[media-dakwah] Salafiyah Bukan Manhaj Hizbi dan Hakekat Sururiyah
SALAFIYAH BUKAN MANHAJ HIZBI Oleh Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=2091&bagian=0 Salafiyah adalah manhaj. Ia merupakan metoda memahami Islam; metoda memahami al Qur`an dan Sunnah. Ia bukan suatu "harakah" atau "gerakan" yang muncul pada masa tertentu di zaman ini dengan ditokohi oleh orang atau kelompok tertentu seperti yang disangka oleh sebagian orang yang tidak mengerti, atau tidak mau mengerti, atau apriori terhadap kebenaran. Salafiyah merupakan penisbatan kepada Salaf, dan ini merupakan penisbatan terpuji kepada manhaj (metoda pemahaman terhadap al Qur`an dan Sunnah) yang benar, bukan merupakan madzhab baru yang diada-adakan secara bid'ah.[1] Syaikh Salim bin 'Id al Hilali, dalam hal ini menukil [2] perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa [3] : "Tidak ada cela bagi orang yang menampakkan, serta menisbatkan diri dan menyandarkan diri kepada madzhab Salaf. Bahkan wajib hukumnya menerima penyandaran dirinya kepada manhaj Salaf itu menurut kesepakatan ulama. Karena sesungguhnya madzhab Salaf, tidak lain kecuali benar". Ketika kehadiran kembali manhaj Salaf ini tidak lagi dapat ditolak di tengah ramainya penyimpangan umat, maka banyak kaum pergerakan berami-ramai mencoba menerima manhaj Salaf, bahkan banyak yang mengklaim dirinya bermanhaj Salaf. Akan tetapi manhaj Salaf yang mereka fahami dan mereka terima, umumnya hanya dalam bidang asma' wa sifat, tidak menyeluruh, karena mungkin mereka menganggap manhaj Salaf ada yang kurang, atau disalah fahami. Banyak kekeliruan dalam memahami konsekuensi uluhiyah, hingga mengakibatkan takfir (menghukumi kafir kepada orang lain) yang tidak pada tempatnya. Dari sini timbul keyakinan dan tindakan-tindakan bid'ah tanpa disadari, seperti perusakan, pembunuhan dan peledakan dengan keyakinan, bahwa semua itu merupakan jihad dan ibadah yang mulia, padahal tidak ada contoh syari'at semacam itu. Maka saat mereka ingin kembali ke manhaj Salaf, terkesan masih sayang meninggalkan kebiasaan dan disiplin lamanya dalam pergerakan yang sudah dianggap bagus, misalnya sistem berjama'ah, sistem bai'at, sistem kerja, sistem rekruitmen anggota, sistem halaqah, sistem imamah, sistem perjuangan dan jihad, serta sistem-sistem harakah lainnya, yang sebenarnya merupakan pola-pola hizbiyah (fanatisme kelompok). Sebagai akibat mereka mencampurkan antara manhaj Salaf dan manhaj harakah. Aqidah Asma' wa sifatnya atau sebagian kitab rujukannya adalah Salafi, tetapi pemahaman dan sistemnya adalah harakah, menjadi salafi haraki. Ketika berkembang kelompok-kelompok salafi haraki inilah (istilah masyhurnya sekarang disebut Sururi), maka manhaj Salaf yang sebenarnya, yang diikuti oleh Salafiyin dicurigai, bahkan dimusuhi oleh mereka, sebab banyak misi mereka yang terganjal oleh manhaj ini. Di sisi lain muncul pula suatu gerakan dengan warna lain yang seakan benar-benar Salafi, namun sebenarnya menerapkan praktik-praktik hizbi, dengan antara lain menebarkan ilzam-ilzam (pengharusan-pengharusan yang bersifat memaksa) kepada anggota kelompok pengajiannya, sehingga anggauta jama'ah bisa menjadi was-was dan takut dicap tidak Salafi, jika pandangannya berbeda dengan pandangan para pimpinannya. Dengan demikian yang terbaca di luar, kelompok ini menerapkan praktik taklid membabi buta, lebih dari kelompok-kelompok taklid lainnya. Di samping itu, dengan bahasa-bahasa vocal dan tindakan-tindakannya yang kasar, telah menimbulkan kesan bahwa dakwah Salafiyah bersifat kasar dan tidak beradab. Akhirnya dakwah Salafiyah banyak disingkiri umat, karena kesalah fahaman dan ketidak mengertian. Sementara itu, musuh-musuh dakwah Salafiyah pun banyak yang menuduh, bahwa para salafiyin sangat taklid kepada para ulamanya. Padahal tidak! Untuk itu perlu ditegaskan di sini sikap sebenarnya, meskipun dengan sangat ringkas dan global. Yaitu bahwa sumber kebenaran bagi Ahlu Sunnah wal Jama'ah atau Salafiyun adalah al Qur`an dan Sunnah dengan pemahaman para salafush-shalih. Jadi ukuran kebenaran bukan individu manusia sepeninggal para sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam . Itu sangat jelas berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , yang antara lain: ÝóÚóáóíúßõãú ÈöÓõäøóÊöí æóÓõäøóÉö ÇáúÎõáóÝóÇÁö ÇáúãóåúÏöíøöíäó ÇáÑøóÇÔöÏöíäó ÊóãóÓøóßõæÇ ÈöåóÇ æóÚóÖøõæÇ ÚóáóíúåóÇ ÈöÇáäøóæóÇÌöÐö æóÅöíøóÇßõãú æóãõÍúÏóËóÇÊö ÇáúÃõãõæÑö ÝóÅöäøó ßõáøó ãõÍúÏóËóÉò ÈöÏúÚóÉñ æóßõáøó ÈöÏúÚóÉò ÖóáóÇáóÉñ. ÃÎÑÌå ÃÈæ ÏÇæÏ æÇáÊÑãÐí Artinya : Maka wajib bagi kalian berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para Khulafa'ur-Rasyidun yang mendapat petunjuk. Peganglah dengan kuat Sunnah itu dan gigitlah dengan gigi-gigi geraham kalian. Dan janganlah sekali-kali mengada-adakan perkara-perkara baru dalam agama, sebab setiap yang baru adalah bid'ah, dan setiap yang bid'ah adalah sesat [Hadits Shahih dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi]
Re: [media-dakwah] Re: Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Mudah- mudahan antum ikhlas sebagaimana ucapan antum bahwa sebenarnya antum ridlo dengan pemahaman Salafy sebagaimana artikel antum : " Alasan bahwa kita tidak menggunakan istilah salafi dan mengatributkan diri kita karena Allah SWT melarang kita untuk memuji diri kita dan selanjutnya dilarang menggunakannya kecuali kita menginformasikan kepada orang lain tentang aqidah kita dengan tujuan agar mereka mengerti." Dan ini juga tentunya harus diikuti dengan amalan yang sesuai dengan pemahaman Salaf yang telah antum tunjukan dibawah. Dengan antum menyebarkan berita Fitnah dan Majhul yang lalu, apa yang antum harapkan dengan penisbahan antum kepada manhaj Salaf ( biarpun antum tidak secara dhohir tidak mau memakai nisbah Salaf atau Salafy ), apakah ini tidak secara langsung meragukan perkataan antum tentang Salafy ?, atau antum masih belum mengerti tentang Manhaj Salaf ".Tetapi ya akhi mudah- mudahan ini sekedar kekhilafan kita sebagaimana manusia yang mana manusia adalah tempat salah dan khilaf. Sekali lagi mudah-mudahan Allah Tabaroka wa Ta'ala senantiasa memberikan MaghfirohNya kepada kita semua, dan diselaraskan antara hati dengan amalan perbuatan kita. Wahai Dzat yang membolak balikkan hati teguhkanlah hati kami kepada Agamamu yang lurus. Amiin. Mohon ma'af bila ada kata yang menyinggung, bila memang ada kebenaran maka tentunya itu datang tidak lain dari Allah Tabaraka wata'ala dan bila ada kekurangan dan keburukan maka tidak lain itu memang timbul dari ana. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. bambang guridno <[EMAIL PROTECTED]> wrote: wallahu a'lam bis showab.. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com - Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]
[media-dakwah] Re: [assunnah] Tanya : Agen MOSSAD ?
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Sekedar informasi yang ana dapat dari millis As Sunnah , bahwa sipenerjemah dari berita "Siapa Sebenarnya Yang Agen Yahudi " mengaku namanya dicatut untuk berita yang tidak jelas kebenarannya ( Majhul ). Allahu ta'ala a'lam bish showab. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Syamsul Ariefin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh, Ini ada klarifikasinya dari yang namanya dikutip sebagai penerjemah artikel yang dimaksud; - - - - - - - - - - To: [EMAIL PROTECTED] From: "Jati Utomo Dwi Hatmoko" < [EMAIL PROTECTED]> Add Mobile Alert Date: Wed, 18 Apr 2007 11:16:10 +0100 Subject: [kibar] Info dan Klarifikasi Assalamualaikum mas Hanif, Saya sungguh terkejut mendapati nama saya dicatut dalam artikel di bawah sebagai orang yang menterjemahkan sebuah hasil wawancara. Perlu saya sampaikan bahwa sampai saat ini saya belum pernah sama sekali menerjemahkan artikel apapun juga . Saya tidak akan punya waktu untuk itu, karena sibuk dengan urusan thesis. Untuk itu saya berterima kasih kepada mas Hanif yang telah menanyakan langsung kepada saya tentang hal ini. Sekaligus saya perlu sampaikan ke milis Kibar dan milis PPIslam Newcastle, seandainya mendapati artikel di bawah bahwa dalam hal ini nama saya telah dicatut oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Seandainya ada yang tahu asal artikel dibawah, mohon saya diberi tahu sehingga saya bisa menelusurinya lebih jauh. Salam Jati - - - - - - - - Wallahu a'lam Syamsul On 19 Apr 2007 02:14:41 -0700, Danny Sahuleka <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh, Mohon ma'af sebelumnya, Ikhwan & akhwat yang dirahmati Allah SWT... mohon tanggapan E-Mail dibawah ini.Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh Danny > From: [EMAIL PROTECTED] > Sent: Wednesday, April 18, 2007 4:28 PM > Subject: [CR] ~~~<<( Agen MOSSAD )>>~~~ > > Mengenal Agen Mossad Dalam Gerakan Islam > Untold Story / the X files > Oleh : Redaksi 15 Apr 2007 9:00 pm > Risalah Mujahidin Edisi 7 Th I Rabiul Awal 1428 H / > April 2007 M, hal. 42-46 > FAKTA ini tentu amat mengejutkan, bahkan sulit > dipercaya. Betapa kelompok Salafy yang selama ini > dikenal sebagai kelompok Islam yang berdakwah untuk > Ihyaus Sunnah (menghidup-hidupkan sunnah Nabi SAW), > gerakan dakwah mereka ternyata didanai oleh jaringan > intelejen Israel, Mossad. Tujuannya untuk > menimbulkan > fitnah dan perpecahan di kalangan kaum Muslim. > > Badan intelejen Palestina mengijinkan harian > Al-Hayat> dan Televisi Libanon, LBC, untuk mewawancarai > orang-orang Palestina yang menjadi agen Mossad, dan > sekarang ditawan oleh pemerintah Palestina. Mereka > telah menyebabkan terbunuhnya sejumlah Mujahidin. > Dalam sebuah wawancara, salah seorang agen > mengungkapkan cara perekrutan mereka serta peranan > yang mereka lakukan dalam memantau para mujahidin > dan memicu fitnah lewat perselisihan, perpecahan, dan > kebencian demi merealisasikan kepentingan strategis > Zionisme. > > Wawancara ini diterbitkan oleh tabloid An-Nas nomor > 127 mengutip harian Al-Hayat yang terbit di London > dan juga ditayangkan televisi LBC. Tabloid Al-Basya'ir > kembali menyiarkan wawancara tersebut mengingat > pentingnya fakta-fakta yang diungkapkan oleh agen > ini. > Wawancara di bawah ini, yang diterjemahkan oleh Jati > Utomo Dwi Hatmoko, M.Sc. , mahasiswa Structural > Engineering and Construction Management University > of Newcastle Upon Tyne United Kingdom, dan dikutip dari > Hidayatullah.com, laporan Bahrum A. Rambe. Berikut > hasil wawancara dimaksud: === message truncated === - Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [media-dakwah]
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu, Sekedar tambahan informasi bagi ikhwah yang ingin berthullabul illmiy didaerah Jakarta , berikut jadwal kajian rutin Manhaj Salaf , semoga bermanfa'at. Aqidah dan Akhlaq Ustadz Ahmad Rofii Masjid At-Taqwa - Komp. Perumahan Pajak Kemanggisan Jakarta Barat Senin Bada Isya - Minggu Ke 1 dan 3 Ustadz Mudrika Ilyas, Lc. Masjid Baitullah Petukangan Jakarta Selatan Senin 19.30 - 21.00 Syarh Kitab Tauhid Karya Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin rahimahullah Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom Masjid An-Nashr Depan Kampus STAN Bintaro Sektor V Senin Bada Maghrib Masjid Baitul Amal (MBA) di Basement-1 Gedung Setiabudi Atrium Jl. HR. Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan Senin Bada Dzuhur, Minggu ke 1 & 3 Ustadz Ahmad Rofii Senin Bada Dzuhur, Minggu ke 2 & 4 Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat Contact Person: Rahmat Wijaya SELASA Kitab Riyadhus Shalihin dan Fathul Majid (Tauhid dan menumpas akar kesyirikan dan lainnya). Ustadz Yazid Bin Abdul Qadir Jawas Masjid Al Furqan Gedung DDII Jl. Kramat Raya 45 dekat PMI/Xerox Jakarta Pusat Tiap Selasa Waktu: Bada Dzhuhur/13.30 - Ashar Kajian Kitab Bahjatun Nadzirin (Syarah Kitab Riyadhus Shalihin Imam an-Nawawi Rahimahullah) karya Syaikh Salim Bin Ied al-Hilaly Hafidzahulloh (Khusus ikhwan) Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom Masjid An-Nuur Basement Menara Sudirman Jl. Sudirman Kav 60 Jakarta Selatan Setiap Selasa Bada Dzuhur Kitab Risalah Bidah Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat Masjid Al Ala Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) Jl. Jendral Sudirman Jakarta Selatan Setiap Selasa Pukul 16.30 -18.00 Kitab Utsul Tsalatsah Ustadz Zainal Abidin, Lc. Masjid Unwanul Hidayah Jl. Jelita II - Rawamangun Selasa Minggu I & III Bada Isya. Kitab Ukdatul Ahkam Ustadz Sulam Masjid Unwanul Hidayah Jl. Jelita II - Rawamangun Selasa minggu II Bada Isya Kitab Kasyfu Syubhat Ustadz Ahmad Zawawi Masjid Unwanul Hidayah, Jl. Jelita II - Rawamangun Selasa minggu IV Bada Isya RABU Kajian Mustholahul Hadits (Bahasa Arab) Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat Masjid Al-Ikhlas Jati Padang Jakarta Selatan Setiab Rabu 16.30 -18.00 Kajian Tafsir Al-Quran (Tafsir Ibn Katsir - Khusus Ikhwan/Tempat Terbatas) Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom Mushalla Ash Shahabah Basement Summitmas I Jl. Sudirman Kav. 59 Jakarta Selatan Setiap Rabu 17:00 - Maghrib Kajian Kitab Jamiul Ulum Wal Hikam (Penjelas Kitab Arbain Nawawi) Karya Al-Hafidz Ibnu Rojab Ustadz Abu Abdurrohman Masjid An-Nashr Depan Kampus STAN Bintaro Sektor V Rabu Bada Ashar Ustadz Ibnu Saini Masjid As-Syifa FK Kedokteran Tri Sakti Samping RS Sumber Waras Jakarta Barat Setiap Rabu 15.30 - 18.00 Hadits Arbain Imam An-Nawawi Rahimahullah Rijal Abdul Aziz Masjid Meranti Senen Setiap Rabu Bada Maghrib s/d 19.30 Route: Ke Terminal Senen naik Mikrolet 37 Jurusan Senen - Pulo Gadung, nanti bilang aja ke pak supirnya turun di Pasar Nangka, dari situ sekitar kurang lebih 500 meter ke Masjid Meranti. Lebih mudah turun di daerah poncol, lalu naik ojeg motor atau kendaraan roda tiga namanya MOBET tanya saja Masjid Meranti insya Allah diantar, ongkosnya Rp.3.000,- Ustadz Badrusalam Masjid Toyota - Training Center setiap Rabu Sore Pukul 16.00 -19.00 Untuk Karyawan dan sekitarnya KAMIS Ustadz Abu Unaisah Abdul Hakim bin Amir Abdat Mushalla Hidayatussholihin Jl. Poltangan Pasar Minggu Jakarta Selatan Setiap Kamis Malam Bada Maghrib Ustadz Arman Amri, Lc. Masjid Al Ala Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ) Jakarta Selatan Setiap Kamis Pekan ke 2 dan 4 Bada Dzuhur Ustadz Arman Amri, Lc. Kitab Tauhid Masjid Nurul Jami Dekat Terminal Rawamangun Jakarta Timur Setiap Kamis Bada Maghrib Kamis Bada Dzuhur, Minggu ke 1 & 3 Ustadz Abu Qatadah (Alumnus Darul Hadits Yaman) Kamis Bada Dzuhur, Minggu ke 2 & 4 Ustadz Abu Abdil Aziz Muhtarom Masjid Baitul Amal (MBA) di Basement-1 Gedung Setiabudi Atrium Jl. HR. Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan Contact Person: Rahmat Wijaya Ustadz Zainal Abidin Syamsudin, Lc. Masjid Astra Setiap Kamis Sore Pukul 16.00-18.00 Untuk Umum dan sekitarnya. Kitab Fathul Majid Ustadz Amran Amri, Lc. Masjid Nurul Jami Jl. Jeruk 2 Jl. Melati - Rawamangun Setiap Kamis bada Magrib Contact person: Abu Shafa 081381953676 Sabyq 081311134166 Contact person: Esy 08121304971 Hari kamis di Masjid Nurul Jami (No. 19 dan 22) dipindah ke masjid Nurul Irfaan (masjid alumni IKIP) di kompleks IKIP Membahas: kitab Fathul Majid Waktu: Bada maghrib CP: Adi 08561402431 Rute: P.AC 16 (lebak bulus - rawamangun), P.AC 32 (Blok M Rawamangun), K. 26 (Pd. Kopi Rawamangun), K.01 (Pkl. Jati Rawamangun) P.4 P.57. P.AC 11 Jurusan Pologadung turun di Ario
[media-dakwah] Hadirilah Bedah Buku: �JIHAD� Dalam Pandangan Islam
Bedah Buku: Jihad Dalam Pandangan IslamHadirilah Bedah Buku: ÂJIHAD Dalam Pandangan Islam Karya: Ustad Yazid bin Abdul Qadir Jawas Pembicara: Ustad Yazid bin Abdul Qadir Jawas Tempat: Masjid Jami Al Azhar Kalimalang Jaka Permai Bekasi Waktu: Senin, 19 Maret 2007 Pukul 09.00 ~ Selesai Diselengggarakan oleh: YAYASAN DAKWAH ISLAM CAHAYA ILMU & DKM AL AZHAR JAKA PERMAI BEKASI Contact person: Abu Faris: (021) 68949785 Abdurrahman: 08129780823 Ummu Salamah: (021) 92901800 - Don't get soaked. Take a quick peek at the forecast with theYahoo! Search weather shortcut. [Non-text portions of this message have been removed]
[media-dakwah] HUKUM PENGKAFIRAN TERHADAP PENGUASA
HUKUM PENGKAFIRAN TERHADAP PENGUASA Oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Pertanyaan. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : "Fadhilatusy Syaikh, tentu Anda sudah mengetahui kondisi Afghanistan (pada waktu itu), yaitu jama'ah-jama'ah dan kelompok-kelompok sesat yang banyak bermunculan seperti jamur tumbuh di musim hujan. Sangat disayangkan jama'ah-jama'ah ini berhasil menyebarkan pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan manhaj Salafus Shalih di tengah-tengah generasi muda salafi yang sedang berjihad di sana. Di antaranya adalah 'pengkafiran penguasa' dan menghidupkan kembalicara-cara yang sudah lama ditinggalkan yaitu 'penculikan dan pembunuhan misterius'! Sekarang setelah pemuda-pemuda itu kembali ke negeri mereka (setelah berakhirnya jihad) mereka menyebarkan pemikiran tersebut di tengah- tengah para pemuda dilingkungannya" Jawaban. Setelah menguraikan bahaya berpaling dari tafsir salaf dalam memahami Al-Qur'an dan as-Sunnah beliau berkata : Sangat alami sekali bila mereka menyimpang dari al-Qur'an dan as- Sunnah dan dari manhaj salaf shalih sebagaimana pendahulu mereka. Di antara mereka ini adalah : Kaum Khawarij dahulu maupun sekarang. Sebab pemikiran takfir (pengkafiran kaum muslimin) yang sering kami singgung sekarang ini berasal dari kesalahan memahami ayat yang sering mereka angkat, yaitu firman Allah. "Artinya : Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir" [Al-Maidah : 44]. Salah satu kejahilan orang-orang yang berdalil dengan ayat ini adalah mereka tidak memperhatikan (minimal) sejumlah nash-nash yang tercantum di dalamnya kata 'kufur', mereka artikan keluar (murtad) dari agama dan menyamakan para pelaku kekufuran itu dengan orang-orang musyrik dari kalangan Yahudi dan Nasrani... Lalu mereka menerapkan pemahaman yang keliru ini terhadap orang-orang muslim yang tidak bersalah...". Kemudian beliau berbicara tentang tafsir Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu yang oleh Muhammad Quthb dan pengikutnya berusaha dijadikan sebagai sifat khusus bagi para khalifah Bani Umayyah! Syaikh al-Albani berkata : "Sepertinya Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu mendengar persis seperti yang sering kita dengar sekarang ini bahwa ada beberapa oknum yang memahami ayat ini secara zhahir saja tanpa diperinci. Maka beliau Radhiyallahu 'anhu berkata : 'Bukan kekufuran yang kalian pahami itu! Maksudnya bukan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari agama, namun maksudnya adalah 'kufrun duna kufrin' (yaitu kekufuran yang tidak mengeluarkan pelakunya dari agama -pent-)'. Kemudian beliau melanjutkan : 'Ibnu Taimiyah Rahimahullah dan murid beliau, Ibnu Qayyim al-Jauziyah selalu memperingatkan pentingnya membedakan antara 'kufur i'tiqaadi' dengan 'kufur amali'. Kalau tidak, akibatnya seorang muslim dapat terperosok ke dalam kesesatan menyempal dari kaum muslimin tanpa ia sadari sebagaimana yang telah menimpa kaum Khawarij terdahulu dan cikal bakal mereka sekarang...". Kemudian beliau menyebutkan sejumlah persoalan yang terjadi antara beliau dengan lawan dialog beliau, beliau berkata kepada mereka : "Pertama, kalian ini tidak dapat menghukumi setiap hakim (penguasa) yang memakai undang-undang Barat yang kafir itu atau sebagian dari udang-undang itu bahwa jika ia ditanya alasannya ia akan menjawab : Memakai undang-undang Barat itu bagus dan cocok pada zaman sekarang ini, atau ia akan menjawab : Tidak boleh menerapkan Hukum Islam !. Sekiranya para Hakim itu ditanya alasannya maka kalian tidak dapat memastikan bahwa jawaban mereka adalah "Hukum Islam sekarang ini tidak layak diterapkan!". Kalau begitu jawabannya, mereka tentunya kafir tanpa diragukan lagi. Demikian pula jika kita tujukan pertanyaan serupa kepada masyarakat umum, di antara mereka terdapat para ulama, orang shalih dan lain-lain ...? Lalu bagaimana mungkin kalian dapat menjatuhkan vonis kafir terhadap mereka hanya karena melihat hidup di bawah naungan undang-undang tersebut sama seperti mereka. Hanya saja kalian menyatakan terang-terangan bahwa mereka semua itu kafir dan murtad." Kemudian Syaikh Al-Albani berbicara seputar masalah berhukum dengan selain hukum Allah, beliau berkata : "Kalian tidak dapat menghukumi kafir hingga ia menyatakan apa yang ada dalam hatinya, yaitu menyatakan bahwa ia tidak bersedia memakai hukum yang diturunkan Allah. Jika demikian pengakuannya barulah kalian dapat menghukuminya kafir murtad dari agama". Kemudian, saya (Al-Albani) selalu memperingatkan mereka tentang masalah pengkafiran penguasa kaum muslimin ini bahwa anggaplah penguasa itu benar-benar kafir murtad, lalu apakah yang bisa kalian perbuat ? Orang-orang kafir itu telah menguasai negeri-negeri Islam, sedang kita di sini menghadapi musibah dijarahnya tanah Pale
[media-dakwah] TENTANG TERCELANYA SIKAP EKSTRIM DI DALAM PENGKAFIRAN
TENTANG TERCELANYA SIKAP EKSTRIM DI DALAM PENGKAFIRAN DAN DAMPAK NEGATIFNYA Oleh : Al-Allamah al-Imam asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Bazz Penyusun dan Komentar : Ali bin Hasan bin Ali bin Abdil Hamid al-Halaby al-Atsary Kata Pengantar (Syaikh Ali Hasan al-Halaby) Segala puji hanyalah milik Alloh pemelihara alam semesta. Sholawat dan Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada utusan yang paling mulia, keluarga beliau dan seluruh sahabatnya. Dan tidaklah ada permusuhan melainkan terhadap orang-orang yang zhalim. Amma Badu : Inilah penjelasan ilmiah yang mendalam, yang di dalamnya berisi penelitian dan pembahasan yang cermat, yang menetapkan suatu permasalahan yang paling urgen, yang akan memberikan faidah bagi seluruh umat dan menangkis fitnah yang membutakan. Saya (Syaikh Ali, red.) memandang harus menyebarkan penjelasan ini dan memandang sangat urgen sekali menyebarkannya, sebagai nasehat dan amanat, dengan dua alasan : Pertama, Mayoritas manusia tidak mengetahui dan memahami hal ini. Bahkan orang yang tahu pun tidak mau menyebarkannya[1] dan tidak mau menunjukkannya, kecuali orang-orang yang dirahmati Alloh. Kedua, Bahwasanya di dalam penjelasan ini, terdapat penyingkapan keadaan sebagian manusia yang ghuluw (ekstrim) dan berlebih-lebihan. Yang mana mereka berbuat kejelekan dikarenakan kebodohannya terhadap agama dan mereka membinasakan mayoritas kaum muslimin dengan penyimpangan-penyimpangan mereka. Adapun Islam itu -walhamdulillah- adalah tinggi dan mulia. Islam lebih dapat memberikan dan mengarahkan kepada kebenaran. Hanya kepada Allohlah saya meminta agar penjelasan ini[2] dapat memberikan manfaat kepada khayalak umum (umat) dan khusus (ahli ilmi), dan Dia-lah Alloh SWT yang berfirman : Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya (Al-Anfal : 25) Demikianlah akhir seruan kami, segala puji hanyalah milik Alloh pemelihara alam semesta. Penjelasan Haiah Kibaril Ulama (Lembaga Ulama Senior)[3] Segala puji hanyalah milik Alloh, Sholawat dan Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah, keluarga beliau sahabat beliau dan siapa saja yang berpetunjuk dengan petunjuk beliau. Amma Badu : Majelis Ha`iah Kibaril Ulama telah mempelajari di dalam daurohnya yang ke-49 yang bertempat di Thaif, yang dimulai dari tanggal 2/4/1419[4], mengenai apa yang telah terjadi di banyak negara-negara Islam dan selainnya, dari aktivitas takfir (pengkafiran) dan tafjir (perusakan) serta apa yang berkembang darinya seperti tertumpahnya darah dan hancurnya gedung-gedung. Melihat bahayanya perkara ini dan dampak yang ditimbulkannya, seperti lenyapnya nyawa orang-orang yang tidak bersalah, hilangnya harta-harta yang terjaga, ketakutan manusia dan terguncangnya stabilitas keamanan, maka majelis memandang perlunya mengeluarkan penjelasan yang menerangkan hukum dari aktivitas-aktivitas ini, dalam rangka menegakkan nasehat bagi Alloh dan hamba-hamba-Nya, memelihara kehormatan dan mengeliminir kerancuan pemahaman orang-orang yang tersamar atasnya hukum perkara ini. Maka, kami katakan dengan (mengharap) taufiq dari Alloh- : Pertama, Takfir merupakan hukum syari yang tempat kembalinya adalah Alloh dan Rasul-Nya. Sebagaimana tahlil (penghalalan), tahrim (pengharaman) dan iijab (pewajiban), kembalinya adalah kepada Alloh dan Rasul-Nya, maka demikian pula dengan takfir. Tidaklah setiap ucapan dan amalan yang disifatkan dengan kekufuran, maka dengan serta merta menjadikan kufur akbar yang mengeluarkan dari agama.[5] Oleh karena tempat kembalinya hukum takfir adalah kepada Alloh dan Rasul-Nya, maka tidaklah boleh kita mengkafirkan kecuali dengan apa yang ditunjukkan oleh al-Quran dan as-Sunnah akan kekufurannya dengan penunjukkan yang jelas. Tidaklah cukup di dalam menvonis kafir hanya dengan syubhat (kesamar-samaran) dan dugaan semata, yang nantinya akan berkonsekuensi pada hukum-hukum yang riskan. Apabila hudud saja ditolak karena syubhat, yang mana dampak dari hal ini lebih minim jika dibandingkan dengan dampak dari takfir, maka tentunya takfir lebih utama untuk ditolak karena syubhat. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alahi wa Salam memperingatkan dari menvonis seseorang sebagai kafir yang pada kenyataannya tidak kafir, beliau bersabda : Siapa saja yang mengatakan kepada saudaranya : wahai kafir, maka akan kembali (vonis) ini pada salah satu dari keduanya. Apabila ia memang kafir, maka apa yang dikatakannya benar, namun apabila tidak kafir, maka vonis itu akan kembali kepada dirinya sendiri. (Muttafaq alaihi dari Ibnu Umar). Terkadang terdap
[media-dakwah] PENGGUNAAN KEKERASAN DALAM MENGINGKARI PARA PELOPOR BID�AH TIDAK BERARTI LOYAL TERHADAP KAUM KAFIR
PENGGUNAAN KEKERASAN DALAM MENGINGKARI PARA PELOPOR BIDÂAH TIDAK BERARTI LOYAL TERHADAP KAUM KAFIR Oleh Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani Pada prinsipnya, Al-Amru bil MaÂruf wan Nahyu anil Munkar (perintah kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran) dilakukan dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa TaÂala. ÂArtinya : Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik  . [An-Nahl : 125] Demikian pula firmanNya kepada Nabi Musa dan Nabi Harun ÂAlaihis Salam ÂArtinya : Pergilah kamu berdua kepada FirÂaun, sesungguhnya dia telah melampui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut [Thaha : 43-44] Dari Aisyah Radhiyallahu Âanha, dari Nabi Shallallahu Âalaihi wa sallam bersabda. ÂArtinya : Sesungguhnya, tidaklah suatu kelembutan ada pada sesuatu kecuali ia pasti menghiasinya dan tidak pula kelembutan itu dicabut kecuali akan memperburuknya [Hadits Riwayat Muslim No. 2594] Namun demikian, apabila kemunkaran tidak berubah kecuali dengan menggunakan semacam kekasaran/kekerasan, maka tidaklah mengapa bila digunakannya, sekalipun terhadap sesama kaum muslimin. Tidaklah engkau melihat bahwasanya Allah Subhanahu wa TaÂala telah membolehkan peperangan untuk menegakkan hal itu? Dan tiada kekerasan yang melebihi peperangan, Allah Subhanahu wa TaÂala berfirman. ÂArtinya : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang bebruat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah [Al-Hujarat : 9] Terkadang, seorang mukmin bersikap sangat keras dalam mengingkari saudaranya melibihi sikap kerasnya terhadap musuh/lawannya. Tidaklah engkau lihat kelembutan Nabi Musa terhadap FirÂaun, sementara beliau bersikap keras terhadap saudaranya, Harun? Oleh sebab itulah, Allah Subhanahu wa TaÂala menceritakan dengan firmanNya. ÂArtinya : Dan dia (Musa) memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya [Al-AÂraf : 150] (Dari tindakan yang dilakukan oleh Musa terhadap saudaranya Harun,-pent) dapatkah seseorang melakukan protes terhadap Musa dengan menggunakan alasan Âal-wala (loyalitas) dan Âal-bara (sikap berlepas diri), yaitu dengan menuduh beliau membentangkan lisan dan tangan beliau terhadap saudaranya sendiri dan bersikap lemah lembut terhadap para thaghut?! Bahkan, Rasulullah Shallallahu Âalaihi wa sallam sekalipun terkadang mencela para ulama dari kalangan sahabat beliau dengan celaan yang lebih keras dari pada celaan beliau terhadap sahabat lainnya (yang bukan ulama, -pent) apabila mereka berbuat kesalahan. Sebagai contoh, ucapan beliau kepada MuÂadz bin Jabal Radhiyallahu Âanhu tatkala MuÂadz memanjangkan shalat ketika menjadi imam, memimpin kaumnya shalat berjamaÂah, beliau mengatakan. ÂArtinya : Apakah engkau ingin menimbulkan fitnah, wahai MuÂadz? [Hadist shahih riwayat Al-Bukhari no. 6126 dan Muslim no. 465] Sebaliknya, sikap lemah lembut beliau terhadap seorang Badui (dari gurun pasir) yang kencing di masjid (beliau) sebagaimana termaktub dalam Shahih Al-Bukhari dan kitab-kitab hadits lainnya. [1] Demikian pula sabda beliau kepada Usamah bin Zaid Radhiyallahu Âanhu tatkala ia membunuh seorang musyrik dalam peperangan setelah orang itu mengucapkan Âkalimat tauhid (Laa Ilaaha illallah) ÂArtinya : Wahai Usamah ! Apakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan ÂLaa Ilaaha illallaah?! Usamah berkata : Âbeliau terus mengulang-ulangi ucapan itu, sehingga aku berangan-angan (seandainya) aku belum memeluk Islam sebelum hari itu {Riwayat Al-Bukhari no. 4269 dan Muslim no. 96] Dan sungguh Usamah telah mengambil pelajaran penting dari sikap keras Rasulullah Shallallahu Âalaihi wa sallam terhadapnya, ia menjadikannya sebagai sebuah nasihat pada masa terjadinya fitnah setelah peristiwa pembunuhan Khalifah Ar-Rasyid, Utsman bin Affan Radhiyallahu Âanhu, Tindakan keras Rasulullah Shallallahu Âalaihi wa sallam tersebut atas dirinya telah mewariskan padanya sikap Âtawarru (berhati-hati) dari darah-darah kaum muslimin. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata. ÂUsamah telah mengambil pelajaran penting sejak hari ketika Nabi Shallallahu Âalaihi wa sallam bersabda kepadanya ; ÂBagaimana dengan Laa Ilaaha illallaah wahai Usamah ?! Maka dia pun menahan tangannya menetapi rumahnya, dengan demikian dia telah berbuat baik [Lihat pada Siyar AÂlaamin Nubalaa II/500-501] Aku (penulis) berkata : ÂAllhu Akbar ! Allah Mahabesar, alangkah agungnya pendidikan Nabi Shallallahu Âalaihi wa sallam dan alangkah hinanya pendidikan ala h
Re: [media-dakwah] Re: Tinggal di negara kafir ===> tantangan untuk dakwah??
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu, Afwan mas Bambang, ana mau memberikan komentar ( diskusi ) . Permasalahan yang dikemukakan mas Bambang belumlah terang, masih umum. Apa yang disampaikan dalam Hujah mengenai hal dibawah adalah Haq. tetapi pemahaman masih memerlukan perincian. Dari penjelasan yang disampaikan dibawah ana bisa memahami bahwa antum ingin menyampaikan bolehnya melawan penguasa muslim. Mohon klarifikasinyaatau ini hanya bolehnya memerangi kaum muslimin ( bukan penguasa ) / masyarakat yang telah keluar dari pilar-pilar islam ( seperti yang dicontohkan : Umat muslim yang tidak membayar zakat pada zaman Sahabat Abu Bakar ra. dan Khawarij yang menentang khalifah kaum muslimin ). Kalau benar demikian bahwa pembahasan dibawah adalah bolehnya melawan pemimpin kaum muslimin, untuk membahasnya lebih detail kiranya antum bisa memberikan contoh dari sirah atau atsar yang mencontohkan kejadian pemberontakan kepada pemimpin kaum muslimin yang kemudian kita cocokkan dengan kedua hadist Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Karena hujah yang antum bawakan adalah kisah sahabat Abu Bakar ( khalifah pada saat itu ) memerangi kaum muslimin yang tidak patuh untuk membayar zakat dan sahabat Ali ra yang memerangi para khawarij... Ana berpendapat dalil- dalil yang dikemukakan adalah haq ( benar ) tetapi tidak pada tempatnya ( kalau hal tersebut dihubungkan dengan penguasa kaum muslimin ) . Ana teringat tentang kisah Dzul Khuwaishirah cikal bakal khawarij yang memprotes Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam : Dan kisah berikut dapat menjadi contoh nyata dan sekaligus dalil akan hal ini: Úä ÃÈí ÓÚíÏ ÑÖí Çááå Úäå ÞÇá: ÈíäÇ äÍä ÚäÏ ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æ Óáã æåæ íÞÓã ÞÓãÇó¡ ÃÊÇå Ðæ ÇáÎæíÕÑÉ -æåæ ÑÌá ãä Èäí Êãíã- ÝÞÇá: íÇ ÑÓæá Çááå¡ ÇÚÏá! ÞÇá ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æ Óáã æíáß æãä íÚÏá Åä áã ÃÚÏá¿!¡ ÞÏ ÎÈÊ æÎÓÑÊ Åä áã ÃÚÏá . ÝÞÇá ÚãÑ Èä ÇáÎØÇÈ ÑÖí Çááå Úäå íÇ ÑÓæá Çááå ÇÆÐä áí Ýíå¡ ÃÖÑÈ ÚäÞå. ÞÇá ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æ Óáã ÏÚå ÝÅä áå ÃÕÍÇÈÇð íÍÞÑ ÃÍÏßã ÕáÇÊå ãÚ ÕáÇÊåã¡ æÕíÇãå ãÚ ÕíÇãåã¡ íÞÑÃæä ÇáÞÑÂä áÇ íÌÇæÒ ÊÑÇÞíåã¡ íãÑÞæä ãä ÇáÅÓáÇã ßãÇ íãÑÞ ÇáÓåã ãä ÇáÑãíÉ æÝí ÑæÇíÉ : Åäå íÎÑÌ ãä ÖÆÖÆí åÐÇ¡ Þæã íÊáæä ßÊÇÈ Çááå ÑØÈÇð áÇ íÌÇæÒ ÍäÇÌÑåã¡ íãÑÞæä ãä ÇáÏíä ßãÇ íãÑÞ ÇáÓåã ãä ÇáÑãíÉ Dari Abi Said Al Khudry rodiallahu anhu, ia menuturkan: Tatkala kami sedang berada di sisi Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam, dan beliau sedang membagi-bagikan pembagian, tiba-tiba datang kepada beliau Dzul Khuwaishirah dia adalah seorang lelaki dari Bani Tamim-, lalu ia berkata: Wahai Rasulullah, berlaku adillah! Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam bersabda: Celakalah kamu, siapakah yang akan berbuat adil bila aku tidak berbuat adil?! Engkau pasti binasa lagi merugi bila aku tidak berlaku adil. Kemudian Umar bin Al KHatthab berkata: Wahai Rasulullah, perkenankanlah aku pada orang ini, akan aku penggal lehernya. Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam menjawab: Biarkanlah dia, karena sesungguhnya dia memiliki sahabat-sahabat yang salah seorang dari kalian akan menganggap remeh/sedikit sholatnya bila dibanding dengan sholat mereka, puasanya bila dibanding dengan puasa mereka. Mereka membaca Al-Quran , akan tetapi bacaan Al-Quran mereka tidak dapat melewati tulang lehernya. Mereka akan keluar dari agama islam layaknya sebuah anak panah yang melesat tembus dari binatang buruan. Pada riwayat lain dinyatakan: Sesungguhnya akan terlahir dari keturunan orang ini suatu kaum yang mereka membaca kitab Allah dalam keadaan utuh, akan tetapi bacaannya tidak dapat melewati kerongkongannya. Mereka akan keluar dari agama layaknya sebuah anak panah yang melesat tembus dari binatang buruan. (Muttafaqun alaih) Dzul Khuwaisirah inilah cikal bakal dan perintis paham khawarij, dan ia memulai dan mewariskan paham ini ke anak keturunan dan pengikutnya dalam wujud ucapan dan idiologi/pemahaman, dan belum dalam bentuk perbuatan. Sebab sekte khawarij pertama kali mengadakan pemberontakan pada zaman Khilafah Utsman bin Affan rodiallahu anhu, adapun pada zaman Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam Abu Bakar & Umar, mereka tidak berani untuk melakukan hal tersebut. Mereka merintis paham ini dimulai dengan keyakinan bahwa penguasa telah berlaku lalim sehingga boleh untuk digulingkan atau diberontak, kemudian mereka mensosialisasikan paham ini melalui ucapan atau tulisan, dan pada akhirnya tergalanglah kekuatan sehingga mereka memberanikan diri untuk melakukan pemberontakan terbesar, yaitu pemberontakan dengan angkat senjata, dan itulah yang terjadi di setiap zaman dan tempat, dan demikianlah logika akal sehat mengurutkan kronologi setiap pemberontakan. Insya allah bersambung Afwan bila ada kata yang salah dan yang tidak berkenan. Barokallhu fiykum Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. bambang guridno <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Assalam
Re: [media-dakwah] Re: Tinggal di negara kafir ===> tantangan untuk dakwah??
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Dakwah adalah perbuatan amal yang sungguh muliya, tetapi dalam berdakwah tentunya harus memiliki ilmu. Tanpa ilmu dakwah akan menjadi sia-sia bahkan bisa-bisa kita akan terkena pengaruh dari Syubhat dari tempat dimana kita akan tinggal ( negeri kafir ) bila kita tidak memahami ilmu Dien dengan baik.Ilmu ibarat perisai. Berikut nasehat dari Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rohimahullah mengenai syarat tinggal di negeri kafir. Semoga bermanfa'at. SYARAT TINGGAL DI NEGRI KAFIR Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin [Pembahasan 'Syarat Tinggal Di Negri Kafir' merupakan salah satu bagian dari syarah atau penjelasan 'Kitab Tiga Landasan Utama' yang di tulis oleh Syaikhul Islam Al-Mujaddid Muhammad At-Tamimi.] ___ Allah berfirman. "Artinya : Hai hamba-hambaKu yang beriman, sesungguhnya bumiKu luas, maka sembahlah Aku saja". [Al-Ankabut : 56] Imam Al-Baghawi Rahimahullah berkata : "Ayat ini turun kepada orang-orang Islam yang tinggal di Makkah dan tidak ikut berhijrah. Allah menyeru mereka dengan sebutan 'beriman'" [I] Dalil atas wajibnya hijrah dari As-Sunnah adalah sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam [1] : " Hijrah tidak terhenti sebelum terputusnya taubat dan taubat tidak terputus hingga matahari terbit dari barat" [II] ___ [I] Tampaknya pengarang menukil dari ucapan Imam Al-Baghawi Rahimahullah secara makna saja, hal ini jika beliau menukil dari kitab Tafsir Al-Baghawi, karena ternyata di dalam tafsir Al-Baghawi tidak ditemui kalimat seperti yang disebutkan oleh syaikh. [II] Ini sebagai tanda akhir tidak diterimanya amal shaleh, sesuai firman Allah yang artinya : "Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya" [Al-An'aam : 158] Yang dimaksud dengan sebagian tanda-tanda Tuhanmu adalah terbitnya matahari dari barat. Untuk melengkapi penjelasan ini perlu saya sebutkan hukum bepergian ke negara kafir. Saya katakan, bepergian ke negeri kafir tidak diperbolehkan kecuali telah memenuhi tiga syarat : Pertama : Hendaknya Seseorang Memiliki Cukup Ilmu Yang Bisa Memelihara Dirinya Dari Syubhat. Kedua : Hendaknya Memiliki Agama Yang Kuat Untuk Menjaga Agar Tidak Terjatuh Dalam Syahwat. Ketiga : Hendaknya Ia Benar-Benar Berkepentingan Untuk Bepergian. Bagi yang belum bisa menyempurnakan syarat-syarat di atas tidak diperbolehkan pergi ke negeri kafir, karena hal itu akan menjatuhkan dirinya ke dalam fitnah yang besar dan menyia-nyiakan harta saja. Sebab orang yang mengadakan bepergian biasanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jika ada suatu keperluan seperti berobat, mempelajari ilmu yang tidak ditemukan di negeri asal, maka hal itu diperbolehkan dengan catatan memenuhi syarat yang saya sebutkan di atas. Adapun masalah rekreasi ke negeri kafir, bukanlah suatu kebutuhan, karena ia bisa saja pergi ke negeri Islam yang menjaga syari'at Islam. Negeri kita ini, alhamdulillah ada beberapa tempat yang cocok dan bagus untuk dibuat rekreasi ketika masa liburan. Adapun masalah menetap atau tinggal di negeri kafir sangatlah membahayakan agama, akhlaq dan moral seseorang. Kita telah menyaksikan banyak orang yang tinggal di negeri kafir terpengaruh dan menjadi rusak, mereka kembali dalam keadaan tidak seperti dulu sebelum berangkat ke negeri kafir. Ada yang kembali menjadi orang fasik atau murtad, bahkan mungkin mengingkari seluruh agama, sehingga banyak dari mereka pulang ke negerinya menjadi penentang dan pengejek agama Islam, melecehkan para pemeluk agama Islam, baik yang terdahulu mupun yang ada sekarang, na'udzu billah. Oleh karena itu wajib bagi yang mau pergi ke negeri kafir menjaga dan memperhatikan syarat-syarat yang telah saya sebutkan di atas agar tidak terjatuh ke dalam kehancuran. Bagi Yang Ingin Menetap Di Negeri Tersebut (Kafir), Ada Dua Syarat Utama : Pertama : Merasa Aman Dengan Agamanya. Maksudnya, hendaknya ia memiliki ilmu, iman dan kemauan kuat yang membuatnya tetap teguh dengan agamanya, takut menyimpang dan waspada dari kesesatan. Ia harus menyimpan rasa permusuhan dan kebencian terhadap orang-orang kafir serta tidak sekali-kali setia dan mencintai mereka, karena setia dan mengikat cinta dengan mereka bertentangan dengan iman. Firman Allah. "Artinya : Kamu tidak mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan rasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, atau keluarga mereka" [Al-Mujadilah : 22] Firman Allah. "Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemi
[media-dakwah] Orang yang Menggenggam Bara Api
Orang yang Menggenggam Bara Api Posted by Abu SHilah ORANG YANG MENGGENGGAM BARA API Oleh : asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sadi ÑÍãå Çááå Dari Anas bin Malik ÑÖí Çááå Úäå, ia berkata : Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã bersabda : íóÃúÊöí Úóáóì ÇáäøóÇÓö ÒóãóÇäñ ÇáÞóÇÈöÖõ Úóáóì Ïöíúäöåö ßóÇáúÞóÇÈöÖö Úóáóì ÇáúÌóãúÑö akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi. [1] Dan hadits ini menunjukkan khobar dan irsyad (petunjuk). Adapun khobar, maka beliau Õáì Çááå Úáíå æÓáã mengabarkan bahwa pada akhir zaman kebaikan dan sebab sebab kepada kebaikan akan menjadi sedikit, dan keburukan dan sebab-sebab kepada keburukan akan menjadi banyak. Dan ketika dalam keadaan seperti itu, seorang yang berpegang teguh dengan agamanya menjadi sangat sedikit. Dan keterasingan ini berada pada kondisi yang sulit dan sangat berat, seperti kondisi seseorang yang menggenggam bara api, dikarenakan kuatnya orang-orang yang menyimpang dan banyaknya fitnah yang menyesatkan, fitnah-fitnah syubuhat, keragu-raguan dan penyimpangan, dan fitnah-fitnah syahwat dan berpalingnya makhluk kepada urusan dunia dan tersibukkannya mereka di dalamnya secara lahir dan batin, dan lemahnya iman, dan sulitnya orang yang sendiri (istiqomah) dikarenakan sedikitnya orang yang menolong dan membantunya. Akan tetapi orang yang berpegang teguh dengan agamanya yang ia tegak menolak penyimpangan dan rintangan, yang tidaklah berbuat demikian kecuali orang yang memiliki bashiroh (ilmu) dan keyakinan, orang yang memiliki iman yang kuat, yang merupakan sebaik-baik makhluk, dan yang paling tinggi derajat dan kedudukannya di sisi Alloh. Adapun petunjuk, maka hadits ini merupakan petunjuk kepada umatnya agar membiasakan dirinya dengan kondisi ini, dan supaya mereka mengetahui bahwa hal ini akan terjadi, dan barang siapa yang menghinakan arus ini dan tetap sabar di atas agama dan imannya dengan penyimpangan-penyimpangan ini maka baginya derajat yang tinggi di sisi Alloh dan Alloh akan menolongnya terhadap apa-apa yang dicintai-Nya dan diridhoi-Nya. Sesungguhnya pertolongan itu sesuai dengan tingkat kesabaran. Dan betapa miripnya zaman kita ini dengan sifat yang disebutkan oleh Rasulullah Õáì Çááå Úáíå æÓáã ini, sesungguhnya tidaklah tersisa Islam ini kecuali hanya tinggal namanya saja, tidak pula al-Quran kecuali tinggal tulisannya saja; iman yang lemah dan hati-hati yang terpecah belah; pemerintahan-pemerintahan yang terpisah-pisah, permusuhan dan kebencian yang menjauhkan antara sesama muslimin; musuh-musuh yang lahir dan yang batin, mereka beramal secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan untuk menghancurkan ad-Dien; ilhad dan sekulerisme, arus dan gelombangnya yang jelek menghanyutkan orang tua dan orang muda; dan orang-orang yang mengajak kepada akhlaq yang rusak, dan penghancuran atas sisanya yang lain. Kemudian penerimaan manusia terhadap perhiasan-perhiasan dunia yang telah menjadi tujuan akhir amal mereka dan cita-cita terbesar mereka, yang mereka ridho dan benci karena dunia; dan propaganda yang jahat untuk memandang remeh terhadap akhirot, dan penerimaan secara menyeluruh terhadap urusan dunia; penghancuran ad-Dien, memandang hina dan memperolok-olok orang yang berpegang pada ad-Dien serta semua hal yang menyebutkan kemuliaan ad-Dien; Berbangga diri, keangkuhan dan kesombongan dengan pendekatan-pendekatan yang dibangun di atas ilhad (atheisme) yang pengaruhnya, kejelekkannya dan keburukannya telah disaksikan oleh para hamba Allah. Dengan keburukan yang bertumpuk-tumpuk ini, arusnya yang jahat dan yang mencemaskan bagi ad-Dien, dan fitnah-fitnah yang ada serta masa depan yang suram -dengan perkara-perkara ini dan yang selainnya- engkau akan mendapati kebenaran hadits ini. Akan tetapi walaupun begitu, seorang mumin tidaklah berputus asa dari rahmat dan pertolongan Alloh, dan janganlah pandangannya hanya terbatas pada sebab-sebab yang dzohir saja, bahkan hendaknya ia melihat dalam hatinya setiap saat kepada Alloh Al-Kariim Al-Wahhaab yang mewujudkan sebab-sebab, dan jadilah kelapangan itu berada di hadapannya, dan janji Alloh yang tidak akan diselisihi-Nya, karena Alloh akan menjadikan kemudahan untuknya setelah kesulitan, dan bahwa kelapangan itu bersama kesulitan, dan menghilangkan kesulitan-kesulitan itu dengan kesulitan-kesulitan yang sangat dan merasakan duka cita. Maka seorang mumin yang berkata pada keadaan ini : (áÇó Íóæúáó æóáÇó ÞõæøóÉó ÅöáÇøó ÈöÇááåö) Dan : (ÍóÓúÈõäóÇ Çááåõ æóäöÚúãó Çáæóßöíúá. Úóáóì Çááåö ÊóæóßøóáúäóÇ. Çááøóåõãøó áóßó ÇáúÍóãúÏõ¡ æóÅöáíúßó ÇáúãõÔúÊóßóì. æóÃóäúÊó ÇáúãõÓúÊóÚóÇäõ. æóÈößó ÇáúãõÓúÊóÛóÇËõ. æóáÇó Íóæúáó æóáÇó ÞõæøóÉó ÅöáÇøó ÈöÇááåö ÇáÚóáöíøö ÇáúÚóÙöíúãö) Dan ia tegak dengan apa-apa yang telah ditetapkan atasnya dari iman, nasehat dan dakwah. Merasa cukup dengan yang
[media-dakwah] Orang yang Alloh menginginkan untuknya kebaikan
Orang yang Alloh menginginkan untuknya kebaikan Posted by Abu Shilah Oleh : asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sadi ÑÍãå Çááå Dari Muawiyah ÑÖí Çááå Úäå ia berkata : Rosululloh Õáì Çááå Úáíå æÓáã bersabda : ãóäú íõÑöÏú Çááøóåõ Èöåö ÎóíúÑðÇ íõÝóÞøöåúåõ Ýöí ÇáÏøöíä Barang siapa yang Alloh menginginkan untuknya kebaikan, maka Alloh akan memberinya kefahaman dalam agama. Muttafaqun alaihi. [1] Hadits ini termasuk di antara keutamaan ilmu yang paling besar, dan di dalamnya mengandung : Bahwasanya ilmu yang bermanfaat merupakan suatu tanda kesuksesan seorang hamba, dan bahwasanya Alloh menghendaki kebaikan padanya. Dan pemahaman dalam ad-Dien mencakup pemahaman terhadap ushul iman, syariat dan hukum-hukum Islam, dan hakikat ihsan. Karena ad-Dien mencakup tiga hal tadi secara menyeluruh, sebagaimana dalam hadits Jibril ketika ia bertanya kepada Nabi Õáì Çááå Úáíå æÓáã tentang Iman, Islam dan Ihsan; lalu beliau Õáì Çááå Úáíå æÓáã menjawabnya dengan batasan-batasannya. Beliau menafsirkan Iman dengan ushul-nya (dasar) yang enam, Islam dengan dasarnya yang lima, dan Ihsan dengan Ãä ÊÚÈÏ Çááå ßÃäß ÊÑÇå¡ ÝÅä áã Êßä ÊÑÇå ÝÅäå íÑÇß (engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Alloh melihatmu. Maka masuk dalam yang demikian, bertafaqquh (belajar) masalah aqidah, mengenal madzhab salaf dalam masalah ini, dan meyakininya lahir batin; juga mengenal madzhab yang menyelisihi kebenaran dan penjelasan tentang penyelisihannya terhadap al-Quran dan as-Sunnah. Dan masuk dalam hal ini : ilmu fiqih -ushul dan furu(cabang)-nya -, hukum-hukum ibadah dan muamalah, hukum pidana dan lain-lain. Dan masuk dalam hal ini : mempelajari tentang hakikat iman, dan mengetahui adab dan akhlaq kepada Alloh yang sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah. Dan masuk dalam hal ini : mempelajari semua wasilah yang dapat membantu untuk memahami ad-Dien, seperti ilmu bahasa Arab dengan berbagai jenisnya. Maka barangsiapa yang Alloh menginginkan untuknya kebaikan, Alloh menjadikannya faham terhadap perkara-perkara ini dan memberinya taufiq dalam masalah ini. Dan mafhum hadits ini menunjukkan bahwa siapa yang menjauhkan diri dari ilmu-ilmu ini secara menyeluruh, berarti Alloh tidak menginginkan baginya kebaikan, karena ia tidak memiliki sebab-sebab yang dengannya ia bisa mendapatkan kebaikan-kebaikan dan menggapai kebahagiaan. *** [Diterjemahkan Abu SHilah & Zaujatuhu dari kitab Syarh Jawamiil Akhbar karya asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sadi, hadits ke-11, sumber : http://sahab.org. Judul & Catatan kaki oleh Abu SHilah] - Catatan Kaki : [1] HR. al-Bukhori (71, 2948, & 6682), Muslim (1037), Ahmad (2791, 16883, 16885, 16895, 16906, 16924, dll), at-Tirmidzi (2645), Ibnu Majah (220 & 221), ad-Darimi (224), Ibnu Hibban (89, 310 & 3401), dll. Sumber : http://tholib.wordpress.com/2007/02/11/orang-yang-alloh-menginginkan-untuknya-kebaikan/ - Access over 1 million songs - Yahoo! Music Unlimited. [Non-text portions of this message have been removed]
[media-dakwah] Re: [INSISTS] RE: [DUSTA] Terorisme Ajaran Islam, Menolaknya Kafir...!
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Salam ta'aruf buat saudara-saudaraku kaum muslimin yang insya Allah dirahmati Allah Tabaroka wa ta'ala. Ikut berkomentar mengenai buku " Terorisme ajaran Islam, menolaknya adalah Kafir ". Buku ini adalah Syubhat dan harus diluruskan. Saya sependapat dengan saudaraku Mohammad Riyadi mengenai "Irhab" bukanlah terorisme. Sedikit gambaran bagaimana Irhab ditinjau dari syariat Islam yang dinukil dari dari ceramah Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Al-Halaby Al-Atsary Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta dari ceramah Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Al-Halaby Al-Atsary Tanggal 5 Desember 2004 di Masjid Istiqlal Jakarta " Tema seputar irhab (terorisme) menjadi pembicaraan hangat di setiap lapisan masyarakat dan ittijahat (berbagai pihak dengan berbagai kepentingannya). Setiap Negara memperbincangkannya, baik negara Islam atau bukan. Semua orang juga berbicara tentang irhab. (Begitu pula) orang-orang Islam dan non-muslim, anak-anak, dewasa dan wanita. Mereka semua membicarakannya. Sehingga, perlu disampaikan sebuah pernyataan yang menyejukkan dan menentramkan yang dapat menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya. Kata irhab menurut tinjauan syariat pada asalnya bukanlah kata yang dibenci. Bahkan ini merupakan kata yang mendapat porsi makna tersendiri di dalam syariat dan di dalam Al-Quran. Allah berfirman. Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan (membikin irhab pada) musuh Allah [Al-Anfal : 61] Rasa gentar dan takut yang menyelinap di hati para musuh Islam, adalah ketakutan luar biasa, yang difirmankan Allah. Artinya : Kelak Aku jatuhkan rasa takut ke hati orang-orang kafir [Al-Anfal : 12] Dan juga disabdakan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Artinya : Aku ditolong dengan rasa takut (yang ditanamkan kepada musuh) sejak sebulan perjalan [Hadits Riwayat Bukhari] Jadi, kata irhab menurut istilah Islam yang Qur'ani bukan irhab dalam kenyataan yang terjadi akhir-akhir ini, dan bukan pula irhab dalam kejadian mencekam yang problematis sekarang ini. Sebab irhab menurut konteks kekinian dan menurut peristiwa problematis sekarang ini , identik dengan kerusakan, perusakan, pembunuhan membabi buta dan peledakan yang dilakukan secara ngawur, tanpa dasar petunjuk, bayyinah (bukti nyata) serta bashirah (ilmu) sama sekali. Akan tetapi hanya berdasarkan dorongan semangat dan emosi semata. Dengan dalih, sebagai pembelaan dan kecintaan terhadap agama. Namun tidak semua orang yang mencintai agama, dapat melaksanakan agama dengan baik dan benar. Ibnu Mas'ud mengatakan :Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak dapat meraihnya. Demikianlah,sesungguhnya prinsip dan asas Islam dalam jihad bertumpu pada perbaikan dan penyebaran hidayah, bukan penghancuran, pembunuhan atau peperangan, namun bermisi menebarkan hidayah kepada manusia, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Dari kezhaliman serta keputusasaan menuju kebahagian dan curahan kebaikan. Acuannya terdapat pada firman Allah. Artinya : Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampui batas [Al-Baqarah : 190] Allah menghubungkan terjadinya peperangan, disebabkan oleh peperangan, tanpa boleh bertindak melampui batas. Dan Allah menjelaskan pada akhir ayat, tindakan yang bengis dan kejam tidak disukai Allah Taala. Allah berfirman. Artinya : Sesungguhnya Allah tidak menykai orang-orang yang melampaui batas. Bahkan Al-Quran melukiskannya dalam gambaran yang indah dalam ayat. Artinya : Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangi kamu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil [Al-Mumtahanah : 8] Dalam ayat pertama Allah mengatakan : Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampui batas. Sedangkan pada ayat yang kedua Allah berfirman : Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Inilah hakikat Islam dengan risalahnya yang luhur, prinsip-prinsipnya yang universal, bersifat baik dan berorientasi mempebaiki kondisi, tidak dibatasi oleh dimensi waktu maupun ruang, supaya menjadi agama Allah yang terakhir sebagai perwujudan firman Allah. Artinya : Sesungguhnya agama yang (diridhai) di sisi Allah adalah Islam. Dan firmanNya. Artinya : Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya. Begitulah agama Islam, keagungan tercermin pada pribadi Nabi Muhammad yang bersabda. Artinya : Ketahuilah, aku diberi Al-Qur'an dan (wahyu) serupa datang bersamanya.
[media-dakwah] Akhirnya Mereka Lari Dari Neraka
Akhirnya Mereka Lari Dari Neraka Weeks In Gramm Menyentil Keimanan Umat Islam By ichsanmufti Ada apa ini? Ada apa dengan Islam kita?! Kenapa iman tak lagi manis kita rasakan?!. Padahal kurang apa lagi kita?!. Hidup ditengah keluarga muslim, sekian lama akrab dengan symbol dan ritual keislaman. Namun sayang, lezatnya iman telah lama hilang dari kecapan indera perasa jiwa kita. Maaf.. Tadi saya menangis, sesekali terlontar teriakan penyesalan. Anda jangan khawatir, bukan karena anda tangis itu ada. Bukanlah tangis kepedihan, bukanlah tangis rerintihan, bukan pula tangis duka. Tadi itu tangis haru wahai saudaraku. Tangis yang manis dijiwa. Apakah kalian bisa mendengarnya?! Buku itu tak sengaja kubuka. Judulnya menyelinap sampai mata hatiku. Aku buka kisah pertama. Siang tadi aku tersungkur dubuatnya Kalian harus baca ini. ( Sebuah paksaan yang tak pernah akan kalian sesali). Weeks In Gramm bertutur kepada kita. Ia adalah seorang Produser Film di Kerajaan Holywood : Ia berkata : Kenapa aku masuk Islam? Kenapa pula aku menjadikan Islam sebagai agamaku? Hal itu karena aku yakin bahwa islam adalah agama yang memberikan kedamaian dan ketenangan dalam jiwa, menginspirasikan kepada manusia akan kesabaran dan ketentraman hati serta kenyamanan dalam hidup. Ruh Islam telah merasuk dalam jiwaku, sehingga aku merasakan nikmat iman terhadap ketetapan Allah dan tidak memperdulikan efek-efek materialisme berupa kelezatan dan rasa sakit. Aku memberikan pernyataan ini bukan sekedar karena perasaan sesaat yang melintas dalam pikiranku. Bahkan sebaliknya, aku telah mempelajari agama Islam selama dua tahun dan aku tidak menjadikannya sebagai agama kecuali setelah melewati pengamatan hati yang begitu mendalam dan psiko analisa yang panjang. Aku tidak mengganti agamaku selain agar bisa mendapatkan ketenangan dari hiruk pikuk kehidupan yang gila dan agar aku merasakan nikmat kenyamanan dalam naungan kedamaian dan perenungan. Jauh dari derita kesedihan dan nestapa yang disebabkan ketamakan dalam mencari keuntungan dan kerakusan terhadap materi yang telah menjadi tuhan serta cita-cita manusia. Tatkala telah masuk Islam aku mampu melepaskan diri dari cengkeramaan rayuan, tipuan kehidupan yang batil, minum-minuman, narkotika dan gila musik jazz. Ya, ketika masuk Islam berarti aku telah menyelamatkan pikiran, akal sehat dan kehidupanku dari kehancuran dan kebinasaan. Saat itu, ada seorang lelaki Arab yang tinggi dan berwibawa berdiri diatas menara dan mengumandangkan adzan sholat untuk diambil gambarnya dalam produksi filmku. Manakala dia dalam keadaan seperti itu dan kru kamera tengah mengambil gambar pemandangan tersebut, sementara aku berdiri di sini memperhatikan itu semuanya, tinggi rendah suaranya menembus relung hatiku. Tatkala kami selesai dari proses pengambilan gambar, aku memanggil lelaki Arab itu ke kantorku. Aku mulai menanyainya secara mendetail tentang agama islam. Setelah itu aku memeluk islam dan mengerjakan sholat bersamanya. Perlahan-lahan aku merasakan kepuasan jiwa menyelimutiku. Aku mulai merasakan kebahagiaan dan membenci segala ambisi yang telah mengekang jiwaku. Setelah kejadian tersebut , tibalah hari yang aku yakini bahwa aku tidak akan bisa menyelaraskan antara profesiku di film dan agama islamku. Harus ada satu salah satu yang hilang. Ada pergolakan jiwa yang hebat. Haruskah aku mengorbankan profesi dan masa depan demi agamaku atau aku korbankan agamaku demi masa depanku? Demikianlah, aku terus begadang malam demi malam, berbaring diatas ranjang, sedang kedua mataku enggan terpejam sampai pagi, memikirkan jalan keluar permasalahan ini. Hingga datanglah jawaban dari Allah kepadaku. Aku harus meninggalkan profesi filmku dan menjauhi segala tipu daya rayuan Holywood. Sungguh hal itu benar-benar pedih bagi diriku, namun pada akhirnya aku mengambil keputusan akan masalah ini saat sedang melakukan shooting di Yins. Pada suatu malam, aku berdiri sholat, aku terus sholat lama sekali, maka kekuatanku bertambah dan tekadku telah bulat. Di hari berikutnya, aku palingkan diriku dari pekerjaanku, lalu aku serahkan raga, jiwa dan kehidupanku untuk agama Muhammad. Hari ini aku adalah putra Islam. Aku bahagia melebihi hari-hari kehidupanku. Mungkin aku akan pergi ke Afrika. Dan bila jadi pergi, aku akan melepaskan kewarganegaraan sekaligus busanan baratku. Dan, sebagai seorang mukmin yang menganut agama timur, aku akan menjadi orang timur (islam). Bila sekali pergi, aku tidak akan kembali. Kehidupanku telah aku baktikan untuk Allah, sedang pekerjaanku telah mati dan aku lupakan. (Salah satu kisah dari buku Akhirnya Mereka Lari Dari Neraka -karya Kholid Abu Sholih-) Sofiya dan Pencarian Kebenaran By ichsanmufti Tidak disangsikan lagi bahwa tauhid merupakan pilihan setiap orang yang menggunakan akalnya untuk mengetahui kebenaran sesu
[media-dakwah] MENJAGA KEBAIKAN
MENJAGA KEBAIKAN Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Allah berfirman. Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri [Ar-Radu : 11] Dan Allah berfirman. Artinya : Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali [An-Nahl : 92] Dan Allah berfirman. Artinya : Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras [Al-Hadid : 16] Dan Allah berfirman. Artinya : Lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya [Al-Hadid : 27] Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Ya Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan, dahulu ia shalat malam lalu ia tidak mengerjakannya lagi [Muttafaqun Alaihi] Penjelasan Berkata Imam Nawawi (semoga Allah merahmati beliau) : Bab menjaga kebaikan. Yaitu bahwasanya seseorang jika terbiasa mengerjakan kebaikan maka sepatutnya mengekalkannya (menjaganya). Misalnya jika ia sudah terbiasa tidak meninggalkan hal-hal yang sunnah, yaitu shalat-shalat sunnah yang mengiringi shalat-shalat wajib, maka hendaknya ia menjaga hal itu, Dan jika ia terbiasa melaksanakan shalat malam maka hendaknya ia menjaganya. Dan jika terbiasa shalat dhuha dua rakaat maka hendaknya menjaga hal itu, segala kebaikan yang ia terbiasa mengerjakannya hendaknya ia jaga. Dari petunjuk Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bahwasanya amalan beliau Shallallahu alaihi wa sallam terus menerus. Adalah beliau Shallallahu alaihi wa sallam jika mengerjakan suatu amalan, beliau Shallallahu alaihi wa sallam kontinyukan dan tidak merubahnya, yang demikian itu dikarenakan jika manusia sudah terbiasa berbuat dan mengamalkan kebaikan lalu meninggalkannya, sesungguhnya hal ini membuatnya membenci kebaikan, karena mundur sesudah maju adalah lebih jelek daripada tidak maju, maka kalau seandainya engkau belum mulai melakukan kebaikan, tentulah hal iti lebih ringan daripada engkau telah melakukannya lalu engkau tinggalkan, dan hal ini adalah sesuatu yang telah terbukti. Imam Nawawi (semoga Allah merahmatinya) mengutip dalam bab ini beberapa ayat Al-Quran, yang kesemuanya menunjukkan bahwasanya manusia sepatutnya menjaga kebiasaan amal baiknya, diantaranya firman Allah. Artinya : Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali [An-Nahl : 92] Maknanya adalah : Janganlah kalian seperti wanita pemintal yang memintal kain wol, lalu tatkala ia sudah memintal dan membaguskannya ia robek-robek dan menguraikannya, (janganlah seperti ini) tetapi hendaknya kalian tetap dan kontinyu terhadap apa yang telah kalian lakukan. Diantaranya firman Allah Artinya : Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras [Al-Hadid : 16] Artinya : Bahwasanya mereka beramal dengan amal shalih tetapi berlalulah masa yang panjang maka keraslah hati-hati mereka lalu mereka tinggalkan amal-amal shalih itu, maka janganlah kalian seperti mereka.. Adapun hadits-hadits yang disebutkan oleh Imam Nawawi (diantaranya : hadits Abdullah bin Amru bin Al-Ash bawasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. Artinya : Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti fulan, dahulu ia shalat malam lalu ia tidak mengerjakan lagi Kata-kata fulan adalah kata kinayah tentang seorang manusia (seorang lelaki). Sedangkan perempuan dikatakan fulanah, dan kata fulan dalam hadits ini bisa terjadi adalah perkataan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak menyebutkan namanya kepada Abdullah bin Umar untuk menutupi keadaannya, karena maksud dari perkara itu tanpa pelakunya, dan mungkin juga Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan nama lelaki itu tetapi disamarkan namanya oleh Abdullah bin Amru. Dari dua kemungkinan diatas, inti dan pokoknya adalah amal. Dan perkaranya adalah seorang lelaki, dahulunya mengerjakan shalat malam, lalu setelah itu tidak menjaganya (mengekalkannya), padahal mengerjakan shalat malam hukum pokoknya adalah sunnah, kalaulah manusia tidak melakukannya maka tidaklah ia dicela, dan tidak dikatakan kepadanya : Mengapa kamu tidak mengerjakan shalat malam?. Karena shalat malam adalah sunnah, akan tetapi keadaannya yang mana ia mengerjakan shalat malam lalu tidak mengerjakannya, inilah keadaan yang menyebabkan ia dicela. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaa : Janganlah kamu seperti si fulan, dahulu ia shalat malam lalu ia tidak mengerjakannya lagi. Hal yang lain, dan ini merupakan yang terpenting, hendaknya s
[media-dakwah] Peragawati Perancis -Fabienne- membuatku menangis
Peragawati Perancis -Fabienne- membuatku menangis Posted by ichsanmufti Januari 20, 2007 Rumah Mode Ingin Menjadikanku Berhala dan Menghancurkan kehormatanku Ia seorang wanita muda berusia 28 tahun. Kilatan hidayah mendatanginya sementara dirinya tenggelam dalam dunia popularitas, glamour, gemerlap dan kerusakan. Diam-diam ia pergi menjauh. Meninggalkan dunia tersebut dengan segala godaan yang ada padanya dan pergi menuju Afghanistan di tengah-tengah situasi yang keras dan kehidupan yang sulit. Dialah Fabienne, seorang peragawati perancis, yang mengatakan: "Andai bukan karena karunia dan kasih sayang Allah kepada diriku, niscaya hidupku akan hilang dalam dunia dimana manusia mengalami dekadensi moral dan berubah menjadi hewan tulen. Seluruh obsesinya hanyalah memenuhi hasrat dan nalurinya tanpa ada norma-norma dan prinsip-prinsip. "Kali ini kita akan menemui Fabienne dan bertanya kepadanya tentang impian, cita-cita , kepedihan dan kehidupan Islamnya yang baru, serta titik perpindahan dan perubahan dalam hidupnya. Ia menuturkan, " Sejak kecil aku selalu memimpikan menjadi perawat sukarela, berbuat untuk meringankan rasa sakit anak-anak yang tertimpa penyakit. Seiring berlalunya hari-hari, aku tumbuh dewasa dan dengan kecantikan dan kemolekanku aku banyak menarik perhatian. Semua orang menganjurkanku-termasuk keluargaku- untuk melupakan impian masa kecilku dan memanfaatkan kecantikanku dalam satu profesi yang bisa mendatangkan keuntungan materi yang banyak, popularitas dan ketenaran, serta segala hal yang mungkin diimpikan oleh setiap remaja putri. Kemudian ia melakukan perbuatan yang tidak masuk akal demi meraihnya. Jalan dihadapanku mudah -atau inilah yang aku rasakan-. Begitu cepat aku merasakan popularitas, dan hadiah-hadiah mahal yang aku tidak pernah bermimpi dapat mengumpulkanya kini membanjiri diriku. Namun semua itu harus ditebus dengan harga mahal. Pertama aku harus melepaskan sisi kemanusiaanku . Sebagai syarat kesuksesan dan ketenaran, aku harus kehilangan kepekaan dan perasaanku, menanggalkan rasa malu yang aku tumbuh padanya. Dan kehilangan kecerdasanku serta tidak berusaha untuk memahami apapun selain lenggak-lenggok tubuhku dan semua irama musik. Begitu juga, aku mesti menghindari makanan-makanan yang lezat dan hidup bergantung pada vitamin-vitamin kimia, suplemen dan penyegar. Sebelum itu semua aku harus kehilangan emosiku terhadap manusia, aku tidak boleh benci, tidak boleh suka dan tidak boleh menolak apapun. Disinilah aku merasa bahwa kehidupan ini menjijikkan, hina dan tidak berguna. Aku berseberangan dengan sifat kemanusiaan, dimana kehidupan tersebut lebih dekat pada kehidupan hewan tak berakal. Rumah-rumah mode telah memanfaatkan diriku sebagai patung bergerak. Tugasnya hanya mempermainkan hati dan pikiran. Sebab disana aku belajar bagaimana menjadi dingin, keras hati, terperdaya dan hampa jiwaku. Aku hanya menjadi kerangka yang mengenakan baju. Aku benda mati yang bisa bergerak dan tersenyum, namun tidak merasakan apa-apa. Bukan aku saja yang dituntut seperti itu. Bahkan semakin mahir dan mencolok seorang model dalam melepaskan sisi kemanusiaannya, maka akan semakin tinggi prestasinya di dunia yang "dingin" ini. Sebentar ia menarik nafasnya, kemudian melanjutkan ceritanya. " Adapun jika aku melanggar satu saja peraturan rumah mode, maka ini berarti menghadapkan diriku pada beragam sangsi, termasuk didalamnya hukuman psikis dan juga tubuh. Aku hidup mengelilingi dunia memperagakan mode-mode busana yang paling baru dengan segala yang ada padanya, berupa mempertontonkan kecantikan, tipuan dan memenuhi ambisi setan dalam menampakkan lekuk-lekuk tubuh wanita tanpa ada rasa malu dan sungkan! Aku tidak pernah merasakan indahnya busana pada tubuhku yang hampa selain dari hawa nafsu dan kerasnya hati. Manakala aku merasakan cemoohan para penonton dan ejekan mereka atas kepribadianku serta penghormatan mereka terhadap apa yang aku pakai, sebagaimana saat aku berjalan, berlenggak-lenggok, maka pada setiap ritme gerakanku selalu diiringi kata 'seandainya'. Setelah masuk Islam, aku tahu bahwa kata 'seandainya' membuka peluang perbuatan setan. Hal itu memang benar. Kami dahulu hidup dalam dunia kehinaan, jauh sekali terperosok kedalamnya. Maka celakalah orang yang menjerumuskan diri ke dalamnya dan berusaha untuk melakukan hal tersebut. Perubahanku terjadi di tengah perjalanan kami ke Beiru. Dimana aku melihat penduduk disana membangun hotel dan rumah mereka kembali di bawah kejamnya alat-alat perang. Dengan kedua mataku sendiri aku menyaksikan rumah sakit anak-anak di Beirut. Aku tidak sendiri, tapi bersama teman-temanku dari kalangan 'patung manusia'! Mereka sekedar melihat tanpa bersimpati seperti kebiasaan mereka. Aku tidak mampu bersikap seperti mereka dalam hal itu. Sungguh, saat itu lenyaplah belenggu popularitas, kemuliaan dan kehidupan palsu yang aku alami dari mataku. Serta merta aku menuju ke tu
[media-dakwah] Kisah Abdullah bin Al-Mubarak Dengan Seorang Yang Ditahan Karena Dililit Hutang
Kisah Abdullah bin Al-Mubarak Dengan Seorang Yang Ditahan Karena Dililit Hutang Oleh Abdul Aziz bin Nashir Al-Jalil Dari Muhammad bin Isa diriwayatkan bahwa ia berkata: Abdullah bin Al-Mubarak biasa pulang pergi ke Tharasus. Beliau biasa singgah beristirahat di sebuah penginapan. Ada seorang pemuda yang mondar-mandir mengurus kebutuhan beliau sambil belajar hadits. Diriwayatkan bahwa suatu hari beliau mampir ke penginapan itu namun tidak mendapati pemuda tersebut. Kala itu, beliau tergesa-gesa dan keluar berperang bersama pasukan kaum muslimin. Sepulangnya beliau dari peperangan itu, beliau kembali ke penginapan tersebut dan menanyakan perihal pemuda tersebut. Orang-orang memberitahukan bahwa pemuda itu ditahan akibat terlilit hutang yang belum dibayarnya. Maka Abdullah bin Al-Mubarak bertanya: Berapa jumlah hutangnya? Mereka menjawab: Sepuluh ribu dirham. Beliau segera menyelidiki sampai beliau dapatkan pemilik hutang hutang tersebut. Beliau memanggil orang tersebut pada malam harinya dan langsung menghitung dan membayar hutang pemuda tadi. Namun beliau meminta lelaki itu untuk tidak memberitahukan kejadian itu kepada siapapun selama beliau masih hidup. Beliau berkata: Apabila pagi tiba, segera keluarkan pemuda tersebut dari tahanan. Abdullah segera berangkat pergi, dan pemuda itu segera dibebaskan. Orang-orang mengatakan kepadanya: Kemarin Abdullah bin Al-Mubarak ke sini dan menanyakan tentang dirimu, namun sekarang dia sudah pergi. Si pemuda segera menyusuri jejak Abdullah dan berhasil menjumpai beliau kira-kira dua atau tiga marhalah (satu marhalah kira-kira dua belas mil -pent) dari penginapan. Beliau (Abdullah) bertanya; Kemana saja engkau? Saya tidak melihat engkau di penginapan? Pemuda itu menjawab: Betul wahai Abu Abdirrahman, saya ditahan karena hutang. Beliau bertanya lagi: Lalu bagaimana engkau dibebaskan? Ada seseorang yang datang membayarkan hutangku. Sampai aku dibebaskan, aku tidak mengetahui siapa lelaki itu. Maka beliau berkata: Wahai pemuda, bersyukurlah kepada Allah yang telah memberi taufik kepadamu sehingga lepas dari hutang. Lelaki pemilik hutang itu tidak pernah memberitahukan kepada siapapun sehingga Abdullah bin Al-Mubarak wafat. [Shifatush Shafwah IV:141,142] Dinukil dari: Panduan Akhlak Salaf, Abdul Aziz bin Nashir Al-Jalil Baha-uddien `Aqiel. Penerjemah: Abu Umar Basyir Al-Medani. Penerbit: At-Tibyan - Solo, Cet. pertama, September 2000. Di bawah judul; Ulama As-Salaf Dalam Kejujuran dan Keikhlasan, halaman.8-9. MUTIARA HIKMAH Ibnu Mas`ud radhiyallahu`anhu berkata: Hai manusia tetaplah kalian taat dan berada dalam Al-Jama'ah karena sesungguhnya itu adalah tali Allah yang Ia perintahkan berpegang dengannya dan sesungguhnya apapun yang tidak disukai dalam jama`ah jauh lebih baik daripada apapun yang disukai di dalam perpecahan (Al Ibanah 1/297 No 133) - Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail beta. [Non-text portions of this message have been removed]
[media-dakwah] IBADAH : PENGERTIAN, MACAM DAN KELUASAN CAKUPANNYA
IBADAH : PENGERTIAN, MACAM DAN KELUASAN CAKUPANNYA Oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan [A]. Definisi Ibadah Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara', ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah. [1]. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para rasulNya. [2]. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecin-taan) yang paling tinggi. [3]. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap. Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja' (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan. Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh." [Adz-Dazariyat : 56-58] Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala . Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembahNya sesuai dengan aturan syari'atNya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembahNya tetapi dengan selain apa yang disyari'at-kanNya maka ia adalah mubtadi' (pelaku bid'ah). Dan siapa yang hanya menyembahNya dan dengan syari'atNya, maka dia adalah muk-min muwahhid (yang mengesakan Allah). [B]. Macam-Macam Ibadah Dan Keluasan Cakupannya Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam keta-atan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur'an; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma'ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil . Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah (takut kepada Allah), inabah (kembali) kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hu-kumNya, ridha dengan qadha' -Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari siksaNya. Jadi, ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) atau apa-apa yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepadaNya. Seperti ti-dur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik (benar) maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi'ar-syi'ar yang biasa dikenal. PAHAM-PAHAM YANG SALAH TENTANG PEMBATASAN IBADAH Ibadah adalah perkara tauqifiyah . Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang disyari'atkan kecuali berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari'atkan berarti bid'ah mardudah (bid'ah yang ditolak), sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Artinya : Barangsiapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami, maka ia ditolak." [Hadits Riwayat. Al-Bukhari dan Muslim] Maksudnya, amalnya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia ber-dosa karenanya, sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan ta'at. Ke-mudian manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah yang di-syari'atkan adalah sikap pertengahan. Antara meremehkan dan malas dengan sikap ekstrim serta melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada NabiNya Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Artinya : Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana di-perintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat be-serta kamu dan janganlah kamu melampaui batas." [Hud : 112] Ayat Al-Qur'an ini adalah garis petunjuk bagi langkah manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah. Yaitu dengan ber-istiqamah dalam melaksanakan ibadah pada jalan tengah, tidak kurang atau le-bih, sesuai dengan petunjuk syari'at (sebagaimana yang diperintahkan padamu). Kemudian Dia menegaskan lagi dengan firmanNya: "Dan janganlah kamu melampaui batas." Tughyan adalah melampaui batas dengan bersikap terlalu keras dan memaksakan kehendak serta mengada-ada. Ia lebih dikenal dengan ghuluw.
[media-dakwah] SEJARAH TAFSIR DAN PERKEMBANGANNYA
SEJARAH TAFSIR DAN PERKEMBANGANNYA Secara etimologi tafsir bisa berarti: ÇáÇíÖÇÍ æÇáÈíÇä (penjelasan), ÇáßÔÝ (pengungkapan) dan ßÔÝ ÇáãÑÇÏ Úä ÇááÝÙ ÇáãÔßá (menjabarkan kata yang samar ). 1 Adapun secara terminologi tafsir adalah penjelasan terhadap Kalamullah atau menjelaskan lafadz-lafadz al-Quran dan pemahamannya. 2 Ilmu tafsir merupakan ilmu yang paling mulia dan paling tinggi kedudukannya, karena pembahasannya berkaitan dengan Kalamullah yang merupakan petunjuk dan pembeda dari yang haq dan bathil. Ilmu tafsir telah dikenal sejak zaman Rasulullah dan berkembang hingga di zaman modern sekarang ini. Adapun perkembangan ilmu tafsir dibagi menjadi empat periode yaitu : Pertama, Tafsir Pada Zaman Nabi. Al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab sehingga mayoritas orang Arab mengerti makna dari ayat-ayat al-Quran. Sehingga banyak diantara mereka yang masuk Islam setelah mendengar bacaan al-Quran dan mengetahui kebenarannya. Akan tetapi tidak semua sahabat mengetahui makna yang terkandung dalam al-Quran, antara satu dengan yang lainnya sangat variatif dalam memahami isi dan kandungan al-Quran. Sebagai orang yang paling mengetahui makna al-Quran, Rasulullah selalu memberikan penjelasan kepada sahabatnya, sebagaimana firman Allah , keterangan-keterangan (mujizat) dan kitab-kitab.Dan Kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan, (QS. 16:44). Contohnya hadits yang diriwayatkan Muslim dari Uqbah bin Amir berkata : Saya mendengar Rasulullah berkhutbah diatas mimbar membaca firman Allah : æÃÚÏæÇ áåã ãÇ ÇÓÊØÚÊã ãä ÞæÉ kemudian Rasulullah bersabda : ÃáÇ Åä ÇáÞæÉ ÇáÑãí Ketahuilah bahwa kekuatan itu pada memanah. Juga hadits Anas yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim Rasulullah bersabda tentang Al-Kautsar adalah sungai yang Allah janjikan kepadaku (nanti) di surga. Tafsir Pada Zaman Shohabat Adapun metode sahabat dalam menafsirkan al-Quran adalah; Menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran, menafsirkan Al-Quran dengan sunnah Rasulullah, atau dengan kemampuan bahasa, adat apa yang mereka dengar dari Ahli kitab (Yahudi dan Nasroni) yang masuk Islam dan telah bagus keislamannya. Diantara tokoh mufassir pada masa ini adalah: Khulafaurrasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali), Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Masud, Ubay bin Kaab, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair dan Aisyah. Namun yang paling banyak menafsirkan dari mereka adalah Ali bin Abi Tholib, Abdullah bin Masud dan Abdullah bin Abbas yang mendapatkan doa dari Rasulullah. Penafsiran shahabat yang didapatkan dari Rasulullah kedudukannya sama dengan hadist marfu. 3 Atau paling kurang adalah Mauquf. 4 Tafsir Pada Zaman Tabiin Metode penafsiran yang digunakan pada masa ini tidak jauh berbeda dengan masa sahabat, karena para tabiin mengambil tafsir dari mereka. Dalam periode ini muncul beberapa madrasah untuk kajian ilmu tafsir diantaranya: 1)- Madrasah Makkah atau Madrasah Ibnu Abbas yang melahirkan mufassir terkenal seperti Mujahid bin Jubair, Said bin Jubair, Ikrimah Maula ibnu Abbas, Towus Al-Yamany dan Atho bin Abi Robah. 2)- Madrasah Madinah atau Madrasah Ubay bin Kaab, yang menghasilkan pakar tafsir seperti Zaid bin Aslam, Abul Aliyah dan Muhammad bin Kaab Al-Qurodli. Dan 3)- Madrasah Iraq atau Madrasah Ibnu Masud, diantara murid-muridnya yang terkenal adalah Al-Qomah bin Qois, Hasan Al-Basry dan Qotadah bin Diamah As-Sadusy. Tafsir yang disepakati oleh para tabiin bisa menjadi hujjah, sebaliknya bila terjadi perbedaan diantara mereka maka satu pendapat tidak bisa dijadikan dalil atas pendapat yang lainnya. 5 Tafsir Pada Masa Pembukuan Pembukuan tafsir dilakukan dalam lima periode yaitu; Periode Pertama, pada zaman Bani Muawiyyah dan permulaan zaman Abbasiyah yang masih memasukkan ke dalam sub bagian dari hadits yang telah dibukukan sebelumnya. Periode Kedua, Pemisahan tafsir dari hadits dan dibukukan secara terpisah menjadi satu buku tersendiri. Dengan meletakkan setiap penafsiran ayat dibawah ayat tersebut, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Jarir At-Thobary, Abu Bakar An-Naisabury, Ibnu Abi Hatim dan Hakim dalam tafsirannya, dengan mencantumkan sanad masing-masing penafsiran sampai ke Rasulullah, sahabat dan para tabiin. Periode Ketiga, Membukukan tafsir dengan meringkas sanadnya dan menukil pendapat para ulama tanpa menyebutkan orangnya. Hal ini menyulitkan dalam membedakan antara sanad yang shahih dan yang dhaif yang menyebabkan para mufassir berikutnya mengambil tafsir ini tanpa melihat kebenaran atau kesalahan dari tafsir tersebut. Sampai terjadi ketika mentafsirkan ayat ÛíÑ ÇáãÛÖæÈ Úáíåã æáÇÇáÖÇáíä ada sepuluh pendapat, padahal para ulama tafsir sepakat bahwa maksud dari ayat tersebut adalah orang-orang Yahudi dan Na
[media-dakwah] Keutamaan Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahuanhu.
Abu Bakar Ash Shidiq Khalifah Rasulullah Penulis: Al-Ustadz Ahmad Hamdani Ibnu Muslim Siapa yang tak mengenal Abu Bakar Ash-Shiddiq radiallahuanhu, seorang khalifah besar pengganti Rasulullah, manusia paling mulia dari umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Bukan hanya kaum muslimin yang mengenalnya, bahkan orang-orang kafir pun mengenalnya. Panglima besar yang berhasil menundukkan kekuatan dan kecongkakan negara super power Romawi. Dialah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Kaab bin Sad bin Taim bin Murrah bin Kaab bin Luai yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Bakar Ash-Shiddiq radiallahuanhu. Ibunya menjelaskan, suatu saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melihat Abu Bakar lalu menjulukinya atiiqullah minan nar, orang yang dibebaskan Allah dari api neraka. Ibunya bernama Ummul Khair As-Sahmi binti Shakhr bin Amir, wafat dalam keadaan memeluk Islam. Keagungan dan kemuliaan Abu Bakar bukan karena ketampanan dan kegagahannya, akan tetapi karena keimanan yang kokoh di hati yang membuahkan pembenaran terhadap semua apa yang dikabarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Secara fisik ia seorang yang berbadan kurus, berdahi menonjol, berpundak sempit, berwajah cekung dan pinggang kecil. Di saat semua orang meragukan dan mendustakan apa yang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sampaikan, dia seorang diri membenarkannya. Ia rela merobek habis robekan demi robekan bajunya untuk menyumbat setiap lubang yang ada di dalam gua di malam hari karena takut binatang penyengat yang bersembunyi di dalamnya keluar mengganggu Muhammad shallallahu alaihi wasallam ketika orang-orang musyrik mengepung keduanya. Pagi harinya, Rasulullah menanyakan di mana pakaiannya. Setelah tahu apa yang terjadi, Rasulullah mendoakannya menjadi orang yang mempunyai derajat tinggi di jannah. Ia memiliki beberapa anak. Dari perkawinan dengan Qutaibah dihasilkan Abdullah yang ikut perang di Thaif dan Asma, istri Az-Zubair. Qutaibah kemudian dicerai dan wafat pada usia 100 tahun. Perkawinannya dengan Ummu Ruman melahirkan Aisyah x (istri Rasulullah) dan Abdurrahman. Sebelum masuk Islam, Abdurrahman masuk dalam barisan kaum musyrikin yang memerangi Rasulullah. Namun dalam perang Badr ia baru masuk Islam. Dari istrinya yang lain yang bernama Asma binti Umais melahirkan Muhammad dan dari Habibah binti Kharijah bin Zaid melahirkan Ummu Kultsum x yang dinikahi shahabat Thalhah bin Ubaidillah z. Dari sisi keilmuan, Abu Bakar radiallahuanhu melebihi shahabat lainnya. Banyak fatwa yang ia keluarkan di hadapan Rasulullah dan beliau menyetujuinya. Diangkatnya Abu Bakar menjadi imam shalat pengganti Rasulullah r, ditambah adanya hadits yang memerintahkan kaum muslimin untuk kembali kepada dua bulan (Abu Bakar dan Umar) bila mengalami suatu perselisihan, menjadi saksi atas ketinggian ilmunya. Karenanya, sewaktu Rasulullah wafat orang-orang Muhajirin dan Anshar sepakat membaiatnya menjadi khalifah. Ia seorang khalifah yang adil, tidak bergaya hidup mewah dan rendah hati. Tak lama setelah diangkat jadi khalifah ia berkata, bahwa ia bukanlah orang yang terbaik, memerintah rakyatnya mengikuti syariat dan tidak mengadakan bidah. Bila ia baik minta diikuti dan bila menyimpang ia minta diluruskan. Abdullah bin Umar c mengabarkan bahwa Abu Bakar radiallahuanhu sakit karena wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hingga menyebabkan kematiannya. Ahli sejarah menulis Abu Bakar z wafat antara waktu Maghrib dan Isya pada hari Rabu bulan Rabiul Awwal tahun 13 H, dalam usia 63 tahun. Wallahu alam. Bacaan: Shifatush Shafwah, Al-Imam Ibnul Jauzi sumber : www.asysyariah.com Keutamaan Abu Bakar Ash Shiddiq Anas meriwayatkan dari Abu Bakr bahwa ia berkata: Saya pernah berkata kepada Rasululloh ketika kami berdua berada dalam gua: Sekiranya salah seorang melihat ke arah telapak kakinya pasti dapat melihat kita! beliau bersabda: Bagaimana perkiraanmu wahai Abu Bakr jika ada dua orang sedang Alloh yang ketiganya. (HR. Bukhori dan Muslim) Aisyah meriwayatkan bahwa Rasululloh pernah berkata kepadanya saat beliau sakit: Panggilah Abu Bakr kemari, ayahmu, dan saudara laki-lakimu agar aku menulis sebuah pesan, sebab aku khawatir akan muncul orang yang berharap lalu berkata: Aku lebih berhak. Sesungguhnya Alloh dan segenap kaum mukminin hanya rela menerima Abu Bakr. (HR. Muslim) Jubeir bin Muthim meriwayatkan: Seorang manusia datang menemui Rasululloh. Kemudian Rasululloh menyuruhnya agar datang di lain hari. Wanita itu bertanya: Bagaimana jika nantinya aku tidak menemuimu lagi? Maksudnya bagaimana bila beliau telah wafat? Rasululloh menjawab: Jika engkau tidak menemuiku maka temuilah Abu Bakr. (HR. Bukhori dan Muslim) Ketiga hadis di atas cukuplah menjadi bukti kuat bahwa Rasululloh mengangkat Abu Bakr menjadi khalifah sepeninggal beliau. Sebagaimana juga Rasululloh
[media-dakwah] Teruntuk Sahabatku
Teruntuk Sahabatku Penulis: Ummu Habibah Murojaah: Ustadz Abu Salman Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh Wahai sahabatku bagaimanakah kabarmu hari ini? Apakah engkau sudah mempersaksikan di hadapan seluruh makhluk dan malaikat yang menjunjung Arsy yang agung dan malaikat seluruhnya bahwa engkau seorang muslim? Mempersaksikan bahwa Dia lah Robb yang agung, yang paling pedih azabnya sekaligus paling luas rahmatnya, sebagai Dzat yang satu-satunya berhak diberikan seluruh kecintaan, rasa takut dan harap dengan ketundukan dan penyerahan diri yang sempurna? Sahabatku, sudahkah engkau bertekad hari ini untuk mengerjakan sunnah Rosululloh dengan benar dan ikhlas di atas syariat yang haq, yang tidak dinodai kebatilan syahwat dan syubhat yakni dengan cara mengikuti metode pemahaman dan pengamalan islam yang dilakukan oleh sahabat yang mustaqiim? Sahabatmu menulis risalah ini saat hatinya sedang terbang melihat sahabatnya yang mencintai agama Allah menginginkan kebaikan pada dirinya dan orang-orang yang disayanginya Sahabatmu menulis risalah ini mengharapkan agar sekiranya risalah ini menjadi batu perbaikan untuk meraih metode pemahaman dan pengamalan islam yang lurus dan meraih jalan kebaikan Sahabatmu menulis risalah ini dengan niat yang semoga Alloh meluruskannya- yang menginginkan kebaikan bagi engkau wahai sahabatku Sahabatmu menulis risalah ini dengan harapan semoga melapangkan dada, menjernihkan akal dan bisa diterima oleh hati Sahabatmu menulis risalah ini agar ilmu menjadi bersinar dan tersebar dan menjadi pembuka menuju jalan ke jannah-Nya Sahabatmu menulis risalah ini dan sangat mengharapkan persatuan kata dalam satu shaf yang sama, bersama-sama menapaki atsar Rosullulloh dan sahabatnya dan meraih beribu-ribu keindahan iman yang dicapai tholabul ilmi Sahabatmu menulis risalah ini dan dia yakin dengan pasti dan tanpa ragu didalamnya ada kesalahan dan kekurangan karenanya dia memohon ampun kepada Alloh dan memohon maaf kepadamu sahabatku Tausiyah Untukku dan Untukmu Sahabatku, bacalah apa yang Allah firmankan padamu Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (Az-Zumar: 9) Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al-Mujadillah: 11) Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba- Nya hanyalah orang-orang yang berilmu. (Fathir: 28) Sahabatku, ingatlah pesan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam kepadamu Barangsiapa yang Allah menghendaki suatu kebaikan pada dirinya maka Dia memberinya pemahaman dalam masalah dien. (HR. Bukhori Muslim) Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi termasuk pula semut di dalam liangnya, termasuk pula ikan paus, benar-benar bersholawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia. (HR. Tirmidzi) Kelebihan orang yang berilmu atas ahli ibadah ialah seperti kelebihan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang gemintang. Sesungguhnya orang-orang yang berilmu itu adalah para pewaris para nabi. Para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil ilmu itu, berarti dia telah mengambil bagian yang banyak. (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban) Sesungguhnya para malaikat benar-benar mengepakkan sayap-sayapnya pada orang-orang yang mencari ilmu, karena ridho terhadap apa yang dicarinya. (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah) Barang siapa meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalan baginya ke surga. (HR. Muslim) Barangsiapa yang didatangi kematian pada saat dia sedang mencari ilmu, yang dengan ilmu itu dia hendak menghidupkan islam, maka antara dirinya dan para nabi hanya ada satu derajat di surga. (HR. Ath-Thabrani) Ketahuilah sahabatku hukum mencari ilmu dien adalah wajib. Rosululloh bersabda, Mencari ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) Ketahuilah sahabatku diantara semua ilmu ada ilmu yang terpuji dan ada ilmu yang tercela. Dan di antara ilmu yang terpuji ada yang hukumnya fardhu ain dan ada yang hukumnya fardhu kifayah. Ilmu yang hukumnya fardhu ain adalah ilmu yang dengannya engkau dapat mengenal Allah, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam setiap gerak-gerikmu, ucapanmu, perbuatanmu yang kau tampakkan maupun yang ada di dalam hatimu. Sedangkan ilmu yang termasuk fardhu kifayah adalah setiap ilmu yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup di dunia seperti ilmu kedokteran dan farmasi. Maka ilmu yang fardhu ain wajib untuk dicari oleh setiap muslim sedangkan ilmu yang fardhu kifayah adalah wajib untuk dicari oleh seorang muslim, namun apabila sudah dikerjakan oleh sebagian muslim maka gugur kewajiban yang lain. Ketahuilah sahabatku jadilah salah seorang diantara dua jenis manusia. Pe
Re: Re : [media-dakwah] PUASA MUHARRAM
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu, Semoga bisa membantu.. Pada bulan Muharrom terdapat hari yang pada hari itu terjadi peristiwa yang besar dan pertolongan yang nyata, menangnya kebenaran mengalahkan kebatilan, dimana Allah telah menyelamatkan Musa Alaihis salam dan kaumnya dan menenggelamkan Firaun dan kaumnya. Hari tersebut mempunyai keutamaan yang agung dan kemuliaan yang abadi sejak dahulu. Dia adalah hari kesepuluh yang dinamakan Asyura. [Durusun Aaimun, Abdul Malik Al-Qosim, ha;. 10] DISYARIATKAN PUASA ASYURA Berdasarkan hadits-hadits berikut. Artinya : Dahulu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk berpuasa Asyura, tatkala puasa Ramadhan diwajibkan, maka bagi siapa yang ingin berpuasa puasalah dan siapa yang tidak ingin tidak usah berpuasa [Haadits Riwayat Bukhari : 2001] Artinya : Tatkala Nabi Shallallahu alaihi wa sallam datang ke Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Mereka mengatakan :Hari ini adalah hari yang agung dimana Allah telah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan pasukan Firaun, lalu Musa berpuasa pada hari itu sebagai rasa syukur kepada Allah. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Saya lebih berhak atas Musa dari pada mereka, lalu beliau berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu [Hadits Riwayat Bukhari : 3397] KEUTAMAAN PUASA ASYURA Artinya : Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu ditanya tentang puasa Asyura, jawabnya : Saya tidak mengetahui bahwa Rasulullah puasa pada hari yang paling dicari keutamaannya selain hari ini (Asyura) dan bulan Ramadhan [Hadits Riwayat Bukhari 1902, Muslim 1132] Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu, berdasarkan hadits berikut. Artinya : Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ditanya tentang puasa Asyura, jawabnya : Puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu [Hadits Riwayat Muslim 1162, Tirmidzi 752, Abu Dawud 2425, Ibnu Majah 1738, Ahmad 22031] ASYURA ADALAH HARI KE SEPULUH Berdasarkan hadits berikut. Artinya : Dari Ibnu Abbas : Tatkala Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa, para sahabat berkata : Wahai Rasulullah, ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashoro. Maka beliau bersabda : Tahun depan -insya Allah- kita akan berpuasa hari ke sembilan. Ibnu Abbas berkata : Tahun berikutnya belum datang, Rasulullah keburu meninggal [Hadits Riwayat Muslim 1134, Abu Dawud 2445, Ahmad 2107] Imam Nawawi berkata : Jumhur ulama salaf dan kholaf berpendapat bahwa hari Asyura adalah hari ke sepuluh. Yang berpendapat demikian diantaranya adalah Said bin Musayyib, Al-Hasan Al-Bashri, Malik bin Anas, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rawahaih dan banyak lagi. Pendapat ini sesuai dengan (dzohir) teks hadits dan tuntunan lafadznya. [Syarah Shahih Muslim 9 hal. 205] Hanya saja Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berniat untuk berpuasa hari kesembilan sebagai penyelisihan terhadap ahlul kitab, setelah dikhabarkan kepada beliau bahwa hari tersebut diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nashoro. Oleh karena itu Imam Nawawi berkata : Asy-Syafii dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq dan selainnya berpendapat ; disunahkan untuk berpuasa hari kesembilan dan kesepuluh karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa hari kesembilan dan ke sepuluh. Ulama berkata : Barangkali sebab puasa hari kesembilan bersama hari kesepuluh adalah agar tidak menyerupai orang-orang Yahudi jika hanya berpuasa hari kesepuluh saja. Dan dalam hadits tersebut memang terdapat indikasi ke arah itu (hal, 205) Al-Alamah Muhammad Shidiq Hasan Khon berkata : Mayoritas ulama menyunahkan untuk berpuasa hari ke sembilan dan ke sepuluh [Raoudhotun Nadiyah hal. 558] Imam Syaukani mengatakan : Bagi yang ingin berpuasa Asyura hendaknya berpuasa pada hari sebelumnya [Sailul Jarar juz 2 hal. 148] Namun dalam masalah ini ulama berselisih. Selain ada yang berpendapat seperti diatas, sebagian ulama berpendapat hendaknya berpuasa satu sebelum dan sesudahnyanya berdasarkan hadits : Artinya : Rasulullah bersabda : Berpuasalah hari Asyura, dan berbedalah dengan orang Yahudi, (dengan) berpuasalah hari sebelumnya dan sesudahnya [Hadits Riwayat Ahmad 2155] Seperti dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim dalam Zadul Maad 2 hal. 76 dan Al-Hafidzh Ibnu Hajar dalam Fathul Barii 4 hal. 772. Hanya saja hadits tersebut di dhoifkan oleh beberapa ulama seperti Imam Syaukani dalam Naulul Author 2 hal. 552. Kata beliau : Riwayat Ahmad ini dhoif mungkar, diriwayatkan dari jalan Dawud bin Ali dari bapaknya dari kakeknya. Ibnu Abu Laila juga meriwayatkan dari Dawud bin Ali ini. Al-Alamah Mubarokfuri menukil Imam Syaukani ini dalam Tuhfatul Ahwadzi 3 hal. 383. Imam Al-Albani juga mendhoifkannya dalam taliq Shohih Ibnu Khuzaimah yang dinukil oleh Syaikh Muhammad Musthofa Al-Adzomi dalam tahqiq Shohih Ibnu Khuzaimah 3 hal. 290. Syaikh Syuaib dan Abdul Qodir Al-Arnauth dalam tahqiq kitab Zadul Maad 2 hal. 69.
Re: [Fwd: Re: [media-dakwah] Saqifah]
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Ya sudahlah kalau Mas Iwal tidak tahu dan terima kasih atas kejujuran anda, Mudah-mudahan mas Iwal diberikan Taufiq dan Hidayah oleh Allah Tabaroka wa ta'ala agar bersungguh-sungguh dalam menjalankan Dien yang benar dan diberikan semangat untuk menuntut ilmu agar tidak salah dalam memahami Dien. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang nya.Sesungguhnyá pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. al-Isra [17]: 36) AlImam Bukhari berkata Bab Ilmu sebelum berkata dan berbuat, kemudian beliau mengomentari ayat tersebut : Maka Alloh Jalla Jalaluhu telah memulai dengan ilmu sebelum berucap dan beramal. Berikut juga nasehat para ulama tentang pentingnya ilmu sebelum beramal : # Janganlah kamu berkata tanpa ilmu. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 2/29. Ini pendapat Ibnu Abbas radhiaLlahu anhu). # Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak tahu dalilnya atau tidak ada gunanya bagimu. (Lihat Fathul Bari 13/282. ini pendapat Abu Ubaidah radhiaLlahu anhu). # Janganlah kamu mengikuti keyakinan orang yang tidak bersandar dengan ilmu. (Lihat Tafsir al-Baidhawi 3/442) . #Orang musyrik dilarang berbicara tentang ketuhanan dan kenabian karena mereka taklid kepada nenek moyang dan hawa nafsunya. (Lthat Tafsir al-Alusi 15/82) . # Jadilah saksi karena Alloh dan jangan jadi saksi palsu, dan jangan bersumpah palsu. ini pendapat ImamSyafii (Lihat al-Umm 7/90.) # Janganlah kamu berkata: Saya mendengar padahal kamu tidak mendengar, saya meithat padahal kamu tidak meithat. (Lihat Fathul Ban 13/282, lihat pula Abjadul Ulum 3/42. mi pendapat Qatadah Rahimahullah. Semoga dengan nasehat diatas kita hendaknya bisa menahan diri agar tidak mengatakan hal-hal yang kita tidak mengetahuinya, dan hendaknya sebelum beramal maka kita harus tahu ilmunya agar apa- apa yang kita sampaikan tidak membuat kesalahan yang nantinya kita harus mempertanggung jawabkan kepada Allah azza wa Jalla. Mudah-mudahan hati kita tidak menjadi keras atau menjadi kesombongan dalam menerima kebenaran , karena hati yang keras dan sombong adalah awal kebinasaan. mudah-mudahan ya mas :>) Itulah Syiah Rafidhah yang mengklaim bahwa Alqur'an kita tidak asli, Sahabat Nabi adalah murtad, Istri Rasulullah telah meracuni beliau dan sebagianya . Na'udzu billahi mindzalik..semoga kita berlepas diri dari i'tiqod mereka. Berikut sedikit sepercik mengenai Suni dan Syiah semoga bisa menjadikan tambahan ilmu tentang bagaimana syiah itu. Atau bisa diaccess di situs : http://www.syiah.blogspot.com http://www.hakekat.com Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Iwal <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links - Don't get soaked. Take a quick peak at the forecast with theYahoo! Search weather shortcut. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [media-dakwah] Tahiyatul Masjid
Wa'alaykumus Salam warohmatullohi wabarokatuhu, Semoga bisa membantu. SHALAT TAHIYATUL MASJID Oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam Artinya : Dari Abu Qatadah Al-Harits bin Raby Al-Anshary Radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah duduk sebelum shalat dua rakaat [1] MAKNA HADITS Sulaik Al-Ghathafany masuk masjid Nabawi ketika Jumat, saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan khutbah, lalu dia langsung duduk. Beliau menyuruhnya bediri dan shalat dua rakaat. Kemudian beliau menyatakan bahwa masjid-masjid itu memiliki kesucian dan kehormatan, bahwa ia memiliki hak tahiyat atas orang yang memasukinya. Caranya, dia tidak langsung duduk sebelum shalat dua rakaat. Karena itulah beliau tidak memberi kesempatan, termasuk pula terhadap orang yang duduk itu untuk mendengarkan khutbah belaiu. PERBEDAAN PENDAPAT DI KALANGAN ULAMA Para ulama sering berbeda pendapat tentang pembolehan mengerjakan shalat-shalat yang memiliki sebab-sebab seperti shalat Tahiyatul Masjid, gerhana, jenazah dan qadha shalat yang ketinggalan pada waktu-waktu larangan shalat. Madzhab Hanafi, Maliki dan Hambali melarangnya, yang didasarkan kepada hadits-hadits pelarangannya, seperti hadits, Tidak ada shalat sesudah Subuh hingga matahari terbit dan tidak ada shalat sesudah Ashar hingga matahari terbenam Begitu pula hadits, Tiga waktu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melarang kami shalat di dalamnya Sedangkan As-Syafii dan segolongan ulama membolehkannya tanpa hukum makruh. Ini juga merupakan salah satu riwayat dari Al-Imam Ahmad serta merupakan pilihan pendapat Ibnu Taimiyah. Mereka berhujjah dalam hadits dalam bab ini dan lain-lainnya yang semisal seperti hadits, Barangsiapa tidur hingga ketinggalan mengerjakan witir atau lupa, hendaklah mengerjakannya selagi mengingatnya. Begitu pula hadits, Sesungguhnya matahari dan rembulan merupakan dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Jika kalian melihatnya, maka dirikanlah shalat. Masing-masing di antara dalil-dalil kedua belah pihak bersifat umum dari satu sisi dan bersifat khusus dari sisi yang lain. Hanya saja pembolehan shalat-shalat yang memiliki sebab-sebab pada waktu-waktu ini merupakan pengamalan terhadap semua dalil-dalil, sehingga masing-masing di antara dalil-dalil itu dapat ditakwili sedemikian rupa. Disamping itu, pembolehan tersebut bisa memperbanyak ibadah yang memiliki sandaran kepada syarat. Perbedaan pendapat ini sudah pernah disinggung dalam hadits Ibnu Abbas (nomor 52). Namun kami ingin memberi tambahan kejelasan yang diambilkan dari perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yang menyebutkan bahwa dia tidak berkomentar terhadap shalat-shalat yang memiliki sebab-sebab yang didasarkan kepada beberapa dalil yang kemudian diajdikan hujjah oleh orang-orang yang melarangnya. Tapi setelah diteliti lebih lanjut bahwa dalil-dalil itu ada yang dhaif atau tidak mengarah, seperti sabda beliau. Jika salah seorang diantara kalian masuk masjid, janganlah dia duduk sehingga shalat dua rakaat. Sabda beliau ini bersifat umum dan tidak ada kekhususan di dalamnya, karena itu merupakan hujjah menurut kesepakat salaf. Telah disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyuruh orang yang masuk masjid mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid, ketika beliau sedang berkhutbah. Adapun hadits Ibnu Umar, Janganlah kalian mendekatkan shalat kalian dengan terbit dan terbenamnya matahari. Hal ini berlaku untuk shalat tatawu secara tak terbatas. Telah disebutkan pembolehan shalat-shalat yang memiliki sebab berdasarkan nash, seperti dua rakaat thawaf. Sebagian lagi dengan nash dan ijma, seperti shalat jenazah setelah Ashar. Jika dilihat dari sisi pembolehan, maka tidak ada alasan kecuali keberadaan shalat itu yang memiliki sebab. Syariat telah menetapkan bahwa shalat dikerjakan sebisanya, ketika ada kekhawatiran akan habis waktunya, jika memungkinkan pelaksanaannya setelah waktunya dengan cara yang sempurna, begitu pula shalat-shalat tathawu yang memiliki sebab. KESIMPULAN HADITS [1]. Pensyariatan Tahiyatul Masjid bagi orang yang memasukinya. Shalat ini wajib menurut golongan Zhahiriyah karena berdasarkan kepada zhahir hadits. Menurut pendapat jumhur, shalat ini sunat. [2]. Shalat ini disyariatkan bagi orang yang memasuki masjid kapanpun waktunya, meskipun pada waktu larangan shalat, karena keumuman hadits. Telah disebutkan dibagian atas pendapat lain tentang hal ini. [3]. Sunat wudhu bagi orang yang memasuki masjid, agar dia tidak ketinggalan mengerjakan shalat yang diperintahkan ini. [4]. Para ulama membatasi Masjidil Haram, bahwa tahiyatnya adalah thawaf. Tapi bagi orang yang tidak berniat thawaf atau dia kesulitan mengerjakannya, maka tidak seharusnya dia meninggalkan shalat ini, yang
Re: [media-dakwah] Saqifah
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Mas Iwal, siapapun boleh mengatakan pendapat masing-masing termasuk anda. Tetapi dalam mengetahui kebenaran tentunya ada rujukan untuk menimbang apakah perkataan atau pendapat yang diucapkan apakah sesuai dengan kebenaran dan burhan. Jadi Mas Iwal dalam beragama itu tidak hanya cukup dengan mengatakan " saya rasa dan kebanyakan persepsi orang " , tetapi ditunjukkan dengan burhan yang nyata, mana bukti sejarahnya, mana hujahnya yang mendukung pendapat mas Iwal. Kalau boleh tahu, bagaimana pendapat mas Iwal , bila : 1. Kitab suci Alqur'an yang kita yakini ini adalah yang bukan asli ( Al Quran yang ada ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan.) ? 2. Ke tiga Sahabat Rasulullah Shalallahu alahi wa sallam ( Abu Bakar ra, Umar ra, Ustman ra ) adalah murtad ? 3. Istri Rasulullah Shalallahu alahi wa sallam telah meracun beliau Shalallahu alahi wa sallam ? 4. Menghukumi bahwasanya para istri Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam adalah pelacur ? Apakah mas Iwal setuju ?.. Ma'af ya mas bila ada kata yang kurang berkenan..ini sekedar sharing ilmu.. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Iwal <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya rasa Sunni dan Syi'ah yang "gemar berperang" itu adalah bukan Sunni dan Syi'ah yang sebenarnya. Sunni dan Syi'ah sama2 menyembah Allah SWT dan mengakui Muhammad Rasulullah SAW. Kalo syi'ah itu pengikut Imam Ali r.a sementara Imam Ali juga termasuk umat, pengikut, dan sahabat Nabi, jadi nggak beda dong dengan Sunni? Yang membedakan cuma persepsi orang yang berbeda-beda terhadap sejarah pada sekitar masa khalifah Ali r.a dan seterusnya. Para pengikut dan sahabat Ali r.a tentunya mewariskan kisah kepada keturunan2nya tentang peristiwa konflik yang pernah terjadi. Mungkin saja ada sedikit penyimpangan di sekitar awal mula sejarah tersebut, sehingga sampai saat ini terjadi kekacauan (chaos) yang cukup besar. Seperti teori chaos pada air mengalir. Sebuah air mengalir tenang keluar dari keran, air itu mengalir mulus dari mulut keran menuju tanah. Tetapi ketika air itu diberi sedikit saja gangguan di dekat mulut keran, alirannya akan sedikit menyimpang, dan semakin jauh dari mulut keran semakin jelas terlihat bentuk air yang kacau dan tidak beraturan itu. Jadi, kalo saya pribadi percaya kepada keduanya, karena kalo kita tengok terus ke belakang , tidak ada perbedaan antara keduanya. Mungkin awalnya hanya perpecahan kecil yang biasa, tetapi terus disulut oleh musuh-musuh Islam dengan bantuan kaum-kaum munafik dari dalam Islam sendiri. Masalahnya adalah, belum ada (mungkin sangat sedikit) penulis sejarah yang cenderung netral, sebab jika penulisnya dari Sunni, pasti mereka cenderung menyalahkan Syi'ah, begitu pula sebaliknya. Wallahu a'lam handri yanto wrote: > Saudara Abu Qasim ini apakah seorang Sunni atau Syi'i ?, kalau seorang > sunni, wah ini adalah musibah...karena sampai sa'at ini belum yakin > sama keyakinan sendiri . > ataukah saudara sekarang melakukan talbis sebagaimana orang syiah > dalam Taqqiyahnya ?.. > Afwan, ya akhi bila ana salah memandang saudara, karena dengan > pernyataan antum dibawah ini adalah sebuah musibah. > > > Abu Qosim <[EMAIL PROTECTED] <mailto:aq2005%40cbn.net.id>> wrote: > Saya punya bukunya. > Meskipun tidak tersurat, yang menerbitkan atau mengarang buku tersebut > jelas > dari kalangan Syiah. Nggak apa2 baca itu karena bisa menambah wawasan. > Setidaknya kita menjadi tahu persepsi mereka kepada kaum Suni pada > umumnya. > Menurut saya kita jangan merasa benar sendiri, dan mereka salah sama > sekali > dan harus diperangi. Siapa tahu mereka yang benar, karena mereka pengikut > fanatik Sayidina Ali kw. Dalam buku tersebut disebutlkan ada beratusribu > pengikut Syiah dibantai. Ini sesuai sejarah yang memang terjadi kaum Syiah > dibunuhi, termsuk keturunan Ali kw. > > - Original Message - > From: [EMAIL PROTECTED] <mailto:harsa-kmi%40khi.co.jp> > To: media-dakwah@yahoogroups.com <mailto:media-dakwah%40yahoogroups.com> > Sent: Friday, January 05, 2007 8:37 AM > Subject: [media-dakwah] Saqifah > > Beberapa hari yang lalu saya dipinjami buku berjudul saqifah oleh tetangga > saya > judul nya SAQIFAH dan diberi keterangan awal perpecahan umat ditulis oleh > O HASHEM > sayangnya saya belum sempat membaca buku tersebut, karena sudah harus > dikembalikan > kepada yang punya. namun saya sempat membaca beberapa kutipan yang agak > janggal menurut > saya. Didalam buku itu disebut kan bahwa abu hurairah ra banyak menulis > hadist -hadist palsu > dan banyak kejanggalan -kejanggalan lain yang tidak layak disebutkan > karena > mencela para sahabat > .Untuk
[media-dakwah] Biografi singkat para ulama - ulama ahlus Sunnah 4
Imam Al Hafidz Jalaluddin Abdurrahman As Suyuti Nama, Garis keturunan, dan nisbat yang dimilikinya: As-Sayuthi nama lengkapnya adalah Al-Hafizh Abdurrahman ibnu Al- Kamal Abi Bakr bin Muhammad bin Sabiq ad-Din Ibn Al-Fakhr Utsman bin Nazhir ad-Din al-Hamam al-Khudairi al-Sayuthi. Penulis Mu`jam al-Mallifin menambahkan: Athaluni al-Mishri Asy-Syafi`i, dan diberi gelar Jalaluddin, serta di panggil dengan nama abdul Fadhal.Ia berasal dari keturunan non arab, yang dalam hal ini asy-sayuthi sendiri pernah mengatakan:Ada seorang yang bisa saya percaya pernah menuturkan kepada saya, bahwa dia pernah mendengar ayah saya mengatakan bahwa kakek buyut ayah adalah orang non arab dari timur. Ia menghubungkan garis keturunannya demikian: Kakek buyut saya adalah Damam ad-Din, seorang ahli hakikat dan guru tarekat. Darinya lahir tokoh-tokoh dan pemimpin, antara lain ada diantara mereka yang menjadi kepala pemerintahan di daerahnya, ada pula yang menjadi Hakim Perdata, dan ada pula yang menjadi pedagang. Namun tidak ada seorangpun diantara mereka yang saya ketahui menekuni ilmu secara sungguh-sungguh kecuali ayah saya. Kelahiran dan pertumbuhannya: As-sayuthi dilahirkan di wilayah Asyuth sesudah magrib pada malam ahad, bulan Rajab 849 H, begitulah ia mengatakannya sendiri, dan para sejarawan sepakat tentang tahun kelahiran ini, kecuali ibnu Iyas dan Ismail Pasha al-Bagdadi yang menganggap bahwa kelahiran as-Sayuthi adalah pada bulan Jumadil akhir. Ia dibesarkan dalam keadaan yatim piatu. Ayahnya meninggal dunia pada malam senin, 5 Safar 855 H, pada saat ia masih berusia 6 tahun. Perjalanan dan masa menuntut ilmu: Pada usia yang amat sangat muda ia telah hafal Al-Quran, dan hafalan ini menjadi sempurna betul ketika ia menginjak usia 8 tahun. Setelah itu ia lanjutkan dengan menghafal kitab-kitab semisal al-`Umdab, Minhaj fiqh, Al-Ushul, dan Al-fiyah ibn Malik.Selanjutnya ia menekuni berbagai bidang ilimu dan saat itu usianya baru menginjak usia 16 tahun, yakni pada tahun 864 H. Ia mempelajari Fiqh dan Nahwu dari beberapa guru, dan mengambil ilmu Faraid dari ulama di jamannya yakni Syeikh Syihab ad-Din asy-Syarmasahi, lalu menimba ilmu Fiqh kepada syeikhul Islam Al-Balqini sampai yang disebut terakhir ini wafat, dan dilanjutkan oleh putranya `Ilmuddin Al-Balqini. Ia kemudian berguru kepda Al-Ustadz Muhyiddin Al-Kafayaji selama 14 tahun. Dari ulama ini ia menyerap ilmu Tafsir dan Ushul, bahasa dan ma`ani, lalu menyusun buku-buku ringkas tentang ilmu-ilmu ini.Ia banyak melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu, antara lain ke kota Al-Fayun, Al-Mihlah, Dimyat, lalu menuju Syam dan Hijaj, dan seterusnya ke Yaman, India dan al-Maghrib (Maroko). As-Sayuthi kemudian dikenal dengan orang yang begitu dalam ilmunya, dalam tujuh disiplin ilmu : Tafsir Hadist, Fiqh , Nahwu, Ma`ani, Bayan dan Badi`, melalui para ahli bahasa dan Balaqhah. Kegiatannya menuntut ilmu: Di dalam usahanya menuntut ilmu as-Sayuthi telah mendatangi syeikh Safuddin Al-Hanafi dan berulangkali mengkaji kitab Al-Mukasyaf dan At-Taudhih. Ia pernah pula dikirim orang tuanya mengikuti majelis yang diselenggarakan oleh al-Hafidz ibnu Hajar, dan mengkaji shahih Muslim sampai hampir tamat. Kepada ash-Shyairafi di samping kita-kitab lain seperti As Syifa`, Al-Fiyah ibnu Malik, Syarh-Asyudur, al Mughni - sebuah kitab Ushul Fiqh Mazhab Hanafiyah dan syarhnya pada Syams al- Marzabani al-Hanafi, dan mendengarkan pengajian kitab al-Mutawassith serta as-Safiyah berikut syarhnya yang ditulis oleh al-Jarudi yang disampaikan oleh ulama ini. Selain itu, juga mempelajari Alfiah karya al-`Iraqi, dan menghadiri pengajian ilmiah yang diberikan al-Balqini. Dari ulama yang disebut terakhir itu, as-Sayuthi menyerap ilmu yang tidak terhingga jumlahnya. Sesudah itu ia tinggal bersama asy-Syaraf al-Manawi, hingga ulama ini meningggal dunia. Dari ulama ini as-Sayuthi menimba ilmu yang tidak terbilang juga banyaknya. Lalu secara tetap pula mengikuti pengajian yang diberikan olehSaifudin muhammad bin muhammad al-Hanafi, serta pengajian-pengajian yang diberikan oleh al-`alamah asy-Syamani dan al-Kafiji. Kendatipun demikian, ia tetap mengatakan bahwa ia tidak banyakmempelajari ilmu-ilmu riwayat, melebihi perhatiannya terhadap masalah yang dianggapnya paling penting dalam disiplin ilmu ini, yakni ilmu dirayah hadits. Guru, murid dan sejawatnya: as-Sayuthi mengakui sekitar seratus lima puluhan orang ulama sebagai gurunya, dan yang menonjol diantaranya adalah: Ahmad zas-Syarmasahi Umar al-Balqini Shalih bin Umar bin Ruslan al-Balqini Muhyidin al-Kafiji Al-Qadhi syarafudin al-Manawi Sementara itu beribu-ribu orang telah pula berguru
[media-dakwah] Biografi singkat para ulama - ulama ahlus Sunnah 6
Al Imam Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah Penulis: Al Ustadz Zainul Arifin Beliau dilahirkan di Samarqand dan dibesarkan di Abi Warda, suatu tempat di daerah Khurasan. Tidak ada riwayat yang jelas tentang kapan beliau dilahirkan, hanya saja beliau pernah menyatakan usianya waktu itu telah mencapai 80 tahun, dan tidak ada gambaran yang pasti tentang permulaan kehidupan beliau. Sebagian riwayat ada yang menyebutkan bahwa dulunya beliau adalah seorang penyamun, kemudian Allah memberikan petunjuk kepada beliau dengan sebab mendengar sebuah ayat dari Kitabullah. Disebutkan dalam Siyar Alam An-Nubala dari jalan Al-Fadhl bin Musa, beliau berkata: Adalah Al-Fudhail bin Iyadh dulunya seorang penyamun yang menghadang orang-orang di daerah antara Abu Warda dan Sirjis. Dan sebab taubat beliau adalah karena beliau pernah terpikat dengan seorang wanita, maka tatkala beliau tengah memanjat tembok guna melaksanakan hasratnya terhadap wanita tersebut, tiba-tiba saja beliau mendengar seseorang membaca ayat: أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَماَ نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلاَ يَكُوْنُوا كَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْكِتاَبَ مِنْ قَبْلُ فَطاَلَ عَلَيْهِمُ اْلأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَكَثِيْرٌ مِنْهُمْ فاَسِقُوْنَ Belumkah datang waktunya bagi orang orang yang beriman untuk tunduk hati mereka guna mengingat Allah serta tunduk kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang orang yang sebelumnya telah turun Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan mayoritas mereka adalah orang-orang yang fasiq. (Al Hadid: 16) Maka tatkala mendengarnya beliau langsung berkata: Tentu saja wahai Rabbku. Sungguh telah tiba saatku (untuk bertaubat). Maka beliaupun kembali, dan pada malam itu ketika beliau tengah berlindung di balik reruntuhan bangunan, tiba-tiba saja di sana ada sekelompok orang yang sedang lewat. Sebagian mereka berkata: Kita jalan terus, dan sebagian yang lain berkata: Kita jalan terus sampai pagi, karena biasanya Al-Fudhail menghadang kita di jalan ini. Maka beliaupun berkata: Kemudian aku merenung dan berkata: Aku menjalani kemaksiatan-kemaksiatan di malam hari dan sebagian dari kaum muslimin di situ ketakutan kepadaku, dan tidaklah Allah menggiringku kepada mereka ini melainkan agar aku berhenti (dari kemaksiatan ini). Ya Allah, sungguh aku telah bertaubat kepada-Mu dan aku jadikan taubatku itu dengan tinggal di Baitul Haram. Sungguh beliau telah menghabiskan satu masa di Kufah, lalu mencatat ilmu dari ulama di negeri itu, seperti Manshur, Al-Amasy, Atha bin As-Saaib serta Shafwan bin Salim dan juga dari ulama-ulama lainnya. Kemudian beliau menetap di Makkah. Dan adalah beliau memberi makan dirinya dan keluarganya dari hasil mengurus air di Makkah. Waktu itu beliau memiliki seekor unta yang beliau gunakan untuk mengangkut air dan menjual air tersebut guna memenuhi kebutuhan makanan beliau dan keluarganya. Beliau tidak mau menerima pemberian-pemberian dan juga hadiah-hadiah dari para raja dan pejabat lainnya, namun beliau pernah menerima pemberian dari Abdullah bin Al-Mubarak. Dan sebab dari penolakan beliau terhadap pemberian-pemberian para raja diduga karena keraguan beliau terhadap kehalalannya, sedang beliau sangat antusias agar tidak sampai memasuki perut beliau kecuali sesuatu yang halal. Beliau wafat di Makkah pada bulan Muharram tahun 187 H. (Diringkas dari Mawaizh lil Imam Al-Fudhail bin Iyadh, hal. 5-7) sumber : www.asysyariah.com ===' Abu Amru Abdurrahman Al-Auzai Syaikhul Islam, Seorang Ulama dari Syam Siapakah al-Auzai? dan Bagaimana Nasabnya? Beliau adalah Abu Amru Abdurrahman bin Amru bin Muhammad al-Auzai ad-Dimasyqi, beliau adalah ulama dari Syam yang kemudian berpindah ke ke Beirut sampai wafatnya, yang mendapat julukan Syaikhul Islam. Beliau lahir tatkala sebagian para sahabat Nabi shollallohu alaihi wa sallam masih hidup. Al-Auzai merupakan nisbat kepada sebuah desa yang terkenal di kota Hamadan, Damsyiq yang bernama Al-Auza. Beliau lahir pada tahun 88 H, dikenal sebagai orang yang baik, utama, memiliki banyak ilmu, baik dalam bidang hadits maupun fikih, dan ucapan beliau dipakai sebagai hujah. Bagaimana Masa Mudanya? Al-Abbas bin al-Walid bercerita bahwa guru-gurunya berkata, bahwa al-Auzai bercerita, Ayahku meninggal ketika aku masih kecil. Pada suatu hari aku bermain-main dengan anak-anak sebayaku, maka lewatlah seseorang (dikenal sebagai seorang syaikh yang mulia dari Arab), lalu anak-anak lari ketika melihatnya, sedangkan aku tetap di tempat. Lantas Syaikh tersebut bertanya kepadaku, Kamu anak siapa?; maka saya menjawabnya. Kemudian dia berkata lagi, Wahai anak saudaraku, semoga Allah merahmati ayahmu. Lalu dia mengajakku kerumahnya, dan tinggal bersamanya sehingga
Re: [media-dakwah] Saqifah
Saudara Abu Qasim ini apakah seorang Sunni atau Syi'i ?, kalau seorang sunni, wah ini adalah musibah...karena sampai sa'at ini belum yakin sama keyakinan sendiri . ataukah saudara sekarang melakukan talbis sebagaimana orang syiah dalam Taqqiyahnya ?.. Afwan, ya akhi bila ana salah memandang saudara, karena dengan pernyataan antum dibawah ini adalah sebuah musibah. Abu Qosim <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya punya bukunya. Meskipun tidak tersurat, yang menerbitkan atau mengarang buku tersebut jelas dari kalangan Syiah. Nggak apa2 baca itu karena bisa menambah wawasan. Setidaknya kita menjadi tahu persepsi mereka kepada kaum Suni pada umumnya. Menurut saya kita jangan merasa benar sendiri, dan mereka salah sama sekali dan harus diperangi. Siapa tahu mereka yang benar, karena mereka pengikut fanatik Sayidina Ali kw. Dalam buku tersebut disebutlkan ada beratusribu pengikut Syiah dibantai. Ini sesuai sejarah yang memang terjadi kaum Syiah dibunuhi, termsuk keturunan Ali kw. - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: media-dakwah@yahoogroups.com Sent: Friday, January 05, 2007 8:37 AM Subject: [media-dakwah] Saqifah Beberapa hari yang lalu saya dipinjami buku berjudul saqifah oleh tetangga saya judul nya SAQIFAH dan diberi keterangan awal perpecahan umat ditulis oleh O HASHEM sayangnya saya belum sempat membaca buku tersebut, karena sudah harus dikembalikan kepada yang punya. namun saya sempat membaca beberapa kutipan yang agak janggal menurut saya. Didalam buku itu disebut kan bahwa abu hurairah ra banyak menulis hadist -hadist palsu dan banyak kejanggalan -kejanggalan lain yang tidak layak disebutkan karena mencela para sahabat .Untuk itu saya mohon penjelasan bila ada yang mengetahui status buku ini dan pernah membacanya jazakumullah khairan kastiran __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [media-dakwah] Re: [ppiindia] Saudi Idul Adha Sabtu, RI Minggu
Puasa Arafah juga Sesuai Ru'yah Masing-Masing Negeri. December 24th, 2006 · Pemerintah kita lewat Departemen Agama telah memutuskan bahwa tanggal 1 Dzulhijjah jatuh pada tanggal 22 Desember 2006, sehingga dari sini disimpulkan bahwa hari arafahnya akan jatuh pada hari Sabtu 30 Desember 2006, dan 'Id Al-Adha jatuh pada hari Ahad tanggal 31 Desember 2006. Tentang hari raya 'Id, tidak ada permasalahan. Insya Allah kita akan ikut berhari raya bersama pemerintah kita. Mungkin yang masih mengganjal pada diri, apakah puasa Arafah di Indonesia mengikuti wukufnya jama'ah haji yang dilaksanakan tanggal 29 Desember ataukah tetap menyesuaikan dengan keputusan pemerintah tersebut. Alhamdulillah, jawabannya bisa diperoleh di Fatawa Ahkamis Shiyam Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya (Fatawa Ahkamis Shiam no. 405): "Apabila hari Arafah berbeda karena perbedaan masing-masing wilayah di dalam mathla' (tempat terbit) hilal, maka apakah kita berpuasa mengikuti ru'yah negeri tempat kita berada ataukah kita berpuasa mengikuti ru'yah Al-Haramain (Makkah dan Madinah -pent)? Maka beliau menjawab: Perkara ini dibangun di atas ikhtilaf para ulama, apakah hilal itu satu saja untuk seluruh dunia atau berbeda sesuai mathla'nya (tempat terbit bulan). Dan yang benar bahwa penampakan hilal berbeda sesuai dengan perbedaan mathla'. Sebagai contoh: Apabila hilal telah nampak di Kota Makkah, dan sekarang adalah hari ke sembilan (di Makkah), hilal juga terlihat di negeri yang lain satu hari lebih cepat daripada Makkah sehingga hari Arafah (di Makkah) adalah hari kesepuluh bagi mereka. Maka mereka tidak boleh berpuasa karena hari tersebut adalah hari raya. Demikian pula sebaliknya, jika di suatu negeri ru'yahnya lebih lambat daripada Makkah maka tanggal sembilan di Makkah merupakan tanggal delapan bagi mereka. Maka mereka berpuasa pada hari ke sembilan (menurut negeri mereka) bersamaan dengan tanggal sepuluh di Makkah. Ini merupakan pendapat yang kuat. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: اذا رايتموه فصوموا و اذا رايتموه فافطروا "Jika kalian melihatnya (hilal) maka berpuasalah, dan apabila kalian melihatnya maka berbukalah" (Dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari Kitab Ash-Shaum, Bab Hal Yuqal Ramadhan (1900) dan Muslim di Kitab Ash-Shiyam, Bab Wujubus Shaum (20)(1081)). Orang-orang yang hilal itu tidak nampak dari arah (daerah) mereka berarti mereka tidaklah melihat hilal tersebut. Begitu juga manusia telah sepakat bahwa mereka menganggap terbitnya fajar dan terbenamnya matahari pada setiap wilayah disesuaikan dengan wilayah masing-masing. Maka demikian pulalah penetapan waktu bulan seperti penetapan waktu harian. Demikianlah fatwa dari Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Sebagai informasi tambahan, sebagian ikhwah juga telah mengabarkan kepada kami, bahwa pada tahun yang lalu ikhwah Indonesia (dari Depok) telah bertanya pula kepada Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi, mufti Kerajaan Saudi Arabia Bagian Selatan tentang permasalahan ini, maka beliau menjawab bahwa puasa Arafah mengikuti ru'yah negerinya masing-masing. Walhamdulillah(*). UPDATE: Muncul sebuah permasalahan baru. Qaddarallah puasa Arafahnya jatuh pada hari Sabtu, padahal terdapat sebuah hadits yang melarang kita berpuasa pada hari Sabtu. Bunyi haditsnya, لا تصوموا يوم السبت إلا فيما افترض عليكم، فإن لم يجد أحدكم إلا لحاء عنبة أو عود شجرة فليمضغه "Janganlah kalian puasa pada hari Sabtu kecuali puasa yang diwajibkan atas kalian. Apabila kalian tidak menemukan apa-apa kecuali hanya kulit pohon anggur atau ranting pohon, maka kunyahlah" Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (Fatawa Shiyam no 415) mengatakan bahwa para ulama berselisih pendapat tentang hadits ini. Sebagian mereka mengatakan bahwa hadits ini syadz maka dia dha'if. Ini karena hadits larangan ini menyelisihi hadits shahih yang terdapat pada Ash-Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Muslim). Dahulu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menemui salah seorang istri beliau dalam keadaan istri beliau tersebut berpuasa pada hari jum'at (Lihat pembahasan tentang puasa hari Jum'at ini di posting saya sebelumnya - pent). Maka Rasulullah berkata kepadanya, "Apakah kemarin kamu berpuasa?". Istri beliau menjawab, "Tidak". Beliau bertanya lagi, "Apakah engkau akan berpuasa besok?". Istrinya menjawab, "Tidak". Rasulullah kemudian bersabda, "Maka batalkanlah puasamu". Sabda beliau, "Apakah engkau berpuasa keesokan hari?" merupakan dalil bolehnya berpuasa selain puasa wajib pada hari Sabtu. Maka hadits larangan puasa hari Sabtu tersebut adalah hadits yang syadz. Dan termasuk syarat hadits yang shahih adalah adalah dia tidak mu'all (berpenyakit) serta tidak syadz. Sebagian ulama berkata, "Hukum hadits larangan tersebut telah dihapus". Sebagian lagi dari mereka berkata bahwa hadits ini dibawa kepada puasa yang menyendiri (tidak disertai puasa d
[media-dakwah] Bagaimana Menyambut Hari-harimu
Bagaimana Menyambut Hari-harimu Oleh Syaikh Azhari Ahmad Mahmud Segala puji bagi Allah, walinya orang-orang yang benar dan tempat berharap bagi orang yang berdo`a. Shalawat dan salam teruntuk pilihan para Rasul , keluarganya dan para shahabatnya. Saudaraku ? muslim, Hari-harimu engkau lewati begitu saja, sesaat demi sesaat. Semua berlalu begitu cepatnya. Begitulah. Dirimu berpindah dari pagi ke petang, dan dari petang hingga pagi kembali. Apakah engkau pernah bermuhasabah (introspeksi) terhadap dirimu sendiri pada suatu hari? Sehingga engkau bisa melihat lembaran-lembaran harimu, dengan amal apa engkau membukanya dan dengan amal apa pula engkau menutupnya? Bakr Al Muzni berkata, "Tidak ada satu haripun yang dikeluarkan oleh Allah ke dunia, kecuali berkata, `Wahai anak Adam, manfaatkanlah aku. Karena mungkin saja tidak ada hari lagi buatmu setelahku`. Dan tidaklah ada malam, kecuai berseru,`Wahai anak Adam, manfaatkanlah aku. Karena mungkin saja tidak ada malam lagi bagimu setelah aku`." Maka telah berapa banyak hari yang engkau lewati. Berapa banyak umur telah engkau lalui. Namun, teramat sedikit orang yang mau bermuhasabah terhadap dirinya. Dan sedikit sekali orang yang mau mengetuk jiwanya dengan cemeti muhasabah. Mereka menjalani hari-harinya dalam kelalaian dan panjang angan-angan yang tak ada faidahnya. Ketika fajar menampakkan benang-benang cahayanya, engkau saksikan, kebanyakan manusia menyambut hari-harinya dengan niat yang tidak benar. Setelah berlalunya siang dan berganti malam, engkau bisa saksikan, mereka kembali ke peraduan mereka dengan niat seperti itu pula. Saudaraku ? muslim, Matahari senantiasa terbit dan tenggelam. Tetapi apakah engkau telah menghisab dirimu sendiri pada suatu hari? "Amal shalih apakah yang hendak kuperbuat ? Amal apakah yang akan aku hadirkan untuk hari ini?" Memang benar, umumnya manusia tidak pandai dalam mengatur hari-hari mereka. Padahal ? dirimu wahai anak Adam, akan senantiasa dihitung dan ditulis pada hari- hari itu. Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata,"Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang juapun." (QS Al Kahfi : 49). Dan berfirman Allah, Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan- pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Infithar : 10-12). Maka jiwa-jiwa akan dihisab, amal-amal akan ditulis. Dan seandainya orang yang lalai itu sadar, sungguh mereka akan memelihara diri dan menjaganya dari jalan kebinasaan. Namun sedikit sekali orang yang sadar, sedikit sekali orang yang memperhatikan jalan itu. Sebagian orang yang bijak berkata, "Jika seseorang memasuki waktu pagi, hendaklah ia berniat dengan empat perkara. Pertama, melaksanakan yang diperintahkan Allah. Kedua, menjauhi laranganNya. Ketiga, inshaf (berbuat adil) terhadap orang yang ada diantara mereka, dan dalam bermu`alamahnya. Keempat, ishlah (memperbaiki hubungan) antara ia dengan musuh-musuhnya. Apabila ia berada di atas niat ini, maka aku berharap ia termasuk orang yang shalih dan beruntung." Maka perhatikanlah wahai orang-orang yang berakal, hisablah dirimu ! Apakah engkau termasuk jenis ini? Jika ya, perbanyaklah pujian kepada Allah dan mohonlah tambahan fadhilah serta istiqamah di atas petunjukNya. Tetapi, jika engkau tidak termasuk jenis ini, kembalilah ke jalan itu sebelum waktunya lewat. Berlapanglah untuk memperbaiki dirimu, dan mintalah taufiq kepadaNya menuju jalan kebahagiaan. Wahai orang yang lalai dari hari-harinya. Ketahuilah, bahwa dirimu tidak akan di campakkan! Wahai orang yang suka berbuat sia-sia, ketahuilah, dirimu akan dihitung tentang semua amalanmu! Tidak akan berlalu waktu pagi, kecuali ia mengajak dirimu menuju Rabbmu . Rasulullah bersabda, Tidaklah terbit matahari, kecuali diutus dua malaikat pada kedua sisinya. Keduanya memperdengarkan kepada penduduk bumi, kecuali tsaqalain (manusia dan jin), "Wahai sekalian manusia, marilah menuju kepada Rabb kalian. Sesungguhnya sedikit dan cukup lebih baik daripada banyak namun melalaikan." Dan tidaklah matahari itu terbenam, kecuali diutus dua malaikat pada kedua sisinya. Mereka berkata,"Ya Allah percepatlah untuk orang yang berinfaq gantinya, dan percepatlah untuk orang yang bakhil kehancurannya. (HR Imam Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al Hakim; Shahih Targhib susunan Syaikh Al Albani ). Sungguh kasihan bagi orang-orang yang telah berlalu hari-hari mereka dengan sia- sia, tidak berada dalam ketaatan kepada Allah . Terbitnya matahari di tengah hari-hari mereka, di
[media-dakwah] JANGAN MERASA BENAR SENDIRI
JANGAN MERASA BENAR SENDIRI Ditulis Oleh Abu Yahya Badrussalam Lc Banyak orang ketika anda tegur kesalahan yang ia lakukan berkilah dengan mengatakan : "sudahlah, jangan merasa benar sendiri !" sehingga menjadi pertanyaan pada benak banyak orang, apakah perkataan tersebut berasal dari wahyu ataukah hanya sebatas kilah yang tak beralaskan pada dalil ? Tentunya hal ini harus kita cermati secara seksama dengan hati yang dingin apakah ada ayat atau hadits atau pendapat para ulama yang mengatakan dengan perkataan tersebut. Cobalah kita buka surat An-Nisaa : 59 "Artinya : Jika kamu berbeda pendapat tentang suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rosul (assunnah) jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.." Ayat ini dengan tegas mengatakan bahwa setiap perselisihan wajib dikembalikan kepada Allah dan RosulNya, Allah tidak mengatakan : "Jika kamu berselisih janganlah kamu merasa benar sendiri, atau kembalikan pada pendapat masing-masing. Akan tetapi Allah menyuruh untuk mengembalikannya kepada Al Qur'an dan sunnah, ini menunjukkan bahwa yang benar hanyalah yang berdasarkan Al Qur'an dan sunnah" Para sahabat senantiasa menyalahkan orang-orang yang mereka pandang salah dan tidak pernah diantara mereka yang mengatakan, " jangan merasa benar sendiri !" Seperti dalam suatu kisah yang diriwayatkan oleh Al-Lalikai dalam kitab Syarah I'tiqod Ahlissunnah dengan sanad yang shohih dan Addarimi dalam sunannya bahwa Ibnu Mas'ud mendatangi suatu kaum yang berdzikir berjama'ah dengan memakai kerikil dan berkata :"Celaka kamu Umat Muhammad betapa cepatnya kebinasaan kalianâ¦.apakah kamu merasa diatas millah Muhammad ataukah kamu hendak membuka pintu kesesatan ? kemudian mereka berkata : "sesungguhnya kami menginginkan kebaikan" . Beliau berkata : "Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tapi ia tidak mendapatkannya (karena caranya salah, pen)". dalam kisah tersebut tidak dikatakan : jangan kamu merasa benar sendiri. Demikian pula para Tabi'in, disebutkan dalam kisah yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam sunannya,Abdurrozaq, Ad Darimi dan Ibnu Nashr bahwa Sa'id bin Musayyib melihat seorang laki-laki sholat setelah terbit fajar lebih dari dua roka'at lalu Sa'id melarangnya, kemudian orang itu berkata : " wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan mengadzab saya gara-gara sholat ? beliau menjawab "Tidak, tapi Allah akan mengadzabmu karena menyalahi sunnah". Tidak pula dikatakan padanya : jangan merasa benar sendiri. Demikian pula Tabi'ut Tabi'in dan para ulama setelahnya. Senantiasa mereka membantah pendapat yang mereka pandang lemah atau salah tapi tidak ada satupun dari mreka yang mengatakan " jangan merasa benar sendiri". Disebutkan dalam kisah yang shohih bahwa Imam Asy Syafi'i mendebat Imam Ahmad dalam masalah hukum orang yang meninggalkan sholat, dimana Imam Ahmad berpendapat bahwa orang yang meninggalkan sholat kafir murtad dari agama Islam sedangkan Imam Asy Syafi'i tidak mengkafirkannya, tapi Imam Asy Syafi'i tidak pernah mengatakan : " jangan merasa benar sendiri" tapi yang dikatakan oleh Imam Asy Syafi'i adalah : "Tidaklah aku berdialog dengan seorangpun kecuali aku berkata : Ya Allah alirkanlah kebenaran pada lisan dan hatinya, jika kebenaran itu bersamaku,ia mau mengikutiku dan jika kebenaran itu ada padanya, aku akan mengikutinya". Mereka juga menulis kitab-kitab bantahan terhadap bid'ah dan kesesatan, Imam Ahmad menulis kitab Arrodd alal Jahmiyyah (bantahan terhadap Jahmiyyah), Abu Dawud punya kitab Arrodd 'alal qodariyyah (bantahan terhadap Al Qodariyyah), Ad Darimi menulis kitab Roddu Utsman Ad Darimi 'ala Bisyir Al Marisi Adl Dlooll (bantahan Utsman Ad Darimi terhadap Bisyir Al Marisi yang sesat) dan banyak lagi kitab-kitab bantahan lainnya. Tidak ada satupun diantara mereka yang berkata : "jangan merasa benar sendiri". Coba anda renungkan perkataan Abu Isma'il Abdullah bin Muhammad Al Anshori "Pedang dihadapkan kepadaku sebanyak lima kali bukan untuk menyuruhku agar keluar dari keyakinanku, akan tetapi dikatakan kepadaku : "Diamlah dari orang yang menyelisihmu !! aku tetap menjawab "Aku tidak akan pernah diam .." Merasa benar adalah fitrah manusia, buktinya jika engkau bertanya kepada orang yang mengatakan " Jangan merasa benar sendiri" : "Apakah anda merasa benar dengan perkataan tersebut ? tentu ia berkata : "Ya", Dia sendiri merasa benar sendiri dengan pendapat tersebut lalu ia melarang orang lain merasa benar sendiri, jelas ini kontradiktif yang fatal. Meluruskan Pemahaman Sebagian orang ada yang berdalil dengan sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Janganlah kamu sholat kecuali di Bani Quroidzoh, kemudian ditengah jalan masuk waktu ashar, maka sebagian mereka berkata "Kita sholat disana". Sebagian lagi berkata : "Kita sholat dijalan, beliau tidak bermaksud demikian". Lalu disebutkan hal itu kepada Nabi shalallahu 'alaihi wa sall
[media-dakwah] Ringkasan dari 33 Kiat Mencapai Kekhusyu'an dalam Shalat
Ringkasan dari 33 Kiat Mencapai Kekhusyu'an dalam Shalat Bismillahirrahmanirrahiem, Mukaddimah Segala pujian bagi Allah Rabb sekalian alam, yang telah berfirman dalam kitab-Nya : Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu' (QS. Al Baqarah : 238 ) Tentang shalat Dia berfirman : "Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu" (QS Al-Baqarah : 45) Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada penghulu orang-orang yang bertaqwa serta pemimpin orang-orang yang khusyu', Muhammad Shallallahu 'alaihi wassalam, keluarga, beserta seluruh shahabatnya. Amma ba'du Sesungguhnya, shalat itu merupakan pilar amaliah terbesar dalam agama ini. Sedang sikap khusyu' di dalamnya merupakan tuntunan syar'i. Ketika musuh Allah (Iblis) telah menetapkan janji pada dirinya untuk menyesatkan dan memfitnah keturunan Adam 'alaihi wassalam dengan mengatakan : "Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka" (QS Al-A'raf : 17). Di antara makarnya yang paling besar adalah memalingkan manusia dari kekhusyu'an shalat melalui berbagai cara dan sarana. Juga usahanya melakukan was-was serta bisikan dalam diri mereka agar terjauhkan dari menikmati lezatnya ibadah shalat dan agar mereka kehilangan pahala dan balasannya. Ketika banyak manusia menyerah dan bertekuk lutut di depan setan (dalam masalah ini), dan ketika kekhusyu'an adalah hal pertama yang akan diangkat dari bumi ini, sementara kita hidup di akhir zaman, maka sesuailah keadaan kita dengan gambaran Hudzaifah radiallahu 'anhu : "Pertama kali akan hilang dari agamamu adalah " khusyu' " dan hal terakhir yang akan hilang dari agamamu adalah shalat. Betapa banyak orang shalat tetapi tiada kebaikan padanya." Hampir saja engkau memasuki masjid sementara tidak mendapatkan di antara mereka orang yang khusyu' ". (Madarijus Saalikin karya Ibnu Qayyim 1/521). Berdasarkan apa yang dirasa seeseorang pada dirinya, juga apa yang didengar dari banyak orang yang mengeluh dan mengadu di sekitarnya tentang problem was-was serta hilang khusyu' di dalamnya, hal itu menunjukkan betapa sangat dibutuhkan pembahasan tentang topik shalat khusyu' ini. Tulisan berikut merupakan bentuk peringatan bagi diri saya sendiri juga bagi seluruh saudara-saudara kaum muslimin. Saya memohon kepada Allah Subhanahu wa ta'ala semoga Dia memberikan manfaat dengannya. Allah berfirman : "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya." (QS. Al-Mu'minuun : 1-2). Maksudnya mereka yang takut dan tenang. Pengertian khusyu' adalah : Ketenangan, tuma'ninah ,pelan-pelan, ketetapan hati, tawadhu' serta merasa takut dan selalu merasa diawasi Allah Ta'ala (Tafsir Ibnu Katsir, cet. Darus Syi'b VI/414). Definisi lain dari khusyu' adalah menghadapnya hati di hadapan Allah Ta'ala dengan sikap tunduk dan rendah diri (merasa hina). (Madarijus Salikin I/520). Diriwayatkan dari Mujahid bahwa ia mengomentari firman Allah Ta'ala : " Berdirilah karena Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu' ", Beliau berkata : di antara hal yang termasuk khusyu' adalah : sikap diam, khidmat, tunduk, menundukkan pandangan serta merendahkan diri karena takut kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. (Ta'dziimu Qadris Shalat 1/188). Tempat khusyu' adalah hati, sedangkan buahnya akan tampak pada anggota badan. Anggota-anggota badan hanya mengikuti hati. Jika kekhusyu'an rusak akibat kelalaian, kelengahan, serta was-was, maka rusaklah ubudiyah anggota badan yang lain.sebab hati diibaratkan raja. Sedangkan anggota badan lainnya sebagai pasukan dan tentaranya. Kepadanya mereka taat dan darinyalah sumber segala perintah. Jika sang raja dipecat dengan bentuk hilangnya penghambaan hati, maka hilanglah rakyat yaitu anggota-anggota badan lainnya. Adapun sikap menampak-nampakkan kekhusyu'an, hal itu tercela. Sebab di antara tanda-tanda keikhlasan adalah : "menyembunyikan kekhusyu'an." Suatu ketika Hudzaifah radiallahu 'anhu berkata : "Jauhilah oleh kalian kekhusyu'an munafik". Dikatakan kepadanya : "Apa yang dimaksud dengan kekhusyu'an munafik?". Beliau berkata : "Engkau melihat jasadnya khusyu' sementara hatinya tidak." Imam Fudhail bin 'Iyadh juga berkata: "Adalah hal yang tidak disukai jika seseorang memperlihatkan kekhusyu'an melebihi apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya." Ada ulama melihat seseorang yang khusyu' , kedua bahu dan badannya. Maka ia berkata kepadanya: "Hai fulan, khusyu' itu tempatnya di sini, ia menunjuk ke arah dadanya dan bukannya di sini (sambil menunjuk pada kedua bahunya). (Madarijus Salikin 1/521). Imam Ibnul Qayyim -ketika menjelaskan perbedaan anatra khusyu' iman dengan khusyu' nifaq berkata : "Khusyu' iman adalah: "khusyu'nya
[media-dakwah] IKHLAS TEMPAT PERSINGGAHAN IYYAKA NA'BUDU WA IYYAKA NASTA'IN
IKHLAS TEMPAT PERSINGGAHAN IYYAKA NA'BUDU WA IYYAKA NASTA'IN Oleh : Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah Rahimahullah Sehubungan dengan tempat persinggahan ikhlas ini Allah telah berfirman di dalam Al-Qur'an. "Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepad-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" [Al-Bayyinah : 5] "Artinya : Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agamya yang bersih (dari syirik)." [Az-Zumar: 2-3] "Artinya : Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya."[All-Mulk : 2] Al-Fudhail berkata : "Maksud yang lebih baik amalnya dalam ayat ini adalah yang paling ikhlas dan paling benar." Orang-orang bertanya : "Wahai Abu Ali, apakah amal yang paling ikhlas dan paling benar itu?". Dia menjawab, " Sesungguhnya jika amal itu ikhlas namun tidak benar, maka ia tidak diterima. Jika amal itu benar namun tidak ikhlas maka ia tidak akan diterima, hingga amal itu ikhlas dan benar. Yang ikhlas ialah yang dikerjakan karena Allah, dan yang benar ialah yang dikerjakan menurut As-Sunnah." Kemudian ia membaca ayat. "Artinya : Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya." [Al-Kahfi :110] Allah juga berfirman. "Artinya : Dan sipakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan?" [An-Nisa' :125] Menyerahkan diri kepada Allah artinya memurnikan tujuan dan amal karena Allah. Sedangkan mengerjakan kebaikan ialah mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan Sunnah beliau. Allah juga berfirman. "Artinya : Dan, Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan". [Al-Furqan : 23] Amal yang seperti debu itu adalah amal-amal yang dilandaskan bukan kepada As-Sunnah atau dimaksudkan bukan karena Allah. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda kepada Sa'ad bin Abi Waqqash, "Sesungguhnya sekali-kali engkau tidak akan dibiarkan, hingga engkau mengerjakan suatau amal untuk mencari wajah Allah, melainkan engkau telah menambah kebaikan, derajad dan ketinggian karenanya." Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Tiga perkara, yang hati orang mukmin tidak akan berkhianat jika ada padanya: Amal yang ikhlas karena Allah, menyampaikan nasihat kepada para waliyul-amri dan mengikuti jama'ah orang-orang Muslim karena doa mereka meliputi dari arah belakang mereka." [Hadits Riwayat At-Thirmidzi dan Ahmad] Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang berperang karena riya', berperang karena keberanian dan berperang karena kesatiaan, manakah diantaranya yang ada di jalan Allah? Maka beliau menjawab, "Orang yang berperang agar kalimat Allahl-ah yang paling tinggi, maka dia berada di jalan Allah. Beliau juga mengabarkan tiga golongan orang yang pertama-tama diperintahkan untuk merasakan api neraka, yaitu : qari' Al-Qur'an, mujahid dan orang yang menshadaqahkan hartanya; mereka melakukannya agar dikatakan, "Fulan adalah qari', fulan adalah pemberani, Fulan adalah orang yang bershadaqah", yang amal-amal mereka tidak ikhlas karena Allah. Di dalam hadits qudsi yang shahih disebutkan : "Allah berfirman. 'Aku adalah yang paling tidak membutuhkan persekutuan dari sekutu-sekutu yang ada. Barangsiapa mengerjakan suatu amal, yang di dalamnya ia menyekutukan selain-Ku, maka dia menjadi milik yang dia sekutukan, dan Aku terbebas darinya'." [Hadits Riwayat Muslim] Di dalam hadits lain disebutkan; "Allah berfirman pada hari kiamat, 'Pergilah lalu ambillah pahalamu dari orang yang amalanmu kamu tujukan. Kamu tidak mempunyai pahala di sisi Kami'." Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda. "Artinya : Sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh kalian dan tidak pula rupa kalian, tetapi Dia melihat hati kalian." [Hadits Riwayat Muslim] Banyak difinisi yang diberikan kepada kata ikhlas dan shidq, namum tujuannya sama. Ada yang berpendapat, ikhlas artinya menyendirikan Allah sebagai tujuan dalam ketaatan. Ada yang berpendapat, ikhlas artinya membersihkan perbuatan dari perhatian manusia, termasuk pula diri sendiri. Sedangkan shidq artinya menjaga amal dari perhatian diri sendiri saja. Orang yang ikhlas tidak riya' dan orang yang shadq tidak ujub. Ikhlas tidak bisa sempurna kecuali shidq, dan shidq tidak bisa sempurna kecuali dengan ikhlas,dan keduanya tidak sempurna kecuali dengan sabar. Al-
[media-dakwah] Kekayaan-tiada-habisnya-inginkah-engkau-memilikinya
Kekayaan-tiada-habisnya-inginkah-engkau-memilikinya. Posted by sabiilunnajaah Ketika seorang mukmin memahami nilai dunia dan hakikat kehidupan di dunia; ketika hati seorang mukmin digenangi oleh keimanan dan makrifat tentang Allah Subhanahu wa Taala, nama-nama, dan sifat-sifat-Nya; maka ketika itu; dari pemahaman dan keimanan itu, akan lahirlah karakter mental yang sungguh berharga, yaitu qonaah. Itulah sebuah harta kekayaan yang tidak ada habisnya. Demikian yang disampaikan oleh Syaikh Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsari dalam bukunya Qonaah, Kekayaan Tiada Habisnya. Qonaah - merasa cukup dengan apa yang ada- sebuah kata yang mudah untuk diucapkan, namun sulit untuk dipraktikkan. Terlebih di zaman ini, dimana kita melihat begitu banyak manusia mengalami kegilaan terhadap dunia beserta isinya. Di zaman sekarang ini, sulit rasanya untuk mewujudkan kekayaan yang tiada habisnya ini hanya dengan nasihat singkat, Nak, bersikaplah qonaah; kamu akan tenang hidupnya; atau nasihat-nasihat sejenis. Keterangan singkat yang disisipkan pada pengajian-pengajian juga belum mencukupi untuk menumbuhkan harta yang tiada habisnya ini. Hadits-hadits tentang qonaah yang kita baca pun, (terkadang) tidak cukup membantu untuk serta merta memunculkan sifat itu pada diri kita, kecuali orang-orang yang diridhai Allah Subhanahu wa Taala. Fondasi Sifat Qonaah Fondasi yang utama dan pertama untuk menumbuhkan sifat ini adalah keyakinan yang benar. Keimanan kepada Allah Subhanahu wa Taala, mengenal Allah dengan nama dan sifat-sifat-Nya berikut keagungan dan keindahan yang dikandungnya; keimanan yang mantap kepada hari akhir, keyakinan yang benar tentang takdir yang baik dan buruk; semua itu merupakan landasan utama untuk menumbuhkan sifat dan karakter mental yang sangat mahal harganya ini. Keimanan dan pengetahuan seorang mukmin terhadap Allah beserta nama dan sifatnya; akan menjadikan dirinya merenungkan firman, perintah dan penjelasan-Nya; yang hasilnya ia akan memahami hakikat dunia, hakikat dirinya, dan hakikat qonaah beserta manfaatnya di dunia dan di akhirat. Keimanan kepada hari akhir akan mendorong seorang mukmin untuk memiliki sikap zuhud terhadap dunia. Pemikirannya selalu tertuju kepada hari akhir dan seluruh rangkaiannya, terutama ketika amal-amal kita dihisab. Dengan bekal ini ia paham, bahwa hidup dunia hanyalah sementara, sebagaimana yang ia pelajari dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Apa perluku dengan dunia? Perumpamaanku dengan dunia hanyalah ibarat pengendara ynag tidur siang sejenak di bawah naungan sebuah pohon, kemudian berangkat di sore hari dan meninggalkannya. (HR.Ahmad dan Tirmidzi). Hal ini akan menjadikannya bersikap menerima apapun yang terjadi dengan dirinya dengan senang hati. Keimanan terhadap takdir yang baik maupun buruk akan memberikan sikap tenang dan ridho terhadap apa yang dialami, suka maupun duka. Hatinya senantiasa lapang, ia tidak mengenal kata gundah dengan sedikitnya rizki, lemahnya daya, maupun kemiskinan yang menimpanya. Inginkah Engkau memiliki harta itu? Sebagaimana akhlak-akhlak mulia lainnya, sebagai karakter mental, qonaah dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya pendidikan, lingkungan, bertambah dan berkurangnya iman, serta ketinggian dan kerendahan cita-cita Syaikh Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari menyebutkan beberapa faktor yang mendukung kita untuk memperoleh akhlak yang sangat berharga ini: 1. Ilmu agama Ilmu agama merupakan faktor utama untuk memperoleh harta yang tidak terkira ini. Dengan ilmu, kita mengetahui hakikat, manfaat, dan bahaya jika melalaikan qonaah. Ilmu agama menjelaskan kepada kita hakikat dunia, menyingkap rahasia-rahasianya, dan bahaya-bahaya terlalu berorientasi kepadanya. Ilmu agama akan mendorong kita untuk mencintai dan mengerahkan seluruh perhatian kita kepada kampung akhirat, kehidupan yang kekal dan abadi. Dan tiadalah kehidupan di dunia ini selain main-main dan sendau gurau. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu memahaminya? (Al-Anam:32) Dengan ilmu pula kita memperoleh pengetahuan tentang Allah Azza wa Ala dengan seluruh nama-Nya yang husna dan sifat-Nya yang tinggi. Kebenaran akidah: iman kepada hari akhir dan iman kepada takdir yang baik maupun buruk, yang hal itu merupakan pondasi dasar yang memiliki pengaruh sangat besar dalam mewujudkan sifat qonaah, semuanya dapat diperoleh dengan ilmu agama. 2. Keimanan yang mantap Ilmu yang kita miliki (insya Allah) berbuah menjadi keimanan yang mantap. Kuat lemahnya sifat qonaah dalam menghadapi berbagai fitnah dunia ini, sesuai dengan tingkat kekuatan iman yang ada pada setiap kita. 3. Pemahaman yang benar tentang qodho dan qodar Allah Subhanahu wa Taala telah membagi-bagi rizki dan keadaan hidup seluruh manusia sejak zaman azali.{pembagian yang dilakukan o
[media-dakwah] Permisalan Hidup di Dunia
Permisalan Hidup di Dunia Penulis: Buletin Da'wah Al Wala Wal Bara', Bandung Seorang mukmin hidup di dunia ibaratnya seperti orang asing atau musafir. Suatu permisalan yang penuh makna dan pesan yang agung. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang selayaknya dijadikan pelajaran dan diterapkan oleh seorang mukmin dalam kehidupannya di dunia. عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبَيَّ فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang kedua pundakku lalu bersabda, "Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau musafir (orang yang bepergian)." Lalu Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu menyatakan, "Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari. Dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR. Al-Bukhariy no.6416) Para 'ulama menjelaskan hadits ini dengan mengatakan, "Janganlah engkau condong kepada dunia; janganlah engkau menjadikannya sebagai tempat tinggal (untuk selama-lamanya -pent); janganlah terbetik dalam hatimu untuk tinggal lama padanya; dan janganlah engkau terikat dengannya kecuali sebagaimana terikatnya orang asing di negeri keterasingannya (yakni orang asing tidak akan terikat di tempat tersebut kecuali sedikit sekali dari sesuatu yang dia butuhkan �pent.); dan janganlah engkau tersibukkan padanya dengan sesuatu yang orang asing yang ingin pulang ke keluarganya tidak tersibukkan dengannya; dan Allah-lah yang memberi taufiq." Permisalan Seorang Mukmin di Dunia Inilah permisalan yang disebutkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan inilah kenyataannya. Karena sesungguhnya seseorang di dunia ibaratnya seorang musafir. Maka dunia bukanlah tempat tinggal yang tetap (selama-lamanya). Bahkan dunia itu sekedar tempat lewat yang cepat berlalunya. Orang yang melewatinya tidak pernah merasa letih baik malam maupun siang hari. Adapun seorang musafir biasa, kadang-kadang dia singgah di suatu tempat lalu dia bisa beristirahat. Akan tetapi musafir dunia (yakni permisalan orang mukmin di dunia �pent.) tidak pernah singgah, dia terus-menerus dalam keadaan safar (perjalanan). Berarti setiap saat dia telah menempuh suatu jarak dari dunia ini yang mendekatkannya ke negeri akhirat. Maka bagaimana sangkaanmu terhadap suatu perjalanan yang pelakunya senantiasa berjalan dan terus bergerak, bukankah dia akan sampai ke tempat tujuan dengan cepat? Tentu, dia akan cepat sampai. Karena inilah Allah Ta'ala menyatakan, كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا "Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari." (An-Naazi'aat:46) Makna Hadits Ini Berkata Ath-Thibiy, "Kata 'atau' (dalam hadits ini) tidaklah menunjukkan keraguan bahkan menunjukkan pilihan dan kebolehan dan yang paling baiknya adalah bermakna 'bahkan'." Yakni maknanya: "Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau bahkan seperti musafir." Orang mukmin ketika hidup di dunia, kedudukannya seperti orang asing. Maka hatinya pun tidak akan terikat dengan sesuatu di negeri keterasingannya tersebut. Bahkan hatinya terikat dengan tempat tinggal (negerinya) yang dia akan kembali kepadanya. Dan dia menjadikan tinggalnya di dunia hanya sekedar untuk menunaikan kebutuhannya dan mempersiapkan diri untuk kembali ke negerinya. Inilah keadaan orang yang asing. Atau bahkan seorang mukmin itu seperti musafir yang tidak pernah menetap di suatu tempat tertentu. Bahkan dia terus-menerus berjalan menuju tempat tinggalnya. Maka seorang mukmin hidup di dunia ini ibaratnya seperti seorang hamba yang ditugaskan oleh tuannya untuk suatu keperluan ke suatu negeri. Hamba tersebut tentunya ingin bersegera melaksanakan apa yang ditugaskan oleh tuannya lalu kembali ke negerinya. Dan dia tidak akan terikat dengan sesuatu kecuali apa yang ditugaskan oleh tuannya. Keadaan Orang Asing dan Musafir Berkata Al-Imam Abul Hasan 'Ali bin Khalaf di dalam Syarh Al-Bukhariy, "Berkata Abu Zinad, "Makna hadits ini adalah anjuran untuk sedikit bergaul dan berkumpul serta zuhud terhadap dunia." Kemudian Abul Hasan berkata, "Penjelasannya adalah bahwa orang asing biasanya sedikit berkumpul dengan manusia sehingga terasing dari mereka. Karena hampir-hampir dia tidak pernah melewati orang yang dikenalnya
[media-dakwah] Dasar-dasar Memahami Tauhid
Dasar-dasar Memahami Tauhid Oleh : Syaikh Muhammad At-Tamimi Rahimahullah Pendahuluan Ketahuilah, bahwa sesunguhnya kelurusan ajaran Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah beribadah kepada Allah secara ikhlas dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya. Allah berfirman [artinya]: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Adz-Dzariyaat1:56) Dan bila Anda telah tahu bahwasanya Allah menciptakanmu untuk beribadah kepada-Nya, maka ketahuilah bahwa ibadah tidak disebut ibadah kecuali bila disertai dengan tauhid. Sebagaimana shalat, tidaklah disebut shalat bila tidak disertai dengan bersuci. Bila ibadah dicampuri syirik, maka rusaklah ibadah itu, sebagaimana rusaknya shalat bila disertai adanya hadatz (tidak suci). Allah berfirman [artinya]:" Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka itu kekal di dalam neraka" (At-Taubah: 17) Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa ibadah yang bercampur dengan kesyirikan akan merusak ibadah itu sendiri. Dan ibadah yang bercampur dengan syirik itu akan menggugurkan amal sehingga pelakunya menjadi penghuni neraka, Allah berfirman [artinya]: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (An- Nisaa': 48) Kemurnian ibadah akan mampu dicapai bila memahami 4 kaidah yang telah Allah nyatakan dalam firman-Nya: Kaidah Pertama Engkau harus mengetahui bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka meyakini bahwa Allah sebagai Pencipta, Pemberi rizki, Yang menghidupkan, Yang mematikan, Yang memberi manfa'at, Yang memberi madzarat, Yang mengatur segala urusan (tauhid rububiyah). Tetapi semuanya itu tidak menyebabkan mereka sebagai muslim, Allah berfirman: "Katakanlah: 'Siapa yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapa yang kuasa [menciptakan] pendengaran dan penglihatan, dan siapa yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapa yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab:'Allah'. Makakatakanlah:'Mengapa kamu tidak bertakwa [kepada-Nya]." (Yunus:31) Kaidah Kedua Mereka (musyrikin) berkata :"Kami tidak berdo'a kepada mereka (Nabi, orang-orang shalih dll) kecuali agar bisa mendekatkan kepada Allah dan mereka nantinya akan memberi syafa'at. Maksud kami kepada Allah, bukan kepada mereka. Namun hal tersebut dilakukan dengan cara melalui syafaat dan mendekatkan diri kepada mereka". Dalil tentang mendekatkan diri yaitu firman Allah [artinya]:"Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar" ( Az-Zumar: 3). Adapun dalil tentang syafa'at yaitu firman Allah [artinya]:"Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa'atan, dan mereka berkata:"Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah:"Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak [pula] di bumi" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan [itu]." (Yuunus: 18) Syafa'at itu ada 2 macam: Syafa'at munfiyah (yang ditolak) Syafa'at mutsbitah (yang diterima) Syafa'at munfiyah adalah syafa'at yang dicari dari selain Allah. Sebab tidak seorangpun yang berkuasa dan berhak untuk memberikannya kecuali Allah, Allah berfirman [artinya]:"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah [di jalan Allah] sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 254) Adapun syafa'at mutsbitah adalah syafa'at yang dicari dari Allah. Pemberi syafa'at itu dimuliakan dengan syafa'at, sedangkan yang diberi hak untuk memberikan syafa'at adalah orang yang diridhai Allah, baik ucapan maupun perbuatannya setelah memperoleh izin- Nya. Allah berfirman [artinya]:"Siapakah yang mampu memberi syafa'at disamping Allah tanpa izin-Nya?" (Al-Baqarah:255). Kaidah Ketiga Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menerangkan kapada manusia tentang macam-macam sistem peribadatan yang dilakukan oleh manusia. Diantara mereka ada yang menyembah matahari dan bulan, diantara mereka ada pula yang menyembah orangorang s
[media-dakwah] Hidayah Milik Alloh
Hidayah Milik Alloh Penulis: Abu Abdillah Rudi Agus Hermawan (Alumni Mahad Ilmi) Hidayah adalah sesuatu yang sangat didam-idamkan dan diimpikan oleh setiap insan, sebab semata karena hidayah Alloh kenikmatan serta kebahagian hidup di dunia dan di akhirat dapat tercapai. Karena itu hidayah merupakan nikmat yang terbesar yang Alloh anugerahkan pada seorang hamba. Sebagaimana nikmat yang lain demikian juga hidayah hanya datang dari Alloh. Oleh karena itu meminta dan mengharapkannya juga hanya kepada-Nya. Alloh berfirman, إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS Al Qashash: 56) Ayat ini turun terkait dengan kematian paman beliau Abu Thalib dalam keadaan kafir. Dalam shohih Bukhori dan Shohih Muslim disebutkan tatkala Abu Thalib akan meninggal, Rosululloh Sholallahu `alaihi wa sallam mendatanginya. Ketika itu Abdullah bin Abu Umayyah serta Abu Jahl berada di samping Abu Tholib. Rosululloh kemudian berkata, Wahai Pamanku! Ucapkanlah La Ilaaha Illalloh suatu kalimat yang dapat aku jadikan sebagai pembela untukmu di hadapan Alloh. Akan tetapi, ajakan ini disambut oleh Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahl dengan mengatakan, Apakah kamu membenci agama Abdul Muththalib? Lalu Rosululloh mengulanginya kembali dan mereka berdua juga mengulang-ulangi kata-kata itu pula. Akhirnya Abu Tholib meninggal dengan masih tetap pada agama Abdul Muththalib dan enggan mengucapkan La Ilaaha Illalloh Kemudian Nabi Berkata Sungguh, akan aku mintakan ampunan untukmu selama tidak dilarang. Lalu Alloh azza wa Jalla menurunkan firman-Nya, مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. (QS At Taubah: 113) Mengenai Abu Thalib, Alloh menurunkan firman-Nya, Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Jika Nabi saja tidak mampu memberikan hidayah taufik kepada pamannya yang telah banyak berjasa, maka kepada yang lainnya tentu lebih tidak mampu lagi. Dan selain Nabi lebih tidak pantas lagi yaitu dimintai hidayah. Dengan demikian semua bentuk ketergantungan kepada Nabi sholallahu `alaihi wa sallam dan kepada yang lainnya selain Alloh adalah sangat tercela dan perbuatan yang sia-sia, bahkan merupakan perbuatan syirik. Macam-Macam Hidayah Hidayah yang diturunkan oleh Alloh ada dua macam; Pertama, hidayah berupa bimbingan dan penjelasan (Hidayatul Bayan wal Irsyad). Hidayah seperti ini dimiliki oleh para rasul dan semua pengikutnya yang menyebarkan ajarannya. Mereka selalu memberikan bimbingan dan penjelasan umat tentang syariat Alloh subhanahu wa taala. Alloh berfirman, وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَوْلا أُنزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِّن رَّبِّهِ إِنَّمَا أَنتَ مُنذِرٌ وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ Orang-orang yang kafir berkata, Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya? Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. (QS Ar Rad: 7) Alloh juga berfirman, وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي إِنَّكُم مُّتَّبَعُونَ فَأَرْسَلَ فِرْعَوْنُ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli. Kemudian Fir`aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (Asy Syuara: 52-53) Puncak dari hidayah yang dimiliki oleh para rasul adalah mereka diperkuat dengan mukjizat sebagai bukti kebenaran ajaran yang mereka sampaikan kepada umatnya. Kedua, Hidayah taufik (Hidayatut taufiq). Yaitu hidayah yang diberikan Alloh subhanahu wa taala kepada seseorang sehingga ia menjadi orang yang beriman dan bertakwa. Hidayah semacam ini hanya dimiliki oleh Alloh dan tidak selainnya. Hal ini seperti yang terdapat dalam ayat di atas. Alloh menyatakan bahwa Nabi sholallahu `alaihi wa sallam tidak mampu memberikan hidayah walaupun terhadap orang yang sangat beliau cintai. Kita juga dapat melihat contoh dalam kisah Abu Tholib di atas. Walaupun Rosululloh dapat memberikan hidayah bayan kepadanya namun Alloh tidak memberikan hidayah taufik sehingga ia mati dalam keadaan kafir. Dal
Re: [media-dakwah] Tholabul'ilmi : Jawaban Pemahaman Salafush Shalih /pendahulu kita yang shalih.
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Mas Dodi sedulurku, marilah kita selalu panjatkan segala puji hanya milik Allah kita memujinya dengan nama-nama dan sifat- sifat-Nya yang baik, Shalawat dan salam senantiasa tercurah atas junjungan dan panutan hidup kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, kepada kerabatnya, para sahabatnya, tabi'in, tabiut tabi'in dan pengikutnya yang senantiasa teguh mengikuti sunnahnya hingga akhir zaman. Wah Mas Dodi kuwi ngecee...sebenarnya saya ini bukan apa-apa masih baru belajar itupun yang ditulis adalah tulisan ulama yang saya tulis ulang.. tapi Insya Allah saya coba menjelaskan apa apa sebatas yang saya ketahui . tapi agak sabar yo Masrodo' suwe ora opo-opo to ?. soalae PT ku shut down selama seminggu. Mengenai jawaban saya bagian pertama, Allahu Ta'a ala a'lam tidak muncul di situs MD ( opo mungkin error kali yo ) , tapi ya sudah di cc ke MD lho ?, coba nanti saya kirimnya lagi. Panjenengane wangsul kapan ?. iyo Mas aku nggak pulang tahun ini, karena masih banyak keperluan. Nderek aken sugeng tindak , hati-hati dijalan. salam buat keluarga semua. Barokallahu fiikum. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Abu Fahmi. dodi indras <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Bismillahirrohmanirrohiim, Alhamdulillaahi Robbil alamiina, al qooilu fii kitabihil kariim. Wash-sholatu was salaamuala asy-syrofil mursaliin sayyidina Muhammadin shollallohualaihi wasallama waala aalihi wa ash-haabihi ajmain ammaabadu Mas Handri yang baik, terima kasih dan syukur atas kiriman penjelasan (Tauziyyah) atas email saya. Wah, aku ngiri lho, begitu apiknya uraian yang mas Handri sampaikan, semoga Alloh akan makin meluaskan pengetahuan dan pemahaman mas Handri akan ayat-ayatNYA, amiin. Doakan saya agar bisa belajar seperti mas Handri ya, ini baru pengin belajar bahasa Arab aja, hambatannya udah banyak, maklum mas, saya dilahirkan dari kalangan Abangan, jadi ya syukur alhamdulillah, saat ini ada kesempatan untuk belajar Diinulloh, mohon doanya ya , mas, nuwun. Wah kalau mas mau mampir ke Malang, ya monggo, ntar mau makan bakso atau tahu campur atau cwi mie malang, wah sp itu, tapi harus janjian dulu, kan saya nggak domisili lagi di Malang, ke sana hanya silaturohmi pada ortu dan konco-konco lama, sekalian ziarah kubur ayah saya yang di Blitar, makamnya Bung Kirno, bukan bung Karno , he-he-he ...kebetulan makam ayah saya satu komplek dengan makam Bung Karno ( semoga Alloh mengampuni dosa beliau berdua, amiin), bisanya ya setahun sekali gini, maklum mas kuli . Saya di Malangnya ada 2 tempat, Ibu saya di Sengkaling, kalau mitoha, di Lowokwaru. Insya Alloh berangkat pulang nanti tgl. 20, moga-moga lancar dan penuh barokah, amiin Mas, Mohon maaf sebelumnya, mungkin tulisan saya ini pendek aja, karena menyempatkan disela-sela rutinitas, apalagi kantor mau libur bersama, jadi mungkin akan banyak klera-klerune tembung, maafin yo mas. Mas, soal dikirim ke Milis MD, monggo saja, wong udah dikirim kok sebelum saya baca ya mas, he-he-he .gak pa-pa, jika diijinkan, sedikit permintaan, ada baiknya email saya mas kirimkan secara penuh pula, agar maknanya tidak terpotong yang mas jawab, ini hanya usul lho mas ..(Yang mas Kirim baru 2 buah yang terakhir ya mas, yang pertama kok malah ora kekirim , apa kena filter ya ? moga nggak , amiin) Sebagai analogi, misalnya ada orang yang bilang Celakalah orang yang sholat , nah .yang beliau katakan itu kan mengutip ayat Al Quran salah satu dari QS Al Mauun, tapi, karena dipotong,ayat yang lanjutannya maupun ayat sebelumnya nggak disampaikan, jadi runyam deh . He-he-he, kata orang bijak sih, gitu mas, nuwun sewu lho . Mas Handri yang dirohmati Alloh, insya Alloh yang mas sampaikan saya mengerti, dan sebagian besar adalah kebenaran yang sama dengan pemahaman saya, Quran dan As Sunnah haruslah menjadi mercu suar panduan dalam kehidupan kita, melalui jalur para Sahabat, hingga guru-guru kita. Yang mas sampaikan sebagian lagi saya ingin menambah pengetahuan dari mas Handri, jadi akan ada yang saya tanyakan, serta ada yang akan saya tambahi, mudah-mudahan mas Handri berkenan, ibarat memasak MIE, uraian mas Handri adalah mie dan bumbu nya yang siap, lalu saya akan menambahkan bawang goreng, pangsit, potongan ayam goreng, sehingga insya Alloh enak dan barokah ketika kita santap nanti, amiin. nuwun. 1.Soal menuntut Ilmu, saya sepakat atas yang mas sampaikan, semua adalah ada dasar yang qothi , sehingga, bagi saya, menuntut ilmu adalah merupakan kewajiban, mulai dari buaian bunda, hingga akhir hayat nanti, semoga Alloh merohmati kita dengan karunia Ilmu yang bermanfaat, amiin. Tambahan saya, akan lebih baik, jika yang kita kaji, tidak saja yang kita senangi, atau kita panuti aja para Ulamanya tersebut, namun juga para ulama lainnya, baik sefaham maupun, tidak, ekstrimnya malah yang bermusuhan. Pemahaman saya, adalah meniru cara Alloh SWT dan RosulNYA. Alloh dalam firman-firmanNYA,
Re: [media-dakwah] Sembelihan Ahli Kitab: Halal atau Haram?
Wa'alaykumusssalam warohmatullohi wabarokatuhu, Ikut nimbrung.. berikut saya nukilkan fatwa-fatwa ulama mengenai masalah tersebut. Mudah-mudahan bisa membantu dan semoga bermanfa'at. BOLEHKAH KITA MENGKONSUMSI DAGING IMPORT? Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Pertanyaan. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Kami mengimport daging mentah tanpa tulang dari negeri asing (non muslim, -red) dan daging ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat kita karena harganya murah. Bolehkah kita mengkonsumsi daging tersebut ? Tolong beri kami penjelasan ! Jazakumullah khairan. Jawaban Daging yang diimport dari selain negeri kaum muslimin, ada dua jenis. Pertama : Daging-daging itu berasal dari negeri Ahli Kitab, maksudnya negeri yang penduduknya beragama Nasrani atau Yahudi, dan yang melakukan penyembelihan adalah salah seorang Ahli Kitab dengan penyembelihan yang sesuai syariat. Daging jenis ini halal dikonsumsi oleh kaum muslimin berdasarkan ijma karena firman Allah Subhanahu wa Taala. Artinya : Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberikan Al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka [Al-Maidah : 5] Kata thaamuhum, maksudnya adalah sembelihan mereka berdasarkan ijma ulama. Karena selain sembelihan, seperti biji-bijian, buah-buahan dan lain sebagainya halal, baik berasal dari Ahli Kitab ataupun lainnya. Kedua : Daging import dari negeri bukan negeri Ahli Kitab, seperti negeri komunis, negeri paganis (penyembah patung). Daging-daging ini tidak boleh dikonsumsi oleh kaum muslimin, selama penyembelihannya tidak dilakukan oleh seorang Muslim atau seorang Ahlu Kitab (dengan cara penyembelihan yang sesuai syariat, -red). Jika penyembelihannya diragukan agamanya, atau metode penyembelihannya diragukan, apakah dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat atau tidak, maka seorang muslim diperintahkan untuk berhati-hati dan meninggalkan yang syubhat (samar). Sedangkan (daging-daging) yang tidak mengandung syubhat sudah bisa mencukupi (mudah didapat). Makanan itu sangat berbahaya, jika makanan itu keji (haram) ; karena akan memberikan makanan dengan makanan yang buruk. Dan daging-daging sembelihan itu memiliki kepekaan (sensitifitas) yang besar. Oleh karena itu, disyaratkan pada daging-daging sembelihan itu berasal dari orang-orang yang berhak melakukan penyembelihan, yaitu orang-orang Muslim atau Ahli Kitab, dan cara penyembelihannya dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat. Jika dua syarat ini tidak terpenuhi, berarti daging itu merupakan bangkai, sedangkan bangkai itu (hukumnya) haram. Kesimpulannya, daging-daging yang ditanyakan ini, jika diimport dari negeri Ahli Kitab dan disembelih sesuai dengan tuntunan syariat, maka daging ini boleh dikonsumsi. Sedangkan jika disembelih tidak sesuai dengan tuntunan syariat, seperti dengan menggunakan sengatan listrik atau semacamnya, maka (demikian) ini haram. Jika urusan ini masih samar pada anda, maka tinggalkan daging-daging itu dan beralihlah kepada yang tidak mengandung syubhat. Wallahu alam [Kitab Al-Muntaqa min Fatawa Fadhilatisy Syaikh Shalih bin Fauzan, 5/320-321] BOLEHKAH MEMBELI DAGING SEMBELIHAN ORANG YANG TIDAK SHALAT ? Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Pertanyaan. Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Kami membeli daging dari para jagal, dan kami tidak mengetahui apakah mereka melakukan shalat ataukah tidak. Namun kami cenderung menyangka. Mereka tidak shalat, karena kami tidak melihat mereka di masjid-masjid yang berdekatan dengan mereka, sedangkan kami pernah menanyakan kepada mereka tentang orang yang melakukan penyembelihan itu, dan mereka menjawab : Kami yang menyembelih. Bolahkah membeli daging dari mereka, setelah mengira bahwa mereka tidak shalat? Berilah fatwa kepada kami. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada anda. Jawaban Daging yang dijual di pasar-pasar kaum muslimin dari hewan-hewan yang disembelih di negera-negara Islam hukum asalnya adalah halal, alhamdulillah. Dan tidak perlu ditanyakan tentangnya, selama belum jelas atau tidak terbukti bahwa daging itu berasal dari sembelihan yang tidak sesuai syariat. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang satu kaum yang baru masuk Islam, mereka membawa daging ke pasar-pasar kaum muslimin, dan tidak diketahui apakah mereka menyebut nama Allah ketika menyembelih ataukah tidak, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memberikan jawaban. Artinya : Hendaklah kalian membaca bismillah dan makanlah [Hadits Riwayat Bukhari 6/226 dari Aisyah] Maksudnya, bacaan basmalah ketika hendak makan. Sehingga keraguan yang ada pada benak para penanya tidak memiliki kesempatan untuk menjadikan daging-daging itu haram, wallahu alam. Sedangkan kondisi orang-orang yang dipertanyakan yang meremehkan shalat berjamaah, tidak mesti mengakibatkan hasil sembelihan mereka menjadi haram. Karena meninggalkan shalat berjamaah, meskipun itu merupakan perbuatan haram (berdosa), namun perbua
[media-dakwah] Jawaban Pemahaman Salafush Shalih /pendahulu kita yang shalih.( Thullabul illmiy ) bag 3
Mas Dodi, afwan berikut tambahan mengenai Hidayah. === Tanya : Bagaimana Paman nabi SAW, Abi Tholib, yang sangat berani membela Nabi, menjaga Nabi, diakhir hayatnya, walaupun Nabi SAW sangat ingin agar beliau bersyahadat, namun,bikudratillah, Alloh belum berkehendak beliau bersyahadat, maka beliau meninggal dalam kondisi belum bersyahadat.Dari sini juga kita ambil hikmah, bahwa , penilaian diterima tidaknya amal seseorang, adalah hanya Alloh Ta'ala saja yang bisa menentukan, bukan kita, juga bukan siapa saja, hanya Alloh SWT. Kalaupun kita beribadah yang baik dan betul, itu adalah dalam rangka berusaha agar mudah-mudahan amal kita dikehendaki Alloh untuk diterimaNYA. Tidak berarti kita tidak usah berusaha mencari jalanv yang benar,dan syariat yang lurus lhooitu tetep, harus, rek... = Hidayah Milik Alloh Penulis: Abu Abdillah Rudi Agus Hermawan (Alumni Mahad Ilmi) Hidayah adalah sesuatu yang sangat didam-idamkan dan diimpikan oleh setiap insan, sebab semata karena hidayah Alloh kenikmatan serta kebahagian hidup di dunia dan di akhirat dapat tercapai. Karena itu hidayah merupakan nikmat yang terbesar yang Alloh anugerahkan pada seorang hamba. Sebagaimana nikmat yang lain demikian juga hidayah hanya datang dari Alloh. Oleh karena itu meminta dan mengharapkannya juga hanya kepada-Nya. Alloh berfirman, Åöäøóßó áóÇ ÊóåúÏöí ãóäú ÃóÍúÈóÈúÊó æóáóßöäøó Çááøóåó íóåúÏöí ãóä íóÔóÇÁõ æóåõæó ÃóÚúáóãõ ÈöÇáúãõåúÊóÏöíäó Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS Al Qashash: 56) Ayat ini turun terkait dengan kematian paman beliau Abu Thalib dalam keadaan kafir. Dalam shohih Bukhori dan Shohih Muslim disebutkan tatkala Abu Thalib akan meninggal, Rosululloh Sholallahu `alaihi wa sallam mendatanginya. Ketika itu Abdullah bin Abu Umayyah serta Abu Jahl berada di samping Abu Tholib. Rosululloh kemudian berkata, Wahai Pamanku! Ucapkanlah La Ilaaha Illalloh suatu kalimat yang dapat aku jadikan sebagai pembela untukmu di hadapan Alloh. Akan tetapi, ajakan ini disambut oleh Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahl dengan mengatakan, Apakah kamu membenci agama Abdul Muththalib? Lalu Rosululloh mengulanginya kembali dan mereka berdua juga mengulang-ulangi kata-kata itu pula. Akhirnya Abu Tholib meninggal dengan masih tetap pada agama Abdul Muththalib dan enggan mengucapkan La Ilaaha Illalloh Kemudian Nabi Berkata Sungguh, akan aku mintakan ampunan untukmu selama tidak dilarang. Lalu Alloh azza wa Jalla menurunkan firman-Nya, ãóÇ ßóÇäó áöáäøóÈöíøö æóÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇú Ãóä íóÓúÊóÛúÝöÑõæÇú áöáúãõÔúÑößöíäó æóáóæú ßóÇäõæÇú Ãõæúáöí ÞõÑúÈóì ãöä ÈóÚúÏö ãóÇ ÊóÈóíøóäó áóåõãú Ãóäøóåõãú ÃóÕúÍóÇÈõ ÇáúÌóÍöíãö Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. (QS At Taubah: 113) Mengenai Abu Thalib, Alloh menurunkan firman-Nya, Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Jika Nabi saja tidak mampu memberikan hidayah taufik kepada pamannya yang telah banyak berjasa, maka kepada yang lainnya tentu lebih tidak mampu lagi. Dan selain Nabi lebih tidak pantas lagi yaitu dimintai hidayah. Dengan demikian semua bentuk ketergantungan kepada Nabi sholallahu `alaihi wa sallam dan kepada yang lainnya selain Alloh adalah sangat tercela dan perbuatan yang sia-sia, bahkan merupakan perbuatan syirik. Macam-Macam Hidayah Hidayah yang diturunkan oleh Alloh ada dua macam; Pertama, hidayah berupa bimbingan dan penjelasan (Hidayatul Bayan wal Irsyad). Hidayah seperti ini dimiliki oleh para rasul dan semua pengikutnya yang menyebarkan ajarannya. Mereka selalu memberikan bimbingan dan penjelasan umat tentang syariat Alloh subhanahu wa taala. Alloh berfirman, æóíóÞõæáõ ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇú áóæúáÇ ÃõäÒöáó Úóáóíúåö ÂíóÉñ ãøöä ÑøóÈøöåö ÅöäøóãóÇ ÃóäÊó ãõäÐöÑñ æóáößõáøö Þóæúãò åóÇÏò Orang-orang yang kafir berkata, Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya? Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. (QS Ar Rad: 7) Alloh juga berfirman, æóÃóæúÍóíúäóÇ Åöáóì ãõæÓóì Ãóäú ÃóÓúÑö ÈöÚöÈóÇÏöí Åöäøóßõã ãøõÊøóÈóÚõæäó ÝóÃóÑúÓóáó ÝöÑúÚóæúäõ Ýöí ÇáúãóÏóÇÆöäö ÍóÇÔöÑöíäó Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli. Kemudia
[media-dakwah] Re: Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah ( Thullabul illmiy )
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Segala puji hanyalah milik Alloh, kita memujinya dengan nama-nama dan sifat- sifat-Nya yang baik, Shalawat dan salam senantiasa tercurah atas junjungan dan panutan hidup kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, kepada kerabatnya, para sahabatnya, tabi'in, tabiut tabi'in dan pengikutnya yang senantiasa teguh mengikuti sunnahnya hingga akhir zaman. Apa kabar Mas Dodi Indra ?.Mudah-mudahan sehat dan senantiasa dalam Rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala. Mohon maaf kepada mas Dodi sebelumnya, sebenarnya hal untuk mengingatkan dari bahaya masalah Bidah bukanlah dari saya , atau Ustadz fulan, atau Syaikh Fulan, tetapi peringatan ini datangnya dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang Diriwayatkan didalam hadist-hadistnya yang muliya. Dan beliau Shallallahu alaihi wa sallam berpesan keras kepada seluruh umatnya tentang hal tersebut. Simak hadist Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berikut : "Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah ucapan Allah dan sebaik-baik ajaran adalah ajaran Rasulullah. Dan sesungguhnya sejelek-jelek perkara adalah sesuatu yang diada-adakan (dalam agama), karena sesungguhnya sesuatu yang baru diada-adakan (dalam agama) adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan." (HR. Muslim no. 867). Dari sahabat Irbadh bin As Sariyyah rodiallahuanhu ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah shollallahualaihiwasallam shalat berjamaah bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu beliau memberi kami nasehat dengan nasehat yang sangat mengesan, sehingga air mata berlinang, dan hati tergetar. Kemudian ada seorang sahabat yang berkata: Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat seorang yang hendak berpisah, maka apakah yang akan engkau wasiatkan (pesankan) kepada kami? Beliau menjawab: Aku berpesan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, dan senantiasa setia mendengar dan taat ( pada pemimpin/penguasa , walaupun ia adalah seorang budak ethiopia, karena barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan menemui banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa Ar rasyidin yang telah mendapat petunjuk lagi bijak. Berpegang eratlah kalian dengannya, dan gigitlah dengan geraham kalian. Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang diada-adakan, karena setiap urusan yang diada-adakan ialah bidah, dan setiap bidah ialah sesat. [Riwayat Ahmad 4/126, Abu Dawud, 4/200, hadits no: 4607, At Tirmizy 5/44, hadits no: 2676, Ibnu Majah 1/15, hadits no:42, Al Hakim 1/37, hadits no: 4, dll]. Sebagai seorang muslim yang bernar-benar beriman bahwa Nabi Muhammad shollallahualaihiwasallam adalah utusan Allah, dia akan senantiasa bersikap sebagaimana yang Allah Taala firmankan: Dan tidaklah patut bagi seorang mukmin dan tidak pula bagi seorang mukminah bila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, untuk mengambil pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah ia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata. (Al Ahzab 36) Benar sekali apa yang diucapkan oleh shahabat Nabi, Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu : "Sederhana dalam sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam perbuatan bid'ah." Orang-orang yang mengadakan bid'ah itu walaupun niatnya baik tetap tertolak dengan dalil hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam : "Siapa yang mengada-adakan sesuatu amalan di dalam urusan (agama) kami ini dengan yang bukan bagian dari agama ini maka amalan itu tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya) Dan beliau bersabda :"Siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan itu tertolak." (HR. Muslim). Karena itu yang wajib bagi kaum Muslimin adalah mencukupkan diri dengan ibadah-ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya, tanpa menambah ataupun menguranginya. Walhasil, ibadah itu harus sesuai dengan aturan Alloh dan Rasul-Nya dalam semua segi, baik jumlah, cara, waktu, tempat dan lainnya. --- # Bagaimana bila dikatakan bahwa bukankah hanya hak prerogratif Alloh SWT untuk menilai amal ibadah seseorang itu ? Apa layak kita mengambil alih Haq Alloh tersebut dengan menghakimi amal saudara kita ?. Bila dikatakan demikian mengapa Allah Subhanahu wa taala mengutus nabi kita Shallallahu alaihi wa sallam. Bahwasanya kita tahu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan Allah azza wa jalla. Apakah cukup hanya beribadah ikhlas semata kepada Allah tanpa mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Apakah dengan Demikian kita mengabaikan apa-apa yang disampaikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melalui hadist-hadist beliau, dimana Hadist-hadist beliau adalah penjelas dari
[media-dakwah] Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah ( Thullabul illmiy )
HUKUM BERZIKIR DENGAN SUARA NYARING D. Konsekuensi memvonis bidah kepada amaliah yang sebenarnya sunnah. Dengan mengucapkan: Subhanallah, inikah bukti dari apa yang dikabarkan oleh sahabat Abdullah bin Masud, dalam ucapannya: Bagaimanakah sikapmu, bila kamu telah dilanda oleh suatu fitnah terus menerus, sehingga orang-orang dewasa mencapai usia pikun, dan anak kecil mencapai usia dewasa dalam suasana seperti itu, dan masyarakat telah menganggap fitnah itu sebagai suatu amalan sunnah, sehingga bila fitnah itu diingkari (ditentang), mereka berkata: Amalan sunnah telah dirubah (ditentang). Dikatakanlah kepadanya: Kapankah yang demikian itu dapat terjadi, wahai Abu Abdirrahman? Beliau menjawab: Bila ahli qiraat (bacaan) kalian telah banyak, sedangkan ahli fiqih (pemahaman) dari kalian hanya sedikit, harta kalian telah melimpah, dan orang-orang yang memiliki rasa amanat jumlahnya jarang dijumpai, dan bila kehidupan dunia digapai dengan sarana amalan akhirat (ibadah). (Riwayat Ad Darimi 1/75, no: 185, Ibnu Abi Syaibah 7/452, 37156, dan Al Hakim 4/560, no: 8570). Zikir berjamaah telah diklaim sunnah, sedangkan shalat tarawih berjamaah, dan berdoa tanpa mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah telah diklaim bidah. Banyak orang merasa berang tatkala dikatakan kepadanya: Zikir berjamaah adalah bidah. Banyak pemuka masyarakat yang kaget tatkala dikatakan bahwa tasawuf adalah bidah. Ya Allah lindungilah kami dan keturunan kami dari fitnah ini, dan tunjukkanlah kami kepada jalan yang lurus. Pada bahasan kali ini, bantahan ilmiah terhadap buku yang berjudul Zikir Berjamaah Sunnah atau Bidah lebih difokuskan pada beberapa problematika yang umumnya ditemui pada zikir berjamaah, beserta syubhat dan jawabannya. Mungkin diantara syubhat tersebut pernah terpikirkan oleh kita atau mungkin sempat kita yakini. Simak bantahannya pada edisi kali ini. Semoga bermanfaat BEBERAPA PROBLEMATIKA YANG ERAT HUBUNGANNYA DENGAN ZIKIR BERJAMAAH A. HUKUM BERZIKIR DENGAN SUARA NYARING. Pada pembahasan ini, saudarku menyebutkan ayat 200, surat Al Baqarah, yang bunyinya: Apabila kamu telah menyelesaikan manasikmu (ibadah hajimu), maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau bahkan (berzikirlah) lebih banyak dari itu. (Al Baqarah: 200) Pada penerjemahan ayat ini, saudaraku melakukan manipulasi terjemahan, yaitu pada hal: 81, tatkala beliau menerjemahkan firman Allah , beliau menerjemahkannya menjadi: atau (bahkan) lebih keras dari itu. Manipulasi ini, beliau ulangi lagi terhadap perkataan Syeikh Ahmad Mushthafa Al Maraghi, yang berkata: Bila kamu telah selesai dari ibadah haji, dan kamu telah melakukan nafar, maka perbanyaklah zikir (dengan menyebut) Allah, dan bermubalaghoh (berlebih-lebihan dalam memperbanyak zikir), sebagaimana kamu melakukannya ketika menyebut-nyebut nenek moyangmu dengan membangga-banggakan mereka dan sejarah hidup mereka. Saudarku menerjemahkan perkataan dengan: dan keraskanlah suaramu dalam berzikirnya. Hal serupa juga beliau lakukan tatkala menerjemahkan perkataan Syeikh Ahmad Al Shawi Al Maliki, yang berkata: maka berzikirlah kamu (dengan menyebut) Allah, dimana zikirmu (penyebutanmu) itu sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyangmu atau lebih. Saudaraku menterjemahkan kata , dengan: lebih keras lagi dari itu. Saya ingin bertanya kepada saudaraku, apakah yang dimaksud dengan kata lebih, dalam ayat di atas dan juga pada ucapan para ulama, adalah lebih keras semata? sehingga bila ada orang yang membaca takbir satu kali saja dengan berteriak dan menggunakan pengeras suara, sudah dianggap menjalankan perintah dalam ayat ini? Karena tentu suara yang ia hasilkan dengan teriakan dan dibantu oleh pengeras suara itu lebih keras dari suara orang-orang musyrikin zaman dahulu, yang hanya menyebut-nyebut nenek-moyang mereka dengan suara biasa. Demikiankah pemahaman saudaraku tentang ayat ini? Ataukah yang dimaksud dari kata lebih ialah dalam hal jumlah, kekhusyuan dan penghayatan akan zikir tersebut (kualitas dan kuantitasnya)? Agar menjadi jelas, mari kita simak penafsiran Ibnu Jarir At Thabari imamul mufassirin- berikut ini: Dan menurutku pendapat yang benar tentang tafsir ayat ini, ialah: Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan hamba-hamba-Nya, yaitu kaum mukminin agar berzikir kepada-Nya (mengingat-Nya) dengan menjalankan ketaatan kepada-Nya, yang terwujud pada sikap patuh kepada perintah-Nya dan menjalankan ibadah kepada-Nya seusai menjalankan manasik hajinya. Dan zikir ini, bisa saja yang dimaksudkan ialah bacaan takbir yang Allah Azza wa Jalla perintahkan dalam firman-Nya: Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah pada hari-hari yang telah dihitung (hari tasyriq: 11, 12, 13 Dzul Hijjah). (Al Baqarah: 203). Yaitu Zikir yang diwajibkan atas orang-orang yang telah menyelesaikan manasik hajinya. Maka A
Re: [media-dakwah] Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah ( Thullabul illmiy )
satu suara dan dikomando oleh satu orang, baik itu seorang imam atau lainnya tidak sesuai dengan sunnah. Dan fatwa Imam An Nawawi ini sekaligus memperjelas maksud beliau dari perkataannya yang dinukilkan oleh saudaraku. Bahwa pada dasarnya zikir dan doa itu dilakukan dengan cara merendahkan suara, terlebih-lebih tatkala ia melakukan zikir itu sedang berada di tengah-tengah majlis, atau di dalam barisan shaf. Sehingga perkataan beliau dalam kitabnya Al Majmu menepis kesalah pahaman saudaraku. Dengan demikian yang dimaksud dari ucapan Imam An Nawawi berikut ini: Ketahuilah, sebagaimana zikir itu sunnah hukumnya, begitu juga duduk di majlis ahli zikir, karena telah banyak dalil-dalil yang menunjukkan akan itu [Al Azkar, oleh An Nawawi hal: 8], bukan hanya sekedar majlis orang yang membaca zikir atau wiridan saja, akan tetapi, mencakup pengajian-pengajian, sekolahan-sekolahan agama dll. Kemudian pada perkataa Imam An Nawawi di atas tidak didapatkan sedikitpun isyarat yang menunjukkan bahwa orang-orang yang menghadiri majlis zikir itu melakukan zikir, doa dan wiridannya dengan cara dikomando oleh satu orang, atau dengan membaca satu bacaan atau dengan satu suara. Yang ada hanyalah anjuran menghadiri majlis zikir, apapun perwujudan majlis itu, baik majlis itu berupa sekolahan, pengajian, ceramah, seminar, belajar membaca Al Quran, mendengarkan orang yang sedang membaca Al Quran, atau berzikir dengan sendiri-sendiri, sebagaimanan yang dahulu dilakukan oleh sahabat nabi shollallahualaihiwasallam, atau yang lainnya. Demikian pula halnya dengan fatwa ulama lain yang telah dinukilkan ucapannya oleh saudar-saudaraku. Dan menurut hemat saya, yang menjadikan saudaraku salah paham terhadap ayat-ayat, hadits-hadits dan perkataan ulama seputar masalah zikir dan tata-cara pelaksanaannya, ialah karena beliau mengambil dan memahami dalil-dalil dan keterangan ulama dengan separuh-paruh, tidak menyeluruh. Seandainya beliau mengumpulkan seluruh dalil dan berbagai keterangan ulama, kemudian semuanya dipahami secara bersamaan dan sebagian darinya dijadikan alat untuk memahami sebagian yang lain, niscaya -insya Allah- saudaraku akan terhindar dari kesalah pahaman Wallahu Ta'ala A'lam Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu :>) Sumber : dari Buku Sunnahkah Zikir Berjamaah ? oleh Al Ustadz Muhammad Arifin Badri hafizhahulloh dengan sedikit perubahan. == lasykar5 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mohon kepada yang mem-posting artikel Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah menjelaskan hal2 berikut: 1. Dzikir yang dimaksud yang bagaimana? Dalilnya? 2. Apakah ada dalil yang di sana Rasulullah jelas-jelas mencontohkan sebuah kegiatan yang lali bisa disimpulkan bahwa kegiatan Rasul itu adalah Dzikir? 3. Yang hendak ditanggapi oleh artikel Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah itu TEPATnya seperti apa bentuk kegiatannya? Alangkah baiknya jika diberikan kejelasan sec spesifik bentuk yang dimaksud. 4. Saya hampir tidak melihat dalil kuat baik dari Quran maupun Sunnah Rasul yang (jika poin 1-3 di atas bisa ditanggapi dengan jelas) nyata-nyata mengatakan (suatu bentuk tertentu) Dzikir Berjamaah itu bid'ah, selain dari riwayat yang mengisahkan penpadat seorang shahabat atas suatu bentuk dzikir yang dianggap dzikir berkelompok yang menyalahi sunnah ... terima kasih, :-) On 10/9/06, handri yanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: - How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates. [Non-text portions of this message have been removed] -- Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang - Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1¢/min. [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [media-dakwah] Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah ( Thullabul illmiy )
satu suara dan dikomando oleh satu orang, baik itu seorang imam atau lainnya tidak sesuai dengan sunnah. Dan fatwa Imam An Nawawi ini sekaligus memperjelas maksud beliau dari perkataannya yang dinukilkan oleh saudaraku. Bahwa pada dasarnya zikir dan doa itu dilakukan dengan cara merendahkan suara, terlebih-lebih tatkala ia melakukan zikir itu sedang berada di tengah-tengah majlis, atau di dalam barisan shaf. Sehingga perkataan beliau dalam kitabnya Al Majmu menepis kesalah pahaman saudaraku. Dengan demikian yang dimaksud dari ucapan Imam An Nawawi berikut ini: Ketahuilah, sebagaimana zikir itu sunnah hukumnya, begitu juga duduk di majlis ahli zikir, karena telah banyak dalil-dalil yang menunjukkan akan itu [Al Azkar, oleh An Nawawi hal: 8], bukan hanya sekedar majlis orang yang membaca zikir atau wiridan saja, akan tetapi, mencakup pengajian-pengajian, sekolahan-sekolahan agama dll. Kemudian pada perkataa Imam An Nawawi di atas tidak didapatkan sedikitpun isyarat yang menunjukkan bahwa orang-orang yang menghadiri majlis zikir itu melakukan zikir, doa dan wiridannya dengan cara dikomando oleh satu orang, atau dengan membaca satu bacaan atau dengan satu suara. Yang ada hanyalah anjuran menghadiri majlis zikir, apapun perwujudan majlis itu, baik majlis itu berupa sekolahan, pengajian, ceramah, seminar, belajar membaca Al Quran, mendengarkan orang yang sedang membaca Al Quran, atau berzikir dengan sendiri-sendiri, sebagaimanan yang dahulu dilakukan oleh sahabat nabi shollallahualaihiwasallam, atau yang lainnya. Demikian pula halnya dengan fatwa ulama lain yang telah dinukilkan ucapannya oleh saudar-saudaraku. Dan menurut hemat saya, yang menjadikan saudaraku salah paham terhadap ayat-ayat, hadits-hadits dan perkataan ulama seputar masalah zikir dan tata-cara pelaksanaannya, ialah karena beliau mengambil dan memahami dalil-dalil dan keterangan ulama dengan separuh-paruh, tidak menyeluruh. Seandainya beliau mengumpulkan seluruh dalil dan berbagai keterangan ulama, kemudian semuanya dipahami secara bersamaan dan sebagian darinya dijadikan alat untuk memahami sebagian yang lain, niscaya -insya Allah- saudaraku akan terhindar dari kesalah pahaman Wallahu Ta'ala A'lam Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu :>) Sumber : dari Buku Sunnahkah Zikir Berjamaah ? oleh Al Ustadz Muhammad Arifin Badri hafizhahulloh dengan sedikit perubahan. == lasykar5 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Mohon kepada yang mem-posting artikel Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah menjelaskan hal2 berikut: 1. Dzikir yang dimaksud yang bagaimana? Dalilnya? 2. Apakah ada dalil yang di sana Rasulullah jelas-jelas mencontohkan sebuah kegiatan yang lali bisa disimpulkan bahwa kegiatan Rasul itu adalah Dzikir? 3. Yang hendak ditanggapi oleh artikel Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah itu TEPATnya seperti apa bentuk kegiatannya? Alangkah baiknya jika diberikan kejelasan sec spesifik bentuk yang dimaksud. 4. Saya hampir tidak melihat dalil kuat baik dari Quran maupun Sunnah Rasul yang (jika poin 1-3 di atas bisa ditanggapi dengan jelas) nyata-nyata mengatakan (suatu bentuk tertentu) Dzikir Berjamaah itu bid'ah, selain dari riwayat yang mengisahkan penpadat seorang shahabat atas suatu bentuk dzikir yang dianggap dzikir berkelompok yang menyalahi sunnah ... terima kasih, :-) On 10/9/06, handri yanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: - How low will we go? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates. [Non-text portions of this message have been removed] -- Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang - Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1¢/min. [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [media-dakwah] Pembagian Bid'ah dan bahayanya
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu, Ya akhi berikut ini ana kutipkan definisi bid'ah , pembagiannya dan bahayanya oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan dan Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari . semoga bermanfaat. Pengertian Bid'ah, Macam-Macam Bid'ah Dan Hukum-Hukumnya Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan PENGERTIAN BID'AH Bid'ah menurut bahasa, diambil dari bida' yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada contoh. Sebelumnya Allah berfirman. Badiiu' as-samaawaati wal ardli "Artinya : Allah pencipta langit dan bumi" [Al-Baqarah : 117] Artinya adalah Allah yang mengadakannya tanpa ada contoh sebelumnya. Juga firman Allah. Qul maa kuntu bid'an min ar-rusuli "Artinya : Katakanlah : 'Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul". [Al-Ahqaf : 9]. Maksudnya adalah : Aku bukanlah orang yang pertama kali datang dengan risalah ini dari Allah Ta'ala kepada hamba-hambanya, bahkan telah banyak sebelumku dari para rasul yang telah mendahuluiku. Dan dikatakan juga : "Fulan mengada-adakan bid'ah", maksudnya : memulai satu cara yang belum ada sebelumnya. Dan perbuatan bid'ah itu ada dua bagian : [1] Perbuatan bid'ah dalam adat istiadat (kebiasaan) ; seperti adanya penemuan-penemuan baru dibidang IPTEK (juga termasuk didalamnya penyingkapan-penyingkapan ilmu dengan berbagai macam-macamnya). Ini adalah mubah (diperbolehkan) ; karena asal dari semua adat istiadat (kebiasaan) adalah mubah. [2] Perbuatan bid'ah di dalam Ad-Dien (Islam) hukumnya haram, karena yang ada dalam dien itu adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-rubah) ; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Barangsiapa yang mengadakan hal yang baru (berbuat yang baru) di dalam urusan kami ini yang bukan dari urusan tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak diterima)". Dan di dalam riwayat lain disebutkan : "Artinya : Barangsiapa yang berbuat suatu amalan yang bukan didasarkan urusan kami, maka perbuatannya di tolak". MACAM-MACAM BID'AH Bid'ah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam : [1] Bid'ah qauliyah 'itiqadiyah : Bid'ah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mu'tazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah (kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus keyakinan-keyakinan mereka. [2] Bid'ah fil ibadah : Bid'ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa yang tidak disyari'atkan oleh Allah : dan bid'ah dalam ibadah ini ada beberapa bagian yaitu : [a]. Bid'ah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu mengadakan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syari'at Allah Ta'ala, seperti mengerjakan shalat yang tidak disyari'atkan, shiyam yang tidak disyari'atkan, atau mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang tahun, kelahiran dan lain sebagainya. [b]. Bid'ah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang disyariatkan, seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar. [c]. Bid'ah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu menunaikan ibadah yang sifatnya tidak disyari'atkan seperti membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan cara berjama'ah dan suara yang keras. Juga seperti membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam [d]. Bid'ah yang bentuknya menghususkan suatu ibadah yang disari'atkan, tapi tidak dikhususkan oleh syari'at yang ada. Seperti menghususkan hari dan malam nisfu Sya'ban (tanggal 15 bulan Sya'ban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di syari'atkan, akan tetapi pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil. HUKUM BID'AH DALAM AD-DIEN Segala bentuk bid'ah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam "Artinya : Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat". [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih]. Dan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam "Artinya : Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka perbuatannya tertolak". Dan dalam riwayat lain disebutkan : "Artinya : Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh urusan kami maka amalannya tertolak". Maka hadits tersebut menunjukkan bahwa segala yang diada-adakan dalam Ad-Dien (Islam) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat dan tertolak. Artinya bahwa bid'ah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram. Tetapi pengharaman tersebut tergantung pada bentuk bid'ahnya, ada diantaranya yang menyebabkan kafir (kekufuran), seperti thawaf mengelilingi kuburan untuk mendekatkan diri kepada ahli kubur, mempersembahkan sembelihan dan nadz
[media-dakwah] Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah ( Thullabul illmiy )
Pandangan Terhadap Dzikir Berjamaah. Tidaklah ada kebaikan di dunia atau di akhirat, melainkan telah diajarkan dalam agama Islam, dan tidaklah ada kejelekan melainkan, Islam telah memperingatkan umat manusia darinya, Allah berfirman: Artinya: Dan telah Kami turunkan kepadamu Al Kitab ( Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS An Nahl: 89). Ibnu Masud berkata: Telah dijelaskan kepada kita dalam Al Quran ini seluruh ilmu dan segala sesuatu. Dan Mujahid berkata: Seluruh halal dan haram telah dijelaskan. Setelah Ibnu Katsir menyebutkan dua pendapat ini, beliau berkata: Pendapat Ibnu Masud lebih umum dan menyeluruh, karena sesungguhnya Al Quran mencakup segala ilmu yang berguna, yaitu berupa kisah-kisah umat terdahulu, dan yang akan datang. Sebagaimana Al Quran juga mencakup segala ilmu tentang halal dan haram, dan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, dalam urusan kehidupan dunia dan agama mereka. (Tafsirul Quranil Adhim oleh Ibnu Katsir As Syafii 2/582). Bila Nabi shollallahualaihiwa sallam telah mengajarkan kepada umatnya tata cara buang air kecil dan besar, mustahil bila beliau shollallahualaihiwa sallam tidak mengajarkan kepada umatnya tata cara berdakwah, penegakan syariat Islam di bumi, dan terlebih lebih tata cara beribadah kepada Allah. Sehingga tidak ada alasan bagi siapa pun untuk merekayasa suatu metode atau amalan dalam beribadah kepada Allah taala. PANDANGAN TENTANG DZIKIR BERJAMAAH (HADIST). TEKS ATSAR Amr bin Salamah Rohimuhullah berkata: Kami duduk-duduk di pintu rumah Abdullah bin Mas ud RadhiAllahuanhu , sebelum shalat duduk shubuh, ketika beliau keluar kami mengiringinya pergi kemasjid. Lalu tiba-tiba Abu Musa Al-Asyari mendatangi kami dan berkata: Apakah Abu Abdirrahman (Ibnu Mas ud) sudah keluar (dan rumah)? . Kami jawab: Belum . Lalu beliau duduk bersama kami. Kemudian keluarlah Ibnu Mas ud, kami semua berdiri rnengerumuni beliau. Abu Musa berkata kepada Ibnu Ma ud. Wahai Abu Abdirrahman, tadi aku melihat suatu perkara yang aku ingkari namun aku menganggap -segala puji bagi Allah- hal itu adalah baik . Kata lbnu Ma s ud: Apa itu? . Jawab Abu Musa: Jika engkau berumur panjang, engkau akan mengetahui, aku tadi melihat kelompok orang di masjid, mereka duduk berhalaqoh (kelompok), menunggu shalat. Setiap kelompok dipimpin oleh seseorang, sedang di tangan mereka terdapat kerikil, lalu pemimpin tadi berkata: Bertakbirlah seratus kali maka mereka bertakbir seratus kali, Bertahlillah seratus kali maka mereka bertahlil seratus kali, Bertasbihlah seratus kali maka mereka bertasbih seratus kali. Ibnu Mas ud bertanya: Apa yang kamu katakan kepada mereka? Abu Musa menjawab: Aku tidak bilang apa-apa, aku m.enanti pendapatmu Kata ibnu Mas ud: Tidakkah kamu katakan kepada mereka agar mereka menghitung kesalahan mereka dan kamu jamin bahwa kebaikan mereka tidak akan disia-siakan Lalu lbnu Mas ud berlalu menuju masjid tersebut dan kami pun ikut, sehingga sampai di tempat itu. Ibnu Mas ud bertanya kepada mereka: Benda apa yang kalian pergunakan ini? Mereka menjawab: Kerikil, wahai Abu Abdirrahman, kami bertakbir, tahlil dan bertasbih dengannya . Timpal lbnu Mas ud. Hitunglah kesalahan-kesalahan kalian, saya jamin kebaikan kalian tidak akan sia-sia sedikitpun, celaka kalian wahai umat Muhammad, betapa cepat kebinasaan kalian, (itu) mereka, para sahabat Nabi kalian masih banyak bertebaran, ini baju beliau belum rusak, dan bejananya belum pecah. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan Nya, sungguh kalian berada dalam suatu agama yang lebih benar ketimbang agama Muhammad, atau kalian pembuka pintu kesesatan Mereka menjawab. Wahai Abu Abdirrahman, kami tidak menghendaki kecuali kebaikan . Jawab Ibnu Mas ud: Betapa banyak orang yang menghendaki kebaikan namun tidak mendapatkannya . Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menceritakan kepada kami bahwa ada suatu kaum yangmembaca A1-Qura tetapi tidak sampai tenggorokan (tanpa difahami). Demi Allah, saya tidak tahu barangkali kebanyakan mereka adalah dan kalian. Lalu Ibnu Mas ud pergi. Amr bin Salamah berkata: Kami mendapati mayoritas anggota halaqah tersebut memerangi kami pada perang Nahrawan, mereka bergabung bersama Khawarij. TAKHRIJ ATSAR (1) SHAHIH. Atsar ini tidak diragukan lagi keshahihannya. Diriwayatkan dan Abdullah bin Masud dengan beberapa jalur yang banyak sekali Adapun perinciannya sebagai berikut: 1.Amr bin Yahya bin Amr bin Salamah SHAHIH. Dikeluarkan Ad-Darimi dalam Sunannya :. 210 dan Bahsyal dalam Tarikh wasith hal. 198- 199. (Lihat Silsilah Ahadits Ash-Shahihah 5/11-13/no. 2005 oleh al-Albani). 2. Hammad bin Zaid dan Mujalid bin said dan Amr bin Salamah DHAIF. Dikeluarkan At-Thabrani dalam Al-Mujamul jbir 9/136/no. 8636. Berkata Al-Haitsami dalam Majm
[media-dakwah] Awas, bahaya Syirik merenggut Anda
Awas, bahaya Syirik merenggut Anda Tulisan oleh Al Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin Al Atsari Ketika umat ditimpa berbagai macam krisis, baik krisis ekonomi, moral, akhlaq maupun aqidah, mulailah berbagai macam organisasi dakwah dan tokoh-tokoh para dai mencari solusi. Mereka berupaya untuk melepaskan umat dari berbagai macam krisis tersebut. Sebagian mereka memulainya dengan memperbaiki dari sisi ekonomi. Sebagian lainnya berpendapat bahwa tidak akan selesai krisis ini kecuali dengan memperbaiki akhlaq. Bahkan sebagian yang lainnya mengatakan kita harus menyelamatkan umat dengan menguasai negara dan memperbaikinya dari sisi politik. Hampir tidak ada seorang pun di antara mereka yang berpendapat bahwa penyebab semua krisis itu adalah krisis tauhid dan menyebarnya berbagai bentuk kesyirikan-kesyirikan yang menimpa umat. Oleh karena itu apabila ada sekelompok umat yang memulai dakwahnya dengan memperbaiki sisi tauhid dan memperingatkan umat dari bahaya kesyirikan, mereka beramai-ramai menganggapnya sebagai orang yang tidak mengerti sikon (situasi dan kondisi), tidak paham fiqhul waqi (kenyataan yang ada), tidak memiliki wawasan politik, tidak mengikuti zaman dan seabrek tuduhan lainnya. Padahal sesungguhnya bahaya kesyirikan lebih besar dari bahaya kelaparan dan kekeringan. Hal itu karena apabila seseorang terjatuh dalam kesyirikan, maka akan runtuhlah keislamannya dan hilanglah makna kehidupan ini. Bukankah kita tercipta untuk beribadah kepada Allah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya?. Dengan tauhid dan keimanan yang benar, segala macam krisis akan dapat diatasi. Dengan ketaqwaan kaum muslimin kepada Allah, Allah akan bukakan barokah dari langit dan bumi. Allah Subhanahu wa Taala berfirman: æóáóæú Ãóäøó Ãóåúáó ÇáúÞõÑóì ÁóÇãóäõæÇ æóÇÊøóÞóæúÇ áóÝóÊóÍúäóÇ Úóáóíúåöãú ÈóÑóßóÇÊò ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö æóÇúáÃóÑúÖö æóáóßöäú ßóÐøóÈõæÇ ÝóÃóÎóÐúäóÇåõãú ÈöãóÇ ßóÇäõæÇ íóßúÓöÈõæäó. ]ÃáÃÚÑÇÝ: 96[ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (al-Araaf: 96) Dengan ayat di atas Allah menjelaskan bahwa jika suatu kaum senantiasa beriman dan bertaqwa kepada-Nya maka Allah akan memberikan barakahNya. Tapi sebaliknya jika mereka mendustakan ajaran Allah, kafir, ingkar kepada Allah dan rasul-Nya, dengan berbuat kesyirikan dan kebidahan, maka barokah tersebut akan tercabut. Ini adalah bahaya kesyirikan di dunia. Adapun bahaya kesyirikan di akhirat lebih besar lagi. Allah tidak akan mengampuni pelakunya dan Allah pasti akan mengadzabnya. Åöäøó Çááøóåó áÇó íóÛúÝöÑõ Ãóäú íõÔúÑóßó Èöåö æóíóÛúÝöÑõ ãóÇ Ïõæäó Ðóáößó áöãóäú íóÔóÇÁõ æóãóäú íõÔúÑößú ÈöÇááøóåö ÝóÞóÏö ÇÝúÊóÑóì ÅöËúãðÇ ÚóÙöíãðÇ. ]ÇáäÓÇÁ: 48[ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (an-Nisaa: 48) Karena itu pula seluruh para nabi memperingatkan umatnya dari kesyirikan. Nabi Ibrahim, bapak para nabi dan bapak tauhid pun berdoa meminta kepada Allah agar dirinya dan keturunannya dijauhkan dari kesyirikan. æóÅöÐú ÞóÇáó ÅöÈúÑóÇåöíãõ ÑóÈøö ÇÌúÚóáú åóÐóÇ ÇáúÈóáóÏó ÁóÇãöäðÇ æóÇÌúäõÈúäöí æóÈóäöíøó Ãóäú äóÚúÈõÏó ÇúáÃóÕúäóÇãó. ]ÇÈÑÇåíã: 35[ Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (Ibrahim: 35) Beliau menjelaskan alasan takutnya beliau dari kesyirikan yaitu karena peribadatan terhadap berhala telah banyak menyesatkan manusia. ÑóÈøö Åöäøóåõäøó ÃóÖúáóáúäó ßóËöíÑðÇ ãöäó ÇáäøóÇÓö Ýóãóäú ÊóÈöÚóäöí ÝóÅöäøóåõ ãöäøöí æóãóäú ÚóÕóÇäöí ÝóÅöäøóßó ÛóÝõæÑñ ÑóÍöíãñ. ]ÇÈÑÇåíã: 36[ Ya Rabb-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia. Barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ibrahim: 36) Jika nabi yang mulia, bapak para Nabi, dan bapak Tauhid mengkhawatirkan dirinya dari kesyirikan maka tentunya seseorang yang bukan Nabi lebih dikhawatirkan untuk terjerumus ke dalam kesyirikan-kesyirikan. Berkata Ibrahim At-Taimi: Siapakah yang merasa aman dari kesyirikan setelah Ibrahim? Rasulullah r memperingatkan para shahabatnya dari bahaya kesyirikan dengan sabdanya: ÃóÎúæóÝõ ãóÇ ÃóÎóÇÝõ Úóáóíúßõãú ÇáÔøöÑúßõ ÇúáÃóÕúÛóÑõ. ÝóÓõÆöáó Úóäúåõ¿ ÝóÞóÇáó: ÇáÑøöíóÇÁõ (ÑæÇå ÃÍãÏ æÕÍÍå ÇáÃáÈÇäí) Yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil. Para shahabat bertanya: Apa itu syirik kecil? Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menjawab: Ar-Riya. (HR. Ahmad dan Syaikh al-Albani menshahihkannya)
[media-dakwah] PERNYATAAN PARA IMAM UNTUK MENGIKUTI SUNNAH DAN MENINGGALKAN YANG MENYALAHI SUNNAH.
PERNYATAAN PARA IMAM UNTUK MENGIKUTI SUNNAH DAN MENINGGALKAN YANG MENYALAHI SUNNAH. Kiranya ada gunanya di sini saya paparkan sebagian atau seluruhnya ucapan-ucapan yang saya ketahui dari mereka. Semoga kutipan ini dapat menjadi pelajaran dan peringatan bagi mereka yang taklid kepada para imam atau kepada yang lainnya dengan cara membabi buta,(1) dan berpegang pada madzhab dan pendapat mereka seolah - olah hal itu seperti sebuah firman yang turun dari langit. Allah berfirman: IkutiIah oleh kalian apa yang telah diturunkan kepada kalian dan Tuhan kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain Dia. Sungguh sedikit sekali kamu ingat kepadanya. (Qs. AI-Araf 7: 3) Berikut ini saya paparkan pernyataan para Imam Madzhab. 1. Abu Hanifah Rohimahullah. Imam madzhab yang pertama adalah Abu Hanifah Numan bin Tsabit. Para muridnya telah meriwayatkan berbagal macam perkataan dan pernyataan beliau yang seluruhnya mengandung satu tujuan, yaitu kewajiban berpegang pada hadits Nabi dan meninggakan sikap membeo pendapat-pendapat para imam bila bertentangan dengan Hadits Nabi . Ucapan beliau : Jika suatu Hadits shahih., itulah madzhabku( 2) Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu dan mana kami mengambil sumbernya. (3) Pada riwayat lain dikatakan bahwa beliau mengatakan: Orang yang tidak mengetahui dalilku, haram baginya menggunakan pendapatku untuk memberikan fatwa. Pada riwayat lain ditambahkan: Kami hanyalah seorang manusia. Hari ini kami berpendapat demikian tetapi besok kami mencabutnya. Pada riwayat lain lagi dikatakan: Wahai Yaqub (Abu Yusuf), celakalah kamu! Janganlah kamu tulis semua yang kamu dengar dariku. Hari ini saya berpendapat demikian, tapi hari esok saya meninggalkannya. Besok saya berpendapat demikian, tapi han berikutnya saya meninggaIkannya.(4) Kalau saya mengemukakan suatu pendapat yang bertentangan dengan AI-Quran dan Hadits Rasulullah , tinggalkanlah pendapatku itu. (5) 2. Malik bin Anas Imam Malik bin Anas menyatakan: Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah, terkadang benar. Oleh karena itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah, ambillah; dan bila tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah, tinggalkanlah.(6) Siapa pun perkataannya bisa ditolak dan bisa diterima, kecuali hanya Nabi sendiri (7) lbnu Wahhab berkata: Saya pernah mendengar Malik menjawab pertanyaan orang tentang menyela-nyela jari-jari kaki dalam wudhu, jawabnya: Hal itu bukan urusan manusia. lbnu Wahhab berkata: Lalu saya tinggalkan beliau sampai orang-orang yang mengelilinginya tinggal sedikit, kemudian saya berkata kepadanya: Kita mempunyai Hadits mengenai hal tersebut. Dia bertanya: Bagaimana Hadits itu? Saya jawab: Laits bin Saad, Ibnu Lahiah, Amr bin Harits, meriwayatkan kepada kami dan Yazid bin Amr Al-Muafiri, dan Abi Abdurrahman Al-Habali, dan Mustaurid bin Syaddad Al-Qurasyiyyi, ujarnya: Saya melihat Rasu!ullah menggosokkan jari manisnya pada celah-celah jari- jari kakinya. Malik menyahut: Hadits ini hasan, saya tidak mendengar ini sama sekali, kecuali kali ini. Kemudian di lain waktu saya mendengar dia ditanya orang tentang hal yang sama, lalu beliau menyuruh orang itu untuk menyela-nyela jari-jari kakinya.(8) 3. Syafii Riwayat-riwayat yang dinukil orang dari Imam Syafii dalam masalah ini lebih banyak dan lebih bagus (9) dari para pengikutnya lebih banyak yang melaksanakan pesannya dan lebih beruntung. Beliau berpesan antara lain: Setiap orang harus bermadzhab kepada Rasulullah dan mengikutinya. Apa pun pendapat yang aku katakan atau sesuatu yang aku katakan itu berasal dari Rasulullah tetapi ternyata berlawanan dengan pendapatku, apa yang disabdakan oleh Rasululah itulah yang menjadi pendapatku.(10) b. Seluruh kaum muslim telah sepakat bahwa orang yang secara jelas telah mengetahui suatu Hadits dari Rasulullah tidak halal meninggalkannya guna mengikuti pendapat seseorang. (11) c. Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan Hadits Rasulullah, peganglah Hadits Rasulullah itu dan tinggalkanlah pendapatku itu. (12) Bila suatu Hadits itu shahih, itulah madzhabku. (13) Kalian (14) Lebih tahu tentang Hiadits dan para rawinya daripada aku. Apabila suatu hadits itu shahih, beritahukanlah kepadaku biar di mana pun orangnya, apakah di Kuffah, Bashrah, atau Syam, sampai aku pergi menemuinya. Bila suatu masalah ada Haditsnya yang sah dari Rasulullah menurut kalangan ahli Hadits, tetapi pendapatku menyalahinya, pasti aku akan mencabutnya, baik selama aku hidup maupun setelah aku mati.(15) Bila kalian mengetahui aku mengatakan suatu pendapat yang ternyata menyalahi Hadits Nabi yang shahih, ketahuilah bahwa hal itu berarti pendapatku tidak berguna.(16) Setiap
[media-dakwah] Re: [FORUM PENGAJIAN KANTOR] Al Ustadz Hartono Ahmad Jaiz: Heboh "Fatwa Ulama NU Jombang"
FYI. Wido Q Supraha <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Berikut analisa dari Al Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, Seorang penulis produktif, mensikapi email yang beredar terkait Fatwa Ulama NU Jombang. Dari analisa ini kita diberikan alternatif adanya pihak di luar NU dan Salafi yang merekayasa surat ini untuk menimbulkan pertentangan pada kedua kelompok ini, dimana kalau melihat gaya bahasa yang dipakai, ada kemungkinan ini adalah gaya dari LDII, sebuah organisasi islam yang telah difatwakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia. Selamat Menikmati. Wassalaam, Wido Q Supraha --- Heboh Fatwa Ulama NU Jombang Oleh Hartono Ahmad Jaiz Wartawan dan Penulis Buku-buku Islami Menjelang Ramadhan 1427H dan bahkan di tengah umat Islam sedang menjalankan shaum Ramadhan 1427H, beredar berita ramai tentang Fatwa Ulama NU Jombang. Walaupun beritanya tidak muncul di koran-koran dan majalah atau bahkan televisi seperti fatwa NU tentang haramnya acara infotainmen yang bermuatan ghibah/ bergunjing, namun fatwa yang berjudul Fatwa Ulama NU Jombang ini ramai di situs dan milis-milis. Bahkan di pergaulan kalangan muslimin perkotaan di Indonesia pun cukup ramai. Bagaimana tidak ramai, ketika ada fatwa yang muncul atas nama para Ulama NU Jombang (kota tempat pendiri NU KH Hasyim Asyari berada dulunya, dan pesantrennya Tebu Ireng masih ada), namun fatwa itu berseberangan benar-benar dengan amaliah orang-orang NU. Misalnya saja tentang tidak perlunya doa qunut shubuh, memperingati orang mati 7 hari dan seterusnya, bahkan sampai menganjurkan imam sholat tidak usah membaca wirid dan doa secara berjamaah. Dengan beredarnya fatwa itu, ada yang menulis di milis: bukan saja mencatut nama-nama ulama besar NU dimana nyaris semuanya sudah meninggal bahkan sebelum kemerdekaan RI tapi juga berpotensi merusak ukhuwah. Kegerahan pun menyeruak di tubuh NU, hingga Situs NU, menurunkan berita: Ansor Diminta Segera Usut Penyebaran Fatwa Palsu Sabtu, 30 September 2006 11:40 WIB Jombang, NU Online Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama perlu segera mengusut penyebaran fatwa palsu yang mengatasnamakan ulama NU Jombang, Jawa Timur. Kasus ini sebenarnya sudah terjadi berkali-kali dan tidak dihiraukan oleh warga nahdliyyin, namun masih berpotensi memunculkan keresahan. Demikian dikatakan KH. Aziz Masyhuri, Pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, Jombang, dihubungi NU Online, Sabtu (30/9). Dikatakan Kiai Aziz, selebaran gelap itu disebarkan dengan sangat hati-hati oleh para pelakunya. Saya sudah meminta kepada teman-teman Ansor baik di Jombang maupun di Jakarta untuk mencari siapa-siapa yang menyebarkan itu. Tapi ya memang sulit ngusutnya. Dulu juga sering terjadi begitu dan sampai sekarang belum ketemu pelakunya, kata Kiai Aziz. Nama-nama kiai NU yang disebutkan dalam selebaran itu, lanjut sesepuh Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) NU itu, sama sekali tidak dikenal. Sementara Buletin Mimbar Dakwa yang disebut-sebut dalam selebaran sebagai sumber pengambilan fatwa tidak beredar di Jombang. Saya sampai menanyakan kepada kiai-kiai tua di kampung-kampung apakah ada kiai-kiai NU yang namanya tercantum dalam selebaran itu atau ada yang bikin buletin itu ternyata nggak ada yang kenal, kata Kiai Aziz. Selebaran yang mengatasnamakan ulama NU itu berisi ajakan untuk meninggalkan beberapa amaliyah yang selama ini dikerjakan oleh warga nahdliyyin, seperti wirid atau dzikir setelah shalat lima waktu, doa qunut dalam shalat subuh dan witir, adzan shalat Jumat dua kali, shalat tarawih 20 rakaat, serta tahlil 7 hari untuk orang yang meninggal. Dikatakan dalam selebaran itu amaliyah-amaliyah itu adalah bidah alias hukumnya haram dan harus segera ditinggalkan oleh umat Islam yang telah mengerjakannya. Tahun lalu itu disebarkan di luar Jawa, terutama di Lampung. Sekarang karena sudah banyak yang menggunakan internet ya para pelakukannya lebih mudah menyebarkan itu. Tapi saya kira itu tidak ada pengaruhnya, wong itu jelas-jelas untuk bikin ribut saja. Orang sudah ngerti semua, kata Kiai Aziz. (nam) (nu.or.id) Lain lagi dengan Gus Mus (Mustafa Bisri), ketika dia ditanya tentang fatwa itu oleh Samsul Hadi (Samsul) pada 21 September 2006 14:34:33, dia menjawab: Waalaikumussalam warah,matuLlahi wabaralatuH. Tak usah bingung. Wong itu pasti berasal dari selebaran gelap. Jangan hiraukan. Atau jika Anda nganggur, bisa Anda cek saja ke nama-nama yang tercantum disitu. Wassalamu'alaikum. (GusMus.NET) Ada Kejanggalan Fatwa itu memang mengandung beberapa kejanggalan. Di antara kejanggalannya: 1. Tanggal penulisan fatwa itu tertera, Jombang, 1 Ramadhan 1423H, tetapi beredar dan ramai di masyarakat pada menjelang Ramadhan 1427H. Selang 4 tahun baru beredar? 2. Kalimat-kalimat dalam fatwa itu bukan model kalimatnya Ulama NU. B
RE: [FORUM PENGAJIAN KANTOR] RE: [media-dakwah] Fatwa Ulama NU Jombang dalam berbagai amalan Ibadah
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu. Saudara- saudaraku seiman dan seaqidah, sebelumnya saya mengucapkan beribu ma'af pada antum sekalian bila artikel kiriman saya menyebabkan ketersinggungan bagi saudaraku kaum muslimin yang lain. Demi Allah, tidak ada maksud dari hati saya untuk menyebarkan fitnah terhadap saudara -saudaraku kaum muslimin. Terlepas apakah artikel yang saya kirim berasal dari sumber yang benar ataupun apakah itu sebuah fitnah ( Wallahu Ta'ala A'lam). Tetapi pesan yang disampaikan adalah sebuah kebenaran yang datangya Dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Insya Allah saya akan memberikan tanggapan terhadap masukan dari saudaraku sekalian. Sekali lagi, Saya mohon ma'af pada ikhwan wa akhwati fillah . Marilah kita senantiasa Huznuzhon dan berdiskusi dengan ilmiyyah , bila itu menurut antum sekalian benar tunjukan dengan Hujjah yang nyata, dan apabila itu menurut saya benar maka saya akan menunjukkan hujjah yang nyata pula. Karena Agama kita yang Agung ini sudah sempurana, Dan timbangan suatu amalan Ibadah adalah Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . Sebagaimana firman Allah : Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian." (QS An-Nisaa'/ 4:59). Bagaimana kita mengatakan benar bila timbanganya mensilisihi amalan tersebut. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. SUB Juarsih <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ass Wr Wb, Ya Akhi Handri yanto, mungkin selebaran yg anda kirim benar2 dari hasil fatwa orang2 yang menyebut diri ulama NU Jombang khusus dari nama2 ulama yg tertulis di situ. tapi seharusnya anda mengirimnya ke orang yang tepat, yang sealiran dengan anda. karena ini forum umum, maka terjadi pro dan kontra. padahal niat anda sebetulnya sangatlah baik. berbagi info saya org Sby-Jatim, kebetulan saya sampai sekarang masih rutin menimbah ilmu agama di suatu pesantren di wilayah JOMBANG, tetapi nama ulama2 yg tertulis di selebaran tsb rasanya belum pernah saya dengar..sungguh. Jombang bukanlah kota besar, banyak pesantren disana, banyak kyai besar disana, tetapi kok nama mereka tidak ada ya...? tetapi saya salut, krn cara penyampaian anda lebih halus dari teman anda yg lain, meski intinya sama, sll ttg BIDAH di Milist ini tll sering baca Bidah..., di rumah tanpa sengaja saya lihat tayangan si OTONG di TPI dg judul Bidah. semua orang di kasih tahu oleh si Otong bahwa apa yang tidak pernah dilakukan Nabi tetapi kita lakukan itu =Bidah. kampung jadi gelap, semua orang tidak mau pakai listrik krn Nabi dulu tidak pakai listrik tukang Ojek tidak laku, krn Nabi dulu tidak naik Ojek. akhirnya warga yang merasa di rugikan protes ke pak kyai. kyainya sendiri juga bingung lihat kampung jadi gelap, ternyata krn otong kebablasan dlm mengartikan BIDAH. saya tersenyum., kalau semua di artikan secara dhohir seperti si otong, maka tidak akan ada kemacetan mobil. semua orang jalan kaki atau naik Onta. tak boleh naik pesawat, dll, yg tidak ada di zaman nabi. ada2 saja si Otong. ini benar2 saya tonton di TPI, jadi jangan ada yg tersinggung ya.. Wass Wr Wb, ARSIH From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of handri yanto Sent: Tuesday, September 26, 2006 3:33 PM To: Moh. Imam Santosa Cc: media-dakwah@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED] Subject: [FORUM PENGAJIAN KANTOR] RE: [media-dakwah] Fatwa Ulama NU Jombang dalam berbagai amalan Ibadah Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhi, Ya akhi, Syukron katsiro, antum telah mengingatkan saya untuk tidak menebar fitnah. Astaghfirullahu . bila menurut antum ini adalah berita fitnah yang bukan dari Orang-orang NU , sebagaimana antum jelaskan maka, saya telah berbuat dholim mengirim berita yang bukan dari sumbernya. Dan saya memohon ampun kepada Allah azza wa Jalla atas kekhilafan saya karena tidak tabayyun dengan sumbernya. Tetapi ya akhi bila berita ini benar hanya Allah yang Maha Mengetahui tentang kebenaran. Tipu daya manusia tidak akan menandingi tipu daya Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kebenaran selalu wujud ditengahnya kebatilan.Yang Haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Al Israa' (17) -Ayat 81- æóÞõáú ÌóÇÁ ÇáúÍóÞøõ æóÒóåóÞó ÇáúÈóÇØöáõ Åöäøó ÇáúÈóÇØöáó ßóÇäó ÒóåõæÞðÇ Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. Al Anbiyaa' (21) -Ayat 18- Èóáú äóÞúÐöÝõ ÈöÇáúÍóÞøö Úóáóì ÇáúÈóÇØöáö ÝóíóÏúãóÛõåõ ÝóÅöÐóÇ åõæó ÒóÇåöÞñ æóáóßõãõ Çáúæóíúáõ ãöãøóÇ ÊóÕöÝõæäó Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang b
RE: [media-dakwah] Fatwa Ulama NU Jombang dalam berbagai amalan Ibadah
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhi, Ya akhi, Syukron katsiro, antum telah mengingatkan saya untuk tidak menebar fitnah. Astaghfirullahu . bila menurut antum ini adalah berita fitnah yang bukan dari Orang-orang NU , sebagaimana antum jelaskan maka, saya telah berbuat dholim mengirim berita yang bukan dari sumbernya. Dan saya memohon ampun kepada Allah azza wa Jalla atas kekhilafan saya karena tidak tabayyun dengan sumbernya. Tetapi ya akhi bila berita ini benar hanya Allah yang Maha Mengetahui tentang kebenaran. Tipu daya manusia tidak akan menandingi tipu daya Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kebenaran selalu wujud ditengahnya kebatilan.Yang Haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Al Israa' (17) -Ayat 81- æóÞõáú ÌóÇÁ ÇáúÍóÞøõ æóÒóåóÞó ÇáúÈóÇØöáõ Åöäøó ÇáúÈóÇØöáó ßóÇäó ÒóåõæÞðÇ Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. Al Anbiyaa' (21) -Ayat 18- Èóáú äóÞúÐöÝõ ÈöÇáúÍóÞøö Úóáóì ÇáúÈóÇØöáö ÝóíóÏúãóÛõåõ ÝóÅöÐóÇ åõæó ÒóÇåöÞñ æóáóßõãõ Çáúæóíúáõ ãöãøóÇ ÊóÕöÝõæäó Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya). Yunus (10) -Ayat 21- æóÅöÐóÇ ÃóÐóÞúäóÇ ÇáäøóÇÓó ÑóÍúãóÉð ãøöä ÈóÚúÏö ÖóÑøóÇÁ ãóÓøóÊúåõãú ÅöÐóÇ áóåõã ãøóßúÑñ Ýöí ÂíóÇÊöäóÇ Þõáö Çááøåõ ÃóÓúÑóÚõ ãóßúÑðÇ Åöäøó ÑõÓõáóäóÇ íóßúÊõÈõæäó ãóÇ ÊóãúßõÑõæäó Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. Katakanlah: "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu)". Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu. Jazzakallahu khoir, atas peringatan antum. Inya Allah ana akan mencari tentang kebenaran berita tersebut. Afwan Jiddan. Barokallahu fiikum. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. "Moh. Imam Santosa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Maaf ini kan bulan suci Rhomadhon, jangan menebar fitnah Regards, Imam -Original Message- From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of handri yanto Sent: Tuesday, September 26, 2006 1:11 PM To: [EMAIL PROTECTED]; media-dakwah@yahoogroups.com Subject: [media-dakwah] Fatwa Ulama NU Jombang dalam berbagai amalan Ibadah Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya. Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya. Alhamdulillahirobbil aalamiin, berikut ini informasi dari saudara kita dari Jombang mengenai fatwa ulama NU di Jombang. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan taufiq dan hidayahnya serta meneguhkan hati kaum muslimin agar senantiasa berpegang teguh kepada Al Qur'an dan Sunnah yang shahih. Wallahu musta'an Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh, == From: "Harlan C. Jaya" Subject: FW: FATWA ULAMA NU JOMBANG Date: Fri, 15 Sep 2006 09:24:35 +0700 FATWA ULAMA JOMBANG DALAM BERBAGAI IBADAH/AMALAN BEBERAPA FATWA ULAMA NU JOMBANG Bismillahirrohmanirrohim Kami Ulama dari Nahdatul Ulama Jombang, Jawa Timur setelah bermusyawarah dalam masalah peribadatan umat Islam yang selama ini dianggap Ibadah, amalan YANG TIDAK SESUAI dengan syariat Islam, setelah mengkaji ulang beberapa kali dan mengkaji hadits-hadits, pendapat para imam, telah mengambil keputusan untuk menghimbau, sekali lagi sifatnya menghimbau kepada kaum muslimin di seluruh Indonesia khususnya kaum Nahdiyin agar merubah secara bertahap amalan yang selama ini kurang sesuai dengan syariat Islam, agar mengikuti fatwa kami sebagai berikut : DALAM SHOLAT 1. Agar meninggalkan kebiasaan membaca "Usholli..." dengan suara keras, karena niat itu pekerjaan hati cukup dalam hati saja. 2. Ba'da sholat, imam tidak perlu membaca wirid, Zikir, dengan bersuara, cukup dalam hati dan imam ba'da sholat tidak perlu memimpin DO'A BERSAMA dengan jama'ah. Imam dan jama'ah berdo'alah sendiri-sendiri dalam hati. 3. Jama'ah ba'da sholat tidak perlu mencium tangan imam, cukup bersalaman saja ( Catatan : bersalaman setelah sholat pun harus sedikit demi sedikit ditinggal
[media-dakwah] Fatwa Ulama NU Jombang dalam berbagai amalan Ibadah
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya. Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya. Alhamdulillahirobbil aalamiin, berikut ini informasi dari saudara kita dari Jombang mengenai fatwa ulama NU di Jombang. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan taufiq dan hidayahnya serta meneguhkan hati kaum muslimin agar senantiasa berpegang teguh kepada Al Qur'an dan Sunnah yang shahih. Wallahu musta'an Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh, == From: "Harlan C. Jaya" <[EMAIL PROTECTED]> Subject: FW: FATWA ULAMA NU JOMBANG Date: Fri, 15 Sep 2006 09:24:35 +0700 FATWA ULAMA JOMBANG DALAM BERBAGAI IBADAH/AMALAN BEBERAPA FATWA ULAMA NU JOMBANG Bismillahirrohmanirrohim Kami Ulama dari Nahdatul Ulama Jombang, Jawa Timur setelah bermusyawarah dalam masalah peribadatan umat Islam yang selama ini dianggap Ibadah, amalan YANG TIDAK SESUAI dengan syariat Islam, setelah mengkaji ulang beberapa kali dan mengkaji hadits-hadits, pendapat para imam, telah mengambil keputusan untuk menghimbau, sekali lagi sifatnya menghimbau kepada kaum muslimin di seluruh Indonesia khususnya kaum Nahdiyin agar merubah secara bertahap amalan yang selama ini kurang sesuai dengan syariat Islam, agar mengikuti fatwa kami sebagai berikut : DALAM SHOLAT 1. Agar meninggalkan kebiasaan membaca Usholli dengan suara keras, karena niat itu pekerjaan hati cukup dalam hati saja. 2. Bada sholat, imam tidak perlu membaca wirid, Zikir, dengan bersuara, cukup dalam hati dan imam bada sholat tidak perlu memimpin DOA BERSAMA dengan jamaah. Imam dan jamaah berdoalah sendiri-sendiri dalam hati. 3. Jamaah bada sholat tidak perlu mencium tangan imam, cukup bersalaman saja ( Catatan : bersalaman setelah sholat pun harus sedikit demi sedikit ditinggalkan karena tidak ada dalilnya, kaum muslimin seharusnya mengamalkan sunnah dengan mengucapkan salam dan bersalaman sesama muslim pada saat bertemu satu dengan yang lainnya ) 4. Dalam sholat subuh imam tidak perlu membaca doa Qunut, kecuali kalau ada sesuatu yang berbahaya terhadap kehidupan Umat Islam secara keseluruhan. 5. Doa Qunut boleh dibaca setiap sholat bila ada keperluan yang bersifat darurat tidak hanya dalam sholat subuh. 6. Sholat Rawatib/Sholat Sunnat Qobliah/Badiah adalah sebagai berikut Qobla Subuh, Qobla dan Bada Dzuhur, Ashar tidak ada rawatib, Bada Magribh dan Bada Isya. DALAM SHOLAT JUMAT 1. Sebelum khotib naik mimbar tidak ada Adzan dan tidak ada qobla jumat. 2. Ketika khotib duduk diantara dua khutbah tidak ada bacaan sholawat. 3. Baada sholat jumat imam tidak mempunyai kewajiban untuk memimpin doa untuk makmum dengan suara kuat. Silahkan imam dan jamaah berdzikir, wirid dan doa masing-masing. 4. Dalam sholat jumat tongkat yang selama ini dipakai khotib bukan merupakan saran ibadah. Hanya kebiasaan dari khalifah Utsman, sekarang dapat ditinggalkan. 5. sebelum khotib naik mimbar tidak perlu pengantar dan tidak perlu membaca hadits Muhammad SAW tentang jangan berkata-kata ketika khotib sedang khutbah, tapi sampaikanlah bersamaan dengan laporan petugas masjid tentang laporan keuangan. Petugas khotib dan imam hal ini sebagai perangkat laporan administrasi masjid, bukan proses ibadah sholat jumat. DALAM SHOLAT TARAWIH/WITIR/TAHAJUD 1. Dalam bulan ramadhan diwajibkan shaum dan dimalam hari disunnatkan sholat tarawih, witir. Yang selama ini masih ada yang berbeda pendapat karena itu perlu diketahui himbauan ini. 2. Sholat Tarawih dilakukan Nabi Muhammad SAW sebanyak 8 rakaat dan 3 rakaat witir. Dapat dilakukan dengan cara 4-4-3. 3. Tidak disunnatkan membaca doa bersama-sama antara rakaat. 4. Tidak dibenarkan antar jamaah membaca sholawat nabi bersahut-sahutan. 5. Sebelum Ramadhan tidak perlu sholat Tasbih, Sholat Nisfu Syaban, sedekah ruah. Karena hadits tentang kedua sholat tersebut dhoif, lemah dan berbau pada hadits maudhu (palsu). Karena terputus perawinya dan sholat ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW juga 4 sahabat. 6. Pada sholat witir dibulan Ramadhan tidak perlu ada Qunut ( Catatan : adapun qunut witir merupakan sunnah yang tidak dibatasi kapan hari mulainya pada bulan Ramadhan. Qunut witir dilakukan sebelum ruku ) . DALAM UPACARA TAZIAH 1. Keluarga yang mendapat musibah kematian, wajib bagi umat Islam untuk taziah, selama tiga hari ber
[media-dakwah] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah vs Tuduhan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah vs Tuduhan Pengantar Siapa yang tak mengenal Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu?Bagi tholabul ilmi ,namanya menjulang tinggi sebagai pengibar panji-panji Islam,alim robbani yang teguh & kokoh atas manhaj Ahlussunnah sesuai dengan pemahaman salaful ummah.Sebagai karunia Allah yang diberikan kepada kaum muslimin membangkitkan pewaris nabiNya dari kalangan ulama, penerus estafet dakwah tauhid.Dan dari sekian banyak pujian kepada beliau dari sejawat maupun musuhnya, tidak sedikit juga caci maki dan cercaan terutama dari kalangan ahlu bid'ah baik dari SUFI ektrim, Syi'ah,fanatik mazhab,maupun pengagum dan penyelenggara ibadah kubur, disertai tuduhan-tuduhan yang tidak layak dan jauh dari kebenaran.Dan tidak sedikit juga yang men-catut namanya untuk melegimitasi hawa nafsunya seperti bolehnya berbilang jama'ah, atau bolehnya maulid Nabi, yang beliau berlepas diri dari hal ini.Bahkan yang menggelikan adalah penisbatan bahwa Ibnu Taimiyah "dekat dengan sufi" menjadi sufi akhirnya [*] !! Dan pada kesempatan kali ini, kami nukilkan tulisan ulama dan tholabul ilm berkaitan dengan fitnah yang menimpa beliau seperti tuduhan Mujassimah, Musyabbihah ,agar terang siapa yang berjalan diatas al haq dan agar terang pula siapa pengekor hawa nafsu. [*] Benarlah pernyataan Syaikh Dr. Ihsan Ilahi Dhahir yang menegaskan:"Tidak ada satupun kelompok yang banyak berdusta atas nama tokoh-tokoh mereka selain kaum SUFIYAH dan SYI'AH" (mukaddimah Diraasat Fi Tashawwuf) Semoga bermanfaat. Bagian Satu : Tasfiyah memurnikan tarikh dari cerita dusta,.. Syaikh Ali bin Hasan menulis [1]: Cukuplah bagi kita,kalau kita menyebutkan kedustaan dan tipu daya yang menimpa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,walaupun terjadi ketika beliau masih dalam keadaaan hidup,akan tetapi beliau tetap kokoh,kuat,sabar, dan mengharap maghfiroh (ridha Allah) Al Hafizh Ibnu Abdul Hadi telah berkata dalam " Al Uquudud Durriyah (hal 204) tentang sebagian majlis-majlis perdebatan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:."Berbeda-beda nukilan para penentang tentang majlis,sedangkan mereka mengubah-ubahnya dan meletakkan ucapan Syaikh pada bukan tempatnya,dan Ibnul Wakil mencaci,.."dst. Kemudian dia menukil ucapan Ibnu Taimiyah (hal 209):"Aku mengetahui bahwa orang-orang akan berdusta atas (nama)ku sebagaimana mereka telah berdusta atasku bukan (hanya) sekali." Diantara cerita bohong yang dilekatkan kepada Ibnu Taimiyah oleh lawan debatnya yang keras kepala dan musuh besarnya (Nashrun al Manbijy) yang kemudian dinukil oleh sebagaian ahli tarikh,adalah: "Ketika Ibnu Taimiyah menerangkan hadits-hadits nuzul [2] dia turun dari mimbar dan berkata :" seperti turunku ini!!" [3] Kemudian tiba-tiba saja si pengelana yang masyhur,Ibnu Bathutah, penulis "Rihlatut Tarikhiyah al Masyhuroh" menulis kebohongan ini didalam "Rihlahnya" (1/110) bahwa dia melihat Ibnu Taimiyah di masjid Al Umawy di Dimsyaq,setelah itu kebohongan tersebut dinukil oleh banyak orang-orang bodoh yang iri dan dengki [4]. Disini tidaklah saya tengah berbicara untuk membantah kebohongan secara rinci [5] tetapi saya akan membantahnya secara global dari 2 sisi: PERTAMA: Mazhab (pemahaman) Ibnu Taimiyah tentang sifat Allah adalah mazhab as Salafus sholih yang tergambar dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala : "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia,dan Dia Maha Mendengar, Maha Melihat (asy Syura:11) Maka beliau menetapkan sifat NUZUL (turun)nya Allah sesuai dengan kebesaranNya dan kesempurnaanNya,tidak seperti turunnya mahluk.Kita mengetahuinya dari perkataan beliau dalam "Majmu' al Fatawa' (5/262) :" Barangsiapa menjadikan sifat Allah seperti mahluk, istiwa Allah seperti istiwa mahluk atau TurunNya seperti turunnya mahluk dan semacam itu maka orang itu adalah MUBTADI' (pembuat bid'ah), dhal (sesat). Maka masihkah tersisa hujjah bagi orang yang menuduhkan kebohongan ini dan penukil-penukilnya??? KEDUA: Ibnu Bathuthah menjelaskan dalam "Rihlahnya" 1/120 bahwa dia memasuki kora Damaskus pada tanggal 9 Ramadhan 728H[6] .Padahal ketika itu Ibnu Taimiyah tidak pernah keluar penjara sampai beliau wafat pada tanggal 20 Dzulqa'dah 728H[7]. Jika begitu,bagaimana mungkin Ibnu Bathuthah melihat Syaikhul Islam dengan kedua matanya,padahal pada hari itu beliau ditahan di penjara Qal'ah semenjak 33 hari! Demi Allah ,sesungguhnya hal ini termasuk KEDUSTAAN yang BESAR!!!" Mungkin ada orang yang akan berkata atau bertanya: mengapa Ibnu Bathuthah berdusta???Sebagai jawabnya ,kami katakan: penisbatan kepada Mazhab yang dia lakukan,dan kesenangannya supaya sebuah tuduhan dilekatkan pada diri (Syaikhul Islam) yang bisa diulang-ulang oleh musuh-musuhnya,kedua hal ini pastilah mendorongnya untuk berdusta.Dia bermazhab Maliki dan menjalankan tarekat Rifa'iyah[8] dan seor
[media-dakwah] MENJAWAB TUDUHAN BATIL TERHADAP DAKWAH SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB
MENJAWAB TUDUHAN BATIL TERHADAP DAKWAH SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Oleh Abul Harits as-Salafy KEDUSTAAN HIZBUT TAHRIR ATAS SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Sudah menjadi adat dan kebiasaan firqoh-firqoh sesat untuk memusuhi dan memfitnah kepada pembela dakwah yang haq, yang menyeru manusia kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah dan Sunnah rasul-Nya. Abdul Qodim Zallum rahimahullahu, salah satu tokoh Hizbut Tahrir dengan bangga mengatakan dalam bukunya yang berjudul Kaifa Hudimat Khilafah (dalam versi Indonesianya berjudul Konspirasi Barat meruntuhkan Khilafah Islamiyah, hal. 5), sebagai berikut : Inggris berupaya menyerang negara Islam dari dalam melalui agennya, Abdul Aziz bin Muhammad bin Saud. Gerakan Wahhabi diorganisasikan untuk mendirikan suatu kelompok masyarakat di dalam negara Islam yang dipimpin oleh Muhammad bin Saud dan dilanjutkan oleh anaknya, Abdul Aziz. Inggris memberi mereka bantuan dana dan senjata.. Pada halaman selanjutnya dia mengatakan : Telah diketahui dengan pasti bahwa gerakan Wahhabi ini di provokasi dan didukung oleh Inggris, menginggat keluarga Saud adalah agen Inggris. Inggris memanfaatkan madzhab Wahhabi, yang merupakan salah satu madzhab Islam dan pendirinya merupakan salah seorang mujtahid. Subhanallah ini adalah sebuah kedustaan dan fitnah, serta kezholiman terhadap dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab qoddasallahu ruuhahu yang mana hal ini tidak akan dilakukan kecuali oleh orang-orang yang benci terhadap Islam, benci terhadap Firqotun Najiyah, dan benci akan tersebarnya dakwah salafiyyah yang sesuai dengan Al-Qur'an dan as-Sunnah. Ingatlah akan firman Allah Taala dalam surat Al-Isra ayat 36. æóáÇó ÊóÞúÝõ ãóÇ áóíúÓó áóßó Èöåö Úöáúãñ Åöäøó ÇáÓøóãúÚó æóÇáúÈóÕóÑó æóÇáúÝõÄóÇÏó ßõáøõ ÃõæáóÆößó ßóÇäó Úóäúåõ ãóÓúÆõæáÇð Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. [Al-Isra : 36] Dan yang paling mengherankan lagi, orang-orang Hizbut Tahrir menolak khabar ahad / hadis ahad dalam masalah aqidah, walaupun hadis itu shohih dari Rasulullah karena hal itu tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka, dan ketika dalam masalah/perkara yang sesuai dengan hawa nafsu mereka (Seperti kedustaan mereka atas Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab), dengan penuh keyakinan dan kebanggaan mereka menerima khabar ahad walaupun itu berasal dari seorang orentalis, sekaligus agen Inggris yang bernama Mr. Hamver yang juga seorang pendusta. Untuk lebih jelasnya mengenai siapa Hamver, marilah kita ikuti penjelasan Syaikh Malik Bin Husain dalam majalah Al-Asholah edisi ke 31 tertanggal 15 Muharram 1422 H, beliau berkata : Saya telah meneliti kitab yang beracun dengan judul Mudzakkarat Hamver dan nama Hamver ini tidak asing lagi. Pertama kali aku membacanya di Majalah Manarul Huda, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Maktabah al-Alaami yang staf redaksinya dari Jamiyyah Al-Masyaari al-Khairiyyah Al-Islamiyyah pada edisi 28, Ramadhan 1415 H/1995. Majalah ini dikeluarkan oleh Jamaah Al-Ahbasy, sebuah Jamaah Sufiyyah berpangkalan di Yordania dan selalu memusuhi dakwah salaf dan para ulamanya, dan mereka mendapat bantuan dana dari orang-orang Yahudi dalam operasionalnya. Setelah saya membaca makalah ini, jiwaku terdorong untuk membaca kitab mudzakkarat mata-mata/intel Inggris ini, hingga aku mengetahui sampai sejauh mana kebenaran yang dinisbatkan kepada Al-Imam Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam kitab ini. Ketika selesai membaca mudzakkarat ini, telah jelas bagiku bahwa itu merupakan sebuah dusta dari asalnya, dan Hamver ini adalah seorang yang asalnya tidak ada, lalu diada-adakan. Maka dari itu saya ingin menjelaskan kepada saudara-saudara sekalian tentang hal yang telah saya dapatkan dari peneletianku terhadap mudzakkarat ini, dalam rangka membela Imam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah- dan juga dapat pembelaan terhadap kaum muslimin dari tikaman orang-orang ahlul bidah. Allah Taala berfirman : Èóáú äóÞúÐöÝõ ÈöÇáúÍóÞøö Úóáóì ÇáúÈóÇØöáö ÝóíóÏúãóÛõåõ ÝóÅöÐóÇ åõæó ÒóÇåöÞñ æóáóßõãõ Çáúæóíúáõ ãöãøóÇ ÊóÕöÝõæäó Sebenarnya Kami melontarkan yang haq kepada yang batil lalu yang haq itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. [Al-Anbiya : 18] Dan dalam ayat lain Allah berfirman : íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÁóÇãóäõæÇ Åöäú ÌóÇÁóßõãú ÝóÇÓöÞñ ÈöäóÈóÃò ÝóÊóÈóíøóäõæÇ Ãóäú ÊõÕöíÈõæÇ ÞóæúãðÇ ÈöÌóåóÇáóÉò ÝóÊõÕúÈöÍõæÇ Úóáóì ãóÇ ÝóÚóáúÊõãú äóÇÏöãöíäó Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu Pada ayat ini ada pelajaran ilmiyah bagi kelompok or
[media-dakwah] Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama�ah ( Akidah, Ibadah, Ahlak & Dakwah ) Bag 1
Manhaj Ahlus Sunnah wal JamaÂah ( Akidah, Ibadah, Ahlak & Dakwah ) MAKNA MANHAJ DAN AHLUSSUNNAH I. Makna Manhaj Secara bahasa kalimat Âmanhaj berasal dari kata Ânahaja- yang berati jalan yang terang[1]. Bisa juga berarti jalan yang ditempuh seseorang, Allah berfirman: ÂUntuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terangÂ. [2] Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata: æóÃááåö ãóà ãóÃÃó ÃóÃõæúáõ Ãááåö ÃóÃøóì ÃóÃóÃó ÃáÃøóÃöÃúáó äóåúÃðà æóÃÃöÃðà ÂDemi Allah, Rasulullah tidak meninggal dunia, hingga meninggalkan jalan yang jelasÂ[3] Adapun manhaj yang dimaksud di sini adalah jalan hidup Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang kemudian dilalui oleh para sahabat, TabiÂin dan pengikutnya dalam kebenaran hingga hari kiamat, sebagaimana firman Allah I :  Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". [4] II. Makna Ahlussunnah wal jamaah. Kata ÂAhlussunnah terdiri dari dua suku kata yaitu ahlu yang berarti keluarga, pemilik, pelaku atau seorang yang menguasai suatu permasalahan. Dan kata Sunnah yang berarti apa yang datang dari Nabi baik berupa syariat, agama, petunjuk yang lahir maupun yang bathin, kemudian dilakukan oleh sahabat, tabiin dan pengikutnya sampai hari Kiyamat.[5] Namun dalam perspektif syariah (fiqh) kata sunnah sering diartikan dengan Perbuatan yang kalau dilakukan mendapat pahala, dan kalau ditinggalkan tidak mendapat dosa. Namun yang dimaksud dengan As-Sunnah" di sini adalah adalah, Thariqah (jalan hidup) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang juga dilalui oleh para shahabat yang telah selamat dari syubhat dan syahwat". Fudhail bin Iyadh berkata,ÂAhlus Sunnah adalah orang yang mengetahui apa yang masuk ke dalam perutnya dari (makanan) yang halal"[6]. Karena tidak memakan yang haram termasuk salah satu sunnah yang dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat. Dengan demikian maka Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnah shahabatnya. Imam Ibnul Jauzi berkata, Tidak diragukan bahwa orang yang mengikuti atsar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan atsar para shahabatnya adalah Ahlus Sunnah"[7]. Adapun kata jamaah berarti bersama atau berkumpul. Dinamakan demikian karena mereka bersama dan berkumpul dalam kebenaran, mengamalkannya dan mereka tidak mengambil teladan kecuali dari sahabat, tabiin dan ulamaÂulama yang mengamalkan sunnah sampai hari Kiyamat. Sedangkan menurut istilah, dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin,  Ahlussunnah wal jamaah adalah orang yang mengamalkan sunah Rasulullah dan berkumpul di dalamnya dengan beribadah kepada Allah baik dalam masalah aqidah (keyakinan), perkataan, perbuatan, dan panutannya adalah Shalafusshalih dari sahabat, tabiin dan pengikut tabiinÂ. III. Kreteria Ahlussunnah wal jamaah DR. Nashr Al-Aql dalam kitabnya ÂMafhum Alhlussunnah inda AhllussunnahÂ, menyebutkan beberapa kreteria Ahlussunnah wal jamaah di antaranya; 1.Mereka adalah sahabat Rasulullah yang mengerti, melihat dan mengamalkan sunnah Rasullullah pertama kalinya, oleh sebab itulah mereka berhak mendapat gelar demikian. Begitu juga para tabiin yang mengambil sunnah dari sahabat dan mengamalkannya tanpa menambah dan menguranginya. Dan juga para pengikut tabiin dan orang-orang setelahnya sampai hari kiyamat yang berusaha mencontohi dan mengikuti mereka dalam masalah akidah dan ibadah. 2.Ahlussunah adalah para salafusshalih yang mengamalkan Kitab dan Sunah sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam [8], Yang mengikuti teladan para sahabat, tabiin dan ulama-ulama yang tidak pernah merubah dan membuat hal-hal yang baru dalam agama Allah. 3. Ahlussunnah wal jamaah adalah firqatunnajiyah (golongan yang selamat) di antara golongan-golongan yang ada. Yang selalu mendapatkan pertolongan dari Allah sampai hari kiyamat. [9] 4.Mereka adalah orangÂorang yang ghuraba (asing) karena tetap berpegang kepada al-QurÂan dan as-Sunnah dalam keadaan yang orang lain melupakan dan meninggalkannya. Mereka juga memperjuangkan tegaknya As-Sunnah di saat tersebarnya bidÂah dan kesesatan dan kerusakan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ,ÂIslam muncul pertama kali dalam keadaan asing, dan akan kembali menjadi asing sebagaimana semula. Maka beruntunglah orangÂorang yang asingÂ[10]. Dalam riwayat lain disebutkan, ÂBeruntunglah al-Ghuraba yaitu orang yang shalih di tengah manusia yang jahat, orang yang mengingkarinya lebih banyak dari yang mengikutinyaÂ[11]. 5.Dinam
[media-dakwah] Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama�ah ( Akidah, Ibadah, Ahlak & Dakwah ) Bagian 2
Bagian IV Manhaj Akhlak Ahlussunnah wal Jamaah Allah Mengutus Muhammad sebagai pembawa hidayah agama yang haq dan Penyempurna Akhlak. Allah Ta'ala berfirman, Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama agama meskipun orang-orang musyrik benci".[74] Allah mengutus Muhammad kepada jin dan manusia, seluruh penduduk dunia sebagai rahmatan (karunia) dan imaman (pemimpin) bagi orang-orang yang bertaqwa. Mengajarkan dan memahamkan manusia tentang agama-Nya, menjelaskan penyebab keselamatan dan kebinasaan hidup di dunia dan di akhirat, Allah mengutusnya dengan Dienul Islam. Beliau membawa kabar yang benar, ilmu yang bermanfaat, syari'at yang lurus serta hukum-hukum yang adil. Allah mengutusnya untuk menyeru kepada seluruh kebaikan dan mencegah kejahatan, menyeru kepada akhlak yang mulia dan pebuatan yang baik serta mencegah rendahnya akhlak dan buruknya amal perbuatan. Allah berfirman, ÂDan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan".[75] Juga firman Allah, ÂDan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". (Al-Anbiya' : 107). Akhlak yang paling agung adalah beribadah kepada Allah , Allah berfirman, ÂHai manusia, beribadahlah kepada Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa".[76] Juga firman Allah , Â Beribadahlah kepada Allah dan janganlah engkau menyekutukan Allah dengan sesuatu". [77] Allah berfirman, ÂDan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali kepada-Nya ..." [78] Kemudian berakhlak kepada Rasulullah dengan mengikuti sunnah beliau, Allah berfirman, Â Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia ; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa".[79] Kita berdoa kepada Allah untuk ditunjukkan ÂShiratal MustaqimÂ, Allah berfirman, Â Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau anugrahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat". [80] Pengertian Ash-Shirath Al-Mustaqim adalah Dienullah, yaitu Al-Islam, Al-Iman, ilmu yang bermanfaat serta amal yang shalih. Ia adalah jalannya orang-orang yang mendapat nikmat dari kalangan ahlul ilmi dan amal, mereka adalah para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik serta pendahulu dari kalangan Rasul beserta pengikutnya. sebagaimana firman Allah , ÂDan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi, para shidiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya".[81] Wajib bagi setiap muslim untuk mendalami Kitabullah, dan mempelajari Sunnah-sunnah Rasul-Nya serta istiqamah padanya. Di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, tercantum penjelasan tentang perintah-perintah dan larangan yang dibawa dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alihi wa sallam. Dan di dalamnya terdapat penjelasan tentang akhlak mulia yang dipuji oleh Allah sebagai akhlak mukminin dan mukminat. Di antara firman Allah yang memuat akhlak mulia adalah surat Al-Furqan: 63-77. Allah befirman: ÂDan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatanÂ. [82] Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka. [83] Dan orang-orang yang berkata:"Ya Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasan yang kekal". [84] Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. [85] Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. [86] Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya) [87] (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, [88] kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayan
[media-dakwah] KEDUSTAAN TERHADAP SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Rahimahullah/ Wahabi
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya. Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan. Setiap perkara yang diada-adakan adalah bid'ah. Setiap bid'ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan ada di neraka. Sungguh saya memuatartikel risalah ini bukan atas dasar kebencian dan kedengkian kepada saudara-saudara saya, saya memuat artikel risalah ini bukan pula karena untuk menyakiti saudara -saudara kita yang masih awam dengan Dien kita yang agung ini, saya menulis ini bukan pula untuk mencari-cari kesalahan mereka, Sungguh saya memuat artikel risalah ini diatas dasar kecintaan kepada kaum muslimin, semoga risalah singkat ini bermanfaat. "Dan tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman" (Adz Dzariyyat : 55). Telah disebutkan oleh beberapa saudara muslim kita tentang fitnah dan tuduhan keji kepada Wahabi/Salafiyah/ SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Rahimahullah ". Yang sebenarnya adalah berita fitnah yang sudah lama , dan kembali diangkat dalam forum ini. Semuanya sudah ada bantahannya oleh para ulama Ahlus sunnah wal jamaah. Ahlus Sunnah VS Wahabi". Untuk lebih mengetahui apa Ahlus Sunnah dan apa Wahabi. Saya akan berikan dalam artikel terpisah supaya saudara-saudaraku kaum muslimin dan muslimat mengetahui lebih detail. Berikut ini adalah ulasan dari jawaban atau bantahan dari berita fitnah tersebut. semoga bermanfaat. Sekali Lagi mohon ma'af yang sebesar-besarnya bila da kata yang kurang berkenan, mari kita pahami bersama bahwa kita saling memberikan nasehat ( amar makruf nahi munkar ), tidak menyalahkan yang lain. karena agama adalah nasehat. Dan jadikan hal ini menjadi tambahan ilmu buat kita. Bila memang ada kebenaran maka tentunya itu datang tidak lain dari Allah tabaraka wa ta'ala dan bila ada kekurangan dan keburukan maka tidak lain itu memang timbul dari saya. Saya memohon pertolongan Allah subhana wata'ala agar membimbing saya dan saudara-2 kita yang se-Iman agar selalu dikaruniakan hidayah serta dibukakan mata hati sehingga menjadi terang menempuh jalan yang diridhai dan tetap beristiqomah pada jalan yang benar dan lurus sesuai dengan jalannya para pendahulu kita yang Salih, amin. Wallahu musta'an Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh, KEDUSTAAN TERHADAP SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Rahimahullah Sudah menjadi sunnatullah bila dakwah tauhid dan para dainya akan dimusuhi oleh para penentang. Alloh sudah tegaskan hal itu dalam firman-Nya: Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. al-Anam: 112). Lihat juga surat al-Furqan ayat 31. Di antara para dai tauhid, bahkan merupakan tokohnya adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab . Tidak ada yang mengingkarinya kecuali orangorang yang berkumpul dalam satu gerbong penentang dakwah tauhid, dakwah para nabi. Lantaran itu beliau mendapat rintangan dan permusuhan bahkan tuduhan dusta seperti yang dialami para nabi, terutama nabi kita Muhammad . Salah satu tokoh musuh dakwah ,tauhid ini adalah Ahmad Zaini Dahlan, penulis kitab di muka. Sejatinya, kesesatan dan kedustaan kitab ni sudah sangat jelas, bagaikan matahari di siang bolong. Masalahnya, kitab tersebut dijadikan rujukan dan disebarkan, sehingga masyarakat tertipu. Mungkin setali tiga uang dengan penyesatan yang dilakukan Amerika dan Barat dengan propaganda Islam identik dengan terorisme. Ambil contoh buku ltiqad Ahlus Sunnah wal Jamaah karya K.H. Siradjuddin Abbas, mulai hal. 309. Kyai ini menjadikan kitab diatas sebagai rujukan. Juga, buku Konsep Dasar Pengertian Ahlus Sunnah walJamaah, Drs. K.H. Ach. Masduqi menjiplak tuduhan Siradjuddin Abbas. Terakhir, sebuah majalah Cahaya Nabawiy terbitan Mahad Sunniyah Salafiyah Pasuruan, membuat judul yang hebat Membongkar Kedok Wahabi. Lagi-lagi rujukan yang dipakai adalah karya Dahlan seperti Fitnatul Wahhabiyyah, Daulah Utsmani
[media-dakwah] Re: [FORUM PENGAJIAN KANTOR] Re: Nazwar Syamsu - Asal mula perbedaan - benarkah?
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Ya ukhti, bolehkah saya mengetahui landasan atau rujukan dari berita yang anti bawa tersebut ?. Dari kitab apakah dan siapa pengarangnya. Kita harus berbuat adil kepada saudara-saudara seiman kita . Karena kita harus mempertanggung jawabkan kebenaran dan keilmiyyahan berita tersebut. Dalam Dakwah haruslah semua itu terang benderang harus ada rujukan dan landasan. Bila benar berita tersebut dari ahlus sunnah wal jammaah maka kita harus taslim dan patuh , tapi blia berita tersebut dari orang yang tidak bisa dipertanggung jawabkan maka kita harus tabayyun tentang berita tersebut ( jangan sampai ada timbul fitnah ). Sebagaiman firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu [Al-Hujurat : 6] Mudah-mudahan niat baik anti untuk menyampaikan kebenaran keluar dari hati anti yang ikhlas dan tidak berdasarkan hawa nafsu dan perasaan tidak suka kepada saudara sesama muslim. Saya mohon ma'af bila ada kata-kata saya yang kurang berkenan, mari kita pahami bersama bahwa kita saling memberikan nasehat dan menasehati ( amar makruf nahi munkar ). Saya memohon pertolongan Allah subhana wata'ala agar membimbing saya dan saudara-2 kita yang se-Iman agar selalu dikaruniakan hidayah serta dibukakan mata hati sehingga menjadi terang menempuh jalan yang diridhai dan tetap beristiqomah pada jalan yang benar dan lurus sesuai dengan jalannya para pendahulu kita yang Salih, amin. Wallahu musta'an Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh, Insya Allah Ta'ala bila ada waktu akan ada tanggapan mengenai berita tersebut. Rani Kartika <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saat ini banyak sekali amalan ummat Islam yang dianggap bid'ah oleh ummat Islam lainnya. Bagaimana kita harus menyikapinya? ..Kullu hizbin bima ladaihim farihuun ( Ar rum: 32 ), artinya : "Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka". - ..."Watawa shaubil haqqi watawa shaubish shabr." .. saling nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran". (QS. Al 'Ashr, 103 ayat : 3). saya akan mengungkapkan sejarah pertikaian politik pada masa sepeninggal Rasulullah, yang berakibat kepada pertikaian pandangan teologi (agama ) yang tadinya oleh Rasulullah diperbolehkan . ikhtilafu `ala ummati rahmatun, perbedaan pandangan pada ummatku merupakan rahmat dari Allah subhanahu wata'ala. Namun kenyataannya perbedaan pendapat dan pandangan yang terjadi pada ummat Islam malah menjadi laknat dan saling mengkafirkan bahkan saling membunuh. Keadaan ini telah berlangsung ratusan tahun tanpa ada tanda-tanda penyelesaian dan perubahan kepada yang lebih baik. Mereka saling membanggakan dan membenarkan kelompoknya yang paling benar. Bagaikan benang kusut kita melihat persoalan ummat Islam dari masa kemasa, sehingga sulit kita menentukan mana yang benar dan mana yang salah atau mungkin semuanya salah dan semuanya benar. Mari kita mencoba memahami sejarah perjalanan Islam dengan jujur dan jernih tanpa harus memihak siapa-siapa. Sejarah merupakan Prasasti dan saksi yang tidak bisa kita rubah oleh sebab kita tidak setuju, akan tetapi sejarah berkata apa adanya seperti kita memotret objek pemandangan yang indah maupun yang tandus. Mudah-mudahan setelah melihat perjalanan sejarah Islam ,kita akan menjadi lebih bijaksana didalam mengambil kesimpulan setiap masalah. Terutama memandang setiap aliran yang berkembang dewasa ini. Bid'ah Bid'ah ! Senjata ampuh (pamungkas) untuk menumpas aliran yang berbeda dengan golongannya.Ibarat nuklir, senjata ini adalah jenis senjata yang mematikan bahkan pemusnah masal (golongan). Sulit diklarifikasi karena kebanyakan antar kelompok ini tidak mau duduk bersama untuk berislah.sehingga sudah menjadi karakter alirannya untuk membenci dan menyalahkan aliran lainnya . Mereka saling mempunyai celahnya untuk bisa menyalahkan. ..Kullu hizbin bima ladaihim farihuun ( Ar rum: 32 ), artinya : "Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka". Sejarah telah mencatat peristiwa keangkuhan manusia dari abad keabad. Agama telah kehilangan pamornya untuk mengendalikan nafsu manusia. Malah justru agama dijadikan tunggangan nafsunya untuk memperoleh kekuasaan dan martabat golongannya. Agak aneh memang kalau dikatakan bahwa dalam Islam sebagai agama, persoalan yang pertama-tama muncul adalah dalam bidang politik dan bukan dalam bidang teologi. Tetapi persoalan politik ini segera meningkat menjad
[media-dakwah] Sifat Puasa Nabi di Bulan Ramadhan
Judul: Sifat Puasa Nabi di Bulan Ramadhan Kategori: Fikih Ibadah Ditulis Oleh: Syaikh Ali Hasan dan Syaikh Salim al-Hilali 1. Keutamaan Puasa Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al Ahzab : 35) a. Puasa adalah perisai Puasa adalah perisai, dengannya seorang hamba terjaga dari api neraka (hadits shahih riwayat Ahmad) b. Puasa memasukkan kesyurga Dari Abu Umamah, ia berkata, aku bertanya Wahai Rasulullah tunjukkan kepadaku suatu amal yang memasukkanku kesyurga, Nabi bersabda : Hendaknya engkau berpuasa, tiada yang menyamainya. (Hadits riwayat Nasai, ibnu Hibban, dan Hakim dan sanadnya shahih) c. Orang yang berpuasa mendapatkan pahala tanpa hisab d. Bagi orang yan berpuasa ada dua kegembiraan e. Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari bau kasturi Dalil-dalil (c) , (d), (e) : Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah bersabda : Setiap amal manusia terdapat pahala yang terbatas kecuali puasa, sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku (Allah) yang membalasnya, dan puasa adalah perisai. Dan pada hari puasa janganlah kalian mengatakan atau melakukan perbuatan keji dan janganlah membuat gaduh, jika salah seorang kalian mencelanya atau membunuhnya maka hendaklah mengatakan : Sesungguhnya aku sedang berpuasa , demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditangannya benar-benar bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari bau kasturi, bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang ia gembira dengan keduanya : jika berbuka ia gembira, dan jika bertemu Allah dengan puasanya ia gembira. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim) Dan dalam riwayat Bukhari : Ia tinggalkan makanan dan minumannya serta syahwatnya lantaran-Ku, puasa adalah untukku, dan Aku yang akan membalasnya, dan kebaikan itu adalah sepuluh kali lipat semisalnya. Dan dalam riwayat Muslim : Setiap amal manusia dilipatgandakan kebaikannya sepuluh kali lipat semisalnya hingga tujuh ratus kali lipat, Allah berfirman : kecuali puasa sesungguhnya puasa aku yang membalasnya, ia tinggalkan syahwat dan makanannya hanyalah lantaran AKU. Bagi orang yang berpuasa terdapat dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka puasa, dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabbnya, dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah dari bau kasturi. f. Puasa dan Al Quran akan memberi syafaat orang yang mengamalkannya Rasulullah bersabda : Puasa dan Al Quran akan memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat, berkata puasa : Ya Allah, Engkau telah mencegah orang yang berpuasa dari makanan dan syahwat, maka berikanlah syafaatku padanya, dan berkata Al Quran : (Ya Allah) Engkau mencegahnya dari tidur pada malam hari, maka berikanlah syafaatku padanya, Allah berfirman : Keduanya akan diberi syafaat.(Hadits riwayat Ahmad dan Hakim). g. Puasa adalah kaffaarah (penghapus dosa) Dari Hudzaifah bin Yaman ia berkata, Rasulullah bersabda : Fitnah laki-laki pada keluarganya, hartanya, anaknya, tetangganya, dihapuskan oleh shalat, puasa dan sedekah. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim) h. Pintu syurga yang bernama Ar Rayyan bagi orang yang berpuasa Dari Sahl dari Nabi bersabda : Sesunggunya dalam syurga terdapat sebuah pintu yang bernama Ar Rayyan, orang-orang yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hariu kiamat, dan selain mereka tidak akan masuk melaluinya. Dikatakan : Dimanakah orang-orang yang berpuasa? Maka mereka pun berdiri. Dan selain mereka tidak akan memasukinya . Maka jika orang-orang yang berpuasa sudah memasukinya ditutuplah pintu itu dan tidak seorangpun akan memasukinya, Dan barangsiapa yang telah masuk ia pasti minum dan barangsiapa yang minum ia tidak akan kehausan selamanya. (Hadist riwayat Bukhari dan Muslim) 2. Keutamaan bulan Ramadhan a. Bulan Al Quran Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. (Al Baqarah : 185) b. Dibelenggunya Syaitan Jika telah tiba bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu syurga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dibelenggulah syaitan-syaitan. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim) c. Lailatul Qadr Tersebut dalam pembahasa no 19 3. W
[media-dakwah] Pintu-Pintu Kebinasaan
Pintu-Pintu Kebinasaan Penulis: Ibnu Ali Para pembaca yang budiman, telah kita ketahui bersama bahwasanya kesyirikan merupakan dosa yang paling besar. Apabila pelakunya meninggal dan belum sempat bertaubat, maka Alloh tidak akan mengizinkan baginya untuk memasuki surga dan ia akan kekal berada di dalam neraka. Hal ini sebagaimana firman Alloh, Åöäøóåõ ãóä íõÔúÑößú ÈöÇááøåö ÝóÞóÏú ÍóÑøóãó Çááøåõ Úóáóíåö ÇáúÌóäøóÉó æóãóÃúæóÇåõ ÇáäøóÇÑõ æóãóÇ áöáÙøóÇáöãöíäó ãöäú ÃóäÕóÇÑò Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan baginya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. (QS Al Maaidah: 72) Mengingat begitu besarnya bahaya kesyirikan ini, maka Alloh dan Rosul-Nya telah mengharamkan setiap perkataan ataupun perbuatan yang dapat mengantarkan seseorang terjerumus dalam perkara yang besar ini. Nabi kita Muhammad shalallahu alaihi wa sallam adalah orang yang sangat menginginkan kebaikan serta keselamatan bagi umatnya dari sebab-sebab yang dapat mendatangkan kebinasaan. Alloh berfirman yang artinya, áóÞóÏú ÌóÇÁßõãú ÑóÓõæáñ ãøöäú ÃóäÝõÓößõãú ÚóÒöíÒñ Úóáóíúåö ãóÇ ÚóäöÊøõãú ÍóÑöíÕñ Úóáóíúßõã ÈöÇáúãõÄúãöäöíäó ÑóÄõæÝñ ÑøóÍöíãñ Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan kebaikan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS At Taubah: 128) Oleh karena itulah, rasa kasih sayang beliau telah mendorongnya untuk menjelaskan kepada kita sebab-sebab yang dapat mengantarkan seseorang terjerumus ke dalam kesyirikan -semoga Alloh melindungi kita dari sebab-sebab ini-. Di antara sebab-sebab tersebut adalah: 1.GHULUW (BERLEBIHAN) TERHADAP ORANG SHOLIH Nabi kita telah memperingatkan bahaya ghuluw ini, beliau bersabda yang artinya, Hati-hatilah kalian terhadap perbuatan ghuluw, karena perkara yang menghancurkan orang-orang sebelum kalian adalah perbuatan ghuluw. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dengan sanad yang shohih). Perbuatan ghuluw inilah yang menjadi sebab terjadinya kesyirikan pertama kali di muka bumi sebagaimana kisah yang diceritakan oleh Ibnu Abbas tatkala menyebutkan nama-nama patung yang di sembah oleh orang-orang jahiliah. Beliau berkata, (Nama-nama patung itu adalah) nama-nama untuk para lelaki sholih pada kaum Nabi Nuh, tatkala mereka telah meninggal, syaitan memberikan wangsit kepada orang-orang di zaman itu untuk membuat patung-patung mereka di majelis tempat orang-orang sholih itu (tatkala hidupnya). Setan pun memberikan wangsit agar menamai patung-patung itu sesuai dengan nama-nama orang sholih tersebut. Namun pada saat itu patung-patung tersebut belum disembah. Sampai pada akhirnya tatkala orang-orang yang membuat patung tersebut telah meninggal dan muncul generasi yang tidak lagi mengenal ilmu tauhid, akhirnya patung-patung itu pun disembah (oleh generasi sesudahnya). (HR. Bukhori) Perbuatan ghuluw terhadap orang sholih ini dapat berupa berlebihan dalam memujinya dan masuk dalam kategori ini adalah melukis orang-orang sholih tersebut kemudian memajangnya di tempat-tempat tertentu. Ini semua diharamkan di dalam Islam. Namun di sinilah banyak kaum muslimin terjebak. Tidak sedikit mereka menempelkan gambar tokoh-tokoh (sekalipun itu tokoh agama) di rumah-rumah dan masjid-masjid mereka. Semoga Alloh memberikan petunjuk-Nya kepada kita sekalian. 2.TABARRUK Tabarruk adalah mencari berkah. Tabarruk yang dimaksudkan di sini adalah jenis tabbaruk yang terlarang, di mana seseorang mempunyai keyakinan bahwa Alloh menjadikan pada sesuatu mempunyai barokah yang mana tidak ada dalil syari yang menunjukkan adanya hal tersebut. Hal ini diharamkan karena telah menjadikan suatu sebab yang pada hakikatnya bukan sebab. Di antara jenis tabarruk yang terlarang adalah: a) Bertabarruk kepada para wali dan orang yang sholih selain Nabi Muhammad sholallahu alaihi wassalam (ketika beliau masih hidup). Tabarruk jenis ini dapat melalui jasad dari orang yang sholih ataupun bekas sesuatu yang dipakai oleh orang sholih tersebut, misalnya pakaiannya, pecinya, gelas tempat minumnya ataupun yang lain. Para Sahabat Nabi telah bersepakat bahwa perkara ini tidaklah disyariatkan. Al-Hafidz Ibnu Rojab Al-Hambali menyebutkan sebuah kisah bahwasanya ada seorang lelaki datang kepada Imam Ahmad (yaitu Imam Ahmad bin Hambal, salah satu Imam Madzhab yang empat. Beliau adalah murid dari Al-Imam As-Syafii). Lelaki tersebut kemudian mengusapkan kedua tangannya ke baju Imam Ahmad. Lalu ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan tersebut dengan maksud untuk mendapat berkah dari baju imam Ahmad. Melihat hal ini Imam Ahmad marah dan mengingkari dengan keras perbuatan orang tersebut. Beliau berkata, Dari mana kamu mengambil perkara ini?!. a) Tabarruk dengan tempat tertentu yang tidak ada dalil yang mensyariatkannya
[media-dakwah] INDAHNYA ISLAM
INDAHNYA ISLAM Oleh Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman Tema keindahan Islam sangat luas, panjang lebar sulit untuk diringkas dengan bilanngan waktu yang tersisa. Sebelumnya, yang perlu kita ketahui adalah firman Allah. Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam [Ali-Imran : 19] Juga firmanNya. Artinya : Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima [Ali-Imran : 85] Jadi, agama yang dibawa oleh para nabi dan menjadi sebab Allah mengutus para rasul adalah dienul Islam. Allah mengutus para rasul untuk mengajak agar orang kembali kepada Allah. Para rasul datang untuk memperkenalkan Allah. Barangsiapa mentaati mereka, maka para rasul akan memberikan kabar gembira kepadanya. Adapun orang yang menentangnya, maka para rasul akan menjadi peringatan baginya. Para rasul diperintahkan untuk menegakkan agama di dunia ini. Allah berfirman. Artinya : Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu Tegakkan agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)Nya. [Asy-Syura : 42] Islam adalah agama yang dipilih Allah untuk makhlukNya. Agama yang dibawa Nabi merupakan agama yang paripurna. Allah tidak akan menerima agama selainnya. Jadi agama ini adalah agama penutup, yang dicintai dan diridhaiNya. Allah berfirman. Artinya : Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada (agama)Nya orang yang kembali (kepada)Nya [Asy-Syura : 42] Sebagian ahli ilmu mengatakan : Sebelumya aku mengira bahwa orang yang bertaubat kepada Allah, maka Allah akan menerima taubatnya. Dan orang yang meridhai Allah, niscaya Allah akan meridhainya. Dan barangsiapa yang mencintai Allah, niscaya Allah akan mencintainya. Setelah aku membaca Kitabullah, aku baru mengetahui bahwa kecintaan Allah mendahului kecintaan hamba padaNya dengan dasar ayat. Artinya : Dia mencintai mereka dan mereka mencitaiNya [Al-Maidah : 54] Ridha Allah kepada hambaNya mendahului ridha hamba kepadaNya dengan dasar ayat. Artinya : Allah meridhai mereka dan mereka meridhainya [At-Taubah : 100] Dan aku mengetahui bahwa penerimaan taubat dari Allah, mendahului taubat seorang hamba kepadaNya dengan dasar ayat. Artinya : Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya [At-Taubah : 118] Demikianlah, bila Allah mencitai seorang manusia, maka Dia akan melapangkan dadanya untuk Islam. Dalam shahihain, dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah bersabda. Artinya : Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya. Tidak ada seorang Yahudi dan Nashrani yang mendengarku dan tidak beriman kepadaku, kecuali syurga akan haram buat dirinya [Hadits Riwayat Muslim] Karena itu, agama yang diterima Allah adalah Islam. Umat Islam harus menjadikannya sebagai kendaraan. Persatuan harus bertumpu pada tauhid dan syahadataian. Islam agama Allah. Kekuatannya terletak pada Islam itu sendiri. Allah menjamin penjagaan terhadapnya. Allah berfirman. Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya [Al-Hijr : 9] Sedangkan agama selainnya, jaminan ada di tangan tokoh-tokoh agamanya. Allah berfirman. Artinya : Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab [Al-Maidah : 44] Kalau mereka tidak menjaganya, maka akan berubah. Ia bagaikan sesuatu yang mati. Harus digotong. Tidak dapat menyebar, kecuali dengan dorongan sekian banyak materi. Sedangkan Islam pasti tetap akan terjaga. Karena itu, masa depan ada di tangan Islam. Islam pasti menyebar ke seantero dunia. Allah telah menjelaskannya dalam Al-Quran, demikian juga Nabi dalam Sunnahnya. Kesempatan kali ini cukup sempit, tidak memungkinkan untuk menyebutkan seluruh dalil. Tapi saya ingin mengutip sebuah ayat. Artinya : Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tidak menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya [Al-Hajj : 15] Dalam Musnad Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Amr, kami bertanya kepada Nabi : Kota manakah yang akan pertama kali ditaklukkan ? Konstantinopel (di Turki) atau Rumiyyah (Roma) ? Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Konstantinopel-lah yang akan ditaklukkan pertama kali, kemudian disusul Rumiyyah, yaitu Roma yang tertelak di Italia. Islam pasti akan meluas di seluruh penjuru dunia. Pasalnya, Islam bagai
[media-dakwah] TIGA LANDASAN UTAMA
TIGA LANDASAN UTAMA Oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab - Muqaddimah Akhi (Saudaraku). Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada anda. Ketahuilah, bahwa wajib bagi kita untuk mendalami empat masalah, yaitu : Ilmu, ialah mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya dan mengenal agama Islam berdasarkan dalil-dalil. Amal, ialah menerapkan ilmu ini. Da'wah, ialah mengajak orang lain kepada ilmu ini. Sabar, ialah tabah dan tangguh menghadapi segala rintangan dalam menuntut ilmu, mengamalkannya dan berda'wah kepadanya. Dalilnya, firman Allah Ta'ala. "Artinya : Demi masa. Sesungguhnya setiap manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, melakukan segala amal shalih dan saling nasihat-menasihati untuk (menegakkan) yang haq, serta nasehat-menasehati untuk (berlaku) sabar".(Al-'Ashr : 1-3). Imam Asy-Syafi'i1 Rahimahullah Ta'ala, mengatakan :"Seandainya Allah hanya menurunkan surah ini saja sebagai hujjah buat makhluk-Nya, tanpa hujjah lain, sungguh telah cukup surah ini sebagai hujjah bagi mereka". Dan Imam Al-Bukhari2 Rahimahullah Ta'ala, mengatakan :"Bab Ilmu didahulukan sebelum ucapan dan perbuatan". Dalilnya firman Allah Ta'ala. "Artinya : Maka ketahuilah, sesungguhnya tiada sesembahan (yang haq) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu". (Muhammad : 19). Dalam ayat ini, Allah memerintahkan terlebih dahulu untuk berilmu (berpengetahuan) .." 3 sebelum ucapan dan perbuatan. Akhi (Saudaraku). Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada anda. Dan ketahuilah, bahwa wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari dan mengamalkan ketiga perkara ini : Bahwa Allah-lah yang menciptakan kita dan yang memberi rizki kepada kita. Allah tidak membiarkan kita begitu saja dalam kebingungan, tetapi mengutus kepada kita seorang rasul, maka barangsiapa mentaati rasul tersebut pasti akan masuk surga dan barangsiapa menyalahinya pasti akan masuk neraka. Allah Ta'ala berfirman :"Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu seorang rasul yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus kepada Fir'aun seorang rasul, tetapi Fir'aun mendurhakai rasul itu, maka Kami siksa ia dengan siksaan yang berat". (Al-Muzammil : 15-16). Bahwa Allah tidak rela, jika dalam ibadah yang ditujukan kepada-Nya, Dia dipersekutukan dengan sesuatu apapun, baik dengan seorang malaikat yang terdekat atau dengan seorang nabi yang diutus manjadi rasul. Allah Ta'ala berfirman :"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, karena itu janganlah kamu menyembah seorang-pun di dalamnya disamping (menyembah) Allah". (Al-Jinn : 18). Bahwa barangsiapa yang mentaati Rasulullah serta mentauhidkan Allah, tidak boleh bersahabat dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun mereka itu keluarga dekat. Allah Ta'ala berfirman :"Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah mantapkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya dan mereka akan dimasukkan-Nya ke dalam surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung". (Al-Mujaadalah : 22). Akhi (Saudaraku). Semoga Allah mebimbing anda untuk taat kepada-Nya. Ketahuilah, bahwa Islam yang merupakan tuntunan Nabi Ibrahim adalah ibadah kepada Allah semata dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Itulah yang diperintahkan Allah kepada seluruh umat manusia dan hanya itu sebenarnya mereka diciptakan-Nya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. "Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku". (Adz-Dzaariyaat : 56). Ibadah dalam ayat ini, artinya : Tauhid. Dan perintah Allah yang paling agung adalah Tauhid, yaitu : Memurnikan ibadah untuk Allah semata-mata. Sedang larangan Allah yang paling besar adalah syirik, yaitu : Menyembah selain Allah di samping menyembah-Nya. Allah Ta'ala berfirman : "Artinya : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya". (An-Nisaa : 36). Kemudian, apabila anda ditanya : Apakah tiga landasan utama yang wajib diketahui oleh manusia ? Maka hendaklah anda jawab : Yaitu mengenal Tuhan Allah 'Azza wa Jalla, mengenal agama Islam, dan mengenal Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. - Fote Note. 1. Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin Syafi'i Al-Hasyim Al-Quraisy Al-Mutha
[media-dakwah] Ada Apa Dengan Wahabi ?
Judul: Ada Apa Dengan Wahabi ? Ditulis Oleh: Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i Allah berfirman didalam Al-Qur'an yang Mulia (yang artinya) : "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun." (Ibrahim : 24-26) Dalam ayat-ayat yang mulia ini terdapat kabar gembira dari Allah , yaitu barangsiapa yang beramal karena Allah , maka Allah akan mengokohkan, menumbuhkan dan memberkahinya, dan barangsiapa beramal bukan karena Allah maka ia tidak akan tetap tegak sedikitpun. Allah akan memusnahkannya dan hal ini nyata dalam kehidupan sebagaimana Allah menegaskannya. Jika kita melihat diutusnya Nabi kita Muhammad dan melihat perbuatan (jahat) orang-orang kafir serta musuh-musuh Islam kepada Nabi kita Muhammad , kita akan menyaksikan akibat baik itu adalah bagi orang bertakwa, dan demikianlah sesudah Nabi kita Muhammad hingga zaman kita ini yang dianggap sebagai zaman fitnah dengan segala bentuknya yang tidak mengetahui banyaknya fitnah itu melainkan Allah . Pada zaman ini, zaman yang tersebar kesyirikan dan hal-hal jelek dalam diri kaum muslimin, terdapat kebangkitan Mubarakah, yang mana keutamaan dan karunia ini dari Allah semata. Dia-lah yang memberkahi, menumbuhkan dan menunjuki jalannya. Lalu musuh-musuh Islam bermaksud menjauhkan manusia dari kebangkitan yang diberkahi ini dengan memberikan bermacam-macam julukan untuk memalingkan kaum muslimin dari kebangkitan dan kesadaran yang diberkahi. Dalam (kesempatan) ini, kami berbicara -Insya Allah- tentang satu julukan saja, walaupun (Alhamdulillah) banyak saudara-saudara kita tidak mengetahui tentang hal ini. Akan tetapi ini termasuk dari (pelaksanaan) bab : "Hendaknya seorang yang tahu menyampaikan kepada orang yang tidak tahu". Karena sesungguhnya Nabi bersabda : "Hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir". Dan beliau bersabda : "Semoga Allah memperindah orang yang mendengar perkataanku, lalu menghafal dan menyampaikannya". Memahami julukan buruk yang disebarkan oleh orang-orang komunis, pengikut partai ba'ats, pengikut pemahaman (Jamal Abdul Nasir) orang-orang Syi'ah, orang-orang Sufi dan ahli bid'ah, yang mereka sebarkan dilingkungan masyarakat untuk menghalangi manusia dari sunnah Rasulullah , kata-kata tersebut adalah "Wahabiyyah", orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah , mereka menjauhkan manusia dan memberikan julukan buruk agar manusia lari darinya. Perlu diketahui, bahwasannya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah termasuk ulama yang hidup pada abad ke-12 Hijriyah, beliau seorang ulama yang bisa benar dan bisa salah, kalaulah kita orang-orang yang berbuat "Taklid" (mengikuti tanpa dasar) tentulah kita akan "Taklid" kepada ulama Yaman yaitu Muhammad bin Ismail Al-Amiir Ash-Shan'ani -beliau hidup sezaman dengan syaikh Muhammad bin Abdul Wahab-, dan beliau lebih alim daripada syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, akan tetapi syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dakwahnya diberi kekuatan oleh Allah dengan kekuasaan hingga tersebarlah ilmu beliau. Adapun Muhammad bin Ismail Al-Amiir karya beliau (karangan-karangannya) memenuhi dunia, kaum muslimin mendapat manfaat dari kitab-kitabnya, orang-orang Yaman "Membenci Beliau" dan mereka berkehendak mengusirnya dari negeri Shan'a (Yaman). Itulah kata (Wahabiyyah) yang dengannya manusia dijauhkan dan dihalangi dari sunnah Rasulullah , maka wajib bagi kalian untuk berhati-hati dan melihat apa maknanya. Kata (Wahabiyyah) dinisbatkan kepada seorang ulama bukan dinisbatkan kepada "Mark" dan bukan pula dinisbatkan kepada "Lenin" dan bukan pula dinisbatkan kepada "Amerika" atau "Rusia" dan bukan juga dinisbatkan kepada "Para pemimpin musuh-musuh Islam" dan kami tidak memperbolehkan seorang muslim untuk menisbatkan dirinya kecuali kepada Islam dan kepada Nabi kita Muhammad . Sepatutnya kalian berhati-hati dan tidak terburu-buru dalam masalah ini. Nabi Sulaiman ketika burung Hud-Hud mengabarinya tentang apa yang dilakukan oleh Ratu Saba' dan kaumnya : Berkata Sulaiman : Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang dusta". (An-Naml 27) Dan Allah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Al-Hujurat 6) Kami berbicara tentang hal ini bukanlah lantaran Ah
[media-dakwah] SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB SOSOK PENEGAK PANJI-PANJI TAUHID
SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB SOSOK PENEGAK PANJI-PANJI TAUHID Oleh Abu Aufa Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/3] _ Sampai saat sekarang ini, masih ada sebagian kaum muslimin yang salah paham dan ada juga yang menyebarkan berita-berita bohong tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, oleh karena itu, untuk meluruskan dan menepis apa-apa yang mereka tuduhkan tersebut, kami mengangkat tulisan Abu Aufa yang berjudul Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Sosok Penegak Panji-Panji Tauhid, yang diterjemahkan dan dinukil dari buku : [1] Al-Imam Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Da'watuhu Wasiiratuhu, Lisamahatisy Asyaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz. [2] Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Hayaatuhu Wafikruhu, Ta'lif Dr.Abdullah Ash-Shalih Al-'Utsaimin (-peny). _ Keadaan Umat di Najd Pada Masa Sebelum Beliau 1. Keadaan Sosial Politik di Najd kala itu. Mayoritas dari penduduk Najd kala itu terdiri dari kabilah-kabilah Arab yang dikenal akan nasabnya, dan para pendatang yang berdatangan untuk tinggal di Najd hanyalah minoritas saja. Waktu itu sisi pandang masyarakat Najd terhadap seseorang tergantung pada nasab yang dia miliki. Hal ini sangat menyolok sekali terutama dalam urusan perkawinan, lowongan mendapat pekerjaan dan lain sebagainya. Masyarakat Najd terbagi menjadi dua kelompok atau dua golongan, Hadhari dan Badawi (Badui), meskipun didapati perubahan sifat atau ciri pada sebagian penduduk. Yang demikian itu menimbulkan kesulitan bagi kita untuk menggolongkan kelompok yang ketiga ini, karena mereka itu bukan Badui murni dan juga tidak Hadhari murni.1. Orang-orang Badui merasa bangga atas diri mereka dan kehidupan padang pasirnya. Mereka merasa bahwa orang-orang Hadhari hina di hadapan mereka. Penunjang kehidupan ekonomi mereka adalah kekayaan binatang, dan yang paling berharga bagi mereka diantara binatang-binatang yang ada adalah unta. Dan kebetulan daerah Najd adalah daerah yang kaya akan unta sehingga tidak aneh kalau Najd biasa disebut dengan Ummul Ibil2. Adapun orang-orang Hadhari (orang-orang kota) memiliki pandangan yang berbeda dengan orang-orang Badui, yang mana sebagian mereka berpendapat bahwa sifat kejantanan yang ada pada orang-orang Hadhari ataupun yang ada pada orang-orang Badui berada pada garis yang sama3, sebagian yang lain berpendapat bahwa orang-orang Badui harus diperlakukan dengan kekerasan, karena dengan cara demikian mereka bisa menjadi baik4 Adapun penunjang kehidupan ekonomi mereka adalah bertani. Sedangkan perdagangan adalah satu-satunya penunjang kehidupan ekonomi yang ada atau dimiliki oleh orang-orang Badui maupun orang-orang Hadhari. Mengenai hal kepemimpinan, sangatlah jauh berbeda antara orang-orang Badui dengan orang-orang Hadhari. Di mana seorang pemimpin yang ada di kalangan orang-orang Badui haruslah memenuhi kriteria seorang pemimpin, misalnya memiliki derajad lebih dari yang lain, pemberani dan memiliki pandangan dan gagasan yang jitu. Cara-cara mereka ini lebih mirip dengan sistem demokrat. Adapun orang-orang Hadhari lebih cenderung pemilihan pemimpin mereka jatuh ke tangan orang-orang yang memilki kekuatan dan kekuasaan, cara-caranya-pun sudah banyak dicampuri dengan kelicikan dan tipu muslihat demi teraihnya kepemimpinan tersebut. 2. Keadaan Kegaamaan di Najd waktu itu. Penduduk negeri Najd sebelum adanya dakwah yang dilakukan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab keadaannya menyedihkan. Keadaan yang apabila seorang mukmin menyaksikannya tidak akan ridla selama-lamanya. Syirik (persekutuan) terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala tumbuh dengan suburnya, baik syirik besar maupun syirik kecil. Sampai-sampai kubah, pepohonan, bebatuan, gua dan orang-orang yang dianggap sebagai wali pun disembah sebagaimana layaknya Allah Subhanahu wa Ta'ala. Penduduk Najd kala itu telah terpesona dengan kehidupan dunia dan syahwat. Sehingga pintu-pintu kesyirikan terbuka lebar untuk mereka. Marja' (sandaran) mereka kepada ahli sihir dan para dukun, sehingga negeri Najd terkenal akan hal itu. Bahkan Makkah, Madinah dan Yaman menjadi basis kemusyrikan kala itu. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menyelamatkan umat Islam ini dengan dilahirkannya seorang mujaddid besar, penegak panji-panji tauhid dan penyampai kebenaran yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya. Dialah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, yang kelak berjuang mati-matian dalam rangka tegaknya tauhidullah dan menebas habis setiap yang berbau syirik terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala. Nasab dan Kelahiran Beliau Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab hidup ditengah-tengah keluarga yang dikenal denan nama keluarga Musyarraf (Ali Musyarraf), dimana Ali Musyarraf ini cabang atau bagian dari Kabilah Tamim yang terkenal. Sedangkan Musyarraf adalah kakek beliau ke-9 menurut riwayat yang rajih. Dengan demikian nasab beliau adalah Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Ahmad
[media-dakwah] PENGERTIAN WAHABI DAN SIAPA MUHAMMAD BIN ADBUL WAHHAB
PENGERTIAN WAHABI DAN SIAPA MUHAMMAD BIN ADBUL WAHHAB Oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu Orang-orang biasa menuduh "wahabi " kepada setiap orang yang melanggar tradisi, kepercayaan dan bid'ah mereka, sekalipun kepercayaan-kepercayaan mereka itu rusak, bertentangan dengan Al-Qur'anul Karim dan hadits-hadits shahih. Mereka menentang dakwah kepada tauhid dan enggan berdo'a (memohon) hanya kepada Allah semata. Suatu kali, di depan seorang syaikh penulis membacakan hadits riwayat Ibnu Abbas yang terdapat dalam kitab Al-Arba'in An-Nawa-wiyah. Hadits itu berbunyi. "Artinya : Jika engkau memohon maka mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepa-da Allah." [Hadits Riwayat At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih] Penulis sungguh kagum terhadap keterangan Imam An-Nawawi ketika beliau mengatakan, "Kemudian jika kebutuhan yang dimintanya -menurut tradisi- di luar batas kemampuan manusia, seperti meminta hidayah (petunjuk), ilmu, kesembuhan dari sakit dan kesehatan maka hal-hal itu (mesti) memintanya hanya kepada Allah semata. Dan jika hal-hal di atas dimintanya kepada makhluk maka itu amat tercela." Lalu kepada syaikh tersebut penulis katakan, "Hadits ini berikut keterangannya menegaskan tidak dibolehkannya meminta pertolongan kepada selain Allah." Ia lalu menyergah, "Malah sebaliknya, hal itu dibolehkan!" Penulis lalu bertanya, "Apa dalil anda?" Syaikh itu ternyata marah sambil berkata dengan suara tinggi, "Sesungguhnya bibiku berkata, wahai Syaikh Sa'd![1]" dan Aku bertanya padanya, "Wahai bibiku, apakah Syaikh Sa'd dapat memberi manfaat kepadamu?" Ia menjawab, "Aku berdo'a (meminta) kepadanya, sehingga ia menyampaikannya kepada Allah, lalu Allah menyembuhkanku." Lalu penulis berkata, "Sesungguhnya engkau adalah seorang alim. Engkau banyak habiskan umurmu untuk membaca kitab-kitab. Tetapi sungguh mengherankan, engkau justru mengambil akidah dari bibimu yang bodoh itu." Ia lalu berkata, "Pola pikirmu adalah pola pikir wahabi. Engkau pergi berumrah lalu datang dengan membawa kitab-kitab wahabi." Padahal penulis tidak mengenal sedikitpun tentang wahabi kecuali sekedar penulis dengar dari para syaikh. Mereka berkata tentang wahabi, "Orang-orang wahabi adalah mereka yang melanggar tradisi orang kebanyakan. Mereka tidak percaya kepada para wali dan karamah-karamahnya, tidak mencintai Rasul dan berbagai tuduhan dusta lainnya." Jika orang-orang wahabi adalah mereka yang percaya hanya kepada pertolongan Allah semata, dan percaya yang menyembuhkan hanyalah Allah, maka aku wajib mengenal wahabi lebih jauh." Kemudian penulis tanyakan jama'ahnya, sehingga penulis mendapat informasi bahwa pada setiap Kamis sore mereka menyelenggarakan pertemuan untuk mengkaji pelajaran tafsir, hadits dan fiqih. Bersama anak-anak penulis dan sebagian pemuda intelektual, penulis mendatangi majelis mereka. Kami masuk ke sebuah ruangan yang besar. Sejenak kami menanti, sampai tiada berapa lama seorang syaikh yang sudah berusia masuk ruangan. Beliau memberi salam kepada kami dan menjabat tangan semua hadirin dimulai dari sebelah kanan, beliau lalu duduk di kursi dan tak seorang pun berdiri untuknya. Penulis berkata dalam hati, "Ini adalah seorang syaikh yang tawadhu' (rendah hati), tidak suka orang berdiri untuknya (dihormati)." Lalu syaikh membuka pelajaran dengan ucapan, "Artinya : Sesungguhnya segala puji adalah untuk Allah. Kepada Allah kami memuji, memohon pertolongan dan ampunan.", dan selanjutnya hingga selesai, sebagaimana Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam biasa membuka khutbah dan pelajarannya. Kemudian Syaikh itu memulai bicara dengan menggunakan bahasa Arab. Beliau menyampaikan hadits-hadits seraya menjelaskan derajat shahihnya dan para perawinya. Setiap kali menyebut nama Nabi, beliau mengucapkan shalawat atasnya. Di akhir pelajaran, beberapa soal tertulis diajukan kepadanya. Beliau menjawab soal-soal itu dengan dalil dari Al-Qur'anul Karim dan sunnah Nabi Shalallaahu alaihi wasalam . Beliau berdiskusi dengan hadirin dan tidak menolak setiap penanya. Di akhir pelajaran, beliau berkata, "Segala puji bagi Allah bahwa kita termasuk orang-orang Islam dan salaf.[2]. Sebagian orang menuduh kita orang-orang wahabi. Ini termasuk tanaabuzun bil alqaab (memanggil dengan panggilan-panggilan yang buruk). Allah melarang kita dari hal itu dengan firmanNya, "Artinya : Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk." [Al-Hujurat: 11] Dahulu, mereka menuduh Imam Syafi'i dengan rafidhah. Beliau lalu membantah mereka dengan mengatakan, "Jika rafidah (berarti) mencintai keluarga Muhammad. Maka hendaknya jin dan manusia menyaksikan bahwa sesungguhnya aku adalah rafidhah." Maka, kita juga membantah orang-orang yang menuduh kita wahabi, dengan ucapan salah seorang penyair, "Jika pengikut Ahmad adalah wahabi. Maka aku berikrar bahwa sesungguhnya aku wahabi." Ketika pelajaran usai, kami keluar bersama-sama sebagia
[media-dakwah] al-Haur Bada al-Kaur ( lemah/malas dalam beribadah setelah dulunya semangat/rajin )
Judul: al-Haur Bada al-Kaur ( lemah/malas dalam beribadah setelah dulunya semangat/rajin ) Kategori: Tazkiyatun Nafs Sesungguhnya fenomena berpaling dari komitmen pada agama ini sungguh telah menyebar di kalangan kaum muslimin. Berapa banyak manusia mengeluh akan kerasnya hati setelah sebelumnya tentram dengan berdzikir pada Allah, dan taat kepada-Nya. Dan berapa banyak dari orang-orang yang dulu beriltizam (komitmen pada agama) berkata, "Tidak aku temukan lezatnya ibadah sebagaimana dulu aku merasakannya", yang lain bekata, "Bacaan al-quran tidak membekas dalam jiwaku", dan yang lain juga berkata, "Aku jatuh ke dalam kemaksiatan dengan mudah", padahal dulu ia takut berbuat maksiat. Dampak penyakit ini nampak pada mereka, diantara ciri-cirinya adalah : 1. Mudah terjatuh dan terjerumus dalam kemaksiatan dan hal-hal yang diharamkan (Allah), bahkan dia terus melakukannya padahal dahulu dia sangat takut terjerumus kedalamnya. 2. Merasakan kerasnya hati, nasehat tentang kematian tidak berbekas sama sekali dalam hatinya, demikian juga melihat jenazah dan kuburan. 3. Tidak mantap dalam beribadah, sehingga anda (akan mendapati orang seperti ini) tidak menemukan "kelezatan" dalam menunaikan sholat, membaca al-Qur'an, dan lainnya, serta malas (melakukan) ketaatan dan ibadah, bahkan mengabaikannya dengan mudah, padahal ia dulu giat serta bersemangat melakukannya. 4. Lalai dari berdzikir kepada Allah, serta tidak menjaga lagi dzikir-dzikir syar'iyah (seperti dzikir pagi dan petang, pent) padahal dulu ia giat dan bersemangat melakukannya. 5. Memandang rendah kebaikan dan tidak perhatian kepada amal kebajikan yang mudah dilakukan padahal dulu dia orang yang paling teguh dan rajin. 6. Selalu dibayangi oleh rasa takut pada waktu tertimpa musibah atau problematika, padahal dulu ia tegar serta teguh imannya kepada takdir Allah. 7. Hatinya cenderung kepada dunia dan sangat mencintainya hingga ia akan merasa sangat sedih sekali jika ada sesuatu dalam kehidupan dunia ini yang luput darinya, padahal dulu ia sangat terikat kepada akhirat dan kepada kenikmatan yang ada di dalamnya, Allah Ta'ala telah berfirman : "Tetapi kalian memilih kehidupan dunia, sedang kehidupan akherat adalah lebih baik dan lebih kekal." ( al-Ala : 16-17 ) 8. Terlalu berlebihan dalam memperhatikan kehidupan dunianya baik dalam masalah makan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan kendaraan, padahal dulu ia lebih mengutamakan untuk mempercantik akhlaqnya dan untuk komitmen serta berpegang teguh pada agama. Masih banyak lagi sebenarnya dampak penyakit ini. Dan sungguh Nabi r telah berlindung dari al-Haur ba'da al Kaur. Dari 'Abdullah bin Sarjas a ia berkata, "Rasulullah r jika bepergian berlindung dari kesukaran perjalanan, kesedihan saat kembali dan dari al-Haur ba'da al Kaur (lemah/malas dalam beribadah setelah dulunya semangat/rajin). Dalam riwayat at-Tirmidzi : "... dan dari al haur ba'da al kaun..". Berkata Nawawi, "Kedua hadits ini adalah hadits yang disebutkan oleh para ahli hadist, ahli bahasa dan ahli gharibul hadits/lafadh asing dalam hadits." (Syarh Muslim 9/119) Lalu apakah makna al-Haur ba'da al-Kaur? Ibnul Faris berkata : "al-Haur" artinya adalah : kembali, Allah berfirman : "Sesungguhnya ia menyangka bahwa ia sekali-kali tidak akan kembali, tetapi tidak..." (al-Insyqaaq : 14) Orang Arab berkata : Maknanya kebatilan itu kembali dan berkurang. Jika dikatakan : "Kami berlindung kepada Allah dari al haur. Makna al-Haur adalah berkurang setelah bertambah. (Mu'jamu Maqayis al-Lughah 2/117) Ibnu Mandzur menjelaskan dalam "Lisanul 'Arob" (4/217), ia berkata : "Dan dalam hadits : Kami berlindung kepada Allah dari al Haur setelah al Kaur Maknanya adalah dari berkurang setelah bertambah, atau dari kerusakan urusan kami setelah kebaikan. At-Tirmidzi menafsirkan dengan perkataannya : "Dan makna perkataannya : al-Haur ba'da al-Kaun atau al-Kaur, kedua kata itu (al-Kaun dan al-Kaur) mempunyai satu arti, yaitu kembali/berpaling dari keimanan menuju kekafiran, dari ketaatan menuju kemaksiatan." (Sunan at-Tirmidzi 498/5) Kalau begitu, makna al Haur ba'da al Kaur adalah perubahan keadaan manusia dari iman kepada kekafiran, atau dari takwa dan kebaikan kepada perbuatan rusak dan buruk, atau dari hidayah kepada kesesatan. Dan dalam hal ini manusia berbeda-beda tingkatannya, maka jika seseorang mundur/berpaling ke belakang dikhawatirkan ia menutup akhir kehidupannya dengan hal yang buruk. Dan satu hal yang telah diketahui bahwa amal-amal (seseorang) dilihat pada akhir kehidupannya, dari Sahl bin Sa'ad a, bahwa Nabi bersabda : "Sesungguhnya seorang laki-laki dulunya beramal dengan amal penghuni neraka, dan sesungguhnya ia adalah penghuni surga, dan ia dulu mengerjakan amalan penghuni surga, padahal ia adalah penghuni neraka, sesungguhnya amal-amal itu
[media-dakwah] Sendirian menghadap Alloh
Judul: Sendirian menghadap Alloh Kategori: Tazkiyatun Nafs Ditulis Oleh: Syaikh Ali bin Hasan al-Halaby Alloh -taala- berfirman : "Dan kami akan warisi apa yang ia katakan itu, dan ia akan datang kepada kami seorang diri" (Maryam : 80) Sesungguhnya hubungan manusia semua mannusia- dengan masyarakat yang ada disekitarnya, aatau dengan lingkungan yang ia hidup disana sangatlah besar, dapat memberikan dampak/bekas kepada pemikiran, akhlak, serta bisa mengarahkan, merubah perjalanan/tujuan hidup kemana saja Meskipun dampak/bekas tersebut baik tidak menyelisihi perkara syari'at, namun sesungguhnya tetap haram, dilarang jika menyelisihi syariat dan akan didapati pertentangan baik itu sedikit atapun banyak,khususnya dalam pengetahuan yang samar, yang mengantarkan manusia berhubungan dengan selainnya kepada sebuah kelompok maupun individu- Seorang hamba ketika menemui Rabbnya, ia menemuinya sendirian- tanpa qobilah, -kecuali amalan dan perkataannya- ia menghadap Rabbnya tanpa harta, tahta, keluarga, kelompok, jamaah, ataupun syaikhnya . Ia menghadap kepada-Nya sendirian, tanpa anak, istri, bapak menyertainya hingga tiba saatnya perhitungan, balasan yang baik atau buruk baginya. Firman Alloh azza wa jalla- "Dan kami akan warisi apa yang ia katakan itu" (Maryam : 80) mencakup perhitungan baginya, baik perkataan ataupun perbuatan, yang akan mengiringinya kelak di alam kubur, dan kemudian disisi Rabbnya pada hari kiamat, sebagai perhitungan atas dirinya, Alloh taala- berfirman "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir" (Qof : 18) Dan salah satu petunjuk yang baik yang diberikan oleh Rasul Shollallahu alaihi wassalallam- yaitu perkataan beliau kepada Muadz Radhiallohuanhu- sabda beliau : "Dan tidakkah yang dapat menjerumuskan manusia kedalam neraka melainkan hasil dari perkataan mereka" Meskipun konteks nash diatas untuk para pembesar dari kaum kafir, akan tetapi pelaksanaan hal tersebut umum untuk semua manusia. Hal ini dapat ditinjau dari dua segi : 1. Sebuah kaidah yang berbunyi "Sebuah pelajaran diambil dari keumuman teks tidak pada kekhususan sebab" 2. Nash-nash al-Quran yang umum selainnya- yaitu firman Alloh taala- "Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Alloh pada hari kiamat sendiri-sendiri" (Maryam : 95) Dan kita tergolong didalam nash diatas .. Maka hati-hatilah, waspadalah wahai hamba Alloh- kalian berkata hari ini dan menyesal kemudian . Hati-hatilah, waspadalah wahai hamba Alloh- kalian mewarisi dari perkataan, perbuatan kalian, kecuali semuanya menyebabkan kebahagian, petunjuk, taufik dan kebenaran . Hati-hatilah, hati-hatilah -wahai hamba Alloh- kalian terpedaya dengan diri kalian, buta dengan perkataan kalian setiap manusia itu diawasi dan akan dihisab Firman Alloh jalla wa ala- "Dan mereka datang kepada kami seorang diri" jelas tanpa ada keraguan didalamnya, bahwa mereka yang menyebabkan kalian kuat didunia, tidak dapat memberi manfaat di akhirat, kecuali jika mereka teman yang taat kepada Alloh, mereka orang-orang yang mendapat hidayah dari Alloh, mengingatkan kalian dikala lupa, membenarkan kalian dikala salah, mengembalikan kalian dikala telah jauh menyimpang . Adapun yang lain apa manfaat mereka bagimu dan kamu bagi mereka!!! Maka waspadalah kamu terhadap mereka dan mereka terhadapmu!!! Telah pergi orang-orang yang mereka cintai Maka lihatlah siapa yang kau jadikan teman Sesungguhnya mereka yang kau merasa aman dengannya Dapat membawamu pada perangkap/malapetaka Wahai Rabb selamatkan aku, selamatkanlah aku Maraji': Majalah Al-Asholah no 44 thn ke 8 - All-new Yahoo! Mail - Fire up a more powerful email and get things done faster. [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] Dorongan Untuk Mengikuti Sunnah dan Peringatan Keras Dari Bid�ah Serta Penjelasan Mengenai Bahayanya
Dorongan Untuk Mengikuti Sunnah dan Peringatan Keras Dari BidÂah Serta Penjelasan Mengenai Bahayanya Penulis: Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad Al-Badr Penerjemah: Ummu Hafidz (Santri MaÂhad ÂIlmi Putri Lembaga Bimbingan Islam Al-Atsary) MurojaÂah: Ustadz Abu Salman (Pengajar MaÂhad ÂIlmi) Muqoddimah Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya dan memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kami berlindung kepada-Nya dari keburukan diri kami dan kejelekan amalan kami. Barang siapa yang Allah berikan petunjuk, maka tiada yang dapat menyesatkanya, dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka tiada yang dapat memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwasannya tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwasannya Muhammad ÂshollallahuÂalaihiwasallam- adalah hamba dan rasul-Nya. Allah mengutus beliau dengan petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama dengan cara menyampaikan risalah dan menunaikan amanah serta menasehati umat. Dan bersungguh-sungguh berjihad di jalan-Nya. Ya Allah, shalawat, salam dan barokah semoga Engkau curahkan atas Nabi, keluarganya, sahabatnya dan siapa saja yang berpedoman dengan petunjuknya dan mengikuti jalannya hingga datangnya hari kiamat. Amma baÂdu. Sesungguhnya nikmat Allah Âazza wa jalla atas hambanya sangat banyak dan tidak terhitung. Dan kenikmatan tertinggi yang Allah berikan kepada manusia dan jin pada akhir zaman ini adalah dengan mengutus Rasul-Nya yang mulia Muhammad shollallahuÂalaihiwasallam kepada mereka. Nabi shollallahuÂalaihiwasallam telah menyampaikan setiap risalah (ajaran) yang datang dari Allah kepada mereka dengan lengkap dan sempurna. Imam Muhammad Ibn Muslim Ibn Syihab Azzuhri  rohimahullah - berkata, ÂRisalah tersebut adalah dari Allah ÂAzza wa jalla dan kewajiban Rasulullah shollallahuÂalaihiwasallam adalah menyampaikannya. Sedang kewajiban kita adalah berserah diri sepenuhnyaÂ. Imam Bukhori telah menjelaskannya pada pembahasan firman Allah Subhanahu wa TaÂala QS. Al-Maaidah 5:67 yang tercantum dalam bab Tauhid dalam kitab Shohihnya (Fathul Bari 13/503), Allah Subhanahu wa TaÂala berfirman. Yang artinya: Ãóà ÃóÃøõåóà ÃáÃøóÃõæáõ ÃóáøöÃú ãóà ÃõäÃöáó à öáóÃúÃó ãöä ÃøóÃøöÃó æóà öä áøóãú ÃóÃúÃóáú Ãóãóà ÃóáøóÃúÃó ÃöÃóÃáóÃóåõ ÂWahai Rasul, sampaikan apa-apa yang diturunkan oleh Rabbmu kepadamu dan jika kamu tidak melakukan itu, maka kamu tidak menyampaikan risalah-Nya. (QS.Al-Maaidah 5:67) Allah telah mewahyukan risalah-Nya yang agung kepada para rasul-Nya, sebagaimana terdapat dalam firman-Nya, æóáóÃóÃú ÃóÃóÃúäóà Ãöà Ãõáøö ÃõãøóÃò ÃøóÃõæáÃð Ãóäö ÃÃúÃõÃõæÃú Ãááøåó æóÃÃúÃóäöÃõæÃú ÃáÃøóÃÃõæÃó ÂSungguh telah Kami utus pada setiap umat seorang Rasul untuk memerintahkan beribadah kepada Allah semata dan menjauhi taghutsÂ. (QS. An-Nahl 16: 36) Dan firman-Nya, áóÃóÃú ãóäøó Ãááøåõ Ãóáóì ÃáúãõÃãöäöÃäó à öÃú ÃóÃóÃó ÃöÃåöãú ÃóÃõæáÃð ãøöäú ÃóäÃõÃöåöãú ÃóÃúáõæ ÃóáóÃúåöãú ÃÃóÃÃöåö æóÃõÃóÃøöÃåöãú æóÃõÃóáøöãõåõãõ ÃáúÃöÃóÃÃó æóÃáúÃöÃúãóÃó æóà öä ÃóÃäõæÃú ãöä ÃóÃúáõ áóÃöà ÃóáÃáò ãøõÃöÃäò ÂSungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul pada mereka dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya dan mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah. Dan sungguh orang-orang sebelum mereka berada pada kesesatan yang nyataÂ. (QS.Al-Imron 3: 164) Sedangkan yang menjadi kewajiban bagi Rasulullah shollallahuÂalaihiwasallam adalah menyampaikan risalah. Dan penyampaian risalah ini telah dilaksanakan secara lengkap dan sempurna dari segala sisinya. Sebagaimana firman Allah ÂAzza wa jalla, Ãóåóáú Ãóáóì ÃáÃøõÃõáö à öáÃøó ÃáúÃóáÃÃõ ÃáúãõÃöÃäõ ÂBukankah kewajiban para Rasul itu hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan jelas. (QS. An-Nahl 16: 35) dan firman-Nya, æóãóà Ãóáóì ÃáÃøóÃõæáö à öáà ÃáúÃóáÃÃõ ÃáúãõÃöÃäõ ÂKewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan jelas. (QS. An-Nuur 24:54) Adapun yang menjadi kewajiban atas seorang hamba adalah berserah diri dan tunduk patuh kepada-Nya. Akan tetapi dalam hal ini, manusia terbagi menjadi dua, yaitu manusia yang diberi taufiq oleh Allah sehingga mengikuti jalan yang benar, dan yang kedua, sebaliknya yaitu manusia yang tidak mendapat taufik sehingga mengikuti jalan-jalan yang lain. Sebagaimana firman Allah ÂAzza wa ja
Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
lah Syaikh ibnu Baz wafat. (11) Silsilah ,Al Hadist adh-Dhaifah 3/6-7. (12) Lihat Muqaddimah beliau terhadap Mukhtashar Shahih Muslim hal5-6 oleh al-Mundziri. (13) Lihat TaIiq beliau terhadap Nuzhah Nazhar oleh Ibriu Hajar haL74dicetak bersama An-Nukat Syaikh All Hasan al-Halabi. (I4) Lihat Taliq beliau terhadap Ai-Baitsul Hatsits 1/125 oleb Syaikh Ahmad Syakir. (15) Lihat teks ucapan mereka dalam Dirasat fi Sirab Shahih Muslim oleh Syaikh ,Ali bin Hasan al-Halabi. (16) Silsilah ash-Shahihab 4/ 1 (17) ldem )/._j, (18) Idem 6/980. (19) Silsilah ash-Shahihah 2/735 (20) Syaikh Al-.Allamah Abdul Aziz bin Baz mensifatinya dalam kata pengantar buku Baraah Ahli Sunnab karya Syalkh Bakr Abu Zaid: Al-Affak (penuduh/pendusta). al-Atsiim( banyak dosa). al-Maftun (terkena itnah). (21) Dia berkata dalam Taliq Dafu Syubahi Tasybih hal.249 karya Ibnu al-Jauzi, Saya menasehatkan kepada pars penuntut ilmu dan ahli ilmu agar membaca kitab-kftab Imam (!) al-Kautsari, khususnya kitabnya yang berjudul M-Maqalat (22) Dia berkata mensifati al-Kautsari dalam TaIiq Ar-Rafu wa Takmil: Hadiah untuk ruh ustadz al-Muhaqqiqin, al-Hujjah, al-Muhaddits, al-Faqih, alI Ushuli, al-Mutakallim, ai-Muarrikh, an-Nuqqad, al-Imam! (23) Dia mensifati aJ-Kautaari dalam kitabnya At-Tansyif hal.205: Al-Allamah, Al-Muarrikh, An-Naqid, bahkan pada hal.284 dia mensifatinya dengan Syaikhul Islam!!! (24) Lihat Kutub Hadzdzara minha al-Ulama 1/318-319 oleb Syaikh Masyhur Hasan Salman. (25) Lihat Iftlraat as-Saqqaf al-Atsiim ala al-Albani Syaikh al-Muhadditsin hal.5-6 oleh Syalkli Khalid Al-Anbari dan lihat pula Baraah AhIi Sunnah karya Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid. Kata pengantar oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz. (26) Lihat An-Nubadz fi Ushul Fiqih hal88 karya Imam Ibiru Hazmi. (27) Footnote Shahih lbnu Majah 2/48. (28) Seperti dalan Tahdzir Sajid hal.44 tentang haramnya membangun kuburan di masjid. Silsilah ash-Shahihah 1/605 tentang najisnya darah haidh, Muqaddimah Mukhtashar Uluw hal.52 tentang ketinggian Alloh di atas langit. Ats-Tsamar al-Mustatab 1/301 dan Ar-Raddu aI-Mufhim hal.3 I tentang wanita dalarn shalat dan ihram tidak boleh menutup wajahnya. Dan masih banyak sekali contoh lainnya. (29) Serial kaset berjudul Asilah Yamaniab Masail Haditsiyyah wal Fiqhiyyah. (30) Kitab ini pernah diajarkan oleh Syaikh al-Albani sebagaimana dalam Hayah al-Albani 1/57 oleh asy-Syaibani. Dalam kitab tersebut haL47 Syaikh Abdul Wahhab KhalIaf menjelaskan tentang hujjahnya ijma beserta dalil-daiilnya. Al-Albani mengajarkannya sekitar pada tahun 1949-1950 M. Sumber : Majalah Al Furqon Edisi 2 Tahun V. handri yanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu, Akhi, sebelum menjelaskan tuduhan fitnah yang dituduhkan ke Syaikh Albani Rahimuhullah, ana mau tanya ke antum , semoga antum berbuat adil . Kalau boleh ana tahu siapakah ulama penulis artikel dibawah , ?, Insya Allah menyusul tentang penjelasan terhadah tuduhan yang tidak benar tersebut. Kebenaran akan muncul , yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Insya Allah Ta'ala. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Abu Fahmi. [Non-text portions of this message have been removed] - Do you Yahoo!? Get on board. You're invited to try the new Yahoo! Mail. [Non-text portions of this message have been removed] - How low will we go? Check out Yahoo! Messengers low PC-to-Phone call rates. [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu, Akhi, sebelum menjelaskan tuduhan fitnah yang dituduhkan ke Syaikh Albani Rahimuhullah, ana mau tanya ke antum , semoga antum berbuat adil . Kalau boleh ana tahu siapakah ulama penulis artikel dibawah , ?, Insya Allah menyusul tentang penjelasan terhadah tuduhan yang tidak benar tersebut. Kebenaran akan muncul , yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Insya Allah Ta'ala. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Abu Fahmi. "Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...) atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon pencerahannya. BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH 1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud, Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam pentakhrijan hadith2 tadi. Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi. Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan 'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan, tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara yang lebih besar. Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2 yang dhoif? Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah untuk mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, maka kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur antara sahih dan dhoif. Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2 tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan hadith tadi. Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil [bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang. KESILAPAN YANG JELAS Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini adalah Al-aimmah As-sabiqun yang mengarang kitab2 as-sohih seperti Bukhori, Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lain2 nya. Begitu juga yang menulis ad-dho'ifah dan al-maudhu'ah seperti Ibnu Al-jauzi, Ibnu Tohir al-muqaddisi, Asy-syaukani, Al-fatni dan lain2 nya." Inilah kesilapan yang besar dalam pandangan Sheikh Al-albani, sesungguhnya al-aimmah as-sabiqah yang mengasingkan as-sohih, tidak menegah beramal dengan hadith yang dhoif dan tidak pula mengajak manusia untuk jadikan dhoif, matruk dan maudhu' dalam satu martabat yang sama. Bagi mereka, dho'if boleh beramal dengannya. Buktinya, lihat sendiri kitab Imam Bukhori iaitu Al-adabul Mufrad yang bercampur antara hadith sohih dan dhoif. Begitu juga kitab Raudhotul Uqola' karangan Ibnu Hibban. Juga kitab Ibnul Jauzi al-wa'zu. Begitu juga shofwat at-tasawwuf karangan Ibnu Tohir. Imam As-syaukani juga banyak berhujah menggunakan hadith2 dhoif dalam kitabnya Nailul author dan tuhfatuz zakirin. Disamping itu, ulama2 yang mengasingkan al-maudhuat, mereka tidak mencampurkannya sekali dengan hadith2 yang dhoif, dan tidak pernah menyeru orang ramai supaya meninggalkan beramal dengan hadith2 dhoif
Re: [media-dakwah] Bahaya Berpegang dengan Pemikiran Syeikh Al-Bani dalam Bidang Hadits
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu, Akhi, sebelum menjelaskan tuduhan fitnah yang dituduhkan ke Syaikh Albani Rahimuhullah, ana mau tanya ke antum , semoga antum berbuat adil . Kalau boleh ana tahu siapakah ulama penulis artikel dibawah , ?, Insya Allah menyusul tentang penjelasan terhadah tuduhan yang tidak benar tersebut. Kebenaran akan muncul , yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Insya Allah Ta'ala. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Abu Fahmi. "Arif N.S" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dari milis sebelah, mohon diklarifikasi kebenarannya, terus terang saya sebagai yang sedang belajar agama jadi bingung, mana yang harus dipegang tentang masalah hadits, baca kitab2 induk hadits (Imam Bukhari, Muslim, ...) atau baca kitab2 yang sudah ditakhrij oleh Syeikh Al-bani? Mohon pencerahannya. BAHAYA BERPEGANG DENGAN PEMIKIRAN SHEIKH AL-ALBANI DALAM BIDANG HADITH 1- Memutuskan hubungan antara generasi terdahulu dengan generasi akan datang dalam Usulus Sunnah [asal usul sunnah]. Dimana, umat akan datang akan memada dengan berpegang pada hadith2 sohih yang ditakhrij [diteliti] sahaja, dan menolak hadith2 lain yang wujud dalam kitab2 sunan dan sohih. Tidak perlu lagi merujuk kpada Sohih Bukhori, sohih Muslim, Sunan At-tirmizi, Abi Daud, Nasai, Ibnu Majah dan lainnya. Sedangkan inilah sumber asal dalam pentakhrijan hadith2 tadi. Realiti ini dahpun [sudah] berlaku, di mana bermulanya projek pengkategorian hadith2 kepada 'Sohihus Sunan' dan menjadikannya sumber rujukan asasi. Begitu juga 'Dho'ifus Sunan'. Contohnya: Kitab 'Mukhtasor Al-majmu' syarah Muhazzab' sebanyak 4 jilid telah dicetak pada thn 1415H di makatabah as-sawadi di Jeddah. Begitu juga kitab 'sohih al-jami' as-shoghir' dan 'dho'if al-jami' as-shoghir'. Akibatnya, Umat selepas ini tidak akan merujuk kpada sesuatu manuskrip asal, tetapi menggunakan kitab yang telah ditakhrij dan diringkaskan sahaja. Mereka tidak akan lagi merujuk kpada kitab2 Sunan, tetapi terus bersandar kepada kitab yang mentashihkan dan mentad'ifkan kitab sunan tersebut. Ingatlah, bahawa penyelewengan akan bermula dari perkara kecil dan sedikit, kemudian ia akan meluas dan merebak hingga ke perkara yang lebih besar. Perkara ini telah merebak lagi bukan sahaja kepada kitab2 sunan, bahkan kitab yang lain juga. Telah berlaku pentashihan kitab2 seumpama 'Sohih al-adabul mufrad' 'sohih al-wabilus shoib' 'sohih riadhus solihin' dan banyak lagi. Dari segi logiknya, kita terfikir adakah Imam2 Sunan ini lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 yang sohih dengan hadith2 yang dhoif? Adakah Imam Bukhori dan Muslim lemah dan tak mampu untuk mengasingkan antara hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif dalam kitab mereka? Mereka bukan lemah sebenarnya, tetapi oleh kerana manhaj mereka adalah untuk mengumpulkan hadith2 yang boleh dijadikan sebagai hujah untuk beramal, maka kerana itulah dalam kitab2 hadith mereka wujud hadith2 yang bercampur antara sahih dan dhoif. Ini disebabkan, Hadith2 yang mereka kumpul itu telah menjadi amalan dan hujah yang telah diguna pakai oleh Imam mujtahid terdahulu dari kalangan sahabat dan tabi'in. Lalu mereka kumpulkan hadith2 tersebut, ada sebahagian hadith yang bersambung dan sempurna sanadnya. Ada juga yang terputus, atau perawinya tidak dikenali. Lalu, mereka mengkaji hadith2 seperti ini sama ada dengan menguatkannya melalui hadith itu sendiri, atau dengan hadith dari thuruq yang lain yang boleh menguatkan hadith tadi. Patutkah kita menuduh, bahawa ulama hadith2 dahulu jahil [bodoh] untuk asingkan hadith2 sohih dengan hadith2 dhoif? Patuntukah kita tuduh mereka tasahhul dalam pengumpulan hadith2 tersebut. Inilah satu tuduhan biadap yang sepatutnya kita tentang. KESILAPAN YANG JELAS Kemudian beliau berkata lagi dalam m/s 24 : "Dan ikutan aku dalam hal ini adalah Al-aimmah As-sabiqun yang mengarang kitab2 as-sohih seperti Bukhori, Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan lain2 nya. Begitu juga yang menulis ad-dho'ifah dan al-maudhu'ah seperti Ibnu Al-jauzi, Ibnu Tohir al-muqaddisi, Asy-syaukani, Al-fatni dan lain2 nya." Inilah kesilapan yang besar dalam pandangan Sheikh Al-albani, sesungguhnya al-aimmah as-sabiqah yang mengasingkan as-sohih, tidak menegah beramal dengan hadith yang dhoif dan tidak pula mengajak manusia untuk jadikan dhoif, matruk dan maudhu' dalam satu martabat yang sama. Bagi mereka, dho'if boleh beramal dengannya. Buktinya, lihat sendiri kitab Imam Bukhori iaitu Al-adabul Mufrad yang bercampur antara hadith sohih dan dhoif. Begitu juga kitab Raudhotul Uqola' karangan Ibnu Hibban. Juga kitab Ibnul Jauzi al-wa'zu. Begitu juga shofwat at-tasawwuf karangan Ibnu Tohir. Imam As-syaukani juga banyak berhujah menggunakan hadith2 dhoif dalam kitabnya Nailul author dan tuhfatuz zakirin. Disamping itu, ulama2 yang mengasingkan al-maudhuat, mereka tidak mencampurkannya sekali dengan hadith2 yang dhoif, dan tidak pernah menyeru orang ramai supaya meninggalkan beramal dengan hadith2 dhoif.
[media-dakwah] Menjadi Orang Asing di Dunia
Menjadi Orang Asing di Dunia Penulis: Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhohulloh Diterjemahkan dari Penjelasan Hadits Arbain No. 40 Oleh: Abu Fatah Amrulloh Murojaah: Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar Dari Ibnu Umar radhiallohu anhuma beliau berkata: Rosululloh shalallahu alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir. Ibnu Umar berkata: Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati (HR. Bukhori) Penjelasan Hadits ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berisi nasihat nabi shalallahu alaihi wa sallam kepada beliau. Hadits ini dapat menghidupkan hati karena di dalamnya terdapat peringatan untuk menjauhkan diri dari tipuan dunia, masa muda, masa sehat, umur dan sebagainya. Ibnu Umar berkata: Rosululloh shalallahu alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku, hal ini menunjukkan perhatian yang besar pada beliau, dan saat itu umur beliau masih 12 tahun. Ibnu Umar berkata: beliau pernah memegang kedua pundakku. Rosululloh shalallahu alaihi wa sallam bersabda, Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau penyeberang jalan. Jika manusia mau memahami hadits ini maka di dalamnya terkandung wasiat penting yang sesuai dengan realita. Sesungguhnya manusia (Adam pent) memulai kehidupannya di surga kemudian diturunkan ke bumi ini sebagai cobaan, maka manusia adalah seperti orang asing atau musafir dalam kehidupannya. Kedatangan manusia di dunia (sebagai manusia) adalah seperti datangnya orang asing. Padahal sebenarnya tempat tinggal Adam dan orang yang mengikutinya dalam masalah keimanan, ketakwaan, tauhid dan keikhlasan pada Alloh adalah surga. Sesungguhnya Adam diusir dari surga adalah sebagai cobaan dan balasan atas perbuatan maksiat yang dilakukannya. Jika engkau mau merenungkan hal ini, maka engkau akan berkesimpulan bahwa seorang muslim yang hakiki akan senantiasa mengingatkan nafsunya dan mendidiknya dengan prinsip bahwa sesungguhnya tempat tinggalnya adalah di surga, bukan di dunia ini. Dia berada pada tempat yang penuh cobaan di dunia ini, dia hanya seorang asing atau musafir sebagaimana yang disabdakan oleh Al Musthofa shalallahu alaihi wa sallam. Betapa indah perkataan Ibnu Qoyyim rohimahulloh ketika menyebutkan bahwa kerinduan, kecintaan dan harapan seorang muslim kepada surga adalah karena surga merupakan tempat tinggalnya semula. Seorang muslim sekarang adalah tawanan musuh-musuhnya dan diusir dari negeri asalnya karena iblis telah menawan bapak kita, Adam alaihissalam dan dia melihat, apakah dia akan dikembalikan ke tempat asalnya atau tidak. Oleh karena itu, alangkah bagusnya perkataan seorang penyair: äÞá ÝÄÇÏß ÍíË ÔÆÊ ãä Çáåæì ãÜÇ ÇáÍÜÈ ÅáÇ ááÍÈíÈ ÇáÃæá Palingkan hatimu pada apa saja yang kau cintai Tidaklah kecintaan itu kecuali pada cinta pertamamu Yaitu Alloh jalla wa ala ßã ãäÒá Ýí ÇáÃÑÖ íÃáÝå ÇáÝÊì æÍäíäÜÜÜå ÃÈÜÜÏÇ áÃæá ãÜÜäÒá Berapa banyak tempat tinggal di bumi yang ditempati seseorang Dan selamanya kerinduannya hanya pada tempat tinggalnya yang semula Yaitu surga Demikianlah, hal ini menjadikan hati senantiasa bertaubat dan tawadhu kepada Alloh jalla wa ala. Yaitu orang yang hati mereka senantiasa bergantung pada Alloh, baik dalam kecintaan, harapan, rasa cemas, dan ketaatan. Hati mereka pun selalu terkait dengan negeri yang penuh dengan kemuliaan yaitu surga. Mereka mengetahui surga tersebut seakan-akan berada di depan mata mereka. Mereka berada di dunia seperti orang asing atau musafir. Orang yang berada pada kondisi seakan-akan mereka adalah orang asing atau musafir tidak akan merasa senang dengan kondisinya sekarang. Karena orang asing tidak akan merasa senang kecuali setelah berada di tengah-tengah keluarganya. Sedangkan musafir akan senantiasa mempercepat perjalanan agar urusannya segera selesai. Demikianlah hakikat dunia. Nabi Adam telah menjalani masa hidupnya. Kemudian disusul oleh Nabi Nuh yang hidup selama 1000 tahun dan berdakwah pada kaumnya selama 950 tahun, ÝóáóÈöËó Ýöíåöãú ÃóáúÝó ÓóäóÉò ÅöáøóÇ ÎóãúÓöíäó ÚóÇãÇð Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun (QS Al Ankabut: 14) Kemudian zaman beliau selesai dan telah berlalu. Kemudian ada lagi sebuah kaum yang hidup selama beberapa ratus tahun kemudian zaman mereka berlalu. Kemudian setelah mereka, ada lagi kaum yang hidup selama 100 tahun, 80 tahun, 40 tahun 50 tahun dan seterusnya. Hakikat mereka adalah seperti orang asing atau musafir. Mereka datang ke dunia kemudian mereka pergi meninggalkannya. Kematian akan menimpa setiap orang. Oleh karena itu setiap orang wajib untuk memberikan perhatian pada dirinya. Musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah kelalaian tentang
[media-dakwah] 3 Pokok Ajaran Islam
3 Pokok Ajaran Islam Oleh : Akh Abu Hudzaifah M Fakhruddin Yusuf Sejauh mana pemahaman kita ? Tak terasa, sudah sejak lama sekali (mungkin sudah belasan bahkan puluhan tahun atau bahkan lebih) kita termasuk sebagai seorang muslim. Nikmat yang besar ini patutlah kita syukuri, karena banyak diantara manusia yang tidak memperoleh nikmat ini. Dan nikmat inilah yang sangat menentukan bahagia atau sengsaranya kita di hari akhir nanti. Pada kesempatan ini, tidaklah kami ingin menanyakan sejak kapan kita masuk Islam ? atau bagaimana ceritanya kita masuk Islam ? karena jawaban pertanyaan ini bukanlah suatu yang paling mendasar dan paling penting. Namun pertanyaan paling penting yang harus kita renungkan dan kita jawab pada setiap diri kita adalah: sudah sejauh manakah kita telah memahami dan mengamalkan ajaran kita ini ? Pertanyaan inilah yang paling penting yang harus direnungkan dan dijawab, karena jawaban pertanyaan inilah yang nantinya sangat menentukan kualitas keislaman dan ketakwaan seseorang. Alloh berfirman, Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati di dalam kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Al Ashr : 1-3). Alloh juga berfirman, Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. (Al Hujurot : 13) Pokok Ajaran Islam Sebagaimana yang telah diketahui bahwa ajaran Islam ini adalah ajaran yang paling sempurna, karena memang semuanya ada dalam Islam, mulai dari urusan buang air besar sampai urusan negara, Islam telah memberikan petunjuk di dalamnya. Alloh berfirman, Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu. (Al-Maidah : 3) Salman Al-Farisi berkata,Orang-orang musyrikin pernah mengatakan kepada kami, Sesungguhnya Nabi kamu telah mengajarkan kepada kamu segala sesuatu sampai buang air besar!. Jawab Salman, benar! (Hadits Shohih riwayat Muslim). Semua ini menunjukkan sempurnanya agama Islam dan luasnya petunjuk yang tercakup didalamnya, yang tidaklah seseorang itu butuh kepada petunjuk selainnya, baik itu teori demokrasi, filsafat atau lainnya; ataupun ucapan Plato, Aristoteles atau siapa pun juga. Meskipun begitu luasnya petunjuk Islam, pada dasarnya pokok ajarannya hanyalah kembali pada tiga hal yaitu tauhid, taat dan baroah/berlepas diri. Inilah inti ajaran para Nabi dan Rosul yang diutus oleh Alloh kepada ummat manusia. Maka barangsiapa yang tidak melaksanakan ketiga hal ini pada hakikatnya dia bukanlah pengikut dakwah para Nabi. Keadaan orang semacam ini tidak ubahnya seperti orang yang digambarkan oleh seorang penyair, Semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila, namun laila tidak mengakui pengakuan mereka semua 1. Berserah diri kepada Alloh dengan merealisasikan tauhid Pokok pertama adalah perendahan diri dan ketundukan kepada Alloh dengan tauhid, yakni mengesakan Alloh dalam setiap peribadahan kita. Tidak boleh menujukan satu saja dari jenis ibadah kita kepada selain-Nya. Karena memang hanya Dia yang berhak untuk diibadahi. Dia lah yang telah menciptakan kita, memberi rizki kita dan mengatur alam semesta ini, pantaskah kita tujukan ibadah kita kepada selain-Nya, yang tidak berkuasa dan berperan sedikitpun pada diri kita ? Semua yang disembah selain Alloh tidak mampu memberikan pertolongan bahkan terhadap diri mereka sendiri sekalipun. Alloh berfirman,Apakah mereka mempersekutukan (Allah) dengan berhala-berhala yang sama sekali tak dapat menciptakan sesuatupun ? Sedang berhala-berhala itu sendiri yang diciptakan. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada para penyembahnya, bahkan kepada diri meraka sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan. (Al -Arof : 191-192). Semua yang disembah selain Alloh tidak memiliki sedikitpun kekuasaan di alam semesta ini. Alloh berfirman,Dan orang-orang yang kamu seru selain Alloh tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu, dan pada hari kiamat mereka akan mengingkari kesyirikan (doa)mu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (Fathir : 13-14) 2. Tunduk dan patuh kepada Alloh dengan sepenuh ketaatan Pokok Islam yang kedua adalah adanya ketundukan dan kepatuhan yang mutlak kepada Alloh. Dan inilah sebenarnya yang merupakan bukti kebenaran pengakuan imannya. Penyerahan dan perendahan semata tidak cukup apabila tidak disertai ketundukan terhadap perintah-perintah Alloh dan Rosul-Nya dan menjauhi apa-apa yang dilarang, semata-mata hanya karena taat kepada Alloh dan hanya me
[media-dakwah] Pentingnya menuntut ilmu
KITAB ILMU Oleh: Ust.Abu Fairuz Ahmad Ridwan Al-Medani DEFENISI ILMU, KEDUDUKAN,KEUTAMAAN DAN HUKUM MENUNTUTNYA A. DEFENISI ILMU Menurut bahasa al-Ilmu adalah kebalikan dari al-jahlu, ilmu yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya.al-ilmu dapat pula didefenisikan dengan al-marifah yang maknanya pengetahuan, lawan dari dari kejahilan. Adapun ilmu syariy jika disebutkan maka maknanya adalah ilmu yang telah diturunkan Allah kepada Rasulnya, berupa penjelasan dan hidayat( petunjuk ke jalan yang lurus. Ilmu inilah yang disebutkan sebagai warisan para Nabi dalam sabda Rasulullah saw: Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham kepada umatnya, namun mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambil warisan tersebut telah mengambil bagian terbanyak.(HR Abu Daud, dan Tirmizi) B. KEDUDUKAN ILMU SYARIIY DAN ILMU-ILMU UMUM Menurut Ibn Abdul Barr Kata ilmu maupun fikih yang terdapat dalam hadis-hadis Rasulullah saw maka tidak lain maknanya melainkan ilmu syariat atau hadis-hadis Rasulullah. Ilmu seperti ini mendapat pujian tertinggi dalam mempelajari dan mengajarkannya. Bersabda Rasulullah saw:Barang siapa yang Allah ingginkan kebaikan bagi dirinya maka Allah akan bimbing untuk mempelajari agama.(HR.Bukhari dan Muslim). Berkata syeikh Muhammad Sholeh Al-Utsaimin:Maka ilmu syariy lah yang mendapat pujian bagi orang yang yang mempelajari dan mengajarkannya. Walaupun demikian aku tidak mengingkari adanya manfaat pada ilmu-ilmu lainya, tetapi manfaatnya terkait dengan dua hal, pertama jika ilmu ini dapat membantu segala aktifitas yang mendukung perbuatan taat dan membela agama Allah,kedua jika ilmu ini berguna untuk hamba-hamba Allah, dan padanya terdapat kebaikan dan kemaslahatan. Bahkan hukum mempelajarinya bisa menjadi wajib jika memang dibutuhkan dan dalam rangka mempersiapkan diri sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam Alquran: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, (QS. 8:60) Sebagian ulama menyebutkan bahwa mempelajari tekhnik industri adalah fardhu kifayah, sebab manusia terus menerus akan membutuhkan alat-alat produksi untuk sandang-pangan dan kebutuhan lainnya, jika tidak ada yang memproduksi berbagai kebutuhan ini maka hukum mempelajarinya menjadi fardhu kifayah. Ini masih dalam perdebatan dikalangan ulama syariiy yang berijtihad dari dari pemahaman terhadap Alquran dan Sunnah. Adapaun selain kebutuhan ini maka ilmu umum bisa menjadi sarana kebaikan,atau keburukan, karena itu hukumnya terkait dengan tujuan apa mempelajarinya. C. KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU Allah, swt telah memuji ilmu dan orang-orang yang berilmu, Bahkan Allah telah memerintahkan para hamba-Nya untuk menuntut ilmu dan berbekal dengannya dalam banyak ayat dan hadis. ilmu adalah amalan termulia dibandingkan amal soleh lainnya, dan digolongkan sebagai ibadah yang paling tinggi nilainya dibandingkan ibadah sunnah lainnya, sebab menuntut ilmu dianggap jihad fi sabilillah. Agama Allah ini hanya dapat tegak dengan dua perkara: 1.ilmu dan burhan. 2.jihad, berperang dan dengan pedang. Berkata syeikh Muhammad al-Utsaimin:dua hal ini harus ada, tanpa keduanya Agama Allah tidak akan dapat tegak dan menang. perkara pertama harus didahulukan dari yang kedua. Karena itulah Nabi tidak pernah memerangi suatu kaum hingga telah sampai kepada mereka dakwah agama Allah. Dengan demikian ilmu harus lebih dahulu tegak sebelum perang. Dan diantara keutamaan menuntut ilmu, antara lain: 1. ilmu adalah warisan para Nabi, walaupun kita hidup diabad ke 15 H, selama kita memiliki ilmu kita akan beruntung dengan mendapatkan warisan dari para Nabi. 2. ilmu akan tetap berkekelan, sementara harta akan punah. Lihatlah kondisi Abu Hurairah yang fakir diantara para sahabat,bahkan dia pernah jatuh karena kelaparan, namun namanya akan tetap disebut hingga sekarang dengan hadis-hadisnya yang tersebar. dalam sebuah hadis yang sahih:Jika anak adam meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga hal:sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang mendoakan orang tuanya.(HR Muslim). 3. para ulama adalah salah satu dari ulil amri yang wajib kita taati disamping penguasa kita. Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. (QS. 4:59). Penafsiran ulul amri di sini mencakup para penguasa dan ulama serta para penuntut ilmu, sebab tugas penuntut ilmu adalah untuk menjelaskan syariat Allah dan mendakwahi manusia untuk menengakkannya, sementara tugas para penguasa adalah menjalankan syariat Allah dan menerapkannya dikalangan pada sekalian rakyatnya. 4. penuntut ilmu adalah orang-orang yang turut bersaksi atas kemahaesaan Alla
[media-dakwah] AKIDAH TAUHID
AKIDAH TAUHID Oleh:Ust.Abu Fairuz Ahmad Ridwan Al-Medani MUKADDIMAH Akidah menduduki posisi terpenting dalam kehidupan seorang mukmin di dunia dan akhirat. Ibarat suatu bangunan maka akidah adalah pondasi dasar bangun Islam. Suatu bangunan yang megah akan runtuh menimpa penghuninya tatkala pondasi dasar yang dibawahnya kropos dan tidak kokoh dan tidak memiliki kekuatan. Segala bentuk amalan seorang mukmin tidak akan dapat diterima Allah swt jika akidah pelakunya rusak dan menyimpang. karena pentingnya akidah inilah maka seluruh dakwah para Nabi dan Rasul dimulai dan diakhiri dengan dakwah kepada tauhid dan akidah yang benar. Mengingat banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam masalah akidah di tubuh umat Islam; mengingat banyaknya fenonema kemusyrikan tersebar dimana-mana karena kejahilan kaum muslimin terhadap makna la-ilaha illalah-Muhammad Rasulullah , syarat-syaratnya, konsekwensi dan pembatalnya, bahkan lebih tragis lagi suatu kenyataan yang harus diterima bahwa ummat ini lebih jahil terhadap makna syahadatain dibandingkan kaum musyrikin dizaman Rasulullah dan zaman pra Islam, maka sangat relevan rasanya kita angkat kembali pembahasan seputar makna syahadatain,rukun-rukun, syarat-syarat, konsekwensi dan pembatal syahadat ini, semoga bermanfaat. MAKNA SYAHADAT LA ILAHA ILLALLAH Banyak terjadi kesalah pahaman dalam menafsirkan makna kalimat ini. Sebagian orang menafsirkannya dengan arti: 1.Tiada Tuhan yang disembah kecuali Allahkonsekwensi dari penafsiran ini bahwa segala tuhan-tuhan yang disembah baik yang haq ataupun batil adalah Allah. Tentunya ini penafsiran yang batil sebab Tuhan-tuhan yang disembah selain Allah sangat banyak jumlahnya,dan mustahil keseluruhan tuhan tuhan tersebut adalah Allah. 2. Tiada pencipta selain Allah. Kita katakan bahwa ungkapan ini tidak dapat membuat seseorang menjadi mukmin ahli tauhid. Sebab penafsiran ini hanya menetapkan tauhid Rububiyyah yang memang pada dasarnya diakui oleh orang-orang musyrik pada masa Rasulullah.Allah menceritakan dalam Alquran mengenai kaum musyrikin: Þõá áøöãóäö ÇúáÃóÑúÖõ æóãóä Ýöíåó Åöä ßõäÊõãú ÊóÚúáóãõæäó {84} ÓóíóÞõæáõæäó áöáøóåö Þõáú ÃóÝóáÇó ÊóÐóßøóÑõæäó {85} Þõáú ãóä ÑøóÈøõ ÇáÓøóãóÇæóÇÊö ÇáÓøóÈúÚö æóÑóÈøõ ÇáúÚóÑúÔö ÇáúÚóÙöíãö {86} ÓóíóÞõæáõæäó áöáøóåö Þõáú ÃóÝóáÇó ÊóÊøóÞõæäó {87} Þõáú ãóä ÈöíóÏöåö ãóáóßõæÊõ ßõáøö ÔóìúÁò æóåõæó íõÌöíÑõ æóáÇóíõÌóÇÑõ Úóáóíúåö Åöä ßõäÊõãú ÊóÚúáóãõæäó {88} ÓóíÖÞõæáõæäó áöáøóåö Þõáú ÝóÃóäøóì ÊõÓúÍóÑõæäó {89} Katakanlah:"Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui" (QS. 23:84) Mereka akan menjawab:"Kepunyaan Allah". Katakanlah:"Maka apakah kamu tidak ingat?" (QS. 23:85) Katakanlah:"Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?" (QS. 23:86) Mereka akan menjawab:"kepunyaan Allah". Katakanlah:"Maka apakah kamu tidak bertaqwa?" (QS. 23:87) Katakanlah:"Sipakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" (QS. 23:88) Mereka akan menjawab:"Kepunyaan Allah". Katakanlah:"(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" (QS. 23:89) Walaupun mereka mengakui Allah sebagai pencipta, tetapi mereka tetap diperangi Rasulullah saw, selama mereka masih tetap memberikan ibadah kepada selain Allah. 3. Tiada Yang berhak membuat hukum kecuali Allah.kita katakan penafsiran ini juga tidak cukup membuat seseorang menjadi mukmin, karena inipun bagian dari tauhid Rubuiyyah. Penafsiran yang benar dari kalimatla ilaha illallah yaitu tiada tuhan yang hak disembah kecuali makna dari penafsiran ini bahwa tuhan-tuhan yang disembah oleh para pengikutnya memang banyak, tetapi seluruhnya disembah dengan batil, hanya Allah semata yang disembah dengan haq. Oleh karena itu Allah tidak menafikan adanya tuhan-tuhan lain, tetapi seluruhnya adalah batil. Allah berfirman: ÁóÃóÊøóÎöÐõ ãöä Ïõæäöåö ÁóÇáöåóÉð Åöä íõÑöÏúäö ÇáÑøóÍúãóÜäõ ÈöÖõÑøò áÇøóÊõÛúäö Úóäøöí ÔóÝóÇÚóÊõåõãú ÔóíúÆðÇ æóáÇóíõäÞöÐõæäó Mengapa aku akan menyembah ilah-ilah selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?. (QS. 36:23) íóÇÕóÇÍöÈóíö ÇáÓøöÌúäö ÁóÃóÑúÈóÇÈñ ãøõÊóÝóÑøöÞõæäó ÎóíúÑñ Ãóãö Çááåõ ÇáúæóÇÍöÏõ ÇáúÞóåøóÇÑõ {39} ãóÇÊóÚúÈõÏõæäó ãöäú Ïõæäöå Åöá ÃóÓúãóÂÁð ÓóãøóíúÊõãõæåó ÃóäÊõãú æóÁóÇÈóÂÄõßõã ãøóÂÃóäÒóáó Çááåõ ÈöåóÇ ãöä ÓõáúØóÇäò Åöäö ÇáúÍõßúãõ ÅöáÇøó ááåö ÃóãóÑó ÃóáÇøóÊóÚúÈõÏõæÇ ÅöáÂøðÅöíøóÇåõ Ðóáößó ÇáÏøöíäõ ÇáúÞóíøöãõ æóáóßöäøó ÃóßúËóÑó ÇáäøóÇÓö áÇóíóÚúáóãõæäó {40} Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik, rabb-rabb yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa (QS. 12:39) Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyang
Re: [media-dakwah] mengucapkan selamat natal
Hukum Ucapan Merry Christmas [Selamat Natal] Kategori Ahkam HUKUM UCAPAN MERRY CHRISTMAS [SELAMAT NATAL] Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Pertanyaan. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah- ditanya : Bagaimana hukum mengucapkan Merry Christmas (Selamat Natal) kepada orang-orang Kafir? Bagaimana pula memberikan jawaban kepada mereka bila mereka mengucapkannya kepada kita? Apakah boleh pergi ke tempat-tempat pesta yang mengadakan acara seperti ini? Apakah seseorang berdosa, bila melakukan sesuatu dari yang disebutkan tadi tanpa sengaja (maksud yang sebenarnya) namun dia melakukannya hanya untuk berbasa-basi, malu, nggak enak perasaan atau sebab-sebab lainnya? Apakah boleh menyerupai mereka di dalam hal itu? Jawaban. Mengucapkan Merry Christmas (Selamat Natal) atau perayaan keagamaan mereka lainnya kepada orang-orang Kafir adalah haram hukumnya menurut kesepakatan para ulama (Ijma). Hal ini sebagaimana dinukil dari Ibn al-Qayyim rahimahullah di dalam kitabnya Ahkâm Ahl adz-Dzimmah, beliau berkata, Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syiar-syiar kekufuran yang khusus bagi mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama, seperti mengucapkan selamat terhadap Hari-Hari besar mereka dan puasa mereka, sembari mengucapkan, Semoga Hari raya anda diberkahi atau anda yang diberikan ucapan selamat berkenaan dengan perayaan hari besarnya itu dan semisalnya. Perbuatan ini, kalaupun orang yang mengucapkannya dapat lolos dari kekufuran, maka dia tidak akan lolos dari melakukan hal-hal yang diharamkan. Ucapan semacam ini setara dengan ucapannya terhadap perbuatan sujud terhadap Salib bahkan lebih besar dari itu dosanya di sisi Allah. Dan amat dimurka lagi bila memberikan selamat atas minum-minum khamar, membunuh jiwa, melakukan perzinaan dan sebagainya. Banyak sekali orang yang tidak sedikitpun tersisa kadar keimanannya, yang terjatuh ke dalam hal itu sementara dia tidak sadar betapa buruk perbuatannya tersebut. Jadi, barangsiapa yang mengucapkan selamat kepada seorang hamba karena melakukan suatu maksiat, bidah atau kekufuran, maka berarti dia telah menghadapi Kemurkaan Allah dan Kemarahan-Nya. Mengenai kenapa Ibn al-Qayyim sampai menyatakan bahwa mengucapkan selamat kepada orang-orang Kafir berkenaan dengan perayaan hari-hari besar keagamaan mereka haram dan posisinya demikian, karena hal itu mengandung persetujuan terhadap syiar-syiar kekufuran yang mereka lakukan dan meridlai hal itu dilakukan mereka sekalipun dirinya sendiri tidak rela terhadap kekufuran itu, akan tetapi adalah HARAM bagi seorang Muslim meridlai syiar-syiar kekufuran atau mengucapkan selamat kepada orang lain berkenaan dengannya karena Allah Taala tidak meridlai hal itu, sebagaimana dalam firman-Nya. Artinya : Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu. [Az-Zumar:7] Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. [Al-Ma`idah :3] Jadi, mengucapkan selamat kepada mereka berkenaan dengan hal itu adalah haram, baik mereka itu rekan-rekan satu pekerjaan dengan seseorang (Muslim) ataupun tidak. Bila mereka mengucapkan selamat berkenaan dengan hari-hari besar mereka kepada kita, maka kita tidak boleh menjawabnya karena hari-hari besar itu bukanlah hari-hari besar kita. Juga karena ia adalah hari besar yang tidak diridlai Allah Taala; baik disebabkan perbuatan mengada-ada ataupun disyariatkan di dalam agama mereka akan tetapi hal itu semua telah dihapus oleh Dienul Islam yang dengannya Nabi Muhammad Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam diutus Allah kepada seluruh makhluk. Allah Taala berfirman. Artinya : Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. [Ali Imran :85] Karena itu, hukum bagi seorang Muslim yang memenuhi undangan mereka berkenaan dengan hal itu adalah HARAM karena lebih besar dosanya ketimbang mengucapkan selamat kepada mereka berkenaan dengannya. Memenuhi undangan tersebut mengandung makna ikut berpartisipasi bersama mereka di dalamnya. Demikian pula, haram hukumnya bagi kaum Muslimin menyerupai orang-orang Kafir, seperti mengadakan pesta-pesta berkenaan dengan hari besar mereka tersebut, saling berbagi hadiah, membagi-bagikan manisan, hidangan makanan, meliburkan pekerjaan dan semisalnya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam, Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka. [Hadits Riwayat Abu Daud] Syaikhul Islam, Ibn Taimiyah berkata di dalam kitabnya Iqtidlâ` ash-Shirâth al-Mustaqîm, Mukhâlafah Ashhâb al-Jahîm. Menyerupai mereka di dalam sebagian hari-hari besar mereka mengandung konsekuensi
[media-dakwah] CATATAN ATAS ZAKAT PROFESI
Istilah Zakat Profesi Istilah zakat profesi adalah baru, sebelumnya tidak pernah ada seorang 'ulamapun yang mengungkapkan dari dahulu hingga saat ini, kecuali Syaikh Yusuf Qaradhowy menuliskan masalah ini dalam kitab Zakat-nya, Yang tanpa mengkaji kembali kepada nash yang syar'I) ,dan ini banyak terjadi termasuk di Indonesia ini. Menurut kaidah pencetus zakat profesi bahwa orang yang menerima gaji dan lain-lain dikenakan zakat sebesar 2,5% tanpa menunggu haul (berputar selama setahun) dan tanpa nishab (jumlah minimum yang dikenakan zakat). Mereka mengkiyaskan dengan zakat biji-bijian (pertanian). Zakat biji- bijian dikeluarkan pada saat setelah panen. Disamping mereka mengqiyaskan dengan akal bahwa kenapa hanya petani-petani yang dikeluarkan zakatnya sedangkan para dokter, eksekutif, karyawan yang gajinya hanya dalam beberapa bulan sudah melebihi nisab, tidak diambil zakatnya. Simulasi cara perhitungan menurut kaidah Zakat profesi seperti di bawah ini : Cara I (tidak memperhitungkan pengeluaran bulanan) Gaji sebulan = Rp 2.000.000 Gaji setahun = Rp 24.000.000 1 gram emas = Rp 100.000 Nishab = Rp 85 gram Harga nishab = Rp 8.500.000 Zakat Anda = 2,5% x Rp 24.000.000 = Rp 600.000,- Cara II (memperhitungkan pengeluaran bulanan) Gaji sebulan = Rp 2.000.000 Gaji setahun = Rp 24.000.000 Pengeluaran bulanan = Rp 1.000.000 Pengeluaran setahun = Rp 12.000.000 Sisa pengeluaran setahun = Rp 24.000.000 - 12.000.000 = Rp 12.000.000 1 gram emas = Rp 100.000 Nishab = Rp 85 gram Harga nishab = Rp 8.500.000 Zakat Anda = 2,5% x Rp 12.000.000 = Rp 300.000,- Zakat Maal (Harta) yang Syar'i Sedangkan kaidah umum syar'I sejak dahulu menurut para 'ulama berdasarkan hadits Rasululloh sholallohu 'alaihi wassallam adalah wajibnya zakat uang dan sejenisnya baik yang didapatkan dari warisan, hadiah, kontrakan atau gaji, atau lainnya, harus memenuhi dua kriteria, yaitu : 1. batas minimal nishab dan 2. harus menjalani haul (putaran satu tahun). Bila tidak mencapai batas minimal nishab dan tidak menjalani haul maka tidak diwajibkan atasnya zakat berdasarkan dalil berikut : [a] Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. "Artinya : Kamu tidak mempunyai kewajiban zakat sehingga kamu memiliki 20 dinar dan harta itu telah menjalani satu putaran haul" [Shahih Hadits Riwayat Abu Dawud]. 20 dinar adalah 85 gram emas, karena satu dinar adalah 4 1/4 gram dan nishab uang dihitung degan nilai nishab emas. [b] Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam "Artinya : Dan tidak ada kewajiban zakat di dalam harta sehingga mengalami putaran haul" [Shahih Riwayat Abu Daud] [c] Dari Ibnu Umar (ucapan Ibnu Umar atas sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam). "Artinya : Barangsiapa mendapatkan harta maka tidak wajib atasnya zakat sehingga menjalani putaran haul" [Shahih dengan syawahidnya, Riwayat Tirmidzi] Kemudian penetapan zakat tanpa haul dan nishab hanya ada pada rikaz (harta karun), sedangkan penetapan zakat tanpa haul hanya ada pada tumbuh-tumbuhan (biji-bijian dan buah-buahan) namun ini tetap dengan nishab. Jadi penetapan zakat profesi (penghasilan) tanpa nishab dan tanpa haul merupakan tindakan yang tidak berlandaskan dalil, qiyas yang shahih dan bertentangan dengan tujuan-tujuan syari'at, juga bertentangan dengan nama zakat itu sendiri yang berarti berkembang. [Lihat Taudhihul Al Ahkam 3/33-36, Subulusssalam 2/256-259, Bulughul Maram Takhrij Abu Qutaibah Nadhr Muhammad Al-faryabi 1/276/279] Singkatnya simulasi cara perhitungan menurut kaidah yang syar'i adalah penghasilan kita digunakan untuk kebutuhan kita, kemudian sisa penghasilan itu kita simpan/miliki yang jumlahnya telah mencapai nishab emas yakni 85 gram emas dan telah berlalu selama satu tahun (haul), berarti harta tersebut terkena zakat dan wajib dikeluarkan zakat sebesar 2,5% dari harta tersebut. Sedangkan jika penghasilan kita kadang tersisa atau kadang pula tidak, maka untuk membersihkan harta Anda adalah dengan berinfaq, yang mana infaq ini tidak mempunyai batasan atau ketentuannya. Contoh perhitungan yang benar : Gaji sebulan = Rp 2.000.000 Gaji setahun = Rp 24.000.000 Sisa pengeluaran setahun setelah dikurangi pengeluaran = Rp 5.000.000 Nishob 85 gram emas = Rp 8.500.000 Maka Anda tidak terkena kewajiban zakat, karena harta di akhir tahun belum mencapai nishab emas 85 gram tersebut. Atau Gaji sebulan = Rp 5.000.000 Gaji setahun = Rp 60.000.000 Sisa pengeluaran setahun = Rp 10.000.000 Nishob 85 gram emas = Rp 8.500.000 Maka Anda terkena kewajiban zakat, karena harta di akhir tahun telah mencapai nishab emas 85 gram tersebut. Kemudian tunggu harta kita yang tersisa sebesar Rp 10.000.000,- tersebut hingga berlalu 1 tahun. Kemudian baru dikeluarkan zakat tersebut sebesar 2.5 % x
RE: [media-dakwah] zakat penghasilan
Adakah Zakat Profesi !? Harta yang dimiliki oleh seorang muslim dalam bentuk emas, perak ataupun uang (termasuk perhiasan) yang dihasilkan baik itu dari jalan bekerja, perniagaan, warisan, hadiah ataupun yang lainnya jika sudah mencapai nishab dan haulnya maka wajiblah dikeluarkan zakatnya. Allah Ta'ala dan Rasul-Nya memberikan ancaman yang keras bagi orang - orang yang tidak mengeluarkan zakat. Allah Ta'ala berfirman, "Dan orang - orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam jahannam, lalu dibakarnya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan'" (QS. At Taubah 34 - 35) Dan Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda, "Siapa saja yang memiliki emas dan perak lalu tidak dikeluarkan zakatnya maka pada hari Kiamat nanti akan dibentangkan baginya lempengan dari api lalu dipanaskan dalam neraka kemudian dahi - dahi mereka, lambung dan punggung mereka dibakar dengannya. Setiap kali lempengan itu menjadi dingin, kembali dipanaskan. Demikianlahlah berlaku setiap hari yang panjangnya setara dengan 50.000 tahun di dunia. Hingga diputuskan ketentuan masing - masing hamba apakah ke surga ataukah ke neraka" (HR. Muslim, Kitab Az Zakah) Adapun nishab dan haul (putaran 1 tahun) pada zakat mal berdasarkan nash dan dalil yang syar'i adalah sebagai berikut : Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda, "Kamu tidak mempunyai kewajiban zakat sehingga kamu memiliki 20 dinar dan harta itu telah menjalani satu putaran haul" (HR. Abu Dawud, hadits shahih). 20 dinar adalah 85 gram emas, zakatnya adalah 2,5 % setelah dimiliki selama 1 putaran haul. Hadits lengkapnya adalah sebagai berikut, dari Ali bin Abi Thalib ra., Rasulullah ShallallaHu alaiHi wa sallam bersabda, "Engkau tidak wajib mengeluarkan sesuatu (maksudnya zakat dari emas) sehingga engkau memiliki sebanyak 20 dinar. Jika engkau telah memiliki sebanyak 20 dinar dan sudah genap 1 tahun, maka (zakatnya) maka zakatnya setengah (1/2) dinar. Adapun selebihnya, maka dihitung dengan perhitungan tersebut. Tidak ada kewajiban zakat pada suatu harta sampai genap satu tahun" (HR. Abu Dawud no. 1573, Al Baihaqi no. 7273 dan Ahmad, hadits ini dishahihkan oleh Bukhari dan dihasankan oleh Al Hafizh) Sahabat Ibnu Umar ra. berkata pada suatu atsar, "Barangsiapa mendapatkan harta maka tidak wajib atasnya zakat sehingga menjalani putaran haul" (HR. Tirmidzi, hadits shahih) (Lihat Kitab Taudhihul Ahkam 3/33-36, Kitab Subulus Salam 2/256-259, Kitab Bulughul Maram yang ditakhrij oleh Abu Qutaibah Nadhr Muhammad Al Faryabi 1/276/279) Berdasarkan dalil shahih diatas maka tidak ada kewajiban zakat terhadap harta yang dimiliki oleh seorang muslim jika tidak memenuhi kedua syarat di atas yaitu nishabnya 85 gram emas dan haulnya 1 tahun. Contoh : Misalkan harga emas saat ini per gramnya adalah Rp 100.000,- per gramnya (sehingga nishabnya jika dikonversikan ke rupiah adalah Rp. 8.500.000,-). Jika seorang muslim suatu ketika memiliki gaji Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) per bulan maka secara nishab hartanya telah melampaui batasan tersebut namun ia belum wajib untuk berzakat karena hartanya tersebut belum disimpan selama 1 putaran haul (1 tahun). Begitu pula sebaliknya, jika seorang muslim mendapatkan harta warisan sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan kemudian sebelum tepat melewati 1 putaran haul (1 tahun) hartanya tinggal Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah) maka ia pun tidak terkena kewajiban membayar zakat karena hartanya tidak mencapai nishab. Dengan demikian jelaslah tidak ada kewajiban bagi seseorang yang mendapatkan gaji atau upah memberikan atau menyalurkan zakatnya jika belum sampai pada nishab dan haulnya atau seperti yang dikenal pada saat ini dengan nama zakat profesi. Penetapan zakat profesi yang marak akhir - akhir ini merupakan tindakan yang tidak ada dalil syar'inya atau dengan kata lain perintah untuk melakukan zakat profesi tidak pernah ada di dalam Al Qur'an ataupun As Sunnah dan juga tidak pernah dilakukan oleh para sahabat radhiyallahu 'anhum (silahkan dicari dalilnya jika ada !, pada Al Qur'an, kitab - kitab hadits shahih, ataupun kitab - kitab ulama' ahlus sunnah) Adapun atsar tentang Khalifah Umar bin Abdul Azis mengambil gaji pegawainya sebesar 2,5% untuk keperluan zakat, adalah para pegawainya yang telah bekerja (paling tidak) lebih dari 1 tahun. Jadi tetap mengacu kepada harta yang sudah melampaui nishab dan haul. Dan apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz ini tidak pernah dilakukan oleh khalifah - khalifah yang sebelumnya yaitu Kha
[media-dakwah] Re: Apa hukum jihad di Palestina sekarang ini?
Apa hukum jihad di Palestina sekarang ini? Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly Syaikh menjawab : Masalah ini harus ditinjau dari berbagai segi (yang pertama), sudah seyogyanya kita mengetahui dengan jelas masalah Palestina, Palestina merupakan bumi yang diberkahi dan suci. Al-Qur'an mensifati bumi Palestina dengan bumi yang diberkahi sebanyak lima kali, dan ayat yang paling jelas adalah ayat pertama dari surat al-Isra' : "yang telah kami berkahi disekitarnya" (Yang kedua) Negeri kaum muslimin sudah sepantasnya dijaga oleh kaum muslimin itu sendiri, dan agar kaum muslimin melawan orang-orang yang ingin merampasnya. Orang-orang yahudi -laknat Allah atas mereka dan semoga Allah membinasakan mereka- adalah penjajah atas Negara kaum muslimin di Palestina, maka wajib bagi kaum muslimin mereka untuk melawan dan memerangi serta mengeluarkan orang-orang yahudi dari bumi Palestina agar mereka kembali ketempat asal mereka (Yang ketiga), yang harus diketahui bahwa jihad adalah puncaknya islam sebagaimana dalam hadits Muadz bin Jabal -ra- "Tiangnya agama islam adalah sholat dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah". Akan tetapi tidaklah pantas jika kita mengangkat panji jihad bukan pada tempatnya atau menempatkan jihad bukan pada tempat yang sudah ditentukan oleh Allah dan rasul-Nya. Sebuah hadits yang telah dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan selainnya bahwa Ibnu Umar telah menyebutkan sebuah hadits Nabi saw yaitu Islam dibangun di atas lima hal kemudian seorang berkata: "Dan jihad. Orang tersebut bermaksud mengatakan bahwa jihad merupakan salah satu rukun islam yang lima- maka Ibnu umar berkata jihad merupakan hal yang baik tapi inilah yang telah dikatakan oleh Rasulullah saw (jihad bukan termasuk rukun Islam yang lima-pent) Jihad akan terus ada sampai hari kiamat tidak akan sirna selamanya, akan tetapi jihad mempunyai syarat-syarat (yang harus ditunaikan dulu sebelum melakukannya-pent), yang telah dijelaskan oleh para ulama. Jihad mengandung sebab-sebab yang bersifat maknawi, pendidikan, aqidah dan materi. Sebab-sebab yang bersifat aqidah dan pendidikan adalah aplikasi penghambaan kita kepada Allah, kita menolong agama Allah, "apabila kalian menolong agama Allah niscaya Allah akan menolong kalian" (QS. Muhammad : 7) "dan Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong agama-Nya" (QS. Al-Hajj : 40). Oleh karena itu haruslah kita menolong agama Allah dahulu hingga Allah menolong kita. Apakah makna menolong agama Allah? Maknanya kita menegakkan agama Allah, kita menegakkan syariat Allah, kita menjadi hamba Allah yang sesungguhnya. Perkara yang kedua, persiapan yang bersifat materi/jasmani, "persiapkan apa-apa yang sanggup kalian persiapkan, dari kekuatan fisik maupun dari kuda-kuda yang ditambatkan" (QS.Al-Anfaal : 60). Akan tetapi mana yang lebih utama, kita mempersiapkan berbagai senjata? Sedangkan aqidah kita berantakan, akhlak kita seperti akhlak orang yahudi, dan kebiasaan kita seperti kebiasaan yahudi. Kita telah banyak mengikuti kebiasaan orang-orang yahudi sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi saw "Kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan kaum sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal sehasta demi sehasta, hingga mereka masuk kelubang biawakpun kalian ikuti. Para sahabat berkata : yahudi dan nashara? Nabi bersabda siapa lagi kalau bukan mereka?!" Dengan demikian dalil aqli dan naqli serta realita memperkuat bahwa hal pertama yang harus dilakukan adalah menanamkan agama Allah dalam diri kita, yaitu dengan kita menolong agama Allah, dan kita kembali kepada Allah, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi kita saw "Apabila kalian telah berjual beli dengan cara I'nah, dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi, ridho dengan persawahan, serta kalian meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian, tidak akan dicabut kehinaan itu hingga kalian kembali kepada agama kalian". Semua maksiat diatas telah kalian lakukan, salah satunya meninggalkan jihad hingga Allah timpakan kehinaan atas kalian. Barangsiapa yang melakukan hal-hal tersebut maka akan ditimpakan atas mereka kehinaan. Kemudian bagaimana agar kehinaan tersebut bisa terangkat? Apakah dengan menegakkan jihad? Tidak, kembali untuk menegakkan jihad diwaktu sekarang tidak bermanfaat, karena manusia yang berkata aku akan kembali kepada jihad tidak paham akan jihad, maka harus kita kembali kepada asasnya yaitu sebagaimana sabda Nabi "hingga kalian kembali kepada agama kalian". (hadits diatas tidak mengatakan hingga kalian menegakkan jihad akan tetapi sabda Nabi berbunyi : hingga kalian kembali kepada agama kalian-pent) Oleh karena itu kami katakan bahwa memerdekakan Palestina, mengeluarkan orang-orang yahudi dari bumi Palestina, merupakan salah satu dari kewajiban atas umat Islam. Tidak sepantasnya kita ridho dan hanya diam saja dengan kehinaan dan kesengsaraan. Namun wajib bagi kita untuk mengambil sebab-sebab yang syar'i dan melaksanakan ketentuan Allah guna mendapatkan
Re: Balasan: RE: [media-dakwah] Re: Siapa Hizbullah Sebenarnya?
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokaatuhu, Segala puji bagi Allah, semoga sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam, keluarganya, dan para sahabatnya, serta orang orang yang mendapat petunjuk dari Allah Afwan, Tidak ada kaum muslimin di muka bumi ini yang tidak sakit melihat kekejaman yang dilakukan laknatulloh Zionis , tetapi hendaknya respon yang dilakukan adalah respon yang mengandung ibadah ikhlas karena Alloh dan ittiba' sesuai petunjuk Rasululloh Shalallahu alaihi wa sallam. Hendaknya ungkapan ungkapan yang disampaikan tidak berdasar hawa nafsu dan ungkapan yang berlebih-lebihan. Karena semua perbuatan kita, ucapan kita, baik yang disampaikan natinya akan dimintai pertanggung jawaban oleh Alloh Azza wa Jalla. Jadi bila menyampaikan hendaknya dilandasi dengan Al Qur'an , As Sunnah, atsar sahabat , ijma ulama. Semoga Alloh melihat niat baik saudara- saudaraku yang dengan ikhlas berupaya memberikan bantuan semaksimal mungkin kepada saudara-saudara kita di Palestina. Dan Janganlah amalan yang baik ini menjadi amalan yang sia- sia dikarenakan ada sedikit dihati kita untuk menunjukan keorang lain. Berikut ini saya lampirkan beberapa pendapat ulama mengenai masalah yang kita bicarakan saat ini. - Fatwa Para Ulama dalam menyikapi krisis Libanon Kamis, 10 Agustus 2006 - 01:51 PM, Penulis: Al-'Allamah Soleh bin Fauzan Al-Fauzan hafidzahullah ÈÓã Çááå ÇáÑÍãä ÇáÑÍíã Fatwa Al-'Allamah Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidzahullah terkait krisis Libanon: Pada masa ini telah banyak berbagai kejadian yang mengerikan yang menimpa kaum muslimin, disebabkan karena serangan dari musuh-musuh Allah dari segala arah. Perang di Afghanistan, perang di Irak, perang di Palestina, perang di Libanon. Dan yang kita dengarkan dan yang kita baca dari para khatib dan para penulis berita, yakni semua hujatan ditumpahkan kepada musuh-musuh Allah tersebut. Yakni dengan menyatakan kekejian perbuatan mereka dan mengecam apa yang mereka perbuat. Hal ini adalah perkara ini tidaklah diragukan lagi. Namun apakah musuh yang kafir tersebut akan menahan diri dari perbuatannya dengan berbagai kecaman tersebut? Orang-orang kafir, sejak dulu kala selalu menghendaki agar Islam dihapuskan dari permukaan (bumi). Sebagaimana firman Allah: æóáÇó íóÒóÇáõæäó íõÞóÇÊöáõæäóßõãú ÍóÊøóìó íóÑõÏøõæßõãú Úóä Ïöíäößõãú Åöäö ÇÓúÊóØóÇÚõæÇú (Yang artinya ) : Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. (QS Al-Baqarah:217) Akan tetapi permasalahannya adalah apa yang telah disiapkan oleh kaum muslimin untuk menghadapi mereka dan mencegah sikap melampaui batas dari mereka? Sesungguhnya yang wajib atas mereka (diantaranya) : - Pertama: melihat kenyataan kaum muslimin dalam pengamalan, lantas berpegang teguh terhadap agamanya. Sebab sesungguhnya apa yang menimpa mereka hanyalah disebabkan karena mereka melalaikan agamanya. Dalam sebuah atsar: Jika orang yang mengenal-Ku berbuat maksiat kepada-Ku, maka Aku akan menjadikan orang yang tidak mengenal-Ku untuk menguasainya. Apa yang telah menimpa Bani Israil disaat mereka meninggalkan agama mereka dan membuat kerusakan di muka bumi ? Maka Allah menjadikan orang-orang kafir Majusi menguasai mereka sehingga merekapun memporak-porandakan isi kampung-kampung mereka - sebagaimana yang Allah sebutkan di awal surat Al-Isra. Dan Allah mengancam mereka apabila mereka kembali tetap dalam keadaan demikian, maka Allah akan mengembalikan kesengsaraan tersebut kepada mereka. Maka kita harus mengoreksi kondisi kita, lantas mengkoreksi apakah ada kekeliruan dalam menjalankan agama kita. Sebab ketetapan dari Allah (Sunnatullah) tidaklah berubah. Sungguh Allah Taala berfirman: Åöäøó Çááøåó áÇó íõÛóíøöÑõ ãóÇ ÈöÞóæúãò ÍóÊøóì íõÛóíøöÑõæÇú ãóÇ ÈöÃóäúÝõÓöåöãú æóÅöÐóÇ ÃóÑóÇÏó Çááøåõ ÈöÞóæúãò ÓõæÁðÇ ÝóáÇó ãóÑóÏøó áóåõ æóãóÇ áóåõã ãøöä Ïõæäöåö ãöä æóÇáò (Yang artinya ) : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QA Ar-Rad: 11) - Kedua: hendaklah kita melakukan persiapan untuk menghadapi musuh kita, sebagaimana firman Allah Taala: æóÃóÚöÏøõæÇú áóåõã ãøóÇ ÇÓúÊóØóÚúÊõã ãøöä ÞõæøóÉò æóãöä ÑøöÈóÇØö ÇáúÎóíúáö ÊõÑúåöÈõæäó Èöåö ÚóÏúæøó Çááøåö æóÚóÏõæøóßõãú æóÂÎóÑöíäó ãöä Ïõæäöåöãú áÇó ÊóÚúáóãõæäóåõãõ Çááøåõ íóÚúáóãõåõãú (Yang artinya ) : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentark
[media-dakwah] DAN BINASALAH YAHUDI
DAN BINASALAH YAHUDI...!!!(*) (Nubuwat[1] Kehancuran Bangsa Biadab Yahudi Menurut al-Qur'an dan as-Sunnah yang Shahih) Wahai putera-putera kera dan babi... Para pembunuh Rasul Alloh dan para Nabi... Dirikanlah terus dan bangunlah kehancuranmu di tanah muqoddas Kau jemput kebinasaanmu dengan hujaman lemparan batu cadas Tinggikanlah bangunanmu sesuka hatimu Sesungguhnya kehancuranmu akan menimpamu Tidak lama lagi waktumu akan tiba untuk merana Dan ketetapan Alloh pastilah terlaksana Untuk saudara-saudaraku yang terbakar oleh kemarahan karena Alloh Melihat saudara-saudara muslimin yang dibantai di bumi Alloh Oleh bangsa keturunan kera dan babi yang dilaknat oleh Alloh Bersabarlah... karena sesungguhnya kemenangan itu ada di tangan Alloh Yang akan diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan Alloh Nubuwat al-Qur'an tentang kebinasaan Bangsa Yahudi Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin yang dimuliakan Alloh... Berbesar hatilah, karena Alloh Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) : "Dan Telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar". Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman." (QS al-Israa' : 4-8) Berkata Syaikhuna Salim bin 'Ied al-Hilaly Hafizhahullahu wa Nafa'allahu bihi mengenai ayat ini : Pertama : Ayat ini menegaskan terjadinya dua kerusakan yang dilakukan oleh Bani Israil. Sekiranya dua kerusakan yang dimaksud sudah terjadi pada masa lampau, maka sejarah telah mencatat bahwa Bani Israil telah berbuat kerusakan berkali-kali, bukan hanya dua kali saja. Akan tetapi yang dimaksudkan di dalam Al-Qur'an ini merupakan puncak kerusakan yang mereka lakukan. Oleh karena itulah Alloh mengirim kepada mereka hamba-hamba-Nya yang akan menimpakan azab yang sangat pedih kepada mereka. Kedua : Dalam sejarah tidak disebutkan kemenangan kembali Bani Israil atas orang-orang yang menguasai mereka terdahulu. Sedangkan ayat di atas menjelaskan bahwa Bani Israil akan mendapatkan giliran mengalahkan musuh-musuh yang telah menimpakan azab saat mereka berbuat kerusakan yang pertama. Alloh mengatakan : "Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali." Ketiga : Sekiranya yang dimaksudkan dengan dua kerusakan itu adalah sesuatu yang telah terjadi, tentulah tidak akan diberitakan dengan lafazh idza, sebab lafazh tersebut mengandung makna zharfiyah (keterangan waktu) dan syarthiyah (syarat) untuk masa mendatang, bukan masa yang telah lalu. Sekiranya kedua kerusakan itu terjadi di masa lampau, tentulah lafazh yang digunakan adalah lamma bukan idza. Juga kata latufsidunna (Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan), huruf laam dan nuun berfungsi sebagai ta'kid (penegasan) pada masa mendatang. Keempat : Demikian pula firman Alloh : "dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana" menunjukkan sesuatu yang terjadi pada masa mendatang. Sebab tidaklah disebut janji kecuali untuk sesuatu yang belum terlaksana. Kelima : Para penguasa dan bangsa-bangsa yang menaklukan Bani Israil dahulu adalah orang-orang kafir dan penyembah berhala. Namun bukankah Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah mengatakan dalam ayat di atas : "kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar". Sifat tersebut mengisyaratkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang beriman, bukan orang-orang musyrik atau penyembah berhala. Pernyertaan kata "kami" dalam kalimat di atas sebagai bentuk tasyrif (penghormatan). Sementara kehormatan dan kemuliaan itu hanyalah milik orang-orang yang beriman. Keenam : Dalam aksi pengerusakan kedua yang dilakukan oleh Bani Israil terdapat aksi penghancuran bangunan-bangunan yang menjulang tinggi (gedung pencakar langi
[media-dakwah] Apa hukum jihad di Palestina sekarang ini?
Apa hukum jihad di Palestina sekarang ini? Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly Syaikh menjawab : Masalah ini harus ditinjau dari berbagai segi (yang pertama), sudah seyogyanya kita mengetahui dengan jelas masalah Palestina, Palestina merupakan bumi yang diberkahi dan suci. Al-Qur'an mensifati bumi Palestina dengan bumi yang diberkahi sebanyak lima kali, dan ayat yang paling jelas adalah ayat pertama dari surat al-Isra' : "yang telah kami berkahi disekitarnya" (Yang kedua) Negeri kaum muslimin sudah sepantasnya dijaga oleh kaum muslimin itu sendiri, dan agar kaum muslimin melawan orang-orang yang ingin merampasnya. Orang-orang yahudi -laknat Allah atas mereka dan semoga Allah membinasakan mereka- adalah penjajah atas Negara kaum muslimin di Palestina, maka wajib bagi kaum muslimin mereka untuk melawan dan memerangi serta mengeluarkan orang-orang yahudi dari bumi Palestina agar mereka kembali ketempat asal mereka (Yang ketiga), yang harus diketahui bahwa jihad adalah puncaknya islam sebagaimana dalam hadits Muadz bin Jabal -ra- "Tiangnya agama islam adalah sholat dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah". Akan tetapi tidaklah pantas jika kita mengangkat panji jihad bukan pada tempatnya atau menempatkan jihad bukan pada tempat yang sudah ditentukan oleh Allah dan rasul-Nya. Sebuah hadits yang telah dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan selainnya bahwa Ibnu Umar telah menyebutkan sebuah hadits Nabi saw yaitu Islam dibangun di atas lima hal kemudian seorang berkata: "Dan jihad. Orang tersebut bermaksud mengatakan bahwa jihad merupakan salah satu rukun islam yang lima- maka Ibnu umar berkata jihad merupakan hal yang baik tapi inilah yang telah dikatakan oleh Rasulullah saw (jihad bukan termasuk rukun Islam yang lima-pent) Jihad akan terus ada sampai hari kiamat tidak akan sirna selamanya, akan tetapi jihad mempunyai syarat-syarat (yang harus ditunaikan dulu sebelum melakukannya-pent), yang telah dijelaskan oleh para ulama. Jihad mengandung sebab-sebab yang bersifat maknawi, pendidikan, aqidah dan materi. Sebab-sebab yang bersifat aqidah dan pendidikan adalah aplikasi penghambaan kita kepada Allah, kita menolong agama Allah, "apabila kalian menolong agama Allah niscaya Allah akan menolong kalian" (QS. Muhammad : 7) "dan Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong agama-Nya" (QS. Al-Hajj : 40). Oleh karena itu haruslah kita menolong agama Allah dahulu hingga Allah menolong kita. Apakah makna menolong agama Allah? Maknanya kita menegakkan agama Allah, kita menegakkan syariat Allah, kita menjadi hamba Allah yang sesungguhnya. Perkara yang kedua, persiapan yang bersifat materi/jasmani, "persiapkan apa-apa yang sanggup kalian persiapkan, dari kekuatan fisik maupun dari kuda-kuda yang ditambatkan" (QS.Al-Anfaal : 60). Akan tetapi mana yang lebih utama, kita mempersiapkan berbagai senjata? Sedangkan aqidah kita berantakan, akhlak kita seperti akhlak orang yahudi, dan kebiasaan kita seperti kebiasaan yahudi. Kita telah banyak mengikuti kebiasaan orang-orang yahudi sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi saw "Kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan kaum sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal sehasta demi sehasta, hingga mereka masuk kelubang biawakpun kalian ikuti. Para sahabat berkata : yahudi dan nashara? Nabi bersabda siapa lagi kalau bukan mereka?!" Dengan demikian dalil aqli dan naqli serta realita memperkuat bahwa hal pertama yang harus dilakukan adalah menanamkan agama Allah dalam diri kita, yaitu dengan kita menolong agama Allah, dan kita kembali kepada Allah, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi kita saw "Apabila kalian telah berjual beli dengan cara I'nah, dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi, ridho dengan persawahan, serta kalian meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian, tidak akan dicabut kehinaan itu hingga kalian kembali kepada agama kalian". Semua maksiat diatas telah kalian lakukan, salah satunya meninggalkan jihad hingga Allah timpakan kehinaan atas kalian. Barangsiapa yang melakukan hal-hal tersebut maka akan ditimpakan atas mereka kehinaan. Kemudian bagaimana agar kehinaan tersebut bisa terangkat? Apakah dengan menegakkan jihad? Tidak, kembali untuk menegakkan jihad diwaktu sekarang tidak bermanfaat, karena manusia yang berkata aku akan kembali kepada jihad tidak paham akan jihad, maka harus kita kembali kepada asasnya yaitu sebagaimana sabda Nabi "hingga kalian kembali kepada agama kalian". (hadits diatas tidak mengatakan hingga kalian menegakkan jihad akan tetapi sabda Nabi berbunyi : hingga kalian kembali kepada agama kalian-pent) Oleh karena itu kami katakan bahwa memerdekakan Palestina, mengeluarkan orang-orang yahudi dari bumi Palestina, merupakan salah satu dari kewajiban atas umat Islam. Tidak sepantasnya kita ridho dan hanya diam saja dengan kehinaan dan kesengsaraan. Namun wajib bagi kita untuk mengambil sebab-sebab yang syar'i dan melaksanakan ketentuan Allah guna mendapatkan pertol
Re: [media-dakwah] mau tanya tentang aqiqah dan kurban
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokaatuhu, Akhi, Mudah-mudahan ini bisa bermanfa'at. Pengertian Aqiqah, Dalil Syari Tentang Aqiqah, Hukum Aqiqah Kategori Kurban Dan Aqiqah Jumat, 25 Juni 2004 14:14:56 WIB AHKAMUL AQIQAH Oleh Abu Muhammad 'Ishom bin Mar'i Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2] [A]. PENGERTIAN AQIQAH Imam Ibnul Qayyim rahimahulloh dalam kitabnya Tuhfatul Maudud hal.25-26, mengatakan bahwa : Imam Jauhari berkata : Aqiqah ialah Menyembelih hewan pada hari ketujuhnya dan mencukur rambutnya. Selanjutnya Ibnu Qayyim rahimahulloh berkata : Dari penjelasan ini jelaslah bahwa aqiqah itu disebut demikian karena mengandung dua unsur diatas dan ini lebih utama. Imam Ahmad rahimahulloh dan jumhur ulama berpendapat bahwa apabila ditinjau dari segi syari maka yang dimaksud dengan aqiqah adalah makna berkurban atau menyembelih (An-Nasikah). [B]. DALIL-DALIL SYAR'I TENTANG AQIQAH Hadist No.1 : Dari Salman bin Amir Ad-Dhabiy, dia berkata : Rasululloh bersabda : Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya. [Shahih Hadits Riwayat Bukhari (5472), untuk lebih lengkapnya lihat Fathul Bari (9/590-592), dan Irwaul Ghalil (1171), Syaikh Albani] Makna menghilangkan gangguan adalah mencukur rambut bayi atau menghilangkan semua gangguan yang ada [Fathul Bari (9/593) dan Nailul Authar (5/35), Cetakan Darul Kutub Al-Ilmiyah, pent] Hadist No.2 : Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya. [Shahih, Hadits Riwayat Abu Dawud 2838, Tirmidzi 1552, NasaI 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 22, Ad Darimi 2/81, dan lain-lainnya] Hadist No.3 : Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing. [Shahih, Hadits Riwayat Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi (1513), Ibnu Majah (3163), dengan sanad hasan] Hadist No.4 : Dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah bersabda : Menaqiqahi Hasan dan Husain dengan satu kambing dan satu kambing. [HR Abu Dawud (2841) Ibnu Jarud dalam kitab al-Muntaqa (912) Thabrani (11/316) dengan sanadnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Daqiqiel Ied] Hadist No.5 : Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah bersabda : Barangsiapa diantara kalian yang ingin menyembelih (kambing) karena kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yang sama dan untuk perempuan satu kambing. [Sanadnya Hasan, Hadits Riwayat Abu Dawud (2843), NasaI (7/162-163), Ahmad (2286, 3176) dan Abdur Razaq (4/330), dan shahihkan oleh al-Hakim (4/238)] Hadist No.6 : Dari Fatimah binti Muhammad ketika melahirkan Hasan, dia berkata : Rasulullah bersabda : Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak kepada orang miskin seberat timbangan rambutnya. [Sanadnya Hasan, Hadits iwayat Ahmad (6/390), Thabrani dalam Mujamul Kabir 1/121/2, dan al-Baihaqi (9/304) dari Syuraiq dari Abdillah bin Muhammad bin Uqoil] Dari dalil-dalil yang diterangkan di atas maka dapat diambil hukum-hukum mengenai seputar aqiqah dan hal ini dicontohkan oleh Rasulullah para sahabat serta para ulama salafus sholih. [C]. HUKUM-HUKUM SEPUTAR AQIQAH HUKUM AQIQAH SUNNAH Al-Allamah Imam Asy-Syaukhani rahimahulloh berkata dalam Nailul Authar (6/213) : Jumhur ulama berdalil atas sunnahnya aqiqah dengan hadist Nabi : .berdasarkan hadist no.5 dari Amir bin Syuaib. BANTAHAN TERHADAP ORANG YANG MENGINGKARI DAN MEMBID'AHKAN AQIAH Ibnul Mundzir rahimahulloh membantah mereka dengan mengatakan bahwa : Orang-orang Aqlaniyyun (orang-orang yang mengukur kebenaran dengan akalnya, saat ini seperti sekelompok orang yang menamakan sebagai kaum Islam Liberal, pen) mengingkari sunnahnya aqiqah, pendapat mereka ini jelas menyimpang jauh dari hadist-hadist yang tsabit (shahih) dari Rasulullah karena berdalih dengan hujjah yang lebih lemah dari sarang laba-laba. [Sebagaimana dinukil oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya Tuhfatul Maudud hal.20, dan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari (9/588)]. WAKTU AQIQAH PADA HARI KETUJUH Berdasarkan hadist no.2 dari Samurah bin Jundab. Para ulama berpendapat dan sepakat bahwa waktu aqiqah yang paling utama adalah hari ketujuh dari hari kelahirannya. Namun mereka berselisih pendapat tentang bolehnya melaksanakan aqiqah sebelum hari ketujuh atau sesudahnya. Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahulloh berkata dalam kitabnya Fathul Bari (9/594) : Sabda Rasulullah pada perkataan pada hari ketujuh kelahirannya (hadist no.2), ini sebagai dalil bagi orang yang berpendapat bahwa waktu aqiqah itu adanya pada hari ketujuh dan orang yang melaksanakannya sebelum hari ketujuh berarti tidak melaksanakan aqiqah tepat pada waktunya. bahwasannya syariat aqiqah akan gugur setelah
Re: [media-dakwah] mau tanya tentang aqiqah dan kurban
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokaatuhu, Akhi, Mudah-mudahan ini bisa bermanfa'at. Pengertian Aqiqah, Dalil Syari Tentang Aqiqah, Hukum Aqiqah Kategori Kurban Dan Aqiqah Jumat, 25 Juni 2004 14:14:56 WIB AHKAMUL AQIQAH Oleh Abu Muhammad 'Ishom bin Mar'i Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2] [A]. PENGERTIAN AQIQAH Imam Ibnul Qayyim rahimahulloh dalam kitabnya Tuhfatul Maudud hal.25-26, mengatakan bahwa : Imam Jauhari berkata : Aqiqah ialah Menyembelih hewan pada hari ketujuhnya dan mencukur rambutnya. Selanjutnya Ibnu Qayyim rahimahulloh berkata : Dari penjelasan ini jelaslah bahwa aqiqah itu disebut demikian karena mengandung dua unsur diatas dan ini lebih utama. Imam Ahmad rahimahulloh dan jumhur ulama berpendapat bahwa apabila ditinjau dari segi syari maka yang dimaksud dengan aqiqah adalah makna berkurban atau menyembelih (An-Nasikah). [B]. DALIL-DALIL SYAR'I TENTANG AQIQAH Hadist No.1 : Dari Salman bin Amir Ad-Dhabiy, dia berkata : Rasululloh bersabda : Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya. [Shahih Hadits Riwayat Bukhari (5472), untuk lebih lengkapnya lihat Fathul Bari (9/590-592), dan Irwaul Ghalil (1171), Syaikh Albani] Makna menghilangkan gangguan adalah mencukur rambut bayi atau menghilangkan semua gangguan yang ada [Fathul Bari (9/593) dan Nailul Authar (5/35), Cetakan Darul Kutub Al-Ilmiyah, pent] Hadist No.2 : Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya. [Shahih, Hadits Riwayat Abu Dawud 2838, Tirmidzi 1552, NasaI 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 22, Ad Darimi 2/81, dan lain-lainnya] Hadist No.3 : Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing. [Shahih, Hadits Riwayat Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi (1513), Ibnu Majah (3163), dengan sanad hasan] Hadist No.4 : Dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah bersabda : Menaqiqahi Hasan dan Husain dengan satu kambing dan satu kambing. [HR Abu Dawud (2841) Ibnu Jarud dalam kitab al-Muntaqa (912) Thabrani (11/316) dengan sanadnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Daqiqiel Ied] Hadist No.5 : Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah bersabda : Barangsiapa diantara kalian yang ingin menyembelih (kambing) karena kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki dua kambing yang sama dan untuk perempuan satu kambing. [Sanadnya Hasan, Hadits Riwayat Abu Dawud (2843), NasaI (7/162-163), Ahmad (2286, 3176) dan Abdur Razaq (4/330), dan shahihkan oleh al-Hakim (4/238)] Hadist No.6 : Dari Fatimah binti Muhammad ketika melahirkan Hasan, dia berkata : Rasulullah bersabda : Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak kepada orang miskin seberat timbangan rambutnya. [Sanadnya Hasan, Hadits iwayat Ahmad (6/390), Thabrani dalam Mujamul Kabir 1/121/2, dan al-Baihaqi (9/304) dari Syuraiq dari Abdillah bin Muhammad bin Uqoil] Dari dalil-dalil yang diterangkan di atas maka dapat diambil hukum-hukum mengenai seputar aqiqah dan hal ini dicontohkan oleh Rasulullah para sahabat serta para ulama salafus sholih. [C]. HUKUM-HUKUM SEPUTAR AQIQAH HUKUM AQIQAH SUNNAH Al-Allamah Imam Asy-Syaukhani rahimahulloh berkata dalam Nailul Authar (6/213) : Jumhur ulama berdalil atas sunnahnya aqiqah dengan hadist Nabi : .berdasarkan hadist no.5 dari Amir bin Syuaib. BANTAHAN TERHADAP ORANG YANG MENGINGKARI DAN MEMBID'AHKAN AQIAH Ibnul Mundzir rahimahulloh membantah mereka dengan mengatakan bahwa : Orang-orang Aqlaniyyun (orang-orang yang mengukur kebenaran dengan akalnya, saat ini seperti sekelompok orang yang menamakan sebagai kaum Islam Liberal, pen) mengingkari sunnahnya aqiqah, pendapat mereka ini jelas menyimpang jauh dari hadist-hadist yang tsabit (shahih) dari Rasulullah karena berdalih dengan hujjah yang lebih lemah dari sarang laba-laba. [Sebagaimana dinukil oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya Tuhfatul Maudud hal.20, dan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari (9/588)]. WAKTU AQIQAH PADA HARI KETUJUH Berdasarkan hadist no.2 dari Samurah bin Jundab. Para ulama berpendapat dan sepakat bahwa waktu aqiqah yang paling utama adalah hari ketujuh dari hari kelahirannya. Namun mereka berselisih pendapat tentang bolehnya melaksanakan aqiqah sebelum hari ketujuh atau sesudahnya. Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahulloh berkata dalam kitabnya Fathul Bari (9/594) : Sabda Rasulullah pada perkataan pada hari ketujuh kelahirannya (hadist no.2), ini sebagai dalil bagi orang yang berpendapat bahwa waktu aqiqah itu adanya pada hari ketujuh dan orang yang melaksanakannya sebelum hari ketujuh berarti tidak melaksanakan aqiqah tepat pada waktunya. bahwasannya syariat aqiqah akan gugur setelah lewat hari ketujuh. Dan ini merupakan pendapat Imam Malik. Beliau berkata : Kalau
Re: [media-dakwah] Re: Bulan Rajab
;ah adalah berpegang teguh pada dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam serta Petunjuk Salafus Shalih, pemahaman mereka, manhaj mereka, dan pengamalan mereka terhadap dua wahyu, karena mereka adalah orang yang paling besar cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya, paling kuat ittiba'-nya, paling dalam ilmunya dan paling luas pemahamannya terhadap Al Qur'an dan As Sunnah. Dengan cara ini seorang Muslim akan mampu berpegang teguh dengan agamanya dan bebas dari segala kotoran yang mencemari dan jauh dari semua kebid'ahan yang menyesatkan. Dan jalan ini mudah bagi yang dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Wallahu a'lam bishawwab. -- Apakah akhi pernah menemukan amalan para 3 generasi sahabat ( yaitu generasi terbaik ) yang mengamalkan hal tersebut dibawah, apakah mereka tidak mengimami Isro' dan Mi'roj. Jawabanya mustahil. Mohon ma'af bila ada kata yang kurang berkenan. Agama adalah nasehat. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. dodi indraswanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Waalykumussalam Wr.Wb. Pak Handriyanto yang dirohmati Alloh, dari kutipan yang bapak sampaikan, kelihatannya penulis nya tidak mengimani Isro' Mi'roj yang dialami Nabi SAW di bulan Rojab ? Bagaimana komentar bapak ? Tentang tafsir QS Al Maidah ayat 3, bahwa islam sudah sempurna, tidak hanya difatsiri seperti yang bapak kutip, namun, bisa ditafsiri juga, karena sempurna, maka akan selalu sesuai dengan zaman kapan saja, dan akan menjadi rohmatan lil 'alamiin. Memang tidak sesederhana kesimpulan diatas, harus dikaji secara luas dan saling terkait dengan makna dan pengertian Ibadah itu sendiri, tentang hukum haram - halal, tentang arti dan batasan bid'ah, dan sebagainya. Jika dimaknai secara sempit, harafiyyah, tentu akan beda kesimpulannya. Hal ini banyak ulama terdahulu yang telah membahasnya. Itu semua, biasanya akan terjadi kilafiyyah pada bagian cabang Islam, bukan pada hal yang Pokok atau Rukun, maka tidaklah perlu dipertentangkan. Bukankah hanya hak prerogratif Alloh SWT untuk menilai amal ibadah seseorang itu ? Apa layak kita mengambil alih Haq Alloh tersebut dengan menghakimi amal saudara kita ? Semoga kita tidak termasuk yang demikian, amiin. Ada baiknya kita telaah FirmanNYA berikut : QS Asy Syuuraa, ayat : 15 " Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)" QS Adz-Dzaariyyat ayat 8 : "sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat," QS Al Lail ayat 4: " sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda." QS Ar Rum ayat 22 : " Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." Demikianlah saudaraku, Semoga Alloh mau menolong kita bersama untuk menetapkan di shiroothol mustaqiimNYA Dan rohmatNYA selalu dikaruniakan pada kita dan keluarga kita, amiin. Subhaanakallohuma Wabihamdika Asyhaduanlaailahaillaa anta Astaghfiruka wa'atubuilayka. Wassalamualaykum warohmatullohi wabarokatuhu, dodi indra --- handri yanto wrote: > Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, > Kalau mengamalkan ibadah sunnah tersebut tidaklah > mengapa. Tetapi bila mengamalkan ibadah tersebut > dengan mengaharapakan keutamaan bulan rajab ( > dikerjakan hanya dibulan tersebut ) itulah yang > tidak boleh. > Untuk lebih jelasnya mengenai bulan rajab berikut > ini antum bisa melihat situs : > http://vbaitullah.or.id/content/view/771/9/ > > Semoga bermanfa'at. > Baarakallahu Fiikum. > Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. > > > Hadits-Hadits Palsu Tentang Keutamaan Shalat Dan > Puasa Di Bulan Rajab > > > Kategori Ar-Rasaa-il > > Senin, 8 Agustus 2005 07:07:19 WIB > > HADITS-HADITS PALSU TENTANG KEUTAMAAN SHALAT DAN > PUASA DI BULAN RAJAB > > Oleh > Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas > Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2 > > > > Apabila kita memperhatikan hari-hari, pekan-pekan, > bulan-bulan, sepanjang tahun serta malam dan > siangnya, niscaya kita akan mendapatkan bahwa Allah > Yang Maha Bijaksana mengistimewakan sebagian dari > sebagian lainnya dengan keistimewaan dan keutamaan > tertentu. Ada bulan yang dipandang lebih utama dari > bulan lainnya, misalnya bulan Ramadhan dengan > kewajiban puasa pada siangnya dan sunnah menambah > ibadah pada malamnya. Di antara bulan-bulan itu ada > pula yang dipilih sebagai bulan haram atau bulan > yang dihormati, dan diharamkan berperang pada &
Re: [media-dakwah] Re: Bulan Rajab
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Kalau mengamalkan ibadah sunnah tersebut tidaklah mengapa. Tetapi bila mengamalkan ibadah tersebut dengan mengaharapakan keutamaan bulan rajab ( dikerjakan hanya dibulan tersebut ) itulah yang tidak boleh. Untuk lebih jelasnya mengenai bulan rajab berikut ini antum bisa melihat situs : http://vbaitullah.or.id/content/view/771/9/ Semoga bermanfa'at. Baarakallahu Fiikum. Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. Hadits-Hadits Palsu Tentang Keutamaan Shalat Dan Puasa Di Bulan Rajab Kategori Ar-Rasaa-il Senin, 8 Agustus 2005 07:07:19 WIB HADITS-HADITS PALSU TENTANG KEUTAMAAN SHALAT DAN PUASA DI BULAN RAJAB Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Bagian Pertama dari Dua Tulisan 1/2 Apabila kita memperhatikan hari-hari, pekan-pekan, bulan-bulan, sepanjang tahun serta malam dan siangnya, niscaya kita akan mendapatkan bahwa Allah Yang Maha Bijaksana mengistimewakan sebagian dari sebagian lainnya dengan keistimewaan dan keutamaan tertentu. Ada bulan yang dipandang lebih utama dari bulan lainnya, misalnya bulan Ramadhan dengan kewajiban puasa pada siangnya dan sunnah menambah ibadah pada malamnya. Di antara bulan-bulan itu ada pula yang dipilih sebagai bulan haram atau bulan yang dihormati, dan diharamkan berperang pada bulan-bulan itu. Allah juga mengkhususkan hari Jumat dalam sepekan untuk berkumpul shalat Jumat dan mendengarkan khutbah yang berisi peringatan dan nasehat. Ibnul Qayyim menerangkan dalam kitabnya, Zaadul Maaad,[1] bahwa Jumat mempunyai lebih dari tiga puluh keutamaan, kendatipun demikian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melarang mengkhususkan ibadah pada malam Jumat atau puasa pada hari Jumat, sebagaimana sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Artinya : Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kalian mengkhususkan malam Jumat untuk beribadah dari malam-malam yang lain dan jangan pula kalian mengkhususkan puasa pada hari Jumat dari hari-hari yang lainnya, kecuali bila bertepatan (hari Jumat itu) dengan puasa yang biasa kalian berpuasa padanya. [HR. Muslim (no. 1144 (148)) dan Ibnu Hibban (no. 3603), lihat Silsilatul Ahaadits ash-Shahihah (no. 980)] Allah Yang Mahabijaksana telah mengutamakan sebagian waktu malam dan siang dengan menjanjikan terkabulnya doa dan terpenuhinya permintaan. Demikian Allah mengutamakan tiga generasi pertama sesudah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan mereka dianggap sebagai generasi terbaik apabila dibandingkan dengan generasi berikutnya sampai hari Kiamat. Ada beberapa tempat dan masjid yang diutamakan oleh Allah dibandingkan tempat dan masjid lainnya. Semua hal tersebut kita ketahui berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan contoh yang benar. Adapun tentang bulan Rajab, keutamaannya dalam masalah shalat dan puasa padanya dibanding dengan bulan-bulan yang lainnya, semua haditsnya sangat lemah dan palsu. Oleh karena itu tidak boleh seorang Muslim mengutamakan dan melakukan ibadah yang khusus pada bulan Rajab. Di bawah ini akan saya berikan contoh hadits-hadits palsu tentang keutamaan shalat dan puasa di bulan Rajab. HADITS PERTAMA Artinya : Rajab bulan Allah, Syaban bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummatku Keterangan: HADITS INI MAUDHU Kata Syaikh ash-Shaghani (wafat th. 650 H): Hadits ini maudhu. [Lihat Maudhuatush Shaghani (I/61, no. 129)] Hadits tersebut mempunyai matan yang panjang, lanjutan hadits itu ada lafazh: Artinya : Janganlah kalian lalai dari (beribadah) pada malam Jumat pertama di bulan Rajab, karena malam itu Malaikat menamakannya Raghaaib... Keterangan: HADITS INI MAUDHU Kata Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H): Hadits ini diriwayatkan oleh Abdur Rahman bin Mandah dari Ibnu Jahdham, telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad bin Said al-Bashry, telah menceritakan kepada kami Khalaf bin Abdullah as-Shanany, dari Humaid Ath-Thawil dari Anas, secara marfu. [Al-Manaarul Muniif fish Shahih wadh Dhaif (no. 168-169)] Kata Ibnul Jauzi (wafat th. 597 H): Hadits ini palsu dan yang tertuduh memalsukannya adalah Ibnu Jahdham, mereka menuduh sebagai pendusta. Aku telah mendengar Syaikhku Abdul Wahhab al-Hafizh berkata: Rawi-rawi hadits tersebut adalah rawi-rawi yang majhul (tidak dikenal), aku sudah periksa semua kitab, tetapi aku tidak dapati biografi hidup mereka. [Al-Maudhuat (II/125), oleh Ibnul Jauzy] Imam adz-Dzahaby berkata: Ali bin Abdullah bin Jahdham az-Zahudi, Abul Hasan Syaikhush Shuufiyyah pengarang kitab Bahjatul Asraar dituduh memalsukan hadits. Kata para ulama lainnya: Dia dituduh membuat hadits palsu tentang shalat ar-Raghaa'ib. [Periksa: Mizaanul Itidal (III/142-143, no. 5879)] HADITS KEDUA Artinya : Keutamaan bulan Rajab atas bulan-bulan lainnya seperti keutamaan al-Qur'an atas semua perkataan, keutamaan bulan Syaban seperti ke
Re: [media-dakwah] Dusta atas nama Al Qur'an & Sunnah - Re: [yisc_al-azhar] Matahari Mengelilingi Bumi...!!
APAKAH MATAHARI BERPUTAR MENGELILINGI BUMI ? > > Oleh > Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin > sumber http://www.almanhaj.or.id > > > Pertanyaan > Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin ditanya: "Apakah Matahari berputar > mengelilingi bumi?". > > Jawaban. > "Dhahirnya dalil-dalil syar'i menetapkan bahwa mataharilah yang berputar > mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah menyebabkan terjadinya > pergantian siang dan malam di permukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk > melewati dhahirnya dalil-dalil ini kecuali dengan dalil yang lebih kuat dari > hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk menakwilkan dari dhahirnya. > Diantara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa matahari berputar mengelilingi > bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut. > > [1]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang Ibrahim akan hujahnya > terhadap yang membantahnya tentang Rabb. > > "Artinya : Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka > terbitkanlah dia dari barat," [Al Baqarah : 258] > > Maka keadaan keadaan matahari yang didatangkan dari timur merupakan dalil > yang dhahir bahwa matahari berputar mengelilingi bumi. > > [2]. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman juga tentang Ibrahim. > > "Artinya : Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: > 'Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar', maka tatkala matahari itu terbenam > dia berkata : 'Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu > persekutukan.'" [Al-An'am : 78] > > Jika Allah menjadikan bumi yang mengelilingi matahari niscaya Allah berkata: > "Ketika bumi itu hilang darinya". > > [3]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. > > "Artinya : Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua > mereka berada disebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi > mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua > itu." [Al-Kahfi : 17] > > Allah menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari, itu adalah dalil > bahwa gerakan itu adalah dari matahari, kalau gerakan itu dari bumi niscaya > Dia berkata: "gua mereka condong darinya(matahari)". Begitu pula bahwa > penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari menunjukkan bahwa dialah > yang berputar meskipun dilalahnya lebih sedikit dibandingkan dilalah > firmanNya "(condong) dan menjauhi mereka)". > > [4]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. > > "Artinya : Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,matahari dan > bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." > [Al-Anbiya' : 33] > > Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata:"Berputar dalam suatu garis peredaran > seperti alat pemintal". Penjelasan itu terkenal darinya. > > [5]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. > > "Artinya : Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan > cepat," [Al-A'raf : 54] > > Allah menjadikan malam mengejar siang, dan yang mengejar itu yang bergerak > dan sudah maklum bahwa siang dan malam itu mengikuti matahari. > > [6]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman > > "Artinya : Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang banar; Dia > menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan > matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. > Ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." [Az Zumar : 5] > > FirmanNya: "Menutupkan malam atau siang" artinya memutarkannya atasnya > seperti tutup sorban menunjukkan bahwa berputar adalah dari malam dan siang > atas bumi. Kalau saja bumi yang berputar atas keduanya (malam dan siang) > niscaya Dia berkata: "Dia menutupkan bumi atas malam dan siang". Dan > firmanNya: "matahari dan bulan, semuanya berjalan", menerangkan apa yang > terdahulu menunjukkan bahwa matahari dan bulan keduanya berjalan dengan > jalan yang sebenarnya (hissiyan makaniyan), karena menundukkan yang bergerak > dengan gerakannya lebih jelas maknanya daripada menundukkan yang tetap diam > tidak bergerak. > > [7]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. > > "Artinya : Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila > mengirinya," [Asy-Syam : 1-2] > > Makna (mengiringinya) adalah datang setelahnya. dan itu dalil yang > menunjukkan atas berjalan dan berputarnya matahari dan bulan atas bumi. > Seandainya bumi yang berputar mengeliligi keduanya tidak akan bulan itu > mengiringi matahari, akan tetapi kadang-kadang bumi mengelilingi matahari > dan kadang-kadang matahari mengeliling bulan, karena matahari lebih tinggi > dari pada bulan. Dan untuk menyimpulan ayat ini membutuhkan pengamatan. > > [8]. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman > > "Artinya : Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah > malam; Kami tanggalkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta mereka > berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan ditempat peredarannya. > Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami > tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke > manzilah yang te
Fwd: RE: [media-dakwah] DEMOKRASI DAN PEMILU
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh Berikut ini versi lain "Dilema Simalakama" dari uraian penutupnya, kita tahu bahwa artikel ini dimuat dalam sebuah buletin/majalah berbahasa Indonesia bernama Al-Bashirah yang terbit di Saudi Arabia. Dari sini kita tahu bahwa dialog "Dilema Simalakama" dibuat oleh ikhwah yang berdomisili di Dhahran, Dammam. Semoga ini bisa menutupi "haus" orang-orang yang ingin mengetahui identitas penulis "Dilema Simalakama". "Dialog ini berasal dari pertanyaan-pertanyaan seputar partai politik, parlemen dan pemilu yang dihadapi oleh ikhwah di Dhahran Damam. Lantas mereka berusaha untuk menjawabnya plus tambahan-tambahan dari redaksi Al Bashirah. Barangkali pertanyaan-pertanyaan itupun seringkali terlintas di dalam benak kita. Maka kami melihat perlunya dialog ini dimasukkan dalam Al Bashirah agar kita semua bisa mengambil faidah darinya. Apalagi dengan semakin maraknya gerakan-gerakan "bawah tanah? yang berusaha untuk melakukan rapat-rapat gelap, konsolidasi, rekrutmen mahasiswa-mahasiswa baru untuk bergabung ke suatu partai politik tertentu, dsb. Belum lagi majalis suu' itu dibumbui dengan pencelaan terhadap Jami'ah dan dosen-dosennya, menjelek-jelekkan para ulama masyayikh masjid Nabawi, menuduh mandub tidak mikir dalam meyelesaikan suatu permasalahan dsb. (Tapi wajar aja sich, lha wong para ulama aja nggak selamat dari lisan mereka, apalagi hanya seorang mandub). Allahul musta'an wa 'alaihit tuklan" - MENEGAKKAN BENANG BASAH Amirul Mukminin fil hadits Imam Bukhari, dalam Ash Shahihnya, beliau menggulirkan sebuah istimbath "bab berilmu sebelum berkata dan bertindak". Beliau mengajak umat agar tidak sembrono dalam setiap ucapan yang terlontar atau tindakan respon terhadap satu masalah kecuali telah memahami seluk beluknya dengan baik, supaya , positif dan negatifnya. Tulisan di bawah ini yang terkemas dalam dialog ringan, ingin menggandeng anda menuju apa yang diutarakan oleh Imam Bukhari . Selamat menyimak! Menyikapi Program Jusuf 2004 Tanya (T): Sementara kaum kafir sibuk menyukseskan program "Jusuf 2004", untuk memuluskan jalan seorang kristiani menduduki kursi presiden RI, kok justru ada orang yang membid'ahkan partai politik, padahal sebagian cendekiawan dan intelektual muslim juga para ulama menggunakan kendaraan partai politik untuk menyuarakan Islam? Jawab (J): Akhi, jangan terburu-buru antipati dengan persepsi itu. Mereka pasti juga mempunyai argumentasi yang melatarbelakanginya.. Dalam polemik ini, saya lihat ada dua sudut pembahasan yang berbeda. Pertama adalah berkait dengan "Program Jusuf 2004", dan yang kedua teriakan pembid'ahan partai politik. Dua hal di atas muncul pada masa yang berbeda, pada awalnya tidak saling mempengaruhi. Jadi ya tidak tepat, kalau diasumsikan bahwa suara pembid?ahan partai politik lantang gara-gara pengguliran "Jusuf 2004". Janganlah dikesankan seperti itu, kita harus bijaksana dalam menyimpulkan suatu permasalahan. T: Jadi, bagaimana seharusnya kita melihat dua fakta ini? J: Sebenarnya pembid'ahan partai politik itu telah mendapatkan porsi atensi para ulama seiring "kelahiran" demokrasi. Bahkan kalau dicermati betul, kitab-kitab ulama terdahulu pun telah menyinggungnya. Mereka tentunya berbicara dalam koridor Kitabullah dan Sunnah Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dan pertimbangan "cacat-cacat bawaan" sistem tersebut. Adapun proyek "Jusuf 2004" adalah masalah terkini, yang memerlukan pemutaran otak dari segenap elemen umat termasuk ulama tersebut, demi memformulakan solusi stregisnya. Sangat tidak mungkin, para ulama yang memfatwakan bid'ahnya partai politik itu akan bereaksi "dingin" atau "mengkampayekan" golput, sementara kaum salibis sedang berambisi serius mengincar kursi RI‑1. Sekali lagi, kita harus sedikit bijaksana dalam berpikir dan perlu klarifikasi dari mereka. T: Sebagai seorang muslim, apa tindakan kita dalam menyikapi "Jusuf 2004" itu? S: Sesuai dengan kemampuan masing-masing, karena Allah tidak membebani hamba-Nya kecuali dengan apa yang kira-kira menjadi kewajibannya. Sebagai seorang muslim kita berkewajiban untuk membocorkan program jahat ini kepada kaum muslimin agar mereka waspada sebab musuh sedang mengincar kita. Kita harus informasikan di mimbar-mimbar, masjid-masjid dan majlis ta'lim. T: Lalu, apa tindakan konkritnya? J: Sasaran orang-orang kafir itu adalah pemilu. Mereka pasti akan menyusup dalam partai-partai yang berkedok nasionalisme dan mengelabui kaum muslimin. Maka cara kita adalah mencoblos partai-partai Islam yang menyuarakan Islam dan membela kaum muslimin. Hal ini bertumpu pada prinsip "irtikab akhoffidh dhararain li daf'i a'dzamihima" (memperkecil kerusakan atau mencegah mafsadah yang lebih besar dengan melakukan mafsadah yang lebih kecil). T: Kalau begitu, partai-partai manakah yang antum anjurkan untuk dicoblos? J: Partai apa saja, asalkan mengaku beras
Fwd: Re: [media-dakwah] Apakah Benar Demokrasi Itu SISTEM KUFUR?
Ironi Demokrasi Judul Asli: Anda Mau Kemana Wahai Saudaraku? Oleh: Abu Hanan Sabil Arrasyad Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita meminta pertolongan dan ampunan kepadaNya. Dan kita berlindung kepadaNya dari kejahatan diri-diri kita dan dari keburukan amalan-amalan kita. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorang pun yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa disesatkan oleh Allah maka tidak ada seorang pun yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi sesungguhnya tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan paling baik penjelasannya. (QS. Al Furqan: 33) Ironi Demokrasi Demokrasi Modern menurut definisi aslinya adalah bentuk pemerintahan yang di dalamnya banyak keputusan pemerintah atau di belakang kebijakan yang menimbulkan keputusan itu lahir dari suara terbanyak yakni dari mayoritas di pemerintahan atau di belakang kebijakan yang menimbulkan keputusan itu lahir dari suara terbanyak, yakni dari mayoritas di pemerintahan (consent of a majority of adult governed). Demokrasi sebagai proses politik dapat memuat muatan-muatan lokal sesuai area yang melingkarinya (seperti pengalaman politik dan definisi orang-orang yang duduk dalam pemerintahan). Karena itu, tidak pernah ada sistem demokrasi ideal yang pernah terwujud. Disamping itu, karena banyaknya area yang mempengaruhi dan melingkupinya, maka dalam ilmu politik seringkali sulit membedakan antara pemerintahan demokrasi dan pemerintahan tirani. Apa yang dimaksud dengan suara terbanyak? ahli-ahli politik mengajukan beberapa syarat. Diantaranya tidak tampak adanya pemaksaan atau ancaman untuk menggolkan suatu opini tertentu, tidak ada pembatasan kebebasan berbicara, tidak terdapat monopoli propaganda dan tidak ada control institutional terhadap fasilitas-fasilitas komunikasi massa. Pada kenyataannya definisi dari pemaksaan, ancaman, pembatasan, monopoli, propaganda dan control institutional tidak pernah diterjemahkan kecuali oleh pemerintah apapun namanya. Karena itu, Aristoteles menyebut pemberlakuan demokrasi sebagai suatu kemerosotan. Alasannya ketidakmungkinan orang banyak untuk memerintah yang kecil jumlahnya. Bahkan Plato seorang pemikir yang diagung-agungkan oleh barat juga melancarakan kritik terhadap demokrasi. Katanya kebanyakan orang adalah bodoh atau jahat atau kedua-duanya dan cenderung berpihak kepada diri sendiri. Jika orang banyak ini dituruti, maka muncullah kekuasaan yang bertumpu pada ketiranian dan terror. Karena itu pula diyakini hanya segelintir orang yang diuntungkan dari sistem pemerintahan yang demokratis ini. George Santayana, penyanjung berat Plato menyerukan Give divine right to rule (berikan Tuhan hak untuk memerintah) Bahkan Winston Churchil mengeluarkan deklarasi yang bunyinya demokrasi is worst possible form of government (demokrasi adalah kemungkinan terburuk dari bentuk pemerintahan). Chandra Muzzafar, direktur Just World Trust (LSM di penang Malaysia) dalam buku Hak-Hak Asasi Manusia Dalam tata Dunia Baru memandang ide-ide demokratis berasal dari dunia barat dan terkesan kolonis. Ia menulis, usaha mencolok untuk melanggengkan kepentingan-kepentingan ideologis dan ekonomi (barat) yang sempit dengan disamarkan kata-kata manis seputar kebebasan dan demokrasi. Di zaman Yunani kuno dimana demokrasi itu berasal tokoh seperti Solon, Chleisthenes dan Demosthenes, berpandangan bahwa konsep demokrasi adalah sistem politik terbaik. Namun ironis, periode demokratis dalam sejarah Yunani tercatat hanya sebagai kasus-kasus istimewa. Politik Yunani di masa beberapa abad sebelum masehi justru didominasi periode kediktatoran tirani danoligarki. Benih demokrasi malah hancur ketika Negara Sparta yang otoriter mengalahkan Athena dalam perang Ploponesia (Amien Rais, Demokrasi dengan proses politik LP3ES, 1986). Hal di atas membuat Plato dan Aristoteles, dua tokoh kritisi tentang demokrasi yang sulit dibantah berpandangan lain berdasarkan pengamatan mereka atas praktek demokrasi di Athena, maka demokrasi justru merupakan sistem yang berbahaya dan tidak praktis. Bahkan Aristoteles menambahkan, Pemerintahan yang didasarkan pada pilihan orang banyak dapat mudah dipengaruhi oleh para demagog dan akhirnya akan merosot jadi kediktatoran. Demokrasi akan mudah meluncur ke arah tirani. Amerika serikat pun yang membangga-banggakan diri sebagai negara paling demokratis di dunia dan pejuang HAM yang hebat ternyata menyimpan borok demokrasi itu sendiri. Paul Findley senator AS lewat bukunya Mereka Yang Berani Bicara dan Diplomasi Munafik Ala Yahudi, membongkar dominasi loby Yahudi (AIPAC) dalam tubuh Kongres AS. Tidak seorang pun calon presiden AS yang bisa duduk di kursi kepres