Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-15 Terurut Topik Fy Zhou
Saya heran, anda ini menanggapi siapa? tulisan saya tak ada urusan dng maling!
 
Tentang pemberangusan, anda coba simak pembicaraan di millis ini sedari awal!
 
awalnya anggota2 di sini mengungkap masalah2 pemberangusan tidak secara khusus, 
umumnya memaparkan fakta2 pemberangusan sekedar sebagai ilustrasi saat membahas 
hal2 lain. Tapi anehnya fakta yang diungkap sambil lalu ini selalu saja ada 
yang membantah dan mempemasalahkan kebenarannya! maka akhirnya masalah 
pemberangusan ini menjadi diskusi yang tak berkesudahan! selama ada yang 
membantah, pasti ada yang coba meyakinkan kembali, jika semua sudah sepakat dng 
fakta pemberangusan, apa masih ada yang mau me-ngulang2 bicara hal yang sama? 
Jadi, sebenarnya siapa yang memperbesar masalah?
 
Bagaimana jika setiap anda menyinggung tentang gereja yang dibakar, seperti 
tulisan anda di bawah ini, selalu ada anggota millis yang menyangkal adanya 
fakta itu? apakah anda bungkam saja? jika anda menjawab kembali, apakah itu 
berarti anda telah membesar2kan masalah? 
 
Salam akal sehat
ZFy
 

--- On Wed, 10/15/08, Dada <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Dada <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 15, 2008, 2:37 PM






Duh ini sudah mengarah pada ad hominem , ad credo et cetera

Saya rasa sifat sinis dan saling sinis ini gak banyak faedahnya 
apalagi yg sarkas sampai bilang kristen dan katolik sebagai maling
.karena toh sebagian tionghoa beragama kristen dan nasrani 
jadi apa mau di excludekan terus menerus?

Bicara pemberangusan , kami juga tidak pernah terus membesar2kan
pembom2an terhadap gereja misalkan

jadi apa mau jd perdebatan ala suneo ?

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah
pemberangusan budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho,
tak ubahnya seperti kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang
penderitaan Yesus di kayu salib juga bisa ngurusin sekolah.
> 
> Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan
karya2 nyata di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini?
> 
> 
> Salam,
> ZFy
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
> 
> From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] >
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
memaafkan..
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! Karena
Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus
disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
> Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial
yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk
berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena
mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
> 
> Dengan berkotbah anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk
berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini
yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah,
agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita
tentunya tak sia2 bukan?
> 
> Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh. Jadi
itulah kerja saya. Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun
monumen (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua)
tanpa bikin sekolah dan dendam terus saja itu hak anda. 
> Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi
masyarakat. Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya
mengabdi dengan Ora Et Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan
pikiran saya. Salam, Tan Lookay
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 2
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> -- 
> Best regards, Tantono Subagyo
>

 














  

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-15 Terurut Topik Dada
Duh ini sudah mengarah pada ad hominem , ad credo et cetera

Saya rasa sifat sinis dan saling sinis ini gak banyak faedahnya 
apalagi yg sarkas sampai bilang kristen dan katolik sebagai maling
karena toh sebagian tionghoa beragama kristen dan nasrani 
jadi apa mau di excludekan terus menerus?

Bicara pemberangusan , kami juga tidak pernah terus membesar2kan
pembom2an terhadap gereja misalkan

jadi apa mau jd perdebatan ala suneo ?

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah
pemberangusan budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho,
tak ubahnya seperti kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang
penderitaan Yesus di kayu salib juga bisa ngurusin sekolah.
>  
> Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan
karya2 nyata di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini?
>  
>  
> Salam,
> ZFy
>  
>  
>  
>  
>  
> 
> --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
memaafkan..
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena
Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus
disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
> Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial
yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk
berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena
mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
> 
> Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk
berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini
yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah,
agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita
tentunya tak sia2 bukan?
> 
> Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh.  Jadi
itulah kerja saya.  Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun
monumen (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua)
tanpa bikin sekolah dan dendam terus saja itu hak anda.  
> Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi
masyarakat.  Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya
mengabdi dengan Ora Et Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan
pikiran saya.  Salam, Tan Lookay
> 
> 
>  
>  
> 
> 
> 2
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> -- 
> Best regards, Tantono Subagyo
>




[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-15 Terurut Topik Dada
reductio ab absurdum

aduh pak , doa itu gak sesederhana itu ..

doa itu buat dunia ini , buat bangsa dan tanah air (otomatis yang
tidak seiman juga turut di didoakan) , buat provinsi klo ada , buat
kota kita klo ada , buat keluarga besar , buat saudara , buat orang
lain , buat teman , buat diri sendiri .

dalam berbagai tingkatan , doa sudah lintas etnis ,agama , lintas suku
, kadang lintas bangsa .mengingat pasangan , saudara , saudara
sebangsa , dan sesama warga dunia itu berlainan suku ras dan agama..


kalau logika ZFY dibawah ini hendak di cangkok kan ke dalam
kompleksitas ini computer Deep Blue saja keknya tidak sanggup
menganalisis..

Dibuat simple saja lah ...

ada frasa ora et labora doa dan berkerja .
tuhan mau berpihak sama saya , kalau saya melawan juara dunia dari
tiongkok .yah gak mungkinlah , walau saya doa rosario ribuan
kali .

selain doa , kerja keras , ada talenta , ada siklus dll , 

jadi plis stop berusaha membahas doa , karena mau diputer2 bahas
berapa kali juga toh pada intinya , orang percaya apa kagak 
percaya yah jalani , gak percaya yo wisss 




> 
> 
>   - Original Message - 
>   From: Fy Zhou 
>   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
>   Sent: Wednesday, 08 October, 2008 18:52
>   Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
memaafkan.
> 
> 
> Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga,
seluruh rakyat Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih
kemenangan. sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya
agar dapat mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon
petunjuknya...
> 
> ZFy
> 



[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-10 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Kurniawan 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Iya betul, Ul, salah satu alasan orang cenderung bahagia karena ber-
Tuhan seperti kata-kata elu di bawah ini.  Serahin aja bebannya ke 
Tuhan. Hehehe...
> 
> Tapi menurut gue melakukan hal ini, walaupun kelihatan absurd, 
kadang-kadang lebih baik daripada merasa harus menanggung beban 
sendiri.  Kalau orang yang kuat sih gak apa-apa menanggung beban 
sendiri, berusaha sendiri, mikir pakai logika sendiri dsb.  Tapi buat 
beberapa orang mungkin melakukan pasrah seperti itu lebih baik.  
> 
> Selain itu hidup juga gak semuanya bisa selogis-logisnya seperti 
yang kita mau, tapi ada perasaan-perasaan yang susah dipenuhi cuma 
dengan logika. Dan kadang-kadang agama bisa memenuhi kebutuhan 
seperti itu. 
> 
> Misalnya, kalau ada nenek-nenek hidup sendiri, gak punya sanak 
saudara, dan kesepian, menurut gue lebih baik kalau dia ber-Tuhan 
jadi dia bisa merasa paling gak masih ada Tuhan yang bisa jadi 
penghiburan dan pengharapan buat dirinya, walaupun anggap aja itu 
cuma khayalan.  Hal ini masih lebih baik daripada menyuruh si nenek 
menghadapi kenyataan pahit bahwa ia memang hidup sendiri dan tidak 
ada yang peduli. (Karena Ulysee juga gak mau nemenin hehehe...). 
> 
> Jadi menurut gue sih ber-Tuhan juga gak terlalu buruk. Selama ber-
Tuhan bermanfaat untuk kita, marilah ber-Tuhan. Selama ber-Tuhan 
merugikan kita, tidak usah ber-Tuhan. Memang sih agama juga banyak 
membawa kekacauan apalagi yang fanatik-fanatikan. Tapi agama juga 
banyak sisi positifnya kok. Di mana-mana tergantung orangnya juga.  
> 



* Saya ingin ikut nimbrung terutama kalimat terakhir:

-
> Jadi menurut gue sih ber-Tuhan juga gak terlalu buruk. Selama ber-
>Tuhan bermanfaat untuk kita, marilah ber-Tuhan. Selama ber-Tuhan 
>merugikan kita, tidak usah ber-Tuhan. Memang sih agama juga banyak 
>membawa kekacauan apalagi yang fanatik-fanatikan. Tapi agama juga 
>banyak sisi positifnya kok. Di mana-mana tergantung orangnya juga.  
> 
---

Pada dasarnya saya setuju dengan dasar pemikiran mengenai Tuhan itu. 
Dalam tataran pengertian spiritual untuk anak SD atau Playgroup ha ha 
ha.

TETAPI kita harus bedakan substantially antara DUA kasus: ber TUHAN 
dan ber AGAMA. 

A) BerTUHAN artinga menerima sosok Supreme Being dalam hidupnya, 
apalah juga bentuknya. Allah, Yahweh, Kristus, Brahman, Thian atau 
siapapun.

B)BerAGAMA artinya, mengambil dan memilih satu ajaran sebagai jalur 
hidup, yang berisi satu rentetan tata ritual yang harus dipenuhi.

A) belum tentu langkah B) namun  B) selalu menerima A).

Kalau yang anda katakan, manusia membutuhkan tumpuan spiritual, maka 
Tuhan dalam artian A) adalah logis. Namun kalau anda maksud, untuk 
mendapatkan tumpuan hidup manusia harus terima B) ini masih sangat 
debatable. Kita lihat dalam sejarah kemanusiaan 2000 (two thousand) 
tahun, bagaimana saling bunuh karena agama. Tidak karena Tuhan.

Saya ingin tekankan disini suatu masalah yang sering kita abaikan. 

A,B dan C berkata: "kami beragama, dan karena itu kami bertuhan". So 
far OK. 

Lalu mereka lanjutkan, A katakan "Tuhan saya adalah "X", B katakan 
Tuhan saya adalah "Y", dan C katakan Tuhan saya adalah "Z", maka 
mulailah mereka gebuk gebukan...

Gantilah A, B dan C, dengan Katholik, Muslim dan Buddha.

Tuhan memang sangat praktis. Kalau manusia benci pada sesuatu atau 
kelompok manusia, maka, manusia dapat men-delegasikan itu pada Tuhan. 
Misalnya, berdoa:" Ya Tuhan, musnahkanlah bangsa Amerika yang telah 
membantai saudara saudara kami di Palestina, Irak dan Afganistan".
(bagaimana doa anggauta korban 11 September ya?)

Kalau manusia sayang seseorang atau sesuatu, mereka berdoa: " Ya 
Tuhan, berikanlah imbalan dan pahala bagi pak HM Suharto yang telah 
berpulang padaMu" (bagaimana doa yang di "Pulau Buru" kan ya?)

Disini, automatically manusia men-transfer emosi dan pikirannya pada 
Tuhan, Tuhan ikut ikut benci Amerika, Tuhan ikut ikut sayang HM 
Suharto. Really?

Anda katakan: "Selama berTuhan bermanfaat untuk kita, marilah ber-
Tuhan. Selama ber-Tuhan merugikan kita, tidak usah ber-Tuhan"

Ini adalah sebuah contadictio in termini, sebab Tuhan tak mungkin 
sekaligus merugikan dan menguntungkan. Tuhan bukan bursa saham. 
Andaipun demikian, sulit manusia mengadakan evaluasi seperti 
perusahaan membuat neraca diakhir tahun, kapan Tuhan menguntungkan 
atau merugikan.

Yang menguntungkan atau merugikan, adalah perilaku manusia sendiri. 
Dalam ajaran sang Gautama dinamakan kharma. Yesus menyebutnya "tebar 
tuai".

Dalam penutup kata, anda tulis sesuatu yang sangat bijaksana: 

"Di mana-mana tergantung orangnya juga". That's it! Manusia, bukan 
Tuhan.

Seorang mahaguru ajaran Buddha, Mahabikku Rinpoche Padmasambawa, 
berkata diabad ke VIII: " Apa yang kau lakukan dimasa lalu 
menerangkan apa yang kau alami masa kini, apa yang kau lakukan kini, 
menentukan apa yang kau alami dimasa datang.

So DO good, and be HAPPY


Salam

Danardono 
> 






RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-10 Terurut Topik als
Orang yang mau memelihara anjing saja memilih-milih anjing yang hendak
dibelinya. Saya kira hanya orang tolollah yang memilih anjing peliharaan
yang bego. Itu hewan peliharaan, apalagi "Tuhan" yang kepada siapa
pemiliknya berdoa dan berserah diri. Haahaahaaa... Yang terang, "Tuhan" yang
untuk memutuskan sesuatu aja mesti mendengarkan doa-doa para pemujanya
terlebih dulu sudah pasti kalah pintar sama seorang pak tani yang bertanam
padi. Setiap hari ia memutuskan segala sesuatu tentang pekerjaannya tanpa
perlu mendengarkan "doa-doa" anak istrinya. Seorang ilmuwan terkadang memang
mendengarkan "doa-doa" sesama ilmuwan atau ilmuwan agung yang dalil-dalilnya
telah lulus 'fit and proper tests' berdasarkan penggunaan nalar yang
optimum. Tetapi sebagian orang di dunia ini memang "uuuaneh tenan", lha wong
"Tuhan" yang diuji pakai logika kasar biasa aja tampak begitu o'onnya lah
kok dipuja-puja. Kata mereka "Tuhan" begini ini telah memberi mereka
"kebahagiaan".  "Mustahal bin Mustahil," sahut cicak-cicak di dinding dengan
suara riuh rendah. "Hiiihihiiikhiiik," nyamuk pun pada ketawa sinis. Yaaah,
tapi "Tuhan" seperti ini emang bisa memberi kesenangan sih, tapi
inga..inga..di balik kesenangan pasti ada kesusahan dan kesenangan bila
ditumpuk-tumpuk tetap aja kesenangan, tetapi bila kesusahan ditimbun,
lama-lama akan menimbulkan penderitaan batin yang tidak terperikan, yang
lama-lama... aah. :-)

 

Selamat merenung dan berpikir, cukup seperlunya aja! :-)

als 

  _  

 

From: Kurniawan [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, October 10, 2008 3:01 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

 

..

Jadi menurut gue sih ber-Tuhan juga gak terlalu buruk. Selama ber-Tuhan
bermanfaat untuk kita, marilah ber-Tuhan. Selama ber-Tuhan merugikan kita,
tidak usah ber-Tuhan. Memang sih agama juga banyak membawa kekacauan apalagi
yang fanatik-fanatikan. Tapi agama juga banyak sisi positifnya kok. Di
mana-mana tergantung orangnya juga. 

--- On Thu, 10/9/08, ulysee_me2 <[EMAIL PROTECTED]
<mailto:ulysee_me2%40yahoo.com.sg> com.sg> wrote:






Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-10 Terurut Topik Kurniawan
Iya betul, Ul, salah satu alasan orang cenderung bahagia karena ber-Tuhan 
seperti kata-kata elu di bawah ini.  Serahin aja bebannya ke Tuhan. Hehehe...

Tapi menurut gue melakukan hal ini, walaupun kelihatan absurd, kadang-kadang 
lebih baik daripada merasa harus menanggung beban sendiri.  Kalau orang yang 
kuat sih gak apa-apa menanggung beban sendiri, berusaha sendiri, mikir pakai 
logika sendiri dsb.  Tapi buat beberapa orang mungkin melakukan pasrah seperti 
itu lebih baik.  

Selain itu hidup juga gak semuanya bisa selogis-logisnya seperti yang kita mau, 
tapi ada perasaan-perasaan yang susah dipenuhi cuma dengan logika. Dan 
kadang-kadang agama bisa memenuhi kebutuhan seperti itu. 

Misalnya, kalau ada nenek-nenek hidup sendiri, gak punya sanak saudara, dan 
kesepian, menurut gue lebih baik kalau dia ber-Tuhan jadi dia bisa merasa 
paling gak masih ada Tuhan yang bisa jadi penghiburan dan pengharapan buat 
dirinya, walaupun anggap aja itu cuma khayalan.  Hal ini masih lebih baik 
daripada menyuruh si nenek menghadapi kenyataan pahit bahwa ia memang hidup 
sendiri dan tidak ada yang peduli. (Karena Ulysee juga gak mau nemenin 
hehehe...). 

Jadi menurut gue sih ber-Tuhan juga gak terlalu buruk. Selama ber-Tuhan 
bermanfaat untuk kita, marilah ber-Tuhan. Selama ber-Tuhan merugikan kita, 
tidak usah ber-Tuhan. Memang sih agama juga banyak membawa kekacauan apalagi 
yang fanatik-fanatikan. Tapi agama juga banyak sisi positifnya kok. Di 
mana-mana tergantung orangnya juga.  


--- On Thu, 10/9/08, ulysee_me2 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: ulysee_me2 <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Thursday, October 9, 2008, 5:45 PM


Yang tidak ber-tuhan ya tidak usah berdoa, gitu kok bingung. 
Kekekekekek e

Tahu ndak broer kenapa yang berkeyakinan kepada tuhannya disebut 
lebih berbahagia?
Soalnya dengan keyakinannya dia punya penolong sekaligus kambing 
hitam, broer. Kalau dia lagi kesulitan lalu bisa minta pada 
penolongnya yang dia yakin sanggup tolongin, terus lebih lega. Ah 
nanti juga ditolongin, gitu khan enak broer kaga pusing. 

Tyus kalau misalnya doanya nggak terkabul, dia tinggal bilang, wah, 
tuhan belum mengijinkan. Tinggal salahin tuhannya. 
enak kan? semua kesusahannya ditanggung sama tuhannya? 
makanya mereka itulah yang disebut berbahagia Broer. 

Bukan berarti yang tidak bertuhan tidak bisa bahagia, 
tapi lebih bahagia yang punya tuhan th. 

Broer jangan keliru ya, ada TUHAN, ada tuhan, 
ada GOD ada gods, 
dan sekarang yang lagi banyak duitnya itu tuhannya khan banyak, dewa 
nya banyak. hehehe. 




  


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-09 Terurut Topik ChanCT
Itulah, Neng Uli yang saya lihat bagaimana rakyat Tiongkok yang umumnya 
dikatakan tidak ber-TUHAN itu ditahun 60-an banting tulang membangun negaranya 
dengan semangat berdikari, mengikat lebih kencang tali pinggang melawan blokade 
sejagad AS dibelahan selatan dan melawan tekanan Uni Sovyet dibelahan utara, 
udah itu menghadapi bencana alam berturut-turut 3 tahun, ... satu tekad juang 
yang luar biasa. Sangat mengagumkan, dan mereka bisa dikatakan berhasil, 
berhasil tanpa doa dan tentunya tidak diberkahi TUHAN, lho. 

Dan itu pula sebetulnya juga yang dikatakan TUHAN hanya memberkahi melalui 
usaha susah-payah setiap umatnya, bukan hanya dengan doa dan berdoa saja mereka 
bisa dapatkan hasil. Iya, kan?! Sama saja, hanya yang satu diembel-embeli 
diberkahi TUHAN saja, dan yang lain sepenuhnya hasil kerja susah-payahnya 
sendiri, ada atau tidak TUHAN.

Sebenarnya saja, saya yakin yang dinamakan bahagia berbeda pada setiap orang, 
terserah sajalah pada masing-masing. Tidak karena dia tidak ber-TUHAN jadi 
tidak bahagia. Karena mereka justru merasakan kebahagiaan setelah apa yang 
dikerjakan, apa yang diperjuangkan itu mencapai hasil. Dan mereka bisa 
merasakan kebahagian lebih dari orang lain, karena itu sepenuhnya hasil 
keringat sendiri, tanpa diberkahi TUHAN. Hehehehee, ...

Bukankah begitu Ul?! Jadi, memang yang tidak ber-TUHAN, tidak bisa nyalahin 
Tuhan belum berkahi, tapi, jelas mereka bisa melihat syarat atau kondisi belum 
memungkinkan saja. Tak perlu mencari kambing-hitam, ya harus bekerja lebih 
keras, ... itu saja.

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: ulysee_me2 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 10, 2008 8:45 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


  Yang tidak ber-tuhan ya tidak usah berdoa, gitu kok bingung. 
  Kekekekekeke

  Tahu ndak broer kenapa yang berkeyakinan kepada tuhannya disebut 
  lebih berbahagia?
  Soalnya dengan keyakinannya dia punya penolong sekaligus kambing 
  hitam, broer. Kalau dia lagi kesulitan lalu bisa minta pada 
  penolongnya yang dia yakin sanggup tolongin, terus lebih lega. Ah 
  nanti juga ditolongin, gitu khan enak broer kaga pusing. 

  Tyus kalau misalnya doanya nggak terkabul, dia tinggal bilang, wah, 
  tuhan belum mengijinkan. Tinggal salahin tuhannya. 
  enak kan? semua kesusahannya ditanggung sama tuhannya? 
  makanya mereka itulah yang disebut berbahagia Broer. 

  Bukan berarti yang tidak bertuhan tidak bisa bahagia, 
  tapi lebih bahagia yang punya tuhan th. 

  Broer jangan keliru ya, ada TUHAN, ada tuhan, 
  ada GOD ada gods, 
  dan sekarang yang lagi banyak duitnya itu tuhannya khan banyak, dewa 
  nya banyak. hehehe. 

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Lalu, ... bagaimana orang yang tidak ber-TUHAN itu hidup didunia 
  ini, neng? Yang sering dikatakan tidak beradab dan tidak bisa bahagia 
  itu, hehehee, ... kasihan amat, ya?
  > 
  > Padahal kenyataan yang bisa kita lihat, mereka ber-milyard itu 
  justru menunjukkan keberhasilan luar biasa tanpa doa, lho! Dan 
  merekalah yang sangat diharapkan bisa ikut memberikan dukungan 
  membantu mengatasi krisis-moneter yang melanda AS, negara ber-TUHAN 
  sekarang ini. Hahahaaa, ...
  > 
  > Salam,
  > ChanCT
  > 
  >   - Original Message - 
  >   From: ulysee_me2 
  >   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  >   Sent: Thursday, October 09, 2008 9:35 AM
  >   Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
  memaafkan.
  > 
  > 
  > 
  >   Lhoh ya harus berpikir begitu donk!
  >   Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat 
  >   tuhannya untuk mengambil keputusan, 
  >   Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi 
  >   tuhannya, 
  >   Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang 
  buang 
  >   waktu aje. Ya Nggak?
  > 
  >   Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. 
  > 
  > 
  >   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als"  wrote:
  >   >
  >   > Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam 
  keputusan 
  >   yang akan
  >   > diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah 
  Anda 
  >   berpikir
  >   > bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil 
  saya 
  >   Andy, sne
  >   > saya Liem (hokkian). :-)
  >   > 
  >   >  
  >   > 
  >   > Salam serius,
  >   > 
  >   > als
  >   > 
  >   >  
  >   > 
  >   >   _  
  >   > 
  >   > From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
  >   > Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
  >   > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  >   > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua 
  tentang 
  >   memaaf

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-09 Terurut Topik ulysee_me2
Yang tidak ber-tuhan ya tidak usah berdoa, gitu kok bingung. 
Kekekekekeke

Tahu ndak broer kenapa yang berkeyakinan kepada tuhannya disebut 
lebih berbahagia?
Soalnya dengan keyakinannya dia punya penolong sekaligus kambing 
hitam, broer. Kalau dia lagi kesulitan lalu bisa minta pada 
penolongnya yang dia yakin sanggup tolongin, terus lebih lega. Ah 
nanti juga ditolongin, gitu khan enak broer kaga pusing. 

Tyus kalau misalnya doanya nggak terkabul, dia tinggal bilang, wah, 
tuhan belum mengijinkan. Tinggal salahin tuhannya. 
enak kan? semua kesusahannya ditanggung sama tuhannya? 
makanya mereka itulah yang disebut berbahagia Broer. 

Bukan berarti yang tidak bertuhan tidak bisa bahagia, 
tapi lebih bahagia yang punya tuhan th. 

Broer jangan keliru ya, ada TUHAN, ada tuhan, 
ada GOD ada gods, 
dan sekarang yang lagi banyak duitnya itu tuhannya khan banyak, dewa 
nya banyak. hehehe. 

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Lalu, ... bagaimana orang yang tidak ber-TUHAN itu hidup didunia 
ini, neng? Yang sering dikatakan tidak beradab dan tidak bisa bahagia 
itu, hehehee, ... kasihan amat, ya?
> 
> Padahal kenyataan yang bisa kita lihat, mereka ber-milyard itu 
justru menunjukkan keberhasilan luar biasa tanpa doa, lho! Dan 
merekalah yang sangat diharapkan bisa ikut memberikan dukungan 
membantu mengatasi krisis-moneter yang melanda AS, negara ber-TUHAN 
sekarang ini. Hahahaaa, ...
> 
> Salam,
> ChanCT
> 
>   - Original Message - 
>   From: ulysee_me2 
>   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
>   Sent: Thursday, October 09, 2008 9:35 AM
>   Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan.
> 
> 
> 
>   Lhoh ya harus berpikir begitu donk!
>   Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat 
>   tuhannya untuk mengambil keputusan, 
>   Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi 
>   tuhannya, 
>   Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang 
buang 
>   waktu aje. Ya Nggak?
> 
>   Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. 
> 
> 
>   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als"  wrote:
>   >
>   > Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam 
keputusan 
>   yang akan
>   > diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah 
Anda 
>   berpikir
>   > bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil 
saya 
>   Andy, sne
>   > saya Liem (hokkian). :-)
>   > 
>   >  
>   > 
>   > Salam serius,
>   > 
>   > als
>   > 
>   >  
>   > 
>   >   _____  
>   > 
>   > From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
>   > Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
>   > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
>   > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua 
tentang 
>   memaafkan.
>   > 
>   >  
>   > 
>   > Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda 
diam-
>   diam
>   > ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan 
sebaik-
>   baiknya.
>   > Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali 
>   terhadap
>   > 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi 
minyak 
>   dulu dan
>   > memompanya yang penuh ya! :-)
>   > 
>   >  als
>   > 
>   > Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa 
keputusan 
>   Tuhan
>   > yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya 
atau 
>   tidak bukan
>   > urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi 
petromaks, 
>   minyak
>   > mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, 
Tan 
>   Lookay
>   >
> 
> 
> 
>   
> 
>   .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
> 
>   .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.
> 
>   .: Pertanyaan? Ajukan di 
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
> 
>   .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua 
http://iccsg.wordpress.com :.
> 
>   Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 
--
> 
> 
> 
>   Internal Virus Database is out of date.
>   Checked by AVG. 
>   Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.5/1706 - Release Date: 
2008/10/3 _U__ 06:17
>




[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-09 Terurut Topik ulysee_me2

Jadi inget, kemaren ada yang ngoceh sama gue, bilang itu milis isinya 
orang berkeluh kesah soal jaman yang udah lewat melulu. Pengen tahu 
soal adat kebiasaan tionghoa jadi susah carinya, tenggelam diantara 
orang yang ributin entah apa. 

Gue bilang, harap maklum, semua sakit hati dendam masa lalu kaga ada 
pelampiasan, sekarang ada wadah yang mau menampung curhatnya sepuh 
sepuh, ya dimaklum aja atuh. Baca tajuknya, pilih orang orang 
tertentu aja yang dibaca, yang biasanya ngomong soal budaya, King 
Hian, Hendri, Perfect Harmony, ABS, Ophoeng, Purnama. Sisanya, boleh 
dianggap angin lalu, cuman orang cari pusing aja, termasuk gue, 
hahaha. 

Tapi gue jadi prihatin sama yang empunya milis. Sudah bikin milis 
keren berjudul Budaya Tionghoa, isinya banyakan keluh kesah. Salah 
nama kali, budaya tionghua, disingkat BT, isinya curhat orang yang 
bete-bete, bad tempered,piqi bu hao, goreng adat.  Gue salah satunya, 
hehehehe. 

Orang bete kudu kamsiah kamsiah sama ini milis, disediain tempat 
curhat, hihihi. Seperti biasa kalau gue dateng seminar soal tionghoa, 
audience yang dikasih kesempatan nanya, begitu pegang mike malah jadi 
curhat soal diri masing masing, pertanyaaannya kaga ada, kalaupun ada 
cuma basa basi. Ini gejala apa? Gejala kurang tempat untuk 
aktualisasi. Jadi biarlah di milis ini orang belajar 
mengaktualisasikan diri. Its ok. keep going guys.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Jika saya membuat buku yang mengenalkan sastra Tionghoa ke 
Indonesia, apa ini tak masuk karya nyata? 
> Jika saya menulis essay sastra yang menyoal masalah2 Tionghoa di 
media resmi, apa ini tak termasuk karya nyata?
> Jika saya kembali menulis essay dan puisi dalam bhs mandarin untuk 
menghidupkan kembali sastra Tionghoa Indonesia,  apa ini tak termasuk 
karya nyata?
> ?
> Tapi, apakah semua ini menjadi syarat mutlak untuk bisa bercuap2 
ttg masalah Tionghoa di sini? bahkan orang kecil tak ada prestasipun 
berhak untuk berkeluh kesah!
> ?
> ?
> Salam Orang biasa
> ZFy
> ?
> 
> 
> --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan..
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 3:56 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Lha saya orang kecil yang sombong kok Pak, siapa yang meragukan 
anda ?.? Apa saya pernah bilang saya ragu ? Lha mbok saya diberitahu 
apa saja yang sudah anda perbuat sehingga saya bisa ngeh ?.? Salam, 
Tan Lookay 
> 
> 
> 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com>
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah 
pemberangusan budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, 
tak ubahnya seperti kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang 
penderitaan Yesus di kayu salib juga bisa ngurusin sekolah.
> ?
> Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan 
karya2 nyata di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal 
ini?
> ?
> ?
> Salam,
> ZFy
> 
> ?
> ?
> ?
> ?
> ?
> 
> --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:
> 
> 
> From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] com>
> 
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan..
> 
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> ?
> Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena 
Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus 
disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan? 
> Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial 
yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk 
berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, 
karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
> 
> Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk 
berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini 
yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran 
sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah 
kita tentunya tak sia2 bukan?
> 
> Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh.? 
Jadi itulah kerja saya.? Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun 
monumen (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) 
tanpa bikin sekolah dan dendam terus saja itu hak anda.? 
> Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi 
masyarakat.? Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya 
mengabdi dengan Ora Et Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan 
pikiran saya.? Salam, Tan Lookay
> 
> 
> ?
> ?
> 
> 
> 2 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> -- 
> Best regards, Tantono Subagyo
> 
> 
> 
> 
> -- 
> Best regards, Tantono Subagyo
>




Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-09 Terurut Topik Santo Putra
Khusus untuk Lao Xiong Sunny Thee dan tidak untuk didiskusikan.

Salam Dalam Kasih Yesus

Sebelumnya saya mohon maaf kalau ada yang tidak sependapat mohon tidak usah 
ditanggapi dan di delete saja. Sesuai dengan permintaan Anda, maka saya mencoba 
untuk memberikankan sedikit pandangan.
Semua ajaran agama, baik itu Kong Hu Cu maupun yang lainnya kalau 
diperas-peras, intinya hanya satu kata yaitu "Kasih" .Selama hidupnya penuh 
Kasih maka dia sudah berada dijalan Kebenaran. Sebagaimana yang Anda katakan 
bahwa " Ayah Anda semenjak kecil sudah berpendapat bahwa selama manusia berbuat 
baik dan tidak menyalahi norma-norma yang ada maka manusia tersebut kemungkinan 
dapat masuk surga ". Pemahaman Ayah Anda tersebut sangat benar dan saya yakin 
beliau tentu mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari. 

Tidaklah benar kalau dikatakan bahwa orang yang beragama Kong Fu Cu masuk 
neraka dan tidak dapat masuk ke surga, ini adalah konsep yang amat keliru. 
Sekiranya Anda ingin lebih memdalam tentang agama sebaiknya kita masuk ke forum 
pribadi saja.
Saran saya adalah sampaikan kepada beliau tidak perlu berganti keyakinan karena 
keyakinannya sejak kecil itu sudah benar.

God Bless You

Santo Putra.



- Original Message 
From: Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, October 8, 2008 9:23:06 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Salam,
 
Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.
Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :
Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.
Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.
Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.
Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???
Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.
BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG 
KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang 
tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan 
kristen dan pasti ada di neraka

 Make the switch to the world's best email. Get Yahoo!7 Mail. 


  

RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-09 Terurut Topik als
Ulysee_me2, bila Anda mengikuti 'thread' omong2 ini sejak dari awalnya, Anda
tentu tahu bahwa saya sama sekali tidak bermaksud mempertanyakan apa saja
yang dipercaya oleh orang (dalam hal ini Tantono-heng dan Anda, mungkin).
Betapapun tidak nalarnya orang ybs lah wong ia percayanya gitu lantas saya
bisa apa? Saya hanya ingin tahu saja sampai seberapa "Tuhan"nya pak pendeta
kita ini dan ternyata memang persis seperti dugaan saya semula. Anda dan pak
pendeta bebas mempercayai "Tuhan" apa saja dan bebas berdoa dengan cara
apapun kepadanya. Teman-teman di sini juga bebas bertindak dan berkehendak
apa saja atas tanggung jawab masing-masing. OK?

 

Sayang sekarang pak pendeta kini mungkin sedang terlalu sibuk dengan segala
pekerjaannya sehingga mungkin tak bisa melanjutkan bincang2 kami yang
bersahabat, semoga beliau masih sempat membaca penjelasan saya ini.

 

Salam persaudaraan,

als

 

  _  

From: ulysee_me2 [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, October 09, 2008 8:35 AM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

Lhoh ya harus berpikir begitu donk!
Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat 
tuhannya untuk mengambil keputusan, 
Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi 
tuhannya, 
Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang 
waktu aje. Ya Nggak?

Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. 

--- In budaya_tionghua@ <mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com>
yahoogroups.com, "als" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan 
yang akan
> diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda 
berpikir
> bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya 
Andy, sne
> saya Liem (hokkian). :-)
> 
> Salam serius,
> 
> als





Re: Sudah tidak sehat : Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-09 Terurut Topik Fy Zhou
Inilah penyakit masyarakat Indonesia, kalau bicara suka membawa2 nama Tuhan.. 
Dia tak sadar bahwa dng menyebut Tuhan dia telah membawa konsep agamanya. 
Mungkin dia lupa di agama Budha tak mengenal istilah Tuhan. Lantas bagaimana 
kalau orang selalu membawa2 nama Sang Budha dalam setiap pembicaraan? mabok 
tidak?
 
Salam budaya
ZFy



- Original Message 
From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, October 9, 2008 4:27:36 AM
Subject: Sudah tidak sehat : Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua 
tentang memaafkan.


--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED] > wrote:
>
> Mengingat bahwa stamina sudah menurun dan pekerjaan sedang banyak 
maka saya
> mundur dari thread ini. Apalagi makin tidak sehat dan menjurus ke 
pribadi.
> Selahakan diteruskan dan untuk sdr Danardono kalau ingin diskusi 
saya layani
> secara pribadi. Kesalahan utama saya adalah melayani sdr Danardono 
dijalur
> umum sehingga menyebabkan apa yang orang sangat terpelajar bilang : 
Sturm
> inthe glass (uanggell-e rek). Untuk para budayawan Tionghua 
termasuk
> buayawan, terimakasih, seperti anda lihat tidak ada posting saya 
yang
> bermaksud melecehkan, saya bertanya secara benar. Demikian juga 
untuk
> siutjay Zfy maaf sebesar-besarnya, saya hanya menganjurkan karya 
nyata,
> kalau sudah buannyyaaak ya sudah, silahkan berkotbah terus untuk 
mengingat.
> Salam, Tan Lookay
>

 Berkhotbah untuk mengingat? 

Saya jadi ingat seorang politisi kita dari PDIP yang mengingatkan, 
bahwa kesalahan bangsa ini ialah lekas lupa sejarah. Beliau ini bukan 
anggauta milis kita, tapi kok pemikirannya sama ya?

Memang, kalau "melupakan" adalah sebuah tindakan mulia, mungkin yang 
pikun akan masuk surga dahulu, dan pasien Altzheimer jadi pahlawan 
nasional.

Diskusi pribadi? Untuk apa? Kan themanya thema bersama? Kalau anda 
ingin nasehat mengenai Finance Management boleh konsultasi pribadi, 
tapi ada charge-nya lho.

Bagusnya milis adalah melatih keterbukaan, jadi justru tidak sedikit 
sedikit lari ke jalur pribadi. Pribadi ya pribadi. sya perhatikan 
jalan banyak diskusi disni, hampir semua, yang "berbau" pribadi masih 
tetap menyangkut kepentingan bersama. 

Kalau kita, dimuka umum katakan misalnya "Tuhan itu hanya satu, 
tidak macam macam", maka dimuka umum juga hendaknya sedia 
menerangkan, apa maksudnya Tuhan itu satu". Satu untuk semua? OK, 
tetapi terangkan bagaimana itu. Misalnya, apakah umat Kristen (ini 
dari sisi budaya lho) juga memuja Brahma, Vishnu dan Shiwa, yang 
dipuja saudara kandung kita di Bali?

Gitu lho, jadi jangan lalu lari ke jalur pribadi. Memangnya ngomongin 
angsuran untuk RT/RW?

Salam diskusi

Danardono


. 
 


  

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik danarhadi2000
Lupa itu anugerah? Pernah lupa kunci mobil tertinggal dalam mobil 
terkunci?  pernah lupa passport waktu sampai di bandara?

Melupakan itu membahagiakan? Teman yang pikun itu stress terus tu?

Saya ada teman yang banyak sekali hutang, dia juga lekas lupa kalau 
hutang, dan minta selalu dimaafkan, alias gak usah bayar hutang.

Teman saya cerita di sebuah pertemuab makan di resto, disebelah duduk 
istrinya. Dia kisahkan mengenai menonton film bagus dengan istrinya. 
Istrinya langsung jawab ketus, "saya gak pernah lihat itu film tu? 
Kamu nonton sama siapa ya"?

Yah, melupakan dan memaafkan ha ha ha

Salam

Danardono



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ulysee_me2" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> 
> Melupakan itu anugrah Tuhan lhoh, hehehhehe. 
> Coba bayangin kalau hari ini kita merasa nggak enak karena sebuah 
> kesalahan,misalnya ada orang numpahin kopi di meja kena ke baju 
kita 
> misalnya. Khan nggak enak tuh. Lalu sampe besok nggak lupa-lupa dan 
> perasaan nggak enak itu masih ik aja. 
> Apa nggak bete ya hidup. Itu namanya mendendam sedalam lautan kali 
> yang kek gitu ya. Makanya berbahagialah orang yang selalu 
memaafkan, 
> dan melupakan. hehehe.
> 
> Perang candu apa urusannya dengan Olimpiade? Kalau perang steroid 
> obat kuat, nah baru ada hubungan, wekekekeke.
> 



[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik danarhadi2000
Kalau masukan bukan pak SBY harus diantar doa seperti apa ya, ci Ul? 
Banyak yang yakin, tapi toh meleset tuh? Misale yakin ada blue 
energy? Blue film malah lebih pasti...juga tanpa doa

Salam 

Danardono


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ulysee_me2" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> 
> Lhoh ya harus berpikir begitu donk!
> Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat 
> tuhannya untuk mengambil keputusan, 
> Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi 
> tuhannya, 
> Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang 
buang 
> waktu aje. Ya Nggak?
> 
> Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als"  wrote:
> >
> > Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan 
> yang akan
> > diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda 
> berpikir
> > bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil 
saya 
> Andy, sne
> > saya Liem (hokkian). :-)
> > 
> >  
> > 
> > Salam serius,
> > 
> > als
> > 
> >  
> > 
> >   _____  
> > 
> > From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> > Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
> > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
> memaafkan.
> > 
> >  
> > 
> > Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-
> diam
> > ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan 
sebaik-
> baiknya.
> > Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali 
> terhadap
> > 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak 
> dulu dan
> > memompanya yang penuh ya! :-)
> > 
> >  als
> > 
> > Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa 
keputusan 
> Tuhan
> > yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau 
> tidak bukan
> > urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi 
petromaks, 
> minyak
> > mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan 
> Lookay
> >
>




[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik danarhadi2000
Ya ko Ardian dan kok Agoeng, memang benar meja sembahyang leluhur 
itu setan? Masya Allah? Kok patung Bodhisatwa dirumah saya gak 
pernah sembur api?

By the way Nietsche, ko Ardian, kalau dia berani masuk ke Indonesia, 
udah masuk pulau Buru..

Temen temen mantan KHC itu kayak apa sih?, galak galak ya? Saya 
pengen diskusi tuh ama mereka, tapi nggak japri ahhh

By the way japri, saya suka bingung nih. Ada yang mula mula lempar 
topic di jalur umum, alias milis, kalau ditanggapi, teriak "ini 
pribadi lhooo", lha kalau topic pribadi, ya jangan di-bawa bawa ke 
jalur umum laahhh.  Dikit dikit japri, dikit dikit japri, japri kok 
dikit dikit?

Counter  back pendapat tentang hal hal yang merugikan budaya Tionghoa 
dilarang, ko Agoes? Ya ampunnn, oleh siapa? oleh Polantas yang atur 
prapatan jalan?  Takut tabrakan melulu kali? Ntar tak laporin deh ke 
Metro jaya...

Salam

Danardono





--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Btw counter pendapat ttg hal2 yg merugikan budaya tionghoa juga ga 
boleh nih? Kyk dewa2 itu iblis, naga itu raja setan engkong n leluhur 
kita itu setan n iblis? 
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
> -Original Message-
> From: "ardian_c" <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> Date: Wed, 08 Oct 2008 19:25:10 
> To: 
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan.
> 
> 
> inget itu jadi inget owe punya kasus ko, doeloe ada yg kurang lebih
> sama lar en loetjoenya itu temen owe yg kristen gak tanya ame 
pendeta
> or sape getu malah tanya ame owe.
> 
> Owe jawabin simple, Yesus gak pernah nulis alkitab lho trus jg Yesus
> gak banyak ngomong ini boleh itu gak boleh, Yesus tjoema ngomong 
Tiada
> seorangpun akan mencapai Bapak tanpa melalui AKU.
> 
> Lha AKUnya sape ? Tuhan ? Yesus ? or wat getu !
> Inga inga KASIH dong , so yg namanya KASIH emang pilih2 loe sembah
> yesus, buddha, kodok, kadal , batu tetek bengek ?
> 
> Kalu nurut owe yg namanya KASIH gak bakalan pilih KASIH.
> Nape seh banyak org mikir Yesus itu oknum yg namanya yesus ?
> 
> Coba mindnya dilebarin dikit getu, Yesus itu KASIH bukan ?
> 
> Sorry aye komentarin ya soalne masih rada senep ketemu yg ngaku2
> mantan KHC trus bilang meja sembayang ngkong gw itu setan.
> Sialnye itu org ngotot bilang kalu budaya tenglang or tradisi itu
> belenggu tubuh dan menyesatkan hueuehehe termasuk sembayang ame
> leluhur yg kasih buah ame pasang hio.
> Lha kalu org bule mah gak apa2 getu tabur bunga hueheheheheh.
> 
> Mbok ya mikir dikitlah en belajar sejarah Kristen aje dikit, trus 
buka
> pikirannye biar gak cupet mampet getu.
> Jadi inget omelan si Nietsche yg tereak Tuhan telah mati, tuhan2 
pada
> disembah di bukunye Thus Spoke Zarathustra hehehehehehehehe.
> So sape neh yg bikin mati TUHAN ame nyembah2 tuhan ?
>




Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik melani chia
Org bunuh diri=manusia gagal yg tdk tau bangkit,pastinya tdk takut mati
atau takut idup.



--- On Thu, 9/10/08, ardian_c <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: ardian_c <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Thursday, 9 October, 2008, 4:53 AM






nyaelah sebenernye seh seinget aye itu bicaranya YONG alias keberanian.

Wong yg disebut keberanian terhebat itu BERANI IDUP bukan berani
ngerampok or berani ngebacok.

Nah itu di Tao ame di KHC ngomong keberanian kurang lebih sama.

Org itu gak perlu takut mati , mati mah biasa en siapapun mesti mati.
So nape mesti ditakutin.

Yg parah itu org yg berani mati tapi takut idup loe.
Itung aje yg bunuh diri tuh berani idup or berani mati ?

Soo  BERANILAH HIDUP 
HIDUP YONG yg bukan si gayoenk alias hen yoenk hehehehehe



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik ChanCT
Lalu, ... bagaimana orang yang tidak ber-TUHAN itu hidup didunia ini, neng? 
Yang sering dikatakan tidak beradab dan tidak bisa bahagia itu, hehehee, ... 
kasihan amat, ya?

Padahal kenyataan yang bisa kita lihat, mereka ber-milyard itu justru 
menunjukkan keberhasilan luar biasa tanpa doa, lho! Dan merekalah yang sangat 
diharapkan bisa ikut memberikan dukungan membantu mengatasi krisis-moneter yang 
melanda AS, negara ber-TUHAN sekarang ini. Hahahaaa, ...

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: ulysee_me2 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, October 09, 2008 9:35 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.



  Lhoh ya harus berpikir begitu donk!
  Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat 
  tuhannya untuk mengambil keputusan, 
  Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi 
  tuhannya, 
  Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang 
  waktu aje. Ya Nggak?

  Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. 


  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan 
  yang akan
  > diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda 
  berpikir
  > bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya 
  Andy, sne
  > saya Liem (hokkian). :-)
  > 
  >  
  > 
  > Salam serius,
  > 
  > als
  > 
  >  
  > 
  >   _  
  > 
  > From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
  > Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
  > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
  memaafkan.
  > 
  >  
  > 
  > Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-
  diam
  > ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-
  baiknya.
  > Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali 
  terhadap
  > 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak 
  dulu dan
  > memompanya yang penuh ya! :-)
  > 
  >  als
  > 
  > Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan 
  Tuhan
  > yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau 
  tidak bukan
  > urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, 
  minyak
  > mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan 
  Lookay
  >



  

  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

  .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

  Yahoo! Groups Links





--



  Internal Virus Database is out of date.
  Checked by AVG. 
  Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.5/1706 - Release Date: 2008/10/3 
_U__ 06:17


[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik ulysee_me2

Melupakan itu anugrah Tuhan lhoh, hehehhehe. 
Coba bayangin kalau hari ini kita merasa nggak enak karena sebuah 
kesalahan,misalnya ada orang numpahin kopi di meja kena ke baju kita 
misalnya. Khan nggak enak tuh. Lalu sampe besok nggak lupa-lupa dan 
perasaan nggak enak itu masih ik aja. 
Apa nggak bete ya hidup. Itu namanya mendendam sedalam lautan kali 
yang kek gitu ya. Makanya berbahagialah orang yang selalu memaafkan, 
dan melupakan. hehehe.

Perang candu apa urusannya dengan Olimpiade? Kalau perang steroid 
obat kuat, nah baru ada hubungan, wekekekeke.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Kalau saya memilih tak Melupakan!
> ?
> Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu 
membuat kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang 
menimpa diri kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat 
orang lain juga sengsara seperti kita.
> ?
> Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.
> ?
> Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk 
mencapai kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat 
Tiongkok, yang mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!
> ?
> Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan 
Monument
> ?
> ?
> Salam Mengingat.
> ZFy
> ?
> ?
> ?
> 
> --- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan.
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa 
> didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah 
ikut 
> ikut dehhh. 
> 
> Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung 
> beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene 
> mengaung..Mengenang , tak melupakan!
> 
> Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai 
> sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal 
> itu.
> 
> Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, 
> mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan 
> dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu.
> 
> Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada 
> gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu 
> kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David 
> kuning. 
> 
> Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang 
pernah 
> tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai 
> jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, 
> dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, 
> namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak 
> tahu dehhh, frankly!
> 
> Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak 
> alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru 
> musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi 
> lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. 
> Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, 
> lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan 
> di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah..
> 
> Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka 
> selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan 
di 
> Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo.
> 
> Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi 
> kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia 
pernah 
> dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. 
> Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara 
> saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? 
> Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?"
> 
> Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh 
sekelompok 
> laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. 
> 
> Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa 
> NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau 
> tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak 
> sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam 
bentuk 
> Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali?
> 
> Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama 
> membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on.
> 
> Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia 
> secara keseluruhan TI

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik ulysee_me2

Lhoh ya harus berpikir begitu donk!
Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat 
tuhannya untuk mengambil keputusan, 
Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi 
tuhannya, 
Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang 
waktu aje. Ya Nggak?

Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. 


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan 
yang akan
> diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda 
berpikir
> bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya 
Andy, sne
> saya Liem (hokkian). :-)
> 
>  
> 
> Salam serius,
> 
> als
> 
>  
> 
>   _  
> 
> From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan.
> 
>  
> 
> Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-
diam
> ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-
baiknya.
> Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali 
terhadap
> 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak 
dulu dan
> memompanya yang penuh ya! :-)
> 
>  als
> 
> Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan 
Tuhan
> yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau 
tidak bukan
> urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, 
minyak
> mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan 
Lookay
>




[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik ulysee_me2

Lhoh ya harus berpikir begitu donk!
Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya menjadi masukan buat 
tuhannya untuk mengambil keputusan, 
Orang yang berdoa harus yakin bahwa doanya bisa mempengaruhi 
tuhannya, 
Kalau enggak punya keyakinan seperti itu, ngapain berdoa buang buang 
waktu aje. Ya Nggak?

Hehehe, berbahagialah orang yang yakin. 


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "als" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan 
yang akan
> diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda 
berpikir
> bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya 
Andy, sne
> saya Liem (hokkian). :-)
> 
>  
> 
> Salam serius,
> 
> als
> 
>  
> 
>   _  
> 
> From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan.
> 
>  
> 
> Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-
diam
> ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-
baiknya.
> Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali 
terhadap
> 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak 
dulu dan
> memompanya yang penuh ya! :-)
> 
>  als
> 
> Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan 
Tuhan
> yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau 
tidak bukan
> urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, 
minyak
> mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan 
Lookay
>




Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik melani chia
Masak sih terserah Tuhan pak Tan,mental gini kan sudah saatnya
tdk diteruskan,terutama yg saya harapkan dari anda seabgai pendeta
nantinya akan menjadi gembala,pastinya akan membawa pengaruh besar
pada jemaat anda.
 
Kalah bersaing,dlm dunia kerja,sekolah pertandingan dll ,dibilang rencana 
tuhan?
yg jelas kalau kalah ya ngaku kalah harus berusaha,kalau sudah berusaha masih 
kalah
ngku juga ya hanya begitu kemampuannya,...




--- On Wed, 8/10/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, 8 October, 2008, 9:28 PM






--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED] 
> 
wrote:
>
> Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, 
>tapi minta agar bisa perform sebaik-baiknya. Kalau berdoapun kalah ya 
>berlatih lagi sambil berdoa. Gitu saja kok repot. Tantono
> 

* Jangan lupa, the best will very likely win! bahkan tanpa 
berdoapun, asal persiapan professional. Bangsa kita pasti jauh lebih 
rajin berdoa daripada, misalnya orang Jerman (ini saya tahu). Yang win, 
yang mana, kita juga tahu...

Salam

Danardono

 














  

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.- MASA LALU

2008-10-08 Terurut Topik ulysee_me2
Masyaampun, kopi gue sampe kesembur gara-gara baca yang ini. 

MASA LALU itu anaknya siapa sih? bikin salah apa sih, sampe mesti 
dimaafkan segala? 
"Sebelum bisa memaafkan masa lalu kita harus yakin bahwa masa lalu 
memang buruk"
"selama masih ada yang meragukan keburukan masa lalu, saya merasa 
wajib untuk meyakinkan mereka" 

Ini sindrom model apa lagi? Kalau  Cinderella sendiri yang mengalami 
nasib buruk, apakah harus memaksakan keburukan masa lalunya kepada 
Mickey Mouse?? Lalu meyakinkan Mickey Mouse bahwa masa lalu itu 
buruk, harus yakin, lalu maafkanlah. 

YEEE, orang nggak kenape-kenape dipaksa-paksa suruh yakin, udah yakin 
disuruh maafin. tuk tuk tuk, cra pikirnya gimane sih.

Mbok ya nggak usah memaksakan sakit hati sendiri kepada orang lain.
Masa lalu itu sudah berlalu kok, dan waktu itu berjalan ke depan, 
enggak berjalan mundur. Itu baggage masa lalu nya ditinggalkan saja.



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Sungguh aneh, anda sering memberi nasehat untuk tak mengingat2 
kegetiran Tionghoa masa lalu, padahal anda sendiri terus2 mengungkit 
perlakuan negatif keluarga besar anda thd anda di masa lalu !? anda 
juga tak bisa melupakan bukan ?
> ?
> Anda mungkin berdalih bahwa meski anda mengungkit tapi anda sudah 
memaafkan.. Sebelum sampai ke hal? maaf memaafkan ini anda tentu s
udah yakini bahwa fakta negatif itu memang nyata bukan?
> ?
> Masalahnya memang disini : Sebelum kita bisa memaafkan masa lalu, 
kita harus yakin masa lalu memang buruk! Karena ini bukan persoalan 
yang menimpa pribadi tapi persoalan masyarakat, maka selama masih ada 
orang yang meragukan keburukan masa lalu, saya merasa wajib untuk 
meyakinkan mereka. Setelah orang sepakat dng fakta keburukan, baru 
bisa memaafkan bukan ???
> ?
> Salam sejarah
> ZFy
> 
> --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan..
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 4:11 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Kalau anda bertanya dengan baik dan pakai nama akan saya jawab.? 
Saya tidak tahu dan tidak perlu tahu apakah saya punya andil apapun 
dalam keputusan yang akan diambil oleh Tuhan karena saya percaya 
Tuhan mempertimbangkan segalanya.? Jadi mengapa berdoa ?. Ya karena 
saya ingin dekat dengan Tuhan, dan doa saya bukan "deretan 
permintaan" seperti yang anda bayangkan.? Kalau saya berdoa, adalah 
karena saya ingin pasrah kepada Tuhan dan pertolongan Tuhan dan 
berkali-kali hal ini terjadi dalam hidup saya.? Pertama ketika umur 
12 tahun ayah saya meninggal, saya besar dalam lingkungan kakak 
Tenglang tulen yang menyampingkan saya karena Ibu saya Jawa, saya 
sekolah sambil bekerja sampai saat ini, kedua ketika sebagai pegawai 
negeri saya di non jobkan karena Kristen dan keturunan Cina, 
pertolongan Tuhan datang juga.? Anda tidak akan dapat mengerti karena 
tidak merasakan, tetai bagi saya itu nyata.? Salam, Tantono 
> 
> 
> 2008/10/8 als <[EMAIL PROTECTED] id>
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan 
yang akan diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah 
Anda berpikir bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama 
kecil saya Andy, sne saya Liem (hokkian). J
> ?
> Salam serius,
> als
> ?
> 
> 
> 
> 
> From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] com] 
> Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
> 
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan..
> ?
> 
> 
> 
> 
> Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-
diam ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan 
sebaik-baiknya. Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya 
sama sekali terhadap 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan 
lupa diisi minyak dulu dan memompanya yang penuh ya! J
> 
>  als
> Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan 
Tuhan yang terbaik.? Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya 
atau tidak bukan urusan saya lagi.? Nah anda gak bayar saya kok minta 
isi petromaks, minyak mahal tahu !.? Eh sebut nama dong, jangan als 
doang.? Salam, Tan Lookay
> 
> 
> 
> -- 
> Best regards, Tantono Subagyo
>




[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik ardian_c
nyaelah sebenernye seh seinget aye itu bicaranya YONG alias keberanian.

Wong yg disebut keberanian terhebat itu BERANI IDUP bukan berani
ngerampok or berani ngebacok.

Nah itu di Tao ame di KHC ngomong keberanian kurang lebih sama.

Org itu gak perlu takut mati , mati mah biasa en siapapun mesti mati.
So nape mesti ditakutin.

Yg parah itu org yg berani mati tapi takut idup loe.
Itung aje yg bunuh diri tuh berani idup or berani mati ?

Soo BERANILAH HIDUP 
HIDUP YONG yg bukan si gayoenk alias hen yoenk hehehehehe

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Kalo konsep tao n buddha kan gak ada tuhan tuh trus nyerah ke sapa?
Ke alam? Trus biasanya yg udah level begitu yah pendeta taois or biksu
buddhis yg tinggal digunung2, siu lien buat capai tao or nirwana, ga
cuma dendam doank yg dilupakan, tp nafsu duniawin laennya juga, harta,
kedudukan n nama besar. Mereka juga males ladenin tuh konflict2 apapun
jadi hidupnya bisa damai. Btw org biasa yg sudah muak ama kehidupan
duniawi juga pada nyingkir n hidup sederhana tp banyak konflict n
keinginan macem2. Engga rebutan harta, sikut2 kursi, kong tai sana
sini cari nama besar n pengikut, bahkan biasanya muridpun ditolaknya.
Klo semua manusia bisa hidup kayak gitu maka bakal lebih damai hatinya
daripada sekedar setiap saat memaafkan org tp tiap hari sikut2 cari
kedudukan, harta n nama besar. Hehehehe btw yg g omongin td biasanya
ada di film silat yah, klo di dunia nyata seh kagak tau. Hehehe 
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
> -Original Message-
> From: "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> Date: Wed, 8 Oct 2008 10:24:33 
> To: 
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
memaafkan.
> 
> 
> Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau orang-orang itu bisa
> lupakan Milosevic mungkin hidupnya akan lebih baik.  Menurut saya
memelihara
> dendamlah yang buat orang sengsara.  Orang jadi inget kesalahan
orang dahulu
> saja, seperti misalnya : Jerman dulu pernah Holocaust mbasmi orang
Yahudi,
> trus piye, orang Yahudi disuruh ngebom Jerman supaya setimpal gitu
??.  Saya
> punya teman (Jewish) yang sangat dendam ama Jerman, lha dia sendiri yang
> sengsara.  Kejadian sudah kapan tahu, dia kalau ketemu orang Jerman
masih
> gondok (nyakitin diri sendiri).  Dan masalah Tuhan-nya siapa ya Tuhannya
> sendiri-sendiri, saya percayakan "vengeance"kepada Tuhan orang
Kristen, lalu
> apakah Tuhan saya tidak berantem rebutan dengan Tuhannya orang lain yang
> menyalahi saya, lha itu urusan Tuhan kok, sudah dipasrahkan jangan
> diuthik-uthik lagi.
> Kembali lagi Bung Danardono, mari setuju untuk nggak setuju, saya
bahagia
> dengan konsep menyerah kepada Tuhan (buat saya Tuhan itu satu), lha buat
> anda Tuhan itu macem-macem dan buanyak dan tidak memecahkan masalah.
 So be
> it, saya tidak minta anda untuk memeluk konsep saya demikian juga jangan
> paksakan kepada saya bahwa konsep agama tidak membuat orang jadi
baik dan
> Tuhan macem-macem.  Salam, Tan Lookay
> 
> 
> On 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >   Begitulah pak Bagyo.
> >
> > "Penghukuman" didunia ini adalah ranah masyarakat, yang diwakili oleh
> > negara (azas Hukum Pidana). Kita juga kenal ajaran: "Give therefore
> > to Caesar the things that are Caesar's, and to God the things that
> > are God's.(Mt 22:21)".
> >
> > Didalam falsafah hukum, kita belajar, bahwa pada awalnya, dalam
> > masyarakat yang masih "primitif" hukuman adalah identik engan
> > pembalasan dendam, dalam bahasa Jerman kita kenal "Suehne". Dalam
> > perkembangan masyarakat yang kian modern, maka negara mengambil alih
> > fungsi "balas dendam " ini, dan mengubahnya menjadi hukuman.
> > Kalau sipenjahat sudah dihukum negara menurut peraturan yang berlaku,
> > maka manusia tak boleh lagi menjalankan balas dendam.
> >
> > Pak Bagyo benar, hukum manusia tak sempurna, tetapi apakah yang
> > sempurna di dunia? Hanya inilah yang manusia dapat wujudkan didunia.
> > kesempurnaan setelah kita mati, nobody knows. belum ada yang kembali
> > dari kematian dan mengisahkan mengenai pengadilan langit.
> >
> > Mengenai Tuhan, pak Bagyo katakan "Ya Tuhan saya, Tuhannya orang
> > Kristen", namun, kita membahas masalah manusia secara universal.
> > Dalam hubungan antar manusia, kita berhadapan dengan manusia dari
> > perlbagai agama dengan Tuhannya masing masing. Contoh: seorang
> > beragama A memperkosa dan menjarah wanita beragama B, dan mencuri
> > barang orang beragama C. Tuhan yang mana yang berwenang bertindak?
> > Tidak nanti rebutan?
> >
>

RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Btw counter pendapat ttg hal2 yg merugikan budaya tionghoa juga ga boleh nih? 
Kyk dewa2 itu iblis, naga itu raja setan engkong n leluhur kita itu setan n 
iblis? 
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "ardian_c" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 08 Oct 2008 19:25:10 
To: 
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


inget itu jadi inget owe punya kasus ko, doeloe ada yg kurang lebih
sama lar en loetjoenya itu temen owe yg kristen gak tanya ame pendeta
or sape getu malah tanya ame owe.

Owe jawabin simple, Yesus gak pernah nulis alkitab lho trus jg Yesus
gak banyak ngomong ini boleh itu gak boleh, Yesus tjoema ngomong Tiada
seorangpun akan mencapai Bapak tanpa melalui AKU.

Lha AKUnya sape ? Tuhan ? Yesus ? or wat getu !
Inga inga KASIH dong , so yg namanya KASIH emang pilih2 loe sembah
yesus, buddha, kodok, kadal , batu tetek bengek ?

Kalu nurut owe yg namanya KASIH gak bakalan pilih KASIH.
Nape seh banyak org mikir Yesus itu oknum yg namanya yesus ?

Coba mindnya dilebarin dikit getu, Yesus itu KASIH bukan ?

Sorry aye komentarin ya soalne masih rada senep ketemu yg ngaku2
mantan KHC trus bilang meja sembayang ngkong gw itu setan.
Sialnye itu org ngotot bilang kalu budaya tenglang or tradisi itu
belenggu tubuh dan menyesatkan hueuehehe termasuk sembayang ame
leluhur yg kasih buah ame pasang hio.
Lha kalu org bule mah gak apa2 getu tabur bunga hueheheheheh.

Mbok ya mikir dikitlah en belajar sejarah Kristen aje dikit, trus buka
pikirannye biar gak cupet mampet getu.
Jadi inget omelan si Nietsche yg tereak Tuhan telah mati, tuhan2 pada
disembah di bukunye Thus Spoke Zarathustra hehehehehehehehe.
So sape neh yg bikin mati TUHAN ame nyembah2 tuhan ?




Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Ada beberapa teman yg setelah sekolah filsafat yg pulang2 ngomong begitu ke sy. 
Sy jawab aja. Klo Tuhan yg elo puja2 emang begitu yah g lebih rela masuk neraka 
daripada masuk surga yg dipintu masuknya di cek jidatnya ada tulis udah terima 
jesus apa belom. Kita kerja aja cari boss yg adil yg hargai hasil kerja kita, 
bukan yg hargai kita dari hasil " jilat panat" masa tuhan lebih rendah daripada 
itu. Selama di dunia berbuat baik engga usah takut masuk nereka, kecuali 
didunia emang perusuh yah pikir2 ribuan kalilah ama neraka, tuhan itu maha adil 
n maha tau kok ( klo bener tuhan itu ada) org baik n org jahat dia tau, sekedar 
diledek dikit2 doank mah ga bakal marah n masukin kita ke neraka. " heheheeh ( 
kejadian nyata yah n bukan buat diskreditkan kristen tp bagi pendapat dengan yg 
sedang mengalami hal2 yg sama)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 8 Oct 2008 07:23:06 
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Salam,
 
Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.
Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :
Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.
Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.
Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.
Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???
Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.
BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG 
KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang 
tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan 
kristen dan pasti ada di neraka



- Original Message 
From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 8 October, 2008 9:44:20 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. 
Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya 
nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut 
oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu 
model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi 
menyembuhkan!

Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan 
ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya 
pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.

Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu 
(kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).

Salam karya nyata

Danardono

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>  
> Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena 
Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus 
disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
>  
> Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial 
yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk 
berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, 
karena merek

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik danarhadi2000
Begitulah pak Agung.

Sahabat kita dibanyak milis, saudara Batara Hutagalung memimpin 
sebuah komite untuk menuntut maaf dan pembayaran hutang kepada 
Belanda atas kedzaliman pada bangsa kita. Juga terhadap warga di 
Rawagede, dimana janda janda yang dibantai masih hidup.

Bagaimana kalau kita balik, sesuai dengan nasehat pak Bagyo, kita 
yang memaafkan belanda dan lupakan? Kalau boleh malah kita yang bayar 
Belanda, sudah membangun banyak dinegeri ini?

Salam kuat ingatan

Danardono

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Makanya org tionghoa itu punya budaya memaafkan n melupakan yg 
paling baik di dunia ini. Liat aja tuh jutaan org tionghoa yg 
pengennn jd bule n jepang, sampe bela2in ganti warna rambut n gaya 
hidup bahkan ada yg ganti budaya segala. Padahal penghinaan n 
kesalahan org2 bule n jepang amat sangat besar sekali. Heheheh 
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> 
> -Original Message-
> From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>
> 
> Date: Wed, 8 Oct 2008 04:36:26 
> To: 
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan.
> 
> 
> Kalau saya memilih tak Melupakan!
>  
> Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu 
membuat kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang 
menimpa diri kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat 
orang lain juga sengsara seperti kita.
>  
> Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.
>  
> Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk 
mencapai kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat 
Tiongkok, yang mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!
>  
> Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan 
Monument
>  
>  
> Salam Mengingat.
> ZFy
>  
>  
>  
> 
> --- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan.
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa 
> didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah 
ikut 
> ikut dehhh. 
> 
> Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung 
> beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene 
> mengaung..Mengenang , tak melupakan!
> 
> Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai 
> sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal 
> itu.
> 
> Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, 
> mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan 
> dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu.
> 
> Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada 
> gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu 
> kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David 
> kuning. 
> 
> Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang 
pernah 
> tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai 
> jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, 
> dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, 
> namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak 
> tahu dehhh, frankly!
> 
> Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak 
> alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru 
> musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi 
> lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. 
> Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, 
> lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan 
> di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah..
> 
> Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka 
> selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan 
di 
> Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo.
> 
> Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi 
> kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia 
pernah 
> dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. 
> Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara 
> saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? 
> Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?"
> 
> Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh 
sekelompok 
> laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. 
> 
> Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa 
> NOBODY 

Sudah tidak sehat : Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mengingat bahwa stamina sudah menurun dan pekerjaan sedang banyak 
maka saya
> mundur dari thread ini.  Apalagi makin tidak sehat dan menjurus ke 
pribadi.
> Selahakan diteruskan dan untuk sdr Danardono kalau ingin diskusi 
saya layani
> secara pribadi.  Kesalahan utama saya adalah melayani sdr Danardono 
dijalur
> umum sehingga menyebabkan apa yang orang sangat terpelajar bilang : 
Sturm
> inthe glass (uanggell-e rek).  Untuk para budayawan Tionghua 
termasuk
> buayawan, terimakasih, seperti anda lihat tidak ada posting saya 
yang
> bermaksud melecehkan, saya bertanya secara benar.  Demikian juga 
untuk
> siutjay Zfy maaf sebesar-besarnya, saya hanya menganjurkan karya 
nyata,
> kalau sudah buannyyaaak ya sudah, silahkan berkotbah terus untuk 
mengingat.
> Salam, Tan Lookay
>

 Berkhotbah untuk mengingat? 

Saya jadi ingat seorang politisi kita dari PDIP yang mengingatkan, 
bahwa kesalahan bangsa ini ialah lekas lupa sejarah. Beliau ini bukan 
anggauta milis kita, tapi kok pemikirannya sama ya?

Memang, kalau "melupakan" adalah sebuah tindakan mulia, mungkin yang 
pikun akan masuk surga dahulu, dan pasien Altzheimer jadi pahlawan 
nasional.

Diskusi pribadi? Untuk apa? Kan themanya thema bersama? Kalau anda 
ingin nasehat mengenai Finance Management boleh konsultasi pribadi, 
tapi ada charge-nya lho.

Bagusnya milis adalah melatih keterbukaan, jadi justru tidak sedikit 
sedikit lari ke jalur pribadi. Pribadi ya pribadi. sya perhatikan 
jalan banyak diskusi disni, hampir semua, yang "berbau" pribadi masih 
tetap menyangkut kepentingan bersama. 

Kalau kita, dimuka umum katakan misalnya "Tuhan  itu hanya satu, 
tidak macam macam", maka dimuka umum juga hendaknya sedia 
menerangkan, apa maksudnya Tuhan itu satu". Satu untuk semua? OK, 
tetapi terangkan bagaimana itu. Misalnya, apakah umat Kristen (ini 
dari sisi budaya lho) juga memuja Brahma, Vishnu dan Shiwa, yang 
dipuja saudara kandung kita di Bali?

Gitu lho, jadi jangan lalu lari ke jalur pribadi. Memangnya ngomongin 
angsuran untuk RT/RW?

Salam diskusi

Danardono






Sudah tidak sehat : Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Mengingat bahwa stamina sudah menurun dan pekerjaan sedang banyak maka saya
mundur dari thread ini.  Apalagi makin tidak sehat dan menjurus ke pribadi.
Selahakan diteruskan dan untuk sdr Danardono kalau ingin diskusi saya layani
secara pribadi.  Kesalahan utama saya adalah melayani sdr Danardono dijalur
umum sehingga menyebabkan apa yang orang sangat terpelajar bilang : Sturm
inthe glass (uanggell-e rek).  Untuk para budayawan Tionghua termasuk
buayawan, terimakasih, seperti anda lihat tidak ada posting saya yang
bermaksud melecehkan, saya bertanya secara benar.  Demikian juga untuk
siutjay Zfy maaf sebesar-besarnya, saya hanya menganjurkan karya nyata,
kalau sudah buannyyaaak ya sudah, silahkan berkotbah terus untuk mengingat.
Salam, Tan Lookay


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Lama-lama jadi debat kusir nih.  Saya hanya mengingatkan tidak untuk
mengingat saja secara berlebihan tetapi membuat suatu karya nyata. Lha anda
tersinggung, terus ngomongnya ke mana-mana, coba dong, tanya satu jawab
satu, jangan melebar gini, saya sih Lookay anda kan Siutjay masak debat
kusir.  Salam, Tan Lookay

2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>

>   Sungguh aneh, anda sering memberi nasehat untuk tak mengingat2 kegetiran
> Tionghoa masa lalu, padahal anda sendiri terus2 mengungkit perlakuan negatif
> keluarga besar anda thd anda di masa lalu !  anda juga tak bisa melupakan
> bukan ?
>
> Anda mungkin berdalih bahwa meski anda mengungkit tapi anda sudah
> memaafkan. Sebelum sampai ke hal  maaf memaafkan ini anda tentu sudah yakini
> bahwa fakta negatif itu memang nyata bukan?
>
> Masalahnya memang disini : Sebelum kita bisa memaafkan masa lalu, kita
> harus yakin masa lalu memang buruk! Karena ini bukan persoalan yang menimpa
> pribadi tapi persoalan masyarakat, maka selama masih ada orang yang
> meragukan keburukan masa lalu, saya merasa wajib untuk meyakinkan mereka.
> Setelah orang sepakat dng fakta keburukan, baru bisa memaafkan bukan ??
>
> Salam sejarah
> ZFy
>
> --- On *Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>
> From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
> memaafkan.
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 4:11 PM
>
>   Kalau anda bertanya dengan baik dan pakai nama akan saya jawab.  Saya
> tidak tahu dan tidak perlu tahu apakah saya punya andil apapun dalam
> keputusan yang akan diambil oleh Tuhan karena saya percaya Tuhan
> mempertimbangkan segalanya.  Jadi mengapa berdoa ?. Ya karena saya ingin
> dekat dengan Tuhan, dan doa saya bukan "deretan permintaan" seperti yang
> anda bayangkan.  Kalau saya berdoa, adalah karena saya ingin pasrah kepada
> Tuhan dan pertolongan Tuhan dan berkali-kali hal ini terjadi dalam hidup
> saya.  Pertama ketika umur 12 tahun ayah saya meninggal, saya besar dalam
> lingkungan kakak Tenglang tulen yang menyampingkan saya karena Ibu saya
> Jawa, saya sekolah sambil bekerja sampai saat ini, kedua ketika sebagai
> pegawai negeri saya di non jobkan karena Kristen dan keturunan Cina,
> pertolongan Tuhan datang juga.  Anda tidak akan dapat mengerti karena tidak
> merasakan, tetai bagi saya itu nyata.  Salam, Tantono
>
> 2008/10/8 als <[EMAIL PROTECTED] id <[EMAIL PROTECTED]>>
>
>>*Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan
>> yang akan diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda
>> berpikir bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya
>> Andy, sne saya Liem (hokkian). **J***
>> * *
>> *Salam serius,*
>> *als*
>>
>>  ----------
>>  *From:* Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] com <[EMAIL PROTECTED]>]
>> *Sent:* Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
>> *To:* budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
>> *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
>> memaafkan.
>>
>>   *Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam
>> ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya.
>> Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap
>> 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan
>> memompanya yang penuh ya! **J*
>>  * als*
>> Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan
>> yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan
>> urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak
>> mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan Lookay
>>
>
>
>
> --
> Best regards, Tantono Subagyo
>
>
>  
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Konon Jaman musolini n hitler tim itali di piala dunia n atlit jerman yg aria 
di olimpiade diancam pake senjata, kalo ga menang makanya bakal dihukum berat. 
Sedangkan jesse owen dr US yg berkulit hitam adalah atlit yg hebat. Kira2 tuhan 
kabulin doa sapa yah? Jesse owens yg emang lebih baik, atau atlit jerman yg 
diancam bedil? 
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 8 Oct 2008 18:58:17 
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, tapi
minta agar bisa perform sebaik-baiknya.  Kalau berdoapun kalah ya berlatih
lagi sambil berdoa.  Gitu saja kok repot.  Tantono

2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>

>   Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat
> Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan.
> sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat
> mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya...
>
> ZFy
>
> --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>
> From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 8:11 AM
>
>  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com,
> "Tantono Subagyo"
> <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
> >
> >** Disini ada banyak kesalahan baca:
>
> 1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang
>
> 2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan,
> bermilyard manusia melaksanakannya
>
> 3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang
> menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama.
>
> Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang
> Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak
> bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga
> Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya?
>
> Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat
> menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang
> perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi
> dewi Kwan Im..it's totally OK.
>
> Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah
> Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun,
> kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok
> atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar
> memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah?
>
> Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan
> melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut
> Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang
> bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang
> Amerika yang sombong.
>
> Tuhan kabulkan doa yang mana ya?
>
> Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa
> Jerman: "Sturm im Glas" tak apalahhh..
>
> Salam
>
> Danardono
>
>
>  
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo



RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Jadi inget waktu sma pernah ngomong ke guru ppkn klo hubungan Tuhan ma manusia 
itu seperti lingkaran bukan garis lurus dari atas kebawah, karena engga ada 
manusia gak ada juga Tuhan, krn ga ada yg manggil2 dia Tuhan. Jd tuhan ciptain 
manusia n manusia juga ciptain tuhan. N alhasil selama di sma tuh guru PPKn 
sentimen ma g. Hahahaha
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "danarhadi2000" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 08 Oct 2008 08:11:16 
To: 
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Hehehe Pak kalau beda konsep memang nggak akan ketemu.  Saya 
menganggap
> Tuhan sebagai pencipta, anda menganggap Tuhan diciptakan orang.  
Tapi ya
> biarin, saya bodo tapi bahagia, waktu saya disia-siakan saudara 
karena Ibu
> saya berbeda, saya ditolong Tuhan dan diberikan jalan hingga 
jadi "orang"
> walaupun apa adanya.  Demikian pula ketika saya dipaksa pensiun, 
Tuhan kasih
> jalan sehingga sekarang saya jadi konsultan alakadarnya.  Jadi saya
> merasakan Tuhan, anda anggap Tuhan itu nonsens.  Sampai jutaan atau
> milyardan postingpun nggak akan selesai.  Yang jelas adalah hak 
azasi saya
> untuk menganggap Tuhan itu ada dan menjadi Junjungan saya begitu 
juga hak
> anda untuk mengatakan Tuhan itu macem-macem dan hanya buatan 
manusia saja.
> Jadi mau diapakan juga nggak akan ketemu, nanti malahan 
jadi "prahara dalam
> mangkok", dan percum tak bergun. Best regards, Tantono Subagyo
>

**  Disini ada banyak kesalahan baca:

1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang

2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan, 
bermilyard manusia melaksanakannya

3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang 
menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama. 

Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang 
Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak 
bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga 
Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya?

Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat 
menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang 
perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi 
dewi Kwan Im..it's totally OK.

Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah 
Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun, 
kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok 
atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar 
memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah?

Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan 
melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut 
Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang 
bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang 
Amerika yang sombong.

Tuhan kabulkan doa yang mana ya?

Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa 
Jerman: "Sturm im Glas" tak apalahhh..

Salam

Danardono








Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Makanya org tionghoa itu punya budaya memaafkan n melupakan yg paling baik di 
dunia ini. Liat aja tuh jutaan org tionghoa yg pengennn jd bule n jepang, sampe 
bela2in ganti warna rambut n gaya hidup bahkan ada yg ganti budaya segala. 
Padahal penghinaan n kesalahan org2 bule n jepang amat sangat besar sekali. 
Heheheh 
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 8 Oct 2008 04:36:26 
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Kalau saya memilih tak Melupakan!
�
Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat kita 
lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri kita 
seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga sengsara 
seperti kita.
�
Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.
�
Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai 
kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu�bagi Rakyat Tiongkok, yang 
mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!
�
Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument
�
�
Salam Mengingat.
ZFy
�
�
�

--- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM






Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa 
didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut 
ikut dehhh. 

Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung 
beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene 
mengaung..Mengenang , tak melupakan!

Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai 
sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal 
itu.

Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, 
mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan 
dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu.

Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada 
gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu 
kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David 
kuning. 

Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang pernah 
tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai 
jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, 
dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, 
namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak 
tahu dehhh, frankly!

Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak 
alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru 
musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi 
lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. 
Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, 
lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan 
di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah..

Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka 
selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di 
Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo.

Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi 
kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah 
dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. 
Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara 
saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? 
Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?"

Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok 
laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. 

Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa 
NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau 
tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak 
sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam bentuk 
Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali?

Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama 
membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on.

Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia 
secara keseluruhan TIDAK bertambah baik. Juga tak bertambah buruk 
karena agama. Agama telah menjadi alasan saudara saudara di Poso 
saling bunuh. Tibo telah mendahului kita...Korupsi kian mendahsyat 
dalam bangsa ini, walau sangat saleh beragama. Dan... orang tak 
beragama juga bisa MULIA lho? Mungkin anda memiliki statistik 
perbaikan moral di Indonesia akibat pelajaran agama? Di DPR? di 
Kejaksaan? di Kepolisian? di pemerintahan? di mal mal?

Tuhan di-uthik uthik? Lha tak lah yauuu, lha wong lihat Tuhan saja 
belum pernah ada diantara kita, baik domba maupun gembala, k

RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Dr awal thn 1900 perkumpulang tionghoa n org2 tionghoa juga dah dirikan banyak 
sekolah n rumah sakit om, member2 disini yg rajin cuap2 doak juga banyak yg 
jadi guru gratisan tanpa sekolah, ada yg jadi tabib umum n ada juga yg suka 
bantu2 liat hong sui dll, semua juga dibayar seadanya ntidak milih2 pasien kok, 
setahu saya yah, yg saya ga tau seh mungkin ada juga yg jadi tukang peras yg 
aji mumpung. Hehhe 
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "danarhadi2000" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 08 Oct 2008 13:44:20 
To: 
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. 
Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya 
nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut 
oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu 
model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi 
menyembuhkan!

Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan 
ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya 
pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.

Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu 
(kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).


Salam karya nyata

Danardono


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> �
> Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono! �Karena 
Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak�harus 
disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
> �
> Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial 
yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk 
berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, 
karena mereka juga mengwemban�tugas yang mulia.
> �
> Dengan berkotbah �anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk 
berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini 
yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran 
sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah 
kita tentunya tak sia2 bukan?
> �
> �
> Selamat berkotbah!
> ZFy�
> �
> 
> 
> --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan..
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik 
berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang 
sebaiknya dikerahkan untuk�mendirikan sekolah atau yayasan sosial 
membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala?
> 
> Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada 
Tuhan.� Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada 
sekolah yang sudah saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti 
disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya nyata, bersama 
teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi.� Dengan kotbah saya bisa 
ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman 
saya tapi juga banyak orang.� Salam, Tantono
>





Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Yang ngaku bertobat tapi belum minta maaf, jelas bertobatnya hanya untuk 
konsumsi "kesaksian" ala gereja, tujuannya ya untuk "promosi" kesaktian ajaran 
gereja, yang bisa membuat perampok bertobat! Ini lagi2 bukti masyarakat sakit : 
mengelu2kan orang asosial sbg pahlawan.
 
ZFy



- Original Message 
From: "[EMAIL PROTECTED]" <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, October 9, 2008 2:11:57 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Toko engkong sy pernah dirampok thn70an, perampoknya engga pernah tertangkap, 
Pada thn 80an, di gereja deket toko engkong sy ada yg bikin kesaksian ttg 
gimana dia dulu n bertobat, disaat itu dia ngaku bahwa dia yg pernah rampok 
toko engkong sy, kebetulan ada tetangga yg hadir n lapor ke keluarga kami saat 
itu. Sama engkong n keluarga cuma dibilang yg udah lewat yah biar aja lewat 
ngapain diungkit lagi toh skrg dia dah tobat. Sampe hari ini tuh perampok cuma 
kesaksian dia dah tobat n minta maaf ma tuhan doank, tp tidak pernah sekalipun 
dateng ke rmh minta maaf. Apakah maaf dari tuhan sudah cukup??? Apakah engkong 
sy n keluarga yg tidak kenal alkitab tidak bisa memberi maaf? Btw engkong sy ke 
klenteng pun jarang sekali bahkan sy tdk pernah liat dia ke kelenteng dll, cuma 
tiap pagi tiam hio di depan toko aja. Tp banyak mengajarkan flsafat hidup ttg 
hidup adil n melupakan kesalahan org laen. 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

From: "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED] com>
Date: Wed, 8 Oct 2008 08:36:02 +0700
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

Pak Danardono yth,
Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan, bukan berarti 
meniadakan hukum.  Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga agar manusia 
sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos.  Jadi saya bisa mengampuni 
pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah norma yang mesti ditaati 
maka dia juga harus masuk penjara.  Tetapi harus diingat bahwa hukum bukanlah 
balas dendam atau memberi penghukuman yang setimpal.  Hukum manusia masih tidak 
sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya menurut KUHAP dihukum penjara 
duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu bilamana Y membunuh X misalnya, apakah 
anak X harus Y atau memaafkannya ?.  Memaafkan bukan berarti membebaskan yang 
dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic bukan berarti meloloskannya dari hukum 
manusia yaitu norma-norma hukum internasional akan tetapi melepaskan dendam 
untuk bergerak maju.  Sekali lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup 
saya pun sempit tidak seperti
 anda yang mendunia.  Bagi saya memaafkan sederhana saja, saya (mencoba) 
memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada diri saya dan tidak 
membalas dendam agar saya dapat melangkah maju.  Dalah hal sekolahpun begitu, 
ketika anak saya mendapat hambatan dalam sekolah, saya tidak ribut-ribut tetapi 
bersama beberapa orang lalu membuat sekolah dan ternyata itu lebih positif.
Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan, Tuhan siapa ?, 
Tuhannya orang Kristen agama yang saya anut, lho nanti nggak cocok dengan 
budaya, ya biarin, orang saya sejahtera dan saya merasa senang telah berbuat 
demikian.  Mohon penerangan kembali.  Tantono

  


  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Yg bilang anda ga boleh ngakui tuhan anda sapa om? Kayaknya ga ada deh ( 
kecuali ada posting yg terlewat ma sy yah) kyknya anda yg tanya ttg kata maaf 
di dlm budaya tionghoa n trus dibandingkan ama alkitab. So konsep budaya 
tionghoa n alkitab jelas sangat beda n anda juga tahu itu kan, jd klo mau lihat 
dr kacamata anda yah ga bakal ketemulah.   
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 8 Oct 2008 14:13:27 
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Hehehe Pak kalau beda konsep memang nggak akan ketemu.  Saya menganggap
Tuhan sebagai pencipta, anda menganggap Tuhan diciptakan orang.  Tapi ya
biarin, saya bodo tapi bahagia, waktu saya disia-siakan saudara karena Ibu
saya berbeda, saya ditolong Tuhan dan diberikan jalan hingga jadi "orang"
walaupun apa adanya.  Demikian pula ketika saya dipaksa pensiun, Tuhan kasih
jalan sehingga sekarang saya jadi konsultan alakadarnya.  Jadi saya
merasakan Tuhan, anda anggap Tuhan itu nonsens.  Sampai jutaan atau
milyardan postingpun nggak akan selesai.  Yang jelas adalah hak azasi saya
untuk menganggap Tuhan itu ada dan menjadi Junjungan saya begitu juga hak
anda untuk mengatakan Tuhan itu macem-macem dan hanya buatan manusia saja.
Jadi mau diapakan juga nggak akan ketemu, nanti malahan jadi "prahara dalam
mangkok", dan percum tak bergun. Best regards, Tantono Subagyo



[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan./zhongshu

2008-10-08 Terurut Topik ardian_c
nah bicara memaafkan neh hehehehehe logonya MATAKIN khan zhongshu tuh.

Selaen Kong Zi, Meng Zi bilang jg SHU di kitabne neh. 

Qiang shu er xing ( Meng Zi , Jin Xin shang )

Yg mendasari zhongshu itu sbenernya adalah REN or cinta kasih or ada
yg artiin hubungan sesama insan manusia yg dibentuk berdasarkan
toleransi, menghargai dan mencintai.

Ya satu kata seh bisa dibabarin macem2.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Hendri Irawan" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> encoding: Big5
> 
> ½×»y 
> 
> ¨½¤¯  
> 
> [EMAIL PROTECTED]
> 
> ´¿¤l¤ê¡G¡§°ß¡C¡¨
> 
> ¤l¥X¡C
> 
> ªù¤H°Ý¤ê¡G¡§¦ó¿×¤]¡H¡¨
> 
> ´¿¤l¤ê¡G¡§¤Ò¤l¤§¹D¡A©¾®¤¦Ó¤w¨o¡C¡¨
> 
> Lun Yu
> 
> Bab Li Ren, ayat 15
> 
> Kongzi berujar: "Shen hu (Zengzi, murid Kongzi) ! Dao yang aku jalani
> memiliki satu prinsip pemersatu."
> 
> Zengzi menjawab: "Ya."
> 
> Kongzi berlalu (meninggalkan kelas).
> 
> Murid-muridnya yang lain bertanya: "Apa maksud kata-kata guru ?"
> 
> Zengzi menjawab: "Dao yang dijalani Guru (Kongfuzi), adalah selalu
> Zhong (teguh/setia terhadap prinsip-prinsip xing/nurani kita) dan Shu
> (welas asih terhadap sesama, tepa selira, termasuk bersikap
> memaafkan), hanya ini dan tidak ada lagi."
> 
> Hormat saya,
> 
> Yongde
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo"
>  wrote:
> >
> > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua
> > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls,
> walaupun
> > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh
lagi
> > tentang konsep memaafkan.  Mohon diperjelas tentang konsep ini
> karena selama
> > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah
> keuletan
> > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak
> > diterangkan.  Salam, Tan Lookay
> >
>




Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Kalo konsep tao n buddha kan gak ada tuhan tuh trus nyerah ke sapa? Ke alam? 
Trus biasanya yg udah level begitu yah pendeta taois or biksu buddhis yg 
tinggal digunung2, siu lien buat capai tao or nirwana, ga cuma dendam doank yg 
dilupakan, tp nafsu duniawin laennya juga, harta, kedudukan n nama besar. 
Mereka juga males ladenin tuh konflict2 apapun jadi hidupnya bisa damai. Btw 
org biasa yg sudah muak ama kehidupan duniawi juga pada nyingkir n hidup 
sederhana tp banyak konflict n keinginan macem2. Engga rebutan harta, sikut2 
kursi, kong tai sana sini cari nama besar n pengikut, bahkan biasanya muridpun 
ditolaknya. Klo semua manusia bisa hidup kayak gitu maka bakal lebih damai 
hatinya daripada sekedar setiap saat memaafkan org tp tiap hari sikut2 cari 
kedudukan, harta n nama besar. Hehehehe btw yg g omongin td biasanya ada di 
film silat yah, klo di dunia nyata seh kagak tau. Hehehe 
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 8 Oct 2008 10:24:33 
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau orang-orang itu bisa
lupakan Milosevic mungkin hidupnya akan lebih baik.  Menurut saya memelihara
dendamlah yang buat orang sengsara.  Orang jadi inget kesalahan orang dahulu
saja, seperti misalnya : Jerman dulu pernah Holocaust mbasmi orang Yahudi,
trus piye, orang Yahudi disuruh ngebom Jerman supaya setimpal gitu ??.  Saya
punya teman (Jewish) yang sangat dendam ama Jerman, lha dia sendiri yang
sengsara.  Kejadian sudah kapan tahu, dia kalau ketemu orang Jerman masih
gondok (nyakitin diri sendiri).  Dan masalah Tuhan-nya siapa ya Tuhannya
sendiri-sendiri, saya percayakan "vengeance"kepada Tuhan orang Kristen, lalu
apakah Tuhan saya tidak berantem rebutan dengan Tuhannya orang lain yang
menyalahi saya, lha itu urusan Tuhan kok, sudah dipasrahkan jangan
diuthik-uthik lagi.
Kembali lagi Bung Danardono, mari setuju untuk nggak setuju, saya bahagia
dengan konsep menyerah kepada Tuhan (buat saya Tuhan itu satu), lha buat
anda Tuhan itu macem-macem dan buanyak dan tidak memecahkan masalah.  So be
it, saya tidak minta anda untuk memeluk konsep saya demikian juga jangan
paksakan kepada saya bahwa konsep agama tidak membuat orang jadi baik dan
Tuhan macem-macem.  Salam, Tan Lookay


On 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Begitulah pak Bagyo.
>
> "Penghukuman" didunia ini adalah ranah masyarakat, yang diwakili oleh
> negara (azas Hukum Pidana). Kita juga kenal ajaran: "Give therefore
> to Caesar the things that are Caesar's, and to God the things that
> are God's.(Mt 22:21)".
>
> Didalam falsafah hukum, kita belajar, bahwa pada awalnya, dalam
> masyarakat yang masih "primitif" hukuman adalah identik engan
> pembalasan dendam, dalam bahasa Jerman kita kenal "Suehne". Dalam
> perkembangan masyarakat yang kian modern, maka negara mengambil alih
> fungsi "balas dendam " ini, dan mengubahnya menjadi hukuman.
> Kalau sipenjahat sudah dihukum negara menurut peraturan yang berlaku,
> maka manusia tak boleh lagi menjalankan balas dendam.
>
> Pak Bagyo benar, hukum manusia tak sempurna, tetapi apakah yang
> sempurna di dunia? Hanya inilah yang manusia dapat wujudkan didunia.
> kesempurnaan setelah kita mati, nobody knows. belum ada yang kembali
> dari kematian dan mengisahkan mengenai pengadilan langit.
>
> Mengenai Tuhan, pak Bagyo katakan "Ya Tuhan saya, Tuhannya orang
> Kristen", namun, kita membahas masalah manusia secara universal.
> Dalam hubungan antar manusia, kita berhadapan dengan manusia dari
> perlbagai agama dengan Tuhannya masing masing. Contoh: seorang
> beragama A memperkosa dan menjarah wanita beragama B, dan mencuri
> barang orang beragama C. Tuhan yang mana yang berwenang bertindak?
> Tidak nanti rebutan?
>
> Pak Bagyo katakan "saya sejahtera dan merasa senang berbuat
> demikian", sah sah saja, selama apa yang disenangi A dan membuat
> sejahtera, tak menyengsarakan B atau C. nanti pengadilan lagi yang
> harus bertindak.
>
> Mengenai dendam atau memaafkan Milosevic saya ingat interview dalam
> tayangan TV dimana wanita diinterview tentang suami mereka yang
> ditembak dimuka mereka dan anak anak mereka. Saya tak pernah lupa
> expressi muka ibu ibu itu yang merah padam dengan tangis dan isak.
> Pak Bagyo yang baik, terus terang, kalau saya ada ditempat itu, di
> Srbernica, saya TAK berani mengusulkan " lupakan deh Milosecic"..
>
> Salam
>
> Danardono
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> "Tantono Subagyo"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Pak Danardono yth,
> > Saya berkata bahwa penghukuman yang seti

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik ardian_c
inget itu jadi inget owe punya kasus ko, doeloe ada yg kurang lebih
sama lar en loetjoenya itu temen owe yg kristen gak tanya ame pendeta
or sape getu malah tanya ame owe.

Owe jawabin simple, Yesus gak pernah nulis alkitab lho trus jg Yesus
gak banyak ngomong ini boleh itu gak boleh, Yesus tjoema ngomong Tiada
seorangpun akan mencapai Bapak tanpa melalui AKU.

Lha AKUnya sape ? Tuhan ? Yesus ? or wat getu !
Inga inga KASIH dong , so yg namanya KASIH emang pilih2 loe sembah
yesus, buddha, kodok, kadal , batu tetek bengek ?

Kalu nurut owe yg namanya KASIH gak bakalan pilih KASIH.
Nape seh banyak org mikir Yesus itu oknum yg namanya yesus ?

Coba mindnya dilebarin dikit getu, Yesus itu KASIH bukan ?

Sorry aye komentarin ya soalne masih rada senep ketemu yg ngaku2
mantan KHC trus bilang meja sembayang ngkong gw itu setan.
Sialnye itu org ngotot bilang kalu budaya tenglang or tradisi itu
belenggu tubuh dan menyesatkan hueuehehe termasuk sembayang ame
leluhur yg kasih buah ame pasang hio.
Lha kalu org bule mah gak apa2 getu tabur bunga hueheheheheh.

Mbok ya mikir dikitlah en belajar sejarah Kristen aje dikit, trus buka
pikirannye biar gak cupet mampet getu.
Jadi inget omelan si Nietsche yg tereak Tuhan telah mati, tuhan2 pada
disembah di bukunye Thus Spoke Zarathustra hehehehehehehehe.
So sape neh yg bikin mati TUHAN ame nyembah2 tuhan ?


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Terima kasih als dan jawaban anda saya terima sebagai masukan dan
juga saya selalu berpikir secara logika.
> Saya hanya bingung untuk menjawab pertanyaan ayah saya but anyway
thanks untuk reply nya
> Salam
> Sunny Thee
> 
> 
> 
> - Original Message 
> From: als <[EMAIL PROTECTED]>
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Wednesday, 8 October, 2008 11:48:50 PM
> Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
memaafkan..
> 
> 
> Saya juga mohon maaf karena menjawab pertanyaan Sdr. San Liong di
forum terbuka. Apapun jawaban Pak Pendeta Tan lewat japri, paling
tidak jawaban saya ini bisa menjadi penyeimbang. Anda sendirilah yang
akhirnya mengambil keputusan. Para petinggi agama atau anak-buahnya
biasanya memainkan rasa takut, rasa bersalah, dan iming-iming para
calon ‘korban’nya. Orang-orang yang rasa percaya dirinya kurang
biasanya menjadi korban yang sangat empuk. Orang-orang yang tidak
biasa berpikir kritis biasanya juga gampang menjadi korban.
Orang-orang yang paling gampang jadi “domba’ adalah orang-orang
yang memang sejak kecilnya telah ‘terkondisi’ oleh keKristenan,
dan orang-orang seperti ini tentu saja gampang sekali
di”manipulasi.” Bacalah Alkitab (Old and New Testaments) dengan
seksama secara kritis (pake otak hahahahaha) dan simaklah sejarah
Kristen/Katholik/ Gereja dengan pikiran netral, zaman sudah terbuka
begini, tidak ada kebusukan dan kekejian yang
>  bisa ditutup-tutupi lagi. Bacalah motif/dorongan tindakan orang
dengan teliti. Amatilah kepentingan apa yang hendak mereka raih dan
mungkin disembunyikan dari Anda. Pokoknya jangan memakai jalur
“percaya” atau “tidak percaya” tapi selidikilah dengan
cermat.  Kalau ada waktu, pelajarilah isi websites yang ditulis oleh
orang-orang ex-Kristen (yang pasti sering dihujat oleh pak pendeta
dkk.) Bila semua ‘anjuran’ saya ini telah Anda lakukan dan Anda
masih belum bisa memutuskan jalan hidup Anda sendiri dan masih bingung
juga. Ya tanya lagilah kepada forum. Petromaks masih banyak di sini! J
>  
> Salam pencerahan,
> als
>  
> 
> 
> 
> From:Tantono Subagyo [mailto:tantono@ gmail.com] 
> Sent: Wednesday, October 08, 2008 10:08 PM
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
memaafkan.
>  
> Mohon maaf saya jawab jalur pribadi karena ini pertanyaan sesama
Kristen dan jawaban-nya juga secara Kristen.  Salam, Tan Lookay
> 2008/10/8 Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED] com.au>
> Salam,
>  Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca
postingan kalian semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi
positif yang dapat saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.
> Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini
yaitu :
> Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan
mempunyai pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak
menyalahi norma norma yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat
masuk sorga.
> Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa
member dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar
sangat baik dan membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah
saya hidup hanya sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya
meninggal dan anak anak nya tinggal di luar kota atau luar negri
seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu seka

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik agoeng_set
Toko engkong sy pernah dirampok thn70an, perampoknya  engga pernah tertangkap, 
Pada thn 80an, di gereja deket toko engkong sy ada yg bikin kesaksian ttg 
gimana dia dulu n bertobat, disaat itu dia ngaku bahwa dia yg pernah rampok 
toko engkong sy, kebetulan ada tetangga yg hadir n lapor ke keluarga kami saat 
itu. Sama engkong n keluarga cuma dibilang yg udah lewat yah biar aja lewat 
ngapain diungkit lagi toh skrg dia dah tobat. Sampe hari ini tuh perampok cuma 
kesaksian dia dah tobat n minta maaf ma tuhan doank, tp tidak pernah sekalipun 
dateng ke rmh minta maaf. Apakah maaf dari tuhan sudah cukup??? Apakah engkong 
sy n keluarga yg tidak kenal alkitab tidak bisa memberi maaf? Btw engkong sy ke 
klenteng pun jarang sekali bahkan sy tdk pernah liat dia ke kelenteng dll, cuma 
tiap pagi tiam hio di depan toko aja. Tp banyak mengajarkan flsafat hidup ttg 
hidup adil n melupakan kesalahan org laen.
Sent from my BlackBerry�
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Wed, 8 Oct 2008 08:36:02 
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Pak Danardono yth,
Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan, bukan berarti
meniadakan hukum.  Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga agar
manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos.  Jadi saya bisa
mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah norma yang
mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara.  Tetapi harus diingat bahwa
hukum bukanlah balas dendam atau memberi penghukuman yang setimpal.  Hukum
manusia masih tidak sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya menurut
KUHAP dihukum penjara duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu bilamana Y
membunuh X misalnya, apakah anak X harus Y atau memaafkannya ?.  Memaafkan
bukan berarti membebaskan yang dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic bukan
berarti meloloskannya dari hukum manusia yaitu norma-norma hukum
internasional akan tetapi melepaskan dendam untuk bergerak maju.  Sekali
lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup saya pun sempit tidak
seperti anda yang mendunia.  Bagi saya memaafkan sederhana saja, saya
(mencoba) memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada diri saya
dan tidak membalas dendam agar saya dapat melangkah maju.  Dalah hal
sekolahpun begitu, ketika anak saya mendapat hambatan dalam sekolah, saya
tidak ribut-ribut tetapi bersama beberapa orang lalu membuat sekolah dan
ternyata itu lebih positif.
Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan, Tuhan siapa
?, Tuhannya orang Kristen agama yang saya anut, lho nanti nggak cocok dengan
budaya, ya biarin, orang saya sejahtera dan saya merasa senang telah berbuat
demikian.  Mohon penerangan kembali.  Tantono



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Jika saya membuat buku yang mengenalkan sastra Tionghoa ke Indonesia, apa ini 
tak masuk karya nyata? 
Jika saya menulis essay sastra yang menyoal masalah2 Tionghoa di media resmi, 
apa ini tak termasuk karya nyata?
Jika saya kembali menulis essay dan puisi dalam bhs mandarin untuk menghidupkan 
kembali sastra Tionghoa Indonesia,  apa ini tak termasuk karya nyata?
 
Tapi, apakah semua ini menjadi syarat mutlak untuk bisa bercuap2 ttg masalah 
Tionghoa di sini? bahkan orang kecil tak ada prestasipun berhak untuk berkeluh 
kesah!
 
 
Salam Orang biasa
ZFy
 


--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 3:56 PM







Lha saya orang kecil yang sombong kok Pak, siapa yang meragukan anda ?.  Apa 
saya pernah bilang saya ragu ? Lha mbok saya diberitahu apa saja yang sudah 
anda perbuat sehingga saya bisa ngeh ?.  Salam, Tan Lookay 


2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com>











Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah pemberangusan 
budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak ubahnya seperti 
kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang penderitaan Yesus di kayu 
salib juga bisa ngurusin sekolah.
 
Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2 nyata 
di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini?
 
 
Salam,
ZFy

 
 
 
 
 

--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:


From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] com>

Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..

To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM














 
Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena Tuhan yang anda 
abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi 
orang lain bukan? 
Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, 
apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan 
membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga 
mengwemban tugas yang mulia.

Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, 
Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk 
menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa 
tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan?

Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh.  Jadi itulah 
kerja saya.  Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya 
monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan 
dendam terus saja itu hak anda.  
Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat.  Mengabdi 
Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et Labora, 
berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya.  Salam, Tan Lookay


 
 


2 







-- 
Best regards, Tantono Subagyo




-- 
Best regards, Tantono Subagyo
 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Sungguh aneh, anda sering memberi nasehat untuk tak mengingat2 kegetiran 
Tionghoa masa lalu, padahal anda sendiri terus2 mengungkit perlakuan negatif 
keluarga besar anda thd anda di masa lalu !  anda juga tak bisa melupakan bukan 
?
 
Anda mungkin berdalih bahwa meski anda mengungkit tapi anda sudah memaafkan.. 
Sebelum sampai ke hal  maaf memaafkan ini anda tentu sudah yakini bahwa 
fakta negatif itu memang nyata bukan?
 
Masalahnya memang disini : Sebelum kita bisa memaafkan masa lalu, kita harus 
yakin masa lalu memang buruk! Karena ini bukan persoalan yang menimpa pribadi 
tapi persoalan masyarakat, maka selama masih ada orang yang meragukan keburukan 
masa lalu, saya merasa wajib untuk meyakinkan mereka. Setelah orang sepakat dng 
fakta keburukan, baru bisa memaafkan bukan ?? 
 
Salam sejarah
ZFy

--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 4:11 PM







Kalau anda bertanya dengan baik dan pakai nama akan saya jawab.  Saya tidak 
tahu dan tidak perlu tahu apakah saya punya andil apapun dalam keputusan yang 
akan diambil oleh Tuhan karena saya percaya Tuhan mempertimbangkan segalanya.  
Jadi mengapa berdoa ?. Ya karena saya ingin dekat dengan Tuhan, dan doa saya 
bukan "deretan permintaan" seperti yang anda bayangkan.  Kalau saya berdoa, 
adalah karena saya ingin pasrah kepada Tuhan dan pertolongan Tuhan dan 
berkali-kali hal ini terjadi dalam hidup saya.  Pertama ketika umur 12 tahun 
ayah saya meninggal, saya besar dalam lingkungan kakak Tenglang tulen yang 
menyampingkan saya karena Ibu saya Jawa, saya sekolah sambil bekerja sampai 
saat ini, kedua ketika sebagai pegawai negeri saya di non jobkan karena Kristen 
dan keturunan Cina, pertolongan Tuhan datang juga.  Anda tidak akan dapat 
mengerti karena tidak merasakan, tetai bagi saya itu nyata.  Salam, Tantono 


2008/10/8 als <[EMAIL PROTECTED] id>








Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang akan 
diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda berpikir bahwa 
doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya Andy, sne saya 
Liem (hokkian). J
 
Salam serius,
als
 




From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] com] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM

To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
 




Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam ber'doa' 
kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya. Apakah 
"doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap 'performance' 
PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan memompanya yang 
penuh ya! J

 als
Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan yang 
terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan urusan 
saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak mahal tahu 
!.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan Lookay



-- 
Best regards, Tantono Subagyo
 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Mr sanliong thee
Heheheh memang kurang canggih tuh , tapi ya saya serahkan saja pada ayah saya 
sendiri yang menentukan .
Pusing gue, btw gimane bolu, business bagus?
 
Salam
Sunny Thee



- Original Message 
From: gsuryana <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 8 October, 2008 11:46:22 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


 
Apa yang dialami oleh Ayahanda pak Sunny masih mending lah, karena didatangi 
oleh orang luar yang baik hati, biarpun ada ucapan yang menyakiti.
Ayah ku mengalami hal yang lebih parah, dia di 'kotbah' i oleh adik ipar yang 
pendeta, dan bukan satu adik ipar, malah lebih dari 3 orang ( aku punya paman 
banyak yang jadi pendeta dan gembala ).
 
Akhirnya ayahku masuk menjadi Kristen, dengan pertimbangan setelah 
berkomunikasi dengan anak anak nya ( anak anak nya termasuk aku, beragam agama, 
ada Katholik, Kristen, GBI, Islam ), dimana kami hanya memberi masukan, " bila 
nanti meninggal mau memakai upacara agama apa ?, yang jelas untuk agama 
Konghucu/Budha tidak ada yang ngerti, jangan jangan nanti dikadalin harus 
sembahyang ini dan itu, padahal gak perlu ( dialami oleh seseorang kerabatku 
sih ) " dan ternyata Ayah ku setuju dengan pendapat ini en eng ing eng dibaptis 
lah beliau...happy ending kan ?
 
Mengenai surga neraka, Ayahku hanya memegang prinsip tidak ada siapapun yang 
bisa menjamin seseorang masuk surga dan neraka karena memang tidak ada laporan 
yang sahih surga dan neraka seperti apa dan lokasinya dimana setelah mati.
 
sur. ( orang Kristen yang mendatangi Ayahanda Pak Sunny ilmu lobby nya kurang 
canggih tuh. )
http://indolobby. blogspot. com
- Original Message - 
From: Mr sanliong thee 

Salam,
 
Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.
Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :
Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.
Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.
Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.
Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???
Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.
BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG 
KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang 
tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan 
kristen dan pasti ada di neraka

  


  Make the switch to the world's best email. Get Yahoo!7 Mail! 
http://au.yahoo.com/y7mail

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Liquid Yahoo
Sebenernye bukan masuk kristen katolik baru bisa masuk sorga, acuannya kan 
kata2 (kurang lebih, maaf kalo salah) "Barang siapa yang mau menerima Aku, maka 
masuk sorga" (kurang lebih atau artinya begitu). Dan juga "Hanya melalui Akulah 
jalan keselamatan (masuk sorga)".

Budaya TiongHua kan tidak mengharuskan dewa ini dewa itu, juga termasuk 
Yesus, ya jadi pasang aja patung Yesus atau tulisan "Yesus" di papan terus di 
kasih hiolo & tiam hio deh, atau kalo di sakralkannya injil ya taro aja injil 
di meja sembahyang terus sembahyang pake hio deh, kan sama aja ga harus ikut 
cara / budaya kristen



  - Original Message - 
  From: Mr sanliong thee 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, 08 October, 2008 21:23
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


  Salam,



  Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.

  Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :

  Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.

  Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.

  Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.

  Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???

  Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.

  BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN 
SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah 
saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya 
yang bukan kristen dan pasti ada di neraka





  - Original Message 
  From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Wednesday, 8 October, 2008 9:44:20 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


  Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. 
  Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya 
  nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut 
  oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu 
  model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi 
  menyembuhkan!

  Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan 
  ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya 
  pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.

  Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu 
  (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).

  Salam karya nyata

  Danardono

  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  >  
  > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena 
  Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus 
  disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
  >  
  > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial 
  yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk 
  berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, 
  karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
  >  
  > Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk 
  berkarya nyata, Persis!

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Mr sanliong thee
Terima kasih als dan jawaban anda saya terima sebagai masukan dan juga saya 
selalu berpikir secara logika.
Saya hanya bingung untuk menjawab pertanyaan ayah saya but anyway thanks untuk 
reply nya
Salam
Sunny Thee



- Original Message 
From: als <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 8 October, 2008 11:48:50 PM
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..


Saya juga mohon maaf karena menjawab pertanyaan Sdr. San Liong di forum 
terbuka. Apapun jawaban Pak Pendeta Tan lewat japri, paling tidak jawaban saya 
ini bisa menjadi penyeimbang. Anda sendirilah yang akhirnya mengambil 
keputusan. Para petinggi agama atau anak-buahnya biasanya memainkan rasa takut, 
rasa bersalah, dan iming-iming para calon ‘korban’nya. Orang-orang yang rasa 
percaya dirinya kurang biasanya menjadi korban yang sangat empuk. Orang-orang 
yang tidak biasa berpikir kritis biasanya juga gampang menjadi korban. 
Orang-orang yang paling gampang jadi “domba’ adalah orang-orang yang memang 
sejak kecilnya telah ‘terkondisi’ oleh keKristenan, dan orang-orang seperti ini 
tentu saja gampang sekali di”manipulasi.” Bacalah Alkitab (Old and New 
Testaments) dengan seksama secara kritis (pake otak hahahahaha) dan simaklah 
sejarah Kristen/Katholik/ Gereja dengan pikiran netral, zaman sudah terbuka 
begini, tidak ada kebusukan dan kekejian yang
 bisa ditutup-tutupi lagi. Bacalah motif/dorongan tindakan orang dengan teliti. 
Amatilah kepentingan apa yang hendak mereka raih dan mungkin disembunyikan dari 
Anda. Pokoknya jangan memakai jalur “percaya” atau “tidak percaya” tapi 
selidikilah dengan cermat.  Kalau ada waktu, pelajarilah isi websites yang 
ditulis oleh orang-orang ex-Kristen (yang pasti sering dihujat oleh pak pendeta 
dkk.) Bila semua ‘anjuran’ saya ini telah Anda lakukan dan Anda masih belum 
bisa memutuskan jalan hidup Anda sendiri dan masih bingung juga. Ya tanya 
lagilah kepada forum. Petromaks masih banyak di sini! J
 
Salam pencerahan,
als
 



From:Tantono Subagyo [mailto:tantono@ gmail.com] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 10:08 PM
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
 
Mohon maaf saya jawab jalur pribadi karena ini pertanyaan sesama Kristen dan 
jawaban-nya juga secara Kristen.  Salam, Tan Lookay
2008/10/8 Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED] com.au>
Salam,
 Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.
Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :
Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.
Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.
Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.
Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???
Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.
BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG 
KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang 
tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan 
kristen dan pasti ada di neraka
.
 


  Make the switch to the world&

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Liquid Yahoo
Tergantung doa sang bandar, bukan pemasang, jadi di sini bukan jumlah 
suara



  - Original Message - 
  From: Fy Zhou 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, 08 October, 2008 18:52
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh 
rakyat Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan. 
sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat 
mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya...

ZFy

--- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan.
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Date: Wednesday, October 8, 2008, 8:11 AM


  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" 
  <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
  >
  >** Disini ada banyak kesalahan baca:

  1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang

  2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan, 
  bermilyard manusia melaksanakannya

  3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang 
  menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama. 

  Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang 
  Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak 
  bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga 
  Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya?

  Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat 
  menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang 
  perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi 
  dewi Kwan Im..it's totally OK.

  Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah 
  Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun, 
  kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok 
  atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar 
  memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah?

  Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan 
  melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut 
  Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang 
  bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang 
  Amerika yang sombong.

  Tuhan kabulkan doa yang mana ya?

  Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa 
  Jerman: "Sturm im Glas" tak apalahhh..

  Salam

  Danardono

   

   

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Kalau anda bertanya dengan baik dan pakai nama akan saya jawab.  Saya tidak
tahu dan tidak perlu tahu apakah saya punya andil apapun dalam keputusan
yang akan diambil oleh Tuhan karena saya percaya Tuhan mempertimbangkan
segalanya.  Jadi mengapa berdoa ?. Ya karena saya ingin dekat dengan Tuhan,
dan doa saya bukan "deretan permintaan" seperti yang anda bayangkan.  Kalau
saya berdoa, adalah karena saya ingin pasrah kepada Tuhan dan pertolongan
Tuhan dan berkali-kali hal ini terjadi dalam hidup saya.  Pertama ketika
umur 12 tahun ayah saya meninggal, saya besar dalam lingkungan kakak
Tenglang tulen yang menyampingkan saya karena Ibu saya Jawa, saya sekolah
sambil bekerja sampai saat ini, kedua ketika sebagai pegawai negeri saya di
non jobkan karena Kristen dan keturunan Cina, pertolongan Tuhan datang
juga.  Anda tidak akan dapat mengerti karena tidak merasakan, tetai bagi
saya itu nyata.  Salam, Tantono

2008/10/8 als <[EMAIL PROTECTED]>

>*Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang
> akan diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda
> berpikir bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya
> Andy, sne saya Liem (hokkian). **J***
>
> * *
>
> *Salam serius,*
>
> *als*
>
>
>  --
>
> *From:* Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> *Sent:* Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
> *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
> memaafkan.
>
>
>
> *Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam
> ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya.
> Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap
> 'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan
> memompanya yang penuh ya! **J*
>
> * als*
>
> Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan
> yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan
> urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak
> mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan Lookay
>
>  
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik als
Jadi Anda berpikir bahwa doa Anda itu punya andil dalam keputusan yang akan
diambil oleh "Tuhan" Anda itu? Atau dengan kata lain apakah Anda berpikir
bahwa doa Anda itu bisa mempengaruhi "Tuhan" Anda? Nama kecil saya Andy, sne
saya Liem (hokkian). :-)

 

Salam serius,

als

 

  _  

From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:29 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

 

Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam
ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya.
Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap
'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan
memompanya yang penuh ya! :-)

 als

Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan
yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan
urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak
mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan Lookay

 

 



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Lha saya orang kecil yang sombong kok Pak, siapa yang meragukan anda ?.  Apa
saya pernah bilang saya ragu ? Lha mbok saya diberitahu apa saja yang sudah
anda perbuat sehingga saya bisa ngeh ?.  Salam, Tan Lookay

2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>

>   Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah
> pemberangusan budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak
> ubahnya seperti kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang
> penderitaan Yesus di kayu salib juga bisa ngurusin sekolah.
>
> Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2
> nyata di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini?
>
>
> Salam,
> ZFy
>
>
>
>
>
>
> --- On *Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>
> From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
> memaafkan.
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM
>
>
>
> Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena Tuhan yang
> anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata
> bagi orang lain bukan? Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga
> berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya
> sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena
> mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
>
> Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya
> nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah
> untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain
> bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan?
>
> *Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh.  Jadi
> itulah kerja saya.  Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen
> (misalnya monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin
> sekolah dan dendam terus saja itu hak anda.
> Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat.
> Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et
> Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya.  Salam, Tan
> Lookay*
>
>
>
>
>
> 2
>>
>>
>>
> --
> Best regards, Tantono Subagyo
>
>
>  
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Posting seperti ini dari orang tanpa nama tentunya tidak mengharapkan
jawaban bukan ?. Dan anda sendiri sudah mengatakan enak jadi kok nggak mau
jadi pendeta ?  Salam, Tantono Subagyo

2008/10/8 als <[EMAIL PROTECTED]>

>*Jadi pendeta itu, bila cerdik dan 'tahu diri', sesungguhnya sangat
> menyenangkan. Sebagai penggembala para domba, ia terpuaskan keinginan
> psikologisnya akan 'power', bayangkan aja: ketika sang Penggembala sedang
> berkhotbah, para domba duduk manis sambil sekali-sekali menyambutnya dengan
> tepuk tangan sukacita, apapun yang dikatakannya para hadirin selalu
> meng'amin'inya. Pak Pendeta sama sekali tidak perlu naik darah kayak Pak SBY
> yang 'khotbah'nya sering di'cuek'I oleh beberapa hadirin (yang tipe
> 'penjilat' sih menahan-nahan kantuknya). **J** Selain itu, tidak usah
> pusing-pusing memikirkan perusahaan seperti layaknya para pengusaha lainnya,
> pak Pendeta setiap bulan menerima perpuluhan (10% dari penghasilan kotor
> loh!) dari para domba. Ia tidak perlu takut didatangi orang KPK, ia tidak
> perlu was-was diperiksa oleh auditor atau didatangi petugas pajak. And last
> but not least, surga adalah tempat abadinya yang tentu saja sangat nyaman
> tidak ada duanya. Semoga teman-teman di sini tidak ada yang iseng-iseng
> tanya…."kenapa kalo gitu elo sendiri kagak mo jadi pendeta???" **J***
>
> * *
>
> *Salam fakta,*
>
> *als *
>
>
>  --
>
> *From:* Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> *Sent:* Wednesday, October 08, 2008 7:37 PM
> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
> *Subject:* Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
> memaafkan.
>
>
>
> Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik
> berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya
> dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir
> miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala?
>
> Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan.
> Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah
> saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga
> masih akan berkarya nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah
> lagi.  Dengan kotbah saya bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi
> yang berkarya nggak cuman saya tapi juga banyak orang.  Salam, Tantono
>
>  
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik als
Saya juga mohon maaf karena menjawab pertanyaan Sdr. San Liong di forum
terbuka. Apapun jawaban Pak Pendeta Tan lewat japri, paling tidak jawaban
saya ini bisa menjadi penyeimbang. Anda sendirilah yang akhirnya mengambil
keputusan. Para petinggi agama atau anak-buahnya biasanya memainkan rasa
takut, rasa bersalah, dan iming-iming para calon 'korban'nya. Orang-orang
yang rasa percaya dirinya kurang biasanya menjadi korban yang sangat empuk.
Orang-orang yang tidak biasa berpikir kritis biasanya juga gampang menjadi
korban. Orang-orang yang paling gampang jadi "domba' adalah orang-orang yang
memang sejak kecilnya telah 'terkondisi' oleh keKristenan, dan orang-orang
seperti ini tentu saja gampang sekali di"manipulasi." Bacalah Alkitab (Old
and New Testaments) dengan seksama secara kritis (pake otak hahahahaha) dan
simaklah sejarah Kristen/Katholik/Gereja dengan pikiran netral, zaman sudah
terbuka begini, tidak ada kebusukan dan kekejian yang bisa ditutup-tutupi
lagi. Bacalah motif/dorongan tindakan orang dengan teliti. Amatilah
kepentingan apa yang hendak mereka raih dan mungkin disembunyikan dari Anda.
Pokoknya jangan memakai jalur "percaya" atau "tidak percaya" tapi
selidikilah dengan cermat.  Kalau ada waktu, pelajarilah isi websites yang
ditulis oleh orang-orang ex-Kristen (yang pasti sering dihujat oleh pak
pendeta dkk.) Bila semua 'anjuran' saya ini telah Anda lakukan dan Anda
masih belum bisa memutuskan jalan hidup Anda sendiri dan masih bingung juga.
Ya tanya lagilah kepada forum. Petromaks masih banyak di sini! :-)

 

Salam pencerahan,

als

 

  _  

From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 10:08 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

 

Mohon maaf saya jawab jalur pribadi karena ini pertanyaan sesama Kristen dan
jawaban-nya juga secara Kristen.  Salam, Tan Lookay

2008/10/8 Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
com.au>

Salam,

 Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat
saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.

Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :

Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma
yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.

Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member
dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan
membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya
sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya
tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau
senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik
tsb.

Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat
ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka
karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan
tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau
maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang
membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena
saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini
karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk
memelihara meja abu leluhur.

Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah
saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih
, mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk
neraka???

Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini
tidak diijinkan oleh moderator.

BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN
SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan
ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang
tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka

.

 
<http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=11328156/grpspId=1705329729/msgI
d=37346/stime=1223478536/nc1=1/nc2=2/nc3=3> 
 



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik gsuryana
Apa yang dialami oleh Ayahanda pak Sunny masih mending lah, karena didatangi 
oleh orang luar yang baik hati, biarpun ada ucapan yang menyakiti.
Ayah ku mengalami hal yang lebih parah, dia di 'kotbah' i oleh adik ipar yang 
pendeta, dan bukan satu adik ipar, malah lebih dari 3 orang ( aku punya paman 
banyak yang jadi pendeta dan gembala ).

Akhirnya ayahku masuk menjadi Kristen, dengan pertimbangan setelah 
berkomunikasi dengan anak anak nya ( anak anak nya termasuk aku, beragam agama, 
ada Katholik, Kristen, GBI, Islam ), dimana kami hanya memberi masukan, " bila 
nanti meninggal mau memakai upacara agama apa ?, yang jelas untuk agama 
Konghucu/Budha tidak ada yang ngerti, jangan jangan nanti dikadalin harus 
sembahyang ini dan itu, padahal gak perlu ( dialami oleh seseorang kerabatku 
sih ) " dan ternyata Ayah ku setuju dengan pendapat ini en eng ing eng dibaptis 
lah beliau...happy ending kan ?

Mengenai surga neraka, Ayahku hanya memegang prinsip tidak ada siapapun yang 
bisa menjamin seseorang masuk surga dan neraka karena memang tidak ada laporan 
yang sahih surga dan neraka seperti apa dan lokasinya dimana setelah mati.

sur. ( orang Kristen yang mendatangi Ayahanda Pak Sunny ilmu lobby nya kurang 
canggih tuh. )
http://indolobby.blogspot.com
  - Original Message - 
  From: Mr sanliong thee 


  Salam,



  Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.

  Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :

  Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.

  Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.

  Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.

  Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???

  Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.

  BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN 
SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah 
saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya 
yang bukan kristen dan pasti ada di neraka




Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Pak Tantono, Kami2 di sini disamping Berkotbah tentang sejarah pemberangusan 
budaya Tionghoa, juga banyak yang berkarya nyata lho, tak ubahnya seperti 
kalian para pendeta yang selain berkotbah tentang penderitaan Yesus di kayu 
salib juga bisa ngurusin sekolah.
 
Hanya bedanya kami2 di sini tak ada yang menyombongkan diri dengan karya2 nyata 
di dunia realita, itulah bedanya. Apa anda meragukan hal ini?
 
 
Salam,
ZFy
 
 
 
 
 

--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 2:18 PM













 
Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena Tuhan yang anda 
abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi 
orang lain bukan?
Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, 
apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan 
membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga 
mengwemban tugas yang mulia.

Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, 
Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk 
menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa 
tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan?

Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh.  Jadi itulah 
kerja saya.  Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya 
monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan 
dendam terus saja itu hak anda.  
Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat.  Mengabdi 
Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et Labora, 
berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya.  Salam, Tan Lookay


 
 


2







-- 
Best regards, Tantono Subagyo
 














  

RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik als
Jadi pendeta itu, bila cerdik dan 'tahu diri', sesungguhnya sangat
menyenangkan. Sebagai penggembala para domba, ia terpuaskan keinginan
psikologisnya akan 'power', bayangkan aja: ketika sang Penggembala sedang
berkhotbah, para domba duduk manis sambil sekali-sekali menyambutnya dengan
tepuk tangan sukacita, apapun yang dikatakannya para hadirin selalu
meng'amin'inya. Pak Pendeta sama sekali tidak perlu naik darah kayak Pak SBY
yang 'khotbah'nya sering di'cuek'I oleh beberapa hadirin (yang tipe
'penjilat' sih menahan-nahan kantuknya). :-) Selain itu, tidak usah
pusing-pusing memikirkan perusahaan seperti layaknya para pengusaha lainnya,
pak Pendeta setiap bulan menerima perpuluhan (10% dari penghasilan kotor
loh!) dari para domba. Ia tidak perlu takut didatangi orang KPK, ia tidak
perlu was-was diperiksa oleh auditor atau didatangi petugas pajak. And last
but not least, surga adalah tempat abadinya yang tentu saja sangat nyaman
tidak ada duanya. Semoga teman-teman di sini tidak ada yang iseng-iseng
tanya.."kenapa kalo gitu elo sendiri kagak mo jadi pendeta???" :-)

 

Salam fakta,

als 

 

  _  

From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 7:37 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

 

Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya
nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan
untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah
menghabiskan waktu berkotbah segala?

Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan.
Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah
saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga
masih akan berkarya nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah
lagi.  Dengan kotbah saya bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi
yang berkarya nggak cuman saya tapi juga banyak orang.  Salam, Tantono

 



RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik als
Loh, apa Pak Danardono gak salah tulis tuh? Bukankah Pak 'wasalam' ABS
bahkan termasuk teman Muslim yang paling dulu mengucapkan selamat atas
kependetaan Pak Tan? Jangan 'nggebyah uyah' (menggeneralisasi) ah Pak! :-)

 

Salam guyon,

als

 

  _  

From: danarhadi2000 [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 8:36 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

 

--- In budaya_tionghua@ <mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com>
yahoogroups.com, "gsuryana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat 
Pak Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia 
menjadi kenal Yesus..Haleluy :o)
> 
> sur.
> http://indolobby. <http://indolobby.blogspot.com> blogspot.com

* Lhooo mas Sur, ini justru yang saudara saudara umat Islam kesal. 
Kalau mereka ngambeg, lha ribut lagi, gereja gereja dan tempat 
peribadahan dilempari batu, lalu mana "damai itu indah"nya pak Ophoeng? 
Kan lenyap? 

Salam
Danardono

___ 



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Mohon maaf saya jawab jalur pribadi karena ini pertanyaan sesama Kristen dan
jawaban-nya juga secara Kristen.  Salam, Tan Lookay

2008/10/8 Mr sanliong thee <[EMAIL PROTECTED]>

>   Salam,
>
>
>
> Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian
> semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat
> saya pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.
>
> Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu
> :
>
> Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai
> pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma
> yang ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.
>
> Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member
> dari gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan
> membantu beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya
> sendiri dan ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya
> tinggal di luar kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau
> senang dan terharu sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik
> tsb.
>
> Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara
> kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat
> ayah saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka
> karena biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan
> tetapi bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau
> maka semua akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang
> membuat ayah saya berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena
> saya tidak dapat memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini
> karena menurut beliau bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk
> memelihara meja abu leluhur.
>
> Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari
> semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah
> saya yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih
> , mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak
> berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk
> neraka???
>
> Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan
> pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini
> tidak diijinkan oleh moderator.
>
> BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN
> SEORANG KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan
> ayah saya yang tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang
> tuanya yang bukan kristen dan pasti ada di neraka
>
>
> - Original Message ----
> From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Wednesday, 8 October, 2008 9:44:20 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
>
>  Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik.
> Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya
> nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut
> oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu
> model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi
> menyembuhkan!
>
> Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan
> ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya
> pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.
>
> Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu
> (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).
>
> Salam karya nyata
>
> Danardono
>
> --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com,
> Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >
> > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena
> Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus
> disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
> >
> > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial
> yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk
> berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan,
> karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
> >
> > Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk
> berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini
> yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran
> sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah
> kita tentunya tak sia2 bukan?
> >
> >
> > Selamat berkotbah!
> > ZFy
> >
> >
> >
> > --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] >

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Lho bos,  jangan salah para dokter dan jururawat nggak kotbah, tetapi minta
dikotbahin digereja tiap minggu kalau lagi mriksa kotbah ya orang gendeng
namanya.  Jadi ada bagiannya sendiri, saya bikin sekolah, karya nyata, dan
kotbah ngajak lebih banyak orang lagi untuk bikin sekolah.  Lebih nyata
'kan.  Gitu saja kok repot.  Salam, Tantono

2008/10/8 danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>

>   Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik.
> Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya
> nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut
> oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu
> model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi
> menyembuhkan!
>
> Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan
> ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya
> pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.
>
> Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu
> (kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).
>
> Salam karya nyata
>
> Danardono
>
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >
> > Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena
> Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus
> disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
> >
> > Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial
> yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk
> berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan,
> karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
> >
> > Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk
> berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini
> yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran
> sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah
> kita tentunya tak sia2 bukan?
> >
> >
> > Selamat berkotbah!
> > ZFy
> >
> >
> >
> > --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang
> memaafkan..
> > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
> > Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik
> berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang
> sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial
> membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala?
> >
> > Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada
> Tuhan.  Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada
> sekolah yang sudah saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti
> disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya nyata, bersama
> teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi.  Dengan kotbah saya bisa
> ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman
> saya tapi juga banyak orang.  Salam, Tantono
> >
>
>  
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Lha nanti ada yang marah-marah lagi.  Saya jadi pendeta bukan karena Sekolah
Tionghua kok, tapi dul karena tidak diterima dikeluarga Tenglang totok,
jadi sekolah ya seadanya dan yang mau beri beasiswa saya sekolah katolik,
walaupun saya akhirnya jadi Kristen.  Haleluya.  Tantono

2008/10/8 gsuryana <[EMAIL PROTECTED]>

>Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat Pak
> Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia menjadi
> kenal Yesus..Haleluy :o)
>
> sur.
> http://indolobby.blogspot.com
>
> - Original Message -
> *From:* Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
>
> Asal positif saja Pak.  Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan
> penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu
> membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya.  Tapi kalau cuma
> omong, mengeluh dan meng-kambek-kan orang yang nggak ada hubungannya dan
> menyamaratakan ya nggak positif namanya.  Selamat Mengingat, Tantono
>
> 2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>
>
>>  Kalau saya memilih tak Melupakan!
>>
>> Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat
>> kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri
>> kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga
>> sengsara seperti kita.
>>
>> Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.
>>
>> Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai
>> kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang
>> mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!
>>
>> Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument
>>
>>
>> Salam Mengingat.
>> ZFy
>>
>>
>>
>>
>> --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>>
>> From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
>>
>> >
>>
>>
>>
>
>
> --
> Best regards, Tantono Subagyo
>
>  
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Mr sanliong thee
Salam,
 
Nama saya Sunny Thee, member lama yang pasif, dan membaca postingan kalian 
semua menarik sekali dan masing masing mempunyai sisi positif yang dapat saya 
pelajari untuk kehidupa saya sehari-hari.
Ada satu hal yang saya belum mendapatkan jawaban nya sampai saat ini yaitu :
Ayah saya adalah penganut agama Kong Hu Cu semenjak kecil dan mempunyai 
pendapat bahwa selama manusia berbuat baik dan tidak menyalahi norma norma yang 
ada maka manusia tersebut kemungkinan dapat masuk sorga.
Tetapi ayah saya mengatakan bahwa beliau dikunjungi oleh beberapa member dari 
gereja didaerah tempat beliau tinggal yang benar benar sangat baik dan membantu 
beliau tanpa pamrih sama sekali , karena ayah saya hidup hanya sendiri dan 
ditemani pembantu semenjak ibu saya meninggal dan anak anak nya tinggal di luar 
kota atau luar negri seperti saya jadi otomatis beliau senang dan terharu 
sekali dengan kebaikan saudara saudara kristen yang baik tsb.
Ayah saya sangat berterima kasih dan menghargai sumbangsih saudara saudara 
kristen tsb dan 100% mereka orang baik , tetapi ada satu hal yang membuat ayah 
saya kecewa yaitu mereka mengatakan bahwa ayah saya akan masuk neraka karena 
biar bagaimana baik dan perbuatan baik apapun yang ayah saya lakukan tetapi 
bila ayah saya tidak mau menerima Jesus sebagai Juru Selamat beliau maka semua 
akan sia sia dan PASTI ayah saya akan masuk neraka.Ini yang membuat ayah saya 
berduka dan kecewa , dan juga saya menjadi binging karena saya tidak dapat 
memaksakan sesuatu kepada ayah saya yang belum ia yakini karena menurut beliau 
bahwa beliau sebagai orang Tionghoa wajib untuk memelihara meja abu leluhur.
Untuk informasi bahwa sayapun seorang Katolik/Kristen walaupun bukan dari 
semenjak kecil , yang sekarang bingung dengan masalah yang dihadapi ayah saya 
yang menanyakan kepada saya seperti ini:Kalau Jesus benar Maha pengasih , 
mengapa tidak membiarkan orang KongHuCu yang selalu berusaha untuk tidak 
berbuatr salah kepada manusia lain dan Tuhan tetapi pasti akan masuk neraka???
Saya bingung , sungguh bingungdan berharap para kawan dapat memberikan 
pengarahan secara bijaksana dan maafkan saya apabila pertanyaan saya ini tidak 
diijinkan oleh moderator.
BUKAN MAKSUD SAYA UNTUK MENDISKREDITKAN KRISTEN KARENA SAYA SENDIRIPUN SEORANG 
KRISTEN...MAAF SEKALI LAGI MAAF, hanya untuk menjawab pertanyaan ayah saya yang 
tertarik dengan kristen tetapi memikirkan saudara dan orang tuanya yang bukan 
kristen dan pasti ada di neraka



- Original Message 
From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 8 October, 2008 9:44:20 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. 
Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya 
nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut 
oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu 
model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi 
menyembuhkan!

Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan 
ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya 
pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.

Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu 
(kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).

Salam karya nyata

Danardono

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>  
> Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena 
Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus 
disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
>  
> Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial 
yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk 
berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, 
karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
>  
> Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk 
berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini 
yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran 
sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah 
kita tentunya tak sia2 bukan?
>  
>  
> Selamat berkotbah!
> ZFy 
>  
> 
> 
> --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
> 
> From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED] >
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan..
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik 
berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang 
sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial 
membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala?
> 
> Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kep

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
*Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam
ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya.
Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap
'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan
memompanya yang penuh ya! **J***

* *

*als*


Setelah saya berdoa, saya akan serahkan kepada Tuhan apa keputusan Tuhan
yang terbaik.  Jadi apakah PSSI akan perform sebaik-baiknya atau tidak bukan
urusan saya lagi.  Nah anda gak bayar saya kok minta isi petromaks, minyak
mahal tahu !.  Eh sebut nama dong, jangan als doang.  Salam, Tan Lookay


RE: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik als
Tantono-heng, kini owe yang minta 'petromaks'nya. Kalau Anda diam-diam
ber'doa' kepada 'Tuhan' Anda agar PSSI bisa 'perform' dengan sebaik-baiknya.
Apakah "doa" minta-minta Anda ini ada pengaruhnya sama sekali terhadap
'performance' PSSI? Tolong petromaksnya jangan lupa diisi minyak dulu dan
memompanya yang penuh ya! :-)

 

als

 

  _  

From: Tantono Subagyo [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, October 08, 2008 6:58 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

 

Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, tapi
minta agar bisa perform sebaik-baiknya.  Kalau berdoapun kalah ya berlatih
lagi sambil berdoa.  Gitu saja kok repot.  Tantono

2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] <mailto:[EMAIL PROTECTED]> com>


Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat
Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan.
sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat
mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya...

 

ZFy




.

 
<http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=11328156/grpspId=1705329729/msgI
d=37322/stime=1223467102/nc1=3848640/nc2=4763759/nc3=4990216> 
 



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena Tuhan yang
anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata
bagi orang lain bukan?Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga
berkarya sosial yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya
sibuk berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena
mereka juga mengwemban tugas yang mulia.

Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya
nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah
untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain
bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan?

*Ya, tetapi saya tidak berkotbah saja tetapi memberikan contoh.  Jadi itulah
kerja saya.  Kalau anda mau berkotbah saja dan mau bangun monumen (misalnya
monumen pemberangusan budaya dan sekolah Tionghua) tanpa bikin sekolah dan
dendam terus saja itu hak anda.
Menurut saya gereja akan jadi besar kalau bermanfaat bagi masyarakat.
Mengabdi Tuhan itu karya nyata bagi saya karena saya mengabdi dengan Ora Et
Labora, berdoa dan bekerja. Begitu Pak jalan pikiran saya.  Salam, Tan
Lookay*





2
>
>
>
-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik gsuryana
Didalam perjalanan sejarah panjang Indonesia, bisa dibilang sejak jaman 
kerajaan kerajaan kecil, hubungan antar masyarakat Indonesia dengan Tenglang 
yang datang ke Indonesia bisa dibilang lebih banyak damai nya dibandingkan 
dengan ributnya.
( Mengenai perebutan kekuasaan diantar Kerajaan, adalah wajar bila terjadi 
pertumpahdarahan, karena namanya juga perebutan kekuasaan, yang aku tahu 
tidak sampai terjadi genocide secara langsung )

Kelenteng, Pura masing masing memiliki pengikutnya, demikian juga dengan 
masuknya Islam dengan mengadop budaya setempat sedikit demi sedikit bisa 
menguasai Kerajaaan yang ada di Nusantara.

Masuk Kristen/Katholik melalui VOC, mulai terjadi gesekan lumayan keras, 
dimana dalam hal ini Tenglang Indonesia mulai terbagi dua kelompok, pro VOC 
dan pro Nusantara, dimana pada intinya masih tetap kepada hasil bumi, sedang 
agama hanya sebagai pelengkap penderita.

Dijaman kemeredekaan Tenglang Indonesia masih memberikan banyak andil, dan 
bergerak hampir di segala bidang, termasuk ketatanegaraan ( BPUPKI ).

Dan Bmmm 65, mendadak sontak semua kebudayaan Tionghoa di berangus, 
terutama dibidang pendidikan yang menjadi salah satu soko guru budaya, di 
tuntas habis kan, sehingga mendadak sontak remaja Tenglang Indonesia harus 
pindah sekolah, pindah agama, dan pindah identitas, yang tidak setuju masih 
diberi pilihan menjadi WNA.

Dan sejak tahun 2000 sekian kembali Booommm sekian banyak gereja mengalami 
gempuran, mulai dari ijin yang sulit, sampai dengan pengrusakan, dimana 
menurut data sampai ber ratus ratus bangunan gereja yang rusak.

Dari sejarah panjang tersebut, agama manakah yang manakan yang membawa damai 
?

Semoga Allah bisa memberi jawaban..( sstt jangan ke aku ngasih 
jawabannya yah )

sur.
http://indolobby.blogspot.com
- Original Message - 
From: "danarhadi2000" <[EMAIL PROTECTED]>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "gsuryana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>> Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat
> Pak Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia
> menjadi kenal Yesus..Haleluy :o)
>>
>> sur.
>> http://indolobby.blogspot.com
>
>
> * Lhooo mas Sur, ini justru yang saudara saudara umat Islam kesal.
> Kalau mereka ngambeg, lha ribut lagi,  gereja gereja dan tempat
> peribadahan dilempari batu, lalu mana "damai itu indah"nya pak Ophoeng?
> Kan lenyap?
>
> Salam
> Danardono



[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik danarhadi2000
Karya nyata itu saya lihat di gereja GKI yang besar dan punya klinik. 
Yang datang buanyak sekali, kebanyakan bukan umat Kristen. Yang karya 
nyata itu dokter dokter dan para jururawat. Mereka sangat disambut 
oleh manusia yang membutuhkannya, biasanya orang tak mampu.Mereka itu 
model model ibu Teresa. Tidak bicara mengenai Tuhan, tapi 
menyembuhkan!

Tapi tak ada diantara tenaga kaarya nyata ini yang khotbah tuh? Dan 
ini yang saya pribadi namakan, mengabdi pada Tuhan (walaupun Tuhannya 
pasien pasien lain lagi). Gak apa apa.

Kalau yang khotbah doang, juga disambut, salah salah dengan batu 
(kalau yang di hotel hotel mahal, amnnn).


Salam karya nyata

Danardono


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>  
> Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena 
Tuhan yang anda abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus 
disimpulkan pasti nyata bagi orang lain bukan?
>  
> Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial 
yang lain, apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk 
berkotbah dan membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, 
karena mereka juga mengwemban tugas yang mulia.
>  
> Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk 
berkarya nyata, Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini 
yang bekotbah untuk menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran 
sejarah, agar orang lain bisa tergugah untuk berkarya nyata, kotbah 
kita tentunya tak sia2 bukan?
>  
>  
> Selamat berkotbah!
> ZFy 
>  
> 
> 
> --- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan..
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik 
berkarya nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang 
sebaiknya dikerahkan untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial 
membantu fakir miskin, tak usah menghabiskan waktu berkotbah segala?
> 
> Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada 
Tuhan.  Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada 
sekolah yang sudah saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti 
disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya nyata, bersama 
teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi.  Dengan kotbah saya bisa 
ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman 
saya tapi juga banyak orang.  Salam, Tantono
>




[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "gsuryana" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat 
Pak Tantono menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia 
menjadi kenal Yesus..Haleluy :o)
> 
> sur.
> http://indolobby.blogspot.com


* Lhooo mas Sur, ini justru yang saudara saudara umat Islam kesal. 
Kalau mereka ngambeg, lha ribut lagi,  gereja gereja dan tempat 
peribadahan dilempari batu, lalu mana "damai itu indah"nya pak Ophoeng? 
Kan lenyap? 

Salam
Danardono



[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, 
>tapi minta agar bisa perform sebaik-baiknya.  Kalau berdoapun kalah ya 
>berlatih lagi sambil berdoa.  Gitu saja kok repot.  Tantono
> 


* Jangan lupa, the best will very likely win! bahkan tanpa 
berdoapun, asal persiapan professional. Bangsa kita pasti jauh lebih 
rajin berdoa daripada, misalnya orang Jerman (ini saya tahu). Yang win, 
yang mana, kita juga tahu...

Salam

Danardono



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik gsuryana
Pembrangusan budaya Tionghoa dan penutupan Sekolah Tionghoa membuat Pak Tantono 
menjadi Pendeta lho, dan banyak lagi Tionghoa Indonesia menjadi kenal 
Yesus..Haleluy :o)

sur.
http://indolobby.blogspot.com
  - Original Message - 
  From: Tantono Subagyo 

  Asal positif saja Pak.  Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan 
penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu 
membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya.  Tapi kalau cuma 
omong, mengeluh dan meng-kambek-kan orang yang nggak ada hubungannya dan 
menyamaratakan ya nggak positif namanya.  Selamat Mengingat, Tantono


  2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>


  Kalau saya memilih tak Melupakan!

  Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu 
membuat kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa 
diri kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga 
sengsara seperti kita.

  Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.

  Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk 
mencapai kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, 
yang mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!

  Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument


  Salam Mengingat.
  ZFy




  --- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>


>

 





  -- 
  Best regards, Tantono Subagyo

   

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak Danardono yth,

> Jaka Sembung Naik Ojek, Nggak Nyambung Jek.  Itu adalah jalan 
pikiran kita berdua.  Anda sangat canggih sedang saya nteu acan 
kepanggih.  Konsep mana yang anda mau tanyakan ?. Apapun juga jawaban 
saya kita tidak akan ketemu karena pra-anggapan kita beda dan anda 
akan mendebat lagi dengan pra anggapan anda .



 Tak ada Joko Sembung disini tuh?, karena kita diskusi biasa, tak 
ada yang tulalit. Anda pahan, saya paham. Saya TAK pernah mendebat 
pendapat anda, karena kita dalam diskusi agree to disagree. 
Istilah "pra anggapan" tak saya kenal, jadi saya tak mampu tanggapi, 
apa ya pra anggapan saya (ini istilah ilmu filsafat?)


> Saya merasa selalu ditolong Tuhan itulah pengalaman pribadi saya, 
>dan itu tidak akan berubah walaupun orang lain bilang Tuhan nggak 
ada.

*** Saya katakan, adalah sangat OK kalau merasa ditolong Tuhan (atau 
oleh siapapun), karena ditolong adalah hal yang menguntungkan. Ini OK 
OK saja. 

Disini TAK ada lho yang mengatakan Tuhan tak ada. Siapa ya?
Mengapa anda harus mengubah pendapat pribadi anda? kan tak ada yang 
meminta anda melakukan itu?
 
> Tantono : Mengapa saya harus tanya kepada yang lain, urusan Tuhan 
adalah urusan pribadi saya nggak ada hubungannya dengan mas Narpati 
Pradana atau sdr King Hian ? Apakah keyakinan saya harus sama dengan 
orang lain ?.  Ya biar saja mas Narpati dengan caranya sendiri, dan 
saya juga dengan keyakinan saya sendiri.

 Lhooo lha iya to. 1000% keyakinan beliau beliau beda, dan itu 
yang ingin saya tunjukkan, bahwa Tuhan para umat itu TIDAK sama, 
dengan kata lain, macam macam. Lha wong umat gereja Unitarian Church 
saja beda kok tanggapannya mengenai Tuhan dalam Kristiani?

Ini kan yang anda tak terima, bahwa Tuhan itu macam macam(berbeda 
bagi tiap agama)? Lha ini buktinya. 

Pemerintah Malaysia melarang umat Non Islam memakai kata "Allah", 
karena apa? Gampang ditebak, karena pemerintah Malaysia berpendapat, 
Allah it nama Tuhan umat Islam. Yang lain jangan sharing Tuhannya 
Islam. Gitu aja kok repot? Lha wong nduwe Tuhan dewe dewe..

Anda sudah yakin mas/mbak Narpati dan mas Kinghian keyakinannya 
berbeda, bagusssh, maka tak usah tanya. Kalau tanya, beliau beliau 
akan gambarkan Tuhan menurut beliau beliau. Dan itu TAK sama.
Anda sendiri katakan bukan, "mengapa keyakinan harus sama?" BETUL. 
Kalau semua sama, ya Tuhan hanya SATU. One for all.


> Tentang doa mana yang dikabulkan ya terserah Tuhan, kalau orang 
Jawa bilang "becik ketitik ala ketara".  

 Nah, ini juga yang ingin saya demo-kan: doa yang mana, Tuhan 
yang tentukan, BUKAN kita! 

Jadi, mana mungkin, kita katakan, doa kita yang dikabulkanNya? memang 
Tuhan membuat list dari doa doa yang dikabulkan, seperti daftar yang 
lulus ujian? Tidak kan? NOBODY can say "my prayer has been 
fulfilled". 

"Becik ketitik" itu mah soal lain lagi. Itu harapan orang Jawa. 
Bayangkan, misale, kalau yang merasa didzalimi pak Harto mengharapkan 
becik ketitik, olo ketoro, ya ampu, mereka boleh tunggu sampai 
kiamat..ketarane kapan?

>Kita pasrah saja, wong saya mahluk kok ditanyai doa mana yang 
>dikabulkan.
> 
> Salam, Tantono
>
 Lh makanya, darimana kita tahu "saya ditolong Tuhan, dan doa 
saya dikabulkan Tuhan"? Rak sulit to? Lha wong tak ada bukti, ini 
hanya harapan kita? Ya kan? Persepsi kita.

Pasrah sih boleh boleh saja, tapi, kalau saudara kita di Sidoardjo 
sekedar pasrah, dan tak menggugat ganti rugi, silakan tinggal di 
danau Sidoardjo. Kalau pasrah tok, busway demi busway lewat dimuka 
hidung, kita gak naik naik juga..

Kita kan kenal istilah " Ora et LABORA"? Doa dan berkarya.  Dalam 
bahasa Jerman ada ungkapan: " Hilf dir selbst, dann hilf dir Gott". 
Artine" Bantulah dirimu, maka Tuhan akan membantumu". Dan kita tahu, 
Jerman sudah sampai kemana dalam perkembangan kan?


Salam

Danardono



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
 
Mengabdi pada Tuhan itu bukan karya nyata, Pak Tantono!  Karena Tuhan yang anda 
abdi hanya nyata bagi anda pribadi, tak harus disimpulkan pasti nyata bagi 
orang lain bukan?
 
Anda menyebut disamping menjadi pendeta anda juga berkarya sosial yang lain, 
apakah anda menyalahkan pendeta2 lain yang hanya sibuk berkotbah dan 
membesarkan gereja? anda pasti tidak menyalahkan, karena mereka juga 
mengwemban tugas yang mulia.
 
Dengan berkotbah  anda juga bisa menyadarkan orang lain untuk berkarya nyata, 
Persis! ini Jawaban yang baik, seperti kita2 disini yang bekotbah untuk 
menyadarkan orang2 lain tentang kebenaran sejarah, agar orang lain bisa 
tergugah untuk berkarya nyata, kotbah kita tentunya tak sia2 bukan?
 
 
Selamat berkotbah!
ZFy 
 


--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 12:36 PM







Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya 
nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan 
untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah 
menghabiskan waktu berkotbah segala?

Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan.  Disamping 
jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah saya dirikan, 
kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga masih akan berkarya 
nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah lagi.  Dengan kotbah saya 
bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi yang berkarya nggak cuman saya 
tapi juga banyak orang.  Salam, Tantono
 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya
nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan
untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah
menghabiskan waktu berkotbah segala?

Lha, jadi pendeta agar saya dapat mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan.
Disamping jadi pendeta saya juga berkarya nyata kok, ada sekolah yang sudah
saya dirikan, kalau saya jadi pendeta nanti disamping berkotbah saya juga
masih akan berkarya nyata, bersama teman-teman di LSM dan dirikan sekolah
lagi.  Dengan kotbah saya bisa ajak orang lain untuk berkarya nyata, jadi
yang berkarya nggak cuman saya tapi juga banyak orang.  Salam, Tantono


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Pak Tan. 
 
Di dunia ini ada pembagian tugas, ada yang bertugas memberi kotbah, ada yang 
bertugas kerja sosial, ada yang bertugas membangun budaya, ada yang bertuags 
membangun pendidikan, ada yang bertugas membangun ekonomi.
 
Jangan remehkan orang mendirikan monument semata, di seluruh dunia bahkan 
banyak hadir LSM yang tugasnya hanya menuntut keadilan sejarah! contohnya LSM 
yang membela para pekerja seks Jepang di zaman perang dunia kedua! Tak ada yang 
lain!
 
Berkat monument, berkat Orang2 yang berusaha menegakkan kebenaran sejarah, 
masyarakat luas dapat belajar dari sejarah yang benar. Dari sini,  pasti ada 
orang2 yang tergugah untuk melakukan aksi positif selanjutnya! Semua saling 
melengkapi! jika tak tahu sejarah yang benar, mungkin saja tak ada aksi apapun!
 
Pertanyaan sederhana: Buat apa anda menjadi pendeta? kan lebih baik berkarya 
nyata yang langsung terlihat manfaatnya, semua orang sebaiknya dikerahkan 
untuk mendirikan sekolah atau yayasan sosial membantu fakir miskin, tak usah 
menghabiskan waktu berkotbah segala?
 
 
 
ZFy
 

--- On Wed, 10/8/08, Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan..
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 11:51 AM







Asal positif saja Pak.  Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan 
penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu 
membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya.  Tapi kalau cuma 
omong, mengeluh dan meng-kambek- kan orang yang nggak ada hubungannya dan 
menyamaratakan ya nggak positif namanya.  Selamat Mengingat, Tantono


2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com>











Kalau saya memilih tak Melupakan!
 
Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat kita 
lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri kita 
seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga sengsara 
seperti kita.
 
Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.
 
Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai 
kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang 
mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!
 
Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument
 
 
Salam Mengingat.
ZFy
 
 
 

--- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000  wrote:

From: danarhadi2000 

Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM







Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa 
didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut 
ikut dehhh. 

Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung 
beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene 
mengaung..Mengenang , tak melupakan!

Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai 
sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal 
itu.

Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, 
mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan 
dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu.

Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada 
gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu 
kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David 
kuning. 

Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang pernah 
tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai 
jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, 
dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, 
namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak 
tahu dehhh, frankly!

Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak 
alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru 
musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi 
lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. 
Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, 
lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan 
di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah..

Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka 
selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di 
Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo.

Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi 
kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah 
dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. 
Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara 
saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? 
Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?"

Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Ya terserah Tuhan, may the best win. Kita berdoa bukan minta menang, tapi
minta agar bisa perform sebaik-baiknya.  Kalau berdoapun kalah ya berlatih
lagi sambil berdoa.  Gitu saja kok repot.  Tantono

2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>

>   Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat
> Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan.
> sebaliknya, rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat
> mengalahkan Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya...
>
> ZFy
>
> --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>
> From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 8:11 AM
>
>  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com,
> "Tantono Subagyo"
> <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
> >
> >** Disini ada banyak kesalahan baca:
>
> 1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang
>
> 2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan,
> bermilyard manusia melaksanakannya
>
> 3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang
> menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama.
>
> Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang
> Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak
> bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga
> Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya?
>
> Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat
> menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang
> perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi
> dewi Kwan Im..it's totally OK.
>
> Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah
> Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun,
> kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok
> atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar
> memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah?
>
> Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan
> melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut
> Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang
> bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang
> Amerika yang sombong.
>
> Tuhan kabulkan doa yang mana ya?
>
> Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa
> Jerman: "Sturm im Glas" tak apalahhh..
>
> Salam
>
> Danardono
>
>
>  
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Yang paling absurd adalah saat ada pertandingan olahraga, seluruh rakyat 
Indonesia diminta mendoakan atlit2nya agar dapat meraih kemenangan. sebaliknya, 
rakyat negeri lawan juga berdoa bagi atlit2nya agar dapat mengalahkan 
Indonesia. Tuhan harus berpihak ke mana? Mohon petunjuknya...
 
ZFy

--- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 8:11 AM






--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED] > wrote:
>
>** Disini ada banyak kesalahan baca:

1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang

2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan, 
bermilyard manusia melaksanakannya

3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang 
menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama. 

Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang 
Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak 
bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga 
Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya?

Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat 
menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang 
perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi 
dewi Kwan Im..it's totally OK.

Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah 
Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun, 
kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok 
atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar 
memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah?

Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan 
melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut 
Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang 
bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang 
Amerika yang sombong.

Tuhan kabulkan doa yang mana ya?

Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa 
Jerman: "Sturm im Glas" tak apalahhh..

Salam

Danardono

 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Asal positif saja Pak.  Tidak melupakan pembrangusan budaya Tionghua dan
penutupan Sekolah Tionghua bisa sangat positif, kalau dengan ini kita lalu
membangun budaya dan membangun sekolah sebanyak-banyaknya.  Tapi kalau cuma
omong, mengeluh dan meng-kambek-kan orang yang nggak ada hubungannya dan
menyamaratakan ya nggak positif namanya.  Selamat Mengingat, Tantono

2008/10/8 Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>

>   Kalau saya memilih tak Melupakan!
>
> Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat
> kita lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri
> kita seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga
> sengsara seperti kita.
>
> Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.
>
> Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai
> kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang
> mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!
>
> Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument
>
>
> Salam Mengingat.
> ZFy
>
>
>
>
> --- On *Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>* wrote:
>
> From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM
>
>
>  Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa
> didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut
> ikut dehhh.
>
> Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung
> beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene
> mengaung..Mengenang , tak melupakan!
>
> Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai
> sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal
> itu.
>
> Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan,
> mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan
> dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu.
>
> Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada
> gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu
> kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David
> kuning.
>
> Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang pernah
> tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai
> jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api,
> dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan,
> namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak
> tahu dehhh, frankly!
>
> Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak
> alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru
> musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi
> lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan.
> Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi,
> lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan
> di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah..
>
> Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka
> selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di
> Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo.
>
> Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi
> kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah
> dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah.
> Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara
> saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe?
> Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?"
>
> Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok
> laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina.
>
> Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa
> NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau
> tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak
> sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam bentuk
> Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali?
>
> Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama
> membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on.
>
> Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia
> secara keseluruhan TIDAK bertambah baik. Juga tak bertambah buruk
> karena agama. Agama telah menjadi alasan saudara saudara di Poso
> saling bunuh. Tibo telah mendahului kita...Korupsi kian mendahsyat
> dalam bangsa ini, walau sangat saleh beragama. Dan... orang tak
> beragama juga bisa MULIA lho? Mungkin anda memiliki statistik
> 

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Pak Danardono yth,
Jaka Sembung Naik Ojek, Nggak Nyambung Jek.  Itu adalah jalan pikiran kita
berdua.  Anda sangat canggih sedang saya nteu acan kepanggih.  Konsep mana
yang anda mau tanyakan ?. Apapun juga jawaban saya kita tidak akan ketemu
karena pra-anggapan kita beda dan anda akan mendebat lagi dengan pra
anggapan anda .
Saya merasa selalu ditolong Tuhan itulah pengalaman pribadi saya, dan itu
tidak akan berubah walaupun orang lain bilang Tuhan nggak ada.

Danardono : Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang
Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak
bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga
Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya?

Tantono : Mengapa saya harus tanya kepada yang lain, urusan Tuhan adalah
urusan pribadi saya nggak ada hubungannya dengan mas Narpati Pradana atau
sdr King Hian ? Apakah keyakinan saya harus sama dengan orang lain ?.  Ya
biar saja mas Narpati dengan caranya sendiri, dan saya juga dengan keyakinan
saya sendiri.
Tentang doa mana yang dikabulkan ya terserah Tuhan, kalau orang Jawa bilang
"becik ketitik ala ketara".  Kita pasrah saja, wong saya mahluk kok ditanyai
doa mana yang dikabulkan.

Salam, Tantono


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Fy Zhou
Kalau saya memilih tak Melupakan!
 
Tak melupakan baik untuk mengambil pelajaran, kegetian masa lalu membuat kita 
lebih menghargai masa sekarang. kegetiran masa lalu yang menimpa diri kita 
seharusnya juga menyadarkan kita untuk tak membuat orang lain juga sengsara 
seperti kita.
 
Melupakan justru beresiko kita mengulang kesalahan yang sama.
 
Kegetiran masa lalu juga bisa berubah menjadi daya dorong untuk mencapai 
kemajuan. Lihat saja penghinaan perang candu bagi Rakyat Tiongkok, yang 
mendorong mereka mencapai pretasi di Olmpiade!
 
Lebih positif mengingat dari pada melupakan ! Inilah kegunaan Monument
 
 
Salam Mengingat.
ZFy
 
 
 

--- On Wed, 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 8, 2008, 5:25 AM






Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa 
didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut 
ikut dehhh. 

Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung 
beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene 
mengaung..Mengenang , tak melupakan!

Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai 
sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal 
itu.

Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, 
mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan 
dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu.

Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada 
gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu 
kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David 
kuning. 

Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang pernah 
tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai 
jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, 
dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, 
namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak 
tahu dehhh, frankly!

Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak 
alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru 
musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi 
lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. 
Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, 
lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan 
di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah..

Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka 
selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di 
Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo.

Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi 
kita ke-se-luruh- an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah 
dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. 
Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara 
saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? 
Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?"

Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok 
laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. 

Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa 
NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau 
tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak 
sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam bentuk 
Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali?

Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama 
membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on.

Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia 
secara keseluruhan TIDAK bertambah baik. Juga tak bertambah buruk 
karena agama. Agama telah menjadi alasan saudara saudara di Poso 
saling bunuh. Tibo telah mendahului kita...Korupsi kian mendahsyat 
dalam bangsa ini, walau sangat saleh beragama. Dan... orang tak 
beragama juga bisa MULIA lho? Mungkin anda memiliki statistik 
perbaikan moral di Indonesia akibat pelajaran agama? Di DPR? di 
Kejaksaan? di Kepolisian? di pemerintahan? di mal mal?

Tuhan di-uthik uthik? Lha tak lah yauuu, lha wong lihat Tuhan saja 
belum pernah ada diantara kita, baik domba maupun gembala, kok mau 
uthik uthik? Bagaimana caranya? "sudah dipasrahkan" lha bagaimana 
cara serah terimanya?

Kita memang dari awal setuju untuk tak setuju, nah ini kan isi milis 
ini selalu? from t5he vrey beginning? Kalau tidak mana mungkin kita 
diskusi? Lihat tu posisi ci Ul dan mas Kinhiang, posisi mas Mulyawan 
dan mas Siswanto, posisi saya dengan banyak anggauta ha ha ha

Salam

danardono

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED] > wrote:
>
> Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Hehehe Pak kalau beda konsep memang nggak akan ketemu.  Saya 
menganggap
> Tuhan sebagai pencipta, anda menganggap Tuhan diciptakan orang.  
Tapi ya
> biarin, saya bodo tapi bahagia, waktu saya disia-siakan saudara 
karena Ibu
> saya berbeda, saya ditolong Tuhan dan diberikan jalan hingga 
jadi "orang"
> walaupun apa adanya.  Demikian pula ketika saya dipaksa pensiun, 
Tuhan kasih
> jalan sehingga sekarang saya jadi konsultan alakadarnya.  Jadi saya
> merasakan Tuhan, anda anggap Tuhan itu nonsens.  Sampai jutaan atau
> milyardan postingpun nggak akan selesai.  Yang jelas adalah hak 
azasi saya
> untuk menganggap Tuhan itu ada dan menjadi Junjungan saya begitu 
juga hak
> anda untuk mengatakan Tuhan itu macem-macem dan hanya buatan 
manusia saja.
> Jadi mau diapakan juga nggak akan ketemu, nanti malahan 
jadi "prahara dalam
> mangkok", dan percum tak bergun. Best regards, Tantono Subagyo
>

**  Disini ada banyak kesalahan baca:

1) Tak ada saya katakan dalam posting, Tuhan itu ciptaan orang

2) Tak ada saya kritisi anda menganggap Tuhan itu junjungan, 
bermilyard manusia melaksanakannya

3) Saya tak mengatakan Tuhan itu macam macam, tetapi FAKTA yang 
menunjukkan, bahwa Tuhan didalam umat agama agama TIDAK sama. 

Coba saja, anda katakan pada mbak atau pak Narpati Pradana yang 
Muslim, bahwa Yesus itu Tuhan beliau juga, apa pak/bu Pradana gak 
bingung? atau tanya mas Kinghian yang Budhhist, apakah Yesus juga 
Tuhan beliau, sama juga akan bingung..jadi yang sama apanya?

Anda menganggap telah ditolong Tuhan, itu sangat OK, sangat 
menimbulkan rasa bahagia dan terpenuhi. Tak ada manusia lain yang 
perlu ikut campur. Sahabat lain mungkin katakan, doa telah dipenuhi 
dewi Kwan Im..it's totally OK.

Kala pak Harto naik takhta, banyak yang bahagia, mengatakan, wah 
Tuhan telah memilih beliau menjadi presiden. Doa terkabul. Namun, 
kemudian ribuan Muslim yang jadi korban di Talangsari, Tanjung Priok 
atau di kirim ke Taman Wisata Pulau Buru berdoa juga pada Tuhan, agar 
memberikan hukuman padanya. Bagaimana kalau begini yah?

Disaat ini, ribuan umat Kristen di Amerika berdoa agar Tuhan 
melindungi Amerika dari krisis finansial yang dahsyat (AS ikut ikut 
Indonesia membuat BLBI!!!). Lalu, ada banyak umat Muslim yang 
bersukur Alhamdulillah, Allah telah memberikan pelajaran bagi orang 
Amerika yang sombong.

Tuhan kabulkan doa yang mana ya?

Mohon pemcerahan theologis, prahara dalam mangkok, atau dalam bahasa 
Jerman: "Sturm im Glas" tak apalahhh..

Salam

Danardono







Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-08 Terurut Topik Tantono Subagyo
Hehehe Pak kalau beda konsep memang nggak akan ketemu.  Saya menganggap
Tuhan sebagai pencipta, anda menganggap Tuhan diciptakan orang.  Tapi ya
biarin, saya bodo tapi bahagia, waktu saya disia-siakan saudara karena Ibu
saya berbeda, saya ditolong Tuhan dan diberikan jalan hingga jadi "orang"
walaupun apa adanya.  Demikian pula ketika saya dipaksa pensiun, Tuhan kasih
jalan sehingga sekarang saya jadi konsultan alakadarnya.  Jadi saya
merasakan Tuhan, anda anggap Tuhan itu nonsens.  Sampai jutaan atau
milyardan postingpun nggak akan selesai.  Yang jelas adalah hak azasi saya
untuk menganggap Tuhan itu ada dan menjadi Junjungan saya begitu juga hak
anda untuk mengatakan Tuhan itu macem-macem dan hanya buatan manusia saja.
Jadi mau diapakan juga nggak akan ketemu, nanti malahan jadi "prahara dalam
mangkok", dan percum tak bergun. Best regards, Tantono Subagyo


[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik danarhadi2000
Salah kaprah, atau tidak, kita serahkan saja pada pihak yang merasa 
didzalimi untuk mencernakan apa yang mereka alami. Kita tak usah ikut 
ikut dehhh.  

Setiap tahun pada peringatan Holocaust, seluruh Israil merenung 
beberapa menit, berhenti beraktivitas, dimana sirene 
mengaung..Mengenang, tak melupakan!

Apakah hidup orang yang melupakan Milosevic lebih baik, saya sampai 
sekarang tak tahu, pak Bagyo, dan belum ada statistik mengenai hal 
itu.

Pastilah orang Yahudi takkan membom Jerman, tetapi, melupakan, 
mungkin banyak yang belum mampu. Antara mengenang dan tak melupakan 
dan membom, itu jauh sekali. tak perlulah kita sejauh itu.

Tak jauh dari kantor saya, ada lapangan kecil, dimana dahulu ada 
gedung Gestapo, yang dihancurkan pemerintah Austria. Dilapangan itu 
kini ada monumen dari semen, tidak besar, dengan bintang David 
kuning. 

Tertulis: "Nicht vergessen". "Tidak melupakan". Orang tua yang pernah 
tinggal didekat gedung itu sebagai anak anak, cerita, dahulu sampai 
jauh terdengar teriakan laki laki dan wanita, yang disundut api, 
dicabut kuku, dan disiksa lainnya. Bukan karena berbuat kejahatan, 
namun karena mereka kebetulan orang Yahudi..memaafkan? Wah saya gak 
tahu dehhh, frankly!

Kalau saya sih, pak Bagyo mudah melupakan semua, soale, juga tak 
alami apa apa (hidup saya dari lahir enak,pak). Paling, ingat guru 
musik saya, pak Butar Butar yang menghardik saya, kalau saya nyanyi 
lompat dari nada. Kami sekeluarga tak ada yang dipulau Buru-kan. 
Tetapi kenalan sayatahun 60an, mahasiswa Tionghoa anggauta Perhimi, 
lenyap tak tahu rimbanya. Saudaranya katakan, dijemput dan 
di"hilang"kan tentara. Keluarganya melupakan? Entahlah..

Orang Jepang juga tak membalas membom atom Amerika, tetapi mereka 
selalu kenang hari pemboman itu. Mereka berdoa sambil mengenangkan di 
Kuil Yasukuni Yasukuni Jinja) di Tokyo.

Lho pak Bagyo, bukan BUAT saya Tuhan itu macam macam, tetapi bagi 
kita ke-se-luruh-an manusia. Rak iya to? Lha malah di Malaysia pernah 
dilarang (masih ya?) bagi umat NON Muslim menggunakan kata Allah. 
Sebab ini nama bagi Tuhan umat Islam, nah looo. Coba tanya saudara 
saudara umat Tao di BT disini, apakah Tuhan mereka bernama Yahwe? 
Mereka akan tanya balik: "I beg your pardon?"

Misa katholik yang saya kisahkan di Jogya, dihentikan oleh sekelompok 
laki laki, karena mereka merasa, Tuhan mereka dihina. 

Kalau anda baca lagi teliti posting saya, anda akan tahu, bahwa 
NOBODY paksakan anda ber-Tuhan macam macam. Tetapi kita semua, mau 
tak mau, harus mengakui, dalam agama agama kita, definisi Tuhan tak 
sama. Ini realitas kan? Anda kan juga tak sharing Tuhan dalam bentuk 
Brahma, Vishnu, Shiva saudara saudara kita dari Bali?

Juga tak ada kalimat yang memaksa anda tidak berpendapat, agama 
membuat manusia jadi baik. That's your opinion. Go on.

Yang penting kita harus sadar, 2000 tahun manusia beragama, manusia 
secara keseluruhan TIDAK bertambah baik. Juga tak bertambah buruk 
karena agama. Agama telah menjadi alasan saudara saudara di Poso 
saling bunuh. Tibo telah mendahului kita...Korupsi kian mendahsyat 
dalam bangsa ini, walau sangat saleh beragama. Dan... orang tak 
beragama juga bisa MULIA lho? Mungkin anda memiliki statistik 
perbaikan moral di Indonesia akibat pelajaran agama? Di DPR? di 
Kejaksaan? di Kepolisian? di pemerintahan? di mal mal?

Tuhan di-uthik uthik? Lha tak lah yauuu, lha wong lihat Tuhan saja 
belum pernah ada diantara kita, baik domba maupun gembala, kok mau 
uthik uthik? Bagaimana caranya? "sudah dipasrahkan" lha bagaimana 
cara serah terimanya?

Kita memang dari awal setuju untuk tak setuju, nah ini kan isi milis 
ini selalu? from t5he vrey beginning?  Kalau tidak mana mungkin kita 
diskusi? Lihat tu posisi ci Ul dan mas Kinhiang, posisi mas Mulyawan 
dan mas Siswanto, posisi saya dengan banyak anggauta ha ha ha


Salam

danardono




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau orang-orang itu 
bisa
> lupakan Milosevic mungkin hidupnya akan lebih baik.  Menurut saya 
memelihara
> dendamlah yang buat orang sengsara.  Orang jadi inget kesalahan 
orang dahulu
> saja, seperti misalnya : Jerman dulu pernah Holocaust mbasmi orang 
Yahudi,
> trus piye, orang Yahudi disuruh ngebom Jerman supaya setimpal 
gitu ??.  Saya
> punya teman (Jewish) yang sangat dendam ama Jerman, lha dia sendiri 
yang
> sengsara.  Kejadian sudah kapan tahu, dia kalau ketemu orang Jerman 
masih
> gondok (nyakitin diri sendiri).  Dan masalah Tuhan-nya siapa ya 
Tuhannya
> sendiri-sendiri, saya percayakan "vengeance"kepada Tuhan orang 
Kristen, lalu
> apakah Tuhan saya tidak berantem rebutan dengan Tuhannya orang lain 
yang
> menyalahi saya, lha itu urusan Tuhan kok, sudah dipasrahkan jangan
> diuthik-uthik lagi.
> Kembali lagi Bung Danardono, mari setuju untuk nggak setuju, saya 
bahagia
> dengan konsep menyerah kepada Tuhan (buat saya Tuhan itu satu), lha 
buat
> anda Tuhan itu macem-macem dan

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Zhuge Liang
Bapak Xuantong, 

Minta maaf ikut nimbrung. Jika demikian, mengapa dalam cerita2 silat Tiongkok, 
banyak sekali menonjolkan 'pembalasan'. Cerita bapak/ibu dibunuh, lalu anaknya 
belajar kungfu mati2an, untuk membalaskan dendam orang tuanya. 
Seolah-olah 'pembalasan' ini adalah suatu nilai yg sepatutnya. 

Dalam cerita Samkok demikian juga. Anak Guan yi dan Zhang fei, membalaskan 
orang-orang yang telah membunuh ke-2 orang tua mereka. Dalam cerita itu 
ditonjolkan (ini persepsi saya tentunya), ini adalah suatu kepatutan, sebagai 
bagian dari bakti anak kepada orang tuanya. 

Jika analisa saya benar, apakah ini tidak bertentangan dengan konsep 
'memaafkan' seperti yang diterangkan Bapak dalam filsafat Kongzi, Mozi dan 
Laozi?

Salam,
Zhuge



--- On Tue, 10/7/08, perfect_harmony2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: perfect_harmony2000 <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Tuesday, October 7, 2008, 4:42 AM











Sdr.Tantono,



konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo Zi, 

Kong Zi dan Lao Zi.



Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka.

Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna tepo 

saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang.



Hormat saya,



Xuan Tong

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" 

<[EMAIL PROTECTED] > wrote:

>

> Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua

> Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls, 

walaupun

> tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh 

lagi

> tentang konsep memaafkan.  Mohon diperjelas tentang konsep ini 

karena selama

> ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah 

keuletan

> dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak

> diterangkan.  Salam, Tan Lookay

>




  




 

















  

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik ardian_c
pak Tantono, owe bukan budayawan tapi buaya neh hehehe. Soal maaf2in
sebenernya ada di saat kita ngepal tangan utk soja.

Soalnya soja tangan itu utk ingatin 8 sifat baik, yg salah satunya itu
SHU or memaafkan, trus kaitannya ama memberi muka, sebenernya memberi
muka itu masuk di RANG yg artinye melepaskan or merelakan , mengalah.
So org kalu mau memaafkan khan mesti bisa RANG dong hehehehehe

But eniwai 8 budi luhur itu ya salah satunya itu memaafkan.

So gak usah pusing, saat kita soja kita dah memaafkan :P

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua
> Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls,
walaupun
> tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh lagi
> tentang konsep memaafkan.  Mohon diperjelas tentang konsep ini
karena selama
> ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah
keuletan
> dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak
> diterangkan.  Salam, Tan Lookay
>




Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik ChanCT
Saya juga pernah berpikir lebih baik orang jahat didunia ini ditembak mati 
saja, biar kehidupan umat manusia didunia bisa aman tentram, biar tiada lagi 
penjahat-penjahat yang mengganggu dan bikin celaka. Tapi, bagaimana bisa 
ditembak habis itu namanya penjahat? Selalu pasti akan muncul penjahat dalam 
berbagai bentuk yang lain, ... tiada habisnya. Dunia tanpa penjahat mungkin 
hanya bisa dicapai entah ratusan bahkan munkin ribuan tahun yad. dimana tingkat 
kesadaran budaya manusia sudah begitu tinggi dan baiknya. Ya untuk tingkat 
sekarang ini dalam mimpi sajalah dahulu.

Jadi, problemnya tetap bagaimana menciptakan kesadaran dan budaya manusia yang 
baik-baik itulah yang harus diutamakan, bukan dan tidak bisa dengan main 
hukum-mati dan ditembak saja sebanyak-banyaknya yang lakukan kejahatan. 
Sekalipun tak juga dapat disangkal, harus ada beberapa, segelintir kecil 
penjahat besar yang keterlaluan harus ditembak-mati.

Oleh karena itu saya sangat setuju dengan budaya Tionghoa yang bisa memaafkan, 
pertama untuk menghindari balas-berbalas dendam yang tidak berkesudahan dan 
makin meluas, dan kedua, mengutamakan pendidikan, meningatkan kesadaran umat 
manusia lebih baik lagi. Berusaha merubah penjahat-penjahat menjadi 
manusia-manusia yang baik-baik. Sekalipun hukuman-mati sudah dijatuhkan, 
setelah melihat dia bertobat dan merasa salah, bertekad untuk memperbaiki diri, 
boleh saja ditunda bahkan dirubah jadi penjara seumur-hidup, bahkan akhirnya 
dilepas kembali dalam masyarakat setelah dia bisa dinyatakan kembali menjadi 
manusia baik-baik. Mengapa harus cepat-cepat ditembak-mati, dibunuh? Bukankah 
setiap orang bisa saja berbuat khilaf, melakukan kesalahan sesaat, entah karena 
emosi, kalap dan kurang pikir-panjang, ... 

Saya juga setuju penjara-penjara itu dirubah menjadi tempat merubah dan 
memperbaiki jalan pikiran manusia, tidak sekadar tempat HUKUMAN. Tapi, utamanya 
tempat pendidikan kembali sebagai manusia baik-baik. Tentu tidak semua manusia 
bisa jadi manusia baik-baik-baik, selalu ada perkecualian. Dan perkecualian itu 
saja, yang diperlakukan khusus kalau perlu segera dilaksanakan hukuman-mati, 
ditembak saja. 

Lebih baik anggaran untuk menghidupi penjahat-penjahat di penjara itu digunakan 
untuk anak-yatim piatu, meningkatkan kesejaahteraan rakyat miskin? Setuju, dan 
betul harus begitu. Kita bisa buat penjahat-penjahat didalam penjara juga 
didisiplin untuk bekerja, entah dalam bentuk perbengkelan atau pertanian yang 
berproduksi, dan hasil produksi itu dinilai sebagai hasil kerja mereka untuk 
mengongkosi hidupnya sendiri. Bahkan berikan penghasilan atas kerja yang telah 
dilakukan itu, setelah mereka bisa berpdosuksi melebihi pengeluaran yang 
diperlukan untuk hidup di penjara. Jangan biarkan penjahat-penjahat itu 
makan-hidup didalam penjara secara cuma-cuma. Tentu kerja dalam penjara, jangan 
lakukan dalam bentuk kerja paksa yang tidak manusiawi, hasil kerja bukan saja 
dikorupsi oleh pejabat-pejabat penjara, para tahanan-politik bahkan tidak bisa 
memakan hasil produksinya sendiri, orang dibiarkan sampai mati kelaparan, mati 
sakit, ...  sebagaimana diperlakukan masa Orba terhadap ratusan ribu tapol yang 
dituduh komunis-Soekarnois selama belasan sampai 20-an tahun begitu. Itu bukan 
lagi manusia tapi, setan namanya yang bisa berbuat begitu.

Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: melani chia 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, October 08, 2008 9:27 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.


Pratikel aja,..hukum Tuhan biar Tuhan yg yg urus,kejahatan
harus ditembus hukum negara,..buat pengebom,pemerkosa
pembunuh adalah hukum mati,hukuman seumur idup ,sama juga buang2 duit 
negara buatt kasih makan,mending jatahnya bust anak2 yg kelaparan,krn mereka 
lebih membutuhkan,ngapain jgua sampah mesti disimpen??..mengampuni org 
kristen
kadang tterkesan konyol,bushitlah kalau ada keluarganya
abis dibunuh,diperkosa,dibom bisa ngampuni,..enak aja yg
mati aja blm tentu sempat bertobat,masak yg bunuh dikasih
kesempatan jauh lebih leluasa,...idup Indonesia...idupkan lagi
hukum mati,...tapi korupsi gimana ya



--- On Wed, 8/10/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang 
memaafkan.
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Date: Wednesday, 8 October, 2008, 7:52 AM


  --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" 
  <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
  >
  > Tantono xiong,
  -deleted- -

  > Saya berpendapat bahwa hukuman yang setimpal itu
  > adalah hak Tuhan dan bukan hak manusia, dan itu saya yakini dengan 
  benar dan
  > saya coba terapka

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Lha ini yang menurut saya salah kaprah Pak, kalau orang-orang itu bisa
lupakan Milosevic mungkin hidupnya akan lebih baik.  Menurut saya memelihara
dendamlah yang buat orang sengsara.  Orang jadi inget kesalahan orang dahulu
saja, seperti misalnya : Jerman dulu pernah Holocaust mbasmi orang Yahudi,
trus piye, orang Yahudi disuruh ngebom Jerman supaya setimpal gitu ??.  Saya
punya teman (Jewish) yang sangat dendam ama Jerman, lha dia sendiri yang
sengsara.  Kejadian sudah kapan tahu, dia kalau ketemu orang Jerman masih
gondok (nyakitin diri sendiri).  Dan masalah Tuhan-nya siapa ya Tuhannya
sendiri-sendiri, saya percayakan "vengeance"kepada Tuhan orang Kristen, lalu
apakah Tuhan saya tidak berantem rebutan dengan Tuhannya orang lain yang
menyalahi saya, lha itu urusan Tuhan kok, sudah dipasrahkan jangan
diuthik-uthik lagi.
Kembali lagi Bung Danardono, mari setuju untuk nggak setuju, saya bahagia
dengan konsep menyerah kepada Tuhan (buat saya Tuhan itu satu), lha buat
anda Tuhan itu macem-macem dan buanyak dan tidak memecahkan masalah.  So be
it, saya tidak minta anda untuk memeluk konsep saya demikian juga jangan
paksakan kepada saya bahwa konsep agama tidak membuat orang jadi baik dan
Tuhan macem-macem.  Salam, Tan Lookay


On 10/8/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Begitulah pak Bagyo.
>
> "Penghukuman" didunia ini adalah ranah masyarakat, yang diwakili oleh
> negara (azas Hukum Pidana). Kita juga kenal ajaran: "Give therefore
> to Caesar the things that are Caesar's, and to God the things that
> are God's.(Mt 22:21)".
>
> Didalam falsafah hukum, kita belajar, bahwa pada awalnya, dalam
> masyarakat yang masih "primitif" hukuman adalah identik engan
> pembalasan dendam, dalam bahasa Jerman kita kenal "Suehne". Dalam
> perkembangan masyarakat yang kian modern, maka negara mengambil alih
> fungsi "balas dendam " ini, dan mengubahnya menjadi hukuman.
> Kalau sipenjahat sudah dihukum negara menurut peraturan yang berlaku,
> maka manusia tak boleh lagi menjalankan balas dendam.
>
> Pak Bagyo benar, hukum manusia tak sempurna, tetapi apakah yang
> sempurna di dunia? Hanya inilah yang manusia dapat wujudkan didunia.
> kesempurnaan setelah kita mati, nobody knows. belum ada yang kembali
> dari kematian dan mengisahkan mengenai pengadilan langit.
>
> Mengenai Tuhan, pak Bagyo katakan "Ya Tuhan saya, Tuhannya orang
> Kristen", namun, kita membahas masalah manusia secara universal.
> Dalam hubungan antar manusia, kita berhadapan dengan manusia dari
> perlbagai agama dengan Tuhannya masing masing. Contoh: seorang
> beragama A memperkosa dan menjarah wanita beragama B, dan mencuri
> barang orang beragama C. Tuhan yang mana yang berwenang bertindak?
> Tidak nanti rebutan?
>
> Pak Bagyo katakan "saya sejahtera dan merasa senang berbuat
> demikian", sah sah saja, selama apa yang disenangi A dan membuat
> sejahtera, tak menyengsarakan B atau C. nanti pengadilan lagi yang
> harus bertindak.
>
> Mengenai dendam atau memaafkan Milosevic saya ingat interview dalam
> tayangan TV dimana wanita diinterview tentang suami mereka yang
> ditembak dimuka mereka dan anak anak mereka. Saya tak pernah lupa
> expressi muka ibu ibu itu yang merah padam dengan tangis dan isak.
> Pak Bagyo yang baik, terus terang, kalau saya ada ditempat itu, di
> Srbernica, saya TAK berani mengusulkan " lupakan deh Milosecic"..
>
> Salam
>
> Danardono
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> "Tantono Subagyo"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Pak Danardono yth,
> > Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan,
> bukan berarti
> > meniadakan hukum. Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga
> agar manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos. Jadi saya
> bisa mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah
> norma yang mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara. Tetapi
> harus diingat bahwa hukum bukanlah balas dendam atau memberi
> penghukuman yang setimpal. Hukum
> > manusia masih tidak sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya
> menurut
> > KUHAP dihukum penjara duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu
> bilamana Y
> > membunuh X misalnya, apakah anak X harus Y atau memaafkannya ?.
> Memaafkan
> > bukan berarti membebaskan yang dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic
> bukan
> > berarti meloloskannya dari hukum manusia yaitu norma-norma hukum
> > internasional akan tetapi melepaskan dendam untuk bergerak maju.
> Sekali
> > lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup saya pun sempit
> tidak
> > seperti anda yang mendunia. Bagi saya memaafkan sederhana saja,
> saya
> > (mencoba) memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada
> diri saya
> > dan tidak membalas dendam agar saya dapat melangkah maju. Dalah hal
> > sekolahpun begitu, ketika anak saya mendapat hambatan dalam
> sekolah, saya
> > tidak ribut-ribut tetapi bersama beberapa orang lalu membuat
> sekolah dan
> > ternyata itu lebih positif.
> > Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan,
> Tuhan sia

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik ulysee_me2
Iye bener Lookay, "memberi muka" sama "memaafkan" itu nggak sama deh 
kayaknya. Lebih nyerempet ke tepa selira dan toleransi sih mugkin.
 
Soalnya dulu, kalau gue pergi keliling sama Oma, tyus misalnya ada 
orang tua yang ngomong sesuatu salah gitu, gue nggak boleh koreksi di 
tempat, kata Oma, "harus kasih muka sama yang tua" begitu. Dari situ 
gue mikir,  kasih muka tuh sama dengan tutup mata sebelah atas 
kesalahan orang lain. kita bisa aja nggak setuju, tapi memilih untuk 
diam daripada konfront di muka umum, gitu. Kalau dibelakang umum sih 
lain lagi persoalannya. 

Waktu lain lagi, dapet undangan dari loo cianpwee, gue segan datang. 
Oma marahin gue, katanya, "Nggak boleh gitu, harus datang, kasih muka 
sama yang ngundang." 

Disitu gue mikir Ooo, kasih muka itu menghormati yang ngundang,  
kalau tidak memenuhi undangannyaitu dianggap kurang hormat. 

Lalu gue meninggalkan teman-teman gue sambil mempelesetkan, "Gue cao 
dulu ya, harus SETOR MUKA sama orangtua nih." 



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Xuan Tong Xiong,
> Lha disini saya bingung, budaya memberi muka dan memaafkan menurut 
saya
> tidak sama.  Memberi muka dilaksanakan kepada orang yang tidak 
menyalahi
> kita sedang memaafkan adalah kepada orang yang bersalah kepada 
kita.  Lebih
> mudah memberi muka kalau pihak lawan tidak menyalahi kita, tetapi 
kalau
> menyalahi kita apakah tetap akan kita beri muka ? .  Salam, Tan 
Lookay
> 
> 
> On 10/7/08, perfect_harmony2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >   Sdr.Tantono,
> >
> > konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo 
Zi,
> > Kong Zi dan Lao Zi.
> >
> > Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka.
> > Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna 
tepo
> > saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang.
> >
> > Hormat saya,
> >
> > Xuan Tong
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> > "Tantono Subagyo"
> >  wrote:
> > >
> > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua
> > > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni 
dls,
> > walaupun
> > > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih 
jauh
> > lagi
> > > tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini
> > karena selama
> > > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah 
masalah
> > keuletan
> > > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum 
banyak
> > > diterangkan. Salam, Tan Lookay
> > >
> >
> > 
> >
> 
> 
> 
> -- 
> Best regards, Tantono Subagyo
>




[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik danarhadi2000
Begitulah pak Bagyo. 

"Penghukuman" didunia ini adalah ranah masyarakat, yang diwakili oleh 
negara (azas Hukum Pidana). Kita juga kenal ajaran: "Give therefore 
to Caesar the things that are Caesar's, and to God the things that 
are God's.(Mt 22:21)".

Didalam falsafah hukum, kita belajar, bahwa pada awalnya, dalam 
masyarakat yang masih "primitif" hukuman adalah identik engan 
pembalasan dendam, dalam bahasa Jerman kita kenal "Suehne". Dalam 
perkembangan masyarakat yang kian modern, maka negara mengambil alih 
fungsi "balas dendam " ini, dan mengubahnya menjadi hukuman.
Kalau sipenjahat sudah dihukum negara menurut peraturan yang berlaku, 
maka manusia tak boleh lagi menjalankan balas dendam.

Pak Bagyo benar, hukum manusia tak sempurna, tetapi apakah yang 
sempurna di dunia? Hanya inilah yang manusia dapat wujudkan didunia. 
kesempurnaan setelah kita mati, nobody knows. belum ada yang kembali 
dari kematian dan mengisahkan mengenai pengadilan langit.

Mengenai Tuhan, pak Bagyo katakan "Ya Tuhan saya, Tuhannya orang 
Kristen", namun, kita membahas masalah manusia secara universal. 
Dalam hubungan  antar manusia, kita berhadapan dengan manusia dari 
perlbagai agama dengan Tuhannya masing masing. Contoh: seorang 
beragama A memperkosa dan menjarah wanita beragama B, dan mencuri 
barang orang beragama C. Tuhan yang mana yang berwenang bertindak? 
Tidak nanti rebutan?

Pak Bagyo katakan "saya sejahtera dan merasa senang  berbuat 
demikian", sah sah saja, selama apa yang disenangi A dan membuat 
sejahtera, tak menyengsarakan B atau C. nanti pengadilan lagi yang 
harus bertindak.

Mengenai dendam atau memaafkan Milosevic saya ingat interview dalam 
tayangan TV dimana wanita diinterview tentang suami mereka yang 
ditembak dimuka mereka dan anak anak mereka. Saya tak pernah lupa 
expressi muka ibu ibu itu yang merah padam dengan tangis dan isak. 
Pak Bagyo yang baik, terus terang, kalau saya ada ditempat itu, di 
Srbernica, saya TAK berani mengusulkan " lupakan deh Milosecic"..

Salam

Danardono

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak Danardono yth,
> Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan, 
bukan berarti
> meniadakan hukum.  Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga 
agar manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos.  Jadi saya 
bisa mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah 
norma yang mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara.  Tetapi 
harus diingat bahwa hukum bukanlah balas dendam atau memberi 
penghukuman yang setimpal.  Hukum
> manusia masih tidak sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya 
menurut
> KUHAP dihukum penjara duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu 
bilamana Y
> membunuh X misalnya, apakah anak X harus Y atau memaafkannya ?.  
Memaafkan
> bukan berarti membebaskan yang dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic 
bukan
> berarti meloloskannya dari hukum manusia yaitu norma-norma hukum
> internasional akan tetapi melepaskan dendam untuk bergerak maju.  
Sekali
> lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup saya pun sempit 
tidak
> seperti anda yang mendunia.  Bagi saya memaafkan sederhana saja, 
saya
> (mencoba) memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada 
diri saya
> dan tidak membalas dendam agar saya dapat melangkah maju.  Dalah hal
> sekolahpun begitu, ketika anak saya mendapat hambatan dalam 
sekolah, saya
> tidak ribut-ribut tetapi bersama beberapa orang lalu membuat 
sekolah dan
> ternyata itu lebih positif.
> Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan, 
Tuhan siapa
> ?, Tuhannya orang Kristen agama yang saya anut, lho nanti nggak 
cocok dengan
> budaya, ya biarin, orang saya sejahtera dan saya merasa senang 
telah berbuat
> demikian.  Mohon penerangan kembali.  Tantono
>




Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik melani chia
Pratikel aja,..hukum Tuhan biar Tuhan yg yg urus,kejahatan
harus ditembus hukum negara,..buat pengebom,pemerkosa
pembunuh adalah hukum mati,hukuman seumur idup ,sama juga buang2 duit negara 
buatt kasih makan,mending jatahnya bust anak2 yg kelaparan,krn mereka lebih 
membutuhkan,ngapain jgua sampah mesti disimpen??..mengampuni org kristen
kadang tterkesan konyol,bushitlah kalau ada keluarganya
abis dibunuh,diperkosa,dibom bisa ngampuni,..enak aja yg
mati aja blm tentu sempat bertobat,masak yg bunuh dikasih
kesempatan jauh lebih leluasa,...idup Indonesia...idupkan lagi
hukum mati,...tapi korupsi gimana ya



--- On Wed, 8/10/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, 8 October, 2008, 7:52 AM






--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED] > wrote:
>
> Tantono xiong,
-deleted- -

> Saya berpendapat bahwa hukuman yang setimpal itu
> adalah hak Tuhan dan bukan hak manusia, dan itu saya yakini dengan 
benar dan
> saya coba terapkan walaupun dalam skala yang sangat kecil di 
sekeliling
> saya. Saya berpendapat lupakan saja kesalahan orang lain dan 
melangkahlah
> maju, karena penyimpanan dendam akan merusak diri sendiri. Terus 
terangnya
> saya melakukan itu bukan karena takut neraka atau ingin surga (yang 
bagi
> saya merupkan hak mutlak Tuhan) , tetapi karena bermanfaat bagi saya
> sendiri. Lebih jauh bilamana ada mohon diberikan ujar-ujar Mo Zi 
atau Kong
> Zi tentang memaafkan orang lain. Sojah, Tan Lookay
>

 Hak Tuhan? 

Jadi masyarakat manusia, misalnya negara, tidak punya hak mengatur 
kestabilan dengan aturan pidana?
bagaimana dengan Amrozy? bagaimana dengan koruptor? bagaimana dengan 
Ryan? bagaimana dengan kejahatan yang meruak alam, seperti 
penggundulan hutan? bagaimana dengan kejahatan perang seperti yang 
dilakukan Jepang pada PD II dan juga Jerman, yang menghabiskan nyawa 
jutaan manusia tak bersalah? bagaimana dengan tindakan kejahatan 
melawan kemanusiaan yang dilakukan Milosewic, dan membantau puluhan 
ribu Mislim di Bosnia?

Semua masalah Tuhan? Definisi Tuhanpun berbeda dalam tiap agama, 
Tuhannya Kristen tidak diterima umat Muslim, Tuhannya Hindu tak 
diterima umat Kristen, definisi Tuhan umat umat Ibrahim tak dipakai 
dalam Buddha. Tuhannya umat Kristen mainstream beda dengan umat 
gereja Unitarian. Jadi yang mana? lalu kapan regu tembak Brimob dari 
Polda Polda diperintahkan tembak? siapa yang perintahkan? lewat 
Medium?

Mohon pencerahan

Salam

Danardono

 














  

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Pak Danardono yth,
Saya berkata bahwa penghukuman yang setimpal adalah hak Tuhan, bukan berarti
meniadakan hukum.  Hukum dibuat untuk menegakkan aturan, menjaga agar
manusia sepakat akan aturan umum dan tidak ada chaos.  Jadi saya bisa
mengampuni pencuri tetapi untuk kebaikan dan karena itu adalah norma yang
mesti ditaati maka dia juga harus masuk penjara.  Tetapi harus diingat bahwa
hukum bukanlah balas dendam atau memberi penghukuman yang setimpal.  Hukum
manusia masih tidak sempurna, karena seorang yang membunuh misalnya menurut
KUHAP dihukum penjara duapuluh tahun, setimpalkah itu ?. Lalu bilamana Y
membunuh X misalnya, apakah anak X harus Y atau memaafkannya ?.  Memaafkan
bukan berarti membebaskan yang dimaafkan, jadi memaafkan Milosewic bukan
berarti meloloskannya dari hukum manusia yaitu norma-norma hukum
internasional akan tetapi melepaskan dendam untuk bergerak maju.  Sekali
lagi saya bodoh dan kuper dalam hal ini lingkup saya pun sempit tidak
seperti anda yang mendunia.  Bagi saya memaafkan sederhana saja, saya
(mencoba) memaafkan apa yang keluarga saya telah perbuat kepada diri saya
dan tidak membalas dendam agar saya dapat melangkah maju.  Dalah hal
sekolahpun begitu, ketika anak saya mendapat hambatan dalam sekolah, saya
tidak ribut-ribut tetapi bersama beberapa orang lalu membuat sekolah dan
ternyata itu lebih positif.
Dan Ya, saya berbuat itu karena kepercayaan saya terhadap Tuhan, Tuhan siapa
?, Tuhannya orang Kristen agama yang saya anut, lho nanti nggak cocok dengan
budaya, ya biarin, orang saya sejahtera dan saya merasa senang telah berbuat
demikian.  Mohon penerangan kembali.  Tantono


[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik danarhadi2000
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Tantono xiong,
-deleted--

>  Saya berpendapat bahwa hukuman yang setimpal itu
> adalah hak Tuhan dan bukan hak manusia, dan itu saya yakini dengan 
benar dan
> saya coba terapkan walaupun dalam skala yang sangat kecil di 
sekeliling
> saya.  Saya berpendapat lupakan saja kesalahan orang lain dan 
melangkahlah
> maju, karena penyimpanan dendam akan merusak diri sendiri.  Terus 
terangnya
> saya melakukan itu bukan karena takut neraka atau ingin surga (yang 
bagi
> saya merupkan hak mutlak Tuhan) , tetapi karena bermanfaat bagi saya
> sendiri.  Lebih jauh bilamana ada mohon diberikan ujar-ujar Mo Zi 
atau Kong
> Zi tentang memaafkan orang lain.  Sojah, Tan Lookay
>


Hak Tuhan? 

Jadi masyarakat manusia, misalnya negara, tidak punya hak mengatur 
kestabilan dengan aturan pidana?
bagaimana dengan Amrozy? bagaimana dengan koruptor? bagaimana dengan 
Ryan? bagaimana dengan kejahatan yang meruak alam, seperti 
penggundulan hutan? bagaimana dengan kejahatan perang seperti yang 
dilakukan Jepang pada PD II dan juga Jerman, yang menghabiskan nyawa 
jutaan manusia tak bersalah? bagaimana dengan tindakan kejahatan 
melawan kemanusiaan yang dilakukan Milosewic, dan membantau puluhan 
ribu Mislim di Bosnia?

Semua masalah Tuhan? Definisi Tuhanpun berbeda dalam tiap agama, 
Tuhannya Kristen tidak diterima umat Muslim, Tuhannya Hindu tak 
diterima umat Kristen, definisi Tuhan umat umat Ibrahim tak dipakai 
dalam Buddha.  Tuhannya umat Kristen mainstream beda dengan umat 
gereja Unitarian. Jadi yang mana? lalu kapan regu tembak Brimob dari 
Polda Polda diperintahkan tembak? siapa yang perintahkan? lewat 
Medium?

Mohon pencerahan

Salam

Danardono




Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Sdr GSuryana,
Punten, akan saya jawab secara japri, untuk menjaga kesalahmengertian dan
perbandingan.  Sojah, Tan Lookay

On Tue, Oct 7, 2008 at 6:24 PM, gsuryana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

>Mohon maaf..
>
> Pengertian
>  "Ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami "
>
> Tidak mudah di terjemahkan dalam kata kata, silahkan teliti kalimat
> tersebut.Ampunilah kami
> Dengan kata lain, sebelumnya kita sudah melakukan kesalahan, sedang jenis
> kesalahannya apa tidak jelas, kemudian dilanjut dengan " " Mengampuni yang
> bersalah kepada kami..."
> Lha salahnya jenis apa ?, terlalu banyak jenis kesalahan yang sulit untuk
> 'diampuni' , semisal seorang anak punya kebiasaan nyontek, apakah doa
> tersebut berlaku ?
>
> Belum lagi makna 'Kami', siapa kah yang dimaksud dengan kami disini ?.
>
> Didalam budaya dan ajaran Tionghoa konsep maaf, lebih ditekankan kepada
> individu, tidak di utama kan kepada 'kami'.
>
> sur.
> http://indolobby.blogspot.com
>
> - Original Message -
> *From:* Tantono Subagyo <[EMAIL PROTECTED]>
>
> Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang
> kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil.  Kami
> berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk
> memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami seperti
> kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun diceritakan
> bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau
> pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada yang tidak
> layak dimaafkan sekalipun.  Kami berpendapat bahwa mengampuni/memaafkan
> adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam tersebut
> maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga melepaskan
> ganjalan dihati.
> Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan ternyata
> gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, mendamaikan
> anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls.
> Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya anggap
> tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang menjadi erat
> kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan kakak
> ipar yang dulu sangat saya benci.  Nah tentang Tiongkok, saya nggak tahu
> karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara.  Tentang pelaksanaan di
> dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan bahwa
> pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau sangat
> menyimpang, misalnya dengan "politik balas dendam Bush terhadap terroris"
> . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi
> kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun setahu saya
> dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan "betulan" dengan tulus.
> Salam, Tan Lookay
>
>
>
>  
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Tantono xiong,

tulisan saya ini bukanlah mau meributkan masalah akidah atau
keyakinan, tapi selayaknya anda meneliti bahwa Alkitab sendiri isinya
berkembang dari jaman ke jaman, lihat saja kitab Ulangan dan bisa
anda bandingkan dengan hukum cinta kasih yang utama.
Hukuman yang setimpal tetap harus ada, dan itu ada di Alkitab
sekalipun dan budaya apapun di dunia ini.

Terimakasih, disini saya juga tidak mau menimbulkan masalah akidah, dan
kalau saya cerita tentang apa yang kami lakukan adalah karena sdr Danardono
menanyakan, saya ingin belajar dan bukan ingin membandingkan, jadi walaupun
saya tidak setuju tentang apa yang Xuan Tong xiong tentang Alkitab tidak
akan saya bantah disini.  Saya berpendapat bahwa hukuman yang setimpal itu
adalah hak Tuhan dan bukan hak manusia, dan itu saya yakini dengan benar dan
saya coba terapkan walaupun dalam skala yang sangat kecil di sekeliling
saya.  Saya berpendapat lupakan saja kesalahan orang lain dan melangkahlah
maju, karena penyimpanan dendam akan merusak diri sendiri.  Terus terangnya
saya melakukan itu bukan karena takut neraka atau ingin surga (yang bagi
saya merupkan hak mutlak Tuhan) , tetapi karena bermanfaat bagi saya
sendiri.  Lebih jauh bilamana ada mohon diberikan ujar-ujar Mo Zi atau Kong
Zi tentang memaafkan orang lain.  Sojah, Tan Lookay


[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik perfect_harmony2000
Tantono xiong,


tulisan saya ini bukanlah mau meributkan masalah akidah atau 
keyakinan, tapi selayaknya anda meneliti bahwa Alkitab sendiri isinya 
berkembang dari jaman ke jaman, lihat saja kitab Ulangan dan bisa 
anda bandingkan dengan hukum cinta kasih yang utama. 
Hukuman yang setimpal tetap harus ada, dan itu ada di Alkitab 
sekalipun dan budaya apapun di dunia ini. 

Hukuman untuk perilaku yang berlebihan lebih ke arah untuk menjaga 
stabilitas yang masyarakat. Ini diuraikan oleh Xun Zi.

Pelepasan dendam atau memaafkan secara tidak langsung dikatakan bahwa 
itu adalah demi kebaikan mental atau pikiran orang tersebut. Dan hal 
ini sepanjang yang saya ingat dituliskan oleh Mo Zi atau mungkin oleh 
Kong Zi. 
Tentunya pandangan seperti itu jauh lebih maju dibandingkan pandangan 
yang ada pada masa itu dan masih relevan hingga sekarang.

Dalam Taoism juga dikatakan mereka yang memendam dendam tidak akan 
mencapai Tao.

Dari sudut pandang metaphysic Chinese, tubuh itu memiliki 7 anasir 
yang bersifat Yin disebut Po, dan dendam merupakan salah satu anasir 
yang ada di dalam tubuh. Jika anasir Po menguat sehingga tidak adanya 
keseimbangan tubuh, maka mental atau anasir Yang yang disebut Hun 
akan terganggu. 

Lihat saja mereka yang memendam dendam, rata-rata pikiran mereka 
tidak akan bertindak positif, kemudian juga akan mempengaruhi organ-
organ tubuh pula. Sudut pandang ini berdasarkan dari Chinese Medicine.

Jadi secara tidak langsung budaya orang Tionghoa menjabarkan hal itu 
lebih detail, tidak hanya berdasarkan suruhan atau ketakutan akan 
neraka.

Karena itu mereka membuat suatu konsep yaitu memberikan muka, dimana 
pemberian muka ini tidak saja bersifat memaafkan tapi juga memaklumi, 
mengingat jasanya atau juga kerabatnya. Orang yang sedang marah 
tentunya tidak akan mau perduli akan jasa, kerabatnya yang dekat 
dengan kita dan segala macam hal. Sehingga mungkin menurut saya 
pemberian muka adalah suatu cara dimana memaafkan berdasarkan asas 
menghargai. 

Secara sadar maupun tidak sadar, ketika ada orang yang marah atau 
dendam, budaya memberi muka di budaya Tionghoa akan timbul.
Misalnya, maklumi ia masih kecil atau juga ingat jasa orangtuanya. 
Atau juga tidak memukul muka atau membongkar keburukannya di depan 
umum.

Cara ini merupakan cara yang mungkin efektif untuk mengontrol 
kemarahan agar tidak berlebihan.
Kita perlu ingat ketika kita marah, otomatis emosi kita meluap dan 
tidak bisa mengontrol diri, kemudian memukul muka atau membongkar 
keburukannya di depan umum sehingga pihak yang menjadi sasaran amarah 
juga akan terluka perasaannya sehingga dendam semakin melebar.

Dengan memukul wajah, tentunya semua orang akan melihat wajahnya yang 
bengkak dan selalu bertanya ada apa. Ini adalah suatu hal yang 
memalukan bagi orang yang dipukul. Juga marah kemudian membongkar 
keburukannya yang terkadang tidak ada kaitan dengan masalah juga akan 
memperlebar masalah.

Tindakan memberi muka juga bisa berguna untuk meringankan hukuman 
yang berlaku sesuai dengan UU atau juga norma masyarakat.

Semoga dengan sedikit uraian ini akan menambah pandangan kita semua.



Hormat saya,


Xuan Tong

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya 
Kristen yang
> kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup 
kecil.  Kami
> berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba 
untuk
> memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami 
seperti
> kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun 
diceritakan
> bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau
> pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada 
yang tidak
> layak dimaafkan sekalipun.  Kami berpendapat bahwa 
mengampuni/memaafkan
> adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam 
tersebut
> maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga 
melepaskan
> ganjalan dihati.
> Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan 
ternyata
> gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, 
mendamaikan
> anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls.
> Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya 
anggap
> tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang 
menjadi erat
> kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan 
kakak
> ipar yang dulu sangat saya benci.  Nah tentang Tiongkok, saya nggak 
tahu
> karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara.  Tentang 
pelaksanaan di
> dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan 
bahwa
> pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau 
sangat
> menyimpang, misalnya dengan "politik balas dendam Bush terhadap 
terroris"
> . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi
> kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun 
setahu saya
> dal

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik danarhadi2000
Betul sekali!

Budi dharma yang kita tunjukkan dengan tulus akan menjadi 
suritauladan. Dan, kebanyakan manusia mendambakan berbuat yang baik, 
susila, benar. Apalagi generasi muda, biasanya mencari panutan. 
Celakanya, yang tua tua tidak selalu memberikan contoh yang baik. 
Bukan damai itu indah, tapi kaya itu indah, kuasa itu mempesonakan.

Apa yang kita lakukan dalam lingkaran kecil, sering berdampak lebih 
langsung. dan itu sudah lebih dari cukup. Apalagi dalam kehidupan 
beragama, manusia lebih membutuhkan contoh yang konkrit, sebab setiap 
ajaran itu biasanya tak mudah dicernakan begitu saja. Antara ajaran 
dan praktek se-hari hari sedapat mungkin tanpa gap. Kehidupan agama 
dalam lingkungan budaya, bersama budaya, akan lebih mencerahkan, 
daripada diluar budaya..

Salam

Danardono




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Oleh karena penerapan yang salah itulah maka gereja kami mencoba
> menerapkannya secara benar.  Dan hasilnya nampak dalam skala kecil
> sekalipun, sudah ada sekitar 100 pasangan yang didamaikan, termasuk 
pendeta
> yang isterinya selingkuh, dan bapak yang pulang kembali kepada 
keluarganya.
> Bagi siapa yang ingin melihat, datang saja, hubungi saya karena 
mulai
> tanggal 13 Oktober ini kami akan sharing lagi.  Penerapan yang 
salah tidak
> membuat agama menjadi salah, ajaran suci hanya sekedar ajaran 
bilamana tidak
> diterapkan.  Jadi agama tidak dapat membuat orang menjadi baik, 
tetapi orang
> dapat menjadi baik bila mengamalkan ajaran yang dianutnya, apakah 
itu ateis
> atau agama dengan baik dan benar.  Itulah pendapat saya yang bodoh 
ini.
> Salam, Tan Lookay
> 
> On 10/7/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >   Sepengetahuan saya, dalam tiap agama, ada perintah untuk 
memaafkan.
> > Apakah itu agam agama Ibrahim atau agama agama Asia.
> >
> > Budaya memaafkan itu sendiri berakar atau tidak didalam tradisi 
dan
> > budaya setempat. Di Italia selatan, Regio di Calabria, Sicilia dan
> > propinsi Agrigento, dan sebagainya, dikenal istilah vendetta. 
Dalam
> > bahasa Jerman: Blutrache (dendam darah). Ini tradisi, dimana
> > penghinaan hanya dapat dibersekan dengan pembalasan berdarah. 
Italia
> > utara adalah daerah Katholik.
> >
> > Tradisi semacam itu juga dikenal di Turki. Adalah tradisi di zaman
> > kesultanan Utsmanyah Turki, pimpinan militer yang gagal, harus 
bunuh
> > diri dimuka sultan. Juga pemimpin pasukan Turki yang gagal 
menyerbu
> > Vienna dalam salah satu dari perang Turki-Austria 1736-1739,
> > memenggal kepalanya untuk menghapus malu. Inilah pertmaafan yang 
ada.
> >
> > Juga dikalangan penduduk Indian, penghinaan harus dibayar dengan
> > darah.
> >
> > Jadi, tak ada pemahaman secara agama mengenai tradisi memaafkan,
> > karena tradisi yang lebih tua dan berakar dalam masyarakat lebih
> > kuat. Sekelompok rasis yang kebetulan Kristen di Amerika Ku-Klux-
Kan,
> > selalu membabat habis orang Negro yang mereka anggap melukai
> > kehormatan kelompok kulit putih (misalnya pemuda Negro memacari 
gadis
> > putih).
> >
> > Ribuan umat yang mengucapkan doa Bapak Kami, "maafkanlah daku.. 
dst"
> > meneruskan dendam mereka seusai ibadat, Ini saya tahu baik di 
Eropa
> > puluhan tahun selama saya alami, juga di Indonesia. Bahkan 
sepasang
> > suami istri, sahabat nih, yang sudah ribut sebelum misa, setelah 
doa
> > Bapak kami "Maafkanlah.." meneruskan ribut itu dirumah.
> >
> > Ketidak maafan bahkan masuk dalam perbendaharaan kata kata, 
menjadi
> > ungkapan: "Unforgiveness", dalam bahasa Jerman "unverzeihilich".
> >
> > Salam
> >
> > Danardono
> >
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> > "Tantono Subagyo"
> >  wrote:
> > >
> > > Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya
> > Kristen yang
> > > kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup
> > kecil. Kami
> > > berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami 
mencoba
> > untuk
> > > memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah 
kami
> > seperti
> > > kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun
> > diceritakan
> > > bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan 
atau
> > > pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada
> > yang tidak
> > > layak dimaafkan sekalipun. Kami berpendapat bahwa
> > mengampuni/memaafkan
> > > adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya 
dendam
> > tersebut
> > > maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga
> > melepaskan
> > > ganjalan dihati.
> > > Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga 
dan
> > ternyata
> > > gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga,
> > mendamaikan
> > > anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls.
> > > Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang 
saya
> > anggap
> > > tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang
> > menjadi erat
> > > kembali, bahkan seminggu sekali saya sering

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik gsuryana
Mohon maaf..

Pengertian
 "Ampunilah kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami "

Tidak mudah di terjemahkan dalam kata kata, silahkan teliti kalimat 
tersebut.Ampunilah kami
Dengan kata lain, sebelumnya kita sudah melakukan kesalahan, sedang jenis 
kesalahannya apa tidak jelas, kemudian dilanjut dengan " " Mengampuni yang 
bersalah kepada kami..."
Lha salahnya jenis apa ?, terlalu banyak jenis kesalahan yang sulit untuk 
'diampuni' , semisal seorang anak punya kebiasaan nyontek, apakah doa tersebut 
berlaku ?

Belum lagi makna 'Kami', siapa kah yang dimaksud dengan kami disini ?.

Didalam budaya dan ajaran Tionghoa konsep maaf, lebih ditekankan kepada 
individu, tidak di utama kan kepada 'kami'.

sur.
http://indolobby.blogspot.com
  - Original Message - 
  From: Tantono Subagyo 

  Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang 
kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil.  Kami 
berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk 
memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami seperti kami 
mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun diceritakan bahwa 
pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau pengampunan 
seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada yang tidak layak dimaafkan 
sekalipun.  Kami berpendapat bahwa mengampuni/memaafkan adalah suatu bentuk 
melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam tersebut maka kita akan dapat 
"move forward": (maju kedepan) dan juga melepaskan ganjalan dihati.  
  Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan ternyata 
gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, mendamaikan anak 
dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls.  
  Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya anggap 
tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang menjadi erat 
kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan kakak ipar 
yang dulu sangat saya benci.  Nah tentang Tiongkok, saya nggak tahu karena itu 
saya mohon petromaks dari lain saudara.  Tentang pelaksanaan di dunia Barat, 
terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan bahwa pelaksanaan prinsip 
Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau sangat menyimpang, misalnya dengan 
"politik balas dendam Bush terhadap terroris" . Dalam Budaya Jawa, acara 
bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi kadang-kadang sebagian ada yang hanya 
basa-basi saja, walaupun setahu saya dalam pesantren tertentu diupayakan 
bermaafan "betulan" dengan tulus.  Salam, Tan Lookay

   

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik gsuryana
From: Tantono Subagyo
Xuan Tong Xiong,
Lha disini saya bingung, budaya memberi muka dan memaafkan menurut saya 
tidak sama.  Memberi muka dilaksanakan kepada orang yang tidak menyalahi 
kita sedang memaafkan adalah kepada orang yang bersalah kepada kita.  Lebih 
mudah memberi muka kalau pihak lawan tidak menyalahi kita, tetapi kalau 
menyalahi kita apakah tetap akan kita beri muka ? .  Salam, Tan Lookay
++
Pengertianku dalam hal memberi muka.
Biarpun kita tahu dia melakukan kesalahan, dimana kesalahannya dilakukan 
kepada siapapun, maka kita tetap menghormati dan memaafkan apa yang sudah 
dilakukannya.
Jadi dalam hal memberi muka, termasuk juga memaafkan.

Untuk lingkungan kecil/keluarga biasanya orang tua suka pikun, sehingga 
didalam bertindak/bicara bisa ngotot/kacaw, dan memberi perintah bisa 
membuat naik darah, untuk ini seorang anak yang 'uhaw' akan tetap 
melaksanakannya biarpun sambil geleng geleng kepala, dengan bertindak 
seperti ini, secara tidak langsung anak tersebut sudah melakukan

- Memberi muka karena hormat kepada orang tuanya
- Memaafkan karena apa yang di kehendaki orang tuanya kadang menyakiti

Memang tidak mudah untuk menjadi anak 'uhaw' selain butuh kesabaran, juga 
butuh cara berkomunikasi yang baik.

Sekali seorang anak bisa berbuat 'uhaw' kepada orang tuanya, biasanya 
didalam pergaulan juga termasuk sukses ( sesuai dengan kemampuan si anak 
tersebut ).

sur. 



Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Oleh karena penerapan yang salah itulah maka gereja kami mencoba
menerapkannya secara benar.  Dan hasilnya nampak dalam skala kecil
sekalipun, sudah ada sekitar 100 pasangan yang didamaikan, termasuk pendeta
yang isterinya selingkuh, dan bapak yang pulang kembali kepada keluarganya.
Bagi siapa yang ingin melihat, datang saja, hubungi saya karena mulai
tanggal 13 Oktober ini kami akan sharing lagi.  Penerapan yang salah tidak
membuat agama menjadi salah, ajaran suci hanya sekedar ajaran bilamana tidak
diterapkan.  Jadi agama tidak dapat membuat orang menjadi baik, tetapi orang
dapat menjadi baik bila mengamalkan ajaran yang dianutnya, apakah itu ateis
atau agama dengan baik dan benar.  Itulah pendapat saya yang bodoh ini.
Salam, Tan Lookay

On 10/7/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Sepengetahuan saya, dalam tiap agama, ada perintah untuk memaafkan.
> Apakah itu agam agama Ibrahim atau agama agama Asia.
>
> Budaya memaafkan itu sendiri berakar atau tidak didalam tradisi dan
> budaya setempat. Di Italia selatan, Regio di Calabria, Sicilia dan
> propinsi Agrigento, dan sebagainya, dikenal istilah vendetta. Dalam
> bahasa Jerman: Blutrache (dendam darah). Ini tradisi, dimana
> penghinaan hanya dapat dibersekan dengan pembalasan berdarah. Italia
> utara adalah daerah Katholik.
>
> Tradisi semacam itu juga dikenal di Turki. Adalah tradisi di zaman
> kesultanan Utsmanyah Turki, pimpinan militer yang gagal, harus bunuh
> diri dimuka sultan. Juga pemimpin pasukan Turki yang gagal menyerbu
> Vienna dalam salah satu dari perang Turki-Austria 1736-1739,
> memenggal kepalanya untuk menghapus malu. Inilah pertmaafan yang ada.
>
> Juga dikalangan penduduk Indian, penghinaan harus dibayar dengan
> darah.
>
> Jadi, tak ada pemahaman secara agama mengenai tradisi memaafkan,
> karena tradisi yang lebih tua dan berakar dalam masyarakat lebih
> kuat. Sekelompok rasis yang kebetulan Kristen di Amerika Ku-Klux-Kan,
> selalu membabat habis orang Negro yang mereka anggap melukai
> kehormatan kelompok kulit putih (misalnya pemuda Negro memacari gadis
> putih).
>
> Ribuan umat yang mengucapkan doa Bapak Kami, "maafkanlah daku.. dst"
> meneruskan dendam mereka seusai ibadat, Ini saya tahu baik di Eropa
> puluhan tahun selama saya alami, juga di Indonesia. Bahkan sepasang
> suami istri, sahabat nih, yang sudah ribut sebelum misa, setelah doa
> Bapak kami "Maafkanlah.." meneruskan ribut itu dirumah.
>
> Ketidak maafan bahkan masuk dalam perbendaharaan kata kata, menjadi
> ungkapan: "Unforgiveness", dalam bahasa Jerman "unverzeihilich".
>
> Salam
>
> Danardono
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> "Tantono Subagyo"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya
> Kristen yang
> > kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup
> kecil. Kami
> > berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba
> untuk
> > memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami
> seperti
> > kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun
> diceritakan
> > bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau
> > pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada
> yang tidak
> > layak dimaafkan sekalipun. Kami berpendapat bahwa
> mengampuni/memaafkan
> > adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam
> tersebut
> > maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga
> melepaskan
> > ganjalan dihati.
> > Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan
> ternyata
> > gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga,
> mendamaikan
> > anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls.
> > Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya
> anggap
> > tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang
> menjadi erat
> > kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan
> kakak
> > ipar yang dulu sangat saya benci. Nah tentang Tiongkok, saya nggak
> tahu
> > karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara. Tentang
> pelaksanaan di
> > dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan
> bahwa
> > pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau
> sangat
> > menyimpang, misalnya dengan "politik balas dendam Bush terhadap
> terroris"
> > . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi
> > kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun
> setahu saya
> > dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan "betulan" dengan
> tulus.
> > Salam, Tan Lookay
> >
> >
> > On 10/7/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > > Pak Bagyo, bagaimana pendapat anda mengenai penghayatan falsafah
> > > permaafan ini, didunia Barat dan Tiongkok? Baik dalam kehidupan
> se-
> > > hari hari maupun sikap kenegaraan?
> > >
> > > Dimanakah azas harmony lebih mengakar? Di Tiongkok atau dalam
> > > falsafah Barat?
> > >
> > > Apakah azas These-Antithese berm

[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik danarhadi2000
Sepengetahuan saya, dalam tiap agama, ada perintah untuk memaafkan. 
Apakah itu agam agama Ibrahim atau agama agama Asia.

Budaya memaafkan itu sendiri berakar atau tidak didalam tradisi dan 
budaya setempat. Di Italia selatan, Regio di Calabria, Sicilia dan 
propinsi Agrigento, dan sebagainya, dikenal istilah vendetta. Dalam 
bahasa Jerman: Blutrache (dendam darah). Ini tradisi, dimana 
penghinaan hanya dapat dibersekan dengan pembalasan berdarah. Italia 
utara adalah daerah Katholik.

Tradisi semacam itu juga dikenal di Turki. Adalah tradisi di zaman 
kesultanan Utsmanyah Turki, pimpinan militer yang gagal, harus bunuh 
diri dimuka sultan. Juga pemimpin pasukan Turki yang gagal menyerbu 
Vienna dalam salah satu dari perang Turki-Austria 1736-1739, 
memenggal kepalanya untuk menghapus malu. Inilah pertmaafan yang ada.

Juga dikalangan penduduk Indian, penghinaan harus dibayar dengan 
darah.

Jadi, tak ada pemahaman secara agama mengenai tradisi memaafkan, 
karena tradisi yang lebih tua dan berakar dalam masyarakat lebih 
kuat. Sekelompok rasis yang kebetulan Kristen di Amerika Ku-Klux-Kan, 
selalu membabat habis orang Negro yang mereka anggap melukai 
kehormatan kelompok kulit putih (misalnya pemuda Negro memacari gadis 
putih).

Ribuan umat yang mengucapkan doa Bapak Kami, "maafkanlah daku.. dst" 
meneruskan dendam mereka seusai ibadat, Ini saya tahu baik di Eropa 
puluhan tahun selama saya alami, juga di Indonesia. Bahkan sepasang 
suami istri, sahabat nih, yang sudah ribut sebelum misa, setelah doa 
Bapak kami "Maafkanlah.." meneruskan ribut itu dirumah.

Ketidak maafan bahkan masuk dalam perbendaharaan kata kata, menjadi 
ungkapan: "Unforgiveness", dalam bahasa Jerman "unverzeihilich".

Salam

Danardono

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya 
Kristen yang
> kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup 
kecil.  Kami
> berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba 
untuk
> memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami 
seperti
> kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun 
diceritakan
> bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau
> pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada 
yang tidak
> layak dimaafkan sekalipun.  Kami berpendapat bahwa 
mengampuni/memaafkan
> adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam 
tersebut
> maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga 
melepaskan
> ganjalan dihati.
> Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan 
ternyata
> gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, 
mendamaikan
> anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls.
> Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya 
anggap
> tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang 
menjadi erat
> kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan 
kakak
> ipar yang dulu sangat saya benci.  Nah tentang Tiongkok, saya nggak 
tahu
> karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara.  Tentang 
pelaksanaan di
> dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan 
bahwa
> pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau 
sangat
> menyimpang, misalnya dengan "politik balas dendam Bush terhadap 
terroris"
> . Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi
> kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun 
setahu saya
> dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan "betulan" dengan 
tulus.
> Salam, Tan Lookay
> 
> 
> On 10/7/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >   Pak Bagyo, bagaimana pendapat anda mengenai penghayatan falsafah
> > permaafan ini, didunia Barat dan Tiongkok? Baik dalam kehidupan 
se-
> > hari hari maupun sikap kenegaraan?
> >
> > Dimanakah azas harmony lebih mengakar? Di Tiongkok atau dalam
> > falsafah Barat?
> >
> > Apakah azas These-Antithese bermuasal dari Tiongkok atau Barat?
> > Falsafah "an Eye for an eye and a tooth for a tooth" berasal dari
> > Asia timur?
> >
> > Mohon petromax
> >
> > salam
> >
> > Danardono
> >
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> > "perfect_harmony2000"
> >  wrote:
> > >
> > > Sdr.Tantono,
> > >
> > >
> > > konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti 
Mo
> > Zi,
> > > Kong Zi dan Lao Zi.
> > >
> > > Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka.
> > > Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna
> > tepo
> > > saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang.
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > Hormat saya,
> > >
> > >
> > >
> > > Xuan Tong
> > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com,
> > "Tantono Subagyo"
> > >  wrote:
> > > >
> > > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua
> > > > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni
> > dls,
> > > walaupun
> > > > tidak

Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Xuan Tong Xiong,
Lha disini saya bingung, budaya memberi muka dan memaafkan menurut saya
tidak sama.  Memberi muka dilaksanakan kepada orang yang tidak menyalahi
kita sedang memaafkan adalah kepada orang yang bersalah kepada kita.  Lebih
mudah memberi muka kalau pihak lawan tidak menyalahi kita, tetapi kalau
menyalahi kita apakah tetap akan kita beri muka ? .  Salam, Tan Lookay


On 10/7/08, perfect_harmony2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Sdr.Tantono,
>
> konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo Zi,
> Kong Zi dan Lao Zi.
>
> Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka.
> Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna tepo
> saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang.
>
> Hormat saya,
>
> Xuan Tong
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> "Tantono Subagyo"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua
> > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls,
> walaupun
> > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh
> lagi
> > tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini
> karena selama
> > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah
> keuletan
> > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak
> > diterangkan. Salam, Tan Lookay
> >
>
> 
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


Re: [budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-06 Terurut Topik Tantono Subagyo
Mohon maaf ini sepengetahuan saya saja terutama tentang Budaya Kristen yang
kami coba kembangkan lagi terutama di Gereja saya dalam lingkup kecil.  Kami
berpendapat bahwa akar permasalahan adalah dendam dan kami mencoba untuk
memaafkan sesuai dengan doa utama Bapa Kami yaitu "ämpunilah kami seperti
kami mengampuni yang bersalah kepada kami". Dalam Alkitabpun diceritakan
bahwa pengampunan harus diberikan 70 x 7 kali. Jadi pemaafan atau
pengampunan seharusnya dilakukan tanpa diminta dan bahkan kepada yang tidak
layak dimaafkan sekalipun.  Kami berpendapat bahwa mengampuni/memaafkan
adalah suatu bentuk melepaskan dendam, dan dengan hilangnya dendam tersebut
maka kita akan dapat "move forward": (maju kedepan) dan juga melepaskan
ganjalan dihati.
Nah, dalam skala kecil kami coba terapkan kekehidupan keluarga dan ternyata
gerakan kami ini banyak mencegah perceraian/pecahnya keluarga, mendamaikan
anak dengan orangtuanya dalam konteks gereja dls.
Saya sendiri pernah mendendam keluarga karena perlakuan yang saya anggap
tidak adil dan ternyata dengan pengampunan itu kami sekarang menjadi erat
kembali, bahkan seminggu sekali saya sering kongkow-kongkow dengan kakak
ipar yang dulu sangat saya benci.  Nah tentang Tiongkok, saya nggak tahu
karena itu saya mohon petromaks dari lain saudara.  Tentang pelaksanaan di
dunia Barat, terutama dalam bernegara, saya sendiri beranggapan bahwa
pelaksanaan prinsip Kristiani tidak dilaksanakan sepenuhnya atau sangat
menyimpang, misalnya dengan "politik balas dendam Bush terhadap terroris"
. Dalam Budaya Jawa, acara bermaafan stahun sekali itu baik, tetapi
kadang-kadang sebagian ada yang hanya basa-basi saja, walaupun setahu saya
dalam pesantren tertentu diupayakan bermaafan "betulan" dengan tulus.
Salam, Tan Lookay


On 10/7/08, danarhadi2000 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Pak Bagyo, bagaimana pendapat anda mengenai penghayatan falsafah
> permaafan ini, didunia Barat dan Tiongkok? Baik dalam kehidupan se-
> hari hari maupun sikap kenegaraan?
>
> Dimanakah azas harmony lebih mengakar? Di Tiongkok atau dalam
> falsafah Barat?
>
> Apakah azas These-Antithese bermuasal dari Tiongkok atau Barat?
> Falsafah "an Eye for an eye and a tooth for a tooth" berasal dari
> Asia timur?
>
> Mohon petromax
>
> salam
>
> Danardono
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> "perfect_harmony2000"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Sdr.Tantono,
> >
> >
> > konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo
> Zi,
> > Kong Zi dan Lao Zi.
> >
> > Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka.
> > Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna
> tepo
> > saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang.
> >
> >
> >
> >
> > Hormat saya,
> >
> >
> >
> > Xuan Tong
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com,
> "Tantono Subagyo"
> >  wrote:
> > >
> > > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua
> > > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni
> dls,
> > walaupun
> > > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih
> jauh
> > lagi
> > > tentang konsep memaafkan. Mohon diperjelas tentang konsep ini
> > karena selama
> > > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah
> masalah
> > keuletan
> > > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak
> > > diterangkan. Salam, Tan Lookay
> > >
> >
>
> 
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-06 Terurut Topik danarhadi2000
Pak Bagyo, bagaimana pendapat anda mengenai penghayatan falsafah 
permaafan ini, didunia Barat dan Tiongkok? Baik dalam kehidupan se-
hari hari maupun sikap kenegaraan? 

Dimanakah azas harmony lebih mengakar? Di Tiongkok atau dalam 
falsafah Barat? 

Apakah azas These-Antithese bermuasal dari Tiongkok atau Barat? 
Falsafah "an Eye for an eye and a tooth for a tooth" berasal  dari 
Asia timur?

Mohon  petromax

salam

Danardono   




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "perfect_harmony2000" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Sdr.Tantono,
> 
> 
> konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo 
Zi, 
> Kong Zi dan Lao Zi.
> 
> Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka.
> Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna 
tepo 
> saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang.
> 
> 
> 
> 
> Hormat saya,
> 
> 
> 
> Xuan Tong
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
>  wrote:
> >
> > Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua
> > Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni 
dls, 
> walaupun
> > tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih 
jauh 
> lagi
> > tentang konsep memaafkan.  Mohon diperjelas tentang konsep ini 
> karena selama
> > ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah 
masalah 
> keuletan
> > dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak
> > diterangkan.  Salam, Tan Lookay
> >
>




[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-06 Terurut Topik perfect_harmony2000
Sdr.Tantono,


konsep memaafkan itu ada dalam banyak aliran filsafat, seperti Mo Zi, 
Kong Zi dan Lao Zi.

Hal ini kemudian meresap kedalam ritual maupun budaya mereka.
Contoh sederhana adalah budaya memberi muka yang selain bermakna tepo 
saliro juga mengandung makna menghargai dan memaafkan orang.




Hormat saya,



Xuan Tong
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua
> Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls, 
walaupun
> tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh 
lagi
> tentang konsep memaafkan.  Mohon diperjelas tentang konsep ini 
karena selama
> ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah 
keuletan
> dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak
> diterangkan.  Salam, Tan Lookay
>




[budaya_tionghua] Re: Ajaran Budaya Tionghua tentang memaafkan.

2008-10-06 Terurut Topik Hendri Irawan
encoding: Big5

½×»y 

¨½¤¯

[EMAIL PROTECTED]

´¿¤l¤ê¡G¡§°ß¡C¡¨

¤l¥X¡C

ªù¤H°Ý¤ê¡G¡§¦ó¿×¤]¡H¡¨

´¿¤l¤ê¡G¡§¤Ò¤l¤§¹D¡A©¾®¤¦Ó¤w¨o¡C¡¨

Lun Yu

Bab Li Ren, ayat 15

Kongzi berujar: "Shen hu (Zengzi, murid Kongzi) ! Dao yang aku jalani
memiliki satu prinsip pemersatu."

Zengzi menjawab: "Ya."

Kongzi berlalu (meninggalkan kelas).

Murid-muridnya yang lain bertanya: "Apa maksud kata-kata guru ?"

Zengzi menjawab: "Dao yang dijalani Guru (Kongfuzi), adalah selalu
Zhong (teguh/setia terhadap prinsip-prinsip xing/nurani kita) dan Shu
(welas asih terhadap sesama, tepa selira, termasuk bersikap
memaafkan), hanya ini dan tidak ada lagi."

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Tantono Subagyo"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Xuan Tong xiong dan para ahli Budaya Tionghua
> Mohon petromaksnya, selama ini lookay belajar masalah harmoni dls,
walaupun
> tidak selalu mudheng, lha sekarang Lookay ingin belajar lebih jauh lagi
> tentang konsep memaafkan.  Mohon diperjelas tentang konsep ini
karena selama
> ini (kalau tidak salah) budaya Tionghua yang dikenal adalah masalah
keuletan
> dan tahan uji, pluralisme dls tetapi konsep memaafkan belum banyak
> diterangkan.  Salam, Tan Lookay
>




  1   2   >