Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-15 Terurut Topik Fy Zhou
Saya heran, anda ini menanggapi siapa? tulisan saya tak ada urusan dng maling!
 
Tentang pemberangusan, anda coba simak pembicaraan di millis ini sedari awal!
 
awalnya anggota2 di sini mengungkap masalah2 pemberangusan tidak secara khusus, 
umumnya memaparkan fakta2 pemberangusan sekedar sebagai ilustrasi saat membahas 
hal2 lain. Tapi anehnya fakta yang diungkap sambil lalu ini selalu saja ada 
yang membantah dan mempemasalahkan kebenarannya! maka akhirnya masalah 
pemberangusan ini menjadi diskusi yang tak berkesudahan! selama ada yang 
membantah, pasti ada yang coba meyakinkan kembali, jika semua sudah sepakat dng 
fakta pemberangusan, apa masih ada yang mau me-ngulang2 bicara hal yang sama? 
Jadi, sebenarnya siapa yang memperbesar masalah?
 
Bagaimana jika setiap anda menyinggung tentang gereja yang dibakar, seperti 
tulisan anda di bawah ini, selalu ada anggota millis yang menyangkal adanya 
fakta itu? apakah anda bungkam saja? jika anda menjawab kembali, apakah itu 
berarti anda telah membesar2kan masalah? 
 
Salam akal sehat
ZFy
 

--- On Wed, 10/15/08, Dada [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Dada [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 15, 2008, 2:37 PM






Duh ini sudah mengarah pada ad hominem , ad credo et cetera

Saya rasa sifat sinis dan saling sinis ini gak banyak faedahnya 
apalagi yg sarkas sampai bilang kristen dan katolik sebagai maling
.karena toh sebagian tionghoa beragama kristen dan nasrani 
jadi apa mau di excludekan terus menerus?

Bicara pemberangusan , kami juga tidak pernah terus membesar2kan
pembom2an terhadap gereja misalkan

jadi apa mau jd perdebatan ala suneo ?

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah
pemberangusan budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho,
tak ubahnya seperti kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang
penderitaan Yesus di kayu salib juga bisa ngurusin sekolah.
 
 Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan
karya2 nyata di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini?
 
 
 Salam,
 ZFy
 
 
 
 
 
 
 --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]  wrote:
 
 From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] 
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
memaafkan..
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena
Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus
disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
 Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial
yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk
berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena
mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
 
 Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk
berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini
yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah,
agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita
tentunya tak sia2 bukan?
 
 Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh. Jadi
itulah kerja saya. Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun
monumen (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua)
tanpa bikin sekolah dan dendam terus saja itu hak anda. 
 Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi
masyarakat. Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya
mengabdi dengan Ora Et Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan
pikiran saya. Salam, Tan Lookay
 
 
 
 
 
 
 2
 
 
 
 
 
 
 
 -- 
 Best regards, Tantono Subagyo


 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-10 Terurut Topik Kurniawan
Iya betul, Ul, salah satu alasan orang cenderung bahagia karena ber-Tuhan 
seperti kata-kata elu di bawah ini.  Serahin aja bebannya ke Tuhan. Hehehe...

Tapi menurut gue melakukan hal ini, walaupun kelihatan absurd, kadang-kadang 
lebih baik daripada merasa harus menanggung beban sendiri.  Kalau orang yang 
kuat sih gak apa-apa menanggung beban sendiri, berusaha sendiri, mikir pakai 
logika sendiri dsb.  Tapi buat beberapa orang mungkin melakukan pasrah seperti 
itu lebih baik.  

Selain itu hidup juga gak semuanya bisa selogis-logisnya seperti yang kita mau, 
tapi ada perasaan-perasaan yang susah dipenuhi cuma dengan logika. Dan 
kadang-kadang agama bisa memenuhi kebutuhan seperti itu. 

Misalnya, kalau ada nenek-nenek hidup sendiri, gak punya sanak saudara, dan 
kesepian, menurut gue lebih baik kalau dia ber-Tuhan jadi dia bisa merasa 
paling gak masih ada Tuhan yang bisa jadi penghiburan dan pengharapan buat 
dirinya, walaupun anggap aja itu cuma khayalan.  Hal ini masih lebih baik 
daripada menyuruh si nenek menghadapi kenyataan pahit bahwa ia memang hidup 
sendiri dan tidak ada yang peduli. (Karena Ulysee juga gak mau nemenin 
hehehe...). 

Jadi menurut gue sih ber-Tuhan juga gak terlalu buruk. Selama ber-Tuhan 
bermanfaat untuk kita, marilah ber-Tuhan. Selama ber-Tuhan merugikan kita, 
tidak usah ber-Tuhan. Memang sih agama juga banyak membawa kekacauan apalagi 
yang fanatik-fanatikan. Tapi agama juga banyak sisi positifnya kok. Di 
mana-mana tergantung orangnya juga.  


--- On Thu, 10/9/08, ulysee_me2 [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: ulysee_me2 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Thursday, October 9, 2008, 5:45 PM


Yang tidak ber-tuhan ya tidak usah berdoa, gitu kok bingung. 
Kekekekekek e

Tahu ndak broer kenapa yang berkeyakinan kepada tuhannya disebut 
lebih berbahagia?
Soalnya dengan keyakinannya dia punya penolong sekaligus kambing 
hitam, broer. Kalau dia lagi kesulitan lalu bisa minta pada 
penolongnya yang dia yakin sanggup tolongin, terus lebih lega. Ah 
nanti juga ditolongin, gitu khan enak broer kaga pusing. 

Tyus kalau misalnya doanya nggak terkabul, dia tinggal bilang, wah, 
tuhan belum mengijinkan. Tinggal salahin tuhannya. 
enak kan? semua kesusahannya ditanggung sama tuhannya? 
makanya mereka itulah yang disebut berbahagia Broer. 

Bukan berarti yang tidak bertuhan tidak bisa bahagia, 
tapi lebih bahagia yang punya tuhan th. 

Broer jangan keliru ya, ada TUHAN, ada tuhan, 
ada GOD ada gods, 
dan sekarang yang lagi banyak duitnya itu tuhannya khan banyak, dewa 
nya banyak. hehehe. 




  


RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-10 Terurut Topik als
Orang yang mau memelihara anjing saja memilih-milih anjing yang hendak
dibelinya. Saya kira hanya orang tolollah yang memilih anjing peliharaan
yang bego. Itu hewan peliharaan, apalagi Tuhan yang kepada siapa
pemiliknya berdoa dan berserah diri. Haahaahaaa... Yang terang, Tuhan yang
untuk memutuskan sesuatu aja mesti mendengarkan doa-doa para pemujanya
terlebih dulu sudah pasti kalah pintar sama seorang pak tani yang bertanam
padi. Setiap hari ia memutuskan segala sesuatu tentang pekerjaannya tanpa
perlu mendengarkan doa-doa anak istrinya. Seorang ilmuwan terkadang memang
mendengarkan doa-doa sesama ilmuwan atau ilmuwan agung yang dalil-dalilnya
telah lulus 'fit and proper tests' berdasarkan penggunaan nalar yang
optimum. Tetapi sebagian orang di dunia ini memang uuuaneh tenan, lha wong
Tuhan yang diuji pakai logika kasar biasa aja tampak begitu o'onnya lah
kok dipuja-puja. Kata mereka Tuhan begini ini telah memberi mereka
kebahagiaan.  Mustahal bin Mustahil, sahut cicak-cicak di dinding dengan
suara riuh rendah. Hiiihihiiikhiiik, nyamuk pun pada ketawa sinis. Yaaah,
tapi Tuhan seperti ini emang bisa memberi kesenangan sih, tapi
inga..inga..di balik kesenangan pasti ada kesusahan dan kesenangan bila
ditumpuk-tumpuk tetap aja kesenangan, tetapi bila kesusahan ditimbun,
lama-lama akan menimbulkan penderitaan batin yang tidak terperikan, yang
lama-lama... aah. :-)

 

Selamat merenung dan berpikir, cukup seperlunya aja! :-)

als 

  _  

 

From: Kurniawan [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, October 10, 2008 3:01 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

 

..

Jadi menurut gue sih ber-Tuhan juga gak terlalu buruk. Selama ber-Tuhan
bermanfaat untuk kita, marilah ber-Tuhan. Selama ber-Tuhan merugikan kita,
tidak usah ber-Tuhan. Memang sih agama juga banyak membawa kekacauan apalagi
yang fanatik-fanatikan. Tapi agama juga banyak sisi positifnya kok. Di
mana-mana tergantung orangnya juga. 

--- On Thu, 10/9/08, ulysee_me2 [EMAIL PROTECTED]
mailto:ulysee_me2%40yahoo.com.sg com.sg wrote:






Re: Sudah tidak sehat : Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-09 Terurut Topik Fy Zhou
Inilah penyakit masyarakat Indonesia, kalau bicara suka membawa2 nama Tuhan.. 
Dia tak sadar bahwa dng menyebut Tuhan dia telah membawa konsep agamanya. 
Mungkin dia lupa di agama Budha tak mengenal istilah Tuhan. Lantas bagaimana 
kalau orang selalu membawa2 nama Sang Budha dalam setiap pembicaraan? mabok 
tidak?
 
Salam budaya
ZFy



- Original Message 
From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, October 9, 2008 4:27:36 AM
Subject: Sudah tidak sehat : Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua 
tentang memaafkan.


--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tantono Subagyo 
[EMAIL PROTECTED]  wrote:

 Mengingat bahwa stamina sudah menurun dan pekerjaan sedang banyak 
maka saya
 mundur dari thread ini. Apalagi makin tidak sehat dan menjurus ke 
pribadi.
 Selahakan diteruskan dan untuk sdr Danardono kalau ingin diskusi 
saya layani
 secara pribadi. Kesalahan utama saya adalah melayani sdr Danardono 
dijalur
 umum sehingga menyebabkan apa yang orang sangat terpelajar bilang : 
Sturm
 inthe glass (uanggell-e rek). Untuk para budayawan Tionghua 
termasuk
 buayawan, terimakasih, seperti anda lihat tidak ada posting saya 
yang
 bermaksud melecehkan, saya bertanya secara benar. Demikian juga 
untuk
 siutjay Zfy maaf sebesar-besarnya, saya hanya menganjurkan karya 
nyata,
 kalau sudah buannyyaaak ya sudah, silahkan berkotbah terus untuk 
mengingat.
 Salam, Tan Lookay


 Berkhotbah untuk mengingat? 

Saya jadi ingat seorang politisi kita dari PDIP yang mengingatkan, 
bahwa kesalahan bangsa ini ialah lekas lupa sejarah. Beliau ini bukan 
anggauta milis kita, tapi kok pemikirannya sama ya?

Memang, kalau melupakan adalah sebuah tindakan mulia, mungkin yang 
pikun akan masuk surga dahulu, dan pasien Altzheimer jadi pahlawan 
nasional.

Diskusi pribadi? Untuk apa? Kan themanya thema bersama? Kalau anda 
ingin nasehat mengenai Finance Management boleh konsultasi pribadi, 
tapi ada charge-nya lho.

Bagusnya milis adalah melatih keterbukaan, jadi justru tidak sedikit 
sedikit lari ke jalur pribadi. Pribadi ya pribadi. sya perhatikan 
jalan banyak diskusi disni, hampir semua, yang berbau pribadi masih 
tetap menyangkut kepentingan bersama. 

Kalau kita, dimuka umum katakan misalnya Tuhan itu hanya satu, 
tidak macam macam, maka dimuka umum juga hendaknya sedia 
menerangkan, apa maksudnya Tuhan itu satu. Satu untuk semua? OK, 
tetapi terangkan bagaimana itu. Misalnya, apakah umat Kristen (ini 
dari sisi budaya lho) juga memuja Brahma, Vishnu dan Shiwa, yang 
dipuja saudara kandung kita di Bali?

Gitu lho, jadi jangan lalu lari ke jalur pribadi. Memangnya ngomongin 
angsuran untuk RT/RW?

Salam diskusi

Danardono


. 
 


  

RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-09 Terurut Topik als
Ulysee_me2, bila Anda mengikuti 'thread' omong2 ini sejak dari awalnya, Anda
tentu tahu bahwa saya sama sekali tidak bermaksud mempertanyakan apa saja
yang dipercaya oleh orang (dalam hal ini Tantono-heng dan Anda, mungkin).
Betapapun tidak nalarnya orang ybs lah wong ia percayanya gitu lantas saya
bisa apa? Saya hanya ingin tahu saja sampai seberapa Tuhannya pak pendeta
kita ini dan ternyata memang persis seperti dugaan saya semula. Anda dan pak
pendeta bebas mempercayai Tuhan apa saja dan bebas berdoa dengan cara
apapun kepadanya. Teman-teman di sini juga bebas bertindak dan berkehendak
apa saja atas tanggung jawab masing-masing. OK?

 

Sayang sekarang pak pendeta kini mungkin sedang terlalu sibuk dengan segala
pekerjaannya sehingga mungkin tak bisa melanjutkan bincang2 kami yang
bersahabat, semoga beliau masih sempat membaca penjelasan saya ini.

 

Salam persaudaraan,

als

 

  _  

From: ulysee_me2 [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, October 09, 2008 8:35 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

Lhoh ya harus berpikir begitu donk!
Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat 
tuhannya untuk mengambil keputusan, 
Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi 
tuhannya, 
Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang 
waktu aje. Ya Nggak?

Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. 

--- In budaya_tionghua@ mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com
yahoogroups.com, als [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan 
yang akan
 diambil oleh Tuhan Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda 
berpikir
 bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi Tuhan Anda? Nama kecil saya 
Andy, sne
 saya Liem (hokkian). :-)
 
 Salam serius,
 
 als





Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-09 Terurut Topik ChanCT
Itulah, Neng Uli yang saya lihat bagaimana rakyat Tiongkok yang umumnya 
dikatakan tidak ber-TUHAN itu ditahun 60-an banting tulang membangun negaranya 
dengan semangat berdikari, mengikat lebih kencang tali pinggang melawan blokade 
sejagad AS dibelahan selatan dan melawan tekanan Uni Sovyet dibelahan utara, 
udah itu menghadapi bencana alam berturut-turut 3 tahun, ... satu tekad juang 
yang luar biasa. Sangat mengagumkan, dan mereka bisa dikatakan berhasil, 
berhasil tanpa doa dan tentunya tidak diberkahi TUHAN, lho. 

Dan itu pula sebetulnya juga yang dikatakan TUHAN hanya memberkahi melalui 
usaha susah-payah setiap umatnya, bukan hanya dengan doa dan berdoa saja mereka 
bisa dapatkan hasil. Iya, kan?! Sama saja, hanya yang satu diembel-embeli 
diberkahi TUHAN saja, dan yang lain sepenuhnya hasil kerja susah-payahnya 
sendiri, ada atau tidak TUHAN.

Sebenarnya saja, saya yakin yang dinamakan bahagia berbeda pada setiap orang, 
terserah sajalah pada masing-masing. Tidak karena dia tidak ber-TUHAN jadi 
tidak bahagia. Karena mereka justru merasakan kebahagiaan setelah apa yang 
dikerjakan, apa yang diperjuangkan itu mencapai hasil. Dan mereka bisa 
merasakan kebahagian lebih dari orang lain, karena itu sepenuhnya hasil 
keringat sendiri, tanpa diberkahi TUHAN. Hehehehee, ...

Bukankah begitu Ul?! Jadi, memang yang tidak ber-TUHAN, tidak bisa nyalahin 
Tuhan belum berkahi, tapi, jelas mereka bisa melihat syarat atau kondisi belum 
memungkinkan saja. Tak perlu mencari kambing-hitam, ya harus bekerja lebih 
keras, ... itu saja.

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: ulysee_me2 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 10, 2008 8:45 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


  Yang tidak ber-tuhan ya tidak usah berdoa, gitu kok bingung. 
  Kekekekekeke

  Tahu ndak broer kenapa yang berkeyakinan kepada tuhannya disebut 
  lebih berbahagia?
  Soalnya dengan keyakinannya dia punya penolong sekaligus kambing 
  hitam, broer. Kalau dia lagi kesulitan lalu bisa minta pada 
  penolongnya yang dia yakin sanggup tolongin, terus lebih lega. Ah 
  nanti juga ditolongin, gitu khan enak broer kaga pusing. 

  Tyus kalau misalnya doanya nggak terkabul, dia tinggal bilang, wah, 
  tuhan belum mengijinkan. Tinggal salahin tuhannya. 
  enak kan? semua kesusahannya ditanggung sama tuhannya? 
  makanya mereka itulah yang disebut berbahagia Broer. 

  Bukan berarti yang tidak bertuhan tidak bisa bahagia, 
  tapi lebih bahagia yang punya tuhan th. 

  Broer jangan keliru ya, ada TUHAN, ada tuhan, 
  ada GOD ada gods, 
  dan sekarang yang lagi banyak duitnya itu tuhannya khan banyak, dewa 
  nya banyak. hehehe. 

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ChanCT [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Lalu, ... bagaimana orang yang tidak ber-TUHAN itu hidup didunia 
  ini, neng? Yang sering dikatakan tidak beradab dan tidak bisa bahagia 
  itu, hehehee, ... kasihan amat, ya?
   
   Padahal kenyataan yang bisa kita lihat, mereka ber-milyard itu 
  justru menunjukkan keberhasilan luar biasa tanpa doa, lho! Dan 
  merekalah yang sangat diharapkan bisa ikut memberikan dukungan 
  membantu mengatasi krisis-moneter yang melanda AS, negara ber-TUHAN 
  sekarang ini. Hahahaaa, ...
   
   Salam,
   ChanCT
   
 - Original Message - 
 From: ulysee_me2 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
 Sent: Thursday, October 09, 2008 9:35 AM
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
  memaafkan.
   
   
   
 Lhoh ya harus berpikir begitu donk!
 Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat 
 tuhannya untuk mengambil keputusan, 
 Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi 
 tuhannya, 
 Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang 
  buang 
 waktu aje. Ya Nggak?
   
 Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. 
   
   
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, als als@ wrote:
 
  Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam 
  keputusan 
 yang akan
  diambil oleh Tuhan Anda itu? Atau dengan kata lain apakah 
  Anda 
 berpikir
  bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi Tuhan Anda? Nama kecil 
  saya 
 Andy, sne
  saya Liem (hokkian). :-)
  
   
  
  Salam serius,
  
  als
  
   
  
_  
  
  From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua 
  tentang 
 memaafkan.
  
   
  
  Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda 
  diam-
 diam
  ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan 
  sebaik-
 baiknya.
  Apakah doa minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali 
 terhadap
  'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Hehehe Pak kalau beda konsep memang nggak akan ketemu.  Saya menganggap
Tuhan sebagai pencipta, anda menganggap Tuhan diciptakan orang.  Tapi ya
biarin, saya bodo tapi bahagia, waktu saya disia-siakan saudara karena Ibu
saya berbeda, saya ditolong Tuhan dan diberikan jalan hingga jadi orang
walaupun apa adanya.  Demikian pula ketika saya dipaksa pensiun, Tuhan kasih
jalan sehingga sekarang saya jadi konsultan alakadarnya.  Jadi saya
merasakan Tuhan, anda anggap Tuhan itu nonsens.  Sampai jutaan atau
milyardan postingpun nggak akan selesai.  Yang jelas adalah hak azasi saya
untuk menganggap Tuhan itu ada dan menjadi Junjungan saya begitu juga hak
anda untuk mengatakan Tuhan itu macem-macem dan hanya buatan manusia saja.
Jadi mau diapakan juga nggak akan ketemu, nanti malahan jadi prahara dalam
mangkok, dan percum tak bergun. Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Pak Danardono yth,
Jaka Sembung Naik Ojek, Nggak Nyambung Jek.  Itu adalah jalan pikiran kita
berdua.  Anda sangat canggih sedang saya nteu acan kepanggih.  Konsep mana
yang anda mau tanyakan ?. Apapun juga jawaban saya kita tidak akan ketemu
karena pra-anggapan kita beda dan anda akan mendebat lagi dengan pra
anggapan anda .
Saya merasa selalu ditolong Tuhan itulah pengalaman pribadi saya, dan itu
tidak akan berubah walaupun orang lain bilang Tuhan nggak ada.

Danardono : Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang
Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak
bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga
Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya?

Tantono : Mengapa saya harus tanya kepada yang lain, urusan Tuhan adalah
urusan pribadi saya nggak ada hubungannya dengan mas Narpati Pradana atau
sdr King Hian ? Apakah keyakinan saya harus sama dengan orang lain ?.  Ya
biar saja mas Narpati dengan caranya sendiri, dan saya juga dengan keyakinan
saya sendiri.
Tentang doa mana yang dikabulkan ya terserah Tuhan, kalau orang Jawa bilang
becik ketitik ala ketara.  Kita pasrah saja, wong saya mahluk kok ditanyai
doa mana yang dikabulkan.

Salam, Tantono


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Asal positif saja Pak.  Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan
penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu
membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya.  Tapi kalau cuma
omong, mengeluh dan meng-kambek-kan orang yang nggak ada hubungannya dan
menyamaratakan ya nggak positif namanya.  Selamat Mengingat, Tantono

2008/10/8 Fy Zhou [EMAIL PROTECTED]

   Kalau saya memilih tak Melupakan!

 Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat
 kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri
 kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga
 sengsara seperti kita.

 Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.

 Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai
 kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang
 mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!

 Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument


 Salam Mengingat.
 ZFy




 --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM


  Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa
 didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut
 ikut dehhh.

 Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung
 beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene
 mengaung..Mengenang , tak melupakan!

 Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai
 sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal
 itu.

 Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan,
 mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan
 dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu.

 Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada
 gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu
 kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David
 kuning.

 Tertulis: Nicht vergessen. Tidak melupakan. Orang tua yang pernah
 tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai
 jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api,
 dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan,
 namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak
 tahu dehhh, frankly!

 Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak
 alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru
 musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi
 lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan.
 Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi,
 lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan
 dihilangkan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah..

 Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka
 selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di
 Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo.

 Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi
 kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah
 dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah.
 Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara
 saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe?
 Mereka akan tanya balik: I beg your pardon?

 Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok
 laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina.

 Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa
 NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau
 tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak
 sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam bentuk
 Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali?

 Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama
 membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on.

 Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia
 secara keseluruhan TIDAK bertambah baik. Juga tak bertambah buruk
 karena agama. Agama telah menjadi alasan saudara saudara di Poso
 saling bunuh. Tibo telah mendahului kita...Korupsi kian mendahsyat
 dalam bangsa ini, walau sangat saleh beragama. Dan... orang tak
 beragama juga bisa MULIA lho? Mungkin anda memiliki statistik
 perbaikan moral di Indonesia akibat pelajaran agama? Di DPR? di
 Kejaksaan? di Kepolisian? di pemerintahan? di mal mal?

 Tuhan di-uthik uthik? Lha tak lah yauuu, lha wong lihat Tuhan saja
 belum pernah ada diantara kita, baik domba maupun gembala, kok mau
 uthik uthik? Bagaimana caranya? sudah dipasrahkan lha bagaimana
 cara serah terimanya?

 Kita memang dari awal setuju untuk tak setuju, nah ini kan isi milis
 ini selalu? from t5he vrey beginning? Kalau tidak 

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, tapi
minta agar bisa perform sebaik-baiknya.  Kalau berdoapun kalah ya berlatih
lagi sambil berdoa.  Gitu saja kok repot.  Tantono

2008/10/8 Fy Zhou [EMAIL PROTECTED]

   Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat
 Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan.
 sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat
 mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya...

 ZFy

 --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, October 8, 2008, 8:11 AM

  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Tantono Subagyo
 [EMAIL PROTECTED]  wrote:
 
 ** Disini ada banyak kesalahan baca:

 1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang

 2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan,
 bermilyard manusia melaksanakannya

 3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang
 menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama.

 Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang
 Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak
 bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga
 Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya?

 Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat
 menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang
 perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi
 dewi Kwan Im..it's totally OK.

 Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah
 Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun,
 kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok
 atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar
 memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah?

 Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan
 melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut
 Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang
 bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang
 Amerika yang sombong.

 Tuhan kabulkan doa yang mana ya?

 Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa
 Jerman: Sturm im Glas tak apalahhh..

 Salam

 Danardono


  




-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya
nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan
untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah
menghabiskan waktu berkotbah segala?

Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan.
Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah
saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga
masih akan berkarya nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah
lagi.  Dengan kotbah saya bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi
yang berkarya nggak cuman saya tapi juga banyak orang.  Salam, Tantono


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
 
Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena Tuhan yang anda 
abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi 
orang lain bukan?
 
Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, 
apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan 
membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga 
mengwemban tugas yang mulia.
 
Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, 
Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk 
menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa 
tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan?
 
 
Selamat berkotbah!
ZFy 
 


--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM







Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya 
nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan 
untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah 
menghabiskan waktu berkotbah segala?

Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan.  Disamping 
jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah saya dirikan, 
kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya 
nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi.  Dengan kotbah saya 
bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman saya 
tapi juga banyak orang.  Salam, Tantono
 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Kalau saya memilih tak Melupakan!
 
Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat kita 
lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri kita 
seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga sengsara 
seperti kita.
 
Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.
 
Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai 
kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang 
mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!
 
Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument
 
 
Salam Mengingat.
ZFy
 
 
 

--- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM






Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa 
didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut 
ikut dehhh. 

Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung 
beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene 
mengaung..Mengenang , tak melupakan!

Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai 
sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal 
itu.

Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, 
mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan 
dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu.

Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada 
gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu 
kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David 
kuning. 

Tertulis: Nicht vergessen. Tidak melupakan. Orang tua yang pernah 
tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai 
jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, 
dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, 
namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak 
tahu dehhh, frankly!

Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak 
alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru 
musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi 
lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. 
Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, 
lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan 
dihilangkan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah..

Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka 
selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di 
Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo.

Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi 
kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah 
dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. 
Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara 
saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? 
Mereka akan tanya balik: I beg your pardon?

Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok 
laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. 

Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa 
NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau 
tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak 
sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam bentuk 
Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali?

Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama 
membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on.

Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia 
secara keseluruhan TIDAK bertambah baik. Juga tak bertambah buruk 
karena agama. Agama telah menjadi alasan saudara saudara di Poso 
saling bunuh. Tibo telah mendahului kita...Korupsi kian mendahsyat 
dalam bangsa ini, walau sangat saleh beragama. Dan... orang tak 
beragama juga bisa MULIA lho? Mungkin anda memiliki statistik 
perbaikan moral di Indonesia akibat pelajaran agama? Di DPR? di 
Kejaksaan? di Kepolisian? di pemerintahan? di mal mal?

Tuhan di-uthik uthik? Lha tak lah yauuu, lha wong lihat Tuhan saja 
belum pernah ada diantara kita, baik domba maupun gembala, kok mau 
uthik uthik? Bagaimana caranya? sudah dipasrahkan lha bagaimana 
cara serah terimanya?

Kita memang dari awal setuju untuk tak setuju, nah ini kan isi milis 
ini selalu? from t5he vrey beginning? Kalau tidak mana mungkin kita 
diskusi? Lihat tu posisi ci Ul dan mas Kinhiang, posisi mas Mulyawan 
dan mas Siswanto, posisi saya dengan banyak anggauta ha ha ha

Salam

danardono

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tantono Subagyo 
[EMAIL PROTECTED]  wrote:

 Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau orang-orang itu 
bisa
 lupakan Milosevic mungkin hidupnya akan lebih baik. Menurut saya 
memelihara
 dendamlah 

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik gsuryana
Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat Pak Tantono 
menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia menjadi kenal 
Yesus..Haleluy :o)

sur.
http://indolobby.blogspot.com
  - Original Message - 
  From: Tantono Subagyo 

  Asal positif saja Pak.  Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan 
penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu 
membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya.  Tapi kalau cuma 
omong, mengeluh dan meng-kambek-kan orang yang nggak ada hubungannya dan 
menyamaratakan ya nggak positif namanya.  Selamat Mengingat, Tantono


  2008/10/8 Fy Zhou [EMAIL PROTECTED]


  Kalau saya memilih tak Melupakan!

  Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu 
membuat kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa 
diri kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga 
sengsara seperti kita.

  Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.

  Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk 
mencapai kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, 
yang mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!

  Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument


  Salam Mengingat.
  ZFy




  --- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]




 





  -- 
  Best regards, Tantono Subagyo

   

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Pak Tan. 
 
Di dunia ini ada pembagian tugas, ada yang bertugas memberi kotbah, ada yang 
bertugas kerja sosial, ada yang bertugas membangun budaya, ada yang bertuags 
membangun pendidikan, ada yang bertugas membangun ekonomi.
 
Jangan remehkan orang mendirikan monument semata, di seluruh dunia bahkan 
banyak hadir LSM yang tugasnya hanya menuntut keadilan sejarah! contohnya LSM 
yang membela para pekerja seks Jepang di zaman perang dunia kedua! Tak ada yang 
lain!
 
Berkat monument, berkat Orang2 yang berusaha menegakkan kebenaran sejarah, 
masyarakat luas dapat belajar dari sejarah yang benar. Dari sini,  pasti ada 
orang2 yang tergugah untuk melakukan aksi positif selanjutnya! Semua saling 
melengkapi! jika tak tahu sejarah yang benar, mungkin saja tak ada aksi apapun!
 
Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya 
nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan 
untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah 
menghabiskan waktu berkotbah segala?
 
 
 
ZFy
 

--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 11:51 AM







Asal positif saja Pak.  Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan 
penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu 
membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya.  Tapi kalau cuma 
omong, mengeluh dan meng-kambek- kan orang yang nggak ada hubungannya dan 
menyamaratakan ya nggak positif namanya.  Selamat Mengingat, Tantono


2008/10/8 Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] com











Kalau saya memilih tak Melupakan!
 
Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat kita 
lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri kita 
seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga sengsara 
seperti kita.
 
Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.
 
Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai 
kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang 
mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!
 
Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument
 
 
Salam Mengingat.
ZFy
 
 
 

--- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 danarhadi2000@ yahoo.com wrote:

From: danarhadi2000 danarhadi2000@ yahoo.com

Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM







Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa 
didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut 
ikut dehhh. 

Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung 
beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene 
mengaung..Mengenang , tak melupakan!

Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai 
sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal 
itu.

Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, 
mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan 
dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu.

Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada 
gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu 
kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David 
kuning. 

Tertulis: Nicht vergessen. Tidak melupakan. Orang tua yang pernah 
tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai 
jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, 
dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, 
namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak 
tahu dehhh, frankly!

Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak 
alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru 
musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi 
lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. 
Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, 
lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan 
dihilangkan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah..

Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka 
selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di 
Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo.

Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi 
kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah 
dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. 
Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara 
saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? 
Mereka akan tanya balik: I beg your pardon?

Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok 
laki laki

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik gsuryana
Didalam perjalanan sejarah panjang Indonesia, bisa dibilang sejak jaman 
kerajaan kerajaan kecil, hubungan antar masyarakat Indonesia dengan Tenglang 
yang datang ke Indonesia bisa dibilang lebih banyak damai nya dibandingkan 
dengan ributnya.
( Mengenai perebutan kekuasaan diantar Kerajaan, adalah wajar bila terjadi 
pertumpahdarahan, karena namanya juga perebutan kekuasaan, yang aku tahu 
tidak sampai terjadi genocide secara langsung )

Kelenteng, Pura masing masing memiliki pengikutnya, demikian juga dengan 
masuknya Islam dengan mengadop budaya setempat sedikit demi sedikit bisa 
menguasai Kerajaaan yang ada di Nusantara.

Masuk Kristen/Katholik melalui VOC, mulai terjadi gesekan lumayan keras, 
dimana dalam hal ini Tenglang Indonesia mulai terbagi dua kelompok, pro VOC 
dan pro Nusantara, dimana pada intinya masih tetap kepada hasil bumi, sedang 
agama hanya sebagai pelengkap penderita.

Dijaman kemeredekaan Tenglang Indonesia masih memberikan banyak andil, dan 
bergerak hampir di segala bidang, termasuk ketatanegaraan ( BPUPKI ).

Dan Bmmm 65, mendadak sontak semua kebudayaan Tionghoa di berangus, 
terutama dibidang pendidikan yang menjadi salah satu soko guru budaya, di 
tuntas habis kan, sehingga mendadak sontak remaja Tenglang Indonesia harus 
pindah sekolah, pindah agama, dan pindah identitas, yang tidak setuju masih 
diberi pilihan menjadi WNA.

Dan sejak tahun 2000 sekian kembali Booommm sekian banyak gereja mengalami 
gempuran, mulai dari ijin yang sulit, sampai dengan pengrusakan, dimana 
menurut data sampai ber ratus ratus bangunan gereja yang rusak.

Dari sejarah panjang tersebut, agama manakah yang manakan yang membawa damai 
?

Semoga Allah bisa memberi jawaban..( sstt jangan ke aku ngasih 
jawabannya yah )

sur.
http://indolobby.blogspot.com
- Original Message - 
From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, gsuryana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat
 Pak Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia
 menjadi kenal Yesus..Haleluy :o)

 sur.
 http://indolobby.blogspot.com


 * Lhooo mas Sur, ini justru yang saudara saudara umat Islam kesal.
 Kalau mereka ngambeg, lha ribut lagi,  gereja gereja dan tempat
 peribadahan dilempari batu, lalu mana damai itu indahnya pak Ophoeng?
 Kan lenyap?

 Salam
 Danardono



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena Tuhan yang
anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata
bagi orang lain bukan?Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga
berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya
sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena
mereka juga mengwemban tugas yang mulia.

Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya
nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah
untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain
bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan?

*Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh.  Jadi itulah
kerja saya.  Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya
monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan
dendam terus saja itu hak anda.
Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat.
Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et
Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya.  Salam, Tan
Lookay*





2



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik als
Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam
ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya.
Apakah doa minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap
'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan
memompanya yang penuh ya! :-)

 

als

 

  _  

From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 6:58 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

 

Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, tapi
minta agar bisa perform sebaik-baiknya.  Kalau berdoapun kalah ya berlatih
lagi sambil berdoa.  Gitu saja kok repot.  Tantono

2008/10/8 Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] com


Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat
Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan.
sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat
mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya...

 

ZFy




.

 
http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=11328156/grpspId=1705329729/msgI
d=37322/stime=1223467102/nc1=3848640/nc2=4763759/nc3=4990216 
 



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
*Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam
ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya.
Apakah doa minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap
'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan
memompanya yang penuh ya! **J***

* *

*als*


Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan
yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan
urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak
mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan Lookay


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Mr sanliong thee
Salam,
 
Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.
Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :
Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.
Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.
Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.
Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???
Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.
BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG 
KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang 
tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan 
kristen dan pasti ada di neraka



- Original Message 
From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 8 October, 2008 9:44:20 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. 
Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya 
nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut 
oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu 
model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi 
menyembuhkan!

Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan 
ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya 
pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.

Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu 
(kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).

Salam karya nyata

Danardono

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

  
 Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena 
Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus 
disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
  
 Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial 
yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk 
berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, 
karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
  
 Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk 
berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini 
yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran 
sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah 
kita tentunya tak sia2 bukan?
  
  
 Selamat berkotbah!
 ZFy 
  
 
 
 --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]  wrote:
 
 From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] 
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan..
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM
 
 
 
 
 
 
 
 Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik 
berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang 
sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial 
membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala?
 
 Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada 
Tuhan.  Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada 
sekolah yang sudah saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti 
disamping

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Lha nanti ada yang marah-marah lagi.  Saya jadi pendeta bukan karena Sekolah
Tionghua kok, tapi dul karena tidak diterima dikeluarga Tenglang totok,
jadi sekolah ya seadanya dan yang mau beri beasiswa saya sekolah katolik,
walaupun saya akhirnya jadi Kristen.  Haleluya.  Tantono

2008/10/8 gsuryana [EMAIL PROTECTED]

Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat Pak
 Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia menjadi
 kenal Yesus..Haleluy :o)

 sur.
 http://indolobby.blogspot.com

 - Original Message -
 *From:* Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]

 Asal positif saja Pak.  Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan
 penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu
 membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya.  Tapi kalau cuma
 omong, mengeluh dan meng-kambek-kan orang yang nggak ada hubungannya dan
 menyamaratakan ya nggak positif namanya.  Selamat Mengingat, Tantono

 2008/10/8 Fy Zhou [EMAIL PROTECTED]

  Kalau saya memilih tak Melupakan!

 Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat
 kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri
 kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga
 sengsara seperti kita.

 Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.

 Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai
 kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang
 mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!

 Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument


 Salam Mengingat.
 ZFy




 --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]

 





 --
 Best regards, Tantono Subagyo

  




-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Lho bos,  jangan salah para dokter dan jururawat nggak kotbah, tetapi minta
dikotbahin digereja tiap minggu kalau lagi mriksa kotbah ya orang gendeng
namanya.  Jadi ada bagiannya sendiri, saya bikin sekolah, karya nyata, dan
kotbah ngajak lebih banyak orang lagi untuk bikin sekolah.  Lebih nyata
'kan.  Gitu saja kok repot.  Salam, Tantono

2008/10/8 danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]

   Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik.
 Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya
 nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut
 oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu
 model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi
 menyembuhkan!

 Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan
 ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya
 pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.

 Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu
 (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).

 Salam karya nyata

 Danardono


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
  Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena
 Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus
 disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
 
  Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial
 yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk
 berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan,
 karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
 
  Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk
 berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini
 yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran
 sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah
 kita tentunya tak sia2 bukan?
 
 
  Selamat berkotbah!
  ZFy
 
 
 
  --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
 memaafkan..
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com
  Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM
 
 
 
 
 
 
 
  Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik
 berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang
 sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial
 membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala?
 
  Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada
 Tuhan.  Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada
 sekolah yang sudah saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti
 disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya nyata, bersama
 teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi.  Dengan kotbah saya bisa
 ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman
 saya tapi juga banyak orang.  Salam, Tantono
 

  




-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Mohon maaf saya jawab jalur pribadi karena ini pertanyaan sesama Kristen dan
jawaban-nya juga secara Kristen.  Salam, Tan Lookay

2008/10/8 Mr sanliong thee [EMAIL PROTECTED]

   Salam,



 Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian
 semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat
 saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.

 Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu
 :

 Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai
 pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma
 yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.

 Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member
 dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan
 membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya
 sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya
 tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau
 senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik
 tsb.

 Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara
 kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat
 ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka
 karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan
 tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau
 maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang
 membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena
 saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini
 karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk
 memelihara meja abu leluhur.

 Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari
 semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah
 saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih
 , mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak
 berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk
 neraka???

 Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan
 pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini
 tidak diijinkan oleh moderator.

 BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN
 SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan
 ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang
 tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka


 - Original Message 
 From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Wednesday, 8 October, 2008 9:44:20 PM
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

  Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik.
 Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya
 nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut
 oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu
 model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi
 menyembuhkan!

 Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan
 ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya
 pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.

 Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu
 (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).

 Salam karya nyata

 Danardono

 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
  Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena
 Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus
 disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
 
  Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial
 yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk
 berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan,
 karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
 
  Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk
 berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini
 yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran
 sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah
 kita tentunya tak sia2 bukan?
 
 
  Selamat berkotbah!
  ZFy
 
 
 
  --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]  wrote:
 
  From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] 
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
 memaafkan..
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. combudaya_tionghua%40yahoogroups.com
  Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM
 
 
 
 
 
 
 
  Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik
 berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang
 sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial

RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik als
Loh, apa Pak Danardono gak salah tulis tuh? Bukankah Pak 'wasalam' ABS
bahkan termasuk teman Muslim yang paling dulu mengucapkan selamat atas
kependetaan Pak Tan? Jangan 'nggebyah uyah' (menggeneralisasi) ah Pak! :-)

 

Salam guyon,

als

 

  _  

From: danarhadi2000 [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 8:36 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

 

--- In budaya_tionghua@ mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com
yahoogroups.com, gsuryana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat 
Pak Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia 
menjadi kenal Yesus..Haleluy :o)
 
 sur.
 http://indolobby. http://indolobby.blogspot.com blogspot.com

* Lhooo mas Sur, ini justru yang saudara saudara umat Islam kesal. 
Kalau mereka ngambeg, lha ribut lagi, gereja gereja dan tempat 
peribadahan dilempari batu, lalu mana damai itu indahnya pak Ophoeng? 
Kan lenyap? 

Salam
Danardono

___ 



RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik als
Jadi pendeta itu, bila cerdik dan 'tahu diri', sesungguhnya sangat
menyenangkan. Sebagai penggembala para domba, ia terpuaskan keinginan
psikologisnya akan 'power', bayangkan aja: ketika sang Penggembala sedang
berkhotbah, para domba duduk manis sambil sekali-sekali menyambutnya dengan
tepuk tangan sukacita, apapun yang dikatakannya para hadirin selalu
meng'amin'inya. Pak Pendeta sama sekali tidak perlu naik darah kayak Pak SBY
yang 'khotbah'nya sering di'cuek'I oleh beberapa hadirin (yang tipe
'penjilat' sih menahan-nahan kantuknya). :-) Selain itu, tidak usah
pusing-pusing memikirkan perusahaan seperti layaknya para pengusaha lainnya,
pak Pendeta setiap bulan menerima perpuluhan (10% dari penghasilan kotor
loh!) dari para domba. Ia tidak perlu takut didatangi orang KPK, ia tidak
perlu was-was diperiksa oleh auditor atau didatangi petugas pajak. And last
but not least, surga adalah tempat abadinya yang tentu saja sangat nyaman
tidak ada duanya. Semoga teman-teman di sini tidak ada yang iseng-iseng
tanya..kenapa kalo gitu elo sendiri kagak mo jadi pendeta??? :-)

 

Salam fakta,

als 

 

  _  

From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 7:37 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

 

Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya
nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan
untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah
menghabiskan waktu berkotbah segala?

Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan.
Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah
saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga
masih akan berkarya nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah
lagi.  Dengan kotbah saya bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi
yang berkarya nggak cuman saya tapi juga banyak orang.  Salam, Tantono

 



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah pemberangusan 
budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak ubahnya seperti 
kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang penderitaan Yesus di kayu 
salib juga bisa ngurusin sekolah.
 
Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2 nyata 
di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini?
 
 
Salam,
ZFy
 
 
 
 
 

--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM













 
Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena Tuhan yang anda 
abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi 
orang lain bukan?
Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, 
apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan 
membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga 
mengwemban tugas yang mulia.

Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, 
Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk 
menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa 
tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan?

Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh.  Jadi itulah 
kerja saya.  Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya 
monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan 
dendam terus saja itu hak anda.  
Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat.  Mengabdi 
Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et Labora, 
berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya.  Salam, Tan Lookay


 
 


2







-- 
Best regards, Tantono Subagyo
 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik gsuryana
Apa yang dialami oleh Ayahanda pak Sunny masih mending lah, karena didatangi 
oleh orang luar yang baik hati, biarpun ada ucapan yang menyakiti.
Ayah ku mengalami hal yang lebih parah, dia di 'kotbah' i oleh adik ipar yang 
pendeta, dan bukan satu adik ipar, malah lebih dari 3 orang ( aku punya paman 
banyak yang jadi pendeta dan gembala ).

Akhirnya ayahku masuk menjadi Kristen, dengan pertimbangan setelah 
berkomunikasi dengan anak anak nya ( anak anak nya termasuk aku, beragam agama, 
ada Katholik, Kristen, GBI, Islam ), dimana kami hanya memberi masukan,  bila 
nanti meninggal mau memakai upacara agama apa ?, yang jelas untuk agama 
Konghucu/Budha tidak ada yang ngerti, jangan jangan nanti dikadalin harus 
sembahyang ini dan itu, padahal gak perlu ( dialami oleh seseorang kerabatku 
sih )  dan ternyata Ayah ku setuju dengan pendapat ini en eng ing eng dibaptis 
lah beliau...happy ending kan ?

Mengenai surga neraka, Ayahku hanya memegang prinsip tidak ada siapapun yang 
bisa menjamin seseorang masuk surga dan neraka karena memang tidak ada laporan 
yang sahih surga dan neraka seperti apa dan lokasinya dimana setelah mati.

sur. ( orang Kristen yang mendatangi Ayahanda Pak Sunny ilmu lobby nya kurang 
canggih tuh. )
http://indolobby.blogspot.com
  - Original Message - 
  From: Mr sanliong thee 


  Salam,



  Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.

  Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :

  Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.

  Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.

  Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.

  Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???

  Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.

  BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN 
SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah 
saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya 
yang bukan kristen dan pasti ada di neraka




RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik als
Saya juga mohon maaf karena menjawab pertanyaan Sdr. San Liong di forum
terbuka. Apapun jawaban Pak Pendeta Tan lewat japri, paling tidak jawaban
saya ini bisa menjadi penyeimbang. Anda sendirilah yang akhirnya mengambil
keputusan. Para petinggi agama atau anak-buahnya biasanya memainkan rasa
takut, rasa bersalah, dan iming-iming para calon 'korban'nya. Orang-orang
yang rasa percaya dirinya kurang biasanya menjadi korban yang sangat empuk.
Orang-orang yang tidak biasa berpikir kritis biasanya juga gampang menjadi
korban. Orang-orang yang paling gampang jadi domba' adalah orang-orang yang
memang sejak kecilnya telah 'terkondisi' oleh keKristenan, dan orang-orang
seperti ini tentu saja gampang sekali dimanipulasi. Bacalah Alkitab (Old
and New Testaments) dengan seksama secara kritis (pake otak hahahahaha) dan
simaklah sejarah Kristen/Katholik/Gereja dengan pikiran netral, zaman sudah
terbuka begini, tidak ada kebusukan dan kekejian yang bisa ditutup-tutupi
lagi. Bacalah motif/dorongan tindakan orang dengan teliti. Amatilah
kepentingan apa yang hendak mereka raih dan mungkin disembunyikan dari Anda.
Pokoknya jangan memakai jalur percaya atau tidak percaya tapi
selidikilah dengan cermat.  Kalau ada waktu, pelajarilah isi websites yang
ditulis oleh orang-orang ex-Kristen (yang pasti sering dihujat oleh pak
pendeta dkk.) Bila semua 'anjuran' saya ini telah Anda lakukan dan Anda
masih belum bisa memutuskan jalan hidup Anda sendiri dan masih bingung juga.
Ya tanya lagilah kepada forum. Petromaks masih banyak di sini! :-)

 

Salam pencerahan,

als

 

  _  

From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 10:08 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

 

Mohon maaf saya jawab jalur pribadi karena ini pertanyaan sesama Kristen dan
jawaban-nya juga secara Kristen.  Salam, Tan Lookay

2008/10/8 Mr sanliong thee [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED]
com.au

Salam,

 Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat
saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.

Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :

Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma
yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.

Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member
dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan
membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya
sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya
tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau
senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik
tsb.

Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat
ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka
karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan
tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau
maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang
membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena
saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini
karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk
memelihara meja abu leluhur.

Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah
saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih
, mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk
neraka???

Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini
tidak diijinkan oleh moderator.

BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN
SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan
ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang
tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka

.

 
http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=11328156/grpspId=1705329729/msgI
d=37346/stime=1223478536/nc1=1/nc2=2/nc3=3 
 



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Posting seperti ini dari orang tanpa nama tentunya tidak mengharapkan
jawaban bukan ?. Dan anda sendiri sudah mengatakan enak jadi kok nggak mau
jadi pendeta ?  Salam, Tantono Subagyo

2008/10/8 als [EMAIL PROTECTED]

*Jadi pendeta itu, bila cerdik dan 'tahu diri', sesungguhnya sangat
 menyenangkan. Sebagai penggembala para domba, ia terpuaskan keinginan
 psikologisnya akan 'power', bayangkan aja: ketika sang Penggembala sedang
 berkhotbah, para domba duduk manis sambil sekali-sekali menyambutnya dengan
 tepuk tangan sukacita, apapun yang dikatakannya para hadirin selalu
 meng'amin'inya. Pak Pendeta sama sekali tidak perlu naik darah kayak Pak SBY
 yang 'khotbah'nya sering di'cuek'I oleh beberapa hadirin (yang tipe
 'penjilat' sih menahan-nahan kantuknya). **J** Selain itu, tidak usah
 pusing-pusing memikirkan perusahaan seperti layaknya para pengusaha lainnya,
 pak Pendeta setiap bulan menerima perpuluhan (10% dari penghasilan kotor
 loh!) dari para domba. Ia tidak perlu takut didatangi orang KPK, ia tidak
 perlu was-was diperiksa oleh auditor atau didatangi petugas pajak. And last
 but not least, surga adalah tempat abadinya yang tentu saja sangat nyaman
 tidak ada duanya. Semoga teman-teman di sini tidak ada yang iseng-iseng
 tanya….kenapa kalo gitu elo sendiri kagak mo jadi pendeta??? **J***

 * *

 *Salam fakta,*

 *als *


  --

 *From:* Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 *Sent:* Wednesday, October 08, 2008 7:37 PM
 *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
 *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
 memaafkan.



 Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik
 berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya
 dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir
 miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala?

 Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan.
 Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah
 saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga
 masih akan berkarya nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah
 lagi.  Dengan kotbah saya bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi
 yang berkarya nggak cuman saya tapi juga banyak orang.  Salam, Tantono

  




-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Lha saya orang kecil yang sombong kok Pak, siapa yang meragukan anda ?.  Apa
saya pernah bilang saya ragu ? Lha mbok saya diberitahu apa saja yang sudah
anda perbuat sehingga saya bisa ngeh ?.  Salam, Tan Lookay

2008/10/8 Fy Zhou [EMAIL PROTECTED]

   Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah
 pemberangusan budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak
 ubahnya seperti kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang
 penderitaan Yesus di kayu salib juga bisa ngurusin sekolah.

 Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2
 nyata di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini?


 Salam,
 ZFy






 --- On *Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
 memaafkan.
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM



 Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena Tuhan yang
 anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata
 bagi orang lain bukan? Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga
 berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya
 sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena
 mereka juga mengwemban tugas yang mulia.

 Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya
 nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah
 untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain
 bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan?

 *Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh.  Jadi
 itulah kerja saya.  Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen
 (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin
 sekolah dan dendam terus saja itu hak anda.
 Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat.
 Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et
 Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya.  Salam, Tan
 Lookay*





 2



 --
 Best regards, Tantono Subagyo


  




-- 
Best regards, Tantono Subagyo


RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik als
Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang akan
diambil oleh Tuhan Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda berpikir
bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi Tuhan Anda? Nama kecil saya Andy, sne
saya Liem (hokkian). :-)

 

Salam serius,

als

 

  _  

From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

 

Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam
ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya.
Apakah doa minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap
'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan
memompanya yang penuh ya! :-)

 als

Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan
yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan
urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak
mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan Lookay

 

 



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Kalau anda bertanya dengan baik dan pakai nama akan saya jawab.  Saya tidak
tahu dan tidak perlu tahu apakah saya punya andil apapun dalam keputusan
yang akan diambil oleh Tuhan karena saya percaya Tuhan mempertimbangkan
segalanya.  Jadi mengapa berdoa ?. Ya karena saya ingin dekat dengan Tuhan,
dan doa saya bukan deretan permintaan seperti yang anda bayangkan.  Kalau
saya berdoa, adalah karena saya ingin pasrah kepada Tuhan dan pertolongan
Tuhan dan berkali-kali hal ini terjadi dalam hidup saya.  Pertama ketika
umur 12 tahun ayah saya meninggal, saya besar dalam lingkungan kakak
Tenglang tulen yang menyampingkan saya karena Ibu saya Jawa, saya sekolah
sambil bekerja sampai saat ini, kedua ketika sebagai pegawai negeri saya di
non jobkan karena Kristen dan keturunan Cina, pertolongan Tuhan datang
juga.  Anda tidak akan dapat mengerti karena tidak merasakan, tetai bagi
saya itu nyata.  Salam, Tantono

2008/10/8 als [EMAIL PROTECTED]

*Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang
 akan diambil oleh Tuhan Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda
 berpikir bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi Tuhan Anda? Nama kecil saya
 Andy, sne saya Liem (hokkian). **J***

 * *

 *Salam serius,*

 *als*


  --

 *From:* Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 *Sent:* Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
 *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
 *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
 memaafkan.



 *Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam
 ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya.
 Apakah doa minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap
 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan
 memompanya yang penuh ya! **J*

 * als*

 Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan
 yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan
 urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak
 mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan Lookay

  




-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Liquid Yahoo
Tergantung doa sang bandar, bukan pemasang, jadi di sini bukan jumlah 
suara



  - Original Message - 
  From: Fy Zhou 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, 08 October, 2008 18:52
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh 
rakyat Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan. 
sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat 
mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya...

ZFy

--- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

  From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan.
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Date: Wednesday, October 8, 2008, 8:11 AM


  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tantono Subagyo 
  [EMAIL PROTECTED]  wrote:
  
  ** Disini ada banyak kesalahan baca:

  1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang

  2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan, 
  bermilyard manusia melaksanakannya

  3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang 
  menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama. 

  Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang 
  Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak 
  bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga 
  Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya?

  Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat 
  menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang 
  perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi 
  dewi Kwan Im..it's totally OK.

  Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah 
  Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun, 
  kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok 
  atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar 
  memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah?

  Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan 
  melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut 
  Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang 
  bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang 
  Amerika yang sombong.

  Tuhan kabulkan doa yang mana ya?

  Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa 
  Jerman: Sturm im Glas tak apalahhh..

  Salam

  Danardono

   

   

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Mr sanliong thee
Terima kasih als dan jawaban anda saya terima sebagai masukan dan juga saya 
selalu berpikir secara logika.
Saya hanya bingung untuk menjawab pertanyaan ayah saya but anyway thanks untuk 
reply nya
Salam
Sunny Thee



- Original Message 
From: als [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 8 October, 2008 11:48:50 PM
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..


Saya juga mohon maaf karena menjawab pertanyaan Sdr. San Liong di forum 
terbuka. Apapun jawaban Pak Pendeta Tan lewat japri, paling tidak jawaban saya 
ini bisa menjadi penyeimbang. Anda sendirilah yang akhirnya mengambil 
keputusan. Para petinggi agama atau anak-buahnya biasanya memainkan rasa takut, 
rasa bersalah, dan iming-iming para calon ‘korban’nya. Orang-orang yang rasa 
percaya dirinya kurang biasanya menjadi korban yang sangat empuk. Orang-orang 
yang tidak biasa berpikir kritis biasanya juga gampang menjadi korban. 
Orang-orang yang paling gampang jadi “domba’ adalah orang-orang yang memang 
sejak kecilnya telah ‘terkondisi’ oleh keKristenan, dan orang-orang seperti ini 
tentu saja gampang sekali di”manipulasi.” Bacalah Alkitab (Old and New 
Testaments) dengan seksama secara kritis (pake otak hahahahaha) dan simaklah 
sejarah Kristen/Katholik/ Gereja dengan pikiran netral, zaman sudah terbuka 
begini, tidak ada kebusukan dan kekejian yang
 bisa ditutup-tutupi lagi. Bacalah motif/dorongan tindakan orang dengan teliti. 
Amatilah kepentingan apa yang hendak mereka raih dan mungkin disembunyikan dari 
Anda. Pokoknya jangan memakai jalur “percaya” atau “tidak percaya” tapi 
selidikilah dengan cermat.  Kalau ada waktu, pelajarilah isi websites yang 
ditulis oleh orang-orang ex-Kristen (yang pasti sering dihujat oleh pak pendeta 
dkk.) Bila semua ‘anjuran’ saya ini telah Anda lakukan dan Anda masih belum 
bisa memutuskan jalan hidup Anda sendiri dan masih bingung juga. Ya tanya 
lagilah kepada forum. Petromaks masih banyak di sini! J
 
Salam pencerahan,
als
 



From:Tantono Subagyo [mailto:tantono@ gmail.com] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 10:08 PM
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
 
Mohon maaf saya jawab jalur pribadi karena ini pertanyaan sesama Kristen dan 
jawaban-nya juga secara Kristen.  Salam, Tan Lookay
2008/10/8 Mr sanliong thee [EMAIL PROTECTED] com.au
Salam,
 Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.
Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :
Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.
Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.
Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.
Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???
Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.
BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG 
KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang 
tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan 
kristen dan pasti ada di neraka
.
 


  Make the switch to the world#39;s best email

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Liquid Yahoo
Sebenernye bukan masuk kristen katolik baru bisa masuk sorga, acuannya kan 
kata2 (kurang lebih, maaf kalo salah) Barang siapa yang mau menerima Aku, maka 
masuk sorga (kurang lebih atau artinya begitu). Dan juga Hanya melalui Akulah 
jalan keselamatan (masuk sorga).

Budaya TiongHua kan tidak mengharuskan dewa ini dewa itu, juga termasuk 
Yesus, ya jadi pasang aja patung Yesus atau tulisan Yesus di papan terus di 
kasih hiolo  tiam hio deh, atau kalo di sakralkannya injil ya taro aja injil 
di meja sembahyang terus sembahyang pake hio deh, kan sama aja ga harus ikut 
cara / budaya kristen



  - Original Message - 
  From: Mr sanliong thee 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, 08 October, 2008 21:23
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


  Salam,



  Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.

  Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :

  Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.

  Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.

  Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.

  Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???

  Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.

  BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN 
SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah 
saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya 
yang bukan kristen dan pasti ada di neraka





  - Original Message 
  From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Wednesday, 8 October, 2008 9:44:20 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


  Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. 
  Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya 
  nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut 
  oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu 
  model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi 
  menyembuhkan!

  Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan 
  ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya 
  pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.

  Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu 
  (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).

  Salam karya nyata

  Danardono

  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:
  

   Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena 
  Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus 
  disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?

   Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial 
  yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk 
  berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, 
  karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia.

   Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk 
  berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini 
  yang bekotbah untuk menyadarkan orang2

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Mr sanliong thee
Heheheh memang kurang canggih tuh , tapi ya saya serahkan saja pada ayah saya 
sendiri yang menentukan .
Pusing gue, btw gimane bolu, business bagus?
 
Salam
Sunny Thee



- Original Message 
From: gsuryana [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 8 October, 2008 11:46:22 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


 
Apa yang dialami oleh Ayahanda pak Sunny masih mending lah, karena didatangi 
oleh orang luar yang baik hati, biarpun ada ucapan yang menyakiti.
Ayah ku mengalami hal yang lebih parah, dia di 'kotbah' i oleh adik ipar yang 
pendeta, dan bukan satu adik ipar, malah lebih dari 3 orang ( aku punya paman 
banyak yang jadi pendeta dan gembala ).
 
Akhirnya ayahku masuk menjadi Kristen, dengan pertimbangan setelah 
berkomunikasi dengan anak anak nya ( anak anak nya termasuk aku, beragam agama, 
ada Katholik, Kristen, GBI, Islam ), dimana kami hanya memberi masukan,  bila 
nanti meninggal mau memakai upacara agama apa ?, yang jelas untuk agama 
Konghucu/Budha tidak ada yang ngerti, jangan jangan nanti dikadalin harus 
sembahyang ini dan itu, padahal gak perlu ( dialami oleh seseorang kerabatku 
sih )  dan ternyata Ayah ku setuju dengan pendapat ini en eng ing eng dibaptis 
lah beliau...happy ending kan ?
 
Mengenai surga neraka, Ayahku hanya memegang prinsip tidak ada siapapun yang 
bisa menjamin seseorang masuk surga dan neraka karena memang tidak ada laporan 
yang sahih surga dan neraka seperti apa dan lokasinya dimana setelah mati.
 
sur. ( orang Kristen yang mendatangi Ayahanda Pak Sunny ilmu lobby nya kurang 
canggih tuh. )
http://indolobby. blogspot. com
- Original Message - 
From: Mr sanliong thee 

Salam,
 
Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.
Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :
Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.
Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.
Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.
Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???
Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.
BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG 
KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang 
tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan 
kristen dan pasti ada di neraka

  


  Make the switch to the world#39;s best email. Get Yahoo!7 Mail! 
http://au.yahoo.com/y7mail

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Sungguh aneh, anda sering memberi nasehat untuk tak mengingat2 kegetiran 
Tionghoa masa lalu, padahal anda sendiri terus2 mengungkit perlakuan negatif 
keluarga besar anda thd anda di masa lalu !  anda juga tak bisa melupakan bukan 
?
 
Anda mungkin berdalih bahwa meski anda mengungkit tapi anda sudah memaafkan.. 
Sebelum sampai ke hal  maaf memaafkan ini anda tentu sudah yakini bahwa 
fakta negatif itu memang nyata bukan?
 
Masalahnya memang disini : Sebelum kita bisa memaafkan masa lalu, kita harus 
yakin masa lalu memang buruk! Karena ini bukan persoalan yang menimpa pribadi 
tapi persoalan masyarakat, maka selama masih ada orang yang meragukan keburukan 
masa lalu, saya merasa wajib untuk meyakinkan mereka. Setelah orang sepakat dng 
fakta keburukan, baru bisa memaafkan bukan ?? 
 
Salam sejarah
ZFy

--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 4:11 PM







Kalau anda bertanya dengan baik dan pakai nama akan saya jawab.  Saya tidak 
tahu dan tidak perlu tahu apakah saya punya andil apapun dalam keputusan yang 
akan diambil oleh Tuhan karena saya percaya Tuhan mempertimbangkan segalanya.  
Jadi mengapa berdoa ?. Ya karena saya ingin dekat dengan Tuhan, dan doa saya 
bukan deretan permintaan seperti yang anda bayangkan.  Kalau saya berdoa, 
adalah karena saya ingin pasrah kepada Tuhan dan pertolongan Tuhan dan 
berkali-kali hal ini terjadi dalam hidup saya.  Pertama ketika umur 12 tahun 
ayah saya meninggal, saya besar dalam lingkungan kakak Tenglang tulen yang 
menyampingkan saya karena Ibu saya Jawa, saya sekolah sambil bekerja sampai 
saat ini, kedua ketika sebagai pegawai negeri saya di non jobkan karena Kristen 
dan keturunan Cina, pertolongan Tuhan datang juga.  Anda tidak akan dapat 
mengerti karena tidak merasakan, tetai bagi saya itu nyata.  Salam, Tantono 


2008/10/8 als [EMAIL PROTECTED] id








Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang akan 
diambil oleh Tuhan Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda berpikir bahwa 
doa Anda itu bisa mempengaruhi Tuhan Anda? Nama kecil saya Andy, sne saya 
Liem (hokkian). J
 
Salam serius,
als
 




From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] com] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM

To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
 




Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam ber'doa' 
kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya. Apakah 
doa minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap 'performance' 
PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan memompanya yang 
penuh ya! J

 als
Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan yang 
terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan urusan 
saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak mahal tahu 
!.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan Lookay



-- 
Best regards, Tantono Subagyo
 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Jika saya membuat buku yang mengenalkan sastra Tionghoa ke Indonesia, apa ini 
tak masuk karya nyata? 
Jika saya menulis essay sastra yang menyoal masalah2 Tionghoa di media resmi, 
apa ini tak termasuk karya nyata?
Jika saya kembali menulis essay dan puisi dalam bhs mandarin untuk menghidupkan 
kembali sastra Tionghoa Indonesia,  apa ini tak termasuk karya nyata?
 
Tapi, apakah semua ini menjadi syarat mutlak untuk bisa bercuap2 ttg masalah 
Tionghoa di sini? bahkan orang kecil tak ada prestasipun berhak untuk berkeluh 
kesah!
 
 
Salam Orang biasa
ZFy
 


--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 3:56 PM







Lha saya orang kecil yang sombong kok Pak, siapa yang meragukan anda ?.  Apa 
saya pernah bilang saya ragu ? Lha mbok saya diberitahu apa saja yang sudah 
anda perbuat sehingga saya bisa ngeh ?.  Salam, Tan Lookay 


2008/10/8 Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] com











Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah pemberangusan 
budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak ubahnya seperti 
kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang penderitaan Yesus di kayu 
salib juga bisa ngurusin sekolah.
 
Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2 nyata 
di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini?
 
 
Salam,
ZFy

 
 
 
 
 

--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] com wrote:


From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] com

Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..

To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM














 
Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena Tuhan yang anda 
abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi 
orang lain bukan? 
Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, 
apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan 
membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga 
mengwemban tugas yang mulia.

Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, 
Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk 
menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa 
tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan?

Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh.  Jadi itulah 
kerja saya.  Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya 
monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan 
dendam terus saja itu hak anda.  
Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat.  Mengabdi 
Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et Labora, 
berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya.  Salam, Tan Lookay


 
 


2 







-- 
Best regards, Tantono Subagyo




-- 
Best regards, Tantono Subagyo
 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Toko engkong sy pernah dirampok thn70an, perampoknya  engga pernah tertangkap, 
Pada thn 80an, di gereja deket toko engkong sy ada yg bikin kesaksian ttg 
gimana dia dulu n bertobat, disaat itu dia ngaku bahwa dia yg pernah rampok 
toko engkong sy, kebetulan ada tetangga yg hadir n lapor ke keluarga kami saat 
itu. Sama engkong n keluarga cuma dibilang yg udah lewat yah biar aja lewat 
ngapain diungkit lagi toh skrg dia dah tobat. Sampe hari ini tuh perampok cuma 
kesaksian dia dah tobat n minta maaf ma tuhan doank, tp tidak pernah sekalipun 
dateng ke rmh minta maaf. Apakah maaf dari tuhan sudah cukup??? Apakah engkong 
sy n keluarga yg tidak kenal alkitab tidak bisa memberi maaf? Btw engkong sy ke 
klenteng pun jarang sekali bahkan sy tdk pernah liat dia ke kelenteng dll, cuma 
tiap pagi tiam hio di depan toko aja. Tp banyak mengajarkan flsafat hidup ttg 
hidup adil n melupakan kesalahan org laen.
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]

Date: Wed, 8 Oct 2008 08:36:02 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Pak Danardono yth,
Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan, bukan berarti
meniadakan hukum.  Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga agar
manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos.  Jadi saya bisa
mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah norma yang
mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara.  Tetapi harus diingat bahwa
hukum bukanlah balas dendam atau memberi penghukuman yang setimpal.  Hukum
manusia masih tidak sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya menurut
KUHAP dihukum penjara duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu bilamana Y
membunuh X misalnya, apakah anak X harus Y atau memaafkannya ?.  Memaafkan
bukan berarti membebaskan yang dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic bukan
berarti meloloskannya dari hukum manusia yaitu norma-norma hukum
internasional akan tetapi melepaskan dendam untuk bergerak maju.  Sekali
lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup saya pun sempit tidak
seperti anda yang mendunia.  Bagi saya memaafkan sederhana saja, saya
(mencoba) memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada diri saya
dan tidak membalas dendam agar saya dapat melangkah maju.  Dalah hal
sekolahpun begitu, ketika anak saya mendapat hambatan dalam sekolah, saya
tidak ribut-ribut tetapi bersama beberapa orang lalu membuat sekolah dan
ternyata itu lebih positif.
Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan, Tuhan siapa
?, Tuhannya orang Kristen agama yang saya anut, lho nanti nggak cocok dengan
budaya, ya biarin, orang saya sejahtera dan saya merasa senang telah berbuat
demikian.  Mohon penerangan kembali.  Tantono



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Kalo konsep tao n buddha kan gak ada tuhan tuh trus nyerah ke sapa? Ke alam? 
Trus biasanya yg udah level begitu yah pendeta taois or biksu buddhis yg 
tinggal digunung2, siu lien buat capai tao or nirwana, ga cuma dendam doank yg 
dilupakan, tp nafsu duniawin laennya juga, harta, kedudukan n nama besar. 
Mereka juga males ladenin tuh konflict2 apapun jadi hidupnya bisa damai. Btw 
org biasa yg sudah muak ama kehidupan duniawi juga pada nyingkir n hidup 
sederhana tp banyak konflict n keinginan macem2. Engga rebutan harta, sikut2 
kursi, kong tai sana sini cari nama besar n pengikut, bahkan biasanya muridpun 
ditolaknya. Klo semua manusia bisa hidup kayak gitu maka bakal lebih damai 
hatinya daripada sekedar setiap saat memaafkan org tp tiap hari sikut2 cari 
kedudukan, harta n nama besar. Hehehehe btw yg g omongin td biasanya ada di 
film silat yah, klo di dunia nyata seh kagak tau. Hehehe 
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]

Date: Wed, 8 Oct 2008 10:24:33 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau orang-orang itu bisa
lupakan Milosevic mungkin hidupnya akan lebih baik.  Menurut saya memelihara
dendamlah yang buat orang sengsara.  Orang jadi inget kesalahan orang dahulu
saja, seperti misalnya : Jerman dulu pernah Holocaust mbasmi orang Yahudi,
trus piye, orang Yahudi disuruh ngebom Jerman supaya setimpal gitu ??.  Saya
punya teman (Jewish) yang sangat dendam ama Jerman, lha dia sendiri yang
sengsara.  Kejadian sudah kapan tahu, dia kalau ketemu orang Jerman masih
gondok (nyakitin diri sendiri).  Dan masalah Tuhan-nya siapa ya Tuhannya
sendiri-sendiri, saya percayakan vengeancekepada Tuhan orang Kristen, lalu
apakah Tuhan saya tidak berantem rebutan dengan Tuhannya orang lain yang
menyalahi saya, lha itu urusan Tuhan kok, sudah dipasrahkan jangan
diuthik-uthik lagi.
Kembali lagi Bung Danardono, mari setuju untuk nggak setuju, saya bahagia
dengan konsep menyerah kepada Tuhan (buat saya Tuhan itu satu), lha buat
anda Tuhan itu macem-macem dan buanyak dan tidak memecahkan masalah.  So be
it, saya tidak minta anda untuk memeluk konsep saya demikian juga jangan
paksakan kepada saya bahwa konsep agama tidak membuat orang jadi baik dan
Tuhan macem-macem.  Salam, Tan Lookay


On 10/8/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Begitulah pak Bagyo.

 Penghukuman didunia ini adalah ranah masyarakat, yang diwakili oleh
 negara (azas Hukum Pidana). Kita juga kenal ajaran: Give therefore
 to Caesar the things that are Caesar's, and to God the things that
 are God's.(Mt 22:21).

 Didalam falsafah hukum, kita belajar, bahwa pada awalnya, dalam
 masyarakat yang masih primitif hukuman adalah identik engan
 pembalasan dendam, dalam bahasa Jerman kita kenal Suehne. Dalam
 perkembangan masyarakat yang kian modern, maka negara mengambil alih
 fungsi balas dendam  ini, dan mengubahnya menjadi hukuman.
 Kalau sipenjahat sudah dihukum negara menurut peraturan yang berlaku,
 maka manusia tak boleh lagi menjalankan balas dendam.

 Pak Bagyo benar, hukum manusia tak sempurna, tetapi apakah yang
 sempurna di dunia? Hanya inilah yang manusia dapat wujudkan didunia.
 kesempurnaan setelah kita mati, nobody knows. belum ada yang kembali
 dari kematian dan mengisahkan mengenai pengadilan langit.

 Mengenai Tuhan, pak Bagyo katakan Ya Tuhan saya, Tuhannya orang
 Kristen, namun, kita membahas masalah manusia secara universal.
 Dalam hubungan antar manusia, kita berhadapan dengan manusia dari
 perlbagai agama dengan Tuhannya masing masing. Contoh: seorang
 beragama A memperkosa dan menjarah wanita beragama B, dan mencuri
 barang orang beragama C. Tuhan yang mana yang berwenang bertindak?
 Tidak nanti rebutan?

 Pak Bagyo katakan saya sejahtera dan merasa senang berbuat
 demikian, sah sah saja, selama apa yang disenangi A dan membuat
 sejahtera, tak menyengsarakan B atau C. nanti pengadilan lagi yang
 harus bertindak.

 Mengenai dendam atau memaafkan Milosevic saya ingat interview dalam
 tayangan TV dimana wanita diinterview tentang suami mereka yang
 ditembak dimuka mereka dan anak anak mereka. Saya tak pernah lupa
 expressi muka ibu ibu itu yang merah padam dengan tangis dan isak.
 Pak Bagyo yang baik, terus terang, kalau saya ada ditempat itu, di
 Srbernica, saya TAK berani mengusulkan  lupakan deh Milosecic..

 Salam

 Danardono

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Tantono Subagyo
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Pak Danardono yth,
  Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan,
 bukan berarti
  meniadakan hukum. Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga
 agar manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos. Jadi saya
 bisa mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah
 norma yang mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara. Tetapi
 harus

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Yg bilang anda ga boleh ngakui tuhan anda sapa om? Kayaknya ga ada deh ( 
kecuali ada posting yg terlewat ma sy yah) kyknya anda yg tanya ttg kata maaf 
di dlm budaya tionghoa n trus dibandingkan ama alkitab. So konsep budaya 
tionghoa n alkitab jelas sangat beda n anda juga tahu itu kan, jd klo mau lihat 
dr kacamata anda yah ga bakal ketemulah.   
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]

Date: Wed, 8 Oct 2008 14:13:27 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Hehehe Pak kalau beda konsep memang nggak akan ketemu.  Saya menganggap
Tuhan sebagai pencipta, anda menganggap Tuhan diciptakan orang.  Tapi ya
biarin, saya bodo tapi bahagia, waktu saya disia-siakan saudara karena Ibu
saya berbeda, saya ditolong Tuhan dan diberikan jalan hingga jadi orang
walaupun apa adanya.  Demikian pula ketika saya dipaksa pensiun, Tuhan kasih
jalan sehingga sekarang saya jadi konsultan alakadarnya.  Jadi saya
merasakan Tuhan, anda anggap Tuhan itu nonsens.  Sampai jutaan atau
milyardan postingpun nggak akan selesai.  Yang jelas adalah hak azasi saya
untuk menganggap Tuhan itu ada dan menjadi Junjungan saya begitu juga hak
anda untuk mengatakan Tuhan itu macem-macem dan hanya buatan manusia saja.
Jadi mau diapakan juga nggak akan ketemu, nanti malahan jadi prahara dalam
mangkok, dan percum tak bergun. Best regards, Tantono Subagyo



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Yang ngaku bertobat tapi belum minta maaf, jelas bertobatnya hanya untuk 
konsumsi kesaksian ala gereja, tujuannya ya untuk promosi kesaktian ajaran 
gereja, yang bisa membuat perampok bertobat! Ini lagi2 bukti masyarakat sakit : 
mengelu2kan orang asosial sbg pahlawan.
 
ZFy



- Original Message 
From: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, October 9, 2008 2:11:57 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Toko engkong sy pernah dirampok thn70an, perampoknya engga pernah tertangkap, 
Pada thn 80an, di gereja deket toko engkong sy ada yg bikin kesaksian ttg 
gimana dia dulu n bertobat, disaat itu dia ngaku bahwa dia yg pernah rampok 
toko engkong sy, kebetulan ada tetangga yg hadir n lapor ke keluarga kami saat 
itu. Sama engkong n keluarga cuma dibilang yg udah lewat yah biar aja lewat 
ngapain diungkit lagi toh skrg dia dah tobat. Sampe hari ini tuh perampok cuma 
kesaksian dia dah tobat n minta maaf ma tuhan doank, tp tidak pernah sekalipun 
dateng ke rmh minta maaf. Apakah maaf dari tuhan sudah cukup??? Apakah engkong 
sy n keluarga yg tidak kenal alkitab tidak bisa memberi maaf? Btw engkong sy ke 
klenteng pun jarang sekali bahkan sy tdk pernah liat dia ke kelenteng dll, cuma 
tiap pagi tiam hio di depan toko aja. Tp banyak mengajarkan flsafat hidup ttg 
hidup adil n melupakan kesalahan org laen. 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] com
Date: Wed, 8 Oct 2008 08:36:02 +0700
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

Pak Danardono yth,
Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan, bukan berarti 
meniadakan hukum.  Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga agar manusia 
sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos.  Jadi saya bisa mengampuni 
pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah norma yang mesti ditaati 
maka dia juga harus masuk penjara.  Tetapi harus diingat bahwa hukum bukanlah 
balas dendam atau memberi penghukuman yang setimpal.  Hukum manusia masih tidak 
sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya menurut KUHAP dihukum penjara 
duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu bilamana Y membunuh X misalnya, apakah 
anak X harus Y atau memaafkannya ?.  Memaafkan bukan berarti membebaskan yang 
dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic bukan berarti meloloskannya dari hukum 
manusia yaitu norma-norma hukum internasional akan tetapi melepaskan dendam 
untuk bergerak maju.  Sekali lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup 
saya pun sempit tidak seperti
 anda yang mendunia.  Bagi saya memaafkan sederhana saja, saya (mencoba) 
memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada diri saya dan tidak 
membalas dendam agar saya dapat melangkah maju.  Dalah hal sekolahpun begitu, 
ketika anak saya mendapat hambatan dalam sekolah, saya tidak ribut-ribut tetapi 
bersama beberapa orang lalu membuat sekolah dan ternyata itu lebih positif.
Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan, Tuhan siapa ?, 
Tuhannya orang Kristen agama yang saya anut, lho nanti nggak cocok dengan 
budaya, ya biarin, orang saya sejahtera dan saya merasa senang telah berbuat 
demikian.  Mohon penerangan kembali.  Tantono

  


  

RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Dr awal thn 1900 perkumpulang tionghoa n org2 tionghoa juga dah dirikan banyak 
sekolah n rumah sakit om, member2 disini yg rajin cuap2 doak juga banyak yg 
jadi guru gratisan tanpa sekolah, ada yg jadi tabib umum n ada juga yg suka 
bantu2 liat hong sui dll, semua juga dibayar seadanya ntidak milih2 pasien kok, 
setahu saya yah, yg saya ga tau seh mungkin ada juga yg jadi tukang peras yg 
aji mumpung. Hehhe 
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]

Date: Wed, 08 Oct 2008 13:44:20 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. 
Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya 
nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut 
oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu 
model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi 
menyembuhkan!

Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan 
ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya 
pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.

Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu 
(kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).


Salam karya nyata

Danardono


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

 �
 Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! �Karena 
Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak�harus 
disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
 �
 Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial 
yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk 
berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, 
karena mereka juga mengwemban�tugas yang mulia.
 �
 Dengan berkotbah �anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk 
berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini 
yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran 
sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah 
kita tentunya tak sia2 bukan?
 �
 �
 Selamat berkotbah!
 ZFy�
 �
 
 
 --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan..
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM
 
 
 
 
 
 
 
 Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik 
berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang 
sebaiknya dikerahkan untuk�mendirikan sekolah atau yayasan sosial 
membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala?
 
 Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada 
Tuhan.� Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada 
sekolah yang sudah saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti 
disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya nyata, bersama 
teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi.� Dengan kotbah saya bisa 
ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman 
saya tapi juga banyak orang.� Salam, Tantono






Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Makanya org tionghoa itu punya budaya memaafkan n melupakan yg paling baik di 
dunia ini. Liat aja tuh jutaan org tionghoa yg pengennn jd bule n jepang, sampe 
bela2in ganti warna rambut n gaya hidup bahkan ada yg ganti budaya segala. 
Padahal penghinaan n kesalahan org2 bule n jepang amat sangat besar sekali. 
Heheheh 
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Fy Zhou [EMAIL PROTECTED]

Date: Wed, 8 Oct 2008 04:36:26 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Kalau saya memilih tak Melupakan!
�
Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat kita 
lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri kita 
seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga sengsara 
seperti kita.
�
Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.
�
Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai 
kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu�bagi Rakyat Tiongkok, yang 
mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!
�
Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument
�
�
Salam Mengingat.
ZFy
�
�
�

--- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM






Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa 
didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut 
ikut dehhh. 

Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung 
beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene 
mengaung..Mengenang , tak melupakan!

Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai 
sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal 
itu.

Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, 
mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan 
dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu.

Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada 
gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu 
kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David 
kuning. 

Tertulis: Nicht vergessen. Tidak melupakan. Orang tua yang pernah 
tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai 
jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, 
dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, 
namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak 
tahu dehhh, frankly!

Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak 
alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru 
musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi 
lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. 
Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, 
lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan 
dihilangkan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah..

Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka 
selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di 
Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo.

Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi 
kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah 
dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. 
Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara 
saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? 
Mereka akan tanya balik: I beg your pardon?

Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok 
laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. 

Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa 
NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau 
tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak 
sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam bentuk 
Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali?

Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama 
membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on.

Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia 
secara keseluruhan TIDAK bertambah baik. Juga tak bertambah buruk 
karena agama. Agama telah menjadi alasan saudara saudara di Poso 
saling bunuh. Tibo telah mendahului kita...Korupsi kian mendahsyat 
dalam bangsa ini, walau sangat saleh beragama. Dan... orang tak 
beragama juga bisa MULIA lho? Mungkin anda memiliki statistik 
perbaikan moral di Indonesia akibat pelajaran agama? Di DPR? di 
Kejaksaan? di Kepolisian? di pemerintahan? di mal mal?

Tuhan di-uthik uthik? Lha tak lah yauuu, lha wong lihat Tuhan saja 
belum pernah ada diantara kita, baik domba maupun gembala, kok mau 
uthik uthik? Bagaimana caranya? sudah

RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Jadi inget waktu sma pernah ngomong ke guru ppkn klo hubungan Tuhan ma manusia 
itu seperti lingkaran bukan garis lurus dari atas kebawah, karena engga ada 
manusia gak ada juga Tuhan, krn ga ada yg manggil2 dia Tuhan. Jd tuhan ciptain 
manusia n manusia juga ciptain tuhan. N alhasil selama di sma tuh guru PPKn 
sentimen ma g. Hahahaha
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]

Date: Wed, 08 Oct 2008 08:11:16 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tantono Subagyo 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Hehehe Pak kalau beda konsep memang nggak akan ketemu.  Saya 
menganggap
 Tuhan sebagai pencipta, anda menganggap Tuhan diciptakan orang.  
Tapi ya
 biarin, saya bodo tapi bahagia, waktu saya disia-siakan saudara 
karena Ibu
 saya berbeda, saya ditolong Tuhan dan diberikan jalan hingga 
jadi orang
 walaupun apa adanya.  Demikian pula ketika saya dipaksa pensiun, 
Tuhan kasih
 jalan sehingga sekarang saya jadi konsultan alakadarnya.  Jadi saya
 merasakan Tuhan, anda anggap Tuhan itu nonsens.  Sampai jutaan atau
 milyardan postingpun nggak akan selesai.  Yang jelas adalah hak 
azasi saya
 untuk menganggap Tuhan itu ada dan menjadi Junjungan saya begitu 
juga hak
 anda untuk mengatakan Tuhan itu macem-macem dan hanya buatan 
manusia saja.
 Jadi mau diapakan juga nggak akan ketemu, nanti malahan 
jadi prahara dalam
 mangkok, dan percum tak bergun. Best regards, Tantono Subagyo


**  Disini ada banyak kesalahan baca:

1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang

2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan, 
bermilyard manusia melaksanakannya

3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang 
menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama. 

Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang 
Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak 
bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga 
Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya?

Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat 
menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang 
perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi 
dewi Kwan Im..it's totally OK.

Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah 
Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun, 
kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok 
atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar 
memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah?

Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan 
melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut 
Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang 
bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang 
Amerika yang sombong.

Tuhan kabulkan doa yang mana ya?

Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa 
Jerman: Sturm im Glas tak apalahhh..

Salam

Danardono








Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Konon Jaman musolini n hitler tim itali di piala dunia n atlit jerman yg aria 
di olimpiade diancam pake senjata, kalo ga menang makanya bakal dihukum berat. 
Sedangkan jesse owen dr US yg berkulit hitam adalah atlit yg hebat. Kira2 tuhan 
kabulin doa sapa yah? Jesse owens yg emang lebih baik, atau atlit jerman yg 
diancam bedil? 
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]

Date: Wed, 8 Oct 2008 18:58:17 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, tapi
minta agar bisa perform sebaik-baiknya.  Kalau berdoapun kalah ya berlatih
lagi sambil berdoa.  Gitu saja kok repot.  Tantono

2008/10/8 Fy Zhou [EMAIL PROTECTED]

   Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat
 Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan.
 sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat
 mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya...

 ZFy

 --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, October 8, 2008, 8:11 AM

  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Tantono Subagyo
 [EMAIL PROTECTED]  wrote:
 
 ** Disini ada banyak kesalahan baca:

 1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang

 2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan,
 bermilyard manusia melaksanakannya

 3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang
 menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama.

 Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang
 Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak
 bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga
 Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya?

 Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat
 menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang
 perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi
 dewi Kwan Im..it's totally OK.

 Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah
 Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun,
 kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok
 atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar
 memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah?

 Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan
 melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut
 Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang
 bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang
 Amerika yang sombong.

 Tuhan kabulkan doa yang mana ya?

 Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa
 Jerman: Sturm im Glas tak apalahhh..

 Salam

 Danardono


  




-- 
Best regards, Tantono Subagyo



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Lama-lama jadi debat kusir nih.  Saya hanya mengingatkan tidak untuk
mengingat saja secara berlebihan tetapi membuat suatu karya nyata. Lha anda
tersinggung, terus ngomongnya ke mana-mana, coba dong, tanya satu jawab
satu, jangan melebar gini, saya sih Lookay anda kan Siutjay masak debat
kusir.  Salam, Tan Lookay

2008/10/8 Fy Zhou [EMAIL PROTECTED]

   Sungguh aneh, anda sering memberi nasehat untuk tak mengingat2 kegetiran
 Tionghoa masa lalu, padahal anda sendiri terus2 mengungkit perlakuan negatif
 keluarga besar anda thd anda di masa lalu !  anda juga tak bisa melupakan
 bukan ?

 Anda mungkin berdalih bahwa meski anda mengungkit tapi anda sudah
 memaafkan. Sebelum sampai ke hal  maaf memaafkan ini anda tentu sudah yakini
 bahwa fakta negatif itu memang nyata bukan?

 Masalahnya memang disini : Sebelum kita bisa memaafkan masa lalu, kita
 harus yakin masa lalu memang buruk! Karena ini bukan persoalan yang menimpa
 pribadi tapi persoalan masyarakat, maka selama masih ada orang yang
 meragukan keburukan masa lalu, saya merasa wajib untuk meyakinkan mereka.
 Setelah orang sepakat dng fakta keburukan, baru bisa memaafkan bukan ??

 Salam sejarah
 ZFy

 --- On *Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 From: Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
 memaafkan.
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, October 8, 2008, 4:11 PM

   Kalau anda bertanya dengan baik dan pakai nama akan saya jawab.  Saya
 tidak tahu dan tidak perlu tahu apakah saya punya andil apapun dalam
 keputusan yang akan diambil oleh Tuhan karena saya percaya Tuhan
 mempertimbangkan segalanya.  Jadi mengapa berdoa ?. Ya karena saya ingin
 dekat dengan Tuhan, dan doa saya bukan deretan permintaan seperti yang
 anda bayangkan.  Kalau saya berdoa, adalah karena saya ingin pasrah kepada
 Tuhan dan pertolongan Tuhan dan berkali-kali hal ini terjadi dalam hidup
 saya.  Pertama ketika umur 12 tahun ayah saya meninggal, saya besar dalam
 lingkungan kakak Tenglang tulen yang menyampingkan saya karena Ibu saya
 Jawa, saya sekolah sambil bekerja sampai saat ini, kedua ketika sebagai
 pegawai negeri saya di non jobkan karena Kristen dan keturunan Cina,
 pertolongan Tuhan datang juga.  Anda tidak akan dapat mengerti karena tidak
 merasakan, tetai bagi saya itu nyata.  Salam, Tantono

 2008/10/8 als [EMAIL PROTECTED] id [EMAIL PROTECTED]

*Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan
 yang akan diambil oleh Tuhan Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda
 berpikir bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi Tuhan Anda? Nama kecil saya
 Andy, sne saya Liem (hokkian). **J***
 * *
 *Salam serius,*
 *als*

  --
  *From:* Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] com [EMAIL PROTECTED]]
 *Sent:* Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
 *To:* budaya_tionghua@ yahoogroups. com budaya_tionghua@yahoogroups.com
 *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
 memaafkan.

   *Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam
 ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya.
 Apakah doa minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap
 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan
 memompanya yang penuh ya! **J*
  * als*
 Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan
 yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan
 urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak
 mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan Lookay




 --
 Best regards, Tantono Subagyo


  




-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Sudah tidak sehat : Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Mengingat bahwa stamina sudah menurun dan pekerjaan sedang banyak maka saya
mundur dari thread ini.  Apalagi makin tidak sehat dan menjurus ke pribadi.
Selahakan diteruskan dan untuk sdr Danardono kalau ingin diskusi saya layani
secara pribadi.  Kesalahan utama saya adalah melayani sdr Danardono dijalur
umum sehingga menyebabkan apa yang orang sangat terpelajar bilang : Sturm
inthe glass (uanggell-e rek).  Untuk para budayawan Tionghua termasuk
buayawan, terimakasih, seperti anda lihat tidak ada posting saya yang
bermaksud melecehkan, saya bertanya secara benar.  Demikian juga untuk
siutjay Zfy maaf sebesar-besarnya, saya hanya menganjurkan karya nyata,
kalau sudah buannyyaaak ya sudah, silahkan berkotbah terus untuk mengingat.
Salam, Tan Lookay


Sudah tidak sehat : Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tantono Subagyo 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mengingat bahwa stamina sudah menurun dan pekerjaan sedang banyak 
maka saya
 mundur dari thread ini.  Apalagi makin tidak sehat dan menjurus ke 
pribadi.
 Selahakan diteruskan dan untuk sdr Danardono kalau ingin diskusi 
saya layani
 secara pribadi.  Kesalahan utama saya adalah melayani sdr Danardono 
dijalur
 umum sehingga menyebabkan apa yang orang sangat terpelajar bilang : 
Sturm
 inthe glass (uanggell-e rek).  Untuk para budayawan Tionghua 
termasuk
 buayawan, terimakasih, seperti anda lihat tidak ada posting saya 
yang
 bermaksud melecehkan, saya bertanya secara benar.  Demikian juga 
untuk
 siutjay Zfy maaf sebesar-besarnya, saya hanya menganjurkan karya 
nyata,
 kalau sudah buannyyaaak ya sudah, silahkan berkotbah terus untuk 
mengingat.
 Salam, Tan Lookay


 Berkhotbah untuk mengingat? 

Saya jadi ingat seorang politisi kita dari PDIP yang mengingatkan, 
bahwa kesalahan bangsa ini ialah lekas lupa sejarah. Beliau ini bukan 
anggauta milis kita, tapi kok pemikirannya sama ya?

Memang, kalau melupakan adalah sebuah tindakan mulia, mungkin yang 
pikun akan masuk surga dahulu, dan pasien Altzheimer jadi pahlawan 
nasional.

Diskusi pribadi? Untuk apa? Kan themanya thema bersama? Kalau anda 
ingin nasehat mengenai Finance Management boleh konsultasi pribadi, 
tapi ada charge-nya lho.

Bagusnya milis adalah melatih keterbukaan, jadi justru tidak sedikit 
sedikit lari ke jalur pribadi. Pribadi ya pribadi. sya perhatikan 
jalan banyak diskusi disni, hampir semua, yang berbau pribadi masih 
tetap menyangkut kepentingan bersama. 

Kalau kita, dimuka umum katakan misalnya Tuhan  itu hanya satu, 
tidak macam macam, maka dimuka umum juga hendaknya sedia 
menerangkan, apa maksudnya Tuhan itu satu. Satu untuk semua? OK, 
tetapi terangkan bagaimana itu. Misalnya, apakah umat Kristen (ini 
dari sisi budaya lho) juga memuja Brahma, Vishnu dan Shiwa, yang 
dipuja saudara kandung kita di Bali?

Gitu lho, jadi jangan lalu lari ke jalur pribadi. Memangnya ngomongin 
angsuran untuk RT/RW?

Salam diskusi

Danardono






Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Ada beberapa teman yg setelah sekolah filsafat yg pulang2 ngomong begitu ke sy. 
Sy jawab aja. Klo Tuhan yg elo puja2 emang begitu yah g lebih rela masuk neraka 
daripada masuk surga yg dipintu masuknya di cek jidatnya ada tulis udah terima 
jesus apa belom. Kita kerja aja cari boss yg adil yg hargai hasil kerja kita, 
bukan yg hargai kita dari hasil  jilat panat masa tuhan lebih rendah daripada 
itu. Selama di dunia berbuat baik engga usah takut masuk nereka, kecuali 
didunia emang perusuh yah pikir2 ribuan kalilah ama neraka, tuhan itu maha adil 
n maha tau kok ( klo bener tuhan itu ada) org baik n org jahat dia tau, sekedar 
diledek dikit2 doank mah ga bakal marah n masukin kita ke neraka.  heheheeh ( 
kejadian nyata yah n bukan buat diskreditkan kristen tp bagi pendapat dengan yg 
sedang mengalami hal2 yg sama)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Mr sanliong thee [EMAIL PROTECTED]

Date: Wed, 8 Oct 2008 07:23:06 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Salam,
 
Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.
Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :
Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.
Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.
Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.
Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???
Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.
BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG 
KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang 
tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan 
kristen dan pasti ada di neraka



- Original Message 
From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 8 October, 2008 9:44:20 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. 
Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya 
nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut 
oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu 
model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi 
menyembuhkan!

Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan 
ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya 
pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.

Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu 
(kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).

Salam karya nyata

Danardono

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

  
 Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena 
Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus 
disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
  
 Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial 
yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk 
berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, 
karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia

RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Btw counter pendapat ttg hal2 yg merugikan budaya tionghoa juga ga boleh nih? 
Kyk dewa2 itu iblis, naga itu raja setan engkong n leluhur kita itu setan n 
iblis? 
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: ardian_c [EMAIL PROTECTED]

Date: Wed, 08 Oct 2008 19:25:10 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


inget itu jadi inget owe punya kasus ko, doeloe ada yg kurang lebih
sama lar en loetjoenya itu temen owe yg kristen gak tanya ame pendeta
or sape getu malah tanya ame owe.

Owe jawabin simple, Yesus gak pernah nulis alkitab lho trus jg Yesus
gak banyak ngomong ini boleh itu gak boleh, Yesus tjoema ngomong Tiada
seorangpun akan mencapai Bapak tanpa melalui AKU.

Lha AKUnya sape ? Tuhan ? Yesus ? or wat getu !
Inga inga KASIH dong , so yg namanya KASIH emang pilih2 loe sembah
yesus, buddha, kodok, kadal , batu tetek bengek ?

Kalu nurut owe yg namanya KASIH gak bakalan pilih KASIH.
Nape seh banyak org mikir Yesus itu oknum yg namanya yesus ?

Coba mindnya dilebarin dikit getu, Yesus itu KASIH bukan ?

Sorry aye komentarin ya soalne masih rada senep ketemu yg ngaku2
mantan KHC trus bilang meja sembayang ngkong gw itu setan.
Sialnye itu org ngotot bilang kalu budaya tenglang or tradisi itu
belenggu tubuh dan menyesatkan hueuehehe termasuk sembayang ame
leluhur yg kasih buah ame pasang hio.
Lha kalu org bule mah gak apa2 getu tabur bunga hueheheheheh.

Mbok ya mikir dikitlah en belajar sejarah Kristen aje dikit, trus buka
pikirannye biar gak cupet mampet getu.
Jadi inget omelan si Nietsche yg tereak Tuhan telah mati, tuhan2 pada
disembah di bukunye Thus Spoke Zarathustra hehehehehehehehe.
So sape neh yg bikin mati TUHAN ame nyembah2 tuhan ?




Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik melani chia
Masak sih terserah Tuhan pak Tan,mental gini kan sudah saatnya
tdk diteruskan,terutama yg saya harapkan dari anda seabgai pendeta
nantinya akan menjadi gembala,pastinya akan membawa pengaruh besar
pada jemaat anda.
 
Kalah bersaing,dlm dunia kerja,sekolah pertandingan dll ,dibilang rencana 
tuhan?
yg jelas kalau kalah ya ngaku kalah harus berusaha,kalau sudah berusaha masih 
kalah
ngku juga ya hanya begitu kemampuannya,...




--- On Wed, 8/10/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, 8 October, 2008, 9:28 PM






--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED] 
 
wrote:

 Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, 
tapi minta agar bisa perform sebaik-baiknya. Kalau berdoapun kalah ya 
berlatih lagi sambil berdoa. Gitu saja kok repot. Tantono
 

* Jangan lupa, the best will very likely win! bahkan tanpa 
berdoapun, asal persiapan professional. Bangsa kita pasti jauh lebih 
rajin berdoa daripada, misalnya orang Jerman (ini saya tahu). Yang win, 
yang mana, kita juga tahu...

Salam

Danardono

 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik ChanCT
Lalu, ... bagaimana orang yang tidak ber-TUHAN itu hidup didunia ini, neng? 
Yang sering dikatakan tidak beradab dan tidak bisa bahagia itu, hehehee, ... 
kasihan amat, ya?

Padahal kenyataan yang bisa kita lihat, mereka ber-milyard itu justru 
menunjukkan keberhasilan luar biasa tanpa doa, lho! Dan merekalah yang sangat 
diharapkan bisa ikut memberikan dukungan membantu mengatasi krisis-moneter yang 
melanda AS, negara ber-TUHAN sekarang ini. Hahahaaa, ...

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: ulysee_me2 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, October 09, 2008 9:35 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.



  Lhoh ya harus berpikir begitu donk!
  Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat 
  tuhannya untuk mengambil keputusan, 
  Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi 
  tuhannya, 
  Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang 
  waktu aje. Ya Nggak?

  Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. 


  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, als [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan 
  yang akan
   diambil oleh Tuhan Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda 
  berpikir
   bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi Tuhan Anda? Nama kecil saya 
  Andy, sne
   saya Liem (hokkian). :-)
   

   
   Salam serius,
   
   als
   

   
 _  
   
   From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
   Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
  memaafkan.
   

   
   Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-
  diam
   ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-
  baiknya.
   Apakah doa minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali 
  terhadap
   'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak 
  dulu dan
   memompanya yang penuh ya! :-)
   
als
   
   Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan 
  Tuhan
   yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau 
  tidak bukan
   urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, 
  minyak
   mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan 
  Lookay
  



  

  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

  .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

  Yahoo! Groups Links





--



  Internal Virus Database is out of date.
  Checked by AVG. 
  Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.5/1706 - Release Date: 2008/10/3 
_U__ 06:17


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik melani chia
Org bunuh diri=manusia gagal yg tdk tau bangkit,pastinya tdk takut mati
atau takut idup.



--- On Thu, 9/10/08, ardian_c [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: ardian_c [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Thursday, 9 October, 2008, 4:53 AM






nyaelah sebenernye seh seinget aye itu bicaranya YONG alias keberanian.

Wong yg disebut keberanian terhebat itu BERANI IDUP bukan berani
ngerampok or berani ngebacok.

Nah itu di Tao ame di KHC ngomong keberanian kurang lebih sama.

Org itu gak perlu takut mati , mati mah biasa en siapapun mesti mati.
So nape mesti ditakutin.

Yg parah itu org yg berani mati tapi takut idup loe.
Itung aje yg bunuh diri tuh berani idup or berani mati ?

Soo  BERANILAH HIDUP 
HIDUP YONG yg bukan si gayoenk alias hen yoenk hehehehehe



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang
kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil.  Kami
berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk
memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu ämpunilah kami seperti
kami mengampuni yang bersalah kepada kami. Dalam Alkitabpun diceritakan
bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau
pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada yang tidak
layak dimaafkan sekalipun.  Kami berpendapat bahwa mengampuni/memaafkan
adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam tersebut
maka kita akan dapat move forward: (maju kedepan) dan juga melepaskan
ganjalan dihati.
Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan ternyata
gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, mendamaikan
anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls.
Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya anggap
tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang menjadi erat
kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan kakak
ipar yang dulu sangat saya benci.  Nah tentang Tiongkok, saya nggak tahu
karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara.  Tentang pelaksanaan di
dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan bahwa
pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau sangat
menyimpang, misalnya dengan politik balas dendam Bush terhadap terroris
. Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi
kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun setahu saya
dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan betulan dengan tulus.
Salam, Tan Lookay


On 10/7/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Pak Bagyo, bagaimana pendapat anda mengenai penghayatan falsafah
 permaafan ini, didunia Barat dan Tiongkok? Baik dalam kehidupan se-
 hari hari maupun sikap kenegaraan?

 Dimanakah azas harmony lebih mengakar? Di Tiongkok atau dalam
 falsafah Barat?

 Apakah azas These-Antithese bermuasal dari Tiongkok atau Barat?
 Falsafah an Eye for an eye and a tooth for a tooth berasal dari
 Asia timur?

 Mohon petromax

 salam

 Danardono

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 perfect_harmony2000
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Sdr.Tantono,
 
 
  konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo
 Zi,
  Kong Zi dan Lao Zi.
 
  Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka.
  Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna
 tepo
  saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang.
 
 
 
 
  Hormat saya,
 
 
 
  Xuan Tong
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Tantono Subagyo
  tantono@ wrote:
  
   Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua
   Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni
 dls,
  walaupun
   tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih
 jauh
  lagi
   tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini
  karena selama
   ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah
 masalah
  keuletan
   dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak
   diterangkan. Salam, Tan Lookay
  
 

 




-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Xuan Tong Xiong,
Lha disini saya bingung, budaya memberi muka dan memaafkan menurut saya
tidak sama.  Memberi muka dilaksanakan kepada orang yang tidak menyalahi
kita sedang memaafkan adalah kepada orang yang bersalah kepada kita.  Lebih
mudah memberi muka kalau pihak lawan tidak menyalahi kita, tetapi kalau
menyalahi kita apakah tetap akan kita beri muka ? .  Salam, Tan Lookay


On 10/7/08, perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Sdr.Tantono,

 konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo Zi,
 Kong Zi dan Lao Zi.

 Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka.
 Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna tepo
 saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang.

 Hormat saya,

 Xuan Tong
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Tantono Subagyo
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua
  Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls,
 walaupun
  tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh
 lagi
  tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini
 karena selama
  ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah
 keuletan
  dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak
  diterangkan. Salam, Tan Lookay
 

 




-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Oleh karena penerapan yang salah itulah maka gereja kami mencoba
menerapkannya secara benar.  Dan hasilnya nampak dalam skala kecil
sekalipun, sudah ada sekitar 100 pasangan yang didamaikan, termasuk pendeta
yang isterinya selingkuh, dan bapak yang pulang kembali kepada keluarganya.
Bagi siapa yang ingin melihat, datang saja, hubungi saya karena mulai
tanggal 13 Oktober ini kami akan sharing lagi.  Penerapan yang salah tidak
membuat agama menjadi salah, ajaran suci hanya sekedar ajaran bilamana tidak
diterapkan.  Jadi agama tidak dapat membuat orang menjadi baik, tetapi orang
dapat menjadi baik bila mengamalkan ajaran yang dianutnya, apakah itu ateis
atau agama dengan baik dan benar.  Itulah pendapat saya yang bodoh ini.
Salam, Tan Lookay

On 10/7/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Sepengetahuan saya, dalam tiap agama, ada perintah untuk memaafkan.
 Apakah itu agam agama Ibrahim atau agama agama Asia.

 Budaya memaafkan itu sendiri berakar atau tidak didalam tradisi dan
 budaya setempat. Di Italia selatan, Regio di Calabria, Sicilia dan
 propinsi Agrigento, dan sebagainya, dikenal istilah vendetta. Dalam
 bahasa Jerman: Blutrache (dendam darah). Ini tradisi, dimana
 penghinaan hanya dapat dibersekan dengan pembalasan berdarah. Italia
 utara adalah daerah Katholik.

 Tradisi semacam itu juga dikenal di Turki. Adalah tradisi di zaman
 kesultanan Utsmanyah Turki, pimpinan militer yang gagal, harus bunuh
 diri dimuka sultan. Juga pemimpin pasukan Turki yang gagal menyerbu
 Vienna dalam salah satu dari perang Turki-Austria 1736-1739,
 memenggal kepalanya untuk menghapus malu. Inilah pertmaafan yang ada.

 Juga dikalangan penduduk Indian, penghinaan harus dibayar dengan
 darah.

 Jadi, tak ada pemahaman secara agama mengenai tradisi memaafkan,
 karena tradisi yang lebih tua dan berakar dalam masyarakat lebih
 kuat. Sekelompok rasis yang kebetulan Kristen di Amerika Ku-Klux-Kan,
 selalu membabat habis orang Negro yang mereka anggap melukai
 kehormatan kelompok kulit putih (misalnya pemuda Negro memacari gadis
 putih).

 Ribuan umat yang mengucapkan doa Bapak Kami, maafkanlah daku.. dst
 meneruskan dendam mereka seusai ibadat, Ini saya tahu baik di Eropa
 puluhan tahun selama saya alami, juga di Indonesia. Bahkan sepasang
 suami istri, sahabat nih, yang sudah ribut sebelum misa, setelah doa
 Bapak kami Maafkanlah.. meneruskan ribut itu dirumah.

 Ketidak maafan bahkan masuk dalam perbendaharaan kata kata, menjadi
 ungkapan: Unforgiveness, dalam bahasa Jerman unverzeihilich.

 Salam

 Danardono

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Tantono Subagyo
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya
 Kristen yang
  kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup
 kecil. Kami
  berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba
 untuk
  memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu ämpunilah kami
 seperti
  kami mengampuni yang bersalah kepada kami. Dalam Alkitabpun
 diceritakan
  bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau
  pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada
 yang tidak
  layak dimaafkan sekalipun. Kami berpendapat bahwa
 mengampuni/memaafkan
  adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam
 tersebut
  maka kita akan dapat move forward: (maju kedepan) dan juga
 melepaskan
  ganjalan dihati.
  Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan
 ternyata
  gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga,
 mendamaikan
  anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls.
  Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya
 anggap
  tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang
 menjadi erat
  kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan
 kakak
  ipar yang dulu sangat saya benci. Nah tentang Tiongkok, saya nggak
 tahu
  karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara. Tentang
 pelaksanaan di
  dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan
 bahwa
  pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau
 sangat
  menyimpang, misalnya dengan politik balas dendam Bush terhadap
 terroris
  . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi
  kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun
 setahu saya
  dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan betulan dengan
 tulus.
  Salam, Tan Lookay
 
 
  On 10/7/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Pak Bagyo, bagaimana pendapat anda mengenai penghayatan falsafah
   permaafan ini, didunia Barat dan Tiongkok? Baik dalam kehidupan
 se-
   hari hari maupun sikap kenegaraan?
  
   Dimanakah azas harmony lebih mengakar? Di Tiongkok atau dalam
   falsafah Barat?
  
   Apakah azas These-Antithese bermuasal dari Tiongkok atau Barat?
   Falsafah an Eye for an eye and a tooth for a tooth berasal dari
   Asia timur?
  
   Mohon petromax
  
   

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik gsuryana
From: Tantono Subagyo
Xuan Tong Xiong,
Lha disini saya bingung, budaya memberi muka dan memaafkan menurut saya 
tidak sama.  Memberi muka dilaksanakan kepada orang yang tidak menyalahi 
kita sedang memaafkan adalah kepada orang yang bersalah kepada kita.  Lebih 
mudah memberi muka kalau pihak lawan tidak menyalahi kita, tetapi kalau 
menyalahi kita apakah tetap akan kita beri muka ? .  Salam, Tan Lookay
++
Pengertianku dalam hal memberi muka.
Biarpun kita tahu dia melakukan kesalahan, dimana kesalahannya dilakukan 
kepada siapapun, maka kita tetap menghormati dan memaafkan apa yang sudah 
dilakukannya.
Jadi dalam hal memberi muka, termasuk juga memaafkan.

Untuk lingkungan kecil/keluarga biasanya orang tua suka pikun, sehingga 
didalam bertindak/bicara bisa ngotot/kacaw, dan memberi perintah bisa 
membuat naik darah, untuk ini seorang anak yang 'uhaw' akan tetap 
melaksanakannya biarpun sambil geleng geleng kepala, dengan bertindak 
seperti ini, secara tidak langsung anak tersebut sudah melakukan

- Memberi muka karena hormat kepada orang tuanya
- Memaafkan karena apa yang di kehendaki orang tuanya kadang menyakiti

Memang tidak mudah untuk menjadi anak 'uhaw' selain butuh kesabaran, juga 
butuh cara berkomunikasi yang baik.

Sekali seorang anak bisa berbuat 'uhaw' kepada orang tuanya, biasanya 
didalam pergaulan juga termasuk sukses ( sesuai dengan kemampuan si anak 
tersebut ).

sur. 



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik gsuryana
Mohon maaf..

Pengertian
 Ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami 

Tidak mudah di terjemahkan dalam kata kata, silahkan teliti kalimat 
tersebut.Ampunilah kami
Dengan kata lain, sebelumnya kita sudah melakukan kesalahan, sedang jenis 
kesalahannya apa tidak jelas, kemudian dilanjut dengan   Mengampuni yang 
bersalah kepada kami...
Lha salahnya jenis apa ?, terlalu banyak jenis kesalahan yang sulit untuk 
'diampuni' , semisal seorang anak punya kebiasaan nyontek, apakah doa tersebut 
berlaku ?

Belum lagi makna 'Kami', siapa kah yang dimaksud dengan kami disini ?.

Didalam budaya dan ajaran Tionghoa konsep maaf, lebih ditekankan kepada 
individu, tidak di utama kan kepada 'kami'.

sur.
http://indolobby.blogspot.com
  - Original Message - 
  From: Tantono Subagyo 

  Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang 
kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil.  Kami 
berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk 
memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu ämpunilah kami seperti kami 
mengampuni yang bersalah kepada kami. Dalam Alkitabpun diceritakan bahwa 
pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau pengampunan 
seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada yang tidak layak dimaafkan 
sekalipun.  Kami berpendapat bahwa mengampuni/memaafkan adalah suatu bentuk 
melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam tersebut maka kita akan dapat 
move forward: (maju kedepan) dan juga melepaskan ganjalan dihati.  
  Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan ternyata 
gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, mendamaikan anak 
dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls.  
  Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya anggap 
tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang menjadi erat 
kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan kakak ipar 
yang dulu sangat saya benci.  Nah tentang Tiongkok, saya nggak tahu karena itu 
saya mohon petromaks dari lain saudara.  Tentang pelaksanaan di dunia Barat, 
terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan bahwa pelaksanaan prinsip 
Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau sangat menyimpang, misalnya dengan 
politik balas dendam Bush terhadap terroris . Dalam Budaya Jawa, acara 
bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi kadang-kadang sebagian ada yang hanya 
basa-basi saja, walaupun setahu saya dalam pesantren tertentu diupayakan 
bermaafan betulan dengan tulus.  Salam, Tan Lookay

   

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Tantono xiong,

tulisan saya ini bukanlah mau meributkan masalah akidah atau
keyakinan, tapi selayaknya anda meneliti bahwa Alkitab sendiri isinya
berkembang dari jaman ke jaman, lihat saja kitab Ulangan dan bisa
anda bandingkan dengan hukum cinta kasih yang utama.
Hukuman yang setimpal tetap harus ada, dan itu ada di Alkitab
sekalipun dan budaya apapun di dunia ini.

Terimakasih, disini saya juga tidak mau menimbulkan masalah akidah, dan
kalau saya cerita tentang apa yang kami lakukan adalah karena sdr Danardono
menanyakan, saya ingin belajar dan bukan ingin membandingkan, jadi walaupun
saya tidak setuju tentang apa yang Xuan Tong xiong tentang Alkitab tidak
akan saya bantah disini.  Saya berpendapat bahwa hukuman yang setimpal itu
adalah hak Tuhan dan bukan hak manusia, dan itu saya yakini dengan benar dan
saya coba terapkan walaupun dalam skala yang sangat kecil di sekeliling
saya.  Saya berpendapat lupakan saja kesalahan orang lain dan melangkahlah
maju, karena penyimpanan dendam akan merusak diri sendiri.  Terus terangnya
saya melakukan itu bukan karena takut neraka atau ingin surga (yang bagi
saya merupkan hak mutlak Tuhan) , tetapi karena bermanfaat bagi saya
sendiri.  Lebih jauh bilamana ada mohon diberikan ujar-ujar Mo Zi atau Kong
Zi tentang memaafkan orang lain.  Sojah, Tan Lookay


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Sdr GSuryana,
Punten, akan saya jawab secara japri, untuk menjaga kesalahmengertian dan
perbandingan.  Sojah, Tan Lookay

On Tue, Oct 7, 2008 at 6:24 PM, gsuryana [EMAIL PROTECTED] wrote:

Mohon maaf..

 Pengertian
  Ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami 

 Tidak mudah di terjemahkan dalam kata kata, silahkan teliti kalimat
 tersebut.Ampunilah kami
 Dengan kata lain, sebelumnya kita sudah melakukan kesalahan, sedang jenis
 kesalahannya apa tidak jelas, kemudian dilanjut dengan   Mengampuni yang
 bersalah kepada kami...
 Lha salahnya jenis apa ?, terlalu banyak jenis kesalahan yang sulit untuk
 'diampuni' , semisal seorang anak punya kebiasaan nyontek, apakah doa
 tersebut berlaku ?

 Belum lagi makna 'Kami', siapa kah yang dimaksud dengan kami disini ?.

 Didalam budaya dan ajaran Tionghoa konsep maaf, lebih ditekankan kepada
 individu, tidak di utama kan kepada 'kami'.

 sur.
 http://indolobby.blogspot.com

 - Original Message -
 *From:* Tantono Subagyo [EMAIL PROTECTED]

 Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang
 kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil.  Kami
 berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk
 memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu ämpunilah kami seperti
 kami mengampuni yang bersalah kepada kami. Dalam Alkitabpun diceritakan
 bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau
 pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada yang tidak
 layak dimaafkan sekalipun.  Kami berpendapat bahwa mengampuni/memaafkan
 adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam tersebut
 maka kita akan dapat move forward: (maju kedepan) dan juga melepaskan
 ganjalan dihati.
 Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan ternyata
 gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, mendamaikan
 anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls.
 Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya anggap
 tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang menjadi erat
 kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan kakak
 ipar yang dulu sangat saya benci.  Nah tentang Tiongkok, saya nggak tahu
 karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara.  Tentang pelaksanaan di
 dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan bahwa
 pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau sangat
 menyimpang, misalnya dengan politik balas dendam Bush terhadap terroris
 . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi
 kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun setahu saya
 dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan betulan dengan tulus.
 Salam, Tan Lookay



  




-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Pak Danardono yth,
Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan, bukan berarti
meniadakan hukum.  Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga agar
manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos.  Jadi saya bisa
mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah norma yang
mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara.  Tetapi harus diingat bahwa
hukum bukanlah balas dendam atau memberi penghukuman yang setimpal.  Hukum
manusia masih tidak sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya menurut
KUHAP dihukum penjara duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu bilamana Y
membunuh X misalnya, apakah anak X harus Y atau memaafkannya ?.  Memaafkan
bukan berarti membebaskan yang dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic bukan
berarti meloloskannya dari hukum manusia yaitu norma-norma hukum
internasional akan tetapi melepaskan dendam untuk bergerak maju.  Sekali
lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup saya pun sempit tidak
seperti anda yang mendunia.  Bagi saya memaafkan sederhana saja, saya
(mencoba) memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada diri saya
dan tidak membalas dendam agar saya dapat melangkah maju.  Dalah hal
sekolahpun begitu, ketika anak saya mendapat hambatan dalam sekolah, saya
tidak ribut-ribut tetapi bersama beberapa orang lalu membuat sekolah dan
ternyata itu lebih positif.
Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan, Tuhan siapa
?, Tuhannya orang Kristen agama yang saya anut, lho nanti nggak cocok dengan
budaya, ya biarin, orang saya sejahtera dan saya merasa senang telah berbuat
demikian.  Mohon penerangan kembali.  Tantono


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik melani chia
Pratikel aja,..hukum Tuhan biar Tuhan yg yg urus,kejahatan
harus ditembus hukum negara,..buat pengebom,pemerkosa
pembunuh adalah hukum mati,hukuman seumur idup ,sama juga buang2 duit negara 
buatt kasih makan,mending jatahnya bust anak2 yg kelaparan,krn mereka lebih 
membutuhkan,ngapain jgua sampah mesti disimpen??..mengampuni org kristen
kadang tterkesan konyol,bushitlah kalau ada keluarganya
abis dibunuh,diperkosa,dibom bisa ngampuni,..enak aja yg
mati aja blm tentu sempat bertobat,masak yg bunuh dikasih
kesempatan jauh lebih leluasa,...idup Indonesia...idupkan lagi
hukum mati,...tapi korupsi gimana ya



--- On Wed, 8/10/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, 8 October, 2008, 7:52 AM






--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tantono Subagyo 
[EMAIL PROTECTED]  wrote:

 Tantono xiong,
-deleted- -

 Saya berpendapat bahwa hukuman yang setimpal itu
 adalah hak Tuhan dan bukan hak manusia, dan itu saya yakini dengan 
benar dan
 saya coba terapkan walaupun dalam skala yang sangat kecil di 
sekeliling
 saya. Saya berpendapat lupakan saja kesalahan orang lain dan 
melangkahlah
 maju, karena penyimpanan dendam akan merusak diri sendiri. Terus 
terangnya
 saya melakukan itu bukan karena takut neraka atau ingin surga (yang 
bagi
 saya merupkan hak mutlak Tuhan) , tetapi karena bermanfaat bagi saya
 sendiri. Lebih jauh bilamana ada mohon diberikan ujar-ujar Mo Zi 
atau Kong
 Zi tentang memaafkan orang lain. Sojah, Tan Lookay


 Hak Tuhan? 

Jadi masyarakat manusia, misalnya negara, tidak punya hak mengatur 
kestabilan dengan aturan pidana?
bagaimana dengan Amrozy? bagaimana dengan koruptor? bagaimana dengan 
Ryan? bagaimana dengan kejahatan yang meruak alam, seperti 
penggundulan hutan? bagaimana dengan kejahatan perang seperti yang 
dilakukan Jepang pada PD II dan juga Jerman, yang menghabiskan nyawa 
jutaan manusia tak bersalah? bagaimana dengan tindakan kejahatan 
melawan kemanusiaan yang dilakukan Milosewic, dan membantau puluhan 
ribu Mislim di Bosnia?

Semua masalah Tuhan? Definisi Tuhanpun berbeda dalam tiap agama, 
Tuhannya Kristen tidak diterima umat Muslim, Tuhannya Hindu tak 
diterima umat Kristen, definisi Tuhan umat umat Ibrahim tak dipakai 
dalam Buddha. Tuhannya umat Kristen mainstream beda dengan umat 
gereja Unitarian. Jadi yang mana? lalu kapan regu tembak Brimob dari 
Polda Polda diperintahkan tembak? siapa yang perintahkan? lewat 
Medium?

Mohon pencerahan

Salam

Danardono

 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau orang-orang itu bisa
lupakan Milosevic mungkin hidupnya akan lebih baik.  Menurut saya memelihara
dendamlah yang buat orang sengsara.  Orang jadi inget kesalahan orang dahulu
saja, seperti misalnya : Jerman dulu pernah Holocaust mbasmi orang Yahudi,
trus piye, orang Yahudi disuruh ngebom Jerman supaya setimpal gitu ??.  Saya
punya teman (Jewish) yang sangat dendam ama Jerman, lha dia sendiri yang
sengsara.  Kejadian sudah kapan tahu, dia kalau ketemu orang Jerman masih
gondok (nyakitin diri sendiri).  Dan masalah Tuhan-nya siapa ya Tuhannya
sendiri-sendiri, saya percayakan vengeancekepada Tuhan orang Kristen, lalu
apakah Tuhan saya tidak berantem rebutan dengan Tuhannya orang lain yang
menyalahi saya, lha itu urusan Tuhan kok, sudah dipasrahkan jangan
diuthik-uthik lagi.
Kembali lagi Bung Danardono, mari setuju untuk nggak setuju, saya bahagia
dengan konsep menyerah kepada Tuhan (buat saya Tuhan itu satu), lha buat
anda Tuhan itu macem-macem dan buanyak dan tidak memecahkan masalah.  So be
it, saya tidak minta anda untuk memeluk konsep saya demikian juga jangan
paksakan kepada saya bahwa konsep agama tidak membuat orang jadi baik dan
Tuhan macem-macem.  Salam, Tan Lookay


On 10/8/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Begitulah pak Bagyo.

 Penghukuman didunia ini adalah ranah masyarakat, yang diwakili oleh
 negara (azas Hukum Pidana). Kita juga kenal ajaran: Give therefore
 to Caesar the things that are Caesar's, and to God the things that
 are God's.(Mt 22:21).

 Didalam falsafah hukum, kita belajar, bahwa pada awalnya, dalam
 masyarakat yang masih primitif hukuman adalah identik engan
 pembalasan dendam, dalam bahasa Jerman kita kenal Suehne. Dalam
 perkembangan masyarakat yang kian modern, maka negara mengambil alih
 fungsi balas dendam  ini, dan mengubahnya menjadi hukuman.
 Kalau sipenjahat sudah dihukum negara menurut peraturan yang berlaku,
 maka manusia tak boleh lagi menjalankan balas dendam.

 Pak Bagyo benar, hukum manusia tak sempurna, tetapi apakah yang
 sempurna di dunia? Hanya inilah yang manusia dapat wujudkan didunia.
 kesempurnaan setelah kita mati, nobody knows. belum ada yang kembali
 dari kematian dan mengisahkan mengenai pengadilan langit.

 Mengenai Tuhan, pak Bagyo katakan Ya Tuhan saya, Tuhannya orang
 Kristen, namun, kita membahas masalah manusia secara universal.
 Dalam hubungan antar manusia, kita berhadapan dengan manusia dari
 perlbagai agama dengan Tuhannya masing masing. Contoh: seorang
 beragama A memperkosa dan menjarah wanita beragama B, dan mencuri
 barang orang beragama C. Tuhan yang mana yang berwenang bertindak?
 Tidak nanti rebutan?

 Pak Bagyo katakan saya sejahtera dan merasa senang berbuat
 demikian, sah sah saja, selama apa yang disenangi A dan membuat
 sejahtera, tak menyengsarakan B atau C. nanti pengadilan lagi yang
 harus bertindak.

 Mengenai dendam atau memaafkan Milosevic saya ingat interview dalam
 tayangan TV dimana wanita diinterview tentang suami mereka yang
 ditembak dimuka mereka dan anak anak mereka. Saya tak pernah lupa
 expressi muka ibu ibu itu yang merah padam dengan tangis dan isak.
 Pak Bagyo yang baik, terus terang, kalau saya ada ditempat itu, di
 Srbernica, saya TAK berani mengusulkan  lupakan deh Milosecic..

 Salam

 Danardono

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Tantono Subagyo
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Pak Danardono yth,
  Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan,
 bukan berarti
  meniadakan hukum. Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga
 agar manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos. Jadi saya
 bisa mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah
 norma yang mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara. Tetapi
 harus diingat bahwa hukum bukanlah balas dendam atau memberi
 penghukuman yang setimpal. Hukum
  manusia masih tidak sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya
 menurut
  KUHAP dihukum penjara duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu
 bilamana Y
  membunuh X misalnya, apakah anak X harus Y atau memaafkannya ?.
 Memaafkan
  bukan berarti membebaskan yang dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic
 bukan
  berarti meloloskannya dari hukum manusia yaitu norma-norma hukum
  internasional akan tetapi melepaskan dendam untuk bergerak maju.
 Sekali
  lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup saya pun sempit
 tidak
  seperti anda yang mendunia. Bagi saya memaafkan sederhana saja,
 saya
  (mencoba) memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada
 diri saya
  dan tidak membalas dendam agar saya dapat melangkah maju. Dalah hal
  sekolahpun begitu, ketika anak saya mendapat hambatan dalam
 sekolah, saya
  tidak ribut-ribut tetapi bersama beberapa orang lalu membuat
 sekolah dan
  ternyata itu lebih positif.
  Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan,
 Tuhan siapa
  ?, Tuhannya orang Kristen agama yang saya anut, lho nanti nggak
 cocok dengan
  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik ChanCT
Saya juga pernah berpikir lebih baik orang jahat didunia ini ditembak mati 
saja, biar kehidupan umat manusia didunia bisa aman tentram, biar tiada lagi 
penjahat-penjahat yang mengganggu dan bikin celaka. Tapi, bagaimana bisa 
ditembak habis itu namanya penjahat? Selalu pasti akan muncul penjahat dalam 
berbagai bentuk yang lain, ... tiada habisnya. Dunia tanpa penjahat mungkin 
hanya bisa dicapai entah ratusan bahkan munkin ribuan tahun yad. dimana tingkat 
kesadaran budaya manusia sudah begitu tinggi dan baiknya. Ya untuk tingkat 
sekarang ini dalam mimpi sajalah dahulu.

Jadi, problemnya tetap bagaimana menciptakan kesadaran dan budaya manusia yang 
baik-baik itulah yang harus diutamakan, bukan dan tidak bisa dengan main 
hukum-mati dan ditembak saja sebanyak-banyaknya yang lakukan kejahatan. 
Sekalipun tak juga dapat disangkal, harus ada beberapa, segelintir kecil 
penjahat besar yang keterlaluan harus ditembak-mati.

Oleh karena itu saya sangat setuju dengan budaya Tionghoa yang bisa memaafkan, 
pertama untuk menghindari balas-berbalas dendam yang tidak berkesudahan dan 
makin meluas, dan kedua, mengutamakan pendidikan, meningatkan kesadaran umat 
manusia lebih baik lagi. Berusaha merubah penjahat-penjahat menjadi 
manusia-manusia yang baik-baik. Sekalipun hukuman-mati sudah dijatuhkan, 
setelah melihat dia bertobat dan merasa salah, bertekad untuk memperbaiki diri, 
boleh saja ditunda bahkan dirubah jadi penjara seumur-hidup, bahkan akhirnya 
dilepas kembali dalam masyarakat setelah dia bisa dinyatakan kembali menjadi 
manusia baik-baik. Mengapa harus cepat-cepat ditembak-mati, dibunuh? Bukankah 
setiap orang bisa saja berbuat khilaf, melakukan kesalahan sesaat, entah karena 
emosi, kalap dan kurang pikir-panjang, ... 

Saya juga setuju penjara-penjara itu dirubah menjadi tempat merubah dan 
memperbaiki jalan pikiran manusia, tidak sekadar tempat HUKUMAN. Tapi, utamanya 
tempat pendidikan kembali sebagai manusia baik-baik. Tentu tidak semua manusia 
bisa jadi manusia baik-baik-baik, selalu ada perkecualian. Dan perkecualian itu 
saja, yang diperlakukan khusus kalau perlu segera dilaksanakan hukuman-mati, 
ditembak saja. 

Lebih baik anggaran untuk menghidupi penjahat-penjahat di penjara itu digunakan 
untuk anak-yatim piatu, meningkatkan kesejaahteraan rakyat miskin? Setuju, dan 
betul harus begitu. Kita bisa buat penjahat-penjahat didalam penjara juga 
didisiplin untuk bekerja, entah dalam bentuk perbengkelan atau pertanian yang 
berproduksi, dan hasil produksi itu dinilai sebagai hasil kerja mereka untuk 
mengongkosi hidupnya sendiri. Bahkan berikan penghasilan atas kerja yang telah 
dilakukan itu, setelah mereka bisa berpdosuksi melebihi pengeluaran yang 
diperlukan untuk hidup di penjara. Jangan biarkan penjahat-penjahat itu 
makan-hidup didalam penjara secara cuma-cuma. Tentu kerja dalam penjara, jangan 
lakukan dalam bentuk kerja paksa yang tidak manusiawi, hasil kerja bukan saja 
dikorupsi oleh pejabat-pejabat penjara, para tahanan-politik bahkan tidak bisa 
memakan hasil produksinya sendiri, orang dibiarkan sampai mati kelaparan, mati 
sakit, ...  sebagaimana diperlakukan masa Orba terhadap ratusan ribu tapol yang 
dituduh komunis-Soekarnois selama belasan sampai 20-an tahun begitu. Itu bukan 
lagi manusia tapi, setan namanya yang bisa berbuat begitu.

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: melani chia 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:27 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Pratikel aja,..hukum Tuhan biar Tuhan yg yg urus,kejahatan
harus ditembus hukum negara,..buat pengebom,pemerkosa
pembunuh adalah hukum mati,hukuman seumur idup ,sama juga buang2 duit 
negara buatt kasih makan,mending jatahnya bust anak2 yg kelaparan,krn mereka 
lebih membutuhkan,ngapain jgua sampah mesti disimpen??..mengampuni org 
kristen
kadang tterkesan konyol,bushitlah kalau ada keluarganya
abis dibunuh,diperkosa,dibom bisa ngampuni,..enak aja yg
mati aja blm tentu sempat bertobat,masak yg bunuh dikasih
kesempatan jauh lebih leluasa,...idup Indonesia...idupkan lagi
hukum mati,...tapi korupsi gimana ya



--- On Wed, 8/10/08, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:

  From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan.
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Date: Wednesday, 8 October, 2008, 7:52 AM


  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tantono Subagyo 
  [EMAIL PROTECTED]  wrote:
  
   Tantono xiong,
  -deleted- -

   Saya berpendapat bahwa hukuman yang setimpal itu
   adalah hak Tuhan dan bukan hak manusia, dan itu saya yakini dengan 
  benar dan
   saya coba terapkan walaupun dalam skala yang sangat kecil di 
  sekeliling

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Zhuge Liang
Bapak Xuantong, 

Minta maaf ikut nimbrung. Jika demikian, mengapa dalam cerita2 silat Tiongkok, 
banyak sekali menonjolkan 'pembalasan'. Cerita bapak/ibu dibunuh, lalu anaknya 
belajar kungfu mati2an, untuk membalaskan dendam orang tuanya. 
Seolah-olah 'pembalasan' ini adalah suatu nilai yg sepatutnya. 

Dalam cerita Samkok demikian juga. Anak Guan yi dan Zhang fei, membalaskan 
orang-orang yang telah membunuh ke-2 orang tua mereka. Dalam cerita itu 
ditonjolkan (ini persepsi saya tentunya), ini adalah suatu kepatutan, sebagai 
bagian dari bakti anak kepada orang tuanya. 

Jika analisa saya benar, apakah ini tidak bertentangan dengan konsep 
'memaafkan' seperti yang diterangkan Bapak dalam filsafat Kongzi, Mozi dan 
Laozi?

Salam,
Zhuge



--- On Tue, 10/7/08, perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Tuesday, October 7, 2008, 4:42 AM











Sdr.Tantono,



konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo Zi, 

Kong Zi dan Lao Zi.



Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka.

Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna tepo 

saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang.



Hormat saya,



Xuan Tong

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Tantono Subagyo 

[EMAIL PROTECTED]  wrote:



 Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua

 Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls, 

walaupun

 tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh 

lagi

 tentang konsep memaafkan.  Mohon diperjelas tentang konsep ini 

karena selama

 ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah 

keuletan

 dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak

 diterangkan.  Salam, Tan Lookay