[teknologia] Re: Selalu salah mahasiswa ? (was Re: [teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...)
On 1/6/06, Mohammad DAMT [EMAIL PROTECTED] wrote: - Dosen malas (jarang masuk, ngobyek terus, kalau masuk cuma kasih tugas) - Cara ngajar yang monoton ! (bikin ngantuk) - Tidak kreatif (metodologi kuno dan itu-itu aja) - Ngga update knowledge (bahan pelajarannya sudah outdated!, ditanyain yang aneh2 cuma Yang ini setuju sekali, ceritanya dulu pernah ngalami ada pelajaran yanggurunya cuma masuk dua kali selama satu semester, ya dua kali, di awal dan di akhir semester! Tapi ya gapapa orang saya akhirnya dapat A sih*-POh ya pertemuan terakhir itu bukan di kelas, tapi di rumah makan. Kalau di kampus saya itu akan dicegah, karean setelah dosen 2 kali tidak hadir, maka akan ada yang menelfon dan bertanya, kalau tidak bisa hadir lagi akan digantikan oleh dosen pengganti. Sebab kalau tidak mahasiswa bisa protest keras IMW
[teknologia] Re: Selalu salah mahasiswa ? (was Re: [teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...)
On 1/8/06, Zaki Akhmad [EMAIL PROTECTED] wrote: Pengalaman kuliah dulu, banyak sekali dosen yang mirip kriteria di atas. Kadang mikir, ngapain masuk kelas! Baca bukunya aja mungkin lebih menarik.Kok kalau saya, lebih tertarik baca buku sosial ya. :D Baca bukunya Postman Teaching as subversive .. IMW
[teknologia] Re: [OOT]: Cara orang India agar anak anaknya menggemari Engineering :)
On 1/8/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: 9-year-old Indian whizkid has Bill Gates 'worried'http://www.newindpress.com/NewsItems.asp?ID=IEN20060107224725Page=NTitle=InfotechTopic=0 Wah 'kita' kalah telak pak dengan anak umur 9 tahun... he he he :-) Melihat kedekatran India dg Engineering dg apa yang terjadi saat ini belumlah lengkap. Seperti saran saya, baca sejarah :-) Misal cari latar belakang nama anak saya Madhava yang menemukan deret Taylor jauh sebelum orang Eropa tahu apa itu. IMW
[teknologia] Re: Selalu salah mahasiswa ? (was Re: [teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...)
On 1/7/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Dari sudut pandang lain,saya bingung sebenarnya jika dikatakan adamasalah dengan mahasiswa,parameternya apa ? apakah karena melihatkilasan kejadian di ruang kampus atau outputnya nanti setelah lulus,berilmu dan kemudian bekerja dan bermanfaat untuk orang lain ? Boss, namanya mahasiswa itu BUKAN cuma mahasiswa PTN :-). Saran saya jalan-jalan ke PTS-PTS di daerah, atau di ibukota Anda akan mendapatkan gambaran siapa, bagiamana mahasiswa itu. Lha pas dikasih tugas berat, jawabnya sering maaf pak tadi malam saya kecapean abis narik (lha kerjaannya narik angkot) IMW
[teknologia] Sending SMS 2 PK Has Never Been So EZ
Dear Friends hi , how are you hope you will be fine now you send can send free sms to any mobile network in Pakistan without any java or plugins esily with http://www.coolfreesms.com and also avaliable largest collection of sms messages check it now http://www.coolfreesms.com Thanks. Regardschat with your dear ones http://www.merichat.net-- Best Regards,Tahseen Shahzad http://www.CoolFreeSMS.com
[teknologia] Re: Selalu salah mahasiswa ? (was Re: [teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...)
On 1/6/06, James A [EMAIL PROTECTED] wrote: --- adi [EMAIL PROTECTED] wrote: masalah yang dituduhkan sama: - mahasiswa kurang kritis - mahasiswa salah pilih - mahasiswa kurang motivasi - mahasiswa malas - mahasiswa maunya minta disuapin - mahasiswa yang begini-begitu pokoknya bukan salah saya Saya jawab dari apa yang biasanya jawaban diberikan oleh si dosen kalau dilontarkan pernyataan seperti ini (ditampung dari obroloan sesama dosen) Apa gak pernah dianalisa dari sisi sebaliknya ?- Dosen malas (jarang masuk, ngobyek terus, kalau masuk cuma kasih tugas) Gaji dosen segitu mana cukup buat hidup, buat beli buku aja udah habis :-), - Cara ngajar yang monoton ! (bikin ngantuk) Mau monoton, mau menarik mahasiswanya tetap ngobrol dengan asiknya, ngapain capek-capek. - Tidak kreatif (metodologi kuno dan itu-itu aja)- Ngga update knowledge (bahan pelajarannya sudah outdated!, ditanyain yang aneh2 cuma bisa plonga-plongo) Dua hal ini sering dijawab : lha yang segitu aja mahasiswa belum tentu bisa, alias ndak bisa ngerjain soalnya, apalagi ditambahin yang lebih heboh. Udah ah itu aja udah cukup. - Gak bisa dibantah, gampang marah, gak ada selera humor sama sekali- dst. Mirip dg mahasiswanya, yang kalau dikritis juga sering marah :-) Lihat saja kalau lagi demo pasti sering pakai kalimat Pokoknya dst..dst Kondisi yang seperti ini membuat mahasiswa jadi terlatih seperti sekarang, terlatih untuk meniru dosennya ! Mahasiswa, dosen adalah bagian masyarakat. Mereka adalah korban masyarakat IMW
[teknologia] Re: Selalu salah mahasiswa ? (was Re: [teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...)
Yang ini setuju sekali, ceritanya dulu pernah ngalami ada pelajaran yang gurunya cuma masuk dua kali selama satu semester, ya dua kali, di awal dan di akhir semester! Tapi ya gapapa orang saya akhirnya dapat A sih *-P Oh ya pertemuan terakhir itu bukan di kelas, tapi di rumah makan. Dosen kayak gini yang harus ditumpas! Dia memberikan nilai A karena rasa bersalah. Daripada mahasiswa protes, kasih aja nilai A. Semua happy. Apa betul? Nilai yang diwariskan oleh dosen ke siswa? semua bisa di-cincay ... :( kasih {duit,makan,hadiah,oleh2,sogokan} semua beres usaha tidak penting ... -- budi
[teknologia] Re: Selalu salah mahasiswa ? (was Re: [teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...)
Made Wiryana wrote: Baca bukunya Postman Teaching as subversive .. IMW Terimakasih Pak Made untuk referensinya. Nanti saya tambahkan di daftar buku-buku wish-list saya deh. Zaki Akhmad
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
On Sun, Jan 08, 2006 at 03:42:16AM -, Zaki Akhmad wrote: kata yang dihubungkan dengan kata versus itu berarti oxymoron? oxymoron = dua hal yang saling bertolak belakang dan tidak dapat bercampur. Sengaja kok. :-) Yup betul. Tapi bukan itu tujuan hidup di dunia. Kesempurnaan adalah perjalanan. Jadi yang paling penting kita harus membuat perjalanan hidup kita perlahan-lahan menuju ke arah yang lebih baik. Jadi yang Ini ngomongnya kejauhan. Kita lagi ngomongin masalah dosen, mahasiswa dan perguruan tinggi. Tentang nilai, baik buruk, benar salah, panjang urusannya. Ke milis filsafat mungkin lebih pas. Menghadapi sistem yang tidak sempurna, saya juga tidak bisa berbuat banyak. Karena saya bukan siapa-siapa. Yah karena dulu aktif di unit kegiatan mahasiswa dan saya punya authorisasi untuk membuat unit saya lebih baik, ya saya lakukan sebatas itu saja. Dan ingat, great power becomes great responsibility. Hehehe, terngiang nasehat uncle ben yah? :-) Ada perbedaan antara nggak mau dan nggak bisa. Jangan diaduk. (seperti ngomong ke diri sendiri). Dan kalau diskusinya diperluas kepada 'sistem yang tidak sempurna' jadi blur lagi. Kalau mau lanjut kita fokuskan ke 'sistem PT(N) yang tidak sempurna'. Sistem apanya? sistem penerimaan mahasiswa? Sistem pengawasan dosen? Inipun saya ragu kalau sebagian dari kita punya kapabilitas untuk nerusin. Jadi kalau yang tiap hari bergelut sebagai civitas akademika nggak merespons, kita tutup aja threadnya. Atau jika oleh admin dianggap OOT. Mengangkat thread ini ke permukaan atau mengarahkan diskusi ke arah sini juga ada tujuannya. Kita seringkali terjebak oleh ide-ide yang mengawang-awang, sementara masalah nyata disekitar kita yang menjadi _pijakan_ ide tersebut banyak yang tak terpecahkan. Contoh, jika ingin dipaksa meniru India, kenapa nggak ditiru sistem buku murah, pendidikan murah dan sebagainya, yang sifatnya prekondisi sehingga IT di India bisa seperti sekarang? Kalau perhatian kita fokus pada prekondisinya, efek yang ditimbulkan akan lebih masuk akal bakal terwujud, daripada menuntut atau sekedar ngomporin untuk mengambil hasil akhirnya saja. Karena bisa diperhitungkan bahwa itu percuma. -- fade2blac
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
On 1/8/06, fade2blac [EMAIL PROTECTED] wrote: Contoh, jika ingin dipaksa meniru India, kenapa nggak ditiru sistem buku murah, pendidikan murah dan sebagainya, yang sifatnya prekondisi sehingga IT di India bisa seperti sekarang? Textbook di china juga ada versi murahnya. Layout dan kertasnya memang juelek, tapi murah. Tahun lalu saya beli dan bawa 1 dari sana. I almost couldn't believe that it was so cheap. Textbook murah untuk dijual di negara2 asia juga pernah saya beli di elvira bandung (tentang elektronika analog, saya ingat harganya sekitar 20 ribuan). Saya kira pihak penerbit bisa dilobi untuk menjualnya juga di Indonesia. Kalau khusus mencetak untuk Indonesia saja, keuntungannya tidak ada karena jumlah pembelinya tidak banyak. Hitung saja ada berapa jumlah mahasiswa yang membutuhkan buku A misalnya. Di China jumlah mahasiswanya memang banyak. Bahkan teman lab saya mengatakan too many PhD now in China. it's difficult for me to get a good job there even I hold PhD.
[teknologia] Re: [OOT]: Cara orang India agar anak anaknya menggemari Engineering :)
wah saya setuju dengan pendapat Pak Made, memang seharusnya kita selalu membaca sejarah, karena dengan membaca sejarah kita tahu apa yang terjadi ribuan tahun yang lalu apa yang orang telah perbuat ribuan tahun lalu dan bagaimana mensikapi-nya, kan jadi lebih baik kalau kita tahu titik terakhir dari sejarah hingga kita bisa memulai dari titik tersbut tanpa harus memulai dari nol. saya sendiri ndak tahu siapa madhava saya pernah biang sama Pak Made wah nama anaknya bagus bener, baru deh dia cerita tentang ahli matematik dari india. Intinya kalau kita mau mengembangkan teknologi, rasanya kita harus membaca sejarah tentang teknologi apa yang sudah ada jauh sebelum kita lahir dan bagaimana mengembangkan itu untuk kebaikan bersama. yang jadi persoalan adalah mencari sumber atau documentasi tentang sejarah masa lampau, ambil contonh misalnya pyramid ini kan menarik sekali dari sisi security, bagaimana orang mesir menciptakan security supaya Mummy nya ngga di curi, ini kan bisa / mungkin sudah di implementasikan di system security komputer kalau kita sudah menemukan logicnya. akhirnya saya berkesimpulan, link yang di berikan Mas Carlos cukup menarik tapi link sejarah masa lalu mungkin tidak kalah menariknya. ada ngga yaa situs-2 sejarah yang semacam wikpedia atau semua ada disitu..??? kalau ada lumayan bisa ngirit untuk tidak beli encyclopdia regards Adjie Wah 'kita' kalah telak pak dengan anak umur 9 tahun... he he he :-) Melihat kedekatran India dg Engineering dg apa yang terjadi saat ini belumlah lengkap. Seperti saran saya, baca sejarah :-) Misal cari latar belakang nama anak saya Madhava yang menemukan deret Taylor jauh sebelum orang Eropa tahu apa itu. IMW
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
On 1/8/06, baskara [EMAIL PROTECTED] wrote: On 1/8/06, fade2blac [EMAIL PROTECTED] wrote:Contoh, jika ingin dipaksa meniru India, kenapa nggak ditiru sistem buku murah, pendidikan murah dan sebagainya, yang sifatnya prekondisi sehingga IT di India bisa seperti sekarang?Gimana mau murah? Buku text sekolah saja hampir tiap tahun berganti (walaupun pergantiannya sepele). Ditambah lagi, kalau rekan - rekan berusaha untuk membuka buku pelajaran SMP-SMA sekarang, memang isinya materi suapan semua. Tidak merangsang untuk berpikir tetapi hanya bahan hafalan dan cara cepat. Textbook di china juga ada versi murahnya. Layout dan kertasnya memangjuelek, tapi murah. Tahun lalu saya beli dan bawa 1 dari sana. I almost couldn't believe that it was so cheap. Textbook murah untukdijual di negara2 asia juga pernah saya beli di elvira bandung(tentang elektronika analog, saya ingat harganya sekitar 20 ribuan). Kalau untuk textbook engineering juga kayaknya saya sudah menemukan beberapa yang cukup murah (perbandingan tebal, dan bobot materi) di toko - toko buku Bandung. Akan lebih bagus lagi kalau formatnya ebook :-) Saya kira pihak penerbit bisa dilobi untuk menjualnya juga diIndonesia. Kalau khusus mencetak untuk Indonesia saja, keuntungannya tidak ada karena jumlah pembelinya tidak banyak. Hitung saja adaberapa jumlah mahasiswa yang membutuhkan buku A misalnya. Di Chinajumlah mahasiswanya memang banyak. Bahkan teman lab saya mengatakantoo many PhD now in China. it's difficult for me to get a good job there even I hold PhD.Alaram yang sungguh berbahaya dong untuk angkatan kerja Indonesia ;-)-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/ http://www.pojokbisnis.com/
[teknologia] Re: [OOT/Rumor]: Bill Clinton di Micrsoft board
On 1/8/06, Muhamad Carlos Patriawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Ada rumor hangat di blogs San Jose 'Good morning silicon valley'(http://blogs.siliconvalley.com/ )kalau bill clinton mungkin menjadithe-next board member atau ceo di microsoft: http://andyabramson.blogs.com/voipwatch/2006/01/clinton_in_redm.htmlhttp://www.kenradio.com/ Namanya juga rumor tapi kalau arnold saja bisa jadi gubernur californiaapalagi clinton.Kalau clinton jadi board/ceo di MSFT dan demokrat/hilary jadi presidenwah seru:-)Kenapa tidak? Toh beliau ini adalah orang yang - menurut saya - sangat flamboyan dan very business savvy. Kalau tidak salah selama 2 periode kepemimpinannya, cadangan kas amerika berada di titik tertingginya dengan tingkat hutang yang terus berkurang. -- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/http://blog.permagnus.com/
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
On 1/8/06, fade2blac [EMAIL PROTECTED] wrote: Dan kalau diskusinya diperluas kepada 'sistem yang tidak sempurna' jadi blur lagi. Kalau mau lanjut kita fokuskan ke 'sistem PT(N) yang tidak sempurna'. Sistem apanya? sistem penerimaan mahasiswa? Sistem pengawasan dosen? Inipun saya ragu kalau sebagian dari kita punya kapabilitas untuk nerusin. Jadi kalau yang tiap hari bergelut sebagai civitas akademika nggak merespons, kita tutup aja threadnya. Atau jika oleh admin dianggap OOT. Sebelum kemana-mana mungkin perlu dulu difikirkan mana yang diingin - Model elitisme (kampus terpilih, dg output yg semuanya cemerlang) - Model pemerataan (mekanisme penjenjangan mendorong pemerataan resource pendidikan) Sebagai bekal pertimbangan : Indonesia itu luas dan masih sedikit yang menikmati SDM baik atau agak baik IMW
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
On 1/8/06, Made Wiryana [EMAIL PROTECTED] wrote: --cut-- Sebelum kemana-mana mungkin perlu dulu difikirkan mana yang diingin - Model elitisme (kampus terpilih, dg output yg semuanya cemerlang) - Model pemerataan (mekanisme penjenjangan mendorong pemerataan resource pendidikan) Sebagai bekal pertimbangan : Indonesia itu luas dan masih sedikit yang menikmati SDM baik atau agak baikKenapa tidak mengikuti modelnya India? Bikin sekolah teknik sebanyak - banyaknya, quantity over quality. Memang nantinya ada yang very very bright dan kerja di silicon valley dan engineer - engineer kelas duanya mengisi kekosongan dalam negeri. India juga melakukan hal seperti ini untuk tenaga medisnya, dengan kontrol yang ketat tentunya.-- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/ http://www.pojokbisnis.com/
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
On 1/8/06, Oskar Syahbana [EMAIL PROTECTED] wrote: Kenapa tidak mengikuti modelnya India? Bikin sekolah teknik sebanyak - banyaknya, quantity over quality. Memang nantinya ada yang very very bright dan kerja di silicon valley dan engineer - engineer kelas duanya mengisi kekosongan dalam negeri. India sudah membuat percetakan tenaga IT engineer. Filipina juga sudah membuat percetakan tenaga medis dan dokter. Indonesia cetak komoditi yang lain? :-) Sebenarnya di Indonesia sudah ada banyak percetakan tenaga IT engineer (atau hanya sekedar web programmer dan desainer?). Masalahnya, setelah lulus, kerja apa dan di mana? Apa perush. silicon valley pasang iklan lowongan di Kompas? Atau perusahaan di Johor Bahru pasang iklan lowongan di Jawa Pos? Di mana biasanya mereka pasang iklan? Saya yakin di milis ini banyak yang tertarik kalau ada lowongan di perusahaan yang sedang leading. Jangankan leading, startup company pun pasti mau. :D
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
On 1/8/06, Oskar Syahbana [EMAIL PROTECTED] wrote: - Model elitisme (kampus terpilih, dg output yg semuanya cemerlang) - Model pemerataan (mekanisme penjenjangan mendorong pemerataan resource pendidikan) Sebagai bekal pertimbangan : Indonesia itu luas dan masih sedikit yang menikmati SDM baik atau agak baikKenapa tidak mengikuti modelnya India? Bikin sekolah teknik sebanyak - banyaknya, quantity over quality. Memang nantinya ada yang very very bright dan kerja di silicon valley dan engineer - engineer kelas duanya mengisi kekosongan dalam negeri. Bakal sering diprotest orang... katanya kurang keren kalau cuma mencetak sebanyak-banyaknya IMW
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
On 1/8/06, baskara [EMAIL PROTECTED] wrote: --cut--India sudah membuat percetakan tenaga IT engineer.Filipina juga sudah membuat percetakan tenaga medis dan dokter.Indonesia cetak komoditi yang lain? :-)Cari niche lain mungkin? Bukankah kita sudah menjadi pencetak tenaga kasar siap kerja? Miris sekali yah... Sebenarnya di Indonesia sudah ada banyak percetakan tenaga IT engineer(atau hanya sekedar web programmer dan desainer?). Masalahnya, setelah lulus, kerja apa dan di mana? Apa perush. silicon valley pasang iklanlowongan di Kompas? Atau perusahaan di Johor Bahru pasang iklanlowongan di Jawa Pos? Di mana biasanya mereka pasang iklan? Saya yakindi milis ini banyak yang tertarik kalau ada lowongan di perusahaan yang sedang leading. Jangankan leading, startup company pun pastimau. :DSetahu saya malah belum ada tuh Om Bas. Bahkan kalau misalnya saya lempar proyek ke anak - anak ITB ataupun Fasilkom UI, kebanyakan angkat tangan karena di kampusnya kebiasaan diajari konsep tanpa ngerti prakteknya gimana. Satu - satunya Universitas, so far, yang saya temui dan mahasiswa/lulusannya mengerti bagaimana cara prakteknya cuma STT telkom. CMIIW. -- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/http://www.pojokbisnis.com/
[teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...
On 1/8/06, Zaki Akhmad [EMAIL PROTECTED] wrote: Budi Rahardjo wrote: usulan pak adi ini pernah juga didiskusikan. jawaban dari pihak sono adalah (kira2) sebagai berikut: - bahwa tempat di perguruan tinggi negeri sangat berharga sehingga tidak bisa dibuat main-main - kalau sudah masuk terus gugur, tempat yang terpakai menjadi terbuang percumaBetul sekali Pak Budi :)Saya pernah baca buku (maaf lupa persis judulnya), Dibalik PembangunanITB, Hal yang Tak Terungkap, disitu dijelaskan: Pak Wiranto memimpikan ITB dengan zero-drop-out. Jadi sebenarnya ITB itu rugi juga kalau adamahasiswa-nya yang DO. Makannya, opsi yang diberikan oleh ITB adalahopsi untuk mengajukan surat permohonan mengundurkan diri bagi mahasiswa yang sudah melewati batas waktu masa studi atau karena IP nya dibawahstandar. Kalau begini, berarti sebenarnya posisi mahasiswa dengan PTsama kuat dong ya. Mahasiwa butuh kuliahnya selesai, PT butuh mahasiswauntuk diselesaikan kuliahnya. Zero drop out akan bisa tercapai atau didekati dengan pembenahan admistrasi serta pengelolaan kampus. Siap nggak kampus-kampus. IMW
[teknologia] Nanya Desktop Search
Assalamu 'alaikum wr.wb. Nanya, buat teman2 yang sudah pernah pakai aplikasi desktop search, ada yang sudah pernah membandingkan performa desktop search berikut : - Google - Windows (MSN) - Copernic - Yahoo! Kencengan yang mana ya ? Pros Cons nya gimana ? Ada yg bisa kasih komentar ? Trims, wass.wr.wb. -affan
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
On 1/8/06, fade2blac [EMAIL PROTECTED] wrote: Contoh, jika ingin dipaksa meniru India, kenapa nggak ditiru sistem buku murah, Sebetulnya, di Indonesia *LEBIH MURAH*, yaitu buku bajakan! Mengapa ini tidak dimanfaatkan? Saya khawatir mau ada buku murah pun kalau nggak ada keinginan ya percuma saja. Sekarang toh sudah ada buku murah (alias bajalan). Kita lupakan dulu masalah legal atau ilegalnya. Pada kenyataannya mahasiswa sudah memiliki akses ke buku murah. Saya kasihan dengan mahasiswa di Singapura karena bukunya mahal-mahal di sana. Kami baru saja beli buku2 di Singapura. Habis ratusan dolar (mendekati seribu dolar!). Tapi buktinya Singapore bisa tetap maju meskipun buku mahal. Kalau India, memang banyak buku murah - baik yang resmi maupun yang tidak resmi (aka bajakan). Saya sempat menengok Old Delhi dan masuk ke toko buku bajakan. Harganya memang murah. Bahkan, ada orang Indonesia yang sengaja akan pergi ke India khusus untuk beli buku murah (resmi atau bajakan saya tidak tahu). Satu hal lagi: Internet! Banyak tersedia informasi (dan kadang2 lebih mutakhir daripada buku) di Internet. Saya sendiri masih termasuk aliran yang lebih suka baca buku daripada Internet (meskipun sekarang secara tidak sadar, porsi baca di Internet lebih banyak daripada buku cetak!) Yes, buku murah memang penting, tapi semangat mau baca lebih penting lagi. Baca ykkk. (Ah, ini baru soal baca, belum soal *nulis*) -- budi
[teknologia] Re: Nanya Desktop Search
saya pernah mencoba semuanya kecuali copernic and i think google is the best one berdasar kriteria yang Affan tuliskan.anyway, sekarang sudah saya basmi semua, bikin pc jadi lambat (lumayan makan memory) dan sepertinya kurang begitu berguna buat kebutuhan saya pribadi. salam,On 1/8/06, Affan Basalamah [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu 'alaikum wr.wb.Nanya,buat teman2 yang sudah pernah pakai aplikasi desktop search, ada yangsudah pernah membandingkan performa desktop search berikut :- Google- Windows (MSN)- Copernic - Yahoo!Kencengan yang mana ya ? Pros Cons nya gimana ? Ada yg bisa kasihkomentar ?Trims,wass.wr.wb.-affan-- Andhi
[teknologia] Re: Nanya Desktop Search
Assalamu 'alaikum wr.wb. Wa'alaikum salam Wr Wb Nanya, buat teman2 yang sudah pernah pakai aplikasi desktop search, ada yang sudah pernah membandingkan performa desktop search berikut : - Google - Windows (MSN) - Copernic - Yahoo! Kencengan yang mana ya ? Pros Cons nya gimana ? Ada yg bisa kasih komentar ? Barangkali link ini bisa membantu: http://www.pcmag.com/article2/0,1895,1771763,00.asp. Sayangnya sepertinya sudah lama tidak diupdate dan sudah tidak terlalu akurat lagi (kalo saya lihat feature Google Desktop dan plugin yang saya pakai). Kalau saya sih tetap pilih Google Desktop, apalagi sekarang update software Google makin mudah dengan adanya Google Pack. Wassalam, Nanda Firdausi http://blog.satukubik.net
[teknologia] Re: Nanya Desktop Search
On Monday 09 January 2006 00:47, Andhi Marjono wrote: saya pernah mencoba semuanya kecuali copernic and i think google is the best one berdasar kriteria yang Affan tuliskan. anyway, sekarang sudah saya basmi semua, bikin pc jadi lambat (lumayan makan memory) dan sepertinya kurang begitu berguna buat kebutuhan saya pribadi. Saya pernah nyoba Beagle (di Linux, bukan Windows), lama2 boros memori banget, sampe swap udah hampir penuh juga (padahal RAM 1 GB, Swap 1 GB), terpaksa buru2 saya kill. Keren sih, tapi kalo dipikir2 jarang banget butuh yg begitu, biasa saya udah tau di mana mesti mencari, jadi 'grep -r' atau 'find' kadang udah cukup. Itu beagle versi berapa saya gak inget (0.1.1?), mungkin bbrp bulan lalu. Skrg juga masih beta banget. Jadi mungkin gak menggambarkan future versions yg mungkin lebih stable dan mungkin lebih ramah resources. Ronny pgptACGDeHfIb.pgp Description: PGP signature
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
fade2blac wrote: Sengaja kok. :-) Oooh... sengaja dibuat oxymoron ya. Ini ngomongnya kejauhan. Kita lagi ngomongin masalah dosen, mahasiswa dan perguruan tinggi. Tentang nilai, baik buruk, benar salah, panjang urusannya. Ke milis filsafat mungkin lebih pas. Maaf, maaf kalau dirasakan terlalu jauh. Saya memang tipikal orang yang suka berpikir dari makro ke mikro. Saya percaya yang detail akan mengikuti Jadi akhirnya lari terlalu jauh ke tataran filsafat deh. Hehehe, terngiang nasehat uncle ben yah? :-) Uncle Ben yang mana nih? Kok saya lupa ya. fade2blac Terimakasih Zaki Akhmad.
[teknologia] Re: Nanya Desktop Search
Pada tanggal 1/8/06, Affan Basalamah [EMAIL PROTECTED] menulis: Assalamu 'alaikum wr.wb.Nanya,buat teman2 yang sudah pernah pakai aplikasi desktop search, ada yang sudah pernah membandingkan performa desktop search berikut :- Google- Windows (MSN)- Copernic- Yahoo!Kencengan yang mana ya ? Pros Cons nya gimana ? Ada yg bisa kasihkomentar ? Aku cuma nyobain copernic dan google, itu pun copernic udah jaman duluw sekali. google baru beberapa bulan yang lalu. Baru 2 hari setelah nginstal, komputer crash, prosesor kepanasan (sampai 75 C) sampai harus bongkar fan dan bersihin pendinginnya. Setelah komputerjalan lagi, harus instal ulang OS (win2k) karena banyak file yg tiba-tibarusak. Padahal P4 2.4GHz, RAM 512MB menurutku belum masuk kategori komputer kuno. Trims,wass.wr.wb.-affan-- I am nobody, nobody is perfect http://hericz.net
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
Made Wiryana wrote: On 1/8/06, Oskar Syahbana [EMAIL PROTECTED] wrote: - Model elitisme (kampus terpilih, dg output yg semuanya cemerlang) - Model pemerataan (mekanisme penjenjangan mendorong pemerataan resource pendidikan) Sebagai bekal pertimbangan : Indonesia itu luas dan masih sedikit yang menikmati SDM baik atau agak baik Kenapa tidak mengikuti modelnya India? Bikin sekolah teknik sebanyak - banyaknya, quantity over quality. Memang nantinya ada yang very very bright dan kerja di silicon valley dan engineer - engineer kelas duanya mengisi kekosongan dalam negeri. Bakal sering diprotest orang... katanya kurang keren kalau cuma mencetak sebanyak-banyaknya Pak Made, Jadi yang disalahkan society,persepsi,sejarah dan kurang keren-nya yach :-) Kalau kalah dengan resisten begitu saja,sampai 1001 tahun juga nasib kagak bakal berubah. Kalo mau bikin universitas teknis quality over quality dengan biaya murah,peduli amat dengan tidak kerennya. Persepsi masyrakat *bisa* terganti,problemnya mungkin kita harus mencetak 1,000 orang seperti Budi Rahardjo (sory pak jadi contoh) yang punya motivasi tinggi dan bisa melihat jauh kedepan,jadi bisa saling bahu membahu dan bersinergi.Kadang2 saya lihat,di strate elitnya (maksudnya mereka yang mempunyai kemampuan merubah) memang lebih demen-nya status quo sich (tapi untung jaman sudah berubah,SBY yg mimpin Indonesia sekarang punya will tinggi untuk menjadi Indonesia yg lebih baik). Carlos
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
Budi Rahardjo wrote: On 1/8/06, fade2blac [EMAIL PROTECTED] wrote: Contoh, jika ingin dipaksa meniru India, kenapa nggak ditiru sistem buku murah, Sebetulnya, di Indonesia *LEBIH MURAH*, yaitu buku bajakan! Mengapa ini tidak dimanfaatkan? Saya khawatir mau ada buku murah pun kalau nggak ada keinginan ya percuma saja. Sekarang toh sudah ada buku murah (alias bajalan). Kita lupakan dulu masalah legal atau ilegalnya. Pada kenyataannya mahasiswa sudah memiliki akses ke buku murah. Seratus persen setuju Pak Budi. Saya termasuk pengkoleksi buka Hardy di Mangga 2 dan kadang2 beli juga tuh yang ada di deket kampus ITB. Hebatnya toko buku hardi tersebut koleksi bukunya cepat sekali ada meskipun bukunya baru keluar,ini saya bandingkan dengan toko buka di singapur. Kalau India, memang banyak buku murah - baik yang resmi maupun yang tidak resmi (aka bajakan). Saya sempat menengok Old Delhi dan masuk ke toko buku bajakan. Harganya memang murah. Bahkan, ada orang Indonesia yang sengaja akan pergi ke India khusus untuk beli buku murah (resmi atau bajakan saya tidak tahu). Toko buku di Bangalore India gak enak lho,kaya' toko buku tahun 1980an di Pasar Senen atau Pasar Baru gak bisa baca buku disitu alias gak nyaman.Gramedia Jakarta jauh lebih nyaman. Yes, buku murah memang penting, tapi semangat mau baca lebih penting lagi. Baca ykkk. Kalo mau lebih pas: semangat mau maju :-) Kalo dah punya semangat mau maju,persoalan buku mahal gak jadi soal karena banyak buku bajakan.Ini prinsip yang harus dimiliki individu masing2. Apalagi jamanya sekarang The World is Flat :-) Carlos
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
baskara wrote: On 1/8/06, Oskar Syahbana [EMAIL PROTECTED] wrote: Kenapa tidak mengikuti modelnya India? Bikin sekolah teknik sebanyak - banyaknya, quantity over quality. Memang nantinya ada yang very very bright dan kerja di silicon valley dan engineer - engineer kelas duanya mengisi kekosongan dalam negeri. India sudah membuat percetakan tenaga IT engineer. Filipina juga sudah membuat percetakan tenaga medis dan dokter. Indonesia cetak komoditi yang lain? :-) Sebenarnya di Indonesia sudah ada banyak percetakan tenaga IT engineer (atau hanya sekedar web programmer dan desainer?). Tepat sekali !! Itu masalahnya sekarang. SDM IT di Indonesia memang fortunately dan unfortunately kebanyakan berbasis di Internet/Web,fortunately bagus karena ini bisa bikin industri kecil,paling gak hidup dari situ.Unfortunately karena ini kurang strategis,gak bisa jadi industri besar dimana kemampuan development atau oursourcing dari luar bisa banyak masuk kedalam. Kita harus punya ribuan engineer yang di engineernya punya pengalaman langsung pada bidang: CRM,ERP,outsourcing,pengembangan rfc/draft, ASIC,FPGA,VxWorks,Linux Kernel,RTOS,VLSI,verilog,synthesis,JTAG,win runner etc Tapi sekarang sudah mendingan,vendor2 seperti SAP dan Cisco sudah mulai masuk ke universitas.Ini langkah strategis yang baik secara ***long term***. Masalahnya, setelah lulus, kerja apa dan di mana? Apa perush. silicon valley pasang iklan lowongan di Kompas? Atau perusahaan di Johor Bahru pasang iklan lowongan di Jawa Pos? Di mana biasanya mereka pasang iklan? Saya yakin di milis ini banyak yang tertarik kalau ada lowongan di perusahaan yang sedang leading. Lha makanya kan maunya ada bhtv ;-) tapi nanti disuruh lihat sejarah dulu :-) nah political will-nya itu sebenarnya ada di tangan pemerintah satu sisi dan kita di lain sisi. Anyway masalahnya udah ratusan tahun diskusi macam begini,daripada ribet-ribet mending barengan pindah ke cyberjaya,bangalore,stockley park dan Silicon Valley sebagai ultimate goal (sedikit mengikuti tulisan GBT). Jangankan leading, startup company pun pasti mau. :D Week salah jika mengasumsikan top engineer hanya tertarik di persh leading dan kemudian startup. Justru sebaliknya Bos, top engineer biasanya suka membuat sejarah baru dimana startup yang tadinya menghasilkan zero bisa bersaing dengan persh leading yang sudah ada karena menghasilkan produk yang lebih keren. Kalau mau berleha-leha ya cukup join persh/vendor yang sudah settled :) Carlos
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
Bahkan teman lab saya mengatakan too many PhD now in China. it's difficult for me to get a good job there even I hold PhD. Alaram yang sungguh berbahaya dong untuk angkatan kerja Indonesia ;-) He he he bagus-bagus sudah banyak yang sadar akan hal ini, yang disebut GBT sense of urgency ya salah satunya ya itu :) Btw ngomong2 tentang China dari sisi ekonomi,kemaren ada announcement kalau cadangan mata uang Yuan (setelah di revaluasi ke 'basket of currency') akan dirubah dari yang tadinya hanya fixed US Dollar menjadi gabungan beberapa mata uang regional.Wah ini langkah sangat strategis untuk mengurangi dependensi negara(dunia) terhadap AS. Cool ! Thanks, Carlos
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
Balik ke thread awal : Contoh, jika ingin dipaksa meniru India, kenapa nggak ditiru sistem buku murah, pendidikan murah dan sebagainya, Masalah buku murah sudah dibahas dan ada solusi short-term. Tinggal pendidikan murah,nah yang ini katanya kurang keren ujar om Made... :) silahkan dibahas,tapi please jangan nanti kambing hitamnya pada persepsi,karena yang bisa merubah persepsi ya KITA* sendiri :) Kita disini terutama kalangan akademisi sendiri lho... :-)) Carlos
[teknologia] Re: [OOT]: Cara orang India agar anak anaknya menggemari Engineering :)
Adjie wrote: Carlos, Mau,nambahin dikit, kalau mau jadi technocrat di technologia kayaknya harus sudah wajib membaca sejarah, karena sudah tahu routenya mau kemana dan jadi apa.. bukanya planga-plongo heheheh Setuju,seperti dimanapun,sejarah atau peradaban yang baik selalu dimulai dari motivasi tinggi pada situasi chaos. Yang penting jangan menyerah dulu dengan sejarah kalau kita tidak punya sejarah yang bagus,apalagi menyalahkan sejarah :) Kalau routenya mau kemana,saya sudah berikan hintsnya: Pertama: Industri strategis yang bisa menghasilkan dependensi kepada kita. Kedua: Outputnya merupakan produk yang bisa diquantify (tagible/intagible tidak masalah) dan menghasilkan profit kemudian menyerap SDM (menyerap Paimin yang PhD lulusan Inggris dan Paidjo yang hanya S1 lulusan Universitas Mpu Senduk di SalaTiga). Industri IT harus menyerap paling tidak top 3/4 dari piramid supply SDM.jangan hanya menyerap kaum elitnya saja (para dosen misalnya). Carlos
[teknologia] Re: Selalu salah mahasiswa ? (was Re: [teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...)
Lha pas dikasih tugas berat, jawabnya sering maaf pak tadi malam saya kecapean abis narik (lha kerjaannya narik angkot) Kalau ini dibahas nanti jatuh2nya disimpulkan harusnya ada pendidikan murah bin gratis di Indonesia :-) Anyway kalau univ di Indonesia kemahalan ya mungkin lebih baik hijrah ke India karena pendidikan disana sudah murah dan kualitas tinggi.Saya denger2 sudah mulai banyak? orang Indonesia yang melakukan cara ini.Mungkin rekan Fatih bisa beri gambaran. Carlos
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
On Sun, Jan 08, 2006 at 05:38:58PM -, Muhamad Carlos Patriawan wrote: Bakal sering diprotest orang... katanya kurang keren kalau cuma mencetak sebanyak-banyaknya Jadi yang disalahkan society,persepsi,sejarah dan kurang keren-nya yach :-) sepertinya yang diungkapkan soal 'sejarah' dan 'kurang keren' itu pada konteks yang berbeda ... Salam, P.Y. Adi Prasaja
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
Adjie wrote: Kemarin sempet ketemu dekat doktorat yang studi di paris yang ikutan sidang WTO, negara dunia ketiga ( third development country) mereka punya minta deal dengan negara barat yang notabene sudah maju untuk membajak semua teknologi dan ilmu pengetahuan mereka. dan ancamannya kalau merek ngga di ijinkan membajak mereka ngga akan suply kapas dan pisang, diantara barang yang berhak mereka bajak termasuk buku Jangan lupa membajak semangatnya. Nanti seperti kata Zaki di email terdahulu dari buku PK Ojong,setelah berhasil menguasai toko buku belanda,semangat pengembangan toko bukunya tidak ditiru. Kalau kita ngga bisa deal dengan penerbit penguin group or what ever, kenpa ngga di bajak aja spt yang di lakukan hardy. itu di legalkan saja dari pada munafik, saya cukup sedih dengan kepedulian cenderung setuju. saya fikir di china yang namanya bajak membajak sudah biasa, kenapa kita ngga belajar dari cina, atau india... dari pada menunggu pemerintah yang jelas belum perduli dengan pendidikan yang murah, Betul. Sejarah china dan india itu satu hal. Tapi gimana orang2 india dan china itu 20 tahun terakhir berhasil maju memang sering pakai jalan gerilya dan ilegal (kalo gak bisa beli ya bajak saja tapi ilmunya bener2 diambil).Lah kalau gak begitu,mana bisa dicuri ilmunya. Yang penting jangan cuman bisa membajak,tapi kemudian menguasai ilmunya dan kemudian datang ke pusat hitek untuk turut mengembangkan Windows Vista atau next-gen Intel chips misalnya.Alias ikut terlibat litbang diatasnya,jangan jadi pengguna doang. Carlos
[teknologia] Re: Selalu salah mahasiswa ? (was Re: [teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...)
On Sun, Jan 08, 2006 at 07:12:34PM -, Muhamad Carlos Patriawan wrote: Lha pas dikasih tugas berat, jawabnya sering maaf pak tadi malam saya kecapean abis narik (lha kerjaannya narik angkot) Kalau ini dibahas nanti jatuh2nya disimpulkan harusnya ada pendidikan murah bin gratis di Indonesia :-) walaupun ada dua masalah yang terjadi secara simultan, tidak otomatis keduanya bisa dipertentangkan. tiap penyakit ada obatnya sendiri-sendiri. Salam, P.Y. Adi Prasaja
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
adi wrote: On Sun, Jan 08, 2006 at 05:38:58PM -, Muhamad Carlos Patriawan wrote: Bakal sering diprotest orang... katanya kurang keren kalau cuma mencetak sebanyak-banyaknya Jadi yang disalahkan society,persepsi,sejarah dan kurang keren-nya yach :-) sepertinya yang diungkapkan soal 'sejarah' dan 'kurang keren' itu pada konteks yang berbeda ... Mungkin saya paham dengam perbedaan konteksnya.Harusnya saya menggantikan kalimatnya dari society..keren tersebut ke hal-hal yang bersifat abstrak seperti persepsi. Sebab di lingkungan sehari-hari sebagian orang Indonesia(baca: beda komunitas beda persepsi) khususnya pintar sekali menggunakan alasan abstrak sebagai alasan untuk mempertahankan status quo padahal tidak semuanya mempunyai persepsi seperti itu. Beda komunitas beda persepsi ini ada contohnya,saya pernah mengintip sebuah lembaga pendidikan asing non-formal di Jakarta yang mengajarkan Unix,C dan Java. Coba lihat siapa studentnya: 100% orang India yang tinggal dan berada di Jakarta,termasuk ibu rumah tangganya barangkali :) Carlos
[teknologia] ABG Jualan Sejuta pixel
ceritanya ada anak ABG di inggris yg mau lulus SMA-nya dan bingung mau kuliah krn. kurang biaya. akhirnya dia buatsitus dg sejutapixel. setiappixel dijual dg harga 1 (satu) dolar. pertama ditawarkan pada sodara, tetangga dan temen2nya yg punya toko atau usaha kecil2an. setelah mendapat 1000 customer (=1000 dolar), dia membuat press release dan memasang iklan di koran THE TIMES london. pelanggan-pun berdatangan, termasuk koran THE TIMES sendiri masang iklan di situ. sekarang 1 jutapixel itu sudah berisi semua yg berarti sudah ada sejuta dollar di saku sang ABG yg lagi bingung mau beli mobil tapi nunggu beberapa bulan lagi untuk dapat SIM krn. umurnya blum nyampe. well, ada temen indo yg mau ikutan ide ini? oya, saya baca cerita ini di koran cetak india. lihat situs ABG 'gila' ini di: http://milliondollarhomepage.com/-- Fatihhttp://afsyuhud.blogspot.com
[teknologia] Re: [OOT/Rumor]: Bill Clinton di Micrsoft board
Everything is always need leadership ngga cuma di politic tapi dalam bidang bisnis juga perlu leadership buat referensi www.tompeters.com adjie Kenapa tidak? Toh beliau ini adalah orang yang - menurut saya - sangat flamboyan dan very business savvy. Kalau tidak salah selama 2 periode kepemimpinannya, cadangan kas amerika berada di titik tertingginya dengan tingkat hutang yang terus berkurang. -- Oskar Syahbana http://www.permagnus.com/ http://blog.permagnus.com/
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
adi wrote: pada kenyataannya buku itu pun masih mahal. profile don't speculate :-) buku untuk mahasiswa itu tugas perpustakaan. kalau itu kurang, biarlah yang mampu saja yang membeli buku. saya sebetulnya agak miris dengan thread ini, mestinya judulnya dosen dan mahasiswa. dosen yang brengsek bukan karena mahasiswanya brengsek dan sebaliknya. dua-duanya masalah (kalau ada) yang perlu diselesaikan masing-masing. Wah jangan memiliki persepsi miris dengan thread ini Mas Adi. Kalau Mas Adi kan karyanya sudah banyak. Profil Mas Adi juga sudah pernah dimuat di InfoLinux Desember kan. Kalau saya yang masih script-kiddies ini, yang harusnya miris. Kok dari dulu gak pernah belajar-belajar supaya naik pangkat. Yang Pak Budi katakan itu benar. Saya bisa membajak buku dengan gampangnya. Nah, gara-gara terlalu gampang saya jadi kehilangan semangat untuk belajar. Easy come, easy go. No pain, no gain. Katakanlah di perpustakaan mampu menyediakan buku-buku bagus-nan-cantik. Tapi tetap saja saya malas ke perpustakaan. Saya kan tidak terbiasa dengan budaya baca-tulis. Jadinya saya lebih tertarik ke lab-komputer. Menyalakan yahoo-messenger untuk chatting, atau main online game. Fire in the hole? Mengenai yang mampu saja yang beli buku, itu bisa relatif. Seberapa besar anggaran belanja kita untuk buku? Seberapa besar anggaran untuk beli pulsa HP? Saya menemukan kenikmatan membaca saya ketika buku itu buku asli. (Bacaan saya masih buku-buku sosial ya). Lalu apakah semua buku yang menarik bagi saya, saya beli? Pada prakteknya tidak. Saya mencoba disiplin dengan membuat wish-list daftar buku yang ingin saya miliki. Tapi pada prakteknya, ini jarang berhasil. Saya begitu mudah sekali tergoda untuk membeli buku. Namun karena kiriman orang tua terbatas, tidak semua buku bisa saya miliki dong. Kemudian jadilah otak kreatif harus jalan. Beruntunglah saya memiliki banyak teman baik yang mau saling bertukar buku dengan saya. Kalau teman-teman baik saya tidak punya, saya harus lebih kreatif lagi. Jadi anggota perpustakaan di banyak perpustakaan. Kalau lagi tertarik dengan ilmu agama, saya jalan-jalan ke perpustakaan masjid. Tidak cuma satu masjid lho! Lagi tertarik dengan budaya Prancis, jalan-jalan ke CCF. Pengen tahu dunia penelitian di Indonesia, main ke LIPI. Cari buku pemrograman, mampir ke Informatika. Sayangnya kalau banyak main ke perpustakaan, waktu main saya untuk hal lainnya jadi habis deh. Nah kalau sudah begini, baru saya mempertimbangkan perlu/tidak memiliki buku tersebut. Dan belakangan saya baru sadar, ternyata memang tidak semua buku harus dimiliki. kenyataannya: daya saing lulusan perguruan tinggi kita tidak tinggi di dunia international (itu pun kalau masih diperhitungkan di dunia international), alias ayam sayur bin jago kandang. salah siapa? sistem pendidikan? sarana/prasarana (perguruan tinggi)? mahasiswa/masyarakat? Salah saya sendiri, karena saya belum bisa mendefinisikan legenda pribadi saya mau jadi apa. Kalau saya dari dulu sudah terbayang ingin menjadi seorang jagoan di dunia sosial, mengapa saya memilih kuliah di Elektro ITB? Salah sendiri kena racun passing-grade tinggi. pilih jawaban dari pertanyaan di bawah yang anda anggap paling benar. 1) kalau A diajar B dan tidak berhasil, maka kemungkinannya: A) A goblok B) B goblok C) A dan B goblok D) bukan salah satu di atas (alias penampakan ponirah). Saya pilih E. E) Penampakan buku-buku sosial. hayooh, mana akuntabilitasnya. hayooh diberesin dulu. mahasiswa yang malas membaca? buanyk. dosen yang males membaca? buanyaaak. Ngacung! Saya Mas Adi. Malas membaca buku-buku teknis dan EE-related. makanya turunin SPP/Uang gedung biar kesempatan orang yang gemar membaca masuk PT lebih besar. Hmm tidak se-sederhana ini Mas Adi. Kan setiap penyakit ada obatnya masing-masing. Dan bagi saya setiap keputusan pasti ada sisi positif dan negatifnya. Dan berbicara soal keputusan menaikkan/menurunkan SPP/uang gedung itu ada di tangan decision maker, para pengambil keputusan. Nanti diskusinya bisa looping lagi ke: baru nyadar kuliah itu mahal, mekanisme penerimaan mahasiswa baru, mekanisme DO, dll. Saya tahu sedikti buku-buku kritik soal sekolah/kuliah. Berikut diantaranya: De-schooling society, buku-buku Ivan Illich. Buku Sekolah para Sang Juara juga bagus. Buku ini menceritakan keunikan setiap orang, dan bagaimana membuat anak-anak berani unggul dengan keunikannya masing-masing. Totto Chan juga bagus deh. Cerita soal gadis kecil Jepang yang gara-gara dia terlalu unik terpaksa dikeluarkan dari sekolah konvensional. padahal, kalau saya ngomong soal akuntabilitas PT itu yang ada di kepala saya cuman pendidikan setingkat strata 1. gimana kalau strata 2 ? ho..ho..ho.. (ketawanya jin kartubi). gimana pendidikan magister whatever? ho..ho..ho (ketawa bapaknya jin kartubi), gimana pendidikan strata 3? hi..hi.. (yang ini tuyulnya mbak yul) karena pendidikan strata 3 produk anak bangsa belum bisa jadi komoditi. Salam, P.Y. Adi Prasaja
[teknologia] Re: ABG Jualan Sejuta pixel
On 1/9/2006 at 2:09 AM Blogger Indonesia wrote: well, ada temen indo yg mau ikutan ide ini? oya, saya baca cerita ini di koran cetak india. lihat situs ABG 'gila' ini di: http://milliondollarhomepage.com/-- Fatihhttp://afsyuhud.blogspot.com
[teknologia] Re: ABG Jualan Sejuta pixel
On 1/9/2006 at 2:09 AM Blogger Indonesia wrote: well, ada temen indo yg mau ikutan ide ini? I think you missed the point :-) suksesnya situs tersebut adalah keunikannya. Dia cuma satu-satunya situs seperti itu pada saat tersebut. Karena unik, maka jadi berita hangat di media massa. Maka, jadi banyak yang memasang iklan disitu. Para peniru situs tersebut tidak akan berhasil, saya yakin soal itu. Kecuali, kalau meniru plus modifikasi, sehingga hasilnya adalah situs yang unik lagi; nah, baru ada kans untuk berhasil juga. oya, saya baca cerita ini di koran cetak india. lihat situs ABG 'gila' ini di: http://milliondollarhomepage.com/ Salam, Harry
[teknologia] Re: Nanya Desktop Search
On 1/8/06, Herry Susanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Aku cuma nyobain copernic dan google, itu pun copernic udah jaman duluw sekali. google baru beberapa bulan yang lalu. Baru 2 hari setelah nginstal, komputer crash, prosesor kepanasan (sampai 75 C) sampai harus bongkar fan dan bersihin pendinginnya. Setelah komputerjalan lagi, harus instal ulang OS (win2k) karena banyak file yg tiba-tibarusak. Padahal P4 2.4GHz, RAM 512MB menurutku belum masuk kategori komputer kuno.Bagaimana dengan spotlight? ::aduh saya harus menghentikan ini...::Sistem indexing Windows Vista setahu saya (melalui versi beta-nya) juga sudah sangat bagus dan sangat cepat sehingga tidak perlu lagi pencarian menggunakan 3rd party. -- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/http://www.pojokbisnis.com/
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
On 1/9/06, adi [EMAIL PROTECTED] wrote: On Sun, Jan 08, 2006 at 08:42:52PM +0700, Budi Rahardjo wrote: Sebetulnya, di Indonesia *LEBIH MURAH*, yaitu buku bajakan! Mengapa ini tidak dimanfaatkan? piro Pak biaya cetaknya? sudah dihitung belum? setahu saya, membeli buku aslinya bisa lebih murah, kecuali kalau sudah dipalakin eh.. dipajakin. Perbandingannya kira-kira begini: Buku Walter Savitch (asli): US$89.64 (used: $63.99) Buku bajakan: Rp 50 ribu s/d Rp 80 ribu Sangat jauh bedanya. 10x lebih murah :( PS: di Bandung, Dunia Baru merupakan sumbernya (lebih bagus dan lebih banyak koleksinya daripada Hardy di Jakarta). Selain buku teknis, dia juga punya buku2 bisnis. pada kenyataannya buku itu pun masih mahal. profile don't speculate :-) tentu. buku untuk mahasiswa itu tugas perpustakaan. kalau itu kurang, biarlah yang mampu saja yang membeli buku. tapi saya lihat perpustakaan manapun tidak mampu memberikan buku untuk semua mahasiswa. buku yang paling populer pun paling2 hanya ada 10 buah. padahal mahasiswa bisa 70 orang. belum lagi beberapa perpustakaan di luar negeri mulai pindah ke langganan bentuk digital. tapi memang perpustakaan di luar negeri bikin kita nangis: http://blog.efx2.com/user/budi/3181/view/14071/ (cerita tentang kunjungan saya ke National Library Singapore belum sampai 2 minggu yang lalu) mau yang pasti-pasti saja? - kalau dosen brengsek, bisa dipecat? kalau dosennya PNS: kagak bisa! apalagi kalau senior! :( - mahasiswa brengsek mau tidak diluluskan? yes. he he he - spp/uang gedung mau diturunkan? digratiskan? mimpi kali ye? - pajak buku mau dihilangkan? mau dicetak dengan murah? percetakan universitas mau? nah yang ini ... seharusnya bisa. tinggal mau atau tidaknya. hayooh, mana akuntabilitasnya. hayooh diberesin dulu. mahasiswa yang malas membaca? buanyk. dosen yang males membaca? buanyaaak. alur berpikir saya seperti ini: mahasiswa (nantinya) *harus lebih baik/pinter* dari dosennya. jadi biarin saja dosennya bodoh/malas, tapi mahasiswanya harus lebih bagus lagi supaya secara keseluruhan (bangsa/negara) kita maju. jadi dosen gak boleh merasa lebih jago dari mahasiswanya. kalau ternyata mahasiswanya lebih jago = berhasil kalau ternyata dosennya tetap lebih pinter dari mahasiswanya, berarti kurang berhasil alias gagal. jadi ... sudahlah, dosen yang bobrok gak usah dipikirin. sekarang bagaimana caranya agar dengan dosen yang bobrok sekalipun bisa bikin keluaran yang bagus? black magic? makanya turunin SPP/Uang gedung biar kesempatan orang yang gemar membaca masuk PT lebih besar. turunin SPP sih saya sepakat, tapi saya masih belum yakin kalau dia diturunin maka orang yang gemar membaca akan lebih banyak masuk ke PT. saya belum bisa memahami alurnya pak. saya belum melihat relasinya. kok feeling saya orang yang gemar membaca atau tidak gemar membaca sama-sama punya peluang masuk ke PT. PT x, kapasitas 1000 orang diturunkan SPP, kapasitas *tetap* 1000 orang. (bahkan cenderung fasilitas berkurang) permasalahan: bagaimana memilih yang 1000 orang itu? - cari yang pinter? - cari yang punya uang lebih banyak? - cari yang gemar {membaca,menulis}? - cari yang punya EQ/SQ/*Q lebih baik? - cari yang hobby organisasi? - cari yang jago ngoprek? - cari yang jago olahraga? - cari yang punya hobby meneliti? - cari yang punya bakat xyz? terus ... hubungannya dengan SPP dimana ya? -- budi
[teknologia] Re: Selalu salah mahasiswa ? (was Re: [teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...)
On 1/6/06, James A [EMAIL PROTECTED] wrote: Apa gak pernah dianalisa dari sisi sebaliknya ? - Dosen malas (jarang masuk, ngobyek terus, kalau masuk cuma kasih tugas) - Cara ngajar yang monoton ! (bikin ngantuk) - Tidak kreatif (metodologi kuno dan itu-itu aja) - Ngga update knowledge (bahan pelajarannya sudah outdated!, ditanyain yang aneh2 cuma bisa plonga-plongo) - Gak bisa dibantah, gampang marah, gak ada selera humor sama sekali - dst. Aduh ga enak nih nyalah2x-in dosen kayak gitu, IMHO, seharusnya mahasiswa lah yang harus dapat mengikuti cara dosen. Masa dosen yang cuman sendiri harus bisa memenuhi keingin semua mahasiswanya. Sekedar sharing informasi saja, saat ini saya sedang mengerjakan tugas akhir, waktu pertama kali saya konsultasi dengan pembimbing saya, dia bilang bahwa mungkin tidak bisa banyak membantu saya karena dia memegang banyak project. Tapi kenyataannya beliau banyak membantu, dan bersedia membimbing saya di tengah kesibukannya selama saya aktif untuk meminta bimbingannya. -- http://duke.vlsm.org Yet Another People Who Wants To Be Him Self
[teknologia] Re: software development company rating berdasar 'capability maturity model'
Muhamad Carlos Patriawan wrote: Dari referensi,untuk mengukur software development proses pada sebuah persh atau team dapat menggunakan 'capability maturity model' atau CMM yg dikembangkan carnegie mellon. Msg2 persh akan diberi rating 1-5 dengan 5 sebagai nilai teringgi,sebagai perbanfingan satu dekade lalu di india hanya motorila unit saja yg berhasil mendapatkan skor 5 dibanding tahun 2005 dimana hampir 400 persh india mendapatkan skor tertinggi. Ternyta ini salah satu alasan mengapa semakin banyak pekerjaan kompleks yabg dilakukan di india. Pertanyaan: -apakah ada persh indonesia yg mendapatkan skor cmm ? How about jatis ? Trabas ? Atau yg lainnya ? -bagaimana 'awareness' ke arah rating tersebut ? Apakah sudah ada software top dunia yang dihasilkan lewat team atau perusahaan yang menggunakan CMM? Maksud saya dengan software top dunia adalah software macam Windows, Linux, Mozilla, Oracle, dll. Kalau dalam kenyataan sedikit atau tidak ada software top dunia yang dihasilkan oleh team atau perusahaan yang menggunakan CMM apakah CMM bermanfaat? Maaf kalau pertanyaan di balas dengan pertanyaan lagi. Soalnya saya amat sangat meragukan manfaat CMM.
[teknologia] Re: Selalu salah mahasiswa ? (was Re: [teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...)
On Monday 09 January 2006 13:30, Jefri Abdullah wrote: On 1/6/06, James A [EMAIL PROTECTED] wrote: Apa gak pernah dianalisa dari sisi sebaliknya ? - Dosen malas (jarang masuk, ngobyek terus, kalau masuk cuma kasih tugas) - Cara ngajar yang monoton ! (bikin ngantuk) - Tidak kreatif (metodologi kuno dan itu-itu aja) - Ngga update knowledge (bahan pelajarannya sudah outdated!, ditanyain yang aneh2 cuma bisa plonga-plongo) - Gak bisa dibantah, gampang marah, gak ada selera humor sama sekali - dst. Aduh ga enak nih nyalah2x-in dosen kayak gitu, IMHO, seharusnya mahasiswa lah yang harus dapat mengikuti cara dosen. Kalo memang salah, kenapa nggak enak? Attitude seperti ini yg menurut saya salah: guru dianggap selalu benar. Skrg tidak penting siapa yg salah. Yg penting gimana sama2 bisa saling memperbaiki. Ronny pgpLIO7bLL0TK.pgp Description: PGP signature
[teknologia] Re: software development company rating berdasar 'capability maturity model'
Samuel Franklyn wrote: Muhamad Carlos Patriawan wrote: Dari referensi,untuk mengukur software development proses pada sebuah persh atau team dapat menggunakan 'capability maturity model' atau CMM yg dikembangkan carnegie mellon. Msg2 persh akan diberi rating 1-5 dengan 5 sebagai nilai teringgi,sebagai perbanfingan satu dekade lalu di india hanya motorila unit saja yg berhasil mendapatkan skor 5 dibanding tahun 2005 dimana hampir 400 persh india mendapatkan skor tertinggi. Ternyta ini salah satu alasan mengapa semakin banyak pekerjaan kompleks yabg dilakukan di india. Pertanyaan: -apakah ada persh indonesia yg mendapatkan skor cmm ? How about jatis ? Trabas ? Atau yg lainnya ? -bagaimana 'awareness' ke arah rating tersebut ? Apakah sudah ada software top dunia yang dihasilkan lewat team atau perusahaan yang menggunakan CMM? Maksud saya dengan software top dunia adalah software macam Windows, Linux, Mozilla, Oracle, dll. Kalau dalam kenyataan sedikit atau tidak ada software top dunia yang dihasilkan oleh team atau perusahaan yang menggunakan CMM apakah CMM bermanfaat? Maaf kalau pertanyaan di balas dengan pertanyaan lagi. Soalnya saya amat sangat meragukan manfaat CMM. Dari sekilas baca tentang CMM,ada yang applikable dan tidak applikable dengan vendor(windows,linux,oracle,etc).Hal yang applikabel seperti keharusan project management(responsibility,persons in charge,etc),proses,CVS,code review dan release management,hal2 yang biasalah untuk vendor. Yang tidak applikabel,CMM ini tidak terlalu bermanfaat jika software projek berbasis due date/release time yang ketat (seperti di perusahaan vendor/startup). Kalau dilihat dari sejarahnya,CMM ini lebih diperuntukkan kepada software house atau consulting firm yang menerima projek dari luar,bukan vendor yang memproduksi device atau software langsung. Mungkin Pak Budi Rahardjo bisa menambahkan. Carlos
[teknologia] Re: Selalu salah mahasiswa ? (was Re: [teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...)
On 1/9/06, Ronny Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalo memang salah, kenapa nggak enak? Ya, kalo salah dalam memberikan materi memang benar kita harus memberikan argumen, maksud saya disini adalah komplen dengan cara dosen mengajar. Menurut pendapat saya, sulit sekali seorang dosen dapat memenuhi keinginan seluruh kelas, tentu saja akan lebih mudah jika mahasiswanya yang dapat beradaptasi dengan cara dosen mengajar -- http://duke.vlsm.org Yet Another People Who Wants To Be Him Self
[teknologia] Re: Selalu salah mahasiswa ? (was Re: [teknologia] Re: Tak Kenal... Tak Sayang...)
On Monday 09 January 2006 15:44, Jefri Abdullah wrote: On 1/9/06, Ronny Haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalo memang salah, kenapa nggak enak? Ya, kalo salah dalam memberikan materi memang benar kita harus memberikan argumen, maksud saya disini adalah komplen dengan cara dosen mengajar. Menurut pendapat saya, sulit sekali seorang dosen dapat memenuhi keinginan seluruh kelas, tentu saja akan lebih mudah jika mahasiswanya yang dapat beradaptasi dengan cara dosen mengajar Jadi menurut argumen di atas, karena sulit jadi mendingan sekalian tidak usah dilakukan karena percuma, gitu? Hehehe. Seperti saya bilang, yg penting saling memperbaiki, kalo memang selama dirasa ada yg bisa diperbaiki, ya didiskusikan, gak perlu gak enak. Yg penting caranya, tetap menjaga sopan, tata krama, tidak emosi, dsb. Guru juga manusia, sama seperti kita, bisa salah. Ada bedanya antara respek dan mengagungkan. Saya biasanya makin gak respek sama orang yg selalu *menganggap* dirinya benar, tapi saya makin respek orang yg selalu bisa *membuktikan* kalo dia benar pada saat diperlukan. Ronny pgpRbHNs0MhSG.pgp Description: PGP signature
[teknologia] Re: software development company rating berdasar 'capability maturity model'
Muhamad Carlos Patriawan wrote: Samuel Franklyn wrote: Muhamad Carlos Patriawan wrote: Dari referensi,untuk mengukur software development proses pada sebuah persh atau team dapat menggunakan 'capability maturity model' atau CMM yg dikembangkan carnegie mellon. Msg2 persh akan diberi rating 1-5 dengan 5 sebagai nilai teringgi,sebagai perbanfingan satu dekade lalu di india hanya motorila unit saja yg berhasil mendapatkan skor 5 dibanding tahun 2005 dimana hampir 400 persh india mendapatkan skor tertinggi. Ternyta ini salah satu alasan mengapa semakin banyak pekerjaan kompleks yabg dilakukan di india. Pertanyaan: -apakah ada persh indonesia yg mendapatkan skor cmm ? How about jatis ? Trabas ? Atau yg lainnya ? -bagaimana 'awareness' ke arah rating tersebut ? Apakah sudah ada software top dunia yang dihasilkan lewat team atau perusahaan yang menggunakan CMM? Maksud saya dengan software top dunia adalah software macam Windows, Linux, Mozilla, Oracle, dll. Kalau dalam kenyataan sedikit atau tidak ada software top dunia yang dihasilkan oleh team atau perusahaan yang menggunakan CMM apakah CMM bermanfaat? Maaf kalau pertanyaan di balas dengan pertanyaan lagi. Soalnya saya amat sangat meragukan manfaat CMM. Dari sekilas baca tentang CMM,ada yang applikable dan tidak applikable dengan vendor(windows,linux,oracle,etc).Hal yang applikabel seperti keharusan project management(responsibility,persons in charge,etc),proses,CVS,code review dan release management,hal2 yang biasalah untuk vendor. Yang tidak applikabel,CMM ini tidak terlalu bermanfaat jika software projek berbasis due date/release time yang ketat (seperti di perusahaan vendor/startup). Mungkin bisa disimpulkan dengan kalimat yang berbeda: Jika anda ingin berinovasi dan menciptakan produk baru maka CMM kurang bermanfaat. CMM lebih bermanfaat untuk proyek yang jelas apa yang ingin dicapai macam kostumisasi aplikasi accounting. Kalau dilihat dari sejarahnya,CMM ini lebih diperuntukkan kepada software house atau consulting firm yang menerima projek dari luar,bukan vendor yang memproduksi device atau software langsung. Mungkin Pak Budi Rahardjo bisa menambahkan. Carlos
[teknologia] Re: Dosen VS Mahasiswa
hayooh, mana akuntabilitasnya. hayooh diberesin dulu. mahasiswa yang malas membaca? buanyk. dosen yang males membaca? buanyaaak. alur berpikir saya seperti ini: mahasiswa (nantinya) *harus lebih baik/pinter* dari dosennya. jadi biarin saja dosennya bodoh/malas, tapi mahasiswanya harus lebih bagus lagi supaya secara keseluruhan (bangsa/negara) kita maju. Kalau mau seperti itu harus ada industri yang menampung setelah mereka lulus agar potensi mereka tergali 100% dan tidak (semuanya) 'end up' jadi dosen lagi.Oke lah kalaupun industrinya belum ada atau belum dapat menampung semua,mungkin kudu ada link profesional / akademis dengan industri yang ada di luar negeri (seperti singapur,malaysia,AU,NZ,india,dst) sehingga potensi mereka bisa terus tergali terus. Kalau dilihat 'cara'nya pemerintah spore,memang pemthnya yang mengirim student2nya (secara formal) untuk magang atau belajar-bekerja di persh hitek di luar negeri (microsoft,cisco, genentech).Nah karena kita gak ada dana,ya diberi tahu saja linknya atau melalui alumni networks.Lagi-lagi,caranya India/Sino juga begituhubungan indo-america dan sino-america alumni networks sangat kuat. Carlos
[teknologia] Re: software development company rating berdasar 'capability maturity model'
On 1/9/06, Samuel Franklyn [EMAIL PROTECTED] wrote: Apakah sudah ada software top dunia yang dihasilkan lewat team atau perusahaan yang menggunakan CMM? Biasanya CMM itu digunakan untuk software yang membutuhkan tingkat kualitas yang sangat baik, seperti misalnya untuk fly-by-wire di pesawat terbang. Setahu saya yang CMM level 5: Infosys, Wipro, Tata, dll. yang notabene adalah perusahaan di India. Di Amerika sendiri perusahaan software house jarang yang sampai level 5. (Saya lupa siapa yang bilang / referensi mana, bahwa di Amerika sendiri paling2 juga hanya 10% yang mau qualify melalui CMM.) Manfaat CMM jelas ada. Memang yang kita pertanyakan adalah manfaat vs effort yang harus dilakukan agar bisa certified CMM. -- budi
[teknologia] Re: NOTEBOOK Acer TravelMate
On 1/8/06, Adjie [EMAIL PROTECTED] wrote: wahpakZaki, saya juga ngga tahu yaa pak..??? makanya saya cobaposting kali aja pak adminnya ikutan baca.heheh kayaknya kita udah kenal di milis... tapi mungkin belum pernahcopy darat... atau email-2 japri thankskarena mau kenalan.adjieKalau memang mau kopdar, apalagi di Bandung, jangan lupa ajak - ajak saya yah :-)(kok jadi OOT makin parah gini...) -- Oskar Syahbanahttp://www.permagnus.com/http://blog.permagnus.com/
[teknologia] Re: software development company rating berdasar 'capability maturity model'
Mungkin bisa disimpulkan dengan kalimat yang berbeda: Jika anda ingin berinovasi dan menciptakan produk baru maka CMM kurang bermanfaat. CMM lebih bermanfaat untuk proyek yang jelas apa yang ingin dicapai macam kostumisasi aplikasi accounting. Kesimpulan yang cukup tepat menurut saya.Trims. Anyway masalah quality control yang dihadapi vendor juga macam2,beberapanya: 1. mengejar target release date atau mengikuti software quality metrics yang definitif ? (artinya jangan release jika masih ada 10 showstopper misalnya). 2. many release approach vs one major release.Siapa yang maintain existing release,etc ? Bagaimana merging bug fixes ? Ini problem utama untuk startup biasanya karena harus mengejar features dari customer yg kadang kala tidak sesuai dengan software specs pertama kali 3. Beda platform berbeda release.Tambah kompleks karena tiap release punya fitur yang berbeda pula. (kalau bisa diberi contoh, di satu vendor tiap produknya punya build yang berbeda sedangkan vendor lain punya software build yang sama untuk produk yg berbeda). Nah masalah diatas,belum ada buku 'formal approach'nya.Jadi biasanya pendekatanya melalui diskusi antar software team lead dan manajemen. Carlos
[teknologia] Re: software development company rating berdasar 'capability maturity model'
On Monday, January 9, 2006, 12:20:16 PM, Samuel Franklyn wrote: Mungkin bisa disimpulkan dengan kalimat yang berbeda: Jika anda ingin berinovasi dan menciptakan produk baru maka CMM kurang bermanfaat. CMM lebih bermanfaat untuk proyek yang jelas apa yang ingin dicapai macam kostumisasi aplikasi accounting. hmmm, betul. saya suka interpretasi seperti ini. :) -- Salam, -Jaimy Azle === || Personal Weblogs: http://jaim.log.web.id || || Personal Delphi Weblogs: http://delphi.log.web.id || * Pengantar Pemrograman Database C/S, Delphi dan Firebird http://delphi.log.web.id/blogs/delphi/000152.html === Anakin, if one is to understand the great mystery, one must study all its aspects, not just the dogmatic, narrow view of the Jedi -- Senator Palpatine