Re: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dal

2008-09-29 Terurut Topik gsuryana
From: Ray Indra [EMAIL PROTECTED]



 Pak Zhou,

 Sebenarnya dari dulu yang saya sesalkan adalah masalah ini akan
 menyebabkan terjadinya pertentangan antara Chinese-Buddhist/Konghucu
 dengan Chinese Catholics/Christians.
+
Selama Tionghoa Indonesia Budhis/Konghucu tidak melawan dengan cara yang 
baik dan benar, maka yang bersorak adalah Tionghoa Katholik/Kristen.

Yang membuat dua kelompok ini sulit bersatu, karena ajaran samawi di telan 
bulat bulat, dan ajaran samawi yang diambil juga bukan asli dari Israel, 
melainkan dari Amerika, akibatnya tidak ada istilah defensif, yang ada 
adalah maju dan menang, sedangkan dari Budhis/KHC umumnya lebih bersifat 
defensif.

Untuk keduanya bisa akur, adalah mimpi yang tidak pernah ada habisnya, dan 
begitu bangun sudah di sembahyangi karena sudah keburu mati.

Tak ada istilah membuka luka lama maupun membuat luka baru, karena yang 
terjadi adalah persaingan budaya, siapa menang siapa.

Bila kita mengganti Tionghoa Budha/KHC dan Tionghoa Katholik/Kristen dengan
Aborigin/Indian dan Bule, maka bisa ditarik kesimpulan harus ada yang kalah.

Aku menulis ini bukan untuk melakukan provokasi, karena memang 
ajaran/filosofi dari ajaran Samawi sangat ofensif dibandingkan dengan 
ajaran/filosofi Asia yang lebih bersikap defensif pada umumnya.

Solusinya ?

Ikuti cara Jepang, dimana agama samawi menjadi salah satu alat ritual 
kegembiraan maka masih bisa ditahan untuk sampai tidak merubah budaya 
aslinya secara total.
Demikian juga dengan HK. ( bagian berkabung ganti agama menjadi Kristen 
selain lebih sederhana juga irit biaya )

Yang menjadi pertanyaan siap kah Tionghoa Indonesia dari Budhis/KHC untuk 
bertindak sedikit ofensif, sedang didalam kenyataannya sendiri diantara 
Tionghoa Budha dan KHC masih saling silang.

Dan siapa sebenarnya yang memecah belah kelompok sendiri ?, jujur saja aku 
melihat bahwa yang memecah belah datang dari pihak Kristen, dimana sesat 
menyesatkan terlalu mudah untuk di ucap kan, dan yang namanya warisan budaya 
adalah sebuah warisan yang hanya mengakibatkan masuk neraka jahanam.
Bagaimana mungkin kelompok Kristen dari kalangan anak muda yang notabene 
membaca Aliktab saja belum tentu tamat bisa dengan bangga membakar sesuatu 
yang tidak dia mengerti asal usulnya, pokoknya beda dengan perintah pendeta 
berarti sesat, beda pendapat dengan pendeta berarti masuk neraka.

Silahkan anda perhatikan bagaimana mudahnya di Indonesia ini mengatakan 
surga neraka, sampai sampai seperti sudah banyak email/sms dari surga dan 
neraka sehingga begitu yakinnya bahwa surga begini dan neraka begitu, dan 
jelas ini tidak ada dalam falsafah asia, dimana konsep surga neraka 
dijadikan lelucon ( si kera sakti sun go kong ).

Mohon dimengerti aku masih Katholik, dan minimal bisa melihat perbedaan 
mendasar pola pikir dan sudut pandang didalam menjalani kehidupan ber 
masyarakat dan bernegara.

sur.

 Ini yang saya maksud dengan manfaat vs mudarat, apakah baik apabila
 kita malah membuka luka baru?
 Di tengah ancaman eksternal yang meninggi, apakah bijak apabila kita
 malah memecah belah kelompok sendiri?

 Politik memang sulit menjadi hitam putih, salah benar.
 Satu orang dianggap salah oleh kelompok A, tapi ajaran orang itu
 diikuti oleh jutaan orang lain.
 Akibatnya, yang terjadi adalah konflik antar pendukung, jutaan vs jutaan.

 Inikah yang kita inginkan?


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Sebetulnya semua orang dibesarkan atas pengaruh budaya tertentu.,
 demikian juga dng Harry Tjan dan Sindhunata. Salah satu sebab mereka
 bisa dng lantang mengkampanyekan penanggalan budaya Tionghoa, adalah
 karena mereka sedari lahir tak lagi akrab dng budaya
 leluhurnya. mereka lebih akrab dng budaya barat dan budaya nasrani,
 itu saja.

 Jika ditilik dari sudut pandangan mayoritas yang ekstrim, ajaran
 kristen adalah ajaran yang dibawa oleh kaum penjajah ke indonesia,
 seyogyanya dicampakkan dan dilawan. Jika ingin melakukan asimilasi
 total, seyogyanya pemeluk nasrani juga harus melebur ke dalam budaya
 Islam yang dipeluk mayoritas. Coba lontarkan pemikiran ini ke mereka
 berdua, apakah mereka rela menanggalkan kepercayaan kristen dan budaya
 barat yang sudah melekat pada diri mereka? mereka pasti tidak akan
 rela! ini menunjukkan bahwa mereka memusuhi budaya Tionghoa bukan
 karena benar2 ingin membaur dan menjadi Indonesia tulen, Tapi karena
 masalah persaingan politik dan kebetulan budaya yang dianut lawan
 menjadi penghalang.


 Semua orang beerbudaya,
 ZFy
 


Re: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik Edith Koesoemawiria
Dear Dr Irawan,

kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya begitu?

Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar dari China?

Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan nama itu
bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma macam2?

salam, Edith


 Original-Nachricht 
 Datum: Mon, 29 Sep 2008 01:33:55 EDT
 Von: [EMAIL PROTECTED]
 An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 CC: [EMAIL PROTECTED]
 Betreff: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

 Rekan2 yb,
  
 Setidaknya sudah hampir sepekan ini VOA siaran text berbahasa Indonesia  
 sudah tidak menggunakan istilah Cina lagi, sejauh ini mereka sudah
 menggunakan  
 istilah Tiongkok setidaknya sampai dua kali penerbitan. 
  
 Saya pribadi sudah mengirim surat e-mail pernyataan terimakasih kepada  
 redaktur VOA berbahasa Indonesia sehubungan dengan ini.
  
 Perlu diketahui sejak 10 tahun yang lalu kami pernah melayangkan surat  
 kepada VOA berbahasa Indonesia memohon agar tidak menggunakan kata Cina
 pada  
 redaksinya, karena itu mungkin bisa menyinggung perasaan sebagian  
 pembaca/pendengar. . Berkali saya kirimkan surat email ke VOA mengenai
 masalah  ini, sampai 
 bosan rasanya tetap tidak ada respon. Namun entah ada angin apa  yang
 terjadi 
 secara sekonyong-konyong VOA dalam sepekan ini menggunakan kata  Tiongkok
 untuk 
 istilah negara RRT. 
  
 Sekurangnya sudah 8 tahun seluruh publikasi media cetak di Amerika  Utara 
 telah menggunakan istilah Tionghoa untuk etnisnya , budayanya , 
 Tiongkok 
 untuk negaranya (RRT) , dan Mandarin untuk  bahasanya. Sedangkan
 Indonesia 
 Media majalah dwimingguan untuk Amerika  Utara sejak penerbitannya 10
 tahun yang 
 lalu sejak awal memang tidak menggunakan  kata Cina  Menurut
 pertimbangan 
 kami kalau orang membaca  istilah Tionghoa , Tiongkok, RRT atau Mandarin
 tidak 
 ada yang merasa  tersinggung perasaannya. Tapi kalau menggunakan istilah
 Cina 
 ada sebagian orang  merasa tidak enak perasaannya. Kenapa kita tidak mau
 bikin 
 orang senang kalau  kita bisa?
  
 Kemampuan membuat orang senang ini sudah dilakukan jauh sebelumnya oleh  
 seorang tokoh media ,Bapak Dahlan Iskan melalui Jawa Pos groupnya ini
 dengan  
 segenap koran2 Radar-nya. Istilah Cina ini sudah lama terhapus dari meja
 redaksi  
 rupanya. Kemudian diikuti oleh Suara Pembaruan , Sinar Harapan , dan masih
  
 sangat banyak lagi media yang ingin membuat orang2 senang. 
  
 Minggu lalu baru saja saya nonton film Shanghai Than (Shanghai Bund).  
 Dalam salah satu andengannya tampak ada dialog antara orang Jepang dengan
 Xie  Wen 
 Xiang (jagoannya) . Istilah Cena yang berarti Cina yang diucapkan oleh
 si  
 Jepang di hardik oleh Xie Wen Xiang yang menentang pemanggilan zhung guo
 ren  
 dengan istilah Cena. Jadi ternyata sejak zaman 1920'an perkataan Cina itu 
 sudah  merupakan istilah yang tidak disukai . Setelah Jepang ditaklukan 
 pada 
 P.D.II maka terhitung pada tahun 1945 otomatis Dai Nipon,  mengganti
 istilah itu 
 menjadi Zhiu Kuo Ku yang artinya Zhung Guo. 
  
 Terlepas dari masih dipertentangkannya atau tidak istilah Cina tsb. Kami  
 patut mengucapkan terimakasih atas niat baik dari VOA siaran Bahasa 
 Indonesia , 
 walaupun sudah terlambat 10 tahun.
  
 salam,
 Dr.Irawan
  
  
  
 
 
 
 **Looking for simple solutions to your real-life financial 
 challenges?  Check out WalletPop for the latest news and information, tips
 and 
 calculators.  (http://www.walletpop.com/?NCID=emlcntuswall0001)


Re: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dal

2008-09-29 Terurut Topik gsuryana
  From: Fy Zhou 
  cut---
   percayalah! mereka semua adalah korban dari politisasi agama!
  
  Yup...politisasi agama di negara negara berkembang dan terbelakang 
menjadi salah satu alat imperialisme dijaman modern, setelah ekonomi.

  Amerika memiliki daerah yang dinamakan Christian Belt, bisa dibilang sebagai 
salah satu sumber alat untuk melakukan politisasi agama, Kristen yang 
berkembang sejak 1990an, bisa dibilang berasal dari daerah ini, dimana 
sebelumnya sudah dicoba dengan beberapa pola, semisal aliran Children of God 
yang selain tidak laku akhirnya dilarang ( sd 1980-an )

  Kristen yang memiliki sekte ribuan menjadi lebih mudah di politisasi, berbeda 
dengan perkembangan sampai 1970-an dimana masih di dominasi oleh kelompok 
Kristen dari Europa.

  Politisasi agama selain paling murah, juga paling ampuh karena tamengnya 
adalah Allah yang eksistensinya dibuat sedemikian rupa sehingga tidak boleh di 
sentuh.

  Akibatnya ?...budaya yang berbeda dengan yang mempolitisasi agama 
menjadi lebih mudah untuk di otak atik, karena semua selalu di kembalikan ke 
sosok yang Esa dan tidak pernah salah.

  Europa bisa dibilang sudah mulai melepaskan diri dalam hal kungkungan agama, 
sehingga UU yang berdasarkan agama Kristen pun mulai tidak dilirik dan di 
amandemen ( mohon untuk yang ini Pak Danar bisa bantu tulis ).

  sur.


  salam terbuka

  ZFy





  - Original Message 
  From: Ray Indra [EMAIL PROTECTED]
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Monday, September 29, 2008 11:03:30 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dal


  Pak Zhou,

  Sebenarnya dari dulu yang saya sesalkan adalah masalah ini akan
  menyebabkan terjadinya pertentangan antara Chinese-Buddhist/ Konghucu
  dengan Chinese Catholics/Christian s. 

  Ini yang saya maksud dengan manfaat vs mudarat, apakah baik apabila
  kita malah membuka luka baru? 
  Di tengah ancaman eksternal yang meninggi, apakah bijak apabila kita
  malah memecah belah kelompok sendiri? 

  Politik memang sulit menjadi hitam putih, salah benar. 
  Satu orang dianggap salah oleh kelompok A, tapi ajaran orang itu
  diikuti oleh jutaan orang lain. 
  Akibatnya, yang terjadi adalah konflik antar pendukung, jutaan vs jutaan. 

  Inikah yang kita inginkan? 

  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Sebetulnya semua orang dibesarkan atas pengaruh budaya tertentu.,
  demikian juga dng Harry Tjan dan Sindhunata. Salah satu sebab mereka
  bisa dng lantang mengkampanyekan penanggalan budaya Tionghoa, adalah
  karena mereka sedari lahir tak lagi akrab dng budaya
  leluhurnya. mereka lebih akrab dng budaya barat dan budaya nasrani,
  itu saja. 
   
   Jika ditilik dari sudut pandangan mayoritas yang ekstrim, ajaran
  kristen adalah ajaran yang dibawa oleh kaum penjajah ke indonesia,
  seyogyanya dicampakkan dan dilawan. Jika ingin melakukan asimilasi
  total, seyogyanya pemeluk nasrani juga harus melebur ke dalam budaya
  Islam yang dipeluk mayoritas. Coba lontarkan pemikiran ini ke mereka
  berdua, apakah mereka rela menanggalkan kepercayaan kristen dan budaya
  barat yang sudah melekat pada diri mereka? mereka pasti tidak akan
  rela! ini menunjukkan bahwa mereka memusuhi budaya Tionghoa bukan
  karena benar2 ingin membaur dan menjadi Indonesia tulen, Tapi karena
  masalah persaingan politik dan kebetulan budaya yang dianut lawan
  menjadi penghalang.
   
   
   Semua orang beerbudaya,
   ZFy
   
   
   



   

[budaya_tionghua] Re: Permusuhan atau Persaingan? (Was: Fwd: Apa kata Harry Tjan)

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
Bung Ophoeng, siapa yang tak mau hidup berdampingan dalam damai? Ya 
kan?

Tetapi, kita, juga yang hanya di milis, membahas realitas diluar 
kan? Nah, bagaimana realitas diluar? Selalu damai? Bagaimana dengan 
manusia yang tercabik akibat bom Bali? Bagaimana supir supir yang 
terbakar hangus akibat ledakan bom di Bursa Effek Jakarta? Di hotel 
Marriott? Saya sendiri alami, disekolah saya doeloe di Yayasan 
Cikini, sedang ada bazaar, tiba tiba jlegerrr... beberapa granat yang 
dialamtkan pada bung Karno mencabik cabik tubuh anak anak teman 
sekelas, tukang becak, tukang jual pala. Berapa mayat tergelepar 
dalam baku tembak antara TNI dan anggauta GAM?  Berapa mayat 
tergelepar dalam konflik Poso? sampai Tibo dieksekusi mati? kini 
tunggu Amrozy? berapa mayat tergelepar di Talangsari? Tanjung Priok? 
Berapa korban Mei 1998?

Diwilayah tetangga, di Thailand selatan mayat tergelepar dalam 
tembak2an dengan tentara Thailand, juga di Philippina selatan?

Mungkinkah rakyat Aceh mengikuti saran anda, not with us and not 
against us? kalau keluarganya tertembak mati, atau oleh TNI atau oleh 
anggauta GAM? pak Chr. Wibisono sampai hengkang ke US waktu rumahnya 
dijarah, anaknya jadi korban. Not with us and not against us?

Perjuangan memang tak selalu mencapai taraf pertempuran, ini 
tergantung sikon. Puluhan tahun antara TNI/AD dan PKI juga hanya 
perjuangan mulut di parlemen, sampai tiba saatnya, perjuangan ini 
menjadi konflik terbuka: ratusan ribu mayat dibuang ke bemngawan Solo 
dan kali Berantas

Not with us and not not against us?

Saya sih terus terang, siapa yang against NKRI, and for an Islamic 
State is AGAINST me. And I am not alone, pak.

Salam perjuangan

Danardono



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bung Prometheus, Bung danarhadi dan TTM semuah,
 
 Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)?
 
 Sorry, ikut nimbrung. Mungkin berbeda pendapat. Tapi mestinya oke 
toh.
 
 Not with you and not for you, jadi kayak kafilah Arab nonton bule-
bule pa-
 da baku hantam, baku tembak, baku bunuh (memperebutkan apa sih ya?),
 mungkin justru yang pinter adalah kafilah Arab itu. Ngapain juga 
beran-
 tem saling melukai saling membunuh ya? Mending duduk ngariung, 
ngisap
 pipa perdamaian ala Winnetou sambil ngupi, ngeteh atau nyoklat, 
cemilan-
 nya boleh pake roti kompyang atau ampyang, kalau BSD kejauhan ya bo-
 leh ngumpul di Pancoran atau Chandra, atau Pasar Pagi lama makan 
nasi
 tim sambil membayangkan makan di cafe Dragon Gate di Tiongkok sana?
 
 Bukankah ada pelajaran yang mengajarkan ttg 2 ekor serigala berantem
 memperebutkan seekor ayam, lantas srigala ke-3 justru yang mendapat
 si ayam yang ditinggalkan tergeletak begitu saja oleh yang berantem?
 
 Not with you and not against you, dalam perjuangan itu gana ya? 
Tergan-
 tung dari bagaimana kita mengartikan, memaknai, menginterpretasikan
 perjuangannya bagaimana ya?
 
 Benar pertanyaan Bung Prometheus: rupanya kita sedang dalam 
perjuang-
 an/perang toh? Lanjut dikit: perang lawan siapa, dan siapa musuhnya?
 
 Berjuang, berperangnya cara bagaimana? Musuhnya itu lantas apa sih 
ya?
 
 Dalam marketing, dulu, banyak yang mengadaptasi teori perang Sun-tzu
(?)
 dalam melaksanakan 'perjuangan' atau 'peperangan' dalam marketing. 
Ma-
 kanya istilah marketing juga pakainya: launching. Ini istilah 
melempar ro-
 ket untuk membumihanguskan daerah 'musuh'. 
 
 Lha, kalau saingan, merek lain itu dianggap sebagai 'musuh', 
lantas 'battle
 field'nya itu apa dong? Apakah konsumen yang diperebutkan pangsa 
pasar-
 nya oleh masing-masing yang 'bermusuhan' itu adalah 'kancah 
peperangan'
 nya? jadi karena ini adalah perang, maka boleh dong membumihanguskan
 'kancah peperangan'nya. Daripada anda ndak berhasil menguasai satu 
teri-
 tori, maka jangan sampai 'musuh' mendapatkan teritori itu, jadi 
sama-sama
 tidak bisa menguasai, ya hantam saja, bombardir saja, kayak si 
Amrik yang
 malu disatroni diam-diam oleh pasukan kamikaze Jepang di Hawaii, 
lantas
 enak ajah menjatuhkan si Fat Boy aka bom atom di Hiroshima dan 
Nagasa-
 ki. Bleng.. beres. jadi begitu persepsi ttg 'perang' di 
marketing ya?
 
 Hehehe katanya sih sekarang sudah ndak jaman lagi maen perang-
2an
 ala Rambo (cuma di pilem doang) yang selalu menang dengan cara 
keras. 
 Teori atau faham ba'ru dalam marketing, kabarnya, 
adalah 'persaingan', 
 bukan 'permusuhan' secara baik dan benar: saingan adalah seperti 
bersa-
 ing dalam olahraga. Citius, fortius dan altius! Lebih cepat, lebih 
kuat dan
 lebih tinggi. May the best be the winners!
 
 Konsumen adalah penontonnya. Jadi, kalau anda bersaing dalam satu 
ka-
 tegori produk, anda harus bisa mengalahkan pesaing anda secara 
kualitas,
 harga, persediaan, dan jaminan servis. Bagaimana anda harus bisa 
meng-
 galang simpati dari 'penonton' supaya berpihak kepada anda, membeli 
ba-
 rang yang anda jual. Itulah makna persaingan dalam marketing.
 
 Padahal mah, kalau ndak salah, Sun-tzu juga mengajarkan: kalau ndak 
bisa
 

[budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Edith Koesoemawiria 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dear Dr Irawan,
 
 kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya 
begitu?
 
 Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar 
dari China?
 
 Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan 
nama itu
 bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma 
macam2?
 
 salam, Edith
 
 

*** Sebagai Non Tionghoa saya ingin bertanya, jujur niihhh: apakah 
makna China dalam kata China Airlines, atau istilah China yang 
dipakai dalam bahasa Inggris, seperti China Town, Chinese Restaurant, 
etc SAMA dengan makna kata Cino di negara tercinta?

Waktu saya dengan Bian Koen misuh misuh waktu pimpin demo PMKRI dan 
KAMI di kedutaan RRT tahun 65aan akhir  dasar Cino!, saya - as Non 
Chinese - ikut merasakan nuansa penghinaan tuh. Anda tidak?

Saya dengar tukang bajaj sedang baca koran tahun 98an, lalu komentar 
enteng  ahh biar deh diperkosa tu amoy amoy cina. Anda bahagia 
mendengarnya?

Salam

danardono



Re: [budaya_tionghua] Fwd: Variasi Minnanhua (was: RE: MEI XIEN THAI PHU)

2008-09-29 Terurut Topik melani chia
Bpk Hendri Irawan,
Terima kasih atas respon dan jawaban anda.



--- On Mon, 29/9/08, Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Fwd: Variasi Minnanhua (was: RE: MEI XIEN  THAI PHU)
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 29 September, 2008, 11:14 AM






Untuk bu Chia,

Kata kunci pencarian di arsip milis adalah author = King Hian,
message body = Dialek.

Ini salah satu contoh hasilnya

http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua/ message/12053

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, King Hian [EMAIL PROTECTED] .. 
wrote:

Encoding: Unicode UTF8

Yang disebut bhs. Hokkian adalah bhs. Minnanhua 閩�話 [Banlam'ue]
yang termasuk dalam propinsi Fujian �建 [Hokkian]. Minnanhua di luar
Propinsi Fujian disebut berdasarkan nama daerahnya, misalnya: bahasa
Leizhou 雷州 [Luiciu], bahasa Chaoshan (Chaozhou-Shantou) 潮州汕頭
[Tiociu-Snuathao] , bahasa Haikou 海� [Haikhao]. Leizhou di Guangdong
Selatan, Chaozhou dan Shantou di Guangdong Timur, Haikou di Hainan.

Bahasa Hokkian terdiri dari 3 logat:

1. Logat Xiamen [Emng]

Kabupaten/kota: Xiamen 廈門 [Emng], Jinmen é‡`é–€ [Kimmng]

2. Logat Quanzhou [Cuanciu]

Kabupaten/kota: Quanzhou 泉州 [Cuanciu], Jinjiang 晉江 [Cinkang],
Nan'an �安 [Lamwna], Tongan �安 [Tangwna], Huian 惠安 [Huiwna],
Anxi 安溪 [Ankhue], Yongchun 永春 [Engchun], Dehua 德化 [Tekhue], 石
� Shishi [Ciohsai]

3. Logat Zhangzhou [Ciangciu]

Kabupaten/kota: Zhangzhou 漳州 [Ciangciu], Longhai �海 [Lionghai],
Changtai 長泰 [Tiotua], Huaan �安 [Huaan], Nanjing �� [Lamcing],
Pinghe å¹³å'Œ [Pingho], Zhangpu 漳浦 [Cniopou], Yunxiao 雲霄 [Yinsio],
Dongshan æ�±å±± [Dangsnua], Zhaoan è©å®‰ [Ciaoan]

Minnanhua di Chaoshan terpengaruh bhs Yue/Cantonese, misalnya thoi
(melihat), mirip dengan thai (Cantonese) (cmiiw). Tetapi penutur
Chaoshanhua dan penutur bhs. Hokkian masih bisa saling berkomunikasi.

Minnanhua di Leizhou dan Haikou, umumnya telah kehilangan bunyi
sengaunya. Haikouhua berbeda cukup jauh dari bahasa Hokkian. Berikut
adalah contoh perbedaan dialek Minnanhua, tanpa tanda nada:

Xiamen Quanzhou Zhangzhou Chao-Shan Leizhou Haikou

Emng Cuanciu Ciangciu Tio-Snua Luiciu Haikhao

lang lang lang nang nang nang orang

li leu li leu lu lu kamu

hi heu hi heu hu hu ikan

ti teu ti teu tu tu babi

khi kheu khi kheu khu khu pergi

gu geu gi geu ngu ngu bahasa

kue kue ke koi koi koi ayam

pueq pueq peq poiq poiq poiq delapan

bue bue be boi boi boi membeli

ce ceu ce ce ce ce duduk

kng kng knui kng kui kui terang

ng ng wnui ng wui wui kuning

hng hng hnui hng hui hui jauh

mng mng mui mng mui mui pintu

sng sng snui sng sui tui asam

cuigu cuigu cuigu cuigu cuibu tuiku kerbau

pnia pnia pnia pnia pia pia kue

thnia thnia thnia thnia thia hia mendengar

hnia hnia hnia hnia hia hia kakak lelaki

knia kna knia knia kia kia anak

cabou cabou caboknia cabou cabeu tabou perempuan

tapou tapou tapou tapou capeu tapou lelaki

haosni haosni haosne haosne haose haote anak lelaki

snilit snilit snejit snejit sejiek tejit ultah

litthao lithao jitthao jikthao jiekthao jit'hao matahari

geqniu geuqniu gueqnio gueqnio buenio buenio bulan

ynu ynu yno yno yo yo kambing

hniu hniu hnio hnio hio hio dupa

wun wun wun wung wung wung hangat

tiong tiong tiong tong tiang tong tengah

catatan: dalam Cuanciu dan Tiociu-Snuathao, EU diucapkan seperti EU
dalam bhs. Sunda (euweuh: tidak ada), dalam Leiciu EU diucapkan E dan
U seperti bhs. Hakka (keu: anjing).

salam,

KH

King Hian [EMAIL PROTECTED] .. wrote:Yang disebut orang Hokkian adalah
orang dari Hokkian Selatan, yaitu dari Xiamen [Emng/Emui], Zhangzhou
[Ciangciu], dan Quanzhou [Cuanciu].


 - - ---
Do you Yahoo!?
Yahoo! Small Business - Try our new resources site!

--- End forwarded message ---

 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis

2008-09-29 Terurut Topik hidayati
Ini menarik dan lucu 

dari kacamata orang yang mementingkan kesehatan,
makanan rebusan (nasi putih) dan malah yang segar tak dimasak itu
jauh lebih diutamakan daripada yang digoreng, diberi santen dan
diawetkan dalam minyak:-)

dan sepertinya banyak yuppies, atau orang muda profesional
yang pro kesehatan... tapi mereka tak bisa dibilang orang kaya baru, ya?


 Original-Nachricht 
 Datum: Mon, 29 Sep 2008 03:48:43 -
 Von: Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED]
 An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Betreff: [budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis

 Halo A Ti,
 
 Mengatakan bahwa budaya di Tiongkok tidak berhubungan dengan kebijakan
 elit penguasa (Gongchandang) tentu saja tidak benar. Memang kebijakan
 penguasa yang mengedepankan pembangunan ekonomi sangat mempengaruhi
 budaya rakyatnya. Tetapi harus dilihat secara lebih rinci mana saja
 yang pengaruh negatif pembangunan ekonomi dan sistem politik dan mana
 yang bukan.
 
 Ini tambah satu kritikan saya yang pernah saya temui langsung: 
 Ada orang Tiongkok yang sudah tidak menghargai makanan saja. Dia
 sedang tidak menjamu tamu, tetapi pesan makanan di restoran banyak
 sekali dan sisanya banyak. Lalu memandang rendah nasi putih, katanya
 nasi putih adalah makanan orang miskin. Tentu saja ini kasus yang
 belum bisa dipastikan fenomena sosial. Tetapi seorang teman asal
 Indoneisa di Beijing dia juga berkomentar sama. Karena status ekonomi
 membaik, banyak yang memandang nasi putih itu low class.
 
 Biasanya yang beginian, kasus per kasus menyumbang ke penyamarataan
 yang belum tentu benar. Bisa saja perilaku demikian hanya terisolir ke
 individu-individu tertentu. Bisa juga hanya berlaku untuk masyarakat
 urban yang khas orang kaya baru.
 
 Lalu mengenai bahasa yang kasar, tidak basa-basi dan terkesan sombong.
 Setelah berbincang langsung ternyata budayanya memang begitu, terutama
 di daerah utara. Daerah selatan memang cenderung lebih halus bahasa
 dan perilakunya. 
 
 Banyak orang Indonesia yang pertama kali berhubungan dengan orang
 Tiongkok kaget. Mulai dari lafal bahasa, gerak gerik tubuh dan
 perilakunya dirasakan sangat tidak sama. Ini wajar-wajar saja. Kita di
 Indonesia suka atau tidak suka telah berubah menurut budaya lokal
 seperti misalnya kebersihan. Memang definisi kebersihan di setiap
 budaya itu berbeda. Contohnya ada teman yang mengkritik orang Beijing
 yang jarang mandi. Tetapi dia ketika dijelaskan bahwa di daerah utara
 itu dingin sekali dan air panas (dulunya) adalah barang mewah, toh dia
 tidak mau mengerti. Jadi yang keras kepala ini siapa ? Kalau
 dipaksakan mandi dengan air dingin, bisa-bisa tewas duluan. Hal ini
 juga berlaku ke pernyataan orang Tiongkok tidak cebok dengan air.
 Yah, coba dulu deh cebok di musim semi atau gugur saja, tidak usah
 musim dingin.
 
 Sebaliknya juga sama, ada yang berkomentar Tionghoa Indonesia
 lamban-lamban, bertele-tele, dan penuh basa-basi. Sudah begitu suka
 telat lagi. :)
 
 Selamat datang di arena pertukaran budaya.
 
 Hormat saya,
 
 Yongde
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Putih merpati
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Hallo semuanya!
  
  Pingin tanya pendapatnya tentang budaya tionghua dulu tanpa komunis
 dengan budaya tionghua kini yang telah terkontaminasi budaya komunis?
 Soalnya orang2 dari Tiongkok yang saya jumpa sekarang pada agak
 lain-lain gitu, agak menyombongkan diri, tidak mudah bersahabat,
 bicaranya kasar, pokoknya kalau dibandingkan dengan kita atau orang
 Taiwan lain banget. Apa pengaruh dari budaya komunis yang telah mereka
 serap sehingga meraka budayanya menjadi buruk? Mohon bantuan
 penjelasannya.
  
  Best regards,
  
  A Ti
 
 
 
 
 
 
 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 


[budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dal

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
Saya kutip kan Sur: Selama Tionghoa Indonesia Budhis/Konghucu tidak 
melawan dengan cara yang baik dan benar, maka yang bersorak adalah 
Tionghoa Katholik/Kristen

Kang Suryana benar, suasana konflik ini tak terasa dipermukaan, 
tetapi terjadi dibawah permukaan. 

Swara Fakta menulis: 

Quote ---Namun, cahaya Islam yang telah menerangi masyarakat Sunda 
sejak ratusan tahun lalu itu, kini dihalangi oleh gerakan pemurtadan. 
Kristenisasi yang dijalankan secara sistemik, terencana dan terukur 
ini telah berubah wujud menjadi dracula dan hantu yang setiap saat 
siap memangsa kaum Muslimin Sunda. 

Hasilnya, tak bisa dianggap enteng atau hanya dipandang sebelelah 
mata. Dengan gerakan kristenisasi yang gencar, tak sedikit masyarakat 
Sunda yang akidahnya goyang, kemudian pindah keyakinan alias murtad. 
Bahkan ada juga di antara mereka yang selanjutnya aktif sebagai 
penginjil.http://swaramuslim.com/fakta/more.php?
id=A2163_0_16_0_M Unquote-

Nah, jadi dalam REALITAS kita lihat konflik ke kiri kekanan kemuka 
kebelakang. Seorang kenalan saya, Tionghoa manado Protestant sukses 
mengelola sebuah TK Kristiani didalam kampung penuh saudara Muslim. 
Ketika sahabat ini minta izin pada ketua RW untuk memperluas banguna 
guna mendirikan SD, sebagai sambungan bagi murid TK yang tambah 
dewasa, disembur oleh ibu ketua RW: Awas lho kalau berani berani 
buka SD Kristen disini, kami warga disini tak menginginkannya.

Pelajaran dari contoh ini: mengapa terjadi suasana yang demikian 
panas? Karena satu pihak merasa terancam. Nah, bukankah ini satu 
bentuk pertempuran (belum ada yang mati sihhh, tapi tunggu saja 
tanggal mainnya).

Pemuka Muslim Sunda ini pasti tak setuju dengan  Not for us and not 
against us Ini bukan cersil, tapi realitas dilapangan lho...

Salam

Danardono











--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, gsuryana [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 From: Ray Indra [EMAIL PROTECTED]
 
 
 
  Pak Zhou,
 
  Sebenarnya dari dulu yang saya sesalkan adalah masalah ini akan
  menyebabkan terjadinya pertentangan antara Chinese-
Buddhist/Konghucu
  dengan Chinese Catholics/Christians.
 +
 Selama Tionghoa Indonesia Budhis/Konghucu tidak melawan dengan cara 
yang 
 baik dan benar, maka yang bersorak adalah Tionghoa Katholik/Kristen.
 
 Yang membuat dua kelompok ini sulit bersatu, karena ajaran samawi 
di telan 
 bulat bulat, dan ajaran samawi yang diambil juga bukan asli dari 
Israel, 
 melainkan dari Amerika, akibatnya tidak ada istilah defensif, yang 
ada 
 adalah maju dan menang, sedangkan dari Budhis/KHC umumnya lebih 
bersifat 
 defensif.
 
 Untuk keduanya bisa akur, adalah mimpi yang tidak pernah ada 
habisnya, dan 
 begitu bangun sudah di sembahyangi karena sudah keburu mati.
 
 Tak ada istilah membuka luka lama maupun membuat luka baru, karena 
yang 
 terjadi adalah persaingan budaya, siapa menang siapa.
 
 Bila kita mengganti Tionghoa Budha/KHC dan Tionghoa 
Katholik/Kristen dengan
 Aborigin/Indian dan Bule, maka bisa ditarik kesimpulan harus ada 
yang kalah.
 
 Aku menulis ini bukan untuk melakukan provokasi, karena memang 
 ajaran/filosofi dari ajaran Samawi sangat ofensif dibandingkan 
dengan 
 ajaran/filosofi Asia yang lebih bersikap defensif pada umumnya.
 
 Solusinya ?
 
 Ikuti cara Jepang, dimana agama samawi menjadi salah satu alat 
ritual 
 kegembiraan maka masih bisa ditahan untuk sampai tidak merubah 
budaya 
 aslinya secara total.
 Demikian juga dengan HK. ( bagian berkabung ganti agama menjadi 
Kristen 
 selain lebih sederhana juga irit biaya )
 
 Yang menjadi pertanyaan siap kah Tionghoa Indonesia dari Budhis/KHC 
untuk 
 bertindak sedikit ofensif, sedang didalam kenyataannya sendiri 
diantara 
 Tionghoa Budha dan KHC masih saling silang.
 
 Dan siapa sebenarnya yang memecah belah kelompok sendiri ?, jujur 
saja aku 
 melihat bahwa yang memecah belah datang dari pihak Kristen, dimana 
sesat 
 menyesatkan terlalu mudah untuk di ucap kan, dan yang namanya 
warisan budaya 
 adalah sebuah warisan yang hanya mengakibatkan masuk neraka jahanam.
 Bagaimana mungkin kelompok Kristen dari kalangan anak muda yang 
notabene 
 membaca Aliktab saja belum tentu tamat bisa dengan bangga membakar 
sesuatu 
 yang tidak dia mengerti asal usulnya, pokoknya beda dengan perintah 
pendeta 
 berarti sesat, beda pendapat dengan pendeta berarti masuk neraka.
 
 Silahkan anda perhatikan bagaimana mudahnya di Indonesia ini 
mengatakan 
 surga neraka, sampai sampai seperti sudah banyak email/sms dari 
surga dan 
 neraka sehingga begitu yakinnya bahwa surga begini dan neraka 
begitu, dan 
 jelas ini tidak ada dalam falsafah asia, dimana konsep surga neraka 
 dijadikan lelucon ( si kera sakti sun go kong ).
 
 Mohon dimengerti aku masih Katholik, dan minimal bisa melihat 
perbedaan 
 mendasar pola pikir dan sudut pandang didalam menjalani kehidupan 
ber 
 masyarakat dan bernegara.
 
 sur.
 
  Ini yang saya maksud dengan manfaat vs mudarat, apakah baik 
apabila
  kita malah membuka luka baru?
  Di tengah ancaman 

[budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, danarhadi2000 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

  ***  
 Waktu saya dengan Bian Koen misuh misuh waktu pimpin demo PMKRI dan 
 KAMI di kedutaan RRT tahun 65aan akhir  dasar Cino!, saya - as Non 
 Chinese - ikut merasakan nuansa penghinaan tuh. Anda tidak?
 

SEHARUSNYA: Waktu saya DENGAR Bian Koen misuh misuh waktu..

Terimakasih

Salam

Danardono 



[budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis

2008-09-29 Terurut Topik Hendri Irawan
Pak Hidayat,

Memang begitu, yang rebus dan segar lebih sehat daripada gorengan.
Status orang kaya baru memang kadangkala membuat orang jadi lupa
daratan. Aneh juga kalau nasi putih disamakan dengan status orang
miskin. Dulu sih mungkin ketika miskin, makanannya cuma nasi putih dan
garam atau kecap asin. 

Saya sendiri pernah loh cuma makan nasi putih pakai kecap asin, tetapi
karena memang doyan. 

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ini menarik dan lucu 
 
 dari kacamata orang yang mementingkan kesehatan,
 makanan rebusan (nasi putih) dan malah yang segar tak dimasak itu
 jauh lebih diutamakan daripada yang digoreng, diberi santen dan
 diawetkan dalam minyak:-)
 
 dan sepertinya banyak yuppies, atau orang muda profesional
 yang pro kesehatan... tapi mereka tak bisa dibilang orang kaya baru, ya?
 
 




Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik Sunny
China adalah istilah bahasa Inggris, sedangkan Tiongkok asalnya dari bahasa 
mandari Cungkuo. Tiongkok dan Tionhoa telah menjadi istilah resmi dalam bahasa 
Indonesia. 

Barangkali bisa dianalogikan dengan istilah negro, kalau istilah negro yang 
dalam bahasa spanyol/portugis  artinya artinya hitam dan ini biasanya  dulu 
dipakai untuk orang berkulit hitam  berasal dari Afrika, sekarang dalam bahasa 
Inggris istilah tsb tidak lagi populer, dan dipakai istilah black atau 
African American, atau asal negerinya misalnya dibilang I'm Somalian, I'm 
Ethiopian etc  kalau pakai istilah negro sudah kurang populer dan mungkin  bisa 
dianggap agak menghina seperti kata nigger.

Orang Indonesia di Malaysia dibilang Indon, istilah ini katanya mempunyai 
arti negatif dalam pengertian di Malaysia, jadi seperti di Kanada ada istilah 
Pakis untuk orang Pakistan dan India.

Di koran-koran dan majalah di Indonesia sekalipun istilah resmi Tiongkok dan 
orang Tionghoa, tetapi masih saja ada yang pakai istilah Cina.  Untuk supaya 
tidak banyak report sebaiknya pakai saja istilah resmi. Atau bagaimana?

  - Original Message - 
  From: danarhadi2000 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, September 29, 2008 8:32 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina


  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Edith Koesoemawiria 
  [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Dear Dr Irawan,
   
   kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya 
  begitu?
   
   Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar 
  dari China?
   
   Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan 
  nama itu
   bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma 
  macam2?
   
   salam, Edith
   
   

  *** Sebagai Non Tionghoa saya ingin bertanya, jujur niihhh: apakah 
  makna China dalam kata China Airlines, atau istilah China yang 
  dipakai dalam bahasa Inggris, seperti China Town, Chinese Restaurant, 
  etc SAMA dengan makna kata Cino di negara tercinta?

  Waktu saya dengan Bian Koen misuh misuh waktu pimpin demo PMKRI dan 
  KAMI di kedutaan RRT tahun 65aan akhir  dasar Cino!, saya - as Non 
  Chinese - ikut merasakan nuansa penghinaan tuh. Anda tidak?

  Saya dengar tukang bajaj sedang baca koran tahun 98an, lalu komentar 
  enteng  ahh biar deh diperkosa tu amoy amoy cina. Anda bahagia 
  mendengarnya?

  Salam

  danardono



   

[budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik dipodipo
Suheng, atau susiok ya ?, Danar, soalnya saya seangkatan dengan
keponakan guru anda :)

Apakah kalau tukang bajaj mengatakan  ahh biar deh diperkosa tu amoy
amoy tionghoa atau dipisuh dasar tionghoa hati yang mendengar akan
lebih bahagia ?

Menurut saya kata cina telah terlalu banyak dipolitisir. Sama dengan
di amerika sana, kata negro dianggap kasar, lalu diganti black,
lalu diganti lagi african american Lha kalau orang Maluku yang sudah
jadi warganegara AS lantas masuk golongan African American juga ?

Di negara tetangga kita, Singapura, kata cina tidak memiliki konotasi
negatif. Orang2 cina yang berbahasa melayu menggunakan kata ini untuk
menyebut etnisitas mereka. Orang2 tionghoa disana tidak marah
dipanggil cina, bahkan oleh kelompok lainnya.

Istilah Cino juga banyak dipakai, dikalangan yang berbahasa jawa,
baik oleh pihak pribumi maupun tionghoa.

Yang lucu di Indonesia. Sekarang kami disebut Chaina (ditulis
China). Menurut saya, tidak ada salahnya disebut cina, ataupun
tionghoa. Kalau China terang2 secara bahasa sudah ngawur.

Menurut saya yang penting adalah mengubah cara berpikir dan pandangan
masyarakat tionghoa dan non-tionghoa, sehingga perbedaan dianggap
sebagai berkah, bukan masalah. 

Salam


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, danarhadi2000
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Waktu saya dengan Bian Koen misuh misuh waktu pimpin demo PMKRI dan 
 KAMI di kedutaan RRT tahun 65aan akhir  dasar Cino!, saya - as Non 
 Chinese - ikut merasakan nuansa penghinaan tuh. Anda tidak?
 
 Saya dengar tukang bajaj sedang baca koran tahun 98an, lalu komentar 
 enteng  ahh biar deh diperkosa tu amoy amoy cina. Anda bahagia 
 mendengarnya?
 
 Salam
 
 danardono





Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik Edith Koesoemawiria
Salam dan maaf, saya tidak bermaksud mengecilkan apalagi 
menghapus makna kejahatan diskriminasi etnis itu.

tapi justru karena saya non Tionghua, maka saya bertanya. 

di tempat saya kerja, redaksi cina yang merupakan gabungan dari orang2 
asal mainland dan taiwan, melihat saya dengan aneh kalau saya menyebut Tiongkok.
Mereka bilang, Tiongkok sudah tak ada sejak dihapusnya sistim kekaisaran.

di luar itu, menurut saya hampir setiap kata atau istilah bisa digunakan 
sebagai makian dan penghinaan, tergantung kepada penggunaannya.

di pihak lain, kata yang sama  bisa digunakan untuk menunjukan rasa sayang,
semua tergantung pada tingkat kepercayaan dan jarak hubungan antara penggunanya
dan orang atau kelompok yang dituju/dimaksud.

indonesia misalnya, menunjuk pada sebuah negara yang berdiri sejak 1945,
rakyat yang mengakui dirinya bagian dari wilayah kekuasaan itu, serta 
kebiasaan atau citarasa lain yang muncul di dan dari kawasan republik itu.

tapi di beberapa kalangan, indonesia bisa juga dipakai sebagai makian, misalnya 
 
ketika menggambarkan perilaku korup, kebiasaan terlambat, atau ketidak
beresan yang membiarkan kelaparan dan pengangguran terus membengkak.

memang karenanya, ada juga sekelompok orang yang ingin mengganti
penggunaan indonesia menjadi nusantara misalnya.

tapi apakah itu akan merubah esensi pandangan terhadap indonesia 
apabila sikap-sikap yang dikecam itu tidak berubah?

kalau tetap sama, siapa bilang orang tidak bisa menggunakan nusantara sebagai 
makian?

ya pastilah maksudnya kecaman, kalau orang bilang, dasar cino, dasar sunda, 
dasar melayu, dasar batak... dsb.  tapi juga kalau mengatakan dasar 
tionghua.

tentu masyarakat tionghua-indonesia berhak tersinggung kalau dimaki. tapi kalau
saya mungkin lebih tersinggung, marah karena diskriminasi itu ueberhaupt 
terjadi,
atau justru dengan sengaja (ataupun tidak) dibiarkan terjadi.

dan memang sangat menyebalkan mendengar tukang bajaj atau jendral atau habib
atau siapapun yang bilang, bahwa perkosaan segolongan perempuan manapun juga
boleh dibiarkan.

atau tidak?

Edith

 Original-Nachricht 
 Datum: Mon, 29 Sep 2008 06:32:21 -
 Von: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
 An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Betreff: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Edith Koesoemawiria 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Dear Dr Irawan,
  
  kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya 
 begitu?
  
  Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar 
 dari China?
  
  Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan 
 nama itu
  bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma 
 macam2?
  
  salam, Edith
  
  
 
 *** Sebagai Non Tionghoa saya ingin bertanya, jujur niihhh: apakah 
 makna China dalam kata China Airlines, atau istilah China yang 
 dipakai dalam bahasa Inggris, seperti China Town, Chinese Restaurant, 
 etc SAMA dengan makna kata Cino di negara tercinta?
 
 Waktu saya dengan Bian Koen misuh misuh waktu pimpin demo PMKRI dan 
 KAMI di kedutaan RRT tahun 65aan akhir  dasar Cino!, saya - as Non 
 Chinese - ikut merasakan nuansa penghinaan tuh. Anda tidak?
 
 Saya dengar tukang bajaj sedang baca koran tahun 98an, lalu komentar 
 enteng  ahh biar deh diperkosa tu amoy amoy cina. Anda bahagia 
 mendengarnya?
 
 Salam
 
 danardono
 
 
 
 
 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 


Re: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dal

2008-09-29 Terurut Topik gsuryana
Maaf koreksi
Christian Belt seharusnya Bible Belt.

Silahkan klik di wikipedia, juga menarik untuk disimak Wahhabi, dimana kedua 
aliran ini populer di Indonesia bisa dibilang naik daun dengan waktu yang 
hampir bersamaan, sekitar tahun 85-an sd 90-an.

Dan kedua aliran ini bisa dibilang berkuasa di Indonesia.

sur.
http://indolobby.blogspot.com

Komunis (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: melani chia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 7:56 AM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa 
Dalam Cengkeraman SBKRI

 ABS bukannya pahlwan melawan Komunis jaman dulu
 (tdk suka konmunis)???Pak??

Pahlawan sih bukan, tidak suka iya, ikut menggulung komunis iya!!! 
Kouwnio!!!

- - - - - - - - -

 Lalu 10 th lalu jadi pejuang repormasi juga

He he he... emangnya yang anti komunis nggak bisa ikut repormasi??
Malahan yang nggak kelihatan waktu repormasi justru yang komunis!!

- - - - - - - - -

Tapi soal ini nggak ada hubungannya dengan budaya tionghoa. Jadi saya 
sudahkan sampai di sini
Kalau Chia kouwnio masih penasaran, mau terus-terusin soal komunis dan 
reformasi, japri saja.
Ntar kalau lagi mood debat, saya jawab. Tapi kalau lagi nggak mood debat, ya 
saya diemin dulu, sampai mood lagi. Abis lebih senang tindakan nyata dari 
debat sih...


Wasalam. 



Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik Edith Koesoemawiria
:-) politisasi kata memang suka membuat pusing. setahu saya,  di beberapa
kalangan indonesia ada perbedaan konotasi antara teman dan kawan, yang katanya
lebih dekat ke kamerad. sejak lebih sepuluh tahun di kalangan buruh 
internasional,
ada upaya untuk melazimkan istilah non-documented migrants, dan bukan
illegal migrants. pilihan istilah, semua tentu ada dasarnya.

di jerman, orang tidak belajar anthropologi tapi belajar ethnologi untuk mata
pelajaran yang sama. katanya, alasannya politis terkait dengan penolakan 
terhadap
rasisme yang muncul dengan kebanggaan terhadap ras aria.
karenanya, negro yang berasal dari pengelompokan ras negroid dulu tak dipakai.

di amerika, penghinaan dirasakan ketika si kulit putih menyebut si kulit hitam
sebagai  niger, yang dianggap lebih mengecilkan lagi.  karenanya, pada 
masa bangkitnya kesadaran kulit hitam, mereka menggunakan blacks.

setelah kesadaran meluas bahwa warna kulit tak boleh menjadi unsur pembeda
atau diskriminasi, juga karena semakin banyak etnis lain yang bermigrasi ke 
negara
paman sam itu, maka kelompok ini mendefinisikan dirinya dari segi etnis dan 
status kewarganegaraannya: Afro-Americans.

pilihan istilah penting juga, tapi menurut saya seringnya tak berguna bila 
tonggak2
penyanggah diskriminasi atau kondisi yang menyebabkan diskriminasi dalam 
kehidupan sehari-hari itu tidak dihilangkan.

ada seorang teman yang menceritakan, bahwa Tionghua-Indonesia bisa dilihat
sebagai budaya  khas yang kaya dan sudah meluas, dan berada diluar budaya
Cina modern (RRC) dan tentunya beda dengan budaya Melayu dst.

Hal ini masih bisa saya ikuti, karena selain tak semua berbahasa Mandarin, 
kurun waktu migrasinya mulai dari abad-abad awal. 

Buat saya hal ini juga menarik, atau?

salam, Edith




 Original-Nachricht 
 Datum: Tue, 30 Sep 2008 09:17:25 +0200
 Von: Sunny [EMAIL PROTECTED]
 An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Betreff: Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

 China adalah istilah bahasa Inggris, sedangkan Tiongkok asalnya dari
 bahasa mandari Cungkuo. Tiongkok dan Tionhoa telah menjadi istilah resmi dalam
 bahasa Indonesia. 
 
 Barangkali bisa dianalogikan dengan istilah negro, kalau istilah negro
 yang dalam bahasa spanyol/portugis  artinya artinya hitam dan ini biasanya 
 dulu dipakai untuk orang berkulit hitam  berasal dari Afrika, sekarang dalam
 bahasa Inggris istilah tsb tidak lagi populer, dan dipakai istilah black
 atau African American, atau asal negerinya misalnya dibilang I'm Somalian,
 I'm Ethiopian etc  kalau pakai istilah negro sudah kurang populer dan
 mungkin  bisa dianggap agak menghina seperti kata nigger.
 
 Orang Indonesia di Malaysia dibilang Indon, istilah ini katanya
 mempunyai arti negatif dalam pengertian di Malaysia, jadi seperti di Kanada 
 ada
 istilah Pakis untuk orang Pakistan dan India.
 
 Di koran-koran dan majalah di Indonesia sekalipun istilah resmi Tiongkok
 dan orang Tionghoa, tetapi masih saja ada yang pakai istilah Cina.  Untuk
 supaya tidak banyak report sebaiknya pakai saja istilah resmi. Atau
 bagaimana?
 
   - Original Message - 
   From: danarhadi2000 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   Sent: Monday, September 29, 2008 8:32 AM
   Subject: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina
 
 
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Edith Koesoemawiria 
   [EMAIL PROTECTED] wrote:
   
Dear Dr Irawan,

kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya 
   begitu?

Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar 
   dari China?

Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan 
   nama itu
bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma 
   macam2?

salam, Edith


 
   *** Sebagai Non Tionghoa saya ingin bertanya, jujur niihhh: apakah 
   makna China dalam kata China Airlines, atau istilah China yang 
   dipakai dalam bahasa Inggris, seperti China Town, Chinese Restaurant, 
   etc SAMA dengan makna kata Cino di negara tercinta?
 
   Waktu saya dengan Bian Koen misuh misuh waktu pimpin demo PMKRI dan 
   KAMI di kedutaan RRT tahun 65aan akhir  dasar Cino!, saya - as Non 
   Chinese - ikut merasakan nuansa penghinaan tuh. Anda tidak?
 
   Saya dengar tukang bajaj sedang baca koran tahun 98an, lalu komentar 
   enteng  ahh biar deh diperkosa tu amoy amoy cina. Anda bahagia 
   mendengarnya?
 
   Salam
 
   danardono
 
 
 



[budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
Betul! Semua tergantung konotasi. Didaerah istri saya, Minahasa, 
dimana pembauran terjadi secara optimal, kata Cina samasekali tak 
mengandung makna negatif. Hampir 50 % dari orang Minahasa yang saya 
kenal (ini bukan survey lho, tetapi statistik saya pribadi), adalah 
gabungan ayah Tionghoa, ibu dari pedalaman Minahasa. Atau dibalik, 
ayah Minahasa, ibu Tionghoa. Misalnya:  Kalau biapong (bakpau) orang 
Cina pakai rebung, kalau torang punya nyandak.

Juga didaerah saya, Surakarta dan Jogyakarta, sebutan Cino bukan 
bermakna negatif. Dan bukan kata makian.Ada sebuah tarian, yang 
ditarikan seorang wanita, yang bernama Putri Cino, yang menggambarkan 
seorang istri raja dari Tiongkok. Kami juga katakan, Raden Patah 
kuwi rak separo Cino. Raden Patah kan separuh Tionghoa. Atau 
percakapan ibu ibu yang pilih kain batik: Oh kuwi batik Cino, seje 
banget. Itu itu batik China, lain sekali. Yang dimaksud adalah 
motif pesisir pantura.

Bagaimana komunitas Tionghoa menggarap istilah ini terserahlah 
perkembangan sejarah, namun mereka yang Non Tionghoa HARUS ber-hati 
hati, untuk tak menyinggung perasaan. Kita tak boleh begitu saja 
mengatakan Oh mereka nggak apa apa kok. saya sendiri besar ditahun 
50an, dimana tokoh Chouenlai dan Mao menjadi panduan kita dalam 
membina kawasan Asia Afrika dengan semangat Bandung, terbiasa 
menyebut Tiongkok dan Tionghoa. ketika saya sering ke Indonesia, 
ditahun 99an, terkait perjalanan dinas, baru saya tahu, bahwa istilah 
itu dilenyapkan dari muka bumi. Cina malah dijadikan sebutan resmi. 
yang mengusulkan orang Tionghoa sendiri lagi. Saya bingung, tapi mau 
apa? Inilah sejarah.

Sebutan untuk merendahkan kelompok etnis tertentu selalu ada, dan 
akan tetap ada, selama ada celah emosional yang berdasarkan 
ketidakmengertian, antipati atau kecemburuan sosial.

Diwaktu SR (sekarang SD) ada teman dari kelas lain, anak batak yang 
menyeru Jawa kowek lu, saya kejar sampai dia lompat pagar sekolah, 
lalu pulang, keesokan harinya saya tunggu dimuka sekolah dengan 
katepel, pelontar kerikil, yang lalu melayangkan batu kecil  kearah 
kepala. Tentu saja saya dihukum berdiri dimuka kelas...

Orang Maluku di US? Ha ha yang saya tahu, romo romo dari Flores di 
Vienna, seringkali dikira orang Afrika, lalu disebut  ein Neger 
(Negro dalam bahasa Jerman).

Sebagai bangsa multibudaya kita harus belajar dan berjuang (kalau 
perlu bertempur) mempertahankan kesatuan bangsa. That's life, c'est 
la vie.

Salam

danardono





--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dipodipo [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Suheng, atau susiok ya ?, Danar, soalnya saya seangkatan dengan
 keponakan guru anda :)
 
 Apakah kalau tukang bajaj mengatakan  ahh biar deh diperkosa tu 
amoy
 amoy tionghoa atau dipisuh dasar tionghoa hati yang mendengar 
akan
 lebih bahagia ?
 
 Menurut saya kata cina telah terlalu banyak dipolitisir. Sama 
dengan
 di amerika sana, kata negro dianggap kasar, lalu diganti black,
 lalu diganti lagi african american Lha kalau orang Maluku yang 
sudah
 jadi warganegara AS lantas masuk golongan African American juga ?
 
 Di negara tetangga kita, Singapura, kata cina tidak memiliki 
konotasi
 negatif. Orang2 cina yang berbahasa melayu menggunakan kata ini 
untuk
 menyebut etnisitas mereka. Orang2 tionghoa disana tidak marah
 dipanggil cina, bahkan oleh kelompok lainnya.
 
 Istilah Cino juga banyak dipakai, dikalangan yang berbahasa jawa,
 baik oleh pihak pribumi maupun tionghoa.
 
 Yang lucu di Indonesia. Sekarang kami disebut Chaina (ditulis
 China). Menurut saya, tidak ada salahnya disebut cina, ataupun
 tionghoa. Kalau China terang2 secara bahasa sudah ngawur.
 
 Menurut saya yang penting adalah mengubah cara berpikir dan 
pandangan
 masyarakat tionghoa dan non-tionghoa, sehingga perbedaan dianggap
 sebagai berkah, bukan masalah. 
 
 Salam
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, danarhadi2000
 danarhadi2000@ wrote:
  
  Waktu saya dengan Bian Koen misuh misuh waktu pimpin demo PMKRI 
dan 
  KAMI di kedutaan RRT tahun 65aan akhir  dasar Cino!, saya - as 
Non 
  Chinese - ikut merasakan nuansa penghinaan tuh. Anda tidak?
  
  Saya dengar tukang bajaj sedang baca koran tahun 98an, lalu 
komentar 
  enteng  ahh biar deh diperkosa tu amoy amoy cina. Anda bahagia 
  mendengarnya?
  
  Salam
  
  danardono
 





Re: [budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis

2008-09-29 Terurut Topik hidayati
Hello, saya Edith, perempuan lho :-)

saya kadang suka juga makan nasi putih pakai ikan asin atau yang
buat saya top itu, kalau pakai rebusan dan sedikit kacang goreng.
aaah... itu yummy. 

saya pernah dengar, bahwa tempura jepang dan ueberhaupt tradisi menggoreng
di jepang, datangnya dari Cina. apakah minyak pertama ditemukan di sana?

salam




 Original-Nachricht 
 Datum: Mon, 29 Sep 2008 06:54:34 -
 Von: Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED]
 An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Betreff: [budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis

 Pak Hidayat,
 
 Memang begitu, yang rebus dan segar lebih sehat daripada gorengan.
 Status orang kaya baru memang kadangkala membuat orang jadi lupa
 daratan. Aneh juga kalau nasi putih disamakan dengan status orang
 miskin. Dulu sih mungkin ketika miskin, makanannya cuma nasi putih dan
 garam atau kecap asin. 
 
 Saya sendiri pernah loh cuma makan nasi putih pakai kecap asin, tetapi
 karena memang doyan. 
 
 Hormat saya,
 
 Yongde
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Ini menarik dan lucu 
  
  dari kacamata orang yang mementingkan kesehatan,
  makanan rebusan (nasi putih) dan malah yang segar tak dimasak itu
  jauh lebih diutamakan daripada yang digoreng, diberi santen dan
  diawetkan dalam minyak:-)
  
  dan sepertinya banyak yuppies, atau orang muda profesional
  yang pro kesehatan... tapi mereka tak bisa dibilang orang kaya baru, ya?
  
  
 
 
 
 
 
 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 


[budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis

2008-09-29 Terurut Topik Hendri Irawan
Halo Bu Edith,

Maaf soal bapak nya :)

Untuk minyak masak (dan goreng) rasanya setiap kebudayaan punya bahan
dan cara masing-masing. Kalau mengenai masalah pertama, sepertinya
tidak juga. Nanti saya coba cari datanya. 

Kalau untuk tempura Jepang setahu saya ini makanan yang dikenalkan
misionaris Portugis dan Spanyol, jadi bukan dari Tiongkok.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Hello, saya Edith, perempuan lho :-)
 
 saya kadang suka juga makan nasi putih pakai ikan asin atau yang
 buat saya top itu, kalau pakai rebusan dan sedikit kacang goreng.
 aaah... itu yummy. 
 
 saya pernah dengar, bahwa tempura jepang dan ueberhaupt tradisi
menggoreng
 di jepang, datangnya dari Cina. apakah minyak pertama ditemukan di sana?
 
 salam
 
 
 
 




Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
Quote  Original Message 
From: gsuryana [EMAIL PROTECTED] net.id

Weleh sekarang sejak jadi umat GBI aktifnya di agama, ntu juga masih 
untung aku masih bisa menahan gempuran GBI yang meng sesat kan 
filsafat KHC.
Kadang sebel dan sengak banget sama ulah karesten yang mengakibatkan 
budaya Tionghoa dianggap sesat, jadi ingat pepatah kacang lupa kulit, 
ingin jadi bani Israel mata sipit, padahal di sonoh tetap saja 
dianggap cina dan bukan bangsa pilihan. Unquote



*** Kang Sur, saya ada pengalaman lucu. Saya mau cari rupang Guangong 
yang bagus bentuknya. Ehhh dapat. Disebuah kiosk kecil, yang menjual 
rupang dan alat sembahyangan di kuil. 

Ketika siempunya kiosk bungkus Guangong saya, saya tanya: 
 Anda punya nggak yang bagus atau yang antik?. 
Dia jawab dengan kaget:  Oh nggak ada!. 
Lho kenapa? tanya saya. 
Dia jawab: Saya sudah Katholik.  Nggak boleh nytembah patung. 
Saya jawab lagi:  Lha digereja kalian penuh patung itu, lalu masak 
gak dihormati? atau sekedar perhiasan? Pakai saja yang lucu, patung 
kodok atau ikan.  
Dia tersinggung, katakan: Itu lain. 
Saya buru lagi: Apanya yang lain?. 
katanya:  Itu kan gambar Tuhan Yesus. 
Lalu? tanya saya,  yang ini gambar dewa Guangong 

Yang menyedihkan saya, anak muda ini TAK tahu apa apa mengenai ajaran 
Katholik, yang baru dipeluknya beberapa bulan, tetapi sudah segudang 
pengetahuan mengenai buruknya agama Buddha atau KHC. Padahal mengenai 
ajaran lamanya, dia samasekali lebih tak tahu apa apa.

Saya tanyakan padanya: 
Tahukah anda, bahwa isi 10 Perintah Allah itu pada dasarnya sudah 
termuat dalam azas ajaran Pancasila*) yang diajarkan sang Gautama 
Dia jawab:  Masak? begitu ya?. 

Ooohh cilok

Jadi, pendakwahan bukan berdasar kedalaman ajaran (baru), namun 
berdasarkan maki makian terhadap agama lama...

Salam

Danardono

*) Dalam bahasa Pali, sila-sila Panca Sila ini adalah sebagai berikut:

1)Pânâtipâtâ veramani sikkhapadam samâdiyâmi 
2)Adinnâdânâ veramani sikkhapadam samâdiyâmi 
3)Kâmesu micchâcâra veramani sikkhapadam samâdiyâmi 
4)Musâvâda veramani sikkhapadam samâdiyâmi 
5)Surâ meraya majja pamâdatthânâ veramani sikkhapadam samâdiyâmi 

Atau:

Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan (nilai 
kemanusiaan) guna mencapai samadi. 

Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak 
diberikan (nilai keadilan)guna mencapai samadi.
 
Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila 
(berzinah, menggauli suami/istri orang lain, nilai keluarga)guna 
mencapai samadi. 

Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak 
benar /berbohong, berdusta, fitnah, omongkosong (nilai kejujuran)guna 
mencapai samadi. 

Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan 
makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan (nilai pembebasan)
guna mencapai samadi. 


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Oh istilah majalah cina itu hanya oral to, urang salah paham 
rupanya.
 kalau boleh tahu, pakai nama apa ya? boleh Japri.
 
 
 
 - Original Message 
 From: gsuryana [EMAIL PROTECTED]
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Monday, September 29, 2008 12:19:47 PM
 Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: 
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
 
 
 Nulis nya memakai bahasa Mandarin, soale ntu majalah majalah 
Mandarin.
 Memakai bahasa Indonesia mah mana ibuku, palingan garis besarnya 
dikasih tahu ke aku dan selanjutnya aku yang nulis ke 'millis' 
huehuehue..
 
 http://indolobby. blogspot. com
 - Original Message - 
 From: Fy Zhou 
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
 Sent: Monday, September 29, 2008 8:59 AM
 Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: 
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
 
 Oh nulisnya dalam bhs indonesia  (kan pakai istilah cina)?  saya 
kira dlm mandarin. 
 
 
 
 - Original Message 
 From: gsuryana [EMAIL PROTECTED] net.id
 To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Sent: Sunday, September 28, 2008 11:32:12 PM
 Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: 
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI
 
 
 Weleh sekarang sejak jadi umat GBI aktifnya di agama, ntu juga 
masih untung aku masih bisa menahan gempuran GBI yang meng sesat kan 
filsafat KHC.
 Kadang sebel dan sengak banget sama ulah karesten yang 
mengakibatkan budaya Tionghoa dianggap sesat, jadi ingat pepatah 
kacang lupa kulit, ingin jadi bani Israel mata sipit, padahal di 
sonoh tetap saja dianggap cina dan bukan bangsa pilihan.
  
 Eniwe biar bagaimana pun beliau adalah ibuku, jadi aku hanya bisa 
berusaha menjelaskan semampuku ( seperti yang aku tulis, ibuku kurang 
menyukai sejarah, jadi aku mencoba masuk di sejarah, dan 
amitaba. bisa diterima, biarpun 

[budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
Ja Frau Edith, Tempura stammte ueberhaupt nicht aus China, sondern 
von den Portuguesen eingefuehrt worden ist. Eine von weniger 
portuguesischen Hinterlassenschaft (neben Kanonengiessen).

Sorry kawan kawan, ibu ini tinggal di Jerman?, sebab 
menulis: dan ueberhaupt tradisi menggoreng di jepang..

Salam

Danardono


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Halo Bu Edith,
 
 Maaf soal bapak nya :)
 
 Untuk minyak masak (dan goreng) rasanya setiap kebudayaan punya 
bahan
 dan cara masing-masing. Kalau mengenai masalah pertama, sepertinya
 tidak juga. Nanti saya coba cari datanya. 
 
 Kalau untuk tempura Jepang setahu saya ini makanan yang dikenalkan
 misionaris Portugis dan Spanyol, jadi bukan dari Tiongkok.
 
 Hormat saya,
 
 Yongde
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hidayati@ wrote:
 
  Hello, saya Edith, perempuan lho :-)
  
  saya kadang suka juga makan nasi putih pakai ikan asin atau yang
  buat saya top itu, kalau pakai rebusan dan sedikit kacang goreng.
  aaah... itu yummy. 
  
  saya pernah dengar, bahwa tempura jepang dan ueberhaupt tradisi
 menggoreng
  di jepang, datangnya dari Cina. apakah minyak pertama ditemukan 
di sana?
  
  salam
  
  
  
 





Re: [budaya_tionghua] in search of gorengan

2008-09-29 Terurut Topik Edith Koesoemawiria
Ah ngga soal, kalau belum pernah bertemu, siapa sih yang bisa tahu 
ada siapa dibalik nama2 di internet? saya biasanya cuma dipanggil edith.

dan ngga apa ya, kalau saya ganti judulnya. dulu ada teman jepang
yang cerita ttg tradisi menggoreng di jepang itu asalnya dari daratan tiongkok.
tapi saya memang tak pernah membaca tulisan ttg itu dan juga tidak
bertanya apakah maksudnya, gorengan yang dimasukan kedalam
adonan tepung dulu atdatangnya au kebiasaan menggoreng itu sendiri.

cuman kebayang saja, bila pasta atau spaghetti disebut-sebut dibawa 
oleh marco polo dari tiongkok ke italia, mungkin saja kebiasaan menggoreng itu 
datang dari sana juga.

karena kayaknya  memanggang atau merebus lebih mudah dilakukan.

salam, edith

 Original-Nachricht 
 Datum: Mon, 29 Sep 2008 08:41:22 -
 Von: Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED]
 An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Betreff: [budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis

 Halo Bu Edith,
 
 Maaf soal bapak nya :)
 
 Untuk minyak masak (dan goreng) rasanya setiap kebudayaan punya bahan
 dan cara masing-masing. Kalau mengenai masalah pertama, sepertinya
 tidak juga. Nanti saya coba cari datanya. 
 
 Kalau untuk tempura Jepang setahu saya ini makanan yang dikenalkan
 misionaris Portugis dan Spanyol, jadi bukan dari Tiongkok.
 
 Hormat saya,
 
 Yongde
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Hello, saya Edith, perempuan lho :-)
  
  saya kadang suka juga makan nasi putih pakai ikan asin atau yang
  buat saya top itu, kalau pakai rebusan dan sedikit kacang goreng.
  aaah... itu yummy. 
  
  saya pernah dengar, bahwa tempura jepang dan ueberhaupt tradisi
 menggoreng
  di jepang, datangnya dari Cina. apakah minyak pertama ditemukan di sana?
  
  salam
  
  
  
  
 
 
 
 
 
 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 


Re: [budaya_tionghua] Re: Permusuhan atau Persaingan? (Was: Fwd: Apa kata Harry Tjan)

2008-09-29 Terurut Topik Fy Zhou
Mungkin anda tidak suka berdiskusi masalah2 sosial politik yang berat2 dan 
penuh konflik. itu memang pilihan anda, anda bisa memilih berdiam diri tak 
menanggapi. Tapi janganlah membuat penilaian2 se-olah2 berdiskusi masalah2 ini 
hanyalah mubazir.

Seperti halnya, anda lebih senang berdiskusi masalah makanan, ini pilihan anda, 
saya sama sekali tak tertarik, juga paling diam saja. Bagaimana jika saya 
menyela anda dengan komentar bahwa hobby makan itu sumber penyakit sumber 
kolestrol lho, sebaiknya jangan ribut makan melulu ???.

Salam Diet
ZFy




--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Ophoeng [EMAIL PROTECTED]  wrote:

 Bung Prometheus, Bung danarhadi dan TTM semuah,
 
 Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)?
 
 Sorry, ikut nimbrung. Mungkin berbeda pendapat. Tapi mestinya oke 
toh.
 
 Not with you and not for you, jadi kayak kafilah Arab nonton bule-
bule pa-
 da baku hantam, baku tembak, baku bunuh (memperebutkan apa sih ya?),
 mungkin justru yang pinter adalah kafilah Arab itu.. Ngapain juga 
beran-
 tem saling melukai saling membunuh ya? Mending duduk ngariung, 
ngisap
 pipa perdamaian ala Winnetou sambil ngupi, ngeteh atau nyoklat, 
cemilan-
 nya boleh pake roti kompyang atau ampyang, kalau BSD kejauhan ya bo-
 leh ngumpul di Pancoran atau Chandra, atau Pasar Pagi lama makan 
nasi
 tim sambil membayangkan makan di cafe Dragon Gate di Tiongkok sana?
 
 Bukankah ada pelajaran yang mengajarkan ttg 2 ekor serigala berantem
 memperebutkan seekor ayam, lantas srigala ke-3 justru yang mendapat
 si ayam yang ditinggalkan tergeletak begitu saja oleh yang berantem?
 
 Not with you and not against you, dalam perjuangan itu gana ya? 
Tergan-
 tung dari bagaimana kita mengartikan, memaknai, menginterpretasikan
 perjuangannya bagaimana ya?
 
 Benar pertanyaan Bung Prometheus: rupanya kita sedang dalam 
perjuang-
 an/perang toh? Lanjut dikit: perang lawan siapa, dan siapa musuhnya?
 
 Berjuang, berperangnya cara bagaimana? Musuhnya itu lantas apa sih 
ya?
 
 Dalam marketing, dulu, banyak yang mengadaptasi teori perang Sun-tzu
(?)
 dalam melaksanakan 'perjuangan' atau 'peperangan' dalam marketing. 
Ma-
 kanya istilah marketing juga pakainya: launching. Ini istilah 
melempar ro-
 ket untuk membumihanguskan daerah 'musuh'. 
 
 Lha, kalau saingan, merek lain itu dianggap sebagai 'musuh', 
lantas 'battle
 field'nya itu apa dong? Apakah konsumen yang diperebutkan pangsa 
pasar-
 nya oleh masing-masing yang 'bermusuhan' itu adalah 'kancah 
peperangan'
 nya? jadi karena ini adalah perang, maka boleh dong membumihanguskan
 'kancah peperangan'nya. Daripada anda ndak berhasil menguasai satu 
teri-
 tori, maka jangan sampai 'musuh' mendapatkan teritori itu, jadi 
sama-sama
 tidak bisa menguasai, ya hantam saja, bombardir saja, kayak si 
Amrik yang
 malu disatroni diam-diam oleh pasukan kamikaze Jepang di Hawaii, 
lantas
 enak ajah menjatuhkan si Fat Boy aka bom atom di Hiroshima dan 
Nagasa-
 ki. Bleng.. beres. jadi begitu persepsi ttg 'perang' di 
marketing ya?
 
 Hehehe katanya sih sekarang sudah ndak jaman lagi maen perang-
2an
 ala Rambo (cuma di pilem doang) yang selalu menang dengan cara 
keras. 
 Teori atau faham ba'ru dalam marketing, kabarnya, 
adalah 'persaingan' , 
 bukan 'permusuhan' secara baik dan benar: saingan adalah seperti 
bersa-
 ing dalam olahraga. Citius, fortius dan altius! Lebih cepat, lebih 
kuat dan
 lebih tinggi. May the best be the winners!
 
 Konsumen adalah penontonnya. Jadi, kalau anda bersaing dalam satu 
ka-
 tegori produk, anda harus bisa mengalahkan pesaing anda secara 
kualitas,
 harga, persediaan, dan jaminan servis. Bagaimana anda harus bisa 
meng-
 galang simpati dari 'penonton' supaya berpihak kepada anda, membeli 
ba-
 rang yang anda jual. Itulah makna persaingan dalam marketing.
 
 Padahal mah, kalau ndak salah, Sun-tzu juga mengajarkan: kalau ndak 
bisa
 mengalahkan, ya berbesan ajah. Maksudnya ya merger ajah gitu. Nah, 
nama-
 nya merger itu pan berunding diakhiri dengan golden shake hand 
penuh da-
 mai dan senyum tersinggung, eh, tersungging di bibir. Win-win 
solution?
 
 
 Bagaimana dalam politik? Rasanya ada slogan bahwa tidak ada musuh 
atau
 lawan yang abadi bagi seorang politikus. Apakah yang berbelok-
belok dan
 berubah-ubah arah itu 'jahat'? Bunglon? Rasanya ndak juga, sah-sah 
saja
 dalam politik. All is fair in war and love, juga in business? 
 
 Dalam hal berebut simpati, tentu saja anda harus membeberkan betapa 
ba-
 ik dan bagus, dan lebih baik dan lebih bagus anda dari pesaing 
anda, cara-
 nya dengan bukti dan penyebaran info, 'perang'nya tentu dalam 
menebar
 informasi kepada para 'calon pembeli' atau pendukung anda. Buktikan 
ba-
 hwa anda layak dipilih dan diikuti. 'Battle of the mind', brainwash 
cara ber-
 pikir para 'pembeli' anda. Bukannya dengan cara marah-marah, maki-
maki, 
 mengatai, menunjuk-nunjuk atau menjelek-jelekkan saingan anda. Apa-
 lagi kalau 'menggempur' yang tidak sefaham. Lha, 'pembeli' anda 
bukanlah
 'moron' orang blo'on, bahkan 

Re: [budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis

2008-09-29 Terurut Topik Edith Koesoemawiria
iya Herr Danardono, saya tinggal di jerman. Terima kasih untuk infonya. 

Saya akan berusaha mencari makanan portugis yang digoreng dalam tepung :-)

salam, Edith



 Original-Nachricht 
 Datum: Mon, 29 Sep 2008 09:00:03 -
 Von: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
 An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Betreff: [budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis

 Ja Frau Edith, Tempura stammte ueberhaupt nicht aus China, sondern 
 von den Portuguesen eingefuehrt worden ist. Eine von weniger 
 portuguesischen Hinterlassenschaft (neben Kanonengiessen).
 
 Sorry kawan kawan, ibu ini tinggal di Jerman?, sebab 
 menulis: dan ueberhaupt tradisi menggoreng di jepang..
 
 Salam
 
 Danardono
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED] 
 wrote:
 
  Halo Bu Edith,
  
  Maaf soal bapak nya :)
  
  Untuk minyak masak (dan goreng) rasanya setiap kebudayaan punya 
 bahan
  dan cara masing-masing. Kalau mengenai masalah pertama, sepertinya
  tidak juga. Nanti saya coba cari datanya. 
  
  Kalau untuk tempura Jepang setahu saya ini makanan yang dikenalkan
  misionaris Portugis dan Spanyol, jadi bukan dari Tiongkok.
  
  Hormat saya,
  
  Yongde
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hidayati@ wrote:
  
   Hello, saya Edith, perempuan lho :-)
   
   saya kadang suka juga makan nasi putih pakai ikan asin atau yang
   buat saya top itu, kalau pakai rebusan dan sedikit kacang goreng.
   aaah... itu yummy. 
   
   saya pernah dengar, bahwa tempura jepang dan ueberhaupt tradisi
  menggoreng
   di jepang, datangnya dari Cina. apakah minyak pertama ditemukan 
 di sana?
   
   salam
   
   
   
  
 
 
 
 
 
 
 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 


Re: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik Fy Zhou
Saya sebenarnya sudah capai diskusi masalah istilah ini.
 
Hanya mau sedikit membuka pandangan: bahwa meskipun ada tulisan Inggrisnya 
China airland, Orang Tionghoa dari mainland maupun dari Taiwan tak terlalu 
menggubris, karena mereka lebih memperhatikan bahasa mandarinnya: Zhonghua 
Hangkong.. China bagi mereka adalah bhs asing. sedangkan cina atau tionghoa 
adalah bhs nasional bagi orang Indonesia.
 
Tidak benar tiongkok adalah istilah kuno. tiongkok adalah bhs hokian dari Zhong 
Guo (Negei Tengah, singkatan untuk nama resmi RRT  maupun Taiwan)
 
Jika anda menganggap istilah apapun tak masalah, bagaimana jika ada yang 
mempopulerkan lagi istilah Inlander untuk memanggil anda? tolong dikunyah2.
 
ZFy
 
 
 
 



- Original Message 
From: Edith Koesoemawiria [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 1:05:17 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina


Dear Dr Irawan,

kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya begitu?

Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar dari China?

Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan nama itu
bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma macam2?

salam, Edith

 Original-Nachricht 
 Datum: Mon, 29 Sep 2008 01:33:55 EDT
 Von: [EMAIL PROTECTED] com
 An: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 CC: nasional-list@ yahoogroups. com
 Betreff: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

 Rekan2 yb,
 
 Setidaknya sudah hampir sepekan ini VOA siaran text berbahasa Indonesia 
 sudah tidak menggunakan istilah Cina lagi, sejauh ini mereka sudah
 menggunakan 
 istilah Tiongkok setidaknya sampai dua kali penerbitan. 
 
 Saya pribadi sudah mengirim surat e-mail pernyataan terimakasih kepada 
 redaktur VOA berbahasa Indonesia sehubungan dengan ini.
 
 Perlu diketahui sejak 10 tahun yang lalu kami pernah melayangkan surat 
 kepada VOA berbahasa Indonesia memohon agar tidak menggunakan kata Cina
 pada 
 redaksinya, karena itu mungkin bisa menyinggung perasaan sebagian 
 pembaca/pendengar. . Berkali saya kirimkan surat email ke VOA mengenai
 masalah ini, sampai 
 bosan rasanya tetap tidak ada respon. Namun entah ada angin apa yang
 terjadi 
 secara sekonyong-konyong VOA dalam sepekan ini menggunakan kata Tiongkok
 untuk 
 istilah negara RRT. 
 
 Sekurangnya sudah 8 tahun seluruh publikasi media cetak di Amerika Utara 
 telah menggunakan istilah Tionghoa untuk etnisnya , budayanya , 
 Tiongkok 
 untuk negaranya (RRT) , dan Mandarin untuk bahasanya. Sedangkan
 Indonesia 
 Media majalah dwimingguan untuk Amerika Utara sejak penerbitannya 10
 tahun yang 
 lalu sejak awal memang tidak menggunakan kata Cina Menurut
 pertimbangan 
 kami kalau orang membaca istilah Tionghoa , Tiongkok, RRT atau Mandarin
 tidak 
 ada yang merasa tersinggung perasaannya. Tapi kalau menggunakan istilah
 Cina 
 ada sebagian orang merasa tidak enak perasaannya. Kenapa kita tidak mau
 bikin 
 orang senang kalau kita bisa?
 
 Kemampuan membuat orang senang ini sudah dilakukan jauh sebelumnya oleh 
 seorang tokoh media ,Bapak Dahlan Iskan melalui Jawa Pos groupnya ini
 dengan 
 segenap koran2 Radar-nya. Istilah Cina ini sudah lama terhapus dari meja
 redaksi 
 rupanya. Kemudian diikuti oleh Suara Pembaruan , Sinar Harapan , dan masih
 
 sangat banyak lagi media yang ingin membuat orang2 senang.. 
 
 Minggu lalu baru saja saya nonton film Shanghai Than (Shanghai Bund). 
 Dalam salah satu andengannya tampak ada dialog antara orang Jepang dengan
 Xie Wen 
 Xiang (jagoannya) . Istilah Cena yang berarti Cina yang diucapkan oleh
 si 
 Jepang di hardik oleh Xie Wen Xiang yang menentang pemanggilan zhung guo
 ren 
 dengan istilah Cena. Jadi ternyata sejak zaman 1920'an perkataan Cina itu 
 sudah merupakan istilah yang tidak disukai . Setelah Jepang ditaklukan 
 pada 
 P.D.II maka terhitung pada tahun 1945 otomatis Dai Nipon, mengganti
 istilah itu 
 menjadi Zhiu Kuo Ku yang artinya Zhung Guo. 
 
 Terlepas dari masih dipertentangkannya atau tidak istilah Cina tsb. Kami 
 patut mengucapkan terimakasih atas niat baik dari VOA siaran Bahasa 
 Indonesia , 
 walaupun sudah terlambat 10 tahun.
 
 salam,
 Dr.Irawan
 
 
 
 
 
 
  **Looking for simple solutions to your real-life financial 
 challenges? Check out WalletPop for the latest news and information, tips
 and 
 calculators. (http://www.walletpo p.com/?NCID= emlcntuswall 0001)
 


  

Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Kalau berdiskusi atau berdebat tentang ketionghoaan, ya
bahas saja soal ketionghoaan.
Nanti diskusinya jadi terdesak atau jadi di atas angin, itu soal biasa.

Tidak usah kalau terdesak lalu membelok-belokkan topik
diskusi dengan menstempelkan berbagai cap-cap
kepolitikan pada lawan diskusinya. Lalu mengarang-ngarang
analisis fiktif tentang pribadi orang lain berdasarkan gambar
cap yang diciptakan sendiri itu.

Tidak salah Promotheus-heng ketika mengatakan dalam
posting-nya pagi ini, menanggapi Zhou-heng juga:
   Saya tidak terlalu memperhatikan sikap politik member-
   member milis ini (apalagi jika terus dihubungkan dengan
   asimilasi-integrasi, orba-orla, dll).
   Saya lebih tertarik pada topik dan isi tulisannya.
   Jika saya ingin memperhatikan pun, menurut saya terlalu
   prematur, untuk menduga-duga sikap politik (dan
   kemudian menuding-nuding) hanya berdasarkan tulisan-
   tulisan yang ada.


Untuk sedikit OOT dari budaya tionghoa, saya menegaskan
kembali bahwa sikap saya tentang kebijakan pendidikan
nasional pemerintah Indonesia, dalam kaitannya dengan
pendidikan asing, sudah berulang-ulang saya kemukakan
dalam berbagai posting di milis ini selama beberapa tahun ini,
tanpa pernah berubah. Silahkan dilihat-lihat arsipnya.

Saya konsisten berpendapat bahwa pengintegrasian semua
sistem pendidikan asing, baik belanda, tionghoa, arab, india,
dsb. menjadi satu sistem pendidikan nasional, telah memberi
manfaat positif ke arah pembentukan bangsa Indonesia
yang kohesif.

Jaman sudah berjalan maju jauh sekali. Mereka yang masih
memimpikan egoisme sektarian masa lalu, hanya akan tinggal
bermimpi.
Kalau habib-habib FPI yang senang berjubah misalnya, ingin
mendirikan lagi sekolah arab, atau indo-indo cantik pemain
sinetron misalnya, ingin mendirikan lagi sekolah belanda, atau
Raam Punjabi cs. di Pasar Baru misalnya, ingin mendirikan
lagi sekolah india, mereka akan menemui the hard facts
bahwa mereka semua hanya sedang bermimpi!


Kalau soal Orba awal atau Orba akhir, seluruh keluarga saya
ada di puncak black-list-nya Soeharto sudah sejak 1978.
Itu adalah 11 tahun setelah Soeharto jadi presiden, 20 tahun
sebelum dia terjungkal, entah itu Orba awal atau Orba akhir.
Cuma saja, keluarga kami tidak dalam posisi untuk cari
selamat ke luarnegeri.
Tetapi ini juga soal yang OOT dengan budaya tionghoa, jadi
pembahasannya ya sampai sini saja.


Kalau soal kapan memulai sesuatu dari nol lagi, ini kebetulan
contoh kasusnya ada hubungannya dengan budaya tionghoa.
Jadi boleh lah kita bahas sedikit di sini.

Bagi saya memulai sesuatu dari nol tidak ada hubungannya
dengan usia, melainkan dengan keyakinan, dengan semangat, dengan passion.

Ketika saya mulai membangun kembali dunia cerita silat
tionghoa di Indonesia, saya mulai samasekali dari nol.
Nyatanya teman-teman seperti Zhou-heng, Tan-lookay, Ul-
djie, misalnya, saya kenal dalam konteks itu baru-baru saja,
teman-teman dari nol, bukan teman-teman dari jaman dulu.

Saya memulai dari nol, dengan antara lain menghindari jalan
pintas mencampuri berinvestasi dalam bisnis penerbitan
cersil.
Saya berprinsip mulailah dari awal dengan menciptakan
musim tjoen di dunia susastera tionghoa Indonesia, nanti
dengan sendirinya akan tumbuh rumput-rumput hijau bisnis
penerbitan sastra tionghoa Indonesia yang subur. Bukan
penerbitan milik saya saja.

Alhamdulillah, melihat perkembangannya sekarang, memulai
sesuatu dari nol di usia tua, tetapi dengan keyakinan, dengan
semangat, dengan passion, ternyata saya bisa melakukannya, dan ternyata juga 
bisa berhasil.

Saya sendiri samasekali tidak meng-klaim, tetapi banyak
teman yang berpandangan bahwa suksesnya penerbitan buku
Zhou-heng pun tidak terlepas dari merekahnya musim tjoen
pada dunia susastra tionghoa yang saya ikut memulainya dari nol tadi itu.

Wasalam.

=

- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 9:59 AM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua]
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa
Dalam Cengkeraman SBKRI

Kalau saya perhatikan seluruh posting Pk ABS, dari dulu hingga sekarang,
tidak ada satupun yang terang2an
menyalahkan politik budaya Orde Baru yang
berkaitan dng bhasa dan budaya Tionghoa, bahkan sering
secara tak langsung menyanggah point2 yang menyebut kemunduran budaya
Tionghoa di zaman Orba!
bahkan membuat pernyatan2 yang mengaburkan seperti kalimat di bawah ini :
Sebetulnya di Indonesia tidak pernah ada larangan, di jaman
Orba sekali pun, untuk orang ngomong bahasa Mandarin. Apalagi ngomong di
antara sesamanya.

Di atas anda sengaja menonjolkan masalah tak ada larangan
Ngomong, anda sengaja tak mau menyinggung, bahwa
larangan bahasa tulis dan pendidikan mandarin sangat berperan dalam
memundurkan pemakaian bhs mandarin! Ini
bukan pembelaan lantas apa?

Saya tahu anda melawan Orba, tapi Orba yang anda lawan
adalah dalam hal politik represif non demokratisnya, 

Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik Fy Zhou
Pak ABS,
 
Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya membesarkan apa yang tersirat 
dari tulisan anda menjadi sesuatu yang tersurat. Agar lebih mudah didikusikan.
 
Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang saya gugat!
 
Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa hanya ke masalah 
sekolahan tionghoa. kita semua tahu yang diperbuat Orde baru lebih dari itu!
 
Juga tak usah berkilah dng orde baru Tengahan dan akhiran, toh anda pastinya 
paham, yang saya angkat adalah peran anda di awal berdirinya orde baru. Anda 
sepenuhnya menyokong  politik budayanya kan? kalau seminggu kemudian keluarga 
anda ternyata dimusuhi Suharto, itu sudah soal lain, yang pasti bukan karena 
anda berubah menentang politik budaya tionghoanya bukan? 
 
Saya bisa terus mengejar anda, karena setiap kita sebut ada kemunduran dibidang 
tertentu bagi masyarakat Tionghoa akibat politik Orde baru, anda selalu 
menyanggah. Jika  hal 2 konkrit negatif yang kita kemukakan semua anda bantah, 
lantas yang mana yang anda terima sbg negatif? jangan2 menurut anda yang ada 
hanya positif melulu! 
 
Kalau begitu, tolong sebutkan dng tegas, apakah secara keseluruhan, 
Nasib Tionghoa di zaman Orde baru mengalami kemajuan atau kemunduran dibanding 
zaman Orla? kebijakan Suharto menghambat tau malah mendorong budaya tionghoa?
 
 
Salam sejarah
ZFy

 


- Original Message 
From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 4:38:26 PM
Subject: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran 
()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : 
Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)


Kalau berdiskusi atau berdebat tentang ketionghoaan, ya
bahas saja soal ketionghoaan.
Nanti diskusinya jadi terdesak atau jadi di atas angin, itu soal biasa.

Tidak usah kalau terdesak lalu membelok-belokkan topik
diskusi dengan menstempelkan berbagai cap-cap
kepolitikan pada lawan diskusinya. Lalu mengarang-ngarang
analisis fiktif tentang pribadi orang lain berdasarkan gambar
cap yang diciptakan sendiri itu.

Tidak salah Promotheus-heng ketika mengatakan dalam
posting-nya pagi ini, menanggapi Zhou-heng juga:
Saya tidak terlalu memperhatikan sikap politik member-
member milis ini (apalagi jika terus dihubungkan dengan
asimilasi-integrasi , orba-orla, dll).
Saya lebih tertarik pada topik dan isi tulisannya.
Jika saya ingin memperhatikan pun, menurut saya terlalu
prematur, untuk menduga-duga sikap politik (dan
kemudian menuding-nuding) hanya berdasarkan tulisan-
tulisan yang ada.

Untuk sedikit OOT dari budaya tionghoa, saya menegaskan
kembali bahwa sikap saya tentang kebijakan pendidikan
nasional pemerintah Indonesia, dalam kaitannya dengan
pendidikan asing, sudah berulang-ulang saya kemukakan
dalam berbagai posting di milis ini selama beberapa tahun ini,
tanpa pernah berubah. Silahkan dilihat-lihat arsipnya.

Saya konsisten berpendapat bahwa pengintegrasian semua
sistem pendidikan asing, baik belanda, tionghoa, arab, india,
dsb. menjadi satu sistem pendidikan nasional, telah memberi
manfaat positif ke arah pembentukan bangsa Indonesia
yang kohesif.

Jaman sudah berjalan maju jauh sekali.. Mereka yang masih
memimpikan egoisme sektarian masa lalu, hanya akan tinggal
bermimpi.
Kalau habib-habib FPI yang senang berjubah misalnya, ingin
mendirikan lagi sekolah arab, atau indo-indo cantik pemain
sinetron misalnya, ingin mendirikan lagi sekolah belanda, atau
Raam Punjabi cs. di Pasar Baru misalnya, ingin mendirikan
lagi sekolah india, mereka akan menemui the hard facts
bahwa mereka semua hanya sedang bermimpi!

Kalau soal Orba awal atau Orba akhir, seluruh keluarga saya
ada di puncak black-list-nya Soeharto sudah sejak 1978.
Itu adalah 11 tahun setelah Soeharto jadi presiden, 20 tahun
sebelum dia terjungkal, entah itu Orba awal atau Orba akhir.
Cuma saja, keluarga kami tidak dalam posisi untuk cari
selamat ke luarnegeri.
Tetapi ini juga soal yang OOT dengan budaya tionghoa, jadi
pembahasannya ya sampai sini saja.

Kalau soal kapan memulai sesuatu dari nol lagi, ini kebetulan
contoh kasusnya ada hubungannya dengan budaya tionghoa.
Jadi boleh lah kita bahas sedikit di sini.

Bagi saya memulai sesuatu dari nol tidak ada hubungannya
dengan usia, melainkan dengan keyakinan, dengan semangat, dengan passion.

Ketika saya mulai membangun kembali dunia cerita silat
tionghoa di Indonesia, saya mulai samasekali dari nol.
Nyatanya teman-teman seperti Zhou-heng, Tan-lookay, Ul-
djie, misalnya, saya kenal dalam konteks itu baru-baru saja,
teman-teman dari nol, bukan teman-teman dari jaman dulu.

Saya memulai dari nol, dengan antara lain menghindari jalan
pintas mencampuri berinvestasi dalam bisnis penerbitan
cersil.
Saya berprinsip mulailah dari awal dengan menciptakan
musim tjoen di dunia susastera tionghoa Indonesia, nanti
dengan sendirinya akan tumbuh rumput-rumput hijau bisnis
penerbitan sastra tionghoa Indonesia yang subur. Bukan

Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Memang paradigma berubah sesuai perkembangan jaman.
Orang sekarang, cina atau bukan, tionghoa atau bukan, tidak ada lagi yang 
mempersoalkan pemakaian kata cina.

Waktu Thomas Cup dan Uber Cup berlangsung, di Jakarta beberapa bulan lalu 
sempat di milis ini saya kemukakan fakta dari kenyataan itu.
Tiada seorang presenter TV pun (termasuk presenter yang tionghoa), tiada suatu 
media cetak pun, tiada seorang penonton pun di Istora yang mendikotomikan hal 
itu.
Saat itu kebanyakan memang bilangnya cina, hanya SBY yang bilang tiongkok, 
tetapi yang pasti tidak ada seorang pun yang mempersoalkan perbedaan itu, 
apalagi pakai kirim surat protes segala.

Begitu pula dalam komunitas yang mayoritas suku tionghoa, di mana saya 
kebetulan intens terlibat, soal ini pun juga samasekali bukan soal.

Tempo hari sementara owner milis ini pernah berinisiatif mengusulkan 
penyelenggaraan 'kopi darat' mendiskusikan issue kata cina ini.
Tetapi nyatanya samasekali tidak bersambut. Sehingga gagasan itu hilang menguap 
sendirinya.

Bahkan hari-hari ini, munculnya di milis ini kata cimed dengan sambutan yang 
meriah, menunjukkan tidak adanya persoalan dengan kata cina itu di kebanyakan 
warga milis ini.

Yang sekarang banyak dipersoalkan malahan pemakaian kata china oleh sementara 
media elektronik maupun cetak vis-a-vis kata cina. Tetapi itu pun lebih dalam 
konteks pelurusan linguistik (tata bahasa). Samasekali bukan dalam konteks 
politik.

Kelihatannya yang masih mendikotomikan hal itu, kalau kita simak 
posting-posting di milis ini, tersisa teman-teman yang masih punya nostalgia 
politik sektarian dari masa lalu.
Yang antara lain nampak dari sikap terus ber-shadow-boxing, lu apa gua, 
kawan apa lawan, teman apa musuh, dan semacamnya.

Maka, kalau saya boleh usul, sejak sekarang untuk selanjutnya tidak perlu lagi 
lah kita membahas, mendiskusikan, menperdebatkan soal kata cina itu di milis 
ini. Tidak ada manfaatnya samasekali, kecuali omong kosong berkepanjangan.

Wasalam.



  - Original Message - 
  From: Edith Koesoemawiria 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, September 29, 2008 2:49 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina


  Salam dan maaf, saya tidak bermaksud mengecilkan apalagi 
  menghapus makna kejahatan diskriminasi etnis itu.

  tapi justru karena saya non Tionghua, maka saya bertanya. 

  di tempat saya kerja, redaksi cina yang merupakan gabungan dari orang2 
  asal mainland dan taiwan, melihat saya dengan aneh kalau saya menyebut 
Tiongkok.
  Mereka bilang, Tiongkok sudah tak ada sejak dihapusnya sistim kekaisaran.

  di luar itu, menurut saya hampir setiap kata atau istilah bisa digunakan 
  sebagai makian dan penghinaan, tergantung kepada penggunaannya.

  di pihak lain, kata yang sama bisa digunakan untuk menunjukan rasa sayang,
  semua tergantung pada tingkat kepercayaan dan jarak hubungan antara 
penggunanya
  dan orang atau kelompok yang dituju/dimaksud.

  indonesia misalnya, menunjuk pada sebuah negara yang berdiri sejak 1945,
  rakyat yang mengakui dirinya bagian dari wilayah kekuasaan itu, serta 
  kebiasaan atau citarasa lain yang muncul di dan dari kawasan republik itu.

  tapi di beberapa kalangan, indonesia bisa juga dipakai sebagai makian, 
misalnya 
  ketika menggambarkan perilaku korup, kebiasaan terlambat, atau ketidak
  beresan yang membiarkan kelaparan dan pengangguran terus membengkak.

  memang karenanya, ada juga sekelompok orang yang ingin mengganti
  penggunaan indonesia menjadi nusantara misalnya.

  tapi apakah itu akan merubah esensi pandangan terhadap indonesia 
  apabila sikap-sikap yang dikecam itu tidak berubah?

  kalau tetap sama, siapa bilang orang tidak bisa menggunakan nusantara sebagai 
makian?

  ya pastilah maksudnya kecaman, kalau orang bilang, dasar cino, dasar 
sunda, 
  dasar melayu, dasar batak... dsb. tapi juga kalau mengatakan dasar 
tionghua.

  tentu masyarakat tionghua-indonesia berhak tersinggung kalau dimaki. tapi 
kalau
  saya mungkin lebih tersinggung, marah karena diskriminasi itu ueberhaupt 
terjadi,
  atau justru dengan sengaja (ataupun tidak) dibiarkan terjadi.

  dan memang sangat menyebalkan mendengar tukang bajaj atau jendral atau habib
  atau siapapun yang bilang, bahwa perkosaan segolongan perempuan manapun juga
  boleh dibiarkan.

  atau tidak?

  Edith

   Original-Nachricht 
   Datum: Mon, 29 Sep 2008 06:32:21 -
   Von: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
   An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Betreff: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Edith Koesoemawiria 
   [EMAIL PROTECTED] wrote:
   
Dear Dr Irawan,

kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya 
   begitu?

Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar 
   dari China?

Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan 
   nama itu
 

[budaya_tionghua] Re: Permusuhan atau Persaingan? (Was: Fwd: Apa kata Harry Tjan)

2008-09-29 Terurut Topik dipodipo
Hobby makan enak memang bisa berbahaya, kalau tidak hati2 dan
diimbangi dengan gaya hidup sehat. Yang menjadi masalah dalam
kaitannya dengan forum yang membahas budaya ini, kalau perdebatan
tentang tempat makan yang enak, atau imbas kebijaksanaan pemerintah
terhadap budaya tionghoa, dilakukan dengan cara2 yang tidak baik.

Kalau ada yang bisa memberikan cara mengurangi kadar kolesterol secara
tradisional cina, saya rasa pak Ophoeng dan para pancinta makanan
lainnya diforum ini tidak akan keberatan, karena ada pengetahuan yang
berguna yang bisa didapat.

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mungkin anda tidak suka berdiskusi masalah2 sosial politik yang
berat2 dan penuh konflik. itu memang pilihan anda, anda bisa memilih
berdiam diri tak menanggapi. Tapi janganlah membuat penilaian2
se-olah2 berdiskusi masalah2 ini hanyalah mubazir.

 Seperti halnya, anda lebih senang berdiskusi masalah makanan, ini
pilihan anda, saya sama sekali tak tertarik, juga paling diam saja.
Bagaimana jika saya menyela anda dengan komentar bahwa hobby makan itu
sumber penyakit sumber kolestrol lho, sebaiknya jangan ribut makan
melulu ???.

 Salam Diet
 ZFy



Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik Sunny
Dalam pergaulan luas´[nasional] sebagusnya yang resmi-resmi saja, supaya tidak 
ada salah pengertian dan juga supaya situasinya menjadi lebi mesra.

  - Original Message -
  From: danarhadi2000
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Monday, September 29, 2008 10:26 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina


  Betul! Semua tergantung konotasi. Didaerah istri saya, Minahasa,
  dimana pembauran terjadi secara optimal, kata Cina samasekali tak
  mengandung makna negatif. Hampir 50 % dari orang Minahasa yang saya
  kenal (ini bukan survey lho, tetapi statistik saya pribadi), adalah
  gabungan ayah Tionghoa, ibu dari pedalaman Minahasa. Atau dibalik,
  ayah Minahasa, ibu Tionghoa. Misalnya:  Kalau biapong (bakpau) orang
  Cina pakai rebung, kalau torang punya nyandak.




Re: [budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis

2008-09-29 Terurut Topik *
bu Edith...tinggal di kota mana ya???
 
Eddy Lim

--- Edith Koesoemawiria [EMAIL PROTECTED] schrieb am Mo, 29.9.2008:

Von: Edith Koesoemawiria [EMAIL PROTECTED]
Betreff: Re: [budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis
An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Datum: Montag, 29. September 2008, 11:10






iya Herr Danardono, saya tinggal di jerman. Terima kasih untuk infonya.

Saya akan berusaha mencari makanan portugis yang digoreng dalam tepung :-)

salam, Edith


RE: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-29 Terurut Topik agoeng_set
Integrasi engga, asimilasi engga juga berarti tetap bertahan ama yg asli n 
murni donk. Ternyata selain zombie masih ada juga yg pertahanin han murninya. 
Heheheehe 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]

Date: Mon, 29 Sep 2008 11:09:58 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] 
Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI


Berevolusi jadi buaya, wakakakaka. jadi buaya buaya tionghoa kek lu
kali, hihihihi. 
 
Memang, asimilasi yang tidak dipaksakan sebetulnya khan konsepnya baik
baik aja, 
jadi masalah khan karena katanya dipaksakan itu 
itu urusan dipaksa atau enggak aja masih bisa jadi perdebatan panjang
kali lebar tuh. 
 
Bener juga Oom, bahwa gue nggak yakin kalau integrasi itu terbaik. 
Sebab masing masing orang punya latar belakang yang berbeda, 
jadi punya pilihan sendiri dia mau melakukan asimilasi kek, integrasi
kek. 
 
Menurut gue paling baik sih nggak usah dinamain dan gak usah diusung
usung yang asimilasi atau integrasi, 
cuman bikin orang berantemin yang enggak enggak aja. 
makanya gue konsisten bilang integrasi dan asimilasi dua duanya iklan
obat nyamuk, hehehe.
 
Lu mo kuntao silat lidah sama jari menari mah keknya gue masih menang
deh, 
kalau kuntao beneran jurus bango tongtong, gue nyerah, kaga bakal menang
gue lawan elu, 
abis body lu segede gitu, belon-belon gue udah keder duluan, disenggol
aja bisa mental gue, wakakakaka. 
 
Gue memang Auban, sama kek lu khan, sama sama she
AUW...kkkkekekeke
 



[budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
Mungkin, kalau ada orang Non Jawa mengusulkan:  Sudahlah, jangan
dimasalhkan makian Jawa Kowek, agak ajaib juga. Atau seorang Non
African American mengusulkan agar mereka tak memperoalkan sebutan
bagi Black Americans. Ini 100% masalah mereka yang terkait.

Apakah saudara Tionghoa mempersoalkan panggilan Cina atau tidak,
adalah 100% masalah saudara saudara Tionghoa. Tokh kita tahu dan
sadar, bahwa kita, Non Tionghoa seringkali masih memakai kata Cina
untuk merendahkan? Mialnya  Dasar Cina.

Kalau ada generasi muda Tionghoa yang malah cinta dipanggil Cina, itu
hak mereka, juga dipanggil Cina Medan. Account Officer keluarga saya
di CITIBANK, seorang wanita Tionghoa asal Semarang dipindahkan ke
cabang di Pluit. Ketika kami tanya, bagaimana rasanya disana dengan
customers bareu, dia jawab mau menangis, wah client disini kasar
kasar, Pak, hampir semua Cina Medan. Ini jelas bukan konotasi positif!

Bahwa ada teman yang tak berkeberatan menyebut diri Cina Medan, sih
OK OK saja. Tetapi kita, yang Non Tionghoa harus tetap ber-hati hati.

Tak ada salahnya kita pilih kata yang PASTI tak menyinggung
seseorang. Saya juga memilih menggunakan kata orang Tapanuli,
daripada orang Batak, walau banyak diantara mereka yang tak merasa
dihina, disebut Batak. Orang Jawa menamakan ini tepo seliro, saving
face kawan bicara...

By the way, lawan atau kawan TETAP ada disetiap milis. Tidak saja
disini. Lawan saya adalah pendukung negara syariat Islam, let's be
frank... saya tahu pasti, who is against me and my ideological fellow
dan sebaliknya..


Salam budaya

Danardono





--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Memang paradigma berubah sesuai perkembangan jaman.
 Orang sekarang, cina atau bukan, tionghoa atau bukan, tidak ada
lagi yang mempersoalkan pemakaian kata cina.

 Waktu Thomas Cup dan Uber Cup berlangsung, di Jakarta beberapa
bulan lalu sempat di milis ini saya kemukakan fakta dari kenyataan
itu.
 Tiada seorang presenter TV pun (termasuk presenter yang tionghoa),
tiada suatu media cetak pun, tiada seorang penonton pun di Istora
yang mendikotomikan hal itu.
 Saat itu kebanyakan memang bilangnya cina, hanya SBY yang
bilang tiongkok, tetapi yang pasti tidak ada seorang pun yang
mempersoalkan perbedaan itu, apalagi pakai kirim surat protes segala.

 Begitu pula dalam komunitas yang mayoritas suku tionghoa, di mana
saya kebetulan intens terlibat, soal ini pun juga samasekali bukan
soal.

 Tempo hari sementara owner milis ini pernah berinisiatif
mengusulkan penyelenggaraan 'kopi darat' mendiskusikan issue
kata cina ini.
 Tetapi nyatanya samasekali tidak bersambut. Sehingga gagasan itu
hilang menguap sendirinya.

 Bahkan hari-hari ini, munculnya di milis ini kata cimed dengan
sambutan yang meriah, menunjukkan tidak adanya persoalan dengan
kata cina itu di kebanyakan warga milis ini.

 Yang sekarang banyak dipersoalkan malahan pemakaian kata china
oleh sementara media elektronik maupun cetak vis-a-vis kata cina.
Tetapi itu pun lebih dalam konteks pelurusan linguistik (tata
bahasa). Samasekali bukan dalam konteks politik.

 Kelihatannya yang masih mendikotomikan hal itu, kalau kita simak
posting-posting di milis ini, tersisa teman-teman yang masih punya
nostalgia politik sektarian dari masa lalu.
 Yang antara lain nampak dari sikap terus ber-shadow-boxing, lu apa
gua, kawan apa lawan, teman apa musuh, dan semacamnya.

 Maka, kalau saya boleh usul, sejak sekarang untuk selanjutnya tidak
perlu lagi lah kita membahas, mendiskusikan, menperdebatkan soal
kata cina itu di milis ini. Tidak ada manfaatnya samasekali,
kecuali omong kosong berkepanjangan.

 Wasalam.



[budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Edith Koesoemawiria 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 iya Herr Danardono, saya tinggal di jerman. Terima kasih untuk 
infonya. 
 
 Saya akan berusaha mencari makanan portugis yang digoreng dalam 
tepung :-)
 
 salam, Edith
 

*** Setuju sihh mempelajari goreng gorengan, asal tidak dibawah 
thread: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis, sebab makan 
tempura bukan berarti komunis atau anti komunis, ha ha ha.

Wo sind Sie in Deutschland? Schon lange?

mit freundlichen Gruessen

danardono



[budaya_tionghua] Tahu Makannya Doang, Jeh! (Was: Belajar Makan Bakmi Tanpa Nasi di Medan)

2008-09-29 Terurut Topik Ophoeng
Bung Yongde dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)?

Hehehe sesuai dengan julukan yang Bung Yongde beri kepada saya,
STM - Spesialis Tukang Makan, bener adanya bahwa sata mah spesial
tukang makan doang, jadi kalau ditanya asal-usul dan sejarah budaya
bakmi dan makan bakmi-nya, tentu saja cuma bisa pasang senyum.

Bener la-myen (mending pakai 'Y, kalau pake 'I', orang sering bacanya
'min' seperti pada 'amin' gitu ya) itu atraktip banget, makanya suka di-
jadikan acara show demo oleh si resto. Saya pertama lihat demo orang
bikin la-myen ketika ikut city tour di HK. Sekitar tahun 1989-an. Pas
dapat insentip dari kantor, jalan-jalan lihat pameran.

Saya baru tahu kalau la-myen asalnya dari suku Hui yang mayoritas ti-
dak makan babi, sebab mereka muslim? Juga baru tahu nama resminya
'la-mian' kemudian jadi 'ramen' di Jepang. Terima kasih atas info yang
Bung Yongde bagi di milis kita.

Ada sejenis proses yang mirip la-mian, hasilnya lebih lembut, dibuat
dari caramel, yang namanya kalau ndak salah 'dragon beard' candy. Ca-
ra bikinnya persis sama dengan la-mian, hanya saja bahannya gula
caramel(?), yang dihasilkan adalah serat-serat halus, tipis, mirip jeja-
la laba-laba halusnya. Konon merupakan cemilan para bangsawan ja-
man dulu, juga para kaisar tentunya. 

Cara membuatnya, sebongkah caramel ditarik-tarik, diurai-urai, de-
ngan batuan tepung, menjadi seutas tali tebal, diurai-urai lagi, dan
seterusnya sampai menjadi benang halus sekali. Perlu latihan dan ke-
tekunan tersendiri yang telaten. Tapi, hasil karya seni yang bisa dise-
but sebagai 'adi luhung' itu pada akhirnya 'cuma' jadi pembungkus ka-
cang tanah tumbuk, jadi mirip moci gitu  ajah. 

Sila lihat link-nya: 
http://www.yuzumura.com/bamboogarden/master8mb.wmv
http://www.youtube.com/watch?v=0UCRthtq49Y
http://en.wikipedia.org/wiki/Dragon's_beard_candy

Back to bak-mie.
Saya baru tahu kalau Bakmi Tiong-sim itu asalanya dari kata 'tengah
hati, saya kira itu cuma nama merek dagang atau nama boss-nya aja.
Rupanya ada filsafat di balik bakmi Tiong-sim.

Saya cuma tahu bakmi berdasarkan yang dagangnya ajah, bakmi Me-
dan misalnya, saya berlangganan yang di Krekot itu (masuk gang) de-
kat Metro Pasar Baru, sejak 1977 ketika pertama kali datang Jakarta.
Belakangan baru tahu kalau mereka punya cabang yang dikelola sau-
daranya di Pasar Pagi (area Jelakeng) dan di Daan Mogot, di ruko de-
kat-dekat Indosiar situ. Katanya ada 2 lagi, satu di Muara Karang (pa-
sar?) dan satu lagi sudah balik Medan. 

Ciri khas mereka adalah memakai cincangan babi kecap. Juga disedia-
kan aneka masak kecap seperti  sayap ayam, telur, ati-ampela, kulit 
babi dan usus(?). Ciri lain adalah mereka tidak memasang papan na-
ma. Tanpa nama begitu. Belakangan baru dipasang nama Bakmi Kre-
kot, itupun cuma yang di Daan Mogot saja. Yang di Krekot dan Jela-
keng tetap tanpa nama.

Bakmi keriting Siantar, yang di Pluit juga termasuk khas. Pakai babi 
juga, di samping ayam masak kecap. Juga ada kondimen berupa 'ba-
yu-po' (ampas minyak babi - no good for your health) yang semula 
diberikan gratis, belakangan mereka mengenakan biaya 'pengganti' 
mengolahnya. Ini bakmi keriting kalau menurut saya pribadi, terma-
suk bakmi 'genit', lha kalau menjadi keriting begitu, tentunya kudu 
ke salon dulu tuh ya?

Bakmi Hok-kian termasuk favorit saya. Ini bakmi mirip bihun tapi le-
bih tebal, warnanya putih, lebih lembut dari bakmi kuning biasa. La-
lu yang penting diperhatikan adalah isiannya: kumplit sagalana aya.
Semuanya ada: ada bakso ikan, ayam, babi kecap, kaki babi masak
kecap dirajang, kee-kian, dan lain-lain, jangan lupa togenya, bung!

Mong-omong bakmi berbabi, kayaknya kebanyakan penjaja bakmi
babi, dengan babi panggang merah, biasanya cuma basa-basi saja
menyandingkan di atas bakmi-nya. Dagingnya dicincang kadang ke-
lewat halus, sehingga cuma jadi selilit di gigi, ibaratnya. Di Pasmo
BSD (sorry, ndak bermaksud promosi ya, jangan ada yang tersing-
gung sebab saya suka nyebut BSD), ada satu kedai bernama Akay, 
juwalannya all about babi. Bakmi babi merah putih, misalnya, isi
babinya bener-bener 'show off', dengan potongan babi gede-2
ukurannya, samcwan dan char-siu. Juga jual sekba, siomai babi,
bakso babi, pokokna mah babi kararabeh, jeh!

Yah, begitulah sajah kira-kira.
Kalau ada salah tolong dikoreksi, kalau kura sila ditambahkan.

Salam bakmi berbabi nan enak,
Ophoeng
BSD City, Tangerang




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

Lamian, bakmi halal.
 
La-mian, artinya mie yang ditarik-tarik adalah mie khas orang Hui.
Daerah pusat lamian adalah di Lanzhou, provinsi Gansu. Di Indonesia
lamian juga lumayan populer. 
 
Ciri khas la-mian adalah pembuatan mie nya ditunjukkan kepada pembeli.
Lamian langsung dibuat dari adonan ketika dipesan, ditarik-tarik oleh
si koki. Tarikan setiap koki berbeda-beda dan ini mempengaruhi cita
rasa dan kualitas mie-nya. Selain, tentu saja, bahan yang dipakai.
 
Ciri khas lamian berikutnya adalah memakai 

Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik merpati_dewa
Hi Semuanya,

Maaf, saya nyampaikan pemikiran saya tentang kata politik, menurut
saya pribadi, kalau kita sudah hidup di negara demokratis jangan
terbelenggu lagi dengan istilah politik, politik bukan sesuatu yang
tabu atau hanya boleh dibicarakan oleh kalangan tertentu, siapa saja
punya hak asasi berpolitik, dimanapun boleh bicara politik, di UUD pun
tidak dilarang kecuali kita teracuni unsur paham komunis yang selalu
mentabukan rakyatnya berbicara politik seakan berbicara politik di
negara komunis adalah hal yang akan berhubungan dengan penguasa dan
salah-salah bicara akan dimasukkan ke penjara atau dibunuh.

Saya pingin hidup bebas, bicara bebas, menyampaikan pendapat secara
bebas karena kebebasan itu pemberian Tuhan kecuali perbuatan amoral
dan perbuatan yang melanggar hukum tertulis dan memang saya tidak suka
dengan masa orba yang selalu mengekang dan menindas kita.

Sekali maaf, mungkin ini tidak ada hubungannya dengan topik yang dibahas.

Salam bebas,

Ati
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak ABS,
  
 Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya membesarkan apa
yang tersirat dari tulisan anda menjadi sesuatu yang tersurat. Agar
lebih mudah didikusikan.
  
 Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang saya gugat!
  
 Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa hanya ke
masalah sekolahan tionghoa. kita semua tahu yang diperbuat Orde baru
lebih dari itu!
  
 Juga tak usah berkilah dng orde baru Tengahan dan akhiran, toh anda
pastinya paham, yang saya angkat adalah peran anda di awal berdirinya
orde baru. Anda sepenuhnya menyokong  politik budayanya kan? kalau
seminggu kemudian keluarga anda ternyata dimusuhi Suharto, itu sudah
soal lain, yang pasti bukan karena anda berubah menentang politik
budaya tionghoanya bukan? 
  
 Saya bisa terus mengejar anda, karena setiap kita sebut ada
kemunduran dibidang tertentu bagi masyarakat Tionghoa akibat politik
Orde baru, anda selalu menyanggah. Jika  hal 2 konkrit negatif yang
kita kemukakan semua anda bantah, lantas yang mana yang anda terima
sbg negatif? jangan2 menurut anda yang ada hanya positif melulu! 
  
 Kalau begitu, tolong sebutkan dng tegas, apakah secara keseluruhan,
Nasib Tionghoa di zaman Orde baru mengalami kemajuan atau kemunduran
dibanding zaman Orla? kebijakan Suharto menghambat tau malah mendorong
budaya tionghoa?
  
  
 Salam sejarah
 ZFy
 
  
 
 
 - Original Message 
 From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Monday, September 29, 2008 4:38:26 PM
 Subject: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin
Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE:
[t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)
 
 
 Kalau berdiskusi atau berdebat tentang ketionghoaan, ya
 bahas saja soal ketionghoaan.
 Nanti diskusinya jadi terdesak atau jadi di atas angin, itu soal biasa.
 
 Tidak usah kalau terdesak lalu membelok-belokkan topik
 diskusi dengan menstempelkan berbagai cap-cap
 kepolitikan pada lawan diskusinya. Lalu mengarang-ngarang
 analisis fiktif tentang pribadi orang lain berdasarkan gambar
 cap yang diciptakan sendiri itu.
 
 Tidak salah Promotheus-heng ketika mengatakan dalam
 posting-nya pagi ini, menanggapi Zhou-heng juga:
 Saya tidak terlalu memperhatikan sikap politik member-
 member milis ini (apalagi jika terus dihubungkan dengan
 asimilasi-integrasi , orba-orla, dll).
 Saya lebih tertarik pada topik dan isi tulisannya.
 Jika saya ingin memperhatikan pun, menurut saya terlalu
 prematur, untuk menduga-duga sikap politik (dan
 kemudian menuding-nuding) hanya berdasarkan tulisan-
 tulisan yang ada.
 
 Untuk sedikit OOT dari budaya tionghoa, saya menegaskan
 kembali bahwa sikap saya tentang kebijakan pendidikan
 nasional pemerintah Indonesia, dalam kaitannya dengan
 pendidikan asing, sudah berulang-ulang saya kemukakan
 dalam berbagai posting di milis ini selama beberapa tahun ini,
 tanpa pernah berubah. Silahkan dilihat-lihat arsipnya.
 
 Saya konsisten berpendapat bahwa pengintegrasian semua
 sistem pendidikan asing, baik belanda, tionghoa, arab, india,
 dsb. menjadi satu sistem pendidikan nasional, telah memberi
 manfaat positif ke arah pembentukan bangsa Indonesia
 yang kohesif.
 
 Jaman sudah berjalan maju jauh sekali.. Mereka yang masih
 memimpikan egoisme sektarian masa lalu, hanya akan tinggal
 bermimpi.
 Kalau habib-habib FPI yang senang berjubah misalnya, ingin
 mendirikan lagi sekolah arab, atau indo-indo cantik pemain
 sinetron misalnya, ingin mendirikan lagi sekolah belanda, atau
 Raam Punjabi cs. di Pasar Baru misalnya, ingin mendirikan
 lagi sekolah india, mereka akan menemui the hard facts
 bahwa mereka semua hanya sedang bermimpi!
 
 Kalau soal Orba awal atau Orba akhir, seluruh keluarga saya
 ada di puncak black-list-nya Soeharto sudah sejak 1978.
 Itu adalah 11 tahun setelah Soeharto jadi presiden, 20 tahun
 sebelum dia terjungkal, entah itu Orba awal atau Orba 

[budaya_tionghua] Nasi Di Rumah Juga Banyak, Jeh! (Was: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis)

2008-09-29 Terurut Topik Ophoeng
Bung Yongde, Bu Edith, Bung Hidatar dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?

Ikut nimbrung soal nasi yang dianggap 'low class status' ya.

Sebelumnya, judul Budaya Tionghua Dengan Budaya Komunis, rasanya kurang pas
padu-padannya. Tionghua itu suatu bangsa, lha komunis itu satu faham. Jadi rasa-
nya ndak pas kalau keduanya saling diperbandingkan. Mungkin kalau dibilang pe-
ngaruh komunis terhadap budaya Tionghua, bisa lebih lancar mengalir padanannya?

Back to nasi putih, bai-fan. Ada istilah 'juan-fan'  - nasi lembek, yang kalau 
tak sa-
lah artinya adalah makan nasi gampang, diberikan cuma-cuma tanpa ada usaha ke-
ras memperolehnya. Jadi konotasinya agak merendahkan orang yang menerimanya. 
Apakah ini ada kaitannya dengan 'gerakan' melecehkan nasi sebagai low class 
status
simbol? Kalau 'leng-fan' - nasi dingin, mungkin maksudnya makanan orang miskin,
diperoleh dari sumbangan tetangga, jadi sudah tidak hangat lagi? Kalau saya 
pribadi,
ndak suka makan nasi panas-panas, mulut bisa melepuh.

Sebenernya, nasi secara turun temurun sangat dijunjung tinggi oleh bangsa Tiong-
hua sejak jaman baheula pisan. Makanya ada istilah 'periuk nasi' atau 'mangkuk 
na-
si' sebagai kiasan mata pencaharian. Juga, sapaan mereka jaman dulu konon mesti
tanyanya 'sudah makan (nasi) belum', sebab nasi adalah barang langka dan susah?

Kalau karena ekonomi sudah maju, lantas meninggalkan nasi, bahkan melecehkan
bahwa makan nasi = orang miskin, mungkin itu cuma ekses dari SNOB - Senengnya
Niru-niru Orang Borjuis, sebagai pernyataan sikap bahwa sekarang si proletar su-
dah bukan proletar lagi, jadi kudu show off bak borjuis beneran. Kayaknya hal 
ini
merupakan cerminan masyarakat tertentu saja, sikap demikian tidak mewakili ga-
ya bangsa secara keseluruhan. Rasanya di Indonesia, orang-orang SNOB selalu sa-
ja ada, patah tumbuh hilang berganti. Jaman Belanda, mereka bergaya bak orang
Belanda, makan kiju minum susu, ogah makan nasi uduk walau pake iga bakar,
apalagi makan pete atau jengki yang legit nikmat sedep mantep itu ya? 

Atau bisa jadi juga orang itu mengundang tetamu, cuma mau showw off bahwa dia
sekarangsudah jadi borjuis dan mampu traktir makan di resto fancy, trend-nya me-
reka booking satu kamar makan, bener-bener berupa kamar ala di hotel, khusus 
buat satu meja bundar yang bisa dipilih mau isi berapa: 8, 10, 12 atau 15 
orang. 
Ada satu pelayan yang meladeni khusus di kamar itu. Nah, pulang sih di rumah dia
mungkin tetep juga makan nasi + cocol kecap asin gaya Bung Yongde juga. Siapa 
tahu toh? Lha emang enak dan doyan ya, bung?

Di Thailand, di satu hotel nginternasional, saya pernah baca menu 'boiled rice'
sebagai menu sarapan. Karena sering terpapar oleh 'common mistake', saya pi-
kir itu cuma salah ejaan untuk 'steamed rice'. Mana ada sih orang masak nasi
dengan cara 'rebus' (boiled), mestinya pan ya kukus (steamed). Nah, pas pesan-
an saya datang, ternyata nasinya ndak ditaruh di mangkuk, wadahnya berupa
kuali mini bergagang, isinya ya nasi terendam dalam air. direbus, 
boiled!

Makan nasi dengan garem, kalau mau yang sedep, nasinya diakeul (mesti tanya
ama Neng Uly apa dan bagaimana itu mengakeul nasi), panas-panas ditarok di
atas tampah dan dikipasi, lalu dikeupeul, dibikin menjadi bulat telur. Baru 
dico-
col dengan garam halus. Makan selagi masih hangat, wahhh sedep sekali! Ta-
pi kalau suka pake kacang tanah, cobalah sesekali kacang tanahnya digerus ber-
sama garem, teri kering, dan cabe kering, digerus lembut, tambahi sedikit gula
pasir kalau suka agak manis. Nah, cocolkan nasi keupeul pakai ramuan gerusan
pake cobek dan ulegan itu, pasti akan membuat anda gandrung terus! Kabarnya
di Jepang ramuan rahasia dari nenek saya itu sekarang sudah dibuat botolan!

Teman saya orang Kong-hu, papanya suka ngajari makan nasi dengan campuran
kuah teh hangat, dikasih sawi asin yang dirajang kasar, rasanya juga nikmat 
seka-
li. Atau nasi dengan lauk kerupuk kampung, dicocol kecap cabe + brambang go-
reng. Atau tarok nasi di atas kerupuknya bagai mengoles keju di atas roti, lalu 
ke-
ceroti dengan kecap manis, makannya gaya makan sandwich. Ini tentu saja penga-
ruh dari gaya makan ala jawa: pake kecap manis.

Tapi, kalau soal ogah makan nasi di resto, mertua saya juga kalau diundang ma-
kan di pesta pernikahan, selalu menganjurkan jangan makan nasi. Lha, ngapain
juga makan nasi, toh di rumah juga banyak, jeh! Mending juga ruang dalam lam-
bung diisi kambing guling, bebek peking, atau steak sapi lada item ya?

Hehehe.. begitu saja sih ya.
kalau kurang tolong ditambahkan, kalau salah ya dikoreksi ajah ya.

Salam makan nasi keupeul cocol garem,
Ophoeng
BSD City, Tangerang.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

Hello, saya Edith, perempuan lho :-)
 
saya kadang suka juga makan nasi putih pakai ikan asin atau yang
buat saya top itu, kalau pakai rebusan dan sedikit kacang goreng.
aaah... itu yummy. 
 
saya pernah dengar, bahwa tempura jepang dan ueberhaupt tradisi 

Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik liang u
Sdr. Edith, 
 
Mereka salah dengar, coba kalau nama negara ini ditunjukkan kepada mereka:
 
1. Untuk Taiwan: 中华民国 suruh orang Taiwan baca dengan dialek Taiwan. Akan keluar 
bunyi Tionghua Bin Kok, di singkat Tiongkok.
 
2. Untuk orang Mainland suruh dia baca ini dalam dialek Xiamen 中华人民共和国,akan 
keluar kata (kalau dia bisa dialek Hokkian) Tionghoa Jinmin Gionghokok, di 
singkat Tiongkok. 
 
Akan saya kiriman surat langsung bila yang bersangkutan bilang Tiongkok sudah 
tak ada. 
 
Sayang mungkin komputer anda tak bisa buka huruf Tionghoa, tapi coba minta 
ditulis huruf Tionghoanya oleh rekan yang bisa Mandarin, dan disodorkan kepada 
mereka.
 
Kekeliruan fata pada kesimpulan anda.
 
Salam
 
Liang U

--- On Mon, 9/29/08, Edith Koesoemawiria [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Edith Koesoemawiria [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, September 29, 2008, 8:49 AM






Salam dan maaf, saya tidak bermaksud mengecilkan apalagi 
menghapus makna kejahatan diskriminasi etnis itu.

tapi justru karena saya non Tionghua, maka saya bertanya. 

di tempat saya kerja, redaksi cina yang merupakan gabungan dari orang2 
asal mainland dan taiwan, melihat saya dengan aneh kalau saya menyebut Tiongkok.
Mereka bilang, Tiongkok sudah tak ada sejak dihapusnya sistim kekaisaran.

di luar itu, menurut saya hampir setiap kata atau istilah bisa digunakan 
sebagai makian dan penghinaan, tergantung kepada penggunaannya.

di pihak lain, kata yang sama bisa digunakan untuk menunjukan rasa sayang,
semua tergantung pada tingkat kepercayaan dan jarak hubungan antara penggunanya
dan orang atau kelompok yang dituju/dimaksud.

indonesia misalnya, menunjuk pada sebuah negara yang berdiri sejak 1945,
rakyat yang mengakui dirinya bagian dari wilayah kekuasaan itu, serta 
kebiasaan atau citarasa lain yang muncul di dan dari kawasan republik itu.

tapi di beberapa kalangan, indonesia bisa juga dipakai sebagai makian, misalnya 
ketika menggambarkan perilaku korup, kebiasaan terlambat, atau ketidak
beresan yang membiarkan kelaparan dan pengangguran terus membengkak.

memang karenanya, ada juga sekelompok orang yang ingin mengganti
penggunaan indonesia menjadi nusantara misalnya.

tapi apakah itu akan merubah esensi pandangan terhadap indonesia 
apabila sikap-sikap yang dikecam itu tidak berubah?

kalau tetap sama, siapa bilang orang tidak bisa menggunakan nusantara sebagai 
makian?

ya pastilah maksudnya kecaman, kalau orang bilang, dasar cino, dasar sunda, 
dasar melayu, dasar batak... dsb. tapi juga kalau mengatakan dasar 
tionghua.

tentu masyarakat tionghua-indonesia berhak tersinggung kalau dimaki. tapi kalau
saya mungkin lebih tersinggung, marah karena diskriminasi itu ueberhaupt 
terjadi,
atau justru dengan sengaja (ataupun tidak) dibiarkan terjadi.

dan memang sangat menyebalkan mendengar tukang bajaj atau jendral atau habib
atau siapapun yang bilang, bahwa perkosaan segolongan perempuan manapun juga
boleh dibiarkan.

atau tidak?

Edith

 Original-Nachricht 
 Datum: Mon, 29 Sep 2008 06:32:21 -
 Von: danarhadi2000 danarhadi2000@ yahoo.com
 An: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 Betreff: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Edith Koesoemawiria 
 [EMAIL PROTECTED] . wrote:
 
  Dear Dr Irawan,
  
  kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya 
 begitu?
  
  Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar 
 dari China?
  
  Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan 
 nama itu
  bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma 
 macam2?
  
  salam, Edith
  
  
 
 *** Sebagai Non Tionghoa saya ingin bertanya, jujur niihhh: apakah 
 makna China dalam kata China Airlines, atau istilah China yang 
 dipakai dalam bahasa Inggris, seperti China Town, Chinese Restaurant, 
 etc SAMA dengan makna kata Cino di negara tercinta?
 
 Waktu saya dengan Bian Koen misuh misuh waktu pimpin demo PMKRI dan 
 KAMI di kedutaan RRT tahun 65aan akhir  dasar Cino!, saya - as Non 
 Chinese - ikut merasakan nuansa penghinaan tuh. Anda tidak?
 
 Saya dengar tukang bajaj sedang baca koran tahun 98an, lalu komentar 
 enteng  ahh biar deh diperkosa tu amoy amoy cina. Anda bahagia 
 mendengarnya?
 
 Salam
 
 danardono
 
 
  - - --
 
 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
 .: Website global http://www.budaya- tionghoa. org :.
 
 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua :.
 
 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg. wordpress. com :.
 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 
 














  

[budaya_tionghua] Re: Kompyang

2008-09-29 Terurut Topik Zhao Yun
Di daerah Teluk Gong, Jakut, ada yang jual kompyang sih, bisa dianter
kalo beli banyak (10 gitu).  Telponnya 021-6684894.





  
 Berikutnya KOMPYANG, adooo cari Kompiang di Jakarta dimana 
euy,
 kasih tahu gue donk!!! 
  
 
 
 
 -Original Message-
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ophoeng
 Sent: Friday, September 26, 2008 10:17 PM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Kopdaran? Kapan? (Was: Sorry, Ada 
Terasinya
 Ya?)
 
 
 





Re: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik liang u
Sdr. Edith, 
 
Anda kurang teliti membacanya. China (baca chaina) dengan Cina, tulisannya saja 
sudah beda, kurang satu huruf, jelas lain maksudnya. Coba saja kalau ada orang 
menulis Indonesia dengan sengaja menjadi Indonsia, saya sih akan marah besar, 
entah anda?
Hati-hati dengan ejaan, pejabat pun tak mau ditulis pejahat. 
Salam
Liang U

--- On Mon, 9/29/08, Edith Koesoemawiria [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Edith Koesoemawiria [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, September 29, 2008, 7:05 AM






Dear Dr Irawan,

kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya begitu?

Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar dari China?

Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan nama itu
bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma macam2?

salam, Edith

 Original-Nachricht 
 Datum: Mon, 29 Sep 2008 01:33:55 EDT
 Von: [EMAIL PROTECTED] com
 An: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
 CC: nasional-list@ yahoogroups. com
 Betreff: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

 Rekan2 yb,
 
 Setidaknya sudah hampir sepekan ini VOA siaran text berbahasa Indonesia 
 sudah tidak menggunakan istilah Cina lagi, sejauh ini mereka sudah
 menggunakan 
 istilah Tiongkok setidaknya sampai dua kali penerbitan. 
 
 Saya pribadi sudah mengirim surat e-mail pernyataan terimakasih kepada 
 redaktur VOA berbahasa Indonesia sehubungan dengan ini.
 
 Perlu diketahui sejak 10 tahun yang lalu kami pernah melayangkan surat 
 kepada VOA berbahasa Indonesia memohon agar tidak menggunakan kata Cina
 pada 
 redaksinya, karena itu mungkin bisa menyinggung perasaan sebagian 
 pembaca/pendengar. . Berkali saya kirimkan surat email ke VOA mengenai
 masalah ini, sampai 
 bosan rasanya tetap tidak ada respon. Namun entah ada angin apa yang
 terjadi 
 secara sekonyong-konyong VOA dalam sepekan ini menggunakan kata Tiongkok
 untuk 
 istilah negara RRT. 
 
 Sekurangnya sudah 8 tahun seluruh publikasi media cetak di Amerika Utara 
 telah menggunakan istilah Tionghoa untuk etnisnya , budayanya , 
 Tiongkok 
 untuk negaranya (RRT) , dan Mandarin untuk bahasanya. Sedangkan
 Indonesia 
 Media majalah dwimingguan untuk Amerika Utara sejak penerbitannya 10
 tahun yang 
 lalu sejak awal memang tidak menggunakan kata Cina Menurut
 pertimbangan 
 kami kalau orang membaca istilah Tionghoa , Tiongkok, RRT atau Mandarin
 tidak 
 ada yang merasa tersinggung perasaannya. Tapi kalau menggunakan istilah
 Cina 
 ada sebagian orang merasa tidak enak perasaannya. Kenapa kita tidak mau
 bikin 
 orang senang kalau kita bisa?
 
 Kemampuan membuat orang senang ini sudah dilakukan jauh sebelumnya oleh 
 seorang tokoh media ,Bapak Dahlan Iskan melalui Jawa Pos groupnya ini
 dengan 
 segenap koran2 Radar-nya. Istilah Cina ini sudah lama terhapus dari meja
 redaksi 
 rupanya. Kemudian diikuti oleh Suara Pembaruan , Sinar Harapan , dan masih
 
 sangat banyak lagi media yang ingin membuat orang2 senang. 
 
 Minggu lalu baru saja saya nonton film Shanghai Than (Shanghai Bund). 
 Dalam salah satu andengannya tampak ada dialog antara orang Jepang dengan
 Xie Wen 
 Xiang (jagoannya) . Istilah Cena yang berarti Cina yang diucapkan oleh
 si 
 Jepang di hardik oleh Xie Wen Xiang yang menentang pemanggilan zhung guo
 ren 
 dengan istilah Cena. Jadi ternyata sejak zaman 1920'an perkataan Cina itu 
 sudah merupakan istilah yang tidak disukai . Setelah Jepang ditaklukan 
 pada 
 P.D.II maka terhitung pada tahun 1945 otomatis Dai Nipon, mengganti
 istilah itu 
 menjadi Zhiu Kuo Ku yang artinya Zhung Guo. 
 
 Terlepas dari masih dipertentangkannya atau tidak istilah Cina tsb. Kami 
 patut mengucapkan terimakasih atas niat baik dari VOA siaran Bahasa 
 Indonesia , 
 walaupun sudah terlambat 10 tahun.
 
 salam,
 Dr.Irawan
 
 
 
 
 
 
  **Looking for simple solutions to your real-life financial 
 challenges? Check out WalletPop for the latest news and information, tips
 and 
 calculators. (http://www.walletpo p.com/?NCID= emlcntuswall 0001)
 














  

[budaya_tionghua] Budaya Tionghua VS Perkembangan Teknologi

2008-09-29 Terurut Topik Putih merpati
Hi teman-teman,

Pemikiran ini terlintas saat, melihat pembukaan olimpiade Beijing beberapa 
waktu lalu, sekilas terlihat kemegahan dari sebuah prosesi pembukaan yang 
wahnamun bicara dipandang dari nilai budaya Tionghoa yang ditampilkan 
sangat minim dan kurang mencerminkan kebesaran Budaya Tionghoa karena olimpiade 
diadakan di negara sumber Budaya Tionghoa yaitu negara  China maka semestinya 
begitu orang menyaksikan adalah kagum pada budaya  Tionghoanya yang kental dan 
memiliki kedalaman.

Dari situ terlihat kemunduran Budaya Tionghoanya namun banyak orang yang telah 
terkagum-kagum pada penggunaan teknologi dan cara presentasi ala Zhan Yi Mou 
sehingga tidak berpikir ke arah budayanya.

Apa teman-teman merasakannya.

Salam,

Ati


  

[budaya_tionghua] Re: Tahu Makannya Doang, Jeh! (Was: Belajar Makan Bakmi Tanpa Nasi di Medan)

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bung Yongde dan TTM semuah,
 -- deleted--

 Back to bak-mie.
 Saya baru tahu kalau Bakmi Tiong-sim itu asalanya dari kata 'tengah
 hati, saya kira itu cuma nama merek dagang atau nama boss-nya aja.
 Rupanya ada filsafat di balik bakmi Tiong-sim.
 
 Saya cuma tahu bakmi berdasarkan yang dagangnya ajah, bakmi Me-
 dan misalnya, saya berlangganan yang di Krekot itu (masuk gang) de-
 kat Metro Pasar Baru, sejak 1977 ketika pertama kali datang Jakarta.
 Belakangan baru tahu kalau mereka punya cabang yang dikelola sau-
 daranya di Pasar Pagi (area Jelakeng) dan di Daan Mogot, di ruko de-
 kat-dekat Indosiar situ. Katanya ada 2 lagi, satu di Muara Karang 
(pa-
 sar?) dan satu lagi sudah balik Medan. 
 
 Ciri khas mereka adalah memakai cincangan babi kecap. Juga disedia-
 kan aneka masak kecap seperti  sayap ayam, telur, ati-ampela, kulit 
 babi dan usus(?). Ciri lain adalah mereka tidak memasang papan na-
 ma. Tanpa nama begitu. Belakangan baru dipasang nama Bakmi Kre-
 kot, itupun cuma yang di Daan Mogot saja. Yang di Krekot dan Jela-
 keng tetap tanpa nama.
 
 Bakmi keriting Siantar, yang di Pluit juga termasuk khas. Pakai 
babi 
 juga, di samping ayam masak kecap. Juga ada kondimen berupa 'ba-
 yu-po' (ampas minyak babi - no good for your health) yang semula 
 diberikan gratis, belakangan mereka mengenakan biaya 'pengganti' 
 mengolahnya. Ini bakmi keriting kalau menurut saya pribadi, terma-
 suk bakmi 'genit', lha kalau menjadi keriting begitu, tentunya kudu 
 ke salon dulu tuh ya?
 
 Bakmi Hok-kian termasuk favorit saya. Ini bakmi mirip bihun tapi le-
 bih tebal, warnanya putih, lebih lembut dari bakmi kuning biasa. La-
 lu yang penting diperhatikan adalah isiannya: kumplit sagalana aya.
 Semuanya ada: ada bakso ikan, ayam, babi kecap, kaki babi masak
 kecap dirajang, kee-kian, dan lain-lain, jangan lupa togenya, bung!
 
 Mong-omong bakmi berbabi, kayaknya kebanyakan penjaja bakmi
 babi, dengan babi panggang merah, biasanya cuma basa-basi saja
 menyandingkan di atas bakmi-nya. Dagingnya dicincang kadang ke-
 lewat halus, sehingga cuma jadi selilit di gigi, ibaratnya. Di Pasmo
 BSD (sorry, ndak bermaksud promosi ya, jangan ada yang tersing-
 gung sebab saya suka nyebut BSD), ada satu kedai bernama Akay, 
 juwalannya all about babi. Bakmi babi merah putih, misalnya, isi
 babinya bener-bener 'show off', dengan potongan babi gede-2
 ukurannya, samcwan dan char-siu. Juga jual sekba, siomai babi,
 bakso babi, pokokna mah babi kararabeh, jeh!
 
 Yah, begitulah sajah kira-kira.
 Kalau ada salah tolong dikoreksi, kalau kura sila ditambahkan.
 
 Salam bakmi berbabi nan enak,
 Ophoeng
 BSD City, Tangerang
 
 
 Mari kita perdalam persilatan per-bakmi-an kita.

Waktu saya kecil, 50an sampai awal 60an, saya terbiasa makan bakmi 
yang dijual di resto resto Tionghoa di Jawa, terutama di pantura. 
Pekalongan, Cirebon, Semarang. Ehh juga sampai kepedalaman: Jogya, 
Madiun, Ngawi..

Bakmienya tebal tapi lembut, pakai kecap manis, pakai tauge. Mohon 
info suhu suhu David Kwa dan Kin Hian, apakah ini warisan dapur 
Hokkian?

Di luar negeri berPULUH tahun, saya kehilangan jejak, karena di 
konfrontasi dengan masakan Tionghoa di LN. Di Jerman, Austria dan 
Swiss super tak enak! Mereka ini mengadaptasi bakmi untuk lidah bule 
yang semrawut dan menurut saya kurang berbudaya kuliner Asia. Semua 
dibanjiri sauce kental tajin kecoklatan. hanya dagingnya ganti ganti: 
ayam, babi atau sapi.

Ketika business trip ke pesisir Eropa, Amsterdam, London, dan Paris, 
baru saya ketemukan lagi bakmie yang civilized. Terutama di Soho. 
Tapi bakminya jauh lebih tipis, daripada yang saya biasa nikmati di 
Jateng/Jatim. Tidak pakai sauce tajin ala resto di Jerman-Austria. 
dagingnya biasanya babi panggang, putih atau merah, atau saucis 
Tionghoa yang coklat kemerahan gendut itu. Kadang kadang saya harus 
menyingkir ke resto Vietnam, yang cooknya orang Tionghoa, untuk 
mendapatkan fried noodle atau noodle wantan soup.

Di NY, yang namanya China Town, saya temukan bakmi goreng, dimana 
noodle-nya tipis sekali, sangat kuning dan liat. Inikah masakan 
Guangdong? Ternyata, kalau main ke Jkt, saya datang ke resto seperti 
Crystal Jade, Canton Bay dan sejenis, yang background-nya orang 
Singapur, ketemu lagi itu bakmi supertipis liat kuning. pakai duck 
atau sapi. Saya lalu menghindar ke kweetiauw.

Saya pernah diundang makan sahabat saya, orang Jawa yang istrinya 
Tionghoa Jateng, diajak makan Loomie Pinangsia. Terrnyata juga 
disiram sauce superkental yang muanisss sekali. Pakai madu ya?

Bakmi yang saya senangi, adalah di Pasar baru: Shuizen. Mirip masa 
kecil.

Yang namanya mie Gajahmada dll, saya perhatikan, datang ke Jakarta 
awal 1960an, dimana penjual pertamanya digerobak, lewat rumah saya di 
Mentang. Penjualnya tak dapat bahasa Indonesia samasekali. wah repot 
juga komunikasinya. Tekhniknya tidak digoreng, tetapi diaduk dengan 
minyak dan bumbu. Saya 

[budaya_tionghua] Re: Budaya Tionghua VS Perkembangan Teknologi

2008-09-29 Terurut Topik Hendri Irawan
Halo Ati,

Saya sih tidak sependapat dengan Ati. Menurut saya tema yang mau
dijual justru sejarah dan budaya Tionghua. Mulai dari awal yang
pukul-pukul gendang sampai dengan cerita kertas, kaligrafi, jalur
sutra, Rujia, opera Kunqu (ini favorit saya). Apalagi kalau menonton
yang CCTV, komentatornya lumayan tuh dalam menjelaskan. Walaupun
menurut saya kualitas sorotan kameranya masih kurang jikalau
dibandingkan dengan yang di TVRI (dari Amerika atau Eropa yah ?)

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Putih merpati
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Hi teman-teman,
 
 Pemikiran ini terlintas saat, melihat pembukaan olimpiade Beijing
beberapa waktu lalu, sekilas terlihat kemegahan dari sebuah prosesi
pembukaan yang wahnamun bicara dipandang dari nilai budaya
Tionghoa yang ditampilkan sangat minim dan kurang mencerminkan
kebesaran Budaya Tionghoa karena olimpiade diadakan di negara sumber
Budaya Tionghoa yaitu negara  China maka semestinya begitu orang
menyaksikan adalah kagum pada budaya  Tionghoanya yang kental dan
memiliki kedalaman.
 
 Dari situ terlihat kemunduran Budaya Tionghoanya namun banyak orang
yang telah terkagum-kagum pada penggunaan teknologi dan cara
presentasi ala Zhan Yi Mou sehingga tidak berpikir ke arah budayanya.
 
 Apa teman-teman merasakannya.
 
 Salam,
 
 Ati





[budaya_tionghua] Koq Jadi Mubazir ya? (Was: Permusuhan atau Persaingan?)

2008-09-29 Terurut Topik Ophoeng
Bung Fy Zhou dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?

Sorry, saya jadi berkali-kali baca lagi posting saya yang anda tarok di bawah 
sebagai reference respon anda. Ternyata anda menangkap posting saya seba-
gai 'ekspresi' bahwa saya membuat penilaian seolah-olah berdiskusi masalah-
masalah ini hanyalah mubazir. (dari anda: .Tapi janganlah membuat peni-
laian2 se-olah2 berdiskusi masalah2 ini hanyalah mubazir.)

Sejujurnya, kalau boleh saya jujur nih, anda agaknya salah menangkap. Saya
justru merasa banyak mendapatkan 'ilmu' dan wawasan dari milis ini. Tetapi
saya tidak mau dihadapkan pilihan untuk 'pro' atau 'kontra'. Saya cuma mau 
baca dan mencerna isi diskusi, makanya saya juga tidak membuat respon 
yang larut bersama perdebatan seru-seru itu. Buat saya diskusi seru begitu
sangat canggih untuk pikiran saya, saya sih cuma bercita-cita sederhana sa-
ja: hidup cuma sekali, cari peng-an ajah dah ya. 

Kalaupun ada yang anda anggap sebagai 'selakan', mungkin karena saya le-
bih memilih untuk berdiskusi tanpa saling menunjuk-nunjuk atau memaki-
maki, tapi lebih ke diskusi secara kekerabatan dan kawan, bisa beda penda-
pat bisa sependapat, tapi tetap menganggap semuanya kawan, bukan musuh.
Cari musuh sih gampang, ndak perlu join suatu milis tertentu. Cari teman itu-
lah yang susah, jeh! Bener ndak nih? :D)

Apakah hal ini dianggap salah? Kalau ya, dengan rendah hati saya minta ma-
af di hadapan anda. Tapi, sorry, kalau anda menganggap saya bilang 'mubazir',
itu tentu saja salah sekali. Rasanya ndak ada maksud atau kata 'mubazir' di
dalam posting saya, tersurat maupun tersirat. Sila telaah sekali lagi, karena
saya tadi terpaksa berulang-ulang baca lagi posting saya.

Anda tidak suka gaya saya bercerita ttg makanan, karena bukan minat anda,
saya hargai bahwa anda tidak mau baca dan terus terang menyatakannya.

Tapi, kalaupun anda mau menyela, tidak masalah sama sekali buat saya. Sa-
ya merasa kita berdiskusi bukan secara pribadi antara anda, Bung Fy Zhou
dengan saya, Ophoeng, hanya berdua saja. Tapi bersama semua anggota milis. 

Pendapat anda ttg hobby makan sumber penyakit  sumber kolesterol, tidak 
masalah juga, itu toh pendapat yang mestinya juga dimiliki orang lain dan 
bisa jadi banyak anggota milis yang sependapat dengan anda. Kenapa mesti
tidak anda sampaikan demi tidak 'mencampuri' minat saya? 

Justru lebih baik diungkapkan, jadi kita bisa saling bertukar pikiran. Bukan-
kah tujuan milis antara lain ya bertukar pikiran dan bertukar pendapat begi-
ni? Perkara apakah lantas saya jadi pantang makan enak dan tidaknya, itu 
toh pilihan saya yang tidak bisa diganggu gugat oleh sesiapapun juga. Sa-
ma halnya dengan pilihan anda untuk berdiskusi masalah yang sosial poli-
tik berat-berat dan penuh konflik itu, rasanya tiada ada seseorangpun di 
milis kita ini yang berhak mencampuri pilihan anda itu toh?

Jadi, mari kita berdiskusi ttg isi topiknya saja,  tanpa mencampur-adukkan
penilaian pribadi atas gaya bahasa atau gaya bertuturnya? Sorry, kalau ter-
nyata salah lagi nih ya. Bukankah dengan adanya gaya bertutur dan minat
yang berbeda-beda itu, justru terasa indahnya satu milis? Hehehe..

Begitulah, kira-kira ya.
Kalau ada salah, tolong dikoreksi, kalau kurang sila ditambahkan.

Salam makan enak dan sehat selalu,
Opheong
BSD City, Tangerang


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

Mungkin anda tidak suka berdiskusi masalah2 sosial politik yang berat2 dan 
penuh 
konflik. itu memang pilihan anda, anda bisa memilih berdiam diri tak 
menanggapi. Tapi 
janganlah membuat penilaian2 se-olah2 berdiskusi masalah2 ini hanyalah mubazir.
 
Seperti halnya, anda lebih senang berdiskusi masalah makanan, ini pilihan anda, 
saya 
sama sekali tak tertarik, juga paling diam saja. Bagaimana jika saya menyela 
anda dengan 
komentar bahwa hobby makan itu sumber penyakit sumber kolestrol lho, 
sebaiknya jangan ribut makan melulu ???.
 
Salam Diet
ZFy
 
 
 
 
--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Ophoeng ophoeng@  wrote:

Bung Prometheus, Bung danarhadi dan TTM semuah,
 
Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)?

Sorry, ikut nimbrung. Mungkin berbeda pendapat. Tapi mestinya oke toh.

Not with you and not for you, jadi kayak kafilah Arab nonton bule-bule pa-
da baku hantam, baku tembak, baku bunuh (memperebutkan apa sih ya?),
mungkin justru yang pinter adalah kafilah Arab itu. Ngapain juga beran-
tem saling melukai saling membunuh ya? Mending duduk ngariung, ngisap
pipa perdamaian ala Winnetou sambil ngupi, ngeteh atau nyoklat, cemilan-
nya boleh pake roti kompyang atau ampyang, kalau BSD kejauhan ya bo-
leh ngumpul di Pancoran atau Chandra, atau Pasar Pagi lama makan nasi
tim sambil membayangkan makan di cafe Dragon Gate di Tiongkok sana?

Bukankah ada pelajaran yang mengajarkan ttg 2 ekor serigala berantem
memperebutkan seekor ayam, lantas srigala ke-3 justru yang mendapat
si ayam yang ditinggalkan tergeletak begitu saja oleh yang berantem?

Not with you and not against you, 

Re: [budaya_tionghua] Koq Jadi Mubazir ya? (Was: Permusuhan atau Persaingan?)

2008-09-29 Terurut Topik gsuryana
From: Ophoeng [EMAIL PROTECTED]

cut
saya sih cuma bercita-cita sederhana sa-
ja: hidup cuma sekali, cari peng-an ajah dah ya.

Asyik juga membaca istilah peng an, jadi inget Tenglang Bandung, peng an 
istilah yang cukup populer.

Eniwe, didalam kehidupan nyata, nyari peng an doangan sepertinya kurang 
afdol deh, lha semakin hari yang nyari peng an semakin banyak, akibatnya 
bukan peng an yang didapat, malah bisa cape atibisa bisa malah she 
nio ( aku gak tahu nulis benernya kayak gimana, yang aku ingat istilah she 
nio populer di Jakarta ).

sur. 



Re: [budaya_tionghua] Nasi Di Rumah Juga Banyak, Jeh! (Was: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis)

2008-09-29 Terurut Topik ChanCT
Setuju dengan  bung Ophoeng, budaya Tionghoa dan budaya komunis itu kurang 
cocok dibandingkan. Tapi, bisa ditanya bagaimana perubahan/perkembangan budaya 
Tionghoa dibawah kekuasaan komunis.

Sesuai dengan perkembangan ekonomi yang maju begitu cepat di TIongkok, ternyata 
terjadi perubahan mencolok dalam budaya Tionghoa. Kalau dulu orang selalu 
bilang, bahwa orang Tionghoa itu terkenal ulet, rajin dan hemat bahkan 
cenderung pelit. Itu dahulu, semua itu diakibatkan dalam waktu sangat panjang 
Tiongkok dalam keadaan sangat miskin, dari perang ke perang yang tiada 
henti-hentinya,  dari bencana alam yang berturut-turut, tanahnya tandus, 
dimusim kering kekeringan, dimusim hujan kebanjiran, ... keadaan yang sangat 
parah berkepanjangan itulah menciptakan manusia-manusia Tionghoa yang harus 
ulet dan rajin untuk bisa hidup, dan karena segala didapatkan dengan susah 
payah, jadilah manusia yang sangat hemat, ...

Tapi, sekarang setelah keadaan ekonomi membaik, kesejahteraan rakyat umumnya 
meningkat ditambah lagi anak hanya satu-satunya, ... terjadi perubahan tradisi 
Tionghoa dari ulet, rajin dan hemat pada generasi muda. Lha giman, anak 
satu-satunya yang melayani 2 orang tuanya, ditambah 4 orang kakek-nenek yang 
memberikan penuh kasih sayang dan memanjakan. Apa yang dikehendaki tidak bisa 
tidak dikasih, mau apa ada apa. Si anak tidak lagi seperti jaman dahulu, mau 
apa dia harus bergulat setengah hidup dulu baru bisa dapatkan. Untuk ber-hemat 
juga tidak ada tradisi itu lagi, mau apa bisa dapatkan dengan mudahnya, tidak 
lagi ada keharusan untuk menabung, kalau tidak entah besok bisa makan tidak. 

Itulah sebab, pekerja pendidikan sekarang menghadapi tantangan berat mencarikan 
cara lebih baik untuk mengasuh anak-anak itu menjadi manusia-manusia yang ulet, 
rajin dan hemat yang berguna bagi masyarakat. Lebih memperhatikan arah 
perkembangan pikiran mereka sebaik-baiknya. Satu lagi hal negatif dari anak 
tunggal, karena tidak ada saudara dirumah dan terlalu dimanjakan, tabiat anak 
itu menjadi mau menang sendiri saja, kurang rasa toleransi, harus ngalah pada 
orang lain, ... 

Sebetulnya, kalau kita perhatikan, bagi Tionghoa yang di Indonesia juga begitu, 
perbedaan yang totok deengan yang babah sudah beberapaa turunan, bisa nampak 
beda keuletan, rajin dan hematnya. Biasanya yang totok itu lebih ulet, lebih 
rajin dan lebih hemat ketimbang yang babah. Udah luntur budaya Tionghoanya, 
sesusai deengan kondisi kehidupan di Indonesia yang membaik.

Cara masak nasi dari dahulu juga 2 macam, kan. Dengan dangdang yang dikukus, 
atau diliwet yang direbus seperti gunakan rice cooker, kan. Di HK sini nasi 
model liwet gitu langsung dikasih daging  babi, ayam, sapi + sayurnya beraneka 
ragam,  cukup enak, kok. Makanan rakyat, jadi kalau beli dikedai, satu poci 
nasi liwet sudah bersama lauk-nya cukup dimakan seorang.

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: Ophoeng 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, September 29, 2008 8:10 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Nasi Di Rumah Juga Banyak, Jeh! (Was: Beda Budaya 
Tionghua Dgn Budaya Komunis)


  Bung Yongde, Bu Edith, Bung Hidatar dan TTM semuah,

  Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?

  Ikut nimbrung soal nasi yang dianggap 'low class status' ya.

  Sebelumnya, judul Budaya Tionghua Dengan Budaya Komunis, rasanya kurang pas
  padu-padannya. Tionghua itu suatu bangsa, lha komunis itu satu faham. Jadi 
rasa-
  nya ndak pas kalau keduanya saling diperbandingkan. Mungkin kalau dibilang pe-
  ngaruh komunis terhadap budaya Tionghua, bisa lebih lancar mengalir 
padanannya?

  Back to nasi putih, bai-fan. Ada istilah 'juan-fan'  - nasi lembek, yang 
kalau tak sa-
  lah artinya adalah makan nasi gampang, diberikan cuma-cuma tanpa ada usaha ke-
  ras memperolehnya. Jadi konotasinya agak merendahkan orang yang menerimanya. 
  Apakah ini ada kaitannya dengan 'gerakan' melecehkan nasi sebagai low class 
status
  simbol? Kalau 'leng-fan' - nasi dingin, mungkin maksudnya makanan orang 
miskin,
  diperoleh dari sumbangan tetangga, jadi sudah tidak hangat lagi? Kalau saya 
pribadi,
  ndak suka makan nasi panas-panas, mulut bisa melepuh.

  Sebenernya, nasi secara turun temurun sangat dijunjung tinggi oleh bangsa 
Tiong-
  hua sejak jaman baheula pisan. Makanya ada istilah 'periuk nasi' atau 
'mangkuk na-
  si' sebagai kiasan mata pencaharian. Juga, sapaan mereka jaman dulu konon 
mesti
  tanyanya 'sudah makan (nasi) belum', sebab nasi adalah barang langka dan 
susah?

  Kalau karena ekonomi sudah maju, lantas meninggalkan nasi, bahkan melecehkan
  bahwa makan nasi = orang miskin, mungkin itu cuma ekses dari SNOB - Senengnya
  Niru-niru Orang Borjuis, sebagai pernyataan sikap bahwa sekarang si proletar 
su-
  dah bukan proletar lagi, jadi kudu show off bak borjuis beneran. Kayaknya hal 
ini
  merupakan cerminan masyarakat tertentu saja, sikap demikian tidak mewakili ga-
  ya bangsa secara keseluruhan. Rasanya di Indonesia, orang-orang SNOB selalu 
sa-
  

Re: [budaya_tionghua] Nasi Di Rumah Juga Banyak, Jeh! (Was: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis)

2008-09-29 Terurut Topik gsuryana
Aku pernah baca entah dimana, sebelum menapak ke liberalisasi ekonomi 
diberlakukan falsafah KHC sedikit di perbaiki, demikian juga dengan perhatian 
pemerintah, dimana bila sebelumnya fokus dibidang industri, kemudian juga 
difokuskan ke bidang pertanian/kehutanan.
Pendidikan pun mengalami perubahan ( yang ini aku beneran lupa apa saja yang 
mengalami perbaikan ).

Dengan masih adanya perhatian pemerintah terhadap rakyatnya perubahan karena 
memiliki satu anak masih terus kena pantau.

Seperti halnya negara maju semodel Singapore, Taiwan dan Jepang, biarpun tidak 
ada paksaan memiliki satu anak, malah jumlah pernikahan terus menurun, dan 
generasi tersebut bisa dibilang mirip dengan generasi anak RRT disaat sekarang.

sur.
http://indolobby.blogspot.com
  - Original Message - 
  From: ChanCT 


  Setuju dengan  bung Ophoeng, budaya Tionghoa dan budaya komunis itu kurang 
cocok dibandingkan. Tapi, bisa ditanya bagaimana perubahan/perkembangan budaya 
Tionghoa dibawah kekuasaan komunis.

  Sesuai dengan perkembangan ekonomi yang maju begitu cepat di TIongkok, 
ternyata terjadi perubahan mencolok dalam budaya Tionghoa. Kalau dulu orang 
selalu bilang, bahwa orang Tionghoa itu terkenal ulet, rajin dan hemat bahkan 
cenderung pelit. Itu dahulu, semua itu diakibatkan dalam waktu sangat panjang 
Tiongkok dalam keadaan sangat miskin, dari perang ke perang yang tiada 
henti-hentinya,  dari bencana alam yang berturut-turut, tanahnya tandus, 
dimusim kering kekeringan, dimusim hujan kebanjiran, ... keadaan yang sangat 
parah berkepanjangan itulah menciptakan manusia-manusia Tionghoa yang harus 
ulet dan rajin untuk bisa hidup, dan karena segala didapatkan dengan susah 
payah, jadilah manusia yang sangat hemat, ...

  Tapi, sekarang setelah keadaan ekonomi membaik, kesejahteraan rakyat umumnya 
meningkat ditambah lagi anak hanya satu-satunya, ... terjadi perubahan tradisi 
Tionghoa dari ulet, rajin dan hemat pada generasi muda. Lha giman, anak 
satu-satunya yang melayani 2 orang tuanya, ditambah 4 orang kakek-nenek yang 
memberikan penuh kasih sayang dan memanjakan. Apa yang dikehendaki tidak bisa 
tidak dikasih, mau apa ada apa. Si anak tidak lagi seperti jaman dahulu, mau 
apa dia harus bergulat setengah hidup dulu baru bisa dapatkan. Untuk ber-hemat 
juga tidak ada tradisi itu lagi, mau apa bisa dapatkan dengan mudahnya, tidak 
lagi ada keharusan untuk menabung, kalau tidak entah besok bisa makan tidak. 

  Itulah sebab, pekerja pendidikan sekarang menghadapi tantangan berat 
mencarikan cara lebih baik untuk mengasuh anak-anak itu menjadi manusia-manusia 
yang ulet, rajin dan hemat yang berguna bagi masyarakat. Lebih memperhatikan 
arah perkembangan pikiran mereka sebaik-baiknya. Satu lagi hal negatif dari 
anak tunggal, karena tidak ada saudara dirumah dan terlalu dimanjakan, tabiat 
anak itu menjadi mau menang sendiri saja, kurang rasa toleransi, harus ngalah 
pada orang lain, ... 

  Sebetulnya, kalau kita perhatikan, bagi Tionghoa yang di Indonesia juga 
begitu, perbedaan yang totok deengan yang babah sudah beberapaa turunan, bisa 
nampak beda keuletan, rajin dan hematnya. Biasanya yang totok itu lebih ulet, 
lebih rajin dan lebih hemat ketimbang yang babah. Udah luntur budaya 
Tionghoanya, sesusai deengan kondisi kehidupan di Indonesia yang membaik.

  Cara masak nasi dari dahulu juga 2 macam, kan. Dengan dangdang yang dikukus, 
atau diliwet yang direbus seperti gunakan rice cooker, kan. Di HK sini nasi 
model liwet gitu langsung dikasih daging  babi, ayam, sapi + sayurnya beraneka 
ragam,  cukup enak, kok. Makanan rakyat, jadi kalau beli dikedai, satu poci 
nasi liwet sudah bersama lauk-nya cukup dimakan seorang.

  Salam,
  ChanCT

Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 5:18 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

 Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya
 membesarkan apa yang tersirat dari tulisan anda menjadi
 sesuatu yang tersurat. Agar lebih mudah didikusikan.
 Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang
 saya gugat!
 Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa
 hanya ke masalah sekolahan tionghoa. kita semua tahu
 yang diperbuat Orde baru lebih dari itu!

---

Dari judul thread diskusi ini saja sudah jelas, kita sedang
membahas apakah ketidak-mampuan berbahasa Mandarin
pada seorang tionghoa berarti ketiadaan kebanggaan dan
jatidirinya sebagai orang tionghoa. Di mana dalam thread
diskusi tersebut saya berargumen bahwa itu tidak betul.

Lalu Zhou-heng memaksa membelokkan masalah ke soal
Orla, Orba, dsb., sambil memaksa mem-politik-praktis-kan
diskusi budaya menjadi diskusi gugat-menggugat, sambil
memaksa pokoknya saya harus mengambil sikap soal politik
untuk issue yang sudah basi (dan sudah seringsekali saya
postingkan sikap sayatentangnya, lihat saja di arsip).

Tapi hebatnya kalimat pembelokan masalah itu disatu-
paragraf-kan dengan kalimat yang memaksa agar orang
percaya bahwa Zhou-heng sedang tidak membelokkan masalahnya!
Haiyyaaa...

Wasalam.

==

- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 5:18 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)


Pak ABS,

Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya membesarkan apa yang
tersirat dari tulisan anda menjadi sesuatu yang tersurat. Agar lebih mudah
didikusikan.

Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang saya gugat!

Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa
hanya ke masalah sekolahan tionghoa. kita semua tahu yang diperbuat Orde
baru lebih dari itu!

Juga tak usah berkilah dng orde baru Tengahan dan akhiran, toh anda pastinya
paham, yang saya angkat adalah peran anda di awal berdirinya orde baru. Anda
sepenuhnya menyokong  politik budayanya kan? kalau seminggu kemudian
keluarga anda ternyata dimusuhi Suharto, itu sudah soal lain, yang pasti
bukan karena anda berubah menentang politik budaya tionghoanya bukan?

Saya bisa terus mengejar anda, karena setiap kita sebut ada kemunduran
dibidang tertentu bagi masyarakat Tionghoa akibat politik Orde baru, anda
selalu menyanggah. Jika  hal 2 konkrit negatif yang kita kemukakan semua
anda bantah, lantas yang mana yang anda terima sbg negatif? jangan2 menurut
anda yang ada hanya positif melulu!

Kalau begitu, tolong sebutkan dng tegas, apakah secara keseluruhan, Nasib
Tionghoa di zaman Orde baru mengalami kemajuan atau kemunduran dibanding
zaman Orla? kebijakan Suharto menghambat tau malah mendorong budaya
tionghoa?


Salam sejarah
ZFy




Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
- Original Message - 
From: danarhadi2000
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 5:52 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

 Non Tionghoa seringkali masih memakai kata Cina
 untuk merendahkan? Misalnya  Dasar Cina.

Ini soal lain.
Non Jawa Tengah juga sering bilang Dasar Jawa. Non Minang juga sering 
Dasar Padang. Non Tapanuli juga sering bilang Dasar Batak.
Tapi tidak ada gunanya untuk mendiskusikan berulang-ulang tanpa ujung, 
apakah boleh menyebut Jawa, Padang, Batak atau tidak boleh. Karena 
tidak ada selesainya dan tidak ada manfaatnya.

Silahkan saja kalau mau konsisten menyebut Tiongkok, dan bukan Cina, 
okay-okay saja. Presiden RI pun melakukannya, bagus itu!
Yang saya usulkan cuma tidak perlu lagi membahas dikotominya berulang-ulang 
dengan tanpa ujung di milis ini.

- - - - - -

 Lawan saya adalah pendukung negara syariat Islam,
 let's be frank... saya tahu pasti, who is against me
 and my ideological fellow dan sebaliknya

Saya juga teguh menentang Negara Islam Indonesia.
Tetapi sepanjang mereka berjuang secara demokratis dan tidak melanggar hukum 
dengan main kepruk apalagi main bom, mereka bukanlah lawan saya, melainkan 
teman saya dalam beradu pendapat.
Bahkan yang berpendapat perlu Maluku Selatan Merdeka atau perlu Papua 
Merdeka atau perlu Aceh Merdeka, juga bukan lawan saya, melainkan teman 
dalam berbeda paham. Kalau Gus Dur bilang teman dalam berbeda sikap budaya.
Begitulah masyarakat yang beradab.

Lihat saja apa yang terjadi dalam Wahl kemarin ditempat Nano-heng. Orang 
bisa saja sebelumnya berbeda, satu pihak kiri satunya pihak kanan, lalu 
kemarin mereka bersatu dalam suatu koalisi, hari ini berpisah jadi kiri dan 
kanan lagi. No problem, beda paham, beda pendapat, tetapi tetap teman dan 
bukan lawan.
Begitulah masyarakat yang beradab. Adab absolutisme Bismarck sudah di 
belakang kita.

Wasalam. 



Re: [budaya_tionghua] Re: Tahu Makannya Doang, Jeh! (Was: Belajar Makan Bakmi Tanpa Nasi di Medan)

2008-09-29 Terurut Topik Fy Zhou
Bagi yang senang bernostalgia, mungkin Restaurant Trio di jalan gondangdiah 
Menteng perlu dikunjungi. Mungkin Pak Danar sudah pernah kenal?
 
ZFy



- Original Message 
From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 7:35:53 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Tahu Makannya Doang, Jeh! (Was: Belajar Makan 
Bakmi Tanpa Nasi di Medan)


--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Ophoeng [EMAIL PROTECTED]  wrote:

 Bung Yongde dan TTM semuah,
 -- deleted- -

 Back to bak-mie.
 Saya baru tahu kalau Bakmi Tiong-sim itu asalanya dari kata 'tengah
 hati, saya kira itu cuma nama merek dagang atau nama boss-nya aja.
 Rupanya ada filsafat di balik bakmi Tiong-sim.
 
 Saya cuma tahu bakmi berdasarkan yang dagangnya ajah, bakmi Me-
 dan misalnya, saya berlangganan yang di Krekot itu (masuk gang) de-
 kat Metro Pasar Baru, sejak 1977 ketika pertama kali datang Jakarta.
 Belakangan baru tahu kalau mereka punya cabang yang dikelola sau-
 daranya di Pasar Pagi (area Jelakeng) dan di Daan Mogot, di ruko de-
 kat-dekat Indosiar situ. Katanya ada 2 lagi, satu di Muara Karang 
(pa-

. 
 


  

Re: [budaya_tionghua] Koq Jadi Mubazir ya? (Was: Permusuhan atau Persaingan?)

2008-09-29 Terurut Topik Fy Zhou
Wah nggak berani Mas, orang lagi2 asyik makan kok disodori brosur aneka 
penyakit, bisa dimusuhi orang se Restaurant hehe... 



- Original Message 
From: Ophoeng [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 8:06:47 PM
Subject: [budaya_tionghua] Koq Jadi Mubazir ya? (Was: Permusuhan atau 
Persaingan?)


Bung Fy Zhou dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?

Sorry, saya jadi berkali-kali baca lagi posting saya yang anda tarok di bawah 
sebagai reference respon anda. Ternyata anda menangkap posting saya seba-
gai 'ekspresi' bahwa saya membuat penilaian seolah-olah berdiskusi masalah-
masalah ini hanyalah mubazir. (dari anda: .Tapi janganlah membuat peni-
laian2 se-olah2 berdiskusi masalah2 ini hanyalah mubazir.)

Sejujurnya, kalau boleh saya jujur nih, anda agaknya salah menangkap.. Saya
justru merasa banyak mendapatkan 'ilmu' dan wawasan dari milis ini.. Tetapi
saya tidak mau dihadapkan pilihan untuk 'pro' atau 'kontra'. Saya cuma mau 
baca dan mencerna isi diskusi, makanya saya juga tidak membuat respon 
yang larut bersama perdebatan seru-seru itu. Buat saya diskusi seru begitu
sangat canggih untuk pikiran saya, saya sih cuma bercita-cita sederhana sa-
ja: hidup cuma sekali, cari peng-an ajah dah ya. 

Kalaupun ada yang anda anggap sebagai 'selakan', mungkin karena saya le-
bih memilih untuk berdiskusi tanpa saling menunjuk-nunjuk atau memaki-
maki, tapi lebih ke diskusi secara kekerabatan dan kawan, bisa beda penda-
pat bisa sependapat, tapi tetap menganggap semuanya kawan, bukan musuh.
Cari musuh sih gampang, ndak perlu join suatu milis tertentu. Cari teman itu-
lah yang susah, jeh! Bener ndak nih? :D)

Apakah hal ini dianggap salah? Kalau ya, dengan rendah hati saya minta ma-
af di hadapan anda. Tapi, sorry, kalau anda menganggap saya bilang 'mubazir',
itu tentu saja salah sekali. Rasanya ndak ada maksud atau kata 'mubazir' di
dalam posting saya, tersurat maupun tersirat. Sila telaah sekali lagi, karena
saya tadi terpaksa berulang-ulang baca lagi posting saya.

Anda tidak suka gaya saya bercerita ttg makanan, karena bukan minat anda,
saya hargai bahwa anda tidak mau baca dan terus terang menyatakannya.

Tapi, kalaupun anda mau menyela, tidak masalah sama sekali buat saya. Sa-
ya merasa kita berdiskusi bukan secara pribadi antara anda, Bung Fy Zhou
dengan saya, Ophoeng, hanya berdua saja. Tapi bersama semua anggota milis. 

Pendapat anda ttg hobby makan sumber penyakit  sumber kolesterol, tidak 
masalah juga, itu toh pendapat yang mestinya juga dimiliki orang lain dan 
bisa jadi banyak anggota milis yang sependapat dengan anda. Kenapa mesti
tidak anda sampaikan demi tidak 'mencampuri' minat saya? 

Justru lebih baik diungkapkan, jadi kita bisa saling bertukar pikiran. Bukan-
kah tujuan milis antara lain ya bertukar pikiran dan bertukar pendapat begi-
ni? Perkara apakah lantas saya jadi pantang makan enak dan tidaknya, itu 
toh pilihan saya yang tidak bisa diganggu gugat oleh sesiapapun juga. Sa-
ma halnya dengan pilihan anda untuk berdiskusi masalah yang sosial poli-
tik berat-berat dan penuh konflik itu, rasanya tiada ada seseorangpun di 
milis kita ini yang berhak mencampuri pilihan anda itu toh?

Jadi, mari kita berdiskusi ttg isi topiknya saja, tanpa mencampur-adukkan
penilaian pribadi atas gaya bahasa atau gaya bertuturnya? Sorry, kalau ter-
nyata salah lagi nih ya. Bukankah dengan adanya gaya bertutur dan minat
yang berbeda-beda itu, justru terasa indahnya satu milis? Hehehe.. 

Begitulah, kira-kira ya.
Kalau ada salah, tolong dikoreksi, kalau kurang sila ditambahkan.

Salam makan enak dan sehat selalu,
Opheong
BSD City, Tangerang

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

Mungkin anda tidak suka berdiskusi masalah2 sosial politik yang berat2 dan 
penuh 
konflik. itu memang pilihan anda, anda bisa memilih berdiam diri tak 
menanggapi. Tapi 
janganlah membuat penilaian2 se-olah2 berdiskusi masalah2 ini hanyalah mubazir.

Seperti halnya, anda lebih senang berdiskusi masalah makanan, ini pilihan anda, 
saya 
sama sekali tak tertarik, juga paling diam saja. Bagaimana jika saya menyela 
anda dengan 
komentar bahwa hobby makan itu sumber penyakit sumber kolestrol lho, 
sebaiknya jangan ribut makan melulu ???.

Salam Diet
ZFy




--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Ophoeng ophoeng@  wrote:

Bung Prometheus, Bung danarhadi dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)?

Sorry, ikut nimbrung. Mungkin berbeda pendapat. Tapi mestinya oke toh.

Not with you and not for you, jadi kayak kafilah Arab nonton bule-bule pa-
da baku hantam, baku tembak, baku bunuh (memperebutkan apa sih ya?),
mungkin justru yang pinter adalah kafilah Arab itu. Ngapain juga beran-
tem saling melukai saling membunuh ya? Mending duduk ngariung, ngisap
pipa perdamaian ala Winnetou sambil ngupi, ngeteh atau nyoklat, cemilan-
nya boleh pake roti kompyang atau ampyang, kalau BSD kejauhan ya bo-
leh ngumpul di Pancoran atau 

Re: [budaya_tionghua] Re: Tahu Makannya Doang, Jeh! (Was: Belajar Makan Bakmi Tanpa Nasi di Medan)

2008-09-29 Terurut Topik Akhmad Bukhari Saleh
Restoran Trio ini, langganan saya dari kecil, unik.
Sebetulnya dia sudah meningkat jadi suatu restoran mewah, yaitu yang 
disebelahnya. Tetapi untuk yang masih kepingin makan di resto tanpa AC dengan 
debu jalanan ikut masuk piring, he he he... resto yang lama masih tetap dibuka.
Menunya agak sedikit beda, tapi dua-duanya enak.

Saingan Trio ini, saingan dalam arti jenis menu mirip, adalah Toeng Kong di 
bundaran Kramat Bunder yang sekarang tempat Patung Pak Tani.
Waktu Bung Karno memasang patung tersebut di bundaran itu, resto ini pindah 
beberapa ratus meter ke arah Barat dan berganti nama jadi Tjahaja Kota 
(mempertahankan inisial TK-nya).

Wasalam.




  - Original Message - 
  From: Fy Zhou 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, September 29, 2008 11:41 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Tahu Makannya Doang, Jeh! (Was: Belajar 
Makan Bakmi Tanpa Nasi di Medan)



  Bagi yang senang bernostalgia, mungkin Restaurant Trio di jalan gondangdiah 
Menteng perlu dikunjungi. Mungkin Pak Danar sudah pernah kenal?

  ZFy





  - Original Message 
  From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Monday, September 29, 2008 7:35:53 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Tahu Makannya Doang, Jeh! (Was: Belajar Makan 
Bakmi Tanpa Nasi di Medan)


  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Ophoeng [EMAIL PROTECTED]  
wrote:
  
   Bung Yongde dan TTM semuah,
   -- deleted- -

   Back to bak-mie.
   Saya baru tahu kalau Bakmi Tiong-sim itu asalanya dari kata 'tengah
   hati, saya kira itu cuma nama merek dagang atau nama boss-nya aja.
   Rupanya ada filsafat di balik bakmi Tiong-sim.
   
   Saya cuma tahu bakmi berdasarkan yang dagangnya ajah, bakmi Me-
   dan misalnya, saya berlangganan yang di Krekot itu (masuk gang) de-
   kat Metro Pasar Baru, sejak 1977 ketika pertama kali datang Jakarta.
   Belakangan baru tahu kalau mereka punya cabang yang dikelola sau-
   daranya di Pasar Pagi (area Jelakeng) dan di Daan Mogot, di ruko de-
   kat-dekat Indosiar situ. Katanya ada 2 lagi, satu di Muara Karang 
  (pa-
  

  .
   




   


--



  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG - http://www.avg.com 
  Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.5/1696 - Release Date: 9/28/2008 
1:30 PM


Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik Fy Zhou
Dalam menanggapi masalah utama, banyak anggota disini yang membuat analisa dan 
pernyataan2  sampiran sebagai bahan berargumentasi, apakah Pak ABS tak pernah 
menanggapi potongan2 kalimat tersebut sebagai sebuah topik baru yang lepas dari 
konteks pembicaraan awal?
 
Cukup sering kok! Dan ini sah2 saja, karena dalam hal ini kita kebetulan tak 
memasalahkan poiint utama yang dibahas(alias sepakat),. yang tidak 
sepakat justru salah satu bagian dari argumentnya.
 
Misalnya kita sedang membahas orang bisa sakit jantung karena kolestrol, lalu 
dalam salah satu contoh saya menyebut satu nama yang mati karena sakit jantung. 
padahal anda tahu orang itu mati karena penyakit lever, bisa saja anda 
bebantahan dng saya mengenai sebab kematian orang tsb, tanpa meributkan apakah 
teori saya tentang penyebab sakit jantung betul atau tidak! 



- Original Message 
From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 11:15:25 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan 
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang 
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)


- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, September 29, 2008 5:18 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

 Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya
 membesarkan apa yang tersirat dari tulisan anda menjadi
 sesuatu yang tersurat.. Agar lebih mudah didikusikan.
 Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang
 saya gugat!
 Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa
 hanya ke masalah sekolahan tionghoa. kita semua tahu
 yang diperbuat Orde baru lebih dari itu!

 - - -

Dari judul thread diskusi ini saja sudah jelas, kita sedang
membahas apakah ketidak-mampuan berbahasa Mandarin
pada seorang tionghoa berarti ketiadaan kebanggaan dan
jatidirinya sebagai orang tionghoa.. Di mana dalam thread
diskusi tersebut saya berargumen bahwa itu tidak betul.

Lalu Zhou-heng memaksa membelokkan masalah ke soal
Orla, Orba, dsb., sambil memaksa mem-politik- praktis-kan
diskusi budaya menjadi diskusi gugat-menggugat, sambil
memaksa pokoknya saya harus mengambil sikap soal politik
untuk issue yang sudah basi (dan sudah seringsekali saya
postingkan sikap sayatentangnya, lihat saja di arsip).

Tapi hebatnya kalimat pembelokan masalah itu disatu-
paragraf-kan dengan kalimat yang memaksa agar orang
percaya bahwa Zhou-heng sedang tidak membelokkan masalahnya!
Haiyyaaa...

Wasalam.

 = =

- Original Message - 
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, September 29, 2008 5:18 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

Pak ABS,

Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya membesarkan apa yang
tersirat dari tulisan anda menjadi sesuatu yang tersurat. Agar lebih mudah
didikusikan.

Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang saya gugat!

Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa
hanya ke masalah sekolahan tionghoa. kita semua tahu yang diperbuat Orde
baru lebih dari itu!

Juga tak usah berkilah dng orde baru Tengahan dan akhiran, toh anda pastinya
paham, yang saya angkat adalah peran anda di awal berdirinya orde baru. Anda
sepenuhnya menyokong politik budayanya kan? kalau seminggu kemudian
keluarga anda ternyata dimusuhi Suharto, itu sudah soal lain, yang pasti
bukan karena anda berubah menentang politik budaya tionghoanya bukan?

Saya bisa terus mengejar anda, karena setiap kita sebut ada kemunduran
dibidang tertentu bagi masyarakat Tionghoa akibat politik Orde baru, anda
selalu menyanggah. Jika hal 2 konkrit negatif yang kita kemukakan semua
anda bantah, lantas yang mana yang anda terima sbg negatif? jangan2 menurut
anda yang ada hanya positif melulu!

Kalau begitu, tolong sebutkan dng tegas, apakah secara keseluruhan, Nasib
Tionghoa di zaman Orde baru mengalami kemajuan atau kemunduran dibanding
zaman Orla? kebijakan Suharto menghambat tau malah mendorong budaya
tionghoa?

Salam sejarah
ZFy

__.._,_.___ 
Messages in this topic (4) Reply (via web post) | Start a new topic 
Messages 
.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :..

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


 
Change settings via the Web (Yahoo! ID required) 
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to 
Traditional 
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use 

[budaya_tionghua] Resto Jadul Masih Bertahan. (Was: Tahu Makannya Doang, Jeh!)

2008-09-29 Terurut Topik Ophoeng
Bung ABS, Bung Fy Zhou dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?

Terima kasih atas respon anda berdua, terutama Bung Fy Zhou yang 
bilang bukan minatnya terhadap makanan, tapi tetap mau urun rem-
bug ungkapkan ttg resto jadul di Godila - Gondangdia Lama ini. Sa-
ya sangat menghargai respon anda ini, sebab walau ndak minat tapi
tetep ikut bicara. 

Kalau boleh saya ikutan nimbrung lagi nih ya...

Saya baru tahu kalau dulu-dulunya Toeng Kwong atawa Tjahaja Kota 
itu berlokasi di deket bunderan Patung Tani, dan namanya dulu Kra-
mat Bunder. Memang asyik kalau baca cerita jaman dulu, serasa kita 
masuk ke lorong dimensi waktu dan ruang dan tempat lama. Walau 
sesudahnya, saya suka merasa pusing ketika balik ke masa sekarang, 
tapi tetep sajah asyik sekali mengarungi waktu flash back gitu, jeh!

Trio memang enak-enak makanan-nya, menunya ya itu-itu saja. Sa-
king seringnya anda makan di situ, bisa hapal semua menu yang 'ku-
no' dan khasnya. Katanya dulu Trio didirikan oleh tiga orang sahabat, 
saya pernah baca entah di mana. Lalu 2 orang sahabatnya menyerah-
kan ke yang sekarang, untuk terus dikelolanya. Tapi juga ndak jelas 
kenapa yang 2 tidak lagi berminat meneruskan kongsinya.

Huzaren sla dan ayam nanking, juga gohiong Trio-nya enak sekali.

Yang unik lagi, waktu seolah berhenti berputar di Trio. background 
musiknya masih lagu-lagu lama jaman Patty Sisters, itu kira-kira ta-
hun 1960-an akhir ya?

Resto Trio dan Tjahaja Kota (d/h Toeng Kwong) dua-duanya bisa 
terima catering di tempat anda, lengkap peralatan dan orang yang
melayaninya. Dengan order minimal sejumlah tertentu. Waktu saya
masih ngantor di Cikini, suka pesen mereka untuk makan rame-2
di kantor bersama teman-teman termasuk para bule expat-nya.

Resto di sebelahnya yang 'bersaudara', mungkin yang Bung ABS mak-
sud adalah Paramount ya? Agak jauh sekarang lokasinya. Menunya 
memang agak-agak mirip, tapi saya tetap lebih suka makan di Trio,
walau panas tanpa AC, dan dikerubungi tukang ngamen dan tukang 
semir dan tukang majalah. Paramount banyak yang sewa untuk pes-
ta pernikahan. Tempatnya memang luas dan bertingkat plus AC.

Resto Toeng Kwong benar menunya hampir sama-sama jadul, tapi 
lebih ke arah Chinese food condongnya, sementara Trio lebih banyak
condong ke menu 'peranakan'(?) yang ada pengaruh Belanda-nya. 
Harga masih lebih murah di Trio, walau sekarang Trio tidak bisa di-
golongkan sebagai resto dengan harga murah lagi.

Yang jadul juga, mungkin bisa disebut Tan Goei di Menteng. Atau ka-
lau mau bergaya sederhana mirip Trio, ada satu di kawasan Senen. Ma-
suk jalan kecil, namanya A-nam (atau Paknam, lupa lagi). Kuno banget 
dan menunya tidak  banyak. Spesial mereka adalah pangsit masak (lu-
pa nama persisnya). Patut  dicoba punya, sebab tidak ada resto yang 
menyediakan menu begitu.

Siauw A Tjiap juga mungkin bisa digolongkan jadul. Spesialnya tentu 
saja belut cah fumak. Yang otentik kayaknya yang di Pintu Besar Se-
latan. Pernah buka di BSD tapi pas BSD belum berkembang, jadi su-
dah tutup lagi digantikan Resto Padang. Padahal sekarang BSD (sori,
nyambung BSD lagi ya) banyak dikepung resto-resto di mana-mana.

Waktu Glodok Plaza belum dibangun, dulu di kawasan Pinangsia situ,
yang sekarang jadi Plaza Pinangsia(?) pusat komputer itu, ada satu ke-
dai soto ayam Kadipiro atau apa. Lokasinya di rumah-rumah gemeente
yang kayaknya dulu merupakan perumahan eks Belanda (sipir?). Dekat
situ tentu kudu mampir juga ke Resto Panggang Ayam Malang (mana
ada ayam dipanggang merasa 'bahagia' ya?), termasuk jadul juga.

Jangan lupa Eka Ria dan Angke, juga di Kebayuran Lama ada Nico, ka-
tanya Eka Ria dan Nico itu favorit Oom Liem ya. Satu lagi di Gunungsa-
hari, deket showroom Volvo, ada yang jual spesial sekba, kuno juga.
Bagaimana Nasi Tim Baharu di Mangga Besar? 

Kalau yang tendaan, saya suka kagum dengan Pinokio, masih bertahan 
sampai sekarang, tetap setia menjajakan ayam bakar. Sekarang mereka
mangkalnya di Samanhudi, malam saja, di depan Resto Bakmi Permata.
Juga di sekitar situ ada Nasi Uduk Kota Intan, Soto Kudus, dan sate +
sup kambing bening (sebelah Pinokio) yang sudah ada sejak tahun 70-
an, bertahan terus sampai sekarang mungkin sudah generasi ke-3?

Itu saja yang saya masih ingat, barangkali ada yang bisa dan mau me-
nambahkan? Silakan saja. Eh, barangkali ada yang tahu, kenapa Blue
Ocean (BO) tutup ya? Padahal itu resto dulu kayaknya laris tuh? 

Halah, kalau sudah bicara resto, saya selalu senang melanjut-lanjut,
sampai suka ndak ingat ada yang ndak suka ya. Sorry, kalau ternyata
tidak berkenan di hati anda ya.

Begitu ajah sih ya.
Sila koreksi kalau ada yang salah, dan tolong tambahkan kalau kurang.

Salam makan enak dan sehat,
Ophoeng
BSD City, Tangerang


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL 
PROTECTED] 
wrote:

Restoran Trio ini, langganan saya dari kecil, unik.
Sebetulnya dia sudah meningkat jadi suatu restoran mewah, yaitu yang 
disebelahnya. 
Tetapi untuk yang masih kepingin makan di 

[budaya_tionghua] Re: Belajar Makan Bakmi Tanpa Nasi di Medan

2008-09-29 Terurut Topik Ophoeng
Bung Dipodipo dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?

Hehehe bener sekali, banyakan sih orang makan bakmi goreng
dijadikan lauk makan nasi, jadi kalau pesen nasi rames, sukaan 
ada juga warung nasi yang tarokin bakmi goreng sebagai lauknya.
Mungkin dengan alasan bakmi goreng toh juga mengandung bak-
so, kekian, daging, sayur-mayurnya (dan toge, kalau ala Medan).

Tapi, kami di Cirebon dulu, memang suka makan bakmi ayam (ju-
ga ada sayur dan dagingnya) atau ya-myen dengan nasi. Bahkan
satu teman saya masih ingat dia suka pesen satu porsi bakmi a-
yam dengan 2 porsi nasi putih, supaya kenyang.

Bakmi Jawa, umumnya yang dimaksud adalah bakmi berkuah. Sa-
ya pernah ingat waktu di Solo, ada ibu-ibu yang menjajakan bak-
mi jawa cuma dikasih kubis (kol) dan sawi dan brambang goreng
dimasak kecap kering begitu. Yang beli banyakan abang-abang
becak yang suka antar orang ke Pasar Besar, dimakan dengan
kondimen rawit, diklethis langsung sambil makan bakminya.

Waktu satu pabrik mie instant mau mengembangkan rasa mie
instantnya (waktu itu namanya mie instant adalah mie berkuah),
dalam diskusi, kebetulan saya terlibat, saya usulkan membuat
mie goreng ala jawa yang cuma berkecap dan berbumbu saja.
Rupanya usul itu ditanggapi serius dan dicoba, ternyata 'rasa'
mie goreng dalam bentuk mie instant sekarang populer sekali.

Begitu sajah sih ya kira-kira.

Salam bakmi goreng tanpa nasi,
Ophoeng
BSD City, Tangerang


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dipodipo [EMAIL PROTECTED] wrote:

Koh Ophoeng,
 
Setahu saya bakmi yang dimakan pakai nasi adalah yang digoreng,
sedangkan yang dimasak kuah digado saya. Paling tidak itu kebiasaan
yang saya amati di Jawa
 
Salam
 
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng ophoeng@ wrote:
 
wa adalah dalam tata cara makan bakmi, baik bakmi ayam maupun bak-
mi goreng. Umumnya, kami makan bakmi sebagai 'lauk', jadi bakmi di-
makan bersama nasi. Tentu saja ada perkecualian, dalam arti ada bebe-
rapa teman kita dari kota-kota di Jawa yang cuma 'menggado' bakmi
tanpa nasi waktu makannya. Meng'gado' ada istilah untuk makan lauk
tanpa nasi, misalnya makan sate ayam tanpa lontong, satenya doang.
 
Waktu saya masih SMP, ya-myen mulai populer di Cirebon, begitu juga
di Bandung. Sebagian teman dari Jawa menyebutnya mie pangsit, walau
tanp tambahan pangsit sekalipun. Ada beberapa variasi ya-myen, ada
yang 'asin' ada yang 'manis' (diberi kecap manis), ini umum di Bandung
Salam makan enak dan sehat bermanfaat,
Ophoeng
BSD City, Tangerang






[budaya_tionghua] Pondok Kemangi (Was: Kopdaran? Kapan?)

2008-09-29 Terurut Topik Ophoeng
Bung Budiman dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?

Hehehe resto Pondok Kemangi itulah yang saya maksud sebagai ala Jawa
dan Sunda. Menunya sih ndak banyak, tapi yang khas itu simping (scallop)
dan pucuk daun labunya. Juga, sambel 8 macam yang disediakan gratis, bo-
leh ambil sepuasnya. Pondok Kemangi persis bersebelahan dengan Telaga.

Depot Madiun, pecel, kayaknya memang tutup sekitar jam 5 sore. Ramenya
minta ampun pada sabtu, Minggu dan libur. Seorang teman saya yang saya
anjurkan makan di situ jadi kapok dibuatnya, antri lama dan layanan kurang
cepat dan makanan sempet agak-agak berantakan. Apa boleh buat, resiko
resto ya begitulah, sepi dijauhi pembeli, rame servis jadi berkurang. 

Sorry, sampai sekarang saya belum coba makan sate kambing yang dekat
Bakmi MGM - Mirip Gajah Mada(?), sebab selalu ada saja halangan untuk
coba makan di situ. Warung Tengil-nya babai guling sudah dicoba, tapi
koq rasanya beda ama babi guling yang dibawa dari Bali-nya langsung.

Kalau bicara kepiting, saya mah cuma melongo. Ndak menggandrungi ma-
sakan kepiting. Makannya repot dan terutama ndak baik buat mata..
 pencaharian, sebab harganya makin gila-gilaan mahalnya. Hehehe..

Jun Njan juga sudah buka cabang di BSD. Kemaren coba makan mengira 
masih akan mendapatkan masakan jaman yang di Batuceper. Tahunya su-
dah berubah, yang sekarang porsinya jadi terbalik, dulu porsi small seka-
rang jadi porsi Large atau Medium(?), jadi harga keliatan ajah seolah-olah
murah, padahal porsinya jadi kecil. Yang paling mencolok adalah after meal
effect-nya: mulut dan kerongkongan terasa kering dan leher belakang jadi
cekot-cekot sesudah makan di situ. Kebanyakan MSG-nya, pasti itu, jeh!

Kopdaran-nya, mending ndak usah di BSD tuh katanya. Lha kejauhan amat
BSD kalau buat orang-orang Jakarta, apalagi kalau yang mukimnya di timur
Jakarta aka Bekasi, Cikarang. Pan itu mah dari ujung ke ujung ya? :D)

Bung Budiman, saya koq jadi punya perasaan bahwa anda tinggal di deket-
deket BSD ya, lha kayaknya hapal banget ama semua makanan di BSD nih.
Terutama yang di GS - SMS itu.

Begitu ajah sih ya.

Salam bakmi babi merah putih,
Ophoeng
BSD City, Tangerang


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, BUD'S 1 [EMAIL PROTECTED] wrote:

Yup, Sekarang BSD tambah rame, terakhir ada buka Resto Telaga, Bumbu 
desa dan Kemangi ( re-lokasi ). Bakmi / Lo Mie Abadi Angke juga ada. 
Kalau masakan kepiting di Raja Kepiting dan Sarang Kepiting masih kalah 
jauh dibandingkan dengan yang di Saung Greenville. Ada juga Bakut Mumu, 
yang gambarnya lucu, ada Bakmi Japos dan Cwie Mie Malang tapi sepi.
 
 
Pecel Madiun yang di samping Tukang Aduk semen itu kan ? kalau malam 
kelihatannya ngak rame apa dah tutup ?. Yang ala Jawa Sunda itu resto 
apa sih ?? dan ada dimana ??
 
Salam,
Budiman
 





[budaya_tionghua] Wah! Di Atas Lereng Masih Ada Gunung, Nih! (Was: Tahu Makannya Doang, Jeh!)

2008-09-29 Terurut Topik Ophoeng
Bung Danarhadi dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)?

Hehehe... pancen ndak salah kalau di buku cerita silat selalu dikatakan,
di atas bukit masih ada gunung, dalam hal ini, saya yang menjadi lereng
bukitnya, belum bukitnya, dan Bung Danarhadi adalah gunungnya. Sori,
kalau selama ini saya sudah petentengan cuap-cuap di depan Thay-san.

FLASH BACK

Jaman 50-an dan awal 60-an, saya mah masih piyik atuh. Baru juga di-
lahirkan. Tentu saja tidak masuk dalam dimensi waktu dan ruang yang
sama yang Bung Danarhadi alami.

Disebutkan suka makan bakmi di daerah antara lain Cirebon, kalau bo-
leh saya numpang tanya, apakah Bung Danarhadi ada ingat di Cirebon
dulu katanya ada RM Buseng yang katanya sih lumayan top bakminya.
Saya cuma dengar saja ttg resto ini, sebab akhirnya resto ini tutup dan
tempatnya dibeli oleh papah saya untuk dijadikan toko kelontong. Lo-
kasinya di Jalan Pasar Pagi (Siliwangi) d/h Kejaksan, persis di seberang
Pasar Pagi (Jalan Pamitran).

BAKMI BERTOGE

Terima kasih info-nya ttg bakmi goreng yang dikasih toge. Saya baru 
tahu ttg hal ini. Yang saya ingat bahwa bakmi di Jawa barat, termasuk 
mie goreng dan mie ayam, tidak memakai toge. Baru setelah ada penga-
ruh dari mie Medan (dan Bangka?), kami mengenal bakmi dengan toge.
Tadinya mah paling juga pakai sayur caisim yang standar itu, jeh!

SAUS KENTAL SOKLAT

Kalau di luar negeri bakminya selalu pakai saus kentel, mungkin juga
itu pengaruh si Wok With Yan yang mengkampanyekan 'wonder flour'.
Coba saja ingat-ingat, si Yan dalam Wok With Yan itu, apa-apa saja
selalu diberi 'wonder flour', yang kayaknya sih tepung kanji atawa aci
diencerkan dengan air sedikit. Saya ndak tahu persis, asalnya gaya
masak bersaus kentel ini dari aliran mana di Tiongkok-nya ya.

UKURAN  BENTUK BAKMI

Bakmi tipis atau tebal, sebenarnya tergantung alat atau mesin penca-
cahnya saja. Apakah itu pengaruh budaya suatu daerah tertentu? Bisa
saja terjadi begitu. Siapa duluan di daerah situ yang membuat bakmi
yang enak dengan ukuran atau bentuk yang bulat, tebal atau tipis, ja-
di akan ditiru para pengekornya. Lama-kelamaan lantas menjadi sema-
cam ciri khas bahwa daerah situ beralrian bakmi ukuran tebal atau ti-
pis, bulat atau pipih. Begitu juga dengan warna-nya. 

Sebagai contoh, bakmi GM termasuk populer dengan 'aliran' bakmi
yang agak lembut, agak gepeng. maka banyak lantas yang coba meni-
ru gaya bakmi seperti itu, termasuk warnanya. Pangsit goreng ala GM
ajah, sekarang banyak ditiru, baik bentuk, tekstur dan warnanya. Ta-
pi ya itu tadi, bisa jadi lantas pangsit goreng model begini menjadi ci-
ri khas pangsit goreng Jakarta, misalnya. Sebab banyak kemudian yang
coba meniru pangsit ala GM, hampir semua resto bakmi ayam membuat
pangsit goreng ala GM begitu, kalau tak salah. Kalau tidak hampir se-
mua, setidaknya ada banyak ya. banyaknya ini, tentu saja yang pernah
saya coba makannya.

Tapi, itu tentu saja menurut pendapat saya yang awam. Bisa saja salah.

LOMIE DAN LOMIE

Lomie Pinangsia itu yang pakai kangkung dan taburan daging ayam re-
bus dan babi panggang (persisnya babi bakar), juga taburan brambang
goreng yang cukup berlimpah, disirami saus kental coklat? Kayaknya ma-
nisnya itu cuma pakai kecap manis saja. Penjualnya kelihatan bukan tu-
runan Totok, mirip Tionghua Benteng, jadi mungkin saja itu hasil adap-
tasi dari masakan Tiongkok, tapi sudah tidak jelas dari aliran mana.

Sebutan 'lomie' pada Lomie Pinangsia ini, mestinya agak melenceng da-
ri pakem 'lomie' yang lain. Lomie Abadi misalnya, juga Lomie Mikado
di Kebun Jeruk (belakang Hayam Wuruk Plaza), juga mungkin lomie di
resto umum (bukan spesial bakmi), kayaknya isinya adalah mie masak
dengan aneka sayur dan daging yang berlimpah, tidak mesti berkuah
kentel soklat pakai kanji. 

Lomie Karet juga menganut faham lomie tidak berkuah kentel, walau
warna kuahnya  juga soklat kerana kecap manis.

BAKMI BERKUAH KENTEL 

Kalau yang pakai kuah kentel soklat kanji, dari Medan ada emie, yang
diwakili oleh Acuan di Pluit (berjejeran dengan Mie Keriting Siantar itu),
dengan aroma udang (hebi) yang kentel. Mienya dimasak secara 'kocok',
memakai keranjang dari alumunium berlubang-lubang. Kuahnya bener
kentel soklat dari aci (kanji). Diberi sayur (kangkung?) dan toge, diberi
taburan brambang goreng (pengaruh Jawa?) dan telur rebus. Daging-
nya pakai udang walau sekedar basa-basi pakae udang kecil-kecil aja.

Mirip e-mie adalah mie koclok ala Cirebon, pakai siraman kuah kentel
dari aci juga, dengan tambahan santen dan berwarna putih susu. Isinya
tentu saja daging ayam suwir, bawang daun dan brambang goreng dan
sayurnya kol (kubis) dan tokol (toge). Ada kesamaan dalam hal telurnya.
Baik e-mie maupun mie koclok (=kocok) sama-sama setengah telurnya.
saya kadang heran, mungkin ada ya ayam yang bertelur setengah saja?
Hehehe. just kidding, jeh!

Mie kocok Bandung agak beda, kuahnya encer bening. Pakainya tetelan
sapi dengan urat (koyor?), mirip sotomie di Jakarta (Karang Anyar).

MIE ACEH

Yang sungguh beda 

[budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik extrim_bluesky
Dear Mbak Edith yg baik,

Ya, saya setuju masalah istilah cina vs
Tionghoa memang sulit dipahami. Jangankan
bagi inlanders, bahkan bagi generasi muda
cina, istilah cina sudah tidak dirasa
kurang ajar lagi. Saya agak-agak pengecualian,
sekalipun saya lahir di era akhir 70-an,
tetapi saya benar-benar tidak suka istilah
cina. Saya lebih memilih istilah TIONGHOA.

mari kita belajar memahami awal dari penghinaan
rezim Suharto terhadap komunitas WNI Tionghoa.
Agar kita semua, baik Tionghoa dan Inlanders,
dapat memahami the whole picture.

Istilah cina secara resmi diundang-undangkan
atas usulan dari Kristoforus Sindhunata dari LPKB.
Di seminar Angkat Darat ke 2 di Lembang tahun 1966,
Sindhunata (politisi katolik) dengan tenang dan
mantap menyatakan bahwa ia memilih cina.

Ia juga menyatakan, konseptor Inpres 14/1967 yang
melarang kebudayaan, adat-istiadat dan tradisi
Cina diselenggarakan di tempat terbuka adalah dia
dengan kelompoknya (LPKB yg sekarang CSIS).

Tionghoa adalah istilah yang dibuat sendiri
oleh orang di Indonesia berasal dari kata Zhong
Hwa dari Tiongkok. Istilah Tionghoa dan
Tiongkok lahir dari lafal Melayu (Indonesia)
dan Hokian, jadi secara linguistik Tionghoa dan
Tiongkok memang tidak dikenal (diucapkan dan
terdengar) diluar masyarakat Indonesia. Jadi ini
adalah khas Indonesia, oleh sebab itu di
Malaysia dan Thailand tidak dikenal istilah ini.

Istilah China yang dibuat orang dari luar Tiongkok
yang telah terlanjur populer bukan berarti tidak
boleh diganti dengan Tionghoa/Tiongkok. Analoginya
dengan Siam jadi Muangthai/Thailand. Atau Myanmar
dari Burma.

Perdana Menteri RRT, Zu Rong Jie beberapa tahun
yang lalu pernah menyinggung istilah China,
dan saat itu PM Zu Rong Jie mengatakan: Nanti
pada saat yang tepat kami akan umumkan penggantian
istilah China. Jadi saya kira, nanti setelah
masalah Taiwan bisa selesai, kita mungkin tidak
akan melihat istilah China secara resmi.


hormat saya,
Kenken








Re: Komunis (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)

2008-09-29 Terurut Topik melani chia
Kalau gitu diakhiri aja,peace dah.



--- On Mon, 29/9/08, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
Subject: Komunis (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: 
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : 
Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI)
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 29 September, 2008, 4:10 PM






- Original Message - 
From: melani chia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, September 29, 2008 7:56 AM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] 
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa 
Dalam Cengkeraman SBKRI

 ABS bukannya pahlwan melawan Komunis jaman dulu
 (tdk suka konmunis)??? Pak?? 

Pahlawan sih bukan, tidak suka iya, ikut menggulung komunis iya!!! 
Kouwnio! !!

- - - - - - - - -

 Lalu 10 th lalu jadi pejuang repormasi juga

He he he... emangnya yang anti komunis nggak bisa ikut repormasi??? ???
Malahan yang nggak kelihatan waktu repormasi justru yang komunis! !

- - - - - - - - -

Tapi soal ini nggak ada hubungannya dengan budaya tionghoa. Jadi saya 
sudahkan sampai di sini
Kalau Chia kouwnio masih penasaran, mau terus-terusin soal komunis dan 
reformasi, japri saja.
Ntar kalau lagi mood debat, saya jawab. Tapi kalau lagi nggak mood debat, ya 
saya diemin dulu, sampai mood lagi. Abis lebih senang tindakan nyata dari 
debat sih...

Wasalam. 

 














  

[budaya_tionghua] Re: Nasi Di Rumah Juga Banyak, Jeh! (Was: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis)

2008-09-29 Terurut Topik hartantodedy
Hi Ophoeng sudah makan babai?

Mau nanya nih, dulu kayaknya orang kalau tidak mampu maknnya nasi
beras merah, koq sekarang beras merah lebih mahal dari beras putih.
Kenapa ke bolak-balik jeh?

Teman-teman kalau ditawarin jagong dingin sama Ophoeng-heng jangan
mau tetep laper.

Salam,
Dedy




RE: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik Ulysee

Seandainya kata Cina atau Cino dalam kalimat kalimat tersebut diganti
dengan tionghoa 
apakah Anda mendapat kesan lebih baik???


-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of danarhadi2000
Sent: Monday, September 29, 2008 1:32 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

*** Sebagai Non Tionghoa saya ingin bertanya, jujur niihhh: apakah 
makna China dalam kata China Airlines, atau istilah China yang 
dipakai dalam bahasa Inggris, seperti China Town, Chinese Restaurant, 
etc SAMA dengan makna kata Cino di negara tercinta?

Waktu saya dengan Bian Koen misuh misuh waktu pimpin demo PMKRI dan 
KAMI di kedutaan RRT tahun 65aan akhir  dasar Cino!, saya - as Non 
Chinese - ikut merasakan nuansa penghinaan tuh. Anda tidak?

Saya dengar tukang bajaj sedang baca koran tahun 98an, lalu komentar 
enteng  ahh biar deh diperkosa tu amoy amoy cina. Anda bahagia 
mendengarnya?

Salam

danardono


No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM
 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



RE: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik Ulysee
Cina itu masih istilah resmi, 
tapi demi mengakomodir sebagian orang yang merasa tersinggung kalau ada
kata cina keluar, 
maka ada kesepakatan tidak tertulis, 
mending pake istilah tionghoa aja daripada diresehin, 
hehehehe. 
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Sunny
Sent: Tuesday, September 30, 2008 2:17 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina





China adalah istilah bahasa Inggris, sedangkan Tiongkok asalnya dari
bahasa mandari Cungkuo. Tiongkok dan Tionhoa telah menjadi istilah resmi
dalam bahasa Indonesia. 
 
Barangkali bisa dianalogikan dengan istilah negro, kalau istilah negro
yang dalam bahasa spanyol/portugis  artinya artinya hitam dan ini
biasanya  dulu dipakai untuk orang berkulit hitam  berasal dari Afrika,
sekarang dalam bahasa Inggris istilah tsb tidak lagi populer, dan
dipakai istilah black atau African American, atau asal negerinya
misalnya dibilang I'm Somalian, I'm Ethiopian etc  kalau pakai istilah
negro sudah kurang populer dan mungkin  bisa dianggap agak menghina
seperti kata nigger.
 
Orang Indonesia di Malaysia dibilang Indon, istilah ini katanya
mempunyai arti negatif dalam pengertian di Malaysia, jadi seperti di
Kanada ada istilah Pakis untuk orang Pakistan dan India.
 
Di koran-koran dan majalah di Indonesia sekalipun istilah resmi Tiongkok
dan orang Tionghoa, tetapi masih saja ada yang pakai istilah Cina.
Untuk supaya tidak banyak report sebaiknya pakai saja istilah resmi.
Atau bagaimana?
 

- Original Message - 
From: HYPERLINK mailto:[EMAIL PROTECTED]danarhadi2000 
To: HYPERLINK
mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED]
m 
Sent: Monday, September 29, 2008 8:32 AM
Subject: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina


--- In HYPERLINK
mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED]
m, Edith Koesoemawiria 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dear Dr Irawan,
 
 kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya 
begitu?
 
 Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar 
dari China?
 
 Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan 
nama itu
 bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma 
macam2?
 
 salam, Edith
 
 

*** Sebagai Non Tionghoa saya ingin bertanya, jujur niihhh: apakah 
makna China dalam kata China Airlines, atau istilah China yang 
dipakai dalam bahasa Inggris, seperti China Town, Chinese Restaurant, 
etc SAMA dengan makna kata Cino di negara tercinta?

Waktu saya dengan Bian Koen misuh misuh waktu pimpin demo PMKRI dan 
KAMI di kedutaan RRT tahun 65aan akhir  dasar Cino!, saya - as Non 
Chinese - ikut merasakan nuansa penghinaan tuh. Anda tidak?

Saya dengar tukang bajaj sedang baca koran tahun 98an, lalu komentar 
enteng  ahh biar deh diperkosa tu amoy amoy cina. Anda bahagia 
mendengarnya?

Salam

danardono





 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM
 


RE: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik Ulysee
 
Setuju sekali. 
Tapi entah kenapa, di Indonesia ini sepertinya selalu pakai obat yang
salah untuk sebuah penyakit. 
 
misal, enggak senang dengan makian dasar Cina.
maka yang ingin dihilangkan adalah kata Cina. 
 
Misal lagi, enggak senang di-pungli sehubungan dengan surat SBKRI, 
maka yang ingin dihilangkan adalah SBKRI nya. 
 
Padahal yang jadi masalah adalah makiannya, dan pungli nya, 
tapi yang dihilangkan kok yang lain lain? 
Jangan tanya kenapa, gue juga masih bingung kenapa nya, hehehe. 
 
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Edith
Koesoemawiria
Sent: Monday, September 29, 2008 2:49 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina



Salam dan maaf, saya tidak bermaksud mengecilkan apalagi 
menghapus makna kejahatan diskriminasi etnis itu.

tapi justru karena saya non Tionghua, maka saya bertanya. 

di tempat saya kerja, redaksi cina yang merupakan gabungan dari orang2 
asal mainland dan taiwan, melihat saya dengan aneh kalau saya menyebut
Tiongkok.
Mereka bilang, Tiongkok sudah tak ada sejak dihapusnya sistim
kekaisaran.

di luar itu, menurut saya hampir setiap kata atau istilah bisa digunakan

sebagai makian dan penghinaan, tergantung kepada penggunaannya.

di pihak lain, kata yang sama bisa digunakan untuk menunjukan rasa
sayang,
semua tergantung pada tingkat kepercayaan dan jarak hubungan antara
penggunanya
dan orang atau kelompok yang dituju/dimaksud.

indonesia misalnya, menunjuk pada sebuah negara yang berdiri sejak 1945,
rakyat yang mengakui dirinya bagian dari wilayah kekuasaan itu, serta 
kebiasaan atau citarasa lain yang muncul di dan dari kawasan republik
itu.

tapi di beberapa kalangan, indonesia bisa juga dipakai sebagai makian,
misalnya 
ketika menggambarkan perilaku korup, kebiasaan terlambat, atau ketidak
beresan yang membiarkan kelaparan dan pengangguran terus membengkak.

memang karenanya, ada juga sekelompok orang yang ingin mengganti
penggunaan indonesia menjadi nusantara misalnya.

tapi apakah itu akan merubah esensi pandangan terhadap indonesia 
apabila sikap-sikap yang dikecam itu tidak berubah?

kalau tetap sama, siapa bilang orang tidak bisa menggunakan nusantara
sebagai makian?

ya pastilah maksudnya kecaman, kalau orang bilang, dasar cino, dasar
sunda, 
dasar melayu, dasar batak... dsb. tapi juga kalau mengatakan dasar
tionghua.

tentu masyarakat tionghua-indonesia berhak tersinggung kalau dimaki.
tapi kalau
saya mungkin lebih tersinggung, marah karena diskriminasi itu
ueberhaupt terjadi,
atau justru dengan sengaja (ataupun tidak) dibiarkan terjadi.

dan memang sangat menyebalkan mendengar tukang bajaj atau jendral atau
habib
atau siapapun yang bilang, bahwa perkosaan segolongan perempuan manapun
juga
boleh dibiarkan.

atau tidak?

Edith

 Original-Nachricht 
 Datum: Mon, 29 Sep 2008 06:32:21 -
 Von: danarhadi2000 HYPERLINK
mailto:danarhadi2000%40yahoo.com[EMAIL PROTECTED]
 An: HYPERLINK
mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED]
com
 Betreff: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

 --- In HYPERLINK
mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED]
com, Edith Koesoemawiria 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Dear Dr Irawan,
  
  kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya 
 begitu?
  
  Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar 
 dari China?
  
  Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan 
 nama itu
  bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma 
 macam2?
  
  salam, Edith
  
  
 
 *** Sebagai Non Tionghoa saya ingin bertanya, jujur niihhh: apakah 
 makna China dalam kata China Airlines, atau istilah China yang 
 dipakai dalam bahasa Inggris, seperti China Town, Chinese Restaurant, 
 etc SAMA dengan makna kata Cino di negara tercinta?
 
 Waktu saya dengan Bian Koen misuh misuh waktu pimpin demo PMKRI dan 
 KAMI di kedutaan RRT tahun 65aan akhir  dasar Cino!, saya - as Non 
 Chinese - ikut merasakan nuansa penghinaan tuh. Anda tidak?
 
 Saya dengar tukang bajaj sedang baca koran tahun 98an, lalu komentar 
 enteng  ahh biar deh diperkosa tu amoy amoy cina. Anda bahagia 
 mendengarnya?
 
 Salam
 
 danardono
 
 
 ---
 
 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
 .: Website global HYPERLINK
http://www.budaya-tionghoa.orghttp://www.budaya--tionghoa.-org :.
 
 .: Pertanyaan? Ajukan di HYPERLINK
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghuahttp://groups.-yahoo.com/
-group/budaya_-tionghua :.
 
 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua HYPERLINK
http://iccsg.wordpress.comhttp://iccsg.-wordpress.-com :.
 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 


 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus 

RE: [budaya_tionghua] Re: Kompyang

2008-09-29 Terurut Topik Ulysee
Wah tengkyu, Zhao Yun
informasi yang berguna ini gue catat dulu. 
 
Gimana kalau BT ngadain gathering dengan menu Kompiang?? Mumpung udah
tahu nomer telpon supplier nya neh. 
heheheheheh..
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Zhao Yun
Sent: Monday, September 29, 2008 7:23 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Kompyang



Di daerah Teluk Gong, Jakut, ada yang jual kompyang sih, bisa dianter
kalo beli banyak (10 gitu). Telponnya 021-6684894.

 
 Berikutnya..-.. KOMPYANG, adooo cari Kompiang di Jakarta dimana 
euy,
 kasih tahu gue donk!!! 
 
 
 
 
 -Original Message-
 From: HYPERLINK
mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED]
com
 [mailto:HYPERLINK
mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED]
com] On Behalf Of Ophoeng
 Sent: Friday, September 26, 2008 10:17 PM
 To: HYPERLINK
mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED]
com
 Subject: [budaya_tionghua] Kopdaran? Kapan? (Was: Sorry, Ada 
Terasinya
 Ya?)
 
 
 




 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM
 


RE: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-29 Terurut Topik Ulysee
Jaka sembung murus-murus, 
kok kaga nyambung nih Dinosaurus?
 
Lu lagi nanggepin yang mana dan ngomongin apa sih inih?
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ardian_c
Sent: Sunday, September 28, 2008 1:41 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net]
Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI



lha beli buku mandarin aja kayak beli ganja mesti ngumpet2.

Pengalaman gw lage kecil getu,mesti ngumpet2 ke daerah kota belinya.

Cari buku yg bagus jg gak gampang, belajar mandarin ya diem2 khan,
emangnya ada KURSUS TERBUKA kayak jaman sekarang ? Gw bilang kursus
terbuka ya bukan jurusan sastra hehehehehe, lagian jg jurusan sastra
cina tjoema ada di 2 universitas lho di Indonesia ini. Kalu sekarang
mah banyak , kayak temen gw bisa ngajar di Satya Wacana lho, lha jaman
doeloe ? Boro2 neng.

Pernah naek pesawat dari luar negri gak ? Baca dong custom declare nya
sono. Itu kejadian sebelon reformasi neng tuyul alias jaman orba.

Lagian ape urusan cina diganti indonesia trus gw mencak2 ? Dasar oon
lu ya, gw mah maunya tionghoa itu diakui sebagai salah satu etnis di
Indonesia. Dus jg mendukung istilah etnis Tionghoa buat ngebedain ame
china2 dari daratan kek, taiwan kek, singapore kek. So istilah
tionghoa adalah istilah yg berlaku buat indonesian chinese.

Jgn suka kayak yg oon dah kayak temen lu tuh yg bilang istilah
tionghoa jurassi banget heuehehehheheehhehe
Korban pilem jurassic park seh doi.




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



[budaya_tionghua] lowongan pekerjaan

2008-09-29 Terurut Topik Debie Setiadi
saya mau menawarkan lowongan pekerjaan nih sebagai guru les mandarin, 
lebih diutamakan yang masih kuliah, lowongan part-time dan fulltime 
lokasi nya di taman aries kalo ada yang berminat bisa hubungi 
0818.083.08689 dengan miss iceu tapi skrg lagi libur lebaran, kalo mau 
kirim cv dulu boleh kirim ke [EMAIL PROTECTED], tapi mungkin nanti 
panggilan interview baru stlh tgl 5 oktober, thx



[budaya_tionghua] Re: Permusuhan atau Persaingan? (Was: Fwd: Apa kata Harry Tjan)

2008-09-29 Terurut Topik Ophoeng
Bung Danarhadi dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)?

Hehehe. terima kasih atas respon anda.

Saya ingat bahwa Bung Karno pernah bilang 'jas merah', jangan sesekali 
melupakan sejarah. Tapi kalau ndak salah ada juga ungkapan 'lakem jas', 
kalem saja-lah. 

Benar sekali bahwa kehidupan ndak ada yang ideal, konflik mestilah ada.
Tapi, sorry, kalau anda sudah memperlebar masalah gaya diskusi di mi-
lis ini menjadi keharuisan memilih 'pro' atau 'kontra', apalagi dikaitkan
dengan situasi dunia, NKRI, buat saya mah sangat canggih, ndak bisa sa-
ya cerna di otak saya yang cuma mau cari peng-an ajah nih.

Apatah saya ni, bung? Mana berani saya menyarankan rakyat Aceh untuk
begini begitu? Saya tidak pernah berniat menyarankan kepada sesiapa
saja untuk not with you nor against you, itu cuma buat saya pribadi aja.
Sorry kalau ternyata itu disalahtafsirkan oleh anda ya.

Boro-boro mau ngurusin Christianto Wibisono, Thailand, Filipina sela-
tan, lha ngurus periuk dan mangkuk nasi di rumah ajah masih pusing.
Paling saya sekedar tahu dan baca-baca saja. Ikut ngurusin? Halah, sa-
ya mah tau diri ajah-lah, siapa tah diri saya nih ya, jeh! 

Ijinkan saya tetap mengikuti milis ini, tanpa harus pro atau kontra, ka-
lem saja-lah, saya mah ndak punya pikiran macam-macam sampai ke
soal NKRI atau dunia. Saya cuma senang mengikuti perdebatan atau
diskusi yang berat-berat memancing konflik, kalau masih boleh mem-
baca lewat posting milis ini. Mungkin boleh saya ikuti tanpa aktip mem-
beri respon? Atau.. tetep kudu milih to be or not to be? :D)

Begitulah saja sih ya, kira-kira.

Terima kasih.

Salam damai itu indah saja,
Ophoeng
BSD City, Tangerang



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

Bung Ophoeng, siapa yang tak mau hidup berdampingan dalam damai? Ya 
kan?
 
Tetapi, kita, juga yang hanya di milis, membahas realitas diluar 
kan? Nah, bagaimana realitas diluar? Selalu damai? Bagaimana dengan 
manusia yang tercabik akibat bom Bali? Bagaimana supir supir yang 
terbakar hangus akibat ledakan bom di Bursa Effek Jakarta? Di hotel 
Marriott? Saya sendiri alami, disekolah saya doeloe di Yayasan 
Cikini, sedang ada bazaar, tiba tiba jlegerrr... beberapa granat yang 
dialamtkan pada bung Karno mencabik cabik tubuh anak anak teman 
sekelas, tukang becak, tukang jual pala. Berapa mayat tergelepar 
dalam baku tembak antara TNI dan anggauta GAM?  Berapa mayat 
tergelepar dalam konflik Poso? sampai Tibo dieksekusi mati? kini 
tunggu Amrozy? berapa mayat tergelepar di Talangsari? Tanjung Priok? 
Berapa korban Mei 1998?
 
Diwilayah tetangga, di Thailand selatan mayat tergelepar dalam 
tembak2an dengan tentara Thailand, juga di Philippina selatan?
 
Mungkinkah rakyat Aceh mengikuti saran anda, not with us and not 
against us? kalau keluarganya tertembak mati, atau oleh TNI atau oleh 
anggauta GAM? pak Chr. Wibisono sampai hengkang ke US waktu rumahnya 
dijarah, anaknya jadi korban. Not with us and not against us?
 
Perjuangan memang tak selalu mencapai taraf pertempuran, ini 
tergantung sikon. Puluhan tahun antara TNI/AD dan PKI juga hanya 
perjuangan mulut di parlemen, sampai tiba saatnya, perjuangan ini 
menjadi konflik terbuka: ratusan ribu mayat dibuang ke bemngawan Solo 
dan kali Berantas
 
Not with us and not not against us?
 
Saya sih terus terang, siapa yang against NKRI, and for an Islamic 
State is AGAINST me. And I am not alone, pak.
 
Salam perjuangan
 
Danardono





RE: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-29 Terurut Topik Ulysee
Huaaahahahahaha, 
 
Sadar dong sadaaar, bangun donk bang, 
ini milis BUDAYA disuruh ngomong sikap politik?
 
Ya deh gue ngomong, kalau ZFY sih kayaknya pendukung PKC ,
hihihihihihi 
( ini sih nuduh judulnya...wakakakaka)
 
Makanya paling bagus, di milis budaya jangan boleh ngomong soal politik,
weks !!
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Fy Zhou
Sent: Sunday, September 28, 2008 9:14 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net]
Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI





Saya ingin mendengar analisa dari anda, seperti apa saja sikap politik
pendukung millis ini? 
 
ZFy


- Original Message 
From: prometheus_promise [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, September 28, 2008 5:37:03 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net]
Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI



Belum tentu otomatis.

Ini sih sama saja seperti pikiran (logika) Bush (dan orde baru) If you 
are not with us, you are against us. 

Prometheus

--- In HYPERLINK mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com;
\nbudaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Logikanya, orang2 yang medukung millis budaya Tionghoa ini otomatis 
menolak paham asimilasi yang dipaksakan negara. Kalau mendukung paham 
asimilasi Orde baru, ngapain asyik masyuk berdiskusi ngalor ngidul 
tentang budaya minoritas di sini? apa mau jadi intel melapor isi 
diskusi ke BIN?
  






 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM
 


[budaya_tionghua] Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:

2008-09-29 Terurut Topik dipodipo
Benar Zhou heng, digroup ini thread bisa membicarakan kebijakan pak
Harto, kemudian tukar menukar alamat restoran, lalu komunisme, balik
lagi ke restoran. Tetapi kalau memang anggota milis ini setuju dengan
sistim seperti itu ya tidak apa. Yang menjadi masalah, judul thread
itu terbatas, sehingga sering terpotong. Pada keadaan demikian bebrapa
orang masih membicarakan kebijakan pak Harto, beberapa membicarakan
anak buah pak Harto, beberapa membicarakan kolesterol :).

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dalam menanggapi masalah utama, banyak anggota disini yang membuat
analisa dan pernyataan2  sampiran sebagai bahan berargumentasi, apakah
Pak ABS tak pernah menanggapi potongan2 kalimat tersebut sebagai
sebuah topik baru yang lepas dari konteks pembicaraan awal?

 Cukup sering kok! Dan ini sah2 saja, karena dalam hal ini kita
kebetulan tak memasalahkan poiint utama yang dibahas(alias sepakat),.
yang tidak sepakat justru salah satu bagian dari argumentnya.

 Misalnya kita sedang membahas orang bisa sakit jantung karena
kolestrol, lalu dalam salah satu contoh saya menyebut satu nama yang
mati karena sakit jantung. padahal anda tahu orang itu mati karena
penyakit lever, bisa saja anda bebantahan dng saya mengenai sebab
kematian orang tsb, tanpa meributkan apakah teori saya tentang
penyebab sakit jantung betul atau tidak!






Re: [budaya_tionghua] Dialek Sichuan Di Indonesia

2008-09-29 Terurut Topik ANDREAS MIHARDJA
Saya hanya ingin memberikan komentar sedikit mengenai bah Mandarin. 
Bahasa ini memang katanya universal utk semua China :  Taiwan, Hongkong, Macau, 
Singapore dan Mainland China sendiri dari Beijing sampai Urumchi. Tetapi oleh 
karena disetiap daerah ada logat2 lain penggunaan perkataan meskipun ditulis 
sama di-ucapkannya berlainan.
Ump.nya ini joke antara orang HK dan Taiwan - Orang HK mau makan chiaoche 
[potsticker] dia tanya siao cie  - ie wan suichiau toh sao kuai - semangkok 
chiaoche berapa duit. Ini orang HK langsung ditampar oleh pelayan tsb - sebab 
logatnya  seolah2 dia bertanya  siao cie - sekali tidur main sex berapa duit.
Jadi setiap daerah memang lain logatnya sama seperti diJawa kalian dapat 
menbedakan orang Jawa dan orang Sunda. 
Saya mau kasih contoh lain anak saya teman2nya ada yg dari Hubei, Wuhan, 
Shanghai, Taipei, Beijing, HK etc- mereka sewaktu mula2 ketemu jikalau 
berbicara dgn putonghua [kuoyu] mereka sangat hati2 dan sering menduga maksud 
teman dgn melakukan confirming questions - utk mencegah misunderstanding 
seperti orang HK/Taiwan diatas. 
Mandarin dari Indonesia sering sekali aksennya [inclinasinya] pada tempat yg 
salah - maklum karena kebiasaan memakai bah. lain jadi juga sumber 
misunderstanding.
Isteri saya bisa memakai Szechuan, HK, hakka dan Taiwan dialect dan karena itu 
dia juga sangat hati2 memakai putonghua agar jangan misunderstanding.
 
Sekian  -- Andreas

--- On Sun, 9/28/08, melani chia [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: melani chia [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [budaya_tionghua] Dialek Sichuan Di Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sunday, September 28, 2008, 6:08 PM











sampe di SIngapore JEN = org JUK= daging
mereka ngak ngerti?? 



--- On Sun, 28/9/08, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] com wrote:

From: Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Dialek Sichuan Di Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Sunday, 28 September, 2008, 11:07 PM






iya nih, Jen paling populer di jakarta (dan sumatra?), sedangkan di Jawa tengah 
dan timur tetap Ren.
Kelihatannya ada kekhususan2 di setiap wilayah Indonesia, kesalahannya2 
pengucapannya berbeda antra satu wilayah dng yang lain wilayah. apa ada 
pembagian mahab guru berdasarkan wilayah???



- Original Message 
From: melani chia [EMAIL PROTECTED] co..uk
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, September 28, 2008 8:27:20 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Dialek Sichuan Di Indonesia








Kalau 
JEN = ren( orang),ini mandarin dari mana aslinya? ?


--- On Sun, 28/9/08, Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED] com wrote:

From: Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED] com
Subject: [budaya_tionghua] Dialek Sichuan Di Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Sunday, 28 September, 2008, 9:05 PM




Oh yah,

Di kota Pematang Siantar bahasanya adalah mandarin dialek Sichuan.
Jadi bukan mandarin Beijing yang standar. Selain di Pematang Siantar,
daerah saya di Aceh juga memakai dialek Sichuan. Tetapi tidak tahu
apakah generasi muda masih paham dialek Sichuan.

Setelah tanya beberapa orang tua yang masih ingat, ternyata guru-guru
bahasa Tionghua yang dikirim ke dua daerah ini (saya hanya tahu dua,
tidak tertutup banyak lagi) ternyata orang-orang Sichuan. 

Saya sendiri mengerti dialek Sichuan secara pasif dan sedikit aktif.
Orang tua saya sendiri kalau berbicara antar sesama selalu memakai
dialek Sichuan. Padahal kalau dirunut leluhurnya berasal dari Meixian.
Dengan anak-anak sih berbahasa hakka dan mandarin standar.

Contoh dialek Sichuan

saya = ngo, dialek standar = wo
ratus = pek, dialek standar = bai

Selain itu intonasi juga beda jauh dengan dialek standar. Rekan-rekan
lain yang dari daerah apakah ada juga yang memakai mandarin dialek
Sichuan ?

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, John Siswanto
johnsiswanto@ ... wrote:

 Pak Akhmad Bukhari Saleh (ABS) yth,
  
 Terima kasih atas pencerahan bapak, saya ingin mengomentari
postingan bapak, sbb :
  
 1.   Menurut Wikipedia Indonesia, berdasarkan sensus penduduk tahun
2000, jumlah populasi Tionghoa Indonesia adalah berkisar 4% - 5% dari
seluruh jumlah populasi Indonesia.
 2.   Kalau anda datang ke kota kelahiran saya, Pematang Siantar,
etnis Tionghoanya minimal 90 % mampu berbahasa Mandarin (bukan
dialek), bukan 10 %..., bahkan non-Tionghoanyapun bisa berbahasa
mandarin.. bingung ? coba deh jalan-jalan ke kota kelahiranku. .. untuk
mendapatkan pengalaman baru...  
 3.   Saya lebih cenderung, kita tidak mendikotomikan masalah
Tionghoa dan non-Tionghoa, lebih baik kita membahas, bagaimana kita
sebagai suatu bangsa, saling bahu membahu membangun negara kita
bersama, niscaya, masalah-masalah turunannya juga akan dikisis/hilang. ..
 4. Kalau kita masih ribut yang boten-boten, sementara jurang pemisah
di antara kita makin melebar, apa jadinya bangsa ini ke depan ?
  
 wassalam,
 Jhon Siswanto  
  




 













[budaya_tionghua] SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H

2008-09-29 Terurut Topik John Siswanto

 
Dear all,
 
kepada member yang merayakannya perkenankan saya menucapkan :
 
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H
MOHON MAAF LAHIR  BATHIN
 
wassalam,
John Siswanto
 
 


  
___
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi 
Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

RE: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-29 Terurut Topik Ulysee
Hah? Enggak ngerti niih.
Bertahan murni apa ???
 
Goeng lu ama gue, frekwensinya kayak jaka sembung naek ojek, 
kalu ngomong kaga nyambung kaga konek. hihihi
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, September 29, 2008 5:40 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net]
Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI



Integrasi engga, asimilasi engga juga berarti tetap bertahan ama yg asli
n murni donk. Ternyata selain zombie masih ada juga yg pertahanin han
murninya. Heheheehe 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Ulysee HYPERLINK
mailto:ulysee_me2%40yahoo.com.sg[EMAIL PROTECTED]

Date: Mon, 29 Sep 2008 11:09:58 
To: HYPERLINK
mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED]
com
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net]
Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

Berevolusi jadi buaya, wakakakaka..-... jadi buaya buaya tionghoa kek lu
kali, hihihihi. 

Memang, asimilasi yang tidak dipaksakan sebetulnya khan konsepnya baik
baik aja, 
jadi masalah khan karena katanya dipaksakan itu 
itu urusan dipaksa atau enggak aja masih bisa jadi perdebatan panjang
kali lebar tuh. 

Bener juga Oom, bahwa gue nggak yakin kalau integrasi itu terbaik. 
Sebab masing masing orang punya latar belakang yang berbeda, 
jadi punya pilihan sendiri dia mau melakukan asimilasi kek, integrasi
kek. 

Menurut gue paling baik sih nggak usah dinamain dan gak usah diusung
usung yang asimilasi atau integrasi, 
cuman bikin orang berantemin yang enggak enggak aja. 
makanya gue konsisten bilang integrasi dan asimilasi dua duanya iklan
obat nyamuk, hehehe.

Lu mo kuntao silat lidah sama jari menari mah keknya gue masih menang
deh, 
kalau kuntao beneran jurus bango tongtong, gue nyerah, kaga bakal menang
gue lawan elu, 
abis body lu segede gitu, belon-belon gue udah keder duluan, disenggol
aja bisa mental gue, wakakakaka..-... 

Gue memang Auban, sama kek lu khan, sama sama she
AUW...kkkkekeke-ke...-.




 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM
 


[budaya_tionghua] Re: Tahu Makannya Doang, Jeh! (Was: Belajar Makan Bakmi Tanpa Nasi di Medan)

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
Restaurant Trio??? Iyalah!

Lha wong saya ajak makan pacar saya doeloe tahun 60an (yang kini jadi 
istri) di resto itu. Duit pas pasan tapi petetang petetng ha ha ha

Diawal 60an kalau ayah almarhum traktir kami sekeluarga makan, 
kebanyakan di Tung Kong, yang lalu dalam rangka indonesiasi dijadikan 
Tjahaja Kota (baca Cahaya Kota).

Tung Kong ini waktoe itoe sudah top topnya. Sekarang Siauw A Ciap 
kali ya? atau A Mien di Cipanas? Resto Central di Tomang juga OK.

Salam nostalgia

Danardono



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bagi yang senang bernostalgia, mungkin Restaurant Trio di jalan 
gondangdiah Menteng perlu dikunjungi. Mungkin Pak Danar sudah pernah 
kenal?
  
 ZFy
 
 
 
 - Original Message 
 From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Monday, September 29, 2008 7:35:53 PM
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Tahu Makannya Doang, Jeh! (Was: 
Belajar Makan Bakmi Tanpa Nasi di Medan)
 
 
 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Ophoeng ophoeng@  
wrote:
 
  Bung Yongde dan TTM semuah,
  -- deleted- -
 
  Back to bak-mie.
  Saya baru tahu kalau Bakmi Tiong-sim itu asalanya dari 
kata 'tengah
  hati, saya kira itu cuma nama merek dagang atau nama boss-nya aja.
  Rupanya ada filsafat di balik bakmi Tiong-sim.
  
  Saya cuma tahu bakmi berdasarkan yang dagangnya ajah, bakmi Me-
  dan misalnya, saya berlangganan yang di Krekot itu (masuk gang) 
de-
  kat Metro Pasar Baru, sejak 1977 ketika pertama kali datang 
Jakarta.
  Belakangan baru tahu kalau mereka punya cabang yang dikelola sau-
  daranya di Pasar Pagi (area Jelakeng) dan di Daan Mogot, di ruko 
de-
  kat-dekat Indosiar situ. Katanya ada 2 lagi, satu di Muara Karang 
 (pa-
 
 .





[budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 Saya juga teguh menentang Negara Islam Indonesia.
 Tetapi sepanjang mereka berjuang secara demokratis dan tidak 
melanggar hukum dengan main kepruk apalagi main bom, mereka bukanlah 
 lawan saya, melainkan  teman saya dalam beradu pendapat.

*** Ini saya sering dengar, tetapi, kalau kita amati sejarah dunia, 
rezim diktator yang paling fasis, partai NSDAP yang dikepalai Hitler 
naik takhta secara SANGAT demokratis. Ini kesalahan kaum demokrat 
yang menganggap enteng mereka, dan biasa deh, cuek cuek bebek.

Pendukung idee negara Islam mencoba naik takhta dengan kekerasan, dan 
ini cukup lama dan makan banyak korban! Setelah gagal, mereka, 
terutama HTI, mencoba dengan jalan damai.

Rezim Mullah di Iran juga tak naik takhta dengan kekerasan. 
Sebaliknya, bung Karno naik takhta tidak dalam mekanisme demokratis 
bukan?

Lawan politik tetap lawan politik, yang beda hanya jalan untuk 
memperjuangkan cita cita. Lawan tak pernah menjadi kawan, kecuali 
menjadi sekutu berjuang, kalau ada lawan bersama.

---


 Bahkan yang berpendapat perlu Maluku Selatan Merdeka atau perlu 
Papua  Merdeka atau perlu Aceh Merdeka, juga bukan lawan saya, 
melainkan teman  dalam berbeda paham. Kalau Gus Dur bilang teman 
dalam berbeda sikap budaya. Begitulah masyarakat yang beradab.

** Bagi para nasionalist yang yakin akan mutlaknya sebuah negara 
kesatuan, para pendukung idee pemisahan negara TAK mungkin kawan. 
Hanya mereka tak perlu diperangi dengan kekuatan negara, selama 
mereka tak membuat onar. Diskusi? Apa yang mau didiskusikan dengan 
mereka? Gus Dur katakan berbeda dalam sikap budaya? Kalau begitu umat 
Islam sedunia jangan marah donhg, kalau Amerika menekan Palestina 
memenangkan Israil? Kan hanya beda dalam budaya?

Bagi banyak teman teman Muslim, para Zionist dan pendekar peng-
Kristenan (menurut istilah mereka) TAK mungkin menjadi kawan.

--
 
 Lihat saja apa yang terjadi dalam Wahl kemarin ditempat Nano-heng. 
Orang  bisa saja sebelumnya berbeda, satu pihak kiri satunya pihak 
kanan, lalu kemarin mereka bersatu dalam suatu koalisi, hari ini 
berpisah jadi kiri dan kanan lagi. No problem, beda paham, beda 
pendapat, tetapi tetap teman dan  bukan lawan.

*** ha ha ha. Tahukah Ahmad heng, kalau kabinet koalisi ini gagal, 
dan kini 2 tahun lebih pagi, musim gugur ini, sudah harus pemilihan 
lagi? TAK satupun program politik dapat mereka wujudkan. Jegal 
jegalan teru..
Nah, tetap di Austria nihh ya, gara gara bertambahnya kaum buruh 
migran asal negara Islam ke Austria, penduduk asli yang Katholik itu 
mulai kesal. Opini publik mulai bergeser kearah fasis. Lalu apa 
terjadi? melalui jalan demokratis, partai kecil Neo Nazi, yang TERANG 
TERANGAN mengusung idee Hitler, menjadi kekuatan keTIGA. FPOe. 
Setelah itu baru pada demokrat kaget setengah mati, dan dalam 
pemilihan berikutnya berhasil menekan kembali partai neo nazi ini.

Deokrasi TAK pernah menjadi jaminan, bahwa kekuatan ANTI demokrasi 
naik panggung. Marilah kita ber-hati2.


 Begitulah masyarakat yang beradab. Adab absolutisme Bismarck sudah 
di belakang kita.
 
 Wasalam.

*** Lhoo jangan keliru! Bismarck adalah BAPAK system sosial Jerman, 
pencipta idee asuransi sosial dan penemu instrument politik untuk 
meratakan kemakmuran. Di Indonesia sekarang puluhan tahun kemudian 
menjelma menjadi JAMSOSTEK, adalah idee beliau.

Inti pemikiran beliau, lawan adalah lawan, dan kawan adalah kawan 
akan teytap berlaku. Hanya siapa kawan siapa kawan bisa berubah 
sesuai dengan taktik perjuangan, tetapi idee yang berhadapan tak 
mungkin berjabat tangan. Anda dan saya dan kawan kawan segenerasi 
yang 2/3 hidupnya mengalami Cold War adalah saksi dimana seluruh 
dunia saling berhadapan! Tidak saja meriam, namun juga seni, 
diplomatik, perdagangan, short: the entire life environment!

Jerman Barat kala itu menegangkan hubungan dengan negara manapun, 
yang mengakui Jerman Timur. Juga RRT terhadap negara yang mengakui 
Taiwan.

Perdamaian adalah kata yang indah, juga persahabatan, tetapi selama 
hayat dikandung badan, sahabat selalu dibayangi musuh, damai 
dibayangi perang. Pernah baca novel War and Peace karya Leo Tolstoy 
bukan?. 

Tidak jauh dari Tanah Air kita, Philippina selatan masih dalam 
keadaan perang, juga Thailand selatan. Palestina, sejak awal tak 
pernah menghirup udara perdamaian. Kini Georgia didepan pintu Eropa..

C'est la vie

Salam realitas

Danardono






[budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 Seandainya kata Cina atau Cino dalam kalimat kalimat tersebut diganti
 dengan tionghoa 
 apakah Anda mendapat kesan lebih baik???
 
 
*** Ya!



Re: [budaya_tionghua] Re: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI == Uli

2008-09-29 Terurut Topik Liquid Yahoo
Ruwet itukan jaman dulu bu, waktu jaman kuda gigit besi, sekarang kalo 
masih diberlakukan apa masih etis?

SKKRI / K1 itu penting karena itu adalah Surat Ketetapan Kewarganegaraan 
Indonesia, tapi SBKRI itu untuk apa? Apa yang harus di Buktikan lagi kalo 
uda punya KTP?! Takut palsu, ya ditakutin aja semuanya, terus korbanin deh 
tuh para TiongHua yang nasioanalis

Nanti terus SBKRI juga takut dipalsuin terus bisa keluar surat yang 
harus di sahkan President, yaitu SBKBBWNKRI (Surat Bukti Kalau Bener-Bener 
Warga Negara Kesatuan Repuplik Indonesia)

Terus nanti takut di palsuin juga, hehehehehe



- Original Message - 
From: ulysee_me2 [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, 29 September, 2008 08:52
Subject: [budaya_tionghua] Re: Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI == 
Uli


 Hooh Kang. Bukannya gue pro dengan adanya SBKRI, ladang pungli itu.
 Gue juga sama kheksim nya. Tapi mikirin cengli aja lah, gue
 menganggap bahwa SBKRI itu muncul saking ruwetnya ngurusin Tionghoa
 Asing yang menurut ZFY waktu itu jumlahnya cukup signifikan.

 Bener, Engga beda sama Malaysia yang kelimpungan kebanjiran
 sama 'pendatang haram' yang jumlahnya signifikan sehingga jadi
 potensial masalah dalem negri, getoh khan?

 Bukan mendingan ngurusin WNI lebih banyak atau WNA lebih banyak, tapi
 lebih pada kejelasan STATUS HUKUM, ini orang diperlakukan sebagai WNI
 atau WNA? Atas dasar apa?
 Nah saat itu banyak yang statusnya nggak jelas, sebab dengan stelsel
 pasif tionghoa2 ini jadi WN Indonesia juga, jadi WN RRC juga.
 Kalau ada apa-apa, bingung, yang tanggung jawab Indonesia atau RRT?

 Untuk itu sampai perlu perjanjian dwi-kewarganegaraan Indonesia-RRT.
 yang tujuannya untuk menyelesaikan masalah dwi-kewarganegaraan ini
 dan jangan sampai kejadian lagi, caranya mending gimana, pasif, atau
 aktif, begetoh khan?

 Bedanya, yang waktu itu yang menolak yang harus aktif menolak nolak,
 sesudah taon 50, yang mau ngambil yang kudu aktif ambil ambil. dua
 duanya juga butuh aktif aktif kok, masalahnya siapa yang disuruh
 aktif aktif.

 Stelsel pasif memudahkan admin?? hihihi enggak juga tuuh, mau
 aktip mau pasif sama aja admin lieur. Yang beda, dengan stelsel pasif
 tionghoa2 yang nggak ngerti urusan banyak yang dobel
 kewarganegaraannya,
 dengan stelsel pasif, tionghoa2 yang nggak ngurus  banyak yang jadi
 stateless.

 Mendingan mana? ya nggak ada mendingnya, tetep aja kudu diurus,
 heheheh.

 Keamanan negara, kali maksudnya negara nggak mau direpotin sama
 pendatang haram itu kali, bukan keamanan dalam hal ribut ribut atau
 rusuh rusuh kali ya. Tanya aja ama yang ngomong, apa maksudnya tuh
 keamanan negara.





 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, gsuryana [EMAIL PROTECTED]
 wrote:


 http://indolobby.blogspot.com
   - Original Message - 

   Neng Uli yb,
   Alasan keamanan negara, ... dan oleh karena perlu dikeluarkan
 SBKRI, menurut saya juga satu alasan yang dibuat-buat. Coba pikirkan,
 demi keamanan negara, lebih baik ngurusin WNI lebih banyak atau
 ngurusin WNA lebih banyak? Orang ketika berhak dan diberi kebebasan
 memilih WNI atau WNA, yang jadi masalah yang satu stelsel pasif, akan
 lebih banyak TIonghoa jadi WNI. Sedang yang lain stelsel aktif, akan
 lebih banyak Tionghoa jadi asing atau stateless, karena mereka tidak
 ambil pusing dengan keharusan memilih untuk miliki SBKRI.

   Kalau yang stelsel pasif sesuai dengan UU No.3/1946, semua
 Tionghoa yang lahir di Indonesia serempak menjadi Bangsa Indodnesia,
 kecuali mereka yang menolak dengan gunakan hak repudiatie 2 X 2 tahun
 yang diberikan. Dan masalah kaewarganegaraan RI sudah dinyatakan
 selesai di tahun 50. Bagi mereka yang oleh bung Martin sekalipun
 dikatakan buuaaanyak yang ingin jadi WNA, ya bisa gunakanlah hak
 repudiatie itu untuk tetap jadi WNA. Dengan stelsel pasif demikian
 ini, tentu sangat memudahkan bagi admin pemerintah ketika itu yang
 masih terbelakang.

   Sebaliknya, setelah dirubah jadi stelsel aktif, TIonghoa baru
 menjadi WNI setelah menolak WN-Tiongkok dan sumpah setia pada RI
 didepan pengadilan, ... akan membuat lebih buuunyaaak Tionghoa
 seketika jadi asing atau diperlakukan stateless. Yang menjadi WNA
 tetap juga harus melapor dan dapatkan STDM (Surat Tanda Melapor Diri,
 pertahankan WN-Tiongkok), sedang bagi yang mau jadi WNI jadi lebih
 repot, harus lebih dahulu menolak WN-Tiongkok dan sumpah setia pada
 RI didepan Pengadilan Negeri untuk dapatkan SBKRI. Dan, ... kenyataan
 selama 1/2 abad ini telah menghantui banyak TIonghoa, sekalipun sudah
 3 X tidak diberlakukan tetap saja Tionghoa dirongrong SBKRI.
   +++

   Agar permasalahan SBKRI bisa dilihat dengan jernih, mau tidak mau
 kita harus melihat beberapa faktor.

   Sejak jaman Belanda tatacara ketatanegaraan sudah terbagi dalam
 beberapa kelompok ( rasialis dan diskriminasi ), hal ini tidak
 terjadi di Indonesia saja, sampai tahun 66 an seorang Bruce Lee
 merasakan diskriminasi di Amerika, 

[budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:

  
 Setuju sekali. 
 Tapi entah kenapa, di Indonesia ini sepertinya selalu pakai obat yang
 salah untuk sebuah penyakit. 
  
 misal, enggak senang dengan makian dasar Cina.
 maka yang ingin dihilangkan adalah kata Cina. 
  
 Misal lagi, enggak senang di-pungli sehubungan dengan surat SBKRI, 
 maka yang ingin dihilangkan adalah SBKRI nya. 
  
 Padahal yang jadi masalah adalah makiannya, dan pungli nya, 
 tapi yang dihilangkan kok yang lain lain? 
 Jangan tanya kenapa, gue juga masih bingung kenapa nya, hehehe. 
  
  
*** Hal ini mudah sekali dijawab. Mengenai istilah Cina itu, tentu saja 
yang harus dihilangkan, adalah keseluruhan, yakni makian dan istiklah 
itu sendiri yang memang pada umumnya dirasakan sebagai berkonotasi 
negatif. Mungkin ada perkecualian, yang sangat bangga dengan kata Cina. 
Tetapi SEMUA yang saya temui se-hari2, dan ini banyak lho, TAK satupun 
yang senang dengan kata Cina.

Masalah SBKRI itu juga mudah diatasi. Ikut saja contoh negara negara 
Eropa yang rata rata juga sangat multi budaya, dimana banyak bangsa 
bangsa yang di-natuiralisasikan (jauh lebih banyak daripada di 
Indonesia). Surat Bukti Kewarganegaraan, di Austria 
Staatsbuergerschaftsnachweis, dimiliki SETIAP orang, tak perduli yang 
sudah merasa asli dizaman Kristus dan Paulus, atau yang baru kemarin di-
naturalisasi. Setiap orang. Surat ini adalah dasar untuk membuat 
pasport atau dokumen lain untuk PERTAMA kali. Juga untuk perkawinan.

Tetapi, apabila orang lahir di Austria, misalnya, mendapat Akta 
Kelahiran, dimana dicantumkan kewarganegaraan, maka Akta kelahiran 
CUKUP menjadi pembuktian kewarganegaraan. Dokumen lain, adalah pasport.

Pemilik pasport Austria adalah AUTOMATIS warganegara Austria, tak perlu 
lagi tenteng tenteng Surat Bukti Kewarganegaraan.

Soal pungli, itu lain lagi. Pungli adalah MUSUH setiap warga, dan 
biasanya menghantam warga yang lemah atau dianggap mudah dipungli.
Juga si Paimin yang mau pergi ketempat lain, perlu Surat JALAN.

Kami, dalam memperpanjang pasport, baik di KBRI ataupun imigrasi 
Jakarta selalu membayar tarif resmi yang terpampang didinding.

Masalah yang anda sebut ini adalah masalah kita bersama, baik yang 
Tionghoa maupun Non Tionghoa.

Salam berbangsa

Danardono





[budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Huaaahahahahaha, 
  
 Sadar dong sadaaar, bangun donk bang, 
 ini milis BUDAYA disuruh ngomong sikap politik?
  
 Ya deh gue ngomong, kalau ZFY sih kayaknya pendukung PKC ,
 hihihihihihi 
 ( ini sih nuduh judulnya...wakakakaka)
  
 Makanya paling bagus, di milis budaya jangan boleh ngomong soal 
politik,
 weks !!
  
 
Ci Ul, dimana sih budaya mungkin dilepas dari bingkai politik? Di Eropa 
tidak, di Amerika tidak, dimanapun tidak.

Bung Karno pernah mendamprat musik rock'n roll sebagai budaya ngak ngik 
ngok, yang dimaksud budaya barat, alias Amerika, yang beliau (kala itu) 
musuhi. Ini buah politik.

Teman teman Muslim saat ini (bukan kemarin, kemarin doeloe atau doeloe 
lhoo), sedang menghantam bentuk bentuk budaya yang dianggap anti Islam, 
dalam bingkai RUU.

CSIS and the gang memojokkan budaya tradisonal Tionghoa juga dalam 
rangka politik. Bung Karno sering mengundang team seni tari dan musik 
dari Tiongkok (saya tahu pertama kali seni warga Uighur pertama kali) 
adalah 100% tindakan politik.

Umat Islam mengkritik keras Putri Indonesia berbikini ria juga soal 
budaya sekaligus politik.

Patung patung yang masih ada sekarang, Patung Petani, Patung di 
Pancoran dll, adalah sebuah ekspresi politik. Ini dibuat dizaman yang 
dinamakan seni sosialisme, yang banyak kita temui di Eropa timur, Korea 
utara, dan RRT maupun Vietnam.

Tugas kementrian budaya di Austria, Kultusministerium jelas jelas 
dirumuskan sebagai Kulturpolitik, politik budaya, nahhh? Dalam 
pembagian anggaran untuk mendukung seni budaya, pemerintah menjalankan 
politik. Pelarangan bentuk budaya seperti di Perancis, pelarangan 
jilbab (yang menurut saya juga bentuk budaya), adalah tindakan politis.

Memperingan atau memperketat praktek budaya Tionghoa di Indonesia, juga 
tindakan dan perumusan politik. mengizinkan stasiun TV menggunakan 
bahasa Tionghoa atau melarang juga tindakan politis.

bagaimana budaya mau nyelonong sendiri tanpa bingkai politik?

Salam politik budaya

Danardono






[budaya_tionghua] Beras Merah vs Beras Putih. (Was: Nasi Di Rumah Juga Banyak, Jeh!)

2008-09-29 Terurut Topik Ophoeng
Bung Dedy dan TTM semuah,

Hao, apakabar? Sudah makan (sahur)?

Terima kasih Bung Dedy sudah bertanya soal makan babai. 
Minggu ini nampaknya 'jatah' makan babai saya belum tiba.

Hahaha. anda sudah mencampur-adukkan basa Jawa Ci-
rebon dengan Jawa tengah (Solo, Semarang Yogya?) yakni:
jagong dingin, jagong dalam basa jawa bisa berarti 'duduk'
atau 'kondangan' - dijamu makan duduk, tapi kalau di Ce-
rebon, artinya cuma 'duduk' doang. Sedang 'dingin' artinya
'dulu' untuk basa Jawa Cerebonan. 

Jadi, bener, kalau orang Cerebon bilang 'jagong dingin',
maksudnya duduklah dulu, bukan berarti mesti akan di
suguhi makanan, lha cuma duduk ajah, jeh!

Bisa ajah Bung Dedy ya. Hahaha

Mengenai beras, kalau tak salah, tingkatannya adalah be-
ras soklat (warnanya) brown rice, yang paling murah, ini
adalah beras yang belum dislip, dipoles, masih mengan-
dungi kulit ari yang membungkus beras. Mestinya, beras
ini yang paling lengkap nutrisinya, sebab masih ada kulit 
arinya. Tapi, memang penampakan tampilannya agak-2
inferior sih, kesannya beras murahan. Juga, secara teknis
katanya sih ndak tahan lama, cepat busuk. Warnanya ti-
daklah soklat tua seperti permen coklat, cenderung ku-
ning kotor begitu-lah. Coba anda klik di google dengan
kata 'brown rice', mungkin anda akan dibawa ke wikipedia.

Beras putih (juga bening, crystal rice) itu yang sudah dipo-
les, dislip, dikupas kulit arinya sampai kinclong dan kadang
ada yang sampai semi transparan bak kristal. Mestinya ini
beras kurang kandungan nutrisinya, sebab kulit ari atau
disebut sebagai 'bran' (rice bran, oat bran untuk gandum)
itu banyak mengandung vitamin terutama golongan B. Ka-
tanya sangat ampuh untuk mencegah dan menyembuhkan
penyakit beri-beri, bahkan studi terakhir yang dilakukan
Dr. Liem di Bandung, katanya bekatul (istilahnya) sangat
bermanfaat untuk stamina, bahkan bisa jadi afrodisiak.

Ini tentu berita baik bagi kaum pria nih ya, jeh!

Beras merah dipercaya mengandung banyak serat dan nu-
trisi dibanding beras putih, itu sebabnya beras merah re-
latip lebih 'keras' dan seret ketika dimakan. Dipercaya ju-
ga kandungan nutrisi dan IG - Indeks Glikemik (indeks gu-
la yang dikandungnya) rendah, baik bagi para diabetasi.

Ada lagi jenis beras merah, yang konon lebih unggul lagi
dari beras merah, yakni beras hitam. Sebenarnya sih tidak
hitam-hitam amat, mirip beras ketan hitam gitu, cende-
rung ungu tua yang memang agak kehitaman.

Mengapa jadinya lebih mahal? Tentu saja karena adanya
keyakinan (katanya memang terbukti berdasarkan hasil
analisa) bahwa beras hitam dan beras merah lebih kaya
nutrisi dan serat, juga IG-nya rendah. Juga, ini yang pen-
ting, hasil produksi di pasar masih sedikit, jarang yang
menanamnya, jadi tentu saja hukum ekonomi berlaku.

Begitu sajah sih ya, kira-kira.
Kalau ada salah tolong dikoreksi, kalau kurang ditambahi.

Salam nasi merah cocol sambel terasi,
Ophoeng
BSD City, Tangerang



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hartantodedy [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

Hi Ophoeng sudah makan babai?
 
Mau nanya nih, dulu kayaknya orang kalau tidak mampu maknnya nasi
beras merah, koq sekarang beras merah lebih mahal dari beras putih.
Kenapa ke bolak-balik jeh?
 
Teman-teman kalau ditawarin jagong dingin sama Ophoeng-heng jangan
mau tetep laper.
 
Salam,
Dedy






Re: [budaya_tionghua] Budaya Tionghua VS Perkembangan Teknologi

2008-09-29 Terurut Topik liang u
Dik Ati, 

Mungkin anda sendiri kurang memahami apa yang disebut budaya Tionghoa, atau 
juga anda tidak membaca huruf-huruf raksasa yang ditampilkan bersama maknanya, 
dan tarian massal yang mencerminkan budaya.
Saya usul anda lebih banyak belajar lagi, daripada membuat kesimpulan yang 
menyimpang.
Salam
Liang U

--- On Mon, 9/29/08, Putih merpati [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Putih merpati [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Budaya Tionghua VS Perkembangan Teknologi
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, September 29, 2008, 1:26 PM











Hi teman-teman,

Pemikiran ini terlintas saat, melihat pembukaan olimpiade Beijing beberapa 
waktu lalu, sekilas terlihat kemegahan dari sebuah prosesi pembukaan yang 
wahnamun bicara dipandang dari nilai budaya Tionghoa yang ditampilkan 
sangat minim dan kurang mencerminkan kebesaran Budaya Tionghoa karena olimpiade 
diadakan di negara sumber Budaya Tionghoa yaitu negara  China maka semestinya 
begitu orang menyaksikan adalah kagum pada budaya  Tionghoanya yang kental dan 
memiliki kedalaman.

Dari situ terlihat kemunduran Budaya Tionghoanya namun banyak orang yang telah 
terkagum-kagum pada penggunaan teknologi dan cara presentasi ala Zhan Yi Mou 
sehingga tidak berpikir ke arah budayanya.

Apa teman-teman
 merasakannya.

Salam,

Ati






  
  




 

















  

RE: [budaya_tionghua] Fwd: Mengapa orang bisa ada relic dalam tubuhnya ?

2008-09-29 Terurut Topik Ulysee
Kemaren dulu  temen gue ngajakin lihat relic gigi Budha. 
Pnuh banget. 
Gue ikut ikutan tapi nggak tahu apa yang gue lihat, kayak fosil gitu,
gak ada bagusnya.
Dan gue juga nggak tahu apa istimewanya sih relic gigi? 
Nah ini sampe katanya ada yang rebutan?
 
RELIC itu apa sih??? 
 
Temen gue pernah berusaha menjelaskan sama gue, dari sudut pandangnya
sebagai budhism, 
gue menggut manggut aja, berusaha mengerti, 
dari secuplik yang gue dengar, ceritanya ya relic ini ceritanya istimewa
lah, hanya bisa dicapai oleh mereka yang suci. 
 
Dia cerita seorang santa (katolik) yang walaupun sudah mati, tapi
mayatnya utuh tidak membusuk, 
malahan menyebarkan bau harum mawar.  Gue gak tahu santa apa ini,
barangkali Robby atau Oom Nano tahu nih. 
 
Lalu dia cerita ada seorang bhiksu atau apa lah, pemimpin agama begitu, 
waktu meninggal tubuhnya di bakar, dari pembakarannya itu tersisa
'relic' 
semacam mutiara mutiara berwarna merah dan putih, 
katanya yang merah berasal dari darah, yang putih berasal dari tulang. 
 
Tyus gue tanya, mutiara nya bagus? bisa dijadikan perhiasan?
bisa dijadikan obat? bisa jadi jimat? atau apa???
tyus temen gue memandang gue as if gue ini tumbuh tanduk atau apa
sehingga gue gak berani nanya lagi, hihihihi. 
 
Sekarang gue mau tanya donk, RELIC itu gunanya apa kok sampai
diperebutkan???
 
 
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Hendri Irawan
Sent: Monday, September 29, 2008 12:07 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Fwd: Mengapa orang bisa ada relic dalam
tubuhnya ?



--- In HYPERLINK
mailto:Dharmajala%40yahoogroups.com[EMAIL PROTECTED],
ardian_c [EMAIL PROTECTED] wrote:

Agama Buddha memiliki satu hal yg dipercayai yaitu relic.

Kenapa relic itu timbul saya dapat penjelasan yg LAIN DARI SUDUT
BUDDHISME.

Konsep itu disebut neidan or pelatihan pil dalam yg mengkaitkan
manusia dgn 3 komponen utama yaitu jing qi dan shen. Jing itu intisari
tubuh or cairan tubuh, qi adalah energi dan shen adalah semangat or
pikiran.
Tubuh manusia jg terdiri dari 2 bagian utama yaitu hun dan po. 

Jing ataw cairan tubuh diperlukan supaya qi bisa mengalir dgn baik,
krn itu konsepnya lian jing hua qi or melatih jing biar qi mengalir
lancar. So syarat awalnya ya olahraga yg baik, gak selalu mesti
olahraga yg gila2an.
Darisitu belajar bernafas yg baik dan benar serta teratur, itu yg
dimaksud lian qi hua shen, melatih qi agar semangat menjadi baik.
Tahap selanjutnya melatih shen merealisasikan kesunyataan or disebut
lian shen hua xu.

olahraga dan pernafasan yg baik diperlukan buat mencapai kesunyataan,
dan menurut konsep aliran Danding, qi yg bersih dan lancar bisa
membantu mencapai kondisi tenang or samadhi ( ding ). Samadhi bisa
merawat semangat. Krn itu di aliran Danding dikenal prinsip xiushen
yangxing or melatih tubuh dan merawat perilaku.
Dan mrk yg meditasi dgn konsentrasi baik bisa membekukan jing or
cairan tubuh sehingga mengkristal dan itulah yg disebut DAN or pil.
Dan pil itu sebenarnya bisa dicairkan setiap saat ketika dibutuhkan
energi luar biasa, jadi menurut mrk, org yg sudah bisa melatih DAN
baik sengaja maupun tidak sengaja sebenarnya Qinya sudah tidak terukur
dan yg memancar adalah SEMANGAT YG BAIK. So itulah mungkin sebabnya
waktu jaman Buddha Gautama hidup itu gampang sekali mencapai
pencerahan. BTW tapi katanya pencerahan kok mrk pada rebutan relic ya?

Karena itu praktisi Neidan menganjurkan agar kalau mau meditasi
sebaiknya didekat mereka yg sudah kuat fondasinya sehingga moga2
pancaran energi dan pikiran mereka bisa membantu diri kita.

Sayangnya para praktisi neidan tidak ada yg dibakar dan jg belon ada
yg mencoba menggali kuburan mrk. Walau lage berkeliling di Wudang
ngeliat kuburan mereka bertebaran tapi rasanya gak ada yg berani
bongkar kuburan mrk.

BTW yg dimaksud neidan itu sebenernya udah ada di kitab Zhuang Zi bab
zhuowang dan jg jaman Zhou sdh ada praktek2 pelatihan seperti itu.

So kira2 ada gak penjelasan dari sudut Buddhisme ?

--- End forwarded message ---



 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM
 


RE: [budaya_tionghua] Budaya Tionghua VS Perkembangan Teknologi

2008-09-29 Terurut Topik Ulysee
Ati, mau tanya donk, 
Gue sih belon nonton itu pembukaan olimpiade, ntar liburan moga2 sempet
nih nonton DVD nya. 
 
tapi gue tertarik nih, bagian mananya dari pembukaan Olimpiade beijing, 
yang membuat Ati beranggapan bahwa nilai budaya tionghoa yang
ditampilkan sangat minim?
 
Waktu Ati menonton Pembukaan Olimpiade Beijing itu, Apa yang Ati
harapkan akan dilihat disana? 
 
(misalnya, temen gue berharap lihat pesilat yang beterbangan kayak di
pelem kungfu, dan dia kecewa karena nggak lihat pesilat satu pun,
hehehehe) 
 

-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Putih merpati
Sent: Monday, September 29, 2008 7:27 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Budaya Tionghua VS Perkembangan Teknologi





Hi teman-teman,

Pemikiran ini terlintas saat, melihat pembukaan olimpiade Beijing
beberapa waktu lalu, sekilas terlihat kemegahan dari sebuah prosesi
pembukaan yang wahnamun bicara dipandang dari nilai budaya Tionghoa
yang ditampilkan sangat minim dan kurang mencerminkan kebesaran Budaya
Tionghoa karena olimpiade diadakan di negara sumber Budaya Tionghoa
yaitu negara  China maka semestinya begitu orang menyaksikan adalah
kagum pada budaya  Tionghoanya yang kental dan memiliki kedalaman.

Dari situ terlihat kemunduran Budaya Tionghoanya namun banyak orang yang
telah terkagum-kagum pada penggunaan teknologi dan cara presentasi ala
Zhan Yi Mou sehingga tidak berpikir ke arah budayanya.

Apa teman-teman merasakannya.

Salam,

Ati






 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG.
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG. 
Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.7.5 - Release Date: 9/28/2008
12:00 AM
 


Re: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-29 Terurut Topik gsuryana
Message
Makanya paling bagus, di milis budaya jangan boleh ngomong soal politik, 
weks !!

Sekali kelompok pecinta budaya melupakan politik, maka pada saat itu juga 
lubang kuburan untuk budaya sudah digali.

Terlalu banyak bukti sejarah dimana budaya hilang terkubur karena tidak mau 
ber politik.

sur 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/



Re: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina == Edith

2008-09-29 Terurut Topik ChanCT
Mbak Edith yb,

Dunia dengan beragam bangsa dan bahasa memang aneh, dalam menyebutkan nama 
bangsa dan negara bisa berbeda-beda, ... tapi, bagi bangsa yang waras dan 
bersahabat tentunya bisa menerima dan menghormati permintaan bangsa dan negara 
itu ingin disebut apa. Tidak sebagaimana jenderal Soeharto baru berkuasa, 
ditahun 1967 berkeras kepala menyebutkan Cina pada Tiongkok, padahal sudah 
diajukan protes berulang kali.

Bagi Tionghoa di Indodnesia, sebutan Tiongkok dan Tionghoa sudah 
berlangsung sejak tahun 1900, terbeentuknya Tiong Hoa Hui Kwan (THHK), 
pejuang-pejuang Kemerdekaan RI, dari Kihajar Dewantoro, sampai Soekarno-Hatta, 
untuk menghormati kemenangaan Revolusi Nasionalis Sun Yat-Sen tahun 1911, juga 
sudah gunakan sebutan Tiongkok dan Tionghoa. Begitulah sejak hubungan 
diplomatik dengan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) tahun 1950, RI yang bersahabat 
secara resmi gunakan sebutan Tiongkok untuk negara, dan Tionghoa untuk bangsa, 
orang dan bahasa.

Baru setelah G30S, Soeharto merebut kekuasan dengan mengkarantinakan 
Presiden Soekarno, mengikuti politik AS yang memusuhi Tiongkok, ditingkatkan 
aksi anti-Tiongkok, yang dimulai dengan demo-demo di depan kedutaan RRT dan, 
... ditahun 67 dibuat keputusan presidium kabinet, mengganti sebutan 
Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA. Pihak Tiongkok berulang kali ajukan protes, 
tidak dipedulikan, bahkan politik anti-Tiongkok ditingkatkan menjadi hubungan 
diplomatik dibekukan.

Disaat perundingan pencairan hubungan diplomatik, akhir tahun 89, pihak 
Tiongkok tetap menginginan kembali gunakan sebutan Tiongkok/TIonghoa 
sebagaimana hubungan diplomatik tahun 50. Tapi, pihak Soeharto tetap berkeras 
ingin gunakan sebutan CINA. Akhirnya pihak pemerintah Tiongkok mengajukan 
kompromi, menggunakan sebutan China lasimnya bhs. Inggris, tetap tidak hendak 
disebut CINA. Dan ketika itu pihak pemerintah RI, juga menyetujui sebutan 
CHINA, dan bukan CINA.

Setelah begundal Soeharto lengser di tahun 98, presiden berikut, dari Gus 
Dur, Megawati sampai SBY, dalam pertemuan resmi dan Rapat didepan umum, sudah 
kembali gunakan sebutan Tiongkok/TIonghoa. Menunjukkan sikap bangsa Indonesia 
yang waras dan bersahabat, untuk menghormati bangsa Tionghoa yang sudah 
bersahabat dengan rakyat Indonesia.

Hanya saja, Presiden sebagai kepala negara tertinggi bisa maju selangkah 
lebih maju, mencabut dan membatalkan itu keputusan presidium Kabinet yang 
mengganti sebutan Tiongkok/TIonghoa menjadi CINA. Berani mengakui kesalahan 
pemerintah lama jaman Soeharto dan kembali secara resmi menggunakan sebutan 
Tiongkok/TIonghoa sebagaimana kehendak bangsa dan Pemerintah TIongkok. 
Mudah-mudahan begitu.

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: Edith Koesoemawiria 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, September 29, 2008 2:05 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina


  Dear Dr Irawan,

  kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya begitu?

  Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar dari China?

  Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan nama itu
  bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma macam2?

  salam, Edith


   Original-Nachricht 
   Datum: Mon, 29 Sep 2008 01:33:55 EDT
   Von: [EMAIL PROTECTED]
   An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   CC: [EMAIL PROTECTED]
   Betreff: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

   Rekan2 yb,

   Setidaknya sudah hampir sepekan ini VOA siaran text berbahasa Indonesia  
   sudah tidak menggunakan istilah Cina lagi, sejauh ini mereka sudah
   menggunakan  
   istilah Tiongkok setidaknya sampai dua kali penerbitan. 

   Saya pribadi sudah mengirim surat e-mail pernyataan terimakasih kepada  
   redaktur VOA berbahasa Indonesia sehubungan dengan ini.

   Perlu diketahui sejak 10 tahun yang lalu kami pernah melayangkan surat  
   kepada VOA berbahasa Indonesia memohon agar tidak menggunakan kata Cina
   pada  
   redaksinya, karena itu mungkin bisa menyinggung perasaan sebagian  
   pembaca/pendengar. . Berkali saya kirimkan surat email ke VOA mengenai
   masalah  ini, sampai 
   bosan rasanya tetap tidak ada respon. Namun entah ada angin apa  yang
   terjadi 
   secara sekonyong-konyong VOA dalam sepekan ini menggunakan kata  Tiongkok
   untuk 
   istilah negara RRT. 

   Sekurangnya sudah 8 tahun seluruh publikasi media cetak di Amerika  Utara 
   telah menggunakan istilah Tionghoa untuk etnisnya , budayanya , 
   Tiongkok 
   untuk negaranya (RRT) , dan Mandarin untuk  bahasanya. Sedangkan
   Indonesia 
   Media majalah dwimingguan untuk Amerika  Utara sejak penerbitannya 10
   tahun yang 
   lalu sejak awal memang tidak menggunakan  kata Cina  Menurut
   pertimbangan 
   kami kalau orang membaca  istilah Tionghoa , Tiongkok, RRT atau Mandarin
   tidak 
   ada yang merasa  tersinggung perasaannya. Tapi kalau menggunakan 

[budaya_tionghua] Re: Fwd: Mengapa orang bisa ada relic dalam tubuhnya ?

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kemaren dulu  temen gue ngajakin lihat relic gigi Budha. 
 Pnuh banget.  Gue ikut ikutan tapi nggak tahu apa yang 
gue lihat, kayak fosil gitu, gak ada bagusnya. Dan gue juga nggak tahu 
apa istimewanya sih relic gigi?  Nah ini sampe katanya ada yang rebutan?
  
 RELIC itu apa sih??? 

deleted---
Dia cerita seorang santa (katolik) yang walaupun sudah mati, tapi 
mayatnya utuh tidak membusuk, 
malahan menyebarkan bau harum mawar.  Gue gak tahu santa apa ini, 
barangkali Robby atau Oom Nano tahu nih. 

--deleted--

 Kalau Santa saya nggak pernah ketemu, saya hanya punya Fanta, 
dibotol.

Di Vienna buanyakkk sekali relik. Ada yang potongan tulang, gigi, ada 
yang komuni, biasanya disimpan disebuah kotak berkaca, biasanya bulat.

Mayat bisa berbau mawar kalau obat kimianya beraroma mawar, kalau 
beraroma vanilli yan bau vanilli. Saya lebih suka ice cream beraroma 
vanilli...

By the way, yang betul adalah reliqui.

Kalau fossil lain lagi, ci Ul! Mayat gajah yang ribuan tahun terbenam 
ditanah, lalu jadi batu, itu fossil. kalau anda simpan batu dihalaman, 
nanti akan jadi berlian. kalau tanam kerang jadi minyak.

Kalau anggap tubuh Buddha bisa jadi keramat sih monggo saja. Namanya 
juga percaya.

kalau ci Ul masih pemula, mulai saja dengan panggil jaelangkung

salam

Danardono








[budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
Begitulah Kang Sur.

Dalam film film dokumenter zaman Nazi di Austria, saya lihat banyak 
berita mengenai sikap para elitair Yahudi di Jerman, Austria, Perancis, 
Belanda, Polandia yang bersikap demikian: Jangan ikut ikut poltik 
deh. Mereka adalah dokter, insinyur, seniman ternama, gurubesar, 
pengacara kondang. Mereka tak gunakan suara mereka untuk menghadang 
lajunya sang Hitler. Shortly: buang muka.

Akibatnya?

Mereka semua dijemput Gestapo dirumah, suruh bawa koper, anak dipisah 
dari ayah. Langsung dimuat digerbong barang masuk kamp konsentrasi. 
Mula mula kerja paksa, ujung ujungnya kamar gas.

Di Vienna ada jalan dikelurahan dua (Prater), dimana dimuka pintu 
masuk, di kakilima dipasang papan dari tembaga, bertuliskan nama mereka 
yang dijemput, tanggal berapa, dan matinya di kamp konsentrasi mana. 
Semua warga yang manis manis, selalu berkata monggo.

Mereka yang bertempur dibawah tanah, ada yang mati digantung, tapi 
kebanyakan selamat. Mereka membentuk pasukan Hagannah yang terkenal itu.

Sejarah adalah guru yang sabar. kalau didengar. Tak mau gubris? Ya 
monggo? Pilihan masing masing kan?

salam

danardono





--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, gsuryana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Message
 Makanya paling bagus, di milis budaya jangan boleh ngomong soal 
politik, 
 weks !!
 
 Sekali kelompok pecinta budaya melupakan politik, maka pada saat itu 
juga 
 lubang kuburan untuk budaya sudah digali.
 
 Terlalu banyak bukti sejarah dimana budaya hilang terkubur karena 
tidak mau 
 ber politik.
 
 sur





[budaya_tionghua] Mempolitikkan Diskusi - diskusi politik

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
Begitulah. 

Wadah budaya dalam milis ini cukup luas, tidak dimengerti dalam 
dimensi sempit. Ini kan Milis Budaya Tionghoa, bukan Milis Barongsay.

Budaya selalu ditumpu oleh faset faset kehidupan bermasyarakat. 
Politik di Bali langsung terkait dengan budaya di Bali, demikian pula 
tindakan tindakan politis di Aceh Darussalam, yang 100% terkait 
dengan budaya keIslaman mereka. Disana dikenalkan intrument 
hukum, qanun, yang tak dikenal ditempat lain. Mengapa? Karena beda 
budaya.

Semua aspek, yang pernah atau sedang terkait dengan budaya Tionghoa 
kita bahas disini. Karena banyak sekali generasi muda, yang tak 
mengalami episode politis dimasa lalu, yang dampaknya terasa 
sekarang, kita gambarkan lagi, apa yang terjadi kala itu.

Bahwa beberapa tak tertarik atau tak faham masalah politis, itu 
biasa. Demikian juga thema makanan. Ritual, dan sebagainya. Kita 
tanggapi thema yang kita anggap relevan bagi kita (selalu subyektif), 
atau kita yakin ada kontribusi info yang dapat kita berikan. yang 
lain ya kita lewatkan.

Mengenai thread, sempit atau tidak, dapat dimodifikasi, apabila thema 
yang dibahas tidak lagi sesuai dengan thread awal, namun menjadi sub 
topic. Mungkin kita layak tandai dengan panah (===). Memang sering 
yang ditanggapi adalah sepotong statement atau kalimat, namun bukan 
topic utama, ini OK OK saja.

Dalam setiap milis kita dapat temui kawan bahkan sahabat, saya banyak 
yang bertemu dalam kopdar. Suhu suhu budaya Tionghoa saya kenali 
pribadi lewat milis ini. Tetapi, dalam milis kita mungkin juga kenali 
lawan, itupun OK OK saja. Asal kita tahu. Antara lawan dan sahabat 
ada banyak nuansa, dari partner diskusi sampai teman lewat ha ha ha.

Tetapi, merasa harus mendeklarasikan pro atau anti sebuah posisi juga 
tak perlu. Yang makan babi boleh diskusi mengenai resep lezat lezat, 
yang tak makan babi tak perlu merasa dikucilkan, atau harus 
menyatakan anti.

Yang memposisikan diri juga OK OK saja. 

Misalnya banyak miliser di milis lain, yang menyatakan yang percaya 
ada manusia yang dijadikan Tuhan adalah berdosa. Ini OK OK saja, 
tapi pasti TAK mungkin menjadi kawan dari mereka yang menganut idee 
Trinitas. Umat Muslim mainstream juga jarang menganggap diri sahabat 
daripada umat Ahmadyah, kecuali yang sangat toleran. Ini juga OK OK 
saja.

Yang memposisikan diri sebagai sahabat semua mahkluk ya OK OK saja. 
Seperti contoh saya dengan para kafilah Arab yang menonton 
pertempuran antar tank, antara Korps Afrikanya jendral Erwin Rommel 
dari Jerman dan Korps Rubah Gurun dari Inggris dibawah komando 
jendral Montgomery. Orang Arab penonton ini sekedar kebagian peluru 
meriam dari kedua pihak, jadi kalau kelenger ya tak jelas siapa yang 
lempar peluru. Lha gak ada against gak ada for ha ha ha.

Demokrasi itu indah, tetapi jangan lupa, demokrasi sering dihancurkan 
oleh kekuatan anti demokrasi yang naik penggung via proses 
demokratis. Demokrasi berarti toleransi, tapi tidak selalu berarti 
menerima semua. RUU Pornografi, misalnya, ditentang mati2an oleh 
banyak daerah, terutama Bali, Jogyakarta dan Sulawesi utara, juga 
para seniman. Tetapi, jangan terkejut, kalau RUU ini menjadi UU, 
karena memang demikian aturan main demokrasi.

Kalau demokrasi ini suatu ketika menjadikan Indonesia menjadi negara 
Mullah, ya OK OK saja, tetapi jangan heran kalau banyak warga yang 
harus pindah negara. Atau daerah yang memisahkan diri. Ini juga OK OK 
saja. Pemerintah Thailand memilih mengirim pasukan ke selatan. Sebab 
diskusi sudah mentok.

salam

danardono















--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dipodipo [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Benar Zhou heng, digroup ini thread bisa membicarakan kebijakan pak
 Harto, kemudian tukar menukar alamat restoran, lalu komunisme, balik
 lagi ke restoran. Tetapi kalau memang anggota milis ini setuju 
dengan
 sistim seperti itu ya tidak apa. Yang menjadi masalah, judul thread
 itu terbatas, sehingga sering terpotong. Pada keadaan demikian 
bebrapa
 orang masih membicarakan kebijakan pak Harto, beberapa membicarakan
 anak buah pak Harto, beberapa membicarakan kolesterol :).
 
 Salam
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou zhoufy@ wrote:
 
  Dalam menanggapi masalah utama, banyak anggota disini yang membuat
 analisa dan pernyataan2  sampiran sebagai bahan berargumentasi, 
apakah
 Pak ABS tak pernah menanggapi potongan2 kalimat tersebut sebagai
 sebuah topik baru yang lepas dari konteks pembicaraan awal?
 
  Cukup sering kok! Dan ini sah2 saja, karena dalam hal ini kita
 kebetulan tak memasalahkan poiint utama yang dibahas(alias 
sepakat),.
 yang tidak sepakat justru salah satu bagian dari argumentnya.
 
  Misalnya kita sedang membahas orang bisa sakit jantung karena
 kolestrol, lalu dalam salah satu contoh saya menyebut satu nama yang
 mati karena sakit jantung. padahal anda tahu orang itu mati karena
 penyakit lever, bisa saja anda bebantahan dng saya mengenai sebab
 kematian orang tsb, tanpa meributkan apakah teori saya tentang
 penyebab sakit 

[budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina == Edith

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
Begitulah jalannya sejarah, Chan heng!

Kalau para pembenci kelompok Tionghoa dan Tiongkok memaksakan istilah 
Cina, kita mengerti, tetapi kalau putra putri Tionghoa sendiri 
menganjurkan pemakaian kata Cina, saya belum mampu mengerti. Apa saya 
yang terlalu bodoh?

Salam sejarah

Danardono




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ChanCT [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mbak Edith yb,
 
 Dunia dengan beragam bangsa dan bahasa memang aneh, dalam 
menyebutkan nama bangsa dan negara bisa berbeda-beda, ... tapi, bagi 
bangsa yang waras dan bersahabat tentunya bisa menerima dan 
menghormati permintaan bangsa dan negara itu ingin disebut apa. Tidak 
sebagaimana jenderal Soeharto baru berkuasa, ditahun 1967 berkeras 
kepala menyebutkan Cina pada Tiongkok, padahal sudah diajukan protes 
berulang kali.
 
 Bagi Tionghoa di Indodnesia, sebutan Tiongkok dan Tionghoa 
sudah berlangsung sejak tahun 1900, terbeentuknya Tiong Hoa Hui Kwan 
(THHK), pejuang-pejuang Kemerdekaan RI, dari Kihajar Dewantoro, 
sampai Soekarno-Hatta, untuk menghormati kemenangaan Revolusi 
Nasionalis Sun Yat-Sen tahun 1911, juga sudah gunakan sebutan 
Tiongkok dan Tionghoa. Begitulah sejak hubungan diplomatik dengan RRT 
(Republik Rakyat Tiongkok) tahun 1950, RI yang bersahabat secara 
resmi gunakan sebutan Tiongkok untuk negara, dan Tionghoa untuk 
bangsa, orang dan bahasa.
 
 Baru setelah G30S, Soeharto merebut kekuasan dengan 
mengkarantinakan Presiden Soekarno, mengikuti politik AS yang 
memusuhi Tiongkok, ditingkatkan aksi anti-Tiongkok, yang dimulai 
dengan demo-demo di depan kedutaan RRT dan, ... ditahun 67 dibuat 
keputusan presidium kabinet, mengganti sebutan Tiongkok/Tionghoa 
menjadi CINA. Pihak Tiongkok berulang kali ajukan protes, tidak 
dipedulikan, bahkan politik anti-Tiongkok ditingkatkan menjadi 
hubungan diplomatik dibekukan.
 
 Disaat perundingan pencairan hubungan diplomatik, akhir tahun 
89, pihak Tiongkok tetap menginginan kembali gunakan sebutan 
Tiongkok/TIonghoa sebagaimana hubungan diplomatik tahun 50. Tapi, 
pihak Soeharto tetap berkeras ingin gunakan sebutan CINA. Akhirnya 
pihak pemerintah Tiongkok mengajukan kompromi, menggunakan sebutan 
China lasimnya bhs. Inggris, tetap tidak hendak disebut CINA. Dan 
ketika itu pihak pemerintah RI, juga menyetujui sebutan CHINA, dan 
bukan CINA.
 
 Setelah begundal Soeharto lengser di tahun 98, presiden 
berikut, dari Gus Dur, Megawati sampai SBY, dalam pertemuan resmi dan 
Rapat didepan umum, sudah kembali gunakan sebutan Tiongkok/TIonghoa. 
Menunjukkan sikap bangsa Indonesia yang waras dan bersahabat, untuk 
menghormati bangsa Tionghoa yang sudah bersahabat dengan rakyat 
Indonesia.
 
 Hanya saja, Presiden sebagai kepala negara tertinggi bisa maju 
selangkah lebih maju, mencabut dan membatalkan itu keputusan 
presidium Kabinet yang mengganti sebutan Tiongkok/TIonghoa menjadi 
CINA. Berani mengakui kesalahan pemerintah lama jaman Soeharto dan 
kembali secara resmi menggunakan sebutan Tiongkok/TIonghoa 
sebagaimana kehendak bangsa dan Pemerintah TIongkok. Mudah-mudahan 
begitu.
 
 Salam,
 ChanCT
 
   - Original Message - 
   From: Edith Koesoemawiria 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   Sent: Monday, September 29, 2008 2:05 PM
   Subject: Re: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata 
Cina
 
 
   Dear Dr Irawan,
 
   kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya 
begitu?
 
   Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang 
keluar dari China?
 
   Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan 
nama itu
   bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma 
macam2?
 
   salam, Edith
 
 
    Original-Nachricht 
Datum: Mon, 29 Sep 2008 01:33:55 EDT
Von: [EMAIL PROTECTED]
An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
CC: [EMAIL PROTECTED]
Betreff: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina
 
Rekan2 yb,
 
Setidaknya sudah hampir sepekan ini VOA siaran text berbahasa 
Indonesia  
sudah tidak menggunakan istilah Cina lagi, sejauh ini mereka 
sudah
menggunakan  
istilah Tiongkok setidaknya sampai dua kali penerbitan. 
 
Saya pribadi sudah mengirim surat e-mail pernyataan terimakasih 
kepada  
redaktur VOA berbahasa Indonesia sehubungan dengan ini.
 
Perlu diketahui sejak 10 tahun yang lalu kami pernah 
melayangkan surat  
kepada VOA berbahasa Indonesia memohon agar tidak menggunakan 
kata Cina
pada  
redaksinya, karena itu mungkin bisa menyinggung perasaan 
sebagian  
pembaca/pendengar. . Berkali saya kirimkan surat email ke VOA 
mengenai
masalah  ini, sampai 
bosan rasanya tetap tidak ada respon. Namun entah ada angin 
apa  yang
terjadi 
secara sekonyong-konyong VOA dalam sepekan ini menggunakan 
kata  Tiongkok
untuk 
istilah negara RRT. 
 
Sekurangnya sudah 8 tahun seluruh publikasi media cetak di 
Amerika  Utara 
telah menggunakan istilah 

[budaya_tionghua] Re: Belajar Makan Bakmi Tanpa Nasi di Medan

2008-09-29 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bung Dipodipo dan TTM semuah,
 
 Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?

 Waktu satu pabrik mie instant mau mengembangkan rasa mie
instantnya (waktu itu namanya mie instant adalah mie berkuah),
dalam diskusi, kebetulan saya terlibat, saya usulkan membuat
mie goreng ala jawa yang cuma berkecap dan berbumbu saja.
Rupanya usul itu ditanggapi serius dan dicoba, ternyata 'rasa'
mie goreng dalam bentuk mie instant sekarang populer sekali.
deleted---

*** karena saya sangat suka makan, dan tak mau selalu ke resto, maka 
saya kembangkan resp pribadi ha ha. Ini juga untuk menghindari makan 
Monosodium Glutamate.

Kalau saya mau buat mie goreng, maka saya goreng dulu ayam atau 
samcan dengan minyak yang no kolesterol. Saya masukkan bawang merah 
(disni bawang Bombay), bawang putih. Lalu saya rebus mie, yang enak 
mie basah. Lalu saya masukkan kedalam gorengan ayam atau daging tadi, 
saya aduk. Baru saya campur kecap asin, atau minayk ikan (anchovy 
sauce), dan finally sayur, kailan atau sawi hijau. kailan disini 
mahal atuhh. taburi bawang goreng kering. Bumbu mie instant itu tak 
saya pakai. Gak pakai garam, hanya merica.

Salam

Danardono







[budaya_tionghua] Re: Tahu Makannya Doang, Jeh! (Was: Belajar Makan Bakmi Tanpa Nasi di Medan)

2008-09-29 Terurut Topik dipodipo
Kemarin dulu saya baru makan burung dara goreng di Siauw A Ciap yg di
Gajah Mada. Jam 3 sore sepi, hanya saya sendiri pengunjungnya. Tapi
masih enak kok. Kalau Central saya menurut saya rasanya agak lain
dengan Siauw A Ciap, meskipun enak juga.

Menjadi pertanyaan, mengapa tempat2 seperti Siauw A Ciap, dan
sepertinya Tung Kong, menjadi sepi sedangakan makananya masih enak,
menurut saya. Apakah karena selera sekarang sudah berubah, atau ada ha
lain ?

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, danarhadi2000
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Restaurant Trio??? Iyalah!
 
 Lha wong saya ajak makan pacar saya doeloe tahun 60an (yang kini jadi 
 istri) di resto itu. Duit pas pasan tapi petetang petetng ha ha ha
 
 Diawal 60an kalau ayah almarhum traktir kami sekeluarga makan, 
 kebanyakan di Tung Kong, yang lalu dalam rangka indonesiasi dijadikan 
 Tjahaja Kota (baca Cahaya Kota).
 
 Tung Kong ini waktoe itoe sudah top topnya. Sekarang Siauw A Ciap 
 kali ya? atau A Mien di Cipanas? Resto Central di Tomang juga OK.
 
 Salam nostalgia
 
 Danardono
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou zhoufy@ wrote:
 
  Bagi yang senang bernostalgia, mungkin Restaurant Trio di jalan 
 gondangdiah Menteng perlu dikunjungi. Mungkin Pak Danar sudah pernah 
 kenal?
   
  ZFy
  
  
  
  - Original Message 
  From: danarhadi2000 danarhadi2000@
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Monday, September 29, 2008 7:35:53 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Tahu Makannya Doang, Jeh! (Was: 
 Belajar Makan Bakmi Tanpa Nasi di Medan)
  
  
  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Ophoeng ophoeng@  
 wrote:
  
   Bung Yongde dan TTM semuah,
   -- deleted- -
  
   Back to bak-mie.
   Saya baru tahu kalau Bakmi Tiong-sim itu asalanya dari 
 kata 'tengah
   hati, saya kira itu cuma nama merek dagang atau nama boss-nya aja.
   Rupanya ada filsafat di balik bakmi Tiong-sim.
   
   Saya cuma tahu bakmi berdasarkan yang dagangnya ajah, bakmi Me-
   dan misalnya, saya berlangganan yang di Krekot itu (masuk gang) 
 de-
   kat Metro Pasar Baru, sejak 1977 ketika pertama kali datang 
 Jakarta.
   Belakangan baru tahu kalau mereka punya cabang yang dikelola sau-
   daranya di Pasar Pagi (area Jelakeng) dan di Daan Mogot, di ruko 
 de-
   kat-dekat Indosiar situ. Katanya ada 2 lagi, satu di Muara Karang 
  (pa-
  
  .
 





Re: [budaya_tionghua] Resto Jadul Masih Bertahan. (Was: Tahu Makannya Doang, Jeh!)

2008-09-29 Terurut Topik Fy Zhou
Mas Op, orang kan minatnya beda2, saya memang bukan orang yang Hobby makan. 
Makan bagi saya hanyalah untuk menyambung hidup. Bagi saya, tak ada bedanya 
makanan biasa dan makanan enak, semua bisa saya makan. saya hanya bisa 
membedakan makanan biasa dan makanan yang tidak bisa dimakan saking parahnya. 
kalau ada yang ngajak makan tanya mau makan apa, jawabnya adalah sembarang.. 
Tak ada minat khusus terhadap makanan tertentu, tapi justru ada makanan2 jenis 
tertentu yang benar2 tidak suka. maka kalau ditanya apa yang suka sulit, kalau 
yang tdk suka jauh lebih gampang.
 
Saya menyebut Restaurant Trio terutama berkaitan dengan Tempat, bukan menu 
makanannya, karena saya lebih snang menikmati suasana restaurant dibanding 
makanannya. makanya suka mencoba resto2 yang baru buka. Apalagi Resto2 gaya 
lama yang menyimpan kenangan lama, sering menarik minat saya, meski makanannya 
sering  hanya biasa2 saja. Contoh satu lagi adalah cafe Ragusa di jl Veteran. 
masih bertahan dng gaya lama. meski es creamnya sebenarnya sangat kasar dan 
harganya sudah  tidak murah lagi.
 
Tak usah terusik oleh orang dng minat berbeda seperti saya, silahkan berpesta 
lidah. anda mau berpanjang2 ya tak perlu sungkan, jika tahu yang dibicarakan 
melulu menu makanan kan saya tk perlu menyimak tulisan anda kan ? yang 
mengganggu justru saat anda mau bicara yang lain, di depannya setelah 
diawali dng sudah makan belum, dibumbui dulu dng ocehan2 tentang makanana, baru 
menginjak ke Topik sebenarnya. ini membuat tulisan anda sering terlewat.  



- Original Message 
From: Ophoeng [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 30, 2008 12:51:35 AM
Subject: [budaya_tionghua] Resto Jadul Masih Bertahan. (Was: Tahu Makannya 
Doang, Jeh!)


Bung ABS, Bung Fy Zhou dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?

Terima kasih atas respon anda berdua, terutama Bung Fy Zhou yang 
bilang bukan minatnya terhadap makanan, tapi tetap mau urun rem-
bug ungkapkan ttg resto jadul di Godila - Gondangdia Lama ini. Sa-
ya sangat menghargai respon anda ini, sebab walau ndak minat tapi
tetep ikut bicara. 

Kalau boleh saya ikutan nimbrung lagi nih ya...

Saya baru tahu kalau dulu-dulunya Toeng Kwong atawa Tjahaja Kota 
itu berlokasi di deket bunderan Patung Tani, dan namanya dulu Kra-
mat Bunder. Memang asyik kalau baca cerita jaman dulu, serasa kita 
masuk ke lorong dimensi waktu dan ruang dan tempat lama. Walau 
sesudahnya, saya suka merasa pusing ketika balik ke masa sekarang, 
tapi tetep sajah asyik sekali mengarungi waktu flash back gitu, jeh!

Trio memang enak-enak makanan-nya, menunya ya itu-itu saja. Sa-
king seringnya anda makan di situ, bisa hapal semua menu yang 'ku-
no' dan khasnya. Katanya dulu Trio didirikan oleh tiga orang sahabat, 
saya pernah baca entah di mana. Lalu 2 orang sahabatnya menyerah-
kan ke yang sekarang, untuk terus dikelolanya. Tapi juga ndak jelas 
kenapa yang 2 tidak lagi berminat meneruskan kongsinya.

Huzaren sla dan ayam nanking, juga gohiong Trio-nya enak sekali.

Yang unik lagi, waktu seolah berhenti berputar di Trio. background 
musiknya masih lagu-lagu lama jaman Patty Sisters, itu kira-kira ta-
hun 1960-an akhir ya?

Resto Trio dan Tjahaja Kota (d/h Toeng Kwong) dua-duanya bisa 
terima catering di tempat anda, lengkap peralatan dan orang yang
melayaninya.. Dengan order minimal sejumlah tertentu. Waktu saya
masih ngantor di Cikini, suka pesen mereka untuk makan rame-2
di kantor bersama teman-teman termasuk para bule expat-nya.

Resto di sebelahnya yang 'bersaudara' , mungkin yang Bung ABS mak-
sud adalah Paramount ya? Agak jauh sekarang lokasinya. Menunya 
memang agak-agak mirip, tapi saya tetap lebih suka makan di Trio,
walau panas tanpa AC, dan dikerubungi tukang ngamen dan tukang 
semir dan tukang majalah. Paramount banyak yang sewa untuk pes-
ta pernikahan. Tempatnya memang luas dan bertingkat plus AC.

Resto Toeng Kwong benar menunya hampir sama-sama jadul, tapi 
lebih ke arah Chinese food condongnya, sementara Trio lebih banyak
condong ke menu 'peranakan'( ?) yang ada pengaruh Belanda-nya. 
Harga masih lebih murah di Trio, walau sekarang Trio tidak bisa di-
golongkan sebagai resto dengan harga murah lagi.

Yang jadul juga, mungkin bisa disebut Tan Goei di Menteng. Atau ka-
lau mau bergaya sederhana mirip Trio, ada satu di kawasan Senen. Ma-
suk jalan kecil, namanya A-nam (atau Paknam, lupa lagi). Kuno banget 
dan menunya tidak banyak. Spesial mereka adalah pangsit masak (lu-
pa nama persisnya). Patut dicoba punya, sebab tidak ada resto yang 
menyediakan menu begitu.

Siauw A Tjiap juga mungkin bisa digolongkan jadul. Spesialnya tentu 
saja belut cah fumak. Yang otentik kayaknya yang di Pintu Besar Se-
latan. Pernah buka di BSD tapi pas BSD belum berkembang, jadi su-
dah tutup lagi digantikan Resto Padang. Padahal sekarang BSD (sori,
nyambung BSD lagi ya) banyak dikepung resto-resto di mana-mana.

Waktu Glodok Plaza belum dibangun, dulu di kawasan Pinangsia situ,
yang