Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Saya heran, anda ini menanggapi siapa? tulisan saya tak ada urusan dng maling! Tentang pemberangusan, anda coba simak pembicaraan di millis ini sedari awal! awalnya anggota2 di sini mengungkap masalah2 pemberangusan tidak secara khusus, umumnya memaparkan fakta2 pemberangusan sekedar sebagai ilustrasi saat membahas hal2 lain. Tapi anehnya fakta yang diungkap sambil lalu ini selalu saja ada yang membantah dan mempemasalahkan kebenarannya! maka akhirnya masalah pemberangusan ini menjadi diskusi yang tak berkesudahan! selama ada yang membantah, pasti ada yang coba meyakinkan kembali, jika semua sudah sepakat dng fakta pemberangusan, apa masih ada yang mau me-ngulang2 bicara hal yang sama? Jadi, sebenarnya siapa yang memperbesar masalah? Bagaimana jika setiap anda menyinggung tentang gereja yang dibakar, seperti tulisan anda di bawah ini, selalu ada anggota millis yang menyangkal adanya fakta itu? apakah anda bungkam saja? jika anda menjawab kembali, apakah itu berarti anda telah membesar2kan masalah? Salam akal sehat ZFy --- On Wed, 10/15/08, Dada <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Dada <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 15, 2008, 2:37 PM Duh ini sudah mengarah pada ad hominem , ad credo et cetera Saya rasa sifat sinis dan saling sinis ini gak banyak faedahnya apalagi yg sarkas sampai bilang kristen dan katolik sebagai maling .karena toh sebagian tionghoa beragama kristen dan nasrani jadi apa mau di excludekan terus menerus? Bicara pemberangusan , kami juga tidak pernah terus membesar2kan pembom2an terhadap gereja misalkan jadi apa mau jd perdebatan ala suneo ? --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah pemberangusan budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak ubahnya seperti kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang penderitaan Yesus di kayu salib juga bisa ngurusin sekolah. > > Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2 nyata di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini? > > > Salam, > ZFy > > > > > > > --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > > From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] > > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM > > > > > > > > > > > > > > > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia. > > Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan? > > Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh. Jadi itulah kerja saya. Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan dendam terus saja itu hak anda. > Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat. Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya. Salam, Tan Lookay > > > > > > > 2 > > > > > > > > -- > Best regards, Tantono Subagyo >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Duh ini sudah mengarah pada ad hominem , ad credo et cetera Saya rasa sifat sinis dan saling sinis ini gak banyak faedahnya apalagi yg sarkas sampai bilang kristen dan katolik sebagai maling karena toh sebagian tionghoa beragama kristen dan nasrani jadi apa mau di excludekan terus menerus? Bicara pemberangusan , kami juga tidak pernah terus membesar2kan pembom2an terhadap gereja misalkan jadi apa mau jd perdebatan ala suneo ? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah pemberangusan budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak ubahnya seperti kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang penderitaan Yesus di kayu salib juga bisa ngurusin sekolah. > > Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2 nyata di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini? > > > Salam, > ZFy > > > > > > > --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM > > > > > > > > > > > > > > > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia. > > Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan? > > Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh. Jadi itulah kerja saya. Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan dendam terus saja itu hak anda. > Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat. Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya. Salam, Tan Lookay > > > > > > > 2 > > > > > > > > -- > Best regards, Tantono Subagyo >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
reductio ab absurdum aduh pak , doa itu gak sesederhana itu .. doa itu buat dunia ini , buat bangsa dan tanah air (otomatis yang tidak seiman juga turut di didoakan) , buat provinsi klo ada , buat kota kita klo ada , buat keluarga besar , buat saudara , buat orang lain , buat teman , buat diri sendiri . dalam berbagai tingkatan , doa sudah lintas etnis ,agama , lintas suku , kadang lintas bangsa .mengingat pasangan , saudara , saudara sebangsa , dan sesama warga dunia itu berlainan suku ras dan agama.. kalau logika ZFY dibawah ini hendak di cangkok kan ke dalam kompleksitas ini computer Deep Blue saja keknya tidak sanggup menganalisis.. Dibuat simple saja lah ... ada frasa ora et labora doa dan berkerja . tuhan mau berpihak sama saya , kalau saya melawan juara dunia dari tiongkok .yah gak mungkinlah , walau saya doa rosario ribuan kali . selain doa , kerja keras , ada talenta , ada siklus dll , jadi plis stop berusaha membahas doa , karena mau diputer2 bahas berapa kali juga toh pada intinya , orang percaya apa kagak percaya yah jalani , gak percaya yo wisss > > > - Original Message - > From: Fy Zhou > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, 08 October, 2008 18:52 > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > > > Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan. sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya... > > ZFy >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Kurniawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Iya betul, Ul, salah satu alasan orang cenderung bahagia karena ber- Tuhan seperti kata-kata elu di bawah ini. Serahin aja bebannya ke Tuhan. Hehehe... > > Tapi menurut gue melakukan hal ini, walaupun kelihatan absurd, kadang-kadang lebih baik daripada merasa harus menanggung beban sendiri. Kalau orang yang kuat sih gak apa-apa menanggung beban sendiri, berusaha sendiri, mikir pakai logika sendiri dsb. Tapi buat beberapa orang mungkin melakukan pasrah seperti itu lebih baik. > > Selain itu hidup juga gak semuanya bisa selogis-logisnya seperti yang kita mau, tapi ada perasaan-perasaan yang susah dipenuhi cuma dengan logika. Dan kadang-kadang agama bisa memenuhi kebutuhan seperti itu. > > Misalnya, kalau ada nenek-nenek hidup sendiri, gak punya sanak saudara, dan kesepian, menurut gue lebih baik kalau dia ber-Tuhan jadi dia bisa merasa paling gak masih ada Tuhan yang bisa jadi penghiburan dan pengharapan buat dirinya, walaupun anggap aja itu cuma khayalan. Hal ini masih lebih baik daripada menyuruh si nenek menghadapi kenyataan pahit bahwa ia memang hidup sendiri dan tidak ada yang peduli. (Karena Ulysee juga gak mau nemenin hehehe...). > > Jadi menurut gue sih ber-Tuhan juga gak terlalu buruk. Selama ber- Tuhan bermanfaat untuk kita, marilah ber-Tuhan. Selama ber-Tuhan merugikan kita, tidak usah ber-Tuhan. Memang sih agama juga banyak membawa kekacauan apalagi yang fanatik-fanatikan. Tapi agama juga banyak sisi positifnya kok. Di mana-mana tergantung orangnya juga. > * Saya ingin ikut nimbrung terutama kalimat terakhir: - > Jadi menurut gue sih ber-Tuhan juga gak terlalu buruk. Selama ber- >Tuhan bermanfaat untuk kita, marilah ber-Tuhan. Selama ber-Tuhan >merugikan kita, tidak usah ber-Tuhan. Memang sih agama juga banyak >membawa kekacauan apalagi yang fanatik-fanatikan. Tapi agama juga >banyak sisi positifnya kok. Di mana-mana tergantung orangnya juga. > --- Pada dasarnya saya setuju dengan dasar pemikiran mengenai Tuhan itu. Dalam tataran pengertian spiritual untuk anak SD atau Playgroup ha ha ha. TETAPI kita harus bedakan substantially antara DUA kasus: ber TUHAN dan ber AGAMA. A) BerTUHAN artinga menerima sosok Supreme Being dalam hidupnya, apalah juga bentuknya. Allah, Yahweh, Kristus, Brahman, Thian atau siapapun. B)BerAGAMA artinya, mengambil dan memilih satu ajaran sebagai jalur hidup, yang berisi satu rentetan tata ritual yang harus dipenuhi. A) belum tentu langkah B) namun B) selalu menerima A). Kalau yang anda katakan, manusia membutuhkan tumpuan spiritual, maka Tuhan dalam artian A) adalah logis. Namun kalau anda maksud, untuk mendapatkan tumpuan hidup manusia harus terima B) ini masih sangat debatable. Kita lihat dalam sejarah kemanusiaan 2000 (two thousand) tahun, bagaimana saling bunuh karena agama. Tidak karena Tuhan. Saya ingin tekankan disini suatu masalah yang sering kita abaikan. A,B dan C berkata: "kami beragama, dan karena itu kami bertuhan". So far OK. Lalu mereka lanjutkan, A katakan "Tuhan saya adalah "X", B katakan Tuhan saya adalah "Y", dan C katakan Tuhan saya adalah "Z", maka mulailah mereka gebuk gebukan... Gantilah A, B dan C, dengan Katholik, Muslim dan Buddha. Tuhan memang sangat praktis. Kalau manusia benci pada sesuatu atau kelompok manusia, maka, manusia dapat men-delegasikan itu pada Tuhan. Misalnya, berdoa:" Ya Tuhan, musnahkanlah bangsa Amerika yang telah membantai saudara saudara kami di Palestina, Irak dan Afganistan". (bagaimana doa anggauta korban 11 September ya?) Kalau manusia sayang seseorang atau sesuatu, mereka berdoa: " Ya Tuhan, berikanlah imbalan dan pahala bagi pak HM Suharto yang telah berpulang padaMu" (bagaimana doa yang di "Pulau Buru" kan ya?) Disini, automatically manusia men-transfer emosi dan pikirannya pada Tuhan, Tuhan ikut ikut benci Amerika, Tuhan ikut ikut sayang HM Suharto. Really? Anda katakan: "Selama berTuhan bermanfaat untuk kita, marilah ber- Tuhan. Selama ber-Tuhan merugikan kita, tidak usah ber-Tuhan" Ini adalah sebuah contadictio in termini, sebab Tuhan tak mungkin sekaligus merugikan dan menguntungkan. Tuhan bukan bursa saham. Andaipun demikian, sulit manusia mengadakan evaluasi seperti perusahaan membuat neraca diakhir tahun, kapan Tuhan menguntungkan atau merugikan. Yang menguntungkan atau merugikan, adalah perilaku manusia sendiri. Dalam ajaran sang Gautama dinamakan kharma. Yesus menyebutnya "tebar tuai". Dalam penutup kata, anda tulis sesuatu yang sangat bijaksana: "Di mana-mana tergantung orangnya juga". That's it! Manusia, bukan Tuhan. Seorang mahaguru ajaran Buddha, Mahabikku Rinpoche Padmasambawa, berkata diabad ke VIII: " Apa yang kau lakukan dimasa lalu menerangkan apa yang kau alami masa kini, apa yang kau lakukan kini, menentukan apa yang kau alami dimasa datang. So DO good, and be HAPPY Salam Danardono >
RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Orang yang mau memelihara anjing saja memilih-milih anjing yang hendak dibelinya. Saya kira hanya orang tolollah yang memilih anjing peliharaan yang bego. Itu hewan peliharaan, apalagi "Tuhan" yang kepada siapa pemiliknya berdoa dan berserah diri. Haahaahaaa... Yang terang, "Tuhan" yang untuk memutuskan sesuatu aja mesti mendengarkan doa-doa para pemujanya terlebih dulu sudah pasti kalah pintar sama seorang pak tani yang bertanam padi. Setiap hari ia memutuskan segala sesuatu tentang pekerjaannya tanpa perlu mendengarkan "doa-doa" anak istrinya. Seorang ilmuwan terkadang memang mendengarkan "doa-doa" sesama ilmuwan atau ilmuwan agung yang dalil-dalilnya telah lulus 'fit and proper tests' berdasarkan penggunaan nalar yang optimum. Tetapi sebagian orang di dunia ini memang "uuuaneh tenan", lha wong "Tuhan" yang diuji pakai logika kasar biasa aja tampak begitu o'onnya lah kok dipuja-puja. Kata mereka "Tuhan" begini ini telah memberi mereka "kebahagiaan". "Mustahal bin Mustahil," sahut cicak-cicak di dinding dengan suara riuh rendah. "Hiiihihiiikhiiik," nyamuk pun pada ketawa sinis. Yaaah, tapi "Tuhan" seperti ini emang bisa memberi kesenangan sih, tapi inga..inga..di balik kesenangan pasti ada kesusahan dan kesenangan bila ditumpuk-tumpuk tetap aja kesenangan, tetapi bila kesusahan ditimbun, lama-lama akan menimbulkan penderitaan batin yang tidak terperikan, yang lama-lama... aah. :-) Selamat merenung dan berpikir, cukup seperlunya aja! :-) als _ From: Kurniawan [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, October 10, 2008 3:01 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. .. Jadi menurut gue sih ber-Tuhan juga gak terlalu buruk. Selama ber-Tuhan bermanfaat untuk kita, marilah ber-Tuhan. Selama ber-Tuhan merugikan kita, tidak usah ber-Tuhan. Memang sih agama juga banyak membawa kekacauan apalagi yang fanatik-fanatikan. Tapi agama juga banyak sisi positifnya kok. Di mana-mana tergantung orangnya juga. --- On Thu, 10/9/08, ulysee_me2 <[EMAIL PROTECTED] <mailto:ulysee_me2%40yahoo.com.sg> com.sg> wrote:
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Iya betul, Ul, salah satu alasan orang cenderung bahagia karena ber-Tuhan seperti kata-kata elu di bawah ini. Serahin aja bebannya ke Tuhan. Hehehe... Tapi menurut gue melakukan hal ini, walaupun kelihatan absurd, kadang-kadang lebih baik daripada merasa harus menanggung beban sendiri. Kalau orang yang kuat sih gak apa-apa menanggung beban sendiri, berusaha sendiri, mikir pakai logika sendiri dsb. Tapi buat beberapa orang mungkin melakukan pasrah seperti itu lebih baik. Selain itu hidup juga gak semuanya bisa selogis-logisnya seperti yang kita mau, tapi ada perasaan-perasaan yang susah dipenuhi cuma dengan logika. Dan kadang-kadang agama bisa memenuhi kebutuhan seperti itu. Misalnya, kalau ada nenek-nenek hidup sendiri, gak punya sanak saudara, dan kesepian, menurut gue lebih baik kalau dia ber-Tuhan jadi dia bisa merasa paling gak masih ada Tuhan yang bisa jadi penghiburan dan pengharapan buat dirinya, walaupun anggap aja itu cuma khayalan. Hal ini masih lebih baik daripada menyuruh si nenek menghadapi kenyataan pahit bahwa ia memang hidup sendiri dan tidak ada yang peduli. (Karena Ulysee juga gak mau nemenin hehehe...). Jadi menurut gue sih ber-Tuhan juga gak terlalu buruk. Selama ber-Tuhan bermanfaat untuk kita, marilah ber-Tuhan. Selama ber-Tuhan merugikan kita, tidak usah ber-Tuhan. Memang sih agama juga banyak membawa kekacauan apalagi yang fanatik-fanatikan. Tapi agama juga banyak sisi positifnya kok. Di mana-mana tergantung orangnya juga. --- On Thu, 10/9/08, ulysee_me2 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: ulysee_me2 <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, October 9, 2008, 5:45 PM Yang tidak ber-tuhan ya tidak usah berdoa, gitu kok bingung. Kekekekekek e Tahu ndak broer kenapa yang berkeyakinan kepada tuhannya disebut lebih berbahagia? Soalnya dengan keyakinannya dia punya penolong sekaligus kambing hitam, broer. Kalau dia lagi kesulitan lalu bisa minta pada penolongnya yang dia yakin sanggup tolongin, terus lebih lega. Ah nanti juga ditolongin, gitu khan enak broer kaga pusing. Tyus kalau misalnya doanya nggak terkabul, dia tinggal bilang, wah, tuhan belum mengijinkan. Tinggal salahin tuhannya. enak kan? semua kesusahannya ditanggung sama tuhannya? makanya mereka itulah yang disebut berbahagia Broer. Bukan berarti yang tidak bertuhan tidak bisa bahagia, tapi lebih bahagia yang punya tuhan th. Broer jangan keliru ya, ada TUHAN, ada tuhan, ada GOD ada gods, dan sekarang yang lagi banyak duitnya itu tuhannya khan banyak, dewa nya banyak. hehehe.
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Itulah, Neng Uli yang saya lihat bagaimana rakyat Tiongkok yang umumnya dikatakan tidak ber-TUHAN itu ditahun 60-an banting tulang membangun negaranya dengan semangat berdikari, mengikat lebih kencang tali pinggang melawan blokade sejagad AS dibelahan selatan dan melawan tekanan Uni Sovyet dibelahan utara, udah itu menghadapi bencana alam berturut-turut 3 tahun, ... satu tekad juang yang luar biasa. Sangat mengagumkan, dan mereka bisa dikatakan berhasil, berhasil tanpa doa dan tentunya tidak diberkahi TUHAN, lho. Dan itu pula sebetulnya juga yang dikatakan TUHAN hanya memberkahi melalui usaha susah-payah setiap umatnya, bukan hanya dengan doa dan berdoa saja mereka bisa dapatkan hasil. Iya, kan?! Sama saja, hanya yang satu diembel-embeli diberkahi TUHAN saja, dan yang lain sepenuhnya hasil kerja susah-payahnya sendiri, ada atau tidak TUHAN. Sebenarnya saja, saya yakin yang dinamakan bahagia berbeda pada setiap orang, terserah sajalah pada masing-masing. Tidak karena dia tidak ber-TUHAN jadi tidak bahagia. Karena mereka justru merasakan kebahagiaan setelah apa yang dikerjakan, apa yang diperjuangkan itu mencapai hasil. Dan mereka bisa merasakan kebahagian lebih dari orang lain, karena itu sepenuhnya hasil keringat sendiri, tanpa diberkahi TUHAN. Hehehehee, ... Bukankah begitu Ul?! Jadi, memang yang tidak ber-TUHAN, tidak bisa nyalahin Tuhan belum berkahi, tapi, jelas mereka bisa melihat syarat atau kondisi belum memungkinkan saja. Tak perlu mencari kambing-hitam, ya harus bekerja lebih keras, ... itu saja. Salam, ChanCT - Original Message - From: ulysee_me2 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, October 10, 2008 8:45 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Yang tidak ber-tuhan ya tidak usah berdoa, gitu kok bingung. Kekekekekeke Tahu ndak broer kenapa yang berkeyakinan kepada tuhannya disebut lebih berbahagia? Soalnya dengan keyakinannya dia punya penolong sekaligus kambing hitam, broer. Kalau dia lagi kesulitan lalu bisa minta pada penolongnya yang dia yakin sanggup tolongin, terus lebih lega. Ah nanti juga ditolongin, gitu khan enak broer kaga pusing. Tyus kalau misalnya doanya nggak terkabul, dia tinggal bilang, wah, tuhan belum mengijinkan. Tinggal salahin tuhannya. enak kan? semua kesusahannya ditanggung sama tuhannya? makanya mereka itulah yang disebut berbahagia Broer. Bukan berarti yang tidak bertuhan tidak bisa bahagia, tapi lebih bahagia yang punya tuhan th. Broer jangan keliru ya, ada TUHAN, ada tuhan, ada GOD ada gods, dan sekarang yang lagi banyak duitnya itu tuhannya khan banyak, dewa nya banyak. hehehe. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Lalu, ... bagaimana orang yang tidak ber-TUHAN itu hidup didunia ini, neng? Yang sering dikatakan tidak beradab dan tidak bisa bahagia itu, hehehee, ... kasihan amat, ya? > > Padahal kenyataan yang bisa kita lihat, mereka ber-milyard itu justru menunjukkan keberhasilan luar biasa tanpa doa, lho! Dan merekalah yang sangat diharapkan bisa ikut memberikan dukungan membantu mengatasi krisis-moneter yang melanda AS, negara ber-TUHAN sekarang ini. Hahahaaa, ... > > Salam, > ChanCT > > - Original Message - > From: ulysee_me2 > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Thursday, October 09, 2008 9:35 AM > Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > > > > Lhoh ya harus berpikir begitu donk! > Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat > tuhannya untuk mengambil keputusan, > Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi > tuhannya, > Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang > waktu aje. Ya Nggak? > > Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als" wrote: > > > > Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan > yang akan > > diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda > berpikir > > bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya > Andy, sne > > saya Liem (hokkian). :-) > > > > > > > > Salam serius, > > > > als > > > > > > > > _ > > > > From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang > memaaf
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Yang tidak ber-tuhan ya tidak usah berdoa, gitu kok bingung. Kekekekekeke Tahu ndak broer kenapa yang berkeyakinan kepada tuhannya disebut lebih berbahagia? Soalnya dengan keyakinannya dia punya penolong sekaligus kambing hitam, broer. Kalau dia lagi kesulitan lalu bisa minta pada penolongnya yang dia yakin sanggup tolongin, terus lebih lega. Ah nanti juga ditolongin, gitu khan enak broer kaga pusing. Tyus kalau misalnya doanya nggak terkabul, dia tinggal bilang, wah, tuhan belum mengijinkan. Tinggal salahin tuhannya. enak kan? semua kesusahannya ditanggung sama tuhannya? makanya mereka itulah yang disebut berbahagia Broer. Bukan berarti yang tidak bertuhan tidak bisa bahagia, tapi lebih bahagia yang punya tuhan th. Broer jangan keliru ya, ada TUHAN, ada tuhan, ada GOD ada gods, dan sekarang yang lagi banyak duitnya itu tuhannya khan banyak, dewa nya banyak. hehehe. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Lalu, ... bagaimana orang yang tidak ber-TUHAN itu hidup didunia ini, neng? Yang sering dikatakan tidak beradab dan tidak bisa bahagia itu, hehehee, ... kasihan amat, ya? > > Padahal kenyataan yang bisa kita lihat, mereka ber-milyard itu justru menunjukkan keberhasilan luar biasa tanpa doa, lho! Dan merekalah yang sangat diharapkan bisa ikut memberikan dukungan membantu mengatasi krisis-moneter yang melanda AS, negara ber-TUHAN sekarang ini. Hahahaaa, ... > > Salam, > ChanCT > > - Original Message - > From: ulysee_me2 > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Thursday, October 09, 2008 9:35 AM > Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > > > > Lhoh ya harus berpikir begitu donk! > Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat > tuhannya untuk mengambil keputusan, > Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi > tuhannya, > Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang > waktu aje. Ya Nggak? > > Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als" wrote: > > > > Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan > yang akan > > diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda > berpikir > > bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya > Andy, sne > > saya Liem (hokkian). :-) > > > > > > > > Salam serius, > > > > als > > > > > > > > _____ > > > > From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang > memaafkan. > > > > > > > > Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam- > diam > > ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik- > baiknya. > > Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali > terhadap > > 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak > dulu dan > > memompanya yang penuh ya! :-) > > > > als > > > > Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan > Tuhan > > yang terbaik. Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau > tidak bukan > > urusan saya lagi. Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, > minyak > > mahal tahu !. Eh sebut nama dong, jangan als doang. Salam, Tan > Lookay > > > > > > > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. > > .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. > > .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. > > .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. > > Yahoo! Groups Links > > > > > > -- > > > > Internal Virus Database is out of date. > Checked by AVG. > Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.5/1706 - Release Date: 2008/10/3 _U__ 06:17 >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Jadi inget, kemaren ada yang ngoceh sama gue, bilang itu milis isinya orang berkeluh kesah soal jaman yang udah lewat melulu. Pengen tahu soal adat kebiasaan tionghoa jadi susah carinya, tenggelam diantara orang yang ributin entah apa. Gue bilang, harap maklum, semua sakit hati dendam masa lalu kaga ada pelampiasan, sekarang ada wadah yang mau menampung curhatnya sepuh sepuh, ya dimaklum aja atuh. Baca tajuknya, pilih orang orang tertentu aja yang dibaca, yang biasanya ngomong soal budaya, King Hian, Hendri, Perfect Harmony, ABS, Ophoeng, Purnama. Sisanya, boleh dianggap angin lalu, cuman orang cari pusing aja, termasuk gue, hahaha. Tapi gue jadi prihatin sama yang empunya milis. Sudah bikin milis keren berjudul Budaya Tionghoa, isinya banyakan keluh kesah. Salah nama kali, budaya tionghua, disingkat BT, isinya curhat orang yang bete-bete, bad tempered,piqi bu hao, goreng adat. Gue salah satunya, hehehehe. Orang bete kudu kamsiah kamsiah sama ini milis, disediain tempat curhat, hihihi. Seperti biasa kalau gue dateng seminar soal tionghoa, audience yang dikasih kesempatan nanya, begitu pegang mike malah jadi curhat soal diri masing masing, pertanyaaannya kaga ada, kalaupun ada cuma basa basi. Ini gejala apa? Gejala kurang tempat untuk aktualisasi. Jadi biarlah di milis ini orang belajar mengaktualisasikan diri. Its ok. keep going guys. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Jika saya membuat buku yang mengenalkan sastra Tionghoa ke Indonesia, apa ini tak masuk karya nyata? > Jika saya menulis essay sastra yang menyoal masalah2 Tionghoa di media resmi, apa ini tak termasuk karya nyata? > Jika saya kembali menulis essay dan puisi dalam bhs mandarin untuk menghidupkan kembali sastra Tionghoa Indonesia, apa ini tak termasuk karya nyata? > ? > Tapi, apakah semua ini menjadi syarat mutlak untuk bisa bercuap2 ttg masalah Tionghoa di sini? bahkan orang kecil tak ada prestasipun berhak untuk berkeluh kesah! > ? > ? > Salam Orang biasa > ZFy > ? > > > --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 3:56 PM > > > > > > > > Lha saya orang kecil yang sombong kok Pak, siapa yang meragukan anda ?.? Apa saya pernah bilang saya ragu ? Lha mbok saya diberitahu apa saja yang sudah anda perbuat sehingga saya bisa ngeh ?.? Salam, Tan Lookay > > > 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com> > > > > > > > > > > > > Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah pemberangusan budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak ubahnya seperti kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang penderitaan Yesus di kayu salib juga bisa ngurusin sekolah. > ? > Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2 nyata di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini? > ? > ? > Salam, > ZFy > > ? > ? > ? > ? > ? > > --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: > > > From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] com> > > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. > > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM > > > > > > > > > > > > > > > ? > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia. > > Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan? > > Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh.? Jadi itulah kerja saya.? Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan dendam terus saja itu hak anda.? > Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat.? Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya.? Salam, Tan Lookay > > > ? > ? > > > 2 > > > > > > > > -- > Best regards, Tantono Subagyo > > > > > -- > Best regards, Tantono Subagyo >
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Khusus untuk Lao Xiong Sunny Thee dan tidak untuk didiskusikan. Salam Dalam Kasih Yesus Sebelumnya saya mohon maaf kalau ada yang tidak sependapat mohon tidak usah ditanggapi dan di delete saja. Sesuai dengan permintaan Anda, maka saya mencoba untuk memberikankan sedikit pandangan. Semua ajaran agama, baik itu Kong Hu Cu maupun yang lainnya kalau diperas-peras, intinya hanya satu kata yaitu "Kasih" .Selama hidupnya penuh Kasih maka dia sudah berada dijalan Kebenaran. Sebagaimana yang Anda katakan bahwa " Ayah Anda semenjak kecil sudah berpendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma-norma yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk surga ". Pemahaman Ayah Anda tersebut sangat benar dan saya yakin beliau tentu mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari. Tidaklah benar kalau dikatakan bahwa orang yang beragama Kong Fu Cu masuk neraka dan tidak dapat masuk ke surga, ini adalah konsep yang amat keliru. Sekiranya Anda ingin lebih memdalam tentang agama sebaiknya kita masuk ke forum pribadi saja. Saran saya adalah sampaikan kepada beliau tidak perlu berganti keyakinan karena keyakinannya sejak kecil itu sudah benar. God Bless You Santo Putra. - Original Message From: Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 8, 2008 9:23:06 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Salam, Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari. Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu : Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga. Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb. Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur. Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka??? Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak diijinkan oleh moderator. BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka Make the switch to the world's best email. Get Yahoo!7 Mail.
RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Ulysee_me2, bila Anda mengikuti 'thread' omong2 ini sejak dari awalnya, Anda tentu tahu bahwa saya sama sekali tidak bermaksud mempertanyakan apa saja yang dipercaya oleh orang (dalam hal ini Tantono-heng dan Anda, mungkin). Betapapun tidak nalarnya orang ybs lah wong ia percayanya gitu lantas saya bisa apa? Saya hanya ingin tahu saja sampai seberapa "Tuhan"nya pak pendeta kita ini dan ternyata memang persis seperti dugaan saya semula. Anda dan pak pendeta bebas mempercayai "Tuhan" apa saja dan bebas berdoa dengan cara apapun kepadanya. Teman-teman di sini juga bebas bertindak dan berkehendak apa saja atas tanggung jawab masing-masing. OK? Sayang sekarang pak pendeta kini mungkin sedang terlalu sibuk dengan segala pekerjaannya sehingga mungkin tak bisa melanjutkan bincang2 kami yang bersahabat, semoga beliau masih sempat membaca penjelasan saya ini. Salam persaudaraan, als _ From: ulysee_me2 [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, October 09, 2008 8:35 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Lhoh ya harus berpikir begitu donk! Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat tuhannya untuk mengambil keputusan, Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi tuhannya, Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang waktu aje. Ya Nggak? Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. --- In budaya_tionghua@ <mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com> yahoogroups.com, "als" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang akan > diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda berpikir > bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya Andy, sne > saya Liem (hokkian). :-) > > Salam serius, > > als
Re: Sudah tidak sehat : Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Inilah penyakit masyarakat Indonesia, kalau bicara suka membawa2 nama Tuhan.. Dia tak sadar bahwa dng menyebut Tuhan dia telah membawa konsep agamanya. Mungkin dia lupa di agama Budha tak mengenal istilah Tuhan. Lantas bagaimana kalau orang selalu membawa2 nama Sang Budha dalam setiap pembicaraan? mabok tidak? Salam budaya ZFy - Original Message From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 9, 2008 4:27:36 AM Subject: Sudah tidak sehat : Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > > Mengingat bahwa stamina sudah menurun dan pekerjaan sedang banyak maka saya > mundur dari thread ini. Apalagi makin tidak sehat dan menjurus ke pribadi. > Selahakan diteruskan dan untuk sdr Danardono kalau ingin diskusi saya layani > secara pribadi. Kesalahan utama saya adalah melayani sdr Danardono dijalur > umum sehingga menyebabkan apa yang orang sangat terpelajar bilang : Sturm > inthe glass (uanggell-e rek). Untuk para budayawan Tionghua termasuk > buayawan, terimakasih, seperti anda lihat tidak ada posting saya yang > bermaksud melecehkan, saya bertanya secara benar. Demikian juga untuk > siutjay Zfy maaf sebesar-besarnya, saya hanya menganjurkan karya nyata, > kalau sudah buannyyaaak ya sudah, silahkan berkotbah terus untuk mengingat. > Salam, Tan Lookay > Berkhotbah untuk mengingat? Saya jadi ingat seorang politisi kita dari PDIP yang mengingatkan, bahwa kesalahan bangsa ini ialah lekas lupa sejarah. Beliau ini bukan anggauta milis kita, tapi kok pemikirannya sama ya? Memang, kalau "melupakan" adalah sebuah tindakan mulia, mungkin yang pikun akan masuk surga dahulu, dan pasien Altzheimer jadi pahlawan nasional. Diskusi pribadi? Untuk apa? Kan themanya thema bersama? Kalau anda ingin nasehat mengenai Finance Management boleh konsultasi pribadi, tapi ada charge-nya lho. Bagusnya milis adalah melatih keterbukaan, jadi justru tidak sedikit sedikit lari ke jalur pribadi. Pribadi ya pribadi. sya perhatikan jalan banyak diskusi disni, hampir semua, yang "berbau" pribadi masih tetap menyangkut kepentingan bersama. Kalau kita, dimuka umum katakan misalnya "Tuhan itu hanya satu, tidak macam macam", maka dimuka umum juga hendaknya sedia menerangkan, apa maksudnya Tuhan itu satu". Satu untuk semua? OK, tetapi terangkan bagaimana itu. Misalnya, apakah umat Kristen (ini dari sisi budaya lho) juga memuja Brahma, Vishnu dan Shiwa, yang dipuja saudara kandung kita di Bali? Gitu lho, jadi jangan lalu lari ke jalur pribadi. Memangnya ngomongin angsuran untuk RT/RW? Salam diskusi Danardono .
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Lupa itu anugerah? Pernah lupa kunci mobil tertinggal dalam mobil terkunci? pernah lupa passport waktu sampai di bandara? Melupakan itu membahagiakan? Teman yang pikun itu stress terus tu? Saya ada teman yang banyak sekali hutang, dia juga lekas lupa kalau hutang, dan minta selalu dimaafkan, alias gak usah bayar hutang. Teman saya cerita di sebuah pertemuab makan di resto, disebelah duduk istrinya. Dia kisahkan mengenai menonton film bagus dengan istrinya. Istrinya langsung jawab ketus, "saya gak pernah lihat itu film tu? Kamu nonton sama siapa ya"? Yah, melupakan dan memaafkan ha ha ha Salam Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ulysee_me2" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Melupakan itu anugrah Tuhan lhoh, hehehhehe. > Coba bayangin kalau hari ini kita merasa nggak enak karena sebuah > kesalahan,misalnya ada orang numpahin kopi di meja kena ke baju kita > misalnya. Khan nggak enak tuh. Lalu sampe besok nggak lupa-lupa dan > perasaan nggak enak itu masih ik aja. > Apa nggak bete ya hidup. Itu namanya mendendam sedalam lautan kali > yang kek gitu ya. Makanya berbahagialah orang yang selalu memaafkan, > dan melupakan. hehehe. > > Perang candu apa urusannya dengan Olimpiade? Kalau perang steroid > obat kuat, nah baru ada hubungan, wekekekeke. >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Kalau masukan bukan pak SBY harus diantar doa seperti apa ya, ci Ul? Banyak yang yakin, tapi toh meleset tuh? Misale yakin ada blue energy? Blue film malah lebih pasti...juga tanpa doa Salam Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ulysee_me2" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Lhoh ya harus berpikir begitu donk! > Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat > tuhannya untuk mengambil keputusan, > Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi > tuhannya, > Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang > waktu aje. Ya Nggak? > > Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als" wrote: > > > > Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan > yang akan > > diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda > berpikir > > bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya > Andy, sne > > saya Liem (hokkian). :-) > > > > > > > > Salam serius, > > > > als > > > > > > > > _____ > > > > From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang > memaafkan. > > > > > > > > Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam- > diam > > ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik- > baiknya. > > Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali > terhadap > > 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak > dulu dan > > memompanya yang penuh ya! :-) > > > > als > > > > Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan > Tuhan > > yang terbaik. Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau > tidak bukan > > urusan saya lagi. Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, > minyak > > mahal tahu !. Eh sebut nama dong, jangan als doang. Salam, Tan > Lookay > > >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Ya ko Ardian dan kok Agoeng, memang benar meja sembahyang leluhur itu setan? Masya Allah? Kok patung Bodhisatwa dirumah saya gak pernah sembur api? By the way Nietsche, ko Ardian, kalau dia berani masuk ke Indonesia, udah masuk pulau Buru.. Temen temen mantan KHC itu kayak apa sih?, galak galak ya? Saya pengen diskusi tuh ama mereka, tapi nggak japri ahhh By the way japri, saya suka bingung nih. Ada yang mula mula lempar topic di jalur umum, alias milis, kalau ditanggapi, teriak "ini pribadi lhooo", lha kalau topic pribadi, ya jangan di-bawa bawa ke jalur umum laahhh. Dikit dikit japri, dikit dikit japri, japri kok dikit dikit? Counter back pendapat tentang hal hal yang merugikan budaya Tionghoa dilarang, ko Agoes? Ya ampunnn, oleh siapa? oleh Polantas yang atur prapatan jalan? Takut tabrakan melulu kali? Ntar tak laporin deh ke Metro jaya... Salam Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: > > Btw counter pendapat ttg hal2 yg merugikan budaya tionghoa juga ga boleh nih? Kyk dewa2 itu iblis, naga itu raja setan engkong n leluhur kita itu setan n iblis? > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: "ardian_c" <[EMAIL PROTECTED]> > > Date: Wed, 08 Oct 2008 19:25:10 > To: > Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > > > inget itu jadi inget owe punya kasus ko, doeloe ada yg kurang lebih > sama lar en loetjoenya itu temen owe yg kristen gak tanya ame pendeta > or sape getu malah tanya ame owe. > > Owe jawabin simple, Yesus gak pernah nulis alkitab lho trus jg Yesus > gak banyak ngomong ini boleh itu gak boleh, Yesus tjoema ngomong Tiada > seorangpun akan mencapai Bapak tanpa melalui AKU. > > Lha AKUnya sape ? Tuhan ? Yesus ? or wat getu ! > Inga inga KASIH dong , so yg namanya KASIH emang pilih2 loe sembah > yesus, buddha, kodok, kadal , batu tetek bengek ? > > Kalu nurut owe yg namanya KASIH gak bakalan pilih KASIH. > Nape seh banyak org mikir Yesus itu oknum yg namanya yesus ? > > Coba mindnya dilebarin dikit getu, Yesus itu KASIH bukan ? > > Sorry aye komentarin ya soalne masih rada senep ketemu yg ngaku2 > mantan KHC trus bilang meja sembayang ngkong gw itu setan. > Sialnye itu org ngotot bilang kalu budaya tenglang or tradisi itu > belenggu tubuh dan menyesatkan hueuehehe termasuk sembayang ame > leluhur yg kasih buah ame pasang hio. > Lha kalu org bule mah gak apa2 getu tabur bunga hueheheheheh. > > Mbok ya mikir dikitlah en belajar sejarah Kristen aje dikit, trus buka > pikirannye biar gak cupet mampet getu. > Jadi inget omelan si Nietsche yg tereak Tuhan telah mati, tuhan2 pada > disembah di bukunye Thus Spoke Zarathustra hehehehehehehehe. > So sape neh yg bikin mati TUHAN ame nyembah2 tuhan ? >
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Org bunuh diri=manusia gagal yg tdk tau bangkit,pastinya tdk takut mati atau takut idup. --- On Thu, 9/10/08, ardian_c <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: ardian_c <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, 9 October, 2008, 4:53 AM nyaelah sebenernye seh seinget aye itu bicaranya YONG alias keberanian. Wong yg disebut keberanian terhebat itu BERANI IDUP bukan berani ngerampok or berani ngebacok. Nah itu di Tao ame di KHC ngomong keberanian kurang lebih sama. Org itu gak perlu takut mati , mati mah biasa en siapapun mesti mati. So nape mesti ditakutin. Yg parah itu org yg berani mati tapi takut idup loe. Itung aje yg bunuh diri tuh berani idup or berani mati ? Soo BERANILAH HIDUP HIDUP YONG yg bukan si gayoenk alias hen yoenk hehehehehe
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Lalu, ... bagaimana orang yang tidak ber-TUHAN itu hidup didunia ini, neng? Yang sering dikatakan tidak beradab dan tidak bisa bahagia itu, hehehee, ... kasihan amat, ya? Padahal kenyataan yang bisa kita lihat, mereka ber-milyard itu justru menunjukkan keberhasilan luar biasa tanpa doa, lho! Dan merekalah yang sangat diharapkan bisa ikut memberikan dukungan membantu mengatasi krisis-moneter yang melanda AS, negara ber-TUHAN sekarang ini. Hahahaaa, ... Salam, ChanCT - Original Message - From: ulysee_me2 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 09, 2008 9:35 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Lhoh ya harus berpikir begitu donk! Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat tuhannya untuk mengambil keputusan, Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi tuhannya, Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang waktu aje. Ya Nggak? Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang akan > diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda berpikir > bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya Andy, sne > saya Liem (hokkian). :-) > > > > Salam serius, > > als > > > > _ > > From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > > > > Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam- diam > ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik- baiknya. > Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap > 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan > memompanya yang penuh ya! :-) > > als > > Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan > yang terbaik. Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan > urusan saya lagi. Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak > mahal tahu !. Eh sebut nama dong, jangan als doang. Salam, Tan Lookay > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links -- Internal Virus Database is out of date. Checked by AVG. Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.5/1706 - Release Date: 2008/10/3 _U__ 06:17
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Melupakan itu anugrah Tuhan lhoh, hehehhehe. Coba bayangin kalau hari ini kita merasa nggak enak karena sebuah kesalahan,misalnya ada orang numpahin kopi di meja kena ke baju kita misalnya. Khan nggak enak tuh. Lalu sampe besok nggak lupa-lupa dan perasaan nggak enak itu masih ik aja. Apa nggak bete ya hidup. Itu namanya mendendam sedalam lautan kali yang kek gitu ya. Makanya berbahagialah orang yang selalu memaafkan, dan melupakan. hehehe. Perang candu apa urusannya dengan Olimpiade? Kalau perang steroid obat kuat, nah baru ada hubungan, wekekekeke. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kalau saya memilih tak Melupakan! > ? > Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga sengsara seperti kita. > ? > Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama. > ? > Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade! > ? > Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument > ? > ? > Salam Mengingat. > ZFy > ? > ? > ? > > --- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM > > > > > > > Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa > didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut > ikut dehhh. > > Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung > beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene > mengaung..Mengenang , tak melupakan! > > Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai > sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal > itu. > > Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, > mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan > dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu. > > Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada > gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu > kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David > kuning. > > Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang pernah > tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai > jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, > dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, > namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak > tahu dehhh, frankly! > > Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak > alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru > musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi > lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. > Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, > lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan > di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah.. > > Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka > selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di > Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo. > > Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi > kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah > dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. > Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara > saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? > Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?" > > Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok > laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. > > Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa > NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau > tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak > sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam bentuk > Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali? > > Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama > membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on. > > Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia > secara keseluruhan TI
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Lhoh ya harus berpikir begitu donk! Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat tuhannya untuk mengambil keputusan, Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi tuhannya, Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang waktu aje. Ya Nggak? Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang akan > diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda berpikir > bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya Andy, sne > saya Liem (hokkian). :-) > > > > Salam serius, > > als > > > > _ > > From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > > > > Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam- diam > ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik- baiknya. > Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap > 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan > memompanya yang penuh ya! :-) > > als > > Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan > yang terbaik. Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan > urusan saya lagi. Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak > mahal tahu !. Eh sebut nama dong, jangan als doang. Salam, Tan Lookay >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Lhoh ya harus berpikir begitu donk! Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat tuhannya untuk mengambil keputusan, Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi tuhannya, Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang waktu aje. Ya Nggak? Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang akan > diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda berpikir > bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya Andy, sne > saya Liem (hokkian). :-) > > > > Salam serius, > > als > > > > _ > > From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > > > > Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam- diam > ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik- baiknya. > Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap > 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan > memompanya yang penuh ya! :-) > > als > > Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan > yang terbaik. Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan > urusan saya lagi. Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak > mahal tahu !. Eh sebut nama dong, jangan als doang. Salam, Tan Lookay >
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Masak sih terserah Tuhan pak Tan,mental gini kan sudah saatnya tdk diteruskan,terutama yg saya harapkan dari anda seabgai pendeta nantinya akan menjadi gembala,pastinya akan membawa pengaruh besar pada jemaat anda. Kalah bersaing,dlm dunia kerja,sekolah pertandingan dll ,dibilang rencana tuhan? yg jelas kalau kalah ya ngaku kalah harus berusaha,kalau sudah berusaha masih kalah ngku juga ya hanya begitu kemampuannya,... --- On Wed, 8/10/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, 8 October, 2008, 9:28 PM --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > > Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, >tapi minta agar bisa perform sebaik-baiknya. Kalau berdoapun kalah ya >berlatih lagi sambil berdoa. Gitu saja kok repot. Tantono > * Jangan lupa, the best will very likely win! bahkan tanpa berdoapun, asal persiapan professional. Bangsa kita pasti jauh lebih rajin berdoa daripada, misalnya orang Jerman (ini saya tahu). Yang win, yang mana, kita juga tahu... Salam Danardono
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.- MASA LALU
Masyaampun, kopi gue sampe kesembur gara-gara baca yang ini. MASA LALU itu anaknya siapa sih? bikin salah apa sih, sampe mesti dimaafkan segala? "Sebelum bisa memaafkan masa lalu kita harus yakin bahwa masa lalu memang buruk" "selama masih ada yang meragukan keburukan masa lalu, saya merasa wajib untuk meyakinkan mereka" Ini sindrom model apa lagi? Kalau Cinderella sendiri yang mengalami nasib buruk, apakah harus memaksakan keburukan masa lalunya kepada Mickey Mouse?? Lalu meyakinkan Mickey Mouse bahwa masa lalu itu buruk, harus yakin, lalu maafkanlah. YEEE, orang nggak kenape-kenape dipaksa-paksa suruh yakin, udah yakin disuruh maafin. tuk tuk tuk, cra pikirnya gimane sih. Mbok ya nggak usah memaksakan sakit hati sendiri kepada orang lain. Masa lalu itu sudah berlalu kok, dan waktu itu berjalan ke depan, enggak berjalan mundur. Itu baggage masa lalu nya ditinggalkan saja. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sungguh aneh, anda sering memberi nasehat untuk tak mengingat2 kegetiran Tionghoa masa lalu, padahal anda sendiri terus2 mengungkit perlakuan negatif keluarga besar anda thd anda di masa lalu !? anda juga tak bisa melupakan bukan ? > ? > Anda mungkin berdalih bahwa meski anda mengungkit tapi anda sudah memaafkan.. Sebelum sampai ke hal? maaf memaafkan ini anda tentu s udah yakini bahwa fakta negatif itu memang nyata bukan? > ? > Masalahnya memang disini : Sebelum kita bisa memaafkan masa lalu, kita harus yakin masa lalu memang buruk! Karena ini bukan persoalan yang menimpa pribadi tapi persoalan masyarakat, maka selama masih ada orang yang meragukan keburukan masa lalu, saya merasa wajib untuk meyakinkan mereka. Setelah orang sepakat dng fakta keburukan, baru bisa memaafkan bukan ??? > ? > Salam sejarah > ZFy > > --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 4:11 PM > > > > > > > > Kalau anda bertanya dengan baik dan pakai nama akan saya jawab.? Saya tidak tahu dan tidak perlu tahu apakah saya punya andil apapun dalam keputusan yang akan diambil oleh Tuhan karena saya percaya Tuhan mempertimbangkan segalanya.? Jadi mengapa berdoa ?. Ya karena saya ingin dekat dengan Tuhan, dan doa saya bukan "deretan permintaan" seperti yang anda bayangkan.? Kalau saya berdoa, adalah karena saya ingin pasrah kepada Tuhan dan pertolongan Tuhan dan berkali-kali hal ini terjadi dalam hidup saya.? Pertama ketika umur 12 tahun ayah saya meninggal, saya besar dalam lingkungan kakak Tenglang tulen yang menyampingkan saya karena Ibu saya Jawa, saya sekolah sambil bekerja sampai saat ini, kedua ketika sebagai pegawai negeri saya di non jobkan karena Kristen dan keturunan Cina, pertolongan Tuhan datang juga.? Anda tidak akan dapat mengerti karena tidak merasakan, tetai bagi saya itu nyata.? Salam, Tantono > > > 2008/10/8 als <[EMAIL PROTECTED] id> > > > > > > > > > Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang akan diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda berpikir bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya Andy, sne saya Liem (hokkian). J > ? > Salam serius, > als > ? > > > > > From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] com] > Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM > > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. > ? > > > > > Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam- diam ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya. Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan memompanya yang penuh ya! J > > als > Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan yang terbaik.? Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan urusan saya lagi.? Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak mahal tahu !.? Eh sebut nama dong, jangan als doang.? Salam, Tan Lookay > > > > -- > Best regards, Tantono Subagyo >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
nyaelah sebenernye seh seinget aye itu bicaranya YONG alias keberanian. Wong yg disebut keberanian terhebat itu BERANI IDUP bukan berani ngerampok or berani ngebacok. Nah itu di Tao ame di KHC ngomong keberanian kurang lebih sama. Org itu gak perlu takut mati , mati mah biasa en siapapun mesti mati. So nape mesti ditakutin. Yg parah itu org yg berani mati tapi takut idup loe. Itung aje yg bunuh diri tuh berani idup or berani mati ? Soo BERANILAH HIDUP HIDUP YONG yg bukan si gayoenk alias hen yoenk hehehehehe --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: > > Kalo konsep tao n buddha kan gak ada tuhan tuh trus nyerah ke sapa? Ke alam? Trus biasanya yg udah level begitu yah pendeta taois or biksu buddhis yg tinggal digunung2, siu lien buat capai tao or nirwana, ga cuma dendam doank yg dilupakan, tp nafsu duniawin laennya juga, harta, kedudukan n nama besar. Mereka juga males ladenin tuh konflict2 apapun jadi hidupnya bisa damai. Btw org biasa yg sudah muak ama kehidupan duniawi juga pada nyingkir n hidup sederhana tp banyak konflict n keinginan macem2. Engga rebutan harta, sikut2 kursi, kong tai sana sini cari nama besar n pengikut, bahkan biasanya muridpun ditolaknya. Klo semua manusia bisa hidup kayak gitu maka bakal lebih damai hatinya daripada sekedar setiap saat memaafkan org tp tiap hari sikut2 cari kedudukan, harta n nama besar. Hehehehe btw yg g omongin td biasanya ada di film silat yah, klo di dunia nyata seh kagak tau. Hehehe > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> > > Date: Wed, 8 Oct 2008 10:24:33 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > > > Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau orang-orang itu bisa > lupakan Milosevic mungkin hidupnya akan lebih baik. Menurut saya memelihara > dendamlah yang buat orang sengsara. Orang jadi inget kesalahan orang dahulu > saja, seperti misalnya : Jerman dulu pernah Holocaust mbasmi orang Yahudi, > trus piye, orang Yahudi disuruh ngebom Jerman supaya setimpal gitu ??. Saya > punya teman (Jewish) yang sangat dendam ama Jerman, lha dia sendiri yang > sengsara. Kejadian sudah kapan tahu, dia kalau ketemu orang Jerman masih > gondok (nyakitin diri sendiri). Dan masalah Tuhan-nya siapa ya Tuhannya > sendiri-sendiri, saya percayakan "vengeance"kepada Tuhan orang Kristen, lalu > apakah Tuhan saya tidak berantem rebutan dengan Tuhannya orang lain yang > menyalahi saya, lha itu urusan Tuhan kok, sudah dipasrahkan jangan > diuthik-uthik lagi. > Kembali lagi Bung Danardono, mari setuju untuk nggak setuju, saya bahagia > dengan konsep menyerah kepada Tuhan (buat saya Tuhan itu satu), lha buat > anda Tuhan itu macem-macem dan buanyak dan tidak memecahkan masalah. So be > it, saya tidak minta anda untuk memeluk konsep saya demikian juga jangan > paksakan kepada saya bahwa konsep agama tidak membuat orang jadi baik dan > Tuhan macem-macem. Salam, Tan Lookay > > > On 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Begitulah pak Bagyo. > > > > "Penghukuman" didunia ini adalah ranah masyarakat, yang diwakili oleh > > negara (azas Hukum Pidana). Kita juga kenal ajaran: "Give therefore > > to Caesar the things that are Caesar's, and to God the things that > > are God's.(Mt 22:21)". > > > > Didalam falsafah hukum, kita belajar, bahwa pada awalnya, dalam > > masyarakat yang masih "primitif" hukuman adalah identik engan > > pembalasan dendam, dalam bahasa Jerman kita kenal "Suehne". Dalam > > perkembangan masyarakat yang kian modern, maka negara mengambil alih > > fungsi "balas dendam " ini, dan mengubahnya menjadi hukuman. > > Kalau sipenjahat sudah dihukum negara menurut peraturan yang berlaku, > > maka manusia tak boleh lagi menjalankan balas dendam. > > > > Pak Bagyo benar, hukum manusia tak sempurna, tetapi apakah yang > > sempurna di dunia? Hanya inilah yang manusia dapat wujudkan didunia. > > kesempurnaan setelah kita mati, nobody knows. belum ada yang kembali > > dari kematian dan mengisahkan mengenai pengadilan langit. > > > > Mengenai Tuhan, pak Bagyo katakan "Ya Tuhan saya, Tuhannya orang > > Kristen", namun, kita membahas masalah manusia secara universal. > > Dalam hubungan antar manusia, kita berhadapan dengan manusia dari > > perlbagai agama dengan Tuhannya masing masing. Contoh: seorang > > beragama A memperkosa dan menjarah wanita beragama B, dan mencuri > > barang orang beragama C. Tuhan yang mana yang berwenang bertindak? > > Tidak nanti rebutan? > > >
RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Btw counter pendapat ttg hal2 yg merugikan budaya tionghoa juga ga boleh nih? Kyk dewa2 itu iblis, naga itu raja setan engkong n leluhur kita itu setan n iblis? Sent from my BlackBerry� powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "ardian_c" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed, 08 Oct 2008 19:25:10 To: Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. inget itu jadi inget owe punya kasus ko, doeloe ada yg kurang lebih sama lar en loetjoenya itu temen owe yg kristen gak tanya ame pendeta or sape getu malah tanya ame owe. Owe jawabin simple, Yesus gak pernah nulis alkitab lho trus jg Yesus gak banyak ngomong ini boleh itu gak boleh, Yesus tjoema ngomong Tiada seorangpun akan mencapai Bapak tanpa melalui AKU. Lha AKUnya sape ? Tuhan ? Yesus ? or wat getu ! Inga inga KASIH dong , so yg namanya KASIH emang pilih2 loe sembah yesus, buddha, kodok, kadal , batu tetek bengek ? Kalu nurut owe yg namanya KASIH gak bakalan pilih KASIH. Nape seh banyak org mikir Yesus itu oknum yg namanya yesus ? Coba mindnya dilebarin dikit getu, Yesus itu KASIH bukan ? Sorry aye komentarin ya soalne masih rada senep ketemu yg ngaku2 mantan KHC trus bilang meja sembayang ngkong gw itu setan. Sialnye itu org ngotot bilang kalu budaya tenglang or tradisi itu belenggu tubuh dan menyesatkan hueuehehe termasuk sembayang ame leluhur yg kasih buah ame pasang hio. Lha kalu org bule mah gak apa2 getu tabur bunga hueheheheheh. Mbok ya mikir dikitlah en belajar sejarah Kristen aje dikit, trus buka pikirannye biar gak cupet mampet getu. Jadi inget omelan si Nietsche yg tereak Tuhan telah mati, tuhan2 pada disembah di bukunye Thus Spoke Zarathustra hehehehehehehehe. So sape neh yg bikin mati TUHAN ame nyembah2 tuhan ?
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Ada beberapa teman yg setelah sekolah filsafat yg pulang2 ngomong begitu ke sy. Sy jawab aja. Klo Tuhan yg elo puja2 emang begitu yah g lebih rela masuk neraka daripada masuk surga yg dipintu masuknya di cek jidatnya ada tulis udah terima jesus apa belom. Kita kerja aja cari boss yg adil yg hargai hasil kerja kita, bukan yg hargai kita dari hasil " jilat panat" masa tuhan lebih rendah daripada itu. Selama di dunia berbuat baik engga usah takut masuk nereka, kecuali didunia emang perusuh yah pikir2 ribuan kalilah ama neraka, tuhan itu maha adil n maha tau kok ( klo bener tuhan itu ada) org baik n org jahat dia tau, sekedar diledek dikit2 doank mah ga bakal marah n masukin kita ke neraka. " heheheeh ( kejadian nyata yah n bukan buat diskreditkan kristen tp bagi pendapat dengan yg sedang mengalami hal2 yg sama) Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed, 8 Oct 2008 07:23:06 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Salam, Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari. Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu : Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga. Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb. Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur. Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka??? Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak diijinkan oleh moderator. BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka - Original Message From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 8 October, 2008 9:44:20 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi menyembuhkan! Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya pasien pasien lain lagi). Gak apa apa. Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn). Salam karya nyata Danardono --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? > > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena merek
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Begitulah pak Agung. Sahabat kita dibanyak milis, saudara Batara Hutagalung memimpin sebuah komite untuk menuntut maaf dan pembayaran hutang kepada Belanda atas kedzaliman pada bangsa kita. Juga terhadap warga di Rawagede, dimana janda janda yang dibantai masih hidup. Bagaimana kalau kita balik, sesuai dengan nasehat pak Bagyo, kita yang memaafkan belanda dan lupakan? Kalau boleh malah kita yang bayar Belanda, sudah membangun banyak dinegeri ini? Salam kuat ingatan Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: > > Makanya org tionghoa itu punya budaya memaafkan n melupakan yg paling baik di dunia ini. Liat aja tuh jutaan org tionghoa yg pengennn jd bule n jepang, sampe bela2in ganti warna rambut n gaya hidup bahkan ada yg ganti budaya segala. Padahal penghinaan n kesalahan org2 bule n jepang amat sangat besar sekali. Heheheh > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -Original Message- > From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> > > Date: Wed, 8 Oct 2008 04:36:26 > To: > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > > > Kalau saya memilih tak Melupakan! > > Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga sengsara seperti kita. > > Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama. > > Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade! > > Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument > > > Salam Mengingat. > ZFy > > > > > --- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM > > > > > > > Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa > didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut > ikut dehhh. > > Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung > beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene > mengaung..Mengenang , tak melupakan! > > Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai > sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal > itu. > > Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, > mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan > dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu. > > Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada > gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu > kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David > kuning. > > Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang pernah > tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai > jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, > dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, > namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak > tahu dehhh, frankly! > > Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak > alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru > musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi > lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. > Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, > lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan > di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah.. > > Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka > selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di > Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo. > > Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi > kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah > dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. > Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara > saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? > Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?" > > Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok > laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. > > Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa > NOBODY
Sudah tidak sehat : Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mengingat bahwa stamina sudah menurun dan pekerjaan sedang banyak maka saya > mundur dari thread ini. Apalagi makin tidak sehat dan menjurus ke pribadi. > Selahakan diteruskan dan untuk sdr Danardono kalau ingin diskusi saya layani > secara pribadi. Kesalahan utama saya adalah melayani sdr Danardono dijalur > umum sehingga menyebabkan apa yang orang sangat terpelajar bilang : Sturm > inthe glass (uanggell-e rek). Untuk para budayawan Tionghua termasuk > buayawan, terimakasih, seperti anda lihat tidak ada posting saya yang > bermaksud melecehkan, saya bertanya secara benar. Demikian juga untuk > siutjay Zfy maaf sebesar-besarnya, saya hanya menganjurkan karya nyata, > kalau sudah buannyyaaak ya sudah, silahkan berkotbah terus untuk mengingat. > Salam, Tan Lookay > Berkhotbah untuk mengingat? Saya jadi ingat seorang politisi kita dari PDIP yang mengingatkan, bahwa kesalahan bangsa ini ialah lekas lupa sejarah. Beliau ini bukan anggauta milis kita, tapi kok pemikirannya sama ya? Memang, kalau "melupakan" adalah sebuah tindakan mulia, mungkin yang pikun akan masuk surga dahulu, dan pasien Altzheimer jadi pahlawan nasional. Diskusi pribadi? Untuk apa? Kan themanya thema bersama? Kalau anda ingin nasehat mengenai Finance Management boleh konsultasi pribadi, tapi ada charge-nya lho. Bagusnya milis adalah melatih keterbukaan, jadi justru tidak sedikit sedikit lari ke jalur pribadi. Pribadi ya pribadi. sya perhatikan jalan banyak diskusi disni, hampir semua, yang "berbau" pribadi masih tetap menyangkut kepentingan bersama. Kalau kita, dimuka umum katakan misalnya "Tuhan itu hanya satu, tidak macam macam", maka dimuka umum juga hendaknya sedia menerangkan, apa maksudnya Tuhan itu satu". Satu untuk semua? OK, tetapi terangkan bagaimana itu. Misalnya, apakah umat Kristen (ini dari sisi budaya lho) juga memuja Brahma, Vishnu dan Shiwa, yang dipuja saudara kandung kita di Bali? Gitu lho, jadi jangan lalu lari ke jalur pribadi. Memangnya ngomongin angsuran untuk RT/RW? Salam diskusi Danardono
Sudah tidak sehat : Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Mengingat bahwa stamina sudah menurun dan pekerjaan sedang banyak maka saya mundur dari thread ini. Apalagi makin tidak sehat dan menjurus ke pribadi. Selahakan diteruskan dan untuk sdr Danardono kalau ingin diskusi saya layani secara pribadi. Kesalahan utama saya adalah melayani sdr Danardono dijalur umum sehingga menyebabkan apa yang orang sangat terpelajar bilang : Sturm inthe glass (uanggell-e rek). Untuk para budayawan Tionghua termasuk buayawan, terimakasih, seperti anda lihat tidak ada posting saya yang bermaksud melecehkan, saya bertanya secara benar. Demikian juga untuk siutjay Zfy maaf sebesar-besarnya, saya hanya menganjurkan karya nyata, kalau sudah buannyyaaak ya sudah, silahkan berkotbah terus untuk mengingat. Salam, Tan Lookay
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Lama-lama jadi debat kusir nih. Saya hanya mengingatkan tidak untuk mengingat saja secara berlebihan tetapi membuat suatu karya nyata. Lha anda tersinggung, terus ngomongnya ke mana-mana, coba dong, tanya satu jawab satu, jangan melebar gini, saya sih Lookay anda kan Siutjay masak debat kusir. Salam, Tan Lookay 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> > Sungguh aneh, anda sering memberi nasehat untuk tak mengingat2 kegetiran > Tionghoa masa lalu, padahal anda sendiri terus2 mengungkit perlakuan negatif > keluarga besar anda thd anda di masa lalu ! anda juga tak bisa melupakan > bukan ? > > Anda mungkin berdalih bahwa meski anda mengungkit tapi anda sudah > memaafkan. Sebelum sampai ke hal maaf memaafkan ini anda tentu sudah yakini > bahwa fakta negatif itu memang nyata bukan? > > Masalahnya memang disini : Sebelum kita bisa memaafkan masa lalu, kita > harus yakin masa lalu memang buruk! Karena ini bukan persoalan yang menimpa > pribadi tapi persoalan masyarakat, maka selama masih ada orang yang > meragukan keburukan masa lalu, saya merasa wajib untuk meyakinkan mereka. > Setelah orang sepakat dng fakta keburukan, baru bisa memaafkan bukan ?? > > Salam sejarah > ZFy > > --- On *Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>* wrote: > > From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang > memaafkan. > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 4:11 PM > > Kalau anda bertanya dengan baik dan pakai nama akan saya jawab. Saya > tidak tahu dan tidak perlu tahu apakah saya punya andil apapun dalam > keputusan yang akan diambil oleh Tuhan karena saya percaya Tuhan > mempertimbangkan segalanya. Jadi mengapa berdoa ?. Ya karena saya ingin > dekat dengan Tuhan, dan doa saya bukan "deretan permintaan" seperti yang > anda bayangkan. Kalau saya berdoa, adalah karena saya ingin pasrah kepada > Tuhan dan pertolongan Tuhan dan berkali-kali hal ini terjadi dalam hidup > saya. Pertama ketika umur 12 tahun ayah saya meninggal, saya besar dalam > lingkungan kakak Tenglang tulen yang menyampingkan saya karena Ibu saya > Jawa, saya sekolah sambil bekerja sampai saat ini, kedua ketika sebagai > pegawai negeri saya di non jobkan karena Kristen dan keturunan Cina, > pertolongan Tuhan datang juga. Anda tidak akan dapat mengerti karena tidak > merasakan, tetai bagi saya itu nyata. Salam, Tantono > > 2008/10/8 als <[EMAIL PROTECTED] id <[EMAIL PROTECTED]>> > >>*Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan >> yang akan diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda >> berpikir bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya >> Andy, sne saya Liem (hokkian). **J*** >> * * >> *Salam serius,* >> *als* >> >> ---------- >> *From:* Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] com <[EMAIL PROTECTED]>] >> *Sent:* Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM >> *To:* budaya_tionghua@ yahoogroups. com >> *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang >> memaafkan. >> >> *Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam >> ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya. >> Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap >> 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan >> memompanya yang penuh ya! **J* >> * als* >> Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan >> yang terbaik. Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan >> urusan saya lagi. Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak >> mahal tahu !. Eh sebut nama dong, jangan als doang. Salam, Tan Lookay >> > > > > -- > Best regards, Tantono Subagyo > > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Konon Jaman musolini n hitler tim itali di piala dunia n atlit jerman yg aria di olimpiade diancam pake senjata, kalo ga menang makanya bakal dihukum berat. Sedangkan jesse owen dr US yg berkulit hitam adalah atlit yg hebat. Kira2 tuhan kabulin doa sapa yah? Jesse owens yg emang lebih baik, atau atlit jerman yg diancam bedil? Sent from my BlackBerry� powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed, 8 Oct 2008 18:58:17 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, tapi minta agar bisa perform sebaik-baiknya. Kalau berdoapun kalah ya berlatih lagi sambil berdoa. Gitu saja kok repot. Tantono 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> > Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat > Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan. > sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat > mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya... > > ZFy > > --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>* wrote: > > From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 8:11 AM > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, > "Tantono Subagyo" > <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > > > >** Disini ada banyak kesalahan baca: > > 1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang > > 2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan, > bermilyard manusia melaksanakannya > > 3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang > menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama. > > Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang > Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak > bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga > Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya? > > Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat > menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang > perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi > dewi Kwan Im..it's totally OK. > > Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah > Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun, > kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok > atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar > memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah? > > Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan > melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut > Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang > bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang > Amerika yang sombong. > > Tuhan kabulkan doa yang mana ya? > > Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa > Jerman: "Sturm im Glas" tak apalahhh.. > > Salam > > Danardono > > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Jadi inget waktu sma pernah ngomong ke guru ppkn klo hubungan Tuhan ma manusia itu seperti lingkaran bukan garis lurus dari atas kebawah, karena engga ada manusia gak ada juga Tuhan, krn ga ada yg manggil2 dia Tuhan. Jd tuhan ciptain manusia n manusia juga ciptain tuhan. N alhasil selama di sma tuh guru PPKn sentimen ma g. Hahahaha Sent from my BlackBerry� powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "danarhadi2000" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed, 08 Oct 2008 08:11:16 To: Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Hehehe Pak kalau beda konsep memang nggak akan ketemu. Saya menganggap > Tuhan sebagai pencipta, anda menganggap Tuhan diciptakan orang. Tapi ya > biarin, saya bodo tapi bahagia, waktu saya disia-siakan saudara karena Ibu > saya berbeda, saya ditolong Tuhan dan diberikan jalan hingga jadi "orang" > walaupun apa adanya. Demikian pula ketika saya dipaksa pensiun, Tuhan kasih > jalan sehingga sekarang saya jadi konsultan alakadarnya. Jadi saya > merasakan Tuhan, anda anggap Tuhan itu nonsens. Sampai jutaan atau > milyardan postingpun nggak akan selesai. Yang jelas adalah hak azasi saya > untuk menganggap Tuhan itu ada dan menjadi Junjungan saya begitu juga hak > anda untuk mengatakan Tuhan itu macem-macem dan hanya buatan manusia saja. > Jadi mau diapakan juga nggak akan ketemu, nanti malahan jadi "prahara dalam > mangkok", dan percum tak bergun. Best regards, Tantono Subagyo > ** Disini ada banyak kesalahan baca: 1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang 2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan, bermilyard manusia melaksanakannya 3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama. Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya? Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi dewi Kwan Im..it's totally OK. Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun, kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah? Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang Amerika yang sombong. Tuhan kabulkan doa yang mana ya? Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa Jerman: "Sturm im Glas" tak apalahhh.. Salam Danardono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Makanya org tionghoa itu punya budaya memaafkan n melupakan yg paling baik di dunia ini. Liat aja tuh jutaan org tionghoa yg pengennn jd bule n jepang, sampe bela2in ganti warna rambut n gaya hidup bahkan ada yg ganti budaya segala. Padahal penghinaan n kesalahan org2 bule n jepang amat sangat besar sekali. Heheheh Sent from my BlackBerry� powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed, 8 Oct 2008 04:36:26 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Kalau saya memilih tak Melupakan! � Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga sengsara seperti kita. � Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama. � Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu�bagi Rakyat Tiongkok, yang mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade! � Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument � � Salam Mengingat. ZFy � � � --- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut ikut dehhh. Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene mengaung..Mengenang , tak melupakan! Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal itu. Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu. Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David kuning. Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang pernah tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak tahu dehhh, frankly! Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah.. Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo. Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?" Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam bentuk Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali? Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on. Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia secara keseluruhan TIDAK bertambah baik. Juga tak bertambah buruk karena agama. Agama telah menjadi alasan saudara saudara di Poso saling bunuh. Tibo telah mendahului kita...Korupsi kian mendahsyat dalam bangsa ini, walau sangat saleh beragama. Dan... orang tak beragama juga bisa MULIA lho? Mungkin anda memiliki statistik perbaikan moral di Indonesia akibat pelajaran agama? Di DPR? di Kejaksaan? di Kepolisian? di pemerintahan? di mal mal? Tuhan di-uthik uthik? Lha tak lah yauuu, lha wong lihat Tuhan saja belum pernah ada diantara kita, baik domba maupun gembala, k
RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Dr awal thn 1900 perkumpulang tionghoa n org2 tionghoa juga dah dirikan banyak sekolah n rumah sakit om, member2 disini yg rajin cuap2 doak juga banyak yg jadi guru gratisan tanpa sekolah, ada yg jadi tabib umum n ada juga yg suka bantu2 liat hong sui dll, semua juga dibayar seadanya ntidak milih2 pasien kok, setahu saya yah, yg saya ga tau seh mungkin ada juga yg jadi tukang peras yg aji mumpung. Hehhe Sent from my BlackBerry� powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "danarhadi2000" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed, 08 Oct 2008 13:44:20 To: Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi menyembuhkan! Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya pasien pasien lain lagi). Gak apa apa. Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn). Salam karya nyata Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > � > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! �Karena Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak�harus disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? > � > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga mengwemban�tugas yang mulia. > � > Dengan berkotbah �anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan? > � > � > Selamat berkotbah! > ZFy� > � > > > --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM > > > > > > > > Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan untuk�mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala? > > Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan.� Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi.� Dengan kotbah saya bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman saya tapi juga banyak orang.� Salam, Tantono >
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Yang ngaku bertobat tapi belum minta maaf, jelas bertobatnya hanya untuk konsumsi "kesaksian" ala gereja, tujuannya ya untuk "promosi" kesaktian ajaran gereja, yang bisa membuat perampok bertobat! Ini lagi2 bukti masyarakat sakit : mengelu2kan orang asosial sbg pahlawan. ZFy - Original Message From: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 9, 2008 2:11:57 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Toko engkong sy pernah dirampok thn70an, perampoknya engga pernah tertangkap, Pada thn 80an, di gereja deket toko engkong sy ada yg bikin kesaksian ttg gimana dia dulu n bertobat, disaat itu dia ngaku bahwa dia yg pernah rampok toko engkong sy, kebetulan ada tetangga yg hadir n lapor ke keluarga kami saat itu. Sama engkong n keluarga cuma dibilang yg udah lewat yah biar aja lewat ngapain diungkit lagi toh skrg dia dah tobat. Sampe hari ini tuh perampok cuma kesaksian dia dah tobat n minta maaf ma tuhan doank, tp tidak pernah sekalipun dateng ke rmh minta maaf. Apakah maaf dari tuhan sudah cukup??? Apakah engkong sy n keluarga yg tidak kenal alkitab tidak bisa memberi maaf? Btw engkong sy ke klenteng pun jarang sekali bahkan sy tdk pernah liat dia ke kelenteng dll, cuma tiap pagi tiam hio di depan toko aja. Tp banyak mengajarkan flsafat hidup ttg hidup adil n melupakan kesalahan org laen. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED] com> Date: Wed, 8 Oct 2008 08:36:02 +0700 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Pak Danardono yth, Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan, bukan berarti meniadakan hukum. Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga agar manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos. Jadi saya bisa mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah norma yang mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara. Tetapi harus diingat bahwa hukum bukanlah balas dendam atau memberi penghukuman yang setimpal. Hukum manusia masih tidak sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya menurut KUHAP dihukum penjara duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu bilamana Y membunuh X misalnya, apakah anak X harus Y atau memaafkannya ?. Memaafkan bukan berarti membebaskan yang dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic bukan berarti meloloskannya dari hukum manusia yaitu norma-norma hukum internasional akan tetapi melepaskan dendam untuk bergerak maju. Sekali lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup saya pun sempit tidak seperti anda yang mendunia. Bagi saya memaafkan sederhana saja, saya (mencoba) memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada diri saya dan tidak membalas dendam agar saya dapat melangkah maju. Dalah hal sekolahpun begitu, ketika anak saya mendapat hambatan dalam sekolah, saya tidak ribut-ribut tetapi bersama beberapa orang lalu membuat sekolah dan ternyata itu lebih positif. Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan, Tuhan siapa ?, Tuhannya orang Kristen agama yang saya anut, lho nanti nggak cocok dengan budaya, ya biarin, orang saya sejahtera dan saya merasa senang telah berbuat demikian. Mohon penerangan kembali. Tantono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Yg bilang anda ga boleh ngakui tuhan anda sapa om? Kayaknya ga ada deh ( kecuali ada posting yg terlewat ma sy yah) kyknya anda yg tanya ttg kata maaf di dlm budaya tionghoa n trus dibandingkan ama alkitab. So konsep budaya tionghoa n alkitab jelas sangat beda n anda juga tahu itu kan, jd klo mau lihat dr kacamata anda yah ga bakal ketemulah. Sent from my BlackBerry� powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed, 8 Oct 2008 14:13:27 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Hehehe Pak kalau beda konsep memang nggak akan ketemu. Saya menganggap Tuhan sebagai pencipta, anda menganggap Tuhan diciptakan orang. Tapi ya biarin, saya bodo tapi bahagia, waktu saya disia-siakan saudara karena Ibu saya berbeda, saya ditolong Tuhan dan diberikan jalan hingga jadi "orang" walaupun apa adanya. Demikian pula ketika saya dipaksa pensiun, Tuhan kasih jalan sehingga sekarang saya jadi konsultan alakadarnya. Jadi saya merasakan Tuhan, anda anggap Tuhan itu nonsens. Sampai jutaan atau milyardan postingpun nggak akan selesai. Yang jelas adalah hak azasi saya untuk menganggap Tuhan itu ada dan menjadi Junjungan saya begitu juga hak anda untuk mengatakan Tuhan itu macem-macem dan hanya buatan manusia saja. Jadi mau diapakan juga nggak akan ketemu, nanti malahan jadi "prahara dalam mangkok", dan percum tak bergun. Best regards, Tantono Subagyo
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan./zhongshu
nah bicara memaafkan neh hehehehehe logonya MATAKIN khan zhongshu tuh. Selaen Kong Zi, Meng Zi bilang jg SHU di kitabne neh. Qiang shu er xing ( Meng Zi , Jin Xin shang ) Yg mendasari zhongshu itu sbenernya adalah REN or cinta kasih or ada yg artiin hubungan sesama insan manusia yg dibentuk berdasarkan toleransi, menghargai dan mencintai. Ya satu kata seh bisa dibabarin macem2. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Hendri Irawan" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > encoding: Big5 > > ½×»y > > ¨½¤¯ > > [EMAIL PROTECTED] > > ´¿¤l¤ê¡G¡§°ß¡C¡¨ > > ¤l¥X¡C > > ªù¤H°Ý¤ê¡G¡§¦ó¿×¤]¡H¡¨ > > ´¿¤l¤ê¡G¡§¤Ò¤l¤§¹D¡A©¾®¤¦Ó¤w¨o¡C¡¨ > > Lun Yu > > Bab Li Ren, ayat 15 > > Kongzi berujar: "Shen hu (Zengzi, murid Kongzi) ! Dao yang aku jalani > memiliki satu prinsip pemersatu." > > Zengzi menjawab: "Ya." > > Kongzi berlalu (meninggalkan kelas). > > Murid-muridnya yang lain bertanya: "Apa maksud kata-kata guru ?" > > Zengzi menjawab: "Dao yang dijalani Guru (Kongfuzi), adalah selalu > Zhong (teguh/setia terhadap prinsip-prinsip xing/nurani kita) dan Shu > (welas asih terhadap sesama, tepa selira, termasuk bersikap > memaafkan), hanya ini dan tidak ada lagi." > > Hormat saya, > > Yongde > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" > wrote: > > > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua > > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls, > walaupun > > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh lagi > > tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini > karena selama > > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah > keuletan > > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak > > diterangkan. Salam, Tan Lookay > > >
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Kalo konsep tao n buddha kan gak ada tuhan tuh trus nyerah ke sapa? Ke alam? Trus biasanya yg udah level begitu yah pendeta taois or biksu buddhis yg tinggal digunung2, siu lien buat capai tao or nirwana, ga cuma dendam doank yg dilupakan, tp nafsu duniawin laennya juga, harta, kedudukan n nama besar. Mereka juga males ladenin tuh konflict2 apapun jadi hidupnya bisa damai. Btw org biasa yg sudah muak ama kehidupan duniawi juga pada nyingkir n hidup sederhana tp banyak konflict n keinginan macem2. Engga rebutan harta, sikut2 kursi, kong tai sana sini cari nama besar n pengikut, bahkan biasanya muridpun ditolaknya. Klo semua manusia bisa hidup kayak gitu maka bakal lebih damai hatinya daripada sekedar setiap saat memaafkan org tp tiap hari sikut2 cari kedudukan, harta n nama besar. Hehehehe btw yg g omongin td biasanya ada di film silat yah, klo di dunia nyata seh kagak tau. Hehehe Sent from my BlackBerry� powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed, 8 Oct 2008 10:24:33 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau orang-orang itu bisa lupakan Milosevic mungkin hidupnya akan lebih baik. Menurut saya memelihara dendamlah yang buat orang sengsara. Orang jadi inget kesalahan orang dahulu saja, seperti misalnya : Jerman dulu pernah Holocaust mbasmi orang Yahudi, trus piye, orang Yahudi disuruh ngebom Jerman supaya setimpal gitu ??. Saya punya teman (Jewish) yang sangat dendam ama Jerman, lha dia sendiri yang sengsara. Kejadian sudah kapan tahu, dia kalau ketemu orang Jerman masih gondok (nyakitin diri sendiri). Dan masalah Tuhan-nya siapa ya Tuhannya sendiri-sendiri, saya percayakan "vengeance"kepada Tuhan orang Kristen, lalu apakah Tuhan saya tidak berantem rebutan dengan Tuhannya orang lain yang menyalahi saya, lha itu urusan Tuhan kok, sudah dipasrahkan jangan diuthik-uthik lagi. Kembali lagi Bung Danardono, mari setuju untuk nggak setuju, saya bahagia dengan konsep menyerah kepada Tuhan (buat saya Tuhan itu satu), lha buat anda Tuhan itu macem-macem dan buanyak dan tidak memecahkan masalah. So be it, saya tidak minta anda untuk memeluk konsep saya demikian juga jangan paksakan kepada saya bahwa konsep agama tidak membuat orang jadi baik dan Tuhan macem-macem. Salam, Tan Lookay On 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Begitulah pak Bagyo. > > "Penghukuman" didunia ini adalah ranah masyarakat, yang diwakili oleh > negara (azas Hukum Pidana). Kita juga kenal ajaran: "Give therefore > to Caesar the things that are Caesar's, and to God the things that > are God's.(Mt 22:21)". > > Didalam falsafah hukum, kita belajar, bahwa pada awalnya, dalam > masyarakat yang masih "primitif" hukuman adalah identik engan > pembalasan dendam, dalam bahasa Jerman kita kenal "Suehne". Dalam > perkembangan masyarakat yang kian modern, maka negara mengambil alih > fungsi "balas dendam " ini, dan mengubahnya menjadi hukuman. > Kalau sipenjahat sudah dihukum negara menurut peraturan yang berlaku, > maka manusia tak boleh lagi menjalankan balas dendam. > > Pak Bagyo benar, hukum manusia tak sempurna, tetapi apakah yang > sempurna di dunia? Hanya inilah yang manusia dapat wujudkan didunia. > kesempurnaan setelah kita mati, nobody knows. belum ada yang kembali > dari kematian dan mengisahkan mengenai pengadilan langit. > > Mengenai Tuhan, pak Bagyo katakan "Ya Tuhan saya, Tuhannya orang > Kristen", namun, kita membahas masalah manusia secara universal. > Dalam hubungan antar manusia, kita berhadapan dengan manusia dari > perlbagai agama dengan Tuhannya masing masing. Contoh: seorang > beragama A memperkosa dan menjarah wanita beragama B, dan mencuri > barang orang beragama C. Tuhan yang mana yang berwenang bertindak? > Tidak nanti rebutan? > > Pak Bagyo katakan "saya sejahtera dan merasa senang berbuat > demikian", sah sah saja, selama apa yang disenangi A dan membuat > sejahtera, tak menyengsarakan B atau C. nanti pengadilan lagi yang > harus bertindak. > > Mengenai dendam atau memaafkan Milosevic saya ingat interview dalam > tayangan TV dimana wanita diinterview tentang suami mereka yang > ditembak dimuka mereka dan anak anak mereka. Saya tak pernah lupa > expressi muka ibu ibu itu yang merah padam dengan tangis dan isak. > Pak Bagyo yang baik, terus terang, kalau saya ada ditempat itu, di > Srbernica, saya TAK berani mengusulkan " lupakan deh Milosecic".. > > Salam > > Danardono > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com , > "Tantono Subagyo" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Pak Danardono yth, > > Saya berkata bahwa penghukuman yang seti
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
inget itu jadi inget owe punya kasus ko, doeloe ada yg kurang lebih sama lar en loetjoenya itu temen owe yg kristen gak tanya ame pendeta or sape getu malah tanya ame owe. Owe jawabin simple, Yesus gak pernah nulis alkitab lho trus jg Yesus gak banyak ngomong ini boleh itu gak boleh, Yesus tjoema ngomong Tiada seorangpun akan mencapai Bapak tanpa melalui AKU. Lha AKUnya sape ? Tuhan ? Yesus ? or wat getu ! Inga inga KASIH dong , so yg namanya KASIH emang pilih2 loe sembah yesus, buddha, kodok, kadal , batu tetek bengek ? Kalu nurut owe yg namanya KASIH gak bakalan pilih KASIH. Nape seh banyak org mikir Yesus itu oknum yg namanya yesus ? Coba mindnya dilebarin dikit getu, Yesus itu KASIH bukan ? Sorry aye komentarin ya soalne masih rada senep ketemu yg ngaku2 mantan KHC trus bilang meja sembayang ngkong gw itu setan. Sialnye itu org ngotot bilang kalu budaya tenglang or tradisi itu belenggu tubuh dan menyesatkan hueuehehe termasuk sembayang ame leluhur yg kasih buah ame pasang hio. Lha kalu org bule mah gak apa2 getu tabur bunga hueheheheheh. Mbok ya mikir dikitlah en belajar sejarah Kristen aje dikit, trus buka pikirannye biar gak cupet mampet getu. Jadi inget omelan si Nietsche yg tereak Tuhan telah mati, tuhan2 pada disembah di bukunye Thus Spoke Zarathustra hehehehehehehehe. So sape neh yg bikin mati TUHAN ame nyembah2 tuhan ? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Terima kasih als dan jawaban anda saya terima sebagai masukan dan juga saya selalu berpikir secara logika. > Saya hanya bingung untuk menjawab pertanyaan ayah saya but anyway thanks untuk reply nya > Salam > Sunny Thee > > > > - Original Message > From: als <[EMAIL PROTECTED]> > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, 8 October, 2008 11:48:50 PM > Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. > > > Saya juga mohon maaf karena menjawab pertanyaan Sdr. San Liong di forum terbuka. Apapun jawaban Pak Pendeta Tan lewat japri, paling tidak jawaban saya ini bisa menjadi penyeimbang. Anda sendirilah yang akhirnya mengambil keputusan. Para petinggi agama atau anak-buahnya biasanya memainkan rasa takut, rasa bersalah, dan iming-iming para calon âkorbanânya. Orang-orang yang rasa percaya dirinya kurang biasanya menjadi korban yang sangat empuk. Orang-orang yang tidak biasa berpikir kritis biasanya juga gampang menjadi korban. Orang-orang yang paling gampang jadi âdombaâ adalah orang-orang yang memang sejak kecilnya telah âterkondisiâ oleh keKristenan, dan orang-orang seperti ini tentu saja gampang sekali diâmanipulasi.â Bacalah Alkitab (Old and New Testaments) dengan seksama secara kritis (pake otak hahahahaha) dan simaklah sejarah Kristen/Katholik/ Gereja dengan pikiran netral, zaman sudah terbuka begini, tidak ada kebusukan dan kekejian yang > bisa ditutup-tutupi lagi. Bacalah motif/dorongan tindakan orang dengan teliti. Amatilah kepentingan apa yang hendak mereka raih dan mungkin disembunyikan dari Anda. Pokoknya jangan memakai jalur âpercayaâ atau âtidak percayaâ tapi selidikilah dengan cermat. Kalau ada waktu, pelajarilah isi websites yang ditulis oleh orang-orang ex-Kristen (yang pasti sering dihujat oleh pak pendeta dkk.) Bila semua âanjuranâ saya ini telah Anda lakukan dan Anda masih belum bisa memutuskan jalan hidup Anda sendiri dan masih bingung juga. Ya tanya lagilah kepada forum. Petromaks masih banyak di sini! J >  > Salam pencerahan, > als >  > > > > From:Tantono Subagyo [mailto:tantono@ gmail.com] > Sent: Wednesday, October 08, 2008 10:08 PM > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. >  > Mohon maaf saya jawab jalur pribadi karena ini pertanyaan sesama Kristen dan jawaban-nya juga secara Kristen. Salam, Tan Lookay > 2008/10/8 Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED] com.au> > Salam, >  Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari. > Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu : > Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga. > Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu seka
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Toko engkong sy pernah dirampok thn70an, perampoknya engga pernah tertangkap, Pada thn 80an, di gereja deket toko engkong sy ada yg bikin kesaksian ttg gimana dia dulu n bertobat, disaat itu dia ngaku bahwa dia yg pernah rampok toko engkong sy, kebetulan ada tetangga yg hadir n lapor ke keluarga kami saat itu. Sama engkong n keluarga cuma dibilang yg udah lewat yah biar aja lewat ngapain diungkit lagi toh skrg dia dah tobat. Sampe hari ini tuh perampok cuma kesaksian dia dah tobat n minta maaf ma tuhan doank, tp tidak pernah sekalipun dateng ke rmh minta maaf. Apakah maaf dari tuhan sudah cukup??? Apakah engkong sy n keluarga yg tidak kenal alkitab tidak bisa memberi maaf? Btw engkong sy ke klenteng pun jarang sekali bahkan sy tdk pernah liat dia ke kelenteng dll, cuma tiap pagi tiam hio di depan toko aja. Tp banyak mengajarkan flsafat hidup ttg hidup adil n melupakan kesalahan org laen. Sent from my BlackBerry� powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wed, 8 Oct 2008 08:36:02 To: Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Pak Danardono yth, Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan, bukan berarti meniadakan hukum. Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga agar manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos. Jadi saya bisa mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah norma yang mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara. Tetapi harus diingat bahwa hukum bukanlah balas dendam atau memberi penghukuman yang setimpal. Hukum manusia masih tidak sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya menurut KUHAP dihukum penjara duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu bilamana Y membunuh X misalnya, apakah anak X harus Y atau memaafkannya ?. Memaafkan bukan berarti membebaskan yang dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic bukan berarti meloloskannya dari hukum manusia yaitu norma-norma hukum internasional akan tetapi melepaskan dendam untuk bergerak maju. Sekali lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup saya pun sempit tidak seperti anda yang mendunia. Bagi saya memaafkan sederhana saja, saya (mencoba) memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada diri saya dan tidak membalas dendam agar saya dapat melangkah maju. Dalah hal sekolahpun begitu, ketika anak saya mendapat hambatan dalam sekolah, saya tidak ribut-ribut tetapi bersama beberapa orang lalu membuat sekolah dan ternyata itu lebih positif. Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan, Tuhan siapa ?, Tuhannya orang Kristen agama yang saya anut, lho nanti nggak cocok dengan budaya, ya biarin, orang saya sejahtera dan saya merasa senang telah berbuat demikian. Mohon penerangan kembali. Tantono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Jika saya membuat buku yang mengenalkan sastra Tionghoa ke Indonesia, apa ini tak masuk karya nyata? Jika saya menulis essay sastra yang menyoal masalah2 Tionghoa di media resmi, apa ini tak termasuk karya nyata? Jika saya kembali menulis essay dan puisi dalam bhs mandarin untuk menghidupkan kembali sastra Tionghoa Indonesia, apa ini tak termasuk karya nyata? Tapi, apakah semua ini menjadi syarat mutlak untuk bisa bercuap2 ttg masalah Tionghoa di sini? bahkan orang kecil tak ada prestasipun berhak untuk berkeluh kesah! Salam Orang biasa ZFy --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 8, 2008, 3:56 PM Lha saya orang kecil yang sombong kok Pak, siapa yang meragukan anda ?. Apa saya pernah bilang saya ragu ? Lha mbok saya diberitahu apa saja yang sudah anda perbuat sehingga saya bisa ngeh ?. Salam, Tan Lookay 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com> Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah pemberangusan budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak ubahnya seperti kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang penderitaan Yesus di kayu salib juga bisa ngurusin sekolah. Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2 nyata di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini? Salam, ZFy --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] com> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia. Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan? Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh. Jadi itulah kerja saya. Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan dendam terus saja itu hak anda. Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat. Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya. Salam, Tan Lookay 2 -- Best regards, Tantono Subagyo -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Sungguh aneh, anda sering memberi nasehat untuk tak mengingat2 kegetiran Tionghoa masa lalu, padahal anda sendiri terus2 mengungkit perlakuan negatif keluarga besar anda thd anda di masa lalu ! anda juga tak bisa melupakan bukan ? Anda mungkin berdalih bahwa meski anda mengungkit tapi anda sudah memaafkan.. Sebelum sampai ke hal maaf memaafkan ini anda tentu sudah yakini bahwa fakta negatif itu memang nyata bukan? Masalahnya memang disini : Sebelum kita bisa memaafkan masa lalu, kita harus yakin masa lalu memang buruk! Karena ini bukan persoalan yang menimpa pribadi tapi persoalan masyarakat, maka selama masih ada orang yang meragukan keburukan masa lalu, saya merasa wajib untuk meyakinkan mereka. Setelah orang sepakat dng fakta keburukan, baru bisa memaafkan bukan ?? Salam sejarah ZFy --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 8, 2008, 4:11 PM Kalau anda bertanya dengan baik dan pakai nama akan saya jawab. Saya tidak tahu dan tidak perlu tahu apakah saya punya andil apapun dalam keputusan yang akan diambil oleh Tuhan karena saya percaya Tuhan mempertimbangkan segalanya. Jadi mengapa berdoa ?. Ya karena saya ingin dekat dengan Tuhan, dan doa saya bukan "deretan permintaan" seperti yang anda bayangkan. Kalau saya berdoa, adalah karena saya ingin pasrah kepada Tuhan dan pertolongan Tuhan dan berkali-kali hal ini terjadi dalam hidup saya. Pertama ketika umur 12 tahun ayah saya meninggal, saya besar dalam lingkungan kakak Tenglang tulen yang menyampingkan saya karena Ibu saya Jawa, saya sekolah sambil bekerja sampai saat ini, kedua ketika sebagai pegawai negeri saya di non jobkan karena Kristen dan keturunan Cina, pertolongan Tuhan datang juga. Anda tidak akan dapat mengerti karena tidak merasakan, tetai bagi saya itu nyata. Salam, Tantono 2008/10/8 als <[EMAIL PROTECTED] id> Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang akan diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda berpikir bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya Andy, sne saya Liem (hokkian). J Salam serius, als From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] com] Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya. Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan memompanya yang penuh ya! J als Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan yang terbaik. Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan urusan saya lagi. Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak mahal tahu !. Eh sebut nama dong, jangan als doang. Salam, Tan Lookay -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Heheheh memang kurang canggih tuh , tapi ya saya serahkan saja pada ayah saya sendiri yang menentukan . Pusing gue, btw gimane bolu, business bagus? Salam Sunny Thee - Original Message From: gsuryana <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 8 October, 2008 11:46:22 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Apa yang dialami oleh Ayahanda pak Sunny masih mending lah, karena didatangi oleh orang luar yang baik hati, biarpun ada ucapan yang menyakiti. Ayah ku mengalami hal yang lebih parah, dia di 'kotbah' i oleh adik ipar yang pendeta, dan bukan satu adik ipar, malah lebih dari 3 orang ( aku punya paman banyak yang jadi pendeta dan gembala ). Akhirnya ayahku masuk menjadi Kristen, dengan pertimbangan setelah berkomunikasi dengan anak anak nya ( anak anak nya termasuk aku, beragam agama, ada Katholik, Kristen, GBI, Islam ), dimana kami hanya memberi masukan, " bila nanti meninggal mau memakai upacara agama apa ?, yang jelas untuk agama Konghucu/Budha tidak ada yang ngerti, jangan jangan nanti dikadalin harus sembahyang ini dan itu, padahal gak perlu ( dialami oleh seseorang kerabatku sih ) " dan ternyata Ayah ku setuju dengan pendapat ini en eng ing eng dibaptis lah beliau...happy ending kan ? Mengenai surga neraka, Ayahku hanya memegang prinsip tidak ada siapapun yang bisa menjamin seseorang masuk surga dan neraka karena memang tidak ada laporan yang sahih surga dan neraka seperti apa dan lokasinya dimana setelah mati. sur. ( orang Kristen yang mendatangi Ayahanda Pak Sunny ilmu lobby nya kurang canggih tuh. ) http://indolobby. blogspot. com - Original Message - From: Mr sanliong thee Salam, Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari. Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu : Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga. Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb. Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur. Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka??? Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak diijinkan oleh moderator. BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka Make the switch to the world's best email. Get Yahoo!7 Mail! http://au.yahoo.com/y7mail
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Sebenernye bukan masuk kristen katolik baru bisa masuk sorga, acuannya kan kata2 (kurang lebih, maaf kalo salah) "Barang siapa yang mau menerima Aku, maka masuk sorga" (kurang lebih atau artinya begitu). Dan juga "Hanya melalui Akulah jalan keselamatan (masuk sorga)". Budaya TiongHua kan tidak mengharuskan dewa ini dewa itu, juga termasuk Yesus, ya jadi pasang aja patung Yesus atau tulisan "Yesus" di papan terus di kasih hiolo & tiam hio deh, atau kalo di sakralkannya injil ya taro aja injil di meja sembahyang terus sembahyang pake hio deh, kan sama aja ga harus ikut cara / budaya kristen - Original Message - From: Mr sanliong thee To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 08 October, 2008 21:23 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Salam, Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari. Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu : Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga. Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb. Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur. Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka??? Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak diijinkan oleh moderator. BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka - Original Message From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 8 October, 2008 9:44:20 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi menyembuhkan! Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya pasien pasien lain lagi). Gak apa apa. Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn). Salam karya nyata Danardono --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? > > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia. > > Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, Persis!
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Terima kasih als dan jawaban anda saya terima sebagai masukan dan juga saya selalu berpikir secara logika. Saya hanya bingung untuk menjawab pertanyaan ayah saya but anyway thanks untuk reply nya Salam Sunny Thee - Original Message From: als <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 8 October, 2008 11:48:50 PM Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. Saya juga mohon maaf karena menjawab pertanyaan Sdr. San Liong di forum terbuka. Apapun jawaban Pak Pendeta Tan lewat japri, paling tidak jawaban saya ini bisa menjadi penyeimbang. Anda sendirilah yang akhirnya mengambil keputusan. Para petinggi agama atau anak-buahnya biasanya memainkan rasa takut, rasa bersalah, dan iming-iming para calon ‘korban’nya. Orang-orang yang rasa percaya dirinya kurang biasanya menjadi korban yang sangat empuk. Orang-orang yang tidak biasa berpikir kritis biasanya juga gampang menjadi korban. Orang-orang yang paling gampang jadi “domba’ adalah orang-orang yang memang sejak kecilnya telah ‘terkondisi’ oleh keKristenan, dan orang-orang seperti ini tentu saja gampang sekali di”manipulasi.” Bacalah Alkitab (Old and New Testaments) dengan seksama secara kritis (pake otak hahahahaha) dan simaklah sejarah Kristen/Katholik/ Gereja dengan pikiran netral, zaman sudah terbuka begini, tidak ada kebusukan dan kekejian yang bisa ditutup-tutupi lagi. Bacalah motif/dorongan tindakan orang dengan teliti. Amatilah kepentingan apa yang hendak mereka raih dan mungkin disembunyikan dari Anda. Pokoknya jangan memakai jalur “percaya” atau “tidak percaya” tapi selidikilah dengan cermat. Kalau ada waktu, pelajarilah isi websites yang ditulis oleh orang-orang ex-Kristen (yang pasti sering dihujat oleh pak pendeta dkk.) Bila semua ‘anjuran’ saya ini telah Anda lakukan dan Anda masih belum bisa memutuskan jalan hidup Anda sendiri dan masih bingung juga. Ya tanya lagilah kepada forum. Petromaks masih banyak di sini! J Salam pencerahan, als From:Tantono Subagyo [mailto:tantono@ gmail.com] Sent: Wednesday, October 08, 2008 10:08 PM To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Mohon maaf saya jawab jalur pribadi karena ini pertanyaan sesama Kristen dan jawaban-nya juga secara Kristen. Salam, Tan Lookay 2008/10/8 Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED] com.au> Salam, Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari. Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu : Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga. Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb. Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur. Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka??? Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak diijinkan oleh moderator. BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka . Make the switch to the world&
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Tergantung doa sang bandar, bukan pemasang, jadi di sini bukan jumlah suara - Original Message - From: Fy Zhou To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 08 October, 2008 18:52 Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan. sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya... ZFy --- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 8, 2008, 8:11 AM --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > >** Disini ada banyak kesalahan baca: 1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang 2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan, bermilyard manusia melaksanakannya 3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama. Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya? Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi dewi Kwan Im..it's totally OK. Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun, kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah? Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang Amerika yang sombong. Tuhan kabulkan doa yang mana ya? Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa Jerman: "Sturm im Glas" tak apalahhh.. Salam Danardono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Kalau anda bertanya dengan baik dan pakai nama akan saya jawab. Saya tidak tahu dan tidak perlu tahu apakah saya punya andil apapun dalam keputusan yang akan diambil oleh Tuhan karena saya percaya Tuhan mempertimbangkan segalanya. Jadi mengapa berdoa ?. Ya karena saya ingin dekat dengan Tuhan, dan doa saya bukan "deretan permintaan" seperti yang anda bayangkan. Kalau saya berdoa, adalah karena saya ingin pasrah kepada Tuhan dan pertolongan Tuhan dan berkali-kali hal ini terjadi dalam hidup saya. Pertama ketika umur 12 tahun ayah saya meninggal, saya besar dalam lingkungan kakak Tenglang tulen yang menyampingkan saya karena Ibu saya Jawa, saya sekolah sambil bekerja sampai saat ini, kedua ketika sebagai pegawai negeri saya di non jobkan karena Kristen dan keturunan Cina, pertolongan Tuhan datang juga. Anda tidak akan dapat mengerti karena tidak merasakan, tetai bagi saya itu nyata. Salam, Tantono 2008/10/8 als <[EMAIL PROTECTED]> >*Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang > akan diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda > berpikir bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya > Andy, sne saya Liem (hokkian). **J*** > > * * > > *Salam serius,* > > *als* > > > -- > > *From:* Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] > *Sent:* Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM > *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com > *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang > memaafkan. > > > > *Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam > ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya. > Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap > 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan > memompanya yang penuh ya! **J* > > * als* > > Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan > yang terbaik. Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan > urusan saya lagi. Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak > mahal tahu !. Eh sebut nama dong, jangan als doang. Salam, Tan Lookay > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang akan diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda berpikir bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya Andy, sne saya Liem (hokkian). :-) Salam serius, als _ From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya. Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan memompanya yang penuh ya! :-) als Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan yang terbaik. Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan urusan saya lagi. Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak mahal tahu !. Eh sebut nama dong, jangan als doang. Salam, Tan Lookay
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Lha saya orang kecil yang sombong kok Pak, siapa yang meragukan anda ?. Apa saya pernah bilang saya ragu ? Lha mbok saya diberitahu apa saja yang sudah anda perbuat sehingga saya bisa ngeh ?. Salam, Tan Lookay 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> > Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah > pemberangusan budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak > ubahnya seperti kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang > penderitaan Yesus di kayu salib juga bisa ngurusin sekolah. > > Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2 > nyata di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini? > > > Salam, > ZFy > > > > > > > --- On *Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>* wrote: > > From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang > memaafkan. > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM > > > > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena Tuhan yang > anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata > bagi orang lain bukan? Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga > berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya > sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena > mereka juga mengwemban tugas yang mulia. > > Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya > nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah > untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain > bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan? > > *Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh. Jadi > itulah kerja saya. Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen > (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin > sekolah dan dendam terus saja itu hak anda. > Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat. > Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et > Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya. Salam, Tan > Lookay* > > > > > > 2 >> >> >> > -- > Best regards, Tantono Subagyo > > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Posting seperti ini dari orang tanpa nama tentunya tidak mengharapkan jawaban bukan ?. Dan anda sendiri sudah mengatakan enak jadi kok nggak mau jadi pendeta ? Salam, Tantono Subagyo 2008/10/8 als <[EMAIL PROTECTED]> >*Jadi pendeta itu, bila cerdik dan 'tahu diri', sesungguhnya sangat > menyenangkan. Sebagai penggembala para domba, ia terpuaskan keinginan > psikologisnya akan 'power', bayangkan aja: ketika sang Penggembala sedang > berkhotbah, para domba duduk manis sambil sekali-sekali menyambutnya dengan > tepuk tangan sukacita, apapun yang dikatakannya para hadirin selalu > meng'amin'inya. Pak Pendeta sama sekali tidak perlu naik darah kayak Pak SBY > yang 'khotbah'nya sering di'cuek'I oleh beberapa hadirin (yang tipe > 'penjilat' sih menahan-nahan kantuknya). **J** Selain itu, tidak usah > pusing-pusing memikirkan perusahaan seperti layaknya para pengusaha lainnya, > pak Pendeta setiap bulan menerima perpuluhan (10% dari penghasilan kotor > loh!) dari para domba. Ia tidak perlu takut didatangi orang KPK, ia tidak > perlu was-was diperiksa oleh auditor atau didatangi petugas pajak. And last > but not least, surga adalah tempat abadinya yang tentu saja sangat nyaman > tidak ada duanya. Semoga teman-teman di sini tidak ada yang iseng-iseng > tanya…."kenapa kalo gitu elo sendiri kagak mo jadi pendeta???" **J*** > > * * > > *Salam fakta,* > > *als * > > > -- > > *From:* Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] > *Sent:* Wednesday, October 08, 2008 7:37 PM > *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com > *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang > memaafkan. > > > > Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik > berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya > dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir > miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala? > > Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan. > Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah > saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga > masih akan berkarya nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah > lagi. Dengan kotbah saya bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi > yang berkarya nggak cuman saya tapi juga banyak orang. Salam, Tantono > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Saya juga mohon maaf karena menjawab pertanyaan Sdr. San Liong di forum terbuka. Apapun jawaban Pak Pendeta Tan lewat japri, paling tidak jawaban saya ini bisa menjadi penyeimbang. Anda sendirilah yang akhirnya mengambil keputusan. Para petinggi agama atau anak-buahnya biasanya memainkan rasa takut, rasa bersalah, dan iming-iming para calon 'korban'nya. Orang-orang yang rasa percaya dirinya kurang biasanya menjadi korban yang sangat empuk. Orang-orang yang tidak biasa berpikir kritis biasanya juga gampang menjadi korban. Orang-orang yang paling gampang jadi "domba' adalah orang-orang yang memang sejak kecilnya telah 'terkondisi' oleh keKristenan, dan orang-orang seperti ini tentu saja gampang sekali di"manipulasi." Bacalah Alkitab (Old and New Testaments) dengan seksama secara kritis (pake otak hahahahaha) dan simaklah sejarah Kristen/Katholik/Gereja dengan pikiran netral, zaman sudah terbuka begini, tidak ada kebusukan dan kekejian yang bisa ditutup-tutupi lagi. Bacalah motif/dorongan tindakan orang dengan teliti. Amatilah kepentingan apa yang hendak mereka raih dan mungkin disembunyikan dari Anda. Pokoknya jangan memakai jalur "percaya" atau "tidak percaya" tapi selidikilah dengan cermat. Kalau ada waktu, pelajarilah isi websites yang ditulis oleh orang-orang ex-Kristen (yang pasti sering dihujat oleh pak pendeta dkk.) Bila semua 'anjuran' saya ini telah Anda lakukan dan Anda masih belum bisa memutuskan jalan hidup Anda sendiri dan masih bingung juga. Ya tanya lagilah kepada forum. Petromaks masih banyak di sini! :-) Salam pencerahan, als _ From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 08, 2008 10:08 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Mohon maaf saya jawab jalur pribadi karena ini pertanyaan sesama Kristen dan jawaban-nya juga secara Kristen. Salam, Tan Lookay 2008/10/8 Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]> com.au> Salam, Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari. Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu : Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga. Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb. Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur. Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka??? Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak diijinkan oleh moderator. BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka . <http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=11328156/grpspId=1705329729/msgI d=37346/stime=1223478536/nc1=1/nc2=2/nc3=3>
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Apa yang dialami oleh Ayahanda pak Sunny masih mending lah, karena didatangi oleh orang luar yang baik hati, biarpun ada ucapan yang menyakiti. Ayah ku mengalami hal yang lebih parah, dia di 'kotbah' i oleh adik ipar yang pendeta, dan bukan satu adik ipar, malah lebih dari 3 orang ( aku punya paman banyak yang jadi pendeta dan gembala ). Akhirnya ayahku masuk menjadi Kristen, dengan pertimbangan setelah berkomunikasi dengan anak anak nya ( anak anak nya termasuk aku, beragam agama, ada Katholik, Kristen, GBI, Islam ), dimana kami hanya memberi masukan, " bila nanti meninggal mau memakai upacara agama apa ?, yang jelas untuk agama Konghucu/Budha tidak ada yang ngerti, jangan jangan nanti dikadalin harus sembahyang ini dan itu, padahal gak perlu ( dialami oleh seseorang kerabatku sih ) " dan ternyata Ayah ku setuju dengan pendapat ini en eng ing eng dibaptis lah beliau...happy ending kan ? Mengenai surga neraka, Ayahku hanya memegang prinsip tidak ada siapapun yang bisa menjamin seseorang masuk surga dan neraka karena memang tidak ada laporan yang sahih surga dan neraka seperti apa dan lokasinya dimana setelah mati. sur. ( orang Kristen yang mendatangi Ayahanda Pak Sunny ilmu lobby nya kurang canggih tuh. ) http://indolobby.blogspot.com - Original Message - From: Mr sanliong thee Salam, Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari. Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu : Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga. Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb. Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur. Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka??? Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak diijinkan oleh moderator. BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah pemberangusan budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak ubahnya seperti kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang penderitaan Yesus di kayu salib juga bisa ngurusin sekolah. Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2 nyata di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini? Salam, ZFy --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia. Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan? Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh. Jadi itulah kerja saya. Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan dendam terus saja itu hak anda. Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat. Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya. Salam, Tan Lookay 2 -- Best regards, Tantono Subagyo
RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Jadi pendeta itu, bila cerdik dan 'tahu diri', sesungguhnya sangat menyenangkan. Sebagai penggembala para domba, ia terpuaskan keinginan psikologisnya akan 'power', bayangkan aja: ketika sang Penggembala sedang berkhotbah, para domba duduk manis sambil sekali-sekali menyambutnya dengan tepuk tangan sukacita, apapun yang dikatakannya para hadirin selalu meng'amin'inya. Pak Pendeta sama sekali tidak perlu naik darah kayak Pak SBY yang 'khotbah'nya sering di'cuek'I oleh beberapa hadirin (yang tipe 'penjilat' sih menahan-nahan kantuknya). :-) Selain itu, tidak usah pusing-pusing memikirkan perusahaan seperti layaknya para pengusaha lainnya, pak Pendeta setiap bulan menerima perpuluhan (10% dari penghasilan kotor loh!) dari para domba. Ia tidak perlu takut didatangi orang KPK, ia tidak perlu was-was diperiksa oleh auditor atau didatangi petugas pajak. And last but not least, surga adalah tempat abadinya yang tentu saja sangat nyaman tidak ada duanya. Semoga teman-teman di sini tidak ada yang iseng-iseng tanya.."kenapa kalo gitu elo sendiri kagak mo jadi pendeta???" :-) Salam fakta, als _ From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 08, 2008 7:37 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala? Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan. Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi. Dengan kotbah saya bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman saya tapi juga banyak orang. Salam, Tantono
RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Loh, apa Pak Danardono gak salah tulis tuh? Bukankah Pak 'wasalam' ABS bahkan termasuk teman Muslim yang paling dulu mengucapkan selamat atas kependetaan Pak Tan? Jangan 'nggebyah uyah' (menggeneralisasi) ah Pak! :-) Salam guyon, als _ From: danarhadi2000 [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 08, 2008 8:36 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. --- In budaya_tionghua@ <mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com> yahoogroups.com, "gsuryana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat Pak Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia menjadi kenal Yesus..Haleluy :o) > > sur. > http://indolobby. <http://indolobby.blogspot.com> blogspot.com * Lhooo mas Sur, ini justru yang saudara saudara umat Islam kesal. Kalau mereka ngambeg, lha ribut lagi, gereja gereja dan tempat peribadahan dilempari batu, lalu mana "damai itu indah"nya pak Ophoeng? Kan lenyap? Salam Danardono ___
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Mohon maaf saya jawab jalur pribadi karena ini pertanyaan sesama Kristen dan jawaban-nya juga secara Kristen. Salam, Tan Lookay 2008/10/8 Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED]> > Salam, > > > > Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian > semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat > saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari. > > Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu > : > > Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai > pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma > yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga. > > Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member > dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan > membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya > sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya > tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau > senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik > tsb. > > Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara > kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat > ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka > karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan > tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau > maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang > membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena > saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini > karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk > memelihara meja abu leluhur. > > Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari > semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah > saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih > , mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak > berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk > neraka??? > > Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan > pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini > tidak diijinkan oleh moderator. > > BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN > SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan > ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang > tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka > > > - Original Message ---- > From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, 8 October, 2008 9:44:20 PM > Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > > Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. > Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya > nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut > oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu > model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi > menyembuhkan! > > Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan > ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya > pasien pasien lain lagi). Gak apa apa. > > Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu > (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn). > > Salam karya nyata > > Danardono > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, > Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena > Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus > disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? > > > > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial > yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk > berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, > karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia. > > > > Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk > berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini > yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran > sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah > kita tentunya tak sia2 bukan? > > > > > > Selamat berkotbah! > > ZFy > > > > > > > > --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] >
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Lho bos, jangan salah para dokter dan jururawat nggak kotbah, tetapi minta dikotbahin digereja tiap minggu kalau lagi mriksa kotbah ya orang gendeng namanya. Jadi ada bagiannya sendiri, saya bikin sekolah, karya nyata, dan kotbah ngajak lebih banyak orang lagi untuk bikin sekolah. Lebih nyata 'kan. Gitu saja kok repot. Salam, Tantono 2008/10/8 danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> > Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. > Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya > nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut > oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu > model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi > menyembuhkan! > > Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan > ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya > pasien pasien lain lagi). Gak apa apa. > > Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu > (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn). > > Salam karya nyata > > Danardono > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com , > Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena > Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus > disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? > > > > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial > yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk > berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, > karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia. > > > > Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk > berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini > yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran > sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah > kita tentunya tak sia2 bukan? > > > > > > Selamat berkotbah! > > ZFy > > > > > > > > --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> > > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang > memaafkan.. > > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM > > > > > > > > > > > > > > > > Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik > berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang > sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial > membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala? > > > > Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada > Tuhan. Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada > sekolah yang sudah saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti > disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya nyata, bersama > teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi. Dengan kotbah saya bisa > ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman > saya tapi juga banyak orang. Salam, Tantono > > > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Lha nanti ada yang marah-marah lagi. Saya jadi pendeta bukan karena Sekolah Tionghua kok, tapi dul karena tidak diterima dikeluarga Tenglang totok, jadi sekolah ya seadanya dan yang mau beri beasiswa saya sekolah katolik, walaupun saya akhirnya jadi Kristen. Haleluya. Tantono 2008/10/8 gsuryana <[EMAIL PROTECTED]> >Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat Pak > Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia menjadi > kenal Yesus..Haleluy :o) > > sur. > http://indolobby.blogspot.com > > - Original Message - > *From:* Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> > > Asal positif saja Pak. Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan > penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu > membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya. Tapi kalau cuma > omong, mengeluh dan meng-kambek-kan orang yang nggak ada hubungannya dan > menyamaratakan ya nggak positif namanya. Selamat Mengingat, Tantono > > 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> > >> Kalau saya memilih tak Melupakan! >> >> Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat >> kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri >> kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga >> sengsara seperti kita. >> >> Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama. >> >> Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai >> kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang >> mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade! >> >> Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument >> >> >> Salam Mengingat. >> ZFy >> >> >> >> >> --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>* wrote: >> >> From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> >> >> > >> >> >> > > > -- > Best regards, Tantono Subagyo > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Salam, Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari. Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu : Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga. Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb. Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur. Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka??? Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak diijinkan oleh moderator. BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka - Original Message From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 8 October, 2008 9:44:20 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi menyembuhkan! Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya pasien pasien lain lagi). Gak apa apa. Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn). Salam karya nyata Danardono --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? > > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia. > > Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan? > > > Selamat berkotbah! > ZFy > > > > --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > > From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] > > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM > > > > > > > > Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala? > > Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kep
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
*Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya. Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan memompanya yang penuh ya! **J*** * * *als* Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan yang terbaik. Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan urusan saya lagi. Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak mahal tahu !. Eh sebut nama dong, jangan als doang. Salam, Tan Lookay
RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya. Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan memompanya yang penuh ya! :-) als _ From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 08, 2008 6:58 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, tapi minta agar bisa perform sebaik-baiknya. Kalau berdoapun kalah ya berlatih lagi sambil berdoa. Gitu saja kok repot. Tantono 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]> com> Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan. sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya... ZFy . <http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=11328156/grpspId=1705329729/msgI d=37322/stime=1223467102/nc1=3848640/nc2=4763759/nc3=4990216>
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia. Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan? *Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh. Jadi itulah kerja saya. Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan dendam terus saja itu hak anda. Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat. Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya. Salam, Tan Lookay* 2 > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Didalam perjalanan sejarah panjang Indonesia, bisa dibilang sejak jaman kerajaan kerajaan kecil, hubungan antar masyarakat Indonesia dengan Tenglang yang datang ke Indonesia bisa dibilang lebih banyak damai nya dibandingkan dengan ributnya. ( Mengenai perebutan kekuasaan diantar Kerajaan, adalah wajar bila terjadi pertumpahdarahan, karena namanya juga perebutan kekuasaan, yang aku tahu tidak sampai terjadi genocide secara langsung ) Kelenteng, Pura masing masing memiliki pengikutnya, demikian juga dengan masuknya Islam dengan mengadop budaya setempat sedikit demi sedikit bisa menguasai Kerajaaan yang ada di Nusantara. Masuk Kristen/Katholik melalui VOC, mulai terjadi gesekan lumayan keras, dimana dalam hal ini Tenglang Indonesia mulai terbagi dua kelompok, pro VOC dan pro Nusantara, dimana pada intinya masih tetap kepada hasil bumi, sedang agama hanya sebagai pelengkap penderita. Dijaman kemeredekaan Tenglang Indonesia masih memberikan banyak andil, dan bergerak hampir di segala bidang, termasuk ketatanegaraan ( BPUPKI ). Dan Bmmm 65, mendadak sontak semua kebudayaan Tionghoa di berangus, terutama dibidang pendidikan yang menjadi salah satu soko guru budaya, di tuntas habis kan, sehingga mendadak sontak remaja Tenglang Indonesia harus pindah sekolah, pindah agama, dan pindah identitas, yang tidak setuju masih diberi pilihan menjadi WNA. Dan sejak tahun 2000 sekian kembali Booommm sekian banyak gereja mengalami gempuran, mulai dari ijin yang sulit, sampai dengan pengrusakan, dimana menurut data sampai ber ratus ratus bangunan gereja yang rusak. Dari sejarah panjang tersebut, agama manakah yang manakan yang membawa damai ? Semoga Allah bisa memberi jawaban..( sstt jangan ke aku ngasih jawabannya yah ) sur. http://indolobby.blogspot.com - Original Message - From: "danarhadi2000" <[EMAIL PROTECTED]> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "gsuryana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >> >> Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat > Pak Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia > menjadi kenal Yesus..Haleluy :o) >> >> sur. >> http://indolobby.blogspot.com > > > * Lhooo mas Sur, ini justru yang saudara saudara umat Islam kesal. > Kalau mereka ngambeg, lha ribut lagi, gereja gereja dan tempat > peribadahan dilempari batu, lalu mana "damai itu indah"nya pak Ophoeng? > Kan lenyap? > > Salam > Danardono
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi menyembuhkan! Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya pasien pasien lain lagi). Gak apa apa. Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn). Salam karya nyata Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? > > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia. > > Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan? > > > Selamat berkotbah! > ZFy > > > > --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM > > > > > > > > Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala? > > Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan. Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi. Dengan kotbah saya bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman saya tapi juga banyak orang. Salam, Tantono >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "gsuryana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat Pak Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia menjadi kenal Yesus..Haleluy :o) > > sur. > http://indolobby.blogspot.com * Lhooo mas Sur, ini justru yang saudara saudara umat Islam kesal. Kalau mereka ngambeg, lha ribut lagi, gereja gereja dan tempat peribadahan dilempari batu, lalu mana "damai itu indah"nya pak Ophoeng? Kan lenyap? Salam Danardono
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, >tapi minta agar bisa perform sebaik-baiknya. Kalau berdoapun kalah ya >berlatih lagi sambil berdoa. Gitu saja kok repot. Tantono > * Jangan lupa, the best will very likely win! bahkan tanpa berdoapun, asal persiapan professional. Bangsa kita pasti jauh lebih rajin berdoa daripada, misalnya orang Jerman (ini saya tahu). Yang win, yang mana, kita juga tahu... Salam Danardono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat Pak Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia menjadi kenal Yesus..Haleluy :o) sur. http://indolobby.blogspot.com - Original Message - From: Tantono Subagyo Asal positif saja Pak. Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya. Tapi kalau cuma omong, mengeluh dan meng-kambek-kan orang yang nggak ada hubungannya dan menyamaratakan ya nggak positif namanya. Selamat Mengingat, Tantono 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> Kalau saya memilih tak Melupakan! Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga sengsara seperti kita. Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama. Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade! Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument Salam Mengingat. ZFy --- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> > -- Best regards, Tantono Subagyo
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Danardono yth, > Jaka Sembung Naik Ojek, Nggak Nyambung Jek. Itu adalah jalan pikiran kita berdua. Anda sangat canggih sedang saya nteu acan kepanggih. Konsep mana yang anda mau tanyakan ?. Apapun juga jawaban saya kita tidak akan ketemu karena pra-anggapan kita beda dan anda akan mendebat lagi dengan pra anggapan anda . Tak ada Joko Sembung disini tuh?, karena kita diskusi biasa, tak ada yang tulalit. Anda pahan, saya paham. Saya TAK pernah mendebat pendapat anda, karena kita dalam diskusi agree to disagree. Istilah "pra anggapan" tak saya kenal, jadi saya tak mampu tanggapi, apa ya pra anggapan saya (ini istilah ilmu filsafat?) > Saya merasa selalu ditolong Tuhan itulah pengalaman pribadi saya, >dan itu tidak akan berubah walaupun orang lain bilang Tuhan nggak ada. *** Saya katakan, adalah sangat OK kalau merasa ditolong Tuhan (atau oleh siapapun), karena ditolong adalah hal yang menguntungkan. Ini OK OK saja. Disini TAK ada lho yang mengatakan Tuhan tak ada. Siapa ya? Mengapa anda harus mengubah pendapat pribadi anda? kan tak ada yang meminta anda melakukan itu? > Tantono : Mengapa saya harus tanya kepada yang lain, urusan Tuhan adalah urusan pribadi saya nggak ada hubungannya dengan mas Narpati Pradana atau sdr King Hian ? Apakah keyakinan saya harus sama dengan orang lain ?. Ya biar saja mas Narpati dengan caranya sendiri, dan saya juga dengan keyakinan saya sendiri. Lhooo lha iya to. 1000% keyakinan beliau beliau beda, dan itu yang ingin saya tunjukkan, bahwa Tuhan para umat itu TIDAK sama, dengan kata lain, macam macam. Lha wong umat gereja Unitarian Church saja beda kok tanggapannya mengenai Tuhan dalam Kristiani? Ini kan yang anda tak terima, bahwa Tuhan itu macam macam(berbeda bagi tiap agama)? Lha ini buktinya. Pemerintah Malaysia melarang umat Non Islam memakai kata "Allah", karena apa? Gampang ditebak, karena pemerintah Malaysia berpendapat, Allah it nama Tuhan umat Islam. Yang lain jangan sharing Tuhannya Islam. Gitu aja kok repot? Lha wong nduwe Tuhan dewe dewe.. Anda sudah yakin mas/mbak Narpati dan mas Kinghian keyakinannya berbeda, bagusssh, maka tak usah tanya. Kalau tanya, beliau beliau akan gambarkan Tuhan menurut beliau beliau. Dan itu TAK sama. Anda sendiri katakan bukan, "mengapa keyakinan harus sama?" BETUL. Kalau semua sama, ya Tuhan hanya SATU. One for all. > Tentang doa mana yang dikabulkan ya terserah Tuhan, kalau orang Jawa bilang "becik ketitik ala ketara". Nah, ini juga yang ingin saya demo-kan: doa yang mana, Tuhan yang tentukan, BUKAN kita! Jadi, mana mungkin, kita katakan, doa kita yang dikabulkanNya? memang Tuhan membuat list dari doa doa yang dikabulkan, seperti daftar yang lulus ujian? Tidak kan? NOBODY can say "my prayer has been fulfilled". "Becik ketitik" itu mah soal lain lagi. Itu harapan orang Jawa. Bayangkan, misale, kalau yang merasa didzalimi pak Harto mengharapkan becik ketitik, olo ketoro, ya ampu, mereka boleh tunggu sampai kiamat..ketarane kapan? >Kita pasrah saja, wong saya mahluk kok ditanyai doa mana yang >dikabulkan. > > Salam, Tantono > Lh makanya, darimana kita tahu "saya ditolong Tuhan, dan doa saya dikabulkan Tuhan"? Rak sulit to? Lha wong tak ada bukti, ini hanya harapan kita? Ya kan? Persepsi kita. Pasrah sih boleh boleh saja, tapi, kalau saudara kita di Sidoardjo sekedar pasrah, dan tak menggugat ganti rugi, silakan tinggal di danau Sidoardjo. Kalau pasrah tok, busway demi busway lewat dimuka hidung, kita gak naik naik juga.. Kita kan kenal istilah " Ora et LABORA"? Doa dan berkarya. Dalam bahasa Jerman ada ungkapan: " Hilf dir selbst, dann hilf dir Gott". Artine" Bantulah dirimu, maka Tuhan akan membantumu". Dan kita tahu, Jerman sudah sampai kemana dalam perkembangan kan? Salam Danardono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia. Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan? Selamat berkotbah! ZFy --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala? Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan. Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi. Dengan kotbah saya bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman saya tapi juga banyak orang. Salam, Tantono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala? Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan. Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi. Dengan kotbah saya bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman saya tapi juga banyak orang. Salam, Tantono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Pak Tan. Di dunia ini ada pembagian tugas, ada yang bertugas memberi kotbah, ada yang bertugas kerja sosial, ada yang bertugas membangun budaya, ada yang bertuags membangun pendidikan, ada yang bertugas membangun ekonomi. Jangan remehkan orang mendirikan monument semata, di seluruh dunia bahkan banyak hadir LSM yang tugasnya hanya menuntut keadilan sejarah! contohnya LSM yang membela para pekerja seks Jepang di zaman perang dunia kedua! Tak ada yang lain! Berkat monument, berkat Orang2 yang berusaha menegakkan kebenaran sejarah, masyarakat luas dapat belajar dari sejarah yang benar. Dari sini, pasti ada orang2 yang tergugah untuk melakukan aksi positif selanjutnya! Semua saling melengkapi! jika tak tahu sejarah yang benar, mungkin saja tak ada aksi apapun! Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala? ZFy --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 8, 2008, 11:51 AM Asal positif saja Pak. Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya. Tapi kalau cuma omong, mengeluh dan meng-kambek- kan orang yang nggak ada hubungannya dan menyamaratakan ya nggak positif namanya. Selamat Mengingat, Tantono 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com> Kalau saya memilih tak Melupakan! Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga sengsara seperti kita. Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama. Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade! Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument Salam Mengingat. ZFy --- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 wrote: From: danarhadi2000 Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut ikut dehhh. Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene mengaung..Mengenang , tak melupakan! Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal itu. Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu. Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David kuning. Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang pernah tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak tahu dehhh, frankly! Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah.. Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo. Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?" Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, tapi minta agar bisa perform sebaik-baiknya. Kalau berdoapun kalah ya berlatih lagi sambil berdoa. Gitu saja kok repot. Tantono 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> > Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat > Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan. > sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat > mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya... > > ZFy > > --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>* wrote: > > From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 8:11 AM > > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, > "Tantono Subagyo" > <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > > > >** Disini ada banyak kesalahan baca: > > 1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang > > 2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan, > bermilyard manusia melaksanakannya > > 3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang > menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama. > > Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang > Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak > bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga > Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya? > > Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat > menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang > perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi > dewi Kwan Im..it's totally OK. > > Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah > Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun, > kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok > atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar > memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah? > > Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan > melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut > Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang > bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang > Amerika yang sombong. > > Tuhan kabulkan doa yang mana ya? > > Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa > Jerman: "Sturm im Glas" tak apalahhh.. > > Salam > > Danardono > > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan. sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya... ZFy --- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 8, 2008, 8:11 AM --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > >** Disini ada banyak kesalahan baca: 1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang 2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan, bermilyard manusia melaksanakannya 3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama. Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya? Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi dewi Kwan Im..it's totally OK. Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun, kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah? Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang Amerika yang sombong. Tuhan kabulkan doa yang mana ya? Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa Jerman: "Sturm im Glas" tak apalahhh.. Salam Danardono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Asal positif saja Pak. Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya. Tapi kalau cuma omong, mengeluh dan meng-kambek-kan orang yang nggak ada hubungannya dan menyamaratakan ya nggak positif namanya. Selamat Mengingat, Tantono 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> > Kalau saya memilih tak Melupakan! > > Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat > kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri > kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga > sengsara seperti kita. > > Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama. > > Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai > kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang > mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade! > > Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument > > > Salam Mengingat. > ZFy > > > > > --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>* wrote: > > From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM > > > Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa > didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut > ikut dehhh. > > Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung > beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene > mengaung..Mengenang , tak melupakan! > > Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai > sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal > itu. > > Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, > mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan > dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu. > > Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada > gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu > kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David > kuning. > > Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang pernah > tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai > jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, > dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, > namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak > tahu dehhh, frankly! > > Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak > alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru > musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi > lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. > Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, > lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan > di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah.. > > Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka > selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di > Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo. > > Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi > kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah > dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. > Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara > saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? > Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?" > > Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok > laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. > > Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa > NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau > tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak > sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam bentuk > Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali? > > Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama > membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on. > > Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia > secara keseluruhan TIDAK bertambah baik. Juga tak bertambah buruk > karena agama. Agama telah menjadi alasan saudara saudara di Poso > saling bunuh. Tibo telah mendahului kita...Korupsi kian mendahsyat > dalam bangsa ini, walau sangat saleh beragama. Dan... orang tak > beragama juga bisa MULIA lho? Mungkin anda memiliki statistik >
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Pak Danardono yth, Jaka Sembung Naik Ojek, Nggak Nyambung Jek. Itu adalah jalan pikiran kita berdua. Anda sangat canggih sedang saya nteu acan kepanggih. Konsep mana yang anda mau tanyakan ?. Apapun juga jawaban saya kita tidak akan ketemu karena pra-anggapan kita beda dan anda akan mendebat lagi dengan pra anggapan anda . Saya merasa selalu ditolong Tuhan itulah pengalaman pribadi saya, dan itu tidak akan berubah walaupun orang lain bilang Tuhan nggak ada. Danardono : Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya? Tantono : Mengapa saya harus tanya kepada yang lain, urusan Tuhan adalah urusan pribadi saya nggak ada hubungannya dengan mas Narpati Pradana atau sdr King Hian ? Apakah keyakinan saya harus sama dengan orang lain ?. Ya biar saja mas Narpati dengan caranya sendiri, dan saya juga dengan keyakinan saya sendiri. Tentang doa mana yang dikabulkan ya terserah Tuhan, kalau orang Jawa bilang "becik ketitik ala ketara". Kita pasrah saja, wong saya mahluk kok ditanyai doa mana yang dikabulkan. Salam, Tantono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Kalau saya memilih tak Melupakan! Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga sengsara seperti kita. Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama. Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade! Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument Salam Mengingat. ZFy --- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut ikut dehhh. Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene mengaung..Mengenang , tak melupakan! Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal itu. Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu. Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David kuning. Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang pernah tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak tahu dehhh, frankly! Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah.. Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo. Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?" Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam bentuk Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali? Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on. Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia secara keseluruhan TIDAK bertambah baik. Juga tak bertambah buruk karena agama. Agama telah menjadi alasan saudara saudara di Poso saling bunuh. Tibo telah mendahului kita...Korupsi kian mendahsyat dalam bangsa ini, walau sangat saleh beragama. Dan... orang tak beragama juga bisa MULIA lho? Mungkin anda memiliki statistik perbaikan moral di Indonesia akibat pelajaran agama? Di DPR? di Kejaksaan? di Kepolisian? di pemerintahan? di mal mal? Tuhan di-uthik uthik? Lha tak lah yauuu, lha wong lihat Tuhan saja belum pernah ada diantara kita, baik domba maupun gembala, kok mau uthik uthik? Bagaimana caranya? "sudah dipasrahkan" lha bagaimana cara serah terimanya? Kita memang dari awal setuju untuk tak setuju, nah ini kan isi milis ini selalu? from t5he vrey beginning? Kalau tidak mana mungkin kita diskusi? Lihat tu posisi ci Ul dan mas Kinhiang, posisi mas Mulyawan dan mas Siswanto, posisi saya dengan banyak anggauta ha ha ha Salam danardono --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > > Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Hehehe Pak kalau beda konsep memang nggak akan ketemu. Saya menganggap > Tuhan sebagai pencipta, anda menganggap Tuhan diciptakan orang. Tapi ya > biarin, saya bodo tapi bahagia, waktu saya disia-siakan saudara karena Ibu > saya berbeda, saya ditolong Tuhan dan diberikan jalan hingga jadi "orang" > walaupun apa adanya. Demikian pula ketika saya dipaksa pensiun, Tuhan kasih > jalan sehingga sekarang saya jadi konsultan alakadarnya. Jadi saya > merasakan Tuhan, anda anggap Tuhan itu nonsens. Sampai jutaan atau > milyardan postingpun nggak akan selesai. Yang jelas adalah hak azasi saya > untuk menganggap Tuhan itu ada dan menjadi Junjungan saya begitu juga hak > anda untuk mengatakan Tuhan itu macem-macem dan hanya buatan manusia saja. > Jadi mau diapakan juga nggak akan ketemu, nanti malahan jadi "prahara dalam > mangkok", dan percum tak bergun. Best regards, Tantono Subagyo > ** Disini ada banyak kesalahan baca: 1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang 2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan, bermilyard manusia melaksanakannya 3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama. Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya? Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi dewi Kwan Im..it's totally OK. Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun, kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah? Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang Amerika yang sombong. Tuhan kabulkan doa yang mana ya? Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa Jerman: "Sturm im Glas" tak apalahhh.. Salam Danardono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Hehehe Pak kalau beda konsep memang nggak akan ketemu. Saya menganggap Tuhan sebagai pencipta, anda menganggap Tuhan diciptakan orang. Tapi ya biarin, saya bodo tapi bahagia, waktu saya disia-siakan saudara karena Ibu saya berbeda, saya ditolong Tuhan dan diberikan jalan hingga jadi "orang" walaupun apa adanya. Demikian pula ketika saya dipaksa pensiun, Tuhan kasih jalan sehingga sekarang saya jadi konsultan alakadarnya. Jadi saya merasakan Tuhan, anda anggap Tuhan itu nonsens. Sampai jutaan atau milyardan postingpun nggak akan selesai. Yang jelas adalah hak azasi saya untuk menganggap Tuhan itu ada dan menjadi Junjungan saya begitu juga hak anda untuk mengatakan Tuhan itu macem-macem dan hanya buatan manusia saja. Jadi mau diapakan juga nggak akan ketemu, nanti malahan jadi "prahara dalam mangkok", dan percum tak bergun. Best regards, Tantono Subagyo
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut ikut dehhh. Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene mengaung..Mengenang, tak melupakan! Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal itu. Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu. Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David kuning. Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang pernah tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak tahu dehhh, frankly! Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah.. Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo. Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi kita ke-se-luruh-an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?" Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam bentuk Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali? Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on. Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia secara keseluruhan TIDAK bertambah baik. Juga tak bertambah buruk karena agama. Agama telah menjadi alasan saudara saudara di Poso saling bunuh. Tibo telah mendahului kita...Korupsi kian mendahsyat dalam bangsa ini, walau sangat saleh beragama. Dan... orang tak beragama juga bisa MULIA lho? Mungkin anda memiliki statistik perbaikan moral di Indonesia akibat pelajaran agama? Di DPR? di Kejaksaan? di Kepolisian? di pemerintahan? di mal mal? Tuhan di-uthik uthik? Lha tak lah yauuu, lha wong lihat Tuhan saja belum pernah ada diantara kita, baik domba maupun gembala, kok mau uthik uthik? Bagaimana caranya? "sudah dipasrahkan" lha bagaimana cara serah terimanya? Kita memang dari awal setuju untuk tak setuju, nah ini kan isi milis ini selalu? from t5he vrey beginning? Kalau tidak mana mungkin kita diskusi? Lihat tu posisi ci Ul dan mas Kinhiang, posisi mas Mulyawan dan mas Siswanto, posisi saya dengan banyak anggauta ha ha ha Salam danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau orang-orang itu bisa > lupakan Milosevic mungkin hidupnya akan lebih baik. Menurut saya memelihara > dendamlah yang buat orang sengsara. Orang jadi inget kesalahan orang dahulu > saja, seperti misalnya : Jerman dulu pernah Holocaust mbasmi orang Yahudi, > trus piye, orang Yahudi disuruh ngebom Jerman supaya setimpal gitu ??. Saya > punya teman (Jewish) yang sangat dendam ama Jerman, lha dia sendiri yang > sengsara. Kejadian sudah kapan tahu, dia kalau ketemu orang Jerman masih > gondok (nyakitin diri sendiri). Dan masalah Tuhan-nya siapa ya Tuhannya > sendiri-sendiri, saya percayakan "vengeance"kepada Tuhan orang Kristen, lalu > apakah Tuhan saya tidak berantem rebutan dengan Tuhannya orang lain yang > menyalahi saya, lha itu urusan Tuhan kok, sudah dipasrahkan jangan > diuthik-uthik lagi. > Kembali lagi Bung Danardono, mari setuju untuk nggak setuju, saya bahagia > dengan konsep menyerah kepada Tuhan (buat saya Tuhan itu satu), lha buat > anda Tuhan itu macem-macem dan
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Bapak Xuantong, Minta maaf ikut nimbrung. Jika demikian, mengapa dalam cerita2 silat Tiongkok, banyak sekali menonjolkan 'pembalasan'. Cerita bapak/ibu dibunuh, lalu anaknya belajar kungfu mati2an, untuk membalaskan dendam orang tuanya. Seolah-olah 'pembalasan' ini adalah suatu nilai yg sepatutnya. Dalam cerita Samkok demikian juga. Anak Guan yi dan Zhang fei, membalaskan orang-orang yang telah membunuh ke-2 orang tua mereka. Dalam cerita itu ditonjolkan (ini persepsi saya tentunya), ini adalah suatu kepatutan, sebagai bagian dari bakti anak kepada orang tuanya. Jika analisa saya benar, apakah ini tidak bertentangan dengan konsep 'memaafkan' seperti yang diterangkan Bapak dalam filsafat Kongzi, Mozi dan Laozi? Salam, Zhuge --- On Tue, 10/7/08, perfect_harmony2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: perfect_harmony2000 <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Tuesday, October 7, 2008, 4:42 AM Sdr.Tantono, konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo Zi, Kong Zi dan Lao Zi. Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka. Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna tepo saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang. Hormat saya, Xuan Tong --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls, walaupun > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh lagi > tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini karena selama > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah keuletan > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak > diterangkan. Salam, Tan Lookay >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
pak Tantono, owe bukan budayawan tapi buaya neh hehehe. Soal maaf2in sebenernya ada di saat kita ngepal tangan utk soja. Soalnya soja tangan itu utk ingatin 8 sifat baik, yg salah satunya itu SHU or memaafkan, trus kaitannya ama memberi muka, sebenernya memberi muka itu masuk di RANG yg artinye melepaskan or merelakan , mengalah. So org kalu mau memaafkan khan mesti bisa RANG dong hehehehehe But eniwai 8 budi luhur itu ya salah satunya itu memaafkan. So gak usah pusing, saat kita soja kita dah memaafkan :P --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls, walaupun > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh lagi > tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini karena selama > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah keuletan > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak > diterangkan. Salam, Tan Lookay >
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Saya juga pernah berpikir lebih baik orang jahat didunia ini ditembak mati saja, biar kehidupan umat manusia didunia bisa aman tentram, biar tiada lagi penjahat-penjahat yang mengganggu dan bikin celaka. Tapi, bagaimana bisa ditembak habis itu namanya penjahat? Selalu pasti akan muncul penjahat dalam berbagai bentuk yang lain, ... tiada habisnya. Dunia tanpa penjahat mungkin hanya bisa dicapai entah ratusan bahkan munkin ribuan tahun yad. dimana tingkat kesadaran budaya manusia sudah begitu tinggi dan baiknya. Ya untuk tingkat sekarang ini dalam mimpi sajalah dahulu. Jadi, problemnya tetap bagaimana menciptakan kesadaran dan budaya manusia yang baik-baik itulah yang harus diutamakan, bukan dan tidak bisa dengan main hukum-mati dan ditembak saja sebanyak-banyaknya yang lakukan kejahatan. Sekalipun tak juga dapat disangkal, harus ada beberapa, segelintir kecil penjahat besar yang keterlaluan harus ditembak-mati. Oleh karena itu saya sangat setuju dengan budaya Tionghoa yang bisa memaafkan, pertama untuk menghindari balas-berbalas dendam yang tidak berkesudahan dan makin meluas, dan kedua, mengutamakan pendidikan, meningatkan kesadaran umat manusia lebih baik lagi. Berusaha merubah penjahat-penjahat menjadi manusia-manusia yang baik-baik. Sekalipun hukuman-mati sudah dijatuhkan, setelah melihat dia bertobat dan merasa salah, bertekad untuk memperbaiki diri, boleh saja ditunda bahkan dirubah jadi penjara seumur-hidup, bahkan akhirnya dilepas kembali dalam masyarakat setelah dia bisa dinyatakan kembali menjadi manusia baik-baik. Mengapa harus cepat-cepat ditembak-mati, dibunuh? Bukankah setiap orang bisa saja berbuat khilaf, melakukan kesalahan sesaat, entah karena emosi, kalap dan kurang pikir-panjang, ... Saya juga setuju penjara-penjara itu dirubah menjadi tempat merubah dan memperbaiki jalan pikiran manusia, tidak sekadar tempat HUKUMAN. Tapi, utamanya tempat pendidikan kembali sebagai manusia baik-baik. Tentu tidak semua manusia bisa jadi manusia baik-baik-baik, selalu ada perkecualian. Dan perkecualian itu saja, yang diperlakukan khusus kalau perlu segera dilaksanakan hukuman-mati, ditembak saja. Lebih baik anggaran untuk menghidupi penjahat-penjahat di penjara itu digunakan untuk anak-yatim piatu, meningkatkan kesejaahteraan rakyat miskin? Setuju, dan betul harus begitu. Kita bisa buat penjahat-penjahat didalam penjara juga didisiplin untuk bekerja, entah dalam bentuk perbengkelan atau pertanian yang berproduksi, dan hasil produksi itu dinilai sebagai hasil kerja mereka untuk mengongkosi hidupnya sendiri. Bahkan berikan penghasilan atas kerja yang telah dilakukan itu, setelah mereka bisa berpdosuksi melebihi pengeluaran yang diperlukan untuk hidup di penjara. Jangan biarkan penjahat-penjahat itu makan-hidup didalam penjara secara cuma-cuma. Tentu kerja dalam penjara, jangan lakukan dalam bentuk kerja paksa yang tidak manusiawi, hasil kerja bukan saja dikorupsi oleh pejabat-pejabat penjara, para tahanan-politik bahkan tidak bisa memakan hasil produksinya sendiri, orang dibiarkan sampai mati kelaparan, mati sakit, ... sebagaimana diperlakukan masa Orba terhadap ratusan ribu tapol yang dituduh komunis-Soekarnois selama belasan sampai 20-an tahun begitu. Itu bukan lagi manusia tapi, setan namanya yang bisa berbuat begitu. Salam, ChanCT - Original Message - From: melani chia To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:27 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. Pratikel aja,..hukum Tuhan biar Tuhan yg yg urus,kejahatan harus ditembus hukum negara,..buat pengebom,pemerkosa pembunuh adalah hukum mati,hukuman seumur idup ,sama juga buang2 duit negara buatt kasih makan,mending jatahnya bust anak2 yg kelaparan,krn mereka lebih membutuhkan,ngapain jgua sampah mesti disimpen??..mengampuni org kristen kadang tterkesan konyol,bushitlah kalau ada keluarganya abis dibunuh,diperkosa,dibom bisa ngampuni,..enak aja yg mati aja blm tentu sempat bertobat,masak yg bunuh dikasih kesempatan jauh lebih leluasa,...idup Indonesia...idupkan lagi hukum mati,...tapi korupsi gimana ya --- On Wed, 8/10/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, 8 October, 2008, 7:52 AM --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > > Tantono xiong, -deleted- - > Saya berpendapat bahwa hukuman yang setimpal itu > adalah hak Tuhan dan bukan hak manusia, dan itu saya yakini dengan benar dan > saya coba terapka
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau orang-orang itu bisa lupakan Milosevic mungkin hidupnya akan lebih baik. Menurut saya memelihara dendamlah yang buat orang sengsara. Orang jadi inget kesalahan orang dahulu saja, seperti misalnya : Jerman dulu pernah Holocaust mbasmi orang Yahudi, trus piye, orang Yahudi disuruh ngebom Jerman supaya setimpal gitu ??. Saya punya teman (Jewish) yang sangat dendam ama Jerman, lha dia sendiri yang sengsara. Kejadian sudah kapan tahu, dia kalau ketemu orang Jerman masih gondok (nyakitin diri sendiri). Dan masalah Tuhan-nya siapa ya Tuhannya sendiri-sendiri, saya percayakan "vengeance"kepada Tuhan orang Kristen, lalu apakah Tuhan saya tidak berantem rebutan dengan Tuhannya orang lain yang menyalahi saya, lha itu urusan Tuhan kok, sudah dipasrahkan jangan diuthik-uthik lagi. Kembali lagi Bung Danardono, mari setuju untuk nggak setuju, saya bahagia dengan konsep menyerah kepada Tuhan (buat saya Tuhan itu satu), lha buat anda Tuhan itu macem-macem dan buanyak dan tidak memecahkan masalah. So be it, saya tidak minta anda untuk memeluk konsep saya demikian juga jangan paksakan kepada saya bahwa konsep agama tidak membuat orang jadi baik dan Tuhan macem-macem. Salam, Tan Lookay On 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Begitulah pak Bagyo. > > "Penghukuman" didunia ini adalah ranah masyarakat, yang diwakili oleh > negara (azas Hukum Pidana). Kita juga kenal ajaran: "Give therefore > to Caesar the things that are Caesar's, and to God the things that > are God's.(Mt 22:21)". > > Didalam falsafah hukum, kita belajar, bahwa pada awalnya, dalam > masyarakat yang masih "primitif" hukuman adalah identik engan > pembalasan dendam, dalam bahasa Jerman kita kenal "Suehne". Dalam > perkembangan masyarakat yang kian modern, maka negara mengambil alih > fungsi "balas dendam " ini, dan mengubahnya menjadi hukuman. > Kalau sipenjahat sudah dihukum negara menurut peraturan yang berlaku, > maka manusia tak boleh lagi menjalankan balas dendam. > > Pak Bagyo benar, hukum manusia tak sempurna, tetapi apakah yang > sempurna di dunia? Hanya inilah yang manusia dapat wujudkan didunia. > kesempurnaan setelah kita mati, nobody knows. belum ada yang kembali > dari kematian dan mengisahkan mengenai pengadilan langit. > > Mengenai Tuhan, pak Bagyo katakan "Ya Tuhan saya, Tuhannya orang > Kristen", namun, kita membahas masalah manusia secara universal. > Dalam hubungan antar manusia, kita berhadapan dengan manusia dari > perlbagai agama dengan Tuhannya masing masing. Contoh: seorang > beragama A memperkosa dan menjarah wanita beragama B, dan mencuri > barang orang beragama C. Tuhan yang mana yang berwenang bertindak? > Tidak nanti rebutan? > > Pak Bagyo katakan "saya sejahtera dan merasa senang berbuat > demikian", sah sah saja, selama apa yang disenangi A dan membuat > sejahtera, tak menyengsarakan B atau C. nanti pengadilan lagi yang > harus bertindak. > > Mengenai dendam atau memaafkan Milosevic saya ingat interview dalam > tayangan TV dimana wanita diinterview tentang suami mereka yang > ditembak dimuka mereka dan anak anak mereka. Saya tak pernah lupa > expressi muka ibu ibu itu yang merah padam dengan tangis dan isak. > Pak Bagyo yang baik, terus terang, kalau saya ada ditempat itu, di > Srbernica, saya TAK berani mengusulkan " lupakan deh Milosecic".. > > Salam > > Danardono > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com , > "Tantono Subagyo" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Pak Danardono yth, > > Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan, > bukan berarti > > meniadakan hukum. Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga > agar manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos. Jadi saya > bisa mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah > norma yang mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara. Tetapi > harus diingat bahwa hukum bukanlah balas dendam atau memberi > penghukuman yang setimpal. Hukum > > manusia masih tidak sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya > menurut > > KUHAP dihukum penjara duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu > bilamana Y > > membunuh X misalnya, apakah anak X harus Y atau memaafkannya ?. > Memaafkan > > bukan berarti membebaskan yang dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic > bukan > > berarti meloloskannya dari hukum manusia yaitu norma-norma hukum > > internasional akan tetapi melepaskan dendam untuk bergerak maju. > Sekali > > lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup saya pun sempit > tidak > > seperti anda yang mendunia. Bagi saya memaafkan sederhana saja, > saya > > (mencoba) memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada > diri saya > > dan tidak membalas dendam agar saya dapat melangkah maju. Dalah hal > > sekolahpun begitu, ketika anak saya mendapat hambatan dalam > sekolah, saya > > tidak ribut-ribut tetapi bersama beberapa orang lalu membuat > sekolah dan > > ternyata itu lebih positif. > > Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan, > Tuhan sia
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Iye bener Lookay, "memberi muka" sama "memaafkan" itu nggak sama deh kayaknya. Lebih nyerempet ke tepa selira dan toleransi sih mugkin. Soalnya dulu, kalau gue pergi keliling sama Oma, tyus misalnya ada orang tua yang ngomong sesuatu salah gitu, gue nggak boleh koreksi di tempat, kata Oma, "harus kasih muka sama yang tua" begitu. Dari situ gue mikir, kasih muka tuh sama dengan tutup mata sebelah atas kesalahan orang lain. kita bisa aja nggak setuju, tapi memilih untuk diam daripada konfront di muka umum, gitu. Kalau dibelakang umum sih lain lagi persoalannya. Waktu lain lagi, dapet undangan dari loo cianpwee, gue segan datang. Oma marahin gue, katanya, "Nggak boleh gitu, harus datang, kasih muka sama yang ngundang." Disitu gue mikir Ooo, kasih muka itu menghormati yang ngundang, kalau tidak memenuhi undangannyaitu dianggap kurang hormat. Lalu gue meninggalkan teman-teman gue sambil mempelesetkan, "Gue cao dulu ya, harus SETOR MUKA sama orangtua nih." --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Xuan Tong Xiong, > Lha disini saya bingung, budaya memberi muka dan memaafkan menurut saya > tidak sama. Memberi muka dilaksanakan kepada orang yang tidak menyalahi > kita sedang memaafkan adalah kepada orang yang bersalah kepada kita. Lebih > mudah memberi muka kalau pihak lawan tidak menyalahi kita, tetapi kalau > menyalahi kita apakah tetap akan kita beri muka ? . Salam, Tan Lookay > > > On 10/7/08, perfect_harmony2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Sdr.Tantono, > > > > konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo Zi, > > Kong Zi dan Lao Zi. > > > > Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka. > > Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna tepo > > saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang. > > > > Hormat saya, > > > > Xuan Tong > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com , > > "Tantono Subagyo" > > wrote: > > > > > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua > > > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls, > > walaupun > > > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh > > lagi > > > tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini > > karena selama > > > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah > > keuletan > > > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak > > > diterangkan. Salam, Tan Lookay > > > > > > > > > > > > > -- > Best regards, Tantono Subagyo >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Begitulah pak Bagyo. "Penghukuman" didunia ini adalah ranah masyarakat, yang diwakili oleh negara (azas Hukum Pidana). Kita juga kenal ajaran: "Give therefore to Caesar the things that are Caesar's, and to God the things that are God's.(Mt 22:21)". Didalam falsafah hukum, kita belajar, bahwa pada awalnya, dalam masyarakat yang masih "primitif" hukuman adalah identik engan pembalasan dendam, dalam bahasa Jerman kita kenal "Suehne". Dalam perkembangan masyarakat yang kian modern, maka negara mengambil alih fungsi "balas dendam " ini, dan mengubahnya menjadi hukuman. Kalau sipenjahat sudah dihukum negara menurut peraturan yang berlaku, maka manusia tak boleh lagi menjalankan balas dendam. Pak Bagyo benar, hukum manusia tak sempurna, tetapi apakah yang sempurna di dunia? Hanya inilah yang manusia dapat wujudkan didunia. kesempurnaan setelah kita mati, nobody knows. belum ada yang kembali dari kematian dan mengisahkan mengenai pengadilan langit. Mengenai Tuhan, pak Bagyo katakan "Ya Tuhan saya, Tuhannya orang Kristen", namun, kita membahas masalah manusia secara universal. Dalam hubungan antar manusia, kita berhadapan dengan manusia dari perlbagai agama dengan Tuhannya masing masing. Contoh: seorang beragama A memperkosa dan menjarah wanita beragama B, dan mencuri barang orang beragama C. Tuhan yang mana yang berwenang bertindak? Tidak nanti rebutan? Pak Bagyo katakan "saya sejahtera dan merasa senang berbuat demikian", sah sah saja, selama apa yang disenangi A dan membuat sejahtera, tak menyengsarakan B atau C. nanti pengadilan lagi yang harus bertindak. Mengenai dendam atau memaafkan Milosevic saya ingat interview dalam tayangan TV dimana wanita diinterview tentang suami mereka yang ditembak dimuka mereka dan anak anak mereka. Saya tak pernah lupa expressi muka ibu ibu itu yang merah padam dengan tangis dan isak. Pak Bagyo yang baik, terus terang, kalau saya ada ditempat itu, di Srbernica, saya TAK berani mengusulkan " lupakan deh Milosecic".. Salam Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Danardono yth, > Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan, bukan berarti > meniadakan hukum. Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga agar manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos. Jadi saya bisa mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah norma yang mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara. Tetapi harus diingat bahwa hukum bukanlah balas dendam atau memberi penghukuman yang setimpal. Hukum > manusia masih tidak sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya menurut > KUHAP dihukum penjara duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu bilamana Y > membunuh X misalnya, apakah anak X harus Y atau memaafkannya ?. Memaafkan > bukan berarti membebaskan yang dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic bukan > berarti meloloskannya dari hukum manusia yaitu norma-norma hukum > internasional akan tetapi melepaskan dendam untuk bergerak maju. Sekali > lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup saya pun sempit tidak > seperti anda yang mendunia. Bagi saya memaafkan sederhana saja, saya > (mencoba) memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada diri saya > dan tidak membalas dendam agar saya dapat melangkah maju. Dalah hal > sekolahpun begitu, ketika anak saya mendapat hambatan dalam sekolah, saya > tidak ribut-ribut tetapi bersama beberapa orang lalu membuat sekolah dan > ternyata itu lebih positif. > Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan, Tuhan siapa > ?, Tuhannya orang Kristen agama yang saya anut, lho nanti nggak cocok dengan > budaya, ya biarin, orang saya sejahtera dan saya merasa senang telah berbuat > demikian. Mohon penerangan kembali. Tantono >
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Pratikel aja,..hukum Tuhan biar Tuhan yg yg urus,kejahatan harus ditembus hukum negara,..buat pengebom,pemerkosa pembunuh adalah hukum mati,hukuman seumur idup ,sama juga buang2 duit negara buatt kasih makan,mending jatahnya bust anak2 yg kelaparan,krn mereka lebih membutuhkan,ngapain jgua sampah mesti disimpen??..mengampuni org kristen kadang tterkesan konyol,bushitlah kalau ada keluarganya abis dibunuh,diperkosa,dibom bisa ngampuni,..enak aja yg mati aja blm tentu sempat bertobat,masak yg bunuh dikasih kesempatan jauh lebih leluasa,...idup Indonesia...idupkan lagi hukum mati,...tapi korupsi gimana ya --- On Wed, 8/10/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan. To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, 8 October, 2008, 7:52 AM --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED] > wrote: > > Tantono xiong, -deleted- - > Saya berpendapat bahwa hukuman yang setimpal itu > adalah hak Tuhan dan bukan hak manusia, dan itu saya yakini dengan benar dan > saya coba terapkan walaupun dalam skala yang sangat kecil di sekeliling > saya. Saya berpendapat lupakan saja kesalahan orang lain dan melangkahlah > maju, karena penyimpanan dendam akan merusak diri sendiri. Terus terangnya > saya melakukan itu bukan karena takut neraka atau ingin surga (yang bagi > saya merupkan hak mutlak Tuhan) , tetapi karena bermanfaat bagi saya > sendiri. Lebih jauh bilamana ada mohon diberikan ujar-ujar Mo Zi atau Kong > Zi tentang memaafkan orang lain. Sojah, Tan Lookay > Hak Tuhan? Jadi masyarakat manusia, misalnya negara, tidak punya hak mengatur kestabilan dengan aturan pidana? bagaimana dengan Amrozy? bagaimana dengan koruptor? bagaimana dengan Ryan? bagaimana dengan kejahatan yang meruak alam, seperti penggundulan hutan? bagaimana dengan kejahatan perang seperti yang dilakukan Jepang pada PD II dan juga Jerman, yang menghabiskan nyawa jutaan manusia tak bersalah? bagaimana dengan tindakan kejahatan melawan kemanusiaan yang dilakukan Milosewic, dan membantau puluhan ribu Mislim di Bosnia? Semua masalah Tuhan? Definisi Tuhanpun berbeda dalam tiap agama, Tuhannya Kristen tidak diterima umat Muslim, Tuhannya Hindu tak diterima umat Kristen, definisi Tuhan umat umat Ibrahim tak dipakai dalam Buddha. Tuhannya umat Kristen mainstream beda dengan umat gereja Unitarian. Jadi yang mana? lalu kapan regu tembak Brimob dari Polda Polda diperintahkan tembak? siapa yang perintahkan? lewat Medium? Mohon pencerahan Salam Danardono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Pak Danardono yth, Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan, bukan berarti meniadakan hukum. Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga agar manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos. Jadi saya bisa mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah norma yang mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara. Tetapi harus diingat bahwa hukum bukanlah balas dendam atau memberi penghukuman yang setimpal. Hukum manusia masih tidak sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya menurut KUHAP dihukum penjara duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu bilamana Y membunuh X misalnya, apakah anak X harus Y atau memaafkannya ?. Memaafkan bukan berarti membebaskan yang dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic bukan berarti meloloskannya dari hukum manusia yaitu norma-norma hukum internasional akan tetapi melepaskan dendam untuk bergerak maju. Sekali lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup saya pun sempit tidak seperti anda yang mendunia. Bagi saya memaafkan sederhana saja, saya (mencoba) memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada diri saya dan tidak membalas dendam agar saya dapat melangkah maju. Dalah hal sekolahpun begitu, ketika anak saya mendapat hambatan dalam sekolah, saya tidak ribut-ribut tetapi bersama beberapa orang lalu membuat sekolah dan ternyata itu lebih positif. Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan, Tuhan siapa ?, Tuhannya orang Kristen agama yang saya anut, lho nanti nggak cocok dengan budaya, ya biarin, orang saya sejahtera dan saya merasa senang telah berbuat demikian. Mohon penerangan kembali. Tantono
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Tantono xiong, -deleted-- > Saya berpendapat bahwa hukuman yang setimpal itu > adalah hak Tuhan dan bukan hak manusia, dan itu saya yakini dengan benar dan > saya coba terapkan walaupun dalam skala yang sangat kecil di sekeliling > saya. Saya berpendapat lupakan saja kesalahan orang lain dan melangkahlah > maju, karena penyimpanan dendam akan merusak diri sendiri. Terus terangnya > saya melakukan itu bukan karena takut neraka atau ingin surga (yang bagi > saya merupkan hak mutlak Tuhan) , tetapi karena bermanfaat bagi saya > sendiri. Lebih jauh bilamana ada mohon diberikan ujar-ujar Mo Zi atau Kong > Zi tentang memaafkan orang lain. Sojah, Tan Lookay > Hak Tuhan? Jadi masyarakat manusia, misalnya negara, tidak punya hak mengatur kestabilan dengan aturan pidana? bagaimana dengan Amrozy? bagaimana dengan koruptor? bagaimana dengan Ryan? bagaimana dengan kejahatan yang meruak alam, seperti penggundulan hutan? bagaimana dengan kejahatan perang seperti yang dilakukan Jepang pada PD II dan juga Jerman, yang menghabiskan nyawa jutaan manusia tak bersalah? bagaimana dengan tindakan kejahatan melawan kemanusiaan yang dilakukan Milosewic, dan membantau puluhan ribu Mislim di Bosnia? Semua masalah Tuhan? Definisi Tuhanpun berbeda dalam tiap agama, Tuhannya Kristen tidak diterima umat Muslim, Tuhannya Hindu tak diterima umat Kristen, definisi Tuhan umat umat Ibrahim tak dipakai dalam Buddha. Tuhannya umat Kristen mainstream beda dengan umat gereja Unitarian. Jadi yang mana? lalu kapan regu tembak Brimob dari Polda Polda diperintahkan tembak? siapa yang perintahkan? lewat Medium? Mohon pencerahan Salam Danardono
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Sdr GSuryana, Punten, akan saya jawab secara japri, untuk menjaga kesalahmengertian dan perbandingan. Sojah, Tan Lookay On Tue, Oct 7, 2008 at 6:24 PM, gsuryana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >Mohon maaf.. > > Pengertian > "Ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami " > > Tidak mudah di terjemahkan dalam kata kata, silahkan teliti kalimat > tersebut.Ampunilah kami > Dengan kata lain, sebelumnya kita sudah melakukan kesalahan, sedang jenis > kesalahannya apa tidak jelas, kemudian dilanjut dengan " " Mengampuni yang > bersalah kepada kami..." > Lha salahnya jenis apa ?, terlalu banyak jenis kesalahan yang sulit untuk > 'diampuni' , semisal seorang anak punya kebiasaan nyontek, apakah doa > tersebut berlaku ? > > Belum lagi makna 'Kami', siapa kah yang dimaksud dengan kami disini ?. > > Didalam budaya dan ajaran Tionghoa konsep maaf, lebih ditekankan kepada > individu, tidak di utama kan kepada 'kami'. > > sur. > http://indolobby.blogspot.com > > - Original Message - > *From:* Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> > > Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang > kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil. Kami > berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk > memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami seperti > kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun diceritakan > bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau > pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada yang tidak > layak dimaafkan sekalipun. Kami berpendapat bahwa mengampuni/memaafkan > adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam tersebut > maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga melepaskan > ganjalan dihati. > Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan ternyata > gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, mendamaikan > anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls. > Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya anggap > tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang menjadi erat > kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan kakak > ipar yang dulu sangat saya benci. Nah tentang Tiongkok, saya nggak tahu > karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara. Tentang pelaksanaan di > dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan bahwa > pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau sangat > menyimpang, misalnya dengan "politik balas dendam Bush terhadap terroris" > . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi > kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun setahu saya > dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan "betulan" dengan tulus. > Salam, Tan Lookay > > > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Tantono xiong, tulisan saya ini bukanlah mau meributkan masalah akidah atau keyakinan, tapi selayaknya anda meneliti bahwa Alkitab sendiri isinya berkembang dari jaman ke jaman, lihat saja kitab Ulangan dan bisa anda bandingkan dengan hukum cinta kasih yang utama. Hukuman yang setimpal tetap harus ada, dan itu ada di Alkitab sekalipun dan budaya apapun di dunia ini. Terimakasih, disini saya juga tidak mau menimbulkan masalah akidah, dan kalau saya cerita tentang apa yang kami lakukan adalah karena sdr Danardono menanyakan, saya ingin belajar dan bukan ingin membandingkan, jadi walaupun saya tidak setuju tentang apa yang Xuan Tong xiong tentang Alkitab tidak akan saya bantah disini. Saya berpendapat bahwa hukuman yang setimpal itu adalah hak Tuhan dan bukan hak manusia, dan itu saya yakini dengan benar dan saya coba terapkan walaupun dalam skala yang sangat kecil di sekeliling saya. Saya berpendapat lupakan saja kesalahan orang lain dan melangkahlah maju, karena penyimpanan dendam akan merusak diri sendiri. Terus terangnya saya melakukan itu bukan karena takut neraka atau ingin surga (yang bagi saya merupkan hak mutlak Tuhan) , tetapi karena bermanfaat bagi saya sendiri. Lebih jauh bilamana ada mohon diberikan ujar-ujar Mo Zi atau Kong Zi tentang memaafkan orang lain. Sojah, Tan Lookay
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Tantono xiong, tulisan saya ini bukanlah mau meributkan masalah akidah atau keyakinan, tapi selayaknya anda meneliti bahwa Alkitab sendiri isinya berkembang dari jaman ke jaman, lihat saja kitab Ulangan dan bisa anda bandingkan dengan hukum cinta kasih yang utama. Hukuman yang setimpal tetap harus ada, dan itu ada di Alkitab sekalipun dan budaya apapun di dunia ini. Hukuman untuk perilaku yang berlebihan lebih ke arah untuk menjaga stabilitas yang masyarakat. Ini diuraikan oleh Xun Zi. Pelepasan dendam atau memaafkan secara tidak langsung dikatakan bahwa itu adalah demi kebaikan mental atau pikiran orang tersebut. Dan hal ini sepanjang yang saya ingat dituliskan oleh Mo Zi atau mungkin oleh Kong Zi. Tentunya pandangan seperti itu jauh lebih maju dibandingkan pandangan yang ada pada masa itu dan masih relevan hingga sekarang. Dalam Taoism juga dikatakan mereka yang memendam dendam tidak akan mencapai Tao. Dari sudut pandang metaphysic Chinese, tubuh itu memiliki 7 anasir yang bersifat Yin disebut Po, dan dendam merupakan salah satu anasir yang ada di dalam tubuh. Jika anasir Po menguat sehingga tidak adanya keseimbangan tubuh, maka mental atau anasir Yang yang disebut Hun akan terganggu. Lihat saja mereka yang memendam dendam, rata-rata pikiran mereka tidak akan bertindak positif, kemudian juga akan mempengaruhi organ- organ tubuh pula. Sudut pandang ini berdasarkan dari Chinese Medicine. Jadi secara tidak langsung budaya orang Tionghoa menjabarkan hal itu lebih detail, tidak hanya berdasarkan suruhan atau ketakutan akan neraka. Karena itu mereka membuat suatu konsep yaitu memberikan muka, dimana pemberian muka ini tidak saja bersifat memaafkan tapi juga memaklumi, mengingat jasanya atau juga kerabatnya. Orang yang sedang marah tentunya tidak akan mau perduli akan jasa, kerabatnya yang dekat dengan kita dan segala macam hal. Sehingga mungkin menurut saya pemberian muka adalah suatu cara dimana memaafkan berdasarkan asas menghargai. Secara sadar maupun tidak sadar, ketika ada orang yang marah atau dendam, budaya memberi muka di budaya Tionghoa akan timbul. Misalnya, maklumi ia masih kecil atau juga ingat jasa orangtuanya. Atau juga tidak memukul muka atau membongkar keburukannya di depan umum. Cara ini merupakan cara yang mungkin efektif untuk mengontrol kemarahan agar tidak berlebihan. Kita perlu ingat ketika kita marah, otomatis emosi kita meluap dan tidak bisa mengontrol diri, kemudian memukul muka atau membongkar keburukannya di depan umum sehingga pihak yang menjadi sasaran amarah juga akan terluka perasaannya sehingga dendam semakin melebar. Dengan memukul wajah, tentunya semua orang akan melihat wajahnya yang bengkak dan selalu bertanya ada apa. Ini adalah suatu hal yang memalukan bagi orang yang dipukul. Juga marah kemudian membongkar keburukannya yang terkadang tidak ada kaitan dengan masalah juga akan memperlebar masalah. Tindakan memberi muka juga bisa berguna untuk meringankan hukuman yang berlaku sesuai dengan UU atau juga norma masyarakat. Semoga dengan sedikit uraian ini akan menambah pandangan kita semua. Hormat saya, Xuan Tong --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang > kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil. Kami > berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk > memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami seperti > kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun diceritakan > bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau > pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada yang tidak > layak dimaafkan sekalipun. Kami berpendapat bahwa mengampuni/memaafkan > adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam tersebut > maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga melepaskan > ganjalan dihati. > Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan ternyata > gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, mendamaikan > anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls. > Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya anggap > tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang menjadi erat > kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan kakak > ipar yang dulu sangat saya benci. Nah tentang Tiongkok, saya nggak tahu > karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara. Tentang pelaksanaan di > dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan bahwa > pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau sangat > menyimpang, misalnya dengan "politik balas dendam Bush terhadap terroris" > . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi > kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun setahu saya > dal
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Betul sekali! Budi dharma yang kita tunjukkan dengan tulus akan menjadi suritauladan. Dan, kebanyakan manusia mendambakan berbuat yang baik, susila, benar. Apalagi generasi muda, biasanya mencari panutan. Celakanya, yang tua tua tidak selalu memberikan contoh yang baik. Bukan damai itu indah, tapi kaya itu indah, kuasa itu mempesonakan. Apa yang kita lakukan dalam lingkaran kecil, sering berdampak lebih langsung. dan itu sudah lebih dari cukup. Apalagi dalam kehidupan beragama, manusia lebih membutuhkan contoh yang konkrit, sebab setiap ajaran itu biasanya tak mudah dicernakan begitu saja. Antara ajaran dan praktek se-hari hari sedapat mungkin tanpa gap. Kehidupan agama dalam lingkungan budaya, bersama budaya, akan lebih mencerahkan, daripada diluar budaya.. Salam Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Oleh karena penerapan yang salah itulah maka gereja kami mencoba > menerapkannya secara benar. Dan hasilnya nampak dalam skala kecil > sekalipun, sudah ada sekitar 100 pasangan yang didamaikan, termasuk pendeta > yang isterinya selingkuh, dan bapak yang pulang kembali kepada keluarganya. > Bagi siapa yang ingin melihat, datang saja, hubungi saya karena mulai > tanggal 13 Oktober ini kami akan sharing lagi. Penerapan yang salah tidak > membuat agama menjadi salah, ajaran suci hanya sekedar ajaran bilamana tidak > diterapkan. Jadi agama tidak dapat membuat orang menjadi baik, tetapi orang > dapat menjadi baik bila mengamalkan ajaran yang dianutnya, apakah itu ateis > atau agama dengan baik dan benar. Itulah pendapat saya yang bodoh ini. > Salam, Tan Lookay > > On 10/7/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Sepengetahuan saya, dalam tiap agama, ada perintah untuk memaafkan. > > Apakah itu agam agama Ibrahim atau agama agama Asia. > > > > Budaya memaafkan itu sendiri berakar atau tidak didalam tradisi dan > > budaya setempat. Di Italia selatan, Regio di Calabria, Sicilia dan > > propinsi Agrigento, dan sebagainya, dikenal istilah vendetta. Dalam > > bahasa Jerman: Blutrache (dendam darah). Ini tradisi, dimana > > penghinaan hanya dapat dibersekan dengan pembalasan berdarah. Italia > > utara adalah daerah Katholik. > > > > Tradisi semacam itu juga dikenal di Turki. Adalah tradisi di zaman > > kesultanan Utsmanyah Turki, pimpinan militer yang gagal, harus bunuh > > diri dimuka sultan. Juga pemimpin pasukan Turki yang gagal menyerbu > > Vienna dalam salah satu dari perang Turki-Austria 1736-1739, > > memenggal kepalanya untuk menghapus malu. Inilah pertmaafan yang ada. > > > > Juga dikalangan penduduk Indian, penghinaan harus dibayar dengan > > darah. > > > > Jadi, tak ada pemahaman secara agama mengenai tradisi memaafkan, > > karena tradisi yang lebih tua dan berakar dalam masyarakat lebih > > kuat. Sekelompok rasis yang kebetulan Kristen di Amerika Ku-Klux- Kan, > > selalu membabat habis orang Negro yang mereka anggap melukai > > kehormatan kelompok kulit putih (misalnya pemuda Negro memacari gadis > > putih). > > > > Ribuan umat yang mengucapkan doa Bapak Kami, "maafkanlah daku.. dst" > > meneruskan dendam mereka seusai ibadat, Ini saya tahu baik di Eropa > > puluhan tahun selama saya alami, juga di Indonesia. Bahkan sepasang > > suami istri, sahabat nih, yang sudah ribut sebelum misa, setelah doa > > Bapak kami "Maafkanlah.." meneruskan ribut itu dirumah. > > > > Ketidak maafan bahkan masuk dalam perbendaharaan kata kata, menjadi > > ungkapan: "Unforgiveness", dalam bahasa Jerman "unverzeihilich". > > > > Salam > > > > Danardono > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com , > > "Tantono Subagyo" > > wrote: > > > > > > Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya > > Kristen yang > > > kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup > > kecil. Kami > > > berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba > > untuk > > > memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami > > seperti > > > kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun > > diceritakan > > > bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau > > > pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada > > yang tidak > > > layak dimaafkan sekalipun. Kami berpendapat bahwa > > mengampuni/memaafkan > > > adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam > > tersebut > > > maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga > > melepaskan > > > ganjalan dihati. > > > Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan > > ternyata > > > gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, > > mendamaikan > > > anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls. > > > Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya > > anggap > > > tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang > > menjadi erat > > > kembali, bahkan seminggu sekali saya sering
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Mohon maaf.. Pengertian "Ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami " Tidak mudah di terjemahkan dalam kata kata, silahkan teliti kalimat tersebut.Ampunilah kami Dengan kata lain, sebelumnya kita sudah melakukan kesalahan, sedang jenis kesalahannya apa tidak jelas, kemudian dilanjut dengan " " Mengampuni yang bersalah kepada kami..." Lha salahnya jenis apa ?, terlalu banyak jenis kesalahan yang sulit untuk 'diampuni' , semisal seorang anak punya kebiasaan nyontek, apakah doa tersebut berlaku ? Belum lagi makna 'Kami', siapa kah yang dimaksud dengan kami disini ?. Didalam budaya dan ajaran Tionghoa konsep maaf, lebih ditekankan kepada individu, tidak di utama kan kepada 'kami'. sur. http://indolobby.blogspot.com - Original Message - From: Tantono Subagyo Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil. Kami berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami seperti kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun diceritakan bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada yang tidak layak dimaafkan sekalipun. Kami berpendapat bahwa mengampuni/memaafkan adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam tersebut maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga melepaskan ganjalan dihati. Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan ternyata gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, mendamaikan anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls. Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya anggap tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang menjadi erat kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan kakak ipar yang dulu sangat saya benci. Nah tentang Tiongkok, saya nggak tahu karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara. Tentang pelaksanaan di dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan bahwa pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau sangat menyimpang, misalnya dengan "politik balas dendam Bush terhadap terroris" . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun setahu saya dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan "betulan" dengan tulus. Salam, Tan Lookay
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
From: Tantono Subagyo Xuan Tong Xiong, Lha disini saya bingung, budaya memberi muka dan memaafkan menurut saya tidak sama. Memberi muka dilaksanakan kepada orang yang tidak menyalahi kita sedang memaafkan adalah kepada orang yang bersalah kepada kita. Lebih mudah memberi muka kalau pihak lawan tidak menyalahi kita, tetapi kalau menyalahi kita apakah tetap akan kita beri muka ? . Salam, Tan Lookay ++ Pengertianku dalam hal memberi muka. Biarpun kita tahu dia melakukan kesalahan, dimana kesalahannya dilakukan kepada siapapun, maka kita tetap menghormati dan memaafkan apa yang sudah dilakukannya. Jadi dalam hal memberi muka, termasuk juga memaafkan. Untuk lingkungan kecil/keluarga biasanya orang tua suka pikun, sehingga didalam bertindak/bicara bisa ngotot/kacaw, dan memberi perintah bisa membuat naik darah, untuk ini seorang anak yang 'uhaw' akan tetap melaksanakannya biarpun sambil geleng geleng kepala, dengan bertindak seperti ini, secara tidak langsung anak tersebut sudah melakukan - Memberi muka karena hormat kepada orang tuanya - Memaafkan karena apa yang di kehendaki orang tuanya kadang menyakiti Memang tidak mudah untuk menjadi anak 'uhaw' selain butuh kesabaran, juga butuh cara berkomunikasi yang baik. Sekali seorang anak bisa berbuat 'uhaw' kepada orang tuanya, biasanya didalam pergaulan juga termasuk sukses ( sesuai dengan kemampuan si anak tersebut ). sur.
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Oleh karena penerapan yang salah itulah maka gereja kami mencoba menerapkannya secara benar. Dan hasilnya nampak dalam skala kecil sekalipun, sudah ada sekitar 100 pasangan yang didamaikan, termasuk pendeta yang isterinya selingkuh, dan bapak yang pulang kembali kepada keluarganya. Bagi siapa yang ingin melihat, datang saja, hubungi saya karena mulai tanggal 13 Oktober ini kami akan sharing lagi. Penerapan yang salah tidak membuat agama menjadi salah, ajaran suci hanya sekedar ajaran bilamana tidak diterapkan. Jadi agama tidak dapat membuat orang menjadi baik, tetapi orang dapat menjadi baik bila mengamalkan ajaran yang dianutnya, apakah itu ateis atau agama dengan baik dan benar. Itulah pendapat saya yang bodoh ini. Salam, Tan Lookay On 10/7/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sepengetahuan saya, dalam tiap agama, ada perintah untuk memaafkan. > Apakah itu agam agama Ibrahim atau agama agama Asia. > > Budaya memaafkan itu sendiri berakar atau tidak didalam tradisi dan > budaya setempat. Di Italia selatan, Regio di Calabria, Sicilia dan > propinsi Agrigento, dan sebagainya, dikenal istilah vendetta. Dalam > bahasa Jerman: Blutrache (dendam darah). Ini tradisi, dimana > penghinaan hanya dapat dibersekan dengan pembalasan berdarah. Italia > utara adalah daerah Katholik. > > Tradisi semacam itu juga dikenal di Turki. Adalah tradisi di zaman > kesultanan Utsmanyah Turki, pimpinan militer yang gagal, harus bunuh > diri dimuka sultan. Juga pemimpin pasukan Turki yang gagal menyerbu > Vienna dalam salah satu dari perang Turki-Austria 1736-1739, > memenggal kepalanya untuk menghapus malu. Inilah pertmaafan yang ada. > > Juga dikalangan penduduk Indian, penghinaan harus dibayar dengan > darah. > > Jadi, tak ada pemahaman secara agama mengenai tradisi memaafkan, > karena tradisi yang lebih tua dan berakar dalam masyarakat lebih > kuat. Sekelompok rasis yang kebetulan Kristen di Amerika Ku-Klux-Kan, > selalu membabat habis orang Negro yang mereka anggap melukai > kehormatan kelompok kulit putih (misalnya pemuda Negro memacari gadis > putih). > > Ribuan umat yang mengucapkan doa Bapak Kami, "maafkanlah daku.. dst" > meneruskan dendam mereka seusai ibadat, Ini saya tahu baik di Eropa > puluhan tahun selama saya alami, juga di Indonesia. Bahkan sepasang > suami istri, sahabat nih, yang sudah ribut sebelum misa, setelah doa > Bapak kami "Maafkanlah.." meneruskan ribut itu dirumah. > > Ketidak maafan bahkan masuk dalam perbendaharaan kata kata, menjadi > ungkapan: "Unforgiveness", dalam bahasa Jerman "unverzeihilich". > > Salam > > Danardono > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com , > "Tantono Subagyo" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya > Kristen yang > > kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup > kecil. Kami > > berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba > untuk > > memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami > seperti > > kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun > diceritakan > > bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau > > pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada > yang tidak > > layak dimaafkan sekalipun. Kami berpendapat bahwa > mengampuni/memaafkan > > adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam > tersebut > > maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga > melepaskan > > ganjalan dihati. > > Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan > ternyata > > gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, > mendamaikan > > anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls. > > Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya > anggap > > tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang > menjadi erat > > kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan > kakak > > ipar yang dulu sangat saya benci. Nah tentang Tiongkok, saya nggak > tahu > > karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara. Tentang > pelaksanaan di > > dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan > bahwa > > pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau > sangat > > menyimpang, misalnya dengan "politik balas dendam Bush terhadap > terroris" > > . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi > > kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun > setahu saya > > dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan "betulan" dengan > tulus. > > Salam, Tan Lookay > > > > > > On 10/7/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > > > Pak Bagyo, bagaimana pendapat anda mengenai penghayatan falsafah > > > permaafan ini, didunia Barat dan Tiongkok? Baik dalam kehidupan > se- > > > hari hari maupun sikap kenegaraan? > > > > > > Dimanakah azas harmony lebih mengakar? Di Tiongkok atau dalam > > > falsafah Barat? > > > > > > Apakah azas These-Antithese berm
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Sepengetahuan saya, dalam tiap agama, ada perintah untuk memaafkan. Apakah itu agam agama Ibrahim atau agama agama Asia. Budaya memaafkan itu sendiri berakar atau tidak didalam tradisi dan budaya setempat. Di Italia selatan, Regio di Calabria, Sicilia dan propinsi Agrigento, dan sebagainya, dikenal istilah vendetta. Dalam bahasa Jerman: Blutrache (dendam darah). Ini tradisi, dimana penghinaan hanya dapat dibersekan dengan pembalasan berdarah. Italia utara adalah daerah Katholik. Tradisi semacam itu juga dikenal di Turki. Adalah tradisi di zaman kesultanan Utsmanyah Turki, pimpinan militer yang gagal, harus bunuh diri dimuka sultan. Juga pemimpin pasukan Turki yang gagal menyerbu Vienna dalam salah satu dari perang Turki-Austria 1736-1739, memenggal kepalanya untuk menghapus malu. Inilah pertmaafan yang ada. Juga dikalangan penduduk Indian, penghinaan harus dibayar dengan darah. Jadi, tak ada pemahaman secara agama mengenai tradisi memaafkan, karena tradisi yang lebih tua dan berakar dalam masyarakat lebih kuat. Sekelompok rasis yang kebetulan Kristen di Amerika Ku-Klux-Kan, selalu membabat habis orang Negro yang mereka anggap melukai kehormatan kelompok kulit putih (misalnya pemuda Negro memacari gadis putih). Ribuan umat yang mengucapkan doa Bapak Kami, "maafkanlah daku.. dst" meneruskan dendam mereka seusai ibadat, Ini saya tahu baik di Eropa puluhan tahun selama saya alami, juga di Indonesia. Bahkan sepasang suami istri, sahabat nih, yang sudah ribut sebelum misa, setelah doa Bapak kami "Maafkanlah.." meneruskan ribut itu dirumah. Ketidak maafan bahkan masuk dalam perbendaharaan kata kata, menjadi ungkapan: "Unforgiveness", dalam bahasa Jerman "unverzeihilich". Salam Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang > kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil. Kami > berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk > memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami seperti > kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun diceritakan > bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau > pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada yang tidak > layak dimaafkan sekalipun. Kami berpendapat bahwa mengampuni/memaafkan > adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam tersebut > maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga melepaskan > ganjalan dihati. > Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan ternyata > gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, mendamaikan > anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls. > Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya anggap > tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang menjadi erat > kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan kakak > ipar yang dulu sangat saya benci. Nah tentang Tiongkok, saya nggak tahu > karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara. Tentang pelaksanaan di > dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan bahwa > pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau sangat > menyimpang, misalnya dengan "politik balas dendam Bush terhadap terroris" > . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi > kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun setahu saya > dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan "betulan" dengan tulus. > Salam, Tan Lookay > > > On 10/7/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Pak Bagyo, bagaimana pendapat anda mengenai penghayatan falsafah > > permaafan ini, didunia Barat dan Tiongkok? Baik dalam kehidupan se- > > hari hari maupun sikap kenegaraan? > > > > Dimanakah azas harmony lebih mengakar? Di Tiongkok atau dalam > > falsafah Barat? > > > > Apakah azas These-Antithese bermuasal dari Tiongkok atau Barat? > > Falsafah "an Eye for an eye and a tooth for a tooth" berasal dari > > Asia timur? > > > > Mohon petromax > > > > salam > > > > Danardono > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com , > > "perfect_harmony2000" > > wrote: > > > > > > Sdr.Tantono, > > > > > > > > > konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo > > Zi, > > > Kong Zi dan Lao Zi. > > > > > > Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka. > > > Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna > > tepo > > > saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang. > > > > > > > > > > > > > > > Hormat saya, > > > > > > > > > > > > Xuan Tong > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > > "Tantono Subagyo" > > > wrote: > > > > > > > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua > > > > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni > > dls, > > > walaupun > > > > tidak
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Xuan Tong Xiong, Lha disini saya bingung, budaya memberi muka dan memaafkan menurut saya tidak sama. Memberi muka dilaksanakan kepada orang yang tidak menyalahi kita sedang memaafkan adalah kepada orang yang bersalah kepada kita. Lebih mudah memberi muka kalau pihak lawan tidak menyalahi kita, tetapi kalau menyalahi kita apakah tetap akan kita beri muka ? . Salam, Tan Lookay On 10/7/08, perfect_harmony2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sdr.Tantono, > > konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo Zi, > Kong Zi dan Lao Zi. > > Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka. > Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna tepo > saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang. > > Hormat saya, > > Xuan Tong > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com , > "Tantono Subagyo" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua > > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls, > walaupun > > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh > lagi > > tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini > karena selama > > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah > keuletan > > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak > > diterangkan. Salam, Tan Lookay > > > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil. Kami berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami seperti kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun diceritakan bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada yang tidak layak dimaafkan sekalipun. Kami berpendapat bahwa mengampuni/memaafkan adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam tersebut maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga melepaskan ganjalan dihati. Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan ternyata gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, mendamaikan anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls. Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya anggap tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang menjadi erat kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan kakak ipar yang dulu sangat saya benci. Nah tentang Tiongkok, saya nggak tahu karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara. Tentang pelaksanaan di dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan bahwa pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau sangat menyimpang, misalnya dengan "politik balas dendam Bush terhadap terroris" . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun setahu saya dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan "betulan" dengan tulus. Salam, Tan Lookay On 10/7/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Bagyo, bagaimana pendapat anda mengenai penghayatan falsafah > permaafan ini, didunia Barat dan Tiongkok? Baik dalam kehidupan se- > hari hari maupun sikap kenegaraan? > > Dimanakah azas harmony lebih mengakar? Di Tiongkok atau dalam > falsafah Barat? > > Apakah azas These-Antithese bermuasal dari Tiongkok atau Barat? > Falsafah "an Eye for an eye and a tooth for a tooth" berasal dari > Asia timur? > > Mohon petromax > > salam > > Danardono > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com , > "perfect_harmony2000" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Sdr.Tantono, > > > > > > konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo > Zi, > > Kong Zi dan Lao Zi. > > > > Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka. > > Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna > tepo > > saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang. > > > > > > > > > > Hormat saya, > > > > > > > > Xuan Tong > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, > "Tantono Subagyo" > > wrote: > > > > > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua > > > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni > dls, > > walaupun > > > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih > jauh > > lagi > > > tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini > > karena selama > > > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah > masalah > > keuletan > > > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak > > > diterangkan. Salam, Tan Lookay > > > > > > > > -- Best regards, Tantono Subagyo
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Pak Bagyo, bagaimana pendapat anda mengenai penghayatan falsafah permaafan ini, didunia Barat dan Tiongkok? Baik dalam kehidupan se- hari hari maupun sikap kenegaraan? Dimanakah azas harmony lebih mengakar? Di Tiongkok atau dalam falsafah Barat? Apakah azas These-Antithese bermuasal dari Tiongkok atau Barat? Falsafah "an Eye for an eye and a tooth for a tooth" berasal dari Asia timur? Mohon petromax salam Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "perfect_harmony2000" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sdr.Tantono, > > > konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo Zi, > Kong Zi dan Lao Zi. > > Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka. > Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna tepo > saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang. > > > > > Hormat saya, > > > > Xuan Tong > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" > wrote: > > > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua > > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls, > walaupun > > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh > lagi > > tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini > karena selama > > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah > keuletan > > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak > > diterangkan. Salam, Tan Lookay > > >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
Sdr.Tantono, konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo Zi, Kong Zi dan Lao Zi. Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka. Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna tepo saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang. Hormat saya, Xuan Tong --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls, walaupun > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh lagi > tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini karena selama > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah keuletan > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak > diterangkan. Salam, Tan Lookay >
[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
encoding: Big5 ½×»y ¨½¤¯ [EMAIL PROTECTED] ´¿¤l¤ê¡G¡§°ß¡C¡¨ ¤l¥X¡C ªù¤H°Ý¤ê¡G¡§¦ó¿×¤]¡H¡¨ ´¿¤l¤ê¡G¡§¤Ò¤l¤§¹D¡A©¾®¤¦Ó¤w¨o¡C¡¨ Lun Yu Bab Li Ren, ayat 15 Kongzi berujar: "Shen hu (Zengzi, murid Kongzi) ! Dao yang aku jalani memiliki satu prinsip pemersatu." Zengzi menjawab: "Ya." Kongzi berlalu (meninggalkan kelas). Murid-muridnya yang lain bertanya: "Apa maksud kata-kata guru ?" Zengzi menjawab: "Dao yang dijalani Guru (Kongfuzi), adalah selalu Zhong (teguh/setia terhadap prinsip-prinsip xing/nurani kita) dan Shu (welas asih terhadap sesama, tepa selira, termasuk bersikap memaafkan), hanya ini dan tidak ada lagi." Hormat saya, Yongde --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls, walaupun > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh lagi > tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini karena selama > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah keuletan > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak > diterangkan. Salam, Tan Lookay >