RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC/Sama dgnKeponakanku

2001-03-28 Terurut Topik anastasia . esti


u/ kel.Maimun, ikut berduka cita atas meninggal adek  ponakannya mba
diah... saya juga rekan2 disini juga sangat trenyuh  heran, kenapa masih
ada DSA yg begitu ceroboh  tdk bertanggung jawab spt mereka ya? apa mereka
ngga pernah punya keluarga yg  punya anak bayi ?
Saya setuju sekali kalo kel. Maimun menuntut secara hukum RS.MMC itu.
meskipun kita tau, adek ngga mungkin kembali, tp itu pelajaran lha u/ DSA 
suster2nya yg suka sok tau a/ malah males? seandainya musibah itu terjadi
di kel. mereka baru kerasa kali ya...

aduh sorry bukannya ngomporin yg ngga bener ya...emosi soalnya sama 2 punya
anak bayi yg punya penyakit sesek juga.mudah2an ngga pernah ketemu deh ama
DSA  suster model di MMC gitu.

Esti
mamanya Novena Nadia




"Patria, Diah"

diah.patria@guiTo:
"'[EMAIL PROTECTED]'"
nness.com  [EMAIL PROTECTED]

cc:

28/03/01 09:42  Subject: RE: [balita-anda]
Anakku
AM  meninggal di RS. MMC/Sama
dgnKeponakanku
Please respond

to balita-anda






Bu...ikut belasungkawa ya, hal ini juga menimpa keponakan saya M. Ryan 3
bulan kurang satu hari yang meninggal hari senin 26 Maret2001 di RS Harapan
Bunda Kramat Jati dengan kasus sama dan dokternya pada hari Sabtu malah
tidak menyarankan agar Ryan diopname, Senin Pkl 3 dini hari Ryan berpulang
ke RahmatullahInalillahi Wa Ina Illaihi Rojiun

Salam
Bundanya Sulthan

**
This email and any files transmitted with it are confidential and
intended solely for the use of the individual or entity to whom they
are addressed. If you have received this email in error please notify
the system manager.

This footnote also confirms that this email message has been swept by
MIMEsweeper for the presence of computer viruses.

www.mimesweeper.com
**

 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik,
http://www.indokado.com
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



























 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC/Sama dgnKeponakanku

2001-03-27 Terurut Topik Patria, Diah

Bu...ikut belasungkawa ya, hal ini juga menimpa keponakan saya M. Ryan 3
bulan kurang satu hari yang meninggal hari senin 26 Maret2001 di RS Harapan
Bunda Kramat Jati dengan kasus sama dan dokternya pada hari Sabtu malah
tidak menyarankan agar Ryan diopname, Senin Pkl 3 dini hari Ryan berpulang
ke RahmatullahInalillahi Wa Ina Illaihi Rojiun

Salam
Bundanya Sulthan

**
This email and any files transmitted with it are confidential and 
intended solely for the use of the individual or entity to whom they   
are addressed. If you have received this email in error please notify 
the system manager.

This footnote also confirms that this email message has been swept by 
MIMEsweeper for the presence of computer viruses.

www.mimesweeper.com
**

 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-

2001-03-27 Terurut Topik Ulfa Dwisari

Kalo ada dokter salah diagnosa dan salah memberi obat itu sudah bukan
kejadian aneh dan luar biasa lagi, tapi itu sudah menjadi kebiasaan dan
biasa2 aja bagi mereka para dokter dan suster/perawat, ya.. itu seperti yg.
mbak katakan tinggal tip-ex aja, emang sih tdk semua dokter dan
suster/perawat seperti itu.
Tapi kejadian salah diagnosa dan salah memberi obat pernah dialami oleh
keponakan saya(Adhytia Uthanzil), kronologis ceritanya hampir sama dgn Alm.
Adek tapi singkatnya saja (secara detailnya saya nggak sanggup untuk
menceritakannya terlalu sakit) awalnya keponakan saya panasnya tinggi sekali
dibawa ke RS. Umum (Pekanbaru) kmd. di infus dan disuntik tdk. boleh minum
susu, dan nggak boleh makan oleh dokternya, ponakan saya umurnya waktu itu 
2thn (kejadiannya  1 thn 8 bln yg. lalu) keadaannya menyedihkan sekali
tangannya sampai bengkak krn. waktu mau di infus beberapa kali salah tusuk
letaknya nggak pas, sampai2 ponakan saya di infus di kaki kmd. di kepala,
saya heran kok bisa2nya dikepala untuk anak sekecil itu.  1 bln Adhyt
berbaring tanpa daya di RS. itu tanpa tahu apa sakitnya hanya diberi infus
dan tdk diberi susu juga makan edan nggak, hari ini diagnosanya laen besok
bisa laen lagi sampe akhirnya dokter bilang Adhyt kena radang otak,taunya
ponakan saya mau dijadikan tikus percobaan ama itu dokter, bayangin aja
selama di sana Adhyt diberi obat suntik 1 hari 6x selama seminggu  untuk
anak usia 10 thn. (yg. kebetulan namanya sama dan kamarnya bersebelahan)
anak usia 2thn disuntik obat untuk anak usia 10 thn. Setiap udah disuntik
badan Adhyt jadi berubah warna (ponakan saya putih)menjadi kuning dan biru
wajah dan bibirnya, setiap ditanya dokternya hanya jawab " "emang begitu
reaksi obatnya", setelah kakak saya tahu obatnya salah, kakak saya langsung
cari dokter itu, dokter itu ngabur nggak nongol2 lagi sampai kmd. kakak saya
dan keluarga putuskan untuk keluar saja dari RS. tsb. pulang ke rumah kmd.
diberi minum susu, kasihan sekali si Adhyt minum dengan rakusnya krn haus
sekali. Kemudian kakak saya membawa Adhyt berobat ke Batam dgn dsa. Rudy
(RS. Budi Kemuliaan). Di situ Adhyt dicheck darah dan sebagainya ternyata
Leukositnya sangat tinggi. Efek dari pemberian obat yg. salah itu Adhyt jadi
menderita Leukemia Stadium 4 / Leukemia Akut, begitulah kata dsa. yg.
menangai Adhyt, Leukemia bukan penyakit menurun dan bisa disembuhkan kalo
belum akut, salah satu penyebabnya bisa salah pemberian obat (obat dosis
tinggi),
tapi Allah juga telah merencanakan yg. terbaik buat Adhyt, pada usia Adhyt
yg. ke 3 thn 8 bln Adhyt kami yg. tercinta pergi untuk selama-lamanya
meningalkan kami semua, ya... semua kita kembalikan pada Allah jua, semua
ini memang sudah takdinya.
Atas kejadian2 ini, kita jadikan semuanya sebagai pengalaman dan pelajaran.
  

-Original Message-
From: Quinike N. Sukirwan [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Friday, March 23, 2001 11:23 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-



Dear rekan2,
sebetulnya sekarang ini dunia sudah transparan...
Kalau pun keluarga Maimun tidak ingin menggugat masalah ini ke pengadilan,
saya rasa... sang dokter, RS, perawat di MMC pun sudah "teradili".
Lihat saja, dari satu milis saja anggotanya ratusan orang. Saya rasa para
anggota milis ini pun mengikuti milis2 yang lain. Yg berhubungan dengan
balita atau dokter saja misalnya, ada balita-kita, balita-anda di egroups,
ada milis idai-ot, mldi, doctor-l, dan banyak lagi. Milis alumni, milis
keluarga, dan buanyak milis2 lain. Cerita ini pasti menyebar dengan sangat
cepat. Dalam satu jam saja bisa ribuan orang membaca kasus ini. Bayangkan
dalam sehari... seminggu jutaan masyarakat Indonesia, apalagi yg di
Jakarta, yg mempunyai akses internet, pasti sudah tahu masalah ini.
Dengan sendirinya, nama RS dan dokter pun akan mencuat dan mungkin
"tercoret". Coba, setelah membaca cerita ini... apa masih mau membawa
balitanya ke dokter itu? Rasanya ndak toh
Tapi, jika memang Kel. Maimun mau menggugat, Anda punya hak untuk itu kok!
Dan saya, juga rekan2 di milis ini pasti mendukung. Ini juga demi kebaikan
kita semua, spy nantinya (kalau bisa) kejadian2 ini tdk terulang lagi.
Rasanya bbrp wkt lalu di milis ini (atau milis sejenis), saya juga baca
posting mengenai bayi miskin di Jawa Timur yg akhirnya meninggal krn
ortunya tidak punya uang untuk bayar obat/RS. Ada yg ingat?

Beberapa waktu yg lalu, saya sempat baca di Kompas on line, ternyata
banyak para dokter yg tdk menepati masa kontrak, dan dokter bandel ini
akan sulit registrasi.
Ini artikelnya :
Dokter "Bandel" Akan Sulit Registrasi
(http://www.kompas.com/health/news/0103/08/823.htm)
Sejumlah Dokter Ikatan Dinas Tak Tepati Kontrak
(http://www.kompas.com/health/news/0103/06/817.htm)
"Kasus pelanggaran kontrak yang cukup berat adalah pemalsuan SK.
Yaitu, jangka waktu tugas ditutup tip ex, kemudian dokter bersangkutan
melamar ke rumah sakit pendidikan untuk menjadi staf pe

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya

2001-03-26 Terurut Topik Nyemas Sri Anita

Ibu Maimun, saya turut berduka cita atas kepergian adek, semoga ibu
sekeluarga mendapat kekuatan lahir  bathin. Dan mudah-mudahan pihak RS. MMC
dapat memperbaiki pelayanannya atas kejadian ini.

Salam, 

Mama Fauzan

 -Original Message-
 From: [EMAIL PROTECTED]
 [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Friday, March 23, 2001 9:48 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita
 menyikapinya
 
 Sungguh saya merasa teriris melihat kesedihan Ibu Maimun yang harus
 melihat
 bagaimana anaknya berjuang melawan maut sementara  tindakan medis dokter
 dan perawat
 RS.MMC begitu lambannya.
 Akal sehat saya mungkin tidak akan saya pakai kalau saya ada di sebelah
 anak ibu,
 mungkin satu dua tonjokkan barangkali bisa membangunkan kesadaran dari
 dokter dan
 perawat di sana.
 Saya kadang juga sedih denger ada RS yang sangat mengutamakan uang
 daripada nyawa.
 Di Bandung saya denger ada salah satu RS yang minta uang muka dulu apabila
 mau
 dirawat ,kaya penginapan saja.
 Apa RS.MMC ini juga karna faktor uang juga ya yang menyebabkan dokter dan
 perawat
 merasa ogah-ogahan dalam menangani pasien. Atau memang (maaf) tolol saja
 mereka.
 Memang kalau dikembalikan lagi semuanya karna Takdir, tapi tindakan dokter
 dan
 perawat yang begitu lamban itu patut amat sangat sangat disayangkan.
 Maaf Pak Ruddy , "Rudy Sutadi, MD" [EMAIL PROTECTED](salah seorang
 dokter yang
 jadi member di milis ini) bisa ndak anda melaporkan peristiwa seperti yang
 di alami
 ibu Maimun itu ke IDI. Paling tidak pelayanan RS MMC terhadap seorang
 pasien bisa
 berubah
 
 
From:   maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
   
Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan
   berbagi pengalaman kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua
   Sitti Fadilla Dwi Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah
   SWT. Saya akan mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat
   diambil pelajaran buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan
   menyesakkan dada saya tapi akan
   
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan
   selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr.
   Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah
   kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu
   kemudian adek kembali batuk 
   
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm
   terlihat sesak), tgl 8
Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali,
   dari sana dianjurkan unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret
   tepatnya jam 3.00 pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya
   sdh biru saya segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter
   jaga menganjurkan unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada
   (alat bantu oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra
   Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang
   alat oksigen. Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana.
   Mengingat jaminan kantor
suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb
   saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong
   sampai-sampai kita teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya
   muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya
   muncul. Dokternya pun tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa 
   mengomentari kalau bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya
   yg mutusin unt dirawat
inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya
   lgs tanya kalau dirawat
inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti
   pemasangan oksigen atau yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga
   di kamar yg lebih tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga
   UGD). Si dr tanya
mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal
   satupun DSA disana jadi kami
   
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb
   merekomendasikan nama DSA dr. Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30
   pagi, anak saya diperiksa
sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt
   dibantu dgn oksigen melihat
   
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya
   dipasanglah alat bantu oksigen

dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan
adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi
   DSAnya dr. Semi Asti
datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si
   adek, dan dia lgs kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus,
   diterapi, diambil drh 
difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA
   tsb periksa sampai
kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai
   akhirnya saya tanya ke
 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-26 Terurut Topik Tri A. Ningtyas

Turut berduka cita atas berpulangnya ananda Sitti Fadilla Dwi Bachri (Adek).
Saya sangat terharu membaca e-mail ibu. Semoga Adek diterima disisinya dan
ibu Maimun Utami sekeluarga diberi ketabahan, Amiin.

Regards,
Trie

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]]On
Behalf Of maimun utami
Sent: 22 Maret 2001 5:48
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen 
dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu
kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya
juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek
tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!)
dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi
adek (bukankah ini seharusnya tugas 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-23 Terurut Topik Rahman

maimun utami yth,
saya atas nama admin dari milis ini, juga kami sekeluarga ikut berduka cita.
Semoga keluarga yang ditinggalkan di beri ketabahan dan si adek tenang di
pangkuanNya.


Wass,
[EMAIL PROTECTED] - BalitaAnda admin
ph:+6221-5742205 fax:+6221-5742206

Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com


- Original Message -
From: maimun utami [EMAIL PROTECTED]


 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
suami
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
datang
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
difoto)
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
adek
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
memberitahu
 kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
 ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!)
 dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi
 adek 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-23 Terurut Topik toto yulianto

mengucapkan belasungkawa yang sedalam - dalamnya atas
meninggalnya Adek, semoga ibu sekeluarga diberikan
kekuatan dan ketabahan menerima takdir yang telah
digariskanNya dan semoga surga menjadi tempat
peristirahatan terakhir Adek.
Terlepas bahwa musibah yang Ibu alami sudah merupakan
takdir yang tidak dapat di tawar-tawar lagi, namun
membaca cerita Ibu mengenai pelayanan RS.MMC kiranya
akan lebih bijaksana apabila Ibu melayangkan somasi
kepada RS.MMC supaya ada perhatian dan perbaikan di
kemudian hari dan kejadian seperti yang Ibu alami
tidak akan menimpa orang lain, terimakasih. 
--- maimun utami [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan
 berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua
 Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT.
 Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat
 diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan
 menyesakkan dada saya tapi akan 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama
 itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr.
 Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah
 kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu
 kemudian adek kembali batuk  
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm
 terlihat sesak), tgl 8 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari
 sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret
 tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh
 biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter
 jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada
 (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara,
 disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang
 alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana.
 Mengingat jaminan kantor suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya
 bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong
 sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya
 muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul.
 Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa 
 mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg
 mutusin unt dirawat inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs
 tanya kalau dirawat inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti
 pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di
 kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga
 UGD). Si dr tanya mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal
 satupun DSA disana jadi kami 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb
 merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi,
 anak saya diperiksa sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt
 dibantu dgn oksigen melihat 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya
 dipasanglah alat bantu oksigen  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan 
 adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi
 DSAnya dr. Semi Asti datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si
 adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus,
 diterapi, diambil drh  difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA
 tsb periksa sampai kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai
 akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi
 dia yg mulai lemah, suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya
 yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya
 penguapan, penyinaran saja tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini
 dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas
 intruksi DSAnya. Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis
 malah dia tidur  
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali).
 Setelah terapi tidak 
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya
 yg kontrol pun hanya 
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn
 permintaan saya. Saya 
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa
 tangan  kakinya dingin 
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu
 pengaruh oksigen. Saya 
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah,
 setelah ditanya baru ada 
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang
 petugas unt ambil foto  
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh
 arteri akhirnya tidak 
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg
 bisa cari). Sementara itu 
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti
 mata mengantuk. Saya tanya 
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang
 sampai DSAnya dateng 
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi
 1 hari cuma satu kali 
 kontrol). Suami saya juga 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya

2001-03-23 Terurut Topik lgunarso


Saya ingin menyampaikan duka cita saya sedalam2nya untuk musibah yg dialami
oleh Ibu Maimun.  Semoga Ibu Maimun dan keluarga diberi penghiburan dan
kekuatan oleh Nya.

Di bawah ini ada kisah lain yang perlu juga kita simak untuk menjadi
pelajaran buat kita semua agar lebih berhati-hati.  Kisah ini dialami oleh
salah seorang teman saya dan mohon maaf apabila ada kata2 yg kurang sopan
karena mungkin teman saya ini emosi sekali waktu menceritakannya.  Saya
membagikan cerita ini agar kita sebagai ibu harus lebih peka terhadap anak
kita sehingga kesalahan diagnosa tidak terjadi.  Sekalipun seseorang itu
bergelar dokter, beliau juga manusia biasa sama seperti kita yang bisa
salah/keliru.

Lan, aku percaya kalau RS itu begitu.  Baru-baru ini aku juga mengalami
peristiwa yang hampir sama dengan kejadian seperti itu walaupun nggak
terlalu fatal.

Kejadiannya + 2 bulan yang lalu, anakku Doreen panas badannya hampir 40
(superscript: o)C. Biarpun badannya panas begitu tapi dia menggigil
kedinginan.  Terus aku selimutin dia dengan selimut tebal dengan harapan
supaya dia agak hangat, eh malahan muka dan terutama bibirnya jadi biru
kehitaman tapi untungnya nggak sampai step.  Karena waktu itu hari Minggu
akhirnya aku dan suami memutuskan untuk membawa Doreen ke RS Siloam
Gleneagles karena selain dekat dengan rumahku, aku pikir RS itukan RS
International karena ada kerja sama dengan RS yang sama dengan yang ada di
S'Pore.

Sampai di sana kemudian anakku langsung di infus dan dokter jaganya bilang
kalau anakku harus opname saat itu juga.  Coba bayangin gimana kasihannya
melihat dia kecil-kecil sudah ditusuk-tusuk dengan jarum.  Tapi demi
kebaikkannya akhirnya aku tega-tegain diri, kalau boleh memilih sih rasanya
pinginnya aku bisa menggantiin dia, karena aku nggak tega dia meraung-raung
karena ditusuk jarum infus.  Dan waktu itu nggak ada satupun DSA yang
datang.  Sampai besoknya sekitar jam 11 siang baru nongol DSAnya.

Terus dia memeriksa anakku sambil membaca status anakku, kemudian aku
tanyain ke dokter itu, sebenarnya anakku kenapa kok sampai hitam semua
wajahnya  dan panasnya juga nggak turun-turun juga.  Terus dokter itu
bilang kalau anakku sudah positif kena tiphus, aku jadi setengah kaget mana
mungkin anakku yang belum bisa makan apa-apa bisa kena tiphus, sesudah
bilang begitu kemudian dokternya pergi.  Karena aku penasaran terus,
akhirnya aku bilang ke susternya supaya anakku dicek sekali lagi darahnya
apa bener dia tiphus atau bukan.  Rupanya susternya menyampaikan
keinginanku  ke dokter yang menangani anakku itu, dan ternyata benar
ternyata dia salah diagnosa, sebenarnya anakku cuma kena radang
tenggorokan.  Coba dodol enggak itu dokter, aku sempat marah-marah dan
ngomelin dokter itu.  Aku bilang kok ceroboh sekali bisa salah mendiagnosa
pasien, masih bagus anakku belum sempat diberi obat untuk penyakit yang
sebenernya nggak diderita anakku.  Kamu tahu nggak Lan, ternyata dia
membaca diagnosa pasien yang sekamar dengan anakku.  Coba geblekkan dokter
kayak gitu itu.  Akhirnya aku ngotot untuk membawa anakku pulang besoknya,
kalau cuma sekedar radang tenggorokan aja aku yakin nggak harus sampai di
opname dan di infus segala.  Akibat kejadian itu sampai sekarang kalau
anakku mau vaksin dia sudah kayak orang ketakutan mungkin masih trauma
ditusukin jarum yang lumayan gedenya.  Di Jakarta ini sering kali terjadi
kejadian-kejadian seperti itu, ini hanya sebagian saja yang kita tahu, aku
yakin pasti banyak kejadian-kejadian lain yang nggak pernah diexpos.

==
Demikian kisah nyata yg dialami oleh teman saya tsb.  Semoga bermanfaat
bagi kita semua khususnya bagi ibu/bp yg mempunyai balita.

Salam balita,
Lana





 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kitamenyikapinya

2001-03-23 Terurut Topik nana:)





Pak Basuki wrote :
 Di Bandung saya denger ada salah satu RS yang minta uang muka dulu
 apabila mau
 dirawat ,kaya penginapan saja.
rumah sakit apa ya Pak kalo saya boleh tau
untuk referensi

 Apa RS.MMC ini juga karna faktor uang juga ya yang menyebabkan dokter
 dan perawat
 merasa ogah-ogahan dalam menangani pasien. Atau memang (maaf) tolol
 saja mereka.
 Memang kalau dikembalikan lagi semuanya karna Takdir, tapi tindakan
 dokter dan
 perawat yang begitu lamban itu patut amat sangat sangat disayangkan.
 Maaf Pak Ruddy , "Rudy Sutadi, MD" [EMAIL PROTECTED](salah seorang
 dokter yang
 jadi member di milis ini) bisa ndak anda melaporkan peristiwa seperti
 yang di alami
 ibu Maimun itu ke IDI. Paling tidak pelayanan RS MMC terhadap seorang
 pasien bisa
 berubah

FYI
dari majalah Lisa Nomor 11/th II, 2001, saya kutipkan
menurut dr. Ratna Mardiati, staf Direktorat Medik Spesialistik Dept 
Kesehatan, standar umum yang dilakukan di ruang UGD biasanya adalah 
segera melakukan penyelamatan kehidupan. Paramedis harus memperhatikan 
kondisi pernafasan pasien. Jika kesulitan bernafas, si pasien harus 
diberi oksigen. Selain itu, tekanan darahnya juga harus diperhatikan. Dan 
jika kondisi jantung sempat terhenti, maka pasien harus dibantu agar 
detak jantungnya normal kembali.
Jika kondisi dari terpenting dari pasien sudah cukup stabil, dokter di 
ruang UGD bisa memberi rujukan kepada dokter spesialis sesuai dengan 
penyakit yang diderita pasien. 

menurut praktisi hukum Azet Hutabarat, Pasal 55 ayat 1 UU Kesehatan N0. 
32/1992 menyebutkan bahwa setiap orang berhak ganti rugi secara pidana 
dan perdata akibat kelalaian atau kesalahan yang dilakukan tenaga 
kesehatan (dokter, perawat, bidan, apoteker). Penentuan ada atau tidaknya 
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan ditentukan 
Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan ( MDTK ), yang diselenggarakan oleh 
pemerintah. Keputusan yang dikeluarkan MDTK kemudian ditindaklanjuti ke 
penyidikan, yang dilakukan polisi atau pejabat pegawai negeri sipil 
tertentu. tuntutan juga bisa dilakukan pemerintah terhadap pihak rumah 
sakit jika sarana dan tenaga medis melakukan pelanggaran ketentuan UU 
tersebut.


nana



 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-Imbauan utk dokter

2001-03-23 Terurut Topik Misty A. Maitimoe

Halo, saya baru ikutan nih.

Turut berduka cita untuk ibu Maimun.

Baca cerita ini saya sampai merinding dan sedih banget. Soalnya anak saya
(baru ulangtahun pertama tanggal 11 Maret kemarin) sudah 2 kali dirawat di
rumah sakit. Dua-duanya karena diare dan muntah-muntah. Yang terakhir malah
sampai panas tinggi tapi tangan dan kakinya dingin.

Puji Tuhan dia sekarang sudah seperti sediakala.

Mamanya Kika
-Original Message-
From: Tayasmen Kaka [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Friday, March 23, 2001 2:36 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-Imbauan utk dokter


kalau ada netter yang tahu egroupsnya para dokter, harap e-mail ini di
forward:

Halo Pak Ibu dokter !
Jasa anda memang kami butuhkan. Anda juga perlu uang untuk hidup.
Tapi ya pikir-pikirlah jangan sembrono cari uang.
Kalau anda tidak mampu untuk menghandel di banyak tempat, ya jangan serakah
untuk cari uang
kasih job untuk dokter yang muda-muda.
masih banyak dokter-dokter muda yang butuh kerja.

harap anda ingat, hukum alam pasti berlaku
saat ini anda melalaikan nyawa manusia
mungkin keluarga anda juga akan mengalaminya

semoga tulisan ini menggugah anda


- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, March 23, 2001 11:44 AM
Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-




 Rekan-rekan netter yang terhormat,

 kalo saya boleh usul utk meringankan beban Ibu Maimun, seandainya Ibu
 Maimun dan keluarga mau memperkarakan masalah ini ke pengadilan (krn
banyak
 yang mengusulkan demikian) , alangkah baiknya rekan-rekan mau memberikan
 referensi pengacara atau LBH yang bisa membantu beban Ibu Maimun dan
 keluarga derita.

 Salam

 Teny






  kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik,
http://www.indokado.com
  Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
 Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
 Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]





















 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-23 Terurut Topik Hardi Mardiana

mohon maaf juga sebelumnya,
kalo bisa, jika me-reply mail yg panjang dan isinya pun sudah cukup
familiar original messagenya dihapus saja.  Hemat kan pangkal kaya

*bapak*nya safina




 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-

2001-03-23 Terurut Topik Quinike N. Sukirwan


Dear rekan2,
sebetulnya sekarang ini dunia sudah transparan...
Kalau pun keluarga Maimun tidak ingin menggugat masalah ini ke pengadilan,
saya rasa... sang dokter, RS, perawat di MMC pun sudah "teradili".
Lihat saja, dari satu milis saja anggotanya ratusan orang. Saya rasa para
anggota milis ini pun mengikuti milis2 yang lain. Yg berhubungan dengan
balita atau dokter saja misalnya, ada balita-kita, balita-anda di egroups,
ada milis idai-ot, mldi, doctor-l, dan banyak lagi. Milis alumni, milis
keluarga, dan buanyak milis2 lain. Cerita ini pasti menyebar dengan sangat
cepat. Dalam satu jam saja bisa ribuan orang membaca kasus ini. Bayangkan
dalam sehari... seminggu jutaan masyarakat Indonesia, apalagi yg di
Jakarta, yg mempunyai akses internet, pasti sudah tahu masalah ini.
Dengan sendirinya, nama RS dan dokter pun akan mencuat dan mungkin
"tercoret". Coba, setelah membaca cerita ini... apa masih mau membawa
balitanya ke dokter itu? Rasanya ndak toh
Tapi, jika memang Kel. Maimun mau menggugat, Anda punya hak untuk itu kok!
Dan saya, juga rekan2 di milis ini pasti mendukung. Ini juga demi kebaikan
kita semua, spy nantinya (kalau bisa) kejadian2 ini tdk terulang lagi.
Rasanya bbrp wkt lalu di milis ini (atau milis sejenis), saya juga baca
posting mengenai bayi miskin di Jawa Timur yg akhirnya meninggal krn
ortunya tidak punya uang untuk bayar obat/RS. Ada yg ingat?

Beberapa waktu yg lalu, saya sempat baca di Kompas on line, ternyata
banyak para dokter yg tdk menepati masa kontrak, dan dokter bandel ini
akan sulit registrasi.
Ini artikelnya :
Dokter "Bandel" Akan Sulit Registrasi
(http://www.kompas.com/health/news/0103/08/823.htm)
Sejumlah Dokter Ikatan Dinas Tak Tepati Kontrak
(http://www.kompas.com/health/news/0103/06/817.htm)
"Kasus pelanggaran kontrak yang cukup berat adalah pemalsuan SK.
Yaitu, jangka waktu tugas ditutup tip ex, kemudian dokter bersangkutan
melamar ke rumah sakit pendidikan untuk menjadi staf pengajar di fakultas
kedokteran terkait dan diterima. Dalam hal ini Depkes sudah menegur rumah
sakit bersangkutan dan menyerahkan perkara ini ke Bagian Hukum Depkes
untuk diberi sanksi administratif," papar Koeswartini

Kalau rekan sempat membacanya... bayangkan, seorang dokter men-tip-ex
SK-nya!!! Kebayang ngga' sih??? Lah, gimana dia menghadapi pasien?
Akankah dia men-tip-ex pasiennya juga? Mis. dia salah mendiagnosa, salah
memberi obat... just use a tip-ex, and done?? 

Ya, memang ndak semua dokter seperti itu. Maaf lho buat para dokter yg
membaca tulisan saya ini... Cuman, kalau mis. para dokter yang "baik"
mengetahui kelakuan rekan dokter lainnya yang "tidak baik", kalau bisa ya
diingatkan... bahwa mereka jadi dokter kan untuk menolong orang, bukan
sekedar cari uang hayo, ingat2 "sumpah dokter" waktu dilantik!

Okay deh, begitu saja komentar saya... Mohon maaf jika ada yang kurang
berkenan dengan tulisan saya ini. 

best regards,
Quinike

--- [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
 Rekan-rekan netter yang terhormat,
 
 kalo saya boleh usul utk meringankan beban Ibu Maimun, seandainya Ibu
 Maimun dan keluarga mau memperkarakan masalah ini ke pengadilan (krn
 banyak
 yang mengusulkan demikian) , alangkah baiknya rekan-rekan mau memberikan
 referensi pengacara atau LBH yang bisa membantu beban Ibu Maimun dan
 keluarga derita.
 
 Salam
 
 Teny
 
 

__
Do You Yahoo!?
Get email at your own domain with Yahoo! Mail. 
http://personal.mail.yahoo.com/

 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-Imbauan utk dokter

2001-03-23 Terurut Topik Quinike N. Sukirwan

Pak Tayasmen,
bisa kirim langsung ke MLDI, doctor-l, idai-ot, idi.
Rasanya semua ada di yahoogroups tuh!

rgds,
Quinike

--- Tayasmen Kaka [EMAIL PROTECTED] wrote:
 kalau ada netter yang tahu egroupsnya para dokter, harap e-mail ini di
 forward:
 
 Halo Pak Ibu dokter !
 Jasa anda memang kami butuhkan. Anda juga perlu uang untuk hidup.
 Tapi ya pikir-pikirlah jangan sembrono cari uang.
 Kalau anda tidak mampu untuk menghandel di banyak tempat, ya jangan
 serakah
 untuk cari uang
 kasih job untuk dokter yang muda-muda.
 masih banyak dokter-dokter muda yang butuh kerja.
 
 harap anda ingat, hukum alam pasti berlaku
 saat ini anda melalaikan nyawa manusia
 mungkin keluarga anda juga akan mengalaminya
 
 semoga tulisan ini menggugah anda
 

__
Do You Yahoo!?
Get email at your own domain with Yahoo! Mail. 
http://personal.mail.yahoo.com/

 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-23 Terurut Topik mita prayogo

Turut berduka cita atas meninggalnya ananda Sitti Fadilla Dwi Bachri. Semoga
diterima di sisi Allah swt. Dan kepada ibu sekeluarga diberi keteguhan dan
ketaqwaan.


-Original Message-
From: maimun utami [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, March 22, 2001 12:53 PM
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu
kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya
juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
adek
tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!)
dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi
adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi
pasien??) saya bilang 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Arief Andrianto

Sabar aja ya Bu.
Semoga menjadi tabungan Ibu di surga nanti.
Amien.

Abu Faqih
- Original Message -
From: maimun utami [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
suami
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
datang
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
difoto)
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
adek
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
memberitahu
 kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
 ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!)
 dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi
 adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi
 pasien??) saya bilang kalo si adek matanya ngantuk  tdk bisa 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Elida Basaria

Ibu Utami,

Saya secara pribadi turut berduka cita sedalam-dalamnya untuk apa yang
dialami oleh Ibu.
Saya berdoa kiranya Tuhan yang Maha Adil  Maha Kasih akan menguatkan dan
menghibur Ibu sekeluarga dalam menghadapi ini.

Tuhan memberkati Ibu dan Sekeluarga



-Elida BS- 



 -Original Message-
 From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
 suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
 inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
 inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
 mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
 sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen
  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
 datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
 difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
 kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
 suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
 tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
 itu 
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
 tanya 
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
 adek 
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
 memberitahu 
 kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Bimo Abritomo
Innalillahi wa inailaihi roji'un.
Saya turut berduka cita, dan saya pun sedih sekali membacanya.
Semoga ibu sekeluarga diberi ketabahan.

Saya sangat setuju sekali dgn pendapat Bp. Taufan, hal ini saya rasa perlu
agar tidak terjadi lagi dikemudian hari.
Mungkin diantara netters ada yg paham hukum bagaimana untuk menangani kasus
seperti ini atau mungkin ada netters dari IDI apakah harus mengambil sikap ?
Memang kematian itu adalah takdir Allah tapi manusia diberi kesempatan untuk
berusaha menyembuhkannya.




  -Original Message-
  From: Taufan Surana [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
  Sent: Kamis, 22.03.2001 13:29
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Buat Ibu Maimun,

Innalillahi wa inailaihi roji'un.
Saya turut berbela sungkawa.. dan meneteskan air mata membaca
email Ibu Maimun.

Sama dengan Ibu, saya sangat yakin akan takdir Allah. Tetapi,
menurut saya, jangan dibiarkan kasus seperti ini berhenti disini hanya
karena kita percaya takdir. Kita harus menuntut tanggung jawab dokter/RS
ybs, supaya kasus seperti ini tidak terjadi lagi di masa yad, karena Ibu
tahu bahwa kejadian ini adalah kelalaian dari pihak RS.
Kalau saya bisa 'memaksa' Ibu, maka saya akan meminta Ibu utk
menuntut hal ini ke pengadilan. Di negara2 maju seperti Jepang, dengan
kejadian seperti ini polisi akan langsung menangkap dokter tsb, walaupun
tanpa pengaduan dari orangtua. karena hal ini sudah diatur oleh UU.


Sekian komentar dari saya, semoga Ibu dan keluarga tetap tabah.

Taufan Surana




---Original Message---

From: maimun utami
Date: 2001$BG/(B03$B7n(B22$BF|(B 14:45:37
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman
kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi
Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan
mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran
buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya
tapi akan
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah
dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali
batuk 
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl
8 Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan
unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00
pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan
unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu
oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen.
Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan
kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita
teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun
tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau
bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt
dirawat inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau
dirawat inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau
yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih
tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr
tanya mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana
jadi kami
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr.
Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya
diperiksa sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen
melihat
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu
oksigen 
dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs
kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa
sampai kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya
ke

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik samantha

Buat Mba Maimun, yang tabah ya Mba.., Insya Allah Adek bahagia disana.., dan
kalo Mba ikhlas, Insya Allah kelak dia yang akan melapangkan jalan Mba ke
surga...Amin...

Saya jadi takut ke dokter tsb, kok bisa ya, padahal setau saya dia orangnya
baik, apa karena anak saya waktu ke dia itu cuma untuk imunisasi saja ya? sejak
anak saya lahir sampai umur 1 tahun, dia di dsa yang diceritakan sama Mba
Maimun.., jadi, kalo ke dsa dan RS juga musti ati2, pilih2, makanya..milis ini
sangat baik untuk kita para orang tua...

Sekali lagi, tabah ya Mba, semoga Adek mendapat tempat yang layak di sisi Allah
SWT, Amin...

Bessy BKC1176 Sulistina Gumilang wrote:

 Ass. Wr. Wb,

 Mbak Maimun saya turut berduka cita atas wafatnya ADEK tercinta
 Inna lilahi Wainailaihi rojiun, yang tambah ya mbak semoga ADEK pergi
 dengan
 damai dan tenang, amin.
 Menurut saya memang kebangetan yang terkenal bisa ceroboh begitu, apalagi
 ini urusan nyawa anak manusia kok ada ya dokter yang begitu, tapi kayaknya
 di MMC sering juga kejadian seperti itu waktu itu teman saya punya anak
 bayi
 yang baru lahir waktu itu memang dia periksain anaknya kesana yang jelas
 setelah
 dia datang ditanyain ini itu dan juga jaminan sampai akhirnya terlambat
 untuk periksa
 sikecil sampai akhirnya meninggal.
 Duh gemes banget dengernya sepertinya nyawa itu seolah-olah nggak ada
 artinya
 kecuali uang uang dan uang.
 Pokoknya untuk mbak Maimun yang tegar dan tabah aja atas ujian ini, salam
 untuk
 suami dan keluarga.

 Wass. Wr. Wb,

 Bunda Irsal  Sarah

  kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com
  Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
 Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
 Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]





















RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Edi Hartono

DH Ibu Maimun,
Saya juga hanya bisa mengucapkan turut bela sungkawa dan berdo'a semoga ibu
sekeluarga tabah dalam menghadapi musibah ini dan tak lupa semoga Putri ibu
(Alm.) tenang di sisi NYA Amiin. 

Wassalam,
Edi
 --
 From: maimun utami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Reply To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Thursday, March 22, 2001 12:47 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
 suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
 inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
 inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
 mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
 sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen
  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
 datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
 difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
 kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
 suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
 tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
 itu 
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
 tanya 
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
 adek 
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
 memberitahu 
 kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
 
 ngecek selang 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik tia . sutarno




mbak, kami sekeluarga ikut berduka cita. Semoga keluarga yang ditinggalkan
di beri ketabahan dan si adek tenang di pangkuanNya.
Tia, mamanya Putri




"maimun utami" [EMAIL PROTECTED] on 03/22/2001 12:47:46 PM

Please respond to [EMAIL PROTECTED]

To:   [EMAIL PROTECTED]
cc:
Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu
kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya
juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
adek
tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!)
dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi
adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi
pasien??) saya bilang kalo si adek matanya ngantuk  

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Angelina Theresia Shintowati

Ibu,

Saya mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya
putri Ibu.
Mintalah kekuatan dan penghiburan dari Allah dan percayalah bahwa Allah
mempunyai rencana yang indah dibalik musibah ini.
Saya juga pernah mengalami kehilangan putra pertama saya (umurnya 35
hari),di RS yang sama.

Salam,
Mamanya Sammy

  

 --
 From: maimun utami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Reply To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: 22 Maret 2001 12:47
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
 suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
 inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
 inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
 mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
 sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen
  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
 datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
 difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
 kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
 suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
 tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
 itu 
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
 tanya 
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
 adek 
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Junaidi - IT Support RBI

 Innalillahi wainnalillahi rojiun
Ibu Maimun, saya keluarga turut belasungkawa atas berpulangnya buah hati
tercinta kepangkuan illahi. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi
ketabahan hati dan iman serta buat alm Siadek semoga mendapat tempat yang
layak disisiNya. Amin

Regards,
J U N A I D I
PT. Caltex Pacific Indonesia
IT CPP
* (0761) 594255
E-Mail:[EMAIL PROTECTED]



 - Original Message -
 From: "maimun utami" [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM
 Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 
  Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman
 kepada
  netter semua.
  Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
  (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
  menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
  kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi
 akan
  saya coba.
  2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
  terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
  Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
  (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk
 
  pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
 Maret
  saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
  melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi
 dia
  menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
  mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
  dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
  segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
  ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
  disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
 suami
  ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
  Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
  panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
  memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
  melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi
 itu
  penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
 inap
  saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
 inap
  apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
  lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
  (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
 mau
  pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi
 kami
  pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
  Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
 sama
  suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen
 melihat
  kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu
 oksigen
 
  dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
  walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
 datang
  unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
  intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
 difoto)
  juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
 kurang
  lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
  suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
 suster
  baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam
 kmd
  baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
 tapi
  tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
  tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya.
 Terapi
  kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
  sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
  dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
  memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
  beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
  sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen.
 Saya
  juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
  tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
  ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
  dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
 itu
  kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
 tanya
  juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
  (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu
 kali
  kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
 adek
  tidak bisa istirahat. Setelah complain 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Rita,SatriaJKEMS



Innalillahi wainna'ilaihi raajiun. Saya ikut belasungkawa atas
meninggalnya
buat hati Mba dan keluarga. Saya ikut sedih  miris membaca kisah
Mba. Mudah2an Adek
mendapat tempat yg layak di sisi Allah SWT. Amin. 
Tabah dan merelakan Adek  menemui Allah  akan membuat Adek lebih
Bahagia

Mamanya Afif

 -Original Message-
 From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman
kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi
Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan
mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil
pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya
tapi akan
 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah
dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.

 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah
pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali
batuk 
 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak),
tgl 8
 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana
dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00
pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya
segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga
menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu
oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia
lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen.
Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan
kantor
 suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS.
MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita
teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak

 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun
tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau
bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt
dirawat
 inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau
dirawat
 inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen
atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg
lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr
tanya
 mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana
jadi kami
 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr.
Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya
diperiksa
 sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen
melihat
 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu
oksigen
  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa
tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi
Asti
 datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs
kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh

 difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa
sampai
 kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya
tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai
lemah,
 suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2
jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran
saja
 tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya
sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya.
Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur
 
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi
tidak 
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun
hanya 
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya.
Saya 
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya
dingin 
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh
oksigen. Saya
 
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru
ada 
   

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik nuning vi


Innalillahi wa innailaihi roojiuun
ibu, saya turut berduka atas meninggalnya pputra  Ibu.
Saya bisa merasakan kesedihan Ibu. Anak saya juga
masih bayi (9 bulan). 
Semoga Ibu selalu tabah menghadapi ini. Amin.

__
Do You Yahoo!?
Get email at your own domain with Yahoo! Mail. 
http://personal.mail.yahoo.com/

 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik tini

Ibu Maimun Utami Yth.

Assalamu'alaikum Wr Wb.

Sedih sekali cerita ibu, dalam kesempatan ini saya turut berduka cita inna
lillahi wainna ilaihi rojiun.
Semoga ibu  keluarga diberikan ketabahan dalam menerima musibah ini, dan
semoga ibu dikarunia Adek lainnya, Insya Allah, aamien.

Sekalian untuk netters yang lain.
Hal yang sama juga pernah terjadi, saat keponakan saya 7 bln sakit dibawa ke
RS. Agung Manggarai, tetapi pelayanannya tidak memuaskan dokter jaga
berganti-ganti dan tiap dokter punya diagnosa lain-2 sementara perawat
laki-2 dan perempuan bercanda-canda. Keponakan saya diberi oksigen murni
sampai perutnya kembung dan matanya melek saja. oleh perawat disana mata
keponakan saya disuruh ditutupi kapas, yang sampai akhirnya meninggal.
Ibu... saya sedih dan sakit hati dengan RS Agung. Pada saat itu ingin
rasanya menulis di surat pembaca, tapi tidak jadi.
Mudah-mudahan dengan surat ini para dokter dan perawat dapat lebih mengerti
dan memahami bahwa nyawa itu lebih penting daripada uang, uang dan uang.

Mohon maaf bila ada yang tersinggung walaupun bagaimana uang memang perlu
sebagai alat tukar pembayaran tetapi hidup ini hanya sebentar janganlah
terlalu komersial dan mengejar materi.

Sekian dulu Ibu Maimun dan netters lain, oh ya Ibu Maimun adik saya setelah
kehilangan anaknya di RS Agung satu tahun kemudian punya anak lagi.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
-Original Message-
From: maimun utami [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, March 22, 2001 1:01 PM
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik junianto . wijaya

Innalillahi wainna ilaihi rojiuun,
saya turut berduka cita atas meninggalnya putri ibu, 
semoga Allah SWT memberikan ketabahan dan kesabaran kepada ibu dan seluruh keluarga
Amin ..

Alfian L

Telp. : 62-770-612156
 62-770-611855 ext. 421
Fax.   : 62-770-611878
e-mail : [EMAIL PROTECTED] 

 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























[balita-anda] Re: [[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC]

2001-03-22 Terurut Topik ani hariani

Innalillahi waina ilaihi rojiun, semoga Ibu dan keluarga diberikan ketabahan.
Adek sudah bahagia disisi Allah  semoga menjadi penerang jalan bagi kedua
orangtuanya.

"maimun utami" [EMAIL PROTECTED] wrote:
Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan 
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk  
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret 
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami 
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap 
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap 
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau 
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami 
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama 
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat 
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen  
dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang 
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto) 
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang 
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster 
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi 
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya 
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu 
kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya 
juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek 
tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu 
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs 
ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) 
dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi 
adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi 
pasien??) saya bilang kalo si adek matanya ngantuk  tdk bisa tidur, dia 
lihat trus dia bilang kalo' matanya adek itu 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Awan

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMCInnalilahi wa innailaihi rojiun

Saya turut berduka cita atas musibah yang menimpa Ibu Utami  keluarga,
Semoga ibu sekeluarga diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menerima cobaan ini.

Awan/Calon Ayah
  - Original Message - 
  From: Syah, Tengku Abdilah 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Cc: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; 
[EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Thursday, March 22, 2001 1:42 PM
  Subject: RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


  innalillahi wainnalillahi rojiun 

  saya turut berdukacita atas musibah yg menimpa ibu utami  keluarga. 
  Semoga selalu sabar menghadapinya. 

  Dan u/ kita semua, dapat mengambil hikmahnya dari cerita ibu utami. 
  Begitu juga u/ para dokter dan pihak rumah sakit. 



  Abinya Rahma. 





  -Original Message- 
  From:   maimun utami [mailto:[EMAIL PROTECTED]] 
  Sent:   Thursday, March 22, 2001 12:48 PM 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC 

  Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
  netter semua. 
  Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
  (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
  menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
  kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan 
  saya coba. 
  2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
  terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
  Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
  (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk  
  pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret 
  saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
  melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
  menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
  mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
  dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
  segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
  ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
  disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami 
  ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
  Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
  panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
  memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
  melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
  penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap 
  saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap 
  apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
  lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
  (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau 
  pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami 
  pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
  Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama 
  suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat 
  kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen  
  dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
  walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang 
  unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
  intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto) 
  juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang 
  lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
  suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster 
  baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
  baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi 
  tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
  tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
  kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
  sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
  dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
  memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
  beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Dwi Anggraini (Amoseas Indonesia)

Saya turut berduka cita yach Mba ...
Mudah-mudahan Mba'  keluarga diberi ketabahan yang kuat dari Allah SWT dan
semoga Adek pergi dengan tenang disisinya ..Amien.

- Bundanya Thiza -

 --
 From: maimun utami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Reply To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Thursday, March 22, 2001 12:47 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
 suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
 inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
 inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
 mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
 sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen
  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
 datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
 difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
 kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
 suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
 tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
 itu 
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
 tanya 
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
 adek 
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
 memberitahu 
 kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
 
 ngecek selang oksigen yg katanya 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Judi_Undipristawa

Buat Ibu Maimun,

Innalillahi wa inailaihi roji'un.
Saya turut berduka cita atas meninggalkan putri ibu (adek)
semoga ibu diberi ketabahan dan kesabaran atas duka tersebut
demikian juga untuk rekan-rekan sekalian jangan sampai
terjadi peristiwa adek-adek yang lain.

Wass.
Judi Undip


 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Ade Surya

Dear Mbak Maimun sekeluarga,
Saya turut berduka cita atas meninggalnya putra tercinta anda, semoga anda
sekeluarga diberikan ketabahan oleh Allah SWT.
terimakasih,
ade

-Original Message-
From:   maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan 
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk  
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret 
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
suami 
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap 
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap 
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau 
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami 
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama 
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat 
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen
 
dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
datang 
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
difoto) 
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang 
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster 
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi 
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya 
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu 
kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya 
juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
adek 
tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
memberitahu 
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs 
ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) 
dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi 
adek (bukankah ini 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Arjuna

Ibu Maimun,

Saya mengucapkan turut berduka cita atas musibah yang ibu alami.
Semoga Ibu dan keluarga tabah menghadapi cobaan ini, semoga Putri Ibu
damai dan bahagia di sisiNya.


Edi Hartono wrote:

 DH Ibu Maimun,
 Saya juga hanya bisa mengucapkan turut bela sungkawa dan berdo'a semoga
 ibu
 sekeluarga tabah dalam menghadapi musibah ini dan tak lupa semoga Putri
 ibu
 (Alm.) tenang di sisi NYA Amiin.

 Wassalam,
 Edi
  --
  From: maimun utami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
  Reply To: [EMAIL PROTECTED]
  Sent: Thursday, March 22, 2001 12:47 PM
  To:   [EMAIL PROTECTED]
  Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
  Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman
 kepada
  netter semua.
  Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi
 Bachri
  (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba

  menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran
 buat
  kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi
 akan
 
  saya coba.
  2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah
 dilakukan
  terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
  Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
  (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali
 batuk 
 
  pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
  Maret
  saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan
 unt
  melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi
 dia
  menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
  mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan
 unt
  dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu
 oksigen),
  segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
  ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter

  disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
  suami
  ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
  Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita
 teriak
  panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
  memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun
 tidak
  melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi
 itu
  penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt
 dirawat
  inap
  saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau
 dirawat
  inap
  apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau
 yg
  lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih
 tau
  (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr
 tanya
  mau
  pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi
 kami
 
  pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr.
 Semi
  Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya
 diperiksa
  sama
  suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen
 melihat
 
  kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu
 oksigen
  
  dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
  walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
  datang
  unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs
 kasih
  intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
  difoto)
  juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
  kurang
  lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya
 ke
  suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
  suster
  baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam
 kmd
  baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran
 saja
  tapi
  tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
  tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya.
 Terapi
  kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
  sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak

  dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun
 hanya
  memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
  beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin

  sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen.
 Saya
 
  juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada

  tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto
 
  ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya
 tidak
  dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari).
 Sementara
  itu
  kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
  tanya
  juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
  (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Yayat Supriatna

Innalillahi wa innailaihi rojiuun...
saya turut berbelasungkawa atas ujian yang ibu terima. Semoga Allah SWT
tetap memperkuat iman ibu maimun sekeluarga dan semoga Alm Adek diterima
disisi-Nya dengan tenang.

yayat supriatna



 -Original Message-
 From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
 suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
 inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
 inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
 mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
 sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen
  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
 datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
 difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
 kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
 suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
 tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
 itu 
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
 tanya 
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
 adek 
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
 memberitahu 
 kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
 
 ngecek selang oksigen yg katanya 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Rita Mardalina

Ibu, saya juga ikut sedih baca cerita mengenai anak ibu. Saya membayangkan, kalau hal 
ini terjadi sama saya, saya bakalan sedih sekali dan rasanya mau menggantikan posisi 
anak saya yang sakit. Tapi walau bagaimanapun, ini pasti kehendak Allah SWT, Segala 
sesuatu yang berasal dari-Nya akan kembali pada-Nya. Anak adalah titipan Allah dan 
saya pikir ibu saya menjaga titipan itu baik-baik. Semoga ibu dan keluarga tabah 
menghadapi cobaan ini. Amien.
salam
rita

--- "maimun utami" [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan 
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk  
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret 
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami 
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap 
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap 
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau 
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami 
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama 
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat 
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen  
dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang 
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto) 
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang 
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster 
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi 
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya 
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu 
kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya 
juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek 
tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu 
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Syah, Tengku Abdilah
Title: RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC





innalillahi wainnalillahi rojiun


saya turut berdukacita atas musibah yg menimpa ibu utami  keluarga.
Semoga selalu sabar menghadapinya. 


Dan u/ kita semua, dapat mengambil hikmahnya dari cerita ibu utami.
Begitu juga u/ para dokter dan pihak rumah sakit.



Abinya Rahma.





-Original Message-
From: maimun utami [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan 
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk  
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret 
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami 
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap 
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap 
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau 
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami 
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama 
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat 
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen  
dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang 
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto) 
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang 
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster 
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi 
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya 
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu 
kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya 
juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek 
tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu 
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs 
ngecek selang

re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Grindto


assalamualaikum wr wb

innalillahi wainnailaihi roji,un ...
 semoga arwah anak ibu  di terima di sisi alloh swt amiin
dan yang di tinggalkan mendapat ketabahan...
 
 bapak .. faiza alfiyya rachmani

 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik gaiea sukhsmasharira

Saya mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya putri Ibu.
Innalillahi wa inna ilaihi raji'uun.

Terima kasih atas sharing ibu. Banyak pelajaran yang bisa saya ambil dan juga memicu 
berbagai pertanyaan dalam diri saya.

Masalah seperti ini sudah sering kali terjadi. Menurut saya, bukan hanya masalah 
manajemen rumah sakitnya, tapi yang lebih penting adalah kualitas sumber daya 
manusianya. Kapasitas maupun attitude-nya masih sangat memprihatinkan.

Jangankan menghadapi makhluk hidup yang unik, menghadapi benda mati saja diperlukan 
ketelitian dan kualitas sumber daya manusia yang memadai. Sedangkan di negeri kita 
ini, khususnya untuk perawat...menurut pengamatan saya masih sangat 
memprihatinkan. Saya tidak tahu persis untuk daerah jakarta, tapi di daerah saya, 
kondisinya masih sangat memprihatinkan. Yang mendaftar masuk SPK adalah siswa yang 
tidak diterima di sekolah lainlalu untuk diterima di sana dan lulus dari sana, 
uang lebih banyak berbicara.  Fasilitas seadanya dan juga pengajar yang seadanya. Saya 
tidak yakin dengan input dan proses yang demikian akan menghasilkan output yang bisa 
dikategorikan punya kapasitas standar untuk men-treat manusia. Saya sendiri sering 
ngeri membayangkan anak saya dirawat oleh salah seorang yang seperti mereka. Saya 
tidak punya cara untuk mengetahui kapasitas mereka. Saya hanya bisa berdoa semoga saya 
diberikan yang terbaik.

Memang profesi ini sangatlah tidak mudah. Diperlukan kapasitas dan keikhlasan yang 
luar biasa. Karena itu saya sangat kagum pada mereka yang berdedikasi penuh dalam 
bidang ini.
Semoga dimasa yang akan datang kejadian seperti yang dialami Ibu Maimun tidak terjadi 
lagi.

salam,

Bunda Gaiea

*** REPLY SEPARATOR  ***

On 3/22/01 at 5:47 AM maimun utami wrote:

Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen 
dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik joko whydr


Innalillahi wainna'ilaihi raajiun. 
Saya dan keluarga ikut belasungkawa atas meninggalnya
buah hati mbak.

Semoga Adek mendapat tempat yang indah dan mulia di
sisi Allah SWT, dan semoga keluarga yang ditinggalkan
diberi kekuatan,kesabaran dalam Iman dan Takwa.


Joko
Bapaknya Irfan

  -Original Message-
  From:   maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
  Sent:   Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
  
  Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan
 berbagi pengalaman kepada 
  netter semua.
  Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua
 Sitti Fadilla Dwi Bachri 
  (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah
 SWT. Saya akan mencoba 
  menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat
 diambil pelajaran buat 
  kita semua walaupun masih terasa berat dan
 menyesakkan dada saya tapi akan
  
  saya coba.
  2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan
 selama itu telah dilakukan 
  terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr.
 Yuli Yafri di RS. 
  Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah
 kondisinya sudah pulih 
  (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu
 kemudian adek kembali batuk 
  
  pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm
 terlihat sesak), tgl 8
  Maret 
  saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali,
 dari sana dianjurkan unt 
  melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret
 tepatnya jam 3.00 pagi dia 
  menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya
 sdh biru saya segera 
  mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter
 jaga menganjurkan unt 
  dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada
 (alat bantu oksigen), 
  segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra
 Jatinegara, disana dia lgs 
  ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang
 alat oksigen. Dokter 
  disana menganjurkan unt dirawat inap disana.
 Mengingat jaminan kantor
  suami 
  ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb
 saya bawa ke RS. MMC. 
  Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong
 sampai-sampai kita teriak 
  panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya
 muncul, tapi tidak 
  memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya
 muncul. Dokternya pun tidak 
  melakukan pertolongan pertama hanya periksa 
 mengomentari kalau bayi itu 
  penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya
 yg mutusin unt dirawat
  inap 
  saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya
 lgs tanya kalau dirawat
  inap 
  apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti
 pemasangan oksigen atau yg 
  lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga
 di kamar yg lebih tau 
  (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga
 UGD). Si dr tanya
  mau 
  pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal
 satupun DSA disana jadi kami
  
  pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb
 merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
  Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30
 pagi, anak saya diperiksa
  sama 
  suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt
 dibantu dgn oksigen melihat
  
  kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya
 dipasanglah alat bantu oksigen
   
  dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan
  adek bisa tidur 
  walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi
 DSAnya dr. Semi Asti
  datang 
  unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si
 adek, dan dia lgs kasih 
  intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus,
 diterapi, diambil drh 
  difoto) 
  juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA
 tsb periksa sampai
  kurang 
  lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai
 akhirnya saya tanya ke 
  suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi
 dia yg mulai lemah,
  suster 
  baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs
 saya yg tanya). 2 jam kmd 
  baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya
 penguapan, penyinaran saja
  tapi 
  tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini
 dijalanin adek. Saya sdh 
  tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas
 intruksi DSAnya. Terapi 
  kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis
 malah dia tidur  
  sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali).
 Setelah terapi tidak 
  dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya
 yg kontrol pun hanya 
  memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn
 permintaan saya. Saya 
  beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa
 tangan  kakinya dingin 
  sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab
 itu pengaruh oksigen. Saya
  
  juga bertanya kapan mau difoto  dites darah,
 setelah ditanya baru ada 
  tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang
 petugas unt ambil foto  
  ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh
 arteri akhirnya tidak 
  dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg
 bisa cari). Sementara
  itu 
  kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti
 mata mengantuk. Saya
  tanya 
  juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang
 sampai DSAnya dateng 
  (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok,
 jadi 1 hari cuma satu kali 
  kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya
 berisik 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik lysta

Ibu Maimum Utami, saya turut berduka cita atas dipanggilnya nanda Sitti
Fadilla Dwi Bachri. Semoga Ibu beserta keluarga diberi ketabahan dan
kekuatan menghadapi cobaan ini. Yakinlah bahwa nanda Sitti Fadilla Dwi
Bachri sudah mendapat tempat yang terbaik disisiNya.

mama Davi

-Original Message-
From: maimun utami [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, March 22, 2001 12:55 PM
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu
kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya
juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
adek
tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!)
dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik nur ismurrochmah

Buat Ibu Maimun,
 
 Innalillahi wa inailaihi roji'un.
 Saya juga turut berbela sungkawa, semoga Ibu  
keluarga diberi ketabahan .

nur


--- Taufan Surana [EMAIL PROTECTED]
wrote:
 Buat Ibu Maimun,
 
 Innalillahi wa inailaihi roji'un.
 Saya turut berbela sungkawa.. dan meneteskan air
 mata membaca email Ibu Maimun.
 
 Sama dengan Ibu, saya sangat yakin akan takdir
 Allah. Tetapi, menurut saya, jangan dibiarkan kasus
 seperti ini berhenti disini hanya karena kita
 percaya takdir. Kita harus menuntut tanggung jawab
 dokter/RS ybs, supaya kasus seperti ini tidak
 terjadi lagi di masa yad, karena Ibu tahu bahwa
 kejadian ini adalah kelalaian dari pihak RS.
 Kalau saya bisa 'memaksa' Ibu, maka saya akan
 meminta Ibu utk menuntut hal ini ke pengadilan. Di
 negara2 maju seperti Jepang, dengan kejadian seperti
 ini polisi akan langsung menangkap dokter tsb,
 walaupun tanpa pengaduan dari orangtua. karena hal
 ini sudah diatur oleh UU.
 
 
 Sekian komentar dari saya, semoga Ibu dan keluarga
 tetap tabah.
 
 Taufan Surana
 
 
 
 
 ---Original Message---
 
 From: maimun utami
 Date: 2001”N03ŒŽ22“ú 14:45:37
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan
 berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua
 Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT.
 Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat
 diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan
 menyesakkan dada saya tapi akan 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama
 itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr.
 Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah
 kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu
 kemudian adek kembali batuk  
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm
 terlihat sesak), tgl 8 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari
 sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret
 tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh
 biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter
 jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada
 (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara,
 disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang
 alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana.
 Mengingat jaminan kantor suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya
 bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong
 sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya
 muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul.
 Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa 
 mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg
 mutusin unt dirawat inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs
 tanya kalau dirawat inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti
 pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di
 kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga
 UGD). Si dr tanya mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal
 satupun DSA disana jadi kami 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb
 merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi,
 anak saya diperiksa sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt
 dibantu dgn oksigen melihat 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya
 dipasanglah alat bantu oksigen  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan 
 adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi
 DSAnya dr. Semi Asti datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si
 adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus,
 diterapi, diambil drh  difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA
 tsb periksa sampai kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai
 akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi
 dia yg mulai lemah, suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya
 yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya
 penguapan, penyinaran saja tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini
 dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas
 intruksi DSAnya. Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis
 malah dia tidur  
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali).
 Setelah terapi tidak 
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya
 yg kontrol pun hanya 
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn
 permintaan saya. Saya 
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa
 tangan  kakinya dingin 
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu
 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Menik Dyah Ayu W


Saya juga mengucapkan belasungkawa yg sedalam-dalamnya.
Insya Allah arwah Adek sudah tenang diterima disisiNya. Semoga Ibu  dan
keluarga diberikan ketabahan.
Saya juga punya anak masih bayi (7 bln), terima kasih untuk kesediaan Ibu
menceritakan pengalaman yg Ibu alami, walau saya tau hal ini sangat berat
bagi Ibu. Tetapi semuanya akan menjadi pelajaran yg sangat berarti bagi
kami.

Salam,
Menik


   -Original Message-
   From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
   Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
   To: [EMAIL PROTECTED]
   Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
  
   Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan
  berbagi pengalaman kepada
   netter semua.
   Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua
  Sitti Fadilla Dwi Bachri
   (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah
  SWT. Saya akan mencoba
   menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat
  diambil pelajaran buat
   kita semua walaupun masih terasa berat dan
  menyesakkan dada saya tapi akan
  
   saya coba.
   2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan
  selama itu telah dilakukan
   terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr.
  Yuli Yafri di RS.
   Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah
  kondisinya sudah pulih
   (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu
  kemudian adek kembali batuk 
  
   pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm
  terlihat sesak), tgl 8
   Maret
   saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali,
  dari sana dianjurkan unt
   melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret
  tepatnya jam 3.00 pagi dia
   menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya
  sdh biru saya segera
   mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter
  jaga menganjurkan unt
   dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada
  (alat bantu oksigen),
   segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra
  Jatinegara, disana dia lgs
   ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang
  alat oksigen. Dokter
   disana menganjurkan unt dirawat inap disana.
  Mengingat jaminan kantor
   suami
   ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb
  saya bawa ke RS. MMC.
   Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong
  sampai-sampai kita teriak
   panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya
  muncul, tapi tidak
   memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya
  muncul. Dokternya pun tidak
   melakukan pertolongan pertama hanya periksa 
  mengomentari kalau bayi itu
   penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya
  yg mutusin unt dirawat
   inap
   saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya
  lgs tanya kalau dirawat
   inap
   apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti
  pemasangan oksigen atau yg
   lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga
  di kamar yg lebih tau
   (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga
  UGD). Si dr tanya
   mau
   pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal
  satupun DSA disana jadi kami
  
   pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb
  merekomendasikan nama DSA dr. Semi
   Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30
  pagi, anak saya diperiksa
   sama
   suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt
  dibantu dgn oksigen melihat
  
   kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya
  dipasanglah alat bantu oksigen
   
   dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan
   adek bisa tidur
   walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi
  DSAnya dr. Semi Asti
   datang
   unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si
  adek, dan dia lgs kasih
   intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus,
  diterapi, diambil drh 
   difoto)
   juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA
  tsb periksa sampai
   kurang
   lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai
  akhirnya saya tanya ke
   suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi
  dia yg mulai lemah,
   suster
   baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs
  saya yg tanya). 2 jam kmd
   baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya
  penguapan, penyinaran saja
   tapi
   tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini
  dijalanin adek. Saya sdh
   tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas
  intruksi DSAnya. Terapi
   kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis
  malah dia tidur 
   sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali).
  Setelah terapi tidak
   dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya
  yg kontrol pun hanya
   memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn
  permintaan saya. Saya
   beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa
  tangan  kakinya dingin
   sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab
  itu pengaruh oksigen. Saya
  
   juga bertanya kapan mau difoto  dites darah,
  setelah ditanya baru ada
   tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang
  petugas unt ambil foto 
   ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh
  arteri akhirnya tidak
   dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg
  bisa cari). Sementara
   itu
   kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti
  mata mengantuk. Saya
   tanya
   juga kapan saya bisa susuin 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya

2001-03-22 Terurut Topik C. Wahyono

Hello netters,

Saya turut berbela sungkawa dengan musibah yang Ibu Maimun dapatkan,
dan saya hanya bisa ucapkan "Sesungguhnya Semuanya adalah milik Allah
dan semuanya akan kembali kepada Allah ...".

Saya salut dengan ketegaran dan ketabahan serta ketakwaan Ibu Maimun
sekeluarga dan mudah-mudahan Allah akan lebih memberikan ganjaran dan
pahala atas musibah dan semua keutamaan itu.

Saya sungguh sedih dan menangis didepan PC saya walaupun saya berada
di Kantor, Saya tidak bisa membayangkan jika semua terjadi pada saya
dan saat ini saya mempunyai bayi berusia 3 bulan oleh karena itu saya
sangat berbela sungkawa dan memohon kepada Allah agar kejadian ini
dapat kita ambil hikmahnya terutama buat Praktisi-praktisi hukum
ataupun kesehatan dalam menyikapi dan menindaklanjuti kasus ini
terutama sekali buat RS. MMC agar secara responsif menanggapi dan
bertanggung jawab atas kasus ini.

Dan secara pribadi saya mendukung jika RS. MMC serta seluruh petugas
yang bertugas saat itu terutama para Dokter nya diajukan untuk di
gugat ke Pengadilan dan di laporkan ke IDI, YLKI agar kasus ini tidak
terjadi lagi.

Atau bisa juga Ibu Maimun kirimkan email ibu ke berbagai media, baik
surat kabar cetak atau online maupun radio-radio sehingga hal ini bisa
menjadi hikmah buat semua orang dan menjadi pelajaran buat RS-RS di
Indonesia, agar mereka sadar bahwa keselamatan dan kesehatan adalah
yang paling utama dibandingkan dengan DUIT .


Friday, March 23, 2001, 9:47:43 PM, you wrote:

biac Sungguh saya merasa teriris melihat kesedihan Ibu Maimun yang harus melihat
biac bagaimana anaknya berjuang melawan maut sementara  tindakan medis dokter dan 
perawat
biac RS.MMC begitu lambannya.
biac Akal sehat saya mungkin tidak akan saya pakai kalau saya ada di sebelah anak ibu,
biac mungkin satu dua tonjokkan barangkali bisa membangunkan kesadaran dari dokter dan
biac perawat di sana.
biac Saya kadang juga sedih denger ada RS yang sangat mengutamakan uang daripada 
nyawa.
biac Di Bandung saya denger ada salah satu RS yang minta uang muka dulu apabila mau
biac dirawat ,kaya penginapan saja.
biac Apa RS.MMC ini juga karna faktor uang juga ya yang menyebabkan dokter dan perawat
biac merasa ogah-ogahan dalam menangani pasien. Atau memang (maaf) tolol saja mereka.
biac Memang kalau dikembalikan lagi semuanya karna Takdir, tapi tindakan dokter dan
biac perawat yang begitu lamban itu patut amat sangat sangat disayangkan.
biac Maaf Pak Ruddy , "Rudy Sutadi, MD" [EMAIL PROTECTED](salah seorang dokter yang
biac jadi member di milis ini) bisa ndak anda melaporkan peristiwa seperti yang di 
alami
biac ibu Maimun itu ke IDI. Paling tidak pelayanan RS MMC terhadap seorang pasien bisa
biac berubah


-- 
Best regards,
 C.mailto:[EMAIL PROTECTED]



 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Ida

turut berduka cita atas meninggalnya putri tercinta.

Salam

Ida
-Original Message-
From: maimun utami [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, March 22, 2001 12:51 PM
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu
kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya
juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
adek
tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!)
dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi
adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi
pasien??) saya bilang kalo si adek matanya ngantuk  tdk bisa tidur, dia
lihat trus dia bilang kalo' matanya adek itu bukan 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Muwarni Dewi

Saya dan keluarga turut berduka cita atas meninggalnya Sitti Fadilla. Semoga
diberikan kekuatan dan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan. 

Wassalam, 
Dewi 

-Original Message-
From:   Ida [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Friday, March 23, 2001 9:41 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

turut berduka cita atas meninggalnya putri tercinta.

Salam

Ida
-Original Message-
From: maimun utami [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, March 22, 2001 12:51 PM
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman
kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi
Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan
mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran
buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya
tapi akan
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah
dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali
batuk 
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak),
tgl 8
Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana
dianjurkan unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00
pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya
segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga
menganjurkan unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu
oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen.
Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan
kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS.
MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita
teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun
tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau
bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt
dirawat
inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau
dirawat
inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen
atau yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih
tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr
tanya
mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana
jadi kami
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr.
Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya
diperiksa
sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen
melihat
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu
oksigen

dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa
tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi
Asti datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs
kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa
sampai
kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya
tanya ke
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai
lemah,
suster
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2
jam kmd
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran
saja
tapi
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya
sdh
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya.
Terapi
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur

sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi
tidak
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun
hanya
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya
dingin
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh
oksigen. Saya
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru
ada
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC..Bagaimana kita menyikapinya

2001-03-22 Terurut Topik Edy Subrata

Saya juga ikut berbela sungkawa dengan musibah yang Ibu Maimun alami.
Beberapa tahun yang lalu, saya pernah berobat ke MMC (spesialis THT) dengan 
pertimbangan
lokasinya dekat kantor.
Waktu itu dokternya belum datang walaupun sudah lewat jam yang ditentukan. Begitu 
dokter
datang, saya yang berada di urutan pertama ternyata tidak dipanggil padahal berada di 
sekitar
ruang tunggu yang sangat dekat sehingga saya pasti tahu kalau nama saya dipanggil. 
Saya tidak
tahu bagaimana caranya tapi orang lain sudah masuk di ruang dokter tsb. Saya complain 
ke
susternya tapi tanpa penjelasan dan minta maaf, dia meminta saya menunggu lagi. Tentu 
saja
saya menolak hal itu dan saya bermaksud complain ke management-nya.
Saya tidak berhasil menemui manager-nya dan saya tidak ingat kenapa (kalau tidak salah
dikatakan tidak ada di tempat). Jadi saya ingin tulis complain saja, tapi ternyata 
kotak
saran-nya tidak ada kuncinya.
Pada saat itu yang bisa saya lakukan hanya segera meninggalkan RS tsb dan berjanji 
tidak akan
datang lagi untuk saya dan keluarga saya. Saya juga mendengar banyak complain yang 
jauh lebih
serius seperti yang dialami Ibu Maimun mengenai RS ini.
Saya ambil kesimpulan bahwa kesalahan ada di pihak Management. Salah satu indikator 
yang
sangat jelas adalah tidak adanya jalur komunikasi (yang terjamin aman) antara pasien
(customer) dengan Management.

"C. Wahyono" wrote:

 Hello netters,

 Saya turut berbela sungkawa dengan musibah yang Ibu Maimun dapatkan,
 dan saya hanya bisa ucapkan "Sesungguhnya Semuanya adalah milik Allah
 dan semuanya akan kembali kepada Allah ...".

 Saya salut dengan ketegaran dan ketabahan serta ketakwaan Ibu Maimun
 sekeluarga dan mudah-mudahan Allah akan lebih memberikan ganjaran dan
 pahala atas musibah dan semua keutamaan itu.

 Saya sungguh sedih dan menangis didepan PC saya walaupun saya berada
 di Kantor, Saya tidak bisa membayangkan jika semua terjadi pada saya
 dan saat ini saya mempunyai bayi berusia 3 bulan oleh karena itu saya
 sangat berbela sungkawa dan memohon kepada Allah agar kejadian ini
 dapat kita ambil hikmahnya terutama buat Praktisi-praktisi hukum
 ataupun kesehatan dalam menyikapi dan menindaklanjuti kasus ini
 terutama sekali buat RS. MMC agar secara responsif menanggapi dan
 bertanggung jawab atas kasus ini.

 Dan secara pribadi saya mendukung jika RS. MMC serta seluruh petugas
 yang bertugas saat itu terutama para Dokter nya diajukan untuk di
 gugat ke Pengadilan dan di laporkan ke IDI, YLKI agar kasus ini tidak
 terjadi lagi.

 Atau bisa juga Ibu Maimun kirimkan email ibu ke berbagai media, baik
 surat kabar cetak atau online maupun radio-radio sehingga hal ini bisa
 menjadi hikmah buat semua orang dan menjadi pelajaran buat RS-RS di
 Indonesia, agar mereka sadar bahwa keselamatan dan kesehatan adalah
 yang paling utama dibandingkan dengan DUIT .



 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Wawan

Kami sekeluarga mengucapkan rasa belasungkawa yang sedalam-dalamnya, semoga
arwah Adek diterima disisiNYA, dan dia pasti bahagia disana.., innalillahi
wainnalillahi rojiun.
Mari kita kembalikan kepada KekuasaanNya...,

Tentunya ada baiknya kita memetik dari pelajaran yang paling berharga ini ,
yaitu...,
1. Pilih dan carilah DSA yang tepat dan cocok untuk anak kita, mulai dari
lahir sampai dia melewati masa balita.., kalau tidak terpaksa jangan
berganti-ganti dokter dan rumah sakit, apalagai pada saat gawat darurat..,
ada baiknya kita memakai rumah sakit yang menyimpan medical record anak
kita.dengan baik.

2. Memilih dokter yang baik berdasarkan referensi dari teman, rekan, saudara
sangat penting..Perlu disadari tidak semua dokter memiliki orientasi
kemanusiaan, hanya satu- dua, kebanyakan dari mereka lebih cenderung Money
Oriented..., Saya punya teman kuliah dikedokteran, sekarang sedang mengambil
spesialisasi anak.., motivasi dia bukan karena di suka anak-anak tapi karena
Sp. Anak adalah salah satu lahan paling basah dan menguntungkan di dunia
kedokteran !. Nggak tau..mau jadi apa dunia kedokteran kita..

3.Rumah sakit mahal bukan berarti selalu memberi pelayanan yang baik..,saya
sendiri lebih cenderung memilih RS yang dikelola oleh yayasan
sosial/kemanusiaan, yang bukan profit oriented.., spt RS Islam, RS Haji, St
Carolus, RS Ibu dan Anak, dan sejenisnya...

Wawan


- Original Message -
From: "maimun utami" [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
suami
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
datang
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
difoto)
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Rifqi ARIFIN


 Saya turut mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya.
 
 Rifqi A (papanya Thia)


__ Reply Separator _
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
Author:  [EMAIL PROTECTED] at Internet
Date:22/03/2001 6:50 AM


Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan 
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk  
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret 
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami 
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap 
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap 
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau 
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami 
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama 
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat 
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen  
dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang 
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto) 
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang 
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster 
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi 
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya 
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu 
kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya 
juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek 
tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu 
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs 
ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) 
dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi 
adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi 
pasien??) saya bilang 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Muhammad_A_Yusuf


Saya turut menyampaikan bela sungkawa atas kepergian bidadari kecil ibu.
Insya Allah jika ibu sabar dan tabah dalam menghadapinya, bidadari kecil
ibu akan menjemput ibu di pintu surga, semoga.

M Amin Yusuf
321-361552 Ext. 4293
V-Team Dept.



 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Darwita, Arnelli AIS

Untuk Ibu Maimun,

Innalillahi wainna ilaihi raji'un. Semoga anda dan keluarga diberiNya
kekuatan dalam menghadapi cobaan. 

Salam 
Bunda Fajar

-Original Message-
From: nur ismurrochmah [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Friday, March 23, 2001 8:57 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Buat Ibu Maimun,
 
 Innalillahi wa inailaihi roji'un.
 Saya juga turut berbela sungkawa, semoga Ibu  
keluarga diberi ketabahan .

nur


--- Taufan Surana [EMAIL PROTECTED]
wrote:
 Buat Ibu Maimun,
 
 Innalillahi wa inailaihi roji'un.
 Saya turut berbela sungkawa.. dan meneteskan air
 mata membaca email Ibu Maimun.
 
 Sama dengan Ibu, saya sangat yakin akan takdir
 Allah. Tetapi, menurut saya, jangan dibiarkan kasus
 seperti ini berhenti disini hanya karena kita
 percaya takdir. Kita harus menuntut tanggung jawab
 dokter/RS ybs, supaya kasus seperti ini tidak
 terjadi lagi di masa yad, karena Ibu tahu bahwa
 kejadian ini adalah kelalaian dari pihak RS.
 Kalau saya bisa 'memaksa' Ibu, maka saya akan
 meminta Ibu utk menuntut hal ini ke pengadilan. Di
 negara2 maju seperti Jepang, dengan kejadian seperti
 ini polisi akan langsung menangkap dokter tsb,
 walaupun tanpa pengaduan dari orangtua. karena hal
 ini sudah diatur oleh UU.
 
 
 Sekian komentar dari saya, semoga Ibu dan keluarga
 tetap tabah.
 
 Taufan Surana
 
 
 
 
 ---Original Message---
 
 From: maimun utami
 Date: 2001"N03OEZ22" 14:45:37
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan
 berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua
 Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT.
 Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat
 diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan
 menyesakkan dada saya tapi akan 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama
 itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr.
 Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah
 kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu
 kemudian adek kembali batuk  
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm
 terlihat sesak), tgl 8 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari
 sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret
 tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh
 biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter
 jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada
 (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara,
 disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang
 alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana.
 Mengingat jaminan kantor suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya
 bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong
 sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya
 muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul.
 Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa 
 mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg
 mutusin unt dirawat inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs
 tanya kalau dirawat inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti
 pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di
 kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga
 UGD). Si dr tanya mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal
 satupun DSA disana jadi kami 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb
 merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi,
 anak saya diperiksa sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt
 dibantu dgn oksigen melihat 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya
 dipasanglah alat bantu oksigen  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan 
 adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi
 DSAnya dr. Semi Asti datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si
 adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus,
 diterapi, diambil drh  difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA
 tsb periksa sampai kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai
 akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi
 dia yg mulai lemah, suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya
 yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya
 penguapan, penyinaran saja tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini
 dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas
 intruksi DSAnya. Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis
 malah dia tidur  

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC-

2001-03-22 Terurut Topik tyudawat



Rekan-rekan netter yang terhormat,

kalo saya boleh usul utk meringankan beban Ibu Maimun, seandainya Ibu
Maimun dan keluarga mau memperkarakan masalah ini ke pengadilan (krn banyak
yang mengusulkan demikian) , alangkah baiknya rekan-rekan mau memberikan
referensi pengacara atau LBH yang bisa membantu beban Ibu Maimun dan
keluarga derita.

Salam

Teny






 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Sumarni, Iis AIS

Innalillahi wainna'ilaihi raajiun.
Saya turut bela sungkawa atas meninggalnya anak ibu, semoga ibu dan
keluarga tabah menghadapi semuanya. Mungkin Allah swt lebih tahu mana
yang terbaik dan ibu harus yakin dia akan lebih damai dan bahagia di
sisi Allah swt.

wassalam
Mama haza 

-Original Message-
From: Rita,SatriaJKEMS [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Thursday, March 22, 2001 3:04 PM
To: '[EMAIL PROTECTED]'
Subject: RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC




Innalillahi wainna'ilaihi raajiun. Saya ikut belasungkawa atas
meninggalnya
buat hati Mba dan keluarga. Saya ikut sedih  miris membaca
kisah
Mba. Mudah2an Adek
mendapat tempat yg layak di sisi Allah SWT. Amin. 
Tabah dan merelakan Adek  menemui Allah  akan membuat Adek lebih
Bahagia

Mamanya Afif

 -Original Message-
 From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi
pengalaman
kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla
Dwi
Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan
mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil
pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada
saya
tapi akan
 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah
dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di
RS.

 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah
pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek
kembali
batuk 
 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat
sesak),
tgl 8
 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana
dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam
3.00
pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya
segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga
menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu
oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana
dia
lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat
oksigen.
Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan
kantor
 suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke
RS.
MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai
kita
teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi
tidak

 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya
pun
tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari
kalau
bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin
unt
dirawat
 inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya
kalau
dirawat
 inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan
oksigen
atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg
lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD).
Si dr
tanya
 mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA
disana
jadi kami
 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA
dr.
Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya
diperiksa
 sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn
oksigen
melihat
 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat
bantu
oksigen
  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa
tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr.
Semi
Asti
 datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia
lgs
kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil
drh

 difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa
sampai
 kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya
tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai
lemah,
 suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg
tanya). 2
jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan,
penyinaran
saja
 tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek.
Saya
sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi
DSAnya.
Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia
tidur
 
 sesekali

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-22 Terurut Topik Mulyono, Sri
Title: RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC





 
Untuk yang kesekian kali terjadi lagi hal seperti ini Teman-teman di YLKI bagaimana tanggapannya.. 


-Original Message-
From: Menik Dyah Ayu W [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: 23 Maret 2001 9:12
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC




Saya juga mengucapkan belasungkawa yg sedalam-dalamnya.
Insya Allah arwah Adek sudah tenang diterima disisiNya. Semoga Ibu dan
keluarga diberikan ketabahan.
Saya juga punya anak masih bayi (7 bln), terima kasih untuk kesediaan Ibu
menceritakan pengalaman yg Ibu alami, walau saya tau hal ini sangat berat
bagi Ibu. Tetapi semuanya akan menjadi pelajaran yg sangat berarti bagi
kami.


Salam,
Menik



   -Original Message-
   From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
   Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
   To: [EMAIL PROTECTED]
   Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
  
   Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan
  berbagi pengalaman kepada
   netter semua.
   Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua
  Sitti Fadilla Dwi Bachri
   (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah
  SWT. Saya akan mencoba
   menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat
  diambil pelajaran buat
   kita semua walaupun masih terasa berat dan
  menyesakkan dada saya tapi akan
  
   saya coba.
   2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan
  selama itu telah dilakukan
   terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr.
  Yuli Yafri di RS.
   Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah
  kondisinya sudah pulih
   (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu
  kemudian adek kembali batuk 
  
   pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm
  terlihat sesak), tgl 8
   Maret
   saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali,
  dari sana dianjurkan unt
   melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret
  tepatnya jam 3.00 pagi dia
   menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya
  sdh biru saya segera
   mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter
  jaga menganjurkan unt
   dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada
  (alat bantu oksigen),
   segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra
  Jatinegara, disana dia lgs
   ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang
  alat oksigen. Dokter
   disana menganjurkan unt dirawat inap disana.
  Mengingat jaminan kantor
   suami
   ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb
  saya bawa ke RS. MMC.
   Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong
  sampai-sampai kita teriak
   panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya
  muncul, tapi tidak
   memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya
  muncul. Dokternya pun tidak
   melakukan pertolongan pertama hanya periksa 
  mengomentari kalau bayi itu
   penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya
  yg mutusin unt dirawat
   inap
   saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya
  lgs tanya kalau dirawat
   inap
   apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti
  pemasangan oksigen atau yg
   lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga
  di kamar yg lebih tau
   (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga
  UGD). Si dr tanya
   mau
   pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal
  satupun DSA disana jadi kami
  
   pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb
  merekomendasikan nama DSA dr. Semi
   Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30
  pagi, anak saya diperiksa
   sama
   suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt
  dibantu dgn oksigen melihat
  
   kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya
  dipasanglah alat bantu oksigen
   
   dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan
   adek bisa tidur
   walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi
  DSAnya dr. Semi Asti
   datang
   unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si
  adek, dan dia lgs kasih
   intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus,
  diterapi, diambil drh 
   difoto)
   juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA
  tsb periksa sampai
   kurang
   lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai
  akhirnya saya tanya ke
   suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi
  dia yg mulai lemah,
   suster
   baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs
  saya yg tanya). 2 jam kmd
   baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya
  penguapan, penyinaran saja
   tapi
   tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini
  dijalanin adek. Saya sdh
   tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas
  intruksi DSAnya. Terapi
   kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis
  malah dia tidur 
   sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali).
  Setelah terapi tidak
   dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya
  yg kontrol pun hanya
   memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn
  permintaan saya. Saya
   beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa
  tangan  kakinya dingin
   sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab
  itu pengaruh oksigen. Saya
  
   juga bertanya kapan mau difoto  dites darah,
  setelah ditanya baru ada

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Dina B

innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Saya turut berduka cita dengan kepulangan putri ibu. Semoga ibu dan keluarga
diberi ketabahan dan kesabaran oleh Allah SWT.

Salam
Dina
- Original Message -
From: "maimun utami" [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
suami
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
datang
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
difoto)
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
adek
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
memberitahu
 kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
 ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!)
 dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi
 adek (bukankah ini seharusnya tugas 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Rosita

Saya mengucapkan turut berduka cita Bu, Semoga keluarga yang ditinggalkan
diberikan ketabahan
Amin

Mama Donna

- Original Message -
From: maimun utami [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
suami
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
datang
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
difoto)
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
adek
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
memberitahu
 kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
 ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!)
 dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi
 adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat perubahan kondisi
 pasien??) saya bilang kalo 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Safaatun

Ibu Maimun,

Saya turut berduka cita semoga putri ibu dapat menempati surga. Amiin.

Salam
Eva
Mamanya Adit  Tia.


-Original Message-
From:   maimun utami [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   22 Maret 2001 12:48
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:[balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi
pengalaman kepada 
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti
Fadilla Dwi Bachri 
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya
akan mencoba 
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil
pelajaran buat 
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada
saya tapi akan 
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu
telah dilakukan 
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri
di RS. 
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya
sudah pulih 
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek
kembali batuk  
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat
sesak), tgl 8 Maret 
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana
dianjurkan unt 
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam
3.00 pagi dia 
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru
saya segera 
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga
menganjurkan unt 
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat
bantu oksigen), 
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana
dia lgs 
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat
oksigen. Dokter 
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat
jaminan kantor suami 
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke
RS. MMC. 
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai
kita teriak 
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi
tidak 
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul.
Dokternya pun tidak 
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari
kalau bayi itu 
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin
unt dirawat inap 
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya
kalau dirawat inap 
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan
oksigen atau yg 
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar
yg lebih tau 
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD).
Si dr tanya mau 
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA
disana jadi kami 
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama
DSA dr. Semi 
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak
saya diperiksa sama 
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn
oksigen melihat 
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat
bantu oksigen  
dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek
bisa tidur 
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr.
Semi Asti datang 
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan
dia lgs kasih 
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi,
diambil drh  difoto) 
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb
periksa sampai kurang 
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya
saya tanya ke 
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg
mulai lemah, suster 
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg
tanya). 2 jam kmd 
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan,
penyinaran saja tapi 
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek.
Saya sdh 
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi
DSAnya. Terapi 
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia
tidur  
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah
terapi tidak 
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg
kontrol pun hanya 
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan
saya. Saya 
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan 
kakinya dingin 
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh
oksigen. Saya 
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Yudhiawati/BMS

dear ibu utami,

saya ikut belasungkawa dan berduka cita yang sedalam2nya atas musibah yang
ibu alami,
semoga ibu diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapinya
dan tanpa bermaksud mengambil untung dari musibah yang ibu alami, untuk
rekan2 semua dapat memetik pelajaran yang amat sangat berharga

wass
ade

- Original Message -
From: maimun utami [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
suami
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
datang
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
difoto)
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
adek
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
memberitahu
 kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
 ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Taufan Surana








  Buat Ibu Maimun,
  
  Innalillahi wa inailaihi roji'un.
  Saya turut berbela sungkawa.. dan meneteskan air mata membaca 
  email Ibu Maimun.
  
  Sama dengan Ibu, saya sangat yakin akan takdir Allah. Tetapi, menurut 
  saya, jangan dibiarkan kasus seperti ini berhenti disini hanya karena kita 
  percaya takdir. Kita harus menuntut tanggung jawab dokter/RS ybs, supaya 
  kasus seperti ini tidak terjadi lagi di masa yad, karena Ibu tahu bahwa 
  kejadian ini adalah kelalaian dari pihak RS.
  Kalau saya bisa 'memaksa' Ibu, maka saya akan meminta Ibu utk 
  menuntut hal ini ke pengadilan. Di negara2 maju seperti Jepang, dengan 
  kejadian seperti ini polisi akan langsung menangkap dokter tsb, walaupun 
  tanpa pengaduan dari orangtua. karena hal ini sudah diatur oleh UU.
  
  
  Sekian komentar dari saya, semoga Ibu dan keluarga tetap tabah.
  
  Taufan Surana
  
  
  
  
  ---Original Message---
  
  
  From: maimun utami
  Date: 2001”N03ŒŽ22“ú 
  14:45:37
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Subject: [balita-anda] 
  Anakku meninggal di RS. MMC
  Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi 
  pengalaman kepada netter semua.Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya 
  yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri (adek) yg berusia (4 bln) telah 
  dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba menceritakan kronologis 
  kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat kita semua walaupun 
  masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan saya coba.2 
  minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
  terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
  Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
  (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali 
  batuk  pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat 
  sesak), tgl 8 Maret saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, 
  dari sana dianjurkan unt melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 
  Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia menangis  tidak mau disusuin, 
  melihat bibirnya sdh biru saya segera mengajaknya ke klinik 24 jam 
  didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt dibawa ke RS mengingat 
  fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), segera saya larikan 
  dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs ditangani sama dr 
   suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter disana 
  menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami 
  ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
  Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita 
  teriak panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, 
  tapi tidak memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. 
  Dokternya pun tidak melakukan pertolongan pertama hanya periksa  
  mengomentari kalau bayi itu penyembuhannya hanya dgn terapi saja. 
  Suami saya yg mutusin unt dirawat inap saja si Dokter malah bilang oh 
  boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap apakah dikasih tindakan 
  pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg lainnya) si dokter 
  bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau (Apakah memang 
  begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau pake DSA 
  siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami 
  pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. 
  Semi Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya 
  diperiksa sama suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt 
  dibantu dgn oksigen melihat kondisi adek yg sdh semakin sesak. 
  Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen  dilakukan terapi uap, 
  kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur walaupun nafasnya 
  masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang unt periksa. 
  Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih intruksi 
  pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto) 
  juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai 
  kurang lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya 
  tanya ke suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg 
  mulai lemah, suster baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs 
  saya yg tanya). 2 jam kmd baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya 
  penguapan, penyinaran saja tapi tidak disedot berbeda dgn terapi yg 
  slm ini dijalanin adek. Saya sdh tanyakan ini, tapi mereka menjawab 
  itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi kali ini berbeda si adek tidak 
  sedikitpun menangis malah dia tidur  sesekali menjilat lidahnya 
  (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak dilakukan pemeriksaan 
  sampai siang hari. Susternya yg kontrol 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Enung Rukanah

Innalillahi wainna'ilaihi raajiun. Saya ikut belasungkawa atas meninggalnya
buat hati Mba . Saya ikut sedih  miris membaca kisah Mba. Mudah2an Adek
mendapat tempat yg layak di sisi Allah SWT. Amin. 

Ibunda Fawwaz

 -Original Message-
 From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
 suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
 inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
 inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
 mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
 sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen
  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
 datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
 difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
 kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
 suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
 tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
 itu 
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
 tanya 
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
 adek 
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
 memberitahu 
 kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
 
 ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik lagustin


mbak, kami sekeluarga ikut berduka cita. Semoga keluarga yang ditinggalkan
di beri ketabahan dan si adek tenang di pangkuanNya.

- l i t a -


 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Dian Pertiwi

Dear Rekan Maimun Utami,

Saya turut berduka cita yang sedalam-dalamnya  dan saya doakan semoga
arwah almarhumah dapat langsung diterima di sisi AllAh SWT amiiin yaa
robal alamiiin..

Kalau boleh berkomentar, seringkali hak-hak pasien di R.S. untuk mendapatkan
pertolongan pertama (secepatnya) dikalahkan (atau sengaja tidak diberikan)
oleh dokter dan para medis yang memang berkewajiban harus bertindak sesegera
MUNGKIN dengan dalih apapun, dan kita hanya bisa "pasrah" dengan kelakuan
dan sikap mereka.  Sangat menjengkelkan sekali melihat mereka itu!!!
Apalagi kalau dilihatnya pasien tsb tidak "ber-uang banyak dan tidak
menguntungkan" bagi R.S. mereka, wah-wah-wah-,  maka semakin "angkuh" lah
mereka semuanya.

Saya sangat berharap dan berdoa agar kelakuan dan sifat-sifat "minus" dari
dokter dan para medis tsb dapat segera berubah dan selalu berorientasi untuk
menyelamatkan nyawa manusia siapapun pasiennya.

Mohon ma'af bagi para dokter dan para medis yang telah berbakti dengan
sepenuh jiwa dalam bertugas dan semoga dapat menjadi teladan bagi yang
lainnya.

Sekali lagi mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. 

Wassalam,




 -Original Message-
 From: maimun utami [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
 suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
 inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
 inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
 mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
 sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen
  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
 datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
 difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
 kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
 suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
 tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
 beberapakali 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Dwi Setyarini

Maaf (bukan bermaksud tidak hormat terhadap yang sudah senior di melis ini)
tapi kalau boleh ucapan bela sungkawanya ke email pribadi saja yaitu :
[EMAIL PROTECTED] jangan ke melis...

Trimka,
Rini


-Original Message-
From: Yudhiawati/BMS [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Thursday, March 22, 2001 1:26 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


dear ibu utami,

saya ikut belasungkawa dan berduka cita yang sedalam2nya atas musibah yang
ibu alami,
semoga ibu diberikan kekuatan dan kesabaran dalam menghadapinya
dan tanpa bermaksud mengambil untung dari musibah yang ibu alami, untuk
rekan2 semua dapat memetik pelajaran yang amat sangat berharga

wass
ade

- Original Message -
From: maimun utami [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
suami
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
datang
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
difoto)
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya
 juga kapan saya bisa susuin

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik ariesanthy

Innalillahi wainnalillahi rojiun, saya turut berduka cita sedalam-dalamnya
atas kepergian putri kecil Ibu, Semoga Allah memberikan tempat terbaik bagi
Putri ibu, bagi yang ditinggalkan semoga Allah memberikan kekuatan dan
ketabahan dalam menghadapi cobaan ini, memang sangat berat yang ibu rasakan,
saya pun sebagai seorang ibu bisa ikut merasakannya. 

Wasalam,

Ibunya Awanis

-Original Message-
From: maimun utami [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan 
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk  
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret

saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami 
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap

saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap

apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau

pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami 
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama

suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat 
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen 

dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang 
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto) 
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang

lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster

baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi

tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya 
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu

kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya

juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek

tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu 
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik dian

...ibu maimun..., saya ikut merasakan kesedihan ibu..., kami sekeluarga
'ikut berduka cita atas meninggalnya putri tercintanya" semoga keluarga yang
ditinggalkan diberi kekuatan lahir dan batin..amiin.


- Original Message -
From: "maimun utami" [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 22, 2001 5:47 AM
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
suami
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
datang
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
difoto)
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto 
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
itu
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
tanya
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
adek
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
memberitahu
 kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs
 ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!)
 dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi
 adek 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Nancy Bustamam

saya hampir2 tidak kuat membaca surat ini..
saya hanya bisa mengucapkan rasa turut berduka cita yang mendalam atas musibah yang 
menimpa keluarga ibu..
semoga adek bahagia disisiNya

dan ibu serta keluarga tabah menghadapi cobaan ini..
Amiien.
Nancy E. Sulistyo

On Thursday, March 22, 2001 1:48 AM, [EMAIL PROTECTED] [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] wrote:
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk  
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya 
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu 
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya 
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek 
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu 
 kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs 
 ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) 
 dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Maria Nasrun

Innalillahi wainnalillahi rojiun.  Saya turut berduka cita atas berpulangnya
ananda Sitti Fadilla Dwi Bachri. Ini semua memang sudah kehendak Illahi.
Anak hanyalah titipan untuk kita.  Kasus-kasus atas tindakan rumah sakit
baik dokter maupun suster yang lakukan kadang-kadang memang diluar dugaan
kita. Setiap orang tua selalu mengharapkan tindakan yang tulus dari seorang
dokter ataupun suster pada saat anak kita harus di rawat.  Saya juga punya
pengalaman yang tidak mengenakkan pada saat anak saya Alissa sakit di usia 3
bulan. (Alhamdulillah sekarang Alissa sehat). Melihat tindakan-tindakan yang
tidak semestinya membuat saya selalu kecewa saat anak saya sakit, tetapi
saya selalu meminta kepada Yang Kuasa untuk di berikan kemudahan dan
kesabaran. Alhamdulillah, Allah masih mempercayai saya untuk merawat Alissa.
Beruntung saya dan suami memiliki cukup pengetahuan di bidang medis sehingga
bisa ada komunikasi timbal balik (tidak di buat semena-mena) sehingga
rasanya yang tidak perlu masih berani kami komentari dengan alasan yang kuat
dan yang rasanya harus dilakukan kami minta meskipun memakan biaya yang
tinggi, tapi demi si buah hati kami ikhlas.

Terima kasih untuk meceritakan pengalaman ibu ini kepada kami. Ibu jangan
sedih lagi, biarkanlah semuanya berlalu. Sitti Fadilla tetap melemparkan
senyum manisnya untuk Ibu dari sorga.
 
Maria Nasrun
Strategic Exploration Team
Room 701
Ph: 62-761-592240   Fax: 62-761-592240
e-mail:[EMAIL PROTECTED]

 --
 From: maimun utami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Reply To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Thursday, March 22, 2001 12:47 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
 suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
 inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
 inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
 mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
 sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen
  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
 datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
 difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
 kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
 suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
 tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Lalu Abdul Aziz


mBak Maimun Utami Yth.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun. Turut berbela sungkawa atas
meninggalnya
putri mBak. Semoga Allah SWT memberi ketabahan kepada mBak sekeluarga.
InsyaAllah- mBak sekeluarga kelak akan dikaruniai-NYA putra-putri lain yang
sehat 
dan saleh/salehah. Amin.

 --
 From: maimun utami[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
 Reply To: [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Thursday, March 22, 2001 12:47 PM
 To:   [EMAIL PROTECTED]
 Subject:  [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC
 
 Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
 netter semua.
 Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
 (adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
 menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
 kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
 
 saya coba.
 2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
 terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
 Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
 (diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
 
 pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
 Maret 
 saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
 melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
 menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
 mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
 dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
 segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
 ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
 disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor
 suami 
 ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
 Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
 panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
 memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
 melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
 penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
 inap 
 saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
 inap 
 apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
 lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
 (Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
 mau 
 pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
 
 pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
 Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
 sama 
 suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
 
 kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen
  
 dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
 walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti
 datang 
 unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
 intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh 
 difoto) 
 juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
 kurang 
 lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
 suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
 suster 
 baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
 baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
 tapi 
 tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
 tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
 kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
 sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
 dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
 memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
 beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
 sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
 
 juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
 tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
 ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
 dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara
 itu 
 kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya
 tanya 
 juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
 (ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
 kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si
 adek 
 tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty
 memberitahu 
 kalo yg renovasi sdh 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Catrien_Lanny


Ibu,
saya merasakan kepedihan Ibu, berharaplah pada Allah, mintalah penghiburan
padaNya.
Karena hanya didalam Dia ada pengharapan dan sumber kekuatan.
saya turut berdukcita.

Gby, Catrien




   
 
"maimun utami" 
 
immud@hotmail   To: [EMAIL PROTECTED]
 
.comcc:   
 
 Subject: [balita-anda] Anakku meninggal 
di RS. 
03/22/01 12:47MMC  
 
PM 
 
Please respond 
 
to balita-anda 
 
   
 
   
 




Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8
Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat
inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat
inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya
mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa
sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen

dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai
kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah,
suster
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja
tapi
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang 

RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Diah Rosdiana

tanpa sadar air mata saya menetes waktu membaca surat Ibu. 
Inalillahi wa inaillaihi rojiun
saya turut berduka cita dengan kepergian Adek. Yang tabah ya Bu ...
sepertinya Allah sangat menyayangi Adek, melebihi siapapun di dunia ini yang
juga sangat menyayanginya.

mamanya Nadira


-Original Message-
From: maimun utami [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan 
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk  
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret

saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami 
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap

saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap

apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau

pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami 
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama

suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat 
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen 

dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang 
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto) 
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang

lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster

baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi

tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya 
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu

kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya

juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek

tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu 
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs 
ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) 

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Dini Rahma Shanti
Ibu Maimun,
saya turut berduka cita, semoga ibu sekeluarga di beri ketabahan.

saya ada pertanyaan, apa setelah itu ibu berdiskusi dg dokter lain? maksud
saya,
apakah terus terungkap sebenarnya apa yg terjadi?
sakit apa si adek?
apa benar hanya flu biasa?

saya setuju dg pak Taufan,
untuk melanjutkan ke pengadilan..

Dini


- Original Message -
From: "Taufan Surana" [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 22, 2001 1:29 PM
Subject: Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Buat Ibu Maimun,

Innalillahi wa inailaihi roji'un.
Saya turut berbela sungkawa.. dan meneteskan air mata membaca email Ibu
Maimun.

Sama dengan Ibu, saya sangat yakin akan takdir Allah. Tetapi, menurut saya,
jangan dibiarkan kasus seperti ini berhenti disini hanya karena kita percaya
takdir. Kita harus menuntut tanggung jawab dokter/RS ybs, supaya kasus
seperti ini tidak terjadi lagi di masa yad, karena Ibu tahu bahwa kejadian
ini adalah kelalaian dari pihak RS.
Kalau saya bisa 'memaksa' Ibu, maka saya akan meminta Ibu utk menuntut hal
ini ke pengadilan. Di negara2 maju seperti Jepang, dengan kejadian seperti
ini polisi akan langsung menangkap dokter tsb, walaupun tanpa pengaduan dari
orangtua. karena hal ini sudah diatur oleh UU.


Sekian komentar dari saya, semoga Ibu dan keluarga tetap tabah.

Taufan Surana




---Original Message---

From: maimun utami
Date: 2001 $BG/ (B03 $B7n (B22 $BF| (B 14:45:37
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS.
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk 
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret
saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen),
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC.
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap
saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap
apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau
pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama
suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen 
dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto)
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang
lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster
baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi
tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur 
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya
memeriksa infus atau ok

Re: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Bessy BKC1176 Sulistina Gumilang



Ass. Wr. Wb,

Mbak Maimun saya turut berduka cita atas wafatnya ADEK tercinta
Inna lilahi Wainailaihi rojiun, yang tambah ya mbak semoga ADEK pergi
dengan
damai dan tenang, amin.
Menurut saya memang kebangetan yang terkenal bisa ceroboh begitu, apalagi
ini urusan nyawa anak manusia kok ada ya dokter yang begitu, tapi kayaknya
di MMC sering juga kejadian seperti itu waktu itu teman saya punya anak
bayi
yang baru lahir waktu itu memang dia periksain anaknya kesana yang jelas
setelah
dia datang ditanyain ini itu dan juga jaminan sampai akhirnya terlambat
untuk periksa
sikecil sampai akhirnya meninggal.
Duh gemes banget dengernya sepertinya nyawa itu seolah-olah nggak ada
artinya
kecuali uang uang dan uang.
Pokoknya untuk mbak Maimun yang tegar dan tabah aja atas ujian ini, salam
untuk
suami dan keluarga.



Wass. Wr. Wb,


Bunda Irsal  Sarah



 kirim bunga, pesan cake  balon ulangtahun? klik, http://www.indokado.com  
 Info balita, http://www.balita-anda.indoglobal.com
Etika berinternet, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]























RE: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC

2001-03-21 Terurut Topik Riana Setiawati

Inalillahi wainnalillahi rajiun, semoga adek ditempatkan-Nya ditempat yang
layak dan semoga 'Ba sekeluarga diberikan-Nya ketabahan
Amin

Wassalam
RiANa


-Original Message-
From: maimun utami [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Thursday, March 22, 2001 12:48 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [balita-anda] Anakku meninggal di RS. MMC


Para netters tercinta, saya ingin bercurhat dan berbagi pengalaman kepada 
netter semua.
Pada tanggal 9 Maret 2001 anak saya yang ke dua Sitti Fadilla Dwi Bachri 
(adek) yg berusia (4 bln) telah dipanggil Allah SWT. Saya akan mencoba 
menceritakan kronologis kepulanggannya agar dapat diambil pelajaran buat 
kita semua walaupun masih terasa berat dan menyesakkan dada saya tapi akan 
saya coba.
2 minggu anak saya menderita batuk pilek dan selama itu telah dilakukan 
terapi selama 3 kali atas rekomendasi DSAnya dr. Yuli Yafri di RS. 
Bunda.Setelah dilakukan terapi alhamdulillah kondisinya sudah pulih 
(diperkuat dgn pemeriksaan DSAnya). Seminggu kemudian adek kembali batuk  
pilek tepatnya tgl 5 Maret 01 (saat itu dia blm terlihat sesak), tgl 8 Maret

saya putusin unt mengajaknya ke terapi kembali, dari sana dianjurkan unt 
melakukan terapi kembali besok  lusa. 9 Maret tepatnya jam 3.00 pagi dia 
menangis  tidak mau disusuin, melihat bibirnya sdh biru saya segera 
mengajaknya ke klinik 24 jam didekat rumah. Dokter jaga menganjurkan unt 
dibawa ke RS mengingat fasilitas disana tidak ada (alat bantu oksigen), 
segera saya larikan dia ke UGD RS. Mitra Jatinegara, disana dia lgs 
ditangani sama dr  suster yg jaga  lgs dipasang alat oksigen. Dokter 
disana menganjurkan unt dirawat inap disana. Mengingat jaminan kantor suami 
ada di RS. MMC maka dgn surat pengantar dr tsb saya bawa ke RS. MMC. 
Sesampai disana ruangan UGDnya terlihat kosong sampai-sampai kita teriak 
panggil suster  DRnya. Baru kemudian susternya muncul, tapi tidak 
memberikan tindakan apa-apa sampai dokternya muncul. Dokternya pun tidak 
melakukan pertolongan pertama hanya periksa  mengomentari kalau bayi itu 
penyembuhannya hanya dgn terapi saja. Suami saya yg mutusin unt dirawat inap

saja si Dokter malah bilang oh boleh saja, saya lgs tanya kalau dirawat inap

apakah dikasih tindakan pertolongan (seperti pemasangan oksigen atau yg 
lainnya) si dokter bilang kalau nanti dokter jaga di kamar yg lebih tau 
(Apakah memang begitu tindakan seorang dokter jaga UGD). Si dr tanya mau

pake DSA siapa? karena saya  suami tdk kenal satupun DSA disana jadi kami 
pasrah mau dikasih siapa aja. Dr tsb merekomendasikan nama DSA dr. Semi 
Asti. Setelah mendapat kmr yg kosong jam 4.30 pagi, anak saya diperiksa sama

suster  dr piket. Saya malah minta tlg dr unt dibantu dgn oksigen melihat 
kondisi adek yg sdh semakin sesak. Akhirnya dipasanglah alat bantu oksigen 

dilakukan terapi uap, kondisinya mulai agak baikan  adek bisa tidur 
walaupun nafasnya masih berbunyi. Jam 7.00 pagi DSAnya dr. Semi Asti datang 
unt periksa. Dia kaget melihat kondisi nafas si adek, dan dia lgs kasih 
intruksi pengobatan ke suster (hrs diinfus, diterapi, diambil drh  difoto) 
juga menyuruh unt tidak disusuin (puasa). Stlh DSA tsb periksa sampai kurang

lebih 1,5 jam blm ada pengobatan apa-apa, sampai akhirnya saya tanya ke 
suster berapa lama adek hrs puasa melihat kondisi dia yg mulai lemah, suster

baru bergerak unt memasang infusnya (selalu hrs saya yg tanya). 2 jam kmd 
baru dilakukan terapi, terapi yg dilkk hanya penguapan, penyinaran saja tapi

tidak disedot berbeda dgn terapi yg slm ini dijalanin adek. Saya sdh 
tanyakan ini, tapi mereka menjawab itu semua atas intruksi DSAnya. Terapi 
kali ini berbeda si adek tidak sedikitpun menangis malah dia tidur  
sesekali menjilat lidahnya (kehausan barangkali). Setelah terapi tidak 
dilakukan pemeriksaan sampai siang hari. Susternya yg kontrol pun hanya 
memeriksa infus atau oksigen saja, itupun krn permintaan saya. Saya 
beberapakali panggil dr jaga  bertanya kenapa tangan  kakinya dingin 
sementara kepalanya panas, si dr hanya menjawab itu pengaruh oksigen. Saya 
juga bertanya kapan mau difoto  dites darah, setelah ditanya baru ada 
tindakan (selalu begitu). Baru kemudian datang petugas unt ambil foto  
ambil darah. Hampir setengah jam mencari pembuluh arteri akhirnya tidak 
dapat  petugas menyerah (dia bilang mungkin dr yg bisa cari). Sementara itu

kondisi si adek seperti mau tidur matanya seperti mata mengantuk. Saya tanya

juga kapan saya bisa susuin dia, suster bilang sampai DSAnya dateng 
(ternyata rencananya DSAnya baru dateng besok, jadi 1 hari cuma satu kali 
kontrol). Suami saya juga complain karena kamarnya berisik sementara si adek

tidak bisa istirahat. Setelah complain baru datang Manager duty memberitahu 
kalo yg renovasi sdh distop, dia kaget liat bayi yg dirawat  dia juga lgs 
ngecek selang oksigen yg katanya kegedean (ini hrsnya yg dilkk suster!!!) 
dia juga pegang tangan  kaki adek dan dia sendiri kaget melihat kondisi 
adek (bukankah ini seharusnya tugas DSAnya unt melihat