kemarin malam, saya bersama beberapa kawan menghadiri acara
sosialisasi UU Kewarganegaraan baru.
acara ini diselenggarakan oleh INSTITUTE KEWARGANEGARAAN INDONESIA.
institute ini adalah lembaga baru yang didirikan oleh Mr. Murdaya
Poo sebagai ketua dewan penasehat. duduk dalam dewan penasehat
udaya_tionghua@yahoogroups.com, agung setiawan
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> g seh ga peduli dia mau suka apa enggak , masih doyan
> apa enggak ama adat istiadat lama, cuma ga suka banget
> kalo ada org yg malu ama adat istiadatnya sendiri.
>
> --- odeon_cafe <[EMAIL
wah, lama tidak buka-buka email ternyata
ada perseteruan hebat di milis BT ini.
ci martha diserang abis-abisan karena
pendapat kontroversial tentang budaya.
heran, saling maki seperti ini kok sering
sekali terjadi. yang diserang acapkali
kawan dengan grand orientasi sama lagi.
sedangkan orang-o
Menurut Charles A. Coppel, Sarekat Dagang Islam didirikan pada tahun
1911 sebagai respond didirikannya Kamar Dagang Tionghoa (Sianghwee)
yang berperan sebagai perwakilan kepentingan dagang orang Tionghoa.
Coppel, lebih lanjut berargumen bahwa SDI merupakan konkritisasi
keinginan pengusaha Isla
MENGUBAH PECITRAAN NEGATIF
oleh : Kenken
Setiap orang dan komunitas etnis suka tidak suka memperoleh sebentuk
stereotyping sebagai identifikasi dirinya. Stereotyping itu dapat
diperoleh lewat serangkaian habitus sehingga bangunan stereotyping
itu bersifat alamiah.
Dalam kasus stereotyping k
--- In [EMAIL PROTECTED], "odeon_cafe"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
SEJARAH PANJANG KEWARGA-NEGARAAN
sejak masa kolonial-perjanjian dwi kewarganegaraan
oleh: Kenken
I. ZAMAN KOLONIAL
REGERINGS REGLEMENT tahun 1854 membagi penduduk Hindia Belanda
menjadi 3 golongan
ekolah
di luar
> negeri. akibatnya, tingkat pendidikan generasi muda Tionghoa malah
meningkat
> pesat, daya saingnya malah lebih tinggi dibanding golongan etnis
lain.
> ironis bukan?
>
> - Original Message -
> From: "odeon_cafe" <[EMAIL PROTECTED]>
>
&
Lho? Ulysee salah baca terus nih.
tidak ada yang menertawakan fenomena
dan tionghoa yang ganti nama yang
sebenarnya jadi korban.
yang ditertawakan orang banyak itu adalah
kebijakan ganti nama yang diundang-undangkan
oleh Orde Baru.
pola mempersamakan konteks Indonesia dengan
thailand a la O
Ulysee bertanya bagaimana negara membedakan
antara WNA dan WNI. tetapi apa yang digugat
oleh ci meliani bukan masalah dikotomi
WNA dan WNI. ulysee jangan mempolitisir
SALTIK.
tentu saja, logika paling bodoh pun akan
membenarkan adanya perbedaan hak dan kewajiban
antara WNA dan WNI. terutama
Sdr. Richard yth,
saya rasa tidak ada pertentangan
substansial antara Tionghoa vs Javanese.
begitu juga antara Tionghoa vs etnis
lain. di tataran bawah, hubungan
antara keturunan Tionghoa dan etnis
lain cukup baik. terbukti, sampai
saat ini Tionghoa masih tetap bisa
exist di nusantara. ini me
Ya, Ulysee...persis seperti kasus kejahatan
terhadap Kemanusiaan, korupsi, penyalah-gunaan
wewenang dsb yang dituduhkan kepada Soeharto
selama ia berkuasa.
tanpa bukti-bukti otentik dan valid, tentunya
Soeharto tidak bisa dinyatakan bersalah ya.
kalau ada yang bilang Pak Harto bersalah
itu bi
Ya, Indonesia memang pernah menoreh
sejarah hitam. bangsa ini adalah bangsa
muda. masih perlu pengkonsolidasian.
dalam proses konsolidasi dan pencarian
jati diri itu Tionghoa seringkali dijadikan
korban.
beberapa hari yang lalu, saya berbincang
dengan Pak Agung Sasongko dari fraksi PDIP.
bel
ci Martha benar,
NKRI itu tadinya hendak didirikan diatas
landasan NATION-STATE bukan nation ras
atau religio based nation.
kemerdekaan dan bentuk negara spt ini
didukung oleh golongan Tionghoa, baik
nasionalis Tiongkok spt SIN PO maupun
keturunan Tionghoa yang berkiblat pada
'ibu Indonesia'
menghasilkan stigmatisasi bahwa golongan tionghoa
> itu rakus, bejat, korup, kaya-raya hasil nyolong bareng
> dgn pejabat pribumi, dsb.
>
> Mayat
>
>
>
> -Original Message-
> From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
h-tokoh asimilasi
LPKB
> itu
> juga berkata bahwa tionghoa yang tidak ganti nama, kawin campur
dsb itu
> bukan warga negara
> indonesia yang baik. "
>
> Nah, itu dari literatur mana ya?
>
>
>
> -Original Message-
> From: odeon_cafe [mailto:[EMAIL PRO
h-tokoh asimilasi
LPKB
> itu
> juga berkata bahwa tionghoa yang tidak ganti nama, kawin campur
dsb itu
> bukan warga negara
> indonesia yang baik. "
>
> Nah, itu dari literatur mana ya?
>
>
>
> -Original Message-
> From: odeon_cafe [mailto:[EMAIL PRO
etelah G30S itulah, membuat
orang takut kalau tidak ganti nama dituduh "tidak loyal", "tidak
setia" pada RI. Dan untuk cari selamatnya, ya terpaksa ganti-nama,
begitu.
>
> Salam,
> ChanCT
> - Original Message -
> From: odeon_cafe
Wah, benarkah HIMBAUAN (baca: paksaan)
ganti nama itu udah mulai tahun 51?.
tapi mungkin bahkan sejak 17 agustus
45 gagasan ganti nama ini sudah diusung.
setau saya sih sejak tahun 60 saat
10 tokoh asimilasi mengeluarkan statement.
tapi mungkin saya salah.
anda kan pernah baca bukunya Ong
gt; warganegara Indonesia keturunan tionghoa itu memang enggak ada
> bandingannya.
>
> Eh tapi boleh juga ditanyakan kepada mereka yang
pernah 'melepaskan'
> kewarganegaraannya yang lama dan mengajukan diri
menjadi 'warganegara'
> indonesia, surat apa yang dipega
satu yang dapat dipastikan
bahwa ada sebuah Keppres yang mengatur
masalah ganti-nama khusus untuk tionghoa.
selayaknya, sebuah Keppres itu tidak
bersifat anjuran. keppres dan semua
produk hukum itu bersifat imperatif.
kalau sebatas anjuran maka tidak perlu
ada sebuah regulasi setingkat Keppr
karena tidak ada non-tionghoa yang
membela tionghoa dan bersuara atas nama
korban tragedi Mei 98 yang beretnis tionghoa
maka sdr. Steeve bersuara.
apa dia sedang mempraktekan rasisme?
kalo ada contoh pengecara batak membela bandit
yang kebetulan etnis batak maka si pengecara
itu sedang mempr
Oh ya satu lagi ulysee,
identifikasi RRT yang menyatu dengan
etnisitas Tionghoa merupakan pangkal
penyebab kerumitan. Soeharto tidak
mampu membedakan antara RRT sebagai
negara, etnis TIonghoa yang berwarga-negara
Tiongkok, etnis Tionghoa yang berdomisili
di luar RRT tetapi berstatus warga-neg
rat apa yang dipegang, apakah hanya paspor saja, atau
ada
> surat bukti kewarganegaraan juga?
>
> -Original Message-
> From: odeon_cafe [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Friday, May 12, 2006 6:18 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: [budaya_tionghua] Put
Sdr. Steeve, saya mau diskus tentang satu
hal dengan anda.
beberapa gelintir cina berpendapat bahwa
hendaknya tragedi Mei 98 itu dilupakan,
tidak perlu diungkit-ungkit lagi. alasannya,
dengan membicarakan atau memperingati tragedi
keji itu akan mengembalikan ingatan para
korban yang hendak me
oups.com
> Sent: Saturday, May 13, 2006 4:37 AM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Mas Putu: tentang Tionghoa
>
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "odeon_cafe"
> wrote:
>
> "semata-mata sebagai usaha untuk memperbaiki
> negeri ini. tion
ng tetap tidak bermartabat
karena rasisme.
Sub-Rosa II
--- In [EMAIL PROTECTED], "Putu Budiastawa"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Oke, Bung Odeon_Cafe yb,
>
> Saya baru mengerti duduk permasalahannya. Terus terang, saya tidak
tahu Keppres2 itu. Terima kasih telah member
Mas Putu, ini saya lampirkan Inpres No.2/1980
tentang pemberlakuan SBKRI.
dalam Inpres ini tidak disebutkan istilah
'tionghoa'. hanya ditulis untuk keturunan asing.
tetapi dalam prakteknya ternyata Inpres ini
khusus untuk Tionghoa.
sedangkan kalao Tionghoa itu dikategorikan
sebagai keturunan a
Mas Putu yang baik,
Dalam merespon kebijakan Orde Baru terhadap Tionghoa harus benar-
benar melihat konteks dan motif politik dibelakang Inpres, Kepres, UU
yang dikeluarkan itu.
Walau bagaimana pun, mayoritas anak Bangsa ini masih memiliki etika
dan keluhuran moralitas tinggi. Karena itu,
Ya, saya mendukung pendapat dari Ulysee, si pendukung LPKB.
Memang secara formal tidak pernah ada kata DILARANG dalam beberapa
Inpres yang pernah dikeluarkan oleh Pak Harto.
Contohnya Keppres No. 240/1967 tentang KEBIJAKSANAAN POKOK YANG
MENYANGKUT WARGA NEGARA INDONESIA KETURUNAN ASING.
a sebagai orang-orang yang
berpendidikan tinggi dan sebagai umat Islam yang mencintai kedamaian
dan kemanusiaan, tidak seharusnya bersikap melibatkan "keturunan"
demikian.
>
> Salam,
> ChanCT
> - Original Message -
> From: odeon_cafe
> T
memang menyayangkan kejadian penyiksaan itu. Kita tegakkan
Hukum. Yang bersalah tetap harus membayar. Walaupun kita Tionghoa,
untuk memperbaiki opini publik, kita harus kecam itu juga
(perbuatannya).
>
> Salam,
> Putu Budi
> - Original Message -
> From: odeon_cafe
pola yang selama ini dimainkan oleh
tokoh ngetop tionghoa, pasca berkuasanya orde baru,
adalah mendekati petinggi militer dan pejabat
sipil (terutama yang punya akses langsung ke
cendana).
tujuannya, seperti yang Sdr. Steeve katakan,
membeli proteksi keamanan untuk usaha dan
pribadinya. perseta
presi dan eksploitasi
kader Golkar Tuban yang kaya raya.
Dalam masa ke depan ini, ada baiknya Tionghoa waspada.
Sub-Rosa II
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Golden Horde" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> budaya_tionghua@yahoogroups.com, "odeon_cafe"
Beberapa pemuda berparas Tionghoa berada ditengah-tengah lautan
massa pekerja dalam perayaan hari Buruh Internasional (May Day)
2006.
Di antara pemuda Tionghoa adalah bung Erik Eresen, seorang aktivis
radics Budhis yang patut diteladani atas ketajaman membaca situasi,
keberpihakan pada yan
Saya tidak omong tentang `pembabatan sastra melayu-pasar' an sich.
Saya bicara tentang `pembabatan budaya Tionghoa' secara keseluruhan
pasca tahun 65 oleh kawan-kawan pak Ahmad Bukhari Saleh spt Sofyan
Wanandi cs.
Jangan suka pelintir omongan orang ah. Gak bener tuh. Bukan perilaku
orang t
Ah, lagi-lagi Pak Ahmad Bukahri Saleh
omong sembarangan.
jelas, saya akan kehilangan bung Tjamboek
Berdoeri pabila beliau hengkang dari
milis ini.
mencari Tionghoa yang peduli dengan sejarah
para pendahulu itu jarang dan sulit sekali.
secara pribadi, saya sangat membutuhkan
kehadiran bung Tj
Pak Putu, saya suka sekali dengan anda.
salam kenal dari saya. kehadiran anda
sungguh menghibur. saya membayangkan
ekspresi Pak Danardono membaca "pencerahan"
ROH anda. pasti beliau terpingkal-pingkal.
anda mengingatkan saya kepada seorang kawan
yang menjadi pedeta kristen betani. sangat
oten
keterbukaan pemerintah Indonesia terhadap RRT yang bersahabat.
Saya kira begitulah seharusnya kita melihat masalah "membanjirnya"
barang-barang made in China.
Salam,
ChanCT
- Original Message - From: odeon_cafe
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, April 23, 2006
--- In [EMAIL PROTECTED], "odeon_cafe"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
hari ini, saya mengikuti karnaval bhineka
tunggal ika yang digagas ratna sarumpaet.
ekspresi budaya ditampilkan oleh sederet
perwakilan di atas truk terbuka. mulai dari
kaum banci dengan ekspresi menggoda b
I Masih Diberlakukan di
Surabaya
>
>
> > - Original Message -
> > From: odeon_cafe
> > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> > Sent: Saturday, 22 April, 2006 10:21
> > Subject: [budaya_tionghua] Fwd: SBKRI Masih Diberlakukan di
Surabaya
> >
> >&
--- In [EMAIL PROTECTED], "odeon_cafe"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
saya benar-benar lelah dengan masalah
SBKRI spt yang akan diberlakukan di
Surabaya. setelah resmi diberlakukan
di Semarang. gugatan panjang dari begitu
banyak tionghoa tidak pernah digubris.
perlu dua pihak den
gaimana bisa the
third way diterima sbg the alternative way kalo the left school a la
frankfurt school, habermas, foucoult dsb Cuma catatan kaki Karl
Marx.
Sub-Rosa II
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "thangoubheng"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> --- In b
Dear tang obeng cs,
Ceilee, freethinker
masih saja kau bermimpi kawan.
Aku pernah ketemu dan bincang-bincang kecil dengan Rizal Mallarareng
yang mengusung ide liberalisme total. Trust me, he's more `free-
thinker' than you're. bagaimana kau bisa klaim dirimu itu
penganut `free-thinker' apabil
ebih luas.
Sub-Rosa II
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "thangoubheng"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "odeon_cafe"
> wrote:
> >
> > list buku-buku kristen di bawah ini, saya
> > persembahkan untuk
saya tidak berkata bahwa saya hendak
mengubur Opa Kwee Thiam Tjing seakan-akan
beliau tidak pernah ada. bukan begitu.
saya sangat mendukung gerakan untuk
mengembalikan martabat para opa di masa
lalu. kalau bukan kita, maka siapa lagi
yang akan menghargai para kiprah dan
kebesaran para opa kita it
list buku-buku kristen di bawah ini, saya
persembahkan untuk kawan-kawan Kristen
dan Katolik yang saat ini dipanas-panasi
hatinya untuk membenci RRT oleh sekumpulan
'domba allah' atau lebih tepat disebut sebagai
agent politik Amerika di milis Budaya Tionghoa.
saya kira, salah satu keyakinan dal
Sdr. Tjamboek Berdoeri 28,
saya tidak tau siapa sebenarnya manusia yang
memakai nama kebesaran sesepuh masyarakat
Tionghoa yang bernama Kwee Thiam Tjing yang
berjuluk "Tjamboek Berdoeri" ini.
tetapi siapa pun saudara, harap belajar lebih
banyak lagi tentang karisma dan kebesaran ayahanda
Kwee
Tak dapat dipungkiri bahwa Jawa adalah suku dengan tenaga produktif
paling tinggi apabila dibandingkan dengan suku-suku lain di
Nusantara. Jawa dengan jumlah persentase 40% dari total suku-suku
Indonesia memiliki potensi terbesar sebagai tenaga gerak. Sehingga
tidak mengherankan pabila suku Jaw
berhentilah bermimpi kawan...
Sub-Rosa II
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "thangoubheng"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Atas nama kaum tempayan setengah penuh, yang selama ini selalu
> pentang bacot mengeluarkan aroma busuk, sehingga mengganggu ABS
> Heng, Dono Heng dan banyak lagi lai
KAMIS, 21 MEI 1998
Oleh Kenken
"Lengser keprabon"-nya Pak Harto merupakan fenomena politik
terpenting di tahun 1998. Perubahan (terbatas atau sekecil apa pun)
terjadi. Indonesia memasuki tahapan baru kehidupan politik setelah
sekian lama berdiam dalam ruang monoton dan baku dibawah panji-panji
IDENTITAS POLITIK
Oleh: Kenken
Begitu panjang perjalanan Tionghoa untuk bebas dari prasangka.
Sebuah kisah tentang perjuangan tanpa tapal batas yang diketahui dan
tak mudah untuk diprediksi. Perjalanan yang penuh haru-biru dan lika-
liku, sebuah proses yang kadangkala membuat tubuh bergetar dan
Dear sahabatku Rinto Jiang,
Saya terima peringatan Bung Rinto atas "argument tandingan"
dan "pembelaan" saya terhadap Bung Karang Terjal yang diserang
terlebih dahulu oleh Sdr. Min Hui secara membabi-buta. Kalau
kemudian, argument saya itu dianggap sebagai defamation terhadap
Sdr. Min Hui thu
saya tidak berminat melanjutkan perdebatan
ini,
> selain
> > tidak tepat pada orangnya juga saya sudah berjanji pada member2
> senior BT
> > bahwa saya tidak akan sekali-kali membawa/membahas diskusi yg
tidak
> > berkaitan dengan budaya-tionghoa di milis ini.
> >
>
Pak Danardono yth,
Perilaku LPKB yang berlindung dibawah kekuasaan bedil Pak Harto
mampu menganulir berita, menghilangkan fakta dan memutar balik
kenyataan.
Sampai saat ini, dengan ditutupnya semua akses informasi publik, ada
berapa banyak pemuda Tionghoa generasi masa kini yang tau kalo
Kr
yak yg bisa menilai.
>
> Salam,
> Min Hui
>
>
>
> > -Original Message-
> > From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of odeon_cafe
> > Sent: Thursday, March 16, 2006 10:15 AM
> > To: budaya_tionghua@yahoogroup
Bung Min Hui,
Saya tidak dapat menemukan penjelasan kalau bung Karang Terjal
mengaitkan INTI secara organisasi dengan keberpihakan bung Min Hui
terhadap istilah cina. Sudah jelas INTI secara organisasi
menggunakan istilah TIONGHOA. dan bung Karang Terjal pun tidak
mengatakan kalau INTI menggu
Pak Danardono benar,
Bahwa nasionalisme seseorang tidak dilandasi oleh latar
etnisitasnya. Sumbangsih seseorang untuk kemajuan bangsa dan negara
tidak didasari oleh faktor etnisitasnya. Sehingga yang paling
penting dilakukan adalah menciptakan ruang yang kondusif agar
potensi positif seseoran
Baperki buat bikin provokasi anti LPKB di milis
> dan rencana menghidupkan kembali Baperki. Member milis budaya
> tionghoa harap ati2 jangan sampe kepengaruh provokator ini. maap
> moderator, gua tahu nulis begini sebenarnya tidak boleh, tapi
musti
> pigimana buat kasi tahu kalia
Rinto, ternyata kamu juga berpendapat bahwa SBKRI itu tidak
diskriminatif.
Begini, saya hanya akan pake logika sederhana saja. Sampai saat ini,
saya mengetahui ada 3 aturan yang hendak membatalkan SBKRI.
1. Keputusan Menteri Kehakiman No. M D-HL.04.10 (1992)
2. Surat Menteri Kehakiman kepada M
Oom Chan,
Saya juga bingung dengan kebijakan kewarganegaraan yang diterapkan
oleh RI pasca UU No.3/1946 yang berasas ius soli dan stelsel passif.
Logikanya, apabila sebuah aturan lama dirasakan tidak akomodatif,
menimbulkan kekacauan maka aturan baru dibentuk.
Tetapi nyatanya, pemberlakuan
saya rasa tidak semudah itu rinto.
bagaimana dengan kasus walikota semarang
yang secara resmi memberlakukan SBKRI??
btw, kamu tau apa gak sih apa itu SBKRI??
jangan-jangan sama sekali gak tau juga nih.
Sub-Rosa II
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang
<[EMAIL PROTECTED]> wrot
Dear Ulysee yang baik,
Kamu adalah seorang pendukung SBKRI atas saran orang-orang Tnet.
Saya mau sharing dengan kamu masalah ini. Saya tidak tau mana yang
benar, tetapi tentunya sebagai seorang yang waras seperti kamu tentu
kamu memiliki landasan berpikir mengapa mengatakan SBKRI itu tidak
di
Revisi sedikit:
Telah terjadi salah ketik di posting saya untuk ulysee.
Yang saya maksud adalah UU No. 62/1958 itu berasas ius sanguinis dan
stelsel aktif.
Jagi bukan seperti yang saya tulis sebelumnya yaitu :
"Paling tidak, itulah pengalaman selama ini dengan menggunakan asas
ius sanguinis
Ulysee benar, bahwa baik asas ius sanguinis maupun ius soli adalah
netral. Begitu juga dengan stelsel pasif maupun aktif.
Tetapi permasalahannya adalah ketepatan asas dan sistem
kewarganegaraan yang dipakai dengan kondisi sosio-kultur-politic
negeri yang bersangkutan. Netralitas asas dan stels
masalah ini. tolong dijelaskan dan diberi
informasi tentang PSI.
Sub-Rosa II
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> - Original Message -
> From: odeon_cafe
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent:
SPLIT PERSONALITY
Oleh: Kenken
LIE TEK TJENG, seorang akademisi terkemuka di zaman Orde Baru, dalam
makalah "Tentang Asimilasi" (1967) yang disampaikan pada Seminar
Angkatan Darat 1966 menyatakan "
orang Tionghoa yang setelah 1945
menjadi warga negara Indonesia dapat digambarkan sebagai penderi
Bung Bukhari saleh benar,
Untuk memperjuangkan perikehidupan golongan Tionghoa-Indonesia
mestinya tidak diartikulasikan dengan nada-nada emosi. Tetapi bung
Bukhari juga saya minta tidak terlalu membesar-besarkan ungkapan
seorang kawan sebagai salah satu bentuk `nada-nada emosi'.
Saya rasa, u
Bung Steve 75,
Indonesia sepenuhnya negeri milik kita. Tionghoa pun punya saham di
negeri ini. Banyak contoh partisipasi golongan Tionghoa dalam
kelahiran NKRI.
Contohnya, Angkatan Muda Tionghoa yang dipimpin oleh Siauw Giok
Tjhan dan Go Gien Tjwan ikut perjuangan 10 November di Surabaya.
Indonesia memang negeri aneh. RUU APP
menjadi isue nasional mengalahkan
berbagai masalah yang meradang dan
benar-benar menjadi masalah rakyat.
DPR pun terlihat sangat aneh. dari beberapa
puluh target RUU yang sedang dibahas tetapi
peta politik nasional dikuasai oleh pembahasan
mengenai RUU APP.
ekan2 yg lain.
>
> rgds. rc
>
>
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "odeon_cafe"
> wrote:
> >
> > Rene Chen,
> >
> > Saya hanya tidak bisa menemukan kesamaan antara `asimilasi' LPKB
> > dengan RBKP di Tiongkok. Aga
rendah status,
>
> ++ atau mengangkat status diri sendiri sbg yg 'lebih tahu'
>
> Tentunya masing2 rekan2 di milis mempunyai kemampuan untuk
memberikan
> penilaian sendiri2, persepsi yg mana dari kedua persepsi tsb yg
telah
> terjadi ...
>
> salam dirgahayu.
Oh ya, satu lagi Min Hui.
Menteri-menteri itu tidak digaji oleh pemerintah. Karena mereka
masuk dalam jajaran eksekutif. Sehingga mereka adalah PEMERINTAH.
Menteri-menteri bahkan tidak digaji oleh presiden. Karena presiden
adalah kepala eksekutif. Presiden dan menteri digaji oleh NEGARA
dari
Lho, di awal kan sudah saya tulis
tentang term 'pegawai negeri'. saya
sengaja pake term general untuk menjelaskan
PNS dan Militer. Min Hui tidak hati-hati
baca tulisan saya nih. coba perhatikan
paragraf ini:
"Ya, bung JT benar bahwa sejak zaman orde baru
pun terdapat etnis Tionghoa yang menjadi
p
setau saya, jabatan menteri, anggota dewan
juga masuk PNS. sekalipun, saya setuju dengan
Min Hui bahwa jabatan menteri dan anggota
DPR itu jabatan politis bukan jabatan birokrasi
karir.
tetapi anggota DPR juga dapat pensiun dari negara.
dan menurut Bapak Trimedya Panjaitan (PDIP), kepada saya
dal
Ya, bung JT benar bahwa sejak zaman orde baru
pun terdapat etnis Tionghoa yang menjadi
pegawai negeri. Dirjen agama budha yang pernah
dijabat oleh Dr. Krisnanda Wijayamukti yang
seorang etnis tionghoa adalah contoh tambahan
untuk membenarkan uraian bung JT. belum lagi
kalau menyebut anggota MPR sp
saya rasa, ulysee harus belajar berdiskusi
yang benar. dalam artian tidak keluar dari
tematik diskusi.
contohnya, apa hubungan antara perilaku
antagonis Sindhunata LPKB dengan RBKP di
Tiongkok?? sebagai referensi pun keduannya
tidak bisa dihubung-hubungkan, secara ilmiah
tentunya. kalau secara log
--- In [EMAIL PROTECTED], "odeon_cafe"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
KEWARGA-NEGARAAN
Oleh: Kenken
Warga negara adalah salah satu komponen penting dalam sebuah negara
selain batas-batas wilayah, struktur pemerintahan, pengakuan
internasional dsb. Berbeda dengan status "pend
ada baiknya, kita semua (khususnya tangobeng)
menanggalkan pola-pola kesalahan berpikir (denkfout)
dalam menyingkirkan tudingan-tudingan ideologis
yang tidak perlu. demi untuk mencapai bonum commune
yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan
hak untuk mempertahankan heritage kultur dan
etnic
Salam Pak Thangoubheng in Wonderland
Maaf, saya tidak terlalu paham maksud anda. Saya Kenken dan hanya
punya satu email address yaitu Odeon_cafe. Saya belum setahun
bermain internet. Belum tahu banyak hal dan apa yang selama ini
terjadi di dunia cyber. Mungkin, anda salah orang. Kalau ada
--- In [EMAIL PROTECTED], "odeon_cafe"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Dear friends,
Saat ini, saya sedang mengerjakan sebuah program wawacara ekslusif
dengan tema umum AKTIVIS SOSIAL-POLITIK TIONGHOA MUDA untuk sebuah
majalah Tionghoa. rencananya, tulisan ini akan terbit di edis
--- In [EMAIL PROTECTED], "odeon_cafe"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Pak Erik yang terbaik,
Awalnya, WALUBI terdiri dari 3 Persamuan Sangha & 7 Majelis yaitu:
1. Sangha Agung Indonesia
2. Sangha Theravada Indonesia
3. Sangha Mahayana Indonesia
4. Majelis Buddhaya
NASIONALISME
Oleh: Kenken
Bukankah kemerdekaan yang sempurna itu
adalah kemerdekaan negara dan bangsa?
Negara anda sudah merdeka.
Tetapi apakah bangsa anda juga sudah merdeka?
(Rendra)
Saat ini banyak pihak yang mulai meragukan nasionalisme dalam
diskursus publik, terutama dalam konteks globalis
SEPUTAR MASALAH TIONGHOA
Golongan Tionghoa "difungsikan" sebagai "sodetan" arus gelombang
politik agar tidak membentur dan memecahkan "waduk" pertahanan
politik status quo. Begitulah kira-kira opini yang sempat
dilontarkan oleh Koko Dinata, salah seorang tokoh masyarakat
Tionghoa-Indonesia, da
INTEGRASI & THE MELTING POT
Oleh : Kenken
Pramoedya Ananta Toer, penerima 17 penghargaan termasuk Ramon
Magsaysay Award dan nominator Nobel Prize for Literature, dalam
artikel pendek "Rasialisme Anti-Tionghoa dan Percobaan Menjawabnya"
(1999) menyarankan: "giatkan penyebaran informasi yang menu
Forum Diskusi SIAUW GIOK TJHAN mengundang saudara/i untuk menghadiri
diskusi interaktif:
Tema: SEPUTAR MASALAH TIONGHOA
Pembicara : Tan Swie Ling & para hadirin
Hari/Tanggal: 10 Desember 2005
Waktu : Pukul 13.00 WIB 16.00 WIB
ROSA LOUISE McCAULEY PARKS
Oleh: Kenken
Perempuan yang dijuluki "mother of the modern day civil rights
movement" ini dilahirkan dengan nama Rosa Louise McCauley pada
tanggal 4 Februari 1913 di Tuskegee, Alabama. Bersuamikan Raymond
Parks yang memberinya nama "Parks" hingga ia dikenal dengan
n
UNDANGAN DISKUSI & SHARING
Forum diskusi SIAUW GIOK TJHAN mengundang saudara/i untuk menghadiri
diskusi dialogis:
Tema : "Pribadi, Gagasan dan Kepemimpinan Siauw Giok Tjhan"
Nara Sumber : Tan Swie Ling (ketua umum Himpunan Daya Sinergi
Indonesia)
Hari/tanggal : Sabtu, 12 November 20
MULTIKULTURALISME dan MASALAH TIONGHOA
oleh: Kenken*
Di tengah-tengah arus perubahan dunia berakselerasi tinggi,
masyarakat Tionghoa menghadapi dilema-dilema yang bersifat
primordial seputar masalah eksistensinya sebagai salah satu suku
dalam ke-Bangsa-an Indonesia, posisinya sebagai warga negara
88 matches
Mail list logo