Re: [budaya_tionghua] Topi, Lambang Status Sosial Orang Tionghoa Kuno
Wah menarik sekali masalah topi ini. Mohon di kupas lebih jauh lagi kalau ada sekalian dengan gambarnya. Terima kasih. 2009/9/25 San San san.mitradew...@yahoo.com Topi, Lambang Status Sosial Orang Tionghoa Kuno Topi telah lama ditemukan di China. Sebagai contoh, di China ada pepatah, seperti ini Yi Guan Chu Chu (berpakaian rapi dengan pakaian dan topi), dan Guan Mian Tang Huang (elegan dan megah dalam berpakaian), dan seterusnya. Kata Guan dan Mian di sini merujuk kepada Topi. Topi adalah bagian penting dalam gaya berpakaian Tiongkok kuno, bila seorang laki-laki mencapai usia 20, ia mulai memakai topi, dan pada saat ini dibuat sebuah upacara yang disebut Guanli (Upacara Menggunakan Topi), menunjukkan bahwa dia telah tumbuh dewasa. Topi Tiongkok kuno tidak sama dengan yang model sekarang. Zaman dulu bentuknya sempit--hanya bagian dari kopiah, tidak seperti model sekarang, dimana topi membungkus seluruh kepala. Setelah topi muncul, aturan hirarki dalam hal status sosial telah diterapkan: orang miskin dengan status sosial yang rendah tidak boleh memakai sebuah topi. Peraturan memakai topi berbeda dari dinasti ke dinasti. Pada jaman dinasti Han (206SM-220M), bentuk topi sudah mirip dengan hari ini. Orang status sosial rendah hanya bisa memakai ikat kepala, dan sebagian kecil hanya boleh memakai destar terbuka. Pengaruh aturan ini berlangsung sampai Dinasti Ming (1368-1644). Pada zaman Dinasti Ming, Wushamao (topi kasa hitam) digunakan dalam seragam resmi. Mian muncul lebih awal dari Guan, dan biasanya merujuk kepada Mian (mahkota) khusus yang digunakan oleh raja. Hanya anak raja penerus takhta ia akan dapat mahkota (Jiamian, dalam bahasa mandarin artinya: meneruskan mahkota). Buruh hanya memakai ikat kepala, umumnya untuk menyeka keringat, dan berfungsi sebagai topi. Topi Tionghoa memiliki ciri kebangsaan. Dahulu kala, orang Dinasti Liao (916-1125) dan Jin (1115-1234) biasanya memakai topi bulu binatang, dan orang-orang dari Dinasti Yuan (1271-1368) biasanya memakai topi gaya helm. Selain itu, terdapat sedikit warna-warni topi dari Uygur, topi wol dari suku Tu, topi bulu rubah khas suku Mongol, dan lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, topi juga berfungsi sebagai perlindungan dingin, guna menjaga kepala tetap hangat, dan juga sebagai pelengkap penampilan yang menarik. Source : Erabaru News, 26 Agustus 2009 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links
Re: Bls: [budaya_tionghua] MAKIN
Dengan Hormat, Setahu saya, umumnya sekarang kelenteng berdiri berupa yayasan-yayasan independen. Sebagian Yayasan ini menunjuk majelis tertentu sebagai pembina kelenteng dan bisa dari berbagai golongan kepercayaan agama yang berkaitan dengan keberadaan kelenteng tsb. Ada juga kelenteng yang dihibahkan oleh pengurusnya kepada majelis tertentu sebagai pengelola dan penguasa. Tetapi semua tergantung dari masing-masing pendiri / pengurus kelenteng yang menentukan itu. Kebetulan saya sendiri pernah aktif membantu kepengurusan kelenteng walau tidak resmi. Semoga bermanfaat. NMW 2009/9/24 Jono Yeo yeoyungb...@yahoo.com Dear Jenkuluk, Mungkin maksud anda adalah MaTAKIn (Majelis Tinggi Agama Khonghucu). Mau tau detailnya coba liat di situs berikut: http://www.matakin-indonesia.org Moga bermanfaat. Thank you Jon -- *Dari:* Jen Ku Luk jenku...@yahoo.co.id *Kepada:* budaya Tionghua budaya_tionghua@yahoogroups.com *Terkirim:* Kamis, 24 September, 2009 14:27:36 *Judul:* [budaya_tionghua] MAKIN Salam sejahtera smuanya, Adakah teman2 yg bisa memberikan info tentang hal ini ? MAKIN singkatan dari Majelis Agama Konghucu Indonesia. Misalnya,disatu daerah kabupaten ada didirikan MAKIN. Didaerah tsb juga ada beberapa Kelenteng/Topekong sblum adanya MAKIN. Apakah setiap kelenteng itu merupakan bagian ato daftar menjadi anggota MAKIN? Atau... Apakah setiap klenteng2 tersebut adalah MAKIN ? Apakah pengurus masing2 Kelenteng tsb adalah pengurus MAKIN jg? Terimakasih atas penjelasannya. Jenkuluk -- Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com -- Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru http://sg.rd.yahoo.com/id/mail/domainchoice/mail/signature/*http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. br Cepat sebelum diambil orang lain!
Re: [budaya_tionghua] Re: BOEN TEK BIO 31 JULI 09 S/D 14 AGST 09
Boleh liat kalau punya copynya? 2009/7/22 ardian_c ardia...@yahoo.co.id masa mesti dibagiin surat edaran dari dirjen hindu buddha seh huehehehe yg diterbitin taon 90an noh. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David Kwa david_kwa2...@... wrote: RRS, Kamsia atas pemberitahuan ini yang niscaya amat berguna dan mohon maaf sebesar-besarnya sebelumnya. Melihat judul posting “PADUMUTARA 31 JULI 09 S/D 14 AGST 09†, owe segera berkesimpulan bahwa acara bakal berlangsung di Vihara Padumutara. Tetapi setelah owe cermati baik-abaik, ternyata perayaan selama kurang-lebih setengah bulan itu rencananya akan diselenggarakan di KELENTENG BOEN TEK BIO 文德廟. Jadi judulnya sebenarnya agak menyesatkan. Sejauh yang owe dengar dari para sahabat owe di Benteng, sejak bergulirnya “Masa Reformasi†di KELENTENG BOEN TEK BIO, Vihara Padumutara tidak lagi sama dengan KELENTENG BOEN TEK BIO―sebagaimana tertera di papan nama Kelenteng dan Vihara. Vihara Padumutara hanya “menumpang†(maaf!) di sebuah dharmasala yang berada di sebuah areal kecil di pekarangan belakang aula di pojok barat laut KELENTENG BOEN TEK BIO. Di situlah tepatnya letak Vihara Padumutara; namanya dengan tegas terpampang di pintu masuk. Sementara KELENTENG BOEN TEK BIO menempati SELURUH areal, yang sudah ada sejak PERKUMPULAN BOEN TEK BIO berdiri pada 1912; namanya tertera di bagian depan, begitu kita memasuki areal Kelenteng. Untuk menghindari kerancuan, selanjutnya nama Vihara Padumutara/ Boen Tek Bio sebaiknya kita kembalikan saja ke nama aslinya KELENTENG BOEN TEK BIO, sebab―kalau kita mau jujur―Ma Koan Im Hut Cou 觀音佛祖 bersemayam di KELENTENG BOEN TEK BIO, bukan di Vihara Padumutara yang berada jauh di sisi kiri belakang. Dengan demikian, judul posting PADUMUTARA 31 JULI 09 S/D 14 AGST 09, menjadi BOEN TEK BIO 31 JULI 09 S/D 14 AGST 09. Yang merayakan adalah BOEN TEK BIO, bukan Padumutara... Lagipula, menurut tradisi, KELENTENG BOEN TEK BIO sudah berdiri sejak 1684, sementara Vihara Padumutara baru ada sejak 1950-an, sejak agama Buddha aliran tertentu―yang tidak mengakui keberadaan Ma Koan Im serta para Sinbeng lainnya―dibawa masuk ke Benteng. Jadi, dilihat dari segi usia saja, Kelenteng jah lebih tua daripada Vihara dan keduanya jelas tidak bisa disamakan. Memang, terus terang sampai sekarang tidak bisa dipungkiri, banyak orang keliru menyamaratakan nama KELENTENG BOEN TEK BIO menjadi Vihara Padumutara. Hal ini bisa terjadi sejak penindasan di masa rezim orde babe, dimana kata “Kelenteng†seolah menjadi kata yang ditabukan, karena dianggap “kecina-cinaan†, ketimbang kata “Vihara†yang “keindia-indiaan†. “Keindia-indiaan†dianggap sah-sah saja, asal jangan “kecina-cinaan†! Nama-nama berbau Pali atau Sanskerta lebih diminati daripada yang berbau Cina. Secara psikologis orang merasa lebih “leluasa†menyebut kata “Vihara†atau, paling banter, “Bio†, daripada “Kelenteng†. Kata “Vihara†terasa lebih “manis†di bibir dan lidah ketimbang “Kelenteng†, yang diharamkan para penguasa waktu itu. “Imlek†diganti dengan “Candrasengkala†, “Keng†dengan “Sutra†; “Liam Keng†dengan “Membaca Sutra†; Kimsin†dengan “Rupang†; “Paykui†dengan “Namaskara (Namakkara)†serta masih banyak lagi yang lainnya. Orang dikondisikan menjadi merasa lebih “pede†ber-“anjali†(cara India) daripada ber-“soja†(cara Cina), ketika bertemu satu sama lain, bahkan di Kelenteng. Sebaliknya, ber-“soja†malah dianggap suatu cara berekspresi yang berasal dari suatu “agama lain†, yang sebenarnya masih terasa “lebih Cina†, bukan lagi suatu ekspresi orang Tionghoa dalam memberi salam. Sejak “remote antiquity†orang Tionghoa ya ber-“soja†, bukannya ber-“anjali†. Begitu dahsyatnya pengkotak-kotakan yang terjadi! Dan sisa-sisa “kelamnya†masa lalu Kelenteng masih terasa hingga kini. Antara lain, dalam kasus yang owe bicarakan ini... Rasa “minder†ini bukan hanya melanda orang KELENTENG BOEN TEK BIO Pasar Lama semata-mata. “Penyakit†ini ternyata “menular†pula ke KELENTENG BOEN SAN BIO 文山廟 Pasar Baru dan KELENTENG BOEN HAY BIO 文海廟 Serpong. Umat kedua kelenteng ini masih lebi “pede†menyebut nama Vihara Nimmala dan Vihara Karunayala (entah apa gerangan artinya kedua kata tersebut). Pada posting di bawah, mau tak mau, setuju tak setuju, terpaksa owe lampirkan pula perhitungan menurut imlek (kalender lunar), berdampingan dengan perhitungan menurut yanglek (kalender solar) yang sudah ada. Perayaan Snejit YMS Koan Im Hut Cou tentu tidak terlepas dari perhitungan menurut imlek, bukan? Jadi, kenapa harus dibuang? Kiongchiu, DK Dear All, Kemarin mampir ke Vihara Padumutara/ Boen Tek Bio, Pasar Lama Tangerang, Jl. Ki Samaun, Tangerang. Dalam rangka PERAYAAN YMS KWAN IM HUD COUW MENCAPAI KESEMPURNAAN LAK GWEE CAP
Re: [budaya_tionghua] Re: Foto-foto Peringatan Kongco Sanbaodaren di Kelenteng Gedung Batu Semarang
Terima kasih atas keterangan Sdr. Ryan Zheng. Hormat saya, NMWidjaja 2009/7/17 Ryan Zheng fenghuan...@hotmail.com Oh itu Tosu Li Zhiwang dari Taoist Mission Singapore/Sinjiapo Daojiao Xiehui. Beliau yang di tengah, yang di kanan-kiri itu murid beliau, yang liamkeng juga murid-murid beliau. oya, Tosu yang kliatan membelakangi kamera itu adik seperguruan beliau, Tosu Chen Zhixia. Beliau dari aliran Quanzhen Longmenpai. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: Terima kasih Sdr. Ivan, Pada acara di Tay Kak Sie dari mana To Su yang cukup banyak itu diundang? Terima kasih. NMW 2009/7/15 ivan_taniputera ivan_taniput...@... Benar. Foto diambil sendiri waktu perayaan. Sebenarnya ini koleksi pribadi, tetapi sayang juga kalau cuma jadi koleksi pribadi. Oleh karenanya, saya share saja di blog. salam, IT. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote: Numpang tanya, apa foto diambil sendiri oleh Sdr Ivan, Salam, NM Widjaja 2009/7/15 ivan_taniputera ivan_taniputera@ Salam, Saya baru mengupload foto2 peringatan Sanbao Daren di kelenteng Gedung Batu Semarang pada tanggal 30 Juli 2008. Silakan kunjungi: sejarahastrologimetafisika.blogspot.com sejarah-astrologi.metafisika.co.cc Semoga bermanfaat. Ivan Taniputera .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua:. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com:. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua:. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links
Re: [budaya_tionghua] Re: Foto-foto Peringatan Kongco Sanbaodaren di Kelenteng Gedung Batu Semarang
Terima kasih Sdr. Ivan, Pada acara di Tay Kak Sie dari mana To Su yang cukup banyak itu diundang? Terima kasih. NMW 2009/7/15 ivan_taniputera ivan_taniput...@yahoo.com Benar. Foto diambil sendiri waktu perayaan. Sebenarnya ini koleksi pribadi, tetapi sayang juga kalau cuma jadi koleksi pribadi. Oleh karenanya, saya share saja di blog. salam, IT. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: Numpang tanya, apa foto diambil sendiri oleh Sdr Ivan, Salam, NM Widjaja 2009/7/15 ivan_taniputera ivan_taniput...@... Salam, Saya baru mengupload foto2 peringatan Sanbao Daren di kelenteng Gedung Batu Semarang pada tanggal 30 Juli 2008. Silakan kunjungi: sejarahastrologimetafisika.blogspot.com sejarah-astrologi.metafisika.co.cc Semoga bermanfaat. Ivan Taniputera .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua:. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links
Re: [budaya_tionghua] Foto-foto Peringatan Kongco Sanbaodaren di Kelenteng Gedung Batu Semarang
Numpang tanya, apa foto diambil sendiri oleh Sdr Ivan, Salam, NM Widjaja 2009/7/15 ivan_taniputera ivan_taniput...@yahoo.com Salam, Saya baru mengupload foto2 peringatan Sanbao Daren di kelenteng Gedung Batu Semarang pada tanggal 30 Juli 2008. Silakan kunjungi: sejarahastrologimetafisika.blogspot.com sejarah-astrologi.metafisika.co.cc Semoga bermanfaat. Ivan Taniputera .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links
Re: Bls: [budaya_tionghua] Hio
Penggunaan hio dengan lidi hijau hanya dipakai selama masa perkabungan saja. Setelah lewat masa perkabungan, ya tetap pakai hio lidi merah. Salam 2009/7/11 ulysee_me2 ulysee_...@yahoo.com.sg Oh, begitu. Jadi kalau untuk sembahyang di meja abu di rumah, dan di kuburan kalu cengbeng, kalu yang meninggal sebelum umur 80 pakai hio yang gagang hijau. Kalau dia meninggal sesudah umur 80 pakai hio gagang merah. Kalau di kelenteng sembayang shen (dewa) pake hio gagang merah juga ya. Lha kalau sembayang buat bulan 7, yang di pinggir jalan itu lhoh, pakai hio gagang apa?
Re: Bls: [budaya_tionghua] Hio
DH, Setahu dan sepanjang tradisi yang dilakukan keluarga kami, yang signifikan dari perbedaan warna hio adalah dari warna gagang atau lidinya. Gagang / lidi berwarna hijau (terkadang kebiruan) dipakai untuk upacara duka dimana keluarga duka masih melakukan upacara perkabungan yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung kesepakatan keluarga. Gagang / lidi berwarna merah di pakai secara umum baik untuk upacara penghormatan leluhur maupun untuk upacara persembahyangan di vihara atau kelenteng. Warna dupa dari hio tersebut tergantung dari bahan baku yang dipakai tergantung kualitas karena pada dasarnya bahan dupa terutama terdiri dari serbuk kayu jati yang dihaluskansebagai bahan dasar dan perekat dari tepung tapioka yang di campur dengan parfum dan pewarna (untuk dupa kualitas rendah) atau bahan ramuan kayu wangi dan rempah alami ( gubal kayu gaharu, cendana, kulit langsat yg dikeringkan, kayu cedar - cemara merah, kayu manis, serbuk bunga yang dikeringkan, kulit jeruk dan kayu aromatik lainnya ) dan resin wangi alami seperti kemenyan, getah damar wangi, getrah gaharu pekat, kesturi (kelenjar wangi dari hewan semacam musang dan menjangan), dan onem (bagian dari penutup siput laut) untuk hio berkualitas bagus dan mahal harganya. Khusus untuk hio kualitas rendah (walau tak selalu murah harganya), sering di celup dalam pewarna untuk menambah penampilan dan daya jual (dupa India memakai resin petroleum dan getah serta parfum yang menimbulkan sesak napas dan batuk). Hio berkualitas tinggi wajarnya tidak dicelup sepuhan pewarna karena akan merubah aroma asli dupa. Dupa yang di celup biasanya diberi parfum pewangi yg berbau keras menyengat, sedangkan ciri dupa berkualitas tinggi, harumnya tidak keras, tidak menimbulkan rasa sesak dan batuk, tetapi harumnya yang halus dapat bertahan lama dan menempel serta dapat tercium dari jarak yang jauh sekali. Dupa berkualitas tinggi biasa juga dipakai untuk terapi aroma. Ditradisi lain seperti di Jepang, Korea, India, Bali dupa dibuat berwarna-warni tanpa ada signifikan arti tertentu. Demikian sedikit yang saya tahu semoga bermanfaat. Salam Hormat ! On 7/2/09, Jen Ku Luk jenku...@yahoo.co.id wrote: Pak Utama,terima kasih atas informasinya. Apakah pemakaian hio2 tsb bisa tergantung pada masing2 daerah? Karna didaerahku tidak ada hio yg gagangnya berwarna hijau,jadi untuk sembahyang yang baru meninggal atau leluhur (yg beragama Konghucu),biasanya dipakai yg gagangnya berwarna merah,dupa hionya berwarna merah juga. Yg beragama Budha,biasanya dipakai yg bergagang merah,dupa hionya berwarna putih. Nah..ini yg membingungkan saya karna saya pribadi beragama Katholik tapi salah satu usahaku ada menjual alat2 sembahyang. Tidak semua pembeli yg datang mengerti fungsi2 warna hio. Terima kasih. Aluk --- Pada *Rab, 1/7/09, Utama Bkr utmp...@yahoo.co.id* menulis: Dari: Utama Bkr utmp...@yahoo.co.id Topik: Bls: [budaya_tionghua] Hio Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 1 Juli, 2009, 5:47 AM Menurut yang saya ketahui mengenai warna-warna hio adalah sbb: 1. Gagangnya berwarna Hijau dan atas nya berwarna Coklat digunakan untuk orang yang baru meninggal dunia sampai 3 tahun dan jenis hio ini pantang untuk di gunakan di Toapekong. 2. Gagangnya berwarna Merah dan atas nya berwarna Coklat digunakan untuk orang yang telah meninggal dunia diatas 3 tahun dan ini juga pantang digunakan di Toapekong. 3. Gagangnya berwarna Merah dan atas nya berwarna Merah/Hitam digunakan untuk di Toapekong atau meninggal dunianya setelah 60 tahun keatas. Mungkin ada informasi yang lainnya? Terima kasih Utama -- *Dari:* Jen Ku Luk jenku...@yahoo. co.id *Kepada:* budaya Tionghua budaya_tionghua@ yahoogroups. com *Terkirim:* Selasa, 30 Juni, 2009 10:50:37 *Judul:* [budaya_tionghua] Hio Salam teman2 smuanya... Ada yg bisa tolong memberikan informasi mengenai fungsi warna2 hio ? Hio ada yg berwarna putih,hitam, merah,kuning coklat. Apakah ada persyaratannya jika digunakan untuk sembahyang2 di Toapekong2 ? Maksudku masing2 warna tsb kapan harus digunakan kapan tidak boleh digunakan? Terima kasih. Aluk. -- Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com -- Berselancar lebih cepat. http://us.lrd.yahoo.com/_ylc=X3oDMTFndmQxc2JlBHRtX2RtZWNoA1RleHQgTGluawR0bV9sbmsDVTExMDM0NjkEdG1fbmV0A1lhaG9vIQ--/SIG=11kadq57p/**http%3A//downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/ Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser.Dapatkan IE8 di sini! (Gratis)http://us.lrd.yahoo.com/_ylc=X3oDMTFndmQxc2JlBHRtX2RtZWNoA1RleHQgTGluawR0bV9sbmsDVTExMDM0NjkEdG1fbmV0A1lhaG9vIQ--/SIG=11kadq57p/**http%3A//downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/ -- Nama baru untuk Anda!
Re: Bah. Indonesia (Re: [budaya_tionghua] Re: Untuk memperbaiki karma : Fw: HAKIM PAO Menggugat Raja Neraka GIAM LO ONG.)
mengetahui apa itu TAOISME. Juga kamsia atas waktunya en baidewai gw bukan org pinter seperti ente. PSST sekedar info, doeloe lagi jaman jepang di taiwan , brp banyak itu yg namanya daoguan diatur ama bhiksu huhehehehehehehe. Akhirnya ada clash gara2 atas nama PEMURNIAN -- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@..wrote: Oh, ok terima kasih kalau batasan kemampuan penjelasan anda sampai disitu saja. Selesai lah sudah hak ini sampai disini saja, dan terima kasih atas waktunya. - 2009/6/10 ardian_c ardia...@... justru itu penjelasan Dapit memperkuat penggunaan istilah karma. Wong namanya sinkretisme mbuh mo ala Tao kek ala Buddhisme kek sudah ada. Istilah hukum karma dalam bahasa mandarin itu ya YINGUO. BTW raja YuanLuo alias Giam Lo Ong itu raja YAMA lho. Di Thailand sendiri banyak kisah2 yg mirip2 kayak begini yg bertebaran di masyarakat sana. Apa itu jg sinkretisme ? Contohnya Nang Nak yg sekarang jadi dewi pelindung wanita hamil huehehehehehehehehehehee -- --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote: Betul sekali penjelasan dari Ko David Kwa, oleh karena itu tidak cocok kata mamperbaiki karma oleh para dewa dewi dalam konteks kisah ini. Karean disini ada kerancuan konsep ttg hal itu mengigat cerita ini lebih berdasarkan pada konsep Taois ( walau terjadi sinkretisme pandangan Buddhis). Tetapi karean ceritanya dalam situasi Tionghoa Taois, sebaiknya istilah karma yg lebih spesifik Buddhis di ganti dengan istilah yang lebih tepat sesuai konsep Tionghoa Taois. Terima kasih atas penjelasan Ko David Kwa. --- 2009/6/8 David Kwa david_kwa2003@ Karma (Sansekerta) atau Kamma (Pali) artinya kan 'perbuatan'. Jadi frasa memperbaiki karma/kamma bukan berarti memperbaiki keberuntungan/nasib, tapi memperbaiki perbuatan (kita). Karma baik adalah perbuatan baik. Lebih baik istilah ini tidak dirancukan maknanya. -- Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote: Sdr Tantono, Ini kisah yang baik dan mencerahkan. Saya ada usulan untuk lebih baik mungkin tidak memakai kata '*karma' *dalam konteks ini, kalau dalam kisah lama biasanya dipakai istilah Melayu: peruntungan atau nasib, mungkin lebih pas. Salam saya, HYJ - 2009/6/3 Tantono Subagyo tantono@ Rekans, untuk memperbaiki karma atas usulan sdr Kendy Tan saya sajikan kutipan Hakim Pao Menggugat Raja Neraka Giam Loo Ong tanpa forward dan tanpa puluhan alamat email, semoga berkenan.
Re: [budaya_tionghua] Re: Untuk memperbaiki karma : Fw: HAKIM PAO Menggugat Raja Neraka GIAM LO ONG.
Oh, ok terima kasih kalau batasan kemampuan penjelasan anda sampai disitu saja. Selesai lah sudah hak ini sampai disini saja, dan terima kasih atas waktunya. 2009/6/10 ardian_c ardia...@yahoo.co.id justru itu penjelasan Dapit memperkuat penggunaan istilah karma. Wong namanya sinkretisme mbuh mo ala Tao kek ala Buddhisme kek sudah ada. Istilah hukum karma dalam bahasa mandarin itu ya YINGUO. BTW raja YuanLuo alias Giam Lo Ong itu raja YAMA lho. Di Thailand sendiri banyak kisah2 yg mirip2 kayak begini yg bertebaran di masyarakat sana. Apa itu jg sinkretisme ? Contohnya Nang Nak yg sekarang jadi dewi pelindung wanita hamil hueheheheheheheheheheh4e --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: Betul sekali penjelasan dari Ko David Kwa, oleh karena itu tidak cocok kata mamperbaiki karma oleh para dewa dewi dalam konteks kisah ini. Karean disini ada kerancuan konsep ttg hal itu mengigat cerita ini lebih berdasarkan pada konsep Taois ( walau terjadi sinkretisme pandangan Buddhis). Tetapi karean ceritanya dalam situasi Tionghoa Taois, sebaiknya istilah karma yg lebih spesifik Buddhis di ganti dengan istilah yang lebih tepat sesuai konsep Tionghoa Taois. Terima kasih atas penjelasan Ko David Kwa. 2009/6/8 David Kwa david_kwa2...@... Karma (Sansekerta) atau Kamma (Pali) artinya kan 'perbuatan'. Jadi frasa memperbaiki karma/kamma bukan berarti memperbaiki peruntungan/nasib, tapi memperbaiki perbuatan (kita). Karma baik adalah perbuatan baik. Lebih baik istilah ini tidak dirancukan maknanya. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.combudaya_tionghua% 40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote: Sdr Tantono, Ini kisah yang baik dan mencerahkan. Saya ada usulan untuk lebih baik mungkin tidak memakai kata '*karma' *dalam konteks ini, kalau dalam kisah lama biasanya dipakai istilah Melayu : peruntungan aau nasib, mungkin lebih pas. Salam saya, HYJ 2009/6/3 Tantono Subagyo tantono@ Rekans, untuk memperbaiki karma atas usulan sdr Kendy Tan saya sajikan kutipan Hakim Pao Menggugat Raja Neraka Giam Loo Ong tanpa forward dan tanpa puluhan alamat email, semoga berkenan. HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka GIAM LO ONG Diambil dari arsip diskusi di http://siutao.com Diskusi antara LindaKL SHAN MAO, pada April 2006. *HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka *: *Menggugat Karma Buruk Seorang Bocah Malang*. BANYAK orang sering terheran-heran melihat nasib malang seseorang, yang padahal selalu berbuat kebaikan. Contohnya seseorang yang dikenal sangat mulia hatinya, namun menemui kematian secara mengenaskan, dibunuh oleh penjahat yang mengincar hartanya misalnya. Mungkinkah Tuhan tidak bertindak adil ? Mungkin pula dalam hati kecil anda terkadang berprasangka, Tuhan telah berbuat tidak adil karena kesialan yang tengah menimpa diri anda ? Ada sebuah kisah legenda dari dongeng Tiongkok untuk menjawab keraguan anda tersebut. Begini ceritanya seperti dikutip dari bacaan Sekolah Minghui. Terjadi pada zaman Song Utara, saat Pao Kong (alias Bao Zheng) menjabat sebagai Xiang (Hakim Agung pada zaman Tiongkok kuno). Di sebuah desa hidup seorang anak yatim piatu berusia sepuluh tahun yang menderita cacat kaki. Hidupnya sangat menderita hanya mengandalkan bantuan para tetangga dan warga desa atau mengemis demi menyambung hidup. Di perbatasan desa mengalir sebuah sungai, warga desa dan pendatang harus berbasah-basah saat melewatinya, terutama bagi orang tua yang berusia lanjut sangat menyulitkan. Setiap kali air sungai meluap orang tak bisa menyeberang. Tahun berganti tahun, tiada yang berikhtiar ingin mengubahnya. Sampai sekarang, orang mulai melihat si bocah cacat tekun mengangkat batu besar dan menatanya di tepi sungai. Ketika ditanya untuk apa batu-batu itu ia menjawab, ?Aku ingin membangun sebuah jembatan, agar tetangga dan warga desa bisa leluasa lewat.? Orang-orang beranggapan ia berkhayal, malah kebanyakan tertawa meledek. Namun lambat laun, bulan berganti tahun, bebatuan telah menumpuk bagaikan bukit. Warga desa mulai berubah pendirian, mereka merasa terharu pada semangat si bocah hingga ikutan membantu mengangkut batu serta mulai membangun jembatan. Para warga pun mengundang beberapa tukang dan memulai pembangunan jembatan. Si bocah cacat dengan sepenuh jiwa raga berpartisipasi. Belum sampai jembatan selesai dibangun, saat membelah sebuah batu besar, pecahannya meletik dan melukai sepasang matanya hingga menjadi buta. Orang-orang menyayangkan, menggerutu, bahkan menyalahkan Thian (Tuhan) tidak adil. Anak yang begitu
Re: [budaya_tionghua] Re: Untuk memperbaiki karma : Fw: HAKIM PAO Menggugat Raja Neraka GIAM LO ONG.
Betul sekali penjelasan dari Ko David Kwa, oleh karena itu tidak cocok kata mamperbaiki karma oleh para dewa dewi dalam konteks kisah ini. Karean disini ada kerancuan konsep ttg hal itu mengigat cerita ini lebih berdasarkan pada konsep Taois ( walau terjadi sinkretisme pandangan Buddhis). Tetapi karean ceritanya dalam situasi Tionghoa Taois, sebaiknya istilah karma yg lebih spesifik Buddhis di ganti dengan istilah yang lebih tepat sesuai konsep Tionghoa Taois. Terima kasih atas penjelasan Ko David Kwa. 2009/6/8 David Kwa david_kwa2...@yahoo.com Karma (Sansekerta) atau Kamma (Pali) artinya kan 'perbuatan'. Jadi frasa memperbaiki karma/kamma bukan berarti memperbaiki peruntungan/nasib, tapi memperbaiki perbuatan (kita). Karma baik adalah perbuatan baik. Lebih baik istilah ini tidak dirancukan maknanya. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: Sdr Tantono, Ini kisah yang baik dan mencerahkan. Saya ada usulan untuk lebih baik mungkin tidak memakai kata '*karma' *dalam konteks ini, kalau dalam kisah lama biasanya dipakai istilah Melayu : peruntungan aau nasib, mungkin lebih pas. Salam saya, HYJ 2009/6/3 Tantono Subagyo tant...@... Rekans, untuk memperbaiki karma atas usulan sdr Kendy Tan saya sajikan kutipan Hakim Pao Menggugat Raja Neraka Giam Loo Ong tanpa forward dan tanpa puluhan alamat email, semoga berkenan. HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka GIAM LO ONG Diambil dari arsip diskusi di http://siutao.com Diskusi antara LindaKL SHAN MAO, pada April 2006. *HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka *: *Menggugat Karma Buruk Seorang Bocah Malang*. BANYAK orang sering terheran-heran melihat nasib malang seseorang, yang padahal selalu berbuat kebaikan. Contohnya seseorang yang dikenal sangat mulia hatinya, namun menemui kematian secara mengenaskan, dibunuh oleh penjahat yang mengincar hartanya misalnya. Mungkinkah Tuhan tidak bertindak adil ? Mungkin pula dalam hati kecil anda terkadang berprasangka, Tuhan telah berbuat tidak adil karena kesialan yang tengah menimpa diri anda ? Ada sebuah kisah legenda dari dongeng Tiongkok untuk menjawab keraguan anda tersebut. Begini ceritanya seperti dikutip dari bacaan Sekolah Minghui. Terjadi pada zaman Song Utara, saat Pao Kong (alias Bao Zheng) menjabat sebagai Xiang (Hakim Agung pada zaman Tiongkok kuno). Di sebuah desa hidup seorang anak yatim piatu berusia sepuluh tahun yang menderita cacat kaki. Hidupnya sangat menderita hanya mengandalkan bantuan para tetangga dan warga desa atau mengemis demi menyambung hidup. Di perbatasan desa mengalir sebuah sungai, warga desa dan pendatang harus berbasah-basah saat melewatinya, terutama bagi orang tua yang berusia lanjut sangat menyulitkan. Setiap kali air sungai meluap orang tak bisa menyeberang. Tahun berganti tahun, tiada yang berikhtiar ingin mengubahnya. Sampai sekarang, orang mulai melihat si bocah cacat tekun mengangkat batu besar dan menatanya di tepi sungai. Ketika ditanya untuk apa batu-batu itu ia menjawab, ?Aku ingin membangun sebuah jembatan, agar tetangga dan warga desa bisa leluasa lewat.? Orang-orang beranggapan ia berkhayal, malah kebanyakan tertawa meledek. Namun lambat laun, bulan berganti tahun, bebatuan telah menumpuk bagaikan bukit. Warga desa mulai berubah pendirian, mereka merasa terharu pada semangat si bocah hingga ikutan membantu mengangkut batu serta mulai membangun jembatan. Para warga pun mengundang beberapa tukang dan memulai pembangunan jembatan. Si bocah cacat dengan sepenuh jiwa raga berpartisipasi. Belum sampai jembatan selesai dibangun, saat membelah sebuah batu besar, pecahannya meletik dan melukai sepasang matanya hingga menjadi buta. Orang-orang menyayangkan, menggerutu, bahkan menyalahkan Thian (Tuhan) tidak adil. Anak yang begitu patut dikasihani, yang telah sepenuh hati berkorban demi orang banyak malah memperoleh musibah. Akan tetapi si bocah sama sekali tak mengeluh, setiap hari tetap muncul di proyek pembangunan jembatan itu meskipun tertatih-tatih, dengan meraba-raba ia mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan. Akhirnya jembatan selesai dibangun melalui gotong-royong warga. Semua orang di pesta syukuran menatap si bocah yang sudah cacat kaki dan hidup sebatang kara sekarang ditambah buta matanya, dengan rasa terima kasih, iba dan sayang. Si bocah sendiri walau tidak bisa melihat apa pun, tetap tersenyum bahagia. Di luar dugaan mendadak turun hujan deras yang tak sesuai musim, seolah-olah hendak mencuci debu yang menempel di jembatan batu tersebut. Hujan dan geledek gemuruh menunjukkan pamornya. Tiba-tiba petir berkelebat menyilaukan hingga semua orang menutup mata mereka, disusul suaranya meledak bak hendak memecahkan gendang telinga. Ketika semua orang membuka mata mereka kembali
Re: [budaya_tionghua] Sebutan keluarga
Kamsia, Ko Liang U, terima kasih atas penjelasannya. Hormat saya, 2009/6/8 liang u lian...@yahoo.com Dik Ning, Ini saya lampirkan, buka dengan Chinese Simplied GB 2312 : a cek : 阿叔, a cim: 阿婶, a kim 阿妗, a'm 阿姆。躲alam dialek Hokkian a bisa juga disebut an 安, di Ciangciu di baca ng, tapi bunyi bisa berubah menjadi n atau m, tergantung huruf di belakangnya. misalnya ncek, ncim, ngkim, a'm. Ng,n,m tidak menggunakan e karena memang bunyi e hampir tak ada. Semoga membantu Kiongchiu Liang U --- On *Sun, 6/7/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote: From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com Subject: [budaya_tionghua] Sebutan keluarga To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Sunday, June 7, 2009, 11:26 AM Sdr. Sekalian Yth., Bisa tolong , tulisan untuk *a-cek, a-kim, a-em* seperti apa . Terima kasih.
[budaya_tionghua] Sebutan keluarga
Sdr. Sekalian Yth., Bisa tolong , tulisan untuk *a-cek, a-kim, a-em* seperti apa . Terima kasih.
Re: [budaya_tionghua] Untuk memperbaiki karma : Fw: HAKIM PAO Menggugat Raja Neraka GIAM LO ONG.
Sdr Tantono, Ini kisah yang baik dan mencerahkan. Saya ada usulan untuk lebih baik mungkin tidak memakai kata '*karma' *dalam konteks ini, kalau dalam kisah lama biasanya dipakai istilah Melayu : peruntungan aau nasib, mungkin lebih pas. Salam saya, HYJ 2009/6/3 Tantono Subagyo tant...@gmail.com Rekans, untuk memperbaiki karma atas usulan sdr Kendy Tan saya sajikan kutipan Hakim Pao Menggugat Raja Neraka Giam Loo Ong tanpa forward dan tanpa puluhan alamat email, semoga berkenan. HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka GIAM LO ONG Diambil dari arsip diskusi di http://siutao.com Diskusi antara LindaKL SHAN MAO, pada April 2006. *HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka *: *Menggugat Karma Buruk Seorang Bocah Malang*. BANYAK orang sering terheran-heran melihat nasib malang seseorang, yang padahal selalu berbuat kebaikan.Contohnya seseorang yang dikenal sangat mulia hatinya, namun menemui kematian secara mengenaskan, dibunuh oleh penjahat yang mengincar hartanya misalnya.Mungkinkah Tuhan tidak bertindak adil ?Mungkin pula dalam hati kecil anda terkadang berprasangka, Tuhan telah berbuat tidak adil karena kesialan yang tengah menimpa diri anda ? Ada sebuah kisah legenda dari dongeng Tiongkok untuk menjawab keraguan anda tersebut.Begini ceritanya seperti dikutip dari bacaan Sekolah Minghui. Terjadi pada zaman Song Utara, saat Pao Kong (alias Bao Zheng) menjabat sebagai Xiang (Hakim Agung pada zaman Tiongkok kuno). Di sebuah desa hidup seorang anak yatim piatu berusia sepuluh tahun yang menderita cacat kaki. Hidupnya sangat menderita hanya mengandalkan bantuan para tetangga dan warga desa atau mengemis demi menyambung hidup. Di perbatasan desa mengalir sebuah sungai, warga desa dan pendatang harus berbasah-basah saat melewatinya, terutama bagi orang tua yang berusia lanjut sangat menyulitkan. Setiap kali air sungai meluap orang tak bisa menyeberang. Tahun berganti tahun, tiada yang berikhtiar ingin mengubahnya. Sampai sekarang, orang mulai melihat si bocah cacat tekun mengangkat batu besar dan menatanya di tepi sungai. Ketika ditanya untuk apa batu-batu itu ia menjawab, “Aku ingin membangun sebuah jembatan, agar tetangga dan warga desa bisa leluasa lewat.”Orang-orang beranggapan ia berkhayal, malah kebanyakan tertawa meledek.Namun lambat laun, bulan berganti tahun, bebatuan telah menumpuk bagaikan bukit. Warga desa mulai berubah pendirian, mereka merasa terharu pada semangat si bocah hingga ikutan membantu mengangkut batu serta mulai membangun jembatan. Para warga pun mengundang beberapa tukang dan memulai pembangunan jembatan.Si bocah cacat dengan sepenuh jiwa raga berpartisipasi. Belum sampai jembatan selesai dibangun, saat membelah sebuah batu besar, pecahannya meletik dan melukai sepasang matanya hingga menjadi buta. Orang-orang menyayangkan, menggerutu, bahkan menyalahkan Thian (Tuhan) tidak adil.Anak yang begitu patut dikasihani, yang telah sepenuh hati berkorban demi orang banyak malah memperoleh musibah.Akan tetapi si bocah sama sekali tak mengeluh, setiap hari tetap muncul di proyek pembangunan jembatan itu meskipun tertatih-tatih, dengan meraba-raba ia mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan. Akhirnya jembatan selesai dibangun melalui gotong-royong warga.Semua orang di pesta syukuran menatap si bocah yang sudah cacat kaki dan hidup sebatang kara sekarang ditambah buta matanya, dengan rasa terima kasih, iba dan sayang.Si bocah sendiri walau tidak bisa melihat apa pun, tetap tersenyum bahagia. Di luar dugaan mendadak turun hujan deras yang tak sesuai musim, seolah-olah hendak mencuci debu yang menempel di jembatan batu tersebut. Hujan dan geledek gemuruh menunjukkan pamornya.Tiba-tiba petir berkelebat menyilaukan hingga semua orang menutup mata mereka, disusul suaranya meledak bak hendak memecahkan gendang telinga.Ketika semua orang membuka mata mereka kembali, mereka menemukan si bocah telah tersambar petir, terkapar di tanah tanpa nyawa lagi.Semuanya tersentak kaget, diikuti luapan perasaan sedih, mengeluh kenapa si bocah begitu buruk nasibnya, dan menuding Thian tidak adil …. Saat itulah Pao, yang dijuluki rakyat kecil sebagai Hakim yang Bersih dan Adil, dalam perjalanan dinas melewati desa itu.Rakyat berbondong-bondong menghadang tandunya tersebut untuk memohon keadilan bagi si bocah malang. Kepala Desa bertanya, “Mengapa orang baik tak memperoleh imbalan baik ? Untuk selanjutnya bagaimana bisa menjadi contoh orang yang baik ?Mungkin orang malah berpendapat lebih enak berbuat jahat saja?” Hakim Pao yang kenyang makan asam garam dunia, tergugah oleh emosi penduduk desa, mengayun kuas pit dan menulis 6 aksara, “Mana-boleh Berbuat Jahat Tidak Berbuat Bajik ?”.Kemudian mengibaskan lengan bajunya yang panjang sambil memerintahkan melanjutkan perjalanan. Tiba di kota raja, Hakim Pao menghadap Raja untuk melaporkan hasil perjalanan dinas dan semua peristiwa
Re: [budaya_tionghua] Re: Untuk memperbaiki karma : Fw: HAKIM PAO Menggugat Raja Neraka GIAM LO ONG.
Bila yinguo berarti sebab akibat ya bisa saja disebut demikian saja atau hukum sebab akibat. Karena tetap tidak tepat disebut karma, atau hukum karma, karean hukum karma adalah sebagian dari hukum sebab akibat dan bukan sebaliknya. Salam saya. 2009/6/7 ardian_c ardia...@yahoo.co.id dalam cerita aslinya menggunakan kata yinguo atau dalam bahasa indonesia hukum karma/sebab akibat. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: Sdr Tantono, Ini kisah yang baik dan mencerahkan. Saya ada usulan untuk lebih baik mungkin tidak memakai kata '*karma' *dalam konteks ini, kalau dalam kisah lama biasanya dipakai istilah Melayu : peruntungan aau nasib, mungkin lebih pas. Salam saya, HYJ 2009/6/3 Tantono Subagyo tant...@... Rekans, untuk memperbaiki karma atas usulan sdr Kendy Tan saya sajikan kutipan Hakim Pao Menggugat Raja Neraka Giam Loo Ong tanpa forward dan tanpa puluhan alamat email, semoga berkenan. HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka GIAM LO ONG Diambil dari arsip diskusi di http://siutao.com Diskusi antara LindaKL SHAN MAO, pada April 2006. *HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka *: *Menggugat Karma Buruk Seorang Bocah Malang*. BANYAK orang sering terheran-heran melihat nasib malang seseorang, yang padahal selalu berbuat kebaikan. Contohnya seseorang yang dikenal sangat mulia hatinya, namun menemui kematian secara mengenaskan, dibunuh oleh penjahat yang mengincar hartanya misalnya. Mungkinkah Tuhan tidak bertindak adil ? Mungkin pula dalam hati kecil anda terkadang berprasangka, Tuhan telah berbuat tidak adil karena kesialan yang tengah menimpa diri anda ? Ada sebuah kisah legenda dari dongeng Tiongkok untuk menjawab keraguan anda tersebut. Begini ceritanya seperti dikutip dari bacaan Sekolah Minghui. Terjadi pada zaman Song Utara, saat Pao Kong (alias Bao Zheng) menjabat sebagai Xiang (Hakim Agung pada zaman Tiongkok kuno). Di sebuah desa hidup seorang anak yatim piatu berusia sepuluh tahun yang menderita cacat kaki. Hidupnya sangat menderita hanya mengandalkan bantuan para tetangga dan warga desa atau mengemis demi menyambung hidup. Di perbatasan desa mengalir sebuah sungai, warga desa dan pendatang harus berbasah-basah saat melewatinya, terutama bagi orang tua yang berusia lanjut sangat menyulitkan. Setiap kali air sungai meluap orang tak bisa menyeberang. Tahun berganti tahun, tiada yang berikhtiar ingin mengubahnya. Sampai sekarang, orang mulai melihat si bocah cacat tekun mengangkat batu besar dan menatanya di tepi sungai. Ketika ditanya untuk apa batu-batu itu ia menjawab, Aku ingin membangun sebuah jembatan, agar tetangga dan warga desa bisa leluasa lewat. Orang-orang beranggapan ia berkhayal, malah kebanyakan tertawa meledek. Namun lambat laun, bulan berganti tahun, bebatuan telah menumpuk bagaikan bukit. Warga desa mulai berubah pendirian, mereka merasa terharu pada semangat si bocah hingga ikutan membantu mengangkut batu serta mulai membangun jembatan. Para warga pun mengundang beberapa tukang dan memulai pembangunan jembatan. Si bocah cacat dengan sepenuh jiwa raga berpartisipasi. Belum sampai jembatan selesai dibangun, saat membelah sebuah batu besar, pecahannya meletik dan melukai sepasang matanya hingga menjadi buta. Orang-orang menyayangkan, menggerutu, bahkan menyalahkan Thian (Tuhan) tidak adil. Anak yang begitu patut dikasihani, yang telah sepenuh hati berkorban demi orang banyak malah memperoleh musibah. Akan tetapi si bocah sama sekali tak mengeluh, setiap hari tetap muncul di proyek pembangunan jembatan itu meskipun tertatih-tatih, dengan meraba-raba ia mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan. Akhirnya jembatan selesai dibangun melalui gotong-royong warga. Semua orang di pesta syukuran menatap si bocah yang sudah cacat kaki dan hidup sebatang kara sekarang ditambah buta matanya, dengan rasa terima kasih, iba dan sayang. Si bocah sendiri walau tidak bisa melihat apa pun, tetap tersenyum bahagia. Di luar dugaan mendadak turun hujan deras yang tak sesuai musim, seolah-olah hendak mencuci debu yang menempel di jembatan batu tersebut. Hujan dan geledek gemuruh menunjukkan pamornya. Tiba-tiba petir berkelebat menyilaukan hingga semua orang menutup mata mereka, disusul suaranya meledak bak hendak memecahkan gendang telinga. Ketika semua orang membuka mata mereka kembali, mereka menemukan si bocah telah tersambar petir, terkapar di tanah tanpa nyawa lagi. Semuanya tersentak kaget, diikuti luapan perasaan sedih, mengeluh kenapa si bocah begitu buruk nasibnya, dan menuding Thian tidak adil …. Saat itulah Pao, yang dijuluki rakyat kecil sebagai Hakim yang Bersih dan Adil, dalam perjalanan dinas melewati desa itu. Rakyat berbondong-bondong menghadang tandunya tersebut untuk
[budaya_tionghua] Re: Boe Lo Loe - surat private [1 Attachment]
Mpe An Tong ( Mpe Pece) bukan cucu Ma Suhu, dia murid pengikut Ma Suhu dan mondok di bio sejak Ma Suhu meninggal. Ma Suhu tak punya keturunan. Anak angkatnya Ma Suhu adalah Oej Lo Hie yg diangakt anak dengann kaitan dari istrinya yang kebetulan juga bukan orang lain tapi masih sudara Piauw. Mama dari istri Oej Lo Hie adalah masih ie-ie ke Ma Suhu. Coba saya coba kirim lagi ya. The Boan An (yg memberikan meja dan papan sembayang Sam Kauw) memang tokoh Sam Kauw dan masih dikenal sebagain orang di sebagian orang Tri Dharma, coba nanti saya cari tahu lagi tentang beliau.Kalau tidak salah beliau adalah Bhikku Ashin Jinarakita pendiri kelompok Buddhayana. Tapi saya akan cari kepastiannya lagi Hormat saya, NMW 2009/5/8 ANDREAS MIHARDJA mihar...@pacbell.net Maafkan attachementnya bukan foto tetapi text yg tidak dpt dibaca. Cucu Ma Suhu yg menjadi hweshio namanya adalah Mpe An Tong [ mpe pecek] Jikalau masih ada fotonya tolong kirimkan ulang Andreas --- On *Fri, 5/8/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote: From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com Subject: Re: Boe Lo Loe - surat private To: mihar...@pacbell.net, budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Friday, May 8, 2009, 12:02 AM Dear Andreas, Sekarang secara de jure di bawah tanggung jawab Teng Hay Suhu dari Vihara Vajra Bodhi di pertigaan Tajur Tan Ek Coan Bogor. Kalu sehari-hari sepertinya di pegang oleh Ko A Hak dan beberapa orang anak muda dari Jawa Tengah. Sepertinya semua pengurusnya sudah tidak ada orang Bogor karean yang berkumpul kebanyakan orang Bangka. Kebetulan hari ini saya ada datang ke sana, saya lampirkan beberapa fotonya . Hormat saya, NMW 2009/5/7 ANDREAS MIHARDJA mihar...@pacbell.net Ning - aku ini dlm 1960 sering keluar masuk kelenteng ini sebelum saya berangkat keluar negeri utk mencari ilmu. Suhu yg kalian sebut Mpe pecek dgn saya berhubungan baik sekali dan dia yg mengatakan bahwa penghidupan saya harus diluar Indonesia [waktu itu masih 1961 jadi belum ada keributan diBogor] Sebelum saya berangkat dia ada permintaan kepada saya utk mencarikan kartu utk kuamiah yg hanya dpt diketemukan di Nederland. Dgn susah payah saya mencari dan baru setelah dia meninggal saya menemukannya dan mengirim perjanjian ini kepada cucunya yg memelihara kelenteng tsb waktu itu setelah lebigh dari 20 thn. Oleh karena itu tolong berikan kabar dan info - siapa yg sekarang menjadi bestuur dari kelenteng ini - maafkan saya tidak tahu nama² baru aliran ini. Mungkin sdr dapat memberikan penerangan dan memberikan tahu keperluan mereka. Andreas /TTH --- On *Thu, 5/7/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote: From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Boe Lo Loe - sebuah kelenteng yang dinamai greja dalam bhs Melayu Rendah To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, May 7, 2009, 1:21 AM Ko David Kwa, Mudah-mudahan tulisan kita bisa menggugah orang lain supaya ada memiliki rasa perhatian dan prihatin yang mendalam atas warisan budaya para leluhur kita. Salam Hormat, NMW 2009/5/5 David Kwa david_kwa2003@ yahoo.com david_kwa2...@yahoo.com Sdr. Tie Tie yang baik, Ban-ban kamsia atas pencerahan anda. Menarik sekali menyimak pemaparan anda tentang Gredja Boeloloe yang tidak diketahui orang banyak. Beberapa kali owe berkunjung ke sana, mengagumi keindahannya setelah tiam hio, tapi owe tidak tahu riwayat Gredja ini yang ternyata begitu menarik. Bahkan seorang teman asli Bogor yang tinggal tak jauh dari situ pun sering menyebut namanya hanya Koan Im Bio, tanpa ada penjelasan lain. Kalau nama Boeloloe artinya “Jalan Tanpa Usia Tua,†maka aksara Tionghoanya seharusnya ç„¡è€ è·¯ dan dibacanya bu lo lou. Aneh juga namanya ya, tapi owe yakin nama tersebut diberikan bukan tanpa sebab. Memang, pertama kali owe berkunjung ke sana, owe melihat ada dua Meja Abu berukir halus ber-kimpoh é‡`ç® (Man. jinbo, atau prada) khas Peranakan, masing-masing untuk “Abu†Ma Suhu Tan Eng Nio dan Mpe Pece. Tapi betapa “mencelos†hati owe, ketika suatu waktu owe berkunjung lagi, kedua Meja Abu indah itu sudah disingkirkan ke tembok di samping kanan bangunan utama, dekat Klinik Dharmakaya yang sekarang sudah dibongkar, sementara Meja Sembahyang Thni-kong 天公 diletakkan di sisi tembok yang lain, menghadap ke dalam, berseberangan dengan altar Mo San Cousu 茅山祖師 (Man. Maoshan Zushi) di bangunan belakang. Setiap kali owe ke Gredja ini, owe selalu menyempati diri untuk melihat keberadaannya semari berharap, mudah-mudahan kedua Meja Abu dan Meja Sembahyang ini masih ada di tempatnya dan tidak “berpindah tempat†ke rumah salah satu kolektor antik. Owe belum mencek lagi ke sana, mudah-mudahan saja masih ada. Kiongchiu, DK Ning M. Widjaja wrote: Saudara Sekalian, Saya ingin berbagi cerita tentang Kelenteng yang dinamai Greja Boe Lo Lou, Jalan Tanpa Usia Tua) yang berlokasi di Sukasari, Kota Bogor. Demikianlah seberapa sedikit yang saya alami
[budaya_tionghua] Re: Boe Lo Loe - surat private [1 Attachment]
Dear Andreas, Sekarang secara de jure di bawah tanggung jawab Teng Hay Suhu dari Vihara Vajra Bodhi di pertigaan Tajur Tan Ek Coan Bogor. Kalu sehari-hari sepertinya di pegang oleh Ko A Hak dan beberapa orang anak muda dari Jawa Tengah. Sepertinya semua pengurusnya sudah tidak ada orang Bogor karean yang berkumpul kebanyakan orang Bangka. Kebetulan hari ini saya ada datang ke sana, saya lampirkan beberapa fotonya . Hormat saya, NMW 2009/5/7 ANDREAS MIHARDJA mihar...@pacbell.net Ning - aku ini dlm 1960 sering keluar masuk kelenteng ini sebelum saya berangkat keluar negeri utk mencari ilmu. Suhu yg kalian sebut Mpe pecek dgn saya berhubungan baik sekali dan dia yg mengatakan bahwa penghidupan saya harus diluar Indonesia [waktu itu masih 1961 jadi belum ada keributan diBogor] Sebelum saya berangkat dia ada permintaan kepada saya utk mencarikan kartu utk kuamiah yg hanya dpt diketemukan di Nederland. Dgn susah payah saya mencari dan baru setelah dia meninggal saya menemukannya dan mengirim perjanjian ini kepada cucunya yg memelihara kelenteng tsb waktu itu setelah lebigh dari 20 thn. Oleh karena itu tolong berikan kabar dan info - siapa yg sekarang menjadi bestuur dari kelenteng ini - maafkan saya tidak tahu nama² baru aliran ini. Mungkin sdr dapat memberikan penerangan dan memberikan tahu keperluan mereka. Andreas /TTH --- On *Thu, 5/7/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote: From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Boe Lo Loe - sebuah kelenteng yang dinamai greja dalam bhs Melayu Rendah To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, May 7, 2009, 1:21 AM Ko David Kwa, Mudah-mudahan tulisan kita bisa menggugah orang lain supaya ada memiliki rasa perhatian dan prihatin yang mendalam atas warisan budaya para leluhur kita. Salam Hormat, NMW 2009/5/5 David Kwa david_kwa2003@ yahoo.com david_kwa2...@yahoo.com Sdr. Tie Tie yang baik, Ban-ban kamsia atas pencerahan anda. Menarik sekali menyimak pemaparan anda tentang Gredja Boeloloe yang tidak diketahui orang banyak. Beberapa kali owe berkunjung ke sana, mengagumi keindahannya setelah tiam hio, tapi owe tidak tahu riwayat Gredja ini yang ternyata begitu menarik. Bahkan seorang teman asli Bogor yang tinggal tak jauh dari situ pun sering menyebut namanya hanya Koan Im Bio, tanpa ada penjelasan lain. Kalau nama Boeloloe artinya “Jalan Tanpa Usia Tua,†maka aksara Tionghoanya seharusnya ç„¡è€ è·¯ dan dibacanya bu lo lou. Aneh juga namanya ya, tapi owe yakin nama tersebut diberikan bukan tanpa sebab. Memang, pertama kali owe berkunjung ke sana, owe melihat ada dua Meja Abu berukir halus ber-kimpoh é‡`ç® (Man. jinbo, atau prada) khas Peranakan, masing-masing untuk “Abu†Ma Suhu Tan Eng Nio dan Mpe Pece. Tapi betapa “mencelos†hati owe, ketika suatu waktu owe berkunjung lagi, kedua Meja Abu indah itu sudah disingkirkan ke tembok di samping kanan bangunan utama, dekat Klinik Dharmakaya yang sekarang sudah dibongkar, sementara Meja Sembahyang Thni-kong 天公 diletakkan di sisi tembok yang lain, menghadap ke dalam, berseberangan dengan altar Mo San Cousu 茅山祖師 (Man. Maoshan Zushi) di bangunan belakang. Setiap kali owe ke Gredja ini, owe selalu menyempati diri untuk melihat keberadaannya semari berharap, mudah-mudahan kedua Meja Abu dan Meja Sembahyang ini masih ada di tempatnya dan tidak “berpindah tempat†ke rumah salah satu kolektor antik. Owe belum mencek lagi ke sana, mudah-mudahan saja masih ada. Kiongchiu, DK Ning M. Widjaja wrote: Saudara Sekalian, Saya ingin berbagi cerita tentang Kelenteng yang dinamai Greja Boe Lo Lou, Jalan Tanpa Usia Tua) yang berlokasi di Sukasari, Kota Bogor. Demikianlah seberapa sedikit yang saya alami sendiri dan seberapa sedikit yang saya dengar. Mohon masukannya. Demikianlah yg saya ketahui klenteng Greja Boe Lo Loe yang dimasa orba diganti nama menjadi Vihara Dewi Bulan Candrasari dan lalu sekarang menjadi Vihara Dharmakaya yang dikelola oleh kelompok Suhu Teng Hay dari Vihara Vajra Bodhi, Tajur, Bogor. Kelenteng ini dibangun atas kemurahan hati mendiang Ibu Tuan Tanah Kwitang yg bernama Teng Oen Giok di atas sebidang tanah yg cukup luas di tanjakan Sukasari pada awal tahun 1940'an (?). Kelenteng dibangun dalam bentuk vila dengan bangunan utama di tengah pekarangan dan sebuah menara tingkat 2 dengan tangga melingkar di sebelah timur bangunan utama. Bangunan tambahan terpisah berbentuk 'L' mengelilingi bangunan utama di sebelah barat dan utara. Dibangun dengan gaya campuran Belanda Tropis, dengan atap limasan. Jendela,pintu dan dan perabotan sebagian besar berukir gaya Tionghoa peranakan kemungkinan buatan Soanci. Sebagian kursi meja mempergunakan batu marmer bergambar Tay Li. Di setiap sudut pancuran terdapat gentong keramik raksasa untuk menampung air hujan sebagai air minum. Halaman muka belakang dan samping timur ditumbuhi tanaman lengkeng besar (sudah tumbang semua sekarang
Re: [budaya_tionghua] pembuat barongsai di kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak dan Singkawang
Bisa tanya Toko Tet Bun di Jl. GM Situt no. 52, Singkawang, telp (0562)632897, 08125779499. Salam hormat, NMW 2009/5/7 liberate_mymadness liberate_mymadn...@yahoo.com saya mau nanya, di kota Pontianak dan Singkawang tempat atau orang-orang yang pekerjaanya membuat Barongsai,dimana-mana aja sih???
Re: [budaya_tionghua] Re: Boe Lo Loe - sebuah kelenteng yang dinamai greja dalam bhs Melayu Rendah
Ko David Kwa, Mudah-mudahan tulisan kita bisa menggugah orang lain supaya ada memiliki rasa perhatian dan prihatin yang mendalam atas warisan budaya para leluhur kita. Salam Hormat, NMW 2009/5/5 David Kwa david_kwa2...@yahoo.com Sdr. Tie Tie yang baik, Ban-ban kamsia atas pencerahan anda. Menarik sekali menyimak pemaparan anda tentang Gredja Boeloloe yang tidak diketahui orang banyak. Beberapa kali owe berkunjung ke sana, mengagumi keindahannya setelah tiam hio, tapi owe tidak tahu riwayat Gredja ini yang ternyata begitu menarik. Bahkan seorang teman asli Bogor yang tinggal tak jauh dari situ pun sering menyebut namanya hanya Koan Im Bio, tanpa ada penjelasan lain. Kalau nama Boeloloe artinya “Jalan Tanpa Usia Tua,†maka aksara Tionghoanya seharusnya ç„¡è€ è·¯ dan dibacanya bu lo lou. Aneh juga namanya ya, tapi owe yakin nama tersebut diberikan bukan tanpa sebab. Memang, pertama kali owe berkunjung ke sana, owe melihat ada dua Meja Abu berukir halus ber-kimpoh é‡`ç® (Man. jinbo, atau prada) khas Peranakan, masing-masing untuk “Abu†Ma Suhu Tan Eng Nio dan Mpe Pece. Tapi betapa “mencelos†hati owe, ketika suatu waktu owe berkunjung lagi, kedua Meja Abu indah itu sudah disingkirkan ke tembok di samping kanan bangunan utama, dekat Klinik Dharmakaya yang sekarang sudah dibongkar, sementara Meja Sembahyang Thni-kong 天公 diletakkan di sisi tembok yang lain, menghadap ke dalam, berseberangan dengan altar Mo San Cousu 茅山祖師 (Man. Maoshan Zushi) di bangunan belakang. Setiap kali owe ke Gredja ini, owe selalu menyempati diri untuk melihat keberadaannya semari berharap, mudah-mudahan kedua Meja Abu dan Meja Sembahyang ini masih ada di tempatnya dan tidak “berpindah tempat†ke rumah salah satu kolektor antik. Owe belum mencek lagi ke sana, mudah-mudahan saja masih ada. Kiongchiu, DK Ning M. Widjaja wrote: Saudara Sekalian, Saya ingin berbagi cerita tentang Kelenteng yang dinamai Greja Boe Lo Lou, Jalan Tanpa Usia Tua) yang berlokasi di Sukasari, Kota Bogor. Demikianlah seberapa sedikit yang saya alami sendiri dan seberapa sedikit yang saya dengar. Mohon masukannya. Demikianlah yg saya ketahui klenteng Greja Boe Lo Loe yang dimasa orba diganti nama menjadi Vihara Dewi Bulan Candrasari dan lalu sekarang menjadi Vihara Dharmakaya yang dikelola oleh kelompok Suhu Teng Hay dari Vihara Vajra Bodhi, Tajur, Bogor. Kelenteng ini dibangun atas kemurahan hati mendiang Ibu Tuan Tanah Kwitang yg bernama Teng Oen Giok di atas sebidang tanah yg cukup luas di tanjakan Sukasari pada awal tahun 1940'an (?). Kelenteng dibangun dalam bentuk vila dengan bangunan utama di tengah pekarangan dan sebuah menara tingkat 2 dengan tangga melingkar di sebelah timur bangunan utama. Bangunan tambahan terpisah berbentuk 'L' mengelilingi bangunan utama di sebelah barat dan utara. Dibangun dengan gaya campuran Belanda Tropis, dengan atap limasan. Jendela,pintu dan dan perabotan sebagian besar berukir gaya Tionghoa peranakan kemungkinan buatan Soanci. Sebagian kursi meja mempergunakan batu marmer bergambar Tay Li. Di setiap sudut pancuran terdapat gentong keramik raksasa untuk menampung air hujan sebagai air minum. Halaman muka belakang dan samping timur ditumbuhi tanaman lengkeng besar (sudah tumbang semua sekarang). Seluruh bangunan dikelilingi tembok 2 lapis yang cukup tinggi dengan gerbang berlapis. Mendiang Nyonya Besar Teng Oen Giok mendedikasikan semua ini kepada Ma Suhu Tan Eng Nio ???^?Q??v??lanjutnya bangunan ini dikenal sebagai Bio Ma Suhu. Ma Suhu seorang biarawati yang tidak memotong dan tidak mengikat rambut dan selalu berpakaian putih dan memakai kain batik panjang. Sebelum menjadi suhu, beliau pernah menikah tanpa anak dan tinggal di Jatinegara, dan suaminya adalah pekerja di toko foto Djoa Djin Som di Matraman di sebelah jembatan kereta api dan selanjutnya juga menjadi Bioskop Sentral. Semeninggal suami, beliau menjadi Suhu dan tinggal di Bogor karena diperkirakan beliau kelahiran di Bantar Kambing, Semplak, Bogor dari lingkungan keluarga besar Kwee di sana. Kalau mendengarkan cerita, sepertinya Ma Suhu menjalankan ajaran Tantra bercampur aliran mistis Tao. Diakui memiliki kekuatan supernatural, berkebiasaan hanya minum dan makan yg dimask dengan air hujan, seorang vegetarian murni dan sangat memuja Dewi Kwan Im. Menara tingkat dua dipakai beliau untuk bertapa pada waktu-waktu tertentu dan dalam waktu yang lama. Konon menara ini selalu terkunci dan hanya boleh dikunjungi pada waktu tertentu setelah orang yang akan berkunjung melakukan cia chay beberapa hari. Seumur hidupnya beliau dilayani oleh pelayan setia yang bernama Acim On. Selama bertapa Ma Suhu mengunci diri dan tidak boleh diganggu dalam menara sampai beberpa hari. Ketika bertapa, beliau tidak makan dan minum dan hanya memakai selembar kain putih untuk menutupi badan. Dalam perjalanan waktu, Ma Suhu mengangkat beberapa murid dari wilayah Bogor dan dari Pasar Baru
Re: [budaya_tionghua] Renovasi Kelenteng!
Saya usahakan secepatnya, mohon maaf agak lama menunggu. Akan saya email langsung ke email pribadi. Hormat saya, NMW 2009/5/5 Ben ben_wihar...@yahoo.com.sg Jika sdr Ning M. Widjaja ada waktu dan bersedia, sy sungguh tertarik untuk melihat hasil scan tsb, trims -Original Message- From: Ning M. Widjaja Sent: 04/05/2009 10.40.09 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Renovasi Kelenteng! Sdr. Ben, Saya kebetulan ada buku untuk konstruksi atap model tiongkok dan pekerjaan kayu kapnya ygn sistim interlok. Bila tertarik boleh hubungi saya lewat email nanti saya buatkan scan gambarnya. ban di Kelenteng Lam Tjeng Bio å —é –å»Ÿ, Jakarta, Boen Tek Bio 文德廟, Tangerang, Tong Phek Bio æ ±å£ å»Ÿ, dan Ling Hok Bio é ˆç¦ å»Ÿ, Semarang―memungkinkan struktur atap yang melengkung hingga membentuk busur berdiameter luar biasa besar, pada gaya arsitektur Hokkian selatan. Kuda-kuda ini berbeda dengan kuda-kuda barat pada rumah modern kita, yang tidak memungkinkan lengkungan-lengkungan cantik seperti itu. Kuda-kuda barat menghasilkan struktur atap yang berupa garis lurus, sehingga atap yang melengkung tidak akan tercapai.  Di bawah ini ada beberapa gambar yang menjelaskan struktur kuda-kuda Tionghoa: yang sebagian boleh dapet ngunduh dari internet, sebagian lagi koleksi pribadi.   Sumber: http://www.reflection3d.com/chinesetraditionalarchitecturedan http://www.reflection3d.com/19Huang.pdf   Sumber: http://1.bp.blogspot.com/_eFESZhWXX-A/SUqVdB2cg8I/Abs/QBv6v58Kgkc/s400/Timber_hall.gif     Kelenteng Thian Hock Keng, Singapura, yang sudah dipugar dengan baik (kol. pribadi)   Kuda-kuda bangunan Depan (kol. pribadi)   Paseban Kelenteng Hwie Ing Kiong æƒ æ¦®å®®, Madiun (kol. pribadi)  Kiongchiu, DK  Ning M. Widjaja wrote:  Kelenteng tua umumnya terbuat dari kontruksi kayu dan berpondasi batu granit potongan. Bisa di lihat di klenteng Kwan Im di sebelah jembatan Ampera di Palembang. Juga kelenteng di pelabuhan Singaraja, Bali, Bun Tek Bio Tangerang, dan banyak kelenteng tua di pesisir utara P. Jawa mulai dari cirebon sampai ke Tuban (sayang kelenteng Tuban juga sudah di pugar). Konstruksi kayu sangat bagus terawat.  Mohon perhatian ada kecenderungan merubah bangunan kelenteng dengan bangunan modern, maklum ketidak tahuan pengurus kelenteng atas nilai arsitekturan sering menyedihkan dan berakibat rusaknya angunan kelenteng tua - contohnya seperti di Pulau Kemarau Palembang dan Kelenteng Bun San Bio di Tangerang.  Ben wrote:  Btw untuk kelenteng2 jaman dulu, struktur atapnya dibuat dengan bahan apa ya? Mengingat bentuknya yg cekung... Â
Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah tempat persembahyangan orang Tiong Hoa [1 Attachment]
Maaf Sdr. Ardian, Mungkin yg jelasnya saya kirimkan dlm format gambar saja tulisannya. Mohon penjelasan dan mohon bagaimana sebaikknya diterjemahkan kedalam bahasa Melayu. Salam hormat. 2009/5/4 ardian_c ardia...@yahoo.co.id fontnya gak keluar, apa yg dimaksud itu 院 ? 寺 ?or èˆ ï¼Ÿ kalu she èˆ itu pasnya disebut kuti --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, nmwhtt nmw...@... wrote: Saudara Sekalian, Kalau yang pake Ie #38498; dan Si #31072; artinya apa ya. Mohon sumbangsih pelikiran dan pengalaman saudara sekalian. Salam hormat. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote: ya jawaban gw seh gak sistematis, gak tau bisa diterima gak ya huehehehehehehehe kiong=gong, sebutan tempat ibadat Taoisme sejak jaman Tang, sebelonnya sebutannya macem2, bisa disebut jing, se jg bisa. sie=si, sekarang ini dipake utk sebutan tempat ibadat agama Buddha, aslinya itu sebutan buat tempat ibadat agama asing, contoh jingsi=gereja nestorian, qingzhen si=mesjid/sinagoga. Aslinya adalah pelataran tempat menambat kuda utk para tamu2 asing jaman dinasti Han. bio=miao, tempat ibadat penghormatan para leluhur jaman Xia, Shang, Zhou terutama buat keluarga kerajaan dan pejabat. RAKYAT jelata TIDAK ada HAK membangun MIAO. Masuk jaman QING, dibangun banyak WU MIAO=kelenteng Kwan Kong. Secara umum miao milik org Tionghoa walau ada bbrp miao yg memiliki ciri khas Taoisme atau Ruism. Contohnya Huang Daxian miao ( Tao , Hongong )Chi Gong miao ( Tao, Hongkong ), Wende Miao ( Ru, Surabaya ), Zeng Zi miao ( Ru, Tiongkok ), Kong Miao ( Ru, Tiongkok ). Tang itu tempat ibadat perseorangan/kecil, bisa mengacu kepada Tao, Buddhisme bahkan gereja sekarang ini pake sebutan jiao tang, sedangkan Ru di Indonesia pake sebutan Li Tang. Sebenarnya jaman dulu yg namanya shuyuan ( sekolah ) ada jiao tang dan li tang. An= khusus wanita, baik itu nigu/bhikkuni or jg daogu/tosu perempuan, bisa jg utk para caima yg jadi ciri khas Khe. Biasanya yg caima disebutnya Zai an. Gereja itu sebutan utk tempat ibadah tionghoa jaman belanda, ada satu tempat di Bogor yg masih ada tulisan Geredja Boeloe tapi itu papan nama dicabut dgn alesan itu adalah VIHARA ! Padahal di Geredja Boeloe ada altar yg namanya Sanjiao jiaozhu or pemimpin 3 agama, itu jg dilempar gak tau kemana. Yg masih tersisa itu Xuan Tian ShangDi yg ada diatas. Vihara itu hasil jerihpayah DEWI dewan wihara indonesia. Kelenteng ada bbrp pendapat tentang asal kata kelenteng : 1.Guan Yin Ting/ Kwan Im Teng 2.Bunyi2an ting ting But Kelenteng itu sebutan khas di Jawa. Di Kalimantan , di Singkawang misalnya sebutannya macam2, rata2 taipakung/pakung utk menyebut bio, cai tong ( bukan am ) utk para caima, sin miao buat para tatung/laoya/jitong/tangki. Sedangkan di Singapore tempat para jitong rata2 disebutnya shentan /sintua. Di Riau sebutannya disebut Laoya keng. Seee ? Moga2 bisa memuaskan biar jawaban gw amburadul gene --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com, nmwhtt nmwhtt@ wrote: Saudara - Saudara sekalian, Kalau kita perhatikan dengan seksama, tempat persembahyangan orang Tiong Hoa yang Hud Kauw, Kong Kauw, To Kau dan Sam Kauw ditulisnya pada namanya dengan sebutan yang beragam seperti BIO #24287; , KIONG #23470; , SHI #23546; , TONG #22530; , SI #31072; , dan beberapa istilah lagi. Ketika di terjemahkan dalam bahasa Melayu Tinggi ( Bahasa Indonesia ) karena tidak ada standarnya banyak yang menterjemahkan sebagai KLENTENG, KUIL, VIHARA dan bahkan saya pernah melihat papan nama sebuah tempat persembahyangan dengan sebutan GEREJA (walau sudah tidak dipakai lagi sekarang). Saya minta masukan dari para Saudara yang berapa banyak dan sedikit pengetahuan tentang ini agar bisa berbagi. Khususnya kepada Ko David Kwa yang penjelasannya sangat rational, systematis dan berpandangan luas tetapi tetap bebas, sangat saya harapkan pencerahannya. Hormat saya, (Masih Belajar Budi Pekerti)
Re: [budaya_tionghua] Renovasi Kelenteng!
Sdr. Ben, Saya kebetulan ada buku untuk konstruksi atap model tiongkok dan pekerjaan kayu kapnya ygn sistim interlok. Bila tertarik boleh hubungi saya lewat email nanti saya buatkan scan gambarnya. 2009/5/4 Ben ben_wihar...@yahoo.com.sg setelah melihat website yg sempat dikasi kmrn, sy masih bingung, itu pelengkungnya pakai bahan apa? Saat ini sy sdg menghitung pekerjaan pembangunan klenteng, menurut design dari arsitek pelengkung itu menggunakan plat beton yg dicor. -Original Message- From: David Kwa Sent: 04/05/2009 6.03.42 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Renovasi Kelenteng! Saya setuju Pak Xiao dan Pak Chen diundang kasih seminar tentang arsitektur Tionghoa tradisional. Mereka kan pakarnya. Tapi jangan cuma kita-kita aja yang diundang, para pengurus kelenteng utamanya wajib diundang, biar tidak salah waktu merenovasi. Bukannya merenovasi, salah-salah malah merusak! Kelenteng bagus-bagus malah jadi ancur secara arsitektur setelah direnovasi! --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote: secara umum rata2 atap rumah tiongkok membentuk lengkungan tidak ada yg murni lurus, contohnya bentuk rumah org Yue / Kong Hu. Ada baiknya kalau mr.Xiao en mr.Chen datang lagi kasih kita seminar soal itu plus cara pengolahannya. BTW mr.Xiao punya hasil renovasi diakui cantik dan mendapat penghargaan dari UNESCO. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com, David Kwa david_kwa2003@ wrote: Seperti bangunan Tionghoa tradisional umumnya, baik bangunan tempat tinggal maupun kelenteng, struktur kuda-kuda atap kelenteng tua dibuat dari bahan kayu, di Jawa umumnya jati, dengan “tulangan†dari tanah liat yang dibakar seperti genteng, dengan pengikat dari semen dan kapur. Kuda-kuda khas Tionghoa―bisa dilihat, antara lain, pada paseban di Kelenteng Lam Tjeng Bio å —é –å»Ÿ, Jakarta, Boen Tek Bio 文德廟, Tangerang, Tong Phek Bio æ ±å£ å»Ÿ, dan Ling Hok Bio é ˆç¦ å»Ÿ, Semarang―memungkinkan struktur atap yang melengkung hingga membentuk busur berdiameter luar biasa besar, pada gaya arsitektur Hokkian selatan. Kuda-kuda ini berbeda dengan kuda-kuda barat pada rumah modern kita, yang tidak memungkinkan lengkungan-lengkungan cantik seperti itu. Kuda-kuda barat menghasilkan struktur atap yang berupa garis lurus, sehingga atap yang melengkung tidak akan tercapai.  Di bawah ini ada beberapa gambar yang menjelaskan struktur kuda-kuda Tionghoa: yang sebagian boleh dapet ngunduh dari internet, sebagian lagi koleksi pribadi.   Sumber: http://www.reflection3d.com/chinesetraditionalarchitecture dan http://www.reflection3d.com/19Huang.pdf   Sumber: http://1.bp.blogspot.com/_eFESZhWXX-A/SUqVdB2cg8I/Abs/QBv6v58Kgkc/s400/Timber_hall.gif     Kelenteng Thian Hock Keng, Singapura, yang sudah dipugar dengan baik (kol. pribadi)   Kuda-kuda bangunan Depan (kol. pribadi)   Paseban Kelenteng Hwie Ing Kiong æƒ æ¦®å®®, Madiun (kol. pribadi)  Kiongchiu, DK  Ning M. Widjaja wrote:  Kelenteng tua umumnya terbuat dari kontruksi kayu dan berpondasi batu granit potongan. Bisa di lihat di klenteng Kwan Im di sebelah jembatan Ampera di Palembang. Juga kelenteng di pelabuhan Singaraja, Bali, Bun Tek Bio Tangerang, dan banyak kelenteng tua di pesisir utara P. Jawa mulai dari cirebon sampai ke Tuban (sayang kelenteng Tuban juga sudah di pugar). Konstruksi kayu sangat bagus terawat.  Mohon perhatian ada kecenderungan merubah bangunan kelenteng dengan bangunan modern, maklum ketidak tahuan pengurus kelenteng atas nilai arsitekturan sering menyedihkan dan berakibat rusaknya angunan kelenteng tua - contohnya seperti di Pulau Kemarau Palembang dan Kelenteng Bun San Bio di Tangerang.  Ben wrote:  Btw untuk kelenteng2 jaman dulu, struktur atapnya dibuat dengan bahan apa ya? Mengingat bentuknya yg cekung... Â
Re: [budaya_tionghua] Pinang Pencetus Kanker Mulut? (Was: Bikini Seksi Penjual Pinang)
Sepertinya kebiasaan makan sirih pinang itu sudah budaya di Asia Selatan, Tenggara, Kep. Pacific dan sebagian Tiongkok bagian selatan. Saya pernah dengar memang kebiasaan itu bisa meningkatkan kecenderungan kanker mulut - dengan catatan mereka yang nyirih dengan kebiasaan mempergunakan susur dan ngemut susur dalam waktu lama - susur yang dimaksud adalah segumpal tembakau- yg dlm waktu lama menyebabkan gigi berwarna hitam seperti batu bara. Jadi kemungkinan yg menyebab kanker itu tembakau yg memang diketahui bersifat karsinogenik; sedang pinang sendiri di sinyalir bisa memperbaiki fungsi daya ingat otak dan menghambat kepikunan (Alzheimer disease), kapur sebagai supply calsium yg jelas gunanya, campuran lain seperti gambir, sirih, kapulaga adalah stimulan dan bersifat disinfektan. 2009/5/4 Ophoeng opho...@yahoo.com Bung Zhoufy, Bung Alfonso dan TTM semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Terima kasih buat Bung Alfonso yang sudah berbagi cerita dan video ttg si gadis seksye penjual pinang ini ya. Hehehe... tradisi mengunyah pinang sirih, ternyata cukup meregional, kawasan Asia setidaknya pada suka juga. Seingat saya, nenek-nenek jaman saya kecil, di Cirebon, suka juga mengunyah pinang-sirih ini. Encim-cencim yang lebih muda sih jarang, apalagi enci-enci yang masih pada gadis. Jarang ditemui engkong-engkong atau encek-encek yang menginang, begitu istilahnya. Sementara yang lelaki masih lebih merasa macho dengan rokok tingwe - linthing dhewe, pake daun jagung atau daun kawung, bagi yang golongan menengah bawah, dan kertas papir bagi yang mengah atas. Yang kalangan atas tentu saja lebih suka 'asap wangi' aka xiang-yen, aka rokok atau lisong cerutu. Kalangan menak bangsawan Melayu di Semenanjung Malaka mestinya juga punya tradisi mengunyah pinang dan sirih ini. Ada istilah 'sekapur sirih' sebagai pembuka - kayaknya dulu merupakan ritual basa-basi para bangsawan ketika saling bertamu. Nama kota Penang di Malaysia, mestinya berasal dari Pinang ini. Tapi, memang tidak ada yang sangat keranjingan mengunyah pinang seperti di Taiwan. Saya ingat pada tahun 1991-an ke sana, di Taipei, di mana-mana tempat orang jual pinang. Sudah tinggal dikunyah saja. Mereka mengunyah pinang seperti anak-anak Amrik mengunyah permen karet saja. Tua-muda, besar-kecil, laki-perempuan. Di toko-toko yang jual barang kelontong sekalipun, ada satu sudut dengan meja kecil dan lemari kaca tempat juwal pinang. Waktu itu, baru pertama kali saya datang saja sudah langsung terpaksa menanyakan ihwal penjual pinang ini, saking banyaknya penjual pinang sehingga mau tak mau mencuri perhatian kita. Saya baru tahu bahwa sekarang penjual pinang di Taiwan sudah dipermoderen dengan sentuhan sensual yang agak-agak vulgar begitu. Tradisi memanfaatkan cewek juwalan begitu, kalau ndak salah kita juga punya legenda Nyi Roro Mendut. Yang juwalan rokok kelobot laris banget, diantri orang sekampung dari pagi sampai petang. Katanya sih dia menjual rokok dengan cara rokoknya dibakar dan dihisap dulu olehnya. Nah, rokok bekas hisapan si Nyai itu yang diantri dan laris sekali! Baguslah di Taiwan belum ada yang terkontaminasi legenda Nyi Roro Mendut. Kalau mereka tahu cara itu ternyata bikin laris juwalan, bisa-bisa akan ada antrian panjang orang menunggu pinang bekas kunyahan si cewek seksye berbikini. Repot dah! Yang agak mengherankan, di tayangan Youtube yang Bung Alfonso sediakan itu, ternyata ada pernyataan dari seorang dokter gigi yang bilang bahwa kebiasaan mengunyah pinang menyebabkan timbulnya kanker mulut. Tapi sebaliknya saya pernah baca entah di mana lupa, bahwa kebiasaan mengunyah sirih-pinang (ubo rampenya: sirih, pinang, dan kapur + segumpal tembako untuk menghisap air pinang) justru is good for your teeth! Entah mungkin ada pengaruh kapur dan sirih plus tembako-nya? Nenek-nenek kita jaman dulu, kayaknya sih lebih menjaga kebersihannya. Mereka yang gemar mengunyah sirih, kalau ndak salah punya tempolong khusus untuk meludah. Ndak mau sembarangan meludah kayak kolega-nya yang di Taiwan(?) itu ya. Mengunyah sirih pinang begitu, memang kayak orang merokok saja. Atau bahkan hampir seperti orang menghisap candu? Maksudnya jadi kecanduan gitu, lho! Air liur yang terkena pinang, kayaknya sih ndak merah-merah amat mirip darah warna-nya. Agak oranye begitu. Di taman depan rumah saya ada tumbuh beberapa pohon sawit (masih kerabat ama pinang?) yang buahnya sering berjatuhan. Anjing-anjing saya (ada 9 ekor) kalau pagi dan sore diumbar, sering berebut mengunyah-kunyah buah sawit itu. Mereka suka menghisap-hisap kulitnya yang bersabut, persis nenek-nenek kita mengunyah pinang. Sehabis sarinya, mereka akan melephkan sabutnya. Persis orang yang mengunyah pinag begitu. Mulut anjing-anjing itu juga akan berwarna merah-oranye tua. Setelah habis sabutnya, mereka suka mengelethaki kulit sawitnya, dan memakan isinya yang berdaging mirip kelapa. Katanya, daging buah sawit is good for you tuh, jeh!
[budaya_tionghua] Boe Lo Loe - 無老路 sebuah kelenteng yang dinamai greja dalam bhs Melayu Rendah
Saudara Sekalian, Saya ingin berbagi cerita tentang Kelenteng yang dinamai Greja Boe Lo Lou 無老路 (Jalan Tanpa Usia Tua) yang berlokasi di Sukasari, Kota Bogor. Demikianlah seberapa sedikit yang saya alami sendiri dan seberapa sedikit yang saya dengar. Mohon masukannya. Demikianlah yg saya ketahui klenteng Greja Boe Lo Loe yang dimasa orba di ganti nama menjadi Vihara Dewi Bulan Candrasari dan lalu sekarang menjadi Vihara Dharmakaya yang dikelola oleh kelompok Suhu Teng Hay dari Vihara Vajra Bodhi, Tajur, Bogor. Kelenteng ini di bangun atas kemurahan hati mendiang Ibu Tuan Tanah Kwitang yg bernama Teng Oen Giok diatas sebidang tanah yg cukup luas di tanjakan Sukasari pada awal tahun 1940'an (?). Kelenteng dibangun dalam bentuk vila dengan bangunan utama ditengah pekarangan dan sebuah menara tingkat 2 dengan tangga melingkar di sebelah timur bangunan utama. Bangunan tambahan terpisah berbentuk 'L' mengelilingi bangunan utama di sebelah barat dan utara. Dibangun dengan gaya campuran Belanda Tropis, dengan atap limasan. Jendela,pintu dan dan perabotan sebagian besar berukir gaya Tionghoa peranakan kemungkianan buatan Soanci. Sebagian kursi meja mempergunakan batu marmer bergambar Tay Li. Disetiap sudut pancuran terdapat gentong keramik raksasa untuk menampung air hujan sebagai air minum. Halaman muka belakang dan samping timur ditumbuhi tanaman lengkeng besar (sudah tumbang semua sekarang). Seluruh bangunan ti kelilingi tembok 2 lapis yang cukup tinggi dengan gerbang berlapis. Mendiang Nyonya Besar Teng Oen Giok mendedikasikan semua ini kepada Ma Suhu Tan Eng Nio 陳英娘嬤師父 selanjutnya bangunan ini dikenal sebagai Bio Ma Suhu. Ma Suhu seorang biarawati yang tidak memotong dan tidak mengikat rambut dan selalu berpakaian putih dan memakai kain batik panjang. Sebelum menjadi suhu, beliau pernah menikah tanpa anak dan tinggal di Jatinegara, dan suaminya adalah pekerja di toko foto Djoa Djin Som di Matraman disebelah jembatan kereta api dan selanjutnya juga menjadi Bioskop Sentral. Semeninggal suami, beliau menjadi Suhu dan tinggal di Bogor karena di perkirakan beliau kelahiran di Bantar Kambing, Semplak, Bogor dari lingkungan keluarga besar Kwee di sana. Kalau mendengarkan cerita, sepertinya Ma Suhu menjalankan ajaran Tantra bercampur aliran mistis Tao. Diakui memiliki kekuatan supernatural, berkebiasaan hanya minum dan makan yg dimask dengan air hujan, seorang vegetarian murni dan sangat memuja Dewi Kwan Im. Menara tingkat dua dipakai beliau untuk bertapa pada waktu-waktu tertentu dan dalam waktu yang lama. Konon menara ini selalu terkunci dan hanya boleh di kunjungi pada waktu tertentu setelah orang yang akan berkunjung melakukan cia chay beberapa hari. Seumur hidupnya beliau di layani oleh pelayan setia yang bernama Acim On. Selama bertapa Ma Suhu mengunci diri dan tidak boleh diganggu dalam menara sampai beberpa hari. Ketika bertapa, beliau tidak makan dan minum dan hanya memakai selembar kain putih untuk menutupi badan. Dalam perjalanan waktu, Ma Suhu mengangkat beberapa murid dari wilayah Bogor dan dari Pasar Baru ,dan mengangkat anak seorang Jatinegara bernama Oej Lo Hie 黃羅喜 yang beristrikan Khouw San Niu 許善娘 anak dari Khouw Bun Eng (Man. ?) yang tak lain juga toa ku Oej Lo Hie) seorang saudagar dan tuan tanah 地主 dari Emui yang menikah dengan istri dari marga Kwee kelahiran Bantar Kambing. Kemungkinan besar karena pertalian saudara Piauw diantara para wanita dari Bantar Kambing ini, maka Ma Suhu mengankat anak tersebut. Ma Suhu meninggal di akhir tahun 1950an dan dimakamkan di Gunung Gadung (bila ada yg tahu letak makam ini, mohon infonya).Dua keanehan ygn disaksikan orang banyak yaitu, seprai tempat tidur dimana beliau meninggal meninggalkan bekas berbentuk tubuh Ma Suhu dan berwarna kuning. Keanehan kedua, setelah badan beliau di bersihkan dan di berikan pakaian penguburan, badan beliau di letakan di kursi dalam posisi duduk dengan kaki diatas dampar (kursi alas kaki) untuk di sembahyangkan. Seusai sembahyang, kaki beliau bergerak sendiri dari dampar dan tepat memasuki sepasang selop yang disediakan di lantai, dan baru setelah itu badan dipindahkan ke dalam kwan chai. Dalam upacara kematian, keluarga besar 3 turunan Oej Lo Hie yang memakai toa ha. Upacara dihadiri banyak hweesio dari Hokkian dan Hongkong yang kebetulan sedang ada di Betawi. (Foto-foto Ma Suhu semasa hidup dan upacara kematiannya pernah disimpan di altar Kwan Im dari anak perempuan tertua dari Oej Lo Hie - sayangnya semua dimusnahkan ketika mereka pindah kekeyakinan lain menjelang tahun-tahun akhir kehidupannya). Semeninggalnya Ma Suhu terjadi perseteruan diantara murid-muridnya untuk menduduki Bio Ma Suhu ini. Memang para murid Ma Suhu sebagian mondok di sana. Dalam hal ini kel besar Oej Lo Hie menghindar dari kemelut ini. Kemelut Bio Ma Suhu terselesaikan dengan diserahkannya bio ini di bawah binaan Suhu Teng Hay di tahun 2000an sampai sekarang dan menjadi Vihara Dharmakaya. Ruang-ruang : Pada awalnya di akhir thn 1970an
Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah tempat persembahyangan orang Tiong Hoa [1 Attachment]
) dengan nama aslinya boleh tetap dipakai, sedang di Jakarta dan Jawa Barat VIHARA (WIHARA) dengan nama-nama berbau Pali atau Sansekerta; pokoknya asal bukan KELENTENG. Misalnya, TEMPAT IBADAH TRIDHARMA (TITD) Tjoe Hwie Kiong æ…ˆæƒ å®® (Man. Cihui Gong), Rembang, dan VIHARA Dhanagun, Bogor, yang sebelum orde babe bernama KELENTENG Hok Tek Bio ç¦ å¾·å»Ÿ (Man. Fude Miao). Supaya istilah KELENTENG boleh tetap dipakai―karena tidak terasa “kecina-cinaan†―maka para penulis buku tentang agama Tionghoa harus mati-matian mempertahankan pendapat bahwa istilah KELENTENG itu asli Indonesia, bukan berasal dari istilah KOAN-IM TENG! Mengapa bisa terjadi di Jakarta dan Jawa Barat KELENTENG menjadi VIHARA (WIHARA), sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur TEMPAT IBADAH TRIDHARMA (TITD)? Patut diketahui, di Jakarta dan Jawa Barat banyak dewa-dewi tuanrumah KELENTENG dipaksa “pindah agama†dari Sam Kauw 三教 (Man. San Jiao, atau Tri Dharma alias “Tiga Ajaran†) ke Hoet Kauw 佛教 (Man. Fo Jiao, ajaran Buddha) alias Sek Kauw 釋教 (Man. Shi Jiao), antara aliran Theravada dan Buddhayana, karena hanya Hoet Kauw lah yang diakui oleh pemerintah orde babe; Khong Kauw (Man. Kong Jiao) åæ•™ alias Djie Kauw å„'æ•™ (Man. Ru Jiao), dibiarkan mengambang; diakui tidak, tidak diakui juga tidak; sedangkan To Kauw é æ•™ (Man. Dao Jiao) tidak, bahkan sampai kini. Pemaksaan secara sistematis tersebut dilakukan dengan mengintimidasi para pengurus kelenteng, bahwa kelentengnya akan ditutup, kalau tidak mau “pindah agama.†Untuk “pindah agama†caranya mudah, letakkan saja sebuah arca Buddha (Buddharupang) di meja altar paling depan yang menghadap ke dalam, jadilah kelenteng itu sebuah VIHARA (WIHARA)! Akibatnya, generasi muda Tionghoa di Jakarta dan Jawa Barat banyak yang sulit membedakan yang mana KELENTENG, yang mana VIHARA (WIHARA). Padahal sederhana saja, dalam bahasa Inggris KELENTENG adalah “Chinese Temple†dan VIHARA (WIHARA) “Buddhist Temple.†Di Jawa Tengah dan Jawa Timur hal itu tidak terjadi; Sam Kauw di sana berhasil melewati “masa-masa sulit†atas kegigihan beberapa tokohnya, antara lain yang saya tahu, Tikno (“Oom†Tik) dari Semarang dan Ong Kie Tjay dari Surabaya, sang ketua Gabungan Sam Kauw Indonesia Jawa Timur, bertahan dengan konsep Sam Kauw-nya. Akibatnya, nama TEMPAT IBADAH TRIDHARMA (TITD) lah yang dipakai. Lalu, istilah KUIL (TIONGHOA) semata-mata merupakan terjemahan dari istilah Belanda (CHINEESCH) TEMPEL dan istilah Inggris (CHINESE) TEMPLE. Itu saja. Istilah umum ini kurang lazim digunakan bagi rumah ibadah Tionghoa. Selain KUIL Tionghoa, tentu masih ada ada KUIL Buddha, Hindu, Shinto dll. Kiongchiu, DK Ning M. Widjaja wrote: Saudara - Saudara sekalian, Kalau kita perhatikan dengan seksama, tempat persembahyangan orang Tiong Hoa yang Hud Kauw, Kong Kauw, To Kau dan Sam Kauw ditulisnya pada namanya dengan sebutan yang beragam seperti BIO #24287; , KIONG #23470; , SHI #23546; , TONG #22530; , SI #31072; , dan beberapa istilah lagi. Ketika di terjemahkan dalam bahasa Melayu Tinggi (Bahasa Indonesia) karena tidak ada standarnya banyak yang menterjemahkan sebagai KLENTENG, KUIL, VIHARA dan bahkan saya pernah melihat papan nama sebuah tempat persembahyangan dengan sebutan GEREJA (walau sudah tidak dipakai lagi sekarang). Saya minta masukan dari para Saudara yang berapa banyak dan sedikit pengetahuan tentang ini agar bisa berbagi. Khususnya kepada Ko David Kwa yang penjelasannya sangat rational, systematis dan berpandangan luas tetapi tetap bebas, sangat saya harapkan pencerahannya. Hormat saya, (Masih Belajar Budi Pekerti)
Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah tempat persembahyangan orang Tiong Hoa
Kamsia Sdr. Ardian. Sangat jelas dan menyenangkan penjelasannya. Mudah-mudahan masih ada sumbangan pikiran lainnya juga Salam hormat 2009/5/2 ardian_c ardia...@yahoo.co.id ya jawaban gw seh gak sistematis, gak tau bisa diterima gak ya huehehehehehehehe kiong=gong, sebutan tempat ibadat Taoisme sejak jaman Tang, sebelonnya sebutannya macem2, bisa disebut jing, se jg bisa. sie=si, sekarang ini dipake utk sebutan tempat ibadat agama Buddha, aslinya itu sebutan buat tempat ibadat agama asing, contoh jingsi=gereja nestorian, qingzhen si=mesjid/sinagoga. Aslinya adalah pelataran tempat menambat kuda utk para tamu2 asing jaman dinasti Han. bio=miao, tempat ibadat penghormatan para leluhur jaman Xia, Shang, Zhou terutama buat keluarga kerajaan dan pejabat. RAKYAT jelata TIDAK ada HAK membangun MIAO. Masuk jaman QING, dibangun banyak WU MIAO=kelenteng Kwan Kong. Secara umum miao milik org Tionghoa walau ada bbrp miao yg memiliki ciri khas Taoisme atau Ruism. Contohnya Huang Daxian miao ( Tao , Hongong )Chi Gong miao ( Tao, Hongkong ), Wende Miao ( Ru, Surabaya ), Zeng Zi miao ( Ru, Tiongkok ), Kong Miao ( Ru, Tiongkok ). Tang itu tempat ibadat perseorangan/kecil, bisa mengacu kepada Tao, Buddhisme bahkan gereja sekarang ini pake sebutan jiao tang, sedangkan Ru di Indonesia pake sebutan Li Tang. Sebenarnya jaman dulu yg namanya shuyuan ( sekolah ) ada jiao tang dan li tang. An= khusus wanita, baik itu nigu/bhikkuni or jg daogu/tosu perempuan, bisa jg utk para caima yg jadi ciri khas Khe. Biasanya yg caima disebutnya Zai an. Gereja itu sebutan utk tempat ibadah tionghoa jaman belanda, ada satu tempat di Bogor yg masih ada tulisan Geredja Boeloe tapi itu papan nama dicabut dgn alesan itu adalah VIHARA ! Padahal di Geredja Boeloe ada altar yg namanya Sanjiao jiaozhu or pemimpin 3 agama, itu jg dilempar gak tau kemana. Yg masih tersisa itu Xuan Tian ShangDi yg ada diatas. Vihara itu hasil jerihpayah DEWI dewan wihara indonesia. Kelenteng ada bbrp pendapat tentang asal kata kelenteng : 1.Guan Yin Ting/ Kwan Im Teng 2.Bunyi2an ting ting But Kelenteng itu sebutan khas di Jawa. Di Kalimantan , di Singkawang misalnya sebutannya macam2, rata2 taipakung/pakung utk menyebut bio, cai tong ( bukan am ) utk para caima, sin miao buat para tatung/laoya/jitong/tangki. Sedangkan di Singapore tempat para jitong rata2 disebutnya shentan /sintua. Di Riau sebutannya disebut Laoya keng. Seee ? Moga2 bisa memuaskan biar jawaban gw amburadul gene --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, nmwhtt nmw...@... wrote: Saudara - Saudara sekalian, Kalau kita perhatikan dengan seksama, tempat persembahyangan orang Tiong Hoa yang Hud Kauw, Kong Kauw, To Kau dan Sam Kauw ditulisnya pada namanya dengan sebutan yang beragam seperti BIO #24287; , KIONG #23470; , SHI #23546; , TONG #22530; , SI #31072; , dan beberapa istilah lagi. Ketika di terjemahkan dalam bahasa Melayu Tinggi ( Bahasa Indonesia ) karena tidak ada standarnya banyak yang menterjemahkan sebagai KLENTENG, KUIL, VIHARA dan bahkan saya pernah melihat papan nama sebuah tempat persembahyangan dengan sebutan GEREJA (walau sudah tidak dipakai lagi sekarang). Saya minta masukan dari para Saudara yang berapa banyak dan sedikit pengetahuan tentang ini agar bisa berbagi. Khususnya kepada Ko David Kwa yang penjelasannya sangat rational, systematis dan berpandangan luas tetapi tetap bebas, sangat saya harapkan pencerahannya. Hormat saya, (Masih Belajar Budi Pekerti)
Re: [budaya_tionghua] Renovasi Klenteng !
Kelenteng tua umuumnya terbuat dari kontruksi kayu dan berpondasi batu granit potongan. Bisa di lihat di klenteng Kwan Im di sebelaj jembatan Ampera di Palembang. Juga kelenteng di pelabuhan Singaraja, Bali, Bun Tek Bio Tangerang, dan banyak kelenteng tua di pesisir utara P. Jawa mulai dari cirebon sampi ke Tuban ( sayang kelenteng Tuban juga sudah di pugar ). Konstruksi kayu sangat bagus terawat. Mohon perhatian ada kecenderungan merubah bangunan kelenteng dengan bangunan modern, maklum ketidak tahuan pengurus kelenteng atas nilai arsitekturan sering menyedihkan dan berakibat rusaknya angunan kelenteng tua - contohnya seperti di Pulau Kemarau Palembang dan Kelenteng Bun San Bio di Tangerang. 2009/5/2 Ben ben_wihar...@yahoo.com.sg Btw untuk kelenteng2 jaman dulu, struktur atapnya dibuat dengan bahan apa ya? Mengingat bentuknya yg cekung.. -Original Message- From: raharjo irawan Sent: 02/05/2009 8.01.30 AM Subject: [budaya_tionghua] Renovasi Klenteng ! Semarang, 02 Mei 2009. Kira-kira tahun 2007 yang lalu, ada seorang sahabat dari Jakarta yang koleksi foto klenteng nya dipasang di banyak klenteng ( pemegang rekor muri untuk foto klenteng tebanyak di Indonesia ). Beliau mengajak seorang pembuat / pemugar klenteng dari Palembang ( nama dan kartu namanya akan saya cari lagi, kalau tidak salah bermarga Tan ). Orang tersebut pernah di ajak untuk keliling klenteng-klenteng di Semarang untuk penawaran pemugaran, namun usahanya ketika itu tampaknya belum membawa hasil. Mungkin di antara teman-teman BT ini ada yang mengenal beliau ??? Untuk klenteng-klenteng di Semarang yang sudah dipugar dengan gaya modern itu adalah: Klenteng Sam Poo Tong yang lebih mirip istana daripada klenteng, Klenteng Kwan Ling Sie ( Kebon Jeruk ), Klenteng Tri Noto Buko Bawono ( Sam Hong ), Klenteng Hok Tek Bio ( Bugangan ), dan Klenteng Jiu San Tang ( Kenanga - yang terkenal sebagai klenteng cai ma ). Kelihatannya ada kecenderungan untuk memegahkan bangunan klenteng, agar kelihatan klenteng itu berkembang pesat. Salam, Irawan R
Re: [budaya_tionghua] info kebakaran di dalam vihara-Banten
Menyedihkan sekali ketika sahabat-sahabat dan saudara saya 3 hari lalu menceritakn kisah terbakarnya alatar Kwan Im Hid Couw Bio Banten. Sudah saatnya masyarakat lebih menaruh perhatian pada kepengurusan kelenteng-kelenteng tua. Tidak di pungkiri aset dan liquiditas kas yang dikelola swakelola oleh para pengurus yayasan, locu dan bio kong jumlahnya sangat besar dan belum dikelola secara transparan dan akuntabel. Belum lagi kasus raibnya banyak benda-benda anti di kelenteng-kelenteng tua yang tidak ada catatan dalam hal ini seperti Kwan Im Hud Couw Bio Banten yg telah saya kunjungi dan inapi sejak saya berumur 12 tahun, sekian tahun banyak barang berupa lukisan, gambar, patung, lian, furniture dan pernak-pernik altar yang hilang tanpa jejak ditambah lagi penambahan bangunan yang tidak mengindahkan keindahan dan fungsi yang baik, sekedar untuk menampung dana umat milyard demi milyard rupiah dan pekerjaan jasa konstruksi dan pembelian material yang tideak pernah di audit. Sayangnya lagi kesejahteraan dan pengurusan karyawan sangat diabaikan, sampai terakhirpun keperluan persembahan dan persembahyangan sudah banyak yang di sunat sampai sangat menyedihkan. Mungkin sudah saatnya, kita semua sebagai pewaris legasi dari jasa-jasa para leluhur terdahulu, untuk bisa memperjuangkan keberlangsungan kelenteng-kelenteng dan dikelola secara baik dan benar dan terbuka. Alangkah baiknya juga, bila dana kelenteng bisa di gunakan untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya seperti pembangunan sekolah, puskesmas, klinik, panti jompo, balai pelatihan ketrampilan, lembaga [pendidikan budaya dan tradisi dsb. Ironis, kelenteng seperti Bio Banten ini yang mewah, dikelilingi oleh masyarakat yang amat sangat miskin baik dari kalangan penduduk daerah asli setempat maupun yang keturunan warga Tiong Hoa. Mudah-mudahan bisa ada yang tergugah dan mulai melakukan perbaruan demi kebaikan yang lebih mulia. Salam hormat, (Masih Belajar Budi Pekerti) 2009/4/30 Jen Ku Luk jenku...@yahoo.co.id Rekan-rekan semuanya, Saya mendapatkan kiriman sms dari teman yang isinya bahwa Klenteng Dewi Kwan Im di Banten mengalami kebakaran di ruangan dalam,persisnya di altar yang menyebabkan patung Dewi Kwan Im juga ikut terbakar. Adakah rekan yang berdomisili didaerah tersebut yang bisa memberikan informasi tsb benar/tidak? Thank's a lot. Aluk. -- Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesiahttp://sg.rd.yahoo.com/mail/id/footer/def/*http://id.yahoo.com/yang baru!
[budaya_tionghua] OOT: Fwd: Mengenal flu babi [1 Attachment]
-- Forwarded message -- From: tirtono.chan...@indofood.co.id Date: Wed, Apr 29, 2009 at 10:56 AM Subject: Mengenal flu babi To: nia nz eugeniat...@yahoo.com, yhart...@arsisnet.com yhart...@arsisnet.com, budiantolukiwidj...@gmail.com budiantolukiwidj...@gmail.com, djikus...@gmail.com djikus...@gmail.com, djajadi-glo...@cbn.net.id djajadi-glo...@cbn.net.id, ferrymi...@cbn.net.id ferrymi...@cbn.net.id, stjwa...@yahoo.com stjwa...@yahoo.com, soerj...@yahoo.com soerj...@yahoo.com, kreasi_mod...@yahoo.com kreasi_mod...@yahoo.com, henry...@yahoo.com henry...@yahoo.com, inigo...@yahoo.com inigo...@yahoo.com, merry...@yahoo.com merry...@yahoo.com, forever_inbluje...@yahoo.com forever_inbluje...@yahoo.com, molan...@hotmail.com molan...@hotmail.com, nmw...@gmail.com nmw...@gmail.com, rudy.c...@yahoo.co.id rudy.c...@yahoo.co.id, steph_b...@yahoo.com steph_b...@yahoo.com, sur...@yahoo.com sur...@yahoo.com, samsusia...@yahoo.co.id samsusia...@yahoo.co.id, tdarm...@gmail.com tdarm...@gmail.com, hendra...@mpm-ho.com hendra...@mpm-ho.com, tommypa...@yahoo.com tommypa...@yahoo.com, hartojo_wahj...@yahoo.com hartojo_wahj...@yahoo.com, arth...@cbn.net.id arth...@cbn.net.id, wei.lian...@yahoo.com wei.lian...@yahoo.com, sumbe...@indosat.net.id sumbe...@indosat.net.id, wisana...@gmail.com wisana...@gmail.com, yana-...@cbn.net.id yana-...@cbn.net.id, yohana_supang...@yahoo.com yohana_supang...@yahoo.com, ladyr...@yahoo.com, stella yanti sely st3lla...@yahoo.com, SHIRLEY Wibawa shirley_wib...@yahoo.com, handy kebo handysuwa...@yahoo.com, hprij...@cbn.net.id, mil...@cbn.net.id, Lucas Samuel lucassamue...@yahoo.com.sg, rgane...@yahoo.com, ma meth ma_m...@yahoo.com, LS SANKYO ls.san...@yahoo.com - Forwarded by Tirtono Chandra/TGR/INDOFOOD on 04/29/2009 10:43 AM - *syerlini dyah* Sent by: Syerlini Dyah 04/29/2009 10:33 AM To: cc:(bcc: Tirtono Chandra/TGR/INDOFOOD) Subject:Mengenal flu babi Salam, Dyah Syerlini Y PT. Indofood Fritolay Makmur 021 5575 7283 ext 133 ; Hp. 08128155126 P Please consider the environment before printing this email. - Forwarded by Syerlini Dyah/TGR/INDOFOOD on 29/04/2009 10:44 AM - *syerlini dyah* Sent by: Syerlini Dyah 29/04/2009 08:47 AM To: cc: Subject:Mengenal flu babi Just Share ...info ... Salam, Syerli ___ This message is for the designated recipient only and may contain privileged, proprietary, or otherwise private information. If you have received it in error, please notify the sender and delete the message immediately. Any other use of the email is prohibited. ___ This message is for the designated recipient only and may contain privileged, proprietary, or otherwise private information. If you have received it in error, please notify the sender and delete the message immediately. Any other use of the email is prohibited. __ This message is for the designated recipient only and may contain privileged, proprietary, or otherwise private information. If you have received it in error, please notify the sender and delete the message immediately. Any other use of the email is prohibited.
Re: [budaya_tionghua] Re: Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang - Di perpustakaan
Mungkin saja Wikipedia itu tidak 100% akurat, tetapi referensi yang mereka bukan hanya dari sudut pandang saja. Mereka memasukan referensi dari berbagai pandangan juga yang termasuk kontra dan pro maupun yang netral . Saya rasa informasi seperti ini bisa dapat di hormati. Selain itu pada masa tersebut, banyak karya tulis dari bangsa-bangsa bukan Han mempergunakan tulisan dengan huruf Han - bukan berarti karya tulisan bangsa-bangsa non Han yang tertulis dengan huruf Han bisa di naifkan. Karean fakta sejarah memang demikian dan karya merika memiliki nilai dan ciri yang masing-masing unique. Point saya, sebagai mana tua dan besar suatu kebudayaan - tak pernah bisa berdiri sendiri tanpa di pengaruhi dan mempengaruhi kebudayaan lainnya. Salam mudeng. 2009/4/12 a...@cbn.net.id Tiga sumber referensi itu tentu jauh lebih dapat dipercaya daripada wikipedia yang bisa diubah-ubah oleh sembarang orang. :-) Bravo Ardian! :-) ardian_c ardia...@yahoo.co.id ardian_c%40yahoo.co.id wrote: dibongkar2 dari : 1.fojiao sanbaiti ·ð½Ì Èý°ÙÌá 2.encyclopedia of buddhism 3.Liang Qichao ( foxueyanjiu 18 pian ) ÁºÆô³¬ £¨·ðѧÑо¿ 18 ƪ £© --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: *Ko David Kwa, Iseng-iseng saya buka http://en.wikipediawikipedia.org saya search Buddhism, Tripitaka, Tipitaka dan hasilnya cukup mendalam dan referensinya cukup luas Salam hormat saya. üSôà¼Î / ŒŽµÚµÚ * 2009/4/8 David Kwa david_kwa2...@... Ci Ning M. Widjaja, Menurut owe sih bukan. Owe teringat pada cerita ngkong waktu owe kecil dulu. Ngkong cerita, dia memperoleh chiamsi ºžÔŠ berjudul Sam Cong Ci (Chi) Keng (Tong Sam Cong Mengambil Kitab) sewaktu thiuchiam ³éºž (¡°menarik chiam ºž¡±) di sebuah
Re: [budaya_tionghua] Wikipedia
Saya sangat setuju sekali. Semua sumber informasi memang harus dikaji ulang berdasarkan fakta dan sudut pandang sebanyak mungkin agar bisa mendekati kebenarannya. Paling tidak kita bisa menghargai segala perbedaan pendapat dan data dengan hati lapang dan mempergunakannya sebagai referensi lanjutan dari pencarian kita. Terima kasih. 2009/4/13 Hendri Irawan heny...@yahoo.com Data di Wikipedia haruslah selalu diverifikasi ulang. Sesuai sifatnya, siapa saja bisa menyunting data di situ. Memang Wikipedia sangat membantu dalam mengumpulkan data. Namun karena sifatnya bebas disunting, harus diingat datanya perlu diperiksa kembali. Mengenai Korea-Tiongkok, dekade belakangan ini hubungan kedua budaya ini diwarnai percikan kaum chauvinis kedua belah pihak. Salah satu pemicunya adalah proyek arkeologi daerah timur laut PRC, di mana hasil dan kesimpulan penelitian itu menyinggung sentimen budaya dan nasionalisme orang-orang Korea. Sentimen ini terutama menyangkut sejarah kerajaan kuno Gojoseon / Gu Chaoxian. Hormat saya, Yongde --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote: *Ko David Kwa, Iseng-iseng saya buka http://en.wikipedia.org saya search Buddhism, Tripitaka, Tipitaka dan hasilnya cukup mendalam dan referensinya cukup luas dan saya simpulkan informasinya cukup bisa di percaya. Temuannya, ternyata Mahayana Tiongkok banyak berhutang pada bangsa Korea, karena Bangsa Korea yg pertama mengkompilasi Tripitaka Mahayana secara lengkap dan sistematis. Ternyata Tripitaka Tiongkok sekarang berakar pada Tripitaka Koreana ini. Menarik sekali, bagaimana kebudayaan dunia selalu saling jalin menjalin dan saling mengisi. Salam hormat saya. üSôà¼Î / ŒŽµÚµÚ *
Re: [budaya_tionghua] Re: Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang - Di perpustakaan
Wah Ko David Kwa, senang bisa diskusi seperti ini, kam sia Ko. Btw, Ko David boleh panggil saya Ti Ti saja ya. 2009/4/8 David Kwa david_kwa2...@yahoo.com Ci Ning M. Widjaja, Menurut owe sih bukan. Owe teringat pada cerita ngkong waktu owe kecil dulu. Ngkong cerita, dia memperoleh chiamsi berjudul Sam Cong Ci (Chi) Keng (Tong Sam Cong Mengambil Kitab) sewaktu thiuchiam 抽�� (“menarik chiam ��”) di sebuah kelenteng (Kelenteng Ban Tek Ie Banten �f丹�f德院, kalau tidak salah ingat) ketika ia ingin melakukan suatu pekerjaan yang sangat sulit. Chiamsi itu bermakna “keberhasilan meraih sesuatu yang luarbiasa sulit,” ibarat Tong Sam Cong dalam novel “See Yoe” yang berhasil memperoleh Kitab Suci setelah melalui berbagai rintangan dan dan godaan yang hampir merenggut jiwanya. Setelah owe dewasa dan owe pelajari, ternyata chiamsi di beberapa kelenteng ada yang mempunyai judul. Judul itu diambil dari kisah-kisah sejarah dan novel yang populer di kalangan rakyat sehingga tidak perlu dijelaskan lagi artinya. Misalnya, chiamsi Kelenteng Ban Tek Ie no. 12 yang judulnya Hian Tek Cincue Sun Kuan Muai 玄德�M���O�嗝� (Xuande jinzhui Sun Quan mei, atau “Lauw Pie Menikah dengan Adik Perempuannya Soen Koan”) dan no. 39 Soen Gouw Khong Po Sam Tjong Tjhie Keng �O悟空保三藏取�� (Man. Sun Wukong Bao San Zang qu jing, atau “Sun Gou Khong Melindungi Tong Sam Cong Mengambil Kitab Suci”), dll. Jadi, chiamsi no. 39 ternyata sesuai dengan cerita ngkong ketika owe kecil. Tetapi, tidak tertutup kemungkinan owe salah. Jadi owe mohon petunjuk dari para senior yang lebih paham bahasa dan aksara Tionghoa. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, nmwhtt nmw...@...wrote: Ko David Kwa, Mohon penjelasan, jadi yg dimaksud Sam Cong Ci Keng bukannya 三藏之綦quot; ? Terima kasih sebelumnya. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David Kwa david_kwa2...@wrote: Sam Cong Ci Keng adalah frasa dalam dialek Hokkian selatan, tepatnya Sam Cong Chi Keng 三藏取�� (Man. San Zang qu jing), artinya “Sam Cong atau Tong Sam Cong (Man. Tang San Zang 唐三藏) Mengambil Kitab Suci.” Sam Cong atau Tong Sam Cong yang dimaksud dalam frasa di atas adalah Sam Cong Hoatsu 三藏法�� (Man. San Zang Fashi alias Monk Tripitaka) dari Dinasti Tong 唐 (Man. Tang), yakni gelar yang diberikan kepada Hian Cong 玄奘 (Man. Xuán Zàng), seorang bhiksu terkenal dan salah satu tokoh dalam novel terkenal Se Yu Ki 西�[�� (Xi You Ji atau Ziarah ke Barat atau Pilgrimage to the West) mahakarya Gouw Seng In �浅卸� (Man. Wu Cheng’en). Tripitaka sebagai kanon Buddhist juga disebut Sam Cong 三藏 (San Zang). Jadi, Tripitaka yang dimaksud di sini adalah Kitab Sam Cong, bukan Sam Cong Chi Keng. Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, raharjo irawan irawanraharjo@: Semarang, 8-4-2009. Yang benar namanya adalah Goei Thwan Ling, dahulu tinggal di jalan Petudungan. Kitab itu tampaknya masih ada di perpustakaan vihara. Salam, Irawan R --- On Wed, 8/4/09, Ning M. Widjaja nmwhtt@: From: Ning M. Widjaja nmwhtt@ Subject: [budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, 8 April, 2009, 9:15 AM Saya pagi pengalaman dan mungkin ada yag juga tertarik, Waktu saya kecil, ingatan saya pernah di ajak ke Semarang di Vihara Watu Gong di Semarang. Di sana ternyata milik pribadi dari keluarga mendiang Bhante Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling), yang sangat luas dan bagus tamannya. Wilayah vihara terbelah jalan raya, yg di seberang waktu itu masih tanah kosong sekarang jadi Kodam Diponegoro. Saya ingat di ajak ke dalam ruang perpustakaan pribadi beliau dan tertegung melihat sebuah lemari tertata rapi buku kuno yang jumlahnya ratusan jilid dalm bentuk paperback yang masih dijahit pakai benang. Waktu itu buku sudah kelihatan amat kuno tapi terawat baik bersama dengan banyak buku dan kitab lain yang juga kuno dan jumlahnya banyak sekali. Maklum mendiang Bhante Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling) adalah seorang sarjana dan berpendidikan luas. Menjelang wafat beliau melepas kebhikkuannya dan hidup sebagi orang biasa selama beberapa tahun sebelum meninggal, setelah beliau meninggal Vihara Watu Gong dikelola oleh yayasan Buddhist masyarakat Jateng / Semarang dan mengalami berbagai bangunan baru. Kembali ke cerita awal, ketika saya tanyakan ternyata kitab-kitab kuno yang banyak itu adalah SAM CONG CI KENG - Tripitaka Tiongkok yang asli cetakan dari Tiongkok yang sudah lama jadi koleksi mendiang Bhante Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling). Mengingat milis ini ttg Kebudayaan Tionghoa- saya rasa relevan saya kemukakan disini- siapa tahu ada diantara member yang tertarik dalm hal sastra Tiongkok Kuno ini yang pastinya tidak pernah dijamah lagi sejak meninggalnya Bhante Dhammiko. Alangkah baiknya bila kita ini bisa dilestarikan sebagai barang peninggalan sastra kuno dan dapat dipelajari isinya oleh para ahli
Re: [budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang - Di perpustakaan
Terima kasih info Saudara. 2009/4/8 raharjo irawan irawanraha...@yahoo.co.uk Semarang, 8-4-2009. Yang benar namanya adalah Goei Thwan Ling, dahulu tinggal di jalan Petudungan. Kitab itu tampaknya masih ada di perpustakaan vihara. Salam, Irawan R --- On *Wed, 8/4/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote: From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com Subject: [budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, 8 April, 2009, 9:15 AM Saya pagi pengalaman dan mungkin ada yag juga tertarik, Waktu saya kecil, ingatan saya pernah di ajak ke Semarang di Vihara Watu Gong di Semarang. Di sana ternyata milik pribadi dari keluarga mendiang Bhante Dhammiko ( mendiang Oej Toan Ling), yang sangat luas dan bagus tamannya. Wilayah vihara terbelah jalan raya, yg di seberang waktu itu masih tanah kosong sekarang jadi Kodam Diponegoro. Saya ingat di ajak ke dalam ruang perpustakaan pribadi beliau dan tertegung melihat sebuah lemari tertata rapi buku kuno yang jumlahnya ratusan jilid dalm bentuk paperback yang masih dijahit pakai benang. Waktu itu buku sudah kelihatan amat kuno tapi terawat baik bersama dengan banyak buku dan kitab lain yang juga kuno dan jumlahnya banyak sekali. Maklum mendiang Bhante Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling) adalah seorang sarjana dan berpendidikan luas. Menjelang wafat beliau melepas kebhikkuannya dan hidup sebagi orang biasa selama beberapa tahun sebelum meninggal, setelah beliau meninggal Vihara Watu Gong di kelola oleh yayasan Buddhist masyarakat Jateng / Semarang dan mengalami berbagai bangunan baru. Kembali ke cerita awal, ketika saya tanyakan ternyata kitab-kitab kuno yang banyak itu adalah SAM CONG CI KENG - Tripitaka Tiongkok yang asli cetakan dari Tiongkok yang sudah lama jadi koleksi mendiang Bhante Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling). Mengingat milis ini ttg Kebudayaan Tionghoa- saya rasa relevan saya kemukakan disini- siapa tahu ada diantara member yang tertarik dalm hal sastra Tiongkok Kuno ini yang pastinya tidak pernah dijamah lagi sejak meninggalnya Bhante Dhammiko. Alangkah baiknya bila kita ini bisa di lestarikan sebagai barang peninggalan sastra kuno dan dapat dipelajari isinya oleh para ahli sastra Tionghoa. Semoga dapat tanggapan positif.
[budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang
Saya pagi pengalaman dan mungkin ada yag juga tertarik, Waktu saya kecil, ingatan saya pernah di ajak ke Semarang di Vihara Watu Gong di Semarang. Di sana ternyata milik pribadi dari keluarga mendiang Bhante Dhammiko ( mendiang Oej Toan Ling), yang sangat luas dan bagus tamannya. Wilayah vihara terbelah jalan raya, yg di seberang waktu itu masih tanah kosong sekarang jadi Kodam Diponegoro. Saya ingat di ajak ke dalam ruang perpustakaan pribadi beliau dan tertegung melihat sebuah lemari tertata rapi buku kuno yang jumlahnya ratusan jilid dalm bentuk paperback yang masih dijahit pakai benang. Waktu itu buku sudah kelihatan amat kuno tapi terawat baik bersama dengan banyak buku dan kitab lain yang juga kuno dan jumlahnya banyak sekali. Maklum mendiang Bhante Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling) adalah seorang sarjana dan berpendidikan luas. Menjelang wafat beliau melepas kebhikkuannya dan hidup sebagi orang biasa selama beberapa tahun sebelum meninggal, setelah beliau meninggal Vihara Watu Gong di kelola oleh yayasan Buddhist masyarakat Jateng / Semarang dan mengalami berbagai bangunan baru. Kembali ke cerita awal, ketika saya tanyakan ternyata kitab-kitab kuno yang banyak itu adalah SAM CONG CI KENG - Tripitaka Tiongkok yang asli cetakan dari Tiongkok yang sudah lama jadi koleksi mendiang Bhante Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling). Mengingat milis ini ttg Kebudayaan Tionghoa- saya rasa relevan saya kemukakan disini- siapa tahu ada diantara member yang tertarik dalm hal sastra Tiongkok Kuno ini yang pastinya tidak pernah dijamah lagi sejak meninggalnya Bhante Dhammiko. Alangkah baiknya bila kita ini bisa di lestarikan sebagai barang peninggalan sastra kuno dan dapat dipelajari isinya oleh para ahli sastra Tionghoa. Semoga dapat tanggapan positif.
Re: [budaya_tionghua] Re: bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted
*Satu hal lagi, saya rasa tidak ada yg pernah mempertentangkan ttg Tipitaka Pali atau Tripitaka Sansekerta sebagai yang mana yg duluan. Apa lagi tak ada klaim dari institusi Theravada maupun Mahayana yg mengklaim itu. Selama ini otoritas yg melakukan kompilasi dan mempelajari serta menterjemahkan Tipitaka / Tripitaka ada di bawah International Buddhist Society yg berpusat di London ygn anggotanya adalah berbagai elemen maupun cendekiwian individu dari berbagai golongan. Karena kita ada di situs ini, ada baiknya bila kita bis mengidentifikasi dan mempelajari lebih mendalam bagian-bagian dari tradisi dan kebiasaan ritual Tionghoa mana yg Buddhis, mana yg Ruis, mana yg Taois dan mana dri kebiasan purba serta kebisaan-kebiasaan lokal / regional - pasti akan sangat menarik dan berwarna-warni. Saya rasa akan lebih manfaat dari pada saling menjelekan atau mencari kejelekan. Saya rasa 99% anggota milis ini tidak bertentangan dengan usulan saya terakhir ini. * 2009/4/6 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com yang menjadi persoalan justru beberapa segelintiran orang teravada merasa dirinya kalo sudah pegang hinaya. Berarti sudah benar dan yang lainnya adalah salah ini adalah jadi sumber permasalahan jika terlalu kaku dalam memengang suatu dogma. Diantaranya Bahkan mempelajari Abidharma kadang malahan bukan untuk menambah kebijaksanaan malahan jadi berubah menjadi orang yang arogan. Dalam sebuah buku berjudul Jalan Tunggal karangan Bhante Piyasaliko dijelaskan dengan jelas pada dasarnya ada 2 perbedaan dasar antara sekte Mahayana dan Teravada. Dalam hal ini Teravada dan Mahayana sudah lama berdiri sendiri semenjak Buddha wafat atau konsuil pertama dalam persamuan. Maka secara garis besar Abidharma Teravada dengan mahayana berbeda. bukan berarti Maha mengutip dari tera ataupun sebaliknya. Justru berdiri didalam daerah yang berbeda. Secara garis besar Aliran Mahayana berhasil membudayakan agama kedalam struktur sosial masyarakat dibanding teravada. Karena aliran Mahayana mampu membaur dengan budaya lokal tanpa harus memaksakan kegiatan mereka. bahkan Kitab - Kitab Buddhis pertama kalinya dibuat dalam Sansekerta. sementara dalam beberapa teravada tidak mau mengakuinya karena mereka berdiri sendiri. Sampai dengan konsuil ke 3 barulah Kitab kitab Budhis berbahasa pali tercipta. Dalam Buku ini menjelaskan bahwa fanatisme aliran itu merusak batin seseorang untuk mencapai pencerahan. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, andytanoko andytan...@... wrote: budaya membakar kertas sembahyang itu ada dalam tradisi mahayana. terutama dari aliran pureland/ sukhavati. Kertas sembahyang yang dibakar adalah dalam bentuk mantera amitabha. sedangkan dari tradisi Budhisme tibetan dan jepang , bakar-bakarannya malahan lebih dashyat lagi. tidak hanya kertas yang dibakar, tetapi juga kacang-kacangan, beras, dupa, dan sebagainya... istilahnya tradisi bakar-bakaran di tibet disebut: Homa http://en.wikipedia.org/wiki/Homa_(ritual) Sekian. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote: Saya sih belum baca bukunya jga ga kenal sama Bhikku Visuddhacara dan dari Sangha Theravada mana ( setahu saya dari Sangha Thervada Indonesia ga ada terdaftar nama bhikku tsb.), Boleh di jelaskan lebih lanjut ttg itu. Kalau menurut saya, hal ini tidak menunjukkan fanatisme kaum Theravadin, walaupun dari tradisi Mahayana pun banyak yang persamaannya dengan catatan bahwa aliran Mahayananya masih berpegang pada Tripitaka Sansekerta / Tripitaka Pali / Tripitaka Korea yang diakui secara internasional. Juga di sini tidak menunjukkan fanatisme, karena menurut saya buku dan penulis menulis tentang sudut pandang dari tradisinya. Kan biasanya buku itu timbul ketika ada pertanyaan dan di liat dari sudut pandang yg berbeda yang dijelaskan. Tiadak ada keharusan dan pemaksaan, jadi kalu mau dibilang fanatismen ya tidak karean sifatnya interen, mau di dengar boleh tidak juga boleh tak ada dogma yang memaksa. Coba saja kalau kita tanya banyak orang Tionghoa yang pindah agama / ganti tradisi mengatakan bahwa takut masuk agama Buddha atau Khong Hu Cu karena takut trepot ngurus orang tua atau bila ada kematian. Jelas dari sudut Buddhisme / Confucianisme / Daoisme juga ga ada tuh anjuran spt yang di sebutkan dalam buku itu. Coba cari aja di mana ada kitab suci dari tiga ajaran di atas yag ajarin bakar kertas, panggil roh orang mati dll. Coba deh kita sama-sama mencari kebenaran sebelum memberi komentar yang kurang pas. (Masih belajar budi pekerti) 2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan east_road@ saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara Penerbit Karya maju, medan Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas : Hal 4-5. Dalam Tradisi aliran Buddhis
Re: [budaya_tionghua] Re: bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted
*Ini bedanya kalau seseorang sudah mempelajari benar apakah itu Buddhisme - satu point penting : dalam Buddhisme tidak ada yang namanya dogma kalau ada ya doktrin Buddhisme ( apa bedanya : silahkan buka kamus biar jelasnya ). Hal lain, semua yang di persepsi manusia juga karena dari asal pikirannya manusia itu sendiri yang jadi cetakanya. Kalau cetakannya sudah negatif, apapun yang di dilihat akan negatif. Poin lain, memang selalu saja ada orang picik di manapun, kapanpun, dari agama dan aliran manapun. Tapi apakah kita harus ikut-ikutan picik? Yang penting kita semua membina jiwa besar lah dan bisa lebih melihat segala sesuatu dengan apa adanya setelah di teliti secara mendalam baik dengan mata, hidung, telinga, perasaan ataupun pikiran yang rational. Yah kita tidak bisa merubah orang, tapi kita bisa merubah diri kita dan cara pandang kita dan juga reaksi diri kita atas stimulus di luar sana. Itu saja. Memang tak mudah, tapi kalau kita ingin berjiwa besar, ya jalannya seperti itu, hasilnya diri kita lebih tenang dan nyaman karena tidak di bakar kebencian dan kemarahan serta curiga. Salam buat semua. * 2009/4/6 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com yang menjadi persoalan justru beberapa segelintiran orang teravada merasa dirinya kalo sudah pegang hinaya. Berarti sudah benar dan yang lainnya adalah salah ini adalah jadi sumber permasalahan jika terlalu kaku dalam memengang suatu dogma. Diantaranya Bahkan mempelajari Abidharma kadang malahan bukan untuk menambah kebijaksanaan malahan jadi berubah menjadi orang yang arogan. Dalam sebuah buku berjudul Jalan Tunggal karangan Bhante Piyasaliko dijelaskan dengan jelas pada dasarnya ada 2 perbedaan dasar antara sekte Mahayana dan Teravada. Dalam hal ini Teravada dan Mahayana sudah lama berdiri sendiri semenjak Buddha wafat atau konsuil pertama dalam persamuan. Maka secara garis besar Abidharma Teravada dengan mahayana berbeda. bukan berarti Maha mengutip dari tera ataupun sebaliknya. Justru berdiri didalam daerah yang berbeda. Secara garis besar Aliran Mahayana berhasil membudayakan agama kedalam struktur sosial masyarakat dibanding teravada. Karena aliran Mahayana mampu membaur dengan budaya lokal tanpa harus memaksakan kegiatan mereka. bahkan Kitab - Kitab Buddhis pertama kalinya dibuat dalam Sansekerta. sementara dalam beberapa teravada tidak mau mengakuinya karena mereka berdiri sendiri. Sampai dengan konsuil ke 3 barulah Kitab kitab Budhis berbahasa pali tercipta. Dalam Buku ini menjelaskan bahwa fanatisme aliran itu merusak batin seseorang untuk mencapai pencerahan. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, andytanoko andytan...@... wrote: budaya membakar kertas sembahyang itu ada dalam tradisi mahayana. terutama dari aliran pureland/ sukhavati. Kertas sembahyang yang dibakar adalah dalam bentuk mantera amitabha. sedangkan dari tradisi Budhisme tibetan dan jepang , bakar-bakarannya malahan lebih dashyat lagi. tidak hanya kertas yang dibakar, tetapi juga kacang-kacangan, beras, dupa, dan sebagainya... istilahnya tradisi bakar-bakaran di tibet disebut: Homa http://en.wikipedia.org/wiki/Homa_(ritual) Sekian. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote: Saya sih belum baca bukunya jga ga kenal sama Bhikku Visuddhacara dan dari Sangha Theravada mana ( setahu saya dari Sangha Thervada Indonesia ga ada terdaftar nama bhikku tsb.), Boleh di jelaskan lebih lanjut ttg itu. Kalau menurut saya, hal ini tidak menunjukkan fanatisme kaum Theravadin, walaupun dari tradisi Mahayana pun banyak yang persamaannya dengan catatan bahwa aliran Mahayananya masih berpegang pada Tripitaka Sansekerta / Tripitaka Pali / Tripitaka Korea yang diakui secara internasional. Juga di sini tidak menunjukkan fanatisme, karena menurut saya buku dan penulis menulis tentang sudut pandang dari tradisinya. Kan biasanya buku itu timbul ketika ada pertanyaan dan di liat dari sudut pandang yg berbeda yang dijelaskan. Tiadak ada keharusan dan pemaksaan, jadi kalu mau dibilang fanatismen ya tidak karean sifatnya interen, mau di dengar boleh tidak juga boleh tak ada dogma yang memaksa. Coba saja kalau kita tanya banyak orang Tionghoa yang pindah agama / ganti tradisi mengatakan bahwa takut masuk agama Buddha atau Khong Hu Cu karena takut trepot ngurus orang tua atau bila ada kematian. Jelas dari sudut Buddhisme / Confucianisme / Daoisme juga ga ada tuh anjuran spt yang di sebutkan dalam buku itu. Coba cari aja di mana ada kitab suci dari tiga ajaran di atas yag ajarin bakar kertas, panggil roh orang mati dll. Coba deh kita sama-sama mencari kebenaran sebelum memberi komentar yang kurang pas. (Masih belajar budi pekerti) 2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan east_road@ saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara
Re: [budaya_tionghua] bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted
Saya sih belum baca bukunya jga ga kenal sama Bhikku Visuddhacara dan dari Sangha Theravada mana ( setahu saya dari Sangha Thervada Indonesia ga ada terdaftar nama bhikku tsb.), Boleh di jelaskan lebih lanjut ttg itu. Kalau menurut saya, hal ini tidak menunjukkan fanatisme kaum Theravadin, walaupun dari tradisi Mahayana pun banyak yang persamaannya dengan catatan bahwa aliran Mahayananya masih berpegang pada Tripitaka Sansekerta / Tripitaka Pali / Tripitaka Korea yang diakui secara internasional. Juga di sini tidak menunjukkan fanatisme, karena menurut saya buku dan penulis menulis tentang sudut pandang dari tradisinya. Kan biasanya buku itu timbul ketika ada pertanyaan dan di liat dari sudut pandang yg berbeda yang dijelaskan. Tiadak ada keharusan dan pemaksaan, jadi kalu mau dibilang fanatismen ya tidak karean sifatnya interen, mau di dengar boleh tidak juga boleh tak ada dogma yang memaksa. Coba saja kalau kita tanya banyak orang Tionghoa yang pindah agama / ganti tradisi mengatakan bahwa takut masuk agama Buddha atau Khong Hu Cu karena takut trepot ngurus orang tua atau bila ada kematian. Jelas dari sudut Buddhisme / Confucianisme / Daoisme juga ga ada tuh anjuran spt yang di sebutkan dalam buku itu. Coba cari aja di mana ada kitab suci dari tiga ajaran di atas yag ajarin bakar kertas, panggil roh orang mati dll. Coba deh kita sama-sama mencari kebenaran sebelum memberi komentar yang kurang pas. (Masih belajar budi pekerti) 2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara Penerbit Karya maju, medan Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas : Hal 4-5. Dalam Tradisi aliran Buddhis Teravada : - tidak mengenal sistem pembakaran kertas uang kertas sembayang. - tidak perlu meletakan sebaskom air dan handuk di bawah peti mati. - tidak perlu meletakan sepiring nasi dengan sumpit didepan peti mati. - Tidak perlu membakar dupa atau lilin didepan peti mati. - Tidak perlu mengantung kelambu diatas peti mati - Tidak perlu membagikan benang merah kepada tamu. - pintu boleh tertutup kali sudah malam hari jika pengunjung tidak ada - tidak perlu pembersihan rumah , mengunakan air suci atau apapun. Hal 6-7 -tidak perlu membakar kertas sembayang untuk bakar rumah kertas, mobil kertas, uang neraka. Menurut Teravada apapun dibakar diluar logis ngak bermanfaat. - Tidak [erlu diselamatkan oleh upacara, Ritual dll. - Uang dihematkan untuk pelaksanaan upacara ritual dianggap tidak bermanfaat dapat digunakan untuk berdana kepada Bihkku dan vihara saja. -Anggota keluarga tidak perlu memakai pakaian hitam atau pakaian kemalangan. hal 8-9 - anggota keluarga Tidak perlu membelakangi peti mati ketika jenazah almarhum diletakan kedalam atau ketika peti mati akan diangkut dari rumah ke mobil jenazah pada hari pemakaman. - Pratek lain menurut teravada yang salah adalah persembahan makanan, seperti ayam, bebek, babi panggang, dan sayuran didepan almarhum tidak perlu. Karena dianggap tidak logis - Tidak perlu menggunkan grup musik memainkan musik khidmat - pada umumnya bagi aliran Teravada tidak bermanfaat untuk pengkuburan, tapi pembakaran atau krematorium, seprti pelaksanaan pemakaman seperti di Myanmar. -tetap mengutamakan point berdana kepada bhiku dan vihara. hal 9-10 -Tidak perlu semua kertas sembayang atau embel lain. malahan mengatakan lebih baik memberikan pakaian kepada Bhiku. Hal 16-17 - Menurut agama Buddha tradisi teravada tidak perlu menyembayangi dewa-dewa . Malah menggangap Para dewa terallu asik dengan kesenangan dalam alam mereka, sehingga tidak memperhatikan apa yang kita perbuat disini. - Selain almarhum yang baru meninggal dan barangkali terlahir menjadi hantu kelaparan juga mendapatkan kebahagiaan dan manfaat hal 18-19 - Bhiku teravada tidak meminta bayaran, untuk pelayanan mereka kmemberikan angpao maka diterima saja. -etnis Chinese tionghoa mengadakan ritual tertentu dan doa pada hari ke 7, 49 dan 100 hari. ==( ctn dari saya :bagi saya pribadi ini namanya penyerangan terhadap aliran mahayana). - Masih ada lagi kebiasaan lain tidak boleh dilakukan seperti memanggil orang telah meninggal ( bahasa Hokien : Khan Bong) melalui perantara. sekian dulu Masih ada bagian kesimpulan. Saya menuliskan kembali esok hari untuk kesimpulannya.
Re: [budaya_tionghua] bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted
Ralat sedikit, yang saya maksud bila tradisi Mahayana yg masih berpegang pada Tripitaka Sansekerta / Tripitaka Tiongkok / Tripitaka Korea. ( di dunia ini dalam literatur linguistic di akui ada 4 Tripitaka : Pali , Sansekerta, Tiongkok, dan Korea ). 2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara Penerbit Karya maju, medan Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas : Hal 4-5. Dalam Tradisi aliran Buddhis Teravada : - tidak mengenal sistem pembakaran kertas uang kertas sembayang. - tidak perlu meletakan sebaskom air dan handuk di bawah peti mati. - tidak perlu meletakan sepiring nasi dengan sumpit didepan peti mati. - Tidak perlu membakar dupa atau lilin didepan peti mati. - Tidak perlu mengantung kelambu diatas peti mati - Tidak perlu membagikan benang merah kepada tamu. - pintu boleh tertutup kali sudah malam hari jika pengunjung tidak ada - tidak perlu pembersihan rumah , mengunakan air suci atau apapun. Hal 6-7 -tidak perlu membakar kertas sembayang untuk bakar rumah kertas, mobil kertas, uang neraka. Menurut Teravada apapun dibakar diluar logis ngak bermanfaat. - Tidak [erlu diselamatkan oleh upacara, Ritual dll. - Uang dihematkan untuk pelaksanaan upacara ritual dianggap tidak bermanfaat dapat digunakan untuk berdana kepada Bihkku dan vihara saja. -Anggota keluarga tidak perlu memakai pakaian hitam atau pakaian kemalangan. hal 8-9 - anggota keluarga Tidak perlu membelakangi peti mati ketika jenazah almarhum diletakan kedalam atau ketika peti mati akan diangkut dari rumah ke mobil jenazah pada hari pemakaman. - Pratek lain menurut teravada yang salah adalah persembahan makanan, seperti ayam, bebek, babi panggang, dan sayuran didepan almarhum tidak perlu. Karena dianggap tidak logis - Tidak perlu menggunkan grup musik memainkan musik khidmat - pada umumnya bagi aliran Teravada tidak bermanfaat untuk pengkuburan, tapi pembakaran atau krematorium, seprti pelaksanaan pemakaman seperti di Myanmar. -tetap mengutamakan point berdana kepada bhiku dan vihara. hal 9-10 -Tidak perlu semua kertas sembayang atau embel lain. malahan mengatakan lebih baik memberikan pakaian kepada Bhiku. Hal 16-17 - Menurut agama Buddha tradisi teravada tidak perlu menyembayangi dewa-dewa . Malah menggangap Para dewa terallu asik dengan kesenangan dalam alam mereka, sehingga tidak memperhatikan apa yang kita perbuat disini. - Selain almarhum yang baru meninggal dan barangkali terlahir menjadi hantu kelaparan juga mendapatkan kebahagiaan dan manfaat hal 18-19 - Bhiku teravada tidak meminta bayaran, untuk pelayanan mereka kmemberikan angpao maka diterima saja. -etnis Chinese tionghoa mengadakan ritual tertentu dan doa pada hari ke 7, 49 dan 100 hari. ==( ctn dari saya :bagi saya pribadi ini namanya penyerangan terhadap aliran mahayana). - Masih ada lagi kebiasaan lain tidak boleh dilakukan seperti memanggil orang telah meninggal ( bahasa Hokien : Khan Bong) melalui perantara. sekian dulu Masih ada bagian kesimpulan. Saya menuliskan kembali esok hari untuk kesimpulannya.
Re: [budaya_tionghua] Lo Ban Teng
Bisa langsung ke Toko Obat Lo Ban Teng di Jalan Jatinegara Barat di seberang DPU / Rumah Sakit Hermina 2009/4/1 Lim Chandra lim_chan...@ymail.com Dear all, Apa ada yang tau dimana cucu Lo ban Teng yang masih membuka perguruan kuntao. Saya dengar masih ada, apa benar. Dimana alamatnya ada yang tahu? Atau no telp ada yang tahu? Terimakasih. Salam Lim Chandra
Re: [budaya_tionghua] bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted
Iya benar, itu cerita ttg Patriach Mahayanya Tiongkok YM Hui Neng ( patriach setelah beberapa generasi dari Bodhidharma / Tat Mo Cho Su yg diangap sbg Patriach Pertama). Ini kisah ketika beliau dalam perjalanan dan diserang badai salju lalu berteduh di vihara tua dan membakar patung Buddha untuk menghangatkan diri Beliau dan Muridnya agar tidak mati kedinginan. 2009/4/6 iwan kustiawan iwanph...@yahoo.com Jadi teringat cerita Zen ( Mahayana?) dimana seorang bikhu membakar patung Budha..karena apa? dia sudah melepas keduniawian/materi/ritual.karena dia sudah mengerti inti dari ritual tersebut. Kalau menurut saya sah sah saja kalau bikhu penulis buku tersebut menjelaskan mengapa menurutnya ritual tertentu tidak perlu dilakukan. Saya rasa ritual tidak pernah dilarang dalam Budhisme apapun itu mahayana, Theravada, dll asalkan makna dari ritual itu dapat dipahami maknanya. Ritual biasanya dilakukan untuk mengingatkan umat akan nilai nilai yang ingin ditanamkan, nah kalau seseorang sudah mengetahui dan memahami makna ritual tersebut, selanjutnya bukankah terserah umatnya mau tetap dilakukan ( dengan pemahaman) atau tidak perlu dilakukan dengan alasan praktis.Keduanya sama baik. Percuma kalau melakukan ritual tanpa mengetahui maknanya, ataupun melakukan ritual tapi dengan pengertian yang salah ( yang mengarah kepada ilusi, atau dilatar belakangi kebencian/balas dendam, kesombongan, atau keserakahan).Terima kasih --- On *Sun, 4/5/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote: From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com Subject: Re: [budaya_tionghua] bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Sunday, April 5, 2009, 1:09 PM Ralat sedikit, yang saya maksud bila tradisi Mahayana yg masih berpegang pada Tripitaka Sansekerta / Tripitaka Tiongkok / Tripitaka Korea. ( di dunia ini dalam literatur linguistic di akui ada 4 Tripitaka : Pali , Sansekerta, Tiongkok, dan Korea ). 2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo. comhttp://mc/compose?to=east_r...@yahoo.com saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara Penerbit Karya maju, medan Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas : Hal 4-5. Dalam Tradisi aliran Buddhis Teravada : - tidak mengenal sistem pembakaran kertas uang kertas sembayang. - tidak perlu meletakan sebaskom air dan handuk di bawah peti mati. - tidak perlu meletakan sepiring nasi dengan sumpit didepan peti mati. - Tidak perlu membakar dupa atau lilin didepan peti mati. - Tidak perlu mengantung kelambu diatas peti mati - Tidak perlu membagikan benang merah kepada tamu. - pintu boleh tertutup kali sudah malam hari jika pengunjung tidak ada - tidak perlu pembersihan rumah , mengunakan air suci atau apapun. Hal 6-7 -tidak perlu membakar kertas sembayang untuk bakar rumah kertas, mobil kertas, uang neraka. Menurut Teravada apapun dibakar diluar logis ngak bermanfaat. - Tidak [erlu diselamatkan oleh upacara, Ritual dll. - Uang dihematkan untuk pelaksanaan upacara ritual dianggap tidak bermanfaat dapat digunakan untuk berdana kepada Bihkku dan vihara saja. -Anggota keluarga tidak perlu memakai pakaian hitam atau pakaian kemalangan. hal 8-9 - anggota keluarga Tidak perlu membelakangi peti mati ketika jenazah almarhum diletakan kedalam atau ketika peti mati akan diangkut dari rumah ke mobil jenazah pada hari pemakaman. - Pratek lain menurut teravada yang salah adalah persembahan makanan, seperti ayam, bebek, babi panggang, dan sayuran didepan almarhum tidak perlu. Karena dianggap tidak logis - Tidak perlu menggunkan grup musik memainkan musik khidmat - pada umumnya bagi aliran Teravada tidak bermanfaat untuk pengkuburan, tapi pembakaran atau krematorium, seprti pelaksanaan pemakaman seperti di Myanmar. -tetap mengutamakan point berdana kepada bhiku dan vihara. hal 9-10 -Tidak perlu semua kertas sembayang atau embel lain. malahan mengatakan lebih baik memberikan pakaian kepada Bhiku. Hal 16-17 - Menurut agama Buddha tradisi teravada tidak perlu menyembayangi dewa-dewa . Malah menggangap Para dewa terallu asik dengan kesenangan dalam alam mereka, sehingga tidak memperhatikan apa yang kita perbuat disini. - Selain almarhum yang baru meninggal dan barangkali terlahir menjadi hantu kelaparan juga mendapatkan kebahagiaan dan manfaat hal 18-19 - Bhiku teravada tidak meminta bayaran, untuk pelayanan mereka kmemberikan angpao maka diterima saja. -etnis Chinese tionghoa mengadakan ritual tertentu dan doa pada hari ke 7, 49 dan 100 hari. ==( ctn dari saya :bagi saya pribadi ini namanya penyerangan terhadap aliran mahayana). - Masih ada lagi kebiasaan lain tidak boleh dilakukan seperti memanggil orang telah meninggal ( bahasa Hokien : Khan Bong) melalui perantara. sekian dulu Masih ada bagian kesimpulan. Saya menuliskan kembali esok hari untuk kesimpulannya.
Re: [budaya_tionghua] Re: bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted
Kalau saudara baca dengan cermat, yang saya ralat adalah tulisan saya sendiri. 2009/4/6 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com bgn yang mana yang diralat ?. bukunya atau saya ?. saya hanya menuliskan secara point sensitifnya saja. Ngak keseluruhan, justru dalam buku ini tulisan dari Ym Bhikhu Visuddachara lebih menyikapi sifat kerkerdilan beliau. Menunjukan sikap fanatisme yang berlebihan, dan terkesan congkak. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: Ralat sedikit, yang saya maksud bila tradisi Mahayana yg masih berpegang pada Tripitaka Sansekerta / Tripitaka Tiongkok / Tripitaka Korea. ( di dunia ini dalam literatur linguistic di akui ada 4 Tripitaka : Pali , Sansekerta, Tiongkok, dan Korea ). 2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@... saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara Penerbit Karya maju, medan Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas : Hal 4-5. Dalam Tradisi aliran Buddhis Teravada : - tidak mengenal sistem pembakaran kertas uang kertas sembayang. - tidak perlu meletakan sebaskom air dan handuk di bawah peti mati. - tidak perlu meletakan sepiring nasi dengan sumpit didepan peti mati. - Tidak perlu membakar dupa atau lilin didepan peti mati. - Tidak perlu mengantung kelambu diatas peti mati - Tidak perlu membagikan benang merah kepada tamu. - pintu boleh tertutup kali sudah malam hari jika pengunjung tidak ada - tidak perlu pembersihan rumah , mengunakan air suci atau apapun. Hal 6-7 -tidak perlu membakar kertas sembayang untuk bakar rumah kertas, mobil kertas, uang neraka. Menurut Teravada apapun dibakar diluar logis ngak bermanfaat. - Tidak [erlu diselamatkan oleh upacara, Ritual dll. - Uang dihematkan untuk pelaksanaan upacara ritual dianggap tidak bermanfaat dapat digunakan untuk berdana kepada Bihkku dan vihara saja. -Anggota keluarga tidak perlu memakai pakaian hitam atau pakaian kemalangan. hal 8-9 - anggota keluarga Tidak perlu membelakangi peti mati ketika jenazah almarhum diletakan kedalam atau ketika peti mati akan diangkut dari rumah ke mobil jenazah pada hari pemakaman. - Pratek lain menurut teravada yang salah adalah persembahan makanan, seperti ayam, bebek, babi panggang, dan sayuran didepan almarhum tidak perlu. Karena dianggap tidak logis - Tidak perlu menggunkan grup musik memainkan musik khidmat - pada umumnya bagi aliran Teravada tidak bermanfaat untuk pengkuburan, tapi pembakaran atau krematorium, seprti pelaksanaan pemakaman seperti di Myanmar. -tetap mengutamakan point berdana kepada bhiku dan vihara. hal 9-10 -Tidak perlu semua kertas sembayang atau embel lain. malahan mengatakan lebih baik memberikan pakaian kepada Bhiku. Hal 16-17 - Menurut agama Buddha tradisi teravada tidak perlu menyembayangi dewa-dewa . Malah menggangap Para dewa terallu asik dengan kesenangan dalam alam mereka, sehingga tidak memperhatikan apa yang kita perbuat disini. - Selain almarhum yang baru meninggal dan barangkali terlahir menjadi hantu kelaparan juga mendapatkan kebahagiaan dan manfaat hal 18-19 - Bhiku teravada tidak meminta bayaran, untuk pelayanan mereka kmemberikan angpao maka diterima saja. -etnis Chinese tionghoa mengadakan ritual tertentu dan doa pada hari ke 7, 49 dan 100 hari. ==( ctn dari saya :bagi saya pribadi ini namanya penyerangan terhadap aliran mahayana). - Masih ada lagi kebiasaan lain tidak boleh dilakukan seperti memanggil orang telah meninggal ( bahasa Hokien : Khan Bong) melalui perantara. sekian dulu Masih ada bagian kesimpulan. Saya menuliskan kembali esok hari untuk kesimpulannya.
Re: [budaya_tionghua] DEWA TENGLANG sapa yg angkat itu jadi dewa ya ?
*Masalah yang di bahas di sini berakar pada istilah DEWA **yang berasal dari bahasa Sansekerta - Deva / Devata (majemuk) yang dalam bahasa Inggris secara umum di sebut Gods / Heavenly Being / Cellestial Being. Kalau dalam tradisi Tionghoa, kalau kita bicara ttg dewa jadi rancu karena bisa berati Sin / Shen 神, atau Sian / Xian 仙, atau Seng / Sheng 聖 yang semuanya di sebet dewa dalam bahasa Melayu Tinggi. Menurut pengamatan dan sepengertian saya pribadi - mohon input dan koreksi bila kurang tepat - istilah Dewa lebih tepat di artikan Sin 神 seperti layaknya pada pengeritan Buddhist dan Daoist / Tao Kauw. Sekadang juga di artikan sebagai roh dan mahluk halus dalam bahasa Melayu. Istilah dewa di Melayu juga di sebut Sian 仙 untuk orang-orang manusia biasa yang sudah mencapai ilmu tinggi kebatinannya dan menjadi satu dengan semesta yang sejalan dengan pengertian Daoist yang dalam bahasa inggris di sebut Immortals. Jadi tambah rancu karena Seng 聖 juga di sebut dewa dalam bahasa Melayu, padahal istilah ini lebih dekat dalam pengertian Ruist / Khong Kauw yang diberikan kepada oran-orang manusia biasa yang sudah mencapai tingkatan budi pekerti yang sangat tinggi dan sering secara bebas di sebut juga nabi. Jadi, mungkin, lebih baik kalu kita membahas satu-persatu sosok dewa Tionghoa, apakah termasuk yang mana. Mudah-mudahan bermanfaat. (masih belajar budi pekerti) * 2009/3/29 ardian_c ardia...@yahoo.co.id pertanyaan umum, kok dewa2 tenglang itu banyak ya ? nah dari pertanyaan ini sering timbul kalu dewa2 itu sembarangan diangkat. padahal mah kagak, biasanya yg kasih penganugrahan itu kerajaan. Contohnya Lin Mo Niang, Guan Gong, Zhuge Liang, Kong Zi, Chen WenYu dsbnya. But yg disebut dewa itu bukan berartti dewa dari langit or wat getu , rata2 mrk2 itu pernah idup didunia dan kasih kontribusi buat masyrakat sekitarnya. Dewa2 yg bersifat keagamaan seperti yg dimiliki Buddhism dan Taoism itu jarang sekali mendapat penganugrahan dari kerajaan. Tapi ada bbrp yg dapat seperti Sakyamuni yg dapet gelar Xifang ShengRen ( manusia bijak dan suci dari barat ). En berdasarkan cataten yg owe punya, rata2 org2 Ruist itu yg mendata dan mengatur dewa2 mana yg pantas dihormati or tidak oleh masyarakat. Catatan dinasti Qing sendiri pernah nulis kalu dewa Wu Tong or Wu Lu itu diband ame kaum Ruist. Soale dianggap tidak memberikan kontribusi kepada masyarakat, bukan tokoh panutan yg pantas. Kasarnya disebut Yin shen alias dewa cabul. Biasanya para pejabat setempat itu mencatat org2 yg berperilaku baik, en kadang oleh rakyat setempat dibangun Ci atau rumah peringatan. Misalnya Wuhou Ci yg buat memperingati Zhuge Liang. Nah dari situ disampaikan kepada kerajaan en nanti kerajaan melihat jasa2nya dsbnya baru dianugrahkan gelar. Di Indonesia sendiri banyak dewa tenglang lokal kayak Kwee Lak Kwa, Tan Tek Sioe Sian dsbnya. But yg owe inget itu Kwee Lak Kwa yg ditulis kalu doi dapet gelar ZeHai Zhenren dari kaisar Qianlong. Hm itu seh aye kurang yakin kalu kaisar Qianlong kasih gelar buat die. Makanya jg biar rakyat di rrt sono ada yg sembahyangin 3 dewa ape ya pokokne Mao Zedong, Zhou Enlai ama Deng Xiaoping ya tetep ame pemerintah (kalu jaman doeloe kerajaan kale ) dilarang hehehehehehe. So konotasi kata dewa itu gimana tepatnya buat mereka diatas itu ?
Re: [budaya_tionghua] Re: Chengbeng hari ziarah
*Memang masalah pemakaman perlu pemikiran dan pengaturan sesuai tata kota yang ada. Lalu di Indonesai memangnya ada tata kota??? Yang ada wali kota, bupati, camat, lurah yang jualan tanah kota kan? Yang penting ada uang masuk kantong, siapa tahu ga ke pilih lagi untuk periode selanjutnya sekalian nuat uapaya balik modal meeak diasaat kampanye sebelumnya. Satu hal lagi, coba aja minta ijin mendirikan krematorium di Indonesia - ampun sulitnya setengah mati, selain ijin dari pemda, ijin dari warga, ijin dari majeis keagamaan setempat yang ga kenal kebiasaan kremasi - wah walaupun bukan tidak mungkin - polemik dan tetek bengegnya luar biasa. Kalau ga percaya tanya aja Umat Himdu Bali yang di luar Bali seperti, jangan di bilang kalau yang mau buat krematorium yayasan dari golongan yang di kira banyak duit - abis deh seperti jeruk - di peres abis-abisan. Gimana ya cara berpikir orang-orang di negeri ini? Perlu pendewasaan lagi, rupanya hampir 400 tahun di jajah tidak mendewasakan juga ya. Tantangan buat kita semua bila mau negeri ini bisa maju dan berkembang setaraf denang bangsa lain. Padahal negara seperti Thailand dan Malaysia itu beguru ama kita sampai di tahun 90an, eh kok malah kita yang masih ketinggalan di landasan. Hayo kita berjuang bersama demi bangsa negara NKRI. * 2009/3/28 melani chia chiamel...@yahoo.co.uk Di Indonesia akan selalu ngalami hal seperti ini,selama pemerintah tdk tegas mengatur yg namanya fasilitas umum,termasuk perkuburan untuk negara yg sudah teratur,harus ikut atruan tdk bisa suka2 bikin kuburan dlm ukuran besar ditempat pemakaman umum,tdk peduli kaya nya sampe menakutkan. Kami disini tdk usah repot ngurusin makam,pemerintah yg ngeluarin dana untuk merawat,tdk ada temapt buat nanem pohon, semua tersusun rapi, tinggal lihat PATH berapa? dari th berapa?,juga ada banyak pemakaman umum yg akan digusur, ditengah kota,ada beberpa pemakaman umum milik malay, yg berada di tengah kota,sangat merusak pemandangan,tunggu punya tunggu entah kapan mau digusu,padahal sudah lama sekalikalau yg Ulysee lihat kuburan pinggir jalan yg jelek mungkin itu kali ya??? ada yg dekat mesjid malabar,telok blangah dll,bahkan ada pemakaman khusus tio chiu,sekarang dengar2 mau digusur tanah semakin sempit,yg bukan islam dianjurkan kremasi,yg islam sudah diatur dikubur dg cara susun, ke atas,tdk ada pilihan,abis mereka tdk mau kremasi,...kalau mau tegas mah apa juga bisa terjadi, kalau kebutuhan tanah sudah terdesak,tunggu saja 50 th lagi... hehehe apa sih yg tdk mungkin,semua manusia yg ciptkan manusia juga yg menuai kesulitan. --- On *Sat, 28/3/09, gsuryana gsury...@indo.net.id* wrote: From: gsuryana gsury...@indo.net.id Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Chengbeng hari ziarah To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Saturday, 28 March, 2009, 3:07 AM From: ardian_c ardia...@yahoo. co.id ardian_c%40yahoo.co.id setau owe itu haji gak bikin rumah abu sendirianlar heuehehehe lagian jg kalu mo dipikir2 sebenernya cilincing jg ngumpetlar posisinya. Yang jelas kalah promosilar. Wong penitipan abu gak tjoema di cipaku aja tuh , di pajajaran jg ada 1 tapi ya masih sepi alias org2 lebih suka ngembat tanah dibanding dibakarlar. Cilincing dulunya tempat pesiar orang Jakarta, sebelum ada Ancol orang Jakarta berpakansi ke Cilincing. Haji Jaya gak membesarkan gunung gadunglar, wong die jg doeloe pernah kerjasama ame seorg yg dah almarhum. Yup...dan dibelakangnya ada beking kuat. BTW urusan tanah gede2an di Gunung Gadung ada point2 yg kang sur mesti pikirin bae2. 1.itu rata2 kuburan di gunung gadung ada masanyalar, per 5 taon kalu gak salah mesti bayar ame pemda. So buat Pemda itu PAD alias pendapatan asli daerah. Lewat dari itu ya siap2 aja digusur or dibongkar kuburannya. Kuburan engkong ame ema gw jg bayar tiap taon pajeknya, luas kuburanyan gak lebih dari 10 meter persegi. Yang gede2an malah rata2 boekan orang BOGOR. Biasanya sih bayar ke yayasannya, kadang didiemin oleh yayasannya dengan harapan ntu kuburan gak bayar bayar lagi, jadi bisa di jual lagi. 2.rata2 keluarga di Bogor yg punya kuburan di gunung gadung menggaji org daerah sana itu taonan buat ngurus kuburan , uniknya tiap cengbeng banyak yg mendadak jadi rajin bersihin kuburan huehehehehe. Sebelum kena serbu pendatang, masyarakat Bogor memang didatangi penduduk setempat, hanya tidak galak galak amat, dan setelah ntu kuburan melar puluhan kali lipat, wajah sangar dan memelas saling silang berdatangan, bagi pendatang sudah pasti kena serbu dan keluar biaya yang lebih besar dibandingkan dengan penduduk Bogor, apalagi sudah mengenal orang biasa mengurusnya. Contohnya ada keluarga yg jelas2 gw tau dari jaman gw kecil ngurus kuburan ngkong gw, eh tetep aja tiap mo ziarah ada muka2 gak dikenal yg minta duit en selalu ribut ngomong kalu mereka itu yg mengurusnya. + Seingatku itu setelah tahun 90-an yah.
Re: [budaya_tionghua] tanggapan perpecahan di kalangan tiong hwa
*Saya juga memperhatikan fenomena ini. Ternyata terjadi disemua kalangan manusia yang mengikuti keyakinan / kepercayaan / isme dari berbagai aliran dan tempat. Gejalanya dimulai dengan timbulnya kesadaran 'pemuda-pemuda' dalam kalangan tersebut yang tidak puas dengan kondisi sekarang dan tidak lagi bisa menerima kebiasaan dari kaum 'tua'.* *Para pemuda lalu mulai berusaha untuk mencari jatidiri dan pembenaran dengan mulai menggali lagi yang disebut dengan 'usaha pemurnian' dari apa yang mereka yakini sejak awal. Sayangnnya emosi muda yang menggebu-gebu terlalu sering tidak dibarengi dengan kemmampuan analisa sebab dan akibat secara meluas dan cenderung mengupas dan menggali 'usaha pemurnian' dengan dangkal. Hasil temuan yang dangkal lalu di gembar-gemborkan dibarengi dengan ego dan rasa kebanggaan bahwa telah menemukan 'kebenaran yang murni'. Yang ada hasilnya adalah penjaabaran dan pengertian pokok masalah yang dangkal dan dengan pandangan sempit. Dari sini timbul berbagai kubu yang membertahankan 'kebenaran dn pembenaran mereka masing-masing. Lalu yang timbul adalah ektrimisme dan bentrok karena semua memiliki pandangan tertutup oleh fanatisme yang mereka tumbuhkan sendiri yang sering kali dalam kasus dalam ajaran Tri Dharma yang berdasasrkan pada keharmonisan dan pandangan luas menjadi sangat kontradiktif dengan apa yang mereka pelajari dan 'mengerti'. Saya teringat dengan perkataan dari Albert Einstain seorang free thinker sejati yang mengatakan : Ada 2 hal yang tanpa batas : Pertama adalah kebodohan manusia, yang Kedua adalah alam semesta - tetapi saya tidak terlalu yakin tentang itu. Apa bila SAM KAUW SENG JIN mendengar ucapan Einstein ini, saya sangat yakin bahwa Beliau Bertiga ( Sakyamuni Buddha-Khong Cu-Lo Cu ) tidak akan mempertentangkannya. Memang dengan perkembangan jaman fenomena ini akan reda, tetapi sayangnya, baru reda setelah banyak korban di kalangan manusia sendiri. Jadi, marilah kita berusaha untuk memupuk cara berpikir yang luas dan bebas yang berdasarkan analisa yang mendalam dalam tujuan untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya. MARILAH KITA MANJADI FREE THINKERS SEJATI ! KIKIS KEBODOHAN DALAM DIRI KITA MASING-MASING. * 2009/3/24 Karna Hasim hasimcul...@yahoo.com Menurut saya perpecahan di kalangan Tiong Hwa tidak perlu ditakutkan, karena nanti juga akan menemukan titik keseimbangan yang baru yang akan menuju harmoni. Perubahan nama dari Bio, Kelenteng menjadi Vihara terjadi karena campur tangan pemerintah yang dulu yang ingin menghapuskan kebudayaan tiong Hwa dari bumi Nusantara yang kita cintai ini. Tapi menurut saya inti ajaran dari KHC, Dao dan Budha adalah sama yang berbeda hanya ritualnnya saja. Juga dengan agama2 yang lain jika diambil intisarinya akan menuju ke satu kesimpulan yaitu mencari kebahagiaan lahir batin, dunia akhirat. Jadi menurut saya tidak perlu dipertengkarkan dicari2 perbedaannya. Ibarat orang yang ingin menyeberangi sungai, agama adalah alat transportasinya, ada yang menggunakan perahu besar, ada yang menggunakan kano atau malah ada yang ingin berenang, pilihan bebas ditangan individu masing2., yang penting jangan merasa paling benar dan menyalahkan yang lain. Salam bahagia Namastee
Re: eNTONG Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?
Kam sia King Hian Hia Ti 2009/3/25 King Hian king_h...@yahoo.com Kelihatannya ada kesalahpahaman, karena masalah bahasa. Saya duga masalahnya adalah penggunaan sebutan eNTONG. Dalam bhs Melayu Betawi, nTong adalah sebutan utk anak lelaki (yang yang lebih kecil). Kalo di bhs Sunda mirip jengan sebutan JANG (Ujang). Sedangkan Abang adalah sebutan utk kakak lelaki, artinya sama dengan bhs Melayu Sumatera. Menurut saya, Sdr. Ning menggunakan sebutan nTong utk menjawab tulisan Sdr. Hendri yang memanggilnya Bang. pis, KH --- On *Mon, 3/23/09, ardian_c ardia...@yahoo.co.id* wrote: From: ardian_c ardia...@yahoo.co.id Subject: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Monday, March 23, 2009, 11:46 PM weleh2 sabar bang sabar , tarik nafas dulu 3 kali hehehehehe --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. comhttp://mc/compose?to=budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Hendri Irawan heny...@... wrote: Maksud anda apa yah ? Ngajak berantem neh ? Kalau sudah kehabisan kata-kata jangan suka main menyebut nama orang dengan tidak hormat. Kalau nama anda saya pelesetkan dengan bahasa tidak sopan gimana ? Oh yah, saya males meladeni pertanyaan ginian, bayar juga kagak. Mana tuh katanya yang lagi belajar budi pekerti, tau gak kalau budi pekerti yang anda pelajari itu diambil dari ajaran Kongzi ? Kenapa gak ambil Sigalovada sutta aja buat budi pekerti ? Hormat saya, Yongde
Re: [budaya_tionghua] Re:Timbulnya perpecahan umat Tridharma anggapan perpecahan di kalangan tionghwa
Saya juga melihatnya demikian. Sayangnya jaman sekarang yang besuara lantang saja yang diangap mewakili pandangan umum, padahal yang umukan suara kerasnya saja, tanpa pendukung yang besar. Yah jamannya radikalisme berkembang sekarang. On 3/25/09, Joao Kho joao@gmail.com wrote: Saya coba kembalikan Judul postingan ke Timbulnya perpecahan umat Tridharma yang kurang cocok diganti dgn kalangan tionghwa. Sebenarnya perubahan / perpecahan itu memang tidak perlu dikuatirkan, karena sesuai dengan perumpamaan: Bersatu lama akan terpecah, Terpecah lama akan bersatu kembali. Tetapi pointnya bukan disana, didalam kasus ini banyak kelompok yang mempunyai kepentingan, dan memciptakan berbagai masalah yang sudah tidak sehat lagi. Kedua, saya rasa inti ajaran dari KHC, Dao dan Budha tidaklah sama walaupun menghasilkan tujuan yg bisa kita katakan sama. Ketiga, sesuai dengan semangat budaya tionghua, rasa kekeluargaan dan toleransi seharusanya hal tersebut memang sudah seharusnya diselesaikan dengan musyawarah dan toleransi. Tetapi faktanya dilapangan tidaklah demikian, sebagai contoh: di satu cetiya/bio yang hampir 100% pengurus dan umat pengen kembalikan yayasan ke naungan MATAKIN, tetapi dilaporkan oleh yayasan buddhis ke aparat hukum dgn alasan banyak suara yang menolak keputusan tersebut, dan menyuruh sekelompok orang tak dikenal didaerah tersebut untuk ikut campur dalam rapat pengurus cetiya/bio. Jadi permainannya sudah mulai kasar. Keempat, ini bukan hanya masalah agama sebagai alat transportasi, tetapi sudah ketingkat elit (politik/pempinan) pusat yang sedang beradu kekuatan untuk menarik massa maupun sumber rezeki. Sebenarnya masalah tersebut tidak berpengaruh terhadap umat awam dalam jangka pendek, karena toh kepercayaan adalah hak masing2 orang. Dan di bio yang sama mereka tetap bisa melakukan penghormatan kepada Buddha dan Dewata yang di yakininnya. Tetapi dalam jangka panjang, maupun melihat kembali ke topik Dewata dipaksa pindah Agama. Dan tindakan lebih lanjut di daerah sekitarnya.. sudah terjadi pemaksaan tertentu . Salam damai, Joao Kho --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Karna Hasim hasimcul...@... wrote: Menurut saya perpecahan di kalangan Tiong Hwa tidak perlu ditakutkan, karena nanti juga akan menemukan titik keseimbangan yang baru yang akan menuju harmoni. Perubahan nama dari Bio, Kelenteng menjadi Vihara terjadi karena campur tangan pemerintah yang dulu yang ingin menghapuskan kebudayaan tiong Hwa dari bumi Nusantara yang kita cintai ini. Tapi menurut saya inti ajaran dari KHC, Dao dan Budha adalah sama yang berbeda hanya ritualnnya saja. Juga dengan agama2 yang lain jika diambil intisarinya akan menuju ke satu kesimpulan yaitu mencari kebahagiaan lahir batin, dunia akhirat. Jadi menurut saya tidak perlu dipertengkarkan dicari2 perbedaannya. Ibarat orang yang ingin menyeberangi sungai, agama adalah alat transportasinya, ada yang menggunakan perahu besar, ada yang menggunakan kano atau malah ada yang ingin berenang, pilihan bebas ditangan individu masing2., yang penting jangan merasa paling benar dan menyalahkan yang lain. Salam bahagia Namastee
Re: [budaya_tionghua] diskriminasi orang tionghua di indonesia
Selam ada lebih dari 1 orang, diskriminasi pasti muncul. Saudari mungkin harus mempertajam pertanyaannya -yang dimaksud disini diskriminasi secara sosial kemasyarakatan, diskriminasi struktural, diskriminasi secara legalitas atau apa gitu ya. On 3/25/09, shee_cutez shee_cu...@yahoo.com wrote: Hai teman2,sehubungan saya lagi mengerjakan skripsi mengenai diskriminasi orang tionghua di indonesia, saya mau tanya, 1.sampai saat ini(tahun2009) masih adakah diskriminasi terhadap orang tionghua di indonesia?contohnya bagaimana?dan ada saran apa untuk mengatasi malasah tersebut? 2.apakah benar,salah satu syarat untuk menjadi presiden Indonesia adalah harus beragama Islam dan orang pribumi?(maaf kalau salah) 3.saya banyak mendengar contoh2 budaya Indonesia yg dipengaruhi oleh budaya Tionghua, apakah ada contoh budaya Tionghua yg dipengaruhi oleh budaya Indonesia? makasi ya atas info nya =)
Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?
Ha ha ha gitu aja marah , Bang. Kalau ga bisa becanda ya jangan ngajak becanda duluan, Bang 2009/3/23 Hendri Irawan heny...@yahoo.com Maksud anda apa yah ? Ngajak berantem neh ? Kalau sudah kehabisan kata-kata jangan suka main menyebut nama orang dengan tidak hormat. Kalau nama anda saya pelesetkan dengan bahasa tidak sopan gimana ? Oh yah, saya males meladeni pertanyaan ginian, bayar juga kagak. Mana tuh katanya yang lagi belajar budi pekerti, tau gak kalau budi pekerti yang anda pelajari itu diambil dari ajaran Kongzi ? Kenapa gak ambil Sigalovada sutta aja buat budi pekerti ? Hormat saya, Yongde
Re: [budaya_tionghua] Re: Chengbeng hari ziarah
Cuma mau sharing saja, di banyak negara yg saka telh kunjungi, hampir tak pernah ada kejadian penggusuran kuburan. Bahkan diperthankan karean kuburan menjadi lahan terbuka hijau yang sesuai dengan konsep lingkungan hidup yang baik buat perkotaan yang pada. Selain itu, perusakan kuburan diancam pidana yang cukup berat seberat pengrusakan atas tempat ibadah dan tempat bersejarah. Mungkin itu bedanya dimana orang sudah benar-benar berpandangan luas dan 'beradab' ya. (masih belajar budi pekerti) On 3/24/09, ardian_c ardia...@yahoo.co.id wrote: pamoyanan ya hmmm itu dah banyak perumahan hehehehe belon lage para penyedot air tanah yg dijualin ke jkt. kalu tanah wakaf khan terpecah2 bung tergantung lokasi si pemberi. nah kalu getu idupin lage aja rumah abu di cipaku sono gih daripada itu sepi abis gak ada orgnya heuehehehehe khan ngirit lahanlar --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, gsuryana gsury...@... wrote: Pamoyanan.dijalan ke arah Sukabumi ada lagi pemakaman ( masuk Kabupaten, dan mau di perluas ke Pamoyanan ), yang ini aku ganjal sampai sampai aku di interogasi oleh serse di Polres segala macam, ditanya mengapa aku sebagai Tionghoa menolak ada nya kuburan, aku bilang aku pindah dari Jakarta bukan mau tetanggaan sama mayat, tanah subur koq dijadiin kebon tulang, ada sekitaran 7 tokoh kelurahan ditanya satu persatu, aku yang pertama ditanya, juga aku balik tanya ke serse yang meng interogasi ku, boleh ada kuburan bila di Indonesia ada sebuah areal kuburan yang masyarakatnya bisa hidup sejahtera( termasuk wartawan juga nanyarupanya duit sudah ngegelontor cukup besar ) Lha kuburan untuk masyarakat asli saja didapat dari wakaf/sumbangan luasnya tidak lebih dari 1000 M² di isi saling tumpuk, kenapa para Tionghoa yang terhormat malah gede gede ngambil tanahnya. Bisnis kuburan memang penuh dengan intrik dan saling beking, maklum bisnis yang profitnya paling besar dibandingkan bisnis lainnya, nanem pohon ajah butuh puluhan tahun agar bisa menghasilkan, lha kuburan, sekali pacul duit cash langsung masuk, kalah tuh bisnis jalan tol. sur. - Original Message - From: ardian_c ardia...@... lha lha yg ngomporin menjarah khan ada wekekekekeke malah masuk tabloid ape itu taon 98 pertengahan, kira2 bulan agustus or watlar. itu yg ngomporin jelas2 bukan org bogorlar en namanya pasti terkenal seantero kota bogor bahkan seluruh indonesia. ngkale tau ya namanya sapa ? hehehehehehehehe kalu gak tau ya ntar diingetin lage namanya sapa tuh tukang ngomporin.
Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?
Maaf saudara saudar, saya mau meralat diri saya sendiri. Giriratana adalah salah sebetulnya adalah Girirakitho Mahathera Mohon maaf sebesarnya. 2009/3/23 Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com Saya rasa pendapat saudara kurang tepat. Tambahannya dan ralitas pada saat awal, banyak umat Buddha di Indonesia sejak awal kemerdekaan RI baik yang keturunan Tionghoa maupun Native Buddhist kehilangan pegangan tentang Buddha Dharma yg sesungguhnya. Para Bhikkhu dari Sangha Theravada yang diinisiasi oleh Narada Mahathera dari Srilanka dengan mulai membawa anakan pohon Bodhi yang di tanam di pelataran Candi Borobudur. Pembabaran Dharma oleh beliau melahirkan cikal bakal Sangha Theravada di Indonesia yang di mualai oleh penabisan Bhikku Jinaputta, Bhikku Ashinjinarakita, Bhikku Giriratana, Bhikku Jinapia (sekarang Bhikku Tithaketuko). Semua di tabiskan dalam Tradisi Theravada dan oleh Sangha Theravada di Burma pada awalnya. Tetapi karean ketidak stabilan politik Burma, akhirnya mulai dari Bhikku Giriratana Mahathera di tabis di Thailand. Tetapi sekarang sudah banyak Bhikku tradisi Theravada di tabis di Jakarta dan Malang. Sebagian memilih di tabis dalam tradisi Theravada Myanmar (Burma). Pada masa awal para pemuda Buddhis yang menginisiasi Sam Kauw Hwee / Tridharma di Indonesia seperti Bp Kwee Tek Hwai merangkul para Bhikku dari tradisi Theravada untuk mendapatkan pembabaran tentang Dharma secara jelas dan logis, mengingat anakatan muda tersebut adalah termasuk para intelektual muda. Mengapa ke para bhikku tradisi Theravada, mudah sekali, para Bhikku di Indonesia dari tradisi Mahayana pada waktu itu tidak bisa memberikan pembabaran Dhamma secara kontemporer yang mudah di tangkap oleh para pemuda Tri Dharma. Mereka hany abisa membabarkan ken dalam bahasa Hokkian terutama para Hokkian Hweshio di Kong Hoa Sie dan biara Mahayana kebanyakn Hokkian Hweeshio. Saya terlahir sebagai keturuna Tionghoa yang dari dulunya memang dari sononya sudah Buddhist Mahayana yang cukup mantap artinya sudah bisa membedakan mana ritual tradisi dan mana ritual Buddhist Mahayana Tiongkok, dam mana ritual dari aliran kepecayaan lainnya. Kami sering mengundang Hweeshio ke setiap acara penting, bahkan keluarga kami ada yang jadi Suhu. Tetapi ritual saja sudah mulai tidak cukup, apa lagi dengan gencarnya propaganda dan 'paksaan systematis dalam sistim pendidikan swastaberagama lain' tambahan setelah ORBA semua ygn berbau Tionghoa tanpa pandang bulu dianggap komunis. Tambah tidak bisa berkutiklah tradisi Mahayana Tiongkok di Indonesia Jadi mohon kepada saudaraku sekalian, bila memberi keterangan di forom ini tolong berbicaralah dengan lugas , tegas dan benar dan jangan memberikan isue isue tendensius yang bisa membuat pemikiran orang lain terjerumus dalam ketidak benaran. Itu kejahatan loh. Salam saya, (Masih Belajar Budi Pekerti) 2009/3/23 Joao Kho joao@gmail.com Wah..wah..wah.. membuka lembaran sejarah. Dimana agama Buddha sekte Theravada di Indonesia juga tidak berkembang karena hanya ajaran (Dharma) Buddha tetapi juga karena adanya paket stimulus politik penguasa dibelakangan. Salam, Joao Kho --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com, Hendri Irawan heny...@... wrote: Tambah dikit, Orang Kasogatan tidak memakai nama Borobudur, yang adalah nama desa. Mereka menyebutnya Bumishambara. Lalu, walaupun Theravada Buddhisme dikatakan buddhisme aliran selatan, Theravada tidak pernah berkembang luas di nusantara. Buddhisme nusantara adalah termasuk Mahayana aliran Tantra atau Tantrayana. Aliran Theravada di Indonesia (terutama Theravada Thailand sekte) baru mendapatkan stimulus sejak kejadian . Hormat saya, Yongde --- On Sun, 3/22/09, Hendri Irawan heny...@... wrote: From: Hendri Irawan heny...@... Subject: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com Date: Sunday, March 22, 2009, 4:05 PM Koreksi saja, Candi Borobudur bukan Theravada Buddhism, tetapi termasuk Mahayan Buddhism cabang Tantrayana. Tantrayana Jawa terutama menyebut ajaran mereka sebagai Tantrayana Kasogatan. Menurut catatan sejarah di Singasari, buddhisme di sana banyak yang menganut aliran pemikiran Bojana. Beda utama tantra Bojana dengan aliran lain adalah dalam metode untuk melepaskan diri dari ketergantungan atas kenikmatan duniawi. Cara mereka adalah jangan menghindari kenikmatan justru harus dinikmati sepuas-puasnya sampai satu titik maka jiwa manusia akan bosan akan kenikmatan itu dan di situlah ketergantungan atas kenikmatan duniawi akan mulai ditinggalkan. Karena masa candi Borobudur berabad-abad sebelum Singasari saya kurang tahu apakah kepercayaan tantra wangsa Syailendra juga mirip dengan tantra Bojana jaman Singasari. Namun kita bisa lihat tingkat/bagian bawah
Re: [budaya_tionghua] RENUNGAN MINGGU INI
terima kasih cukup bisa diterima keterangan singkat ini 2009/3/23 Teng Aina teng.a...@yahoo.com salam sejahtera,..dari ujaran Nabi KongZe, saya mengambil kesimpulan (maaf bila kesimpulan saya ini terlalu cetek ) bahwa orang jaman dahulu sangat menjunjung tinggi kejujuran dan keberanian. sehingga bila mengucapkan kata atau janji, harus mampu dan bisa melaksanakannya. sehingga tidak membuat malu keluarga dan leluhur. tidak seperti jaman sekarang (seperti para caleg) pada saat kampanye mengubar janji2.bila saya terpilih akan begini,...akan begitu. dsb tapi pada kenyataannya setelah terpilih, banyak yg kecewa karena sang caleg tidak dapat memenuhi janji2nya. dan masih banyak contoh lainnya. demikian kesimpulan saya. bila ada yg lebih tau tentang ujaran ini, mohon kesediaannya utk dapat menjabarkan lebih jelas (karena saya masih belajar untuk mengerti).saya sangat berterimakasih. Soja (tangan diangkat sebatas hidung)... -- *From:* Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com *Sent:* Monday, March 23, 2009 10:25:57 AM *Subject:* Re: [budaya_tionghua] RENUNGAN MINGGU INI mohon dibabarkan artinya. Saya masih belum bisa tahu persi intinya. Pasti ada latar belakang kejadian/cerita sehingga ayat ini di ucapka. oleh Beliau. 2009/3/22 Teng Aina teng.a...@yahoo. com teng.a...@yahoo.com ADAPUN SEBABNYA ORANG JAMAN DAHULU MERASA SUKAR MENGUCAPKAN KATA-KATANYA IALAH KARENA MERASA MALU KALAU TIDAK DAPAT MELAKSANAKANNYA. (Confucius)
Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?
On 3/23/09, agoeng_...@yahoo.com agoeng_...@yahoo.com wrote: Yup banyak yg ga tau tuh kyk g ini, coba tolong dijelaskan terperinci. Suhu Ben Qing tuh asalnya mana? Org indo pa tiongkok? Disana asalnya dr mana? Trus disini sebarinnya gimana kan dulu vihara2 n klenteng ditutup. Sampe ke anak cucu n cicit muridnya sekalian yah. Apa cuma ekayana doank yg masuk aliran mereka? Alirannya namanya apa? Tolong yah. Tq -- Beneran gua kagak tau , Tong. Kalo Ntong Hendi Irawan banyak tau, coba tolongin kita semua biar melek sejarah ne. Gimana, Tong Hendri, salah salah dikit kita semua maklum dah ya Di tunggu ni pencerahan si Ntong *From*: Hendri Irawan *Date*: Mon, 23 Mar 2009 04:20:01 - *To*: budaya_tionghua@yahoogroups.com *Subject*: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist? Aduh abang, lu kayak gak tahu aja. Berapa banyak yang tahu silsilah generasi Ben, Ti, Ding, Xue, Xuan ? Yang begituan gak diajari di sekolah walapun mata pelajaran agama Buddha. Padahal guru-gurunya dari Mahayana ataupun Buddhayana. Apalagi soal bhiksu Ben Qing ? Gini aja berapa banyak yang tahu nama bhiksu sukong yang generasi Ti ? Orang-orang ya tahunya Ashin Jinarakhita. Kalau Dharmasagaro orang mungkin masih tahu kali yah Ding Hai. Tahu sendirilah kenapa, gak perlu diulang-ulang kan. Hormat saya, Yongde --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, ardian_c ardia...@... wrote: hehehehehehehehe Ben Qing berjasalar dalam menanamkan benih Mahayana yg mulai memudar. Liat aja murid Ben Qing yg generasi Ti yg nantinya berkembang jadi Ekayana. Dari generasi Ti berkembang menjadi generasi Ding khan huehehehehehhehehe. Baru dah maju lage jadi generasi Xue dan Xuan sekarang ini. BTW sodara ente yg jadi suhu itu generasi yg mana ?
Re: [budaya_tionghua] RENUNGAN MINGGU INI
mohon dibabarkan artinya. Saya masih belum bisa tahu persi intinya. Pasti ada latar belakang kejadian/cerita sehingga ayat ini di ucapka. oleh Beliau. 2009/3/22 Teng Aina teng.a...@yahoo.com ADAPUN SEBABNYA ORANG JAMAN DAHULU MERASA SUKAR MENGUCAPKAN KATA-KATANYA IALAH KARENA MERASA MALU KALAU TIDAK DAPAT MELAKSANAKANNYA. (Confucius)
Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?
Saya rasa pendapat saudara kurang tepat. Tambahannya dan ralitas pada saat awal, banyak umat Buddha di Indonesia sejak awal kemerdekaan RI baik yang keturunan Tionghoa maupun Native Buddhist kehilangan pegangan tentang Buddha Dharma yg sesungguhnya. Para Bhikkhu dari Sangha Theravada yang diinisiasi oleh Narada Mahathera dari Srilanka dengan mulai membawa anakan pohon Bodhi yang di tanam di pelataran Candi Borobudur. Pembabaran Dharma oleh beliau melahirkan cikal bakal Sangha Theravada di Indonesia yang di mualai oleh penabisan Bhikku Jinaputta, Bhikku Ashinjinarakita, Bhikku Giriratana, Bhikku Jinapia (sekarang Bhikku Tithaketuko). Semua di tabiskan dalam Tradisi Theravada dan oleh Sangha Theravada di Burma pada awalnya. Tetapi karean ketidak stabilan politik Burma, akhirnya mulai dari Bhikku Giriratana Mahathera di tabis di Thailand. Tetapi sekarang sudah banyak Bhikku tradisi Theravada di tabis di Jakarta dan Malang. Sebagian memilih di tabis dalam tradisi Theravada Myanmar (Burma). Pada masa awal para pemuda Buddhis yang menginisiasi Sam Kauw Hwee / Tridharma di Indonesia seperti Bp Kwee Tek Hwai merangkul para Bhikku dari tradisi Theravada untuk mendapatkan pembabaran tentang Dharma secara jelas dan logis, mengingat anakatan muda tersebut adalah termasuk para intelektual muda. Mengapa ke para bhikku tradisi Theravada, mudah sekali, para Bhikku di Indonesia dari tradisi Mahayana pada waktu itu tidak bisa memberikan pembabaran Dhamma secara kontemporer yang mudah di tangkap oleh para pemuda Tri Dharma. Mereka hany abisa membabarkan ken dalam bahasa Hokkian terutama para Hokkian Hweshio di Kong Hoa Sie dan biara Mahayana kebanyakn Hokkian Hweeshio. Saya terlahir sebagai keturuna Tionghoa yang dari dulunya memang dari sononya sudah Buddhist Mahayana yang cukup mantap artinya sudah bisa membedakan mana ritual tradisi dan mana ritual Buddhist Mahayana Tiongkok, dam mana ritual dari aliran kepecayaan lainnya. Kami sering mengundang Hweeshio ke setiap acara penting, bahkan keluarga kami ada yang jadi Suhu. Tetapi ritual saja sudah mulai tidak cukup, apa lagi dengan gencarnya propaganda dan 'paksaan systematis dalam sistim pendidikan swastaberagama lain' tambahan setelah ORBA semua ygn berbau Tionghoa tanpa pandang bulu dianggap komunis. Tambah tidak bisa berkutiklah tradisi Mahayana Tiongkok di Indonesia Jadi mohon kepada saudaraku sekalian, bila memberi keterangan di forom ini tolong berbicaralah dengan lugas , tegas dan benar dan jangan memberikan isue isue tendensius yang bisa membuat pemikiran orang lain terjerumus dalam ketidak benaran. Itu kejahatan loh. Salam saya, (Masih Belajar Budi Pekerti) 2009/3/23 Joao Kho joao@gmail.com Wah..wah..wah.. membuka lembaran sejarah. Dimana agama Buddha sekte Theravada di Indonesia juga tidak berkembang karena hanya ajaran (Dharma) Buddha tetapi juga karena adanya paket stimulus politik penguasa dibelakangan. Salam, Joao Kho --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Hendri Irawan heny...@... wrote: Tambah dikit, Orang Kasogatan tidak memakai nama Borobudur, yang adalah nama desa. Mereka menyebutnya Bumishambara. Lalu, walaupun Theravada Buddhisme dikatakan buddhisme aliran selatan, Theravada tidak pernah berkembang luas di nusantara. Buddhisme nusantara adalah termasuk Mahayana aliran Tantra atau Tantrayana. Aliran Theravada di Indonesia (terutama Theravada Thailand sekte) baru mendapatkan stimulus sejak kejadian . Hormat saya, Yongde --- On Sun, 3/22/09, Hendri Irawan heny...@... wrote: From: Hendri Irawan heny...@... Subject: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com Date: Sunday, March 22, 2009, 4:05 PM Koreksi saja, Candi Borobudur bukan Theravada Buddhism, tetapi termasuk Mahayan Buddhism cabang Tantrayana. Tantrayana Jawa terutama menyebut ajaran mereka sebagai Tantrayana Kasogatan. Menurut catatan sejarah di Singasari, buddhisme di sana banyak yang menganut aliran pemikiran Bojana. Beda utama tantra Bojana dengan aliran lain adalah dalam metode untuk melepaskan diri dari ketergantungan atas kenikmatan duniawi. Cara mereka adalah jangan menghindari kenikmatan justru harus dinikmati sepuas-puasnya sampai satu titik maka jiwa manusia akan bosan akan kenikmatan itu dan di situlah ketergantungan atas kenikmatan duniawi akan mulai ditinggalkan. Karena masa candi Borobudur berabad-abad sebelum Singasari saya kurang tahu apakah kepercayaan tantra wangsa Syailendra juga mirip dengan tantra Bojana jaman Singasari. Namun kita bisa lihat tingkat/bagian bawah Kamadhatu candi Borobudur yang memuat relief2 kenikmatan duniawi, sepertinya kurang lebih sama. Tibetan Buddhism sendiri menurut sejarah mereka merupakan lanjutan dari Tantrayana nusantara karena pelopor-pelopor Tibetan Buddhism
Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?
wah baik juga , tolong Saudar bisa memberikan pencerahan mengenai topik yg sdr mulai ini. Sangat menarik, kita harus belajar dari sejarah ya. Terim kasih 2009/3/23 ardian_c ardia...@yahoo.co.id hm rasanya peranan bhiksu Ben Qing berperan besar dalam mengembangkan Buddhisme tapi kok namanya jarang disebut2 ya ? Biar dalam alur yg berbeda dgn Theravada tapi peran beliau jg besar. Contohnya Ti Zheng a.ka. bhante Ashin itu muridnya. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: Saya rasa pendapat saudara kurang tepat. Tambahannya dan ralitas pada saat awal, banyak umat Buddha di Indonesia sejak awal kemerdekaan RI baik yang keturunan Tionghoa maupun Native Buddhist kehilangan pegangan tentang Buddha Dharma yg sesungguhnya. Para Bhikkhu dari Sangha Theravada yang diinisiasi oleh Narada Mahathera dari Srilanka dengan mulai membawa anakan pohon Bodhi yang di tanam di pelataran Candi Borobudur. Pembabaran Dharma oleh beliau melahirkan cikal bakal Sangha Theravada di Indonesia yang di mualai oleh penabisan Bhikku Jinaputta, Bhikku Ashinjinarakita, Bhikku Giriratana, Bhikku Jinapia (sekarang Bhikku Tithaketuko). Semua di tabiskan dalam Tradisi Theravada dan oleh Sangha Theravada di Burma pada awalnya. Tetapi karean ketidak stabilan politik Burma, akhirnya mulai dari Bhikku Giriratana Mahathera di tabis di Thailand. Tetapi sekarang sudah banyak Bhikku tradisi Theravada di tabis di Jakarta dan Malang. Sebagian memilih di tabis dalam tradisi Theravada Myanmar (Burma). Pada masa awal para pemuda Buddhis yang menginisiasi Sam Kauw Hwee / Tridharma di Indonesia seperti Bp Kwee Tek Hwai merangkul para Bhikku dari tradisi Theravada untuk mendapatkan pembabaran tentang Dharma secara jelas dan logis, mengingat anakatan muda tersebut adalah termasuk para intelektual muda. Mengapa ke para bhikku tradisi Theravada, mudah sekali, para Bhikku di Indonesia dari tradisi Mahayana pada waktu itu tidak bisa memberikan pembabaran Dhamma secara kontemporer yang mudah di tangkap oleh para pemuda Tri Dharma. Mereka hany abisa membabarkan ken dalam bahasa Hokkian terutama para Hokkian Hweshio di Kong Hoa Sie dan biara Mahayana kebanyakn Hokkian Hweeshio. Saya terlahir sebagai keturuna Tionghoa yang dari dulunya memang dari sononya sudah Buddhist Mahayana yang cukup mantap artinya sudah bisa membedakan mana ritual tradisi dan mana ritual Buddhist Mahayana Tiongkok, dam mana ritual dari aliran kepecayaan lainnya. Kami sering mengundang Hweeshio ke setiap acara penting, bahkan keluarga kami ada yang jadi Suhu. Tetapi ritual saja sudah mulai tidak cukup, apa lagi dengan gencarnya propaganda dan 'paksaan systematis dalam sistim pendidikan swastaberagama lain' tambahan setelah ORBA semua ygn berbau Tionghoa tanpa pandang bulu dianggap komunis. Tambah tidak bisa berkutiklah tradisi Mahayana Tiongkok di Indonesia Jadi mohon kepada saudaraku sekalian, bila memberi keterangan di forom ini tolong berbicaralah dengan lugas , tegas dan benar dan jangan memberikan isue isue tendensius yang bisa membuat pemikiran orang lain terjerumus dalam ketidak benaran. Itu kejahatan loh. Salam saya, (Masih Belajar Budi Pekerti) 2009/3/23 Joao Kho joao@... Wah..wah..wah.. membuka lembaran sejarah. Dimana agama Buddha sekte Theravada di Indonesia juga tidak berkembang karena hanya ajaran (Dharma) Buddha tetapi juga karena adanya paket stimulus politik penguasa dibelakangan. Salam, Joao Kho --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.combudaya_tionghua% 40yahoogroups.com, Hendri Irawan henyung@ wrote: Tambah dikit, Orang Kasogatan tidak memakai nama Borobudur, yang adalah nama desa. Mereka menyebutnya Bumishambara. Lalu, walaupun Theravada Buddhisme dikatakan buddhisme aliran selatan, Theravada tidak pernah berkembang luas di nusantara. Buddhisme nusantara adalah termasuk Mahayana aliran Tantra atau Tantrayana. Aliran Theravada di Indonesia (terutama Theravada Thailand sekte) baru mendapatkan stimulus sejak kejadian . Hormat saya, Yongde --- On Sun, 3/22/09, Hendri Irawan henyung@ wrote: From: Hendri Irawan henyung@ Subject: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist? To: budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.combudaya_tionghua% 40yahoogroups.com Date: Sunday, March 22, 2009, 4:05 PM Koreksi saja, Candi Borobudur bukan Theravada Buddhism, tetapi termasuk Mahayan Buddhism cabang Tantrayana. Tantrayana Jawa terutama menyebut ajaran mereka sebagai Tantrayana Kasogatan. Menurut catatan sejarah di Singasari, buddhisme di sana banyak yang menganut
Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?
Lalu .? Saudara masih belum memberikan penjelasan yang yg baik ttg topik utama di sini? Di tunggu ya. Terima kasih 2009/3/23 Hendri Irawan heny...@yahoo.com Baca dulu baik-baik di bawah, saya tulis Theravada Thailand sekte. Bukan Burma maupun Sri Lanka yang jelas-jelas pemikiran dan pandangan mereka sangat beda (seperti langit dan bumi) terhadap tradisi dan budaya lokal (dalam hal ini termasuk tionghua). Lagi pula ada kerancuan yang luar biasa mengenai status buddhisme, khonghucu, dan kepercayaan rakyat (tri-dharma). Sejatinya mayoritas orang tionghua adalah termasuk tri-dharma yang sinkretis. Memberikan pengertian Buddha Dharma sesungguhnya, definisi sesungguhnya di sini bisa positif dan negatif. Yang negatif yah seperti contoh sejarah di mana perayaan imlek dilarang karena dianggap bukan buddhisme, sedangkan perayaan valentine dirayakan gegap gempita. Tapi sekali lagi liat dulu kelompok mana yang berperilaku demikian. Hormat saya, Yongde Ashin Jinarakhita memiliki silsilah campuran, beliau menjadi samanera Chan yang notabene Mahayana dan diupasampadakan menjadi Bhikkhu melalui silsilah Theravada Burma, makanya kelompok sukong perilakunya beda jauh sama kelompok lain. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: Saya rasa pendapat saudara kurang tepat. Tambahannya dan ralitas pada saat awal, banyak umat Buddha di Indonesia sejak awal kemerdekaan RI baik yang keturunan Tionghoa maupun Native Buddhist kehilangan pegangan tentang Buddha Dharma yg sesungguhnya. Para Bhikkhu dari Sangha Theravada yang diinisiasi oleh Narada Mahathera dari Srilanka dengan mulai membawa anakan pohon Bodhi yang di tanam di pelataran Candi Borobudur. Pembabaran Dharma oleh beliau melahirkan cikal bakal Sangha Theravada di Indonesia yang di mualai oleh penabisan Bhikku Jinaputta, Bhikku Ashinjinarakita, Bhikku Giriratana, Bhikku Jinapia (sekarang Bhikku Tithaketuko). Semua di tabiskan dalam Tradisi Theravada dan oleh Sangha Theravada di Burma pada awalnya. Tetapi karean ketidak stabilan politik Burma, akhirnya mulai dari Bhikku Giriratana Mahathera di tabis di Thailand. Tetapi sekarang sudah banyak Bhikku tradisi Theravada di tabis di Jakarta dan Malang. Sebagian memilih di tabis dalam tradisi Theravada Myanmar (Burma). Pada masa awal para pemuda Buddhis yang menginisiasi Sam Kauw Hwee / Tridharma di Indonesia seperti Bp Kwee Tek Hwai merangkul para Bhikku dari tradisi Theravada untuk mendapatkan pembabaran tentang Dharma secara jelas dan logis, mengingat anakatan muda tersebut adalah termasuk para intelektual muda. Mengapa ke para bhikku tradisi Theravada, mudah sekali, para Bhikku di Indonesia dari tradisi Mahayana pada waktu itu tidak bisa memberikan pembabaran Dhamma secara kontemporer yang mudah di tangkap oleh para pemuda Tri Dharma. Mereka hany abisa membabarkan ken dalam bahasa Hokkian terutama para Hokkian Hweshio di Kong Hoa Sie dan biara Mahayana kebanyakn Hokkian Hweeshio. Saya terlahir sebagai keturuna Tionghoa yang dari dulunya memang dari sononya sudah Buddhist Mahayana yang cukup mantap artinya sudah bisa membedakan mana ritual tradisi dan mana ritual Buddhist Mahayana Tiongkok, dam mana ritual dari aliran kepecayaan lainnya. Kami sering mengundang Hweeshio ke setiap acara penting, bahkan keluarga kami ada yang jadi Suhu. Tetapi ritual saja sudah mulai tidak cukup, apa lagi dengan gencarnya propaganda dan 'paksaan systematis dalam sistim pendidikan swastaberagama lain' tambahan setelah ORBA semua ygn berbau Tionghoa tanpa pandang bulu dianggap komunis. Tambah tidak bisa berkutiklah tradisi Mahayana Tiongkok di Indonesia Jadi mohon kepada saudaraku sekalian, bila memberi keterangan di forom ini tolong berbicaralah dengan lugas , tegas dan benar dan jangan memberikan isue isue tendensius yang bisa membuat pemikiran orang lain terjerumus dalam ketidak benaran. Itu kejahatan loh. Salam saya, (Masih Belajar Budi Pekerti) 2009/3/23 Joao Kho joao@... Wah..wah..wah.. membuka lembaran sejarah. Dimana agama Buddha sekte Theravada di Indonesia juga tidak berkembang karena hanya ajaran (Dharma) Buddha tetapi juga karena adanya paket stimulus politik penguasa dibelakangan. Salam, Joao Kho --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.combudaya_tionghua% 40yahoogroups.com, Hendri Irawan henyung@ wrote: Tambah dikit, Orang Kasogatan tidak memakai nama Borobudur, yang adalah nama desa. Mereka menyebutnya Bumishambara. Lalu, walaupun Theravada Buddhisme dikatakan buddhisme aliran selatan, Theravada tidak pernah berkembang luas di nusantara. Buddhisme nusantara adalah termasuk Mahayana aliran Tantra atau Tantrayana. Aliran Theravada di Indonesia (terutama Theravada
Re: [budaya_tionghua] apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?
*Analogynya demikian: Bila Budaya Tionghoa itu adalah sebuah lukisan, maka Budhhisme dan Konfucianisme adalah warna-warna yang cukup dominan dalam lukisan itu. Kalau dibalik analogynya, apakah warna itu adalah lukisan secara utuh? Selamat meresapi. * 2009/3/20 budi anto budic...@yahoo.com sesuai judulnya bener ga tuh? ato ada temen2 yang mau kasih pendapatnya?
Re: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng
iya tepatnya begitu 2009/3/19 ardian_c ardia...@yahoo.co.id hmm kalju gak salah inget itu patokannya chun fen ame gu yu ya bagian dari 24 jie qi jg kalu gak salah lage neh --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: Setelah saya melihat kalender, ternyata keterangan anda kurang tepat, yang benar masa Chen Beng 2009 dimulai tgl 21 Maret yaitu Jie Gwee Ji Cap Go ( bulan 2 tgl 25), bukan tgl 1 bulan 3 kalender Tiong Hoa. Dan sebenarnya kalender Tionghoa ini adalah yang bener Im Yang Lek - Soli-Lunar Calender ( calender yg berpedoman pada perputaran bulan mengelilingi bumi dan perputaran bumi mengitari matahari - bukan murni calender Lunar seperti calender Arab dan Jawa ). Dan Sudara boleh memnggil saya Koko. 2009/3/18 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@... DUH #-o Mbak ku yang cantik Maksud Saya tuh tanggal 1 bulan 3 kalender tiongkok tuh udah dimulai sembayang Ching ming dan puncaknya akhir tuh biasanya tanggal 4 atau 5 april. Itu berdasarkan perhitungan Kalender Bulan dan matahari. Mirip Tung che. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.combudaya_tionghua% 40yahoogroups.com, melani chia chiamelani@ wrote: Kalender saya tangal 4 April tuh. --- On Wed, 18/3/09, Purnama Sucipto Gunawan east_road@ wrote: From: Purnama Sucipto Gunawan east_road@ Subject: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng To: budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.combudaya_tionghua% 40yahoogroups.com Date: Wednesday, 18 March, 2009, 11:08 AM Saya Koreksi Sedikit sebenarnya sembayang cheng beng itu dimulai pada Bulan ke 3 dari kalender tionghoa tepatnya dimulai dari tanggal 1. Tanggal 5 april merupakan perhitungan berdasarkan kalender matahari dan bulan. Hampir sama dengan pas Tung Che perhitungannya harinya. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Budiman Wijaya wbudi...@. wrote: sembahyang cengbeng di mulai tgl 16 maret sampai dengan 5 april. --- On Mon, 3/16/09, jayasentosa_ bali jayasentosa_ bali@ wrote: From: jayasentosa_ bali jayasentosa_ bali@ Subject: [budaya_tionghua] Tanggal Ceng Beng To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Monday, March 16, 2009, 8:38 AM Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada tanggal berapa? Terimakasih Salam Bahagia
Re: [budaya_tionghua] Re: Fw: [taoism-singapore] Fukien Deities
Ko David Kwa, Kam Sia N. M. Widjaja On Wed, Mar 18, 2009 at 9:37 PM, David Kwa david_kwa2...@yahoo.com wrote: Encoding: Unicode (UTF-8) http://javewu.multiply.com/journal/item/123 (edited by David Kwa--- Hokkian/Mandarin-Pinyin). Premier of Nine Emperors - Grand Tutor Lim/Lin (Kiuhong Thaysukong †Lim-hu Thaysu ä¹ çš‡å¤ªå¸«å…¬ - 林府太師) Lim Thaysu (Lin Taishi 林太師) aka Lim Thaysukong (Lin Taishigong 林太師公), the title of Grand Tutor Lim/Lin (1537-1607) Lim Thaysu/Lin Taishi’s real name was Lim Kay Chun/Lin Xiechun æž—å •æ˜¥ or Lim Hu Goan/Lin Fuyuan æž—åšå…ƒ. He was born in 1537 (16th year of Ke-ceng/Jiajing Period of the Beng/Ming Dynasty çŸäºŽæ˜Žæœ å˜‰é –å å…å¹´). In 1565, at the age of 28, he got his Number One Scholar (cionggoan/zhuangyuan 狀元) from the Imperial Court and started his service for the Nation. After getting his title, he was being appointed to join in the Hanlim/Hanlin Academy (翰林院) ― meaning a Academy of All Scholars who did the tasks of recordings, editing and academic-planning, etc. In 1568 he was selected as the Top Scholar in Hanlim/Hanlin Academy (Hanlim Tayhaksu/Hanlin Daxueshi 翰林大å¸å£«) and appointed to edit and arrange the Records of the Country’s History (ç·¨ä¿®å ²è¨˜). In 1573 he was promoted to the position of Grand Tutor (Thaysu/Taishi 太師) of the Imperial Court (since, before the crown prince ascended his throne, Lim Thaysu/Lin Taishi had been the Teacher of the Crown Prince (Thaycu Thayhu/Taizi Taifu 太å 太傅). In 1607, at the age of 71, Lim Thaysu/Lin Taishi passed away, and he was buried at Mt Chitseng /Qixing in Hokkian/Fujian Province (è`¬èˆ‡ç¦ å»ºçœ å…§ä¸ƒæ˜Ÿå±±). According to records, during the period when Lin Taishi got his promotion as the Grand Tutor, he saved a temple from being destroyed by the bullies and hooligans in the area of where he performed his official duty After capturing the group of bullies and hooligans, then, Lin Taishi realized that the temple was built dedicated to the Nine Emperors aka Kiuhong Tayte/Jiuhuang Dadi (ä¹ çš‡å¤§å¸ ). That night Kiuhong Tayte/Jiuhuang Dadi came into Lin Taishi’s dream to show their appreciation and gratitude of him saving the temple. In his dream, Kiuhong Tayte/Jiuhuang Dadi bestowed Lim Thaysu/Lin Taishi with the official title of Kiuhong Thaysukong/Jiuhuang Taishi Gong (ä¹ çš‡å¤ªå¸«å…¬). The next day, while Lim Thaysu/Lin Taishi went back to the temple, he saw a seat in the temple dedicated to him. From then on, Lim Thaysu/Lin Taishi is also known as the Grand Tutor or Premier for the Nine Emperors (Kiuhong Thaysukong/Jiuhuang Taishigong ä¹ çš‡å¤ªå¸«å…¬). Till today, traditional temples or altars that are dedicated to the Nine Emperors will still set up a seat for Lin Taishi, this is to show the gratitude to him. Lin Taishi was also known as one of the Ancestors of the Lim/Lin Clan (æž—æ° ç¥–å…ˆ). --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: Ko, Bisa minta tolong bantu cari sejarah cerita ttg LIM TAY SU KONG, yang katanya juga dewa yg di puja dari daerah Hok Kian. Terima kasih On Wed, Mar 18, 2009 at 12:17 PM, King Hian king_h...@... wrote: Ini ada tulisan tentang dewa2 orang Hokkian. KH --- On *Tue, 3/17/09, Jim Kemp jimkem...@...* wrote: From: Jim Kemp jimkem...@... Subject: [taoism-singapore] Fukien Deities To: taoism-singap...@yahoogroups.comtaoism-singapore%40yahoogroups.com Date: Tuesday, March 17, 2009, 7:25 AM Keith Stevens writing about Fukien/Taiwan deities. Some may find it interesting. http://sunzi1. lib.hku.hk/ hkjo/view/ 44/4402006. pdf http://sunzi1.lib.hku.hk/hkjo/view/44/4402006.pdf
Re: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng
Setelah saya melihat kalender, ternyata keterangan anda kurang tepat, yang benar masa Chen Beng 2009 dimulai tgl 21 Maret yaitu Jie Gwee Ji Cap Go ( bulan 2 tgl 25), bukan tgl 1 bulan 3 kalender Tiong Hoa. Dan sebenarnya kalender Tionghoa ini adalah yang bener Im Yang Lek - Soli-Lunar Calender ( calender yg berpedoman pada perputaran bulan mengelilingi bumi dan perputaran bumi mengitari matahari - bukan murni calender Lunar seperti calender Arab dan Jawa ). Dan Sudara boleh memnggil saya Koko. 2009/3/18 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com DUH #-o Mbak ku yang cantik Maksud Saya tuh tanggal 1 bulan 3 kalender tiongkok tuh udah dimulai sembayang Ching ming dan puncaknya akhir tuh biasanya tanggal 4 atau 5 april. Itu berdasarkan perhitungan Kalender Bulan dan matahari. Mirip Tung che. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, melani chia chiamel...@... wrote: Kalender saya tangal 4 April tuh. --- On Wed, 18/3/09, Purnama Sucipto Gunawan east_r...@... wrote: From: Purnama Sucipto Gunawan east_r...@... Subject: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com Date: Wednesday, 18 March, 2009, 11:08 AM Saya Koreksi Sedikit sebenarnya sembayang cheng beng itu dimulai pada Bulan ke 3 dari kalender tionghoa tepatnya dimulai dari tanggal 1. Tanggal 5 april merupakan perhitungan berdasarkan kalender matahari dan bulan. Hampir sama dengan pas Tung Che perhitungannya harinya. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Budiman Wijaya wbudiman@ . wrote: sembahyang cengbeng di mulai tgl 16 maret sampai dengan 5 april. --- On Mon, 3/16/09, jayasentosa_ bali jayasentosa_ bali@ wrote: From: jayasentosa_ bali jayasentosa_ bali@ Subject: [budaya_tionghua] Tanggal Ceng Beng To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Monday, March 16, 2009, 8:38 AM Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada tanggal berapa? Terimakasih Salam Bahagia
Re: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng
Kalau menurut kebiasaan keluarga besar saya ini tidak termasuk upacara Cheng Beng yg langsung berhubungan dengan perawatan kuburan, tetapi apa yg diterangkan biasa kami sebut saja Sembahyang Sha Gwee dan bukan Cheng Beng lagi, dan sudah tidak boleh melakukan apa apa terhadap kuburan yang hanya boloeh di masa Cheng Beng. 2009/3/18 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com Saya Koreksi Sedikit sebenarnya sembayang cheng beng itu dimulai pada Bulan ke 3 dari kalender tionghoa tepatnya dimulai dari tanggal 1. Tanggal 5 april merupakan perhitungan berdasarkan kalender matahari dan bulan. Hampir sama dengan pas Tung Che perhitungannya harinya. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Budiman Wijaya wbudi...@... wrote: sembahyang cengbeng di mulai tgl 16 maret sampai dengan 5 april. --- On Mon, 3/16/09, jayasentosa_bali jayasentosa_b...@... wrote: From: jayasentosa_bali jayasentosa_b...@... Subject: [budaya_tionghua] Tanggal Ceng Beng To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com Date: Monday, March 16, 2009, 8:38 AM Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada tanggal berapa? Terimakasih Salam Bahagia
Re: [budaya_tionghua] Fw: [taoism-singapore] Fukien Deities
Ko, Bisa minta tolong bantu cari sejarah cerita ttg LIM TAY SU KONG, yang katanya juga dewa yg di puja dari daerah Hok Kian. Terima kasih On Wed, Mar 18, 2009 at 12:17 PM, King Hian king_h...@yahoo.com wrote: Ini ada tulisan tentang dewa2 orang Hokkian. KH --- On *Tue, 3/17/09, Jim Kemp jimkem...@yahoo.com* wrote: From: Jim Kemp jimkem...@yahoo.com Subject: [taoism-singapore] Fukien Deities To: taoism-singap...@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 17, 2009, 7:25 AM Keith Stevens writing about Fukien/Taiwan deities. Some may find it interesting. http://sunzi1. lib.hku.hk/ hkjo/view/ 44/4402006. pdfhttp://sunzi1.lib.hku.hk/hkjo/view/44/4402006.pdf
Re: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng
Karena umumnya kalau di Tiongkok itu kuburan letaknya jauh di gunung, dan hany aboleh dikunjungi pada waktu tertentu baik secara pribadi maupun secara kesepakatan adat orang sekampung disana, makanya kuburan jadi sangat kotor oleh rumput dan tanaman liar dan sekadang bangunannya kalau ada rusak. Di masa Ceng Beng ini secara serentak maupun perkeluarga masyarakat bisa tanpa konsultasi siapapun dan tanpa melangar adat setempat boleh membersihkan kuburan, dan memperbaiki bangunan yag rusak. Waktunya biasa selama 14 hari dihitung mundur sejak tgl 4 atau 5 April biasanya ( bisa dilihat di buku dan kalender Tung Su). Diakhir perbaikan makan, rumput kuburan dan tanaman liar bisa di cabut dan di gali lalu di tambahkan tanah lagi agar gunungan menjadi bagus dan tinggi kembali. Selesai melakukan itu sebagai tanda sudah selesai pemugaran dan pembersihan kuburan, di tanah di sisipkan kertas, di atas Bong Pay juga di pasang kertas, juga sekadang di pasang ranting bambu dengan kertas seperti rumbai-rumbai. Jenis kertas tergantung tradisi dan kebiasaan masing-masing adat dari sukunya. Tee dalam dialeh Hok Kian artinya bumi/tanah, Coa artinya kertas, jadi Tee Coa artinya memasang kertas di tanah kuburan sebagai tanda kuburan selesai dibersihkan sampai tahun depan lagi. Setelah itu di lakukan persembahyangan kecil dengan teh, manisan, kue dan gula lengakap dengan lilin dan hio baik di Bong Pay maupun di tempat Toa Pe Kong / To Tee Kong / Dewa Penjaga Tanah. Selesai itu membakar Gin Coa dan Siu Kim Coa. Acara di kuburan selesai. Setelah itu keluarga berkumpul dan melakukan persembahyangan besar di meja abu. Bagi yang tidak ada meja abu, biasa keluarga melakukan persembahyangan besar bersama di muka Bong Pai dan sambil makan bersama. Memang acara semua ini gunanya untuk mengeratkan hubungan kekeluargaan. Biasanya perayaan Ceng Beng seperti Perayaan Cit Gwee Poa / Cio Ko keluarga semua pulang kampung, dan nampakanya lebih dipentingkan melebihin perayaan Tutup Tahun / Tahun Baru. Semoga membantu. 2009/3/17 fey_solo fey_s...@yahoo.com sekalian nanya tradisi/ upacara apa sich yang biasa dilakuin wkt ceng beng? tee coa itu yang kaya gimana? trus bagi yang di kremasi gimana?? makacieh ^.^ --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: Untuk masa Ceng Beng saya biasa melihat di kalender Tung Su, biasanya masa Ceng Beng adalah 14 hari sebelum tgl 4 atau tgl 5 April. Silahkan membuka kalender Tung Su. Semoga bermanfaat. 2009/3/16 jayasentosa_bali jayasentosa_b...@... Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada tanggal berapa? Terimakasih Salam Bahagia
Re: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng
Bagi yang di kremasi biasa mengunjungi tempat abu di simpan dan melakukan persembahyangan bersama. Bila abu di tabur di laut, biasanya melakukan sembahyang di pantai yg mendekati tampat abu di tabur atau pantai terdekat saja lalu melakukan persembahyangan dan tabur bunga dan kertas di laut. 2009/3/17 fey_solo fey_s...@yahoo.com sekalian nanya tradisi/ upacara apa sich yang biasa dilakuin wkt ceng beng? tee coa itu yang kaya gimana? trus bagi yang di kremasi gimana?? makacieh ^.^ --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@... wrote: Untuk masa Ceng Beng saya biasa melihat di kalender Tung Su, biasanya masa Ceng Beng adalah 14 hari sebelum tgl 4 atau tgl 5 April. Silahkan membuka kalender Tung Su. Semoga bermanfaat. 2009/3/16 jayasentosa_bali jayasentosa_b...@... Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada tanggal berapa? Terimakasih Salam Bahagia
Re: [budaya_tionghua] Re: Tata cara sembayang orang baru meninggal ( adat tionghoa)
mo sharee pengalaman, skaligus mo nambah pertanyaan jg tentang adat buat orang yang meninggal keluargaku emang udah nga njalanin tradisi yang kumplit kya dlu lg sich, mungkin karna kebanyakan jg udah pada nga tau tradisi yang bener tuh kya apa, tradisi yang dilakuin dikeluargaq ada kesamaan n perbedaan ma yang udah ditulis tmn2, dlu waktu akung n nyama q meninggal Aku share berdasarkan tradisi keluarga ku ya. 1. tutup peti jim bok (sorry klo salah tulis, tolong dibenerin klo salah) seinggetq dlu sebelum tutup peti anaknya ngasi mutiara klo nga salah jumlahnya ada 7 dipasang di telingga, mata, hidung, sama mulut ke orang yang meninggal, waktu jenasah dimasukin ke peti keluarganya pada balik badan alias ga boleh ngliat, bis itu keluarganya muterin peti, arti mutiara ma muterin peti apa q juga nga tahu klo ada yang tau kasi tanggapan ya?? Sebelum Jib Bok tetapi mayat sudah dimasukkan kedalam peti, setelah selesai persembahyangan dimasukan 5 butir mutiara pertama 2 dimata agar pada kelahiran yg akan datang bisa belihat kebenanaran dengan jelas, 2 mutiara di telinga agar bisa mendengar tetang kebaikan dengan benar dan 1 di mulut agar bisa mengucapkan kata-kata kebenaran. Ada mantranya tapi aku agak lupa. Setelah itu wajah di tutup dengan kain penutup wajah yang tipis saja berwarna putih. Menandai bahwa ini tahapan awal penyadaran bahwa mendiang sudah mati dan tidak bisa jumpa keluarganya lagi.Mulai saat itu Toa Ha / baju berkabung mulai di pakai. Setelah itu jenazah di selimuti dengan selimut dan terakhir dengan selimut yg digambari 7 bintang (akalau gak salah) warnanya merah ditengahnya ditempel kain putih tempat tulisan mantra dan gambar 7 bintang, bila yg Mahayana di tulisi mantra Te Cong Ong Po Sat. Lalu keluarga memasukan kertas perak yang sudah di gulung tanpa di tekuk dengan sebelumnya mengusap muka kita masing-masing tiga gali baru diletakan diatas mayat sampai penuh dab bergantiam dengan tidak menutup wajah mayat dengan kertas. Setelah itu dilakukan pembacaan doa sambil berkeliling mengelilingi peti. Banyak dan arahnya agak berbeda dari tiap keluarga, tapi ygan pasti secara umum 3 kali searah jarum jam. Selesai itu keluarga berbaris di muka peti sesuai dengan tingkatannya dan kui sampai petis selesai ditutup dan di paku. Anak laki-laki tertua memegang palu di bantu To Kong - pemimpin sembahyang dan melakukan pukulan pertama untuk semua paku peti sesuai aturan dan urutan paku yagn berbeda untuk mendiang laki laki atau perempuan, dan mengikuti pemakuan sampai tuntas. Baru acara Jib Bok selesai di tutup denanga pay kui 4 kali. Acara ini resmi menandakan bahwa mendiang telah resmi dianggap mati dan mulai dihitung sebagi hari pertama kematiannya. 2. trus dirumah di depan pintu dipasang kertas putih dibuat tanda silang, dari mulai hari meninggal ampe kremasi/ penguburanya baru dilepas, trus ada juga lampion warna putih ada yang tau nga ini artinya apa, tolong kasi tanggapan ya Kertas putih bersilang di pasang setelah Jib Bok sebagai tanda keluarga sedang berkabung. Satu kertas silang berarti yang meninggal baru salah satu orang tua, silang dua spt X berarti keluarga sudah ditinggal kedua orang tuanya. Kertas ini di lepas setelah semua keluarga lepas putih, bisa 7 hari, 49 hari, 1 tahun dan setelah sembahyang 3 Tahun. Teng Lo Lieng putih menunjukkan keluarga berduka dari marga tertentu, usia yg meninggal, jenis kelamin, dan jumlah keturunannya. Renda diatas berarti ygn meninggal laki-laki, di bawah berarti perempuan, jumlah susunan renda berarti jumlah generasi dari yang mati. Bila sampai 5 generasi (Ngo Tae) ada satu lampion kecil warna merah yang di pasang sebagai penghormatan dan ucapan terima kasih kepada Tian atas panjang umur dan kelangsungan keluarga yang panjang. 3. ada perbedaan dikeluarga gw sebelum jenasah dikubur/ dikremasi ada acara pecah semangka, wkt aq tanya mama sich katanya dlu ada kaisar cina yang mati suri, ktanya waktu dia ketemu ma penjaga pintu akirat, dia janji akan bawain semangka buat para penjaga pintu itu, krna disana panas, wkt akirnya si kaisar itu hidup lagi, dia memerintahkan buat rakyatnya buat mbawain semangka ke orang yang meninggal sesuai janji si kaisar Acara pecah semangka dilakukan segera sebelum iring iringan berangkat keluar rumah menuju pemakanan. Secara umum dala kel kami diartikan bahwa mendiang sudah selesai tanggung jawabnya di dunia terhadap keluarga, biji yang terpecah dari kulit yag berwarna putih dan daging yang merah melambangkan ayah dan ibu sudah terbebas tanggung jawabnya terhadap anak yang dilambangkan sebagi bijinya untuk tumbuh dimana biji itu berada secara masing-masing, walaupun demikian tidak boleh melupakan bahwa sedemikian biji yg banyak berasal dari satu buah yg sama. Segera setelah sesorang mati klinis, maka di berikan semangkan di pelukan tangan kanannya , ini berhubungan dengan mitos Kaisar Lie Sie Bin yang mengunjungi Giam Lo Ong - sudah banyak di bahas ini. 4.
Re: [budaya_tionghua] lanjutan mohon informasi
Mohon dijelaskan, kalu dia putra raja, kenapa pakai marga Lim. Mungkin bukan putra Kaisar, tetapi mungkin putra raja muda ygn bertindak selaku gubernur di wilayah Hok Kian. Raja Muda bisa saja dari keluarga jauh kaisar atau bangsawan / pejabat yg diangakat kaisar. Mohon di perjelas biar lengkap. Karean menarik, saya sudah liat peninggalannya di Mentok sana, sayang jadi rumah walet, yg terjaga hanya pavilun muka saja. 2009/3/17 tsultantabrani tsultantabr...@yahoo.com untuk ko ning.m widjaja,memang betul dinasti ming bermarga cu,tapi mengenai sejarah lim tau kian saya juga baca dalam sejarah masuknya islam kepulau bangka/propensi bangka.net dan situs lain lim tau kian putra mahkota kaisar ming yang melarikan diri ke patani(thailan) karena malu gagal dalam test terakhi utk dilantik jadi kaisar yaitu bermalam di kobakan yang banyak Lintahnya sumber mesra.com,mohon tanggapan dan info lanjut terimakasih
Re: [budaya_tionghua] Re: Tata cara sembayang orang baru meninggal ( adat tionghoa)
Kam Sia tambahannya . 2009/3/17 King Hian king_h...@yahoo.com nambahkan sedikit saja NW: Kertas putih bersilang di pasang setelah Jib Bok sebagai tanda keluarga sedang berkabung. Satu kertas silang berarti yang meninggal baru salah satu orang tua, silang dua spt X berarti keluarga sudah ditinggal kedua orang tuanya. Kertas ini di lepas setelah semua keluarga lepas putih, bisa 7 hari, 49 hari, 1 tahun dan setelah sembahyang 3 Tahun. KH: Kalau baru salah satu orang tua yang meninggal, arah kertas putih ini dipasang berdasarkan siapa yang meninggal. Kalau ayah yang meninggal dipasang dari kanan atas ke kiri bawah, kalau ibu yang meninggal dipasang dari kiri atas ke kanan bawah. -- HN: Kalau sejak Jib Bok keluarga memakai pakaian terbalik, maka acara balik meja adalah setelah selesai persembahyangan 7 Hari. Pada saat itu pakaian yg di pakai harus dibalik seperti wajarnya, gelang tangan putih dan pita putih di lepas, taplak meja dan meja altar darurat sejak upacara sejak kematian di ganti dan dibuatkan meja abu sementara yang kecil dan tidak terlalu tinggi yang memakai taplak bersih dan lainnya yg serba bersih, yang lama bisa di bakar atau di cuci. KH: Gelang tangan putih juga dipakai berdasarkan keluarga yang meninggal. Kalau yang meninggal laki2 gelang dipakai di tangan kiri (yang), kalau yang meninggal perempuan gelang dipakai di sebelah kanan (yin). KH --- On *Tue, 3/17/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote: From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Tata cara sembayang orang baru meninggal ( adat tionghoa) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Tuesday, March 17, 2009, 3:13 PM mo sharee pengalaman, skaligus mo nambah pertanyaan jg tentang adat buat orang yang meninggal keluargaku emang udah nga njalanin tradisi yang kumplit kya dlu lg sich, mungkin karna kebanyakan jg udah pada nga tau tradisi yang bener tuh kya apa, tradisi yang dilakuin dikeluargaq ada kesamaan n perbedaan ma yang udah ditulis tmn2, dlu waktu akung n nyama q meninggal Aku share berdasarkan tradisi keluarga ku ya. 1. tutup peti jim bok (sorry klo salah tulis, tolong dibenerin klo salah) seinggetq dlu sebelum tutup peti anaknya ngasi mutiara klo nga salah jumlahnya ada 7 dipasang di telingga, mata, hidung, sama mulut ke orang yang meninggal, waktu jenasah dimasukin ke peti keluarganya pada balik badan alias ga boleh ngliat, bis itu keluarganya muterin peti, arti mutiara ma muterin peti apa q juga nga tahu klo ada yang tau kasi tanggapan ya?? Sebelum Jib Bok tetapi mayat sudah dimasukkan kedalam peti, setelah selesai persembahyangan dimasukan 5 butir mutiara pertama 2 dimata agar pada kelahiran yg akan datang bisa belihat kebenanaran dengan jelas, 2 mutiara di telinga agar bisa mendengar tetang kebaikan dengan benar dan 1 di mulut agar bisa mengucapkan kata-kata kebenaran. Ada mantranya tapi aku agak lupa. Setelah itu wajah di tutup dengan kain penutup wajah yang tipis saja berwarna putih. Menandai bahwa ini tahapan awal penyadaran bahwa mendiang sudah mati dan tidak bisa jumpa keluarganya lagi.Mulai saat itu Toa Ha / baju berkabung mulai di pakai. Setelah itu jenazah di selimuti dengan selimut dan terakhir dengan selimut yg digambari 7 bintang (akalau gak salah) warnanya merah ditengahnya ditempel kain putih tempat tulisan mantra dan gambar 7 bintang, bila yg Mahayana di tulisi mantra Te Cong Ong Po Sat. Lalu keluarga memasukan kertas perak yang sudah di gulung tanpa di tekuk dengan sebelumnya mengusap muka kita masing-masing tiga gali baru diletakan diatas mayat sampai penuh dab bergantiam dengan tidak menutup wajah mayat dengan kertas. Setelah itu dilakukan pembacaan doa sambil berkeliling mengelilingi peti. Banyak dan arahnya agak berbeda dari tiap keluarga, tapi ygan pasti secara umum 3 kali searah jarum jam. Selesai itu keluarga berbaris di muka peti sesuai dengan tingkatannya dan kui sampai petis selesai ditutup dan di paku. Anak laki-laki tertua memegang palu di bantu To Kong - pemimpin sembahyang dan melakukan pukulan pertama untuk semua paku peti sesuai aturan dan urutan paku yagn berbeda untuk mendiang laki laki atau perempuan, dan mengikuti pemakuan sampai tuntas. Baru acara Jib Bok selesai di tutup denanga pay kui 4 kali. Acara ini resmi menandakan bahwa mendiang telah resmi dianggap mati dan mulai dihitung sebagi hari pertama kematiannya. 2. trus dirumah di depan pintu dipasang kertas putih dibuat tanda silang, dari mulai hari meninggal ampe kremasi/ penguburanya baru dilepas, trus ada juga lampion warna putih ada yang tau nga ini artinya apa, tolong kasi tanggapan ya Kertas putih bersilang di pasang setelah Jib Bok sebagai tanda keluarga sedang berkabung. Satu kertas silang berarti yang meninggal baru salah satu orang tua, silang dua spt X berarti keluarga sudah ditinggal kedua orang tuanya. Kertas ini di lepas setelah semua keluarga
Re: [budaya_tionghua] Re: Tata cara sembayang orang baru meninggal ( adat tionghoa)
2009/3/17 fey_solo fey_s...@yahoo.com mo sharee pengalaman, skaligus mo nambah pertanyaan jg tentang adat buat orang yang meninggal keluargaku emang udah nga njalanin tradisi yang kumplit kya dlu lg sich, mungkin karna kebanyakan jg udah pada nga tau tradisi yang bener tuh kya apa, tradisi yang dilakuin dikeluargaq ada kesamaan n perbedaan ma yang udah ditulis tmn2, dlu waktu akung n nyama q meninggal 1. tutup peti jim bok (sorry klo salah tulis, tolong dibenerin klo salah) seinggetq dlu sebelum tutup peti anaknya ngasi mutiara klo nga salah jumlahnya ada 7 dipasang di telingga, mata, hidung, sama mulut ke orang yang meninggal, waktu jenasah dimasukin ke peti keluarganya pada balik badan alias ga boleh ngliat, bis itu keluarganya muterin peti, arti mutiara ma muterin peti apa q juga nga tahu klo ada yang tau kasi tanggapan ya?? 2. trus dirumah di depan pintu dipasang kertas putih dibuat tanda silang, dari mulai hari meninggal ampe kremasi/ penguburanya baru dilepas, trus ada juga lampion warna putih ada yang tau nga ini artinya apa, tolong kasi tanggapan ya 3. ada perbedaan dikeluarga gw sebelum jenasah dikubur/ dikremasi ada acara pecah semangka, wkt aq tanya mama sich katanya dlu ada kaisar cina yang mati suri, ktanya waktu dia ketemu ma penjaga pintu akirat, dia janji akan bawain semangka buat para penjaga pintu itu, krna disana panas, wkt akirnya si kaisar itu hidup lagi, dia memerintahkan buat rakyatnya buat mbawain semangka ke orang yang meninggal sesuai janji si kaisar 4. wkt 40 harian/ 49 harian aq lupa klo dikeluargaq dihitungnya dari kremasi trus dikurangi jumlah anak, trus ada tradisi jaga dupa, jagain dupa/ hio ampe pagi, jadi sebelum hionya mati, dikasi hio lagi, ktanya sih biar jalanya orang yang meninggal ke akirat lancar (mungkin udah kecampur ma budaya jawa, yang percaya klo 40 hari, arwah jalan menuju akirat) trus paginya baru ke bong 5. ada lagi upacara yang namanya balik meja, upacara nya gimana n hari ke brapa gw jga nga tau, coz wkt itu cuma denger aja keluargaku bru diskusi mo pake balik meja/ enggak 6. menanggapi ulysee_me2 tentang perkawinan klo ada keluarga yang baru meninggal, kta ma2, dlu waktu siwakq (ci2nya mama) mo nikah calon papah mertuanya meninggal trus akirnya kawin peti, dilakuin di dpn peti matinya, pai ciunya jg di dpn peti matinya, soalnya danggap klo masih ada. katanya sich klo nggak kawin peti harus nunggu 3 tahun lagi baru boleh kawinan ow ya q juga mo nanyain 1. knpa klo mau bangun bong pai harus nunggu dulu ampe cheng Tradisi dikeluarga ku bila ingin membangun Bong Pai dengan segera, pada saat selesai penutupan liang kubur, di muka kuburan / kaki kuburan di pasangkan batu bata beberapa potong, dengan demikina bisa langsung dan segera dilakukan pembangunan Bong Pai kapan saja sebelum habis melewati masa 3 kali Cue It dan Cap Go. Bila tidak demikian, Bong Pai baru boleh dibangun setelah usai sembahyang 3 Tahun dan harus mencari hari ygan cocok untuk seluruh keluarga ygan biasanya rumit, dispensasinya adalah dibangun pada masa Ceng Beng setelah persembahyangan 3 Tahun. 2 q jg pingin tau tentang dress code yang dipake keluarga klo ada yang meninggal setauq beda2 ada yang pake tutup kepala, iket kepala, ada juga yang bajunya dibalik Dress code secara umum tidak boleh pake warna cerah meriah, termasuk warna coklat, hijau muda dan ungu karean dianggap warna kegembiraan. Umumnya pakai warna putih, biru dan hijau tua sekali. Warna hitam walaupun diperbolehkan tidak lazim di pakai karean dipercayai bisa membuat jalan yang mati menjadi gelap dan sulit. Bicara tentang Toa Ha - baju berkabung sangat beragam dan rumit harus dibahas terpisah. wah ngak terasa aq yang pendiam ini isa nulis sebanyak ini, ini juga tulisan pertamaq di grup ini, coz slama ini q cuma jadi pembaca yang setia, apalagi klo topiknya justru menyangkut SARA jadi males nanggapin N.B kasi koreksi , n jawaban ya atas pertanyaan q n apa yang aq nga tau tolong ditambah makacieh ^.^ --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Purnama Sucipto Gunawan east_r...@... wrote: Dalam lingkungan Tradisi masyarakat tionghoa; salah satunya adalah penghormatan kepada leluhur termasuk salah satu bagian tradisi masyarakat Tionghoa. Disini saya membahas bagaimana tata cara sembayang masyarakat tionghoa kepada orang yang baru saja meninggal. 1. Hari 1 Penguburan / pembakaran : Pada hari pertama penguburan diadakan upacara penguburan. Upacara penguburan masyarakat Tionghoa ; tidaklah jauh beda dengan masyarakat budaya lainnya. Disini Dalam lingkungan Masyarakat Tionghoa biasanya akan dimulai upacara resesi sembayang, biasanya pemuka agama melakukan doa kepada si meninggal dan juga diikuti oleh keluarga si meninggal. Setelah itu penurunan peti mati; disini pihak keluarga dilarang melihat penurunan peti mati dan termasuk tamu pengunjung. (salah satu
Re: [budaya_tionghua] Tanggal Ceng Beng
Untuk masa Ceng Beng saya biasa melihat di kalender Tung Su, biasanya masa Ceng Beng adalah 14 hari sebelum tgl 4 atau tgl 5 April. Silahkan membuka kalender Tung Su. Semoga bermanfaat. 2009/3/16 jayasentosa_bali jayasentosa_b...@yahoo.co.uk Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada tanggal berapa? Terimakasih Salam Bahagia
Re: [budaya_tionghua] Tanggal Ceng Beng
*Kami di Jakarta dan Tionghoa Betawi (setahu saya orang Tionghoa Kalbar juga demikian) umumnya tidak melakukan ritual Tee Coa pada saat Ceng Beng bila yg meninggal belum diadakan sembahyang 3 tahun. Cukup sembahyang di rumah saja. Pantangan untuk mengganggu tanah kuburan dengan membalik tanah menanam rumput baru dan memasang kertas sebelum sembahyang 3 tahun. Perhitungan sembahyang 3 tahun sebenarnya maksimum cuma 24 bulan (sesuai aturan Khong Cu), yg penting sudah masuk tahun yg ke-3 jadi tidak boleh genap 36 bulan. Cara menghitungnya tergantung tradisi suku dan marga. Semoga bermanfaat. * 2009/3/16 melani chia chiamel...@yahoo.co.uk Malah sebagian besar chinese didaerah sumatera tdk melakukan ceng beng bagi yg baru meninggal yg mana harus diikuti rasanya sangat subjektif,kalau chinese SG lebih memilih waktu yg mereka bisa selama belum abis bulan ceng bengnya. --- On *Mon, 16/3/09, David Oei david.oeihongk...@gmail.com* wrote: From: David Oei david.oeihongk...@gmail.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Tanggal Ceng Beng To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Monday, 16 March, 2009, 5:48 PM DH pak Jaya Setahu saya ada perbedaan antara yang baru meninggal dan yang sdh lama meninggal Untuk yang baru mulai tgl 25 Maret untuk yang sdh lama paling lambat tgl 5 April Semoga membantu Rgds 2009/3/16, jayasentosa_ bali jayasentosa_ b...@yahoo. co.ukjayasentosa_b...@yahoo.co.uk : Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada tanggal berapa? Terimakasih Salam Bahagia
Re: [budaya_tionghua] Re: Tata cara sembayang orang baru meninggal ( adat tionghoa)
*Salam Kenal, ** Ini yang kami kerjakan di keluarga besar kami baik yang sudah peranakan maupun yang masih tinggal di Hok Kian dan Taiwan dalam hal persembahyangan setelah pemakaman.** Pertama kami tidak mengenal acara sembahyang 100 hari ( dan juga 40 hari ) sepertinya itu pengaruh tradisi Kejawen Islam dan Kristen di sini. Kami tidak menemukan literatur baik Buddhist Mahayana, Khong Kauw dan To Kauw yang menyebutkan dan mengatur tata cara sembahyang 100 dan 40 hari. Yang kami lakukan adalah sebagai berikut: * 1. *Sembahyang Besar 3 Hari : dihitung mulai pada hari penguburan (atau kremasi), dilakukan pada malam menjelang hari ke-3 sampai melewati tengah malam dan diteruskan dengan May Bong sampai menjelang pagi, sebelum pulang dilakukan penanaman benih biji-bijian yang disebarkan pada acara Ngo Kok waktu pemakaman (bila dikremasi tidak ada acara Ngo Kok), jadi semua keluarga inti yang ikut pemakaman wajib ikut acara ini. * 2. *Sembahyang Besar 7 Hari : dihitung mulai pada hari penguburan, dilakukan pada malam menjelang hari ke-7 sampai melewati tengah malam dan diteruskan dengan May Bong sampai menjelang pagi. Sebelum May Bong dilakukan acara sembahyang Balik To - jadi tidak pakai baju terbalik, serta gelang tangan dan pita putih harus di lepas dan dibakar. Pada saat ini biasanya anak perempuan akan lepas putih dan semua yang pakai biru juga di lepas dan bisa pakai pakaian merah. Menantu perempuan mengikuti suaminya, kecuali bila sedang hamil bisa lepas putih. * 3. *Sembahyang Sun dilakukan bila waktu sembahyang besar jatuh bertepatan pada hari Cue It atau Cap. * 4. *May Bong Cue It dan Cap Go sejak hari pemakaman, dilakukan berpasangan apakah 1 kali Cue It dan Cap Go atau 3 kali atau 7 kali tergantung kesepakatan keluarga. Bila di kremasi, bisa dilakukan dengan mengunjungi tempat abu jenazah di simpan atau di taburkan. * 5. *Hau Pui pada Cue It dan Cap Go dilakukan (bila ada meja abu) sebelum May Bong dilakukan sore hari menjelang May Bong dan ore hari setelah May Bong. Ada juga yg mejalankan Hau Pui 3 kali setiap Cue It dan Cap Go di rumah selama 1 tahun penuh, tergantung dari keinginan keluarga. Hau Pui cukup dengan semangkuk kecil nasi putih, 2 ciu ceng arak putih, 2 tee aw teh, sepiring kecil tee liaw (gula batu, ang co, tang kwee) dan semangkok Chay Kiong (sawi kecil dengan akarnya di seduh air panas). Yang lainnya bila mau bisa diberikan tambahan kue, buah dan sayuran masak, tetapi tidak wajib. Hau Pui juga dilakukan pada sore hari 1 hari sebelum diadakan Sembahyang Besar. * 6. *Sembahyang Besar 49 Hari : dihitung mulai pada hari Jib Bok (tutup peti - yang secara tradisi harus dilakukan setelah 8 jam meninggal atau paling lama 24 jam setelah meninggal - oleh karena itu bila melakukan tradisi meniru orang Barat atau Kristen denga upacara buka peti yang lama - akan membingungkan cara perhitungan hari sembahyang; secara tradisi seseorang belum dianggap mati bila belum sembahyang Jib Bok / tutup peti). Sembahyang dilakukan pada malam menjelang hari ke 49 sampai lewat tengah malam dan di sambung May Bong. Sembahyang ini spesifik dilakukan oleh Tionghoa Buddhist dan penganut keyakinan Sam Kauw karena sesuai dengan kepercayaan Buddhist Mahayana Tiongkok. Bagi penganut Khong Kauw dan To Kauw jarang dilakukan.* 7. *Sembahyang Besar rutin seperti sembahyang (sebelum 3 tahun) Cit Gwee, Ceng Beng, Tutup Tahun dilakukan dirumah saja dan waktunya harus lebih awal paling tidak 7 hari sebelum hari 'H' sembahyang rutin tersebut.* 8. *Selama belum melakukan persembahyangan 3 tahun tidak dilakukan ritual makan bakcang, makan onde, pesta kue bulan dan pesta tutup tahun, pernikahan dan pesta lainnya di rumah keluarga yg berduka.* 9. *Sembahyang Besar 1 Tahun : dihitung mulai pada hari Jib Bok, dilakukan tepat 12 bulan (bila ada Lun Gwee, juga ikut dihitung) pada malam hari menjelang tanggal hari Jib-bok diteruskan sampai lewat tengah malam dan dilanjutkan dengan May Bong.* 10. *Sembahyang Besar 3 Tahun : dilakukan maksimal 24 bulan asalkan sudah masuk pergantian tahun yang ke-3 (sesuai ajaran Khong Cu). Bisa juga dilakukan segera setelah persembahyangan besar 1 Tahun biasanya dihitung dengan mengurangi waktu 24 bulan dengan jumlah anak laki-laki, dengan faktor pengurangan 2 bulan bagi setiap anak laki-laki mendiang yang masih hidup.Tangal dan harinya ditentukan sendiri sesuai dengan tradisi dari Marga, Keluarga atau kampung asal keluarga yang meninggal. Dilakukan malam hari sampai lewat tengah hari dan diteruskan dengan May Bong. Pada saat itu adalah hari terakhir masa berkabung maksimal semua anggota keluarga harus melepas putih dan pakai merah kembali.* *Ini yang kami lakukan dalam keluarga kami , apakah ini cocok untuk saudara yang lain, silahkan disesuaiakan dengan keyakinan, kebiasaan dan adat kampung
Re: [budaya_tionghua] Re: Tata cara sembayang orang baru meninggal ( adat tionghoa)
*Sedikit tambahan tradisi sembahyang di kelurga kami setelah seluruh ritual perkabungan (3 tahun) selesai yaitu dilakukan 2 persembahyangan tambahan : * 1. *Sembahyang Bian Kie : dilakukan pada hari ulang tahun kelahiran mendiang keluarga yang meninggal setlah lewat masa perkabungan. Sembahyang Bian Kie hanya dilakukan sekali saja dan tidak diulang lagi. Untuk selanjutnya diteruskan dengan pesembahyangan Cok Kie.* 2. *Sembahyang Cok Kie : dilakukan pada hari Jib Bok untuk memperingati kepergian mendiang meninggalkan keluarga. Kembali diingatkan upacara Jib Bok adalah sebagai tanda secara sosial kekeluargaan bahwa pada saat itu mendiang dinyatakan sudah wafat / mati dan dimulainya masa perkabungan. Sebelumnya sejak kematian klinis sampai upacara Jib Bok, mendiang hanya dianggap dalam keadaan tertidur saja. Upacara Jib Bok harus dilakukan paling cepat 8 jam setelah mati klinis dan paling lambat 24 jam setelah mati klinis. Sembahyang Cok Kie di peringati terus setiap tahun. Kadang kala meja abu sudah demikan tua dan sudah terlalu banyak leluhur yg di tempatkan sebagai penghormatan di situ, maka kami hanya memperingati Cok Kie dari Co Kong yang paling tua saja, dan dilakukan sembahyang Cok Kie kolektif untuk para leluhur yang lebih muda.* *Demikian saja bagi pengalaman dan kebiasaan di keluarga kami.* 2009/3/17 asenzz ase...@yahoo.com Hi, Salam kenal G baru join nih. Kalau hitungan 100 harinya itu gimana yah? Mulai dari hari meninggal atau mulai dari saat penguburan/kremasi? 100 hari harus dikurangi dulu dengan jumlah anak laki2 atau gimana ya? Asen --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Ulysee ulysee_...@... wrote: Kalau aturan Hio kayaknya masih dipakai deh. Malahan untuk sembayang di rumah, sebelum 1 tahun masih pake hio kaki hijau. Hanya saja, kalau orang yang meninggal usianya sudah lewat 80 tahun, dianggapnya ... rrr apa ya namanya.. oh HO MIAH (menjalani nasib bagus) maka anak cucunya pun sebelum 100 hari sudah pake hio kaki merah. Lilin yang dipakai waktu perkabungan pun lilin merah. Sebetulnya warna lilin lilin ini ada maknanya enggak sih? lilin merah buat apa? lilin hijau buat apa? lilin kuning buat apa? lilin putih sih biasa... buat kalau mati lampu...hehehehhee.. -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com [mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com] On Behalf Of Isone Sent: Thursday, April 17, 2008 12:07 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com Subject: RE: [budaya_tionghua] Tata cara sembayang orang baru meninggal ( adat tionghoa) Ya betul, TUA HA. Tapi sedihnya terutama di Jakarta. Tradisi tata cara berpakaian sudah jarang diikuti. Biro2 3 tahun, 3 hr belum tentu diikutin. Umumnya masih diperboleh/ beraksesoris emas sekalian anak kandung. Alas kaki saja masih bisa berwarna merah walaupun sedikit. Khususnya untuk aliran tertentu, Hio juga sudah jarang diperhatikan, biasanya anak-cucu harus menggunakan hio kaki hijau selama 100 hari dan diluar itu pelayat or saudra2 gunakan hio kaki merah. Apakah di Jakarta masih menjalankan tradisi ini ??? Belum lagi urutan tiam hio dimana anak kandung laki duluan disertakan menantu perempuan, menantu laki-laki, anak kandung perempuan, cucu laki2 dalam, cucu perempuan dalam, cucu laki2 luar, cucu perempuan luar dst secara ber-urutan. Heran-nya kadang kadand pelayat yang berebutan tiam hio duluan daripada anak dan saudara dari yang meninggal. --- Ulysee HYPERLINK mailto:ulysee_me2%40yahoo.com.sg ulysee_me2%2540yahoo.com.sg ulysee_...@... wrote: Menarik, nih menarik. Dulu emang sebagai anak cucu melakukan yang namanya TUA HA alias pake baju belacu kalau ada yang meninggal sampai 100 hari. terus sesudah itu pake baju putih dengan kain hitam di lengan sampai 1000 hari. Jaman sekarang gue jarang melihat yang masih melanjutkan adat tersebut, padahal katanya kalau sanggup Tua Ha sampai 1000 hari itu baru namanya anak berbakti. Sekarang setahu gue ritual perkabungan yang namanya TUA HA ini sudah dipersingkat. paling tidak sampai hari ke 3 masih Tua Ha, lalu mempertahankan pakai baju putih dan kain hitam di lengan paling sampai hari ke 49 itu pun udah nggak wajib pake baju blacu, asal warnanya putih atau hitam aja cukup lah. Malahan ada lagi yang tidak mau TUA HA, jadi pada hari ke 3 dan hari ke 7 dia pake baju putih yang ada merah-merahnya, tandanya tidak akan melakukan Tua Ha, dan bebas dari kewajiban pakai baju putih itu. Tapi gue nggak tahu, TUA HA itu bahasa apa ya? dan artinya apa? Kenapa sih kalau perkabungan itu sampai 1000 hari? dasarnya apa? Terus mengenai upacara menangis itu pernah jadi kasus besar di kalangan
Re: [budaya_tionghua] Re: mohon informasi
Setahu saya keluarga Dinasti Ming adalah marga Cu. Perlu pencerahan nih, bisa da ygan bantu? Btw siapa itu Lim Tau Kian? 2009/3/17 tsultantabrani tsultantabr...@yahoo.com --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com, tsultantabrani tsultantabr...@... wrote: yth,pengasuh milis saya minta tolong informasi tentang lim Tau Kian alias ce'wan Abdulhayat konon katanya beliau masih keturunan kaisar Ming kalau memang demikian siapa nama ayah beliau ? kaisar yang keberapa dari Dinasti ming? dan minta informasi juga bagi anggota milis yang masih keturunan lim tau Kian alamat rumah perkumpulan keturunan Almarhum Lim Tau Kian.terimakasih wassalam
Re: [budaya_tionghua] Soja
*Saudaraku Sekalian, Istilah Sembahyang Tuhan Allah memang agak membingungkan istilahnya. Sebelumnya leluhur kita cukup menyebutkan Yang Maha Kuasa dengan sebutan TIAN yang sebetulnya tidak perlu diterjemahkan sama sekali. Selanjutnya meminta saksi kepada ALAM SEMESTA - OMNI POTENT biasanya disebut dengan TIAN-TEE-JIN SIN ygn secara harfiah diterjemahkan sebagi LANGIT-BUMI-MANUSIA DAN DEWA . Mohon yg lebih mengerti menjelaskan kepada kami. Terima kasih banyak **Masih Belajar Budi Pekerti* 2009/3/11 liang u lian...@yahoo.com Rekan-rekan, Tidak ada orang Tionghoa yang tidak tahu soja (atau sojah), yaitu memberi hormat dengan mengepalkan tangan kanan, lalu ditutup oleh tangan kiri. lalu diangkat ke depan kita sebagai tanda memberi hormat kepada lawan bicara. Sudah jelas ini hanya salah satu cara memberi penghormatan, yang tiap bangsa mempunyai cara sendiri-sendiri. Dalam bahasa Mandarin, soja disebut gongshou yang dalam dialek Hokkian ada kiongchiu (ejaan lama kiongtjhioe). Huruf bai yang dalam bahasa Tionghoa berarti juga memberi hormat, terdiri dari dua bagian bagian depan adalah tangan, dan bagian belakang garis tegak dengan empat goresan horiziontal paralel . Menurut orang-orang tua, ini menunjukkan bahwa soja ada 4 tingkatan. 拱手 (gong3shou3) Hokkian: kiongchiu 拜 ( bai4) , Hokkian: pai l. Kalau tangan kita diangkat di bawah dada, berarti lawan kita adalah lebih muda dari kita. 2.Kalau tangan kita diangkat setinggi dada, lawan bicara sebaya/sederajat dengan kita. 3. Kalau tangan kita diangkat setinggi muka kita, lawan bicara lebih tinggi tingkatnya dari kita, misalnya orang tua. 4. Kalau tangan kita diangkat lebih tinggi dari kepala, itu adalah penghormatan kepada Tuhan Allah. Banyak yang sudah tidak tahu, dalam tradisi orang Tionghoa penghormatan kepada Tuhan Allah adalah penghormatan kepada yang tertinggi. Maka soja kitapun tidak boleh salah. Dalam suatu upacara, sembahyang Tuhan Allah memegang peranan penting: Tidak pakai sajian, paling pakai pohon tebu (tolong koreksi kalau salah) , pakai lilin dan di depan pintu keluar. Apakah budaya aslinya pakai tebu? Saya tak tahu, sebab di Tiongkok sendiri, tebu hanya ada di selatan, bagaimana dengan orang utara? Upacara menikah menjadi sah kalau kedua pengantin sudah melakukan upacara kepada Tuhan Allah. Ingat film To Liong To, ketika Ciu Ci Jiak menikah dengan Tnio Bu Ki, Tio Beng datang untuk mencegah, yaitu dengan cara mengajak Bu Ki pergi tepat sebelum mereka memberi penghormatan kepada Langit, yaitu kepada Tuhan Allah. Biarpun sudah berpakaian pengantin, tamu sudah banyak, belum sah sebelum memberi penghormatan kepada Tuhan Allah. Contoh lain, ayah dan ibu Bu Ki, mereka berada di sebuah pulau kecil yang tidak berpenduduk, mereka menikah tanpa perjamuan, tanpa pakaian, tanpa apa-apa, tapi mereka menggunakan ranting pohon sebagai ganti hio dan berdua berlutut ke langit menyatakan sumpah menjadi suami isteri. Menurut budaya Tionghoa itu cukup. Pakaian, pesta, tamu itu hanya menyatakan kegembiraan, mengundang tamu untuk menyatakan kegembiraan, orang tua sebagai saksi. Kalau sudah tak ada orang tua, maka alam dianggap sebagai saksi. Kekeliruan besar kalau menganggap perkawinan adat Tionghoa tidak sah, karena tidak ada pemimpin agama yang mensahkan. Kepercayaan orang Tionghoa adalah tidak ada seorang manusiapun yang bisa mewakili Tuhan Allah. Tuhan Allah serba tahu, tak perlu mengangkat wakil yang berupa manusia. Kemampuan Tuhan Allah tak dapat diukur oleh otak manusia. Tahun lalu, dan tahun ini saya melewati Tahun Baru Imlek tidak di rumah, tapi di Tiongkok. Bukan di hotel bintang lima di tempat wisata, tapi di rumah penduduk asli setempat. Tahun lalu saya mangkal di rumah keluarga suku Yao di propinsi Guangxi. Yang aneh, justru kalau mereka bertemu, mereka hanya di mulut saja mengucapakan selamat, tak ada soja atau jabatan tangan, sehingga saya dan isteri menjadi kikuk. Lebih celaka lagi karena kebanyakan menggunakan bahasa Zhuang, bahasa minoritas yang merupakan mayoritas penduduk di Guangxi. Terpaksa kami jawab pakai Mandarin saja. Yang dipentingkan adalah kumpulnya. Keluarga besar, yaitu keluarga dari pihak laki-laki semua berkumpul di rumah anak terbesar, karena orang tua mereka sudah tak ada. Semua datang dua kali, makan bersama malam tahun baru, dan makan bersama pada hari tahun baru malam. Yang penting adalah makan malam tahun baru, malam besoknya hanya sebagai makan malam, karena banyak yang dari luar kota. Untung kami mangkal di rumah rakyat, tidak ada seorangpun penjual makanan yang buka. Kalau mangkal di hotel akan kelaparan, kendaraan umumpun tak ada, entah bis kota, sebab kami tinggal di kampung. Hari tahun baru hanya petasan yang terdengar, kabarnya di kota sih ada pertunjukkan kesenian terbuka, di kampung hanya ramai petasan yang hampir tak berhenti sejak 12 malam. Waktu itu saya tak berani mengambil kesimpulan bahwa soja sudah tak ada,
Re: [budaya_tionghua] cina...cina...cina..........
Terima kasih , Bung buat insightnya, Boleh saya tambahkan ya satu hal yang selalu dibuat semdmikian rupa olah banyak orang dari berbagai lapisan ( pemerintah - agama - masyarakat - formal - nonformal ) dikatakan bahwa : CINA ITU EKSKLUSIF TIDAK MAU BERGAUL DAN MEMBAUR DANGAN ORANG PRIBUMI. Saya Sudah membuktikan dengan mata kepala sendiri bahwa itu tidak benar, beberpa pengalaman saya : 1. Ketika berlibur di P. Komodo, ternyata ada orang Cina yang tinggal di sana dan bekerja sebagai penangkap dan pedagang cumi besar. 2. Ketika berjalan di Timor, ditengah hutan di pucuk gunung, ternyata orang Cina yang tinggal membudidayakan jeruk So'e yang terkenal itu. 3. Di Labuhan Bajo, ditempat terpencil, warung-warung semua orang Cina juga. 4. Di perjalanan di P. Flores di tengah hutan menuju Manggarai, restoran satu-satunya orang Cina. 5. Di Pertokoan di Papua, saya kira toko milik pribumi asli, terkejut karean dlm rumah ada meja abu leluhur, ternyata walaupun secara fisik mereka Papua, tapi nenek moyang Cina juga. 6. Di Aceh ? ga usah dibilang lagi. Harmonis ditengah alam Syariah. 7. Kalimantan dan di Sulawesi ya ga usah diceritaiin lagi ya. 8. Jakarta Tempo Doeloe daerah Pat Tee Kwan, dulu masih ada didepan rumah orang Cina selalu tersedia 8buah teko air untuk semua orang lewat bisa minum. 9. Di Cisalak tekenal daerahnya bernama Warung Ke Hong, menurut bibi saya memang dulu disana ada warung milik Babah Ke Hong tempat orang-arang pribumi menginap menitipkan barang dagangan dalam perjalanan mereka dari daerah Kranggan, Cibubur yang mau menuju ke Cililitan dan Jatinegara. 10. Di Bekasi Timur ada warung Kong Sen, yg dulu sangat dipedalaman letaknya, sekarang jadi KOMSEN. 11. Waktu berjalan di didalam wilayah tua dalam benteng Jerusalem, kok ya diujung seuatu pojok bagian kuno itu ada orang Cina buka restoran dan laku banget. 12. Kalau ditelusuri - orang Betawi - kalau ditanya pasti ga sulit yang mengaku kalo nenek atau ngkongnya orang Cina. Nah buktikan kalau orang Cina bisa bergaul dan membaur dangan amat sangat baik. Coba sekarang kita tanya ke diri kita sendiri - apakah sesama suku pribumi bisa demikian membaur? Juga apakah seperti dari bangsa pendatang lain seperti dari India, Arab, Pakistan, Eropa yang menetap ratusan tahun di Indonesia, apakah pembauran mereaka bisa seekstensif dari pembauran orang Cina? Ya, sekedar berbagi pengalaman aja. Masih Belajar Budi Pekerti 2009/2/15 jackal_w_u_f jackal_w_...@yahoo.com Tulisan orang ini bener2 bagu Jangan berhenti forward ketemen2 yah... Saya seorang pribumi yg dulunya benci setengah mampus sama WNI Keturunan Cina. Tetapi setelah hidup di Amerika selama 10 tahun dan sekarang bekerja di salah satu bank terbesar di dunia berpusat di New York City, pandangan saya berubah dan mengerti mengapa Cina itu berbeda dengan orang pribumi. Dan sebenarnya banyak sekali hal-hal yg kita tidak mengerti tentang cina, dan hal-hal ini sebenarnya harus kita ketahui dan kita pikirkan lagi, karena hal-hal ini adalah sesuatu yg bisa kita pakai untuk kepentingan bangsa sendiri dan utk memajukan bangsa sendiri. Bukan saya bilang bahwa kita harus berubah jadi Cina, cuma kalau memang bagus mengapa tidak ? Dan memang ada juga hal-hal buruknya, tetapi semua bangsa juga punya. Marilah saya mulai pendapat saya tentang perbandingan antara WNI asli dan keturunan cina : 1. Perbedaan2 nyata Setelah bekerja tiga tahun lebih dan punya teman dekat orang bule dan orang Cina dari Shanghai di tempat kerja saya, saya melihat banyak sekali perbedaan-bedaan, diantaranya : A. DUIT a) Si bule, kalo gajian langsung ke bar, minum-minum sampe mabuk, beli baju baru, beli hadiah macam-macam untuk istrinya. Dan sisanya 10% di simpan di bank. Langsung makan-makan di restoran mahal, apalagi baru gajian. b) Si Cina, kalau gajian langsung disimpan di bank, kadang-kadang diinvest lagi di bank, beli Saham, atau dibungain. Bajunya itu2 saja sampe butut. Saya pernah tanya sama dia, duitnya yg disimpen ke bank bisa sampe 75%-80% dari gaji. c) Saya sendiri. kalo gajian biasanya boleh deh makan-makan sedikit, apalagi baru gajian, beli baju kalo ada yg on-sale (lagi di discount), beli barang-barang kebutuhan istri, sisanya kira2 tinggal 15-20% terus disimpen di bank. *** Kebanyakan di Amerika, orang Cina yang kerja kantoran (sebenarnya Korea dan Jepang juga) muda-muda sudah bisa naik mobil bagus dan bisa mulai beli rumah mewah. walaupun orang tuanya bukan konglomerat dan bukan mafia di Cinatown. Malah mereka beli barang senangnya cash, bukan kredit. Soalnya mereka simpan duitnya benar-benar tidak bisa dikalahkan oleh bangsa lain. kalau bule atau orang hitam musti ngutang sampe tau baru bisa lunas beli rumah. B. KERJAAN a) si bule, abis kerja (biasanya jam kerja jam 8 pagi - 6 sore) hari Senen sampai hari Jumat (Sabtu dan minggu tidak kerja)) ke bar ato makan-makan ngabisin gaji.
Re: [budaya_tionghua] kristenisasi
apapun mulai dari kristenisasi sampai jualan agama . marketing surga dan neraka tidak akan merubah keadaan permasalahannya , mau bahas agamanya yang ngawur atau jualan agamanya yang ngawur? atau mau seperti si danarhadi , dia beranggapan sudah bukan oknum lagi , tapi buaannnya, hehehehe terus dah tau banyak mau ngapain? angkat senjata? hmmm yang saya kira . tidak akan ada gunanya...hanya menjadikan milist ini sebagai tembok ratapan..do something lah perlombaan amal kek , menerbitkan buku counter kek , quote : Yah, memang semua orang bebas memilih dan mempercayai papaun konsep spiritual dan religius mereka. Jadi dengan kata lain, semua orang juga berhak untuk menolak tidak mempercayai konsep spiritual dan religius yang dianggap tidak sesuai. dada : gantilah dengan semua orang berhak menjual dan membeli ,seperti deskripsi anda sendiri.. sudahlah , jawabannya cuman satu , kalau tidak suka dengankristenisasi , angkat senjata lah (senjata dalam tanda kutip), perang amal , perang kotbah , kemaslah ritual keagamaan sebagai sesuatu yang menarik dll 2009/2/11 Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com nmwhtt%40gmail.com: Ini memang sebuah fenomena yg umum, yah ada salahnya dari para orang tua ygan kurang perdulu dengan perkembangan sosial budaya anak-anak mereka dengan tidak memberikan pengertian yang benar tetang tradisi, kepercayaan dan cara pandang dan sistim kekeluargaan yang berlaku dikalangan kita sendiri. Begitu anak agak besar dan banyak pertanyaan yang tidak terjawab dari lingkungan keluarga, tentunya dia akan mencari keluar. Diluar banyak sekali dijual dan diiklankan ajaran-ajaran baru dengan segala embel-embel : J-J-S-A-N. J-J-S-A-N JANJI JANJI SURGA ANCAMAN NERAKA Tentunya dengan teknik marketing yang canggih, yah, tertariklah sang anak yang sedang dalam kegelapan identitas dan keyakinan diri. Sifat manusia yg selalu mau cari gampang dan jalan pintas, tentunya suka dengan janji-janji surga dengan segala iming-imingnya. Bukan kah lebih baik dari pada masuk neraka, lebih baik yah mengakui aja supremasi dari subyek ajaran itu. Apa lagi sebagian besar ajaran itu menjanjikan bila mengakui dan hanya semata beriman kepada X maka pahalanya pasti surga dan semua hutang dan dosa bisa diampuni. Sebaliknya, bila seseorang bagaimanapun saleh, dermawan dan segala kualitas bajiki yang dimiliki orang itu, tapi tidak mengenal atau mengakui sang supreme being X, maka masa depannya adalah neraka. Pertanyaannya sekarang, bahwa umur alam semesta dan umur para penghuninya sudah jelas jauh lebih tua sekali bila dibanding ajaran-ajaran dan konsep supreme being X itu. Hanya sebagian amat sedikit seperti sebutir pasir di padang pasir yg bisa mengenal X dalam kurun sejarah. Jadi nasib mereka semua bagaimana? Dineraka semua kah? Yah, memang semua orang bebas memilih dan mempercayai papaun konsep spiritual dan religius mereka. Jadi dengan kata lain, semua orang juga berhak untuk menolak tidak mempercayai konsep spiritual dan religius yang dianggap tidak sesuai. Selamat berpikir dan berperasaan jernih, Masih Belajar Budi Pekerti On 2/9/09, Budiman Wijaya wbudi...@rocketmail.comwbudiman%40rocketmail.com wrote: menanggapi kisah nyata saudara gsuryana tentang anak yg memaksa orangtua nya masuk kristen saya sendiri banyak melihat baik di lingkungan tetangga,dari cerita teman2,mau pun yg saya saksikan sendiri seperti yg di alami oleh kerabat saya,dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan sang anak karena dia sudah ter doktrin dari masa kanak2 saat pertama mengecap pendidikan bangku sekolah yg sekarang ini notabene di dominasi oleh sekolah2 kristen,sebagai seorang anak apabila dia merasa sang orang tua telah tersesat tentu saja dia akan berusaha menyadarkan orangtua nya,saran saya untuk orangtua yg non kristen adalah jangan sekali2 mendaftarkan anak nya di sekolah kristen untuk meminimalisir hal2 seperti ini terjadi di masa yg akan datang. salam budiman wijaya happy yuan xiao jie!!! -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: Joget Dangdut Re: Perhatian Moderator sdr Zhonghua Wen-hua : Re: Pengecut... Re: [budaya_tionghua] Re: Etnis Tionghoa Kristiani Mengikuti Misa Imlek
Saudara-saudara sekalian, Walaupun dirumah sendiri bukan berarti tata tertib, sopan-santun dan etika harus di abaikan. Kita harus menghargai diri kita sendiri dengan cara diatas. Lalu sebagai tuan rumah harus ramah, bijaksana dan tegas,; sebagai tamu harus santun, tahu diri dan tahu malu. Bila itu dijalankan semua akan aman. Kita saling mencaci lalu memang musuhnya siapa sih? Tolong introspeksi kita semua lah. Salam saya, Masih Belajar Budi Pekerti On 2/11/09, Kurniawan kurniawan20062...@yahoo.com wrote: Pak Tantono tidak perlu berkecil hati. Orang Kristen sama sekali tidak dimusuhi apalagi diusir dari milis ini. Hanya saja ada beberapa anggota yang meminta pengertian orang Kristen bahwa karena ini milis budaya Tionghoa dan lingkungan mereka sendiri, jadi mereka minta dihargai hak mereka untuk mencaci-maki dan menyindir orang Kristen sepuas-sepuasnya tanpa diganggu kesenangannya. Mungkin maksud mereka ibarat di rumah pribadi, yah hak mereka dong kalau mau berdiri di depan cermin, telanjang, pegang sapu, dan joget dangdut seharian. Tidak usah ada yang protes dong. --- On Mon, 2/9/09, Tantono Subagyo tant...@gmail.comtantono%40gmail.com wrote: From: Tantono Subagyo tant...@gmail.com tantono%40gmail.com Subject: Perhatian Moderator sdr Zhonghua Wen-hua : Re: Pengecut... Re: [budaya_tionghua] Re: Etnis Tionghoa Kristiani Mengikuti Misa Imlek To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com Date: Monday, February 9, 2009, 6:18 AM Saudara sekalian, marilah kita sudahi perdebatan yang nggak ketahuan mengarah kemana dan maunya apa ini. OK Bung G Suryana dan Bung David Wahyu maunya apa sih, apakah mau kita semua orang Kristen menyingkir dari sini ?. Atau mau menuntut orang Kristen secara class action karena dulu pernah merasa disakiti atau bagaimana ?. Saya pertanyakan ini juga kepada moderator, apakah orang Tionghua Kristen seperti saya ini (yang pendeta) boleh masuk dan mempelajari Budaya Tionghua. Apakah kita harus selalu disindir, dicacimaki pragmatis, oportunis dls. Terus terangnya setiap kali ada isu agama Kristen terus ada upaya mempojokkan/ menyindir dan entah apa lagi. Bila mana demikian maka ganti saja nama milis ini jadi budaya tionghua non kristiani !!!. Ingat ya saya dan rekan-rekan Kristen lain yang bergabung disini tidak pernah menganggap kepercayaan anda setan. Rasanya saya juga selalu menghormati kepercayaan sdr Ardian, sdr Hendri Irawan dls tanpa berusaha mengKristenkan ybs. Apakah karena kesalahan Teodorus Tabaraka maka kami tidak welcome di milis ini ??. Mohon penjelasan dan bila memang keberadaan kami disini sangat mengganggu tolong buktikan sehingga kami juga tahu diri dan menyingkir. Salam, Tan Lookay (orang bodoh yang bingung apa maunya orang-orang pinter disini !
Re: [budaya_tionghua] kristenisasi
Ini memang sebuah fenomena yg umum, yah ada salahnya dari para orang tua ygan kurang perdulu dengan perkembangan sosial budaya anak-anak mereka dengan tidak memberikan pengertian yang benar tetang tradisi, kepercayaan dan cara pandang dan sistim kekeluargaan yang berlaku dikalangan kita sendiri. Begitu anak agak besar dan banyak pertanyaan yang tidak terjawab dari lingkungan keluarga, tentunya dia akan mencari keluar. Diluar banyak sekali dijual dan diiklankan ajaran-ajaran baru dengan segala embel-embel : J-J-S-A-N. J-J-S-A-N JANJI JANJI SURGA ANCAMAN NERAKA Tentunya dengan teknik marketing yang canggih, yah, tertariklah sang anak yang sedang dalam kegelapan identitas dan keyakinan diri. Sifat manusia yg selalu mau cari gampang dan jalan pintas, tentunya suka dengan janji-janji surga dengan segala iming-imingnya. Bukan kah lebih baik dari pada masuk neraka, lebih baik yah mengakui aja supremasi dari subyek ajaran itu. Apa lagi sebagian besar ajaran itu menjanjikan bila mengakui dan hanya semata beriman kepada X maka pahalanya pasti surga dan semua hutang dan dosa bisa diampuni. Sebaliknya, bila seseorang bagaimanapun saleh, dermawan dan segala kualitas bajiki yang dimiliki orang itu, tapi tidak mengenal atau mengakui sang supreme being X, maka masa depannya adalah neraka. Pertanyaannya sekarang, bahwa umur alam semesta dan umur para penghuninya sudah jelas jauh lebih tua sekali bila dibanding ajaran-ajaran dan konsep supreme being X itu. Hanya sebagian amat sedikit seperti sebutir pasir di padang pasir yg bisa mengenal X dalam kurun sejarah. Jadi nasib mereka semua bagaimana? Dineraka semua kah? Yah, memang semua orang bebas memilih dan mempercayai papaun konsep spiritual dan religius mereka. Jadi dengan kata lain, semua orang juga berhak untuk menolak tidak mempercayai konsep spiritual dan religius yang dianggap tidak sesuai. Selamat berpikir dan berperasaan jernih, Masih Belajar Budi Pekerti On 2/9/09, Budiman Wijaya wbudi...@rocketmail.com wrote: menanggapi kisah nyata saudara gsuryana tentang anak yg memaksa orangtua nya masuk kristen saya sendiri banyak melihat baik di lingkungan tetangga,dari cerita teman2,mau pun yg saya saksikan sendiri seperti yg di alami oleh kerabat saya,dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan sang anak karena dia sudah ter doktrin dari masa kanak2 saat pertama mengecap pendidikan bangku sekolah yg sekarang ini notabene di dominasi oleh sekolah2 kristen,sebagai seorang anak apabila dia merasa sang orang tua telah tersesat tentu saja dia akan berusaha menyadarkan orangtua nya,saran saya untuk orangtua yg non kristen adalah jangan sekali2 mendaftarkan anak nya di sekolah kristen untuk meminimalisir hal2 seperti ini terjadi di masa yg akan datang. salam budiman wijaya happy yuan xiao jie!!!
Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa gunakan sebutan Tionghoa, bukan Cina.
Saudara-Saudara semua, Apapun itu ygn menjadi sebutan baik dan tidak baik tergantung dari orang yang menyebut dan orang yang disebut. Kita kalau berasa sebagai manusia berbudaya, bermartabat, beradab dan beragama serta BERBUDI PEKERTI (ini yg penting karena mereka yg mengaku memiliki budaya, martabat, beradad dan beragama tidak semua mengerti BUDI PEKERTI), hendaklah kita menyebut siapapun dengan atribut yang baik bagi kita dan baik bagi yang disebut. Bila ada orang dengan ketidak tahuannya menyebut kita dengan sebutan yg kita anggap kurang enak, cukup dengan sopan katakan kepada orang tersbut bahwa kita sebaiknya disebut apa sebagai pengganti sebutan orang tersebut. Katakan bahwa kita lebih nyaman dan senang dengan sebutan tertentu - TITIK - hilang masalah. Bagi yg menyebut, ya kembali seperti diparagraf pertama, ya sebutlah orang lain dengan sebutan yang menyenangkan dan tak menyinggung orang lain apapun alasannya, kan ga ada ruginya, yang jelas untungnya kita jadi semua bersahabat. Jadi kata kuncinya adalah BUDI PEKERTI. Lalu saya ada prinsip penting sbb. : - Ada masalah besar kita jadikan masalah kecil - Masalah kecil kita hilangkan - Tak ada masalah, JANGAN BUAT MASALAH Semoga bermanfaat. Salam saya, Masih Belajar Budi Pekerti On 2/4/09, butongpay - butongpay2...@yahoo.com wrote: Menurut saya, Sebutan Tionghoa / Cina / Hua Ren tidak perlu dipermasalahkan lagi. Kata anak muda sekarang Emang Gue Pikirin. Itu hanya sebutan. Mungkin untuk generasi ANGKATAN BABE GUE itu bermasalah karena di anggap suatu pengghinaan kalau disebut Cina. sepertinya kelihatan kasar. Di dalam forum ataupun berchatting ria tampaknya anak muda sekarang sudah tidak peduli tentang sebutan mereka. Mereka malah senang mendapatkan teman-teman dari berbagai suku bangsa di dunia ini. Kata-kata seperti 'DASAR CINA LO. sepertinya sebagai bahan tawaan...begitu juga kalau mereka meledek suku lain...DASAR BATAK LOJAWA LO..dsbnya.Pada pokoknya adanya kecendrungan anak muda sekarang utk melihat sebuah sifat / karakter seseorang dan bukan pada dari pandangan RASIAL.. Ini adalah hal yang positif. Mari kita bangun dunia ini menjadi lebih baik. Pada dasarnya semua manusia itu sama derajatnya di hadapan Tuhan yang membedakan hanyalah AMAL nya saja. Baru - baru ini saya membaca buku tentang BORN AGAIN karangan Dr. S... (maaf saya lupa namanya). Jika anda percaya tentang konsep INKARNASI bahwasannya manusia dapat bertumimbal lahir ke suku apapun di dunia ini dengan agama yang bisa berbeda pada kehidupan sebelumnya maka anda akan mengerti MANUSIA yang tetap MANUSIA...Setiap jiwa yang turun ke dunia ini tentunya mempunyai TUJUAN. Jadi carilah tujuan hidup Anda. Apakah hanya sekedar hidup atau memperbaiki diri menuju kesempurnaan di mata Tuhan ? Itu sebuah pilihan. Jika anda tertarik tentang konsep INKARNASI anda dapat mengunjungi situs http://www.iisis.net. Salam, butongpay
Re: [budaya_tionghua] Re:Etnis Tionghoa Kristiani Mengikuti Misa Imlek
Saudara Saudara Sekalian, Perayaan musim semi yang benarnya sebetulnya tidak benar disebut perayaan imlek, kareana kalender Tionghoa itu adalah kalender luni-solar / bulan-matahari, jadi tepatnya disebut imyanglek. Keduanya bahwa perayaan tgl1 bulan 1 kalender ini BUKAN HARI LAHIR KONG HU CU. Perayaaan kelahiran KHC adalakah tgl 27 bulan 8. Kebetulan versi perhitungan kalender ini yang di Indonesia ditetapkan berdasarkan tahun ke-1 kelahiran KHC bedasarkan dektrit Kaisar (nama dan dinasti tidak ingat - maaf) lama setelah KHC wafat, mungkin selang ratusan tahun. Komunitas Tionghoa di berbagai tempat banyak yang memakai perhitungan beda bukan 2560. Perayaan Musim Semi sudah dilakukan baik secara ritual, fun-fun aja, sekular, tradisi maupun religius sejak jaman kuno ribuan tahun sebelum kelahiran KHC, Lao Tze dll. Akhinya - selamat merayakan secara pantas. Salam saya, Masih Belajar Budi Pekerti On 2/6/09, Tantono Subagyo tant...@gmail.com wrote: Sdr Erizon yang baik, Mohon difahami bahwa euforia yang nampaknya berlebihan dalam merayakan Imlek ini sangat kental unsur bisnisnya, lihat saja ramenya di mal-mal de el es. Jadi karena orang mal mau cari untung maka dengan boosting Imlek mereka dapat mengeduk uang dari orang Tionghua. Jadi bukan orang Tionghuanya yang berlebihan. Salam, Tan Lookay 2009/2/6 Syafril Erizon syafrileri...@gmail.com pagi All, Boleh share ya, tp jgn dianggap SARA lho... Menurut saya, Imlek di Indonesia nuansa keagamaannya lebih diangkat dalam setiap perayaan Imlek, daripada pengakuan pada identitas kebudayaan/ kultur. Walau menurut yang merayakan ini adalah suatu system penanggalan yang dipergunakan dari Tiongkok kuno (2699 SM), hingga kini yang bernama China. Pernah saya baca, hari raya Imlek ini merupakan hari bersejarah bagi umat Kong Hu Cu untuk memperingati kelahiran nabi besar mereka. Kurang lebih sama dengan Islam atau Nasrani. Jadi-sebenernya harus diakui bahwa Imlek adalah bagian dari perayaan agama Kong Hu Cu (berbagai pendapat menolak bahwa Imlek bukan perayaan agama). Yang sampai sekarang masih mengganjal saya, sekiranya memang Imlek merupakan perayaan tahun baru bagi masyarakat Tionghoa (Cina), bukankan ada perlakuan yg berbeda terhadap warga negara. Apakah ada hari libur untuk warga India, kenapa tidak ada hari libur saat tahun baru Jawa, Batak dan etnis lainnya? Sekiranya ini lebih ke perayaan agama, apakah agama Kong Hu Cu sudah diakui di Indonesia? Saya melihat bahwa saat ini masyarakat Tionghoa di Indonesia saat ini memperlihatkan diri yang berlebihan, apakah karena selama ini terkekang?. Dan terlalu euforia dalam menerima kebebasan yang diberikan.. biasa aja kali.. Maaf klu kurang berkenan and xiexie! Selamat Hari Raya Imlek ke-2560, semoga sukses bersama Kerbau Mas. Erizon/ JKT -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: [budaya_tionghua] Fwd: BUPATI ITU ORANG CINA....!!!
Sekedar info juga nih, Walikota Singkawang juga keturunan Tionghoa 2008/11/23 Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED] Postingan nyasar. *Azura-Mazda [EMAIL PROTECTED]* wrote: Date: Sun, 23 Nov 2008 05:01:22 -0800 (PST) From: Azura-Mazda [EMAIL PROTECTED] Subject: BUPATI ITU ORANG CINA!!! To: Henyung [EMAIL PROTECTED] CC: Henyung [EMAIL PROTECTED] ** *BUPATI ITU ORANG CINA!!!* *Oleh: Kenken* * * *Belum terlalu hilang dari ingatan: hingar bingar, nyala api,* *asap hitam membumbung, teriakan massa anarkis memporak* *porandakan isi Jakarta, Medan dan Solo di peristiwa Mei 98.* *Tiba-tiba di tahun 2005 seorang etnis Tionghoa bernama Ahok* *terpilih menjadi bupati di daerah basis Masyumi-Belitung * *Timur. * * * *Ir. Basuki Tjahaja Purnama MM bernama asli Zhong Wan Xie* *lahir di Manggar pada tanggal 29 Juni 1966. Masyarakat * *Bangka-Belitung dan juga sebagian Jakarta memanggilnya* *Ko Ahok (elder brother Ahok). Sosoknya tinggi di atas rata-rata* *manusia Asia. ini fenomena besar kata Ahan, seorang pemuda* *Tionghoa, ketika membaca berita pelantikan Bupati Ahok* *di medio 2005 setelah mengantongi 37,13% suara pemilih. * * * *Ada nada haru, tidak percaya sekaligus kaget, tampak * *pada raut wajah dan sorot mata pemuda Ahan kala itu.* *Bagaimana mungkin, seorang Tionghoa bisa dipilih di sebuah* *daerah berkomposisi 93% muslim pribumi. Tetapi di tahun itu,* *Ahok terpilih lewat mekanisme demokratis dan termasuk* *paling bersih dalam sejarah pilkada di Indonesia. * * * *Salah seorang peserta diskusi regular Sinar Harapan pernah* *berkata bahwa Ahok adalah bupati pertama beretnis Tionghoa* *setelah zaman Mataram. Baguslah, Indonesia ada perubahan* *kata Wignyo Prasteyo, aktifis 98 yang terlibat dalam perjuangan* *reformasi. Pluralisme dan kesetaraan before the law mesti* *terus diperjuangkan kata Wignyo. * * * *Nada pesimis tetap dapat ditemui di sela-sela optimisme* *beberapa kalangan. Limwiss, seorang karyawati perusahaan* *Jepang di Jakarta, berkata Soalnya siapa pun orang Chinese* *jadi pemimpin di Indonesia tidak ada pengaruh. Posisi orang* *Chinese itu berat di pemerintahan. Sana-sini kena. Sedangkan* *laporan TEMPO menyatakan Ahok adalah pahlawan baru* *bagi sebagian besar warganya. * * * *Kamu ini benar-benar anak ideologis bapakmu kata mantan* *wakil walikota Pangkalpinang kepada Ahok di sebuah pesta resepsi* *pernikahan temannya. Beberapa kelompok menolak Ahok berdasarkan* *surat Al-Maeda 51 yang menolak non-muslim untuk menjadi* *pemimpin. Endah Handayani Syarif, putri pejabat PT. Timah di* *Belitung Barat mengatakan keluarga kami memilih Ahok dengan* *alasan mencoba yang baru. Ahok kan cina, selama* *ini pribumi yang mimpin tapi kita tetap aja susah. * * * *Di akhir masa kekuasaan Suharto, terdapat seorang menteri* *beretnik Tionghoa bernama Bob Hasan (The Kian Seng) dalam* *formasi menteri Kabinet Pembangunan VII Orde Baru. Hasan, * *teman bermain golf Suharto, menduduki kursi menteri* *hanya sekitar 2 bulan. Banyak pihak menuding bahwa naiknya* *anak angkat** Jenderal Gatot Subroto itu tidak lebih sebagai* *permainan Suharto untuk menampilkan wajah-reformis. Setelah* *reformasi bergulir, jerat hukum mengharuskan Bob Hasan, yang* *juga sering dijuluki raja kayu, mendekam di penjara Nusakambangan* *karena terbukti melakukan tindak kejahatan korupsi. * * * *Sebelum Ahok menjadi bupati, pentas politik nasional juga * *dimeriahkan oleh kiprah Kwik Kian Gie. Antara tahun 1999-2000,* *KKG menjabat Menteri Kordinator Ekonomi di pemerintahan Gus* *Dur. Berbeda karakter dengan Muhamad Bob Hasan, seorang* *Kwik Kian Gie tetap diakui sebagai tokoh bebas KKN disamping* *analisa-analisa ekonominya selalu menjadi bahan pembicaraan* *kalangan akademisi dan pelaku ekonomi. * * * *Tetapi jabatan eksekutif di pemerintah daerah tingkat dua seperti* *bupati dan walikota memiliki kekhususan tersendiri, dibandingkan* *dengan anggota legislatif (DPR-RI) maupun jabatan pembantu* *presiden sebagai menteri negara. Karena seorang bupati bersentuhan* *langsung dengan rakyat, melihat secara langsung penderitaan* *dan masalah rakyat di akar rumput, kata Tutut Herlina, aktifis* *yang sekarang menjadi wartawan. * * * *Istilah Bupati berasal dari bahasa Sansekerta Bhupati yang * *berarti raja dunia. Sebelum tahun 1945, gelar bupati hanya* *dipakai di pulau Jawa, Bali dan Madura. Pasca reformasi dan* *pelaksanaan otonomi daerah, seorang bupati memiliki kewenangan* *menjalankan pemerintahan daerah yang ditetapkan oleh DPRD* *tingkat 2. Kekuasaan seorang bupati diperoleh atas mandat* *dipilih langsung oleh rakyat setempat melalui mekanisme * *pilkada. Sekalipun pasangan calon bupati dan wakil bupati* *masih ditetapkan oleh partai politik. Baru-baru ini UU calon* *independent memungkin calon bupati tidak diusung oleh * *partai politik. * * * *Selama menjadi bupati, Ahok selalu membuka lebar* *kaca jendela mobil dinas Nissan
[budaya_tionghua] Obor Olympiade
Mohon info, Mungkin ada yg tau dimana bisa beli replica obor Olympiade. Terima kasih
Re: Fw: [budaya_tionghua] Re: Klarifikasi fakta tentang Falun Gong
Wah wah, orang yang berbicara tentang BUDDHA belum tentu mengerti BUDDHA loh. Hati-hatilah, jangan melencengkan kebenaran dengan ketidak-benaran 2008/8/28 Hai Jin [EMAIL PROTECTED] Seperti yang sudah-sudah, ujung-ujungnya adalah penghujatan terhadap Falun Gong oleh beberapa orang yang itu-itu juga. Bagi rekan-rekan praktisi, saya harap jangan menanggapi penghujatan mereka, karena sudah sama sekali tidak berguna. Cobalah baca cerita dibawah ini: Ketika orang mengatakan kata-kata yang menusuk hati, mencela dan menghina anda, apa yang akan anda lakukan? Anda akan marah, dan dengan emosi memakinya, atau mengekang diri menahan emosi? Lalu? Apa anda akan semakin gusar, perasaan menjadi tertekan? Suatu ketika, Sang Buddha berjalan melewati sebuah desa, beberapa orang yang menghampirinya mengeluarkan kata-kata yang kasar, bahkan mengucapkan kata-kata kotor. Buddha berdiri di sana, dengan penuh perhatian dan tenang mendengarnya, lalu berkata: Terima kasih kalian datang menemuiku, tapi saya sedang buru-buru, orang di desa seberang sedang menunggu saya, dan saya harus segera ke sana. Tapi besok saya punya waktu, jika masih ada yang ingin kalian sampaikan, bagaimana kalau kalian datang bersama besok? Orang-orang itu benar-benar tidak yakin dengan apa yang didengarnya, dan tidak percaya dengan pemandangan yang ada di hadapan mereka: Ada apa dengan orang ini? Salah satu di antara orang itu bertanya pada Buddha: Apa kau tidak mendengar apa yang kami katakan? Kami mengatakan hal yang tidak baik, tapi kau tidak bereaksi apa pun. Buddha menjawab, Jika yang kalian inginkan adalah reaksi saya, maka Anda datang terlambat, seharusnya Anda datang pada 10 tahun yang lalu, saat itu saya pasti menanggapi. Namun, selama 10 tahun ini saya tidak lagi di bawah kendali orang lain, saya bukan lagi seorang budak, saya adalah tuan bagi diri sendiri. Saya bekerja menurut kehendak pribadi, bukan menurut reaksi orang lain. Memang, jika ada yang emosi terhadap Anda, itu urusannya sendiri; Jika dia menghina Anda, itu adalah urusannya sendiri; Jika dia bersikap kasar dan tidak sopan, itu juga urusannya sendiri. Sebab apa yang ingin dia katakan dan lakukan, itu adalah tingkat kultivasinya, lalu apa yang dapat Anda lakukan? Anda adalah tuan yang berperasaan, bukan budak belian. Sumber: www.kesadaran-murni.blogspot.com
Re: OOT: Bls: [budaya_tionghua] Re: Percepatan Perubahan Iklim Dan Budaya Tionghoa ?
dampak peratnian juga luar biasa, dari pencemaran limbah pestisida, dan pupuk. efeknya cukup global karena menyebab pertumbuhan ganggang di laut dan danau yg membunuh laut, karang dan ikan.merusak ekosisitim laut, penyemaran laut pedalama spt laut mati, laut hitam. juga merusak hydrology alam karean pemompaan air tanah di daerah gurun dan lain-lain. intinya bila dilakukan dengan moderasi, tidak serakah, yang bumi bisa bertahan lebih lama lagi 2008/8/17 Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED] Kalau data di Indonesia ada tidak yah ? Sepertinya tidak memenuhi prinsip dan rasa keadilan kalau hanya karena di Amerika Serikat banyak ternak, kita di sini yang harus disuruh vegetarian. Lagipula apa benar proses makan vegetarian itu berkontribusi besar seperti yang anda prasangkakan ? Pertanian juga menghasilkan gas rumah kaca yang tidak kalah banyaknya tuh. Hormat saya, Yongde --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, Santo Putra [EMAIL PROTECTED] wrote: Lao Xiong Roni Wijaya yang baik, Kotoran hewan ternak memang benar bikin polusi. Hanya sebagian kecil saja yang diolah menjadi pupuk dan hal2 berguna lainnya, sedangkan sebagian besar adalah dibuang ke sungai dan ke tempat-tempat lain yang pada akhirnya meracuni tanah dan sumber air. Cobalah Anda simak kembali data yang dirilis oleh PBB ; Di Amerika Serikat saja, hewan ternak menghasilkan tidak kurang dari 39,5 ton kotoran per detik! Bayangkan berapa banyak jumlah tersebut di seluruh dunia! Jumlah yang luar biasa besar itu membuat sebagian besar kotoran tidak dapat di proses lebih lanjut menjadi pupuk atau hal-hal berguna lainnya, akhirnya yang dilakukan oleh pelaku industri peternakan modern adalah membuangnya ke sungai atau ke tempat-tempat lain yang akhirnya meracuni tanah dan sumber-sumber air. Kontribusi gas NO dari sektor peternakan sangatlah signifikan! Demikianlah Lao Xiong, informasi yang dapat saya sampaikan, semoga Anda tergugah dan berkenan ikut berpartisipasi menyelamatkan planet bumi yang kita cintai ini. Salam kasih dan damai, Santo Putra.
Re: [budaya_tionghua] identitas was: Fenomena diskriminasi media internasional
Aku setuju, semua orang China / Taiwan / Hongkong yang saya temui boleh dibilang dalam keseharian kehidupan orang Tionghoa di Indonesia dan Asia Tenggara, bisa dibilang *tidak tau adat. *Justru orang-orang spt kita yang lebih memegang dan menjalankan nilai-nilai luhur tradisi lama dan philosopphy lama. 2008/8/16 iwan kustiawan [EMAIL PROTECTED] NO Offense.. sekedar memberikan pendapat.. Menurut saya orang Tiong hoa di Indonesia memiliki keunikan sendiri yang agak berbeda ( bahkan mungkin sangat berbeda) dibandingkan orang orang China saat ini, baik dari segi budaya, cara hidup, dan cara berfikir. Namun tidak dipungkiri semua atribut atribut ini pun berubah sepanjang perjalanan waktu yang justru menurut saya makin membedakan orang orang Tionghoa di Indonesia dibandingkan dengan orang orang China. Oleh karena itu agak berlebihan menurut saya kalau kita mengidentikkan diri kita sebagai orang China masa ini, dilain pihak jangan pula kita memungkiri nilai nilai hidup dan identitas diri kita sebagai orang Tiong Hoa dengan segala value nya yang telah hidup sekian lama di bumi Indonesia. Sebagian dari kita masih merawat dan melestarikan nilai nilai (dengan segala variasi intepretasinya) yang diajarkan Filsuf filsuf China dan hidup dengan nilai nilai itu, nilai nilai itu meresap dalam budaya Tionghoa yang berkembang dan berasimilasi ratusan tahun di Indonesia dan mencirikan kita sampai saat ini sebagai orang Tionghoa Indonesia. Sebagai gambaran yang saya simpulkan sebagai hasil interaksi saya dengan anak anak muda dari China yang saya temui di Eropa sini. Sebagian besar bahkan mereka tidak pernah membaca dan mengerti mengenai apa yang diajarkan oleh filsuf Filsuf China tersebut dan bahkan mereka berterus terang mereka tidak berminat mengetahuinya.dan satu hal lagi mereka mendifinisikan seseorang sebagai Chinese adalah orang berkulit kuning yang lahir di China dan mampu berbahasa China atu dialeknya...jadi ibu/bapak/saudara meskipun kita mampu berbahasa mandarin/ hakka/ kongfu etc, meskipun kita memelihara abu leluhur, memuja dewa dewa, meskipun mata kita sipit, meskipun kulit kita kuning, tapi sebagian besar kita bukan lahir di negri China, dan mereka tidak mengindentikkan kita sebagai orang China, karena bagi saya mereka memang berbeda dari saya/kita. Kita telah berkembang dengan jalan yang mungkin berbeda dengan jalan mereka selama ratusan tahun ini. Maka menurut saya sadarilah hal tersebut, sadarilah bahwa kita adalah seperti kita apa adanya saat ini, terlahir dengan kewarganegaraan Indonesia dengan ciri yang mungkin mirip chinese dan satu hal lagi,hiduplah sebagai salah satu suku dari bangsa kita , bangsa Indonesia. Gunakanlah nilai kebaikan dari leluhur tersebut untuk dasar dan tujuan yang mulia bagi bangsa kita atau sesama manusia/ mahluk, tetapi kita harus sadar diri bahwa China yang dari mana leluhur dan nilai nilai itu berasal telah berevolusi menjadi suatu bangsa yang berbeda dari yang mungkin ada dibenak kita saat ini. Mohon maaf jika pendapat saya ini mungkin berbeda. saya hanya berharap agar kita bisa hidup dalam realitas tanpa kehilangan identitas diri kita. Jika kita sendiri bingung dengan identitas diri kita (Indonesia/China?), bagiamana kita mungkin bisa dihargai dan diterima sebagai bagian dari bangsa Indonesia? Jadilah diri kita sebagai orang tiong hoa Indonesia, terimalah dan berdamailah dengannya, dan jangan lupa berjuanglah untuk dapat memperkenalkan dan diterima sebagai bagian dari bangsa ini. Bagaimana memperjuangkannya? untuk itu pertama tama kita harus bersatu sebagai orang tiong hoa, merumuskan identitas kita ( saya rasa inilah tujuan mailing list ini ), merumuskan kesamaan diantara kita, dan berbuat sesuatu kepada bangsa ini.sekian. Terima kasih. Iwan Kustiawan *eddy witanto [EMAIL PROTECTED]* wrote: [*Peristiwa BERSEJARAH serta KEMEGAHAN baru ini*] akan mengangkat derajat warga keturunan juga - ... [*baru saat ini ; PERISTIWA OLYPIADE 2008 -*] dapat membuka MATA KITA - bahwa kita berasal dari bangsa yang besar !! Ha3... ;p nggak usah terlalu chauvinis lah, mbok ya biasa2 aja gitu lho. Jangan terlalu mendewa2kan. Masih untung lho kalo di sini Anda disebut huaren (jangan berharap terlalu banyak untuk bisa disebut huaqiao ya), jangan2 malah cuman sekedar laowai, dan mungkin Anda bisa frustrasi karenanya karena itu sama seperti ngomong lu itu siapa sih. Ha3. dy - beijing
[budaya_tionghua] Fenomena diskriminasi media internasional pada penyiaran pembukaan Olympiade
Kawan, Apakah ada yang memperhatikan bahwa pada saat pembukaan event olah raga terbesar di awal milenia ini jaringan stasiun pemancar besar spt CNN, BBC dan sejenisnya - tidak mealkukian penyiaran yang pantas untuk sebuah even yang amat besar dan indah di Peking? Mohon komentar. NMW
Re: Bls: Bls: Koreksi Giam Loo Ong {Re: Korupsi Gratifikasi} (Re: [budaya_tionghua]
Kembali keakar pembahasan. Mengenai gratifikasi semangka merah dan hubungan dengan Giam Lo Ong sudah melenceng dari cerita aslinya. Legenda ini ini berasal dari cerita kaisa bijaksana Lie Sie Bin di jaman Dinasti Tang (?). Sebagai kaisar adalah juga Tian Cu ( Putra Surga = Putra Langit = Putra Tuhan ). Dengan kedudukan dan kebijaksaanaannya, salah satu raja penjaga alam bawah yaitu Giam Lo Ong mengundang sang kaisar bertandang ke alam bawah untuk melihat-lihat. Tentunya kondisi demikian menyebabkan jasad kaisar bagaikan mati = comma, dan batinnya melanglang ke alam bawah. Dalam perjalanan kaisar, Giam Lo Ong menceritakn berbagai proses pengadilan dan hukuman siksaan dari para pendosa setelah meninggal dunia. Cerita ttg ini tertulis dalam kitab kuno Giok Lek (gambaran ttg ini terlukis di sebuah kelenteng di Tegal dalam bentuk lukisan dinding dengan tinta cina - menarik untuk di lihat). Dalam kesempatan lain sang kaisar bertemu dengan para keluarga dan bangsawan denga kondisi yang menderita karena selam hidup mereaka tidak berbuat kebajikan dan tidak suka berdana / berderma. Beliau juga bertemu dengan seorang rakyat jelata dari negerinya yang miskin tetapi dalam alam akhirat hidup dalam istana dan berlimpah harta. Giam Lo Ong menceritakan bahwa org tersebut selama hidupnya amat berbakti dan senang berderma walaupun sangat miskin. Selain itu setiap kali melakukan persembahyangan orang tersebut selalu mempersembahkan sajian berupa kertas dan lalu dibakar, yang dialam akhirat menjadi harta kekayaan sebagai imbalannya. Jadi intinya haru banyak berbuat kebajikan baru ada hasil dar segala yang diperbuat di dunia. Setelah puas berjalan-jalan seharian, sang kaiasar mohon pamit kembali ke dunia. Sebagai sopan santun Kaisar Lie Sie Bin bertanya hadiah apa yang diinginkan Giam Lo Ong bila sang kaisar kembali di suatu saat nanti. Giam Lo Ong berkata bahw dia tidak perlu apapun karena berbagai harta dan mustika ada di alam bawah. Tetapi Giam Lo Ong berkata bahwa ia mendengar ada sejenis buah yang tumbuh di gurun pasir di sebelh barat kekaisaran yang diinginkan - yaitu semangka / Xie Gua (buah labuh dari barat). Setelah pamitan kaisar kembali dan batinnya kembali memasuki jasadnya. Beliau siuman ternyataa, beliau telah comma selama satu tahun ( 1hari alam bawah = 1 tahun waktu dunia ). Setelah siuman beliau menceritakan pengallamannya kepada segenap bangsawan dan keluarga kaisar. Lalu beliau menitahkan 3 hal yaitu menulis kitab ttg hukuman siksa neraka dalam kitab Giok Lek, memerintahkan seluruh manusia untuk berbuat kebajikan dan banyak berdana serta selalu membuat sajian persembahyangan dalam bentuk kertas untuk di bakar. Titah ke-3 memerintah semua rakyatnya yang akan menghadap Giam Lo Ong untuk membawa semangka dan dipersembahkan kepada Giam Lo Ong sebagai oleh-oleh Kaisar Lie Sie Bin kepada Giam Lo Ong. Ini lah awal tradisi pembakaran kertas dan membawa semangka pada jasad orang meninggal. Kisah ini sangat berkembang dikalangan suku Hokkian. Oleh sebab itu orang Hokkian selalu menyebut diri mereka Teng Lang ( Tang Ren ) atau orang bangsa Tang. Semoga berguna. Legenda ini banyak manfaatnya bila dibaca dan dimengerti dengan benar. Jadi masalah gratifikasi dan korupsi tetek bengek yang dikaitkan kpd orang Tionghoa dalam kaitannya dengan tradisi sogok-menyogok dengan membakar uang-uangan dan memberi semangka adalah tidak benar sama sekali. Semoga ketidak tahuan ttg ini bisa berkurang dan kita semua menjadi lebih bijaksana. 2008/7/24 Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED]: Ardian xiong, Jangan begitulah, nanti dibilang pelit. Punya ilmu ya dibagi-bagi. Kalau tidak salah itu kertas melambangkan unsur tanah, perak/emas melambangkan unsur logam. Di atas tanah ada logam, lalu lanjutannya apa yah ? Maklum sudah tua, sudah lupa ingatan. Hormat saya, Yongde --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com, ardian_c [EMAIL PROTECTED] wrote: hehehehehhehehehehe pernah denger konsep 5 unsur ama kaitannye diduit2an lom ? kalu belon, jgn tanya gw, soalnya males jabarin --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com, roni Wijaya wijayaroni81@ wrote: iya tapi lebih bagus lagi kalau uang perak dan uangnya dibanyaki karena mereka memerlukannya banyak - Pesan Asli Dari: Hendri Irawan henyung@ Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com Terkirim: Selasa, 22 Juli, 2008 21:44:41 Topik: Bls: Koreksi Giam Loo Ong {Re: Korupsi Gratifikasi} (Re: [budaya_tionghua] Makelar = Lobbyes ?) Namanya juga kepercayaan orang lain. Kalau memang keluarga yang berduka percaya dengan mengirim uang, rumah, mobil, pakaian, tv, kartu kredit, pesawat, kapal dan sebagainya mampu menentramkan jiwa yang meninggal, sebaiknya kepercayaan itu dihormati. Hormat saya, Yongde --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, roni Wijaya wijayaroni81@ ... wrote: mas yang