From: Ray Indra [EMAIL PROTECTED]
Pak Zhou,
Sebenarnya dari dulu yang saya sesalkan adalah masalah ini akan
menyebabkan terjadinya pertentangan antara Chinese-Buddhist/Konghucu
dengan Chinese Catholics/Christians.
+
Selama Tionghoa Indonesia Budhis/Konghucu tidak melawan dengan cara
Dear Dr Irawan,
kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya begitu?
Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar dari China?
Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan nama itu
bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak
From: Fy Zhou
cut---
percayalah! mereka semua adalah korban dari politisasi agama!
Yup...politisasi agama di negara negara berkembang dan terbelakang
menjadi salah satu alat imperialisme dijaman modern, setelah ekonomi.
Amerika memiliki daerah yang dinamakan Christian
Bung Ophoeng, siapa yang tak mau hidup berdampingan dalam damai? Ya
kan?
Tetapi, kita, juga yang hanya di milis, membahas realitas diluar
kan? Nah, bagaimana realitas diluar? Selalu damai? Bagaimana dengan
manusia yang tercabik akibat bom Bali? Bagaimana supir supir yang
terbakar hangus
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Edith Koesoemawiria
[EMAIL PROTECTED] wrote:
Dear Dr Irawan,
kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya
begitu?
Apakah rasa tersinggung ini hanya muncul pada mereka yang keluar
dari China?
Sedangkan bagi2 orang di negara
Bpk Hendri Irawan,
Terima kasih atas respon dan jawaban anda.
--- On Mon, 29/9/08, Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED]
Subject: [budaya_tionghua] Fwd: Variasi Minnanhua (was: RE: MEI XIEN THAI PHU)
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 29
Ini menarik dan lucu
dari kacamata orang yang mementingkan kesehatan,
makanan rebusan (nasi putih) dan malah yang segar tak dimasak itu
jauh lebih diutamakan daripada yang digoreng, diberi santen dan
diawetkan dalam minyak:-)
dan sepertinya banyak yuppies, atau orang muda profesional
yang pro
Saya kutip kan Sur: Selama Tionghoa Indonesia Budhis/Konghucu tidak
melawan dengan cara yang baik dan benar, maka yang bersorak adalah
Tionghoa Katholik/Kristen
Kang Suryana benar, suasana konflik ini tak terasa dipermukaan,
tetapi terjadi dibawah permukaan.
Swara Fakta menulis:
Quote
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, danarhadi2000
[EMAIL PROTECTED] wrote:
***
Waktu saya dengan Bian Koen misuh misuh waktu pimpin demo PMKRI dan
KAMI di kedutaan RRT tahun 65aan akhir dasar Cino!, saya - as Non
Chinese - ikut merasakan nuansa penghinaan tuh. Anda tidak?
Pak Hidayat,
Memang begitu, yang rebus dan segar lebih sehat daripada gorengan.
Status orang kaya baru memang kadangkala membuat orang jadi lupa
daratan. Aneh juga kalau nasi putih disamakan dengan status orang
miskin. Dulu sih mungkin ketika miskin, makanannya cuma nasi putih dan
garam atau
China adalah istilah bahasa Inggris, sedangkan Tiongkok asalnya dari bahasa
mandari Cungkuo. Tiongkok dan Tionhoa telah menjadi istilah resmi dalam bahasa
Indonesia.
Barangkali bisa dianalogikan dengan istilah negro, kalau istilah negro yang
dalam bahasa spanyol/portugis artinya artinya
Suheng, atau susiok ya ?, Danar, soalnya saya seangkatan dengan
keponakan guru anda :)
Apakah kalau tukang bajaj mengatakan ahh biar deh diperkosa tu amoy
amoy tionghoa atau dipisuh dasar tionghoa hati yang mendengar akan
lebih bahagia ?
Menurut saya kata cina telah terlalu banyak dipolitisir.
Salam dan maaf, saya tidak bermaksud mengecilkan apalagi
menghapus makna kejahatan diskriminasi etnis itu.
tapi justru karena saya non Tionghua, maka saya bertanya.
di tempat saya kerja, redaksi cina yang merupakan gabungan dari orang2
asal mainland dan taiwan, melihat saya dengan aneh kalau
Maaf koreksi
Christian Belt seharusnya Bible Belt.
Silahkan klik di wikipedia, juga menarik untuk disimak Wahhabi, dimana kedua
aliran ini populer di Indonesia bisa dibilang naik daun dengan waktu yang
hampir bersamaan, sekitar tahun 85-an sd 90-an.
Dan kedua aliran ini bisa dibilang berkuasa
- Original Message -
From: melani chia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 7:56 AM
Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua]
Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa
Dalam Cengkeraman SBKRI
:-) politisasi kata memang suka membuat pusing. setahu saya, di beberapa
kalangan indonesia ada perbedaan konotasi antara teman dan kawan, yang katanya
lebih dekat ke kamerad. sejak lebih sepuluh tahun di kalangan buruh
internasional,
ada upaya untuk melazimkan istilah non-documented migrants,
Betul! Semua tergantung konotasi. Didaerah istri saya, Minahasa,
dimana pembauran terjadi secara optimal, kata Cina samasekali tak
mengandung makna negatif. Hampir 50 % dari orang Minahasa yang saya
kenal (ini bukan survey lho, tetapi statistik saya pribadi), adalah
gabungan ayah Tionghoa, ibu
Hello, saya Edith, perempuan lho :-)
saya kadang suka juga makan nasi putih pakai ikan asin atau yang
buat saya top itu, kalau pakai rebusan dan sedikit kacang goreng.
aaah... itu yummy.
saya pernah dengar, bahwa tempura jepang dan ueberhaupt tradisi menggoreng
di jepang, datangnya dari Cina.
Halo Bu Edith,
Maaf soal bapak nya :)
Untuk minyak masak (dan goreng) rasanya setiap kebudayaan punya bahan
dan cara masing-masing. Kalau mengenai masalah pertama, sepertinya
tidak juga. Nanti saya coba cari datanya.
Kalau untuk tempura Jepang setahu saya ini makanan yang dikenalkan
misionaris
Quote Original Message
From: gsuryana [EMAIL PROTECTED] net.id
Weleh sekarang sejak jadi umat GBI aktifnya di agama, ntu juga masih
untung aku masih bisa menahan gempuran GBI yang meng sesat kan
filsafat KHC.
Kadang sebel dan sengak banget sama ulah karesten yang mengakibatkan
Ja Frau Edith, Tempura stammte ueberhaupt nicht aus China, sondern
von den Portuguesen eingefuehrt worden ist. Eine von weniger
portuguesischen Hinterlassenschaft (neben Kanonengiessen).
Sorry kawan kawan, ibu ini tinggal di Jerman?, sebab
menulis: dan ueberhaupt tradisi menggoreng di jepang..
Ah ngga soal, kalau belum pernah bertemu, siapa sih yang bisa tahu
ada siapa dibalik nama2 di internet? saya biasanya cuma dipanggil edith.
dan ngga apa ya, kalau saya ganti judulnya. dulu ada teman jepang
yang cerita ttg tradisi menggoreng di jepang itu asalnya dari daratan tiongkok.
tapi saya
Mungkin anda tidak suka berdiskusi masalah2 sosial politik yang berat2 dan
penuh konflik. itu memang pilihan anda, anda bisa memilih berdiam diri tak
menanggapi. Tapi janganlah membuat penilaian2 se-olah2 berdiskusi masalah2 ini
hanyalah mubazir.
Seperti halnya, anda lebih senang berdiskusi
iya Herr Danardono, saya tinggal di jerman. Terima kasih untuk infonya.
Saya akan berusaha mencari makanan portugis yang digoreng dalam tepung :-)
salam, Edith
Original-Nachricht
Datum: Mon, 29 Sep 2008 09:00:03 -
Von: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
An:
Saya sebenarnya sudah capai diskusi masalah istilah ini.
Hanya mau sedikit membuka pandangan: bahwa meskipun ada tulisan Inggrisnya
China airland, Orang Tionghoa dari mainland maupun dari Taiwan tak terlalu
menggubris, karena mereka lebih memperhatikan bahasa mandarinnya: Zhonghua
Hangkong..
Kalau berdiskusi atau berdebat tentang ketionghoaan, ya
bahas saja soal ketionghoaan.
Nanti diskusinya jadi terdesak atau jadi di atas angin, itu soal biasa.
Tidak usah kalau terdesak lalu membelok-belokkan topik
diskusi dengan menstempelkan berbagai cap-cap
kepolitikan pada lawan diskusinya.
Pak ABS,
Saya tak pernah membelokkan persoalan, saya hanya membesarkan apa yang tersirat
dari tulisan anda menjadi sesuatu yang tersurat. Agar lebih mudah didikusikan.
Dan sedihnya, anda tetap menghindar dari masalah yang saya gugat!
Tak usah sempitkan politik bahasa dan budaya tionghoa
Memang paradigma berubah sesuai perkembangan jaman.
Orang sekarang, cina atau bukan, tionghoa atau bukan, tidak ada lagi yang
mempersoalkan pemakaian kata cina.
Waktu Thomas Cup dan Uber Cup berlangsung, di Jakarta beberapa bulan lalu
sempat di milis ini saya kemukakan fakta dari kenyataan itu.
Hobby makan enak memang bisa berbahaya, kalau tidak hati2 dan
diimbangi dengan gaya hidup sehat. Yang menjadi masalah dalam
kaitannya dengan forum yang membahas budaya ini, kalau perdebatan
tentang tempat makan yang enak, atau imbas kebijaksanaan pemerintah
terhadap budaya tionghoa, dilakukan
Dalam pergaulan luas´[nasional] sebagusnya yang resmi-resmi saja, supaya tidak
ada salah pengertian dan juga supaya situasinya menjadi lebi mesra.
- Original Message -
From: danarhadi2000
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 10:26 AM
Subject:
bu Edith...tinggal di kota mana ya???
Eddy Lim
--- Edith Koesoemawiria [EMAIL PROTECTED] schrieb am Mo, 29.9.2008:
Von: Edith Koesoemawiria [EMAIL PROTECTED]
Betreff: Re: [budaya_tionghua] Re: Beda Budaya Tionghua Dgn Budaya Komunis
An: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Datum: Montag, 29.
Integrasi engga, asimilasi engga juga berarti tetap bertahan ama yg asli n
murni donk. Ternyata selain zombie masih ada juga yg pertahanin han murninya.
Heheheehe
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
-Original Message-
From: Ulysee [EMAIL PROTECTED]
Date: Mon, 29
Mungkin, kalau ada orang Non Jawa mengusulkan: Sudahlah, jangan
dimasalhkan makian Jawa Kowek, agak ajaib juga. Atau seorang Non
African American mengusulkan agar mereka tak memperoalkan sebutan
bagi Black Americans. Ini 100% masalah mereka yang terkait.
Apakah saudara Tionghoa mempersoalkan
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Edith Koesoemawiria
[EMAIL PROTECTED] wrote:
iya Herr Danardono, saya tinggal di jerman. Terima kasih untuk
infonya.
Saya akan berusaha mencari makanan portugis yang digoreng dalam
tepung :-)
salam, Edith
*** Setuju sihh mempelajari goreng
Bung Yongde dan TTM semuah,
Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)?
Hehehe sesuai dengan julukan yang Bung Yongde beri kepada saya,
STM - Spesialis Tukang Makan, bener adanya bahwa sata mah spesial
tukang makan doang, jadi kalau ditanya asal-usul dan sejarah budaya
bakmi dan makan bakmi-nya,
Hi Semuanya,
Maaf, saya nyampaikan pemikiran saya tentang kata politik, menurut
saya pribadi, kalau kita sudah hidup di negara demokratis jangan
terbelenggu lagi dengan istilah politik, politik bukan sesuatu yang
tabu atau hanya boleh dibicarakan oleh kalangan tertentu, siapa saja
punya hak asasi
Bung Yongde, Bu Edith, Bung Hidatar dan TTM semuah,
Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?
Ikut nimbrung soal nasi yang dianggap 'low class status' ya.
Sebelumnya, judul Budaya Tionghua Dengan Budaya Komunis, rasanya kurang pas
padu-padannya. Tionghua itu suatu bangsa, lha komunis itu satu faham.
Sdr. Edith,
Mereka salah dengar, coba kalau nama negara ini ditunjukkan kepada mereka:
1. Untuk Taiwan: 中华民国 suruh orang Taiwan baca dengan dialek Taiwan. Akan keluar
bunyi Tionghua Bin Kok, di singkat Tiongkok.
2. Untuk orang Mainland suruh dia baca ini dalam dialek Xiamen 中华人民共和国,akan
Di daerah Teluk Gong, Jakut, ada yang jual kompyang sih, bisa dianter
kalo beli banyak (10 gitu). Telponnya 021-6684894.
Berikutnya KOMPYANG, adooo cari Kompiang di Jakarta dimana
euy,
kasih tahu gue donk!!!
-Original Message-
From:
Sdr. Edith,
Anda kurang teliti membacanya. China (baca chaina) dengan Cina, tulisannya saja
sudah beda, kurang satu huruf, jelas lain maksudnya. Coba saja kalau ada orang
menulis Indonesia dengan sengaja menjadi Indonsia, saya sih akan marah besar,
entah anda?
Hati-hati dengan ejaan, pejabat
Hi teman-teman,
Pemikiran ini terlintas saat, melihat pembukaan olimpiade Beijing beberapa
waktu lalu, sekilas terlihat kemegahan dari sebuah prosesi pembukaan yang
wahnamun bicara dipandang dari nilai budaya Tionghoa yang ditampilkan
sangat minim dan kurang mencerminkan kebesaran Budaya
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng [EMAIL PROTECTED] wrote:
Bung Yongde dan TTM semuah,
-- deleted--
Back to bak-mie.
Saya baru tahu kalau Bakmi Tiong-sim itu asalanya dari kata 'tengah
hati, saya kira itu cuma nama merek dagang atau nama boss-nya aja.
Rupanya
Halo Ati,
Saya sih tidak sependapat dengan Ati. Menurut saya tema yang mau
dijual justru sejarah dan budaya Tionghua. Mulai dari awal yang
pukul-pukul gendang sampai dengan cerita kertas, kaligrafi, jalur
sutra, Rujia, opera Kunqu (ini favorit saya). Apalagi kalau menonton
yang CCTV,
Bung Fy Zhou dan TTM semuah,
Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?
Sorry, saya jadi berkali-kali baca lagi posting saya yang anda tarok di bawah
sebagai reference respon anda. Ternyata anda menangkap posting saya seba-
gai 'ekspresi' bahwa saya membuat penilaian seolah-olah berdiskusi masalah-
From: Ophoeng [EMAIL PROTECTED]
cut
saya sih cuma bercita-cita sederhana sa-
ja: hidup cuma sekali, cari peng-an ajah dah ya.
Asyik juga membaca istilah peng an, jadi inget Tenglang Bandung, peng an
istilah yang cukup populer.
Eniwe, didalam kehidupan nyata, nyari peng an doangan
Setuju dengan bung Ophoeng, budaya Tionghoa dan budaya komunis itu kurang
cocok dibandingkan. Tapi, bisa ditanya bagaimana perubahan/perkembangan budaya
Tionghoa dibawah kekuasaan komunis.
Sesuai dengan perkembangan ekonomi yang maju begitu cepat di TIongkok, ternyata
terjadi perubahan
Aku pernah baca entah dimana, sebelum menapak ke liberalisasi ekonomi
diberlakukan falsafah KHC sedikit di perbaiki, demikian juga dengan perhatian
pemerintah, dimana bila sebelumnya fokus dibidang industri, kemudian juga
difokuskan ke bidang pertanian/kehutanan.
Pendidikan pun mengalami
- Original Message -
From: Fy Zhou
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 5:18 PM
Subject: Re: Jangan Mempolitikkan Diskusi (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan
Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang
Pandang : Diskusi
- Original Message -
From: danarhadi2000
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 5:52 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina
Non Tionghoa seringkali masih memakai kata Cina
untuk merendahkan? Misalnya Dasar Cina.
Ini soal
Bagi yang senang bernostalgia, mungkin Restaurant Trio di jalan gondangdiah
Menteng perlu dikunjungi. Mungkin Pak Danar sudah pernah kenal?
ZFy
- Original Message
From: danarhadi2000 [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 7:35:53 PM
Wah nggak berani Mas, orang lagi2 asyik makan kok disodori brosur aneka
penyakit, bisa dimusuhi orang se Restaurant hehe...
- Original Message
From: Ophoeng [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, September 29, 2008 8:06:47 PM
Subject: [budaya_tionghua]
Restoran Trio ini, langganan saya dari kecil, unik.
Sebetulnya dia sudah meningkat jadi suatu restoran mewah, yaitu yang
disebelahnya. Tetapi untuk yang masih kepingin makan di resto tanpa AC dengan
debu jalanan ikut masuk piring, he he he... resto yang lama masih tetap dibuka.
Menunya agak
Dalam menanggapi masalah utama, banyak anggota disini yang membuat analisa dan
pernyataan2 sampiran sebagai bahan berargumentasi, apakah Pak ABS tak pernah
menanggapi potongan2 kalimat tersebut sebagai sebuah topik baru yang lepas dari
konteks pembicaraan awal?
Cukup sering kok! Dan ini sah2
Bung ABS, Bung Fy Zhou dan TTM semuah,
Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?
Terima kasih atas respon anda berdua, terutama Bung Fy Zhou yang
bilang bukan minatnya terhadap makanan, tapi tetap mau urun rem-
bug ungkapkan ttg resto jadul di Godila - Gondangdia Lama ini. Sa-
ya sangat menghargai
Bung Dipodipo dan TTM semuah,
Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?
Hehehe bener sekali, banyakan sih orang makan bakmi goreng
dijadikan lauk makan nasi, jadi kalau pesen nasi rames, sukaan
ada juga warung nasi yang tarokin bakmi goreng sebagai lauknya.
Mungkin dengan alasan bakmi goreng toh
Bung Budiman dan TTM semuah,
Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?
Hehehe resto Pondok Kemangi itulah yang saya maksud sebagai ala Jawa
dan Sunda. Menunya sih ndak banyak, tapi yang khas itu simping (scallop)
dan pucuk daun labunya. Juga, sambel 8 macam yang disediakan gratis, bo-
leh ambil
Bung Danarhadi dan TTM semuah,
Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)?
Hehehe... pancen ndak salah kalau di buku cerita silat selalu dikatakan,
di atas bukit masih ada gunung, dalam hal ini, saya yang menjadi lereng
bukitnya, belum bukitnya, dan Bung Danarhadi adalah gunungnya. Sori,
kalau selama
Dear Mbak Edith yg baik,
Ya, saya setuju masalah istilah cina vs
Tionghoa memang sulit dipahami. Jangankan
bagi inlanders, bahkan bagi generasi muda
cina, istilah cina sudah tidak dirasa
kurang ajar lagi. Saya agak-agak pengecualian,
sekalipun saya lahir di era akhir 70-an,
tetapi saya
Kalau gitu diakhiri aja,peace dah.
--- On Mon, 29/9/08, Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
Subject: Komunis (Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re:
[budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang :
Hi Ophoeng sudah makan babai?
Mau nanya nih, dulu kayaknya orang kalau tidak mampu maknnya nasi
beras merah, koq sekarang beras merah lebih mahal dari beras putih.
Kenapa ke bolak-balik jeh?
Teman-teman kalau ditawarin jagong dingin sama Ophoeng-heng jangan
mau tetep laper.
Salam,
Dedy
Seandainya kata Cina atau Cino dalam kalimat kalimat tersebut diganti
dengan tionghoa
apakah Anda mendapat kesan lebih baik???
-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of danarhadi2000
Sent: Monday, September 29, 2008 1:32 PM
To:
Cina itu masih istilah resmi,
tapi demi mengakomodir sebagian orang yang merasa tersinggung kalau ada
kata cina keluar,
maka ada kesepakatan tidak tertulis,
mending pake istilah tionghoa aja daripada diresehin,
hehehehe.
-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Setuju sekali.
Tapi entah kenapa, di Indonesia ini sepertinya selalu pakai obat yang
salah untuk sebuah penyakit.
misal, enggak senang dengan makian dasar Cina.
maka yang ingin dihilangkan adalah kata Cina.
Misal lagi, enggak senang di-pungli sehubungan dengan surat SBKRI,
maka yang
Wah tengkyu, Zhao Yun
informasi yang berguna ini gue catat dulu.
Gimana kalau BT ngadain gathering dengan menu Kompiang?? Mumpung udah
tahu nomer telpon supplier nya neh.
heheheheheh..
-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Jaka sembung murus-murus,
kok kaga nyambung nih Dinosaurus?
Lu lagi nanggepin yang mana dan ngomongin apa sih inih?
-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ardian_c
Sent: Sunday, September 28, 2008 1:41 PM
To:
saya mau menawarkan lowongan pekerjaan nih sebagai guru les mandarin,
lebih diutamakan yang masih kuliah, lowongan part-time dan fulltime
lokasi nya di taman aries kalo ada yang berminat bisa hubungi
0818.083.08689 dengan miss iceu tapi skrg lagi libur lebaran, kalo mau
kirim cv dulu boleh
Bung Danarhadi dan TTM semuah,
Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)?
Hehehe. terima kasih atas respon anda.
Saya ingat bahwa Bung Karno pernah bilang 'jas merah', jangan sesekali
melupakan sejarah. Tapi kalau ndak salah ada juga ungkapan 'lakem jas',
kalem saja-lah.
Benar sekali bahwa
Huaaahahahahaha,
Sadar dong sadaaar, bangun donk bang,
ini milis BUDAYA disuruh ngomong sikap politik?
Ya deh gue ngomong, kalau ZFY sih kayaknya pendukung PKC ,
hihihihihihi
( ini sih nuduh judulnya...wakakakaka)
Makanya paling bagus, di milis budaya jangan boleh ngomong
Benar Zhou heng, digroup ini thread bisa membicarakan kebijakan pak
Harto, kemudian tukar menukar alamat restoran, lalu komunisme, balik
lagi ke restoran. Tetapi kalau memang anggota milis ini setuju dengan
sistim seperti itu ya tidak apa. Yang menjadi masalah, judul thread
itu terbatas, sehingga
Saya hanya ingin memberikan komentar sedikit mengenai bah Mandarin.
Bahasa ini memang katanya universal utk semua China : Taiwan, Hongkong, Macau,
Singapore dan Mainland China sendiri dari Beijing sampai Urumchi. Tetapi oleh
karena disetiap daerah ada logat2 lain penggunaan perkataan meskipun
Dear all,
kepada member yang merayakannya perkenankan saya menucapkan :
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H
MOHON MAAF LAHIR BATHIN
wassalam,
John Siswanto
___
Bergabunglah dengan orang-orang yang
Hah? Enggak ngerti niih.
Bertahan murni apa ???
Goeng lu ama gue, frekwensinya kayak jaka sembung naek ojek,
kalu ngomong kaga nyambung kaga konek. hihihi
-Original Message-
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
[EMAIL PROTECTED]
Sent:
Restaurant Trio??? Iyalah!
Lha wong saya ajak makan pacar saya doeloe tahun 60an (yang kini jadi
istri) di resto itu. Duit pas pasan tapi petetang petetng ha ha ha
Diawal 60an kalau ayah almarhum traktir kami sekeluarga makan,
kebanyakan di Tung Kong, yang lalu dalam rangka indonesiasi
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh
[EMAIL PROTECTED] wrote:
Saya juga teguh menentang Negara Islam Indonesia.
Tetapi sepanjang mereka berjuang secara demokratis dan tidak
melanggar hukum dengan main kepruk apalagi main bom, mereka bukanlah
lawan saya, melainkan
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:
Seandainya kata Cina atau Cino dalam kalimat kalimat tersebut diganti
dengan tionghoa
apakah Anda mendapat kesan lebih baik???
*** Ya!
Ruwet itukan jaman dulu bu, waktu jaman kuda gigit besi, sekarang kalo
masih diberlakukan apa masih etis?
SKKRI / K1 itu penting karena itu adalah Surat Ketetapan Kewarganegaraan
Indonesia, tapi SBKRI itu untuk apa? Apa yang harus di Buktikan lagi kalo
uda punya KTP?! Takut palsu, ya
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:
Setuju sekali.
Tapi entah kenapa, di Indonesia ini sepertinya selalu pakai obat yang
salah untuk sebuah penyakit.
misal, enggak senang dengan makian dasar Cina.
maka yang ingin dihilangkan adalah kata Cina.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:
Huaaahahahahaha,
Sadar dong sadaaar, bangun donk bang,
ini milis BUDAYA disuruh ngomong sikap politik?
Ya deh gue ngomong, kalau ZFY sih kayaknya pendukung PKC ,
hihihihihihi
( ini sih nuduh
Bung Dedy dan TTM semuah,
Hao, apakabar? Sudah makan (sahur)?
Terima kasih Bung Dedy sudah bertanya soal makan babai.
Minggu ini nampaknya 'jatah' makan babai saya belum tiba.
Hahaha. anda sudah mencampur-adukkan basa Jawa Ci-
rebon dengan Jawa tengah (Solo, Semarang Yogya?) yakni:
jagong
Dik Ati,
Mungkin anda sendiri kurang memahami apa yang disebut budaya Tionghoa, atau
juga anda tidak membaca huruf-huruf raksasa yang ditampilkan bersama maknanya,
dan tarian massal yang mencerminkan budaya.
Saya usul anda lebih banyak belajar lagi, daripada membuat kesimpulan yang
Kemaren dulu temen gue ngajakin lihat relic gigi Budha.
Pnuh banget.
Gue ikut ikutan tapi nggak tahu apa yang gue lihat, kayak fosil gitu,
gak ada bagusnya.
Dan gue juga nggak tahu apa istimewanya sih relic gigi?
Nah ini sampe katanya ada yang rebutan?
RELIC itu apa sih???
Ati, mau tanya donk,
Gue sih belon nonton itu pembukaan olimpiade, ntar liburan moga2 sempet
nih nonton DVD nya.
tapi gue tertarik nih, bagian mananya dari pembukaan Olimpiade beijing,
yang membuat Ati beranggapan bahwa nilai budaya tionghoa yang
ditampilkan sangat minim?
Waktu Ati menonton
Message
Makanya paling bagus, di milis budaya jangan boleh ngomong soal politik,
weks !!
Sekali kelompok pecinta budaya melupakan politik, maka pada saat itu juga
lubang kuburan untuk budaya sudah digali.
Terlalu banyak bukti sejarah dimana budaya hilang terkubur karena tidak mau
ber
Mbak Edith yb,
Dunia dengan beragam bangsa dan bahasa memang aneh, dalam menyebutkan nama
bangsa dan negara bisa berbeda-beda, ... tapi, bagi bangsa yang waras dan
bersahabat tentunya bisa menerima dan menghormati permintaan bangsa dan negara
itu ingin disebut apa. Tidak sebagaimana
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ulysee [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kemaren dulu temen gue ngajakin lihat relic gigi Budha.
Pnuh banget. Gue ikut ikutan tapi nggak tahu apa yang
gue lihat, kayak fosil gitu, gak ada bagusnya. Dan gue juga nggak tahu
apa istimewanya sih relic
Begitulah Kang Sur.
Dalam film film dokumenter zaman Nazi di Austria, saya lihat banyak
berita mengenai sikap para elitair Yahudi di Jerman, Austria, Perancis,
Belanda, Polandia yang bersikap demikian: Jangan ikut ikut poltik
deh. Mereka adalah dokter, insinyur, seniman ternama, gurubesar,
Begitulah.
Wadah budaya dalam milis ini cukup luas, tidak dimengerti dalam
dimensi sempit. Ini kan Milis Budaya Tionghoa, bukan Milis Barongsay.
Budaya selalu ditumpu oleh faset faset kehidupan bermasyarakat.
Politik di Bali langsung terkait dengan budaya di Bali, demikian pula
tindakan
Begitulah jalannya sejarah, Chan heng!
Kalau para pembenci kelompok Tionghoa dan Tiongkok memaksakan istilah
Cina, kita mengerti, tetapi kalau putra putri Tionghoa sendiri
menganjurkan pemakaian kata Cina, saya belum mampu mengerti. Apa saya
yang terlalu bodoh?
Salam sejarah
Danardono
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng [EMAIL PROTECTED] wrote:
Bung Dipodipo dan TTM semuah,
Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?
Waktu satu pabrik mie instant mau mengembangkan rasa mie
instantnya (waktu itu namanya mie instant adalah mie berkuah),
dalam diskusi, kebetulan saya
Kemarin dulu saya baru makan burung dara goreng di Siauw A Ciap yg di
Gajah Mada. Jam 3 sore sepi, hanya saya sendiri pengunjungnya. Tapi
masih enak kok. Kalau Central saya menurut saya rasanya agak lain
dengan Siauw A Ciap, meskipun enak juga.
Menjadi pertanyaan, mengapa tempat2 seperti Siauw A
Mas Op, orang kan minatnya beda2, saya memang bukan orang yang Hobby makan.
Makan bagi saya hanyalah untuk menyambung hidup. Bagi saya, tak ada bedanya
makanan biasa dan makanan enak, semua bisa saya makan. saya hanya bisa
membedakan makanan biasa dan makanan yang tidak bisa dimakan saking
91 matches
Mail list logo