CiKEAS Re: Presiden Menangis Dengar Derita Korban

2007-06-25 Terurut Topik IrwanK
- Banyak tugas lain donk bos.. emangnya cuma soal lumpur lapindo doank?
- Setahu kita, yang pandai bersandiwara itu bintang sinetron.. makin bagus
aktingnya,
   makin laku/mahal tarifnya.. Kalau penguasa?
- April 2007, para korban lumpur lapindo tidak diterima istana.. bahkan
ditinggal acara
  kuliah di depan PPATK.. Mereka baru diterima setelah kurang lebih 10
hari..
  Itupun oleh Wapres terlebih dahulu.. baru setelah itu Presiden..
  Entah berkata jujur/ada kaitannya atau tidak, awalnya sempat dikatakan
jubir presiden
  sebagai: 'SALAH ALAMAT'..

http://agorsiloku.wordpress.com/2007/04/25/korban-lusi-ke-istana-negara/

..
Perlu waktu 10 hari untuk seorang Presiden menerima mereka (korban lumpur)
diterima oleh
Wapres dan Presiden.  Syukurlah akhirnya Presiden mau menerima, meskipun
adalah juga
bentuk ketidakpedulian ketika jubir presiden bilang :Salah alamat.  Kalau
janji terucap hanya
sekedar tebar pesona, saya kira betul-betul lumpur itu akan menyiprati
Pemerintahan SBY.
..

Tebar pesona = pencitraan = Klaim  seolah-olah..

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

On 6/25/07, wirajhana eka [EMAIL PROTECTED] wrote:

   *Mhh.cuma bisa menangis dan berjanji?*

 Anak saya usia 6 tahun pun bisa menangis mendengarkan cerita sedih...
 MASALAH ini sudah LEBIH dari SATU TAHUN...kemana aja anda Bapak Presiden
 Republik Indonesia?

 Orang-orang LAPINDO itu sudah DUA KALI menghadap anda.

 SEBELUMNYA lebih dari SATU MINGGU minta menghadap tapi anda hanya
 MEMBUTATULI.

 Namun setelah WAKIL PRESIDEN menerima mereka, baru anda IKUT-IKUTAN
 menerima dengan JANJI yang sama.
 Anda Sebagai presiden sudah satu tahun tidak mampu menyelesaikan masalah
 LAPINDO...

  Kalo anak saya menangis memang tidak ada solusi yang dilakukan dia..TAPI
 ANDA dengan KEKUASAAN dari RAKYAT LANGSUNG?

 *hanya bisa MENANGIS dan BERJANJI?*
 **
 Memang benar kata lawan politik anda:

 *anda ini memang JAGO TEBAR PESONA!.*
 -
 From: Sunny [EMAIL PROTECTED]


 KOMPAS
 *Senin, 25 Juni 2007 *
 **


 Presiden Menangis Dengar Derita Korban

  *Bogor, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menangis saat
 mendengar paparan mengenai masalah yang lebih dari satu tahun dialami
 belasan ribu korban lumpur panas Lapindo Brantas Inc di Sidoarjo, Jawa
 Timur, di kediamannya di Puri Cikeas Indah, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat,
 Minggu (24/6). *

 *Setelah menangis itu, Presiden Yudhoyono berjanji akan turun gunung
 mengatasi permasalahan korban.*

 *Paparan mengenai permasalahan korban lumpur Lapindo disampaikan 20 wakil
 warga yang difasilitasi penulis Emha Ainun Nadjib untuk bisa bertemu
 langsung dengan Presiden Yudhoyono. Setelah pertemuan tertutup sekitar 90
 menit, Emha yang berpakaian serba gelap langsung pergi. *

 *Kami sangat terharu, Bapak Presiden setelah kemudian melihat
 permasalahan dan penderitaan yang kami alami, dan melihat kenyataan belum
 jelasnya realisasi dari janji-janji, beliau sampai menangis, ujar Wakil
 Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Jatirejo Khoirul Huda seusai bertemu
 Presiden. *

 *Khoirul yang bertugas sebagai juru bicara warga memberikan keterangan di
 halaman Masjid Al Istiqomah yang berjarak sekitar 300 meter dari Puri Cikeas
 Indah. Semoga ini pertanda baik bagi korban lumpur seluruhnya, ujar
 Khoirul. *

 *Turun gunung*

 *Secepat-cepatnya Presiden akan turun gunung. Turun gunung adalah bahasa
 beliau, ujar Khoirul Huda.*

 *Tidak dijelaskan apa arti turun gunung itu. Ada satu rantai informasi
 yang terputus. Apa yang didengar Presiden selama ini berbeda dengan realitas
 di lapangan. Untuk itulah Presiden akan mengecek realitas sebenarnya, ujar
 Rahmat, wakil warga yang juga diterima Presiden. Ia mencoba menjelaskan arti
 turun gunung itu. *

 *Menurut Khoirul dan Rahmat, kepada Presiden, wakil warga telah
 menyerahkan segepok pernyataan warga yang minta realisasi dari janji
 pemerintah untuk memberikan ganti rugi langsung tunai secara bertahap, yakni
 20 persen dan 80 persen. *

 *Mereka yang diterima Presiden di kediamannya di Cikeas mengklaim mewakili
 94 persen keluarga korban lumpur panas Lapindo yang berjumlah 10.478keluarga. 
 (INU)
 *




[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Menimbang rakyat atau menambang emas?

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.indomedia.com/poskup/2007/06/23/edisi23/opini.htm

Menimbang rakyat atau menambang emas?

(Tentang rencana tambang di Lembata?)

Oleh Dr. Paul Budi Kleden, SVD *



KESEJAHTERAAN rakyat sejatinya menjadi tujuan dari setiap kebijakan publik. 
Ungkapan sejahtera memiliki makna jauh lebih luas daripada sekadar penambahan 
kekayaan material. Sejahtera menyangkut pula rasa nyaman berada dan berada 
dalam lingkungan budaya dan alam tertentu. Justru karena itu, menjadi bagian 
dari kesejahteraan adalah kejelasan orientasi budaya dan mutu lingkungan hidup.

Kejelasan orientasi budaya ditunjukkan oleh keberakaran dalam budaya tertentu, 
yang menjadi dasar utama bagi pengenalan dan penghargaan terhadap kebudayaan 
lain. Walaupun dewasa ini orang berbicara mengenai toko serba ada kebudayaan, 
namun corak budaya ini hanya dapat terbentuk apabila tetap ada rumah budaya 
yang khas. Kita dapat dan mesti bertemu dan belajar dari banyak kebudayaan, 
tetapi kita perlu memiliki satu kerangka budaya sendiri. Orang tidak dapat 
menjadi warga kebudayaan dunia tanpa punya tanah air budaya tertentu.

Orientasi budaya berkaitan dengan tempat diam dan pola kerja. Pindah tempat 
tinggal dan ganti pekerjaan akan berakibat pada perubahan pola pikir dan gaya 
hidup. Orang kampung yang pindah ke kota, atau sebaliknya, akan mengalami 
pergeseran budaya. Suasana yang berkaitan erat dengan pemahaman dan penghayatan 
kegiatan budaya tertentu pasti tidap mudah diciptakan, dan kalaupun diciptakan, 
hanya merupakan ciptaan yang momentan sifatnya. Paling jauh, budaya seperti itu 
cuma tampak pada festival budaya, yang diperagakan dan dipertontonkan, tanpa 
sebuah masyarakat pendukung yang bersifat tetap. Penghuni rumah bambu yang 
beralih menjadi pemilik apartemen pasti mengalami dan memahami hidup secara 
lain. Atau, seorang intelektual kritis yang pindah profesi menjadi penulis atau 
pembicara bayaran penguasa dan pengusaha, akan menunjukkan pemikiran dan gaya 
hidup yang berbeda.

Mutu lingkungan hidup ditentukan oleh kondisi hidup yang tidak tercemar oleh 
berbagai asap dan limbah industri, yang menjadikan bumi rumah kematian bagi 
berbagai spesies makhluk hidup, termasuk manusia. Pergeseran ini pun ditentukan 
oleh gaya hidup dan pola kerja. Tingginya mobilitas berakibat pada penambahan 
sarana dan prasarana komunikasi dan transportasi, yang lebih lanjut bermuara 
pada meningkatnya polusi udara, laut dan tanah. Usaha yang terus dilakukan 
adalah menjawabi tuntutan mobilitas sambil menekan konsekuensi polusi.

Kalau kita berbicara mengenai pentingnya kejelasan orientasi budaya dan mutu 
lingkungan, itu tidak berarti kita mengutuk segala bentuk perubahan. Perubahan 
mesti terjadi dan sungguh terjadi. Karena itu, kita perlu merencanakan 
danmempengaruhinya, agar kita tidak menjadi korban perubahan. Termasuk dalam 
strategi untuk turut merencanakan dan mempengaruhi perubahan adalah melibatkan 
masyarakat dalam merancang perubahan. Tanpa melibatkan masyarakat, perubahan 
yang dilakukan, betapapun luhur motivasinya, hanya akan menjadikan rakyat itu 
korban perubahan yang dipikirkan dan diputuskan orang lain. Kesejahteraan 
meliputi pula suasana batin yang tercipta dalam budaya dan di tengah lingkungan 
hidup yang tertentu. Masyarakat tidak dapat dipaksa untuk menjadi sejahtera.

Memperhatikan realitas, bahwa yang paling merasakan makna dari kejelasan 
orientasi budaya dan mutu lingkungan hidup adalah rakyat, maka pembangunan 
dewasa ini tidak lagi terlaksana menurut pola hirarkis. Sebagai gantinya, orang 
menggunakan pola pembangunan partisipatif. Di sini, rakyat tidak dipandang 
sebagai manusia bodoh yang tidak mengetahui apa yang baik bagi dirinya. Tentu 
saja rakyat bisa kekurangan informasi, atau dijejali dengan informasi yang 
palsu. Namun kalau rakyat tetap dilihat dan dihormati sebagai pemilik 
kedaulatan, maka sikap dan putusannya itulah yang harus didengar. Inilah inti 
demokrasi. Dalam alam demokrasi, berbagai pemangku kepentingan berperan 
memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengambil sikap, dan pemerintah 
bertugas sebagai penyimpul kebijakan.

Dalam kasus rencana tambang di Lembata, rakyat Leragere sebagai warga salah 
satu calon lokasi tambang telah menyatakan sikapnya secara jelas: menolak 
tambang. Berdasarkan informasi yang mereka terima, baik dari pemerintah maupun 
dari LSM, mereka menentukan sikapnya, yang dikukuhkan dengan ritus adat. 
Potensi lokal berupa ritus adat dimanfaatkan untuk meneguhkan kesatuan dalam 
perjuangan dan mengukuhkan cara damai dalam menyatakan sikapnya. Sikap mereka 
jelas, cara perjuangan mereka terhormat.

Tentu saja ada banyak pertimbangan yang melatari sikap masyarakat Leragere ini. 
Di antaranya adalah kebutuhan akan kejelasan orientasi budaya dan masalah 
kualitas lingkungan. Memindahkan rakyat ini ke sebuah tempat lain, pasti akan 
membawa perubahan budaya. Memukimkan mereka di apartemen mewah dan membangun 
mal entah di mana tentu saja akan membuat mereka berpikir dan 

CiKEAS Seriuskah Koalisi Golkar-PDIP?

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
refleksi : Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Surya Paloh mengatakan, jatuh 
bangunnya bangsa ini tidak terlepas dari tanggung jawab bersama Golkar dan PDI 
Perjuangan. Kenyataan tanggung jawab Golkar-PDIP selama ini lebih banyak jatuh 
terpelanting semaput daripada  bangun mengangkat diri berdiri tegak bergerak 
maju kedepan dalam keadaan sehat segar bugar menuju hari depan yang bersinar 
gemilang.

RIAU POS


  Seriuskah Koalisi Golkar-PDIP?


  25 Juni 2007 Pukul 08:57  
  Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Surya Paloh mengatakan, jatuh 
bangunnya bangsa ini tidak terlepas dari tanggung jawab bersama Golkar dan PDI 
Perjuangan. 

  Pengalaman empiris menunjukkan, keberlangsungan negara membutuhkan 
keadaan yang stabil. Indonesia punya pengalaman 1967-1997 -seperti pernah 
dicatat akademisi Donald K Emmerson saat ada kestabilan politik- ketika 
pembangunan bisa berlangsung meski kurang memberikan ruang bagi demokrasi. 

  Surya juga menekankan demokrasi bukan tujuan, melainkan sekadar cara 
untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Demokrasi tak ada gunanya jika tidak ada 
kesejahteraan, kata Surya Paloh dan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI P 
Taufiq Kiemas di hadapan ribuan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan 
Partai Golkar, yang memenuhi Balai Tiara, Medan, Sumatera Utara. 

  Kedua partai peraih suara terbanyak dalam Pemilu 2004 itu memantapkan 
langkah, mengonsolidasikan kadernya menuju Pemilu 2009, suatu konsolidasi 
menuju koalisi dan revitalisasi aliansi kebangsaan. 

  Jika aliansi kebangsaan itu hendak berpihak kepada kepentingan dan hajat 
hidup rakyat banyak -dengan substansi tujuan kepada kesejahteraan dan keadilan 
sosial seperti yang sering diartikulasikan Jusuf Kalla dan Megawati di era 
reformasi dewasa ini- maka kontrol demokratis mereka terhadap kinerja 
pemerintahan saat ini merupakan suatu keharusan. 

  Dalam hal ini, meminjam perspektif Daniel S Lev, kontrol demokratis 
terhadap negara menjadi conditio sine quanon agar demokrasi yang sehat dan 
dinamis tetap terjaga, bukan sekadar demokrasi prosedural, melainkan suatu 
praksis demokrasi substansial. Agar social trust tetap terjaga.

  Menyadari?

  Pertanyaannya, apakah elite dan kader Golkar di bawah kepemimpinan Wapres 
M. Jusuf Kalla maupun PDI Perjuangan di bawah kepemimpinan Megawati 
Soekarnoputri menyadari bahwa negara di era reformasi menghadapi dilema dan 
masalah dari dalam dirinya sendiri? 

  Salah satu faktor penyebabnya adalah tidak efektifnya kontrol demokratis 
yang memadai dari partai-partai politik untuk mendorong negara agar semakin 
tangkas dan efektif memberangus korupsi kakap, korupsi politik, dan ekonomi 
biaya tinggi, atau bahkan mereformasi negara yang berwatak predator itu sendiri.

  Dari sisi internal, peran negara amat diperlukan, terutama dalam 
pemenuhan hak sosial dan kesejahteraan warga negara (citizenship). Negara 
tidaklah berperan seperti ambulans atau broker, tetapi sebagai regulator, 
pembuat aturan main yang harus memihak kepentingan rakyat. Negara pula yang 
menentukan apakah rakyatnya mampu bersaing atau tergusur di era kompetisi 
global. Pada aras persoalan itu, akhir-akhir ini, para analis dan akademisi 
mengeluh bahwa rezim penguasa menganut paradigma ala pedagang. Yang dipikir 
terfokus kepada saldo neraca keuangan meski rakyat dilanda aneka bencana dan 
kemiskinan. Negara menjadikan rakyatnya konsumen. 

  Jadi, pemerintah tidak mau repot mengurus warganya sehingga rakyat 
menjadi korban ulah negara (state neglect) yang tak terurus. Rakyat apatis dan 
hopeless karena dengan atau tanpa negara , rakyat toh harus berjuang sendiri 
untuk bertahan hidup. (Imam Cahyono, 2006). 

  Sejauh ini kegagalan negara (state failure) mengatasi kemiskinan serta 
lonjakan harga kebutuhan pokok (minyak goreng, beras, dan seterusnya) akan 
menyebabkan tergerusnya kepercayaan rakyat terhadap parpol. 

  Para analis dan akademisi melihat kondisi terpuruk yang terus berlangsung 
selama ini tak lepas dari sumbangan rezim bonapartis (bonapartist regime). 
Kebijakan bonapartis digunakan untuk terus mempertahankan dominasi negara 
terhadap rakyatnya. Konsekuensinya, di era reformasi ini, keadaan rakyat tak 
banyak berubah.

  Bahkan, cenderung kian memburuk, sengsara, dan menderita. Tanpa rasa malu 
dan segan, para penguasa secara sadar atau tidak sering membohongi rakyatnya. 
Rekayasa dilakukan agar tampak berprestasi, bahkan itu dilakukan sekalipun 
mengingkari realitas dan data kemiskinan Bank Dunia yang mencapai lebih dari 
100 juta jiwa. Adakah kesadaran elite dan kader Golkar maupun PDI Perjuangan 
atas realitas buram ini?

  Menguatnya spirit publik bagi munculnya calon independen atau 
perseorangan dalam pilkada atau dalam pemilihan presiden mendatang harus 
dihayati dan dicamkan oleh elite dan kader Golkar maupun PDI Perjuangan karena 
hal itu merupakan isyarat bahwa kualitas kinerja partai-partai politik sedang 
digugat 

CiKEAS Re: Telah dipersiapkan nama baru PDS

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
Partai Rakyat Sejahtera lebih praktis namanya.  Untuk kesejahateraan tumbuh 
bersama dengan damai di masyarakat.
  - Original Message - 
  From: DPK PDS KOREA 
  To: Suara Pembaruan ; adi Noto ; Aditya K Hartanto ; Alfred ; Aloy Rebong ; 
Sunny ; Amien Jusuf ; Angtono ; Anisah Wafiro ; Antek ; Apa kabar ; Aris 
Widaryanto ; A Sudirman ; Atik Sutardjo ; Bah Dul ; Bari Muchtar Radio 
Nederland ; Kompas ; Bethany City ; Benny H Simbolon ; Bible Forum 
  Cc: Black Party ; [EMAIL PROTECTED] ; Cakrawala ; Charles ; Charles P. 
Manurung ; Chia ; Christien christl) Lukito ; Christowiloto ; Cikeas ; 
Community of Love ; Dasmaran ; Darlina Betti Pardede ; Debora Cn Dewi ; Denny ; 
Denny Tewu ; desselewuk ; DHYANA PURA ; D Nirsa ; Donveinot ; Agustianto GKJ 
Serpong ; Edhy Wahyu ; EFENDI HALIM ; Erwin Hutagalung ; Eka ; Eko Wardoyo ; 
ANGELINA KUSUMA ; ERDIN POWER WILOTO ; Evelyn Njoo En Siem ; FBI Alkitabiah 
  Sent: Monday, June 25, 2007 11:57 AM
  Subject: Telah dipersiapkan nama baru PDS


Latar Belakang Latar Belakang Visi Visi Lambang PDS Lambang PDS 
Anggaran Dasar Anggaran Dasar Anggaran RT Anggaran RT Pidato Politik Pidato 
Politik Pengesahan Kehakiman Pengesahan Kehakiman DPR DPR DPRD Propensi DPRD 
Propensi DPRD Kabupaten/Kota DPRD Kabupaten/Kota 
 


 
  
 Jumat, 22 Juni 2007 - 08:58 WIB
PDS Siapkan Partai Baru  
Lantaran terancam tidak bisa mengikuti Pemilu 
2009, Partai Damai Sejahtera (PDS) telah membentuk partai baru bernama Partai 
Damai  Sejahtera disingkat PDS. Kesepakatan untuk membentuk partai baru 
diputuskan dalam Rapimnas PDS yang berlangsung di Jakarta, Maret 2007.

Karena suara yang diperoleh PDS di Pemilu 2004 
belum mencapai jumlah yang ditentukan untuk lolos ke pemilu berikutnya 
(electoral threshold), sehingga pengurus partai menyiapkan beberapa skenario. 
Skenario pertama, berjuang di ranah politik bersama partai-partai senasib 
dengan cara mengubah batas electoral threshold lewat UU yang kini sedang 
dibahas di parlemen. Skenario kedua, bergabung dengan partai lain, sehingga 
bisa melewati ambang batas. Skenario ketiga, membentuk partai baru. Skenario 
pertama dan kedua agaknya sulit tercapai. Partaipartai besar memiliki 
kepentingan agar peserta Pemilu 2009 dibatasi, sehingga persaingan tidak lagi 
seketat dulu. Pemerintah juga tidak mau repot dan mengeluarkan danabesar, 
sehingga lebih memilih membatasi peserta Pemilu 2009. Tanda-tanda yang ada 
menunjukkan aturan electoral threshold tidak akan diubah. Dengan demikian PDS 
tidak boleh ikut Pemilu 2009. Bergabung dan melebur dengan partai lain, sangat 
sulit dilakukan. Dengan siapa PDS akan bergabung menjadi pilihan yang bisa 
memusingkan kepala. Perbedaaan ideologi akan menjadi penghalang terbesar. 
Mungkinkah misalnya PDS merger dengan PBB? Atau maukah PBB diajak bergabung 
dengan PDS? Rasanya seperti mencampurkan air dengan minyak. Makanya skenario 
ketiga yang paling mungkin meski memerlukan usaha keras dan menimbulkan 
kerepotan serta dana yang cukup besar. Upaya ini bisa diperingan sedikit 
melihat infrastruktur PDS sudah cukup baik, sehingga dengan mobilisasi kekuatan 
di daerah dan cabang mendirikan sebuah partai baru bukan pekerjaan yang tidak 
mungkin. Minggu sore, 20 Mei 2007 di Gedung Perintis Kemerdekaan - Jakarta 
Pusat, bertepatan dengan perayaan Hari Kebangkitan Nasional, beberapa warga 
negara Indonesia yang notabene aktivis PDS memproklamasikan berdirinya PDS 
sebagai partai nasional yang bernafaskan nilai-nilai Kristiani dan kemanusiaan.

Pendirian PDS untuk menampung kader, anggota 
dan konstituen PDS khususnya dan umat Kristen Indonesia umumnya yang ingin 
berpolitik dengan tujuan memajukan
bangsa dan memperjuangkan aspirasi umat Kristen 
yang masih belum tertampung. Partai baru ini berlandaskan Pancasila dan UUD 
1945. Partai telah membentuk Badan Pengurus Harian Dewan Pimpinan Pusat periode 
2007 - 2012. Dipilih Ir.Drs.Bonar Simangungsong, SE, MSc sebagai ketua umum, 
Adolf Herman Mambu sebagai sekretaris jenderal dan Dedy Budiman sebagai 
bendahara umum. Wakil ketua umum dijabat oleh Theophilus Bela, seorang Katolik 
dari Flores dan Ophelia Kolibu. Segera setelah diumumkan pendiriannya, pengurus 
PDS langsung bekerja. Misalnya pengurus
menyebarkan formulir keanggotaan dan menyusun 
rencana dan program yang
mesti secepatnya dilakukan. Meski Pemilu 2009 
masih 1 tahun lagi, persiapan
untuk terdaftar sebagai peserta tinggal 
beberapa bulan lagi. Alat-alat kelengkapan partai dan pembentukan DPD dan DPC 
sudah harus dilakukan dari sekarang. Promosi 

CiKEAS Promosi Doktor Yuliani Paris Dihadiri Politisi

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.tribun-timur.com/view.php?id=46031jenis=Politik

  Senin, 25-06-2007 
 
  Promosi Doktor Yuliani Paris Dihadiri Politisi 
 
 
  Makassar, Tribun -- Anggota DPR RI dari fraksi PAN, Andi Yuliani Paris, 
berhasil meraih gelar doktornya dalam bidang ilmu sosial. Ujian promosi doktor 
ini berlangsung di Pusat Kegiatan Penelitian (PKP), Universitas Hasanuddin 
(Unhas), Sabtu (23/6). 
  Pengukuhan doktor Ketua DPP PAN bidang Pendidikan dan Perempuan ini 
dihadiri sejumlah politisi dan pejabat. Wakil Gubernur Syahrul Yasin Limpo, 
Ketua DPRD Sulsel Agus Arifin Nu'mang, Ketua DPP PAN Abdul Hadi Djamal, Ketua 
DPW PAN Ashabul Kahfi, dan puluhan politisi PAN di Sulsel mengikuti seremoni 
pengukuhan doktor putri tokoh Muhammadiyah asal Wajo ini.

  Dalam disertasinya yang berjudul Etika Aparatur Pemerintah dalam 
Pelayanan Publik : Kasus Badan Pertanahan Nasional (BPN) DKI Jakarta, Yuliani 
berpendapat peran ideal aparatur negara dalam memberikan pelayanan publik, 
dalam kondisi nyata saat ini masih terdapat banyak masalah dalam pelayanan 
tersebut. 
  Mantan Bendahara DP PAN Sulsel ini berpendapat, permasalahan ini 
berpangkal pada inkonsistensi dalam penerapan etika pelayanan publik utamanya 
masalah yang terkait dengan pelayanan aparatur di bidang pertanahan. 
  Menurut Yuliani, prinsip-prinsip etika dalam pelayanan pertanahan di 
ketiga lokasi penelitiannya (DKI Jakarta) belum dilaksanakan oleh aparatur BPN. 
Pasalnya, masih banyak ditemukan penyimpangan yang sekaligus merupakan 
pelanggaran etika. 
  Ini juga terkait dengan masih dijumpai pemanfaatan jabatan atau profesi 
oleh aparatur untuk mendapatkan keuntungan pribadi melalui pelayanan yang 
diberikan, jelas Yuli. 

  Data Diri : 
  Nama : Dr Andi Yuliani Paris 
  Lahir : Jakarta, 6 Juli 1961 
  Agama : Islam 
  Pendidikan : S3 Program Pascasarjana Ilmu Sosial Unhas Makassar 
  Pekerjaan: Anggota Komisi II DPR RI 
  Suami : Andi Indra Mauraga 
  Anak : Muh Firman, Andi Nahla Malika, Andi Nahrasyiah Salsabilah (cr7)



[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Gerakan Anti Korupsi

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.tribun-timur.com/view.php?id=46059jenis=Opini

  Selasa, 26-06-2007  

 
  Gerakan Anti Korupsi

  Oleh: Ahkam Jayadi, Dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN 
Alauddin Makassar 

  Stop korupsi. Itulah tulisan dan ucapan yang senantiasa 
disosialisasikan setiap saat tanpa henti karena korupsi bukan lagi sebuah 
tindak pidana biasa.

  Korupsi telah menjadi kejahatan luar biasa (extra ordinary 
crime). Tingkat korupsi di Indonesia (Nuri Huda, 2006) sudah sangat 
mengkhawatirkan dan menjadi penyakit kronis. Beberapa gambaran yang menunjukkan 
tingkat korupsi di Indonesia yang begitu parah; 

  Pertama, survei the Political and Economic Risk Consultancy 
Ltd (PERC) Januari-Februari 2005, Indonesia menduduki peringkat pertama 
terkorup di Asia. 

  Kedua, kebocoran dana pembangunan mencapai 50 persen dan 
pungutan tidak resmi mencapai 30 persen biaya produksi. 

  Ketiga, rendahnya pertumbuhan ekonomi (5,1 persen), indeks 
kualitas SDM dan tingginya angka kemiskinan (16,6 persen) dan pengangguran (9,7 
persen). 

  Keempat, utang pemerintah meningkat drastis menjadi sekitar 
70 miliar dolar AS pada 2004, membengkak hingga antara aset pemerintah dengan 
utang defisit Rp 555 triliun. 

  Kelima, laporan BPK 1999-2004 menjelaskan penyelewengan uang 
negara terjadi Rp 166,5 triliun, yang Rp 144 triliun adalah pelanggaran BLBI. 

  Temuan KPK 
  Menurut catatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dari 
nilai APBN 2004 Rp 584 triliun, Rp 23 triliun telah dikorupsi. Lebih lanjut, 
KPK menyatakan, pelaku korupsi yang paling banyak adalah anggota legeslatif, 
yakni 37 persen, disusul pejabat dinas pemda 18 persen, eksekutif 15 persen, 
pimpro 10 persen, parpol tiga persen, dan kepolisian dua persen. Temuan KPK 
tersebut tak jauh berbeda dengan yang dirilis Mendagri, yang menyebut ada 
sekitar 1.110 pejabat daerah korup. Pejabat daerah tersebut meliputi tujuh 
gubernur, 60 bupati/wali kota, 327 anggota DPRD provinsi dan 735 anggota DPRD 
kabupaten/kota di seluruh Indonesia. 

  Untuk memberantas korupsi tersebut harus ada tindakan terpadu 
dari semua elemen bangsa secara sinergis. Tindakan hukum terhadap pelakunya 
tidak saatnya lagi ada pilih kasih atau tebang pilih, bahkan terhadap presiden 
sekalipun bila korupsi atau menyalahgunakan jabatan haruslah diproses secara 
hukum apatah lagi bila hanya tingkat menteri, gubernur, bupati atau anggota 
DPR/DPRD. 
  Persoalan korupsi adalah persoalan manusia. Korupsi terjadi 
oleh karena kita yang menciptakannya (manusia). Bila korupsi kita yang 
menciptakannya, maka sangat tidak masuk akal bila kita tidak dapat 
menghilangkan korupsi tersebut. 
  Dengan kata lain hilang atau tidaknya korupsi adalah 
persoalan kemauan. Apakah kita secara serius atau setengah hati atau sama 
sekali memang kita tidak inginkan korupsi itu hilang dari bumi negara hukum 
Pancasila (Indonesia). 

  Betapa sikap setengah hati tersebut sangat nyata terpampang 
di hadapan mata kita dalam penanganan korupsi di DPRD Provinsi Sulawesi 
Selatan. Ekonomi biaya tinggi (hight cost) dalam pembentukan perusahaan serta 
penanganan berbagai proyek baik di dalam lingkup pemerintahan maupun swasta, 
termasuk dalam kegiatan ekspor dan impor sebagaimana data di atas. 

  Perbaiki Sistem 
  Sebenarnya tumbuh suburnya korupsi di negara ini terjadi oleh 
karena korupsi menjadi salah satu jalan pintas untuk memperkaya diri dan 
keluarga. Di samping pengaruh kebiasaan. Kebiasaan yang sejak pra penjajahan 
hingga di alam pembangunan dengan mentalitas menerabas. 

  Meskipun aspek kerakusan sebagai manusia juga memiliki andil 
yang tidak kecil. Maraknya korupsi serta belum maksimalnya tindakan aparat 
hukum serta dukungan masyarakat terhadap pelaku seharusnya tidak membuat kita 
pesimis akan tetapi justru harus lebih bersemangat untuk menghapus korupsi 
sampai ke akar-akarnya. 
  Pada tataran ini, yang harus kita semarakkan tentu saja bukan 
hanya tindakan pinalti akan tetapi yang lebih penting dari itu adalah tindakan 
preventif. Bukankah kita semua sering membanggakan diri sebagai orang Indonesia 
(orang timur) yang memiliki adat istiadat yang sangat menjunjung tinggi harkat 
dan martabat. 
  Bila kita berbicara tentang korupsi dari sudut pandang hukum, 
maka ada beberapa hal yang harus kita tata dengan baik yaitu: sistem peraturan 
perundang-undangannya, sistem perlindungan hukumnya, serta sistem penegakan 
secara sesungguhnya di dalam praktik. Kita jangan terkecoh dengan proses akhir 
peradilan korupsi yang seringkali membebaskan pelakunya. Secara sosiologis 
bebasnya seorang koruptor tidaklah berarti sang koruptor secara 

CiKEAS Pungli, Selalu Ada Alasan!

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2007062101133816

  Kamis, 21 Juni 2007 
 

  BURAS 
 
 
 

Pungli, Selalu Ada Alasan! 


   
  H.Bambang Eka Wijaya:

  MENTERI Perhubungan Jusman Syafii Djamal mengakui tidak mudah 
memberantas pungutan liar--pungli! ujar Umar. Dengan contoh kasus pungli di 
Pelabuhan Tanjungpriok, ia mengemukakan alasan kondisi tata ruang pelabuhan 
semrawut dan sistem pemeriksaan dokumen ekspor maupun impor masih manual! 
(Kompas, 20-6)

  Itulah hebatnya pungli, selalu ada alasan untuk menjustifikasi atau 
membenarkannya! timpal Amir. Dari dahulu begitu! Setiap faktor-faktor yang 
dijadikan alasan pembenar itu dibenahi, diganti sistem, diganti aturan, diganti 
prosedur, selalu muncul celah baru lagi untuk pungli!

  Untuk mengatasi pungli di Priok itu juga sedang dibuatkan road map baru 
kawasan pelabuhan, akan siap bulan Oktober mendatang! sambut Umar. Juga 
pelayanan dokumen ekspor-impornya akan ditingkatkan dari manual ke sistem 
komputer!

  Usaha mengatasi pungli itu tentu baik sekali! Namun, soal hasilnya, baru 
bisa dilihat nanti! Optimisme teknis saja tak cukup efektif untuk melawan 
pungli! tegas Amir. Demikian pula komputer, memang tak bisa melakukan pungli! 
Sayangnya komputer tak bisa beroperasi sendiri, tetap perlu manusia untuk 
menanganinya! Faktor manusia inilah yang selalu banyak akal untuk pungli!

  Kalau di Ibu Kota saja, pentas nasional yang penuh aparat dan perangkat 
pengawasan, pungli tak bisa diberantas, konon lagi di daerah 
hinterland--belakang pentas--yang jauh dari sorotan, seperti Lampung! timpal 
Umar. Logika begitu amat mencemaskan karena kalau masalah pungli yang 
dilakukan relatif secara terbuka dan menyangkut uang receh saja tak bisa 
diatasi, jelas sulit diharap mampu mengatasi korupsi yang dilakukan secara 
tertutup dan menyangkut uang besar--yang penuh daya pikat dan kekuatan untuk 
meredam masalahnya!

  Pesimisme seperti itu tak perlu, terutama dalam membandingkan realitas 
buruk pusat dengan daerah! tegas Amir. Soalnya, tak semua realitas buruk di 
pusat merambat ke daerah karena ada otonomi daerah sebagai benteng dari 
pengaruh buruk tersebut!

  Sebaliknya! entak Umar. Otonomi yang semula diharapkan bisa menjadi 
lahan subur bagi tumbuhnya local genius sebagai andalan dalam kiprah bangsa di 
pentas persaingan global, realitasnya justru cuma menjadikan daerah sebagai 
benalu di pohon keuangan negara! Contohnya, kabupaten dengan APBD Rp300 miliar, 
pendapatan asli daerah atau PAD--nya cuma Rp15 miliar alias 5%. Artinya, lebih 
90% APBD-nya dari pusat, sehingga dengan ketergantungan daerah ke pusat itu, 
apa pun yang terjadi di pusat juga terjadi dan bukan mustahil lebih buruk di 
daerah--dengan kualitas pengawasan yang jauh lebih rendah dari di pusat!

  Soal itu, di pusat yang ada Kejaksaan Agung, ada Mabes Polri, dan KPK 
saja korupsi dan pungli sepertinya sukar diatasi! Apalagi di daerah, yang tak 
ada pengawasan sekualitas semua itu! timpal Amir. Lebih dahsyat lagi terhadap 
pungli, di daerah nyaris tak ada instansi, badan, dinas atau kesatuan yang 
bertugas khusus menindak dan memproses sampai tuntas menurut hukum! Tak ayal, 
selalu ada alasan buat pungli! 
 


[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Jadi Reporter itu Gampang !

2007-06-25 Terurut Topik kabarindonesia
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=25dn=20070625164534

Oleh : Redaksi-kabarindonesia 

25-Jun-2007, 16:45:34 WIB - [www.kabarindonesia.com]

KabarIndonesia - Judul ini bukanlah sekedar judul yang 
menggampangkan, melainkan judul yang benar-benar gampang nyata 
tulen ! Setiap orang sekarang dengan mudah alias gampang bisa jadi 
Reporter/Pewarta !

Pada saat ini banyak sekali penulis yang memiliki bakat menulis, 
hanya sayangnya tulisan mereka hanya laku atau hanya disebar luaskan 
di berbagai macam Blog, di milis ataupun di tempat chatingan saja. 
Ini sama seperti juga menjajakan barang seni yang berharga, tetapi 
hanya ditawarkan di pasar Sogo Jongkok atau pasar Kaki Lima. 

Tulisan anda sudah layak untuk ditingkatkan di tempat yang lebih 
berbobot, lebih berkualitas dan lebih bergengsi daripada hanya di 
tempat-tempat tersebut di atas saja. Ialah di kelas level Mall yang 
bergengsi seperti di Koran Berita formal atau di Koran Nasional 
bahkan di Koran yang berkelas  International. 

Mungkin anda akan merasa ragu mana ada koran formal jangankan koran 
yang bertaraf nasional ataupun international koran daerah sekalipun 
jarang ada yang mau memuat tulisan anda. Jangankan dalam bentuk 
artikel dalam bentuk komentar sekalipun jarang bisa dimuat, karena 
kekurangan space mereka. Disamping itu yang diterima untuk menulis 
di sana hanya para penulis kawakan dan penulis selebritis atau para 
reporter professional saja.

Tetapi sejak hadirnya Koran Online KabarIndonesia siapa saja 
sekarang gampang bisa jadi Reporter. Tulisan anda akan dimuat di 
koran online yang berskala bukan sekedar nasional saja bahkan 
internasional. Disamping itu akan dibaca setiap harinya oleh ribuan 
pembaca. Untuk jadi Reporter di Kabaringonesia gampang sekali, 
tinggal klik maka anda akan segera terdaftar menjadi Reporter dari 
koran online:
http://www.kabarindonesia.com/

Hanya perlu kami tekankan disini bahwa kami tidak menyediakan 
honorarium, sebab koran online KabarIndonesia adalah koran yang 
ditulis oleh pembaca untuk pembaca sesuai dengan mottonya: „Dari 
Kita untuk Kita

Koran online KabarIndonesia adalah koran orang biasa, dimana tulisan-
tulisan orang biasa dimuat sehingga bisa menjadi luar biasa.

Tidak bisa dipungkiri pula, bahwa pada saat ini masih banyak penulis 
yang merasa masih kurang Pe-De untuk menulis di koran. Untuk ini 
koran online KabarIndonesia memberikan tutorial atau panduan untuk 
menjadi Reporter semacam Crash Course atau Kursus Kilat caranyapun 
gampang tinggal klik saja:
http://pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/

Kami yakin dalam waktu beberapa saat saja anda akan bisa terpilih 
sebagai Reporter of the Month atau Reporter Terbaik dari koran 
online KabarIndonesia yang diselenggarakan setiap bulan.

Apabila anda berhasrat ingin jadi Reporter; Daftar Buruan di:
http://www.kabarindonesia.com/ 
masalahnya ini gampang dalam hitungan menit saja anda sudah bisa 
Reporter di situ.

Blog: http://pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Email: [EMAIL PROTECTED]
Website: http://www.kabarindonesia.com/

Big News Today..!!! Let's see here: 
www.kabarindonesia.com 




CiKEAS Gratis DVD The secret - Nice Movie

2007-06-25 Terurut Topik Mario Secret
Hi Teman-teman,

Saya ada koleksi bagus nih, bagus buat anda yang berjiwa bisnis/sales person
maupun yang ingin mengembangkan kemampuan diri.

Kategori Motivasi Diri :

1. PAKET MV01
   4 DVD Kumpulan seminar pembicara sukses ( Bahasa Indonesia )
   - Pembicara : Tung Desem Waringin, James Kwee, Anthonio De Martin
   - Materi : Bisnis Revolution, Financial revolution, marketing Revolution, 
  retire young retire rich, secret to be rich, dll
   - link : http://www.jualanbuku.com/?p=8
   - Harga Rp. 100.000 ( gratis ongkos kirim )


2. PAKET MV02
   4 DVD Kumpulan audio pembicara sukses luar negri ( Bahasa Inggris )
   - Pembicara : Anthony Robin, Brian Tracy, Robert Kiyosaki, dll
   - Materi : 
   - link : http://www.jualanbuku.com/?p=17
   - Harga Rp. 100.000 ( gratis ongkos kirim )

3. PAKET MV03
   4 DVD Kumpulan audio pembicara untuk pengembangan dan pelatihan diri ( 
Bahasa Inggris + Indonesia )
   - Pembicara : Gede Prama, dll
   - Materi :
   - link : http://www.jualanbuku.com/?p=18
   - Harga Rp. 100.000 ( gratis ongkos kirim )


Setiap Pembelian salah satu paket diatas, mendapatkan BONUS DVD Film The Secret 
GRATIS.
Untuk yang sudah pernah membeli di jualanbuku.com, anda bisa mendapatkan DVD 
tersebut 
secara gratis dengan mengirimkan ongkos kirim sebesar 25.000 atau membeli salah 
satu paket 
di jualanbuku.com


Untuk cara pemesanan hubungi 08157950013 atau email [EMAIL PROTECTED]
cantumkan kode paketnya.

Terima kasih

PAKET Lainnya :

1. DVD kumpulan aplikasi dan games handphone ( 2 DVD ) : Rp. 80.000 ( gratis 
ongkos kirim ) - http://www.jualanbuku.com/?p=12
2. DVD Photography dan editing photo ( 1 DVD ) : Rp. 70.000 ( gratis ongkos 
kirim ) - http://www.jualanbuku.com/?p=4
3. DVD Video Budaya Bali tahun 1930an ( 2 DVD ) : Rp. 100.000 ( gratis ongkos 
kirim ) - http://www.jualanbuku.com/?p=13
4. DVD Dustin Baby Language ( 2 DVD ) : Rp. 70.000 ( gratis ongkos kirim ) - 
http://www.jualanbuku.com/?p=15
5. DVD Tutorial Trading + Anthony robin audio bonus (1DVD + 1 CD) : Rp. 70.000 
( gratis ongkos kirim ) - http://www.jualanbuku.com/?p=16


---
Take the first step in faith
you dont have to see the whole staircase
just take the first step
Dr. Martin Luther King Jr


  
-
  Admin Jualanbuku.com
  mobile:+62 815 7950013
  eMail: [EMAIL PROTECTED]
  web: www.jualanbuku.com
  
   
-
Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! 
FareChase.

[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS French govt to honor journalist Goenawan

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.thejakartapost.com/detailtoplatest.asp?fileid=20070624213816irec=0


French govt to honor journalist Goenawan 
JAKARTA (JP):The French government will honor prominent Indonesian journalist 
and noted poet and writer Goenawan Mohamad with the Chevalier dans L'ordre des 
Arts et des Lettres award. 

The French Embassy in Jakarta announced Ambassador Catherine Boivineau will 
present the award to Goenawan on Monday, in a ceremony at the ambassador's 
residence in South Jakarta. 

Goenawan, the former chief editor of Tempo news magazine, received the 
prestigious Professor A. Teeuw award from the Netherlands in 1993. 

That same year, Goenawan -- who will turn 66 next month --was selected for a 
Nieman Fellowship to study at Harvard University in the United States. 

For his exemplary journalistic work, the Stanley Foundation's publication, 
World Press Review, selected Goenawan as International Editor of the Year in 
1999. 

The honor, according to the Review, goes to an editor working outside the U.S., 
who displays courage and leadership in advancing press freedom and human 
rights, as well as boosting excellence in journalism. 

It is a tradition for France to honor artists, writers, journalists and 
activists from all over the world every year. 

Last week, Ambassador Boivineau presented the same award to Jakarta Paris Forum 
executive Winarsih Arifin for his efforts to enhance ties between the two 
countries. 

Other Indonesians who have been honored by France over the years include singer 
Anggun, academic Ida Sundari Husen, Culture and Tourism Ministry 
secretary-general Sapta Nirwandar and a former chief editor of The Jakarta 
Post, Raymond Toruan


[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Terorisme Tak Terkait Ajaran Agama

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Apakah  Amrosi cs yang telah dihukum  bukan karena perbuatan teror? 
Apakah ucapan-ucapan mereka bertiak di pengadilan tidak dikaitkan dengan agama? 
Sama halnya dengan perbuatan Laskar Jihad Sunnah Wal Jamaah, MMI. FPI etc yang 
main hantam kromo tidak ada kaitan dengan agama, tetapi berlambang saytan bin 
iblis? Kalau apa yang diteriakan  mencemarkan agama mengapa tidak ditegur atau 
dilarang?

http://www.suarapembaruan.com/News/2007/06/25/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 

Terorisme Tak Terkait Ajaran Agama

Asumsi bahwa terorisme sepenuhnya merupakan fenomena agama, sudah tidak bisa 
dipertahankan. Demikian juga pandangan seolah-olah agama adalah pendorong 
terorisme, harus dikritik. 

Sebab, tidak semua fenomena kekerasan dan praktik intoleransi merupakan 
persoalan agama, melainkan sebagian besar persoalan politik. Demikian Muslim 
Abdurrahman, cendikiawan Muslim dari Muhammadiyah, dalam peluncuran hasil 
survei nasional tentang Terorisme, Pesantren dan Toleransi Agama: Perspektif 
Kaum Muslim Indonesia. Survei ini merupakan hasil kerja sama The Wahid 
Institute dengan Indo Barometer, yang diluncurkan, Kamis (21/6) pekan lalu. 

Muslim mengatakan, persoalan paling penting dikaji saat ini bukan soal peran 
agama dalam memicu terorisme, tapi sejauh mana aparat keamanan dapat memotong 
aliran logistik kelompok terorisme. 

Saya pikir pendekatan keamanan (security approach) oleh aparat Densus 88 untuk 
membasmi jaringan terorisme adalah lebih penting ketimbang membicarakan agama 
di pesantren, kata Muslim yang didampingi oleh Direktur The Wahid Institute, 
Yenny Zannuba Wahid. 

Sebab, menurut dia, seseorang yang mempelajari ayat-ayat di pesantren tidak 
otomatis akan menjadi teroris. Dalam survei nasional Islam dan Terorisme, 
yang dilaksanakan bulan Mei 2007 terhadap 1.047 responden beragama Islam di 33 
provinsi, dapat disimpulkan bahwa mayoritas umat Islam masih merasa terorisme 
sebagai ancaman nyata bagi Indonesia. Mayoritas responden, yakni sebesar 53,8 
persen, setuju bahwa terorisme berupa bom masih merupakan ancaman di 
Indonesia, ungkap Mohamad Qodari, Direktur Eksekutif Indo Barometer. 

Mayoritas komunitas Muslim sendiri menyatakan, ajaran Islam tidak membolehkan 
terorisme, kekerasan, bersikap keras terhadap orang beragama lain, atau bahkan 
memerangi kemaksiatan dengan kekerasan. Ini tercermin dari pandangan mayoritas 
responden, yakni 71,8 persen, tidak setuju bahwa terorisme ada hubungannya 
dengan agama tertentu. Namun, ada persentase kecil umat Islam yang 
menyetujuinya. 

Ini menunjukkan ada orang- orang yang berpotensi direkrut sebagai pelaku 
kekerasan atas nama agama, baik milisi agama maupun teroris, karena pandangan 
keagamaan mereka yang membolehkan kekerasan, kata Qodari. 

Survei lebih jauh menunjukkan, mayoritas umat Islam berpendapat bahwa sikap 
keras terhadap agama lain tidak akan menguntungkan Islam. Sebanyak 96,2 persen 
responden tidak setuju bahwa ajaran Islam mengajarkan sikap keras pada orang 
non-Islam. Dari survei itu, kata Muslim Abdurrahman, terbukti bahwa secara 
mainstream, umat Islam tetap berwatak baik dan toleran. Terorisme sebagian 
adalah masalah politik, kata mantan pengurus PP Muhammadiyah tersebut. 

Diungkapkan, setelah Perang Afghanistan berakhir, terjadi domestifikasi jihad. 
Mantan pejuang jihad yang tidak lagi berperang di Afghan, menyebar ke sejumlah 
wilayah seperti Mindanao, Malaysia, hingga Indonesia. Mereka mencari-cari 
tempat untuk mendomestifikasikan pengaruh jihad tersebut. 

Muslim mengatakan, apabila terorisme adalah benar-benar persoalan agama, 
seharusnya terorisme bisa diluruskan dengan paham agama pula. Tetapi ternyata 
hal itu tidak mudah dilakukan. 

Ada cluster-cluster jihad yang tidak bisa dijangkau semua orang. Persoalan yang 
lebih penting lagi, Jamaah Islamiyah (JI) bukan fenomena di Indonesia, tetapi 
merupakan bagian dari sisa-sisa perang Afghan. JI, misalnya, disebutkan 
membikin 12 pesantren di Indonesia. Tetapi, santri-santrinya sama sekali tidak 
diketahui oleh organisasi-organisasi Islam mainstream seperti NU dan 
Muhammadiyah. Tahu-tahu saja Densus 88 nangkapin orang-orang seperti Abu 
Dujana, kata Muslim. [SP/Elly Burhaini Faizal] 


Last modified: 25/6/07 

[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Perlindungan TKI Rentan

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.suarapembaruan.com/News/2007/06/25/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
Perlindungan TKI Rentan 
Oleh Fathullah 


Tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri selama ini sering dijadikan objek 
perdagangan manusia. TKI mengalami kerja paksa, jadi korban kekerasan, 
pemerasan, kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia, 
serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia. 

Simak kasus yang baru saja dialami dua TKI kita di AS, Samirah dan Enung, yang 
menjadi korban penyiksaan majikan mereka Varsha Mahender (35) dan suaminya 
Murlidhar Sabhnani (51), sehingga terpaksa dirawat di Nassau University Medical 
Center di Long Island, New York. Sebelumnya, kasus serupa dialami salah seorang 
TKI wanita asal Medan, Martini (33). Belum lama ia terpaksa pulang dari tempat 
bekerjanya di Hong Kong ke kampung halamannya dalam keadaan menderita lumpuh. 

Peristiwa tragis juga dialami Rustini, TKI yang dikirim bekerja di Yordania. 
Karena tak kuat menghadapi tekanan stres, ia nekat terjun dari tempat 
penampungan. 

Tragedi yang tak kalah memprihatinkan juga dialami kurang lebih 400 TKI/TKW 
yang diperlakukan tidak manusiawi oleh majikan di Arab Saudi. Kini mereka 
tertahan di barak penampungan yang mirip penjara di Riyadh. Di antara korban 
TKI di Arab Saudi itu adalah Shinta Marlina Reza (20), TKI asal Cianjur, yang 
nasibnya terkatung-katung selama kurang lebih satu setengah tahun terakhir 
setelah disiksa oleh majikannya di Arab Saudi hingga cacat tangan kanan dan 
buta kedua matanya. Selain Shinta, ada juga Ratna binti Marzuki (40), TKW asal 
Sukabumi yang melarikan diri dari tempat penampungan dan mengungkapkan adanya 
kasus penyekapan TKI tersebut. 

Demikian pula yang kini dialami oleh 54 orang TKI yang menghadapi ancaman 
hukuman mati di Malaysia. Belum lagi kasus-kasus TKI yang terjadi pada saat ia 
pulang ke daerah asal. Dalam perjalanannya sering menghadapi berbagai 
permasalahan keamanan, di antaranya penipuan, pemerasan, pembiusan, dan bahkan 
sampai pada pencelakaan dirinya. 


Tidak Berfungsi 

Dengan sederetan kasus yang terus terjadi itu memperlihatkan betapa lemahnya 
posisi dan perlindungan TKI di luar negeri. Pemerintah Indonesia yang menurut 
Pembukaan UUD 1945 berkewajiban melindungi setiap warga negaranya, termasuk TKI 
di luar negeri, sering tidak berfungsi optimal melindungi TKI, bahkan terkesan 
mengabaikan kewajiban dan tanggung jawab konstitusional tersebut. 

Dengan dibentuknya Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja 
Indonesia (BNP2TKI) berdasarkan Perpres No 81 Tahun 2006 yang diberi tugas 
untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan penempatan dan perlindungan TKI, 
agaknya sedikit memberi harapan dan kejelasan, terutama dalam perlindungan TKI 
yang lebih baik dan lebih terjamin hak asasi dan martabatnya. 

Apakah lembaga BNP2TKI yang baru dibentuk ini dalam kenyataannya sesuai dengan 
yang diharapkan atau tidak, sepenuhnya bergantung pada lembaga itu sendiri dan 
dukungan semua pihak yang terkait, serta perangkat kebijakan yang memberi 
kewenangan lembaga tersebut. 

Berdasakan definisinya, perlindungan TKI menurut Undang-Undang No 39 Tahun 2004 
adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan calon TKI/TKI dalam mewujudkan 
terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, 
baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja. Sedangkan berkaitan dengan tugas 
perlindungan TKI yang khusus ditugaskan kepada BNP2TKI sebagaimana disebutkan 
dalam Perpres No 81 Tahun 2006 adalah mempunyai tugas merumuskan, 
mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kebijakan teknis 
perlindungan TKI yang meliputi standardisasi, sosialisasi dan pelaksanaan 
perlindungan mulai dari pra-pemberangkatan, selama penempatan, sampai dengan 
pemulangan. 


Beberapa Catatan 

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan berbagai pihak, dalam hal ini penulis 
sendiri dari Tim CIDES mencatat beberapa permasalahan mendasar terkait dengan 
perlindungan TKI yang ada selama ini. 

Pertama, pemerintah melalui aparat terkait di luar negeri selama ini secara 
diplomatik belum siap untuk melindungi para TKI yang menghadapi permasalahan. 
Kekurangsiapan itu disebabkan terbatasnya keahlian dan keterampilan mereka 
untuk melakukan pembelaan hukum dan hak asasi manusia (HAM) yang dibutuhkan 
oleh para TKI tersebut. Pada umumnya para diplomat tidak menguasai sistem hukum 
dan HAM tentang perlindungan buruh, termasuk tata cara beracaranya yang berlaku 
di negara setempat. 

Contoh kasus, misalnya sistem hukum di Arab Saudi yang tidak mengakui HAM yang 
berlaku universal. Bahkan dalam pandangan dan tradisi mereka, para TKI/TKW kita 
di sana dianggap budak-budak belian, sehingga rawan terjadi perkosaan, 
pelecehan seksual, penganiayaan, dan pelanggaran HAM lainnya. 

Kedua, permasalahan mendasar lainnya dalam perlindungan TKI di luar negeri juga 
dihadapkan pada masalah kurang atau tidak adanya kedisiplinan dan 
pertanggungjawaban yang sungguh-sungguh 

CiKEAS si dipo kena sambat,kena Tulah Tanteh Moslim

2007-06-25 Terurut Topik godamlima
SI DIPO KENA SAMBAT,KENA TULAH! tanteh moslim
25 juni 2007,senin

Apa yang Ito kenali sebagai 'batak' tentu akan jauh berbeda dengan 
apa yang dikenali oleh orang lain, bahkan walaupun kedua-duanya sama-
sama orang Batak. Apakah 'Batak'nya Ito Ros sama dengan Bataknya 
Bapak saya? Samakah itu dengan Batak yang diajarkan bapak saya 
kepada saya? Bisakah Ito menyangkal ini? Jadi, jangan terlalu sibuk 
mencari-cari siapa yang lebih mengenal Batak: Ito atau saya. 

salam
Dipo Siahaan


Komentaranku,
Hehehe,Bang,daku kenal Batak ituh

Raja maling di terminal, tukang renten ampe Kalimantan

Bikin abis anjing anjing di Tangerangan.

Dan opportunist di pemerentahan!!



Hehehe,baharu hajah,daku menunglis

Tentang si Ruyandi Hutasoit, calon Firaon taon 2000.

Kini di Pakpahan, siahaan lagih sengitan.

Kerna memenuhin pameoh di pasaran.

JINGKALAO BATAK NGUMPUL PASTILAH

TENGKARAN, CANGKAR CANGKARAN.

Baek di Terminal  maokpun di gorejah atawa Lapo tuak.

Hehehe,tatapi kulantaran merekah menghujat Tanteh Moslim.

Mangka si dipo inih,kena TULAH,KE SAMBAT  SENDIRI.

Sakhingga batak batak saling cangkaran. Sakmodel di bawah inih.



Ah, banyak sekali salah paham terkait dengan tulisan saya. Aneh 
sekali. Saya dibuat seakan-akan menjadi tidak mencintai daerah saya 
sendiri. Ada lagi yang menulis seakan-akan saya orang yang sangat 
fanatik dan tidak bisa tahan pada perbedaan pendapat. Semua sibuk 
memberikan kesimpulan masing-masing, dan tidak ada satu pun yang 
benar-benar membaca dengan baik. Terserahlah, saya tidak punya waktu 
untuk menanggapi semuanya. Ini adalah tanggapan terakhir saya. Kalau 
masih ada yang ingin melanjutkan, silahkan. 

Serikat Indonesia menulis bahwa saya tidak menghargai perbedaan 
pendapat. Begini kutipan tulisannya: 

Lho saya itu mengomentari tulisan anda, kok bawa2 si Mus. Anda 
menekankan kata mencela Indonesia seolah sesuatu perbuatan yang 
buruk. Padahal cela, kritik, ejek, itu bisa juga bermanfaat. Benar 
tidaknya suatu celaan bisa didiskusikan. Itu yang anda tidak 
lakukan. Dan sayangnya bangsa ini adalah bangsa yang tercela, 
menjadikan celaan terhadap RI adalah pil pahit yang kita orang 
Indonesia harus menelannya setiap saat. Kalo anda tidak mau dicela, 
ya perbaiki dong.

Jadi jelas tuduhan anda terhadap Mus sebagai tukang cela hanyalah 
manifestasi kejijikan anda terhadap Mus. Buka niat luhur untuk 
berdiskusi.

Terbukti dengan tulisan yg sangat subyektif untuk mem-ban Mus. Apa 
anda sedang tinggal di surga, bisa main depak orang yang ga sejalan? 
Jika di komplek rumah saya ada orang yg sangat menyebalkan, apa 
boleh saya ban dari komplek? Dasar ORBA

Inilah contoh orang yang tidak membaca dengan baik, dan belum apa-
apa sudah mencap orang ORBA. Tulisan awal saya memang untuk 
menyerang si Mus. Jadi, tentunya tidak aneh kalau saya ingin 
mengembalikan topik diskusi ke arah itu. Anda mengomentari tulisan 
saya yang sedang mengomentari si Mus. Lah kok tiba-tiba anda 
melarang saya untuk membawa-bawa si Mus? Memang anda pikir saya 
sedang bicara tentang apa sebelumnya? Capeee deh!!  Baca yang bener 
ya mas. 

Sekali lagi saya tegaskan, kemarin saya tidak sedang berdiskusi 
tentang suku Batak, dan juga sama sekali tidak ada kata-kata saya 
bahwa saya tidak suka pada orang yang mencela-cela Indonesia. 
Bukankah saya sendiri sudah menuliskan: salah satu sifat buruk orang 
Indonesia adalah tidak pernah membaca dengan benar. Saya jadi ingin 
tahu: kata-kata itu kritikan/celaan terhadap Indonesia atau bukan? 
Kalau saya tidak suka celaan/kritikan, untuk apa saya mengatakan hal 
seperti itu? 

Saya tidak berniat memberikan penjelasan tentang si Mus. Saya pikir 
penjelasan paling baik adalah kalau anda mengikuti sendiri sepak 
terjang ilmuwan gadungan itu. Itulah sebabnya saya menyarankan si 
Serikat Indonesia untuk benar-benar membaca tulisan-tulisan Mus (Mus 
dari Muslihat). 

Untuk Ito Ros, 
Terima kasih karena sudah mengingatkan tentang kekayaan tanah Batak. 
Saya mungkin salah karena mengatakan tanah Batak tidak kaya. Tapi 
saya jadi ingin tahu apakah komentar saya yang dibawah ini salah: 

Saya pikir kebanyakan orang  batak akan mengakui: orang batak 
menjadi berhasil ketika mereka  telah merantau keluar dari kampung 
halamannya.

Sekaya-kayanya tanah Batak yang dibangga-banggakan itu, sebagian 
besar penghuninya akan pergi merantau begitu ada kesempatan yang 
tiba. Beberapa orang di antaranya memilih untuk tidak kembali, 
walaupun ada kesempatan yang tiba. Tanya kenapa? 

Lagipula, perbandingan yang saya berikan adalah tanah Papua, tanah 
Aceh, Riau, dan Kalimantan, yang memang kaya dengan hasil tambang. 
Tentu saja tanah Batak tidak sekaya tanah-tanah yang saya sebutkan. 
Hasil tambang yang ditemukan di situ tidak sebanyak di tanah-tanah 
tersebut. 

Eits, jangan salah. Saya cinta kampung halaman saya. Dan kata siapa 
saya tidak pernah pulang kampung? Ito Ros dan aku berbicara setahun 
yang lalu, dan tentu saja kondisi berubah bukan? Selama setahun 
terakhir, aku sudah pulang 

CiKEAS VISI PDS DARI TUHAN ATAWA AMBISI?

2007-06-25 Terurut Topik godamlima
VISI PDS DARI TUHAN ATAWA AMBISI?
25 juni 2007,Senin

Melalui hubungan baik dengan Pemimpin Redaksi Jemaat Indonesia 
pada saat itu Bapak Ben Sitompul yang sering 
meliput kegiatan - kegiatan kelompok anak muda tersebut, 
dimintakanlah Pak Ben untuk menghubungi Pak Ruyandi Hutasoit, 
lalu dikatakannya ; 
bisa saja namun Pak Ruyandi tidak suka bicara masalah politik, 
karena sudah pernah partai besar 
yang mau mencalonkan beliau menjadi calon jadi, 
namun ditolaknya, 
dengan sederhana para pemuda tersebut menjawab 
kalau memang ini rencana Tuhan pasti terjadi 
kalau tidak yah berarti belum waktunya Tuhan, 
pokoknya diundang dan nanti kita lihat saja hasilnya.

KOMENTARANKU,
Hehehe,jingkalao ide ide ituh dari Tuhan?
PASTI TERJADI? 
Dasar urang Karesten Sedeng.
Apah apah dari Tuhan Yahweh??
Sementara PDS cuman dipenuhin para opportunist  hajah!!
INIH YANG MEMBUAT NAMA TUHAN,CANGCAT TERCELAH!!

AMBISI DITEMPELIN KEHENDAK TUNGHAN!!



Hehehe, judul ituh diungkap oleh si Tewu,bukan si Tiwul.

Yang jadi gongnyah Royandi hutaSoit,

YANG PUNYAK AMBISI JADI PRESIDEN TAON 2000?

Pinter jugak anak anak Batak inih,memangke Sentimen ugamak,

Buat MENGKATROL DIRINYAH DARI YAYASAN DULOS,

Yang dipenuhin batak batak opportunist buat masup jenjang pulitik 
busuk.

Tewu bermaen katah, APAH BENER ENGGAK ADA ANAK TUHAN,

YANG BISAK DIPERCAYAH DALEM KANCAH PERPULITIKAN?

Hehehe,emangnyah menungrut eluh, ADA???

DAN KEBUKTIAN JUGAKLAH BAHUWA PDS-PUN DIPENUHIN

BAJINGAN YANG  MENUNGGANGIN PARTAE SENTIMEN UGAMAK

Buat mendudukin jabatan jabatan pemerentahan,

YANG CUMAN BUAT MENGGENDUTIN DIRINYAH SENDIRI.






CiKEAS Re: Terorisme Tak Terkait Ajaran Agama

2007-06-25 Terurut Topik Hafsah Salim
Betul secara umum terorisme tidak terkait ajaran agama.  Begitu
banyaknya macam bentuk terorisme, seperti terorisme kelompok
penyelundup Heroine, Morfine, dll.  Tetapi juga ada terorisme yang
didorong oleh kepercayaan agamanya, misalnya terorisme Sikh, terorisme
penganut Shinto, terorisme penganut Kristen-Katolik, dan yang paling
populer sekarang adalah TERORISME JIHAD ISLAM.

Dunia terpaksa membentuk kubu anti-teror Jihad Islam karena kelompok
teror yang satu ini disponsori oleh beberapa negara Islam yang
kemudian disebarkan keseluruh dunia untuk memusnahkan mereka yang
non-Islam.  Dalam hal ini adalah tugas dan kesadaran semua umat Islam
untuk membasminya bukan malah mendukungnya karena masa depan umat
Islam sangat tergantung keberhasilannya dalam membasmi terorisme
terutama tentunya dalam kaitannya dengan ajaran2 Islam yang mendorong
umatnya untuk mengejar pahala melalui teror2 ini.

Ny. Muslim binti Muskitawati.









--- In CIKEAS@yahoogroups.com, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Refleksi: Apakah  Amrosi cs yang telah dihukum  bukan karena
perbuatan teror? Apakah ucapan-ucapan mereka bertiak di pengadilan
tidak dikaitkan dengan agama? Sama halnya dengan perbuatan Laskar
Jihad Sunnah Wal Jamaah, MMI. FPI etc yang main hantam kromo tidak ada
kaitan dengan agama, tetapi berlambang saytan bin iblis? Kalau apa
yang diteriakan  mencemarkan agama mengapa tidak ditegur atau dilarang?
 
 http://www.suarapembaruan.com/News/2007/06/25/index.html
 
 SUARA PEMBARUAN DAILY 
 
 Terorisme Tak Terkait Ajaran Agama
 
 Asumsi bahwa terorisme sepenuhnya merupakan fenomena agama, sudah
tidak bisa dipertahankan. Demikian juga pandangan seolah-olah agama
adalah pendorong terorisme, harus dikritik. 
 
 Sebab, tidak semua fenomena kekerasan dan praktik intoleransi
merupakan persoalan agama, melainkan sebagian besar persoalan politik.
Demikian Muslim Abdurrahman, cendikiawan Muslim dari Muhammadiyah,
dalam peluncuran hasil survei nasional tentang Terorisme, Pesantren
dan Toleransi Agama: Perspektif Kaum Muslim Indonesia. Survei ini
merupakan hasil kerja sama The Wahid Institute dengan Indo Barometer,
yang diluncurkan, Kamis (21/6) pekan lalu. 
 
 Muslim mengatakan, persoalan paling penting dikaji saat ini bukan
soal peran agama dalam memicu terorisme, tapi sejauh mana aparat
keamanan dapat memotong aliran logistik kelompok terorisme. 
 
 Saya pikir pendekatan keamanan (security approach) oleh aparat
Densus 88 untuk membasmi jaringan terorisme adalah lebih penting
ketimbang membicarakan agama di pesantren, kata Muslim yang
didampingi oleh Direktur The Wahid Institute, Yenny Zannuba Wahid. 
 
 Sebab, menurut dia, seseorang yang mempelajari ayat-ayat di
pesantren tidak otomatis akan menjadi teroris. Dalam survei nasional
Islam dan Terorisme, yang dilaksanakan bulan Mei 2007 terhadap 1.047
responden beragama Islam di 33 provinsi, dapat disimpulkan bahwa
mayoritas umat Islam masih merasa terorisme sebagai ancaman nyata bagi
Indonesia. Mayoritas responden, yakni sebesar 53,8 persen, setuju
bahwa terorisme berupa bom masih merupakan ancaman di Indonesia,
ungkap Mohamad Qodari, Direktur Eksekutif Indo Barometer. 
 
 Mayoritas komunitas Muslim sendiri menyatakan, ajaran Islam tidak
membolehkan terorisme, kekerasan, bersikap keras terhadap orang
beragama lain, atau bahkan memerangi kemaksiatan dengan kekerasan. Ini
tercermin dari pandangan mayoritas responden, yakni 71,8 persen, tidak
setuju bahwa terorisme ada hubungannya dengan agama tertentu. Namun,
ada persentase kecil umat Islam yang menyetujuinya. 
 
 Ini menunjukkan ada orang- orang yang berpotensi direkrut sebagai
pelaku kekerasan atas nama agama, baik milisi agama maupun teroris,
karena pandangan keagamaan mereka yang membolehkan kekerasan, kata
Qodari. 
 
 Survei lebih jauh menunjukkan, mayoritas umat Islam berpendapat
bahwa sikap keras terhadap agama lain tidak akan menguntungkan Islam.
Sebanyak 96,2 persen responden tidak setuju bahwa ajaran Islam
mengajarkan sikap keras pada orang non-Islam. Dari survei itu, kata
Muslim Abdurrahman, terbukti bahwa secara mainstream, umat Islam tetap
berwatak baik dan toleran. Terorisme sebagian adalah masalah
politik, kata mantan pengurus PP Muhammadiyah tersebut. 
 
 Diungkapkan, setelah Perang Afghanistan berakhir, terjadi
domestifikasi jihad. Mantan pejuang jihad yang tidak lagi berperang di
Afghan, menyebar ke sejumlah wilayah seperti Mindanao, Malaysia,
hingga Indonesia. Mereka mencari-cari tempat untuk mendomestifikasikan
pengaruh jihad tersebut. 
 
 Muslim mengatakan, apabila terorisme adalah benar-benar persoalan
agama, seharusnya terorisme bisa diluruskan dengan paham agama pula.
Tetapi ternyata hal itu tidak mudah dilakukan. 
 
 Ada cluster-cluster jihad yang tidak bisa dijangkau semua orang.
Persoalan yang lebih penting lagi, Jamaah Islamiyah (JI) bukan
fenomena di Indonesia, tetapi merupakan bagian dari sisa-sisa perang
Afghan. JI, misalnya, disebutkan membikin 12 pesantren di Indonesia.
Tetapi, santri-santrinya sama sekali 

CiKEAS Orang Indonesia Baru Ada Setelah 1945 !

2007-06-25 Terurut Topik Hafsah Salim
Orang Indonesia Baru Ada Setelah 1945 !

 Budi P [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Dulu juga orang Indonesia pada nyembah pohon toge dan batu besar :)
 Emangnya yg ada skrg bukan orang Indonesia ya ?
 Stupid !!!
 




Sejak berdirinya negara Indonesia 1945, berlaku Pancasila yang
menyembah Tuhan bukan pohon Toge !!!  Apa ada referensinya bahwa orang
Indonesia pernah menyembah pohon toge???  Apa ada referensinya bahwa
Pancasila itu termasuk menyembah pohon toge???

Yang sekarang itu memang ada orang Indonesia, tapi dulu enggak pernah
ada orang Indonesia.

Dulu enggak ada orang Indonesia, yang ada adalah orang
Majapahit, orang Sriwijaya, dll.  Orang Indonesia baru
dikenal setelah 1945.

Dulu ada orang Palestina dan mereka menyembah dewa
Philistine, sekarang karena mereka menyembah Yahwe
maka mereka dinamakan orang Yahudi.  Tetapi ada orang
Arab yang datang numpang kerja di tanah yang sekarang ini dinamakan
Israel dan mereka menamakan diri Arab Palestina, dan mereka sama
sekali bukan orang Palestina karena mereka tidak menyembah
dewa philistine dan juga berasal dari Mesir.  Arab
Palestine mencatut nama Palestine membangun negara
Palestina yang sama sekali beda dan tidak ada
hubungannya dengan negara Palestina.

Orang Palestina yang asel itu adalah orang Yahudi sekarang, karena
dulu mereka menyembah dewa2 Philistine sehingga mereka dinamakan orang
Palestina, tetapi karena kemudian mereka beralih menyembah Yahwe maka
mereka dinamakan orang Yahudi.

Beda dengan orang Arab, dulunya menyembah dewa Al-Lhat, baru kemudian
mereka menyembah Allah.  Jadi orang Arab bukanlah orang Palestina,
juga orang Arab bukanlah orang Yahudi, karena orang Arab yang
menyembah dewa Al-Lhat dinamakan Bedouin, sedangkan orang Arab yang
menyembah Allah dinamakan Muslim Arab.

Jadi jelas, wilayah Palestina dulu ataupun Israel sekarang yang
membentang hingga ke Jordania, Syria, Libanon, dalam sejarahnya belum
pernah ada kerajaan2 Arab pada mulanya dizaman dulu.  Kerajaan Arab
baru mulai masuk menjajah wilayah2 ini setelah tahun 700-an, sedangkan
jauh sebelumnya wilayah ini diduduki oleh orang2 yang sekarang
dinamakan orang Yahudi.  Bahkan kerajaan2 terkenal seperti Kerajaan
Sulaiman yang juga tercatat dalam AlQuran, terbukti bukanlah kerajaan
Arab dan bukan beragama Islam.

Oleh karena itu sangatlah amoral semua khotbah2 maupun ajaran2 Islam
yang disebarkan melalui khotbah2 dimesjid yang berbohong atau
membohongi umatnya dengan menyatakan kepada umatnya bahwa wilayah2 di
Timur Tengah ini dulunya milik Islam.

Kita serahkan semuanya kepada pembaca untuk membuktikannya pernyataan
mana yang benar dan pernyataan mana yang bohong, karena pada dasarnya
AlTakya memang mengajarkan umat untuk berani membohongi umat yang
bukan Islam, sehingga untuk mengupas kebenaran sebenarnya tidak
mungkin kita menggunakan AlQuran melalui AlTakya-nya ini.

Dunia dan juga PBB tidak buta sejarah, itulah sebabnya
negara Israel mendapat pengakuan dunia tapi tidak
diakui oleh Hammas yang mewakili Arab Palestina (tidak
diakui dunia).

Ny. Muslim binti Muskitawati.






CiKEAS Hong Kong's police force is a handover bright spot

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.iht.com/articles/2007/06/24/europe/hkpolice.php

 
A woman asking directions in Wanchai. By maintaining a highly visible street 
presence, the police in Hong Kong have built community ties and reduced crime. 
(Daniel J. Groshong/Tayo Photo Group for the IHT) 

 


Hong Kong's police force is a handover bright spot 
By Donald Greenlees

Sunday, June 24, 2007 
 
HONG KONG: When Tang King-shing, Hong Kong's commissioner of police, graduated 
from police training school in the mid-1970s, there was a quaint British 
tradition here called trooping the duck.

Its origins are a little obscure and had something to do with a temperamental 
drill sergeant and the quality of the police parades. But part of the ceremony 
involved kissing a live duck on the beak before formal dinners in the school's 
mess, an act that Tang, like all new inspectors, performed.

Recently, the commissioner was invited back to his old mess as a guest and 
discovered that this peculiar tradition from the days of British colonial rule 
persisted. But there was a difference.

When they dined me in at the mess, they still trooped the duck, Tang said in 
an interview. But it is now a plastic one because of the bird flu problem.

In the 10 years since the end of British rule, the Hong Kong Police Force has 
undergone some very visible changes, not least the dwindling number of 
foreigners in its ranks. But it is a Chinese police force that clings to an odd 
mix of British customs. Tang's police band still plays the bagpipes.

This combination of Chinese with distinctly British policing characteristics 
has been one of the keys to the undoubted success of the institution.

It has long been one of Hong Kong's great advertisements that law enforcement 
and the justice system can be counted on to be both effective and impartial. 
The 27,500-strong police force is widely regarded as one of the least corrupt 
and most professional in the world.

At the same time, the crime rate for such a large metropolitan area is very low 
by world standards. A city whose thriving film industry has won laurels for 
bloody crime thrillers, including the forerunner to the recent Hollywood hit 
The Departed, had a murder rate one-tenth that of New York in 2005.

Other crime trends are equally benign. In 2005, Hong Kong recorded 1,137 
overall cases of crime per 100,000 people. The comparable figure for New York 
was 2,675; in London it was a staggering 13,091.

The success of law enforcement here is often regarded as one of the most 
important legacies of British rule. At one time, the police force was steeped 
in British tradition and British methods of policing. Its senior ranks were 
dotted with foreign officers, almost all of whom were British. Two years before 
the return to Chinese rule on July 1, 1997, there were 756 overseas officers in 
the force, accounting for about a third of the senior ranks.

But as part of the preparations for the handover, Hong Kong stopped hiring 
overseas officers in 1994 and began a process of localizing employment in law 
enforcement agencies.

When the Royal prefix was dropped from the title of the Hong Kong Police 
Force, some critics feared standards might slip too. There were also worries 
that Hong Kong could lose some of its independence in law enforcement to the 
mainland.

Expatriate police officers started to leave, creating a gap in some specialized 
skills. The number of foreign officers in the force is now down to about 250. 
That has certainly meant some changes to the way the force operates, say 
analysts, but the impact on the quality of policing has been relatively small.

It used to be a British mind-set, now it is a Chinese mind-set, said Steve 
Vickers, a former senior superintendent who started his own risk consultancy in 
Hong Kong after 18 years in the police force.

He said that before 1997 police officers could work very independently on some 
sensitive cases, like undercover operations against organized crime gangs.

Now it's very much top down, Vickers said. But he added, It remains one of 
the most effective law enforcement agencies anywhere.

If public confidence is a yardstick of performance, the Hong Kong Police Force 
has been doing something right since the end of British rule.

A survey conducted this year by the University of Hong Kong shows that 80 
percent of people here had a very positive or quite positive view of the 
police. Over the past 10 years, those holding a very positive view of the 
police rose to 20.1 percent from 4.7 percent.

By contrast, a survey of New Yorkers in 2001 found that 59 percent approved of 
the performance of the New York Police Department. Approval was especially low 
among ethnic minorities.

The popularity of the Hong Kong police is a big achievement for a force that 
until the mid-1970s was regarded as one of the most corrupt in Asia. The force 
that Tang, the commissioner, joined in 1976 had been implicated in everything 
from protection of prostitution 

CiKEAS An honor worth defending

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.iht.com/articles/2007/06/25/opinion/edali.php

 

An honor worth defending 
By Ayaan Hirsi Ali

Monday, June 25, 2007 
 
WASHINGTON: 


Imagine if a crowd of Englishmen marched in London carrying effigies of 
Muhammad, peace be upon him, stacks of the Koran, miniatures of the Kaaba in 
Mecca and Saudi flags. Imagine if they then built a bonfire and hurled the 
items one at a time into that fire screaming Long Live the Queen! each time 
the flames shot up.

This would be the equivalent of what hardline Muslim students did in the 
eastern Pakistani city of Multan, to take just one example, when they burned 
effigies this week of Queen Elizabeth II and Salman Rushdie, chanting Kill 
him! Kill him! in response to his recently bestowed knighthood.

Such raging crowds, of course, rarely appear in the modern West (unless as 
soccer hooligans). But they have become a common site across the Muslim world 
every time a pope, some cartoonist or, now, the British queen, step over some 
line in the sand drawn by the forces of intolerance.

An ever growing number of Muslims worldwide feel that they are engaged in a 
life-and-death struggle with the West for power, for territory, for limited 
resources and ideas.

As with all wars, symbols are important. But this is especially true in the 
Muslim mind which is governed by a rigid code of honor and shame. In this 
context symbols are not just images, but a matter of life and death. He who 
stands by and watches as his symbols are trashed has lost his honor.

The honor-and-shame code affects all Muslim societies from top to bottom - 
family, tribe and the Umma, or the Muslim nation. An insider who breaches this 
code, which is Salman Rushdie's great crime, must be put to death. He shamed 
Muslims in two very serious ways: He left Islam, and he insulted Islam's 
infallible founder.

The queen, in this view, added insult to injury by honoring him - a slap in the 
face of 1.5 billion Muslims. In the tribal mindset - and Islam is a tribal 
religion and political movement combined - if one's icons are destroyed without 
consequence then one has essentially surrendered.

Westerners have too often shrugged their shoulders at the trashing of their 
icons - such as when the queen is burned in effigy - by the foot soldiers of 
tribal barbarism. This perceived weakness makes the foes of the West more 
ferocious and helps recruit more jihadists.

Instead the West should join together to vigoroulsy defend its symbols and 
civilization that, with all its flaws, still offers the best life to the most 
people.

Strident demands for apologies from power holders should be met with stoicism. 
Not one inch should be given.

Governments like that of Pakistan, which encourage and even stoke the flames, 
ought to be brought to account instead of coddled. The United States and 
Britain ought to demand that Pakistan's religious affairs minister, Mohammed 
Ijaz ul-Haq, resign for saying, in the Pakistani Parliament: The West is 
accusing Muslims of extremism and terrorism. If someone exploded a bomb on his 
body he would be right to do so unless the British government apologizes and 
withdraws the 'sir' title.

With this episode involving Sir Salman, the Nigerian playwright Wole Soyinka is 
absolutely right: It is a fatal mistake for the West to let the forces of 
intolerance define the territory of insult. The West must stand its ground.

By knighting Salman Rushdie, the queen has honored the freedom of conscience 
and creativity cherished in the West, making her a symbol of the essence of our 
way of life.

Ayaan Hirsi Ali, a Somali emigrant and former member of the Dutch parliament, 
is an outspoken defender of women's rights in Islamic societies. Distributed by 
Tribune Media Services.






 Copyright © 2007 The International Herald Tribune | www.iht.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Menangis Kepentingan Pribadi Berbeda Menangis Kepentingan Politik !!!

2007-06-25 Terurut Topik Hafsah Salim
Menangis Kepentingan Pribadi Berbeda Menangis Kepentingan Politik !!!


 wirajhana eka [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Mhh.cuma bisa menangis dan berjanji?
 Anak saya usia 6 tahun pun bisa menangis mendengarkan cerita 
 sedih... MASALAH ini sudah LEBIH dari SATU TAHUN...kemana aja anda 
 Bapak Presiden Republik Indonesia?
 


Beda dong, kalo anak anda menangis pasti untuk menarik perhatian dalam
meminta atau mengharapkan diberi sesuatu yang tidak dimilikinya dan
tidak wajib diperolehnya !!

Kalo Presiden sampe menangis, artinya dia malah berusaha menarik
perhatian masyarakat dalam rangka memberi sesuatu yang bukan miliknya
dan seharusnya memang menjadi kewajibannya untuk diberikan tapi
dilalaikannya !!

Kesimpulannya, anak anda menangis terkait kepentingan pribadi, tapi
presiden menangis terkait kepentingan politiknya !!

Ny. Muslim binti Muskitawati.







CiKEAS Partnership Cari Donasi Untuk KPU

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Untuk Pemilu tidak punya biaya dan harus cari bantuan? 



Partnership Cari Donasi Untuk KPU
Senin, 25 Juni 2007 | 23:01 WIB 

TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Eksekutif Partnership Mohammad Sobary 
mengatakan akan memfasilitasi pencarian dana untuk pembiayaan bantuan teknis 
penyelenggaran pemilihan umum bekerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Menurut Sobary dana itu bersumber dari donasi dalam dan luar negeri, 
diantaranya negara Belanda, Jepang dan Program Pembangunan Perserikatan 
Bangsa-Bangsa (UNDP). Namun Sobary enggan menyebutkan angka bantuan yang akan 
dicarikan untuk KPU.

Maaf belum bisa disebutkan, lihat dulu yang dibutuhkan KPU, ujarnya seusai 
penandatanganan nota kesepahaman KPU-Parnership tentang Program Dukungan bagi 
Peningkatan Kapasitas KPU, di Kantor KPU, Senin (25/6).

Sobary menjelaskan, bentuk bantuan tidak diberikan dalam bentuk tunai kepada 
KPU. Namun berupa bantuan teknis seperti penyediaan tenaga ahli, logistik siap 
pakai, pengadaan seminar, lokakarya dan riset.

Dia memastikan akan memberikan pertanggungjawaban yang jujur dalam pencarian 
dana tersebut. Kami memiliki auditor independen kelas internasional, tegasnya.

Wakil Ketua KPU Ramlan Surbakti mengatakan, meski semua kebutuhan KPU 
dialokasilan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara, bantuan teknis 
Partnership masih diperlukan untuk membantu keterbatasan dana dari APBN.

Dia menjamin tidak akan ada alokasi ganda untuk satu program yang dilaksanakan. 
Kami akan menawarkan kebutuhan program atau bantuan teknis yang kurang, jika 
mereka bisa, mereka bantu.

Berdasarkan nota kesepahaman No. 03/SKB/KPU/Tahun 2007 antara KPU dan 
Partnership, sumber donasi Parnership dapat dicarikan dari pihak ketiga yang 
tidak mengikat. Partnership bertanggung jawab dalam 
pertanggungjawaban/akuntabilitas laporan keuangan penerimaan dan penyaluran 
dana, sementara KPU hanya sebagai penerima manfaat.


Budi Saiful Haris


[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Menakertrans: Tidak Benar Ada Deportasi Massal TKI di Arab Saudi

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Tak ada asap tanpa api,  kata pepatah Melayu kuno

HARIAN ANALISA
26 Juni 2007

Menakertrans: Tidak Benar Ada Deportasi Massal TKI di Arab Saudi 

Jakarta, (Analisa) 

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno menegaskan 
tidak benar ada isu yang menyebutkan ada deportasi massal Tenaga Kerja 
Indonesia (TKI) di Arab Saudi. 

Tidak benar ada isu mau deportasi massal dan tidak benar ada isu sejumlah 
40.000 TKI (dideportasi-red), katanya sebelum mengikuti Sidang Kabinet 
Paripurna di Kantor Presiden Jakarta, Senin (25/6). 

Menurut dia, pemulangan TKI bermasalah di Arab Saudi, akan dilakukan secara 
bertahap sebagaimana biasanya. 

Erman yang baru-baru ini berkunjung ke Arab Saudi mengatakan, dalam 
pertemuannya dengan sejumlah pejabat Arab Saudi disepakati bahwa untuk 
penanganan masalah TKI diupayakan tidak ada yang bersifat deportasi massal. 

Artinya secara reguler bagi TKI bermasalah akan diselesaikan dan selanjutnya 
dipulangkan ke Indonesia dengan biaya pemulangan ditanggung oleh pemerintah 
Kerajaan Arab Saudi, katanya. 

Bagi para TKI yang dokumennya relatif bisa diputihkan maka akan diputihkan 
seperti masalah TKI yang overstay, dan perpanjangan izin tinggal. 

Selain itu, kata Menakertrans, Syuro Kerajaan Arab Saudi berencana memutuskan 
dan menandatangani peraturan tentang tenaga kerja dan tatalaksana rumah tangga 
Arab Saudi. 

Inti peraturan itu, katanya, bagi majikan yang menggunakan tenaga kerja asing, 
termasuk TKI ilegal, maka sanksinya cukup berat, baik denda maupun pidananya. 

Untuk itu ke depan, Indonesia perlu hati-hati dalam mengirim tenaga kerja, 
harus betul-betul legal, katanya. 

Erman juga menyebut bahwa saat ini jumlah TKI di Arab Saudi mencapai 980 ribu 
orang dan sebanyak 473 orang di antaranya bermasalah atau hanya 0,06 persen. 

Saat ini ke-473 orang TKI bermasalah itu berada di penampungan TKI di KBRI 
Riyadh dan mereka secara bertahap akan dipulangkan setelah berbagai urusan 
mereka selesai, seperti gaji yang belum dibayar. 

Tiap hari rata-rata 20 sampai 30 orang dipulangkan setelah permasalahan mereka 
diselesaikan terutama masalah gaji dan pemerintah Arab Saudi bertanggungjawab 
menyelesaikan masalah gaji itu, katanya. 

Erman menambahkan, pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah membentuk one roof 
system atau sistem pelayanan satu atap yang juga melibatkan KBRI, Atase, dan 
Imigrasi Indonesia. (Ant


[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Tomat Hasil Rekayasa Genetika Beraroma Mawar dan Lemon

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
HARIAN ANALISA
Edisi Selasa, 26 Juni 2007

Tomat Hasil Rekayasa Genetika Beraroma Mawar dan Lemon 

Paris, (Analisa) 

Para peneliti Israel berhasil melakukan rekayasa genetika terhadap tomat 
sehingga memiliki aroma buah lemon dan bunga mawar. Tomat transgenik itu 
mengubah gen basil jeruk Ocimum basilicum, yang menghasilkan enzim pembuat 
aroma, geraniol synthase, tulis laporan Efraim Lewinsohn Newe Yaar Research 
Centre. 

Suatu kelompok beranggotakan 82 orang mencicipi buah percobaan itu dan buah 
yang tidak dimodifikasi. Hampir semuanya dapat mencium aroma baru seperti aroma 
parfum, mawar geranium dan sirih. 

Tomat transgenik mempunyai warna merah muda karena hanya mempunyai setengah 
antioksidan lycopen, dibandingkan dengan tomat konvensional. 

Sebagai pengimbang rendahnya kadar lycopen, tomat transgenik memiliki kadar 
terpenoid rawan yang tinggi, yang berguna sebagai antimikroial, pestisidal 
dan antifungal, sehingga tomat itu lebih tahan lama dan hanya perlu sedikit 
pestisida untuk pertumbuhan. 

Tim peneliti yakin bahwa tanaman pangan lain serta bunga yang menghasilkan 
karotenoid, seperti juga tomat, dapat direkayasa untuk diubah aroma maupun 
rasanya. 

Tomat pertama hasil rekayasa genetik adalah FlavrSavr, yang laris di pasar AS 
pada 1994. 

Produk tersebut memodifikasi gen yang berfungsi melunakkan, sehingga tomat bisa 
dibiarkan begitu saja hingga matang di ladang dan tomat itu juga lebih awet. 

Namun, FlavrSavr akhirnya ditarik karena penjualannya tidak memuaskan. 

Saat ini tak ada tomat hasil rekayasa genetika yang ditanam secara komersial di 
Amerika Serikat, menurut (www. gmo-compass.org), situs web yang didanai Komisi 
Eropa. 

Tomat segar transgenik belum pernah dijual di Eropa karena ada kekhawatiran 
mengenai lingkungan hidup dan dampak kesehatan dari makanan transgenik. 
(Ant/AFP) 



[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Aksi Teror Bukan Tanggung Jawab JI

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
 Refleksi: Kenapa baru sekarang baru mengatakan bukan tanggung jawab JI?


http://www.gatra.com/artikel.php?id=105624

Abu Rusydan:
Aksi Teror Bukan Tanggung Jawab JI

Pemerhati gerakan Islam, Umar Abduh, menyebut Jamaah Islamiyah (JI) kini pecah 
jadi tiga faksi. Salah satunya faksi ideologis dengan figur sentral Abu 
Rusydan. Sisanya faksi moderat dengan tokoh Abu Bakar Ba`asyir, dan faksi 
teroris dengan pentolan Hambali. Faksi Rusydan dinilai konsisten dengan visi 
awal Abdullah Sungkar.

Zarkasih dan Abu Dujanah yang ditangkap pekan lalu, menurut Umar Abduh, 
termasuk faksinya Rusydan. Mereka tidak sepakat dengan aksi pemboman di 
sembarang tempat atas nama jihad. Dilihat rekam jejaknya, Abu Rusydan alias 
Thoriquddin alias Hamzah ini terbilang otoritatif untuk menjelaskan Jamaah 
Islamiyah (JI) luar dalam.

Ia tercatat sebagai angkatan ke-2 peserta pelatihan di Akademi Militer 
Mujahidin Afghanistan di Sadda, Pakistan. Seangkatan dengan Mukhlas, terpidana 
bom Bali I dan Mustafa, Ketua Mantiqi III JI sebelum Nasir Abas (angkatan ke-5).

Pada April 2002, pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah, 47 tahun silam itu, 
disebut-sebut diangkat sebagai Pelaksana Harian Tugas Amir JI. Dua tahun 
kemudian, April 2004, ia ditangkap polisi. Pengadilan memvonis 3 tahun 6 bulan 
karena dianggap melindungi Mukhlas, pelaku bom Bali I. Kini sudah bebas. 
Biasanya Rusydan tidak mau gamblang bicara soal JI. Ia cermat memainkan kalimat 
untuk berkelit.

Tapi kali ini, ia bicara lebih blak-blakan soal seluk-beluk JI, pola 
kepemimpinannya, serta potensi teror dari kalangan JI pasca penangkapan Abu 
Dujana dan Zarkasih. Berikut petikan perbincangannya dengan Asrori S. Karni 
dari Gatra, Selasa lalu.

Penangkapan Zarkasih, selaku Amir Darurat JI, mengungkapkan bahwa JI terus 
melakukan regenerasi kepemimpinan. Tanggapan Anda?
Kalau mau melihat sosok JI yang sesungguhnya, harus dilepaskan dulu dari isu 
terorisme. Bila masih dikaitkan dengan terorisme, selalu imajiner. JI yang 
tidak terkait dengan seluruh aksi terorisme itu hanya efektif dari 1993 sampai 
1999, di bawah kepemimpinan Ustadz Abdullah Sungkar, sampai wafat.

Setelah 1999, secara struktural, JI tidak wujud. Karena tidak pernah diangkat 
Amir pengganti Ustadz Sungkar, yang sesuai Syariat Islam dan ketentuan PUPJI 
(Pedoman Umum Perjuangan JI). Syariat Islam tidak pernah mengenal istilah Amir 
Darurat dan Pelaksana Tugas Harian Amir. PUPJI juga tidak mengatur itu.

Bukankah pengganti Sungkar adalah Ba`asyir?
Setelah 1999, memang ada upaya beberapa anasir JI untuk mengangkat Ustadz 
Ba`asyir sebagai amir. Tetapi tidak pernah tercapai kesepakatan yang sesuai 
PUPJI dan syariat Islam. Jadi kalau Ustadz Ba`asyir menyatakan bukan Amir JI, 
itu betul. Sejak 1999, secara institusional, JI sudah tidak wujud. Tidak ada 
lagi lembaga JI. Yang ada anasir JI. Termasuk Ustadz Ba`asyir, saya, dan 
Hambali, itu anasir JI. Tidak ada kesepakatan dalam sebuah institusi.

Mengapa JI tak bisa wujud pasca wafatnya Sungkar? Apa kesulitan mencari sosok 
sekaliber Sungkar?
Antara lain itu. Sebab lain, tujuan dasar JI yang dikembangkan Ustadz Sungkar 
mulai tidak dipahami anasir JI. Salah satu pertimbangan yang penting dipahami, 
pada 1 Januari 1993, ketika kami memisahkan diri dari NII (Negara Islam 
Indonesia), alasan paling mendasar adalah bahwa kami ingin berpikir kongkrit. 
Kalau kita berangkat dari Negara Islam Indonesia, maka syaratnya sudah tidak 
terpenuhi lagi. Maka kami mencoba kembali kepada al-Jamaah al-Islamiyah, 
masyarakat Islami.

Artinya, menanggalkan cita-cita negara Islam?
Cita-cita negara Islam tidak hilang. Yang hilang adalah starting point berpikir 
bahwa kita masih punya negara Islam. Kalau waktu di NII kan kita masih 
menganut negara Islam. Dengan memisahkan diri dari NII, maka JI berpikir bahwa 
titik awal, starting point kita sekarang dari jamaah.

Orientasi perjuangan beralih dari negara ke masyarakat?
Ya betul. Titik perhatiannya pada dua bidang: pendidikan dan dakwah. Adapan 
agenda yang lain-lain masih kita lihat dulu, bagaimana penerimaan masyarakat 
terhadap dakwah kita.

Tapi tahun 2001 Nasir Abas mengaku dilantik sebagai Ketua Mantiqi III oleh 
Ba`asyir. Berarti, organisasi JI masih beroperasi?
Setelah Ustadz Sungkar wafat, ada beberapa pihak yang mencoba mengangkat Ustadz 
Ba`asyir sebagai amir. Tapi tidak merupakan kesepakatan bulat seluruh anasir 
yang ada.

Ketidaksepakatan itu karena faktor kapabilitas pribadi Ba`asyir atau gara-gara 
Ba`asyir bikin Majelis Mujahidin?
Ustadz Sungkar wafat Oktober 1999. Saat itu, perpecahan anasir JI sudah muncul. 
Ustadz Ba`asyir jadi Amir MMI baru sepuluh bulan kemudian, 7 Agustus 2000. 
Jadi, ada atau tidak ada MMI tidak berpengaruh terhadap pecahnya 
personil-personil dalam JI. Tapi MMI itu semacam mendorong sajalah perpecahan 
dalam JI.

Ke depan, apakah JI Anda harapan bisa kembali efektif, seperti sebelum 1999?
Kalau secara pribadi, saya berharap begitu. Cuma kenyataannya berbeda. JI itu 
bisa wujud karena tiga 

CiKEAS Presiden Cuma Tinjau Lokasi Semburan Lumpur dari Udara

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.gatra.com/artikel.php?id=105631

Presiden Cuma Tinjau Lokasi Semburan Lumpur dari Udara



Surabaya, 26 Juni 2007 00:46
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan kerja ke Surabaya dan 
Sidoarjo hanya akan meninjau lokasi semburan lumpur dari udara, meski pun 
banyak warga korban lumpur yang berharap dapat bertemu langsung untuk berdialog.

Presiden hanya akan melakukan peninjauan langsung dengan melihat lokasi 
semburan dari udara, karena presiden sudah pernah melakukan peninjauan ke 
pengungsian pada beberapa waktu lalu, ujar Menteri PU Djoko Kirmanto di 
Surabaya, Senin malam (25/6).

Ketua Tim Pengarah BPLS itu mengemukakan hal itu usai rapat tertutup dengan 
agenda mendengarkan paparan Bupati Sidoarjo Win Hendrarso bersama Presiden 
Yudhoyono di Wisma Perwira Pangkalan Udara TNI-AL di kawasan Juanda, Surabaya, 
sejak pukul 19.30 WIB hingga 22.10 WIB.

Saat keluar dari ruang rapat, Presiden Yudhoyono sempat berjanji akan 
memberikan keterangan kepada pers usai mendengar paparan dari bupati pada Senin 
malam (25/6), serta pimpinan Lapindo pada Selasa pagi (26/6), dan Ketua BPLS 
Sunarso pada Selasa siang (26/6).

Djoko menambahkan, kunjungan Presiden Yudhoyono ke Surabaya dan Sidoarjo itu 
dilakukan setelah proses penanganan korban lumpur yang ditangani BPLS ternyata 
tak berjalan seperti yang diharapkan.

Seperti yang banyak beredar di berita dan laporan masyarakat, ada 
keterlambatan proses pembayaran ganti rugi ke masyarakat, sehingga presiden 
memutuskan untuk datang ke Surabaya agar mendapatkan informasi dari berbagai 
pihak, katanya.

Setelah informasi terkumpul, kata Djoko, Presiden Yudhoyono akan melakukan 
rapat untuk mengambil kenijakan penanganan lumpur di kawasan eksplorasi Lapindo 
Brantas Inc tersebut.

Rombongan Presiden Yudhoyono terdiri atas Menteri Perencanaan Pembangunan 
Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, 
Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, dan Menteri Pekerjaan Umum Djoko 
Kirmanto.

Selain itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh, Menteri Keuangan 
Sri Mulyani Indrawati, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Kepala Badan 
Pertanahan Nasional Joyo Winoto, dan Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi.

Kunjungan Presiden Yudhoyono kali ini merupakan kunjungan yang tidak 
dijadwalkan sebelumnya, usai menerima informasi langsung dari sejumlah 
perwakilan warga yang terkena dampak luapan lumpur Lapindo Brantas yang datang 
ke kediaman Presiden Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Minggu sore (24/6). [EL, Ant] 


[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Korban Lumpur Akan Kembali Temui Wapres

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Apakah Wapres punya waktu untuk bertemu?

http://kontan-harian.info/index.php?action=viewid=2064module=newsmodulesrc=%40random4623257f9f87f

Korban Lumpur Akan Kembali Temui Wapres

Korban lumpur akan mendukung interpelasi lumpur Sidoarjo
Sigit Rahardjo, Antara
posted by kontan on 06/25/07


SURABAYA. Sekitar 200 Perwakilan Warga Perum Tanggulangin Anggun Sejahtera 
(TAS) I dan perwakilan warga empat desa korban lumpur Lapindo, berangkat ke 
Jakarta, Ahad (24/6). Tujuan mereka kali ini sama dengan kedatangan mereka 
sebelumnya, yakni menemui DPR, Dewan Pengarah Badan Penanggulangan Lumpur 
Sidoarjo (BPLS) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Warga akan kembali mendesak pemerintah agar Lapindo Brantas Inc. segera 
membayar ganti rugi. Karena sudah selama dua bulan lebih, proses pembayaran 
ganti rugi yang amat ditunggu warga korban lumpur di Sidoarjo, tersendat-sendat 
alias tanpa perkembangan yang berarti. Masih banyak warga yang belum mendapat 
pembayaran ganti rugi.

Juru Bicara Perwakilan Warga Perum TAS I, Sumitro menyatakan, warga akan 
mengembalikan risalah 24 April 2006 yang tak lain merupakan hasil pertemuan 
warga korban lumpur dengan Wapres Jusuf Kalla. Dalam risalah tersebut, warga 
dan Wapres sepakat akan ada pertemuan tiga pihak untuk mempercepat pembayaran 
ganti rugi. 

Pertemuan tiga pihak itu terdiri dari anak perusahaan milik Grup Bakrie, 
Lapindo, warga yang menjadi korban lumpur Sidoarjo, serta perbankan. Namun 
kenyataannya, setelah dua bulan berjalan, tidak pernah terjadi pertemuan 
tersebut. Selama ini hanya ada pertemuan-pertemuan antara dua pihak yang tidak 
menghasilkan kebijakan percepatan pembayaran ganti rugi, ungkapnya, Sabtu 
(23/6) di Sidoarjo.

Menurut Sumitro, di Jakarta nanti, selain mengembalikan risalah ke Wapres, 
warga juga akan menanyakan komitmen percepatan pembayaran ganti rugi korban 
lumpur. Soalnya, kendati sudah ada pernyataan kesepakatan pembayaran dan data 
penerima, namun sampai sekarang pihak Lapindo belum juga merealisasikannya.

Selain akan menemui Wapres, rombongan dari Sidoarjo itu juga akan mendatangi 
fraksi-fraksi di DPRRI. Tujuannya adalah untuk mendukung rencana pelaksanaan 
interpelasi kasus lumpur Lapindo yang diajukan sekitar 130 Anggota DPR.

Warga berharap, kedatangannya kali ini akan membuat pemerintah lebih 
bersungguh-sungguh mempercepat proses ganti rugi korban lumpur. Selain itu, 
warga juga mengharapkan pemerintah lebih serius memperhatikan masalah dan 
penanganan korban lumpur.


Mengubah tata ruangPemerintah Kabupaten Sidoarjo kabarnya sedang merevisi 
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di kabupaten di selatan Surabaya itu. 
Soalnya, sejak ada semburan lumpur di Porong, sudah ada banyak perubahan tata 
ruang dan kegunaan areal tanah. 

Salah satu rencana yang akan dituangkan dalam RTRW baru adalah menghilangkan 
2.500 hektare wilayah konservasi pertanian. Lalu perubahan pengembangan Kawasan 
Sidoarjo Baru (Kasiba), dan relokasi infrastruktur.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten (Bappekab) Sidoarjo, Vino Rudy 
Muntiawan menyatakan, 15.000 hektare lahan konservasi pertanian padi dan 
palawija di Sidoarjo dalam RTRW Sidoarjo 2003-2013, tak bisa dipertahankan 
lagi. Maklum,  Lahan pertanian produktif seluas 650 hektare di Kecamatan 
Porong, Jabon, dan Tanggulangin terendam lumpur, papar Vino.


[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Wartawan Dibunuh di Puncak

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=34612ik=2


Wartawan Dibunuh di Puncak 

Minggu 24 Juni 2007, Jam: 12:59:00 

BOGOR (Pos Kota) - Wartawan tabloid mingguan 'Media Harapan' di Bogor, 
ditemukan tewas mengenaskan di Hotel Jayakarta, Kampung Ciburial Coklat RT 
04/05, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, Jumat (22/6) malam. 
Tangan dan kaki diikat serta lehernya dijerat kain sprei. 

Penemuan mayat Ali Imron, 47, membuat geger pengunjung dan karyawan hotel. 
Mereka tidak menduga kalau pria yang tinggal di Kampung Pasir Putih RT 04/04, 
Sawangan Depok, mengalami nasib tragis. Pasalnya, saat datang ke hotel ia 
baik-baik saja. 

Informasi yang dihimpun Pos Kota, sekitar pukul 21.00, karyawati hotel, Nita, 
22, berniat membuka kamar yang dihuni Ali Imron. Pasalnya, pria ini sudah lama 
tidak keluar kamar sehingga membuat Nita jadi curiga. Nita pun mengetuk pintu 
kamar hingga berkali-kali. Namun tidak juga ada jawaban. 

Nita kemudian menghubungi suaminya, Dedi ,25, yang juga kerja di hotel yang 
sama. Karena penasaran, mereka akhirnya mengintip dari jendela yang diberi 
teralis besi. Dilihatnya korban dalam keadaan tertelungkup dibungkus selimut. 
Kami jadi semakin curiga hingga melaporkan kasus ini ke polisi, kata Dedi. 

Menurut Nita, sejak chek in di hotel, korban sempat didatangi empat pria. Dua 
orang di antaranya adalah warga negara Pakistan dan lainnya warga Indonesia . 
Keyakinan karyawati ini kedua orang asing itu sering menginap di hotel 
tempatnya bekerja. Saya sangat meyakini itu, tuturnya. 

DATANG SEORANG DIRI 
Ali Imron chek in seorang diri sejak Kamis (21/6) pukul 14.25. Dia datang 
dengan mengendarai mobil sedan Honda Genio warna Silver B 2799 JP. Namun tak 
lama chek in, sekitar pukul 17.30, Ali keluar lagi. 

Saat korban meninggalkan kamar, satu pria datang dan menanyakan keberadaan 
tamunya. Ketika diberitahu Ali Imron sedang keluar kamar, pria berbadan tegap 
tinggi dan berewok yang tidak dikenal identitasnya rela menunggu. 

Dua puluh menit kemudian, bapak dua anak ini balik. Pria misterius tadi 
bersalaman dengan korban. Setelah mengobrol sebentar, keduanya masuk kamar. 
Tidak lama kemudian, menyusul lagi satu pria yang ikut masuk. Para karyawan 
hotel tidak curiga karena mereka bersikap ramah dan mengaku teman Ali Imron. 

Terakhir muncul dua pria lagi yang datang naik ojek. Saya benar-benar tidak 
curiga kepada mereka. Karena mengaku teman, saya beritahu letak kamar korban, 
kata Dedi, yang bekerja di hotel ini sejak 7 tahun lalu. Para tamu Ali Imron 
ini terlihat meninggalkan hotel sekitar pukul 21.00. Diduga, di kamar hotel itu 
mereka menghabisi Ali Imron. 

DITEMUKAN KARTU PERS 
Kapolsek Cisarua, AKP Mantiri Jhon Dwi Arya yang tiba di lokasi menemukan 
korban sudah tidak bernyawa. Petugas menemukan kartu pers tabloid mingguan 
'Media Harapan', KTP dan sejumlah kartu lainnya. 

Selain berprofesi sebagai wartawan mingguan, korban juga memiliki pekerjaan 
sebagai suplayer minyak kelapa sawit dan biro jasa mengurus surat ijin tinggal 
bagi warga asing di Indonesia. Namun saat ditanya ke informasi PT Telkom tidak 
ditemukan nama dan alamat redaksi Tabloid Media Harapan. 

Korban tewas diduga karena dianiaya pakai benda keras, kata Mantiri Jhon Dwi 
Arya. Dugaan ini diperkuat adanya bekas luka pada punggung, dada dan badan 
korban. Kami masih mengembangkan kasus ini, termasuk motif pembunuhan, 
ujarnya. 

Sementara itu, meninggalnya Ali Imron membuat istrinya, Ny.Asmanah, 32, dan dua 
anaknya Bahrul Ulum, 10, dan M.Raihan, 7, histeris. Mereka seakan tidak percaya 
kalau orang yang dicintai itu sudah tidak ada lagi. Ulah pelaku sangat kejam, 
tega benar mereka telah membunuh korban, kata Helfinas, 27, adik Ali Imron. 

(yopi/C8) 

[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS 93 Kasus APBD Berpotensi Rugikan Negara Rp 33 Milyar, BPK Beri Nilai A Minus

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=34717ik=3


93 Kasus APBD Berpotensi Rugikan Negara Rp 33 Milyar, BPK Beri Nilai A Minus 


Senin 25 Juni 2007, Jam: 22:42:00 
GAMBIR (Pos Kota) - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI menyerahkan hasil 
pemeriksaan APBD tahun 2006 di Sidang Paripurna DPRD, Senin (25/6). Dari 
pemeriksaan ditemui 93 kasus yang berpotensi merugikan negara sebesar Rp 33 
milyar lebih. Meski demikian BPK memberikan nilai A minus terhadap pengelolaan 
keuangan tersebut. 

Kepala Perwakilan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI di Jakarta, Hadi Priyanto 
mengungkapkan, Dari temuan itu di antaranya adalah temuan yang berindikasi 
kerugian daerah sebesar Rp 9.106.958.696,58, kekurang penerimaan negara sebesar 
Rp 12.340.465.848,65 dan kekurangan penerimaan daerah sebesar 
Rp277.720.030,33, katanya. 

Namun, kata Hadi, pada Juni 2007 sebesar Rp 47,622 juta sudah masuk ke kas 
daerah. 

Pada pemeriksaan lanjutan, BPK juga menemui adanya pendapatan pajak reklame 
yang belum masuk ke kas daerah. Juga ditemui kasus di Kantor Tata Bangunan dan 
Gedung (KTBG), Kotamadya Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Kabupaten Administsi 
Kepulauan Seribu, serta pemeriksaan Kas pada Bendahara Umum Daerah DKI Jakarta. 
Pemeriksaan ini dinamakan pemeriksaan intern, katanya. 

Hadi mengatakan, hasil pemeriksaan atas pendapatan Pajak Reklame itu telah 
disampaikan kepada pimpinan DPRD DKI di Kantor Perwakilan BPK RI di Jakarta 
sesuai Berita Acara 17 Januari dan telah disampaikan kepada Gubernur DKI 
Jakarta melalui surat tertanggal 17 januari 2007. 

Hadi menjelaskan, hasil pemeriksaan mengungkapkan enam temuan dengan 14 saran 
meliputi temuan kekurangan penerimaan sebesar Rp 2.035.650.717,50 dan temuan 
administratif sebesar Rp 8.809.277.200,00. 

Sedangkan hasil pemeriksaan atas empat unit tersebut terdapat temuan yang dapat 
merugikan negara mencapai Rp 3 milyar lebih. Dari jumlah itu sudah dikembalikan 
ke kas daerah sebsar Rp 1,2 milyar. Sehingga sisa yang belum ditindaklanjuti 
sebesar Rp 269.449.510,00 yaitu pada Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 

WAJAR PENGECUALIAN 
Hadi Priyanto mengungkapkan, meski ada temuan-temuan tersebut namun pemda 
memuat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atau A minus. 

Menanggapi hal tersebut Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menilai wajar bila sebuah 
pekerjaan itu ada kekurangan karena tidak ada pekerjaan yang sempurna. Dalam 
konteks ini, hasil pemeriksaan BPK kepada Pemprop DKI hasilnya positif yakni 
Wajar Dengan Pengecualian, jelas Sutiyoso. Kalau ada temuan-temuan, nantinya 
akan kita jelaskan kembali, katanya. 

Senada dengan Sutiyoso, Sekda DKI Jakarta Ritola Tasmaya, mengatakan 
pengelolaan anggaran sebesar Rp 20 trilyun dengan hasil A minus merupakan 
prestasi yang luar biasa bagi pemerintah daerah. 

Kita akan berikan respon secepatnya terhadap hasil temuan BPK itu, jelas 
Ritola. 

(john) 

[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Setiap Tahun, Seribu TKI di Malaysia Mendapat Perlakuan Buruk

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=297916kat_id=23

 

Senin, 25 Juni 2007  23:40:00


Setiap Tahun, Seribu TKI di Malaysia Mendapat Perlakuan Buruk



Kuala Lumpur-RoL--Lebih dari seribu tenaga kerja Indonesia (TKI) setiap tahun 
mencari perlindungan di KBRI di Kuala Lumpur karena mengalami 
kesewenang-wenangan atau tidak dibayar. 

Kami menangani lebih dari seribu kasus setiap tahun. kata Tatang Razak, 
kepala satuan tugas perlindungan warga Indonesia di KBRI Kuala Lumpur, kepada 
AFP. 

Kebanyakan dari mereka tidak dibayar selama dua, tiga bahkan empat 
tahun...Beberapa dari mereka disiksa dan beberapa lagi mengalami serangan 
seksual, katanya. 

Tatang mengatakan, pihak KBRI akan membantu para TKI mendapatkan upah mereka, 
melalui mediasi antara TKI dengan majikan atau agen yang membawa mereka ke 
Malaysia. 

Tatang mengatakan sedikit-dikitnya 80 orang pembantu rumah tangga (PRT) asal 
Indonesia sekarang ini tinggal di penampungan yang mirip asrama di dalam 
kompleks KBRI. 

Tiga ratus TKI telah dipulangkan selama delapan bulan terakhir, katanya. 

Theresa Kok, anggota parlemen dari oposisi yaitu Partai Aksi Demokratik, 
mengatakan dirinya mengunjungi penampungan tersebut bersama dua politikus 
lainnya pada Senin untuk mengumpulkan informasi yang akan disampaikan kepada 
parlemen. 

Kami mengadakan kunjungan ke tempat penampungan. Kami terkejut begitu tahu ada 
lebih dari seribu kasus setiap tahun dan majikan tidak diseret ke pengadilan, 
kata Kok kepada AFP. 

Kami dikejutkan dengan polisi yang berleha-leha, katanya. afp/

[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Pembangunan Bali Kurang Menyentuhkan Rakyat Miskin

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=297911kat_id=23

Senin, 25 Juni 2007  22:28:00


Pembangunan Bali Kurang Menyentuhkan Rakyat Miskin
Laporan: H. Ahmad Baraas


Denpasar-RoL -- Pertumbuhnan ekonomi di Bali mengalami peningkatan cukup 
lumayan, yakni jika dibandingkan kuartal tahun sebelumnya, pada kuartal pertama 
2007 terjadi peningkatan sebesar 0,8 persen. Namun disayangkan, hasil-hasil 
pembangunan Bali itu, lebih banyak dirasakan oleh orang-orang kaya, sedangkan 
rakyat miskin belum banyak disentuh. 

Penduduk miskin juga menikmati hasil pembangunan itu, tetapi tidak sebanyak 
yang diperoleh oleh orang-orang kaya, kata Kasi Neraca Konsumsi BPS Propinsi 
Bali, Didik Nursetyohadi. 

Hal itu dikemukakan Didik di Denpasar, Senin (25/6), dalam acara Pelatihan Cara 
Membaca Hasil Kajian Bank Indonesia. Pelatihan diikuti para wartawan, 
diselenggarakan oleh BI Denpasar. Pemimpin BI Denpasar, Ketut Sanjaya, dalam 
sambutan tertulisnya mengharapkan agar wartawan melalui pelatihan itu memiliki 
kemampuan membaca hasil-hasil kajian BI, sehingga bila mendapatkan 
laporan-laporan tertulis, tidak mengalami banyak kesulitan. 

Dikatakan Didik, pertumbuhan ekonomi Bali sebesar 0,8 persen itu cukup 
menggembirakan, karena jika tahun sebelumnya pada kwartal pertama terjadi low 
session kegiatan kunjungan wisata, tahun ini tidak terjadi. Sebagai daerah 
tujuan wisata ternama di Indonesia lanjut Didik, Bali masih mengandalkan 
pariwisata sebagai penyumbang utama pendapatan daerahnya. 

Sementara itu, berdasar hasil survei yang dilakukan BPS Bali pada 2006 jelas 
Didik, didapat kesimpulan bahwa daya beli rata-rata masyarakat Bali mencapai 
109,4 persen. Namun diantara penduduk Bali, orang kaya yang paling banyak 
menikmati hasil pembangunan, dengan prosentase 126,5 persen, sedangkan kelompok 
ekonomi menengah 103 perseb dan kelompok ekonomi lemah hanya 89,6 persen. 

Dalam kurun waktu 1993-2006 katanya, kelompok ekonomi lemah atau orang-orang 
miskin di Bali sempat menikmati hasil pembangunan dengan porsi yang lebih pada 
1996, 1997, 1998 dan 1999, yakni dengan memiliki daya beli melewati 100 persen. 
Sementara akibat krisis moneter yang melanda Indonesia, penduduk kaya di Bali 
sempat terpuruk, dengan hanya memiliki daya beli 94,3 persen pada 1999. 

Tapi orang-orang kaya sangat cepat bangkit dan kini kembali bisa menikmati 
hasil-hasil pembangunan dengan porsi lebih banyak, katanya. 

Sementara itu, Staf BI Denpasar, R Aga Nugraha, menjawab pertanyaan membenarkan 
bahwa angka pertumbuhan ekonomi di Bali cukup tinggi, namun belum berdampak 
pada peningkatan lapangan kerja dan pemerataan. Pertumbuhan ekonomi yang 
terjadi di Bali lanjutnya, kurang sesuai dengan harapan dan kurang berkualitas. 
Kita harus mengarahkan, agar pertumbuhan ekonomi Bali bisa lebih positif, 
lebih merata dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, katanya


[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Ki Djoko Sutedjo Mengajak Anak Cinta Wayang

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Apakah Ki Djoko tidak akan dikatakan mau memurtadkan anak-anak?


http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=405

Minggu, 24 Juni 2007

Ki Djoko Sutedjo 
Mengajak Anak Cinta Wayang 

Oleh : owo 


Kecintaannya pada wayang membuatnya bertindak. Ki Djoko Sutedjo tak ingin 
anak-anak bangsa melupakan peninggalan budaya ini. Maka, kemampuannya melukis 
ia pakai untuk mengenalkan wayang kepada anak-anak.

Ruang berukuran 2,5x4 meter ia manfaatkan sebagai sanggar. Tentu tak bisa 
menampung banyak anak asuh. Awalnya, memang hanya beberapa anak, namun kini 
peminatnya terus bertambah, ujar Ki Djoko saat ditemui Republika di 
sanggarnya, di Jl Arteri Soekarno-Hatta 156, Palebon, Semarang, Selasa (12/6).

Sejak mendirikan Sanggar Seni Lukis Wayang Paku Budaya pada 4 Desember 2005, ia 
telah mengajarkan melukis 100 tokoh wayang, dari 400 tokoh yang ada. Anak 
asuhnya dari usia prasekolah hingga usia kelas enam SD. Sembari mengajar 
melukis ataupun mewarnai, ia mengenalkan sosok wayang itu. 

Para anak asuh ini, sampai saat ini tak ia pungut biaya. Bahkan, ia merasa 
perlu menyediakan berbagai kebutuhan mereka selama di sanggar, seperti makanan 
ringan kesukaan anak-anak. Termasuk pula peralatan melukis dan mewarnai. 
Sehingga, di sanggar mereka bisa mendapatkan apa yang diinginkannya, kata Ki 
Djoko.

Menurut Ki Djoko, selama setahun bergelut dengan wayang di sanggar membuat 
anak-anak asuhnya bisa mencintai wayang. Mereka mengenal karakter tokoh wayang 
yang mereka gambar dari mulut Ki Djoko. Secara tidak langsung mereka akan 
memahami nilai-nilai kehidupan yang bisa diterapkannya dalam berperilaku 
sehari-hari. Baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah, kata Ki Djoko.

Ki Djoko mengharapkan anak-anak asuhnya meneladani sosok-sosok baik dari dunia 
perwayangan itu. Saya mengajarkan kepada mereka tentang sikap-sikap ksatria 
para Pandawa Lima, dan sikap pengabdian, kepatuhan, serta lucunya tokoh-tokoh 
Punakawan, ujar Ki Djoko. 

Sekarang, anak-anak asuhnya bisa mengerti mengapa tokoh-tokoh wayang tersebut 
bisa digambarkan dengan warna wondo (wajah) yang berbeda. Misalnya, Bima dengan 
wajah warna hitam, berarti sudah tua. Sebaliknya, Arjuna yang diwarnai putih, 
menunjukkan ia masih muda.

Agar anak-anak ini menikmati kegiatan melukis wayang, Ki Djoko menerapkan 
konsep bimbingan kepada mereka. Dengan cara ini, ia mengajak anak-anak 
bermain-main dengan wayang. Untuk pewarnaan tokoh wayang, ia tetap mengajarkan 
sesuai pakem. Namun, untuk pewarnaan latar belakang dan gambar pendukung, ia 
membebaskan anak-anak berimajinasi dengan warna.

Buku panduan
Ki Djoko mulai melukis wayang sejak usia 10 tahun di kampung halamannya, di 
Klego, Boyolali, Jawa Tengah. Dulu waktu mewarnai wayang saya menggunakan 
kunyit untuk warna kuning dan merah, arang untuk warna hitam, daun pepaya untuk 
warna hijau, dan temu ireng untuk warna ungu, ujar pelukis yang memamerkan 
karyanya pertama kali di Balai Rakyat Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ini.

Di masa kecilnya, untuk tertarik wayang Ki Djoko merasa tak mengalami 
kesulitan, karena saat itu belum ada hal-hal yang menandingi wayang. Sekarang? 
Banyak sosok pahlawan imajinatif dari Amerika dan Jepang yang membanjiri dunia 
anak-anak. 

''Anak- anak ini juga butuh pengenalan tentang wayang yang merupakan produk 
budaya asli kita,'' ujar Ki Djoko. Untuk membumikan wayang di era modern ini, 
menurutnya, perlu upaya yang disesuaikan dengan kondisi zaman. Pengenalan lewat 
kegiatan melukis, adalah salah satu upaya yang disesuaikan dengan kondisi zaman 
itu.

Ki Djoko menegaskan upaya dia seorang diri tak akan berpangaruh banyak untuk 
memperbanyak jumlah anak yang mencintai wayang. Ia menyatakan butuh kepedulian 
masyarakat luas.

Ia beruntung. Kegiatannya ini mendapat respons dari berbagai pihak. Di 
antaranya, ada Pemerintah Kota Semarang, IKIP PGRI Semarang, dan Persatuan 
Pedalagangan Indonesai (Pepadi) Jawa Tengah, yang ikut membantu sanggarnya. Ia 
pun perlu menyisihkan hasil penjualan lukisannya untuk menghidupi sanggarnya 
ini.

Respons dari orang tua pun juga menggembirakan. Banyak orang tua yang 
menginginkan anaknya diajari melukis wayang. Mereka tak hanya dari Kota 
Semarang, melainkan juga dari Kabupaten Semarang, Kendal, Demak, dan Kota 
Salatiga.

Maka, Ki Djoko kini tengah memikirkan upaya memperbesar sanggarnya. Kalau 
memungkinkan, ia malah berhasrat membuka sanggar cabang di berbagai kota. Saya 
berharap ini bisa direspons oleh pihak-pihak yang peduli pada pelestarian seni 
wayang, ujar dia.

Sebelum obsesinya ini terlaksana, ia telah merangsang para orang tua lewat 
penerbitan buku panduan mewarnai wayang yang ia tulis. Teknik mewarnai dan 
memadukan warna pun ia ajarkan, agar anak-anak memiliki dasar-dasar mewarnai. 
Ia pun memandu salah satu acara melukis dan mewarnai wayang di sebuah stasiun 
televisi lokal di Semarang.

Kini, hampir seluruh waktu hidupnya tercurah untuk berkreasi dengan objek 
wayang. Mulai melukis hingga membimbing anak-anak di 

CiKEAS Inilah wajah KETUA UMUM PARTAI DAMAI DAN SEJAHTERA

2007-06-25 Terurut Topik DPK PDS KOREA
Syaloom teman teman semua,
   
  Kita bisa bangga sedikit bahwa Tuhan Yesus telah membimbing kita dengan penuh 
KASIH yang AGAPE, sehingga dari kemelut yang begitu dahsyat itu, akhirnya lahir 
juga PARTAI DAMAI DAN SEJAHTERA yang dipimpin oleh Bapak Ketua Umum Bonar 
Simangunsong, dan pada attachment ini kita bisa melihat wajahnya bersama Ir. 
H.L. Njoo dari PDS di Korea, marilah kita selalu memanjatkannya dalam doa, 
semoga dengan telah dibentuknya PARTAI DAMAI DAN SEJAHTERA ini, kita bisa 
memenangkan PEMILU serta mengentaskan INDONESIA dari segala macam kesulitan 
yang telah terjadi. 
   
  Melalui 1 Korintus 1:10 AKU MENASIHATKAN KAMU, SAUDARA SAUDARA, DEMI NAMA 
TUHAN KITA YESUS KRISTUS, SUPAYA KAMU SEIA SEKATA DAN JANGAN ADA PERPECAHAN DI 
ANTARA KAMU, TETAPI SEBALIKNYA SUPAYA KAMU ERAT BERSATU DAN SEHATI SEPIKIR 
   
  2 kORINTUS 2 : 10 - 11 sebab barangsiapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku 
mengampuninya juga. sebab jika aku mengampuni, - seandainya ada yang harus kau 
ampuni -, maka hal itu kubuat oleh karena kamu di hadapan KRISTUS, supaya Iblis 
jangan beroleh keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya 
   
  Semoga ayat ayat Alkitab tersebut diatas dapat ikut mendampingi anda sekalian 
pada saat masih hidup di atas bumi ini, Amin
   
  Salam dalam kasihNYA
   
  Ir. H.L. Njoo
  Ketua DPK PDS DI KOREA
   
  

-- 
1 Korintus 1:10
aku menasihatkan kamu, saudara saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, 
supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi 
sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. 

1 Corinthians 1 : 10
Now I plead with you, brethren, by the name of our Lord Jesus Christ, that you 
all speak the same thing, and that there be no divisions among you, but that 
you be perfectly joined together in the same mind and in the same judgment 


  For of Him and through Him and to Him are all things, to 
whom be glory for ever. 
  Amen (Romans 11:36)
  
 














   
-
Moody friends. Drama queens. Your life? Nope! - their life, your story.
 Play Sims Stories at Yahoo! Games. 

[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Kelembagaan Penuntas Konflik Agraria

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0706/25/opi01.html

Kelembagaan Penuntas Konflik Agraria

Oleh
Usep Setiawan dan Idham Arsyad



Sampai saat ini belum jelas ujung penyelesaian konflik agraria di Alas Tlogo 
Pasuruan, Jawa Timur, (30/5/7) yang menewaskan empat warga sipil dan melukai 
tujuh lainnya. Belajar dari kasus-kasus konflik agraria yang melibatkan militer 
sebelumnya, penyelesaiannya diserahkan ke pengadilan militer yang tertutup dan 
penuh teka-teki. 


Tampaknya hal ini akan terulang dalam penanganan kasus Pasuruan, padahal kita 
mengidealkan tindak kekerasan aparat negara terhadap warga negara dibawa ke 
pengadilan HAM atau ke peradilan umum.


Di sisi lain, sengketa tanah yang memicu kekerasan terhadap warga juga belum 
jelas penyelesaiannya. Pihak TNI dalam dialog bersama 11 kepala desa yang 
difasilitasi oleh Pemda Pasuruan sempat menawarkan relokasi warga, tetapi 
masyarakat tidak menerima. TNI ngotot dengan tawarannya sedangkan masyarakat 
tetap kukuh menginginkan tanahnya utuh dikembalikan. 
Jika diurut sebab kekusutan persoalan agraria kita, salah satunya karena tidak 
terdapat instrumen mekanisme dan kelembagaan penyelesaian konflik agraria. 
Dulu, di masa Soekarno kita punya pengadilan landreform, tetapi dihapuskan di 
masa Soeharto tahun 1970. Sejak saat itu, seluruh konflik agraria dilarikan ke 
peradilan umum. Peradilan umum tak bisa menyelesaikannya, bukan hanya karena 
kewenangan dan kecakapan hakim, tetapi karakter konflik agraria kita yang 
berubah seiring dengan tidak dijalankannya reforma agraria selama 30 tahun 
lebih. 


Konflik agraria adalah konflik struktural, yakni yang timbul karena kebijakan 
pemerintah. Yang berkonflik bukan antar rakyat dengan rakyat, tetapi rakyat 
versus pemodal besar, dan/atau rakyat versus pemerintah termasuk BUMN. Umumnya 
konflik agraria berawal dari proses negaraisasi tanah-tanah yang sudah lama 
dikuasai dan didiami rakyat. Atas nama hak menguasai dari negara, pemerintah 
kemudian memberikan alas klaim atau hak pemanfaatan baru bagi badan-badan usaha 
swasta atau pemerintah. Jadi, konflik agraria ini warisan dari kebijakan masa 
lalu, yang belum kunjung ditangani serius oleh pemerintah produk reformasi.

Kekerasan dan Intimidasi
Ciri lain dari konflik agraria struktural adalah penggunaan cara-cara 
penindasan dan penaklukan kepada rakyat. Penindasan yang bersifat fisik, 
seperti intimidasi, teror, kekerasan fisik, pembuldoseran tanah dan tanaman, 
penangkapan, isolasi warga, dsb. Sedang pola penaklukannya sering dilakukan 
delegitimasi hak rakyat, penetapan ganti rugi sepihak, manipulasi kehendak 
rakyat, dicap PKI atau anti pembangunan, dsb.


Memahami karakter konflik agraria di atas, maka proses hukum yang selama ini 
digunakan untuk menyelesaikan konflik agraria (termasuk sengketa tanah) tidak 
pernah bisa mampu menyelesaikannya secara tuntas. Proses yang ada menempatkan 
rasa kemanusiaan dan keadilan sosial rakyat korban konflik/sengketa masih jauh 
dari harapan. 


Oleh karena itu, kini tengah dibutuhkan mekanisme dan kelembagaan baru yang 
khusus menangani dan menyelesaikan seluruh konflik agraria di masa lalu 
sekaligus mengantisipasi konflik di masa depan. Rencana dimulainya pelaksanaan 
reforma agraria tahun 2007 ini jelas membutuhkan kelembagaan khusus untuk 
menangani konflik yang dimungkinkan muncul akibat dijalankannya reform.


Perspektif baru yang penting dijadikan dasar penyelesaian konflik agraria 
adalah bagaimana hukum mampu menjawab dan memenuhi kebutuhan akan keadilan 
substantif bagi rakyat yang selama ini menjadi korban konflik agraria. 
Pendekatan pembuktian legal-formal atas pemilikan tanah yang dipersengketakan 
terbukti gagal menghadirkan keadilan bagi korban. 


Kenapa pemenuhan rasa keadilan ini harus didahulukan? Karena proses perampasan 
dan penggusuran tanah-tanah rakyat untuk berbagai kepentingan pengusaha maupun 
penguasa pada umumnya menempatkan pihak rakyat sebagai korban yang nyaris tanpa 
perlindungan. Tindakan kekerasan aparat seperti di Alas Tlogo, Pasuruan, 
bukanlah insiden tunggal, melainkan konsekwensi logis dari diterapkannya 
politik dan kebijakan agraria masa lalu yang kapitalistik dan otoriter -condong 
membela ekonomi-politik kuat.
Dalam persprektif keadilan bagi korban, walaupun pemilikan tanah oleh TNI AL di 
Pasuruan secara legal-formal dianggap sah karena ada alas hak yang bernama Hak 
Pakai sebagaimana diatur UUPA No.5/1960, tapi yang perlu dicermati serius 
adalah proses lahirnya hak tersebut dan dampak sosial-ekonominya bagi warga 
sekitar. Dari catatan kronologis kasus Pasuruan diperoleh bukti adanya represi 
yang dilakukan aparat kepada warga dan indikasi penyimpangan prosedur 
penerbitan hak atas tanahnya.

Negara Tidaklah Memiliki
Faktanya, dalam banyak kasus sengketa tanah struktural sejak Orde Baru konsep 
hak menguasai dari negara atas tanah dan sumber agraria lainnya telah secara 
salah dimaknai dan dipraktikkan selaiknya asas domeinverklaring yang 
menempatkan pemerintah 

CiKEAS Memulangkan Pahlawan Devisa

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
SUARA KARYA

Memulangkan Pahlawan Devisa
Oleh Urwatul Wutsqo 


Selasa, 26 Juni 2007
Practical slavery gave contribution to the economic regulation till 19th 
century previously the international tractat is prohibited it with a reason 
that the slavery opposite with humanity and fairness. Geoffrey Robertson 
(Crimes Against Humanity, 2000:258) 

Kasus penganiayaan terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI) terus berulang, 
sementara jaminan perlindungan dari negara minim sekali. Karena sering 
berulangnya kasus serupa, semestinya negara memberlakukan aturan yang ketat 
bagi biro-biro jasa yang selama ini meregulasi TKI, atau negara sebaiknya 
mencabut kebijakan mengirim TKI. 

Jadi, jangan lagi ada alasan bahwa TKI merupakan pahlawan devisa bagi negara. 
Kita tahu, di balik kata-kata itu terdapat sebentuk kemunafikan, di mana 
pemerintah atau biro-biro jasa penyalur tenaga kerja meraup keuntungan tapi 
telah secara rela menjual tenaga manusia Indonesia dengan sangat murah. Harkat 
dan martabat bangsa Indonesia juga telah dipermalukan karena telah menyuplai 
kuli ke negara orang. 

Biasanya ada dua cara bagi TKI untuk bisa bekerja di luar negeri. Pertama lewat 
jalur formal yang lazimnya dikelola oleh biro-biro penyalur tenaga kerja dan 
memiliki izin resmi dari pemerintah. Kedua, lewat jalur ilegal di mana para TKI 
diselundupkan oleh oknum-oknum tertentu yang mengatasnamakan biro-biro penyalur 
tenaga kerja. 

Justru yang kedua itulah letak problematikanya. Sebab ketika terjadi kekerasan, 
pemerintah di negara tempat TKI bekerja akan menyalahkan TKI-nya karena masuk 
secara ilegal. Oleh sebab itu, negara harus mengusut oknum-oknum tertentu yang 
membawa TKI secara ilegal. 

Selama ini negara menjadikan TKI sebagai dunia industri yang bisa menghasilkan 
aset. TKI menghasilkan sumber devisa bagi negara yang jumlahnya sangat besar. 
Pemerintah memberikan kemudahan-kemudahan bagi biro-biro tenaga kerja dan bagi 
mereka yang ingin menjadi TKI. 

Namun, kini negara terkesan lembek ketika ada TKI yang mendapatkan perlakuan 
kekerasan. Banyak sekali kasus kekerasan yang dilakukan majikan, tapi tak ada 
perlindungan sama sekali dari negara. 

Jika ada kasus kekerasan, sikap saling lempar tanggung jawab biasanya sering 
terjadi. Antara pihak biro penyedia jasa tenaga kerja di satu sisi dan negara 
atau pemerintah di sisi lain, tak mau disalahkan dengan adanya kasus kekerasan. 
Sikap permisif lalu muncul, paling biro penyedia jasa tenaga kerja maupun 
pemerintah hanya memberikan bantuan seadanya kepada pihak keluarganya. Setelah 
itu mereka benar-benar lepas dari tanggungjawab. Selama ini tak ada tindakan 
hukum yang dilakukan untuk mengusut kasus-kasus kekerasan yang dialami TKI. 

Ada kesan, manusia Indonesia begitu murah, bisa diperlakukan untuk apa saja, 
termasuk bisa diperlakukan untuk melampiaskan rasa kemarahan seorang majikan. 
Anehnya, banyak kasus kekerasan terhadap TKI tapi tak ada satu kebijakan 
konkret dari negara. Ada kesan negara membiarkan kondisi itu terus berlangsung. 

Mestinya negara menghentikan kebijakan memberangkatkan TKI ke luar negeri, 
bukan malah mempermudah persyaratan bagi TKI, kalau toh pada akhirnya mereka 
para TKI akan diperlakukan semena-mena. Negara terkesan hanya mencari 
keuntungan. 

Semestinya ada kebijakan-kebijakan tertentu dari negara yang benar-benar 
menjamin atas keberadaan TKI di luar negeri, apalagi bermukim untuk waktu yang 
lama. Ada tiga hal yang harus diambil oleh negara ketika membuka kebijakan bagi 
TKI. Pertama, negara harus benar-benar berkoordinasi dengan perwakilannya di 
luar negeri (Kedubes RI), yang bertugas mendata, mengayomi atau memantau 
keberadaan TKI yang ada di masing-masing negara tujuan. Kedua, negara wajib 
memberikan bantuan hukum jika ada TKI yang memiliki persoalan hukum di negara 
tujuan. Ketiga, negara harus mengusut tuntas jika ada kasus-kasus pelanggaran 
HAM atau kekerasan terhadap TKI yang ada di luar negeri. 

Tiga hal itu harus menjadi prinsip dan harus dijalankan secara baik. Sebab ada 
kesan, tradisi dan budaya negara ini hanya komprehensif dalam dataran wacana 
dan peraturan, namun kenyataan di lapangan sering tidak sesuai dengan teorinya. 
Ke depan, negara harus membuktikan bahwa antara teori atau aturan dan 
praktiknya, terutama dalam persoalan TKI, harus dijamin benar-benar akan 
diimplementasikan sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat luas. 

Negara mestinya memiliki keberanian jika ada kasus kekerasan atau pelanggaran 
HAM yang menimpa TKI di negeri orang. Negara jangan terkesan lembek dan tidak 
berani menghadapi negara-negara di mana di situ ada TKI yang tertimpa kasus 
kekerasan maupun pelanggaran HAM. Jika negara atau pemerintah tak melakukannya, 
sebaiknya menghentikan kebijakan pengiriman TKI ke luar negeri. Lebih jauh 
lagi, pemerintah perlu membuat kebijakan dengan membuka peluang kerja 
seluas-luasnya, sehingga keberadaan negara atau pemerintah dirasakan ada 
manfaatnya oleh warga negara. 

Tugas dan fungsi 

CiKEAS Re: Setiap Tahun, Seribu TKI di Malaysia Mendapat Perlakuan Buruk

2007-06-25 Terurut Topik Hafsah Salim
 Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=297916kat_id=23
 Setiap Tahun, Seribu TKI di Malaysia Mendapat Perlakuan Buruk
 


Meskipun setiap tahun mendapat perlakuan buruk, tapi peminat yang mau
kerja ke Malaysia tak terbendung.  Daripada hartabenda dijarah sesama
umat Islam dikampung halaman, lebih baik jadi TKI di Malaysia yang
meskipun suka lupa gajinya tapi tetap dibayar dan enggak ada yang
berani menjarahnya.  Lain di kampung halaman, udah kerjaan ga ada,
sekalipun ada gajinya kecil tapi uang punglinya besar.  Itupun belum
dihitung kalo keluar fatwa boleh saling menjarah !!!

Se-buruk2nya perlakuan TKI di Malaysia, masih lebih buruk ditanah air
sendiri.  Kalo perlakuan buruk di Malaysia masih bisa cerita2 ke
koran, tapi kalo perlakuan buruk di Indonesia mau cerita ke koran
enggak ada koran yang berani, kalopun bisa masuk koran malah yang jadi
korban itu malah ditangkep.

Biarlah, masih lebih baik hujan air dinegeri orang daripada banjir
lumpur dinegeri sendiri !!!

Ny. Muslim binti Muskitawati.







CiKEAS Re: Setiap Tahun, Seribu TKI di Malaysia Mendapat Perlakuan Buruk

2007-06-25 Terurut Topik godamlima
HEHEHE,GODAM MERANGSANG TANTEHNYAH,

hehehe,gimana tantehku disengbut gelo?

Sementara daku sendiri,melaporken kepada kalian,

bangsa Indon,taik kucing, YANG PERANGSAANNYAH UDAH MODIAR.

walaopun gayahnyah hajah, CINTA BANGSA??

seudeungken BANGSA DIJUAL,BAGAEKEN PINDANG SUNDEL,

enggak ada SATUPUN YANG PROTEST SAMA PEJABAT BANGSAT ITUH?

dan daku saksi mata di Bandara Sukarnoh,

DIMANA RATUSAN CALON BABU, CALON DIPERKOSAHIN TUAN2

HARAM JADDAH ITUH, bisak keliatan,

PADA NONGKRONG DI LANTAE BANDARA..BUAT DI TERBANGKEN,

ke TAIWAN, NGARABIAN, ATAWA KE BATAM, BUAT

dijadiken PEMUAS NAPSU JADDAH PARA CUKONG ITUH.

dan menyebelkennyah jugak,

ADA SINGKEK2 YANG JADI TUKANG LEPER PARA BABUAN ITUH.

Dan tamtunyah..tunglisan tanteh moslim,

sunglit disengbut,tunglisan orang gelo bukan???

NB. HEHEHE,inih tunglisan,mogah2 kebaca,

sama para uler ijoh, yang mengakuh mencintain

bangsa Indon, babunyah ituh.


--- In CIKEAS@yahoogroups.com, Hafsah Salim [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

  Sunny ambon@ wrote:
  http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=297916kat_id=23
  Setiap Tahun, Seribu TKI di Malaysia Mendapat Perlakuan Buruk
  
 
 
 Meskipun setiap tahun mendapat perlakuan buruk, tapi peminat yang 
mau
 kerja ke Malaysia tak terbendung.  Daripada hartabenda dijarah 
sesama
 umat Islam dikampung halaman, lebih baik jadi TKI di Malaysia yang
 meskipun suka lupa gajinya tapi tetap dibayar dan enggak ada yang
 berani menjarahnya.  Lain di kampung halaman, udah kerjaan ga ada,
 sekalipun ada gajinya kecil tapi uang punglinya besar.  Itupun 
belum
 dihitung kalo keluar fatwa boleh saling menjarah !!!
 
 Se-buruk2nya perlakuan TKI di Malaysia, masih lebih buruk ditanah 
air
 sendiri.  Kalo perlakuan buruk di Malaysia masih bisa cerita2 ke
 koran, tapi kalo perlakuan buruk di Indonesia mau cerita ke koran
 enggak ada koran yang berani, kalopun bisa masuk koran malah yang 
jadi
 korban itu malah ditangkep.
 
 Biarlah, masih lebih baik hujan air dinegeri orang daripada banjir
 lumpur dinegeri sendiri !!!
 
 Ny. Muslim binti Muskitawati.





CiKEAS Re: Aksi Teror Bukan Tanggung Jawab JI

2007-06-25 Terurut Topik Hafsah Salim
 Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Refleksi: Kenapa baru sekarang baru mengatakan bukan tanggung jawab 
 JI?
 



Maksudnya teror itu asalnya dari wahyu Allah, otomatis tanggung jawab
teror berada dalam tangan Allah, sedangkan JI itu hanyalah agen
pelaksananya saja.

 
 http://www.gatra.com/artikel.php?id=105624
 Pemerhati gerakan Islam, Umar Abduh, menyebut Jamaah Islamiyah (JI) 
 kini pecah jadi tiga faksi. Salah satunya faksi ideologis dengan 
 figur sentral Abu Rusydan. Sisanya faksi moderat dengan tokoh Abu 
 Bakar Ba`asyir, dan faksi teroris dengan pentolan Hambali. Faksi 
 Rusydan dinilai konsisten dengan visi awal Abdullah Sungkar.


Urusan pecahnya JI itu jadi berapa faksipun tidak mengubah keputusan
bahwa organisasi ini harus ditumpas sampai ke-akar2nya.  Mereka pecah
dalam beberapa faksi itupun se-mata2 bertujuan menyelamatkan
organisasi dari pengejaran atau penumpasan.  Dalam urusan teror ini
kita tidak mengenal pandangan moderat karena dalam pandangan moderat
justru segala bentuk teror harus ditumpas.

Kita enggak bisa memaafkan faksi mereka yang katanya enggak sepakat
pada pemboman, karena dalam UU kriminal sudah disebutkan bahwa
siapapun yang menyembunyikan informasi akan adanya teror, maka dia itu
sudah terlibat dengan membantu teror itu sendiri.  Jadi kalo ada yang
enggak sepakat melakukan pemboman, harusnya lapor polisi, itulah
satu2nya jalan keluar untuk membuktikan dia tidak setuju melibatkan
diri dengan perbuatan tsb.  Kalo dongeng2 tentang tidak setuju
setelah ditangkep, tidak perlu digubris.

Ny. Muslim binti Muskitawati.










CiKEAS Sisi Susah Dua Perusahaan yang Sangat Sukses di TiongkokWahaha Berhenti Hahaha karena Partner Raksasa

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Utamaid=139267

Senin, 25 Juni 2007


Sisi Susah Dua Perusahaan yang Sangat Sukses di TiongkokWahaha Berhenti Hahaha 
karena Partner Raksasa
Catatan: Dahlan Iskan

 
Tiongkok,-  Wahaha dalam bahasa Mandarin tidak ada artinya. Itu adalah suara 
anak-anak yang sedang tertawa terbahak-bahak. Kata itulah yang dipakai Zong 
Qinghou untuk merek minuman anak-anak, ketika pada 1980-an Zong mulai merintis 
usaha kecil-kecilan. 



ZONG tidak sampai tamat SMA, bekerja keras dan akhirnya berhasil. Rintisan 
usaha yang dia mulai di Hangzhou, 3 jam perjalanan mobil dari Shanghai itu, 
maju pesat. Bahkan amat pesat. Dari minuman rasa buah, usahanya berkembang ke 
air mineral, cola, makanan ringan, dan pakaian anak-anak. 

Zong memang bisa tertawa terbahak-bahak melihat semua itu. Apalagi ketika dia 
berhasil memproduksi cola yang akan dipersaingkan secara langsung dengan Coca 
Cola maupun Pepsi Cola. Zong menamakan colanya itu dengan Feichang Cola. 

Feichang, dalam bahasa Mandarin, berarti istimewa atau amat-sangat. Mungkin 
kalau dalam bahasa anak muda sekarang, Feichang Cola bisa kita terjemahkan 
menjadi ''cola banget''. Hurufnya dibuat sangat mirip Coca Cola. Warna merahnya 
juga serupa. Rasanya, kata penggemar, di antara Coca Cola dan Pepsi Cola. 
Pelan-pelan, terutama dimulai dari kota-kota kecil, Feichang Cola menggerogoti 
cola yang sebenarnya. 

Zong masih belum puas. Beberapa tahun kemudian, dia membikin kejutan dengan 
mengekspor Feichang Cola-nya ke New York! Ingin mengalahkan Coca Cola di 
kandangnya? ''Tidaklah. Saya tidak akan bisa mengalahkan Coca Cola. Tapi, saya 
akan coba membuktikan bahwa telur bisa memecahkan batu,'' katanya seperti mau 
bermain shaolin. 

Dia menyatakan itu di berbagai forum karena dia memang laris jadi pembicara 
seminar di mana-mana. Meski bukan sarjana, Zong kelihatannya memang cerdas. Dia 
bisa belajar cepat. Kemauannya pun lebih cepat langkahnya. Lihatlah hobinya: 
baca buku. Mulai jurnal bisnis, novel, sampai buku-buku klasik. 

Ide Zong memang terlalu banyak. Juga energinya. Dia tidak pernah tinggal lama 
di kantor. Terus jalan ke agen-agen. Dari satu kota ke kota lain. Tiongkok yang 
begitu luas, dia jelajahi. Dia kerja 16 jam sehari. Omzetnya, terakhir, bisa 
mencapai Rp 20 triliun. 

Keriangan Zong itu juga akan ditularkan ke Indonesia. Bulan depan, ada 
peresmian pabriknya di Indonesia. 

Zong pun masuk daftar orang terkaya di Tiongkok. Sejak ideologi ''komunisme 
tiga kaki'' diberlakukan, pengusaha seperti Zong diangkat menjadi anggota 
politbiro partai. Usahanya sukses. Langkah politiknya moncer. Wahaha 
benar-benar bukan lagi hanya suara anak-anak yang lagi tertawa-tawa, tapi juga 
suara hati Zong yang sedang riang gembira. 

Tertawa memang harus ada akhirnya. Paling tidak, harus ada berhentinya. Dan, 
Zong, tidak terkecuali, juga harus mengalaminya. Suasana riang-gembira seperti 
itu tiba-tiba tidak terdengar lagi sejak dua bulan lalu. Wahaha lagi prihatin 
berat. Zong lagi digugat oleh partnernya. Bukan sembarang partner. Ia adalah 
raksasa minuman dan makanan dari Prancis, Danone. (Di Indonesia, Danone 
mengambil alih Aqua). 

Ceritanya begini: delapan tahun lalu, ambisi dia untuk menguasai pasar makanan 
dan minuman tidak bisa distop. Padahal, ada kalanya, pertumbuhan perusahaan itu 
seperti pertumbuhan bayi. Lahir, bayi, kanak-kanak, remaja, lalu dewasa. Di 
setiap tahap itu biasanya mengalami sakit yang disebut ''growing pain''. Sakit 
untuk menuju besar. 

Di perusahaan pun demikian. Ketika perusahaan tumbuh cepat, ada masanya kena 
''sakit'': kadang modalnya tidak cukup, kadang tenaga manajernya kurang, dan 
kadang bagian pengawasan belum ada. Padahal, order kian banyak, kepercayaan 
konsumen kian tinggi. Kalau tidak dilayani, pesainglah yang akan memanfaatkan 
pasar itu. 

Untuk mengatasi ''sakit pertumbuhan'' seperti itu, kadang diperlukan suntikan 
modal baru. Tapi, kadang cukuplah kalau pemilik perusahaan memutuskan untuk 
berhenti melangkah dulu sesaat. Tarik napas dan susun kekuatan. Jangan lari 
terus. Napas bisa putus. 

Ketika Wahaha menderita growing pain seperti itu, Zong tidak mau memilih 
menghentikan ekspansinya sejenak. Dia memilih cari modal tambahan. Kalau harus 
berhenti sesaat, bisa-bisa ambisinya tidak akan cepat tercapai. Dia merasa 
ketika memulai usaha, umurnya sudah beranjak tua, 45 tahun. 

Maka, Zong lantas mengajak Danone berpartner. Raksasa dari Prancis tersebut 
setuju memompakan modal sekitar Rp 600 miliar dengan mendapatkan saham 51 
persen. Danone juga menempatkan dua direktur, meski menyerahkan jabatan 
chairman dan CEO-nya kepada Zong. 

Danone mengakui kehebatan Zong yang telah melahirkan dan membawa Wahaha ke 
tingkat yang begitu sukses serta mampu menguasai pasar Tiongkok. Danone 
memerlukan luasnya jaringan itu, yang kalau dia sendiri yang membuat mulai nol 
bisa-bisa tidak berhasil. Danone juga mengakui energi dan ide-ide Zong akan 
bisa terus membawa Wahaha ke 

CiKEAS Re: Inilah wajah KETUA UMUM PARTAI DAMAI DAN SEJAHTERA

2007-06-25 Terurut Topik godamlima
HEHEHE,DOKTER NYOO,INIH PASTI ORANG SANGKIT.

yang memangke ayat ayat byble untuk menepu sesamanyah.

Padahal udah kujelasken, PERPULITIKAN ITUH BUSUK.

Sakhingga deungeun dikutip kutipnyah ayat2 ituh,

mangka berobahlah ayat ayat ituh,

JADI AYAT AYAT SETAN, YANG MERASUPIN PARA OPORTUNIST

UNTUK MENEPU DAN MENYELEWENGKEN SESAMANYAH!!!


--- In CIKEAS@yahoogroups.com, DPK PDS KOREA [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Syaloom teman teman semua,

   Kita bisa bangga sedikit bahwa Tuhan Yesus telah membimbing kita 
dengan penuh KASIH yang AGAPE, sehingga dari kemelut yang begitu 
dahsyat itu, akhirnya lahir juga PARTAI DAMAI DAN SEJAHTERA yang 
dipimpin oleh Bapak Ketua Umum Bonar Simangunsong, dan pada 
attachment ini kita bisa melihat wajahnya bersama Ir. H.L. Njoo dari 
PDS di Korea, marilah kita selalu memanjatkannya dalam doa, semoga 
dengan telah dibentuknya PARTAI DAMAI DAN SEJAHTERA ini, kita bisa 
memenangkan PEMILU serta mengentaskan INDONESIA dari segala macam 
kesulitan yang telah terjadi. 

   Melalui 1 Korintus 1:10 AKU MENASIHATKAN KAMU, SAUDARA SAUDARA, 
DEMI NAMA TUHAN KITA YESUS KRISTUS, SUPAYA KAMU SEIA SEKATA DAN 
JANGAN ADA PERPECAHAN DI ANTARA KAMU, TETAPI SEBALIKNYA SUPAYA KAMU 
ERAT BERSATU DAN SEHATI SEPIKIR 

   2 kORINTUS 2 : 10 - 11 sebab barangsiapa yang kamu ampuni 
kesalahannya, aku mengampuninya juga. sebab jika aku mengampuni, - 
seandainya ada yang harus kau ampuni -, maka hal itu kubuat oleh 
karena kamu di hadapan KRISTUS, supaya Iblis jangan beroleh 
keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya 

   Semoga ayat ayat Alkitab tersebut diatas dapat ikut mendampingi 
anda sekalian pada saat masih hidup di atas bumi ini, Amin

   Salam dalam kasihNYA

   Ir. H.L. Njoo
   Ketua DPK PDS DI KOREA

   
 
 -- 
 1 Korintus 1:10
 aku menasihatkan kamu, saudara saudara, demi nama Tuhan kita Yesus 
Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara 
kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. 
 
 1 Corinthians 1 : 10
 Now I plead with you, brethren, by the name of our Lord Jesus 
Christ, that you all speak the same thing, and that there be no 
divisions among you, but that you be perfectly joined together in 
the same mind and in the same judgment 
 
 
   For of Him and through Him and to Him are 
all things, to whom be glory for ever. 
   Amen (Romans 11:36)
   
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 -
 Moody friends. Drama queens. Your life? Nope! - their life, your 
story.
  Play Sims Stories at Yahoo! Games. 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





CiKEAS Re: Ki Djoko Sutedjo Mengajak Anak Cinta Wayang

2007-06-25 Terurut Topik Hafsah Salim
 Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Refleksi: Apakah Ki Djoko tidak akan dikatakan mau memurtadkan 
 anak-anak?
 
 



Betul, Syariah Islam melarang segala bentuk wayang.  Jadi kalo
sekarang mereka tidak membuat pernyataan yang tegas se-mata2 hanyalah
akal2an agar masyarakat bisa menerima Syariah Islam dulu, kalo sudah
resmi Syariah Islam berlaku, barulah penegakkan yang main tebas itu
berlangsung.  Hal seperti ini sebetulnya diajarkan dalam berdakwah,
yaitu sembunyikan yang buruk, tunjukkan saja yang kelihatan bagus2nya.

Wayang dan Islam sudah jelas merupakan musuh yang tidak mungkin bisa
tinggal dibawah satu atap.  Bagi umat Islam itu wayang harus
dimusnahkan karena merupakan bagian dari penyembahan berhala.

Seharusnya pemerintah maupun MUI berlaku jujur, apakah Islam Indonesia
itu melarang wayang atau tidak, karena kalo menganggap Islam itu
diseluruh dunia sama, dan Islam di Indonesia itu sama dengan Islam
yang di Arab, maka otomatis sudah dipastikan bahwa Wayang itu harus
ditumpas, padahal wayang itu merupakan salah satu dari identitas
bangsa Indonesia !!!  Lalu kalo identitasnya saja sudah dimusnahkan,
mana adalagi bangsa Indonesia ???

Ny. Muslim binti Muskitawati.
















 http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=405
 
 Minggu, 24 Juni 2007
 
 Ki Djoko Sutedjo 
 Mengajak Anak Cinta Wayang 
 
 Oleh : owo 
 
 
 Kecintaannya pada wayang membuatnya bertindak. Ki Djoko Sutedjo tak
ingin anak-anak bangsa melupakan peninggalan budaya ini. Maka,
kemampuannya melukis ia pakai untuk mengenalkan wayang kepada anak-anak.
 
 Ruang berukuran 2,5x4 meter ia manfaatkan sebagai sanggar. Tentu tak
bisa menampung banyak anak asuh. Awalnya, memang hanya beberapa anak,
namun kini peminatnya terus bertambah, ujar Ki Djoko saat ditemui
Republika di sanggarnya, di Jl Arteri Soekarno-Hatta 156, Palebon,
Semarang, Selasa (12/6).
 
 Sejak mendirikan Sanggar Seni Lukis Wayang Paku Budaya pada 4
Desember 2005, ia telah mengajarkan melukis 100 tokoh wayang, dari 400
tokoh yang ada. Anak asuhnya dari usia prasekolah hingga usia kelas
enam SD. Sembari mengajar melukis ataupun mewarnai, ia mengenalkan
sosok wayang itu. 
 
 Para anak asuh ini, sampai saat ini tak ia pungut biaya. Bahkan, ia
merasa perlu menyediakan berbagai kebutuhan mereka selama di sanggar,
seperti makanan ringan kesukaan anak-anak. Termasuk pula peralatan
melukis dan mewarnai. Sehingga, di sanggar mereka bisa mendapatkan
apa yang diinginkannya, kata Ki Djoko.
 
 Menurut Ki Djoko, selama setahun bergelut dengan wayang di sanggar
membuat anak-anak asuhnya bisa mencintai wayang. Mereka mengenal
karakter tokoh wayang yang mereka gambar dari mulut Ki Djoko. Secara
tidak langsung mereka akan memahami nilai-nilai kehidupan yang bisa
diterapkannya dalam berperilaku sehari-hari. Baik di lingkungan
keluarga maupun di sekolah, kata Ki Djoko.
 
 Ki Djoko mengharapkan anak-anak asuhnya meneladani sosok-sosok baik
dari dunia perwayangan itu. Saya mengajarkan kepada mereka tentang
sikap-sikap ksatria para Pandawa Lima, dan sikap pengabdian,
kepatuhan, serta lucunya tokoh-tokoh Punakawan, ujar Ki Djoko. 
 
 Sekarang, anak-anak asuhnya bisa mengerti mengapa tokoh-tokoh wayang
tersebut bisa digambarkan dengan warna wondo (wajah) yang berbeda.
Misalnya, Bima dengan wajah warna hitam, berarti sudah tua.
Sebaliknya, Arjuna yang diwarnai putih, menunjukkan ia masih muda.
 
 Agar anak-anak ini menikmati kegiatan melukis wayang, Ki Djoko
menerapkan konsep bimbingan kepada mereka. Dengan cara ini, ia
mengajak anak-anak bermain-main dengan wayang. Untuk pewarnaan tokoh
wayang, ia tetap mengajarkan sesuai pakem. Namun, untuk pewarnaan
latar belakang dan gambar pendukung, ia membebaskan anak-anak
berimajinasi dengan warna.
 
 Buku panduan
 Ki Djoko mulai melukis wayang sejak usia 10 tahun di kampung
halamannya, di Klego, Boyolali, Jawa Tengah. Dulu waktu mewarnai
wayang saya menggunakan kunyit untuk warna kuning dan merah, arang
untuk warna hitam, daun pepaya untuk warna hijau, dan temu ireng untuk
warna ungu, ujar pelukis yang memamerkan karyanya pertama kali di
Balai Rakyat Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ini.
 
 Di masa kecilnya, untuk tertarik wayang Ki Djoko merasa tak
mengalami kesulitan, karena saat itu belum ada hal-hal yang menandingi
wayang. Sekarang? Banyak sosok pahlawan imajinatif dari Amerika dan
Jepang yang membanjiri dunia anak-anak. 
 
 ''Anak- anak ini juga butuh pengenalan tentang wayang yang merupakan
produk budaya asli kita,'' ujar Ki Djoko. Untuk membumikan wayang di
era modern ini, menurutnya, perlu upaya yang disesuaikan dengan
kondisi zaman. Pengenalan lewat kegiatan melukis, adalah salah satu
upaya yang disesuaikan dengan kondisi zaman itu.
 
 Ki Djoko menegaskan upaya dia seorang diri tak akan berpangaruh
banyak untuk memperbanyak jumlah anak yang mencintai wayang. Ia
menyatakan butuh kepedulian masyarakat luas.
 
 Ia beruntung. Kegiatannya ini mendapat respons dari berbagai pihak.
Di antaranya, ada Pemerintah Kota Semarang, IKIP PGRI Semarang, dan

CiKEAS Komersialisasi Pendidikan

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/062007/26/0901.htm


Komersialisasi Pendidikan
Oleh SOEROSO DASAR 

KOMERSIALISASI pendidikan sudah bukan bahaya melainkan kenyataan, yang lebih 
mencolok dalam gejala yang disebut pajak atas kebodohan. Cukup banyak 
perguruan tinggi yang uang pangkalnya berbanding lurus dengan ketidakpintaran 
(kebodohan) calon mahasiswanya. Makin besar angka peringkatnya, semakin bodoh 
dan semakin besar pula uang pangkal yang harus dikeluarkan. 

Dari pada tidak diterima (karena memang tidak mampu menempuh seleksi masuk 
perguruan tinggi), ia dibujuk dengan uang pangkal yang tinggi, tentu saja 
jumlahnya jutaan rupiah. Jadi, ia didenda berat karena ada kekurangan yang 
melekat padanya. Yang pasti, kegugurannya masuk seleksi perguruan tinggi secara 
normal, di siasati dengan berbagai cara. Saat ini, populer dengan sebutan 
program jalur. 

Banyak orang dibujuk membayar tinggi untuk menebus kegagalannya. Kalau 
realitasnya demikian, manusiawikah tindakan seperti itu? Begitu tulis J. Drost 
S.J. pada majalah Prisma dengan judul Untuk Apa Perguruan Tinggi Didirikan. 
Kegalauan Drost yang muncul tahun 90 itu, seperti luka yang tidak 
sembuh-sembuh. Rekomendasinya adalah perguruan tinggi baru bisa berperan 
apabila unsur paling dasar kehidupan akademik, harus membawa serta nilai. 
Karena, nilai berarti ada harganya. Sesuatu yang dihargai, sering membuat 
pengorbanan. Kehidupan manusia tanpa nilai, bukan kehidupan insani. Karena, 
nilai menentukan mutu dan martabat hidup. 

Diskusi Kualitas Pendidikan Indonesia, Dilihat dari Perspektif Hukum dan 
Sosial Kemasyarakatan (PR, 12 Mei 2007), kembali menguak masalah 
komersialisasi pendidikan. Diskusi yang dilakukan di salah satu ruangan di 
Unpad itu, salah seorang pembicara mempertanyakan bagaimana kaum duafa mampu 
memperoleh pendidikan tinggi, apabila biaya pendidikan semakin mahal. Dengan 
berbagai jalur, perguruan tinggi mampu menyerap dana segar dari masyarakat. 

Pledoi (pembelaan) yang dikedepankan oleh perguruan tinggi, tentu saja sudah 
dapat ditebak yakni subsidi silang. Dana segar dengan jalur tertentu yang 
disedot oleh perguruan tinggi diinvestasikan kembali, dengan harapan mahasiswa 
dari keluarga duafa yang masuk pada jalur yang lain dapat menikmati fasilitas 
tersebut. Kondisi ini, dipicu oleh dana untuk dunia pendidikan yang dikucurkan 
pemerintah sangat terbatas. Pemerintah belum mampu melaksanakan amanat yang 
tertuang pada UUD 45 pasal 7 ayat 4. Tetapi, di antara ketidakmampuan 
pemerintah itu, decak kagum kita sampaikan kepada Pemkot Tangerang yang telah 
mengucurkan dana pendidikan sebesar 42% dari APBD pada tahun 2005 dan 31% pada 
tahun 2006.

Dari persentase itu pun di luar gaji guru. Sungguh suatu kebijakan yang luar 
biasa. Mungkin kegalauan para pengamat pendidikan dan sosial adalah, benarkah 
subsidi silang dari dana segar itu dilaksanakan secara benar. Jangan-jangan 
sebagian dana tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan yang tidak mempunyai 
signifikan terhadap kualitas pendidikan. Kekhawatiran itu wajar-wajar saja 
karena dana yang diserap relatif sangat berarti. Di salah satu universitas 
negeri saja, untuk Fakultas Kedokteran biaya pengembangan pendidikan mencapai 
Rp 175 juta, Fakultas Ekonomi Rp 40 juta, FKG Rp 40 juta, Farmasi Rp 35 juta, 
belum lagi fakultas lainnya. Kalau dijumlahkan semuanya akan muncul juga angka 
yang fantastis. Tetapi, penulis tetap berprasangka baik (khusnuzon) kepada para 
pengelolanya. Seperti wasiat Luqman al-Hakim kepada anaknya: bergaullah dengan 
orang-orang berilmu, karena Allah menghidupkan hati mereka melalui cahaya 
hikmah. 

Pendidikan yang selama ini cenderung hanya bertakhta pada otak manusia dan 
kurang mengiraukan aspek keadilan serta nilai-nilai Ilahi, telah membuat 
sepertiga planet bumi menjadi orang kaya, sedangkan sisanya (dua pertiga) 
adalah penduduk miskin. Bahkan, Indonesia pada saat sekarang ini dengan 
kriteria Bank Dunia penduduk miskinnya lebih dari seratus juta orang. 

Konon, semuanya ini adalah produk-produk orang yang mengenyam pendidikan 
tinggi, karena di pundak merekalah strategi pembangunan, kebijakan, dan 
keputusan diletakkan. Gaya pendidikan yang cenderung hanya mengembangkan otak 
kiri tanpa memperdulikan pengembangan otak kanan, juga telah menghasilkan 
generasi kronis dan terjadinya split personality. Tidak ada keseimbangan 
antara akal dan batin yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, sehingga 
tidak ada integrasi antara otak dan hati. Negeri ini yang lebih menekankan 
nilai akademik, kurang memberikan bobot kepada masalah kecerdasan emosi yang 
mengajarkan tentang integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, 
ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, prinsip-prinsip kepercayaan, 
penguasaan diri, atau sinergi, telah membentuk manusia Indonesia seperti yang 
kita saksikan saat ini. 

Satu kualitas sumber daya manusia yang patut dipertanyakan. Manusia yang buta 
hati, dengan krisis moral yang tajam. Pada sisi lain pendidikan 

CiKEAS Re: Setiap Tahun, Seribu TKI di Malaysia Mendapat Perlakuan Buruk

2007-06-25 Terurut Topik Hafsah Salim
 Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:
 http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=297916kat_id=23
 Setiap Tahun, Seribu TKI di Malaysia Mendapat Perlakuan Buruk
 



Selama ini seleksi TKW kriterianya mengharuskan calon2 yang berwajah
baik, akibatnya mendapatkan perlakuan buruk.

Kalo kriteria nya dibalik dengan mengharuskan calon2 yang berwajah
buruk, bukan tidak mungkin berakibat mendapatkan perlakuan yang baik.

Hal ini perlu dipikirkan karena juga terkait dengan masa depan kita
dalam memperbaiki genotip keturunan bangsa ini.

Ny. Muslim binti Muskitawati.






 
 [Non-text portions of this message have been removed]





CiKEAS Mengkritisi Amendemen UUD 1945

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/062007/26/0902.htm

 
  Mengkritisi Amendemen UUD 1945
  Oleh T. SUBARSYAH, S.H., S.Sos., C.N. 

  UPAYA keras menggolkan perubahan (amendemen) kelima UUD 1945 yang 
digalang Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di MPR, sepertinya masih harus menahan 
napas, setelah komponen anggota MPR dari unsur DPR beramai-ramai menarik 
dukungannya. 

  Amendemen UUD 1945 itu bertujuan tidak lain untuk memperkuat DPD guna 
menjawab persoalan rakyat di daerah. Penguatan DPD sekaligus mengutuhkan Negara 
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena memberikan kesempatan setiap daerah 
untuk tumbuh dan berkembang secara dinamis melalaui perwakilannya di DPD.

  Memahami adanya kehendak kuat dari rakyat terhadap amendemen UU 1945, 
dibuktikan antara lain dengan munculnya dukungan gubernur, karena upaya 
tersebut dirasa sangat penting dan merupakan masalah fundamental yang memiliki 
implikasi luas, mengingat aspeknya bisa menjadi diskursus dalam kehidupan 
politik di Indonesia. Oleh karena itu, seyogyanya prinsip bahwa amendemen ini 
benar-benar harus mencerminkan aspirasi dan kehendak rakyat serta semuanya 
perlu dijaga bersama. Dengan demikian, sedianya agar lebih memiliki daya harus 
ada peninjauan lebih komprehenship, di samping harus sudah ditelaah dengan 
melibatkan lembaga kajian dan pihak lain, sehingga arah amendemen yang 
dikehendaki rakyat berjalan dengan benar dan tepat sasaran.

  Oleh karenanya, boleh jadi proses untuk melakukan amendemen UUD 1945 
seperti yang diusulkan DPD, masih membutuhkan waktu panjang karena masih ada 
aturan teknis yang perlu dipenuhi. Untuk itu, pengusul amendemen selayaknya 
berkonsentrasi juga untuk lebih memerhatikan situasi dan kondisi yang 
berkembang di masyarakat. Masalahnya, mengenai perlu tidaknya UUD 45 
diamendemen tetap harus dikembalikan dan mengacu pada empat parameter sebagai 
penuntun perubahan, yakni pertama, semakin melindungi seluruh warga negara 
Indonesia, kedua, menyejahterakan rakyat di semua aspek, ketiga, mencerdaskan 
kehidupan bangsa, dan keempat, Indonesia tetap menjadi bahagian perdamaian 
dunia.

  Jika demikian keadaannya, betapa pentingnya amendemen UUD 1945 dan khusus 
untuk DPD bila juga mampu berpegang pada empat paremater tadi, maka sangat 
mungkin eksistensi DPD pastinya sangat dibutuhkan terutama untuk mampu menjaga 
keutuhan negara dengan cara memberikan kesempatan kepada setiap daerah tanpa 
disertai potensi keinginan untuk berbeda arah, ekstremnya memberontak justru 
karena DPD refresentatif mewakili daerah, maka DPD pantas di posisi terdepan 
untuk melakukan pendidikan politik secara terus menerus dan aktual kepada 
rakyat di daerah. Terutama untuk memajukan daerah-daerah agar lebih memiliki 
posisi tawar yang sebanding. Itulah sebabnya inisiatif yang dinamis dan 
berkembang saat ini di dalam pemikiran anggaran DPD atau berbagai tindakannya 
yang aktual-substatif adalah bukti berfungsinya DPD yang patut diapresiasi 
secara penuh harapan oleh segenap daerah.

  Pada sisi lain ada yang secara holistic harus diwaspadai memang, yakni 
ketika mengemas wacana amendemen kelima UUD 1945 yaitu bahwa amendemen harus 
mampu masuk pada orbit politis-yuridis yang lebih luas dan mendasar. Artinya 
bahwa amendemen tidak terbatas untuk sekadar manambah kewenangan DPD, tetapi 
lebih dari itu harus pula merupakan artikulasi kebutuhan berbangsa dan 
bernegara untuk perbaikan fungsi legislasi. 

  Dengan mengusung ide yang lebih luas dan mendasar itu, maka secara 
otomatis dan menjadi kemestian bahwa kewenangan DPD tentunya harus diformat 
ulang, termasuk dalam hal hubungannya dengan DPR. Harus diakui secara obyektif 
bahwa beberapa bagian dalam UUD 1945 memang harus disempurnakan. Contohnya, 
dalam fungi legislasi menyangkut, check and balances tentunya tidak akan pernah 
jalan optimal bila mana hubungan DPD dan DPR tidak seimbang apalagi secara 
sengaja diabsorpsi kepentingan di luar konstitusi. 

  MPR sendiri, sebenarnya telah berusaha maksimal menuntaskan amendemen 
yang dilandasi dengan lima kesepakatan fraksi-fraksi, Pertama pembukaan 
dipertahankan, kedua mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, ketiga 
mempertahankan sistem presidensial, keempat amendemen sebagai adendum, dan 
kelima norma dalam penyelarasan dimasukkan dalam pasal. 

  Bertolak dari lima dasar kesepakatan itu, mudah dipahami bahwa yang 
diinginkan arahnya sudah sangat jelas yakni bukan untuk terjadinya konstitusi 
baru, di samping juga tentu tak diharapkan sejarah kembali berulang bahwa 
amendemen UUD 1945 mengalami kegagalan seperti yang pernah terjadi tahun 1955 
yang lalu. Dari situlah, kemudian disetujui Mahkamah Konstitusi (MK) dibentuk 
sebagaimana tertuang dalam ketetapan MPR RI/I/ 2002 yang berfungsi sebagai 
panglima pengawalnya.

  Namun begitu, patut diwaspadai bersama tentang pernyataan politisi senior 
Partai Golongan Karya (Golkar), Pinantun Hutasoit, yang menyatakan bahwa 

CiKEAS Peserta Belajar Mengolah Sagu ke Ambon, Dilepas

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=622ses=

26 Juni 2007 03:35:39



Peserta Belajar Mengolah Sagu ke Ambon, Dilepas



YAHUKIMO-Sebagaimana yang direncanakan sebelumnya, akhirnya program pengiriman 
masyarakat Dekai untuk belajar mengolah Sagu ke Ambon/Sisarua terwujud. 
Kepastian itu, seiring dengan telah dilakukannya pelepasan peserta pelatihan 
(Belajar) mengolah sagu oleh Bupati Ones Pahabol SE, MM di depan kantor Bupati 
Yahukimo di Dekai, kemarin.
Jumlah peserta pelatihan mengolah sagu ke Ambon ini berjumlah 36 orang. 
Sem,entara itu intuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan semisal ada 
peserta yang sakit atau tidak mau diatur, maka pada program pelatihan ke Ambon 
ini menyertakan pendamping yang antara lain terdiri dari tenaga medis, aparat 
keamanan dan panitia. 


Bupati Yahukimo, Ones Pahabol SE, MM mengaku, senang dengan program ini. Karena 
itu, ia mengharapkan agar para peserta bersatu dan serius untuk mengikuti 
kegiatan pelatihan ini. ''Kalian semua ini akan menjadi contoh, karena apa yang 
anda dapatkan di sana nanti harus ada masukannya dan bisa dibuat di Dekai 
ini,''pesan bupati. 


Pemberangkatan kali ini adalah sebagai pilot projek, sehingga jika memang para 
peserta bisa mengikuti secara baik apa yang disampaikan instruktur (Pemandu) 
pengolahan sagu, dan ketika tiba di Dekai nanti bias mengimplementasikan 
ilmunya yang baru itu, maka akan dikembangkan terus menerus. ''Diharapkan 
kedepan ada kegiatan lain untuk magang keluar daerah seperti ini juga,''ujarnya.


Bukan hanya itu, tapi diharapkan, suatu saat nanti ada orang berkunjung ke 
Dekai, dapat menikmatisagu khas Dekai. ''Kalau sudah demikian, maka ada manfaat 
ekonomi masyarakat,''katanya.


Usai pelepasan peserta, Ketua Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) 
Kabupaten Yahukimo, Gasper Liauw MSi kepada Cenderawasih Pos kembali menegaskan 
bahwa program ini lahir dari sebuah potret realita terhadap potensi sumber 
ekonomi/kehidupan masyarakat lokal dan bagaimana membalik opini bahwa dengan 
adanya pemekaran hanya untuk kepentingan pejabat yang naik Garuda, dalam artian 
masyarakat jangan hanya sebagai penonton, karena pada esensinya uang adalah 
milik rakyat. 


Menurut Gasper, setelah dilepas bupati kemarin, peserta akan meninggalkan Dekai 
27 Juni ke Wamena, selanjutnya 28 Juni ke Jayapura dan 30 Juni berangkat ke 
Ambon. Adapun kegiatan ini baru akan selesai 5 Juli nanti dan sekitar 9 Juli 
baru sampai di Dekai.
''Dana yang kami gunakan untuk pembiayaan kegiatan ini dari dokumen pelaksanaan 
anggaran (DPA Bappeda) di Bappeda Yahukimo. Kenapa dari Bappeda, karena terkait 
dengan bidang sosial budaya dan merupakan pilot projek,''ujarnya. 


Selama di Ambon, mereka bukan hanya mendapatkan teori cara mengolah sagu, tapi 
akan melihat langsung bagaimana cara mengolah sagu yang baik, sehat, hingga 
menjadi aneka kue. (jk


[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Jangan berpikir bodoh

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.indomedia.com/poskup/2007/06/25/edisi25/opini.htm

Jangan berpikir bodoh

(Awasan untuk Charles Beraf)

Oleh Fidel Hardjo *TULISAN Charles Beraf dengan judul Jangan Bertindak Bodoh 
yang dimuat di Harian Pos Kupang (18/6/2007) memang sangat menukik. Menarik 
untuk dicermati lebih serius. Letak keseriusannya, hemat saya, bukan karena 
judulnya yang yang vulgar atau terlalu sensasi tetapi apakah isi tulisan itu 
mengontribusi nilai pencerahan kepada publik atau tidak. Inilah persoalannya.

Kita boleh sepakat bahwa problematik industri ekstraktif di Lembata merupakan 
pelajaran berharga untuk mendesain demokrasi kita secara arif dan proposional. 
Beraf dalam tulisannya menguraikan hal itu secara sistematis. Menurutnya, 
prinsip diskursus demokrasi: semakin kuat antitese, semakin kuat pula diskursus 
demokrasi yang terbangun di tengah masyarakat. Itu benar. Dan itulah faktum 
yang sedang berbicara di Lembata sebenarnya.

Dengan kata lain, semakin derasnya protes dan gelombang demonstrasi 
(baca:antitese) dari rakyat atas proyek pertambangan ini (baca:tese), maka 
semakin terkukuhnya pendirian demokrasi (baca:sintese). Lalu, mengapa Beraf 
berteriak jangan bertindak bodoh kalau memang antitese-antitese itu adalah 
logika substansial demokrasi. Ataukah Anda yang mengsinterpretasi secara keliru 
(error interpretation) atas upaya demokratis rakyat kecil seperti ini. 
Kecemerlangan ide Anda mengalami peruntuhan mutlak di sini ketika tese, 
antitese dan sintese yang Anda bangun terkontradiktif an sich.

Biarlah rakyat menentukan sendiri wajah demokrasi mereka. Sudah lama zona 
demokrasi mereka dipasung dan dipenjara. Sejauh, mereka tidak mengusung 
antitese dalam bentuk kekerasan fisik. Demokrasi butuh proses. Apa pun alasan 
dasar di balik pro-kontra proyek industri ekstraktif Lembata, yang pasti 
demokrasi terus berproses menjadi (in the making) menuju kematangan.

Alex Inkeles (Introduction: On Measuring Democracy, 1990), demokrasi ibarat 
pengembara di padang pasir, yang dalam perjalanannya mencapai tanjakan-tanjakan 
kecil, terkadang lintasan terjal berliku, hingga akhirnya mencapai ketinggian 
tertentu. Kita boleh katakan, demokratisasi di Lembata baru ada pada level 
terjal. Itu berarti perjalanan demokrasi dan tantangannya semakin luas dan 
kompleks.

Saya angkat jempol kepada penulis warga Takaplager ini, karena ia juga 
mengusung UU No. 23 /1997 tentang pengelolaan lingkungan, sebagai kerangka 
acuan proyek pertambangan Lembata. Setidaknya, menurut Charles, ada tiga tahap 
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan), RKL (Rencana Kelola Lingkungan) dan 
RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan). Saya berpikir, ini hal yang penting. 
Eksplorasi kekayaan alam harus dimbangi dengan pemeliharaan (duty of care) atas 
alam itu sendiri.

Hanya rakyat kecil (kontra) tidak tega menunggu proses itu. Kasus Freeport dan 
Lapindo adalah guru paling berharga bagi mereka. Kalau Charles melihat kasus 
Lapindo dan Freeport berakar pada soal ketidakcermatan survai, maka saya 
menepis pendapat Anda dalam ranah ini. PT Lapindo atau Freeport merupakan 
industri ekstraktif yang terbesar dan lebihterprofesional di negeri ini.

Tentunya, para ahli dengan segala keahlihan dan kecermatan sudah melakukan 
survai. Bahkan, mereka mengikuti kerangka acuan AMDAL, RKL, dan RPL seperti apa 
yang juga dimutlakkan oleh Charles atas proyek pertambangan Lembata. Atas 
hasil survai para ahli ini pun maka palu pun diketuk tanda proyek segera 
dimulai. Sayangnya, hasil survai para ahli profesional (baik ahli asing maupun 
pribumi) kedua PT besar ini berujung pada situasi yang mencekam. Bukan hanya 
habitus envioromental yang rusak tapi manusia itu sendiri terancam: 
kesengsaraan, pengungsian, kesakitan bahkan kematian. Lagi-lagi siapa yang 
bertindak bodoh?

Saya kira rakyat tidak terlalu bodoh untuk menunggu pertambangan Lembata 
berakhir dengan drama ratap tangis' seperti apa yang dialami oleh 
saudara-saudarinya di Papua atau di Jawa. Kalaupun kita menunggu, taruhannya 
sangat mahal. Antara mati atau hidup! Saya merasa heran dengan pemimpin kita, 
seakan-akan tanpa pertambangan ini kita tidak akan bisa hidup lagi. Rakyat 
sudah lama hidup tanpa industri tambang seperti ini, toh mereka masih bisa 
hidup. Jangan-jangan ada udang di balik batu.

Kearifan rakyat kecil yang kerap dicap bodoh perlu dicontohi oleh para 
pemimpin atau siapa saja, termasuk penulis Takaplager yang menulis opini 
Jangan Bertindak Bodoh. Kalau saja Hobbes bisa diajak bicara sekarang, maka 
teorinya tentang Leviathan di mana rakyat dengan natural liar berperilaku 
biadab perlu ditertibkan akan ditentang habis-habisan. Yang perlu ditertibkan 
sekarang adalah tabiat pemimpin yang tidak beres. Pemimpin yang tidak 
mendengarkan orang lain, yang semestinya didengari yaiturakyatnya sendiri. 
Kebiadaban tahbiat ini meluas dengan praktik kecolongan mulut kotor termasuk 
mencap orang lain yang berseberangan pendapat: bodoh, sampah, binatang dan 
boleh anda tambah sendiri yang 

CiKEAS Menjadikan rakyat sebagai objek?

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.indomedia.com/poskup/2007/06/25/edisi25/opini.htm

Menjadikan rakyat sebagai objek?

(Umpan balik untuk Charles Beraf)

Oleh Thomas Uran *

REAKSI pro- kontra tentang rencana penambangan di Leragere-Lembata sungguh 
menarik untuk didiskusikan. Yang unik-menarik yaitu menempatkan kekayaan alam 
yang terkandung di perut bumi Lembata di satu sisi dan membandingkannya dengan 
kondisi riil kehidupan ekonomi rakyat di sisi lain. Kondisi ini bisa 
diibaratkan bagai tikus mati di lumbung padi. Mungkin dengan realitas ini, 
Pemkab Lembata sedikit berani menjadikan kerja sama investasi sebagai bagian 
dari program strategisnya. Langkah selanjutnya yaitu dikeluarkannya SK Bupati 
No. 37 Tahun 2005 tentang kerja sama untuk kegiatan investasi pertambangan. 
Sebuah surat sakti yang akhirnya menuai badai pro dan kontra.

Terhadap reaksi ini, Saudara Charles Beraf akhirnya mengajaksidang pembaca dan 
siapa saja yang peduli, bahkan terlibat dalam diskusi ini, hendaknya mengajukan 
tesis dan antitesis secara logis, tidak serta merta menolak dengan argumentasi 
yang irasional atau sekedar membandingkan dengan kasus di tempat lain seperti 
Lumpur Lapindo, Freeport, dan lain-lain. Argumentasinya yaitu penambangan di 
sana baru memasuki tahapan eksplorasi. Sebuah ajakan sekaligus tantangan buat 
bapa-ibu petani di Leragere dan sekitarnya. Demikian buah pikiran Saudara 
Charles Beraf dalam opini di bawah judul Jangan Bertindak Bodoh (Pos Kupang, 
Senin 18 Juni 2007).

Terlepas dari tesis dan antitesis merupakan sebuah tuntutan logis dalam tataran 
para intelektual dan kaum terpelajar, hemat saya keseluruhan alur berpikir yang 
nantinya melahirkan sikap dan tindakan, hendaknya juga tidak mengabaikan rakyat 
dalam domain analisis. Pertanyaan yang paling mendasar, entahkah rakyat di 
Leragere dijadikan subyek dalam bingkai investasi? Lebih jauh lagi, apabila 
rakyat petani di sana sudah dilibatkan secara aktif sejak awal rencana 
investasi, mengapa mereka begitu getol menuntut untuk dibatalkan?Mengapa 
sosialisasi?

Dari pemberitaan media, kita semua pasti mengetahui ada begitu banyak komentar 
yang menegaskan bahwa reaksi kontra masyarakat lebih disebabkan oleh lemahnya 
sosialisasi dari pemerintah. Melalui kata sosialisasi itu sendiri bisa ditebak 
cara pandang seseorang yang masih menempatkan rakyat sebagai obyek. 
Pertanyaannya, mengapa sosialisasi dan bukan perencanaan yang partisipatif? 
Pengalaman sejarah mengungkapkan bahwa ketika rakyat masih dianggap sebagai 
obyek, maka secara tidak sadar kita telah menegasikan bahwakemiskinan rakyat 
disebabkan oleh rakyat sendiri (komunitas lokal) yang malas, bodoh dan 
lain-lain; tetapi bukan disebabkan oleh kita para pihak di luar rakyat. Dan 
anggapan ini sebenarnya agak bertolak belakang dengan apa yang tengah dialami 
rakyat.

Sebuah analisis yang menakjubkan, hasil pemikiran rakyat yang sempat terungkap 
pada saat deklarasi Jaringan Petani Wulan Gitan beberapa waktu lalu di 
Hokeng-Flores Timur. Dalam kertas posisi yang diberi judul Epu Boit Gelekat 
Gewayan : Sebuah Upaya Menegakkan Kedaulatan Petani, para deklarator dengan 
tegas menyampaikan bahwa kemiskinan rakyat bukan disebabkan oleh alam, bukan 
pula oleh kebodohan dan kemalasan rakyat, melainkan disebabkan oleh pembodohan 
dari kaum sekolahan, penindasan oleh penguasa dan pengisapan oleh kaum pemodal. 
Itulah penyebab kemiskinan rakyat hasil refleksi rakyat berdasarkan pengelaman 
yang mereka alami dan rasakan selama ini. Dengan dasar pemikiran seperti ini, 
rakyat sebenarnya mau menuntut bahwa mereka tidak boleh lagi dipandang sebagai 
obyek, melainkan ditempatkan sebagai subyek. Itu berarti proses pembebasan 
semacam apa pun, hendaknya melibatkan rakyat sebagai subyek yang mestinya bisa 
memutuskan sendiri. Pendekatan pembebasan dengan cara apa pun harus diputuskan 
oleh rakyat. Pemerintah, lembaga agama, LSM, pemodal dan pihak lain adalah 
sebagai pihak yang membantu tetapi bukan sebagai pengambil keputusan. Terhadap 
alasan ini kita hendaknya mulai belajar untuk bisa omong dengan rakyat, bukan 
sekedar omong tentang rakyat. Oleh karena itu, sosialisasi bukanlah sebuah 
pendekatan pemberdayaan, melainkan intervensi karena kepentingan pihak luar.

Ketika berbicara problem rakyat, saya teringat akan pengalamanbersama Gunawan 
Wirady, salah satu anggota tim perumus UUPA No 5 Tahun 1960. Dalam sebuah 
pelatihan agraria ketika beliau sebagai fasilitator, mengawali materinya beliau 
meminta kami menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu kebangsaan kita. Sebelum 
mengakhiri lagu, beliau sudah menangis sesunggukan. Setelah itu baru ia 
menjelaskan bahwa spirit dari lagu tersebut sudah sangat jelas bahwa 
bangunlah dulu jiwanya (rakyat), barulah bangun badan. Namun realitas yang 
terjadi selama ini justru sebaliknya. Orang-orang yang mengaku sebagai pahlawan 
rakyat hanya mampu membangun badan, tapi tidak mampu membangun jiwa. Dan ketika 
konsep membangun badan selalu diutamakan tanpa memperhatikan aspek membangun 
jiwa 

CiKEAS Ditemukan fosil gajah purba

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://www.indomedia.com/poskup/2007/06/25/edisi25/floresa.htm


 Di Liang Bua, Manggarai
Ditemukan fosil gajah purba



Ruteng, PKTim Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslitbang 
Arkenas) berhasil menemukan pygmy stegodon atau gajah purba kate ketika 
melakukan proses eskavasi di Gua Liang Bua, Desa Liang Bua, Kecamatan Ruteng, 
Kabupaten Manggarai, Kamis (21/6/2006).

Fosil berupa tulang tengkorak dan gigi geraham itu ditemukan pada sore hari 
menjelang akhir eskavasi sekitar pukul 15.32 Wita. Lokasi penemuan persis di 
kotak Sektor XII pada spit 29 atau kedalaman sekitar 2,93 meter. Eskavasi 
dilakukan antara lain menggunakan teknik spit dengan interval kedalaman 10 
sentimeter (cm) tiap spit.

Demikian informasi dari Liang Bua. Wartawan Kompas, Samuel Oktora, ikut 
menyaksikan proses eskavasi, Kamis (21/6/2007) dan Jumat (22/6/2007).

Disebutkannya, ketika memasuki spit 29 itu warga yang membantu penggalian 
tiba-tiba merasakan benda keras, dan terlihat gundukan fosil berupa tulang. 
Ketua Tim Peneliti Puslit Arkenas, Emanuel Wahyu Saptomo lalu mengambil gambar 
fosil itu.

Saptomo menunjukkan hasil jepretan kamera kepada anggota tim, Rokhus Due Awe 
yang mempunyai keahlian mengklasifikasi temuan berupa tulang belulang. Betul, 
itu steg (fosil stegodon). Diperkirakan stegodon usia muda, sebab dari struktur 
gerahamnya nampak belum aus, ujar Rokhus Due Awe, ketika mengecek fosil 
tersebut.

Menurut Awe, temuan fosil stegodon ini merupakan yang ke-48 di Liang Bua dalam 
kurun waktu 2001-2004. Penelitian tahun 2001 kerja sama antara Puslit Arkenas 
yang dipimpin RP Soejono dengan University of New England dengan tim dari 
Australia yang dipimpin Mike Morwood.

Dari penelitian kurun waktu itu ditemukan 47 individu stegodon, bahkan juga 
temuan yang menghebohkan dunia berupa fosil manusia hobbit yang diklaim sebagai 
temuan spesies manusia purba. Temuan fosil manusia cebol itu kemudiaan dinamai 
Homo floresiensis. Fosil tersebut diperkirakan dalam lapisan Pleistocen, dan 
diperkirakan hidup lebih 11.000 tahun yang lalu, tutur Saptomo.

Sebelumnya, Rabu (20/6/2007) kepada Pos Kupang Penanggungjawab tim peneliti, 
Emanual Wahyu Saptomo mengatakan penelitian yang dilakukan sejak 7 Juni 2007 
sampai 31 Juli 2007 bertujuan untuk mengetahui secara keseluruhan karakteristik 
situs Liang Bua sebagai hunian yang berkelanjutan mulai dari fase awal hingga 
penghunian akhir. Selain itu, penelitian dimaksudkan untuk mengetahui potensi 
sumber daya lingkungan di sekitar Liang Bua yang diduga sebagai daya dukung 
kehidupan manusia di situs Liang Bua di masa lalu.

Tim Puslit Arkenas terdiri dari delapan orang, yang juga melibatkan empat ahli 
dari luar negeri, yakni Michael John Morwood dan Kira Westaway dari University 
of Wollongong Australia, Carol Lentfer dari University of Queensland Australia, 
dan Mark Moore dari University of New England Australia. (lyn


[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Arab Saudi Akan Pekerjakan Perempuan Negeri Itu Sebagai Pembantu

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://beritasore.com/2007/06/25/arab-saudi-akan-pekerjakan-perempuan-negeri-itu-sebagai-pembantu/

Arab Saudi Akan Pekerjakan Perempuan Negeri Itu Sebagai Pembantu 


Juni 25th, 2007 in International | 

Riyadh ( Berita ) : Arab Saudi berencana mempekerjakan perempuan negeri itu 
sebagai pengurus rumah tangga setelah beberapa negara Asia menaikkan ketentuan 
upah minimum bagi pembantu yang dipekerjakan di negara Teluk tersebut, demikian 
laporan harian Arab Saudi, Minggu (24/06).

Arab Saudi, yang kaya dan pengeksport terbesar minyak dunia, mempekerjakan satu 
juta pembantu rumah tangga dari negara Asia dan Afrika dan pembantu bahkan 
telah menjadi norma bagi keluarga berpenghadilan rendah.

Namun seringnya laporan mengenai aksi kekerasan telah membuat sebagian negara 
Asia memberlakukan pengawasan yang lebih ketat atas perempuan yang dipekerjakan 
di rumah oleh lembaga penerima tenaga kerja untuk bekerja di negara gurun 
tersebut.

Surat kabar Al-Hayat dengan mengutip keterangan pejabat setempat melaporkan 
kementerian urusan sosial dan tenaga kerja sedang berusaha menemukan pengurus 
rumah tangga Arab Saudi -ungkapan untuk menghindari istilah yang lazim dalam 
bahasa Arab khadimah, atau pelayan-untuk membantu keluarga Arab Saudi yang 
memerlukan pembantu rumah tangga.

Mempekerjakan perempuannya sendiri untuk melakukan pekerjaan rumah tangga akan 
membawa perubahan besar bagi Arab Saudi, yang konservatif, tempat kebiasaan dan 
hukum agama yang ketat membatasi kebebasan perempuan untuk bekerja dan bahkan 
melarang mereka mengemudikan mobil.

Para pejabat Mesir telah membantah laporan bahwa Arab Saudi ingin mempekerjakan 
ribuan perempuan Mesir untuk bekerja sebagai pembantu.

Harian Al-Hayat melaporkan pemerintah di Riyadh sedang berusaha membujuk 
Indonesia agar memperlunak kenaikan gaji untuk mempekerjakan seorang perempuan 
Indonesia sebesar 500 riyal (133 dolar AS) menjadi 4.500 riyal.

Tindakan Indonesia disambut dengan kemarahan oleh media Arab Saudi, yagn 
menyatakan itu adalah tindakan sepihak. (ant/rtr)


[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS Behind the Scenes: Chilled by words of hatred

2007-06-25 Terurut Topik Sunny
http://beta.cnn.com/2007/WORLD/asiapcf/06/25/btsc.rivers/index.html

Behind the Scenes: Chilled by words of hatred
  a.. Story Highlights 
  b.. Accused Indonesian terror leader gives interview to CNN 

  c.. Tells correspondent he could be target just because he is British 

  d.. Suspect smiles often even while discussing mass killings 


  b..  VIDEO 

By Dan Rivers
CNN 
Editor's note: In our Behind the Scenes series, CNN correspondents share their 
experiences in covering news and analyze the stories behind the events.

YOGYAKARTA, Indonesia (CNN) -- I thought it was a joke when I first got the 
e-mail. CNN's Jakarta producer contacted me to say that the recently captured 
Indonesian terrorist suspect, Abu Dujana, was willing to do an interview. I 
felt like saying Yes, well let's see if Osama's available too, and we can see 
if we can get them on Larry King as a double act.

 
CNN's Dan Rivers was taken to meet Abu Dujana in secret. 

 
1 of 2
 
 
But she insisted the police had sanctioned a face-to-face meeting with Jemaah 
Islamiyah's military commander, at a secret location somewhere in Java. We 
scrambled to the airport and less than 24 hours later I found myself nervously 
pacing up and down an empty, echoing corridor of a police building, waiting for 
a convoy carrying the most dangerous terrorist in Southeast Asia.

He appeared in silhouette initially. He was dressed in white and flanked by 
armed plainclothes police officers. As he approached I could see a slightly 
built, wiry man, who looked younger than the 37 years old police said he was.

He smiled as the officers took off his handcuffs. I was alarmed at the 
apparently lax security. The door was a few feet away and there was no one 
guarding it. I thought for a moment that he might make a run for it.

But he didn't. He seemed resigned now to his fate. He is facing the death 
penalty if convicted on terrorism charges.

The police think Abu Dujana was involved in some way with just about every 
major terrorist attack in Indonesia in the last five years, rising through the 
ranks of Jemaah Islamiyah to become the pre-eminent military commander.


Face to face

Dan Rivers talks to an accused terror chief on AC 360°. 
10 p.m. ET. 

see full schedule » 

He is a veteran of Afghan terrorist training camps and even boasts he once met 
Osama Bin Laden.

Our interview was conducted in a conference room. As the camera crew made final 
adjustments to the shot, I tried to make small talk with the alleged mass 
murderer sitting in front of me.

It was difficult. What do you chat about with someone who has dedicated their 
life to an organization that believes in indiscriminate mass murder? The 
weather? The price of rice? The latest football results?

In the end, I explained that he could talk in Indonesian, but my questions 
would be in English, that he should look at me, not the translator and that he 
should try to stay still in his chair.

Careful, yet nihilistic

He seemed affable, but had piercing brown eyes. He exuded a calm disdain for 
me. A gentle, inner mocking resonated from his face, which frequently cracked 
into a broad smile. He spoke softly and with obvious intelligence.

Don't miss
  a.. Suspect warns of more attacks 
He was careful not to implicate himself directly in any attacks, claiming they 
were carried out by a splinter cell, which had become alienated from Jemaah 
Islamiyah.

But on broader philosophical questions, he was unremittingly nihilistic. He 
believes in the utter supremacy of Sharia law, and that hard-line Islamic rules 
should be imposed on everyone, regardless of the faith.

Abu Dujana sees Americans as legitimate targets, because of the United States 
intervention in Iraq and backing of Israel. He laughed as he said I, too, was a 
legitimate target simply for being British. He seemed unconcerned about his own 
life or those of his wife and children, saying God would make the only judgment 
that mattered.


After 40 minutes, I was getting increasingly irritated by his fascistic 
nonsense and he too was also growing weary with reciting dogmatic answers. He 
said he had to pray, and the interview ended.

He was led away to a small office to face Mecca. I waited in the corridor 
outside. When his conversation with God over, he was handcuffed and gently 
escorted to a waiting car, leaving me chilled by his words of hatred -- words 
that were often said with a smile.


All About Indonesia . Terrorism 


[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS 15. Tawaran Mentas di New York

2007-06-25 Terurut Topik Retno Kintoko
=
  Seri : Membangun Keluarga Indonesia  
  =
  [EQ]
   
   
   
  CHRISYE : SEBUAH MEMOAR MUSIKAL
  [Naga Legendaris INDONESIA]
  Oleh : Alberthiene Endah
   
   
  Bermimpilah,
  sebab harapan akan memberi hidup
   
  Berkaryalah,
  sebab seni akan memberi makna
   
  [Naga belajar . . . sampai menutup mata]
   
   
   
  15. Tawaran Mentas di New York
   
  Tawaran mentas di New York adalah titik penting dalam sejarah karier saya. 
Sebab di situ saya melakukan satu keputusan paling besar dalam hidup. Yakni 
mempercayai musik sebagai tujuan hidup saya.
   
  Mempercayai sesuatu yang dianggap “tak meyakinkan” bagi kebanyakan orang, 
rasanya seperti becermin di air keruh. Saya tidak melihat bayangan yang jernih. 
Bagusnya sulit terlihat, buruknya pun luput dari pandangan.
   
  Tawaran yang datang dari Pontjo seperti nyanyian merdu yang asyik di telinga. 
Tapi, di sisi lain, dengung kalimat Papi yang melecut saya untuk kuliah juga 
seperti genderang yang - walau tak enak di telinga - tapi nyaringnya selalu 
terdengar.
   
  Saya dihadapkan pada dua pilihan yang teramat sulit. Gairah menyambut pintu 
gerbang yang makin terbuka lebar pada musik, dan janji masa depan yang 
ditawarkan bangku kuliah. Keputusan yang saya ambil? Saya nekat. Musik menjadi 
pilihan saya yang mantap. 
   
  Pikiran saya sederhana saja. Hidup ini, susah maupun senang, bergantung pada 
keputusan Tuhan dan sikap kita. Apa pun harapan setiap orang, dua hal tadi akan 
menentukan basil akhirnya. Apakah kita punya tekad dan perjuangan konkret? 
Setelah itu, apakah Tuhan mengizinkan?
   
  Inilah titik yang luar biasa penting dalam sejarah karier saya. Ketika 
keyakinan saya susah payah dibentuk oleh emosi, perasaan gelisah, gambling akan 
sesuatu yang tak pasti, sekaligus mimpi…
   
   
  [bersambung]
   
   



  SONETA INDONESIA www.soneta.org

  Retno Kintoko Hp. 0818-942644
  Aminta Plaza Lt. 10
  Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
  Ph. 62 21-7511402-3 
   


   
-
Boardwalk for $500? In 2007? Ha! 
Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games.

[Non-text portions of this message have been removed]



CiKEAS SAD Menolak Keberadaan Kebun Sawit

2007-06-25 Terurut Topik Serikat Tani Nasional
http://www.kompas.co.id/

Sumatera Bagian Selatan
Selasa, 26 Juni 2007

SAD Menolak Keberadaan Kebun Sawit

Jambi, Kompas - Masyarakat Suku Anak Dalam atau SAD di Desa
Markanding, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, menentang
pembukaan lahan perkebunan sawit di atas tanah adat mereka. Pasalnya,
pihak perusahaan tidak menepati janji untuk membangun infrastruktur
jalan di daerah itu.

Unjuk rasa masyarakat yang berjumlah sekitar 50 orang tersebut
berlangsung sejak pukul 08.00 di Kantor Badan Pertanahan Negara
Provinsi Jambi, Senin (25/6). Dialog kemudian digelar Bagian
Penyelesaian Sengketa Agraria BPN Jambi Khaerul hingga berakhir
sekitar pukul 15.00.

Untuk informasi lebih lanjut
http://serikat-tani-nasional.blogspot.com/2007/06/jambi-sad-menolak-keberadaan-kebun.html

Salam,
/donny pradana wr

--
---
Komite Pimpinan Pusat - Serikat Tani Nasional
[Sementara] Jl. Bogin A 2 Perumahan Budi Agung Bogor 16133
Mobile +62 856 807 5066
Email : [EMAIL PROTECTED]
Blog : http://serikat-tani-nasional.blogspot.com/
---