RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC/Sama dgnKeponakanku
u/ kel.Maimun, ikut berduka cita atas meninggal adek ponakannya mba diah... saya juga rekan2 disini juga sangat trenyuh heran, kenapa masih ada DSA yg begitu ceroboh tdk bertanggung jawab spt mereka ya? apa mereka ngga pernah punya keluarga yg punya anak bayi ? Saya setuju sekali kalo kel. Maimun menuntut secara hukum RS.MMC itu. meskipun kita tau, adek ngga mungkin kembali, tp itu pelajaran lha u/ DSA suster2nya yg suka sok tau a/ malah males? seandainya musibah itu terjadi di kel. mereka baru kerasa kali ya... aduh sorry bukannya ngomporin yg ngga bener ya...emosi soalnya sama 2 punya anak bayi yg punya penyakit sesek juga.mudah2an ngga pernah ketemu deh ama DSA suster model di MMC gitu. Esti mamanya Novena Nadia "Patria, Diah" diah.patria@guiTo: "'[EMAIL PROTECTED]'" nness.com [EMAIL PROTECTED] cc: 28/03/01 09:42 Subject: RE: [balita-anda] Anakku AM meninggal di RS. MMC/Sama dgnKeponakanku Please respond to balita-anda Bu...ikut belasungkawa ya, hal ini juga menimpa keponakan saya M. Ryan 3 bulan kurang satu hari yang meninggal hari senin 26 Maret2001 di RS Harapan Bunda Kramat Jati dengan kasus sama dan dokternya pada hari Sabtu malah tidak menyarankan agar Ryan diopname, Senin Pkl 3 dini hari Ryan berpulang ke RahmatullahInalillahi Wa Ina Illaihi Rojiun Salam Bundanya Sulthan ** This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom they are addressed. If you have received this email in error please notify the system manager. This footnote also confirms that this email message has been swept by MIMEsweeper for the presence of computer viruses. www.mimesweeper.com ** kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC/Sama dgnKeponakanku
Bu...ikut belasungkawa ya, hal ini juga menimpa keponakan saya M. Ryan 3 bulan kurang satu hari yang meninggal hari senin 26 Maret2001 di RS Harapan Bunda Kramat Jati dengan kasus sama dan dokternya pada hari Sabtu malah tidak menyarankan agar Ryan diopname, Senin Pkl 3 dini hari Ryan berpulang ke RahmatullahInalillahi Wa Ina Illaihi Rojiun Salam Bundanya Sulthan ** This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom they are addressed. If you have received this email in error please notify the system manager. This footnote also confirms that this email message has been swept by MIMEsweeper for the presence of computer viruses. www.mimesweeper.com ** kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-
Kalo ada dokter salah diagnosa dan salah memberi obat itu sudah bukan kejadian aneh dan luar biasa lagi, tapi itu sudah menjadi kebiasaan dan biasa2 aja bagi mereka para dokter dan suster/perawat, ya.. itu seperti yg. mbak katakan tinggal tip-ex aja, emang sih tdk semua dokter dan suster/perawat seperti itu. Tapi kejadian salah diagnosa dan salah memberi obat pernah dialami oleh keponakan saya(Adhytia Uthanzil), kronologis ceritanya hampir sama dgn Alm. Adek tapi singkatnya saja (secara detailnya saya nggak sanggup untuk menceritakannya terlalu sakit) awalnya keponakan saya panasnya tinggi sekali dibawa ke RS. Umum (Pekanbaru) kmd. di infus dan disuntik tdk. boleh minum susu, dan nggak boleh makan oleh dokternya, ponakan saya umurnya waktu itu 2thn (kejadiannya 1 thn 8 bln yg. lalu) keadaannya menyedihkan sekali tangannya sampai bengkak krn. waktu mau di infus beberapa kali salah tusuk letaknya nggak pas, sampai2 ponakan saya di infus di kaki kmd. di kepala, saya heran kok bisa2nya dikepala untuk anak sekecil itu. 1 bln Adhyt berbaring tanpa daya di RS. itu tanpa tahu apa sakitnya hanya diberi infus dan tdk diberi susu juga makan edan nggak, hari ini diagnosanya laen besok bisa laen lagi sampe akhirnya dokter bilang Adhyt kena radang otak,taunya ponakan saya mau dijadikan tikus percobaan ama itu dokter, bayangin aja selama di sana Adhyt diberi obat suntik 1 hari 6x selama seminggu untuk anak usia 10 thn. (yg. kebetulan namanya sama dan kamarnya bersebelahan) anak usia 2thn disuntik obat untuk anak usia 10 thn. Setiap udah disuntik badan Adhyt jadi berubah warna (ponakan saya putih)menjadi kuning dan biru wajah dan bibirnya, setiap ditanya dokternya hanya jawab " "emang begitu reaksi obatnya", setelah kakak saya tahu obatnya salah, kakak saya langsung cari dokter itu, dokter itu ngabur nggak nongol2 lagi sampai kmd. kakak saya dan keluarga putuskan untuk keluar saja dari RS. tsb. pulang ke rumah kmd. diberi minum susu, kasihan sekali si Adhyt minum dengan rakusnya krn haus sekali. Kemudian kakak saya membawa Adhyt berobat ke Batam dgn dsa. Rudy (RS. Budi Kemuliaan). Di situ Adhyt dicheck darah dan sebagainya ternyata Leukositnya sangat tinggi. Efek dari pemberian obat yg. salah itu Adhyt jadi menderita Leukemia Stadium 4 / Leukemia Akut, begitulah kata dsa. yg. menangai Adhyt, Leukemia bukan penyakit menurun dan bisa disembuhkan kalo belum akut, salah satu penyebabnya bisa salah pemberian obat (obat dosis tinggi), tapi Allah juga telah merencanakan yg. terbaik buat Adhyt, pada usia Adhyt yg. ke 3 thn 8 bln Adhyt kami yg. tercinta pergi untuk selama-lamanya meningalkan kami semua, ya... semua kita kembalikan pada Allah jua, semua ini memang sudah takdinya. Atas kejadian2 ini, kita jadikan semuanya sebagai pengalaman dan pelajaran. -Original Message- From: Quinike N. Sukirwan [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Friday, March 23, 2001 11:23 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC- Dear rekan2, sebetulnya sekarang ini dunia sudah transparan... Kalau pun keluarga Maimun tidak ingin menggugat masalah ini ke pengadilan, saya rasa... sang dokter, RS, perawat di MMC pun sudah "teradili". Lihat saja, dari satu milis saja anggotanya ratusan orang. Saya rasa para anggota milis ini pun mengikuti milis2 yang lain. Yg berhubungan dengan balita atau dokter saja misalnya, ada balita-kita, balita-anda di egroups, ada milis idai-ot, mldi, doctor-l, dan banyak lagi. Milis alumni, milis keluarga, dan buanyak milis2 lain. Cerita ini pasti menyebar dengan sangat cepat. Dalam satu jam saja bisa ribuan orang membaca kasus ini. Bayangkan dalam sehari... seminggu jutaan masyarakat Indonesia, apalagi yg di Jakarta, yg mempunyai akses internet, pasti sudah tahu masalah ini. Dengan sendirinya, nama RS dan dokter pun akan mencuat dan mungkin "tercoret". Coba, setelah membaca cerita ini... apa masih mau membawa balitanya ke dokter itu? Rasanya ndak toh Tapi, jika memang Kel. Maimun mau menggugat, Anda punya hak untuk itu kok! Dan saya, juga rekan2 di milis ini pasti mendukung. Ini juga demi kebaikan kita semua, spy nantinya (kalau bisa) kejadian2 ini tdk terulang lagi. Rasanya bbrp wkt lalu di milis ini (atau milis sejenis), saya juga baca posting mengenai bayi miskin di Jawa Timur yg akhirnya meninggal krn ortunya tidak punya uang untuk bayar obat/RS. Ada yg ingat? Beberapa waktu yg lalu, saya sempat baca di Kompas on line, ternyata banyak para dokter yg tdk menepati masa kontrak, dan dokter bandel ini akan sulit registrasi. Ini artikelnya : Dokter "Bandel" Akan Sulit Registrasi (http://www.kompas.com/health/news/0103/08/823.htm) Sejumlah Dokter Ikatan Dinas Tak Tepati Kontrak (http://www.kompas.com/health/news/0103/06/817.htm) "Kasus pelanggaran kontrak yang cukup berat adalah pemalsuan SK. Yaitu, jangka waktu tugas ditutup tip ex, kemudian dokter bersangkutan melamar ke rumah sakit pendidikan untuk menjadi staf pe
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya
Ibu Maimun, saya turut berduka cita atas kepergian adek, semoga ibu sekeluarga mendapat kekuatan lahir bathin. Dan mudah-mudahan pihak RS. MMC dapat memperbaiki pelayanannya atas kejadian ini. Salam, Mama Fauzan -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Friday, March 23, 2001 9:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya Sungguh saya merasa teriris melihat kesedihan Ibu Maimun yang harus melihat bagaimana anaknya berjuang melawan maut sementara tindakan medis dokter dan perawat RS.MMC begitu lambannya. Akal sehat saya mungkin tidak akan saya pakai kalau saya ada di sebelah anak ibu, mungkin satu dua tonjokkan barangkali bisa membangunkan kesadaran dari dokter dan perawat di sana. Saya kadang juga sedih denger ada RS yang sangat mengutamakan uang daripada nyawa. Di Bandung saya denger ada salah satu RS yang minta uang muka dulu apabila mau dirawat ,kaya penginapan saja. Apa RS.MMC ini juga karna faktor uang juga ya yang menyebabkan dokter dan perawat merasa ogah-ogahan dalam menangani pasien. Atau memang (maaf) tolol saja mereka. Memang kalau dikembalikan lagi semuanya karna Takdir, tapi tindakan dokter dan perawat yang begitu lamban itu patut amat sangat sangat disayangkan. Maaf Pak Ruddy , "Rudy Sutadi, MD" [EMAIL PROTECTED](salah seorang dokter yang jadi member di milis ini) bisa ndak anda melaporkan peristiwa seperti yang di alami ibu Maimun itu ke IDI. Paling tidak pelayanan RS MMC terhadap seorang pasien bisa berubah From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Turut berduka cita atas berpulangnya ananda Sitti Fadilla Dwi Bachri (Adek). Saya sangat terharu membaca e-mail ibu. Semoga Adek diterima disisinya dan ibu Maimun Utami sekeluarga diberi ketabahan, Amiin. Regards, Trie -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]]On Behalf Of maimun utami Sent: 22 Maret 2001 5:48 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek (bukankah ini seharusnya tugas
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
maimun utami yth, saya atas nama admin dari milis ini, juga kami sekeluarga ikut berduka cita. Semoga keluarga yang ditinggalkan di beri ketabahan dan si adek tenang di pangkuanNya. Wass, [EMAIL PROTECTED] - BalitaAnda admin ph:+6221-5742205 fax:+6221-5742206 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com - Original Message - From: maimun utami [EMAIL PROTECTED] Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
mengucapkan belasungkawa yang sedalam - dalamnya atas meninggalnya Adek, semoga ibu sekeluarga diberikan kekuatan dan ketabahan menerima takdir yang telah digariskanNya dan semoga surga menjadi tempat peristirahatan terakhir Adek. Terlepas bahwa musibah yang Ibu alami sudah merupakan takdir yang tidak dapat di tawar-tawar lagi, namun membaca cerita Ibu mengenai pelayanan RS.MMC kiranya akan lebih bijaksana apabila Ibu melayangkan somasi kepada RS.MMC supaya ada perhatian dan perbaikan di kemudian hari dan kejadian seperti yang Ibu alami tidak akan menimpa orang lain, terimakasih. --- maimun utami [EMAIL PROTECTED] wrote: Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya
Saya ingin menyampaikan duka cita saya sedalam2nya untuk musibah yg dialami oleh Ibu Maimun. Semoga Ibu Maimun dan keluarga diberi penghiburan dan kekuatan oleh Nya. Di bawah ini ada kisah lain yang perlu juga kita simak untuk menjadi pelajaran buat kita semua agar lebih berhati-hati. Kisah ini dialami oleh salah seorang teman saya dan mohon maaf apabila ada kata2 yg kurang sopan karena mungkin teman saya ini emosi sekali waktu menceritakannya. Saya membagikan cerita ini agar kita sebagai ibu harus lebih peka terhadap anak kita sehingga kesalahan diagnosa tidak terjadi. Sekalipun seseorang itu bergelar dokter, beliau juga manusia biasa sama seperti kita yang bisa salah/keliru. Lan, aku percaya kalau RS itu begitu. Baru-baru ini aku juga mengalami peristiwa yang hampir sama dengan kejadian seperti itu walaupun nggak terlalu fatal. Kejadiannya + 2 bulan yang lalu, anakku Doreen panas badannya hampir 40 (superscript: o)C. Biarpun badannya panas begitu tapi dia menggigil kedinginan. Terus aku selimutin dia dengan selimut tebal dengan harapan supaya dia agak hangat, eh malahan muka dan terutama bibirnya jadi biru kehitaman tapi untungnya nggak sampai step. Karena waktu itu hari Minggu akhirnya aku dan suami memutuskan untuk membawa Doreen ke RS Siloam Gleneagles karena selain dekat dengan rumahku, aku pikir RS itukan RS International karena ada kerja sama dengan RS yang sama dengan yang ada di S'Pore. Sampai di sana kemudian anakku langsung di infus dan dokter jaganya bilang kalau anakku harus opname saat itu juga. Coba bayangin gimana kasihannya melihat dia kecil-kecil sudah ditusuk-tusuk dengan jarum. Tapi demi kebaikkannya akhirnya aku tega-tegain diri, kalau boleh memilih sih rasanya pinginnya aku bisa menggantiin dia, karena aku nggak tega dia meraung-raung karena ditusuk jarum infus. Dan waktu itu nggak ada satupun DSA yang datang. Sampai besoknya sekitar jam 11 siang baru nongol DSAnya. Terus dia memeriksa anakku sambil membaca status anakku, kemudian aku tanyain ke dokter itu, sebenarnya anakku kenapa kok sampai hitam semua wajahnya dan panasnya juga nggak turun-turun juga. Terus dokter itu bilang kalau anakku sudah positif kena tiphus, aku jadi setengah kaget mana mungkin anakku yang belum bisa makan apa-apa bisa kena tiphus, sesudah bilang begitu kemudian dokternya pergi. Karena aku penasaran terus, akhirnya aku bilang ke susternya supaya anakku dicek sekali lagi darahnya apa bener dia tiphus atau bukan. Rupanya susternya menyampaikan keinginanku ke dokter yang menangani anakku itu, dan ternyata benar ternyata dia salah diagnosa, sebenarnya anakku cuma kena radang tenggorokan. Coba dodol enggak itu dokter, aku sempat marah-marah dan ngomelin dokter itu. Aku bilang kok ceroboh sekali bisa salah mendiagnosa pasien, masih bagus anakku belum sempat diberi obat untuk penyakit yang sebenernya nggak diderita anakku. Kamu tahu nggak Lan, ternyata dia membaca diagnosa pasien yang sekamar dengan anakku. Coba geblekkan dokter kayak gitu itu. Akhirnya aku ngotot untuk membawa anakku pulang besoknya, kalau cuma sekedar radang tenggorokan aja aku yakin nggak harus sampai di opname dan di infus segala. Akibat kejadian itu sampai sekarang kalau anakku mau vaksin dia sudah kayak orang ketakutan mungkin masih trauma ditusukin jarum yang lumayan gedenya. Di Jakarta ini sering kali terjadi kejadian-kejadian seperti itu, ini hanya sebagian saja yang kita tahu, aku yakin pasti banyak kejadian-kejadian lain yang nggak pernah diexpos. == Demikian kisah nyata yg dialami oleh teman saya tsb. Semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi ibu/bp yg mempunyai balita. Salam balita, Lana kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kitamenyikapinya
Pak Basuki wrote : Di Bandung saya denger ada salah satu RS yang minta uang muka dulu apabila mau dirawat ,kaya penginapan saja. rumah sakit apa ya Pak kalo saya boleh tau untuk referensi Apa RS.MMC ini juga karna faktor uang juga ya yang menyebabkan dokter dan perawat merasa ogah-ogahan dalam menangani pasien. Atau memang (maaf) tolol saja mereka. Memang kalau dikembalikan lagi semuanya karna Takdir, tapi tindakan dokter dan perawat yang begitu lamban itu patut amat sangat sangat disayangkan. Maaf Pak Ruddy , "Rudy Sutadi, MD" [EMAIL PROTECTED](salah seorang dokter yang jadi member di milis ini) bisa ndak anda melaporkan peristiwa seperti yang di alami ibu Maimun itu ke IDI. Paling tidak pelayanan RS MMC terhadap seorang pasien bisa berubah FYI dari majalah Lisa Nomor 11/th II, 2001, saya kutipkan menurut dr. Ratna Mardiati, staf Direktorat Medik Spesialistik Dept Kesehatan, standar umum yang dilakukan di ruang UGD biasanya adalah segera melakukan penyelamatan kehidupan. Paramedis harus memperhatikan kondisi pernafasan pasien. Jika kesulitan bernafas, si pasien harus diberi oksigen. Selain itu, tekanan darahnya juga harus diperhatikan. Dan jika kondisi jantung sempat terhenti, maka pasien harus dibantu agar detak jantungnya normal kembali. Jika kondisi dari terpenting dari pasien sudah cukup stabil, dokter di ruang UGD bisa memberi rujukan kepada dokter spesialis sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. menurut praktisi hukum Azet Hutabarat, Pasal 55 ayat 1 UU Kesehatan N0. 32/1992 menyebutkan bahwa setiap orang berhak ganti rugi secara pidana dan perdata akibat kelalaian atau kesalahan yang dilakukan tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, apoteker). Penentuan ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan ditentukan Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan ( MDTK ), yang diselenggarakan oleh pemerintah. Keputusan yang dikeluarkan MDTK kemudian ditindaklanjuti ke penyidikan, yang dilakukan polisi atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu. tuntutan juga bisa dilakukan pemerintah terhadap pihak rumah sakit jika sarana dan tenaga medis melakukan pelanggaran ketentuan UU tersebut. nana kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-Imbauan utk dokter
Halo, saya baru ikutan nih. Turut berduka cita untuk ibu Maimun. Baca cerita ini saya sampai merinding dan sedih banget. Soalnya anak saya (baru ulangtahun pertama tanggal 11 Maret kemarin) sudah 2 kali dirawat di rumah sakit. Dua-duanya karena diare dan muntah-muntah. Yang terakhir malah sampai panas tinggi tapi tangan dan kakinya dingin. Puji Tuhan dia sekarang sudah seperti sediakala. Mamanya Kika -Original Message- From: Tayasmen Kaka [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Friday, March 23, 2001 2:36 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-Imbauan utk dokter kalau ada netter yang tahu egroupsnya para dokter, harap e-mail ini di forward: Halo Pak Ibu dokter ! Jasa anda memang kami butuhkan. Anda juga perlu uang untuk hidup. Tapi ya pikir-pikirlah jangan sembrono cari uang. Kalau anda tidak mampu untuk menghandel di banyak tempat, ya jangan serakah untuk cari uang kasih job untuk dokter yang muda-muda. masih banyak dokter-dokter muda yang butuh kerja. harap anda ingat, hukum alam pasti berlaku saat ini anda melalaikan nyawa manusia mungkin keluarga anda juga akan mengalaminya semoga tulisan ini menggugah anda - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, March 23, 2001 11:44 AM Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC- Rekan-rekan netter yang terhormat, kalo saya boleh usul utk meringankan beban Ibu Maimun, seandainya Ibu Maimun dan keluarga mau memperkarakan masalah ini ke pengadilan (krn banyak yang mengusulkan demikian) , alangkah baiknya rekan-rekan mau memberikan referensi pengacara atau LBH yang bisa membantu beban Ibu Maimun dan keluarga derita. Salam Teny kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
mohon maaf juga sebelumnya, kalo bisa, jika me-reply mail yg panjang dan isinya pun sudah cukup familiar original messagenya dihapus saja. Hemat kan pangkal kaya *bapak*nya safina kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-
Dear rekan2, sebetulnya sekarang ini dunia sudah transparan... Kalau pun keluarga Maimun tidak ingin menggugat masalah ini ke pengadilan, saya rasa... sang dokter, RS, perawat di MMC pun sudah "teradili". Lihat saja, dari satu milis saja anggotanya ratusan orang. Saya rasa para anggota milis ini pun mengikuti milis2 yang lain. Yg berhubungan dengan balita atau dokter saja misalnya, ada balita-kita, balita-anda di egroups, ada milis idai-ot, mldi, doctor-l, dan banyak lagi. Milis alumni, milis keluarga, dan buanyak milis2 lain. Cerita ini pasti menyebar dengan sangat cepat. Dalam satu jam saja bisa ribuan orang membaca kasus ini. Bayangkan dalam sehari... seminggu jutaan masyarakat Indonesia, apalagi yg di Jakarta, yg mempunyai akses internet, pasti sudah tahu masalah ini. Dengan sendirinya, nama RS dan dokter pun akan mencuat dan mungkin "tercoret". Coba, setelah membaca cerita ini... apa masih mau membawa balitanya ke dokter itu? Rasanya ndak toh Tapi, jika memang Kel. Maimun mau menggugat, Anda punya hak untuk itu kok! Dan saya, juga rekan2 di milis ini pasti mendukung. Ini juga demi kebaikan kita semua, spy nantinya (kalau bisa) kejadian2 ini tdk terulang lagi. Rasanya bbrp wkt lalu di milis ini (atau milis sejenis), saya juga baca posting mengenai bayi miskin di Jawa Timur yg akhirnya meninggal krn ortunya tidak punya uang untuk bayar obat/RS. Ada yg ingat? Beberapa waktu yg lalu, saya sempat baca di Kompas on line, ternyata banyak para dokter yg tdk menepati masa kontrak, dan dokter bandel ini akan sulit registrasi. Ini artikelnya : Dokter "Bandel" Akan Sulit Registrasi (http://www.kompas.com/health/news/0103/08/823.htm) Sejumlah Dokter Ikatan Dinas Tak Tepati Kontrak (http://www.kompas.com/health/news/0103/06/817.htm) "Kasus pelanggaran kontrak yang cukup berat adalah pemalsuan SK. Yaitu, jangka waktu tugas ditutup tip ex, kemudian dokter bersangkutan melamar ke rumah sakit pendidikan untuk menjadi staf pengajar di fakultas kedokteran terkait dan diterima. Dalam hal ini Depkes sudah menegur rumah sakit bersangkutan dan menyerahkan perkara ini ke Bagian Hukum Depkes untuk diberi sanksi administratif," papar Koeswartini Kalau rekan sempat membacanya... bayangkan, seorang dokter men-tip-ex SK-nya!!! Kebayang ngga' sih??? Lah, gimana dia menghadapi pasien? Akankah dia men-tip-ex pasiennya juga? Mis. dia salah mendiagnosa, salah memberi obat... just use a tip-ex, and done?? Ya, memang ndak semua dokter seperti itu. Maaf lho buat para dokter yg membaca tulisan saya ini... Cuman, kalau mis. para dokter yang "baik" mengetahui kelakuan rekan dokter lainnya yang "tidak baik", kalau bisa ya diingatkan... bahwa mereka jadi dokter kan untuk menolong orang, bukan sekedar cari uang hayo, ingat2 "sumpah dokter" waktu dilantik! Okay deh, begitu saja komentar saya... Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan dengan tulisan saya ini. best regards, Quinike --- [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan-rekan netter yang terhormat, kalo saya boleh usul utk meringankan beban Ibu Maimun, seandainya Ibu Maimun dan keluarga mau memperkarakan masalah ini ke pengadilan (krn banyak yang mengusulkan demikian) , alangkah baiknya rekan-rekan mau memberikan referensi pengacara atau LBH yang bisa membantu beban Ibu Maimun dan keluarga derita. Salam Teny __ Do You Yahoo!? Get email at your own domain with Yahoo! Mail. http://personal.mail.yahoo.com/ kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-Imbauan utk dokter
Pak Tayasmen, bisa kirim langsung ke MLDI, doctor-l, idai-ot, idi. Rasanya semua ada di yahoogroups tuh! rgds, Quinike --- Tayasmen Kaka [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau ada netter yang tahu egroupsnya para dokter, harap e-mail ini di forward: Halo Pak Ibu dokter ! Jasa anda memang kami butuhkan. Anda juga perlu uang untuk hidup. Tapi ya pikir-pikirlah jangan sembrono cari uang. Kalau anda tidak mampu untuk menghandel di banyak tempat, ya jangan serakah untuk cari uang kasih job untuk dokter yang muda-muda. masih banyak dokter-dokter muda yang butuh kerja. harap anda ingat, hukum alam pasti berlaku saat ini anda melalaikan nyawa manusia mungkin keluarga anda juga akan mengalaminya semoga tulisan ini menggugah anda __ Do You Yahoo!? Get email at your own domain with Yahoo! Mail. http://personal.mail.yahoo.com/ kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Turut berduka cita atas meninggalnya ananda Sitti Fadilla Dwi Bachri. Semoga diterima di sisi Allah swt. Dan kepada ibu sekeluarga diberi keteguhan dan ketaqwaan. -Original Message- From: maimun utami [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, March 22, 2001 12:53 PM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi pasien??) saya bilang
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Sabar aja ya Bu. Semoga menjadi tabungan Ibu di surga nanti. Amien. Abu Faqih - Original Message - From: maimun utami [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi pasien??) saya bilang kalo si adek matanya ngantuk tdk bisa
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Ibu Utami, Saya secara pribadi turut berduka cita sedalam-dalamnya untuk apa yang dialami oleh Ibu. Saya berdoa kiranya Tuhan yang Maha Adil Maha Kasih akan menguatkan dan menghibur Ibu sekeluarga dalam menghadapi ini. Tuhan memberkati Ibu dan Sekeluarga -Elida BS- -Original Message- From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Innalillahi wa inailaihi roji'un. Saya turut berduka cita, dan saya pun sedih sekali membacanya. Semoga ibu sekeluarga diberi ketabahan. Saya sangat setuju sekali dgn pendapat Bp. Taufan, hal ini saya rasa perlu agar tidak terjadi lagi dikemudian hari. Mungkin diantara netters ada yg paham hukum bagaimana untuk menangani kasus seperti ini atau mungkin ada netters dari IDI apakah harus mengambil sikap ? Memang kematian itu adalah takdir Allah tapi manusia diberi kesempatan untuk berusaha menyembuhkannya. -Original Message- From: Taufan Surana [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Kamis, 22.03.2001 13:29 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Buat Ibu Maimun, Innalillahi wa inailaihi roji'un. Saya turut berbela sungkawa.. dan meneteskan air mata membaca email Ibu Maimun. Sama dengan Ibu, saya sangat yakin akan takdir Allah. Tetapi, menurut saya, jangan dibiarkan kasus seperti ini berhenti disini hanya karena kita percaya takdir. Kita harus menuntut tanggung jawab dokter/RS ybs, supaya kasus seperti ini tidak terjadi lagi di masa yad, karena Ibu tahu bahwa kejadian ini adalah kelalaian dari pihak RS. Kalau saya bisa 'memaksa' Ibu, maka saya akan meminta Ibu utk menuntut hal ini ke pengadilan. Di negara2 maju seperti Jepang, dengan kejadian seperti ini polisi akan langsung menangkap dokter tsb, walaupun tanpa pengaduan dari orangtua. karena hal ini sudah diatur oleh UU. Sekian komentar dari saya, semoga Ibu dan keluarga tetap tabah. Taufan Surana ---Original Message--- From: maimun utami Date: 2001$BG/(B03$B7n(B22$BF|(B 14:45:37 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Buat Mba Maimun, yang tabah ya Mba.., Insya Allah Adek bahagia disana.., dan kalo Mba ikhlas, Insya Allah kelak dia yang akan melapangkan jalan Mba ke surga...Amin... Saya jadi takut ke dokter tsb, kok bisa ya, padahal setau saya dia orangnya baik, apa karena anak saya waktu ke dia itu cuma untuk imunisasi saja ya? sejak anak saya lahir sampai umur 1 tahun, dia di dsa yang diceritakan sama Mba Maimun.., jadi, kalo ke dsa dan RS juga musti ati2, pilih2, makanya..milis ini sangat baik untuk kita para orang tua... Sekali lagi, tabah ya Mba, semoga Adek mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT, Amin... Bessy BKC1176 Sulistina Gumilang wrote: Ass. Wr. Wb, Mbak Maimun saya turut berduka cita atas wafatnya ADEK tercinta Inna lilahi Wainailaihi rojiun, yang tambah ya mbak semoga ADEK pergi dengan damai dan tenang, amin. Menurut saya memang kebangetan yang terkenal bisa ceroboh begitu, apalagi ini urusan nyawa anak manusia kok ada ya dokter yang begitu, tapi kayaknya di MMC sering juga kejadian seperti itu waktu itu teman saya punya anak bayi yang baru lahir waktu itu memang dia periksain anaknya kesana yang jelas setelah dia datang ditanyain ini itu dan juga jaminan sampai akhirnya terlambat untuk periksa sikecil sampai akhirnya meninggal. Duh gemes banget dengernya sepertinya nyawa itu seolah-olah nggak ada artinya kecuali uang uang dan uang. Pokoknya untuk mbak Maimun yang tegar dan tabah aja atas ujian ini, salam untuk suami dan keluarga. Wass. Wr. Wb, Bunda Irsal Sarah kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
DH Ibu Maimun, Saya juga hanya bisa mengucapkan turut bela sungkawa dan berdo'a semoga ibu sekeluarga tabah dalam menghadapi musibah ini dan tak lupa semoga Putri ibu (Alm.) tenang di sisi NYA Amiin. Wassalam, Edi -- From: maimun utami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Reply To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:47 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
mbak, kami sekeluarga ikut berduka cita. Semoga keluarga yang ditinggalkan di beri ketabahan dan si adek tenang di pangkuanNya. Tia, mamanya Putri "maimun utami" [EMAIL PROTECTED] on 03/22/2001 12:47:46 PM Please respond to [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi pasien??) saya bilang kalo si adek matanya ngantuk
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Ibu, Saya mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya putri Ibu. Mintalah kekuatan dan penghiburan dari Allah dan percayalah bahwa Allah mempunyai rencana yang indah dibalik musibah ini. Saya juga pernah mengalami kehilangan putra pertama saya (umurnya 35 hari),di RS yang sama. Salam, Mamanya Sammy -- From: maimun utami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Reply To: [EMAIL PROTECTED] Sent: 22 Maret 2001 12:47 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Innalillahi wainnalillahi rojiun Ibu Maimun, saya keluarga turut belasungkawa atas berpulangnya buah hati tercinta kepangkuan illahi. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan hati dan iman serta buat alm Siadek semoga mendapat tempat yang layak disisiNya. Amin Regards, J U N A I D I PT. Caltex Pacific Indonesia IT CPP * (0761) 594255 E-Mail:[EMAIL PROTECTED] - Original Message - From: "maimun utami" [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Innalillahi wainna'ilaihi raajiun. Saya ikut belasungkawa atas meninggalnya buat hati Mba dan keluarga. Saya ikut sedih miris membaca kisah Mba. Mudah2an Adek mendapat tempat yg layak di sisi Allah SWT. Amin. Tabah dan merelakan Adek menemui Allah akan membuat Adek lebih Bahagia Mamanya Afif -Original Message- From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Innalillahi wa innailaihi roojiuun ibu, saya turut berduka atas meninggalnya pputra Ibu. Saya bisa merasakan kesedihan Ibu. Anak saya juga masih bayi (9 bulan). Semoga Ibu selalu tabah menghadapi ini. Amin. __ Do You Yahoo!? Get email at your own domain with Yahoo! Mail. http://personal.mail.yahoo.com/ kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Ibu Maimun Utami Yth. Assalamu'alaikum Wr Wb. Sedih sekali cerita ibu, dalam kesempatan ini saya turut berduka cita inna lillahi wainna ilaihi rojiun. Semoga ibu keluarga diberikan ketabahan dalam menerima musibah ini, dan semoga ibu dikarunia Adek lainnya, Insya Allah, aamien. Sekalian untuk netters yang lain. Hal yang sama juga pernah terjadi, saat keponakan saya 7 bln sakit dibawa ke RS. Agung Manggarai, tetapi pelayanannya tidak memuaskan dokter jaga berganti-ganti dan tiap dokter punya diagnosa lain-2 sementara perawat laki-2 dan perempuan bercanda-canda. Keponakan saya diberi oksigen murni sampai perutnya kembung dan matanya melek saja. oleh perawat disana mata keponakan saya disuruh ditutupi kapas, yang sampai akhirnya meninggal. Ibu... saya sedih dan sakit hati dengan RS Agung. Pada saat itu ingin rasanya menulis di surat pembaca, tapi tidak jadi. Mudah-mudahan dengan surat ini para dokter dan perawat dapat lebih mengerti dan memahami bahwa nyawa itu lebih penting daripada uang, uang dan uang. Mohon maaf bila ada yang tersinggung walaupun bagaimana uang memang perlu sebagai alat tukar pembayaran tetapi hidup ini hanya sebentar janganlah terlalu komersial dan mengejar materi. Sekian dulu Ibu Maimun dan netters lain, oh ya Ibu Maimun adik saya setelah kehilangan anaknya di RS Agung satu tahun kemudian punya anak lagi. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. -Original Message- From: maimun utami [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, March 22, 2001 1:01 PM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari.
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Innalillahi wainna ilaihi rojiuun, saya turut berduka cita atas meninggalnya putri ibu, semoga Allah SWT memberikan ketabahan dan kesabaran kepada ibu dan seluruh keluarga Amin .. Alfian L Telp. : 62-770-612156 62-770-611855 ext. 421 Fax. : 62-770-611878 e-mail : [EMAIL PROTECTED] kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
[balita-anda] Re: [[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC]
Innalillahi waina ilaihi rojiun, semoga Ibu dan keluarga diberikan ketabahan. Adek sudah bahagia disisi Allah semoga menjadi penerang jalan bagi kedua orangtuanya. "maimun utami" [EMAIL PROTECTED] wrote: Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi pasien??) saya bilang kalo si adek matanya ngantuk tdk bisa tidur, dia lihat trus dia bilang kalo' matanya adek itu
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMCInnalilahi wa innailaihi rojiun Saya turut berduka cita atas musibah yang menimpa Ibu Utami keluarga, Semoga ibu sekeluarga diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menerima cobaan ini. Awan/Calon Ayah - Original Message - From: Syah, Tengku Abdilah To: [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 1:42 PM Subject: RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC innalillahi wainnalillahi rojiun saya turut berdukacita atas musibah yg menimpa ibu utami keluarga. Semoga selalu sabar menghadapinya. Dan u/ kita semua, dapat mengambil hikmahnya dari cerita ibu utami. Begitu juga u/ para dokter dan pihak rumah sakit. Abinya Rahma. -Original Message- From: maimun utami [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Saya turut berduka cita yach Mba ... Mudah-mudahan Mba' keluarga diberi ketabahan yang kuat dari Allah SWT dan semoga Adek pergi dengan tenang disisinya ..Amien. - Bundanya Thiza - -- From: maimun utami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Reply To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:47 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Buat Ibu Maimun, Innalillahi wa inailaihi roji'un. Saya turut berduka cita atas meninggalkan putri ibu (adek) semoga ibu diberi ketabahan dan kesabaran atas duka tersebut demikian juga untuk rekan-rekan sekalian jangan sampai terjadi peristiwa adek-adek yang lain. Wass. Judi Undip kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Dear Mbak Maimun sekeluarga, Saya turut berduka cita atas meninggalnya putra tercinta anda, semoga anda sekeluarga diberikan ketabahan oleh Allah SWT. terimakasih, ade -Original Message- From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek (bukankah ini
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Ibu Maimun, Saya mengucapkan turut berduka cita atas musibah yang ibu alami. Semoga Ibu dan keluarga tabah menghadapi cobaan ini, semoga Putri Ibu damai dan bahagia di sisiNya. Edi Hartono wrote: DH Ibu Maimun, Saya juga hanya bisa mengucapkan turut bela sungkawa dan berdo'a semoga ibu sekeluarga tabah dalam menghadapi musibah ini dan tak lupa semoga Putri ibu (Alm.) tenang di sisi NYA Amiin. Wassalam, Edi -- From: maimun utami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Reply To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:47 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Innalillahi wa innailaihi rojiuun... saya turut berbelasungkawa atas ujian yang ibu terima. Semoga Allah SWT tetap memperkuat iman ibu maimun sekeluarga dan semoga Alm Adek diterima disisi-Nya dengan tenang. yayat supriatna -Original Message- From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Ibu, saya juga ikut sedih baca cerita mengenai anak ibu. Saya membayangkan, kalau hal ini terjadi sama saya, saya bakalan sedih sekali dan rasanya mau menggantikan posisi anak saya yang sakit. Tapi walau bagaimanapun, ini pasti kehendak Allah SWT, Segala sesuatu yang berasal dari-Nya akan kembali pada-Nya. Anak adalah titipan Allah dan saya pikir ibu saya menjaga titipan itu baik-baik. Semoga ibu dan keluarga tabah menghadapi cobaan ini. Amien. salam rita --- "maimun utami" [EMAIL PROTECTED] wrote: Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Title: RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC innalillahi wainnalillahi rojiun saya turut berdukacita atas musibah yg menimpa ibu utami keluarga. Semoga selalu sabar menghadapinya. Dan u/ kita semua, dapat mengambil hikmahnya dari cerita ibu utami. Begitu juga u/ para dokter dan pihak rumah sakit. Abinya Rahma. -Original Message- From: maimun utami [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang
re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
assalamualaikum wr wb innalillahi wainnailaihi roji,un ... semoga arwah anak ibu di terima di sisi alloh swt amiin dan yang di tinggalkan mendapat ketabahan... bapak .. faiza alfiyya rachmani kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Saya mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya putri Ibu. Innalillahi wa inna ilaihi raji'uun. Terima kasih atas sharing ibu. Banyak pelajaran yang bisa saya ambil dan juga memicu berbagai pertanyaan dalam diri saya. Masalah seperti ini sudah sering kali terjadi. Menurut saya, bukan hanya masalah manajemen rumah sakitnya, tapi yang lebih penting adalah kualitas sumber daya manusianya. Kapasitas maupun attitude-nya masih sangat memprihatinkan. Jangankan menghadapi makhluk hidup yang unik, menghadapi benda mati saja diperlukan ketelitian dan kualitas sumber daya manusia yang memadai. Sedangkan di negeri kita ini, khususnya untuk perawat...menurut pengamatan saya masih sangat memprihatinkan. Saya tidak tahu persis untuk daerah jakarta, tapi di daerah saya, kondisinya masih sangat memprihatinkan. Yang mendaftar masuk SPK adalah siswa yang tidak diterima di sekolah lainlalu untuk diterima di sana dan lulus dari sana, uang lebih banyak berbicara. Fasilitas seadanya dan juga pengajar yang seadanya. Saya tidak yakin dengan input dan proses yang demikian akan menghasilkan output yang bisa dikategorikan punya kapasitas standar untuk men-treat manusia. Saya sendiri sering ngeri membayangkan anak saya dirawat oleh salah seorang yang seperti mereka. Saya tidak punya cara untuk mengetahui kapasitas mereka. Saya hanya bisa berdoa semoga saya diberikan yang terbaik. Memang profesi ini sangatlah tidak mudah. Diperlukan kapasitas dan keikhlasan yang luar biasa. Karena itu saya sangat kagum pada mereka yang berdedikasi penuh dalam bidang ini. Semoga dimasa yang akan datang kejadian seperti yang dialami Ibu Maimun tidak terjadi lagi. salam, Bunda Gaiea *** REPLY SEPARATOR *** On 3/22/01 at 5:47 AM maimun utami wrote: Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Innalillahi wainna'ilaihi raajiun. Saya dan keluarga ikut belasungkawa atas meninggalnya buah hati mbak. Semoga Adek mendapat tempat yang indah dan mulia di sisi Allah SWT, dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan,kesabaran dalam Iman dan Takwa. Joko Bapaknya Irfan -Original Message- From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Ibu Maimum Utami, saya turut berduka cita atas dipanggilnya nanda Sitti Fadilla Dwi Bachri. Semoga Ibu beserta keluarga diberi ketabahan dan kekuatan menghadapi cobaan ini. Yakinlah bahwa nanda Sitti Fadilla Dwi Bachri sudah mendapat tempat yang terbaik disisiNya. mama Davi -Original Message- From: maimun utami [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, March 22, 2001 12:55 PM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Buat Ibu Maimun, Innalillahi wa inailaihi roji'un. Saya juga turut berbela sungkawa, semoga Ibu keluarga diberi ketabahan . nur --- Taufan Surana [EMAIL PROTECTED] wrote: Buat Ibu Maimun, Innalillahi wa inailaihi roji'un. Saya turut berbela sungkawa.. dan meneteskan air mata membaca email Ibu Maimun. Sama dengan Ibu, saya sangat yakin akan takdir Allah. Tetapi, menurut saya, jangan dibiarkan kasus seperti ini berhenti disini hanya karena kita percaya takdir. Kita harus menuntut tanggung jawab dokter/RS ybs, supaya kasus seperti ini tidak terjadi lagi di masa yad, karena Ibu tahu bahwa kejadian ini adalah kelalaian dari pihak RS. Kalau saya bisa 'memaksa' Ibu, maka saya akan meminta Ibu utk menuntut hal ini ke pengadilan. Di negara2 maju seperti Jepang, dengan kejadian seperti ini polisi akan langsung menangkap dokter tsb, walaupun tanpa pengaduan dari orangtua. karena hal ini sudah diatur oleh UU. Sekian komentar dari saya, semoga Ibu dan keluarga tetap tabah. Taufan Surana ---Original Message--- From: maimun utami Date: 2001”N03ŒŽ22“ú 14:45:37 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Saya juga mengucapkan belasungkawa yg sedalam-dalamnya. Insya Allah arwah Adek sudah tenang diterima disisiNya. Semoga Ibu dan keluarga diberikan ketabahan. Saya juga punya anak masih bayi (7 bln), terima kasih untuk kesediaan Ibu menceritakan pengalaman yg Ibu alami, walau saya tau hal ini sangat berat bagi Ibu. Tetapi semuanya akan menjadi pelajaran yg sangat berarti bagi kami. Salam, Menik -Original Message- From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya
Hello netters, Saya turut berbela sungkawa dengan musibah yang Ibu Maimun dapatkan, dan saya hanya bisa ucapkan "Sesungguhnya Semuanya adalah milik Allah dan semuanya akan kembali kepada Allah ...". Saya salut dengan ketegaran dan ketabahan serta ketakwaan Ibu Maimun sekeluarga dan mudah-mudahan Allah akan lebih memberikan ganjaran dan pahala atas musibah dan semua keutamaan itu. Saya sungguh sedih dan menangis didepan PC saya walaupun saya berada di Kantor, Saya tidak bisa membayangkan jika semua terjadi pada saya dan saat ini saya mempunyai bayi berusia 3 bulan oleh karena itu saya sangat berbela sungkawa dan memohon kepada Allah agar kejadian ini dapat kita ambil hikmahnya terutama buat Praktisi-praktisi hukum ataupun kesehatan dalam menyikapi dan menindaklanjuti kasus ini terutama sekali buat RS. MMC agar secara responsif menanggapi dan bertanggung jawab atas kasus ini. Dan secara pribadi saya mendukung jika RS. MMC serta seluruh petugas yang bertugas saat itu terutama para Dokter nya diajukan untuk di gugat ke Pengadilan dan di laporkan ke IDI, YLKI agar kasus ini tidak terjadi lagi. Atau bisa juga Ibu Maimun kirimkan email ibu ke berbagai media, baik surat kabar cetak atau online maupun radio-radio sehingga hal ini bisa menjadi hikmah buat semua orang dan menjadi pelajaran buat RS-RS di Indonesia, agar mereka sadar bahwa keselamatan dan kesehatan adalah yang paling utama dibandingkan dengan DUIT . Friday, March 23, 2001, 9:47:43 PM, you wrote: biac Sungguh saya merasa teriris melihat kesedihan Ibu Maimun yang harus melihat biac bagaimana anaknya berjuang melawan maut sementara tindakan medis dokter dan perawat biac RS.MMC begitu lambannya. biac Akal sehat saya mungkin tidak akan saya pakai kalau saya ada di sebelah anak ibu, biac mungkin satu dua tonjokkan barangkali bisa membangunkan kesadaran dari dokter dan biac perawat di sana. biac Saya kadang juga sedih denger ada RS yang sangat mengutamakan uang daripada nyawa. biac Di Bandung saya denger ada salah satu RS yang minta uang muka dulu apabila mau biac dirawat ,kaya penginapan saja. biac Apa RS.MMC ini juga karna faktor uang juga ya yang menyebabkan dokter dan perawat biac merasa ogah-ogahan dalam menangani pasien. Atau memang (maaf) tolol saja mereka. biac Memang kalau dikembalikan lagi semuanya karna Takdir, tapi tindakan dokter dan biac perawat yang begitu lamban itu patut amat sangat sangat disayangkan. biac Maaf Pak Ruddy , "Rudy Sutadi, MD" [EMAIL PROTECTED](salah seorang dokter yang biac jadi member di milis ini) bisa ndak anda melaporkan peristiwa seperti yang di alami biac ibu Maimun itu ke IDI. Paling tidak pelayanan RS MMC terhadap seorang pasien bisa biac berubah -- Best regards, C.mailto:[EMAIL PROTECTED] kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
turut berduka cita atas meninggalnya putri tercinta. Salam Ida -Original Message- From: maimun utami [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, March 22, 2001 12:51 PM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi pasien??) saya bilang kalo si adek matanya ngantuk tdk bisa tidur, dia lihat trus dia bilang kalo' matanya adek itu bukan
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Saya dan keluarga turut berduka cita atas meninggalnya Sitti Fadilla. Semoga diberikan kekuatan dan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan. Wassalam, Dewi -Original Message- From: Ida [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Friday, March 23, 2001 9:41 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC turut berduka cita atas meninggalnya putri tercinta. Salam Ida -Original Message- From: maimun utami [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, March 22, 2001 12:51 PM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya
Saya juga ikut berbela sungkawa dengan musibah yang Ibu Maimun alami. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah berobat ke MMC (spesialis THT) dengan pertimbangan lokasinya dekat kantor. Waktu itu dokternya belum datang walaupun sudah lewat jam yang ditentukan. Begitu dokter datang, saya yang berada di urutan pertama ternyata tidak dipanggil padahal berada di sekitar ruang tunggu yang sangat dekat sehingga saya pasti tahu kalau nama saya dipanggil. Saya tidak tahu bagaimana caranya tapi orang lain sudah masuk di ruang dokter tsb. Saya complain ke susternya tapi tanpa penjelasan dan minta maaf, dia meminta saya menunggu lagi. Tentu saja saya menolak hal itu dan saya bermaksud complain ke management-nya. Saya tidak berhasil menemui manager-nya dan saya tidak ingat kenapa (kalau tidak salah dikatakan tidak ada di tempat). Jadi saya ingin tulis complain saja, tapi ternyata kotak saran-nya tidak ada kuncinya. Pada saat itu yang bisa saya lakukan hanya segera meninggalkan RS tsb dan berjanji tidak akan datang lagi untuk saya dan keluarga saya. Saya juga mendengar banyak complain yang jauh lebih serius seperti yang dialami Ibu Maimun mengenai RS ini. Saya ambil kesimpulan bahwa kesalahan ada di pihak Management. Salah satu indikator yang sangat jelas adalah tidak adanya jalur komunikasi (yang terjamin aman) antara pasien (customer) dengan Management. "C. Wahyono" wrote: Hello netters, Saya turut berbela sungkawa dengan musibah yang Ibu Maimun dapatkan, dan saya hanya bisa ucapkan "Sesungguhnya Semuanya adalah milik Allah dan semuanya akan kembali kepada Allah ...". Saya salut dengan ketegaran dan ketabahan serta ketakwaan Ibu Maimun sekeluarga dan mudah-mudahan Allah akan lebih memberikan ganjaran dan pahala atas musibah dan semua keutamaan itu. Saya sungguh sedih dan menangis didepan PC saya walaupun saya berada di Kantor, Saya tidak bisa membayangkan jika semua terjadi pada saya dan saat ini saya mempunyai bayi berusia 3 bulan oleh karena itu saya sangat berbela sungkawa dan memohon kepada Allah agar kejadian ini dapat kita ambil hikmahnya terutama buat Praktisi-praktisi hukum ataupun kesehatan dalam menyikapi dan menindaklanjuti kasus ini terutama sekali buat RS. MMC agar secara responsif menanggapi dan bertanggung jawab atas kasus ini. Dan secara pribadi saya mendukung jika RS. MMC serta seluruh petugas yang bertugas saat itu terutama para Dokter nya diajukan untuk di gugat ke Pengadilan dan di laporkan ke IDI, YLKI agar kasus ini tidak terjadi lagi. Atau bisa juga Ibu Maimun kirimkan email ibu ke berbagai media, baik surat kabar cetak atau online maupun radio-radio sehingga hal ini bisa menjadi hikmah buat semua orang dan menjadi pelajaran buat RS-RS di Indonesia, agar mereka sadar bahwa keselamatan dan kesehatan adalah yang paling utama dibandingkan dengan DUIT . kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Kami sekeluarga mengucapkan rasa belasungkawa yang sedalam-dalamnya, semoga arwah Adek diterima disisiNYA, dan dia pasti bahagia disana.., innalillahi wainnalillahi rojiun. Mari kita kembalikan kepada KekuasaanNya..., Tentunya ada baiknya kita memetik dari pelajaran yang paling berharga ini , yaitu..., 1. Pilih dan carilah DSA yang tepat dan cocok untuk anak kita, mulai dari lahir sampai dia melewati masa balita.., kalau tidak terpaksa jangan berganti-ganti dokter dan rumah sakit, apalagai pada saat gawat darurat.., ada baiknya kita memakai rumah sakit yang menyimpan medical record anak kita.dengan baik. 2. Memilih dokter yang baik berdasarkan referensi dari teman, rekan, saudara sangat penting..Perlu disadari tidak semua dokter memiliki orientasi kemanusiaan, hanya satu- dua, kebanyakan dari mereka lebih cenderung Money Oriented..., Saya punya teman kuliah dikedokteran, sekarang sedang mengambil spesialisasi anak.., motivasi dia bukan karena di suka anak-anak tapi karena Sp. Anak adalah salah satu lahan paling basah dan menguntungkan di dunia kedokteran !. Nggak tau..mau jadi apa dunia kedokteran kita.. 3.Rumah sakit mahal bukan berarti selalu memberi pelayanan yang baik..,saya sendiri lebih cenderung memilih RS yang dikelola oleh yayasan sosial/kemanusiaan, yang bukan profit oriented.., spt RS Islam, RS Haji, St Carolus, RS Ibu dan Anak, dan sejenisnya... Wawan - Original Message - From: "maimun utami" [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Saya turut mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Rifqi A (papanya Thia) __ Reply Separator _ Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Author: [EMAIL PROTECTED] at Internet Date:22/03/2001 6:50 AM Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi pasien??) saya bilang
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Saya turut menyampaikan bela sungkawa atas kepergian bidadari kecil ibu. Insya Allah jika ibu sabar dan tabah dalam menghadapinya, bidadari kecil ibu akan menjemput ibu di pintu surga, semoga. M Amin Yusuf 321-361552 Ext. 4293 V-Team Dept. kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Untuk Ibu Maimun, Innalillahi wainna ilaihi raji'un. Semoga anda dan keluarga diberiNya kekuatan dalam menghadapi cobaan. Salam Bunda Fajar -Original Message- From: nur ismurrochmah [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Friday, March 23, 2001 8:57 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Buat Ibu Maimun, Innalillahi wa inailaihi roji'un. Saya juga turut berbela sungkawa, semoga Ibu keluarga diberi ketabahan . nur --- Taufan Surana [EMAIL PROTECTED] wrote: Buat Ibu Maimun, Innalillahi wa inailaihi roji'un. Saya turut berbela sungkawa.. dan meneteskan air mata membaca email Ibu Maimun. Sama dengan Ibu, saya sangat yakin akan takdir Allah. Tetapi, menurut saya, jangan dibiarkan kasus seperti ini berhenti disini hanya karena kita percaya takdir. Kita harus menuntut tanggung jawab dokter/RS ybs, supaya kasus seperti ini tidak terjadi lagi di masa yad, karena Ibu tahu bahwa kejadian ini adalah kelalaian dari pihak RS. Kalau saya bisa 'memaksa' Ibu, maka saya akan meminta Ibu utk menuntut hal ini ke pengadilan. Di negara2 maju seperti Jepang, dengan kejadian seperti ini polisi akan langsung menangkap dokter tsb, walaupun tanpa pengaduan dari orangtua. karena hal ini sudah diatur oleh UU. Sekian komentar dari saya, semoga Ibu dan keluarga tetap tabah. Taufan Surana ---Original Message--- From: maimun utami Date: 2001"N03OEZ22" 14:45:37 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-
Rekan-rekan netter yang terhormat, kalo saya boleh usul utk meringankan beban Ibu Maimun, seandainya Ibu Maimun dan keluarga mau memperkarakan masalah ini ke pengadilan (krn banyak yang mengusulkan demikian) , alangkah baiknya rekan-rekan mau memberikan referensi pengacara atau LBH yang bisa membantu beban Ibu Maimun dan keluarga derita. Salam Teny kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Innalillahi wainna'ilaihi raajiun. Saya turut bela sungkawa atas meninggalnya anak ibu, semoga ibu dan keluarga tabah menghadapi semuanya. Mungkin Allah swt lebih tahu mana yang terbaik dan ibu harus yakin dia akan lebih damai dan bahagia di sisi Allah swt. wassalam Mama haza -Original Message- From: Rita,SatriaJKEMS [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 3:04 PM To: '[EMAIL PROTECTED]' Subject: RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Innalillahi wainna'ilaihi raajiun. Saya ikut belasungkawa atas meninggalnya buat hati Mba dan keluarga. Saya ikut sedih miris membaca kisah Mba. Mudah2an Adek mendapat tempat yg layak di sisi Allah SWT. Amin. Tabah dan merelakan Adek menemui Allah akan membuat Adek lebih Bahagia Mamanya Afif -Original Message- From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Title: RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Untuk yang kesekian kali terjadi lagi hal seperti ini Teman-teman di YLKI bagaimana tanggapannya.. -Original Message- From: Menik Dyah Ayu W [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: 23 Maret 2001 9:12 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Saya juga mengucapkan belasungkawa yg sedalam-dalamnya. Insya Allah arwah Adek sudah tenang diterima disisiNya. Semoga Ibu dan keluarga diberikan ketabahan. Saya juga punya anak masih bayi (7 bln), terima kasih untuk kesediaan Ibu menceritakan pengalaman yg Ibu alami, walau saya tau hal ini sangat berat bagi Ibu. Tetapi semuanya akan menjadi pelajaran yg sangat berarti bagi kami. Salam, Menik -Original Message- From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Saya turut berduka cita dengan kepulangan putri ibu. Semoga ibu dan keluarga diberi ketabahan dan kesabaran oleh Allah SWT. Salam Dina - Original Message - From: "maimun utami" [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek (bukankah ini seharusnya tugas
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Saya mengucapkan turut berduka cita Bu, Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan Amin Mama Donna - Original Message - From: maimun utami [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi pasien??) saya bilang kalo
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Ibu Maimun, Saya turut berduka cita semoga putri ibu dapat menempati surga. Amiin. Salam Eva Mamanya Adit Tia. -Original Message- From: maimun utami [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: 22 Maret 2001 12:48 To: [EMAIL PROTECTED] Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
dear ibu utami, saya ikut belasungkawa dan berduka cita yang sedalam2nya atas musibah yang ibu alami, semoga ibu diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapinya dan tanpa bermaksud mengambil untung dari musibah yang ibu alami, untuk rekan2 semua dapat memetik pelajaran yang amat sangat berharga wass ade - Original Message - From: maimun utami [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Buat Ibu Maimun, Innalillahi wa inailaihi roji'un. Saya turut berbela sungkawa.. dan meneteskan air mata membaca email Ibu Maimun. Sama dengan Ibu, saya sangat yakin akan takdir Allah. Tetapi, menurut saya, jangan dibiarkan kasus seperti ini berhenti disini hanya karena kita percaya takdir. Kita harus menuntut tanggung jawab dokter/RS ybs, supaya kasus seperti ini tidak terjadi lagi di masa yad, karena Ibu tahu bahwa kejadian ini adalah kelalaian dari pihak RS. Kalau saya bisa 'memaksa' Ibu, maka saya akan meminta Ibu utk menuntut hal ini ke pengadilan. Di negara2 maju seperti Jepang, dengan kejadian seperti ini polisi akan langsung menangkap dokter tsb, walaupun tanpa pengaduan dari orangtua. karena hal ini sudah diatur oleh UU. Sekian komentar dari saya, semoga Ibu dan keluarga tetap tabah. Taufan Surana ---Original Message--- From: maimun utami Date: 2001”N03ŒŽ22“ú 14:45:37 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua.Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba.2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Innalillahi wainna'ilaihi raajiun. Saya ikut belasungkawa atas meninggalnya buat hati Mba . Saya ikut sedih miris membaca kisah Mba. Mudah2an Adek mendapat tempat yg layak di sisi Allah SWT. Amin. Ibunda Fawwaz -Original Message- From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
mbak, kami sekeluarga ikut berduka cita. Semoga keluarga yang ditinggalkan di beri ketabahan dan si adek tenang di pangkuanNya. - l i t a - kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Dear Rekan Maimun Utami, Saya turut berduka cita yang sedalam-dalamnya dan saya doakan semoga arwah almarhumah dapat langsung diterima di sisi AllAh SWT amiiin yaa robal alamiiin.. Kalau boleh berkomentar, seringkali hak-hak pasien di R.S. untuk mendapatkan pertolongan pertama (secepatnya) dikalahkan (atau sengaja tidak diberikan) oleh dokter dan para medis yang memang berkewajiban harus bertindak sesegera MUNGKIN dengan dalih apapun, dan kita hanya bisa "pasrah" dengan kelakuan dan sikap mereka. Sangat menjengkelkan sekali melihat mereka itu!!! Apalagi kalau dilihatnya pasien tsb tidak "ber-uang banyak dan tidak menguntungkan" bagi R.S. mereka, wah-wah-wah-, maka semakin "angkuh" lah mereka semuanya. Saya sangat berharap dan berdoa agar kelakuan dan sifat-sifat "minus" dari dokter dan para medis tsb dapat segera berubah dan selalu berorientasi untuk menyelamatkan nyawa manusia siapapun pasiennya. Mohon ma'af bagi para dokter dan para medis yang telah berbakti dengan sepenuh jiwa dalam bertugas dan semoga dapat menjadi teladan bagi yang lainnya. Sekali lagi mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Wassalam, -Original Message- From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Maaf (bukan bermaksud tidak hormat terhadap yang sudah senior di melis ini) tapi kalau boleh ucapan bela sungkawanya ke email pribadi saja yaitu : [EMAIL PROTECTED] jangan ke melis... Trimka, Rini -Original Message- From: Yudhiawati/BMS [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 1:26 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC dear ibu utami, saya ikut belasungkawa dan berduka cita yang sedalam2nya atas musibah yang ibu alami, semoga ibu diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapinya dan tanpa bermaksud mengambil untung dari musibah yang ibu alami, untuk rekan2 semua dapat memetik pelajaran yang amat sangat berharga wass ade - Original Message - From: maimun utami [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Innalillahi wainnalillahi rojiun, saya turut berduka cita sedalam-dalamnya atas kepergian putri kecil Ibu, Semoga Allah memberikan tempat terbaik bagi Putri ibu, bagi yang ditinggalkan semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini, memang sangat berat yang ibu rasakan, saya pun sebagai seorang ibu bisa ikut merasakannya. Wasalam, Ibunya Awanis -Original Message- From: maimun utami [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
...ibu maimun..., saya ikut merasakan kesedihan ibu..., kami sekeluarga 'ikut berduka cita atas meninggalnya putri tercintanya" semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan lahir dan batin..amiin. - Original Message - From: "maimun utami" [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
saya hampir2 tidak kuat membaca surat ini.. saya hanya bisa mengucapkan rasa turut berduka cita yang mendalam atas musibah yang menimpa keluarga ibu.. semoga adek bahagia disisiNya dan ibu serta keluarga tabah menghadapi cobaan ini.. Amiien. Nancy E. Sulistyo On Thursday, March 22, 2001 1:48 AM, [EMAIL PROTECTED] [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] wrote: Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Innalillahi wainnalillahi rojiun. Saya turut berduka cita atas berpulangnya ananda Sitti Fadilla Dwi Bachri. Ini semua memang sudah kehendak Illahi. Anak hanyalah titipan untuk kita. Kasus-kasus atas tindakan rumah sakit baik dokter maupun suster yang lakukan kadang-kadang memang diluar dugaan kita. Setiap orang tua selalu mengharapkan tindakan yang tulus dari seorang dokter ataupun suster pada saat anak kita harus di rawat. Saya juga punya pengalaman yang tidak mengenakkan pada saat anak saya Alissa sakit di usia 3 bulan. (Alhamdulillah sekarang Alissa sehat). Melihat tindakan-tindakan yang tidak semestinya membuat saya selalu kecewa saat anak saya sakit, tetapi saya selalu meminta kepada Yang Kuasa untuk di berikan kemudahan dan kesabaran. Alhamdulillah, Allah masih mempercayai saya untuk merawat Alissa. Beruntung saya dan suami memiliki cukup pengetahuan di bidang medis sehingga bisa ada komunikasi timbal balik (tidak di buat semena-mena) sehingga rasanya yang tidak perlu masih berani kami komentari dengan alasan yang kuat dan yang rasanya harus dilakukan kami minta meskipun memakan biaya yang tinggi, tapi demi si buah hati kami ikhlas. Terima kasih untuk meceritakan pengalaman ibu ini kepada kami. Ibu jangan sedih lagi, biarkanlah semuanya berlalu. Sitti Fadilla tetap melemparkan senyum manisnya untuk Ibu dari sorga. Maria Nasrun Strategic Exploration Team Room 701 Ph: 62-761-592240 Fax: 62-761-592240 e-mail:[EMAIL PROTECTED] -- From: maimun utami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Reply To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:47 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
mBak Maimun Utami Yth. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun. Turut berbela sungkawa atas meninggalnya putri mBak. Semoga Allah SWT memberi ketabahan kepada mBak sekeluarga. InsyaAllah- mBak sekeluarga kelak akan dikaruniai-NYA putra-putri lain yang sehat dan saleh/salehah. Amin. -- From: maimun utami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Reply To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:47 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Ibu, saya merasakan kepedihan Ibu, berharaplah pada Allah, mintalah penghiburan padaNya. Karena hanya didalam Dia ada pengharapan dan sumber kekuatan. saya turut berdukcita. Gby, Catrien "maimun utami" immud@hotmail To: [EMAIL PROTECTED] .comcc: Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. 03/22/01 12:47MMC PM Please respond to balita-anda Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
tanpa sadar air mata saya menetes waktu membaca surat Ibu. Inalillahi wa inaillaihi rojiun saya turut berduka cita dengan kepergian Adek. Yang tabah ya Bu ... sepertinya Allah sangat menyayangi Adek, melebihi siapapun di dunia ini yang juga sangat menyayanginya. mamanya Nadira -Original Message- From: maimun utami [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!)
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Ibu Maimun, saya turut berduka cita, semoga ibu sekeluarga di beri ketabahan. saya ada pertanyaan, apa setelah itu ibu berdiskusi dg dokter lain? maksud saya, apakah terus terungkap sebenarnya apa yg terjadi? sakit apa si adek? apa benar hanya flu biasa? saya setuju dg pak Taufan, untuk melanjutkan ke pengadilan.. Dini - Original Message - From: "Taufan Surana" [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 22, 2001 1:29 PM Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Buat Ibu Maimun, Innalillahi wa inailaihi roji'un. Saya turut berbela sungkawa.. dan meneteskan air mata membaca email Ibu Maimun. Sama dengan Ibu, saya sangat yakin akan takdir Allah. Tetapi, menurut saya, jangan dibiarkan kasus seperti ini berhenti disini hanya karena kita percaya takdir. Kita harus menuntut tanggung jawab dokter/RS ybs, supaya kasus seperti ini tidak terjadi lagi di masa yad, karena Ibu tahu bahwa kejadian ini adalah kelalaian dari pihak RS. Kalau saya bisa 'memaksa' Ibu, maka saya akan meminta Ibu utk menuntut hal ini ke pengadilan. Di negara2 maju seperti Jepang, dengan kejadian seperti ini polisi akan langsung menangkap dokter tsb, walaupun tanpa pengaduan dari orangtua. karena hal ini sudah diatur oleh UU. Sekian komentar dari saya, semoga Ibu dan keluarga tetap tabah. Taufan Surana ---Original Message--- From: maimun utami Date: 2001 $BG/ (B03 $B7n (B22 $BF| (B 14:45:37 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau ok
Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Ass. Wr. Wb, Mbak Maimun saya turut berduka cita atas wafatnya ADEK tercinta Inna lilahi Wainailaihi rojiun, yang tambah ya mbak semoga ADEK pergi dengan damai dan tenang, amin. Menurut saya memang kebangetan yang terkenal bisa ceroboh begitu, apalagi ini urusan nyawa anak manusia kok ada ya dokter yang begitu, tapi kayaknya di MMC sering juga kejadian seperti itu waktu itu teman saya punya anak bayi yang baru lahir waktu itu memang dia periksain anaknya kesana yang jelas setelah dia datang ditanyain ini itu dan juga jaminan sampai akhirnya terlambat untuk periksa sikecil sampai akhirnya meninggal. Duh gemes banget dengernya sepertinya nyawa itu seolah-olah nggak ada artinya kecuali uang uang dan uang. Pokoknya untuk mbak Maimun yang tegar dan tabah aja atas ujian ini, salam untuk suami dan keluarga. Wass. Wr. Wb, Bunda Irsal Sarah kirim bunga, pesan cake balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED] Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Inalillahi wainnalillahi rajiun, semoga adek ditempatkan-Nya ditempat yang layak dan semoga 'Ba sekeluarga diberikan-Nya ketabahan Amin Wassalam RiANa -Original Message- From: maimun utami [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada netter semua. Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba. 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr suster yg jaga lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak panggil suster DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA siapa? karena saya suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama suster dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan adek bisa tidur walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh difoto) juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya beberapakali panggil dr jaga bertanya kenapa tangan kakinya dingin sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya juga bertanya kapan mau difoto dites darah, setelah ditanya baru ada tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak dapat petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat dia juga lgs ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) dia juga pegang tangan kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat