[media-dakwah] Salafiyah Bukan Manhaj Hizbi dan Hakekat Sururiyah

2007-04-25 Terurut Topik handri yanto
   
  SALAFIYAH BUKAN MANHAJ HIZBI   
   
  Oleh
  Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin
   
  Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=2091&bagian=0
   
   
  Salafiyah adalah manhaj. Ia merupakan metoda memahami Islam; metoda memahami 
al Qur`an dan Sunnah. Ia bukan suatu "harakah" atau "gerakan" yang muncul pada 
masa tertentu di zaman ini dengan ditokohi oleh orang atau kelompok tertentu 
seperti yang disangka oleh sebagian orang yang tidak mengerti, atau tidak mau 
mengerti, atau apriori terhadap kebenaran. Salafiyah merupakan penisbatan 
kepada Salaf, dan ini merupakan penisbatan terpuji kepada manhaj (metoda 
pemahaman terhadap al Qur`an dan Sunnah) yang benar, bukan merupakan madzhab 
baru yang diada-adakan secara bid'ah.[1]
   
  Syaikh Salim bin 'Id al Hilali, dalam hal ini menukil [2] perkataan Syaikhul 
Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa [3] : "Tidak ada cela bagi orang yang 
menampakkan, serta menisbatkan diri dan menyandarkan diri kepada madzhab Salaf. 
Bahkan wajib hukumnya menerima penyandaran dirinya kepada manhaj Salaf itu 
menurut kesepakatan ulama. Karena sesungguhnya madzhab Salaf, tidak lain 
kecuali benar". 
   
  Ketika kehadiran kembali manhaj Salaf ini tidak lagi dapat ditolak di tengah 
ramainya penyimpangan umat, maka banyak kaum pergerakan berami-ramai mencoba 
menerima manhaj Salaf, bahkan banyak yang mengklaim dirinya bermanhaj Salaf. 
Akan tetapi manhaj Salaf yang mereka fahami dan mereka terima, umumnya hanya 
dalam bidang asma' wa sifat, tidak menyeluruh, karena mungkin mereka menganggap 
manhaj Salaf ada yang kurang, atau disalah fahami. Banyak kekeliruan dalam 
memahami konsekuensi uluhiyah, hingga mengakibatkan takfir (menghukumi kafir 
kepada orang lain) yang tidak pada tempatnya. Dari sini timbul keyakinan dan 
tindakan-tindakan bid'ah tanpa disadari, seperti perusakan, pembunuhan dan 
peledakan dengan keyakinan, bahwa semua itu merupakan jihad dan ibadah yang 
mulia, padahal tidak ada contoh syari'at semacam itu.
   
  Maka saat mereka ingin kembali ke manhaj Salaf, terkesan masih sayang 
meninggalkan kebiasaan dan disiplin lamanya dalam pergerakan yang sudah 
dianggap bagus, misalnya sistem berjama'ah, sistem bai'at, sistem kerja, sistem 
rekruitmen anggota, sistem halaqah, sistem imamah, sistem perjuangan dan jihad, 
serta sistem-sistem harakah lainnya, yang sebenarnya merupakan pola-pola 
hizbiyah (fanatisme kelompok). Sebagai akibat mereka mencampurkan antara manhaj 
Salaf dan manhaj harakah. Aqidah Asma' wa sifatnya atau sebagian kitab 
rujukannya adalah Salafi, tetapi pemahaman dan sistemnya adalah harakah, 
menjadi salafi haraki. 
   
  Ketika berkembang kelompok-kelompok salafi haraki inilah (istilah masyhurnya 
sekarang disebut Sururi), maka manhaj Salaf yang sebenarnya, yang diikuti oleh 
Salafiyin dicurigai, bahkan dimusuhi oleh mereka, sebab banyak misi mereka yang 
terganjal oleh manhaj ini. 
   
  Di sisi lain muncul pula suatu gerakan dengan warna lain yang seakan 
benar-benar Salafi, namun sebenarnya menerapkan praktik-praktik hizbi, dengan 
antara lain menebarkan ilzam-ilzam (pengharusan-pengharusan yang bersifat 
memaksa) kepada anggota kelompok pengajiannya, sehingga anggauta jama'ah bisa 
menjadi was-was dan takut dicap tidak Salafi, jika pandangannya berbeda dengan 
pandangan para pimpinannya. Dengan demikian yang terbaca di luar, kelompok ini 
menerapkan praktik taklid membabi buta, lebih dari kelompok-kelompok taklid 
lainnya. Di samping itu, dengan bahasa-bahasa vocal dan tindakan-tindakannya 
yang kasar, telah menimbulkan kesan bahwa dakwah Salafiyah bersifat kasar dan 
tidak beradab. Akhirnya dakwah Salafiyah banyak disingkiri umat, karena kesalah 
fahaman dan ketidak mengertian. Sementara itu, musuh-musuh dakwah Salafiyah pun 
banyak yang menuduh, bahwa para salafiyin sangat taklid kepada para ulamanya. 
Padahal tidak! 
   
  Untuk itu perlu ditegaskan di sini sikap sebenarnya, meskipun dengan sangat 
ringkas dan global. Yaitu bahwa sumber kebenaran bagi Ahlu Sunnah wal Jama'ah 
atau Salafiyun adalah al Qur`an dan Sunnah dengan pemahaman para 
salafush-shalih. Jadi ukuran kebenaran bukan individu manusia sepeninggal para 
sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Itu sangat jelas berdasarkan sabda 
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , yang antara lain:
   
  ÝóÚóáóíúßõãú ÈöÓõäøóÊöí æóÓõäøóÉö ÇáúÎõáóÝóÇÁö ÇáúãóåúÏöíøöíäó ÇáÑøóÇÔöÏöíäó 
ÊóãóÓøóßõæÇ ÈöåóÇ æóÚóÖøõæÇ ÚóáóíúåóÇ ÈöÇáäøóæóÇÌöÐö æóÅöíøóÇßõãú æóãõÍúÏóËóÇÊö 
ÇáúÃõãõæÑö ÝóÅöäøó ßõáøó ãõÍúÏóËóÉò ÈöÏúÚóÉñ æóßõáøó ÈöÏúÚóÉò ÖóáóÇáóÉñ. ÃÎÑÌå 
ÃÈæ ÏÇæÏ æÇáÊÑãÐí 
   
  “Artinya : Maka wajib bagi kalian berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para 
Khulafa'ur-Rasyidun yang mendapat petunjuk. Peganglah dengan kuat Sunnah itu 
dan gigitlah dengan gigi-gigi geraham kalian. Dan janganlah sekali-kali 
mengada-adakan perkara-perkara baru dalam agama, sebab setiap yang baru adalah 
bid'ah, dan setiap yang bid'ah adalah sesat” [Hadits Shahih dikeluarkan oleh 
Abu Dawud dan Tirmidzi] 

Re: [media-dakwah] Re: Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta

2007-04-23 Terurut Topik handri yanto
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,
   
  Mudah- mudahan antum ikhlas sebagaimana ucapan antum bahwa sebenarnya antum 
ridlo dengan pemahaman Salafy sebagaimana artikel antum :
   
  " Alasan bahwa kita tidak menggunakan istilah salafi dan mengatributkan diri 
kita karena Allah SWT melarang kita untuk memuji diri kita dan selanjutnya 
dilarang menggunakannya kecuali kita menginformasikan kepada orang lain tentang 
aqidah kita dengan tujuan agar mereka mengerti."

  Dan ini juga tentunya harus diikuti dengan amalan yang sesuai dengan 
pemahaman Salaf yang telah antum tunjukan dibawah. 
  Dengan antum menyebarkan berita Fitnah dan Majhul yang lalu, apa yang antum 
harapkan dengan penisbahan antum kepada manhaj Salaf ( biarpun antum tidak 
secara dhohir tidak mau memakai nisbah Salaf atau Salafy ), apakah ini tidak 
secara langsung meragukan perkataan antum tentang Salafy ?, atau antum masih 
belum mengerti tentang Manhaj Salaf ".Tetapi ya akhi mudah- mudahan ini sekedar 
kekhilafan kita sebagaimana manusia yang mana manusia adalah tempat salah dan 
khilaf.
   
  Sekali lagi mudah-mudahan Allah Tabaroka wa Ta'ala senantiasa memberikan 
MaghfirohNya kepada kita semua, dan diselaraskan antara hati dengan amalan 
perbuatan kita.
  Wahai Dzat yang membolak balikkan hati teguhkanlah hati kami kepada Agamamu 
yang lurus. Amiin.
   
  Mohon ma'af bila ada kata yang menyinggung, bila memang ada kebenaran maka 
tentunya itu datang tidak lain dari Allah Tabaraka wata'ala dan bila ada 
kekurangan dan keburukan maka tidak lain itu memang timbul dari ana.
   
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
   

  

bambang guridno <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
  
wallahu a'lam bis showab..

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


 

   
-
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Re: [assunnah] Tanya : Agen MOSSAD ?

2007-04-20 Terurut Topik handri yanto
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,
   
  Sekedar informasi yang ana dapat dari millis As Sunnah , bahwa sipenerjemah 
dari berita "Siapa Sebenarnya Yang Agen Yahudi "  mengaku namanya dicatut untuk 
berita yang tidak jelas kebenarannya ( Majhul ).
  Allahu ta'ala a'lam bish showab.
   
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.

Syamsul Ariefin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,

Ini ada klarifikasinya dari yang namanya dikutip sebagai penerjemah artikel 
yang dimaksud;
- - - - - - - - - - 
To: [EMAIL PROTECTED]
From: "Jati Utomo Dwi Hatmoko" < [EMAIL PROTECTED]> Add Mobile Alert
Date: Wed, 18 Apr 2007 11:16:10 +0100
Subject: [kibar] Info dan Klarifikasi

Assalamualaikum mas Hanif,

Saya sungguh terkejut mendapati nama saya dicatut dalam artikel di bawah 
sebagai orang yang menterjemahkan sebuah hasil wawancara. Perlu saya sampaikan 
bahwa sampai saat ini saya belum pernah sama sekali menerjemahkan artikel 
apapun juga . Saya tidak akan punya waktu untuk itu, karena sibuk dengan urusan 
thesis.

Untuk itu saya berterima kasih kepada mas Hanif yang telah menanyakan langsung 
kepada saya tentang hal ini. Sekaligus saya perlu sampaikan ke milis Kibar dan 
milis PPIslam Newcastle, seandainya mendapati artikel di bawah bahwa dalam hal 
ini nama saya telah dicatut oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Seandainya 
ada yang tahu asal artikel dibawah, mohon saya diberi tahu sehingga saya bisa 
menelusurinya lebih jauh.

Salam

Jati 
- - - - - - - - 

Wallahu a'lam
Syamsul

  On 19 Apr 2007 02:14:41 -0700, Danny Sahuleka <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  
  Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,

Mohon ma'af sebelumnya, 
Ikhwan & akhwat yang dirahmati Allah SWT... mohon
tanggapan E-Mail dibawah ini.Terima kasih. 

Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Danny

> From: [EMAIL PROTECTED]
> Sent: Wednesday, April 18, 2007 4:28 PM
> Subject: [CR] ~~~<<( Agen MOSSAD )>>~~~
> 
> Mengenal Agen Mossad Dalam Gerakan Islam
> Untold Story / the X files
> Oleh : Redaksi 15 Apr 2007 9:00 pm

> Risalah Mujahidin Edisi 7 Th I Rabiul Awal 1428 H /
> April 2007 M, hal. 42-46
> FAKTA ini tentu amat mengejutkan, bahkan sulit
> dipercaya. Betapa kelompok Salafy yang selama ini
> dikenal sebagai kelompok Islam yang berdakwah untuk
> Ihyaus Sunnah (menghidup-hidupkan sunnah Nabi SAW),
> gerakan dakwah mereka ternyata didanai oleh jaringan
> intelejen Israel, Mossad. Tujuannya untuk
> menimbulkan
> fitnah dan perpecahan di kalangan kaum Muslim.
> 
> Badan intelejen Palestina mengijinkan harian
> Al-Hayat> dan Televisi Libanon, LBC, untuk mewawancarai
> orang-orang Palestina yang menjadi agen Mossad, dan
> sekarang ditawan oleh pemerintah Palestina. Mereka
> telah menyebabkan terbunuhnya sejumlah Mujahidin.
> Dalam sebuah wawancara, salah seorang agen
> mengungkapkan cara perekrutan mereka serta peranan
> yang mereka lakukan dalam memantau para mujahidin
> dan memicu fitnah lewat perselisihan, perpecahan, dan
> kebencian demi merealisasikan kepentingan strategis
> Zionisme.
> 
> Wawancara ini diterbitkan oleh tabloid An-Nas nomor
> 127 mengutip harian Al-Hayat yang terbit di London
> dan juga ditayangkan televisi LBC. Tabloid Al-Basya'ir
> kembali menyiarkan wawancara tersebut mengingat
> pentingnya fakta-fakta yang diungkapkan oleh agen
> ini.
> Wawancara di bawah ini, yang diterjemahkan oleh Jati
> Utomo Dwi Hatmoko, M.Sc. , mahasiswa Structural
> Engineering and Construction Management University
> of Newcastle Upon Tyne United Kingdom, dan dikutip dari
> Hidayatullah.com, laporan Bahrum A. Rambe. Berikut
> hasil wawancara dimaksud:

=== message truncated ===







  

 

   
-
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [media-dakwah]

2007-04-11 Terurut Topik handri yanto
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu,
   
  Sekedar tambahan informasi bagi ikhwah yang ingin berthullabul illmiy 
didaerah Jakarta , berikut jadwal kajian rutin Manhaj Salaf , semoga 
bermanfa'at.
   
  Aqidah dan Akhlaq
  Ustadz Ahmad Rofi’i
  Masjid At-Taqwa - Komp. Perumahan Pajak Kemanggisan Jakarta Barat
  Senin Ba’da Isya - Minggu Ke 1 dan 3
   
  Ustadz Mudrika Ilyas, Lc.
  Masjid Baitullah Petukangan Jakarta Selatan
  Senin 19.30 - 21.00
   
  Syarh Kitab Tauhid Karya Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin rahimahullah
  Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom
  Masjid An-Nashr Depan Kampus STAN Bintaro Sektor V
  Senin Ba’da Maghrib
   
  Masjid Baitul ‘Amal (MBA) di Basement-1
  Gedung Setiabudi Atrium
  Jl. HR. Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan
  Senin Ba’da Dzuhur, Minggu ke 1 & 3 Ustadz Ahmad Rofi’i
  Senin Ba’da Dzuhur, Minggu ke 2 & 4 Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir 
Abdat
  Contact Person: Rahmat Wijaya
   
  SELASA
   
  Kitab Riyadhus Shalihin dan Fathul Majid (Tauhid dan menumpas akar kesyirikan 
dan lainnya).
  Ustadz Yazid Bin Abdul Qadir Jawas
  Masjid Al Furqan Gedung DDII Jl. Kramat Raya 45 dekat PMI/Xerox Jakarta Pusat
  Tiap Selasa Waktu: Ba’da Dzhuhur/13.30 - Ashar
   
  Kajian Kitab Bahjatun Nadzirin (Syarah Kitab Riyadhus Shalihin Imam an-Nawawi 
Rahimahullah) karya Syaikh Salim Bin Ied al-Hilaly Hafidzahulloh
  (Khusus ikhwan)
  Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom
  Masjid An-Nuur Basement Menara Sudirman
  Jl. Sudirman Kav 60 Jakarta Selatan
  Setiap Selasa Ba’da Dzuhur
   
  Kitab Risalah Bid’ah
  Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat
  Masjid Al A’la Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ)
  Jl. Jendral Sudirman Jakarta Selatan
  Setiap Selasa Pukul 16.30 -18.00
   
  Kitab Utsul Tsalatsah
  Ustadz Zainal Abidin, Lc.
  Masjid Unwanul Hidayah Jl. Jelita II - Rawamangun
  Selasa Minggu I & III Ba’da Isya.
   
  Kitab Ukdatul Ahkam
  Ustadz Sulam
  Masjid Unwanul Hidayah Jl. Jelita II - Rawamangun
  Selasa minggu II Ba’da Isya
   
  Kitab Kasyfu Syubhat
  Ustadz Ahmad Zawawi
  Masjid Unwanul Hidayah, Jl. Jelita II - Rawamangun
  Selasa minggu IV Ba’da Isya
   
  RABU
   
  Kajian Mustholahul Hadits (Bahasa Arab)
  Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat
  Masjid Al-Ikhlas Jati Padang Jakarta Selatan
  Setiab Rabu 16.30 -18.00
   
  Kajian Tafsir Al-Qur’an (Tafsir Ibn Katsir - Khusus Ikhwan/Tempat Terbatas)
  Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom
  Mushalla Ash Shahabah Basement Summitmas I
  Jl. Sudirman Kav. 59 Jakarta Selatan
  Setiap Rabu 17:00 - Maghrib
   
  Kajian Kitab Jamiul Ulum Wal Hikam (Penjelas Kitab Arbain Nawawi) Karya 
Al-Hafidz Ibnu Rojab
  Ustadz Abu Abdurrohman
  Masjid An-Nashr Depan Kampus STAN Bintaro Sektor V
  Rabu Ba’da Ashar
   
  Ustadz Ibnu Saini
  Masjid As-Syifa FK Kedokteran Tri Sakti Samping RS Sumber Waras Jakarta Barat
  Setiap Rabu 15.30 - 18.00
   
  Hadits Arba’in Imam An-Nawawi Rahimahullah
  Rijal Abdul Aziz
  Masjid Meranti Senen
  Setiap Rabu Ba’da Maghrib s/d 19.30
   
  Route:
   
  Ke Terminal Senen naik Mikrolet 37 Jurusan Senen - Pulo Gadung, nanti bilang 
aja ke pak supirnya turun di Pasar Nangka, dari situ sekitar kurang lebih 500 
meter ke Masjid Meranti. 
  Lebih mudah turun di daerah poncol, lalu naik ojeg motor atau kendaraan roda 
tiga namanya “MOBET” tanya saja Masjid Meranti insya Allah diantar, ongkosnya 
Rp.3.000,- 
  Ustadz Badrusalam
  Masjid Toyota - Training Center
  setiap Rabu Sore Pukul 16.00 -19.00
  Untuk Karyawan dan sekitarnya
   
  KAMIS
   
  Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat
  Mushalla Hidayatussholihin
  Jl. Poltangan Pasar Minggu Jakarta Selatan
  Setiap Kamis Malam Ba’da Maghrib
   
  Ustadz Arman Amri, Lc.
  Masjid Al A’la Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) Jakarta Selatan
  Setiap Kamis Pekan ke 2 dan 4 Ba’da Dzuhur
   
  Ustadz Arman Amri, Lc.
  Kitab Tauhid
  Masjid Nurul Jami’ Dekat Terminal Rawamangun Jakarta Timur
  Setiap Kamis Ba’da Maghrib
   
  Kamis Ba’da Dzuhur, Minggu ke 1 & 3 Ustadz Abu Qatadah (Alumnus Darul Hadits 
Yaman)
  Kamis Ba’da Dzuhur, Minggu ke 2 & 4 Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom
  Masjid Baitul ‘Amal (MBA) di Basement-1
  Gedung Setiabudi Atrium
  Jl. HR. Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan
  Contact Person: Rahmat Wijaya
   
  Ustadz Zainal Abidin Syamsudin, Lc.
  Masjid Astra
  Setiap Kamis Sore Pukul 16.00-18.00
  Untuk Umum dan sekitarnya.
   
  Kitab Fathul Majid
  Ustadz Amran Amri, Lc.
  Masjid Nurul Jami’ Jl. Jeruk 2
  Jl. Melati - Rawamangun
  Setiap Kamis ba’da Magrib
  Contact person: Abu Shafa’ 081381953676 Sabyq 081311134166
  Contact person: Esy 08121304971
   
  Hari kamis di Masjid Nurul Jami’ (No. 19 dan 22) dipindah ke masjid Nurul 
Irfaan (masjid alumni IKIP) di kompleks IKIP
  Membahas: kitab Fathul Majid
  Waktu: Ba’da maghrib
   
  CP: Adi 08561402431 
   
  Rute:
   
  P.AC 16 (lebak bulus - rawamangun), P.AC 32 (Blok M Rawamangun), K. 26 (Pd. 
Kopi Rawamangun), K.01 (Pkl. Jati Rawamangun) 
  P.4 P.57. P.AC 11 Jurusan Pologadung turun di Ario

[media-dakwah] Hadirilah Bedah Buku: �JIHAD� Dalam Pandangan Islam

2007-03-15 Terurut Topik handri yanto
Bedah Buku: Jihad Dalam Pandangan IslamHadirilah Bedah Buku: “JIHAD” Dalam 
Pandangan Islam
   
  Karya: Ustad Yazid bin Abdul Qadir Jawas
   
  Pembicara: Ustad Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Tempat: Masjid Jami’ Al Azhar Kalimalang Jaka Permai Bekasi
Waktu: Senin, 19 Maret 2007
Pukul 09.00 ~ Selesai
   
  Diselengggarakan oleh:
YAYASAN DAKWAH ISLAM CAHAYA ILMU & DKM AL AZHAR JAKA PERMAI BEKASI
  Contact person:
Abu Faris: (021) 68949785
Abdurrahman: 08129780823
Ummu Salamah: (021) 92901800 


 
-
Don't get soaked.  Take a quick peek at the forecast 
 with theYahoo! Search weather shortcut.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] HUKUM PENGKAFIRAN TERHADAP PENGUASA

2007-03-08 Terurut Topik handri yanto
HUKUM PENGKAFIRAN TERHADAP PENGUASA 
   
   
  Oleh
  Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
   
   
   
  Pertanyaan.
  Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : "Fadhilatusy Syaikh,
  tentu Anda sudah mengetahui kondisi Afghanistan (pada waktu itu),
  yaitu jama'ah-jama'ah dan kelompok-kelompok sesat yang banyak
  bermunculan seperti jamur tumbuh di musim hujan. Sangat disayangkan
  jama'ah-jama'ah ini berhasil menyebarkan pemikiran-pemikiran yang
  bertentangan dengan manhaj Salafus Shalih di tengah-tengah generasi
  muda salafi yang sedang berjihad di sana. Di antaranya
  adalah 'pengkafiran penguasa' dan menghidupkan kembalicara-cara yang
  sudah lama ditinggalkan yaitu 'penculikan dan pembunuhan misterius'!
  Sekarang setelah pemuda-pemuda itu kembali ke negeri mereka (setelah
  berakhirnya jihad) mereka menyebarkan pemikiran tersebut di tengah-
  tengah para pemuda dilingkungannya"
   
   
  Jawaban.
  Setelah menguraikan bahaya berpaling dari tafsir salaf dalam
  memahami Al-Qur'an dan as-Sunnah beliau berkata :
   
   
  Sangat alami sekali bila mereka menyimpang dari al-Qur'an dan as-
  Sunnah dan dari manhaj salaf shalih sebagaimana pendahulu mereka.
  Di antara mereka ini adalah : Kaum Khawarij dahulu maupun sekarang.
  Sebab pemikiran takfir (pengkafiran kaum muslimin) yang sering
  kami singgung sekarang ini berasal dari kesalahan memahami ayat yang
  sering mereka angkat, yaitu firman Allah.
   
  "Artinya : Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
  diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir"
  [Al-Maidah : 44].
   
  Salah satu kejahilan orang-orang yang berdalil dengan ayat ini
  adalah mereka tidak memperhatikan (minimal) sejumlah nash-nash yang
  tercantum di dalamnya kata 'kufur', mereka artikan keluar (murtad)
  dari agama dan menyamakan para pelaku kekufuran itu dengan
  orang-orang musyrik dari kalangan Yahudi dan Nasrani... Lalu mereka
  menerapkan pemahaman yang keliru ini terhadap orang-orang muslim
  yang tidak bersalah...".
   
  Kemudian beliau berbicara tentang tafsir Ibnu Abbas
  Radhiyallahu 'anhu yang oleh Muhammad Quthb dan pengikutnya berusaha
  dijadikan sebagai sifat khusus bagi para khalifah Bani Umayyah!
  Syaikh al-Albani berkata :
   
  "Sepertinya Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu mendengar persis seperti
  yang sering kita dengar sekarang ini bahwa ada beberapa oknum
  yang memahami ayat ini secara zhahir saja tanpa diperinci. Maka
  beliau Radhiyallahu 'anhu berkata : 'Bukan kekufuran yang kalian
  pahami itu! Maksudnya bukan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya
  dari agama, namun maksudnya adalah 'kufrun duna kufrin' (yaitu
  kekufuran yang tidak mengeluarkan pelakunya dari agama -pent-)'.
   
  Kemudian beliau melanjutkan : 'Ibnu Taimiyah Rahimahullah dan murid
  beliau, Ibnu Qayyim al-Jauziyah selalu memperingatkan pentingnya
  membedakan antara 'kufur i'tiqaadi' dengan 'kufur amali'. Kalau
  tidak, akibatnya seorang muslim dapat terperosok ke dalam kesesatan
  menyempal dari kaum muslimin tanpa ia sadari sebagaimana yang telah
  menimpa kaum Khawarij terdahulu dan cikal bakal mereka
  sekarang...".
   
  Kemudian beliau menyebutkan sejumlah persoalan yang terjadi antara
  beliau dengan lawan dialog beliau, beliau berkata kepada mereka :
  "Pertama, kalian ini tidak dapat menghukumi setiap hakim (penguasa)
  yang memakai undang-undang Barat yang kafir itu atau sebagian
  dari udang-undang itu bahwa jika ia ditanya alasannya ia akan
  menjawab : Memakai undang-undang Barat itu bagus dan cocok pada zaman
  sekarang ini, atau ia akan menjawab : Tidak boleh menerapkan Hukum
  Islam !.
   
  Sekiranya para Hakim itu ditanya alasannya maka kalian tidak dapat
  memastikan bahwa jawaban mereka adalah "Hukum Islam sekarang ini
  tidak layak diterapkan!". Kalau begitu jawabannya, mereka tentunya
  kafir tanpa diragukan lagi. Demikian pula jika kita tujukan
  pertanyaan serupa kepada masyarakat umum, di antara mereka terdapat
  para ulama, orang shalih dan lain-lain ...? Lalu bagaimana mungkin
  kalian dapat menjatuhkan vonis kafir terhadap mereka hanya
  karena melihat hidup di bawah naungan undang-undang tersebut sama
  seperti mereka. Hanya saja kalian menyatakan terang-terangan bahwa
  mereka semua itu kafir dan murtad."
   
  Kemudian Syaikh Al-Albani berbicara seputar masalah berhukum dengan
  selain hukum Allah, beliau berkata : "Kalian tidak dapat menghukumi
  kafir hingga ia menyatakan apa yang ada dalam hatinya, yaitu
  menyatakan bahwa ia tidak bersedia memakai hukum yang
  diturunkan Allah. Jika demikian pengakuannya barulah kalian dapat
  menghukuminya kafir murtad dari agama".
   
  Kemudian, saya (Al-Albani) selalu memperingatkan mereka tentang
  masalah pengkafiran penguasa kaum muslimin ini bahwa anggaplah
  penguasa itu benar-benar kafir murtad, lalu apakah yang bisa kalian
  perbuat ? Orang-orang kafir itu telah menguasai negeri-negeri
  Islam, sedang kita di sini menghadapi musibah dijarahnya tanah
  Pale

[media-dakwah] TENTANG TERCELANYA SIKAP EKSTRIM DI DALAM PENGKAFIRAN

2007-03-08 Terurut Topik handri yanto

  TENTANG TERCELANYA SIKAP EKSTRIM DI DALAM PENGKAFIRAN
  DAN DAMPAK NEGATIFNYA
   
   
  Oleh :
   
  Al-Allamah al-Imam asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Bazz
   
   
  Penyusun dan Komentar :
   
  Ali bin Hasan bin Ali bin Abdil Hamid al-Halaby al-Atsary
   
   
   
   
   
  Kata Pengantar
  (Syaikh Ali Hasan al-Halaby)
   
   
   
  Segala puji hanyalah milik Alloh pemelihara alam semesta. Sholawat dan Salam 
semoga senantiasa tercurahkan kepada utusan yang paling mulia, keluarga beliau 
dan seluruh sahabatnya. Dan tidaklah ada permusuhan melainkan terhadap 
orang-orang yang zhalim.
   
   
   
  Amma Ba’du : Inilah penjelasan ilmiah yang mendalam, yang di dalamnya berisi 
penelitian dan pembahasan yang cermat, yang menetapkan suatu permasalahan yang 
paling urgen, yang akan memberikan faidah bagi seluruh umat dan menangkis 
fitnah yang membutakan.
   
   
   
  Saya (Syaikh Ali, red.) memandang harus menyebarkan penjelasan ini dan 
memandang sangat urgen sekali menyebarkannya, sebagai nasehat dan amanat, 
dengan dua alasan :
   
   
   
  Pertama, Mayoritas manusia tidak mengetahui dan memahami hal ini. Bahkan 
orang yang tahu pun tidak mau menyebarkannya[1] dan tidak mau menunjukkannya, 
kecuali orang-orang yang dirahmati Alloh.
   
   
   
  Kedua, Bahwasanya di dalam penjelasan ini, terdapat penyingkapan keadaan 
sebagian manusia yang ghuluw (ekstrim) dan berlebih-lebihan. Yang mana mereka 
berbuat kejelekan dikarenakan kebodohannya terhadap agama dan mereka 
membinasakan mayoritas kaum muslimin dengan penyimpangan-penyimpangan mereka.
   
   
   
  Adapun Islam itu -walhamdulillah- adalah tinggi dan mulia. Islam lebih dapat 
memberikan dan mengarahkan kepada kebenaran. Hanya kepada Allohlah saya meminta 
agar penjelasan ini[2] dapat memberikan manfaat kepada khayalak umum (umat) dan 
khusus (ahli ilmi), dan Dia-lah Alloh SWT yang berfirman : 
   
   
   
  “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa 
orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat 
keras siksaan-Nya” (Al-Anfal : 25)
   
   
   
  Demikianlah akhir seruan kami, segala puji hanyalah milik Alloh pemelihara 
alam semesta.
   
   
   
   
   
  Penjelasan Hai’ah Kibaril Ulama (Lembaga Ulama Senior)[3]
   
   
  Segala puji hanyalah milik Alloh, Sholawat dan Salam semoga senantiasa 
tercurahkan kepada Rasulullah, keluarga beliau sahabat beliau dan siapa saja 
yang berpetunjuk dengan petunjuk beliau.
   
   
   
  Amma Ba’du : Majelis Ha`iah Kibaril Ulama telah mempelajari di dalam 
daurohnya yang ke-49 yang bertempat di Tha’if, yang dimulai dari tanggal 
2/4/1419[4], mengenai apa yang telah terjadi di banyak negara-negara Islam dan 
selainnya, dari aktivitas takfir (pengkafiran) dan tafjir (perusakan) serta apa 
yang berkembang darinya seperti tertumpahnya darah dan hancurnya gedung-gedung.
   
   
   
  Melihat bahayanya perkara ini dan dampak yang ditimbulkannya, seperti 
lenyapnya nyawa orang-orang yang tidak bersalah, hilangnya harta-harta yang 
terjaga, ketakutan manusia dan terguncangnya stabilitas keamanan, maka majelis 
memandang perlunya mengeluarkan penjelasan yang menerangkan hukum dari 
aktivitas-aktivitas ini, dalam rangka menegakkan nasehat bagi Alloh dan 
hamba-hamba-Nya, memelihara kehormatan dan mengeliminir kerancuan pemahaman 
orang-orang yang tersamar atasnya hukum perkara ini.
   
   
   
  Maka, kami katakan –dengan (mengharap) taufiq dari Alloh- :
   
   
   
  Pertama, Takfir merupakan hukum syar’i yang tempat kembalinya adalah Alloh 
dan Rasul-Nya. Sebagaimana tahlil (penghalalan), tahrim (pengharaman) dan iijab 
(pewajiban), kembalinya adalah kepada Alloh dan Rasul-Nya, maka demikian pula 
dengan takfir.
   
   
   
  Tidaklah setiap ucapan dan amalan yang disifatkan dengan kekufuran, maka 
dengan serta merta menjadikan kufur akbar yang mengeluarkan dari agama.[5] Oleh 
karena tempat kembalinya hukum takfir adalah kepada Alloh dan Rasul-Nya, maka 
tidaklah boleh kita mengkafirkan kecuali dengan apa yang ditunjukkan oleh 
al-Qur’an dan as-Sunnah akan kekufurannya dengan penunjukkan yang jelas. 
Tidaklah cukup di dalam menvonis kafir hanya dengan syubhat (kesamar-samaran) 
dan dugaan semata, yang nantinya akan berkonsekuensi pada hukum-hukum yang 
riskan.
   
   
   
  Apabila hudud saja ditolak karena syubhat, yang mana dampak dari hal ini 
lebih minim jika dibandingkan dengan dampak dari takfir, maka tentunya takfir 
lebih utama untuk ditolak karena syubhat. Oleh karena itu, Nabi shallallahu 
‘alahi wa Salam memperingatkan dari menvonis seseorang sebagai kafir yang pada 
kenyataannya tidak kafir, beliau bersabda :
   
   
   
  “Siapa saja yang mengatakan kepada saudaranya : wahai kafir, maka akan 
kembali (vonis) ini pada salah satu dari keduanya. Apabila ia memang kafir, 
maka apa yang dikatakannya benar, namun apabila tidak kafir, maka vonis itu 
akan kembali kepada dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘alaihi dari Ibnu ‘Umar).
   
   
   
  Terkadang terdap

[media-dakwah] PENGGUNAAN KEKERASAN DALAM MENGINGKARI PARA PELOPOR BID�AH TIDAK BERARTI LOYAL TERHADAP KAUM KAFIR

2007-03-08 Terurut Topik handri yanto
PENGGUNAAN KEKERASAN DALAM MENGINGKARI PARA PELOPOR BID’AH TIDAK BERARTI LOYAL 
TERHADAP KAUM KAFIR
   
  Oleh
  Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani
   
   
  Pada prinsipnya, Al-Amru bil Ma’ruf wan Nahyu anil Munkar” (perintah kepada 
kebaikan dan mencegah dari kemungkaran) dilakukan dengan lemah lembut dan penuh 
kasih sayang, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
   
  “Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran 
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik ….” [An-Nahl : 125]
   
  Demikian pula firmanNya kepada Nabi Musa dan Nabi Harun ‘Alaihis Salam
   
  “Artinya : Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah 
melampui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang 
lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” [Thaha : 43-44]
   
  Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda.
   
  “Artinya : Sesungguhnya, tidaklah suatu kelembutan ada pada sesuatu kecuali 
ia pasti menghiasinya dan tidak pula kelembutan itu dicabut kecuali akan 
memperburuknya” [Hadits Riwayat Muslim No. 2594]
   
  Namun demikian, apabila kemunkaran tidak berubah kecuali dengan menggunakan 
semacam kekasaran/kekerasan, maka tidaklah mengapa bila digunakannya, sekalipun 
terhadap sesama kaum muslimin. Tidaklah engkau melihat bahwasanya Allah 
Subhanahu wa Ta’ala telah membolehkan peperangan untuk menegakkan hal itu? Dan 
tiada kekerasan yang melebihi peperangan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
   
  “Artinya : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka 
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat 
aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang bebruat 
aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah” [Al-Hujarat : 9]
   
  Terkadang, seorang mukmin bersikap sangat keras dalam mengingkari saudaranya 
melibihi sikap kerasnya terhadap musuh/lawannya. Tidaklah engkau lihat 
kelembutan Nabi Musa terhadap Fir’aun, sementara beliau bersikap keras terhadap 
saudaranya, Harun? Oleh sebab itulah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan 
dengan firmanNya.
   
  “Artinya : Dan dia (Musa) memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil 
menariknya ke arahnya” [Al-A’raf : 150]
   
  (Dari tindakan yang dilakukan oleh Musa terhadap saudaranya Harun,-pent) 
dapatkah seseorang melakukan protes terhadap Musa dengan menggunakan alasan 
“al-wala” (loyalitas) dan “al-bara” (sikap berlepas diri), yaitu dengan menuduh 
beliau membentangkan lisan dan tangan beliau terhadap saudaranya sendiri dan 
bersikap lemah lembut terhadap para thaghut?!
   
  Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sekalipun terkadang mencela 
para ulama dari kalangan sahabat beliau dengan celaan yang lebih keras dari 
pada celaan beliau terhadap sahabat lainnya (yang bukan ulama, -pent) apabila 
mereka berbuat kesalahan. Sebagai contoh, ucapan beliau kepada Mu’adz bin Jabal 
Radhiyallahu ‘anhu tatkala Mu’adz memanjangkan shalat ketika menjadi imam, 
memimpin kaumnya shalat berjama’ah, beliau mengatakan.
   
  “Artinya : Apakah engkau ingin menimbulkan fitnah, wahai Mu’adz?” [Hadist 
shahih riwayat Al-Bukhari no. 6126 dan Muslim no. 465]
   
  Sebaliknya, sikap lemah lembut beliau terhadap seorang Badui (dari gurun 
pasir) yang kencing di masjid (beliau) sebagaimana termaktub dalam Shahih 
Al-Bukhari dan kitab-kitab hadits lainnya. [1]
   
  Demikian pula sabda beliau kepada Usamah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhu tatkala 
ia membunuh seorang musyrik dalam peperangan setelah orang itu mengucapkan 
“kalimat tauhid” (Laa Ilaaha illallah)
   
  “Artinya : Wahai Usamah ! Apakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan 
‘Laa Ilaaha illallaah?! Usamah berkata : ‘beliau terus mengulang-ulangi ucapan 
itu, sehingga aku berangan-angan (seandainya) aku belum memeluk Islam sebelum 
hari itu” {Riwayat Al-Bukhari no. 4269 dan Muslim no. 96]
   
  Dan sungguh Usamah telah mengambil pelajaran penting dari sikap keras 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadapnya, ia menjadikannya sebagai 
sebuah nasihat pada masa terjadinya fitnah setelah peristiwa pembunuhan 
Khalifah Ar-Rasyid, Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, Tindakan keras 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut atas dirinya telah mewariskan 
padanya sikap ‘tawarru’ (berhati-hati) dari darah-darah kaum muslimin.
   
  Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata.
   
  “Usamah telah mengambil pelajaran penting sejak hari ketika Nabi Shallallahu 
‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya ; ‘Bagaimana dengan Laa Ilaaha illallaah’ 
wahai Usamah ?!’ Maka dia pun menahan tangannya menetapi rumahnya, dengan 
demikian dia telah berbuat baik” [Lihat pada Siyar A’laamin Nubalaa II/500-501]
   
  Aku (penulis) berkata : “Allhu Akbar ! Allah Mahabesar, alangkah agungnya 
pendidikan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan alangkah hinanya pendidikan 
ala h

Re: [media-dakwah] Re: Tinggal di negara kafir ===> tantangan untuk dakwah??

2007-03-06 Terurut Topik handri yanto
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu,
  Afwan mas Bambang, ana mau memberikan  komentar ( diskusi ) .
   
  Permasalahan yang dikemukakan mas Bambang belumlah terang, masih umum. Apa 
yang disampaikan dalam Hujah mengenai hal dibawah adalah Haq. tetapi pemahaman 
masih memerlukan perincian.
   
  Dari penjelasan yang disampaikan dibawah ana bisa memahami bahwa antum ingin 
menyampaikan bolehnya melawan penguasa muslim. Mohon klarifikasinyaatau ini 
hanya bolehnya memerangi kaum muslimin ( bukan penguasa ) / masyarakat yang 
telah keluar dari pilar-pilar islam ( seperti yang dicontohkan : Umat muslim 
yang tidak membayar zakat pada zaman Sahabat Abu Bakar ra. dan Khawarij yang 
menentang khalifah kaum  muslimin ).
   
  Kalau benar demikian bahwa pembahasan dibawah adalah bolehnya melawan 
pemimpin kaum muslimin, untuk membahasnya lebih detail kiranya antum bisa 
memberikan contoh dari sirah atau atsar yang mencontohkan kejadian 
pemberontakan kepada pemimpin kaum muslimin yang kemudian kita cocokkan dengan 
kedua hadist Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Karena hujah yang antum 
bawakan adalah kisah sahabat Abu Bakar ( khalifah pada saat itu ) memerangi 
kaum muslimin yang tidak patuh untuk membayar zakat dan sahabat Ali ra yang 
memerangi para khawarij...
   
  Ana berpendapat dalil- dalil yang dikemukakan adalah haq ( benar ) tetapi 
tidak pada tempatnya ( kalau hal tersebut dihubungkan dengan penguasa kaum 
muslimin ) . Ana teringat tentang kisah  Dzul Khuwaishirah  cikal bakal 
khawarij yang memprotes Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam   :
   
  Dan kisah berikut dapat menjadi contoh nyata dan sekaligus dalil akan hal ini:
  Úä ÃÈí ÓÚíÏ ÑÖí Çááå Úäå ÞÇá: ÈíäÇ äÍä ÚäÏ ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æ Óáã æåæ 
íÞÓã ÞÓãÇó¡ ÃÊÇå Ðæ ÇáÎæíÕÑÉ -æåæ ÑÌá ãä Èäí Êãíã- ÝÞÇá: íÇ ÑÓæá Çááå¡ ÇÚÏá! 
ÞÇá ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æ Óáã æíáß æãä íÚÏá Åä áã ÃÚÏá¿!¡ ÞÏ ÎÈÊ æÎÓÑÊ Åä 
áã ÃÚÏá . ÝÞÇá ÚãÑ Èä ÇáÎØÇÈ ÑÖí Çááå Úäå íÇ ÑÓæá Çááå ÇÆÐä áí Ýíå¡ ÃÖÑÈ ÚäÞå. 
ÞÇá ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æ Óáã ÏÚå ÝÅä áå ÃÕÍÇÈÇð íÍÞÑ ÃÍÏßã ÕáÇÊå ãÚ 
ÕáÇÊåã¡ æÕíÇãå ãÚ ÕíÇãåã¡ íÞÑÃæä ÇáÞÑÂä áÇ íÌÇæÒ ÊÑÇÞíåã¡ íãÑÞæä ãä ÇáÅÓáÇã ßãÇ 
íãÑÞ ÇáÓåã ãä ÇáÑãíÉ
æÝí ÑæÇíÉ : Åäå íÎÑÌ ãä ÖÆÖÆí åÐÇ¡ Þæã íÊáæä ßÊÇÈ Çááå ÑØÈÇð áÇ íÌÇæÒ ÍäÇÌÑåã¡ 
íãÑÞæä ãä ÇáÏíä ßãÇ íãÑÞ ÇáÓåã ãä ÇáÑãíÉ
  “Dari Abi Sa’id Al Khudry rodiallahu ‘anhu, ia menuturkan: Tatkala kami 
sedang berada di sisi Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau 
sedang membagi-bagikan pembagian, tiba-tiba datang kepada beliau Dzul 
Khuwaishirah –dia adalah seorang lelaki dari Bani Tamim-, lalu ia berkata: 
Wahai Rasulullah, berlaku adillah! Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda: “Celakalah kamu, siapakah yang akan berbuat adil bila aku tidak 
berbuat adil?! Engkau pasti binasa lagi merugi bila aku tidak berlaku adil.” 
Kemudian Umar bin Al KHatthab berkata: Wahai Rasulullah, perkenankanlah aku 
pada orang ini, akan aku penggal lehernya. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa 
sallam menjawab: Biarkanlah dia, karena sesungguhnya dia memiliki 
sahabat-sahabat yang salah seorang dari kalian akan menganggap remeh/sedikit 
sholatnya bila dibanding dengan sholat mereka, puasanya bila dibanding dengan 
puasa mereka. Mereka membaca Al-Qur’an , akan tetapi bacaan Al-Qur’an mereka 
tidak dapat
 melewati tulang lehernya. Mereka akan keluar dari agama islam layaknya sebuah 
anak panah yang melesat tembus dari binatang buruan.”
  Pada riwayat lain dinyatakan: “Sesungguhnya akan terlahir dari keturunan 
orang ini suatu kaum yang mereka membaca kitab Allah dalam keadaan utuh, akan 
tetapi bacaannya tidak dapat melewati kerongkongannya. Mereka akan keluar dari 
agama layaknya sebuah anak panah yang melesat tembus dari binatang buruan.” 
(Muttafaqun ‘alaih)
 

  Dzul Khuwaisirah inilah cikal bakal dan perintis paham khawarij, dan ia 
memulai dan mewariskan paham ini ke anak keturunan dan pengikutnya dalam wujud 
ucapan dan idiologi/pemahaman, dan belum dalam bentuk perbuatan. Sebab sekte 
khawarij pertama kali mengadakan pemberontakan pada zaman Khilafah Utsman bin 
Affan rodiallahu ‘anhu, adapun pada zaman Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa 
sallam Abu Bakar & Umar, mereka tidak berani untuk melakukan hal tersebut. 
Mereka merintis paham ini dimulai dengan keyakinan bahwa penguasa telah berlaku 
lalim sehingga boleh untuk digulingkan atau diberontak, kemudian mereka 
mensosialisasikan paham ini melalui ucapan atau tulisan, dan pada akhirnya 
tergalanglah kekuatan sehingga mereka memberanikan diri untuk melakukan 
pemberontakan terbesar, yaitu pemberontakan dengan angkat senjata, dan itulah 
yang terjadi di setiap zaman dan tempat, dan demikianlah logika akal sehat 
mengurutkan kronologi setiap pemberontakan. 
   
  Insya allah bersambung
   
  Afwan bila ada kata yang salah dan yang tidak berkenan.
  Barokallhu fiykum
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
   
 

bambang guridno <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Assalam

Re: [media-dakwah] Re: Tinggal di negara kafir ===> tantangan untuk dakwah??

2007-03-05 Terurut Topik handri yanto
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,
   
  Dakwah adalah perbuatan amal yang sungguh muliya, tetapi dalam berdakwah 
tentunya harus memiliki ilmu. Tanpa ilmu dakwah akan menjadi sia-sia bahkan 
bisa-bisa kita akan terkena pengaruh dari Syubhat dari tempat dimana kita akan 
tinggal ( negeri kafir ) bila kita tidak memahami ilmu Dien dengan baik.Ilmu 
ibarat perisai.
   
  Berikut nasehat dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rohimahullah 
mengenai syarat tinggal di negeri kafir. Semoga bermanfa'at.
   
  SYARAT TINGGAL DI NEGRI KAFIR
   
   
  Oleh
  Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
   
  [Pembahasan 'Syarat Tinggal Di Negri Kafir' merupakan salah satu bagian dari 
syarah atau penjelasan 'Kitab Tiga Landasan Utama' yang di tulis oleh Syaikhul 
Islam Al-Mujaddid Muhammad At-Tamimi.]
  ___
   
   
  Allah berfirman.
   
  "Artinya : Hai hamba-hambaKu yang beriman, sesungguhnya bumiKu luas, maka 
sembahlah Aku saja". [Al-Ankabut : 56]
   
  Imam Al-Baghawi Rahimahullah berkata : "Ayat ini turun kepada orang-orang 
Islam yang tinggal di Makkah dan tidak ikut berhijrah. Allah menyeru mereka 
dengan sebutan 'beriman'" [I]
   
  Dalil atas wajibnya hijrah dari As-Sunnah adalah sabda Nabi Shallallahu 
'alaihi wa sallam [1] : " Hijrah tidak terhenti sebelum terputusnya taubat dan 
taubat tidak terputus hingga matahari terbit dari barat" [II]
  ___
   
   
  [I] Tampaknya pengarang menukil dari ucapan Imam Al-Baghawi Rahimahullah 
secara makna saja, hal ini jika beliau menukil dari kitab Tafsir Al-Baghawi, 
karena ternyata di dalam tafsir Al-Baghawi tidak ditemui kalimat seperti yang 
disebutkan oleh syaikh.
   
  [II] Ini sebagai tanda akhir tidak diterimanya amal shaleh, sesuai firman 
Allah yang artinya : "Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah 
bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum 
itu, atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya" [Al-An'aam : 158]
   
  Yang dimaksud dengan sebagian tanda-tanda Tuhanmu adalah terbitnya matahari 
dari barat.
   
  Untuk melengkapi penjelasan ini perlu saya sebutkan hukum bepergian ke negara 
kafir. Saya katakan, bepergian ke negeri kafir tidak diperbolehkan kecuali 
telah memenuhi tiga syarat :
   
  Pertama : Hendaknya Seseorang Memiliki Cukup Ilmu Yang Bisa Memelihara 
Dirinya Dari Syubhat.
   
  Kedua : Hendaknya Memiliki Agama Yang Kuat Untuk Menjaga Agar Tidak Terjatuh 
Dalam Syahwat.
   
  Ketiga : Hendaknya Ia Benar-Benar Berkepentingan Untuk Bepergian.
   
  Bagi yang belum bisa menyempurnakan syarat-syarat di atas tidak diperbolehkan 
pergi ke negeri kafir, karena hal itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam fitnah 
yang besar dan menyia-nyiakan harta saja. Sebab orang yang mengadakan bepergian 
biasanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
   
  Jika ada suatu keperluan seperti berobat, mempelajari ilmu yang tidak 
ditemukan di negeri asal, maka hal itu diperbolehkan dengan catatan memenuhi 
syarat yang saya sebutkan di atas. Adapun masalah rekreasi ke negeri kafir, 
bukanlah suatu kebutuhan, karena ia bisa saja pergi ke negeri Islam yang 
menjaga syari'at Islam. Negeri kita ini, alhamdulillah ada beberapa tempat yang 
cocok dan bagus untuk dibuat rekreasi ketika masa liburan.
   
  Adapun masalah menetap atau tinggal di negeri kafir sangatlah membahayakan 
agama, akhlaq dan moral seseorang. Kita telah menyaksikan banyak orang yang 
tinggal di negeri kafir terpengaruh dan menjadi rusak, mereka kembali dalam 
keadaan tidak seperti dulu sebelum berangkat ke negeri kafir. Ada yang kembali 
menjadi orang fasik atau murtad, bahkan mungkin mengingkari seluruh agama, 
sehingga banyak dari mereka pulang ke negerinya menjadi penentang dan pengejek 
agama Islam, melecehkan para pemeluk agama Islam, baik yang terdahulu mupun 
yang ada sekarang, na'udzu billah. Oleh karena itu wajib bagi yang mau pergi ke 
negeri kafir menjaga dan memperhatikan syarat-syarat yang telah saya sebutkan 
di atas agar tidak terjatuh ke dalam kehancuran.
   
  Bagi Yang Ingin Menetap Di Negeri Tersebut (Kafir), Ada Dua Syarat Utama :
   
  Pertama : Merasa Aman Dengan Agamanya.
   
  Maksudnya, hendaknya ia memiliki ilmu, iman dan kemauan kuat yang membuatnya 
tetap teguh dengan agamanya, takut menyimpang dan waspada dari kesesatan. Ia 
harus menyimpan rasa permusuhan dan kebencian terhadap orang-orang kafir serta 
tidak sekali-kali setia dan mencintai mereka, karena setia dan mengikat cinta 
dengan mereka bertentangan dengan iman. Firman Allah.
   
  "Artinya : Kamu tidak mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir 
berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasulNya, sekalipun 
orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, atau 
keluarga mereka" [Al-Mujadilah : 22]
   
  Firman Allah.
   
  "Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang 
Yahudi dan Nashrani menjadi pemi

[media-dakwah] Orang yang Menggenggam Bara Api

2007-02-14 Terurut Topik handri yanto
Orang yang Menggenggam Bara Api
  Posted by Abu SHilah 
   
  ORANG YANG MENGGENGGAM BARA API
   
  Oleh : asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di ÑÍãå Çááå
   
  Dari Anas bin Malik ÑÖí Çááå Úäå, ia berkata : Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã 
bersabda :
  íóÃúÊöí Úóáóì ÇáäøóÇÓö ÒóãóÇäñ ÇáÞóÇÈöÖõ Úóáóì Ïöíúäöåö ßóÇáúÞóÇÈöÖö Úóáóì 
ÇáúÌóãúÑö
  “akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada 
agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” Diriwayatkan oleh 
at-Tirmidzi. [1]
   
  Dan hadits ini menunjukkan khobar dan irsyad (petunjuk).
   
  Adapun khobar, maka beliau Õáì Çááå Úáíå æÓáã mengabarkan bahwa pada akhir 
zaman kebaikan dan sebab sebab kepada kebaikan akan menjadi sedikit, dan 
keburukan dan sebab-sebab kepada keburukan akan menjadi banyak. Dan ketika 
dalam keadaan seperti itu, seorang yang berpegang teguh dengan agamanya menjadi 
sangat sedikit. Dan keterasingan ini berada pada kondisi yang sulit dan sangat 
berat, seperti kondisi seseorang yang menggenggam bara api, dikarenakan kuatnya 
orang-orang yang menyimpang dan banyaknya fitnah yang menyesatkan, 
fitnah-fitnah syubuhat, keragu-raguan dan penyimpangan, dan fitnah-fitnah 
syahwat dan berpalingnya makhluk kepada urusan dunia dan tersibukkannya mereka 
di dalamnya secara lahir dan batin, dan lemahnya iman, dan sulitnya orang yang 
sendiri (istiqomah) dikarenakan sedikitnya orang yang menolong dan membantunya.
   
  Akan tetapi orang yang berpegang teguh dengan agamanya yang ia tegak menolak 
penyimpangan dan rintangan, yang tidaklah berbuat demikian kecuali orang yang 
memiliki bashiroh (ilmu) dan keyakinan, orang yang memiliki iman yang kuat, 
yang merupakan sebaik-baik makhluk, dan yang paling tinggi derajat dan 
kedudukannya di sisi Alloh.
   
  Adapun petunjuk, maka hadits ini merupakan petunjuk kepada umatnya agar 
membiasakan dirinya dengan kondisi ini, dan supaya mereka mengetahui bahwa hal 
ini akan terjadi, dan barang siapa yang menghinakan arus ini dan tetap sabar di 
atas agama dan imannya –dengan penyimpangan-penyimpangan ini– maka baginya 
derajat yang tinggi di sisi Alloh dan Alloh akan menolongnya terhadap apa-apa 
yang dicintai-Nya dan diridhoi-Nya. Sesungguhnya pertolongan itu sesuai dengan 
tingkat kesabaran.
   
  Dan betapa miripnya zaman kita ini dengan sifat yang disebutkan oleh 
Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã ini, sesungguhnya tidaklah tersisa Islam ini 
kecuali hanya tinggal namanya saja, tidak pula al-Qur’an kecuali tinggal 
tulisannya saja; iman yang lemah dan hati-hati yang terpecah belah; 
pemerintahan-pemerintahan yang terpisah-pisah, permusuhan dan kebencian yang 
menjauhkan antara sesama muslimin; musuh-musuh yang lahir dan yang batin, 
mereka beramal secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan untuk menghancurkan 
ad-Dien; ilhad dan sekulerisme, arus dan gelombangnya yang jelek menghanyutkan 
orang tua dan orang muda; dan orang-orang yang mengajak kepada akhlaq yang 
rusak, dan penghancuran atas sisanya yang lain. Kemudian penerimaan manusia 
terhadap perhiasan-perhiasan dunia yang telah menjadi tujuan akhir amal mereka 
dan cita-cita terbesar mereka, yang mereka ridho dan benci karena dunia; dan 
propaganda yang jahat untuk memandang remeh terhadap akhirot, dan penerimaan 
secara
 menyeluruh terhadap urusan dunia; penghancuran ad-Dien, memandang hina dan 
memperolok-olok orang yang berpegang pada ad-Dien serta semua hal yang 
menyebutkan kemuliaan ad-Dien; Berbangga diri, keangkuhan dan kesombongan 
dengan pendekatan-pendekatan yang dibangun di atas ilhad (atheisme) yang 
pengaruhnya, kejelekkannya dan keburukannya telah disaksikan oleh para hamba 
Allah.
   
  Dengan keburukan yang bertumpuk-tumpuk ini, arusnya yang jahat dan yang 
mencemaskan bagi ad-Dien, dan fitnah-fitnah yang ada serta masa depan yang 
suram -dengan perkara-perkara ini dan yang selainnya- engkau akan mendapati 
kebenaran hadits ini.
   
  Akan tetapi walaupun begitu, seorang mu’min tidaklah berputus asa dari rahmat 
dan pertolongan Alloh, dan janganlah pandangannya hanya terbatas pada 
sebab-sebab yang dzohir saja, bahkan hendaknya ia melihat dalam hatinya setiap 
saat kepada Alloh Al-Kariim Al-Wahhaab yang mewujudkan sebab-sebab, dan jadilah 
kelapangan itu berada di hadapannya, dan janji Alloh yang tidak akan 
diselisihi-Nya, karena Alloh akan menjadikan kemudahan untuknya setelah 
kesulitan, dan bahwa kelapangan itu bersama kesulitan, dan menghilangkan 
kesulitan-kesulitan itu dengan kesulitan-kesulitan yang sangat dan merasakan 
duka cita.
   
  Maka seorang mu’min yang berkata pada keadaan ini :
   
  (áÇó Íóæúáó æóáÇó ÞõæøóÉó ÅöáÇøó ÈöÇááåö)
   
  Dan :
   
  (ÍóÓúÈõäóÇ Çááåõ æóäöÚúãó Çáæóßöíúá. Úóáóì Çááåö ÊóæóßøóáúäóÇ. Çááøóåõãøó 
áóßó ÇáúÍóãúÏõ¡ æóÅöáíúßó ÇáúãõÔúÊóßóì. æóÃóäúÊó ÇáúãõÓúÊóÚóÇäõ. æóÈößó 
ÇáúãõÓúÊóÛóÇËõ. æóáÇó Íóæúáó æóáÇó ÞõæøóÉó ÅöáÇøó ÈöÇááåö ÇáÚóáöíøö ÇáúÚóÙöíúãö)
   
  Dan ia tegak dengan apa-apa yang telah ditetapkan atasnya dari iman, nasehat 
dan dakwah. Merasa cukup dengan yang 

[media-dakwah] Orang yang Alloh menginginkan untuknya kebaikan

2007-02-14 Terurut Topik handri yanto
Orang yang Alloh menginginkan untuknya kebaikan
  Posted by Abu Shilah 
   
   
  Oleh : asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di ÑÍãå Çááå
   
  Dari Mu’awiyah ÑÖí Çááå Úäå ia berkata : Rosululloh Õáì Çááå Úáíå æÓáã 
bersabda :
   
  ãóäú íõÑöÏú Çááøóåõ Èöåö ÎóíúÑðÇ íõÝóÞøöåúåõ Ýöí ÇáÏøöíä
  “Barang siapa yang Alloh menginginkan untuknya kebaikan, maka Alloh akan 
memberinya kefahaman dalam agama.” Muttafaqun alaihi. [1]
   
  Hadits ini termasuk di antara keutamaan ilmu yang paling besar, dan di 
dalamnya mengandung : Bahwasanya ilmu yang bermanfaat merupakan suatu tanda 
kesuksesan seorang hamba, dan bahwasanya Alloh menghendaki kebaikan padanya.
   
  Dan pemahaman dalam ad-Dien mencakup pemahaman terhadap ushul iman, syari’at 
dan hukum-hukum Islam, dan hakikat ihsan. Karena ad-Dien mencakup tiga hal tadi 
secara menyeluruh, sebagaimana dalam hadits Jibril ketika ia bertanya kepada 
Nabi Õáì Çááå Úáíå æÓáã tentang Iman, Islam dan Ihsan; lalu beliau Õáì Çááå 
Úáíå æÓáã menjawabnya dengan batasan-batasannya. Beliau menafsirkan Iman dengan 
ushul-nya (dasar) yang enam, Islam dengan dasarnya yang lima, dan Ihsan dengan 
“Ãä ÊÚÈÏ Çááå ßÃäß ÊÑÇå¡ ÝÅä áã Êßä ÊÑÇå ÝÅäå íÑÇߔ (engkau beribadah kepada 
Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya maka 
sesungguhnya Alloh melihatmu”. Maka masuk dalam yang demikian, bertafaqquh 
(belajar) masalah aqidah, mengenal madzhab salaf dalam masalah ini, dan 
meyakininya lahir batin; juga mengenal madzhab yang menyelisihi kebenaran dan 
penjelasan tentang penyelisihannya terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah.
   
  Dan masuk dalam hal ini : ilmu fiqih -ushul dan furu’(cabang)-nya -, 
hukum-hukum ibadah dan mu’amalah, hukum pidana dan lain-lain.
   
  Dan masuk dalam hal ini : mempelajari tentang hakikat iman, dan mengetahui 
adab dan akhlaq kepada Alloh yang sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.
   
  Dan masuk dalam hal ini : mempelajari semua wasilah yang dapat membantu untuk 
memahami ad-Dien, seperti ilmu bahasa Arab dengan berbagai jenisnya.
   
  Maka barangsiapa yang Alloh menginginkan untuknya kebaikan, Alloh 
menjadikannya faham terhadap perkara-perkara ini dan memberinya taufiq dalam 
masalah ini.
   
  Dan mafhum hadits ini menunjukkan bahwa siapa yang menjauhkan diri dari 
ilmu-ilmu ini secara menyeluruh, berarti Alloh tidak menginginkan baginya 
kebaikan, karena ia tidak memiliki sebab-sebab yang dengannya ia bisa 
mendapatkan kebaikan-kebaikan dan menggapai kebahagiaan.
   
  ***
   
  [Diterjemahkan Abu SHilah & Zaujatuhu dari kitab Syarh Jawami’il Akhbar karya 
asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, hadits ke-11, sumber : 
http://sahab.org. Judul & Catatan kaki oleh Abu SHilah]
   
  ——-
  Catatan Kaki :
   
  [1] HR. al-Bukhori (71, 2948, & 6682), Muslim (1037), Ahmad (2791, 16883, 
16885, 16895, 16906, 16924, dll), at-Tirmidzi (2645), Ibnu Majah (220 & 221), 
ad-Darimi (224), Ibnu Hibban (89, 310 & 3401), dll.
   
  Sumber : 
http://tholib.wordpress.com/2007/02/11/orang-yang-alloh-menginginkan-untuknya-kebaikan/

 
-
Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] Re: [INSISTS] RE: [DUSTA] Terorisme Ajaran Islam, Menolaknya Kafir...!

2007-01-30 Terurut Topik handri yanto
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,
  Salam ta'aruf buat saudara-saudaraku kaum muslimin yang insya Allah dirahmati 
Allah Tabaroka wa ta'ala. Ikut berkomentar mengenai buku " Terorisme ajaran 
Islam, menolaknya adalah Kafir ". Buku ini adalah Syubhat dan harus diluruskan.
   
  Saya sependapat dengan saudaraku Mohammad Riyadi mengenai "Irhab" bukanlah 
terorisme.
   
  Sedikit gambaran bagaimana Irhab ditinjau dari syariat Islam yang dinukil 
dari  dari ceramah Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Al-Halaby Al-Atsary Tanggal 5 
Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta dari ceramah Syaikh Ali bin Hasan bin 
Ali Al-Halaby Al-Atsary Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta
  " 
  Tema seputar irhab (terorisme) menjadi pembicaraan hangat di setiap lapisan 
masyarakat dan ittijahat (berbagai pihak dengan berbagai kepentingannya). 
Setiap Negara memperbincangkannya, baik negara Islam atau bukan. Semua orang 
juga berbicara tentang irhab. (Begitu pula) orang-orang Islam dan non-muslim, 
anak-anak, dewasa dan wanita. Mereka semua membicarakannya. Sehingga, perlu 
disampaikan sebuah pernyataan yang menyejukkan dan menentramkan yang dapat 
menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya.
   
  Kata irhab menurut tinjauan syari’at pada asalnya bukanlah kata yang dibenci. 
Bahkan ini merupakan kata yang mendapat porsi makna tersendiri di dalam 
syari’at dan di dalam Al-Qur’an. Allah berfirman.
   
  Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu 
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan 
persiapan itu) kamu menggetarkan (membikin irhab pada) musuh Allah [Al-Anfal : 
61]
   
  Rasa gentar dan takut yang menyelinap di hati para musuh Islam, adalah 
ketakutan luar biasa, yang difirmankan Allah.
   
  Artinya : Kelak Aku jatuhkan rasa takut ke hati orang-orang kafir [Al-Anfal : 
12]
   
  Dan juga disabdakan oleh Nabi Shallallahu ˜alaihi wa sallam.
   
  Artinya : Aku ditolong dengan rasa takut (yang ditanamkan kepada musuh) sejak 
sebulan perjalan [Hadits Riwayat Bukhari]
   
  Jadi, kata irhab menurut istilah Islam yang Qur'ani bukan irhab dalam 
kenyataan yang terjadi akhir-akhir ini, dan bukan pula irhab dalam kejadian 
mencekam yang problematis sekarang ini.
   
  Sebab irhab menurut konteks kekinian dan menurut peristiwa problematis 
sekarang ini , identik dengan kerusakan, perusakan, pembunuhan membabi buta dan 
peledakan yang dilakukan secara ngawur, tanpa dasar petunjuk, bayyinah (bukti 
nyata) serta bashirah (ilmu) sama sekali. Akan tetapi hanya berdasarkan 
dorongan semangat dan emosi semata. Dengan dalih, sebagai pembelaan dan 
kecintaan terhadap agama. Namun tidak semua orang yang mencintai agama, dapat 
melaksanakan agama dengan baik dan benar. Ibnu Mas'ud mengatakan :Betapa banyak 
orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak dapat meraihnya.
   
  Demikianlah,sesungguhnya prinsip dan asas Islam dalam jihad bertumpu pada 
perbaikan dan penyebaran hidayah, bukan penghancuran, pembunuhan atau 
peperangan, namun bermisi menebarkan hidayah kepada manusia, mengeluarkan 
mereka dari kegelapan menuju cahaya. Dari kezhaliman serta keputusasaan menuju 
kebahagian dan curahan kebaikan. Acuannya terdapat pada firman Allah.
   
  Artinya : Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu 
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak 
menyukai orang-orang yang melampui batas [Al-Baqarah : 190]
   
  Allah menghubungkan terjadinya peperangan, disebabkan oleh peperangan, tanpa 
boleh bertindak melampui batas. Dan Allah menjelaskan pada akhir ayat, tindakan 
yang bengis dan kejam tidak disukai Allah Ta’ala. Allah berfirman.
   
  Artinya : Sesungguhnya Allah tidak menykai orang-orang yang melampaui batas.
   
  Bahkan Al-Qur’an melukiskannya dalam gambaran yang indah dalam ayat.
   
  Artinya : Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil 
terhadap orang-orang yang tiada memerangi kamu karena agama dan tidak (pula) 
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang 
berlaku adil [Al-Mumtahanah : 8]
   
  Dalam ayat pertama Allah mengatakan : Sesungguhnya Allah tidak menyukai 
orang-orang yang melampui batas. Sedangkan pada ayat yang kedua Allah berfirman 
: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Inilah hakikat 
Islam dengan risalahnya yang luhur, prinsip-prinsipnya yang universal, bersifat 
baik dan berorientasi mempebaiki kondisi, tidak dibatasi oleh dimensi waktu 
maupun ruang, supaya menjadi agama Allah yang terakhir sebagai perwujudan 
firman Allah.
   
  Artinya : Sesungguhnya agama yang (diridhai) di sisi Allah adalah Islam.
   
  Dan firmanNya.
   
  Artinya : Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah 
akan diterima (agama itu) darinya.
   
  Begitulah agama Islam, keagungan tercermin pada pribadi Nabi Muhammad yang 
bersabda.
   
  Artinya : Ketahuilah, aku diberi Al-Qur'an dan (wahyu) serupa datang 
bersamanya.
   

[media-dakwah] Akhirnya Mereka Lari Dari Neraka

2007-01-28 Terurut Topik handri yanto
Akhirnya Mereka Lari Dari Neraka “Weeks In Gramm” Menyentil Keimanan Umat 
Islam   
  By ichsanmufti 
   
  Ada apa ini? Ada apa dengan Islam kita?! Kenapa iman tak lagi manis kita 
rasakan?!. Padahal kurang apa lagi kita?!. Hidup ditengah keluarga muslim, 
sekian lama akrab dengan symbol dan  ritual keislaman. Namun sayang, lezatnya 
iman telah lama hilang dari kecapan indera perasa jiwa kita.
   
  Maaf.. Tadi saya menangis, sesekali terlontar teriakan penyesalan. Anda 
jangan khawatir, bukan karena anda tangis itu ada. Bukanlah tangis kepedihan, 
bukanlah tangis rerintihan, bukan pula tangis duka. Tadi itu “tangis haru” 
wahai saudaraku. Tangis yang manis dijiwa. Apakah kalian bisa mendengarnya?!
   
  Buku itu tak sengaja kubuka. Judulnya menyelinap sampai mata hatiku. Aku buka 
kisah pertama. Siang tadi aku tersungkur dubuatnya… Kalian harus baca ini. ( 
Sebuah paksaan yang tak pernah akan kalian sesali).
   
  Weeks In Gramm bertutur kepada kita. Ia adalah seorang Produser Film di 
“Kerajaan Holywood” : 
   
  Ia berkata : “Kenapa aku masuk Islam? Kenapa pula aku menjadikan Islam 
sebagai agamaku? Hal itu karena aku yakin bahwa islam adalah agama yang 
memberikan kedamaian dan ketenangan dalam jiwa, menginspirasikan kepada manusia 
akan kesabaran dan ketentraman hati serta kenyamanan dalam hidup. Ruh Islam 
telah merasuk dalam jiwaku, sehingga aku merasakan nikmat iman terhadap 
ketetapan Allah dan tidak memperdulikan efek-efek materialisme berupa kelezatan 
dan rasa sakit.
   
  Aku memberikan pernyataan ini bukan sekedar karena perasaan sesaat yang 
melintas dalam pikiranku. Bahkan sebaliknya, aku telah mempelajari agama Islam 
selama dua tahun dan aku tidak menjadikannya sebagai agama kecuali setelah 
melewati pengamatan hati yang begitu mendalam dan psiko analisa yang panjang. 
Aku tidak mengganti agamaku selain agar bisa mendapatkan ketenangan dari hiruk 
pikuk kehidupan yang gila dan agar aku merasakan nikmat kenyamanan dalam 
naungan kedamaian  dan perenungan. Jauh dari derita kesedihan dan nestapa yang 
disebabkan ketamakan  dalam mencari keuntungan  dan kerakusan terhadap materi 
yang telah menjadi “tuhan” serta cita-cita manusia. Tatkala telah masuk Islam 
aku mampu melepaskan diri dari cengkeramaan rayuan, tipuan kehidupan  yang 
batil, minum-minuman, narkotika dan gila musik jazz. Ya, ketika masuk Islam 
berarti aku telah menyelamatkan pikiran, akal sehat dan kehidupanku dari 
kehancuran dan kebinasaan.
   
  Saat itu, ada seorang lelaki Arab yang tinggi dan berwibawa berdiri diatas 
menara dan mengumandangkan adzan sholat untuk diambil gambarnya dalam produksi 
filmku. Manakala dia dalam keadaan seperti itu dan kru kamera tengah mengambil 
gambar pemandangan tersebut, sementara aku berdiri di sini memperhatikan itu 
semuanya, tinggi rendah suaranya menembus relung hatiku.
   
  Tatkala kami selesai dari proses pengambilan gambar, aku memanggil lelaki 
Arab itu ke kantorku. Aku mulai menanyainya secara mendetail  tentang agama 
islam. Setelah itu  aku memeluk islam dan mengerjakan sholat bersamanya. 
Perlahan-lahan aku merasakan kepuasan jiwa menyelimutiku. Aku mulai merasakan 
kebahagiaan dan membenci segala ambisi yang telah mengekang jiwaku.
   
  Setelah kejadian tersebut , tibalah hari yang aku yakini bahwa aku tidak akan 
bisa menyelaraskan antara profesiku di film dan agama islamku. Harus ada satu 
salah satu yang hilang. Ada pergolakan jiwa yang hebat. “ Haruskah aku 
mengorbankan profesi dan masa depan demi agamaku atau aku korbankan agamaku 
demi masa depanku?” Demikianlah, aku terus begadang  malam demi malam, 
berbaring diatas ranjang, sedang kedua mataku enggan terpejam sampai pagi, 
memikirkan  jalan keluar permasalahan ini. Hingga datanglah jawaban dari Allah 
kepadaku.
   
  Aku harus meninggalkan profesi filmku dan menjauhi segala tipu daya rayuan 
Holywood. Sungguh hal itu benar-benar pedih bagi diriku, namun pada akhirnya 
aku mengambil keputusan akan masalah ini saat sedang melakukan shooting di Yins.
   
  Pada suatu malam, aku berdiri sholat, aku terus sholat lama sekali, maka 
kekuatanku bertambah dan tekadku telah bulat. Di hari berikutnya, aku palingkan 
diriku dari pekerjaanku, lalu aku serahkan raga, jiwa dan kehidupanku untuk 
agama Muhammad.
   
  Hari ini aku adalah putra Islam. Aku bahagia melebihi hari-hari kehidupanku. 
Mungkin aku akan pergi ke Afrika. Dan bila jadi pergi, aku akan melepaskan 
kewarganegaraan sekaligus busanan baratku. Dan, sebagai seorang mukmin yang 
menganut agama
   
  timur, aku akan menjadi orang timur (islam). Bila sekali pergi, aku tidak 
akan kembali. Kehidupanku telah aku baktikan untuk Allah, sedang pekerjaanku 
telah mati dan aku lupakan. 
   
  (Salah satu kisah dari buku “Akhirnya Mereka Lari Dari Neraka -karya Kholid 
Abu Sholih-)
   
   
  Sofiya dan Pencarian Kebenaran   
  By ichsanmufti 
   
  Tidak disangsikan lagi bahwa tauhid merupakan pilihan setiap orang yang 
menggunakan akalnya untuk mengetahui kebenaran sesu

[media-dakwah] MENJAGA KEBAIKAN

2007-01-27 Terurut Topik handri yanto
MENJAGA KEBAIKAN


Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin



Allah berfirman.
“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga 
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” [Ar-Ra’du : 11]

Dan Allah berfirman.
“Artinya : Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan 
benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali” [An-Nahl 
: 92]

Dan Allah berfirman.
“Artinya : Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah 
diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas 
mereka lalu hati mereka menjadi keras” [Al-Hadid : 16]

Dan Allah berfirman.
“Artinya : Lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya” 
[Al-Hadid : 27]

Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam bersabda : “ Ya Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan, dahulu ia 
shalat malam lalu ia tidak mengerjakannya lagi” [Muttafaqun Alaihi]

Penjelasan
Berkata Imam Nawawi (semoga Allah merahmati beliau) : “Bab menjaga kebaikan”. 
Yaitu bahwasanya seseorang jika terbiasa mengerjakan kebaikan maka sepatutnya 
mengekalkannya (menjaganya). Misalnya jika ia sudah terbiasa tidak meninggalkan 
hal-hal yang sunnah, yaitu shalat-shalat sunnah yang mengiringi shalat-shalat 
wajib, maka hendaknya ia menjaga hal itu, Dan jika ia terbiasa melaksanakan 
shalat malam maka hendaknya ia menjaganya. Dan jika terbiasa shalat dhuha dua 
rakaat maka hendaknya menjaga hal itu, segala kebaikan yang ia terbiasa 
mengerjakannya hendaknya ia jaga.

Dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya amalan beliau 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus. Adalah beliau Shallallahu ‘alaihi 
wa sallam jika mengerjakan suatu amalan, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
kontinyukan dan tidak merubahnya, yang demikian itu dikarenakan jika manusia 
sudah terbiasa berbuat dan mengamalkan kebaikan lalu meninggalkannya, 
sesungguhnya hal ini membuatnya membenci kebaikan, karena mundur sesudah maju 
adalah lebih jelek daripada tidak maju, maka kalau seandainya engkau belum 
mulai melakukan kebaikan, tentulah hal iti lebih ringan daripada engkau telah 
melakukannya lalu engkau tinggalkan, dan hal ini adalah sesuatu yang telah 
terbukti.

Imam Nawawi (semoga Allah merahmatinya) mengutip dalam bab ini beberapa ayat 
Al-Qur’an, yang kesemuanya menunjukkan bahwasanya manusia sepatutnya menjaga 
kebiasaan amal baiknya, diantaranya firman Allah.

“Artinya : Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan 
benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali” 
[An-Nahl : 92]

Maknanya adalah : “Janganlah kalian seperti wanita pemintal yang memintal kain 
wol, lalu tatkala ia sudah memintal dan membaguskannya ia robek-robek dan 
menguraikannya, (janganlah seperti ini) tetapi hendaknya kalian tetap dan 
kontinyu terhadap apa yang telah kalian lakukan.

Diantaranya firman Allah

“Artinya : Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah 
diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas 
mereka lalu hati mereka menjadi keras” [Al-Hadid : 16]

Artinya : Bahwasanya mereka beramal dengan amal shalih tetapi berlalulah masa 
yang panjang maka keraslah hati-hati mereka lalu mereka tinggalkan amal-amal 
shalih itu, maka janganlah kalian seperti mereka..

Adapun hadits-hadits yang disebutkan oleh Imam Nawawi (diantaranya : hadits 
Abdullah bin Amru bin Al-Ash bawasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda.

“Artinya : Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti fulan, dahulu ia shalat 
malam lalu ia tidak mengerjakan lagi”

Kata-kata fulan adalah kata “kinayah” tentang seorang manusia (seorang lelaki). 
Sedangkan perempuan dikatakan “fulanah”, dan kata fulan dalam hadits ini bisa 
terjadi adalah perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Bahwasanya 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyebutkan namanya kepada 
Abdullah bin Umar untuk menutupi keadaannya, karena maksud dari perkara itu 
tanpa pelakunya, dan mungkin juga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
menyebutkan nama lelaki itu tetapi disamarkan namanya oleh Abdullah bin Amru.

Dari dua kemungkinan diatas, inti dan pokoknya adalah amal. Dan perkaranya 
adalah seorang lelaki, dahulunya mengerjakan shalat malam, lalu setelah itu 
tidak menjaganya (mengekalkannya), padahal mengerjakan shalat malam hukum 
pokoknya adalah sunnah, kalaulah manusia tidak melakukannya maka tidaklah ia 
dicela, dan tidak dikatakan kepadanya : “Mengapa kamu tidak mengerjakan shalat 
malam?”. Karena shalat malam adalah sunnah, akan tetapi keadaannya yang mana ia 
mengerjakan shalat malam lalu tidak mengerjakannya, inilah keadaan yang 
menyebabkan ia dicela. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabdaa : “Janganlah kamu seperti si fulan, dahulu ia shalat malam lalu ia 
tidak mengerjakannya lagi”.

Hal yang lain, dan ini merupakan yang terpenting, hendaknya s

[media-dakwah] Peragawati Perancis -Fabienne- membuatku menangis

2007-01-27 Terurut Topik handri yanto
  Peragawati Perancis -Fabienne- membuatku menangis 
   
  Posted by ichsanmufti Januari 20, 2007
   
  Rumah Mode Ingin Menjadikanku Berhala dan Menghancurkan kehormatanku 
   
  Ia seorang wanita muda berusia 28 tahun. Kilatan hidayah mendatanginya 
sementara dirinya tenggelam dalam dunia popularitas, glamour, gemerlap dan 
kerusakan. Diam-diam ia pergi menjauh. Meninggalkan dunia tersebut dengan 
segala godaan yang ada padanya dan pergi menuju Afghanistan di tengah-tengah 
situasi yang keras dan kehidupan yang sulit. Dialah Fabienne, seorang 
peragawati perancis, yang mengatakan:
  "Andai bukan karena karunia dan kasih sayang Allah kepada diriku, niscaya 
hidupku akan hilang dalam dunia dimana manusia mengalami dekadensi moral dan 
berubah menjadi hewan tulen. Seluruh obsesinya hanyalah memenuhi hasrat dan 
nalurinya tanpa ada norma-norma dan prinsip-prinsip. "Kali ini kita akan 
menemui Fabienne dan bertanya kepadanya tentang impian, cita-cita , kepedihan 
dan kehidupan Islamnya yang baru, serta titik perpindahan dan perubahan dalam 
hidupnya.
  Ia menuturkan, " Sejak kecil aku selalu memimpikan menjadi perawat sukarela, 
berbuat untuk meringankan rasa sakit anak-anak yang tertimpa penyakit. Seiring 
berlalunya hari-hari, aku tumbuh dewasa dan dengan kecantikan dan kemolekanku 
aku banyak menarik perhatian. Semua orang menganjurkanku-termasuk keluargaku- 
untuk melupakan impian masa kecilku dan memanfaatkan kecantikanku dalam satu 
profesi yang bisa mendatangkan keuntungan materi yang banyak, popularitas dan 
ketenaran, serta segala hal yang mungkin diimpikan oleh setiap remaja putri. 
Kemudian ia melakukan perbuatan yang tidak masuk akal demi meraihnya. Jalan 
dihadapanku mudah -atau inilah yang aku rasakan-. Begitu cepat aku merasakan 
popularitas, dan hadiah-hadiah mahal yang aku tidak pernah bermimpi dapat 
mengumpulkanya kini membanjiri diriku. Namun semua itu harus ditebus dengan 
harga mahal. Pertama aku harus melepaskan sisi kemanusiaanku . Sebagai syarat 
kesuksesan dan ketenaran, aku harus kehilangan kepekaan dan
 perasaanku, menanggalkan rasa malu yang aku tumbuh padanya. Dan kehilangan 
kecerdasanku serta tidak berusaha untuk memahami apapun selain lenggak-lenggok 
tubuhku dan semua irama musik. Begitu juga, aku mesti menghindari 
makanan-makanan yang lezat dan hidup bergantung pada vitamin-vitamin kimia, 
suplemen dan penyegar. Sebelum itu semua aku harus kehilangan emosiku terhadap 
manusia, aku tidak boleh benci, tidak boleh suka dan tidak boleh menolak 
apapun. Disinilah aku merasa bahwa kehidupan ini menjijikkan, hina dan tidak 
berguna. Aku berseberangan dengan sifat kemanusiaan, dimana kehidupan tersebut 
lebih dekat pada kehidupan hewan tak berakal.
  Rumah-rumah mode telah memanfaatkan diriku sebagai patung bergerak. Tugasnya 
hanya mempermainkan hati dan pikiran. Sebab disana aku belajar bagaimana 
menjadi dingin, keras hati, terperdaya dan hampa jiwaku. Aku hanya menjadi 
kerangka yang mengenakan baju. Aku benda mati yang bisa bergerak dan tersenyum, 
namun tidak merasakan apa-apa. Bukan aku saja yang dituntut seperti itu. Bahkan 
semakin mahir dan mencolok seorang model dalam melepaskan sisi kemanusiaannya, 
maka akan semakin tinggi prestasinya di dunia yang "dingin" ini.
  Sebentar ia menarik nafasnya, kemudian melanjutkan ceritanya. " Adapun jika 
aku melanggar satu saja peraturan rumah mode, maka ini berarti menghadapkan 
diriku pada beragam sangsi, termasuk didalamnya hukuman psikis dan juga tubuh. 
Aku hidup mengelilingi dunia memperagakan mode-mode busana yang paling baru 
dengan segala yang ada padanya, berupa mempertontonkan kecantikan, tipuan dan 
memenuhi ambisi setan dalam menampakkan lekuk-lekuk tubuh wanita tanpa ada rasa 
malu dan sungkan!
  Aku tidak pernah merasakan indahnya busana pada tubuhku yang hampa selain 
dari hawa nafsu dan kerasnya hati. Manakala aku merasakan cemoohan para 
penonton dan ejekan mereka atas kepribadianku serta penghormatan mereka 
terhadap apa yang aku pakai, sebagaimana saat aku berjalan, berlenggak-lenggok, 
maka pada setiap ritme gerakanku selalu diiringi kata 'seandainya'. Setelah 
masuk Islam, aku tahu bahwa kata 'seandainya' membuka peluang perbuatan setan. 
Hal itu memang benar. Kami dahulu hidup dalam dunia kehinaan, jauh sekali 
terperosok kedalamnya. Maka celakalah orang yang menjerumuskan diri ke dalamnya 
dan berusaha untuk melakukan hal tersebut.
  Perubahanku terjadi di tengah perjalanan kami ke Beiru. Dimana aku melihat 
penduduk disana membangun hotel dan rumah mereka kembali di bawah kejamnya 
alat-alat perang. Dengan kedua mataku sendiri aku menyaksikan rumah sakit 
anak-anak di Beirut. Aku tidak sendiri, tapi bersama teman-temanku dari 
kalangan 'patung manusia'! Mereka sekedar melihat tanpa bersimpati seperti 
kebiasaan mereka. Aku tidak mampu bersikap seperti mereka dalam hal itu. 
Sungguh, saat itu lenyaplah belenggu popularitas, kemuliaan dan kehidupan palsu 
yang aku alami dari mataku. Serta merta aku menuju ke tu

[media-dakwah] Kisah Abdullah bin Al-Mubarak Dengan Seorang Yang Ditahan Karena Dililit Hutang

2007-01-26 Terurut Topik handri yanto
Kisah Abdullah bin Al-Mubarak Dengan Seorang Yang Ditahan Karena Dililit Hutang
   
  Oleh Abdul Aziz bin Nashir Al-Jalil 
   
  Dari Muhammad bin Isa diriwayatkan bahwa ia berkata: Abdullah bin Al-Mubarak 
biasa pulang pergi ke Tharasus. Beliau biasa singgah beristirahat di sebuah 
penginapan. Ada seorang pemuda yang mondar-mandir mengurus kebutuhan beliau 
sambil belajar 
  hadits. Diriwayatkan bahwa suatu hari beliau mampir ke penginapan itu namun 
tidak mendapati pemuda tersebut. Kala itu, beliau tergesa-gesa dan keluar 
berperang bersama pasukan kaum muslimin. Sepulangnya beliau dari peperangan 
itu, beliau  kembali ke penginapan tersebut dan menanyakan perihal pemuda 
tersebut. Orang-orang memberitahukan bahwa pemuda itu ditahan akibat terlilit 
hutang yang belum dibayarnya. Maka Abdullah bin Al-Mubarak bertanya: Berapa 
jumlah hutangnya? Mereka   menjawab: Sepuluh ribu dirham. Beliau segera 
menyelidiki  sampai beliau dapatkan pemilik hutang hutang tersebut. Beliau 
memanggil orang tersebut pada malam harinya dan langsung  menghitung dan 
membayar hutang pemuda tadi. Namun beliau  meminta lelaki itu untuk tidak 
memberitahukan kejadian itu kepada siapapun selama beliau masih hidup. Beliau 
berkata: Apabila pagi tiba, segera keluarkan pemuda tersebut dari tahanan.
  Abdullah segera berangkat pergi, dan pemuda itu segera dibebaskan. 
Orang-orang mengatakan kepadanya: Kemarin Abdullah bin Al-Mubarak ke sini dan 
menanyakan tentang dirimu, namun sekarang dia sudah pergi. Si pemuda segera 
menyusuri jejak   Abdullah dan berhasil menjumpai beliau kira-kira dua atau 
tiga marhalah (satu marhalah kira-kira dua belas mil -pent) dari penginapan. 
Beliau (Abdullah) bertanya; Kemana saja engkau? Saya tidak melihat engkau di 
penginapan? Pemuda itu menjawab: Betul wahai Abu Abdirrahman, saya ditahan 
karena hutang. Beliau bertanya lagi: Lalu bagaimana engkau dibebaskan? Ada 
seseorang yang datang membayarkan hutangku. Sampai aku  dibebaskan, aku tidak 
mengetahui siapa lelaki itu. Maka beliau berkata: Wahai pemuda, bersyukurlah 
kepada Allah yang telah memberi taufik kepadamu sehingga lepas dari hutang. 
Lelaki pemilik hutang itu tidak pernah memberitahukan kepada siapapun
sehingga Abdullah bin Al-Mubarak wafat. [Shifatush Shafwah IV:141,142] 
   
  Dinukil dari: Panduan Akhlak Salaf, Abdul Aziz bin Nashir Al-Jalil 
Baha-uddien `Aqiel. Penerjemah: Abu Umar Basyir Al-Medani. Penerbit: At-Tibyan 
- Solo, Cet. pertama, September 2000. Di bawah judul; Ulama As-Salaf Dalam 
Kejujuran dan Keikhlasan, halaman.8-9.
   
   
  MUTIARA HIKMAH “  Ibnu Mas`ud radhiyallahu`anhu berkata: Hai 
manusia tetaplah kalian 
  taat dan berada dalam Al-Jama'ah karena sesungguhnya itu adalah 
tali 
  Allah yang Ia perintahkan berpegang dengannya dan sesungguhnya 
  apapun yang tidak disukai dalam jama`ah jauh lebih baik daripada 
  apapun yang disukai di dalam perpecahan (Al Ibanah 1/297 No 133) “

 
-
Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta.

[Non-text portions of this message have been removed]



[media-dakwah] IBADAH : PENGERTIAN, MACAM DAN KELUASAN CAKUPANNYA

2007-01-26 Terurut Topik handri yanto
IBADAH : PENGERTIAN, MACAM DAN KELUASAN CAKUPANNYA 


Oleh
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan


[A]. Definisi Ibadah
Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara', 
ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu 
antara lain adalah.

[1]. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui 
lisan para rasulNya. 

[2]. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu 
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecin-taan) 
yang paling tinggi. 

[3]. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai 
Allah Subhanahu wa Ta'ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir 
maupun yang batin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap. 

Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf 
(takut), raja' (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), 
raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan 
dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah 
qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang 
berkaitan dengan hati, lisan dan badan. 

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala 
berfirman:

"Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka 
menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak 
menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha 
Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh." [Adz-Dazariyat : 
56-58]

Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia 
adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala . Dan 
Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang 
membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka 
menyembahNya sesuai dengan aturan syari'atNya. Maka siapa yang menolak 
beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembahNya tetapi 
dengan selain apa yang disyari'at-kanNya maka ia adalah mubtadi' (pelaku 
bid'ah). Dan siapa yang hanya menyembahNya dan dengan syari'atNya, maka dia 
adalah muk-min muwahhid (yang mengesakan Allah). 

[B]. Macam-Macam Ibadah Dan Keluasan Cakupannya
Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam keta-atan yang nampak pada 
lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil 
dan membaca Al-Qur'an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma'ruf nahi 
mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil . 
Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah (takut kepada 
Allah), inabah (kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hu-kumNya, 
ridha dengan qadha' -Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari 
siksaNya. 

Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah 
(mendekatkan diri kepada Allah) atau apa-apa yang membantu qurbah. Bahkan adat 
kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk 
taat kepadaNya. Seperti ti-dur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari 
nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat 
baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. 
Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi'ar-syi'ar yang biasa 
dikenal. 

PAHAM-PAHAM YANG SALAH TENTANG PEMBATASAN IBADAH

Ibadah adalah perkara tauqifiyah . Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun 
yang disyari'atkan kecuali berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Apa yang tidak 
disyari'atkan berarti bid'ah mardudah (bid'ah yang ditolak), sebagaimana sabda 
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Artinya : Barangsiapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami, maka 
ia ditolak." [Hadits Riwayat. Al-Bukhari dan Muslim]

Maksudnya, amalnya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia ber-dosa karenanya, 
sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan ta'at. Ke-mudian manhaj yang benar 
dalam pelaksanaan ibadah yang di-syari'atkan adalah sikap pertengahan. Antara 
meremehkan dan malas dengan sikap ekstrim serta melampaui batas. Allah 
Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada NabiNya Shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Artinya : Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana di-perintahkan 
kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat be-serta kamu dan janganlah kamu 
melampaui batas." [Hud : 112]

Ayat Al-Qur'an ini adalah garis petunjuk bagi langkah manhaj yang benar dalam 
pelaksanaan ibadah. Yaitu dengan ber-istiqamah dalam melaksanakan ibadah pada 
jalan tengah, tidak kurang atau le-bih, sesuai dengan petunjuk syari'at 
(sebagaimana yang diperintahkan padamu). Kemudian Dia menegaskan lagi dengan 
firmanNya: "Dan janganlah kamu melampaui batas."

Tughyan adalah melampaui batas dengan bersikap terlalu keras dan memaksakan 
kehendak serta mengada-ada. Ia lebih dikenal dengan ghuluw.

[media-dakwah] SEJARAH TAFSIR DAN PERKEMBANGANNYA

2007-01-22 Terurut Topik handri yanto
SEJARAH TAFSIR DAN PERKEMBANGANNYA   
   
  Secara etimologi tafsir bisa berarti: ÇáÇíÖÇÍ æÇáÈíÇä (penjelasan), ÇáßÔÝ 
(pengungkapan) dan ßÔÝ ÇáãÑÇÏ Úä ÇááÝÙ ÇáãÔßá (menjabarkan kata yang samar ). 1 
Adapun secara terminologi tafsir adalah penjelasan terhadap Kalamullah atau 
menjelaskan lafadz-lafadz al-Qur’an dan pemahamannya. 2 
   
  Ilmu tafsir merupakan ilmu yang paling mulia dan paling tinggi kedudukannya, 
karena pembahasannya berkaitan dengan Kalamullah yang merupakan petunjuk dan 
pembeda dari yang haq dan bathil. Ilmu tafsir telah dikenal sejak zaman 
Rasulullah dan berkembang hingga di zaman modern sekarang ini. Adapun 
perkembangan ilmu tafsir dibagi menjadi empat periode yaitu :
   
   
  Pertama, Tafsir Pada Zaman Nabi. 
   
  Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab sehingga mayoritas orang Arab 
mengerti makna dari ayat-ayat al-Qur’an. Sehingga banyak diantara mereka yang 
masuk Islam setelah mendengar bacaan al-Qur’an dan mengetahui kebenarannya. 
Akan tetapi tidak semua sahabat mengetahui makna yang terkandung dalam 
al-Qur’an, antara satu dengan yang lainnya sangat variatif dalam memahami isi 
dan kandungan al-Qur’an. Sebagai orang yang paling mengetahui makna al-Qur’an, 
Rasulullah selalu memberikan penjelasan kepada sahabatnya, sebagaimana firman 
Allah ,” keterangan-keterangan (mu’jizat) dan kitab-kitab.Dan Kami turunkan 
kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah 
diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan, (QS. 16:44). Contohnya 
hadits yang diriwayatkan Muslim dari Uqbah bin ‘Amir berkata : “Saya mendengar 
Rasulullah berkhutbah diatas mimbar membaca firman Allah :
   
  æÃÚÏæÇ áåã ãÇ ÇÓÊØÚÊã ãä ÞæÉ
   
  kemudian Rasulullah bersabda :
   
  ÃáÇ Åä ÇáÞæÉ ÇáÑãí
   
  “Ketahuilah bahwa kekuatan itu pada memanah”. 
   
  Juga hadits Anas yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim Rasulullah bersabda 
tentang Al-Kautsar adalah sungai yang Allah janjikan kepadaku (nanti) di surga. 
   
   
   
  Tafsir Pada Zaman Shohabat
   
  Adapun metode sahabat dalam menafsirkan al-Qur’an adalah; Menafsirkan 
Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, menafsirkan Al-Qur’an dengan sunnah Rasulullah, 
atau dengan kemampuan bahasa, adat apa yang mereka dengar dari Ahli kitab 
(Yahudi dan Nasroni) yang masuk Islam dan telah bagus keislamannya.
   
  Diantara tokoh mufassir pada masa ini adalah: Khulafaurrasyidin (Abu Bakar, 
Umar, Utsman, Ali), Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, 
Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair dan Aisyah. Namun yang paling banyak 
menafsirkan dari mereka adalah Ali bin Abi Tholib, Abdullah bin Mas’ud dan 
Abdullah bin Abbas yang mendapatkan do’a dari Rasulullah. 
   
  Penafsiran shahabat yang didapatkan dari Rasulullah kedudukannya sama dengan 
hadist marfu’. 3 Atau paling kurang adalah Mauquf. 4 
   
   
   
  Tafsir Pada Zaman Tabi’in
   
  Metode penafsiran yang digunakan pada masa ini tidak jauh berbeda dengan masa 
sahabat, karena para tabi’in mengambil tafsir dari mereka. Dalam periode ini 
muncul beberapa madrasah untuk kajian ilmu tafsir diantaranya: 
   
  1)- Madrasah Makkah atau Madrasah Ibnu Abbas yang melahirkan mufassir 
terkenal seperti Mujahid bin Jubair, Said bin Jubair, Ikrimah Maula ibnu Abbas, 
Towus Al-Yamany dan ‘Atho’ bin Abi Robah. 
   
  2)- Madrasah Madinah atau Madrasah Ubay bin Ka’ab, yang menghasilkan pakar 
tafsir seperti Zaid bin Aslam, Abul ‘Aliyah dan Muhammad bin Ka’ab Al-Qurodli. 
Dan 3)- Madrasah Iraq atau Madrasah Ibnu Mas’ud, diantara murid-muridnya yang 
terkenal adalah Al-Qomah bin Qois, Hasan Al-Basry dan Qotadah bin Di’amah 
As-Sadusy. 
   
  Tafsir yang disepakati oleh para tabiin bisa menjadi hujjah, sebaliknya bila 
terjadi perbedaan diantara mereka maka satu pendapat tidak bisa dijadikan dalil 
atas pendapat yang lainnya. 5 
   
   
   
  Tafsir Pada Masa Pembukuan 
   
  Pembukuan tafsir dilakukan dalam lima periode yaitu; 
   
  Periode Pertama, pada zaman Bani Muawiyyah dan permulaan zaman Abbasiyah yang 
masih memasukkan ke dalam sub bagian dari hadits yang telah dibukukan 
sebelumnya. Periode Kedua, Pemisahan tafsir dari hadits dan dibukukan secara 
terpisah menjadi satu buku tersendiri. Dengan meletakkan setiap penafsiran ayat 
dibawah ayat tersebut, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Jarir At-Thobary, Abu 
Bakar An-Naisabury, Ibnu Abi Hatim dan Hakim dalam tafsirannya, dengan 
mencantumkan sanad masing-masing penafsiran sampai ke Rasulullah, sahabat dan 
para tabi’in. Periode Ketiga, Membukukan tafsir dengan meringkas sanadnya dan 
menukil pendapat para ulama’ tanpa menyebutkan orangnya. Hal ini menyulitkan 
dalam membedakan antara sanad yang shahih dan yang dhaif yang menyebabkan para 
mufassir berikutnya mengambil tafsir ini tanpa melihat kebenaran atau kesalahan 
dari tafsir tersebut. Sampai terjadi ketika mentafsirkan ayat
   
  ÛíÑ ÇáãÛÖæÈ Úáíåã æáÇÇáÖÇáíä
   
  ada sepuluh pendapat, padahal para ulama’ tafsir sepakat bahwa maksud dari 
ayat tersebut adalah orang-orang Yahudi dan Na

[media-dakwah] Keutamaan Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahuanhu.

2007-01-22 Terurut Topik handri yanto
Abu Bakar Ash Shidiq Khalifah Rasulullah
   
  Penulis: Al-Ustadz Ahmad Hamdani Ibnu Muslim
   
  Siapa yang tak mengenal Abu Bakar Ash-Shiddiq radiallahuanhu, seorang 
khalifah besar pengganti Rasulullah, manusia paling mulia dari umat Muhammad 
shallallahu ‘alaihi wasallam. Bukan hanya kaum muslimin yang mengenalnya, 
bahkan orang-orang kafir pun mengenalnya. Panglima besar yang berhasil 
menundukkan kekuatan dan kecongkakan negara super power Romawi. Dialah Abdullah 
bin ‘Utsman bin ‘Amir bin Ka’ab bin Sa’d bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luai 
yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Bakar Ash-Shiddiq radiallahuanhu. 
   
  Ibunya menjelaskan, suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam 
melihat Abu Bakar lalu menjulukinya ‘atiiqullah minan nar, orang yang 
dibebaskan Allah dari api neraka. Ibunya bernama Ummul Khair As-Sahmi binti 
Shakhr bin ‘Amir, wafat dalam keadaan memeluk Islam. 
   
  Keagungan dan kemuliaan Abu Bakar bukan karena ketampanan dan kegagahannya, 
akan tetapi karena keimanan yang kokoh di hati yang membuahkan pembenaran 
terhadap semua apa yang dikabarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. 
Secara fisik ia seorang yang berbadan kurus, berdahi menonjol, berpundak 
sempit, berwajah cekung dan pinggang kecil. 
   
  Di saat semua orang meragukan dan mendustakan apa yang Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wasallam sampaikan, dia seorang diri membenarkannya. Ia rela merobek 
habis robekan demi robekan bajunya untuk menyumbat setiap lubang yang ada di 
dalam gua di malam hari karena takut binatang penyengat yang bersembunyi di 
dalamnya keluar mengganggu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika 
orang-orang musyrik mengepung keduanya. Pagi harinya, Rasulullah menanyakan di 
mana pakaiannya. Setelah tahu apa yang terjadi, Rasulullah mendoakannya menjadi 
orang yang mempunyai derajat tinggi di jannah. 
   
  Ia memiliki beberapa anak. Dari perkawinan dengan Qutaibah dihasilkan 
Abdullah yang ikut perang di Thaif dan Asma’, istri Az-Zubair. Qutaibah 
kemudian dicerai dan wafat pada usia 100 tahun. Perkawinannya dengan Ummu Ruman 
melahirkan ‘Aisyah x (istri Rasulullah) dan Abdurrahman. Sebelum masuk Islam, 
Abdurrahman masuk dalam barisan kaum musyrikin yang memerangi Rasulullah. Namun 
dalam perang Badr ia baru masuk Islam. 
   
  Dari istrinya yang lain yang bernama Asma’ binti ‘Umais melahirkan Muhammad 
dan dari Habibah binti Kharijah bin Zaid melahirkan Ummu Kultsum x yang 
dinikahi shahabat Thalhah bin Ubaidillah z. 
   
  Dari sisi keilmuan, Abu Bakar radiallahuanhu melebihi shahabat lainnya. 
Banyak fatwa yang ia keluarkan di hadapan Rasulullah dan beliau menyetujuinya. 
Diangkatnya Abu Bakar menjadi imam shalat pengganti Rasulullah r, ditambah 
adanya hadits yang memerintahkan kaum muslimin untuk kembali kepada “dua bulan” 
(Abu Bakar dan ‘Umar) bila mengalami suatu perselisihan, menjadi saksi atas 
ketinggian ilmunya. Karenanya, sewaktu Rasulullah wafat orang-orang Muhajirin 
dan Anshar sepakat membaiatnya menjadi khalifah. 
   
  Ia seorang khalifah yang adil, tidak bergaya hidup mewah dan rendah hati. Tak 
lama setelah diangkat jadi khalifah ia berkata, bahwa ia bukanlah orang yang 
terbaik, memerintah rakyatnya mengikuti syariat dan tidak mengadakan bid’ah. 
Bila ia baik minta diikuti dan bila menyimpang ia minta diluruskan. 
   
  Abdullah bin ‘Umar c mengabarkan bahwa Abu Bakar radiallahuanhu sakit karena 
wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga menyebabkan 
kematiannya. Ahli sejarah menulis Abu Bakar z wafat antara waktu Maghrib dan 
‘Isya pada hari Rabu bulan Rabi’ul Awwal tahun 13 H, dalam usia 63 tahun. 
Wallahu a’lam. 
  Bacaan: Shifatush Shafwah, Al-Imam Ibnul Jauzi
   
  sumber : www.asysyariah.com
   
  Keutamaan Abu Bakar Ash Shiddiq   
  Anas meriwayatkan dari Abu Bakr bahwa ia berkata: “Saya pernah berkata kepada 
Rasululloh ketika kami berdua berada dalam gua: ‘Sekiranya salah seorang 
melihat ke arah telapak kakinya pasti dapat melihat kita!’ beliau bersabda: 
‘Bagaimana perkiraanmu wahai Abu Bakr jika ada dua orang sedang Alloh yang 
ketiganya.’” (HR. Bukhori dan Muslim)
   
  ‘Aisyah meriwayatkan bahwa Rasululloh pernah berkata kepadanya saat beliau 
sakit: “Panggilah Abu Bakr kemari, ayahmu, dan saudara laki-lakimu agar aku 
menulis sebuah pesan, sebab aku khawatir akan muncul orang yang berharap lalu 
berkata: ‘Aku lebih berhak.’ Sesungguhnya Alloh dan segenap kaum mukminin hanya 
rela menerima Abu Bakr.” (HR. Muslim)
   
  Jubeir bin Mu’thim meriwayatkan: “Seorang manusia datang menemui Rasululloh. 
Kemudian Rasululloh menyuruhnya agar datang di lain hari. Wanita itu bertanya: 
‘Bagaimana jika nantinya aku tidak menemuimu lagi?’ Maksudnya bagaimana bila 
beliau telah wafat? Rasululloh menjawab: ‘Jika engkau tidak menemuiku maka 
temuilah Abu Bakr.’” (HR. Bukhori dan Muslim)
   
  Ketiga hadis di atas cukuplah menjadi bukti kuat bahwa Rasululloh mengangkat 
Abu Bakr menjadi khalifah sepeninggal beliau. Sebagaimana juga Rasululloh 

[media-dakwah] Teruntuk Sahabatku

2007-01-22 Terurut Topik handri yanto
“ Teruntuk Sahabatku”
   
  Penulis: Ummu Habibah
  Muroja’ah: Ustadz Abu Salman
   
  Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh
  Wahai sahabatku bagaimanakah kabarmu hari ini? Apakah engkau sudah 
mempersaksikan di hadapan seluruh makhluk dan malaikat yang menjunjung ‘Arsy 
yang agung dan malaikat seluruhnya bahwa engkau seorang muslim? Mempersaksikan 
bahwa Dia lah Robb yang agung, yang paling pedih azabnya sekaligus paling luas 
rahmatnya, sebagai Dzat yang satu-satunya berhak diberikan seluruh kecintaan, 
rasa takut dan harap dengan ketundukan dan penyerahan diri yang sempurna?
   
  Sahabatku, sudahkah engkau bertekad hari ini untuk mengerjakan sunnah 
Rosululloh dengan benar dan ikhlas di atas syariat yang haq, yang tidak dinodai 
kebatilan syahwat dan syubhat yakni dengan cara mengikuti metode pemahaman dan 
pengamalan islam yang dilakukan oleh sahabat yang mustaqiim?
   
  Sahabatmu menulis risalah ini saat hatinya sedang terbang melihat sahabatnya 
yang mencintai agama Allah… menginginkan kebaikan pada dirinya dan orang-orang 
yang disayanginya…
  Sahabatmu menulis risalah ini mengharapkan agar sekiranya risalah ini menjadi 
batu perbaikan untuk meraih metode pemahaman dan pengamalan islam yang lurus 
dan meraih jalan kebaikan…
  Sahabatmu menulis risalah ini dengan niat –yang semoga Alloh meluruskannya- 
yang menginginkan kebaikan bagi engkau wahai sahabatku…
  Sahabatmu menulis risalah ini dengan harapan semoga melapangkan dada, 
menjernihkan akal dan bisa diterima oleh hati…
  Sahabatmu menulis risalah ini agar ilmu menjadi bersinar dan tersebar… dan 
menjadi pembuka menuju jalan ke jannah-Nya…
  Sahabatmu menulis risalah ini dan sangat mengharapkan persatuan kata dalam 
satu shaf yang sama, bersama-sama menapaki atsar Rosullulloh dan sahabatnya dan 
meraih beribu-ribu keindahan iman yang dicapai tholabul ‘ilmi…
  Sahabatmu menulis risalah ini dan dia yakin dengan pasti dan tanpa ragu 
didalamnya ada kesalahan dan kekurangan… karenanya dia memohon ampun kepada 
Alloh dan memohon maaf kepadamu sahabatku… 
   
  Tausiyah Untukku dan Untukmu 
   
  Sahabatku, bacalah apa yang Allah firmankan padamu…
   
  “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak 
mengetahui?” (Az-Zumar: 9)
   
  “Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang 
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadillah: 11)
   
  “Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba- Nya 
hanyalah orang-orang yang berilmu.” (Fathir: 28)
   
  Sahabatku, ingatlah pesan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam kepadamu…
   
  “Barangsiapa yang Allah menghendaki suatu kebaikan pada dirinya maka Dia 
memberinya pemahaman dalam masalah dien.” (HR. Bukhori Muslim)
   
  “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi termasuk 
pula semut di dalam liangnya, termasuk pula ikan paus, benar-benar bersholawat 
kepada orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia.” (HR. Tirmidzi)
   
  “Kelebihan orang yang berilmu atas ahli ibadah ialah seperti kelebihan 
rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang gemintang. Sesungguhnya 
orang-orang yang berilmu itu adalah para pewaris para nabi. Para nabi tidaklah 
mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil 
ilmu itu, berarti dia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Ibnu Majah dan 
Ibnu Hibban)
   
  “Sesungguhnya para malaikat benar-benar mengepakkan sayap-sayapnya pada 
orang-orang yang mencari ilmu, karena ridho terhadap apa yang dicarinya.” (HR. 
Imam Ahmad dan Ibnu Majah)
   
  “Barang siapa meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan 
jalan baginya ke surga.” (HR. Muslim)
   
  “Barangsiapa yang didatangi kematian pada saat dia sedang mencari ilmu, yang 
dengan ilmu itu dia hendak menghidupkan islam, maka antara dirinya dan para 
nabi hanya ada satu derajat di surga.” (HR. Ath-Thabrani)
   
  Ketahuilah sahabatku… hukum mencari ilmu dien adalah wajib. Rosululloh 
bersabda, “Mencari ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ahmad dan Ibnu 
Majah)
   
  Ketahuilah sahabatku… diantara semua ilmu ada ilmu yang terpuji dan ada ilmu 
yang tercela. Dan di antara ilmu yang terpuji ada yang hukumnya fardhu ‘ain dan 
ada yang hukumnya fardhu kifayah. Ilmu yang hukumnya fardhu ‘ain adalah ilmu 
yang dengannya engkau dapat mengenal Allah, melaksanakan perintah-Nya dan 
menjauhi larangan-Nya dalam setiap gerak-gerikmu, ucapanmu, perbuatanmu yang 
kau tampakkan maupun yang ada di dalam hatimu. Sedangkan ilmu yang termasuk 
fardhu kifayah adalah setiap ilmu yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan 
hidup di dunia seperti ilmu kedokteran dan farmasi. 
   
  Maka ilmu yang fardhu ‘ain wajib untuk dicari oleh setiap muslim sedangkan 
ilmu yang fardhu kifayah adalah wajib untuk dicari oleh seorang muslim, namun 
apabila sudah dikerjakan oleh sebagian muslim maka gugur kewajiban yang lain.
   
  Ketahuilah sahabatku… jadilah salah seorang diantara dua jenis manusia. 
Pe

Re: Re : [media-dakwah] PUASA MUHARRAM

2007-01-19 Terurut Topik handri yanto
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu,
  Semoga bisa membantu..
   
  Pada bulan Muharrom terdapat hari yang pada hari itu terjadi peristiwa yang
besar dan pertolongan yang nyata, menangnya kebenaran mengalahkan kebatilan,
dimana Allah telah menyelamatkan Musa ‘Alaihis salam dan kaumnya dan
menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya. Hari tersebut mempunyai keutamaan yang
agung dan kemuliaan yang abadi sejak dahulu. Dia adalah hari kesepuluh yang
dinamakan Asyura. [Durusun ‘Aaimun, Abdul Malik Al-Qosim, ha;. 10]
   
  DISYARIATKAN PUASA ASYURA
  Berdasarkan hadits-hadits berikut.
  “Artinya : Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
untuk berpuasa Asyura, tatkala puasa Ramadhan diwajibkan, maka bagi siapa
yang ingin berpuasa puasalah dan siapa yang tidak ingin tidak usah berpuasa”
[Haadits Riwayat Bukhari : 2001]
  “Artinya : Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah,
beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Mereka
mengatakan :’Hari ini adalah hari yang agung dimana Allah telah
menyelamatkan Musa dan menenggelamkan pasukan Fir’aun, lalu Musa berpuasa
pada hari itu sebagai rasa syukur kepada Allah”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Saya lebih berhak atas Musa dari pada mereka”, lalu
beliau berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu” [Hadits
Riwayat Bukhari : 3397]
   
  KEUTAMAAN PUASA ASYURA
  “Artinya : Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu ditanya tentang puasa Asyura,
jawabnya : “Saya tidak mengetahui bahwa Rasulullah puasa pada hari yang
paling dicari keutamaannya selain hari ini (Asyura) dan bulan Ramadhan”
[Hadits Riwayat Bukhari 1902, Muslim 1132]
  Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu, berdasarkan hadits berikut.
  “Artinya : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa
Asyura, jawabnya : “Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu” [Hadits
Riwayat Muslim 1162, Tirmidzi 752, Abu Dawud 2425, Ibnu Majah 1738, Ahmad
22031]
   
  ASYURA ADALAH HARI KE SEPULUH
  Berdasarkan hadits berikut.
  “Artinya : Dari Ibnu Abbas : Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berpuasa Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa, para sahabat
berkata : ‘Wahai Rasulullah, ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan
Nashoro’. Maka beliau bersabda : ‘Tahun depan -insya Allah- kita akan
berpuasa hari ke sembilan’. Ibnu Abbas berkata : “Tahun berikutnya belum
datang, Rasulullah keburu meninggal” [Hadits Riwayat Muslim 1134, Abu Dawud
2445, Ahmad 2107]
  Imam Nawawi berkata : “Jumhur ulama salaf dan kholaf berpendapat bahwa hari
Asyura adalah hari ke sepuluh. Yang berpendapat demikian diantaranya adalah
Sa’id bin Musayyib, Al-Hasan Al-Bashri, Malik bin Anas, Ahmad bin Hambal,
Ishaq bin Rawahaih dan banyak lagi. Pendapat ini sesuai dengan (dzohir) teks
hadits dan tuntunan lafadznya. [Syarah Shahih Muslim 9 hal. 205]
  Hanya saja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berniat untuk berpuasa
hari kesembilan sebagai penyelisihan terhadap ahlul kitab, setelah
dikhabarkan kepada beliau bahwa hari tersebut diagungkan oleh orang-orang
Yahudi dan Nashoro. Oleh karena itu Imam Nawawi berkata : Asy-Syafi’i dan
para sahabatnya, Ahmad, Ishaq dan selainnya berpendapat ; disunahkan untuk
berpuasa hari kesembilan dan kesepuluh karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berpuasa hari kesembilan dan ke sepuluh. Ulama berkata : “Barangkali
sebab puasa hari kesembilan bersama hari kesepuluh adalah agar tidak
menyerupai orang-orang Yahudi jika hanya berpuasa hari kesepuluh saja. Dan
dalam hadits tersebut memang terdapat indikasi ke arah itu” (hal, 205)
  Al-Alamah Muhammad Shidiq Hasan Khon berkata : “Mayoritas ulama menyunahkan
untuk berpuasa hari ke sembilan dan ke sepuluh” [Raoudhotun Nadiyah hal.
558]
  Imam Syaukani mengatakan : “Bagi yang ingin berpuasa Asyura hendaknya
berpuasa pada hari sebelumnya” [Sailul Jarar juz 2 hal. 148]
  Namun dalam masalah ini ulama berselisih. Selain ada yang berpendapat
seperti diatas, sebagian ulama berpendapat hendaknya berpuasa satu sebelum
dan sesudahnyanya berdasarkan hadits :
  “Artinya : Rasulullah bersabda : “Berpuasalah hari Asyura, dan berbedalah
dengan orang Yahudi, (dengan) berpuasalah hari sebelumnya dan sesudahnya”
[Hadits Riwayat Ahmad 2155]
  Seperti dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad 2 hal. 76 dan
Al-Hafidzh Ibnu Hajar dalam Fathul Barii 4 hal. 772. Hanya saja hadits
tersebut di dhoifkan oleh beberapa ulama seperti Imam Syaukani dalam Naulul
Author 2 hal. 552. Kata beliau : “Riwayat Ahmad ini dhoif mungkar,
diriwayatkan dari jalan Dawud bin Ali dari bapaknya dari kakeknya. Ibnu Abu
Laila juga meriwayatkan dari Dawud bin Ali ini”. Al-Alamah Mubarokfuri
menukil Imam Syaukani ini dalam Tuhfatul Ahwadzi 3 hal. 383. Imam Al-Albani
juga mendhoifkannya dalam ta’liq Shohih Ibnu Khuzaimah yang dinukil oleh
Syaikh Muhammad Musthofa Al-Adzomi dalam tahqiq Shohih Ibnu Khuzaimah 3 hal.
290. Syaikh Syu’aib dan Abdul Qodir Al-Arnauth dalam tahqiq kitab Zadul
Ma’ad 2 hal. 69.
  

Re: [Fwd: Re: [media-dakwah] Saqifah]

2007-01-15 Terurut Topik handri yanto
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,
  Ya sudahlah kalau Mas Iwal tidak tahu dan terima kasih atas kejujuran anda, 
Mudah-mudahan mas Iwal diberikan Taufiq dan Hidayah oleh Allah Tabaroka wa 
ta'ala agar bersungguh-sungguh dalam menjalankan Dien yang benar dan diberikan 
semangat untuk menuntut ilmu agar tidak salah dalam memahami Dien.
   
  Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :
  Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu  tidak mempunyai pengetahuan 
tentang nya.Sesungguhnyá pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan 
diminta 
  pertanggungjawabannya. (QS. al-Isra’ [17]: 36) 
   
  Al–Imam Bukhari berkata “Bab Ilmu sebelum berkata dan berbuat”, kemudian 
beliau mengomentari ayat tersebut : “Maka Alloh Jalla Jalaluhu telah memulai 
dengan ilmu sebelum berucap dan beramal.”
   
  Berikut juga nasehat para ulama tentang pentingnya ilmu sebelum beramal :
   
  # Janganlah kamu berkata tanpa ilmu. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 2/29. Ini 
pendapat Ibnu Abbas radhiaLlahu anhu). 
  # Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak tahu dalilnya atau tidak 
ada gunanya bagimu. (Lihat Fathul Bari 13/282. ini pendapat Abu Ubaidah  
radhiaLlahu anhu).
   
  # Janganlah kamu mengikuti keyakinan orang yang tidak bersandar dengan ilmu. 
(Lihat Tafsir al-Baidhawi 3/442) .
   
  #Orang musyrik dilarang berbicara tentang ketuhanan dan kenabian karena 
mereka taklid kepada nenek moyang dan hawa nafsunya. (Lthat Tafsir al-Alusi 
15/82) .
   
  # Jadilah saksi karena Alloh dan jangan jadi saksi palsu, dan jangan 
bersumpah palsu. ini pendapat Imam’Syafi’i (Lihat al-Umm 7/90.) 
   
  # Janganlah kamu berkata: “Saya mendengar padahal kamu tidak mendengar, saya 
meithat padahal kamu tidak meithat.” (Lihat Fathul Ban 13/282, lihat pula 
Abjadul Ulum 3/42. mi pendapat Qatadah Rahimahullah.
   
  Semoga dengan nasehat diatas kita hendaknya bisa menahan diri agar tidak 
mengatakan hal-hal yang kita tidak mengetahuinya, dan hendaknya sebelum beramal 
maka kita harus tahu ilmunya agar apa- apa yang kita sampaikan tidak membuat 
kesalahan yang nantinya kita harus mempertanggung jawabkan kepada Allah azza wa 
Jalla.
  Mudah-mudahan hati kita tidak menjadi keras atau menjadi kesombongan dalam 
menerima kebenaran , karena hati yang keras dan sombong adalah awal kebinasaan.
  mudah-mudahan ya mas :>)
 
  Itulah Syiah Rafidhah yang mengklaim bahwa Alqur'an kita tidak asli, Sahabat 
Nabi adalah murtad, Istri Rasulullah telah meracuni beliau dan sebagianya . 
Na'udzu billahi mindzalik..semoga kita berlepas diri dari i'tiqod mereka.
   

 
  Berikut sedikit sepercik mengenai Suni dan Syiah semoga bisa menjadikan 
tambahan ilmu tentang bagaimana syiah itu. 
  Atau bisa diaccess di situs : http://www.syiah.blogspot.com 
http://www.hakekat.com
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
   
   
  

Iwal <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  
Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links





 
-
Don't get soaked.  Take a quick peak at the forecast 
 with theYahoo! Search weather shortcut.

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [media-dakwah] Tahiyatul Masjid

2007-01-11 Terurut Topik handri yanto
Wa'alaykumus Salam warohmatullohi wabarokatuhu,
  Semoga bisa membantu.
   
  SHALAT TAHIYATUL MASJID
   
  Oleh
  Syaikh Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam
   
   
  “Artinya : Dari Abu Qatadah Al-Harits bin Rab’y Al-Anshary Radhiyallahu 
‘anhu, dia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika 
salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah duduk sebelum 
shalat dua raka’at” [1]
   
  MAKNA HADITS
  Sulaik Al-Ghathafany masuk masjid Nabawi ketika Jum’at, saat Rasulullah 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan khutbah, lalu dia langsung duduk. 
Beliau menyuruhnya bediri dan shalat dua rakaat. Kemudian beliau menyatakan 
bahwa masjid-masjid itu memiliki kesucian dan kehormatan, bahwa ia memiliki hak 
tahiyat atas orang yang memasukinya. Caranya, dia tidak langsung duduk sebelum 
shalat dua rakaat.
   
  Karena itulah beliau tidak memberi kesempatan, termasuk pula terhadap orang 
yang duduk itu untuk mendengarkan khutbah belaiu.
   
  PERBEDAAN PENDAPAT DI KALANGAN ULAMA
  Para ulama sering berbeda pendapat tentang pembolehan mengerjakan 
shalat-shalat yang memiliki sebab-sebab seperti shalat Tahiyatul Masjid, 
gerhana, jenazah dan qadha’ shalat yang ketinggalan pada waktu-waktu larangan 
shalat.
   
  Madzhab Hanafi, Maliki dan Hambali melarangnya, yang didasarkan kepada 
hadits-hadits pelarangannya, seperti hadits, “Tidak ada shalat sesudah Subuh 
hingga matahari terbit dan tidak ada shalat sesudah Ashar hingga matahari 
terbenam” Begitu pula hadits, “Tiga waktu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam melarang kami shalat di dalamnya”
   
  Sedangkan As-Syafi’i dan segolongan ulama membolehkannya tanpa hukum makruh. 
Ini juga merupakan salah satu riwayat dari Al-Imam Ahmad serta merupakan 
pilihan pendapat Ibnu Taimiyah. Mereka berhujjah dalam hadits dalam bab ini dan 
lain-lainnya yang semisal seperti hadits, “Barangsiapa tidur hingga ketinggalan 
mengerjakan witir atau lupa, hendaklah mengerjakannya selagi mengingatnya”. 
Begitu pula hadits, “Sesungguhnya matahari dan rembulan merupakan dua tanda 
dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Jika kalian melihatnya, maka dirikanlah 
shalat”.
   
  Masing-masing di antara dalil-dalil kedua belah pihak bersifat umum dari satu 
sisi dan bersifat khusus dari sisi yang lain. Hanya saja pembolehan 
shalat-shalat yang memiliki sebab-sebab pada waktu-waktu ini merupakan 
pengamalan terhadap semua dalil-dalil, sehingga masing-masing di antara 
dalil-dalil itu dapat ditakwili sedemikian rupa. Disamping itu, pembolehan 
tersebut bisa memperbanyak ibadah yang memiliki sandaran kepada syarat.
   
  Perbedaan pendapat ini sudah pernah disinggung dalam hadits Ibnu Abbas (nomor 
52). Namun kami ingin memberi tambahan kejelasan yang diambilkan dari perkataan 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yang menyebutkan bahwa dia tidak berkomentar 
terhadap shalat-shalat yang memiliki sebab-sebab yang didasarkan kepada 
beberapa dalil yang kemudian diajdikan hujjah oleh orang-orang yang 
melarangnya. Tapi setelah diteliti lebih lanjut bahwa dalil-dalil itu ada yang 
dhaif atau tidak mengarah, seperti sabda beliau. “Jika salah seorang diantara 
kalian masuk masjid, janganlah dia duduk sehingga shalat dua rakaat”. Sabda 
beliau ini bersifat umum dan tidak ada kekhususan di dalamnya, karena itu 
merupakan hujjah menurut kesepakat salaf.
   
  Telah disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh 
orang yang masuk masjid mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, ketika beliau 
sedang berkhutbah. Adapun hadits Ibnu Umar, “Janganlah kalian mendekatkan 
shalat kalian dengan terbit dan terbenamnya matahari”. Hal ini berlaku untuk 
shalat tatawu’ secara tak terbatas. Telah disebutkan pembolehan shalat-shalat 
yang memiliki sebab berdasarkan nash, seperti dua rakaat thawaf. Sebagian lagi 
dengan nash dan ijma’, seperti shalat jenazah setelah Ashar. Jika dilihat dari 
sisi pembolehan, maka tidak ada alasan kecuali keberadaan shalat itu yang 
memiliki sebab. Syariat telah menetapkan bahwa shalat dikerjakan sebisanya, 
ketika ada kekhawatiran akan habis waktunya, jika memungkinkan pelaksanaannya 
setelah waktunya dengan cara yang sempurna, begitu pula shalat-shalat tathawu’ 
yang memiliki sebab.
   
  KESIMPULAN HADITS
  [1]. Pensyariatan Tahiyatul Masjid bagi orang yang memasukinya. Shalat ini 
wajib menurut golongan Zhahiriyah karena berdasarkan kepada zhahir hadits. 
Menurut pendapat jumhur, shalat ini sunat.
  [2]. Shalat ini disyariatkan bagi orang yang memasuki masjid kapanpun 
waktunya, meskipun pada waktu larangan shalat, karena keumuman hadits. Telah 
disebutkan dibagian atas pendapat lain tentang hal ini.
  [3]. Sunat wudhu bagi orang yang memasuki masjid, agar dia tidak ketinggalan 
mengerjakan shalat yang diperintahkan ini.
  [4]. Para ulama membatasi Masjidil Haram, bahwa tahiyatnya adalah thawaf. 
Tapi bagi orang yang tidak berniat thawaf atau dia kesulitan mengerjakannya, 
maka tidak seharusnya dia meninggalkan shalat ini, yang

Re: [media-dakwah] Saqifah

2007-01-11 Terurut Topik handri yanto
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,
   
  Mas Iwal, siapapun boleh mengatakan pendapat masing-masing termasuk anda. 
Tetapi dalam mengetahui kebenaran tentunya ada rujukan untuk menimbang apakah 
perkataan atau pendapat yang diucapkan apakah sesuai dengan kebenaran dan 
burhan.
   
  Jadi Mas Iwal dalam beragama itu tidak hanya cukup dengan mengatakan " saya 
rasa dan kebanyakan persepsi orang " , tetapi ditunjukkan dengan burhan yang 
nyata, mana bukti sejarahnya, mana hujahnya yang mendukung pendapat mas Iwal.
   
  Kalau boleh tahu, bagaimana pendapat mas Iwal , bila :
  1. Kitab suci Alqur'an yang kita yakini ini adalah yang bukan asli  ( Al 
Qur’an yang ada ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan.) ?
   
  2. Ke tiga   Sahabat Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam ( Abu Bakar ra, 
Umar ra, Ustman ra ) adalah murtad ?
   
  3. Istri Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam telah meracun beliau 
Shalallahu ‘alahi wa sallam ?
   
  4. Menghukumi bahwasanya para istri Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam 
adalah pelacur ?
   
  Apakah mas Iwal setuju ?..
   
  Ma'af ya mas bila ada kata yang kurang berkenan..ini sekedar sharing ilmu..
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
   
   
   


Iwal <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Saya rasa Sunni dan Syi'ah yang "gemar berperang" itu adalah bukan 
Sunni 
dan Syi'ah yang sebenarnya. Sunni dan Syi'ah sama2 menyembah Allah SWT 
dan mengakui Muhammad Rasulullah SAW.

Kalo syi'ah itu pengikut Imam Ali r.a sementara Imam Ali juga termasuk 
umat, pengikut, dan sahabat Nabi, jadi nggak beda dong dengan Sunni?

Yang membedakan cuma persepsi orang yang berbeda-beda terhadap sejarah 
pada sekitar masa khalifah Ali r.a dan seterusnya. Para pengikut dan 
sahabat Ali r.a tentunya mewariskan kisah kepada keturunan2nya tentang 
peristiwa konflik yang pernah terjadi. Mungkin saja ada sedikit 
penyimpangan di sekitar awal mula sejarah tersebut, sehingga sampai saat 
ini terjadi kekacauan (chaos) yang cukup besar.

Seperti teori chaos pada air mengalir. Sebuah air mengalir tenang keluar 
dari keran, air itu mengalir mulus dari mulut keran menuju tanah. Tetapi 
ketika air itu diberi sedikit saja gangguan di dekat mulut keran, 
alirannya akan sedikit menyimpang, dan semakin jauh dari mulut keran 
semakin jelas terlihat bentuk air yang kacau dan tidak beraturan itu.

Jadi, kalo saya pribadi percaya kepada keduanya, karena kalo kita tengok 
terus ke belakang , tidak ada perbedaan antara keduanya. Mungkin awalnya 
hanya perpecahan kecil yang biasa, tetapi terus disulut oleh musuh-musuh 
Islam dengan bantuan kaum-kaum munafik dari dalam Islam sendiri.

Masalahnya adalah, belum ada (mungkin sangat sedikit) penulis sejarah 
yang cenderung netral, sebab jika penulisnya dari Sunni, pasti mereka 
cenderung menyalahkan Syi'ah, begitu pula sebaliknya.

Wallahu a'lam

handri yanto wrote:

> Saudara Abu Qasim ini apakah seorang Sunni atau Syi'i ?, kalau seorang 
> sunni, wah ini adalah musibah...karena sampai sa'at ini belum yakin 
> sama keyakinan sendiri .
> ataukah saudara sekarang melakukan talbis sebagaimana orang syiah 
> dalam Taqqiyahnya ?..
> Afwan, ya akhi bila ana salah memandang saudara, karena dengan 
> pernyataan antum dibawah ini adalah sebuah musibah.
>
>
> Abu Qosim <[EMAIL PROTECTED] <mailto:aq2005%40cbn.net.id>> wrote:
> Saya punya bukunya.
> Meskipun tidak tersurat, yang menerbitkan atau mengarang buku tersebut 
> jelas
> dari kalangan Syiah. Nggak apa2 baca itu karena bisa menambah wawasan.
> Setidaknya kita menjadi tahu persepsi mereka kepada kaum Suni pada 
> umumnya.
> Menurut saya kita jangan merasa benar sendiri, dan mereka salah sama 
> sekali
> dan harus diperangi. Siapa tahu mereka yang benar, karena mereka pengikut
> fanatik Sayidina Ali kw. Dalam buku tersebut disebutlkan ada beratusribu
> pengikut Syiah dibantai. Ini sesuai sejarah yang memang terjadi kaum Syiah
> dibunuhi, termsuk keturunan Ali kw.
>
> - Original Message -
> From: [EMAIL PROTECTED] <mailto:harsa-kmi%40khi.co.jp>
> To: media-dakwah@yahoogroups.com <mailto:media-dakwah%40yahoogroups.com>
> Sent: Friday, January 05, 2007 8:37 AM
> Subject: [media-dakwah] Saqifah
>
> Beberapa hari yang lalu saya dipinjami buku berjudul saqifah oleh tetangga
> saya
> judul nya SAQIFAH dan diberi keterangan awal perpecahan umat ditulis oleh
> O HASHEM
> sayangnya saya belum sempat membaca buku tersebut, karena sudah harus
> dikembalikan
> kepada yang punya. namun saya sempat membaca beberapa kutipan yang agak
> janggal menurut
> saya. Didalam buku itu disebut kan bahwa abu hurairah ra banyak menulis
> hadist -hadist palsu
> dan banyak kejanggalan -kejanggalan lain yang tidak layak disebutkan 
> karena
> mencela para sahabat
> .Untuk

[media-dakwah] Biografi singkat para ulama - ulama ahlus Sunnah 4

2007-01-11 Terurut Topik handri yanto
Imam Al Hafidz Jalaluddin Abdurrahman As Suyuti
  Nama, Garis keturunan, dan nisbat yang dimilikinya:
  As-Sayuthi nama lengkapnya adalah Al-Hafizh Abdurrahman ibnu Al- Kamal Abi 
Bakr bin Muhammad bin Sabiq ad-Din Ibn Al-Fakhr Utsman bin Nazhir ad-Din 
al-Hamam al-Khudairi al-Sayuthi. 
   
  Penulis Mu`jam al-Mallifin menambahkan: Athaluni al-Mishri Asy-Syafi`i, dan 
diberi gelar Jalaluddin, serta di panggil dengan nama abdul Fadhal.Ia berasal 
dari keturunan non arab, yang dalam hal ini  asy-sayuthi sendiri pernah 
mengatakan:Ada seorang yang bisa   saya percaya pernah 
menuturkan kepada saya, bahwa dia pernah  mendengar ayah saya mengatakan bahwa 
kakek buyut ayah adalah orang non arab dari timur. Ia menghubungkan garis 
keturunannya demikian: Kakek buyut saya adalah Damam ad-Din, seorang ahli 
hakikat dan guru tarekat. Darinya lahir tokoh-tokoh dan  pemimpin, antara lain 
ada diantara mereka yang menjadi kepala  pemerintahan di daerahnya, ada pula 
yang menjadi Hakim Perdata, dan ada pula yang menjadi pedagang. Namun tidak ada 
seorangpun diantara mereka yang saya ketahui menekuni ilmu  
secara sungguh-sungguh kecuali ayah saya.
   
  Kelahiran dan pertumbuhannya: 
  As-sayuthi dilahirkan di wilayah Asyuth sesudah magrib pada malam ahad, bulan 
Rajab 849 H, begitulah ia mengatakannya  sendiri, dan para sejarawan sepakat 
tentang tahun kelahiran ini, kecuali ibnu Iyas dan Ismail Pasha al-Bagdadi yang 
menganggap bahwa kelahiran as-Sayuthi adalah pada bulan Jumadil akhir. Ia 
dibesarkan dalam keadaan yatim piatu. Ayahnya meninggal dunia pada malam senin, 
5 Safar 855 H, pada saat ia masih berusia 6 tahun.
   
  Perjalanan dan masa menuntut ilmu:
  Pada usia yang amat sangat muda ia telah hafal Al-Quran, dan hafalan ini 
menjadi sempurna betul ketika ia menginjak usia 8 tahun. Setelah itu ia 
lanjutkan dengan menghafal kitab-kitab semisal al-`Umdab, Minhaj fiqh, 
Al-Ushul, dan Al-fiyah ibn   Malik.Selanjutnya ia menekuni 
berbagai bidang ilimu dan saat itu usianya baru menginjak usia 16 tahun, yakni 
pada tahun 864 H. Ia mempelajari Fiqh dan Nahwu dari beberapa guru, dan 
mengambil ilmu Faraid dari ulama di jamannya yakni Syeikh   
Syihab ad-Din asy-Syarmasahi, lalu menimba ilmu Fiqh kepada  syeikhul Islam 
Al-Balqini sampai yang disebut terakhir ini wafat, dan dilanjutkan oleh 
putranya `Ilmuddin Al-Balqini. Ia  kemudian berguru kepda Al-Ustadz Muhyiddin 
Al-Kafayaji selama   14 tahun. Dari ulama ini ia menyerap ilmu 
Tafsir dan Ushul, bahasa dan ma`ani, lalu menyusun buku-buku ringkas tentang 
ilmu-ilmu ini.Ia banyak melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu, antara lain 
ke kota
 Al-Fayun, Al-Mihlah, Dimyat, lalu menuju Syam dan Hijaj, dan seterusnya ke 
Yaman, India dan al-Maghrib (Maroko).  As-Sayuthi kemudian 
dikenal dengan orang yang begitu dalam ilmunya, dalam tujuh disiplin ilmu : 
Tafsir Hadist, Fiqh ,  Nahwu, Ma`ani, Bayan dan Badi`, melalui para ahli bahasa 
dan  Balaqhah.
   
  Kegiatannya menuntut ilmu:
  Di dalam usahanya menuntut ilmu as-Sayuthi telah mendatangi syeikh Safuddin 
Al-Hanafi dan berulangkali mengkaji kitab Al-Mukasyaf dan At-Taudhih. Ia pernah 
pula dikirim orang  tuanya mengikuti majelis yang diselenggarakan oleh 
al-Hafidz   ibnu Hajar, dan mengkaji shahih Muslim sampai 
hampir tamat. Kepada ash-Shyairafi di samping kita-kitab lain seperti As 
Syifa`, Al-Fiyah ibnu Malik, Syarh-Asyudur, al Mughni - sebuah  kitab Ushul 
Fiqh Mazhab Hanafiyah dan syarhnya pada Syams al-   Marzabani 
al-Hanafi, dan mendengarkan pengajian kitab al-Mutawassith serta as-Safiyah 
berikut syarhnya yang ditulis  oleh al-Jarudi yang disampaikan oleh ulama ini. 
Selain itu,  juga mempelajari Alfiah karya al-`Iraqi, dan 
menghadiri  pengajian ilmiah yang diberikan al-Balqini. Dari ulama yang disebut 
terakhir itu, as-Sayuthi menyerap ilmu yang tidak   terhingga 
jumlahnya. Sesudah itu ia tinggal bersama asy-Syaraf al-Manawi, hingga
 ulama ini meningggal dunia. Dari ulama ini as-Sayuthi menimba ilmu yang tidak 
terbilang juga banyaknya. Lalu secara tetap pula mengikuti pengajian yang 
diberikan olehSaifudin muhammad bin muhammad al-Hanafi, serta 
pengajian-pengajian yang diberikan oleh al-`alamah asy-Syamani dan al-Kafiji. 
Kendatipun demikian, ia tetap mengatakan bahwa ia tidak banyakmempelajari 
ilmu-ilmu riwayat, melebihi perhatiannya terhadap   masalah 
yang dianggapnya paling penting dalam disiplin ilmu ini, yakni ilmu dirayah 
hadits.
   
  Guru, murid dan sejawatnya: 
  as-Sayuthi mengakui sekitar seratus lima puluhan orang ulama sebagai gurunya, 
dan yang menonjol diantaranya adalah: 
  Ahmad zas-Syarmasahi  ‘Umar al-Balqini  Shalih bin Umar bin Ruslan al-Balqini 
   Muhyidin al-Kafiji  Al-Qadhi syarafudin al-Manawi
  Sementara itu beribu-ribu orang telah pula berguru

[media-dakwah] Biografi singkat para ulama - ulama ahlus Sunnah 6

2007-01-11 Terurut Topik handri yanto
Al Imam Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah   
  Penulis: Al Ustadz Zainul Arifin
   
  Beliau dilahirkan di Samarqand dan dibesarkan di Abi Warda, suatu tempat di 
daerah Khurasan.
  Tidak ada riwayat yang jelas tentang kapan beliau dilahirkan, hanya saja 
beliau pernah menyatakan usianya waktu itu telah mencapai 80 tahun, dan tidak 
ada gambaran yang pasti tentang permulaan kehidupan beliau.
  Sebagian riwayat ada yang menyebutkan bahwa dulunya beliau adalah seorang 
penyamun, kemudian Allah memberikan petunjuk kepada beliau dengan sebab 
mendengar sebuah ayat dari Kitabullah.
  Disebutkan dalam Siyar A’lam An-Nubala dari jalan Al-Fadhl bin Musa, beliau 
berkata: “Adalah Al-Fudhail bin ‘Iyadh dulunya seorang penyamun yang menghadang 
orang-orang di daerah antara Abu Warda dan Sirjis. Dan sebab taubat beliau 
adalah karena beliau pernah terpikat dengan seorang wanita, maka tatkala beliau 
tengah memanjat tembok guna melaksanakan hasratnya terhadap wanita tersebut, 
tiba-tiba saja beliau mendengar seseorang membaca ayat:
   
  أَلَمْ 
يَأْنِ 
لِلَّذِيْنَ 
آمَنُوا أَنْ 
تَخْشَعَ 
قُلُوْبُهُمْ
 لِذِكْرِ 
اللهِ وَماَ 
نَزَلَ مِنَ 
الْحَقِّ 
وَلاَ 
يَكُوْنُوا 
كَالَّذِيْنَ
 أُوْتُوا 
الْكِتاَبَ
 مِنْ قَبْلُ 
فَطاَلَ 
عَلَيْهِمُ 
اْلأَمَدُ 
فَقَسَتْ 
قُلُوْبُهُمْ
 وَكَثِيْرٌ 
مِنْهُمْ 
فاَسِقُوْنَ
   
  “Belumkah datang waktunya bagi orang –orang yang beriman untuk tunduk hati 
mereka guna mengingat Allah serta tunduk kepada kebenaran yang telah turun 
(kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang –orang yang sebelumnya telah 
turun Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka 
lalu hati mereka menjadi keras, dan mayoritas mereka adalah orang-orang yang 
fasiq.” (Al Hadid: 16)
  Maka tatkala mendengarnya beliau langsung berkata: “Tentu saja wahai Rabbku. 
Sungguh telah tiba saatku (untuk bertaubat).” Maka beliaupun kembali, dan pada 
malam itu ketika beliau tengah berlindung di balik reruntuhan bangunan, 
tiba-tiba saja di sana ada sekelompok orang yang sedang lewat. Sebagian mereka 
berkata: “Kita jalan terus,” dan sebagian yang lain berkata: “Kita jalan terus 
sampai pagi, karena biasanya Al-Fudhail menghadang kita di jalan ini.” Maka 
beliaupun berkata: “Kemudian aku merenung dan berkata: ‘Aku menjalani 
kemaksiatan-kemaksiatan di malam hari dan sebagian dari kaum muslimin di situ 
ketakutan kepadaku, dan tidaklah Allah menggiringku kepada mereka ini melainkan 
agar aku berhenti (dari kemaksiatan ini). Ya Allah, sungguh aku telah bertaubat 
kepada-Mu dan aku jadikan taubatku itu dengan tinggal di Baitul Haram’.”
  Sungguh beliau telah menghabiskan satu masa di Kufah, lalu mencatat ilmu dari 
ulama di negeri itu, seperti Manshur, Al-A’masy, ‘Atha’ bin As-Saaib serta 
Shafwan bin Salim dan juga dari ulama-ulama lainnya. Kemudian beliau menetap di 
Makkah. Dan adalah beliau memberi makan dirinya dan keluarganya dari hasil 
mengurus air di Makkah. Waktu itu beliau memiliki seekor unta yang beliau 
gunakan untuk mengangkut air dan menjual air tersebut guna memenuhi kebutuhan 
makanan beliau dan keluarganya.
  Beliau tidak mau menerima pemberian-pemberian dan juga hadiah-hadiah dari 
para raja dan pejabat lainnya, namun beliau pernah menerima pemberian dari 
Abdullah bin Al-Mubarak.
  Dan sebab dari penolakan beliau terhadap pemberian-pemberian para raja diduga 
karena keraguan beliau terhadap kehalalannya, sedang beliau sangat antusias 
agar tidak sampai memasuki perut beliau kecuali sesuatu yang halal.
  Beliau wafat di Makkah pada bulan Muharram tahun 187 H.
  (Diringkas dari Mawa’izh lil Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh, hal. 5-7)
   
  sumber : www.asysyariah.com
   
  ==='
   
Abu Amru Abdurrahman Al-Auza’i Syaikhul Islam, Seorang Ulama dari Syam
  Siapakah al-Auza’i? dan Bagaimana Nasabnya?
   
  Beliau adalah Abu Amru Abdurrahman bin Amru bin Muhammad al-Auza’i 
ad-Dimasyqi, beliau adalah ulama dari Syam yang kemudian berpindah ke ke Beirut 
sampai wafatnya, yang mendapat julukan Syaikhul Islam.
   
  Beliau lahir tatkala sebagian para sahabat Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam 
masih hidup. Al-Auza’i merupakan nisbat kepada sebuah desa yang terkenal di 
kota Hamadan, Damsyiq yang bernama Al-Auza’. Beliau lahir pada tahun 88 H, 
dikenal sebagai orang yang baik, utama, memiliki banyak ilmu, baik dalam bidang 
hadits maupun fikih, dan ucapan beliau dipakai sebagai hujah. 
   
  Bagaimana Masa Mudanya?
   
  Al-Abbas bin al-Walid bercerita bahwa guru-gurunya berkata, bahwa al-Auza’i 
bercerita, “Ayahku meninggal ketika aku masih kecil. Pada suatu hari aku 
bermain-main dengan anak-anak sebayaku, maka lewatlah seseorang (dikenal 
sebagai seorang syaikh yang mulia dari Arab), lalu anak-anak lari ketika 
melihatnya, sedangkan aku tetap di tempat. Lantas Syaikh tersebut bertanya 
kepadaku, “Kamu anak siapa?”; maka saya menjawabnya. Kemudian dia berkata lagi, 
“Wahai anak saudaraku, semoga Allah merahmati ayahmu.” Lalu dia mengajakku 
kerumahnya, dan tinggal bersamanya sehingga 

Re: [media-dakwah] Saqifah

2007-01-09 Terurut Topik handri yanto
Saudara Abu Qasim ini apakah seorang Sunni atau Syi'i ?, kalau seorang sunni, 
wah ini adalah musibah...karena sampai sa'at ini belum yakin sama keyakinan 
sendiri . 
  ataukah saudara sekarang melakukan talbis sebagaimana  orang syiah dalam 
Taqqiyahnya ?..
  Afwan, ya akhi bila ana salah memandang saudara, karena dengan pernyataan 
antum dibawah ini adalah sebuah musibah.
   
  
Abu Qosim <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Saya punya bukunya.
Meskipun tidak tersurat, yang menerbitkan atau mengarang buku tersebut jelas
dari kalangan Syiah. Nggak apa2 baca itu karena bisa menambah wawasan.
Setidaknya kita menjadi tahu persepsi mereka kepada kaum Suni pada umumnya.
Menurut saya kita jangan merasa benar sendiri, dan mereka salah sama sekali
dan harus diperangi. Siapa tahu mereka yang benar, karena mereka pengikut
fanatik Sayidina Ali kw. Dalam buku tersebut disebutlkan ada beratusribu
pengikut Syiah dibantai. Ini sesuai sejarah yang memang terjadi kaum Syiah
dibunuhi, termsuk keturunan Ali kw.

- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]
To: media-dakwah@yahoogroups.com
Sent: Friday, January 05, 2007 8:37 AM
Subject: [media-dakwah] Saqifah

Beberapa hari yang lalu saya dipinjami buku berjudul saqifah oleh tetangga
saya
judul nya SAQIFAH dan diberi keterangan awal perpecahan umat ditulis oleh
O HASHEM
sayangnya saya belum sempat membaca buku tersebut, karena sudah harus
dikembalikan
kepada yang punya. namun saya sempat membaca beberapa kutipan yang agak
janggal menurut
saya. Didalam buku itu disebut kan bahwa abu hurairah ra banyak menulis
hadist -hadist palsu
dan banyak kejanggalan -kejanggalan lain yang tidak layak disebutkan karena
mencela para sahabat
.Untuk itu saya mohon penjelasan bila ada yang mengetahui status buku ini
dan pernah membacanya

jazakumullah khairan kastiran



 

 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [media-dakwah] Re: [ppiindia] Saudi Idul Adha Sabtu, RI Minggu

2006-12-27 Terurut Topik handri yanto
Puasa Arafah juga Sesuai Ru'yah Masing-Masing Negeri.  December 24th, 2006 ·
 Pemerintah kita lewat Departemen Agama telah memutuskan bahwa tanggal 1 
Dzulhijjah jatuh pada tanggal 22 Desember 2006, sehingga dari sini disimpulkan 
bahwa hari arafahnya akan jatuh pada hari Sabtu 30 Desember 2006, dan 'Id 
Al-Adha jatuh pada hari Ahad tanggal 31 Desember 2006.
  Tentang hari raya 'Id, tidak ada permasalahan. Insya Allah kita akan ikut 
berhari raya bersama pemerintah kita. Mungkin yang masih mengganjal pada diri, 
apakah puasa Arafah di Indonesia mengikuti wukufnya jama'ah haji yang 
dilaksanakan tanggal 29 Desember ataukah tetap menyesuaikan dengan keputusan 
pemerintah tersebut.
  Alhamdulillah, jawabannya bisa diperoleh di Fatawa Ahkamis Shiyam Asy-Syaikh 
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Shalih 
Al-Utsaimin ditanya (Fatawa Ahkamis Shiam no. 405):
  "Apabila hari Arafah berbeda karena perbedaan masing-masing wilayah di dalam 
mathla' (tempat terbit) hilal, maka apakah kita berpuasa mengikuti ru'yah 
negeri tempat kita berada ataukah kita berpuasa mengikuti ru'yah Al-Haramain 
(Makkah dan Madinah -pent)?
  Maka beliau menjawab:
  Perkara ini dibangun di atas ikhtilaf para ulama, apakah hilal itu satu saja 
untuk seluruh dunia atau berbeda sesuai mathla'nya (tempat terbit bulan). Dan 
yang benar bahwa penampakan hilal berbeda sesuai dengan perbedaan mathla'.
  Sebagai contoh: Apabila hilal telah nampak di Kota Makkah, dan sekarang 
adalah hari ke sembilan (di Makkah), hilal juga terlihat di negeri yang lain 
satu hari lebih cepat daripada Makkah sehingga hari Arafah (di Makkah) adalah 
hari kesepuluh bagi mereka. Maka mereka tidak boleh berpuasa karena hari 
tersebut adalah hari raya.
  Demikian pula sebaliknya, jika di suatu negeri ru'yahnya lebih lambat 
daripada Makkah maka tanggal sembilan di Makkah merupakan tanggal delapan bagi 
mereka. Maka mereka berpuasa pada hari ke sembilan (menurut negeri mereka) 
bersamaan dengan tanggal sepuluh di Makkah. Ini merupakan pendapat yang kuat. 
Karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
  اذا رايتموه 
فصوموا و اذا 
رايتموه 
فافطروا
  "Jika kalian melihatnya (hilal) maka berpuasalah, dan apabila kalian 
melihatnya maka berbukalah" (Dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari Kitab 
Ash-Shaum, Bab Hal Yuqal Ramadhan (1900) dan Muslim di Kitab Ash-Shiyam, Bab 
Wujubus Shaum (20)(1081)).
  Orang-orang yang hilal itu tidak nampak dari arah (daerah) mereka berarti 
mereka tidaklah melihat hilal tersebut. Begitu juga manusia telah sepakat bahwa 
mereka menganggap terbitnya fajar dan terbenamnya matahari pada setiap wilayah 
disesuaikan dengan wilayah masing-masing. Maka demikian pulalah penetapan waktu 
bulan seperti penetapan waktu harian.
  Demikianlah fatwa dari Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. 
Sebagai informasi tambahan, sebagian ikhwah juga telah mengabarkan kepada kami, 
bahwa pada tahun yang lalu ikhwah Indonesia (dari Depok) telah bertanya pula 
kepada Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi, mufti Kerajaan Saudi Arabia Bagian 
Selatan tentang permasalahan ini, maka beliau menjawab bahwa puasa Arafah 
mengikuti ru'yah negerinya masing-masing. Walhamdulillah(*).
   
  UPDATE:
  Muncul sebuah permasalahan baru. Qaddarallah puasa Arafahnya jatuh pada hari 
Sabtu, padahal terdapat sebuah hadits yang melarang kita berpuasa pada hari 
Sabtu. Bunyi haditsnya,
  لا تصوموا 
يوم السبت إلا 
فيما افترض 
عليكم، فإن لم 
يجد أحدكم إلا 
لحاء عنبة أو 
عود شجرة 
فليمضغه
  "Janganlah kalian puasa pada hari Sabtu kecuali puasa yang diwajibkan atas 
kalian. Apabila kalian tidak menemukan apa-apa kecuali hanya kulit pohon anggur 
atau ranting pohon, maka kunyahlah"
  Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (Fatawa Shiyam no 415) mengatakan 
bahwa para ulama berselisih pendapat tentang hadits ini. Sebagian mereka 
mengatakan bahwa hadits ini syadz maka dia dha'if. Ini karena hadits larangan 
ini menyelisihi hadits shahih yang terdapat pada Ash-Shahihain (Shahih 
Al-Bukhari dan Muslim).
  Dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menemui salah seorang istri beliau 
dalam keadaan istri beliau tersebut berpuasa pada hari jum'at (Lihat pembahasan 
tentang puasa hari Jum'at ini di posting saya sebelumnya - pent). Maka 
Rasulullah berkata kepadanya, "Apakah kemarin kamu berpuasa?". Istri beliau 
menjawab, "Tidak". Beliau bertanya lagi, "Apakah engkau akan berpuasa besok?". 
Istrinya menjawab, "Tidak". Rasulullah kemudian bersabda, "Maka batalkanlah 
puasamu".
  Sabda beliau, "Apakah engkau berpuasa keesokan hari?" merupakan dalil 
bolehnya berpuasa selain puasa wajib pada hari Sabtu. Maka hadits larangan 
puasa hari Sabtu tersebut adalah hadits yang syadz. Dan termasuk syarat hadits 
yang shahih adalah adalah dia tidak mu'all (berpenyakit) serta tidak syadz.
  Sebagian ulama berkata, "Hukum hadits larangan tersebut telah dihapus". 
Sebagian lagi dari mereka berkata bahwa hadits ini dibawa kepada puasa yang 
menyendiri (tidak disertai puasa d

[media-dakwah] Bagaimana Menyambut Hari-harimu

2006-12-20 Terurut Topik handri yanto
Bagaimana Menyambut Hari-harimu
  Oleh Syaikh Azhari Ahmad Mahmud
   
  Segala puji bagi Allah, walinya orang-orang yang benar dan tempat berharap 
bagi orang yang berdo`a. Shalawat dan salam teruntuk pilihan para Rasul , 
keluarganya dan para shahabatnya. 
  Saudaraku ? muslim, Hari-harimu engkau lewati begitu saja, sesaat demi 
sesaat. Semua berlalu begitu cepatnya. Begitulah. Dirimu berpindah dari pagi ke 
petang, dan dari petang hingga pagi kembali. Apakah engkau pernah bermuhasabah 
(introspeksi) terhadap dirimu sendiri pada suatu hari? Sehingga engkau bisa 
melihat lembaran-lembaran harimu, dengan amal apa engkau membukanya dan dengan 
amal apa pula engkau menutupnya? 
   
  Bakr Al Muzni berkata, "Tidak ada satu haripun yang dikeluarkan oleh Allah ke 
dunia, kecuali berkata, `Wahai anak Adam, manfaatkanlah aku. Karena mungkin 
saja tidak ada hari lagi buatmu setelahku`. Dan tidaklah ada malam, kecuai 
berseru,`Wahai anak Adam, manfaatkanlah aku. Karena mungkin saja tidak ada 
malam lagi bagimu setelah aku`." 
   
  Maka telah berapa banyak hari yang engkau lewati. Berapa banyak umur telah 
engkau lalui. Namun, teramat sedikit orang yang mau bermuhasabah terhadap 
dirinya. Dan sedikit sekali orang yang mau mengetuk jiwanya dengan cemeti 
muhasabah. Mereka menjalani hari-harinya dalam kelalaian dan panjang 
angan-angan yang tak ada faidahnya. 
   
  Ketika fajar menampakkan benang-benang cahayanya, engkau saksikan, kebanyakan 
manusia menyambut hari-harinya dengan niat yang tidak benar. Setelah berlalunya 
siang dan berganti malam, engkau bisa saksikan, mereka kembali ke peraduan 
mereka dengan niat seperti itu pula. 
   
  Saudaraku ? muslim, Matahari senantiasa terbit dan tenggelam. Tetapi apakah 
engkau telah menghisab dirimu sendiri pada suatu hari? "Amal shalih apakah yang 
hendak kuperbuat ? Amal apakah yang akan aku hadirkan untuk hari ini?" 
   
  Memang benar, umumnya manusia tidak pandai dalam mengatur hari-hari mereka. 
Padahal ? dirimu wahai anak Adam, akan senantiasa dihitung dan ditulis pada 
hari- hari itu. 
   
   
  Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah 
ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata,"Aduhai 
celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak 
(pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang 
telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang 
juapun." (QS Al Kahfi : 49). 
  Dan berfirman Allah, 
   
  Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi 
(pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan- 
pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Infithar : 
10-12). 
  Maka jiwa-jiwa akan dihisab, amal-amal akan ditulis. Dan seandainya orang 
yang lalai itu sadar, sungguh mereka akan memelihara diri dan menjaganya dari 
jalan kebinasaan. Namun sedikit sekali orang yang sadar, sedikit sekali orang 
yang memperhatikan jalan itu. 
  Sebagian orang yang bijak berkata, "Jika seseorang memasuki waktu pagi, 
hendaklah ia berniat dengan empat perkara. Pertama, melaksanakan yang 
diperintahkan Allah. Kedua, menjauhi laranganNya. Ketiga, inshaf (berbuat adil) 
terhadap orang yang ada diantara mereka, dan dalam bermu`alamahnya. Keempat, 
ishlah (memperbaiki hubungan) antara ia dengan musuh-musuhnya. Apabila ia 
berada di atas niat ini, maka aku berharap ia termasuk orang yang shalih dan 
beruntung." 
   
  Maka perhatikanlah wahai orang-orang yang berakal, hisablah dirimu ! Apakah 
engkau termasuk jenis ini? Jika ya, perbanyaklah pujian kepada Allah dan 
mohonlah tambahan fadhilah serta istiqamah di atas petunjukNya. Tetapi, jika 
engkau tidak termasuk jenis ini, kembalilah ke jalan itu sebelum waktunya 
lewat. Berlapanglah untuk memperbaiki dirimu, dan mintalah taufiq kepadaNya 
menuju jalan kebahagiaan. 
   
  Wahai orang yang lalai dari hari-harinya. Ketahuilah, bahwa dirimu tidak akan 
di campakkan! Wahai orang yang suka berbuat sia-sia, ketahuilah, dirimu akan 
dihitung tentang semua amalanmu! Tidak akan berlalu waktu pagi, kecuali ia 
mengajak dirimu menuju Rabbmu . 
   
  Rasulullah bersabda, 
   
   
  Tidaklah terbit matahari, kecuali diutus dua malaikat pada kedua sisinya. 
Keduanya memperdengarkan kepada penduduk bumi, kecuali tsaqalain (manusia dan 
jin), "Wahai sekalian manusia, marilah menuju kepada Rabb kalian. Sesungguhnya 
sedikit dan cukup lebih baik daripada banyak namun melalaikan." Dan tidaklah 
matahari itu terbenam, kecuali diutus dua malaikat pada kedua sisinya. Mereka 
berkata,"Ya Allah percepatlah untuk orang yang berinfaq gantinya, dan 
percepatlah untuk orang yang bakhil kehancurannya. (HR Imam Ahmad, Ibnu Hibban, 
dan Al Hakim; Shahih Targhib susunan Syaikh Al Albani ). 
  Sungguh kasihan bagi orang-orang yang telah berlalu hari-hari mereka dengan 
sia- sia, tidak berada dalam ketaatan kepada Allah . Terbitnya matahari di 
tengah hari-hari mereka, di

[media-dakwah] JANGAN MERASA BENAR SENDIRI

2006-12-19 Terurut Topik handri yanto
JANGAN MERASA BENAR SENDIRI

Ditulis Oleh
Abu Yahya Badrussalam Lc

Banyak orang ketika anda tegur kesalahan yang ia lakukan berkilah 
dengan mengatakan : "sudahlah, jangan merasa benar sendiri !" 
sehingga menjadi pertanyaan pada benak banyak orang, apakah 
perkataan tersebut berasal dari wahyu ataukah hanya sebatas kilah 
yang tak beralaskan pada dalil ? Tentunya hal ini harus kita cermati 
secara seksama dengan hati yang dingin apakah ada ayat atau hadits 
atau pendapat para ulama yang mengatakan dengan perkataan tersebut. 

Cobalah kita buka surat An-Nisaa : 59

"Artinya : Jika kamu berbeda pendapat tentang suatu perkara maka 
kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rosul (assunnah) jika 
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.." 

Ayat ini dengan tegas mengatakan bahwa setiap perselisihan wajib 
dikembalikan kepada Allah dan RosulNya, Allah tidak mengatakan :

"Jika kamu berselisih janganlah kamu merasa benar sendiri, atau 
kembalikan pada pendapat masing-masing. Akan tetapi Allah menyuruh 
untuk mengembalikannya kepada Al Qur'an dan sunnah, ini menunjukkan 
bahwa yang benar hanyalah yang berdasarkan Al Qur'an dan sunnah"

Para sahabat senantiasa menyalahkan orang-orang yang mereka pandang 
salah dan tidak pernah diantara mereka yang mengatakan, " jangan 
merasa benar sendiri !"

Seperti dalam suatu kisah yang diriwayatkan oleh Al-Lalikai dalam 
kitab Syarah I'tiqod Ahlissunnah dengan sanad yang shohih dan 
Addarimi dalam sunannya bahwa Ibnu Mas'ud mendatangi suatu kaum yang 
berdzikir berjama'ah dengan memakai kerikil dan berkata :"Celaka 
kamu Umat Muhammad betapa cepatnya kebinasaan kalian….apakah kamu 
merasa diatas millah Muhammad ataukah kamu hendak membuka pintu 
kesesatan ? kemudian mereka berkata : "sesungguhnya kami 
menginginkan kebaikan" . Beliau berkata : "Berapa banyak orang yang 
menginginkan kebaikan tapi ia tidak mendapatkannya (karena caranya 
salah, pen)". dalam kisah tersebut tidak dikatakan : jangan kamu 
merasa benar sendiri.

Demikian pula para Tabi'in, disebutkan dalam kisah yang diriwayatkan 
oleh Al Baihaqi dalam sunannya,Abdurrozaq, Ad Darimi dan Ibnu Nashr 
bahwa Sa'id bin Musayyib melihat seorang laki-laki sholat setelah 
terbit fajar lebih dari dua roka'at lalu Sa'id melarangnya, 
kemudian orang itu berkata : " wahai Abu Muhammad, apakah Allah 
akan mengadzab saya gara-gara sholat ? beliau menjawab "Tidak, tapi 
Allah akan mengadzabmu karena menyalahi sunnah". Tidak pula 
dikatakan padanya : jangan merasa benar sendiri.

Demikian pula Tabi'ut Tabi'in dan para ulama setelahnya. Senantiasa 
mereka membantah pendapat yang mereka pandang lemah atau salah tapi 
tidak ada satupun dari mreka yang mengatakan " jangan merasa benar 
sendiri". Disebutkan dalam kisah yang shohih bahwa Imam Asy Syafi'i 
mendebat Imam Ahmad dalam masalah hukum orang yang meninggalkan 
sholat, dimana Imam Ahmad berpendapat bahwa orang yang meninggalkan 
sholat kafir murtad dari agama Islam sedangkan Imam Asy Syafi'i 
tidak mengkafirkannya, tapi Imam Asy Syafi'i tidak pernah 
mengatakan : " jangan merasa benar sendiri" tapi yang dikatakan oleh 
Imam Asy Syafi'i adalah : "Tidaklah aku berdialog dengan seorangpun 
kecuali aku berkata : Ya Allah alirkanlah kebenaran pada lisan dan 
hatinya, jika kebenaran itu bersamaku,ia mau mengikutiku dan jika 
kebenaran itu ada padanya, aku akan mengikutinya".

Mereka juga menulis kitab-kitab bantahan terhadap bid'ah dan 
kesesatan, Imam Ahmad menulis kitab Arrodd alal Jahmiyyah (bantahan 
terhadap Jahmiyyah), Abu Dawud punya kitab Arrodd 'alal qodariyyah 
(bantahan terhadap Al Qodariyyah), Ad Darimi menulis kitab Roddu 
Utsman Ad Darimi 'ala Bisyir Al Marisi Adl Dlooll (bantahan Utsman 
Ad Darimi terhadap Bisyir Al Marisi yang sesat) dan banyak lagi 
kitab-kitab bantahan lainnya. Tidak ada satupun diantara mereka yang 
berkata : "jangan merasa benar sendiri". Coba anda renungkan 
perkataan Abu Isma'il Abdullah bin Muhammad Al Anshori "Pedang 
dihadapkan kepadaku sebanyak lima kali bukan untuk menyuruhku agar 
keluar dari keyakinanku, akan tetapi dikatakan kepadaku : "Diamlah 
dari orang yang menyelisihmu !! aku tetap menjawab "Aku tidak akan 
pernah diam .."

Merasa benar adalah fitrah manusia, buktinya jika engkau bertanya 
kepada orang yang mengatakan " Jangan merasa benar 
sendiri" : "Apakah anda merasa benar dengan perkataan tersebut ? 
tentu ia berkata : "Ya", Dia sendiri merasa benar sendiri dengan 
pendapat tersebut lalu ia melarang orang lain merasa benar sendiri, 
jelas ini kontradiktif yang fatal.

Meluruskan Pemahaman
Sebagian orang ada yang berdalil dengan sebuah kisah yang 
diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim bahwa Nabi shalallahu 'alaihi 
wa sallam bersabda : "Janganlah kamu sholat kecuali di Bani 
Quroidzoh, kemudian ditengah jalan masuk waktu ashar, maka sebagian 
mereka berkata "Kita sholat disana". Sebagian lagi berkata : "Kita 
sholat dijalan, beliau tidak bermaksud demikian". Lalu disebutkan 
hal itu kepada Nabi shalallahu 'alaihi wa sall

[media-dakwah] Ringkasan dari 33 Kiat Mencapai Kekhusyu'an dalam Shalat

2006-12-06 Terurut Topik handri yanto
Ringkasan dari 33 Kiat Mencapai Kekhusyu'an dalam Shalat   
  Bismillahirrahmanirrahiem,
   
  Mukaddimah
   
  Segala pujian bagi Allah Rabb sekalian alam, yang telah berfirman dalam
  kitab-Nya :
   
  Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu' (QS. Al Baqarah : 238 
)
   
  Tentang shalat Dia berfirman :
  "Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang 
yang
  khusyu"
   
  (QS Al-Baqarah : 45)
   
  Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada penghulu orang-orang yang 
bertaqwa
  serta pemimpin orang-orang yang khusyu', Muhammad Shallallahu 'alaihi 
wassalam,
  keluarga, beserta seluruh shahabatnya.
   
  Amma ba'du
   
  Sesungguhnya, shalat itu merupakan pilar amaliah terbesar dalam agama ini.
  Sedang sikap khusyu' di dalamnya merupakan tuntunan syar'i.
   
  Ketika musuh Allah (Iblis) telah menetapkan janji pada dirinya untuk 
menyesatkan
  dan memfitnah keturunan Adam 'alaihi wassalam dengan mengatakan :
   
  "Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
  kanan dan dari kiri mereka" (QS Al-A'raf : 17).
   
  Di antara makarnya yang paling besar adalah memalingkan manusia dari 
kekhusyu'an
  shalat melalui berbagai cara dan sarana. Juga usahanya melakukan was-was serta
  bisikan dalam diri mereka agar terjauhkan dari menikmati lezatnya ibadah 
shalat
  dan agar mereka kehilangan pahala dan balasannya.
   
  Ketika banyak manusia menyerah dan bertekuk lutut di depan setan (dalam 
masalah
  ini), dan ketika kekhusyu'an adalah hal pertama yang akan diangkat dari bumi
  ini, sementara kita hidup di akhir zaman, maka sesuailah keadaan kita dengan
  gambaran Hudzaifah radiallahu 'anhu :
   
  "Pertama kali akan hilang dari agamamu adalah " khusyu' " dan hal terakhir 
yang
  akan hilang dari agamamu adalah shalat. Betapa banyak orang shalat tetapi 
tiada
  kebaikan padanya."
   
  Hampir saja engkau memasuki masjid sementara tidak mendapatkan di antara 
mereka
  orang yang khusyu' ". (Madarijus Saalikin karya Ibnu Qayyim 1/521).
   
  Berdasarkan apa yang dirasa seeseorang pada dirinya, juga apa yang didengar 
dari
  banyak orang yang mengeluh dan mengadu di sekitarnya tentang problem was-was
  serta hilang khusyu' di dalamnya, hal itu menunjukkan betapa sangat dibutuhkan
  pembahasan tentang topik shalat khusyu' ini.
   
  Tulisan berikut merupakan bentuk peringatan bagi diri saya sendiri juga bagi
  seluruh saudara-saudara kaum muslimin. Saya memohon kepada Allah Subhanahu wa
  ta'ala semoga Dia memberikan manfaat dengannya. Allah berfirman :
   
  "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
  khusyu' dalam shalatnya." (QS. Al-Mu'minuun : 1-2).
   
  Maksudnya mereka yang takut dan tenang. Pengertian khusyu' adalah : 
Ketenangan,
  tuma'ninah ,pelan-pelan, ketetapan hati, tawadhu' serta merasa takut dan 
selalu
  merasa diawasi Allah Ta'ala (Tafsir Ibnu Katsir, cet. Darus Syi'b VI/414).
   
  Definisi lain dari khusyu' adalah menghadapnya hati di hadapan Allah Ta'ala
  dengan sikap tunduk dan rendah diri (merasa hina). (Madarijus Salikin I/520).
   
  Diriwayatkan dari Mujahid bahwa ia mengomentari firman Allah Ta'ala : "
  Berdirilah karena Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu' ", Beliau berkata : di
  antara hal yang termasuk khusyu' adalah : sikap diam, khidmat, tunduk,
  menundukkan pandangan serta merendahkan diri karena takut kepada Allah 
  Subhanahu wa ta'ala. (Ta'dziimu Qadris Shalat 1/188).
   
  Tempat khusyu' adalah hati, sedangkan buahnya akan tampak pada anggota badan.
  Anggota-anggota badan hanya mengikuti hati. Jika kekhusyu'an rusak akibat
  kelalaian, kelengahan, serta was-was, maka rusaklah ubudiyah anggota badan 
yang
  lain.sebab hati diibaratkan raja. Sedangkan anggota badan lainnya sebagai
  pasukan dan tentaranya. Kepadanya mereka taat dan darinyalah sumber segala
  perintah. Jika sang raja dipecat dengan bentuk hilangnya penghambaan hati, 
maka
  hilanglah rakyat yaitu anggota-anggota badan lainnya.
   
  Adapun sikap menampak-nampakkan kekhusyu'an, hal itu tercela. Sebab di antara
  tanda-tanda keikhlasan adalah : "menyembunyikan kekhusyu'an."
   
  Suatu ketika Hudzaifah radiallahu 'anhu berkata : "Jauhilah oleh kalian
  kekhusyu'an munafik". Dikatakan kepadanya : "Apa yang dimaksud dengan
  kekhusyu'an munafik?". Beliau berkata : "Engkau melihat jasadnya khusyu'
  sementara hatinya tidak."
   
  Imam Fudhail bin 'Iyadh juga berkata: "Adalah hal yang tidak disukai jika
  seseorang memperlihatkan kekhusyu'an melebihi apa yang sebenarnya ada di dalam
  hatinya."
   
  Ada ulama melihat seseorang yang khusyu' , kedua bahu dan badannya. Maka ia
  berkata kepadanya: "Hai fulan, khusyu' itu tempatnya di sini, ia menunjuk ke
  arah dadanya dan bukannya di sini (sambil menunjuk pada kedua bahunya).
  (Madarijus Salikin 1/521).
   
  Imam Ibnul Qayyim -ketika menjelaskan perbedaan anatra khusyu' iman dengan
  khusyu' nifaq berkata : "Khusyu' iman adalah: "khusyu'nya 

[media-dakwah] IKHLAS TEMPAT PERSINGGAHAN IYYAKA NA'BUDU WA IYYAKA NASTA'IN

2006-12-05 Terurut Topik handri yanto
IKHLAS TEMPAT PERSINGGAHAN IYYAKA NA'BUDU WA IYYAKA NASTA'IN
   
  Oleh : Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Rahimahullah
   
  Sehubungan dengan tempat persinggahan ikhlas ini Allah telah berfirman di 
dalam Al-Qur'an.
   
  "Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan 
memurnikan ketaatan kepad-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" 
[Al-Bayyinah : 5]
   
  "Artinya : Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dengan 
(membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan 
kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agamya yang bersih (dari 
syirik)." [Az-Zumar: 2-3]
   
  "Artinya : Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa 
di antara kalian yang lebih baik amalnya."[All-Mulk : 2]
   
  Al-Fudhail berkata : "Maksud yang lebih baik amalnya dalam ayat ini adalah 
yang paling ikhlas dan paling benar." 
   
  Orang-orang bertanya : "Wahai Abu Ali, apakah amal yang paling ikhlas dan 
paling benar itu?". 
   
  Dia menjawab, " Sesungguhnya jika amal itu ikhlas namun tidak benar, maka ia 
tidak diterima. Jika amal itu benar namun tidak ikhlas maka ia tidak akan 
diterima, hingga amal itu ikhlas dan benar. Yang ikhlas ialah yang dikerjakan 
karena Allah, dan yang benar ialah yang dikerjakan menurut As-Sunnah." Kemudian 
ia membaca ayat.
   
  "Artinya : Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia 
mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam 
beribadah kepada Rabbnya." [Al-Kahfi :110]
   
  Allah juga berfirman.
   
  "Artinya : Dan sipakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas 
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan?" 
[An-Nisa' :125]
   
  Menyerahkan diri kepada Allah artinya memurnikan tujuan dan amal karena 
Allah. Sedangkan mengerjakan kebaikan ialah mengikuti Rasulullah Shallallahu 
alaihi wa sallam dan Sunnah beliau.
   
  Allah juga berfirman.
   
  "Artinya : Dan, Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami 
jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan". [Al-Furqan : 23]
   
  Amal yang seperti debu itu adalah amal-amal yang dilandaskan bukan kepada 
As-Sunnah atau dimaksudkan bukan karena Allah. Nabi Shallallahu Alaihi wa 
Sallam pernah bersabda kepada Sa'ad bin Abi Waqqash, "Sesungguhnya sekali-kali 
engkau tidak akan dibiarkan, hingga engkau mengerjakan suatau amal untuk 
mencari wajah Allah, melainkan engkau telah menambah kebaikan, derajad dan 
ketinggian karenanya."
   
  Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, dia 
berkata, "Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
   
  "Artinya : Tiga perkara, yang hati orang mukmin tidak akan berkhianat jika 
ada padanya: Amal yang ikhlas karena Allah, menyampaikan nasihat kepada para 
waliyul-amri dan mengikuti jama'ah orang-orang Muslim karena doa mereka 
meliputi dari arah belakang mereka." [Hadits Riwayat At-Thirmidzi dan Ahmad]
   
  Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang berperang 
karena riya', berperang karena keberanian dan berperang karena kesatiaan, 
manakah diantaranya yang ada di jalan Allah? Maka beliau menjawab, "Orang yang 
berperang agar kalimat Allahl-ah yang paling tinggi, maka dia berada di jalan 
Allah.
   
  Beliau juga mengabarkan tiga golongan orang yang pertama-tama diperintahkan 
untuk merasakan api neraka, yaitu : qari' Al-Qur'an, mujahid dan orang yang 
menshadaqahkan hartanya; mereka melakukannya agar dikatakan, "Fulan adalah 
qari', fulan adalah pemberani, Fulan adalah orang yang bershadaqah", yang 
amal-amal mereka tidak ikhlas karena Allah.
   
  Di dalam hadits qudsi yang shahih disebutkan : "Allah berfirman. 'Aku adalah 
yang paling tidak membutuhkan persekutuan dari sekutu-sekutu yang ada. 
Barangsiapa mengerjakan suatu amal, yang di dalamnya ia menyekutukan selain-Ku, 
maka dia menjadi milik yang dia sekutukan, dan Aku terbebas darinya'." [Hadits 
Riwayat Muslim]
   
  Di dalam hadits lain disebutkan; "Allah berfirman pada hari kiamat, 'Pergilah 
lalu ambillah pahalamu dari orang yang amalanmu kamu tujukan. Kamu tidak 
mempunyai pahala di sisi Kami'."
   
  Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau 
bersabda.
   
  "Artinya : Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh kalian dan tidak pula rupa 
kalian, tetapi Dia melihat hati kalian." [Hadits Riwayat Muslim]
   
  Banyak difinisi yang diberikan kepada kata ikhlas dan shidq, namum tujuannya 
sama. Ada yang berpendapat, ikhlas artinya menyendirikan Allah sebagai tujuan 
dalam ketaatan. Ada yang berpendapat, ikhlas artinya membersihkan perbuatan 
dari perhatian manusia, termasuk pula diri sendiri. Sedangkan shidq artinya 
menjaga amal dari perhatian diri sendiri saja. Orang yang ikhlas tidak riya' 
dan orang yang shadq tidak ujub. Ikhlas tidak bisa sempurna kecuali shidq, dan 
shidq tidak bisa sempurna kecuali dengan ikhlas,dan keduanya tidak sempurna 
kecuali dengan sabar.
   
  Al-

[media-dakwah] Kekayaan-tiada-habisnya-inginkah-engkau-memilikinya

2006-12-05 Terurut Topik handri yanto
Kekayaan-tiada-habisnya-inginkah-engkau-memilikinya.
  Posted by sabiilunnajaah 
   
  “Ketika seorang mukmin memahami nilai dunia dan hakikat kehidupan di dunia; 
ketika hati seorang mukmin digenangi oleh keimanan dan makrifat tentang Allah 
Subhanahu wa Ta’ala, nama-nama, dan sifat-sifat-Nya; maka ketika itu; dari 
pemahaman dan keimanan itu, akan lahirlah karakter mental yang sungguh 
berharga, yaitu qona’ah. Itulah sebuah harta kekayaan yang tidak ada habisnya.” 
Demikian yang disampaikan oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsari dalam 
bukunya “Qona’ah, Kekayaan Tiada Habisnya.”
   
  Qona’ah - merasa cukup dengan apa yang ada- sebuah kata yang mudah untuk 
diucapkan, namun sulit untuk dipraktikkan. Terlebih di zaman ini, dimana kita 
melihat begitu banyak manusia mengalami “kegilaan” terhadap dunia beserta 
isinya. Di zaman sekarang ini, sulit rasanya untuk mewujudkan kekayaan yang 
tiada habisnya ini hanya dengan nasihat singkat, “Nak, bersikaplah qona’ah; 
kamu akan tenang hidupnya”; atau nasihat-nasihat sejenis. Keterangan singkat 
yang disisipkan pada pengajian-pengajian juga belum mencukupi untuk menumbuhkan 
harta yang tiada habisnya ini. Hadits-hadits tentang qona’ah yang kita baca 
pun, (terkadang) tidak cukup membantu untuk serta merta memunculkan sifat itu 
pada diri kita, kecuali orang-orang yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
   
  Fondasi Sifat Qona’ah 
   
  Fondasi yang utama dan pertama untuk menumbuhkan sifat ini adalah keyakinan 
yang benar. Keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengenal Allah dengan 
nama dan sifat-sifat-Nya berikut keagungan dan keindahan yang dikandungnya; 
keimanan yang mantap kepada hari akhir, keyakinan yang benar tentang takdir 
yang baik dan buruk; semua itu merupakan landasan utama untuk menumbuhkan sifat 
dan karakter mental yang sangat mahal harganya ini.
   
  Keimanan dan pengetahuan seorang mukmin terhadap Allah beserta nama dan 
sifatnya; akan menjadikan dirinya merenungkan firman, perintah dan 
penjelasan-Nya; yang hasilnya ia akan memahami hakikat dunia, hakikat dirinya, 
dan hakikat qona’ah beserta manfaatnya di dunia dan di akhirat. 
   
  Keimanan kepada hari akhir akan mendorong seorang mukmin untuk memiliki sikap 
zuhud terhadap dunia. Pemikirannya selalu tertuju kepada hari akhir dan seluruh 
rangkaiannya, terutama ketika amal-amal kita dihisab. Dengan bekal ini ia 
paham, bahwa hidup dunia hanyalah sementara, sebagaimana yang ia pelajari dari 
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Apa perluku dengan dunia? 
Perumpamaanku dengan dunia hanyalah ibarat pengendara ynag tidur siang sejenak 
di bawah naungan sebuah pohon, kemudian berangkat di sore hari dan 
meninggalkannya.” (HR.Ahmad dan Tirmidzi). Hal ini akan menjadikannya bersikap 
menerima apapun yang terjadi dengan dirinya dengan senang hati.
   
  Keimanan terhadap takdir yang baik maupun buruk akan memberikan sikap tenang 
dan ridho terhadap apa yang dialami, suka maupun duka. Hatinya senantiasa 
lapang, ia tidak mengenal kata gundah dengan sedikitnya rizki, lemahnya daya, 
maupun kemiskinan yang menimpanya.
   
  Inginkah Engkau memiliki harta itu? 
   
  Sebagaimana akhlak-akhlak mulia lainnya, sebagai karakter mental, qona’ah 
dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya pendidikan, lingkungan, bertambah dan 
berkurangnya iman, serta ketinggian dan kerendahan cita-cita
   
  Syaikh Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari menyebutkan beberapa faktor yang 
mendukung kita untuk memperoleh akhlak yang sangat berharga ini:
   
  1. Ilmu agama
   
  Ilmu agama merupakan faktor utama untuk memperoleh harta yang tidak terkira 
ini. Dengan ilmu, kita mengetahui hakikat, manfaat, dan bahaya jika melalaikan 
qona’ah. Ilmu agama menjelaskan kepada kita hakikat dunia, menyingkap 
rahasia-rahasianya, dan bahaya-bahaya terlalu berorientasi kepadanya. Ilmu 
agama akan mendorong kita untuk mencintai dan mengerahkan seluruh perhatian 
kita kepada kampung akhirat, kehidupan yang kekal dan abadi. 
   
  “Dan tiadalah kehidupan di dunia ini selain main-main dan sendau gurau. Dan 
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah 
kamu memahaminya? (Al-An’am:32)
   
  Dengan ilmu pula kita memperoleh pengetahuan tentang Allah Azza wa ‘Ala 
dengan seluruh nama-Nya yang husna dan sifat-Nya yang tinggi. Kebenaran akidah: 
iman kepada hari akhir dan iman kepada takdir yang baik maupun buruk, yang hal 
itu merupakan pondasi dasar yang memiliki pengaruh sangat besar dalam 
mewujudkan sifat qona’ah, semuanya dapat diperoleh dengan ilmu agama.
   
  2. Keimanan yang mantap
   
  Ilmu yang kita miliki (insya Allah) berbuah menjadi keimanan yang mantap. 
Kuat lemahnya sifat qona’ah dalam menghadapi berbagai “fitnah” dunia ini, 
sesuai dengan tingkat kekuatan iman yang ada pada setiap kita.
   
  3. Pemahaman yang benar tentang qodho dan qodar
   
  Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membagi-bagi rizki dan keadaan hidup seluruh 
manusia sejak zaman azali.{pembagian yang dilakukan o

[media-dakwah] Permisalan Hidup di Dunia

2006-12-05 Terurut Topik handri yanto
Permisalan Hidup di Dunia
  Penulis: Buletin Da'wah Al Wala Wal Bara', Bandung  
   
  Seorang mukmin hidup di dunia ibaratnya seperti orang asing atau musafir. 
Suatu permisalan yang penuh makna dan pesan yang agung. Hal ini telah 
dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang selayaknya 
dijadikan pelajaran dan diterapkan oleh seorang mukmin dalam kehidupannya di 
dunia.
  عَنِ ابْنِ 
عُمَرَ 
رَضِيَ اللهُ 
عَنْهُمَا 
قَالَ: أَخَذَ 
رَسُوْلُ 
اللهِ صَلَّى 
اللهُ 
عَلَيْهِ 
وَآلِهِ 
وَسَلَّمَ 
بِمَنْكِبَيَّ
 فَقَالَ: 
كُنْ فِي 
الدُّنْيَا
 كَأَنَّكَ 
غَرِيْبٌ 
أَوْ عَابِرُ 
سَبِيْلٍ. 
وَكَانَ 
ابْنُ عُمَرَ 
رَضِيَ اللهُ 
عَنْهُمَا 
يَقُوْلُ: 
إِذَا 
أَمْسَيْتَ 
فَلاَ 
تَنْتَظِرِ 
الصَّبَاحَ، 
وَإِذَا
 أَصْبَحْتَ 
فَلاَ 
تَنْتَظِرِ 
الْمَسَاءَ، 
وَخُذْ مِنْ 
صِحَّتِكَ 
لِمَرَضِكَ، 
وَمِنْ 
حَيَاتِكَ 
لِمَوْتِكَ
  Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi 
wa sallam memegang kedua pundakku lalu bersabda, "Jadilah engkau hidup di dunia 
seperti orang asing atau musafir (orang yang bepergian)." Lalu Ibnu 'Umar 
radhiyallahu 'anhu menyatakan, "Apabila engkau berada di sore hari, maka 
janganlah menunggu hingga pagi hari. Dan apabila engkau berada di pagi hari 
maka janganlah menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum 
datang waktu sakitmu. Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu." 
(HR. Al-Bukhariy no.6416)
  Para 'ulama menjelaskan hadits ini dengan mengatakan, "Janganlah engkau 
condong kepada dunia; janganlah engkau menjadikannya sebagai tempat tinggal 
(untuk selama-lamanya -pent); janganlah terbetik dalam hatimu untuk tinggal 
lama padanya; dan janganlah engkau terikat dengannya kecuali sebagaimana 
terikatnya orang asing di negeri keterasingannya (yakni orang asing tidak akan 
terikat di tempat tersebut kecuali sedikit sekali dari sesuatu yang dia 
butuhkan �pent.); dan janganlah engkau tersibukkan padanya dengan 
sesuatu yang orang asing yang ingin pulang ke keluarganya tidak tersibukkan 
dengannya; dan Allah-lah yang memberi taufiq."
   
  Permisalan Seorang Mukmin di Dunia
  Inilah permisalan yang disebutkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan 
inilah kenyataannya. Karena sesungguhnya seseorang di dunia ibaratnya seorang 
musafir. Maka dunia bukanlah tempat tinggal yang tetap (selama-lamanya). Bahkan 
dunia itu sekedar tempat lewat yang cepat berlalunya. Orang yang melewatinya 
tidak pernah merasa letih baik malam maupun siang hari.
  Adapun seorang musafir biasa, kadang-kadang dia singgah di suatu tempat lalu 
dia bisa beristirahat. Akan tetapi musafir dunia (yakni permisalan orang mukmin 
di dunia �pent.) tidak pernah singgah, dia terus-menerus dalam keadaan 
safar (perjalanan). Berarti setiap saat dia telah menempuh suatu jarak dari 
dunia ini yang mendekatkannya ke negeri akhirat.
  Maka bagaimana sangkaanmu terhadap suatu perjalanan yang pelakunya senantiasa 
berjalan dan terus bergerak, bukankah dia akan sampai ke tempat tujuan dengan 
cepat? Tentu, dia akan cepat sampai. Karena inilah Allah Ta'ala menyatakan,
  كَأَنَّهُمْ 
يَوْمَ 
يَرَوْنَهَا 
لَمْ 
يَلْبَثُوا 
إِلَّا 
عَشِيَّةً 
أَوْ 
ضُحَاهَا
  "Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan 
tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi 
hari." (An-Naazi'aat:46)
   
  Makna Hadits Ini
  Berkata Ath-Thibiy, "Kata 'atau' (dalam hadits ini) tidaklah menunjukkan 
keraguan bahkan menunjukkan pilihan dan kebolehan dan yang paling baiknya 
adalah bermakna 'bahkan'." Yakni maknanya: "Jadilah engkau hidup di dunia 
seperti orang asing atau bahkan seperti musafir."
  Orang mukmin ketika hidup di dunia, kedudukannya seperti orang asing. Maka 
hatinya pun tidak akan terikat dengan sesuatu di negeri keterasingannya 
tersebut. Bahkan hatinya terikat dengan tempat tinggal (negerinya) yang dia 
akan kembali kepadanya. Dan dia menjadikan tinggalnya di dunia hanya sekedar 
untuk menunaikan kebutuhannya dan mempersiapkan diri untuk kembali ke 
negerinya. Inilah keadaan orang yang asing.
  Atau bahkan seorang mukmin itu seperti musafir yang tidak pernah menetap di 
suatu tempat tertentu. Bahkan dia terus-menerus berjalan menuju tempat 
tinggalnya.
  Maka seorang mukmin hidup di dunia ini ibaratnya seperti seorang hamba yang 
ditugaskan oleh tuannya untuk suatu keperluan ke suatu negeri. Hamba tersebut 
tentunya ingin bersegera melaksanakan apa yang ditugaskan oleh tuannya lalu 
kembali ke negerinya. Dan dia tidak akan terikat dengan sesuatu kecuali apa 
yang ditugaskan oleh tuannya.
   
  Keadaan Orang Asing dan Musafir
  Berkata Al-Imam Abul Hasan 'Ali bin Khalaf di dalam Syarh Al-Bukhariy, 
"Berkata Abu Zinad, "Makna hadits ini adalah anjuran untuk sedikit bergaul dan 
berkumpul serta zuhud terhadap dunia."
  Kemudian Abul Hasan berkata, "Penjelasannya adalah bahwa orang asing biasanya 
sedikit berkumpul dengan manusia sehingga terasing dari mereka. Karena 
hampir-hampir dia tidak pernah melewati orang yang dikenalnya

[media-dakwah] Dasar-dasar Memahami Tauhid

2006-12-05 Terurut Topik handri yanto
  Dasar-dasar Memahami Tauhid   
  Oleh : Syaikh Muhammad At-Tamimi Rahimahullah
   
  Pendahuluan
  Ketahuilah, bahwa sesunguhnya kelurusan ajaran Nabi Ibrahim 'alaihis salam 
adalah
  beribadah kepada Allah secara ikhlas dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya.
   
  Allah berfirman [artinya]: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia 
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Adz-Dzariyaat1:56)
   
  Dan bila Anda telah tahu bahwasanya Allah menciptakanmu untuk beribadah 
kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa ibadah tidak disebut ibadah kecuali bila 
disertai dengan tauhid. Sebagaimana shalat, tidaklah disebut shalat bila tidak 
disertai dengan bersuci.
  Bila ibadah dicampuri syirik, maka rusaklah ibadah itu, sebagaimana rusaknya 
shalat bila
  disertai adanya hadatz (tidak suci). Allah berfirman [artinya]:" Tidaklah 
pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka 
mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia 
pekerjaannya, dan mereka itu kekal di dalam neraka" (At-Taubah: 17)
   
  Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa ibadah yang bercampur dengan kesyirikan 
akan
  merusak ibadah itu sendiri. Dan ibadah yang bercampur dengan syirik itu akan
  menggugurkan amal sehingga pelakunya menjadi penghuni neraka, Allah berfirman
  [artinya]: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia 
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang 
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah 
berbuat dosa yang besar." (An- Nisaa': 48)
   
  Kemurnian ibadah akan mampu dicapai bila memahami 4 kaidah yang telah Allah
  nyatakan dalam firman-Nya:
   
  Kaidah Pertama  Engkau harus mengetahui bahwa orang-orang kafir yang 
diperangi oleh Rasulullah
  shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka meyakini bahwa Allah sebagai Pencipta, 
Pemberi
  rizki, Yang menghidupkan, Yang mematikan, Yang memberi manfa'at, Yang memberi
  madzarat, Yang mengatur segala urusan (tauhid rububiyah). Tetapi semuanya itu 
tidak
  menyebabkan mereka sebagai muslim, Allah berfirman:
  "Katakanlah: 'Siapa yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau 
siapa yang kuasa [menciptakan] pendengaran dan penglihatan, dan siapa yang 
mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapa yang mengatur segala urusan?' 
Maka mereka akan menjawab:'Allah'. Makakatakanlah:'Mengapa kamu tidak bertakwa 
[kepada-Nya]." (Yunus:31)
   
  Kaidah Kedua  Mereka (musyrikin) berkata :"Kami tidak berdo'a kepada mereka 
(Nabi, orang-orang shalih
  dll) kecuali agar bisa mendekatkan kepada Allah dan mereka nantinya akan 
memberi
  syafa'at. Maksud kami kepada Allah, bukan kepada mereka. Namun hal tersebut 
dilakukan dengan cara melalui syafaat dan mendekatkan diri kepada mereka".
   
  Dalil tentang mendekatkan diri yaitu firman Allah [artinya]:"Dan orang-orang 
yang
  mengambil pelindung selain Allah (berkata):"Kami tidak menyembah mereka 
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". 
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka 
berselisih padanya. 
  Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat 
ingkar" ( Az-Zumar: 3).
   
  Adapun dalil tentang syafa'at yaitu firman Allah [artinya]:"Dan mereka 
menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada 
mereka dan tidak pula kemanfa'atan, dan mereka berkata:"Mereka itu adalah 
pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah:"Apakah kamu 
mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak 
[pula] di bumi" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka 
mempersekutukan [itu]." (Yuunus: 18)
   
  Syafa'at itu ada 2 macam:
  • Syafa'at munfiyah (yang ditolak)
  • Syafa'at mutsbitah (yang diterima)
   
  Syafa'at munfiyah adalah syafa'at yang dicari dari selain Allah. Sebab tidak 
seorangpun
  yang berkuasa dan berhak untuk memberikannya kecuali Allah, Allah berfirman
  [artinya]:"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah [di jalan Allah] 
sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang 
pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang 
akrab dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang 
yang zalim. (Al-Baqarah: 254)
   
  Adapun syafa'at mutsbitah adalah syafa'at yang dicari dari Allah. Pemberi 
syafa'at itu
  dimuliakan dengan syafa'at, sedangkan yang diberi hak untuk memberikan 
syafa'at adalah
  orang yang diridhai Allah, baik ucapan maupun perbuatannya setelah memperoleh 
izin-
  Nya. Allah berfirman [artinya]:"Siapakah yang mampu memberi syafa'at 
disamping Allah tanpa izin-Nya?" (Al-Baqarah:255).
   
   
  Kaidah Ketiga  Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan 
kapada manusia tentang
  macam-macam sistem peribadatan yang dilakukan oleh manusia. Diantara mereka 
ada
  yang menyembah matahari dan bulan, diantara mereka ada pula yang menyembah 
orangorang s

[media-dakwah] Hidayah Milik Alloh

2006-11-30 Terurut Topik handri yanto
Hidayah Milik Alloh  Penulis: Abu Abdillah Rudi Agus Hermawan (Alumni Ma’had 
‘Ilmi)
   
  Hidayah adalah sesuatu yang sangat didam-idamkan dan diimpikan oleh setiap 
insan, sebab semata karena hidayah Alloh kenikmatan serta kebahagian hidup di 
dunia dan di akhirat dapat tercapai. Karena itu hidayah merupakan nikmat yang 
terbesar yang Alloh anugerahkan pada seorang hamba. Sebagaimana nikmat yang 
lain demikian juga hidayah hanya datang dari Alloh. Oleh karena itu meminta dan 
mengharapkannya juga hanya kepada-Nya.

Alloh berfirman, 
  إِنَّكَ لَا 
تَهْدِي مَنْ 
أَحْبَبْتَ 
وَلَكِنَّ 
اللَّهَ 
يَهْدِي مَن 
يَشَاءُ 
وَهُوَ 
أَعْلَمُ 
بِالْمُهْتَدِينَ
  “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu 
kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan 
Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 
56)
  Ayat ini turun terkait dengan kematian paman beliau Abu Thalib dalam keadaan 
kafir. Dalam shohih Bukhori dan Shohih Muslim disebutkan tatkala Abu Thalib 
akan meninggal, Rosululloh Sholallahu `alaihi wa sallam mendatanginya. Ketika 
itu Abdullah bin Abu Umayyah serta Abu Jahl berada di samping Abu Tholib. 
Rosululloh kemudian berkata, “Wahai Pamanku! Ucapkanlah “La Ilaaha Illalloh” 
suatu kalimat yang dapat aku jadikan sebagai pembela untukmu di hadapan Alloh.” 
Akan tetapi, ajakan ini disambut oleh Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahl 
dengan mengatakan, “Apakah kamu membenci agama Abdul Muththalib?” Lalu 
Rosululloh mengulanginya kembali dan mereka berdua juga mengulang-ulangi 
kata-kata itu pula. Akhirnya Abu Tholib meninggal dengan masih tetap pada agama 
Abdul Muththalib dan enggan mengucapkan “La Ilaaha Illalloh” Kemudian Nabi 
Berkata “Sungguh, akan aku mintakan ampunan untukmu selama tidak dilarang”. 
Lalu Alloh ‘azza wa Jalla menurunkan firman-Nya, 
  مَا كَانَ 
لِلنَّبِيِّ 
وَالَّذِينَ 
آمَنُواْ أَن 
يَسْتَغْفِرُواْ
 
لِلْمُشْرِكِينَ
 وَلَوْ 
كَانُواْ 
أُوْلِي 
قُرْبَى مِن 
بَعْدِ مَا 
تَبَيَّنَ 
لَهُمْ 
أَنَّهُمْ
 أَصْحَابُ 
الْجَحِيمِ
  “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun 
(kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu 
adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang 
musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam.” (QS At Taubah: 113)
  Mengenai Abu Thalib, Alloh menurunkan firman-Nya, “Sesungguhnya kamu tidak 
akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi 
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya”.
  Jika Nabi saja tidak mampu memberikan hidayah taufik kepada pamannya yang 
telah banyak berjasa, maka kepada yang lainnya tentu lebih tidak mampu lagi. 
Dan selain Nabi lebih tidak pantas lagi yaitu dimintai hidayah. Dengan demikian 
semua bentuk ketergantungan kepada Nabi sholallahu `alaihi wa sallam dan kepada 
yang lainnya selain Alloh adalah sangat tercela dan perbuatan yang sia-sia, 
bahkan merupakan perbuatan syirik. 
  Macam-Macam Hidayah
Hidayah yang diturunkan oleh Alloh ada dua macam;
Pertama, hidayah berupa bimbingan dan penjelasan (Hidayatul Bayan wal ‘Irsyad). 
Hidayah seperti ini dimiliki oleh para rasul dan semua pengikutnya yang 
menyebarkan ajarannya. Mereka selalu memberikan bimbingan dan penjelasan umat 
tentang syariat Alloh subhanahu wa ta’ala.
  Alloh berfirman, 
  وَيَقُولُ 
الَّذِينَ 
كَفَرُواْ 
لَوْلا 
أُنزِلَ 
عَلَيْهِ 
آيَةٌ مِّن 
رَّبِّهِ 
إِنَّمَا 
أَنتَ 
مُنذِرٌ 
وَلِكُلِّ 
قَوْمٍ هَادٍ
  “Orang-orang yang kafir berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya 
(Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?” Sesungguhnya kamu hanyalah 
seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi 
petunjuk.” (QS Ar Ra’d: 7)
  Alloh juga berfirman, 
  
وَأَوْحَيْنَا
 إِلَى مُوسَى 
أَنْ أَسْرِ 
بِعِبَادِي 
إِنَّكُم 
مُّتَّبَعُونَ
 فَأَرْسَلَ 
فِرْعَوْنُ 
فِي 
الْمَدَائِنِ
 حَاشِرِينَ
  “Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: “Pergilah di malam hari dengan 
membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan 
disusuli”. Kemudian Fir`aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke 
kota-kota.” (Asy Syu’ara: 52-53)
  Puncak dari hidayah yang dimiliki oleh para rasul adalah mereka diperkuat 
dengan mukjizat sebagai bukti kebenaran ajaran yang mereka sampaikan kepada 
umatnya.
  Kedua, Hidayah taufik (Hidayatut taufiq). Yaitu hidayah yang diberikan Alloh 
subhanahu wa ta’ala kepada seseorang sehingga ia menjadi orang yang beriman dan 
bertakwa. Hidayah semacam ini hanya dimiliki oleh Alloh dan tidak selainnya. 
Hal ini seperti yang terdapat dalam ayat di atas. Alloh menyatakan bahwa Nabi 
sholallahu `alaihi wa sallam tidak mampu memberikan hidayah walaupun terhadap 
orang yang sangat beliau cintai. Kita juga dapat melihat contoh dalam kisah Abu 
Tholib di atas. Walaupun Rosululloh dapat memberikan hidayah bayan kepadanya 
namun Alloh tidak memberikan hidayah taufik sehingga ia mati dalam keadaan 
kafir.
  Dal

Re: [media-dakwah] Tholabul'ilmi : Jawaban Pemahaman Salafush Shalih /pendahulu kita yang shalih.

2006-10-19 Terurut Topik handri yanto
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,
  Mas Dodi sedulurku, marilah kita selalu panjatkan segala puji hanya milik 
Allah 
  kita memujinya dengan nama-nama dan sifat- sifat-Nya yang baik, Shalawat dan 
salam senantiasa tercurah atas junjungan dan panutan hidup kita Muhammad 
Shallallahu 'alaihi wasallam, kepada kerabatnya, para sahabatnya, tabi'in, 
tabiut tabi'in dan pengikutnya yang senantiasa teguh mengikuti sunnahnya hingga 
akhir zaman.
   
  Wah Mas Dodi kuwi ngecee...sebenarnya saya ini bukan apa-apa masih baru 
belajar itupun yang ditulis adalah tulisan ulama yang saya tulis ulang.. tapi 
Insya Allah saya coba menjelaskan apa apa sebatas yang saya ketahui . tapi agak 
sabar yo Masrodo' suwe ora opo-opo to ?. soalae PT ku shut down selama 
seminggu.
   
  Mengenai jawaban saya bagian pertama, Allahu Ta'a ala a'lam tidak muncul di 
situs MD ( opo mungkin error kali yo ) , tapi ya sudah di cc ke MD lho ?, coba 
nanti saya kirimnya lagi.
   
  Panjenengane wangsul kapan ?.  iyo Mas aku nggak pulang tahun ini, karena 
masih banyak keperluan. Nderek aken sugeng tindak , hati-hati dijalan. salam 
buat keluarga semua.
  Barokallahu fiikum.
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
  Abu Fahmi.
   
   
  
dodi indras <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Bismillahirrohmanirrohiim,
Alhamdulillaahi Robbil ‘alamiina, al qooilu fii
kitabihil kariim.
Wash-sholatu was salaamu’ala asy-syrofil mursaliin
sayyidina Muhammadin shollallohu’alaihi wasallama
wa’ala aalihi wa ash-haabihi ajma’in ammaaba’du

Mas Handri yang baik, terima kasih dan syukur atas
kiriman penjelasan (Tauziyyah) atas email saya.

Wah, aku ngiri lho, begitu apiknya uraian yang mas
Handri sampaikan, semoga Alloh akan makin meluaskan
pengetahuan dan pemahaman mas Handri akan
ayat-ayatNYA, amiin.

Do’akan saya agar bisa belajar seperti mas Handri ya,
ini baru pengin belajar bahasa Arab aja, hambatannya
udah banyak, maklum mas, saya dilahirkan dari kalangan
“Abangan”, jadi ya syukur alhamdulillah, saat ini ada
kesempatan untuk belajar Diinulloh, mohon do’anya ya
, mas, nuwun.

Wah kalau mas mau mampir ke Malang, ya monggo, ntar
mau makan bakso atau tahu campur atau cwi mie malang,
wah…sp itu, tapi harus janjian dulu, kan saya
nggak domisili lagi di Malang, ke sana hanya
silaturohmi pada ortu dan konco-konco lama, sekalian
ziarah kubur ayah saya yang di Blitar, makamnya Bung
Kirno, bukan bung Karno , he-he-he…...kebetulan makam
ayah saya satu komplek dengan makam Bung Karno (
semoga Alloh mengampuni dosa beliau berdua, amiin),
bisanya ya setahun sekali gini, maklum mas…kuli….

Saya di Malangnya ada 2 tempat, Ibu saya di
Sengkaling, kalau mitoha, di Lowokwaru.
Insya Alloh berangkat pulang nanti tgl. 20, moga-moga
lancar dan penuh barokah, amiin…

Mas, Mohon maaf sebelumnya, mungkin tulisan saya ini
pendek aja, karena menyempatkan disela-sela rutinitas,
apalagi kantor mau libur bersama, jadi…mungkin akan
banyak “klera-klerune” tembung, maafin yo mas.

Mas, soal dikirim ke Milis MD, monggo saja, wong udah
dikirim kok sebelum saya baca ya mas, he-he-he….gak
pa-pa, jika diijinkan, sedikit permintaan, ada baiknya
email saya mas kirimkan secara penuh pula, agar
maknanya tidak terpotong yang mas jawab, ini hanya
usul lho mas …..(Yang mas Kirim baru 2 buah yang
terakhir ya mas, yang pertama kok malah ora kekirim ,
apa kena filter ya ? moga nggak , amiin) 
Sebagai analogi, misalnya ada orang yang bilang “
Celakalah orang yang sholat “, nah….yang beliau
katakan itu kan mengutip ayat Al Qur’an salah satu
dari QS Al Ma’uun, tapi, karena dipotong,ayat yang 
lanjutannya maupun ayat sebelumnya nggak disampaikan,
jadi runyam deh….
He-he-he, kata orang bijak sih, gitu mas, nuwun sewu
lho….

Mas Handri yang dirohmati Alloh, insya Alloh yang mas
sampaikan saya mengerti, dan sebagian besar adalah
kebenaran yang sama dengan pemahaman saya, Qur’an dan
As Sunnah haruslah menjadi mercu suar panduan dalam
kehidupan kita, melalui jalur para Sahabat, hingga
guru-guru kita.
Yang mas sampaikan sebagian lagi saya ingin menambah
pengetahuan dari mas Handri, jadi akan ada yang saya
tanyakan, serta ada yang akan saya tambahi,
mudah-mudahan mas Handri berkenan, ibarat memasak MIE,
uraian mas Handri adalah mie dan bumbu nya yang siap,
lalu saya akan menambahkan bawang goreng, pangsit,
potongan ayam goreng, sehingga insya Alloh enak dan
barokah ketika kita santap nanti, amiin. nuwun.

1.Soal menuntut Ilmu, 
saya sepakat atas yang mas sampaikan, semua adalah ada
dasar yang qothi , sehingga, bagi saya, menuntut ilmu
adalah merupakan kewajiban, mulai dari buaian bunda,
hingga akhir hayat nanti, semoga Alloh merohmati kita
dengan karunia Ilmu yang bermanfaat, amiin. Tambahan
saya, akan lebih baik, jika yang kita kaji, tidak saja
yang kita senangi, atau kita panuti aja para Ulamanya
tersebut, namun juga para ulama lainnya, baik sefaham
maupun, tidak, ekstrimnya malah yang bermusuhan.
Pemahaman saya, adalah meniru cara Alloh SWT dan
RosulNYA. Alloh dalam firman-firmanNYA, 

Re: [media-dakwah] Sembelihan Ahli Kitab: Halal atau Haram?

2006-10-18 Terurut Topik handri yanto
Wa'alaykumusssalam warohmatullohi wabarokatuhu,
  Ikut nimbrung.. berikut saya nukilkan fatwa-fatwa ulama mengenai masalah 
tersebut.
  Mudah-mudahan bisa membantu dan semoga bermanfa'at.
   
  BOLEHKAH KITA MENGKONSUMSI DAGING IMPORT?
Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Kami mengimport daging mentah 
tanpa tulang dari negeri asing (non muslim, -red) dan daging ini banyak 
dimanfaatkan oleh masyarakat kita karena harganya murah. Bolehkah kita 
mengkonsumsi daging tersebut ? Tolong beri kami penjelasan ! Jazakumullah 
khairan.

Jawaban
Daging yang diimport dari selain negeri kaum muslimin, ada dua jenis.

Pertama : Daging-daging itu berasal dari negeri Ahli Kitab, maksudnya negeri 
yang penduduknya beragama Nasrani atau Yahudi, dan yang melakukan penyembelihan 
adalah salah seorang Ahli Kitab dengan penyembelihan yang sesuai syariat.

Daging jenis ini halal dikonsumsi oleh kaum muslimin berdasarkan ijma karena 
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Artinya : Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberikan Al-Kitab itu halal 
bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka” [Al-Maidah : 5]

Kata ‘tha’amuhum, maksudnya adalah sembelihan mereka berdasarkan ijma’ ulama. 
Karena selain sembelihan, seperti biji-bijian, buah-buahan dan lain sebagainya 
halal, baik berasal dari Ahli Kitab ataupun lainnya.

Kedua : Daging import dari negeri bukan negeri Ahli Kitab, seperti negeri 
komunis, negeri paganis (penyembah patung).
Daging-daging ini tidak boleh dikonsumsi oleh kaum muslimin, selama 
penyembelihannya tidak dilakukan oleh seorang Muslim atau seorang Ahlu Kitab 
(dengan cara penyembelihan yang sesuai syari’at, -red). Jika penyembelihannya 
diragukan agamanya, atau metode penyembelihannya diragukan, apakah dilakukan 
sesuai dengan tuntunan syari’at atau tidak, maka seorang muslim diperintahkan 
untuk berhati-hati dan meninggalkan yang syubhat (samar). Sedangkan 
(daging-daging) yang tidak mengandung syubhat sudah bisa mencukupi (mudah 
didapat).

Makanan itu sangat berbahaya, jika makanan itu keji (haram) ; karena akan 
memberikan makanan dengan makanan yang buruk. Dan daging-daging sembelihan itu 
memiliki kepekaan (sensitifitas) yang besar. Oleh karena itu, disyaratkan pada 
daging-daging sembelihan itu berasal dari orang-orang yang berhak melakukan 
penyembelihan, yaitu orang-orang Muslim atau Ahli Kitab, dan cara 
penyembelihannya dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat.

Jika dua syarat ini tidak terpenuhi, berarti daging itu merupakan bangkai, 
sedangkan bangkai itu (hukumnya) haram.
Kesimpulannya, daging-daging yang ditanyakan ini, jika diimport dari negeri 
Ahli Kitab dan disembelih sesuai dengan tuntunan syari’at, maka daging ini 
boleh dikonsumsi. Sedangkan jika disembelih tidak sesuai dengan tuntunan 
syari’at, seperti dengan menggunakan sengatan listrik atau semacamnya, maka 
(demikian) ini haram.

Jika urusan ini masih samar pada anda, maka tinggalkan daging-daging itu dan 
beralihlah kepada yang tidak mengandung syubhat. Wallahu a’lam

[Kitab Al-Muntaqa min Fatawa Fadhilatisy Syaikh Shalih bin Fauzan, 5/320-321]


BOLEHKAH MEMBELI DAGING SEMBELIHAN ORANG YANG TIDAK SHALAT ?
Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan


Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Kami membeli daging dari para 
jagal, dan kami tidak mengetahui apakah mereka melakukan shalat ataukah tidak. 
Namun kami cenderung menyangka. Mereka tidak shalat, karena kami tidak melihat 
mereka di masjid-masjid yang berdekatan dengan mereka, sedangkan kami pernah 
menanyakan kepada mereka tentang orang yang melakukan penyembelihan itu, dan 
mereka menjawab : “Kami yang menyembelih”. Bolahkah membeli daging dari mereka, 
setelah mengira bahwa mereka tidak shalat? Berilah fatwa kepada kami. Semoga 
Allah memberikan balasan kebaikan kepada anda.

Jawaban
Daging yang dijual di pasar-pasar kaum muslimin dari hewan-hewan yang 
disembelih di negera-negara Islam hukum asalnya adalah halal, alhamdulillah. 
Dan tidak perlu ditanyakan tentangnya, selama belum jelas atau tidak terbukti 
bahwa daging itu berasal dari sembelihan yang tidak sesuai syari’at.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang satu kaum yang baru 
masuk Islam, mereka membawa daging ke pasar-pasar kaum muslimin, dan tidak 
diketahui apakah mereka menyebut nama Allah ketika menyembelih ataukah tidak, 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jawaban.

“Artinya : Hendaklah kalian membaca bismillah dan makanlah” [Hadits Riwayat 
Bukhari 6/226 dari Aisyah]

Maksudnya, bacaan basmalah ketika hendak makan. Sehingga keraguan yang ada pada 
benak para penanya tidak memiliki kesempatan untuk menjadikan daging-daging itu 
haram, wallahu a’lam.

Sedangkan kondisi orang-orang yang dipertanyakan yang meremehkan shalat 
berjama’ah, tidak mesti mengakibatkan hasil sembelihan mereka menjadi haram. 
Karena meninggalkan shalat berjama’ah, meskipun itu merupakan perbuatan haram 
(berdosa), namun perbua

[media-dakwah] Jawaban Pemahaman Salafush Shalih /pendahulu kita yang shalih.( Thullabul illmiy ) bag 3

2006-10-17 Terurut Topik handri yanto
Mas Dodi, afwan berikut tambahan mengenai Hidayah. 
  ===
  Tanya : Bagaimana Paman nabi SAW, Abi Tholib, yang sangat berani membela Nabi,
menjaga Nabi, diakhir hayatnya, walaupun Nabi SAW sangat ingin agar beliau 
bersyahadat, namun,bikudratillah, Alloh belum berkehendak beliau bersyahadat, 
maka beliau meninggal dalam kondisi belum bersyahadat.Dari sini juga kita ambil 
hikmah, bahwa , penilaian diterima tidaknya amal seseorang, adalah hanya Alloh
Ta'ala saja yang bisa menentukan, bukan kita, juga bukan siapa saja, hanya 
Alloh SWT. Kalaupun kita beribadah yang baik dan betul, itu adalah dalam rangka 
berusaha agar mudah-mudahan amal kita dikehendaki Alloh untuk diterimaNYA.
Tidak berarti kita tidak usah berusaha mencari jalanv yang benar,dan syariat 
yang lurus lhooitu tetep, harus, rek...
   
  =
  Hidayah Milik Alloh  Penulis: Abu Abdillah Rudi Agus Hermawan (Alumni Ma’had 
‘Ilmi)
   
  Hidayah adalah sesuatu yang sangat didam-idamkan dan diimpikan oleh setiap 
insan, sebab semata karena hidayah Alloh kenikmatan serta kebahagian hidup di 
dunia dan di akhirat dapat tercapai. Karena itu hidayah merupakan nikmat yang 
terbesar yang Alloh anugerahkan pada seorang hamba. Sebagaimana nikmat yang 
lain demikian juga hidayah hanya datang dari Alloh. Oleh karena itu meminta dan 
mengharapkannya juga hanya kepada-Nya.

Alloh berfirman, 
  Åöäøóßó áóÇ ÊóåúÏöí ãóäú ÃóÍúÈóÈúÊó æóáóßöäøó Çááøóåó íóåúÏöí ãóä íóÔóÇÁõ 
æóåõæó ÃóÚúáóãõ ÈöÇáúãõåúÊóÏöíäó
  “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu 
kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan 
Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 
56)
   
  Ayat ini turun terkait dengan kematian paman beliau Abu Thalib dalam keadaan 
kafir. Dalam shohih Bukhori dan Shohih Muslim disebutkan tatkala Abu Thalib 
akan meninggal, Rosululloh Sholallahu `alaihi wa sallam mendatanginya. Ketika 
itu Abdullah bin Abu Umayyah serta Abu Jahl berada di samping Abu Tholib. 
Rosululloh kemudian berkata, “Wahai Pamanku! Ucapkanlah “La Ilaaha Illalloh” 
suatu kalimat yang dapat aku jadikan sebagai pembela untukmu di hadapan Alloh.” 
Akan tetapi, ajakan ini disambut oleh Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahl 
dengan mengatakan, “Apakah kamu membenci agama Abdul Muththalib?” Lalu 
Rosululloh mengulanginya kembali dan mereka berdua juga mengulang-ulangi 
kata-kata itu pula. Akhirnya Abu Tholib meninggal dengan masih tetap pada agama 
Abdul Muththalib dan enggan mengucapkan “La Ilaaha Illalloh” Kemudian Nabi 
Berkata “Sungguh, akan aku mintakan ampunan untukmu selama tidak dilarang”. 
Lalu Alloh ‘azza wa Jalla menurunkan firman-Nya, 
  ãóÇ ßóÇäó áöáäøóÈöíøö æóÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇú Ãóä íóÓúÊóÛúÝöÑõæÇú 
áöáúãõÔúÑößöíäó æóáóæú ßóÇäõæÇú Ãõæúáöí ÞõÑúÈóì ãöä ÈóÚúÏö ãóÇ ÊóÈóíøóäó áóåõãú 
Ãóäøóåõãú ÃóÕúÍóÇÈõ ÇáúÌóÍöíãö
  “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun 
(kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu 
adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang 
musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam.” (QS At Taubah: 113)
  Mengenai Abu Thalib, Alloh menurunkan firman-Nya, “Sesungguhnya kamu tidak 
akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi 
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya”.
  Jika Nabi saja tidak mampu memberikan hidayah taufik kepada pamannya yang 
telah banyak berjasa, maka kepada yang lainnya tentu lebih tidak mampu lagi. 
Dan selain Nabi lebih tidak pantas lagi yaitu dimintai hidayah. Dengan demikian 
semua bentuk ketergantungan kepada Nabi sholallahu `alaihi wa sallam dan kepada 
yang lainnya selain Alloh adalah sangat tercela dan perbuatan yang sia-sia, 
bahkan merupakan perbuatan syirik. 
   
  Macam-Macam Hidayah
Hidayah yang diturunkan oleh Alloh ada dua macam;
Pertama, hidayah berupa bimbingan dan penjelasan (Hidayatul Bayan wal ‘Irsyad). 
Hidayah seperti ini dimiliki oleh para rasul dan semua pengikutnya yang 
menyebarkan ajarannya. Mereka selalu memberikan bimbingan dan penjelasan umat 
tentang syariat Alloh subhanahu wa ta’ala.
  Alloh berfirman, 
  æóíóÞõæáõ ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇú áóæúáÇ ÃõäÒöáó Úóáóíúåö ÂíóÉñ ãøöä ÑøóÈøöåö 
ÅöäøóãóÇ ÃóäÊó ãõäÐöÑñ æóáößõáøö Þóæúãò åóÇÏò
  “Orang-orang yang kafir berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya 
(Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?” Sesungguhnya kamu hanyalah 
seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi 
petunjuk.” (QS Ar Ra’d: 7)
  Alloh juga berfirman, 
  æóÃóæúÍóíúäóÇ Åöáóì ãõæÓóì Ãóäú ÃóÓúÑö ÈöÚöÈóÇÏöí Åöäøóßõã ãøõÊøóÈóÚõæäó 
ÝóÃóÑúÓóáó ÝöÑúÚóæúäõ Ýöí ÇáúãóÏóÇÆöäö ÍóÇÔöÑöíäó
  “Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: “Pergilah di malam hari dengan 
membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan 
disusuli”. Kemudia

[media-dakwah] Re: Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah ( Thullabul illmiy )

2006-10-12 Terurut Topik handri yanto
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,
  Segala puji hanyalah milik Alloh, kita memujinya dengan nama-nama dan sifat- 
sifat-Nya yang baik, Shalawat dan salam senantiasa tercurah atas junjungan dan 
panutan hidup kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, kepada kerabatnya, 
para sahabatnya, tabi'in, tabiut tabi'in dan pengikutnya yang senantiasa teguh 
mengikuti sunnahnya hingga akhir zaman.
   
  Apa kabar Mas Dodi Indra ?.Mudah-mudahan sehat dan senantiasa dalam Rahmat 
Allah Subhanahu wa ta'ala.
   
  Mohon ma’af kepada mas Dodi sebelumnya, sebenarnya hal untuk mengingatkan 
dari bahaya  masalah Bid’ah bukanlah dari saya , atau Ustadz fulan, atau Syaikh 
Fulan, tetapi peringatan ini datangnya dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa 
sallam yang Diriwayatkan didalam hadist-hadistnya yang muliya. Dan beliau 
Shallallahu alaihi wa sallam berpesan keras kepada seluruh umatnya tentang hal 
tersebut. 
  Simak hadist Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berikut :
   
  "Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah ucapan Allah dan sebaik-baik ajaran 
adalah ajaran Rasulullah. Dan sesungguhnya sejelek-jelek perkara adalah sesuatu 
yang diada-adakan (dalam agama), karena sesungguhnya sesuatu yang baru 
diada-adakan (dalam agama) adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan." 
(HR. Muslim no. 867). 
   
  “Dari sahabat ‘Irbadh bin As Sariyyah rodiallahu’anhu ia berkata: Pada suatu 
hari Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam shalat berjamaah bersama kami, 
kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu beliau memberi kami nasehat dengan 
nasehat yang sangat mengesan, sehingga air mata berlinang, dan hati tergetar. 
Kemudian ada seorang sahabat yang berkata: Wahai Rasulullah, seakan-akan ini 
adalah nasehat seorang yang hendak berpisah, maka apakah yang akan engkau 
wasiatkan (pesankan) kepada kami? Beliau menjawab: Aku berpesan kepada kalian 
agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, dan senantiasa setia mendengar dan taat 
( pada pemimpin/penguasa , walaupun ia adalah seorang budak ethiopia, karena 
barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan menemui 
banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan 
sunnah Khulafa’ Ar rasyidin yang telah mendapat petunjuk lagi bijak. Berpegang 
eratlah kalian dengannya, dan gigitlah dengan geraham
 kalian. Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang diada-adakan, karena setiap 
urusan yang diada-adakan ialah bid’ah, dan setiap bid’ah ialah sesat.” [Riwayat 
Ahmad 4/126, Abu Dawud, 4/200, hadits no: 4607, At Tirmizy 5/44, hadits no: 
2676, Ibnu Majah 1/15, hadits no:42, Al Hakim 1/37, hadits no: 4, dll].
   
  Sebagai seorang muslim yang bernar-benar beriman bahwa Nabi Muhammad 
shollallahu’alaihiwasallam adalah utusan Allah, dia akan senantiasa bersikap 
sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan:
   
  “Dan tidaklah patut bagi seorang mukmin dan tidak pula bagi seorang mukminah 
bila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, untuk mengambil 
pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan 
Rasul-Nya, maka sungguhlah ia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata”. (Al 
Ahzab 36)
   
   
  Benar sekali apa yang diucapkan oleh shahabat Nabi, Abdullah bin Mas'ud 
radhiyallahu anhu : "Sederhana dalam sunnah lebih baik daripada 
bersungguh-sungguh dalam perbuatan bid'ah."
   
  Orang-orang yang mengadakan bid'ah itu walaupun niatnya baik tetap tertolak 
dengan dalil hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam : "Siapa yang 
mengada-adakan sesuatu amalan di dalam urusan (agama) kami ini dengan yang 
bukan bagian dari agama ini maka amalan itu tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim 
dalam Shahih keduanya)
   
  Dan beliau bersabda :"Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada 
  perintahnya dari kami maka amalan itu tertolak." (HR. Muslim). Karena itu 
yang wajib bagi kaum Muslimin adalah mencukupkan diri dengan ibadah-ibadah yang 
telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya, tanpa menambah  ataupun 
menguranginya.
   
  Walhasil, ibadah itu harus sesuai dengan aturan Alloh dan Rasul-Nya dalam 
semua segi, baik jumlah, cara, waktu, tempat dan lainnya. 
  
---
# Bagaimana bila dikatakan bahwa bukankah hanya hak prerogratif Alloh SWT 
untuk menilai amal ibadah seseorang itu ? Apa layak kita mengambil alih Haq 
Alloh tersebut dengan menghakimi amal saudara kita ?.

   
  Bila dikatakan demikian mengapa Allah Subhanahu wa ta’ala mengutus nabi kita 
Shallallahu alaihi wa sallam. Bahwasanya kita tahu bahwa Nabi Muhammad 
Shallallahu alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan Allah azza wa 
jalla. Apakah cukup hanya beribadah ikhlas semata kepada Allah tanpa mengikuti 
petunjuk Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Apakah dengan Demikian kita 
mengabaikan apa-apa yang disampaikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam 
melalui hadist-hadist beliau, dimana Hadist-hadist beliau adalah penjelas dari

[media-dakwah] Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah ( Thullabul illmiy )

2006-10-12 Terurut Topik handri yanto
HUKUM BERZIKIR DENGAN SUARA NYARING
  D. Konsekuensi memvonis bid’ah kepada amaliah yang sebenarnya sunnah.
  Dengan mengucapkan: Subhanallah, inikah bukti dari apa yang dikabarkan oleh 
sahabat Abdullah bin Mas’ud, dalam ucapannya:
   “Bagaimanakah sikapmu, bila kamu telah dilanda oleh suatu fitnah terus 
menerus, sehingga orang-orang dewasa mencapai usia pikun, dan anak kecil 
mencapai usia dewasa dalam suasana seperti itu, dan masyarakat telah menganggap 
fitnah itu sebagai suatu amalan sunnah, sehingga bila fitnah itu diingkari 
(ditentang), mereka berkata: Amalan sunnah telah dirubah (ditentang)”. 
Dikatakanlah kepadanya: Kapankah yang demikian itu dapat terjadi, wahai Abu 
Abdirrahman? Beliau menjawab: “Bila ahli qira’at (bacaan) kalian telah banyak, 
sedangkan ahli fiqih (pemahaman) dari kalian hanya sedikit, harta kalian telah 
melimpah, dan orang-orang yang memiliki rasa amanat jumlahnya jarang dijumpai, 
dan bila kehidupan dunia digapai dengan sarana amalan akhirat (ibadah)”. 
(Riwayat Ad Darimi 1/75, no: 185, Ibnu Abi Syaibah 7/452, 37156, dan Al Hakim 
4/560, no: 8570).
  Zikir berjama’ah telah diklaim sunnah, sedangkan shalat tarawih berjamaah, 
dan berdoa’ tanpa mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah telah diklaim 
bid’ah.
  Banyak orang merasa berang tatkala dikatakan kepadanya: Zikir berjama’ah 
adalah bid’ah.
  Banyak pemuka masyarakat yang kaget tatkala dikatakan bahwa tasawuf adalah 
bid’ah.
  Ya Allah lindungilah kami dan keturunan kami dari fitnah ini, dan 
tunjukkanlah kami kepada jalan yang lurus.
  Pada bahasan kali ini, bantahan ilmiah terhadap buku  yang berjudul “Zikir 
Berjama’ah Sunnah atau Bid’ah” lebih difokuskan pada beberapa problematika yang 
umumnya ditemui pada zikir berjama’ah, beserta syubhat dan jawabannya. Mungkin 
diantara syubhat tersebut pernah terpikirkan oleh kita atau mungkin sempat kita 
yakini. Simak bantahannya pada edisi kali ini. Semoga bermanfa’at…
  BEBERAPA PROBLEMATIKA YANG ERAT HUBUNGANNYA DENGAN ZIKIR BERJAMA’AH
  A. HUKUM BERZIKIR DENGAN SUARA NYARING.
  Pada pembahasan ini, saudarku menyebutkan ayat 200, surat Al Baqarah, yang 
bunyinya:
  “Apabila kamu telah menyelesaikan manasikmu (ibadah hajimu), maka berzikirlah 
(dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) 
nenek moyangmu, atau bahkan (berzikirlah) lebih banyak dari itu“. (Al Baqarah: 
200)
  Pada penerjemahan ayat ini, saudaraku melakukan manipulasi terjemahan, yaitu 
pada hal: 81, tatkala beliau menerjemahkan firman Allah , beliau 
menerjemahkannya menjadi: “atau (bahkan) lebih keras dari itu”. 
  Manipulasi ini, beliau ulangi lagi terhadap perkataan Syeikh Ahmad Mushthafa 
Al Maraghi, yang berkata:
  “Bila kamu telah selesai dari ibadah haji, dan kamu telah melakukan nafar, 
maka perbanyaklah zikir (dengan menyebut) Allah, dan bermubalaghoh 
(berlebih-lebihan dalam memperbanyak zikir), sebagaimana kamu melakukannya 
ketika menyebut-nyebut nenek moyangmu dengan membangga-banggakan mereka dan 
sejarah hidup mereka”.
  Saudarku menerjemahkan perkataan  dengan: “dan keraskanlah suaramu dalam 
berzikirnya”. 
  Hal serupa juga beliau lakukan tatkala menerjemahkan perkataan Syeikh Ahmad 
Al Shawi Al Maliki, yang berkata:
  “maka berzikirlah kamu (dengan menyebut) Allah, dimana zikirmu (penyebutanmu) 
itu sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyangmu atau lebih“.
  Saudaraku menterjemahkan kata , dengan: “lebih keras lagi dari itu”. 
  Saya ingin bertanya kepada saudaraku, apakah yang dimaksud dengan kata 
“lebih”, dalam ayat di atas dan juga pada ucapan para ulama’, adalah lebih 
keras semata? sehingga bila ada orang yang membaca takbir satu kali saja dengan 
berteriak dan menggunakan pengeras suara, sudah dianggap menjalankan perintah 
dalam ayat ini? Karena tentu suara yang ia hasilkan dengan teriakan dan dibantu 
oleh pengeras suara itu lebih keras dari suara orang-orang musyrikin zaman 
dahulu, yang hanya menyebut-nyebut nenek-moyang mereka dengan suara biasa. 
Demikiankah pemahaman saudaraku tentang ayat ini?
  Ataukah yang dimaksud dari kata “lebih” ialah dalam hal jumlah, kekhusyu’an 
dan penghayatan akan zikir tersebut (kualitas dan kuantitasnya)?
  Agar menjadi jelas, mari kita simak penafsiran Ibnu Jarir At Thabari –imamul 
mufassirin- berikut ini:
  ”Dan menurutku pendapat yang benar tentang tafsir ayat ini, ialah: 
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan hamba-hamba-Nya, yaitu kaum 
mukminin agar berzikir kepada-Nya (mengingat-Nya) dengan menjalankan keta’atan 
kepada-Nya, yang terwujud pada sikap patuh kepada perintah-Nya dan menjalankan 
ibadah kepada-Nya seusai menjalankan manasik hajinya. Dan zikir ini, bisa saja 
yang dimaksudkan ialah bacaan takbir yang Allah Azza wa Jalla perintahkan dalam 
firman-Nya:
  ”Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah pada hari-hari yang telah dihitung 
(hari tasyriq: 11, 12, 13 Dzul Hijjah)”. (Al Baqarah: 203). Yaitu Zikir yang 
diwajibkan atas orang-orang yang telah menyelesaikan manasik hajinya. Maka 
A

Re: [media-dakwah] Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah ( Thullabul illmiy )

2006-10-09 Terurut Topik handri yanto
 satu suara dan dikomando oleh satu orang, baik itu 
seorang imam atau lainnya tidak sesuai dengan sunnah.
  Dan fatwa Imam An Nawawi ini sekaligus memperjelas maksud beliau dari 
perkataannya yang dinukilkan oleh saudaraku. Bahwa pada dasarnya zikir dan doa 
itu dilakukan dengan cara merendahkan suara, terlebih-lebih tatkala ia 
melakukan zikir itu sedang berada di tengah-tengah majlis, atau di dalam 
barisan shaf. Sehingga perkataan beliau dalam kitabnya Al Majmu’ menepis 
kesalah pahaman saudaraku. Dengan demikian yang dimaksud dari ucapan Imam An 
Nawawi berikut ini:
  “Ketahuilah, sebagaimana zikir itu sunnah hukumnya, begitu juga duduk di 
majlis ahli zikir, karena telah banyak dalil-dalil yang menunjukkan akan itu” 
[Al Azkar, oleh An Nawawi hal: 8], bukan hanya sekedar majlis orang yang 
membaca zikir atau wiridan saja, akan tetapi, mencakup pengajian-pengajian, 
sekolahan-sekolahan agama dll.
  Kemudian pada perkataa Imam An Nawawi di atas tidak didapatkan sedikitpun 
isyarat yang menunjukkan bahwa orang-orang yang menghadiri majlis zikir itu 
melakukan zikir, doa dan wiridannya dengan cara dikomando oleh satu orang, atau 
dengan membaca satu bacaan atau dengan satu suara. Yang ada hanyalah anjuran 
menghadiri majlis zikir, apapun perwujudan majlis itu, baik majlis itu berupa 
sekolahan, pengajian, ceramah, seminar, belajar membaca Al Qur’an, mendengarkan 
orang yang sedang membaca Al Qur’an, atau berzikir dengan sendiri-sendiri, 
sebagaimanan yang dahulu dilakukan oleh sahabat nabi 
shollallahu’alaihiwasallam, atau yang lainnya.
  Demikian pula halnya dengan fatwa ulama’ lain yang telah dinukilkan ucapannya 
oleh saudar-saudaraku.
  Dan menurut hemat saya, yang menjadikan saudaraku salah paham terhadap 
ayat-ayat, hadits-hadits dan perkataan ulama’ seputar masalah zikir dan 
tata-cara pelaksanaannya, ialah karena beliau mengambil dan memahami 
dalil-dalil dan keterangan ulama dengan separuh-paruh, tidak menyeluruh. 
Seandainya beliau mengumpulkan seluruh dalil dan berbagai keterangan ulama’, 
kemudian semuanya dipahami secara bersamaan dan sebagian darinya dijadikan alat 
untuk memahami sebagian yang lain, niscaya -insya Allah- saudaraku akan 
terhindar dari kesalah pahaman
   
  Wallahu Ta'ala A'lam
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu :>)
   
  Sumber : dari Buku Sunnahkah Zikir Berjamaah ? 
  oleh Al Ustadz Muhammad Arifin Badri hafizhahulloh  dengan sedikit perubahan.
   

==
   
   

lasykar5 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Mohon kepada yang mem-posting artikel Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah 
menjelaskan hal2 berikut:
   
  1. Dzikir yang dimaksud yang bagaimana? Dalilnya?
  2. Apakah ada dalil yang di sana Rasulullah jelas-jelas mencontohkan sebuah 
kegiatan yang lali bisa disimpulkan bahwa kegiatan Rasul itu adalah Dzikir?
  3. Yang hendak ditanggapi oleh artikel Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah 
itu TEPATnya seperti apa bentuk kegiatannya? Alangkah baiknya jika diberikan 
kejelasan sec spesifik bentuk yang dimaksud.
  4. Saya hampir tidak melihat dalil kuat baik dari Quran maupun Sunnah Rasul 
yang (jika poin 1-3 di atas bisa ditanggapi dengan jelas) nyata-nyata 
mengatakan (suatu bentuk tertentu) Dzikir Berjamaah itu bid'ah, selain dari 
riwayat yang mengisahkan penpadat seorang shahabat atas suatu bentuk dzikir 
yang dianggap dzikir berkelompok yang menyalahi sunnah ... 
   
  terima kasih,
  :-)

 
  On 10/9/06, handri yanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
-
How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates.

[Non-text portions of this message have been removed]



 




-- 
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang 


-
Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls.  Great rates 
starting at 1¢/min.

[Non-text portions of this message have been removed]






Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [media-dakwah] Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah ( Thullabul illmiy )

2006-10-09 Terurut Topik handri yanto
 satu suara dan dikomando oleh satu orang, baik itu 
seorang imam atau lainnya tidak sesuai dengan sunnah.
  Dan fatwa Imam An Nawawi ini sekaligus memperjelas maksud beliau dari 
perkataannya yang dinukilkan oleh saudaraku. Bahwa pada dasarnya zikir dan doa 
itu dilakukan dengan cara merendahkan suara, terlebih-lebih tatkala ia 
melakukan zikir itu sedang berada di tengah-tengah majlis, atau di dalam 
barisan shaf. Sehingga perkataan beliau dalam kitabnya Al Majmu’ menepis 
kesalah pahaman saudaraku. Dengan demikian yang dimaksud dari ucapan Imam An 
Nawawi berikut ini:
  “Ketahuilah, sebagaimana zikir itu sunnah hukumnya, begitu juga duduk di 
majlis ahli zikir, karena telah banyak dalil-dalil yang menunjukkan akan itu” 
[Al Azkar, oleh An Nawawi hal: 8], bukan hanya sekedar majlis orang yang 
membaca zikir atau wiridan saja, akan tetapi, mencakup pengajian-pengajian, 
sekolahan-sekolahan agama dll.
  Kemudian pada perkataa Imam An Nawawi di atas tidak didapatkan sedikitpun 
isyarat yang menunjukkan bahwa orang-orang yang menghadiri majlis zikir itu 
melakukan zikir, doa dan wiridannya dengan cara dikomando oleh satu orang, atau 
dengan membaca satu bacaan atau dengan satu suara. Yang ada hanyalah anjuran 
menghadiri majlis zikir, apapun perwujudan majlis itu, baik majlis itu berupa 
sekolahan, pengajian, ceramah, seminar, belajar membaca Al Qur’an, mendengarkan 
orang yang sedang membaca Al Qur’an, atau berzikir dengan sendiri-sendiri, 
sebagaimanan yang dahulu dilakukan oleh sahabat nabi 
shollallahu’alaihiwasallam, atau yang lainnya.
  Demikian pula halnya dengan fatwa ulama’ lain yang telah dinukilkan ucapannya 
oleh saudar-saudaraku.
  Dan menurut hemat saya, yang menjadikan saudaraku salah paham terhadap 
ayat-ayat, hadits-hadits dan perkataan ulama’ seputar masalah zikir dan 
tata-cara pelaksanaannya, ialah karena beliau mengambil dan memahami 
dalil-dalil dan keterangan ulama dengan separuh-paruh, tidak menyeluruh. 
Seandainya beliau mengumpulkan seluruh dalil dan berbagai keterangan ulama’, 
kemudian semuanya dipahami secara bersamaan dan sebagian darinya dijadikan alat 
untuk memahami sebagian yang lain, niscaya -insya Allah- saudaraku akan 
terhindar dari kesalah pahaman
   
  Wallahu Ta'ala A'lam
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu :>)
   
  Sumber : dari Buku Sunnahkah Zikir Berjamaah ? 
  oleh Al Ustadz Muhammad Arifin Badri hafizhahulloh  dengan sedikit perubahan.
   

==
   
   

lasykar5 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Mohon kepada yang mem-posting artikel Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah 
menjelaskan hal2 berikut:
   
  1. Dzikir yang dimaksud yang bagaimana? Dalilnya?
  2. Apakah ada dalil yang di sana Rasulullah jelas-jelas mencontohkan sebuah 
kegiatan yang lali bisa disimpulkan bahwa kegiatan Rasul itu adalah Dzikir?
  3. Yang hendak ditanggapi oleh artikel Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah 
itu TEPATnya seperti apa bentuk kegiatannya? Alangkah baiknya jika diberikan 
kejelasan sec spesifik bentuk yang dimaksud.
  4. Saya hampir tidak melihat dalil kuat baik dari Quran maupun Sunnah Rasul 
yang (jika poin 1-3 di atas bisa ditanggapi dengan jelas) nyata-nyata 
mengatakan (suatu bentuk tertentu) Dzikir Berjamaah itu bid'ah, selain dari 
riwayat yang mengisahkan penpadat seorang shahabat atas suatu bentuk dzikir 
yang dianggap dzikir berkelompok yang menyalahi sunnah ... 
   
  terima kasih,
  :-)

 
  On 10/9/06, handri yanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
-
How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates.

[Non-text portions of this message have been removed]



 




-- 
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang 


-
Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls.  Great rates 
starting at 1¢/min.

[Non-text portions of this message have been removed]





Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [media-dakwah] Pembagian Bid'ah dan bahayanya

2006-10-09 Terurut Topik handri yanto
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu,
  Ya akhi berikut ini ana kutipkan definisi bid'ah , pembagiannya dan bahayanya 
oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan dan Syaikh Ali bin Hasan 
Al-Halabi Al-Atsari . semoga bermanfaat.
   
  Pengertian Bid'ah, Macam-Macam Bid'ah Dan Hukum-Hukumnya
  Oleh
  Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan
   
  PENGERTIAN BID'AH
   
  Bid'ah menurut bahasa, diambil dari bida' yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada 
contoh. Sebelumnya Allah berfirman.
   
  Badiiu' as-samaawaati wal ardli 
  "Artinya : Allah pencipta langit dan bumi" [Al-Baqarah : 117]
   
  Artinya adalah Allah yang mengadakannya tanpa ada contoh sebelumnya.
   
  Juga firman Allah.
   
  Qul maa kuntu bid'an min ar-rusuli
  "Artinya : Katakanlah : 'Aku bukanlah rasul yang pertama di antara 
rasul-rasul". [Al-Ahqaf : 9].
   
  Maksudnya adalah : Aku bukanlah orang yang pertama kali datang dengan risalah 
ini dari Allah Ta'ala kepada hamba-hambanya, bahkan telah banyak sebelumku dari 
para rasul yang telah mendahuluiku.
   
  Dan dikatakan juga : "Fulan mengada-adakan bid'ah", maksudnya : memulai satu 
cara yang belum ada sebelumnya.
   
  Dan perbuatan bid'ah itu ada dua bagian :
   
  [1] Perbuatan bid'ah dalam adat istiadat (kebiasaan) ; seperti adanya 
penemuan-penemuan baru dibidang IPTEK (juga termasuk didalamnya 
penyingkapan-penyingkapan ilmu dengan berbagai macam-macamnya). Ini adalah 
mubah (diperbolehkan) ; karena asal dari semua adat istiadat (kebiasaan) adalah 
mubah.
   
  [2] Perbuatan bid'ah di dalam Ad-Dien (Islam) hukumnya haram, karena yang ada 
dalam dien itu adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-rubah) ; Rasulullah 
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Barangsiapa yang mengadakan 
hal yang baru (berbuat yang baru) di dalam urusan kami ini yang bukan dari 
urusan tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak diterima)". Dan di dalam 
riwayat lain disebutkan : "Artinya : Barangsiapa yang berbuat suatu amalan yang 
bukan didasarkan urusan kami, maka perbuatannya di tolak".
   
  MACAM-MACAM BID'AH
   
  Bid'ah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :
   
  [1] Bid'ah qauliyah 'itiqadiyah : Bid'ah perkataan yang keluar dari 
keyakinan, seperti ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mu'tazilah, dan Rafidhah serta 
semua firqah-firqah (kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus 
keyakinan-keyakinan mereka.
   
  [2] Bid'ah fil ibadah : Bid'ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah 
dengan apa yang tidak disyari'atkan oleh Allah : dan bid'ah dalam ibadah ini 
ada beberapa bagian yaitu :
   
  [a]. Bid'ah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu mengadakan 
suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syari'at Allah Ta'ala, seperti 
mengerjakan shalat yang tidak disyari'atkan, shiyam yang tidak disyari'atkan, 
atau mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang 
tahun, kelahiran dan lain sebagainya.
   
  [b]. Bid'ah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang disyariatkan, 
seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar.
   
  [c]. Bid'ah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu menunaikan 
ibadah yang sifatnya tidak disyari'atkan seperti membaca dzikir-dzikir yang 
disyariatkan dengan cara berjama'ah dan suara yang keras. Juga seperti 
membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari batas-batas 
sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
   
  [d]. Bid'ah yang bentuknya menghususkan suatu ibadah yang disari'atkan, tapi 
tidak dikhususkan oleh syari'at yang ada. Seperti menghususkan hari dan malam 
nisfu Sya'ban (tanggal 15 bulan Sya'ban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang 
pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di syari'atkan, akan tetapi 
pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.
   
  HUKUM BID'AH DALAM AD-DIEN
   
  Segala bentuk bid'ah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan sesat, 
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
   
  "Artinya : Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, 
karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid'ah, dan setiap bid'ah 
adalah sesat". [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan 
shahih].
   
  Dan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
   
  "Artinya : Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka 
perbuatannya tertolak".
   
  Dan dalam riwayat lain disebutkan :
   
  "Artinya : Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh urusan 
kami maka amalannya tertolak".
   
  Maka hadits tersebut menunjukkan bahwa segala yang diada-adakan dalam Ad-Dien 
(Islam) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat dan tertolak.
   
  Artinya bahwa bid'ah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram.
   
  Tetapi pengharaman tersebut tergantung pada bentuk bid'ahnya, ada diantaranya 
yang menyebabkan kafir (kekufuran), seperti thawaf mengelilingi kuburan untuk 
mendekatkan diri kepada ahli kubur, mempersembahkan sembelihan dan 
nadz

[media-dakwah] Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah ( Thullabul illmiy )

2006-10-08 Terurut Topik handri yanto
Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah.
   
  Tidaklah ada kebaikan di dunia atau di akhirat, melainkan telah diajarkan 
dalam agama Islam, dan tidaklah ada kejelekan melainkan, Islam telah 
memperingatkan umat manusia darinya, Allah berfirman:
   
  Artinya: “Dan telah Kami turunkan kepadamu Al Kitab ( Al Quran) untuk 
menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira 
bagi orang-orang yang berserah diri”. (QS An Nahl: 89).
   
  Ibnu Mas’ud berkata: “Telah dijelaskan kepada kita dalam Al Quran ini seluruh 
ilmu dan segala sesuatu.” Dan Mujahid berkata: “Seluruh halal dan haram telah 
dijelaskan.”
   
  Setelah Ibnu Katsir menyebutkan dua pendapat ini, beliau berkata: “Pendapat 
Ibnu Mas’ud lebih umum dan menyeluruh, karena sesungguhnya Al Quran mencakup 
segala ilmu yang berguna, yaitu berupa kisah-kisah umat terdahulu, dan yang 
akan datang. Sebagaimana Al Quran juga mencakup segala ilmu tentang halal dan 
haram, dan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, dalam urusan kehidupan 
dunia dan agama mereka.” (Tafsirul Qur’anil ‘Adhim oleh Ibnu Katsir As Syafi’i 
2/582).
   
  Bila Nabi shollallahu’alaihiwa sallam telah mengajarkan kepada umatnya tata 
cara buang air kecil dan besar, mustahil bila beliau shollallahu’alaihiwa 
sallam tidak mengajarkan kepada umatnya tata cara berdakwah, penegakan syariat 
Islam di bumi, dan terlebih lebih tata cara beribadah kepada Allah. Sehingga 
tidak ada alasan bagi siapa pun untuk merekayasa suatu metode atau amalan dalam 
beribadah kepada Allah ta’ala.
   
   
  PANDANGAN TENTANG DZIKIR BERJAMAAH (HADIST).
   
  TEKS ATSAR
  Amr bin Salamah Rohimuhullah berkata: ‘Kami duduk-duduk di pintu rumah 
Abdullah bin Mas ‘ud RadhiAllahuanhu , sebelum shalat duduk shubuh, ketika 
beliau keluar kami mengiringinya pergi kemasjid. Lalu tiba-tiba Abu Musa 
Al-Asy’ari mendatangi kami dan berkata: “Apakah Abu Abdirrahman (Ibnu Mas ‘ud) 
sudah keluar (dan rumah)? “. Kami jawab: “Belum “. Lalu beliau duduk bersama 
kami. Kemudian keluarlah Ibnu Mas ‘ud, kami semua berdiri rnengerumuni beliau. 
Abu Musa berkata kepada Ibnu Ma ‘ud. “Wahai Abu Abdirrahman, tadi aku melihat 
suatu perkara yang aku ingkari namun aku menganggap -segala puji bagi Allah- 
hal itu adalah baik “. Kata lbnu Ma ‘s ‘ud: “Apa itu? “. Jawab Abu Musa: “Jika 
engkau berumur panjang, engkau akan mengetahui, aku tadi melihat kelompok orang 
di masjid, mereka duduk berhalaqoh (kelompok), menunggu shalat. Setiap kelompok 
dipimpin oleh seseorang, sedang di tangan mereka terdapat kerikil, lalu 
pemimpin tadi berkata: “Bertakbirlah seratus kali” maka mereka
 bertakbir seratus kali, “Bertahlillah seratus kali” maka mereka bertahlil 
seratus kali, “Bertasbihlah seratus kali” maka mereka bertasbih seratus kali. 
Ibnu Mas ‘ud bertanya: “Apa yang kamu katakan kepada mereka? Abu Musa menjawab: 
“Aku tidak bilang apa-apa, aku m.enanti pendapatmu” Kata ibnu Mas ‘ud: 
“Tidakkah kamu katakan kepada mereka agar mereka menghitung kesalahan mereka 
dan kamu jamin bahwa kebaikan mereka tidak akan disia-siakan” Lalu lbnu Mas ‘ud 
berlalu menuju masjid tersebut dan kami pun ikut, sehingga sampai di tempat 
itu. Ibnu Mas ‘ud bertanya kepada mereka: “Benda apa yang kalian pergunakan 
ini? Mereka menjawab: “Kerikil, wahai Abu Abdirrahman, kami bertakbir, tahlil 
dan bertasbih dengannya “. Timpal lbnu Mas ‘ud. “Hitunglah kesalahan-kesalahan 
kalian, saya jamin kebaikan kalian tidak akan sia-sia sedikitpun, celaka kalian 
wahai umat Muhammad, betapa cepat kebinasaan kalian, (itu) mereka, para sahabat 
Nabi kalian masih banyak bertebaran, ini baju beliau belum
 rusak, dan bejananya belum pecah. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan Nya, 
sungguh kalian berada dalam suatu agama yang lebih benar ketimbang agama 
Muhammad, atau kalian pembuka pintu kesesatan” Mereka menjawab. “Wahai Abu 
Abdirrahman, kami tidak menghendaki kecuali kebaikan “. Jawab Ibnu Mas ‘ud: 
“Betapa banyak orang yang menghendaki kebaikan namun tidak mendapatkannya” . 
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menceritakan kepada kami 
bahwa ada suatu kaum yangmembaca A1-Qur’a tetapi tidak sampai tenggorokan 
(tanpa difahami). Demi Allah, saya tidak tahu barangkali kebanyakan mereka 
adalah dan kalian. Lalu Ibnu Mas ‘ud pergi. Amr bin Salamah berkata: “Kami 
mendapati mayoritas anggota halaqah tersebut memerangi kami pada perang 
Nahrawan, mereka bergabung bersama Khawarij”.
  TAKHRIJ ATSAR (1) 
  SHAHIH. Atsar ini tidak diragukan lagi keshahihannya. Diriwayatkan dan 
Abdullah bin Mas’ud dengan beberapa jalur yang banyak sekali Adapun 
perinciannya sebagai berikut: 
  1.Amr bin Yahya bin Amr bin Salamah 
SHAHIH. Dikeluarkan Ad-Darimi dalam Sunannya :. 210 dan Bahsyal dalam Tarikh 
wasith hal. 198- 199. (Lihat Silsilah Ahadits Ash-Shahihah 5/11-13/no. 2005 
oleh al-Albani).
  2. Hammad bin Zaid dan Mujalid bin sa’id dan Amr bin Salamah 
  DHA’IF. Dikeluarkan At-Thabrani dalam Al-Mu’jamul jbir 9/136/no. 8636. 
Berkata Al-Haitsami dalam Majm

[media-dakwah] Awas, bahaya Syirik merenggut Anda

2006-10-05 Terurut Topik handri yanto
Awas, bahaya Syirik merenggut Anda
   
  Tulisan oleh Al Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin Al Atsari
   
  Ketika umat ditimpa berbagai macam krisis, baik krisis ekonomi, moral, akhlaq 
maupun aqidah, mulailah berbagai macam organisasi dakwah dan tokoh-tokoh para 
dai mencari solusi. Mereka berupaya untuk melepaskan umat dari berbagai macam 
krisis tersebut. 
   
  Sebagian mereka memulainya dengan memperbaiki dari sisi ekonomi. Sebagian 
lainnya berpendapat bahwa tidak akan selesai krisis ini kecuali dengan 
memperbaiki akhlaq. 
   
  Bahkan sebagian yang lainnya mengatakan kita harus menyelamatkan umat dengan 
menguasai negara dan memperbaikinya dari sisi politik. Hampir tidak ada seorang 
pun di antara mereka yang berpendapat bahwa penyebab semua krisis itu adalah 
krisis tauhid dan menyebarnya berbagai bentuk kesyirikan-kesyirikan yang 
menimpa umat. 
   
  Oleh karena itu apabila ada sekelompok umat yang memulai dakwahnya dengan 
memperbaiki sisi tauhid dan memperingatkan umat dari bahaya kesyirikan, mereka 
beramai-ramai menganggapnya sebagai orang yang tidak mengerti sikon (situasi 
dan kondisi), tidak paham fiqhul waqi’ (kenyataan yang ada), tidak memiliki 
wawasan politik, tidak mengikuti zaman dan seabrek tuduhan lainnya. Padahal 
sesungguhnya bahaya kesyirikan lebih besar dari bahaya kelaparan dan 
kekeringan. 
   
  Hal itu karena apabila seseorang terjatuh dalam kesyirikan, maka akan 
runtuhlah keislamannya dan hilanglah makna kehidupan ini. Bukankah kita 
tercipta untuk beribadah kepada Allah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya?. 
Dengan tauhid dan keimanan yang benar, segala macam krisis akan dapat diatasi. 
Dengan ketaqwaan kaum muslimin kepada Allah, Allah akan bukakan barokah dari 
langit dan bumi. 
  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
  æóáóæú Ãóäøó Ãóåúáó ÇáúÞõÑóì ÁóÇãóäõæÇ æóÇÊøóÞóæúÇ áóÝóÊóÍúäóÇ Úóáóíúåöãú 
ÈóÑóßóÇÊò ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö æóÇúáÃóÑúÖö æóáóßöäú ßóÐøóÈõæÇ ÝóÃóÎóÐúäóÇåõãú ÈöãóÇ 
ßóÇäõæÇ íóßúÓöÈõæäó. ]ÃáÃÚÑÇÝ: 96[
  Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami 
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka 
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan 
perbuatannya. (al-A’raaf: 96)
   
  Dengan ayat di atas Allah menjelaskan bahwa jika suatu kaum senantiasa 
beriman dan bertaqwa kepada-Nya maka Allah akan memberikan barakahNya. Tapi 
sebaliknya jika mereka mendustakan ajaran Allah, kafir, ingkar kepada Allah dan 
rasul-Nya, dengan berbuat kesyirikan dan kebid’ahan, maka barokah tersebut akan 
tercabut. Ini adalah bahaya kesyirikan di dunia. Adapun bahaya kesyirikan di 
akhirat lebih besar lagi. Allah tidak akan mengampuni pelakunya dan Allah pasti 
akan mengadzabnya.
  Åöäøó Çááøóåó áÇó íóÛúÝöÑõ Ãóäú íõÔúÑóßó Èöåö æóíóÛúÝöÑõ ãóÇ Ïõæäó Ðóáößó 
áöãóäú íóÔóÇÁõ æóãóäú íõÔúÑößú ÈöÇááøóåö ÝóÞóÏö ÇÝúÊóÑóì ÅöËúãðÇ ÚóÙöíãðÇ. 
]ÇáäÓÇÁ: 48[
  Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni 
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. 
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang 
besar. (an-Nisaa’: 48)
   
  Karena itu pula seluruh para nabi memperingatkan umatnya dari kesyirikan. 
Nabi Ibrahim, bapak para nabi dan bapak tauhid pun berdoa meminta kepada Allah 
agar dirinya dan keturunannya dijauhkan dari kesyirikan.
  æóÅöÐú ÞóÇáó ÅöÈúÑóÇåöíãõ ÑóÈøö ÇÌúÚóáú åóÐóÇ ÇáúÈóáóÏó ÁóÇãöäðÇ æóÇÌúäõÈúäöí 
æóÈóäöíøó Ãóäú äóÚúÈõÏó ÇúáÃóÕúäóÇãó. ]ÇÈÑÇåíã: 35[
  Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini 
(Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada 
menyembah berhala-berhala. (Ibrahim: 35)
   
  Beliau menjelaskan alasan takutnya beliau dari kesyirikan yaitu karena 
peribadatan terhadap berhala telah banyak menyesatkan manusia.
  ÑóÈøö Åöäøóåõäøó ÃóÖúáóáúäó ßóËöíÑðÇ ãöäó ÇáäøóÇÓö Ýóãóäú ÊóÈöÚóäöí ÝóÅöäøóåõ 
ãöäøöí æóãóäú ÚóÕóÇäöí ÝóÅöäøóßó ÛóÝõæÑñ ÑóÍöíãñ. ]ÇÈÑÇåíã: 36[
  Ya Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan 
daripada manusia. Barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu 
termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya 
Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ibrahim: 36)
   
  Jika nabi yang mulia, bapak para Nabi, dan bapak Tauhid mengkhawatirkan 
dirinya dari kesyirikan maka tentunya seseorang yang bukan Nabi lebih 
dikhawatirkan untuk terjerumus ke dalam kesyirikan-kesyirikan. Berkata Ibrahim 
At-Taimi: “Siapakah yang merasa aman dari kesyirikan setelah Ibrahim?” 
  Rasulullah r memperingatkan para shahabatnya dari bahaya kesyirikan dengan 
sabdanya:
  ÃóÎúæóÝõ ãóÇ ÃóÎóÇÝõ Úóáóíúßõãú ÇáÔøöÑúßõ ÇúáÃóÕúÛóÑõ. ÝóÓõÆöáó Úóäúåõ¿ 
ÝóÞóÇáó: ÇáÑøöíóÇÁõ (ÑæÇå ÃÍãÏ æÕÍÍå ÇáÃáÈÇäí)
  Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Para shahabat 
bertanya: “Apa itu syirik kecil?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam 
menjawab: “Ar-Riya’”. (HR. Ahmad dan Syaikh al-Albani menshahihkannya)
 

[media-dakwah] PERNYATAAN PARA IMAM UNTUK MENGIKUTI SUNNAH DAN MENINGGALKAN YANG MENYALAHI SUNNAH.

2006-10-04 Terurut Topik handri yanto
  PERNYATAAN PARA IMAM UNTUK MENGIKUTI SUNNAH DAN MENINGGALKAN YANG MENYALAHI 
SUNNAH.
   
  Kiranya ada gunanya di sini saya paparkan sebagian atau seluruhnya 
ucapan-ucapan yang saya ketahui dari mereka. Semoga kutipan ini dapat menjadi 
pelajaran dan peringatan bagi mereka yang taklid kepada para imam atau kepada 
yang lainnya dengan cara membabi buta,(1) dan berpegang pada madzhab dan 
pendapat mereka seolah - olah hal itu seperti sebuah firman yang turun dari 
langit. Allah berfirman: 
   
  ‘IkutiIah oleh kalian apa yang telah diturunkan kepada kalian dan Tuhan 
kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain Dia. Sungguh 
sedikit sekali kamu ingat kepadanya.” (Qs. AI-A’raf 7: 3) 
   
   
  Berikut ini saya paparkan pernyataan para Imam Madzhab. 
   
  1. Abu Hanifah Rohimahullah. 
  Imam madzhab yang pertama adalah Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit. Para muridnya 
telah meriwayatkan berbagal macam perkataan dan pernyataan beliau yang 
seluruhnya mengandung satu tujuan, yaitu kewajiban berpegang pada hadits Nabi 
dan meninggakan sikap membeo pendapat-pendapat para imam bila bertentangan 
dengan Hadits Nabi . Ucapan beliau :
   
  ‘Jika suatu Hadits shahih., itulah madzhabku”( 2)   
  “Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu dan 
mana kami mengambil sumbernya. “ (3)
   
  Pada riwayat lain dikatakan bahwa beliau mengatakan: “Orang yang tidak 
mengetahui dalilku, haram baginya menggunakan pendapatku untuk memberikan 
fatwa.” Pada riwayat lain ditambahkan: “Kami hanyalah seorang manusia. Hari ini 
kami berpendapat demikian tetapi besok kami mencabutnya.” Pada riwayat lain 
lagi dikatakan: “Wahai Ya’qub (Abu Yusuf), celakalah kamu! Janganlah kamu tulis 
semua yang kamu dengar dariku. Hari ini saya berpendapat demikian, tapi hari 
esok saya meninggalkannya. Besok saya berpendapat demikian, tapi han berikutnya 
saya meninggaIkannya.(4)
   
  “Kalau saya mengemukakan suatu pendapat yang bertentangan dengan AI-Qur’an 
dan Hadits Rasulullah , tinggalkanlah pendapatku itu.” (5)
   
  2. Malik bin Anas 
   
  Imam Malik bin Anas menyatakan: 

   “Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah, terkadang benar. Oleh 
karena itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, 
ambillah; dan bila tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah, tinggalkanlah.’(6)
   

   Siapa pun perkataannya bisa ditolak dan bisa diterima, kecuali hanya Nabi 
sendiri (7) 
   
   

   lbnu Wahhab berkata: “Saya pernah mendengar Malik menjawab pertanyaan orang 
tentang menyela-nyela jari-jari kaki dalam wudhu, jawabnya: ‘Hal itu bukan 
urusan manusia.” lbnu Wahhab berkata: “Lalu saya tinggalkan beliau sampai 
orang-orang yang mengelilinginya tinggal sedikit, kemudian saya berkata 
kepadanya: ‘Kita mempunyai Hadits mengenai hal tersebut.’ Dia bertanya: 
‘Bagaimana Hadits itu?’ Saya jawab: ‘Laits bin Sa’ad, Ibnu Lahi’ah, ‘Amr bin 
Harits, meriwayatkan kepada kami dan Yazid bin ‘Amr Al-Mu’afiri, dan Abi 
‘Abdurrahman Al-Habali, dan Mustaurid bin Syaddad Al-Qurasyiyyi, ujarnya: Saya 
melihat Rasu!ullah menggosokkan jari manisnya pada celah-celah jari- jari 
kakinya.’ Malik menyahut: ‘Hadits ini hasan, saya tidak mendengar ini sama 
sekali, kecuali kali ini.’ Kemudian di lain waktu saya mendengar dia ditanya 
orang tentang hal yang sama, lalu beliau menyuruh orang itu untuk menyela-nyela 
jari-jari kakinya.’(8)
   
  3. Syafi’i 
  Riwayat-riwayat yang dinukil orang dari Imam Syafi’i dalam masalah ini lebih 
banyak dan lebih bagus (9) dari para pengikutnya lebih banyak yang melaksanakan 
pesannya dan lebih beruntung. Beliau berpesan antara lain: 

   Setiap orang harus bermadzhab kepada Rasulullah dan mengikutinya. Apa pun 
pendapat yang aku katakan atau sesuatu yang aku katakan itu berasal dari 
Rasulullah tetapi ternyata berlawanan dengan pendapatku, apa yang disabdakan 
oleh Rasululah itulah yang menjadi pendapatku.(10)
   
   
  b. “Seluruh kaum muslim telah sepakat bahwa orang yang secara jelas telah 
mengetahui suatu Hadits dari Rasulullah tidak halal meninggalkannya guna 
mengikuti pendapat seseorang. (11) 
  c. “Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan Hadits 
Rasulullah, peganglah Hadits Rasulullah itu dan tinggalkanlah pendapatku itu.’ 
(12) 

   “Bila suatu Hadits itu shahih, itulah madzhabku. (13)
   

   “Kalian (14) Lebih tahu tentang Hiadits dan para rawinya daripada aku. 
Apabila suatu hadits itu shahih, beritahukanlah kepadaku biar di mana pun 
orangnya, apakah di Kuffah, Bashrah, atau Syam, sampai aku pergi menemuinya.” 
   

   “Bila suatu masalah ada Haditsnya yang sah dari Rasulullah menurut kalangan 
ahli Hadits, tetapi pendapatku menyalahinya, pasti aku akan mencabutnya, baik 
selama aku hidup maupun setelah aku mati.(15)
   

   “Bila kalian mengetahui aku mengatakan suatu pendapat yang ternyata 
menyalahi Hadits Nabi yang shahih, ketahuilah bahwa hal itu berarti pendapatku 
tidak berguna.(16)   
   “Setiap 

[media-dakwah] Re: [FORUM PENGAJIAN KANTOR] Al Ustadz Hartono Ahmad Jaiz: Heboh "Fatwa Ulama NU Jombang"

2006-10-03 Terurut Topik handri yanto
FYI.

Wido Q Supraha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  Berikut analisa dari Al 
Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, Seorang penulis produktif, mensikapi email yang 
beredar terkait Fatwa Ulama NU Jombang.
  Dari analisa ini kita diberikan alternatif adanya pihak di luar NU dan Salafi 
yang merekayasa surat ini untuk menimbulkan pertentangan pada kedua kelompok 
ini, dimana kalau melihat gaya bahasa yang dipakai, ada kemungkinan ini adalah 
gaya dari LDII, sebuah organisasi islam yang telah difatwakan sesat oleh 
Majelis Ulama Indonesia.
  
Selamat Menikmati.
  
  Wassalaam,
  Wido Q Supraha
  
  
---
Heboh “Fatwa Ulama NU Jombang”
Oleh Hartono Ahmad Jaiz
Wartawan dan Penulis Buku-buku Islami

Menjelang Ramadhan 1427H dan bahkan di tengah umat Islam sedang menjalankan 
shaum Ramadhan 1427H, beredar berita ramai tentang Fatwa Ulama NU Jombang. 
Walaupun beritanya tidak muncul di koran-koran dan majalah atau bahkan televisi 
seperti fatwa NU tentang haramnya acara infotainmen yang bermuatan ghibah/ 
bergunjing, namun fatwa yang berjudul Fatwa Ulama NU Jombang ini ramai di situs 
dan milis-milis. Bahkan di pergaulan kalangan muslimin perkotaan di Indonesia 
pun cukup ramai.
Bagaimana tidak ramai, ketika ada fatwa yang muncul atas nama para Ulama NU 
Jombang (kota tempat pendiri NU KH Hasyim Asy’ari berada dulunya, dan 
pesantrennya Tebu Ireng masih ada), namun fatwa itu berseberangan benar-benar 
dengan amaliah orang-orang NU. Misalnya saja tentang tidak perlunya doa qunut 
shubuh, memperingati orang mati 7 hari dan seterusnya, bahkan sampai 
menganjurkan imam sholat tidak usah membaca wirid dan do’a secara berjama’ah.

Dengan beredarnya fatwa itu, ada yang menulis di milis: “…bukan saja mencatut 
nama-nama ulama besar NU dimana nyaris semuanya sudah meninggal bahkan sebelum 
kemerdekaan RI tapi juga berpotensi merusak ukhuwah.’
Kegerahan pun menyeruak di tubuh NU, hingga Situs NU, menurunkan berita:
Ansor Diminta Segera Usut Penyebaran Fatwa Palsu
Sabtu, 30 September 2006 11:40 WIB
Jombang, NU Online
Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama perlu segera mengusut penyebaran fatwa 
palsu yang mengatasnamakan ulama NU Jombang, Jawa Timur. Kasus ini sebenarnya 
sudah terjadi berkali-kali dan tidak dihiraukan oleh warga nahdliyyin, namun 
masih berpotensi memunculkan keresahan.
Demikian dikatakan KH. Aziz Masyhuri, Pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, 
Jombang, dihubungi NU Online, Sabtu (30/9). Dikatakan Kiai Aziz, selebaran 
gelap itu disebarkan dengan sangat hati-hati oleh para pelakunya.
“Saya sudah meminta kepada teman-teman Ansor baik di Jombang maupun di Jakarta 
untuk mencari siapa-siapa yang menyebarkan itu. Tapi ya memang sulit ngusutnya. 
Dulu juga sering terjadi begitu dan sampai sekarang belum ketemu pelakunya,” 
kata Kiai Aziz.
Nama-nama kiai NU yang disebutkan dalam selebaran itu, lanjut sesepuh Rabithah 
Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU itu, sama sekali tidak dikenal. Sementara Buletin 
Mimbar Dakwa yang disebut-sebut dalam selebaran sebagai sumber pengambilan 
fatwa tidak beredar di Jombang.
“Saya sampai menanyakan kepada kiai-kiai tua di kampung-kampung apakah ada 
kiai-kiai NU yang namanya tercantum dalam selebaran itu atau ada yang bikin 
buletin itu ternyata nggak ada yang kenal,” kata Kiai Aziz.
Selebaran yang mengatasnamakan ulama NU itu berisi ajakan untuk meninggalkan 
beberapa amaliyah yang selama ini dikerjakan oleh warga nahdliyyin, seperti 
wirid atau dzikir setelah shalat lima waktu, doa qunut dalam shalat subuh dan 
witir, adzan shalat Jum’at dua kali, shalat tarawih 20 rakaat, serta tahlil 7 
hari untuk orang yang meninggal. 
Dikatakan dalam selebaran itu amaliyah-amaliyah itu adalah bid’ah alias 
hukumnya haram dan harus segera ditinggalkan oleh umat Islam yang telah 
mengerjakannya.
“Tahun lalu itu disebarkan di luar Jawa, terutama di Lampung. Sekarang karena 
sudah banyak yang menggunakan internet ya para pelakukannya lebih mudah 
menyebarkan itu. Tapi saya kira itu tidak ada pengaruhnya, wong itu jelas-jelas 
untuk bikin ribut saja. Orang sudah ngerti semua,” kata Kiai Aziz. (nam) 
(nu.or.id)

Lain lagi dengan Gus Mus (Mustafa Bisri), ketika dia ditanya tentang fatwa itu 
oleh Samsul Hadi (Samsul) pada 21 September 2006 14:34:33, dia menjawab:
Wa’alaikumussalam warah,matuLlahi wabaralatuH. 
Tak usah bingung. Wong itu pasti berasal dari selebaran gelap. Jangan hiraukan. 
Atau jika Anda nganggur, bisa Anda cek saja ke nama-nama yang tercantum disitu. 
Wassalamu'alaikum. (GusMus.NET)

Ada Kejanggalan Fatwa itu memang mengandung beberapa kejanggalan. Di antara 
kejanggalannya:

1. Tanggal penulisan fatwa itu tertera, Jombang, 1 Ramadhan 1423H, tetapi 
beredar dan ramai di masyarakat pada menjelang Ramadhan 1427H. Selang 4 tahun 
baru beredar?

2. Kalimat-kalimat dalam fatwa itu bukan model kalimatnya Ulama NU. B

RE: [FORUM PENGAJIAN KANTOR] RE: [media-dakwah] Fatwa Ulama NU Jombang dalam berbagai amalan Ibadah

2006-09-27 Terurut Topik handri yanto
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu.
  Saudara- saudaraku seiman dan seaqidah, sebelumnya saya mengucapkan beribu 
ma'af pada antum sekalian bila artikel kiriman saya menyebabkan ketersinggungan 
bagi saudaraku kaum muslimin yang lain.
   
  Demi Allah, tidak ada maksud dari hati saya untuk menyebarkan fitnah terhadap 
saudara -saudaraku kaum muslimin. Terlepas apakah artikel yang saya kirim 
berasal dari sumber yang benar ataupun apakah itu sebuah fitnah ( Wallahu 
Ta'ala A'lam).
   
  Tetapi pesan yang disampaikan adalah sebuah kebenaran yang datangya Dari 
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . 
  Insya Allah saya akan memberikan tanggapan terhadap masukan dari saudaraku 
sekalian.
   
  Sekali lagi, Saya mohon ma'af pada ikhwan wa akhwati fillah . Marilah kita 
senantiasa Huznuzhon dan berdiskusi dengan ilmiyyah , bila itu menurut antum 
sekalian benar tunjukan dengan Hujjah yang nyata, dan apabila itu menurut saya 
benar maka saya akan menunjukkan hujjah yang nyata pula. 
  Karena Agama kita yang Agung ini sudah sempurana, Dan timbangan suatu amalan 
Ibadah adalah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam .
  Sebagaimana firman Allah :
  Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang  sesuatu,  maka kembalikanlah  
ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul  (sunnahnya), jika  kamu benar-benar 
beriman kepada Allah dan  hari  kemudian." (QS An-Nisaa'/ 4:59).
 
  Bagaimana kita mengatakan benar bila timbanganya mensilisihi amalan tersebut.
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
   
   
   
   
  
SUB Juarsih <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  Ass Wr Wb,
  Ya Akhi Handri yanto, mungkin selebaran yg anda kirim benar2 dari hasil fatwa 
orang2 yang menyebut diri ulama NU Jombang khusus dari nama2 ulama yg tertulis 
di situ. tapi seharusnya anda mengirimnya ke orang yang tepat, yang sealiran 
dengan anda.
  karena ini forum umum, maka terjadi pro dan kontra. padahal niat anda 
sebetulnya sangatlah baik. berbagi info
  
  saya org Sby-Jatim, kebetulan saya sampai sekarang masih rutin menimbah ilmu 
agama di suatu pesantren di wilayah JOMBANG, tetapi nama ulama2 yg tertulis di 
selebaran tsb rasanya belum pernah saya dengar..sungguh.
  Jombang bukanlah kota besar, banyak pesantren disana, banyak kyai besar 
disana, tetapi kok nama mereka tidak ada ya...?
  tetapi saya salut, krn cara penyampaian anda lebih halus dari teman anda yg 
lain, meski intinya sama, sll ttg BID’AH
  
  di Milist ini tll sering baca Bid’ah..., di rumah tanpa sengaja saya lihat 
tayangan „si OTONG“ di TPI dg judul „ Bid’ah“. 
  semua orang di kasih tahu oleh si Otong bahwa apa yang tidak pernah dilakukan 
Nabi tetapi kita lakukan itu =Bid’ah.
  kampung jadi gelap, semua orang tidak mau pakai listrik krn Nabi dulu tidak 
pakai listrik
  tukang Ojek tidak laku, krn Nabi dulu tidak naik Ojek. akhirnya warga yang 
merasa di rugikan protes ke pak kyai.
  kyainya sendiri juga bingung lihat kampung jadi gelap, ternyata krn otong 
kebablasan dlm mengartikan BID’AH.
  saya tersenyum., kalau semua di artikan secara dhohir seperti si otong, 
maka tidak akan ada kemacetan mobil.
  semua orang jalan kaki atau naik Onta. tak boleh naik pesawat, dll, yg tidak 
ada di zaman nabi. ada2 saja si Otong.
  ini benar2 saya tonton di TPI, jadi jangan ada yg tersinggung ya..
  
  Wass Wr Wb,
  ARSIH
  
  
  From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of handri yanto
Sent: Tuesday, September 26, 2006 3:33 PM
To: Moh. Imam Santosa
Cc: media-dakwah@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED]
Subject: [FORUM PENGAJIAN KANTOR] RE: [media-dakwah] Fatwa Ulama NU Jombang 
dalam berbagai amalan Ibadah
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhi,

Ya akhi, Syukron katsiro, antum telah mengingatkan saya untuk tidak menebar 
fitnah.

Astaghfirullahu . bila menurut antum ini adalah berita fitnah yang 
bukan dari Orang-orang NU , sebagaimana antum jelaskan maka, saya telah berbuat 
dholim mengirim berita yang bukan dari sumbernya. Dan saya memohon ampun kepada 
Allah azza wa Jalla atas kekhilafan saya karena tidak tabayyun dengan 
sumbernya. 



Tetapi ya akhi bila berita ini benar hanya Allah yang Maha Mengetahui 
tentang kebenaran. Tipu daya manusia tidak akan menandingi tipu daya Allah 
Subhanahu wa Ta'ala. Kebenaran selalu wujud ditengahnya kebatilan.Yang Haq 
adalah haq dan yang batil adalah batil.



  Al Israa' (17)

-Ayat 81-


æóÞõáú ÌóÇÁ ÇáúÍóÞøõ æóÒóåóÞó ÇáúÈóÇØöáõ Åöäøó ÇáúÈóÇØöáó ßóÇäó ÒóåõæÞðÇ

Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". 
Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. 



  Al Anbiyaa' (21)

-Ayat 18-


Èóáú äóÞúÐöÝõ ÈöÇáúÍóÞøö Úóáóì ÇáúÈóÇØöáö ÝóíóÏúãóÛõåõ ÝóÅöÐóÇ åõæó ÒóÇåöÞñ 
æóáóßõãõ Çáúæóíúáõ ãöãøóÇ ÊóÕöÝõæäó

Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang b

RE: [media-dakwah] Fatwa Ulama NU Jombang dalam berbagai amalan Ibadah

2006-09-26 Terurut Topik handri yanto
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhi,
  Ya akhi, Syukron katsiro, antum telah mengingatkan saya untuk tidak menebar 
fitnah.
  Astaghfirullahu . bila menurut antum ini adalah berita fitnah yang bukan 
dari Orang-orang NU , sebagaimana antum jelaskan maka, saya telah berbuat 
dholim mengirim berita yang bukan dari sumbernya. Dan saya memohon ampun kepada 
Allah azza wa Jalla atas kekhilafan saya karena tidak tabayyun dengan 
sumbernya. 
   
  Tetapi ya akhi bila berita ini benar hanya Allah yang Maha Mengetahui tentang 
kebenaran. Tipu daya manusia tidak akan menandingi tipu daya Allah Subhanahu wa 
Ta'ala. Kebenaran selalu wujud ditengahnya kebatilan.Yang Haq adalah haq dan 
yang batil adalah batil.
   
Al Israa' (17)
  -Ayat 81-

  æóÞõáú ÌóÇÁ ÇáúÍóÞøõ æóÒóåóÞó ÇáúÈóÇØöáõ Åöäøó ÇáúÈóÇØöáó ßóÇäó ÒóåõæÞðÇ
  Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". 
Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. 
   
Al Anbiyaa' (21)
  -Ayat 18-

  Èóáú äóÞúÐöÝõ ÈöÇáúÍóÞøö Úóáóì ÇáúÈóÇØöáö ÝóíóÏúãóÛõåõ ÝóÅöÐóÇ åõæó ÒóÇåöÞñ 
æóáóßõãõ Çáúæóíúáõ ãöãøóÇ ÊóÕöÝõæäó
  Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu 
menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan 
kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang 
tidak layak bagi-Nya). 
   
  Yunus (10)
  -Ayat 21-

  æóÅöÐóÇ ÃóÐóÞúäóÇ ÇáäøóÇÓó ÑóÍúãóÉð ãøöä ÈóÚúÏö ÖóÑøóÇÁ ãóÓøóÊúåõãú ÅöÐóÇ 
áóåõã ãøóßúÑñ Ýöí ÂíóÇÊöäóÇ Þõáö Çááøåõ ÃóÓúÑóÚõ ãóßúÑðÇ Åöäøó ÑõÓõáóäóÇ 
íóßúÊõÈõæäó ãóÇ ÊóãúßõÑõæäó
  Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) 
bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) 
tanda-tanda kekuasaan Kami. Katakanlah: "Allah lebih cepat pembalasannya (atas 
tipu daya itu)". Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu. 
   
  Jazzakallahu khoir, atas peringatan antum. Inya Allah ana akan mencari 
tentang kebenaran berita tersebut.
  Afwan Jiddan.
  Barokallahu fiikum.
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
   
   
   
  

"Moh. Imam Santosa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Maaf ini kan bulan suci Rhomadhon, jangan menebar fitnah

Regards,
Imam




-Original Message-
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of handri yanto
Sent: Tuesday, September 26, 2006 1:11 PM
To: [EMAIL PROTECTED]; media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: [media-dakwah] Fatwa Ulama NU Jombang dalam berbagai amalan
Ibadah

Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.

Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta
pertolongan dan
ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan
jiwa-jiwa kami
dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh
Allah,
maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh
Allah,
maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya.

Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk
disembah
kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi
bahwa
Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.

Alhamdulillahirobbil aalamiin, berikut ini informasi dari saudara kita
dari Jombang mengenai fatwa ulama NU di Jombang. Semoga Allah Subhanahu
wa Ta'ala senantiasa memberikan taufiq dan hidayahnya serta meneguhkan
hati kaum muslimin agar senantiasa berpegang teguh kepada Al Qur'an dan
Sunnah yang shahih.

Wallahu musta'an
Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh,
==



From: "Harlan C. Jaya" 
Subject: FW: FATWA ULAMA NU JOMBANG
Date: Fri, 15 Sep 2006 09:24:35 +0700

FATWA ULAMA JOMBANG
DALAM BERBAGAI IBADAH/AMALAN 


BEBERAPA FATWA ULAMA NU JOMBANG
Bismillahirrohmanirrohim
Kami Ulama dari Nahdatul Ulama Jombang, Jawa Timur setelah bermusyawarah
dalam masalah peribadatan umat Islam yang selama ini dianggap Ibadah,
amalan YANG TIDAK SESUAI dengan syariat Islam, setelah mengkaji ulang
beberapa kali dan mengkaji hadits-hadits, pendapat para imam, telah
mengambil keputusan untuk menghimbau, sekali lagi sifatnya menghimbau
kepada kaum muslimin di seluruh Indonesia khususnya kaum Nahdiyin agar
merubah secara bertahap amalan yang selama ini kurang sesuai dengan
syariat Islam, agar mengikuti fatwa kami sebagai berikut :

DALAM SHOLAT
1. Agar meninggalkan kebiasaan membaca "Usholli..." dengan suara
keras, karena niat itu pekerjaan hati cukup dalam hati saja.
2. Ba'da sholat, imam tidak perlu membaca wirid, Zikir, dengan
bersuara, cukup dalam hati dan imam ba'da sholat tidak perlu memimpin
DO'A BERSAMA dengan jama'ah. Imam dan jama'ah berdo'alah sendiri-sendiri
dalam hati.
3. Jama'ah ba'da sholat tidak perlu mencium tangan imam, cukup
bersalaman saja ( Catatan : bersalaman setelah sholat pun harus sedikit
demi sedikit ditinggal

[media-dakwah] Fatwa Ulama NU Jombang dalam berbagai amalan Ibadah

2006-09-25 Terurut Topik handri yanto
  Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
   
  Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan
ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami
dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah,
maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah,
maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya.

Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah
kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.
   
  Alhamdulillahirobbil aalamiin, berikut ini informasi dari saudara kita dari 
Jombang mengenai fatwa ulama NU di Jombang. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala 
senantiasa memberikan taufiq dan hidayahnya serta meneguhkan hati kaum muslimin 
agar senantiasa berpegang teguh kepada Al Qur'an dan Sunnah yang shahih.
   
  Wallahu musta'an
  Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh,
  ==
  

   
  From: "Harlan C. Jaya" <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: FW: FATWA ULAMA NU JOMBANG
Date: Fri, 15 Sep 2006 09:24:35 +0700
  
FATWA ULAMA JOMBANG
DALAM BERBAGAI IBADAH/AMALAN 


BEBERAPA FATWA ULAMA NU JOMBANG
Bismillahirrohmanirrohim
Kami Ulama dari Nahdatul Ulama Jombang, Jawa Timur setelah bermusyawarah dalam 
masalah peribadatan umat Islam yang selama ini dianggap Ibadah, amalan YANG 
TIDAK SESUAI dengan syariat Islam, setelah mengkaji ulang beberapa kali dan 
mengkaji hadits-hadits, pendapat para imam, telah mengambil keputusan untuk 
menghimbau, sekali lagi sifatnya menghimbau kepada kaum muslimin di seluruh 
Indonesia khususnya kaum Nahdiyin agar merubah secara bertahap amalan yang 
selama ini kurang sesuai dengan syariat Islam, agar mengikuti fatwa kami 
sebagai berikut :

DALAM SHOLAT
1.   Agar meninggalkan kebiasaan membaca “Usholli…” dengan suara keras, karena 
niat itu pekerjaan hati cukup dalam hati saja.
2.   Ba’da sholat, imam tidak perlu membaca wirid, Zikir, dengan bersuara, 
cukup dalam hati dan imam ba’da sholat tidak perlu memimpin DO’A BERSAMA dengan 
jama’ah. Imam dan jama’ah berdo’alah sendiri-sendiri dalam hati.
3.   Jama’ah ba’da sholat tidak perlu mencium tangan imam, cukup bersalaman 
saja  ( Catatan : bersalaman setelah sholat pun harus sedikit demi sedikit 
ditinggalkan karena tidak ada dalilnya, kaum muslimin seharusnya mengamalkan 
sunnah dengan   mengucapkan salam dan bersalaman sesama muslim pada saat 
bertemu satu dengan yang lainnya )  
4.   Dalam sholat subuh imam tidak perlu membaca do’a Qunut, kecuali kalau ada 
sesuatu yang berbahaya terhadap kehidupan Umat Islam secara keseluruhan.
5.   Do’a Qunut boleh dibaca setiap sholat bila ada keperluan yang bersifat 
darurat tidak hanya dalam sholat subuh.
6.   Sholat Rawatib/Sholat Sunnat Qobliah/Ba’diah adalah sebagai berikut Qobla 
Subuh, Qobla dan Ba’da Dzuhur, Ashar tidak ada rawatib, Ba’da Magribh dan Ba’da 
Isya.

DALAM SHOLAT JUM’AT
1.   Sebelum khotib naik mimbar tidak ada Adzan dan tidak ada qobla’ jum’at.
2.   Ketika khotib duduk diantara dua khutbah tidak ada bacaan sholawat.
3.   Ba’ada sholat jum’at imam tidak mempunyai kewajiban untuk memimpin do’a 
untuk makmum dengan suara kuat. Silahkan imam dan jama’ah berdzikir, wirid dan 
do’a masing-masing.
4.   Dalam sholat jum’at tongkat yang selama ini dipakai khotib bukan merupakan 
saran ibadah. Hanya kebiasaan dari khalifah Utsman, sekarang dapat ditinggalkan.
5.   sebelum khotib naik mimbar tidak perlu pengantar dan tidak perlu membaca 
hadits Muhammad SAW tentang jangan berkata-kata ketika khotib sedang khutbah, 
tapi sampaikanlah bersamaan dengan laporan petugas masjid tentang laporan 
keuangan. Petugas khotib dan imam hal ini sebagai perangkat laporan 
administrasi masjid, bukan proses ibadah sholat jum’at.

DALAM SHOLAT TARAWIH/WITIR/TAHAJUD
1.   Dalam bulan ramadhan diwajibkan shaum dan dimalam hari disunnatkan sholat 
tarawih, witir. Yang selama ini masih ada yang berbeda pendapat karena itu 
perlu diketahui himbauan ini.
2.   Sholat Tarawih dilakukan Nabi Muhammad SAW sebanyak 8 raka’at dan 3 
raka’at witir. Dapat dilakukan dengan cara 4-4-3.
3.   Tidak disunnatkan membaca do’a bersama-sama antara raka’at.
4.   Tidak dibenarkan antar jama’ah membaca sholawat nabi bersahut-sahutan.
5.   Sebelum Ramadhan tidak perlu sholat Tasbih, Sholat Nisfu Sya’ban, sedekah 
ruah. Karena hadits tentang kedua sholat tersebut dho’if, lemah dan berbau pada 
hadits maudhu (palsu). Karena terputus perawinya dan sholat ini tidak pernah 
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW juga 4 sahabat.
6.   Pada sholat witir dibulan Ramadhan tidak perlu ada Qunut  ( Catatan : 
adapun qunut witir merupakan sunnah yang tidak dibatasi kapan hari mulainya 
pada bulan Ramadhan. Qunut witir dilakukan sebelum ruku )  .

DALAM UPACARA TA’ZIAH
1.   Keluarga yang mendapat musibah kematian, wajib bagi umat Islam untuk 
ta’ziah, selama tiga hari ber

[media-dakwah] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah vs Tuduhan

2006-09-21 Terurut Topik handri yanto
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
  vs Tuduhan
   
  Pengantar
   
  Siapa yang tak mengenal Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu?Bagi
  tholabul ilmi ,namanya menjulang tinggi sebagai pengibar panji-panji
  Islam,alim robbani yang teguh & kokoh atas manhaj Ahlussunnah sesuai dengan
  pemahaman salaful ummah.Sebagai karunia Allah yang diberikan kepada kaum
  muslimin membangkitkan pewaris nabiNya dari kalangan ulama, penerus estafet
  dakwah tauhid.Dan dari sekian banyak pujian kepada beliau dari sejawat
  maupun musuhnya, tidak sedikit juga caci maki dan cercaan terutama dari
  kalangan ahlu bid'ah baik dari SUFI ektrim, Syi'ah,fanatik mazhab,maupun
  pengagum dan penyelenggara ibadah kubur, disertai tuduhan-tuduhan yang tidak
  layak dan jauh dari kebenaran.Dan tidak sedikit juga yang men-catut namanya
  untuk melegimitasi hawa nafsunya seperti bolehnya berbilang jama'ah, atau
  bolehnya maulid Nabi, yang beliau berlepas diri dari hal ini.Bahkan yang
  menggelikan adalah penisbatan bahwa Ibnu Taimiyah "dekat dengan sufi"
  menjadi sufi akhirnya [*] !!
   
  Dan pada kesempatan kali ini, kami nukilkan tulisan ulama dan tholabul ilm
  berkaitan dengan fitnah yang menimpa beliau seperti tuduhan Mujassimah,
  Musyabbihah ,agar terang siapa yang berjalan diatas al haq dan agar terang
  pula siapa pengekor hawa nafsu.
   
  [*] Benarlah pernyataan Syaikh Dr. Ihsan Ilahi Dhahir yang menegaskan:"Tidak
  ada satupun kelompok yang banyak berdusta atas nama tokoh-tokoh mereka
  selain kaum SUFIYAH dan SYI'AH" (mukaddimah Diraasat Fi Tashawwuf)
   
  Semoga bermanfaat.
   
  Bagian Satu : Tasfiyah memurnikan tarikh dari cerita dusta,..
   
  Syaikh Ali bin Hasan menulis [1]:
   
  Cukuplah bagi kita,kalau kita menyebutkan kedustaan dan tipu daya yang
  menimpa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,walaupun terjadi ketika beliau masih
  dalam keadaaan hidup,akan tetapi beliau tetap kokoh,kuat,sabar, dan
  mengharap maghfiroh (ridha Allah)
   
  Al Hafizh Ibnu Abdul Hadi telah berkata dalam " Al Uquudud Durriyah (hal
  204) tentang sebagian majlis-majlis perdebatan Syaikhul Islam Ibnu
  Taimiyah:."Berbeda-beda nukilan para penentang tentang majlis,sedangkan
  mereka mengubah-ubahnya dan meletakkan ucapan Syaikh pada bukan
  tempatnya,dan Ibnul Wakil mencaci,.."dst.
   
  Kemudian dia menukil ucapan Ibnu Taimiyah (hal 209):"Aku mengetahui bahwa
  orang-orang akan berdusta atas (nama)ku sebagaimana mereka telah berdusta
  atasku bukan (hanya) sekali."
   
  Diantara cerita bohong yang dilekatkan kepada Ibnu Taimiyah oleh lawan
  debatnya yang keras kepala dan musuh besarnya (Nashrun al Manbijy) yang
  kemudian dinukil oleh sebagaian ahli tarikh,adalah: "Ketika Ibnu Taimiyah
  menerangkan hadits-hadits nuzul [2] dia turun dari mimbar dan berkata :"
  seperti turunku ini!!" [3]
   
  Kemudian tiba-tiba saja si pengelana yang masyhur,Ibnu Bathutah, penulis
  "Rihlatut Tarikhiyah al Masyhuroh" menulis kebohongan ini didalam
  "Rihlahnya" (1/110) bahwa dia melihat Ibnu Taimiyah di masjid Al Umawy di
  Dimsyaq,setelah itu kebohongan tersebut dinukil oleh banyak orang-orang
  bodoh yang iri dan dengki [4].
   
  Disini tidaklah saya tengah berbicara untuk membantah kebohongan secara
  rinci [5] tetapi saya akan membantahnya secara global dari 2 sisi:
   
  PERTAMA:
   
  Mazhab (pemahaman) Ibnu Taimiyah tentang sifat Allah adalah mazhab as
  Salafus sholih yang tergambar dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala :
   
  "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia,dan Dia Maha Mendengar, Maha
  Melihat (asy Syura:11)
   
  Maka beliau menetapkan sifat NUZUL (turun)nya Allah sesuai dengan
  kebesaranNya dan kesempurnaanNya,tidak seperti turunnya mahluk.Kita
  mengetahuinya dari perkataan beliau dalam "Majmu' al Fatawa' (5/262) :"
  Barangsiapa menjadikan sifat Allah seperti mahluk, istiwa Allah seperti
  istiwa mahluk atau TurunNya seperti turunnya mahluk dan semacam itu maka
  orang itu adalah MUBTADI' (pembuat bid'ah), dhal (sesat).
   
  Maka masihkah tersisa hujjah bagi orang yang menuduhkan kebohongan ini dan
  penukil-penukilnya???
   
  KEDUA:
   
  Ibnu Bathuthah menjelaskan dalam "Rihlahnya" 1/120 bahwa dia memasuki kora
  Damaskus pada tanggal 9 Ramadhan 728H[6] .Padahal ketika itu Ibnu Taimiyah
  tidak pernah keluar penjara sampai beliau wafat pada tanggal 20 Dzulqa'dah
  728H[7].
   
  Jika begitu,bagaimana mungkin Ibnu Bathuthah melihat Syaikhul Islam dengan
  kedua matanya,padahal pada hari itu beliau ditahan di penjara Qal'ah
  semenjak 33 hari! Demi Allah ,sesungguhnya hal ini termasuk KEDUSTAAN
  yang BESAR!!!"
   
  Mungkin ada orang yang akan berkata atau bertanya: mengapa Ibnu Bathuthah
  berdusta???Sebagai jawabnya ,kami katakan: penisbatan kepada Mazhab yang dia
  lakukan,dan kesenangannya supaya sebuah tuduhan dilekatkan pada diri
  (Syaikhul Islam) yang bisa diulang-ulang oleh musuh-musuhnya,kedua hal ini
  pastilah mendorongnya untuk berdusta.Dia bermazhab Maliki dan menjalankan
  tarekat Rifa'iyah[8] dan seor

[media-dakwah] MENJAWAB TUDUHAN BATIL TERHADAP DAKWAH SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB

2006-09-21 Terurut Topik handri yanto
MENJAWAB TUDUHAN BATIL TERHADAP DAKWAH SYAIKH 
  MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB
   
   
  Oleh
  Abul Harits as-Salafy
   
   
   
  KEDUSTAAN HIZBUT TAHRIR ATAS SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB
   
  Sudah menjadi adat dan kebiasaan firqoh-firqoh sesat untuk memusuhi dan 
memfitnah kepada pembela dakwah yang haq, yang menyeru manusia kepada jalan 
yang benar sesuai dengan perintah Allah dan Sunnah rasul-Nya. Abdul Qodim 
Zallum rahimahullahu, salah satu tokoh Hizbut Tahrir dengan bangga mengatakan 
dalam bukunya yang berjudul Kaifa Hudimat Khilafah (dalam versi Indonesianya 
berjudul Konspirasi Barat meruntuhkan Khilafah Islamiyah, hal. 5), sebagai 
berikut : “Inggris berupaya menyerang negara Islam dari dalam melalui agennya, 
Abdul Aziz bin Muhammad bin Saud. Gerakan Wahhabi diorganisasikan untuk 
mendirikan suatu kelompok masyarakat di dalam negara Islam yang dipimpin oleh 
Muhammad bin Saud dan dilanjutkan oleh anaknya, Abdul Aziz. Inggris memberi 
mereka bantuan dana dan senjata.”.
   
  Pada halaman selanjutnya dia mengatakan : “Telah diketahui dengan pasti bahwa 
gerakan Wahhabi ini di provokasi dan didukung oleh Inggris, menginggat keluarga 
Saud adalah agen Inggris. Inggris memanfaatkan madzhab Wahhabi, yang merupakan 
salah satu madzhab Islam dan pendirinya merupakan salah seorang mujtahid.”
   
  Subhanallah ini adalah sebuah kedustaan dan fitnah, serta kezholiman terhadap 
dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab qoddasallahu ruuhahu yang mana hal ini 
tidak akan dilakukan kecuali oleh orang-orang yang benci terhadap Islam, benci 
terhadap Firqotun Najiyah, dan benci akan tersebarnya dakwah salafiyyah yang 
sesuai dengan Al-Qur'an dan as-Sunnah. Ingatlah akan firman Allah Ta’ala dalam 
surat Al-Isra’ ayat 36.
   
  æóáÇó ÊóÞúÝõ ãóÇ áóíúÓó áóßó Èöåö Úöáúãñ Åöäøó ÇáÓøóãúÚó æóÇáúÈóÕóÑó 
æóÇáúÝõÄóÇÏó ßõáøõ ÃõæáóÆößó ßóÇäó Úóäúåõ ãóÓúÆõæáÇð 
   
  “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan 
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan 
diminta pertanggung jawabannya.” [Al-Isra : 36]
   
  Dan yang paling mengherankan lagi, orang-orang Hizbut Tahrir menolak khabar 
ahad / hadis ahad dalam masalah aqidah, walaupun hadis itu shohih dari 
Rasulullah karena hal itu tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka, dan ketika 
dalam masalah/perkara yang sesuai dengan hawa nafsu mereka (Seperti kedustaan 
mereka atas Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab), dengan penuh keyakinan dan 
kebanggaan mereka menerima khabar ahad walaupun itu berasal dari seorang 
orentalis, sekaligus agen Inggris yang bernama Mr. Hamver yang juga seorang 
pendusta. Untuk lebih jelasnya mengenai siapa Hamver, marilah kita ikuti 
penjelasan Syaikh Malik Bin Husain dalam majalah Al-Asholah edisi ke 31 
tertanggal 15 Muharram 1422 H, beliau berkata : 
   
  “Saya telah meneliti kitab yang beracun dengan judul Mudzakkarat Hamver dan 
nama Hamver ini tidak asing lagi. Pertama kali aku membacanya di Majalah 
Manarul Huda, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Maktabah al-‘Alaami yang 
staf redaksinya dari Jam’iyyah Al-Masyaari’ al-Khairiyyah Al-Islamiyyah pada 
edisi 28, Ramadhan 1415 H/1995. Majalah ini dikeluarkan oleh Jama’ah Al-Ahbasy, 
sebuah Jama’ah Sufiyyah berpangkalan di Yordania dan selalu memusuhi dakwah 
salaf dan para ulama’nya, dan mereka mendapat bantuan dana dari orang-orang 
Yahudi dalam operasionalnya. 
   
  Setelah saya membaca makalah ini, jiwaku terdorong untuk membaca kitab 
mudzakkarat mata-mata/intel Inggris ini, hingga aku mengetahui sampai sejauh 
mana kebenaran yang dinisbatkan kepada Al-Imam Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul 
Wahhab rahimahullah dalam kitab ini. Ketika selesai membaca mudzakkarat ini, 
telah jelas bagiku bahwa itu merupakan sebuah dusta dari asalnya, dan Hamver 
ini adalah seorang yang asalnya tidak ada, lalu diada-adakan. Maka dari itu 
saya ingin menjelaskan kepada saudara-saudara sekalian tentang hal yang telah 
saya dapatkan dari peneletianku terhadap mudzakkarat ini, dalam rangka membela 
Imam Muhammad bin Abdul Wahhab –rahimahullah- dan juga dapat pembelaan terhadap 
kaum muslimin dari tikaman orang-orang ahlul bid’ah. Allah Ta’ala berfirman : 
   
  Èóáú äóÞúÐöÝõ ÈöÇáúÍóÞøö Úóáóì ÇáúÈóÇØöáö ÝóíóÏúãóÛõåõ ÝóÅöÐóÇ åõæó ÒóÇåöÞñ 
æóáóßõãõ Çáúæóíúáõ ãöãøóÇ ÊóÕöÝõæäó 
   
  “Sebenarnya Kami melontarkan yang haq kepada yang batil lalu yang haq itu 
menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.” [Al-Anbiya’ : 
18]
   
  Dan dalam ayat lain Allah berfirman : 
   
  íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ Åöäú ÌóÇÁóßõãú ÝóÇÓöÞñ ÈöäóÈóÃò ÝóÊóÈóíøóäõæÇ 
Ãóäú ÊõÕöíÈõæÇ ÞóæúãðÇ ÈöÌóåóÇáóÉò ÝóÊõÕúÈöÍõæÇ Úóáóì ãóÇ ÝóÚóáúÊõãú äóÇÏöãöíäó
   
  “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu 
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah 
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal 
atas perbuatanmu”
   
  Pada ayat ini ada pelajaran ilmiyah bagi kelompok or

[media-dakwah] Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama�ah ( Akidah, Ibadah, Ahlak & Dakwah ) Bag 1

2006-09-21 Terurut Topik handri yanto
Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah ( Akidah, Ibadah, Ahlak & Dakwah )
   
  MAKNA MANHAJ DAN AHLUSSUNNAH
   
  I. Makna Manhaj
   
  Secara bahasa kalimat “manhaj“ berasal dari kata –nahaja- yang berati jalan 
yang terang[1]. Bisa juga berarti jalan yang ditempuh seseorang, Allah  
berfirman: 
   
  “Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang 
terang”. [2] 
   
  Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata: 
   
  æóÇááåö ãóÇ ãóÇÊó ÑóÓõæúáõ Çááåö ÍóÊøóì ÊóÑóßó ÇáÓøóÈöíúáó äóåúÌðÇ æóÇÖöÍðÇ 
   
  “Demi Allah, Rasulullah tidak meninggal dunia, hingga meninggalkan jalan yang 
jelas”[3] 
   
  Adapun manhaj yang dimaksud di sini adalah jalan hidup Rasulullah shallallahu 
'alaihi wa sallam  yang kemudian dilalui oleh para sahabat, Tabi’in dan 
pengikutnya dalam kebenaran hingga hari kiamat, sebagaimana firman Allah I :
   
  ” Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku 
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku 
tiada termasuk orang-orang yang musyrik". [4]  
   
  II. Makna Ahlussunnah wal jamaah.
   
  Kata “Ahlussunnah” terdiri dari dua suku kata yaitu ahlu yang berarti 
keluarga, pemilik, pelaku atau seorang yang menguasai suatu permasalahan. Dan 
kata Sunnah yang berarti apa yang datang dari Nabi baik berupa syariat, agama, 
petunjuk yang lahir maupun yang bathin, kemudian dilakukan oleh sahabat, tabiin 
dan pengikutnya sampai hari Kiyamat.[5] 
   
  Namun dalam perspektif syariah (fiqh) kata sunnah sering diartikan dengan 
Perbuatan yang kalau dilakukan mendapat pahala, dan kalau ditinggalkan tidak 
mendapat dosa. Namun yang dimaksud dengan As-Sunnah" di sini adalah adalah,” 
Thariqah (jalan hidup) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam  yang juga dilalui 
oleh para shahabat yang telah selamat dari syubhat dan syahwat". Fudhail bin 
Iyadh berkata,”Ahlus Sunnah adalah orang yang mengetahui apa yang masuk ke 
dalam perutnya dari (makanan) yang halal"[6]. 
   
  Karena tidak memakan yang haram termasuk salah satu sunnah yang dilakukan 
oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam  dan para shahabat. 
   
  Dengan demikian maka Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam  dan sunnah shahabatnya. Imam Ibnul 
Jauzi berkata,” Tidak diragukan bahwa orang yang mengikuti atsar Rasulullah 
shallallahu 'alaihi wa sallam  dan atsar para shahabatnya adalah Ahlus 
Sunnah"[7]. 
   
  Adapun kata jamaah berarti bersama atau berkumpul. Dinamakan demikian karena 
mereka bersama dan berkumpul dalam kebenaran, mengamalkannya dan mereka tidak 
mengambil teladan kecuali dari sahabat, tabiin dan ulama–ulama yang mengamalkan 
sunnah sampai hari Kiyamat.
   
  Sedangkan menurut istilah, dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih 
al-Utsaimin, ” Ahlussunnah wal jamaah adalah orang yang mengamalkan sunah 
Rasulullah dan berkumpul di dalamnya dengan beribadah kepada Allah baik dalam 
masalah aqidah (keyakinan), perkataan, perbuatan, dan panutannya adalah 
Shalafusshalih dari sahabat, tabiin dan pengikut tabiin”. 
   
   
  III. Kreteria Ahlussunnah wal jamaah 
   
  DR. Nashr Al-Aql dalam kitabnya “Mafhum Alhlussunnah inda Ahllussunnah”, 
menyebutkan beberapa kreteria Ahlussunnah wal jamaah di antaranya; 
   
   1.Mereka adalah sahabat Rasulullah yang mengerti, melihat dan 
mengamalkan sunnah Rasullullah pertama kalinya, oleh sebab itulah mereka berhak 
mendapat gelar demikian. Begitu juga para tabiin yang mengambil sunnah dari 
sahabat dan mengamalkannya tanpa menambah dan menguranginya. Dan juga para 
pengikut tabiin dan orang-orang setelahnya sampai hari kiyamat yang berusaha 
mencontohi dan mengikuti mereka dalam masalah akidah dan ibadah. 
   
   2.Ahlussunah adalah para salafusshalih yang mengamalkan Kitab dan 
Sunah sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam [8], Yang 
mengikuti teladan para sahabat, tabiin dan ulama-ulama yang tidak pernah 
merubah dan membuat hal-hal yang baru dalam agama Allah. 
   
   3.   Ahlussunnah wal jamaah adalah firqatunnajiyah (golongan yang 
selamat) di antara golongan-golongan yang ada. Yang selalu mendapatkan 
pertolongan dari Allah sampai hari kiyamat. [9] 
   
   4.Mereka adalah orang–orang yang ghuraba’ (asing) karena tetap 
berpegang kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dalam keadaan yang orang lain 
melupakan dan meninggalkannya. Mereka juga memperjuangkan tegaknya As-Sunnah di 
saat tersebarnya bid’ah dan kesesatan dan kerusakan, sebagaimana sabda Nabi 
shallallahu 'alaihi wa sallam ,”Islam muncul pertama kali dalam keadaan asing, 
dan akan kembali menjadi asing sebagaimana semula. Maka beruntunglah 
orang–orang yang asing”[10]. Dalam riwayat lain disebutkan, “Beruntunglah 
al-Ghuraba’ yaitu orang yang shalih di tengah manusia yang jahat, orang yang 
mengingkarinya lebih banyak dari yang mengikutinya”[11].
   
   5.Dinam

[media-dakwah] Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama�ah ( Akidah, Ibadah, Ahlak & Dakwah ) Bagian 2

2006-09-21 Terurut Topik handri yanto
 Bagian IV
   
  Manhaj Akhlak Ahlussunnah wal Jamaah 
   
  Allah Mengutus Muhammad sebagai pembawa hidayah agama yang haq dan 
Penyempurna Akhlak. Allah Ta'ala berfirman,
   
  Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar 
agar Dia memenangkannya di atas segala agama agama meskipun orang-orang musyrik 
benci".[74] 
   
  Allah mengutus Muhammad kepada jin dan manusia, seluruh penduduk dunia 
sebagai rahmatan (karunia) dan imaman (pemimpin) bagi orang-orang yang 
bertaqwa. Mengajarkan dan memahamkan manusia tentang agama-Nya, menjelaskan 
penyebab keselamatan dan kebinasaan hidup di dunia dan di akhirat, Allah 
mengutusnya dengan Dienul Islam. Beliau membawa kabar yang benar, ilmu yang 
bermanfaat, syari'at yang lurus serta hukum-hukum yang adil. Allah mengutusnya 
untuk menyeru kepada seluruh kebaikan dan mencegah kejahatan, menyeru kepada 
akhlak yang mulia dan pebuatan yang baik serta mencegah rendahnya akhlak dan 
buruknya amal perbuatan. Allah berfirman,
   
  ”Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya 
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan".[75]
   
  Juga firman Allah, ”Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk 
(menjadi) rahmat bagi semesta alam". (Al-Anbiya' : 107).
   
  Akhlak yang paling agung adalah beribadah kepada Allah , Allah berfirman,
   
  ”Hai manusia, beribadahlah kepada Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang 
sebelum kamu, agar kamu bertaqwa".[76] 
   
  Juga firman Allah ,
   
  ” Beribadahlah kepada Allah dan janganlah engkau menyekutukan Allah dengan 
sesuatu". [77] 
   
  Allah berfirman,
   
  ”Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali 
kepada-Nya ..." [78] 
   
  Kemudian berakhlak kepada Rasulullah dengan mengikuti sunnah beliau, Allah 
berfirman,
   
  ” Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka 
ikutilah dia ; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena 
jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu 
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa".[79] 
   
  Kita berdoa kepada Allah untuk ditunjukkan “Shiratal Mustaqim”, Allah 
berfirman,
   
  ” Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau 
anugrahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan 
(pula jalan) mereka yang sesat". [80] 
   
  Pengertian Ash-Shirath Al-Mustaqim adalah Dienullah, yaitu Al-Islam, Al-Iman, 
ilmu yang bermanfaat serta amal yang shalih. Ia adalah jalannya orang-orang 
yang mendapat nikmat dari kalangan ahlul ilmi dan amal, mereka adalah para 
sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti 
mereka dengan baik serta pendahulu dari kalangan Rasul beserta pengikutnya. 
sebagaimana firman Allah ,
   
  ”Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (-Nya), mereka itu akan 
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu : 
Nabi, para shidiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan 
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya".[81]  
   
  Wajib bagi setiap muslim untuk mendalami Kitabullah, dan mempelajari 
Sunnah-sunnah Rasul-Nya serta istiqamah padanya. Di dalam Al-Qur'an dan 
As-Sunnah, tercantum penjelasan tentang perintah-perintah dan larangan yang 
dibawa dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alihi wa sallam. Dan di 
dalamnya terdapat penjelasan tentang akhlak mulia yang dipuji oleh Allah 
sebagai akhlak mukminin dan mukminat. Di antara firman Allah yang memuat akhlak 
mulia adalah surat Al-Furqan: 63-77. Allah befirman: 
   
  “Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) 
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila 
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang 
mengandung) keselamatan”. [82] 
   
  Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb 
mereka. [83]
   
  Dan orang-orang yang berkata:"Ya Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, 
sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasan yang kekal". [84] 
   
  Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. 
[85] 
   
  Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak 
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di 
tengah-tengah antara yang demikian. [86] 
   
  Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak 
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang 
benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia 
mendapat (pembalasan) dosa (nya) [87] 
   
  (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan 
kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, [88] 
   
  kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka 
mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.Dan adalah Allah 
Maha Pengampun lagi Maha Penyayan

[media-dakwah] KEDUSTAAN TERHADAP SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Rahimahullah/ Wahabi

2006-09-21 Terurut Topik handri yanto
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan
ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami
dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah,
maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah,
maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya.

Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah
kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Seburuk-buruk perkara
adalah perkara yang diada-adakan. Setiap perkara yang diada-adakan adalah
bid'ah. Setiap bid'ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan ada di neraka.

Sungguh saya memuatartikel  risalah ini bukan atas dasar kebencian dan 
kedengkian
kepada saudara-saudara saya, saya memuat artikel risalah ini bukan pula karena 
untuk menyakiti saudara -saudara kita yang masih awam dengan Dien kita yang 
agung ini, saya menulis ini bukan pula untuk mencari-cari
kesalahan mereka, Sungguh saya memuat artikel  risalah ini diatas dasar 
kecintaan
kepada kaum muslimin, semoga risalah singkat ini bermanfaat.

"Dan tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat
bagi orang-orang yang beriman" (Adz Dzariyyat : 55).
   
  Telah disebutkan oleh beberapa saudara muslim kita tentang fitnah dan tuduhan 
keji kepada Wahabi/Salafiyah/ SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Rahimahullah ".  
Yang sebenarnya adalah berita fitnah yang sudah lama , dan kembali diangkat 
dalam forum ini. Semuanya sudah ada bantahannya oleh para ulama Ahlus sunnah 
wal jamaah.
   
   
  Ahlus Sunnah VS Wahabi".
   
  Untuk lebih mengetahui apa Ahlus Sunnah dan apa Wahabi. Saya akan berikan 
dalam artikel terpisah supaya saudara-saudaraku kaum muslimin dan muslimat 
mengetahui lebih detail.
   
  Berikut ini adalah ulasan dari jawaban atau bantahan dari berita fitnah 
tersebut. semoga bermanfaat.
   
  Sekali Lagi mohon ma'af yang sebesar-besarnya bila da kata yang kurang 
berkenan, mari kita pahami bersama bahwa kita saling memberikan nasehat ( amar 
makruf nahi munkar ), tidak menyalahkan yang lain. karena agama adalah nasehat. 
Dan jadikan hal ini menjadi tambahan ilmu buat kita.
   
  Bila memang ada kebenaran maka tentunya itu datang tidak lain dari Allah
  tabaraka wa ta'ala dan bila ada kekurangan dan keburukan maka tidak lain itu
  memang timbul dari saya.
   
  Saya memohon pertolongan Allah subhana wata'ala agar membimbing saya dan
  saudara-2 kita yang se-Iman agar selalu dikaruniakan hidayah serta dibukakan
  mata hati sehingga menjadi terang menempuh jalan yang diridhai dan tetap
  beristiqomah pada jalan yang benar dan lurus sesuai dengan jalannya para
  pendahulu kita yang Salih, amin.
   
  Wallahu musta'an
  Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh,
   
  
  KEDUSTAAN TERHADAP SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Rahimahullah
   
  Sudah menjadi sunnatullah bila dakwah tauhid dan para da’inya akan dimusuhi 
oleh para penentang. Alloh sudah tegaskan hal itu dalam firman-Nya: 
   
  Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan setan 
(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada 
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu 
(manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, 
maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. al-An’am: 112). 
Lihat juga surat al-Furqan ayat 31.
   
  Di antara para da’i tauhid, bahkan merupakan tokohnya adalah Syaikh Muhammad 
bin Abdul Wahhab . Tidak ada yang mengingkarinya kecuali orangorang yang 
berkumpul dalam satu gerbong penentang dakwah tauhid, dakwah para nabi. 
Lantaran itu beliau mendapat rintangan dan permusuhan bahkan tuduhan dusta 
seperti yang dialami para nabi, terutama nabi kita Muhammad . Salah satu tokoh 
musuh dakwah ,tauhid ini adalah Ahmad Zaini Dahlan, penulis kitab di muka. 
Sejatinya, kesesatan dan kedustaan kitab ni sudah sangat jelas, bagaikan 
matahari di siang bolong. Masalahnya, kitab tersebut dijadikan rujukan dan 
disebarkan, sehingga masyarakat tertipu. Mungkin setali tiga uang dengan 
penyesatan yang dilakukan Amerika dan Barat dengan propaganda Islam identik 
dengan terorisme. Ambil contoh buku l’tiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah karya 
  K.H. Siradjuddin Abbas, mulai hal. 309. Kyai ini menjadikan kitab diatas 
sebagai rujukan. Juga, buku Konsep Dasar Pengertian Ahlus Sunnah walJama’ah, 
Drs. K.H. Ach. 
  Masduqi menjiplak tuduhan Siradjuddin Abbas. Terakhir, sebuah majalah Cahaya 
Nabawiy terbitan Ma’had Sunniyah Salafiyah Pasuruan, membuat judul yang hebat 
“Membongkar Kedok Wahabi”. Lagi-lagi rujukan yang dipakai adalah karya Dahlan 
seperti Fitnatul Wahhabiyyah, Daulah Utsmani

[media-dakwah] Re: [FORUM PENGAJIAN KANTOR] Re: Nazwar Syamsu - Asal mula perbedaan - benarkah?

2006-09-19 Terurut Topik handri yanto
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,
  Ya ukhti, bolehkah saya mengetahui landasan atau rujukan dari berita yang 
anti bawa tersebut ?. Dari kitab apakah dan siapa pengarangnya. Kita harus 
berbuat adil kepada saudara-saudara seiman kita . Karena kita harus 
mempertanggung jawabkan kebenaran dan keilmiyyahan berita tersebut. Dalam 
Dakwah haruslah semua itu terang benderang harus ada rujukan dan landasan. Bila 
benar berita tersebut dari ahlus sunnah wal jammaah maka kita harus taslim dan 
patuh , tapi blia berita tersebut dari orang yang tidak bisa dipertanggung 
jawabkan maka kita harus tabayyun tentang berita tersebut ( jangan sampai ada 
timbul fitnah ). Sebagaiman firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
  
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq 
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan 
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadannya yang menyebabkan 
kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [Al-Hujurat : 6]
   
  Mudah-mudahan niat baik anti untuk menyampaikan kebenaran keluar dari hati 
anti yang ikhlas dan tidak berdasarkan hawa nafsu dan perasaan tidak suka 
kepada saudara sesama muslim.
   
  Saya mohon ma'af  bila ada kata-kata saya  yang kurang berkenan, mari kita 
pahami bersama bahwa kita saling memberikan nasehat dan menasehati  ( amar 
makruf nahi munkar ).
   
  Saya memohon pertolongan Allah subhana wata'ala agar membimbing saya dan
  saudara-2 kita yang se-Iman agar selalu dikaruniakan hidayah serta dibukakan
  mata hati sehingga menjadi terang menempuh jalan yang diridhai dan tetap
  beristiqomah pada jalan yang benar dan lurus sesuai dengan jalannya para
  pendahulu kita yang Salih, amin.
   
  Wallahu musta'an
  Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh,
   
  Insya Allah Ta'ala bila ada waktu akan ada tanggapan mengenai berita tersebut.
  
 
   

Rani Kartika <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Saat ini banyak sekali amalan ummat Islam yang dianggap bid'ah oleh 
ummat Islam lainnya. 
  Bagaimana kita harus menyikapinya?
   
   
  ..Kullu hizbin bima ladaihim farihuun ( Ar rum: 32 ), artinya : "Yaitu 
orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa 
golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan 
mereka".

  -
  ..."Watawa shaubil haqqi watawa shaubish shabr."
  .. saling nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran".
  (QS. Al 'Ashr, 103 ayat : 3). 
   
  saya akan mengungkapkan sejarah pertikaian politik pada masa sepeninggal 
Rasulullah, yang berakibat kepada pertikaian pandangan teologi (agama ) yang 
tadinya oleh Rasulullah diperbolehkan . ikhtilafu `ala ummati rahmatun, 
perbedaan pandangan pada ummatku merupakan rahmat dari Allah subhanahu 
wata'ala. Namun kenyataannya perbedaan pendapat dan pandangan yang terjadi pada 
ummat Islam malah menjadi laknat dan saling mengkafirkan bahkan saling membunuh.
Keadaan ini telah berlangsung ratusan tahun tanpa ada tanda-tanda 
penyelesaian dan perubahan kepada yang lebih baik. Mereka saling membanggakan 
dan membenarkan kelompoknya yang paling benar. Bagaikan benang kusut kita 
melihat persoalan ummat Islam dari masa kemasa, sehingga sulit kita menentukan 
mana yang benar dan mana yang salah atau mungkin semuanya salah dan semuanya 
benar. Mari kita mencoba memahami sejarah perjalanan Islam dengan jujur dan 
jernih tanpa harus memihak siapa-siapa. Sejarah merupakan Prasasti dan saksi 
yang tidak bisa kita rubah oleh sebab kita tidak setuju, akan tetapi sejarah 
berkata apa adanya seperti kita memotret objek pemandangan yang indah maupun 
yang tandus. Mudah-mudahan setelah melihat perjalanan sejarah Islam ,kita akan 
menjadi lebih bijaksana didalam mengambil kesimpulan setiap masalah. 
  Terutama memandang setiap aliran yang berkembang dewasa ini.
  Bid'ah

Bid'ah ! Senjata ampuh (pamungkas) untuk menumpas aliran yang berbeda dengan 
golongannya.Ibarat nuklir, senjata ini adalah jenis senjata yang mematikan 
bahkan pemusnah masal (golongan). Sulit diklarifikasi karena kebanyakan antar 
kelompok ini tidak mau duduk bersama untuk berislah.sehingga sudah menjadi 
karakter alirannya untuk membenci dan menyalahkan aliran lainnya . Mereka 
saling mempunyai celahnya untuk bisa menyalahkan. ..Kullu hizbin bima ladaihim 
farihuun ( Ar rum: 32 ), artinya :
"Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi 
beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada 
golongan mereka".
  Sejarah telah mencatat peristiwa keangkuhan manusia dari abad keabad. Agama 
telah kehilangan pamornya untuk mengendalikan nafsu manusia. Malah justru agama 
dijadikan tunggangan nafsunya untuk memperoleh kekuasaan dan martabat 
golongannya. 
  Agak aneh memang kalau dikatakan bahwa dalam Islam sebagai agama, persoalan 
yang pertama-tama muncul adalah dalam bidang politik dan bukan dalam bidang 
teologi. Tetapi persoalan politik ini segera meningkat menjad

[media-dakwah] Sifat Puasa Nabi di Bulan Ramadhan

2006-09-14 Terurut Topik handri yanto
Judul: Sifat Puasa Nabi di Bulan Ramadhan   
  Kategori: Fikih Ibadah
  Ditulis Oleh: Syaikh Ali Hasan dan Syaikh Salim al-Hilali
   
   
  1. Keutamaan Puasa
   
  Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan 
yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki 
dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan 
perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan 
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, 
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah 
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al Ahzab : 35)
   
  a. Puasa adalah perisai
   
  “Puasa adalah perisai, dengannya seorang hamba terjaga dari api neraka” 
(hadits shahih riwayat Ahmad)
   
  b. Puasa memasukkan kesyurga
   
   
  Dari Abu Umamah, ia berkata, aku bertanya “ Wahai Rasulullah tunjukkan 
kepadaku suatu amal yang memasukkanku kesyurga”, Nabi bersabda : “Hendaknya 
engkau berpuasa, tiada yang menyamainya”. (Hadits riwayat Nasai, ibnu Hibban, 
dan Hakim dan sanadnya shahih)
  
   
  c. Orang yang berpuasa mendapatkan pahala tanpa hisab
  d. Bagi orang yan berpuasa ada dua kegembiraan
  e. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari bau kasturi
  Dalil-dalil (c) , (d), (e) :
   
   
  Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah bersabda : “Setiap amal manusia 
terdapat pahala yang terbatas kecuali puasa, sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku 
dan Aku (Allah) yang membalasnya, dan puasa adalah perisai. Dan pada hari puasa 
janganlah kalian mengatakan atau melakukan perbuatan keji dan janganlah membuat 
gaduh, jika salah seorang kalian mencelanya atau membunuhnya maka hendaklah 
mengatakan : “Sesungguhnya aku sedang berpuasa , demi Dzat yang jiwa Muhammad 
berada ditangannya benar-benar bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi 
Allah dari bau kasturi, bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang ia 
gembira dengan keduanya : jika berbuka ia gembira, dan jika bertemu Allah 
dengan puasanya ia gembira”. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim) 
   
  Dan dalam riwayat Bukhari :
   
  “Ia tinggalkan makanan dan minumannya serta syahwatnya lantaran-Ku, puasa 
adalah untukku, dan Aku yang akan membalasnya, dan kebaikan itu adalah sepuluh 
kali lipat semisalnya”.
   
  Dan dalam riwayat Muslim :
   
  “Setiap amal manusia dilipatgandakan kebaikannya sepuluh kali lipat 
semisalnya hingga tujuh ratus kali lipat, Allah berfirman : kecuali puasa 
sesungguhnya puasa aku yang membalasnya, ia tinggalkan syahwat dan makanannya 
hanyalah lantaran AKU. Bagi orang yang berpuasa terdapat dua kegembiraan, 
kegembiraan ketika berbuka puasa, dan kegembiraan ketika bertemu dengan 
Rabbnya, dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari bau 
kasturi”.
   
  f. Puasa dan Al Qur’an akan memberi syafaat orang yang mengamalkannya
  Rasulullah bersabda :
   
  Puasa dan Al Qur’an akan memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat, 
berkata puasa : Ya Allah, Engkau telah mencegah orang yang berpuasa dari 
makanan dan syahwat, maka berikanlah syafaatku padanya, dan berkata Al Qur’an : 
(Ya Allah) Engkau mencegahnya dari tidur pada malam hari, maka berikanlah 
syafaatku padanya, Allah berfirman : “Keduanya akan diberi syafaat”.(Hadits 
riwayat Ahmad dan Hakim).
  g. Puasa adalah kaffaarah (penghapus dosa)
   
  Dari Hudzaifah bin Yaman ia berkata, Rasulullah bersabda : “Fitnah laki-laki 
pada keluarganya, hartanya, anaknya, tetangganya, dihapuskan oleh shalat, puasa 
dan sedekah”. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)
   
  h. Pintu syurga yang bernama Ar Rayyan bagi orang yang berpuasa
   
  Dari Sahl dari Nabi bersabda : “Sesunggunya dalam syurga terdapat sebuah 
pintu yang bernama Ar Rayyan, orang-orang yang berpuasa akan masuk melaluinya 
pada hariu kiamat, dan selain mereka tidak akan masuk melaluinya. Dikatakan : 
Dimanakah orang-orang yang berpuasa? Maka mereka pun berdiri. Dan selain mereka 
tidak akan memasukinya . Maka jika orang-orang yang berpuasa sudah memasukinya 
ditutuplah pintu itu dan tidak seorangpun akan memasukinya, Dan barangsiapa 
yang telah masuk ia pasti minum dan barangsiapa yang minum ia tidak akan 
kehausan selamanya”. (Hadist riwayat Bukhari dan Muslim)
   
  2. Keutamaan bulan Ramadhan
   
   
  a. Bulan Al Qur’an
  Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an, sebagai petunjuk 
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda 
(antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir 
(di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada 
bulan itu”. (Al Baqarah : 185) 
   
  b. Dibelenggunya Syaitan
   
  “Jika telah tiba bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu syurga, ditutuplah 
pintu-pintu neraka, dan dibelenggulah syaitan-syaitan”. (Hadits riwayat Bukhari 
dan Muslim)
   
  c. Lailatul Qadr
  Tersebut dalam pembahasa no 19
   
  3. W

[media-dakwah] Pintu-Pintu Kebinasaan

2006-09-13 Terurut Topik handri yanto
Pintu-Pintu Kebinasaan  Penulis: Ibnu Ali
   
  Para pembaca yang budiman, telah kita ketahui bersama bahwasanya kesyirikan 
merupakan dosa yang paling besar. Apabila pelakunya meninggal dan belum sempat 
bertaubat, maka Alloh tidak akan mengizinkan baginya untuk memasuki surga dan 
ia akan kekal berada di dalam neraka. Hal ini sebagaimana firman Alloh,
   
  Åöäøóåõ ãóä íõÔúÑößú ÈöÇááøåö ÝóÞóÏú ÍóÑøóãó Çááøåõ Úóáóíåö ÇáúÌóäøóÉó 
æóãóÃúæóÇåõ ÇáäøóÇÑõ æóãóÇ áöáÙøóÇáöãöíäó ãöäú ÃóäÕóÇÑò
   
  “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan 
baginya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim 
itu seorang penolong pun.” (QS Al Maaidah: 72)
   
  Mengingat begitu besarnya bahaya kesyirikan ini, maka Alloh dan Rosul-Nya 
telah mengharamkan setiap perkataan ataupun perbuatan yang dapat mengantarkan 
seseorang terjerumus dalam perkara yang besar ini. Nabi kita Muhammad 
shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang sangat menginginkan kebaikan 
serta keselamatan bagi umatnya dari sebab-sebab yang dapat mendatangkan 
kebinasaan. Alloh berfirman yang artinya, 
   
  áóÞóÏú ÌóÇÁßõãú ÑóÓõæáñ ãøöäú ÃóäÝõÓößõãú ÚóÒöíÒñ Úóáóíúåö ãóÇ ÚóäöÊøõãú 
ÍóÑöíÕñ Úóáóíúßõã ÈöÇáúãõÄúãöäöíäó ÑóÄõæÝñ ÑøóÍöíãñ
   
  “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat 
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan kebaikan) 
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS At 
Taubah: 128)
   
  Oleh karena itulah, rasa kasih sayang beliau telah mendorongnya untuk 
menjelaskan kepada kita sebab-sebab yang dapat mengantarkan seseorang 
terjerumus ke dalam kesyirikan -semoga Alloh melindungi kita dari sebab-sebab 
ini-. Di antara sebab-sebab tersebut adalah:
   
  1.GHULUW (BERLEBIHAN) TERHADAP ORANG SHOLIH
  Nabi kita telah memperingatkan bahaya ghuluw ini, beliau bersabda yang 
artinya, “Hati-hatilah kalian terhadap perbuatan ghuluw, karena perkara yang 
menghancurkan orang-orang sebelum kalian adalah perbuatan ghuluw.” (HR. Ahmad 
dan Ibnu Hibban dengan sanad yang shohih). Perbuatan ghuluw inilah yang menjadi 
sebab terjadinya kesyirikan pertama kali di muka bumi sebagaimana kisah yang 
diceritakan oleh Ibnu Abbas tatkala menyebutkan nama-nama patung yang di sembah 
oleh orang-orang jahiliah. Beliau berkata, “(Nama-nama patung itu adalah) 
nama-nama untuk para lelaki sholih pada kaum Nabi Nuh, tatkala mereka telah 
meninggal, syaitan memberikan wangsit kepada orang-orang di zaman itu untuk 
membuat patung-patung mereka di majelis tempat orang-orang sholih itu (tatkala 
hidupnya). Setan pun memberikan wangsit agar menamai patung-patung itu sesuai 
dengan nama-nama orang sholih tersebut. Namun pada saat itu patung-patung 
tersebut belum disembah. Sampai pada akhirnya tatkala orang-orang
 yang membuat patung tersebut telah meninggal dan muncul generasi yang tidak 
lagi mengenal ilmu tauhid, akhirnya patung-patung itu pun disembah (oleh 
generasi sesudahnya).” (HR. Bukhori)
   
  Perbuatan ghuluw terhadap orang sholih ini dapat berupa berlebihan dalam 
memujinya dan masuk dalam kategori ini adalah melukis orang-orang sholih 
tersebut kemudian memajangnya di tempat-tempat tertentu. Ini semua diharamkan 
di dalam Islam. Namun di sinilah banyak kaum muslimin terjebak. Tidak sedikit 
mereka menempelkan gambar tokoh-tokoh (sekalipun itu tokoh agama) di 
rumah-rumah dan masjid-masjid mereka. Semoga Alloh memberikan petunjuk-Nya 
kepada kita sekalian.
   
  2.TABARRUK
  Tabarruk adalah mencari berkah. Tabarruk yang dimaksudkan di sini adalah 
jenis tabbaruk yang terlarang, di mana seseorang mempunyai keyakinan bahwa 
Alloh menjadikan pada sesuatu mempunyai barokah yang mana tidak ada dalil 
syar’i yang menunjukkan adanya hal tersebut. Hal ini diharamkan karena telah 
menjadikan suatu sebab yang pada hakikatnya bukan sebab. Di antara jenis 
tabarruk yang terlarang adalah:
   
  a) Bertabarruk kepada para wali dan orang yang sholih selain Nabi Muhammad 
sholallahu ‘alaihi wassalam (ketika beliau masih hidup). 
   
  Tabarruk jenis ini dapat melalui jasad dari orang yang sholih ataupun bekas 
sesuatu yang dipakai oleh orang sholih tersebut, misalnya pakaiannya, pecinya, 
gelas tempat minumnya ataupun yang lain. Para Sahabat Nabi telah bersepakat 
bahwa perkara ini tidaklah disyariatkan. Al-Hafidz Ibnu Rojab Al-Hambali 
menyebutkan sebuah kisah bahwasanya ada seorang lelaki datang kepada Imam Ahmad 
(yaitu Imam Ahmad bin Hambal, salah satu Imam Madzhab yang empat. Beliau adalah 
murid dari Al-Imam As-Syafi’i). Lelaki tersebut kemudian mengusapkan kedua 
tangannya ke baju Imam Ahmad. Lalu ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan 
tersebut dengan maksud untuk mendapat berkah dari baju imam Ahmad. Melihat hal 
ini Imam Ahmad marah dan mengingkari dengan keras perbuatan orang tersebut. 
Beliau berkata, “Dari mana kamu mengambil perkara ini?!”. 
   
  a) Tabarruk dengan tempat tertentu yang tidak ada dalil yang mensyariatkannya
   
  

[media-dakwah] INDAHNYA ISLAM

2006-09-13 Terurut Topik handri yanto
INDAHNYA ISLAM   
  Oleh
  Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman
   
  Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan 
bilanngan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman 
Allah.
   
  “Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” 
[Ali-Imran : 19]
   
  Juga firmanNya.
   
  “Artinya : Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak 
akan diterima” [Ali-Imran : 85]
   
  Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para 
rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang 
kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barangsiapa 
mentaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. 
Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya.
   
  Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini. Allah berfirman.
   
  “Artinya : Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah 
diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang 
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu “Tegakkan agama dan 
janganlah kamu berpecah belah tentangnya”. Amat berat bagi orang-orang musyrik 
agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang 
dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali 
(kepada)Nya”. [Asy-Syura : 42]
   
  Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhlukNya. Agama yang dibawa 
Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. 
Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya. Allah 
berfirman.
   
  “Artinya : Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan 
memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)Nya” [Asy-Syura : 
42]
   
  Sebagian ahli ilmu mengatakan : Sebelumya aku mengira bahwa orang yang 
bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang 
meridhai Allah, niscaya Allah akan meridhainya. Dan barangsiapa yang mencintai 
Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku 
baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba padaNya dengan 
dasar ayat.
   
  “Artinya : Dia mencintai mereka dan mereka mencitaiNya” [Al-Ma’idah : 54]
   
  Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepadaNya dengan dasar 
ayat.
   
  “Artinya : Allah meridhai mereka dan mereka meridhainya” [At-Taubah : 100]
   
  Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat 
seorang hamba kepadaNya dengan dasar ayat.
   
  “Artinya : Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya” 
[At-Taubah : 118]
   
  Demikianlah, bila Allah mencitai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan 
dadanya untuk Islam. Dalam shahihain, dari Abu Hurairah, ia berkata : 
Rasulullah bersabda.
   
  “Artinya : Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya. Tidak ada seorang 
Yahudi dan Nashrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali syurga 
akan haram buat dirinya” [Hadits Riwayat Muslim]
   
  Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus 
menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada tauhid dan 
syahadataian.
   
  Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah 
menjamin penjagaan terhadapnya. Allah berfirman.
   
  “Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya 
Kami benar-benar memeliharanya” [Al-Hijr : 9]
   
  Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya. Allah 
berfirman.
   
  “Artinya : Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab” 
[Al-Ma’idah : 44]
   
  Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang 
mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian 
banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan 
ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah 
menjelaskannya dalam Al-Qur’an, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya.
   
  Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan 
seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat.
   
  “Artinya : Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak 
menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan 
tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan 
apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya” 
[Al-Hajj : 15]
   
  Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada 
Nabi : “Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan ? Konstantinopel (di 
Turki) atau Rumiyyah (Roma) ?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, 
“Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul 
Rumiyyah”, yaitu Roma yang tertelak di Italia. Islam pasti akan meluas di 
seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagai

[media-dakwah] TIGA LANDASAN UTAMA

2006-09-13 Terurut Topik handri yanto
TIGA LANDASAN UTAMA
   
  Oleh
  Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab

-
  
   
  Muqaddimah
   
  Akhi (Saudaraku).
  Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada anda.
   
  Ketahuilah, bahwa wajib bagi kita untuk mendalami empat masalah, yaitu :

   Ilmu, ialah mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya dan mengenal agama Islam 
berdasarkan dalil-dalil.  
   Amal, ialah menerapkan ilmu ini.  
   Da'wah, ialah mengajak orang lain kepada ilmu ini.  
   Sabar, ialah tabah dan tangguh menghadapi segala rintangan dalam menuntut 
ilmu, mengamalkannya dan berda'wah kepadanya.
  Dalilnya, firman Allah Ta'ala.
  "Artinya : Demi masa. Sesungguhnya setiap manusia benar-benar berada dalam 
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, melakukan segala amal shalih dan 
saling nasihat-menasihati untuk (menegakkan) yang haq, serta nasehat-menasehati 
untuk (berlaku) sabar".(Al-'Ashr : 1-3).
  Imam Asy-Syafi'i1 Rahimahullah Ta'ala, mengatakan :"Seandainya Allah hanya 
menurunkan surah ini saja sebagai hujjah buat makhluk-Nya, tanpa hujjah lain, 
sungguh telah cukup surah ini sebagai hujjah bagi mereka".
   
  Dan Imam Al-Bukhari2 Rahimahullah Ta'ala, mengatakan :"Bab Ilmu didahulukan 
sebelum ucapan dan perbuatan". 
   
  Dalilnya firman Allah Ta'ala.
  "Artinya : Maka ketahuilah, sesungguhnya tiada sesembahan (yang haq) selain 
Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu". (Muhammad : 19).
  Dalam ayat ini, Allah memerintahkan terlebih dahulu untuk berilmu 
(berpengetahuan)  .." 3 sebelum ucapan dan perbuatan.
   
   
  Akhi (Saudaraku).
  Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada anda.
   
  Dan ketahuilah, bahwa wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari 
dan mengamalkan ketiga perkara ini :

   Bahwa Allah-lah yang menciptakan kita dan yang memberi rizki kepada kita. 
Allah tidak membiarkan kita begitu saja dalam kebingungan, tetapi mengutus 
kepada kita seorang rasul, maka barangsiapa mentaati rasul tersebut pasti akan 
masuk surga dan barangsiapa menyalahinya pasti akan masuk neraka. Allah Ta'ala 
berfirman :"Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu seorang rasul yang 
menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus kepada Fir'aun 
seorang rasul, tetapi Fir'aun mendurhakai rasul itu, maka Kami siksa ia dengan 
siksaan yang berat". (Al-Muzammil : 15-16).  
   Bahwa Allah tidak rela, jika dalam ibadah yang ditujukan kepada-Nya, Dia 
dipersekutukan dengan sesuatu apapun, baik dengan seorang malaikat yang 
terdekat atau dengan seorang nabi yang diutus manjadi rasul. Allah Ta'ala 
berfirman :"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, karena 
itu janganlah kamu menyembah seorang-pun di dalamnya disamping (menyembah) 
Allah". (Al-Jinn : 18).  
   Bahwa barangsiapa yang mentaati Rasulullah serta mentauhidkan Allah, tidak 
boleh bersahabat dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, 
sekalipun mereka itu keluarga dekat. Allah Ta'ala berfirman :"Kamu tidak akan 
mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling 
berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun 
orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga 
mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah mantapkan keimanan dalam 
hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya dan 
mereka akan dimasukkan-Nya ke dalam surga-surga yang mengalir dibawahnya 
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka 
pun ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa 
sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung". (Al-Mujaadalah : 
22).
  Akhi (Saudaraku).
  Semoga Allah mebimbing anda untuk taat kepada-Nya.
   
  Ketahuilah, bahwa Islam yang merupakan tuntunan Nabi Ibrahim adalah ibadah 
kepada Allah semata dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Itulah yang 
diperintahkan Allah kepada seluruh umat manusia dan hanya itu sebenarnya mereka 
diciptakan-Nya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
  "Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk 
beribadah kepada-Ku". (Adz-Dzaariyaat : 56).
  Ibadah dalam ayat ini, artinya : Tauhid. Dan perintah Allah yang paling agung 
adalah Tauhid, yaitu : Memurnikan ibadah untuk Allah semata-mata. Sedang 
larangan Allah yang paling besar adalah syirik, yaitu : Menyembah selain Allah 
di samping menyembah-Nya. Allah Ta'ala berfirman :
  "Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu apapun 
dengan-Nya". (An-Nisaa : 36).
  Kemudian, apabila anda ditanya : Apakah tiga landasan utama yang wajib 
diketahui oleh manusia ? Maka hendaklah anda jawab : Yaitu mengenal Tuhan Allah 
'Azza wa Jalla, mengenal agama Islam, dan mengenal Nabi Muhammad Shallallahu 
'alaihi wa sallam.

-
  
  Fote Note.
  1.   Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin 
Syafi'i Al-Hasyim Al-Quraisy Al-Mutha

[media-dakwah] Ada Apa Dengan Wahabi ?

2006-09-12 Terurut Topik handri yanto
Judul: Ada Apa Dengan Wahabi ?
   
  Ditulis Oleh: Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i


  Allah berfirman didalam Al-Qur'an yang Mulia (yang artinya) : 
  "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat 
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke 
langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. 
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu 
ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah 
dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) 
sedikitpun." (Ibrahim : 24-26)
   
  Dalam ayat-ayat yang mulia ini terdapat kabar gembira dari Allah , yaitu 
barangsiapa yang beramal karena Allah , maka Allah akan mengokohkan, 
menumbuhkan dan memberkahinya, dan barangsiapa beramal bukan karena Allah maka 
ia tidak akan tetap tegak sedikitpun. Allah akan memusnahkannya dan hal ini 
nyata dalam kehidupan sebagaimana Allah menegaskannya.
  Jika kita melihat diutusnya Nabi kita Muhammad dan melihat perbuatan (jahat) 
orang-orang kafir serta musuh-musuh Islam kepada Nabi kita Muhammad , kita akan 
menyaksikan akibat baik itu adalah bagi orang bertakwa, dan demikianlah sesudah 
Nabi kita Muhammad hingga zaman kita ini yang dianggap sebagai zaman fitnah 
dengan segala bentuknya yang tidak mengetahui banyaknya fitnah itu melainkan 
Allah .
   
  Pada zaman ini, zaman yang tersebar kesyirikan dan hal-hal jelek dalam diri 
kaum muslimin, terdapat kebangkitan Mubarakah, yang mana keutamaan dan karunia 
ini dari Allah semata. Dia-lah yang memberkahi, menumbuhkan dan menunjuki 
jalannya.
  Lalu musuh-musuh Islam bermaksud menjauhkan manusia dari kebangkitan yang 
diberkahi ini dengan memberikan bermacam-macam julukan untuk memalingkan kaum 
muslimin dari kebangkitan dan kesadaran yang diberkahi.
  Dalam (kesempatan) ini, kami berbicara -Insya Allah- tentang satu julukan 
saja, walaupun (Alhamdulillah) banyak saudara-saudara kita tidak mengetahui 
tentang hal ini. Akan tetapi ini termasuk dari (pelaksanaan) bab : "Hendaknya 
seorang yang tahu menyampaikan kepada orang yang tidak tahu". Karena 
sesungguhnya Nabi bersabda :
   
  "Hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir". 
  Dan beliau bersabda :
   
  "Semoga Allah memperindah orang yang mendengar perkataanku, lalu menghafal 
dan menyampaikannya".
  Memahami julukan buruk yang disebarkan oleh orang-orang komunis, pengikut 
partai ba'ats, pengikut pemahaman (Jamal Abdul Nasir) orang-orang Syi'ah, 
orang-orang Sufi dan ahli bid'ah, yang mereka sebarkan dilingkungan masyarakat 
untuk menghalangi manusia dari sunnah Rasulullah , kata-kata tersebut adalah 
"Wahabiyyah", orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah , 
mereka menjauhkan manusia dan memberikan julukan buruk agar manusia lari 
darinya.
   
  Perlu diketahui, bahwasannya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah termasuk 
ulama yang hidup pada abad ke-12 Hijriyah, beliau seorang ulama yang bisa benar 
dan bisa salah, kalaulah kita orang-orang yang berbuat "Taklid" (mengikuti 
tanpa dasar) tentulah kita akan "Taklid" kepada ulama Yaman yaitu Muhammad bin 
Ismail Al-Amiir Ash-Shan'ani -beliau hidup sezaman dengan syaikh Muhammad bin 
Abdul Wahab-, dan beliau lebih alim daripada syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, 
akan tetapi syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dakwahnya diberi kekuatan oleh 
Allah dengan kekuasaan hingga tersebarlah ilmu beliau. Adapun Muhammad bin 
Ismail Al-Amiir karya beliau (karangan-karangannya) memenuhi dunia, kaum 
muslimin mendapat manfaat dari kitab-kitabnya, orang-orang Yaman "Membenci 
Beliau" dan mereka berkehendak mengusirnya dari negeri Shan'a (Yaman).
   
  Itulah kata (Wahabiyyah) yang dengannya manusia dijauhkan dan dihalangi dari 
sunnah Rasulullah , maka wajib bagi kalian untuk berhati-hati dan melihat apa 
maknanya.
   
  Kata (Wahabiyyah) dinisbatkan kepada seorang ulama bukan dinisbatkan kepada 
"Mark" dan bukan pula dinisbatkan kepada "Lenin" dan bukan pula dinisbatkan 
kepada "Amerika" atau "Rusia" dan bukan juga dinisbatkan kepada "Para pemimpin 
musuh-musuh Islam" dan kami tidak memperbolehkan seorang muslim untuk 
menisbatkan dirinya kecuali kepada Islam dan kepada Nabi kita Muhammad .
   
  Sepatutnya kalian berhati-hati dan tidak terburu-buru dalam masalah ini. Nabi 
Sulaiman ketika burung Hud-Hud mengabarinya tentang apa yang dilakukan oleh 
Ratu Saba' dan kaumnya :
   
  Berkata Sulaiman : “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk 
orang-orang yang dusta". (An-Naml 27)
  Dan Allah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia :
   
  “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu 
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah 
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal 
atas perbuatanmu itu.” (Al-Hujurat 6)
   
  Kami berbicara tentang hal ini bukanlah lantaran Ah

[media-dakwah] SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB SOSOK PENEGAK PANJI-PANJI TAUHID

2006-09-12 Terurut Topik handri yanto
SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB
  SOSOK PENEGAK PANJI-PANJI TAUHID
   
  Oleh
  Abu Aufa
   
  Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/3]
_  
   
  Sampai saat sekarang ini, masih ada sebagian kaum muslimin yang salah paham 
dan ada juga yang menyebarkan berita-berita bohong tentang Syaikh Muhammad bin 
Abdul Wahhab, oleh karena itu, untuk meluruskan dan menepis apa-apa yang mereka 
tuduhkan tersebut, kami mengangkat tulisan Abu Aufa yang berjudul Syaikh 
Muhammad bin Abdul Wahhab Sosok Penegak Panji-Panji Tauhid, yang diterjemahkan 
dan dinukil dari buku : [1] Al-Imam Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Da'watuhu 
Wasiiratuhu, Lisamahatisy Asyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz. [2] 
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Hayaatuhu Wafikruhu, Ta'lif Dr.Abdullah 
Ash-Shalih Al-'Utsaimin (-peny).
_  
   
   
   
  Keadaan Umat di Najd Pada Masa Sebelum Beliau
   
  1. Keadaan Sosial Politik di Najd kala itu.
   
  Mayoritas dari penduduk Najd kala itu terdiri dari kabilah-kabilah Arab yang 
dikenal akan nasabnya, dan para pendatang yang berdatangan untuk tinggal di 
Najd hanyalah minoritas saja.
   
  Waktu itu sisi pandang masyarakat Najd terhadap seseorang tergantung pada 
nasab yang dia miliki. Hal ini sangat menyolok sekali terutama dalam urusan 
perkawinan, lowongan mendapat pekerjaan dan lain sebagainya. Masyarakat Najd 
terbagi menjadi dua kelompok atau dua golongan, Hadhari dan Badawi (Badui), 
meskipun didapati perubahan sifat atau ciri pada sebagian penduduk. Yang 
demikian itu menimbulkan kesulitan bagi kita untuk menggolongkan kelompok yang 
ketiga ini, karena mereka itu bukan Badui murni dan juga tidak Hadhari murni.1.
   
  Orang-orang Badui merasa bangga atas diri mereka dan kehidupan padang 
pasirnya. Mereka merasa bahwa orang-orang Hadhari hina di hadapan mereka. 
Penunjang kehidupan ekonomi mereka adalah kekayaan binatang, dan yang paling 
berharga bagi mereka diantara binatang-binatang yang ada adalah unta. Dan 
kebetulan daerah Najd adalah daerah yang kaya akan unta sehingga tidak aneh 
kalau Najd biasa disebut dengan Ummul Ibil2.
   
  Adapun orang-orang Hadhari (orang-orang kota) memiliki pandangan yang berbeda 
dengan orang-orang Badui, yang mana sebagian mereka berpendapat bahwa sifat 
kejantanan yang ada pada orang-orang Hadhari ataupun yang ada pada orang-orang 
Badui berada pada garis yang sama3, sebagian yang lain berpendapat bahwa 
orang-orang Badui harus diperlakukan dengan kekerasan, karena dengan cara 
demikian mereka bisa menjadi baik4
   
  Adapun penunjang kehidupan ekonomi mereka adalah bertani. Sedangkan 
perdagangan adalah satu-satunya penunjang kehidupan ekonomi yang ada atau 
dimiliki oleh orang-orang Badui maupun orang-orang Hadhari.
   
  Mengenai hal kepemimpinan, sangatlah jauh berbeda antara orang-orang Badui 
dengan orang-orang Hadhari. Di mana seorang pemimpin yang ada di kalangan 
orang-orang Badui haruslah memenuhi kriteria seorang pemimpin, misalnya 
memiliki derajad lebih dari yang lain, pemberani dan memiliki pandangan dan 
gagasan yang jitu. Cara-cara mereka ini lebih mirip dengan sistem demokrat. 
Adapun orang-orang Hadhari lebih cenderung pemilihan pemimpin mereka jatuh ke 
tangan orang-orang yang memilki kekuatan dan kekuasaan, cara-caranya-pun sudah 
banyak dicampuri dengan kelicikan dan tipu muslihat demi teraihnya kepemimpinan 
tersebut.
   
  2. Keadaan Kegaamaan di Najd waktu itu.
  Penduduk negeri Najd sebelum adanya dakwah yang dilakukan oleh Syaikh 
Muhammad bin Abdul Wahhab keadaannya menyedihkan. Keadaan yang apabila seorang 
mukmin menyaksikannya tidak akan ridla selama-lamanya. Syirik (persekutuan) 
terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala tumbuh dengan suburnya, baik syirik besar 
maupun syirik kecil. Sampai-sampai kubah, pepohonan, bebatuan, gua dan 
orang-orang yang dianggap sebagai wali pun disembah sebagaimana layaknya Allah 
Subhanahu wa Ta'ala. Penduduk Najd kala itu telah terpesona dengan kehidupan 
dunia dan syahwat. Sehingga pintu-pintu kesyirikan terbuka lebar untuk mereka. 
Marja' (sandaran) mereka kepada ahli sihir dan para dukun, sehingga negeri Najd 
terkenal akan hal itu. Bahkan Makkah, Madinah dan Yaman menjadi basis 
kemusyrikan kala itu. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menyelamatkan umat Islam 
ini dengan dilahirkannya seorang mujaddid besar, penegak panji-panji tauhid dan 
penyampai kebenaran yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya. Dialah
 Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, yang kelak berjuang mati-matian dalam rangka 
tegaknya tauhidullah dan menebas habis setiap yang berbau syirik terhadap Allah 
Subhanahu wa Ta'ala.
   
  Nasab dan Kelahiran Beliau
  Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab hidup ditengah-tengah keluarga yang dikenal 
denan nama keluarga Musyarraf (Ali Musyarraf), dimana Ali Musyarraf ini cabang 
atau bagian dari Kabilah Tamim yang terkenal. Sedangkan Musyarraf adalah kakek 
beliau ke-9 menurut riwayat yang rajih. Dengan demikian nasab beliau adalah 
Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Ahmad

[media-dakwah] PENGERTIAN WAHABI DAN SIAPA MUHAMMAD BIN ADBUL WAHHAB

2006-09-12 Terurut Topik handri yanto
 
  PENGERTIAN WAHABI DAN SIAPA MUHAMMAD BIN ADBUL WAHHAB

Oleh
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

Orang-orang biasa menuduh "wahabi " kepada setiap orang yang melanggar tradisi, 
kepercayaan dan bid'ah mereka, sekalipun kepercayaan-kepercayaan mereka itu 
rusak, bertentangan dengan Al-Qur'anul Karim dan hadits-hadits shahih. Mereka 
menentang dakwah kepada tauhid dan enggan berdo'a (memohon) hanya kepada Allah 
semata.

Suatu kali, di depan seorang syaikh penulis membacakan hadits riwayat Ibnu 
Abbas yang terdapat dalam kitab Al-Arba'in An-Nawa-wiyah. Hadits itu berbunyi.

"Artinya : Jika engkau memohon maka mohonlah kepada Allah, dan jika engkau 
meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepa-da Allah." [Hadits Riwayat 
At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih]

Penulis sungguh kagum terhadap keterangan Imam An-Nawawi ketika beliau 
mengatakan, "Kemudian jika kebutuhan yang dimintanya -menurut tradisi- di luar 
batas kemampuan manusia, seperti meminta hidayah (petunjuk), ilmu, kesembuhan 
dari sakit dan kesehatan maka hal-hal itu (mesti) memintanya hanya kepada Allah 
semata. Dan jika hal-hal di atas dimintanya kepada makhluk maka itu amat 
tercela."

Lalu kepada syaikh tersebut penulis katakan, "Hadits ini berikut keterangannya 
menegaskan tidak dibolehkannya meminta pertolongan kepada selain Allah." Ia 
lalu menyergah, "Malah sebaliknya, hal itu dibolehkan!"

Penulis lalu bertanya, "Apa dalil anda?" Syaikh itu ternyata marah sambil 
berkata dengan suara tinggi, "Sesungguhnya bibiku berkata, wahai Syaikh 
Sa'd![1]" dan Aku bertanya padanya, "Wahai bibiku, apakah Syaikh Sa'd dapat 
memberi manfaat kepadamu?" Ia menjawab, "Aku berdo'a (meminta) kepadanya, 
sehingga ia menyampaikannya kepada Allah, lalu Allah menyembuhkanku."

Lalu penulis berkata, "Sesungguhnya engkau adalah seorang alim. Engkau banyak 
habiskan umurmu untuk membaca kitab-kitab. Tetapi sungguh mengherankan, engkau 
justru mengambil akidah dari bibimu yang bodoh itu."

Ia lalu berkata, "Pola pikirmu adalah pola pikir wahabi. Engkau pergi berumrah 
lalu datang dengan membawa kitab-kitab wahabi."

Padahal penulis tidak mengenal sedikitpun tentang wahabi kecuali sekedar 
penulis dengar dari para syaikh. Mereka berkata tentang wahabi, "Orang-orang 
wahabi adalah mereka yang melanggar tradisi orang kebanyakan. Mereka tidak 
percaya kepada para wali dan karamah-karamahnya, tidak mencintai Rasul dan 
berbagai tuduhan dusta lainnya."

Jika orang-orang wahabi adalah mereka yang percaya hanya kepada pertolongan 
Allah semata, dan percaya yang menyembuhkan hanyalah Allah, maka aku wajib 
mengenal wahabi lebih jauh."

Kemudian penulis tanyakan jama'ahnya, sehingga penulis mendapat informasi bahwa 
pada setiap Kamis sore mereka menyelenggarakan pertemuan untuk mengkaji 
pelajaran tafsir, hadits dan fiqih.

Bersama anak-anak penulis dan sebagian pemuda intelektual, penulis mendatangi 
majelis mereka. Kami masuk ke sebuah ruangan yang besar. Sejenak kami menanti, 
sampai tiada berapa lama seorang syaikh yang sudah berusia masuk ruangan. 
Beliau memberi salam kepada kami dan menjabat tangan semua hadirin dimulai dari 
sebelah kanan, beliau lalu duduk di kursi dan tak seorang pun berdiri untuknya. 
Penulis berkata dalam hati, "Ini adalah seorang syaikh yang tawadhu' (rendah 
hati), tidak suka orang berdiri untuknya (dihormati)."

Lalu syaikh membuka pelajaran dengan ucapan,

"Artinya : Sesungguhnya segala puji adalah untuk Allah. Kepada Allah kami 
memuji, memohon pertolongan dan ampunan.", dan selanjutnya hingga selesai, 
sebagaimana Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa membuka khutbah dan 
pelajarannya.

Kemudian Syaikh itu memulai bicara dengan menggunakan bahasa Arab. Beliau 
menyampaikan hadits-hadits seraya menjelaskan derajat shahihnya dan para 
perawinya. Setiap kali menyebut nama Nabi, beliau mengucapkan shalawat atasnya. 
Di akhir pelajaran, beberapa soal tertulis diajukan kepadanya. Beliau menjawab 
soal-soal itu dengan dalil dari Al-Qur'anul Karim dan sunnah Nabi Shalallaahu 
alaihi wasalam . Beliau berdiskusi dengan hadirin dan tidak menolak setiap 
penanya. Di akhir pelajaran, beliau berkata, "Segala puji bagi Allah bahwa kita 
termasuk orang-orang Islam dan salaf.[2]. Sebagian orang menuduh kita 
orang-orang wahabi. Ini termasuk tanaabuzun bil alqaab (memanggil dengan 
panggilan-panggilan yang buruk). Allah melarang kita dari hal itu dengan 
firmanNya,

"Artinya : Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk." 
[Al-Hujurat: 11]

Dahulu, mereka menuduh Imam Syafi'i dengan rafidhah. Beliau lalu membantah 
mereka dengan mengatakan, "Jika rafidah (berarti) mencintai keluarga Muhammad. 
Maka hendaknya jin dan manusia menyaksikan bahwa sesungguhnya aku adalah 
rafidhah."

Maka, kita juga membantah orang-orang yang menuduh kita wahabi, dengan ucapan 
salah seorang penyair, "Jika pengikut Ahmad adalah wahabi. Maka aku berikrar 
bahwa sesungguhnya aku wahabi."

Ketika pelajaran usai, kami keluar bersama-sama sebagia

[media-dakwah] al-Haur Bada al-Kaur ( lemah/malas dalam beribadah setelah dulunya semangat/rajin )

2006-09-06 Terurut Topik handri yanto
Judul: al-Haur Bada al-Kaur ( lemah/malas dalam beribadah setelah dulunya 
semangat/rajin )
   
  Kategori: Tazkiyatun Nafs
   
   
  Sesungguhnya fenomena berpaling dari komitmen pada agama ini sungguh telah 
menyebar di kalangan kaum muslimin. Berapa banyak manusia mengeluh akan 
kerasnya hati setelah sebelumnya tentram dengan berdzikir pada Allah, dan taat 
kepada-Nya. Dan berapa banyak dari orang-orang yang dulu beriltizam (komitmen 
pada agama) berkata, "Tidak aku temukan lezatnya ibadah sebagaimana dulu aku 
merasakannya", yang lain bekata, "Bacaan al-qur’an tidak membekas dalam 
jiwaku", dan yang lain juga berkata, "Aku jatuh ke dalam kemaksiatan dengan 
mudah", padahal dulu ia takut berbuat maksiat.
   
  Dampak penyakit ini nampak pada mereka, diantara ciri-cirinya adalah :
  1. Mudah terjatuh dan terjerumus dalam kemaksiatan dan hal-hal yang 
diharamkan (Allah), bahkan dia terus melakukannya padahal dahulu dia sangat 
takut terjerumus kedalamnya. 
   
  2. Merasakan kerasnya hati, nasehat tentang kematian tidak berbekas sama 
sekali dalam hatinya, demikian juga melihat jenazah dan kuburan.
   
  3. Tidak mantap dalam beribadah, sehingga anda (akan mendapati orang seperti 
ini) tidak menemukan "kelezatan" dalam menunaikan sholat, membaca al-Qur'an, 
dan lainnya, serta malas (melakukan) ketaatan dan ibadah, bahkan mengabaikannya 
dengan mudah, padahal ia dulu giat serta bersemangat melakukannya. 
   
  4. Lalai dari berdzikir kepada Allah, serta tidak menjaga lagi dzikir-dzikir 
syar'iyah (seperti dzikir pagi dan petang, pent) padahal dulu ia giat dan 
bersemangat melakukannya. 
   
  5. Memandang rendah kebaikan dan tidak perhatian kepada amal kebajikan yang 
mudah dilakukan padahal dulu dia orang yang paling teguh dan rajin. 
   
  6. Selalu dibayangi oleh rasa takut pada waktu tertimpa musibah atau 
problematika, padahal dulu ia tegar serta teguh imannya kepada takdir Allah. 
   
  7. Hatinya cenderung kepada dunia dan sangat mencintainya hingga ia akan 
merasa sangat sedih sekali jika ada sesuatu dalam kehidupan dunia ini yang 
luput darinya, padahal dulu ia sangat terikat kepada akhirat dan kepada 
kenikmatan yang ada di dalamnya, Allah Ta'ala telah berfirman :
   
  "Tetapi kalian memilih kehidupan dunia, sedang kehidupan akherat adalah lebih 
baik dan lebih kekal." ( al-A’la : 16-17 ) 
   
  8. Terlalu berlebihan dalam memperhatikan kehidupan dunianya baik dalam 
masalah makan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan kendaraan, padahal dulu ia 
lebih mengutamakan untuk mempercantik akhlaqnya dan untuk komitmen serta 
berpegang teguh pada agama.
   
  Masih banyak lagi sebenarnya dampak penyakit ini. Dan sungguh Nabi r telah 
berlindung dari al-Haur ba'da al Kaur. Dari 'Abdullah bin Sarjas a ia berkata,
  "Rasulullah r jika bepergian berlindung dari kesukaran perjalanan, kesedihan 
saat kembali dan dari al-Haur ba'da al Kaur (lemah/malas dalam beribadah 
setelah dulunya semangat/rajin).”
   
  Dalam riwayat at-Tirmidzi : 
  "... dan dari al haur ba'da al kaun..".
  Berkata Nawawi, "Kedua hadits ini adalah hadits yang disebutkan oleh para 
ahli hadist, ahli bahasa dan ahli gharibul hadits/lafadh asing dalam hadits." 
(Syarh Muslim 9/119) 
   
  Lalu apakah makna al-Haur ba'da al-Kaur? 
  Ibnul Faris berkata : "al-Haur" artinya adalah : kembali, Allah berfirman :
   
  "Sesungguhnya ia menyangka bahwa ia sekali-kali tidak akan kembali, tetapi 
tidak..." (al-Insyqaaq : 14) 
   
  Orang Arab berkata :
  Maknanya kebatilan itu kembali dan berkurang. 
   
  Jika dikatakan :
  "Kami berlindung kepada Allah dari al haur.
  Makna al-Haur adalah berkurang setelah bertambah. (Mu'jamu Maqayis al-Lughah 
2/117) 
   
  Ibnu Mandzur menjelaskan dalam "Lisanul 'Arob" (4/217), ia berkata : "Dan 
dalam hadits : 
  “Kami berlindung kepada Allah dari al Haur setelah al Kaur”
  Maknanya adalah dari berkurang setelah bertambah, atau dari kerusakan urusan 
kami setelah kebaikan.
   
  At-Tirmidzi menafsirkan dengan perkataannya : "Dan makna perkataannya : 
‘al-Haur ba'da al-Kaun atau al-Kaur, kedua kata itu (al-Kaun dan al-Kaur) 
mempunyai satu arti, yaitu kembali/berpaling dari keimanan menuju kekafiran, 
dari ketaatan menuju kemaksiatan.’" (Sunan at-Tirmidzi 498/5)
   
  Kalau begitu, makna al Haur ba'da al Kaur adalah perubahan keadaan manusia 
dari iman kepada kekafiran, atau dari takwa dan kebaikan kepada perbuatan rusak 
dan buruk, atau dari hidayah kepada kesesatan. Dan dalam hal ini manusia 
berbeda-beda tingkatannya, maka jika seseorang mundur/berpaling ke belakang 
dikhawatirkan ia menutup akhir kehidupannya dengan hal yang buruk. 
   
  Dan satu hal yang telah diketahui bahwa amal-amal (seseorang) dilihat pada 
akhir kehidupannya, dari Sahl bin Sa'ad a, bahwa Nabi bersabda : 
  "Sesungguhnya seorang laki-laki dulunya beramal dengan amal penghuni neraka, 
dan sesungguhnya ia adalah penghuni surga, dan ia dulu mengerjakan amalan 
penghuni surga, padahal ia adalah penghuni neraka, sesungguhnya amal-amal itu 

[media-dakwah] Sendirian menghadap Alloh

2006-09-06 Terurut Topik handri yanto
Judul: Sendirian menghadap Alloh   
  Kategori: Tazkiyatun Nafs
  Ditulis Oleh: Syaikh Ali bin Hasan al-Halaby
   
   
  Alloh -taala- berfirman : "Dan kami akan warisi apa yang ia katakan itu, dan 
ia akan datang kepada kami seorang diri" (Maryam : 80)
   
  Sesungguhnya hubungan manusia –semua mannusia- dengan masyarakat yang ada 
disekitarnya, aatau dengan lingkungan yang ia hidup disana sangatlah besar, 
dapat memberikan dampak/bekas kepada pemikiran, akhlak, serta bisa mengarahkan, 
merubah perjalanan/tujuan hidup kemana saja …
   
  Meskipun dampak/bekas tersebut baik tidak menyelisihi perkara syari'at, namun 
sesungguhnya tetap haram, dilarang jika menyelisihi syariat dan akan didapati 
pertentangan baik itu sedikit atapun banyak,khususnya dalam pengetahuan yang 
samar, yang mengantarkan manusia berhubungan dengan selainnya –kepada sebuah 
kelompok maupun individu-
   
  Seorang hamba ketika menemui Rabbnya, ia menemuinya –sendirian- tanpa 
qobilah, -kecuali amalan dan perkataannya- ia menghadap Rabbnya tanpa harta, 
tahta, keluarga, kelompok, jamaah, ataupun syaikhnya….
   
  Ia menghadap kepada-Nya sendirian, tanpa anak, istri, bapak menyertainya …
hingga tiba saatnya perhitungan, balasan yang baik atau buruk baginya.
   
  Firman Alloh –azza wa jalla- "Dan kami akan warisi apa yang ia katakan itu" 
(Maryam : 80) mencakup perhitungan baginya, baik perkataan ataupun perbuatan, 
yang akan mengiringinya kelak di alam kubur, dan kemudian disisi Rabbnya pada 
hari kiamat, sebagai perhitungan atas dirinya, Alloh –taala- berfirman "Tiada 
suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas 
yang selalu hadir" (Qof : 18)
   
  Dan salah satu petunjuk yang baik yang diberikan oleh Rasul –Shollallahu 
alaihi wassalallam- yaitu perkataan beliau kepada Muadz –Radhiallohuanhu- sabda 
beliau : "Dan tidakkah yang dapat menjerumuskan manusia kedalam neraka 
melainkan hasil dari perkataan mereka"
   
  Meskipun konteks nash diatas untuk para pembesar dari kaum kafir, akan tetapi 
pelaksanaan hal tersebut umum untuk semua manusia. Hal ini dapat ditinjau dari 
dua segi :
   
  1. Sebuah kaidah yang berbunyi "Sebuah pelajaran diambil dari keumuman teks 
tidak pada kekhususan sebab"
  2. Nash-nash al-Quran yang umum –selainnya- yaitu firman Alloh –taala- "Dan 
tiap-tiap mereka akan datang kepada Alloh pada hari kiamat sendiri-sendiri" 
(Maryam : 95)
   
  Dan kita tergolong didalam nash diatas …..
   
  Maka hati-hatilah, waspadalah –wahai hamba Alloh- kalian berkata hari ini dan 
menyesal kemudian ….
   
  Hati-hatilah, waspadalah –wahai hamba Alloh- kalian mewarisi dari perkataan, 
perbuatan kalian, kecuali semuanya menyebabkan kebahagian, petunjuk, taufik dan 
kebenaran ….
   
  Hati-hatilah, hati-hatilah -wahai hamba Alloh- kalian terpedaya dengan diri 
kalian, buta dengan perkataan kalian …… setiap manusia itu diawasi dan akan 
dihisab
   
  Firman Alloh –jalla wa ala- "Dan mereka datang kepada kami seorang diri" 
jelas tanpa ada keraguan didalamnya, bahwa mereka yang menyebabkan kalian kuat 
didunia, tidak dapat memberi manfaat di akhirat, kecuali jika mereka teman yang 
taat kepada Alloh, mereka orang-orang yang mendapat hidayah dari Alloh, 
mengingatkan kalian dikala lupa, membenarkan kalian dikala salah, mengembalikan 
kalian dikala telah jauh menyimpang ….
   
  Adapun yang lain apa manfaat mereka bagimu dan kamu bagi mereka!!!
   
  Maka waspadalah kamu terhadap mereka dan mereka terhadapmu!!!
   
  Telah pergi orang-orang yang mereka cintai
   
  Maka lihatlah siapa yang kau jadikan teman
   
  Sesungguhnya mereka yang kau merasa aman dengannya
   
  Dapat membawamu pada perangkap/malapetaka
   
  Wahai Rabb selamatkan aku, selamatkanlah aku
   
  Maraji':
  Majalah Al-Asholah no 44 thn ke 8
   


-
 All-new Yahoo! Mail - Fire up a more powerful email and get things done faster.

[Non-text portions of this message have been removed]





Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Dorongan Untuk Mengikuti Sunnah dan Peringatan Keras Dari Bid�ah Serta Penjelasan Mengenai Bahayanya

2006-09-05 Terurut Topik handri yanto
Dorongan Untuk Mengikuti Sunnah dan Peringatan Keras Dari Bid’ah Serta 
Penjelasan Mengenai Bahayanya
   
  Penulis: Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad Al-Badr
  Penerjemah: Ummu Hafidz (Santri Ma’had ‘Ilmi Putri Lembaga Bimbingan Islam 
Al-Atsary)
  Muroja’ah: Ustadz Abu Salman (Pengajar Ma’had ‘Ilmi)
   
   
  Muqoddimah
  Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya dan memohon pertolongan dan 
ampunan-Nya. Kami berlindung kepada-Nya dari keburukan diri kami dan kejelekan 
amalan kami. Barang siapa yang Allah berikan petunjuk, maka tiada yang dapat 
menyesatkanya, dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka tiada yang dapat 
memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwasannya tiada Ilah yang berhak 
disembah selain Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi 
bahwasannya Muhammad –shollallahu’alaihiwasallam- adalah hamba dan rasul-Nya. 
Allah mengutus beliau dengan petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya 
terhadap semua agama dengan cara menyampaikan risalah dan menunaikan amanah 
serta menasehati umat. Dan bersungguh-sungguh berjihad di jalan-Nya. Ya Allah, 
shalawat, salam dan barokah semoga Engkau curahkan atas Nabi, keluarganya, 
sahabatnya dan siapa saja yang berpedoman dengan petunjuknya dan mengikuti 
jalannya hingga datangnya hari kiamat.
   
  Amma ba’du.
  Sesungguhnya nikmat Allah ‘azza wa jalla atas hambanya sangat banyak dan 
tidak terhitung. Dan kenikmatan tertinggi yang Allah berikan kepada manusia dan 
jin pada akhir zaman ini adalah dengan mengutus Rasul-Nya yang mulia Muhammad 
shollallahu’alaihiwasallam kepada mereka.
   
  Nabi shollallahu’alaihiwasallam telah menyampaikan setiap risalah (ajaran) 
yang datang dari Allah kepada mereka dengan lengkap dan sempurna. Imam Muhammad 
Ibn Muslim Ibn Syihab Azzuhri – rohimahullah - berkata, “Risalah tersebut 
adalah dari Allah ‘Azza wa jalla dan kewajiban Rasulullah 
shollallahu’alaihiwasallam adalah menyampaikannya. Sedang kewajiban kita adalah 
berserah diri sepenuhnya”. Imam Bukhori telah menjelaskannya pada pembahasan 
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala QS. Al-Maaidah 5:67 yang tercantum dalam bab 
Tauhid dalam kitab Shohihnya (Fathul Bari 13/503), Allah Subhanahu wa Ta’ala 
berfirman. Yang artinya:
   
  íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáÑøóÓõæáõ ÈóáøöÛú ãóÇ ÃõäÒöáó Åöáóíúßó ãöä ÑøóÈøößó æóÅöä áøóãú 
ÊóÝúÚóáú ÝóãóÇ ÈóáøóÛúÊó ÑöÓóÇáóÊóåõ
   
  “Wahai Rasul, sampaikan apa-apa yang diturunkan oleh Rabbmu kepadamu dan jika 
kamu tidak melakukan itu, maka kamu tidak menyampaikan risalah-Nya.” 
(QS.Al-Maaidah 5:67)
   
  Allah telah mewahyukan risalah-Nya yang agung kepada para rasul-Nya, 
sebagaimana terdapat dalam firman-Nya, 
   
  æóáóÞóÏú ÈóÚóËúäóÇ Ýöí ßõáøö ÃõãøóÉò ÑøóÓõæáÇð Ãóäö ÇÚúÈõÏõæÇú Çááøåó 
æóÇÌúÊóäöÈõæÇú ÇáØøóÇÛõæÊó
   
  “Sungguh telah Kami utus pada setiap umat seorang Rasul untuk memerintahkan 
beribadah kepada Allah semata dan menjauhi taghuts”. (QS. An-Nahl 16: 36)
   
  Dan firman-Nya,
   
  áóÞóÏú ãóäøó Çááøåõ Úóáóì ÇáúãõÄãöäöíäó ÅöÐú ÈóÚóËó Ýöíåöãú ÑóÓõæáÇð ãøöäú 
ÃóäÝõÓöåöãú íóÊúáõæ Úóáóíúåöãú ÂíóÇÊöåö æóíõÒóßøöíåöãú æóíõÚóáøöãõåõãõ 
ÇáúßöÊóÇÈó æóÇáúÍößúãóÉó æóÅöä ßóÇäõæÇú ãöä ÞóÈúáõ áóÝöí ÖóáÇáò ãøõÈöíäò
   
  “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika 
(Allah) mengutus seorang Rasul pada mereka dari kalangan mereka sendiri yang 
membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya dan mensucikan mereka dan mengajarkan 
mereka Kitab dan Hikmah. Dan sungguh orang-orang sebelum mereka berada pada 
kesesatan yang nyata”. (QS.Al-Imron 3: 164)
   
  Sedangkan yang menjadi kewajiban bagi Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam 
adalah menyampaikan risalah. Dan penyampaian risalah ini telah dilaksanakan 
secara lengkap dan sempurna dari segala sisinya. Sebagaimana firman Allah ‘Azza 
wa jalla, 
   
  Ýóåóáú Úóáóì ÇáÑøõÓõáö ÅöáÇøó ÇáúÈóáÇÛõ ÇáúãõÈöíäõ
   
  “Bukankah kewajiban para Rasul itu hanyalah menyampaikan (amanah Allah) 
dengan jelas.” (QS. An-Nahl 16: 35)
   
  dan firman-Nya,
   
  æóãóÇ Úóáóì ÇáÑøóÓõæáö ÅöáÇ ÇáúÈóáÇÛõ ÇáúãõÈöíäõ
   
  “Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan jelas.” (QS. 
An-Nuur 24:54)
   
  Adapun yang menjadi kewajiban atas seorang hamba adalah berserah diri dan 
tunduk patuh kepada-Nya. Akan tetapi dalam hal ini, manusia terbagi menjadi 
dua, yaitu manusia yang diberi taufiq oleh Allah sehingga mengikuti jalan yang 
benar, dan yang kedua, sebaliknya yaitu manusia yang tidak mendapat taufik 
sehingga mengikuti jalan-jalan yang lain. Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa 
ja

Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-09-03 Terurut Topik handri yanto
lah Syaikh 
ibnu Baz wafat. 
  (11) Silsilah ,Al Hadist adh-Dha’ifah 3/6-7. 
  (12) Lihat Muqaddimah beliau terhadap Mukhtashar Shahih Muslim hal5-6 oleh 
al-Mundziri. 
   
  (13) Lihat Ta’Iiq beliau terhadap Nuzhah Nazhar oleh Ibriu Hajar 
haL74—dicetak bersama An-Nukat Syaikh All Hasan al-Halabi.
  (I4)  Lihat Ta’liq beliau terhadap Ai-Baitsul Hatsits 1/125 oleb Syaikh Ahmad 
Syakir. 
  (15) Lihat teks ucapan mereka dalam Dirasat fi Sirab Shahih Muslim oleh 
Syaikh ,Ali bin Hasan al-Halabi. 
  (16) Silsilah ash-Shahihab 4/ 1”
  (17)  ldem )/._j, 
  (18)  Idem 6/980. 
  (19) Silsilah ash-Shahihah 2/735
  (20) Syaikh Al-.Allamah Abdul Aziz bin Baz mensifatinya dalam kata pengantar 
buku Baraah Ahli Sunnab karya Syalkh Bakr Abu Zaid: Al-Affak 
(penuduh/pendusta). al-Atsiim( banyak dosa). al-Maftun (terkena itnah).” 
   
  (21) Dia berkata dalam Ta”liq Daf’u Syubahi Tasybih hal.249 karya Ibnu 
al-Jauzi, “Saya menasehatkan kepada pars penuntut ilmu dan ahli ilmu agar 
membaca kitab-kftab Imam (!) al-Kautsari, khususnya kitabnya yang berjudul 
M-Maqalat 
   
  (22) Dia berkata mensifati al-Kautsari dalam Ta’Iiq Ar-Raf’u wa Takmil: 
“Hadiah untuk ruh ustadz al-Muhaqqiqin, al-Hujjah, al-Muhaddits, al-Faqih, alI 
Ushuli, al-Mutakallim, ai-Muarrikh, an-Nuqqad, al-Imam!” 
  (23) “Dia mensifati aJ-Kautaari dalam kitabnya At-Tansyif hal.205: 
‘Al-Allamah, Al-Muarrikh, An-Naqid”, bahkan pada hal.284 dia mensifatinya 
dengan “Syaikhul Islam”!!! 
   
  (24)  Lihat Kutub Hadzdzara minha al-Ulama 1/318-319 oleb Syaikh Masyhur 
Hasan Salman. 
  (25) Lihat Iftlraat as-Saqqaf al-Atsiim ala al-Albani Syaikh al-Muhadditsin 
hal.5-6 oleh Syalkli Khalid Al-Anbari dan lihat pula Bara’ah AhIi Sunnah karya 
  Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid. Kata pengantar oleh Syaikh Abdul Aziz bin 
Baz.
  (26) Lihat An-Nubadz fi Ushul Fiqih hal88 karya Imam Ibiru Hazmi. 
  (27) Footnote Shahih lbnu Majah 2/48. 
  (28’) Seperti dalan Tahdzir Sajid hal.44 tentang haramnya membangun kuburan 
di masjid. Silsilah ash-Shahihah 1/605 tentang najisnya darah haidh, 
  Muqaddimah Mukhtashar Uluw hal.52 tentang ketinggian Alloh di atas langit. 
Ats-Tsamar al-Mustatab 1/301 dan Ar-Raddu aI-Mufhim hal.3 I tentang wanita 
dalarn shalat dan ihram tidak boleh menutup wajahnya. Dan masih banyak sekali 
contoh lainnya. 
  (29) Serial kaset berjudul As’ilah Yamaniab Masail Haditsiyyah wal Fiqhiyyah. 
  (30) Kitab ini pernah diajarkan oleh Syaikh al-Albani sebagaimana dalam Hayah 
al-Albani 1/57 oleh asy-Syaibani. Dalam kitab tersebut haL47 Syaikh Abdul 
Wahhab KhalIaf menjelaskan tentang hujjahnya ijma’ beserta dalil-daiilnya. 
Al-Albani mengajarkannya sekitar pada tahun 1949-1950 M.
   
  Sumber : Majalah Al Furqon Edisi 2 Tahun V.

handri yanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu,
Akhi, sebelum menjelaskan tuduhan fitnah yang dituduhkan ke Syaikh Albani 
Rahimuhullah, ana mau tanya ke antum , semoga antum berbuat adil . Kalau boleh 
ana tahu siapakah ulama penulis artikel dibawah , ?, Insya Allah menyusul 
tentang penjelasan terhadah tuduhan yang tidak benar tersebut. Kebenaran akan 
muncul , yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Insya Allah Ta'ala.
Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
Abu Fahmi. 


[Non-text portions of this message have been removed]


-
Do you Yahoo!?
Get on board. You're invited to try the new Yahoo! Mail.

[Non-text portions of this message have been removed]



 


-
How low will we go? Check out Yahoo! Messenger’s low  PC-to-Phone call rates.

[Non-text portions of this message have been removed]





Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-08-31 Terurut Topik handri yanto
  Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu,
  Akhi, sebelum menjelaskan tuduhan fitnah yang dituduhkan ke Syaikh Albani 
Rahimuhullah, ana mau tanya ke antum , semoga antum berbuat adil . Kalau boleh 
ana tahu siapakah ulama penulis artikel dibawah , ?, Insya Allah menyusul 
tentang penjelasan terhadah tuduhan yang tidak benar tersebut. Kebenaran akan 
muncul , yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Insya Allah Ta'ala.
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
  Abu Fahmi.   



"Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:   Dari milis sebelah, mohon 
diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya
sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang
tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...)
atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon
pencerahannya.

BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH

1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang
dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada
dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan
menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu
lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud,
Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam
pentakhrijan hadith2 tadi. 

Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian
hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi.
Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah
Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah
as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan
'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk
kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij
dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan,
tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab
sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara
kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara
yang lebih besar.

Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan
kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih
al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan
banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah
dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2
yang dhoif? 

Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara
hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? 

Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah untuk
mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, maka
kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur antara
sahih dan dhoif. Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah
menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid
terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2
tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada
juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji
hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu
sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan
hadith tadi. Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil
[bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita
tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu
tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang.

KESILAPAN YANG JELAS 

Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini
adalah Al-aimmah As-sabiqun yang mengarang kitab2 as-sohih seperti Bukhori,
Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lain2 nya. Begitu juga yang menulis
ad-dho'ifah dan al-maudhu'ah seperti Ibnu Al-jauzi, Ibnu Tohir al-muqaddisi,
Asy-syaukani, Al-fatni dan lain2 nya."

Inilah kesilapan yang besar dalam pandangan Sheikh Al-albani, sesungguhnya
al-aimmah as-sabiqah yang mengasingkan as-sohih, tidak menegah beramal
dengan hadith yang dhoif dan tidak pula mengajak manusia untuk jadikan
dhoif, matruk dan maudhu' dalam satu martabat yang sama. Bagi mereka, dho'if
boleh beramal dengannya. Buktinya, lihat sendiri kitab Imam Bukhori iaitu
Al-adabul Mufrad yang bercampur antara hadith sohih dan dhoif. Begitu juga
kitab Raudhotul Uqola' karangan Ibnu Hibban. Juga kitab Ibnul Jauzi
al-wa'zu. Begitu juga shofwat at-tasawwuf karangan Ibnu Tohir.

Imam As-syaukani juga banyak berhujah menggunakan hadith2 dhoif dalam
kitabnya Nailul author dan tuhfatuz zakirin. Disamping itu, ulama2 yang
mengasingkan al-maudhuat, mereka tidak mencampurkannya sekali dengan hadith2
yang dhoif, dan tidak pernah menyeru orang ramai supaya meninggalkan beramal
dengan hadith2 dhoif

Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits

2006-08-31 Terurut Topik handri yanto
  Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu,
  Akhi, sebelum menjelaskan tuduhan fitnah yang dituduhkan ke Syaikh Albani 
Rahimuhullah, ana mau tanya ke antum , semoga antum berbuat adil . Kalau boleh 
ana tahu siapakah ulama penulis artikel dibawah , ?, Insya Allah menyusul 
tentang penjelasan terhadah tuduhan yang tidak benar tersebut. Kebenaran akan 
muncul , yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Insya Allah Ta'ala.
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
  Abu Fahmi.   



"Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  Dari milis sebelah, mohon 
diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya
sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang
tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...)
atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon
pencerahannya.

BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH

1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang
dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada
dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan
menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu
lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud,
Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam
pentakhrijan hadith2 tadi. 

Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian
hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi.
Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah
Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah
as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan
'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk
kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij
dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan,
tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab
sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara
kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara
yang lebih besar.

Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan
kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih
al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan
banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah
dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2
yang dhoif? 

Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara
hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? 

Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah untuk
mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, maka
kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur antara
sahih dan dhoif. Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah
menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid
terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2
tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada
juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji
hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu
sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan
hadith tadi. Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil
[bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita
tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu
tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang.

KESILAPAN YANG JELAS 

Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini
adalah Al-aimmah As-sabiqun yang mengarang kitab2 as-sohih seperti Bukhori,
Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lain2 nya. Begitu juga yang menulis
ad-dho'ifah dan al-maudhu'ah seperti Ibnu Al-jauzi, Ibnu Tohir al-muqaddisi,
Asy-syaukani, Al-fatni dan lain2 nya."

Inilah kesilapan yang besar dalam pandangan Sheikh Al-albani, sesungguhnya
al-aimmah as-sabiqah yang mengasingkan as-sohih, tidak menegah beramal
dengan hadith yang dhoif dan tidak pula mengajak manusia untuk jadikan
dhoif, matruk dan maudhu' dalam satu martabat yang sama. Bagi mereka, dho'if
boleh beramal dengannya. Buktinya, lihat sendiri kitab Imam Bukhori iaitu
Al-adabul Mufrad yang bercampur antara hadith sohih dan dhoif. Begitu juga
kitab Raudhotul Uqola' karangan Ibnu Hibban. Juga kitab Ibnul Jauzi
al-wa'zu. Begitu juga shofwat at-tasawwuf karangan Ibnu Tohir.

Imam As-syaukani juga banyak berhujah menggunakan hadith2 dhoif dalam
kitabnya Nailul author dan tuhfatuz zakirin. Disamping itu, ulama2 yang
mengasingkan al-maudhuat, mereka tidak mencampurkannya sekali dengan hadith2
yang dhoif, dan tidak pernah menyeru orang ramai supaya meninggalkan beramal
dengan hadith2 dhoif.

[media-dakwah] Menjadi Orang Asing di Dunia

2006-08-30 Terurut Topik handri yanto
Menjadi Orang Asing di Dunia   
  Penulis: Syaikh Shalih bin ‘Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhohulloh
  Diterjemahkan dari Penjelasan Hadits Arba’in No. 40 Oleh: Abu Fatah Amrulloh
  Murojaah: Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar
   
  Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata: “Rosululloh shalallahu 
‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah 
engkau di dunia seperti orang asing atau musafir”. Ibnu Umar berkata: “Jika 
engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau 
berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa 
sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)
   
  Penjelasan
  Hadits ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berisi nasihat nabi 
shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada beliau. Hadits ini dapat menghidupkan hati 
karena di dalamnya terdapat peringatan untuk menjauhkan diri dari tipuan dunia, 
masa muda, masa sehat, umur dan sebagainya.
   
  Ibnu Umar berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang 
kedua pundakku”, hal ini menunjukkan perhatian yang besar pada beliau, dan saat 
itu umur beliau masih 12 tahun. Ibnu Umar berkata: “beliau pernah memegang 
kedua pundakku”. Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jadilah 
engkau di dunia seperti orang asing atau penyeberang jalan”. Jika manusia mau 
memahami hadits ini maka di dalamnya terkandung wasiat penting yang sesuai 
dengan realita. Sesungguhnya manusia (Adam –pent) memulai kehidupannya di surga 
kemudian diturunkan ke bumi ini sebagai cobaan, maka manusia adalah seperti 
orang asing atau musafir dalam kehidupannya. Kedatangan manusia di dunia 
(sebagai manusia) adalah seperti datangnya orang asing. Padahal sebenarnya 
tempat tinggal Adam dan orang yang mengikutinya dalam masalah keimanan, 
ketakwaan, tauhid dan keikhlasan pada Alloh adalah surga. Sesungguhnya Adam 
diusir dari surga adalah sebagai cobaan dan balasan atas perbuatan maksiat
 yang dilakukannya. Jika engkau mau merenungkan hal ini, maka engkau akan 
berkesimpulan bahwa seorang muslim yang hakiki akan senantiasa mengingatkan 
nafsunya dan mendidiknya dengan prinsip bahwa sesungguhnya tempat tinggalnya 
adalah di surga, bukan di dunia ini. Dia berada pada tempat yang penuh cobaan 
di dunia ini, dia hanya seorang asing atau musafir sebagaimana yang disabdakan 
oleh Al Musthofa shalallahu ‘alaihi wa sallam.
   
  Betapa indah perkataan Ibnu Qoyyim rohimahulloh ketika menyebutkan bahwa 
kerinduan, kecintaan dan harapan seorang muslim kepada surga adalah karena 
surga merupakan tempat tinggalnya semula. Seorang muslim sekarang adalah 
tawanan musuh-musuhnya dan diusir dari negeri asalnya karena iblis telah 
menawan bapak kita, Adam ‘alaihissalam dan dia melihat, apakah dia akan 
dikembalikan ke tempat asalnya atau tidak. Oleh karena itu, alangkah bagusnya 
perkataan seorang penyair:
   
  äÞá ÝÄÇÏß ÍíË ÔÆÊ ãä Çáåæì ãÜÇ ÇáÍÜÈ ÅáÇ ááÍÈíÈ ÇáÃæá 
   
  Palingkan hatimu pada apa saja yang kau cintai
  Tidaklah kecintaan itu kecuali pada cinta pertamamu
  Yaitu Alloh jalla wa ‘ala
   
  ßã ãäÒá Ýí ÇáÃÑÖ íÃáÝå ÇáÝÊì æÍäíäÜÜÜå ÃÈÜÜÏÇ áÃæá ãÜÜäÒá 
   
  Berapa banyak tempat tinggal di bumi yang ditempati seseorang
  Dan selamanya kerinduannya hanya pada tempat tinggalnya yang semula
  Yaitu surga
   
  Demikianlah, hal ini menjadikan hati senantiasa bertaubat dan tawadhu kepada 
Alloh jalla wa ‘ala. Yaitu orang yang hati mereka senantiasa bergantung pada 
Alloh, baik dalam kecintaan, harapan, rasa cemas, dan ketaatan. Hati mereka pun 
selalu terkait dengan negeri yang penuh dengan kemuliaan yaitu surga. Mereka 
mengetahui surga tersebut seakan-akan berada di depan mata mereka. Mereka 
berada di dunia seperti orang asing atau musafir. Orang yang berada pada 
kondisi seakan-akan mereka adalah orang asing atau musafir tidak akan merasa 
senang dengan kondisinya sekarang. Karena orang asing tidak akan merasa senang 
kecuali setelah berada di tengah-tengah keluarganya. Sedangkan musafir akan 
senantiasa mempercepat perjalanan agar urusannya segera selesai.
   
  Demikianlah hakikat dunia. Nabi Adam telah menjalani masa hidupnya. Kemudian 
disusul oleh Nabi Nuh yang hidup selama 1000 tahun dan berdakwah pada kaumnya 
selama 950 tahun,
   
  ÝóáóÈöËó Ýöíåöãú ÃóáúÝó ÓóäóÉò ÅöáøóÇ ÎóãúÓöíäó ÚóÇãÇð
   
  “Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun” (QS 
Al Ankabut: 14)
   
  Kemudian zaman beliau selesai dan telah berlalu. Kemudian ada lagi sebuah 
kaum yang hidup selama beberapa ratus tahun kemudian zaman mereka berlalu. 
Kemudian setelah mereka, ada lagi kaum yang hidup selama 100 tahun, 80 tahun, 
40 tahun 50 tahun dan seterusnya.
  Hakikat mereka adalah seperti orang asing atau musafir. Mereka datang ke 
dunia kemudian mereka pergi meninggalkannya. Kematian akan menimpa setiap 
orang. Oleh karena itu setiap orang wajib untuk memberikan perhatian pada 
dirinya. Musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah kelalaian tentang 

[media-dakwah] 3 Pokok Ajaran Islam

2006-08-30 Terurut Topik handri yanto
3 Pokok Ajaran Islam   
  Oleh : Akh Abu Hudzaifah M Fakhruddin Yusuf
   
  Sejauh mana pemahaman kita ?
  Tak terasa, sudah sejak lama sekali (mungkin sudah belasan bahkan puluhan 
tahun atau bahkan lebih) kita termasuk sebagai seorang muslim. Nikmat yang 
besar ini patutlah kita syukuri, karena banyak diantara manusia yang tidak 
memperoleh nikmat ini. Dan nikmat inilah yang sangat menentukan bahagia atau 
sengsaranya kita di hari akhir nanti.
   
  Pada kesempatan ini, tidaklah kami ingin menanyakan ’sejak kapan kita masuk 
Islam ?’ atau ‘bagaimana ceritanya kita masuk Islam ?’ karena jawaban 
pertanyaan ini bukanlah suatu yang paling mendasar dan paling penting. Namun 
pertanyaan paling penting yang harus kita renungkan dan kita jawab pada setiap 
diri kita adalah: “sudah sejauh manakah kita telah memahami dan mengamalkan 
ajaran kita ini ?” Pertanyaan inilah yang paling penting yang harus direnungkan 
dan dijawab, karena jawaban pertanyaan inilah yang nantinya sangat menentukan 
kualitas keislaman dan ketakwaan seseorang. Alloh berfirman, “Demi masa. 
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang 
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati di 
dalam kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al Ashr : 
1-3). Alloh juga berfirman, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu 
disisi Alloh ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.” (Al
 Hujurot : 13)
   
  Pokok Ajaran Islam
  Sebagaimana yang telah diketahui bahwa ajaran Islam ini adalah ajaran yang 
paling sempurna, karena memang semuanya ada dalam Islam, mulai dari urusan 
buang air besar sampai urusan negara, Islam telah memberikan petunjuk di 
dalamnya. Alloh berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu 
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam 
menjadi agama bagimu”. (Al-Maidah : 3)
   
  Salman Al-Farisi berkata,“Orang-orang musyrikin pernah mengatakan kepada 
kami, ‘Sesungguhnya Nabi kamu telah mengajarkan kepada kamu segala sesuatu 
sampai buang air besar!’. Jawab Salman, ‘benar!” (Hadits Shohih riwayat 
Muslim). Semua ini menunjukkan sempurnanya agama Islam dan luasnya petunjuk 
yang tercakup didalamnya, yang tidaklah seseorang itu butuh kepada petunjuk 
selainnya, baik itu teori demokrasi, filsafat atau lainnya; ataupun ucapan 
Plato, Aristoteles atau siapa pun juga. 
   
  Meskipun begitu luasnya petunjuk Islam, pada dasarnya pokok ajarannya 
hanyalah kembali pada tiga hal yaitu tauhid, taat dan baro’ah/berlepas diri. 
Inilah inti ajaran para Nabi dan Rosul yang diutus oleh Alloh kepada ummat 
manusia. Maka barangsiapa yang tidak melaksanakan ketiga hal ini pada 
hakikatnya dia bukanlah pengikut dakwah para Nabi. Keadaan orang semacam ini 
tidak ubahnya seperti orang yang digambarkan oleh seorang penyair,
   
  Semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila,
  namun laila tidak mengakui pengakuan mereka semua
   
  1. Berserah diri kepada Alloh dengan merealisasikan tauhid
  Pokok pertama adalah perendahan diri dan ketundukan kepada Alloh dengan 
tauhid, yakni mengesakan Alloh dalam setiap peribadahan kita. Tidak boleh 
menujukan satu saja dari jenis ibadah kita kepada selain-Nya. Karena memang 
hanya Dia yang berhak untuk diibadahi. Dia lah yang telah menciptakan kita, 
memberi rizki kita dan mengatur alam semesta ini, pantaskah kita tujukan ibadah 
kita kepada selain-Nya, yang tidak berkuasa dan berperan sedikitpun pada diri 
kita ?
   
  Semua yang disembah selain Alloh tidak mampu memberikan pertolongan bahkan 
terhadap diri mereka sendiri sekalipun. Alloh berfirman,“Apakah mereka 
mempersekutukan (Allah) dengan berhala-berhala yang sama sekali tak dapat 
menciptakan sesuatupun ? Sedang berhala-berhala itu sendiri yang diciptakan. 
Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada para 
penyembahnya, bahkan kepada diri meraka sendiripun berhala-berhala itu tidak 
dapat memberi pertolongan”. (Al -A’rof : 191-192).
   
  Semua yang disembah selain Alloh tidak memiliki sedikitpun kekuasaan di alam 
semesta ini. Alloh berfirman,“Dan orang-orang yang kamu seru selain Alloh tiada 
mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka 
tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat 
memperkenankan permintaanmu, dan pada hari kiamat mereka akan mengingkari 
kesyirikan (do’a)mu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu 
sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui”. (Fathir : 13-14)
   
  2. Tunduk dan patuh kepada Alloh dengan sepenuh ketaatan
  Pokok Islam yang kedua adalah adanya ketundukan dan kepatuhan yang mutlak 
kepada Alloh. Dan inilah sebenarnya yang merupakan bukti kebenaran pengakuan 
imannya. Penyerahan dan perendahan semata tidak cukup apabila tidak disertai 
ketundukan terhadap perintah-perintah Alloh dan Rosul-Nya dan menjauhi apa-apa 
yang dilarang, semata-mata hanya karena taat kepada Alloh dan hanya me

[media-dakwah] Pentingnya menuntut ilmu

2006-08-30 Terurut Topik handri yanto
KITAB ILMU
   
  Oleh: Ust.Abu Fairuz Ahmad Ridwan Al-Medani
   
   
  DEFENISI ILMU, KEDUDUKAN,KEUTAMAAN DAN HUKUM MENUNTUTNYA
  A. DEFENISI ILMU
  Menurut bahasa al-Ilmu adalah kebalikan dari al-jahlu, ilmu yaitu mengetahui 
sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya.al-ilmu dapat pula didefenisikan 
dengan al-ma’rifah yang maknanya pengetahuan, lawan dari dari kejahilan.
   
  Adapun ilmu syar’iy jika disebutkan maka maknanya adalah ilmu yang telah 
diturunkan Allah kepada Rasulnya, berupa penjelasan dan hidayat( petunjuk ke 
jalan yang lurus. Ilmu  inilah yang disebutkan sebagai warisan para Nabi dalam 
sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham 
kepada umatnya, namun mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambil 
warisan tersebut telah mengambil bagian terbanyak”.(HR Abu Daud, dan Tirmizi)
   
  B. KEDUDUKAN ILMU SYARI’IY DAN ILMU-ILMU UMUM
  Menurut Ibn Abdul Barr Kata “ilmu maupun fikih” yang terdapat dalam 
hadis-hadis Rasulullah saw maka tidak lain maknanya melainkan ilmu syariat atau 
hadis-hadis Rasulullah.
   
  Ilmu seperti ini mendapat pujian tertinggi dalam mempelajari dan 
mengajarkannya. Bersabda Rasulullah saw:”Barang siapa yang Allah ingginkan 
kebaikan bagi dirinya maka Allah akan bimbing untuk mempelajari 
agama.”(HR.Bukhari dan Muslim).
   
  Berkata syeikh Muhammad Sholeh Al-Utsaimin:”Maka ilmu syar’iy lah yang 
mendapat pujian bagi orang yang yang mempelajari dan mengajarkannya. 
   
  Walaupun demikian aku tidak mengingkari adanya manfaat pada ilmu-ilmu lainya, 
tetapi manfa’atnya terkait dengan dua hal, pertama jika ilmu ini dapat membantu 
segala aktifitas yang mendukung perbuatan ta’at dan membela agama Allah,kedua 
jika ilmu ini berguna untuk hamba-hamba Allah, dan padanya terdapat kebaikan 
dan kemaslahatan. 
   
  Bahkan hukum mempelajarinya bisa menjadi wajib jika memang dibutuhkan dan 
dalam rangka mempersiapkan diri sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam 
Alquran:” Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu 
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan 
persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, (QS. 8:60)
   
  Sebagian ulama menyebutkan bahwa mempelajari tekhnik industri adalah fardhu 
kifayah, sebab manusia terus menerus akan membutuhkan alat-alat produksi untuk 
sandang-pangan dan kebutuhan lainnya, jika tidak ada yang memproduksi berbagai 
kebutuhan ini maka hukum mempelajarinya menjadi fardhu kifayah. Ini masih dalam 
perdebatan dikalangan ulama syari’iy yang berijtihad dari dari pemahaman 
terhadap Alquran dan Sunnah. Adapaun selain kebutuhan ini maka ilmu umum bisa 
menjadi sarana kebaikan,atau keburukan, karena  itu hukumnya terkait dengan 
tujuan apa mempelajarinya.”
   
  C. KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU
  Allah, swt  telah memuji ilmu dan orang-orang yang berilmu, Bahkan Allah 
telah memerintahkan para hamba-Nya untuk menuntut ilmu dan berbekal dengannya 
dalam banyak ayat dan hadis. 
   
  ilmu adalah amalan termulia dibandingkan amal soleh lainnya, dan digolongkan 
sebagai ibadah yang paling tinggi nilainya dibandingkan ibadah sunnah lainnya, 
sebab menuntut ilmu dianggap jihad fi sabilillah. Agama Allah ini hanya dapat 
tegak dengan dua perkara:
  1.ilmu dan burhan.
  2.jihad, berperang dan dengan pedang.
  Berkata syeikh Muhammad al-Utsaimin:”dua hal ini harus ada, tanpa keduanya  
Agama Allah tidak akan dapat tegak dan menang. perkara pertama harus 
didahulukan dari yang kedua. 
   
  Karena itulah Nabi tidak pernah memerangi suatu kaum hingga telah sampai 
kepada mereka dakwah agama Allah. Dengan demikian ilmu harus lebih dahulu tegak 
sebelum perang.”
   
  Dan diantara keutamaan menuntut ilmu, antara lain:
  1. ilmu adalah warisan para Nabi, walaupun kita hidup diabad ke 15 H, selama 
kita memiliki ilmu kita akan beruntung dengan mendapatkan warisan dari para 
Nabi.
  2. ilmu akan tetap berkekelan, sementara harta akan punah. Lihatlah kondisi 
Abu Hurairah yang fakir diantara para sahabat,bahkan dia pernah jatuh karena 
kelaparan, namun namanya akan tetap disebut  hingga sekarang dengan 
hadis-hadisnya yang tersebar. dalam sebuah hadis yang sahih:”Jika anak adam 
meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga hal:sedekah 
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang mendoakan orang tuanya.”(HR 
Muslim).
  3. para ulama adalah salah satu dari ulil amri yang wajib kita ta’ati 
disamping penguasa kita. Allah berfirman:
  ” Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya), 
dan ulil amri di antara kamu. (QS. 4:59). 
   
  Penafsiran ulul amri  di sini mencakup para penguasa dan ulama serta para 
penuntut ilmu, sebab tugas penuntut ilmu adalah untuk menjelaskan syariat Allah 
dan mendakwahi manusia untuk menengakkannya, sementara tugas para penguasa 
adalah menjalankan syariat Allah dan menerapkannya dikalangan pada sekalian 
rakyatnya.
  4. penuntut ilmu adalah orang-orang yang turut bersaksi atas kemahaesaan 
Alla

[media-dakwah] AKIDAH TAUHID

2006-08-29 Terurut Topik handri yanto
AKIDAH TAUHID
   
  Oleh:Ust.Abu Fairuz Ahmad Ridwan Al-Medani
   
  MUKADDIMAH
  Akidah menduduki posisi terpenting dalam kehidupan seorang mukmin di dunia 
dan akhirat. Ibarat suatu bangunan maka akidah adalah pondasi dasar bangun 
Islam. Suatu bangunan yang megah akan runtuh menimpa penghuninya tatkala 
pondasi dasar yang dibawahnya kropos dan tidak kokoh dan tidak memiliki 
kekuatan.
   
  Segala bentuk amalan seorang mukmin tidak akan dapat diterima Allah swt jika 
akidah pelakunya rusak dan menyimpang. karena pentingnya akidah inilah maka 
seluruh dakwah para Nabi dan Rasul dimulai dan diakhiri dengan dakwah kepada 
tauhid dan akidah yang benar.
   
  Mengingat banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam masalah akidah di tubuh 
umat Islam; mengingat banyaknya fenonema kemusyrikan tersebar dimana-mana 
karena kejahilan kaum muslimin terhadap makna la-ilaha illalah-Muhammad 
Rasulullah , syarat-syaratnya, konsekwensi dan pembatalnya, bahkan lebih tragis 
lagi suatu kenyataan yang harus diterima bahwa ummat ini lebih jahil terhadap 
makna syahadatain dibandingkan kaum musyrikin dizaman Rasulullah dan zaman pra 
Islam, maka sangat relevan rasanya kita angkat kembali pembahasan seputar makna 
syahadatain,rukun-rukun, syarat-syarat, konsekwensi dan pembatal syahadat ini, 
semoga bermanfaat.
   
  MAKNA SYAHADAT LA ILAHA ILLALLAH
  Banyak terjadi kesalah pahaman dalam menafsirkan makna kalimat ini. Sebagian 
orang menafsirkannya dengan arti: 
   
  1.‘Tiada Tuhan yang disembah kecuali Allah’konsekwensi dari penafsiran ini 
bahwa segala tuhan-tuhan yang disembah baik yang haq ataupun batil adalah 
Allah. Tentunya ini penafsiran yang batil sebab Tuhan-tuhan yang disembah 
selain Allah sangat banyak jumlahnya,dan mustahil keseluruhan tuhan –tuhan 
tersebut adalah Allah.
   
  2. ‘Tiada pencipta selain Allah’. Kita katakan bahwa ungkapan ini tidak dapat 
membuat seseorang menjadi mukmin ahli tauhid. Sebab penafsiran ini hanya 
menetapkan tauhid Rububiyyah yang memang pada dasarnya diakui oleh orang-orang 
musyrik pada masa Rasulullah.Allah menceritakan dalam Alquran mengenai kaum 
musyrikin:
  Þõá áøöãóäö ÇúáÃóÑúÖõ æóãóä Ýöíåó Åöä ßõäÊõãú ÊóÚúáóãõæäó {84} ÓóíóÞõæáõæäó 
áöáøóåö Þõáú ÃóÝóáÇó ÊóÐóßøóÑõæäó {85} Þõáú ãóä ÑøóÈøõ ÇáÓøóãóÇæóÇÊö ÇáÓøóÈúÚö 
æóÑóÈøõ ÇáúÚóÑúÔö ÇáúÚóÙöíãö {86} ÓóíóÞõæáõæäó áöáøóåö Þõáú ÃóÝóáÇó ÊóÊøóÞõæäó 
{87} Þõáú ãóä ÈöíóÏöåö ãóáóßõæÊõ ßõáøö ÔóìúÁò æóåõæó íõÌöíÑõ æóáÇóíõÌóÇÑõ 
Úóáóíúåö Åöä ßõäÊõãú ÊóÚúáóãõæäó {88} ÓóíÖÞõæáõæäó áöáøóåö Þõáú ÝóÃóäøóì 
ÊõÓúÍóÑõæäó {89}
   Katakanlah:"Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika 
kamu mengetahui" (QS. 23:84)
  Mereka akan menjawab:"Kepunyaan Allah". Katakanlah:"Maka apakah kamu tidak 
ingat?" (QS. 23:85)
  Katakanlah:"Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy 
yang besar?" (QS. 23:86)
  Mereka akan menjawab:"kepunyaan Allah". Katakanlah:"Maka apakah kamu tidak 
bertaqwa?" (QS. 23:87)
  Katakanlah:"Sipakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu 
sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, 
jika kamu mengetahui?" (QS. 23:88)
  Mereka akan menjawab:"Kepunyaan Allah". Katakanlah:"(Kalau demikian), maka 
dari jalan manakah kamu ditipu?" (QS. 23:89)
   
  Walaupun mereka mengakui Allah sebagai pencipta, tetapi mereka tetap 
diperangi Rasulullah saw, selama mereka masih tetap memberikan ibadah kepada 
selain Allah.
   
  3. ‘Tiada Yang berhak membuat hukum kecuali Allah’.kita katakan penafsiran 
ini juga tidak cukup membuat seseorang menjadi mukmin, karena inipun bagian 
dari tauhid Rubuiyyah. 
   
  Penafsiran yang benar dari kalimat’la ilaha illallah’ yaitu tiada tuhan yang 
hak disembah kecuali  makna dari penafsiran ini bahwa tuhan-tuhan yang disembah 
oleh para pengikutnya memang banyak, tetapi seluruhnya disembah dengan batil, 
hanya Allah semata yang disembah dengan haq. Oleh karena itu Allah tidak 
menafikan adanya tuhan-tuhan lain, tetapi seluruhnya adalah batil. Allah 
berfirman:
  ÁóÃóÊøóÎöÐõ ãöä Ïõæäöåö ÁóÇáöåóÉð Åöä íõÑöÏúäö ÇáÑøóÍúãóÜäõ ÈöÖõÑøò 
áÇøóÊõÛúäö Úóäøöí ÔóÝóÇÚóÊõåõãú ÔóíúÆðÇ æóáÇóíõäÞöÐõæäó
  Mengapa aku akan menyembah ilah-ilah selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha 
Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak 
memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat 
menyelamatkanku?. (QS. 36:23)
  íóÇÕóÇÍöÈóíö ÇáÓøöÌúäö ÁóÃóÑúÈóÇÈñ ãøõÊóÝóÑøöÞõæäó ÎóíúÑñ Ãóãö Çááåõ 
ÇáúæóÇÍöÏõ ÇáúÞóåøóÇÑõ {39} ãóÇÊóÚúÈõÏõæäó ãöäú Ïõæäöå Åöá ÃóÓúãóÂÁð 
ÓóãøóíúÊõãõæåó ÃóäÊõãú æóÁóÇÈóÂÄõßõã ãøóÂÃóäÒóáó Çááåõ ÈöåóÇ ãöä ÓõáúØóÇäò 
Åöäö ÇáúÍõßúãõ ÅöáÇøó ááåö ÃóãóÑó ÃóáÇøóÊóÚúÈõÏõæÇ ÅöáÂøðÅöíøóÇåõ Ðóáößó 
ÇáÏøöíäõ ÇáúÞóíøöãõ æóáóßöäøó ÃóßúËóÑó ÇáäøóÇÓö áÇóíóÚúáóãõæäó {40}
  Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik, rabb-rabb yang 
bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa (QS. 12:39)
  Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama 
yang kamu dan nenek moyang

Re: [media-dakwah] mengucapkan selamat natal

2006-08-29 Terurut Topik handri yanto
Hukum Ucapan Merry Christmas [Selamat Natal]
  

  Kategori Ahkam


  HUKUM UCAPAN MERRY CHRISTMAS [SELAMAT NATAL]


Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin





Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin –rahimahullah- ditanya : Bagaimana 
hukum mengucapkan “Merry Christmas” (Selamat Natal) kepada orang-orang Kafir? 
Bagaimana pula memberikan jawaban kepada mereka bila mereka mengucapkannya 
kepada kita? Apakah boleh pergi ke tempat-tempat pesta yang mengadakan acara 
seperti ini? Apakah seseorang berdosa, bila melakukan sesuatu dari yang 
disebutkan tadi tanpa sengaja (maksud yang sebenarnya) namun dia melakukannya 
hanya untuk berbasa-basi, malu, nggak enak perasaan atau sebab-sebab lainnya? 
Apakah boleh menyerupai mereka di dalam hal itu?

Jawaban.
Mengucapkan “Merry Christmas” (Selamat Natal) atau perayaan keagamaan mereka 
lainnya kepada orang-orang Kafir adalah haram hukumnya menurut kesepakatan para 
ulama (Ijma’). Hal ini sebagaimana dinukil dari Ibn al-Qayyim rahimahullah di 
dalam kitabnya “Ahkâm Ahl adz-Dzimmah”, beliau berkata,

“Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syi’ar-syi’ar kekufuran yang 
khusus bagi mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama, seperti 
mengucapkan selamat terhadap Hari-Hari besar mereka dan puasa mereka, sembari 
mengucapkan, ‘Semoga Hari raya anda diberkahi’ atau anda yang diberikan ucapan 
selamat berkenaan dengan perayaan hari besarnya itu dan semisalnya. Perbuatan 
ini, kalaupun orang yang mengucapkannya dapat lolos dari kekufuran, maka dia 
tidak akan lolos dari melakukan hal-hal yang diharamkan. Ucapan semacam ini 
setara dengan ucapannya terhadap perbuatan sujud terhadap Salib bahkan lebih 
besar dari itu dosanya di sisi Allah. Dan amat dimurka lagi bila memberikan 
selamat atas minum-minum khamar, membunuh jiwa, melakukan perzinaan dan 
sebagainya. Banyak sekali orang yang tidak sedikitpun tersisa kadar 
keimanannya, yang terjatuh ke dalam hal itu sementara dia tidak sadar betapa 
buruk perbuatannya tersebut. Jadi, barangsiapa yang mengucapkan selamat kepada
 seorang hamba karena melakukan suatu maksiat, bid’ah atau kekufuran, maka 
berarti dia telah menghadapi Kemurkaan Allah dan Kemarahan-Nya.”

Mengenai kenapa Ibn al-Qayyim sampai menyatakan bahwa mengucapkan selamat 
kepada orang-orang Kafir berkenaan dengan perayaan hari-hari besar keagamaan 
mereka haram dan posisinya demikian, karena hal itu mengandung persetujuan 
terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran yang mereka lakukan dan meridlai hal itu 
dilakukan mereka sekalipun dirinya sendiri tidak rela terhadap kekufuran itu, 
akan tetapi adalah HARAM bagi seorang Muslim meridlai syi’ar-syi’ar kekufuran 
atau mengucapkan selamat kepada orang lain berkenaan dengannya karena Allah 
Ta’ala tidak meridlai hal itu, sebagaimana dalam firman-Nya.

“Artinya : Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu 
dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, 
niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” [Az-Zumar:7]

“Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah 
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu.” 
[Al-Ma`idah :3]

Jadi, mengucapkan selamat kepada mereka berkenaan dengan hal itu adalah haram, 
baik mereka itu rekan-rekan satu pekerjaan dengan seseorang (Muslim) ataupun 
tidak.

Bila mereka mengucapkan selamat berkenaan dengan hari-hari besar mereka kepada 
kita, maka kita tidak boleh menjawabnya karena hari-hari besar itu bukanlah 
hari-hari besar kita. Juga karena ia adalah hari besar yang tidak diridlai 
Allah Ta’ala; baik disebabkan perbuatan mengada-ada ataupun disyari’atkan di 
dalam agama mereka akan tetapi hal itu semua telah dihapus oleh Dienul Islam 
yang dengannya Nabi Muhammad Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam diutus Allah kepada 
seluruh makhluk. Allah Ta’ala berfirman.

“Artinya : Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali 
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk 
orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran :85]

Karena itu, hukum bagi seorang Muslim yang memenuhi undangan mereka berkenaan 
dengan hal itu adalah HARAM karena lebih besar dosanya ketimbang mengucapkan 
selamat kepada mereka berkenaan dengannya. Memenuhi undangan tersebut 
mengandung makna ikut berpartisipasi bersama mereka di dalamnya.

Demikian pula, haram hukumnya bagi kaum Muslimin menyerupai orang-orang Kafir, 
seperti mengadakan pesta-pesta berkenaan dengan hari besar mereka tersebut, 
saling berbagi hadiah, membagi-bagikan manisan, hidangan makanan, meliburkan 
pekerjaan dan semisalnya. 

Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam,

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” 
[Hadits Riwayat Abu Daud]

Syaikhul Islam, Ibn Taimiyah berkata di dalam kitabnya Iqtidlâ` ash-Shirâth 
al-Mustaqîm, Mukhâlafah Ashhâb al-Jahîm.

“Menyerupai mereka di dalam sebagian hari-hari besar mereka mengandung 
konsekuensi

[media-dakwah] CATATAN ATAS ZAKAT PROFESI

2006-08-28 Terurut Topik handri yanto
Istilah Zakat Profesi
   
  Istilah zakat profesi adalah baru, sebelumnya tidak pernah ada
  seorang 'ulamapun yang mengungkapkan dari dahulu hingga saat ini,
  kecuali Syaikh Yusuf Qaradhowy menuliskan masalah ini dalam kitab
  Zakat-nya, Yang tanpa mengkaji kembali kepada
  nash yang syar'I) ,dan ini banyak terjadi  termasuk di Indonesia ini.
   
  Menurut kaidah pencetus zakat profesi bahwa orang yang menerima gaji
  dan lain-lain dikenakan zakat sebesar 2,5% tanpa menunggu haul
  (berputar selama setahun) dan tanpa nishab (jumlah minimum yang
  dikenakan zakat).
   
  Mereka mengkiyaskan dengan zakat biji-bijian (pertanian). Zakat biji-
  bijian dikeluarkan pada saat setelah panen. Disamping mereka
  mengqiyaskan dengan akal bahwa kenapa hanya petani-petani yang
  dikeluarkan zakatnya sedangkan para dokter, eksekutif, karyawan yang
  gajinya hanya dalam beberapa bulan sudah melebihi nisab, tidak
  diambil zakatnya.
   
  Simulasi cara perhitungan menurut kaidah Zakat profesi seperti di
  bawah ini :
   
  Cara I (tidak memperhitungkan pengeluaran bulanan)
   
  Gaji sebulan = Rp 2.000.000
  Gaji setahun = Rp 24.000.000
  1 gram emas = Rp 100.000
  Nishab = Rp 85 gram
  Harga nishab = Rp 8.500.000
  Zakat Anda = 2,5% x Rp 24.000.000 = Rp 600.000,-
   
  Cara II (memperhitungkan pengeluaran bulanan)
   
  Gaji sebulan = Rp 2.000.000
  Gaji setahun = Rp 24.000.000
  Pengeluaran bulanan = Rp 1.000.000
  Pengeluaran setahun = Rp 12.000.000
  Sisa pengeluaran setahun = Rp 24.000.000 - 12.000.000 = Rp 12.000.000
  1 gram emas = Rp 100.000
  Nishab = Rp 85 gram
  Harga nishab = Rp 8.500.000
  Zakat Anda = 2,5% x Rp 12.000.000 = Rp 300.000,-
   
  Zakat Maal (Harta) yang Syar'i
   
  Sedangkan kaidah umum syar'I sejak dahulu menurut para 'ulama
  berdasarkan hadits Rasululloh sholallohu 'alaihi wassallam adalah
  wajibnya zakat uang dan sejenisnya baik yang didapatkan dari
  warisan, hadiah, kontrakan atau gaji, atau lainnya, harus memenuhi
  dua kriteria, yaitu :
   
  1. batas minimal nishab dan
  2. harus menjalani haul (putaran satu tahun).
   
  Bila tidak mencapai batas minimal nishab dan tidak menjalani haul
  maka tidak diwajibkan atasnya zakat berdasarkan dalil berikut :
   
  [a] Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
   
  "Artinya : Kamu tidak mempunyai kewajiban zakat sehingga kamu
  memiliki 20 dinar dan harta itu telah menjalani satu putaran haul"
  [Shahih Hadits Riwayat Abu Dawud].
   
  20 dinar adalah 85 gram emas, karena satu dinar adalah 4 1/4 gram
  dan nishab uang dihitung degan nilai nishab emas.
   
  [b] Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
   
  "Artinya : Dan tidak ada kewajiban zakat di dalam harta sehingga
  mengalami putaran haul" [Shahih Riwayat Abu Daud]
   
  [c] Dari Ibnu Umar (ucapan Ibnu Umar atas sabda Rasulullah
  Shallallahu 'alaihi wa sallam).
   
  "Artinya : Barangsiapa mendapatkan harta maka tidak wajib atasnya
  zakat sehingga menjalani putaran haul" [Shahih dengan syawahidnya,
  Riwayat Tirmidzi]
   
  Kemudian penetapan zakat tanpa haul dan nishab hanya ada pada rikaz
  (harta karun), sedangkan penetapan zakat tanpa haul hanya ada pada
  tumbuh-tumbuhan (biji-bijian dan buah-buahan) namun ini tetap dengan
  nishab.
   
  Jadi penetapan zakat profesi (penghasilan) tanpa nishab dan tanpa
  haul merupakan tindakan yang tidak berlandaskan dalil, qiyas yang
  shahih dan bertentangan dengan tujuan-tujuan syari'at, juga
  bertentangan dengan nama zakat itu sendiri yang berarti berkembang.
   
  [Lihat Taudhihul Al Ahkam 3/33-36, Subulusssalam 2/256-259, Bulughul
  Maram Takhrij Abu Qutaibah Nadhr Muhammad Al-faryabi 1/276/279]
   
  Singkatnya simulasi cara perhitungan menurut kaidah yang syar'i
  adalah penghasilan kita digunakan untuk kebutuhan kita, kemudian
  sisa penghasilan itu kita simpan/miliki yang jumlahnya telah
  mencapai nishab emas yakni 85 gram emas dan telah berlalu selama
  satu tahun (haul), berarti harta tersebut terkena zakat dan wajib
  dikeluarkan zakat sebesar 2,5% dari harta tersebut. Sedangkan jika
  penghasilan kita kadang tersisa atau kadang pula tidak, maka untuk
  membersihkan harta Anda adalah dengan berinfaq, yang mana infaq ini
  tidak mempunyai batasan atau ketentuannya.
   
  Contoh perhitungan yang benar :
   
  Gaji sebulan = Rp 2.000.000
  Gaji setahun = Rp 24.000.000
  Sisa pengeluaran setahun setelah dikurangi pengeluaran = Rp 5.000.000
  Nishob 85 gram emas = Rp 8.500.000
   
  Maka Anda tidak terkena kewajiban zakat, karena harta di akhir tahun
  belum mencapai nishab emas 85 gram tersebut.
   
  Atau
   
  Gaji sebulan = Rp 5.000.000
  Gaji setahun = Rp 60.000.000
  Sisa pengeluaran setahun = Rp 10.000.000
  Nishob 85 gram emas = Rp 8.500.000
   
  Maka Anda terkena kewajiban zakat, karena harta di akhir tahun telah
  mencapai nishab emas 85 gram tersebut. Kemudian tunggu harta kita
  yang tersisa sebesar Rp 10.000.000,- tersebut hingga berlalu 1
  tahun. Kemudian baru dikeluarkan zakat tersebut sebesar 2.5 % x 

RE: [media-dakwah] zakat penghasilan

2006-08-27 Terurut Topik handri yanto
Adakah Zakat Profesi !?
  Harta yang dimiliki oleh seorang muslim dalam bentuk emas, perak ataupun uang 
(termasuk perhiasan) yang dihasilkan baik itu dari jalan bekerja, perniagaan, 
warisan, hadiah ataupun yang lainnya jika sudah mencapai nishab dan haulnya 
maka wajiblah dikeluarkan zakatnya.
   
  Allah Ta'ala dan Rasul-Nya memberikan ancaman yang keras bagi orang - orang 
yang tidak mengeluarkan zakat. 
   
  Allah Ta'ala berfirman,
   
  "Dan orang - orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya 
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka mendapat) 
siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam jahannam, lalu 
dibakarnya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada 
mereka, Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka 
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan'" (QS. At Taubah 34 - 35)
   
  Dan Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda,
   
  "Siapa saja yang memiliki emas dan perak lalu tidak dikeluarkan zakatnya maka 
pada hari Kiamat nanti akan dibentangkan baginya lempengan dari api lalu 
dipanaskan dalam neraka kemudian dahi - dahi mereka, lambung dan punggung 
mereka dibakar dengannya.  Setiap kali lempengan itu menjadi dingin, kembali 
dipanaskan.  Demikianlahlah berlaku setiap hari yang panjangnya setara dengan 
50.000 tahun di dunia.  Hingga diputuskan ketentuan masing - masing hamba 
apakah ke surga ataukah ke neraka" (HR. Muslim, Kitab Az Zakah) 
   
  Adapun nishab dan haul (putaran 1 tahun) pada zakat mal berdasarkan nash dan 
dalil yang syar'i adalah sebagai berikut :
   
  Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda, "Kamu tidak mempunyai 
kewajiban zakat sehingga kamu memiliki 20 dinar dan harta itu telah menjalani 
satu putaran haul" (HR. Abu Dawud, hadits shahih).  20 dinar adalah 85 gram 
emas, zakatnya adalah 2,5 % setelah dimiliki selama 1 putaran haul.
   
  Hadits lengkapnya adalah sebagai berikut, dari Ali bin Abi Thalib ra., 
Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda,
   
  "Engkau tidak wajib mengeluarkan sesuatu (maksudnya zakat dari emas) sehingga 
engkau memiliki sebanyak 20 dinar.  Jika engkau telah memiliki sebanyak 20 
dinar dan sudah genap 1 tahun, maka (zakatnya) maka zakatnya setengah (1/2) 
dinar.  Adapun selebihnya, maka dihitung dengan perhitungan tersebut.  Tidak 
ada kewajiban zakat pada suatu harta sampai genap satu tahun" (HR. Abu Dawud 
no. 1573, Al Baihaqi no. 7273 dan Ahmad, hadits ini dishahihkan oleh Bukhari 
dan dihasankan oleh Al Hafizh)
   
  Sahabat Ibnu Umar ra. berkata pada suatu atsar, "Barangsiapa mendapatkan 
harta maka tidak wajib atasnya zakat sehingga menjalani putaran haul" (HR. 
Tirmidzi, hadits shahih)
   
  (Lihat Kitab Taudhihul Ahkam 3/33-36, Kitab Subulus Salam 2/256-259, Kitab 
Bulughul Maram yang  ditakhrij oleh Abu Qutaibah Nadhr Muhammad Al Faryabi 
1/276/279)
   
  Berdasarkan dalil shahih diatas maka tidak ada kewajiban zakat terhadap harta 
yang dimiliki oleh seorang muslim jika tidak memenuhi kedua syarat di atas 
yaitu nishabnya 85 gram emas dan haulnya 1 tahun.
   
  Contoh : Misalkan harga emas saat ini per gramnya adalah Rp 100.000,- per 
gramnya (sehingga nishabnya jika dikonversikan ke rupiah adalah Rp. 
8.500.000,-).  Jika seorang muslim suatu ketika memiliki gaji Rp. 10.000.000,- 
(sepuluh juta rupiah) per bulan maka secara nishab hartanya telah melampaui 
batasan tersebut namun ia belum wajib untuk berzakat karena hartanya tersebut 
belum disimpan selama 1 putaran haul (1 tahun).
   
  Begitu pula sebaliknya, jika seorang muslim mendapatkan harta warisan sebesar 
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan kemudian sebelum tepat melewati 1 
putaran haul (1 tahun) hartanya tinggal Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus 
ribu rupiah) maka ia pun tidak terkena kewajiban membayar zakat karena hartanya 
tidak mencapai nishab.
   
  Dengan demikian jelaslah tidak ada kewajiban bagi seseorang yang mendapatkan 
gaji atau upah memberikan atau menyalurkan zakatnya jika belum sampai pada 
nishab dan haulnya atau seperti yang dikenal pada saat ini dengan nama zakat 
profesi.
   
  Penetapan zakat profesi yang marak akhir - akhir ini merupakan tindakan yang 
tidak ada dalil syar'inya  atau dengan kata lain perintah untuk melakukan zakat 
profesi tidak pernah ada di dalam Al Qur'an ataupun As Sunnah dan juga tidak 
pernah dilakukan oleh para sahabat radhiyallahu 'anhum (silahkan dicari 
dalilnya jika ada !, pada Al Qur'an, kitab - kitab hadits shahih, ataupun kitab 
- kitab ulama' ahlus sunnah)
   
  Adapun atsar tentang Khalifah Umar bin Abdul Azis mengambil gaji pegawainya 
sebesar 2,5% untuk keperluan zakat, adalah para pegawainya yang telah bekerja 
(paling tidak) lebih dari 1 tahun.  Jadi tetap mengacu kepada harta yang sudah 
melampaui nishab dan haul.  Dan apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul 
Aziz ini tidak pernah dilakukan oleh khalifah - khalifah yang sebelumnya yaitu 
Kha

[media-dakwah] Re: Apa hukum jihad di Palestina sekarang ini?

2006-08-14 Terurut Topik handri yanto


  Apa hukum jihad di Palestina sekarang ini?
  Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly

Syaikh menjawab :

Masalah ini harus ditinjau dari berbagai segi (yang pertama), sudah seyogyanya 
kita mengetahui dengan jelas masalah Palestina, Palestina merupakan bumi yang 
diberkahi dan suci. Al-Qur'an mensifati bumi Palestina dengan bumi yang 
diberkahi sebanyak lima kali, dan ayat yang paling jelas adalah ayat pertama 
dari surat al-Isra' : "yang telah kami berkahi disekitarnya"

(Yang kedua) Negeri kaum muslimin sudah sepantasnya dijaga oleh kaum muslimin 
itu sendiri, dan agar kaum muslimin melawan orang-orang yang ingin merampasnya. 
Orang-orang yahudi -laknat Allah atas mereka dan semoga Allah membinasakan 
mereka- adalah penjajah atas Negara kaum muslimin di Palestina, maka wajib bagi 
kaum muslimin mereka untuk melawan dan memerangi serta mengeluarkan orang-orang 
yahudi dari bumi Palestina agar mereka kembali ketempat asal mereka

(Yang ketiga), yang harus diketahui bahwa jihad adalah puncaknya islam 
sebagaimana dalam hadits Muadz bin Jabal -ra- "Tiangnya agama islam adalah 
sholat dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah". Akan tetapi tidaklah pantas 
jika kita mengangkat panji jihad bukan pada tempatnya atau menempatkan jihad 
bukan pada tempat yang sudah ditentukan oleh Allah dan rasul-Nya. 

Sebuah hadits yang telah dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan selainnya bahwa Ibnu 
Umar telah menyebutkan sebuah hadits Nabi saw yaitu Islam dibangun di atas lima 
hal kemudian seorang berkata: "Dan jihad. Orang tersebut bermaksud 
mengatakan bahwa jihad merupakan salah satu rukun islam yang lima- maka Ibnu 
umar berkata jihad merupakan hal yang baik tapi inilah yang telah dikatakan 
oleh Rasulullah saw (jihad bukan termasuk rukun Islam yang lima-pent)

Jihad akan terus ada sampai hari kiamat tidak akan sirna selamanya, akan tetapi 
jihad mempunyai syarat-syarat (yang harus ditunaikan dulu sebelum 
melakukannya-pent), yang telah dijelaskan oleh para ulama. Jihad mengandung 
sebab-sebab yang bersifat maknawi, pendidikan, aqidah dan materi. Sebab-sebab 
yang bersifat aqidah dan pendidikan adalah aplikasi penghambaan kita kepada 
Allah, kita menolong agama Allah, "apabila kalian menolong agama Allah niscaya 
Allah akan menolong kalian" (QS. Muhammad : 7) "dan Allah pasti akan menolong 
orang-orang yang menolong agama-Nya" (QS. Al-Hajj : 40). Oleh karena itu 
haruslah kita menolong agama Allah dahulu hingga Allah menolong kita. Apakah 
makna menolong agama Allah? Maknanya kita menegakkan agama Allah, kita 
menegakkan syariat Allah, kita menjadi hamba Allah yang sesungguhnya.

Perkara yang kedua, persiapan yang bersifat materi/jasmani, "persiapkan apa-apa 
yang sanggup kalian persiapkan, dari kekuatan fisik maupun dari kuda-kuda yang 
ditambatkan" (QS.Al-Anfaal : 60). Akan tetapi mana yang lebih utama, kita 
mempersiapkan berbagai senjata? Sedangkan aqidah kita berantakan, akhlak kita 
seperti akhlak orang yahudi, dan kebiasaan kita seperti kebiasaan yahudi.

Kita telah banyak mengikuti kebiasaan orang-orang yahudi sebagaimana telah 
disabdakan oleh Nabi saw "Kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan kaum 
sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal sehasta demi sehasta, hingga mereka 
masuk kelubang biawakpun kalian ikuti. Para sahabat berkata : yahudi dan 
nashara? Nabi bersabda siapa lagi kalau bukan mereka?!"

Dengan demikian dalil aqli dan naqli serta realita memperkuat bahwa hal pertama 
yang harus dilakukan adalah menanamkan agama Allah dalam diri kita, yaitu 
dengan kita menolong agama Allah, dan kita kembali kepada Allah, sebagaimana 
yang telah disabdakan oleh Nabi kita saw "Apabila kalian telah berjual beli 
dengan cara I'nah, dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi, ridho dengan 
persawahan, serta kalian meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan 
kepada kalian, tidak akan dicabut kehinaan itu hingga kalian kembali kepada 
agama kalian". Semua maksiat diatas telah kalian lakukan, salah satunya 
meninggalkan jihad hingga Allah timpakan kehinaan atas kalian. Barangsiapa yang 
melakukan hal-hal tersebut maka akan ditimpakan atas mereka kehinaan. Kemudian 
bagaimana agar kehinaan tersebut bisa terangkat? Apakah dengan menegakkan 
jihad? Tidak, kembali untuk menegakkan jihad diwaktu sekarang tidak bermanfaat, 
karena manusia yang berkata aku akan kembali kepada jihad tidak paham
 akan jihad, maka harus kita kembali kepada asasnya yaitu sebagaimana sabda 
Nabi "hingga kalian kembali kepada agama kalian". (hadits diatas tidak 
mengatakan hingga kalian menegakkan jihad akan tetapi sabda Nabi berbunyi : 
hingga kalian kembali kepada agama kalian-pent)

Oleh karena itu kami katakan bahwa memerdekakan Palestina, mengeluarkan 
orang-orang yahudi dari bumi Palestina, merupakan salah satu dari kewajiban 
atas umat Islam. Tidak sepantasnya kita ridho dan hanya diam saja dengan 
kehinaan dan kesengsaraan. Namun wajib bagi kita untuk mengambil sebab-sebab 
yang syar'i dan melaksanakan ketentuan Allah guna mendapatkan 

Re: Balasan: RE: [media-dakwah] Re: Siapa Hizbullah Sebenarnya?

2006-08-13 Terurut Topik handri yanto
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokaatuhu,
  Segala puji bagi Allah, semoga sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada 
junjungan kita Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, dan para 
sahabatnya, serta orang orang yang mendapat petunjuk dari Allah
   
  Afwan, Tidak ada kaum muslimin di muka bumi ini yang tidak sakit melihat 
kekejaman yang dilakukan laknatulloh Zionis , tetapi hendaknya respon yang 
dilakukan adalah respon yang mengandung ibadah ikhlas karena Alloh dan ittiba' 
sesuai petunjuk Rasululloh Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
   
  Hendaknya ungkapan ungkapan yang disampaikan tidak berdasar hawa nafsu dan 
ungkapan yang berlebih-lebihan.
  Karena semua perbuatan kita, ucapan kita, baik yang disampaikan natinya akan 
dimintai pertanggung jawaban oleh Alloh Azza wa Jalla. Jadi bila menyampaikan 
hendaknya dilandasi dengan Al Qur'an , As Sunnah, atsar sahabat , ijma ulama.
   
  Semoga Alloh melihat niat baik saudara- saudaraku yang dengan ikhlas berupaya 
 memberikan bantuan semaksimal mungkin kepada saudara-saudara kita di 
Palestina. Dan Janganlah amalan yang baik ini  menjadi amalan yang sia- sia 
dikarenakan ada sedikit dihati kita untuk menunjukan keorang lain.
   
  Berikut ini saya lampirkan beberapa pendapat ulama mengenai masalah yang kita 
bicarakan saat ini.
  
-
  Fatwa Para Ulama dalam menyikapi krisis Libanon 
  Kamis, 10 Agustus 2006 - 01:51 PM, Penulis: Al-'Allamah Soleh bin Fauzan 
Al-Fauzan hafidzahullah  
   
  ÈÓã Çááå ÇáÑÍãä ÇáÑÍíã
   
  Fatwa Al-'Allamah Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidzahullah terkait krisis 
Libanon: 
  “Pada masa ini telah banyak berbagai kejadian yang mengerikan yang menimpa 
kaum muslimin, disebabkan karena serangan dari musuh-musuh Allah dari segala 
arah. Perang di Afghanistan, perang di Irak, perang di Palestina, perang di 
Libanon. Dan yang kita dengarkan dan yang kita baca dari para khatib dan para 
penulis berita, yakni semua hujatan ditumpahkan kepada musuh-musuh Allah 
tersebut. Yakni dengan menyatakan kekejian perbuatan mereka dan mengecam apa 
yang mereka perbuat. 
   
  Hal ini adalah perkara ini tidaklah diragukan lagi. Namun apakah musuh yang 
kafir tersebut akan menahan diri dari perbuatannya dengan berbagai kecaman 
tersebut? Orang-orang kafir, sejak dulu kala selalu menghendaki agar Islam 
dihapuskan dari permukaan (bumi). Sebagaimana firman Allah:
  æóáÇó íóÒóÇáõæäó íõÞóÇÊöáõæäóßõãú ÍóÊøóìó íóÑõÏøõæßõãú Úóä Ïöíäößõãú Åöäö 
ÇÓúÊóØóÇÚõæÇú 
   
  (Yang artinya ) : “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka 
(dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka 
sanggup. (QS Al-Baqarah:217)
   
  Akan tetapi permasalahannya adalah apa yang telah disiapkan oleh kaum 
muslimin untuk menghadapi mereka dan mencegah sikap melampaui batas dari 
mereka? Sesungguhnya yang wajib atas mereka (diantaranya) :
  - Pertama: melihat kenyataan kaum muslimin dalam pengamalan, lantas berpegang 
teguh terhadap agamanya. Sebab sesungguhnya apa yang menimpa mereka hanyalah 
disebabkan karena mereka melalaikan agamanya. Dalam sebuah atsar: “Jika orang 
yang mengenal-Ku berbuat maksiat kepada-Ku, maka Aku akan menjadikan orang yang 
tidak mengenal-Ku untuk menguasainya.” Apa yang telah menimpa Bani Israil 
disaat mereka meninggalkan agama mereka dan membuat kerusakan di muka bumi ? 
Maka Allah menjadikan orang-orang kafir Majusi menguasai mereka sehingga 
merekapun memporak-porandakan isi kampung-kampung mereka - sebagaimana yang 
Allah sebutkan di awal surat Al-Isra’. Dan Allah mengancam mereka apabila 
mereka kembali tetap dalam keadaan demikian, maka Allah akan mengembalikan 
kesengsaraan tersebut kepada mereka. Maka kita harus mengoreksi kondisi kita, 
lantas mengkoreksi apakah ada kekeliruan dalam menjalankan agama kita. Sebab 
ketetapan dari Allah (Sunnatullah) tidaklah berubah. Sungguh Allah
 Ta’ala berfirman:
  Åöäøó Çááøåó áÇó íõÛóíøöÑõ ãóÇ ÈöÞóæúãò ÍóÊøóì íõÛóíøöÑõæÇú ãóÇ 
ÈöÃóäúÝõÓöåöãú æóÅöÐóÇ ÃóÑóÇÏó Çááøåõ ÈöÞóæúãò ÓõæÁðÇ ÝóáÇó ãóÑóÏøó áóåõ æóãóÇ 
áóåõã ãøöä Ïõæäöåö ãöä æóÇáò
  (Yang artinya ) : “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum 
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila 
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat 
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QA 
Ar-Ra’d: 11)
  - Kedua: hendaklah kita melakukan persiapan untuk menghadapi musuh kita, 
sebagaimana firman Allah Ta’ala:
  æóÃóÚöÏøõæÇú áóåõã ãøóÇ ÇÓúÊóØóÚúÊõã ãøöä ÞõæøóÉò æóãöä ÑøöÈóÇØö ÇáúÎóíúáö 
ÊõÑúåöÈõæäó Èöåö ÚóÏúæøó Çááøåö æóÚóÏõæøóßõãú æóÂÎóÑöíäó ãöä Ïõæäöåöãú áÇó 
ÊóÚúáóãõæäóåõãõ Çááøåõ íóÚúáóãõåõãú 
  (Yang artinya ) : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja 
yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang 
dengan persiapan itu) kamu menggentark

[media-dakwah] DAN BINASALAH YAHUDI

2006-08-13 Terurut Topik handri yanto
DAN BINASALAH YAHUDI...!!!(*)
   
  (Nubuwat[1] Kehancuran Bangsa Biadab Yahudi Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah 
yang Shahih)
   
  Wahai putera-putera kera dan babi...
   
  Para pembunuh Rasul Alloh dan para Nabi...
   
  Dirikanlah terus dan bangunlah kehancuranmu di tanah muqoddas
   
  Kau jemput kebinasaanmu dengan hujaman lemparan batu cadas
   
  Tinggikanlah bangunanmu sesuka hatimu
   
  Sesungguhnya kehancuranmu akan menimpamu
   
  Tidak lama lagi waktumu akan tiba untuk merana
   
  Dan ketetapan Alloh pastilah terlaksana
   
   
   
  Untuk saudara-saudaraku yang terbakar oleh kemarahan karena Alloh
   
  Melihat saudara-saudara muslimin yang dibantai di bumi Alloh
   
  Oleh bangsa keturunan kera dan babi yang dilaknat oleh Alloh
   
  Bersabarlah... karena sesungguhnya kemenangan itu ada di tangan Alloh
   
  Yang akan diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan Alloh
   
   
   
  Nubuwat al-Qur'an tentang kebinasaan Bangsa Yahudi
   
   
   
   
  Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin yang dimuliakan Alloh... 
   
  Berbesar hatilah, karena Alloh Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) : "Dan 
Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu 
akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan 
menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar". Maka apabila datang saat 
hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan 
kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka 
merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. 
Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan 
kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu 
kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik 
bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi 
dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, 
(Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka
 masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama 
dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. 
Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu 
kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan 
neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman." (QS al-Israa' : 
4-8)
   
  Berkata Syaikhuna Salim bin 'Ied al-Hilaly Hafizhahullahu wa Nafa'allahu bihi 
mengenai ayat ini :
   
  Pertama : Ayat ini menegaskan terjadinya dua kerusakan yang dilakukan oleh 
Bani Israil. Sekiranya dua kerusakan yang dimaksud sudah terjadi pada masa 
lampau, maka sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat kerusakan 
berkali-kali, bukan hanya dua kali saja. Akan tetapi yang dimaksudkan di dalam 
Al-Qur'an ini merupakan puncak kerusakan yang mereka lakukan. Oleh karena 
itulah Alloh mengirim kepada mereka hamba-hamba-Nya yang akan menimpakan azab 
yang sangat pedih kepada mereka.
   
  Kedua : Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas 
orang-orang yang menguasai mereka terdahulu. Sedangkan ayat di atas menjelaskan 
bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh-musuh yang telah 
menimpakan azab saat mereka berbuat kerusakan yang pertama. Alloh mengatakan : 
"Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali."
   
  Ketiga : Sekiranya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan itu adalah sesuatu 
yang telah terjadi, tentulah tidak akan diberitakan dengan lafazh idza, sebab 
lafazh tersebut mengandung makna zharfiyah (keterangan waktu) dan syarthiyah 
(syarat) untuk masa mendatang, bukan masa yang telah lalu. Sekiranya kedua 
kerusakan itu terjadi di masa lampau, tentulah lafazh yang digunakan adalah 
lamma bukan idza. Juga kata latufsidunna (Sesungguhnya kamu akan membuat 
kerusakan), huruf laam dan nuun berfungsi sebagai ta'kid (penegasan) pada masa 
mendatang.
   
  Keempat : Demikian pula firman Alloh : "dan Itulah ketetapan yang pasti 
terlaksana" menunjukkan sesuatu yang terjadi pada masa mendatang. Sebab 
tidaklah disebut janji kecuali untuk sesuatu yang belum terlaksana.
   
  Kelima : Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu 
adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala. Namun bukankah Alloh Subhanahu 
wa Ta'ala telah mengatakan dalam ayat di atas : "kami datangkan kepadamu 
hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar". Sifat tersebut 
mengisyaratkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang beriman, bukan 
orang-orang musyrik atau penyembah berhala. Pernyertaan kata "kami" dalam 
kalimat di atas sebagai bentuk tasyrif (penghormatan). Sementara kehormatan dan 
kemuliaan itu hanyalah milik orang-orang yang beriman.
   
  Keenam : Dalam aksi pengerusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil 
terdapat aksi penghancuran bangunan-bangunan yang menjulang tinggi (gedung 
pencakar langi

[media-dakwah] Apa hukum jihad di Palestina sekarang ini?

2006-08-13 Terurut Topik handri yanto
  Apa hukum jihad di Palestina sekarang ini?
  Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly

Syaikh menjawab :

Masalah ini harus ditinjau dari berbagai segi (yang pertama), sudah seyogyanya 
kita mengetahui dengan jelas masalah Palestina, Palestina merupakan bumi yang 
diberkahi dan suci. Al-Qur'an mensifati bumi Palestina dengan bumi yang 
diberkahi sebanyak lima kali, dan ayat yang paling jelas adalah ayat pertama 
dari surat al-Isra' : "yang telah kami berkahi disekitarnya"

(Yang kedua) Negeri kaum muslimin sudah sepantasnya dijaga oleh kaum muslimin 
itu sendiri, dan agar kaum muslimin melawan orang-orang yang ingin merampasnya. 
Orang-orang yahudi -laknat Allah atas mereka dan semoga Allah membinasakan 
mereka- adalah penjajah atas Negara kaum muslimin di Palestina, maka wajib bagi 
kaum muslimin mereka untuk melawan dan memerangi serta mengeluarkan orang-orang 
yahudi dari bumi Palestina agar mereka kembali ketempat asal mereka

(Yang ketiga), yang harus diketahui bahwa jihad adalah puncaknya islam 
sebagaimana dalam hadits Muadz bin Jabal -ra- "Tiangnya agama islam adalah 
sholat dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah". Akan tetapi tidaklah pantas 
jika kita mengangkat panji jihad bukan pada tempatnya atau menempatkan jihad 
bukan pada tempat yang sudah ditentukan oleh Allah dan rasul-Nya. 

Sebuah hadits yang telah dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan selainnya bahwa Ibnu 
Umar telah menyebutkan sebuah hadits Nabi saw yaitu Islam dibangun di atas lima 
hal kemudian seorang berkata: "Dan jihad. Orang tersebut bermaksud 
mengatakan bahwa jihad merupakan salah satu rukun islam yang lima- maka Ibnu 
umar berkata jihad merupakan hal yang baik tapi inilah yang telah dikatakan 
oleh Rasulullah saw (jihad bukan termasuk rukun Islam yang lima-pent)

Jihad akan terus ada sampai hari kiamat tidak akan sirna selamanya, akan tetapi 
jihad mempunyai syarat-syarat (yang harus ditunaikan dulu sebelum 
melakukannya-pent), yang telah dijelaskan oleh para ulama. Jihad mengandung 
sebab-sebab yang bersifat maknawi, pendidikan, aqidah dan materi. Sebab-sebab 
yang bersifat aqidah dan pendidikan adalah aplikasi penghambaan kita kepada 
Allah, kita menolong agama Allah, "apabila kalian menolong agama Allah niscaya 
Allah akan menolong kalian" (QS. Muhammad : 7) "dan Allah pasti akan menolong 
orang-orang yang menolong agama-Nya" (QS. Al-Hajj : 40). Oleh karena itu 
haruslah kita menolong agama Allah dahulu hingga Allah menolong kita. Apakah 
makna menolong agama Allah? Maknanya kita menegakkan agama Allah, kita 
menegakkan syariat Allah, kita menjadi hamba Allah yang sesungguhnya.

Perkara yang kedua, persiapan yang bersifat materi/jasmani, "persiapkan apa-apa 
yang sanggup kalian persiapkan, dari kekuatan fisik maupun dari kuda-kuda yang 
ditambatkan" (QS.Al-Anfaal : 60). Akan tetapi mana yang lebih utama, kita 
mempersiapkan berbagai senjata? Sedangkan aqidah kita berantakan, akhlak kita 
seperti akhlak orang yahudi, dan kebiasaan kita seperti kebiasaan yahudi.

Kita telah banyak mengikuti kebiasaan orang-orang yahudi sebagaimana telah 
disabdakan oleh Nabi saw "Kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan kaum 
sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal sehasta demi sehasta, hingga mereka 
masuk kelubang biawakpun kalian ikuti. Para sahabat berkata : yahudi dan 
nashara? Nabi bersabda siapa lagi kalau bukan mereka?!"

Dengan demikian dalil aqli dan naqli serta realita memperkuat bahwa hal pertama 
yang harus dilakukan adalah menanamkan agama Allah dalam diri kita, yaitu 
dengan kita menolong agama Allah, dan kita kembali kepada Allah, sebagaimana 
yang telah disabdakan oleh Nabi kita saw "Apabila kalian telah berjual beli 
dengan cara I'nah, dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi, ridho dengan 
persawahan, serta kalian meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan 
kepada kalian, tidak akan dicabut kehinaan itu hingga kalian kembali kepada 
agama kalian". Semua maksiat diatas telah kalian lakukan, salah satunya 
meninggalkan jihad hingga Allah timpakan kehinaan atas kalian. Barangsiapa yang 
melakukan hal-hal tersebut maka akan ditimpakan atas mereka kehinaan. Kemudian 
bagaimana agar kehinaan tersebut bisa terangkat? Apakah dengan menegakkan 
jihad? Tidak, kembali untuk menegakkan jihad diwaktu sekarang tidak bermanfaat, 
karena manusia yang berkata aku akan kembali kepada jihad tidak paham
 akan jihad, maka harus kita kembali kepada asasnya yaitu sebagaimana sabda 
Nabi "hingga kalian kembali kepada agama kalian". (hadits diatas tidak 
mengatakan hingga kalian menegakkan jihad akan tetapi sabda Nabi berbunyi : 
hingga kalian kembali kepada agama kalian-pent)

Oleh karena itu kami katakan bahwa memerdekakan Palestina, mengeluarkan 
orang-orang yahudi dari bumi Palestina, merupakan salah satu dari kewajiban 
atas umat Islam. Tidak sepantasnya kita ridho dan hanya diam saja dengan 
kehinaan dan kesengsaraan. Namun wajib bagi kita untuk mengambil sebab-sebab 
yang syar'i dan melaksanakan ketentuan Allah guna mendapatkan pertol

Re: [media-dakwah] mau tanya tentang aqiqah dan kurban

2006-08-01 Terurut Topik handri yanto
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokaatuhu,
Akhi, Mudah-mudahan ini bisa bermanfa'at.
  
Pengertian Aqiqah, Dalil Syari Tentang Aqiqah, Hukum Aqiqah
   
  Kategori Kurban Dan Aqiqah
  
Jumat, 25 Juni 2004 14:14:56 WIB
  
AHKAMUL AQIQAH
  
Oleh
Abu Muhammad 'Ishom bin Mar'i
Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2]
   
   
  [A]. PENGERTIAN AQIQAH
  Imam Ibnul Qayyim rahimahulloh dalam kitabnya “Tuhfatul Maudud” hal.25-26, 
mengatakan bahwa : Imam Jauhari berkata : Aqiqah ialah “Menyembelih hewan pada 
hari ketujuhnya dan mencukur rambutnya.” Selanjutnya Ibnu Qayyim rahimahulloh 
berkata :
  “Dari penjelasan ini jelaslah bahwa aqiqah itu disebut demikian karena 
mengandung dua unsur diatas dan ini lebih utama.”
  Imam Ahmad rahimahulloh dan jumhur ulama berpendapat bahwa apabila ditinjau 
dari segi syar’i maka yang dimaksud dengan aqiqah adalah makna berkurban atau 
menyembelih (An-Nasikah). 
  [B]. DALIL-DALIL SYAR'I TENTANG AQIQAH
  Hadist No.1 :
Dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy, dia berkata : Rasululloh bersabda : “Aqiqah 
dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah 
semua gangguan darinya.” [Shahih Hadits Riwayat Bukhari (5472), untuk lebih 
lengkapnya lihat Fathul Bari (9/590-592), dan Irwaul Ghalil (1171), Syaikh 
Albani]
  Makna menghilangkan gangguan adalah mencukur rambut bayi atau menghilangkan 
semua gangguan yang ada [Fathul Bari (9/593) dan Nailul Authar (5/35), Cetakan 
Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, pent]
  Hadist No.2 :
Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : “Semua anak bayi 
tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan 
(kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.” [Shahih, Hadits Riwayat Abu 
Dawud 2838, Tirmidzi 1552, Nasa’I 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 
22, Ad Darimi 2/81, dan lain-lainnya]
  Hadist No.3 :
Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : “Bayi laki-laki diaqiqahi 
dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing.” [Shahih, Hadits 
Riwayat Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi (1513), Ibnu Majah (3163), dengan 
sanad hasan]
  Hadist No.4 :
Dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah bersabda : “Menaqiqahi Hasan dan Husain 
dengan satu kambing dan satu kambing.” [HR Abu Dawud (2841) Ibnu Jarud dalam 
kitab al-Muntaqa (912) Thabrani (11/316) dengan sanadnya shahih sebagaimana 
dikatakan oleh Ibnu Daqiqiel ‘Ied]
  Hadist No.5 :
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah bersabda : 
“Barangsiapa diantara kalian yang ingin menyembelih (kambing) karena kelahiran 
bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yang sama dan untuk 
perempuan satu kambing.” [Sanadnya Hasan, Hadits Riwayat Abu Dawud (2843), 
Nasa’I (7/162-163), Ahmad (2286, 3176) dan Abdur Razaq (4/330), dan shahihkan 
oleh al-Hakim (4/238)]
  Hadist No.6 :
Dari Fatimah binti Muhammad ketika melahirkan Hasan, dia berkata : Rasulullah 
bersabda : “Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak kepada orang 
miskin seberat timbangan rambutnya.” [Sanadnya Hasan, Hadits iwayat Ahmad 
(6/390), Thabrani dalam “Mu’jamul Kabir” 1/121/2, dan al-Baihaqi (9/304) dari 
Syuraiq dari Abdillah bin Muhammad bin Uqoil]
  Dari dalil-dalil yang diterangkan di atas maka dapat diambil hukum-hukum 
mengenai seputar aqiqah dan hal ini dicontohkan oleh Rasulullah para sahabat 
serta para ulama salafus sholih.
  [C]. HUKUM-HUKUM SEPUTAR AQIQAH
  HUKUM AQIQAH SUNNAH
  Al-Allamah Imam Asy-Syaukhani rahimahulloh berkata dalam Nailul Authar 
(6/213) : “Jumhur ulama berdalil atas sunnahnya aqiqah dengan hadist Nabi : 
“….berdasarkan hadist no.5 dari ‘Amir bin Syu’aib.” 
  BANTAHAN TERHADAP ORANG YANG MENGINGKARI DAN MEMBID'AHKAN AQIAH
  Ibnul Mundzir rahimahulloh membantah mereka dengan mengatakan bahwa : 
“Orang-orang ‘Aqlaniyyun (orang-orang yang mengukur kebenaran dengan akalnya, 
saat ini seperti sekelompok orang yang menamakan sebagai kaum Islam Liberal, 
pen) mengingkari sunnahnya aqiqah, pendapat mereka ini jelas menyimpang jauh 
dari hadist-hadist yang tsabit (shahih) dari Rasulullah karena berdalih dengan 
hujjah yang lebih lemah dari sarang laba-laba.” [Sebagaimana dinukil oleh Ibnu 
Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya “Tuhfatul Maudud” hal.20, dan Ibnu Hajar 
al-Asqalani dalam “Fathul Bari” (9/588)].
  WAKTU AQIQAH PADA HARI KETUJUH
  Berdasarkan hadist no.2 dari Samurah bin Jundab. Para ulama berpendapat dan 
sepakat bahwa waktu aqiqah yang paling utama adalah hari ketujuh dari hari 
kelahirannya. Namun mereka berselisih pendapat tentang bolehnya melaksanakan 
aqiqah sebelum hari ketujuh atau sesudahnya. Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahulloh 
berkata dalam kitabnya “Fathul Bari” (9/594) :
  “Sabda Rasulullah pada perkataan ‘pada hari ketujuh kelahirannya’ (hadist 
no.2), ini sebagai dalil bagi orang yang berpendapat bahwa waktu aqiqah itu 
adanya pada hari ketujuh dan orang yang melaksanakannya sebelum hari ketujuh 
berarti tidak melaksanakan aqiqah tepat pada waktunya. bahwasannya syariat 
aqiqah akan gugur setelah 

Re: [media-dakwah] mau tanya tentang aqiqah dan kurban

2006-08-01 Terurut Topik handri yanto
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokaatuhu,
Akhi, Mudah-mudahan ini bisa bermanfa'at.


Pengertian Aqiqah, Dalil Syari Tentang Aqiqah, Hukum
Aqiqah



Kategori Kurban Dan Aqiqah


Jumat, 25 Juni 2004 14:14:56 WIB


AHKAMUL AQIQAH


Oleh
Abu Muhammad 'Ishom bin Mar'i
Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2]





[A]. PENGERTIAN AQIQAH

Imam Ibnul Qayyim rahimahulloh dalam kitabnya
“Tuhfatul Maudud” hal.25-26, mengatakan bahwa : Imam
Jauhari berkata : Aqiqah ialah “Menyembelih hewan pada
hari ketujuhnya dan mencukur rambutnya.” Selanjutnya
Ibnu Qayyim rahimahulloh berkata :

“Dari penjelasan ini jelaslah bahwa aqiqah itu disebut
demikian karena mengandung dua unsur diatas dan ini
lebih utama.”

Imam Ahmad rahimahulloh dan jumhur ulama berpendapat
bahwa apabila ditinjau dari segi syar’i maka yang
dimaksud dengan aqiqah adalah makna berkurban atau
menyembelih (An-Nasikah). 

[B]. DALIL-DALIL SYAR'I TENTANG AQIQAH

Hadist No.1 :
Dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy, dia berkata :
Rasululloh bersabda : “Aqiqah dilaksanakan karena
kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan
hilangkanlah semua gangguan darinya.” [Shahih Hadits
Riwayat Bukhari (5472), untuk lebih lengkapnya lihat
Fathul Bari (9/590-592), dan Irwaul Ghalil (1171),
Syaikh Albani]

Makna menghilangkan gangguan adalah mencukur rambut
bayi atau menghilangkan semua gangguan yang ada
[Fathul Bari (9/593) dan Nailul Authar (5/35), Cetakan
Darul Kutub Al-‘Ilmiyah, pent]

Hadist No.2 :
Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah
bersabda : “Semua anak bayi tergadaikan dengan
aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan
(kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.”
[Shahih, Hadits Riwayat Abu Dawud 2838, Tirmidzi 1552,
Nasa’I 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 22,
Ad Darimi 2/81, dan lain-lainnya]

Hadist No.3 :
Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : “Bayi
laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan
bayi perempuan satu kambing.” [Shahih, Hadits Riwayat
Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi (1513), Ibnu Majah
(3163), dengan sanad hasan]

Hadist No.4 :
Dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah bersabda :
“Menaqiqahi Hasan dan Husain dengan satu kambing dan
satu kambing.” [HR Abu Dawud (2841) Ibnu Jarud dalam
kitab al-Muntaqa (912) Thabrani (11/316) dengan
sanadnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Ibnu
Daqiqiel ‘Ied]

Hadist No.5 :
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya,
Rasulullah bersabda : “Barangsiapa diantara kalian
yang ingin menyembelih (kambing) karena kelahiran bayi
maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing
yang sama dan untuk perempuan satu kambing.” [Sanadnya
Hasan, Hadits Riwayat Abu Dawud (2843), Nasa’I
(7/162-163), Ahmad (2286, 3176) dan Abdur Razaq
(4/330), dan shahihkan oleh al-Hakim (4/238)]

Hadist No.6 :
Dari Fatimah binti Muhammad ketika melahirkan Hasan,
dia berkata : Rasulullah bersabda : “Cukurlah
rambutnya dan bersedekahlah dengan perak kepada orang
miskin seberat timbangan rambutnya.” [Sanadnya Hasan,
Hadits iwayat Ahmad (6/390), Thabrani dalam “Mu’jamul
Kabir” 1/121/2, dan al-Baihaqi (9/304) dari Syuraiq
dari Abdillah bin Muhammad bin Uqoil]

Dari dalil-dalil yang diterangkan di atas maka dapat
diambil hukum-hukum mengenai seputar aqiqah dan hal
ini dicontohkan oleh Rasulullah para sahabat serta
para ulama salafus sholih.

[C]. HUKUM-HUKUM SEPUTAR AQIQAH

HUKUM AQIQAH SUNNAH

Al-Allamah Imam Asy-Syaukhani rahimahulloh berkata
dalam Nailul Authar (6/213) : “Jumhur ulama berdalil
atas sunnahnya aqiqah dengan hadist Nabi :
“….berdasarkan hadist no.5 dari ‘Amir bin Syu’aib.” 

BANTAHAN TERHADAP ORANG YANG MENGINGKARI DAN
MEMBID'AHKAN AQIAH

Ibnul Mundzir rahimahulloh membantah mereka dengan
mengatakan bahwa : “Orang-orang ‘Aqlaniyyun
(orang-orang yang mengukur kebenaran dengan akalnya,
saat ini seperti sekelompok orang yang menamakan
sebagai kaum Islam Liberal, pen) mengingkari sunnahnya
aqiqah, pendapat mereka ini jelas menyimpang jauh dari
hadist-hadist yang tsabit (shahih) dari Rasulullah
karena berdalih dengan hujjah yang lebih lemah dari
sarang laba-laba.” [Sebagaimana dinukil oleh Ibnu
Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya “Tuhfatul Maudud”
hal.20, dan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam “Fathul Bari”
(9/588)].

WAKTU AQIQAH PADA HARI KETUJUH

Berdasarkan hadist no.2 dari Samurah bin Jundab. Para
ulama berpendapat dan sepakat bahwa waktu aqiqah yang
paling utama adalah hari ketujuh dari hari
kelahirannya. Namun mereka berselisih pendapat tentang
bolehnya melaksanakan aqiqah sebelum hari ketujuh atau
sesudahnya. Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahulloh berkata
dalam kitabnya “Fathul Bari” (9/594) :

“Sabda Rasulullah pada perkataan ‘pada hari ketujuh
kelahirannya’ (hadist no.2), ini sebagai dalil bagi
orang yang berpendapat bahwa waktu aqiqah itu adanya
pada hari ketujuh dan orang yang melaksanakannya
sebelum hari ketujuh berarti tidak melaksanakan aqiqah
tepat pada waktunya. bahwasannya syariat aqiqah akan
gugur setelah lewat hari ketujuh. Dan ini merupakan
pendapat Imam Malik. Beliau berkata : “Kalau

Re: [media-dakwah] Re: Bulan Rajab

2006-07-27 Terurut Topik handri yanto
;ah adalah berpegang teguh pada 
dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam serta 
Petunjuk Salafus Shalih, pemahaman mereka, manhaj mereka, dan pengamalan mereka 
terhadap dua wahyu, karena mereka adalah orang yang paling besar cintanya 
kepada Allah dan Rasul-Nya, paling kuat ittiba'-nya, paling dalam ilmunya dan 
paling luas pemahamannya terhadap Al Qur'an dan As Sunnah.
   
  Dengan cara ini seorang Muslim akan mampu berpegang teguh dengan agamanya dan 
bebas dari segala kotoran yang mencemari dan jauh dari semua kebid'ahan yang 
menyesatkan. Dan jalan ini mudah bagi yang dimudahkan oleh Allah 
  Subhanahu wa Ta'ala. Wallahu a'lam bishawwab.
   
  
--
  Apakah akhi pernah menemukan amalan para 3 generasi sahabat ( yaitu generasi 
terbaik ) yang mengamalkan hal tersebut dibawah, apakah mereka tidak mengimami 
Isro' dan Mi'roj. Jawabanya mustahil.
   
  Mohon ma'af bila ada kata yang kurang berkenan. Agama adalah nasehat.
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
  

dodi indraswanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Waalykumussalam Wr.Wb.
Pak Handriyanto yang dirohmati Alloh, 
dari kutipan yang bapak sampaikan, kelihatannya
penulis nya tidak mengimani Isro' Mi'roj yang dialami
Nabi SAW di bulan Rojab ? Bagaimana komentar bapak ?

Tentang tafsir QS Al Maidah ayat 3, bahwa islam sudah
sempurna, tidak hanya difatsiri seperti yang bapak
kutip, namun, bisa ditafsiri juga, karena sempurna,
maka akan selalu sesuai dengan zaman kapan saja, dan
akan menjadi rohmatan lil 'alamiin.
Memang tidak sesederhana kesimpulan diatas, harus
dikaji secara luas dan saling terkait dengan makna dan
pengertian Ibadah itu sendiri, tentang hukum haram -
halal, tentang arti dan batasan bid'ah, dan
sebagainya. 
Jika dimaknai secara sempit, harafiyyah, tentu akan
beda kesimpulannya.
Hal ini banyak ulama terdahulu yang telah membahasnya.

Itu semua, biasanya akan terjadi kilafiyyah pada
bagian cabang Islam, bukan pada hal yang Pokok atau
Rukun, maka tidaklah perlu dipertentangkan.
Bukankah hanya hak prerogratif Alloh SWT untuk menilai
amal ibadah seseorang itu ? Apa layak kita mengambil
alih Haq Alloh tersebut dengan menghakimi amal saudara
kita ? Semoga kita tidak termasuk yang demikian,
amiin.

Ada baiknya kita telaah FirmanNYA berikut :

QS Asy Syuuraa, ayat : 15
" Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal
kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu,
Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah
kembali (kita)"

QS Adz-Dzaariyyat ayat 8 :
"sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan
berbeda-beda pendapat,"

QS Al Lail ayat 4:
" sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda."

QS Ar Rum ayat 22 :
" Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan
bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang mengetahui."

Demikianlah saudaraku, Semoga Alloh mau menolong kita
bersama untuk menetapkan di shiroothol mustaqiimNYA
Dan rohmatNYA selalu dikaruniakan pada kita dan
keluarga kita, amiin.
Subhaanakallohuma Wabihamdika Asyhaduanlaailahaillaa
anta Astaghfiruka wa'atubuilayka.

Wassalamualaykum warohmatullohi wabarokatuhu,

dodi indra

--- handri yanto wrote:

> Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,
> Kalau mengamalkan ibadah sunnah tersebut tidaklah
> mengapa. Tetapi bila mengamalkan ibadah tersebut
> dengan mengaharapakan keutamaan bulan rajab (
> dikerjakan hanya dibulan tersebut ) itulah yang
> tidak boleh.
> Untuk lebih jelasnya mengenai bulan rajab berikut
> ini antum bisa melihat situs : 
> http://vbaitullah.or.id/content/view/771/9/
> 
> Semoga bermanfa'at.
> Baarakallahu Fiikum.
> Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.
> 
> 
> Hadits-Hadits Palsu Tentang Keutamaan Shalat Dan
> Puasa Di Bulan Rajab
> 
> 
> Kategori Ar-Rasaa-il
> 
> Senin, 8 Agustus 2005 07:07:19 WIB
> 
> HADITS-HADITS PALSU TENTANG KEUTAMAAN SHALAT DAN
> PUASA DI BULAN RAJAB
> 
> Oleh
> Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
> Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2
> 
> 
> 
> Apabila kita memperhatikan hari-hari, pekan-pekan,
> bulan-bulan, sepanjang tahun serta malam dan
> siangnya, niscaya kita akan mendapatkan bahwa Allah
> Yang Maha Bijaksana mengistimewakan sebagian dari
> sebagian lainnya dengan keistimewaan dan keutamaan
> tertentu. Ada bulan yang dipandang lebih utama dari
> bulan lainnya, misalnya bulan Ramadhan dengan
> kewajiban puasa pada siangnya dan sunnah menambah
> ibadah pada malamnya. Di antara bulan-bulan itu ada
> pula yang dipilih sebagai bulan haram atau bulan
> yang dihormati, dan diharamkan berperang pada
&

Re: [media-dakwah] Re: Bulan Rajab

2006-07-26 Terurut Topik handri yanto
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,
  Kalau mengamalkan ibadah sunnah tersebut tidaklah mengapa. Tetapi bila 
mengamalkan ibadah tersebut dengan mengaharapakan keutamaan bulan rajab ( 
dikerjakan hanya dibulan tersebut ) itulah yang tidak boleh.
  Untuk lebih jelasnya mengenai bulan rajab berikut ini antum bisa melihat 
situs :  http://vbaitullah.or.id/content/view/771/9/

  Semoga bermanfa'at.
  Baarakallahu Fiikum.
  Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.

   
  Hadits-Hadits Palsu Tentang Keutamaan Shalat Dan Puasa Di Bulan Rajab
  

  Kategori Ar-Rasaa-il

Senin, 8 Agustus 2005 07:07:19 WIB

  HADITS-HADITS PALSU TENTANG KEUTAMAAN SHALAT DAN PUASA DI BULAN RAJAB

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2



Apabila kita memperhatikan hari-hari, pekan-pekan, bulan-bulan, sepanjang tahun 
serta malam dan siangnya, niscaya kita akan mendapatkan bahwa Allah Yang Maha 
Bijaksana mengistimewakan sebagian dari sebagian lainnya dengan keistimewaan 
dan keutamaan tertentu. Ada bulan yang dipandang lebih utama dari bulan 
lainnya, misalnya bulan Ramadhan dengan kewajiban puasa pada siangnya dan 
sunnah menambah ibadah pada malamnya. Di antara bulan-bulan itu ada pula yang 
dipilih sebagai bulan haram atau bulan yang dihormati, dan diharamkan berperang 
pada bulan-bulan itu.

Allah juga mengkhususkan hari Jum’at dalam sepekan untuk berkumpul shalat 
Jum’at dan mendengarkan khutbah yang berisi peringatan dan nasehat.

Ibnul Qayyim menerangkan dalam kitabnya, Zaadul Ma’aad,[1] bahwa Jum’at 
mempunyai lebih dari tiga puluh keutamaan, kendatipun demikian Rasulullah 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mengkhususkan ibadah pada malam Jum’at 
atau puasa pada hari Jum’at, sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam.

“Artinya : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi 
wa sallam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kalian 
mengkhususkan malam Jum’at untuk beribadah dari malam-malam yang lain dan 
jangan pula kalian mengkhususkan puasa pada hari Jum’at dari hari-hari yang 
lainnya, kecuali bila bertepatan (hari Jum’at itu) dengan puasa yang biasa 
kalian berpuasa padanya.” [HR. Muslim (no. 1144 (148)) dan Ibnu Hibban (no. 
3603), lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shahihah (no. 980)]

Allah Yang Mahabijaksana telah mengutamakan sebagian waktu malam dan siang 
dengan menjanjikan terkabulnya do’a dan terpenuhinya permintaan. Demikian Allah 
mengutamakan tiga generasi pertama sesudah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu 
‘alaihi wa sallam dan mereka dianggap sebagai generasi terbaik apabila 
dibandingkan dengan generasi berikutnya sampai hari Kiamat. Ada beberapa tempat 
dan masjid yang diutamakan oleh Allah dibandingkan tempat dan masjid lainnya. 
Semua hal tersebut kita ketahui berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan 
contoh yang benar.

Adapun tentang bulan Rajab, keutamaannya dalam masalah shalat dan puasa padanya 
dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya, semua haditsnya sangat lemah dan 
palsu. Oleh karena itu tidak boleh seorang Muslim mengutamakan dan melakukan 
ibadah yang khusus pada bulan Rajab.

Di bawah ini akan saya berikan contoh hadits-hadits palsu tentang keutamaan 
shalat dan puasa di bulan Rajab.

HADITS PERTAMA
“Artinya : Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummatku”

Keterangan: HADITS INI “ MAUDHU’

Kata Syaikh ash-Shaghani (wafat th. 650 H): “Hadits ini maudhu’.” [Lihat 
Maudhu’atush Shaghani (I/61, no. 129)]

Hadits tersebut mempunyai matan yang panjang, lanjutan hadits itu ada lafazh:

“Artinya : Janganlah kalian lalai dari (beribadah) pada malam Jum’at pertama di 
bulan Rajab, karena malam itu Malaikat menamakannya Raghaaib...”

Keterangan: HADITS INI MAUDHU’

Kata Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H): “Hadits ini diriwayatkan oleh ‘Abdur 
Rahman bin Mandah dari Ibnu Jahdham, telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin 
Muhammad bin Sa’id al-Bashry, telah menceritakan kepada kami Khalaf bin 
‘Abdullah as-Shan’any, dari Humaid Ath-Thawil dari Anas, secara marfu’. 
[Al-Manaarul Muniif fish Shahih wadh Dha’if (no. 168-169)]

Kata Ibnul Jauzi (wafat th. 597 H): “Hadits ini palsu dan yang tertuduh 
memalsukannya adalah Ibnu Jahdham, mereka menuduh sebagai pendusta. Aku telah 
mendengar Syaikhku Abdul Wahhab al-Hafizh berkata: “Rawi-rawi hadits tersebut 
adalah rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal), aku sudah periksa semua kitab, 
tetapi aku tidak dapati biografi hidup mereka.” [Al-Maudhu’at (II/125), oleh 
Ibnul Jauzy]

Imam adz-Dzahaby berkata: “ ’Ali bin ‘Abdullah bin Jahdham az-Zahudi, Abul 
Hasan Syaikhush Shuufiyyah pengarang kitab Bahjatul Asraar dituduh memalsukan 
hadits.” 

Kata para ulama lainnya: “Dia dituduh membuat hadits palsu tentang shalat 
ar-Raghaa'ib.” [Periksa: Mizaanul I’tidal (III/142-143, no. 5879)]

HADITS KEDUA
“Artinya : Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan lainnya seperti keutamaan 
al-Qur'an atas semua perkataan, keutamaan bulan Sya’ban seperti ke

Re: [media-dakwah] Dusta atas nama Al Qur'an & Sunnah - Re: [yisc_al-azhar] Matahari Mengelilingi Bumi...!!

2006-07-19 Terurut Topik handri yanto
APAKAH MATAHARI BERPUTAR MENGELILINGI BUMI ?
>
> Oleh
> Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin
> sumber http://www.almanhaj.or.id
>
>
> Pertanyaan
> Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin ditanya: "Apakah Matahari berputar
> mengelilingi bumi?".
>
> Jawaban.
> "Dhahirnya dalil-dalil syar'i menetapkan bahwa mataharilah yang
berputar
> mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah menyebabkan
terjadinya
> pergantian siang dan malam di permukaan bumi, tidak ada hak bagi
kita untuk
> melewati dhahirnya dalil-dalil ini kecuali dengan dalil yang lebih
kuat dari
> hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk menakwilkan dari
dhahirnya.
> Diantara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa matahari berputar
mengelilingi
> bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut.
>
> [1]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang Ibrahim akan hujahnya
> terhadap yang membantahnya tentang Rabb.
>
> "Artinya : Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka
> terbitkanlah dia dari barat," [Al Baqarah : 258]
>
> Maka keadaan keadaan matahari yang didatangkan dari timur merupakan
dalil
> yang dhahir bahwa matahari berputar mengelilingi bumi.
>
> [2]. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman juga tentang Ibrahim.
>
> "Artinya : Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata:
> 'Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar', maka tatkala matahari itu
terbenam
> dia berkata : 'Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa
yang kamu
> persekutukan.'" [Al-An'am : 78]
>
> Jika Allah menjadikan bumi yang mengelilingi matahari niscaya Allah
berkata:
> "Ketika bumi itu hilang darinya".
>
> [3]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
>
> "Artinya : Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong
dari gua
> mereka berada disebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi
> mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas
dalam gua
> itu." [Al-Kahfi : 17]
>
> Allah menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari, itu
adalah dalil
> bahwa gerakan itu adalah dari matahari, kalau gerakan itu dari bumi
niscaya
> Dia berkata: "gua mereka condong darinya(matahari)". Begitu pula bahwa
> penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari menunjukkan bahwa
dialah
> yang berputar meskipun dilalahnya lebih sedikit dibandingkan dilalah
> firmanNya "(condong) dan menjauhi mereka)".
>
> [4]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
>
> "Artinya : Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan
siang,matahari dan
> bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya."
> [Al-Anbiya' : 33]
>
> Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata:"Berputar dalam suatu garis
peredaran
> seperti alat pemintal". Penjelasan itu terkenal darinya.
>
> [5]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
>
> "Artinya : Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan
> cepat," [Al-A'raf : 54]
>
> Allah menjadikan malam mengejar siang, dan yang mengejar itu yang
bergerak
> dan sudah maklum bahwa siang dan malam itu mengikuti matahari.
>
> [6]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
>
> "Artinya : Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang
banar; Dia
> menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan
menundukkan
> matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan.
> Ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." [Az Zumar : 5]
>
> FirmanNya: "Menutupkan malam atau siang" artinya memutarkannya atasnya
> seperti tutup sorban menunjukkan bahwa berputar adalah dari malam
dan siang
> atas bumi. Kalau saja bumi yang berputar atas keduanya (malam dan
siang)
> niscaya Dia berkata: "Dia menutupkan bumi atas malam dan siang". Dan
> firmanNya: "matahari dan bulan, semuanya berjalan", menerangkan apa
yang
> terdahulu menunjukkan bahwa matahari dan bulan keduanya berjalan dengan
> jalan yang sebenarnya (hissiyan makaniyan), karena menundukkan yang
bergerak
> dengan gerakannya lebih jelas maknanya daripada menundukkan yang
tetap diam
> tidak bergerak.
>
> [7]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
>
> "Artinya : Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila
> mengirinya," [Asy-Syam : 1-2]
>
> Makna (mengiringinya) adalah datang setelahnya. dan itu dalil yang
> menunjukkan atas berjalan dan berputarnya matahari dan bulan atas bumi.
> Seandainya bumi yang berputar mengeliligi keduanya tidak akan bulan itu
> mengiringi matahari, akan tetapi kadang-kadang bumi mengelilingi
matahari
> dan kadang-kadang matahari mengeliling bulan, karena matahari lebih
tinggi
> dari pada bulan. Dan untuk menyimpulan ayat ini membutuhkan pengamatan.
>
> [8]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
>
> "Artinya : Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka
adalah
> malam; Kami tanggalkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta
mereka
> berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan ditempat peredarannya.
> Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan
telah Kami
> tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke
> manzilah yang te

Fwd: RE: [media-dakwah] DEMOKRASI DAN PEMILU

2006-07-14 Terurut Topik handri yanto
   Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh
  Berikut ini versi lain "Dilema Simalakama" dari uraian penutupnya, kita tahu 
bahwa artikel ini dimuat dalam sebuah buletin/majalah berbahasa Indonesia 
bernama Al-Bashirah yang terbit di Saudi Arabia. Dari sini kita tahu bahwa 
dialog "Dilema Simalakama" dibuat oleh ikhwah yang berdomisili di Dhahran, 
Dammam. Semoga ini bisa menutupi "haus" orang-orang yang ingin mengetahui 
identitas penulis "Dilema Simalakama". 
  "Dialog ini berasal dari pertanyaan-pertanyaan seputar partai politik, 
parlemen dan pemilu yang dihadapi oleh ikhwah di Dhahran Damam. Lantas mereka 
berusaha untuk menjawabnya plus tambahan-tambahan dari redaksi Al Bashirah. 
Barangkali pertanyaan-pertanyaan itupun seringkali terlintas di dalam benak 
kita. Maka kami melihat perlunya dialog ini dimasukkan dalam Al Bashirah agar 
kita semua bisa mengambil faidah darinya. Apalagi dengan semakin maraknya 
gerakan-gerakan "bawah tanah? yang berusaha untuk melakukan rapat-rapat gelap, 
konsolidasi, rekrutmen mahasiswa-mahasiswa baru untuk bergabung ke suatu partai 
politik tertentu, dsb. Belum lagi majalis suu' itu dibumbui dengan pencelaan 
terhadap Jami'ah dan dosen-dosennya, menjelek-jelekkan para ulama masyayikh 
masjid Nabawi, menuduh mandub tidak mikir dalam meyelesaikan suatu permasalahan 
dsb. (Tapi wajar aja sich, lha wong para ulama aja nggak selamat dari lisan 
mereka, apalagi hanya seorang mandub). Allahul musta'an wa
 'alaihit tuklan" 
   
  -
  MENEGAKKAN BENANG BASAH
  
  Amirul Mukminin fil hadits Imam Bukhari, dalam Ash Shahihnya, beliau 
menggulirkan sebuah istimbath "bab berilmu sebelum berkata dan bertindak". 
Beliau mengajak umat agar tidak sembrono dalam setiap ucapan yang terlontar 
atau tindakan respon terhadap satu masalah kecuali telah memahami seluk 
beluknya dengan baik, supaya , positif dan negatifnya. Tulisan di bawah ini 
yang terkemas dalam dialog ringan, ingin menggandeng anda menuju apa yang 
diutarakan oleh Imam Bukhari . Selamat menyimak! Menyikapi Program Jusuf 2004 
  
  Tanya  (T): Sementara kaum kafir sibuk menyukseskan program "Jusuf 2004", 
untuk memuluskan jalan seorang kristiani menduduki kursi presiden RI, kok 
justru ada orang yang membid'ahkan partai politik, padahal sebagian cendekiawan 
dan intelektual muslim juga para ulama menggunakan kendaraan partai politik 
untuk menyuarakan Islam? 
  Jawab (J): Akhi, jangan terburu-buru antipati dengan persepsi itu. Mereka 
pasti juga mempunyai argumentasi yang melatarbelakanginya.. Dalam polemik ini, 
saya lihat ada dua sudut pembahasan yang berbeda. Pertama adalah berkait dengan 
"Program Jusuf 2004", dan yang kedua teriakan pembid'ahan partai politik. Dua 
hal di atas muncul pada masa yang berbeda, pada awalnya tidak saling 
mempengaruhi. Jadi ya tidak tepat, kalau diasumsikan bahwa suara pembid?ahan 
partai politik lantang gara-gara pengguliran "Jusuf 2004". Janganlah dikesankan 
seperti itu, kita harus bijaksana dalam menyimpulkan suatu permasalahan. 
  T: Jadi, bagaimana seharusnya kita melihat dua fakta ini? 
  J: Sebenarnya pembid'ahan partai politik itu telah mendapatkan porsi atensi 
para ulama seiring "kelahiran" demokrasi. Bahkan kalau dicermati betul, 
kitab-kitab ulama terdahulu pun telah menyinggungnya. Mereka tentunya berbicara 
dalam koridor Kitabullah dan Sunnah Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dan 
pertimbangan "cacat-cacat bawaan" sistem tersebut. Adapun proyek "Jusuf 2004" 
adalah masalah terkini, yang memerlukan pemutaran otak dari segenap elemen umat 
termasuk ulama tersebut, demi memformulakan solusi stregisnya. Sangat tidak 
mungkin, para ulama yang memfatwakan bid'ahnya partai politik itu akan bereaksi 
"dingin" atau "mengkampayekan" golput, sementara kaum salibis sedang berambisi 
serius mengincar kursi RI‑1. Sekali lagi, kita harus sedikit bijaksana 
dalam berpikir dan perlu klarifikasi dari mereka. 
  T: Sebagai seorang muslim, apa tindakan kita dalam menyikapi "Jusuf 2004" 
itu? 
  S: Sesuai dengan kemampuan masing-masing, karena Allah tidak membebani 
hamba-Nya kecuali dengan apa yang kira-kira menjadi kewajibannya. Sebagai 
seorang muslim kita berkewajiban untuk membocorkan program jahat ini kepada 
kaum muslimin agar mereka waspada sebab musuh sedang mengincar kita. Kita harus 
informasikan di mimbar-mimbar, masjid-masjid dan majlis ta'lim. 
  T: Lalu, apa tindakan konkritnya? 
  J: Sasaran orang-orang kafir itu adalah pemilu. Mereka pasti akan menyusup 
dalam partai-partai yang berkedok nasionalisme dan mengelabui kaum muslimin. 
Maka cara kita adalah mencoblos partai-partai Islam yang menyuarakan Islam dan 
membela kaum muslimin. Hal ini bertumpu pada prinsip "irtikab akhoffidh 
dhararain li daf'i a'dzamihima" (memperkecil kerusakan atau mencegah mafsadah 
yang lebih besar dengan melakukan mafsadah yang lebih kecil). 
  T: Kalau begitu, partai-partai manakah yang antum anjurkan untuk dicoblos? 
  J: Partai apa saja, asalkan mengaku beras

Fwd: Re: [media-dakwah] Apakah Benar Demokrasi Itu SISTEM KUFUR?

2006-07-13 Terurut Topik handri yanto
Ironi Demokrasi   
  Judul Asli: Anda Mau Kemana Wahai Saudaraku?
  Oleh: Abu Hanan Sabil Arrasyad
   
  Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita meminta pertolongan dan ampunan 
kepadaNya. Dan kita berlindung kepadaNya dari kejahatan diri-diri kita dan dari 
keburukan amalan-amalan kita. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka 
tidak ada seorang pun yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa disesatkan 
oleh Allah maka tidak ada seorang pun yang bisa memberinya petunjuk. Aku 
bersaksi sesungguhnya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah saja, tidak 
ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.
   
  “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang 
ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan paling baik 
penjelasannya”. (QS. Al Furqan: 33) 
   
  Ironi Demokrasi
  Demokrasi Modern menurut definisi aslinya adalah bentuk pemerintahan yang di 
dalamnya banyak keputusan pemerintah atau di belakang kebijakan yang 
menimbulkan keputusan itu lahir dari suara terbanyak yakni dari mayoritas di 
pemerintahan atau di belakang kebijakan yang menimbulkan keputusan itu lahir 
dari suara terbanyak, yakni dari mayoritas di pemerintahan (consent of a 
majority of adult governed).
   
  Demokrasi sebagai proses politik dapat memuat muatan-muatan lokal sesuai area 
yang melingkarinya (seperti pengalaman politik dan definisi orang-orang yang 
duduk dalam pemerintahan). Karena itu, tidak pernah ada sistem demokrasi ideal 
yang pernah terwujud. Disamping itu, karena banyaknya area yang mempengaruhi 
dan melingkupinya, maka dalam ilmu politik seringkali sulit membedakan antara 
pemerintahan demokrasi dan pemerintahan tirani. 
   
  Apa yang dimaksud dengan suara terbanyak? ahli-ahli politik mengajukan 
beberapa syarat. Diantaranya tidak tampak adanya pemaksaan atau ancaman untuk 
menggolkan suatu opini tertentu, tidak ada pembatasan kebebasan berbicara, 
tidak terdapat monopoli propaganda dan tidak ada control institutional terhadap 
fasilitas-fasilitas komunikasi massa. Pada kenyataannya definisi dari 
pemaksaan, ancaman, pembatasan, monopoli, propaganda dan control institutional 
tidak pernah diterjemahkan kecuali oleh pemerintah apapun namanya. 
   
  Karena itu, Aristoteles menyebut pemberlakuan demokrasi sebagai suatu 
kemerosotan. Alasannya ketidakmungkinan orang banyak untuk memerintah yang 
kecil jumlahnya. Bahkan Plato seorang pemikir yang diagung-agungkan oleh barat 
juga melancarakan kritik terhadap demokrasi. Katanya kebanyakan orang adalah 
bodoh atau jahat atau kedua-duanya dan cenderung berpihak kepada diri sendiri. 
Jika orang banyak ini dituruti, maka muncullah kekuasaan yang bertumpu pada 
ketiranian dan terror. Karena itu pula diyakini hanya segelintir orang yang 
diuntungkan dari sistem pemerintahan yang demokratis ini.
   
  George Santayana, penyanjung berat Plato menyerukan “Give divine right to 
rule” (berikan Tuhan hak untuk memerintah) Bahkan Winston Churchil mengeluarkan 
deklarasi yang bunyinya “demokrasi is worst possible form of government” 
(demokrasi adalah kemungkinan terburuk dari bentuk pemerintahan).
   
  Chandra Muzzafar, direktur Just World Trust (LSM di penang Malaysia) dalam 
buku “Hak-Hak Asasi Manusia Dalam tata Dunia Baru” memandang ide-ide demokratis 
berasal dari dunia barat dan terkesan kolonis. Ia menulis, usaha mencolok untuk 
melanggengkan kepentingan-kepentingan ideologis dan ekonomi (barat) yang sempit 
dengan disamarkan kata-kata manis seputar kebebasan dan demokrasi.
   
  Di zaman Yunani kuno dimana demokrasi itu berasal tokoh seperti Solon, 
Chleisthenes dan Demosthenes, berpandangan bahwa konsep demokrasi adalah sistem 
politik terbaik. Namun ironis, periode demokratis dalam sejarah Yunani tercatat 
hanya sebagai kasus-kasus istimewa. Politik Yunani di masa beberapa abad 
sebelum masehi justru didominasi periode kediktatoran tirani danoligarki. Benih 
demokrasi malah hancur ketika Negara Sparta yang otoriter mengalahkan Athena 
dalam perang Ploponesia (Amien Rais, Demokrasi dengan proses politik LP3ES, 
1986).
   
  Hal di atas membuat Plato dan Aristoteles, dua tokoh kritisi tentang 
demokrasi yang sulit dibantah berpandangan lain berdasarkan pengamatan mereka 
atas praktek demokrasi di Athena, maka demokrasi justru merupakan sistem yang 
berbahaya dan tidak praktis. Bahkan Aristoteles menambahkan, “Pemerintahan yang 
didasarkan pada pilihan orang banyak dapat mudah dipengaruhi oleh para demagog 
dan akhirnya akan merosot jadi kediktatoran.” Demokrasi akan mudah meluncur ke 
arah tirani. Amerika serikat pun yang membangga-banggakan diri sebagai negara 
paling demokratis di dunia dan pejuang HAM yang hebat ternyata menyimpan borok 
demokrasi itu sendiri. Paul Findley senator AS lewat bukunya “Mereka Yang 
Berani Bicara dan Diplomasi Munafik Ala Yahudi”, membongkar dominasi loby 
Yahudi (AIPAC) dalam tubuh Kongres AS. Tidak seorang pun calon presiden AS yang 
bisa duduk di kursi kepres