Re: [budaya_tionghua] Topi, Lambang Status Sosial Orang Tionghoa Kuno

2009-09-26 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Wah menarik sekali masalah topi ini. Mohon di kupas lebih jauh lagi kalau
ada sekalian dengan gambarnya. Terima kasih.

2009/9/25 San San san.mitradew...@yahoo.com

 Topi, Lambang Status Sosial Orang Tionghoa Kuno

 Topi telah lama ditemukan di China. Sebagai contoh, di China ada pepatah,
 seperti ini Yi Guan Chu Chu (berpakaian rapi dengan pakaian dan topi), dan
 Guan Mian Tang Huang (elegan dan megah dalam berpakaian), dan seterusnya.
 Kata Guan dan Mian di sini merujuk kepada Topi.

 Topi adalah bagian penting dalam gaya berpakaian Tiongkok kuno, bila
 seorang laki-laki mencapai usia 20, ia mulai memakai topi, dan pada saat ini
 dibuat sebuah upacara yang disebut Guanli (Upacara Menggunakan Topi),
 menunjukkan bahwa dia telah tumbuh dewasa.
 Topi Tiongkok kuno tidak sama dengan yang model sekarang. Zaman dulu
 bentuknya sempit--hanya bagian dari kopiah, tidak seperti model sekarang,
 dimana topi membungkus seluruh kepala.

 Setelah topi muncul, aturan hirarki dalam hal status sosial telah
 diterapkan: orang miskin dengan status sosial yang rendah tidak boleh
 memakai sebuah topi. Peraturan memakai topi berbeda dari dinasti ke dinasti.
 Pada jaman dinasti Han (206SM-220M), bentuk topi sudah mirip dengan hari
 ini. Orang status sosial rendah hanya bisa memakai ikat kepala, dan sebagian
 kecil hanya boleh memakai destar terbuka. Pengaruh aturan ini berlangsung
 sampai Dinasti Ming (1368-1644).
 Pada zaman Dinasti Ming, Wushamao (topi kasa hitam) digunakan dalam seragam
 resmi. Mian muncul lebih awal dari Guan, dan biasanya merujuk kepada
 Mian (mahkota) khusus yang digunakan oleh raja. Hanya anak raja penerus
 takhta ia akan dapat mahkota (Jiamian, dalam bahasa mandarin artinya:
 meneruskan mahkota). Buruh hanya memakai ikat kepala, umumnya untuk menyeka
 keringat, dan berfungsi sebagai topi.

 Topi Tionghoa memiliki ciri kebangsaan. Dahulu kala, orang Dinasti Liao
 (916-1125) dan Jin (1115-1234) biasanya memakai topi bulu binatang, dan
 orang-orang dari Dinasti Yuan (1271-1368) biasanya memakai topi gaya helm.
 Selain itu, terdapat sedikit warna-warni topi dari Uygur, topi wol dari suku
 Tu, topi bulu rubah khas suku Mongol, dan lainnya. Dalam kehidupan
 sehari-hari, topi juga berfungsi sebagai perlindungan dingin, guna menjaga
 kepala tetap hangat, dan juga sebagai pelengkap penampilan yang menarik.

 Source : Erabaru News, 26 Agustus 2009





 

 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 Yahoo! Groups Links






Re: Bls: [budaya_tionghua] MAKIN

2009-09-25 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Dengan Hormat,

Setahu saya, umumnya sekarang kelenteng berdiri berupa yayasan-yayasan
independen. Sebagian Yayasan ini menunjuk majelis tertentu sebagai pembina
kelenteng dan bisa dari berbagai golongan kepercayaan  agama yang berkaitan
dengan keberadaan kelenteng tsb.

Ada juga kelenteng yang dihibahkan oleh pengurusnya kepada majelis tertentu
sebagai pengelola dan penguasa. Tetapi semua tergantung dari masing-masing
pendiri / pengurus kelenteng yang menentukan itu.

Kebetulan saya sendiri pernah aktif membantu kepengurusan kelenteng walau
tidak resmi.

Semoga bermanfaat.

NMW

2009/9/24 Jono Yeo yeoyungb...@yahoo.com



 Dear Jenkuluk,

 Mungkin maksud anda adalah MaTAKIn (Majelis Tinggi Agama Khonghucu).

 Mau tau detailnya coba liat di situs berikut:
 http://www.matakin-indonesia.org

 Moga bermanfaat.

 Thank you
 Jon



 --
 *Dari:* Jen Ku Luk jenku...@yahoo.co.id
 *Kepada:* budaya Tionghua budaya_tionghua@yahoogroups.com
 *Terkirim:* Kamis, 24 September, 2009 14:27:36
 *Judul:* [budaya_tionghua] MAKIN



 Salam sejahtera smuanya,

 Adakah teman2 yg bisa memberikan info tentang hal ini ?
 MAKIN singkatan dari Majelis Agama Konghucu Indonesia.

 Misalnya,disatu daerah kabupaten ada didirikan MAKIN. Didaerah tsb juga ada
 beberapa Kelenteng/Topekong sblum adanya MAKIN.

 Apakah setiap kelenteng itu merupakan bagian ato daftar menjadi anggota
 MAKIN?
 Atau...
 Apakah setiap klenteng2 tersebut adalah MAKIN ?
 Apakah pengurus masing2 Kelenteng tsb adalah pengurus MAKIN jg?

 Terimakasih atas penjelasannya.


 Jenkuluk

 --
 Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang!
 http://id.mail.yahoo.com


 --
  Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru
 http://sg.rd.yahoo.com/id/mail/domainchoice/mail/signature/*http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
 Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan
 @rocketmail. br Cepat sebelum diambil orang lain!

 


Re: [budaya_tionghua] Re: BOEN TEK BIO 31 JULI 09 S/D 14 AGST 09

2009-07-22 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Boleh liat kalau punya copynya?

2009/7/22 ardian_c ardia...@yahoo.co.id

 masa mesti dibagiin surat edaran dari dirjen hindu buddha seh huehehehe
 yg diterbitin taon 90an noh.

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David Kwa david_kwa2...@...
 wrote:
 
  RRS,
 
  Kamsia atas pemberitahuan ini yang niscaya amat berguna dan mohon maaf
 sebesar-besarnya sebelumnya. Melihat judul posting “PADUMUTARA 31 JULI 09
 S/D 14 AGST 09†, owe segera berkesimpulan bahwa acara bakal berlangsung di
 Vihara Padumutara. Tetapi setelah owe cermati baik-abaik, ternyata perayaan
 selama kurang-lebih setengah bulan itu rencananya akan diselenggarakan di
 KELENTENG BOEN TEK BIO 文德廟. Jadi judulnya sebenarnya agak menyesatkan.
 
  Sejauh yang owe dengar dari para sahabat owe di Benteng, sejak
 bergulirnya “Masa Reformasi† di KELENTENG BOEN TEK BIO, Vihara
 Padumutara tidak lagi sama dengan KELENTENG BOEN TEK BIO―sebagaimana
 tertera di papan nama Kelenteng dan Vihara. Vihara Padumutara hanya
 “menumpang† (maaf!) di sebuah dharmasala yang berada di sebuah areal
 kecil di pekarangan belakang aula di pojok barat laut KELENTENG BOEN TEK
 BIO. Di situlah tepatnya letak Vihara Padumutara; namanya dengan tegas
 terpampang di pintu masuk. Sementara KELENTENG BOEN TEK BIO menempati
 SELURUH areal, yang sudah ada sejak PERKUMPULAN BOEN TEK BIO berdiri pada
 1912; namanya tertera di bagian depan, begitu kita memasuki areal Kelenteng.
 Untuk menghindari kerancuan, selanjutnya nama Vihara Padumutara/ Boen Tek
 Bio sebaiknya kita kembalikan saja ke nama aslinya KELENTENG BOEN TEK BIO,
 sebab―kalau kita mau jujur―Ma Koan Im Hut Cou 觀音佛祖 bersemayam di
 KELENTENG BOEN TEK BIO, bukan di Vihara Padumutara yang berada jauh di sisi
 kiri belakang. Dengan demikian, judul posting PADUMUTARA 31 JULI 09 S/D 14
 AGST 09, menjadi BOEN TEK BIO 31 JULI 09 S/D 14 AGST 09. Yang merayakan
 adalah BOEN TEK BIO, bukan Padumutara...
 
  Lagipula, menurut tradisi, KELENTENG BOEN TEK BIO sudah berdiri sejak
 1684, sementara Vihara Padumutara baru ada sejak 1950-an, sejak agama Buddha
 aliran tertentu―yang tidak mengakui keberadaan Ma Koan Im serta para
 Sinbeng lainnya―dibawa masuk ke Benteng. Jadi, dilihat dari segi usia
 saja, Kelenteng jah lebih tua daripada Vihara dan keduanya jelas tidak
 bisa disamakan.
 
  Memang, terus terang sampai sekarang tidak bisa dipungkiri, banyak orang
 keliru menyamaratakan nama KELENTENG BOEN TEK BIO menjadi Vihara Padumutara.
 Hal ini bisa terjadi sejak penindasan di masa rezim orde babe, dimana kata
 “Kelenteng† seolah menjadi kata yang ditabukan, karena dianggap
 “kecina-cinaan†, ketimbang kata “Vihara† yang “keindia-indiaan†.
 “Keindia-indiaan† dianggap sah-sah saja, asal jangan “kecina-cinaanâ€
 ! Nama-nama berbau Pali atau Sanskerta lebih diminati daripada yang berbau
 Cina. Secara psikologis orang merasa lebih “leluasa† menyebut kata
 “Vihara† atau, paling banter, “Bio†, daripada “Kelenteng†. Kata
 “Vihara† terasa lebih “manis† di bibir dan lidah ketimbang
 “Kelenteng†, yang diharamkan para penguasa waktu itu. “Imlekâ€
  diganti dengan “Candrasengkala†, “Keng† dengan “Sutra†; “Liam
 Keng† dengan “Membaca Sutra†; Kimsin† dengan “Rupang†;
 “Paykui† dengan “Namaskara (Namakkara)† serta masih banyak lagi yang
 lainnya. Orang dikondisikan menjadi merasa lebih “pede† ber-“anjaliâ€
  (cara India) daripada ber-“soja† (cara Cina), ketika bertemu satu sama
 lain, bahkan di Kelenteng. Sebaliknya, ber-“soja† malah dianggap suatu
 cara berekspresi yang berasal dari suatu “agama lain†, yang sebenarnya
 masih terasa “lebih Cina†, bukan lagi suatu ekspresi orang Tionghoa
 dalam memberi salam. Sejak “remote antiquity† orang Tionghoa ya
 ber-“soja†, bukannya ber-“anjali†. Begitu dahsyatnya
 pengkotak-kotakan yang terjadi! Dan sisa-sisa “kelamnya† masa lalu
 Kelenteng masih terasa hingga kini. Antara lain, dalam kasus yang owe
 bicarakan ini...
 
  Rasa “minder† ini bukan hanya melanda orang KELENTENG BOEN TEK BIO
 Pasar Lama semata-mata. “Penyakit† ini ternyata “menular† pula ke
 KELENTENG BOEN SAN BIO 文山廟 Pasar Baru dan KELENTENG BOEN HAY BIO
 文海廟 Serpong. Umat kedua kelenteng ini masih lebi “pede† menyebut
 nama Vihara Nimmala dan Vihara Karunayala (entah apa gerangan artinya kedua
 kata tersebut).
 
  Pada posting di bawah, mau tak mau, setuju tak setuju, terpaksa owe
 lampirkan pula perhitungan menurut imlek (kalender lunar), berdampingan
 dengan perhitungan menurut yanglek (kalender solar) yang sudah ada. Perayaan
 Snejit YMS Koan Im Hut Cou tentu tidak terlepas dari perhitungan menurut
 imlek, bukan? Jadi, kenapa harus dibuang?
 
  Kiongchiu,
  DK
 
  Dear All,
 
  Kemarin mampir ke Vihara Padumutara/ Boen Tek Bio, Pasar Lama Tangerang,
 Jl. Ki Samaun, Tangerang.
 
  Dalam rangka PERAYAAN YMS KWAN IM HUD COUW MENCAPAI KESEMPURNAAN LAK GWEE
 CAP 

Re: [budaya_tionghua] Re: Foto-foto Peringatan Kongco Sanbaodaren di Kelenteng Gedung Batu Semarang

2009-07-17 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Terima kasih atas keterangan Sdr. Ryan Zheng.

Hormat saya,
NMWidjaja

2009/7/17 Ryan Zheng fenghuan...@hotmail.com

  Oh itu Tosu Li Zhiwang dari Taoist Mission Singapore/Sinjiapo Daojiao
 Xiehui. Beliau yang di tengah, yang di kanan-kiri itu murid beliau, yang
 liamkeng juga murid-murid beliau. oya, Tosu yang kliatan membelakangi kamera
 itu adik seperguruan beliau, Tosu Chen Zhixia.
  Beliau dari aliran Quanzhen Longmenpai.



 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@...
 wrote:
 
  Terima kasih Sdr. Ivan,
 
  Pada acara di Tay Kak Sie dari mana To Su yang cukup banyak itu diundang?
  Terima kasih.
 
  NMW
 
  2009/7/15 ivan_taniputera ivan_taniput...@...
 
   Benar. Foto diambil sendiri waktu perayaan.
   Sebenarnya ini koleksi pribadi, tetapi sayang juga kalau cuma jadi
 koleksi
   pribadi. Oleh karenanya, saya share saja di blog.
  
   salam,
  
   IT.
  
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmwhtt@
   wrote:
   
Numpang tanya, apa foto diambil sendiri oleh Sdr Ivan,
   
Salam,
NM Widjaja
   
2009/7/15 ivan_taniputera ivan_taniputera@
   
 Salam,

 Saya baru mengupload foto2 peringatan Sanbao Daren di kelenteng
 Gedung
   Batu
 Semarang pada tanggal 30 Juli 2008. Silakan kunjungi:

 sejarahastrologimetafisika.blogspot.com
 sejarah-astrologi.metafisika.co.cc

 Semoga bermanfaat.

 Ivan Taniputera



 

 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di
 http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua:.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com:.

 Yahoo! Groups Links




   
  
  
  
  
   
  
   .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
  
   .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.
  
   .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua:.
  
   .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
  
   Yahoo! Groups Links
  
  
  
  
 




 

 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 Yahoo! Groups Links






Re: [budaya_tionghua] Re: Foto-foto Peringatan Kongco Sanbaodaren di Kelenteng Gedung Batu Semarang

2009-07-16 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Terima kasih Sdr. Ivan,

Pada acara di Tay Kak Sie dari mana To Su yang cukup banyak itu diundang?
Terima kasih.

NMW

2009/7/15 ivan_taniputera ivan_taniput...@yahoo.com

 Benar. Foto diambil sendiri waktu perayaan.
 Sebenarnya ini koleksi pribadi, tetapi sayang juga kalau cuma jadi koleksi
 pribadi. Oleh karenanya, saya share saja di blog.

 salam,

 IT.

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@...
 wrote:
 
  Numpang tanya, apa foto diambil sendiri oleh Sdr Ivan,
 
  Salam,
  NM Widjaja
 
  2009/7/15 ivan_taniputera ivan_taniput...@...
 
   Salam,
  
   Saya baru mengupload foto2 peringatan Sanbao Daren di kelenteng Gedung
 Batu
   Semarang pada tanggal 30 Juli 2008. Silakan kunjungi:
  
   sejarahastrologimetafisika.blogspot.com
   sejarah-astrologi.metafisika.co.cc
  
   Semoga bermanfaat.
  
   Ivan Taniputera
  
  
  
   
  
   .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
  
   .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.
  
   .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua:.
  
   .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
  
   Yahoo! Groups Links
  
  
  
  
 




 

 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 Yahoo! Groups Links






Re: [budaya_tionghua] Foto-foto Peringatan Kongco Sanbaodaren di Kelenteng Gedung Batu Semarang

2009-07-14 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Numpang tanya, apa foto diambil sendiri oleh Sdr Ivan,

Salam,
NM Widjaja

2009/7/15 ivan_taniputera ivan_taniput...@yahoo.com

 Salam,

 Saya baru mengupload foto2 peringatan Sanbao Daren di kelenteng Gedung Batu
 Semarang pada tanggal 30 Juli 2008. Silakan kunjungi:

 sejarahastrologimetafisika.blogspot.com
 sejarah-astrologi.metafisika.co.cc

 Semoga bermanfaat.

 Ivan Taniputera



 

 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 Yahoo! Groups Links






Re: Bls: [budaya_tionghua] Hio

2009-07-12 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Penggunaan hio dengan lidi hijau hanya dipakai selama masa perkabungan saja.
Setelah lewat masa perkabungan, ya tetap pakai hio lidi merah.

Salam

2009/7/11 ulysee_me2 ulysee_...@yahoo.com.sg

 Oh, begitu.
 Jadi kalau untuk sembahyang di meja abu di rumah, dan di kuburan kalu
 cengbeng, kalu yang meninggal sebelum umur 80 pakai hio yang gagang hijau.
 Kalau dia meninggal sesudah umur 80 pakai hio gagang merah.
 Kalau di kelenteng sembayang shen (dewa) pake hio gagang merah juga ya.


 Lha kalau sembayang buat bulan 7, yang di pinggir jalan itu lhoh,  pakai
 hio gagang apa?




Re: Bls: [budaya_tionghua] Hio

2009-07-03 Terurut Topik Ning M. Widjaja
DH,

Setahu dan sepanjang tradisi yang dilakukan keluarga kami, yang signifikan
dari perbedaan warna hio adalah dari warna gagang atau lidinya.

Gagang / lidi berwarna hijau (terkadang kebiruan) dipakai untuk upacara duka
dimana keluarga duka masih melakukan upacara perkabungan yang jangka
waktunya berbeda-beda tergantung kesepakatan keluarga.

Gagang / lidi berwarna merah di pakai secara umum baik untuk upacara
penghormatan leluhur maupun untuk upacara persembahyangan di vihara atau
kelenteng.

Warna dupa dari hio tersebut tergantung dari bahan baku yang dipakai
tergantung kualitas karena pada dasarnya bahan dupa terutama terdiri dari
serbuk kayu jati yang dihaluskansebagai bahan dasar dan perekat dari tepung
tapioka yang di campur dengan parfum dan pewarna (untuk dupa kualitas
rendah) atau bahan ramuan kayu wangi dan rempah alami ( gubal kayu gaharu,
cendana, kulit langsat yg dikeringkan, kayu cedar - cemara merah, kayu
manis, serbuk bunga yang dikeringkan, kulit jeruk dan kayu aromatik lainnya
) dan resin wangi alami seperti kemenyan, getah damar wangi, getrah gaharu
pekat, kesturi (kelenjar wangi dari hewan semacam musang dan menjangan), dan
onem (bagian dari penutup siput laut) untuk hio berkualitas bagus dan mahal
harganya.

Khusus untuk hio kualitas rendah (walau tak selalu murah harganya), sering
di celup dalam pewarna untuk menambah penampilan dan daya jual (dupa India
memakai resin petroleum dan getah serta parfum yang menimbulkan sesak napas
dan batuk).

Hio berkualitas tinggi wajarnya tidak dicelup sepuhan pewarna karena akan
merubah aroma asli dupa. Dupa yang di celup biasanya diberi parfum pewangi
yg berbau keras menyengat, sedangkan ciri dupa berkualitas tinggi, harumnya
tidak keras, tidak menimbulkan rasa sesak dan batuk, tetapi harumnya yang
halus dapat bertahan lama dan menempel serta dapat tercium dari jarak yang
jauh sekali. Dupa berkualitas tinggi biasa juga dipakai untuk terapi aroma.

Ditradisi lain seperti di Jepang, Korea, India, Bali dupa dibuat
berwarna-warni tanpa ada signifikan arti tertentu.

Demikian sedikit yang saya tahu semoga bermanfaat.

Salam Hormat !



On 7/2/09, Jen Ku Luk jenku...@yahoo.co.id wrote:



 Pak Utama,terima kasih atas informasinya.

 Apakah pemakaian hio2 tsb bisa tergantung pada masing2 daerah? Karna
 didaerahku tidak ada hio yg gagangnya berwarna hijau,jadi untuk sembahyang
 yang baru meninggal  atau leluhur (yg beragama Konghucu),biasanya dipakai
 yg gagangnya berwarna merah,dupa hionya berwarna merah juga.
 Yg beragama Budha,biasanya dipakai yg bergagang merah,dupa hionya berwarna
 putih.

 Nah..ini yg membingungkan saya karna saya pribadi beragama Katholik tapi
 salah satu usahaku ada menjual alat2 sembahyang.
 Tidak semua pembeli yg datang mengerti fungsi2 warna hio.

 Terima kasih.


 Aluk



 --- Pada *Rab, 1/7/09, Utama Bkr utmp...@yahoo.co.id* menulis:


 Dari: Utama Bkr utmp...@yahoo.co.id
 Topik: Bls: [budaya_tionghua] Hio
 Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Tanggal: Rabu, 1 Juli, 2009, 5:47 AM

  Menurut yang saya ketahui mengenai warna-warna hio adalah sbb:

 1. Gagangnya berwarna Hijau dan atas nya berwarna Coklat digunakan untuk
 orang yang baru meninggal dunia sampai 3 tahun dan jenis hio ini pantang
 untuk di gunakan di Toapekong.
 2. Gagangnya berwarna Merah dan atas nya berwarna Coklat digunakan untuk
 orang yang telah meninggal dunia diatas 3 tahun dan ini juga pantang
 digunakan di Toapekong.
 3. Gagangnya berwarna Merah dan atas nya berwarna Merah/Hitam digunakan
 untuk di Toapekong atau meninggal dunianya setelah 60 tahun keatas.

 Mungkin ada informasi yang lainnya?

 Terima kasih
 Utama


 --
 *Dari:* Jen Ku Luk jenku...@yahoo. co.id
 *Kepada:* budaya Tionghua budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 *Terkirim:* Selasa, 30 Juni, 2009 10:50:37
 *Judul:* [budaya_tionghua] Hio

  Salam teman2 smuanya...

 Ada yg bisa tolong memberikan informasi mengenai fungsi warna2 hio ?

 Hio ada yg berwarna putih,hitam, merah,kuning  coklat. Apakah ada
 persyaratannya jika digunakan untuk sembahyang2 di Toapekong2 ? Maksudku
 masing2 warna tsb kapan harus digunakan  kapan tidak boleh digunakan?

 Terima kasih.


 Aluk.

 --
 Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang
 Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com


 --
  Berselancar lebih cepat.
 http://us.lrd.yahoo.com/_ylc=X3oDMTFndmQxc2JlBHRtX2RtZWNoA1RleHQgTGluawR0bV9sbmsDVTExMDM0NjkEdG1fbmV0A1lhaG9vIQ--/SIG=11kadq57p/**http%3A//downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/
 Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2
 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser.Dapatkan IE8 di
 sini! 
 (Gratis)http://us.lrd.yahoo.com/_ylc=X3oDMTFndmQxc2JlBHRtX2RtZWNoA1RleHQgTGluawR0bV9sbmsDVTExMDM0NjkEdG1fbmV0A1lhaG9vIQ--/SIG=11kadq57p/**http%3A//downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/


 --
  Nama baru untuk Anda!
 

Re: Bah. Indonesia (Re: [budaya_tionghua] Re: Untuk memperbaiki karma : Fw: HAKIM PAO Menggugat Raja Neraka GIAM LO ONG.)

2009-06-14 Terurut Topik Ning M. Widjaja
 mengetahui
 apa itu TAOISME.
 Juga kamsia atas waktunya en baidewai gw bukan org pinter seperti ente.

 PSST sekedar info, doeloe lagi jaman jepang di taiwan , brp banyak itu yg
 namanya daoguan diatur ama bhiksu huhehehehehehehe. Akhirnya ada clash gara2
 atas nama PEMURNIAN

 --

 In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ning M. Widjaja nmw...@..wrote:
 Oh, ok terima kasih kalau batasan kemampuan penjelasan anda sampai disitu
 saja.
 Selesai lah sudah hak ini sampai disini saja, dan terima kasih atas
 waktunya.

 -

 2009/6/10 ardian_c ardia...@...
 justru itu penjelasan Dapit memperkuat penggunaan istilah karma.

 Wong namanya sinkretisme mbuh mo ala Tao kek ala Buddhisme kek sudah ada.
 Istilah hukum karma dalam bahasa mandarin itu ya YINGUO.
 BTW raja YuanLuo alias Giam Lo Ong itu raja YAMA lho.
 Di Thailand sendiri banyak kisah2 yg mirip2 kayak begini yg bertebaran di
 masyarakat sana. Apa itu jg sinkretisme ?
 Contohnya Nang Nak yg sekarang jadi dewi pelindung wanita hamil
 huehehehehehehehehehehee

 --

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote:
 Betul sekali penjelasan dari Ko David Kwa, oleh karena itu tidak cocok kata
 mamperbaiki karma oleh para dewa dewi dalam konteks kisah ini.

 Karean disini ada kerancuan konsep ttg hal itu mengigat cerita ini lebih
 berdasarkan pada konsep Taois ( walau terjadi sinkretisme pandangan
 Buddhis). Tetapi karean ceritanya dalam situasi Tionghoa Taois, sebaiknya
 istilah karma yg lebih spesifik Buddhis di ganti dengan istilah yang lebih
 tepat sesuai konsep Tionghoa Taois.

 Terima kasih atas penjelasan Ko David Kwa.

 ---

 2009/6/8 David Kwa david_kwa2003@

 Karma (Sansekerta) atau Kamma (Pali) artinya kan 'perbuatan'. Jadi frasa
 memperbaiki karma/kamma bukan berarti memperbaiki keberuntungan/nasib,
 tapi memperbaiki perbuatan (kita). Karma baik adalah perbuatan baik. Lebih
 baik istilah ini tidak dirancukan maknanya.

 --

 Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote:

 Sdr Tantono,

 Ini kisah yang baik dan mencerahkan. Saya ada usulan untuk lebih baik
 mungkin tidak memakai kata '*karma' *dalam konteks ini, kalau dalam kisah
 lama biasanya dipakai istilah Melayu: peruntungan atau nasib, mungkin lebih
 pas.

 Salam saya,
 HYJ

 -

 2009/6/3 Tantono Subagyo tantono@

 Rekans, untuk memperbaiki karma atas usulan sdr Kendy Tan saya sajikan
 kutipan Hakim Pao Menggugat Raja Neraka Giam Loo Ong tanpa forward dan tanpa
 puluhan alamat email, semoga berkenan.

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Untuk memperbaiki karma : Fw: HAKIM PAO Menggugat Raja Neraka GIAM LO ONG.

2009-06-13 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Oh, ok terima kasih kalau batasan kemampuan penjelasan anda sampai disitu
saja.
Selesai lah sudah hak ini sampai disini saja, dan terima kasih atas
waktunya.

2009/6/10 ardian_c ardia...@yahoo.co.id



 justru itu penjelasan Dapit memperkuat penggunaan istilah karma.

 Wong namanya sinkretisme mbuh mo ala Tao kek ala Buddhisme kek sudah ada.
 Istilah hukum karma dalam bahasa mandarin itu ya YINGUO.
 BTW raja YuanLuo alias Giam Lo Ong itu raja YAMA lho.

 Di Thailand sendiri banyak kisah2 yg mirip2 kayak begini yg bertebaran di
 masyarakat sana. Apa itu jg sinkretisme ?
 Contohnya Nang Nak yg sekarang jadi dewi pelindung wanita hamil
 hueheheheheheheheheheh4e


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmw...@... wrote:
 
  Betul sekali penjelasan dari Ko David Kwa, oleh karena itu tidak cocok
 kata
  mamperbaiki karma oleh para dewa dewi dalam konteks kisah ini.
 
  Karean disini ada kerancuan konsep ttg hal itu mengigat cerita ini lebih
  berdasarkan pada konsep Taois ( walau terjadi sinkretisme pandangan
  Buddhis). Tetapi karean ceritanya dalam situasi Tionghoa Taois, sebaiknya
  istilah karma yg lebih spesifik Buddhis di ganti dengan istilah yang
 lebih
  tepat sesuai konsep Tionghoa Taois.
 
  Terima kasih atas penjelasan Ko David Kwa.
 
  2009/6/8 David Kwa david_kwa2...@...
 
  
  
   Karma (Sansekerta) atau Kamma (Pali) artinya kan 'perbuatan'. Jadi
 frasa
   memperbaiki karma/kamma bukan berarti memperbaiki
 peruntungan/nasib,
   tapi memperbaiki perbuatan (kita). Karma baik adalah perbuatan baik.
 Lebih
   baik istilah ini tidak dirancukan maknanya.
  
  
   --- In 
   budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.combudaya_tionghua%
 40yahoogroups.com,

   Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote:
   
Sdr Tantono,
   
Ini kisah yang baik dan mencerahkan. Saya ada usulan untuk lebih baik
mungkin tidak memakai kata '*karma' *dalam konteks ini, kalau dalam
 kisah
lama biasanya dipakai istilah Melayu : peruntungan aau nasib, mungkin
   lebih
pas.
   
Salam saya,
HYJ
   
2009/6/3 Tantono Subagyo tantono@
   


 Rekans, untuk memperbaiki karma atas usulan sdr Kendy Tan saya
 sajikan
 kutipan Hakim Pao Menggugat Raja Neraka Giam Loo Ong tanpa forward
 dan
 tanpa puluhan alamat email, semoga berkenan.

 HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka GIAM LO ONG

 Diambil dari arsip diskusi di http://siutao.com
 Diskusi antara LindaKL  SHAN MAO, pada April 2006.

 *HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka *: *Menggugat Karma Buruk Seorang
 Bocah
 Malang*.

 BANYAK orang sering terheran-heran melihat nasib malang seseorang,
 yang
 padahal selalu berbuat kebaikan. Contohnya seseorang yang dikenal
   sangat
 mulia hatinya, namun menemui kematian secara mengenaskan, dibunuh
 oleh
 penjahat yang mengincar hartanya misalnya. Mungkinkah Tuhan tidak
 bertindak adil ? Mungkin pula dalam hati kecil anda terkadang
 berprasangka, Tuhan telah berbuat tidak adil karena kesialan yang
   tengah
 menimpa diri anda ?

 Ada sebuah kisah legenda dari dongeng Tiongkok untuk menjawab
 keraguan
   anda
 tersebut. Begini ceritanya seperti dikutip dari bacaan Sekolah
 Minghui.

 Terjadi pada zaman Song Utara, saat Pao Kong (alias Bao Zheng)
 menjabat
 sebagai Xiang (Hakim Agung pada zaman Tiongkok kuno). Di sebuah
 desa
   hidup
 seorang anak yatim piatu berusia sepuluh tahun yang menderita cacat
   kaki.
 Hidupnya sangat menderita hanya mengandalkan bantuan para tetangga
 dan
   warga
 desa atau mengemis demi menyambung hidup. Di perbatasan desa
 mengalir
 sebuah sungai, warga desa dan pendatang harus berbasah-basah saat
 melewatinya, terutama bagi orang tua yang berusia lanjut sangat
 menyulitkan. Setiap kali air sungai meluap orang tak bisa
 menyeberang.
 Tahun berganti tahun, tiada yang berikhtiar ingin mengubahnya.

 Sampai sekarang, orang mulai melihat si bocah cacat tekun
 mengangkat
   batu
 besar dan menatanya di tepi sungai. Ketika ditanya untuk apa
 batu-batu
   itu
 ia menjawab, ?Aku ingin membangun sebuah jembatan, agar tetangga
 dan
   warga
 desa bisa leluasa lewat.? Orang-orang beranggapan ia berkhayal,
 malah
 kebanyakan tertawa meledek. Namun lambat laun, bulan berganti
 tahun,
 bebatuan telah menumpuk bagaikan bukit. Warga desa mulai berubah
 pendirian, mereka merasa terharu pada semangat si bocah hingga
 ikutan
 membantu mengangkut batu serta mulai membangun jembatan.

 Para warga pun mengundang beberapa tukang dan memulai pembangunan
 jembatan. Si bocah cacat dengan sepenuh jiwa raga berpartisipasi.
 Belum sampai jembatan selesai dibangun, saat membelah sebuah batu
   besar,
 pecahannya meletik dan melukai sepasang matanya hingga menjadi
 buta.
 Orang-orang menyayangkan, menggerutu, bahkan menyalahkan Thian
 (Tuhan)
   tidak
 adil. Anak yang begitu

Re: [budaya_tionghua] Re: Untuk memperbaiki karma : Fw: HAKIM PAO Menggugat Raja Neraka GIAM LO ONG.

2009-06-09 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Betul sekali penjelasan dari Ko David Kwa, oleh karena itu tidak cocok kata
mamperbaiki karma oleh para dewa dewi dalam konteks kisah ini.

Karean disini ada kerancuan konsep ttg hal itu mengigat cerita ini lebih
berdasarkan pada konsep Taois ( walau terjadi sinkretisme pandangan
Buddhis). Tetapi karean ceritanya dalam situasi Tionghoa Taois, sebaiknya
istilah karma yg lebih spesifik Buddhis di ganti dengan istilah yang lebih
tepat sesuai konsep Tionghoa Taois.

Terima kasih atas penjelasan Ko David Kwa.

2009/6/8 David Kwa david_kwa2...@yahoo.com



 Karma (Sansekerta) atau Kamma (Pali) artinya kan 'perbuatan'. Jadi frasa
 memperbaiki karma/kamma bukan berarti memperbaiki peruntungan/nasib,
 tapi memperbaiki perbuatan (kita). Karma baik adalah perbuatan baik. Lebih
 baik istilah ini tidak dirancukan maknanya.


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmw...@... wrote:
 
  Sdr Tantono,
 
  Ini kisah yang baik dan mencerahkan. Saya ada usulan untuk lebih baik
  mungkin tidak memakai kata '*karma' *dalam konteks ini, kalau dalam kisah
  lama biasanya dipakai istilah Melayu : peruntungan aau nasib, mungkin
 lebih
  pas.
 
  Salam saya,
  HYJ
 
  2009/6/3 Tantono Subagyo tant...@...
 
  
  
   Rekans, untuk memperbaiki karma atas usulan sdr Kendy Tan saya sajikan
   kutipan Hakim Pao Menggugat Raja Neraka Giam Loo Ong tanpa forward dan
   tanpa puluhan alamat email, semoga berkenan.
  
   HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka GIAM LO ONG
  
   Diambil dari arsip diskusi di http://siutao.com
   Diskusi antara LindaKL  SHAN MAO, pada April 2006.
  
   *HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka *: *Menggugat Karma Buruk Seorang Bocah
   Malang*.
  
   BANYAK orang sering terheran-heran melihat nasib malang seseorang, yang
   padahal selalu berbuat kebaikan. Contohnya seseorang yang dikenal
 sangat
   mulia hatinya, namun menemui kematian secara mengenaskan, dibunuh oleh
   penjahat yang mengincar hartanya misalnya. Mungkinkah Tuhan tidak
   bertindak adil ? Mungkin pula dalam hati kecil anda terkadang
   berprasangka, Tuhan telah berbuat tidak adil karena kesialan yang
 tengah
   menimpa diri anda ?
  
   Ada sebuah kisah legenda dari dongeng Tiongkok untuk menjawab keraguan
 anda
   tersebut. Begini ceritanya seperti dikutip dari bacaan Sekolah Minghui.
  
   Terjadi pada zaman Song Utara, saat Pao Kong (alias Bao Zheng) menjabat
   sebagai Xiang (Hakim Agung pada zaman Tiongkok kuno). Di sebuah desa
 hidup
   seorang anak yatim piatu berusia sepuluh tahun yang menderita cacat
 kaki.
   Hidupnya sangat menderita hanya mengandalkan bantuan para tetangga dan
 warga
   desa atau mengemis demi menyambung hidup. Di perbatasan desa mengalir
   sebuah sungai, warga desa dan pendatang harus berbasah-basah saat
   melewatinya, terutama bagi orang tua yang berusia lanjut sangat
   menyulitkan. Setiap kali air sungai meluap orang tak bisa menyeberang.
   Tahun berganti tahun, tiada yang berikhtiar ingin mengubahnya.
  
   Sampai sekarang, orang mulai melihat si bocah cacat tekun mengangkat
 batu
   besar dan menatanya di tepi sungai. Ketika ditanya untuk apa batu-batu
 itu
   ia menjawab, ?Aku ingin membangun sebuah jembatan, agar tetangga dan
 warga
   desa bisa leluasa lewat.? Orang-orang beranggapan ia berkhayal, malah
   kebanyakan tertawa meledek. Namun lambat laun, bulan berganti tahun,
   bebatuan telah menumpuk bagaikan bukit. Warga desa mulai berubah
   pendirian, mereka merasa terharu pada semangat si bocah hingga ikutan
   membantu mengangkut batu serta mulai membangun jembatan.
  
   Para warga pun mengundang beberapa tukang dan memulai pembangunan
   jembatan. Si bocah cacat dengan sepenuh jiwa raga berpartisipasi.
   Belum sampai jembatan selesai dibangun, saat membelah sebuah batu
 besar,
   pecahannya meletik dan melukai sepasang matanya hingga menjadi buta.
   Orang-orang menyayangkan, menggerutu, bahkan menyalahkan Thian (Tuhan)
 tidak
   adil. Anak yang begitu patut dikasihani, yang telah sepenuh hati
   berkorban demi orang banyak malah memperoleh musibah. Akan tetapi si
   bocah sama sekali tak mengeluh, setiap hari tetap muncul di proyek
   pembangunan jembatan itu meskipun tertatih-tatih, dengan meraba-raba ia
   mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan.
  
   Akhirnya jembatan selesai dibangun melalui gotong-royong warga. Semua
   orang di pesta syukuran menatap si bocah yang sudah cacat kaki dan
 hidup
   sebatang kara sekarang ditambah buta matanya, dengan rasa terima kasih,
 iba
   dan sayang. Si bocah sendiri walau tidak bisa melihat apa pun, tetap
   tersenyum bahagia.
  
   Di luar dugaan mendadak turun hujan deras yang tak sesuai musim,
   seolah-olah hendak mencuci debu yang menempel di jembatan batu
 tersebut.
   Hujan dan geledek gemuruh menunjukkan pamornya. Tiba-tiba petir
   berkelebat menyilaukan hingga semua orang menutup mata mereka, disusul
   suaranya meledak bak hendak memecahkan gendang telinga. Ketika semua
   orang membuka mata mereka kembali

Re: [budaya_tionghua] Sebutan keluarga

2009-06-08 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Kamsia, Ko Liang U,

terima kasih atas penjelasannya.

Hormat saya,

2009/6/8 liang u lian...@yahoo.com



 Dik Ning,

 Ini saya lampirkan, buka dengan Chinese Simplied GB 2312 :

 a cek : 阿叔, a cim: 阿婶, a kim 阿妗, a'm 阿姆。躲alam dialek Hokkian a bisa juga
 disebut an 安, di Ciangciu di baca  ng, tapi bunyi bisa berubah menjadi n
 atau m, tergantung huruf di belakangnya. misalnya ncek, ncim, ngkim, a'm.
 Ng,n,m tidak menggunakan e karena memang bunyi e hampir tak ada.
 Semoga membantu
 Kiongchiu
 Liang U

 --- On *Sun, 6/7/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote:


 From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com
 Subject: [budaya_tionghua] Sebutan keluarga
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Sunday, June 7, 2009, 11:26 AM

  Sdr. Sekalian Yth.,

 Bisa tolong , tulisan untuk *a-cek, a-kim, a-em* seperti apa .

 Terima kasih.


  



[budaya_tionghua] Sebutan keluarga

2009-06-07 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Sdr. Sekalian Yth.,

Bisa tolong , tulisan untuk *a-cek, a-kim, a-em* seperti apa .

Terima kasih.


Re: [budaya_tionghua] Untuk memperbaiki karma : Fw: HAKIM PAO Menggugat Raja Neraka GIAM LO ONG.

2009-06-06 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Sdr Tantono,

Ini kisah yang baik dan mencerahkan. Saya ada usulan untuk lebih baik
mungkin tidak memakai kata '*karma' *dalam konteks ini, kalau dalam kisah
lama biasanya dipakai istilah Melayu : peruntungan aau nasib, mungkin lebih
pas.

Salam saya,
HYJ

2009/6/3 Tantono Subagyo tant...@gmail.com



 Rekans, untuk memperbaiki karma atas usulan sdr Kendy Tan saya sajikan
 kutipan Hakim Pao Menggugat Raja Neraka Giam Loo Ong tanpa forward dan
 tanpa puluhan alamat email, semoga berkenan.

 HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka GIAM LO ONG

 Diambil dari arsip diskusi di http://siutao.com
 Diskusi antara LindaKL  SHAN MAO, pada April 2006.

 *HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka *: *Menggugat Karma Buruk Seorang Bocah
 Malang*.

 BANYAK orang sering terheran-heran melihat nasib malang seseorang, yang
 padahal selalu berbuat kebaikan.Contohnya seseorang yang dikenal sangat
 mulia hatinya, namun menemui kematian secara mengenaskan, dibunuh oleh
 penjahat yang mengincar hartanya misalnya.Mungkinkah Tuhan tidak
 bertindak adil ?Mungkin pula dalam hati kecil anda terkadang
 berprasangka, Tuhan telah berbuat tidak adil karena kesialan yang tengah
 menimpa diri anda ?

 Ada sebuah kisah legenda dari dongeng Tiongkok untuk menjawab keraguan anda
 tersebut.Begini ceritanya seperti dikutip dari bacaan Sekolah Minghui.

 Terjadi pada zaman Song Utara, saat Pao Kong (alias Bao Zheng) menjabat
 sebagai Xiang (Hakim Agung pada zaman Tiongkok kuno). Di sebuah desa hidup
 seorang anak yatim piatu berusia sepuluh tahun yang menderita cacat kaki.
 Hidupnya sangat menderita hanya mengandalkan bantuan para tetangga dan warga
 desa atau mengemis demi menyambung hidup.   Di perbatasan desa mengalir
 sebuah sungai, warga desa dan pendatang harus berbasah-basah saat
 melewatinya, terutama bagi orang tua yang berusia lanjut sangat
 menyulitkan.   Setiap kali air sungai meluap orang tak bisa menyeberang.
 Tahun berganti tahun, tiada yang berikhtiar ingin mengubahnya.

 Sampai sekarang, orang mulai melihat si bocah cacat tekun mengangkat batu
 besar dan menatanya di tepi sungai.   Ketika ditanya untuk apa batu-batu itu
 ia menjawab, “Aku ingin membangun sebuah jembatan, agar tetangga dan warga
 desa bisa leluasa lewat.”Orang-orang beranggapan ia berkhayal, malah
 kebanyakan tertawa meledek.Namun lambat laun, bulan berganti tahun,
 bebatuan telah menumpuk bagaikan bukit.   Warga desa mulai berubah
 pendirian, mereka merasa terharu pada semangat si bocah hingga ikutan
 membantu mengangkut batu serta mulai membangun jembatan.

 Para warga pun mengundang beberapa tukang dan memulai pembangunan
 jembatan.Si bocah cacat dengan sepenuh jiwa raga berpartisipasi.
 Belum sampai jembatan selesai dibangun, saat membelah sebuah batu besar,
 pecahannya meletik dan melukai sepasang matanya hingga menjadi buta.
 Orang-orang menyayangkan, menggerutu, bahkan menyalahkan Thian (Tuhan) tidak
 adil.Anak yang begitu patut dikasihani, yang telah sepenuh hati
 berkorban demi orang banyak malah memperoleh musibah.Akan tetapi si
 bocah sama sekali tak mengeluh, setiap hari tetap muncul di proyek
 pembangunan jembatan itu meskipun tertatih-tatih, dengan meraba-raba ia
 mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan.

 Akhirnya jembatan selesai dibangun melalui gotong-royong warga.Semua
 orang di pesta syukuran menatap si bocah yang sudah cacat kaki dan hidup
 sebatang kara sekarang ditambah buta matanya, dengan rasa terima kasih, iba
 dan sayang.Si bocah sendiri walau tidak bisa melihat apa pun, tetap
 tersenyum bahagia.

 Di luar dugaan mendadak turun hujan deras yang tak sesuai musim,
 seolah-olah hendak mencuci debu yang menempel di jembatan batu tersebut.
 Hujan dan geledek gemuruh menunjukkan pamornya.Tiba-tiba petir
 berkelebat menyilaukan hingga semua orang menutup mata mereka, disusul
 suaranya meledak bak hendak memecahkan gendang telinga.Ketika semua
 orang membuka mata mereka kembali, mereka menemukan si bocah telah tersambar
 petir, terkapar di tanah tanpa nyawa lagi.Semuanya tersentak kaget,
 diikuti luapan perasaan sedih, mengeluh kenapa si bocah begitu buruk
 nasibnya, dan menuding Thian tidak adil ….

 Saat itulah Pao, yang dijuluki rakyat kecil sebagai Hakim yang Bersih dan
 Adil, dalam perjalanan dinas melewati desa itu.Rakyat berbondong-bondong
 menghadang tandunya tersebut untuk memohon keadilan bagi si bocah malang.
 Kepala Desa bertanya, “Mengapa orang baik tak memperoleh imbalan baik ?
 Untuk selanjutnya bagaimana bisa menjadi contoh orang yang baik ?Mungkin
 orang malah berpendapat lebih enak berbuat jahat saja?”

 Hakim Pao yang kenyang makan asam garam dunia, tergugah oleh emosi penduduk
 desa, mengayun kuas pit dan menulis 6 aksara, “Mana-boleh Berbuat Jahat
 Tidak Berbuat Bajik ?”.Kemudian mengibaskan lengan bajunya yang panjang
 sambil memerintahkan melanjutkan perjalanan.

 Tiba di kota raja, Hakim Pao menghadap Raja untuk melaporkan hasil
 perjalanan dinas dan semua peristiwa 

Re: [budaya_tionghua] Re: Untuk memperbaiki karma : Fw: HAKIM PAO Menggugat Raja Neraka GIAM LO ONG.

2009-06-06 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Bila yinguo berarti sebab akibat ya bisa saja disebut demikian saja atau
hukum sebab akibat. Karena tetap tidak tepat disebut karma, atau hukum
karma, karean hukum karma adalah sebagian dari hukum sebab akibat dan bukan
sebaliknya.

Salam saya.

2009/6/7 ardian_c ardia...@yahoo.co.id



 dalam cerita aslinya menggunakan kata yinguo atau dalam bahasa indonesia
 hukum karma/sebab akibat.


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmw...@... wrote:
 
  Sdr Tantono,
 
  Ini kisah yang baik dan mencerahkan. Saya ada usulan untuk lebih baik
  mungkin tidak memakai kata '*karma' *dalam konteks ini, kalau dalam kisah
  lama biasanya dipakai istilah Melayu : peruntungan aau nasib, mungkin
 lebih
  pas.
 
  Salam saya,
  HYJ
 
  2009/6/3 Tantono Subagyo tant...@...

 
  
  
   Rekans, untuk memperbaiki karma atas usulan sdr Kendy Tan saya sajikan
   kutipan Hakim Pao Menggugat Raja Neraka Giam Loo Ong tanpa forward dan
   tanpa puluhan alamat email, semoga berkenan.
  
   HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka GIAM LO ONG
  
   Diambil dari arsip diskusi di http://siutao.com
   Diskusi antara LindaKL  SHAN MAO, pada April 2006.
  
   *HAKIM PAO Mengugat Raja Neraka *: *Menggugat Karma Buruk Seorang Bocah
   Malang*.
  
   BANYAK orang sering terheran-heran melihat nasib malang seseorang, yang
   padahal selalu berbuat kebaikan. Contohnya seseorang yang dikenal
 sangat
   mulia hatinya, namun menemui kematian secara mengenaskan, dibunuh oleh
   penjahat yang mengincar hartanya misalnya. Mungkinkah Tuhan tidak
   bertindak adil ? Mungkin pula dalam hati kecil anda terkadang
   berprasangka, Tuhan telah berbuat tidak adil karena kesialan yang
 tengah
   menimpa diri anda ?
  
   Ada sebuah kisah legenda dari dongeng Tiongkok untuk menjawab keraguan
 anda
   tersebut. Begini ceritanya seperti dikutip dari bacaan Sekolah Minghui.
  
   Terjadi pada zaman Song Utara, saat Pao Kong (alias Bao Zheng) menjabat
   sebagai Xiang (Hakim Agung pada zaman Tiongkok kuno). Di sebuah desa
 hidup
   seorang anak yatim piatu berusia sepuluh tahun yang menderita cacat
 kaki.
   Hidupnya sangat menderita hanya mengandalkan bantuan para tetangga dan
 warga
   desa atau mengemis demi menyambung hidup. Di perbatasan desa mengalir
   sebuah sungai, warga desa dan pendatang harus berbasah-basah saat
   melewatinya, terutama bagi orang tua yang berusia lanjut sangat
   menyulitkan. Setiap kali air sungai meluap orang tak bisa menyeberang.
   Tahun berganti tahun, tiada yang berikhtiar ingin mengubahnya.
  
   Sampai sekarang, orang mulai melihat si bocah cacat tekun mengangkat
 batu
   besar dan menatanya di tepi sungai. Ketika ditanya untuk apa batu-batu
 itu
   ia menjawab, Aku ingin membangun sebuah jembatan, agar tetangga dan
 warga
   desa bisa leluasa lewat. Orang-orang beranggapan ia berkhayal, malah
   kebanyakan tertawa meledek. Namun lambat laun, bulan berganti tahun,
   bebatuan telah menumpuk bagaikan bukit. Warga desa mulai berubah
   pendirian, mereka merasa terharu pada semangat si bocah hingga ikutan
   membantu mengangkut batu serta mulai membangun jembatan.
  
   Para warga pun mengundang beberapa tukang dan memulai pembangunan
   jembatan. Si bocah cacat dengan sepenuh jiwa raga berpartisipasi.
   Belum sampai jembatan selesai dibangun, saat membelah sebuah batu
 besar,
   pecahannya meletik dan melukai sepasang matanya hingga menjadi buta.
   Orang-orang menyayangkan, menggerutu, bahkan menyalahkan Thian (Tuhan)
 tidak
   adil. Anak yang begitu patut dikasihani, yang telah sepenuh hati
   berkorban demi orang banyak malah memperoleh musibah. Akan tetapi si
   bocah sama sekali tak mengeluh, setiap hari tetap muncul di proyek
   pembangunan jembatan itu meskipun tertatih-tatih, dengan meraba-raba ia
   mengerjakan apa saja yang bisa dikerjakan.
  
   Akhirnya jembatan selesai dibangun melalui gotong-royong warga. Semua
   orang di pesta syukuran menatap si bocah yang sudah cacat kaki dan
 hidup
   sebatang kara sekarang ditambah buta matanya, dengan rasa terima kasih,
 iba
   dan sayang. Si bocah sendiri walau tidak bisa melihat apa pun, tetap
   tersenyum bahagia.
  
   Di luar dugaan mendadak turun hujan deras yang tak sesuai musim,
   seolah-olah hendak mencuci debu yang menempel di jembatan batu
 tersebut.
   Hujan dan geledek gemuruh menunjukkan pamornya. Tiba-tiba petir
   berkelebat menyilaukan hingga semua orang menutup mata mereka, disusul
   suaranya meledak bak hendak memecahkan gendang telinga. Ketika semua
   orang membuka mata mereka kembali, mereka menemukan si bocah telah
 tersambar
   petir, terkapar di tanah tanpa nyawa lagi. Semuanya tersentak kaget,
   diikuti luapan perasaan sedih, mengeluh kenapa si bocah begitu buruk
   nasibnya, dan menuding Thian tidak adil ….
  
   Saat itulah Pao, yang dijuluki rakyat kecil sebagai Hakim yang Bersih
 dan
   Adil, dalam perjalanan dinas melewati desa itu. Rakyat
 berbondong-bondong
   menghadang tandunya tersebut untuk

[budaya_tionghua] Re: Boe Lo Loe - surat private [1 Attachment]

2009-05-10 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Mpe An Tong ( Mpe Pece) bukan cucu Ma Suhu, dia murid pengikut  Ma Suhu dan
mondok di bio sejak Ma Suhu meninggal. Ma Suhu tak punya keturunan. Anak
angkatnya Ma Suhu adalah Oej Lo Hie yg diangakt anak dengann kaitan dari
istrinya yang kebetulan juga bukan orang lain tapi masih sudara Piauw. Mama
dari istri Oej Lo Hie adalah masih ie-ie ke Ma Suhu.

Coba saya coba kirim lagi ya.

The Boan An (yg memberikan meja dan papan sembayang Sam Kauw) memang tokoh
Sam Kauw dan masih dikenal sebagain orang di sebagian orang Tri Dharma, coba
nanti saya cari tahu lagi tentang beliau.Kalau tidak salah beliau adalah
Bhikku Ashin Jinarakita pendiri kelompok Buddhayana. Tapi saya akan cari
kepastiannya lagi

Hormat saya,
NMW

2009/5/8 ANDREAS MIHARDJA mihar...@pacbell.net

 Maafkan attachementnya bukan foto tetapi text yg tidak dpt dibaca.
 Cucu Ma Suhu yg menjadi hweshio namanya adalah Mpe An Tong [ mpe pecek]
 Jikalau masih ada fotonya tolong kirimkan ulang
 Andreas

 --- On *Fri, 5/8/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote:

 From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com
 Subject: Re: Boe Lo Loe - surat private
 To: mihar...@pacbell.net, budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Friday, May 8, 2009, 12:02 AM


 Dear Andreas,

 Sekarang secara de jure di bawah tanggung jawab Teng Hay Suhu dari Vihara
 Vajra Bodhi di pertigaan Tajur Tan Ek Coan Bogor. Kalu sehari-hari
 sepertinya di pegang oleh Ko A Hak dan beberapa orang anak muda dari Jawa
 Tengah.

 Sepertinya semua pengurusnya sudah tidak ada orang Bogor karean yang
 berkumpul kebanyakan orang Bangka.

 Kebetulan hari ini saya ada datang ke sana, saya lampirkan beberapa fotonya
 .

 Hormat saya,
 NMW


 2009/5/7 ANDREAS MIHARDJA mihar...@pacbell.net

   Ning - aku ini dlm 1960 sering keluar masuk kelenteng ini sebelum saya
 berangkat keluar negeri utk mencari ilmu. Suhu yg kalian sebut Mpe pecek dgn
 saya berhubungan baik sekali dan dia yg mengatakan bahwa penghidupan saya
 harus diluar Indonesia [waktu itu masih 1961 jadi belum ada keributan
 diBogor] Sebelum saya berangkat dia ada permintaan kepada saya utk
 mencarikan kartu utk kuamiah yg hanya dpt diketemukan di Nederland. Dgn
 susah payah saya mencari dan baru setelah dia meninggal saya menemukannya
 dan mengirim perjanjian ini kepada cucunya yg memelihara kelenteng tsb waktu
 itu setelah lebigh dari 20 thn.
 Oleh karena itu tolong berikan kabar dan info - siapa yg sekarang menjadi
 bestuur dari kelenteng ini - maafkan saya tidak tahu nama² baru aliran ini.
 Mungkin sdr dapat memberikan penerangan dan memberikan tahu keperluan
 mereka.
 Andreas /TTH

 --- On *Thu, 5/7/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote:

 From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Boe Lo Loe - sebuah kelenteng yang
 dinamai greja dalam bhs Melayu Rendah
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Thursday, May 7, 2009, 1:21 AM



 Ko David Kwa,

 Mudah-mudahan tulisan kita bisa menggugah orang lain supaya ada memiliki
 rasa perhatian dan prihatin yang mendalam atas warisan budaya para leluhur
 kita.

 Salam Hormat,
 NMW

 2009/5/5 David Kwa david_kwa2003@ yahoo.com david_kwa2...@yahoo.com



 Sdr. Tie Tie yang baik,

 Ban-ban kamsia atas pencerahan anda. Menarik sekali menyimak pemaparan
 anda tentang Gredja Boeloloe yang tidak diketahui orang banyak. Beberapa
 kali owe berkunjung ke sana, mengagumi keindahannya setelah tiam hio, tapi
 owe tidak tahu riwayat Gredja ini yang ternyata begitu menarik. Bahkan
 seorang teman asli Bogor yang tinggal tak jauh dari situ pun sering menyebut
 namanya hanya Koan Im Bio, tanpa ada penjelasan lain.

 Kalau nama Boeloloe artinya “Jalan Tanpa Usia Tua,†maka aksara
 Tionghoanya seharusnya ç„¡è€ è·¯ dan dibacanya bu lo lou. Aneh juga namanya
 ya, tapi owe yakin nama tersebut diberikan bukan tanpa sebab.

 Memang, pertama kali owe berkunjung ke sana, owe melihat ada dua Meja Abu
 berukir halus ber-kimpoh é‡`ç® (Man. jinbo, atau prada) khas Peranakan,
 masing-masing untuk “Abu†Ma Suhu Tan Eng Nio dan Mpe Pece. Tapi betapa
 “mencelos†hati owe, ketika suatu waktu owe berkunjung lagi, kedua Meja
 Abu indah itu sudah disingkirkan ke tembok di samping kanan bangunan utama,
 dekat Klinik Dharmakaya yang sekarang sudah dibongkar, sementara Meja
 Sembahyang Thni-kong 天公 diletakkan di sisi tembok yang lain, menghadap
 ke dalam, berseberangan dengan altar Mo San Cousu 茅山祖師 (Man. Maoshan
 Zushi) di bangunan belakang. Setiap kali owe ke Gredja ini, owe selalu
 menyempati diri untuk melihat keberadaannya semari berharap, mudah-mudahan
 kedua Meja Abu dan Meja Sembahyang ini masih ada di tempatnya dan tidak
 “berpindah tempat†ke rumah salah satu kolektor antik.

 Owe belum mencek lagi ke sana, mudah-mudahan saja masih ada.

 Kiongchiu,
 DK

 Ning M. Widjaja wrote:

 Saudara Sekalian,

 Saya ingin berbagi cerita tentang Kelenteng yang dinamai Greja Boe Lo
 Lou, Jalan Tanpa Usia Tua) yang berlokasi di Sukasari, Kota Bogor.
 Demikianlah seberapa sedikit yang saya alami

[budaya_tionghua] Re: Boe Lo Loe - surat private [1 Attachment]

2009-05-08 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Dear Andreas,

Sekarang secara de jure di bawah tanggung jawab Teng Hay Suhu dari Vihara
Vajra Bodhi di pertigaan Tajur Tan Ek Coan Bogor. Kalu sehari-hari
sepertinya di pegang oleh Ko A Hak dan beberapa orang anak muda dari Jawa
Tengah.

Sepertinya semua pengurusnya sudah tidak ada orang Bogor karean yang
berkumpul kebanyakan orang Bangka.

Kebetulan hari ini saya ada datang ke sana, saya lampirkan beberapa fotonya
.

Hormat saya,
NMW


2009/5/7 ANDREAS MIHARDJA mihar...@pacbell.net

 Ning - aku ini dlm 1960 sering keluar masuk kelenteng ini sebelum saya
 berangkat keluar negeri utk mencari ilmu. Suhu yg kalian sebut Mpe pecek dgn
 saya berhubungan baik sekali dan dia yg mengatakan bahwa penghidupan saya
 harus diluar Indonesia [waktu itu masih 1961 jadi belum ada keributan
 diBogor] Sebelum saya berangkat dia ada permintaan kepada saya utk
 mencarikan kartu utk kuamiah yg hanya dpt diketemukan di Nederland. Dgn
 susah payah saya mencari dan baru setelah dia meninggal saya menemukannya
 dan mengirim perjanjian ini kepada cucunya yg memelihara kelenteng tsb waktu
 itu setelah lebigh dari 20 thn.
 Oleh karena itu tolong berikan kabar dan info - siapa yg sekarang menjadi
 bestuur dari kelenteng ini - maafkan saya tidak tahu nama² baru aliran ini.
 Mungkin sdr dapat memberikan penerangan dan memberikan tahu keperluan
 mereka.
 Andreas /TTH

 --- On *Thu, 5/7/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote:

 From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Boe Lo Loe - sebuah kelenteng yang
 dinamai greja dalam bhs Melayu Rendah
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Thursday, May 7, 2009, 1:21 AM



 Ko David Kwa,

 Mudah-mudahan tulisan kita bisa menggugah orang lain supaya ada memiliki
 rasa perhatian dan prihatin yang mendalam atas warisan budaya para leluhur
 kita.

 Salam Hormat,
 NMW

 2009/5/5 David Kwa david_kwa2003@ yahoo.com david_kwa2...@yahoo.com



 Sdr. Tie Tie yang baik,

 Ban-ban kamsia atas pencerahan anda. Menarik sekali menyimak pemaparan
 anda tentang Gredja Boeloloe yang tidak diketahui orang banyak. Beberapa
 kali owe berkunjung ke sana, mengagumi keindahannya setelah tiam hio, tapi
 owe tidak tahu riwayat Gredja ini yang ternyata begitu menarik. Bahkan
 seorang teman asli Bogor yang tinggal tak jauh dari situ pun sering menyebut
 namanya hanya Koan Im Bio, tanpa ada penjelasan lain.

 Kalau nama Boeloloe artinya “Jalan Tanpa Usia Tua,†maka aksara
 Tionghoanya seharusnya ç„¡è€ è·¯ dan dibacanya bu lo lou. Aneh juga namanya
 ya, tapi owe yakin nama tersebut diberikan bukan tanpa sebab.

 Memang, pertama kali owe berkunjung ke sana, owe melihat ada dua Meja Abu
 berukir halus ber-kimpoh é‡`ç® (Man. jinbo, atau prada) khas Peranakan,
 masing-masing untuk “Abu†Ma Suhu Tan Eng Nio dan Mpe Pece. Tapi betapa
 “mencelos†hati owe, ketika suatu waktu owe berkunjung lagi, kedua Meja
 Abu indah itu sudah disingkirkan ke tembok di samping kanan bangunan utama,
 dekat Klinik Dharmakaya yang sekarang sudah dibongkar, sementara Meja
 Sembahyang Thni-kong 天公 diletakkan di sisi tembok yang lain, menghadap
 ke dalam, berseberangan dengan altar Mo San Cousu 茅山祖師 (Man. Maoshan
 Zushi) di bangunan belakang. Setiap kali owe ke Gredja ini, owe selalu
 menyempati diri untuk melihat keberadaannya semari berharap, mudah-mudahan
 kedua Meja Abu dan Meja Sembahyang ini masih ada di tempatnya dan tidak
 “berpindah tempat†ke rumah salah satu kolektor antik.

 Owe belum mencek lagi ke sana, mudah-mudahan saja masih ada.

 Kiongchiu,
 DK

 Ning M. Widjaja wrote:

 Saudara Sekalian,

 Saya ingin berbagi cerita tentang Kelenteng yang dinamai Greja Boe Lo Lou,
 Jalan Tanpa Usia Tua) yang berlokasi di Sukasari, Kota Bogor. Demikianlah
 seberapa sedikit yang saya alami sendiri dan seberapa sedikit yang saya
 dengar. Mohon masukannya.

 Demikianlah yg saya ketahui klenteng Greja Boe Lo Loe yang dimasa orba
 diganti nama menjadi Vihara Dewi Bulan Candrasari dan lalu sekarang menjadi
 Vihara Dharmakaya yang dikelola oleh kelompok Suhu Teng Hay dari Vihara
 Vajra Bodhi, Tajur, Bogor.

 Kelenteng ini dibangun atas kemurahan hati mendiang Ibu Tuan Tanah Kwitang
 yg bernama Teng Oen Giok di atas sebidang tanah yg cukup luas di tanjakan
 Sukasari pada awal tahun 1940'an (?). Kelenteng dibangun dalam bentuk vila
 dengan bangunan utama di tengah pekarangan dan sebuah menara tingkat 2
 dengan tangga melingkar di sebelah timur bangunan utama. Bangunan tambahan
 terpisah berbentuk 'L' mengelilingi bangunan utama di sebelah barat dan
 utara. Dibangun dengan gaya campuran Belanda Tropis, dengan atap limasan.
 Jendela,pintu dan dan perabotan sebagian besar berukir gaya Tionghoa
 peranakan kemungkinan buatan Soanci. Sebagian kursi meja mempergunakan batu
 marmer bergambar Tay Li. Di setiap sudut pancuran terdapat gentong keramik
 raksasa untuk menampung air hujan sebagai air minum. Halaman muka belakang
 dan samping timur ditumbuhi tanaman lengkeng besar (sudah tumbang semua
 sekarang

Re: [budaya_tionghua] pembuat barongsai di kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak dan Singkawang

2009-05-08 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Bisa tanya Toko Tet Bun di Jl. GM Situt no. 52, Singkawang, telp
(0562)632897, 08125779499.

Salam hormat,
NMW

2009/5/7 liberate_mymadness liberate_mymadn...@yahoo.com



 saya mau nanya, di kota Pontianak dan Singkawang tempat atau orang-orang
 yang pekerjaanya membuat Barongsai,dimana-mana aja sih???

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Boe Lo Loe - sebuah kelenteng yang dinamai greja dalam bhs Melayu Rendah

2009-05-07 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Ko David Kwa,

Mudah-mudahan tulisan kita bisa menggugah orang lain supaya ada memiliki
rasa perhatian dan prihatin yang mendalam atas warisan budaya para leluhur
kita.

Salam Hormat,
NMW

2009/5/5 David Kwa david_kwa2...@yahoo.com



 Sdr. Tie Tie yang baik,

 Ban-ban kamsia atas pencerahan anda. Menarik sekali menyimak pemaparan anda
 tentang Gredja Boeloloe yang tidak diketahui orang banyak. Beberapa kali owe
 berkunjung ke sana, mengagumi keindahannya setelah tiam hio, tapi owe tidak
 tahu riwayat Gredja ini yang ternyata begitu menarik. Bahkan seorang teman
 asli Bogor yang tinggal tak jauh dari situ pun sering menyebut namanya hanya
 Koan Im Bio, tanpa ada penjelasan lain.

 Kalau nama Boeloloe artinya “Jalan Tanpa Usia Tua,†maka aksara
 Tionghoanya seharusnya ç„¡è€ è·¯ dan dibacanya bu lo lou. Aneh juga namanya
 ya, tapi owe yakin nama tersebut diberikan bukan tanpa sebab.

 Memang, pertama kali owe berkunjung ke sana, owe melihat ada dua Meja Abu
 berukir halus ber-kimpoh é‡`ç® (Man. jinbo, atau prada) khas Peranakan,
 masing-masing untuk “Abu†Ma Suhu Tan Eng Nio dan Mpe Pece. Tapi betapa
 “mencelos†hati owe, ketika suatu waktu owe berkunjung lagi, kedua Meja
 Abu indah itu sudah disingkirkan ke tembok di samping kanan bangunan utama,
 dekat Klinik Dharmakaya yang sekarang sudah dibongkar, sementara Meja
 Sembahyang Thni-kong 天公 diletakkan di sisi tembok yang lain, menghadap
 ke dalam, berseberangan dengan altar Mo San Cousu 茅山祖師 (Man. Maoshan
 Zushi) di bangunan belakang. Setiap kali owe ke Gredja ini, owe selalu
 menyempati diri untuk melihat keberadaannya semari berharap, mudah-mudahan
 kedua Meja Abu dan Meja Sembahyang ini masih ada di tempatnya dan tidak
 “berpindah tempat†ke rumah salah satu kolektor antik.

 Owe belum mencek lagi ke sana, mudah-mudahan saja masih ada.

 Kiongchiu,
 DK

 Ning M. Widjaja wrote:

 Saudara Sekalian,

 Saya ingin berbagi cerita tentang Kelenteng yang dinamai Greja Boe Lo Lou,
 Jalan Tanpa Usia Tua) yang berlokasi di Sukasari, Kota Bogor. Demikianlah
 seberapa sedikit yang saya alami sendiri dan seberapa sedikit yang saya
 dengar. Mohon masukannya.

 Demikianlah yg saya ketahui klenteng Greja Boe Lo Loe yang dimasa orba
 diganti nama menjadi Vihara Dewi Bulan Candrasari dan lalu sekarang menjadi
 Vihara Dharmakaya yang dikelola oleh kelompok Suhu Teng Hay dari Vihara
 Vajra Bodhi, Tajur, Bogor.

 Kelenteng ini dibangun atas kemurahan hati mendiang Ibu Tuan Tanah Kwitang
 yg bernama Teng Oen Giok di atas sebidang tanah yg cukup luas di tanjakan
 Sukasari pada awal tahun 1940'an (?). Kelenteng dibangun dalam bentuk vila
 dengan bangunan utama di tengah pekarangan dan sebuah menara tingkat 2
 dengan tangga melingkar di sebelah timur bangunan utama. Bangunan tambahan
 terpisah berbentuk 'L' mengelilingi bangunan utama di sebelah barat dan
 utara. Dibangun dengan gaya campuran Belanda Tropis, dengan atap limasan.
 Jendela,pintu dan dan perabotan sebagian besar berukir gaya Tionghoa
 peranakan kemungkinan buatan Soanci. Sebagian kursi meja mempergunakan batu
 marmer bergambar Tay Li. Di setiap sudut pancuran terdapat gentong keramik
 raksasa untuk menampung air hujan sebagai air minum. Halaman muka belakang
 dan samping timur ditumbuhi tanaman lengkeng besar (sudah tumbang semua
 sekarang). Seluruh bangunan dikelilingi tembok 2 lapis yang cukup tinggi
 dengan gerbang berlapis.

 Mendiang Nyonya Besar Teng Oen Giok mendedikasikan semua ini kepada Ma Suhu
 Tan Eng Nio ???^?Q??v??lanjutnya bangunan ini dikenal sebagai Bio Ma Suhu.
 Ma Suhu seorang biarawati yang tidak memotong dan tidak mengikat rambut dan
 selalu berpakaian putih dan memakai kain batik panjang.

 Sebelum menjadi suhu, beliau pernah menikah tanpa anak dan tinggal di
 Jatinegara, dan suaminya adalah pekerja di toko foto Djoa Djin Som di
 Matraman di sebelah jembatan kereta api dan selanjutnya juga menjadi Bioskop
 Sentral. Semeninggal suami, beliau menjadi Suhu dan tinggal di Bogor karena
 diperkirakan beliau kelahiran di Bantar Kambing, Semplak, Bogor dari
 lingkungan keluarga besar Kwee di sana.

 Kalau mendengarkan cerita, sepertinya Ma Suhu menjalankan ajaran Tantra
 bercampur aliran mistis Tao. Diakui memiliki kekuatan supernatural,
 berkebiasaan hanya minum dan makan yg dimask dengan air hujan, seorang
 vegetarian murni dan sangat memuja Dewi Kwan Im. Menara tingkat dua dipakai
 beliau untuk bertapa pada waktu-waktu tertentu dan dalam waktu yang lama.
 Konon menara ini selalu terkunci dan hanya boleh dikunjungi pada waktu
 tertentu setelah orang yang akan berkunjung melakukan cia chay beberapa
 hari. Seumur hidupnya beliau dilayani oleh pelayan setia yang bernama Acim
 On.

 Selama bertapa Ma Suhu mengunci diri dan tidak boleh diganggu dalam menara
 sampai beberpa hari. Ketika bertapa, beliau tidak makan dan minum dan hanya
 memakai selembar kain putih untuk menutupi badan.

 Dalam perjalanan waktu, Ma Suhu mengangkat beberapa murid dari wilayah
 Bogor dan dari Pasar Baru

Re: [budaya_tionghua] Renovasi Kelenteng!

2009-05-06 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Saya usahakan secepatnya, mohon maaf agak lama menunggu. Akan saya email
langsung ke email pribadi.

Hormat saya,
NMW

2009/5/5 Ben ben_wihar...@yahoo.com.sg



 Jika sdr Ning M. Widjaja ada waktu dan bersedia, sy sungguh tertarik untuk
 melihat hasil scan tsb, trims

 -Original Message-
 From: Ning M. Widjaja
 Sent: 04/05/2009 10.40.09 PM
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Renovasi Kelenteng!

 Sdr. Ben,

 Saya kebetulan ada buku untuk konstruksi atap model tiongkok dan pekerjaan
 kayu kapnya ygn sistim interlok. Bila tertarik boleh hubungi saya lewat
 email nanti saya buatkan scan gambarnya.
 ban di Kelenteng Lam
  Tjeng Bio å —é –å»Ÿ, Jakarta, Boen Tek Bio 文德廟, Tangerang, Tong
 Phek
  Bio æ ±å£ å»Ÿ, dan Ling Hok Bio é ˆç¦ å»Ÿ, Semarang―memungkinkan
 struktur
  atap yang melengkung hingga membentuk busur berdiameter luar biasa besar,
  pada gaya arsitektur Hokkian selatan. Kuda-kuda ini berbeda dengan
 kuda-kuda
  barat pada rumah modern kita, yang tidak memungkinkan
 lengkungan-lengkungan
  cantik seperti itu. Kuda-kuda barat menghasilkan struktur atap yang
 berupa
  garis lurus, sehingga atap yang melengkung tidak akan tercapai.
Â
Di bawah ini ada beberapa gambar yang menjelaskan struktur kuda-kuda
  Tionghoa: yang sebagian boleh dapet ngunduh dari internet, sebagian lagi
  koleksi pribadi.
Â
   
Â
Sumber: http://www.reflection3d.com/chinesetraditionalarchitecturedan
  http://www.reflection3d.com/19Huang.pdf
Â
   
Â
Sumber:
 
 http://1.bp.blogspot.com/_eFESZhWXX-A/SUqVdB2cg8I/Abs/QBv6v58Kgkc/s400/Timber_hall.gif
Â
Â
Â
Â
Kelenteng Thian Hock Keng, Singapura, yang sudah dipugar dengan baik
  (kol. pribadi)
Â
   
Â
Kuda-kuda bangunan Depan (kol. pribadi)
Â
   
Â
Paseban Kelenteng Hwie Ing Kiong æƒ æ¦®å®®, Madiun (kol. pribadi)
Â
Kiongchiu,
DK
Â
Ning M. Widjaja wrote:
Â
Kelenteng tua umumnya terbuat dari kontruksi kayu dan berpondasi batu
  granit potongan. Bisa di lihat di klenteng Kwan Im di sebelah jembatan
  Ampera di Palembang. Juga kelenteng di pelabuhan Singaraja, Bali, Bun Tek
  Bio Tangerang, dan banyak kelenteng tua di pesisir utara P. Jawa mulai
 dari
  cirebon sampai ke Tuban (sayang kelenteng Tuban juga sudah di pugar).
  Konstruksi kayu sangat bagus terawat.
Â
Mohon perhatian ada kecenderungan merubah bangunan kelenteng dengan
  bangunan modern, maklum ketidak tahuan pengurus kelenteng atas nilai
  arsitekturan sering menyedihkan dan berakibat rusaknya angunan
 kelenteng
  tua - contohnya seperti di Pulau Kemarau Palembang dan Kelenteng Bun San
 Bio
  di Tangerang.
Â
Ben wrote:
Â
Btw untuk kelenteng2 jaman dulu, struktur atapnya dibuat dengan bahan
  apa ya? Mengingat bentuknya yg cekung...
Â
   
  
 
 
 

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah tempat persembahyangan orang Tiong Hoa [1 Attachment]

2009-05-04 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Maaf Sdr. Ardian,

Mungkin yg jelasnya saya kirimkan dlm format gambar saja tulisannya. Mohon
penjelasan dan mohon bagaimana sebaikknya diterjemahkan kedalam bahasa
Melayu.

Salam hormat.

2009/5/4 ardian_c ardia...@yahoo.co.id



 fontnya gak keluar, apa yg dimaksud itu 院 ? 寺 ?or èˆ ï¼Ÿ

 kalu she èˆ itu pasnya disebut kuti

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 nmwhtt nmw...@... wrote:
 
  Saudara Sekalian,
 
  Kalau yang pake Ie #38498; dan Si #31072; artinya apa ya. Mohon
 sumbangsih pelikiran dan pengalaman saudara sekalian.
 
  Salam hormat.
 
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 ardian_c ardian_c@ wrote:
  
   ya jawaban gw seh gak sistematis, gak tau bisa diterima gak ya
 huehehehehehehehe
  
   kiong=gong, sebutan tempat ibadat Taoisme sejak jaman Tang, sebelonnya
 sebutannya macem2, bisa disebut jing, se jg bisa.
  
   sie=si, sekarang ini dipake utk sebutan tempat ibadat agama Buddha,
 aslinya itu sebutan buat tempat ibadat agama asing, contoh jingsi=gereja
 nestorian, qingzhen si=mesjid/sinagoga.
   Aslinya adalah pelataran tempat menambat kuda utk para tamu2 asing
 jaman dinasti Han.
  
   bio=miao, tempat ibadat penghormatan para leluhur jaman Xia, Shang,
 Zhou terutama buat keluarga kerajaan dan pejabat. RAKYAT jelata TIDAK ada
 HAK membangun MIAO.
   Masuk jaman QING, dibangun banyak WU MIAO=kelenteng Kwan Kong. Secara
 umum miao milik org Tionghoa walau ada bbrp miao yg memiliki ciri khas
 Taoisme atau Ruism.
   Contohnya Huang Daxian miao ( Tao , Hongong )Chi Gong miao ( Tao,
 Hongkong ), Wende Miao ( Ru, Surabaya ), Zeng Zi miao ( Ru, Tiongkok ), Kong
 Miao ( Ru, Tiongkok ).
  
   Tang itu tempat ibadat perseorangan/kecil, bisa mengacu kepada Tao,
 Buddhisme bahkan gereja sekarang ini pake sebutan jiao tang, sedangkan Ru di
 Indonesia pake sebutan Li Tang.
   Sebenarnya jaman dulu yg namanya shuyuan ( sekolah ) ada jiao tang dan
 li tang.
  
   An= khusus wanita, baik itu nigu/bhikkuni or jg daogu/tosu perempuan,
 bisa jg utk para caima yg jadi ciri khas Khe. Biasanya yg caima disebutnya
 Zai an.
  
   Gereja itu sebutan utk tempat ibadah tionghoa jaman belanda, ada satu
 tempat di Bogor yg masih ada tulisan Geredja Boeloe tapi itu papan nama
 dicabut dgn alesan itu adalah VIHARA !
   Padahal di Geredja Boeloe ada altar yg namanya Sanjiao jiaozhu or
 pemimpin 3 agama, itu jg dilempar gak tau kemana.
   Yg masih tersisa itu Xuan Tian ShangDi yg ada diatas.
  
   Vihara itu hasil jerihpayah DEWI dewan wihara indonesia.
  
   Kelenteng ada bbrp pendapat tentang asal kata kelenteng :
   1.Guan Yin Ting/ Kwan Im Teng
   2.Bunyi2an ting ting
  
   But Kelenteng itu sebutan khas di Jawa.
   Di Kalimantan , di Singkawang misalnya sebutannya macam2, rata2
 taipakung/pakung utk menyebut bio, cai tong ( bukan am ) utk para caima, sin
 miao buat para tatung/laoya/jitong/tangki.
   Sedangkan di Singapore tempat para jitong rata2 disebutnya shentan
 /sintua.
   Di Riau sebutannya disebut Laoya keng.
  
   Seee ?
  
   Moga2 bisa memuaskan biar jawaban gw amburadul gene
  
  
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 nmwhtt nmwhtt@ wrote:
   
Saudara - Saudara sekalian,
   
Kalau kita perhatikan dengan seksama, tempat persembahyangan orang
 Tiong Hoa yang Hud Kauw, Kong Kauw, To Kau dan Sam Kauw ditulisnya pada
 namanya dengan sebutan yang beragam seperti BIO #24287; , KIONG #23470; ,
 SHI #23546; , TONG #22530; , SI #31072; , dan beberapa istilah lagi.
   
Ketika di terjemahkan dalam bahasa Melayu Tinggi ( Bahasa Indonesia )
 karena tidak ada standarnya banyak yang menterjemahkan sebagai KLENTENG,
 KUIL, VIHARA dan bahkan saya pernah melihat papan nama sebuah tempat
 persembahyangan dengan sebutan GEREJA (walau sudah tidak dipakai lagi
 sekarang).
   
Saya minta masukan dari para Saudara yang berapa banyak dan sedikit
 pengetahuan tentang ini agar bisa berbagi. Khususnya kepada Ko David Kwa
 yang penjelasannya sangat rational, systematis dan berpandangan luas tetapi
 tetap bebas, sangat saya harapkan pencerahannya.
   
Hormat saya,
(Masih Belajar Budi Pekerti)
   
  
 

  



Re: [budaya_tionghua] Renovasi Kelenteng!

2009-05-04 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Sdr. Ben,

Saya kebetulan ada buku untuk konstruksi atap model tiongkok dan pekerjaan
kayu kapnya ygn sistim interlok. Bila tertarik boleh hubungi saya lewat
email nanti saya buatkan scan gambarnya.


2009/5/4 Ben ben_wihar...@yahoo.com.sg



 setelah melihat website yg sempat dikasi kmrn, sy masih bingung, itu
 pelengkungnya pakai bahan apa? Saat ini sy sdg menghitung pekerjaan
 pembangunan klenteng, menurut design dari arsitek pelengkung itu menggunakan
 plat beton yg dicor.


 -Original Message-
 From: David Kwa
 Sent: 04/05/2009 6.03.42 PM
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Renovasi Kelenteng!

 Saya setuju Pak Xiao dan Pak Chen diundang kasih seminar tentang arsitektur
 Tionghoa tradisional. Mereka kan pakarnya. Tapi jangan cuma kita-kita aja
 yang diundang, para pengurus kelenteng utamanya wajib diundang, biar tidak
 salah waktu merenovasi. Bukannya merenovasi, salah-salah malah merusak!
 Kelenteng bagus-bagus malah jadi ancur secara arsitektur setelah direnovasi!

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 ardian_c ardia...@... wrote:
 
  secara umum rata2 atap rumah tiongkok membentuk lengkungan tidak ada yg
 murni lurus, contohnya bentuk rumah org Yue / Kong Hu.
 
  Ada baiknya kalau mr.Xiao en mr.Chen datang lagi kasih kita seminar soal
 itu plus cara pengolahannya.
 
  BTW mr.Xiao punya hasil renovasi diakui cantik dan mendapat penghargaan
 dari UNESCO.
 
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 David Kwa david_kwa2003@ wrote:
  
   Seperti bangunan Tionghoa tradisional umumnya, baik bangunan tempat
 tinggal maupun kelenteng, struktur kuda-kuda atap kelenteng tua dibuat dari
 bahan kayu, di Jawa umumnya jati, dengan “tulangan†dari tanah liat yang
 dibakar seperti genteng, dengan pengikat dari semen dan kapur. Kuda-kuda
 khas Tionghoa―bisa dilihat, antara lain, pada paseban di Kelenteng Lam
 Tjeng Bio å —é –å»Ÿ, Jakarta, Boen Tek Bio 文德廟, Tangerang, Tong Phek
 Bio æ ±å£ å»Ÿ, dan Ling Hok Bio é ˆç¦ å»Ÿ, Semarang―memungkinkan struktur
 atap yang melengkung hingga membentuk busur berdiameter luar biasa besar,
 pada gaya arsitektur Hokkian selatan. Kuda-kuda ini berbeda dengan kuda-kuda
 barat pada rumah modern kita, yang tidak memungkinkan lengkungan-lengkungan
 cantik seperti itu. Kuda-kuda barat menghasilkan struktur atap yang berupa
 garis lurus, sehingga atap yang melengkung tidak akan tercapai.
   Â
   Di bawah ini ada beberapa gambar yang menjelaskan struktur kuda-kuda
 Tionghoa: yang sebagian boleh dapet ngunduh dari internet, sebagian lagi
 koleksi pribadi.
   Â
  
   Â
   Sumber: http://www.reflection3d.com/chinesetraditionalarchitecture dan
 http://www.reflection3d.com/19Huang.pdf
   Â
  
   Â
   Sumber:
 http://1.bp.blogspot.com/_eFESZhWXX-A/SUqVdB2cg8I/Abs/QBv6v58Kgkc/s400/Timber_hall.gif
   Â
   Â
   Â
   Â
   Kelenteng Thian Hock Keng, Singapura, yang sudah dipugar dengan baik
 (kol. pribadi)
   Â
  
   Â
   Kuda-kuda bangunan Depan (kol. pribadi)
   Â
  
   Â
   Paseban Kelenteng Hwie Ing Kiong æƒ æ¦®å®®, Madiun (kol. pribadi)
   Â
   Kiongchiu,
   DK
   Â
   Ning M. Widjaja wrote:
   Â
   Kelenteng tua umumnya terbuat dari kontruksi kayu dan berpondasi batu
 granit potongan. Bisa di lihat di klenteng Kwan Im di sebelah jembatan
 Ampera di Palembang. Juga kelenteng di pelabuhan Singaraja, Bali, Bun Tek
 Bio Tangerang, dan banyak kelenteng tua di pesisir utara P. Jawa mulai dari
 cirebon sampai ke Tuban (sayang kelenteng Tuban juga sudah di pugar).
 Konstruksi kayu sangat bagus terawat.
   Â
   Mohon perhatian ada kecenderungan merubah bangunan kelenteng dengan
 bangunan modern, maklum ketidak tahuan pengurus kelenteng atas nilai
 arsitekturan sering menyedihkan dan berakibat rusaknya angunan kelenteng
 tua - contohnya seperti di Pulau Kemarau Palembang dan Kelenteng Bun San Bio
 di Tangerang.
   Â
   Ben wrote:
   Â
   Btw untuk kelenteng2 jaman dulu, struktur atapnya dibuat dengan bahan
 apa ya? Mengingat bentuknya yg cekung...
   Â
  
 

  



Re: [budaya_tionghua] Pinang Pencetus Kanker Mulut? (Was: Bikini Seksi Penjual Pinang)

2009-05-04 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Sepertinya kebiasaan makan sirih pinang itu sudah budaya di Asia Selatan,
Tenggara, Kep. Pacific dan sebagian Tiongkok bagian selatan.

Saya pernah dengar memang kebiasaan itu bisa meningkatkan kecenderungan
kanker mulut - dengan catatan mereka yang nyirih dengan kebiasaan
mempergunakan susur dan ngemut susur dalam waktu lama - susur yang dimaksud
adalah segumpal tembakau- yg dlm waktu lama menyebabkan gigi berwarna hitam
seperti batu bara.

Jadi kemungkinan yg menyebab kanker itu tembakau yg memang diketahui
bersifat karsinogenik; sedang pinang sendiri di sinyalir bisa memperbaiki
fungsi daya ingat otak dan menghambat kepikunan (Alzheimer disease), kapur
sebagai supply calsium yg jelas gunanya, campuran lain seperti gambir,
sirih, kapulaga adalah stimulan dan bersifat disinfektan.

2009/5/4 Ophoeng opho...@yahoo.com



 Bung Zhoufy, Bung Alfonso dan TTM semuah,

 Hai, apakabar? Sudah makan?

 Terima kasih buat Bung Alfonso yang sudah berbagi cerita dan video ttg si
 gadis seksye penjual pinang ini ya.

 Hehehe... tradisi mengunyah pinang sirih, ternyata cukup meregional,
 kawasan Asia setidaknya pada suka juga. Seingat saya, nenek-nenek jaman saya
 kecil, di Cirebon, suka juga mengunyah pinang-sirih ini. Encim-cencim yang
 lebih muda sih jarang, apalagi enci-enci yang masih pada gadis. Jarang
 ditemui engkong-engkong atau encek-encek yang menginang, begitu istilahnya.
 Sementara yang lelaki masih lebih merasa macho dengan rokok tingwe -
 linthing dhewe, pake daun jagung atau daun kawung, bagi yang golongan
 menengah bawah, dan kertas papir bagi yang mengah atas. Yang kalangan atas
 tentu saja lebih suka 'asap wangi' aka xiang-yen, aka rokok atau lisong
 cerutu.

 Kalangan menak bangsawan Melayu di Semenanjung Malaka mestinya juga punya
 tradisi mengunyah pinang dan sirih ini. Ada istilah 'sekapur sirih' sebagai
 pembuka - kayaknya dulu merupakan ritual basa-basi para bangsawan ketika
 saling bertamu. Nama kota Penang di Malaysia, mestinya berasal dari Pinang
 ini.

 Tapi, memang tidak ada yang sangat keranjingan mengunyah pinang seperti di
 Taiwan.

 Saya ingat pada tahun 1991-an ke sana, di Taipei, di mana-mana tempat orang
 jual pinang. Sudah tinggal dikunyah saja. Mereka mengunyah pinang seperti
 anak-anak Amrik mengunyah permen karet saja. Tua-muda, besar-kecil,
 laki-perempuan. Di toko-toko yang jual barang kelontong sekalipun, ada satu
 sudut dengan meja kecil dan lemari kaca tempat juwal pinang. Waktu itu, baru
 pertama kali saya datang saja sudah langsung terpaksa menanyakan ihwal
 penjual pinang ini, saking banyaknya penjual pinang sehingga mau tak mau
 mencuri perhatian kita. Saya baru tahu bahwa sekarang penjual pinang di
 Taiwan sudah dipermoderen dengan sentuhan sensual yang agak-agak vulgar
 begitu.

 Tradisi memanfaatkan cewek juwalan begitu, kalau ndak salah kita juga punya
 legenda Nyi Roro Mendut. Yang juwalan rokok kelobot laris banget, diantri
 orang sekampung dari pagi sampai petang. Katanya sih dia menjual rokok
 dengan cara rokoknya dibakar dan dihisap dulu olehnya. Nah, rokok bekas
 hisapan si Nyai itu yang diantri dan laris sekali!

 Baguslah di Taiwan belum ada yang terkontaminasi legenda Nyi Roro Mendut.
 Kalau mereka tahu cara itu ternyata bikin laris juwalan, bisa-bisa akan ada
 antrian panjang orang menunggu pinang bekas kunyahan si cewek seksye
 berbikini. Repot dah!

 Yang agak mengherankan, di tayangan Youtube yang Bung Alfonso sediakan itu,
 ternyata ada pernyataan dari seorang dokter gigi yang bilang bahwa kebiasaan
 mengunyah pinang menyebabkan timbulnya kanker mulut. Tapi sebaliknya saya
 pernah baca entah di mana lupa, bahwa kebiasaan mengunyah sirih-pinang (ubo
 rampenya: sirih, pinang, dan kapur + segumpal tembako untuk menghisap air
 pinang) justru is good for your teeth! Entah mungkin ada pengaruh kapur dan
 sirih plus tembako-nya?

 Nenek-nenek kita jaman dulu, kayaknya sih lebih menjaga kebersihannya.
 Mereka yang gemar mengunyah sirih, kalau ndak salah punya tempolong khusus
 untuk meludah. Ndak mau sembarangan meludah kayak kolega-nya yang di
 Taiwan(?) itu ya. Mengunyah sirih pinang begitu, memang kayak orang merokok
 saja. Atau bahkan hampir seperti orang menghisap candu? Maksudnya jadi
 kecanduan gitu, lho!

 Air liur yang terkena pinang, kayaknya sih ndak merah-merah amat mirip
 darah warna-nya. Agak oranye begitu. Di taman depan rumah saya ada tumbuh
 beberapa pohon sawit (masih kerabat ama pinang?) yang buahnya sering
 berjatuhan. Anjing-anjing saya (ada 9 ekor) kalau pagi dan sore diumbar,
 sering berebut mengunyah-kunyah buah sawit itu. Mereka suka menghisap-hisap
 kulitnya yang bersabut, persis nenek-nenek kita mengunyah pinang. Sehabis
 sarinya, mereka akan melephkan sabutnya. Persis orang yang mengunyah pinag
 begitu. Mulut anjing-anjing itu juga akan berwarna merah-oranye tua. Setelah
 habis sabutnya, mereka suka mengelethaki kulit sawitnya, dan memakan isinya
 yang berdaging mirip kelapa. Katanya, daging buah sawit is good for you tuh,
 jeh!

 

[budaya_tionghua] Boe Lo Loe - 無老路 sebuah kelenteng yang dinamai greja dalam bhs Melayu Rendah

2009-05-04 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Saudara Sekalian,

Saya ingin berbagi cerita tentang Kelenteng yang dinamai Greja Boe Lo Lou
無老路 (Jalan Tanpa Usia Tua) yang berlokasi di Sukasari, Kota Bogor.
Demikianlah seberapa sedikit yang saya alami sendiri dan seberapa sedikit
yang saya dengar. Mohon masukannya.

Demikianlah yg saya ketahui klenteng Greja Boe Lo Loe yang dimasa orba di
ganti nama menjadi Vihara Dewi Bulan Candrasari dan lalu sekarang menjadi
Vihara Dharmakaya yang dikelola oleh kelompok Suhu Teng Hay dari Vihara
Vajra Bodhi, Tajur, Bogor.

Kelenteng ini di bangun atas kemurahan hati mendiang Ibu Tuan Tanah Kwitang
yg bernama Teng Oen Giok diatas sebidang tanah yg cukup luas di tanjakan
Sukasari pada awal tahun 1940'an (?). Kelenteng dibangun dalam bentuk vila
dengan bangunan utama ditengah pekarangan dan sebuah menara tingkat 2 dengan
tangga melingkar di sebelah timur bangunan utama. Bangunan tambahan terpisah
berbentuk 'L' mengelilingi bangunan utama di sebelah barat dan utara.
Dibangun dengan gaya campuran Belanda Tropis, dengan atap limasan.
Jendela,pintu dan dan perabotan sebagian besar berukir gaya Tionghoa
peranakan kemungkianan buatan Soanci. Sebagian kursi meja mempergunakan batu
marmer bergambar Tay Li. Disetiap sudut pancuran terdapat gentong keramik
raksasa untuk menampung air hujan sebagai air minum. Halaman muka belakang
dan samping timur ditumbuhi tanaman lengkeng besar (sudah tumbang semua
sekarang). Seluruh bangunan ti kelilingi tembok 2 lapis yang cukup tinggi
dengan gerbang berlapis.

Mendiang Nyonya Besar Teng Oen Giok mendedikasikan semua ini kepada Ma Suhu
Tan Eng Nio 陳英娘嬤師父 selanjutnya bangunan ini dikenal sebagai Bio Ma Suhu. Ma
Suhu seorang biarawati yang tidak memotong dan tidak mengikat rambut dan
selalu berpakaian putih dan memakai kain batik panjang.

Sebelum menjadi suhu, beliau pernah menikah tanpa anak dan tinggal di
Jatinegara, dan suaminya adalah pekerja di toko foto Djoa Djin Som di
Matraman disebelah jembatan kereta api dan selanjutnya juga menjadi Bioskop
Sentral. Semeninggal suami, beliau menjadi Suhu dan tinggal di Bogor karena
di perkirakan beliau kelahiran di Bantar Kambing, Semplak, Bogor dari
lingkungan keluarga besar Kwee di sana.

Kalau mendengarkan cerita, sepertinya Ma Suhu menjalankan ajaran Tantra
bercampur aliran mistis Tao. Diakui memiliki kekuatan supernatural,
berkebiasaan hanya minum dan makan yg dimask dengan air hujan, seorang
vegetarian murni dan sangat memuja Dewi Kwan Im. Menara tingkat dua dipakai
beliau untuk bertapa pada waktu-waktu tertentu dan dalam waktu yang lama.
Konon menara ini selalu terkunci dan hanya boleh di kunjungi pada waktu
tertentu setelah orang yang akan berkunjung melakukan cia chay beberapa
hari. Seumur hidupnya beliau di layani oleh pelayan setia yang bernama Acim
On.

Selama bertapa Ma Suhu mengunci diri dan tidak boleh diganggu dalam menara
sampai beberpa hari. Ketika bertapa, beliau tidak makan dan minum dan hanya
memakai selembar kain putih untuk menutupi badan.

Dalam perjalanan waktu, Ma Suhu mengangkat beberapa murid dari wilayah Bogor
dan dari Pasar Baru ,dan mengangkat anak seorang Jatinegara bernama Oej Lo
Hie 黃羅喜 yang beristrikan Khouw San Niu 許善娘 anak dari Khouw Bun Eng (Man. ?)
yang tak lain juga toa ku Oej Lo Hie) seorang saudagar dan tuan tanah  地主
dari Emui yang menikah dengan istri dari marga Kwee kelahiran Bantar
Kambing. Kemungkinan besar karena pertalian saudara Piauw diantara para
wanita dari Bantar Kambing ini, maka Ma Suhu mengankat anak tersebut.

Ma Suhu meninggal di akhir tahun 1950an dan dimakamkan di Gunung Gadung
(bila ada yg tahu letak makam ini, mohon infonya).Dua keanehan ygn
disaksikan orang banyak yaitu, seprai tempat tidur dimana beliau meninggal
meninggalkan bekas berbentuk tubuh Ma Suhu dan berwarna kuning. Keanehan
kedua, setelah badan beliau di bersihkan dan di berikan pakaian penguburan,
badan beliau di letakan di kursi dalam posisi duduk dengan kaki diatas
dampar (kursi alas kaki) untuk di sembahyangkan. Seusai sembahyang, kaki
beliau bergerak sendiri dari dampar dan tepat memasuki sepasang selop yang
disediakan di lantai, dan baru setelah itu badan dipindahkan ke dalam kwan
chai.

Dalam upacara kematian, keluarga besar 3 turunan Oej Lo Hie yang memakai toa
ha. Upacara dihadiri banyak hweesio dari Hokkian dan Hongkong yang kebetulan
sedang ada di Betawi. (Foto-foto Ma Suhu semasa hidup dan upacara
kematiannya pernah disimpan di altar Kwan Im dari anak perempuan tertua dari
Oej Lo Hie - sayangnya semua dimusnahkan ketika mereka pindah kekeyakinan
lain menjelang tahun-tahun akhir kehidupannya).

Semeninggalnya Ma Suhu terjadi perseteruan diantara murid-muridnya untuk
menduduki Bio Ma Suhu ini. Memang para murid Ma Suhu sebagian mondok di
sana. Dalam hal ini kel besar Oej Lo Hie menghindar dari kemelut ini.

Kemelut Bio Ma Suhu terselesaikan dengan diserahkannya bio ini di bawah
binaan Suhu Teng Hay di tahun 2000an sampai sekarang dan menjadi Vihara
Dharmakaya.

Ruang-ruang :

Pada awalnya di akhir thn 1970an 

Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah tempat persembahyangan orang Tiong Hoa [1 Attachment]

2009-05-04 Terurut Topik Ning M. Widjaja
) dengan nama aslinya boleh tetap dipakai, sedang di Jakarta
 dan Jawa Barat VIHARA (WIHARA) dengan nama-nama berbau Pali atau Sansekerta;
 pokoknya asal bukan KELENTENG. Misalnya, TEMPAT IBADAH TRIDHARMA (TITD) Tjoe
 Hwie Kiong æ…ˆæƒ å®® (Man. Cihui Gong), Rembang, dan VIHARA Dhanagun, Bogor,
 yang sebelum orde babe bernama KELENTENG Hok Tek Bio ç¦ å¾·å»Ÿ (Man. Fude
 Miao). Supaya istilah KELENTENG boleh tetap dipakai―karena tidak terasa
 “kecina-cinaan†―maka para penulis buku tentang agama Tionghoa harus
 mati-matian mempertahankan pendapat bahwa istilah KELENTENG itu asli
 Indonesia, bukan berasal dari istilah KOAN-IM TENG!

 Mengapa bisa terjadi di Jakarta dan Jawa Barat KELENTENG menjadi VIHARA
 (WIHARA), sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur TEMPAT IBADAH TRIDHARMA
 (TITD)? Patut diketahui, di Jakarta dan Jawa Barat banyak dewa-dewi
 tuanrumah KELENTENG dipaksa “pindah agama†dari Sam Kauw 三教 (Man. San
 Jiao, atau Tri Dharma alias “Tiga Ajaran†) ke Hoet Kauw 佛教 (Man. Fo
 Jiao, ajaran Buddha) alias Sek Kauw 釋教 (Man. Shi Jiao), antara aliran
 Theravada dan Buddhayana, karena hanya Hoet Kauw lah yang diakui oleh
 pemerintah orde babe; Khong Kauw (Man. Kong Jiao) å­æ•™ alias Djie Kauw
 å„'æ•™ (Man. Ru Jiao), dibiarkan mengambang; diakui tidak, tidak diakui juga
 tidak; sedangkan To Kauw é æ•™ (Man. Dao Jiao) tidak, bahkan sampai kini.
 Pemaksaan secara sistematis tersebut dilakukan dengan mengintimidasi para
 pengurus kelenteng, bahwa kelentengnya akan ditutup, kalau tidak mau
 “pindah agama.†Untuk “pindah agama†caranya mudah, letakkan saja
 sebuah arca Buddha (Buddharupang) di meja altar paling depan yang menghadap
 ke dalam, jadilah kelenteng itu sebuah VIHARA (WIHARA)! Akibatnya, generasi
 muda Tionghoa di Jakarta dan Jawa Barat banyak yang sulit membedakan yang
 mana KELENTENG, yang mana VIHARA (WIHARA). Padahal sederhana saja, dalam
 bahasa Inggris KELENTENG adalah “Chinese Temple†dan VIHARA (WIHARA)
 “Buddhist Temple.â€

 Di Jawa Tengah dan Jawa Timur hal itu tidak terjadi; Sam Kauw di sana
 berhasil melewati “masa-masa sulit†atas kegigihan beberapa tokohnya,
 antara lain yang saya tahu, Tikno (“Oom†Tik) dari Semarang dan Ong Kie
 Tjay dari Surabaya, sang ketua Gabungan Sam Kauw Indonesia Jawa Timur,
 bertahan dengan konsep Sam Kauw-nya. Akibatnya, nama TEMPAT IBADAH TRIDHARMA
 (TITD) lah yang dipakai.

 Lalu, istilah KUIL (TIONGHOA) semata-mata merupakan terjemahan dari istilah
 Belanda (CHINEESCH) TEMPEL dan istilah Inggris (CHINESE) TEMPLE. Itu saja.
 Istilah umum ini kurang lazim digunakan bagi rumah ibadah Tionghoa. Selain
 KUIL Tionghoa, tentu masih ada ada KUIL Buddha, Hindu, Shinto dll.

 Kiongchiu,
 DK


 Ning M. Widjaja wrote:

 Saudara - Saudara sekalian,

 Kalau kita perhatikan dengan seksama, tempat persembahyangan orang Tiong
 Hoa yang Hud Kauw, Kong Kauw, To Kau dan Sam Kauw ditulisnya pada namanya
 dengan sebutan yang beragam seperti BIO #24287; , KIONG #23470; , SHI
 #23546; , TONG #22530; , SI #31072; , dan beberapa istilah lagi.

 Ketika di terjemahkan dalam bahasa Melayu Tinggi (Bahasa Indonesia) karena
 tidak ada standarnya banyak yang menterjemahkan sebagai KLENTENG, KUIL,
 VIHARA dan bahkan saya pernah melihat papan nama sebuah tempat
 persembahyangan dengan sebutan GEREJA (walau sudah tidak dipakai lagi
 sekarang).

 Saya minta masukan dari para Saudara yang berapa banyak dan sedikit
 pengetahuan tentang ini agar bisa berbagi. Khususnya kepada Ko David Kwa
 yang penjelasannya sangat rational, systematis dan berpandangan luas tetapi
 tetap bebas, sangat saya harapkan pencerahannya.

 Hormat saya,
 (Masih Belajar Budi Pekerti)

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Istilah tempat persembahyangan orang Tiong Hoa

2009-05-03 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Kamsia Sdr. Ardian.

Sangat jelas dan menyenangkan penjelasannya. Mudah-mudahan masih ada
sumbangan pikiran lainnya juga

Salam hormat

2009/5/2 ardian_c ardia...@yahoo.co.id



 ya jawaban gw seh gak sistematis, gak tau bisa diterima gak ya
 huehehehehehehehe

 kiong=gong, sebutan tempat ibadat Taoisme sejak jaman Tang, sebelonnya
 sebutannya macem2, bisa disebut jing, se jg bisa.

 sie=si, sekarang ini dipake utk sebutan tempat ibadat agama Buddha, aslinya
 itu sebutan buat tempat ibadat agama asing, contoh jingsi=gereja nestorian,
 qingzhen si=mesjid/sinagoga.
 Aslinya adalah pelataran tempat menambat kuda utk para tamu2 asing jaman
 dinasti Han.

 bio=miao, tempat ibadat penghormatan para leluhur jaman Xia, Shang, Zhou
 terutama buat keluarga kerajaan dan pejabat. RAKYAT jelata TIDAK ada HAK
 membangun MIAO.
 Masuk jaman QING, dibangun banyak WU MIAO=kelenteng Kwan Kong. Secara umum
 miao milik org Tionghoa walau ada bbrp miao yg memiliki ciri khas Taoisme
 atau Ruism.
 Contohnya Huang Daxian miao ( Tao , Hongong )Chi Gong miao ( Tao, Hongkong
 ), Wende Miao ( Ru, Surabaya ), Zeng Zi miao ( Ru, Tiongkok ), Kong Miao (
 Ru, Tiongkok ).

 Tang itu tempat ibadat perseorangan/kecil, bisa mengacu kepada Tao,
 Buddhisme bahkan gereja sekarang ini pake sebutan jiao tang, sedangkan Ru di
 Indonesia pake sebutan Li Tang.
 Sebenarnya jaman dulu yg namanya shuyuan ( sekolah ) ada jiao tang dan li
 tang.

 An= khusus wanita, baik itu nigu/bhikkuni or jg daogu/tosu perempuan, bisa
 jg utk para caima yg jadi ciri khas Khe. Biasanya yg caima disebutnya Zai
 an.

 Gereja itu sebutan utk tempat ibadah tionghoa jaman belanda, ada satu
 tempat di Bogor yg masih ada tulisan Geredja Boeloe tapi itu papan nama
 dicabut dgn alesan itu adalah VIHARA !
 Padahal di Geredja Boeloe ada altar yg namanya Sanjiao jiaozhu or
 pemimpin 3 agama, itu jg dilempar gak tau kemana.
 Yg masih tersisa itu Xuan Tian ShangDi yg ada diatas.

 Vihara itu hasil jerihpayah DEWI dewan wihara indonesia.

 Kelenteng ada bbrp pendapat tentang asal kata kelenteng :
 1.Guan Yin Ting/ Kwan Im Teng
 2.Bunyi2an ting ting

 But Kelenteng itu sebutan khas di Jawa.
 Di Kalimantan , di Singkawang misalnya sebutannya macam2, rata2
 taipakung/pakung utk menyebut bio, cai tong ( bukan am ) utk para caima, sin
 miao buat para tatung/laoya/jitong/tangki.
 Sedangkan di Singapore tempat para jitong rata2 disebutnya shentan /sintua.
 Di Riau sebutannya disebut Laoya keng.

 Seee ?

 Moga2 bisa memuaskan biar jawaban gw amburadul gene


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 nmwhtt nmw...@... wrote:
 
  Saudara - Saudara sekalian,
 
  Kalau kita perhatikan dengan seksama, tempat persembahyangan orang Tiong
 Hoa yang Hud Kauw, Kong Kauw, To Kau dan Sam Kauw ditulisnya pada namanya
 dengan sebutan yang beragam seperti BIO #24287; , KIONG #23470; , SHI
 #23546; , TONG #22530; , SI #31072; , dan beberapa istilah lagi.
 
  Ketika di terjemahkan dalam bahasa Melayu Tinggi ( Bahasa Indonesia )
 karena tidak ada standarnya banyak yang menterjemahkan sebagai KLENTENG,
 KUIL, VIHARA dan bahkan saya pernah melihat papan nama sebuah tempat
 persembahyangan dengan sebutan GEREJA (walau sudah tidak dipakai lagi
 sekarang).
 
  Saya minta masukan dari para Saudara yang berapa banyak dan sedikit
 pengetahuan tentang ini agar bisa berbagi. Khususnya kepada Ko David Kwa
 yang penjelasannya sangat rational, systematis dan berpandangan luas tetapi
 tetap bebas, sangat saya harapkan pencerahannya.
 
  Hormat saya,
  (Masih Belajar Budi Pekerti)
 

  



Re: [budaya_tionghua] Renovasi Klenteng !

2009-05-01 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Kelenteng tua umuumnya terbuat dari kontruksi kayu dan berpondasi batu
granit potongan. Bisa di lihat di klenteng Kwan Im di sebelaj jembatan
Ampera di Palembang. Juga kelenteng di pelabuhan Singaraja, Bali, Bun Tek
Bio Tangerang, dan banyak kelenteng tua di pesisir utara P. Jawa mulai dari
cirebon sampi ke Tuban ( sayang kelenteng Tuban juga sudah di pugar ).
Konstruksi kayu sangat bagus terawat.

Mohon perhatian ada kecenderungan merubah bangunan kelenteng dengan bangunan
modern, maklum ketidak tahuan pengurus kelenteng atas nilai arsitekturan
sering menyedihkan dan berakibat rusaknya angunan kelenteng tua -
contohnya seperti di Pulau Kemarau Palembang dan Kelenteng Bun San Bio di
Tangerang.


2009/5/2 Ben ben_wihar...@yahoo.com.sg



 Btw untuk kelenteng2 jaman dulu, struktur atapnya dibuat dengan bahan apa
 ya? Mengingat bentuknya yg cekung..


 -Original Message-
 From: raharjo irawan
 Sent: 02/05/2009 8.01.30 AM
 Subject: [budaya_tionghua] Renovasi Klenteng !

 Semarang, 02 Mei 2009.

 Kira-kira tahun 2007 yang lalu, ada seorang sahabat dari Jakarta yang
 koleksi foto klenteng nya dipasang di banyak klenteng ( pemegang rekor muri
 untuk foto klenteng tebanyak di Indonesia ). Beliau mengajak seorang pembuat
 / pemugar klenteng dari Palembang ( nama dan kartu namanya akan saya cari
 lagi, kalau tidak salah bermarga Tan ).

 Orang tersebut pernah di ajak untuk keliling klenteng-klenteng di Semarang
 untuk penawaran pemugaran, namun usahanya ketika itu tampaknya belum membawa
 hasil.

 Mungkin di antara teman-teman BT ini ada yang mengenal beliau ???

 Untuk klenteng-klenteng di Semarang yang sudah dipugar dengan gaya modern
 itu adalah: Klenteng Sam Poo Tong yang lebih mirip istana daripada klenteng,
 Klenteng Kwan Ling Sie ( Kebon Jeruk ), Klenteng Tri Noto Buko Bawono ( Sam
 Hong ), Klenteng Hok Tek Bio ( Bugangan ), dan Klenteng Jiu San Tang (
 Kenanga - yang terkenal sebagai klenteng cai ma ).

 Kelihatannya ada kecenderungan untuk memegahkan bangunan klenteng, agar
 kelihatan klenteng itu berkembang pesat.

 Salam,
 Irawan R

  



Re: [budaya_tionghua] info kebakaran di dalam vihara-Banten

2009-04-30 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Menyedihkan sekali ketika sahabat-sahabat dan saudara saya 3 hari lalu
menceritakn kisah terbakarnya alatar Kwan Im Hid Couw Bio Banten.

Sudah saatnya masyarakat lebih menaruh perhatian pada kepengurusan
kelenteng-kelenteng tua. Tidak di pungkiri aset dan liquiditas kas yang
dikelola swakelola oleh para pengurus yayasan, locu dan bio kong jumlahnya
sangat besar dan belum dikelola secara transparan dan akuntabel.

Belum lagi kasus raibnya banyak benda-benda anti di kelenteng-kelenteng tua
yang tidak ada catatan dalam hal ini seperti Kwan Im Hud Couw Bio Banten yg
telah saya kunjungi dan inapi sejak saya berumur 12 tahun, sekian tahun
banyak barang berupa lukisan, gambar, patung, lian, furniture dan
pernak-pernik altar yang hilang tanpa jejak ditambah lagi penambahan
bangunan yang tidak mengindahkan keindahan dan fungsi yang baik, sekedar
untuk menampung dana umat milyard demi milyard rupiah dan pekerjaan jasa
konstruksi dan pembelian material yang tideak pernah di audit.

Sayangnya lagi kesejahteraan dan pengurusan karyawan sangat diabaikan,
sampai terakhirpun keperluan persembahan dan persembahyangan sudah banyak
yang di sunat sampai sangat menyedihkan.

Mungkin sudah saatnya, kita semua sebagai pewaris legasi dari jasa-jasa para
leluhur terdahulu, untuk bisa memperjuangkan keberlangsungan
kelenteng-kelenteng dan dikelola secara baik dan benar dan terbuka.

Alangkah baiknya juga, bila dana kelenteng bisa di gunakan untuk kepentingan
peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya seperti pembangunan sekolah,
puskesmas, klinik, panti jompo, balai pelatihan ketrampilan, lembaga
[pendidikan budaya dan tradisi dsb.

Ironis, kelenteng seperti Bio Banten ini yang mewah, dikelilingi oleh
masyarakat yang amat sangat miskin baik dari kalangan penduduk daerah asli
setempat maupun yang keturunan warga Tiong Hoa.

Mudah-mudahan bisa ada yang tergugah dan mulai melakukan perbaruan demi
kebaikan yang lebih mulia.

Salam hormat,
(Masih Belajar Budi Pekerti)

2009/4/30 Jen Ku Luk jenku...@yahoo.co.id



 Rekan-rekan semuanya,
 Saya mendapatkan kiriman sms dari teman yang isinya bahwa Klenteng Dewi
 Kwan Im di Banten mengalami kebakaran di ruangan dalam,persisnya di altar
 yang menyebabkan patung Dewi Kwan Im juga ikut terbakar.
 Adakah rekan yang berdomisili didaerah tersebut yang bisa memberikan
 informasi tsb benar/tidak?
 Thank's a lot.

 Aluk.

 --
 Kunjungi halaman depan Yahoo! 
 Indonesiahttp://sg.rd.yahoo.com/mail/id/footer/def/*http://id.yahoo.com/yang
  baru!
 



[budaya_tionghua] OOT: Fwd: Mengenal flu babi [1 Attachment]

2009-04-29 Terurut Topik Ning M. Widjaja
-- Forwarded message --
From: tirtono.chan...@indofood.co.id
Date: Wed, Apr 29, 2009 at 10:56 AM
Subject: Mengenal flu babi
To: nia nz eugeniat...@yahoo.com, yhart...@arsisnet.com 
yhart...@arsisnet.com, budiantolukiwidj...@gmail.com 
budiantolukiwidj...@gmail.com, djikus...@gmail.com djikus...@gmail.com,
djajadi-glo...@cbn.net.id djajadi-glo...@cbn.net.id, 
ferrymi...@cbn.net.id ferrymi...@cbn.net.id, stjwa...@yahoo.com 
stjwa...@yahoo.com, soerj...@yahoo.com soerj...@yahoo.com, 
kreasi_mod...@yahoo.com kreasi_mod...@yahoo.com, henry...@yahoo.com 
henry...@yahoo.com, inigo...@yahoo.com inigo...@yahoo.com, 
merry...@yahoo.com merry...@yahoo.com, forever_inbluje...@yahoo.com 
forever_inbluje...@yahoo.com, molan...@hotmail.com molan...@hotmail.com,
nmw...@gmail.com nmw...@gmail.com, rudy.c...@yahoo.co.id 
rudy.c...@yahoo.co.id, steph_b...@yahoo.com steph_b...@yahoo.com, 
sur...@yahoo.com sur...@yahoo.com, samsusia...@yahoo.co.id 
samsusia...@yahoo.co.id, tdarm...@gmail.com tdarm...@gmail.com, 
hendra...@mpm-ho.com hendra...@mpm-ho.com, tommypa...@yahoo.com 
tommypa...@yahoo.com, hartojo_wahj...@yahoo.com 
hartojo_wahj...@yahoo.com, arth...@cbn.net.id arth...@cbn.net.id, 
wei.lian...@yahoo.com wei.lian...@yahoo.com, sumbe...@indosat.net.id 
sumbe...@indosat.net.id, wisana...@gmail.com wisana...@gmail.com, 
yana-...@cbn.net.id yana-...@cbn.net.id, yohana_supang...@yahoo.com 
yohana_supang...@yahoo.com, ladyr...@yahoo.com, stella yanti sely 
st3lla...@yahoo.com, SHIRLEY Wibawa shirley_wib...@yahoo.com, handy kebo
handysuwa...@yahoo.com, hprij...@cbn.net.id, mil...@cbn.net.id, Lucas
Samuel lucassamue...@yahoo.com.sg, rgane...@yahoo.com, ma meth 
ma_m...@yahoo.com, LS SANKYO ls.san...@yahoo.com



- Forwarded by Tirtono Chandra/TGR/INDOFOOD on 04/29/2009 10:43 AM -
  *syerlini dyah*
Sent by: Syerlini Dyah

04/29/2009 10:33 AM

To:
cc:(bcc: Tirtono Chandra/TGR/INDOFOOD)
Subject:Mengenal flu babi

Salam, Dyah Syerlini Y
PT. Indofood Fritolay Makmur
021 5575 7283 ext 133 ; Hp. 08128155126
P Please consider the environment before printing this email.
- Forwarded by Syerlini Dyah/TGR/INDOFOOD on 29/04/2009 10:44 AM -
  *syerlini dyah*
Sent by: Syerlini Dyah

29/04/2009 08:47 AM

To:
cc:
Subject:Mengenal flu babi


Just Share ...info ...



Salam, Syerli


___
This message is for the designated recipient only and may contain
privileged, proprietary, or otherwise private information. If you have
received it in error, please notify the sender and delete the message
immediately. Any other use of the email is prohibited.

___
This message is for the designated recipient only and may contain
privileged, proprietary, or otherwise private information. If you have
received it in error, please notify the sender and delete the message
immediately. Any other use of the email is prohibited.

__
This message is for the designated recipient only and may contain
privileged, proprietary, or otherwise private information. If you have
received it in error, please notify the sender and delete the message
immediately. Any other use of the email is prohibited.


Re: [budaya_tionghua] Re: Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang - Di perpustakaan

2009-04-12 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Mungkin saja Wikipedia itu tidak 100% akurat, tetapi referensi yang mereka
bukan hanya dari sudut pandang saja. Mereka memasukan referensi dari
berbagai pandangan juga yang termasuk kontra dan pro maupun yang netral .
Saya rasa informasi seperti ini bisa dapat di hormati.

Selain itu pada masa tersebut, banyak karya tulis dari bangsa-bangsa bukan
Han mempergunakan tulisan dengan huruf Han - bukan berarti karya tulisan
bangsa-bangsa non Han yang tertulis dengan huruf Han bisa di naifkan. Karean
fakta sejarah memang demikian dan karya merika memiliki nilai dan ciri yang
masing-masing unique.

Point saya, sebagai mana tua dan besar suatu kebudayaan - tak pernah bisa
berdiri sendiri tanpa di pengaruhi dan mempengaruhi kebudayaan lainnya.

Salam mudeng.

2009/4/12 a...@cbn.net.id



 Tiga sumber referensi itu tentu jauh lebih dapat dipercaya daripada
 wikipedia yang bisa diubah-ubah oleh sembarang orang. :-)

 Bravo Ardian! :-)


 ardian_c ardia...@yahoo.co.id ardian_c%40yahoo.co.id wrote:
  dibongkar2 dari :
  1.fojiao sanbaiti ·ð½Ì Èý°ÙÌá
  2.encyclopedia of buddhism
  3.Liang Qichao ( foxueyanjiu 18 pian ) ÁºÆô³¬ £¨·ðѧÑо¿ 18 ƪ £©
 
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmw...@...
  wrote:
 
  *Ko David Kwa,
 
  Iseng-iseng saya buka http://en.wikipediawikipedia.org saya search
 Buddhism,
  Tripitaka, Tipitaka dan hasilnya cukup mendalam dan referensinya cukup
  luas

  Salam hormat saya.
  üSôà¼Î / ŒŽµÚµÚ
 
  *
  2009/4/8 David Kwa david_kwa2...@...
 
   Ci Ning M. Widjaja,
  
  
  
   Menurut owe sih bukan. Owe teringat pada cerita ngkong waktu owe kecil
   dulu. Ngkong cerita, dia memperoleh chiamsi ºžÔŠ berjudul Sam Cong Ci
  (Chi)
   Keng (Tong Sam Cong Mengambil Kitab) sewaktu thiuchiam ³éºž (¡°menarik
  chiam
   ºž¡±) di sebuah

  



Re: [budaya_tionghua] Wikipedia

2009-04-12 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Saya sangat setuju sekali. Semua sumber informasi memang harus dikaji ulang
berdasarkan fakta dan sudut pandang sebanyak mungkin agar bisa mendekati
kebenarannya.

Paling tidak kita bisa menghargai segala perbedaan pendapat dan data dengan
hati lapang dan mempergunakannya sebagai referensi lanjutan dari pencarian
kita.

Terima kasih.

2009/4/13 Hendri Irawan heny...@yahoo.com



 Data di Wikipedia haruslah selalu diverifikasi ulang. Sesuai sifatnya,
 siapa saja bisa menyunting data di situ. Memang Wikipedia sangat membantu
 dalam mengumpulkan data. Namun karena sifatnya bebas disunting, harus
 diingat datanya perlu diperiksa kembali.

 Mengenai Korea-Tiongkok, dekade belakangan ini hubungan kedua budaya ini
 diwarnai percikan kaum chauvinis kedua belah pihak. Salah satu pemicunya
 adalah proyek arkeologi daerah timur laut PRC, di mana hasil dan kesimpulan
 penelitian itu menyinggung sentimen budaya dan nasionalisme orang-orang
 Korea. Sentimen ini terutama menyangkut sejarah kerajaan kuno Gojoseon / Gu
 Chaoxian.

 Hormat saya,

 Yongde

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote:
  
   *Ko David Kwa,
  
   Iseng-iseng saya buka http://en.wikipedia.org saya search Buddhism,
   Tripitaka, Tipitaka dan hasilnya cukup mendalam dan referensinya cukup
 luas
   dan saya simpulkan informasinya cukup bisa di percaya.
  
   Temuannya, ternyata Mahayana Tiongkok banyak berhutang pada bangsa
 Korea,
   karena Bangsa Korea yg pertama mengkompilasi Tripitaka Mahayana secara
   lengkap dan sistematis.
  
   Ternyata Tripitaka Tiongkok sekarang berakar pada Tripitaka Koreana
 ini.
  
   Menarik sekali, bagaimana kebudayaan dunia selalu saling jalin menjalin
 dan
   saling mengisi.
  
   Salam hormat saya.
   üSôà¼Î / ŒŽµÚµÚ
  
   *

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang - Di perpustakaan

2009-04-09 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Wah Ko David Kwa, senang bisa diskusi seperti ini, kam sia Ko.

Btw, Ko David boleh panggil saya Ti Ti saja ya.



2009/4/8 David Kwa david_kwa2...@yahoo.com

   Ci Ning M. Widjaja,



 Menurut owe sih bukan. Owe teringat pada cerita ngkong waktu owe kecil
 dulu. Ngkong cerita, dia memperoleh chiamsi  berjudul Sam Cong Ci (Chi)
 Keng (Tong Sam Cong Mengambil Kitab) sewaktu thiuchiam 抽�� (“menarik chiam
 ��”) di sebuah kelenteng (Kelenteng Ban Tek Ie Banten �f丹�f德院, kalau tidak
 salah ingat) ketika ia ingin melakukan suatu pekerjaan yang sangat sulit.
 Chiamsi itu bermakna “keberhasilan meraih sesuatu yang luarbiasa sulit,”
 ibarat Tong Sam Cong dalam novel “See Yoe” yang berhasil memperoleh Kitab
 Suci setelah melalui berbagai rintangan dan dan godaan yang hampir merenggut
 jiwanya.



 Setelah owe dewasa dan owe pelajari, ternyata chiamsi di beberapa kelenteng
 ada yang mempunyai judul. Judul itu diambil dari kisah-kisah sejarah dan
 novel yang populer di kalangan rakyat sehingga tidak perlu dijelaskan lagi
 artinya. Misalnya, chiamsi Kelenteng Ban Tek Ie no. 12 yang judulnya Hian
 Tek Cincue Sun Kuan Muai 玄德�M���O�嗝� (Xuande jinzhui Sun Quan mei, atau “Lauw
 Pie Menikah dengan Adik Perempuannya Soen Koan”) dan no. 39 Soen Gouw Khong
 Po Sam Tjong Tjhie Keng �O悟空保三藏取�� (Man. Sun Wukong Bao San Zang qu jing,
 atau “Sun Gou Khong Melindungi Tong Sam Cong Mengambil Kitab Suci”), dll.
 Jadi, chiamsi no. 39 ternyata sesuai dengan cerita ngkong ketika owe kecil.



 Tetapi, tidak tertutup kemungkinan owe salah. Jadi owe mohon petunjuk dari 
 para
 senior yang lebih paham bahasa dan aksara Tionghoa.



 Kiongchiu,

 DK



 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, nmwhtt nmw...@...wrote:



 Ko David Kwa,



 Mohon penjelasan, jadi yg dimaksud Sam Cong Ci Keng bukannya 三藏之綦quot; ?



 Terima kasih sebelumnya.



 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David Kwa david_kwa2...@wrote:



 Sam Cong Ci Keng adalah frasa dalam dialek Hokkian selatan, tepatnya Sam
 Cong Chi Keng 三藏取�� (Man. San Zang qu jing), artinya “Sam Cong atau Tong
 Sam Cong (Man. Tang San Zang 唐三藏) Mengambil Kitab Suci.”



 Sam Cong atau Tong Sam Cong yang dimaksud dalam frasa di atas adalah Sam
 Cong Hoatsu 三藏法�� (Man. San Zang Fashi alias Monk Tripitaka) dari Dinasti
 Tong 唐 (Man. Tang), yakni gelar yang diberikan kepada Hian Cong 玄奘 (Man.
 Xuán Zàng), seorang bhiksu terkenal dan salah satu tokoh dalam novel
 terkenal Se Yu Ki 西�[�� (Xi You Ji atau Ziarah ke Barat atau Pilgrimage to
 the West) mahakarya Gouw Seng In �浅卸� (Man. Wu Cheng’en).



 Tripitaka sebagai kanon Buddhist juga disebut Sam Cong 三藏 (San Zang).
 Jadi, Tripitaka yang dimaksud di sini adalah Kitab Sam Cong, bukan Sam Cong
 Chi Keng.



 Kiongchiu,

 DK



 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, raharjo irawan irawanraharjo@:



 Semarang, 8-4-2009.



 Yang benar namanya adalah Goei Thwan Ling, dahulu tinggal di jalan
 Petudungan. Kitab itu tampaknya masih ada di perpustakaan vihara.



 Salam,

 Irawan R



 --- On Wed, 8/4/09, Ning M. Widjaja nmwhtt@:



 From: Ning M. Widjaja nmwhtt@

 Subject: [budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang

 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com

 Date: Wednesday, 8 April, 2009, 9:15 AM



 Saya pagi pengalaman dan mungkin ada yag juga tertarik,

 Waktu saya kecil, ingatan saya pernah di ajak ke Semarang di Vihara Watu
 Gong di Semarang. Di sana ternyata milik pribadi dari keluarga mendiang
 Bhante Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling), yang sangat luas dan bagus
 tamannya. Wilayah vihara terbelah jalan raya, yg di seberang waktu itu masih
 tanah kosong sekarang jadi Kodam Diponegoro.



 Saya ingat di ajak ke dalam ruang perpustakaan pribadi beliau dan tertegung
 melihat sebuah lemari tertata rapi buku kuno yang jumlahnya ratusan jilid
 dalm bentuk paperback yang masih dijahit pakai benang. Waktu itu buku sudah
 kelihatan amat kuno tapi terawat baik bersama dengan banyak buku dan kitab
 lain yang juga kuno dan jumlahnya banyak sekali. Maklum mendiang Bhante
 Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling) adalah seorang sarjana dan berpendidikan
 luas.



 Menjelang wafat beliau melepas kebhikkuannya dan hidup sebagi orang biasa
 selama beberapa tahun sebelum meninggal, setelah beliau meninggal Vihara
 Watu Gong dikelola oleh yayasan Buddhist masyarakat Jateng / Semarang dan
 mengalami berbagai bangunan baru.



 Kembali ke cerita awal, ketika saya tanyakan ternyata kitab-kitab kuno yang
 banyak itu adalah SAM CONG CI KENG - Tripitaka Tiongkok yang asli cetakan
 dari Tiongkok yang sudah lama jadi koleksi mendiang Bhante Dhammiko
 (mendiang Oej Toan Ling). Mengingat milis ini ttg Kebudayaan Tionghoa- saya
 rasa relevan saya kemukakan disini- siapa tahu ada diantara member yang
 tertarik dalm hal sastra Tiongkok Kuno ini yang pastinya tidak pernah
 dijamah lagi sejak meninggalnya Bhante Dhammiko.



 Alangkah baiknya bila kita ini bisa dilestarikan sebagai barang peninggalan
 sastra kuno dan dapat dipelajari isinya oleh para ahli

Re: [budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang - Di perpustakaan

2009-04-08 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Terima kasih info Saudara.



2009/4/8 raharjo irawan irawanraha...@yahoo.co.uk



 Semarang, 8-4-2009.


 Yang benar namanya adalah Goei Thwan Ling, dahulu tinggal di jalan
 Petudungan.
 Kitab itu tampaknya masih ada di perpustakaan vihara.

 Salam,
 Irawan R



 --- On *Wed, 8/4/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote:


 From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com
 Subject: [budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, 8 April, 2009, 9:15 AM

  Saya pagi pengalaman dan mungkin ada yag juga tertarik,

 Waktu saya kecil, ingatan saya pernah di ajak ke Semarang di Vihara Watu
 Gong di Semarang. Di sana ternyata milik pribadi dari keluarga mendiang
 Bhante Dhammiko ( mendiang Oej Toan Ling), yang sangat luas dan bagus
 tamannya. Wilayah vihara terbelah jalan raya, yg di seberang waktu itu masih
 tanah kosong sekarang jadi Kodam Diponegoro.

 Saya ingat di ajak ke dalam ruang perpustakaan pribadi beliau dan tertegung
 melihat sebuah lemari tertata rapi buku kuno yang jumlahnya ratusan jilid
 dalm bentuk paperback yang masih dijahit pakai benang. Waktu itu buku sudah
 kelihatan amat kuno tapi terawat baik bersama dengan banyak buku dan kitab
 lain yang juga kuno dan jumlahnya banyak sekali. Maklum mendiang Bhante
 Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling) adalah seorang sarjana dan berpendidikan
 luas.

 Menjelang wafat beliau melepas kebhikkuannya dan hidup sebagi orang biasa
 selama beberapa tahun sebelum meninggal, setelah beliau meninggal Vihara
 Watu Gong di kelola oleh yayasan Buddhist masyarakat Jateng / Semarang dan
 mengalami berbagai bangunan baru.

 Kembali ke cerita awal, ketika saya tanyakan ternyata kitab-kitab kuno yang
 banyak itu adalah SAM CONG CI KENG - Tripitaka Tiongkok yang asli cetakan
 dari Tiongkok yang sudah lama jadi koleksi mendiang Bhante Dhammiko
 (mendiang Oej Toan Ling). Mengingat milis ini ttg Kebudayaan Tionghoa- saya
 rasa relevan saya kemukakan disini- siapa tahu ada diantara member yang
 tertarik dalm hal sastra Tiongkok Kuno ini yang pastinya tidak pernah
 dijamah lagi sejak meninggalnya Bhante Dhammiko.

 Alangkah baiknya bila kita ini bisa di lestarikan sebagai barang
 peninggalan sastra kuno dan dapat dipelajari isinya oleh para ahli sastra
 Tionghoa.

 Semoga dapat tanggapan positif.



  



[budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang

2009-04-07 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Saya pagi pengalaman dan mungkin ada yag juga tertarik,

Waktu saya kecil, ingatan saya pernah di ajak ke Semarang di Vihara Watu
Gong di Semarang. Di sana ternyata milik pribadi dari keluarga mendiang
Bhante Dhammiko ( mendiang Oej Toan Ling), yang sangat luas dan bagus
tamannya. Wilayah vihara terbelah jalan raya, yg di seberang waktu itu masih
tanah kosong sekarang jadi Kodam Diponegoro.

Saya ingat di ajak ke dalam ruang perpustakaan pribadi beliau dan tertegung
melihat sebuah lemari tertata rapi buku kuno yang jumlahnya ratusan jilid
dalm bentuk paperback yang masih dijahit pakai benang. Waktu itu buku sudah
kelihatan amat kuno tapi terawat baik bersama dengan banyak buku dan kitab
lain yang juga kuno dan jumlahnya banyak sekali. Maklum mendiang Bhante
Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling) adalah seorang sarjana dan berpendidikan
luas.

Menjelang wafat beliau melepas kebhikkuannya dan hidup sebagi orang biasa
selama beberapa tahun sebelum meninggal, setelah beliau meninggal Vihara
Watu Gong di kelola oleh yayasan Buddhist masyarakat Jateng / Semarang dan
mengalami berbagai bangunan baru.

Kembali ke cerita awal, ketika saya tanyakan ternyata kitab-kitab kuno yang
banyak itu adalah SAM CONG CI KENG - Tripitaka Tiongkok yang asli cetakan
dari Tiongkok yang sudah lama jadi koleksi mendiang Bhante Dhammiko
(mendiang Oej Toan Ling). Mengingat milis ini ttg Kebudayaan Tionghoa- saya
rasa relevan saya kemukakan disini- siapa tahu ada diantara member yang
tertarik dalm hal sastra Tiongkok Kuno ini yang pastinya tidak pernah
dijamah lagi sejak meninggalnya Bhante Dhammiko.

Alangkah baiknya bila kita ini bisa di lestarikan sebagai barang peninggalan
sastra kuno dan dapat dipelajari isinya oleh para ahli sastra Tionghoa.

Semoga dapat tanggapan positif.


Re: [budaya_tionghua] Re: bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted

2009-04-06 Terurut Topik Ning M. Widjaja
*Satu hal lagi, saya rasa tidak ada yg pernah mempertentangkan ttg Tipitaka
Pali atau Tripitaka Sansekerta sebagai yang mana yg duluan. Apa lagi tak ada
klaim dari institusi Theravada maupun Mahayana yg mengklaim itu. Selama ini
otoritas yg melakukan kompilasi dan mempelajari serta menterjemahkan
Tipitaka / Tripitaka ada di bawah International Buddhist Society yg
berpusat di London ygn anggotanya adalah berbagai elemen maupun cendekiwian
individu dari berbagai golongan.

Karena kita ada di situs ini, ada baiknya bila kita bis mengidentifikasi dan
mempelajari lebih mendalam bagian-bagian dari tradisi dan kebiasaan ritual
Tionghoa mana yg Buddhis, mana yg Ruis, mana yg Taois dan mana dri kebiasan
purba serta kebisaan-kebiasaan lokal / regional - pasti akan sangat menarik
dan berwarna-warni.

Saya rasa akan lebih manfaat dari pada saling menjelekan atau mencari
kejelekan. Saya rasa 99% anggota milis ini tidak bertentangan dengan usulan
saya terakhir ini.
*
2009/4/6 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com

   yang menjadi persoalan justru beberapa segelintiran orang teravada
 merasa dirinya kalo sudah pegang hinaya. Berarti sudah benar dan yang
 lainnya adalah salah ini adalah jadi sumber permasalahan jika terlalu kaku
 dalam memengang suatu dogma. Diantaranya Bahkan mempelajari Abidharma kadang
 malahan bukan untuk menambah kebijaksanaan malahan jadi berubah menjadi
 orang yang arogan.

 Dalam sebuah buku berjudul Jalan Tunggal karangan Bhante Piyasaliko
 dijelaskan dengan jelas pada dasarnya ada 2 perbedaan dasar antara sekte
 Mahayana dan Teravada. Dalam hal ini Teravada dan Mahayana sudah lama
 berdiri sendiri semenjak Buddha wafat atau konsuil pertama dalam persamuan.
 Maka secara garis besar Abidharma Teravada dengan mahayana berbeda. bukan
 berarti Maha mengutip dari tera ataupun sebaliknya. Justru berdiri didalam
 daerah yang berbeda.

 Secara garis besar Aliran Mahayana berhasil membudayakan agama kedalam
 struktur sosial masyarakat dibanding teravada. Karena aliran Mahayana mampu
 membaur dengan budaya lokal tanpa harus memaksakan kegiatan mereka.

 bahkan Kitab - Kitab Buddhis pertama kalinya dibuat dalam Sansekerta.
 sementara dalam beberapa teravada tidak mau mengakuinya karena mereka
 berdiri sendiri. Sampai dengan konsuil ke 3 barulah Kitab kitab Budhis
 berbahasa pali tercipta.

 Dalam Buku ini menjelaskan bahwa fanatisme aliran itu merusak batin
 seseorang untuk mencapai pencerahan.

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 andytanoko andytan...@... wrote:
 
  budaya membakar kertas sembahyang itu ada dalam tradisi mahayana.
 terutama dari aliran pureland/ sukhavati. Kertas sembahyang yang dibakar
 adalah dalam bentuk mantera amitabha.
 
  sedangkan dari tradisi Budhisme tibetan dan jepang , bakar-bakarannya
 malahan lebih dashyat lagi. tidak hanya kertas yang dibakar, tetapi juga
 kacang-kacangan, beras, dupa, dan sebagainya... istilahnya tradisi
 bakar-bakaran di tibet disebut: Homa
  http://en.wikipedia.org/wiki/Homa_(ritual)
 
  Sekian.
 
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote:
  
   Saya sih belum baca bukunya jga ga kenal sama Bhikku Visuddhacara dan
 dari
   Sangha Theravada mana ( setahu saya dari Sangha Thervada Indonesia ga
 ada
   terdaftar nama bhikku tsb.), Boleh di jelaskan lebih lanjut ttg itu.
  
   Kalau menurut saya, hal ini tidak menunjukkan fanatisme kaum
 Theravadin,
   walaupun dari tradisi Mahayana pun banyak yang persamaannya dengan
 catatan
   bahwa aliran Mahayananya masih berpegang pada Tripitaka Sansekerta /
   Tripitaka Pali / Tripitaka Korea yang diakui secara internasional.
  
   Juga di sini tidak menunjukkan fanatisme, karena menurut saya buku dan
   penulis menulis tentang sudut pandang dari tradisinya. Kan biasanya
 buku itu
   timbul ketika ada pertanyaan dan di liat dari sudut pandang yg berbeda
 yang
   dijelaskan. Tiadak ada keharusan dan pemaksaan, jadi kalu mau dibilang
   fanatismen ya tidak karean sifatnya interen, mau di dengar boleh tidak
 juga
   boleh tak ada dogma yang memaksa.
  
   Coba saja kalau kita tanya banyak orang Tionghoa yang pindah agama /
 ganti
   tradisi mengatakan bahwa takut masuk agama Buddha atau Khong Hu Cu
 karena
   takut trepot ngurus orang tua atau bila ada kematian.
  
   Jelas dari sudut Buddhisme / Confucianisme / Daoisme juga ga ada tuh
 anjuran
   spt yang di sebutkan dalam buku itu. Coba cari aja di mana ada kitab
 suci
   dari tiga ajaran di atas yag ajarin bakar kertas, panggil roh orang
 mati
   dll.
  
   Coba deh kita sama-sama mencari kebenaran sebelum memberi komentar yang
   kurang pas.
  
   (Masih belajar budi pekerti)
  
   2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan east_road@
  
saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM.
 visuddhacara
Penerbit Karya maju, medan
Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk
 dibahas :
   
Hal 4-5.
Dalam Tradisi aliran Buddhis

Re: [budaya_tionghua] Re: bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted

2009-04-06 Terurut Topik Ning M. Widjaja
*Ini bedanya kalau seseorang sudah mempelajari benar apakah itu Buddhisme -
satu point penting : dalam Buddhisme tidak ada yang namanya dogma kalau ada
ya doktrin Buddhisme ( apa bedanya : silahkan buka kamus biar jelasnya ).

Hal lain, semua yang di persepsi manusia juga karena dari asal pikirannya
manusia itu sendiri yang jadi cetakanya. Kalau cetakannya sudah negatif,
apapun yang di dilihat akan negatif.

Poin lain, memang selalu saja ada orang picik di manapun, kapanpun, dari
agama dan aliran manapun. Tapi apakah kita harus ikut-ikutan picik? Yang
penting kita semua membina jiwa besar lah dan bisa lebih melihat segala
sesuatu dengan apa adanya setelah di teliti secara mendalam baik dengan
mata, hidung, telinga, perasaan ataupun pikiran yang rational.

Yah kita tidak bisa merubah orang, tapi kita bisa merubah diri kita dan cara
pandang kita dan juga reaksi diri kita atas stimulus di luar sana.

Itu saja. Memang tak mudah, tapi kalau kita ingin berjiwa besar, ya jalannya
seperti itu, hasilnya diri kita lebih tenang dan nyaman karena tidak di
bakar kebencian dan kemarahan serta curiga.

Salam buat semua.
*
2009/4/6 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com

   yang menjadi persoalan justru beberapa segelintiran orang teravada
 merasa dirinya kalo sudah pegang hinaya. Berarti sudah benar dan yang
 lainnya adalah salah ini adalah jadi sumber permasalahan jika terlalu kaku
 dalam memengang suatu dogma. Diantaranya Bahkan mempelajari Abidharma kadang
 malahan bukan untuk menambah kebijaksanaan malahan jadi berubah menjadi
 orang yang arogan.

 Dalam sebuah buku berjudul Jalan Tunggal karangan Bhante Piyasaliko
 dijelaskan dengan jelas pada dasarnya ada 2 perbedaan dasar antara sekte
 Mahayana dan Teravada. Dalam hal ini Teravada dan Mahayana sudah lama
 berdiri sendiri semenjak Buddha wafat atau konsuil pertama dalam persamuan.
 Maka secara garis besar Abidharma Teravada dengan mahayana berbeda. bukan
 berarti Maha mengutip dari tera ataupun sebaliknya. Justru berdiri didalam
 daerah yang berbeda.

 Secara garis besar Aliran Mahayana berhasil membudayakan agama kedalam
 struktur sosial masyarakat dibanding teravada. Karena aliran Mahayana mampu
 membaur dengan budaya lokal tanpa harus memaksakan kegiatan mereka.

 bahkan Kitab - Kitab Buddhis pertama kalinya dibuat dalam Sansekerta.
 sementara dalam beberapa teravada tidak mau mengakuinya karena mereka
 berdiri sendiri. Sampai dengan konsuil ke 3 barulah Kitab kitab Budhis
 berbahasa pali tercipta.

 Dalam Buku ini menjelaskan bahwa fanatisme aliran itu merusak batin
 seseorang untuk mencapai pencerahan.

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 andytanoko andytan...@... wrote:
 
  budaya membakar kertas sembahyang itu ada dalam tradisi mahayana.
 terutama dari aliran pureland/ sukhavati. Kertas sembahyang yang dibakar
 adalah dalam bentuk mantera amitabha.
 
  sedangkan dari tradisi Budhisme tibetan dan jepang , bakar-bakarannya
 malahan lebih dashyat lagi. tidak hanya kertas yang dibakar, tetapi juga
 kacang-kacangan, beras, dupa, dan sebagainya... istilahnya tradisi
 bakar-bakaran di tibet disebut: Homa
  http://en.wikipedia.org/wiki/Homa_(ritual)
 
  Sekian.
 
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmwhtt@ wrote:
  
   Saya sih belum baca bukunya jga ga kenal sama Bhikku Visuddhacara dan
 dari
   Sangha Theravada mana ( setahu saya dari Sangha Thervada Indonesia ga
 ada
   terdaftar nama bhikku tsb.), Boleh di jelaskan lebih lanjut ttg itu.
  
   Kalau menurut saya, hal ini tidak menunjukkan fanatisme kaum
 Theravadin,
   walaupun dari tradisi Mahayana pun banyak yang persamaannya dengan
 catatan
   bahwa aliran Mahayananya masih berpegang pada Tripitaka Sansekerta /
   Tripitaka Pali / Tripitaka Korea yang diakui secara internasional.
  
   Juga di sini tidak menunjukkan fanatisme, karena menurut saya buku dan
   penulis menulis tentang sudut pandang dari tradisinya. Kan biasanya
 buku itu
   timbul ketika ada pertanyaan dan di liat dari sudut pandang yg berbeda
 yang
   dijelaskan. Tiadak ada keharusan dan pemaksaan, jadi kalu mau dibilang
   fanatismen ya tidak karean sifatnya interen, mau di dengar boleh tidak
 juga
   boleh tak ada dogma yang memaksa.
  
   Coba saja kalau kita tanya banyak orang Tionghoa yang pindah agama /
 ganti
   tradisi mengatakan bahwa takut masuk agama Buddha atau Khong Hu Cu
 karena
   takut trepot ngurus orang tua atau bila ada kematian.
  
   Jelas dari sudut Buddhisme / Confucianisme / Daoisme juga ga ada tuh
 anjuran
   spt yang di sebutkan dalam buku itu. Coba cari aja di mana ada kitab
 suci
   dari tiga ajaran di atas yag ajarin bakar kertas, panggil roh orang
 mati
   dll.
  
   Coba deh kita sama-sama mencari kebenaran sebelum memberi komentar yang
   kurang pas.
  
   (Masih belajar budi pekerti)
  
   2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan east_road@
  
saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM.
 visuddhacara

Re: [budaya_tionghua] bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted

2009-04-05 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Saya sih belum baca bukunya jga ga kenal sama Bhikku Visuddhacara dan dari
Sangha Theravada mana ( setahu saya dari Sangha Thervada Indonesia ga ada
terdaftar nama bhikku tsb.), Boleh di jelaskan lebih lanjut ttg itu.

Kalau menurut saya, hal ini tidak menunjukkan fanatisme kaum Theravadin,
walaupun dari tradisi Mahayana pun banyak yang persamaannya dengan catatan
bahwa aliran Mahayananya masih berpegang pada Tripitaka Sansekerta /
Tripitaka Pali / Tripitaka Korea yang diakui secara internasional.

Juga di sini tidak menunjukkan fanatisme, karena menurut saya buku dan
penulis menulis tentang sudut pandang dari tradisinya. Kan biasanya buku itu
timbul ketika ada pertanyaan dan di liat dari sudut pandang yg berbeda yang
dijelaskan. Tiadak ada keharusan dan pemaksaan, jadi kalu mau dibilang
fanatismen ya tidak karean sifatnya interen, mau di dengar boleh tidak juga
boleh tak ada dogma yang memaksa.

Coba saja kalau kita tanya banyak orang Tionghoa yang pindah agama / ganti
tradisi mengatakan bahwa takut masuk agama Buddha atau Khong Hu Cu karena
takut trepot ngurus orang tua  atau bila ada kematian.

Jelas dari sudut Buddhisme / Confucianisme / Daoisme juga ga ada tuh anjuran
spt yang di sebutkan dalam buku itu. Coba cari aja di mana ada kitab suci
dari tiga ajaran di atas yag ajarin bakar kertas, panggil roh orang mati
dll.

Coba deh kita sama-sama mencari kebenaran sebelum memberi komentar yang
kurang pas.

(Masih belajar budi pekerti)

2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com

   saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara
 Penerbit Karya maju, medan
 Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas :

 Hal 4-5.
 Dalam Tradisi aliran Buddhis Teravada :
 - tidak mengenal sistem pembakaran kertas uang kertas sembayang.
 - tidak perlu meletakan sebaskom air dan handuk di bawah peti mati.
 - tidak perlu meletakan sepiring nasi dengan sumpit didepan peti mati.
 - Tidak perlu membakar dupa atau lilin didepan peti mati.
 - Tidak perlu mengantung kelambu diatas peti mati
 - Tidak perlu membagikan benang merah kepada tamu.
 - pintu boleh tertutup kali sudah malam hari jika pengunjung tidak ada
 - tidak perlu pembersihan rumah , mengunakan air suci atau apapun.

 Hal 6-7
 -tidak perlu membakar kertas sembayang untuk bakar rumah kertas, mobil
 kertas, uang neraka. Menurut Teravada apapun dibakar diluar logis ngak
 bermanfaat.

 - Tidak [erlu diselamatkan oleh upacara, Ritual dll.

 - Uang dihematkan untuk pelaksanaan upacara ritual dianggap tidak
 bermanfaat dapat digunakan untuk berdana kepada Bihkku dan vihara saja.

 -Anggota keluarga tidak perlu memakai pakaian hitam atau pakaian
 kemalangan.

 hal 8-9

 - anggota keluarga Tidak perlu membelakangi peti mati ketika jenazah
 almarhum diletakan kedalam atau ketika peti mati akan diangkut dari rumah ke
 mobil jenazah pada hari pemakaman.

 - Pratek lain menurut teravada yang salah adalah persembahan makanan,
 seperti ayam, bebek, babi panggang, dan sayuran didepan almarhum tidak
 perlu. Karena dianggap tidak logis

 - Tidak perlu menggunkan grup musik memainkan musik khidmat

 - pada umumnya bagi aliran Teravada tidak bermanfaat untuk pengkuburan,
 tapi pembakaran atau krematorium, seprti pelaksanaan pemakaman seperti di
 Myanmar.

 -tetap mengutamakan point berdana kepada bhiku dan vihara.

 hal 9-10
 -Tidak perlu semua kertas sembayang atau embel lain. malahan mengatakan
 lebih baik memberikan pakaian kepada Bhiku.

 Hal 16-17

 - Menurut agama Buddha tradisi teravada tidak perlu menyembayangi dewa-dewa
 . Malah menggangap Para dewa terallu asik dengan kesenangan dalam alam
 mereka, sehingga tidak memperhatikan apa yang kita perbuat disini.

 - Selain almarhum yang baru meninggal dan barangkali terlahir menjadi hantu
 kelaparan juga mendapatkan kebahagiaan dan manfaat

 hal 18-19

 - Bhiku teravada tidak meminta bayaran, untuk pelayanan mereka kmemberikan
 angpao maka diterima saja.

 -etnis Chinese tionghoa mengadakan ritual tertentu dan doa pada hari ke 7,
 49 dan 100 hari. ==( ctn dari saya :bagi saya pribadi ini namanya
 penyerangan terhadap aliran mahayana).

 - Masih ada lagi kebiasaan lain tidak boleh dilakukan seperti memanggil
 orang telah meninggal ( bahasa Hokien : Khan Bong) melalui perantara.

 sekian dulu
 Masih ada bagian kesimpulan.
 Saya menuliskan kembali esok hari untuk kesimpulannya.

  



Re: [budaya_tionghua] bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted

2009-04-05 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Ralat sedikit, yang saya maksud bila tradisi Mahayana yg masih berpegang
pada Tripitaka Sansekerta / Tripitaka Tiongkok / Tripitaka Korea. ( di dunia
ini dalam literatur linguistic di akui ada 4 Tripitaka : Pali , Sansekerta,
Tiongkok, dan Korea ).

2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com

   saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara
 Penerbit Karya maju, medan
 Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas :

 Hal 4-5.
 Dalam Tradisi aliran Buddhis Teravada :
 - tidak mengenal sistem pembakaran kertas uang kertas sembayang.
 - tidak perlu meletakan sebaskom air dan handuk di bawah peti mati.
 - tidak perlu meletakan sepiring nasi dengan sumpit didepan peti mati.
 - Tidak perlu membakar dupa atau lilin didepan peti mati.
 - Tidak perlu mengantung kelambu diatas peti mati
 - Tidak perlu membagikan benang merah kepada tamu.
 - pintu boleh tertutup kali sudah malam hari jika pengunjung tidak ada
 - tidak perlu pembersihan rumah , mengunakan air suci atau apapun.

 Hal 6-7
 -tidak perlu membakar kertas sembayang untuk bakar rumah kertas, mobil
 kertas, uang neraka. Menurut Teravada apapun dibakar diluar logis ngak
 bermanfaat.

 - Tidak [erlu diselamatkan oleh upacara, Ritual dll.

 - Uang dihematkan untuk pelaksanaan upacara ritual dianggap tidak
 bermanfaat dapat digunakan untuk berdana kepada Bihkku dan vihara saja.

 -Anggota keluarga tidak perlu memakai pakaian hitam atau pakaian
 kemalangan.

 hal 8-9

 - anggota keluarga Tidak perlu membelakangi peti mati ketika jenazah
 almarhum diletakan kedalam atau ketika peti mati akan diangkut dari rumah ke
 mobil jenazah pada hari pemakaman.

 - Pratek lain menurut teravada yang salah adalah persembahan makanan,
 seperti ayam, bebek, babi panggang, dan sayuran didepan almarhum tidak
 perlu. Karena dianggap tidak logis

 - Tidak perlu menggunkan grup musik memainkan musik khidmat

 - pada umumnya bagi aliran Teravada tidak bermanfaat untuk pengkuburan,
 tapi pembakaran atau krematorium, seprti pelaksanaan pemakaman seperti di
 Myanmar.

 -tetap mengutamakan point berdana kepada bhiku dan vihara.

 hal 9-10
 -Tidak perlu semua kertas sembayang atau embel lain. malahan mengatakan
 lebih baik memberikan pakaian kepada Bhiku.

 Hal 16-17

 - Menurut agama Buddha tradisi teravada tidak perlu menyembayangi dewa-dewa
 . Malah menggangap Para dewa terallu asik dengan kesenangan dalam alam
 mereka, sehingga tidak memperhatikan apa yang kita perbuat disini.

 - Selain almarhum yang baru meninggal dan barangkali terlahir menjadi hantu
 kelaparan juga mendapatkan kebahagiaan dan manfaat

 hal 18-19

 - Bhiku teravada tidak meminta bayaran, untuk pelayanan mereka kmemberikan
 angpao maka diterima saja.

 -etnis Chinese tionghoa mengadakan ritual tertentu dan doa pada hari ke 7,
 49 dan 100 hari. ==( ctn dari saya :bagi saya pribadi ini namanya
 penyerangan terhadap aliran mahayana).

 - Masih ada lagi kebiasaan lain tidak boleh dilakukan seperti memanggil
 orang telah meninggal ( bahasa Hokien : Khan Bong) melalui perantara.

 sekian dulu
 Masih ada bagian kesimpulan.
 Saya menuliskan kembali esok hari untuk kesimpulannya.

  



Re: [budaya_tionghua] Lo Ban Teng

2009-04-05 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Bisa langsung ke Toko Obat Lo Ban Teng di Jalan Jatinegara Barat di seberang
DPU / Rumah Sakit Hermina

2009/4/1 Lim Chandra lim_chan...@ymail.com

Dear all,



 Apa ada yang tau dimana cucu Lo ban Teng yang masih membuka perguruan
 kuntao.

 Saya dengar masih ada, apa benar. Dimana alamatnya ada yang tahu?

 Atau no telp ada yang tahu? Terimakasih.



 Salam



 Lim Chandra
  



Re: [budaya_tionghua] bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted

2009-04-05 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Iya benar, itu cerita ttg Patriach Mahayanya Tiongkok YM Hui Neng ( patriach
setelah beberapa generasi dari Bodhidharma / Tat Mo Cho Su yg diangap sbg
Patriach Pertama). Ini kisah ketika beliau dalam perjalanan dan diserang
badai salju lalu berteduh di vihara tua dan membakar patung Buddha untuk
menghangatkan diri Beliau dan Muridnya agar tidak mati kedinginan.

2009/4/6 iwan kustiawan iwanph...@yahoo.com

   Jadi teringat cerita Zen ( Mahayana?) dimana seorang bikhu membakar
 patung Budha..karena apa? dia sudah melepas
 keduniawian/materi/ritual.karena dia sudah mengerti inti dari ritual
 tersebut. Kalau menurut saya sah sah saja kalau bikhu penulis buku tersebut
 menjelaskan mengapa menurutnya ritual tertentu tidak perlu dilakukan.
 Saya rasa ritual tidak pernah dilarang dalam Budhisme apapun itu mahayana,
 Theravada, dll asalkan makna dari ritual itu dapat dipahami maknanya. Ritual
 biasanya dilakukan untuk mengingatkan umat akan nilai nilai yang ingin
 ditanamkan, nah kalau seseorang sudah mengetahui dan memahami makna ritual
 tersebut, selanjutnya bukankah terserah umatnya mau tetap dilakukan ( dengan
 pemahaman) atau tidak perlu dilakukan dengan alasan praktis.Keduanya sama
 baik. Percuma kalau melakukan ritual tanpa mengetahui maknanya, ataupun
 melakukan ritual tapi dengan pengertian yang salah ( yang mengarah kepada
 ilusi, atau dilatar belakangi kebencian/balas dendam, kesombongan, atau
 keserakahan).Terima kasih


 --- On *Sun, 4/5/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote:


 From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] bedah buku : Teravadin Buddhist chinese
 funeral How may be conducted
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Sunday, April 5, 2009, 1:09 PM

  Ralat sedikit, yang saya maksud bila tradisi Mahayana yg masih berpegang
 pada Tripitaka Sansekerta / Tripitaka Tiongkok / Tripitaka Korea. ( di dunia
 ini dalam literatur linguistic di akui ada 4 Tripitaka : Pali , Sansekerta,
 Tiongkok, dan Korea ).

 2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo. 
 comhttp://mc/compose?to=east_r...@yahoo.com
 

   saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara
 Penerbit Karya maju, medan
 Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas :

 Hal 4-5.
 Dalam Tradisi aliran Buddhis Teravada :
 - tidak mengenal sistem pembakaran kertas uang kertas sembayang.
 - tidak perlu meletakan sebaskom air dan handuk di bawah peti mati.
 - tidak perlu meletakan sepiring nasi dengan sumpit didepan peti mati.
 - Tidak perlu membakar dupa atau lilin didepan peti mati.
 - Tidak perlu mengantung kelambu diatas peti mati
 - Tidak perlu membagikan benang merah kepada tamu.
 - pintu boleh tertutup kali sudah malam hari jika pengunjung tidak ada
 - tidak perlu pembersihan rumah , mengunakan air suci atau apapun.

 Hal 6-7
 -tidak perlu membakar kertas sembayang untuk bakar rumah kertas, mobil
 kertas, uang neraka. Menurut Teravada apapun dibakar diluar logis ngak
 bermanfaat.

 - Tidak [erlu diselamatkan oleh upacara, Ritual dll.

 - Uang dihematkan untuk pelaksanaan upacara ritual dianggap tidak
 bermanfaat dapat digunakan untuk berdana kepada Bihkku dan vihara saja.

 -Anggota keluarga tidak perlu memakai pakaian hitam atau pakaian
 kemalangan.

 hal 8-9

 - anggota keluarga Tidak perlu membelakangi peti mati ketika jenazah
 almarhum diletakan kedalam atau ketika peti mati akan diangkut dari rumah ke
 mobil jenazah pada hari pemakaman.

 - Pratek lain menurut teravada yang salah adalah persembahan makanan,
 seperti ayam, bebek, babi panggang, dan sayuran didepan almarhum tidak
 perlu. Karena dianggap tidak logis

 - Tidak perlu menggunkan grup musik memainkan musik khidmat

 - pada umumnya bagi aliran Teravada tidak bermanfaat untuk pengkuburan,
 tapi pembakaran atau krematorium, seprti pelaksanaan pemakaman seperti di
 Myanmar.

 -tetap mengutamakan point berdana kepada bhiku dan vihara.

 hal 9-10
 -Tidak perlu semua kertas sembayang atau embel lain. malahan mengatakan
 lebih baik memberikan pakaian kepada Bhiku.

 Hal 16-17

 - Menurut agama Buddha tradisi teravada tidak perlu menyembayangi
 dewa-dewa . Malah menggangap Para dewa terallu asik dengan kesenangan dalam
 alam mereka, sehingga tidak memperhatikan apa yang kita perbuat disini.

 - Selain almarhum yang baru meninggal dan barangkali terlahir menjadi
 hantu kelaparan juga mendapatkan kebahagiaan dan manfaat

 hal 18-19

 - Bhiku teravada tidak meminta bayaran, untuk pelayanan mereka kmemberikan
 angpao maka diterima saja.

 -etnis Chinese tionghoa mengadakan ritual tertentu dan doa pada hari ke 7,
 49 dan 100 hari. ==( ctn dari saya :bagi saya pribadi ini namanya
 penyerangan terhadap aliran mahayana).

 - Masih ada lagi kebiasaan lain tidak boleh dilakukan seperti memanggil
 orang telah meninggal ( bahasa Hokien : Khan Bong) melalui perantara.

 sekian dulu
 Masih ada bagian kesimpulan.
 Saya menuliskan kembali esok hari untuk kesimpulannya.



  



Re: [budaya_tionghua] Re: bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted

2009-04-05 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Kalau saudara baca dengan cermat, yang saya ralat adalah tulisan saya
sendiri.

2009/4/6 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com

   bgn yang mana yang diralat ?.
 bukunya atau saya ?. saya hanya menuliskan secara point sensitifnya saja.
 Ngak keseluruhan, justru dalam buku ini tulisan dari Ym Bhikhu Visuddachara
 lebih menyikapi sifat kerkerdilan beliau. Menunjukan sikap fanatisme yang
 berlebihan, dan terkesan congkak.


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmw...@... wrote:
 
  Ralat sedikit, yang saya maksud bila tradisi Mahayana yg masih berpegang
  pada Tripitaka Sansekerta / Tripitaka Tiongkok / Tripitaka Korea. ( di
 dunia
  ini dalam literatur linguistic di akui ada 4 Tripitaka : Pali ,
 Sansekerta,
  Tiongkok, dan Korea ).
 
  2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@...

 
   saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara
   Penerbit Karya maju, medan
   Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas
 :
  
   Hal 4-5.
   Dalam Tradisi aliran Buddhis Teravada :
   - tidak mengenal sistem pembakaran kertas uang kertas sembayang.
   - tidak perlu meletakan sebaskom air dan handuk di bawah peti mati.
   - tidak perlu meletakan sepiring nasi dengan sumpit didepan peti mati.
   - Tidak perlu membakar dupa atau lilin didepan peti mati.
   - Tidak perlu mengantung kelambu diatas peti mati
   - Tidak perlu membagikan benang merah kepada tamu.
   - pintu boleh tertutup kali sudah malam hari jika pengunjung tidak ada
   - tidak perlu pembersihan rumah , mengunakan air suci atau apapun.
  
   Hal 6-7
   -tidak perlu membakar kertas sembayang untuk bakar rumah kertas, mobil
   kertas, uang neraka. Menurut Teravada apapun dibakar diluar logis ngak
   bermanfaat.
  
   - Tidak [erlu diselamatkan oleh upacara, Ritual dll.
  
   - Uang dihematkan untuk pelaksanaan upacara ritual dianggap tidak
   bermanfaat dapat digunakan untuk berdana kepada Bihkku dan vihara saja.
  
   -Anggota keluarga tidak perlu memakai pakaian hitam atau pakaian
   kemalangan.
  
   hal 8-9
  
   - anggota keluarga Tidak perlu membelakangi peti mati ketika jenazah
   almarhum diletakan kedalam atau ketika peti mati akan diangkut dari
 rumah ke
   mobil jenazah pada hari pemakaman.
  
   - Pratek lain menurut teravada yang salah adalah persembahan makanan,
   seperti ayam, bebek, babi panggang, dan sayuran didepan almarhum tidak
   perlu. Karena dianggap tidak logis
  
   - Tidak perlu menggunkan grup musik memainkan musik khidmat
  
   - pada umumnya bagi aliran Teravada tidak bermanfaat untuk pengkuburan,
   tapi pembakaran atau krematorium, seprti pelaksanaan pemakaman seperti
 di
   Myanmar.
  
   -tetap mengutamakan point berdana kepada bhiku dan vihara.
  
   hal 9-10
   -Tidak perlu semua kertas sembayang atau embel lain. malahan mengatakan
   lebih baik memberikan pakaian kepada Bhiku.
  
   Hal 16-17
  
   - Menurut agama Buddha tradisi teravada tidak perlu menyembayangi
 dewa-dewa
   . Malah menggangap Para dewa terallu asik dengan kesenangan dalam alam
   mereka, sehingga tidak memperhatikan apa yang kita perbuat disini.
  
   - Selain almarhum yang baru meninggal dan barangkali terlahir menjadi
 hantu
   kelaparan juga mendapatkan kebahagiaan dan manfaat
  
   hal 18-19
  
   - Bhiku teravada tidak meminta bayaran, untuk pelayanan mereka
 kmemberikan
   angpao maka diterima saja.
  
   -etnis Chinese tionghoa mengadakan ritual tertentu dan doa pada hari ke
 7,
   49 dan 100 hari. ==( ctn dari saya :bagi saya pribadi ini namanya
   penyerangan terhadap aliran mahayana).
  
   - Masih ada lagi kebiasaan lain tidak boleh dilakukan seperti memanggil
   orang telah meninggal ( bahasa Hokien : Khan Bong) melalui perantara.
  
   sekian dulu
   Masih ada bagian kesimpulan.
   Saya menuliskan kembali esok hari untuk kesimpulannya.
  
  
  
 

  



Re: [budaya_tionghua] DEWA TENGLANG sapa yg angkat itu jadi dewa ya ?

2009-03-29 Terurut Topik Ning M. Widjaja
*Masalah yang di bahas di sini berakar pada istilah DEWA **yang berasal dari
bahasa Sansekerta - Deva / Devata (majemuk) yang dalam bahasa Inggris secara
umum di sebut Gods / Heavenly Being / Cellestial Being.

Kalau dalam tradisi Tionghoa, kalau kita bicara ttg dewa jadi rancu karena
bisa berati Sin / Shen 神, atau Sian / Xian 仙, atau Seng / Sheng 聖 yang
semuanya di sebet dewa dalam bahasa Melayu Tinggi.

Menurut pengamatan dan sepengertian saya pribadi - mohon input dan koreksi
bila kurang tepat - istilah Dewa lebih tepat di artikan Sin 神 seperti
layaknya pada pengeritan Buddhist dan Daoist / Tao Kauw. Sekadang juga di
artikan sebagai roh dan mahluk halus dalam bahasa Melayu.

Istilah dewa di Melayu juga di sebut Sian 仙 untuk orang-orang manusia biasa
yang sudah mencapai ilmu tinggi kebatinannya dan menjadi satu dengan
semesta  yang sejalan dengan pengertian Daoist yang dalam bahasa inggris di
sebut Immortals.

Jadi tambah rancu karena Seng 聖 juga di sebut dewa dalam bahasa Melayu,
padahal istilah ini lebih dekat dalam pengertian Ruist / Khong Kauw yang
diberikan kepada oran-orang manusia biasa yang sudah mencapai tingkatan budi
pekerti yang sangat tinggi dan sering secara bebas di sebut juga nabi.

Jadi, mungkin, lebih baik kalu kita membahas satu-persatu sosok dewa
Tionghoa, apakah termasuk yang mana.

Mudah-mudahan bermanfaat.

(masih belajar budi pekerti)

*

2009/3/29 ardian_c ardia...@yahoo.co.id

   pertanyaan umum, kok dewa2 tenglang itu banyak ya ? nah dari pertanyaan
 ini sering timbul kalu dewa2 itu sembarangan diangkat.
 padahal mah kagak, biasanya yg kasih penganugrahan itu kerajaan. Contohnya
 Lin Mo Niang, Guan Gong, Zhuge Liang, Kong Zi, Chen WenYu dsbnya. But yg
 disebut dewa itu bukan berartti dewa dari langit or wat getu , rata2 mrk2
 itu pernah idup didunia dan kasih kontribusi buat masyrakat sekitarnya.

 Dewa2 yg bersifat keagamaan seperti yg dimiliki Buddhism dan Taoism itu
 jarang sekali mendapat penganugrahan dari kerajaan. Tapi ada bbrp yg dapat
 seperti Sakyamuni yg dapet gelar Xifang ShengRen ( manusia bijak dan suci
 dari barat ).

 En berdasarkan cataten yg owe punya, rata2 org2 Ruist itu yg mendata dan
 mengatur dewa2 mana yg pantas dihormati or tidak oleh masyarakat. Catatan
 dinasti Qing sendiri pernah nulis kalu dewa Wu Tong or Wu Lu itu diband ame
 kaum Ruist.
 Soale dianggap tidak memberikan kontribusi kepada masyarakat, bukan tokoh
 panutan yg pantas. Kasarnya disebut Yin shen alias dewa cabul.

 Biasanya para pejabat setempat itu mencatat org2 yg berperilaku baik, en
 kadang oleh rakyat setempat dibangun Ci atau rumah peringatan. Misalnya
 Wuhou Ci yg buat memperingati Zhuge Liang.
 Nah dari situ disampaikan kepada kerajaan en nanti kerajaan melihat
 jasa2nya dsbnya baru dianugrahkan gelar.

 Di Indonesia sendiri banyak dewa tenglang lokal kayak Kwee Lak Kwa, Tan
 Tek Sioe Sian dsbnya.
 But yg owe inget itu Kwee Lak Kwa yg ditulis kalu doi dapet gelar ZeHai
 Zhenren dari kaisar Qianlong.
 Hm itu seh aye kurang yakin kalu kaisar Qianlong kasih gelar
 buat die.

 Makanya jg biar rakyat di rrt sono ada yg sembahyangin 3 dewa ape ya
 pokokne Mao Zedong, Zhou Enlai ama Deng Xiaoping ya tetep ame pemerintah
 (kalu jaman doeloe kerajaan kale ) dilarang hehehehehehe.
 So konotasi kata dewa itu gimana tepatnya buat mereka diatas itu ?

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Chengbeng hari ziarah

2009-03-29 Terurut Topik Ning M. Widjaja
*Memang masalah pemakaman perlu pemikiran dan pengaturan sesuai tata kota
yang ada. Lalu di Indonesai memangnya ada tata kota???

Yang ada wali kota, bupati, camat, lurah yang jualan tanah kota kan? Yang
penting ada uang masuk kantong, siapa tahu ga ke pilih lagi untuk periode
selanjutnya sekalian nuat uapaya balik modal meeak diasaat kampanye
sebelumnya.

Satu hal lagi, coba aja minta ijin mendirikan krematorium di Indonesia -
ampun sulitnya setengah mati, selain ijin dari pemda, ijin dari warga, ijin
dari majeis keagamaan setempat yang ga kenal kebiasaan kremasi - wah
walaupun bukan tidak mungkin - polemik dan tetek bengegnya luar biasa.

Kalau ga percaya tanya aja Umat Himdu Bali yang di luar Bali seperti, jangan
di bilang kalau yang mau buat krematorium yayasan dari golongan yang di kira
banyak duit - abis deh seperti jeruk - di peres abis-abisan.

Gimana ya cara berpikir orang-orang di negeri ini? Perlu pendewasaan lagi,
rupanya hampir 400 tahun di jajah tidak mendewasakan juga ya.

Tantangan buat kita semua bila mau negeri ini bisa maju dan berkembang
setaraf denang bangsa lain. Padahal negara seperti Thailand dan Malaysia itu
beguru ama kita sampai di tahun 90an, eh kok malah kita yang masih
ketinggalan di landasan.

Hayo kita berjuang bersama demi bangsa negara NKRI.
*
2009/3/28 melani chia chiamel...@yahoo.co.uk

   Di Indonesia akan selalu ngalami hal seperti ini,selama pemerintah
 tdk tegas mengatur yg namanya fasilitas umum,termasuk perkuburan
 untuk negara yg sudah teratur,harus ikut atruan tdk bisa suka2 bikin
 kuburan dlm ukuran besar ditempat pemakaman umum,tdk peduli kaya
 nya sampe menakutkan.

 Kami disini tdk usah repot ngurusin makam,pemerintah yg ngeluarin dana
 untuk merawat,tdk ada temapt buat nanem pohon, semua tersusun rapi,
 tinggal lihat PATH berapa? dari th berapa?,juga ada banyak pemakaman umum
 yg akan digusur, ditengah kota,ada beberpa pemakaman umum milik malay, yg
 berada di tengah kota,sangat merusak pemandangan,tunggu punya tunggu entah
 kapan mau digusu,padahal sudah lama sekalikalau yg Ulysee lihat kuburan
 pinggir jalan yg jelek mungkin itu kali ya??? ada yg dekat mesjid
 malabar,telok
 blangah dll,bahkan ada pemakaman khusus tio chiu,sekarang dengar2 mau
 digusur
 tanah semakin sempit,yg bukan islam dianjurkan kremasi,yg islam sudah
 diatur dikubur
 dg cara susun, ke atas,tdk ada pilihan,abis mereka tdk mau kremasi,...kalau
 mau tegas
 mah apa juga bisa terjadi, kalau kebutuhan tanah sudah terdesak,tunggu saja
 50 th lagi...
 hehehe apa sih yg tdk mungkin,semua manusia yg ciptkan manusia juga yg
 menuai kesulitan.





 --- On *Sat, 28/3/09, gsuryana gsury...@indo.net.id* wrote:

 From: gsuryana gsury...@indo.net.id
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Chengbeng hari ziarah
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Saturday, 28 March, 2009, 3:07 AM

  From: ardian_c ardia...@yahoo. co.id ardian_c%40yahoo.co.id

  setau owe itu haji gak bikin rumah abu sendirianlar heuehehehe
  lagian jg kalu mo dipikir2 sebenernya cilincing jg ngumpetlar posisinya.
  Yang jelas kalah promosilar. Wong penitipan abu gak tjoema di cipaku aja
  tuh , di pajajaran jg ada 1 tapi ya masih sepi alias org2 lebih suka
  ngembat tanah dibanding dibakarlar.
 
 Cilincing dulunya tempat pesiar orang Jakarta, sebelum ada Ancol orang
 Jakarta berpakansi ke Cilincing.

 
  Haji Jaya gak membesarkan gunung gadunglar, wong die jg doeloe pernah
  kerjasama ame seorg yg dah almarhum.
 
 Yup...dan dibelakangnya ada beking kuat.
 
  BTW urusan tanah gede2an di Gunung Gadung ada point2 yg kang sur mesti
  pikirin bae2.
  1.itu rata2 kuburan di gunung gadung ada masanyalar, per 5 taon kalu gak
  salah mesti bayar ame pemda. So buat Pemda itu PAD alias pendapatan asli
  daerah. Lewat dari itu ya siap2 aja digusur or dibongkar kuburannya.
  Kuburan engkong ame ema gw jg bayar tiap taon pajeknya, luas kuburanyan
  gak lebih dari 10 meter persegi. Yang gede2an malah rata2 boekan orang
  BOGOR.
 
 Biasanya sih bayar ke yayasannya, kadang didiemin oleh yayasannya dengan
 harapan ntu kuburan gak bayar bayar lagi, jadi bisa di jual lagi.

 
  2.rata2 keluarga di Bogor yg punya kuburan di gunung gadung menggaji org
  daerah sana itu taonan buat ngurus kuburan , uniknya tiap cengbeng banyak

  yg mendadak jadi rajin bersihin kuburan huehehehehe.
 
 Sebelum kena serbu pendatang, masyarakat Bogor memang didatangi penduduk
 setempat, hanya tidak galak galak amat, dan setelah ntu kuburan melar
 puluhan kali lipat, wajah sangar dan memelas saling silang berdatangan,
 bagi
 pendatang sudah pasti kena serbu dan keluar biaya yang lebih besar
 dibandingkan dengan penduduk Bogor, apalagi sudah mengenal orang biasa
 mengurusnya.

  Contohnya ada keluarga yg jelas2 gw tau dari jaman gw kecil ngurus
 kuburan
  ngkong gw, eh tetep aja tiap mo ziarah ada muka2 gak dikenal yg minta
 duit
  en selalu ribut ngomong kalu mereka itu yg mengurusnya.
 +
 Seingatku itu setelah tahun 90-an yah.

  

Re: [budaya_tionghua] tanggapan perpecahan di kalangan tiong hwa

2009-03-25 Terurut Topik Ning M. Widjaja
*Saya juga memperhatikan fenomena ini. Ternyata terjadi disemua kalangan
manusia yang mengikuti keyakinan / kepercayaan / isme dari berbagai aliran
dan tempat.

Gejalanya dimulai dengan timbulnya kesadaran 'pemuda-pemuda' dalam kalangan
tersebut yang tidak puas dengan kondisi sekarang dan tidak lagi bisa
menerima kebiasaan dari kaum 'tua'.*

*Para pemuda lalu mulai berusaha untuk mencari jatidiri dan pembenaran
dengan mulai menggali lagi yang disebut dengan 'usaha pemurnian' dari apa
yang mereka yakini sejak awal. Sayangnnya emosi muda yang menggebu-gebu
terlalu sering tidak dibarengi dengan kemmampuan analisa sebab dan akibat
secara meluas dan cenderung mengupas dan menggali 'usaha pemurnian' dengan
dangkal.

Hasil temuan yang dangkal lalu di gembar-gemborkan dibarengi dengan ego dan
rasa kebanggaan bahwa telah menemukan 'kebenaran yang murni'. Yang ada
hasilnya adalah penjaabaran dan pengertian pokok masalah yang dangkal dan
dengan pandangan sempit.

Dari sini timbul berbagai kubu yang membertahankan 'kebenaran dn pembenaran
mereka masing-masing. Lalu yang timbul adalah ektrimisme dan bentrok karena
semua memiliki pandangan tertutup oleh fanatisme yang mereka tumbuhkan
sendiri yang sering kali dalam kasus dalam ajaran Tri Dharma yang
berdasasrkan pada keharmonisan dan pandangan luas menjadi sangat
kontradiktif dengan apa yang mereka pelajari dan 'mengerti'.

Saya teringat dengan perkataan dari Albert Einstain seorang free thinker
sejati yang mengatakan : Ada 2 hal yang tanpa batas : Pertama adalah
kebodohan manusia, yang Kedua adalah alam semesta - tetapi saya tidak
terlalu yakin tentang itu.

Apa bila SAM KAUW SENG JIN mendengar ucapan Einstein ini, saya sangat yakin
bahwa Beliau Bertiga ( Sakyamuni Buddha-Khong Cu-Lo Cu ) tidak akan
mempertentangkannya.

Memang dengan perkembangan jaman fenomena ini akan reda, tetapi sayangnya,
baru reda setelah banyak korban di kalangan manusia sendiri.

Jadi, marilah kita berusaha untuk memupuk cara berpikir yang luas dan bebas
yang berdasarkan analisa yang mendalam dalam tujuan untuk mencari kebenaran
yang sesungguhnya.

MARILAH KITA MANJADI FREE THINKERS SEJATI ! KIKIS KEBODOHAN DALAM DIRI KITA
MASING-MASING.
*
2009/3/24 Karna Hasim hasimcul...@yahoo.com

   Menurut saya perpecahan di kalangan Tiong Hwa tidak perlu ditakutkan,
 karena nanti juga akan menemukan titik keseimbangan yang baru yang akan
 menuju harmoni.

 Perubahan nama dari Bio, Kelenteng menjadi Vihara terjadi karena campur
 tangan pemerintah yang dulu yang ingin menghapuskan kebudayaan tiong Hwa
 dari bumi Nusantara yang kita cintai ini. Tapi menurut saya inti ajaran dari
 KHC, Dao dan Budha adalah sama yang berbeda hanya ritualnnya saja. Juga
 dengan agama2 yang lain jika diambil intisarinya akan menuju ke satu
 kesimpulan yaitu mencari kebahagiaan lahir  batin, dunia  akhirat.
 Jadi menurut saya tidak perlu dipertengkarkan  dicari2 perbedaannya.

 Ibarat orang yang ingin menyeberangi sungai, agama adalah alat
 transportasinya, ada yang menggunakan perahu besar, ada yang menggunakan
 kano atau malah ada yang ingin berenang, pilihan bebas ditangan individu
 masing2., yang penting jangan merasa paling benar dan menyalahkan yang lain.

 Salam bahagia
 Namastee


  



Re: eNTONG Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?

2009-03-25 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Kam sia King Hian Hia Ti

2009/3/25 King Hian king_h...@yahoo.com

   Kelihatannya ada kesalahpahaman, karena masalah bahasa.

 Saya duga masalahnya adalah penggunaan sebutan eNTONG.
 Dalam bhs Melayu Betawi, nTong adalah sebutan utk anak lelaki (yang yang
 lebih kecil). Kalo di bhs Sunda mirip jengan sebutan JANG (Ujang).
 Sedangkan Abang adalah sebutan utk kakak lelaki, artinya sama dengan bhs
 Melayu Sumatera.
 Menurut saya, Sdr. Ning menggunakan sebutan nTong utk menjawab tulisan Sdr.
 Hendri yang memanggilnya Bang.

 pis,
 KH

 --- On *Mon, 3/23/09, ardian_c ardia...@yahoo.co.id* wrote:


 From: ardian_c ardia...@yahoo.co.id
 Subject: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan
 konghucu n budhist?
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Monday, March 23, 2009, 11:46 PM

  weleh2 sabar bang sabar , tarik nafas dulu 3 kali hehehehehe

 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. 
 comhttp://mc/compose?to=budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Hendri Irawan heny...@...  wrote:
 
  Maksud anda apa yah ? Ngajak berantem neh ? Kalau sudah kehabisan
 kata-kata jangan suka main menyebut nama orang dengan tidak hormat.
 
  Kalau nama anda saya pelesetkan dengan bahasa tidak sopan gimana ?
 
  Oh yah, saya males meladeni pertanyaan ginian, bayar juga kagak.
 
  Mana tuh katanya yang lagi belajar budi pekerti, tau gak kalau budi
 pekerti yang anda pelajari itu diambil dari ajaran Kongzi ? Kenapa gak ambil
 Sigalovada sutta aja buat budi pekerti ?
 
  Hormat saya,
 
  Yongde
 


  



Re: [budaya_tionghua] Re:Timbulnya perpecahan umat Tridharma anggapan perpecahan di kalangan tionghwa

2009-03-25 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Saya juga melihatnya demikian. Sayangnya jaman sekarang yang besuara lantang
saja yang diangap mewakili pandangan umum, padahal yang umukan suara
kerasnya saja, tanpa pendukung yang besar. Yah jamannya radikalisme
berkembang sekarang.

On 3/25/09, Joao Kho joao@gmail.com wrote:

   Saya coba kembalikan Judul postingan ke Timbulnya perpecahan umat
 Tridharma yang kurang cocok diganti dgn kalangan tionghwa.

 Sebenarnya perubahan / perpecahan itu memang tidak perlu dikuatirkan,
 karena sesuai dengan perumpamaan: Bersatu lama akan terpecah, Terpecah lama
 akan bersatu kembali.

 Tetapi pointnya bukan disana, didalam kasus ini banyak kelompok yang
 mempunyai kepentingan, dan memciptakan berbagai masalah yang sudah tidak
 sehat lagi.

 Kedua, saya rasa inti ajaran dari KHC, Dao dan Budha tidaklah sama walaupun
 menghasilkan tujuan yg bisa kita katakan sama.

 Ketiga, sesuai dengan semangat budaya tionghua, rasa kekeluargaan dan
 toleransi seharusanya hal tersebut memang sudah seharusnya diselesaikan
 dengan musyawarah dan toleransi. Tetapi faktanya dilapangan tidaklah
 demikian, sebagai contoh: di satu cetiya/bio yang hampir 100% pengurus dan
 umat pengen kembalikan yayasan ke naungan MATAKIN, tetapi dilaporkan oleh
 yayasan buddhis ke aparat hukum dgn alasan banyak suara yang menolak
 keputusan tersebut, dan menyuruh sekelompok orang tak dikenal didaerah
 tersebut untuk ikut campur dalam rapat pengurus cetiya/bio. Jadi
 permainannya sudah mulai kasar.

 Keempat, ini bukan hanya masalah agama sebagai alat transportasi, tetapi
 sudah ketingkat elit (politik/pempinan) pusat yang sedang beradu kekuatan
 untuk menarik massa maupun sumber rezeki.

 Sebenarnya masalah tersebut tidak berpengaruh terhadap umat awam dalam
 jangka pendek, karena toh kepercayaan adalah hak masing2 orang. Dan di bio
 yang sama mereka tetap bisa melakukan penghormatan kepada Buddha dan Dewata
 yang di yakininnya. Tetapi dalam jangka panjang, maupun melihat kembali ke
 topik Dewata dipaksa pindah Agama. Dan tindakan lebih lanjut di daerah
 sekitarnya.. sudah terjadi pemaksaan tertentu .

 Salam damai,
 Joao Kho

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Karna Hasim hasimcul...@... wrote:
 
  Menurut saya perpecahan di kalangan Tiong Hwa tidak perlu ditakutkan,
 karena nanti juga akan menemukan titik keseimbangan yang baru yang akan
 menuju harmoni.
 
  Perubahan nama dari Bio, Kelenteng menjadi Vihara terjadi karena campur
 tangan pemerintah yang dulu yang ingin menghapuskan kebudayaan tiong Hwa
 dari bumi Nusantara yang kita cintai ini. Tapi menurut saya inti ajaran dari
 KHC, Dao dan Budha adalah sama yang berbeda hanya ritualnnya saja. Juga
 dengan agama2 yang lain jika diambil intisarinya akan menuju ke satu
 kesimpulan yaitu mencari kebahagiaan lahir  batin, dunia  akhirat.
  Jadi menurut saya tidak perlu dipertengkarkan  dicari2 perbedaannya.
 
  Ibarat orang yang ingin menyeberangi sungai, agama adalah alat
 transportasinya, ada yang menggunakan perahu besar, ada yang menggunakan
 kano atau malah ada yang ingin berenang, pilihan bebas ditangan individu
 masing2., yang penting jangan merasa paling benar dan menyalahkan yang lain.
 
  Salam bahagia
  Namastee
 

  



Re: [budaya_tionghua] diskriminasi orang tionghua di indonesia

2009-03-25 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Selam ada lebih dari 1 orang, diskriminasi pasti muncul.

Saudari mungkin harus mempertajam pertanyaannya -yang dimaksud disini
diskriminasi secara sosial kemasyarakatan, diskriminasi struktural,
diskriminasi secara legalitas atau apa gitu ya.

On 3/25/09, shee_cutez shee_cu...@yahoo.com wrote:

   Hai teman2,sehubungan saya lagi mengerjakan skripsi mengenai
 diskriminasi orang tionghua di indonesia, saya mau tanya,
 1.sampai saat ini(tahun2009) masih adakah diskriminasi terhadap orang
 tionghua di indonesia?contohnya bagaimana?dan ada saran apa untuk mengatasi
 malasah tersebut?
 2.apakah benar,salah satu syarat untuk menjadi presiden Indonesia adalah
 harus beragama Islam dan orang pribumi?(maaf kalau salah)
 3.saya banyak mendengar contoh2 budaya Indonesia yg dipengaruhi oleh budaya
 Tionghua, apakah ada contoh budaya Tionghua yg dipengaruhi oleh budaya
 Indonesia?
 makasi ya atas info nya =)

  



Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?

2009-03-24 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Ha ha ha gitu aja marah , Bang. Kalau ga bisa becanda ya jangan ngajak
becanda duluan, Bang

2009/3/23 Hendri Irawan heny...@yahoo.com

   Maksud anda apa yah ? Ngajak berantem neh ? Kalau sudah kehabisan
 kata-kata jangan suka main menyebut nama orang dengan tidak hormat.

 Kalau nama anda saya pelesetkan dengan bahasa tidak sopan gimana ?

 Oh yah, saya males meladeni pertanyaan ginian, bayar juga kagak.

 Mana tuh katanya yang lagi belajar budi pekerti, tau gak kalau budi pekerti
 yang anda pelajari itu diambil dari ajaran Kongzi ? Kenapa gak ambil
 Sigalovada sutta aja buat budi pekerti ?

 Hormat saya,

 Yongde

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Chengbeng hari ziarah

2009-03-24 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Cuma mau sharing saja, di banyak negara yg saka telh kunjungi, hampir tak
pernah ada kejadian penggusuran kuburan. Bahkan diperthankan karean kuburan
menjadi lahan terbuka hijau yang sesuai dengan konsep lingkungan hidup yang
baik buat perkotaan yang pada.

Selain itu, perusakan kuburan diancam pidana yang cukup berat seberat
pengrusakan atas tempat ibadah dan tempat bersejarah.

Mungkin itu bedanya dimana orang sudah benar-benar berpandangan luas dan
'beradab' ya.

(masih belajar budi pekerti)

On 3/24/09, ardian_c ardia...@yahoo.co.id wrote:

   pamoyanan ya hmmm itu dah banyak perumahan hehehehe belon lage para
 penyedot air tanah yg dijualin ke jkt.

 kalu tanah wakaf khan terpecah2 bung tergantung lokasi si pemberi.

 nah kalu getu idupin lage aja rumah abu di cipaku sono gih daripada itu
 sepi abis gak ada orgnya heuehehehehe khan ngirit lahanlar

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 gsuryana gsury...@... wrote:
 
  Pamoyanan.dijalan ke arah Sukabumi ada lagi pemakaman ( masuk
 Kabupaten,
  dan mau di perluas ke Pamoyanan ), yang ini aku ganjal sampai sampai aku
 di
  interogasi oleh serse di Polres segala macam, ditanya mengapa aku sebagai

  Tionghoa menolak ada nya kuburan, aku bilang aku pindah dari Jakarta
 bukan
  mau tetanggaan sama mayat, tanah subur koq dijadiin kebon tulang, ada
  sekitaran 7 tokoh kelurahan ditanya satu persatu, aku yang pertama
 ditanya,
  juga aku balik tanya ke serse yang meng interogasi ku, boleh ada kuburan
  bila di Indonesia ada sebuah areal kuburan yang masyarakatnya bisa hidup
  sejahtera( termasuk wartawan juga nanyarupanya duit sudah
  ngegelontor cukup besar )
  Lha kuburan untuk masyarakat asli saja didapat dari wakaf/sumbangan
 luasnya
  tidak lebih dari 1000 M² di isi saling tumpuk, kenapa para Tionghoa yang
  terhormat malah gede gede ngambil tanahnya.
  Bisnis kuburan memang penuh dengan intrik dan saling beking, maklum
 bisnis
  yang profitnya paling besar dibandingkan bisnis lainnya, nanem pohon ajah

  butuh puluhan tahun agar bisa menghasilkan, lha kuburan, sekali pacul
 duit
  cash langsung masuk, kalah tuh bisnis jalan tol.
 
  sur.
  - Original Message -
  From: ardian_c ardia...@...
 
 
  lha lha yg ngomporin menjarah khan ada wekekekekeke malah masuk tabloid
 ape
  itu taon 98 pertengahan, kira2 bulan agustus or watlar.
  itu yg ngomporin jelas2 bukan org bogorlar en namanya pasti terkenal
  seantero kota bogor bahkan seluruh indonesia.
  ngkale tau ya namanya sapa ? hehehehehehehehe
  kalu gak tau ya ntar diingetin lage namanya sapa tuh tukang ngomporin.
 

  



Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?

2009-03-23 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Maaf saudara saudar, saya mau meralat diri saya sendiri. Giriratana adalah
salah sebetulnya adalah Girirakitho Mahathera

Mohon maaf sebesarnya.

2009/3/23 Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com

 Saya rasa pendapat saudara kurang tepat. Tambahannya dan ralitas pada saat
 awal, banyak umat Buddha di Indonesia sejak awal kemerdekaan RI baik yang
 keturunan Tionghoa maupun Native Buddhist kehilangan pegangan tentang Buddha
 Dharma yg sesungguhnya. Para Bhikkhu dari Sangha Theravada yang diinisiasi
 oleh Narada Mahathera dari Srilanka dengan mulai membawa anakan pohon Bodhi
 yang di tanam di pelataran Candi Borobudur. Pembabaran Dharma oleh beliau
 melahirkan cikal bakal Sangha Theravada di Indonesia yang di mualai oleh
 penabisan Bhikku Jinaputta, Bhikku Ashinjinarakita, Bhikku Giriratana,
 Bhikku Jinapia (sekarang Bhikku Tithaketuko). Semua di tabiskan dalam
 Tradisi Theravada dan oleh Sangha Theravada di Burma pada awalnya. Tetapi
 karean ketidak stabilan politik Burma, akhirnya mulai dari Bhikku Giriratana
 Mahathera di tabis di Thailand. Tetapi sekarang sudah banyak Bhikku tradisi
 Theravada di tabis di Jakarta dan Malang. Sebagian memilih di tabis dalam
 tradisi Theravada Myanmar (Burma).

 Pada masa awal para pemuda Buddhis yang menginisiasi Sam Kauw Hwee /
 Tridharma di Indonesia seperti Bp Kwee Tek Hwai merangkul para Bhikku dari
 tradisi Theravada untuk mendapatkan pembabaran tentang Dharma secara jelas
 dan logis, mengingat anakatan muda tersebut adalah termasuk para intelektual
 muda.

 Mengapa ke para bhikku tradisi Theravada, mudah sekali, para Bhikku di
 Indonesia dari tradisi Mahayana pada waktu itu tidak bisa memberikan
 pembabaran Dhamma secara kontemporer yang  mudah di tangkap oleh para pemuda
 Tri Dharma. Mereka hany abisa membabarkan ken dalam bahasa Hokkian terutama
 para Hokkian Hweshio di Kong Hoa Sie dan biara Mahayana kebanyakn Hokkian
 Hweeshio.

 Saya terlahir sebagai keturuna Tionghoa yang dari dulunya memang dari
 sononya sudah Buddhist Mahayana yang cukup mantap artinya sudah bisa
 membedakan mana ritual tradisi dan mana ritual Buddhist Mahayana Tiongkok,
 dam mana ritual dari aliran kepecayaan lainnya. Kami sering mengundang
 Hweeshio ke setiap acara penting, bahkan keluarga kami ada yang jadi Suhu.
 Tetapi ritual saja sudah mulai tidak cukup, apa lagi dengan gencarnya
 propaganda dan 'paksaan systematis dalam sistim pendidikan swastaberagama
 lain' tambahan setelah ORBA semua ygn berbau Tionghoa tanpa pandang bulu
 dianggap komunis. Tambah tidak bisa berkutiklah tradisi Mahayana Tiongkok di
 Indonesia

 Jadi mohon kepada saudaraku sekalian, bila memberi keterangan di forom ini
 tolong berbicaralah dengan lugas , tegas dan benar dan jangan memberikan
 isue isue tendensius yang bisa membuat pemikiran orang lain terjerumus dalam
 ketidak benaran.

 Itu kejahatan loh.

 Salam saya,
 (Masih Belajar Budi Pekerti)

 2009/3/23 Joao Kho joao@gmail.com

   Wah..wah..wah.. membuka lembaran sejarah. Dimana agama Buddha sekte
 Theravada di Indonesia juga tidak berkembang karena hanya ajaran (Dharma)
 Buddha tetapi juga karena adanya paket stimulus politik penguasa
 dibelakangan.

 Salam,
 Joao Kho


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Hendri Irawan heny...@... wrote:
 
  Tambah dikit,
 
  Orang Kasogatan tidak memakai nama Borobudur, yang adalah nama desa.
 Mereka  menyebutnya Bumishambara.
 
  Lalu, walaupun Theravada Buddhisme dikatakan buddhisme aliran selatan,
 Theravada tidak pernah berkembang luas di nusantara. Buddhisme nusantara
 adalah termasuk Mahayana aliran Tantra atau Tantrayana.
 
  Aliran Theravada di Indonesia (terutama Theravada Thailand sekte)
 baru mendapatkan stimulus sejak kejadian .
 
  Hormat saya,
 
  Yongde
 
 
  --- On Sun, 3/22/09, Hendri Irawan heny...@... wrote:
  From: Hendri Irawan heny...@...

  Subject: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan
 konghucu n budhist?
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com
  Date: Sunday, March 22, 2009, 4:05 PM
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Koreksi saja,
 
 
 
  Candi Borobudur bukan Theravada Buddhism, tetapi termasuk Mahayan
 Buddhism cabang Tantrayana. Tantrayana Jawa terutama menyebut ajaran mereka
 sebagai Tantrayana Kasogatan.
 
 
 
  Menurut catatan sejarah di Singasari, buddhisme di sana banyak yang
 menganut aliran pemikiran Bojana. Beda utama tantra Bojana dengan aliran
 lain adalah dalam metode untuk melepaskan diri dari ketergantungan atas
 kenikmatan duniawi. Cara mereka adalah jangan menghindari kenikmatan justru
 harus dinikmati sepuas-puasnya sampai satu titik maka jiwa manusia akan
 bosan akan kenikmatan itu dan di situlah ketergantungan atas kenikmatan
 duniawi akan mulai ditinggalkan.
 
 
 
  Karena masa candi Borobudur berabad-abad sebelum Singasari saya kurang
 tahu apakah kepercayaan tantra wangsa Syailendra juga mirip dengan tantra
 Bojana jaman Singasari. Namun kita bisa lihat tingkat/bagian bawah

Re: [budaya_tionghua] RENUNGAN MINGGU INI

2009-03-23 Terurut Topik Ning M. Widjaja
terima kasih cukup bisa diterima keterangan singkat ini

2009/3/23 Teng Aina teng.a...@yahoo.com

   salam sejahtera,..dari ujaran Nabi KongZe, saya mengambil kesimpulan
 (maaf bila kesimpulan saya ini terlalu cetek ) bahwa  orang jaman
 dahulu sangat menjunjung tinggi kejujuran dan keberanian. sehingga bila
 mengucapkan kata atau janji, harus mampu dan bisa melaksanakannya. sehingga
 tidak membuat malu keluarga dan leluhur. tidak seperti jaman sekarang
 (seperti para caleg) pada saat kampanye mengubar janji2.bila saya
 terpilih akan begini,...akan begitu. dsb tapi pada kenyataannya setelah
 terpilih, banyak yg kecewa karena sang caleg tidak dapat memenuhi
 janji2nya. dan masih banyak contoh lainnya.  demikian kesimpulan saya. bila
 ada yg lebih tau tentang ujaran ini, mohon kesediaannya utk dapat
 menjabarkan lebih jelas (karena saya masih belajar untuk mengerti).saya
 sangat berterimakasih. Soja (tangan diangkat sebatas hidung)...

  --
 *From:* Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com
 *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
 *Sent:* Monday, March 23, 2009 10:25:57 AM
 *Subject:* Re: [budaya_tionghua] RENUNGAN MINGGU INI

  mohon dibabarkan artinya. Saya masih belum bisa tahu persi intinya. Pasti
 ada latar belakang kejadian/cerita sehingga ayat ini di ucapka. oleh Beliau.

 2009/3/22 Teng Aina teng.a...@yahoo. com teng.a...@yahoo.com

ADAPUN SEBABNYA ORANG JAMAN DAHULU MERASA SUKAR MENGUCAPKAN
 KATA-KATANYA IALAH KARENA MERASA MALU KALAU TIDAK DAPAT MELAKSANAKANNYA.
 (Confucius)



  



Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?

2009-03-23 Terurut Topik Ning M. Widjaja
On 3/23/09, agoeng_...@yahoo.com agoeng_...@yahoo.com wrote:

Yup banyak yg ga tau tuh kyk g ini, coba tolong dijelaskan terperinci.
 Suhu Ben Qing tuh asalnya mana? Org indo pa tiongkok? Disana asalnya dr
 mana? Trus disini sebarinnya gimana kan dulu vihara2 n klenteng ditutup.
 Sampe ke anak cucu n cicit muridnya sekalian yah. Apa cuma ekayana doank yg
 masuk aliran mereka? Alirannya namanya apa? Tolong yah. Tq

 --











Beneran gua kagak tau , Tong. Kalo Ntong Hendi Irawan banyak tau, coba
tolongin kita semua biar melek sejarah ne.

Gimana, Tong Hendri, salah salah dikit kita semua maklum dah ya

Di tunggu ni pencerahan si Ntong



*From*: Hendri Irawan
 *Date*: Mon, 23 Mar 2009 04:20:01 -
 *To*: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 *Subject*: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan
 konghucu n budhist?

  Aduh abang, lu kayak gak tahu aja.

 Berapa banyak yang tahu silsilah generasi Ben, Ti, Ding, Xue, Xuan ?
 Yang begituan gak diajari di sekolah walapun mata pelajaran agama Buddha.
 Padahal guru-gurunya dari Mahayana ataupun Buddhayana.

 Apalagi soal bhiksu Ben Qing ? Gini aja berapa banyak yang tahu nama bhiksu
 sukong yang generasi Ti ? Orang-orang ya tahunya Ashin Jinarakhita. Kalau
 Dharmasagaro orang mungkin masih tahu kali yah Ding Hai.

 Tahu sendirilah kenapa, gak perlu diulang-ulang kan.

 Hormat saya,

 Yongde

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 ardian_c ardia...@... wrote:
 
  hehehehehehehehe Ben Qing berjasalar dalam menanamkan benih Mahayana yg
 mulai memudar. Liat aja murid Ben Qing yg generasi Ti yg nantinya berkembang
 jadi Ekayana. Dari generasi Ti berkembang menjadi generasi Ding khan
 huehehehehehhehehe. Baru dah maju lage jadi generasi Xue dan Xuan sekarang
 ini.
 
  BTW sodara ente yg jadi suhu itu generasi yg mana ?
 

   



Re: [budaya_tionghua] RENUNGAN MINGGU INI

2009-03-22 Terurut Topik Ning M. Widjaja
mohon dibabarkan artinya. Saya masih belum bisa tahu persi intinya. Pasti
ada latar belakang kejadian/cerita sehingga ayat ini di ucapka. oleh Beliau.

2009/3/22 Teng Aina teng.a...@yahoo.com

   ADAPUN SEBABNYA ORANG JAMAN DAHULU MERASA SUKAR MENGUCAPKAN KATA-KATANYA
 IALAH KARENA MERASA MALU KALAU TIDAK DAPAT MELAKSANAKANNYA. (Confucius)

  



Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?

2009-03-22 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Saya rasa pendapat saudara kurang tepat. Tambahannya dan ralitas pada saat
awal, banyak umat Buddha di Indonesia sejak awal kemerdekaan RI baik yang
keturunan Tionghoa maupun Native Buddhist kehilangan pegangan tentang Buddha
Dharma yg sesungguhnya. Para Bhikkhu dari Sangha Theravada yang diinisiasi
oleh Narada Mahathera dari Srilanka dengan mulai membawa anakan pohon Bodhi
yang di tanam di pelataran Candi Borobudur. Pembabaran Dharma oleh beliau
melahirkan cikal bakal Sangha Theravada di Indonesia yang di mualai oleh
penabisan Bhikku Jinaputta, Bhikku Ashinjinarakita, Bhikku Giriratana,
Bhikku Jinapia (sekarang Bhikku Tithaketuko). Semua di tabiskan dalam
Tradisi Theravada dan oleh Sangha Theravada di Burma pada awalnya. Tetapi
karean ketidak stabilan politik Burma, akhirnya mulai dari Bhikku Giriratana
Mahathera di tabis di Thailand. Tetapi sekarang sudah banyak Bhikku tradisi
Theravada di tabis di Jakarta dan Malang. Sebagian memilih di tabis dalam
tradisi Theravada Myanmar (Burma).

Pada masa awal para pemuda Buddhis yang menginisiasi Sam Kauw Hwee /
Tridharma di Indonesia seperti Bp Kwee Tek Hwai merangkul para Bhikku dari
tradisi Theravada untuk mendapatkan pembabaran tentang Dharma secara jelas
dan logis, mengingat anakatan muda tersebut adalah termasuk para intelektual
muda.

Mengapa ke para bhikku tradisi Theravada, mudah sekali, para Bhikku di
Indonesia dari tradisi Mahayana pada waktu itu tidak bisa memberikan
pembabaran Dhamma secara kontemporer yang  mudah di tangkap oleh para pemuda
Tri Dharma. Mereka hany abisa membabarkan ken dalam bahasa Hokkian terutama
para Hokkian Hweshio di Kong Hoa Sie dan biara Mahayana kebanyakn Hokkian
Hweeshio.

Saya terlahir sebagai keturuna Tionghoa yang dari dulunya memang dari
sononya sudah Buddhist Mahayana yang cukup mantap artinya sudah bisa
membedakan mana ritual tradisi dan mana ritual Buddhist Mahayana Tiongkok,
dam mana ritual dari aliran kepecayaan lainnya. Kami sering mengundang
Hweeshio ke setiap acara penting, bahkan keluarga kami ada yang jadi Suhu.
Tetapi ritual saja sudah mulai tidak cukup, apa lagi dengan gencarnya
propaganda dan 'paksaan systematis dalam sistim pendidikan swastaberagama
lain' tambahan setelah ORBA semua ygn berbau Tionghoa tanpa pandang bulu
dianggap komunis. Tambah tidak bisa berkutiklah tradisi Mahayana Tiongkok di
Indonesia

Jadi mohon kepada saudaraku sekalian, bila memberi keterangan di forom ini
tolong berbicaralah dengan lugas , tegas dan benar dan jangan memberikan
isue isue tendensius yang bisa membuat pemikiran orang lain terjerumus dalam
ketidak benaran.

Itu kejahatan loh.

Salam saya,
(Masih Belajar Budi Pekerti)

2009/3/23 Joao Kho joao@gmail.com

   Wah..wah..wah.. membuka lembaran sejarah. Dimana agama Buddha sekte
 Theravada di Indonesia juga tidak berkembang karena hanya ajaran (Dharma)
 Buddha tetapi juga karena adanya paket stimulus politik penguasa
 dibelakangan.

 Salam,
 Joao Kho


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Hendri Irawan heny...@... wrote:
 
  Tambah dikit,
 
  Orang Kasogatan tidak memakai nama Borobudur, yang adalah nama desa.
 Mereka  menyebutnya Bumishambara.
 
  Lalu, walaupun Theravada Buddhisme dikatakan buddhisme aliran selatan,
 Theravada tidak pernah berkembang luas di nusantara. Buddhisme nusantara
 adalah termasuk Mahayana aliran Tantra atau Tantrayana.
 
  Aliran Theravada di Indonesia (terutama Theravada Thailand sekte)
 baru mendapatkan stimulus sejak kejadian .
 
  Hormat saya,
 
  Yongde
 
 
  --- On Sun, 3/22/09, Hendri Irawan heny...@... wrote:
  From: Hendri Irawan heny...@...

  Subject: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan
 konghucu n budhist?
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com
  Date: Sunday, March 22, 2009, 4:05 PM
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Koreksi saja,
 
 
 
  Candi Borobudur bukan Theravada Buddhism, tetapi termasuk Mahayan
 Buddhism cabang Tantrayana. Tantrayana Jawa terutama menyebut ajaran mereka
 sebagai Tantrayana Kasogatan.
 
 
 
  Menurut catatan sejarah di Singasari, buddhisme di sana banyak yang
 menganut aliran pemikiran Bojana. Beda utama tantra Bojana dengan aliran
 lain adalah dalam metode untuk melepaskan diri dari ketergantungan atas
 kenikmatan duniawi. Cara mereka adalah jangan menghindari kenikmatan justru
 harus dinikmati sepuas-puasnya sampai satu titik maka jiwa manusia akan
 bosan akan kenikmatan itu dan di situlah ketergantungan atas kenikmatan
 duniawi akan mulai ditinggalkan.
 
 
 
  Karena masa candi Borobudur berabad-abad sebelum Singasari saya kurang
 tahu apakah kepercayaan tantra wangsa Syailendra juga mirip dengan tantra
 Bojana jaman Singasari. Namun kita bisa lihat tingkat/bagian bawah Kamadhatu
 candi Borobudur yang memuat relief2 kenikmatan duniawi, sepertinya kurang
 lebih sama.
 
 
 
  Tibetan Buddhism sendiri menurut sejarah mereka merupakan lanjutan dari
 Tantrayana nusantara karena pelopor-pelopor Tibetan Buddhism 

Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?

2009-03-22 Terurut Topik Ning M. Widjaja
wah baik juga , tolong Saudar bisa memberikan pencerahan mengenai topik yg
sdr mulai ini. Sangat menarik, kita harus belajar dari sejarah ya.

Terim kasih

2009/3/23 ardian_c ardia...@yahoo.co.id

   hm rasanya peranan bhiksu Ben Qing berperan besar dalam
 mengembangkan Buddhisme tapi kok namanya jarang disebut2 ya ?
 Biar dalam alur yg berbeda dgn Theravada tapi peran beliau jg besar.
 Contohnya Ti Zheng a.ka. bhante Ashin itu muridnya.


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmw...@... wrote:
 
  Saya rasa pendapat saudara kurang tepat. Tambahannya dan ralitas pada
 saat
  awal, banyak umat Buddha di Indonesia sejak awal kemerdekaan RI baik yang
  keturunan Tionghoa maupun Native Buddhist kehilangan pegangan tentang
 Buddha
  Dharma yg sesungguhnya. Para Bhikkhu dari Sangha Theravada yang
 diinisiasi
  oleh Narada Mahathera dari Srilanka dengan mulai membawa anakan pohon
 Bodhi
  yang di tanam di pelataran Candi Borobudur. Pembabaran Dharma oleh beliau
  melahirkan cikal bakal Sangha Theravada di Indonesia yang di mualai oleh
  penabisan Bhikku Jinaputta, Bhikku Ashinjinarakita, Bhikku Giriratana,
  Bhikku Jinapia (sekarang Bhikku Tithaketuko). Semua di tabiskan dalam
  Tradisi Theravada dan oleh Sangha Theravada di Burma pada awalnya. Tetapi
  karean ketidak stabilan politik Burma, akhirnya mulai dari Bhikku
 Giriratana
  Mahathera di tabis di Thailand. Tetapi sekarang sudah banyak Bhikku
 tradisi
  Theravada di tabis di Jakarta dan Malang. Sebagian memilih di tabis dalam
  tradisi Theravada Myanmar (Burma).
 
  Pada masa awal para pemuda Buddhis yang menginisiasi Sam Kauw Hwee /
  Tridharma di Indonesia seperti Bp Kwee Tek Hwai merangkul para Bhikku
 dari
  tradisi Theravada untuk mendapatkan pembabaran tentang Dharma secara
 jelas
  dan logis, mengingat anakatan muda tersebut adalah termasuk para
 intelektual
  muda.
 
  Mengapa ke para bhikku tradisi Theravada, mudah sekali, para Bhikku di
  Indonesia dari tradisi Mahayana pada waktu itu tidak bisa memberikan
  pembabaran Dhamma secara kontemporer yang mudah di tangkap oleh para
 pemuda
  Tri Dharma. Mereka hany abisa membabarkan ken dalam bahasa Hokkian
 terutama
  para Hokkian Hweshio di Kong Hoa Sie dan biara Mahayana kebanyakn Hokkian
  Hweeshio.
 
  Saya terlahir sebagai keturuna Tionghoa yang dari dulunya memang dari
  sononya sudah Buddhist Mahayana yang cukup mantap artinya sudah bisa
  membedakan mana ritual tradisi dan mana ritual Buddhist Mahayana
 Tiongkok,
  dam mana ritual dari aliran kepecayaan lainnya. Kami sering mengundang
  Hweeshio ke setiap acara penting, bahkan keluarga kami ada yang jadi
 Suhu.
  Tetapi ritual saja sudah mulai tidak cukup, apa lagi dengan gencarnya
  propaganda dan 'paksaan systematis dalam sistim pendidikan swastaberagama
  lain' tambahan setelah ORBA semua ygn berbau Tionghoa tanpa pandang bulu
  dianggap komunis. Tambah tidak bisa berkutiklah tradisi Mahayana Tiongkok
 di
  Indonesia
 
  Jadi mohon kepada saudaraku sekalian, bila memberi keterangan di forom
 ini
  tolong berbicaralah dengan lugas , tegas dan benar dan jangan memberikan
  isue isue tendensius yang bisa membuat pemikiran orang lain terjerumus
 dalam
  ketidak benaran.
 
  Itu kejahatan loh.
 
  Salam saya,
  (Masih Belajar Budi Pekerti)
 
  2009/3/23 Joao Kho joao@...
 
   Wah..wah..wah.. membuka lembaran sejarah. Dimana agama Buddha sekte
   Theravada di Indonesia juga tidak berkembang karena hanya ajaran
 (Dharma)
   Buddha tetapi juga karena adanya paket stimulus politik penguasa
   dibelakangan.
  
   Salam,
   Joao Kho
  
  
   --- In 
   budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.combudaya_tionghua%
 40yahoogroups.com,
   Hendri Irawan henyung@ wrote:
   
Tambah dikit,
   
Orang Kasogatan tidak memakai nama Borobudur, yang adalah nama desa.
   Mereka menyebutnya Bumishambara.
   
Lalu, walaupun Theravada Buddhisme dikatakan buddhisme aliran
 selatan,
   Theravada tidak pernah berkembang luas di nusantara. Buddhisme
 nusantara
   adalah termasuk Mahayana aliran Tantra atau Tantrayana.
   
Aliran Theravada di Indonesia (terutama Theravada Thailand sekte)
   baru mendapatkan stimulus sejak kejadian .
   
Hormat saya,
   
Yongde
   
   
--- On Sun, 3/22/09, Hendri Irawan henyung@ wrote:
From: Hendri Irawan henyung@
  
Subject: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan
   konghucu n budhist?
To: 
budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.combudaya_tionghua%
 40yahoogroups.com
Date: Sunday, March 22, 2009, 4:05 PM
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
Koreksi saja,
   
   
   
Candi Borobudur bukan Theravada Buddhism, tetapi termasuk Mahayan
   Buddhism cabang Tantrayana. Tantrayana Jawa terutama menyebut ajaran
 mereka
   sebagai Tantrayana Kasogatan.
   
   
   
Menurut catatan sejarah di Singasari, buddhisme di sana banyak yang
   menganut

Re: [budaya_tionghua] Re: apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?

2009-03-22 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Lalu .?

Saudara masih belum memberikan penjelasan yang yg baik ttg topik utama di
sini?

Di tunggu ya.

Terima kasih

2009/3/23 Hendri Irawan heny...@yahoo.com

   Baca dulu baik-baik di bawah, saya tulis Theravada Thailand sekte.
 Bukan Burma maupun Sri Lanka yang jelas-jelas pemikiran dan pandangan
 mereka sangat beda (seperti langit dan bumi) terhadap tradisi dan budaya
 lokal (dalam hal ini termasuk tionghua).

 Lagi pula ada kerancuan yang luar biasa mengenai status buddhisme,
 khonghucu, dan kepercayaan rakyat (tri-dharma). Sejatinya mayoritas orang
 tionghua adalah termasuk tri-dharma yang sinkretis. Memberikan pengertian
 Buddha Dharma sesungguhnya, definisi sesungguhnya di sini bisa positif dan
 negatif. Yang negatif yah seperti contoh sejarah di mana perayaan imlek
 dilarang karena dianggap bukan buddhisme, sedangkan perayaan valentine
 dirayakan gegap gempita.

 Tapi sekali lagi liat dulu kelompok mana yang berperilaku demikian.

 Hormat saya,

 Yongde
 Ashin Jinarakhita memiliki silsilah campuran, beliau menjadi samanera Chan
 yang notabene Mahayana dan diupasampadakan menjadi Bhikkhu melalui silsilah
 Theravada Burma, makanya kelompok sukong perilakunya beda jauh sama kelompok
 lain.

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmw...@... wrote:
 
  Saya rasa pendapat saudara kurang tepat. Tambahannya dan ralitas pada
 saat
  awal, banyak umat Buddha di Indonesia sejak awal kemerdekaan RI baik yang
  keturunan Tionghoa maupun Native Buddhist kehilangan pegangan tentang
 Buddha
  Dharma yg sesungguhnya. Para Bhikkhu dari Sangha Theravada yang
 diinisiasi
  oleh Narada Mahathera dari Srilanka dengan mulai membawa anakan pohon
 Bodhi
  yang di tanam di pelataran Candi Borobudur. Pembabaran Dharma oleh beliau
  melahirkan cikal bakal Sangha Theravada di Indonesia yang di mualai oleh
  penabisan Bhikku Jinaputta, Bhikku Ashinjinarakita, Bhikku Giriratana,
  Bhikku Jinapia (sekarang Bhikku Tithaketuko). Semua di tabiskan dalam
  Tradisi Theravada dan oleh Sangha Theravada di Burma pada awalnya. Tetapi
  karean ketidak stabilan politik Burma, akhirnya mulai dari Bhikku
 Giriratana
  Mahathera di tabis di Thailand. Tetapi sekarang sudah banyak Bhikku
 tradisi
  Theravada di tabis di Jakarta dan Malang. Sebagian memilih di tabis dalam
  tradisi Theravada Myanmar (Burma).
 
  Pada masa awal para pemuda Buddhis yang menginisiasi Sam Kauw Hwee /
  Tridharma di Indonesia seperti Bp Kwee Tek Hwai merangkul para Bhikku
 dari
  tradisi Theravada untuk mendapatkan pembabaran tentang Dharma secara
 jelas
  dan logis, mengingat anakatan muda tersebut adalah termasuk para
 intelektual
  muda.
 
  Mengapa ke para bhikku tradisi Theravada, mudah sekali, para Bhikku di
  Indonesia dari tradisi Mahayana pada waktu itu tidak bisa memberikan
  pembabaran Dhamma secara kontemporer yang mudah di tangkap oleh para
 pemuda
  Tri Dharma. Mereka hany abisa membabarkan ken dalam bahasa Hokkian
 terutama
  para Hokkian Hweshio di Kong Hoa Sie dan biara Mahayana kebanyakn Hokkian
  Hweeshio.
 
  Saya terlahir sebagai keturuna Tionghoa yang dari dulunya memang dari
  sononya sudah Buddhist Mahayana yang cukup mantap artinya sudah bisa
  membedakan mana ritual tradisi dan mana ritual Buddhist Mahayana
 Tiongkok,
  dam mana ritual dari aliran kepecayaan lainnya. Kami sering mengundang
  Hweeshio ke setiap acara penting, bahkan keluarga kami ada yang jadi
 Suhu.
  Tetapi ritual saja sudah mulai tidak cukup, apa lagi dengan gencarnya
  propaganda dan 'paksaan systematis dalam sistim pendidikan swastaberagama
  lain' tambahan setelah ORBA semua ygn berbau Tionghoa tanpa pandang bulu
  dianggap komunis. Tambah tidak bisa berkutiklah tradisi Mahayana Tiongkok
 di
  Indonesia
 
  Jadi mohon kepada saudaraku sekalian, bila memberi keterangan di forom
 ini
  tolong berbicaralah dengan lugas , tegas dan benar dan jangan memberikan
  isue isue tendensius yang bisa membuat pemikiran orang lain terjerumus
 dalam
  ketidak benaran.
 
  Itu kejahatan loh.
 
  Salam saya,
  (Masih Belajar Budi Pekerti)
 
  2009/3/23 Joao Kho joao@...
 
   Wah..wah..wah.. membuka lembaran sejarah. Dimana agama Buddha sekte
   Theravada di Indonesia juga tidak berkembang karena hanya ajaran
 (Dharma)
   Buddha tetapi juga karena adanya paket stimulus politik penguasa
   dibelakangan.
  
   Salam,
   Joao Kho
  
  
   --- In 
   budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.combudaya_tionghua%
 40yahoogroups.com,
   Hendri Irawan henyung@ wrote:
   
Tambah dikit,
   
Orang Kasogatan tidak memakai nama Borobudur, yang adalah nama desa.
   Mereka menyebutnya Bumishambara.
   
Lalu, walaupun Theravada Buddhisme dikatakan buddhisme aliran
 selatan,
   Theravada tidak pernah berkembang luas di nusantara. Buddhisme
 nusantara
   adalah termasuk Mahayana aliran Tantra atau Tantrayana.
   
Aliran Theravada di Indonesia (terutama Theravada

Re: [budaya_tionghua] apakah budaya tionghoa identik dengan konghucu n budhist?

2009-03-21 Terurut Topik Ning M. Widjaja
*Analogynya demikian:

Bila Budaya Tionghoa itu adalah sebuah lukisan, maka Budhhisme dan
Konfucianisme adalah warna-warna yang cukup dominan dalam lukisan itu.

Kalau dibalik analogynya, apakah warna itu adalah lukisan secara utuh?

Selamat meresapi.
*
2009/3/20 budi anto budic...@yahoo.com

   sesuai judulnya  bener ga tuh? ato ada temen2 yang mau kasih
 pendapatnya?

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng

2009-03-20 Terurut Topik Ning M. Widjaja
iya tepatnya begitu

2009/3/19 ardian_c ardia...@yahoo.co.id

   hmm kalju gak salah inget itu patokannya chun fen ame gu yu ya
 bagian dari 24 jie qi jg kalu gak salah lage neh


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmw...@... wrote:
 
  Setelah saya melihat kalender, ternyata keterangan anda kurang tepat,
 yang
  benar masa Chen Beng 2009 dimulai tgl 21 Maret yaitu Jie Gwee Ji Cap Go (
  bulan 2 tgl 25), bukan tgl 1 bulan 3 kalender Tiong Hoa. Dan sebenarnya
  kalender Tionghoa ini adalah yang bener Im Yang Lek - Soli-Lunar Calender
 (
  calender yg berpedoman pada perputaran bulan mengelilingi bumi dan
  perputaran bumi mengitari matahari - bukan murni calender Lunar seperti
  calender Arab dan Jawa ).
 
  Dan Sudara boleh memnggil saya Koko.
 
  2009/3/18 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@...
 
   DUH #-o Mbak ku yang cantik
  
   Maksud Saya tuh tanggal 1 bulan 3 kalender tiongkok tuh udah dimulai
   sembayang Ching ming dan puncaknya akhir tuh biasanya tanggal 4 atau 5
   april. Itu berdasarkan perhitungan Kalender Bulan dan matahari. Mirip
 Tung
   che.
  
   --- In 
   budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.combudaya_tionghua%
 40yahoogroups.com,
   melani chia chiamelani@ wrote:
   
Kalender saya tangal 4 April tuh.
   
   
   
--- On Wed, 18/3/09, Purnama Sucipto Gunawan east_road@ wrote:
From: Purnama Sucipto Gunawan east_road@
Subject: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng
  
To: 
budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.combudaya_tionghua%
 40yahoogroups.com
Date: Wednesday, 18 March, 2009, 11:08 AM
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
Saya Koreksi Sedikit sebenarnya sembayang cheng beng itu dimulai pada
   Bulan ke 3 dari kalender tionghoa tepatnya dimulai dari tanggal 1.
   
Tanggal 5 april merupakan perhitungan berdasarkan kalender matahari
 dan
   bulan. Hampir sama dengan pas Tung Che perhitungannya harinya.
   
   
   
--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Budiman Wijaya wbudi...@.
   wrote:
   

   
 sembahyang cengbeng di mulai tgl 16 maret sampai dengan 5 april.
   

   
 --- On Mon, 3/16/09, jayasentosa_ bali jayasentosa_ bali@ wrote:
   

   

   
 From: jayasentosa_ bali jayasentosa_ bali@
   
 Subject: [budaya_tionghua] Tanggal Ceng Beng
   
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
   
 Date: Monday, March 16, 2009, 8:38 AM
   

   

   

   

   

   

   
 Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah
   sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada
 tanggal
   berapa?
   

   
 Terimakasih
   

   
 Salam Bahagia
   

   
  
  
  
 

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Fw: [taoism-singapore] Fukien Deities

2009-03-19 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Ko David Kwa,

Kam Sia

N. M. Widjaja

On Wed, Mar 18, 2009 at 9:37 PM, David Kwa david_kwa2...@yahoo.com wrote:

   Encoding: Unicode (UTF-8)

 http://javewu.multiply.com/journal/item/123 (edited by David Kwa---
 Hokkian/Mandarin-Pinyin).

 Premier of Nine Emperors - Grand Tutor Lim/Lin (Kiuhong Thaysukong â€
 Lim-hu Thaysu ä¹ çš‡å¤ªå¸«å…¬ - 林府太師)

 Lim Thaysu (Lin Taishi 林太師) aka Lim Thaysukong (Lin Taishigong
 林太師公), the title of Grand Tutor Lim/Lin (1537-1607)

 Lim Thaysu/Lin Taishi’s real name was Lim Kay Chun/Lin Xiechun æž—å •æ˜¥
 or Lim Hu Goan/Lin Fuyuan æž—å­šå…ƒ. He was born in 1537 (16th year of
 Ke-ceng/Jiajing Period of the Beng/Ming Dynasty çŸäºŽæ˜Žæœ å˜‰é –å å…­å¹´).

 In 1565, at the age of 28, he got his Number One Scholar
 (cionggoan/zhuangyuan 狀元) from the Imperial Court and started his
 service for the Nation. After getting his title, he was being appointed to
 join in the Hanlim/Hanlin Academy (翰林院) ― meaning a Academy of All
 Scholars who did the tasks of recordings, editing and academic-planning,
 etc.

 In 1568 he was selected as the Top Scholar in Hanlim/Hanlin Academy (Hanlim
 Tayhaksu/Hanlin Daxueshi 翰林大學士) and appointed to edit and arrange
 the Records of the Country’s History (ç·¨ä¿®å ²è¨˜).

 In 1573 he was promoted to the position of Grand Tutor (Thaysu/Taishi
 太師) of the Imperial Court (since, before the crown prince ascended his
 throne, Lim Thaysu/Lin Taishi had been the Teacher of the Crown Prince
 (Thaycu Thayhu/Taizi Taifu å¤ªå­ å¤ªå‚…).

 In 1607, at the age of 71, Lim Thaysu/Lin Taishi passed away, and he was
 buried at Mt Chitseng /Qixing in Hokkian/Fujian Province (è`¬èˆ‡ç¦ 建çœ
 內七星山).

 According to records, during the period when Lin Taishi got his promotion
 as the Grand Tutor, he saved a temple from being destroyed by the bullies
 and hooligans in the area of where he performed his official duty

 After capturing the group of bullies and hooligans, then, Lin Taishi
 realized that the temple was built dedicated to the Nine Emperors aka
 Kiuhong Tayte/Jiuhuang Dadi (ä¹ çš‡å¤§å¸ ).

 That night Kiuhong Tayte/Jiuhuang Dadi came into Lin Taishi’s dream to
 show their appreciation and gratitude of him saving the temple. In his
 dream, Kiuhong Tayte/Jiuhuang Dadi bestowed Lim Thaysu/Lin Taishi with the
 official title of Kiuhong Thaysukong/Jiuhuang Taishi Gong (ä¹ çš‡å¤ªå¸«å…¬).
 The next day, while Lim Thaysu/Lin Taishi went back to the temple, he saw a
 seat in the temple dedicated to him.

 From then on, Lim Thaysu/Lin Taishi is also known as the Grand Tutor or
 Premier for the Nine Emperors (Kiuhong Thaysukong/Jiuhuang Taishigong ä¹
 皇太師公).

 Till today, traditional temples or altars that are dedicated to the Nine
 Emperors will still set up a seat for Lin Taishi, this is to show the
 gratitude to him.

 Lin Taishi was also known as one of the Ancestors of the Lim/Lin Clan
 (æž—æ° ç¥–å…ˆ).


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmw...@... wrote:
 
  Ko,
 
  Bisa minta tolong bantu cari sejarah cerita ttg LIM TAY SU KONG, yang
  katanya juga dewa yg di puja dari daerah Hok Kian.
 
  Terima kasih
 
  On Wed, Mar 18, 2009 at 12:17 PM, King Hian king_h...@... wrote:
 
   Ini ada tulisan tentang dewa2 orang Hokkian.
  
   KH
  
   --- On *Tue, 3/17/09, Jim Kemp jimkem...@...* wrote:
  
  
   From: Jim Kemp jimkem...@...
   Subject: [taoism-singapore] Fukien Deities
   To: taoism-singap...@yahoogroups.comtaoism-singapore%40yahoogroups.com
   Date: Tuesday, March 17, 2009, 7:25 AM
  
   Keith Stevens writing about Fukien/Taiwan deities. Some may find it
   interesting.
  
   http://sunzi1. lib.hku.hk/ hkjo/view/ 44/4402006. pdf
 http://sunzi1.lib.hku.hk/hkjo/view/44/4402006.pdf
  
  
  
  
 

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng

2009-03-19 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Setelah saya melihat kalender, ternyata keterangan anda kurang tepat, yang
benar masa Chen Beng 2009 dimulai tgl 21 Maret yaitu Jie Gwee Ji Cap Go (
bulan 2 tgl 25), bukan tgl 1 bulan 3 kalender Tiong Hoa. Dan sebenarnya
kalender Tionghoa ini adalah yang bener Im Yang Lek - Soli-Lunar Calender (
calender yg berpedoman pada perputaran bulan mengelilingi bumi dan
perputaran bumi mengitari matahari - bukan murni calender Lunar seperti
calender Arab dan Jawa ).

Dan Sudara boleh memnggil saya Koko.

2009/3/18 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com

   DUH #-o Mbak ku yang cantik

 Maksud Saya tuh tanggal 1 bulan 3 kalender tiongkok tuh udah dimulai
 sembayang Ching ming dan puncaknya akhir tuh biasanya tanggal 4 atau 5
 april. Itu berdasarkan perhitungan Kalender Bulan dan matahari. Mirip Tung
 che.

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 melani chia chiamel...@... wrote:
 
  Kalender saya tangal 4 April tuh.
 
 
 
  --- On Wed, 18/3/09, Purnama Sucipto Gunawan east_r...@... wrote:
  From: Purnama Sucipto Gunawan east_r...@...
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng

  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com
  Date: Wednesday, 18 March, 2009, 11:08 AM
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Saya Koreksi Sedikit sebenarnya sembayang cheng beng itu dimulai pada
 Bulan ke 3 dari kalender tionghoa tepatnya dimulai dari tanggal 1.
 
  Tanggal 5 april merupakan perhitungan berdasarkan kalender matahari dan
 bulan. Hampir sama dengan pas Tung Che perhitungannya harinya.
 
 
 
  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Budiman Wijaya wbudiman@ .
 wrote:
 
  
 
   sembahyang cengbeng di mulai tgl 16 maret sampai dengan 5 april.
 
  
 
   --- On Mon, 3/16/09, jayasentosa_ bali jayasentosa_ bali@ wrote:
 
  
 
  
 
   From: jayasentosa_ bali jayasentosa_ bali@
 
   Subject: [budaya_tionghua] Tanggal Ceng Beng
 
   To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 
   Date: Monday, March 16, 2009, 8:38 AM
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
  
 
   Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah
 sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada tanggal
 berapa?
 
  
 
   Terimakasih
 
  
 
   Salam Bahagia
 
  
 

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng

2009-03-18 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Kalau menurut kebiasaan keluarga besar saya ini tidak termasuk upacara Cheng
Beng yg langsung berhubungan dengan perawatan kuburan, tetapi apa yg
diterangkan biasa kami sebut saja Sembahyang Sha Gwee dan bukan Cheng Beng
lagi, dan sudah tidak boleh melakukan apa apa terhadap kuburan yang hanya
boloeh di masa Cheng Beng.

2009/3/18 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@yahoo.com

   Saya Koreksi Sedikit sebenarnya sembayang cheng beng itu dimulai pada
 Bulan ke 3 dari kalender tionghoa tepatnya dimulai dari tanggal 1.
 Tanggal 5 april merupakan perhitungan berdasarkan kalender matahari dan
 bulan. Hampir sama dengan pas Tung Che perhitungannya harinya.

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Budiman Wijaya wbudi...@... wrote:
 
  sembahyang cengbeng di mulai tgl 16 maret sampai dengan 5 april.
 
  --- On Mon, 3/16/09, jayasentosa_bali jayasentosa_b...@... wrote:
 
 
  From: jayasentosa_bali jayasentosa_b...@...
  Subject: [budaya_tionghua] Tanggal Ceng Beng

  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com
  Date: Monday, March 16, 2009, 8:38 AM
 
 
 
 
 
 
  Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah
 sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada tanggal
 berapa?
 
  Terimakasih
 
  Salam Bahagia
 

  



Re: [budaya_tionghua] Fw: [taoism-singapore] Fukien Deities

2009-03-18 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Ko,

Bisa minta tolong bantu cari sejarah cerita ttg LIM TAY SU KONG, yang
katanya juga dewa yg di puja dari daerah Hok Kian.

Terima kasih

On Wed, Mar 18, 2009 at 12:17 PM, King Hian king_h...@yahoo.com wrote:

   Ini ada tulisan tentang dewa2 orang Hokkian.

 KH

 --- On *Tue, 3/17/09, Jim Kemp jimkem...@yahoo.com* wrote:


 From: Jim Kemp jimkem...@yahoo.com
 Subject: [taoism-singapore] Fukien Deities
 To: taoism-singap...@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, March 17, 2009, 7:25 AM

  Keith Stevens writing about Fukien/Taiwan deities. Some may find it
 interesting.

 http://sunzi1. lib.hku.hk/ hkjo/view/ 44/4402006. 
 pdfhttp://sunzi1.lib.hku.hk/hkjo/view/44/4402006.pdf


  



Re: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng

2009-03-17 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Karena umumnya kalau di Tiongkok itu kuburan letaknya jauh di gunung, dan
hany aboleh dikunjungi pada waktu tertentu baik secara pribadi maupun secara
kesepakatan adat orang sekampung disana, makanya kuburan jadi sangat kotor
oleh rumput dan tanaman liar dan sekadang bangunannya kalau ada rusak.

Di masa Ceng Beng ini secara serentak maupun perkeluarga masyarakat bisa
tanpa konsultasi siapapun dan tanpa melangar adat setempat boleh
membersihkan kuburan, dan memperbaiki bangunan yag rusak. Waktunya biasa
selama 14 hari dihitung mundur sejak tgl 4 atau 5 April biasanya ( bisa
dilihat di buku dan kalender Tung Su).

Diakhir perbaikan makan, rumput kuburan dan tanaman liar bisa di cabut dan
di gali lalu di tambahkan tanah lagi agar gunungan menjadi bagus dan tinggi
kembali. Selesai melakukan itu sebagai tanda sudah selesai pemugaran dan
pembersihan kuburan, di tanah di sisipkan kertas, di atas Bong Pay juga di
pasang kertas, juga sekadang di pasang ranting bambu dengan kertas seperti
rumbai-rumbai. Jenis kertas tergantung tradisi dan kebiasaan masing-masing
adat dari sukunya.

Tee dalam dialeh Hok Kian artinya bumi/tanah, Coa artinya kertas, jadi Tee
Coa artinya memasang kertas di tanah kuburan sebagai tanda kuburan selesai
dibersihkan sampai tahun depan lagi.

Setelah itu di lakukan persembahyangan kecil dengan teh, manisan, kue dan
gula lengakap dengan lilin dan hio baik di Bong Pay maupun di tempat Toa Pe
Kong / To Tee Kong / Dewa Penjaga Tanah. Selesai itu membakar Gin Coa dan
Siu Kim Coa. Acara di kuburan selesai.

Setelah itu keluarga berkumpul dan melakukan persembahyangan besar di meja
abu. Bagi yang tidak ada meja abu, biasa keluarga melakukan persembahyangan
besar bersama di muka Bong Pai dan sambil makan bersama. Memang acara semua
ini gunanya untuk mengeratkan hubungan kekeluargaan. Biasanya perayaan Ceng
Beng seperti Perayaan Cit Gwee Poa / Cio Ko keluarga semua pulang kampung,
dan nampakanya lebih dipentingkan melebihin perayaan Tutup Tahun / Tahun
Baru.

Semoga membantu.

2009/3/17 fey_solo fey_s...@yahoo.com

   sekalian nanya
 tradisi/ upacara apa sich yang biasa dilakuin wkt ceng beng?
 tee coa itu yang kaya gimana?
 trus bagi yang di kremasi gimana??
 makacieh ^.^

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmw...@... wrote:
 
  Untuk masa Ceng Beng saya biasa melihat di kalender Tung Su, biasanya
 masa
  Ceng Beng adalah 14 hari sebelum tgl 4 atau tgl 5 April. Silahkan membuka
  kalender Tung Su.
 
  Semoga bermanfaat.
 
  2009/3/16 jayasentosa_bali jayasentosa_b...@...

 
   Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah
   sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada
 tanggal
   berapa?
  
   Terimakasih
  
   Salam Bahagia
  
  
  
 

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Tanggal Ceng Beng

2009-03-17 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Bagi yang di kremasi biasa mengunjungi tempat abu di simpan dan melakukan
persembahyangan bersama. Bila abu di tabur di laut, biasanya melakukan
sembahyang di pantai yg mendekati tampat abu di tabur atau pantai terdekat
saja lalu melakukan persembahyangan dan tabur bunga dan kertas di laut.

2009/3/17 fey_solo fey_s...@yahoo.com

   sekalian nanya
 tradisi/ upacara apa sich yang biasa dilakuin wkt ceng beng?
 tee coa itu yang kaya gimana?
 trus bagi yang di kremasi gimana??
 makacieh ^.^

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ning M. Widjaja nmw...@... wrote:
 
  Untuk masa Ceng Beng saya biasa melihat di kalender Tung Su, biasanya
 masa
  Ceng Beng adalah 14 hari sebelum tgl 4 atau tgl 5 April. Silahkan membuka
  kalender Tung Su.
 
  Semoga bermanfaat.
 
  2009/3/16 jayasentosa_bali jayasentosa_b...@...

 
   Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah
   sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada
 tanggal
   berapa?
  
   Terimakasih
  
   Salam Bahagia
  
  
  
 

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Tata cara sembayang orang baru meninggal ( adat tionghoa)

2009-03-17 Terurut Topik Ning M. Widjaja
   mo sharee pengalaman, skaligus mo nambah pertanyaan jg tentang adat buat
 orang yang meninggal
 keluargaku emang udah nga njalanin tradisi yang kumplit kya dlu lg sich,
 mungkin karna kebanyakan jg udah pada nga tau tradisi yang bener tuh kya
 apa, tradisi yang dilakuin dikeluargaq ada kesamaan n perbedaan ma yang udah
 ditulis tmn2, dlu waktu akung n nyama q meninggal










Aku share berdasarkan tradisi keluarga ku ya.

 1. tutup peti jim bok (sorry klo salah tulis, tolong dibenerin klo salah)

 seinggetq dlu sebelum tutup peti anaknya ngasi mutiara klo nga salah
 jumlahnya ada 7 dipasang di telingga, mata, hidung, sama mulut ke orang yang
 meninggal, waktu jenasah dimasukin ke peti keluarganya pada balik badan
 alias ga boleh ngliat, bis itu keluarganya muterin peti, arti mutiara ma
 muterin peti apa q juga nga tahu
 klo ada yang tau kasi tanggapan ya??










Sebelum Jib Bok tetapi mayat sudah dimasukkan kedalam peti, setelah selesai
persembahyangan dimasukan 5 butir mutiara pertama 2 dimata agar pada
kelahiran yg akan datang bisa belihat kebenanaran dengan jelas, 2 mutiara di
telinga agar bisa mendengar tetang kebaikan dengan benar dan 1 di mulut agar
bisa mengucapkan kata-kata kebenaran. Ada mantranya tapi aku agak lupa.
Setelah itu wajah di tutup dengan kain penutup wajah yang tipis saja
berwarna putih. Menandai bahwa  ini tahapan awal penyadaran bahwa mendiang
sudah mati dan tidak bisa jumpa keluarganya lagi.Mulai saat itu Toa Ha /
baju berkabung mulai di pakai.

Setelah itu jenazah di selimuti dengan selimut dan terakhir dengan selimut
yg digambari 7 bintang (akalau gak salah) warnanya merah ditengahnya
ditempel kain putih tempat tulisan mantra dan gambar 7 bintang, bila yg
Mahayana di tulisi mantra Te Cong Ong Po Sat.

Lalu keluarga memasukan kertas perak yang sudah di gulung tanpa di tekuk
dengan sebelumnya mengusap muka kita masing-masing tiga gali baru diletakan
diatas mayat sampai penuh dab bergantiam dengan tidak menutup wajah mayat
dengan kertas. Setelah itu dilakukan pembacaan doa sambil berkeliling
mengelilingi peti. Banyak dan arahnya agak berbeda dari tiap keluarga, tapi
ygan pasti secara umum 3 kali searah jarum jam.

Selesai itu keluarga berbaris di muka peti sesuai dengan tingkatannya dan
kui sampai petis selesai ditutup dan di paku. Anak laki-laki tertua memegang
palu di bantu To Kong - pemimpin sembahyang dan melakukan pukulan pertama
untuk semua paku peti sesuai aturan dan urutan paku yagn berbeda untuk
mendiang laki laki atau perempuan, dan mengikuti pemakuan sampai tuntas.
Baru acara Jib Bok selesai di tutup denanga pay kui 4 kali.

Acara ini resmi menandakan bahwa mendiang telah resmi dianggap mati dan
mulai dihitung sebagi hari pertama kematiannya.

  2. trus dirumah di depan pintu dipasang kertas putih dibuat tanda silang,
 dari mulai hari meninggal ampe kremasi/ penguburanya baru dilepas, trus ada
 juga lampion warna putih
 ada yang tau nga ini artinya apa, tolong kasi tanggapan ya







Kertas putih bersilang di pasang setelah Jib Bok sebagai tanda keluarga
sedang berkabung. Satu kertas silang berarti yang meninggal baru salah satu
orang tua, silang dua spt X berarti keluarga sudah ditinggal kedua orang
tuanya. Kertas ini di lepas setelah semua keluarga lepas putih, bisa 7 hari,
49 hari, 1 tahun dan setelah sembahyang 3 Tahun.

Teng Lo Lieng putih menunjukkan keluarga berduka dari marga tertentu, usia
yg meninggal, jenis kelamin, dan jumlah keturunannya. Renda diatas berarti
ygn meninggal laki-laki, di bawah berarti perempuan, jumlah susunan renda
berarti jumlah generasi dari yang mati. Bila sampai 5 generasi (Ngo Tae) ada
satu lampion kecil warna merah yang di pasang sebagai penghormatan dan
ucapan terima kasih kepada Tian atas panjang umur dan kelangsungan keluarga
yang panjang.

  3. ada perbedaan dikeluarga gw sebelum jenasah dikubur/ dikremasi ada
 acara pecah semangka, wkt aq tanya mama sich katanya dlu ada kaisar cina
 yang mati suri, ktanya waktu dia ketemu ma penjaga pintu akirat, dia janji
 akan bawain semangka buat para penjaga pintu itu, krna disana panas, wkt
 akirnya si kaisar itu hidup lagi, dia memerintahkan buat rakyatnya buat
 mbawain semangka ke orang yang meninggal sesuai janji si kaisar










Acara pecah semangka dilakukan segera sebelum iring iringan berangkat keluar
rumah menuju pemakanan. Secara umum dala kel kami diartikan bahwa mendiang
sudah selesai tanggung jawabnya di dunia terhadap keluarga, biji yang
terpecah dari kulit yag berwarna putih dan daging yang merah melambangkan
ayah dan ibu sudah terbebas tanggung jawabnya terhadap anak yang
dilambangkan sebagi bijinya untuk tumbuh dimana biji itu berada secara
masing-masing, walaupun demikian tidak boleh melupakan bahwa sedemikian biji
yg banyak berasal dari satu buah yg sama.

Segera setelah sesorang mati klinis, maka di berikan semangkan di pelukan
tangan kanannya , ini berhubungan dengan mitos Kaisar Lie Sie Bin yang
mengunjungi Giam Lo Ong - sudah banyak di bahas ini.

  4. 

Re: [budaya_tionghua] lanjutan mohon informasi

2009-03-17 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Mohon dijelaskan, kalu dia putra raja, kenapa pakai marga Lim. Mungkin bukan
putra Kaisar, tetapi mungkin putra raja muda  ygn bertindak selaku gubernur
di wilayah Hok Kian. Raja Muda bisa saja dari keluarga jauh kaisar atau
bangsawan / pejabat yg diangakat kaisar. Mohon di perjelas biar lengkap.
Karean menarik, saya sudah liat peninggalannya di Mentok sana, sayang jadi
rumah walet, yg terjaga hanya pavilun muka saja.

2009/3/17 tsultantabrani tsultantabr...@yahoo.com

   untuk ko ning.m widjaja,memang betul dinasti ming bermarga cu,tapi
 mengenai sejarah lim tau kian saya juga baca dalam sejarah masuknya islam
 kepulau bangka/propensi bangka.net dan situs lain lim tau kian putra
 mahkota kaisar ming yang melarikan diri ke patani(thailan) karena malu gagal
 dalam test terakhi utk dilantik jadi kaisar yaitu bermalam di kobakan yang
 banyak Lintahnya sumber mesra.com,mohon tanggapan dan info lanjut
 terimakasih

  



Re: [budaya_tionghua] Re: Tata cara sembayang orang baru meninggal ( adat tionghoa)

2009-03-17 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Kam Sia tambahannya .

2009/3/17 King Hian king_h...@yahoo.com

   nambahkan sedikit saja

 NW:
 Kertas putih bersilang di pasang setelah Jib Bok sebagai tanda keluarga
 sedang berkabung. Satu kertas silang berarti yang meninggal baru salah satu
 orang tua, silang dua spt X berarti keluarga sudah ditinggal kedua orang
 tuanya. Kertas ini di lepas setelah semua keluarga lepas putih, bisa 7 hari,
 49 hari, 1 tahun dan setelah sembahyang 3 Tahun.

 KH:
 Kalau baru salah satu orang tua yang meninggal, arah kertas putih ini
 dipasang berdasarkan siapa yang meninggal. Kalau ayah yang meninggal
 dipasang dari kanan atas ke kiri bawah, kalau ibu yang meninggal dipasang
 dari kiri atas ke kanan bawah.

 --
 HN:
 Kalau sejak Jib Bok keluarga memakai pakaian terbalik, maka acara balik
 meja adalah setelah selesai persembahyangan 7 Hari. Pada saat itu pakaian yg
 di pakai harus dibalik seperti wajarnya, gelang tangan putih dan pita putih
 di lepas, taplak meja dan meja altar darurat sejak upacara sejak kematian di
 ganti dan dibuatkan meja abu sementara yang kecil dan tidak terlalu tinggi
 yang memakai taplak bersih dan lainnya yg serba bersih, yang lama bisa di
 bakar atau di cuci.

 KH:
 Gelang tangan putih juga dipakai berdasarkan keluarga yang meninggal. Kalau
 yang meninggal laki2 gelang dipakai di tangan kiri (yang), kalau yang
 meninggal perempuan gelang dipakai di sebelah kanan (yin).

 KH

 --- On *Tue, 3/17/09, Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com* wrote:


 From: Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Tata cara sembayang orang baru meninggal
 ( adat tionghoa)
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, March 17, 2009, 3:13 PM

mo sharee pengalaman, skaligus mo nambah pertanyaan jg tentang adat
 buat orang yang meninggal
 keluargaku emang udah nga njalanin tradisi yang kumplit kya dlu lg sich,
 mungkin karna kebanyakan jg udah pada nga tau tradisi yang bener tuh kya
 apa, tradisi yang dilakuin dikeluargaq ada kesamaan n perbedaan ma yang udah
 ditulis tmn2, dlu waktu akung n nyama q meninggal

 Aku share berdasarkan tradisi keluarga ku ya.

  1. tutup peti jim bok (sorry klo salah tulis, tolong dibenerin klo salah)

  seinggetq dlu sebelum tutup peti anaknya ngasi mutiara klo nga salah
 jumlahnya ada 7 dipasang di telingga, mata, hidung, sama mulut ke orang yang
 meninggal, waktu jenasah dimasukin ke peti keluarganya pada balik badan
 alias ga boleh ngliat, bis itu keluarganya muterin peti, arti mutiara ma
 muterin peti apa q juga nga tahu
 klo ada yang tau kasi tanggapan ya??


 Sebelum Jib Bok tetapi mayat sudah dimasukkan kedalam peti, setelah selesai
 persembahyangan dimasukan 5 butir mutiara pertama 2 dimata agar pada
 kelahiran yg akan datang bisa belihat kebenanaran dengan jelas, 2 mutiara di
 telinga agar bisa mendengar tetang kebaikan dengan benar dan 1 di mulut agar
 bisa mengucapkan kata-kata kebenaran. Ada mantranya tapi aku agak lupa.
 Setelah itu wajah di tutup dengan kain penutup wajah yang tipis saja
 berwarna putih. Menandai bahwa  ini tahapan awal penyadaran bahwa mendiang
 sudah mati dan tidak bisa jumpa keluarganya lagi.Mulai saat itu Toa Ha /
 baju berkabung mulai di pakai.

 Setelah itu jenazah di selimuti dengan selimut dan terakhir dengan selimut
 yg digambari 7 bintang (akalau gak salah) warnanya merah ditengahnya
 ditempel kain putih tempat tulisan mantra dan gambar 7 bintang, bila yg
 Mahayana di tulisi mantra Te Cong Ong Po Sat.

 Lalu keluarga memasukan kertas perak yang sudah di gulung tanpa di tekuk
 dengan sebelumnya mengusap muka kita masing-masing tiga gali baru diletakan
 diatas mayat sampai penuh dab bergantiam dengan tidak menutup wajah mayat
 dengan kertas. Setelah itu dilakukan pembacaan doa sambil berkeliling
 mengelilingi peti. Banyak dan arahnya agak berbeda dari tiap keluarga, tapi
 ygan pasti secara umum 3 kali searah jarum jam.

 Selesai itu keluarga berbaris di muka peti sesuai dengan tingkatannya dan
 kui sampai petis selesai ditutup dan di paku. Anak laki-laki tertua memegang
 palu di bantu To Kong - pemimpin sembahyang dan melakukan pukulan pertama
 untuk semua paku peti sesuai aturan dan urutan paku yagn berbeda untuk
 mendiang laki laki atau perempuan, dan mengikuti pemakuan sampai tuntas.
 Baru acara Jib Bok selesai di tutup denanga pay kui 4 kali.

 Acara ini resmi menandakan bahwa mendiang telah resmi dianggap mati dan
 mulai dihitung sebagi hari pertama kematiannya.

  2. trus dirumah di depan pintu dipasang kertas putih dibuat tanda silang,
 dari mulai hari meninggal ampe kremasi/ penguburanya baru dilepas, trus ada
 juga lampion warna putih

 ada yang tau nga ini artinya apa, tolong kasi tanggapan ya

  Kertas putih bersilang di pasang setelah Jib Bok sebagai tanda keluarga
 sedang berkabung. Satu kertas silang berarti yang meninggal baru salah satu
 orang tua, silang dua spt X berarti keluarga sudah ditinggal kedua orang
 tuanya. Kertas ini di lepas setelah semua keluarga

Re: [budaya_tionghua] Re: Tata cara sembayang orang baru meninggal ( adat tionghoa)

2009-03-17 Terurut Topik Ning M. Widjaja
2009/3/17 fey_solo fey_s...@yahoo.com

   mo sharee pengalaman, skaligus mo nambah pertanyaan jg tentang adat buat
 orang yang meninggal
 keluargaku emang udah nga njalanin tradisi yang kumplit kya dlu lg sich,
 mungkin karna kebanyakan jg udah pada nga tau tradisi yang bener tuh kya
 apa, tradisi yang dilakuin dikeluargaq ada kesamaan n perbedaan ma yang udah
 ditulis tmn2, dlu waktu akung n nyama q meninggal

 1. tutup peti jim bok (sorry klo salah tulis, tolong dibenerin klo salah)
 seinggetq dlu sebelum tutup peti anaknya ngasi mutiara klo nga salah
 jumlahnya ada 7 dipasang di telingga, mata, hidung, sama mulut ke orang yang
 meninggal, waktu jenasah dimasukin ke peti keluarganya pada balik badan
 alias ga boleh ngliat, bis itu keluarganya muterin peti, arti mutiara ma
 muterin peti apa q juga nga tahu
 klo ada yang tau kasi tanggapan ya??

 2. trus dirumah di depan pintu dipasang kertas putih dibuat tanda silang,
 dari mulai hari meninggal ampe kremasi/ penguburanya baru dilepas, trus ada
 juga lampion warna putih
 ada yang tau nga ini artinya apa, tolong kasi tanggapan ya

 3. ada perbedaan dikeluarga gw sebelum jenasah dikubur/ dikremasi ada acara
 pecah semangka, wkt aq tanya mama sich katanya dlu ada kaisar cina yang mati
 suri, ktanya waktu dia ketemu ma penjaga pintu akirat, dia janji akan bawain
 semangka buat para penjaga pintu itu, krna disana panas, wkt akirnya si
 kaisar itu hidup lagi, dia memerintahkan buat rakyatnya buat mbawain
 semangka ke orang yang meninggal sesuai janji si kaisar

 4. wkt 40 harian/ 49 harian aq lupa klo dikeluargaq dihitungnya dari
 kremasi trus dikurangi jumlah anak, trus ada tradisi jaga dupa, jagain dupa/
 hio ampe pagi, jadi sebelum hionya mati, dikasi hio lagi, ktanya sih biar
 jalanya orang yang meninggal ke akirat lancar (mungkin udah kecampur ma
 budaya jawa, yang percaya klo 40 hari, arwah jalan menuju akirat) trus
 paginya baru ke bong

 5. ada lagi upacara yang namanya balik meja, upacara nya gimana n hari ke
 brapa gw jga nga tau, coz wkt itu cuma denger aja keluargaku bru diskusi mo
 pake balik meja/ enggak

 6. menanggapi ulysee_me2 tentang perkawinan klo ada keluarga yang baru
 meninggal, kta ma2, dlu waktu siwakq (ci2nya mama) mo nikah calon papah
 mertuanya meninggal trus akirnya kawin peti, dilakuin di dpn peti matinya,
 pai ciunya jg di dpn peti matinya, soalnya danggap klo masih ada. katanya
 sich klo nggak kawin peti harus nunggu 3 tahun lagi baru boleh kawinan

 ow ya q juga mo nanyain
 1. knpa klo mau bangun bong pai harus nunggu dulu ampe cheng





















































Tradisi dikeluarga ku bila ingin membangun Bong Pai dengan segera, pada saat
selesai penutupan liang kubur, di muka kuburan / kaki kuburan di pasangkan
batu bata beberapa potong, dengan demikina bisa langsung dan segera
dilakukan pembangunan Bong Pai kapan saja sebelum habis melewati masa 3 kali
Cue It dan Cap Go.

Bila tidak demikian, Bong Pai baru boleh dibangun setelah usai sembahyang 3
Tahun dan harus mencari hari ygan cocok untuk seluruh keluarga ygan biasanya
rumit, dispensasinya adalah dibangun pada masa Ceng Beng setelah
persembahyangan 3 Tahun.

2 q jg pingin tau tentang dress code yang dipake keluarga klo ada yang
meninggal setauq beda2 ada yang pake tutup kepala, iket kepala, ada juga
yang bajunya dibalik





Dress code secara umum tidak boleh pake warna cerah meriah, termasuk warna
coklat, hijau muda dan ungu karean dianggap warna kegembiraan. Umumnya pakai
warna putih, biru dan hijau tua sekali. Warna hitam walaupun diperbolehkan
tidak lazim di pakai karean dipercayai bisa membuat jalan yang mati menjadi
gelap dan sulit.

Bicara tentang Toa Ha - baju berkabung sangat beragam dan rumit harus
dibahas terpisah.

 wah ngak terasa aq yang pendiam ini isa nulis sebanyak ini,
 ini juga tulisan pertamaq di grup ini, coz slama ini q cuma jadi pembaca
 yang setia, apalagi klo topiknya justru menyangkut SARA jadi males nanggapin

 N.B kasi koreksi , n jawaban ya atas pertanyaan q n apa yang aq nga tau
 tolong ditambah makacieh ^.^

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Purnama Sucipto Gunawan east_r...@... wrote:
 
  Dalam lingkungan Tradisi masyarakat tionghoa; salah satunya adalah
  penghormatan kepada leluhur termasuk salah satu bagian tradisi
  masyarakat Tionghoa. Disini saya membahas bagaimana tata cara
  sembayang masyarakat tionghoa kepada orang yang baru saja meninggal.
 
  1. Hari 1 Penguburan / pembakaran : Pada hari pertama penguburan
  diadakan upacara penguburan. Upacara penguburan masyarakat Tionghoa ;
  tidaklah jauh beda dengan masyarakat budaya lainnya. Disini Dalam
  lingkungan Masyarakat Tionghoa biasanya akan dimulai upacara resesi
  sembayang, biasanya pemuka agama melakukan doa kepada si meninggal dan
  juga diikuti oleh keluarga si meninggal. Setelah itu penurunan peti
  mati; disini pihak keluarga dilarang melihat penurunan peti mati dan
  termasuk tamu pengunjung. (salah satu 

Re: [budaya_tionghua] Tanggal Ceng Beng

2009-03-16 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Untuk masa Ceng Beng saya biasa melihat di kalender Tung Su, biasanya masa
Ceng Beng adalah 14 hari sebelum tgl 4 atau tgl 5 April. Silahkan membuka
kalender Tung Su.

Semoga bermanfaat.

2009/3/16 jayasentosa_bali jayasentosa_b...@yahoo.co.uk

   Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah
 sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada tanggal
 berapa?

 Terimakasih

 Salam Bahagia

  



Re: [budaya_tionghua] Tanggal Ceng Beng

2009-03-16 Terurut Topik Ning M. Widjaja
*Kami di Jakarta dan Tionghoa Betawi (setahu saya orang Tionghoa Kalbar juga
demikian) umumnya tidak melakukan ritual Tee Coa pada saat Ceng Beng bila yg
meninggal belum diadakan sembahyang 3 tahun. Cukup sembahyang di rumah saja.
Pantangan untuk mengganggu tanah kuburan dengan membalik tanah menanam
rumput baru dan memasang kertas sebelum sembahyang 3 tahun.

Perhitungan sembahyang 3 tahun sebenarnya maksimum cuma 24 bulan (sesuai
aturan Khong Cu), yg penting sudah masuk tahun yg ke-3 jadi tidak boleh
genap 36 bulan. Cara menghitungnya tergantung tradisi suku dan marga.

Semoga bermanfaat.
*
2009/3/16 melani chia chiamel...@yahoo.co.uk

   Malah sebagian besar chinese didaerah sumatera
 tdk melakukan ceng beng bagi yg baru meninggal
 yg mana harus diikuti rasanya sangat subjektif,kalau
 chinese SG lebih memilih waktu yg mereka bisa
 selama belum abis bulan ceng bengnya.



 --- On *Mon, 16/3/09, David Oei david.oeihongk...@gmail.com* wrote:

 From: David Oei david.oeihongk...@gmail.com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Tanggal Ceng Beng
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Monday, 16 March, 2009, 5:48 PM

  DH pak Jaya
 Setahu saya ada perbedaan antara yang baru meninggal dan yang sdh lama
 meninggal
 Untuk yang baru mulai tgl 25 Maret untuk yang sdh lama paling lambat tgl 5
 April
 Semoga membantu

 Rgds

 2009/3/16, jayasentosa_ bali jayasentosa_ b...@yahoo. 
 co.ukjayasentosa_b...@yahoo.co.uk
 :

   Mohon bantuannya selain tgl 4 atau 5 April, apakah boleh sembahyah
 sebelum tanggal tersebut diatas? Kalau boleh mulai dan berakhir pada tanggal
 berapa?

 Terimakasih

 Salam Bahagia



  



Re: [budaya_tionghua] Re: Tata cara sembayang orang baru meninggal ( adat tionghoa)

2009-03-16 Terurut Topik Ning M. Widjaja
*Salam Kenal,
**
Ini yang kami kerjakan di keluarga besar kami baik yang sudah peranakan
maupun yang masih tinggal di Hok Kian dan Taiwan dalam hal persembahyangan
setelah pemakaman.**

Pertama kami tidak mengenal acara sembahyang 100 hari ( dan juga 40 hari )
sepertinya itu pengaruh tradisi Kejawen Islam dan Kristen di sini. Kami
tidak menemukan literatur baik Buddhist Mahayana, Khong Kauw dan To Kauw
yang menyebutkan dan mengatur tata cara sembahyang 100 dan 40 hari.

Yang kami lakukan adalah sebagai berikut:

*

   1. *Sembahyang Besar 3 Hari : dihitung mulai pada hari penguburan (atau
   kremasi), dilakukan pada malam menjelang hari ke-3 sampai melewati tengah
   malam dan diteruskan dengan May Bong sampai menjelang pagi, sebelum pulang
   dilakukan penanaman benih biji-bijian yang disebarkan pada acara Ngo Kok
   waktu pemakaman (bila dikremasi tidak ada acara Ngo Kok), jadi semua
   keluarga inti yang ikut pemakaman wajib ikut acara ini.
   *
   2. *Sembahyang Besar 7 Hari : dihitung mulai pada hari penguburan,
   dilakukan pada malam menjelang hari ke-7 sampai melewati tengah malam dan
   diteruskan dengan May Bong sampai menjelang pagi. Sebelum May Bong dilakukan
   acara sembahyang Balik To - jadi tidak pakai baju terbalik, serta gelang
   tangan dan pita putih harus di lepas dan dibakar. Pada saat ini biasanya
   anak perempuan akan lepas putih dan semua yang pakai biru juga di lepas dan
   bisa pakai pakaian merah. Menantu perempuan mengikuti suaminya, kecuali bila
   sedang hamil bisa lepas putih.
   *
   3. *Sembahyang Sun dilakukan bila waktu sembahyang besar jatuh bertepatan
   pada hari Cue It atau Cap.
   *
   4. *May Bong Cue It dan Cap Go sejak hari pemakaman, dilakukan
   berpasangan apakah 1 kali Cue It dan Cap Go atau 3 kali atau 7 kali
   tergantung kesepakatan keluarga. Bila di kremasi, bisa dilakukan dengan
   mengunjungi tempat abu jenazah di simpan atau di taburkan.
   *
   5. *Hau Pui pada Cue It dan Cap Go dilakukan (bila ada meja abu) sebelum
   May Bong dilakukan sore hari menjelang May Bong dan ore hari setelah May
   Bong. Ada juga yg mejalankan Hau Pui 3 kali setiap Cue It dan Cap Go di
   rumah selama 1 tahun penuh, tergantung dari keinginan keluarga. Hau Pui
   cukup dengan semangkuk kecil nasi putih, 2 ciu ceng arak putih, 2 tee aw
   teh, sepiring kecil tee liaw (gula batu, ang co, tang kwee) dan semangkok
   Chay Kiong (sawi kecil dengan akarnya di seduh air panas). Yang lainnya bila
   mau bisa diberikan tambahan kue, buah dan sayuran masak, tetapi tidak wajib.
   Hau Pui juga dilakukan pada sore hari 1 hari  sebelum diadakan Sembahyang
   Besar.
   *
   6. *Sembahyang Besar 49 Hari : dihitung mulai pada hari Jib Bok (tutup
   peti - yang secara tradisi harus dilakukan setelah 8 jam meninggal atau
   paling lama 24 jam setelah meninggal - oleh karena itu bila melakukan
   tradisi meniru orang Barat atau Kristen denga upacara buka peti yang lama -
   akan membingungkan cara perhitungan hari sembahyang; secara tradisi
   seseorang belum dianggap mati bila belum sembahyang Jib Bok / tutup peti).
   Sembahyang dilakukan pada malam menjelang hari ke 49 sampai lewat tengah
   malam dan di sambung May Bong. Sembahyang ini spesifik dilakukan oleh
   Tionghoa Buddhist dan penganut keyakinan Sam Kauw karena sesuai dengan
   kepercayaan Buddhist Mahayana Tiongkok. Bagi penganut Khong Kauw dan To Kauw
   jarang dilakukan.*
   7. *Sembahyang Besar rutin seperti sembahyang (sebelum 3 tahun) Cit Gwee,
   Ceng Beng, Tutup Tahun dilakukan dirumah saja dan waktunya harus lebih awal
   paling tidak 7 hari sebelum hari 'H' sembahyang rutin tersebut.*
   8. *Selama belum melakukan persembahyangan 3 tahun tidak dilakukan ritual
   makan bakcang, makan onde, pesta kue bulan dan pesta tutup tahun, pernikahan
   dan pesta lainnya di rumah keluarga yg berduka.*
   9. *Sembahyang Besar 1 Tahun : dihitung mulai pada hari Jib Bok,
   dilakukan tepat 12 bulan (bila ada Lun Gwee, juga ikut dihitung) pada malam
   hari menjelang tanggal hari Jib-bok diteruskan sampai lewat tengah malam dan
   dilanjutkan dengan May Bong.*
   10. *Sembahyang Besar 3 Tahun : dilakukan maksimal 24 bulan asalkan sudah
   masuk pergantian tahun yang ke-3 (sesuai ajaran Khong Cu). Bisa juga
   dilakukan segera setelah persembahyangan besar 1 Tahun biasanya dihitung
   dengan mengurangi waktu 24 bulan dengan jumlah anak laki-laki, dengan faktor
   pengurangan 2 bulan bagi setiap anak laki-laki mendiang yang masih
   hidup.Tangal dan harinya ditentukan sendiri sesuai dengan tradisi dari
   Marga, Keluarga atau kampung asal keluarga yang meninggal. Dilakukan malam
   hari sampai lewat tengah hari dan diteruskan dengan May Bong. Pada saat itu
   adalah hari terakhir masa berkabung maksimal semua anggota keluarga harus
   melepas putih dan pakai merah kembali.*

*Ini yang kami lakukan dalam keluarga kami , apakah ini cocok untuk saudara
yang lain, silahkan disesuaiakan dengan keyakinan, kebiasaan dan adat
kampung 

Re: [budaya_tionghua] Re: Tata cara sembayang orang baru meninggal ( adat tionghoa)

2009-03-16 Terurut Topik Ning M. Widjaja
*Sedikit tambahan tradisi sembahyang di kelurga kami setelah seluruh ritual
perkabungan (3 tahun) selesai yaitu dilakukan 2 persembahyangan tambahan :

*

   1. *Sembahyang Bian Kie : dilakukan pada hari ulang tahun kelahiran
   mendiang keluarga yang meninggal setlah lewat masa perkabungan. Sembahyang
   Bian Kie hanya dilakukan sekali saja dan tidak diulang lagi. Untuk
   selanjutnya diteruskan dengan pesembahyangan Cok Kie.*
   2. *Sembahyang Cok Kie : dilakukan pada hari Jib Bok untuk memperingati
   kepergian mendiang meninggalkan keluarga. Kembali diingatkan upacara Jib Bok
   adalah sebagai tanda secara sosial kekeluargaan bahwa pada saat itu mendiang
   dinyatakan sudah wafat / mati dan dimulainya masa perkabungan. Sebelumnya
   sejak kematian klinis sampai upacara Jib Bok, mendiang hanya dianggap dalam
   keadaan tertidur saja. Upacara Jib Bok harus dilakukan paling cepat 8 jam
   setelah mati klinis dan paling lambat 24 jam setelah mati klinis. Sembahyang
   Cok Kie di peringati terus setiap tahun. Kadang kala meja abu sudah demikan
   tua dan sudah terlalu banyak leluhur yg di tempatkan sebagai penghormatan di
   situ, maka kami hanya memperingati Cok Kie dari Co Kong yang paling tua
   saja, dan dilakukan sembahyang Cok Kie kolektif untuk para leluhur yang
   lebih muda.*

*Demikian saja bagi pengalaman dan kebiasaan di keluarga kami.*

2009/3/17 asenzz ase...@yahoo.com



 Hi, Salam kenal
 G baru join nih.

 Kalau hitungan 100 harinya itu gimana yah?
 Mulai dari hari meninggal atau mulai dari saat penguburan/kremasi?
 100 hari harus dikurangi dulu dengan jumlah anak laki2 atau gimana ya?

 Asen

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Ulysee ulysee_...@... wrote:
 
  Kalau aturan Hio kayaknya masih dipakai deh.
  Malahan untuk sembayang di rumah, sebelum 1 tahun masih pake hio kaki
  hijau.
 
  Hanya saja, kalau orang yang meninggal usianya sudah lewat 80 tahun,
  dianggapnya ... rrr apa ya namanya.. oh HO MIAH (menjalani nasib bagus)
  maka anak cucunya pun sebelum 100 hari sudah pake hio kaki merah.
  Lilin yang dipakai waktu perkabungan pun lilin merah.
 
  Sebetulnya warna lilin lilin ini ada maknanya enggak sih?
  lilin merah buat apa?
  lilin hijau buat apa?
  lilin kuning buat apa?
  lilin putih sih biasa... buat kalau mati lampu...hehehehhee..
 
 
 
  -Original Message-
  From: budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com
  [mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com]
 On Behalf Of Isone
  Sent: Thursday, April 17, 2008 12:07 PM
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com
  Subject: RE: [budaya_tionghua] Tata cara sembayang orang baru meninggal
  ( adat tionghoa)
 
 
 
 
  Ya betul, TUA HA.
 
  Tapi sedihnya terutama di Jakarta. Tradisi tata cara
  berpakaian sudah jarang diikuti. Biro2 3 tahun, 3 hr
  belum tentu diikutin. Umumnya masih diperboleh/
  beraksesoris emas sekalian anak kandung. Alas kaki
  saja masih bisa berwarna merah walaupun sedikit.
 
  Khususnya untuk aliran tertentu, Hio juga sudah jarang
  diperhatikan, biasanya anak-cucu harus menggunakan hio
  kaki hijau selama 100 hari dan diluar itu pelayat or
  saudra2 gunakan hio kaki merah. Apakah di Jakarta
  masih menjalankan tradisi ini ???
 
  Belum lagi urutan tiam hio dimana anak kandung laki
  duluan disertakan menantu perempuan, menantu
  laki-laki, anak kandung perempuan, cucu laki2 dalam,
  cucu perempuan dalam, cucu laki2 luar, cucu perempuan
  luar dst secara ber-urutan. Heran-nya kadang kadand
  pelayat yang berebutan tiam hio duluan daripada anak
  dan saudara dari yang meninggal.
  --- Ulysee HYPERLINK
  mailto:ulysee_me2%40yahoo.com.sg ulysee_me2%2540yahoo.com.sg
 ulysee_...@... wrote:
 
   Menarik, nih menarik.
  
   Dulu emang sebagai anak cucu melakukan yang namanya
   TUA HA
   alias pake baju belacu kalau ada yang meninggal
   sampai 100 hari.
   terus sesudah itu pake baju putih dengan kain hitam
   di lengan sampai
   1000 hari.
   Jaman sekarang gue jarang melihat yang masih
   melanjutkan adat tersebut,
   padahal katanya kalau sanggup Tua Ha sampai 1000
   hari itu baru namanya
   anak berbakti.
  
   Sekarang setahu gue ritual perkabungan yang namanya
   TUA HA ini sudah
   dipersingkat.
   paling tidak sampai hari ke 3 masih Tua Ha,
   lalu mempertahankan pakai baju putih dan kain hitam
   di lengan paling
   sampai hari ke 49
   itu pun udah nggak wajib pake baju blacu, asal
   warnanya putih atau hitam
   aja cukup lah.
  
   Malahan ada lagi yang tidak mau TUA HA,
   jadi pada hari ke 3 dan hari ke 7 dia pake baju
   putih yang ada
   merah-merahnya,
   tandanya tidak akan melakukan Tua Ha, dan bebas dari
   kewajiban pakai
   baju putih itu.
  
   Tapi gue nggak tahu, TUA HA itu bahasa apa ya? dan
   artinya apa?
   Kenapa sih kalau perkabungan itu sampai 1000 hari?
   dasarnya apa?
  
   Terus mengenai upacara menangis itu pernah jadi
   kasus besar di kalangan
   

Re: [budaya_tionghua] Re: mohon informasi

2009-03-16 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Setahu saya keluarga Dinasti Ming adalah marga Cu.
Perlu pencerahan nih, bisa da ygan bantu? Btw siapa itu Lim Tau Kian?

2009/3/17 tsultantabrani tsultantabr...@yahoo.com

   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 tsultantabrani tsultantabr...@... wrote:
 
  yth,pengasuh milis saya minta tolong informasi tentang lim Tau Kian alias
 ce'wan Abdulhayat konon katanya beliau masih keturunan kaisar Ming kalau
 memang demikian siapa nama ayah beliau ? kaisar yang keberapa dari Dinasti
 ming? dan minta informasi juga bagi anggota milis yang masih keturunan lim
 tau Kian alamat rumah perkumpulan keturunan Almarhum Lim Tau
 Kian.terimakasih wassalam
 

  



Re: [budaya_tionghua] Soja

2009-03-12 Terurut Topik Ning M. Widjaja
*Saudaraku Sekalian,

Istilah Sembahyang Tuhan Allah memang agak membingungkan istilahnya.
Sebelumnya leluhur kita cukup menyebutkan Yang Maha Kuasa dengan sebutan TIAN
yang sebetulnya tidak perlu diterjemahkan sama sekali.

Selanjutnya meminta saksi kepada ALAM SEMESTA - OMNI POTENT biasanya disebut
dengan TIAN-TEE-JIN SIN ygn secara harfiah diterjemahkan sebagi
LANGIT-BUMI-MANUSIA
DAN DEWA .

Mohon yg lebih mengerti menjelaskan kepada kami.

Terima kasih banyak
**Masih Belajar Budi Pekerti*

2009/3/11 liang u lian...@yahoo.com


 Rekan-rekan,

   Tidak ada orang Tionghoa yang tidak tahu soja (atau sojah), yaitu memberi
 hormat dengan mengepalkan tangan kanan, lalu ditutup oleh tangan kiri. lalu
 diangkat ke depan kita sebagai tanda memberi hormat kepada lawan bicara.
   Sudah jelas ini hanya salah satu cara memberi penghormatan, yang tiap
 bangsa mempunyai cara sendiri-sendiri.
   Dalam bahasa Mandarin, soja disebut gongshou yang dalam dialek Hokkian
 ada kiongchiu
 (ejaan lama kiongtjhioe). Huruf bai yang dalam bahasa Tionghoa berarti juga
 memberi hormat, terdiri dari dua bagian bagian depan adalah tangan, dan
 bagian belakang garis tegak dengan empat goresan horiziontal paralel .
 Menurut orang-orang tua, ini menunjukkan bahwa soja ada 4 tingkatan.

 拱手 (gong3shou3)

 Hokkian: kiongchiu

 拜   ( bai4) , Hokkian: pai

 l. Kalau tangan kita diangkat di bawah dada, berarti lawan kita adalah
 lebih muda dari kita.
 2.Kalau tangan kita diangkat setinggi dada, lawan bicara sebaya/sederajat
 dengan kita.
 3. Kalau tangan kita diangkat setinggi muka kita, lawan bicara lebih tinggi
 tingkatnya dari kita, misalnya orang tua.
 4. Kalau tangan kita diangkat lebih tinggi  dari kepala, itu adalah
 penghormatan kepada Tuhan Allah.

 Banyak yang sudah tidak tahu, dalam tradisi orang Tionghoa penghormatan
 kepada Tuhan Allah adalah penghormatan kepada yang tertinggi. Maka soja
 kitapun tidak boleh salah.
 Dalam suatu upacara, sembahyang Tuhan Allah memegang peranan penting: Tidak
 pakai sajian, paling pakai pohon tebu (tolong koreksi kalau salah) , pakai
 lilin dan di depan pintu keluar. Apakah budaya aslinya pakai tebu? Saya tak
 tahu, sebab di Tiongkok sendiri, tebu hanya ada di selatan, bagaimana dengan
 orang utara?

 Upacara menikah menjadi sah kalau kedua pengantin sudah melakukan upacara
 kepada Tuhan Allah. Ingat film To Liong To, ketika Ciu Ci Jiak menikah
 dengan Tnio Bu Ki, Tio Beng datang untuk mencegah, yaitu dengan cara
 mengajak Bu Ki pergi tepat sebelum mereka memberi penghormatan kepada
 Langit, yaitu kepada Tuhan Allah. Biarpun sudah berpakaian pengantin, tamu
 sudah banyak, belum sah sebelum memberi penghormatan kepada Tuhan Allah.

 Contoh lain, ayah dan ibu Bu Ki, mereka berada di sebuah pulau kecil yang
 tidak berpenduduk,  mereka menikah tanpa perjamuan, tanpa pakaian, tanpa
 apa-apa, tapi mereka menggunakan ranting pohon sebagai ganti hio dan berdua
 berlutut ke langit menyatakan sumpah menjadi suami isteri. Menurut budaya
 Tionghoa itu cukup. Pakaian, pesta, tamu itu hanya menyatakan kegembiraan,
 mengundang tamu untuk menyatakan kegembiraan, orang tua sebagai saksi.

 Kalau sudah tak ada orang tua, maka alam dianggap sebagai saksi.

 Kekeliruan besar kalau menganggap perkawinan adat Tionghoa tidak sah,
 karena tidak ada pemimpin agama yang mensahkan. Kepercayaan orang Tionghoa
 adalah tidak ada seorang manusiapun yang bisa mewakili Tuhan Allah. Tuhan
 Allah serba tahu, tak perlu mengangkat wakil yang berupa manusia. Kemampuan
 Tuhan Allah tak dapat diukur oleh otak manusia.

 Tahun lalu, dan tahun ini saya melewati Tahun Baru Imlek tidak di rumah,
 tapi di Tiongkok. Bukan di hotel bintang lima di tempat wisata, tapi di
 rumah penduduk asli setempat.
 Tahun lalu saya mangkal di rumah keluarga suku Yao di propinsi Guangxi.
 Yang aneh, justru kalau mereka bertemu, mereka hanya di mulut saja
 mengucapakan selamat, tak ada soja atau jabatan tangan, sehingga saya dan
 isteri menjadi kikuk. Lebih celaka lagi karena kebanyakan menggunakan bahasa
 Zhuang, bahasa minoritas yang merupakan mayoritas penduduk di Guangxi.
 Terpaksa kami jawab pakai Mandarin saja. Yang dipentingkan adalah kumpulnya.
 Keluarga besar, yaitu keluarga dari pihak laki-laki semua berkumpul di rumah
 anak terbesar, karena orang tua mereka sudah tak ada. Semua datang dua kali,
 makan bersama malam tahun baru, dan makan bersama pada hari tahun baru
 malam. Yang penting adalah makan malam tahun baru, malam besoknya hanya
 sebagai makan malam, karena banyak yang dari luar kota.
Untung kami mangkal di rumah rakyat, tidak ada seorangpun penjual
 makanan yang buka. Kalau mangkal di hotel akan kelaparan, kendaraan umumpun
 tak ada, entah bis kota, sebab kami tinggal di kampung.   Hari tahun baru
 hanya petasan yang terdengar, kabarnya di kota sih ada pertunjukkan kesenian
 terbuka, di kampung hanya ramai petasan yang hampir tak berhenti sejak 12
 malam.
Waktu itu saya tak berani mengambil kesimpulan bahwa soja sudah tak ada,
 

Re: [budaya_tionghua] cina...cina...cina..........

2009-02-15 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Terima kasih , Bung buat insightnya,

Boleh saya tambahkan ya satu hal yang selalu dibuat semdmikian rupa olah
banyak orang dari berbagai lapisan ( pemerintah - agama - masyarakat -
formal - nonformal ) dikatakan bahwa : CINA ITU EKSKLUSIF TIDAK MAU BERGAUL
DAN MEMBAUR DANGAN ORANG PRIBUMI.

Saya Sudah membuktikan dengan mata kepala sendiri bahwa itu tidak benar,
beberpa pengalaman saya :


   1. Ketika berlibur di P. Komodo, ternyata ada orang Cina yang tinggal di
   sana dan bekerja sebagai penangkap dan pedagang cumi besar.
   2. Ketika berjalan di Timor, ditengah hutan di pucuk gunung, ternyata
   orang Cina yang tinggal membudidayakan jeruk So'e yang terkenal itu.
   3. Di Labuhan Bajo, ditempat terpencil, warung-warung semua orang Cina
   juga.
   4. Di perjalanan di P. Flores di tengah hutan menuju Manggarai, restoran
   satu-satunya orang Cina.
   5. Di Pertokoan di Papua, saya kira toko milik pribumi asli, terkejut
   karean dlm rumah ada meja abu leluhur, ternyata walaupun secara fisik mereka
   Papua, tapi nenek moyang Cina juga.
   6. Di Aceh ? ga usah dibilang lagi. Harmonis ditengah alam Syariah.
   7. Kalimantan dan di Sulawesi ya ga usah diceritaiin lagi ya.
   8. Jakarta Tempo Doeloe daerah Pat Tee Kwan, dulu masih ada didepan rumah
   orang Cina selalu tersedia 8buah teko air untuk semua orang lewat bisa
   minum.
   9. Di Cisalak tekenal daerahnya bernama Warung Ke Hong, menurut bibi saya
   memang dulu disana ada warung milik Babah Ke Hong tempat orang-arang pribumi
   menginap menitipkan barang dagangan dalam perjalanan mereka dari daerah
   Kranggan, Cibubur yang mau menuju ke Cililitan dan Jatinegara.
   10. Di Bekasi Timur ada warung Kong Sen, yg dulu sangat dipedalaman
   letaknya, sekarang jadi KOMSEN.
   11. Waktu berjalan di didalam wilayah tua dalam benteng Jerusalem, kok ya
   diujung seuatu pojok bagian kuno itu ada orang Cina buka restoran dan laku
   banget.
   12. Kalau ditelusuri - orang Betawi - kalau ditanya pasti ga sulit yang
   mengaku kalo nenek atau ngkongnya orang Cina.

Nah buktikan kalau orang Cina bisa bergaul dan membaur dangan amat sangat
baik. Coba sekarang kita tanya ke diri kita sendiri - apakah sesama suku
pribumi bisa demikian membaur? Juga apakah seperti dari bangsa pendatang
lain seperti dari India, Arab, Pakistan, Eropa yang menetap ratusan tahun di
Indonesia, apakah pembauran mereaka bisa seekstensif dari pembauran orang
Cina?

Ya, sekedar berbagi pengalaman aja.

Masih Belajar Budi Pekerti

2009/2/15 jackal_w_u_f jackal_w_...@yahoo.com

   Tulisan orang ini bener2 bagu Jangan berhenti forward ketemen2
 yah...

 Saya seorang pribumi yg dulunya benci setengah mampus sama WNI
 Keturunan Cina. Tetapi setelah hidup di Amerika selama 10 tahun dan
 sekarang bekerja di salah satu bank terbesar di dunia berpusat di New
 York City, pandangan saya berubah dan mengerti mengapa Cina itu
 berbeda dengan orang pribumi.

 Dan sebenarnya banyak sekali hal-hal yg kita tidak mengerti tentang
 cina, dan hal-hal ini sebenarnya harus kita ketahui dan kita pikirkan
 lagi, karena hal-hal ini adalah sesuatu yg bisa kita pakai untuk
 kepentingan bangsa sendiri dan utk memajukan bangsa sendiri. Bukan
 saya bilang bahwa kita harus berubah jadi Cina, cuma kalau memang
 bagus mengapa tidak ? Dan memang ada juga hal-hal buruknya, tetapi
 semua bangsa juga punya.

 Marilah saya mulai pendapat saya tentang perbandingan antara WNI asli
 dan keturunan cina :

 1. Perbedaan2 nyata Setelah bekerja tiga tahun lebih dan punya teman
 dekat orang bule dan orang Cina dari Shanghai di tempat kerja saya,
 saya melihat banyak sekali perbedaan-bedaan, diantaranya :

 A. DUIT

 a) Si bule, kalo gajian langsung ke bar, minum-minum sampe mabuk, beli
 baju baru, beli hadiah macam-macam untuk istrinya. Dan sisanya 10% di
 simpan di bank. Langsung makan-makan di restoran mahal, apalagi baru
 gajian.

 b) Si Cina, kalau gajian langsung disimpan di bank, kadang-kadang
 diinvest lagi di bank, beli Saham, atau dibungain. Bajunya itu2 saja
 sampe butut. Saya pernah tanya sama dia, duitnya yg disimpen ke bank
 bisa sampe 75%-80% dari gaji.

 c) Saya sendiri. kalo gajian biasanya boleh deh makan-makan sedikit,
 apalagi baru gajian, beli baju kalo ada yg on-sale (lagi di discount),
 beli barang-barang kebutuhan istri, sisanya kira2 tinggal 15-20% terus
 disimpen di bank.

 *** Kebanyakan di Amerika, orang Cina yang kerja kantoran (sebenarnya
 Korea dan Jepang juga) muda-muda sudah bisa naik mobil bagus dan bisa
 mulai beli rumah mewah. walaupun orang tuanya bukan konglomerat dan
 bukan mafia di Cinatown. Malah mereka beli barang senangnya cash,
 bukan kredit. Soalnya mereka simpan duitnya benar-benar tidak bisa
 dikalahkan oleh bangsa lain. kalau bule atau orang hitam musti ngutang
 sampe tau baru bisa lunas beli rumah.

 B. KERJAAN

 a) si bule, abis kerja (biasanya jam kerja jam 8 pagi - 6 sore) hari
 Senen sampai hari Jumat (Sabtu dan minggu tidak kerja)) ke bar ato
 makan-makan ngabisin gaji. 

Re: [budaya_tionghua] kristenisasi

2009-02-11 Terurut Topik Ning M. Widjaja
 apapun mulai dari kristenisasi sampai
 jualan agama . marketing surga dan neraka
 tidak akan merubah keadaan

 permasalahannya , mau bahas agamanya yang ngawur atau jualan agamanya
 yang ngawur?

 atau mau seperti si danarhadi , dia beranggapan sudah bukan oknum lagi
 , tapi buaannnya, hehehehe
 terus dah tau banyak mau ngapain? angkat senjata?

 hmmm yang saya kira . tidak akan ada gunanya...hanya menjadikan
 milist ini sebagai tembok ratapan..do something lah
 perlombaan amal kek , menerbitkan buku counter kek ,

 quote :
  Yah, memang semua orang bebas memilih dan mempercayai papaun konsep
  spiritual dan religius mereka. Jadi dengan kata lain, semua orang juga
  berhak untuk menolak tidak mempercayai konsep spiritual dan religius
 yang
  dianggap tidak sesuai.

 dada : gantilah dengan semua orang berhak menjual dan membeli
 ,seperti deskripsi anda sendiri..

 sudahlah , jawabannya cuman satu , kalau tidak suka
 dengankristenisasi , angkat senjata lah (senjata dalam tanda kutip),
 perang amal , perang kotbah , kemaslah ritual keagamaan sebagai
 sesuatu yang menarik dll

 2009/2/11 Ning M. Widjaja nmw...@gmail.com nmwhtt%40gmail.com:
  Ini memang sebuah fenomena yg umum, yah ada salahnya dari para orang
 tua
  ygan kurang perdulu dengan perkembangan sosial budaya anak-anak mereka
  dengan tidak memberikan pengertian yang benar tetang tradisi,
 kepercayaan
  dan cara pandang dan sistim kekeluargaan yang berlaku dikalangan kita
  sendiri.
 
  Begitu anak agak besar dan banyak pertanyaan yang tidak terjawab dari
  lingkungan keluarga, tentunya dia akan mencari keluar.
 
  Diluar banyak sekali dijual dan diiklankan ajaran-ajaran baru
 dengan
  segala embel-embel : J-J-S-A-N.
 
  J-J-S-A-N
  JANJI JANJI SURGA  ANCAMAN NERAKA
 
  Tentunya dengan teknik marketing yang canggih, yah, tertariklah sang
 anak
  yang sedang dalam kegelapan identitas dan keyakinan diri.
  Sifat manusia yg selalu mau cari gampang dan jalan pintas, tentunya
 suka
  dengan janji-janji surga dengan segala iming-imingnya. Bukan kah lebih
 baik
  dari pada masuk neraka, lebih baik yah mengakui aja supremasi dari
 subyek
  ajaran itu.
 
  Apa lagi sebagian besar ajaran itu menjanjikan bila mengakui dan hanya
  semata beriman kepada X maka pahalanya pasti surga dan semua hutang
 dan
  dosa bisa diampuni.
 
  Sebaliknya, bila seseorang bagaimanapun saleh, dermawan dan segala
 kualitas
  bajiki yang dimiliki orang itu, tapi tidak mengenal atau mengakui sang
  supreme being X, maka masa depannya adalah neraka.
 
  Pertanyaannya sekarang, bahwa umur alam semesta dan umur para
 penghuninya
  sudah jelas jauh lebih tua sekali bila dibanding ajaran-ajaran dan
 konsep
  supreme being X itu. Hanya sebagian amat sedikit seperti sebutir
 pasir di
  padang pasir yg bisa mengenal X dalam kurun sejarah. Jadi nasib
 mereka
  semua bagaimana? Dineraka semua kah?
 
  Yah, memang semua orang bebas memilih dan mempercayai papaun konsep
  spiritual dan religius mereka. Jadi dengan kata lain, semua orang juga
  berhak untuk menolak tidak mempercayai konsep spiritual dan religius
 yang
  dianggap tidak sesuai.
 
  Selamat berpikir dan berperasaan jernih,
  Masih Belajar Budi Pekerti
 
 
 
  On 2/9/09, Budiman Wijaya 
  wbudi...@rocketmail.comwbudiman%40rocketmail.com
 wrote:
 
  menanggapi kisah nyata saudara gsuryana tentang anak yg memaksa
 orangtua
  nya masuk kristen saya sendiri banyak melihat baik di lingkungan
  tetangga,dari cerita teman2,mau pun yg saya saksikan sendiri seperti
 yg di
  alami oleh kerabat saya,dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan sang
 anak
  karena dia sudah ter doktrin dari masa kanak2 saat pertama mengecap
  pendidikan bangku sekolah yg sekarang ini notabene di dominasi oleh
 sekolah2
  kristen,sebagai seorang anak apabila dia merasa sang orang tua telah
  tersesat  tentu saja dia akan berusaha menyadarkan orangtua nya,saran
 saya
  untuk orangtua yg non kristen adalah jangan sekali2 mendaftarkan anak
 nya di
  sekolah kristen untuk meminimalisir hal2 seperti ini terjadi di masa
 yg akan
  datang.
 
  salam
  budiman wijaya
  happy yuan xiao jie!!!
 
 
 




 --
 Best regards, Tantono Subagyo


   



Re: Joget Dangdut Re: Perhatian Moderator sdr Zhonghua Wen-hua : Re: Pengecut... Re: [budaya_tionghua] Re: Etnis Tionghoa Kristiani Mengikuti Misa Imlek

2009-02-10 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Saudara-saudara sekalian,

Walaupun dirumah sendiri bukan berarti tata tertib, sopan-santun dan etika
harus di abaikan. Kita harus menghargai diri kita sendiri dengan cara
diatas.

Lalu sebagai tuan rumah harus ramah, bijaksana dan tegas,; sebagai tamu
harus santun, tahu diri dan tahu malu. Bila itu dijalankan semua akan aman.

Kita saling mencaci lalu memang musuhnya siapa sih?

Tolong introspeksi kita semua lah.

Salam saya,
Masih Belajar Budi Pekerti

On 2/11/09, Kurniawan kurniawan20062...@yahoo.com wrote:

   Pak Tantono tidak perlu berkecil hati. Orang Kristen sama sekali tidak
 dimusuhi apalagi diusir dari milis ini. Hanya saja ada beberapa anggota yang
 meminta pengertian orang Kristen bahwa karena ini milis budaya Tionghoa dan
 lingkungan mereka sendiri, jadi mereka minta dihargai hak mereka untuk
 mencaci-maki dan menyindir orang Kristen sepuas-sepuasnya tanpa diganggu
 kesenangannya.

 Mungkin maksud mereka ibarat di rumah pribadi, yah hak mereka dong kalau
 mau berdiri di depan cermin, telanjang, pegang sapu, dan joget dangdut
 seharian. Tidak usah ada yang protes dong.

 --- On Mon, 2/9/09, Tantono Subagyo tant...@gmail.comtantono%40gmail.com
 wrote:

 From: Tantono Subagyo tant...@gmail.com tantono%40gmail.com
 Subject: Perhatian Moderator sdr Zhonghua Wen-hua : Re: Pengecut... Re:
 [budaya_tionghua] Re: Etnis Tionghoa Kristiani Mengikuti Misa Imlek
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com
 Date: Monday, February 9, 2009, 6:18 AM

 Saudara sekalian, marilah kita sudahi perdebatan yang nggak ketahuan
 mengarah kemana dan maunya apa ini.  OK Bung G Suryana dan Bung David Wahyu
 maunya apa sih, apakah mau kita semua orang Kristen menyingkir dari sini ?.
 Atau mau menuntut orang Kristen secara class action karena dulu pernah
 merasa disakiti atau bagaimana ?.  Saya pertanyakan ini juga kepada
 moderator, apakah orang Tionghua Kristen seperti saya ini (yang pendeta)
 boleh masuk dan mempelajari Budaya Tionghua.  Apakah kita harus selalu
 disindir, dicacimaki pragmatis, oportunis dls.  Terus terangnya setiap kali
 ada isu agama Kristen terus ada upaya mempojokkan/ menyindir dan entah apa
 lagi.  Bila mana demikian maka ganti saja nama milis ini jadi budaya
 tionghua non kristiani !!!.  Ingat ya saya dan rekan-rekan Kristen lain yang
 bergabung disini tidak pernah menganggap kepercayaan anda setan.  Rasanya
 saya juga selalu menghormati kepercayaan sdr Ardian, sdr Hendri Irawan dls
 tanpa
 berusaha mengKristenkan ybs.  Apakah karena kesalahan Teodorus Tabaraka
 maka kami tidak welcome di milis ini ??.  Mohon penjelasan dan bila memang
 keberadaan kami disini sangat mengganggu tolong buktikan sehingga kami juga
 tahu diri dan menyingkir.  Salam, Tan Lookay (orang bodoh yang bingung apa
 maunya orang-orang pinter disini !

  



Re: [budaya_tionghua] kristenisasi

2009-02-10 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Ini memang sebuah fenomena yg umum, yah ada salahnya dari para orang tua
ygan kurang perdulu dengan perkembangan sosial budaya anak-anak mereka
dengan tidak memberikan pengertian yang benar tetang tradisi, kepercayaan
dan cara pandang dan sistim kekeluargaan yang berlaku dikalangan kita
sendiri.

Begitu anak agak besar dan banyak pertanyaan yang tidak terjawab dari
lingkungan keluarga, tentunya dia akan mencari keluar.

Diluar banyak sekali dijual dan diiklankan ajaran-ajaran baru dengan
segala embel-embel : J-J-S-A-N.

J-J-S-A-N
JANJI JANJI SURGA  ANCAMAN NERAKA

Tentunya dengan teknik marketing yang canggih, yah, tertariklah sang anak
yang sedang dalam kegelapan identitas dan keyakinan diri.
Sifat manusia yg  selalu mau cari gampang dan jalan pintas, tentunya suka
dengan janji-janji surga dengan segala iming-imingnya. Bukan kah lebih baik
dari pada masuk neraka, lebih baik yah mengakui aja supremasi dari subyek
ajaran itu.

Apa lagi sebagian besar ajaran itu menjanjikan bila mengakui dan hanya
semata beriman kepada X maka pahalanya pasti surga dan semua hutang dan
dosa bisa diampuni.

Sebaliknya, bila seseorang bagaimanapun saleh, dermawan dan segala kualitas
bajiki yang dimiliki orang itu, tapi tidak mengenal atau mengakui sang
supreme being X, maka masa depannya adalah neraka.

Pertanyaannya sekarang, bahwa umur alam semesta dan umur para penghuninya
sudah jelas jauh lebih tua sekali bila dibanding ajaran-ajaran dan konsep
supreme being X itu. Hanya sebagian amat sedikit seperti sebutir pasir di
padang pasir yg bisa mengenal X dalam kurun sejarah. Jadi nasib mereka
semua bagaimana? Dineraka semua kah?

Yah, memang semua orang bebas memilih dan mempercayai papaun konsep
spiritual dan religius mereka. Jadi dengan kata lain, semua orang juga
berhak untuk menolak tidak mempercayai konsep spiritual dan religius yang
dianggap tidak sesuai.

Selamat berpikir dan berperasaan jernih,
Masih Belajar Budi Pekerti



On 2/9/09, Budiman Wijaya wbudi...@rocketmail.com wrote:

   menanggapi kisah nyata saudara gsuryana tentang anak yg memaksa orangtua
 nya masuk kristen saya sendiri banyak melihat baik di lingkungan
 tetangga,dari cerita teman2,mau pun yg saya saksikan sendiri seperti yg di
 alami oleh kerabat saya,dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan sang anak
 karena dia sudah ter doktrin dari masa kanak2 saat pertama mengecap
 pendidikan bangku sekolah yg sekarang ini notabene di dominasi oleh sekolah2
 kristen,sebagai seorang anak apabila dia merasa sang orang tua telah
 tersesat  tentu saja dia akan berusaha menyadarkan orangtua nya,saran saya
 untuk orangtua yg non kristen adalah jangan sekali2 mendaftarkan anak nya di
 sekolah kristen untuk meminimalisir hal2 seperti ini terjadi di masa yg akan
 datang.

 salam
 budiman wijaya
 happy yuan xiao jie!!!


  



Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa gunakan sebutan Tionghoa, bukan Cina.

2009-02-05 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Saudara-Saudara semua,

Apapun itu ygn menjadi sebutan baik dan tidak baik tergantung dari orang
yang menyebut dan orang yang disebut.

Kita kalau berasa sebagai manusia berbudaya, bermartabat, beradab dan
beragama serta BERBUDI PEKERTI (ini yg penting karena mereka yg mengaku
memiliki budaya, martabat, beradad dan beragama tidak semua mengerti BUDI
PEKERTI), hendaklah kita menyebut siapapun dengan atribut yang baik bagi
kita dan baik bagi yang disebut.

Bila ada orang dengan ketidak tahuannya menyebut kita dengan sebutan yg kita
anggap kurang enak, cukup dengan sopan katakan kepada orang tersbut bahwa
kita sebaiknya disebut apa sebagai pengganti sebutan orang tersebut. Katakan
bahwa kita lebih nyaman dan senang dengan sebutan tertentu - TITIK - hilang
masalah.

Bagi yg menyebut, ya kembali seperti diparagraf pertama, ya sebutlah orang
lain dengan sebutan yang menyenangkan dan tak menyinggung orang lain apapun
alasannya, kan ga ada ruginya, yang jelas untungnya kita jadi semua
bersahabat.

Jadi kata kuncinya adalah BUDI PEKERTI.

Lalu saya ada prinsip penting sbb. :

   - Ada masalah besar kita jadikan masalah kecil
   - Masalah kecil kita hilangkan
   - Tak ada masalah, JANGAN BUAT MASALAH


Semoga bermanfaat.

Salam saya,
Masih Belajar Budi Pekerti

On 2/4/09, butongpay - butongpay2...@yahoo.com wrote:

   Menurut saya,

 Sebutan Tionghoa / Cina / Hua Ren  tidak perlu dipermasalahkan lagi. Kata
 anak muda sekarang Emang Gue Pikirin. Itu hanya sebutan. Mungkin untuk
 generasi ANGKATAN BABE GUE itu bermasalah karena di anggap suatu pengghinaan
 kalau disebut Cina. sepertinya kelihatan kasar.  Di dalam forum ataupun
 berchatting ria tampaknya anak muda sekarang sudah tidak peduli tentang
 sebutan mereka. Mereka malah senang mendapatkan teman-teman dari berbagai
 suku bangsa di dunia ini. Kata-kata seperti 'DASAR CINA LO. sepertinya
 sebagai bahan tawaan...begitu juga kalau mereka meledek suku lain...DASAR
 BATAK LOJAWA LO..dsbnya.Pada pokoknya adanya kecendrungan anak muda
 sekarang utk melihat sebuah sifat / karakter seseorang dan bukan pada dari
 pandangan RASIAL..

 Ini adalah hal yang positif. Mari kita bangun dunia ini menjadi lebih baik.
 Pada dasarnya semua manusia itu sama derajatnya di hadapan Tuhan yang
 membedakan hanyalah AMAL nya saja.

 Baru - baru ini saya membaca buku tentang BORN AGAIN karangan Dr. S...
 (maaf saya lupa namanya). Jika anda percaya tentang konsep INKARNASI
 bahwasannya manusia dapat bertumimbal lahir ke suku apapun di dunia ini
 dengan agama yang bisa berbeda pada kehidupan sebelumnya maka anda akan
 mengerti MANUSIA yang tetap MANUSIA...Setiap jiwa yang turun ke dunia ini
 tentunya mempunyai TUJUAN. Jadi carilah tujuan hidup Anda. Apakah hanya
 sekedar hidup atau memperbaiki diri menuju kesempurnaan di mata Tuhan ? Itu
 sebuah pilihan.

 Jika anda tertarik tentang konsep INKARNASI anda dapat mengunjungi situs
 http://www.iisis.net.

 Salam,

 butongpay



  



Re: [budaya_tionghua] Re:Etnis Tionghoa Kristiani Mengikuti Misa Imlek

2009-02-05 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Saudara Saudara Sekalian,

Perayaan musim semi yang benarnya sebetulnya tidak benar disebut perayaan
imlek, kareana kalender Tionghoa itu adalah kalender luni-solar /
bulan-matahari, jadi tepatnya disebut imyanglek.

Keduanya bahwa perayaan tgl1 bulan 1 kalender ini BUKAN HARI LAHIR KONG HU
CU. Perayaaan kelahiran KHC adalakah tgl 27 bulan 8.

Kebetulan versi perhitungan kalender ini yang di Indonesia ditetapkan
berdasarkan tahun ke-1 kelahiran KHC bedasarkan dektrit Kaisar (nama dan
dinasti tidak ingat - maaf) lama setelah KHC wafat, mungkin selang ratusan
tahun.

Komunitas Tionghoa di berbagai tempat banyak yang memakai perhitungan beda
bukan 2560.

Perayaan Musim Semi sudah dilakukan baik secara ritual, fun-fun aja,
sekular, tradisi maupun religius sejak jaman kuno ribuan tahun sebelum
kelahiran KHC, Lao Tze dll.

Akhinya - selamat merayakan secara pantas.

Salam saya,
Masih Belajar Budi Pekerti



On 2/6/09, Tantono Subagyo tant...@gmail.com wrote:

   Sdr Erizon yang baik,
 Mohon difahami bahwa euforia yang nampaknya berlebihan dalam merayakan
 Imlek ini sangat kental unsur bisnisnya, lihat saja ramenya di mal-mal de el
 es.  Jadi karena orang mal mau cari untung maka dengan boosting Imlek mereka
 dapat mengeduk uang dari orang Tionghua. Jadi bukan orang Tionghuanya yang
 berlebihan.  Salam, Tan Lookay

 2009/2/6 Syafril Erizon syafrileri...@gmail.com

   pagi All,
 Boleh share ya, tp jgn dianggap SARA lho...
 Menurut saya, Imlek di Indonesia nuansa keagamaannya lebih diangkat
 dalam setiap perayaan Imlek, daripada pengakuan pada identitas
 kebudayaan/ kultur. Walau menurut yang merayakan ini adalah suatu
 system penanggalan yang dipergunakan dari Tiongkok kuno (2699 SM),
 hingga kini yang bernama China.

 Pernah saya baca, hari raya Imlek ini merupakan hari bersejarah bagi
 umat Kong Hu Cu untuk memperingati kelahiran nabi besar mereka. Kurang
 lebih sama dengan Islam atau Nasrani.
 Jadi-sebenernya harus diakui bahwa Imlek adalah bagian dari perayaan
 agama Kong Hu Cu (berbagai pendapat menolak bahwa Imlek bukan perayaan
 agama).

 Yang sampai sekarang masih mengganjal saya, sekiranya memang Imlek
 merupakan perayaan tahun baru bagi masyarakat Tionghoa (Cina),
 bukankan ada perlakuan yg berbeda terhadap warga negara. Apakah ada
 hari libur untuk warga India, kenapa tidak ada hari libur saat tahun
 baru Jawa, Batak dan etnis lainnya?
 Sekiranya ini lebih ke perayaan agama, apakah agama Kong Hu Cu sudah
 diakui di Indonesia?

 Saya melihat bahwa saat ini masyarakat Tionghoa di Indonesia saat ini
 memperlihatkan diri yang berlebihan, apakah karena selama ini
 terkekang?. Dan terlalu euforia dalam menerima kebebasan yang
 diberikan.. biasa aja kali..

 Maaf klu kurang berkenan and xiexie!

 Selamat Hari Raya Imlek ke-2560, semoga sukses bersama Kerbau Mas.

 Erizon/ JKT




 --
 Best regards, Tantono Subagyo

  



Re: [budaya_tionghua] Fwd: BUPATI ITU ORANG CINA....!!!

2008-11-24 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Sekedar info juga nih, Walikota Singkawang juga keturunan Tionghoa

2008/11/23 Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED]

   Postingan nyasar.

 *Azura-Mazda [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 Date: Sun, 23 Nov 2008 05:01:22 -0800 (PST)
 From: Azura-Mazda [EMAIL PROTECTED]
 Subject: BUPATI ITU ORANG CINA!!!
 To: Henyung [EMAIL PROTECTED]
 CC: Henyung [EMAIL PROTECTED]

   ** *BUPATI ITU ORANG CINA!!!*
 *Oleh: Kenken*
 * *
 *Belum terlalu hilang dari ingatan: hingar bingar, nyala api,*
 *asap hitam membumbung, teriakan massa anarkis memporak*
 *porandakan isi Jakarta, Medan dan Solo di peristiwa Mei 98.*
 *Tiba-tiba di tahun 2005 seorang etnis Tionghoa bernama Ahok*
 *terpilih menjadi bupati di daerah basis Masyumi-Belitung *
 *Timur. *
 * *
 *Ir. Basuki Tjahaja Purnama MM bernama asli Zhong Wan Xie*
 *lahir di Manggar pada tanggal 29 Juni 1966. Masyarakat *
 *Bangka-Belitung dan juga sebagian Jakarta memanggilnya*
 *Ko Ahok (elder brother Ahok). Sosoknya tinggi di atas rata-rata*
 *manusia Asia. ini fenomena besar kata Ahan, seorang pemuda*
 *Tionghoa, ketika membaca berita pelantikan Bupati Ahok*
 *di medio 2005 setelah mengantongi 37,13% suara pemilih. *
 * *
 *Ada nada haru, tidak percaya sekaligus kaget, tampak *
 *pada raut wajah dan sorot mata pemuda Ahan kala itu.*
 *Bagaimana mungkin, seorang Tionghoa bisa dipilih di sebuah*
 *daerah berkomposisi 93% muslim pribumi. Tetapi di tahun itu,*
 *Ahok terpilih lewat mekanisme demokratis dan termasuk*
 *paling bersih dalam sejarah pilkada di Indonesia. *
 * *
 *Salah seorang peserta diskusi regular Sinar Harapan pernah*
 *berkata bahwa Ahok adalah bupati pertama beretnis Tionghoa*
 *setelah zaman Mataram. Baguslah, Indonesia ada perubahan*
 *kata Wignyo Prasteyo, aktifis 98 yang terlibat dalam perjuangan*
 *reformasi. Pluralisme dan kesetaraan before the law mesti*
 *terus diperjuangkan kata Wignyo. *
 * *
 *Nada pesimis tetap dapat ditemui di sela-sela optimisme*
 *beberapa kalangan. Limwiss, seorang karyawati perusahaan*
 *Jepang di Jakarta, berkata Soalnya siapa pun orang Chinese*
 *jadi pemimpin di Indonesia tidak ada pengaruh. Posisi orang*
 *Chinese itu berat di pemerintahan. Sana-sini kena. Sedangkan*
 *laporan TEMPO menyatakan Ahok adalah pahlawan baru*
 *bagi sebagian besar warganya. *
 * *
 *Kamu ini benar-benar anak ideologis bapakmu kata mantan*
 *wakil walikota Pangkalpinang kepada Ahok di sebuah pesta resepsi*
 *pernikahan temannya. Beberapa kelompok menolak Ahok berdasarkan*
 *surat Al-Maeda 51 yang menolak non-muslim untuk menjadi*
 *pemimpin. Endah Handayani Syarif, putri pejabat PT. Timah di*
 *Belitung Barat mengatakan keluarga kami memilih Ahok dengan*
 *alasan mencoba yang baru. Ahok kan cina, selama*
 *ini pribumi yang mimpin tapi kita tetap aja susah. *
 * *
 *Di akhir masa kekuasaan Suharto, terdapat seorang menteri*
 *beretnik Tionghoa bernama Bob Hasan (The Kian Seng) dalam*
 *formasi menteri Kabinet Pembangunan VII Orde Baru. Hasan, *
 *teman bermain golf Suharto, menduduki kursi menteri*
 *hanya sekitar 2 bulan. Banyak pihak menuding bahwa naiknya*
 *anak angkat** Jenderal Gatot Subroto itu tidak lebih sebagai*
 *permainan Suharto untuk menampilkan wajah-reformis. Setelah*
 *reformasi bergulir, jerat hukum mengharuskan Bob Hasan, yang*
 *juga sering dijuluki raja kayu, mendekam di penjara Nusakambangan*
 *karena terbukti melakukan tindak kejahatan korupsi. *
 * *
 *Sebelum Ahok menjadi bupati, pentas politik nasional juga *
 *dimeriahkan oleh kiprah Kwik Kian Gie. Antara tahun 1999-2000,*
 *KKG menjabat Menteri Kordinator Ekonomi di pemerintahan Gus*
 *Dur. Berbeda karakter dengan Muhamad Bob Hasan, seorang*
 *Kwik Kian Gie tetap diakui sebagai tokoh bebas KKN disamping*
 *analisa-analisa ekonominya selalu menjadi bahan pembicaraan*
 *kalangan akademisi dan pelaku ekonomi. *
 * *
 *Tetapi jabatan eksekutif di pemerintah daerah tingkat dua seperti*
 *bupati dan walikota memiliki kekhususan tersendiri, dibandingkan*
 *dengan anggota legislatif (DPR-RI) maupun jabatan pembantu*
 *presiden sebagai menteri negara. Karena seorang bupati bersentuhan*
 *langsung dengan rakyat, melihat secara langsung penderitaan*
 *dan masalah rakyat di akar rumput, kata Tutut Herlina, aktifis*
 *yang sekarang menjadi wartawan. *
 * *
 *Istilah Bupati berasal dari bahasa Sansekerta Bhupati yang *
 *berarti raja dunia. Sebelum tahun 1945, gelar bupati hanya*
 *dipakai di pulau Jawa, Bali dan Madura. Pasca reformasi dan*
 *pelaksanaan otonomi daerah, seorang bupati memiliki kewenangan*
 *menjalankan pemerintahan daerah yang ditetapkan oleh DPRD*
 *tingkat 2. Kekuasaan seorang bupati diperoleh atas mandat*
 *dipilih langsung oleh rakyat setempat melalui mekanisme *
 *pilkada. Sekalipun pasangan calon bupati dan wakil bupati*
 *masih ditetapkan oleh partai politik. Baru-baru ini UU calon*
 *independent memungkin calon bupati tidak diusung oleh *
 *partai politik. *
 * *
 *Selama menjadi bupati, Ahok selalu membuka lebar*
 *kaca jendela mobil dinas Nissan 

[budaya_tionghua] Obor Olympiade

2008-11-03 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Mohon info,

Mungkin ada yg tau dimana bisa beli replica obor Olympiade.

Terima kasih


Re: Fw: [budaya_tionghua] Re: Klarifikasi fakta tentang Falun Gong

2008-08-28 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Wah wah, orang yang berbicara tentang BUDDHA belum tentu mengerti BUDDHA
loh. Hati-hatilah, jangan melencengkan kebenaran dengan ketidak-benaran

2008/8/28 Hai Jin [EMAIL PROTECTED]

Seperti yang sudah-sudah, ujung-ujungnya adalah penghujatan terhadap
 Falun Gong oleh beberapa orang yang itu-itu juga.

 Bagi rekan-rekan praktisi, saya harap jangan menanggapi penghujatan mereka,
 karena sudah sama sekali tidak berguna. Cobalah baca cerita dibawah ini:

 Ketika orang mengatakan kata-kata yang menusuk hati, mencela dan menghina
 anda, apa yang akan anda lakukan? Anda akan marah, dan dengan emosi
 memakinya, atau mengekang diri menahan emosi? Lalu? Apa anda akan semakin
 gusar, perasaan menjadi tertekan?

 Suatu ketika, Sang Buddha berjalan melewati sebuah desa, beberapa orang
 yang menghampirinya mengeluarkan kata-kata yang kasar, bahkan mengucapkan
 kata-kata kotor.

 Buddha berdiri di sana, dengan penuh perhatian dan tenang mendengarnya,
 lalu berkata: Terima kasih kalian datang menemuiku, tapi saya sedang
 buru-buru, orang di desa seberang sedang menunggu saya, dan saya harus
 segera ke sana. Tapi besok saya punya waktu, jika masih ada yang ingin
 kalian sampaikan, bagaimana kalau kalian datang bersama besok?

 Orang-orang itu benar-benar tidak yakin dengan apa yang didengarnya, dan
 tidak percaya dengan pemandangan yang ada di hadapan mereka: Ada apa
 dengan orang ini? Salah satu di antara orang itu bertanya pada Buddha: Apa
 kau tidak mendengar apa yang kami katakan? Kami mengatakan hal yang tidak
 baik, tapi kau tidak bereaksi apa pun.

 Buddha menjawab, Jika yang kalian inginkan adalah reaksi saya, maka Anda
 datang terlambat, seharusnya Anda datang pada 10 tahun yang lalu, saat itu
 saya pasti menanggapi. Namun, selama 10 tahun ini saya tidak lagi di bawah
 kendali orang lain, saya bukan lagi seorang budak, saya adalah tuan bagi
 diri sendiri. Saya bekerja menurut kehendak pribadi, bukan menurut reaksi
 orang lain.

 Memang, jika ada yang emosi terhadap Anda, itu urusannya sendiri; Jika dia
 menghina Anda, itu adalah urusannya sendiri; Jika dia bersikap kasar dan
 tidak sopan, itu juga urusannya sendiri. Sebab apa yang ingin dia katakan
 dan lakukan, itu adalah tingkat kultivasinya, lalu apa yang dapat Anda
 lakukan?

 Anda adalah tuan yang berperasaan, bukan budak belian.

 Sumber: www.kesadaran-murni.blogspot.com



 



Re: OOT: Bls: [budaya_tionghua] Re: Percepatan Perubahan Iklim Dan Budaya Tionghoa ?

2008-08-17 Terurut Topik Ning M. Widjaja
dampak peratnian juga luar biasa, dari pencemaran limbah pestisida, dan
pupuk. efeknya cukup global karena menyebab pertumbuhan ganggang di laut dan
danau yg membunuh laut, karang dan ikan.merusak ekosisitim laut, penyemaran
laut  pedalama spt laut mati, laut hitam. juga merusak hydrology alam karean
pemompaan air tanah di daerah gurun dan lain-lain.

intinya bila dilakukan dengan moderasi, tidak serakah, yang bumi bisa
bertahan lebih lama lagi



2008/8/17 Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED]

   Kalau data di Indonesia ada tidak yah ? Sepertinya tidak memenuhi
 prinsip dan rasa keadilan kalau hanya karena di Amerika Serikat banyak
 ternak, kita di sini yang harus disuruh vegetarian.

 Lagipula apa benar proses makan vegetarian itu berkontribusi besar
 seperti yang anda prasangkakan ? Pertanian juga menghasilkan gas rumah
 kaca yang tidak kalah banyaknya tuh.

 Hormat saya,

 Yongde

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 Santo Putra [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
 
  Lao Xiong Roni Wijaya yang baik,
 
  Kotoran hewan ternak memang benar bikin polusi.
  Hanya
  sebagian kecil saja yang diolah menjadi pupuk dan hal2 berguna lainnya,
  sedangkan sebagian besar adalah dibuang ke sungai dan ke tempat-tempat
  lain yang pada akhirnya meracuni tanah dan sumber air.
  Cobalah Anda simak kembali data yang dirilis oleh PBB ; Di Amerika
 Serikat saja, hewan ternak menghasilkan tidak kurang dari 39,5 ton
  kotoran per detik! Bayangkan berapa banyak jumlah tersebut di seluruh
  dunia! Jumlah yang luar biasa besar itu membuat sebagian besar kotoran
  tidak dapat di proses lebih lanjut menjadi pupuk atau hal-hal berguna
  lainnya, akhirnya yang dilakukan oleh pelaku industri peternakan modern
  adalah membuangnya ke sungai atau ke tempat-tempat lain yang akhirnya
  meracuni tanah dan sumber-sumber air. Kontribusi gas NO dari
  sektor peternakan sangatlah signifikan!
  Demikianlah Lao Xiong, informasi yang dapat saya sampaikan, semoga
 Anda tergugah dan berkenan ikut berpartisipasi menyelamatkan planet
 bumi yang kita cintai ini.
 
  Salam kasih dan damai,
  Santo Putra.
 
 

 



Re: [budaya_tionghua] identitas was: Fenomena diskriminasi media internasional

2008-08-17 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Aku setuju, semua orang China / Taiwan / Hongkong yang saya temui boleh
dibilang dalam keseharian kehidupan orang Tionghoa di Indonesia dan Asia
Tenggara, bisa dibilang *tidak tau adat. *Justru orang-orang spt kita yang
lebih memegang dan menjalankan nilai-nilai luhur tradisi lama dan
philosopphy lama.

2008/8/16 iwan kustiawan [EMAIL PROTECTED]

   NO Offense..
 sekedar memberikan pendapat..
 Menurut saya orang Tiong hoa di Indonesia memiliki keunikan sendiri yang
 agak berbeda ( bahkan mungkin sangat berbeda) dibandingkan orang orang China
 saat ini, baik dari segi budaya, cara hidup, dan cara berfikir. Namun tidak
 dipungkiri semua atribut atribut ini pun berubah sepanjang perjalanan waktu
 yang justru menurut saya makin membedakan orang orang Tionghoa di Indonesia
 dibandingkan dengan orang orang China. Oleh karena itu agak berlebihan
 menurut saya kalau kita mengidentikkan diri kita sebagai orang China masa
 ini, dilain pihak jangan pula kita memungkiri nilai nilai hidup dan
 identitas diri kita sebagai orang Tiong Hoa dengan segala value nya yang
 telah hidup sekian lama di bumi Indonesia.
 Sebagian dari kita masih merawat dan melestarikan nilai nilai (dengan
 segala variasi intepretasinya) yang diajarkan Filsuf filsuf China dan hidup
 dengan nilai nilai itu, nilai nilai itu meresap dalam budaya Tionghoa yang
 berkembang dan berasimilasi  ratusan tahun di Indonesia dan mencirikan kita
 sampai saat ini sebagai orang Tionghoa Indonesia.
 Sebagai gambaran yang saya  simpulkan sebagai hasil interaksi saya dengan
 anak anak muda dari China yang saya temui di Eropa sini. Sebagian besar
 bahkan mereka tidak pernah membaca dan mengerti mengenai apa yang diajarkan
 oleh filsuf Filsuf China tersebut dan bahkan mereka berterus terang mereka
 tidak berminat mengetahuinya.dan satu hal lagi mereka mendifinisikan
 seseorang sebagai Chinese adalah orang berkulit kuning yang lahir di China
 dan mampu berbahasa China atu dialeknya...jadi ibu/bapak/saudara meskipun
 kita mampu berbahasa mandarin/ hakka/ kongfu etc, meskipun kita memelihara
 abu leluhur, memuja dewa dewa, meskipun mata kita sipit, meskipun kulit kita
 kuning, tapi sebagian besar kita bukan lahir di negri China, dan mereka
 tidak mengindentikkan kita sebagai orang China, karena bagi saya mereka
 memang berbeda dari saya/kita. Kita telah berkembang dengan jalan yang
 mungkin berbeda dengan jalan mereka selama ratusan tahun ini. Maka menurut
 saya sadarilah hal tersebut, sadarilah bahwa kita adalah seperti kita apa
 adanya saat ini, terlahir dengan kewarganegaraan Indonesia dengan ciri yang
 mungkin mirip chinese dan satu hal lagi,hiduplah sebagai salah satu suku
 dari bangsa kita , bangsa Indonesia.
 Gunakanlah nilai kebaikan dari leluhur tersebut untuk dasar dan tujuan yang
 mulia bagi bangsa kita atau sesama manusia/ mahluk, tetapi kita harus sadar
 diri bahwa China yang dari mana leluhur dan nilai nilai itu berasal telah
 berevolusi menjadi suatu bangsa yang berbeda dari yang mungkin ada dibenak
 kita saat ini.
 Mohon maaf jika pendapat saya ini mungkin berbeda. saya hanya berharap agar
 kita bisa hidup dalam realitas tanpa kehilangan identitas diri kita. Jika
 kita sendiri bingung dengan identitas diri kita (Indonesia/China?),
 bagiamana kita mungkin bisa dihargai dan diterima sebagai bagian dari bangsa
 Indonesia? Jadilah diri kita sebagai orang tiong hoa Indonesia, terimalah
 dan berdamailah dengannya, dan jangan lupa berjuanglah untuk dapat
 memperkenalkan dan diterima sebagai bagian dari bangsa ini. Bagaimana
 memperjuangkannya? untuk itu pertama tama kita harus bersatu sebagai orang
 tiong hoa, merumuskan identitas kita ( saya rasa inilah tujuan mailing list
 ini ), merumuskan kesamaan diantara kita, dan berbuat sesuatu kepada bangsa
 ini.sekian.
  Terima kasih.

 Iwan Kustiawan



 *eddy witanto [EMAIL PROTECTED]* wrote:

   [*Peristiwa BERSEJARAH serta KEMEGAHAN baru ini*] akan mengangkat
 derajat warga keturunan juga - ... [*baru saat ini ; PERISTIWA OLYPIADE
 2008 -*] dapat membuka MATA KITA - bahwa kita berasal dari bangsa yang
 besar !!
 Ha3... ;p
 nggak usah terlalu chauvinis lah, mbok ya biasa2 aja gitu lho. Jangan
 terlalu mendewa2kan. Masih untung lho kalo di sini Anda disebut huaren
 (jangan berharap terlalu banyak untuk bisa disebut huaqiao ya), jangan2
 malah cuman sekedar laowai, dan mungkin Anda bisa frustrasi karenanya
 karena itu sama seperti ngomong lu itu siapa sih. Ha3.

 dy - beijing




  



[budaya_tionghua] Fenomena diskriminasi media internasional pada penyiaran pembukaan Olympiade

2008-08-12 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Kawan,

Apakah ada yang memperhatikan bahwa pada saat pembukaan event olah raga
terbesar di awal milenia ini jaringan stasiun pemancar besar spt CNN, BBC
dan sejenisnya - tidak mealkukian penyiaran yang pantas untuk sebuah even
yang amat besar dan indah di Peking?

Mohon komentar.

NMW


Re: Bls: Bls: Koreksi Giam Loo Ong {Re: Korupsi Gratifikasi} (Re: [budaya_tionghua]

2008-07-24 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Kembali keakar pembahasan. Mengenai gratifikasi semangka merah dan hubungan
dengan Giam Lo Ong sudah melenceng dari cerita aslinya. Legenda ini ini
berasal dari cerita kaisa bijaksana Lie Sie Bin di jaman Dinasti Tang (?).
Sebagai kaisar adalah juga Tian Cu ( Putra Surga = Putra Langit = Putra
Tuhan ). Dengan kedudukan dan kebijaksaanaannya, salah satu raja penjaga
alam bawah yaitu Giam Lo Ong mengundang sang kaisar bertandang ke alam bawah
untuk melihat-lihat. Tentunya kondisi demikian menyebabkan jasad kaisar
bagaikan mati = comma, dan batinnya melanglang ke alam bawah. Dalam
perjalanan kaisar, Giam Lo Ong menceritakn berbagai proses pengadilan dan
hukuman siksaan dari para pendosa setelah meninggal dunia. Cerita ttg ini
tertulis dalam kitab kuno Giok Lek (gambaran ttg ini terlukis di sebuah
kelenteng di Tegal dalam bentuk lukisan dinding dengan tinta cina - menarik
untuk di lihat).

Dalam kesempatan lain sang kaisar bertemu dengan para keluarga dan bangsawan
denga kondisi yang menderita karena selam hidup mereaka tidak berbuat
kebajikan dan tidak suka berdana / berderma. Beliau juga bertemu dengan
seorang rakyat jelata dari negerinya yang miskin tetapi dalam alam akhirat
hidup dalam istana dan berlimpah harta. Giam Lo Ong menceritakan bahwa org
tersebut selama hidupnya amat berbakti dan senang berderma walaupun sangat
miskin. Selain itu setiap kali melakukan persembahyangan orang tersebut
selalu mempersembahkan sajian berupa kertas dan lalu dibakar, yang dialam
akhirat menjadi harta kekayaan sebagai imbalannya. Jadi intinya haru banyak
berbuat kebajikan baru ada hasil dar segala yang diperbuat di dunia.

Setelah puas berjalan-jalan seharian, sang kaiasar mohon pamit kembali ke
dunia. Sebagai sopan santun Kaisar Lie Sie Bin bertanya hadiah apa yang
diinginkan Giam Lo Ong bila sang kaisar kembali di suatu saat nanti. Giam Lo
Ong berkata bahw dia tidak perlu apapun karena berbagai harta dan mustika
ada di alam bawah. Tetapi Giam Lo Ong berkata bahwa ia mendengar ada sejenis
buah yang tumbuh di gurun pasir di sebelh barat kekaisaran yang diinginkan -
yaitu semangka / Xie Gua (buah labuh dari barat). Setelah pamitan kaisar
kembali dan batinnya kembali memasuki jasadnya. Beliau siuman ternyataa,
beliau telah comma selama satu tahun ( 1hari alam bawah = 1 tahun waktu
dunia ). Setelah siuman beliau menceritakan pengallamannya kepada segenap
bangsawan dan keluarga kaisar. Lalu beliau menitahkan 3 hal yaitu menulis
kitab ttg hukuman siksa neraka dalam kitab Giok Lek, memerintahkan seluruh
manusia untuk berbuat kebajikan dan banyak berdana serta selalu membuat
sajian persembahyangan dalam bentuk kertas untuk di bakar. Titah ke-3
memerintah semua rakyatnya yang akan menghadap Giam Lo Ong untuk membawa
semangka dan dipersembahkan kepada Giam Lo Ong sebagai oleh-oleh Kaisar Lie
Sie Bin kepada Giam Lo Ong. Ini lah awal tradisi pembakaran kertas dan
membawa semangka pada jasad orang meninggal.

Kisah ini sangat berkembang dikalangan suku Hokkian. Oleh sebab itu orang
Hokkian selalu menyebut diri mereka Teng Lang ( Tang Ren ) atau orang bangsa
Tang.

Semoga berguna. Legenda ini banyak manfaatnya bila dibaca dan dimengerti
dengan benar. Jadi masalah gratifikasi dan korupsi tetek bengek yang
dikaitkan kpd orang Tionghoa dalam kaitannya dengan tradisi sogok-menyogok
dengan membakar uang-uangan dan memberi semangka adalah tidak benar sama
sekali.

Semoga ketidak tahuan ttg ini bisa berkurang dan kita semua menjadi lebih
bijaksana.

2008/7/24 Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED]:

   Ardian xiong,

 Jangan begitulah, nanti dibilang pelit. Punya ilmu ya dibagi-bagi.

 Kalau tidak salah itu kertas melambangkan unsur tanah, perak/emas
 melambangkan unsur logam. Di atas tanah ada logam, lalu lanjutannya
 apa yah ? Maklum sudah tua, sudah lupa ingatan.

 Hormat saya,

 Yongde


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 ardian_c [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  hehehehehhehehehehe
 
  pernah denger konsep 5 unsur ama kaitannye diduit2an lom ?
 
  kalu belon, jgn tanya gw, soalnya males jabarin
 
 
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com,
 roni Wijaya wijayaroni81@
  wrote:
  
   iya
   tapi lebih bagus lagi
   kalau uang perak dan uangnya dibanyaki karena mereka memerlukannya
  banyak
  
  
  
   - Pesan Asli 
   Dari: Hendri Irawan henyung@
   Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.combudaya_tionghua%40yahoogroups.com
   Terkirim: Selasa, 22 Juli, 2008 21:44:41
   Topik: Bls: Koreksi Giam Loo Ong {Re: Korupsi Gratifikasi} (Re:
  [budaya_tionghua] Makelar = Lobbyes ?)
  
  
   Namanya juga kepercayaan orang lain. Kalau memang keluarga yang
   berduka percaya dengan mengirim uang, rumah, mobil, pakaian, tv, kartu
   kredit, pesawat, kapal dan sebagainya mampu menentramkan jiwa yang
   meninggal, sebaiknya kepercayaan itu dihormati.
  
   Hormat saya,
  
   Yongde
  
   --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, roni Wijaya wijayaroni81@
  ...
   wrote:
   
mas yang