisa disalahin kalau ada
> apa-apa. Untuk itu banyak perusahaan yang memberikan support terhadap
> software2 seperti ini. Contoh paling umum SUN, JBoss, RedHat. So ...
> statement phail !
>
> Kalau ada library yang tidak ada yang support, pilihannya gampang.
> Kontak pembuatnya dia mau support atau engga, atau cari library lain
> yang ada supportnya. Kalau gak ada library yang lebih bagus, ya udah
> terima aja gak usah di pake itu library, suruh programmernya bikin
> sendiri dari 0, bakal mau gak kira2 ?
>
>> Banyaak banget client yang terang2an strict no-OSS policy. Mereka lebih
>> prefer solusi2 official, misalnya dari IBM... yang akhirnya mereka
>> complaint
>> siapa bilang java murah? OS non windows juga larinya ke box Solaris yang
>> anything but cheap.
>>
>> Di .net in particular banyak banget client yang strict no OSS, dan
>> nolak2in
>> project yang mengandung NHibernate, nServiceBus, Windsor, Monorail, n
>> stuffs. Mereka demand product yg "official" (baca: keluaran redmond)...
>> yang
>> dah lengkap dari ORM, DI container, MVC dalam frameworknya.
>>
>> Kenapa ini lebih common di .net (daripada java)? Kenapa mereka pilih .net
>> in
>> first place? Because mereka lari ke .net justru karna solusi official
>> non-OSS nya lebih gampang n murah (in fact, they're all free).
>>
>> Di pasar non-OSS kayak ginilah, keunggulan java (mix n play OSS products)
>> justru jadi kelema

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-10 Terurut Topik Ardi Smile


Budaya bangsa kita yg meski dihilangkan, suka berdebat daripada 
inovasi,berkarya untuk menghasilkan sesuatu yg bermafaat.Hilangkan model 
politikus yg suka mengkritisi cm untuk menutupi kelemahan kita.gak ada tools 
didunia ini yg sempurna bro,microsoftpun yg udah exist lama jg masih butuh 
penyempurnaan terus.Buktikan sendiri aja dengan membuat tools(language sendiri) 
baru kita berkoar...



From: abangkis 
To: jug-indonesia@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, June 9, 2009 2:51:05 PM
Subject: Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0





I totally disagre .. ini omongan jaman Orba nih, tanda orang yang gak
ngerti open source.

Yang pertama untuk menggunakan open source harus mengerti dulu
mengenai license open source. Okeh yang di takutin itu GPL, tapi
opensouce mencakup banyak license, bisa pilih yang lebih linient kayak
LGPL, atau CDDL. Terus GPL itu sendiri sekarang udah sampe v3, banyak
perubahan. Dan kalau mau tetap benar-benar closed, biasanya license
GPL bisa di convert jadi propietary, tapi harus deal langsung dengan
pembuat library-nya, dan kalo library itu menggunakan lib lain yang
GPL maka harus deal juga dengan pembuatnya, dst sampe ke ujung. Memang
jadi lebih ribet, tapi itulah tujuannya GPL untuk membuat Open Source
Software tetap free.

Gak fair, kalau ada orang yang membuang weekendnya selama 6 bulan
untuk membuat sebuah  library yang dia pikir bermanfaat buat orang
banyak, lalu tiba-tiba ada satu perusahaan yang memberi sedikit
aksesoris kemudian menjualnya seharga $10.000 dolar. You can do this,
but you need the consent of the maker for GPL. Kalau LGPL gak butuh.

> Keuntungan open source itu dah jelas. Quality n freedom... yang gak perlu
> lagi gw bahas. Gw cuma mo point out opposide side, devil advocate, yang
> jarang banget dihighlight. .. cost dari OSS.
>
> Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part dari
> project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama dari
> banking industry.
> Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible dengan
> policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive buat
> mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
> project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet response
> dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i feel
> like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave it. Or
> better, why don't you fix it and contribute something for what you get?".
> Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka bisa
> legally minta pertanggungjawaban.

--> Ini lagi, udah jelas free, masih mau nuntut orang yang ngasih
sesuatu secara cuma2 ? Damn what a greedy corporate people *my comment
to the individuals that think like this*.  Sekarang ngomong dari segi
bisnis, rata-rata company, untuk menjamin kelangsungan bisnisnya butuh
support atau bahasa si hendry ada orang yang bisa disalahin kalau ada
apa-apa. Untuk itu banyak perusahaan yang memberikan support terhadap
software2 seperti ini. Contoh paling umum SUN, JBoss, RedHat. So ...
statement phail !

Kalau ada library yang tidak ada yang support, pilihannya gampang.
Kontak pembuatnya dia mau support atau engga, atau cari library lain
yang ada supportnya. Kalau gak ada library yang lebih bagus, ya udah
terima aja gak usah di pake itu library, suruh programmernya bikin
sendiri dari 0, bakal mau gak kira2 ?

> Banyaak banget client yang terang2an strict no-OSS policy. Mereka lebih
> prefer solusi2 official, misalnya dari IBM... yang akhirnya mereka complaint
> siapa bilang java murah? OS non windows juga larinya ke box Solaris yang
> anything but cheap.
>
> Di .net in particular banyak banget client yang strict no OSS, dan nolak2in
> project yang mengandung NHibernate, nServiceBus, Windsor, Monorail, n
> stuffs. Mereka demand product yg "official" (baca: keluaran redmond)... yang
> dah lengkap dari ORM, DI container, MVC dalam frameworknya.
>
> Kenapa ini lebih common di .net (daripada java)? Kenapa mereka pilih .net in
> first place? Because mereka lari ke .net justru karna solusi official
> non-OSS nya lebih gampang n murah (in fact, they're all free).
>
> Di pasar non-OSS kayak ginilah, keunggulan java (mix n play OSS products)
> justru jadi kelemahan.
>
> Dan for all its worth, gw juga benci company2 yg ngelarang OSS.. karna
> hampir semua tooling favorite gw dari OSS.. Tapi alas, itu fact yg we have
> to live with.

--> kata siapa propietary software gak ada resiko-nya. Gimana
pengalaman frans yang kehilangan beberapa tahun hidupnya karena VB6
dimatiin microsoft, terus gimana kalo perusahaannya  bangkrut? mau di
tuntut juga udah bangkrut. di OSS setidaknya lu bisa oprek sendiri
codenya kalau ada major bug.

Yah kalo ada perusahaa

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-10 Terurut Topik sm96
ini maunya apaaa lagi..
sengaja bikin panas?


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-10 Terurut Topik abangkis
Government itu kan salah satu yang paling slow to changes dalam bidang
hal IT. Itu karena nature dari budgeting Government yang benar-benar
berbeda dengan Swasta. Di government budget/hibah itu harus habis.
Kalo gak budgetnya bakal di potong di tahun depan. Beda dengan swasta
, yang malah mikir-nya selalu cutting cost. Setidaknya begitu di
indonesia, dan di amrik juga kalo gak salah, tapi gw blom pernah ke
amrik so CMIIW. Gak tahu yah kalo negara2 lain.

Nah kalo government aja yang paling slow to react aja sudah bisa 20%,
berarti ini a good sign. Tinggal menunggu waktu aja sampai orang2 yang
say no to using OSS , only becaused of the policy, akan semakin
termarginalisasi.

Negara-negara eropa udah banyak yang mulai move ke OSS, dengan linux
dan open office, yang paling kedengaran itu Perancis dan Jerman, di
amrik ada Brazil, bahkan CTO-nya amerika pun, gak anti sama yang
namanya open source kok. Tapi yah namanya juga amrik, jadinya
cengkraman capitalist-nya masih kuat banget di government. Oh ya tidak
lupa negara kita ini, walaupun movement OSS-nya udah sering di
dengungkan, tapi berat banget ngerubah reason yang gw sebut di awal.

So, your point on 'there are some company that have strict no-OSS
policy' is taken. But if you say it as commonsense, i simply cannot
approve. It is 'common' if majority think like that, and it makes
'sense' if it has a good reason behind it. Not some ridiculous reason
like the government budget. So there's no commonsense on the no-OSS
policy, only people that think that the current IT World is still the
same like 20 years ago would think like that.

the 'more expensive' part is noted, but there's gonna be another long
thread if we dive into that subject.

Cheers


2009/6/10 Hendry Luk :
>
>
> Duh... "Gw sering tidur di lantai".. bukan berarti gw mayoritas tidur di
> lantai melebihi ranjang. Duh!
>
> Agree dengan sisanya.
>
> Btw observasi menarik. Salah satu sektor yang banyak nerapin no-open-source
> policy kan government agencies.. Java maupun .net. Dan surprise surprise,
> microsoft justru nge-lead di pasar government.
> Misalnya
> http://computerworld.co.nz/news.nsf/tech/A738E58D7AD67DA7CC257595007473BD
> No coincident I guess.
> Disana, cuma 20% dari seluruh server organisasi pemerintah yg mengandung OSS
> software... Bahkan 8% organisasi pemerintahan punya explicit no-open-source
> policy.
>
> Ms kayaknya punya advantage lebih di pasar gitu2an... Yang menarik, tepat di
> bawah microsoft adalah. well... oracle. Yang juga notoriously dedengkot
> anti oss.
>
> 2009/6/10 Jecki 
>>
>>
>> 2009/6/10 Hendry Luk :
>> >
>> > Kayak yg gw bilang... Dengan no-oss policy mereka, lari ke ms adalah
>> > logical
>> > choice (e.g. lebih murah). No-oss policy juga common kok di java.
>> > "Common"
>> > as in "gak aneh", bukan as in "mayoritas".
>> > Gw sama sekali gak nyangka no-oss itu segitu asingnya di JUGI. Memang
>> > no-oss
>> > policy itu termasuk golongan minoritas, tapi gw expect at least everyone
>> > di
>> > profesi ini tau bahwa itu exist.
>> >
>>
>> jelas di bidang manapun ekstrim kiri dan kanan selalu ada. tapi
>> pernyataan loe kontradiktif. di email sebelumnya loe bilang:
>> "Gw gak tau company indo, tapi kebanyakan company di negara2 yang
>> hukumnya kuat, OSS itu sering strictly dilarang."
>>
>> tapi abis itu loe bilang no-OSS policy adalah minoritas.
>>
>> IMO, to OSS or not to OSS is merely a choice. harusnya pilihannya
>> objective, tapi tidak dipungkiri kadang pilihannya jadi subjective.
>> ada orang yang sangat suka sekali dengan OSS dan berusaha promote ke
>> mana2. ada juga orang yang sangat TIDAK suka OSS dan promote ke mana2.
>> politik juga ikut berperan di sini. jadi banyak faktor yang menentukan
>> company pakai OSS atau tidak.
>
> 


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-10 Terurut Topik Hendry Luk
Duh... "Gw sering tidur di lantai".. bukan berarti gw mayoritas tidur di
lantai melebihi ranjang. Duh!

Agree dengan sisanya.

Btw observasi menarik. Salah satu sektor yang banyak nerapin no-open-source
policy kan government agencies.. Java maupun .net. Dan surprise surprise,
microsoft justru nge-lead di pasar government.
Misalnya
http://computerworld.co.nz/news.nsf/tech/A738E58D7AD67DA7CC257595007473BD
No coincident I guess.
Disana, cuma 20% dari seluruh server organisasi pemerintah yg mengandung OSS
software... Bahkan 8% organisasi pemerintahan punya explicit no-open-source
policy.

Ms kayaknya punya advantage lebih di pasar gitu2an... Yang menarik, tepat di
bawah microsoft adalah. well... oracle. Yang juga notoriously dedengkot
anti oss.

2009/6/10 Jecki 

>
>
> 2009/6/10 Hendry Luk >:
> >
> > Kayak yg gw bilang... Dengan no-oss policy mereka, lari ke ms adalah
> logical
> > choice (e.g. lebih murah). No-oss policy juga common kok di java.
> "Common"
> > as in "gak aneh", bukan as in "mayoritas".
> > Gw sama sekali gak nyangka no-oss itu segitu asingnya di JUGI. Memang
> no-oss
> > policy itu termasuk golongan minoritas, tapi gw expect at least everyone
> di
> > profesi ini tau bahwa itu exist.
> >
>
> jelas di bidang manapun ekstrim kiri dan kanan selalu ada. tapi
> pernyataan loe kontradiktif. di email sebelumnya loe bilang:
> "Gw gak tau company indo, tapi kebanyakan company di negara2 yang
> hukumnya kuat, OSS itu sering strictly dilarang."
>
> tapi abis itu loe bilang no-OSS policy adalah minoritas.
>
> IMO, to OSS or not to OSS is merely a choice. harusnya pilihannya
> objective, tapi tidak dipungkiri kadang pilihannya jadi subjective.
> ada orang yang sangat suka sekali dengan OSS dan berusaha promote ke
> mana2. ada juga orang yang sangat TIDAK suka OSS dan promote ke mana2.
> politik juga ikut berperan di sini. jadi banyak faktor yang menentukan
> company pakai OSS atau tidak.
>  
>


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-10 Terurut Topik Edward Yakop
Well

We have been dealing with clients from Europe, US, Japan, Malaysia and Oz.
I can't named the companies :P But, majority of them are global fortune 2000.

All of our client are using OSS in one form or another and actively
migrating from windows/unix -> linux.
The common theme with all of them are, they are all paying millions of
dollars licensing cost to 3rd party and
it's a big deal for them to reduce 3rd party license cost.

In summary, our experience is very different to yours.
Judging from your strong words, I should probably consider myself lucky :P

Regards,
Edward Yakop


2009/6/10 Hendry Luk :
>
>
> Haha, mate, seriously, lo mesti go out more ;) Ini dah jadi topik sehari2 di
> setiap local pub.. java maupun .net.
> Ada company yang sampe hari ini masih pilih bayar (ehm, mahal) yet buggy
> source control kayak AccuRev (buggy dan file lo bisa ilang sendiri), just
> for the sake of nghindarin OSS tools kayak svn ato git.
> Banyak company punya misguided fear terhadap security. Beberapa karna
> kerumitan license. Beberapa karna kepercayaan ke commercial support. Apapun
> alesannya, no-oss itu adalah subculture yang hidup dalam society kita.
>
> In fact, kalo lo sempet ngerasain jaman 90an (ato ngobrol sama temen2 lo yg
> dari jaman segitu), itu jauh lebih parah. Di jaman itu company yg bersedia
> pake OSS itu justru exception, daripada norm. Di jaman itu lebih banyak
> project yang dipaksa J2EE dan ngeliat Spring dengan jijik.
>
> No-OSS policy itu emang golongan minoritas, tapi bukan berarti FUD. At least
> google dikit donk.
> Nih liat2 kemari:
> http://www.pluggd.tv/audio/channels/interition_roller_weblogs
> Ada 2 episode ngomongin penuh soal subculture no-OSS.. apa yang
> melatarbelakangi, dan apa implicationnya buat kita2.
>
> On Wed, Jun 10, 2009 at 1:43 AM, Edward Yakop  wrote:
>>
>>
>> On Tue, Jun 9, 2009 at 16:41, Hendry Luk wrote:
>> > Mas... policy no-OSS di client itu dah commonsense. Bukan hal baru
>>
>> According to who?
>> Sigh, FUD
>>
>> Straight from the horse mouth:
>>
>> http://www.pcworld.com/businesscenter/article/151568/ballmer_still_searching_for_an_answer_to_google.html
>>
>> Nice quotation from Steve himself:
>> "Forty percent of servers run Windows, 60 percent run Linux," he said.
>> "How are we doing? Forty is less than 60, so I don't like it. ... We
>> have some work to do."
>>
>> Regards,
>> Edward Yakop
>
> 


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-10 Terurut Topik Daniel Baktiar
sejak openjdk, there is no such thing as "no-oss java".

2009/6/10 Hendry Luk 

>   Kayak yg gw bilang... Dengan no-oss policy mereka, lari ke ms adalah
> logical choice (e.g. lebih murah). No-oss policy juga common kok di java.
> "Common" as in "gak aneh", bukan as in "mayoritas".
> Gw sama sekali gak nyangka no-oss itu segitu asingnya di JUGI. Memang
> no-oss policy itu termasuk golongan minoritas, tapi gw expect at least
> everyone di profesi ini tau bahwa itu exist.
>
> 2009/6/10 abangkis 
>
>>
>>
>> 2009/6/10 Hendry Luk >:
>>
>> >
>> >
>> > Yup, no-OSS policy is totally non-sense n stupid. Kita developers pengen
>> > banget educate mereka tentang OSS, tapi mereka "supposedly" lebih ngerti
>> law
>> > n poilitik daripada kita. Clients get what clients want. Mereka penganut
>> > monotheism dan cuma mo pengang 1 nomer telpon, they got it.
>> >
>> > To be fair, ini lebih common di ms world, karna hampir semua major
>> companies
>> > itu punya yearly MSDN universal kit, yang intinya client punya akses ke
>> > SEMUA products lengkap dengan full technical dan incident support yang
>> > mencakup dari IDE, frameworks (ORM, IoC, xUnit, DbC, extensibility, MVC,
>> > workflow, WCF, logging, security, build/deployment), tools
>> (code-inspection,
>> > performance-test) , OS (dev dan server), database, integration-server,
>> > enterprise-security/identity server, document-management, BPM, exchange
>> > server, finance system, dan segala bahan laen yg lo butuh buat build
>> your
>> > own little planet. Now lo butuh alasan kuat sebelom lo even think about
>> > convincing mereka tentang OSS.
>> >
>> > Sekarang Oracle juga mampu bikin universal subscription kit buat java.
>> > Potential ini yang bikin Sun accuisistion itu big news. Arguably bisa
>> extend
>> > market java ke monotheist enterprise market.
>> >
>> > Hanya karna kita nganut polytheist, gak bisa ngharapin seluruh dunia
>> juga
>> > mesti politheist. Masih ada orang yg percaya monotheism... foolish
>> indeed,
>> > tapi tetep mesti diladenin
>>
>> --> No-no-no. Kalau mereka memilih untuk 'monotheism' itu hak mereka,
>> kita cuma bisa educated. Dan ujung-ujungnya time will tell. Tapi
>> bilang bahwa di client itu commonsense untuk no-OSS policy, itu totaly
>> non-sense. Apalagi gak disebutin bahwa domain-nya adalah
>> company-company yang M$ based. Its totally misleading seakan-akan
>> seluruh dunia begitu, padahal company yang totally M$ based itu berapa
>> persen sih ? Untuk telco dan banking jelas2 mereka gak mungkin fully
>> M$ based. jadi kita bisa totally discard mereka dari jumlah yang
>> totally M$ based.
>>
>> Kalau urusan oracle dan sun, well just have to wait and see. Soalnya
>> banyak orang-orang oracle dan sun sendiri yang gak tahu dunia bakal
>> bagaimana setelah proses merger selesai 1-2 tahun lagi. Well atleast
>> we have their source code right ?
>>
>
>  
>



-- 
Daniel Baktiar
Senior JEE* Monkey -- willing to work hard in the Java beans brewery for a
big bunch of bananas (http://dbaktiar.wordpress.com)


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-10 Terurut Topik Jecki
2009/6/10 Hendry Luk :
>
> Kayak yg gw bilang... Dengan no-oss policy mereka, lari ke ms adalah logical
> choice (e.g. lebih murah). No-oss policy juga common kok di java. "Common"
> as in "gak aneh", bukan as in "mayoritas".
> Gw sama sekali gak nyangka no-oss itu segitu asingnya di JUGI. Memang no-oss
> policy itu termasuk golongan minoritas, tapi gw expect at least everyone di
> profesi ini tau bahwa itu exist.
>

jelas di bidang manapun ekstrim kiri dan kanan selalu ada. tapi
pernyataan loe kontradiktif. di email sebelumnya loe bilang:
"Gw gak tau company indo, tapi kebanyakan company di negara2 yang
hukumnya kuat, OSS itu sering strictly dilarang."

tapi abis itu loe bilang no-OSS policy adalah minoritas.

IMO, to OSS or not to OSS is merely a choice. harusnya pilihannya
objective, tapi tidak dipungkiri kadang pilihannya jadi subjective.
ada orang yang sangat suka sekali dengan OSS dan berusaha promote ke
mana2. ada juga orang yang sangat TIDAK suka OSS dan promote ke mana2.
politik juga ikut berperan di sini. jadi banyak faktor yang menentukan
company pakai OSS atau tidak.


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Hendry Luk
Mereka == companies/clients

2009/6/10 Hendry Luk 

> Hibernate misalnya, dia LGPL... dan kalo lo ngubah source codenya, lo mesti
> expose ke semua orang dan of course component itu gak bisa lo jual lagi
> dengan biaya. Mereka mengantisipasi bahwa suatu saat mereka mesti modify
> source codenya dengan beberapa code sensitif... yang mungkin sebenernya gak
> akan pernah terjadi. Tapi mereka gak mo take the risk dan jangan argue
> soal ini.
> Lo gak mo argue dengan client. Policy adalah policy. Developer mesti
> pragmatic, jangan fanatik. Tinggalin semua ideology. Kalo lo berusaha
> meluruskan client lo ke jalan yang benar... lo gak dapet makan. Dan i dont
> think gw lagi propose disini bahwa ini pandangan benar ato salah. Gw cuma
> point out a fact (tentang policy company). Inget.. policy adalah part of
> requirement. Lo deliver ato not deliver. That's it.
>
> Support dari organisasi dibalik OSS emang banyak... Tapi again... kayak yg
> gw bilang.. not free. Sementara vendor2 laennya nawarin client dengan
> guarantee, dan mereka bahkan bisa dikenain sanksi (fyi, company kayak Sears
> punya kontrak bahwa vendor mesti bayar sanksi 100% harga product kalo mereka
> gak puas dengan product lo ato gak fix dalam timely manner. On top of that,
> masih ada lagi sanksi per hari buat tiap kegagalan memenuhi delivery).
> Marketting OSS projects gak bisa meyakinkan mereka kalo mereka bisa dapet
> guarantee yang sama. Kalo hibernate ada bugs yang destructive, mereka gak
> bertanggung jawab apa2. Mereka bahkan charge clientnya buat fix tuh bug.
>
> Client juga punya anggapan bahwa OSS itu low quality... yang TOTALLY
> MISGUIDED! Let me know the next time lo berhasil ngubah corporate policy
> kayak gini. Disclaimer: gw gak condone aksi ini btw... ;)
>
> 2009/6/9 abangkis 
>
>>
>>
>> I totally disagre .. ini omongan jaman Orba nih, tanda orang yang gak
>> ngerti open source.
>>
>> Yang pertama untuk menggunakan open source harus mengerti dulu
>> mengenai license open source. Okeh yang di takutin itu GPL, tapi
>> opensouce mencakup banyak license, bisa pilih yang lebih linient kayak
>> LGPL, atau CDDL. Terus GPL itu sendiri sekarang udah sampe v3, banyak
>> perubahan. Dan kalau mau tetap benar-benar closed, biasanya license
>> GPL bisa di convert jadi propietary, tapi harus deal langsung dengan
>> pembuat library-nya, dan kalo library itu menggunakan lib lain yang
>> GPL maka harus deal juga dengan pembuatnya, dst sampe ke ujung. Memang
>> jadi lebih ribet, tapi itulah tujuannya GPL untuk membuat Open Source
>> Software tetap free.
>>
>> Gak fair, kalau ada orang yang membuang weekendnya selama 6 bulan
>> untuk membuat sebuah library yang dia pikir bermanfaat buat orang
>> banyak, lalu tiba-tiba ada satu perusahaan yang memberi sedikit
>> aksesoris kemudian menjualnya seharga $10.000 dolar. You can do this,
>> but you need the consent of the maker for GPL. Kalau LGPL gak butuh.
>>
>>
>> > Keuntungan open source itu dah jelas. Quality n freedom... yang gak
>> perlu
>> > lagi gw bahas. Gw cuma mo point out opposide side, devil advocate, yang
>> > jarang banget dihighlight... cost dari OSS.
>> >
>> > Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part dari
>> > project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama
>> dari
>> > banking industry.
>> > Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible
>> dengan
>> > policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive
>> buat
>> > mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
>> > project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet
>> response
>> > dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i
>> feel
>> > like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave it.
>> Or
>> > better, why don't you fix it and contribute something for what you
>> get?".
>> > Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka
>> bisa
>> > legally minta pertanggungjawaban.
>>
>> --> Ini lagi, udah jelas free, masih mau nuntut orang yang ngasih
>> sesuatu secara cuma2 ? Damn what a greedy corporate people *my comment
>> to the individuals that think like this*. Sekarang ngomong dari segi
>> bisnis, rata-rata company, untuk menjamin kelangsungan bisnisnya butuh
>> support atau bahasa si hendry ada orang yang bisa disalahin kalau ada
>> apa-apa. Untuk itu banyak perusahaan yang memberikan support terhadap
>> software2 seperti ini. Contoh paling umum SUN, JBoss, RedHat. So ...
>> statement phail !
>>
>> Kalau ada library yang tidak ada yang support, pilihannya gampang.
>> Kontak pembuatnya dia mau support atau engga, atau cari library lain
>> yang ada supportnya. Kalau gak ada library yang lebih bagus, ya udah
>> terima aja gak usah di pake itu library, suruh programmernya bikin
>> sendiri dari 0, bakal mau gak kira2 ?
>>
>> > Banyaak banget client yang terang2an strict no-OSS policy. Mereka lebih
>> > prefer solusi2 official, misalnya dari IBM... y

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Hendry Luk
Kayak yg gw bilang... Dengan no-oss policy mereka, lari ke ms adalah logical
choice (e.g. lebih murah). No-oss policy juga common kok di java. "Common"
as in "gak aneh", bukan as in "mayoritas".
Gw sama sekali gak nyangka no-oss itu segitu asingnya di JUGI. Memang no-oss
policy itu termasuk golongan minoritas, tapi gw expect at least everyone di
profesi ini tau bahwa itu exist.

2009/6/10 abangkis 

>
>
> 2009/6/10 Hendry Luk >:
>
> >
> >
> > Yup, no-OSS policy is totally non-sense n stupid. Kita developers pengen
> > banget educate mereka tentang OSS, tapi mereka "supposedly" lebih ngerti
> law
> > n poilitik daripada kita. Clients get what clients want. Mereka penganut
> > monotheism dan cuma mo pengang 1 nomer telpon, they got it.
> >
> > To be fair, ini lebih common di ms world, karna hampir semua major
> companies
> > itu punya yearly MSDN universal kit, yang intinya client punya akses ke
> > SEMUA products lengkap dengan full technical dan incident support yang
> > mencakup dari IDE, frameworks (ORM, IoC, xUnit, DbC, extensibility, MVC,
> > workflow, WCF, logging, security, build/deployment), tools
> (code-inspection,
> > performance-test) , OS (dev dan server), database, integration-server,
> > enterprise-security/identity server, document-management, BPM, exchange
> > server, finance system, dan segala bahan laen yg lo butuh buat build your
> > own little planet. Now lo butuh alasan kuat sebelom lo even think about
> > convincing mereka tentang OSS.
> >
> > Sekarang Oracle juga mampu bikin universal subscription kit buat java.
> > Potential ini yang bikin Sun accuisistion itu big news. Arguably bisa
> extend
> > market java ke monotheist enterprise market.
> >
> > Hanya karna kita nganut polytheist, gak bisa ngharapin seluruh dunia juga
> > mesti politheist. Masih ada orang yg percaya monotheism... foolish
> indeed,
> > tapi tetep mesti diladenin
>
> --> No-no-no. Kalau mereka memilih untuk 'monotheism' itu hak mereka,
> kita cuma bisa educated. Dan ujung-ujungnya time will tell. Tapi
> bilang bahwa di client itu commonsense untuk no-OSS policy, itu totaly
> non-sense. Apalagi gak disebutin bahwa domain-nya adalah
> company-company yang M$ based. Its totally misleading seakan-akan
> seluruh dunia begitu, padahal company yang totally M$ based itu berapa
> persen sih ? Untuk telco dan banking jelas2 mereka gak mungkin fully
> M$ based. jadi kita bisa totally discard mereka dari jumlah yang
> totally M$ based.
>
> Kalau urusan oracle dan sun, well just have to wait and see. Soalnya
> banyak orang-orang oracle dan sun sendiri yang gak tahu dunia bakal
> bagaimana setelah proses merger selesai 1-2 tahun lagi. Well atleast
> we have their source code right ?
>  
>


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Hendry Luk
Hibernate misalnya, dia LGPL... dan kalo lo ngubah source codenya, lo mesti
expose ke semua orang dan of course component itu gak bisa lo jual lagi
dengan biaya. Mereka mengantisipasi bahwa suatu saat mereka mesti modify
source codenya dengan beberapa code sensitif... yang mungkin sebenernya gak
akan pernah terjadi. Tapi mereka gak mo take the risk dan jangan argue soal
ini.
Lo gak mo argue dengan client. Policy adalah policy. Developer mesti
pragmatic, jangan fanatik. Tinggalin semua ideology. Kalo lo berusaha
meluruskan client lo ke jalan yang benar... lo gak dapet makan. Dan i dont
think gw lagi propose disini bahwa ini pandangan benar ato salah. Gw cuma
point out a fact (tentang policy company). Inget.. policy adalah part of
requirement. Lo deliver ato not deliver. That's it.

Support dari organisasi dibalik OSS emang banyak... Tapi again... kayak yg
gw bilang.. not free. Sementara vendor2 laennya nawarin client dengan
guarantee, dan mereka bahkan bisa dikenain sanksi (fyi, company kayak Sears
punya kontrak bahwa vendor mesti bayar sanksi 100% harga product kalo mereka
gak puas dengan product lo ato gak fix dalam timely manner. On top of that,
masih ada lagi sanksi per hari buat tiap kegagalan memenuhi delivery).
Marketting OSS projects gak bisa meyakinkan mereka kalo mereka bisa dapet
guarantee yang sama. Kalo hibernate ada bugs yang destructive, mereka gak
bertanggung jawab apa2. Mereka bahkan charge clientnya buat fix tuh bug.

Client juga punya anggapan bahwa OSS itu low quality... yang TOTALLY
MISGUIDED! Let me know the next time lo berhasil ngubah corporate policy
kayak gini. Disclaimer: gw gak condone aksi ini btw... ;)

2009/6/9 abangkis 

>
>
> I totally disagre .. ini omongan jaman Orba nih, tanda orang yang gak
> ngerti open source.
>
> Yang pertama untuk menggunakan open source harus mengerti dulu
> mengenai license open source. Okeh yang di takutin itu GPL, tapi
> opensouce mencakup banyak license, bisa pilih yang lebih linient kayak
> LGPL, atau CDDL. Terus GPL itu sendiri sekarang udah sampe v3, banyak
> perubahan. Dan kalau mau tetap benar-benar closed, biasanya license
> GPL bisa di convert jadi propietary, tapi harus deal langsung dengan
> pembuat library-nya, dan kalo library itu menggunakan lib lain yang
> GPL maka harus deal juga dengan pembuatnya, dst sampe ke ujung. Memang
> jadi lebih ribet, tapi itulah tujuannya GPL untuk membuat Open Source
> Software tetap free.
>
> Gak fair, kalau ada orang yang membuang weekendnya selama 6 bulan
> untuk membuat sebuah library yang dia pikir bermanfaat buat orang
> banyak, lalu tiba-tiba ada satu perusahaan yang memberi sedikit
> aksesoris kemudian menjualnya seharga $10.000 dolar. You can do this,
> but you need the consent of the maker for GPL. Kalau LGPL gak butuh.
>
>
> > Keuntungan open source itu dah jelas. Quality n freedom... yang gak perlu
> > lagi gw bahas. Gw cuma mo point out opposide side, devil advocate, yang
> > jarang banget dihighlight... cost dari OSS.
> >
> > Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part dari
> > project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama dari
> > banking industry.
> > Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible
> dengan
> > policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive buat
> > mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
> > project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet
> response
> > dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i feel
> > like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave it.
> Or
> > better, why don't you fix it and contribute something for what you get?".
> > Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka bisa
> > legally minta pertanggungjawaban.
>
> --> Ini lagi, udah jelas free, masih mau nuntut orang yang ngasih
> sesuatu secara cuma2 ? Damn what a greedy corporate people *my comment
> to the individuals that think like this*. Sekarang ngomong dari segi
> bisnis, rata-rata company, untuk menjamin kelangsungan bisnisnya butuh
> support atau bahasa si hendry ada orang yang bisa disalahin kalau ada
> apa-apa. Untuk itu banyak perusahaan yang memberikan support terhadap
> software2 seperti ini. Contoh paling umum SUN, JBoss, RedHat. So ...
> statement phail !
>
> Kalau ada library yang tidak ada yang support, pilihannya gampang.
> Kontak pembuatnya dia mau support atau engga, atau cari library lain
> yang ada supportnya. Kalau gak ada library yang lebih bagus, ya udah
> terima aja gak usah di pake itu library, suruh programmernya bikin
> sendiri dari 0, bakal mau gak kira2 ?
>
> > Banyaak banget client yang terang2an strict no-OSS policy. Mereka lebih
> > prefer solusi2 official, misalnya dari IBM... yang akhirnya mereka
> complaint
> > siapa bilang java murah? OS non windows juga larinya ke box Solaris yang
> > anything but cheap.
> >
> > Di .net in particular banyak banget client 

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Hendry Luk
Gw very well aware dengan distinction antara GPL dan LGPL. Gw juga dah
benefit banyak dari OSS.. no doubt.

Tapi gw cuma mo highlight beberapa ideologi yang pengen segala2 FULLY OPEN
SOURCE. License2 permissive kayak MS-LPL dan MIT itu diganggap gak true
open-source spirit karna gak ngebangun OSS community yang sehat.

Lo bisa modify source-codenya, punya 100% commercial right, dan gak perlu
expose ato submit kembali source code yang lo modify ke community. Lo bahkan
bisa branch the project n jual kembali sebagai commercial product.

Pandangan naive n idealis gak suka dengan konsep ini. Dan ini dianggap gak
OSS spirit (what's why MS tetep dianggap anti-OSS despite berbagai OSS
projects mereka). Tapi dari sudut pandang banyak company, ini yang justru
mereka cari. Full-open source spirit.. like they can care less. Mereka cuma
peduli projectnya mulus, mereka punya hak penuh atas apa yang mereka beli..
Kalo mereka bisa dapet itu, duit gak masalah.

2009/6/9 abangkis 

>
>
> I totally disagre .. ini omongan jaman Orba nih, tanda orang yang gak
> ngerti open source.
>
> Yang pertama untuk menggunakan open source harus mengerti dulu
> mengenai license open source. Okeh yang di takutin itu GPL, tapi
> opensouce mencakup banyak license, bisa pilih yang lebih linient kayak
> LGPL, atau CDDL. Terus GPL itu sendiri sekarang udah sampe v3, banyak
> perubahan. Dan kalau mau tetap benar-benar closed, biasanya license
> GPL bisa di convert jadi propietary, tapi harus deal langsung dengan
> pembuat library-nya, dan kalo library itu menggunakan lib lain yang
> GPL maka harus deal juga dengan pembuatnya, dst sampe ke ujung. Memang
> jadi lebih ribet, tapi itulah tujuannya GPL untuk membuat Open Source
> Software tetap free.
>
> Gak fair, kalau ada orang yang membuang weekendnya selama 6 bulan
> untuk membuat sebuah library yang dia pikir bermanfaat buat orang
> banyak, lalu tiba-tiba ada satu perusahaan yang memberi sedikit
> aksesoris kemudian menjualnya seharga $10.000 dolar. You can do this,
> but you need the consent of the maker for GPL. Kalau LGPL gak butuh.
>
>
> > Keuntungan open source itu dah jelas. Quality n freedom... yang gak perlu
> > lagi gw bahas. Gw cuma mo point out opposide side, devil advocate, yang
> > jarang banget dihighlight... cost dari OSS.
> >
> > Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part dari
> > project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama dari
> > banking industry.
> > Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible
> dengan
> > policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive buat
> > mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
> > project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet
> response
> > dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i feel
> > like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave it.
> Or
> > better, why don't you fix it and contribute something for what you get?".
> > Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka bisa
> > legally minta pertanggungjawaban.
>
> --> Ini lagi, udah jelas free, masih mau nuntut orang yang ngasih
> sesuatu secara cuma2 ? Damn what a greedy corporate people *my comment
> to the individuals that think like this*. Sekarang ngomong dari segi
> bisnis, rata-rata company, untuk menjamin kelangsungan bisnisnya butuh
> support atau bahasa si hendry ada orang yang bisa disalahin kalau ada
> apa-apa. Untuk itu banyak perusahaan yang memberikan support terhadap
> software2 seperti ini. Contoh paling umum SUN, JBoss, RedHat. So ...
> statement phail !
>
> Kalau ada library yang tidak ada yang support, pilihannya gampang.
> Kontak pembuatnya dia mau support atau engga, atau cari library lain
> yang ada supportnya. Kalau gak ada library yang lebih bagus, ya udah
> terima aja gak usah di pake itu library, suruh programmernya bikin
> sendiri dari 0, bakal mau gak kira2 ?
>
> > Banyaak banget client yang terang2an strict no-OSS policy. Mereka lebih
> > prefer solusi2 official, misalnya dari IBM... yang akhirnya mereka
> complaint
> > siapa bilang java murah? OS non windows juga larinya ke box Solaris yang
> > anything but cheap.
> >
> > Di .net in particular banyak banget client yang strict no OSS, dan
> nolak2in
> > project yang mengandung NHibernate, nServiceBus, Windsor, Monorail, n
> > stuffs. Mereka demand product yg "official" (baca: keluaran redmond)...
> yang
> > dah lengkap dari ORM, DI container, MVC dalam frameworknya.
> >
> > Kenapa ini lebih common di .net (daripada java)? Kenapa mereka pilih .net
> in
> > first place? Because mereka lari ke .net justru karna solusi official
> > non-OSS nya lebih gampang n murah (in fact, they're all free).
> >
> > Di pasar non-OSS kayak ginilah, keunggulan java (mix n play OSS products)
> > justru jadi kelemahan.
> >
> > Dan for all its worth, gw juga benci company2 yg ngelarang OSS.. karna
> > hampir semua tooling favorite

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Hendry Luk
Haha, mate, seriously, lo mesti go out more ;) Ini dah jadi topik sehari2 di
setiap local pub.. java maupun .net.
Ada company yang sampe hari ini masih pilih bayar (ehm, mahal) yet buggy
source control kayak AccuRev (buggy dan file lo bisa ilang sendiri), just
for the sake of nghindarin OSS tools kayak svn ato git.
Banyak company punya misguided fear terhadap security. Beberapa karna
kerumitan license. Beberapa karna kepercayaan ke commercial support. Apapun
alesannya, no-oss itu adalah subculture yang hidup dalam society kita.

In fact, kalo lo sempet ngerasain jaman 90an (ato ngobrol sama temen2 lo yg
dari jaman segitu), itu jauh lebih parah. Di jaman itu company yg bersedia
pake OSS itu justru exception, daripada norm. Di jaman itu lebih banyak
project yang dipaksa J2EE dan ngeliat Spring dengan jijik.

No-OSS policy itu emang golongan minoritas, tapi bukan berarti FUD. At least
google dikit donk.
Nih liat2 kemari:
http://www.pluggd.tv/audio/channels/interition_roller_weblogs
Ada 2 episode ngomongin penuh soal subculture no-OSS.. apa yang
melatarbelakangi, dan apa implicationnya buat kita2.

On Wed, Jun 10, 2009 at 1:43 AM, Edward Yakop  wrote:

>
>
> On Tue, Jun 9, 2009 at 16:41, Hendry 
> Luk>
> wrote:
> > Mas... policy no-OSS di client itu dah commonsense. Bukan hal baru
>
> According to who?
> Sigh, FUD
>
> Straight from the horse mouth:
>
> http://www.pcworld.com/businesscenter/article/151568/ballmer_still_searching_for_an_answer_to_google.html
>
> Nice quotation from Steve himself:
> "Forty percent of servers run Windows, 60 percent run Linux," he said.
> "How are we doing? Forty is less than 60, so I don't like it. ... We
> have some work to do."
>
> Regards,
> Edward Yakop
>  
>


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik abangkis
2009/6/10 Hendry Luk :
>
>
> Yup, no-OSS policy is totally non-sense n stupid. Kita developers pengen
> banget educate mereka tentang OSS, tapi mereka "supposedly" lebih ngerti law
> n poilitik daripada kita. Clients get what clients want. Mereka penganut
> monotheism dan cuma mo pengang 1 nomer telpon, they got it.
>
> To be fair, ini lebih common di ms world, karna hampir semua major companies
> itu punya yearly MSDN universal kit, yang intinya client punya akses ke
> SEMUA products lengkap dengan full technical dan incident support yang
> mencakup dari IDE, frameworks (ORM, IoC, xUnit, DbC, extensibility, MVC,
> workflow, WCF, logging, security, build/deployment), tools (code-inspection,
> performance-test) , OS (dev dan server), database, integration-server,
> enterprise-security/identity server, document-management, BPM, exchange
> server, finance system, dan segala bahan laen yg lo butuh buat build your
> own little planet. Now lo butuh alasan kuat sebelom lo even think about
> convincing mereka tentang OSS.
>
> Sekarang Oracle juga mampu bikin universal subscription kit buat java.
> Potential ini yang bikin Sun accuisistion itu big news. Arguably bisa extend
> market java ke monotheist enterprise market.
>
> Hanya karna kita nganut polytheist, gak bisa ngharapin seluruh dunia juga
> mesti politheist. Masih ada orang yg percaya monotheism... foolish indeed,
> tapi tetep mesti diladenin

--> No-no-no. Kalau mereka memilih untuk 'monotheism' itu hak mereka,
kita cuma bisa educated. Dan ujung-ujungnya time will tell. Tapi
bilang bahwa di client itu commonsense untuk no-OSS policy, itu totaly
non-sense. Apalagi gak disebutin bahwa domain-nya adalah
company-company yang M$ based. Its totally misleading seakan-akan
seluruh dunia begitu, padahal company yang totally M$ based itu berapa
persen sih ? Untuk telco dan banking jelas2 mereka gak mungkin fully
M$ based. jadi kita bisa totally discard mereka dari jumlah yang
totally M$ based.

Kalau urusan oracle dan sun, well just have to wait and see. Soalnya
banyak orang-orang oracle dan sun sendiri yang gak tahu dunia bakal
bagaimana setelah proses merger selesai 1-2 tahun lagi. Well atleast
we have their source code right ?


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Hendry Luk
Yup, no-OSS policy is totally non-sense n stupid. Kita developers pengen
banget educate mereka tentang OSS, tapi mereka "supposedly" lebih ngerti law
n poilitik daripada kita. Clients get what clients want. Mereka penganut
monotheism dan cuma mo pengang 1 nomer telpon, they got it.

To be fair, ini lebih common di ms world, karna hampir semua major companies
itu punya yearly MSDN universal kit, yang intinya client punya akses ke
SEMUA products lengkap dengan full technical dan incident support yang
mencakup dari IDE, frameworks (ORM, IoC, xUnit, DbC, extensibility, MVC,
workflow, WCF, logging, security, build/deployment), tools (code-inspection,
performance-test) , OS (dev dan server), database, integration-server,
enterprise-security/identity server, document-management, BPM, exchange
server, finance system, dan segala bahan laen yg lo butuh buat build your
own little planet. Now lo butuh alasan kuat sebelom lo even think about
convincing mereka tentang OSS.

Sekarang Oracle juga mampu bikin universal subscription kit buat java.
Potential ini yang bikin Sun accuisistion itu big news. Arguably bisa extend
market java ke monotheist enterprise market.

Hanya karna kita nganut polytheist, gak bisa ngharapin seluruh dunia juga
mesti politheist. Masih ada orang yg percaya monotheism... foolish indeed,
tapi tetep mesti diladenin

2009/6/9 abangkis 

>
>
> Ah non-sense ini. Semua telco di indonesia ada opensource-nya kok. Itu
> eropa yang belum kena renaissance kali ? coba cek dulu jangan-jangan
> mereka masih nganggep CEO microsoft itu bill gates, makanya masih pake
> satu kitab M$ doang. (devil)
>
>
> On Tue, Jun 9, 2009 at 3:41 PM, Hendry 
> Luk>
> wrote:
> >
> >
> > Mas... policy no-OSS di client itu dah commonsense. Bukan hal baru
> >
> > On Tue, Jun 9, 2009 at 6:25 PM, Edward Yakop 
> > >
> wrote:
> >>
> >>
> >> 2009/6/9 Hendry Luk >:
> >>
> >> > Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part
> dari
> >> > project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama
> >> > dari
> >> > banking industry.
> >>
> >> Banking industry yang pakek java banyak yang pakek OSS secara lansung
> >> atau tidak langsung.
> >> http://www.springsource.com/customers
> >> http://customers.redhat.com/category/industry/financial/
> >> http://www.pentaho.com/about/customers/
> >>
> >> I can go on.
> >>
> >> > Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible
> >> > dengan
> >> > policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive
> >> > buat
> >> > mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
> >> > project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet
> >> > response
> >> > dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i
> >> > feel
> >> > like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave
> it.
> >> > Or
> >> > better, why don't you fix it and contribute something for what you
> >> > get?".
> >> > Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka
> >> > bisa
> >> > legally minta pertanggungjawaban.
> >>
> >> Again back to this FUD.
> >> Just choose OSS project that are backed by reputable team/company or
> >> even better get a support contract.
> >> redhat, Spring, SUN (for mysql), jetty.
> >>
> >> If your statement is true, nobody will use linux.
> >>
> >> > Banyaak banget client yang terang2an strict no-OSS policy. Mereka
> lebih
> >> > prefer solusi2 official, misalnya dari IBM... yang akhirnya mereka
> >> > complaint
> >> > siapa bilang java murah? OS non windows juga larinya ke box Solaris
> yang
> >> > anything but cheap.
> >>
> >> citation needed.
> >>
> >> > Di .net in particular banyak banget client yang strict no OSS, dan
> >> > nolak2in
> >> > project yang mengandung NHibernate, nServiceBus, Windsor, Monorail, n
> >> > stuffs. Mereka demand product yg "official" (baca: keluaran
> redmond)...
> >> > yang
> >> > dah lengkap dari ORM, DI container, MVC dalam frameworknya.
> >>
> >> That's because .net OSS movement is not as matured as Java.
> >>
> >> > Kenapa ini lebih common di .net (daripada java)? Kenapa mereka pilih
> >> > .net in
> >> > first place? Because mereka lari ke .net justru karna solusi official
> >> > non-OSS nya lebih gampang n murah (in fact, they're all free).
> >>
> >> Is it because of legacy code?
> >> The team knows microsoft stack very well
> >> The company already pays a support contract with microsoft
> >> After all, java as a language is not newer than other Mircosoft SDK and
> >> migration works cost a lot of money and risks.
> >>
> >> > Di pasar non-OSS kayak ginilah, keunggulan java (mix n play OSS
> >> > products)
> >> > justru jadi kelemahan.
> >>
> >> According to who?
> >>
> >> > Dan for all its worth, gw juga benci company2 yg ngelarang OSS.. karna
> >> > hampir semua tooling favorite gw dari OSS.. Tapi alas, itu fact yg we
> >> > have
> >> > to live with.
> >>
> >> Benci is a strong word :P
> >>
> >> Regards,
> >> Edward Yakop
>

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik abangkis
Ah non-sense ini. Semua telco di indonesia ada opensource-nya kok. Itu
eropa yang belum kena renaissance kali ? coba cek dulu jangan-jangan
mereka masih nganggep CEO microsoft itu bill gates, makanya masih pake
satu kitab M$ doang. (devil)

On Tue, Jun 9, 2009 at 3:41 PM, Hendry Luk wrote:
>
>
> Mas... policy no-OSS di client itu dah commonsense. Bukan hal baru
>
> On Tue, Jun 9, 2009 at 6:25 PM, Edward Yakop  wrote:
>>
>>
>> 2009/6/9 Hendry Luk :
>>
>> > Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part dari
>> > project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama
>> > dari
>> > banking industry.
>>
>> Banking industry yang pakek java banyak yang pakek OSS secara lansung
>> atau tidak langsung.
>> http://www.springsource.com/customers
>> http://customers.redhat.com/category/industry/financial/
>> http://www.pentaho.com/about/customers/
>>
>> I can go on.
>>
>> > Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible
>> > dengan
>> > policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive
>> > buat
>> > mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
>> > project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet
>> > response
>> > dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i
>> > feel
>> > like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave it.
>> > Or
>> > better, why don't you fix it and contribute something for what you
>> > get?".
>> > Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka
>> > bisa
>> > legally minta pertanggungjawaban.
>>
>> Again back to this FUD.
>> Just choose OSS project that are backed by reputable team/company or
>> even better get a support contract.
>> redhat, Spring, SUN (for mysql), jetty.
>>
>> If your statement is true, nobody will use linux.
>>
>> > Banyaak banget client yang terang2an strict no-OSS policy. Mereka lebih
>> > prefer solusi2 official, misalnya dari IBM... yang akhirnya mereka
>> > complaint
>> > siapa bilang java murah? OS non windows juga larinya ke box Solaris yang
>> > anything but cheap.
>>
>> citation needed.
>>
>> > Di .net in particular banyak banget client yang strict no OSS, dan
>> > nolak2in
>> > project yang mengandung NHibernate, nServiceBus, Windsor, Monorail, n
>> > stuffs. Mereka demand product yg "official" (baca: keluaran redmond)...
>> > yang
>> > dah lengkap dari ORM, DI container, MVC dalam frameworknya.
>>
>> That's because .net OSS movement is not as matured as Java.
>>
>> > Kenapa ini lebih common di .net (daripada java)? Kenapa mereka pilih
>> > .net in
>> > first place? Because mereka lari ke .net justru karna solusi official
>> > non-OSS nya lebih gampang n murah (in fact, they're all free).
>>
>> Is it because of legacy code?
>> The team knows microsoft stack very well
>> The company already pays a support contract with microsoft
>> After all, java as a language is not newer than other Mircosoft SDK and
>> migration works cost a lot of money and risks.
>>
>> > Di pasar non-OSS kayak ginilah, keunggulan java (mix n play OSS
>> > products)
>> > justru jadi kelemahan.
>>
>> According to who?
>>
>> > Dan for all its worth, gw juga benci company2 yg ngelarang OSS.. karna
>> > hampir semua tooling favorite gw dari OSS.. Tapi alas, itu fact yg we
>> > have
>> > to live with.
>>
>> Benci is a strong word :P
>>
>> Regards,
>> Edward Yakop
>
> 


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Edward Yakop
On Tue, Jun 9, 2009 at 16:41, Hendry Luk wrote:
> Mas... policy no-OSS di client itu dah commonsense. Bukan hal baru

According to who?
Sigh, FUD

Straight from the horse mouth:
http://www.pcworld.com/businesscenter/article/151568/ballmer_still_searching_for_an_answer_to_google.html

Nice quotation from Steve himself:
"Forty percent of servers run Windows, 60 percent run Linux," he said.
"How are we doing? Forty is less than 60, so I don't like it. ... We
have some work to do."

Regards,
Edward Yakop


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Hendry Luk
Mas... policy no-OSS di client itu dah commonsense. Bukan hal baru

On Tue, Jun 9, 2009 at 6:25 PM, Edward Yakop  wrote:

>
>
> 2009/6/9 Hendry Luk >:
>
> > Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part dari
> > project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama dari
> > banking industry.
>
> Banking industry yang pakek java banyak yang pakek OSS secara lansung
> atau tidak langsung.
> http://www.springsource.com/customers
> http://customers.redhat.com/category/industry/financial/
> http://www.pentaho.com/about/customers/
>
> I can go on.
>
> > Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible
> dengan
> > policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive buat
> > mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
> > project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet
> response
> > dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i feel
> > like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave it.
> Or
> > better, why don't you fix it and contribute something for what you get?".
> > Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka bisa
> > legally minta pertanggungjawaban.
>
> Again back to this FUD.
> Just choose OSS project that are backed by reputable team/company or
> even better get a support contract.
> redhat, Spring, SUN (for mysql), jetty.
>
> If your statement is true, nobody will use linux.
>
> > Banyaak banget client yang terang2an strict no-OSS policy. Mereka lebih
> > prefer solusi2 official, misalnya dari IBM... yang akhirnya mereka
> complaint
> > siapa bilang java murah? OS non windows juga larinya ke box Solaris yang
> > anything but cheap.
>
> citation needed.
>
> > Di .net in particular banyak banget client yang strict no OSS, dan
> nolak2in
> > project yang mengandung NHibernate, nServiceBus, Windsor, Monorail, n
> > stuffs. Mereka demand product yg "official" (baca: keluaran redmond)...
> yang
> > dah lengkap dari ORM, DI container, MVC dalam frameworknya.
>
> That's because .net OSS movement is not as matured as Java.
>
> > Kenapa ini lebih common di .net (daripada java)? Kenapa mereka pilih .net
> in
> > first place? Because mereka lari ke .net justru karna solusi official
> > non-OSS nya lebih gampang n murah (in fact, they're all free).
>
> Is it because of legacy code?
> The team knows microsoft stack very well
> The company already pays a support contract with microsoft
> After all, java as a language is not newer than other Mircosoft SDK and
> migration works cost a lot of money and risks.
>
> > Di pasar non-OSS kayak ginilah, keunggulan java (mix n play OSS products)
> > justru jadi kelemahan.
>
> According to who?
>
> > Dan for all its worth, gw juga benci company2 yg ngelarang OSS.. karna
> > hampir semua tooling favorite gw dari OSS.. Tapi alas, itu fact yg we
> have
> > to live with.
>
> Benci is a strong word :P
>
> Regards,
> Edward Yakop
>  
>


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Reza Alaudin
>>Susah ahMang da ngomong ama orang yang gak pernah turun ke management level.
emang dah berapa tahun jadi project manager Josh?
memanage Java itu Afaik lebih pragmatis, save n less bug.. Karena struktur n 
design patternnya sinkron.
At least project managerku do so, 80 % project pake Java EE.
jadi statement  kamu soal management level... kalo km dah 10 thn di level 
project manager...
gwe mungkin gak akan counter..

regards,
Reza




From: Joshua Partogi 
To: jug-indonesia@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, June 9, 2009 4:20:16 PM
Subject: Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0






2009/6/9 Samuel Franklyn 

Joshua Partogi wrote:
>
>
> Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never ending.

Omongan geblek. Dimana-mana banyak bug atau kagak bukan
tergantung bahasa yang dipakai tapi kemampuan developer dan
metode development yang dipakai. Kalau kayak di NASA
di mana 1 bug di kerjakan oleh team sebanyak 20 orang lebih,
yang masing-masing orang punya pengalaman diatas 10 tahun,
di analisa dampak perbaikannya selama 6 bulan,
di dokumentasi perbaikannya dan dampaknya kemana,
lalu ditesting 3 bulan perbaikannya dengan
seabreg test cases baru diaplikasi ke sistem produksi
maka biar bug sekecil apapun susah hidup.
Mau pakai bahasa assembly sekalipun bug modar kalau
diperlakukan kayak begitu.

Susah ah ngomong ama orang yang gak pernah turun ke management level. 
Programmer memang gak liat kek ginian. Ini bukan bahasa-nya yang secara 
langsung menghasilkan banyak bug, tapi kerumitan bahasa tersebut menghasilkan 
implementasi yang klien inginkan. Karena Java butuh waktu yang cenderung lebih 
lama (estimasi gw 2.5x lipat dari dynamic language) untuk menghasilkan 
implementasi sedangkan timeframe-nya tetap sama, walhasil muncul bug 
dimana-mana. Kerumitan (dengan faktor LOC) bahasa tersebut-lah yang menjadikan 
Java error-prone, sama kayak Javascript yang juga error prone. Di akhir SDLC 
karena banyak bug fixing tersebut ditambah kerumitan bahasa-nya, tinggal 
dikalikan aja berapa lama untuk mengimplementasikan sebuah software menggunakan 
Java. In the end bisa looping terus dan never ending seperti yang gw bilang. 
Dan tinggal dikalikan saja berapa uang yang harus dikeluarkan oleh klien.  

*sigh*

-- 
Join Scrum8.com. 

http://scrum8.com/member/jpartogi/
http://scrum8.com/blog/jpartogi/
http://twitter.com/scrum8






  

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Hendry Luk
Point gw adalah... bugs sama2 bisa dihindari pake language apapun, tapi some
language lebih susah/mahal daripada the others.
Definisi susah/mahal... lo baru point out... 20x3 man-months highly
experienced developers buat ngurusin 1 bug..

2009/6/9 Samuel Franklyn 

>
>
> Hendry Luk wrote:
> >
> >
> > Sam, lo justru point out kalo setitik bug di assembly code itu mahal.
> > Karna itu kita pake java.
>
> Bukan itu pointnya. Setahu gua sebagian besar code NASA
> adalah C/C++/Java. Assembly language cuma sedikit.
> Pointnya adalah di NASA yang namanya bug itu diperlakukan
> seperti musuh dendam kesumat tujuh turunan sehingga
> bug susah hidup. Jadi isunya bugs itu banyak bukan
> karena bahasanya.
>
> >
> > 2009/6/9 Samuel Franklyn  >  sfrank...@gmail.com >>
> >
> >
> >
> > Joshua Partogi wrote:
> > >
> > >
> > > Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never ending.
> >
> > Omongan geblek. Dimana-mana banyak bug atau kagak bukan
> > tergantung bahasa yang dipakai tapi kemampuan developer dan
> > metode development yang dipakai. Kalau kayak di NASA
> > di mana 1 bug di kerjakan oleh team sebanyak 20 orang lebih,
> > yang masing-masing orang punya pengalaman diatas 10 tahun,
> > di analisa dampak perbaikannya selama 6 bulan,
> > di dokumentasi perbaikannya dan dampaknya kemana,
> > lalu ditesting 3 bulan perbaikannya dengan
> > seabreg test cases baru diaplikasi ke sistem produksi
> > maka biar bug sekecil apapun susah hidup.
> > Mau pakai bahasa assembly sekalipun bug modar kalau
> > diperlakukan kayak begitu.
> >
> > >
> > > 2009/6/8 Frans Thamura 
> >   fr...@meruvian.org 
> > >>
> >
> > >
> > > .net juga sama never ending
> > >
> > > cepat awal masalah di akhir ;)
> > >
> > >
> > > java itu mau akhir bagus, tapi never ending di awal
> > >
> >
> >
>
>  
>


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik abangkis
I totally disagre .. ini omongan jaman Orba nih, tanda orang yang gak
ngerti open source.

Yang pertama untuk menggunakan open source harus mengerti dulu
mengenai license open source. Okeh yang di takutin itu GPL, tapi
opensouce mencakup banyak license, bisa pilih yang lebih linient kayak
LGPL, atau CDDL. Terus GPL itu sendiri sekarang udah sampe v3, banyak
perubahan. Dan kalau mau tetap benar-benar closed, biasanya license
GPL bisa di convert jadi propietary, tapi harus deal langsung dengan
pembuat library-nya, dan kalo library itu menggunakan lib lain yang
GPL maka harus deal juga dengan pembuatnya, dst sampe ke ujung. Memang
jadi lebih ribet, tapi itulah tujuannya GPL untuk membuat Open Source
Software tetap free.

Gak fair, kalau ada orang yang membuang weekendnya selama 6 bulan
untuk membuat sebuah  library yang dia pikir bermanfaat buat orang
banyak, lalu tiba-tiba ada satu perusahaan yang memberi sedikit
aksesoris kemudian menjualnya seharga $10.000 dolar. You can do this,
but you need the consent of the maker for GPL. Kalau LGPL gak butuh.


> Keuntungan open source itu dah jelas. Quality n freedom... yang gak perlu
> lagi gw bahas. Gw cuma mo point out opposide side, devil advocate, yang
> jarang banget dihighlight... cost dari OSS.
>
> Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part dari
> project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama dari
> banking industry.
> Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible dengan
> policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive buat
> mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
> project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet response
> dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i feel
> like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave it. Or
> better, why don't you fix it and contribute something for what you get?".
> Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka bisa
> legally minta pertanggungjawaban.

--> Ini lagi, udah jelas free, masih mau nuntut orang yang ngasih
sesuatu secara cuma2 ? Damn what a greedy corporate people *my comment
to the individuals that think like this*.  Sekarang ngomong dari segi
bisnis, rata-rata company, untuk menjamin kelangsungan bisnisnya butuh
support atau bahasa si hendry ada orang yang bisa disalahin kalau ada
apa-apa. Untuk itu banyak perusahaan yang memberikan support terhadap
software2 seperti ini. Contoh paling umum SUN, JBoss, RedHat. So ...
statement phail !

Kalau ada library yang tidak ada yang support, pilihannya gampang.
Kontak pembuatnya dia mau support atau engga, atau cari library lain
yang ada supportnya. Kalau gak ada library yang lebih bagus, ya udah
terima aja gak usah di pake itu library, suruh programmernya bikin
sendiri dari 0, bakal mau gak kira2 ?



> Banyaak banget client yang terang2an strict no-OSS policy. Mereka lebih
> prefer solusi2 official, misalnya dari IBM... yang akhirnya mereka complaint
> siapa bilang java murah? OS non windows juga larinya ke box Solaris yang
> anything but cheap.
>
> Di .net in particular banyak banget client yang strict no OSS, dan nolak2in
> project yang mengandung NHibernate, nServiceBus, Windsor, Monorail, n
> stuffs. Mereka demand product yg "official" (baca: keluaran redmond)... yang
> dah lengkap dari ORM, DI container, MVC dalam frameworknya.
>
> Kenapa ini lebih common di .net (daripada java)? Kenapa mereka pilih .net in
> first place? Because mereka lari ke .net justru karna solusi official
> non-OSS nya lebih gampang n murah (in fact, they're all free).
>
> Di pasar non-OSS kayak ginilah, keunggulan java (mix n play OSS products)
> justru jadi kelemahan.
>
> Dan for all its worth, gw juga benci company2 yg ngelarang OSS.. karna
> hampir semua tooling favorite gw dari OSS.. Tapi alas, itu fact yg we have
> to live with.

--> kata siapa propietary software gak ada resiko-nya. Gimana
pengalaman frans yang kehilangan beberapa tahun hidupnya karena VB6
dimatiin microsoft, terus gimana kalo perusahaannya  bangkrut? mau di
tuntut juga udah bangkrut. di OSS setidaknya lu bisa oprek sendiri
codenya kalau ada major bug.

Yah kalo ada perusahaan yang masih berpikiran seperti itu yang its
their option, it work 10 years ago, so it should work now right ? Tapi
kita harus lihat sekarang dunia bergerak ke arah mana, apa lagi di
jaman krisis kayak gini.


> 2009/6/9 Edward Yakop 
>>
>>
>> 2009/6/8 Hendry Luk :
>>
>> > Yang gw liat itu kekuatan java justru sekaligus kelemahannya.
>> > Open-source di indo selalu  disenangi dan digemari... terutama karna
>> > orang2
>> > suka gratisan. Padahal justru di kebanyakan negara laen, OSS adalah
>> > wabah. 1
>> > yang perlu ditegaskan: OSS itu gak gratis!
>>
>> Err, abis baca semua argument kamu.
>> OSS itu gratis tapi tergantung apa yang kamu pengen kerjain.
>> Kalo kamu mau pakek OSS di commercial, be careful dengan licensenya.
>>
>> > Gw ga

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Ifnu bima
Josh,javascript is sexier then java.

On 6/9/09, Samuel Franklyn  wrote:
> Joshua Partogi wrote:
>
>>
>> Gak juga. disain bahasanya Javascript ada banyak flaw. Salah satu
>> contohnya adalah disain OOP di Javascript.
>
> Itu bukan flaw itu by design. OOP di Javascript tidak
> mengikuti pakem OOP berbasiskan class melainkan
> berbasiskan prototype. Ini bukan flaw ini sebenarnya
> feature yang sangat powerful cuma memang mereka yang
> sudah terbiasa OOP gaya C++/Java akan menganggap ini flaw.
> Gua tahu karena gua saat ini lagi customize salah
> satu aplikasi yang mengandung banyak sekali code Javascript.
> Jadi gua belajar banyak mengenai Javascript.
>
>
>

-- 
Sent from my mobile device

Senior Engineer @ ArtiVisi Intermedia
Java Training Center
See our course @ artivisi.com

http://ifnu.artivisi.com
+62 856 9211 8687
regards


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Samuel Franklyn
Joshua Partogi wrote:

> 
> Gak juga. disain bahasanya Javascript ada banyak flaw. Salah satu 
> contohnya adalah disain OOP di Javascript. 

Itu bukan flaw itu by design. OOP di Javascript tidak
mengikuti pakem OOP berbasiskan class melainkan
berbasiskan prototype. Ini bukan flaw ini sebenarnya
feature yang sangat powerful cuma memang mereka yang
sudah terbiasa OOP gaya C++/Java akan menganggap ini flaw.
Gua tahu karena gua saat ini lagi customize salah
satu aplikasi yang mengandung banyak sekali code Javascript.
Jadi gua belajar banyak mengenai Javascript.




Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Joshua Partogi
2009/6/9 Samuel Franklyn 

> Joshua Partogi wrote:
> >
> > Ini sugesti dan mindset yang sudah lama terbenam di pikiran orang
> > aja, selain marketing hype tentunya. Gak ada yang bilang gak bisa
> > bikin Core banking pakai bahasa dinamis. Ada bukti dan hipotesa, baru
> > bicara.
>
> Mana buktinya ya. Gua belum pernah tahu ada core banking
> yang dibikin pakai PHP/Python/Ruby/Perl.

>> Karena Java butuh waktu yang cenderung lebih lama (estimasi gw 2.5x
> >> lipat dari dynamic language) untuk menghasilkan implementasi
> >> sedangkan timeframe-nya tetap sama, walhasil muncul bug
> >> dimana-mana.
> >
> > Ini salah di project managementnya. Kalau memang pakai Java ya
> > dialokasi waktu yang sesuai. Kalau mau cepat tanpa pertimbangan skala
> > kerumitan dan pemeliharaan maka bahasa dinamis memang ok. Tapi apa
> > benar bahasa dinamis bisa bikin software yang tingkat kerumitannya
> > sangat tinggi atau butuh tingkat performance tinggi?
> >
> >
> > Kenapa tidak? NASA juga pakai python dan dipakai untuk mission
> > critical project, google juga pakai python karena cepat. Jadi kenapa
> > ada yang tidak mungkin? Ini cuma masalah hype saja kok.
>
> Java juga dipakai NASA. Java juga dipakai Google.
> Mereka pakai Java apa karena hype?


Hypenya adalah "cuma Java yang bisa mengatasi mission critical project"
Kenyataannya engga.


> > Javascript punya permasalahan sendiri. Baca kalimatnya pak. Java
> > error prone seperti Javascript. Tapi gw gak pernah bilang Java error
> > prone karena dia adalah bahasa statis. Javascript itu error prone
> > karena secara disain bahasa sudah berantakan dan tidak kompatibel
> > antar browser.
>
> Salah besar. Javascript itu disain bahasanya bagus.
> Javascript tidak error prone. Buktinya ada orang
> pakai Javascript untuk bikin web framework di sisi server.
> Web framework ini dipakai untuk aplikasi
> mission critical sudah bertahun-tahun.
> http://dev.helma.org/
>
> Penyakit utama Javascript memang masalah implementasi yang
> berbeda antara browser. Tapi penyakit ini sudah makin
> ringan karena implementasi Javascript di browser-browser
> versi terbaru sudah mulai mengikuti spec ECMA.
>

Gak juga. disain bahasanya Javascript ada banyak flaw. Salah satu contohnya
adalah disain OOP di Javascript.


-- 
Join Scrum8.com.

http://scrum8.com/member/jpartogi/
http://scrum8.com/blog/jpartogi/
http://twitter.com/scrum8


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Samuel Franklyn
Joshua Partogi wrote:
> 
> Ini sugesti dan mindset yang sudah lama terbenam di pikiran orang
> aja, selain marketing hype tentunya. Gak ada yang bilang gak bisa
> bikin Core banking pakai bahasa dinamis. Ada bukti dan hipotesa, baru
> bicara.

Mana buktinya ya. Gua belum pernah tahu ada core banking
yang dibikin pakai PHP/Python/Ruby/Perl.

>> Karena Java butuh waktu yang cenderung lebih lama (estimasi gw 2.5x
>> lipat dari dynamic language) untuk menghasilkan implementasi
>> sedangkan timeframe-nya tetap sama, walhasil muncul bug
>> dimana-mana.
> 
> Ini salah di project managementnya. Kalau memang pakai Java ya
> dialokasi waktu yang sesuai. Kalau mau cepat tanpa pertimbangan skala
> kerumitan dan pemeliharaan maka bahasa dinamis memang ok. Tapi apa
> benar bahasa dinamis bisa bikin software yang tingkat kerumitannya
> sangat tinggi atau butuh tingkat performance tinggi?
> 
> 
> Kenapa tidak? NASA juga pakai python dan dipakai untuk mission
> critical project, google juga pakai python karena cepat. Jadi kenapa
> ada yang tidak mungkin? Ini cuma masalah hype saja kok.

Java juga dipakai NASA. Java juga dipakai Google.
Mereka pakai Java apa karena hype?

> Javascript punya permasalahan sendiri. Baca kalimatnya pak. Java
> error prone seperti Javascript. Tapi gw gak pernah bilang Java error
> prone karena dia adalah bahasa statis. Javascript itu error prone
> karena secara disain bahasa sudah berantakan dan tidak kompatibel
> antar browser.

Salah besar. Javascript itu disain bahasanya bagus.
Javascript tidak error prone. Buktinya ada orang
pakai Javascript untuk bikin web framework di sisi server.
Web framework ini dipakai untuk aplikasi
mission critical sudah bertahun-tahun.
http://dev.helma.org/

Penyakit utama Javascript memang masalah implementasi yang
berbeda antara browser. Tapi penyakit ini sudah makin
ringan karena implementasi Javascript di browser-browser
versi terbaru sudah mulai mengikuti spec ECMA.




Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Joshua Partogi
2009/6/9 Samuel Franklyn 

> Joshua Partogi wrote:
> >
> >
> >
> >
> > 2009/6/9 Samuel Franklyn  sfrank...@gmail.com>>
> >
> > Joshua Partogi wrote:
> >  >
> >  >
> >  > Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never
> ending.
> >
> > Omongan geblek. Dimana-mana banyak bug atau kagak bukan
> > tergantung bahasa yang dipakai tapi kemampuan developer dan
> > metode development yang dipakai. Kalau kayak di NASA
> > di mana 1 bug di kerjakan oleh team sebanyak 20 orang lebih,
> > yang masing-masing orang punya pengalaman diatas 10 tahun,
> > di analisa dampak perbaikannya selama 6 bulan,
> > di dokumentasi perbaikannya dan dampaknya kemana,
> > lalu ditesting 3 bulan perbaikannya dengan
> > seabreg test cases baru diaplikasi ke sistem produksi
> > maka biar bug sekecil apapun susah hidup.
> > Mau pakai bahasa assembly sekalipun bug modar kalau
> > diperlakukan kayak begitu.
> >
> >
> > Susah ah ngomong ama orang yang gak pernah turun ke management level.
>
> Akang Joshua gua bukan cuma pernah jadi manager.
> Gua juga pernah jadi owner walaupun sekarang cuma staff biasa saja.
>
> > Programmer memang gak liat kek ginian. Ini bukan bahasa-nya yang secara
> > langsung menghasilkan banyak bug, tapi kerumitan bahasa tersebut
> > menghasilkan implementasi yang klien inginkan.
>
> Bisa jadi itu karena dipaksakan. Kalau misalkan mau bikinnya
> cepat tanpa peduli cost operational dan maintenance
> maka pemakaian Perl/Ruby/Python adalah hal yang tepat.
> Tapi yang jelas bahasa dinamis ada batasan
> skala kerumitannya. Kalau memang bahasa dinamis itu sama sekali
> nggak ada draw backnya orang kan sudah bikin core banking dan
> ERP pakai bahasa dinamis.
>

Ini sugesti dan mindset yang sudah lama terbenam di pikiran orang aja,
selain marketing hype tentunya. Gak ada yang bilang gak bisa bikin Core
banking pakai bahasa dinamis. Ada bukti dan hipotesa, baru bicara.


>
> > Karena Java butuh waktu yang cenderung lebih lama
> > (estimasi gw 2.5x lipat dari dynamic language)
> > untuk menghasilkan implementasi sedangkan timeframe-nya tetap sama,
> > walhasil muncul bug dimana-mana.
>
> Ini salah di project managementnya. Kalau memang pakai Java
> ya dialokasi waktu yang sesuai. Kalau mau cepat tanpa
> pertimbangan skala kerumitan dan pemeliharaan maka bahasa dinamis
> memang ok. Tapi apa benar bahasa dinamis bisa bikin
> software yang tingkat kerumitannya sangat tinggi atau butuh
> tingkat performance tinggi?
>

Kenapa tidak? NASA juga pakai python dan dipakai untuk mission critical
project, google juga pakai python karena cepat. Jadi kenapa ada yang tidak
mungkin? Ini cuma masalah hype saja kok.


> > Kerumitan (dengan faktor LOC) bahasa
> > tersebut-lah yang menjadikan Java error-prone, sama kayak Javascript
> > yang juga error prone. Di akhir SDLC karena banyak bug fixing tersebut
> > ditambah kerumitan bahasa-nya, tinggal dikalikan aja berapa lama untuk
> > mengimplementasikan sebuah software menggunakan Java. In the end bisa
> > looping terus dan never ending seperti yang gw bilang. Dan tinggal
> > dikalikan saja berapa uang yang harus dikeluarkan oleh klien.
> >
> > *sigh*
>
> Joshua bukankah Javascript itu bahasa dinamis juga.
> Kayaknya nggak pernah gua dengar ada yang mengklasifikasikan
> Javascript sebagai bahasa statis. Kalau lu omong Javascript yang
> dinamis sama error prone dengan Java bukankah itu berarti
> bahasa dinamis dan statis sama-sama error prone.
> Mikir dulu kalau ngomong.
>

Javascript punya permasalahan sendiri. Baca kalimatnya pak. Java error prone
seperti Javascript. Tapi gw gak pernah bilang Java error prone karena dia
adalah bahasa statis. Javascript itu error prone karena secara disain bahasa
sudah berantakan dan tidak kompatibel antar browser.


Cheers,

-- 
Join Scrum8.com.

http://scrum8.com/member/jpartogi/
http://scrum8.com/blog/jpartogi/
http://twitter.com/scrum8


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Samuel Franklyn
Joshua Partogi wrote:
> 
> 
> 
> 
> 2009/6/9 Samuel Franklyn mailto:sfrank...@gmail.com>>
> 
> Joshua Partogi wrote:
>  >
>  >
>  > Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never ending.
> 
> Omongan geblek. Dimana-mana banyak bug atau kagak bukan
> tergantung bahasa yang dipakai tapi kemampuan developer dan
> metode development yang dipakai. Kalau kayak di NASA
> di mana 1 bug di kerjakan oleh team sebanyak 20 orang lebih,
> yang masing-masing orang punya pengalaman diatas 10 tahun,
> di analisa dampak perbaikannya selama 6 bulan,
> di dokumentasi perbaikannya dan dampaknya kemana,
> lalu ditesting 3 bulan perbaikannya dengan
> seabreg test cases baru diaplikasi ke sistem produksi
> maka biar bug sekecil apapun susah hidup.
> Mau pakai bahasa assembly sekalipun bug modar kalau
> diperlakukan kayak begitu.
> 
> 
> Susah ah ngomong ama orang yang gak pernah turun ke management level. 

Akang Joshua gua bukan cuma pernah jadi manager.
Gua juga pernah jadi owner walaupun sekarang cuma staff biasa saja.

> Programmer memang gak liat kek ginian. Ini bukan bahasa-nya yang secara 
> langsung menghasilkan banyak bug, tapi kerumitan bahasa tersebut 
> menghasilkan implementasi yang klien inginkan. 

Bisa jadi itu karena dipaksakan. Kalau misalkan mau bikinnya
cepat tanpa peduli cost operational dan maintenance
maka pemakaian Perl/Ruby/Python adalah hal yang tepat.
Tapi yang jelas bahasa dinamis ada batasan
skala kerumitannya. Kalau memang bahasa dinamis itu sama sekali
nggak ada draw backnya orang kan sudah bikin core banking dan
ERP pakai bahasa dinamis.

> Karena Java butuh waktu yang cenderung lebih lama 
> (estimasi gw 2.5x lipat dari dynamic language) 
> untuk menghasilkan implementasi sedangkan timeframe-nya tetap sama, 
> walhasil muncul bug dimana-mana. 

Ini salah di project managementnya. Kalau memang pakai Java
ya dialokasi waktu yang sesuai. Kalau mau cepat tanpa
pertimbangan skala kerumitan dan pemeliharaan maka bahasa dinamis
memang ok. Tapi apa benar bahasa dinamis bisa bikin
software yang tingkat kerumitannya sangat tinggi atau butuh
tingkat performance tinggi?

> Kerumitan (dengan faktor LOC) bahasa
> tersebut-lah yang menjadikan Java error-prone, sama kayak Javascript 
> yang juga error prone. Di akhir SDLC karena banyak bug fixing tersebut 
> ditambah kerumitan bahasa-nya, tinggal dikalikan aja berapa lama untuk 
> mengimplementasikan sebuah software menggunakan Java. In the end bisa 
> looping terus dan never ending seperti yang gw bilang. Dan tinggal 
> dikalikan saja berapa uang yang harus dikeluarkan oleh klien. 
> 
> *sigh*

Joshua bukankah Javascript itu bahasa dinamis juga.
Kayaknya nggak pernah gua dengar ada yang mengklasifikasikan
Javascript sebagai bahasa statis. Kalau lu omong Javascript yang
dinamis sama error prone dengan Java bukankah itu berarti
bahasa dinamis dan statis sama-sama error prone.
Mikir dulu kalau ngomong.




Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Edward Yakop
2009/6/9 Hendry Luk :
> Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part dari
> project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama dari
> banking industry.

Banking industry yang pakek java banyak yang pakek OSS secara lansung
atau tidak langsung.
http://www.springsource.com/customers
http://customers.redhat.com/category/industry/financial/
http://www.pentaho.com/about/customers/

I can go on.

> Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible dengan
> policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive buat
> mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
> project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet response
> dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i feel
> like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave it. Or
> better, why don't you fix it and contribute something for what you get?".
> Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka bisa
> legally minta pertanggungjawaban.

Again back to this FUD.
Just choose OSS project that are backed by reputable team/company or
even better get a support contract.
redhat, Spring, SUN (for mysql), jetty.

If your statement is true, nobody will use linux.

> Banyaak banget client yang terang2an strict no-OSS policy. Mereka lebih
> prefer solusi2 official, misalnya dari IBM... yang akhirnya mereka complaint
> siapa bilang java murah? OS non windows juga larinya ke box Solaris yang
> anything but cheap.

citation needed.

> Di .net in particular banyak banget client yang strict no OSS, dan nolak2in
> project yang mengandung NHibernate, nServiceBus, Windsor, Monorail, n
> stuffs. Mereka demand product yg "official" (baca: keluaran redmond)... yang
> dah lengkap dari ORM, DI container, MVC dalam frameworknya.

That's because .net OSS movement is not as matured as Java.

> Kenapa ini lebih common di .net (daripada java)? Kenapa mereka pilih .net in
> first place? Because mereka lari ke .net justru karna solusi official
> non-OSS nya lebih gampang n murah (in fact, they're all free).

Is it because of legacy code?
The team knows microsoft stack very well
The company already pays a support contract with microsoft
After all, java as a language is not newer than other Mircosoft SDK and
migration works cost a lot of money and risks.

> Di pasar non-OSS kayak ginilah, keunggulan java (mix n play OSS products)
> justru jadi kelemahan.

According to who?

> Dan for all its worth, gw juga benci company2 yg ngelarang OSS.. karna
> hampir semua tooling favorite gw dari OSS.. Tapi alas, itu fact yg we have
> to live with.

Benci is a strong word :P

Regards,
Edward Yakop


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Samuel Franklyn
Hendry Luk wrote:
> 
> 
> Sam, lo justru point out kalo setitik bug di assembly code itu mahal. 
> Karna itu kita pake java.

Bukan itu pointnya. Setahu gua sebagian besar code NASA
adalah C/C++/Java. Assembly language cuma sedikit.
Pointnya adalah di NASA yang namanya bug itu diperlakukan
seperti musuh dendam kesumat tujuh turunan sehingga
bug susah hidup. Jadi isunya bugs itu banyak bukan
karena bahasanya.

> 
> 2009/6/9 Samuel Franklyn mailto:sfrank...@gmail.com>>
> 
> 
> 
> Joshua Partogi wrote:
>  >
>  >
>  > Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never ending.
> 
> Omongan geblek. Dimana-mana banyak bug atau kagak bukan
> tergantung bahasa yang dipakai tapi kemampuan developer dan
> metode development yang dipakai. Kalau kayak di NASA
> di mana 1 bug di kerjakan oleh team sebanyak 20 orang lebih,
> yang masing-masing orang punya pengalaman diatas 10 tahun,
> di analisa dampak perbaikannya selama 6 bulan,
> di dokumentasi perbaikannya dan dampaknya kemana,
> lalu ditesting 3 bulan perbaikannya dengan
> seabreg test cases baru diaplikasi ke sistem produksi
> maka biar bug sekecil apapun susah hidup.
> Mau pakai bahasa assembly sekalipun bug modar kalau
> diperlakukan kayak begitu.
> 
>  >
>  > 2009/6/8 Frans Thamura    >>
> 
>  >
>  > .net juga sama never ending
>  >
>  > cepat awal masalah di akhir ;)
>  >
>  >
>  > java itu mau akhir bagus, tapi never ending di awal
>  >
> 
> 





Re: Bls: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Bayuadji
On Mon, Jun 8, 2009 at 9:24 PM, welly tambunan wrote:
>
>
> Agree. Tools can't be wrong. Especially Java.

Jangan sampai begini lah,
kalo Tools gak mungkin salah, gak mungkin java bikin bug tracking :D
pernah liat kan bug ticket-nya java ? banyak juga loh...

tool masih ada kemungkinan salah, soalnya yang bikin tool bukan Tuhan,
tapi ttp aja developer

-adji-

--
http://www.tumbletooth.org
my linkedin profile : http://www.linkedin.com/in/bayuadji
--


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Joshua Partogi
2009/6/9 Samuel Franklyn 

> Joshua Partogi wrote:
> >
> >
> > Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never ending.
>
> Omongan geblek. Dimana-mana banyak bug atau kagak bukan
> tergantung bahasa yang dipakai tapi kemampuan developer dan
> metode development yang dipakai. Kalau kayak di NASA
> di mana 1 bug di kerjakan oleh team sebanyak 20 orang lebih,
> yang masing-masing orang punya pengalaman diatas 10 tahun,
> di analisa dampak perbaikannya selama 6 bulan,
> di dokumentasi perbaikannya dan dampaknya kemana,
> lalu ditesting 3 bulan perbaikannya dengan
> seabreg test cases baru diaplikasi ke sistem produksi
> maka biar bug sekecil apapun susah hidup.
> Mau pakai bahasa assembly sekalipun bug modar kalau
> diperlakukan kayak begitu.


Susah ah ngomong ama orang yang gak pernah turun ke management level.
Programmer memang gak liat kek ginian. Ini bukan bahasa-nya yang secara
langsung menghasilkan banyak bug, tapi kerumitan bahasa tersebut
menghasilkan implementasi yang klien inginkan. Karena Java butuh waktu yang
cenderung lebih lama (estimasi gw 2.5x lipat dari dynamic language) untuk
menghasilkan implementasi sedangkan timeframe-nya tetap sama, walhasil
muncul bug dimana-mana. Kerumitan (dengan faktor LOC) bahasa tersebut-lah
yang menjadikan Java error-prone, sama kayak Javascript yang juga error
prone. Di akhir SDLC karena banyak bug fixing tersebut ditambah kerumitan
bahasa-nya, tinggal dikalikan aja berapa lama untuk mengimplementasikan
sebuah software menggunakan Java. In the end bisa looping terus dan never
ending seperti yang gw bilang. Dan tinggal dikalikan saja berapa uang yang
harus dikeluarkan oleh klien.

*sigh*

-- 
Join Scrum8.com.

http://scrum8.com/member/jpartogi/
http://scrum8.com/blog/jpartogi/
http://twitter.com/scrum8


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Hendry Luk
Keuntungan open source itu dah jelas. Quality n freedom... yang gak perlu
lagi gw bahas. Gw cuma mo point out opposide side, devil advocate, yang
jarang banget dihighlight... cost dari OSS.

Gw dah sering liat banyak company yang strictly nolak any OSS part dari
project yg dikerjain vendor2nya. They make it loud n clear. Terutama dari
banking industry.
Law suit cuma 1 hal. Future developments n needs yang gak compatible dengan
policy OSS licensenya.. itu juga laen hal. Hal yang paling expensive buat
mereka juga adalah gak ada pihak yang legally responsible terhadap OSS
project. Kalo productnya ada flaw... worst casenya, lo cuma dapet response
dari community... "yeah, send me the patch", "I'll look at it when i feel
like to", ato "dude.. its free.. for god sake just take it or leave it. Or
better, why don't you fix it and contribute something for what you get?".
Kalo ada cacat, gak ada yang bisa dijadiin kambing hitam yang mereka bisa
legally minta pertanggungjawaban.

Banyaak banget client yang terang2an strict no-OSS policy. Mereka lebih
prefer solusi2 official, misalnya dari IBM... yang akhirnya mereka complaint
siapa bilang java murah? OS non windows juga larinya ke box Solaris yang
anything but cheap.

Di .net in particular banyak banget client yang strict no OSS, dan nolak2in
project yang mengandung NHibernate, nServiceBus, Windsor, Monorail, n
stuffs. Mereka demand product yg "official" (baca: keluaran redmond)... yang
dah lengkap dari ORM, DI container, MVC dalam frameworknya.

Kenapa ini lebih common di .net (daripada java)? Kenapa mereka pilih .net in
first place? Because mereka lari ke .net justru karna solusi official
non-OSS nya lebih gampang n murah (in fact, they're all free).

Di pasar non-OSS kayak ginilah, keunggulan java (mix n play OSS products)
justru jadi kelemahan.

Dan for all its worth, gw juga benci company2 yg ngelarang OSS.. karna
hampir semua tooling favorite gw dari OSS.. Tapi alas, itu fact yg we have
to live with.

2009/6/9 Edward Yakop 

>
>
> 2009/6/8 Hendry Luk >:
>
> > Yang gw liat itu kekuatan java justru sekaligus kelemahannya.
> > Open-source di indo selalu  disenangi dan digemari... terutama karna
> orang2
> > suka gratisan. Padahal justru di kebanyakan negara laen, OSS adalah
> wabah. 1
> > yang perlu ditegaskan: OSS itu gak gratis!
>
> Err, abis baca semua argument kamu.
> OSS itu gratis tapi tergantung apa yang kamu pengen kerjain.
> Kalo kamu mau pakek OSS di commercial, be careful dengan licensenya.
>
> > Gw gak tau company indo, tapi kebanyakan company di negara2 yang hukumnya
> > kuat, OSS itu sering strictly dilarang. Terlalu banyak masalah hukum di
> OSS
> > yang bisa menyedot keuangan company gila2an. Terutama GPL license.
> > GPL license literally adalah virus, karna salah satu isi licensenya
> adalah,
> > kalo ada small part dari solusi kita yang mengadung GPL, maka seluruh
> bagian
> > dari solusi itu juga menjadi GPL. Intinya, kalo kita pake sedikit jasa
> dari
> > GPL, maka GPL minta sebagai imbalannya berhak buat menyita seluruh bagian
> > application kita jadi milik GPL community. Ini disebut "quodque pro quo"
> > (dari latin yang artinya "everything in return for something").
> >
> > GPL itu adalah puncak dari ideologi sosialis ato komunis. Yang intinya,
> > segala hasil kerja keras kita harus 100% disumbangkan ke community. Gak
> ada
> > paten, intelectual property, ato hak ato persenan atas kerja kita. Kita
> > bahkan gak boleh make some money dari hasil project kita. Segala kerja
> dan
> > usaha kita semata2 hanyalah bentuk kontribusi sosial kita kepada
> community.
> > Ini menghambat kreativitas. Gak akan ada orang ato company yang bikin
> > research ato project ambisius, karna gak ada imbalannya. Sepenuhnya jadi
> > milik bersama. Kayak ekonomi di comunism in general, menghambat
> pertumbuhan
> > company yang kreatif dan innovative.
>
> Not true. Kernel = GPL, glibc = LGPL, java is on top of libc dan our
> app is on top of java.
> Another example,
> Kernel, nvidia non gpl license layer, nvidia driver.
> Are you obligated to open source your app? Nope.
>
> Jadi, as long as there's a non GPL layer between the GPL library dan your
> app.
> You don't have to release your application source code.
>
> > Ada beberapa company yg gw pernah tau dah bikin agreement dengan sebuah
> GPL
> > product (dengan duit tentunya), dan dah pake.. happy days.. project
> mereka
> > akhirnya selesai dan mature.. running beberapa tahun. Tapi belakangan
> kena
> > sued juga. GPL minta project di company itu diopensource kan. Dan sesama
> > lawyer saling berperang... yang diakibatkan karna agreeement mereka dan
> > license GPL itu agak ambiguous. Ini sering terjadi di dunia software. Dah
> > gak keitung berapa banyak law suit yang diluncurkan oleh OSS community ke
> > company2 gede maupun menengah.. yang kadang2 bisa bikin mereka kehilangan
> > business mereka.
>
> Ini company fault kalo nggak get "commercial" license atau bikin
> middle layer dan license dengan LGPL/Apache

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik Hendry Luk
Sam, lo justru point out kalo setitik bug di assembly code itu mahal. Karna
itu kita pake java.

2009/6/9 Samuel Franklyn 

>
>
> Joshua Partogi wrote:
> >
> >
> > Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never ending.
>
> Omongan geblek. Dimana-mana banyak bug atau kagak bukan
> tergantung bahasa yang dipakai tapi kemampuan developer dan
> metode development yang dipakai. Kalau kayak di NASA
> di mana 1 bug di kerjakan oleh team sebanyak 20 orang lebih,
> yang masing-masing orang punya pengalaman diatas 10 tahun,
> di analisa dampak perbaikannya selama 6 bulan,
> di dokumentasi perbaikannya dan dampaknya kemana,
> lalu ditesting 3 bulan perbaikannya dengan
> seabreg test cases baru diaplikasi ke sistem produksi
> maka biar bug sekecil apapun susah hidup.
> Mau pakai bahasa assembly sekalipun bug modar kalau
> diperlakukan kayak begitu.
>
> >
> > 2009/6/8 Frans Thamura  fr...@meruvian.org >>
> >
> > .net juga sama never ending
> >
> > cepat awal masalah di akhir ;)
> >
> >
> > java itu mau akhir bagus, tapi never ending di awal
> >
>
>  
>


Bls: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-09 Terurut Topik welly tambunan
Agree. Tools can't be wrong. Especially Java.





Dari: Faber Siagian 
Kepada: jug-indonesia@yahoogroups.com
Terkirim: Selasa, 9 Juni, 2009 03:23:59
Topik: Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0





IMHO, you shouldn't blame java for the problems you mentioned.

It might be your development process or your developers that caused the problem.

I am a developer too (and proud to be). A year ago, when I involved in a 
software development for the first time, I had to learn so many things, either 
technical or business issues.
It can be said that I was learning how to write good code and understanding the 
requirements simultaneously. During the period, I made so many mistakes which 
led myself to an intensive bug-fixing task. What I want to say is, it is not 
only the technology to be blamed for a project failure. Take a look at the 
developers, like me. :P

Horas,
Faber Siagian


Powered by Telkomsel BlackBerry®

From:  Joshua Partogi 
Date: Tue, 9 Jun 2009 00:40:35 +1000
To: 
Subject: Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never ending. 


2009/6/8 Frans Thamura 

.net juga sama never ending

cepat awal masalah di akhir ;)


java itu mau akhir bagus, tapi never ending di awal

-- 
Join Scrum8.com. 

http://scrum8. com/member/ jpartogi/
http://scrum8. com/blog/ jpartogi/
http://twitter. com/scrum8

   


  Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk 
Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka 
browser. Dapatkan IE8 di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-08 Terurut Topik Edward Yakop
2009/6/8 Hendry Luk :
> Yang gw liat itu kekuatan java justru sekaligus kelemahannya.
> Open-source di indo selalu  disenangi dan digemari... terutama karna orang2
> suka gratisan. Padahal justru di kebanyakan negara laen, OSS adalah wabah. 1
> yang perlu ditegaskan: OSS itu gak gratis!

Err, abis baca semua argument kamu.
OSS itu gratis tapi tergantung apa yang kamu pengen kerjain.
Kalo kamu mau pakek OSS di commercial, be careful dengan licensenya.

> Gw gak tau company indo, tapi kebanyakan company di negara2 yang hukumnya
> kuat, OSS itu sering strictly dilarang. Terlalu banyak masalah hukum di OSS
> yang bisa menyedot keuangan company gila2an. Terutama GPL license.
> GPL license literally adalah virus, karna salah satu isi licensenya adalah,
> kalo ada small part dari solusi kita yang mengadung GPL, maka seluruh bagian
> dari solusi itu juga menjadi GPL. Intinya, kalo kita pake sedikit jasa dari
> GPL, maka GPL minta sebagai imbalannya berhak buat menyita seluruh bagian
> application kita jadi milik GPL community. Ini disebut "quodque pro quo"
> (dari latin yang artinya "everything in return for something").
>
> GPL itu adalah puncak dari ideologi sosialis ato komunis. Yang intinya,
> segala hasil kerja keras kita harus 100% disumbangkan ke community. Gak ada
> paten, intelectual property, ato hak ato persenan atas kerja kita. Kita
> bahkan gak boleh make some money dari hasil project kita. Segala kerja dan
> usaha kita semata2 hanyalah bentuk kontribusi sosial kita kepada community.
> Ini menghambat kreativitas. Gak akan ada orang ato company yang bikin
> research ato project ambisius, karna gak ada imbalannya. Sepenuhnya jadi
> milik bersama. Kayak ekonomi di comunism in general, menghambat pertumbuhan
> company yang kreatif dan innovative.

Not true. Kernel = GPL, glibc = LGPL, java is on top of libc dan our
app is on top of java.
Another example,
Kernel, nvidia non gpl license layer, nvidia driver.
Are you obligated to open source your app? Nope.

Jadi, as long as there's a non GPL layer between the GPL library dan your app.
You don't have to release your application source code.

> Ada beberapa company yg gw pernah tau dah bikin agreement dengan sebuah GPL
> product (dengan duit tentunya), dan dah pake.. happy days.. project mereka
> akhirnya selesai dan mature.. running beberapa tahun. Tapi belakangan kena
> sued juga. GPL minta project di company itu diopensource kan. Dan sesama
> lawyer saling berperang... yang diakibatkan karna agreeement mereka dan
> license GPL itu agak ambiguous. Ini sering terjadi di dunia software. Dah
> gak keitung berapa banyak law suit yang diluncurkan oleh OSS community ke
> company2 gede maupun menengah.. yang kadang2 bisa bikin mereka kehilangan
> business mereka.

Ini company fault kalo nggak get "commercial" license atau bikin
middle layer dan license dengan LGPL/Apache/etcs.

> Dan kita blom lagi ngomong masalah license community dan support. Support
> itu di OSS project relatively susah, dan gak ada jaminan bahwa mereka
> bersedia support. Mereka berhak nolak. Bahkan kadang2, donate duit buat
> developer implement sebuah fitur yang kita pengen, itu sering dianggap gak
> etchical di dunia OSS. Dengan bayar duit buat minta OSS implement sebuah
> fitur, kita dianggap menggunakan kekuatan duit buat menggerakan arah OSS
> project.
> Buat sebagian besar company, ini gak cukup terutama kalo project mereka
> mission critical. Bukan cuma timely support yang mereka butuh, tapi mereka
> butuh sebuah pihak yang legally responsible kalo terjadi masalah ato
> software mereka gak deliver sesuai yang diharapkan.

It depends kalo ada commercial entity di belakang open source tersebut.
For example,
Mysql,
redhat,
Hibernate,
JBOSS,
spring,
etcs

> Karna itulah semua project open-source microsoft gak ada yang GPL. Semua OSS
> project dari microsoft sejauh ini pake license MIT (e.g. JQuery) ato MS-LPL
> (e.g. Unity, MEF, ASP.Net MVC). Yang artinya kita bisa pake bebas dari
> ikatan apapun, dan kita punya hak penuh atas code tersebut, yang bisa dipake
> 100% free dan bisa diganti2 sesuka hati, dan diship sebagai product laen
> commercially. Dan kita 100% berhak atas duit yang dihasilkan dari product
> itu. I.e., gak ada imbalan.

So, in this case OSS is free ... right

> Microsoft juga notorious dengan historynya yang selalu reinvent the wheel,
> yang sering mematikan OSS project. Dah ada project OSS di luaran, tapi malah
> reinvent lagi. Ini mostly karna komitment steve balmer yang gak mo terikat
> dengan obligation dari OSS license, kecuali license yang liberal kayak MIT..
> OSS yang tanpa pamrih. Kalo 1 kali ajah ms terikat dengan OSS license, maka
> langsung seluruh pengguna microsoft products kena impactnya, dan jadi
> terjerat OSS obligation. Ini gak sesuai policy microsoft, dan relatively
> jauh lebih murah buat mereka rewrite lagi 100% dari scratch, dan ship as
> their own product, tanpa ikatan dari OSS.

Competition is good regardless on the reason behind reiventing the whe

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-08 Terurut Topik Frans Thamura
bener sam. Di indo yg bisa buat program ampir gak pernah ada. Semua
kebelinger. Kaya blackberry yg rame tanpa alasan. joshua udah buat
onar. Kita ban yuk. Apalagi flamenya gak bernilai. Jug dari awal
memang menjunjung tinggi demokrasi. Bukan bantu indonesa maju tapi
buat gerakan mundur. Membunuh harapan ratusan ribu org yg lg belajar
java. Java kalau buruk bukan dijelekin tapi diperbaiki. Bukan dg
dijelekin tapi bugsnya pake coding.

On 6/9/09, Samuel Franklyn  wrote:
> Joshua Partogi wrote:
>>
>>
>> Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never ending.
>
> Omongan geblek. Dimana-mana banyak bug atau kagak bukan
> tergantung bahasa yang dipakai tapi kemampuan developer dan
> metode development yang dipakai. Kalau kayak di NASA
> di mana 1 bug di kerjakan oleh team sebanyak 20 orang lebih,
> yang masing-masing orang punya pengalaman diatas 10 tahun,
> di analisa dampak perbaikannya selama 6 bulan,
> di dokumentasi perbaikannya dan dampaknya kemana,
> lalu ditesting 3 bulan perbaikannya dengan
> seabreg test cases baru diaplikasi ke sistem produksi
> maka biar bug sekecil apapun susah hidup.
> Mau pakai bahasa assembly sekalipun bug modar kalau
> diperlakukan kayak begitu.
>
>>
>> 2009/6/8 Frans Thamura mailto:fr...@meruvian.org>>
>>
>> .net juga sama never ending
>>
>> cepat awal masalah di akhir ;)
>>
>>
>> java itu mau akhir bagus, tapi never ending di awal
>>
>
>
>
>
> 
>
> Kalau mau keluar dari mailing list ini, caranya kirim sebuah email ke
> jug-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com.
>
> Jangan lupa, website JUG Indonesia adalah http://www.jug.or.id
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>


-- 
-- 
Frans Thamura
Meruvian. Java and Enterprise OSS

Mobile: +62 855 7888 699
Blog & Profile: http://frans.thamura.info

We provide services to migrate your apps to Java (web), in amazing
fast and reliable.


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-08 Terurut Topik Samuel Franklyn
Joshua Partogi wrote:
> 
> 
> Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never ending. 

Omongan geblek. Dimana-mana banyak bug atau kagak bukan
tergantung bahasa yang dipakai tapi kemampuan developer dan
metode development yang dipakai. Kalau kayak di NASA
di mana 1 bug di kerjakan oleh team sebanyak 20 orang lebih,
yang masing-masing orang punya pengalaman diatas 10 tahun,
di analisa dampak perbaikannya selama 6 bulan,
di dokumentasi perbaikannya dan dampaknya kemana,
lalu ditesting 3 bulan perbaikannya dengan
seabreg test cases baru diaplikasi ke sistem produksi
maka biar bug sekecil apapun susah hidup.
Mau pakai bahasa assembly sekalipun bug modar kalau
diperlakukan kayak begitu.

> 
> 2009/6/8 Frans Thamura mailto:fr...@meruvian.org>>
> 
> .net juga sama never ending
> 
> cepat awal masalah di akhir ;)
> 
> 
> java itu mau akhir bagus, tapi never ending di awal
> 




Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-08 Terurut Topik Frans Thamura
reply yg baik. Sebagai warga negara terbelakang yg korup memang kita
tidak layak protes apalagi kita blm bisa show something.  Dg market
3.5b yg opensource di australia vs total it market di indo. Dan
kualitas kerja icip2. Java sudah terlalu sempurna. Wong kita urus
pungli aja gak bisa. Tapi memang diluar sama .net berusaha naik dg
kerja keras dan marketing yg gila2an. Tapi sebagai warga negara yg
bijak. Tapi apa kita ada hati. Java gak ada yg dapat membantah
pemberian sun yg terbaik buat indonesia. Kecuali kalian mau exodus
selamanya dan mau putus hub keluarga dg saudara kita di indo. Pake dah
.net. Pemda aja cuman 5 pc mau bilang cluster. Mau go global tapi
cuman dapat kerjaan ecek2.

On 6/9/09, Faber Siagian  wrote:
> IMHO, you shouldn't blame java for the problems you mentioned.
>
> It might be your development process or your developers that caused the
> problem.
>
> I am a developer too (and proud to be). A year ago, when I involved in a
> software development for the first time, I had to learn so many things,
> either technical or business issues.
> It can be said that I was learning how to write good code and understanding
> the requirements simultaneously. During the period, I made so many mistakes
> which led myself to an intensive bug-fixing task. What I want to say is, it
> is not only the technology to be blamed for a project failure. Take a look
> at the developers, like me. :P
>
> Horas,
> Faber Siagian
>
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: Joshua Partogi 
>
> Date: Tue, 9 Jun 2009 00:40:35
> To: 
> Subject: Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0
>
>
> Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never ending.
>
> 2009/6/8 Frans Thamura 
>
>> .net juga sama never ending
>>
>> cepat awal masalah di akhir ;)
>>
>>
>> java itu mau akhir bagus, tapi never ending di awal
>>
>> --
> Join Scrum8.com.
>
> http://scrum8.com/member/jpartogi/
> http://scrum8.com/blog/jpartogi/
> http://twitter.com/scrum8
>
>


-- 
-- 
Frans Thamura
Meruvian. Java and Enterprise OSS

Mobile: +62 855 7888 699
Blog & Profile: http://frans.thamura.info

We provide services to migrate your apps to Java (web), in amazing
fast and reliable.


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-08 Terurut Topik Faber Siagian
IMHO, you shouldn't blame java for the problems you mentioned.

It might be your development process or your developers that caused the problem.

I am a developer too (and proud to be). A year ago, when I involved in a 
software development for the first time, I had to learn so many things, either 
technical or business issues.
It can be said that I was learning how to write good code and understanding the 
requirements simultaneously. During the period, I made so many mistakes which 
led myself to an intensive bug-fixing task. What I want to say is, it is not 
only the technology to be blamed for a project failure. Take a look at the 
developers, like me. :P

Horas,
Faber Siagian


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Joshua Partogi 

Date: Tue, 9 Jun 2009 00:40:35 
To: 
Subject: Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0


Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never ending.

2009/6/8 Frans Thamura 

> .net juga sama never ending
>
> cepat awal masalah di akhir ;)
>
>
> java itu mau akhir bagus, tapi never ending di awal
>
> --
Join Scrum8.com.

http://scrum8.com/member/jpartogi/
http://scrum8.com/blog/jpartogi/
http://twitter.com/scrum8



Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-08 Terurut Topik Hendry Luk
Yang gw liat itu kekuatan java justru sekaligus kelemahannya.
Open-source di indo selalu  disenangi dan digemari... terutama karna orang2
suka gratisan. Padahal justru di kebanyakan negara laen, OSS adalah wabah. 1
yang perlu ditegaskan: OSS itu gak gratis!

Gw gak tau company indo, tapi kebanyakan company di negara2 yang hukumnya
kuat, OSS itu sering strictly dilarang. Terlalu banyak masalah hukum di OSS
yang bisa menyedot keuangan company gila2an. Terutama GPL license.
GPL license literally adalah virus, karna salah satu isi licensenya adalah,
kalo ada small part dari solusi kita yang mengadung GPL, maka seluruh bagian
dari solusi itu juga menjadi GPL. Intinya, kalo kita pake sedikit jasa dari
GPL, maka GPL minta sebagai imbalannya berhak buat menyita seluruh bagian
application kita jadi milik GPL community. Ini disebut "quodque pro quo"
(dari latin yang artinya "everything in return for something").

GPL itu adalah puncak dari ideologi sosialis ato komunis. Yang intinya,
segala hasil kerja keras kita harus 100% disumbangkan ke community. Gak ada
paten, intelectual property, ato hak ato persenan atas kerja kita. Kita
bahkan gak boleh make some money dari hasil project kita. Segala kerja dan
usaha kita semata2 hanyalah bentuk kontribusi sosial kita kepada community.
Ini menghambat kreativitas. Gak akan ada orang ato company yang bikin
research ato project ambisius, karna gak ada imbalannya. Sepenuhnya jadi
milik bersama. Kayak ekonomi di comunism in general, menghambat pertumbuhan
company yang kreatif dan innovative.

Ada beberapa company yg gw pernah tau dah bikin agreement dengan sebuah GPL
product (dengan duit tentunya), dan dah pake.. happy days.. project mereka
akhirnya selesai dan mature.. running beberapa tahun. Tapi belakangan kena
sued juga. GPL minta project di company itu diopensource kan. Dan sesama
lawyer saling berperang... yang diakibatkan karna agreeement mereka dan
license GPL itu agak ambiguous. Ini sering terjadi di dunia software. Dah
gak keitung berapa banyak law suit yang diluncurkan oleh OSS community ke
company2 gede maupun menengah.. yang kadang2 bisa bikin mereka kehilangan
business mereka.

Gak worth it banget, padahal mereka lebih dari mampu buat bayar product
properietary yang harganya gak seberapa. Kebanyak properietary products
harganya cuma berkisar antara ratusan dolar sampe yang paling mahal pun cuma
puluhan-ribu dolar. Less than 10 man-days! Dan langsung 100% jadi milik kita
yang bebas diapainpun tanpa nuntut imbalan balik. Dapet source-codenya pula,
dan disupport oleh orang2 mereka kalo kita butuh ganti buat menyesuaikan
dengan apa yg lo butuh. Gak perlu developer lo sendiri spend waktu buat
debug2 n berusaha ngubah2 OSS source-code melalui learning yg dalam, dan
submit patchnya ke community.

Dan kita blom lagi ngomong masalah license community dan support. Support
itu di OSS project relatively susah, dan gak ada jaminan bahwa mereka
bersedia support. Mereka berhak nolak. Bahkan kadang2, donate duit buat
developer implement sebuah fitur yang kita pengen, itu sering dianggap gak
etchical di dunia OSS. Dengan bayar duit buat minta OSS implement sebuah
fitur, kita dianggap menggunakan kekuatan duit buat menggerakan arah OSS
project.
Buat sebagian besar company, ini gak cukup terutama kalo project mereka
mission critical. Bukan cuma timely support yang mereka butuh, tapi mereka
butuh sebuah pihak yang legally responsible kalo terjadi masalah ato
software mereka gak deliver sesuai yang diharapkan.

Balik ke microsoft. Steve Balmer pernah terang2an bilang bahwa dia anti GPL,
dan GPL adalah plague, comment yang langsung dapet hujatan dari OSS
community di seluruh dunia. Steve Balmer langsung jadi lucifer, musuh besar
dari dunia OSS. War declared.

Karna itulah semua project open-source microsoft gak ada yang GPL. Semua OSS
project dari microsoft sejauh ini pake license MIT (e.g. JQuery) ato MS-LPL
(e.g. Unity, MEF, ASP.Net MVC). Yang artinya kita bisa pake bebas dari
ikatan apapun, dan kita punya hak penuh atas code tersebut, yang bisa dipake
100% free dan bisa diganti2 sesuka hati, dan diship sebagai product laen
commercially. Dan kita 100% berhak atas duit yang dihasilkan dari product
itu. I.e., gak ada imbalan.

Microsoft juga notorious dengan historynya yang selalu reinvent the wheel,
yang sering mematikan OSS project. Dah ada project OSS di luaran, tapi malah
reinvent lagi. Ini mostly karna komitment steve balmer yang gak mo terikat
dengan obligation dari OSS license, kecuali license yang liberal kayak MIT..
OSS yang tanpa pamrih. Kalo 1 kali ajah ms terikat dengan OSS license, maka
langsung seluruh pengguna microsoft products kena impactnya, dan jadi
terjerat OSS obligation. Ini gak sesuai policy microsoft, dan relatively
jauh lebih murah buat mereka rewrite lagi 100% dari scratch, dan ship as
their own product, tanpa ikatan dari OSS.

Java adalah dunia yang berdiri hampir sepenuhnya di atas OSS. Ini bisa jadi
keuntungan di negara tertentu, tapi mostly bikin masalah yan

Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-08 Terurut Topik Tjiputra Yapeter
Kesimpulannya karena ada big company yg fully support the growth of language, 
community dsb.

Klo dibilang java mahal? Relatif. Saya sendiri blm pernah cobain .net tp memang 
ada info yang cukup akurat klo dengan windows 2008 + .net framework 3.0, .net 
cukup ok untuk deployment skala menengah keatas, dengan speed development yang 
jauh lebih rendah dibanding java.


-Original Message-
From: Frans Thamura 

Date: Sat, 6 Jun 2009 11:58:00 
To: jug-indonesia
Subject: [JUG-Indonesia]  Java is inrelevan 2.0


saya baru chat dg temen kuliah yang kerja Java juga di luar negeri,
dia kerjanya keliling dari eropa-afrika, gak kerasa dah 10 tahun lebih
dia diluar

dia melihat malah .net yang going to corporate, karena java is getting expensive

dan saya juga mulai believe :) karena lihat di jug ini, telah berapa tahun

1. saya melihat "orang pinter" makin banyak, tetapi mana ada program
join force yang serius, yang ada "gue bisa" daripada "ini hasil kita"
2. the power of us here, itu jauh dg marketing spending yang
dikeluarkan microsoft.
3. java is a new cobol.

3 hal itu yang membuat Java tetap relevan di market enterprise, tetapi
market ini seberapa gede,  getting komoditas bro.. dan saat masuk
komoditas, harusnya ada second generation support. tetapi saya melihat
our movement lebih cenderung melahirkan "orang pinter" bukan orang
pinter beneran.

nah segment kosong ini .net masuk, dg kekuatan uangnya, dan inget
development country mostly govermentnya bisa dibeli, lihat aja deal di
enterprise, dg jalan2 ke New York, sebuah regulasi bisa terjadi.. atau
sebuah project atau min dikasih kesempatan POC..

nah yang enterprise yang komoditas makin sulit keuangan, tetapi yang
grass rootnya karena "orang pinter" yang bukan pinter beneran, saya
melihat kharismanya jadi kurang

akibat ini semua, semuanya gak ada hasilnya..

dan turn the movement become just tinny hoobby.

ditambah dengan kebiasaan kita yang disorganize, sempurna


dari segment ini saya melihat malah, ruby, java, php sama wae :) semua
itu gak memberian kekuatan apapun


F

-- 
-- 
Frans Thamura
Meruvian. Java and Enterprise OSS

Mobile: +62 855 7888 699
Blog & Profile: http://frans.thamura.info

We provide services to migrate your apps to Java (web), in amazing
fast and reliable.




Kalau mau keluar dari mailing list ini, caranya kirim sebuah email ke 
jug-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com.

Jangan lupa, website JUG Indonesia adalah http://www.jug.or.id

Yahoo! Groups Links





Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-08 Terurut Topik Joshua Partogi
Ah di akhir-nya juga jelek. Banyak bug fixing. Makanya never ending.

2009/6/8 Frans Thamura 

> .net juga sama never ending
>
> cepat awal masalah di akhir ;)
>
>
> java itu mau akhir bagus, tapi never ending di awal
>
> --
Join Scrum8.com.

http://scrum8.com/member/jpartogi/
http://scrum8.com/blog/jpartogi/
http://twitter.com/scrum8


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-08 Terurut Topik Frans Thamura
.net juga sama never ending

cepat awal masalah di akhir ;)


java itu mau akhir bagus, tapi never ending di awal

F

2009/6/8 Joshua Partogi :
>
>
> Haha. Java project is a never ending and expensive project.
>
> 2009/6/6 Frans Thamura 
>>
>> saya baru chat dg temen kuliah yang kerja Java juga di luar negeri,
>> dia kerjanya keliling dari eropa-afrika, gak kerasa dah 10 tahun lebih
>> dia diluar
>>
>> dia melihat malah .net yang going to corporate, karena java is getting
>> expensive
>>
>> dan saya juga mulai believe :) karena lihat di jug ini, telah berapa tahun
>>
>> 1. saya melihat "orang pinter" makin banyak, tetapi mana ada program
>> join force yang serius, yang ada "gue bisa" daripada "ini hasil kita"
>> 2. the power of us here, itu jauh dg marketing spending yang
>> dikeluarkan microsoft.
>> 3. java is a new cobol.
>>
>> 3 hal itu yang membuat Java tetap relevan di market enterprise, tetapi
>> market ini seberapa gede,  getting komoditas bro.. dan saat masuk
>> komoditas, harusnya ada second generation support. tetapi saya melihat
>> our movement lebih cenderung melahirkan "orang pinter" bukan orang
>> pinter beneran.
>>
>> nah segment kosong ini .net masuk, dg kekuatan uangnya, dan inget
>> development country mostly govermentnya bisa dibeli, lihat aja deal di
>> enterprise, dg jalan2 ke New York, sebuah regulasi bisa terjadi.. atau
>> sebuah project atau min dikasih kesempatan POC..
>>
>> nah yang enterprise yang komoditas makin sulit keuangan, tetapi yang
>> grass rootnya karena "orang pinter" yang bukan pinter beneran, saya
>> melihat kharismanya jadi kurang
>>
>> akibat ini semua, semuanya gak ada hasilnya..
>>
>> dan turn the movement become just tinny hoobby.
>>
>> ditambah dengan kebiasaan kita yang disorganize, sempurna
>>
>>
>> dari segment ini saya melihat malah, ruby, java, php sama wae :) semua
>> itu gak memberian kekuatan apapun
>>
>>
>> F
>>
>> --
>> --
>> Frans Thamura
>> Meruvian. Java and Enterprise OSS
>>
>> Mobile: +62 855 7888 699
>> Blog & Profile: http://frans.thamura.info
>>
>> We provide services to migrate your apps to Java (web), in amazing
>> fast and reliable.
>>
>>
>> 
>>
>> Kalau mau keluar dari mailing list ini, caranya kirim sebuah email ke
>> jug-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com.
>>
>> Jangan lupa, website JUG Indonesia adalah http://www.jug.or.id
>>
>> Yahoo! Groups Links
>>
>>
>>
>
>
>
> --
> Join Scrum8.com.
>
> http://scrum8.com/member/jpartogi/
> http://scrum8.com/blog/jpartogi/
> http://twitter.com/scrum8
>
>
> 



-- 
-- 
Frans Thamura
Meruvian. Java and Enterprise OSS

Mobile: +62 855 7888 699
Blog & Profile: http://frans.thamura.info

We provide services to migrate your apps to Java (web), in amazing
fast and reliable.


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-08 Terurut Topik Joshua Partogi
Haha. Java project is a never ending and expensive project.

2009/6/6 Frans Thamura 

> saya baru chat dg temen kuliah yang kerja Java juga di luar negeri,
> dia kerjanya keliling dari eropa-afrika, gak kerasa dah 10 tahun lebih
> dia diluar
>
> dia melihat malah .net yang going to corporate, karena java is getting
> expensive
>
> dan saya juga mulai believe :) karena lihat di jug ini, telah berapa tahun
>
> 1. saya melihat "orang pinter" makin banyak, tetapi mana ada program
> join force yang serius, yang ada "gue bisa" daripada "ini hasil kita"
> 2. the power of us here, itu jauh dg marketing spending yang
> dikeluarkan microsoft.
> 3. java is a new cobol.
>
> 3 hal itu yang membuat Java tetap relevan di market enterprise, tetapi
> market ini seberapa gede,  getting komoditas bro.. dan saat masuk
> komoditas, harusnya ada second generation support. tetapi saya melihat
> our movement lebih cenderung melahirkan "orang pinter" bukan orang
> pinter beneran.
>
> nah segment kosong ini .net masuk, dg kekuatan uangnya, dan inget
> development country mostly govermentnya bisa dibeli, lihat aja deal di
> enterprise, dg jalan2 ke New York, sebuah regulasi bisa terjadi.. atau
> sebuah project atau min dikasih kesempatan POC..
>
> nah yang enterprise yang komoditas makin sulit keuangan, tetapi yang
> grass rootnya karena "orang pinter" yang bukan pinter beneran, saya
> melihat kharismanya jadi kurang
>
> akibat ini semua, semuanya gak ada hasilnya..
>
> dan turn the movement become just tinny hoobby.
>
> ditambah dengan kebiasaan kita yang disorganize, sempurna
>
>
> dari segment ini saya melihat malah, ruby, java, php sama wae :) semua
> itu gak memberian kekuatan apapun
>
>
> F
>
> --
> --
> Frans Thamura
> Meruvian. Java and Enterprise OSS
>
> Mobile: +62 855 7888 699
> Blog & Profile: http://frans.thamura.info
>
> We provide services to migrate your apps to Java (web), in amazing
> fast and reliable.
>
>
> 
>
> Kalau mau keluar dari mailing list ini, caranya kirim sebuah email ke
> jug-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com.
>
> Jangan lupa, website JUG Indonesia adalah http://www.jug.or.id
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>


-- 
Join Scrum8.com.

http://scrum8.com/member/jpartogi/
http://scrum8.com/blog/jpartogi/
http://twitter.com/scrum8


Re: [JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-07 Terurut Topik Hendry Luk
Maksud gw license compatibility.

2009/6/8 Hendry Luk 

>
> Dan kita blom lagi ngomong masalah license community dan support.


[JUG-Indonesia] Java is inrelevan 2.0

2009-06-05 Terurut Topik Frans Thamura
saya baru chat dg temen kuliah yang kerja Java juga di luar negeri,
dia kerjanya keliling dari eropa-afrika, gak kerasa dah 10 tahun lebih
dia diluar

dia melihat malah .net yang going to corporate, karena java is getting expensive

dan saya juga mulai believe :) karena lihat di jug ini, telah berapa tahun

1. saya melihat "orang pinter" makin banyak, tetapi mana ada program
join force yang serius, yang ada "gue bisa" daripada "ini hasil kita"
2. the power of us here, itu jauh dg marketing spending yang
dikeluarkan microsoft.
3. java is a new cobol.

3 hal itu yang membuat Java tetap relevan di market enterprise, tetapi
market ini seberapa gede,  getting komoditas bro.. dan saat masuk
komoditas, harusnya ada second generation support. tetapi saya melihat
our movement lebih cenderung melahirkan "orang pinter" bukan orang
pinter beneran.

nah segment kosong ini .net masuk, dg kekuatan uangnya, dan inget
development country mostly govermentnya bisa dibeli, lihat aja deal di
enterprise, dg jalan2 ke New York, sebuah regulasi bisa terjadi.. atau
sebuah project atau min dikasih kesempatan POC..

nah yang enterprise yang komoditas makin sulit keuangan, tetapi yang
grass rootnya karena "orang pinter" yang bukan pinter beneran, saya
melihat kharismanya jadi kurang

akibat ini semua, semuanya gak ada hasilnya..

dan turn the movement become just tinny hoobby.

ditambah dengan kebiasaan kita yang disorganize, sempurna


dari segment ini saya melihat malah, ruby, java, php sama wae :) semua
itu gak memberian kekuatan apapun


F

-- 
-- 
Frans Thamura
Meruvian. Java and Enterprise OSS

Mobile: +62 855 7888 699
Blog & Profile: http://frans.thamura.info

We provide services to migrate your apps to Java (web), in amazing
fast and reliable.