[proletar] Ketum PBNU: Jangan Pernah Minder jadi Pembantu
INILAH.COM, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) KH Said Aqil Siroj mengimbau kepada para buruh migran untuk tidak pernah malu jika bekerja sebagai pembantu. Hal tersebut diungkapkannya di hadapan puluhan ribu Buruh Migran Indonesia (BMI) saat berkhutbah sekaligus memimpin shalat Idul Fitri di Victoria Park, Hongkong, Minggu (19/8/2012). Jangan pernah minder menjadi pembantu. Karena di mata Allah, derajat kita sebagai manusia sama, ujar Said, dalam siaran persnya. Menurutnya setiap perbedaan golongan dapat disikapi dengan keharmobisan dengan cara saling menghargai satu dengan yang lainnya. Dalam menjaga keharmonisan di kehidupan manusia merupakan sebuah kewajiban yang mesti diterapkan. Di depan 60 ribu jamaah yang hadir, dirinya juga mengatakan keharmonisan didasari dari manusia dalam bahasa Arab yang berarti insan. Sementara subjeknya adalah Anas untuk laki-laki dan Anisa untuk kaum perempuan, yang berarti sama yaitu intim dan harmonis. Atas dasar tersebutlah menjaga keharmonisan dalam kehidupan bukan lagi sekedar kewajiban manusia, melainkan kodrat yang wajib dijalankan. Manusia dilahirkan memiliki hawa nafsu. Hal itulah yang menjadikan kodrat menjaga keharmonisan seringkali tidak dijalankan, tambahnya. Kehadiran Said Aqil sebagai imam dan khatib salat Idul Fitri merupakan kehendak berbagai organisasi BMI di ada di Hong Kong. Dan keinginan tersebut mendapatkan respon positif dari Konsulat Jendral Indonesia, yang memfasilitasi keinginan tersebut. [ton] Berbagi berita Desa [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Komnas HAM Sebut Lapindo Langgar HAM
Telah terjadi pelanggaran HAM yang cukup luas akibat semburan lumpur panas.'' Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAMKOMNAS HAM me nyimpulkan telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia yang cukup luas dengan ca kup an korban dari berbagai ke las sosial, gender, umur, dan kelompok profesi akibat semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.Komisi menemukan 15 pelanggaran hak asasi manusia korban lumpur Lapindo. Hal itu mengacu pada Undang-Undang 39/1999 tentang HAM.Komisi memang tidak menemukan fakta dan atau bukti permulaan yang dapat dijadikan dasar untuk menduga ter ja di pelanggaran berat HAM, baik kejahatan ge nosida maupun kejahatan terhadap kemanusiaan seba gai mana dimaksud dalam UU 26/2000 tentang Pengadilan HAM.Namun, jika melihat begitubesarnya kerusakan yang diakibatkan oleh semburan lumpur Lapindo itu, Komnas HAM menilai telah terjadi pelanggar an HAM yang cukup luas.“Semburan lumpur panas tersebut telah mengakibatkan hilangnya nyawa, harta benda, dan kehidupan kemasyarakatan,” kata Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim dalam siaran pers tentang Hasil Penyelidikan Peristiwa Semburan Lumpur Panas Lapindo di Kantor Komnas HAM, Jakarta, kemarin.Karena itu, Komnas HAM meminta Lapindo menyelesaikan pembayaran gan ti rugi terhadap korban. Pertanggungjawaban korporasi yang digunakan Komnas HAM ialah strict liabi lity, yaitu pertanggungjawaban pidana badan hukum tanpa melihat kesalahan.“Terlepas dari perbuatan tersebut dilakukan secara sengaja atau karena kelalaian, tanpa memperhitungkan kesalahan, Lapindo Brantas Inc harus membayar ganti rugi, termasuk bertanggung jawab atas relokasi penduduk,” lanjut Ifdhal.Semburan lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Bran tas Inc di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terjadi sejak 29 Mei 2006. Semburan itu menyebabkan 16 desa dan 10.426 rumah di tiga kecamatan terendam. Lebih dari 8.200 jiwa dievakuasi dan tak kurang 25 ribu jiwa mengungsi.Dalam berbagai kesempatan, Minarak Lapindo Jaya (penerus Lapindo Brantas) berjanji akan memberikan ganti rugi kepada korban yang masuk peta terdampak. Namun, hingga saat ini masih ada sejumlah korban yang sama sekali belum mendapatkan ganti rugi. (SW/X-7) http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/08/15/ArticleHtmls/Komnas-HAM-Sebut-Lapindo-Langgar-HAM-15082012002016.shtml?Mode=1 Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] RUU Ormas Terlalu Banyak Sedot Anggaran
Naskah Rancangan Undang-Undang (RUU) Organisasi Masyarakat (Ormas) dinilai masih represif dan berpotensi melanggar hak asasi manusia, terutama hak kemerdekaan berserikat, berkumpul dan berpendapat. Yogyakarta - Naskah Rancangan Undang-Undang (RUU) Organisasi Masyarakat (Ormas) dinilai masih represif dan berpotensi melanggar hak asasi manusia, terutama hak kemerdekaan berserikat, berkumpul dan berpendapat. Sementara dalam penyusunannya terlalu banyak menyedot anggaran untuk kepentingan melakukan studi. Sebagai RUU mestinya bisa menjaring semua aspirasi, namun RUU Ormas justru tidak sesuai dengan Pancasila, semangat demokrasi, dan bertentangan dengan Konstitusi Negara, ujar peneliti Pusat Studi Pancasila Unversitas Gadjah Mada (UGM), Hendro Muhaimin, Selasa (14/8/2012). Hasil kajian Pusat Studi Pancasila UGM mengungkap bahwa RUU Ormas dinilai semakin menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, sebelum benar-benar disahkan, pembahasan RUU Ormas sebaiknya semakin banyak menjaring aspirasi dan masukan dari seluruh elemen masyarakat. Bagaimanapun UU Ormas yang baru harus mampu mengatur ruang lingkup dan definisi ormas secara jelas terkait dengan aspek legal-administratif, termasuk visi misi yang diembannya. Jika perlu dilakukan rembug nasional guna mewadahi aspirasi semua elemen masyarakat, jelasnya. Hendro mengatakan RUU Ormas diharapkan mampu menjadi grand desain pembangunan moral dan intelektual masyarakat. Sebagai upaya menuju kemandirian bangsa, keberadaan RUU Ormas jika tidak diperhatikan tentu bisa menjadi boomerang dan bisa mengusik kenyamanan hidup bermasyarakat. Ia menambahkan, sebab kontroversi muncul terhadap RUU ini, manakala salah satu pasal menyebut negara memandang masyarakat sipil sebagai ancaman keamanan dan politik. Pasal yang memungkinkan pemerintah menggunakan kewenangan untuk membubarkan ormas. Akibatnya banyak muncul sikap menentang keberadaan RUU Ormas dari berbagai daerah. Beberapa kekerasan yang dilakukan Organisasi Masyarakat selama ini kan sesungguhnya berakar dari permasalahan penegakan hukum bukan semata ormas-nya, dan berita media mestinya jangan dijadikan respons atas tindakan anarkis yang selama ini terjadi, ungkap Hendro. Oleh karena itu, beberapa pasal RUU Ormas perlu dilakukan penyempurnaan. Misalnya, Pasal 39 tentang Organisasi Masyarakat Asing, dimana Ayat 1 (b) terkait asas, tujuan, dan kegiatan organisasi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan Indonesia, dan (c) dalam pelaksanaan kegiatannya bekerjasama atau melibatkan Ormas Indonesia. Mestinya harus ditegaskan bahwa ketentuan pasal ini dimaksudkan untuk benar-benar mencegah munculnya organisasi asing yang tujuannya semata-mata untuk mengambil keuntungan dari dana bencana, pemberantasan korupsi, dan hak asasi manusia. Walaupun sudah sedikit diuraikan tegasnya dalam Pasal 40, namun perlu mengumumkan sumber, jumlah, dan penggunaan dananya yang terperinci, katanya. Juga pada Pasal 34 Ayat (2) disebutkan, bantuan atau sumbangan dari orang asing atau lembaga asing harus diberitahukan dan atau dengan persetujuan pemerintah. Melihat pasal ini, perlu kiranya membuat kajian lebih dalam tentang asumsi-asumsi mengenai organisasi asing, bantuan asing terkait dengan stabilitas negara. Tentu tidak bijak jika sebuah undang-undang yang notabene akan mengikat umum dibentuk hanya berdasarkan asumsi bukan data yang valid, tegas Hendro. Menurut Hendro, munculnya berbagai ormas di masyarakat sesungguhnya sebagai reaksi masyarakat atas ketidakpedulian pemerintah atas faktor-faktor ketidakjelasan arah kebijakan nasional dalam rangka menegakkan hukum. Karenanya, ia berharap Organisasi Massa ke depan harus memiliki program yang jelas, berbadan hukum, sesuai dengan asas UUD 1945, Pancasila, dan menjaga nilai Kebhinekaan dan menguatkan sendi-sendi NKRI. Dengan harapan seperti itu tidak menutup kemungkinan pemerintah dan Ormas untuk saling bekerjasama. Kejelasan peran dan posisi pemerintah yang mewakili otoritas negara jelas sangat dibutuhkan untuk tetap menjamin bahwa keberadaan ormas tidak berpotensi merugikan, apalagi membahayakan kenyamanan kehidupan publik, ungkapnya. http://gresnews.com/berita/kampus/33158-ruu-ormas-terlalu-banyak-sedot-anggaran Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email:
[proletar] Religiositas Mudik
GANI A JAELANI Dosen Sejarah FIB Unpad, Mahasiswa Phd di Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales, Paris Mudik merupakan per kara religiositas. Bukan karena peristiwa ini terjadi pada bulan puasa ketika setiap tindakan menjadi ibadah. Pun bukan karena dalam mudik, kesabaran, dan keletihan diuji, melainkan ada sesuatu yang agung: pulang. Seseorang yang tinggal di rantau, pulang ke tempat asalnya. Itulah hakikat mudik. Ada sesuatu yang ingin dipenuhi dalam dirinya dengan pulang; sesuatu yang bersifat, baik materiil maupun imateriil. Karena itu, tidak jarang orang mau berkorban banyak untuk memenuhinya. Orang menggunakan sebagian besar penghasilannya selama satu tahun untuk memenuhinya. Tapi, apa kaitan antara pulang dan religiositas? Kepulangan tentu saja terkait dengan keberangkatan. Kedua hal ini sangat lekat dalam kehidupan manusia. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa sebetulnya hidup itu sendiri merupakan serangkaian keberangkatan dan kepulangan. Setiap keberangkatan mengandaikan sebuah perjalanan; berangkat dari satu titik ke titik yang lain. Sebagian orang melakukannya secara sengaja sebagai salah satu jalan yang ditempuhnya. Namun, tidak sedikit orang yang melakukannya secara terpaksa dan dipaksa. Mereka yang melakukan suatu perjalanan adalah mereka yang berani ke luar dari wilayah aman hidupnya. Kisah orang-orang yang hidup di perantauan adalah kisah tentang keterasingan. Mereka selalu berada dalam tarikan antara masa lalu dan masa kini. Antara masa kini yang begitu jauh dan masa lalu yang begitu akrab. Tarikan-tarikan itulah yang membuat dirinya terasing. Kenyataan seperti itu sangat terasa apabila peristiwa keberangkatan merupakan sesuatu yang tidak dikehendaki. Barangkali itulah yang dialami oleh Mourid Borgouti, penyair Palestina, yang tidak diizinkan kembali pulang ke kampung halamannya. Dia yang pada tahun sebelum perang Arab-Israel pecah sedang menyelesaikan studinya di Mesir, tidak pernah diizinkan untuk kembali pulang. Sampai 30 tahun berikutnya. Akan tetapi, dia tidak mempunyai pilihan. Dia harus tinggal di tempat tempat yang sangat asing bagi dirinya, yang membuatnya pun menjadi sangat terasing. “Orang asing itu,“ katanya, “adalah orang yang selalu memperbarui izin tinggalnya.“ Dan, dia termasuk orang yang selalu memperbarui izin tinggalnya. Pulang adalah satu-satunya cara supaya dia tidak terasing. Sebab, dengan berpulang, berarti dia kembali ke tempat tinggalnya, tempat dia diakui sebagai individu, tempat dia bisa mengumpulkan kembali bagian-bagian dari dirinya yang tertinggal di masa lalu. Dia bisa menysusun kembali potonganpotongan dirinya yang tercecer akibat pengasingan. Dan, tentu saja tidak ada lagi keharusan untuk selalu memperbarui izin tinggalnya. Meskipun demikian, dia juga sadar bahwa tindakannya itu tidak akan pernah mengembalikan segalanya. Sebab, “orang asing itu tak pernah bisa benar-benar pulang. Sekali pun dia bisa kembali. Selalu ada yang hilang.“ Tapi, paling tidak, pulang merupakan ikhtiar untuk menyusun kembali identitas dirinya yang dilakukan dengan mengunjungi masa lalunya. Kalau kisah mengenai keberangkatan adalah kisah mengenai ketercerabutan, pulang adalah tujuan hidup. Seluruh aktivitas hidup akan selalu diarahkan supaya bisa kembali ke Yang Asal. Sebab, tinggal di perantauan berarti keterasingan. Dan, keterasingan adalah penderitaan. Seperti kisah serulingnya Rumi, “Semenjak aku terpotong dari lebatnya hutan, semua laki-laki dan perempuan meneteskan air mata mendengar suara tangisku. Aku senandungkan robeknya dada karena perpisahan sehingga aku dapat memaparkan perihnya rindu pada mereka. Setiap manusia jauh dari asalnya. Mereka semua berlindung untuk mencari zaman wasalnya.“ Ketercerabutannya dari Yang Asal, telah membuatnya menderita. Suara yang dikeluarkannya adalah ratapan. Dan, karena ratapan keterpisahan seruling itulah banyak para lelaki dan perempuan yang ikut bersedih. Ratapan seruling adalah ratapan kerinduan terhadap Yang Asal. Satu-satunya cara untuk membuatnya berhenti adalah mengembalikannya ke Asal. Barangkali hidup itu sendiri sebe tulnya merupakan kisah mengenai ketercerabutan. Mengalami hidup berarti tercerabut dari Yang Asal. Oleh karena itu, kembali ke Yang Asal menjadi tujuan utama hidup; bahwa pada dasarnya hidup diarahkan untuk menyongsong kematian yang niscaya. Karenanya, cukup lazim ketika seseorang meninggal kita mengucapkan inna lilllahi wa inna ilaihi raaji'un, “sesunguhnya kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah sesungguhnya kita kembali.“ Dengan demikian, kematian adalah ekspresi kepulangan yang primordial. Karena itulah, saya kira, kepulangan menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan. Tapi, itu kalau ingatan terhadap Yang Asal kuat melekat. Sebab, mungkin tidak sedikit di antara kita (me)-lupa(kan) Yang Asal. Itulah mengapa aktivitas pulang menjadi sangat penting dalam hidup. Bahwa, seseorang yang melakukannya mempunyai kesempatan untuk mengakrabi masa lalunya, supaya bisa mengumpulkan bagian-bagian dari
[proletar] September, 1 Juta Buruh Ancam Mogok Massal
Aksi ini diklaim akan melumpuhkan kegiatan industri terbesar di Indonesia. Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) berjanji akan mengerahkan satu juta buruh di pertengahan September nanti untuk mogok demi tuntutan penghapusan sistem alih daya/outsourcing dan upah murah. Ini merupakan aksi lanjutan demo 12 Juli kemarin yaitu Hostum (Hapus Oursourcing Tolak Upah Murah), kata Presiden KAJS, Said Iqbal, hari ini. Menurut Said, sebanyak satu juta buruh dari 14 kawasan industri di Indonesia termasuk Jakarta, Bekasi, Tangerang, akan menghentikan semua kegiatan produksi secara serentak. Ada tiga tuntutan yang diperjuangkan yaitu moratorium sistem outsourcing, penghapusan upah murah dengan penambahan Komponen Hidup Layak, dan penolakan terhadap usulan pemerintah bahwa iuran Jaminan Kesehatan akan dibayarkan tiga persen oleh pengusaha dan dua persen oleh pekerja. Said mengatakan aksi yang rencananya akan dilakukan bulan September mendatang belum akan menutup jalan tol. Tetapi kalau aksi kami nanti tetap diabaikan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi maka kami akan menutup 12 pintu tol, tutur dia. Pada aksi besar-besaran yang melibatkan 30 ribu buruh tanggal 12 Juli lalu, Said mengatakan Menakertrans Muhaimin Iskandar sudah berjanji akan melakukan moratorium terhadap sistem outsourcing. Tetapi sampai saat ini belum ada buktinya, maka kami akan lakukan aksi masal, tandas dia. http://www.beritasatu.com/nasional/64315-september-1-juta-buruh-ancam-mogok-massal.html Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Calon Wali Kota Terbaik Dunia, Jokowi Banjir Dukungan
TEMPO.CO, Jakarta -Dukungan terhadap Joko Widodo sebagai kandidat Wali Kota Terbaik di Dunia terus mengalir. Walikota Surakarta ini masuk dalam 25 besar kandidat berdasarkan publikasi The City Mayors Foundation, London, Inggris. Sebelumnya, calon Gubernur DKI Jakarta ini masuk 70 besar. Ini komentar pendukung Jokowi dalam situs worldmayor.com. “Di Indonesia jarang bisa menemukan pejabat pemerintah yang tidak korupsi. Joko Widodo , satu-satunya walikota di Indonesia yang peduli pemberantasan korupsi, dia melakukannya untuk membangun kenyamanan Surakarta agar lebih bersih. Saya bangga padanya,” tulis Irna C dari Indonesia. Komentar pujian juga dilontarkan Eddymarcel. “Rupanya Allah masih sayang kepada bangsa dan negara Indonesia, dengan memberikan seorang putra bernama Joko Widodo. Dia sangat sederhana dan merakyat, tidak tahu apa nama korupsi dalam hidupnya. “ “Joko Widodo adalah pemimpin yang baik dan visioner. Dia benar-benar memiliki jiwa melayani masyarakat, terutama mereka yang miskin dan terpinggirkan. Dia tidak pernah membedakan agama, ras, dan etnis dalam melayani masyarakat,” tulis Ary S. Ida D. L. lebih merinci sosok Jokowi dalam komentarnya. “Dia telah merestrukturisasi kota Solo menjadi kota pariwisata yang mendukung ekonomi rakyat. Dia mampu mendekati para pedagang pasar kaki lima sehingga pindah ke pasar tradisional tanpa kekerasan. Mereka dibebaskan dari sewa bulanan. Sehingga, jalan-jalan di Solo sekarang bersih dan terorganisir. Dia melidungi toko kecil dari toko-toko besar mega ritel.” Selain itu, Ida juga menyebutkan bahwa Jokowi tak pernah mengambil gajinya sebagai walikota. Boy Johnny juga menyinggung soal Jokowi maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. “Joko Widodo anti rasisme. Dia membuktikannya dengan menjadi calon gubernur DKI Jakarta dengan Wakil Gubernurnya keturunan Cina.” Saudari Petronella L S sangat mengungkapkan sosok Jokowi adalah pemimpin yang jujur, bersih, rendah hati, tulus, setia, dan telah mengabdikan hidupnya untuk berjuang demu kesejahteraan masyarakat umum. Dia berharap Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta 2012-2017. “Rakyat negeri ini membutuhkan orang semacam ini sebagai pemimpin.” Dukungan terhadap Joko widodo hingga Senin malam, 30 Juli 2012, tercatat 81 komentar. Semuanya berisi pujian dan dukungan pada Walikota Surakarta yang kini masuk lima besar kandidat dari Asia. http://www.tempo.co/read/news/2012/07/31/228420301/p-Calon-Wali-Kota-Terbaik-Dunia-Jokowi-Banjir-Dukungan Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Absolutisme Negara tanpa Hukum
Bambang Satriya Guru Besar Stiekma dan dosen luar biasa Universitas Ma-Chung Malang, penulis buku Etika Birokrasi DALAM Editorial Media Indonesia (24 Juli 2012) ada pernyataan mengenai pengetahuan SBY tentang kasus-kasus korupsi di pelbagai lembaga yang melibatkan banyak pejabat. Presiden menegaskan dia memiliki bukti sahih tentang kasus-kasus itu, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada lembaga penegak hukum untuk bertindak. Sebagai presiden yang mendeklarasikan sebagai pemimpin perang terhadap korupsi, bukti-bukti pelanggaran ada di depan mata, tahu, dan sahih. Namun, lagi-lagi atas nama nonintervensi, semua data itu diserahkan kepada aparat penegak hukum. Mau ditindak silakan, tidak juga tidak apa-apa. Itu pernyataan seorang pemimpin yang sedang ‘galau’, meski dirinya pastilah paham di pundaknya dipercayakan konstitusi untuk mengimplementasikan atau menyelenggarakan kekuasaan guna mewujudkan dan membumikan hukum, dan bukan menyerahkan secara sukarela. Tanpa dorongan kekuatan besar dan maksimal darinya, pembumian hukum tidak akan mungkin bias terwujud. Sebaliknya, kekuatan para pembangkang atau penyelingkuh hukum akan semakin besar dan sistematis akibat diberi ruang yang semakin terbuka untuk menggali, menguatkan, dan mengakselerasikan potensinya. Norma yuridis kian dibuat dan dikondisikan sebagai instrumen yang terkooptasi dan tereduksi oleh kepentingan politik jangka pendek dan jangka panjang. Oleh para penyelingkuh itu, hukum dibuat tak berbicara atas nama ‘norma’ atau nyawa konstitusi, tetapi dibuat sebagai segmentasi instrumen bercorak asal ada dan penghias legalitas keabsahan negara. Hukum tak diberikannya tempat untuk mempertanggungjawabkan setiap jenis perbuatan yang diduga sebagai kriminalitas atau tindak pidana (straafbaarfeit) karena hukum sudah diseret ke ranah mempertanggungjawabkan dengan paradigma ‘pemilahan dan pemilihan’ mengenai siapa yang patut dipertanggungjawabkan. Kosakata ‘terserah’ penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mempertanggungjawabkan atau tidak, memang, di satu sisi sebagai wujud apresiasi terhadap independensi kinerja (KPK), tetapi itu dapat terbaca dari sisi lain, yang mengesankan KPK atau aparat penegak hukumlah yang bertanggung jawab mutlak dan berperan mempertanggungjawabkan segala bentuk penyimpangan di negeri ini. Semestinya, sesuai dengan kompetensi konstitusionalnya, presiden punya peran sangat b besar untuk menjadi pengadil a setiap para pembantu atau atas menteri-menterinya yang dinilainya tidak mampu bekerja atau diduga melakukan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power), atau sedang berurusan dengan hukum. Tanpa perlu menunggu kemungkinan diproses dalam ranah penerapan sistem peradilan pidana (criminal justice system) atas dugaan kasus korupsinya, kompetensinya sebagai presiden bisa atau harus diwujudkan. Kalau sosok yang diberi `kekuasaan' sangat besar oleh konstitusi saja kurang memberikan apresiasi besar terhadap perkara-perka ra hukum yang bersifat sangat istimewa (extra ordinary) seperti korupsi, bagaimana jadinya wajah Indonesia ke depan sebagai negara yang menyandang predikat rechtstaat (negara hukum)? Masih mungkinkah bangsa ini bisa terlepas dari cengkeraman para penyelingkuh kekuasaan kalau norma yuridis konstitusional semakin ditemaramkan? Dampak mengun tungkan tentulah bisa dinikmati para penyelingkuh kekua saan, dalam hal ini koruptor dan segmen kekuasaan yang mendapatkan `kenikmatan' darinya. Politik titik balik diniscayakan terjadi dan bahkan membesar (mengabsolut) dalam bentuk tampilnya sejumlah orang dalam korporasi dan sindikasi parpol nakal atau kelompok tangan-tangan gaib (the invisible hands) yang terjebak membela dan mengayomi koruptor, sementara institusi yang berusaha menjadi me sin pemberantas korupsi dan penjaga citra negara hukum sudah distigmakan publik sebagai institusi yang man dul, impoten, dan setidaknya terancam kesulitan mengerahkan segenap kemampuannya untuk melawan koruptor. Kekuatan sindikasi koruptor yang semula temaram atau tidak menunjukkan nyali untuk berwacana seolah mendapatkan angin segar guna mengagregasikan kedaulatannya. Itulah yang pernah diingatkan AM Rahman, penulis buku antologi puisi berjudul Badai Serigala (2006) dengan kalimat `belalah koruptor, negeri pasti terkapar, belalah koruptor, negeri pasti telantar, belalah koruptor, negeri pasti terbakar, belalah koruptor, negeri pasti terkubur, belalah koruptor, rakyat pasti lebur'. Paparan itu sejatinya sebagai kritik radikal kepada pimpinan tinggi negara, khususnya yang mendapatkan amanat konstitusi, bahwa seharusnya koruptor wajib mereka jadi kan sebagai musuh terbesar negara yang diperangi secara maksimal dan konsisten. Koruptor merupakan jenis perampok elitis yang telah mengakibatkan keru gian besar. Sebut misalnya telah merajalela bagai gu rita. Korupsi telah `biasa' dilakukan dari tingkat aparat paling rendah, ketua RT, hingga pejabat tinggi negara.
[proletar] Kesehatan untuk Keluarga Miskin
Indeks Pembangunan Manusia Jakarta naik, dari 76,6 menjadi 78. VIVAnews – Pemerataan kualitas pelayanan bagi keluarga miskin dan kurang mampu merupakan target utama pembangunan kesehatan di Jakarta. Meski angka kemiskinan di Jakarta mengalami penurunan secara signifikan, namun mahalnya kesehatan membuat masih banyak warga yang membutuhkan bantuan atau subsidi. Sejak 2008 lalu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemprov DKI termasuk meningkatkan alokasi dana APBD dan pembangunan bidang kesehatan yang telah menjadi komitmennya. Selain untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, sebagian dana tersebut dialokasikan untuk pembiayaan kesehatan keluarga miskin atau kurang mampu yaitu, melalui program Jaminan Pemeliharaan Keluarga Miskin (JPK-Gakin). Sebagai gambaran, alokasi dana JPK-Gakin naik lebih dari 2 kali lipat dalam periode 2007 – 2012 yaitu dari Rp250 Miliar menjadi Rp600 Miliar. Dalam bidang sarana dan prasarana, pembangunan layanan kesehatan terutama bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan daya tampung rumah sakit daerah (RSD) dan Puskesmas. Perbaikan manajemen layanan menjadi salah satu target utama agar sesuai dengan standard ISO 9001:2008. Dari berbagai upaya yang telah dilakukan tersebut ada beberapa hal yang telah dicapai diantaranya, menangani 2,7 juta kasus penyakit pemegang kartu Gakin dan KTM, termasuk rawat inap untuk sekitar 650 ribu orang. Meningkatkan kualitas pengelolaan RSUD dan Puskesmas sehingga kini 3 RSUD, 44 Puskesmas Kecamatan dan 126 dari 295 Puskesmas Kelurahan telah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 serta menjadi percontohan bagi banyak daerah, termasuk dari luar negeri. Selain itu, meningkatkan kapasitas rawat inap kelas III di RSUD dari 567 tempat tidur menjadi 1.050 tempat tidur, menekan biaya untuk pengobatan umum menjadi Rp2.000 dan pengobatan gigi hanya dikenakan Rp5.000 ini menjadi termurah di Indonesia. Dalam kasus DBD, angkanya menurun dari 31.836 di tahun 2007 menjadi 18.006 di tahun 2011 melalui Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Sementara Indeks Pembangunan Manusia Jakarta (IPM) Jakarta naik, dari 76,6 menjadi 78,0 merupakan yang tertinggi di Indonesia. Selanjutnya, angka kematian bayi menurun dari 8,4/10.00 kelahiran pada 2007 menjadi 7,0/10.00 pada 2011, serta angka harapan hidup meningkat dari 75,8 di tahun 2007, menjadi 76,20 di tahun 2011. Maka jika melihat berbagai upaya tersebut tidak salah jika komitmen Pemprov DKI dalam meningkatkan bidang kesehatan sudah semakin lebih baik. (WEBTORIAL) http://us.metro.news.viva.co.id/news/read/337832-kesehatan-untuk-gakinhttp://metro.news.viva.co.id/news/read/337832-kesehatan-untuk-gakin Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Hakim Konstitusi Kritisi Dana untuk Lapindo
Mahfud MD mempermasalahkan perubahan angka di APBN-P 2012 yang tanpa prosedur dan pembahasan terbuka. Kenapa pemerintah harus ikut menanggulangi di luar area terdampak? Atas dasar rasio apa sehingga pemerintah ikut membiayai?'' Hamdan Zoelva Hakim konstitusi ALOKASI dana untuk penanggulangan bencana lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, dalam APBN-P 2012 terus dipersoalkan. Tiga hakim konstitusi, yakni Mahfud MD, Hamdan Zoelva, dan Akil Mochtar, mempertanyakan alas an pemerintah ikut menang gung biaya bagi korban lum pur Lapindo. “Kenapa pemerintah harus ikut menanggulangi di luar area terdampak? Bagaimana pem bagian tanggung jawab de ngan perusahaan dan atas da sar rasio apa sehingga pemerintah ikut membiayai?” tanya Hamdan. Pertanyaan itu dilontarkan Hamdan sebagai anggota pleno hakim dalam persidangan permohonan uji materi Pasal 18 UU No 4/2012 tentang APBN-P di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, kemarin. Dalam APBN-P 2012, pemerintah mengalokasikan Rp1,5 tri liun untuk Badan Penang gu langan Lumpur Sidoarjo (BPLS). Uji materi itu diajukan pensiunan dosen Fakultas Eko nomi Universitas Airlangga Tjuk Kasturi Sukiadi, mantan Komandan Marinir Letjen (Purn) Suharto, dan Ali Azhar Akbar (penulis buku Lumpur Lapindo File: Konspirasi SBY-Bakrie). Anggota pleno hakim lainnya, Akil Mochtar, juga mengajukan pertanyaan yang sama. Ia memperjelas sejak kapan pengalokasian dana untuk masyarakat korban Lapindo di luar area terdampak masuk APBN. Mahfud MD, Ketua MK yang juga ketua pleno hakim, lebih keras lagi. Ia menyoal perubahan jumlah da na alokasi un tuk korban lumpur Lapindo. “Ada perubahan angka di APBN-P. Pasal 18 berubah tanpa prosedur terbuka, tanpa pem bahasan terbuka ke publik. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa sudah benar kajiannya?” cetusnya. Jawaban tertulis Saat menanggapi pertanyaan tersebut, pemerintah yang diwakili Direktur Litigasi Kementerian Hukum dan HAM Mualimin Abdi mengatakan akan memberikan jawaban secara tertulis. “Harus kami cek kembali, seperti pertanyaan Yang Mulia Akil Mochtar terkait pembiayaan dan pertanggungjawaban PT Lapindo,“ ucap Mualimin. Pemerintah melalui Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Herry Purnomo sebelumnya memberikan jawaban terkait dengan gugatan uji ma teri Pasal 18 UU No 4 Tahun 2012. Menurut mereka, pemohon tidak menyebutkan secara jelas dan tegas hak konstitusional mereka yang dirugikan. Kerugian yang didalilkan pemohon, ucap Herry, juga tidak bersifat spesifik dan tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan UU yang dimohonkan pengujian. “Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum. Kami minta kepada MK untuk menolak gugatan ini atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima,“ tandasnya. Dalam sidang kemarin terlihat aktor senior Pong Hardjatmo. Pong yang kerap memprotes kebijakan pemerintah dan perilaku DPR itu menolak ke putusan pemerintah ikut menanggung beban Lapindo. “Adilkah pemerintah mengambil alih tanggung jawab swasta? Ini (lumpur Lapindo) tidak mungkin fenomena alam. Kalau tidak dibor, lumpur tidak akan menyembur. Yang per tama kali mengebor itu kan PT Lapindo Brantas (anak perusahaan Grup Bakrie), itu kan bukan alam, melainkan perusahaan,“ cetusnya. Dana negara mulai disiramkan kepada korban lumpur Lapindo di luar peta terdampak sejak dikeluarkannya Peraturan Presiden No 14 Tahun 2007 tentang BPLS. Kucuran dana akan dilanjutkan hingga 2014. (*/X-11) http://pmlseaepaper.pressmart.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/07/25/ArticleHtmls/Hakim-Konstitusi-Kritisi-Dana-untuk-Lapindo-25072012002020.shtml?Mode=1 Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Kliping Lumpur Lapindo 25 Juli 2012: Uang Rakyat Rp 1,5 Triliun untuk Lapindo Bakrie
Daftar Isi: Uang Rakyat Rp 1,5 Triliun untuk Lapindo BakrieKeluarga Penulis 'Lumpur Lapindo File' Diduga Turut MenghilangPengarang Buku Lumpur Lapindo Diteror?Penulis Buku Soal Lumpur Lapindo Diduga HilangMK: Mengapa Negara Harus Menanggulangi Biaya Lapindo?Korban Lapindo: Percuma Ketemu dengan BakrieMerasa Dipingpong, Korban Lapindo Susah Bertemu PresidenJalan Kaki dari Sidoarjo, Suwandi Tiba di Wisma Bakrie IILapindo Masih Bakal Jadi Sandungan Ical Menuju RI 1Ical Janji Akan Selesaikan Lapindo Tahun IniHarapan Suwandi, Korban Lapindo, pada PresidenPara Korban Peringati 6 Tahun Semburan Panas LapindoKorban Lapindo Minta Ganti Rugi 'Cash', Bukan Diangsur!Warga Tiga Desa Tuntut Ganti RugiAnak-anak Korban Lumpur Butuh BantuanAnggota Korban Lapindo Menggugat Ditangkap PolisiIcal Mengaku Kucurkan Rp 9 Triliun untuk Korban Lapindo = Uang Rakyat Rp 1,5 Triliun untuk Lapindo Bakrie Penulis : Aditya Revianur | Rabu, 25 Juli 2012 | 05:21 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Indonesia mengucurkan dana sebesar Rp 1,5 triliun untuk mengatasi dampak semburan lumpur Lapindo yang telah menenggelamkan beberapa desa di Porong, Sidoarjo. Dana milik rakyat itu digunakan untuk membiayai operasional Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS). BPLS merupakan badan yang dibentuk pemerintah yang bertugas menangani upaya penanggulangan semburan lumpur, luapan lumpur, serta menangani masalah sosial dan infrastruktur akibat luapan lumpur di Sidoarjo. Untuk melaksanakan tugasnya, BPLS dibiayai APBN, di mana untuk Tahun Anggaran 2012 ditetapkan sebesar Rp 1,5 triliun, ujar Dirjen Anggaran Kemenkeu Harry Purnomo di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Selasa (24/7/2012). Herry menuturkan, dana Rp 1,5 triliun tersebut akan digunakan untuk membayar ganti rugi korban semburan lumpur di luar peta area terdampak dengan cara pembelian tanah. Menurutnya, di dalam Pasal 18 UU APBN-P 2012 ditetapkan bahwa alokasi dana pada BPLS dapat digunakan untuk pelunasan pembayaran pembelian tanah dan bangunan di luar peta area terdampak pada tiga desa, yakni Desa Besuki, Desa Kedungcangkring, dan Desa Pejarakan. Di bagian lain, saat dihubungi seusai persidangan, kuasa hukum pemohon uji materi Pasal 18 UU APBNP Tahun 2012, Taufik Budiman, menilai bahwa semburan lumpur Lapindo merupakan peristiwa yang disebabkan oleh kelalaian perusahaan keluarga Bakrie dalam melakukan pengeboran. Dirinya menuturkan bahwa persoalan lumpur Lapindo bukan termasuk dalam persoalan yang disebabkan bencana alam. Menurut analisis Taufik, kerugian yang diakibatkan oleh semburan lumpur Lapindo seharusnya ditanggung secara personal oleh PT Lapindo Brantas yang dimiliki Aburizal Bakrie. Lapindo atau keluarga Bakrie harus merogoh koceknya sendiri. Jadi, mereka tidak bisa menggunakan uang rakyat. Itu kan tidak adil jika uang rakyat Rp 1 triliun lebih dipakai untuk menyubsidi Lapindo atau Bakrie sehingga tanggung jawab mereka dalam membayar ganti rugi untuk warga korban Lapindo diringankan, tegasnya. http://nasional.kompas.com/read/2012/07/25/05212418/Uang.Rakyat.1.5.Triliun.untuk.Lapindo.Bakrie Keluarga Penulis 'Lumpur Lapindo File' Diduga Turut Menghilang Penulis : Aditya Revianur | Rabu, 25 Juli 2012 | 04:52 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Ali Azhar Akbar, penulis buku Lumpur Lapindo File: Konspirasi SBY-Bakrie, hingga saat ini masih dinyatakan hilang. Bahkan, diduga keluarga penulis buku kontroversial tersebut juga turut menghilang mengingat Ali Azhar dan keluarga tidak dapat dihubungi oleh kuasa hukumnya, Taufik Budiman. Sampai saat ini klien kami (Ali Azhar Akbar) belum dapat dihubungi. Keluarga yang bersangkutan juga turut tidak pernah menghubungi (Taufik Budiman) lagi. Ada kemungkinan keluarga yang bersangkutan juga turut menghilang. Ini baru sebatas dugaan, ujar Taufik Budiman ketika dihubungi wartawan, Jakarta, Selasa (24/7/2012). Taufik mengaku kontak terakhir dengan Akbar terjadi pada pertengahan Juni ketika keduanya sedang berkonsentrasi pada sidang uji materi UU APBN-P tahun 2012 di Mahkamah Konstitusi. Terakhir kami bertemu ya pertengahan Juni. Saat itu kami masih berkonsentrasi pada sidang di MK, terangnya. Sebelumnya, sejak 19 Juni 2012, Ali Azhar Akbar, penulis buku Lumpur Lapindo File: Konspirasi SBY-Bakrie, dinyatakan menghilang. Tidak ada yang tahu keberadaan aktivis dan penulis buku Lapindo File tersebut.
[proletar] Ketua DPR: Apa Betul Peristiwa Politik 1965 Pelanggaran HAM?
Ralian Jawalsen Manurung Bila mengungkit peristiwa masa lalu, jelas Marzuki, bangsa terkesan berpikir mundur. JAKARTA, Jaringnews.com - Permintaan maaf pemerintah atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) pada peristiwa politik 1965 harus memiliki dasar terukur dan jelas. Jadi harus dilihat, apa betul pelanggaran HAM, atau makar. PKI pada saat itu makar, kalau saja mereka yang menang dalam pemberontakan mungkin jumlah korban pelanggaran HAM lebih banyak lagi, ujar Ketua DPR RI Marzuki Alie, di ruangannya, Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Kamis (26/7). Kata dia, persoalan peristiwa politik 1965 harus dilihat secara jelas sehingga tidak dengan begitu mudahnya menyimpulkan peristiwa tersebut masuk kategori pelanggaran HAM. Namun, dia mengakui, perkembangan HAM sekarang ini lebih baik dari sebelumnya. Dia juga mengutarakan, peristiwa politik yang terjadi pada 1965 hampir setengah abad. Bila mengungkit peristiwa masa lalu, jelas Marzuki, bangsa terkesan berpikir mundur. Kasus HAM lama sebaiknya dilakukan rekonsiliasi, dan kasus-kasus 40 tahun lebih masa kita berpikir mundur, apalagi orangnya sudah kemana-mana, tukas Marzuki. Sebelumnya, kata Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso, membuka kasus pelanggaran HAM pada masa lalu tidak akan menyelesaikan masalah. Nanti zaman Ken Arok juga diungkit, ujar Priyo, di gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (24/7). Atas komentar Priyo pada Selasa (24/7) kemarin, Koordinator Kontras Haris Azhar angkat bicara dan mengecam apa yang disampaikan Priyo. Menurut dia, membuka sejarah lama itu penting untuk membangun garis batas, apa yang salah atau tidak dari pelanggaran HAM masa lalu.Siapa yang salah, dan siapa yang tidak salah di masa lalu harus jelas, ujar Haris. Dengan demikian, kata dia, akan diketahui siapa yang bisa diajak membangun negeri dan apa yang tidak boleh diulangi, seperti halnya kekerasan. Priyo bicara seperti itu karena dia dari Golkar, partai yang selama Orde Baru berkontribusi dalam banyak pelanggaran HAM. Dia mewakili kepentingan Golkar untuk diselamatkan dari penghukumannya atas kesalahan di masa lalu. http://jaringnews.com/politik-peristiwa/wakil-rakyat/19537/ketua-dpr-apa-betul-peristiwa-politik-pelanggaran-ham- Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] 124 WNI/TKI Mendekam di Penjara Hong Kong dan Macau
Nikky Sirait Di Guangzhou, 16 WNI berada di penjara wanita. JAKARTA, Jaringnews.com - Juru Bicara Satgas TKI Humphrey Djemat melaporkan hasil kunjungan tim Satgas TKI yang terdiri dari Ishak Alpharis, Jamaludin, Anang Rikza Masyhadi dan Agus Dwi Handoko ke Hong Kong dan Guangzhou, China, 19 – 21 Juni 2012 lalu. Berdasarkan hasil kunjungan tersebut dia menjelaskan, diketahui ada 124 WNI/TKI yang berada di penjara di Hong Kong dan Macau. Adapun kasusnya meliputi pelanggaran hukum pencurian sebanyak 36 orang, izin tempat tinggal 42 orang), narkoba 33 orang, dokumen palsu 4 orang, overstay 5 orang dan pelanggaran hukum lainnya ada 4 orang. Dalam kasus narkoba, yang 33 orang, terdiri dari 8 TKI dan sisanya adalah WNI, ujar dia, dalam rilis yang diterima Jaringnews.com di Jakarta, Senin (9/7). Dia menuturkan, tim Satgas juga melakukan kunjungan ke penampungan TKI bermasalah yang dikelola oleh Koalisi Tenaga Kerja Indonesia Hong Kong (Kotkiho) yang beranggotakan 10 organisasi di Hong Kong. Di shelter tersebut, terdapat beberapa TKI yang mengalami masalah seperti gaji di bawah standar dan pemutusan hubungan kerja secara sepihak. Dalam kesempatan tersebut, juga ada dialog dan sosialisasi terkait tentang TKI yang dihukum mati, bahaya narkoba dan proses pengiriman TKI secara legal dan aman, sambung dia. Selain itu, lanjut dia, tim Satgas melakukan pertemuan dengan Majelis Sholawat Wad Da’wah Thoriqul Jannah, suatu organisasi yang dibentuk TKI di Hong Kong yang berbasis keagamaan. Dalam dialog tersebut, mereka meminta agar pemerintah lebih proaktif dalam melakukan pembelaan, serta mengeluhkan minimnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah. Humphrey menambahkan, tim Satgas telah berhasil mempertemukan Aziz, anak laki-laki dari Ibu Nur Bidayati, WNI yang terancam hukuman mati, di penjara wanita Guangzhou, Selasa, 19 Juni 2012 lalu. Selain itu, tim Satgas telah melakukan pertemuan dan dialog secara langsung dengan seluruh WNI yang berada di penjara wanita Guangzhou, yang berjumlah 16 orang. Permasalahan yang dihadapi para WNI yang berada di penjara Guangzhou pada umumnya menyangkut komunikasi dengan keluarga mereka di Indonesia. Masalah yang dihadapi tersebut di atas sudah dibicarakan oleh Satgas TKI dengan pihak Kemenlu untuk dicarikan solusinya, tuntas ketua umum Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) ini. http://jaringnews.com/keadilan/umum/18461/-wni-tki-mendekam-di-penjara-hong-kong-dan-macau Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Pilihan Dilematis Calon Presiden 2014
Burhanuddin Muhtadi Pengajar FISIP UIN Syarif Hidayatullah dan peneliti Lembaga Survei Indonesia SURVEI nasional yang baru dirilis Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menegaskan agenda besar kita sebagai bangsa menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Pilpres bukan hanya ritual demokrasi lima tahunan, melainkan juga momentum bersama agar kita bisa memilah dan memilih putra/putri terbaik sebagai pucuk pimpinan nasional. Ia menjadi etape penting dalam sejarah kita karena presiden merupakan jabatan paling strategis dalam kelembagaan politik Indonesia. Siapa pun calon presiden (capres) yang sudah mendeklarasikan diri ataupun diam-diam berpotensi maju dalam Pilpres 2014 harus siap kita evaluasi dan telanjangi rekam jejak, kapasitas, dan integritasnya. Upaya mendiskusikan calon-calon presiden urgen dilakukan karena luasnya wilayah Indonesia dan besarnya proporsi pemilih yang kurang well-informed mengenai politik. Jangan sampai pemilih memilih kucing dalam karung lagi. Masalahnya, untuk mendapatkan capres terbaik tidak hanya bergantung pada kualitas pilihan rakyat, tapi juga bertumpu pada ketersediaan calon-calon yang ada. Dengan meminjam istilah pemasaran, aspek demandside memang penting karena pemilihlah yang menentukan capres. Akan tetapi, harapan lahirnya presiden yang berkualitas akan terjadi bila supply-side dari partai politik (parpol) juga membaik. Parpol merupakan sumber rekrutmen dan produsen capres. Terlebih lagi peluang bagi capres independen sudah ditutup oleh Mahkamah Konstitusi. Kalaupun rakyat ingin mendapatkan capres terbaik, jika partai-partai mengusung capres yang buruk, rakyat akan memilih pilihan di antara yang buruk-buruk itu. Efisiensi popularitas Hajatan pilpres masih dua tahun lagi. Namun, sejak setahun terakhir sudah bermunculan sejumlah nama. Aburizal Bakrie (Ical) sudah dideklarasikan sebagai capres dari Golkar, Prabowo Subianto sudah ditahbiskan Gerindra, Wiranto sudah dimunculkan Hanura, dan Hatta Rajasa juga sudah diusung PAN. Nama Jusuf Kalla sempat disebut-sebut bakal dilirik PPP. Praktis, hanya Demokrat, PKS, dan PKB yang belum menyebut nama sama sekali. Di luar nama-nama dari kalangan partai politik tersebut, beredar nama-nama di luar kalangan partai, yang sebagian berasal dari kalangan menteri, teknokrat, pejabat negara, pengusaha, eks jenderal, dan lain-lain yang juga digadanggadang sebagai capres. Sebut saja Dahlan Iskan, Mahfud MD, Sri Mulyani, Gita Wirjawan, Pramono Edhie, Djoko Suyanto, dan Endriartono Sutarto. Untuk mengukur potensi elektabilitas para capres, faktor popularitas penting dilihat. Tingkat elektabilitas namanama baru yang masih rendah, misalnya, salah satunya dise babkan popularitas mereka yang masih terlalu rendah. Bagaimana mungkin rakyat mau memilih mereka jika kenal saja tidak? Sebaliknya, ada sebagian capres yang sudah sangat populer, tetapi tingkat popularitasnya tidak berbanding lurus dengan elektabilitas mereka yang tinggi. Hal itu terjadi karena popularitas mer eka tidak efisien atau kualitas pengenalan yang buruk sehingga memengaruhi elektabilitas. Hasil survei SMRC Juni 2012 menunjukkan bahwa dari puluhan nama bakal capres yang diuji berdasarkan tingkat popularitas di mata rakyat, hanya delapan nama yang popularitasnya di atas 50%, yakni Megawati Soekarnoputri (93,7%), Jusuf Kalla (88,9%), Prabowo (78,8%), Wiranto (72,8%), Aburizal Bakrie (70,1%), Sultan Hamengku Buwono X (58,3%), Anas Urbaningrum (55%), dan Hatta Rajasa (54,1%). Popularitas tinggi bisa dimaklumi karena selain sebagai tokoh-tokoh partai, mereka juga pernah menjabat presiden, wakil presiden, atau pernah mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden. Popularitas di luar delapan nama itu jauh di bawah 50%. Hal demikian wajar karena nama-nama lain tidak pernah bekerja secara sistematis dan terorgani sasi untuk menyosialisasikan diri ke te ngah m a s y a ra k a t . M e r e k a j u g a tidak pernah mendeklarasikan diri sebagai capres sehingga masyarakat hanya bisa menduga-duga apakah mereka serius maju atau tidak. Di sam ping itu, mereka juga tidak memiliki kendaraan resmi. Padahal, tiket maju dalam pilpres hanya dimungkinkan melalui parpol. Dengan demikian, saat ini publik Indonesia dihadapkan pada dua pilihan sulit. Pertama, pemilih di-fait accompli oleh pilihan capres dari stok yang itu-itu saja. Capres populer yang muncul belum diterima publik karena masalah akseptabilitas, integritas, dan rekam jejak yang kurang baik. Kedua, nama-nama baru yang dinilai memili ki kemampuan yang baik serta bersih dari korupsi dan kejahatan HAM tetapi belum juga muncul ke permu kaan. Jika figur-figur baru tersebut belum mampu tampil sebagai alternatif yang memiliki kredibilitas, pemilih akan dihadapkan pada dua pilihan dilematis. Pertama, mereka tetap memilih, tapi dari pilihan-pilihan yang buruk. Kedua, mereka akan memutuskan untuk golput sehingga makin mengurangi legitimasi hasil
[proletar] Mencari Gubernur Sungguhan
Gosippolitikberkembang di mana-mana. Ada yang dengan optimistik mengatakan,gubernur DKI tak ada yang sukses di lima tahun pertama.Mereka sukses di lima tahun kedua. Bang Ali dan Bang Yos dijadikan contoh. Ini jelas buat memberi keuntungan gubernur yang masih juga ingin maju kembali dalam pencalonan. Saya kira tidak persis begitu logikanya. Bang Ali sudah berkibar-kibar dan mentereng sejak lima tahun pertama. Jangan dianggap baru sukses di lima tahun kedua. Jenderal KKO ini tegas minta ampun dalam segenap sepak terjang birokrasi dan kepemimpinannya. Dia berani melabrak kekuatan sosial politik mana pun di dalam masyarakat. Kalangan ulama juga disemprot dengan tantangan blak-blakan. Dengan modal ini, untuk lima tahun kedua suksesnya menjadi lebih gilang gemilang. Beliau makin percaya diri. Lalu Bang Yos. Ini tipe lain lagi. Kepemimpinannya tidak menggebrak-gebrak. Jenderal AD, Kopassus, ini model leadership-nya juga jelas, tegas, dan sasaran “tembak”-nya dibidik dengan fokus. Dengan diam-diam tadi. Mirip kucing mengincar musuh yang hendak disergap. Perintahnya harus jalan. Ini demi kepentingan publik. Bukan untuk membangun citra yang bukan-bukan. Ada wali kota yang dipanggil dan ditanya: Bisa membereskan persoalan ruwet dan sensitif di daerahmu itu? Kalau tidak bisa, aku ambil alih. (Artinya, bisa saja mencari wali kota lain yang lebih terampil). “Siap Pak.Bisa.” “Berapa lama waktu Kau perlukan untuk membikin beres urusan itu?” “Satu minggu Pak.” Jawab sang wali kota. “Bagus. Seminggu ya? Pulang dari Korea, akan aku cek langsung. ” Begitulah dialog dalam bahasa “perintah” yang jelas dan tegas itu berlangsung singkat. Tak perlu bertele-tele. Seminggu kemudian, Gubernur itu mengecek dari udara dan dengan cermat diamatinya baik-baik.Benar.Wali kota telah bekerja dengan baik seperti dijanjikannya kepada sang bos. Ini tipe pemimpin yang tak diketahui publik kapan kerjanya, tapi hasilnya jelas, nyata, dan publik merasakan buahnya. Ini gubernur beneran. Dia menciptakan apa yang kelihatannya, di mata orang banyak, tak mungkin menjadi mungkin. Leadership memang harus berfungsi seperti itu. Bang Ali dan Bang Yos, dua gubernur Jakarta, yang—dalam corak berbeda, sesuai karakter masing-masing— menampilkan watak pemimpin yang punya karisma. Orang tak begitu memperhatikan dengan jeli satu pola hubungan kemanusiaan yang mentereng: Bang Yos ini, biarpun sudah paham, masih juga datang ke Bang Ali untuk berkonsultasi. Mendengarkan apa wisdom yang bisa dipetik dari pendahulunya itu. Ini bukan hanya “ngewongke” orang lain, yang merupakan seniornya, tapi secara politik ini simbol kepemimpinan yang hebat. Yang muda menghormati yang tua.Yang baru, dan belum banyak tahu, bertanya pada yang senior, yang lama, dan yang paham banyak urusan untuk diteladaninya. Namanya tentara, bisa saja galak, dan membentak, bahkan ganti mengancam jika diancam orang. Tapi dalam suasana “damai”dua tokoh ini juga damai dengan siapa pun karena bibit damai itu ada pula di dalam jiwa mereka.Bang Ali itu seperti Baladewa,gampang marah. Tapi dalamnya halus. Bang Yos mungkin Prabu Salya. Negerinya dibikin aman dan makmur mayoritas kawulanya. Berikutnya,kita tak pernah dengar seperti apa sikap gubernur DKI.Yang kita lihat cuma foto yang dipajang di begitu banyak tempat di pojok-pojok jalan. Rakyat seolah diberi tahu bahwa gubernur itu harus ahli “acting” dan terampil mengisi pojok-pojok jalan dengan foto besar seperti sedang ada pameran foto. Padahal, yang dibutuhkan warga DKI bukan pameran foto,melainkan pameran hasil karya nyata. Mengatasi kemacetan? Kebijakan impor motor dan mobil pun tak ada. Kemacetan kini justru makin parah. Jalan terobosan busway itu kerjaan Bang Yos. Mengatasi banjir? PU yang mengerjakan dengan dana pusat, cara penanggulangan banjir dengan membereskan kanal timur. Apa yang dikerjakan gubernur sekarang,yang masih ingin maju lagi itu? Orang di sekitarnya mungkin saja tahu karena diajak rapat.Bagaimana mekanisme membikin publik tahu? Bagaimana “public accountability” dilakukan? Warga kota jarang yang tahu apa yang dikerjakan, dan apa hasil yang dicapai gubernur ini. Dalam titik gelap seperti ini masa pilgub dan pilwagub telah tiba. Banyak calon. Jangan lupa,kita ingin memilih gubernur beneran. Gubernur yang memikirkan rakyatnya dengan sikap politik yang jelas: gubernur itu abdi rakyat, mengabdi pada konstitusi dan segenap aturan yang berlaku.Gubernur tak boleh mengabaikan rakyatnya. Peduli, dan sok murah hati, sok ramah-tamah, sok “care”terhadap rakyat, hanya di masa kampanye, itu sikap politik yang penuh kebohongan. Baik hati dan penuh rasa peduli hanya di masa kampanye, itu sikap politik buatan,bukan cara hidup yang memang autentik, dan apa adanya. Sikap ini culas, dan tak bisa dijadikan gubernur beneran, sebagaimana didambakan seluruh warga DKI. Warga ingin gubernur yang “all out”, dan full kerja, demi warganya. Pikirannya buat warga.
[proletar] PENDIDIKAN GRATIS !!!
Bahwa Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan cita-cita seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA telah menetapkan Undang-Undang No. 20 Th. 2003 tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL yang bentuk opersionalnya diatur melalui PP No. 17 Th. 2010 tentang Pengelolaan dan penyelenggaraan Pendidikan; dan PERMENDIKBUD No. 60 Th. 2011 tentang Larangan Pungutan Biaya Pendidikan Pacla Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. PP No. 17 Th. 2010 PASAL 181 secara tegas menyatakan bahwa Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Baik Perseorangan Maupun Kolektif, Dilarang: a. menjual buku pelajaran, bahan ajar, perlengkapan bahan ajar, pakaian seragam, atau bahan pakaian seragam di satuan pendidikan; b. memungut biaya dalam memberikan bimbingan belajar atau les kepada peserta didik di satuan pendidikan; c. melakukan segala sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang menciderai integritas evaluasi hasil belajar peserta didik; dan/atau d. melakukan pungutan kepada peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. PERMENDIKBUD No. 60 Th. 2011 PASAL 3 Menyatakan: Sekolah pelaksana program wajib belajar dilarang memungut biaya investasi dan biaya operasional dari peserta didik, orang tua, atau wali. Oleh sebab itu kami serukan kepada peserta didik, orang tua, atau wali yang menjumpai atau menemukan sekolah-sekolah yang masih melakukan berbagai pungutan, uang tinggalan/kelulusan/kenangan-kenangan, uang gedung, pengadaan seragam, pengadaan LKS, menyelenggarakan les dengan tambahan biaya, pengadaan buku paket BERANI melakukan tindakan tegas kepada sekola-sekolah atau menyampaikan kepada kami FORUM MASYARAKAT PEDULI PENDIDIKAN KLATEN (FORMAS PEPAK) melalui POSKO BENCANA PENDIDIKAN KLATEN yang sudah kami bentuk disetiap kecamatan atau melalui layanan CALL CENTER : 0815 673 1164; 0818 26 0204; 0877 3497 8065; 0878 3496 3524; 0858 6882 0186; 0852 2547 0125; 0857 2503 2401; 0828 9229 7789; 0813 2913 1128; 0818 0274 1333 Hasil laporan ini akan kita adukan pada pihak yang berwajib. MENCERDASKAN ANAK BANGSA MEMBANGUN NEGERI TERCINTA Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Patembayan Wulen Pari Diluncurkan Sebagai Media Komunikasi antar Petani
Patembayan Wulen Pari Diluncurkan Sebagai Media Komunikasi antar Petani untuk Mencerahkan kembali budava tani lokal dan mencitrakan kembali beras delanggu. Klaten, 28 Juni 2012-Petani Klaten beserta seluruh elemen masyarakat menggelar kegiatan Kenduri Tani Pambuka Mangsa dan Kepyakan Wulen Pari di lahan padi Rojolele, Desa Tlobong, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten untuk mengukuhkan dan sekaligus mengenalkan kepada masyarakat Patembayan Wulen Pari. Turut hadir dalam acara ini untuk memberikan dukungan atas kegiatan ini adalah Bupati Klaten, H.Sunarna, SE, M.Hum. Kegiatan ini sekaligus mengawali masa panen padi varietas Rojolele yang menjadi program Pemerintah Kabupaten Klaten. Patembayan Wulen Pari merupakan sebuah bentuk kerja sama sebagai media untuk menampung inspirasi dan aspirasi masyarakat agar petani mendapatkan pencerahan dalam menjalankan kaidah alam dan budaya lokal. Perkumpulan ini sekaligus menjadi media komunikasi untuk merencanakan masa tanam, memilih jenis tanaman dan mengatur tenaga kerja. Perkumpulan berbagai elemen masyarakat yang terdiri atas beberapa organisasi, yaitu Pusat Layanan Agrinisnis (PLA) Pusur Lestari dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Lestari Makmur Desa Tlobong Kecamatan Delanggu. Perkumpulan ini dibentuk bersama tanpa memiliki ikatan formal dan struktur juga mewakili beberapa elemen masyarakat yang terdiri dari unsur pemerintah (pemerintah desa), para ahli (pendamping dan penyuluh pertanian), petani dan perempuan. Nanang Budiyanto fasilitator patembayan mengatakan bahwa Patembayan Wulen Pari merupakan upaya untuk mencerahkan kembali budaya tani dalam menjalankan nilai-nilai luhur melalui praktek bertani yang menerapkan prinsip Kridho Tani Darmo Burni (praktek pertanian ramah lingkungan). Dengan adanya perkumpulan ini, para petani akan mendapatkan semangat kembali melakukan budidaya pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan cara saling asih, saling asah dan saling asuh antar petani Nanang juga melanjutkan bahwa Patembayan Wulen Pari juga ingin mengembalikan kembali citra beras Delanggu yang bercirikan Pulen Pethak Wangi Wetah melalui pengelolaan usaha secara terpadu dari sektor hulu sampai hilir. Inisiatif untuk membentuk perkumpulan ini diawali atas keresahan berbagai pihak mengenai kondisi petani saat ini. Petani yang merupakan ujung tombak dari negara, tidak memiliki pengetahuan dalam bertani karena pengelolaannya yang masih tradisional. Kondisi ekonomi petani yang semakin memburuk juga dilengkapi dengan kegagalan kegagalan panen akibat serangan hama dan penyakit tanaman. Selain itu, biaya tenaga kerja dirasakan semakin mahal. Selain itu, citra Beras Delanggu (Pulen Pethak Wangi Wetah) saat ini telah bergeser. Beras Delanggu yang tadinya adalah beras secara khusus varietas lokal aromatik seperti Rojolele, Mentik Wangi, Mentik Susu dan Pandan Wangi tersebut bergeser menjadi beras yang dimaknai hanya sembarang beras yang diproduksi di wilayah Delanggu. Patembayan ini akan berfungsi sebagai wadah komunikasi, belajar, sarana kerja sama dan unit usaha serta perangkat keswadayaan antar elemen masyarakat di wilayah Pusur. Kami mengembangkan sepuluh perangkat teknis yang mengelola usaha dari sektor hulu sampai dengan hilir untuk usaha tani padi. Perangkat teknis ini akan mendukung pelaksanaan pegangan budidaya padi yang menjalankan kaidah konservasi, ujar Nanang. la mengatakan bahwa dengan adanya perkumpulan ini, diharapkan akan muncul kesepahaman dan komitmen antar anggota untuk membangun keterpaduan budidaya sektor hulu sampai dengan hilir. Acara Kenduri Tani Pambuka Mangsa merangkai tiga agenda ritual tradisi jawa yang dikombinasikan dengan sosialisasi program patembayan. Tiga agenda utama tersebut adalah Laku tradisi Wiwitan (Sebuah bentuk ritual ucapan syukur sebelum panen), Kenduri Tani Pembuka Mangsa (sebuah bentuk ritual permintaan kemakmuran musim mendatang) serta Pameran clan Pentas kesenian Tradisional Jawa. Tentang Kenduri Tani Pambuking Mongso Kenduri Tani Pambukaning Mongso merupakan tradisi dalam kebiasaan masyarakat jawa secara khusus petani setiap mengawali musim tanam pada awal tahun penanggalan Jawa. Pada awal Mongso ke-satu petani biasanya melakukan upacara kenduri sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan karena diberi kelimpahan panen. Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email:
[proletar] Patembayan Wulen Pari Geguritan Pang Semplah
Mbok..., kayo-kayo jagate soyo lungkrah, Pang lan godhong pada semplah merga ketigane dawa, Oyot pepes merga udan selapan, Tanduran alum sakdurunge metu hasile, Salah mongso ora mung crito ning wis nyata Mbok..., kayo-kayo ndonyane saya lara Tegal lan sawah angel garapane, Yen rendeng beno, yen ketigo bero, lenah gampang nelo, arepo nembe sepasar ora udan, Wereng lan walang tambak ngremboko, Tandur angel thukul, ngrabuk angel subur, tetanen ora panen Mbok..., kayo-kayo kadang tani saya nalangsa Unen-unen Nggendong genthong, kesandung petung dudu mung trawangan ning kasunyatan. Tanine talilali ati ning yen tetanen takon laku. Ilmu titen kanggo angon masa kala wis ora ono. Njaluke sarwa cepet, saguh gagah ning malak wegah Mbok. . ., iki sing salah sapa? Opo menungso wis lali dadi titah sing nindake dawuhing gusti, Memayu bumi sedyayu sinambung akaryo arjaning tani. Memayu Bumi Sedayu, Akarya Anjaning Tani Geguritan Pang Semplah adalah bentuk protes prawan kencur (anak perawan) pada ibunya setelah melihat kondisi alam. Rangkaian katanya mengandung makna mendalam tentang kemerosotan potensi alam pertanian yang adalah sebuah akibat dari perlakuan salah yang dilakukan dalam tiga dasa warsa. Kebanggaan akan peningkatan produksi yang spektakuler hasil teknologi barn, sekarang harus dibayar mahal dengan ongkos lingkungan pertanian dan sosial ekonomi petani. Kemandegan produktivitas dan petani tidak mandiri menjadi persoalan pertanian yang mesti dijawab dengan arif. Gerakan pertanian yang menjalankan kaidah alam dan nilai-nilai luhur lokal, diharapkan menjadi salah satu pematik untuk mencari solusi dan patembayan wulen pari menjadi batu penjuru terbangunnya pertanian lestari. Dasar Pemikiran Nggendong Genthong, Kesandung Petung filsofat Jawa yang menerawang kondisi petani di masa mendatang, sepertinya menjadi kenyataan. Bahwa petani tidak lagi mempunyai pegangan dalam bertani dan jatuh dalam hitungan ekonomi. Usaha tani padi cenderung semakin gamang dan tidak ada kepastian dalam penerimaan hasil. Kegagalan panen akibat bencana alam dan serangan hama dan penyakit tanaman semakin sering terjadi. Di samping itu, kapital usaha meningkat secara drastis seiring peningkatan volume dan harga masukan usaha tani dari luar serta ongkos tenaga kerja yang semakin mahal. Kondisi petani dan dunia pertanian yang seperti ini menjadi dasar untuk menggali dan menjalankan kembali nilai-nilai luhur dalam bertani yang menerapkan prinsipKridho Tani Darmo Bumi. Beras Delanggu (Pulen Pethak Wangi Wetah) merupakan branding sosial, di masa Citra Produk dibangun oleh masyarakat tanpa ada penguasaan lembaga usaha tertentu. Beras Delanggu yang awalnya dicirikan sebagai beras pulen aromatik yang bersumber dari padi varietas Rojolele, berkembang menjadi beras yang diproduksi di wilayah Delanggu. Saat ini, citra beras Delanggu semakin memudar sebagai akibat tidak adanya upaya pengendalian. Para pengusaha lebih tertarik pada usaha pembuatan karung kemasan ketimbang menjaga kualitas produk. Persoalan tersebut menjadi dasar pertimbangan untuk mencerahkan kembali citra beras Delanggu yang berciri Pulen Pethak Wangi Wetah Dasar Pengertian Patembayan pada dasarnya adalah kumpulan orang yang menyatukan tekad untuk melakukan sesuatu atau dalam nilai-nilai Jawa, disebut Nali Ati Ngudor Laku. Tradisi Jawa seperti Kenduri sering menjadi awal terbangunya patembayan. Kenduri yang dalam kirata basa mengandung makna kekandhelon kang diudari (keinginan yang diungkapkan), merupakan ritual syukurdan permintaon pada Sang Pencipto yang dilakukan secara bersama-sama. Meski pun Perm intcan berosal dari seseorang secara pribadi, akan tetapi diamini oleh masyarakat. Meskipun patembayan bukan bentuk organisasi dengan ikatan dan aturan, tetapi mempunycai lima fungsi yaitu; Wahana Komunikasi bagi masyarakat pertanian dan pemerharti nilai-nilai luhur Jawa untuk mengelola inspirasi dan aspirasi, Wadah Belajar untuk semua orang pada kearifan trandisi Jawa dalam olah tetanen dan nilai-nilai luhur dalam tata kehidupan masyarakat, Sarana Kerjasama semua pihak untuk bergerak melakukan perubahan yang lebih baik khususnya memperbaiki perikehidupan keluarga tani. Unit Usaha-bersama. dalam memproduksi dan memasarkan beras Delanggu yang menjaga citra beras Pulen Pethak Wangi Wetah, Perangkat Keswadayaan dalam menenggakan kemandirian petani dan memperluas peran petani. Pari yang dalam Kirata Basa mengandung makna Paitane Nguri-uri (Modalnya konservasi), mengingatkan kita pada nilai-nilai yang menjadi pegangan dalam bercocok tanam padi. Istilah Nguri-uri dalam tutur orang Jawa dimaknai dengan ajaran Mangasah mingising bumi, memasuh malaning bumi, memayu hayuning bumi artinya ada tiga hal yang terkandung dalam upaya konservasi yaitu; (1) mendaya-gunakan potensi secara sepadan, (2) mengantisipasi adanya bencana alam, dan (3) menjaga kelestarian bumi. Aktivitas nguri-nguri ini salah satunya adalah menerapkan Ilmu Titer dalam
[proletar] RI Paling Banyak Berutang dari World Bank
Martin Bagya Kertiyasa - Okezone JAKARTA - Selama enam tahun terakhir, World Bank (WB) tercatat sebagai lembaga yang paling besar memberikan pinjaman luar negeri untuk pembiayaan program pemerintah. Kontribusi pinjaman WB hampir setengah dari seluruh pinjaman. Hal tersebut terungkap dalam Nota Keuangan dan RAPBN Tahun Anggaran 2012 yang dikeluarkan oleh pemerintah dan dikutip oleh okezone di Jakarta, Senin (22/8/2011). Total pinjaman yang terbesar bersumber dari WB, yaitu USD5,9 miliar atau mencapai 48,1 persen dari seluruh pinjaman program, dikutip dari pemaparkan nota keuangan dan RAPBN TA 2012. Saat ini sumber pembiayaan untuk pinjaman program berasal dari empat lender besar, yakni World Bank, Asian Development Bank (ADB), Pemerintah Jepang melalui JICA, dan Pemerintah Perancis melalui AFD. Masing-masing lender (peminjam) memiliki interest dan fokus tersendiri terhadap tema dari policy matrix yang disusun. Adapun policy matrix yang disusun oleh pemerintah didasarkan pada program prioritas unggulan yang layak untuk menjadi trigger policy, jelas pemerintah. Sekadar informasi, pada 2010 tercatat akumulasi penarikan pinjaman luar negeri pemerintah dari keempat lembaga tersebut mencapai USD12,336 miliar. Sementara pada 2011, pemerintah berencana untuk menarik sebesar USD2,141 miliar yang berasal dari WB USD1,5 miliar, ADB sebesar USD300 juta, JICA sebesar USD200 juta dan AFD sebesar USD100 juta. Pemerintah juga menjelaskan, pinjaman program yang diberikan oleh lembaga multilateral serta kreditur bilateral tersebut umumnya ditujukan untuk mendorong reformasi dalam rangka mendukung efektifitas dan efisiensi pemerintah. Serta untuk meningkatkan tata kelola pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada publik, kata pemerintah. (and) http://economy.okezone.com/read/2011/08/22/20/494806/ri-paling-banyak-berutang-dari-world-bank Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Memenangkan Hati Papua
Memenangkan Hati Papua Amiruddin al-Rahab DIREKTUR EKSEKUTIF THE RIDEP INSTITUTE, ANALIS POLITIK PAPUA Karena itu, pemerintah harus bertindak cepat dalam dua sisi, yaitu pelopori pembangunan yang bisa dijangkau dan menjangkau orang Papua di akar keladi. Sisi kedua, segerakan bentuk tim kecil untuk menjajaki dialog agar sumbatan politik bisa diretas.Presiden SBY, dalam pidatonya untuk menyambut hari kemerdekaan di hadapan DPR/DPD RI pada 16 Agustus 2010, dengan lantang menyatakan bahwa upaya menyelesaikan persoalan Papua akan ditempuh lewat jalan “komunikasi yang konstruktif“. Setahun berlalu, langkah itu tidak pernah tampak wujudnya. Papua tetap saja ditangani secara sporadis dengan banyak tangan secara ad hoc.Lambannya instruksi “komunikasi konstruktif“itu diwujudkan membuat masalah di Papua bertumpuk dan masalah baru terus bertambah. Jadi, tidak mengherankan jika sekarang ini semua pihak berteriak di Papua bahwa keadaan kian buruk. Gejalanya tampak nyata, dari kian kerapnya aksi bersenjata, kian banyaknya demonstrasi, tingginya angka pengangguran, besarnya jumlah penduduk miskin, hingga masih tingginya angka kematian ibu dan bayi akibat gizi yang buruk dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai.Puncaknya adalah aksi menuntut referendum pada 2 Agustus 2011 di Jayapura dan Manokwari. Aksi menuntut referendum itu hanyalah ujung tentakel dari aksi politik Benny Wenda di London, yang menyelenggarakan kampanye menggugat Pepera dalam sebuah diskusi di Cambridge University atas nama International Lawyer for West Papua (ILWP), yang didukung oleh International Parliaments for West Papua (IPWP). Aksi ini kemudian dibumbui oleh aksi bersenjata di Kampung Nafri, dekat Jayapura, yang menelan 4 korban jiwa. Hilang wujud Semua ini bermula dari lambannya pemerintah daerah dan pusat dalam merespons perkembangan situasi sosial-politik dan sosial-ekonomi di Papua. Implikasinya adalah Papua tetap ditangani seperti tahun-tahun sebelumnya, tanpa arah dan tanpa program terfokus. Sandaran satu-satunya tetap pada upaya menggelontorkan dana triliunan rupiah dengan pengawasan yang lemah. Akibatnya, korupsi menggila. Ditengarai ada sekitar Rp 4,3 triliun dana Otsus yang belum bisa diverifikasi penggunaannya. Bukan itu saja, lebih dari Rp 1 triliun dana Otsus dibiarkan diam di bank. Padahal sekolah roboh, guru menghilang, puskesmas tanpa obat, dan dokter langka. Kemiskinan menggila dan pengangguran menyiksa.Celakanya, respons pemerintah atas semrawutnya penggunaan anggaran yang besar itu hanya melontarkan stigma. Menteri Pertahanan RI hanya menyatakan dana Otsus itu ada dipakai untuk memasok gerakan separatis di Papua. Pernyataan ini seakan menjadi pamungkas bahwa orang-orang di Papua tidak bisa dipercaya. Jika sudah begini, di mana komunikasi konstruktif yang diumbar oleh SBY pada 2010 itu? Yang membeku Masalah Papua tidak bisa ditelusuri hanya dari manuver elite Papua semata. Masalah harus diselami ke arus bawahnya, karena di arus bawah inilah tersedia energi mahabesar bagi para elite di Papua untuk melakukan manuver dengan menggemakan tuntutan “merdeka“. Pada 5-7 Juli 2011 diselenggarakan Konferensi Perdamaian di Papua. Konferensi ini dihadiri wakil-wakil arus bawah orang asli Papua dari 30 kabupaten seantero tanah Papua. Dari konferensi ini terjaring paling tidak ada empat masalah mendasar yang menakutkan tetapi belum ditemukan kanal penyalurannya.Pertama, trauma akan masa lalu yang keras dan destruktif. Artinya, dampak dari militerisasi Papua yang begitu panjang dengan menjadikan Papua sebagai daerah operasi militer (DOM) membuat orangorang Papua di akar keladi begitu hancur harga dirinya. Kekerasan itu terus ber ulang. Pemulihan atas kehancuran itu belum kunjung disembuhkan sampai kini. Akibatnya, kepercayaan tidak bisa tumbuh. Pengadilan HAM dan KKR sebagai sarana yang diwajibkan oleh undang-undang telah dilupakan pemerintah.Kedua, gempuran investasi dan ancaman kehilangan tanah ulayat. Penetrasi investasi telah merebut tanah ulayat dari tangan orang Papua. Pada saat yang sama, orangorang Papua di akar keladi sama sekali ti dak siap menjadi tenaga upahan (proletarianisasi). Akibatnya, mereka kehilangan sumber daya untuk bertahan hidup akibat lepas ikatan dari tanah buruan dan garapan. Sementara itu, tuntutan hidup terus menekan karena sistem ekonomi uang telah menjerat mereka lantaran segala kebutuhan pokok datang dari luar.Ketiga, arus imigrasi dari barat terus menekan populasi Papua. Dari perspektif Papua, arus imigrasi menghadirkan semacam monster yang tidak mudah mereka jinakkan, dan dipersepsikan siap menerkam mereka kapan pun. Monster migrasi ini begitu menakutkan di mata Papua, karena akan memojokkan orang Papua menjadi minoritas di atas tanahnya sendiri di satu sisi, dan di sisi lain monster itu akan mudah menjalar ke seluruh tanah ulayat.Keempat, hancurnya tatanan tradisi dan rusaknya tata hierarki kepemimpinan adat oleh sistem politik baru, yaitu sistem
[proletar] Lima Puluh Tahun Setelah Tembok Berlin
Nina L. Khrushcheva SENIOR FELLOW PADA WORLD POLICY INSTITUTE DI NEW YORK, PENGARANG BUKU IMAGINING NABOKOV: RUSSIA BETWEEN ART AND POLITICS Yang jelas adalah bahwa, pada akhirnya, tidak ada tembok yang dapat menghambat demokrasi-dan begitu juga sebaliknya. Bahwa jika rakyat di suatu negara tidak cukup menginginkan demokrasi, maka tidak diperlukan Tembok Berlin untuk mengekang mereka.Jarang suatu tonggak sejarah tersusun J begitu rapi dalam suatu bulan seperti pada musim panas ini. Lima puluh tahun yang lalu bulan ini, lahir Tem bok Berlin. Setelah terombang-ambing dalam keragu-raguan, Nikita Khrushchev, pemimpin Uni Soviet, akhirnya mengizinkan Walter Ulbricht, pemimpin Jerman Timur, membangun tembok yang memisahkan Berlin Timur dengan Berlin Barat guna menjamin kelangsungan hidup komunisme di seluruh blok Soviet. Sampai saat itu, Jerman Timur sudah kehilangan 3 juta orang--termasuk banyak di antara mereka orang-orang paling berbakat--sementara ratusan orang setiap hari terus dengan bebas dan aman melintas masuk ke zona wilayah Berlin yang dikuasai Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.Dan 20 tahun yang lalu bulan ini juga, tokoh-tokoh garis keras dalam pemerintahan Soviet mencoba menggulingkan Presiden Mikhail Gorbachev, yang, dua tahun setelah Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan menyeru kepadanya untuk “merobohkan tembok ini“, berbuat persis seperti itu. Bagaikan suatu mukjizat, seorang reformis yang menginginkan Rusia menjadi bagian dunia Barat yang demokratis telah memegang tampuk kekuasaan di Kremlin.Lawan-lawan Gorbachev, yaitu tokoh-tokoh garis keras dalam Politbiro seperti mereka yang dulu membelenggu Khrushchev pada saat dibangunnya Tembok Berlin, bertekad mempertahankan sistem usang yang dilambangkan Tembok itu. Tapi, pada Agustus 1991, warga Kota Moskow melawan. Mereka menentang kelompok garis keras yang berkomplot melakukan kup, dan pada akhirnya berhasil merebut hati sebagian besar Tentara Merah. Dengan perlawanan yang mereka lakukan, kup yang direncanakan itu akhirnya ambruk.Warga Kota Berlin tidak bisa berbuat serupa ketika dihadapkan pada kekuasaan Soviet. Khrushchev memenuhi permintaan Ulbricht bahwa hanya satu tembok fisik yang bisa mempertahankan keberadaan negara Jerman Timur. Respons yang diberikan Khrushchev mengingatkan kita akan cara yang digunakannya menangani Revolusi Hungaria pada 1956, masa ketika ia baru saja mengkonsolidasikan kekuasaannya dan perlu menjinakkan kelompok garis keras di Kremlin.Tapi, lima tahun setelah memerintahkan penindasan yang brutal terhadap tuntutan kemerdekaan yang bergema di Budapest, Khrushchev belum sepenuhnya yakin akan perlunya membangun Tembok Berlin. Ia khawatir bahwa kebijakannya untuk memperbaiki hubungan dengan Eropa Barat akan dirusak dalam proses ini, dan bahwa Presiden AS John F. Kennedy akan memandang Tembok Berlin sebagai tindak provokatif dalam suatu konfrontasi yang bisa berujung pada perang nuklir.Khrushchev telah meletakkan harapan yang besar pada kemampuan Uni Soviet membangun hubungan yang lebih positif dengan Eropa Barat, terutama setelah terjadinya insiden pesawat mata-mata U-2 pada 1960 (ketika pesawat yang diterbangkan pilot Amerika, Gary Francis Powers, itu ditembak jatuh di atas wilayah Soviet) yang telah meracuni hubungan dengan AS. Sementara itu, pertemuan tingkat tingginya dengan Kennedy di Wina sebelumnya, pada 1961, tidak menghasilkan apa-apa dalam upaya memperbaiki hubungan, sedangkan membangun Tembok Berlin pada 13 Agustus tahun itu tampaknya bagi Khrushchev merupakan tindak yang murni defensif, bukan unjuk kekuatan.Khrushchev juga memperhitungkan na sib politiknya sendiri. Sejak Pidato Rahasia-nya pada 1956 yang mengutuk kultus individu Stalin, posisinya di dalam Politbiro telah melemah; dukungan yang diterimanya dalam kepemimpinan di Kremlin sangat dangkal dan tokoh-tokoh garis keras menyerangnya dari segala arah. Akhirnya, keputusan membangun Tembok Berlin itu merupakan upaya putus asa untuk menjamin kontinuitas pemerintahan komunis di Jerman Timur dan memuaskan keinginan mereka yang berbeda pendapat dengannya.Brinkmanship alias kebijakan yang menyerempet bahaya seperti yang terjadi saat dibangunnya Tembok Berlin itu biasanya merupakan produk dari seorang politikus yang putus asa untuk menunjang posisinya di dalam negeri. Ironisnya bagi Khrushchev adalah bahwa, walaupun yang menginginkan dibangunnya Tembok Berlin adalah tokoh-tokoh keras itu, mereka kemudian mencantumkan ketidaktegasan Khrushchev membangun tembok ini dalam daftar tuduhan yang mereka gunakan untuk memaksanya meletakkan jabatan pada 1964. Keputusan yang diambil Khrushchev itu melanggengkan pemerintahan Soviet di Jerman Timur selama puluhan tahun, tapi keputusan itu juga menyumbang terhadap pudarnya pengaruhnya dalam kancah politik.Ketika Gorbachev mengizinkan dijebolnya Tembok Berlin dan kemudian merobohkannya, ia kehilangan dukungan sebagian besar pimpinan Partai Komunis Uni Soviet
[proletar] Opera Van Indonesia
ABDUL MU’TI : Saat ini berjuta-juta rakyat Indonesia sedang menyaksikan pertunjukan opera tentang orang–orang yang sakti mandraguna. Opera ini mengalahkan rating semua film box office dan sinetron di semua stasiun televisi. Opera ini memiliki tiga keistimewaan. Pertama, didukung oleh tokoh-tokoh atau aktor-aktor ternama yang malang melintang di jagat politik. Mereka memainkan karakter dan diri mereka masing-masing. Kedua, ceritanya merupakan kisah nyata (reality show)yang penuh dengan kejutan. Setiap hari selalu muncul kejutan-kejutan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Ketiga, menjangkau semua kalangan karena disajikan pada saat prime time. Selain itu, opera ini juga bisa dibaca melalui media massa cetak, internet,dan situs jejaring sosial. Sebutlah tokoh Nunun Nurbaiti yang mengalami amnesia, tetapi masih bisa keliling dunia. Ketika namanya disebutsebut dalam kasus traveler check yang melibatkan beberapa anggota DPR dan mantan menteri, Nunun mengalami gangguan ingatan. Seorang dokter mengatakan bahwa Nunun positif mengidap penyakit lupa. Sebelumnya Nunun sehat walafiat.Nunun pun berobat ke luar negeri demi memulihkan memorinya. Namun, dari olah TKP banyak kejanggalan, terutama jika dikaitkan dengan logika ilmiah. Bagaimana seorang yang mengalami gangguan ingatan bisa ngelencer ke luar negeri. Menurut berbagai sumber, Nunun juga berpindahpindah dari satu negara ke negara lainnya.Dia pasti orang hebat.Hanya orang sakti yang bisa traveling dalam posisi linglung. Bagaimana Nunun yang pelupa tetap keep in touch dengan suaminya? Nunun pasti punya kesetiaan (ingatan) yang luar biasa tentang suaminya. Tokoh yang lainnya adalah Nazaruddin. Selain profesinya sebagai seorang pengusaha dan politisi, Nazaruddin ternyata juga seorang ghost-writer. Di mana Nazaruddin berada hanya beberapa gelintir sahib dan “ahlulbait”-nya yang tahu. Kabarnya, Nazaruddin sudah tidak berada di Singapura. Walaupun demikian, sebagai seorang prolific-writer, Nazaruddin tetap produktif mengirimkan tulisan ke berbagai media melalui BB-nya.Hebatnya, semua media massa cetak dan elektronik memuat “karya” Nazaruddin tanpa editing. Lagi-lagi, dari olah TKP ada beberapa keganjilan. Mengapa redaktur media massa yang dipenuhi jurnalis kritis dan cerdas percaya begitu saja dengan message dari Nazaruddin? Mengapa tidak ada usaha check and recheck akan validitas dan orisinalitas bahwa message benar-benar dari Nazaruddin? Selain kemampuan “menghipnotis” redaktur media, Nazaruddin juga memiliki indera keenam: ngerti sak durunge pinarak (mengerti sesuatu yang akan terjadi). Buktinya, sehari menjelang dicekal, dia sudah ke luar negeri sehingga petugas imigrasi meloloskannya. Hebat bukan? Bangsa yang Sakit Walau demikian, mereka tetaplah aktor-aktor yang tunduk pada pakem cerita dan arahan sutradara. Mereka hanyalah wayang yang dimainkan oleh dalang. Jika pemainnya saja hebat, apalagi dalangnya. Nunun,Nazaruddin yang disebut sebagai aktor opera “orang-orang sakti mandraguna” tidak hanya memerankan dirinya sendiri, tetapi memerankan bangsanya. Nunun dan Nazaruddin hanyalah potret dari bangsa Indonesia yang sakit.Sastrawan dan wartawan Mochtar Lubis dalam bukunya, Manusia Indonesia, memaparkan enam karakter bangsa Indonesia: (1) munafik, (2) tidak bertanggung jawab, (3) berjiwa feodal, (4) mistis dan sangat percaya takhayul, (5) seni yang cenderung erotis, dan (6) mentalitas yang lemah. Penilaian senada juga dikemukakan Koentjaraningrat. Dalam bukunya,Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, Koentjaraningrat menyebut lima karakter negatif bangsa Indonesia: (1) meremehkan mutu, (2) suka menerabas, (3) tidak percaya kepada diri sendiri, ( 4) tidak disiplin, (5) mengabaikan tanggung jawab. Nunun dan Nazaruddin memang sedang memainkan peran yang membuat dirinya dihujat oleh hampir semua pemirsa. Mereka harus ikhlas menerima label “orang jahat”. Tetapi, mereka berdua hanya sedang “sial”. Dalam negeri yang menurut Ahmad Syafii Maarif sudah nyaris sempurna kehancurannya, terdapat beribu orang yang mungkin lebih jahat dari mereka berdua. Ini merupakan masalah yang sangat serius. Masalah yang lebih serius lagi adalah jika bangsa Indonesia tidak menyadari masalahnya. Sebagian bahkan menikmati dan mengeruk keuntungan dari berbagai masalah. Anehnya, para pemimpin justru mempermasalahkan orang-orang yang menyadarkan akan adanya masalah. Walaupun menarik, rakyat sesungguhnya mulai menderita dengan penyakit bangsanya yang kian akut. Di tengah ketidakberdayaan, nurani mereka berontak. Dilihat dari sepak terjangnya, Nunun dan Nazaruddin adalah orang-orang yang hebat. Tetapi sejatinya mereka adalah orang-orang yang lemah. Mereka adalah korban dari sebuah kekuatan raksasa. Ibarat permainan catur, mereka adalah “pion”yang dikorbankan untuk melindungi dan menyelamatkan sang raja. Begitulah,dalam dunia catur raja adalah sosok yang lebih banyak bersembunyi
[proletar] Media Massa pun Diancam
Ketua Departemen Penegakan Hukum Partai Demokrat Benny Kabur Harman mengancam media yang menyebarkan tudingan yang dikirimkan bekas Bendahara Umum Partai Demokrat M. Nazaruddin melalui BlackBerry Messenger. “Pers bisa kena delik pasal penyebaran fitnah,” ujarnya kepada wartawan di gedung DPR kemarin. Benny meragukan isi BBM yang menyudutkan sejumlah politikus Partai Demokrat itu berasal dari Nazaruddin. Informasi BBM itu, kata Benny, bisa saja berasal dari orang lain yang mengaku sebagai Nazaruddin. “Jadi, kalau bukan Nazaruddin yang mengirim, me dialah yang harus bertanggung jawab karena menyebarluaskan berita yang salah,”kata Benny. Kuasa hukum Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Patra M. Zen, juga mengingatkan media agar tidak lagi memuat berita yang berasal dari pesan tersebut.“Kami mengingatkan kepada siapa pun untuk menghentikan dan membuktikan informasi dari BBM Nazaruddin,”kata Patra. Nazaruddin menebarkan tudingan kepada rekannya di Komisi X DPR, Angelina Sondakh; Wakil Ketua Badan Anggaran Mirwan Amir; Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng; serta Ketua Umum Partai Demo krat Anas Urbaningrum terkait dengan kasus dugaan korupsi pembangunan wisma atlet SEA Games XXVI, Jakabaring, Palembang. Seluruh tudingan ini dikirimkan Nazaruddin melalui pesan BlackBerry Messenger kepada beberapa media, termasuk Tempo. Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Nezar Patria menilai tidak seharusnya Benny mengeluarkan pernyataan yang menyerang kebebasan pers.“Seharusnya Benny berfokus bagaimana caranya menyelesaikan kasus ini dan memulangkan Nazaruddin ketimbang menyerang media,”kata Nezar kemarin. Ia menambahkan, media sudah melakukan perim bangan berita atau cover both side karena melakukan konfirmasi kepada nama-nama yang disebut Nazaruddin. Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers Dewan Pers Agus Sudibyo meminta Benny memahami isi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Ia mengatakan, apabila Benny atau pihak lain keberatan dengan isi pemberitaan sebuah media, sebaiknya mengirim hak jawab ke media tersebut. Benny juga bisa mengadukan masalah tersebut melalui Dewan Pers.“Sebut medianya mana, tanggal serta isi aduannya, nanti kami selesaikan,“ kata Agus kemarin. FEBRIYAN | RIKY FERDIANTO | TRI SUHARMAN | RAJU FEBRIAN http://epaper.korantempo.com/PUBLICATIONS/KT/KT/2011/07/06/ArticleHtmls/Media-Massa-pun-Diancam-06072011003019.shtml?Mode=1 Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Sukarno: Pemersatu atau Pembelah?
Bulan Sukarno Sukarno: Pemersatu atau Pembelah? Dalam artikelnya yang masyhur Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme sejatinya Sukarno melakukan pembelahan bukan persatuan. Sejak saya mulai belajar sejarah Indonesia di University of Sydney tahun 1969, saya selalu diajari oleh para dosen bahwa Sukarno seorang permersatu. Bahkan mereka, baik dosen Australia, Indonesia atau Belanda, cukup banyak yang menyebut Sukarno – dengan nada minor – gandrung persatuan. Dalam bulan Juni 2011 ini – dengan banyak spanduk yang menyatakan ini bulan Sukarno – masalah persatuan, apalagi dalam menghadapi “asing”, suka disebut-sebut lagi. Baik sebagai seorang akademisi yang “Indonesianis” maupun sebagai warga dunia yang berkewajiban berideologi, saya menyatakan sebelumnya bahwa saya termasuk seorang yang sangat menghargai kepemimpinan Sukarno serta pikirannya, meskipun saya juga berpendapat dia bukan manusia sempurna: pernah juga melakukan kekeliruan dan kadang-kadang analisa yang salah. Sebagai seorang yang menilai peranan Sukarno secara umum sangat positif, saya mau menekankan bahwa gambaran atau stereotipe Sukarno sebagai seorang pemersatu adalah keliru total. Sukarno bukan pemersatu bangsa, dia adalah seorang yang membelah bangsa dan negeri Indonesia. Apakah ini celaan atau sebuah kritikan? Tidak, ini sebuah pujian. Izinkan saya jelaskan pendapat saya itu. Kalau kita buka buku Di Bawah Bendera Revolusi jilid I artikel pertama, kita akan temukan artikel “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme”. Artikel itu dimuat di Suluh Indonesia Muda pada tahun 1926. Artikel terkenal itu mengambil sebuah peranan awal dalam kampanye propaganda Sukarno yang kemudian sering dianggap sebagai artikel yang mengusung gagasan persatuan. Tetapi pandangan seperti itu adalah pandangan yang dangkal kalau tak boleh disebut sebagai pandangan yang sangat menyesatkan. Tulisan “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme” sejatinya adalah tulisan pembelahan, bukan penyatuan. Adalah sangat penting, saya kira, untuk kita bisa menangkap dinamika pembelahan di dalam tulisan Sukarno itu. Karena dinamika pembelahan tersebut menjadi dinamika yang dipertahankan Sukarno sampai seterusnya, sampai tahun 1968 ketika dia dikalahkan oleh Soeharto. Dan basis pembelahannya itu juga merupakan basis keberhasilannya sebagai seorang pemimpin anti-kolonialisme yang memperjuangakan Indonesia Merdeka. Jadi pertanyaannya ialah: pembelahannya siapa antara siapa? Kalau kita membaca tulisannya itu, Sukarno cukup panjang lebar menjelaskan sebuah argumentasi yang dialamatkan pada masing-masing kaum nasionalis, kaum Islam dan kaum Marxis bahwa mereka semua harus memilih. Harus memilih! Itu memang tantangan yang selalu akan dilemparkan oleh pemimpin yang serius. Masing-masing umat ketiga aliran dihadapkan dengan pilihan yang akan membelah aliran itu masing-masing, serta juga sekaligus membelah bangsa. Coba kita membaca beberapa kata-kata dari tulisan tersebut. Kepada kaum nasionalis: Nasionalis jang segan berdekatan dan bekerja bersama-sama dengan kaum Marxis – Nasionalis sematjam itu menundjukkan ketiadaan jang sangat, atas pengetahuan tentang berputarnja roda-politik dunia dan riwajat. Ia lupa, bahwa asal pergerakan Marxis di Indonesia atau Asia itu, djuga merupakan tempat asal pergerakan mereka. Ia lupa, bahwa arah pergerakannya sendiri atjap kali sesuai dengan arah pergerakan bangsanja jang Marxistis tadi. Kepada kaum Islam: Hendaklah kaum Islam jang tak mau merapatkan diri dengan kaum Marxis, sama ingat, bahwa pergerakannya itu, sebagai pergerakan Marxis, adalah suatu gaung atau kumandangnya djerit dan tangis rakjat Indonesia jang makin lama makin sempat kehidupannja, makin lama makin pahit rumah tangganya “Untuk Islamis sedjati, maka dengan lekas sahadja teranglah baginja, bahwa tak layak dia memusuhi faham Marxisme jang melawan peraturan meerwardenja [nilai lebih], sebab dia tak lupa, bahwa Islam sejati djuga memerangi peraturan itu: ia tak lupa Islam yang sejati melarang keras memakan riba dan memungut bunga. Kepada kaum Marxis: “Demikian pula, tak pantaslah kaum Marxis itu bermusuhan dan berbenturan dengan pergerakan Islam yang sungguh-sungguh. Tak pantas mereka memerangi pergerakan jang, sebagaimana sudah kita uraikan diatas, dengan seterang-terangnja bersikap anti-kapitalisme; tak pantas mereka memerangi pergerakan jang, sebagaimana kita uraikan diatas jang dengan sikapnya anti-riba dan anti-bunga jalah seterang-terangja jalah anti-meerwaarde.” Setiap aliran – yang semuanya setuju Indonesia Merdeka – dihadapkan dengan pilihan: bersatu atau tidak. Memang, Sukarno membelah demi sebuah persatuan – tetapi bukan asal bersatu. Ada basis persatuannya yang diperjuangkannya. Setiap orang yang memperjuangkan sebuah basis persatuan yang jelas akan mengakibatkan pembelahan, karena orang harus memilih. Dan basis persatuan yang diperjuangkan dalam tulisan ini bukan hanya Indonesia Merdeka, tetapi analisa terhadap dan sikap anti-kapitalis. Dalam tulisannya dia panjang
[proletar] BPK: Pengelolaan Asuransi TKI Tak Transparan
Data klaim TKI sulit diakses. Badan Pemeriksa Keuangan menemukan bahwa penyelenggaraan asuransi tenaga kerja Indonesia belum dikelola dengan baik dan transparan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Akibatnya, asuransi belum memberi perlindungan secara adil kepada TKI. Hal tersebut terungkap dalam Hasil Pemeriksaan Kinerja atas Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan pada 12 Februari 2011. Hasil pemeriksaan diserahkan kepada Kementerian Tenaga Kerja. Sembilan konsorsium asuransi yang dimaksudkan BPK adalah konsorsium Asuransi Jasindo, konsorsium Asuransi Adira, konsorsium Asuransi Mitra Sejahtera, konsorsium Asuransi Proteksi, konsorsium Asuransi AJB Bumiputera, konsorsium Asuransi Dhaman Syamil, konsorsium Asuransi Tripuri, konsorsium Asuransi Ta'awun Syariah, dan konsorsium Asuransi Barokah. BPK mengungkapkan, setiap TKI dikenai biaya asuransi sebesar Rp 400 ribu, me liputi sebelum penempatan, masa penempatan, dan setelah penempatan. Hasil pemeriksaan menyebutkan, penunjukan konsorsium dilakukan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja selama 2006-2009 melibatkan 48 perusahaan dan 8 broker asuransi. Penunjukan ini disertai dengan jenis dan biaya pertanggungan yang sudah ditetapkan, sehingga menciptakan persaingan tidak sehat. Dampaknya,“Konsorsium asuransi tidak berlomba memperbaiki kinerja jaringan dan pelayanan, melainkan berlomba-lomba memberikan diskon premi dan tawar-menawar harga premi kepada PPTKIS (perusahaan pelaksana tenaga kerja Indonesia swasta).“ Konsorsium juga dinilai tak terbuka melaporkan produksi polis dan klaim. Bahkan situs web konsorsium, yang seharusnya dapat diakses, sering kali mengalami kendala teknis. Data produksi dan klaim TKI sulit diakses. Bahkan ada konsorsium yang sengaja menyembunyikan data produksi dan klaimnya. Masalah lain, adanya unsur kesengajaan PPTKIS tak mengikutkan TKI dalam program asuransi, khususnya asuransi sebelum penempatan. Cara ini dilakukan agar premi yang dibayarkan perusahaan sedikit. Padahal,“Para TKI diwajibkan membayarkan premi dari pemotongan gaji.“ Tak hanya itu, kewajiban konsorsium menyelesaikan klaim juga sering terlambat dan tak jelas statusnya. “Banyaknya klaim asuransi TKI yang tak cair sering menimbulkan pertanyaan apakah proses klaimnya disetujui tapi lambat atau klaimnya ditolak.“ “Perwakilan konsorsium asuransi pada negara penempatan juga sering tidak ada atau ada tapi tidak diketahui perwakilan RI,“ tulis BPK dalam laporan hasil pemeriksaan. Pertanggungan yang seharusnya diberikan, misalnya pemutusan hubungan kerja sepihak, pelecehan seksual, dan kecelakaan kerja yang berakhir pada pemberhentian TKI oleh majikan, juga sulit untuk diklaim. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengatakan akan menghapus biaya pembinaan TKI sebesar US$ 15. “Agar TKI tidak terlalu terbebani,“ ujarnya kemarin. Setiap tahun, kata Muhaimin, negara mendapat dana Rp 58 miliar dari pungutan ini dan masuk ke penerimaan negara bukan pajak. ALI NUR YASIN | FEBRIANA FIRDAUS | RIRIN AGUSTIA http://epaper.korantempo.com/PUBLICATIONS/KT/KT/2011/06/28/ArticleHtmls/BPK-Pengelolaan-Asuransi-TKI-Tak-Transparan-28062011005003.shtml?Mode=1 Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Membersihkan Birokrasi
EDITORIAL TEMPO : Pengurangan jumlah pegawai negeri amat penting untuk menghemat anggaran. Tapi upaya yang kini digulirkan oleh pemerintah ini mesti diletakkan dalam konteks reformasi birokrasi secara menyeluruh. Tak hanya demi efisiensi, langkah ini juga harus membuat birokrasi menjadi lebih bersih dan transparan. Keadaan birokrasi kita memprihatinkan karena kinerjanya tak sepadan dengan besarnya anggaran negara yang disedot. Mereka menghabiskan duit sekitar Rp 180,6 triliun setiap tahun, seperti yang terlihat dalam pos belanja pegawai. Angka ini sungguh besar. Bandingkan saja dengan anggaran pembangunan infrastruktur, yang hanya Rp 67,4 triliun per tahun. Itu sebabnya, Tim Independen Reformasi Birokrasi Nasional pimpinan Erry Riyana Hardjapamekas mengusulkan adanya perampingan birokrasi. Rekrutmen pegawai baru akan dihentikan agar jumlah pegawai negeri tidak semakin membengkak. Apalagi rasio antara jumlah pegawai dan penduduk di negara kita tidaklah ideal, yakni 1 : 52. Umumnya birokrasi di negara-negara maju jauh lebih efisien dengan rasio 1 : 70. Tim Independen juga menawarkan tiga alternatif lain. Pertama, program pensiun dini bagi pegawai yang kurang cakap. Kedua, pelatihan untuk menambah kemampuan dan keterampilan pegawai yang kurang produktif. Ketiga, menempatkan pegawai-pegawai yang kurang berkualitas di posisi tanpa jabatan. Sebagian besar masyarakat tentu tidak berkeberatan dengan semua opsi itu asalkan bertujuan bukan untuk efisiensi semata, tapi juga reformasi birokrasi. Di luar sederet opsi itu malah ada pilihan lain, seperti menyalurkan pegawai yang telah berpengalaman ke daerah-daerah. Apalagi kini masih banyak daerah pemekaran memerlukan tenaga yang berpengalaman. Dengan kata lain, usulan Tim Independen itu sebaiknya tidak dilihat sebagai harga mati. Penerapannya perlu disesuaikan dengan keperluan tiap departemen atau instansi pemerintah. Instansi yang telah memiliki cukup banyak tenaga berkualitas bisa menghentikan rekrutmen baru untuk jangka waktu tertentu. Adapun lembaga yang masih memerlukan tenaga yang lebih cakap bisa mengadakan program pensiun dini. Itu berarti rekrutmen baru tetap bisa dilakukan sepanjang untuk mendorong reformasi birokrasi. Bagaimanapun birokrasi kita tetap memerlukan tenaga segar yang lebih cakap. Rekrutmen baru juga amat penting dilakukan untuk mengikis budaya birokrasi lama yang tidak efisien, tertutup, dan biasa terlibat praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sudah saatnya birokrasi tak berorientasi melayani diri sendiri, bahkan minta dilayani masyarakat, melainkan benar-benar mengabdi kepada rakyat. Perubahan budaya itulah yang mestinya diprioritaskan. Ini bisa dilakukan dengan pola rekrutmen yang terbuka seperti yang biasa dilakukan di perusahaan swasta. Ujian seleksi pegawai yang memakan biaya besar harus menghasilkan sumber daya berkualitas. Jenjang karier pegawai pun mesti didasarkan pada prestasi dan bukannya masa kerja belaka. Efisiensi birokrasi jelas penting. Tapi khalayak jelas mendambakan lebih jauh lagi, yakni birokrasi efektif dan tidak korup. http://epaper.korantempo.com/PUBLICATIONS/KT/KT/2011/06/28/ArticleHtmls/Membersihkan-Birokrasi-28062011003003.shtml?Mode=1 Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Mahalnya Biaya Pendidikan Tingkat Atas
Jargon si miskin dilarang sekolah kian mendekati kenyataan di negeri ini. Biaya tinggi dibutuhkan ketika siswa menaiki level menengah atas. M USIM ajaran baru bagi orang tua siswa meru pakan ritus tahunan yang cukup merepotkan khususnya dalam proses penerimaan murid sekolah menengah atas (SMA) atau yang sederajat. Pasalnya, program wajib belajar yang dicanangkan pemerintah hanya berlaku 9 tahun dari SD hingga SMP. Dengan demikian, orang tua mulai dipusingkan dengan biaya masuk sang buah hati yang mulai menapaki jenjang SMA . Pusingnya orang tua siswa seperti dirasakan Elang, 50. Staf pegawai negeri sipil (PNS) ini memimpikan anaknya bisa melanjutkan pendidikan tingkat atas di sekolah unggulan untuk meningkatkan kualitas demi memudahkan sang putra dalam persaingan menuju ke perguruan tinggi maupun untuk memasuki dunia kerja nantinya. Anak Elang ternyata lulus seleksi di SMAN 12 RSBI Cisauk, Tangerang Selatan, yang merupakan sekolah unggulan dengan label rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). Namun, betapa kagetnya Elang ketika dia diwajibkan membayar uang pembangunan sebesar Rp12 juta ditambah uang seragam Rp1,5 juta serta uang buku Rp1,5 juta. Total, ia harus merogoh kocek sebesar Rp15 juta di awal tahun ajaran untuk memuluskan harapannya. Belum lagi, biayabiaya yang akan dikeluarkan lainnya, seperti sumbang an pembinaan pendidikan (SPP) dan uang pembangunan. “Pemerintah pusat atau daerah mestinya mengawal penetapan uang pembangunan sekolah RSBI,“ cetusnya. Keluhan Elang itu tampaknya mewakili seluruh orang tua siswa yang memiliki anak pintar tapi berkantong paspasan. Ia pun berharap pemerintah memberi seluruh warga negaranya pendidikan sekolah dasar dan menengah dengan gratis hingga tingkat atas (SMA/sederajat). Pungutan biaya di SMA/sederajat yang kian melambung dinilai merupakan dampak langsung kehadiran konsep RSBI. Kebiasaan sekolah-sekolah jenis ini memungut biaya tinggi kepada orang tua murid dihalalkan oleh perundangan, yakni Pasal 50 ayat (3) UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 78 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Padahal, pemerintah sendiri sebenarnya mengharuskan RSBI/SBI mengalokasikan 20% dana mereka untuk beasiswa kepada masyarakat yang kurang mampu. “Ini ajang pemerintah lepas tanggung jawab sehingga muncul ketimpangan distribusi dan kastanisasi pendidikan,“ cetus Ketua Forum Musyawarah Guru Jakarta Retno Listyarti ketika dihubungi Rabu (22/6). Menurut dia, ada sebentuk ironi dunia pendidikan dalam konsep RSBI ini. Di satu sisi, pemerintah ingin membangun kualitas pendidikan. Namun, di sisi lain, ada kesan kuat dis kriminasi pemerintah kepada kaum tidak mampu akibat tingginya harga bangku sekolah. Secara terpisah, peneliti ICW Febri Hendri mengatakan konsep RSBI memang sejak awal sudah melanggar prinsip pendidikan. Dalam UU Sisdiknas memang tidak disebutkan tugas negara untuk membiayai jenjang SMA seperti halnya SD dan SMP. Namun, baginya, tu juan pendidikan sesuai UUD 45 itu menitikberatkan aksesibilitas dan kualitas bagi semua kalangan. Tetap diperlukan Adapun Dirjen Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Baedhowi mengungkapkan data penelitian bahwa sebagian besar atau 93,39% sekolah RSBI menetapkan sumbangan awal Rp0-6 juta, dan 85,46% pada kisaran Rp0-4 juta rupiah. “Penelitian kami menunjukkan sumbangan awal terbesar ditemui hanya pada dua sekolah yaitu Rp20 juta yang tidak mempresentasikan kondisi umum RSBI. Jadi, sedikit sekali RSBI yang mematok biaya sumbangan awal mahal,“ ujarnya di Kemendiknas, Rabu (22/6). Berdasarkan hasil evaluasi RSBI tahun ini, lanjutnya, pemerintah pun berkesimpulan bahwa untuk mempertahankan RSBI yang ada tanpa adanya penambahan yang baru sembari memperbaiki sistem penyelenggaraannya. Alasannya, RSBI tetap diperlukan karena terbukti meningkatkan mutu pendidikan. “Hasil ujian nasional (UN) sekolah RSBI ternyata lebih baik daripada sekolah reguler dan prestasi olimpiade nasional dan internasional banyak diraih siswa-siswi RSBI.“ Namun, pengamat pendidikan M Abduh Zen menyayangkan data pemerintah yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. “Program RSBI juga mahal, jadi jangan hanya dilihat dari uang masuk dan iuran semata,“ ujarnya. (*/RS/TS/R-3) http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2011/06/24/ArticleHtmls/Mahalnya-Biaya-Pendidikan-Tingkat-Atas-24062011014003.shtml?Mode=1 Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email |
[proletar] Pemerintah Defensif
Butuh lima hari bagi Presiden untuk merespons kasus Ruyati. Itu berbeda dengan respons cepat atas isu-isu di seputar dirinya. AKHIR NYA Presi den Susilo Bambang Yudho yono mem berikan pernyataan soal kematian Ruyati binti Satibi, tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dipancung di Arab Saudi pada 18 Juni lalu. Butuh waktu lima hari bagi Presiden untuk merespons kasus Ruyati. Itu berbeda dengan respons SBY saat menanggapi isu-isu di seputar dirinya, seperti kasus SMS gelap, yang hanya butuh waktu kurang dari tiga hari. Alih-alih meminta maaf kepada keluarga Ruyati karena pemerintah lalai, dalam konferensi pers yang digelar di Istana Negara itu Presiden justru memprotes keras tindakan pemerintah Arab Saudi yang tidak memberi tahu jadwal eksekusi Ruyati. Pemerintah baru mengetahui eksekusi sehari sesudah pemancungan. “Hal itu menabrak norma dan tata krama yang berlaku di internasional,“ kata SBY. Presiden mengungkapkan telah mengirimkan surat protes kepada Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz. Namun, Presiden juga mengucapkan terima kasih atas bantuan pembebasan beberapa TKI. Dalam konferensi pers itu, Presiden membuka penjelasan lalu dilanjutkan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, dan ditutup lagi oleh Presiden. Ketiga menteri juga menyampaikan sejumlah tangkisan kelambanan melindungi TKI. Dalam pidatonya, Presiden memutuskan menerapkan moratorium (penghentian sementara) penempatan TKI ke Arab Saudi mulai 1 Agustus 2011. Hingga waktu penerapan moratorium, pemerintah mengawasi dan memperketat pengiriman TKI. Pemerintah juga membentuk satuan tugas untuk membantu 23 TKI yang kini menunggu hukuman pancung di Arab Saudi. Menangkis Di sisi lain, Menlu Marty Natalegawa menangkis anggapan masyarakat bahwa Filipina lebih bagus dalam menangani tenaga kerja mereka. “Hukuman mati bagi enam warga Filipina pada 2001-2008 juga gagal diintervensi kepala negara mereka.“ Menakertrans Muhaimin Iskandar menangkis tudingan tidak bekerja maksimal dengan menyebut, “Selama 40 tahun memberangkatkan TKI, baru kali ini Arab Saudi mau duduk bersama dan menandatangani nota awal MoU pada Mei lalu.“ Menkum dan HAM Patrialis Akbar menjelaskan pengampunan negara (Arab Saudi) hanya bisa diberikan bila ada pengampunan keluarga. “Dalam kasus Ruyati, itu tak didapatkan.“ Berbagai kalangan kecewa dengan pidato Presiden dan tiga menteri itu. “Tidak ada langkah konkret negara. Apa yang disampaikan lebih banyak pembenaran,“ kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. “Negara tidak hadir secara berwibawa dalam diplomasi. Tanpa itu, satgas tidak akan efektif,“ anggota MPR Hidayat Nur Wahid menandaskan. Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah menilai tidak penting membentuk satgas. “Copot saja pejabat-pejabat yang tidak bekerja dengan baik.“ Ketua Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning menyebut pemerintah cuma cari pembenaran diri. (Wta/NY/*/X-7) http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2011/06/24/ArticleHtmls/Pemerintah-Defensif-24062011001019.shtml?Mode=1 Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Inpres Moratorium Miskin Apresiasi
EDITORIAL Inpres Moratorium Miskin Apresiasi SBY yang selalu dituding mementingkan politik citra justru sangat lemah dalam pengelolaan public relations. PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan instruksi presiden soal perlindungan tenaga kerja Indonesia (TKI). Inpres yang dibacakan di Istana Negara, kemarin, itu berisi antara lain moratorium pengiriman TKI ke Arab Saudi mulai 1 Agustus; pembentukan konsulat hukum dan HAM di setiap kedutaan negara tujuan; dan membentuk satuan tugas pembela TKI yang terancam hukuman mati. Itu berarti sejak 2006, telah tiga kali SBY mengeluarkan inpres yang isinya mirip-mirip tentang perkara yang sama. Dua inpres yang lain ialah Inpres 3/2006 tentang Penempatan dan Perlindungan serta Inpres 3/2010 tentang Pembentukan BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI). Namun, inpres yang dikeluarkan enam hari setelah pemancungan Ruyati binti Satibi, TKI asal Bekasi, oleh aparat hukum Arab Saudi itu miskin apresiasi publik. Publik yang kecewa karena pemerintah tidak menge tahui pemancungan Ruyati tetap menganggap pemerintah gagal melindungi warga negara. Kekecewaan dipicu penjelasan tiga menteri, Menakertrans Muhaimin Iskandar, Menlu Marty Natalegawa, dan Menkum dan HAM Patrialis Akbar, yang sangat defensif. Sebaliknya, SBY bertindak sebagai moderator. Publik tidak membutuhkan berapa jumlah warga Filipina yang di pancung dan berapa warga Indonesia yang bernasib sama. Publik tidak memerlukan berapa kali menteri berkunjung ke Arab Saudi dan bertemu siapa di sana. Yang amat mengecewakan ialah fakta bahwa Ruyati dipancung tanpa ada otoritas negara Indonesia yang tahu. Jangan cuma menyalahkan Arab Saudi yang melanggar tata pergaulan internasional ketika lalai memberi tahu. Warga Filipina ada juga yang dipancung. Yang membedakan Filipina dan Indonesia ialah komitmen dan kesungguhan pembelaan para pemimpin dan otoritas negara terhadap warga. Bila harus dipancung, publik memaafkan karena pemerintah membuktikan telah bekerja sungguh-sungguh. Dalam kasus Ruyati, pemerintah tidak mampu membuktikan bahwa aparatur mereka telah bekerja sungguh-sungguh membela warga negara. Celakanya, untuk menjelaskan kesungguhan itu dipilih format pidato tiga menteri yang sangat defensif dan sangat terlambat pula. Yang menjadi pertanyaan serius ialah mengapa publik sangat pelit mengapresiasi kerja aparatur? Aparatur pemerintah sangat gampang menuduh media berkepentingan menonjolkan yang jelek dan mengabaikan yang baik. Namun, harus diingat bahwa media, termasuk televisi, merupakan refleksi suara publik. Media tidak mengarang pendapat orang. Sebuah prestasi negara/pemerintah yang tidak mendapat apresiasi publik bisa disebabkan banyak hal. Pertama, memang pemerintah miskin prestasi. Kedua, pemerintah selalu terlambat bereaksi. Ketika kejengkelan publik memuncak, reaksi apa pun--apalagi defensif--tidak ada gunanya. Ketiga, dan ini yang paling ironis, SBY yang selalu dituding mementingkan politik citra justru sangat lemah dalam pengelolaan public relations. http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2011/06/24/ArticleHtmls/EDITORIAL-Inpres-Moratorium-Miskin-Apresiasi-24062011001006.shtml?Mode=1 Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Patrialis Akbar: Jangan Goreng-Menggoreng Kasus TKI
Patrialis Akbar: Jangan Goreng-Menggoreng Kasus TKI Fajar Pratama - detikNews Jakarta - Pemerintah mengklaim telah melakukan perlindungan kepada tenaga kerja Indonesia. Meski demikian, masih ada saja kasus TKI yang bermunculan. Menkum HAM Patrialis Akbar pun meminta agar kasus TKI tidak digoreng-goreng alias dipermainkan di media. Yang jelas perlindungan itu sudah sangat jelas. Makanya saya mohon jangan goreng-menggoreng di koran-koran, pengamat-pengamat, kata Patrialis. Berikut ini wawancara wartawan dengan Patrialis di kantor Kemenkum HAM, Jl Rasuna Said, Jaksel, Senin (20/6/2011): Soal Ruyati apakah itu kecolongan? Sebetulnya kecolongan itu di mana? Pemerintah Saudi Arabia yang tidak beri tahu pada kita. Aturan internasionalnya kan seharusnya diberi tahu baik melalui Kemenlu maupun kedutaannya. Masih ada 23 orang lagi yang terancam hukuman mati di Saudi. Apa langkah pemerintah? Saya kan sudah pernah mengunjungi Arab dan bertemu dengan Menteri Kehakiman, Menteri Dalam Negeri, dan Komnas HAM. Mereka berjanji akan mengkomunikasikan keluarga korban yang terbunuh untuk memberikan maaf, tapi harus ada denda. Nah baru pemerintah sana memberikan maaf atas nama negara. Tapi kalau negara belum (memberikan maaf) maka tidak bisalah ini. Apalagi keluarganya semuanya menolak (memberi maaf), kita nggak bisa intervensi juga. Terkait TKI Darsem yang semakin mendekati jatuh tempo pembayaran diyat (denda), bagaimana? Ini kita sama-sama untuk mengumpulkan denda Rp 4 miliar itu. Kalau tidak, ada kemungkinan diekseskusi. Tapi saya belum tahu waktunya kapan. Nanti kita minta penjelasan dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) pada bulan Juli ini. Kesulitannnya apa? Uangnya itu belum kita dapat. Nanti kita bicarakan. Saya terima kasih sama masyarakat yang sudah mengumpulkan, nanti akan diambil kebijakan. Saya tidak bisa sendiri. Nanti saya bicara dengan Kemenlu dan BNP2TKI. Mengenai pernyataan Presiden di ILO tentang TKI? Komentar presiden itu sudah tepat karena pemerintah sudah maksimal memberikan perlindungan tapi pemerintah tidak bisa menjamin orang per orang. Pemerintah harus komunikasi intensif terus menerus. Itu dilakukan. Contoh seperti Arab Saudi, mereka sudah datang ke sini untuk membicarakan itu. Yang salah apa? Ya kita tidak bisa menjamin orang per orang. Karena itu pribadi orang masing-masing, masak pemerintah yang disalahkan. Di sana sudah sesuai proses. Ruyati itu juga sudah mengakui kesalahannya. Yang jelas perlindungan itu sudah sangat jelas. Makanya saya mohon jangan goreng-menggoreng di koran-koran, pengamat-pengamat. Tegasnya bagaimana dengan 23 orang lagi yang terancam hukuman mati? Pembicaraan kita dengan Arab Saudi memang begitu. Mereka mengupayakan lembaga maaf dimaksimalkan dulu sebelum eksekusi dilakukan. Kan tidak hanya membunuh warga Arab Saudi saja, tapi WNI juga bunuh WNI. Mereka memaafkan apa tidak kan itu terserah keluarga korban. (vit/nrl) http://us.detiknews.com/read/2011/06/20/162039/1664408/158/patrialis-akbar-jangan-goreng-menggoreng-kasus-tki Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Gerakan “Beli Indonesia” Akan Dideklarasikan
Gerakan “Beli Indonesia” Akan Dideklarasikan Karena secara ekonomi kita terjajah dengan berkuasanya produk asing di negeri kita. VIVAnews - Upaya menyatukan visi dan mengukuhkan 'Gerakan Beli Indonesia' sebagai gerakan Nasional akan diwujudkan melalui Kongres Kebangkitan Ekonomi Indonesia yang akan di pusatkan di Diamod Solo Convention Center, pada 22 hingga 26 Juni mendatang. Kami harus mewujudkan Beli Indonesia sebagai gerakan Nasional, karena secara ekonomi kita terjajah dengan berkuasanya produk asing di negeri kita. Untuk itu, KEI di Solo kita harapkan menjadi momentum penting sebagai kebangkitan kita, kata Heppy Trenggono, penggagas 'Beli Indonesia' dalam keterangannya yang diterima VIVAnews.com. Menurut Heppy, 'Beli Indonesia' merupakan upaya edukasi agar bangsa Indonesia sadar untuk membeli produk Indonesia. Sebab, milik bangsa sendiri, bukan karena lebih murah dan lebih baik. Selain itu, gerakan ini merupakan pembelaan bagi bangsa sendiri, sekaligus menghidupkan semangat persaudaraan. Hal ini kita harapkan akan sangat efektif mengantisipasi AFCTA (Pasar Bebas Asean dan China), yang telah membuat industri dan industri rumahan dalam negeri berguguran, kata Heppy. Menurut Heppy, dua hal yang menjadi masalah pokok Indonesia, yaitu karakter dan ekonomi. Sebab, modal yang diberikan Tuhan kepada bangsa ini demikian besar dan luar biasa, mulai dari jumlah penduduk yang besar, letak negeri yang strategis, kekayaan alam yang berlimpah dan lain-lain. Tetapi modal itu belum bisa membuat bangsa ini menjadi bangsa besar dan jaya. Sebaliknya, kekayaan negara ini banyak digunakan oleh bangsa lain untuk kejayaan bangsa dan negaranya. Sementara itu, alasan memilih kota Solo sebagai tempat berlangsungnya acara tersebut, sebab 100 tahuan silam kebangkitan ekonomi nasional telah terjadi di sana memaliui Syarikat Dagang Islam yang diketuai oleh Saman Hudi. (umi) • VIVAnews http://us.bisnis.vivanews.com/news/read/228100-gerakan--beli-indonesia--akan-dideklarasikan Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] IKRAR NUSA BHAKTI : Selamat Datang Partai Baru
Pemilu legislatif masih tiga tahun lagi.Namun, sesuai Undang-undang (UU) Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik (Parpol), satu demi satu partai,baik yang telah ikut Pemilu 2009 maupun yang baru, mulai mendaftarkan diri agar bisa ikut Pemilu 2014. Kita tahu, syarat bagi sebuah parpol untuk bisa dikatakan partai, kecuali di Aceh yang membolehkan berdirinya partai lokal,amatlah berat. Sebuah parpol baru diakui sebagai badan hukum partai apabila memiliki kepengurusan di 33 provinsi seluruh Indonesia, 75% pengurus kabupaten/kota di tiap provinsi, dan 50% kecamatan di tiap kabupaten/kota. Meski persyaratan untuk menjadi badan hukum partai amat sulit, tidak sedikit partai baru yang mencoba nasib untuk terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Sampai 18 Juni 2011, ada 14 partai lama dan baru yang mendaftar. Di antara partai baru yang sudah mendaftar adalah Partai Nasdem (Nasional Demokrat),Partai Nasional Republik, Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia dan Partai Republik Satu. Salah satu partai politik baru yang juga akan mendaftar ialah Partai Serikat Rakyat Independen (Partai SRI), partai para pendukung mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.Partai yang pernah mengikuti pemilu sebelumnya yang sudah mendaftar ialah PDI Perjuangan,Partai Damai Sejahtera, Partai Peduli Rakyat Nasional,Partai Buruh, Partai Pemersatu Bangsa, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Partai-partai baru yang belum pernah mengikuti pemilu legislatif tentu harus bekerja keras agar keberadaannya benar-benar diterima masyarakat. Syukur bila ternyata satu atau tiga partai baru itu dapat mematahkan dominasi partai-partai besar lama seperti Partai Demokrat, PDIP, Partai Golkar,PKS,dan partaipartai menengah bawah seperti PPP,PAN,PKB,Partai Gerindra, dan Partai Hanura. Jika partai-partai baru itu mampu mengemas kampanye mereka, khususnya dengan memfokuskan diri bahwa sebagian besar partai-partai yang ada saat ini penuh diwarnai dengan korupsi dan ketidakjujuran, mungkin saja partai-partai baru ini dapat dilirik masyarakat. Dua dari partai-partai baru yang cukup diperbincangkan adalah Partai SRI dan Partai Nasdem. Berdirinya Partai SRI merupakan suatu kemajuan besar karena selama ini sebagian pendukung Sri Mulyani Indrawati sangat antipartai dan lebih menonjolkan diri sebagai kekuatan politik yang tak berpartai. Aktivitas mereka mengampanyekan agar pemilu presiden/ wakil presiden dapat diikuti oleh kandidat perseorangan adalah contoh dari upaya mereka untuk semakin mendemokratiskan sistem pemilu presiden.Itu tentu bertentangan dengan konstitusi negara yang hanya membolehkan partai atau gabungan partai yang dapat mencalonkan presiden/ wakil presiden. Jika mereka mendorong amendemen konstitusi, ini juga tak gampang karena kartel politik dan oligarki elite partai yang ada di Senayan (Gedung MPR, DPR dan DPD) akan bersatu padu agar calon perseorangan tetap tak dapat ikut pemilu presiden. Partai Nasdem juga diperbincangkan karena dua hal. Pertama,masyarakat sudah menduga bahwa ormas Nasdem yang terus mendirikan kepengurusan baru di berbagai wilayah Nusantara, suatu saat pasti akan menjadi parpol. Kedua, pembentukan Partai Nasdem menimbulkan riak gelombang pro-kontra di dalam ormas Nasdem karena ini keluar dari rencana mereka yang hanya akan menjadi ormas. Selain itu, tidak sedikit aktivis Nasdem juga anggota partai seperti Partai Golkar,PDIP dan lainnya. Kita belum tahu bagaimana kinerja partai-partai baru itu pada Pemilu Legislatif 2014. Jika ternyata mereka mampu mematahkan dominasi oligarki partai-partai politik yang bagaikan kartel politik sudah menguasai perpolitikan di Indonesia, ini dapat mendinamisasi politik Indonesia. Kita juga belum tahu apakah mereka akan luluh lantak lalu menggabungkan diri pada kartel politik lama yang sudah mapan ataukah mereka tetap bergeming, tidak mau menyatu pada kekuatan politik yang amat koruptif yang telah menjadikan Indonesia sebagai negara kleptomania. Bila rakyat masih punya asa dan tetap percaya bahwa masih ada kaum elite yang punya cita-cita besar menjadikan Indonesia sebagai negara yang mampu mengatakan tidak pada tekanan asing, yang mampu menjaga kedaulatan nasional, yang mampu meningkatkan budaya bangsa di tengah amerikanisasi budaya internasional, bukan mustahil partai-partai baru itu, khususnya Partai SRI dan Nasdem, memiliki peluang yang baik. Jika partai-partai baru ini ternyata survive melawan dominasi politik kekuatan oligarki lama yang masih mengungkungi politik di Tanah Air, masih ada harapan bagi masa depan demokrasi di Indonesia. Tapi jika partai-partai baru itu ternyata didominasi oleh kekuatan elite politik lama juga yang hanya berganti baju,rakyat pastilah sulit mempercayai mereka. Pada tahap awal, kita harus menyambut kehadiran partai baru yang benar-benar baru dan bukan partai baru sebagai baju baru bagi elite politik lama yang juga korup.Semoga kehadiran partai-partai baru ini membawa
[proletar] Ruyati dan Tabir Diplomasi RI
Ruyati dan Tabir Diplomasi RI Anggun Trisnanto, DOSEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Di bagian hilir lain lagi ceritanya, justru terlihat kasus TKI baru diperhatikan apabila sudah jatuh korban (contoh kasus Nirmala Bonat). Secara umum, lemahnya koordinasi antarsektor yang menyebabkan kejadian Nirmala dan Ruyati berulang-ulang. Hari-hari ini akan menjadi catatan kelam dalam sejarah ketena gakerjaan Indonesia. Kasus ter hukumnya Ruyati dengan hu kuman mati di tanah Saudi telah menambah jumlah kasus ketidakberdayaan Indonesia mengatasi isu tenaga kerjanya di luar negeri. Sementara keluarga Ruyati menunggu jenazah dipulangkan ke Tanah Air, khalayak publik ramai membicarakan kasus ini dengan tanpa lupa mencari kambing hitam dari kejadian Ruyati tersebut. Setidaknya ada beberapa lembaga negara dan pihak lain yang dituding bertanggung jawab atas kasus Ruyati, yaitu Kementerian Luar Negeri, Kementerian Tenaga Kerja, Kedutaan Besar RI di Arab Saudi, dan tentu saja perusahaan penyalur tenaga kerja (PJTKI). Bola panas pada akhirnya menuju Presiden, ketika pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di forum internasional tentang programprogram pemerintah menyangkut tenaga kerja seolah menjadi bumerang dengan isu Ruyati. Berdasarkan data, masih ada 23 kasus TKI lain yang perlu mendapat perhatian. Semua kasus tersebut berpotensi pada hukuman mati. Pihak pemerintah Arab Saudi dan Indonesia sampai saat ini belum memberi pernyataan tentang hal tersebut. Sekilas hanya ungkapan keprihatinan dari juru bicara Kementerian Luar Negeri dan janji bahwa kasus ini akan segera ditangani. Sebetulnya permasalahan ini sudah jelas menurut hakikatnya, hanya tidak pernah ada solusi konkret. Secara umum tugas Kementerian Luar Negeri adalah melakukan hubungan antarbangsa dengan negara lain di samping tugas pokok yang lain, yaitu melindungi semua aset pemerintah di luar negeri, termasuk di dalamnya adalah warga negara Indonesia. Hanya, dalam implementasi, tugas pokok ini sering terhambat mengingat posisi tawar Indonesia yang begitu tak berdaya. Dalam kajian hubungan internasional, diplomasi adalah alat untuk menjalankan politik luar negeri suatu negara. Sedangkan Kementerian Luar Negeri bertindak sebagai pemegang amanah secara resmi mewakili pemerintah sebagai pelaksana diplomasi. Namun perlu diingat bahwa diplomasi bukanlah variabel yang independen (variabel bebas), tapi keberadaannya sangat bergantung pada variabel yang lain yang justru lebih mempengaruhi berhasil-tidaknya suatu diplomasi. Kondisi alamiah diplomasi yang tidak bebas itulah yang menjadi titik ukuran seberapa kuat suatu negara.Variabel yang mempengaruhi adalah kuatnya posisi tawar yang didukung oleh faktor ekonomi yang tangguh, sistem pemerintahan yang relatif stabil, dan sepak terjang negara dalam forum internasional. Dalam hal ini, Indonesia pernah mengalami masa kejayaan diplomasinya ketika berperan utama dalam organisasi ASEAN. Bahkan kebijakan ASEAN akan merujuk pada kebijakan luar negeri Indonesia. Sayangnya, masa itu sudah berlalu. Sejak saat itu dapat dikatakan, secara kualitatif, diplomasi Indonesia cenderung naik-turun, khususnya pada era pascareformasi. Sejarah pula yang mencatat bagaimana lemahnya Indonesia ketika berhadapan dengan Malaysia dalam kasus Sipadan dan Ligitan serta betapa Indonesia tidak berdaya terhadap Singapura untuk mengajak negara kota di Semenanjung Malaka itu melakukan perjanjian ekstradisi, di mana banyak koruptor kelas kakap Indonesia lari ke Singapura. Sekelumit kasus itu hendaknya menyadarkan kita bahwa diplomasi Indonesia sangatlah bergantung pada apa dan bagaimana kondisi riil negara pada saat itu. Cermin Bagaimana potret diplomasi kita sesungguhnya adalah parameter yang bisa dilihat oleh negara lain tentang Indonesia tanpa harus menghabiskan biaya miliaran dolar untuk membuat riset tentang Indonesia. Seolah seperti cermin, apabila kondisi lingkup internal baik, dengan sendirinya diplomasi akan menguat dan begitu sebaliknya. Kejayaan diplomasi Indonesia terjadi karena kondisi dalam negeri pada waktu itu memang menunjang dengan stabilnya kondisi politik, tren positif ekonomi nasional, dan aktifnya Indonesia dalam setiap pergolakan atau isu internasional. Pada kasus-kasus yang melibatkan TKI setidaknya perlu dicermati bahwa ada kesan penelantaran TKI oleh negara. Hal ini mudah ditebak apabila melihat lemahnya regulasi di sisi hulu (penyaringan calon TKI) serta tidak ketatnya kontrol dan pengawasan terhadap PJTKI. Di bagian hilir lain lagi ceritanya, justru terlihat ka sus TKI baru diperhatikan apabila sudah jatuh korban (contoh kasus Nirmala Bonat). Secara umum, lemahnya koordinasi antarsektor yang menyebabkan kejadian Nirmala dan Ruyati berulang-ulang. Strategi Mungkin tidak pernah ada dalam pembahasan pembangunan nasional untuk melampirkan ide mengirim tenaga kerja ke luar negeri. Namun tidak dapat disangkal bahwa modal pembangunan yang berupa devisa justru malah disetor oleh para TKI. Ada baiknya
[proletar] Respons RI atas Arab Saudi
Pascapemancungan terhadap Ruyati, pemerintah menuai berbagai kritikan dari sejumlah lapisan masyarakat. Pemerintah tentu harus menjawab semua kritikan tersebut dan melakukan berbagai pembenahan untuk memastikan tidak terulang berbagai kejadian yang menimpa para TKI.Meski demikian,pemerintah juga perlu berkonsentrasi untuk Arab Saudi. Langkah Pertama, sebagaimana disampaikan, pemerintah akan mengambil sikap terhadap Pemerintah Arab Saudi terkait tidak diberitahukannya proses eksekusi terhadap Ruyati. Pemberitahuan itu merupakan hak Indonesia sebagai negara dari kewarganegaraan Ruyati. Dalam menuntut kewajiban Pemerintah Arab Saudi untuk memberitahukan kepada pemerintah Indonesia, tuntutan tidak bisa dilakukan melalui Mahkamah Internasional (International Court of Justice). Hal ini mengingat sengketa yang diajukan ke Mahkamah Internasional harus didasarkan pada kesepakatan negara yang bersengketa untuk tunduk pada yurisdiksi dari Mahkamah Internasional. Kesepakatan ini yang disebut sebagai Special Agreement. Sudah dapat dipastikan Pemerintah Arab Saudi tidak akan bersepakat dengan pemerintah bila sengketa terkait kewajiban pemberitahuan diajukan ke Mahkamah Internasional. Karena itu, opsi ini bisa dikatakan hampir tidak mungkin. Upaya pemerintah menuntut penjelasan dari Pemerintah Arab Saudi mengapa pemberitahuan tidak dilakukan hanya dapat dilakukan dengan menekan. Instrumen penekan adalah pengiriman TKI.Pemerintah bisa memutuskan untuk melakukan moratorium atau tindakan diplomatik. Tindakan diplomatik dapat berupa pemanggilan Duta Besar Indonesia untuk pulang atau memperkecil perwakilan Indonesia di Arab Saudi. Tuntutan pemerintah tidak sekadar untuk mendapatkan penjelasan, tapi juga untuk memastikan agar di masa mendatang setiap penangkapan, penahanan, dan eksekusi hukuman harus diberitahukan kepada perwakilan Indonesia. Dalam konteks ini pemerintah perlu mendorong Pemerintah Arab Saudi untuk mempercepat penandatanganan perjanjian bilateral yang menurut kabar telah siap untuk dilangsungkan. Pemerintah harus memastikan dalam ketentuan perjanjian bilateral tersebut terdapat ketentuan kewajiban otoritas Arab Saudi memberi pemberitahuan ketika dilakukan penangkapan, penahanan, dan eksekusi hukuman mati atas TKI. Terkait sistem hukum yang tidak transparan dan proses yang begitu cepat untuk menjatuhkan hukuman mati,pemerintah dapat mendesak Pemerintah Arab Saudi agar dilakukan pembenahan. Desakan ini didasarkan pada prinsip hak asasi manusia dan proses hukum yang berlaku universal. Bagi negara maju yang mempunyai sumber finansial yang besar, desakan seperti ini umum dilakukan terhadap negara berkembang. Caranya adalah dengan memberi legal assistance. Pemerintah Indonesia juga mendapatkan legal assistance dari Pemerintah Amerika Serikat dan Australia. Legal assistance yang diberikan intinya agar Indonesia melakukan pembenahan terhadap sistem hukumnya. Hal yang sama tentu tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah terhadap Arab Saudi.Namun,ini tidak berarti Indonesia menemui jalan buntu. Pemerintah bisa memanfaatkan Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN Human Rights Council) agar Arab Saudi mau lebih transparan dan memperhatikan due process of law dalam sistem hukumnya. Transparansi sistem hukum yang memperhatikan due process of law terkait erat dengan hak asasi manusia. Indonesia bisa mengurungkan untuk membawa persoalan sistem hukum Arab Saudi ke Dewan HAM PBB bila ada janji dari Pemerintah Arab Saudi untuk memberikan akses yang luas dan memperhatikan transparansi serta due process of law ketika TKI sedang menghadapi proses hukum. Terakhir, pemerintah bisa sewaktu-waktu melakukan tekanan terhadap pemerintah Arab Saudi terkait proses hukum atas TKI melalui posisi tawarnya. Tekanan yang dilakukan tentu tidak untuk turut campur tangan dalam urusan dalam negeri Arab Saudi.Lobi tingkat tinggi dilakukan terhadap para pejabat tingkat tinggi di Arab Saudi dan membiarkan pejabat tersebut melakukan tindakan atas otoritas di Arab Saudi. Ketegasan Berbagai langkah ini bisa dilakukan jika pemerintah tidak memiliki perasaan ewuh pakewuh, bahkan rendah diri, ketika berhadapan dengan Pemerintah Arab Saudi. Posisi tawar tentu harus diciptakan agar ketika bernegosiasi atau melakukan tekanan apa yang diinginkan Indonesia dalam rangka perlindungan terhadap TKI dapat terlaksana. Di sini kebijakan luar negeri Presiden berupa thousand friends and zero enemies perlu ditinjau kembali. Demi kepentingan bangsa dan perlindungan terhadap warga negara, negara sahabat yang bertindak tidak seharusnya perlu disikapi secara tegas. Kita berharap derita TKI menjadi motivasi keberanian pemerintah untuk bertindak tegas terhadap Pemerintah Arab Saudi.● HIKMAHANTO JUWANA Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/407312/ Berbagi berita untuk semua
[proletar] Komite Aksi Waspadai Detail RUU BPJS
Jika tak disahkan, Aksi ekstra-parlemen ter plus pemakzulan adalah pilihan. Komite Aksi Jaminan Sosial (KAJS) mewaspadai pembahasan detail Rancangan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). “Berbagai kepentingan bisa menyelinap dalam pembahasan pasal demi pasal. Jadi harus diwaspadai,”kata Sekretaris Jenderal KAJS Said Iqbal saat dihubungi kemarin. Said menanggapi hasil rapat terakhir pembahasan RUU BPJS di Kopo, Bogor. Dalam rapat pada 15-17 Juni lalu itu, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat menyepakati sejumlah hal, antara lain sembilan kewenangan BPJS serta pemisahan antara aset BPJS dan aset jaminan sosial. Untuk mengawal proses pembahasan RUU BPJS, perwakilan KAJS kemarin mendatangi Istana Kepresidenan di Jakarta. Mereka menyampaikan petisi yang, menurut Said, telah diteken oleh lebih dari 100 ribu pendukung. Tanda tangan dari berbagai elemen masyarakat itu dihimpun selama KAJS melakukan aksi long march lima hari dari Bandung ke Jakarta. “Jika Presiden tidak menerima kami hari ini, kami memutuskan menginap di sini,”ujar Said. Dalam pernyataan tertulisnya, Komite Aksi Jaminan Sosial, yang mewadahi sejumlah organisasi buruh, menuntut pemerintah dan DPR memasukkan tujuh hal utama dalam Undang-Undang BPJS. Antara lain soal BPJS yang harus berbentuk badan hukum publik, bukan badan usaha milik negara, BUMN khusus, atau semi-BUMN. KAJS juga menuntut transformasi dari empat BUMN penyelenggara jaminan sosial saat ini ke dua BPJS yang akan dibentuk harus meliputi transformasi program, aset, peserta, dan lembaga.“Kami menolak pernyataan Menteri Negara BUMN yang menyatakan bahwa transformasi hanya program, bukan lembaga,”kata Said. Berkaitan dengan organisasi BPJS, Komite Aksi Jaminan Sosial menuntut agar organ BPJS terdiri atas pengawas dan pelaksana. Pada organ pengawas, KAJS menuntut keterlibatan tiga pihak (pemerintah, pengusaha, dan buruh) dengan perbandingan 1 : 1 : 1. “Unsur tripartit di pengawas juga harus ada di BPJS daerah,”ujar Said. Komite Aksi juga menun tut BPJS langsung di bawah presiden, sebagai kepala negara, bukan di bawah Menteri Keuangan atau menteri lainnya. “Toh, menteri bisa duduk di organ pengawas dari unsur pemerintah,” Said menambahkan. Menurut Komite Aksi, BPJS juga wajib menyediakan jaminan kesehatan untuk seluruh rakyat tanpa diskriminasi dan jaminan pensiun yang bersifat wajib, bukan sukarela, bagi pekerja. KAJS mengancam akan terus melakukan perlawanan jika tuntutan mereka tidak dimasukkan dalam RUU BPJS, yang pembahasannya dijadwalkan rampung pada 15 Juli nanti.“RUU BPJS harus disahkan. Bila masih tak disahkan, aksi ekstra-parlementer plus pemakzulan adalah pilihan,“demikian tertulis dalam pernyataan KAJS. Ketua Panitia Khusus RUU BPJS DPR Ahmad Nizar Shihab mengatakan pemerintah dan DPR telah menyepakati sejumlah prinsip dalam RUU BPJS, sesuai dengan yang digariskan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial. DPR dan pemerintah pun sepakat untuk menyelesaikan RUU BPJS pada masa persidangan DPR periode ini. MARTHA THERTINA | RIRIN AGUSTIA | JAJANG http://epaper.korantempo.com/PUBLICATIONS/KT/KT/2011/06/21/ArticleHtmls/Komite-Aksi-Waspadai-Detail-RUU-BPJS-21062011008018.shtml?Mode=1 Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] 216 WNI Terancam Hukuman Mati
Anggota DPR meminta pengiriman TKI dihentikan. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan 216 warga negara Indonesia terancam hukuman mati di luar negeri. Saat ini mereka tengah menjalani proses pengadilan di berbagai negara.“Ruyati hanya satu dari sekian banyak kasus yang dihadapi warga negara kita di luar negeri,“kata Marty dalam rapat dengan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta kemarin. Menurut Marty, selama 2009-2011, warga Indonesia di luar negeri yang terancam hukuman mati berjumlah 303 orang. Sejauh ini hanya 29 orang yang bisa dibebaskan dan dipulangkan ke Tanah Air. Adapun 55 orang lainnya, meski lolos dari hukuman mati, masih menjalani hukuman. Selama tiga tahun terakhir, menurut Marty, ada tiga warga Indonesia yang telah menjalani hukuman mati. Dua orang dipancung di Arab Saudi, termasuk Ruyati binti Satubi. Satu orang lagi dihukum mati di Mesir. Marty menerangkan, sebagian besar warga Indonesia yang terancam hukuman mati berada di Malaysia. Sejak 2009, ada 233 warga Indonesia yang dijerat pasal pidana mati di negeri jiran itu. Saat ini 177 warga Indonesia masih menjalani persidangan di berbagai pengadilan di Malaysia. Sebelumnya, 32 orang telah terbebas dari hukuman mati. Sebanyak 24 orang sudah dipulangkan ke Indonesia. Di Arab Saudi, ada 23 warga Indonesia yang menjalani persidangan dengan ancaman hukuman mati. Dari jumlah itu, baru enam orang yang terbebas dari hukuman pancung.Tiga orang dari mereka telah dipulangkan. Di Republik Rakyat Cina, ada 20 warga Indonesia masih menjalani persidangan dengan ancaman hukuman mati. Sembilan warga Indonesia lainnya telah terbebas dari ancaman meregang nyawa di Negeri Tirai Bambu. Menurut Marty, tidak semua warga Indonesia yang terancam hukuman mati berstatus tenaga kerja Indonesia. Di Malaysia, misalnya, 180 orang yang diancam hu kuman mati diduga terlibat perdagangan narkotik. Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Da'i Bachtiar, mengatakan, selama dia bertugas di Malaysia,ada lima warga Indonesia yang mendapat pengampunan dari hukuman mati. Untuk mendapatkan pengampunan itu, Da'i mengklaim telah memohon dan menghadap kepada sejumlah pejabat pemerintah dan kesultanan di Malaysia. “Saya kira prosedur itu yang harus dilakukan,“kata Da'i di kantor Wakil Presiden, Jakarta, kemarin. Di samping hubungan diplomasi antarpemerintah, menurut Da'i, dukungan masyarakat dan lembaga nonpemerintah di Malaysia sangat penting dalam membatalkan hukuman mati.“Terutama dalam memberi tekanan opini.“ Di dalam negeri, eksekusi hukuman mati bagi Ruyati terus memicu reaksi keras dari berbagai kalangan. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Priyo Budi Santoso mendorong pemerintah untuk menghentikan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Arab Saudi. “Stop saja semuanya, khususnya yang pembantu rumah tangga,” kata Priyo. Kemarin sejumlah tokoh lintas agama menggelar acara doa bersama di depan Istana Kepresidenan. “Satu pahlawan dibunuh di Arab Saudi karena keteledoran pemerintah yang tidak membela,” kata Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah, yang memimpin aksi keprihatinan itu. http://epaper.korantempo.com/PUBLICATIONS/KT/KT/2011/06/21/ArticleHtmls/216-WNI-Terancam-Hukuman-Mati-21062011003015.shtml?Mode=1 Berbagi berita untuk semua http://goo.gl/KKHtihttp://goo.gl/fIWzb [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Australia Kucurkan Rp5 Triliun Bagi Indonesia
Australia Kucurkan Rp5 Triliun Bagi Indonesia Jumlah ini meningkat sebesar A$100 juta (Rp923 milyar) dibandingkan periode 2010-11. Renne R.A Kawilarang VIVAnews - Pemerintah Australia menyediakan anggaran sekitar A$558.1 juta (Rp5,15 trilyun) untuk membantu program-program pembangunan di Indonesia untuk tahun anggaran 2011-12. Jumlah ini meningkat sebesar A$100 juta (Rp923 milyar) dibandingkan periode tahun anggaran 2010-11. “Peningkatan dana bantuan ini mencerminkan komitmen jangka panjang Pemerintah Australia untuk mengurangi kemiskinan dan mencapai pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia,” ujar Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty, dalam pernyataan yang dikirim ke VIVAnews hari ini. “Program bantuan Australia akan berfokus pada pengentasan kemiskinan melalui program-program perlindungan sosial, mendukung reformasi tata pemerintahan, dan meningkatkan akses masyarakat miskin kepada kesehatan, pendidikan, transportasi, air bersih, dan sanitasi,” lanjut Moriarty. Dengan bantuan itu, menurut dia, Australia akan mendukung program pemerintah Indonesia untuk memberikan setiap anak Indonesia pendidikan dasar yang berkualitas. Bantuan Australia juga akan digunakan untuk memperbaiki kualitas pendidikan bagi lebih dari 500 ribu anak Indonesia, dengan membangun sekolah dan meningkatkan kualitas pendidikan yang diterima anak-anak, termasuk para penyandang cacat dan mereka yang berada di daerah tertinggal dan terkena konflik. Australia juga menyatakan akan meningkatkan bantuan bagi penyediaan akses masyarakat terhadap pelayanan prasarana dasar seperti air, sanitasi dan transportasi. Selain itu, juga akan terus memberikan bantuan saat keadaan darurat dan bencana. Dijelaskan juga, pemerintah Australia tetap mentargetkan akan mengalokasikan total dana bantuan luar negeri mereka hinga mencapai level 0,5 persen dari PDB Australia pada tahun anggaran 2015-16 mendatang. (kd) • VIVAnews http://us.dunia.vivanews.com/news/read/219672-australia-sisihkan-rp5-triliun-bagi-indonesia Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Komisi VIII ke Australia Bawa Anak Istri
Komisi VIII bahkan tidak menjadwalkan untuk bertemu secara resmi dengan parlemen federal maupun negara bagian di Australia. KOMISI VIII Dewan Per wakilan Rakyat (DPR) asal-asalan membuat jadwal kunjungan kerja ke Australia pada 26 April-2 Mei mendatang. Akibatnya, kunjungan Komisi VIII ke Australia lebih menyerupai kunjungan wisata jika dibandingkan dengan maksud dan tujuan awalnya sebagai kunjungan kerja. Hal itu diungkapkan Persatuan Pelajar Indonesia di Australia dalam surat terbukanya kepada Ketua Komisi VIII DPR Abdul Kadir Karding, yang dimuat pada situs http://www. ppi-australia.org. Surat terbuka itu dibuat Mochamad Subhan Zein dan Dirgayuza Setiawan selaku ketua umum dan wakil ketua umum PPI Australia. Berdasarkan jadwal yang diterima PPI Australia, delegasi Komisi VIII tidak dijadwalkan untuk melihat langsung penanganan warga miskin Australia di Sydney, Canberra, dan Melbourne. Misalnya kunjungan ke rumah bersama (shared/public housing), kantor pelayanan Centerlink, dan pusat pelayanan komunitas tertinggal. Delegasi Komisi VIII juga tidak dijadwalkan untuk mengadakan diskusi dengan akademisi serta mahasiswa Indonesia di Australia, dengan topik diskusi yang relevan dengan maksud dan tujuan kunjungan kerja. Bahkan, karena jadwal kunjungan kerja Komisi VIII ke Australia bertepatan dengan masa reses Paskah Parlemen Australia serta Parlemen Negara Bagian New South Wales dan Victoria, tidak ada jadwal pertemuan dengan perumus dan pengambil kebijakan pada tingkat federal dan negara bagian di Australia pada jadwal tentatif kunjungan kerja itu. Komisi VIII yang diagendakan akan mengunjungi sekolah Malek Fadh Islamic School dan Federation of Islamic Councils juga dinilai tidak terkait dengan kerjanya dalam pembahasan RUU Penanganan Fakir Miskin. Lebih parah lagi, berdasarkan informasi yang didapatkan PPI dari Senayan, delegasi Komisi VIII itu juga membawa anak dan istri, dan menghabiskan uang negara Rp811,8 juta. Pada surat terbuka itu, PPI Australia mengusulkan agar rombongan Komisi VIII DPR mengunjungi daerah khusus Northern Territory untuk melihat secara langsung langkah pemerintah Australia dalam memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan, dan keamanan untuk 15 komunitas paling miskin dan termarginalkan di Australia. Termasuk mengunjungi kantor-kantor pelayanan Centerlink, shared community housing, dan inisiatif lain pemerintah Australia untuk warga miskin di Sydney dan Melbourne untuk melihat sendiri bagaimana pelayanan untuk unlucky Australians dilakukan di kota-kota besar. Komisi VIII juga disarankan mengadakan diskusi dengan Australian permanent residency yang menerima bantuan secara reguler dari Centerlink/ pemerintah Australia untuk melanjutkan hidup karena pemutusan hubungan kerja, cacat fi sik, dan alasan lainnya. Tidak optimal Anggota Komisi VIII dari Fraksi PKS Iskan Qolba Lubis tidak memungkiri bahwa saat ini masih ada anggota dewan yang mengajak anggota keluarganya saat melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Memang sebetulnya jangan ikut. Tidak merugikan negara karena bayar sendiri. Tetapi ini membuat kerja tidak optimal, ujarnya. Iskan sendiri tidak ikut ke Australia. Wakil Ketua Komisi VIII Gondo Radityo Gambiro tidak bersedia memberikan penjelasan. Jangan ditanyakan ke saya. (*/P-5) http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2011/04/26/ArticleHtmls/26_04_2011_002_018.shtml?Mode=0Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Indonesia? Halo, Soekarno!
Indonesia? Halo, Soekarno! Boni Hargens Nollendorfplatz. Daerah ini dikenal luas di Berlin. Selain karena karnaval homoseksnya juga karena tradisi mimbar bebasnya. Para politisi biasa berkumpul di halaman terbuka dan mendebatkan apa saja. Mulai dari politik hijau, die grüne Politik, multikulturalisme, sampai urusan seks. Kami mampir pada sebuah kedai makan di daerah itu. Ada hal unik. Lelaki tua berwajah Jepang dan berlidah Jerman membawa kami dalam perbincangan ringan. Setelah tahu kami dari Indonesia, pemilik rumah makan itu setengah teriak, ”Indonesia? Halo, Soekarno!” Teman di samping berbisik, ”Tiap orang Indonesia dia panggil Soekarno.” Teringat, pada tahun 2003 di sebuah desa arah utara Bangkok, Thailand, setelah kami menghadiri konferensi kaum muda negara-negara APEC, seorang kakek bertanya dalam logat Thai, ”Bagaimana Soekarno? Apa masih sehat?” Dua pengalaman ini membawa kami pada kesimpulan bahwa sebuah identitas diperlukan agar suatu bangsa dikenal (dihargai) oleh bangsa lain. Namun, apa identitas kita? Soekarno sudah menjadi preseden sejarah bahwa kepemimpinan kuat merupakan indikator yang krusial. Kekuatan membebaskan Ilmuwan politik dari Freie Universität di Berlin, Saskia Louise Schäfer, menulis Die Demokratisierung in Ägypten und Indonesien , demokratisasi di Mesir dan Indonesia yang tersua di http://de.qantara.de, 25/3/2011. Saskia mengkritik dialog Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Hosni Mubarak pada Februari 2011 soal pengalaman Indonesia berdemokrasi. Hat Indonesien damit eine demokratische Erfolgsgeschichte vorgelegt , ein Beispiel für die arabische Welt ? Sudahkah Indonesia menorehkan cerita sukses sebagai teladan bagi dunia Arab? Usai mengulas kekerasan terhadap Ahmadiyah dan perusakan rumah ibadah belakangan, Saskia kembali mengajukan sinisme: Was also kann Ägypten aus diesem so widersprüchlich schillernden Beispiel lernen? Apa lagi yang bisa Mesir pelajari dari teladan ambivalen yang begini kontradiktif? Skeptisisme Saskia sejalan dengan skor Barometer Asia (2006) yang memperlihatkan angka kepuasan demokrasi di Indonesia (5,89) lebih buruk daripada Thailand (7,97) dan Mongolia (6,34), meskipun lebih baik dari Korea (4,81), Taiwan (5,59), apalagi Filipina (3,78). Penilaian merah seperti ini mesti mendorong kita pada keyakinan esensial bahwa membangun sebuah identitas yang pantas dibanggakan adalah keniscayaan. Ada ahli yang bilang: modernisasi adalah jalan menuju kematian nasionalisme. Bangsa yang merupakan pengorganisasian prinsip moral, sosial, dan politik sudah bergeser ke arah penguatan nilai liberal. Kalau logika modernisasi dicermati, di mana tiap negara memperjuangkan kepentingan sendiri dengan judul ”kepentingan global”, tampak bahwa teori macam ini lupa mengamati umpan balik dari kosmopolitanisasi. Bahwa arus menuju ”masyarakat dunia tunggal” hanyalah kamuflase untuk memperkuat posisi tawar nasional dari tiap pemain besar dalam peta politik global. Maka, benarkah globalisasi menandakan akhir nasionalisme atau mensinyalir hegemoni nasionalitas negara adidaya? Kembali Anthony Smith menegaskan dalam buku terbarunya, nasionalisme adalah kekuatan yang membebaskan (2010). Kepemimpinan politik dibentuk untuk merawat perasaan itu dan menjadikannya produktif agar tujuan dasar adanya negara-bangsa tercapai: kemaslahatan umum! Implikasinya, modernisasi seharusnya bukan zamannya negara lemah mengekor negara kuat, melainkan era untuk saling belajar dan saling mendorong menuju tata dunia yang beradab. Tiga tesis Bagaimanapun Indonesia bukan sekadar titik dalam atlas dunia, apalagi dikenal sebatas bekas koloni asing. Indonesia adalah bangsa besar. Kebesaran itu perlu dikonversi ke segala dimensi. Namun, kita gagal, bahkan di kawasan Asia Tenggara dilewati Malaysia dan Singapura. Maka, segala bentuk kritik dalam konteks ini bermuara pada tiga tesis. Pertama, kepemimpinan politik harus kuat dan berbasis ideologi supaya negara dirasakan betul ”hadir” di tengah dan untuk rakyat. Kedua, fungsi tiap struktur politik harus dioptimalkan supaya agenda pembangunan menjadi nyata. Kinerja diutamakan ketimbang gedung. Akuntabilitas didahulukan ketimbang gaji. Politisasi liar di ranah hukum, olahraga, ekonomi, dan budaya harus ada batasnya, kalau tak bisa dihilangkan, supaya fondasi demokrasi masih bisa tegak. Ketiga, kultur politik modern dibangun dengan penuh kesadaran dan komitmen. Elite politik perlu memberi teladan supaya partai politik tidak selalu sibuk dengan permainan kekuasaan yang dangkal dan konyol. Perlahan-lahan, kalau proses ini dilalui, akan terpahat suatu identitas yang jelas ketika Indonesia dikenal karena maju demokrasinya dan tinggi peradabannya. Orang pun menyapa kita bukan lagi ”Halo, Soekarno!” melainkan ”Halo, Indonesia!” Boni Hargens Pengajar Ilmu Politik UI, Tengah Melanjutkan Studi di Jerman
[proletar] Berita Buruk dan Berita Baik
KOLOM POLITIK-EKONOMI Andi Suruji Kematian Irzen Octa pada saat atau setelah diinterogasi oleh penagih utang kartu kredit Citibank, begitu juga kabar pembobolan dana sejumlah nasabah bank tersebut, bisa dipandang sebagai berita buruk bagi perbankan, khususnya produk kartu kredit dan private banking. Ditambah lagi ”gerakan politik” yang menyertai peristiwa itu. Saya sebut peristiwa politik karena kasus itu seharusnya hanya ada di ranah hukum perdata (soal tagih-menagih, utang-piutang) dan hukum pidana karena adanya korban meninggal, tetapi dibawa masuk ke wilayah politik di DPR. DPR dengan segera memanggil manajemen bank tersebut berikut otoritas perbankan, yakni Bank Indonesia, dan kepolisian untuk melakukan rapat dengar pendapat. Bahkan, dibumbui dengan aksi mengembalikan kartu kredit bank tersebut, sebagai simbol protes atas peristiwa kematian Octa itu. Sungguh, sebagaimana pemirsa televisi saksikan, betapa ”garang” politisi anggota DPR yang angkat bicara dalam rapat dengar pendapat itu. Seperti biasa, ruang rapat DPR seolah berubah menjadi arena pertunjukan kemampuan berbicara. Di luar gedung parlemen beredar perbincangan rasa hormat dan salut bahwa anggota DPR menunjukkan keberpihakan tinggi dan komitmen kuat dalam membela ”si lemah”, yakni korban Octa. Tetapi, ada juga bisik-bisik yang sangsi dan memberi penilaian miring. Kata mereka, sikap anggota parlemen itu tidak terlepas dari pertunjukan rasa solidaritasnya kepada sesama politisi. Sebab, kebetulan yang menjadi korban kali ini adalah politisi juga. Octa adalah pengurus teras sebuah parpol. Demikian pula cerita soal pembobolan dana rekening nasabah Citibank oleh karyawannya, MD, yang kini jadi tersangka. Kasus ini juga ”menarik” perhatian, terutama DPR, karena diduga melibatkan dana nasabah ”premium” dari kalangan pejabat negara dan politisi. Bahkan, sebagian kemudian diindikasikan bermodus pencucian uang. Sekiranya korban lain, seseorang yang bukan siapa-siapa, apakah sikap DPR juga bisa seperti itu? Apakah media juga melakukan peliputan yang luar biasa? Kita menduga banyak korban penagihan utang kartu kredit yang lebih tragis pengalamannya daripada Octa. Banyak juga korban salah kelola perbankan seperti nasabah MD itu yang tak terungkap karena berakhir dengan perdamaian. Sebagian media terus ”memburu” latar belakang dan fakta-fakta kematian Octa. Sebagian lagi secara cerdas menulis plus-minus kartu kredit. Bahkan, tidak sedikit yang tulisan-tulisannya lebih bersifat edukatif. Menyajikan kiat-kiat bagi pengguna kartu kredit agar dapat memperlakukan kartu kreditnya lebih sebagai alat untuk melakukan pembayaran, bukan lebih mengutamakannya sebagai alat untuk menumpuk utang. Demikian halnya dengan private banking, masyarakat menjadi lebih tahu melalui liputan media. Bertambah Berita baik dari perbankan adalah simpanan nasabah kelas premium, yakni di atas Rp 500 juta, semakin bertambah, baik jumlah rekening maupun nominalnya. Total jumlah simpanan yang terdiri atas tabungan, giro, deposito, sertifikat deposito, dan simpanan lainnya itu mencapai Rp 1.535 triliun per Februari 2011, terdiri atas 536.270 rekening. Lebih dari setengah simpanan tersebut terdiri atas deposito, yakni Rp 843,851 triliun. Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada Februari 2010 menunjukkan, simpanan nasabah dengan nilai di atas Rp 500 juta mencapai Rp 1.244 triliun. Itu meningkat Rp 291 triliun dalam setahun. Salah satu segmen yang jumlahnya cukup besar adalah kelompok simpanan lebih dari Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar. Pada Februari 2010, kelompok ini terdiri dari 270.017 rekening dengan nominal Rp 184,98 triliun. Pada Februari 2011, jumlahnya meningkat menjadi 290.750 rekening dengan nominal Rp 213,75 triliun. Jumlah total simpanan di atas Rp 500 juta sebenarnya memang cukup besar. Namun, jika dilihat dari jumlah rekening, persentasenya sangat kecil. Justru kelompok terbesar adalah nasabah dengan simpanan di bawah Rp 100 juta. Simpanan dengan nilai sampai dengan Rp 500 juta terdiri atas 97,555 juta rekening dengan nilai Rp 780,86 triliun. Saat ini, sejumlah bank memiliki layanan nasabah premium dengan dana minimal Rp 500 juta. Untuk nasabah kelas ini, biasanya bank juga menyediakan pengelolaan dana sesuai kebutuhan nasabah. Menurut ekonom Bank BNI, Ryan Kiryanto, pertumbuhan ekonomi telah menciptakan kelas menengah baru dengan tingkat literasi yang tinggi terhadap produk perbankan dan keuangan. Praktisi pengelola kekayaan nasabah bank memaparkan, kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menyimpan dana di bank sekaligus berinvestasi turut mendorong pertumbuhan nasabah kelas premium. Misalnya, dahulu masyarakat terangkat gengsinya dengan memiliki 10 kartu kredit. Namun, kini masyarakat lebih memikirkan menyisihkan dana dan berinvestasi untuk menyiapkan dana pendidikan bagi anak-anak mereka. Itu bagi mereka yang punya duit. Bagaimana dengan mereka yang sampai
[proletar] Dari Presiden hingga Sang Briptu
HARYADI BASKORO Sejak video ”Polisi Gorontalo Menggila” muncul di Youtube, Briptu Norman Kamaru yang menyanyi dan bergoyang lagu India ”Chaiyya, Chaiyya” itu langsung ngetop. Sebagian besar masyarakat senang dan mengapresiasi. Sang polisi mendadak menjadi pesohor kaliber nasional berkat eksploitasi media. Jika Norman dikenai sanksi sesuai dengan Pasal 4F tentang tindakan disiplin kepolisian, ia bisa tidak mendapat kesempatan tambahan pendidikan selama setahun, tertunda kenaikan pangkatnya, dimutasi, dan bahkan terancam disel khusus selama 21 hari. Akan tetapi, Norman akhirnya hanya mendapat teguran lisan dan malah dianggap berjasa karena mengharumkan citra polisi di masyarakat. Memang serba dilematis. Kalau Norman dihukum, masyarakat akan berteriak mengolok. Kalangan seniman pun mungkin akan protes karena menganggap aspirasi seni tak dihargai. Dengan cepat Wakil Ketua DPR Pramono Anung menyatakan bahwa berlebihanlah menghukum Norman. Menurut Pramono, presiden saja boleh dan sering menyanyi, mengapa Norman tidak boleh. Maka, yang terjadi justru sebaliknya: Norman disanjung! Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo melihat Norman bertalenta dan memotivasinya agar mengembangkan potensi itu. Brimob Polda Gorontalo sendiri, tempat Norman bertugas, mengapresiasi kreativitas Norman. Kultur pop Dengan munculnya Norman, lengkap sudah mereka—dari pucuk pemimpin sampai jajaran bawah—yang senang menyanyi di negeri ini. Di satu sisi hal itu menunjukkan bagaimana manusia Indonesia memiliki jiwa seni. Namun, di sisi lain kenyataan ini benar-benar menunjukkan bagaimana kultur pop telah mencengkeram kita. Secara antropologis ukuran kebudayaan itu relatif: soal baik atau buruk, luhur atau hina, tinggi atau rendah. Namun, jika ditakar dalam konteks filosofis-ideologis, kebudayaan populer yang tak mengusung nilai filosofis merupakan budaya ringan yang dikreasi sekadar untuk menghibur. Beraneka manifestasi dan produk kultur pop yang berkembang dahsyat karena didongkrak media demi pasar hanya menekankan kenikmatan sesaat dengan semboyan ”yang penting hepi ”. Sebagian dari produk seni kita—lagu, musik, film, dan seterusnya—tidak mengusung nilai-nilai filosofis-ideologis yang mendalam. Jika itu digandrungi rakyat, sah-sah saja. Namun, jika pemimpin dan aparat negara ikut-ikutan selera pasar, sepertinya mereka merendahkan martabatnya sendiri. Para pemimpin Indonesia pada masa silam adalah kreator budaya. Para raja di Jawa, misalnya, dijuluki sebagai narendro sudibyo , pencipta seni dan budaya luhur. Tentu saja budaya populer berselera rendahan juga ada sejak dulu, tetapi para pemimpin pada masa itu tidak ikut tercebur, apalagi menceburkan diri dan ikut arus. Para pemimpin adalah pencipta dan penjaga budaya bangsa yang luhur. Pencitraan-pengalihan Indonesia memang aneh, tetapi nyata. Menghadapi kekecewaan dan ketidakpercayaan masyarakat, pemerintah dan aparat negara bukannya meningkatkan profesionalitas, tetapi justru menyuguhkan ”atraksi hiburan”. Pada saat masyarakat sungguh menuntut perbaikan, perubahan, pembaruan, perombakan, dan pertobatan, pemerintah dan aparatur negara malah menghadirkan lelucon. Lucunya, masyarakat senang-senang saja. Sudah bisa ditebak, atraksi itu justru dijadikan bahan pencitraan. Norman dengan dukungan segenap korps bisa jadi ”dikemas” untuk membangun citra bahwa polisi Indonesia itu kreatif, ramah, menghibur, tidak keras, tidak kasar, gaul, mengikuti perkembangan zaman, dan menguasai iptek. Maka, modus pencitraan ini jelas merupakan metode pengalihan perhatian. Bangsa ini sudah penat, letih, dan menderita karena menghadapi berbagai persoalan yang makin parah. Para pemimpin dan aparat yang tak sanggup memberikan solusi, bahkan terkadang mencari untung sendiri di tengah keruhnya masalah, mencoba meninabobokan masyarakat dengan hiburan ringan. Masyarakat terlena dan dosa-dosa para pemimpin pun dilupakan. Menyedihkan karena bangsa ini digiring menjadi bangsa yang cepat melupakan masalah. Entah semua itu direkayasa atau tidak, kebetulan saja atau diskenariokan, faktanya terjadi banyak pengalihan perhatian yang begitu sistematis. Saat rencana pembangunan gedung baru DPR masih diperdebatkan dan mengundang reaksi keras, tiba-tiba Briptu Norman naik panggung meredakan tensi penonton (baca: rakyat) di negeri ini. Kebetulankah? Bangsa ini akan hancur manakala rakyatnya bermental penonton berselera rendahan. Mereka adalah sasaran empuk para pemain sandiwara yang kian hari kian lihai menyentuh dan memainkan emosi tak cerdas penonton. HARYADI BASKORO Peneliti Kebudayaan, Tinggal di Yogyakarta http://cetak.kompas.com/read/2011/04/16/04171051/dari.presiden.hingga.sang.briptu Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe :
[proletar] Dana Segar Situs Maya
WARNA merah darah mendominasi dinding ruangan seluas sekitar 200 meter persegi itu. Pembatas antardinding puzzle terlihat unik dengan warna hitam-putih. Sebuah tiang bendera Merah Putih menyambut di depan pintu masuk. Kamis siang pekan lalu, puluhan karyawan terlihat sibuk bekerja. Mereka memelototi monitor komputer di kubikel tanpa pembatas. Itulah suasana kantor Merah Putih Incubator, perusahaan inkubator pertama di Indonesia. Merah Putih merupakan perusahaan yang membesarkan perusahaan baru situs Internet (start up). Merah Putih berinvestasi pada situs-situs maya dan membesarkannya. Perusahaan yang berkantor di gedung berlantai tiga di wilayah Slipi, Jakarta Barat, ini adalah induk lima situs daring lokal, yaitu krazymarket.com, infokost.net, dailysocial.net, bolalob.com, dan lintasberita.com. Kami investasi di situs-situs online lokal yang bagus, kata Senior Vice President Merah Putih Inc. David Wayne kepada Tempo di Jakarta, Kamis pekan lalu. Merah Putih maksimal punya 25 persen saham di setiap situs Internet. Pemilik lama dan pendirinya dipertahankan agar situs tetap memiliki semangat yang sama seperti saat didirikan. Sebagai inkubator, Merah Putih menyediakan server komputer, pemasaran iklan, pencitraan, pengurusan bentuk perusahaan, konsultasi bisnis dan manajemen, serta pengaturan keuangan. Pendiri situs lokal umumnya pemrogram komputer yang minim keahlian berbisnis. Pemasukan iklan akan dibagi berdasarkan kepemilikan saham, ujar Wayne. Bisnis dunia maya lumayan menggiurkan. Rata-rata pendapatan dari pemasangan iklan di situs perusahaan kecil lokal bisa Rp 50 juta per bulan, perusahaan menengah Rp 300-500 juta per bulan, dan perusahaan besar Rp 4-5 miliar per bulan. Keuntungan tak banyak terpotong lantaran modal dan biaya operasional relatif kecil. Pembuatan iklan sangat sederhana, tak perlu materi fisik. Pangsa pasar situs online cukup besar. Lihat saja hasil survei The Nielsen Company 2010. Konsumen yang memesan buku lewat situs Internet mencapai 38 persen. Belanja baju, aksesori, dan sepatu 33 persen, pemesanan tiket pesawat 29 persen, peralatan elektronik 27 persen, perangkat komputer 25 persen, dan peranti lunak komputer 15 persen. Itu artinya duit buat pemilik situs Internet di Indonesia. Apalagi pengguna Internet baru mencapai 45 juta orang dari 240 juta penduduk. Tak mengherankan kalau investor asing dan lokal rajin membeli situs Internet di Tanah Air. Misalnya saja Yahoo!-mesin pencari global-pada akhir Mei tahun lalu mengakuisisi situs koprol.com, jejaring sosial yang memuat segala macam kabar tentang suatu tempat. Saya tak menyangka -koprol.com bisa merebut hati raksasa dunia, ujar Satya -Witoelar, pendiri Koprol, kepada Tempo pekan lalu. East Venture, semacam investor hedge fund, menyuntikkan modal ke disdus.com-situs diskon-dan tokopedia.com. PT Global Mediacom milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo menggandeng Rakuten, situs belanja daring besar di Jepang untuk membikin online mall di Indonesia. Rakuten Indonesia dijadwalkan akan meluncur pada Rabu pekan ini. Grup Telkom tak kalah gencar. PT Multimedia Nusantara, anak usaha Telkom, mengakuisisi 80 persen saham PT Sigma Citra Caraka, penyedia jasa online dan Internet banking, senilai US$ 35 juta pada Februari 2008. Telkom membangun Mojopia, layanan e-commerce plasa.com. Awal tahun lalu, Telkom mengambil alih 75 persen saham PT Administrasi Medika, situs maya di bidang kesehatan, senilai Rp 128,25 miliar. Tak berhenti di situ, tahun lalu perusahaan telekomunikasi pelat merah itu juga berpatungan dengan SK Telecom, perusahaan telekomunikasi Korea Selatan. Telkom menyetor modal Rp 51 miliar untuk membangun PT Melon Indonesia. Perusahaan itu membuat melon.co.id, situs musik digital penyedia fitur unduh dan streaming lagu. Ini peluang bisnis baru, pertumbuhannya masih bisa ditingkatkan, kata juru bicara Telkom Eddy Kurnia, Kamis pekan lalu. Nieke Indrietta, Agoeng Wijaya http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/03/21/EB/mbm.20110321.EB136236.id.html Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to:
[proletar] Di AS Butuh USD7,5 Juta untuk Jadi Orang Kaya
WASHINGTON – Survei kesejahteraan yang dirilis Fidelity Investments menyatakan,4 dari 10 jutawan di Amerika Serikat (AS) mengatakan, saat ini dibutuhkan uang sedikitnya USD7,5 juta (Rp67,5 miliar) untuk merasakan sebagai orang kaya. Kondisi tersebut menunjukkan optimisme ekonomi di AS saat ini naik dibanding tiga tahun lalu. Survei yang dilakukan Fidelity, -perusahaan reksa dana terbesar di dunia-, dimaksudkan menganalisa sikap dan perilaku lebih dari 1.000 jutawan rumah tangga di AS pada masa pemulihan ekonomi. Dalam survei tersebut ditemukan fakta,58% dari jutawan yang disurvei mengatakan bahwa mereka merasa sejahtera dengan kekayaan USD1,75 juta dalam aset,naik dari USD1,5 juta pada 2008 lalu. Anehnya, jika dilihat iklim ekonomi saat ini, jajak pendapat tersebut memperlihatkan bahwa prospek jangka panjang ekonomi AS berada di level positif sejak Fidelity mulai melakukan survei pada 2006 lalu. Namun, pandangan jutawan AS terhadap perekonomian Negeri Paman Sam justru masih sangat lemah karena hanya ada pada poin -54,pada skala +100 hingga -100. Namun angka tersebut masih signifikan dibanding dua tahun lalu yang angkanya -91. “Meskipun jutawan pada dasarnya optimistis, pandangan mereka terhadap ekonomi saat ini membuat kami sangat terkejut karena ternyata para jutawan sangat optimis tentang masa depannya,”tutur Presiden Fidelity Institutional Wealth Services Michael Durbin. “Pandangan para jutawan bisa dilihat sebagai indikator utama dari arah ekonomi, terutama sejak terakhir kali kami melakukan survei pada 2009. Mereka memperkirakan peningkatan dalam segala aspek ekonomi AS pada awal 2010,” ungkapnya. Satu-satunya sektor para jutawan memperlihatkan optimisme mereka adalah terletak di pasar saham. Di bagian ini para jutawan memberikan angka +1, yang menunjukkan perubahan haluan yang tajam dibandingkan dengan sentimen -91 pada awal 2009 saat krisis mulai berdampak terhadap pasar saham. Berdasarkan data survei tersebut, pendorong terbesar prospek jangka panjang yang positif adalah pengeluaran belanja. Kemudian, diikuti belanja konsumen, pasar saham, dan ekonomi secara umum. http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/387462/ Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Politik, Partai, dan Militansi
Donny Gahral Adian Hiruk-pikuk politik belakangan ini menyembunyikan sesuatu yang banal: retak koalisi akibat pengajuan hak angket oleh parlemen, anti-kebebasan pers Menteri Sekretaris Kabinet, dan bocor kawat diplomatik yang menyengat beberapa tokoh republik ini. Kita tahu semua itu akan berakhir di meja negosiasi. Politik berubah menjadi sesuatu yang purba bernama oikonomia. Oikonomia alias ekonomi sesungguhnya kehilangan sesuatu yang fundamental dalam politik bernama militansi. Logika oikonomia adalah logika pertukaran yang saling menguntungkan. Ia tak punya kosakata menjelaskan militansi. Politik, sebaliknya, adalah militansi berkelanjutan terhadap prinsip atau ideologi. Militansi boleh dibilang adalah raison d’être politik. Asketisme masih ada Militansi bukan gagasan abstrak, melainkan sikap hidup yang konkret. Wali Kota Surakarta Joko Widodo dikabarkan tak pernah mengambil gajinya. Selaku wali kota, beliau cukup hidup dari usaha mebel dan persewaan gedung pertemuan miliknya. Kita seperti ditohok mendengarnya. Politik yang sangat transaksional ternyata masih menyembunyikan asketisme semacam itu. Alih-alih mengeluh soal gaji, Pak Wali Kota justru bertanya balik kepada wartawan yang mewawancarainya, ”Kenapa, kok, tanya-tanya soal gaji?” Pertanyaan Pak Wali Kota bukan bentuk ketakpedulian. Beliau peduli terhadap kemakmuran pribadi, tetapi menempatkan kemakmuran bersama di atas yang pribadi. Pak Wali Kota tak menganggap gaji sebagai variabel penting dalam kepemimpinan politik. Sikap Pak Wali Kota menunjukkan betapa politik menyimpan sesuatu yang melampaui persoalan nafkah pribadi. Machiavelli menyebutnya virtu, saya menyebutnya militansi. Militansi bukan karakter bawaan. Ia sesuatu yang ditempa secara kolektif-organisatoris. Militansi di sini ialah identitas kolektif yang terdaftar secara politik. Itu adalah kriterium pembeda antara politikus sebenarnya dan politikus seolah-olah, antara politikus ideologis dan politikus pragmatis. Absennya militansi pada seorang politikus dapat dibaca sebagai kegagalan pembentukan identitas kolektif. Kegagalan pembentukan identitas kolektif adalah kegagalan politik. Kegagalan ini bersumber dari sebuah cara berpolitik yang memuliakan individualitas dan mementahkan kolektivitas. Filsuf Chantal Mouffe (2002) terang-terangan menuduh liberalisme sebagai cara berpolitik sedemikian. Melanjutkan gugatan Carl Schmitt, Mouffe menuduh liberalisme gagap dalam memahami pembentukan identitas kolektif. Kegagalan ini disebabkan semangat konsensus yang berlebihan sehingga menihilkan antagonisme. Padahal, antagonisme adalah prasyarat pokok pembentukan identitas kolektif. Antagonisme menyiratkan betapa identitas kolektif dibentuk melalui perbedaan. Sebuah perbedaan tak mesti menjadi politis. Perbedaan antara saya yang berprofesi sebagai guru dan teman yang berprofesi sebagai pengacara bukan perbedaan politik. Di situ identitas kolektif terbentuk, tetapi bukan identitas politik yang menyimpan militansi. Namun, ketika saya membentuk serikat guru berdasarkan ideologi pendidikan tertentu dan melawan status quo, perbedaan politik muncul. Sebuah perbedaan jadi politis ketika yang lain mulai mempersoalkan identitas dan mengancam eksistensi kita. Bercorak politik Militansi bertolak dari perbedaan yang bercorak politik. Pertanyaannya, apakah kepartaian sebagai kolektivitas bisa melahirkan kader militan? Dosa besar liberalisme, menurut Mouffe, adalah meratakan antagonisme serta mengubahnya menjadi diskusi dan negosiasi. Lawan politik berubah menjadi mitra diskusi atau bahkan dagang. Dalam iklim anti-antagonisme semacam itu fungsi kepartaian dalam membentuk identitas kolektif menjadi tumpul. Partai hanya melahirkan kader yang cakap bernegosiasi, tetapi gagap saat ditanya persoalan ideologi. Militansi menjadi romansa kuno yang enak didengar, tetapi malas diejawantahkan. Dalam arena politik kita belakangan ini militansi sudah digeser oleh negosiasi. Politik menjadi apa yang disebut Schmitt ”arena netral di mana berbagai kelompok berebut kekuasaan”. Kekuasaan pun jadi raison d’être politik. Pragmatisme jadi mata uang baru perpolitikan republik. Partai bergerak layaknya perseroan terbatas yang hanya mencetak kader pragmatis yang buta militansi. Rapat partai hanya sibuk membicarakan biaya politik untuk pemilu mendatang, bukan kaderisasi berbasis ideologi yang jelas dan terpilah. Kasus Joko Widodo menyiratkan sesuatu yang sama sekali lain. Dia memerintah Surakarta tak berdasarkan kompetensi, melainkan ideologi. Militansi pada ideologi partainya membuat Pak Wali Kota menolak semua izin pendirian mal. Militansi yang sama membuatnya memindahkan pedagang kaki lima dengan cara mulia. Apakah ini dapat dibaca sebagai keberhasilan partai melahirkan kader militan yang berguna bagi orang banyak? Pertanyaan di atas adalah pertanyaan faktual yang dapat dibantah dengan statistik. Yang dipersoalkan di
[proletar] Pers Dituntut Suarakan Pluralisme
Sudah menjadi kewajiban negara untuk melindungi setiap warganya untuk menjalankan kegiatan keagamaan dan atau kepercayaannya. Ulil Abshar Abdalla Fungsionaris DPP Demokrat MARAKNYA penolakan di sejumlah daerah terhadap aktivitas Jemaat Ahmadiyah merupakan sikap intoleran dalam kehidupan antarpemeluk agama. Menurut Ketua Divisi Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla, pemerintah harus menunjukkan perannya dalam melindungi setiap warga negaranya. Permasalahan Ahmadiyah saat ini berkaitan erat dengan konstruksi negara Indonesia yang berdasarkan Bhinneka Tunggal Ika. Sudah menjadi kewajiban negara untuk melindungi setiap warganya menjalankan kegiatan keagamaan dan atau kepercayaannya, meski setiap orang bilang Ahmadiyah itu sesat, kata Ulil dalam diskusi yang digelar Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (Sejuk) di Kantor Media Indonesia Jakarta, Selasa (8/3). Ia mengkritisi peran media massa yang jarang menyuarakan pluralisme dalam pemberitaannya. Media massa baru ramai memberitakan persoalan kehidupan beragama begitu sebuah konflik sudah terjadi. Untuk itu, setiap stakeholder harus melakukan peran atau tugasnya dengan benar. Media Indonesia selaku salah satu stakeholder besar di Indonesia memiliki andil dalam membangun Indonesia, ujarnya. Senada dengan Ulil, koordinator Sejuk, Ahmad Junaidi, mengungkapkan pentingnya peran media massa dalam menyuarakan hak-hak kelompok minoritas. Selain kebebasan beragama, media massa ditun tut menyuarakan HAM, keberpihakan pada perempuan, dan multipluralisme. Di tempat yang sama, Deputi Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman Kansong sepakat tentang pentingnya media massa untuk menegakkan idealisme dan pluralisme. Ideologi pers memang harus pada pluralisme. Masyarakat tidak menerima kaum minoritas ini karena mereka kurang mengenalnya. Tugas pers memberi ruang untuk memperkenalkan minoritas ini, ungkapnya. Di tempat berbeda, kelompok masyarakat Solidaritas Perempuan meminta pemerintah mencabut Surat Keputusan Bersama (SKB) No 3/2008 tentang Jemaat Ahmadiyah Indonesia. SKB itu hanya akan menebar ancaman terhadap perempuan dan anak. Perempuan dan anak-anak Ahmadiyah tidak punya ruang berekspresi, ruang gerak, dan mobilitas. Itu berdampak pada trauma psikis dan ancaman kekerasan seksual, kata Ketua Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan Risma Umar di Jakarta, kemarin. (*/P-2) http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2011/03/10/ArticleHtmls/10_03_2011_004_002.shtml?Mode=0 Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Jamkesmas akan jangkau 115 juta orang
BATAM: Pemerintah menargetkan tahun depan meningkatkan cakupan peserta jaminan kesehatan masyarakat(Jamkesmas) lebih dari 50% dari saat ini sebesar 76,4 juta jiwa warga miskin menjadi sekitar 115 juta orang, dengan memperluas program tersebut ke sektor informal. Anggarannya juga meningkat dari Rp6,3 triliun menjadi Rp12,7 triliun. Kita akan memperluas jangkau peserta Jamkesmas ke sektor informal. Semula hanya untuk masyarakat miskin saja. Program ini mulai dijalankan tahun depan, tanpa harus menunggu RUU Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS)disahkan, kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, di sela-sela Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2011 di Batam, yang berlangsung hingga 10 Maret. Menurut Menkes, perluasan cakupan Jamkesmas ke sektor informal ini dinilai perlu, untuk membantu masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu, untuk menghindari pemberitaan tentang pasien miskin yang ditolak di rumah sakit, karena tidak memegang kartu jaminan kesehatan. Rakerkesnas bertema Meningkatkan good governance kesehatan di tingkat provinsi ini, diikuti oleh sekitar 1.000 peserta dari 14 propinsi, dari pejabat eselon Kemenkes, kepala dinas kesehatan, pimpinan rumah sakit pemerintah dan swasta, organisasi profesi, serta tenaga kesehatan. Usman Sumantri, Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kemenkes, mengatakan bila sektor informal masuk dalam cakupan Jamkesmas, maka anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp12,7 triliun untuk semua jenis manfaat layanan kesehatan. Untuk tahun ini dananya sebesar Rp6,3 triliun untuk membiayai 76,4 juta jiwa, yang disalurkan ke puskesmas maupun rumah sakit. Menurut Usman, saat ini masih dibicarakan pembahasan tentang cakupan sektor informal ini. Misalnya jika dana tidak mecukupi untuk mencakup sektor informal, maka manfaat layanan kesehatan atau benefitnya akan dibatasi hanya untuk rawat inap, sehingga anggarannya bisa lebih rendah. (msw) http://www.bisnis.com/umum/sosial/15506-jamkesmas-akan-jangkau-115-juta-orang Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Kader Demokrat Persulit Posisi SBY
Presiden merasa dipaksa dan didikte melakukan reshuffle kabinet. Namun, arahnya kurang logis. Menyangkut isu reshuffle, arahnya ada yang kurang logis. Seolah-olah saya dipaksa, diharuskan, didikte untuk segera melakukan reshuffle. Susilo Bambang Yudhoyono Presiden RI Reshuffle tetap ada. Sudah ada komunikasi dengan menteri lama yang kira-kira akan di-reshuffle.'' Ahmad Mubarok Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Jika reshuffle tidak dilakukan justru menjadi beban bagi Presiden.'' Saan Mustopa Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Kinerja kedua menteri PKS yakni Menteri Pertanian Suswono dan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring masuk kategori buruk.'' Ikhsan Modjo Ketua Departemen Keuangan DPP Partai Demokrat ISU reshuffle kabinet mem b u a t P re s i d e n S u s i l o Bambang Yudhoyono ter ganggu. Presiden merasa ada pihak yang mendesaknya melakukan reshuffle. Padahal, kabinet bukan untuk giliran dan ganti-mengganti. Menyangkut isu reshuffle, arahnya ada yang kurang logis. Seolah-olah saya dipaksa, diharuskan, didikte untuk segera melakukan reshuffle, kata Yudhoyono saat membuka sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin. SBY tidak menyebut pihak yang mendesaknya melakukan reshuffle. Namun, selain pengamat, desakan paling nyaring agar SBY me-reshuffle justru dikumandangkan elite Demokrat, partai yang dibidani SBY. Sejak Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membelot dari garis koalisi dalam usul hak angket mafia pajak di Rapat Paripurna DPR (22/2), Demokrat lantang mendesak agar kedua partai itu didepak dari koalisi dan menteri dari kedua partai tersebut diganti. Desakan semakin keras setelah Presiden menyampaikan pidato pada Selasa (1/3) yang mengatakan jika ada partai yang tidak lagi bersedia mematuhi komitmen, partai seperti itu tidak bisa bersama-sama lagi dalam koalisi. Dalam konferensi pers di Jakarta (28/2), elite Demokrat, yaitu Ikhsan Modjo, Rachlan Nashidik, dan Ulil Abshar Abdalla meminta Presiden mencopot dua menteri PKS, yakni Menteri Pertanian Suswono dan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring. `'Kinerja kedua menteri itu masuk kategori buruk,'' kata Ikhsan. Meski tidak menyebut nama secara spesifik, Wakil Sekjen Demokrat Saan Mustopa pada Kamis (17/2) juga mengatakan jika reshuffle tidak dilakukan, justru menjadi beban bagi Presiden. Semakin cepat reshuffle semakin baik. Toh, menteri yang kinerjanya kurang maksimal sudah berkali-kali diberi kesempatan, kata Saan. Bahkan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok pada Selasa (8/3) mengatakan SBY sudah memanggil menteri-menteri yang akan dicopot. Reshuffle tetap ada. Sudah ada komunikasi dengan menteri lama yang kira-kira akan di-reshuffle. Hak prerogatif Apa kata kader Demokrat setelah SBY mengatakan ada yang memaksanya melakukan reshuffle? Kader Demokrat kini ramai-ramai berkilah reshuffle hak prerogatif Presiden. Marzuki Alie, Ketua DPR, me ngatakan tidak ada kader Demokrat yang mendesak SBY melakukan reshuffle. Demokrat tahu itu adalah kewenangan prerogatif Presiden, ujarnya. Jawaban Mubarok lebih tulus. Mau apa lagi? Itu hak prerogatif Pak SBY, katanya kemarin. Keputusan SBY itu tidak pernah dibicarakan sebelumnya dengan kader Demokrat. Namun, dia mengingatkan PKS dan Golkar agar tidak lagi bermanuver yang menyakitkan Demokrat. Ini terakhir kali. Tidak ada ampun lagi bagi partai nakal, tegasnya. Saan Mustofa pun sama. Menurutnya, reshuffle hak prerogatif Presiden. Adapun urusan Demokrat menata koalisi. Saat ini koalisi butuh kontrak politik baru yang lebih tegas, termasuk punishment. Kesepakatan baru itu nanti benar-benar terukur, jelas, dan tidak multitafsir, kata dia. Dengan demikian, tidak ada lagi yang berdalih bahwa mereka hanya berkoalisi dengan SBY, bukan dengan Demokrat. Pada kesempatan terpisah, Ketua DPP PKS Nasir Djamil mengatakan pembaruan kontrak politik adalah baik. Namun, aturan itu jangan mengikat terlalu kencang karena setiap partai memiliki konstituen. Jangan sampai senjata memakan tuan. (Nav/Wta/NA/CC/*/X-4) must...@mediaindonesia.com KONSEP gubernur utama dan gubernur kepala daerah dalam Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (RUU KDIY), malah akan menjadikan dualiseme kepemimpinan. Tidak hanya kebingungan yang terjadi, tapi juga konfl ik dan pertentangan di dalam pelaksanaan pemerintahan nantinya. “Nanti malah bisa menimbulkan konfl ik dalam pemerintahan,” kata Warsito Utomo, pakar administrasi publik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), kepada rombongan Komisi II DPR, di Balai Senat UGM, Yogyakarta, kemarin. Warsito kembali mengingatkan, predikat keistimewaan DIY tidak saja soal historis, tetapi politis kenegaraan juga. Artinya, kata Warsito, sebagai suatu daerah berkedudukan yang pertama kali memberikan pengakuan kepada NKRI. Maka, kekhususan pun diberikan kepada DIY melalui UU Pemerintahan Daerah, mulai
[proletar] Franz Magnis-Suseno: 45 Tahun Supersemar
45 Tahun Supersemar Oleh Franz Magnis-Suseno SJ Pada 11 Maret 1966 lima setengah bulan paling menegangkan dalam sejarah Indonesia merdeka mulai berakhir. Pada tanggal itu Presiden Soekarno menandatangani sebuah surat. Di situ ia menyuruh Jenderal Soeharto mengambil semua tindakan yang perlu untuk mengembalikan keamanan. Dalam kenyataan, meski pasti bukan maksud Soekarno, Supersemar menjadi legitimasi pengambilalihan kekuasaan oleh Soe- harto. Dan, Soeharto tak ragu-ragu. Ia langsung melarang Partai Komunis Indonesia dan segera—tanpa menghiraukan protes Presiden Soekarno—menangkap sekitar 12 menteri Kabinet 100 Menteri, lalu membentuk kabinet baru. Sejak tanggal itu kekuasaan efektif di negara RI terletak di tangan Soeharto, yang baru melepaskannya pada 21 Mei 1998. Empat puluh lima tahun kemudian peristiwa historis itu tetap kontroversial. Tak bisa tidak. Terlalu kompleks situasi dan kondisinya, terlalu raksasa dampaknya bagi bangsa Indonesia, dan terlalu mengerikan jumlah korbannya. Saya ingin menceritakan bagaimana saya waktu itu mengalaminya meski cerita itu barangkali shocking. 45 tahun lalu Saat itu saya mahasiswa teologi di Yogyakarta. Saya hidup bersama rekan-rekan mahasiswa muda tarekat rohaniwan Yesuit. Percayakah Anda bahwa kami menyambut berita di radio tentang peristiwa Supersemar dengan bersorak gembira? Bahwa kami merasa seakan-akan sebuah beban kekhawatiran gelap terangkat. Reaksi kami itu sendiri ada sejarahnya. Sejak mendarat di Bandara Kemayoran, Jakarta, 29 Januari 1961, saya cemas dengan ancaman komunis. Bagi saya, komunisme—sesudah nasional-sosialisme Nazi—adalah ideologi paling jahat dan berbahaya: antara 1917 dan 1991 kaum komunis membunuh lebih dari 100 juta orang, sedangkan Nazi antara 1933 dan 1945 membunuh 12 juta orang, tanpa menghitung korban perang. Saya dapat kesan bahwa PKI maju di semua front. Di mana-mana papan merah PKI dan BTI terpasang. Sesudah Nasakom—persatuan ”revolusioner” Nasionalisme, Agama, dan Komunisme—dipermaklumkan Presiden Soekarno, segenap ungkapan kritis terhadap komunisme dihantam sebagai komunisto-fobi. Akhir 1964, sebanyak 20 koran pembawa tulisan antikomunis Sayuti Melik ”Badan Penjebar Sukarnoisme” ditutup dan Partai Murba dinonaktifkan. Januari 1965, Soekarno membawa Indonesia keluar dari PBB. Secara internasional Indonesia terisolasi. Sejak akhir 1964 teman saya, para mahasiswa rohaniwan muda Indonesia, yang sebelumnya semua pengikut antusias Soekarno, berkesan mulai meragukan Soekarno. Pada Agustus 1965 kami dengar kabar burung bahwa Soekarno jatuh sakit dan 10 doktor RRC yang katanya dibawa Ketua PKI Aidit dari Beijing dalam sebuah memo rahasia hanya memberikan tiga bulan lagi kepada Presiden. Suasana tegang meliputi negara. Kami merasa sesuatu akan terjadi. Sesuatu itu terjadi pada 1 Oktober. Kami di Yogyakarta terus mendengarkan RRI. Sekitar siang hari kami mulai menyangka bahwa ”Gerakan 30 September”, nama yang dipakai oleh gerakan itu sendiri, berhaluan kiri. Malam hari suara Jenderal Soeharto mengumandang lewat RRI bahwa gerakan itu sudah dihancurkan. Kami menyambutnya dengan agak lega. Namun, Yogyakarta sepertinya diliputi ketakutan. Jalan-jalan dan pasar-pasar sepi. Se- akan-akan orang sudah tahu bahwa darah telah mengalir dan darah akan mengalir lagi (di Yogyakarta pun yang dikuasai selama 16 hari oleh ”Dewan Revolusi”, Komandan Korem 72, Kolonel Katamso, dan stafnya, Letkol Sugiono, dibunuh oleh pasukan mereka sendiri). Orang masih ingat Peristiwa Madiun: kedua belah pihak membunuh jauh lebih banyak orang daripada yang ”perlu secara operasional”. Kami merasa tegang. Segera menjadi jelas, Presiden Soekarno tak bersedia menonaktifkan PKI sebagaimana dituntut oleh semakin banyak kekuatan antikomunis. Apakah beliau akan berhasil menyelamatkan PKI? Pada 16 Oktober pasukan yang ”terlibat” meninggalkan Yogyakarta. Kami dengar adanya bentrok di kawasan Klaten-Jatinom. RPKAD mulai ”membersihkan” kampung demi kampung dengan kader-kader tertinggi sering langsung dieksekusi. Pada bulan-bulan berikut kami juga mendapat berita tentang pembunuhan besar-besaran terhadap komunis di Jawa Timur dan Bali. Gelap dan mengerikan. Di Jakarta, demonstrasi antikomunis kian menjadi. Namun, kesannya Presiden Soekarno lama-kelamaan berhasil merebut kembali inisiatif. Pada Februari dibentuk Kabinet 100 Menteri. Jenderal AH Nasution harapan kami tak lagi termasuk. Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) malah dilarang. Semua itu berakhir pada 11 Maret 1966 itu. Tiga tahap Melihat kembali, sebaiknya kita membedakan tiga tahap. Yang pertama adalah kejadian 1 Oktober 1965 dan buntut langsung. Saya tak akan masuk ke dalam spekulasi tentang siapa dalang G30S. Yang jelas, pada hari itu, pagi-pagi, enam jenderal tinggi Angkatan Darat dan ajudan Kapten Pierre Tendean diculik dan dibunuh. Gerakan itu di Jakarta sudah dipatahkan pada malam hari yang sama dan
[proletar] Apa Kabar Islam Liberal 101?
assalaamu’alaikum wr. wb. Ya, apa kabarnya Islam Liberal 101 yang sempat menghebohkan dunia maya, terutama jagad twitter itu? Cetakan pertamanya konon hanya bertahan sebentar saja, dan cetakan keduanya sudah dipesan orang jauh sebelum selesai cetak. Mari ikuti wawancara dengan penulisnya. Wawancara betulan atau imajiner? Does it matter??? * Jadi, bagaimana kabar Islam Liberal 101? Kabar baik, alhamdulillaah. Akhir Februari yang lalu baru saja rilis cetakan keduanya. Kabarnya laku keras, nih? Alhamdulillaah, memang jauh di luar perkiraan sebelumnya. Cetakan pertama (350 eks.) habis dalam dua pekan, kurang lebih sama dengan waktu penulisannya. Cetakan kedua dibuat lebih banyak, yaitu sebanyak 1.000 eks. Doakan semoga cepat habis, ya! Ada perbedaan antara cetakan pertama dan kedua? Revisi isinya sih tidak. Hanya saja kami berusaha mengevaluasi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada cetakan pertama dan berusaha mengoreksinya di cetakan kedua. Kualitas cetakan insya Allah lebih baik. Kami juga menambahkan pembatas buku sebagai bonus dan yang memesan secara online juga semuanya mendapatkan tanda tangan asli penulis. Perubahan isi hanya pada Kata Pengantar, yang pada cetakan pertama diberikan oleh ust. Ahmad Sarwat, kini diberikan oleh ust. Hamid Fahmy Zarkasyi. Di belakang, ada juga perubahan endorsement. Ada apa di balik perubahan Kata Pengantar dan endorsement itu? Pertanyaannya kok kayak liputan berita politik aja, ha.. ha.. ha.. Tidak ada apa-apa, hanya saja memang sejak awal kami bertekad memberikan sesuatu yang berbeda pada setiap cetakan. Jadi setiap cetak ulang akan selalu ada yang berganti. Pergantian Kata Pengantar memberikan kita kesempatan untuk melihat komentar-komentar dari tokoh-tokoh yang berbeda terhadap buku Islam Liberal 101, dan juga terhadap isu Islam liberal secara umum. Kalau di cetakan pertama kita sudah lihat pandangan ust. Ahmad Sarwat, nah sekarang giliran ust. Hamid Fahmy Zarkasyi yang menyuarakan pendapatnya. Demikian juga endorsement, alhamdulillaah ada tambahan dari ust. Suhairy Ilyas dari Komisi Fatwa MUI Pusat. Pendeknya, kami berusaha melibatkan sebanyak mungkin tokoh umat dalam isu yang kami bawa ini. Masih ada perubahan lainnya? Ada. Sekarang di bagian Tentang Penulis ada foto penulisnya, hehehe... Kenapa isinya tidak direvisi? Kami akan merevisi isinya jika memang ada kesalahan yang cukup fatal. Penambahan materi sepertinya akan dihindari, karena Islam Liberal 101, sesuai dengan pembubuhan kode “101” itu, memang dimaksudkan sebagai ‘kuliah dasar’. Kalau materinya diperdalam, nanti nggak “101” lagi namanya, mungkin “102” atau “201”. Sejauh ini, materi yang diberikan dalam Islam Liberal 101 kami anggap cukup sebagai kuliah dasar. Bagaimana pun, kami sangat berterima kasih jika ada yang memberikan feedback sebagai bahan pertimbangan kami untuk cetakan-cetakan berikutnya. Menurut Anda, mengapa Islam Liberal 101 begitu diminati orang? Mungkin karena cara penuturannya yang sedikit ‘berbeda’. Kebanyakan buku tentang Islam liberal memang terkesan berat dan njelimet, karena mau tidak mau bahasannya harus sedikit filosofis. Buku ini memang berusaha menjelaskan masalah-masalah tersebut sedapat mungkin dengan bahasa yang mudah dicerna. Jadi sebenarnya tidak ada hal baru yang ditawarkan? Tentu saja ada. Pertama, buku ini memaparkan bahwa ghazwul fikriy, metode-metode yang digunakan di dalamnya, dan orang-orang munafiq yang merongrong umat Islam, semuanya itu sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Jika mengikuti penjelasan di buku ini, insya Allah kita akan semakin meyakini kebenaran Al-Qur’an, karena semuanya sudah dijelaskan secara tuntas. Kedua, buku ini mengkompilasi modus operandi dan retorika-retorika yang biasa digunakan oleh kalangan liberalis, dari yang golongan elitnya sampai ke akar rumputnya. Modus operandi ini barangkali yang akan membuat kelompok liberalis marah, karena cara-cara kotor mereka diungkap di sini. Teman-teman di Twitter sekarang sudah banyak yang memberikan perlawanan terhadap Islam liberal, karena mereka sudah tahu cara kerjanya. Sudah ada reaksi dari kalangan liberalis? Alhamdulillaah, sudah ada. Sayang belum ada perlawanan yang bisa saya kategorikan ‘intelek’ atau ‘akademis’. Kalau dibilang suka memfitnah orang, itu sih sudah biasa. Biarpun kita sodorkan begitu banyak bukti, tetap saja akan dibilang memfitnah. Lucunya, mereka pun tidak bisa membuktikan bahwa apa yang kita katakan itu fitnah. Yang paling blunder adalah seseorang dengan ID @wilsonsitorus di Twitter pernah mengatakan bahwa buku Islam Liberal 101 tidak ada footnote-nya sama sekali, dan hanya berjarak sesenti saja dari sampah. Silakan saja kalau mau dibilang sampah, karena itu opini. Tapi ada atau tidaknya footnote adalah sebuah fakta yang terukur. Sudah ratusan orang membaca buku itu, jadi saya punya ratusan saksi yang bisa membenarkan bahwa buku itu dilengkapi dengan banyak footnote. Dengan kata lain, meskipun niatnya menjelek-jelekkan,
[proletar] Lengsernya Mubarak Mirip Skenario untuk Indonesia
TEMPO Interaktif, Kairo - Sehari sebelum Presiden Mesir Husni Mubarak menyatakan mundur, Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah memberikan sinyal-sinyal bahwa AS mendukung turunnya Mesir. Kita akan melihat sejarah baru di Mesir, begitu kata Obama, Kamis 10 Februari, sehari sebelum Mubarak lengser. Mubarak akhirnya resmi mundur pada 11 Februari 2011 dan menyerahkan kekuasannya kepada Dewan Tertinggi Militer. Keputusan itu tak terlalu mencengangkan, mengingat Amerika Serikat juga sudah mempersiapkan tiga skenario untuk Mesir. Pertama skenario seperti penggulingan Shah Iran Mohammad Reza Pahlevi. Kedua, skenario seperti lengsernya Soerhato di Indonesia. Ketiga, skenarioa seperti Rumania. Dari ketiga skenario itu, senario Indonesia adalah yang paling cocok buat Mesir. Terbukti, Mubarak mundur dan menyerahkan kekuasaannya dengan damai kepada militer. Di Indonesia Soeharto mundur, lalu diserahkan kepada wakil presiden B.J. Habibie. Inilah detail kesamaan Mesir dan Indonesia: Pada tahun 1998, kekuasaan otoriter Presiden Soeharto selama 32 tahun berakhir. Dia adalah sekutu lama AS yang penghentiannya sangat ditakuti di Gedung Putih. Tetapi pada akhirnya, negara Muslim yang paling padat penduduknya itu membuat transisi berantakan dan panjang menuju demokrasi. Dan sampai sekarang tetap menjadi mitra utama dari Amerika Serikat. Thomas Carothers, wakil presiden untuk studi di Carnegie Endowment for International Peace, merujuk pengalaman Indonesia sebagai skenario yang lebih mungkin untuk Mesir dibanding skenario Iran. Meski hal itu, menurut dia, jalan itu masih akan sulit. Tetapi ada kesamaan antara Mesir dan Indonesia: tradisi yang relatif sekuler, militer yang kuat yang (sejauh ini) menolak untuk menindas pengunjuk rasa, dan pemberontakan yang dipimpin oleh campuran dari pemuda dan masyarakat sipil. Hal yang sama juga diungkapkan Tom Malinowski dari Human Rights Watch. Menurut dia, pemulihan kebebasan politik di Mesir akan memberdayakan kekuatan politik lebih moderat untuk muncul, seperti di Indonesia, dengan militer membantu untuk memberikan stabilitas selama transisi. http://www.tempointeraktif.com/hg/timteng/2011/02/11/brk,20110211-312985,id.html Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Metamorfosis Demokrasi
Sepanjang sejarah ketatanegaraan, bangsa Indonesia pernah menerapkan tiga sistem demokrasi: Demokrasi Liberal (1950-1959), Demokrasi Terpimpin (1959-1966), dan Demokrasi Pancasila (1966-1998). Mari kita cermati praktik demokrasi dengan merujuk pada tiga sistem tersebut. Bagaimana pula pemerintah Orde Lama (Orla) dan Orde Baru (Orba) menerapkan demokrasi sebagai elemen pokok dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Perlu ditekankan,pelaksanaan demokrasi antara 1945-1950 tidak menjadi pokok bahasan.Pada masa itu, para pemimpin bangsa lebih banyak memusatkan perhatian dan upaya pada perjuangan fisik dan diplomasi melawan Belanda untuk memperoleh pengakuan kedaulatan bagi negara Indonesia yang lelah diproklamasikan. Demokrasi Liberal Sebagai bangsa yang baru merdeka, bangsa Indonesia menerapkan sistem demokrasi liberal yang mengacu pada liberalisme politik model demokrasi Barat. Pada periode ini, Undang-Undang Dasar (UUD) yang diterapkan adalah UUDS 1950 (bukan UUD 1945). UUD 1945 memberlakukan sistem presidensial (kabinet bertanggung jawab kepada presiden), sedang UUDS 1950 menerapkan sistem parlementer (kabinet bertanggung jawab kepada parlemen).Presiden, menurut UUDS 1950, lebih berstatus sebagai kepala negara, sementara pelaksana pemerintahan sehari-hari dipegang oleh perdana menteri. Rezim Orla dan Orba mempersalahkan demokrasi liberal sebagai sumber konflik politik yang mengakibatkan ketidakstabilan pemerintahan. Ketidakstabilan pemerintahan terlihat pada jatuh bangunnya kabinet dalam waktu singkat dan gagalnya Majelis Konstituante menyusun UUD baru sebagai realisasi hasil Pemilu 1955. Orla dan Orba berpendapat,demokrasi liberal tidak cocok diterapkan di Indonesia. Itulah sebabnya, Soekarno menerapkan Demokrasi Terpimpin dan Orba memberlakukan Demokrasi Pancasila (dengan menolak tidak saja Demokrasi Liberal, tetapi juga Demokrasi Terpimpin). Sementara demokrasi liberal dikecam sebagai sumber antagonisme politik, Herbert Feith melihat segi-segi positif pelaksanaan sistem Demokrasi Liberal di Indonesia. Feith mengatakan, pelaksanaan demokrasi konstitusional pada masa empat kabinet pertama cukup efektif.Dalam melaksanakan tugasnya, kabinet tersebut bertangung jawab kepada parlemen,walaupun ia bukan badan yang dibentuk berdasarkan pemilihan umum. Pers sangat bebas.Pengadilan menjalankan tugasnya secara mandiri dan bebas dari campur tangan pemerintah. Tuntutan loyalitas nasional jarang digunakan untuk membungkam para pengkritik terhadap kinerja kabinet.Dan urusan administrasi yang tidak bersifat politis berjalan saling terkait,paling tidak beberapa bagian penting dari tugas yang dilaksanakan oleh aparat pemerintah. Demokrasi Terpimpin Demokrasi Terpimpin dilaksanakan Presiden Soekarno sebagai antitesis terhadap demokrasi liberal yang menimbulkan malapetaka politik.Menurut Soekarno,Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi kekeluargaan yang dilaksanakan tanpa anarki liberalisme dan tanpa kediktatoran otokrasi. Soekarno berteori, demokrasi kekeluargaan adalah demokrasi yang mendasarkan sistem pemerintahannya pada prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat yang dipimpin oleh satu kekuasaan sentral di tangan seseorang yang lebih tua yang dihormati, yang bisa membimbing dan mengayomi rakyat. Terdapat jurang pemisah antara teori dan praktik dalam pelaksanaan Demokrasi Terpimpin. Dalam praktiknya, unsur komando kepemimpinan (kekuasaan) jauh lebih dominan daripada porsi demokrasinya. Hanya ada satu kali pemilu (1955) yang dinilai fair di bawah kepemimpinan Soekarno.Para politisi (bekas) Partai Masyumi (yang dibubarkan karena dinyatakan terlibat dalam pemberontakan Permesta) seperti Mohamad Natsir, Mohamad Roem,dan Burhanuddin Harahap dijebloskan ke dalam penjara tanpa proses pengadilan. Mereka baru dibebaskan pada masa awal Orba. Dengan sistem Demokrasi Terpimpin dan proyek Nasakom-nya, Soekarno telah menempatkan diri sebagai pemegang kekuasaan yang hampir tak terbatas. Sutan Takdir Alisyahbana dalam bukunya Indonesia: Social and Cultural Revolution(terjemahan BR Anderson) menggambarkan, posisi Soekarno sebagai presiden dan Pemimpin Besar Revolusi Indonesia (yang memegang kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif) sedikit berbeda dari posisi raja-raja absolut pada masa lalu, yang mengklaim sebagai inkarnasi Tuhan atau wakil Tuhan di dunia. Mohammad Hatta (pernah menjabat wakil presiden) dalam bukunya Menuju Negara Hukum mengecam, Demokrasi Terpimpin bertentangan dengan jiwa Pancasila yang diciptakan Soekarno sendiri. Hatta bahkan menyatakan, Soekarno telah mengubur Pancasila yang digalinya sendiri. Sebagai kritik terhadap Demokrasi Terpimpin,Hatta menulis buku Demokrasi Kita yang membela nilai-nilai hakiki demokrasi yang tidak bisa ditindas. Boleh jadi dapat ditindas untuk sementara waktu di bawah rezim Demokrasi Terpimpin, tetapi nilai-nilai itu akan tetap bertahan hidup. Di bawah rezim Demokrasi
[proletar] Dubes AS Memuji Kekuatan Twitter
JEJARING SOSIAL SAN FRANCISCO, JUMAT - Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Susan Rice memuji kekuatan media sosial dunia maya, Twitter, terutama dalam menyuarakan dan mendukung sentimen publik terkait suatu isu, seperti terjadi beberapa pekan belakangan di Mesir. Pernyataan itu disampaikan Rice, Kamis (10/2) pagi, di kantor pusat Twitter di San Francisco, AS. Dia berbicara di depan sedikitnya 370 karyawan yang sebagian besar berusia muda dan berpakaian kasual. Selain Rice, Twitter juga pernah mengundang tokoh politik kelas dunia untuk berbicara tentang berbagai isu di kantor pusatnya itu. Tokoh yang pernah datang antara lain Gubernur California yang juga aktor laga Arnold Schwarzenegger dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev. Dalam diskusi dengan Rice, topik yang dibahas terkait peran Twitter dalam pergerakan politik di Mesir dalam dua pekan terakhir. Rice menerima pertanyaan dari berbagai penjuru dunia melalui Twitter. ”Kekuatan dan kemampuan teknologi Twitter, yang sanggup menyalurkan sekaligus mendukung gerakan dan sentimen publik, semakin nyata dalam beberapa pekan belakangan. Hal itu bisa kita lihat di Mesir. Kemampuannya (Twitter) jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya,” ujar Rice. Namun, ketika ditanya tentang spekulasi seputar lengsernya Presiden Mesir Hosni Mubarak, Rice menjawab secara diplomatis. Mubarak pada Kamis malam berpidato, yang isinya menolak mundur, tetapi bersedia menyerahkan kekuasaannya kepada Wakil Presiden Omar Suleiman. ”Kita semua perlu melihat prosesnya, terutama ketika seluruh kekuatan dan elemen oposisi bernegosiasi dengan pemerintah secara konstitusional dan bertanggung jawab demi mencapai pemilihan umum yang demokratis, adil, dan bebas. Semua proses itu harus berjalan dan tak bisa mundur lagi,” ujarnya. Kedatangan Rice memang terkait erat dengan menguatnya diskusi di tingkat global terkait peran media sosial belakangan ini. Pemerintah AS sendiri telah menggunakan media sosial yang ada sebagai salah satu alat diplomatik, termasuk dengan meluncurkan Twitter berbahasa Arab, Rabu lalu. Walau fokus membahas peran media sosial dunia maya dalam mengorganisasikan protes di Mesir, Rice mengatakan, kehadirannya itu tidak bermaksud untuk menyampaikan simbolisasi apa pun sebagai bentuk penghormatannya terhadap unjuk rasa yang masih terus berjalan di Mesir. Adapun Twitter merasa terhormat dengan apa yang dilakukan rakyat Mesir, menggunakan Twitter untuk berkomunikasi antarmereka dan dengan dunia. (AP/DWA) http://cetak.kompas.com/read/2011/02/12/03135478/dubes.as.memuji.kekuatan.twitter Berbagi berita untuk semua We won't tell. Get more on shows you hate to love (and love to hate): Yahoo! TV's Guilty Pleasures list. http://tv.yahoo.com/collections/265 [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Mesir dan Kemerdekaan Indonesia
BONNIE TRIYANA : Tak jauh dari Tahrir Square, pusat demonstrasi rakyat Mesir, terdapat jalan Ahmed Sokarno. Bagaimana hubungan Mesir dengan Indonesia di masa lalu? Kairo, 10 April 1947. Seorang petugas imigrasi bertubuh tinggi tegap dengan kumis melintang menghadang empat pria berpakaian kumal, bersandal-sepatu lusuh yang memasuki pintu bandara. Petugas itu mengerenyitkan dahinya saat memeriksa paspor yang disodorkan empat pria tadi. Heran. Paspor yang diserahkan tak berbentuk buku kecil sebagaimana umumnya melainkan secarik kertas lecek dengan sejumlah keterangan kalau empat pria itu datang dari sebuah Republik bernama Indonesia. Belum habis rasa heran petugas itu, salah seorang yang bertubuh kecil, berkumis dan mengenakan kopiah meluncurkan keterangan, “Mision diplomatique, dari Indonesia, sebuah negara baru di Asia,” katanya. Lelaki tua itu adalah Haji Agus Salim, the grand old man Republik Indonesia, Menteri Muda Luar Negeri sekaligus pemimpin delegasi. Tapi keterangan Agus Salim hanya ditanggapi kerutan kening, kepala miring dan bahu yang diangkat, tanda kebingungan yang belum tuntas. Matanya masih menatap keempat orang tadi. Sejurus kemudian dia bertanya, “Are you Moslem?” “Yes” jawab mereka berempat serentak, kemudian mereka saling bertatapan dan sontak menertawai tingkah mereka sendiri. “Well, then, Ahlan wa Sahlan, Welcome!” saut petugas yang sedari tadi bertampang dingin. Tanpa panjang urusan lagi, keempat pria delegasi Indonesia yang terdiri dari Haji Agus Salim, AR Baswedan, Mr. Nazir Pamoentjak dan Rasjidi (kemudian menjadi Prof. Dr) melenggang menuju ruang tunggu di mana sejumlah mahasiswa Indonesia dan Sekjen Liga Arab Azzam Pasha telah menunggu kedatangan mereka. Perjalanan ke Mesir tersebut merupakan kunjungan balasan dari pihak Indonesia setelah sebelumnya Muhammad Abdul Mun’im, Konsul Jenderal Mesir di Bombay (sekarang Mumbay, India) datang ke Yogyakarta pada 13–16 Maret 1947. Menurut AR Baswedan dalam artikelnya di buku Seratus Tahun Agus Salim mengisahkan kunjungan Mun’im itu untuk mewakili negerinya dan membawa pesan dari Liga Arab yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Mun’im datang ditemani Ketut Tantri (Muriel Pearson), perempuan Amerika yang banyak membantu perjuangan rakyat Indonesia di masa revolusi. Pada 15 Maret 1947, bertepatan dengan ulang tahun kemerdekaan Mesir yang ke-23, demikian AR Baswedan mencatat, “Mun’im menghadap Presiden Sukarno (untuk) menyampaikan pesan-pesan dari Liga Arab,” kata dia pada tulisan yang sama. Pesan itu merupakan hasil keputusan sidang Dewan Liga Arab yang diselenggarakan pada 18 November 1946 yang menganjurkan seluruh anggota Liga Arab mengakui kedaulatan Republik Indonesia berdasarkan ikatan keagamaan, persaudaraan serta kekeluargaan. . Sebuah versi menyebutkan solidaritas negara anggota Liga Arab tersebut dimotori oleh gerakan Ikhwanul Muslimin yang berpusat di Mesir. Gerakan persaudaraan muslim tersebut didirikan oleh Hassan Al-Banna, pemikir sekaligus tokoh pembebasan yang getol menentang kolonialisme Inggris di Mesir dan aktif menggalang persaudaraan di kalangan umat muslim. Mengetahui kedatangan delegasi Indonesia yang disiarkan luas oleh suratkabar Mesir, Duta Besar Belanda di Mesir berupaya keras menggagalkan upaya Haji Agus Salim cum suis untuk menjalin perjanjian persahabatan antara Indonesia dengan Mesir. Dubes Belanda bersikukuh kalau Indonesia itu bukanlah sebuah Republik yang merdeka berdaulat melainkan masih berada di bawah kekuasaan Belanda. Sehingga tindakan politik apapun yang mengatasnamakan Indonesia sebagai sebuah negara tidak Belanda akui, kecuali atas sepengetahuan dan membawa nama pemerintah Belanda. Padahal delegasi Indonesia memiliki misi menggalang dukungan internasional untuk mengakui kemerdekaannya. Belanda menutup mata atas fakta kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta, 17 Agutus 1945. Belanda bahkan menyebarkan opini bahwa Republik Indonesia yang baru berdiri itu merupakan hasil kolaborasi ekstrimis Republik dengan fasis Jepang. Pada pengujung 1945 pun beredar kabar Bung Karno dan Bung Hatta akan diadili sekutu sebagai penjahat perang. Dengan kampanye pencitraan negatif oleh Belanda, maka pihak Republik berusaha mengimbanginya dengan mengirimkan misi diplomatik ke berbagai forum internasional dan negara. Sebelum mendarat di Kairo, Mesir, Haji Agus Salim serta delegasi Indonesia terlebih dulu menghadiri Inter-Asian Relation Conference di New Delhi, India, menggalang solidaritas dari negara-negara Asia yang peduli pada perjuangan bangsa Indonesia. Menurut catatan AR Baswedan, perjanjian persahabatan antara Mesir dengan Indonesia ditandatangani pada 10 Juni 1947. Abdul Mun’im, konsul Mesir di Bombay yang beberapa bulan sebelumnya berkunjung ke Yogyakarta mengantarkan delegasi Indonesia untuk bertemu dengan Perdana Menteri Mesir Nokrashi Pasha yang juga menjabat sebagai Menteri Luar
[proletar] Pelaku menawarkan barang dengan harga miring serta meminta bantuan menanamkan uang warisan bernilai ratusan juta dolar.
KEJAHATAN siber semakin marak. Polda Metro Jaya mencatat kenaikan kasus 2009 ke 2010 meningkat 450%. Paling banyak kasus penipuan. Kepala Satuan Cybercrime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya AKB Hermawan kepada Media Indonesia mengatakan pada 2009 pihaknya menerima 74 laporan. Setahun kemudian mencapai 342 kasus. Kasus terbanyak bermotif penipuan (103 laporan), pencemaran nama baik 67 kasus, pencurian data (carding) 22 kasus, perbuatan tidak menyenangkan 16 kasus, penjebolan e-mail/akun sebanyak 10 kasus, serta sejumlah kasus lainnya. Pengusaha Raden Agung Wiryawan, misalnya, tertipu Rp2.329.500.000 oleh sindikat Nigeria pada pertengahan Januari. Raden dirayu dan dibujuk untuk meloloskan uang US$1,8 juta (Rp16,8 miliar) dari Malaysia. Ternyata itu penipuan. Dolar satu tas itu hanya bagian atas dan bawah yang asli. Pelaku, Jason, dibekuk di Perumahan Griya Sutera, Serpong, Tangerang. Barang bukti yang disita senilai Rp650 juta pecahan Rp100 ribu, Rp15 juta pecahan Rp50 ribu, satu lembar uang pecahan US$100, serta satu lembar bukti setoran melalui BCA senilai Rp600 juta. Kejahatan siber bermotif penipuan terbanyak menggunakan media online shop. Misalnya, orang menawarkan barang dengan harga miring. Calon korban mengirim kan uang, tapi barang tidak kunjung datang, seperti kasus pembelian kertas yang terjadi baru-baru ini. Pelaku yang mengaku dari Qatar menawar kan kertas dengan harga miring. Dia mengirimkan sampel satu rim. Teman chatting dari Jakarta tergoda lalu minta dalam jumlah besar dengan mengirimkan uang Rp200 juta. Namun, barang tak kunjung tiba. Sementara itu, pelaku menghilang dari dunia maya dan diduga berganti nama. Kasus pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan juga cukup banyak. Berawal dari ribut di posting jejaring sosial kemudian berimbas pada tulisan yang membuat tersinggung. Awalnya saling ejek lalu melapor karena sakit hati dengan posting-an, imbuh Hermawan. Kanit III Satuan Cybercrime Polda Metro Jaya Komisaris Indra menyatakan posting yang menimbulkan rasa tidak nyaman dapat dijerat pasal pencemaran nama baik. Misalnya dibilang pincang padahal tidak, berhati-hatilah buat tulisan yang merugikan orang lain. Jika yang bersangkutan tidak melapor, ya tidak apa-apa karena hal tersebut merupakan delik aduan, terangnya. Saat ini Polda Metro Jaya sedang menangani banyak kasus kejahatan bermodus menawarkan kerja sama investasi. Orang tersebut meminta bantuan untuk menanamkan warisan orang tuanya bernilai ratusan juta dolar dengan iming-iming pembagian hasil. Ketika pesan mereka ditanggapi, korban langsung didata seputar keluarga, berapa anak, rumah, dan alamat. Mereka lalu mengundang korban untuk bertemu dan selanjutnya menyandera korban untuk meminta uang tebusan kepada sanak keluarganya. Modus tersebut mirip dengan kejadian yang menimpa pengusaha warnet, Victor Rizky Wibowo, 27. Warga Tangerang itu hilang 10 Juni 2010 setelah bertemu mitra bisnisnya. (J-1) http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2011/02/05/ArticleHtmls/05_02_2011_005_003.shtml?Mode=0 Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Catat Ya, Mendag Bilang Harga Cabe Normal Tiga Bulan Lagi
Pedagang Ngaku Pasokan Dan Penjualannya Menurun ILUSTRASI, CABE RMOL.Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pengestu memperkirakan harga cabe pada dua hingga tiga bulan ke depan bakal normal kembali. Hal itu disampaikan Mari ketika mengunjungi Pasar Klender dan Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, kemarin. Kedatangan Mari ke pasar untuk memantau harga bahan pangan pokok dan sayuran. Kunjungan kerja dimulai dari Pasar Induk Kramat Jati sekitar pukul 06.30 WIB. Di lokasi penjualan sayur mayur Pasar Induk Kramat Jati, Mari memantau harga aneka jenis cabe dan bawang merah. “Harga beberapa jenis cabe sudah ada penurunan. Hanya cabe rawit merah yang belum. Menurut pedagang, ini karena hujan dan debu Merapi yang mempengaruhi produksi daerah penghasil cabe di sekitarnya,” kata Mari. Menurut Mari, pedagang dan konsumen berusaha melakukan penyesuaian terhadap kenaikan harga cabe dan bawang merah dengan caranya sendiri. Kekurangan pasokan bawang merah sebagian ditutup dengan impor. Beberapa pedagang di Pasar Induk Kramat Jati menjual bawang merah impor dari Thailand dengan harga sedikit murah dari bawang merah lokal. Bawang merah impor dijual dengan harga Rp 20 ribu per kg, sedang bawang merah dari Brebes dijual dengan harga Rp 23 ribu per kg. Pembeli pun, menurut Mari, menyesuaikan diri dengan kenaikan harga. Caranya, dengan membeli jenis cabe yang harganya lebih murah. “Jadi untuk mengurangi harga yang mahal, dia beli cabe kering. Kalau mau cabe segar dia beli cabe yang harganya lebih murah,” ucap Mari. Mari juga memperkirakan harga cabe jenis tertentu yang mengalami kenaikan, bermakna akan kembali normal dua bulan mendatang. “Kita tunggu dua bulan sampai tiga bulan lagi ya, mudah-mudahan normal lagi,” ungkap Mendag. Beberapa pedagang yang ditemui mengaku pasokan cabe dan bawang merah dari berbagai daerah cenderung menurun dalam beberapa bulan terakhir. Akibatnya, penjualan menurun karena harga yang relatif tinggi. “Biasanya minimal dapat cabe enam kwintal sehari. Sekarang dari daerah juga sulit, paling sehari bisa dapat 2,5 kwintal,” kata salah satu pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, Ani. Sementara harga beberapa bahan pangan pokok yang terpantau seperti beras, terigu, minyak goreng, hasil ternak, dan gula tidak mengalami perubahan berarti. Lebih lanjut Mari mengatakan, pemerintah telah melakukan beberapa intervensi untuk meredam kenaikan harga bahan pangan pokok. Antara lain membebaskan bea masuk beberapa komoditas pangan pokok seperti beras, gandum, dan kedelai serta bahan terkait pangan seperti bahan pakan ternak dan bahan pupuk. Menurut data Kementerian Perdagangan per 19 Januari 2011, harga rata- rata nasional cabe merah keriting tercatat Rp 40.535 per kg dan harga rata-rata selama 19 hari pertama pada Januari 2011 Rp 43.047 per kg. Ini lebih tinggi dari rata-rata harga komoditas itu selama Desember 2010 yang sebesar Rp 33.652 per kg. Sementara harga rata-rata nasional bawang merah tercatat Rp 24.418 per kg, lebih tinggi dari rata-rata selama 19 hari pertama pada Januari 2011 sebesar Rp 23.609 per kg. [RM] http://ekbis.rakyatmerdeka.co.id/news.php?id=15862 Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Dosa Perencana Pembangunan
Bagong Suyanto Terlepas dari cara dan pilihan kalimat yang mungkin terkesan keras, apa yang dikemukakan para tokoh itu sebetulnya mencoba mengajak pemerintah untuk tidak terlalu larut dalam indikator makro pembangunan yang acap kali kurang memerhatikan realitas di tingkat mikro. Mahbub ul Haq (1983), salah seorang ahli kemiskinan dari kubu teori ketergantungan, jauh-jauh hari telah mengingatkan, betapa bahayanya jika para perencana pembangunan terlalu percaya dan memuja angka statistik, sebaliknya tidak peka pada isu-isu dan persoalan nyata masyarakat miskin sehari-hari. Ketika pemerintah atau negara mengklaim telah berhasil menghela laju pertumbuhan ekonomi dan asyik menghitung tingkat penanaman modal, biasanya yang dilupakan adalah apakah arus investasi yang masuk itu dipergunakan untuk kegiatan industri yang ramah tenaga kerja lokal atau tidak? Tidak sedikit kasus membuktikan bahwa industrialisasi, yang berhasil didorong perkembangannya di sejumlah wilayah, ternyata sering kali lebih banyak menguras kekayaan sumber daya alam, menyebabkan kerusakan lingkungan, dan bahkan memarjinalkan masyarakat lokal. Salah satu dosa perencana pembangunan yang paling tidak bisa dimaafkan, menurut Mahbub, adalah ketika para perencana pembangunan terlalu terpukau oleh tingginya laju pertumbuhan produk domestik bruto dan mengabaikan tujuan sebenarnya dari usaha pembangunan. Kritik Mahbub memang tidak ditujukan kepada Indonesia, tetapi pertanyaan kritis yang dikemukakan Mahbub kepada negara tempat ia melakukan studi—Pakistan—sebenarnya bisa juga menjadi bahan introspeksi bagi Pemerintah Indonesia: Apalah artinya pertumbuhan ekonomi tinggi jika di sisi yang lain masih terjadi polarisasi tingkat kesejahteraan dan kesenjangan antardaerah yang mengusik rasa keadilan? Indikator makro Mengacu indikator kinerja pembangunan yang diekspos Badan Pusat Statistik dan bahkan sejumlah lembaga internasional, harus diakui apa yang dilakukan pemerintah selama ini telah membuahkan hasil: mendongkrak kembali angka pertumbuhan ekonomi dan mengurangi jumlah absolut penduduk miskin. Semua itu bukanlah hal mudah sehingga apa yang dicapai pemerintahan SBY-Boediono tetap perlu untuk diapresiasi. Akan tetapi, masyarakat miskin tentu bukan sekadar membutuhkan laporan keberhasilan pembangunan dan angka-angka statistik, bukan pula sekadar perencanaan program pembangunan yang diskenariokan untuk kepentingan masyarakat miskin. Mereka terutama membutuhkan program pembangunan yang benar-benar berjalan efektif, bisa diakses, dan yang tak kalah penting program itu harus pula bersifat kontekstual. Di tengah kondisi perekonomian yang masih belum sepenuhnya pulih, tekanan kebutuhan hidup yang makin mahal, iklim persaingan usaha yang makin ketat, dan lapangan kerja masih sulit didapat, kita tentu sepakat bahwa di Tanah Air ini masih banyak keluarga miskin yang kehidupannya makin terpuruk dan terjebak dalam spiral kemiskinan yang membelenggu. Sebuah keluarga miskin yang sumber penghasilannya makin kecil, sementara biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup makin melambung, tentu akibatnya bisa dengan mudah diprediksi: mereka makin rentan dan papa. Dalam beberapa kasus, yang disebut keluarga miskin memang terkadang mampu tetap bertahan dan bahkan bangkit kembali, terutama jika mereka memiliki jaringan atau pranata sosial yang melindungi dan menyelamatkan. Tidak sedikit pula keluarga miskin yang berhasil memberdayakan diri dan keluar dari tekanan kemiskinan setelah mereka memperoleh dukungan dana dan program dari pemerintah. Namun, seseorang atau keluarga yang jatuh pada spiral atau perangkap kemiskinan, umumnya, sulit untuk bangkit kembali. Seseorang yang dibelit perangkap kemiskinan acap kali tidak bisa ikut menikmati hasil pembangunan dan justru menjadi korban pembangunan, rapuh, tak meningkat kualitas kehidupannya, dan bahkan acap kali justru mengalami penurunan kualitas kehidupan. Di daerah di mana industrialisasi tengah berkembang sangat pesat, tidak selalu ada jaminan bahwa perubahan yang terjadi juga melibatkan partisipasi masyarakat lokal. Bahkan, bukan tidak mungkin masyarakat miskin yang ada di daerah itu justru hanya menjadi penonton dan mengalami penurunan taraf kehidupan karena terjadinya proses invasi dan suksesi pemilikan aset produksi penduduk asli kepada para pendatang. Rakyat tak butuh janji Dalam posisi yang serba tidak berdaya, rentan, dan mengalami proses marjinalisasi, apa yang dibutuhkan masyarakat miskin bukanlah janji- janji politik, apalagi klaim-klaim yang sifatnya reaktif. Yang lebih penting adalah bagaimana pemerintah bersedia turun ke bawah, mendengar dan menyaksikan langsung berbagai problem yang mereka alami sehari- hari dan mengembangkan pendekatan yang disebut Robert Chambers (1987) sebagai pendekatan learning from the people, yakni pendekatan yang menempatkan masyarakat miskin benar-benar sebagai subyek pembangunan.
[proletar] Jumlah Si Miskin
Kecuk Suhariyanto Sejumlah tokoh lintas agama membuat pernyataan terbuka. Mereka menyebut pemerintah telah berbohong. Tidak tanggung-tanggung kebohongan itu. Jumlahnya delapan belas, terdiri dari sembilan kebohongan lama dan sembilan kebohongan baru. Demikian tersua di pelbagai media. Karena pernyataan terbuka ini merupakan seruan moral tokoh lintas agama yang tak punya kepentingan politik praktis, gaungnya ke mana- mana. Pemerintah berusaha membela diri, tetapi membikin situasi justru lebih buruk. Pemerintah dinilai kurang arif dan tak mau menerima masukan konstruktif. Salah satu kebohongan lama yang disebutkan adalah perihal penyampaian angka kemiskinan. Pemerintah dituduh berbohong karena menyatakan jumlah penduduk miskin 2010 adalah 31,02 juta jiwa, padahal data penduduk yang layak menerima beras miskin 70 juta jiwa. Pertanyaannya, mengapa sampai ada dua angka kemiskinan yang jauh berbeda, padahal keduanya sama-sama berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data kemiskinan makro Mencoba menghitung jumlah penduduk miskin bukan pekerjaan mudah. Setakat ini belum satu pun metodologi yang sempurna memotret kemiskinan. Secara umum, kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi saat seseorang atau sekelompok orang tak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hanya terdiri dari satu kalimat, tetapi maknanya sangat luas sehingga bisa mengundang perdebatan panjang. Contohnya, apa yang dimaksud dengan kehidupan bermartabat. Apa pula yang termasuk hak-hak dasar? Apalagi, tidak semua hak dasar dapat dikuantifikasi, seperti rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik. Dari definisi itu terlihat bahwa kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Sulit mengukurnya sehingga perlu kesepakatan pendekatan pengukuran yang dipakai. Salah satu konsep penghitungan kemiskinan yang diterapkan di banyak negara, termasuk Indonesia, adalah konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan konsep ini, definisi kemiskinan yang sangat luas mengalami penyempitan makna karena kemiskinan hanya dipandang sebagai ketakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan. Dalam terapannya, dihitunglah garis kemiskinan absolut. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran/pendapatan per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan disebut penduduk miskin. Penghitungan penduduk miskin ini didasarkan pada data sampel, bukan data sensus, sehingga hasilnya sebetulnya hanyalah estimasi. Data yang dihasilkan biasa disebut data kemiskinan makro. Di Indonesia, sumber data yang digunakan adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional. Pencacahannya dilakukan setiap Maret dengan jumlah sampel 68.000 rumah tangga. BPS menyajikan data kemiskinan makro ini sejak tahun 1984 sehingga perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin bisa diikuti dari waktu ke waktu. Salah satu data kemiskinan yang mengundang polemik panjang adalah data kemiskinan pada Maret 2006. BPS mengumumkan jumlah penduduk miskin naik dari 35,1 juta jiwa (15,97 persen) pada Februari 2005 menjadi 39,30 juta jiwa (17,75 persen) pada Maret 2006 karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Data kemiskinan makro yang terakhir dikeluarkan BPS adalah posisi Maret 2010 ketika jumlah penduduk miskin 31,02 juta jiwa atau 13,33 persen total penduduk Indonesia. Data ini hanya menunjukkan estimasi jumlah dan persentase penduduk miskin yang berguna untuk perencanaan serta evaluasi program kemiskinan dengan target geografis. Akan tetapi, data itu tidak dapat menunjukkan siapa dan di mana alamat penduduk miskin sehingga tidak operasional untuk program penyaluran bantuan langsung, seperti bantuan langsung tunai, beras untuk rakyat miskin, dan Jaminan Kesehatan Masyarakat. Data kemiskinan mikro Masalah muncul saat pemerintah menaikkan harga BBM pada tahun 2005 dan ingin memberi kompensasi kepada penduduk lapisan bawah berupa penyaluran bantuan langsung tunai, beras untuk rakyat miskin, dan Jaminan Kesehatan Masyarakat. Orientasi program penanggulangan kemiskinan di Indonesia mendadak berubah total. Di zaman Orde Baru, program penanggulangan kemiskinan memakai pendekatan geografis (desa), seperti Inpres Desa Tertinggal. Sejak tahun 2005, yang digunakan pendekatan individu atau rumah tangga, seperti bantuan langsung tunai, beras untuk rakyat miskin, dan Jaminan Kesehatan Masyarakat. Penyaluran bantuan langsung tak bisa memakai data kemiskinan makro sebab memerlukan nama dan alamat si miskin. Pengumpulan data harus dengan sensus, bukan sampel, sehingga data yang dihasilkan disebut sebagai data kemiskinan mikro. Ini berbeda dengan metode penghitungan kemiskinan makro dengan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Pengumpulan data kemiskinan mikro didasarkan pada ciri-ciri rumah tangga miskin supaya pendataan bisa cepat dan hemat biaya.
[proletar] Bancakan Rapuhkan Sistem
Interaksi dalam paket UU politik lebih bersifat kolutif, bancakan (bagi-bagi) daripada kompetitif. Bagi mereka, ini (bagi-bagi) jauh lebih menguntungkan daripada tidak sama sekali. PARTAI politik (parpol) sejatinya menjadi pe nyuara kepentingan rakyat karena dipilih oleh rakyat. Yang terjadi saat ini, mereka malah lebih tunduk pada suara elite ketimbang konstituen. Hal itu diperparah dengan mewabahnya praktik bancakan kepentingan melalui perwakilan fraksi parpol di parlemen. Terus berlanjutnya praktik bancakan dinilai akan merapuhkan sistem politik. Sistem politik kita masih bagi-bagi kekuasaan. Bagi mereka, ini (bagi- bagi) jauh lebih menguntungkan daripada tidak sama sekali, cetus mantan Wakil Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Ramlan Surbakti, saat berbicara dalam diskusi Meb nyingkap Tabir Pemilu 2014, di n Kantor Media Indonesia, Kedoya, Jakarta Barat, kemarin. Ia menyebutkan, pembahasan revisi Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD merupakan contoh telanjang bancakan. UU Pemilu, UU Penyelenggara Pemilu, dan UU Parpol masuk dalam paket UU politik sebagai acuan pelaksanaan Pemilu 2014. Politik bagi-bagi kekuasaan bisa terlihat jelas dari kebijakan atau UU yang dibuat. Pasal ini adalah partai A, pasal itu adalah partai B, dan pasal lainnya adalah partai C. Semuanya terlihat jelas. Tidak hanya saat pembuatan UU, tapi juga saat penyusunan APBN, sahutnya. Ramlan mengingatkan, praktik bancakan tersebut harus dihentikan karena merugikan rakyat. Aspirasi mereka tidak bisa disalurkan dan disampaikan dengan baik. Wakil rakyat yang terpilih pun juga cenderung memilih menyuarakan kepentingan-kepentingan partainya. Untuk itulah, ia memandang perlu dilakukannya penyederhanaan partai. Bukan dengan menaikkan ambang batas parlemen (parliamentary threshold/ PT), melainkan melalui sistem liga pemilu seperti dalam permainan sepak bola. Menurutnya, angka PT yang tinggi hanya akan menciptakan kepartaian yang oligarkis dan sentralistis. Sementara dengan sistem liga, ada degradasi bagi partai yang tidak mendapat suara minimal. Tapi tidak ada tanggapan dari partai. Sepertinya mereka takut dengan adanya sistem kompetisi seperti ini, terangnya. Ramlan Surbakti Mantan Wakil Ketua KPU Sebelumnya, Direktur Indonesia Parliamentary Center (IPC) Sulastio melihat, menguatnya indikasi dagang pasal saat pembahasan revisi UU 22/2007 tentang Penyelenggara Pemilu. UU itu membuka peluang anggota parpol untuk menjadi anggota KPU. Jika dulu Golkar ingin ambang batas parlemen hingga 10% bisa menjadi 5% karena telah didukung fraksi lain dalam RUU Penyelenggara Pemilu. Verifikasi sepi Hal yang sama terjadi saat DPR merampungkan revisi UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Parpol. Syarat pembentukan parpol diperberat. UU Parpol yang baru disahkan Desember 2010 digugat ke Mahkamah Konstitusi (MK). Belum (ada yang daftar). Barangkali orang mau menunggu dulu, kan ada gugatan ke MK, kata Dirjen Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan HAM, Aidir Amin Daud.(*/Ide/P-4) http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2011/01/21/ArticleHtmls/21_01_2011_003_013.shtml?Mode=0 Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Nasib Petani Indonesia Sudah Sampai Taraf Sengsara
Ninik Setrawati - detikFinance Jakarta - Pemerintah dinilai tak pernah memperhatikan nasib petani di Indonesia yang tahun lalu ditimpa kegagalan panen akibat cuaca ekstrem dan gangguan hama. Nasib petani saat ini sudah sampai taraf sengsara. Demikian disampaikan oleh Pemilik CV Alamakmur Ayong Winata yang merupakan agen penjual beras kepada detikFinance, Rabu (19/1/2011). Petani kita dibiarkan begitu saja oleh pemerintah untuk mengatasi masalah di lapangan. Padahal kita tahu sendiri bahwa petani kita itu pengetahuannya kurang dan dananya juga terbatas. Petani kia bukan hanya miskin, tapi sudah sampai taraf sengsara, imbuhnya. Ayong meminta agar pemerintah turun ke lapangan untuk membantu petani. Apa yang dibutuhkan oleh petani, misal pupuk atau obat-obatan, harus disiapkan oleh pemerintah. Selain itu juga harus ada program bunga murah dan tanpa pinjaman yang dapat membantu keuangan petani. Selain itu, Ayong juga mengatakan soal kebijakan pembebasan bea masuk beras yang dilakukan pemerintah untuk mempermudah impor beras guna mengamankan pasokan dalam negeri. Menurut Ayong tidak apa-apa bea masuk dibebaskan, asalkan tidak selamanya. Pembebasan bea masuk untuk beras hanya berlaku sampai Maret atau hanya sampai petani kita mulai panen. Mulai 1 April bea masuk mulai dikenakan lagi ke beras, yaitu Rp 450/kg, jadi pembebasan bea masuk ini tidak berlaku selamanya, jelas Ayong. Ayong juga menambahkan bahwa pola seperti ini dinilai cukup bagus mengingat harga beras di dunia juga mahal. Ia menilai bahwa dengan pembebasan bea masuk ini maka pemerintah telah berusaha untuk menjaga harga beras di dalam negeri supaya tidak melonjak terlalu tinggi. Namun, jika pembebasan bea masuk diberlakukan selamanya, maka akan merugikan petani kita. Disinggung mengenai konsumsi masyarakat sejak harga beras melambung, Ayong mengatakan jumlah konsumsi masyarakat tidak berkurang. Namun, pelanggan yang sebelumnya membeli beras kualitas tinggi atau sedang, kini mereka terpaksa membeli beras yang kualitasnya sedang atau rendah. (nin/dnl) http://us.detikfinance.com/read/2011/01/19/145313/1549928/4/nasib-petani-indonesia-sudah-sampai-taraf-sengsara?f9911023 Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] WikiLeaks: AS Berkepentingan Atas Timah RI
Timah di Selat Malaka berkatagori infrastruktur penting dan sumber daya kunci, bagi AS Renne R.A Kawilarang VIVAnews - Tambang dan pabrik timah di dekat Selat Malaka, Indonesia, dianggap vital bagi kepentingan Amerika Serikat (AS). Selain itu, Washington juga menandai sejumlah sumber daya dan lokasi strategis lainnya di mancanegara yang patut diperhatikan bagi kepentingan Negeri Paman Sam. Demikian menurut suatu memo berkatagori rahasia yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS. Memo itu dibuat pada 18 Februari 2009 dan berkatagori rahasia, yang akhirnya bocor di laman WikiLeaks pada 5 Desember 2010. Bernomor referensi STATE 015113, memo diplomatik itu menginstruksikan kedutaan-kedutaan besar AS di mancanegara untuk menyusun daftar infrastruktur yang dianggap vital bagi kesehatan publik, keberlangsungan ekonomi dan keamanan AS. Tambang dan pabrik timah di Selat Malaka, Indonesia, termasuk dalam ratusan aset yang berkatagori infrastruktur penting dan sumber daya kunci, bagi AS. Daftar itu dimuat dalam Critical Foreign Dependencies Initiative 2008, yang bertujuan untuk mendata sejumlah aset vital di luar negeri untuk melindungi kepentingan AS dari berbagai ancaman, baik terorisme maupun bencana alam. Memo itu tidak menyebutkan lokasi spesifik tambang timah di Indonesia yang dianggap penting bagi AS. Namun, sejumlah wilayah di Kepulauan Riau, yang terletak di dekat Selat Malaka, dikenal sebagai penghasil timah. Menurut penelusuran VIVAnews, dan juga laman harian New Zealand Herald, dokumen itu bertanda Menteri Luar Negeri Hillary Clinton. Ketidakmampuan atau penghancuran sistem dan aset-aset itu akan melemahkan keamanan, daya tahan ekonomi nasional, kesehatan atau keselamatan publik nasional, atau gabungan dari elemen-elemen itu, demikian tulis memo tersebut, seperti yang dipantau New Zealand Herald. Bersama Indonesia dan negara-negara lain, sejumlah wilayah di Selandia Baru turut menjadi kepentingan AS. Wilayah yang dimaksud adalah jalur kabel bawah laut di Takapuna dan Whenuapai. Sebelumnya, 4 Desember 201, WikiLeaks mulai membocorkan laporan dari kantor perwakilan Amerika Serikat (AS) di Jakarta. Laporan itu menyinggung kemungkinan serangan balasan teroris terkait eksekusi mati atas para pelaku Bom Bali pada 2008 lalu. (Selengkapnya baca WikiLeaks: AS Singgung Eksekusi Amrozi cs) • VIVAnews http://dunia.vivanews.com/news/read/192313-wikileaks--as-berkepentingan-atas-timah-ri Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Melangkah dari Kondisi yang Ada
Sejak UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diundangkan, pelaksanaannya sampai hari ini masih jalan di tempat. Rabu,24 November2010lalu, rapatPansusBPJS dengan pemerintah mengalami jalan buntu karena tidak ada titik temu mengenai substansi RUU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang diajukan DPR. Hal ini akan terus menunda terlaksananya UU SJSN.Padahal, jaminan sosial adalah wujud nyata perlindungan negara terhadap warganya. UU SJSN tersebut diharapkan dapat memberikan perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bagaimanapun pemerintah harus bertanggung jawab untuk mengembangkan sistem agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak.Rakyat harus terlindungi dari segala risiko akibat hilang atau berkurangnya pendapatan karena menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau pensiun. Perdebatan antara DPR dan Pemerintah dalam pembahasan RUU BPJS tersendat pada bagaimana bentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. DPR berpendapat bahwa bentuk badan yang akan mengelola jaminan sosial bagi seluruh masyarakat merupakan satu badan tunggal,berupa merger dari pengelola jaminan sosial yang ada. Badan tunggal tersebut harus bersifat nirlaba dan berbentuk hukum wali amanah. DPR menganggap bahwa BPJS yang disebutkan dalam pasal 52 UU SJSN harus berubah status dari BUMNmenjadiBadanHukumKhusus yang dibentuk oleh Undangundang. Status BUMN sebagaimana tujuan pembentukannya adalah untuk mencari laba sedangkan penyelenggaraan jaminan sosial merupakan tugas negara yang bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan rakyat dan pengelolaan dana amanah untuk sepenuhnya digunakan bagi kepentingan rakyat.DPR berinisiatif agar empat BPJS yang ada saat ini harus melebur menjadi satu badan tunggal dan bentuk badan hukumnya bukan BUMN tetapi merupakan wali amanah. Di sisi lain, pemerintah bersikukuh bahwa keempat BUMN yang disebutkan dalam UU Nomor 40/2004 merupakan BPJS yang sah untuk menyelenggarakan program jaminan sosial, tidak perlu diubah status hukumnya ataupun dilakukan peleburan menjadi bentuk tunggal. Pemerintah menyadari bahwa keempat BUMN tersebut sedang melakukan penyesuaian sehingga sesuai dengan prinsipprinsip SJSN. Pemerintah berpandangan bahwa bentuk tunggal yang diusulkan dalam RUU BPJS tidak sejalan dengan amanat UU SJSN. Dalam Pasal 1 ayat 2 secara tegas dinyatakan: “Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapabadan penyelenggara.“ Pemerintah tetap beranggapan bahwa keempat BUMN masih relevan untuk menjalankan jaminan sosial baik dari aspek hukum maupun teknis operasional. Ditambah lagi dengan kinerja BUMN tersebut selama ini telah menjalankan prinsip-prinsip korporasi yang sehat dan tata kelola (governance) yang baik. Dari aspek hukum,pemerintah memberi alasan bahwa badan hukum BUMN memungkinkan untuk menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak (Pasal 2 Ayat 1c UU 19/2003). Bahkan, dalam Pasal 66 UU 19/2003 menyatakan bahwa pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum. Pemerintah menambahkan juga bahwa dalam Pasal 14 ayat 1 UU Nomor 2/1992 tentang Perasuransian menyatakan: “Program asuransi sosial hanya dapat diselenggarakan oleh BUMN.” Masing-masing pihak, baik DPR maupun pemerintah, tentu mempunyai argumen hukum yang kuat dan masuk akal. Kalau masing-masing tidak mau beranjak dari sudut pandangnya sendiri sampai kapan pun tidak akan mencapai titik temu. Hal ini akan dipengaruhi juga oleh tingkat kepentingan masing-masing. Jika masalah ini tertunda,sampai mendekati pemilu misalnya, persoalannya menjadi lain dan akan melebar lebih jauh bahkan bisa kehilangan esensi sebenarnya. Jika tidak ada lobi dan pendekatan yang luwes dari kedua belah pihak akan timbul resistensi yang makin kuat untuk mempertahankan pendapatnya masing-masing lalu akan berkembang kecurigaan dari sudut yang berbeda.Pemerintah terutama Kementerian BUMN dianggap tidak mau berubah dan tidak mau melepas kekuasaannya terhadap BPJS. Sebaliknya DPR juga dianggap punya kepentingan politik sendiri-sendiri. Peran DJSN Kalau kita urut sejak disahkannya UU SJSN tanggal 19 Oktober 2004,Pemerintah memang lamban dalam menyiapkan implementasinya. Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) yang berfungsi untuk merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional baru dibentuk beberapa tahun sesudah UU SJSN ditandatangani. Belum lagi jika dilihat komposisi anggota DJSN semuanya masih merangkap dalam jabatan lain dan operasionalisasinya belum dilengkapi dengan sumber daya yang memadai. Karena itu,wajar jika tenggat waktu yang disebutkan dalam Pasal 52 Ayat 2 UU SJSN,di mana semua ketentuan yang mengatur mengenai
[proletar] Menata Ulang Presidensialisme
Pasca-Orde Baru, sudah tiga kali pemilu kita lalui dengan beragam regulasi. Liberalisasi politik yang menguat, menjadikan atmosfir demokrasi di Indonesia gegap gempita. Hampir setiap pemilu, kita merevisi paket UU Politik,namun selalu tak tuntas karena fragmentasi kekuatan yang sangat beragam dan dinamika kepentingan partai politik yang terlampau kuat.Terbentuknya pemerintahan SBY yang kedua pasca Pemilu 2009 pun kembali membuktikan betapa kuatnya beban kompromi politik yang harus ditanggung presiden terpilih, karena formula bersandingnya presidensialisme dengan multipartai ekstrem dalam fakta politik di Indonesia. Mitra koalisi dari beragam partai kerap tak mencerminkan sikap politik partai pendukung pemerintah,melainkan senantiasa “main mata” seraya menunggu momentum untuk mengartikulasikan kekuatan mereka, sekalipun tak sejalan dengan presiden yang mereka dukung. Pilihan Desain Kini,UU Paket Politik kembali menjadi topik utama bahasan DPR, bahkan menjadi prioritas Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2010.Artinya,kembali ada momentum bagi para anggota DPR dari lintas fraksi untuk membahas ulang desain penguatan sekaligus pemapanan sistem demokrasi di Indonesia. Memang,banyak pihak skeptis, apa yang dirumuskan di DPR akan bermuara pada cita-cita perbaikan tata kelola politik yang lebih baik. Kecurigaan itu wajar mengingat di banyak kesempatan, DPR periode ini seperti halnya DPR sebelumnya kerap tak merepresentasikan idealitas lembaga perwakilan rakyat melainkan lebih menunjukkan wajah agresivitas politik parpol dan individu para politisi. Tak dapat dimungkiri bahwa satu fenomena demokrasi paling menarik di Indonesia kontemporer adalah suasana demokrasi yang kian bergairah.Tentu saja hal ini memiliki plus minus. Kelebihannya, Indonesia kian tumbuh menjadi negara demokrasi besar yang sedang menunjukkan praktik politik prosedural yang bebas dan kian kompetitif. Kelemahannya, sangat sulit merawat momentum kebabasan untuk diakselerasikan ke dalam proses pemapanan politik yang sistemik. Kerap terjadi paradoks di level elite,terutama dalam relasi eksekutiflegislatif dan partai politik di sisi lain. Salah satu paradoks yang mencolok adalah implementasi sistem presidensialisme yang mirip benang kusut, tak pernah terurai dan tak mampu menghasilkan sistem politik yang mapan. Sebagaimana diketahui, Indonesia sudah memilih desain institusional serta tipe kakuasaan eksekutif berdasarkan pada presidensialisme. Pilihan ini bukan persoalan benar atau salah melainkan cocok atau tidaknya dengan karakteristik, fakta dan dinamika politik yang berkembang di Indonesia. Dari sudut karakteristik, sistem parlementer yang pernah dianut di Indonesia dinilai kurang cocok karena lebih menunjukkan spirit demokrasi barat yang menekankan pada individualisme dalam pengambilan keputusan,padahal akar musyawarah dan mufakat telah lama menjadi ciri dominan bangsa Indonesia. Sementara fakta dan dinamika politik juga menunjukkan, praktik parlementer dengan ciri dominan sistem multipartai tak sukses menjadikan Indonesia lebih baik. Sejak Indonesia merdeka, kita telah menjalankan sistem multipartai. Surat Keputusan Wakil Presiden (Wapres) Mohammad Hatta Nomor X/1949 merupakan titik awal implementasi sistem multipartai di Indonesia. Keputusan Wapres ini merupakan salah satu penyiapan penyelenggaraan pemilu pertama pada tahun 1955.Pemilu tersebut diikuti 29 partai politik dan juga peserta independen (perseorangan). Beberapa partai politik yang mendapatkan suara signifikan pada pemilu pertama antara lain PNI (22,32%),Masyumi (20,92%), NU (18,41%), PKI (16,36%), PSII (2,89%), Parkindo (2,66%), PSI (1,99%),Partai Katolik (2,04%), dan IPKI (1,43%).Terjadi ketidaksetabilan pemerintahan yang berlangsung antara tahun 1950an-1960an. Multipartai juga mengawali pemilu pertama di masa Orde Baru.Tahun 1971 diikuti oleh 10 partai politik, termasuk Golkar yang saat itu menjadi kekuatan politik pemerintah. Soeharto lantas memaksakan penyederhaan parpol melalui kebijakan fusi. NU, Parmusi, PSII dan Perti direstrukturasi ke PPP. PNI, IPKI, Parkindo, Katolik direstrukturasi menjadi PDI sementara Golkar adalah parpol dominan yang menjadi sayap utama politik pemerintah. Meski dari sudut jumlah,menunjukkan masih multipartai sederhana dalam faktanya bisa dikatakan kita memasuki fase partai dominan untuk menghaluskan istilah partai tunggal, yakni Golkar sebagai satu-satunya kekuataan penguasa, meski jenis kelamin Golkar sebagai parti belum jelas. Jalur ABRI-Golkarbirokrasi (ABG) menjadi penanda koorporatisme politik yang menempatkan Soeharto di puncak hirarki kekuasaan selama 32 tahun. Reformasi politik pada tahun 1998, melahirkan kembali liberalisasi politik.Kurang lebih 200 parpol tumbuh, dan hanya 48 parpol yang bisa mengikuti Pemilu 1999. PDI Perjuangan,Golkar,PKB,PPP, dan PAN menempati 5 suara terbanyak. Pada pemilu 2004, hanya setengah dari jumlah parpol peserta pemilu
[proletar] Keterlaluan! Pejabat Singkirkan Hak Jamaah Sakit
Keterlaluan! Pejabat Singkirkan Hak Jamaah Sakit Tribunnews.com/hendra gunawan TRIBUNNEWS.COM - Pada kasus tertentu misalkan karena sakit, jamaah haji diperbolehkan ikut dalam proses pemulangan awal ke tanah air (tanazul). Sayangnya, belakangan ini jamaah sakit justru kerap terpinggirkan lantaran tergeser banyaknya orang `sakti'. Praktik sogok pun menjadi biasa. Biasanya orang 'sakti' tersebut justru ikut-ikutan tanazul, dengan alasan beragam. Ya, karena rapat di dewan, mengawinkan anak hingga kebutuhan pribadi yang dikemas alasan penting. Celakanya, tanazul pun mengesampingkan jamaah sakit yang seharusnya di Sudah dua petugas menjadi korban pada bagian pelayanan tanazul. Haryadi dan Suhadi, dalam dua hari terakhir tergolek di tempat tidur lantaran sakit. Kedua petugas ini mengalami `tekanan` kuat karena tiap hari berhadapan dengan `penggede` yang ikut-ikutan tanazul. Media center haji (MCH) Kementerian Agama melansir kalau sogok, bujuk rayu dan mengatasnamakan penggede dari lingkungan kementerian agama untuk ikut tanazul hampir tiap hari. Perilaku warga di tanah air terbawa ke tanah suci. Petugas haji pun mau disogok, ungkap Hariadi, seperti dikutip dari MCH Pemandangan sebaliknya terjadi pada Mbah Nokumi. Hak tanazul bagi Nokumi kini masih diperjuangkan. Surat pendukung bagi kepulangan awal Nokumi kini tengah diproses. Ia diharapkan dapat kembali ke tanah air untuk mendapat perawatan sebagaimana mestinya. Perempuan sepuh ini menderita patah kaki dan tangan setelah jatuh dari lift. Kondisinya sudah sangat tak memungkinkan untuk berlama-lama di Tanah Suci Diharapkan Nokumi tak menjadi korban di pemondokan, mengingat pasca Arafah Muzdalifa dan Mina (Armina) angka kematian jemaah haji cenderung naik. Termasuk pula Nokumi lainnya yang berusia lanjut dan kini harus mendapat perhatian dari sejumlah petugas kesehatan atau tim medis. Editor: anita_k_wardhani http://www.tribunnews.com/2010/11/26/keterlaluan-pejabat-singkirkan-hak-jamaah-sakit Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Mas Achmad Santosa: Ah, Nggak Mungkin Dong Kami Mengarahkan Gayus
RMOL. Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum (Satgas PMH) tidak pernah meminta Gayus Tambunan untuk membongkar kasus dugaan suap pajak grup Bakrie. “Nggak mungkin dong kami mengarah-ngarahkan seperti itu. Gini ya, nama grup Bakrie yang pertama kali mengungkapkan adalah Gayus pada saat kami di Singapura. Begitu juga dari mana saja dia mendapatkan uang,’’ ujar anggota Satgas PMH, Mas Achmad Santosa, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin. Sebelumnya Wakil Bendahara Partai Golkar, Bambang Soesatyo mengatakan, polisi hendaknya memeriksa anggota Satgas PMH yang meminta Gayus Tambunan untuk membongkar kasus dugaan suap pajak grup Bakrie. “Pengakuan Gayus ini harus ditindaklanjuti. Kapolri harus berani memanggil dan memeriksa anggota Satgas yang mengarah-arahkan Gayus. Dari pengakuan itu jelas-lah siapa yang sesungguhnya berada dalam skenario kasus Gayus,” ujar Bambang Soesatyo. Mas Achmad Santosa selanjutnya mengatakan, Gayus juga membeberkan semuanya kepada Kabareskrim Ito Sumardi. Kemudian pada saat pemeriksaan di hadapan tim independen, Gayus juga menyampaikan hal yang sama. “Jadi, nggak mungkin dong kami yang mengarah-ngarahkan. Nggak ada kaitannya sama sekali,” ucapnya. Berikut kutipan selengkapnya: Kalau misalnya anggota Satgas diperiksa polisi, apa Anda siap? Diperiksa sebagai apa. Yang meminta siapa. Jangan ngawur ah. Orang kami yang membantu polisi kok. Kami itu membantu polisi dengan menye rahkan semua pengakuan Gayus kepada Kapolri, tim independen, dan Ka bareskrim. Kita ini kan bersinergi dengan mereka. Jadi, jangan ter pancing dengan rumor yang sudah dipolitisir. Gitu saja ya. Tapi ada yang menilai Satgas ikut mempolitisir? Ya, nggak ada itu. Nggak kaitannya sama sekali. Jadi, dari situ saja sudah jelas bahwa itu tidak benar. Sebetulnya kayak gitu nggak perlu ditanggapilah. Malah buang-buang waktu kan. Sebab, bukan itu misi kita. O ya, target tim ini 10 hari bekerja, berarti sudah lewat dong? Ya, tapi kita tidak bisa paksakan. Kalau belum selesai, apa boleh buat. Yang penting adalah kualitas informasi dan kelengkapan data. Apa yang kurang lengkap? Kelengkapan informasinya yang masih kurang. Misalnya apa? O, nggak perlu disebutkan. Tapi kami sudah tukar-menukar informasi dengan pihak penyidik kepolisian. Data-data apa saja yang sudah dikumpulkan? Itu nanti saja, tunggu selesai dulu. Kalau Anda bertanya berarti Anda bertanya tentang kontennya kan. Kapan selesainya? Secepat mungkinlah. Penelusuran kami tidak hanya soal suapnya, itu tugasnya polisi. Sedangkan kami untuk menggali apakah ada potensi penghilangan barang bukti pada saat Gayus di luar tahanan. Tim ini kerjanya lamban ya? Terserah dinilai apa, nggak jadi soal. Yang jelas, kami ini kan mem bantu institusi penegak hukum. Bentuknya seperti apa? Semua data-data yang kami temukan diberikan kepada penegak hukum. Sebab, mereka yang menindaklanjutinya. Tapi juga membuat rekomendasi perbaikan sistem yang nanti disampaikan kepada Kemenkumham, kepoli sian, dan institusi lainnya. Banyak pihak meminta agar KPK yang menangani kasus Gayus, komen tar Anda? Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Korupsi itu sudah jelas bahwa dalam penindakan pidana korupsi, KPK memiliki kewenangan supervisi terhadap lembaga-lembaga penegak hukum yang menangani perkara korupsi. Berarti bisa diambil alih dong? Ya, pengawasan, penelitian, penelahaan sampai kepada pengam bilalihan. Maka diserahkan kepada institusi yang ada. Biarkan saja KPK dan polisi berkoordinasi. Menurut Anda bagaimana? Saya berpendapat bagaimana menjadikan supervisi ini menjadi supervisi yang maksimum. Itu bisa berubah menjadi diambil alih. Tapi kepolisian dan KPK harus intensif koordinasi. Jadi, sebaiknya memang kepentingan bangsa diutamakan, jadi dua institusi itu bersinergi. Apa bisa terjadi? Bisa saja. Ini demi menjalankan penegakan hukum yang profesional, obyektif, dan berintegritas. Ujungnya adalah memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap hukum dan lembaga penegak hukum. Maka dibutuhkan sinergi antar dua lembaga itu dan satu sinergi lagi yakni kejaksaan. Itu harapan Satgas. Dan saya yakin tidak ada ego korps, ego ke lembagaan, dan ego sektor. [RM] http://www.rakyatmerdeka.co.id/news.php?id=10424 Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to:
[proletar] Vis-a-Vis Korupsi
Oleh JE Sahetapy Sejak reformasi bergulir, kata yang paling sering tampak digunakan, baik melalui televisi, media cetak, maupun pelbagai tulisan lainnya, adalah kata korupsi. Korupsi menjadi hallmark reformasi. Publikasi-publikasi tentang korupsi pun bermunculan dengan berbagai argumentasi, terutama sosio-politis. Dari sekian banyak publikasi, yang menarik perhatian publikasi Bank Dunia (2003), ”Memerangi Korupsi di Indonesia. Memperkuat Akuntabilitas untuk Kemajuan”. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berasal dari zaman kolonial (1918), kata korupsi tidak ditemukan atau digunakan. Namun, itu tidak berarti perbuatan pidana dalam bentuk korupsi tidak ada. Baru di kemudian hari setelah ditiru dari Belanda, Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi (WED), wujud korupsi menjadi jelas Akhirnya korupsi terus mengancam sampai korupsi dirumuskan sebagai extra ordinary crime. Itu berarti pidana yang dijatuhkan juga bersifat ”luar biasa”. Bersamaan dengan praktik korupsi yang terus merajalela terutama setelah otonomisasi—mengingat lembaga-lembaga penegak hukum seperti tidak mampu atau sudah tercemar korupsi pula—maka dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan pengadilan khusus korupsi karena ada anggapan kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan gagal. Dari sistem hukum tak terlalu pas, tetapi apa boleh buat. Tetapi, korupsi ternyata seperti hanya pura-pura pingsan. Kekuatan ilegal korupsi ternyata tak tinggal diam. Mereka terus bergerilya dan berusaha memandulkan KPK melalui berbagai cara. Simak antara lain kasus Bibit-Chandra, tikus-tikus berbintang di Mabes Polri dan Kejaksaan Agung, kasus makelar kasus (markus) pajak, dan kehebohan implementasi remisi oleh Kementerian Hukum dan HAM. Sementara itu, di ”gedung miring” DPR di Senayan ada skenario miring pula tentang berbagai kunjungan pelesir wakil rakyat. Gerilya korupsi Orang awam di akar rumput yang terus menderita seperti kebingungan bertanya: bagaimana dengan lembaga penegak hukum kepolisian, kejaksaan (dan kehakiman)? Apakah mereka juga bergerilya seperti hit and run? Simak sendiri, sebab masih belum jelas, kasus deponering, yang sebetulnya harus seponering. Dua lembaga penegak hukum ini seperti sudah berada dalam stadium proses ”kehancuran”. Pimpinan negara seperti terpukau dan hanya sibuk mengimbau untuk politik pencitraan subkultur dominan. Tidak ada tindakan tegas dan keras terhadap tikus-tikus berbintang di Mabes Polri. Idem dito dengan tikus-tikus di Kejaksaan Agung. Semua itu seperti mimpi buruk, apalagi setelah muncul kasus ”makelar kasus pajak”. Pemerintah, kalau tidak belajar dari sejarah, juga akan ambrol dan runtuh karena korupsi seperti yang dialami VOC. Lalu siapa yang akan menangis? Orang Belanda mengatakan, ”Zachte heelmeester maken stinkende wonden” (artinya, tabib yang lemah lembut akan membuat luka makin berbau busuk dan borok). Jadi Presiden harus berhenti dengan pidato- pidato imbauan sekadar kosmetik. Dengan perkataan lain, Presiden harus tegas. Jangan ”takut” kepada politikus (bukan politisi) kaya lagi kuat dan yang terus ingin berkuasa. Apalagi dengan menyerahkan kado istana untuk koruptor. Rakyat di akar rumput diam, tetapi sudah sebal. Kalaupun ada ”demonstrasi galak”, itu fenomena testing the water dan hak asasi manusia (HAM). Komisaris Jenderal Polri Nanan Sukarna mengatakan, ”Masih banyak polisi korup dan brengsek”. Lalu bagaimana dengan ”jaksa galak” di Kejagung yang main mata dengan ”markus pajak”. Dapat dimengerti jika ada yang bertanya, bagaimana dengan nasib kita sebagai rakyat kecil? Di sinilah pentingnya ditanamkan dan dipupuk kejujuran (integritas), etik dan moral sejak dini. Tanpa itu, kita akan kewalahan di tengah pergulatan masyarakat sektarian yang kejam. Besi tak dapat dibengkokkan tanpa dipanasi sejak dini, ia akan patah dan itu berarti terlambat. Abad sekarang ini adalah abad imoralitas kebebasan yang amburadul, materialistis, dan kebejatan rohani. Dr Kunkel menulis: ”Het begin van alle opvoeding is zelf opvoeding”. Mulailah dengan mendidik diri sendiri terlebih dulu dalam soal integritas, etik, dan moral. Jangan tunggu sampai jadi pejabat karena pasti sudah terlambat. Dalam bahasa Belanda: ”De uitzonderingin bevestigen de regel”. Jangan percaya pada janji-janji pejabat dan politisi gombal, karena lidah tak bertulang. Kita tahu proses pemilu membutuhkan jumlah uang tidak sedikit untuk ”membeli” suara. Kalau terpilih, caleg parpol akan mencari uang dengan cara apa pun agar bisa balik modal. Akibatnya, korupsi ibarat lingkaran setan. Dalam kerangka berpikir Lawrence M Friedman (1968), penguasa sibuk membenahi komponen struktural dan substantif, tetapi lupa membenahi komponen kultural (moral, etik, dan perilaku). Mengapa? Karena moral dan etika mereka serta perilaku mereka sudah amburadul. Kunci sudah diberikan untuk membuka kotak pandora! JE Sahetapy Guru Besar Emeritus dan
[proletar] Koruptor, Pengkhianat Bangsa
Koruptor, Pengkhianat Bangsa Oleh Irfan Ridwan Maksum Guru Besar Tetap Ilmu Administrasi Negara FISIP-UI HIDUP mewah para koruptor yang su dah terjerat proses hukum menjadi bukti bahwa korupsi sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime) belum menjadi bagian dari kesatuan gerak pemberantasan dan pencegahan penyakit bangsa nomor satu di Indonesia. Semakin terkuak bongkahan puncak gunung es ketika Gayus melenggang ke Bali dengan mudah walau sudah menjadi pesakitan di Mako Brimob Kelapa Dua. Sesuatu yang tidak mungkin untuk kejahatan lainnya walaupun tidak disebutkan dalam UU sebagai kejahatan luar biasa. Kesimpulannya, belum cukupkah energi untuk menggerakkan proses penyembuhan penyakit kronis tersebut dari bumi Indonesia? Peyorasi kejadian luar biasa Riggs (1960) menyimpulkan adanya budaya formalisme yang kuat tumbuh dalam tubuh bangsa negara berkembang termasuk Indonesia. Dalam konsep agama, formalisme itu biasa disebut dengan istilah munafik, yakni adanya beda antara yang tertulis dan kenyataannya dan beda antara yang terucap dan apa yang dilakukan. Ciri-ciri penyakit itu yang mengkhawatirkan adalah me makan potensi positif dari pihak lain yang belum terpengaruh atau masih lemah derajat formalismenya. Pelakunya, orang munafik, ditandai keinginannya diterima semua kalangan dan akhirnya meminta orang lain berperilaku sama. Dengan demikian, kemunafikan akan selalu meminta korban. Oleh karena itu, justru orang yang baik akan tertelan. Akhirnya, ketika semua orang menjadi munafik, orang yang tidak munafik atau tidak berpaham formalisme malah dianggap aneh. Hingga saat ini, budaya formalisme menjadi perilaku bersama bangsa Indonesia. Dengan demikian, di Indonesia, orang yang tidak formalistis malah dianggap aneh. Oleh karena itu, jika menganggap bahwa korupsi itu kejadian luar biasa betul-betul dijalankan dan diberantas, orang itu akan dianggap aneh orang tersebut. Dalam hal ini, tengah terjadi penyusutan makna (peyorasi) mengenai korupsi sebagai kejahatan luar biasa sejak UU yang mengatur KPK diberlakukan. Struktur nilai dan struktur sosial-politik juga dipahami bangsa Indonesia tidak mengarah pada kesatuan pemaknaan korupsi sebagai kejahatan luar biasa. Namun, dalam retorika, diskusi, dalam pemandangan politik semua nampak sepakat menuliskan dan mengatakan sebagai kejahatan luar biasa. Namun, pada saat perwujudan menghilang dan lenyap sebagai penyakit, terjadi penyusutan yang luar biasa. Itu adalah sebuah asa. Itu adalah sebuah kemunafikan yang nyata dalam praktik negara Indonesia. Ada hubungan yang kuat antara pemberantasan dan pencegah an perilaku korupsi bangsa Indonesia dengan kemunafikan ini. Suntikan energi Formalisme di Eropa ditepis dengan gerakan struktur yang sangat kuat dengan memberikan power dan energi kepada negara untuk otonom dan menjadi gerakan kultural yang masif merasuki rasionalitas masyarakat Eropa. Telah ratusan tahun ini menjadi sebuah gerakan nilai yang terintegrasi dalam masyarakatnya, menjadi etika moral yang berpengaruh. Kini masyarakat Eropa menghadapi musuh yang tidak ringan, yaitu serangan terhadap celah-celah ketidaklengkapan struktur formal tersebut. Namun, kemajuan ilmu dan teknologi mereka manfaatkan untuk menjadi garda penepis rapuhnya struktur tersebut. Kultur formalisme sudah lama dikubur di sana. Jangan main main dengan orang Barat kalau sudah berjanji. Buat mereka janji adalah harga mati dan merupakan ukuran kredibilitas seseorang. Eropa dan negara maju menghadapi penyakit lain yang berupa serangan pembangkangan, baik terlihat maupun tidak. Dalam ekonomi politik di sebutkan dengan jelas sebagai a sikap `oportunis'. Yang terlihat r tentu mudah ditumpas, yang a sulit adalah pembangkangan tidak terlihat. Sebetulnya ka E rena rasionalitas masyarakat t Eropa kini terbangun sedemikian rupa, wajar jika salah satu rujukan, misalnya North (1993) mengatakan bahwa penyakit-penyakit kekinian di atasi dengan amandemen terus-menerus peraturan yang ada. Pembangkangan masyarakat Eropa hanya soal sikap oportunis yang dapat dicegah jika seperangkat aturannya diperbaiki karena akan dipatuhi, kemudian direspons kembali untuk mencari kelemahannya begitu berulang sampai akhir zaman. Di negara berkembang bukan saja sikap oportunis, melainkan juga menghadapi kemunafikan dalam praktek negara (baca: formalisme) yang menjadi musuh terlihat, tetapi tidak mudah ditumpas karena menyangkut kebiasaan dan perilaku bersama. Formalisme itu harus ditantang dengan gerakan ideologis yang sarat nilai dan berefek pada p e r u b a h a n k u l t u r. Gerakan itu bisa didorong dengan mengembalikan proses penyusutan. Terobosannya adalah menempatkan posisi ko rup si pada pengkhianatan bangsa. Pengkhianatan dan pelakunya (pengkhianat) dalam tradisi Eropa yang didahului kemajuan peradaban Islam disematkan yang utama adalah pada orang munafik. Dengan kata lain, orang yang komitmennya rendah
[proletar] Gayus Sakti = Gayus Sakit
Kalau saja ada pemilihan Man of the Year dari segi tokoh yang menimbulkan kehebohan akibat ulahnya,Gayus HP Tambunan-lah orangnya. Mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang berusia 31 tahun, bergolongan III A, dalam satu penanganan perkara pajak,bisa menyisihkan Rp100 miliar—dari Rp300 miliar yang diterima. Begitu mudah rupiah melimpah ruah sehingga seolah tidak perlu menginjak bumi. Kepergiannya ke Bali awal bulan ini padahal masih berstatus sebagai orang tahanan menunjukkan bahwa Gayus masih sakti. Sekaligus sakit jiwa karena tidak ada keseimbangan antara realitas dan reaksi yang diberikan. Pribadi Gejala ini dalam istilah budaya saya sebut sebagai gegar budaya, atau cultural lag.Sebagai tindakan layaknya orang mabuk,orang yang kehilangan orientasi lama dan masuk orbit baru yang tak sepenuhnya disadari. Dalam dunia artis hal itu sering terjadi. Seorang yang bukan siapa-siapa dalam dunia hiburan, tiba-tiba menjadi bintang. Seorang figuran yang menerima honor Rp300 ribu sehari dan jatah nasi bungkus,tibatiba mendapat kontrak bayaran seratus kali lipat.Tingkahnya,dalam ukuran normal, menjadi serbaaneh. Bisa tiba- tiba tak menyukai kru kerja, bisa meminta ganti lawan main atau bahkan sutradara, bisa bangun lebih siang dan merasa perlu ganti penata rambutnya. Dalam bahasa orang film, pemain yang rumahnya di gang sempit,ketika syuting minta fasilitas kamar berpendingin. Pada Gayus perubahan diri sudah berlangsung lama,dan gegar budaya yang dialami terus berlangsung. Sehingga rupiah yang dimiliki bisa tak ada nomor seri, semua bisa dibeli dengan uang— yang akan terus diperolehnya dengan cara yang gampang.Termasuk yang berkaitan dengan hukum, dengan para petinggi mulai dari polisi, jaksa, hakim dan atau juga pengacara.Termasuk ketika posisi saat diperiksa atau sudah disidangkan, ditahan atau menjadi sorotan. Dalam keadaan gegar budaya atau mabuk orientasi inilah, segala kalimat,segala ucapan juga bisa berubah tanpa rasa salah. Menolak mengakui berada di Bali,kemudian mengakui, meminta maaf semua bisa terjadi bahkan dalam satu tarikan napas yang sama.Gayus, sebagai pribadi, tak mampu membedakan dalam dirinya apakah kini sedang berbohong, sedang bersaksi dengan pengakuan. Semuanya bias dan samar sebagaimana jawaban orang mabuk beneran. Agak jauh berbeda, tapi dalam kondisi yang sama kita melihat reaksi yang sama ketika Cut Tari, Luna Maya, Ariel menolak keberadaan dalam video yang menghebohkan— dan mungkin cepat agak terlupakan—atau kemudian mengakui, dan atau bertahan sebagai bukan. Semua bisa dilakukan dalam tetesan air mata yang sama, atau keberanian menatap kamera, sambil bergegas menghindar. Semua dilakukan tanpa kesadaran penuh, semua dilakukan sebagai reaksi seketika dalam situasi yang dirasa jenuh. Maka agak sia-sia kalau kita mencoba mendekati dan menempatkan dalam posisi yang normal. Kita tak akan pernah tahu apa yang dikatakan hal yang sebenarnya atau bikinan.Karena yang bersangkutan juga tak mau tahu.Atau merasa sama.Peran itu memakan keberadaannya, pribadinya. Seperti gadis kampung kumuh dalam hidupnya sehari-hari dan berperan sebagai seorang putri cantik anak raja.Ia tak sadar apakah ini sedang memerani sebuah lakon, atau apakah ini dirinya yang sebenarnya. Komunitas Masalahnya menjadi serius dan mengenaskan,bukan hanya karena membuat akibat-akibat sampingan apa yang dilakukan tokoh yang sedang mabuk ini.Melainkan adalah bagaimana pribadi yang lain— yang artinya sebuah komunitas— ikut terseret masuk ke dalam situasi gegar budaya. Dalam kasus Gayus ini, keributan akan terus berputar memahami bagaimana sikap itu terjadi.Bagaimana Gayus bisa lolos? (semua kalau punya duit juga bisa kalau mau, tinggal bagaimana mekanisme).Padahal,tradisi begitu sudah ada sejak tahun 1912, kalau LP Cipinang dipakai sebagai ukuran. Bagaimana aliran duit mengalir? (padahal duit tak ada baunya dan ini bukan transaksi yang memerlukan kuitansi). Bagaimana memahami birokrasi yang membawahi? Padahal sudah terjadi selama ini. Gegar budaya pada aparat hukum kita adalah apabila kita terhenti di urusan ini. Dengan saling bantah, saling meluruskan—atau membelokkan, saling berkoar dan berkomentar. Dan itulah yang sedang terjadi, setidaknya sampai saat ini. Kita tak beranjak ke arah satu langkah ke depan, one step ahead. Kita tak menuju ke masa depan yang lebih dibutuhkan namun menjebakkan diri apa yang tengah terjadi. Sebagai perbandingan lagi, kasus Cut Tari-Luna Maya-Ariel. Yang bisa berhenti sebagai video mesum, atau mempersoalkan di mana kejadian, tapi bukan apa atau siapa yang bergerak mendalangi ini.Paling tidak ada atau tidak. Kita akan mengalami dan ikut sakit, ketika berhenti dengan tahap “Gayus kangen anak dan istri,makanya lari ke Bali”. Jawaban sementara yang tidak tuntas, tidak memuaskan pelaku yang dituduh, juga tidak memuaskan akal sehat. Jawaban yang lagilagi dalam istilah saya,jawaban dalam keadaan mabuk, yang
[proletar] Perang Tanpa Strategi Lawan Korupsi
Oleh Frenky Simanjuntak Strategy without tactics is the slowest route to victory. Tactics without strategy is the noise before defeat. Sun Tzu Untuk memenangkan perang diperlukan strategi. Ini hal yang jelas dan tidak perlu diperdebatkan. Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya pada Desember 2009 menyatakan perang melawan korupsi, logika mengatakan bahwa Presiden tentu sudah memiliki strategi khusus untuk memenangkan perang tersebut. Satu tahun hampir berlalu sejak pidatonya, situasi pemberantasan korupsi di Indonesia tetap saja jalan di tempat. Hal ini antara lain dapat dilihat berdasarkan indikator skor Indonesia dalam Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index/CPI) 2010 yang masih belum bergeser dari angka 2,8. CPI adalah instrumen pengukuran korupsi global yang dibuat Transparency International dengan rentang indeks 0-10, di mana 0 dipersepsikan sangat korup dan 10 sangat bersih. Apakah ini berarti pidato Presiden hanya sekadar janji politik dan pemerintah sama sekali tidak memiliki strategi apa pun untuk berperang melawan korupsi? Salah satu elemen paling penting dalam penyusunan strategi adalah penetapan target capaian. Tanpa adanya target, strategi akan kehilangan makna dan hanya akan berupa serangkaian aktivitas yang tidak jelas arah tujuannya. Dalam konteks strategi pemberantasan korupsi, pemerintah ternyata punya target capaian. Capaian itu dapat ditemukan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2009-2014. Di dalamnya ada target demokratisasi dan penegakan hukum dengan salah satu indikator skor Indonesia dalam CPI 2014 adalah 5. Secara metodologi, penetapan CPI sebagai target capaian pemberantasan korupsi sebenarnya sangat bermasalah. Transparency International dalam setiap publikasinya tentang CPI selalu mengingatkan bahwa CPI bukanlah instrumen yang tepat untuk menganalisis kecenderungan perubahan antarwaktu. Ini karena metode CPI menggabungkan indeks dari berbagai sumber survei yang bisa berbeda dari tahun ke tahun sehingga perubahan skor dapat terjadi akibat perubahan metode dan bukan representasi perubahan sesungguhnya di lapangan. CPI lebih merupakan potret situasi tahunan korupsi di suatu negara. Sepertinya pemerintah tidak mengindahkan fakta ini ketika menyusun target capaian RPJMN. Dalam penyusunan strategi perang, penentuan target capaian yang tidak tepat merupakan kekeliruan fatal. Bantai atau bumi hangus? Dalam perang melawan korupsi, teori perang konvensional bisa diaplikasikan. Teks-teks mengenai teori perang menyebutkan, paling tidak ada dua tipe perang, yaitu war of annihilation dan war of attrition. War of annihilation atau perang pembantaian mengacu pada strategi penghancuran total kemampuan berperang dalam beberapa atau bahkan dalam satu pertempuran yang menentukan. Strategi perang ini digunakan Napoleon Bonaparte dalam Pertempuran Austerlitz (1805) melawan pasukan koalisi Kerajaan Rusia dan Australia. Pertempuran Austerlitz secara efektif menghancurkan perlawanan negara- negara Eropa terhadap kekuatan Kerajaan Perancis. Dalam perang melawan korupsi, strategi perang pembantaian bisa diaplikasikan dalam bentuk penyelesaian secara cepat dan tegas kasus-kasus korupsi besar, penangkapan koruptor kelas kakap dan berpengaruh, dan pemberian hukuman maksimal kepada para koruptor. War of attrition atau perang bumi hangus adalah strategi perang yang bertujuan menghancurkan kemampuan bertempur lawan lewat perang berkepanjangan dan penghancuran sumber daya logistik dan personel. Ketika Kerajaan Romawi diinvasi pasukan Carthage di bawah pimpinan Hannibal Barca dalam perang Punic Kedua (218-202 SM), Konsul Fabius menggunakan strategi bumi hangus. Ia menghancurkan jalur suplai makanan dan bantuan personel dengan membakar desa-desa dan ladang gandum yang akan dilewati pasukan Cartaghe. Strategi Fabius ternyata efektif memaksa pasukan Cartaghe mundur. Dalam perang melawan korupsi, strategi bumi hangus dapat diaplikasikan dengan cara menutup ruang gerak koruptor dalam birokrasi melalui penerapan reformasi birokrasi, pengawasan yang efektif, dan penerapan transparansi. Strategi ini bila diterapkan secara efektif akan menutup ruang gerak dan jalur-jalur suplai uang haram para koruptor. Strategi pencitraan Sebagai mantan jenderal lulusan terbaik Akabri angkatan 1973, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentunya sangat paham mengenai strategi perang tersebut. Doktrin perang modern menyatakan bahwa strategi perang berkembang dan saat ini strategi perang pembantaian ataupun bumi hangus secara murni tidak aplikatif lagi. Sama halnya dalam perang melawan korupsi, kedua strategi pertempuran tersebut harus digunakan dengan melihat prioritas yang terukur secara jelas. Persoalannya, pemerintah seakan tidak memiliki skala prioritas yang jelas dalam pemberantasan korupsi. Penegakan hukum dan penindakan kasusnya tanggung. Reformasi birokrasi
[proletar] Vidio Pengungsi Pasca Erupsi Gunung Merapi Di Klaten
Vidio: Pengungsi di kantor DPRD Klaten Pengungsi di Kantor Kabupaten Klaten Pengungsi di Klaten Para pengungsi Pemindahan pengungsi ke GOR Klaten Dapur Umum untuk Pengunsi Pengungsi di kota Wedi Pemeriksaan kesehatan Posko kemanusiaan di wedi Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Ingin Melihat Erupsi Merapi
Erupsi merapi di Cangkringan Sleman Yogyakarta dan Kemalang Klaten. Di Cangkringan Sleman Yogyakarta Mount Merapi out hot cloudsMerapi erupsi dan tempat pengungsian: Binatang yang kena erupsi merapi Hiburan Musik untuk para pengungsi merapi. Di daerah Cangkringan Sleman. Keresahan para pengungsi dan relawan waktu ada erupsi merapi. Vidio yang berada di Kemalang Klaten. Wisata Alam Deles Indah. Perjalanan turun ke Dompol. Posko relawan Pengungsian Kemalang Ke tempat posko kemalang Dengan relawan TAGANA Situasi para pengungsi Posko TNI Pengungsi di Dompol Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] 1.891 Kasus Korupsi Terjadi Di Daerah Hasil Pemekaran
Penegak Hukumnya Ewuh Pakewuh Untuk Menindak RMOL.Pemerintah pusat gelontorkan triliunan rupiah ke daerah, praktik korupsi pun menggila di daerah. Satu semester 2010 saja, ICW mendeteksi setidaknya ada 159 kasus korupsi yang terungkap. Pukat UGM sudah melaporkan 1.891 kasus korupsi di daerah hasil pemekaran ke KPK. Aparat penegak hukum di daerah masih Iewuh pakewuh untuk menindak koruptor, karena kebanyakan pelaku koruptor adalah petinggi daerah. Aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) menggeleng-gelengkan kepalanya, seraya tak percaya dengan data kasus korupsi daerah yang dipegangnya. Dia bilang, masifnya tuntutan pemekaran daerah memicu peningkatan kasus korupsi. “Setiap ada satu daerah baru berarti ada korupsi kemungkinan besar lebih dari satu,” kata pria yang akrab disapa Esson ini. Esson menjelaskan, setidaknya ada lima celah anggaran yang kerap menjadi target korupsi di daerah yakni; anggaran APBD, anggaran pemekaran daerah, anggaran pemilihan kepala daerah, anggaran penanggulangan bencana, dan anggaran kunjungan kerja. Dari 250 daerah otonom baru alias daerah yang terbentuk dari hasil pemekaran, sudah 1800 kasus korupsi yang terungkap dan masuk pengadilan. Kebanyakan pelakunya, disebutkan Esson, adalah para petinggi daerah. Sepanjang 2004-2009 tercatat setidaknya 1.243 anggota DPRD terlibat korupsi. Mirip dengan pejabat di perkotaan, pejabat di daerah juga tergoda untuk korupsi lantaran menganggap dirinya kurang sejahtera. “Gaji pegawai di sana begitu kecil. Maka satu-satunya jalan memperkaya diri adalah dengan jalan korupsi,” cetusnya. Kondisi tersebut diperparah dengan buruknya upaya penegakkan hukum di daerah. ‘Taring’’penegak hukum di daerah tak tajam. Alhasil, banyak pelaku korupsi divonis bebas. Yang menjadi penghambat penegakan hukum di daerah, menurut Esson, salah satunya adalah unsur Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida). “Kejati atau Kejari sulit mengadili karena sungkan, lantaran ada Muspida. Jika ini terus didiamkan bisa jadi preseden buruk bagi pemberantasan korupsi di daerah,” jelas Esson. Selain rasa ewuh pakewuh, tebang pilih dan penerbitan surat izin pemeriksaan bagi pejabat yang terlibat kasus korupsi juga menjadi kendala penegak hukum. Sementara itu, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Anti-Korupsi (Pukat) Universitas Gajah Mada, Zainal Arifin Muchtar, menambahkan melonjaknya kasus korupsi di daerah juga dipicu oleh tingginya anggaran negara yang digelontorkan ke daerah. Nah, tingginya angka kasus korupsi itu juga menyebabkan gagalnya prosesnya pembangunan di daerah baru hasil pemekaran. Meminjam data yang disampaikan Presiden Yudhoyono, Zainal mengatakan, 80 persen daerah baru hasil pemekaran gagal meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pada 2009 Pukat sudah melaporkan sekitar 1.891 kasus korupsi yang terjadi di tujuh daerah pemekaran ke KPK. Zainal merinci, korupsi itu terjadi di Provinsi Banten ( 593 kasus), Kepulauan Riau (463), Maluku Utara (184), Kepulauan Bangka Belitung (173), Sulawesi Barat (168), Gorontalo (155), dan Papua Barat 147 kasus. “Sebagian besar kasus terjadi dengan modus penyalahgunaan anggaran, suap, dan penggelembungan anggaran (mark up) pada proyek-proyek yang dibiayai APBD,” ungkapnya. Dari data tersebut menunjukkan anggaran pembangunan di daerah menjadi sasaran empuk para tikus berdasi. Jadi realitasnya selama hampir 10 tahun ini, pemekaran daerah yang terjadi hanyalah memindahkan korupsi dari pusat ke daerah. “Semangat awal menyejahterakan rakyat berbalik arah menjadi sekadar membagi kue kekuasaan. Rakyat tetap menderita dengan pahit getirnya kemiskinan,” pungkasnya. Sekadar info tambahan selama kurun waktu 10 tahun terakhir, Indonesia sudah melahirkan 205 daerah baru, yang terdiri dari 7 provinsi, 164 kabupaten, dan 34 kota. Gamawan Akui Korupsi Banyak Terjadi Di Daerah Pemekaran Saat dimintai komentarnya seputar fenomena maraknya praktek korupsi di daerah hasil pemekaran, bekas Gubernur Sumatera Barat ini pun mengakuinya. Untuk menekan angka korupsi di daerah, Gamawan cuma mengusulkan agar jajaran birokrat di daerah menggarap Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Kemendagri akan memberlakukan PTSP di seluruh daerah di Indonesia. Pemerintah akan memberi sanksi kepada kepala daerah yang menolak sistem pelayanan komputerisasi ini. “Beberapa hari yang lalu saya sudah menyampaikan di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), kalau sudah masuk sistem, sudah tidak ada biaya lagi,” ujar Gamawan. Selain itu, pemerintah pusat juga akan mewajibkan semua daerah segera menyusun peraturan daerah dalam hal investasi. Gamawan menjelaskan, nanti setelah sistem PTSP berjalan para investor yang mau investasi di sebuah daerah tidak perlu bertemu dengan bupati atau kepala daerah lagi. Jadi mereka tidak bisa lagi negoisasi di luar prosedur. “Kalau itu sudah distandarkan tidak akan bisa lagi diselewengkan.” “Izin Periksa Koruptor, Sering Macet Di Istana” I Wayan Sudirta,
[proletar] Jenderal Rekening Gendut Merapat
Y! Newsroom - 45 menit lalu Ini kesempatan terakhir bagi dua jenderal di Mabes Polri untuk meraih puncak kariernya, yaitu sebagai Kepala Polri. Jika tidak sekarang, maka hampir pasti mereka tak pernah menggapainya. Sebab, keduanya akan pensiun tiga tahun mendatang. Usia mereka cuma terpaut enam bulan. Komisaris Jenderal Nanan Sukarna kelahiran Purwakarta 30 Juli 1955, dan Komisaris Jenderal Imam Sudjarwo lahir di Kendal 5 November 1955. Mereka berdua inilah yang paling menonjol disebut-sebut sebagai calon Kepala Polri untuk menggantikan Jenderal Bambang Hendarso Danuri. Kepada wartawan, Staf Khusus Presiden Bidang Informasi, Heru Lelono, menyebutkan Presiden memang menerima dua nama mereka. Sedangkan Komisi Kepolisian Nasional menerima delapan nama jenderal yang akan dicalonkan. Agaknya, Polri mengirimkan dua surat yang berlainan ke dua tempat. Satu untuk Kompolnas dengan delapan nama jenderal, satu lagi untuk Presiden dengan cuma mencantumkan dua nama. Tak ada yang mempersoalkan hal ini, sebab semuanya memang bergantung pada Presiden. Dua calon kuat kandidat Kapolri, Komisaris Jenderal (Komjen) Pol. Nanan Sukarna (kiri) dan Komjen Pol. Imam Sudjarwo hadir dalam perayaan HUT ke-62 Polwan, di Jakarta, Rabu, 22 September 2010. [TEMPO/ Aditia Noviansyah] Informasi dari Sekretariat Negara, Presiden hanya mengirimkan satu nama saja. Namun Sekretaris Kabinet Sudi Silalai mengatakan nama itu hanya ada pada presiden saja. Presiden nanti akan mengajukan satu nama saja ke DPR-RI, kata Ruhut Sitompul, anggota Komisi Hukum DPR-RI, kepada wartawan. Lagi pula menurut Ketua Komisi Hukum DPR Benny K. Harman, anggota dewan tak memiliki hak memilih melainkan hanya setuju atau tidak setuju terhadap calon yang dikirim Presiden. Wakil Ketua Komisi Hukum Tjatur Sapto Edy, anggota dewan akan langsung menerima calon Kapolri yang diajukan. Kami yakin yang diajukan Presiden, adalah jenderal yang terbaik, kata Didi Syamsudin, anggota Komisi Hukum DPR. Menurut Ruhut, nama calon Kepala Polri itu akan dikirim pada pekan ini. Informasi dari Mabes Polri juga menyebutkan sang calon Kepala Polri akan terang sebelum 5 Oktober 2010 ini. Alasannya, pada saat itu sudah dilantik Panglima Tentara Nasional Indonesia. Jadi ada dugaan, di awal Oktober ini akan jelas sudah siapa pengisi posisi beberapa pos penting seperti Kepala Polri, Panglima TNI, Ketua KPK, dan Jaksa Agung. Hanya saja siapa di antara dua jenderal itu yang dikirim namanya Presiden ke DPR-RI. Yang jelas, dua jenderal ini memang sudah cocok untuk dijadikan Kepala Polri. Pangkat mereka sudah memadai, reputasi kepemimpinan mereka juga sudah memenuhi syarat. Dari segi angkatan, Nanan lebih senior. Dia jebolan Akademi Kepolisian angkatan 1978, sedangkan Imam lulusan 1980. Keduanya juga sudah berpengalaman memimpin kewilayahan. Memang Nanan pernah memimpin kewilayahan yang bertipe A, yaitu Kepala Polda Sumatera Utara. Sedangkan Imam menjadi Kepala Polda Bangka Belitung yang masuk dalam kewilayahan tipe B. Namuan, perbedaan persayatan ini tak membedakan kesempatan mereka untuk menjadi calon Kepala Polri. Di internal kepolisian tak mempersoalkan siapa yang akan ditunjuk oleh Presiden untuk memimpin Polri. Kondisi ini berbeda dengan di luar kantor institusi. Yang terjadi adalah munculnya beragam cerita yang isinya adalah sisi negatif dari dua jenderal ini. Ada yang menggulirkan cerita soal kekerabatan dengan keluarga Presiden, padahal cerita ini tak ada konfirmasi yang jelas. Cerita yang lebih seru adalah yang menyebutkan bahwa sejumlah jenderal polisi berekening gendut merapat ke salah satu calon Kepala Polri ini, namun lagi-lagi tanpa fakta yang jelas. Masuk akal jika disebutkan bahwa si pemilik rekening gendut berusaha merapat ke salah satu calon, atau bahkan ke semua calon. Semua cerita ini beredar berdasarkan bisik-bisik. Pembuktiannya baru bisa dilihat setelah Kepala Polri yang baru bertugas nantinya. Ciri-cirinya, jika memang bergandengan tangan dengan jenderal berekening gendut maka dia akan menempatkannya dalam posisi penting di Polri. Sejauh ini yang sudah jelas adalah Nanan dan Imam tak termasuk dalam daftar pemilik rekening gendut di Mabes Polri. Aneka kabar itu juga yang kemudian menempatkan dua jenderal itu seolah-olah sedang berseberangan. Namun, ini sudah terjawab. Nanan dan Imam berjalan beriringan saat Hari Ulang Tahun Polwan yang ke 62 di Pasar Jumat, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada Rabu 22 September 2010. Bahkan mereka sempat foto bersama di hadapan wartawan. Soal siapa yang nanti akan menjadi Kepala Polri, dua jenderal menyerahkan pada kebijaksanaan Presiden untuk menentukannya. Kita loyal pada Presiden dan tidak ada masalah buat kita berdua, kata Nanan. Imam mengangguk. Kendati keduanya adalah jenderal yang enak diajak bicara, namun kali ini mereka tak mau berbalas pantun mengomentari soal isu negatif yang berseliweran menerpa mereka. Nurlis Effendi Nurlis Effendi, mantan wartawan TEMPO, kini menjadi penulis lepas di sejumlah media dan aktif di
[proletar] Pertemuan warga EKS Timor Timur
Pertemuan warga EKS Timor Timur Masih memperjuangkan hak haknya dalam bidang kesejahteraan Hidup dan Pekerjaanyan di Tempat yang baru. silahkan KLIK: Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Kemerdekaan dan Kemandirian
Pidato kenegaraan Presiden SBY antara lain memberikan perspektif baru tentang makna kemerdekaan, dan menekankan pentingnya kemandirian. Sudah pasti pidato menyambut ulang tahun ke-65 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia itu menarik perhatian karena merupakan pidato kenegaraan pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada periode kedua pemerintahannya, tahun 2010-2014. Selain substansi, panggungnya pun menarik karena dihadiri sekaligus Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah dalam sidang gabungan pertama selama era Reformasi. Pidato tanggal 16 Agustus itu juga disiarkan secara langsung secara nasional. Banyak hal penting disampaikan, termasuk pencapaian dalam bidang politik, ekonomi, dan keamanan. Proses demokratisasi dinilai berlangsung relatif aman, begitu juga proses desentralisasi. Presiden juga menekankan pembangunan yang pro-pertumbuhan, pro-lapangan kerja, pro-penurunan kemiskinan, dan pro-lingkungan. Secara lebih khusus Presiden memberikan perspektif baru terhadap makna kemerdekaan. Presiden mengemukakan, dulu perjuangan kemerdekaan lebih diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme, kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Pengertian itu, kata Presiden, masih penting dan relevan, serta tetap menjadi bagian dari agenda besar bangsa. Namun, makna kemerdekaan di abad ke-21 memiliki dimensi lebih luas dan rumit. Perjuangan kemerdekaan saat ini berarti pula upaya membebaskan bangsa dari korupsi, diskriminasi, anarki, ekstremisme, dan terorisme. Apa yang disampaikan Presiden SBY tidak sekadar umum dan abstrak, tetapi serentak ada kaitan dan relevansinya yang aktual dengan persoalan nyata yang dihadapi bangsa. Akan tetap rumit mengatasi berbagai persoalan itu, tetapi sekurang-kurangnya dimulai dengan sikap, keinginan, dan visi yang jelas. Selanjutnya perbaikan bergantung pada keseriusan merealisasikan segala keinginan dan visi itu. Lebih jauh Presiden menekankan hakikat kemerdekaan adalah kemandirian. Nasib bangsa Indonesia berada di tangan bangsa Indonesia sendiri. Persoalan kemandirian yang disampaikan Presiden merupakan masalah serius, lebih-lebih kalau dilihat ketergantungan Indonesia kepada dunia luar yang masih tinggi. Bagaimana budaya kemandirian bisa tumbuh jika garam, daging sapi, atau buah-buahan yang bisa diproduksi dalam negeri, misalnya, justru masih dibiarkan diimpor. Mengapa pula Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia tidak mampu mengembangkan industri otomotif, tetapi lebih mengandalkan produk dari luar? Kesadaran tentang pentingnya kemandirian sebagaimana ditegaskan Presiden SBY kiranya menggerakkan tekad seluruh komponen bangsa, terutama pemerintah sendiri, untuk lebih berdikari, mengandalkan kemampuan sendiri dan produk dalam negeri, tanpa harus chauvinistis. http://cetak.kompas.com/read/2010/08/18/03024620/tajuk.rencana Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[proletar] Indonesia Lembek Hadapi Malaysia
Sikap lemah membuat Indonesia dilecehkan negara-negara tetangga. SEJAK gerakan Ganyang Malaysia yang dikobarkan Presiden Soekarno pada 27 Juli 1963, Indonesia tak pernah lagi bersikap tegas kepada Malaysia. Insiden pelanggaran wilayah atas teritorium Indonesia terus terjadi. Tetapi, itu dibiarkan diplomasi luar negeri Indonesia. Yang terakhir, Jumat (13/8) malam, saat polisi Malaysia menangkap tiga petugas Dinas Ke lautan dan Perikanan (DKP) Riau di perairan Indonesia. Petugas DKP, saat itu, tengah menindak pencuri ikan asal Malaysia di perairan Tanjung Berakit, Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Tujuh pencuri Malaysia ditahan Indonesia. Tetapi, polisi Malaysia, setelah dua kali melontarkan tembakan, menahan tiga petugas perikanan DKP. “Telah terjadi pelanggaran perbatasan. Kita minta ini tidak terulang lagi,” kata Menlu Marty Natalegawa memastikan, di Jakarta, kemarin. Pelanggaran itu, kata Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, sudah 10 kali terjadi. Namun, tidak pernah ada sikap tegas dari Indonesia. Insiden terakhir diselesaikan dengan cara tujuh pencuri ikan Malaysia dilepaskan dan tiga petugas DKP dipulangkan. Sikap lemah Indonesia membuat Malaysia besar kepala. Dubes Malaysia untuk Indonesia Datuk Syed Munshe Afzaruddin Syed Hassan menyatakan, Ini hanya isu kecil, bisa diselesaikan dengan persahabatan, ujar Syed di Jakarta, kemarin. Menghadapi sikap melecehkan Malaysia, Presiden Soekarno, 47 tahun lalu, mengatakan, Kita tunjukkan kita masih memiliki martabat. Yoo... ayoo... kita... Ganyang... Malaysia Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Senin (16/8), menyatakan, Kita menempuh politik luar negeri ke segala arah. Kita dapat mempunyai sejuta kawan, tanpa musuh. Ketua Dewan Direktur SabangMerauke Circle Syahganda Nainggolan mengatakan pada kasus terakhir, posisi politik luar negeri itu justru berpotensi tidak mendatangkan kawan. Kecuali kawan yang semu atau suka menertawakan dan melecehkan kita, tandasnya. (HK/Din/ Tup/AX/X-9) TIGA petugas Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepulauan Riau-Asriadi (40), Seivo Grevo Wewengkang (26), dan Erwan (37)-dibebaskan, kemarin, setelah ditangkap kapal patroli Police Marine Malaysia di perairan Berakit. Sebagai imbalannya, Indonesia pun harus melepas tujuh nelayan Malaysia yang mencuri ikan di wilayah Indonesia. Praktik pertukaran itu menjadi tanda tanya besar. Padahal, kepada Media Indonesia, Asriadi, salah satu anggota satuan kerja DKP yang ditangkap itu meyakini telah bertindak benar. Penangkapan lima kapal nelayan Malaysia itu dilakukan karena mereka melanggar batas wilayah. Mereka menangkap ikan di perairan Indonesia, tandas Asriadi, yang setelah dibebaskan, kemarin, bersama dengan Seivo dan Erwan, berada di sebuah hotel di Kota Batam dan dijaga ketat. Ia mengaku penangkapan terhadap dirinya dan dua rekannya terjadi sekitar pukul 21.00. Mereka saat itu tengah mengawal kapal nelayan yang ditangkap sekitar pukul 14.00 WIB. Dalam perjalanan itulah, kapal patroli Marine Police Malaysia memberhentikan kapal patroli Dolphin 015 milik DKP. Mereka memerintahkan para petugas DKP untuk naik ke kapal patroli Malaysia. Hermanto, pengawas perikanan di KP Dolphin, menjawab kapal nelayan Malaysia ditangkap karena mencuri ikan di perairan Indonesia, “Kapal Patroli Marine Police Malaysia tidak menanggapi jawaban itu. Mereka mengeluarkan tembakan peringat an sebanyak dua kali.” Tembakan itu membuat nakhoda Dolphin 015 melarikan kapalnya ke arah Pulau Berakit. Asriadi dan dua rekannya yang berada di dalam salah satu kapal nelayan Malaysia tidak berkutik dan ditangkap. Sekitar pukul 22.00, Hermanto mengontak Asriadi lewat telepon seluler dan meminta berbicara dengan komandan kapal Malaysia. Sang komandan meminta para nelayan Malaysia dibebaskan dan diganti ketiga anggota DKP. Hermanto tidak setuju. Ia mengajukan penawaran, para anggota DKP terlebih dahulu dilepaskan dengan diantar menggunakan kapal ikan Malaysia. Dialog itu tidak menemui kata sepakat. Ketiga petugas DKP tetap dibawa ke Johor Bahru. “Kami diperlakukan dengan baik. Tidak ada tindak kekerasan,” kata Asriadi, yang saat tiba di Batam kepalanya harus dibungkus dengan perban. http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2010/08/18/ArticleHtmls/18_08_2010_001_039.shtml?Mode=0 Berbagi berita untuk semua [Non-text portions of this message have been removed] Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage: http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com
[proletar] Mimpi Menjadi Lumbung Pangan Dunia
Gelombang krisis pangan pada 2008 menyadarkan banyak negara untuk mengurangi ketergantungan pangan dari impor dan memperketat ekspor. Kalau swasembada belum tercapai, sangat berisiko jika kita memaksakan diri memasok pangan dunia. Bustanul Arifin Guru Besar Universitas Lampung SEMINAR dan pameran bertajuk Feed the World yang diusung Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pada awal tahun ini sempat dilihat secara pesimistis oleh banyak pihak. Sebab, boro-boro memasok pangan dunia. Untuk memenuhi pangan nasional saja, impor masih kentara dilakukan. Bermimpikah kita? Entah yang lain, tetapi Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Bayu Krishnamurti justru tegas mengatakan, Pasok pangan dunia? Kenapa tidak? Faktor kita tak bisa memasok ke seluruh dunia karena larangan ekspor yang digembar-gembor kan. Ekspor sedikit saja dipermasalahkan. Kekhawatiran dan tarik-ulur di seputar ekspor dan impor bahan pangan memang seakan tiada habisnya. Apalagi, pemenuhan kebutuhan pangan domestik untuk lima tahun ke depan masih penuh tantangan dan ketidakpastian di tengah anomali iklim seperti saat ini. Statistik laju pertumbuhan penduduk menunjukkan tren lebih tinggi ketimbang produksi padi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pertumbuhan jumlah penduduk In donesia sebesar 1,3% dari total jumlah penduduk atau setara 3,5 juta orang per tahun. Sementara itu, kata Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin, produktivitas padi di Indonesia selama 15 tahun terakhir hanya tumbuh 0,58% per tahun, sedangkan produksi padi tumbuh 1,01%. “Ini bisa jadi masalah serius ke depan,” kata Bustanul. Kekhawatiran serupa juga membuat banyak negara mulai mencari wilayah-wilayah baru untuk berinvestasi di pangan dan energi. Memang, gelombang krisis pangan di 2008 memicu banyak negara mulai sadar mengurangi ketergantungan pangan dari impor dan memperketat ekspor. Krisis itu, kata Wamentan, ju ga sekaligus mendorong para pengambil keputusan melirik Merauke, Papua, sebagai wilayah pengembangan pangan baru, bernama Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE). Program, yang bersambut de ngan niatan lama Bupati Merauke Johanes Gluba Gebze sejak tahun 2000 itu, tidak hanya diproyeksikan sebagai lumbung pangan lokal, tetapi juga nasional dan bahkan ekspor. Dari segi ketersediaan lahan, Merauke dinilai teramat potensial, baik untuk budi daya tanaman pangan maupun bahan bakar hayati. Berdasarkan kajian Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), potensi lahan efektif di sana mencapai 1,283 juta hektare (ha). Bagi Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air Hilman Manan, program ini harus dilaksanakan segera karena penting untuk jangka panjang. Tidak hanya untuk Indonesia, tapi juga dunia, ujar Hilman kepada Media Indonesia di kantornya, dua pekan lalu. Menurut Hilman, saat ini 60% bahan pangan secara nasional dihasilkan dari Pulau Jawa. Namun, pulau terpadat di Indonesia itu sudah memiliki beban berat. Alih fungsi lahannya paling besar. Program ini sedikitnya mencontoh keberhasilan program transmigrasi di awal Orde Baru yang meratakan produksi pangan ke luar Pulau Jawa. Hasilnya, kita berswasembada beras. Investor asing Saat ini, tingginya dinamika perdagangan pangan dunia membuat Indonesia harus berswasembada mulai dari jagung, gula, kedelai, hingga daging. Para investor pun diundang. Pengembangan usaha melibatkan swasta dan dikelola dengan model perkebunan. Basisnya diutamakan pada komoditas strategis, yakni beras, jagung, kedelai, tebu, dan sawit. Persis pepatah ada gula ada Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian, saat ini terdapat 36 investor lokal dan mu ltinasional yang berencana melakukan investasi di Merauke, dengan total lahan 2,051 juta ha. Dari jumlah itu, terdapat di an taranya nama-nama beken, seperti Medco, PT Bangun Cipta Sarana, dan PT Sumber Alam Sutera (SAS) yang merupa kan kelompok usaha Artha Graha Network. Sebagai salah satu pelaku, ujar Direktur PT SAS Heka Widya Hertanto, pihaknya mendukung penuh program itu sebagai terobosan menunjang ketersediaan dan cadangan pangan Indonesia dalam kurun 2020-2025. Kita enggak bicara hari ini. Sekarang pangan memang cukup, tapi bagaimana saat jumlah penduduk 300 juta di tahun 2020? Belum lagi kebutuhan pakan ternak dan bioenergi, ujar Heka, Senin (9/8). Sejak September 2008, SAS telah melakukan uji coba penanaman tiga varietas padi hibrida Bernas mereka. Jatah pencadangan lahan tahap awal yang mereka dapat seluas 2.500 ha di Distrik Kurik, Kampung Obaka, Merauke. Dari segi prospek ekonomi dan kondisi lahan, ujar Heka, program itu memang menjanjikan. Saat ini, produktivitas ketiga varietas mereka di sana sudah mencapai 8-10 ton per ha. Itu sama dengan pencapaian penangkaran benih yang mereka lakukan di Pulau Jawa dan Sumatra. Dia tak memungkiri, sebagai kawasan perawan, kebutuhan modal yang padat telah menjadi keniscayaan bagi semua investor. Karena itulah, pemerintah perlu serius memprioritaskan pembangunan sarana infrastruktur di sana.