[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Terima kasih masukannya ko Beng! Maaf saya baru balas hari ini, karena memang baru kutak-katik komputer hari ini. apa yang koh Beng ungkapan itu benar adanya. Semua itu merupakan fakta-fakta sejarah. Tapi ada lagi satu fakta sejarah yang tak boleh kita abaikan, yakni : CINA ATAU CHINA ADALAH SEBUTAN YANG DIKENAKAN OLEH ORANG/BANGSA LAIN KEPADA BANGSA TIONGHOA TANPA MEREKA SENDIRI TAHU SEBELUMNYA. MEREKA SENDIRI MENAMAKAN DIRI SEBAGAI BANGSA HUA, MULAI DARI HUAXIA SAMPAI TERAKHIR ZHONGHUA (TIONGHOA), WALAU NAMA DINASTI BERGANTI-GANTI DARI XIA (HE), TANG DAN SETERUSNYA SAMPAI MING, QING DAN BARU TERAKHIR MENGGUNAKAN NAMA BANGSA SENDIRI (ZHONGHUA/TINGHOA) SEBAGAI NAMA NEGARA KETIKA BERDIRINYA REPUBLIK ZHONGHUA MINGUO. Sebetulnya masih banyak yang ingin saya diskusikan mengenai kata Cina dan China ini, tapi untuk sementara itu saja dulu. Lain kali kita lanjut dengan data-data yang lebih lengkap. Terima kasih. Salam Erik -- --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, beng mazmuri wrote: > > Salam. > > Saudara Erik..saya`ada menemukan dan membaca`artikel yg cukup menarik, di > majalah "Sin Po". edisi 871., tertanggal 9 desember 1939. Akan saya kutib > sesuai apa adanya dengan ejaan bahasa yang dipakai pada waktu itu.. > > Tjap "Tjina". > Perkatahan "Tjina" sendiri sabenernja tida menggenggem maksoed menghina > atawa koerang baek. Tetapi lantaran didalem tempo blakangan di Indonesia > ,orang sering hoeboengkan itoe perkatahan pada perboetan-perboetan koerang > baek, atawa digoenaken oentoek menjindir dan mengolok olok, maka ditelinga > orang Tionghoa djadi tida sedep kedengerannja. > Sadjek di permoelahan ini abad kita- orang goenakan sebutan Tionghoa boeat > kita poenya kabangsahan. Boekan sadja ini ada lebih lemas, hanja poen > seboetan ini memang ada lebih bener. Sadjek ahala Tjioe ,kira kira 3000 taon > doeloe, bangsa kita soeda goenakan seboetan Tionghoa. > Pada ampat taon jang laloe ,Mr Chiang Yu Pin menoelis didalem madjalah Hsin > Tsing Nien jang terbit di Shanghai, dimana antara laen laen ia bilang ,itoe > seboetan Tjina jang orang asing goenakan terhadep kita adalah berhoeboeng > dengen "KEANGKERANnja Tiongkok di djeman dynastie Tjien ( 2000 taon sabelon > ada itoengan Mesehi ) . Tiap orang Tionghoa doeloe poen merasa BANGGA boeat > seboet dirinja satoe Tjina. > Orang orang Tionghoa banjak djoega jang mengoembara ke loear negri. Marika > biasa njataken kadatengannja dari negri Tjien dan ia orang ada rahajat Tjien > atawa Tjina. > > Ternjata ini seboetan dari djeman riboean taon doeloe tatkala negri kita > sedeng djaja, teroes`idoep sampe sekarang. Malah di Java perkatahan itoe > saolah olah meroepaken satoe tjap jang terdapet dimana mana. Didalem sedjarah > ,di kota kota , nama nama barang , dedaonan ,logam dan laen laen poela orang > senantiasa katemoeken perkatahan .Tjina. Soeda sadjek doeloe kala > kampoeng kampoeng Tionghoa ada terkenal dengen seboetan kampoeng Tjina atawa > Patjinan. Tetapi dengen sasoenggoenja perkatahan "Tjina" itoe ada "berakar" > lebih dalem dan mempoenjai hoeboengan lebih rapet, jang tida terdapet pada > bangsa laennja. Marilah setjara sapintas laloe kita bikin penjelidikan. > > Untuk kalimat2 selanjutnya akan saya singkat dan saya pergunakan ejaan yang > berlaku sekarang ( biar ngak pusing lagi dech..) > Dalam buku sejarah Tanah Jawa ", atau " Babad Pajajaran "akan kita temukan > kata " Putri Tjina " , juga ada tari yang dinamakan " Serimpi Putri Tjina > ".Di Cirebon ada kuburan " Putri Tjina ( Gunung Jati ). Di Parakan ada > kampung yang disebut " Pondok Tjino " ( Pondok Tjina ). Di Depok juga ada > tempat yang disebut sebagai Pondok Tjina. Di Meester Cornelis ( Jatinegara ) > ada tempat yang dikasih nama Bidara Tjina. dan menurut legenda , berasal dari > kata Berdarah Tjina "Dimana pada waktu itu orang2 Belanda membunuh ribuan > orang2 Tionghoa sehingga warna sungai menjadi merah, dan akhirnya kali itu > dinamakan " Ang-kee = kali merah . Banyak yang melarikan diri dan darah > berceceran dimana mana. maka tempat itu dinamakan "Berdara Tjina, dan lambat > laun menjadi Bidara Tjina. Di Semarang, ada satu jalan yang dipanggil Kebon > Tjina, Dulu jalan itu milik Mayor TanHong Yan, dan orang kampung dulu > menyebutnya " Kebon Majoor Tjina ", dan lama kelamaan disingkat > menjadi " Kebun Tjina ". > Dalam hal nama daun atau tanaman , kita ada kenal nama "Daun Patikan Tjina > ", ada juga daun " Pacar Tjina ", ada lagi " Daun Ketepeng Tjina. Petai > Tjina, Kacang Tjina. Di Betawi , adat istiadat nya , sampai sekarang, ada > Kueh Tjina dan Pacar Tjina. Dan Kueh Tjina itu sangat berperan cukup penting > dalam hal adat istiadat pernikahan, ( untuk barang antaran , melamar ). Untuk > urusan perabot rumah tangga, ada tempat tidur yang dinamakan "Ranjang Tjina > "., ranjang yang penuh ukiran2 halus
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
ida sedikit dari tenaga Tionghoa. Seperti nama nama djalanan di Batavia : Toa -sai -bio, Pat - te -koan, Kongsi Besar, Tjap-go-keng, Dji -lak -keng dan laen laen lagi. Semarang ada Tjap -kau -king, Lengkong See-ong ( dari perkataan Tan Sing Ong ), Kali Ko -ping ( dari perkatahan Khouw Ping,namanja satoe soedagar Tionghoa jang besar pada 120 taon jang laloe )..dan masi ada lagi jang laen laen . Di mana mana ada tjap , "Tjina"........ salam hangat, beng mazmuri From: Erik Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Friday, October 16, 2009, 3:50 PM Pendapat Bung Paulus ini pernah menjadi polemik antara blok Asimilasi vs blok Integrasi tempo doeloe. Apa yang dihayati bung Paulus itu persis sama dengan pandangan para penganut paham asimilasi, yakni etnisitas seorang anak manusia ditentukan semata-mata oleh tempat kelahiran (dan daerah menetap) belaka, tanpa harus memperdulikan latar belakang biologis, kultural serta asal-usul nenek moyang. Berhadap-hadapan dengan paham asimilasi adalah paham integrasi (yang diusung oleh Siaow Giok Tjan Cs), paham ini beranggapan selain tanah kelahiran, etnisitas seseorang masih ditentukan lagi oleh faktor lain, yakni latar belakang biologis, kultural, self-identification serta acceptability dari kelompok masyarakat seseorang mengidentifikasikan dirinya. Khusus untuk etnis Tionghoa yang merupakan bagian integral dari keseluruhan bangsa Indonesia, paham integrasi sangat menghargai hak mereka atas warisan budaya dan adat-istiadat, serta self identifikasi diri mereka sebagai etnis Tionghoa di Indonesia. Sama halnya dengan etnis atau suku-suku Jawa, Sunda dll yang lahir dan dibesarkan di Jakarta, mereka adalah orang Jakarta, namun sekaligus tetap berhak atas warisan budaya Jawa, Sunda dll, dan berhak pula mengidentifikasikan diri sebagai orang Jawa, Sunda dll. Demikian dari saya. Mudah-mudahan bisa diterima dan dimengerti. Terima kasih. Salam, Erik - - - - - - --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Paulus Tanuri wrote: Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia. Mengapa begitu? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. Itu saja. Lanjutkan.. > > > Regards, > Paulus T.
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Pendapat Bung Paulus ini pernah menjadi polemik antara blok Asimilasi vs blok Integrasi tempo doeloe. Apa yang dihayati bung Paulus itu persis sama dengan pandangan para penganut paham asimilasi, yakni etnisitas seorang anak manusia ditentukan semata-mata oleh tempat kelahiran (dan daerah menetap) belaka, tanpa harus memperdulikan latar belakang biologis, kultural serta asal-usul nenek moyang. Berhadap-hadapan dengan paham asimilasi adalah paham integrasi (yang diusung oleh Siaow Giok Tjan Cs), paham ini beranggapan selain tanah kelahiran, etnisitas seseorang masih ditentukan lagi oleh faktor lain, yakni latar belakang biologis, kultural, self-identification serta acceptability dari kelompok masyarakat seseorang mengidentifikasikan dirinya. Khusus untuk etnis Tionghoa yang merupakan bagian integral dari keseluruhan bangsa Indonesia, paham integrasi sangat menghargai hak mereka atas warisan budaya dan adat-istiadat, serta self identifikasi diri mereka sebagai etnis Tionghoa di Indonesia. Sama halnya dengan etnis atau suku-suku Jawa, Sunda dll yang lahir dan dibesarkan di Jakarta, mereka adalah orang Jakarta, namun sekaligus tetap berhak atas warisan budaya Jawa, Sunda dll, dan berhak pula mengidentifikasikan diri sebagai orang Jawa, Sunda dll. Demikian dari saya. Mudah-mudahan bisa diterima dan dimengerti. Terima kasih. Salam, Erik --- --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Paulus Tanuri wrote: Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia. Mengapa begitu? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. Itu saja. Lanjutkan.. > > > Regards, > Paulus T.
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Owe rasa memang betul begitu adanya. Kalau kita baca Star Weekly akhir 1950-an hingga awal 1960-an, konsepsi inilah yang selalu didengung-dengungkan mereka yang mendukung konsep Asimilasi. Konsepsi inilah juga yang dipaksakan orde babe kepada orang Tionghoa, atas prakarsa orang Tionghoa sendiri! Kita saksikan betapa banyak Korban Orde Baru (KOB) yang berjatuhan, selama kurun waktu 1965-2000, atas kebijakan Asimilasi Paksa ini, dengan segala tektek-bengek yang menyertainya. Ada Penutupan Sekolah dan Surat Kabar Tionghoa, Ganti Nama, ada Pelarangan Budaya Tionghoa, termasuk Aksara Tionghoa, ada Penggantian Paksa Istilah Tiongkok/Tionghoa Menjadi Cina, dll. Akibatnya, paling tidak satu generasi adalah generasi yang hilang (lost generation), termasuk kita-kita ini, dan mungkin juga satu generasi di atas kita, yang ketika itu tengah asyik-asyiknya menikmati masa muda mereka. Masa muda yang akhirnya terenggut paksa oleh segala kebijakan rezim orde babe. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: > > Bung Nasir! Ini apa anjuran ganti nama ala orde baru jilid kedua ? > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: Nasir Tan > Date: Thu, 15 Oct 2009 09:08:20 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Mau nimbrung ahh > Kadang betul, tetapi misalnya bro ketemu Tiongha Kalimantan/Medan  yang > cantik apa gak sayang kalo lu gak lamar palagi calon mertua sudah > merestui.hehehe, jadi soal jauh kan relatif bro..hehehe, kalau itu mah > tergantung jodoh. > Memang betul secara hukum tertulis bahwa Tionghoa tidak memiliki domain ( > tempat tinggal asa di Indonesia ), seperti Sunda misalnya domainnya Jawa > Barat dan Banten, tetapi secara antropologis ( ini yang jarang diungkapkan) > etnis Tionghoa pada dasarnya udah pernah menempati daerah tertentu di > Indonesai seperti Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. > Disana banyak ditemukan bukti peninggalan Tionghoa jaman purba, ukiran dan > alat pertanian dsbnya, jadi itu bisa menjadi salah satu petunjuk bahwa etnis > Tionghoa domainnya di daerah tersebut. Kalau mau klaimn wilayah yah > sebenarnya bisa mengklain di daerha yang memiliki basis budaya kuno tersebut, > bukan di BSD ato di jl.Sudirman karena disana banyak Orang Cung... > Teman2 disini mungkin dah pernah membaca suatu buku berjudul : Budaya > Indocina di Persimpangan " Isi buku tersebut menunjukkan secara nyata domain > etnis Tionghoa di Indonesia. Atau jangan-jangan belum pernah ada yang > membacanya..??? > Buku itu juga menjelaskan mengenai peralatan pertanian yang digunakan di > daerah2 tersebut dan katanya merupakan adopsi dari Tiongkok Kuno ( China ). > Tetapi kalau kita mau menyebutkan asal/domain kita secara instan yah memang > bingung, apalagi generasi sekrang ( yah kayak kita ini kadang kalo udah gak > bisa bahasa Tionghoa, dianggapnya itu bukan Tionghoa, sehingga jalinan dengan > pertalian etnis kita misalnya dengan Dayak dan lain-lain yang memiliki > persamaan budaya kita putuskan akhirnya kita seperti ini. >  > Kita kemudian mengambil jalan pintas, mengadopsi adat etnis Jawa misalnya > menggunakan nama Jawa yang pada gilirannya tanpa penghayatan sehingga kita > tetap aja bukan Jawa hingga saat ini. Sekali-sekali kita menggunakan gelar > Dayak atau gelar lain, kenapa sih..???. Di kita pake nama Jawa kebanyakan ( > gak tau alasan ap ) padahal kelahiran Pangkal Pinang, Bagan Siapi-Api, > Bukittinggi. Lain halnya kalo emang lahir di Semarang yah pakela nama sana > supaya ketahuan kalo kita Tionghoa Semarang...:-) sekaligus > untuk menunjukkan ada domainnya ( asal tempat di Indonesia ). > Mungkin dalam hal nama harus melihat contoh Tionghoa Manado ( mana ada pake > Sutanto, Kuswono, Tono dll ) dia pake nama khas di Manado sanalah.Di Tanah > Toraja ( Sulawesi juga sama ) orang2 Tionghoa pake nama khas daerah itu, jadi > dia jadi Toraja. Gak ada Tionghoa Toraja pake nama Budi, Agung,Hermanto, > Bambang ato apalah..???. >  > Jadi domainnya mulai bisa jelas. Ini mungkin hal sepele dan jarang orang2 > disini yang mikir sampe kesana, soalnya wa udah tes nanya2 di Jakarta/Jawa. > Pada umumnya dah gak ada Tionghoa yang percaya karena dianggap omong kosong > dan seperti biasa kalo Orang Tiionghoa kurang setuju melambaikan > tanganhehehe. > Umumnya Tionghoa mungkin berpikir kalo pake nama "Jawa" akan lebih mudah > karena mengikuti namanya mayoritas. Justru ini yang berbahaya...!!. > Mereka akan ciriin dan paling suka kerjain. Sehingga sering terjadi "Joko" > dikerjain ama "Tono", because Joko and Tono berbeda. Coba lihat nama Tionghoa > Manado : Joseph Lumenta, Rober
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Bung Nasir! Ini apa anjuran ganti nama ala orde baru jilid kedua ? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Nasir Tan Date: Thu, 15 Oct 2009 09:08:20 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Mau nimbrung ahh Kadang betul, tetapi misalnya bro ketemu Tiongha Kalimantan/Medan yang cantik apa gak sayang kalo lu gak lamar palagi calon mertua sudah merestui.hehehe, jadi soal jauh kan relatif bro..hehehe, kalau itu mah tergantung jodoh. Memang betul secara hukum tertulis bahwa Tionghoa tidak memiliki domain ( tempat tinggal asa di Indonesia ), seperti Sunda misalnya domainnya Jawa Barat dan Banten, tetapi secara antropologis ( ini yang jarang diungkapkan) etnis Tionghoa pada dasarnya udah pernah menempati daerah tertentu di Indonesai seperti Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Disana banyak ditemukan bukti peninggalan Tionghoa jaman purba, ukiran dan alat pertanian dsbnya, jadi itu bisa menjadi salah satu petunjuk bahwa etnis Tionghoa domainnya di daerah tersebut. Kalau mau klaimn wilayah yah sebenarnya bisa mengklain di daerha yang memiliki basis budaya kuno tersebut, bukan di BSD ato di jl.Sudirman karena disana banyak Orang Cung... Teman2 disini mungkin dah pernah membaca suatu buku berjudul : Budaya Indocina di Persimpangan " Isi buku tersebut menunjukkan secara nyata domain etnis Tionghoa di Indonesia. Atau jangan-jangan belum pernah ada yang membacanya..??? Buku itu juga menjelaskan mengenai peralatan pertanian yang digunakan di daerah2 tersebut dan katanya merupakan adopsi dari Tiongkok Kuno ( China ). Tetapi kalau kita mau menyebutkan asal/domain kita secara instan yah memang bingung, apalagi generasi sekrang ( yah kayak kita ini kadang kalo udah gak bisa bahasa Tionghoa, dianggapnya itu bukan Tionghoa, sehingga jalinan dengan pertalian etnis kita misalnya dengan Dayak dan lain-lain yang memiliki persamaan budaya kita putuskan akhirnya kita seperti ini. Kita kemudian mengambil jalan pintas, mengadopsi adat etnis Jawa misalnya menggunakan nama Jawa yang pada gilirannya tanpa penghayatan sehingga kita tetap aja bukan Jawa hingga saat ini. Sekali-sekali kita menggunakan gelar Dayak atau gelar lain, kenapa sih..???. Di kita pake nama Jawa kebanyakan ( gak tau alasan ap ) padahal kelahiran Pangkal Pinang, Bagan Siapi-Api, Bukittinggi. Lain halnya kalo emang lahir di Semarang yah pakela nama sana supaya ketahuan kalo kita Tionghoa Semarang...:-) sekaligus untuk menunjukkan ada domainnya ( asal tempat di Indonesia ). Mungkin dalam hal nama harus melihat contoh Tionghoa Manado ( mana ada pake Sutanto, Kuswono, Tono dll ) dia pake nama khas di Manado sanalah.Di Tanah Toraja ( Sulawesi juga sama ) orang2 Tionghoa pake nama khas daerah itu, jadi dia jadi Toraja. Gak ada Tionghoa Toraja pake nama Budi, Agung,Hermanto, Bambang ato apalah..???. Jadi domainnya mulai bisa jelas. Ini mungkin hal sepele dan jarang orang2 disini yang mikir sampe kesana, soalnya wa udah tes nanya2 di Jakarta/Jawa. Pada umumnya dah gak ada Tionghoa yang percaya karena dianggap omong kosong dan seperti biasa kalo Orang Tiionghoa kurang setuju melambaikan tanganhehehe. Umumnya Tionghoa mungkin berpikir kalo pake nama "Jawa" akan lebih mudah karena mengikuti namanya mayoritas. Justru ini yang berbahaya...!!. Mereka akan ciriin dan paling suka kerjain. Sehingga sering terjadi "Joko" dikerjain ama "Tono", because Joko and Tono berbeda. Coba lihat nama Tionghoa Manado : Joseph Lumenta, Robert Tumewu kan dah gak dikerjain. Sekedar usul aja kalo kita lahir di Pontianak atau dimana saja marilah kita coba menggunakan nama yang diadaptasi dari daerah tersebut. Yah kalau lahir di Bandung misalnya bole ambil nama Erick Kartadinata ( yang Chirstiani/Protestan/Katolik ), Gautama Sanjaya ( yang buddhist), Muhammad Yusuf Antonio ( yang Muslim..ini ada contohnya) Nasir Tan dstnya. Tulisan ini sekaligus auto kritik buat diri saya karena bisa saja mama/papa salah kaprah menggunakan nama untuk anaknya..!! Saya mau mengajak kalo bisa, seharusnya kita-kita dapat mempelajari antropogi terapan untuk nama anak-anak kita dimasa akan datang, mungkin ini juga berlaku untuk keturunan India, Arab, Pakistan, Belanda, Spanyol dan lain-lain dalam menyesuaikan diri dengan NKRI. salam, Nasir Tan --- On Sat, 10/10/09, jackson_ya...@yahoo.com wrote: From: jackson_ya...@yahoo.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Saturday, October 10, 2009, 10:37 PM Yah kalau isinya formulir biro jodoh. *pasangan etnis apa yang anda kehendaki ::: *saya menghendaki etnis tionghoa yang bukan cina medan/cina kalimantan (karena kejauhan ngelamarnya) . < - --- nah kalau kasusnya kaya begini bagaimana??? ?? Masi
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Mau nimbrung ahh Kadang betul, tetapi misalnya bro ketemu Tiongha Kalimantan/Medan yang cantik apa gak sayang kalo lu gak lamar palagi calon mertua sudah merestui.hehehe, jadi soal jauh kan relatif bro..hehehe, kalau itu mah tergantung jodoh. Memang betul secara hukum tertulis bahwa Tionghoa tidak memiliki domain ( tempat tinggal asa di Indonesia ), seperti Sunda misalnya domainnya Jawa Barat dan Banten, tetapi secara antropologis ( ini yang jarang diungkapkan) etnis Tionghoa pada dasarnya udah pernah menempati daerah tertentu di Indonesai seperti Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Disana banyak ditemukan bukti peninggalan Tionghoa jaman purba, ukiran dan alat pertanian dsbnya, jadi itu bisa menjadi salah satu petunjuk bahwa etnis Tionghoa domainnya di daerah tersebut. Kalau mau klaimn wilayah yah sebenarnya bisa mengklain di daerha yang memiliki basis budaya kuno tersebut, bukan di BSD ato di jl.Sudirman karena disana banyak Orang Cung... Teman2 disini mungkin dah pernah membaca suatu buku berjudul : Budaya Indocina di Persimpangan " Isi buku tersebut menunjukkan secara nyata domain etnis Tionghoa di Indonesia. Atau jangan-jangan belum pernah ada yang membacanya..??? Buku itu juga menjelaskan mengenai peralatan pertanian yang digunakan di daerah2 tersebut dan katanya merupakan adopsi dari Tiongkok Kuno ( China ). Tetapi kalau kita mau menyebutkan asal/domain kita secara instan yah memang bingung, apalagi generasi sekrang ( yah kayak kita ini kadang kalo udah gak bisa bahasa Tionghoa, dianggapnya itu bukan Tionghoa, sehingga jalinan dengan pertalian etnis kita misalnya dengan Dayak dan lain-lain yang memiliki persamaan budaya kita putuskan akhirnya kita seperti ini. Kita kemudian mengambil jalan pintas, mengadopsi adat etnis Jawa misalnya menggunakan nama Jawa yang pada gilirannya tanpa penghayatan sehingga kita tetap aja bukan Jawa hingga saat ini. Sekali-sekali kita menggunakan gelar Dayak atau gelar lain, kenapa sih..???. Di kita pake nama Jawa kebanyakan ( gak tau alasan ap ) padahal kelahiran Pangkal Pinang, Bagan Siapi-Api, Bukittinggi. Lain halnya kalo emang lahir di Semarang yah pakela nama sana supaya ketahuan kalo kita Tionghoa Semarang...:-) sekaligus untuk menunjukkan ada domainnya ( asal tempat di Indonesia ). Mungkin dalam hal nama harus melihat contoh Tionghoa Manado ( mana ada pake Sutanto, Kuswono, Tono dll ) dia pake nama khas di Manado sanalah.Di Tanah Toraja ( Sulawesi juga sama ) orang2 Tionghoa pake nama khas daerah itu, jadi dia jadi Toraja. Gak ada Tionghoa Toraja pake nama Budi, Agung,Hermanto, Bambang ato apalah..???. Jadi domainnya mulai bisa jelas. Ini mungkin hal sepele dan jarang orang2 disini yang mikir sampe kesana, soalnya wa udah tes nanya2 di Jakarta/Jawa. Pada umumnya dah gak ada Tionghoa yang percaya karena dianggap omong kosong dan seperti biasa kalo Orang Tiionghoa kurang setuju melambaikan tanganhehehe. Umumnya Tionghoa mungkin berpikir kalo pake nama "Jawa" akan lebih mudah karena mengikuti namanya mayoritas. Justru ini yang berbahaya...!!. Mereka akan ciriin dan paling suka kerjain. Sehingga sering terjadi "Joko" dikerjain ama "Tono", because Joko and Tono berbeda. Coba lihat nama Tionghoa Manado : Joseph Lumenta, Robert Tumewu kan dah gak dikerjain. Sekedar usul aja kalo kita lahir di Pontianak atau dimana saja marilah kita coba menggunakan nama yang diadaptasi dari daerah tersebut. Yah kalau lahir di Bandung misalnya bole ambil nama Erick Kartadinata ( yang Chirstiani/Protestan/Katolik ), Gautama Sanjaya ( yang buddhist), Muhammad Yusuf Antonio ( yang Muslim..ini ada contohnya) Nasir Tan dstnya. Tulisan ini sekaligus auto kritik buat diri saya karena bisa saja mama/papa salah kaprah menggunakan nama untuk anaknya..!! Saya mau mengajak kalo bisa, seharusnya kita-kita dapat mempelajari antropogi terapan untuk nama anak-anak kita dimasa akan datang, mungkin ini juga berlaku untuk keturunan India, Arab, Pakistan, Belanda, Spanyol dan lain-lain dalam menyesuaikan diri dengan NKRI. salam, Nasir Tan --- On Sat, 10/10/09, jackson_ya...@yahoo.com wrote: From: jackson_ya...@yahoo.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Saturday, October 10, 2009, 10:37 PM Yah kalau isinya formulir biro jodoh. *pasangan etnis apa yang anda kehendaki ::: *saya menghendaki etnis tionghoa yang bukan cina medan/cina kalimantan (karena kejauhan ngelamarnya) . < - --- nah kalau kasusnya kaya begini bagaimana??? ?? Masi banyak kasus seperti ini yang sangat penting di cantumkan etnis secara detail. Bukan rasis tapi memang harus. Mau contoh kasus lagi??? Masih banyak nih. Jadi orang jangan berpandangan sempit, tulis etnis secara detail bilangnya rasis.parah amat sih Sent from my BlackBerry® smartphone from Sin
Re: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?)
Nah...wa jadi makin enak, palagi Bung Akhmad dah ngasih refrensi dan pencerahan, jadi jelas bahwa orang-orang Tionghoa juga udah banyk yang berkiprah di militer. Dulu waktu wa diskusi ama tetangga di Tomang dia gak percaya kalo ada Tenglang yang berdinas di militer, wa dikiranya mengada-ada sambil melambaikan tangan tanda tidak percaya. Lambaian tangan ciri khas tidak percayahehehe. Malah dibilangnya otak wa rusak, bilangnya yang tidak-tidak. Padahal ngkonya itu termasuk orang necis dan kelihatan intelek. Jadi padangan luar kadang emang menipu juga yah..? Pantas sepupu wa di Singapore bilang gini : Tan, don't judge a book from it's cover:)) Btw...wah hebat yah kalo ampe kenal John Lee...cik cik cik. Wa cuma kenal anak buahnya doank dah senang. wassalam, Nasir Tan --- On Wed, 10/14/09, Akhmad Bukhari Saleh wrote: From: Akhmad Bukhari Saleh Subject: Re: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 14, 2009, 10:12 PM Orang tionghoa yang jenderal, laksamana dan marsekal di TNI sudah banyak. Saya sendiri tahu 4-5 orang dari mereka itu, dan 3 orang di antaranya saya kenal pribadi. Di antara yang saya kenal pribadi itu, 2 sudah meninggal, termasuk alm. John Lie, dan keduanya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata. Wasalam. = == - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:50 PM Subject: Re: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?) Oic.brarti wa keliru soal agama dia. Saya salah info, soalnya yang ngasih tau tentang agama dia itu adalah yunior dia di Angkatan Laut ( berpangkat Mayor purn). Dia Tenglang asli juga dan pernah berdinas di TNI-AL. Mmm..dia kelahiran Manado sih yah..jadi Agama Kristen Protestan kayak umumnya Orang2 Manado. Jarang anak-anak Tenglang yang tahu kalo ada Tionghoa yang pernah berjawa hingga menyandang gelar laksamana. Gak usah jauh2, tetangga wa di Tomang aja dulu bole dihitung ama jari yang kenal ama John Lee. Malah mereka bilang gini : mmm...kalo udah masuk polisi/tentara bukan Tionghoa lagi tapi udah "huana"<<< yang ngomong gini Tenglang yang udah umur 40-an...hehehehe, gimana kalo yang 30-an yak? Belum lagi kalo Tenglang yang tidak terpelajar/kurang tau masalah sosial, malah dikira kita menga-ada masa ada Tenglang jadi tentara?? Dijebalasin ampe kita mati aja dia gak percaya. Saya dah pernah ketemu tenglang yang kayak begitu, tapi yah masih untung saya gak jantungan..soalnya dia sama sekali gak percaya kalo ada Tenglang yang jadi tentara. Nah lho.. salam, NT --- On Wed, 10/14/09, pozz...@yahoo. com wrote: From: pozz...@yahoo. com Subject: Re: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?) To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Wednesday, October 14, 2009, 11:15 AM Nah tuh, satu bukti sejarah. John Lee salah satu pelakon (sebagai objek penderita) termasuk di alur skenario si sutradara kerdil :D Btw untuk kasus "cabo" sepertinya masih lebih berat untuk dijernihkan saat ini, meskipun sudah dibantu/dibuatkan filmnya oleh saudara2 kita yg action dengan kreativitasnya :)) Bagaimana pendapat Uly cabo? :) Poz Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss... ! From: "Akhmad Bukhari Saleh" Date: Wed, 14 Oct 2009 21:24:09 +0700 To: Subject: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?) - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:32 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Laksamana (Jenderal TNI - Angkatan Laut ) John Lee > ( Tenglang Asli dan Katolik). - - - - - Alm. Laksamana Muda TNI Purn. Jahja Daniel Dharma (John Lie), kebetulan bukan Katolik, melainkan Protestan. Sejak masih berdinas aktif alm. sangat taat dalam agamanya itu, dan sesudah purnawira dari TNI alm. resmi menjadi pendeta. Tentang etnisnya, Laksda. John Lie lebih sering menyebut dirinya sebagai kawanua (orang Minahasa) daripada tionghoa, apalagi tenglang. Walaupun tentunya tidak menghapus fakta bahwa alm. lahir di suatu keluarga tionghoa, yang malahan menganut agama Buddha, bukan Kristen. Tentang kepahlawanannya, Laksda. Jahja Daniel Dharma, yang meninggal tahun 1998 dalam umur 87 tahun (lahir 1911), tiga tahun sebelumnya (1995) telah dianugerahi bintang kepahlawanan Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Soeharto. Wasalam. = = = - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Wednesday
Re: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?)
Orang tionghoa yang jenderal, laksamana dan marsekal di TNI sudah banyak. Saya sendiri tahu 4-5 orang dari mereka itu, dan 3 orang di antaranya saya kenal pribadi. Di antara yang saya kenal pribadi itu, 2 sudah meninggal, termasuk alm. John Lie, dan keduanya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata. Wasalam. === - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:50 PM Subject: Re: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?) Oic.brarti wa keliru soal agama dia. Saya salah info, soalnya yang ngasih tau tentang agama dia itu adalah yunior dia di Angkatan Laut ( berpangkat Mayor purn). Dia Tenglang asli juga dan pernah berdinas di TNI-AL. Mmm..dia kelahiran Manado sih yah..jadi Agama Kristen Protestan kayak umumnya Orang2 Manado. Jarang anak-anak Tenglang yang tahu kalo ada Tionghoa yang pernah berjawa hingga menyandang gelar laksamana. Gak usah jauh2, tetangga wa di Tomang aja dulu bole dihitung ama jari yang kenal ama John Lee. Malah mereka bilang gini : mmm...kalo udah masuk polisi/tentara bukan Tionghoa lagi tapi udah "huana"<<< yang ngomong gini Tenglang yang udah umur 40-an...hehehehe, gimana kalo yang 30-an yak? Belum lagi kalo Tenglang yang tidak terpelajar/kurang tau masalah sosial, malah dikira kita menga-ada masa ada Tenglang jadi tentara?? Dijebalasin ampe kita mati aja dia gak percaya. Saya dah pernah ketemu tenglang yang kayak begitu, tapi yah masih untung saya gak jantungan..soalnya dia sama sekali gak percaya kalo ada Tenglang yang jadi tentara. Nah lho.. salam, NT --- On Wed, 10/14/09, pozz...@yahoo.com wrote: From: pozz...@yahoo.com Subject: Re: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 14, 2009, 11:15 AM Nah tuh, satu bukti sejarah. John Lee salah satu pelakon (sebagai objek penderita) termasuk di alur skenario si sutradara kerdil :D Btw untuk kasus "cabo" sepertinya masih lebih berat untuk dijernihkan saat ini, meskipun sudah dibantu/dibuatkan filmnya oleh saudara2 kita yg action dengan kreativitasnya :)) Bagaimana pendapat Uly cabo? :) Poz Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss... ! -- From: "Akhmad Bukhari Saleh" Date: Wed, 14 Oct 2009 21:24:09 +0700 To: Subject: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?) - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:32 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Laksamana (Jenderal TNI - Angkatan Laut ) John Lee > ( Tenglang Asli dan Katolik). - - - - - Alm. Laksamana Muda TNI Purn. Jahja Daniel Dharma (John Lie), kebetulan bukan Katolik, melainkan Protestan. Sejak masih berdinas aktif alm. sangat taat dalam agamanya itu, dan sesudah purnawira dari TNI alm. resmi menjadi pendeta. Tentang etnisnya, Laksda. John Lie lebih sering menyebut dirinya sebagai kawanua (orang Minahasa) daripada tionghoa, apalagi tenglang. Walaupun tentunya tidak menghapus fakta bahwa alm. lahir di suatu keluarga tionghoa, yang malahan menganut agama Buddha, bukan Kristen. Tentang kepahlawanannya, Laksda. Jahja Daniel Dharma, yang meninggal tahun 1998 dalam umur 87 tahun (lahir 1911), tiga tahun sebelumnya (1995) telah dianugerahi bintang kepahlawanan Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Soeharto. Wasalam. = = = - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:32 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Pendapat Bung Paulus ini bagus, dan ini yang terjadi di Negara Asia lainnya seperti Vietnam, Thailand, Philipin dan lain-lainnya. Mereka tidak mau disebut itu karena mereka merasa benar2 sudah Bangsa Vietnam, Thailand dan lainnya. Orang Indonesia, sudah banyak yang berpendapat seperti ini sebenarnya. Wa ada kenalan namanya di Aussi, suatu ketika ke Beijing. Ketika dia dia diajak bicara Mandarin ama orang sono katanya dia gak bisa Mandarin. Trus Orang yang diajak bic
Re: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?)
Oic.brarti wa keliru soal agama dia. Saya salah info, soalnya yang ngasih tau tentang agama dia itu adalah yunior dia di Angkatan Laut ( berpangkat Mayor purn). Dia Tenglang asli juga dan pernah berdinas di TNI-AL. Mmm..dia kelahiran Manado sih yah..jadi Agama Kristen Protestan kayak umumnya Orang2 Manado. Jarang anak-anak Tenglang yang tahu kalo ada Tionghoa yang pernah berjawa hingga menyandang gelar laksamana. Gak usah jauh2, tetangga wa di Tomang aja dulu bole dihitung ama jari yang kenal ama John Lee. Malah mereka bilang gini : mmm...kalo udah masuk polisi/tentara bukan Tionghoa lagi tapi udah "huana"<<< yang ngomong gini Tenglang yang udah umur 40-an...hehehehe, gimana kalo yang 30-an yak? Belum lagi kalo Tenglang yang tidak terpelajar/kurang tau masalah sosial, malah dikira kita menga-ada masa ada Tenglang jadi tentara?? Dijebalasin ampe kita mati aja dia gak percaya. Saya dah pernah ketemu tenglang yang kayak begitu, tapi yah masih untung saya gak jantungan..soalnya dia sama sekali gak percaya kalo ada Tenglang yang jadi tentara. Nah lho.. salam, NT --- On Wed, 10/14/09, pozz...@yahoo.com wrote: From: pozz...@yahoo.com Subject: Re: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 14, 2009, 11:15 AM Nah tuh, satu bukti sejarah. John Lee salah satu pelakon (sebagai objek penderita) termasuk di alur skenario si sutradara kerdil :D Btw untuk kasus "cabo" sepertinya masih lebih berat untuk dijernihkan saat ini, meskipun sudah dibantu/dibuatkan filmnya oleh saudara2 kita yg action dengan kreativitasnya :)) Bagaimana pendapat Uly cabo? :) Poz Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss... ! From: "Akhmad Bukhari Saleh" Date: Wed, 14 Oct 2009 21:24:09 +0700 To: Subject: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?) - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:32 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Laksamana (Jenderal TNI - Angkatan Laut ) John Lee > ( Tenglang Asli dan Katolik). - - - - - Alm. Laksamana Muda TNI Purn. Jahja Daniel Dharma (John Lie), kebetulan bukan Katolik, melainkan Protestan. Sejak masih berdinas aktif alm. sangat taat dalam agamanya itu, dan sesudah purnawira dari TNI alm. resmi menjadi pendeta. Tentang etnisnya, Laksda. John Lie lebih sering menyebut dirinya sebagai kawanua (orang Minahasa) daripada tionghoa, apalagi tenglang. Walaupun tentunya tidak menghapus fakta bahwa alm. lahir di suatu keluarga tionghoa, yang malahan menganut agama Buddha, bukan Kristen. Tentang kepahlawanannya, Laksda. Jahja Daniel Dharma, yang meninggal tahun 1998 dalam umur 87 tahun (lahir 1911), tiga tahun sebelumnya (1995) telah dianugerahi bintang kepahlawanan Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Soeharto. Wasalam. = = = - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:32 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Pendapat Bung Paulus ini bagus, dan ini yang terjadi di Negara Asia lainnya seperti Vietnam, Thailand, Philipin dan lain-lainnya. Mereka tidak mau disebut itu karena mereka merasa benar2 sudah Bangsa Vietnam, Thailand dan lainnya. Orang Indonesia, sudah banyak yang berpendapat seperti ini sebenarnya. Wa ada kenalan namanya di Aussi, suatu ketika ke Beijing. Ketika dia dia diajak bicara Mandarin ama orang sono katanya dia gak bisa Mandarin. Trus Orang yang diajak bicara heran dan bilang gini : tampangnya kayak Chinese tapi koq gak bisa Bahasa Mandarin ya..? Trus kata teman wa itu, emang iya saya kan Orang Indonesia tauukkk, bukan Orang China...sambil sedikit ketegangan antara dia dengan lawan bicaranya..hehehe. Kamaren dia sms wa dia cerita kembali pengalamannya di Beijing. Untuk Uly...wa bukan orang Medan tapi di Semanan Jakarta. Cuma emang tetangga ama Orang Medan...mungkin itu sebabnya dia nanya wa seperti itu...hehehe, maksa ya..? Kalo soal wakil rakyat di DPR, dari dulu juga pernah ada misalnya H.Abdul Karim Oei ( Tenglang Asli dan Muslim ) pernah jadi anggota legislatif mewakilki Sumatera Barat. Trus kalo di militer Orang Indonesia pernah diwakili sama Laksamana ( Jenderal TNI - Angkatan Laut ) John Lee ( Tenglang Asli dan Katolik ) dan lain-lain. Jadi pada prinsipnya Orang Tenglang juga dah biasa di legislatif, militer dan lain-lain tinggal kita lanjutkan..hehehe. . salam, Nasir Tan --- On Tue, 10/13/09, ulysee_me2 wrote: From: ulysee_me2 Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina'
Re: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?)
Nah tuh, satu bukti sejarah. John Lee salah satu pelakon (sebagai objek penderita) termasuk di alur skenario si sutradara kerdil :D Btw untuk kasus "cabo" sepertinya masih lebih berat untuk dijernihkan saat ini, meskipun sudah dibantu/dibuatkan filmnya oleh saudara2 kita yg action dengan kreativitasnya :)) Bagaimana pendapat Uly cabo? :) Poz Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: "Akhmad Bukhari Saleh" Date: Wed, 14 Oct 2009 21:24:09 To: Subject: John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?) - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:32 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Laksamana (Jenderal TNI - Angkatan Laut ) John Lee > ( Tenglang Asli dan Katolik). - Alm. Laksamana Muda TNI Purn. Jahja Daniel Dharma (John Lie), kebetulan bukan Katolik, melainkan Protestan. Sejak masih berdinas aktif alm. sangat taat dalam agamanya itu, dan sesudah purnawira dari TNI alm. resmi menjadi pendeta. Tentang etnisnya, Laksda. John Lie lebih sering menyebut dirinya sebagai kawanua (orang Minahasa) daripada tionghoa, apalagi tenglang. Walaupun tentunya tidak menghapus fakta bahwa alm. lahir di suatu keluarga tionghoa, yang malahan menganut agama Buddha, bukan Kristen. Tentang kepahlawanannya, Laksda. Jahja Daniel Dharma, yang meninggal tahun 1998 dalam umur 87 tahun (lahir 1911), tiga tahun sebelumnya (1995) telah dianugerahi bintang kepahlawanan Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Soeharto. Wasalam. === - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:32 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Pendapat Bung Paulus ini bagus, dan ini yang terjadi di Negara Asia lainnya seperti Vietnam, Thailand, Philipin dan lain-lainnya. Mereka tidak mau disebut itu karena mereka merasa benar2 sudah Bangsa Vietnam, Thailand dan lainnya. Orang Indonesia, sudah banyak yang berpendapat seperti ini sebenarnya. Wa ada kenalan namanya di Aussi, suatu ketika ke Beijing. Ketika dia dia diajak bicara Mandarin ama orang sono katanya dia gak bisa Mandarin. Trus Orang yang diajak bicara heran dan bilang gini : tampangnya kayak Chinese tapi koq gak bisa Bahasa Mandarin ya..? Trus kata teman wa itu, emang iya saya kan Orang Indonesia tauukkk, bukan Orang China...sambil sedikit ketegangan antara dia dengan lawan bicaranya..hehehe. Kamaren dia sms wa dia cerita kembali pengalamannya di Beijing. Untuk Uly...wa bukan orang Medan tapi di Semanan Jakarta. Cuma emang tetangga ama Orang Medan...mungkin itu sebabnya dia nanya wa seperti itu...hehehe, maksa ya..? Kalo soal wakil rakyat di DPR, dari dulu juga pernah ada misalnya H.Abdul Karim Oei ( Tenglang Asli dan Muslim ) pernah jadi anggota legislatif mewakilki Sumatera Barat. Trus kalo di militer Orang Indonesia pernah diwakili sama Laksamana ( Jenderal TNI - Angkatan Laut ) John Lee ( Tenglang Asli dan Katolik ) dan lain-lain. Jadi pada prinsipnya Orang Tenglang juga dah biasa di legislatif, militer dan lain-lain tinggal kita lanjutkan..hehehe.. salam, Nasir Tan --- On Tue, 10/13/09, ulysee_me2 wrote: From: ulysee_me2 Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Tuesday, October 13, 2009, 9:35 PM Menarik. Ini baru pendapat yang lain dari yang lain. Belon pernah dengar sebelumnya, soalnya banyakan khan yang ngotot di sebut tionghoa, atau yang ngotot nggak perlu masalahin istilah (ada juga yang ngotot disebut cina, tapi gue baru nemu satu, itu pun di milis tetangga, hahaha) Pendapat baru, baru pendapat nih. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Paulus Tanuri wrote: > > Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. > Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa > dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara > Indonesia. > Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis > dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil > dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. > Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah > di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau
John Lie (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?)
- Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:32 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Laksamana (Jenderal TNI - Angkatan Laut ) John Lee > ( Tenglang Asli dan Katolik). - Alm. Laksamana Muda TNI Purn. Jahja Daniel Dharma (John Lie), kebetulan bukan Katolik, melainkan Protestan. Sejak masih berdinas aktif alm. sangat taat dalam agamanya itu, dan sesudah purnawira dari TNI alm. resmi menjadi pendeta. Tentang etnisnya, Laksda. John Lie lebih sering menyebut dirinya sebagai kawanua (orang Minahasa) daripada tionghoa, apalagi tenglang. Walaupun tentunya tidak menghapus fakta bahwa alm. lahir di suatu keluarga tionghoa, yang malahan menganut agama Buddha, bukan Kristen. Tentang kepahlawanannya, Laksda. Jahja Daniel Dharma, yang meninggal tahun 1998 dalam umur 87 tahun (lahir 1911), tiga tahun sebelumnya (1995) telah dianugerahi bintang kepahlawanan Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Soeharto. Wasalam. === - Original Message - From: Nasir Tan To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:32 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Pendapat Bung Paulus ini bagus, dan ini yang terjadi di Negara Asia lainnya seperti Vietnam, Thailand, Philipin dan lain-lainnya. Mereka tidak mau disebut itu karena mereka merasa benar2 sudah Bangsa Vietnam, Thailand dan lainnya. Orang Indonesia, sudah banyak yang berpendapat seperti ini sebenarnya. Wa ada kenalan namanya di Aussi, suatu ketika ke Beijing. Ketika dia dia diajak bicara Mandarin ama orang sono katanya dia gak bisa Mandarin. Trus Orang yang diajak bicara heran dan bilang gini : tampangnya kayak Chinese tapi koq gak bisa Bahasa Mandarin ya..? Trus kata teman wa itu, emang iya saya kan Orang Indonesia tauukkk, bukan Orang China...sambil sedikit ketegangan antara dia dengan lawan bicaranya..hehehe. Kamaren dia sms wa dia cerita kembali pengalamannya di Beijing. Untuk Uly...wa bukan orang Medan tapi di Semanan Jakarta. Cuma emang tetangga ama Orang Medan...mungkin itu sebabnya dia nanya wa seperti itu...hehehe, maksa ya..? Kalo soal wakil rakyat di DPR, dari dulu juga pernah ada misalnya H.Abdul Karim Oei ( Tenglang Asli dan Muslim ) pernah jadi anggota legislatif mewakilki Sumatera Barat. Trus kalo di militer Orang Indonesia pernah diwakili sama Laksamana ( Jenderal TNI - Angkatan Laut ) John Lee ( Tenglang Asli dan Katolik ) dan lain-lain. Jadi pada prinsipnya Orang Tenglang juga dah biasa di legislatif, militer dan lain-lain tinggal kita lanjutkan..hehehe.. salam, Nasir Tan --- On Tue, 10/13/09, ulysee_me2 wrote: From: ulysee_me2 Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Tuesday, October 13, 2009, 9:35 PM Menarik. Ini baru pendapat yang lain dari yang lain. Belon pernah dengar sebelumnya, soalnya banyakan khan yang ngotot di sebut tionghoa, atau yang ngotot nggak perlu masalahin istilah (ada juga yang ngotot disebut cina, tapi gue baru nemu satu, itu pun di milis tetangga, hahaha) Pendapat baru, baru pendapat nih. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Paulus Tanuri wrote: > > Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. > Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa > dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara > Indonesia. > Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis > dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil > dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. > Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah > di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau > kadang ada yang salah dikira dari Menado. > > Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara > Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai > WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara > sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. > > Itu saja. > Lanjutkan.. > > > Regards, > Paulus T. > > 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > >
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Disuatu restorant, ada Amrik yang tanya ke orang Asia : Amrik : What ese are you ?? Asia : What do you mean ese ?? Amrik : Are you Chinese, Japanese, Vietnamese ?? because all of you are look same. Asia : Ooo I am Chinese, and what key are you ?? Amrik : What do you mean key ?? Asia : Are you Yangkey, Donkey, or Monkey ?? because all of you are look same. Amrik : #...@%&*...@$#%$ Another Story : Budi : he kamu orang Cina ya ??? Ahok : Ya, Emangnya kenapa ?? Budi : Egak cuma kepingin tahu aja. Ahok : Udah tau tampang saya cina masih tanya, Kamu Orang Kampungan ya ??? Budi : *&%...@%^& sambil ngeloyor pergi... Salam, BUD'S 2009/10/14 Paulus Tanuri > > > Maaf, tapi menurut saya, sebutan Tionghoa/Cina/China seharusnya juga tidak > tepat untuk dipakai dalam merujuk pada nama etnis. > Misal kalau dari yang anda sampaikan itu, mengenai perumpamaan kejadian > pengumuman orang hilang atau anak hilang dan harus menyebut etnis, menurut > saudara2 penampilan, penampakan, atau tampang kita-kita yang > disebut Tionghoa/Cina/China mirip gak dengan saudara-saudara dari negara > lain seperti Jepang, Vietnam, Korea ? > Jadi kira-kira kalau di Amrik misalnya yang banyak sekali imigran dari > negara-negara asia, bila ada ada kejadian seperti itu mereka akan sebutnya > apa ? Chinese, Japanese, Vietnamese, Korean atau ese ese yang lain ? Karena > kita tampangnya mirip-mirip semua. > > Menurut saya sebutan Tionghoa/Cina/China lebih merujuk pada asal negara > dibandingkan etnis itu sendiri. > > > Regards, > Paulus T. > > > > 2009/10/14 > >> >> >> Coba bayang kan kalau ada pengumuman orang hilang atau anak hilang tanpa >> menyebutkan etnisnya. Hahaha. Atau pengumuman dirumah sakit tentang orang yg >> tanpa identitas (bisa aja dompetnya dirampok)yang kecelakaan dijalanan. Cw >> tanpa identitas tak sadarkan diri karena kecelakaan dijalan dengan ciri umur >> 20thnan, tinggi/bb. kulit putih, mata disipit <--- ntar marah lagi katanya >> rasis hehehe >> >> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung >> Teruuusss...! >> -- >> >> * >> * >> > > >
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Maaf, tapi menurut saya, sebutan Tionghoa/Cina/China seharusnya juga tidak tepat untuk dipakai dalam merujuk pada nama etnis. Misal kalau dari yang anda sampaikan itu, mengenai perumpamaan kejadian pengumuman orang hilang atau anak hilang dan harus menyebut etnis, menurut saudara2 penampilan, penampakan, atau tampang kita-kita yang disebut Tionghoa/Cina/China mirip gak dengan saudara-saudara dari negara lain seperti Jepang, Vietnam, Korea ? Jadi kira-kira kalau di Amrik misalnya yang banyak sekali imigran dari negara-negara asia, bila ada ada kejadian seperti itu mereka akan sebutnya apa ? Chinese, Japanese, Vietnamese, Korean atau ese ese yang lain ? Karena kita tampangnya mirip-mirip semua. Menurut saya sebutan Tionghoa/Cina/China lebih merujuk pada asal negara dibandingkan etnis itu sendiri. Regards, Paulus T. 2009/10/14 > > > Coba bayang kan kalau ada pengumuman orang hilang atau anak hilang tanpa > menyebutkan etnisnya. Hahaha. Atau pengumuman dirumah sakit tentang orang yg > tanpa identitas (bisa aja dompetnya dirampok)yang kecelakaan dijalanan. Cw > tanpa identitas tak sadarkan diri karena kecelakaan dijalan dengan ciri umur > 20thnan, tinggi/bb. kulit putih, mata disipit <--- ntar marah lagi katanya > rasis hehehe > > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss...! > -- > > * > * >
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Pendapat Bung Paulus ini bagus, dan ini yang terjadi di Negara Asia lainnya seperti Vietnam, Thailand, Philipin dan lain-lainnya. Mereka tidak mau disebut itu karena mereka merasa benar2 sudah Bangsa Vietnam, Thailand dan lainnya. Orang Indonesia, sudah banyak yang berpendapat seperti ini sebenarnya. Wa ada kenalan namanya di Aussi, suatu ketika ke Beijing. Ketika dia dia diajak bicara Mandarin ama orang sono katanya dia gak bisa Mandarin. Trus Orang yang diajak bicara heran dan bilang gini : tampangnya kayak Chinese tapi koq gak bisa Bahasa Mandarin ya..? Trus kata teman wa itu, emang iya saya kan Orang Indonesia tauukkk, bukan Orang China...sambil sedikit ketegangan antara dia dengan lawan bicaranya..hehehe. Kamaren dia sms wa dia cerita kembali pengalamannya di Beijing. Untuk Uly...wa bukan orang Medan tapi di Semanan Jakarta. Cuma emang tetangga ama Orang Medan...mungkin itu sebabnya dia nanya wa seperti itu...hehehe, maksa ya..? Kalo soal wakil rakyat di DPR, dari dulu juga pernah ada misalnya H.Abdul Karim Oei ( Tenglang Asli dan Muslim ) pernah jadi anggota legislatif mewakilki Sumatera Barat. Trus kalo di militer Orang Indonesia pernah diwakili sama Laksamana ( Jenderal TNI - Angkatan Laut ) John Lee ( Tenglang Asli dan Katolik ) dan lain-lain. Jadi pada prinsipnya Orang Tenglang juga dah biasa di legislatif, militer dan lain-lain tinggal kita lanjutkan..hehehe.. salam, Nasir Tan --- On Tue, 10/13/09, ulysee_me2 wrote: From: ulysee_me2 Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Tuesday, October 13, 2009, 9:35 PM Menarik. Ini baru pendapat yang lain dari yang lain. Belon pernah dengar sebelumnya, soalnya banyakan khan yang ngotot di sebut tionghoa, atau yang ngotot nggak perlu masalahin istilah (ada juga yang ngotot disebut cina, tapi gue baru nemu satu, itu pun di milis tetangga, hahaha) Pendapat baru, baru pendapat nih. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Paulus Tanuri wrote: > > Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. > Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa > dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara > Indonesia. > Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis > dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil > dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. > Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah > di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau > kadang ada yang salah dikira dari Menado. > > Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara > Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai > WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara > sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. > > Itu saja. > Lanjutkan.. > > > Regards, > Paulus T. > > 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > > > > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan > > istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan > > kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. > > > > Didalam pembicaraan se-hari? mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk > > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa > > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi > > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - > > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK > > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara > > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau > > membicarakan non-chinese. > > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. > > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka > > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese > > > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah. > > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai > > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia > > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih > > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt > > dihormati kembali. > > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya > > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese > > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun > &
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Dah g blg, yg suka dipanggil cina yah dipanggil cina jgn tionghoa, tp yg suka dipanggil tionghoa yah jgn dipanggil cina. Apa minta dipanggal sesuai dengan yg dia suka itu maksain kehendak? -Original Message- From: "ulysee_me2" Date: Wed, 14 Oct 2009 01:35:38 To: Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Menarik. Ini baru pendapat yang lain dari yang lain. Belon pernah dengar sebelumnya, soalnya banyakan khan yang ngotot di sebut tionghoa, atau yang ngotot nggak perlu masalahin istilah (ada juga yang ngotot disebut cina, tapi gue baru nemu satu, itu pun di milis tetangga, hahaha) Pendapat baru, baru pendapat nih. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Paulus Tanuri wrote: > > Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. > Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa > dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara > Indonesia. > Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis > dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil > dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. > Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah > di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau > kadang ada yang salah dikira dari Menado. > > Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara > Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai > WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara > sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. > > Itu saja. > Lanjutkan.. > > > Regards, > Paulus T. > > 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > > > > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan > > istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan > > kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. > > > > Didalam pembicaraan se-hari? mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk > > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa > > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi > > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - > > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK > > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara > > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau > > membicarakan non-chinese. > > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. > > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka > > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese > > > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah. > > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai > > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia > > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih > > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt > > dihormati kembali. > > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya > > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese > > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun > > kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu > > pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin > > keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara > > ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap > > suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah > > > > Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah > > PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk > > Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai > > keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn > > tinggal diluar China - kalau jalan? ke PRC - pertama? paspor PRC dicabut > > sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina > > sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap > > di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam > > didalam pemerintah dimainland sejak berabad? > > > > Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, > > jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Coba bayang kan kalau ada pengumuman orang hilang atau anak hilang tanpa menyebutkan etnisnya. Hahaha. Atau pengumuman dirumah sakit tentang orang yg tanpa identitas (bisa aja dompetnya dirampok)yang kecelakaan dijalanan. Cw tanpa identitas tak sadarkan diri karena kecelakaan dijalan dengan ciri umur 20thnan, tinggi/bb. kulit putih, mata disipit <--- ntar marah lagi katanya rasis hehehe Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: shinmen takezo Date: Wed, 14 Oct 2009 09:15:40 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? mmm uly , bayangkan klo satu novel mengurai tokoh2 cerita dari berbagai etnis , bgmn cara biar deskripsinya jelas tanpa menyebut etnisnya? misal gw mau bikin novel ttg uly , deskripsinya cewe sunda atau bdg , takutnya pembaca akan membayangkan lidia cintia bella atau mulan jamilee , bukan cewe tenglang bdg 2009/10/14 ulysee_me2 > > > > Menarik. > Ini baru pendapat yang lain dari yang lain. Belon pernah dengar sebelumnya, > > > soalnya banyakan khan yang ngotot di sebut tionghoa, atau yang ngotot nggak > perlu masalahin istilah > (ada juga yang ngotot disebut cina, tapi gue baru nemu satu, itu pun di > milis tetangga, hahaha) > > Pendapat baru, > baru pendapat nih. > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com , > Paulus Tanuri wrote: > > > > Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. > > Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena > merasa > > dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara > > Indonesia. > > Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang > bugis > > dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil > > dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. > > Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah > wilayah > > di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan > atau > > kadang ada yang salah dikira dari Menado. > > > > Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara > > Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai > > WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara > > sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. > > > > Itu saja. > > Lanjutkan.. > > > > > > Regards, > > Paulus T. > > > > 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > > > > > > > > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan > > > istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri > tradisi dan > > > kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. > > > > > > Didalam pembicaraan se-hari? mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" > utk > > > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua > Africa > > > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan > pribumi > > > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - > > > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari > HK > > > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar > negara > > > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau > > > membicarakan non-chinese. > > > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. > > > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China > mereka > > > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese > > > > > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah. > > > > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai > > > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk > Indonesia > > > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian > masih > > > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt > > > dihormati kembali. > > > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia > ump.nya > > > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai > chinese > > > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. > Meskipun > > > kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak > mampu > > > pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin > > > keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar > ne
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
mmm uly , bayangkan klo satu novel mengurai tokoh2 cerita dari berbagai etnis , bgmn cara biar deskripsinya jelas tanpa menyebut etnisnya? misal gw mau bikin novel ttg uly , deskripsinya cewe sunda atau bdg , takutnya pembaca akan membayangkan lidia cintia bella atau mulan jamilee , bukan cewe tenglang bdg 2009/10/14 ulysee_me2 > > > > Menarik. > Ini baru pendapat yang lain dari yang lain. Belon pernah dengar sebelumnya, > > > soalnya banyakan khan yang ngotot di sebut tionghoa, atau yang ngotot nggak > perlu masalahin istilah > (ada juga yang ngotot disebut cina, tapi gue baru nemu satu, itu pun di > milis tetangga, hahaha) > > Pendapat baru, > baru pendapat nih. > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com , > Paulus Tanuri wrote: > > > > Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. > > Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena > merasa > > dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara > > Indonesia. > > Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang > bugis > > dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil > > dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. > > Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah > wilayah > > di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan > atau > > kadang ada yang salah dikira dari Menado. > > > > Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara > > Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai > > WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara > > sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. > > > > Itu saja. > > Lanjutkan.. > > > > > > Regards, > > Paulus T. > > > > 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > > > > > > > > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan > > > istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri > tradisi dan > > > kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. > > > > > > Didalam pembicaraan se-hari? mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" > utk > > > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua > Africa > > > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan > pribumi > > > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - > > > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari > HK > > > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar > negara > > > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau > > > membicarakan non-chinese. > > > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. > > > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China > mereka > > > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese > > > > > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah. > > > > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai > > > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk > Indonesia > > > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian > masih > > > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt > > > dihormati kembali. > > > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia > ump.nya > > > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai > chinese > > > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. > Meskipun > > > kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak > mampu > > > pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin > > > keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar > negara > > > ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - > dianggap > > > suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah > > > > > > Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh > pemerintah > > > PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk > > > Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara > sampai > > > keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah > puluhan thn > > > tinggal diluar China - kalau jalan? ke PRC - pertama? paspor PRC > dicabut > > > sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau > diChina > > > sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia > tetap > > > di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam > > > didalam pemerintah dimainland sejak berabad? > > > > > > Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, > > > jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup > > > berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya > oleh > > > non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of > indonesian > > > descent. Saya kala
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Menarik. Ini baru pendapat yang lain dari yang lain. Belon pernah dengar sebelumnya, soalnya banyakan khan yang ngotot di sebut tionghoa, atau yang ngotot nggak perlu masalahin istilah (ada juga yang ngotot disebut cina, tapi gue baru nemu satu, itu pun di milis tetangga, hahaha) Pendapat baru, baru pendapat nih. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Paulus Tanuri wrote: > > Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. > Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa > dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara > Indonesia. > Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis > dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil > dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. > Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah > di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau > kadang ada yang salah dikira dari Menado. > > Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara > Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai > WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara > sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. > > Itu saja. > Lanjutkan.. > > > Regards, > Paulus T. > > 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > > > > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan > > istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan > > kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. > > > > Didalam pembicaraan se-hari? mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk > > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa > > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi > > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - > > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK > > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara > > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau > > membicarakan non-chinese. > > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. > > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka > > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese > > > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah. > > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai > > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia > > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih > > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt > > dihormati kembali. > > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya > > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese > > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun > > kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu > > pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin > > keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara > > ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap > > suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah > > > > Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah > > PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk > > Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai > > keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn > > tinggal diluar China - kalau jalan? ke PRC - pertama? paspor PRC dicabut > > sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina > > sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap > > di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam > > didalam pemerintah dimainland sejak berabad? > > > > Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, > > jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup > > berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh > > non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of indonesian > > descent. Saya kalau ditanya mendalam apakah saya ada darah chinese - baru > > saya confirm. Apakah kalian tidak malu jikalau kalian berkata I am a US > > citizen of chinese descent dan kalian tidak dianggap chinese. > > Karena itu know what you are, don't dream what yu are. > > Anak? saya yg semua berpendidikan postgraduate juga berpendapat demikian. > > Saya dan juga anak? saya oleh sifat ini diterima oleh suku India/Hindu, oleh > > suku Indonesia atau suku Chinese sebagai orang dalam Saya juga sanggup > > membaur dgn suku ket.africa atau europa karena dpt memperguna
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Cina artinya "orang sundal"
Yang ini ngarang, kisah fiktif, atau pembohongan publik sih? Ada banyak alasan yang dibuat buat untuk sekedar membenarkan pendapat pribadi, tapi alasan yang di bawah ini keknya agak-agak maksa. krrrkkkekekekeke... --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Eko Boenandar wrote: > > "Ci Ni" artinya perempuan sundal. "Na" artinya "orang". Orang gak suka > dipanggil cina karena ada suku kata"CI", Cina artinya "orang sundal". Itulah > sebabnya kata Cina tidak pantas/layak digunakan orang yang tahu sopan santun. > Kalau yang gak bisa bahasa mandarin atau dialect pasti gak merasa dihina. > kalau orang mengerti bahasa mandarin atau dialect tentu merasa bermakna > negatif (dihina). Kalau dipanggil Cainis atau Caina tentu bisa menerima. > karena suku kata "Cai" tidak bermakna negatif. Maukah anda dipanggil "Ndhul" > padahal arti "Ndhul" adalah "gundul (tidak punya rambut) tidak bermakna > negatif". Kalau anda masih ngotot menyebut saya Cina (orang sundal) maukah > anda saya panggil gigolo ? >
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Di bangka ? tergantung lagi di mana bro.Kalau lagi di kota lain misalnya lagi di Pangkal Pinang, gw dipanggilnya Urang Habang (Orang Sabang). Sabang = toboali. Kalau di kampung gw sendiri, CINO. =)) Tapi sebutan itu hampir gak pernah gw denger langsung. Media cetak di sana pun gak suka ngungkit-ngungkit soal ras atau etnis seseorang dalam beritanya. Kalau nulis kata CINA ya bener-bener soal yang berhubungan dengan negara CINA. Tapi mungkin juga itu karena takut salah sebut, soalnya disana yang CINO juga banyak hitam keling dan bermata belok. Dan yang Melayu, Bugis dll (gak ada sebutan pribumi) juga banyak yang bisa ngomong Khek (HAKKA). Regards, Paulus T. 2009/10/11 > > > Trus di bangka lo dipanggil apa? G mah di luar negeri dibilang indo, di > luar kota di bilang lampung tp di lampung sendiri tetep aja di cina2in. > Wekekeke > > >
RE: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Kadang orang itu lucu. Bagaimana tidak lucu Tidak bisa berbahasa mandarin tapi bisa memaki orang Dasar Qiao Sheng. trus sok merasa diri mereka asli dari RRC padahal pemerintah RRC sudah tidak menganggap orang yang keluar dari tanah RRC itu adalah rakyat RRC. Kalau diri kalian merasa asli orang RRC, kembalilah ke sana. Tidak usah saling memaki di sini. Apa sih untungnya bagi kalian Apa diri kalian merasa puas dengan saling memaki? Rgds, Lim Wiss _ From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of Azura-Mazda Sent: Sunday, October 11, 2009 12:44 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Dasar Qiao Sheng. --- On Sat, 10/10/09, Paulus Tanuri wrote: From: Paulus Tanuri Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Saturday, October 10, 2009, 6:23 AM Permisi.. Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia. Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. Itu saja. Lanjutkan.. Regards, Paulus T. 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau membicarakan non-chinese. Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesi a sekarang sudah berubah. Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt dihormati kembali. Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn tinggal diluar China - kalau jalan² ke PRC - pertama² paspor PRC dicabut sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam didalam pemerintah dimainland sejak berabad² Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of indonesian descent. Saya kalau ditanya mendalam apakah saya ada darah chinese - baru saya confirm. Apakah kalian tid
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
kiau seng itu sebenarnya tenglang indo semua termasuk tp pd perkembangannya , adalah tenglang di pulau jawa yg tidak bisa dialek dan tidak kental lagi terhadap tradisi tenglang misalkan anda , anda mengaku hakka , tp sudah tidak tahu tradisi dan juga gak bisa dialek hakka , maka anda termasuk kiau seng On 10/11/09, Azura-Mazda wrote: > Dasar Qiao Sheng. > > --- On Sat, 10/10/09, Paulus Tanuri wrote: > > From: Paulus Tanuri > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas > Digunakan? > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Saturday, October 10, 2009, 6:23 AM > > > > > > > > > > > > > Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali > ikutan boleh yah.Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. > Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama > Warga Negara Indonesia. > > Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis > dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil > dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA.Secara sederhana saja, Padang, Bugis, > Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih > suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari > Menado. > > > Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara > Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai > WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara > sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. > > > Itu saja. Lanjutkan.. > > Regards,Paulus T. > 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg > mempergunakan istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa > sendiri tradisi dan kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari > negara China. > > > > Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau > membicarakan non-chinese. > > > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesi a sekarang sudah berubah. > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt > dihormati kembali. > > > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun > kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu > pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin > keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara > ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap > suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah > > > > Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah > PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk > Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai > keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn > tinggal diluar China - kalau jalan² ke PRC - pertama² paspor PRC dicabut > sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina > sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap > di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam > didalam pemerintah dimainland sejak berabad² > > > > Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, jawa > dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup berkommunikasi > dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh non chnese atau > non-indonesian selalu
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Betul itu kenyataan. Daripada pusing makan dalem mending terima aja di panggil cina ya gak apa2 juga ga bikin malu krn cina jg skrg besar hehehe. Kalau disingapore rata2 cina dari indonesia di comment : chinese but can't speak mandarin (sambil geleng2 kaya org tripping) Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: agoeng_...@yahoo.com Date: Sun, 11 Oct 2009 07:47:47 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Trus di bangka lo dipanggil apa? G mah di luar negeri dibilang indo, di luar kota di bilang lampung tp di lampung sendiri tetep aja di cina2in. Wekekeke -Original Message- From: Paulus Tanuri Date: Sat, 10 Oct 2009 17:23:03 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia. Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. Itu saja. Lanjutkan.. Regards, Paulus T. 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan > istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan > kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. > > Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau > membicarakan non-chinese. > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah. > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt > dihormati kembali. > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun > kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu > pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin > keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara > ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap > suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah > > Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah > PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk > Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai > keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn > tinggal diluar China - kalau jalan² ke PRC - pertama² paspor PRC dicabut > sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina > sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap > di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam > didalam pemerintah dimainland sejak berabad² > > Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, > jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup > berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh > non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of indonesian > descent. Saya kalau ditanya mendalam apakah saya ada darah chinese
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
ini mulai masuk ke wilayah asimilasi vs intergasi (CMIIW). Salam Paulus Tanuri wrote: > > > Permisi.. > > Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. > Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena > merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga > Negara Indonesia. > Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang > bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak > dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. > Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah > wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, > atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. > > Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara > Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap > sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan > saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. > > Itu saja. > Lanjutkan.. > > > Regards, > Paulus T. >
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
kalau saya di LN..di bilang...chinese hanya di indonesiacina sedangkan di malaysia...singaporeindonesia salam Eddy Lim --- agoeng_...@yahoo.com schrieb am So, 11.10.2009: Von: agoeng_...@yahoo.com Betreff: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? An: budaya_tionghua@yahoogroups.com Datum: Sonntag, 11. Oktober 2009, 9:47 Trus di bangka lo dipanggil apa? G mah di luar negeri dibilang indo, di luar kota di bilang lampung tp di lampung sendiri tetep aja di cina2in. Wekekeke From: Paulus Tanuri Date: Sat, 10 Oct 2009 17:23:03 +0700To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah.Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia. Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA.Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. Itu saja. Lanjutkan.. Regards,Paulus T. 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China.. Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau membicarakan non-chinese. Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesi a sekarang sudah berubah. Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt dihormati kembali. Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn tinggal diluar China - kalau jalan² ke PRC - pertama² paspor PRC dicabut sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam didalam pemerintah dimainland sejak berabad² Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of indonesian descent. Saya kalau ditanya mendalam apakah saya ada darah chinese - baru saya confirm. Apakah kalian tidak malu jikalau kalian berkata I am a US citizen of chinese descent dan kalian tidak dianggap chinese. Karena itu know what you are, don't dream what yu are.. Anak² saya yg semua berpend
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Dasar Qiao Sheng. --- On Sat, 10/10/09, Paulus Tanuri wrote: From: Paulus Tanuri Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Saturday, October 10, 2009, 6:23 AM Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah.Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia. Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA.Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. Itu saja. Lanjutkan.. Regards,Paulus T. 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau membicarakan non-chinese. Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesi a sekarang sudah berubah. Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt dihormati kembali. Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn tinggal diluar China - kalau jalan² ke PRC - pertama² paspor PRC dicabut sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam didalam pemerintah dimainland sejak berabad² Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of indonesian descent. Saya kalau ditanya mendalam apakah saya ada darah chinese - baru saya confirm. Apakah kalian tidak malu jikalau kalian berkata I am a US citizen of chinese descent dan kalian tidak dianggap chinese. Karena itu know what you are, don't dream what yu are. Anak² saya yg semua berpendidikan postgraduate juga berpendapat demikian. Saya dan juga anak² saya oleh sifat ini diterima oleh suku India/Hindu, oleh suku Indonesia atau suku Chinese sebagai orang dalam Saya juga sanggup membaur dgn suku ket.africa atau europa karena dpt mempergunakan bahasa² mereka incl. dialect daerah mereka, Berdasarkan pengalaman ini saya dpt menulis pendapat saya diatas ini. Silahkan kalian berpikir tulisan saya ini dan jangan ber-emosi kalau dipanggil cina - silahkan ber
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Yah kalau isinya formulir biro jodoh. *pasangan etnis apa yang anda kehendaki ::: *saya menghendaki etnis tionghoa yang bukan cina medan/cina kalimantan (karena kejauhan ngelamarnya). < nah kalau kasusnya kaya begini bagaimana? Masi banyak kasus seperti ini yang sangat penting di cantumkan etnis secara detail. Bukan rasis tapi memang harus. Mau contoh kasus lagi??? Masih banyak nih. Jadi orang jangan berpandangan sempit, tulis etnis secara detail bilangnya rasis.parah amat sih Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: a...@cbn.net.id Date: Sun, 11 Oct 2009 02:24:28 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Istilah Tionghoa memang dipakai untuk merujuk nama salah satu suku bangsa (ethnic group) Indonesia seperti halnya dengan Padang, Batak, Jawa, Sunda, dsb. Etnis Tionghoa, sebagaimana, etnis India, Arab, Pakistan, dst memang tak menempati wilayah kota/desa tertentu namun sbg WNI mereka berhak unt tinggal di wilayah mana saja di Indonesia ini. Jika Paulus-xiong ditanya atau diminta mengisi formulir yg mengharuskan isian mengenai suku bangsa, Anda mau tak mau atau suka tak suka mesti memilih istilah Tionghoa (atau Cina), terserah Anda dan tentunya bukan Medan, dst. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Paulus Tanuri Date: Sat, 10 Oct 2009 17:23:03 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia. Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. Itu saja. Lanjutkan.. Regards, Paulus T. 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan > istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan > kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. > > Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau > membicarakan non-chinese. > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah. > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt > dihormati kembali. > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun > kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu > pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin > keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara > ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap > suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah > > Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah > PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk > Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai > keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan t
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Bagusss. Itu baru punya prinsip & pandangan luas. MERDEKA!!! Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Paulus Tanuri Date: Sat, 10 Oct 2009 17:23:03 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia. Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. Itu saja. Lanjutkan.. Regards, Paulus T. 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan > istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan > kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. > > Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau > membicarakan non-chinese. > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah. > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt > dihormati kembali. > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun > kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu > pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin > keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara > ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap > suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah > > Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah > PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk > Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai > keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn > tinggal diluar China - kalau jalan² ke PRC - pertama² paspor PRC dicabut > sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina > sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap > di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam > didalam pemerintah dimainland sejak berabad² > > Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, > jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup > berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh > non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of indonesian > descent. Saya kalau ditanya mendalam apakah saya ada darah chinese - baru > saya confirm. Apakah kalian tidak malu jikalau kalian berkata I am a US > citizen of chinese descent dan kalian tidak dianggap chinese. > Karena itu know what you are, don't dream what yu are. > Anak² saya yg semua berpendidikan postgraduate juga berpendapat demikian. > Saya dan juga anak² saya oleh sifat ini diterima oleh suku India/Hindu, oleh > suku Indonesia atau suku Chinese sebagai orang dalam Saya juga sanggup > membaur dgn suku ket.africa atau europa karena dpt mempergunakan bahasa² > mereka incl
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Trus di bangka lo dipanggil apa? G mah di luar negeri dibilang indo, di luar kota di bilang lampung tp di lampung sendiri tetep aja di cina2in. Wekekeke -Original Message- From: Paulus Tanuri Date: Sat, 10 Oct 2009 17:23:03 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia. Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. Itu saja. Lanjutkan.. Regards, Paulus T. 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan > istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan > kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. > > Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau > membicarakan non-chinese. > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah. > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt > dihormati kembali. > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun > kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu > pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin > keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara > ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap > suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah > > Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah > PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk > Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai > keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn > tinggal diluar China - kalau jalan² ke PRC - pertama² paspor PRC dicabut > sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina > sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap > di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam > didalam pemerintah dimainland sejak berabad² > > Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, > jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup > berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh > non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of indonesian > descent. Saya kalau ditanya mendalam apakah saya ada darah chinese - baru > saya confirm. Apakah kalian tidak malu jikalau kalian berkata I am a US > citizen of chinese descent dan kalian tidak dianggap chinese. > Karena itu know what you are, don't dream what yu are. > Anak² saya yg semua berpendidikan postgraduate juga berpendapat demikian. > Saya dan juga anak² saya oleh sifat ini diterima oleh suku India/Hindu, oleh > suku Indonesia atau suku Chinese sebagai orang dalam Saya juga sanggup > membaur dgn suku ket.africa atau europa karena dpt mempergunakan bahasa² > merek
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Istilah Tionghoa memang dipakai untuk merujuk nama salah satu suku bangsa (ethnic group) Indonesia seperti halnya dengan Padang, Batak, Jawa, Sunda, dsb. Etnis Tionghoa, sebagaimana, etnis India, Arab, Pakistan, dst memang tak menempati wilayah kota/desa tertentu namun sbg WNI mereka berhak unt tinggal di wilayah mana saja di Indonesia ini. Jika Paulus-xiong ditanya atau diminta mengisi formulir yg mengharuskan isian mengenai suku bangsa, Anda mau tak mau atau suka tak suka mesti memilih istilah Tionghoa (atau Cina), terserah Anda dan tentunya bukan Medan, dst. Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Paulus Tanuri Date: Sat, 10 Oct 2009 17:23:03 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia. Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. Itu saja. Lanjutkan.. Regards, Paulus T. 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan > istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan > kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. > > Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau > membicarakan non-chinese. > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah. > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt > dihormati kembali. > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun > kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu > pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin > keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara > ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap > suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah > > Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah > PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk > Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai > keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn > tinggal diluar China - kalau jalan² ke PRC - pertama² paspor PRC dicabut > sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina > sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap > di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam > didalam pemerintah dimainland sejak berabad² > > Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, > jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup > berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh > non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of indonesian > descent. Saya kalau ditanya mendalam apakah saya ada darah chinese - baru > saya confirm. Apakah kalian
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh yah. Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena merasa dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara Indonesia. Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, orang bugis dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak dipanggil dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA. Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah wilayah di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau Medan atau kadang ada yang salah dikira dari Menado. Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam negara Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap sebagai WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan saudara sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu. Itu saja. Lanjutkan.. Regards, Paulus T. 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA > > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan > istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan > kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. > > Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau > membicarakan non-chinese. > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah. > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt > dihormati kembali. > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun > kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu > pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin > keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara > ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap > suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah > > Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah > PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk > Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai > keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn > tinggal diluar China - kalau jalan² ke PRC - pertama² paspor PRC dicabut > sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina > sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap > di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam > didalam pemerintah dimainland sejak berabad² > > Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, > jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup > berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh > non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of indonesian > descent. Saya kalau ditanya mendalam apakah saya ada darah chinese - baru > saya confirm. Apakah kalian tidak malu jikalau kalian berkata I am a US > citizen of chinese descent dan kalian tidak dianggap chinese. > Karena itu know what you are, don't dream what yu are. > Anak² saya yg semua berpendidikan postgraduate juga berpendapat demikian. > Saya dan juga anak² saya oleh sifat ini diterima oleh suku India/Hindu, oleh > suku Indonesia atau suku Chinese sebagai orang dalam Saya juga sanggup > membaur dgn suku ket.africa atau europa karena dpt mempergunakan bahasa² > mereka incl. dialect daerah mereka, Berdasarkan pengalaman ini saya dpt > menulis pendapat saya diatas ini. > > Silahkan kalian berpikir tulisan saya ini dan jangan ber-emosi kalau > dipanggil cina - silahkan bercermin sebelum menjadi kurang happy. Kalian > di-Indonesia ber-emosi tetapi mentalitet kalian pada umumnya masih seperti > jaman blanda. > > Andreas > > > >
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg mempergunakan istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri tradisi dan kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara China. Didalam pembicaraan se-hari² mereka pd umumnya memakai istilah "kuei" utk semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. benua Africa didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg merupakan pribumi indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia - malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk dari HK dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara diluar negara mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei jikalau membicarakan non-chinese. Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao. Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar China mereka sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah berubah. Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih memakai Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk penduduk Indonesia atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau kalian masih tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan dpt dihormati kembali. Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia ump.nya diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap sebagai chinese sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. Meskipun kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian tidak mampu pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - Mungkin keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi diluar negara ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - dianggap suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan darah Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh pemerintah PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai penduduk Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari utara sampai keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah puluhan thn tinggal diluar China - kalau jalan² ke PRC - pertama² paspor PRC dicabut sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan kalau diChina sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai dia tetap di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang dalam didalam pemerintah dimainland sejak berabad² Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, sunda, jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau ditanya oleh non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of indonesian descent. Saya kalau ditanya mendalam apakah saya ada darah chinese - baru saya confirm. Apakah kalian tidak malu jikalau kalian berkata I am a US citizen of chinese descent dan kalian tidak dianggap chinese. Karena itu know what you are, don't dream what yu are. Anak² saya yg semua berpendidikan postgraduate juga berpendapat demikian. Saya dan juga anak² saya oleh sifat ini diterima oleh suku India/Hindu, oleh suku Indonesia atau suku Chinese sebagai orang dalam Saya juga sanggup membaur dgn suku ket.africa atau europa karena dpt mempergunakan bahasa² mereka incl. dialect daerah mereka, Berdasarkan pengalaman ini saya dpt menulis pendapat saya diatas ini. Silahkan kalian berpikir tulisan saya ini dan jangan ber-emosi kalau dipanggil cina - silahkan bercermin sebelum menjadi kurang happy. Kalian di-Indonesia ber-emosi tetapi mentalitet kalian pada umumnya masih seperti jaman blanda. Andreas --- On Wed, 10/7/09, Eko Boenandar wrote: From: Eko Boenandar Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 7, 2009, 4:15 PM Rileks aja, kalau dongkol anda rugi sendiri. Siapa yang salah bakalan kuwalat, contohnya Belanda dulu suka menghina pribumi, sekarang belanda mecitat (KO), Jepang suka menghina China yg kalah perang, akibatnya Jepang di bom nuklir dan sering kena gempabumi. Kalau suka menghina bakalan kuwalat (kena hukum karma). Orang AS suka menghina black man akhirnya AS diperintah presiden blackman. Wong Cino yang suka menghina pribumi, gak dikasih jatah mentri. Yang dihina sabar aja. Jangan jangan nanti presiden Indonesia orang Cino. Kata orang : Cino sing gak tahu aturan itu Cino Sontoloyo. Cino sing melarat itu Cino Sontoloyo. Cino sing males itu Cino Sontoloyo. Sontoloyo, menurut, Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti, konyol, tidak beres, bodoh. --- On Wed, 10/7/09, Azura-Mazda wrote: From: Azura-Mazda Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Diguna
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
zhina seperti hal nya japs , adalah masalah sebutan menghina , terutama masa perang dunia orang jepang juga lebih suka dipanggil nihonjin , tapi amerika lebih suka menyebut japs suasananya yah gak beda dengan indon vs malingsia 2009/10/8 卓俊樺 > > > di jepang, kata 支那 / Cina tidak pernah dipakai di umum. > kata yang dipakai untuk menyebut RRC adalah 中国 ( chuugokujin) , > rakyatnya dipanggil dengan 中国人 (chuugokujin ) > > > bila anda memanggil orang2 dari RRC di sini dengan 支那/Cina, > saya berani bertaruh, anda pasti akan dihajar habis-habisan oleh mereka > > > > 2009/10/8 pccen...@indosat > >> >> >> boleh tes juga, silahkan cari seorang warga negara RRT, lalu sapa dia >> dengan "hi, zhina (支那/Cina)" lihat apa reaksi mereka? >> >> >> jackson_ya...@yahoo.com wrote: >> >> > Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah >> > bukan hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya >> > rasa hanya cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah >> > >> > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung >> > Teruuusss...! >> > >> > -- >> > >> > >> > >> >-- >> > >> >No virus found in this incoming message. >> >Checked by AVG. >> >Version: 7.5.560 / Virus Database: 270.14.1/2412 - Release Date: >> 03/10/2009 18:34 >> > >> > >> >> > > >
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Rileks aja, kalau dongkol anda rugi sendiri. Siapa yang salah bakalan kuwalat, contohnya Belanda dulu suka menghina pribumi, sekarang belanda mecitat (KO), Jepang suka menghina China yg kalah perang, akibatnya Jepang di bom nuklir dan sering kena gempabumi. Kalau suka menghina bakalan kuwalat (kena hukum karma). Orang AS suka menghina black man akhirnya AS diperintah presiden blackman. Wong Cino yang suka menghina pribumi, gak dikasih jatah mentri. Yang dihina sabar aja. Jangan jangan nanti presiden Indonesia orang Cino. Kata orang : Cino sing gak tahu aturan itu Cino Sontoloyo. Cino sing melarat itu Cino Sontoloyo. Cino sing males itu Cino Sontoloyo. Sontoloyo, menurut, Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti, konyol, tidak beres, bodoh. --- On Wed, 10/7/09, Azura-Mazda wrote: From: Azura-Mazda Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 7, 2009, 4:14 PM Uda, gak usa ditanggepin lah tuh orang-orang barbar. Uda tau mereka barbar kok tetep aja ditanggepin. --- On Wed, 10/7/09, Erik wrote: From: Erik Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Wednesday, October 7, 2009, 5:05 AM Fuyuan Xiong: Argumen apapun yang dikemukakan, entah itu historis, semantis ato tis-tis lainnya, satu fakta tak dapat dipungkiri, yakni bangsa itu sendiri tidak pernah menamakan diri mereka CINA or CHINA, sebutan tsb. dikenakan begitu saja oleh orang/bangsa lain kepada mereka, tanpa persetujuan mereka terlebih dahulu. Bagi mereka, nama bangsa mereka selalu berkaitan dengan kata HUA, sejak mulai dari HUAXIA sampai ZHONGHUA (TIONGHUA). Nama dinasti memang berganti-ganti dari Xia, Tang, Song dan seterusnya namun nama bangsa tetap adalah Zhonghua Minzu! Baru terakhir setelah Republik diproklamasikan, bangsa itu mengambil nama bangsa sendiri sebagai nama negara, yakni ZHONGHUA Minguo dan terakhir ZHONGHUA Renmin Gongheguo!! Hanya karena beberapa kesalahan dan juga kecelakaan historis saja, sehingga di kancah internasional negara dan bangsa itu tetap disebut CHINA. Yang niscaya pada waktu reunifikasi bangsa yang terpisah antar selat Taiwan terealisir, sebutan baik untuk bangsa maupun negara itu akan resmi diganti dengan kata ZHONGHUa!! Salam, Erik - - - - - - --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote: > > Loheng, setelah saya perhatikan, mereka2 yg ngebet dipanggil cina itu sdh tak > mau mempelajari data2 sejarah, mau dijelasin sampai mulut berbusapun otaknya > tetap buntu. Pokoknya tak mau peduli. Yg penting ngeyel. China pun diucapkan > menjadi cina, spt org kampung. > Menghadapi orang2 semacam ini bgmn bisa mengharapkan mereka menanggapi > pertanyaan2 secara serius? Mereka bisanya cuman menghindar. Terus lari > keargumen lain. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: agoeng_...@. .. > Date: Wed, 7 Oct 2009 04:48:00 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Ya udah mulai skrg biasain aja dipanggil monyet, nanti 10-20 taon lg juga > terbiasa kok. > > Btw kok ga ada yg jawab yah, klo emang bener cina n tionghoa itu sama aja, > napa juga orba susah2 ganti sebutan secara resmi??? Bukannya sama aja? Btw g > seh biasanya bilang tong nyin tuh bukan tionghoa. Wekkekekeke > -Original Message- > From: jackson_yahya@ ... > Date: Wed, 7 Oct 2009 03:45:19 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan > hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya > cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss... ! > > -----Original Message- > From: "ChanCT" > Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut > sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, > adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan > Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua > Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan > RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan > Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digun
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
di jepang, kata 支那 / Cina tidak pernah dipakai di umum. kata yang dipakai untuk menyebut RRC adalah 中国 ( chuugokujin) , rakyatnya dipanggil dengan 中国人 (chuugokujin ) bila anda memanggil orang2 dari RRC di sini dengan 支那/Cina, saya berani bertaruh, anda pasti akan dihajar habis-habisan oleh mereka 2009/10/8 pccen...@indosat > > > boleh tes juga, silahkan cari seorang warga negara RRT, lalu sapa dia > dengan "hi, zhina (支那/Cina)" lihat apa reaksi mereka? > > > jackson_ya...@yahoo.com wrote: > > > Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah > > bukan hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya > > rasa hanya cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah > > > > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > > Teruuusss...! > > > > -- > > > > > > > >-- > > > >No virus found in this incoming message. > >Checked by AVG. > >Version: 7.5.560 / Virus Database: 270.14.1/2412 - Release Date: > 03/10/2009 18:34 > > > > > > >
Re: Barbar? (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?)
saya pribadi lebih suka istilah tionghoa .. tapi melihat perdebatan ini sudah berlangsung emosional ada baiknya yang merasa di garis depan pembela "tionghoa" menurunkan sedikit emosinya , tidak bijak berusaha membela "tionghoa" tapi menjadi orang pertama yang mempermalukan budaya tionghoa itu sendiri ntar jadinya kontraproduktif. beberapa media terkemuka juga toh sudah ada yang mulai menggunakan istilah tionghoa 2009/10/7 Akhmad Bukhari Saleh > > > Mendingan barbar lah daripada pian-hoa-tjat yang hanya lempar issue > sembunyi seribu topeng... > > = > > > - Original Message - > *From:* Azura-Mazda > *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com > *Sent:* Wednesday, October 07, 2009 4:14 PM > *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas > Digunakan? > > > > Uda, gak usa ditanggepin lah tuh orang-orang barbar. > Uda tau mereka barbar kok tetep aja ditanggepin. > > --- On *Wed, 10/7/09, Erik * wrote: > > > From: Erik > Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 7, 2009, 5:05 AM > > > > Fuyuan Xiong: > Argumen apapun yang dikemukakan, entah itu historis, semantis ato tis-tis > lainnya, satu fakta tak dapat dipungkiri, yakni bangsa itu sendiri tidak > pernah menamakan diri mereka CINA or CHINA, sebutan tsb. dikenakan begitu > saja oleh orang/bangsa lain kepada mereka, tanpa persetujuan mereka terlebih > dahulu. > Bagi mereka, nama bangsa mereka selalu berkaitan dengan kata HUA, sejak > mulai dari HUAXIA sampai ZHONGHUA (TIONGHUA). Nama dinasti memang > berganti-ganti dari Xia, Tang, Song dan seterusnya namun nama bangsa tetap > adalah Zhonghua Minzu! > Baru terakhir setelah Republik diproklamasikan, bangsa itu mengambil nama > bangsa sendiri sebagai nama negara, yakni ZHONGHUA Minguo dan terakhir > ZHONGHUA Renmin Gongheguo!! > Hanya karena beberapa kesalahan dan juga kecelakaan historis saja, sehingga > di kancah internasional negara dan bangsa itu tetap disebut CHINA. Yang > niscaya pada waktu reunifikasi bangsa yang terpisah antar selat Taiwan > terealisir, sebutan baik untuk bangsa maupun negara itu akan resmi diganti > dengan kata ZHONGHUa!! > > Salam, > > Erik > - - - - - - > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. > com<http://mc/compose?to=budaya_tionghua%40yahoogroups.com>, > zho...@... wrote: > > > > Loheng, setelah saya perhatikan, mereka2 yg ngebet dipanggil cina itu sdh > tak mau mempelajari data2 sejarah, mau dijelasin sampai mulut berbusapun > otaknya tetap buntu. Pokoknya tak mau peduli. Yg penting ngeyel. China pun > diucapkan menjadi cina, spt org kampung. > > Menghadapi orang2 semacam ini bgmn bisa mengharapkan mereka menanggapi > pertanyaan2 secara serius? Mereka bisanya cuman menghindar. Terus lari > keargumen lain. > > > > Sent from my BlackBerry® > > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > > > -Original Message- > > From: agoeng_...@. .. > > Date: Wed, 7 Oct 2009 04:48:00 > > To: > com<http://mc/compose?to=budaya_tionghua%40yahoogroups.com> > > > > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas > Digunakan? > > > > Ya udah mulai skrg biasain aja dipanggil monyet, nanti 10-20 taon lg juga > terbiasa kok. > > > > Btw kok ga ada yg jawab yah, klo emang bener cina n tionghoa itu sama > aja, napa juga orba susah2 ganti sebutan secara resmi??? Bukannya sama aja? > Btw g seh biasanya bilang tong nyin tuh bukan tionghoa. Wekkekekeke > > -Original Message- > > From: jackson_yahya@ ... > > Date: Wed, 7 Oct 2009 03:45:19 > > To: > com<http://mc/compose?to=budaya_tionghua%40yahoogroups.com> > > > > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas > Digunakan? > > > > Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah > bukan hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa > hanya cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah > > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss... ! > > > > -Original Message- > > From: "ChanCT" > > Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 > > To: > com<http://mc/compose?to=budaya_tionghua%40yahoogroups.com> > > > > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas > Digunakan? > > > > Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja > diusut sejarahnya, tapi m
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Kenapa tidak memakai terjemahan Republik rakyat Negara Tengah - ini 100% bah Indonesia. --- On Wed, 10/7/09, Akhmad Bukhari Saleh wrote: From: Akhmad Bukhari Saleh Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 7, 2009, 4:10 AM - Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok > menjadi republik rakyat china? > Mengapa bukan republik rakyat tiongkok > seperti dulu atau republik rakyat cina > seperti kebiasaan ORBA? - - - - - - - - - - - - - - - - - - Makanya pahami sejarah! Ingat bahwa pemulihan hubuingan RRT-RI terjadi masih di rezim Orba. Yang lebih butuh pemulihan hubungan adalah Indonesia. Buktinya lebih dahulu datang delegasi Indonesia ke Tiongkok daripada delegasi Tiongkok ke Indonesia. Delegasi Indonesia itu resmi, tetapi pakai nama Kadin. Pertama supaya bisa ada keresmian suatu delegasi yang bermandat kenegaraan, walaupun tidak ada hubungan diplomatik. Kedua menunjukkan sifat butuhnya Indonesia, yaitu butuh hubungan dagang (ekonomi) dengan naga raksasa yang telah menggeliat bangkit, maka delegasinya pakai 'bungkus' kamar dagang (walau ada orang Deplu dan Bakin). Mengapa hasil perundingan diplomasinya bukan "republik rakyat tiongkok"? Karena pihak RI tidak mau. Pihak RRT tentunya maunya "republik rakyat tiongkok". Tetapi ketika pihak RI tidak mau, ya tidak memaksa, karena paham sejarah. Mengapa bukan "republik rakyat cina"? Karena pihak RRT tidak mau. Pihak RI, yang waktu itu masih rezim Orba (yang beberapa tahun kemudian saya jungkalkan, bukan oleh Zhou-heng cs. yang cuma no action menggrundel only), tentunya maunya "republik rakyat cina". Tetapi ketika pihak RRT tidak mau, ya tidak memaksa, karena lagi butuh pemulihan hubungan, terutama hubungan ekonomi. Mengapa kok menjadi "republik rakyat china", walau ada pro-kontra? Ya begitulah take and give dalam perundingan diplomasi. Dalam perundingan diplomasi, soal remeh bisa dikesampingkan asal tujuan utama tercapai, yang penting tidak ada yang kehilangan muka. Tujuan utama perundingan waktu itu adalah pemulihan hubungan RI-RRT. Sedangkan soal nama negeri RRT adalah soal yang lebih remeh. Dengan dicapainya persetujuan memakai istilah "china", maka kedua pihak tidak kehilangan muka. Pihak RRT tidak kehilangan muka, karena nyatanya RI mau berubah sikap, tidak ngotot memakai kata "cina" lagi. Begitu pula pihak RI tidak kehilangan muka, karena RRT menunjukkan pemahaman sejarah mengapa RI tidak mau kata "tiongkok". Dari segi semantik (ilmu bahasa), RI bisa dianggap lebih 'menang' karena anak kecil juga bisa lihat bahwa kata "china" lebih dekat ke kata "cina" daripada ke kata "tiongkok". Tetapi dari segi politik, RRT bisa dianggap lebih menang karena bisa memaksa rezim yang sama untuk berubah sikap soal nama ini (RI masih tetap rezim Soeharto, sehingga bisa dikategorikan menjilat ludah sendiri, sedangkan RRT sudah berubah rezim, bukan rezim Mao lagi, sehingga bisa dibilang sudah 'ludah' yang berbeda). Itulah sejarah! Wasalam. ========= - Original Message ----- From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Anda sudah memilih mengucapakan China dlm bhs inggris menjadi cina, seperti anak2 kecil dan orang kebanyakan yg pendidikan rendah, terserah! Kami mau dipanggil apa itu hak kami! Bukan anda yg memutuskan. Jika anda memaksakan, saya juga siap panggil anda inlander. Dari jawaban anda sdh jelas: krn tdk senang dng rrt, orba sengaja mengganti istilah tionghoa yg dinilai terlalu bagus menjadi cina yg lebih jelek! Berarti anda mengakui Cina lebih jelek dari tionghoa. Sekarang kami ingin dipanggil kembali dng julukan yg lebih bagus, mengapa keberatan? Satu2nya jawaban: anda sbg angkatan 66 ikut mendukung rezim orba dlm menekan masyarakat tionghoa! Dulu saat memulihkan hubungan dng indonesia, posisi RRT belum sekuat sekarang, singapore saja belum menjalin hubungan diplomatik! Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok menjadi republik rakyat china? Mengapa bukan republik rakyat tiongkok seperti dulu atau republik rakyat cina seperti kebiasaan ORBA? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: "Akhmad Bukhari Saleh" Date: Wed, 7 Oct 2009 15:57:12 +0700 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? - Original Message - From: zho...@ya
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
boleh tes juga, silahkan cari seorang warga negara RRT, lalu sapa dia dengan "hi, zhina (支那/Cina)" lihat apa reaksi mereka? jackson_ya...@yahoo.com wrote: > Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah > bukan hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya > rasa hanya cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah > > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss...! > > > > > > > >No virus found in this incoming message. >Checked by AVG. >Version: 7.5.560 / Virus Database: 270.14.1/2412 - Release Date: 03/10/2009 >18:34 > >
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Zhou Fuyen benar sekali --- On Wed, 10/7/09, zho...@yahoo.com wrote: From: zho...@yahoo.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 7, 2009, 8:22 AM Sudah cukup jelas! Dlm uraian anda, anda telah menunjukkan pihak tiongkok keberatan dng istilah Cina, pihak orba keberatan kembali ke tionghoa, akhirnya kompromi dng istilah China! Dari sejarah diatas, anda masih memungkiri bhw tiongkok membedakan istilah tiongkok, china dan cina? Logika dari mana? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSATFrom: "Akhmad Bukhari Saleh" Date: Wed, 7 Oct 2009 18:10:52 +0700To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? - Original Message - From: zho...@yahoo. com To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok > menjadi republik rakyat china? > Mengapa bukan republik rakyat tiongkok > seperti dulu atau republik rakyat cina > seperti kebiasaan ORBA? - - - - - - - - - - - - - - - - - - Makanya pahami sejarah! Ingat bahwa pemulihan hubuingan RRT-RI terjadi masih di rezim Orba. Yang lebih butuh pemulihan hubungan adalah Indonesia. Buktinya lebih dahulu datang delegasi Indonesia ke Tiongkok daripada delegasi Tiongkok ke Indonesia. Delegasi Indonesia itu resmi, tetapi pakai nama Kadin. Pertama supaya bisa ada keresmian suatu delegasi yang bermandat kenegaraan, walaupun tidak ada hubungan diplomatik. Kedua menunjukkan sifat butuhnya Indonesia, yaitu butuh hubungan dagang (ekonomi) dengan naga raksasa yang telah menggeliat bangkit, maka delegasinya pakai 'bungkus' kamar dagang (walau ada orang Deplu dan Bakin). Mengapa hasil perundingan diplomasinya bukan "republik rakyat tiongkok"? Karena pihak RI tidak mau. Pihak RRT tentunya maunya "republik rakyat tiongkok". Tetapi ketika pihak RI tidak mau, ya tidak memaksa, karena paham sejarah. Mengapa bukan "republik rakyat cina"? Karena pihak RRT tidak mau. Pihak RI, yang waktu itu masih rezim Orba (yang beberapa tahun kemudian saya jungkalkan, bukan oleh Zhou-heng cs. yang cuma no action menggrundel only), tentunya maunya "republik rakyat cina". Tetapi ketika pihak RRT tidak mau, ya tidak memaksa, karena lagi butuh pemulihan hubungan, terutama hubungan ekonomi. Mengapa kok menjadi "republik rakyat china", walau ada pro-kontra? Ya begitulah take and give dalam perundingan diplomasi. Dalam perundingan diplomasi, soal remeh bisa dikesampingkan asal tujuan utama tercapai, yang penting tidak ada yang kehilangan muka. Tujuan utama perundingan waktu itu adalah pemulihan hubungan RI-RRT. Sedangkan soal nama negeri RRT adalah soal yang lebih remeh. Dengan dicapainya persetujuan memakai istilah "china", maka kedua pihak tidak kehilangan muka. Pihak RRT tidak kehilangan muka, karena nyatanya RI mau berubah sikap, tidak ngotot memakai kata "cina" lagi. Begitu pula pihak RI tidak kehilangan muka, karena RRT menunjukkan pemahaman sejarah mengapa RI tidak mau kata "tiongkok". Dari segi semantik (ilmu bahasa), RI bisa dianggap lebih 'menang' karena anak kecil juga bisa lihat bahwa kata "china" lebih dekat ke kata "cina" daripada ke kata "tiongkok". Tetapi dari segi politik, RRT bisa dianggap lebih menang karena bisa memaksa rezim yang sama untuk berubah sikap soal nama ini (RI masih tetap rezim Soeharto, sehingga bisa dikategorikan menjilat ludah sendiri, sedangkan RRT sudah berubah rezim, bukan rezim Mao lagi, sehingga bisa dibilang sudah 'ludah' yang berbeda). Itulah sejarah! Wasalam. = ===== = == - Original Message ----- From: zho...@yahoo. com To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Anda sudah memilih mengucapakan China dlm bhs inggris menjadi cina, seperti anak2 kecil dan orang kebanyakan yg pendidikan rendah, terserah! Kami mau dipanggil apa itu hak kami! Bukan anda yg memutuskan. Jika anda memaksakan, saya juga siap panggil anda inlander. Dari jawaban anda sdh jelas: krn tdk senang dng rrt, orba sengaja mengganti istilah tionghoa yg dinilai terlalu bagus menjadi cina yg lebih jelek! Berarti anda mengakui Cina lebih jelek dari tionghoa. Sekarang kami ingin dipanggil kembali dng julukan yg lebih bagus, mengapa keberatan? Satu2nya jawaban: anda sbg angkatan 66 ikut mendukung rezim orba dlm menekan
Barbar? (Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?)
Mendingan barbar lah daripada pian-hoa-tjat yang hanya lempar issue sembunyi seribu topeng... = - Original Message - From: Azura-Mazda To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 4:14 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Uda, gak usa ditanggepin lah tuh orang-orang barbar. Uda tau mereka barbar kok tetep aja ditanggepin. --- On Wed, 10/7/09, Erik wrote: From: Erik Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 7, 2009, 5:05 AM Fuyuan Xiong: Argumen apapun yang dikemukakan, entah itu historis, semantis ato tis-tis lainnya, satu fakta tak dapat dipungkiri, yakni bangsa itu sendiri tidak pernah menamakan diri mereka CINA or CHINA, sebutan tsb. dikenakan begitu saja oleh orang/bangsa lain kepada mereka, tanpa persetujuan mereka terlebih dahulu. Bagi mereka, nama bangsa mereka selalu berkaitan dengan kata HUA, sejak mulai dari HUAXIA sampai ZHONGHUA (TIONGHUA). Nama dinasti memang berganti-ganti dari Xia, Tang, Song dan seterusnya namun nama bangsa tetap adalah Zhonghua Minzu! Baru terakhir setelah Republik diproklamasikan, bangsa itu mengambil nama bangsa sendiri sebagai nama negara, yakni ZHONGHUA Minguo dan terakhir ZHONGHUA Renmin Gongheguo!! Hanya karena beberapa kesalahan dan juga kecelakaan historis saja, sehingga di kancah internasional negara dan bangsa itu tetap disebut CHINA. Yang niscaya pada waktu reunifikasi bangsa yang terpisah antar selat Taiwan terealisir, sebutan baik untuk bangsa maupun negara itu akan resmi diganti dengan kata ZHONGHUa!! Salam, Erik - - - - - - --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote: > > Loheng, setelah saya perhatikan, mereka2 yg ngebet dipanggil cina itu sdh tak mau mempelajari data2 sejarah, mau dijelasin sampai mulut berbusapun otaknya tetap buntu. Pokoknya tak mau peduli. Yg penting ngeyel. China pun diucapkan menjadi cina, spt org kampung. > Menghadapi orang2 semacam ini bgmn bisa mengharapkan mereka menanggapi pertanyaan2 secara serius? Mereka bisanya cuman menghindar. Terus lari keargumen lain. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: agoeng_...@. .. > Date: Wed, 7 Oct 2009 04:48:00 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Ya udah mulai skrg biasain aja dipanggil monyet, nanti 10-20 taon lg juga terbiasa kok. > > Btw kok ga ada yg jawab yah, klo emang bener cina n tionghoa itu sama aja, napa juga orba susah2 ganti sebutan secara resmi??? Bukannya sama aja? Btw g seh biasanya bilang tong nyin tuh bukan tionghoa. Wekkekekeke > -Original Message- > From: jackson_yahya@ ... > Date: Wed, 7 Oct 2009 03:45:19 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss... ! > > -Original Message----- > From: "ChanCT" > Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digunakan di Indonesia. > > Dan sejak hubungan diplomatik RI-RRT resmi dibuka tahun 1950, Pemerintah Indonesia ketika itu juga sudah secara resmi gunakan Republik Rakyat Tiongkok dan sebutan Tionghoa untuk bangsa dan orangnya, ... > > Itulah kenyataan yang ada yang patut diperhatikan b
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
- Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 7:22 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Dari sejarah diatas, anda masih memungkiri > bhw tiongkok membedakan istilah tiongkok, > china dan cina? > Logika dari mana? - He he he... ini sudah masuk ke wilayah debat kusir nih! Logika dari mana? Logikanya tentu saja logika maknawi. Beda atau tidak beda? Secara harfiah, tentu saja "tiongkok", "china" dan "cina" berbeda. Anak kecil juga tahu jelas huruf "t" beda dari huruf "ch" dan beda dari huruf "c". Namun secara maknawi tidak berbeda. Di dalam negeri pemerintah RRT pakai istilah "tiongkok", di luar negeri pemerintah RRT yang itu juga pakai istilah "china", "cina", "chinoi", dsb, sesuai bahasa yang dipakai. Lihat saja dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah RRT dalam bahasa masing-masing. Lihat saja papan nama yang dipakai delegasi RRT di meja rapat di PBB dan berbagai konferensi internasional. Tetapi bahasan diskusi ini, sejak awal pun, kan bukan soal tiongkok, china dan cina berbeda atau tidak berbeda. Tidak usah jauh-jauh, lihat saja judul diskusi kita di atas ini. Jelas kan apa yang seharusnya dibahas dalam diskusinya! Di sinilah terlihat Zhou-heng sudah memasuki wilayah debat kusir. Daripada berdikusi zig-zag begini, barangkali kalau sudah tidak ada lagi yang dapat dibahas dalam koridor topik diskusi ini, ya kita sudahi saja. Wasalam. - Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 7:22 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Sudah cukup jelas! Dlm uraian anda, anda telah menunjukkan pihak tiongkok keberatan dng istilah Cina, pihak orba keberatan kembali ke tionghoa, akhirnya kompromi dng istilah China! Dari sejarah diatas, anda masih memungkiri bhw tiongkok membedakan istilah tiongkok, china dan cina? Logika dari mana? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT ------------------ From: "Akhmad Bukhari Saleh" Date: Wed, 7 Oct 2009 18:10:52 +0700 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? ----- Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok > menjadi republik rakyat china? > Mengapa bukan republik rakyat tiongkok > seperti dulu atau republik rakyat cina > seperti kebiasaan ORBA? - - - - - - - - - - - - - - - - - - Makanya pahami sejarah! Ingat bahwa pemulihan hubuingan RRT-RI terjadi masih di rezim Orba. Yang lebih butuh pemulihan hubungan adalah Indonesia. Buktinya lebih dahulu datang delegasi Indonesia ke Tiongkok daripada delegasi Tiongkok ke Indonesia. Delegasi Indonesia itu resmi, tetapi pakai nama Kadin. Pertama supaya bisa ada keresmian suatu delegasi yang bermandat kenegaraan, walaupun tidak ada hubungan diplomatik. Kedua menunjukkan sifat butuhnya Indonesia, yaitu butuh hubungan dagang (ekonomi) dengan naga raksasa yang telah menggeliat bangkit, maka delegasinya pakai 'bungkus' kamar dagang (walau ada orang Deplu dan Bakin). Mengapa hasil perundingan diplomasinya bukan "republik rakyat tiongkok"? Karena pihak RI tidak mau. Pihak RRT tentunya maunya "republik rakyat tiongkok". Tetapi ketika pihak RI tidak mau, ya tidak memaksa, karena paham sejarah. Mengapa bukan "republik rakyat cina"? Karena pihak RRT tidak mau. Pihak RI, yang waktu itu masih rezim Orba (yang beberapa tahun kemudian saya jungkalkan, bukan oleh Zhou-heng cs. yang cuma no action menggrundel only), tentunya maunya "republik rakyat cina". Tetapi ketika pihak RRT tidak mau, ya tidak memaksa, karena lagi butuh pemulihan hubungan, terutama hubungan ekonomi. Mengapa kok menjadi "republik rakyat china", walau ada pro-kontra? Ya begitulah take and give dalam perundingan diplomasi. Dalam perundingan diplomasi, soal remeh bisa dikesampingkan asal tujuan utama tercapai, yang penting tidak ada yang kehilangan muka. Tujuan utama perundingan waktu itu adalah pemulihan hubungan RI-RRT. Sedangkan soal nama negeri RRT adalah soal yang lebih remeh. Dengan dicapainya persetujuan memakai istilah "china", maka kedua pihak tidak kehilangan muka. Pihak RRT tidak kehilangan muka, karena nyatanya RI mau berubah sikap, tidak ngotot memakai kata "
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Uda, gak usa ditanggepin lah tuh orang-orang barbar. Uda tau mereka barbar kok tetep aja ditanggepin. --- On Wed, 10/7/09, Erik wrote: From: Erik Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 7, 2009, 5:05 AM Fuyuan Xiong: Argumen apapun yang dikemukakan, entah itu historis, semantis ato tis-tis lainnya, satu fakta tak dapat dipungkiri, yakni bangsa itu sendiri tidak pernah menamakan diri mereka CINA or CHINA, sebutan tsb. dikenakan begitu saja oleh orang/bangsa lain kepada mereka, tanpa persetujuan mereka terlebih dahulu. Bagi mereka, nama bangsa mereka selalu berkaitan dengan kata HUA, sejak mulai dari HUAXIA sampai ZHONGHUA (TIONGHUA). Nama dinasti memang berganti-ganti dari Xia, Tang, Song dan seterusnya namun nama bangsa tetap adalah Zhonghua Minzu! Baru terakhir setelah Republik diproklamasikan, bangsa itu mengambil nama bangsa sendiri sebagai nama negara, yakni ZHONGHUA Minguo dan terakhir ZHONGHUA Renmin Gongheguo!! Hanya karena beberapa kesalahan dan juga kecelakaan historis saja, sehingga di kancah internasional negara dan bangsa itu tetap disebut CHINA. Yang niscaya pada waktu reunifikasi bangsa yang terpisah antar selat Taiwan terealisir, sebutan baik untuk bangsa maupun negara itu akan resmi diganti dengan kata ZHONGHUa!! Salam, Erik - - - - - - --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, zho...@... wrote: > > Loheng, setelah saya perhatikan, mereka2 yg ngebet dipanggil cina itu sdh tak > mau mempelajari data2 sejarah, mau dijelasin sampai mulut berbusapun otaknya > tetap buntu. Pokoknya tak mau peduli. Yg penting ngeyel. China pun diucapkan > menjadi cina, spt org kampung. > Menghadapi orang2 semacam ini bgmn bisa mengharapkan mereka menanggapi > pertanyaan2 secara serius? Mereka bisanya cuman menghindar. Terus lari > keargumen lain. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: agoeng_...@. .. > Date: Wed, 7 Oct 2009 04:48:00 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Ya udah mulai skrg biasain aja dipanggil monyet, nanti 10-20 taon lg juga > terbiasa kok. > > Btw kok ga ada yg jawab yah, klo emang bener cina n tionghoa itu sama aja, > napa juga orba susah2 ganti sebutan secara resmi??? Bukannya sama aja? Btw g > seh biasanya bilang tong nyin tuh bukan tionghoa. Wekkekekeke > -Original Message- > From: jackson_yahya@ ... > Date: Wed, 7 Oct 2009 03:45:19 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan > hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya > cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss... ! > > -Original Message- > From: "ChanCT" > Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut > sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, > adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan > Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua > Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan > RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan > Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digunakan di > Indonesia. > > Dan sejak hubungan diplomatik RI-RRT resmi dibuka tahun 1950, Pemerintah > Indonesia ketika itu juga sudah secara resmi gunakan Republik Rakyat Tiongkok > dan sebutan Tionghoa untuk bangsa dan orangnya, ... > > Itulah kenyataan yang ada yang patut diperhatikan benar oleh rakyat dan > bangsa Indonesia untuk meenghormati dan bersahabat dengan bangsa lain yang > juga mengulurkan tangan persahabatan. Sebutan Tiongkok/Tionghoa itulah yang > dikehendaki Pemerintah dan rakyat Tiongkok, mereka betul-betul merasa terhina > dengan sebutan CINA, lebih-lebih kalau CINA menjadi Zhi-na dalam bhs. > Tionghoa. > > Kenapa masih juga ada orang yang tetap bertahan gunakan sebutan CINA? > Bukankah salah satu ayat dalam ajaran Islam yang kalau diterjemahkan artinya > begini: ''Panggillah seseorang itu dengan panggilan yang mereka sendiri > senang mendengarnya' ' . > > Salam, > ChanCT
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Sudah cukup jelas! Dlm uraian anda, anda telah menunjukkan pihak tiongkok keberatan dng istilah Cina, pihak orba keberatan kembali ke tionghoa, akhirnya kompromi dng istilah China! Dari sejarah diatas, anda masih memungkiri bhw tiongkok membedakan istilah tiongkok, china dan cina? Logika dari mana? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Akhmad Bukhari Saleh" Date: Wed, 7 Oct 2009 18:10:52 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? - Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok > menjadi republik rakyat china? > Mengapa bukan republik rakyat tiongkok > seperti dulu atau republik rakyat cina > seperti kebiasaan ORBA? - - - - - - - - - - - - - - - - - - Makanya pahami sejarah! Ingat bahwa pemulihan hubuingan RRT-RI terjadi masih di rezim Orba. Yang lebih butuh pemulihan hubungan adalah Indonesia. Buktinya lebih dahulu datang delegasi Indonesia ke Tiongkok daripada delegasi Tiongkok ke Indonesia. Delegasi Indonesia itu resmi, tetapi pakai nama Kadin. Pertama supaya bisa ada keresmian suatu delegasi yang bermandat kenegaraan, walaupun tidak ada hubungan diplomatik. Kedua menunjukkan sifat butuhnya Indonesia, yaitu butuh hubungan dagang (ekonomi) dengan naga raksasa yang telah menggeliat bangkit, maka delegasinya pakai 'bungkus' kamar dagang (walau ada orang Deplu dan Bakin). Mengapa hasil perundingan diplomasinya bukan "republik rakyat tiongkok"? Karena pihak RI tidak mau. Pihak RRT tentunya maunya "republik rakyat tiongkok". Tetapi ketika pihak RI tidak mau, ya tidak memaksa, karena paham sejarah. Mengapa bukan "republik rakyat cina"? Karena pihak RRT tidak mau. Pihak RI, yang waktu itu masih rezim Orba (yang beberapa tahun kemudian saya jungkalkan, bukan oleh Zhou-heng cs. yang cuma no action menggrundel only), tentunya maunya "republik rakyat cina". Tetapi ketika pihak RRT tidak mau, ya tidak memaksa, karena lagi butuh pemulihan hubungan, terutama hubungan ekonomi. Mengapa kok menjadi "republik rakyat china", walau ada pro-kontra? Ya begitulah take and give dalam perundingan diplomasi. Dalam perundingan diplomasi, soal remeh bisa dikesampingkan asal tujuan utama tercapai, yang penting tidak ada yang kehilangan muka. Tujuan utama perundingan waktu itu adalah pemulihan hubungan RI-RRT. Sedangkan soal nama negeri RRT adalah soal yang lebih remeh. Dengan dicapainya persetujuan memakai istilah "china", maka kedua pihak tidak kehilangan muka. Pihak RRT tidak kehilangan muka, karena nyatanya RI mau berubah sikap, tidak ngotot memakai kata "cina" lagi. Begitu pula pihak RI tidak kehilangan muka, karena RRT menunjukkan pemahaman sejarah mengapa RI tidak mau kata "tiongkok". Dari segi semantik (ilmu bahasa), RI bisa dianggap lebih 'menang' karena anak kecil juga bisa lihat bahwa kata "china" lebih dekat ke kata "cina" daripada ke kata "tiongkok". Tetapi dari segi politik, RRT bisa dianggap lebih menang karena bisa memaksa rezim yang sama untuk berubah sikap soal nama ini (RI masih tetap rezim Soeharto, sehingga bisa dikategorikan menjilat ludah sendiri, sedangkan RRT sudah berubah rezim, bukan rezim Mao lagi, sehingga bisa dibilang sudah 'ludah' yang berbeda). Itulah sejarah! Wasalam. ============= ----- Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Anda sudah memilih mengucapakan China dlm bhs inggris menjadi cina, seperti anak2 kecil dan orang kebanyakan yg pendidikan rendah, terserah! Kami mau dipanggil apa itu hak kami! Bukan anda yg memutuskan. Jika anda memaksakan, saya juga siap panggil anda inlander. Dari jawaban anda sdh jelas: krn tdk senang dng rrt, orba sengaja mengganti istilah tionghoa yg dinilai terlalu bagus menjadi cina yg lebih jelek! Berarti anda mengakui Cina lebih jelek dari tionghoa. Sekarang kami ingin dipanggil kembali dng julukan yg lebih bagus, mengapa keberatan? Satu2nya jawaban: anda sbg angkatan 66 ikut mendukung rezim orba dlm menekan masyarakat tionghoa! Dulu saat memulihkan hubungan dng indonesia, posisi RRT belum sekuat sekarang, singapore saja belum menjalin hubungan diplomatik! Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok menjadi republik rakyat china? Mengapa bukan republik rakyat tiongkok seperti dulu atau republik rakyat cina seperti kebiasaan ORBA? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -----
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
- Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Dulu saat memulihkan hubungan dng indonesia, > posisi RRT belum sekuat sekarang, > singapore saja belum menjalin hubungan diplomatik! - - - - - - - - - - - - - - - - - Tentu saja waktu itu RRT belum sekuat sekarang. Tetapi semua orang juga bisa melihat RRT akan menjadi super power ekonomi. Karena itu RI yang ekonominya sedang menurun, berada pada pihak yang lebih butuh pemulihan hubungan daripada pihak RRT. Maka itu pihak RI yang lebih dahulu mengutus delegasi 'sowan' ke RRT. Dan itu pula sebabnya delegasi resmi yang dikirim memakai 'baju'/'bungkus' Kadin. Kita ingat ketika USA mulai membuka hubungan dengan RRT, 'bungkus'/'baju' delegasinya adalah olahraga pingpong. Bukan delegasi dagang. Karena kepentingan USA tentu berbeda dengan RI yang butuh hubungan dagang dengan RRT, sedangkan USA lebih perlu hubungan politik dalam konstelasi geoplitik USA-RRT-USSR ketika itu. Singapura waktu itu belum menjalin hubungan diplomatik dengan RRT secara resmi, karena situasi dan kondisinya jauh berbeda dengan Indonesia. Dalam prakteknya hubungan ekonomi sesama orang cina di Singapore dan di Tiongkok tidak pernah surut, selalu tinggi intensitasnya. Jadi tidak ada kebutuhan untuk buru-buru membuka hubungan diplomatik. Bahkan ketika RRT mulai menggeliat sebagai naga ekonomi regional, Singapore sebagai sesama cina, waktu itu sempat melihatnya sebagai saingan dalam penguasaan bisnisnya dengan Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand. Ini juga membuat Singapore tidak buru-buru dalam membuka hubungan diplomatik dengan RRT. Wasalam. - Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Anda sudah memilih mengucapakan China dlm bhs inggris menjadi cina, seperti anak2 kecil dan orang kebanyakan yg pendidikan rendah, terserah! Kami mau dipanggil apa itu hak kami! Bukan anda yg memutuskan. Jika anda memaksakan, saya juga siap panggil anda inlander. Dari jawaban anda sdh jelas: krn tdk senang dng rrt, orba sengaja mengganti istilah tionghoa yg dinilai terlalu bagus menjadi cina yg lebih jelek! Berarti anda mengakui Cina lebih jelek dari tionghoa. Sekarang kami ingin dipanggil kembali dng julukan yg lebih bagus, mengapa keberatan? Satu2nya jawaban: anda sbg angkatan 66 ikut mendukung rezim orba dlm menekan masyarakat tionghoa! Dulu saat memulihkan hubungan dng indonesia, posisi RRT belum sekuat sekarang, singapore saja belum menjalin hubungan diplomatik! Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok menjadi republik rakyat china? Mengapa bukan republik rakyat tiongkok seperti dulu atau republik rakyat cina seperti kebiasaan ORBA? Recent Activity a.. 8New Members Visit Your Group Give Back Yahoo! for Good Get inspired by a good cause. Y! Toolbar Get it Free! easy 1-click access to your groups. Yahoo! Groups Start a group in 3 easy steps. Connect with others. . No virus found in this outgoing message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.5.420 / Virus Database: 270.14.5/2418 - Release Date: 10/06/09 18:34:00
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
- Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok > menjadi republik rakyat china? > Mengapa bukan republik rakyat tiongkok > seperti dulu atau republik rakyat cina > seperti kebiasaan ORBA? - - - - - - - - - - - - - - - - - - Makanya pahami sejarah! Ingat bahwa pemulihan hubuingan RRT-RI terjadi masih di rezim Orba. Yang lebih butuh pemulihan hubungan adalah Indonesia. Buktinya lebih dahulu datang delegasi Indonesia ke Tiongkok daripada delegasi Tiongkok ke Indonesia. Delegasi Indonesia itu resmi, tetapi pakai nama Kadin. Pertama supaya bisa ada keresmian suatu delegasi yang bermandat kenegaraan, walaupun tidak ada hubungan diplomatik. Kedua menunjukkan sifat butuhnya Indonesia, yaitu butuh hubungan dagang (ekonomi) dengan naga raksasa yang telah menggeliat bangkit, maka delegasinya pakai 'bungkus' kamar dagang (walau ada orang Deplu dan Bakin). Mengapa hasil perundingan diplomasinya bukan "republik rakyat tiongkok"? Karena pihak RI tidak mau. Pihak RRT tentunya maunya "republik rakyat tiongkok". Tetapi ketika pihak RI tidak mau, ya tidak memaksa, karena paham sejarah. Mengapa bukan "republik rakyat cina"? Karena pihak RRT tidak mau. Pihak RI, yang waktu itu masih rezim Orba (yang beberapa tahun kemudian saya jungkalkan, bukan oleh Zhou-heng cs. yang cuma no action menggrundel only), tentunya maunya "republik rakyat cina". Tetapi ketika pihak RRT tidak mau, ya tidak memaksa, karena lagi butuh pemulihan hubungan, terutama hubungan ekonomi. Mengapa kok menjadi "republik rakyat china", walau ada pro-kontra? Ya begitulah take and give dalam perundingan diplomasi. Dalam perundingan diplomasi, soal remeh bisa dikesampingkan asal tujuan utama tercapai, yang penting tidak ada yang kehilangan muka. Tujuan utama perundingan waktu itu adalah pemulihan hubungan RI-RRT. Sedangkan soal nama negeri RRT adalah soal yang lebih remeh. Dengan dicapainya persetujuan memakai istilah "china", maka kedua pihak tidak kehilangan muka. Pihak RRT tidak kehilangan muka, karena nyatanya RI mau berubah sikap, tidak ngotot memakai kata "cina" lagi. Begitu pula pihak RI tidak kehilangan muka, karena RRT menunjukkan pemahaman sejarah mengapa RI tidak mau kata "tiongkok". Dari segi semantik (ilmu bahasa), RI bisa dianggap lebih 'menang' karena anak kecil juga bisa lihat bahwa kata "china" lebih dekat ke kata "cina" daripada ke kata "tiongkok". Tetapi dari segi politik, RRT bisa dianggap lebih menang karena bisa memaksa rezim yang sama untuk berubah sikap soal nama ini (RI masih tetap rezim Soeharto, sehingga bisa dikategorikan menjilat ludah sendiri, sedangkan RRT sudah berubah rezim, bukan rezim Mao lagi, sehingga bisa dibilang sudah 'ludah' yang berbeda). Itulah sejarah! Wasalam. ===== - Original Message ----- From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Anda sudah memilih mengucapakan China dlm bhs inggris menjadi cina, seperti anak2 kecil dan orang kebanyakan yg pendidikan rendah, terserah! Kami mau dipanggil apa itu hak kami! Bukan anda yg memutuskan. Jika anda memaksakan, saya juga siap panggil anda inlander. Dari jawaban anda sdh jelas: krn tdk senang dng rrt, orba sengaja mengganti istilah tionghoa yg dinilai terlalu bagus menjadi cina yg lebih jelek! Berarti anda mengakui Cina lebih jelek dari tionghoa. Sekarang kami ingin dipanggil kembali dng julukan yg lebih bagus, mengapa keberatan? Satu2nya jawaban: anda sbg angkatan 66 ikut mendukung rezim orba dlm menekan masyarakat tionghoa! Dulu saat memulihkan hubungan dng indonesia, posisi RRT belum sekuat sekarang, singapore saja belum menjalin hubungan diplomatik! Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok menjadi republik rakyat china? Mengapa bukan republik rakyat tiongkok seperti dulu atau republik rakyat cina seperti kebiasaan ORBA? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -------------------------- From: "Akhmad Bukhari Saleh" Date: Wed, 7 Oct 2009 15:57:12 +0700 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? ----- Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 11:38 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Manusia tanpa sejarah? Kasihan... - - - - - - -
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
kenapa yah saya lebih suka menyebut diri teng lang , daripada cina , maupun tionghoa dari kecil sudah biasa dengan istilah tenglang On 10/7/09, zho...@yahoo.com wrote: > Anda sudah memilih mengucapakan China dlm bhs inggris menjadi cina, seperti > anak2 kecil dan orang kebanyakan yg pendidikan rendah, terserah! > Kami mau dipanggil apa itu hak kami! Bukan anda yg memutuskan. Jika anda > memaksakan, saya juga siap panggil anda inlander. > Dari jawaban anda sdh jelas: krn tdk senang dng rrt, orba sengaja mengganti > istilah tionghoa yg dinilai terlalu bagus menjadi cina yg lebih jelek! > Berarti anda mengakui Cina lebih jelek dari tionghoa. Sekarang kami ingin > dipanggil kembali dng julukan yg lebih bagus, mengapa keberatan? Satu2nya > jawaban: anda sbg angkatan 66 ikut mendukung rezim orba dlm menekan > masyarakat tionghoa! > > Dulu saat memulihkan hubungan dng indonesia, posisi RRT belum sekuat > sekarang, singapore saja belum menjalin hubungan diplomatik! > > Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok menjadi republik rakyat china? > Mengapa bukan republik rakyat tiongkok seperti dulu atau republik rakyat > cina seperti kebiasaan ORBA? > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: "Akhmad Bukhari Saleh" > Date: Wed, 7 Oct 2009 15:57:12 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas > Digunakan? > > - Original Message - > From: zho...@yahoo.com > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, October 07, 2009 11:38 AM > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas > Digunakan? > >> Manusia tanpa sejarah? Kasihan... > > > - - - - - - - - - - - - - - - - > > Yang belajar sejarah dan tahu sejarah bukan seorang atau sepihak saja, > Bung! > > Di Indonesia sudah puluhan tahun, bahkan seratusan tahun, bukan cuma suku > tionghoa saja yang dicina-cinain (padahal nama sukunya "tionghoa"), kalau > orang mau bicara dengan maksud untuk menderogatori. > Suku minang juga dipadang-padangin (walau nama sukunya bukan "padang") kalau > mau menderogatori sifat kemaruk untung. Suku tapanuli juga dibatak-batakin > (walau nama sukunya bukan "batak") kalau mau menderogatori sikap prilaku > kasar. Suku arab juga diarab-arabi kalau mau menderogatori sikap kikir. Suku > yang tinggal di Jateng dan Jateng juga dijawa-jawain kalau mau menderogatori > sikap pasrah nrimo. Contohnya tidak ada batasnya di antara ratusan suku di > Indonesia. > Bahkan orang yang bukan suku arab pun bisa dibilang "arab lu" kalau dia > kikir. Orang yang bukan suku tionghoa pun bisa dibilang "cina lu" kalau > business-like terlalu ditonjolkan. Orang yang bukan suku minang pun bisa > dibilang "padang lu" kalau terlalu melit menghitung laba. Contohnya juga > tidak ada batasnya di antara ratusan suku di Indonesia. > Tetapi pada semua suku tidak ada masalah soal disebut "padang", "batak", > "arab", "jawa" itu. > > Pada suku tionghoa pun tidak ada masalah, kecuali pada sebagian daripadanya. > Yaitu generasi terdahulu yang punya dendam sejarah tidak kesampaian pada > jaman Orba. > > Sejarahnya adalah ketika Pemerintah RI melibas pemberontakan G-30-S/PKI yang > didukung secara resmi oleh suatu negara asing, yaitu RRT. Sehingga istilah > Tiongkok serta bahasa dan huruf Mandarin lalu dilarang, untuk meredam > pengaruh Kolone-V dari RRT. > Jadi arahnya ditujukan ke luar, ke negara asing yang mencampuri urusan dalam > negeri Indonesia dengan mendukung terang-terangan suatu pemberontakan. Tidak > ditujukan ke dalam, ke salahsatu suku Indonesia yang bersangkutan. > Ini kalau bicara sejarah, Bung! > > Bahwa ketika pemulihan diplomatik 20-an tahun kemudiannya pihak RRT setuju > untuk tidak memakai kata Tiongkok, itu bukti nyata bahwa pemerintah RRT tahu > dan paham sejarah! > > Tidak ada tuh pemerintah RRT menuntut tidak mau pakai istilah "cina" karena > itu penghinaan Jepang terkait Nanking massacre. Ataupun bahwa kata "cina" > adalah derogatori dengan argumen yang lainnya, tidak ada samasekali. > > Ataupun pihak RRT mengajukan argumen bahwa "kami suka disebut tiongkok, > tidak suka disebut cina, maka sebutlah kami dengan sebutan yang kami sukai, > jangan dengan yang kami tidak sukai", juga tidak ada samasekali. > Karena nyatanya dalam bah. Inggris di seluruh dunia disebut "china" dan > dalam bah. Melayu di Malaysia, Singapura dan Brunei disebut "cina" juga > pemerintah RRT suka-suka saja tuh. > > Alasan bahwa RRT mengalah, dan menerima nama "tiongkok" tidak digunakan, > adalah supaya missi pe
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Anda sudah memilih mengucapakan China dlm bhs inggris menjadi cina, seperti anak2 kecil dan orang kebanyakan yg pendidikan rendah, terserah! Kami mau dipanggil apa itu hak kami! Bukan anda yg memutuskan. Jika anda memaksakan, saya juga siap panggil anda inlander. Dari jawaban anda sdh jelas: krn tdk senang dng rrt, orba sengaja mengganti istilah tionghoa yg dinilai terlalu bagus menjadi cina yg lebih jelek! Berarti anda mengakui Cina lebih jelek dari tionghoa. Sekarang kami ingin dipanggil kembali dng julukan yg lebih bagus, mengapa keberatan? Satu2nya jawaban: anda sbg angkatan 66 ikut mendukung rezim orba dlm menekan masyarakat tionghoa! Dulu saat memulihkan hubungan dng indonesia, posisi RRT belum sekuat sekarang, singapore saja belum menjalin hubungan diplomatik! Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok menjadi republik rakyat china? Mengapa bukan republik rakyat tiongkok seperti dulu atau republik rakyat cina seperti kebiasaan ORBA? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Akhmad Bukhari Saleh" Date: Wed, 7 Oct 2009 15:57:12 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? - Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 11:38 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Manusia tanpa sejarah? Kasihan... - - - - - - - - - - - - - - - - Yang belajar sejarah dan tahu sejarah bukan seorang atau sepihak saja, Bung! Di Indonesia sudah puluhan tahun, bahkan seratusan tahun, bukan cuma suku tionghoa saja yang dicina-cinain (padahal nama sukunya "tionghoa"), kalau orang mau bicara dengan maksud untuk menderogatori. Suku minang juga dipadang-padangin (walau nama sukunya bukan "padang") kalau mau menderogatori sifat kemaruk untung. Suku tapanuli juga dibatak-batakin (walau nama sukunya bukan "batak") kalau mau menderogatori sikap prilaku kasar. Suku arab juga diarab-arabi kalau mau menderogatori sikap kikir. Suku yang tinggal di Jateng dan Jateng juga dijawa-jawain kalau mau menderogatori sikap pasrah nrimo. Contohnya tidak ada batasnya di antara ratusan suku di Indonesia. Bahkan orang yang bukan suku arab pun bisa dibilang "arab lu" kalau dia kikir. Orang yang bukan suku tionghoa pun bisa dibilang "cina lu" kalau business-like terlalu ditonjolkan. Orang yang bukan suku minang pun bisa dibilang "padang lu" kalau terlalu melit menghitung laba. Contohnya juga tidak ada batasnya di antara ratusan suku di Indonesia. Tetapi pada semua suku tidak ada masalah soal disebut "padang", "batak", "arab", "jawa" itu. Pada suku tionghoa pun tidak ada masalah, kecuali pada sebagian daripadanya. Yaitu generasi terdahulu yang punya dendam sejarah tidak kesampaian pada jaman Orba. Sejarahnya adalah ketika Pemerintah RI melibas pemberontakan G-30-S/PKI yang didukung secara resmi oleh suatu negara asing, yaitu RRT. Sehingga istilah Tiongkok serta bahasa dan huruf Mandarin lalu dilarang, untuk meredam pengaruh Kolone-V dari RRT. Jadi arahnya ditujukan ke luar, ke negara asing yang mencampuri urusan dalam negeri Indonesia dengan mendukung terang-terangan suatu pemberontakan. Tidak ditujukan ke dalam, ke salahsatu suku Indonesia yang bersangkutan. Ini kalau bicara sejarah, Bung! Bahwa ketika pemulihan diplomatik 20-an tahun kemudiannya pihak RRT setuju untuk tidak memakai kata Tiongkok, itu bukti nyata bahwa pemerintah RRT tahu dan paham sejarah! Tidak ada tuh pemerintah RRT menuntut tidak mau pakai istilah "cina" karena itu penghinaan Jepang terkait Nanking massacre. Ataupun bahwa kata "cina" adalah derogatori dengan argumen yang lainnya, tidak ada samasekali. Ataupun pihak RRT mengajukan argumen bahwa "kami suka disebut tiongkok, tidak suka disebut cina, maka sebutlah kami dengan sebutan yang kami sukai, jangan dengan yang kami tidak sukai", juga tidak ada samasekali. Karena nyatanya dalam bah. Inggris di seluruh dunia disebut "china" dan dalam bah. Melayu di Malaysia, Singapura dan Brunei disebut "cina" juga pemerintah RRT suka-suka saja tuh. Alasan bahwa RRT mengalah, dan menerima nama "tiongkok" tidak digunakan, adalah supaya missi pemulihan hubungan diplomatik tidak gagal, itu adalah omong kosong besar! Tidak ada keperluannya bagi RRT untuk mengalah, karena yang lebih butuh untuk berhubungan kembali adalah Indonesia, ketika ternyata RRT kemudian bangkit menjadi super power baru yang harus ditemani, bukan dimusuhi. Soal hasil perundingannya lalu "cina" menjadi "china", itu adalah kompromi yang tercapai. Namanya juga negosiasi diplomatik, pasti ada komprominya. Tetapi anak kecil juga tahu, kata "cina" dan kata "china&q
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Fuyuan Xiong: Argumen apapun yang dikemukakan, entah itu historis, semantis ato tis-tis lainnya, satu fakta tak dapat dipungkiri, yakni bangsa itu sendiri tidak pernah menamakan diri mereka CINA or CHINA, sebutan tsb. dikenakan begitu saja oleh orang/bangsa lain kepada mereka, tanpa persetujuan mereka terlebih dahulu. Bagi mereka, nama bangsa mereka selalu berkaitan dengan kata HUA, sejak mulai dari HUAXIA sampai ZHONGHUA (TIONGHUA). Nama dinasti memang berganti-ganti dari Xia, Tang, Song dan seterusnya namun nama bangsa tetap adalah Zhonghua Minzu! Baru terakhir setelah Republik diproklamasikan, bangsa itu mengambil nama bangsa sendiri sebagai nama negara, yakni ZHONGHUA Minguo dan terakhir ZHONGHUA Renmin Gongheguo!! Hanya karena beberapa kesalahan dan juga kecelakaan historis saja, sehingga di kancah internasional negara dan bangsa itu tetap disebut CHINA. Yang niscaya pada waktu reunifikasi bangsa yang terpisah antar selat Taiwan terealisir, sebutan baik untuk bangsa maupun negara itu akan resmi diganti dengan kata ZHONGHUa!! Salam, Erik --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zho...@... wrote: > > Loheng, setelah saya perhatikan, mereka2 yg ngebet dipanggil cina itu sdh tak > mau mempelajari data2 sejarah, mau dijelasin sampai mulut berbusapun otaknya > tetap buntu. Pokoknya tak mau peduli. Yg penting ngeyel. China pun diucapkan > menjadi cina, spt org kampung. > Menghadapi orang2 semacam ini bgmn bisa mengharapkan mereka menanggapi > pertanyaan2 secara serius? Mereka bisanya cuman menghindar. Terus lari > keargumen lain. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: agoeng_...@... > Date: Wed, 7 Oct 2009 04:48:00 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Ya udah mulai skrg biasain aja dipanggil monyet, nanti 10-20 taon lg juga > terbiasa kok. > > Btw kok ga ada yg jawab yah, klo emang bener cina n tionghoa itu sama aja, > napa juga orba susah2 ganti sebutan secara resmi??? Bukannya sama aja? Btw g > seh biasanya bilang tong nyin tuh bukan tionghoa. Wekkekekeke > -Original Message- > From: jackson_ya...@... > Date: Wed, 7 Oct 2009 03:45:19 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan > hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya > cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss...! > > -Original Message----- > From: "ChanCT" > Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut > sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, > adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan > Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua > Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan > RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan > Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digunakan di > Indonesia. > > Dan sejak hubungan diplomatik RI-RRT resmi dibuka tahun 1950, Pemerintah > Indonesia ketika itu juga sudah secara resmi gunakan Republik Rakyat Tiongkok > dan sebutan Tionghoa untuk bangsa dan orangnya, ... > > Itulah kenyataan yang ada yang patut diperhatikan benar oleh rakyat dan > bangsa Indonesia untuk meenghormati dan bersahabat dengan bangsa lain yang > juga mengulurkan tangan persahabatan. Sebutan Tiongkok/Tionghoa itulah yang > dikehendaki Pemerintah dan rakyat Tiongkok, mereka betul-betul merasa terhina > dengan sebutan CINA, lebih-lebih kalau CINA menjadi Zhi-na dalam bhs. > Tionghoa. > > Kenapa masih juga ada orang yang tetap bertahan gunakan sebutan CINA? > Bukankah salah satu ayat dalam ajaran Islam yang kalau diterjemahkan artinya > begini: ''Panggillah seseorang itu dengan panggilan yang mereka sendiri > senang mendengarnya'' . > > Salam, > ChanCT
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
- Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 11:38 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > Manusia tanpa sejarah? Kasihan... - - - - - - - - - - - - - - - - Yang belajar sejarah dan tahu sejarah bukan seorang atau sepihak saja, Bung! Di Indonesia sudah puluhan tahun, bahkan seratusan tahun, bukan cuma suku tionghoa saja yang dicina-cinain (padahal nama sukunya "tionghoa"), kalau orang mau bicara dengan maksud untuk menderogatori. Suku minang juga dipadang-padangin (walau nama sukunya bukan "padang") kalau mau menderogatori sifat kemaruk untung. Suku tapanuli juga dibatak-batakin (walau nama sukunya bukan "batak") kalau mau menderogatori sikap prilaku kasar. Suku arab juga diarab-arabi kalau mau menderogatori sikap kikir. Suku yang tinggal di Jateng dan Jateng juga dijawa-jawain kalau mau menderogatori sikap pasrah nrimo. Contohnya tidak ada batasnya di antara ratusan suku di Indonesia. Bahkan orang yang bukan suku arab pun bisa dibilang "arab lu" kalau dia kikir. Orang yang bukan suku tionghoa pun bisa dibilang "cina lu" kalau business-like terlalu ditonjolkan. Orang yang bukan suku minang pun bisa dibilang "padang lu" kalau terlalu melit menghitung laba. Contohnya juga tidak ada batasnya di antara ratusan suku di Indonesia. Tetapi pada semua suku tidak ada masalah soal disebut "padang", "batak", "arab", "jawa" itu. Pada suku tionghoa pun tidak ada masalah, kecuali pada sebagian daripadanya. Yaitu generasi terdahulu yang punya dendam sejarah tidak kesampaian pada jaman Orba. Sejarahnya adalah ketika Pemerintah RI melibas pemberontakan G-30-S/PKI yang didukung secara resmi oleh suatu negara asing, yaitu RRT. Sehingga istilah Tiongkok serta bahasa dan huruf Mandarin lalu dilarang, untuk meredam pengaruh Kolone-V dari RRT. Jadi arahnya ditujukan ke luar, ke negara asing yang mencampuri urusan dalam negeri Indonesia dengan mendukung terang-terangan suatu pemberontakan. Tidak ditujukan ke dalam, ke salahsatu suku Indonesia yang bersangkutan. Ini kalau bicara sejarah, Bung! Bahwa ketika pemulihan diplomatik 20-an tahun kemudiannya pihak RRT setuju untuk tidak memakai kata Tiongkok, itu bukti nyata bahwa pemerintah RRT tahu dan paham sejarah! Tidak ada tuh pemerintah RRT menuntut tidak mau pakai istilah "cina" karena itu penghinaan Jepang terkait Nanking massacre. Ataupun bahwa kata "cina" adalah derogatori dengan argumen yang lainnya, tidak ada samasekali. Ataupun pihak RRT mengajukan argumen bahwa "kami suka disebut tiongkok, tidak suka disebut cina, maka sebutlah kami dengan sebutan yang kami sukai, jangan dengan yang kami tidak sukai", juga tidak ada samasekali. Karena nyatanya dalam bah. Inggris di seluruh dunia disebut "china" dan dalam bah. Melayu di Malaysia, Singapura dan Brunei disebut "cina" juga pemerintah RRT suka-suka saja tuh. Alasan bahwa RRT mengalah, dan menerima nama "tiongkok" tidak digunakan, adalah supaya missi pemulihan hubungan diplomatik tidak gagal, itu adalah omong kosong besar! Tidak ada keperluannya bagi RRT untuk mengalah, karena yang lebih butuh untuk berhubungan kembali adalah Indonesia, ketika ternyata RRT kemudian bangkit menjadi super power baru yang harus ditemani, bukan dimusuhi. Soal hasil perundingannya lalu "cina" menjadi "china", itu adalah kompromi yang tercapai. Namanya juga negosiasi diplomatik, pasti ada komprominya. Tetapi anak kecil juga tahu, kata "cina" dan kata "china" ya sama saja, cuma yang satu itu dalam bahasa Indonesia yang satunya lagi dalam bahasa Inggris. Ini kalau bicara sejarah, Bung! Dan generasi muda suku tionghoa cukup terdidik untuk tahu dan paham sejarah bangsanya... Wasalam. ============== - Original Message - From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 11:38 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Manusia tanpa sejarah? Kasihan... Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT ------ From: jackson_ya...@yahoo.com Date: Wed, 7 Oct 2009 03:45:19 + To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah . No virus found in this outgoing message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.5.420 / Virus Database: 270.14.5/2418 - Release Date: 10/06/09 18:34:00
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Loheng, setelah saya perhatikan, mereka2 yg ngebet dipanggil cina itu sdh tak mau mempelajari data2 sejarah, mau dijelasin sampai mulut berbusapun otaknya tetap buntu. Pokoknya tak mau peduli. Yg penting ngeyel. China pun diucapkan menjadi cina, spt org kampung. Menghadapi orang2 semacam ini bgmn bisa mengharapkan mereka menanggapi pertanyaan2 secara serius? Mereka bisanya cuman menghindar. Terus lari keargumen lain. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: agoeng_...@yahoo.com Date: Wed, 7 Oct 2009 04:48:00 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Ya udah mulai skrg biasain aja dipanggil monyet, nanti 10-20 taon lg juga terbiasa kok. Btw kok ga ada yg jawab yah, klo emang bener cina n tionghoa itu sama aja, napa juga orba susah2 ganti sebutan secara resmi??? Bukannya sama aja? Btw g seh biasanya bilang tong nyin tuh bukan tionghoa. Wekkekekeke -Original Message- From: jackson_ya...@yahoo.com Date: Wed, 7 Oct 2009 03:45:19 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: "ChanCT" Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digunakan di Indonesia. Dan sejak hubungan diplomatik RI-RRT resmi dibuka tahun 1950, Pemerintah Indonesia ketika itu juga sudah secara resmi gunakan Republik Rakyat Tiongkok dan sebutan Tionghoa untuk bangsa dan orangnya, ... Itulah kenyataan yang ada yang patut diperhatikan benar oleh rakyat dan bangsa Indonesia untuk meenghormati dan bersahabat dengan bangsa lain yang juga mengulurkan tangan persahabatan. Sebutan Tiongkok/Tionghoa itulah yang dikehendaki Pemerintah dan rakyat Tiongkok, mereka betul-betul merasa terhina dengan sebutan CINA, lebih-lebih kalau CINA menjadi Zhi-na dalam bhs. Tionghoa. Kenapa masih juga ada orang yang tetap bertahan gunakan sebutan CINA? Bukankah salah satu ayat dalam ajaran Islam yang kalau diterjemahkan artinya begini: ''Panggillah seseorang itu dengan panggilan yang mereka sendiri senang mendengarnya'' . Salam, ChanCT - Original Message - From: ulysee_me2 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 8:46 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Tambahan: Taon 1900 Phoa Keng Hek, salah satu pendiri Tiong Hwa Hwee Koan, menulis "Surat Kiriman Kepada Sekalian Bangsa CINA" Baru kemudian, orang yang sama, pada tahun 1907 sudah menulis menggunakan kata Tionghoa. Jadi yang perlu di tengok itu antara tahun 1900 - 1907 dimana mulai ada pergantian istilah. Ada yang punya copy surat pendirian Tiong Hwa Hwee Kwan? Kata Engkong, di akta pendiriannya perkumpulan itu masih pake istilah Cina, belum pakai Tionghoa. Betul tidak? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" wrote: > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah Tionghoa. > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah hanya dari satu pihak saja. > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > Hormat saya, > > Yongde > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad ke-20, namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, akhirnya kata tersebut mulai ditinggalkan. > > > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Jaman dulu harusnya menjadi cerminan bagi kita sekarang. Orang yang tidak pernah (dan tidak mau) belajar sejarah tidak akan pernah maju. Kata cina memang sudah bukan hinaan, tapi kembali seperti apa yang saya ungkapkan, bahwa alasannya bukan di masalah hinaan, tapi di makna sejarah bahwa penggantian kata cina menjadi Tionghoa adalah suatu bukti bahwa generasi Tionghoa (terutama di jaman pra kemerdekaan) memiliki jasa besar bagi Indonesia. Dan penggantian kata itu juga adalah suatu bentuk penghargaan dan pengakuan thd jasa2 orang Tionghoa thd Indonesia. Inilah yang banyak tidak diketahui oleh generasi muda Tionghoa sekarang. Lebih parah lagi, ada yang sudah tau tapi tetap saja ber-cina2 ria. Masa kita tidak bisa menghargai sendiri pemberian yang diberikan kepada kita dan malah membuangnya? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jackson_ya...@... wrote: > > Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan > hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya > cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss...! > > -Original Message- > From: "ChanCT" > Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut > sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, > adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan > Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua > Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan > RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan > Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digunakan di > Indonesia. > > Dan sejak hubungan diplomatik RI-RRT resmi dibuka tahun 1950, Pemerintah > Indonesia ketika itu juga sudah secara resmi gunakan Republik Rakyat Tiongkok > dan sebutan Tionghoa untuk bangsa dan orangnya, ... > > Itulah kenyataan yang ada yang patut diperhatikan benar oleh rakyat dan > bangsa Indonesia untuk meenghormati dan bersahabat dengan bangsa lain yang > juga mengulurkan tangan persahabatan. Sebutan Tiongkok/Tionghoa itulah yang > dikehendaki Pemerintah dan rakyat Tiongkok, mereka betul-betul merasa terhina > dengan sebutan CINA, lebih-lebih kalau CINA menjadi Zhi-na dalam bhs. > Tionghoa. > > Kenapa masih juga ada orang yang tetap bertahan gunakan sebutan CINA? > Bukankah salah satu ayat dalam ajaran Islam yang kalau diterjemahkan artinya > begini: ''Panggillah seseorang itu dengan panggilan yang mereka sendiri > senang mendengarnya'' . > > Salam, > ChanCT > > ----- Original Message ----- > From: ulysee_me2 > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, October 07, 2009 8:46 AM > Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > Tambahan: > Taon 1900 Phoa Keng Hek, salah satu pendiri Tiong Hwa Hwee Koan, menulis > "Surat Kiriman Kepada Sekalian Bangsa CINA" > > Baru kemudian, orang yang sama, pada tahun 1907 sudah menulis menggunakan > kata Tionghoa. > > Jadi yang perlu di tengok itu antara tahun 1900 - 1907 dimana mulai ada > pergantian istilah. > > Ada yang punya copy surat pendirian Tiong Hwa Hwee Kwan? Kata Engkong, di > akta pendiriannya perkumpulan itu masih pake istilah Cina, belum pakai > Tionghoa. Betul tidak? > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" wrote: > > > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti > konkrit berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata > Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah > Tionghoa. > > > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah > dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah > hanya dari satu pihak saja. > > > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok > kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > > > Hormat saya, > > > > Yongde > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad >
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
bagi saya si silakan saja mau menggunakan istilah China atau Tionghua, yang perlu dipikirkan adalah kalau anda menggunakan istilah yang tidak disukai oleh orang lain tetapi anda tetap memaksakannya berarti dalam diri anda tidak ada rasa hormat sama sekali, mungkin malah bisa dianggap melecehkan. hubungan antar manusia, meskipun pada yang terdekat sekalipun harus ada didasari rasa hormat. kalau anda ingin dihormati terlebih dahulu harus menghormati oranglain. Apalagi kalau anda orang Tonghua atau paling tidak mengenal sedikit tentang budaya Tionghua, pasti pernah mendengar ungkapan seperti ini :�己所不欲,勿施于人 (apa yang diri sendiri tidak suka orang lain perbuat pada dirimu, jangan diperbuat pada orang lain) Regards,HH --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jackson_ya...@... wrote: > > Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah > Sent from my BlackBerry� smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! > > -Original Message- > From: "ChanCT" sa...@... > Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digunakan di Indonesia. > > Dan sejak hubungan diplomatik RI-RRT resmi dibuka tahun 1950, Pemerintah Indonesia ketika itu juga sudah secara resmi gunakan Republik Rakyat Tiongkok dan sebutan Tionghoa untuk bangsa dan orangnya, ... > > Itulah kenyataan yang ada yang patut diperhatikan benar oleh rakyat dan bangsa Indonesia untuk meenghormati dan bersahabat dengan bangsa lain yang juga mengulurkan tangan persahabatan. Sebutan Tiongkok/Tionghoa itulah yang dikehendaki Pemerintah dan rakyat Tiongkok, mereka betul-betul merasa terhina dengan sebutan CINA, lebih-lebih kalau CINA menjadi Zhi-na dalam bhs. Tionghoa. > > Kenapa masih juga ada orang yang tetap bertahan gunakan sebutan CINA? > Bukankah salah satu ayat dalam ajaran Islam yang kalau diterjemahkan artinya begini: ''Panggillah seseorang itu dengan panggilan yang mereka sendiri senang mendengarnya'' . > > Salam, > ChanCT > > - Original Message - > From: ulysee_me2 > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, October 07, 2009 8:46 AM > Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > Tambahan: > Taon 1900 Phoa Keng Hek, salah satu pendiri Tiong Hwa Hwee Koan, menulis "Surat Kiriman Kepada Sekalian Bangsa CINA" > > Baru kemudian, orang yang sama, pada tahun 1907 sudah menulis menggunakan kata Tionghoa. > > Jadi yang perlu di tengok itu antara tahun 1900 - 1907 dimana mulai ada pergantian istilah. > > Ada yang punya copy surat pendirian Tiong Hwa Hwee Kwan? Kata Engkong, di akta pendiriannya perkumpulan itu masih pake istilah Cina, belum pakai Tionghoa. Betul tidak? > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" henyung@ wrote: > > > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah Tionghoa. > > > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah hanya dari satu pihak saja. > > > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > > > Hormat saya, > > > > Yongde > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad ke-20, namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, akhirnya kata tersebut mulai ditinggalkan. > > > > > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya pada tahun 1911 dengan berdirinya Republik Ti
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Ya udah mulai skrg biasain aja dipanggil monyet, nanti 10-20 taon lg juga terbiasa kok. Btw kok ga ada yg jawab yah, klo emang bener cina n tionghoa itu sama aja, napa juga orba susah2 ganti sebutan secara resmi??? Bukannya sama aja? Btw g seh biasanya bilang tong nyin tuh bukan tionghoa. Wekkekekeke -Original Message- From: jackson_ya...@yahoo.com Date: Wed, 7 Oct 2009 03:45:19 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: "ChanCT" Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digunakan di Indonesia. Dan sejak hubungan diplomatik RI-RRT resmi dibuka tahun 1950, Pemerintah Indonesia ketika itu juga sudah secara resmi gunakan Republik Rakyat Tiongkok dan sebutan Tionghoa untuk bangsa dan orangnya, ... Itulah kenyataan yang ada yang patut diperhatikan benar oleh rakyat dan bangsa Indonesia untuk meenghormati dan bersahabat dengan bangsa lain yang juga mengulurkan tangan persahabatan. Sebutan Tiongkok/Tionghoa itulah yang dikehendaki Pemerintah dan rakyat Tiongkok, mereka betul-betul merasa terhina dengan sebutan CINA, lebih-lebih kalau CINA menjadi Zhi-na dalam bhs. Tionghoa. Kenapa masih juga ada orang yang tetap bertahan gunakan sebutan CINA? Bukankah salah satu ayat dalam ajaran Islam yang kalau diterjemahkan artinya begini: ''Panggillah seseorang itu dengan panggilan yang mereka sendiri senang mendengarnya'' . Salam, ChanCT - Original Message - From: ulysee_me2 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 8:46 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Tambahan: Taon 1900 Phoa Keng Hek, salah satu pendiri Tiong Hwa Hwee Koan, menulis "Surat Kiriman Kepada Sekalian Bangsa CINA" Baru kemudian, orang yang sama, pada tahun 1907 sudah menulis menggunakan kata Tionghoa. Jadi yang perlu di tengok itu antara tahun 1900 - 1907 dimana mulai ada pergantian istilah. Ada yang punya copy surat pendirian Tiong Hwa Hwee Kwan? Kata Engkong, di akta pendiriannya perkumpulan itu masih pake istilah Cina, belum pakai Tionghoa. Betul tidak? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" wrote: > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah Tionghoa. > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah hanya dari satu pihak saja. > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > Hormat saya, > > Yongde > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad ke-20, namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, akhirnya kata tersebut mulai ditinggalkan. > > > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya pada tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa Mandarin disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian menjadi Tionghoa. Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa di Indonesia sehingga mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, menggantikan kata Cina. > > > > Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama berjuang melawan kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan saling pengertian antara orang Tionghoa dan Indonesia. > > > > Beberapa be
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Manusia tanpa sejarah? Kasihan... Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: jackson_ya...@yahoo.com Date: Wed, 7 Oct 2009 03:45:19 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: "ChanCT" Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digunakan di Indonesia. Dan sejak hubungan diplomatik RI-RRT resmi dibuka tahun 1950, Pemerintah Indonesia ketika itu juga sudah secara resmi gunakan Republik Rakyat Tiongkok dan sebutan Tionghoa untuk bangsa dan orangnya, ... Itulah kenyataan yang ada yang patut diperhatikan benar oleh rakyat dan bangsa Indonesia untuk meenghormati dan bersahabat dengan bangsa lain yang juga mengulurkan tangan persahabatan. Sebutan Tiongkok/Tionghoa itulah yang dikehendaki Pemerintah dan rakyat Tiongkok, mereka betul-betul merasa terhina dengan sebutan CINA, lebih-lebih kalau CINA menjadi Zhi-na dalam bhs. Tionghoa. Kenapa masih juga ada orang yang tetap bertahan gunakan sebutan CINA? Bukankah salah satu ayat dalam ajaran Islam yang kalau diterjemahkan artinya begini: ''Panggillah seseorang itu dengan panggilan yang mereka sendiri senang mendengarnya'' . Salam, ChanCT - Original Message - From: ulysee_me2 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 8:46 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Tambahan: Taon 1900 Phoa Keng Hek, salah satu pendiri Tiong Hwa Hwee Koan, menulis "Surat Kiriman Kepada Sekalian Bangsa CINA" Baru kemudian, orang yang sama, pada tahun 1907 sudah menulis menggunakan kata Tionghoa. Jadi yang perlu di tengok itu antara tahun 1900 - 1907 dimana mulai ada pergantian istilah. Ada yang punya copy surat pendirian Tiong Hwa Hwee Kwan? Kata Engkong, di akta pendiriannya perkumpulan itu masih pake istilah Cina, belum pakai Tionghoa. Betul tidak? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" wrote: > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah Tionghoa. > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah hanya dari satu pihak saja. > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > Hormat saya, > > Yongde > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad ke-20, namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, akhirnya kata tersebut mulai ditinggalkan. > > > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya pada tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa Mandarin disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian menjadi Tionghoa. Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa di Indonesia sehingga mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, menggantikan kata Cina. > > > > Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama berjuang melawan kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan saling pengertian antara orang Tionghoa dan Indonesia. > > > > Beberapa bentuk kerja sama tersebut di antaranya: > > 1. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, pertama kali dipublikasikan seara umum oleh harian Sin Po, harian milik golongan Tionghoa yang berorientasi ke negeri T
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: "ChanCT" Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digunakan di Indonesia. Dan sejak hubungan diplomatik RI-RRT resmi dibuka tahun 1950, Pemerintah Indonesia ketika itu juga sudah secara resmi gunakan Republik Rakyat Tiongkok dan sebutan Tionghoa untuk bangsa dan orangnya, ... Itulah kenyataan yang ada yang patut diperhatikan benar oleh rakyat dan bangsa Indonesia untuk meenghormati dan bersahabat dengan bangsa lain yang juga mengulurkan tangan persahabatan. Sebutan Tiongkok/Tionghoa itulah yang dikehendaki Pemerintah dan rakyat Tiongkok, mereka betul-betul merasa terhina dengan sebutan CINA, lebih-lebih kalau CINA menjadi Zhi-na dalam bhs. Tionghoa. Kenapa masih juga ada orang yang tetap bertahan gunakan sebutan CINA? Bukankah salah satu ayat dalam ajaran Islam yang kalau diterjemahkan artinya begini: ''Panggillah seseorang itu dengan panggilan yang mereka sendiri senang mendengarnya'' . Salam, ChanCT - Original Message - From: ulysee_me2 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 8:46 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Tambahan: Taon 1900 Phoa Keng Hek, salah satu pendiri Tiong Hwa Hwee Koan, menulis "Surat Kiriman Kepada Sekalian Bangsa CINA" Baru kemudian, orang yang sama, pada tahun 1907 sudah menulis menggunakan kata Tionghoa. Jadi yang perlu di tengok itu antara tahun 1900 - 1907 dimana mulai ada pergantian istilah. Ada yang punya copy surat pendirian Tiong Hwa Hwee Kwan? Kata Engkong, di akta pendiriannya perkumpulan itu masih pake istilah Cina, belum pakai Tionghoa. Betul tidak? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" wrote: > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah Tionghoa. > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah hanya dari satu pihak saja. > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > Hormat saya, > > Yongde > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad ke-20, namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, akhirnya kata tersebut mulai ditinggalkan. > > > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya pada tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa Mandarin disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian menjadi Tionghoa. Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa di Indonesia sehingga mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, menggantikan kata Cina. > > > > Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama berjuang melawan kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan saling pengertian antara orang Tionghoa dan Indonesia. > > > > Beberapa bentuk kerja sama tersebut di antaranya: > > 1. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, pertama kali dipublikasikan seara umum oleh harian Sin Po, harian milik golongan Tionghoa yang berorientasi ke negeri Tiongkok (Saat itu ada 3 golongan Tionghoa: pro-Tiongkok, pro-Indonesia dan pro-Belanda). > > 2. Orang Belanda suka menggunakan kata 'Inlander' untuk menghina orang Indonesia. Kata ini sama dengan kata 'Cina', awalnya netral tapi kemudian berkonotas
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digunakan di Indonesia. Dan sejak hubungan diplomatik RI-RRT resmi dibuka tahun 1950, Pemerintah Indonesia ketika itu juga sudah secara resmi gunakan Republik Rakyat Tiongkok dan sebutan Tionghoa untuk bangsa dan orangnya, ... Itulah kenyataan yang ada yang patut diperhatikan benar oleh rakyat dan bangsa Indonesia untuk meenghormati dan bersahabat dengan bangsa lain yang juga mengulurkan tangan persahabatan. Sebutan Tiongkok/Tionghoa itulah yang dikehendaki Pemerintah dan rakyat Tiongkok, mereka betul-betul merasa terhina dengan sebutan CINA, lebih-lebih kalau CINA menjadi Zhi-na dalam bhs. Tionghoa. Kenapa masih juga ada orang yang tetap bertahan gunakan sebutan CINA? Bukankah salah satu ayat dalam ajaran Islam yang kalau diterjemahkan artinya begini: ''Panggillah seseorang itu dengan panggilan yang mereka sendiri senang mendengarnya'' . Salam, ChanCT - Original Message - From: ulysee_me2 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 07, 2009 8:46 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? Tambahan: Taon 1900 Phoa Keng Hek, salah satu pendiri Tiong Hwa Hwee Koan, menulis "Surat Kiriman Kepada Sekalian Bangsa CINA" Baru kemudian, orang yang sama, pada tahun 1907 sudah menulis menggunakan kata Tionghoa. Jadi yang perlu di tengok itu antara tahun 1900 - 1907 dimana mulai ada pergantian istilah. Ada yang punya copy surat pendirian Tiong Hwa Hwee Kwan? Kata Engkong, di akta pendiriannya perkumpulan itu masih pake istilah Cina, belum pakai Tionghoa. Betul tidak? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" wrote: > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah Tionghoa. > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah hanya dari satu pihak saja. > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > Hormat saya, > > Yongde > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad ke-20, namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, akhirnya kata tersebut mulai ditinggalkan. > > > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya pada tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa Mandarin disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian menjadi Tionghoa. Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa di Indonesia sehingga mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, menggantikan kata Cina. > > > > Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama berjuang melawan kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan saling pengertian antara orang Tionghoa dan Indonesia. > > > > Beberapa bentuk kerja sama tersebut di antaranya: > > 1. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, pertama kali dipublikasikan seara umum oleh harian Sin Po, harian milik golongan Tionghoa yang berorientasi ke negeri Tiongkok (Saat itu ada 3 golongan Tionghoa: pro-Tiongkok, pro-Indonesia dan pro-Belanda). > > 2. Orang Belanda suka menggunakan kata 'Inlander' untuk menghina orang Indonesia. Kata ini sama dengan kata 'Cina', awalnya netral tapi kemudian berkonotasi negatif. Koran Sin Po-lah yang pertama kali mengambil inisiatif untuk mengganti kata 'Inlander' dengan kata 'Boemipoetra' yang lebih positif. > > > > Sebagai wujud rasa terima kasih atas kedua hal ini dan terutama atas semangat kebangkitan nasional yang ditularkan orang Tionghoa kepada orang Indonesia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia juga mulai meninggalkan kata 'Cina' dan mulai menggunakan
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
ngkong lu terlalu sakti seh , ati2 ntar die ngejuice buah lage. nah kalu awal pake kata cina trus diganti, mestinya ya ada apa2 dgn kata cina itu dong. coba tanya ngkong lage geh sono, but ati2 ntar dia ngejuice luohan guo. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ulysee_me2" wrote: > > Tambahan: > Taon 1900 Phoa Keng Hek, salah satu pendiri Tiong Hwa Hwee Koan, menulis > "Surat Kiriman Kepada Sekalian Bangsa CINA" > > Baru kemudian, orang yang sama, pada tahun 1907 sudah menulis menggunakan > kata Tionghoa. > > Jadi yang perlu di tengok itu antara tahun 1900 - 1907 dimana mulai ada > pergantian istilah. > > Ada yang punya copy surat pendirian Tiong Hwa Hwee Kwan? Kata Engkong, di > akta pendiriannya perkumpulan itu masih pake istilah Cina, belum pakai > Tionghoa. Betul tidak? > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" wrote: > > > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit > > berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata > > Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah > > Tionghoa. > > > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah > > dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah > > hanya dari satu pihak saja. > > > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok > > kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > > > Hormat saya, > > > > Yongde > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad > > > ke-20, namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, > > > akhirnya kata tersebut mulai ditinggalkan. > > > > > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya > > > pada tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa > > > Mandarin disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian > > > menjadi Tionghoa. Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa > > > di Indonesia sehingga mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, > > > menggantikan kata Cina. > > > > > > Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang > > > kemerdekaan Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama > > > berjuang melawan kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan > > > saling pengertian antara orang Tionghoa dan Indonesia. > > > > > > Beberapa bentuk kerja sama tersebut di antaranya: > > > 1. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, pertama kali dipublikasikan > > > seara umum oleh harian Sin Po, harian milik golongan Tionghoa yang > > > berorientasi ke negeri Tiongkok (Saat itu ada 3 golongan Tionghoa: > > > pro-Tiongkok, pro-Indonesia dan pro-Belanda). > > > 2. Orang Belanda suka menggunakan kata 'Inlander' untuk menghina orang > > > Indonesia. Kata ini sama dengan kata 'Cina', awalnya netral tapi kemudian > > > berkonotasi negatif. Koran Sin Po-lah yang pertama kali mengambil > > > inisiatif untuk mengganti kata 'Inlander' dengan kata 'Boemipoetra' yang > > > lebih positif. > > > > > > Sebagai wujud rasa terima kasih atas kedua hal ini dan terutama atas > > > semangat kebangkitan nasional yang ditularkan orang Tionghoa kepada orang > > > Indonesia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia juga mulai meninggalkan kata > > > 'Cina' dan mulai menggunakan kata Tionghoa. > > > > > > Dengan demikian penghilangan kata Cina dan menggantinya dengan kata > > > Tionghoa memiliki makna yang sangat penting, khususnya bagi orang-orang > > > Tionghoa di Indonesia. Inilah salah satu bukti bahwa orang Tionghoa ikut > > > berjuang untuk Indonesia. Inilah juga yang membuktikan adanya kerja sama > > > dan saling pengertian yang harmonis antara orang Tionghoa dan Indonesia > > > di jaman pra-kemerdekaan. > > > > > > Pada jaman orde lama, kata yang selalu digunakan adalah Tionghoa, bahkan > > > koran dan tokoh yang anti Tionghoapun juga menggunakan kata Tionghoa. > > > > > > Lalu bagaimana kata Tionghoa berubah kembali menjadi kata Cina? > > > > > > Tanggal 25-31 Agustus 1966 (di awal rejim orde baru) berlangsung seminar > > > Angkatan Darat di Bandung yang bertujuan untuk membahas peran Angkatan > > > Darat. Entah dari mana, tiba-tiba mereka membahas dan memutuskan untuk > > > mengganti kata Tionghoa/Tiongkok dengan kata Cina. Pada tanggal 25 Juni > > > 1967 keluarlah keputusan presidium kabinet untuk membuang kata > > > Tionghoa/Tiongkok dan menggantinya dengan kata Cina. Dan keputusan ini > > > didukung oleh segelintir Tionghoa (yang, maaf, tidak tahu malu) yang > > > tergabung di dalam LPKB (K. Shindunata dkk). > > > > > > Sebenarnya ini suatu keganjilan besar. Bagaimana mungkin suatu seminar > > > yang tidak ada hubungannya dengan soal Tionghoa menga
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Itu judulnya apa tidak berlebihan? Kata Cina sih pantas pantas aja digunakan, selama pemakaiannya baik dan benar. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "dedistd" wrote: > > Untuk memperjelas saja, kata "Tionghoa" di Indonesia memang sudah digunakan > sebelum 1911 (seiring dengan kata "cina"), hanya saja sejak 1911 timbul > kecenderungan yang lebih kuat untuk lebih intensif menggunakan kata > "Tionghoa" menggantikan "Cina". > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" wrote: > > > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit > > berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata > > Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah > > Tionghoa. > > > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah > > dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah > > hanya dari satu pihak saja. > > > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok > > kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > > > Hormat saya, > > > > Yongde > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad > > > ke-20, namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, > > > akhirnya kata tersebut mulai ditinggalkan. > > > > > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya > > > pada tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa > > > Mandarin disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian > > > menjadi Tionghoa. Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa > > > di Indonesia sehingga mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, > > > menggantikan kata Cina. > > > > > > Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang > > > kemerdekaan Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama > > > berjuang melawan kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan > > > saling pengertian antara orang Tionghoa dan Indonesia. > > > > > > Beberapa bentuk kerja sama tersebut di antaranya: > > > 1. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, pertama kali dipublikasikan > > > seara umum oleh harian Sin Po, harian milik golongan Tionghoa yang > > > berorientasi ke negeri Tiongkok (Saat itu ada 3 golongan Tionghoa: > > > pro-Tiongkok, pro-Indonesia dan pro-Belanda). > > > 2. Orang Belanda suka menggunakan kata 'Inlander' untuk menghina orang > > > Indonesia. Kata ini sama dengan kata 'Cina', awalnya netral tapi kemudian > > > berkonotasi negatif. Koran Sin Po-lah yang pertama kali mengambil > > > inisiatif untuk mengganti kata 'Inlander' dengan kata 'Boemipoetra' yang > > > lebih positif. > > > > > > Sebagai wujud rasa terima kasih atas kedua hal ini dan terutama atas > > > semangat kebangkitan nasional yang ditularkan orang Tionghoa kepada orang > > > Indonesia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia juga mulai meninggalkan kata > > > 'Cina' dan mulai menggunakan kata Tionghoa. > > > > > > Dengan demikian penghilangan kata Cina dan menggantinya dengan kata > > > Tionghoa memiliki makna yang sangat penting, khususnya bagi orang-orang > > > Tionghoa di Indonesia. Inilah salah satu bukti bahwa orang Tionghoa ikut > > > berjuang untuk Indonesia. Inilah juga yang membuktikan adanya kerja sama > > > dan saling pengertian yang harmonis antara orang Tionghoa dan Indonesia > > > di jaman pra-kemerdekaan. > > > > > > Pada jaman orde lama, kata yang selalu digunakan adalah Tionghoa, bahkan > > > koran dan tokoh yang anti Tionghoapun juga menggunakan kata Tionghoa. > > > > > > Lalu bagaimana kata Tionghoa berubah kembali menjadi kata Cina? > > > > > > Tanggal 25-31 Agustus 1966 (di awal rejim orde baru) berlangsung seminar > > > Angkatan Darat di Bandung yang bertujuan untuk membahas peran Angkatan > > > Darat. Entah dari mana, tiba-tiba mereka membahas dan memutuskan untuk > > > mengganti kata Tionghoa/Tiongkok dengan kata Cina. Pada tanggal 25 Juni > > > 1967 keluarlah keputusan presidium kabinet untuk membuang kata > > > Tionghoa/Tiongkok dan menggantinya dengan kata Cina. Dan keputusan ini > > > didukung oleh segelintir Tionghoa (yang, maaf, tidak tahu malu) yang > > > tergabung di dalam LPKB (K. Shindunata dkk). > > > > > > Sebenarnya ini suatu keganjilan besar. Bagaimana mungkin suatu seminar > > > yang tidak ada hubungannya dengan soal Tionghoa mengambil suatu keputusan > > > menghilangkan kata Tionghoa?! Bagaimana mungkin penghilangan suatu kata > > > saja harus ditetapkan melalui keputusan presidium kabinet?! Jelas sekali > > > bahwa keputusan ini rasis dan bermotif politik yang bertujuan > > > mendiskriminasi golongan Tionghoa. Dengan demikian jelas bahwa kata Cina > > > sengaja dihidupkan kembali denga
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Tambahan: Taon 1900 Phoa Keng Hek, salah satu pendiri Tiong Hwa Hwee Koan, menulis "Surat Kiriman Kepada Sekalian Bangsa CINA" Baru kemudian, orang yang sama, pada tahun 1907 sudah menulis menggunakan kata Tionghoa. Jadi yang perlu di tengok itu antara tahun 1900 - 1907 dimana mulai ada pergantian istilah. Ada yang punya copy surat pendirian Tiong Hwa Hwee Kwan? Kata Engkong, di akta pendiriannya perkumpulan itu masih pake istilah Cina, belum pakai Tionghoa. Betul tidak? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" wrote: > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit > berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata > Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah > Tionghoa. > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah > dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah > hanya dari satu pihak saja. > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok > kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > Hormat saya, > > Yongde > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad ke-20, > > namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, akhirnya > > kata tersebut mulai ditinggalkan. > > > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya pada > > tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa Mandarin > > disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian menjadi > > Tionghoa. Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa di > > Indonesia sehingga mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, > > menggantikan kata Cina. > > > > Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang > > kemerdekaan Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama berjuang > > melawan kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan saling > > pengertian antara orang Tionghoa dan Indonesia. > > > > Beberapa bentuk kerja sama tersebut di antaranya: > > 1. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, pertama kali dipublikasikan seara > > umum oleh harian Sin Po, harian milik golongan Tionghoa yang berorientasi > > ke negeri Tiongkok (Saat itu ada 3 golongan Tionghoa: pro-Tiongkok, > > pro-Indonesia dan pro-Belanda). > > 2. Orang Belanda suka menggunakan kata 'Inlander' untuk menghina orang > > Indonesia. Kata ini sama dengan kata 'Cina', awalnya netral tapi kemudian > > berkonotasi negatif. Koran Sin Po-lah yang pertama kali mengambil inisiatif > > untuk mengganti kata 'Inlander' dengan kata 'Boemipoetra' yang lebih > > positif. > > > > Sebagai wujud rasa terima kasih atas kedua hal ini dan terutama atas > > semangat kebangkitan nasional yang ditularkan orang Tionghoa kepada orang > > Indonesia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia juga mulai meninggalkan kata > > 'Cina' dan mulai menggunakan kata Tionghoa. > > > > Dengan demikian penghilangan kata Cina dan menggantinya dengan kata > > Tionghoa memiliki makna yang sangat penting, khususnya bagi orang-orang > > Tionghoa di Indonesia. Inilah salah satu bukti bahwa orang Tionghoa ikut > > berjuang untuk Indonesia. Inilah juga yang membuktikan adanya kerja sama > > dan saling pengertian yang harmonis antara orang Tionghoa dan Indonesia di > > jaman pra-kemerdekaan. > > > > Pada jaman orde lama, kata yang selalu digunakan adalah Tionghoa, bahkan > > koran dan tokoh yang anti Tionghoapun juga menggunakan kata Tionghoa. > > > > Lalu bagaimana kata Tionghoa berubah kembali menjadi kata Cina? > > > > Tanggal 25-31 Agustus 1966 (di awal rejim orde baru) berlangsung seminar > > Angkatan Darat di Bandung yang bertujuan untuk membahas peran Angkatan > > Darat. Entah dari mana, tiba-tiba mereka membahas dan memutuskan untuk > > mengganti kata Tionghoa/Tiongkok dengan kata Cina. Pada tanggal 25 Juni > > 1967 keluarlah keputusan presidium kabinet untuk membuang kata > > Tionghoa/Tiongkok dan menggantinya dengan kata Cina. Dan keputusan ini > > didukung oleh segelintir Tionghoa (yang, maaf, tidak tahu malu) yang > > tergabung di dalam LPKB (K. Shindunata dkk). > > > > Sebenarnya ini suatu keganjilan besar. Bagaimana mungkin suatu seminar yang > > tidak ada hubungannya dengan soal Tionghoa mengambil suatu keputusan > > menghilangkan kata Tionghoa?! Bagaimana mungkin penghilangan suatu kata > > saja harus ditetapkan melalui keputusan presidium kabinet?! Jelas sekali > > bahwa keputusan ini rasis dan bermotif politik yang bertujuan > > mendiskriminasi golongan Tionghoa. Dengan demikian jelas bahwa kata Cina > > sengaja dihidupkan kembali dengan tujuan yang tidak baik. > > > > Sejak saat itu, semua media massa mulai menggunakan kembali kata 'Cina' dan > > meningga
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Untuk memperjelas saja, kata "Tionghoa" di Indonesia memang sudah digunakan sebelum 1911 (seiring dengan kata "cina"), hanya saja sejak 1911 timbul kecenderungan yang lebih kuat untuk lebih intensif menggunakan kata "Tionghoa" menggantikan "Cina". --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" wrote: > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit > berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata > Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah > Tionghoa. > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah > dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah > hanya dari satu pihak saja. > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok > kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > Hormat saya, > > Yongde > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad ke-20, > > namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, akhirnya > > kata tersebut mulai ditinggalkan. > > > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya pada > > tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa Mandarin > > disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian menjadi > > Tionghoa. Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa di > > Indonesia sehingga mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, > > menggantikan kata Cina. > > > > Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang > > kemerdekaan Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama berjuang > > melawan kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan saling > > pengertian antara orang Tionghoa dan Indonesia. > > > > Beberapa bentuk kerja sama tersebut di antaranya: > > 1. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, pertama kali dipublikasikan seara > > umum oleh harian Sin Po, harian milik golongan Tionghoa yang berorientasi > > ke negeri Tiongkok (Saat itu ada 3 golongan Tionghoa: pro-Tiongkok, > > pro-Indonesia dan pro-Belanda). > > 2. Orang Belanda suka menggunakan kata 'Inlander' untuk menghina orang > > Indonesia. Kata ini sama dengan kata 'Cina', awalnya netral tapi kemudian > > berkonotasi negatif. Koran Sin Po-lah yang pertama kali mengambil inisiatif > > untuk mengganti kata 'Inlander' dengan kata 'Boemipoetra' yang lebih > > positif. > > > > Sebagai wujud rasa terima kasih atas kedua hal ini dan terutama atas > > semangat kebangkitan nasional yang ditularkan orang Tionghoa kepada orang > > Indonesia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia juga mulai meninggalkan kata > > 'Cina' dan mulai menggunakan kata Tionghoa. > > > > Dengan demikian penghilangan kata Cina dan menggantinya dengan kata > > Tionghoa memiliki makna yang sangat penting, khususnya bagi orang-orang > > Tionghoa di Indonesia. Inilah salah satu bukti bahwa orang Tionghoa ikut > > berjuang untuk Indonesia. Inilah juga yang membuktikan adanya kerja sama > > dan saling pengertian yang harmonis antara orang Tionghoa dan Indonesia di > > jaman pra-kemerdekaan. > > > > Pada jaman orde lama, kata yang selalu digunakan adalah Tionghoa, bahkan > > koran dan tokoh yang anti Tionghoapun juga menggunakan kata Tionghoa. > > > > Lalu bagaimana kata Tionghoa berubah kembali menjadi kata Cina? > > > > Tanggal 25-31 Agustus 1966 (di awal rejim orde baru) berlangsung seminar > > Angkatan Darat di Bandung yang bertujuan untuk membahas peran Angkatan > > Darat. Entah dari mana, tiba-tiba mereka membahas dan memutuskan untuk > > mengganti kata Tionghoa/Tiongkok dengan kata Cina. Pada tanggal 25 Juni > > 1967 keluarlah keputusan presidium kabinet untuk membuang kata > > Tionghoa/Tiongkok dan menggantinya dengan kata Cina. Dan keputusan ini > > didukung oleh segelintir Tionghoa (yang, maaf, tidak tahu malu) yang > > tergabung di dalam LPKB (K. Shindunata dkk). > > > > Sebenarnya ini suatu keganjilan besar. Bagaimana mungkin suatu seminar yang > > tidak ada hubungannya dengan soal Tionghoa mengambil suatu keputusan > > menghilangkan kata Tionghoa?! Bagaimana mungkin penghilangan suatu kata > > saja harus ditetapkan melalui keputusan presidium kabinet?! Jelas sekali > > bahwa keputusan ini rasis dan bermotif politik yang bertujuan > > mendiskriminasi golongan Tionghoa. Dengan demikian jelas bahwa kata Cina > > sengaja dihidupkan kembali dengan tujuan yang tidak baik. > > > > Sejak saat itu, semua media massa mulai menggunakan kembali kata 'Cina' dan > > meninggalkan kata Tionghoa. Hanya ada satu koran yang tetap bertahan > > menggunakan kata Tionghoa, yaitu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Mochtar > > Lubis. > > > > Akibatnya bisa kita rasakan sampai sekarang terutama di kalangan generasi >
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
yup, seinget gw jg istilah zhonghua ama zhongguo udah ada sebelon 1911. dikitab2 klasik jg ada tuh istilah, zhongnya itu zhongguo, huanya itu dari kata huaxia --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" wrote: > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit > berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata > Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah > Tionghoa. > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah > dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah > hanya dari satu pihak saja. > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok > kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > Hormat saya, > > Yongde > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad ke-20, > > namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, akhirnya > > kata tersebut mulai ditinggalkan. > > > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya pada > > tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa Mandarin > > disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian menjadi > > Tionghoa. Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa di > > Indonesia sehingga mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, > > menggantikan kata Cina. > > > > Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang > > kemerdekaan Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama berjuang > > melawan kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan saling > > pengertian antara orang Tionghoa dan Indonesia. > > > > Beberapa bentuk kerja sama tersebut di antaranya: > > 1. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, pertama kali dipublikasikan seara > > umum oleh harian Sin Po, harian milik golongan Tionghoa yang berorientasi > > ke negeri Tiongkok (Saat itu ada 3 golongan Tionghoa: pro-Tiongkok, > > pro-Indonesia dan pro-Belanda). > > 2. Orang Belanda suka menggunakan kata 'Inlander' untuk menghina orang > > Indonesia. Kata ini sama dengan kata 'Cina', awalnya netral tapi kemudian > > berkonotasi negatif. Koran Sin Po-lah yang pertama kali mengambil inisiatif > > untuk mengganti kata 'Inlander' dengan kata 'Boemipoetra' yang lebih > > positif. > > > > Sebagai wujud rasa terima kasih atas kedua hal ini dan terutama atas > > semangat kebangkitan nasional yang ditularkan orang Tionghoa kepada orang > > Indonesia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia juga mulai meninggalkan kata > > 'Cina' dan mulai menggunakan kata Tionghoa. > > > > Dengan demikian penghilangan kata Cina dan menggantinya dengan kata > > Tionghoa memiliki makna yang sangat penting, khususnya bagi orang-orang > > Tionghoa di Indonesia. Inilah salah satu bukti bahwa orang Tionghoa ikut > > berjuang untuk Indonesia. Inilah juga yang membuktikan adanya kerja sama > > dan saling pengertian yang harmonis antara orang Tionghoa dan Indonesia di > > jaman pra-kemerdekaan. > > > > Pada jaman orde lama, kata yang selalu digunakan adalah Tionghoa, bahkan > > koran dan tokoh yang anti Tionghoapun juga menggunakan kata Tionghoa. > > > > Lalu bagaimana kata Tionghoa berubah kembali menjadi kata Cina? > > > > Tanggal 25-31 Agustus 1966 (di awal rejim orde baru) berlangsung seminar > > Angkatan Darat di Bandung yang bertujuan untuk membahas peran Angkatan > > Darat. Entah dari mana, tiba-tiba mereka membahas dan memutuskan untuk > > mengganti kata Tionghoa/Tiongkok dengan kata Cina. Pada tanggal 25 Juni > > 1967 keluarlah keputusan presidium kabinet untuk membuang kata > > Tionghoa/Tiongkok dan menggantinya dengan kata Cina. Dan keputusan ini > > didukung oleh segelintir Tionghoa (yang, maaf, tidak tahu malu) yang > > tergabung di dalam LPKB (K. Shindunata dkk). > > > > Sebenarnya ini suatu keganjilan besar. Bagaimana mungkin suatu seminar yang > > tidak ada hubungannya dengan soal Tionghoa mengambil suatu keputusan > > menghilangkan kata Tionghoa?! Bagaimana mungkin penghilangan suatu kata > > saja harus ditetapkan melalui keputusan presidium kabinet?! Jelas sekali > > bahwa keputusan ini rasis dan bermotif politik yang bertujuan > > mendiskriminasi golongan Tionghoa. Dengan demikian jelas bahwa kata Cina > > sengaja dihidupkan kembali dengan tujuan yang tidak baik. > > > > Sejak saat itu, semua media massa mulai menggunakan kembali kata 'Cina' dan > > meninggalkan kata Tionghoa. Hanya ada satu koran yang tetap bertahan > > menggunakan kata Tionghoa, yaitu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Mochtar > > Lubis. > > > > Akibatnya bisa kita rasakan sampai sekarang terutama di kalangan generasi > > muda Tionghoa. Mereka (atau kita) tidak terlalu peduli lagi, bahkan sama > > sekali tida
[budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah Tionghoa. Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah hanya dari satu pihak saja. Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. Hormat saya, Yongde --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi wrote: > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Latar Belakang Sejarah > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad ke-20, > namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, akhirnya > kata tersebut mulai ditinggalkan. > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya pada > tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa Mandarin > disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian menjadi Tionghoa. > Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa di Indonesia sehingga > mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, menggantikan kata Cina. > > Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang kemerdekaan > Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama berjuang melawan > kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan saling pengertian > antara orang Tionghoa dan Indonesia. > > Beberapa bentuk kerja sama tersebut di antaranya: > 1. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, pertama kali dipublikasikan seara > umum oleh harian Sin Po, harian milik golongan Tionghoa yang berorientasi ke > negeri Tiongkok (Saat itu ada 3 golongan Tionghoa: pro-Tiongkok, > pro-Indonesia dan pro-Belanda). > 2. Orang Belanda suka menggunakan kata 'Inlander' untuk menghina orang > Indonesia. Kata ini sama dengan kata 'Cina', awalnya netral tapi kemudian > berkonotasi negatif. Koran Sin Po-lah yang pertama kali mengambil inisiatif > untuk mengganti kata 'Inlander' dengan kata 'Boemipoetra' yang lebih positif. > > Sebagai wujud rasa terima kasih atas kedua hal ini dan terutama atas semangat > kebangkitan nasional yang ditularkan orang Tionghoa kepada orang Indonesia, > tokoh-tokoh pergerakan Indonesia juga mulai meninggalkan kata 'Cina' dan > mulai menggunakan kata Tionghoa. > > Dengan demikian penghilangan kata Cina dan menggantinya dengan kata Tionghoa > memiliki makna yang sangat penting, khususnya bagi orang-orang Tionghoa di > Indonesia. Inilah salah satu bukti bahwa orang Tionghoa ikut berjuang untuk > Indonesia. Inilah juga yang membuktikan adanya kerja sama dan saling > pengertian yang harmonis antara orang Tionghoa dan Indonesia di jaman > pra-kemerdekaan. > > Pada jaman orde lama, kata yang selalu digunakan adalah Tionghoa, bahkan > koran dan tokoh yang anti Tionghoapun juga menggunakan kata Tionghoa. > > Lalu bagaimana kata Tionghoa berubah kembali menjadi kata Cina? > > Tanggal 25-31 Agustus 1966 (di awal rejim orde baru) berlangsung seminar > Angkatan Darat di Bandung yang bertujuan untuk membahas peran Angkatan Darat. > Entah dari mana, tiba-tiba mereka membahas dan memutuskan untuk mengganti > kata Tionghoa/Tiongkok dengan kata Cina. Pada tanggal 25 Juni 1967 keluarlah > keputusan presidium kabinet untuk membuang kata Tionghoa/Tiongkok dan > menggantinya dengan kata Cina. Dan keputusan ini didukung oleh segelintir > Tionghoa (yang, maaf, tidak tahu malu) yang tergabung di dalam LPKB (K. > Shindunata dkk). > > Sebenarnya ini suatu keganjilan besar. Bagaimana mungkin suatu seminar yang > tidak ada hubungannya dengan soal Tionghoa mengambil suatu keputusan > menghilangkan kata Tionghoa?! Bagaimana mungkin penghilangan suatu kata > saja harus ditetapkan melalui keputusan presidium kabinet?! Jelas sekali > bahwa keputusan ini rasis dan bermotif politik yang bertujuan mendiskriminasi > golongan Tionghoa. Dengan demikian jelas bahwa kata Cina > sengaja dihidupkan kembali dengan tujuan yang tidak baik. > > Sejak saat itu, semua media massa mulai menggunakan kembali kata 'Cina' dan > meninggalkan kata Tionghoa. Hanya ada satu koran yang tetap bertahan > menggunakan kata Tionghoa, yaitu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Mochtar > Lubis. > > Akibatnya bisa kita rasakan sampai sekarang terutama di kalangan generasi > muda Tionghoa. Mereka (atau kita) tidak terlalu peduli lagi, bahkan sama > sekali tidak mengetahui kenyataan sejarah dan makna yang sangat penting di > balik penggantian kata Cina menjadi Tionghoa. Bahkan banyak yang tidak tahu > menahu mengenai kata Tionghoa, yang mereka tahu hanya 'Cina' dan > menggunakannya tanpa merasa berdosa sama sekali. > > Jadi mengapa kata Cina tidak pantas digunakan? > > Sebagian orang mengatakan karena kata itu mengandung unsur penghinaan. Memang > betul bahwa k