CiKEAS Demokrasi Era Kuantum
berikutnya tahun 2014. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Nestapa dari Kilau Emas
contoh ekstrem. Dan di situlah letak jelas perbedaan tindakan dan praktik kehidupan antara manusia dengan semut, yang ke depan harus segera terus dibenahi. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Koalisi Pecah? Tidaklah!
. Untuk kebijakan tertentu, kadang mereka akan menjadi pendukung loyal. Untuk masalah lain, sikap mereka bisa berubah menjadi pendukung kritis atau bahkan oposisi (spoiler) laiknya partai nonkoalisi. Inilah penyakit bawaan sistem presidensial yang semiparlementer. Akan tetapi, kelemahan sistem presidensial yang tidak murni tersebut dapat dimininalkan kerumitannya melalui ketegasan dan keberanian Presiden. Setelah melakukan resume power, sejatinya Presiden tidak perlu banyak mengeluh, apalagi menggertak mitra koalisi. Apabila yang ditekan melawan, rakyatlah yang kebingungan. Aura optimisme yang sudah mendekat akhirnya buyar dan berubah menjadi lingkaran pesimisme. Meskipun demikian, soal koalisi, kita tidak perlu khawatir. Mereka saling membutuhkan. ”Kwa Lie Sie Pe Cah? Tidaklah!” Sukardi Rinakit Peneliti Senior Soegeng Sarjadi Syndicate [Kompas, 16/2/10]. -- Menjadi presiden dan wakil presiden itu karena dipilih rakyat. Rakyat memilihnya karena percaya dan terpesona kembang gula, terutama kepincut iklan dan janji-janjinya. Jadi kalau nanti ingin jadi presiden, harus perbanyaklah iklan media - digeber, berapa pun biayanya harus berani membayar (dengan catatan: harus bayar sendiri ya – jangan sampai pakai uang korupsi, kolusi – apalagi pakai uang bailout atau apa) siapkan tim profesionalnya, yang penting ‘nyantel’ di benak rakyat. Kalau nggak bisa begitu jangan harap jadi presiden...! Tetapi itu kemarinya?! Sampai-sampai pada geleng kepala, uang dari mana kok semudah itu dihambur-hamburkan untuk iklan media... belum secara konvensionalpun terkesan gemerlap. Ehh, ternyata ekornya cukup panjang – sehingga mau tidak mau ‘kejepitlah ekornya’ – karena besar dan panjangnya, mau kemanapun pastilah kelihatan ekornya dari belakang.. Sebenarnya masyarakat itu hanya ingin sejahtera. Mau ekornya sedang kejepit kek, atau beras naik kek, atau gas mau naik kek, tetapi mbok ya para pemimpinnya itu berlaku seperti guru, yang ‘bisa digugu dan ditiru’ – jangan malah semakin kelihatan ‘wagu tur kuru’. Jangan pula ribut muluu.., apalagi cuma ngurusi 'kuali-kualisi'nya sendiri, yang hanya untuk mengamankan kepentingannya kelompoknya sendiri – bahkan berebut saling bentak di depan mata rakyat lagi – apa sudah nggak pada punya malu? Apa sudah nggak ada program yang lebih prioritas untuk kesejahteraan rakyat?! Padahal sesungguhnya mereka itu berkoalisi langsung dengan rakyat, yang lain hanya balancing saja. Jadi jangan ribut muluu... mendingan mikirin ‘isi kuali’ rakyat, yang jelas2 sudah pada mulai miring – sampai-sampai ada yang harus makan nasi aking Supaya kekuatan tegak kembali dan kuat membangun negeri ini dengan penuh semangat. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Kerbau yang Menderita
ditangkap sebagai bahan olok-olokan. Kalau dipahami benar makna kerbau bagi masyarakat Nusantara, Presiden mestinya tidak perlu tersinggung. Sama dengan kerbau, berarti menyelami betul nyawa dan hidup penduduk Nusantara, lebih-lebih penderitaannya. Juga, serajin dan sesetia binatang yang sepanjang sejarah menemani petani membajak tanah untuk mencari nafkah. Dari pihak demonstran, kerbau mestinya tak hanya disajikan sebagai simbol kedunguan dan kemalasan, tetapi juga simbol milik yang dirampas oleh penguasa sehingga membuat rakyat menderita, seperti kisah Saijah. Jika demikian, tepatlah kritik mereka terhadap pemerintah: tidakkah sampai sekarang hak-hak wong cilik masih terus dirampas oleh penguasa seperti di zaman Saijah dan Adinda? Kerbau adalah lambang penderitaan sekaligus keselamatan dan kesejahteraan rakyat Nusantara. Siapa menolak dan menistakan kerbau, dia menjauhi keselamatan dan kualat terhadap rakyat Nusantara. Sindhunata, Budayawan [Kompas, 11/2/10]. -- Seperti halnya kita mengenal ada pepatah mengatakan; Kebo nyusu gudel, yang artinya: Ya..nggak mungkinlaaah...! Masak ada kebo (kerbau) menyusu gudel (anak kerbau)! Sebab apa? Karena gudel jelas nggak/belum punya susu. Tetapi, yang sebenarnya jelas punya susu itu adalah: Indomilk, ultra jaya, nestle, indofood, bontang, gas arun, freeport atau malah bank century dan sebagainya. Ya paling tidak mereka itu ada produsen susu, ada yang untuk beli susu, dan ada yang bisa disusu pula – kalau memang kebonya tega. Jadi apabila mandat kekuasaan dari rakyat oleh pemerintahan yang berjalan saat ini tidak diusahakan sebesar-besarnya bagi kemajuan, kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia, tetapi hanya untuk nyusu bagi dirinya dan kelompoknya saja, maka barangkali pepatah di atas memang benar demikianlah artinya. Kemudian akhirnya kita pun semakin kesulitan membedakan mana kebo dan mana gudelnya – jelas semakin ruwet dan terpuruk saja. Padahal kerbau itu sebenarnya binatang yang rajin, tekun, giat bekerja, kuat, dan setia. Jadi waktu dan kesempatan pun menjadi terbuang sayang. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Dusta dalam Politik
adalah obyek opini, dan opini berasal dari kepentingan yang berbeda-beda? Jika demikian, opini pemimpin akan menjadi absolut ketika fakta tidak lagi dihargai. Terus mengkhotbahkan visinya, dia akhirnya yakin akan keyakinannya sendiri. Penipuan diri pemimpin ini cepat direpetisi oleh mereka yang menggantungkan nasib kepadanya, mulai dari lingkaran dalamnya, tetapi kemudian juga di luarnya jika media mereproduksi dusta itu. Karena itulah, pemimpin kerap mendaku suksesnya, sementara publik tidak menikmati apa pun dari hal itu. Hanya dusta? Jika politik hanya berisi dusta, percaya kepada pemimpin tentu adalah tindakan absurd. Bahwa dusta masih bisa dikenali sebagai dusta menunjukkan bahwa politik juga mengandung fakta. Dalam demokrasi fakta tak mengenakkan ingin dibuka menjadi obyek diskursus publik. Aspirasi terdalam semua orang, termasuk si pendusta, untuk tak dibohongi menjadi alasan untuk menelanjangi dusta kuasa. Dalam demokrasi pun para politikus memang masih bisa berbohong, tetapi dusta di sini tidak berlaku sebagai sebuah prinsip. Sebaliknya, dalam situasi tersebut kejujuran menjadi sebuah keutamaan politis. Dalam arti ini, meski politik merupakan arena dusta, kejujuran harus masuk ke dalamnya sebagai desakan dalam ruang publik karena tidak ada jalan lain untuk mengubah selain lewat politik. Pertama, karena memasuki pertarungan politis, desakan untuk jujur itu sendiri berciri politis, juga membawa trik dan taktik. Begitu kejujuran masuk dalam arena politis, ia akan kehilangan spontanitasnya dan mengambil posisi politis yang rentan untuk dipalsukan. Namun, desakan untuk jujur itu sendiri akan merangsang partai-partai yang berlawanan untuk saling menyingkap dusta asal tersedia arena yang fair untuk mereka. Proses ini menguntungkan publik untuk mengakses kebenaran. Kedua, ruang publik itu sendiri tidak bersih dusta dan manipulasi karena distorsi kuasa ada di dalamnya, tetapi — seperti ditegaskan Habermas — pemeriksaan diskursif atas kebijakan publik akan meningkatkan transparansi karena hanya opini yang menebus klaim kebenaran, ketepatan, dan kejujuranlah yang dapat dipercaya. Publik akan diuntungkan untuk mengakses kebenaran bila pihak-pihak yang bertarung berkompetisi untuk mendesakkan kejujuran. Ketiga, desakan untuk jujur tidak cukup berciri moral; ia harus masuk ke ranah hukum sebagai tuntutan transparansi kepada publik. Sissela Bok dalam Lying mengatakan bahwa ”semua kebenaran” berada di luar jangkauan, tetapi hal itu tidak berkaitan dengan pilihan kita apakah kita berdusta atau tidak. Pilihan itu sedikit banyak berkaitan dengan keadaan mana yang lebih menguntungkan kita. Jika negara hukum demokratis mampu mendesak para pemimpin untuk jujur sehingga berdusta tidak akan menguntungkan posisi mereka, sekalipun tidak dapat dilenyapkan, dusta dalam politik dapat dibatasi. Kata ”dibatasi” sengaja dipilih karena rezim yang hendak melenyapkan semua kemungkinan dusta dapat terjebak dalam kebijakan totaliter yang mengintervensi ruang privat dengan sistem pendeteksi bohong. Di dalam ”fanatisme kebenaran” itu kejujuran ada sebagai paksaan. Jadi, biarkan dusta tetap sebagai kemungkinan, maka kejujuran pun mungkin sebagai keutamaan. F Budi Hardiman Pengajar Filsafat Politik di STF Driyarkara Jakarta, [Kompas, 11/2/10]. -- Tindakan jujur atau dusta adalah suatu pilihan penting untuk kelangsungan kehidupan manusia, apalagi bagi seorang pemimpin dan yang dipimpinnya – pada level apapun. Karena di situlah ukuran kebesaran seseorang dalam kepemimpinannya diuji. Maka kemudian kita bisa menengok kepada berbagai pemimpin di dunia maupun di Indonesia sendiri, yaitu; ada pemimpin besar, ada pemimpin besar kita, ada pemimpin yang benar-benar besar, ada pula yang kelihatannya besar, ada pemimpin walau kecil tapi pikirannya besar, atau ada pemimpin yang sebentar saja besar... atau malah sampai-sampai setelah diteliti dengan seksama, ternyata perutnya saja yang benar-benar besar. Ada pula yang hidungnya panjang, atau semakin hari hidungnya semakin panjang saja, hingga seperti gajah kalau sedang mandi, pakai belalai... Semua itu dimulai dengan memengang teguh satu diantara dua pilihan di atas, yaitu antara jujur atau dusta. Biasanya pemimpin akan memegang erat salah satu pilihannya... dan di kemudian hari, pada akhirnya nanti, kita semua akan maklum melihat semuanya dari biji buah pilihan yang ditanamnya itu - apakah dusta atau kejujuran yang dipegangnya erat sebagai panglimanya. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Tantangan Besar Bangsa dan Rakyat
terakhir kita karena kemajuan dan perubahan dunia dan kawasan kita dahsyat, cepat, dan fundamental. Momentum sejarah ini bisa membawa kita jadi bangsa besar, maju, demokratis, dan berkeadilan sosial. Kesempatan ini harus kita tangkap dengan melaksanakan hal-hal besar seperti diharapkan dan ditunggu rakyat. Kita ikut bertanggung jawab untuk itu. Jusuf Wanandi, Wakil Ketua Dewan Penyantun Yayasan CSIS, [Kompas, 10/2/10]. -- Bangsa yang besar dan maju adalah bangsa yang selalu siap sebagai bangsa pembelajar. Di dalam prosesnya, bangsa itu akan selalu berada dalam segala macam tantangan, siap menghadapinya, kemudian mengubah berbagai tantangan dan rintangan menjadi harapan dan kesempatan untuk memajukan bangsanya. Maka berbahagialah suatu bangsa apabila mendapati para pemimpinnya adalah seorang yang arif bijaksana, adil dan tegas. Yang selalu siap menjadi teladan pemimpin pembelajar, yang kemudian akan membawa bangsanya menjadi bangsa yang besar, maju, dan rakyatnya pun hidup bahagia sejahtera. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Asah Berlian Calon Peraih Nobel
yang dibangun termasuk ”gedung hijau” yang hemat energi. Kami menyadari masalah serius seperti ancaman pandemi, kekurangan energi, kekurangan makanan, dan perubahan iklim. Untuk itu, kami mulai peduli lingkungan di dalam kampus sendiri seperti naik sepeda atau membangun ”gedung hijau” seperti perpustakaan yang sedang dibangun. Di satu sisi gedung-gedung itu merepresentasikan perhatian pada perkembangan ilmu pengetahuan. Di sisi lain, kami ingin merepresentasikan perspektif yang menunjukkan keseimbangan antara tercapainya kemajuan dari peradaban dengan lahirnya keadilan, demokrasi, dan kelestarian lingkungan. Sumber anggaran UI? Tentu kami harapkan dukungan pemerintah. Harus ada perguruan tinggi di negeri ini, satu saja dulu, yang masuk peringkat dunia untuk menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri bangsa. Kami mengundang filantropi kalangan industri. Kami ingin hasil penelitian dipatenkan dan dihubungkan dengan industri. Selama ini kami sering dibantu industri terutama untuk pemberian beasiswa. [Kompas, 8/2/10]. -- Indonesia memerlukan institusi, moral dan manusia handal sebagai agen dan motor perubahan. Dedikasi perguruan tinggi, ilmuwan, praktisi dan para idealis kepada masyarakat, akan menghasilkan jalan lurus bagi kemajuan bangsa. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Masa Depan Jurnalisme
= THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pluralisme Indonesia. = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pluralism Indonesia Quotient] Menyambut Tahun-tahun produktif dan efisien. Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. HUT KE-64 Hari Pers Nasional dan jurnalisme TAJUK RENCANA Masa Depan Jurnalisme Perubahan dahsyat dewasa ini sedang mengepung industri pers dan — seiring dengan itu juga — jurnalisme. Kini, komunitas pers sudah lebih beragam. Lebih beragam bukan saja karena medium berbeda, tetapi juga karena genre dan orientasi yang dipilih juga beragam. Dinamika masyarakat dan perkembangan teknologi menjadi penggerak utamanya. Dari sisi masyarakat, dinamisme pers memberi pilihan menyenangkan. Ibaratnya, mau mendapat berita jenis apa, dan akan diperoleh dengan medium apa, termasuk di mana dan kapannya, semua demikian fleksibel. Tantangan lebih berat justru ada dalam industri media dan praksis jurnalismenya. Dari sisi industri, analis industri media mencatat adanya sejumlah perkembangan baru. Misalnya saja terkait dengan makin nyatanya grup industri pers yang lebih bersosok multimedia, yang didukung oleh penerbitan cetak, radio, televisi, dan online (dalam jaringan atau daring). Perkembangan ini tentu saja memunculkan pertanyaan, yang sebenarnya sudah cukup lama kita dengar, misalnya bagaimana dengan kelanjutan bisnis media cetak. Kita yakin, isu ini pula yang akan menjadi salah satu tema utama perayaan Hari Pers Nasional di Palembang 9 Februari. Dari sejumlah konferensi internasional tentang media muncul pandangan, meski ada gelombang besar perubahan, media konvensional khususnya koran masih tetap memiliki harapan untuk tetap eksis. Hanya saja, media cetak harus pintar-pintar merespons dinamika perubahan yang ada. Sebagaimana disinggung dalam tulisan pakar teknologi informasi Onno Purbo tentang dunia internet kita (Kompas, 8/2/2010), dewasa ini yang sedang menjadi tren adalah berita atau konten yang dibangkitkan oleh konsumen (atau pengguna media daring dalam jagat internet). Fakta itu kiranya juga disadari oleh pengelola media cetak sehingga pandangan editors know best tidak tepat lagi, demikian pula kebijakan redaksional berciri top-down, satu arah. Berikutnya, dari sisi jurnalisme sendiri juga sudah muncul tren baru. Jurnalisme warga, yang mencerminkan jurnalisme partisipatif, semakin kuat sosoknya. Dan Gillmor dalam bukunya, We, the Media, menyebut istilah grassroot journalism, by the people, for the people. Merangkul media baru juga satu keniscayaan karena daya dan pengaruhnya semakin besar. Pembelaan terhadap Prita, Bibit-Chandra, juga dorongan bagi pengungkapan tuntas kasus Bank Century, adalah beberapa contohnya. Pengguna media baru juga terus bertambah, terutama didorong oleh makin dewasanya generasi digital, yang cara mendapatkan beritanya lebih bertumpu pada gadget daripada media konvensional. Sebagai generasi yang diistilahkan grown-up digital, mereka juga menulis blog, melahirkan apa yang disebut peer-to-peer journalism. Ini memberi tantangan serius terhadap media arus utama, juga terhadap redaktur dan reporternya. Komunitas pers sungguh mendapat banyak menu refleksi ketika merayakan Hari Pers Nasional kali ini. [Kompas, 9/2/10]. Kita bersyukur atas segala kerja keras, semangat, perjuangan, kegigihan para insan pers dan semua unsur yang bergerak di bidang usaha pemberitaan nasional yang telah nyata membawa kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, serta turut berperan serta meluruskan jalan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. “Selamat Ulang Tahun Ke-64 dan Selamat ber-Hari Pers Nasional Indonesia.” Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Menjadi Bangsa Pembelajar
intelektual organis. Koko, dalam memberikan gambaran dan menawarkan jalan keluar, jauh dari maksud dan latar belakang sebagai penasihat pemerintah. Memang ilmu pengetahuan harus bermanfaat bagi kemajuan masyarakat dan pemikiran-pemikiran yang dijabarkannya dimaksudkan juga untuk kebijakan pemerintah dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Yang terlihat, pemikiran Koko bercabang-cabang, antara kepentingan individu dan kepentingan kolektif, antara jalan agama dan nonagama, antara rasionalitas nalar dan irasionalitas emosi, antara tradisi dan modernitas. Kedua entitas itu merupakan dua kutub sebagai realitas yang niscaya, menjadi pembatas ruang terbuka bagi pemikiran-pemikiran menerobos, terayun-ayun dalam sebuah irama yang padu untuk kemajuan masyarakat. Dalam berpikir, Koko tidak melupakan faktor sejarah. Dia bukan seorang ahistoris — istilah yang kemudian diperkenalkan di Indonesia oleh, antara lain, Arief Budiman. Realitas sejarah dia taruh sebagai bagian dari berpikir yang holistik, tidak sepenggal-sepenggal hanya demi kepentingan pragmatis. Meminjam istilah Karlina mengacu pada kebutuhan saat ini, Koko barangkali seorang sosok yang diharapkan oleh Daoed Joesoef sebagai ”seorang spesialis dalam konstruksi keseluruhan”. Koko tampil sebagai pemikir tidak hanya lewat pendekatan multidisiplin atau lintas disiplin, tetapi terutama pendekatan transdisiplin, peleburan berbagai disiplin keilmuan dalam satu pengertian untuk membentuk keterpaduan pendekatan mengenai suatu masalah. Konstruksi keseluruhan Dalam karya-karya Koko, termasuk yang dibukukan dalam Asia di Mata Soedjatmoko, kata panelis Mohtar Mas’oed, terlihat politik sebagai sarana penting menyelesaikan persoalan publik. Politik adalah panggilan, bukan sekadar profesi yang hanya memerlukan kepiawaian memenangi pemilu. Demokrasi bagi Koko adalah variabel independen bahwa kemajuan kehidupan materiil tidak mungkin tercapai tanpa kemerdekaan berpikir, berbalikan dengan pengartian umum bahwa demokrasi sebagai variabel dependen — demokrasi bergantung pada tingkat kemajuan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, tingkat pendidikan, dan stabilitas keamanan. Demokrasi bukan juga sekadar masalah kebijakan publik. Demokrasi memerlukan praktik politik demokratik dan itu memerlukan politisi. Ya, dari sisi ini Koko juga seorang politisi. Lewat posisinya sebagai cendekiawan dia menawarkan solusi dengan cara mengajak setiap individu berusaha menemukan solusi. Ia pun ibarat seorang pendidik yang mengajak masyarakat berpikir tentang posisi manusia Indonesia di tengah masyarakat dunia. Karena itu, analisisnya selalu aktual, tidak dalam arti persoalan, tetapi dalam arti cara mendekati soal. Cara berpikir demikian membuat pemikiran Koko selalu terarah untuk kebaikan umum, menjadi metode mendekati persoalan aktual. Sosok Soedjatmoko tidak saja tampil ilmuwan asketis, tetapi juga ilmuwan yang berangkat dengan empati atas kekerdilan bangsa Indonesia. Dengan pemikiran seperti itulah tanpa sadar, ia tampil sebagai futurolog semacam Alfin Toffler dan Paul Aburdene. Jabatan dua periode sebagai Rektor Universitas PBB memberikan kesempatan bagi Soedjatmoko untuk mengenal manusia dan masyarakat manusia sebagai entitas yang harus dipahami bersama, bukan terkotak-kotak, yang obses bagi kemajuan bersama. [Kompas, 4/2/10]. -- Manusia Pembelajar Menjadi manusia pembelajar itu ibarat menanam pohon, selalu disiraminya dengan ketekunan dan kerja keras, dipupuknya dengan semangat hidup, disianginya dengan pengetahuan dan kemuliaan Tuhan dan dialiri oleh mata air kehidupan. Maka ia akan tumbuh subur menjadi pohon yang berdiri kuat di atas akar kebijakannya, batangnya kokoh berisi kebajikan dan keindahan, rimbun daunnya selalu menebar kebaikan, kesegaran dan keteduhan alam seisinya, cabang rantingnya menjadi naungan makhluk hidup di bumi dan di udara, dan tak pernah berhenti menghasilkan buah kebajikan kehidupan. Kekayaan, warisan hikmat dan kemuliaan terus menyertai tunas-tunas keturunan, generasi penerus, masyarakat dan kemajuan bangsanya. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Kuasa, Kisruh, Jernih
jatuh, Nelson Mandela yang dipenjara lebih dari seperempat abad plus nyaris mati berkali-kali, lebih memilih memaafkan dibandingkan mengumbar dendam. Pelajarannya terang sekali, kekuasaan bukan sarana untuk mengumbar dendam dan keserakahan. Namun, hanya kendaraan untuk meninggalkan pulau keterbelakangan. HH Dalai Lama lahir dan bertumbuh di lahan penuh kesedihan dan penderitaan. Umur belasan tahun, negaranya diambil orang. Mengungsi di tempat amat sederhana di India Utara lebih dari setengah abad. Rakyatnya menjadi minoritas di negeri sendiri. Ketika melafalkan doa ini, beliau sering menangis di depan umum: semasih ada ruang, semasih ada makhluk, izinkan saya terus-menerus lahir ke tempat ini, biar ada yang membimbing para makhluk keluar dari kegelapan kemarahan, keserakahan, dan kebingungan. Cahaya pengertiannya terang sekali, kesedihan dan penderitaan bukanlah api untuk mengobarkan amarah ke mana-mana. Ia hanya sapu pembersih yang membuat hati manusia semakin jernih dari hari ke hari. Andaikan suatu hari nanti peradaban bisa melahirkan pemimpin dengan batin yang sunyi dan badan yang mengabdi mungkin di situ baru kekuasaan bisa menjadi sahabatnya kejernihan. Gede Prama Penulis Buku Simfoni di Dalam Diri: Mengolah Kemarahan Menjadi Keteduhan [Kompas, 30/1/10]. -- Memang tidak mudah menjadi pemimpin, karena terlalu banyak pilihan. Dan memang di situlah menarik ujiannya. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Pemimpin dan Rakyatnya
ketulusan dan kesederhanaan. Ketulusan rakyat itu tergambar dari prasangka baik mereka pada seseorang yang datang ke rakyat dan menawarkan dirinya menjadi pemimpin (presiden atau wakil rakyat). Hati-hatilah, ketulusan itu sejati, tetapi bersyarat karena rakyat siap untuk menghukum para pemimpin jika berkali-kali mengkhianati mereka. Bagaimana dengan kesederhanaan? Kesederhanaan tidak sama dengan kemiskinan dan kekumuhan. Kesederhanaan adalah empati dengan cara melibatkan diri dalam jalan derita rakyat. Untuk itulah, Bung Karno kerap mengatakan bahwa pemimpin itu menjalankan Ampera atau amanat penderitaan rakyat. Maksud Bung Karno adalah memimpin itu menjalankan amanat rakyat untuk mengakhiri derita dan rasa sakit atas kemiskinan mereka. Mengapa kesederhanaan itu mulia dan luhur? Karena ia menghiasi pembuatan kebijakan publik dengan jiwa solidaritas dan pesan bahwa perbuatan baik mengatasi amanat penderitaan rakyat itu indah seperti pengantin yang diriasi. Kesederhanaan akan meringankan langkah bangsa memberantas korupsi, kemiskinan, keterbelakangan dan ketimpangan sosial seringan saat para calon pemimpin dulu menjajakan diri mereka di hadapan rakyatnya. Karena itu, bukannya tanpa alasan jika ada bait puisi dari penyair Latin, Horace, yang mendengungkan dahsyatnya simplex munditiis (kesederhanaan yang elok). Budiman Sudjatmiko Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR. [Kompas, 2/2/10]. -- Menjadi pemimpin itu adalah suatu proses panjang, ketat, diatur, dibentuk, dipilih oleh rakyatnya dan diuji oleh waktu, apalagi bila itu pemimpin negara. Semua pemimpin memiliki talent kemampuan sesuai tingkat pemahamannya masing-masing. Dan rakyatnya pun selalu memilih yang diharapkan yang terbaik. Rakyat Indonesia biasanya akan semangat saat persiapan pemilu, saat mendapat banyak tebaran, harapan, atau kue kampanye, bahkan kebanyakan senang saat memilih. Namun setelah berjalannya waktu bisa saja kemudian gemes - 'jebulane' – karena mereka semua punya mata, telinga, hati, nurani, jiwa dan moral. Mungkin ini juga menjadi bagian penting dari sebuah proses demokrasi untuk melatih ‘demokrasi kesabaran’ nasional kita, sabar menunggu 4 (empat) tahun lagi. Apabila kemudian di tengah perjalanan demokrasi, lahir bayi-bayi demokrasi yang dinyatakan oleh perorangan, atau dideklarasikan oleh kelompok, dan kemudian didedikasikan kepada kemajuan rakyat, pasti rakyat pun setuju dan menyambut gembira. Ibarat menyambut seorang bayi yang lahir, maka akan disambut senyum, tawa dan bahagia semua orang, dan mendoakan semoga kelak cepat besar, menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Apabila kemudian kemarin (1/2) lahir lagi bayi demokrasi Indonesia, yang ditandai dengan kenduri nasional menyambutnya di senayan, kita mendoakan semoga dapat menggapai cita-cita dan cintanya, berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara. Itulah proses alamiah yang dinamis, merupakan bagian dari proses dan pelajaran penting bagi pertumbuhan dan perkembangan Indonesia ke depan. Bedanya, bayi manusia yang baru lahir, biasanya baru bisa menyusu dan banyak tidur, sedangkan bayi demokrasi itu walau baru lahir sudah bisa berdiri, berjalan, dan sudah bisa langsung bekerja, untuk kesejahteraan rakyat secara nasional. Sehingga harapan Indonesia ke depan menjadi negara maju itu selalu ada. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS (me-Mandiri-kan) Anak Bangsa
lain, membajak produk orang lain, menyelundup, menyuap untuk mendapatkan bisnis, dan mengemplang pajak. Ternyata masih banyak mutiara bertebaran di kampus-kampus di seluruh pelosok Nusantara. Bahwa mereka — anak-anak bangsa yang telah mendapat pelatihan, pembinaan, dan fasilitas lainnya itu — kelak tidak menjadi nasabah Bank Mandiri, setidaknya Bank Mandiri telah memberikan sesuatu yang fundamental bagi generasi muda bangsa ini. Bank Mandiri telah mencoba menempa baja dan menggosok mutiara-mutiara Nusantara. Satu langkah kecil, tetapi signifikan untuk memandirikan anak-anak bangsa. [Kompas, 30/1/10] -- Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Bocah-bocah Nakal
adalah 10 (A plus). Memuji presiden secara berlebihan, dalam perspektif budaya politik, bisa ditafsirkan sebagai upaya mengejek, tetapi dengan cara halus (tampaknya memangku, tetapi sebenarnya sedang membunuh). Resume power Melihat situasi politik yang memanas saat ini, tidak ada pilihan lain bagi Presiden kecuali segera melakukan resume power. Kekuasaan harus dipusatkan pada dirinya. Kesan publik bahwa sampai saat ini masih ada dinding yang membatasi antara Presiden dan Wakil Presiden harus segera dirobohkan. Koordinasi para menteri juga harus semakin solid sehingga tidak terjadi perbedaan pandangan di antara mereka. Selain itu, penguatan hubungan dengan partai politik mitra koalisi perlu tetap dijaga konsistensinya. Tanpa semua langkah itu, Presiden akan semakin merana karena diganggu oleh bocah-bocah bandel tersebut. Selebihnya, biarlah sejarah yang mencatat dan menuntun kita untuk bergumam Gusti ora sare (Tuhan tidak tidur). SUKARDI RINAKIT Peneliti Senior Soegeng Sarjadi Syndicate [Kompas, 28/1/10] -- Tanggapilah anak-anak nakal itu dengan kerja keras, memperbaiki jalan, membangun jembatan, infrastruktur pertanian, bendungan, waduk, irigasi pengairan, konservasi hutan, perumahan, inovasi teknologi, ekologi dan pasar. Bangkitkan sumberdaya energi yang tidur, puso, timbun yang lekuk, ratakan bukit. Giatkan semangat produktifitas petani, nelayan di seluruh penjuru negeri, gerakan tanam komoditi pangan sehat di seputar rumah, ladang dan sawah. Pacu semangat rakyat sadar pendidikan, kesehatan dan ketertiban. Maka kemajuan dan kesejahteraan rakyat pun kemudian akan menyertainya. Untuk mewujudkannya tidak hanya butuh 100 hari, namun perlu waktu, tekad, komitmen, semangat para pemimpin khususnya dan seluruh rakyat Indonesia. Maka para pejabat pemerintah jangan lagi menunggu hujan reda baru jalan, supaya jangan buang-buang waktu, anggaran/biaya, kepercayaan rakyat, sumber daya negara dan sejarah perjalanan Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS SBY Versus SBY
mengulangi keteledorannya dengan mengabaikan ”pekerjaan rumah” sejak Indonesia menyetujui perjanjian dengan China hampir satu dekade yang lalu. Perang ekonomi tak lagi di depan mata, tetapi telah terjadi! Sebab itu, politik kekuasaan harus ditinggalkan agar bangsa ini tidak semakin jauh ketinggalan dengan bangsa lain. SBY diharapkan mengonsolidasikan kepemimpinannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Hal itu tak harus berarti membangun oligarki politik yang akan meniadakan mekanisme saling kontrol di antara lembaga negara. Selain itu, sudah saatnya pula politik citra ditinggalkan, apalagi politik yang mengesankan adol welas (menjual belas kasihan) pun harus dibuang. Kasus Bank Century telanjur sarat dengan kepentingan kekuasaan. Sebab itu, penyelesaiannya dapat diduga tidak jauh dari upaya saling menguntungkan serta melindungi dan mengamankan kepentingan politik. Komoditas politik empuk yang bisa dijadikan ajang kompromi adalah rumusan kesimpulan sementara yang akan segera disusun. Semoga ini menjadi pelajaran yang berharga. J Kristiadi, Peneliti Senior CSIS [Kompas] -- “Secara ekstra-parlementer memang ada usaha berbagai kelompok masyarakat sipil, seperti elemen aktivis mahasiswa, LSM, dan sejumlah tokoh politik untuk menggalang semacam ”koreksi moral” terhadap Presiden. Saat ini, misalnya, beredar pesan pendek, juga melalui situs jejaring sosial Facebook dan jaringan surat elektronik, yang berisi ajakan bergabung dalam demonstrasi damai, 28 Januari mendatang. Namun, mungkin terlampau berlebihan juga jika aktivitas damai dan sukarela masyarakat sipil dicurigai sebagai bagian dari upaya pemakzulan terhadap Presiden. Mungkin saja ada aktivis atau tokoh politik yang mencoba ”mengail di air keruh”, tetapi rasanya tak signifikan jika dianggap sebagai ancaman terhadap kekuasaan Yudhoyono. Persoalannya, selama aktivitas demikian tidak memperoleh dukungan politik dari DPR, hampir tak ada peluang bagi siapa pun untuk melakukan pemakzulan terhadap Presiden. Oleh karena itu, yang ditunggu rakyat kita dari Presiden bukanlah pernyataan dan pidato yang acapkali tidak perlu dan bahkan tidak produktif. Rakyat kita sudah terlalu lelah dengan perdebatan dan polemik para elite politik yang hampir tidak ada habisnya. Yang diperlukan rakyat adalah pemerintah yang mendengarkan suara hati mereka, yakni dengan bekerja, bekerja, dan bekerja.” Syamsuddin Haris Profesor Riset Bidang Politik LIPI [Kompas, 26/1/10] -- Jadi kalaupun 'pentas melodrama' pansus century kemudian digelar hampir usai, maka sudah semakin jelas pula endingnya. Bagi pemerintah, sekarang saatnya bekerja keras, bekerja cerdas untuk kepentingan rakyat, mengejar ketinggalan, tunjukkan bahwa Anda memang bekerja untuk kepentingan rakyat Indonesia, kecuali memang hanya ingin membuang-buang waktu, tenaga dan sumber daya negara. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Iptek, Inovasi, dan Kemajuan
= = = = = THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pluralisme Indonesia. = = = = = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pluralism Indonesia Quotient] Menyambut TAHUN BARU 2010 dengan semangat inovatif, produktif dan efisien. Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. TAJUK RENCANA Jumat, 22 Januari 2010 | 05:30 WIB Iptek, Inovasi, dan Kemajuan Di hadapan 400-an ilmuwan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu (20/1), menyampaikan visi ilmu pengetahuan dan teknologi. Paparan Presiden di depan ilmuwan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Dewan Riset Nasional, dan komunitas ilmiah lain adalah paparan yang sudah lama ditunggu. Selama ini pemerintah sering dipandang kurang memberi perhatian memadai terhadap masalah iptek. Dari paparan tampak, selain memiliki wawasan tentang perkembangan iptek dunia, Presiden memiliki visi tentang iptek yang seharusnya dikuasai bangsa Indonesia dalam upaya penyelesaian masalah yang dihadapinya. Presiden menegaskan, kunci keunggulan Indonesia pada abad ke-21 adalah sains dan teknologi. Bangsa Indonesia, dengan segala pencapaian yang diraihnya, menjadi negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan anggota G-20, harus diakui masih terbelakang dalam bidang iptek. Meski ada 140 juta pengguna telepon seluler, kita tidak menyumbang apa-apa dalam kemajuan teknologi seluler. Sebelum ini, dalam produk otomotif yang digandrungi masyarakat Indonesia juga tak banyak yang berasal dari karya putra bangsa. Merek mobil yang lalu lalang di jalanan masih dari negara lain. Di luar produk konsumen, kita dihadapkan oleh realitas baru bahwa kita hidup di Cincin Api yang setiap kali harus menghadapi gempa bumi dan letusan gunung api. Kita butuh banyak iptek kebumian. Kita butuh banyak iptek energi, penanggulangan pemanasan global, peningkatan produktivitas pertanian. Selain itu, Presiden juga menyebut perlunya kita menguasai iptek peningkatan industri serta ketangguhan pertahanan dan keamanan negara. Bahkan, teknologi menjemput masa depan — seperti teknologi nano — sempat disinggung. Berbagai tantangan yang terkait dengan visi di atas, oleh Presiden coba diwujudkan selain oleh semua perangkat yang kini sudah ada, juga akan didorong oleh Komite Inovasi Nasional yang segera dibentuk. Kita berharap berbagai inisiatif dan program yang sudah diluncurkan bisa mencapai dua sasaran strategis. Pertama, mampu menanggulangi permasalahan bangsa. Kedua, mengangkat bangsa ke kedudukan yang lebih tinggi di dunia, khususnya dalam pencapaian iptek. Menyangkut inovasi, sesungguhnya dari sisi bakat dan kemampuan kita tidak kekurangan. Kendala yang sejauh ini kita amati adalah justru kurangnya dukungan dari bangsa kita sendiri untuk mengulurkan tangan bagi pengembangan karya inovasi lokal, dan berikutnya, untuk menggunakan karya tersebut. Selain ada unsur politik-ekonomi di sini, alasan lain adalah karena bangsa kita masih banyak memuja merek asing, sampai muncul ungkapan, kalau bisa dibeli, mengapa harus buat sendiri. Kalau mentalitas di atas tak kita ubah, visi Presiden tidak akan dicapai, demikian pula cita-cita menjadi bangsa maju berdasar iptek. Inovasi pun hanya akan sebatas hobi dan eksperimen. Kita tidak ingin hal itu terjadi. [Kompas, 22/01/10] Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Sri, Kesalahan atau Kejahatan
-gara sehelai benangnya lepas sehingga seakan-akan seluruh jalinannya terburai. Kita juga harus mulai menghentikan efek dendam keris Empu Gandring dan bukan memelihara dendam. Kalau semua pemimpin yang salah mengambil keputusan diidentikkan dengan penjahat, maka tersenyumlah semua penjahat. Rhenald Kasali Guru Besar Manajemen Universitas Indonesia, [Kompas, 20/1/10]. -- Melakukan hal yang salah bukan berarti jahat, karena manusia selalu memiliki sifat lemah dan terbatas, apalagi sebagai pejabat publik – tempatnya banyak hal bisa salah dan terbatas. Namun yang jahat hendaklah dihukum setimpal, apalagi perampok. Kemudian pelajaran penting pun diperoleh, etika didapat, moral dijunjung, hukum ditegakkan, ekonomi dilancarkan, kesabaran dan kegigihan pun terus diuji. Inilah bagian penggodokan nilai-nilai kebangsaan para pejabat publik – bersama masyarakatnya – agar menjadi lebih mampu lagi menghadapai tantangan, hambatan sekaligus dapat mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa Indonesia saat ini dan ke depan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Soelaiman, Inovator Bocah Ndeso
melalui penghantar cairan pupuk ion organik itu telah berhasil menyalakan empat bola lampu yang jumlah keseluruhan dayanya mencapai 200 watt. ”Makin besar daya kemampuan menghantarkan listrik, pupuk ion organik makin baik untuk tumbuhan,” ujar Budi. Mengapa dipilih air seni manusia? Budi berujar, manusia itu pemakan segalanya. Maka, nutrisi yang dikandung pasti tergolong lengkap dan paling baik. Sisa kandungan nutrisi terbaik itu masih bisa diperoleh melalui air seni. Beberapa waktu lalu, sejumlah peserta didik Koperasi Serba Usaha Agro Makmur di Karanganyar mempraktikkan dan menunjukkan kepada Kompas keandalan Pupuk Ion Organik 200 Watt disertai tiga sampel pupuk cair organik bermerek lainnya. Pupuk Ion Organik 200 Watt dengan sempurna menyalakan empat bola lampu dengan kapasitas 200 watt. Adapun pupuk cair organik lainnya hanya meredupkan bola-bola lampu tersebut. ”Saya ini orang keturunan Tionghoa yang terbiasa hidup di kota. Tetapi, saya telah merasakan betul kelimpahan sumber daya di desa,” kata Budi tentang keputusannya berkarya di desa. Di desa dia menemukan segalanya. ”Kalau saja pembangunan bangsa ini dimulai dari desa, negara ini pasti maju,” ujarnya. [Kompas] -- Foto: Soelaiman Butiran langkah nyata para mutiara-mutiara hitam, putih, coklat, hingga sawo matang masih banyak terbungkus oleh tanah pedalaman dan lumpur pedesaan. Banyak potensi inovasi dan inovator sebagai penggerak tenaga pembangunan lestari dan berkelanjutan di pedesaan, yang bisa terus digali, dipoles dan didorong untuk mempercepat proses kemajuan masyarakat Indonesia ke depan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Menimbun Lubang - Tahun Biodiversitas
Biodiversitas merupakan kesempatan emas bagi kita untuk merenungkan kembali apa yang telah kita lakukan dalam rangka langgengnya biodiversitas, di mana letak tantangan masa depan dan di mana serta bagaimana kita seharusnya bertindak. Tahun Biodiversitas juga mengingatkan kita terhadap kiat sustainable development dan mengeliminasi gaya hidup konsumtif-parasit serentak mengajak kita untuk berpikir regeneratif. Slogan lama yang diuar-uarkan oleh TVRI dengan sasaran pelestarian lingkungan hidup semasa Kabinet Pembangunan kembali terasa relevan: ”Dunia ini bukanlah milik kita, tetapi pinjaman generasi mendatang”. Penulis Swiss, Friedrich Duerrenmatt, menulis: ”Was die Zukunft bringt, wissen wir nicht, aber dass wir handeln muessen, wissen wir” (Kita tidak tahu apa yang dibawa masa depan, tetapi kita tahu bahwa kita harus bertindak). Fidelis Regi Waton Mendalami Filsafat di Humboldt-Universitaet zu Berlin, Jerman. [Kompas, 19/1/10] -- Pada tahun 2009 rakyat Indonesia sudah memutuskan dan sepakat (bulat) memilih wakil dan pemimpin yang ada sekarang melalui proses demokrasi yang sudah ditentukan dan diatur dengan baik oleh Negara (melalui pemilu) – tentu dengan segala tim dan perangkatnya kemudian. Sekarang rakyat ingin merasakan semangat para pemimpin pilihannya dalam berbangsa, semangat memajukan bangsa, semangat mempraktikkan kebijakan prioritas anggaran, dedikasi, kerja keras dan teladannya dalam membawa bangsa ini menuju masa depan. Periode 5 (lima) tahun bukanlah waktu yang panjang bagi bangsa untuk berjalan, namun juga bukanlah waktu yang pendek bagi bangsa Indonesia untuk terus bersama mendaki kemajuan. Semoga terang cahaya Ilahi selalu menerangi hati, jiwa dan semangat para pemimpin Indonesia saat ini. Bumi pertiwi, tanah, air dan segenap isi alam semesta pun kiranya lestari menaungi keselamatan lahir batin, akhlak moral para pemimpin negeri ini, yang akan terus berjuang bagi kesejahteraan dan kemajuan rakyat Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Ekodamai – Energi alternatif..
menghormati budaya asli dan kesatuan manusia dengan alam. Hanya dalam semua itu damai dapat diusahakan. ”The Mission” Pada abad ke-17-18 orang Iguarani di Paraguay disodori dua macam perkembangan: yang satu adalah pembangunan yang mulai dengan pendidikan menyeluruh, seperti yang dilakukan Gabriel dan komunitasnya. Mereka mengajari orang Indian itu bercocok tanam dan memiliki pertanian serta perkebunan sendiri; bahkan mereka mendidik anak-anak sehingga menjadi cerdas dan memiliki selera seni yang semakin indah. Model pembangunan masyarakat lainnya menjadikan orang Guarani sebagai alat untuk mencari keuntungan bagi orang Eropa. Mereka adalah tenaga murah yang dapat menolong mengambil hasil bumi sebanyak mungkin demi kepentingan pendatang. Perbedaan cara pembangunan itu menyeret juga perselisihan antara para pemuka agama dan politisi di Eropa. Tidak perlu menunggu lama: terjadilah perang. Itulah yang ditayangkan oleh film The Mission, yang mendapat banyak penghargaan di beberapa pusat seni dan menjadi pangkal studi banyak seminar. Rebutan sumber daya alam seperti itu bukan hanya tidak berhenti pada abad ke-18, tetapi bahkan semakin meluas dan semakin brutal pada abad ke-19 dan ke-20; abad ke-21 belum terbebaskan dari pertikaian ekonomi dan politis dengan pangkal rebutan sumber daya alam dan dengan akibat perusakan alam yang semakin lama semakin parah. Kata Iguarani dapat diganti dengan pelbagai nama suku di banyak tempat di seluruh dunia. Paraguay dapat saja pindah ke sembarang tempat di pulau subur di setiap benua, termasuk Indonesia. Banyak suku bangsa memandang alam sebagai ibu, seperti kita dulu sering menyebutnya Ibu Pertiwi. Tidak sedikit yang memandang pelindung kesuburan tanah, seperti Dewi Sri, pantas dihormati sebagai sebuah sikap batin untuk menghormati alam. Hal serupa berlaku di Jawa, Amungme, Na’vi, dan seterusnya. Semua merujuk pada sikap sama: menghormati alam semesta. Orang yang mencintai kemajuan bangsa manusia secara menyeluruh, dengan segala analisis ekologisnya, memiliki sikap hormat pada alam secara sama: amat berbeda dengan mereka yang melihat bumi sebagai tempat yang harus diisap habis madunya demi keuntungan finansial jangka pendek. Rebutan sumber daya alam itu sejak beberapa abad dan semakin lama semakin ganas menyebabkan terjadinya konflik tersembunyi atau terbuka di PBB dan seluruh dunia. ”Si vis pacem, protege creaturam”, ”bila mau damai, lindungilah ciptaan” adalah seruan yang pantas mendapat perhatian kita, yang mencintai Pertiwi, menyayangi perdamaian, dan menghendaki kemajuan yang lestari. Itulah juga harapan yang layak dikemukakan pada awal tahun 2010. BS Mardiatmadja, SJ Rohaniwan [Kompas.15/1/1] -- Energi alternatif Walaupun kondisi geografis Indonesia terlahir dari sononya rawan gempa, sehingga harus bisa hidup berdamai dengan gempa. Namun di sisi lain kita melihat kondisi geografis Indonesia terdiri dari ribuan kepulauan, dan dikelilingi oleh jalur-jalur pantai yang indah, maka banyak berlimpah sumber alam lestari yang belum digali dan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga listrik misalnya. Contoh energi tenaga angin di sepanjang pantai dapat sebagai sumber tenaga penggerak turbin – baling-baling – kincir angin, sehingga bisa menjadi energi andalan pengganti batubara, gas alam dan air – (yang sumbernya terbatas dan perlu semakin dihemat) - sebagai penggerak pembangkit tenaga listrik yang lestari dan berkelanjutan. Lebih-lebih bila energi sinar matahari pun kemudian banyak diakomodir menjadi energi tenaga listrik alternatif – tepat guna. Dari sumber tersebut tentu PLN bisa menjadi motor dalam usaha ini – sehingga supply and demand selalu terjaga. Maka dari kedua sumber tenaga alam yang sangat berlimpah ini, bisa diharapkan menjadi energi alternatif andalan yang menjanjikan, terbarukan, ramah lingkungan, alam lestari untuk saat ini dan bagi generasi masa depan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Gempa Haiti dan Kita
= = = = = THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pluralisme Indonesia. = = = = = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pluralism Indonesia Quotient] Menyambut TAHUN BARU 2010 dengan semangat baru untuk kemanusiaan. Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. TAJUK RENCANA Kamis, 14 Januari 2010 | 03:02 WIB Gempa Haiti dan Kita Kali ini gempa menimpa Haiti, negara paling miskin di belahan bumi Barat yang terletak di Karibia, Selasa, menjelang pukul 17.00 atau 04.53 WIB, Rabu. Gempa berkekuatan 7,0 skala Richter ini dilaporkan yang paling dahsyat dalam dua abad terakhir di Haiti, dan dikhawatirkan menewaskan ribuan orang. Markas Besar Misi PBB dan Istana Presiden serta banyak gedung dan bangunan runtuh. Saat terjadi gempa, Presiden Rene Preval dilaporkan tidak berada di istana. Seperti yang sudah sering kita dengar manakala gempa dahsyat terjadi, jumlah korban pasti memang belum diketahui, tetapi yang sudah diamati adalah terputusnya aliran listrik dan saluran telepon. Sementara sebagian besar korban hingga Tajuk ini ditulis masih terperangkap di bawah reruntuk bangunan. Bencana Haiti termasuk dahsyat, dan karena itu banyak negara segera menawarkan bantuan. Sebagai negara yang acap diguncang gempa, kita pun bisa merasakan betapa berat penderitaan rakyat Haiti. Dari jauh hati kita pun terketuk, dan sudah semestinya pula kita menawarkan bantuan kemanusiaan apa pun yang kita bisa. Sebagai negara miskin, dan banyak terlilit kisruh politik, kita bisa membayangkan infrastruktur apa yang tersedia di negara ini. Padahal, kita tahu, untuk menolong korban, yang banyak dibutuhkan adalah alat-alat ekskavasi berat. Mengingat pusat gempa hanya 16 kilometer dari ibu kota Port-au-Prince, korban dan bangunan yang runtuh pun banyak. US Geological Survey, badan di AS yang melakukan pemantauan global atas gempa, menyebutkan bahwa berdasarkan lokasi dan kekuatan gempa, gempa Haiti setidaknya dirasakan oleh sekitar tiga juta orang. Selain bersimpati dan solider kepada Haiti, kita pun ikut diingatkan bahwa kita sendiri masih punya banyak pekerjaan rumah menyangkut kegempaan. Sengaja kita angkat kembali soal ini karena beberapa waktu terakhir tampaknya kita begitu sibuk dengan soal-soal politik yang seperti tidak ada akhirnya, tetapi di sisi lain tidak menghasilkan produktivitas. Padahal, realitas geografis dan geologis tetap menempatkan kita dalam status bahaya gempa. Penderitaan Haiti sungguh dalam karena gempa terjadi ketika kondisi belum sepenuhnya kondusif untuk menggerakkan kembali pembangunan. Dalam penderitaan warga Haiti bisa ingat kembali, bahwa kekalutan politik dan kemiskinan bisa membuat bencana alam — apalagi yang dahsyat — bisa berdampak berlipat ganda. Sekali lagi, sambil mengemas bantuan untuk Haiti, sudah sewajarnya kita terus menengok kesiapan kita sendiri dalam mempersiapkan diri menyongsong gempa besar, yang sudah menjadi satu keniscayaan akan terjadi di wilayah Tanah Air. Jangan sampai kelalaian membuat korban dan penderitaan bertambah. [Kompas, 14/1/10] -- Kita mengetahui struktur geologi dan lapisan lempeng tanah di Indonesia tergolong rentan, karena dikelilingi ring of fire - gunung berapi aktif – sehingga penemuan inovatif pembangunan rumah dari limbah organik oleh para perancang di ITB beberapa waktu yang lalu menjadi penting dan prioritas untuk bisa diterapkan di beberapa daerah rentan gempa, paling tidak untuk meminimalkan korban bila terjadi gempa. Perasaan pilu dan duka yang mendalam menyelimuti para korban, hingga kita pun turut merasakannya – seperti halnya pernah terjadi di Aceh, Yogya, Nias, Tasikmalaya, Padang, NTT, Irian dan sebagainya. Sehingga menggoreskan duka yang mendalam masyarakat dunia khususnya bagi kehidupan dan kemanusiaan. Kiranya para korban dimampukan, kuat dan tabah menjalani hari-hari terberat dalam hidupnya, dan diberikan jalan keluar yang terbaik untuk mengatasinya. Tindakan pemerintah, cinta, kasih sayang, perhatian, bantuan dan pertolongan dari segala penjuru dunia akan menjadi penyejuk jiwa yang dahaga, rasa damai, pemulih luka dan penguat kehidupan mereka serta mendorong semangat kemanusiaan bagi sesama di dunia ini. Amien! Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Rumah dari Limbah Organik - Gempa Haiti..
berjatuhan lebih banyak akibat gempa yang kembali akan terjadi di kemudian hari. [Kompas, 12/1/10] Manusia selalu diberikan pengertian bagaimana menghadapi hal-hal yang akan dan bisa terjadi sewaktu-waktu - walau seringkali yang terjadi, kadang malah mengabaikannya -seperti halnya bencana gempa bumi berkekuatan 7.0 richter, . . . yang saat ini tengah melanda Haiti... Mengingat struktur geologi dan lapisan lempengan tanah di Indonesia tergolong rentan, karena dikelilingi ring of fire - gunung berapi aktif – sehingga penerapan rumah dari limbah organik menjadi penting dan prioritas di beberapa daerah rentan gempa. Sehingga apabila nantinya sampai terjadi gempa, jumlah korban pun bisa dikurangi. Dan yang lebih penting lagi, hendaklah semua unsur berusaha menjaga moral dan nurani bangsa ini dengan baik dan benar. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Berhukum dengan Hukum yang Hidup
kedua dari ucapan Prof Tjip, bahwa ”politisi boleh berbohong, tetapi tidak boleh salah”, rasanya tidak sepenuhnya benar. Seharusnya politisi tak boleh berbohong, apalagi melakukan kebohongan publik, tetapi kenyataannya ada yang berbohong. Baru-baru ini Kwik Kian Gie mengatakan bahwa ada petinggi pemangku jabatan politik kita yang berbohong. Politisi tak boleh salah sebab, kalau sampai salah langkah, bisa tamatlah karier politiknya. Ingat saja Wapres Spiro T Agnew yang tamat riwayatnya setelah mengatakan ”Nolo contendere” atas tuduhan suap. Walaupun (kata Prof Tjip) boleh, Spiro Agnew tidak berbohong sebab di pengadilan ia tidak melawan dakwaan jaksa penuntut. Kesalahannya ialah ia doyan makan sogokan. Juga kita teringat kepada Presiden Richard M Nixon, yang salah (kebablasan) melangkah dalam skandal Watergate. Tamatlah ia dalam pemakzulan, cuma untungnya ia langsung diampuni penggantinya, yakni Presiden Gerald Ford. Ajaran Prof Tjip akan selalu dikenang (dan semoga juga ditiru dan dikembangkan) oleh koleganya, mahasiswanya, dan kita semua. Beristirahatlah dalam kedamaian, profesor! Liek Wilardjo Guru Besar Fisika Universitas Kristen Satya Wacana, Kompas, 12/1/10] Kembali kita kehilangan seorang pendekar dan pakar di bidang sosiologi hukum di Indonesia yang sangat aktif dan kritis terhadap perkembangan hukum positif di Indonesia, Prof Dr Satjipto Rahardjo, SH, MA. Pada saat ini Negara dan pemerintah ingin menegakkan hukum, di saat yang sama di tempat lain ada saja yang sedang mempermainkan hukum – kemudian muncul mafia hukum di berbagai tempat…hingga sampai ke sel-sel tahanan. Hukum akan baik bila dipegang oleh orang baik. Hukum yang kurang baik pun akan tetap baik bila yang menjalankan orang baik. Tetapi sebaliknya, sebaik apapun produk hukum, pasal-pasal dan aturannya, apabila berada di tangan orang jahat, maka …..silakan menjawab sendiri….atau paling tidak akan berjalan baik, tetapi biasanya hanya untuk kebaikan orang jahat tersebut. Marilah kita hidupkan hukum, menyadari hukum, menjunjung tinggi hukum hingga nanti bisa menjadi panglima di Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Memacu Industri Strategis
, Italia, Korea Selatan, Turki, dan negara lain atas berbagai produk perusahaan itu mestinya membuat kita semakin yakin untuk memanfaatkan industri strategis kita untuk berbagai keperluan. Pemerintah juga bisa mengembangkan program pembiayaan perbankan yang dijamin sepenuhnya oleh pemerintah sebagaimana fasilitas kredit ekspor dengan negara lain selama ini. Berbagai hal tersebut akan memungkinkan industri strategis kita berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam percaturan global. [Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo Pemerhati Ekonomi, Kompas, 11/1/10] Negara dengan segala sumber daya yang mendukungnya; manusia, alam, lembaga negara, instansi, badan usaha, dan sebagainya kiranya terus berusaha keras memacu kebijakan, kinerja dan produktifitasnya di berbagai lini. Periode lima (5) tahun bukanlah waktu yang lama untuk membangun bangsa, apalagi waktu 100 hari pertama kerja menteri kabinet yang tidak terasa hampir terlewati. Jangan lakukan lagi tindakan-tindakan yang melukai hati rakyat, seperti korupsi, manipulasi, penyalahgunaan wewenang, salah kebijakan atau mal keputusan dan sebagainya. Tetapi tunjukkan bahwa seluruh aparat Negara selalu menjadi motor pemberantasan korupsi, dan menjadi teladan di setiap kebijakan instansinya. Karena dari tindakan dan teladan itulah akan menyemai dan menanam moral kepada tiap generasi, sekaligus akan menjadi penentu maju tidaknya generasi bangsa Indonesia di masa depan. Jadi sebaiknya jangan coba-coba lagi dan jangan main-main lagi. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Sariban, Hidup untuk Lingkungan Hidup
di sekolah rakyat tentang Kota Bandung benar-benar berkesan bagi Sariban. Dalam benak Sariban waktu itu, Bandung adalah gambaran kota ideal dengan masyarakat yang gemah ripah loh jinawi. Udaranya sejuk, tanahnya subur, dan rakyatnya makmur. Dengan menumpang kereta api, Sariban berangkat dari Magetan ke Bandung. Saat itu tahun 1963 ketika dia baru saja lulus Kursus Dagang Tingkat Pertama (sekolah setingkat SMP). Sampai di Bandung, Sariban menggelandang selama tiga bulan karena tidak mempunyai sanak saudara di Bumi Priangan itu. Dia kemudian bekerja sebagai kuli bangunan di Kelurahan Husein Sastranegara. Dari upah menjadi kuli itulah Sariban melanjutkan pendidikan di Kursus Karyawan Perusahaan Tingkat Atas Bandung dan lulus tahun 1972. Tahun itu juga dia melamar dan diterima bekerja di Rumah Sakit Mata Cicendo. Tugasnya mengurusi lingkungan, mulai dari memeriksa genteng bocor, saluran air hujan, sanitasi, sampai mengurus taman. Untuk memudahkan Sariban, Rumah Sakit Mata Cicendo memberinya sebuah sepeda kumbang yang sampai saat ini masih dia pakai. Setiap berangkat kerja, Sariban membawa sampah dari rumah untuk dibuang ke tempat penampungan sementara yang dia temui di jalan. Dia juga tekun memunguti sampah di jalan untuk dibuang ke tempat yang seharusnya. Ia menerima berbagai penghargaan Lingkungan Hidup dari Gubernur Jawa Barat mulai dari Gubernur Ateng Wahyudi (1987), Pengelola Lingkungan Hidup Terbaik oleh Gubernur R. Nuriana (2002), Pelestari Lingkungan Hidup oleh Wakil Kota Bandung Dada Rosada 2008, Hadiah sepeda listrik dari Wali Kota Bandung sebagai Penjaga Lingkungan Hidup tahun 2009. [Kompas, 7/1/10]. Manusia hidup adalah untuk memelihara, merawat, memupuk dan membangun kehidupan serta lingkungan hidup, sehingga mendorong proses kehidupan bersama lingkungan alam di sekitarnya semakin berkulitas, berkembang dan lestari. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Indonesia dan Gus Dur, Frans BK..
harus membela Bung Karno terhadap PKI, yaitu dari dalam pemerintahan,” ujar Yani. Akhirnya kami setuju. Partai harus meninggalkan oposisi. Hal itu tidak diumumkan, tetapi hanya bisa diterima berdasarkan program. Esoknya, Frans ke istana. ”Nah, Frans, kamu aku jadikan menteri perkebunan. Sanggup? Ini bukan seperti kebun kalian di Flores, hanya beberapa pohon kelapa. Kau harus urus kopi, teh, karet.” Frans mulai lagi bertemu Bung Karno. ”Saya harus akui, selama itu dia selalu membela saya terhadap PKI. Meski saya menentang politiknya, dia selalu merangkul. Bung selalu bisa menerima,” ujar Frans. Waktu Bung Karno meninggal pada 21 Juni 1970, Frans Seda berada di Singapura untuk mengurus Batam. Frans Seda meninggal pada 31 Desember 2009. Mereka mungkin bertemu lagi di sana. (Pieter P Gero) Kompas, 6/1/10. Semaian dan tebaran pemikiran yang dilakukannya dengan tekun, gigih dan sepenuh hati telah tumbuh subur, berkembang memenuhi hati, jiwa rakyat dan bangsanya bagi proses kemajuan bangsa Indonesia, bahkan terasa hingga ke penjuru dunia. Jasa dan teladannya tak akan usang diterpa zaman, bagaikan permata2 yang indah, terus bercahaya menyertai langkah kehidupan, di setiap generasi bangsanya. Terima kasih para pahlawan bangsa, suri tauladan senantiasa telah engkau tunjukkan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Mengenang Gus Dur dan Frans Seda
Pemerintah Amerika Serikat, di bawah Presiden John F Kennedy, mengajukan upaya perdamaian yang dikenal dengan Plan Bunker. ”Kita sudah setuju Plan Bunker dari Kennedy untuk menyelesaikan soal Irian Jaya, tapi Belanda belum. Bersama ABRI dan Nasution (Jenderal Abdul Haris Nasution), kita mencari jalan. Saya lalu dikirim ke Belanda untuk diplomasi,” tegasnya. Plan Bunker intinya meminta Indonesia dan Belanda agar mengupayakan jalan damai bagi penyelesaian Irian Jaya. John F Kennedy mengutus adiknya, Robert Kennedy, ke Jakarta pada Februari 1961 untuk menyampaikan rencana ini, tetapi Pemerintah Belanda saat itu tetap menolak. Menlu Belanda Joseph Luns (1952-1971) paling keras menolak. Karena Frans Seda saat itu tokoh Partai Katolik di Indonesia, mula-mula pembicaraan dilakukan dengan Partai Katolik di Belanda yang juga partai berkuasa. ”Tapi mereka tidak mau menerima, apalagi pemerintah. Menlu Belanda Joseph Luns saat itu juga melarang semua menteri menemui saya. Saya bilang, terserah,” ujar Frans Seda. Frans Seda hanya mengatakan, ”Saya datang untuk menyatakan kalau kamu tidak menerima rencana itu, terjadi perang. Dan kalau terjadi perang, kau yang salah, kau yang harus pikul darah orang-orang yang mati.” Saat itu Indonesia memiliki sejumlah kapal perang, kapal selam, pengebom, dan pesawat tempur mutakhir buatan Uni Soviet. Pada 2 Januari 1962, Komando Mandala untuk membebaskan Irian Jaya sudah dibentuk. Panglimanya Brigjen TNI Soeharto (kemudian Presiden Soeharto) yang saat itu menjabat Deputi KSAD Wilayah Indonesia Timur. Pada hari ke-10, Partai Katolik Belanda rapat dan membicarakan masalah Plan Bunker dan akan mengusulkan ke kabinet. ”Saya bilang, tanggal 19 Mei saya masuk Indonesia dari Singapura. Kalau bisa, saya dapat kabar sebelum itu karena harus lapor kepada Bung Karno,” ujar Frans Seda. Dari sana Frans Seda ke Roma (Italia), bertemu dengan Menlu Vatikan. ”Saya bilang bila Belanda tidak menerima Plan Bunker, berarti perang. Vatikan bila dengar soal pembunuhan amat responsif,” tutur Frans Seda. Pendekatan sebagai sesama Katolik dimanfaatkan. Pulang ke Singapura. Pada 18 Mei 1962 malam, telepon berdering. ”Frans, dengar siaran radio Pemerintah Belanda semalam? Pemerintah Belanda menerima rencana itu.” Tiba di Jakarta, Frans Seda langsung ke Istana dan bertemu dengan Jenderal Achmad Yani. Saat Frans Seda bertemu dengan Achmad Yani, datang Mayjen Soeharto. Sebagai Panglima Komando Mandala, pangkat Soeharto dinaikkan satu tingkat. ”Ia marah karena di luar diberitakan soal Irian ini kemenangan diplomasi Deplu,” ujar Frans Seda yang untuk pertama kalinya bertemu dengan Soeharto. Tapi Achmad Yani langsung bilang, ”E... nanti dulu Pak Harto. Ini orangnya. Yang menjalankan diplomasi bukan mereka, tetapi kita. Ini orangnya di sini. Jangan kecil hati.” Frans Seda hanya berdiam diri saat ditunjuk Jenderal Achmad Yani. Achmad Yani menegaskan, ini kemenangan tentara, walau di bidang diplomasi. ”Bukan kemenangan Subandrio,” ujar Frans Seda mengutip Achmad Yani. Subandrio adalah Menteri Luar Negeri yang ketika itu bertolak belakang secara politik dengan tentara. Frans Seda sudah berpulang kepada Sang Pencipta 31 Januari 2009. Pertanyaan terakhir pada wawancara itu, apa yang dilakukan Pak Frans jika diperkenankan mengulang hidup lagi. Dengan tertawanya yang khas, Frans Seda menjawab, ”Pertama, saya akan kawin lagi dengan istri yang sama, ha-ha-ha Kedua, bila diberi kesempatan, saya akan kembali turut mengatur negara ini sebab bangsa ini bangsa yang baik. Bila ditangani orang baik, akan bagus. Ketiga, coba lagi menjadi Katolik, ha-ha-ha..., jadi Katolik yang lebih baik.” Frans Seda menikahi Yohanna Maria Pattinaya pada 11 Mei 1961 di Jakarta. Frans gemar menonton tonil yang salah satu bintangnya adalah sang istri. Terima kasih Pak Frans Seda. (Pieter P Gero) Kompas, 4/1/10. Semaian dan tebaran pemikiran yang dilakukannya dengan tekun, gigih dan sepenuh hati telah tumbuh subur, berkembang memenuhi hati, jiwa rakyat dan bangsanya bagi proses kemajuan bangsa Indonesia, bahkan terasa hingga ke penjuru dunia. Jasa dan teladannya tak akan usang diterpa zaman, bagaikan permata2 yang indah, terus bercahaya menyertai langkah kehidupan, di setiap generasi bangsanya. Terima kasih para pahlawan bangsa, suri tauladan senantiasa telah engkau tunjukkan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Kehampaan atas Kepergian Gus Dur..
= THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pluralisme Indonesia. = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pluralism Indonesia Quotient] Memperingati Hari Raya NATAL 25 Desember 2009 dan TAHUN BARU 2010 Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. Kamis, 31 Desember 2009 | 05:21 WIB Kehampaan atas Kepergian Gus Dur Kepergian mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid telah menciptakan kekosongan eksistensial bagi para sahabat, murid, dan pengagumnya. Ke arah ruang hampa itu telah berembus angin kedukaan mendalam dan kegamangan atas kehilangan tokoh yang sebagian besar hidupnya didedikasikan bagi Indonesia yang pluralistik dan demokratis. Kegamangan sebenarnya sudah terasa ketika kesehatan mantan Presiden yang lebih dikenal dengan sapaan Gus Dur itu cenderung merosot, lebih-lebih dalam empat tahun terakhir. Sekalipun tubuhnya sudah rapuh, Gus Dur tidak kehilangan perhatian terhadap urusan kebangsaan, termasuk yang mutakhir seperti kasus Bank Century. Kepergian Gus Dur pun tidak hanya menyentuh rasa duka mendalam, tetapi sekaligus menyingkapkan reputasinya sebagai tokoh agama, pejuang demokrasi, pemimpin politik, pembela kaum minoritas, pengusung hak asasi, pahlawan pluralisme, penganjur perdamaian, dan penentang kekerasan. Segala karyanya itu dijalaninya sepenuh hati sebagai panggilan hidup, sekaligus sebagai perwujudan keyakinan dan nuraninya. Soal prinsip, Gus Dur tidak pernah ragu-ragu, dan memang tegas, tanpa kehilangan rasa humor yang tinggi. Terkenal ucapannya ”gitu aja, kok, repot”. Ketika orang masih sulit berbicara tentang demokrasi pada puncak pemerintahan Presiden Soeharto, Gus Dur bersama sejumlah aktivis mendirikan Forum Demokrasi yang mendorong wacana proses demokratisasi di Indonesia. Gus Dur juga memberikan pembelaan dan perlindungan terhadap anggota Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang dikejar-kejar aparat pada era Orde Baru. Jangkauan pergaulan Gus Dur pun sangat luas, jauh di luar batas lingkungan sosial kulturalnya. Ketika digugat mengapa terkesan lebih akrab dengan tokoh-tokoh non-Muslim, Gus Dur menjawab, Islam merupakan rahmat untuk semesta, rahmatan lil alamin. Gus Dur telah melambungkan citra Indonesia di arena internasional karena pandangan dan pikirannya yang terbuka. Perjuangannya tentang Indonesia yang pluralistik, damai, demokratis, dan menghargai hak asasi bukanlah basa-basi, tetapi bersifat total. Seperti banyak tokoh besar lain dalam sejarah yang penuh cobaan, Gus Dur pun tidak luput dari tantangan termasuk ujian politik yang melengserkannya dari kursi kepresidenan. Hanya di atas segalanya, Gus Dur telah memperlihatkan komitmen luar biasa bagi kepentingan bangsa. Berbagai kalangan merasa nyaman dengan Gus Dur sebagai teman, sahabat, pelindung, pembela, dan pejuang bagi kaum tertekan. Perhatian Gus Dur begitu besar terhadap kepentingan bangsa sampai-sampai tidak memerhatikan kesehatannya sendiri. Namun, kebesaran jiwa, keluhuran pikiran, dan kemuliaan perjuangannya telah melampaui keterbatasan fisiknya. Itulah kebesaran yang ditinggalkan Gus Dur sekaligus yang dibawanya memasuki keabadian. [Tajuk Rencana, Kompas, 31/12/2009] --- Sekalipun hingga pada saatnya seseorang harus berpulang, meninggalkan tubuh dan jasadnya, namun jiwa dan pikirannya akan terus tumbuh berkembang, sebagaimana halnya ia bertekun, gigih dan giat merawatnya di saat ia masih hidup, dan diberi kesempatan mengusahakannya untuk kebaikan kehidupan umat dan sesama, negaranya bahkan hingga kebahagiaan dunia sekalipun. Turut berduka yang mendalam atas berpulangnya putra-putra terbaik bangsa Indonesia, khususnya pejuang di bidang kemanusiaan; KH. Abdurrahman Wahid, 69th, Mantan Presiden RI ke-4 Franciscus Xaverius Seda, 84th, Mantan Menteri Keuangan 1963-1964 Jasa dan teladannya tak akan lekang digerus zaman, bagaikan permata2 yang indah, terus bercahaya menyertai kehidupan di setiap generasi bangsanya. Terima kasih para pahlawan bangsa, suri tauladan senantiasa telah engkau tunjukkan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko SELAMAT MENYONGSONG TAHUN BARU 2010 Dengan penuh semangat baru….! Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Renungan NATAL: Bukan Cicak atau Buaya
bangsa kita. Itulah pesan yang juga disampaikan oleh Pesan Natal Bersama PGI dan KWI, yaitu ”untuk senantiasa menyadari kebaikan Tuhan dan sendiri berbuat baik kepada sesama, yakni untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan”. Dengan demikian, merayakan Natal antara lain berarti meneguhkan niat — baik sebagai pribadi maupun dalam kebersamaan — untuk selalu berbuat baik. Mengakhiri renungan ini, saya kutip kata-kata indah Bunda Teresa, ”Setiap kali kita tersenyum bersahabat kepada seseorang dan berbaik hati kepadanya, kita merayakan Natal. Setiap kali kita memberikan pengharapan kepada seseorang yang putus asa, kita merayakan Natal. Setiap kali kita memberikan kesempatan Yesus lahir kembali dengan membahagiakan orang lain, kita merayakan Natal.” Selamat hari raya Natal dan selamat rajin berbuat baik dan selamat menyambut Tahun Baru. [I Suharyo Uskup Koajutor Keuskupan Agung Jakarta] ---Terima kasih Pastor atas renungannya, dapat sebagai bekal untuk menjalani dan memaknai Natal kali ini menjadi lebih berarti... Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat.Best Regards, Retno Kintoko Kepada seluruh umat kristiani di Indonesia kami mengucapkan: SELAMAT HARI RAYA NATAL 2009 DAN TAHUN BARU 2010 Kiranya kebahagian dan sukacita Natal TUHAN ini senantiasa dicurahkan atas kita dan menyelimuti segenap hati dan jiwa kita di segala kehidupan kita sekalian. Salam damai di bumi damai di hati. Amien! Salam dan doa, Retno Kintoko SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Boediono, Yudhistira, atau Prabu Baka...
= THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia. = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Memperingati Hari anti Korupsi 9 Desember 2009 dan Hari HAM 10 Desember 2009 Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. WAYANG KULIT Boediono, Yudhistira, atau Prabu Baka... Di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (16/12), Panitia Khusus Hak Angket Bank Century DPR mulai menjalankan tugasnya mengungkap ”kebenaran” penyelamatan Bank Century dengan suntikan dana Rp 6,7 triliun. Badan Pemeriksa Keuangan adalah pihak pertama yang didengar keterangannya. Sementara itu, di depan Istana Wakil Presiden di Jalan Medan Merdeka Selatan, mahasiswa dengan berbagai bendera organisasi melakukan aksi menuntut Wapres Boediono mundur sementara. Teriakan pengunjuk rasa sayup-sayup terdengar di kamar kerja Wapres. Namun, Boediono tidak di sana. Pada saat yang sama, seusai membuka Festival Dalang Bocah Tingkat Nasional 2009, ia asyik menikmati pergelaran wayang kulit berjudul Pembebasan Eka Cakra. Lakon itu dimainkan selama 22 menit oleh dalang cilik kelas I SMP asal Desa Cakul, Kecamatan Jongko, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Wuwus Nanang Galih Carito. Boediono mengaku sejak kecil menggemari wayang kulit. Ia terlihat tenang menyaksikan suguhan wayang kulit itu. Ia juga sempat bercerita, sejak kecil di kota kelahirannya, Blitar, Jatim, dia rajin menonton wayang. Ketika itu tidak ada hiburan yang murah kecuali wayang kulit. ”Setiap pagi saya dibangunkan oleh ayah, sekitar pukul 02.00, untuk menonton wayang. Ayah saya melarang apabila menonton wayang semalam suntuk. Jadi, saya menonton ketika hari mulai terang,” katanya. Lemah lembut Menurut Ketua Umum Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Pusat Ekotjipto, Boediono menjadikan Yudhistira (Puntadewa) sebagai ikon dalam kehidupan sehari-harinya. Yudhistira adalah putra tertua Pandawa, ikon kebaikan dan kebenaran yang lemah lembut serta berhati-hati jika berbicara. Yudhistira tak pernah menginjak tanah, terkecuali berbohong. Humas Pepadi Pusat Bambang Asmoro menjelaskan, lakon Pembebasan Eka Cakra berkisah soal kejahatan dan angkara murka yang dikalahkan kebaikan budi. Epos ini mengisahkan negeri yang dikuasai raksasa pemakan manusia, Prabu Baka. Setiap hari di negeri Eka Cakra, rakyat harus menyiapkan seorang manusia sebagai santapan Prabu Baka. Tiba giliran keluarga Demang Widrapa harus menyerahkan korban. Seluruh anggota keluarga itu ingin berkorban sehingga mereka kesulitan untuk menentukannya. Di tengah kesulitan itu, Pandawa berkunjung dan bermalam di rumah Widrapa. Masalah ini diketahui Pandawa. Dewi Kunti, ibu Pandawa, meminta Yudhistira mengutus Bima (Bratasena) menjadi korban untuk menggantikan keluarga Widrapa. Bima yang memiliki senjata kuku Pancanaka justru bisa membunuh Prabu Baka. ”Cerita ini bermakna tolong-menolong dan balas budi. Angkara murka bisa dikalahkan oleh kebenaran dan kebaikan,” ujar Bambang. ”Prabu Baka adalah simbol keserakahan. Yudhistira yang mengutus Bratasena adalah simbol kebaikan dan kebenaran,” tuturnya. Apakah kisah itu terkait kisah Boediono yang kini terbelit kasus Bank Century? ”Wah, itu urusan politik. Jangan dikaitkan dengan pewayangan,” kata Bambang. (har), Kompas, 19/12/09] - Belajar dari kasus kebijakkan ekonomi yang dampaknya menguras energi dan waktu para pejabat publik negeri ini, bahkan sebelum 100 hari kerja terlewati. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS 22 Desember 2009 Hari Ibu
, pilkada, semua relatif aman. Modal ekonomi Indonesia juga tidak dimulai dari nol. Politisi juga mulai mendengarkan tekanan rakyat. Pengusaha juga tetap bekerja seperti biasa. Situasi global dimungkinkan juga relatif stabil pada lima tahun ke depan. Dengan modal ekonomi dan politik seperti itu, jika para menteri tidur saja, keadaan Indonesia akan sama dengan tahun 2004- 2009. Apalagi kalau para menteri bangun, bekerja, dan Presiden bisa lebih tegas sehingga bisa menjadi sandaran perasaan aman rakyat. Jika ini terjadi, Republik bisa meloncat mengejar kegemilangan Bric (Brasil, India, China). Sayang sekali, sampai hari ini, 22 Desember 2009, Presiden masih sering mengeluarkan pernyataan politik yang terlalu panjang, kurang akurat, sehingga malah membingungkan rakyat. Kompas, 22/12/09 Belajar dari kasus kebijakkan ekonomi yang dampaknya menguras energi dan waktu para pejabat publik negeri ini, bahkan sebelum 100 hari kerja terlewati. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Mengucapkan : Selamat Hari Ibu, 22 Desember 2009 Persembahan untuk para Ibu “Kasih Ibu tiada tara... sejuk lembut menawan hati dan jiwa membara terasa sepanjang masa. Dedikasi kami untuk para Ibunda tercinta... di mana saja engkau berada tetap terpatri di dalam jiwa dan raga para putera-putri penerus bangsa. Juga untuk kebaikan dan kemajuan Ibu Pertiwi sebagai harapan dan masa depan anak-anak negeri. Bangun dan bangkit Indonesia jaya! -- Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Menunggu (Ang)-Godot
banyak agen kebohongan untuk menutupi kebohongan-kebohongan baru. Lalu, masa pemerintahannya akan dihabiskan untuk membalas jasa para agen kebohongan itu, antara lain agar tidak ”menyanyi”. Dengan demikian, tidak akan pernah terjadi pembangunan yang efektif untuk rakyat. Jadi, kita sedang menunggu politikus jantan dengan rombongan intelektual jantan, yang segera menunjukkan di mana bersihnya mereka serta melaporkan yang tidak bersih sebagaimana mestinya. Jika tidak, kita memang sedang ”Menunggu (para) Godot” yang tak kunjung tiba [Effendi Gazali, Koordinator Program Master Komunikasi Politik UI, Kompas, 16/12/09] Belajar praktis tentang kepastian hukum dari kasus kebijakkan ekonomi yang dampaknya menyedot devisa negara, menguras energi dan waktu para pejabat publik negeri ini, bahkan sebelum 100 hari kerja terlewatihingga sampai ada yang mencoba-coba mengkail ikan di air yang ia sangka keruh... padahal godot2lah yang perlu di kail.. agar air tetap terjaga kejernihannya. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Mengawal Pansus Century
perilaku anggota Pansus Century. Seperti Rumah Sakit Omni yang menghentikan tuntutan perdata saat publik memperlihatkan perlawanan melalui pengumpulan koin, anggota DPR akan berhenti ”bermain-main” saat publik memberi sinyal antipati. [Toto Sugiarto Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate, Kompas, 17/12/09] Belajar praktis tentang kepastian hukum dari kasus kebijakkan ekonomi yang dampaknya menyedot devisa negara, menguras energi dan waktu para pejabat publik negeri ini, bahkan sebelum 100 hari kerja terlewati Hingga sampai ada yang mencoba-coba mengail ikan di air yang ia sangka keruh... padahal godot2lah yang perlu dikail... agar air tetap terjaga kejernihannya. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Sri-Boediono-Yudhoyono
Yudhoyono, terus terang saja saya dibuat makin tak mengerti. Mengapa, dengan modal politik dan legitimasi yang sebegitu besar, ia semakin terlihat tidak presidensial. Saya dibuat makin tak paham, mengapa ia selalu terlambat menjejeri perkembangan politik yang berjalan begitu cepat hari-hari ini. Seandainya Yudhoyono pun terlibat, tentu saja ia pun mesti menerima sanksi hukum dan politik setimpal. Saya percaya, penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi harus berlaku adil kepada siapa pun. [EEP SAEFULLOH FATAH, CEO Pol Mark Indonesia, Kompas, 15/12/09] - Belajar dari kasus kebijakkan ekonomi yang dampaknya menguras energi dan waktu para pejabat publik negeri ini, bahkan sebelum 100 hari kerja terlewati. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Risiko (Politik) Sistemik
, termasuk Indonesia. Secara mengejutkan, Abdulrahman al-Saleh, Menkeu Dubai, mengatakan, tak ada dana talangan dari pemerintah (Financial Times, 1/12/2009). Praktik penalangan sebenarnya terkait konsep Too Big To Fail. Kini, doktrin ini dipertanyakan kesahihannya oleh para akademisi dan lembaga penjamin simpanan-nya AS. Sederhananya, keputusan menalangi Bank Century mengandung banyak kelemahan meski bukan berarti pengambil kebijakan bisa dikriminalisasi. Masalahnya, respons terhadap kasus Bank Century sudah masuk ranah politik. Maka dari itu, terlepas dari benar-tidaknya dampak sistemik secara ekonomi, dampak sistemik politiknya sudah sangat nyata. A Prasetyantoko Dosen di Unika Atma Jaya, Jakarta, Kompas, 14/12/09] - Belajar dari kasus kebijakkan ekonomi negara yang dampaknya sangat sistemik dan politis. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Soe Hok-Gie.. Kegilaan yang Menginspirasi..
= THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia. = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Memperingati Hari anti Korupsi 9 Desember 2009 dan Hari HAM 10 Desember 2009 Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. Soe Hok-Gie ...Sekali Lagi, Kegilaan yang Menginspirasi... Benar-benar gila. Enam tahun musuhan, hanya karena demi Soe Hok-Gie (lahir di Jakarta, 17 Desember 1942, wafat di puncak Mahameru, 16 Desember 1969), mereka bersatu kembali. Saking tergila-gilanya, dalam tempo dua minggu, seorang Mira Lesmana, misalnya, di sela-sela kesibukan yang luar biasa, bisa menyelesaikan tulisan dua jam menjelang tenggat. Ada belasan penulis dalam kategori sama gilanya dengan Soe Hok-Gie — karena teman seperjuangan dan tergila-gila dengan sosok Soe Hok-Gie — dalam waktu dua bulan bisa menghadirkan buku Soe Hok-Gie …Sekali Lagi, setebal xxxix + 512 halaman. Ketika mereka dan puluhan pengagum serta teman Soe Hoe-Gie berjumpa, Jumat (4/12) siang di Bentara Budaya Jakarta, suasana menjadi begitu hangat. Mereka, yang umumnya sudah ubanan, tetapi masih berjiwa muda, saling bernostalgia. Silaturahim penuh kehangatan, yang mungkin sudah lama terputus, terjalin erat kembali. Apalagi Rudy Badil, salah seorang editor buku dan teman Soe Hok-Gie, yang sama tergila-gila mendaki gunung, dengan lincah dan kocak memperkenalkan satu per satu penulis dan membuka cerita yang sangat manusiawi sekali, kenangan semasa menjadi aktivis kampus di Universitas Indonesia, menjadi eksponen ’66. Sekitar 50 pengunjung tak henti-henti dibuat tergelak-gelak, bahkan tersenyum-senyum malu. Dan jika Anda sempat membaca buku ini — yang mungkin sudah beredar dan akan diluncurkan pertama kali tanggal 16 Desember mendatang di Universitas Indonesia, Depok — bersiap-siaplah menjadi tambah gila. Tergila-gila karena tiba-tiba Anda bisa menjadi pengagum baru sosok Soe Hok-Gie. Semangat Anda akan menjadi terbakar dan yang pasti, terinspirasi. Tergila-gila dan kemudian ikut peduli memikirkan masa kini, juga masa esok, alam bangsanya, siapa takut? ”Soe Hok-Gie …Sekali Lagi ini, yang katanya small outside with big inside, terbagi dalam lima bab dan tersusun unik. Unik karena buku kenangan sekaligus bunga rampai 20-an tulisan serta pemanfaatan dokumentasi ini membuat informasi kejadian dan peristiwa nyata, yang biarpun berlangsung 40-an tahun lalu masih terasa jelas benang merahnya,” kata Rudy Badil, salah seorang dari tiga editor buku. Dua editor lainnya adalah Luki Sutrisno Bekti dan Nessy Luntungan R. Buku dengan judul kecil Buku Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya ini menyajikan dengan otentik dan amat eksklusif testimoni survivors Musibah Semeru 16 Desember 1969. ”Buku ini juga memuat rangkaian dokumentasi bagus tentang Soe Hok-Gie dan Idham Lubis, suatu sajian unik yang memberikan dimensi lain mengenai kejadian masa lalu dua sekawan itu. Dari situ diketahui bahwa, bahkan selewat 35 tahun sejak Soe meninggal tahun 1969, nama Hok-Gie masih dicatut oleh segelintir manusia culas untuk menjual proposal penipuan adanya harta karun tipu-tipu senilai triliunan rupiah di puncak Mahameru,” papar Rudy Badil. Jakob Oetama dalam tulisannya, ”Gelisah atas Nama Integritas”, menulis, ”Di tengah krisis rasa keadilan, hilangnya rasa, dan gencarnya semangat menggugat hukum saat ini, sosok Soe Hok-Gie pantas ditampilkan. Dilakukan tidak dengan maksud mengultusindividukan, tidak juga memaksakan, melainkan menawarkan nilai-nilai keteladanan, terutama integritas dan kebersihan hati.” Menurut Jakob, Soe Hok-Gie mungkin tidak sekadar nama, tetapi sebuah nama yang telah mengukirkan sosok yang terus gelisah, inspirator yang terus menggugat… atas nama integritas dan kehormatan diri. (NAL) Kompas, 05/12/09] - Butiran mutiara anak bangsa kan tetap bersinar melampoi zamannya…sebagai bentuk persembahan yang terbaik bagi perkembangan masa depan bangsanya. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Republik Zonder Atap
dalam menangani krisis ekonominya. Rakyat jelata yang ditawan VOC dan bangsawan lokal adalah kisah dua abad silam. Kini Minah dan kaumnya Republik ini adalah Republik zonder atap. [Dominggus Elcid LiCo-editor Jurnal Academia NTT; Mahasiswa PhD di Departemen Sosiologi, University of Birmingham, Kompas, 04/12/09] Kepada siapa lagi negara ini bisa berharap, kalau bukan kepada rakyat dan para pemimpinnya? Gerakan Indonesia Bersih (GIB) bukanlah untuk pamer kekuatan, apalagi unjuk kekuasaan mereka hanyalah melanjutkan semangat juang, merealisasikan pidato dan janji-janji kepemimpinan dan keteladanan para pemegang moral bangsa, menjaganya dan menjunjung tinggi integritas negara – unjuk kedamaian di hari bersih dari korupsi, 9 Desember 2009, serta penegakan hak azazi manusia yang diperingati hari ini, 10 Desember 2009. Sebagai bentuk persembahan yang mendidik, baik dan berkualitas bagi masa depan bangsa. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Ilmu Tak Tertulis Suatu Abad
rohaniwan yang mungkin suci, tetapi belum tentu becus memimpin. Pemimpin itu pasti kotor atau setidaknya pernah kotor. Entah itu kotor karena uang, karena lumuran darah dan air mata pihak yang tak sepakat. Jadi, sekali lagi, masihkah kita bersepakat dengan gerakan pengusutan Bank Century jika niat utama, dan mungkin satu-satunya, penggulingan kekuasaan? Kearifan tradisional Ilmu tak tertulis begitu banyak. Itu bukan saja ilmu saat Menkominfo Tifatul Sembiring membaca bahasa tubuh SBY dan dapat menyimpulkan sikapnya sebelum SBY resmi mengumumkan sikapnya atas rekomedasi Tim 8. Tetapi, itu juga ilmu yang digunakan masyarakat untuk sampai pada kesimpulan diam-diam, hanya melalui bahasa tubuh, tentang siapa sebenarnya Komjen Susno Duadji. Ilmu tak tertulis adalah semua ilmu yang tidak diajarkan di bangku sekolah dan kuliah. Mengingat dunia akademis, bahkan untuk mengajarkan teater saja, memilih teater yang ada naskah tertulisnya, maka yang diajarkan kebanyakan teater Eropa. Lakon dan kearifan yang terkandung dalam teater tradisional, tak tertulis, teronggok, dan nyaris punah. Padahal, kearifan tak tertulis itu bisa memberi tahu kita mengapa reformasi 1998 gagal? Karena reformasi itu didorong seluruh atau di antara ”Pancasila”-nya korupsi: Sirik, rakus, iri, dengki, dendam. Bukan pertama-tama didorong membuat perbaikan guna meraih kembali kejayaan Nusantara. Ilmu tak tertulis mengajarkan kita semua untuk waspada dan hati-hati agar tidak terseret gerakan pengusutan kasus Bank Century jika agendanya cuma penggulingan penguasa yang belum tentu terbukti bersalah. Ilmu tak tertulis hanya membuat kita terpanggil mendukung gerakan itu jika agendanya adalah meraih kembali kejayaan Nusantara guna perbaikan nasib kita bersama. Yang lain-lain, jika pun terjadi, hanya dampak sampingan. [Sujiwo Tejo, Dalang, Kompas, 05/12/09] Kepada siapa lagi negara ini bisa berharap, kalau bukan kepada rakyat dan para pemimpinnya? Gerakan Indonesia Bersih (GIB) bukanlah untuk pamer kekuatan, apalagi unjuk kekuasaan mereka hanyalah melanjutkan semangat juang, merealisasikan pidato dan janji-janji kepemimpinan dan keteladanan para pemegang moral bangsa, menjaganya dan menjunjung tinggi integritas negara – bersih dari korupsi pada hari ini, 9 Desember 2009, serta penegakan hak azazi manusia yang akan kita peringati besok, 10 Desember 2009. Sebagai bentuk persembahan yang baik dan berkualitas bagi masa depan bangsa. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Tahun Vivere Pericoloso
nasional. Karena ia merupakan kanker ganas yang melemahkan ketahanan dan jati diri bangsa. Segala bencana yang menimpa bangsa ini pada akar tunjangnya tertanam budaya korupsi. Kesadaran inilah yang bergema dalam jiwa jutaan warga. Kesadaran kolektif ini mendorong berbagai elemen mempertautkan diri dalam Gerakan Indonesia Bersih (GIB), yang akan menjadikan peringatan Hari Antikorupsi Sedunia, 9 Desember 2009, sebagai momentum untuk menyelamatkan Indonesia dari bencana demokrasi dan bencana rezeki. Aksi Damai Indonesia Bersih oleh GIB ini, seperti tecermin dari namanya, menekankan upaya penyampaian aspirasi dan tekad secara damai dan bersih dari fitnah dan kekerasan. Dengan demikian, semua tindakan yang tidak termasuk dalam kategori ”damai dan bersih” bukan merupakan bagian dari gerakan ini. Pesan moral gerakan ini sejalan dengan platform kampanye kepresidenan SBY yang menjadikan pemberantasan korupsi sebagai prioritas program pemerintah serta agenda 100 hari kabinetnya yang berkehendak memberantas mafia hukum dan peradilan. GIB hadir untuk membantu Presiden SBY merealisasikan janji-janjinya sehingga pantas mendapatkan apresiasi yang hangat. Semoga pada 9 Desember nanti Presiden bisa meluangkan waktu untuk hadir dan menyatu dalam gelombang tekad massa yang mendambakan Indonesia bebas dari korupsi. [Kompas, 08/12/09] Kepada siapa lagi negara ini bisa berharap, kalau bukan kepada rakyat dan para pemimpinnya? Gerakan Indonesia Bersih (GIB) bukanlah untuk pamer kekuatan, apalagi unjuk kekuasaan mereka hanyalah melanjutkan semangat juang, merealisasi pidato dan janji-janji kepemimpinan dan teladan para pemegang moral bangsa, menjaganya dan menjunjung tinggi integritas negara – bersih dari korupsi 9 Desember 2009, serta penegak hak azazi manusia yang akan kita peringati 10 Desember 2009. Sebagai bentuk persembahan yang baik dan berkualitas bagi perkembangan masa depan bangsa Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat Best Regards, Retno Kintoko Alarm Gempa [ERDBEBEN Alarm] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Menyemai Kebebasan Beragama
apa pun. Walaupun harus diakui tantangannnya juga ada. Namun, tidak sampai pada tahap yang membahayakan jiwa. Apa yang bisa dilakukan untuk meredam radikalisme? Yang paling penting adalah membuat masyarakat sadar bahwa terorisme itu berbahaya untuk perkembangan masyarakat sendiri. Karena radikalisme itu cenderung menghancurkan kelompok yang berbeda. Dalam hal ini, potensi ormas Islam sangat besar karena mereka mewakili sebagian besar umat Islam di Indonesia. Apalagi mereka sudah menyatakan diri sebagai kelompok yang moderat. Lebih baik lagi jika mereka bisa lebih progresif sehingga betul-betul menjadi penyangga dalam meredam radikalisme. Apa hambatannya untuk mewujudkan kebebasan beragama di Indonesia? Dari segi legal kita sudah cukup progresif walaupun masih cukup banyak kontradiksi. Dari segi teologi, kita masih memerlukan suatu kejernihan berpikir dan berargumen sehingga menjadi jelas bahwa hak-hak orang lain, baik sesama Muslim maupun non-Muslim, untuk beragama itu dijamin. Isu pluralisme dimulai puluhan tahun lalu, tetapi isu kebebasan beragama belum sampai pada tahap praktis. Secara normatif memang mulai dibangun, misalnya ada uraian mengenai ayat Al Quran laa iqroha fid-dien, yang artinya tak ada pemaksaan dalam beragama. Tetapi, sekarang tantangannya lebih berat. Toleransi pasif mungkin sudah kita lakukan. Saya kira semua tokoh agama dan pemerintahan sudah melakukan, tapi toleransi aktif masih belum. Toleransi aktif maksudnya kebebasan beragama dalam implementasi nyata. Misalnya, upaya menyelesaikan masalah bersama di masyarakat dalam pendirian tempat ibadah. Apakah Anda optimistis masyarakat Muslim Indonesia bisa menuju fase demokrasi aktif? Optimis karena secara normatif tidak ada pertentangan. Bahkan, akar-akar demokrasi sangat kuat di Islam. Itu yang dieksplorasi oleh pemikir Islam yang demokratis. Dan, itu yang hidup di masyarakat. Kita memang sudah memilih demokrasi sebagai cara untuk mengembangkan masyarakat Indonesia. Kita tidak memilih sistem politik yang lain. Demokrasi sudah menjadi amanah waktu kita membentuk Indonesia. Kita menuju ke sana. Saya percaya pada proses. Kita ada dalam satu jalan yang benar. Amerika maupun negara-negara Eropa juga butuh waktu lama sampai ke pilihan demokrasi itu. Kini kita dalam tahap di mana demokrasi bisa ditumbuhkan. Sayangnya tak ada negara Muslim besar yang bisa jadi acuan. Banglades contoh yang menarik. Mereka menyebut sebagai negara sekuler walaupun memiliki jumlah penduduk Muslim sangat besar, terbesar kedua di dunia. Tapi, mereka jatuh bangun juga. Problemnya sama dengan Indonesia, korupsi dan lain-lain. Secara prosedural kita contoh yang baik, di mana demokrasi yang elementer sudah terjadi, di mana pemimpin dipilih masyarakat secara bebas. Pemilu dan pilkada kita damai. Tentu kita belum puas karena itu masih demokrasi yang elementer. Belum sampai pada tahap demokrasi yang membawa kesejahteraan. Jika demokrasi masih membawa tetap miskin, untuk apa? Ini kita yang masih cukup jauh. Masih perlu waktu. Apa yang harus dikhawatirkan bisa menggagalkan kita menuju ke proses itu? Yang bisa menggagalkan adalah radikalisme karena hal itu bisa membatalkan semua yang telah kita lakukan, terutama sejak reformasi. Kecenderungan mengenai radikalisme itu ada sehingga memang harus terus diwaspadai. [Kompas, 20/11/2009]. - Kepada seluruh umat Muhammadiyah, selamat memperingati dan merayakan 100 tahun berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah di Indonesia semoga semakin terasa perannya didalam memajukan bangsa Indonesia. Begitupula kami mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali A. A. Yewangoe menjadi Ketua Umum PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) periode 2009-2014 di Mamasa, semoga lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia semakin menjadi motor pendorong kemajuan berfikir dan pemahaman umat, serta bagaimana umat dapat semakin menyadari pentingnya hidup dalam keberagaman dan keharmonisan bangsa Indonesia. Marilah melanjutkan semangat juang, kepemimpinan, keteladanan dan kerja keras para pahlawan, khususnya di dalam usaha meletakkan dasar negara Pancasila, dasar pemahaman keagamaan, keumatan, kenegaraan dan kebangsaan bagi masa depan bangsa Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Ikutilah : Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Tak Ada yang Kalah dan Menang
dasar negara Pancasila, dasar pemahaman politik, kenegaraan dan kebangsaan bagi masa depan bangsa Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Ikutilah : Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Menjadi Penguasa Belum Tentu Memimpin
sudah mengusulkan di pimpinan DPR agar kita segera membangun perpustakaan besar sejenis dengan perpustakaan kongres di AS, yang merupakan perpustakaan terbesar di AS. Basis riset perlu menjadi tulang punggung pembuatan regulasi. Metode dengar pendapat dan studi banding yang dipakai selama ini hanya jadi sentuhan akhir saja. Tetapi, makin mudah sekarang menjadi anggota DPR? Sistem politik memungkinkan untuk itu. Media sosialisasi pun jauh lebih luas, tetapi fenomena ini tidak akan bertahan lama. Tidak semua yang masuk ke politik akan bertahan sebagai politisi, Menurut saya, yang akan bertahan di dunia politik ini adalah mereka yang punya niat baik dan kompetensi untuk memberi. Mereka yang mencari hidup di dunia politik tidak akan bertahan. Bagaimana Anda melihat perpolitikan di Indonesia sekarang? Perkembangan politik kita sekarang sangat menjanjikan. Kita adalah bangsa besar yang diberi kesempatan berkompetisi secara sehat oleh sistem politik kita, mulai dari struktur tertinggi hingga tingkat desa, terjadi suatu seleksi kepemimpinan secara sistemik. Cepat atau lambat, sistem ini akan memilih putra-putra terbaik dari bangsa kita ini untuk memimpin. Yang paling diuntungkan oleh sistem ini adalah mereka yang berumur 10-15 tahun pada awal reformasi. Mereka hidup dalam era kompetisi dan menyiapkan diri lebih baik untuk memimpin. Sekarang masih banyak karut-marut, tetapi sistem ini akan memproduksi output yang jauh lebih baik di kemudian hari, bukan sekarang. Bagaimana Anda melihat kepemimpinan nasional pada 2014 dan setelahnya? Saya melihat PKS punya dua masalah, soal kapasitas untuk memimpin di tataran strategis dan kapasitas untuk menang di tataran taktis. Menurut saya, memenangi pemilu itu pekerjaan yang tidak terlalu sulit, memimpin lebih sulit. Kita belajar dari kepemimpinan di era Reformasi selama 10 tahun terakhir ini. Bagaimana parpol muncul mendadak, menjadi besar, lalu turun terus. Bagaimana seorang pemimpin atau figur naik, kemudian turun dan lenyap seketika. Misalkan Anda seorang presiden, kalau Anda tidak datang dengan sebuah tim yang besar, pekerjaan pertama yang harus Anda lakukan adalah distribusi politik, membagi-bagikan kekuasaan itu pada orang lain, Tim yang Anda bentuk pada saat memimpin itu adalah tim yang dicomot dari sana-sini. Tak akan ada satu ide besar yang bisa direalisasikan dengan cara itu. Karena itu, saya berpikir bahwa ini bukan sekadar persoalan figur, kita perlu bicara tentang ide-ide besar dan kapasitas besar untuk memimpin. Tidak semua yang menang itu akhirnya berkuasa dan tidak semua yang berkuasa pada akhirnya memimpin. Saya malah khawatir negeri kita ini sebenarnya dipimpin oleh the ghost leaders (para pemimpin bayangan). Dulu penguasa adalah sekaligus pemimpin. Soekarno berkuasa dan benar-benar memimpin, tidak ada ghost leaders di zamannya, Soeharto berkuasa dan benar-benar memimpin. Sekarang ini yang ada adalah the ghost leaders. Mereka itulah pemimpin sebenarnya, cuma kita tidak tahu siapa. Saya kira bukan keharusan PKS mengajukan calon pemimpin sendiri pada 2014. Lebih penting mempertahankan posisi yang kokoh dalam arus besar politik sambil memberi bukti bahwa kami punya kapasitas dengan kinerja yang baik. *** ANIS MATTA • Lahir: Bone, Sulawesi Selatan, 7 Desember 1968 • Jabatan: Wakil Ketua DPR (2009-2014) • Pendidikan: • Sarjana Strata 1 bidang Syariat Islam dari LIPIA (1992) • KSA IX Lemhannas (2001) • Karier: • Direktur Pusat Studi Islam Al-Manar • Presiden Komisaris PT Manara Inti Tijara • Komisaris PT Indo Media Green Pages • Dosen Agama Islam Fakultas Ekonomi UI, Program Extention (1996 -1998) • Anggota DPR 2004-2009• Anggota DPR 2009-2014 • Kegiatan Lain: • Anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) • Anggota Majelis Hikmah PP Muhammadiyah (2000-2005) • Anggota Ikatan Alumni Lemhannas (2001-2006) • Sekjen DPP Partai Keadilan Sejahtera (2003-2010) [Kompas, 19/11/2009] - Marilah melanjutkan semangat juang, kepemimpinan, keteladanan dan kerja keras para pahlawan khususnya di dalam usaha meletakkan dasar negara Pancasila, dasar pemahaman keagamaan, pruralisme, politik dan kebangsaan bagi masa depan bangsa Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Ikutilah : Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Soetanto, Mendidik dan Menggali Kepintaran
Soetanto telah dipublikasikan. Dalam menjalani sejumlah aktivitas tersebut, kata Soetanto, ia merasa ada hidden power (energi tersembunyi). Energi tersembunyi itu terlahir dari perasaan terhina sebagai orang Indonesia yang masih diremehkan di Jepang. Di Indonesia, Soetanto juga pernah merasakan terbuang. Tahun 1965, ketika terjadi pergolakan politik menentang komunisme, hak mendapat pendidikan Soetanto terampas. Sekolahnya, Chung-Chung High School di Surabaya, ditutup untuk selamanya. Soetanto hanya menyelesaikan pendidikan sampai kelas I SMA. Selama tak lagi bersekolah, dia bekerja mereparasi elektronik di toko abangnya di Surabaya. Setelah uang terkumpul, berangkatlah dia ke Jepang tahun 1974 untuk belajar lebih jauh mengenai elektronika. Pada 1977 Soetanto mengikuti ujian negara di Jepang dan berhasil menjadi mahasiswa Fakultas Teknik dan Pertanian Universitas Tokyo. *** KEN KAWAN SOETANTO ATAU CHEN WEN QUAN • Lahir: Surabaya, 1951 • Istri: Jennie Hermanto (58) • Anak: - Nerrie (32), Jun Adi (29), Ainie (25) • Pendidikan: - SD Ta Chung Surabaya (kelas I-II), SD Shi Hwa (kelas II-III), SD Ming Jiang (kelas IV-VI) - SMP Chung-Chung - SMA Chung-Chung, sampai kelas I pada 1965 - 1965-1974 tak bersekolah, bekerja mereparasi produk elektronik - 1974: ke Osaka, Jepang - 1977: S-1 Universitas Tokyo, Fakultas Teknik dan Pertanian - Meraih doktor di bidang aplikasi rekayasa elektronika dari Tokyo Institute of Technology (1985), doktor dalam ilmu kedokteran dari Universitas Tohoku (1988), doktor ilmu farmasi dari Science University of Tokyo (2000), dan doktor ilmu pendidikan dari Universitas Waseda (2003) - 1988-1993: menjadi associate professor di Drexel University dan School of Medicine, Universitas Thomas Jefferson, Philadelphia, AS - 1993-kini: guru besar di Toin University of Yokohama, Jepang - 1997-kini: Komite Evaluasi Tokyo Institute of Technology - 2003-kini: guru besar School of International Liberal Studies di Universitas Waseda [Kompas, 17/11/09] - Marilah melanjutkan semangat juang, kepemimpinan, keteladanan dan kerja keras para pahlawan khususnya di bidang edukasi, bagi masa depan bangsa Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Ikutilah : Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Tempat Berguru Petani dan Peternak Sapi
Sukoharjo menerapkan pertanian organik. Awalnya memang tidak mudah mengajak petani beralih ke pupuk organik. Selama dua tahun lebih hanya beberapa petani yang tertarik menggunakan pupuk dan pestisida organik, itu pun belum 100 persen. Namun, Danto dan sejumlah pemimpin kelompok tani tak menyerah. Petani terus diyakinkan walau membutuhkan waktu lima hingga enam kali panen untuk menghilangkan sisa-sisa kimia dari lahan pertanian. Alhasil, tahun 2008 petani mulai melirik pupuk organik. Kendati masih mencampur dengan pupuk kimia, sejumlah kelompok tani di Sukoharjo secara bertahap menggunakan pupuk dan pestisida organik. Pada masa tanam tahun 2009 beberapa petani yang pernah magang di tempatnya, memutuskan berhenti menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Lebih dari lima tahun menggeluti peternakan dan pertanian terpadu membuat Danto memiliki impian ”mengindonesiakan sapi”. Model peternakan sapi terpadu ini kelak bisa mencukupi kebutuhan daging sapi di dalam negeri, dan bahkan bisa mengekspor sapi ke luar negeri. DANTO PRAMONOSIDI • Lahir: Sukoharjo, 1 November 1952 • Pendidikan: - SD di Sukoharjo - SMP di Sukoharjo - SMA di Sukoharjo - S-1 Fakultas Teknik Universitas Indonesia - S-2 Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta • Istri: Endang Dwi Purwaning (54) • Anak: dr Argo Seto (29) • Organisasi: - Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Jaringan Petani Organik Jateng - Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sukoharjo - Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan KTNA Provinsi Jateng - Ketua Forum FEDEP (Forum for Economic Development and Employment Procurement) Kabupaten Sukoharjo - Wakil Ketua Himpunan Magister Lingkungan Surakarta. [Kompas, 12/11/09] - Marilah melanjutkan semangat juang, kepemimpinan, keteladanan para pahlawan khususnya di bidang ketahanan pangan, bagi masa depan bangsa Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Ikutilah : Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Benturan Naratif -Pahlawan
untuk menunjukkan ”perasaan berharga” di tengah persepsi masyarakat yang negatif. Dalam beberapa kesempatan, saya berada di kantor polisi dan merasakan adanya itikad baik untuk berubah. Di dinding koridor-koridor utama, misalnya, terpajang jelas kutipan kata-kata bijak atau imbauan untuk berlaku jujur dalam bekerja. Jadi, bila disobek lebih dalam, metafora itu menunjukkan keinginan kepolisian untuk mendapatkan penerimaan dan kepercayaan yang sama positifnya dengan KPK. Alih-alih terfokus pada konflik, KPK dan kepolisian perlu melihat diri sebagai satu keluarga. Dalam keluarga, konflik bukanlah malapetaka, tetapi sarana untuk mengeluarkan racun yang potensial merusak dari dalam. Meminjam istilah medis, konflik adalah sarana detoksifikasi. Dengan berpikir seperti ini, ungkapan ”KPK lawan kepolisian” menjadi tidak relevan. Ada baiknya bila proses hukum dibiarkan berjalan. Masyarakat tetap membutuhkan KPK dan kepolisian. Perjumpaan hukum antara KPK dan kepolisian perlu dilihat sebagai dialektika yang sebentar lagi akan melahirkan kebenaran. Setiap cerita punya awal, tengah, dan akhir. Apa pun hasilnya nanti, peristiwa ini akan menjadi proses pembelajaran tentang pentingnya kerja sama, harmoni, dan pencitraan diri yang positif. Seperti yang dikatakan Schopenhauer pada awal tulisan ini, kebenaran itu menetas dengan sendirinya. Diakali dengan cara apa pun, dia akan tetap lahir. Proses persalinannya saja yang mungkin sulit. Seruan bijak itu sebaiknya menjadi cermin diri bagi penegak hukum untuk lebih introspektif dalam melihat peran dan fungsi utama sebagai sahabat kebenaran. [YF La Kahija Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang, Kompas, 11/11/09] -- Pahlawan Mahasiswa Hari ini, sehari setelah hari pahlawan 10 Nopember 2009, saya datang di salah satu universitas ternama pendukung reformasi 1998, beberapa mahasiswa aktifis HAM dan kemanusiaan menggelar potret dokumenter peristiwa tragedi bulan Mei 1998. Saya berhenti sejenak melihat-lihat foto dokumenter tersebut, tiba-tiba mata, hati dan jiwa saya tertegun di salah satu foto nisan salah satu mahasiswa korban tragedi tersebut. Di atas nisan dan fotonya, biasanya tertulis tulisan RIP atau apa... namun ini terbaca dengan dengan jelas tulisan : “Dibunuh oleh bangsanya sendiri”. Sedikit terguncang, bergetar dan merinding saya mengulangi membaca tulisan tersebut. Dalam hati saya bergunam, mungkin merekalah salah satu pejuang yang gugur sebagai pahlawan reformasi Indonesia... Beristirahatlah dalam kedamaian abadi di sisi-NYA.. Saya menjadi ingat tentang KPK yang ingin juga dibuat sama, juga hal2 tragedi sejarah yang pernah terjadi atas bangsa ini, atau peristiwa ini, itu, di sana di situ, . . . atau kadang ada di sekitar kita, atau malah jangan2 ada di dalam alam bawah sadar kita.. ya berarti harus cepat2 diselamatkan, “save our soul” dalam segala dimensi kehidupan. “Save our nation” para pahlawan bangsa, please! Kemudian saya berjalan lagi menuju tempat yang tidak jauh dari tempat itu, ada tertulis pesan perjuangan kemanusian yang harus terus kita lakukan, terpatri di atas bongkah batu pualam, yang disampaikan oleh Santo Fransiskus dari Asisi, melalui doanya sebagai berikut : TUHAN, jadikanlah aku alat pembawa Damai-Mu Penabur cinta di tengah kebencian Maaf, di tengah kepedihan hati terluka Iman, di tengah kebimbangan Harapan, di tengah keputusasaan Terang, ditengah kegelapan Guru Ilahi, bantulah agar aku lebih banyak Menghibur, dari pada minta dihibur Mengerti, dari pada minta dimengerti Mencintai, dari pada minta dicintai Sebab, dengan memberi, kita akan menerima Dengan memaafkan, kita akan diampuni Dengan kematian, kita akan dilahirkan ke dalam kehidupan abadi. [diterjemahkan oleh Frans Seda] Marilah melanjutkan semangat juang, kepemimpinan dan keteladanan para pahlawan, bagi generasi masa depan bangsa Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Ikutilah : Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Mengelola Keberagaman Indonesia
intervensi terhadap hal-hal yang bersifat keagamaan. Biarlah urusan keagamaan itu diserahkan kepada tiap-tiap organisasi keagamaan. Kalau Islam, ya, serahkan saja kepada Muhammadiyah, NU (Nahdlatul Ulama), Nahdlatul Wathon, dan sebagainya. Kalau Kristen, ya, diserahkan kepada yang mumpuni, begitu pula Katolik diserahkan saja kepada lembaga-lembaga Katolik. Negara harus memisahkan urusan pemerintahan dengan urusan agama. Sesat atau tidak sesat, itu bukan urusan negara. Tugas negara itu mengurus masalah pendidikan, kesejahteraan rakyat, dan penegakan hukum. Lalu, bagaimana mengemas keberagaman agar tidak menjadi sumber konflik? Keberagaman SARA harus dikelola sebagai kekayaan yang kondusif, dengan pemahaman inilah Indonesia yang sangat unik. Baik negara maupun masyarakat sendiri harus memahami serta menghormati perbedaan. Negara harus kembali pada filosofi Bhinneka Tunggal Ika. Negara harus menghormati perbedaan suku, agama, ras, adat, bahasa, dan perbedaan lainnya. Yang menyatukan adalah bahasa nasional, bendera, lagu kebangsaan, dan sebagainya. Pemerintah jangan menyeragamkan sesuatu yang berkaitan dengan kebiasaan atau potensi lokal. Seperti menyamaratakan makanan pokok tiap-tiap daerah. Orang Ambon biasa makan sagu, ya biarlah seperti itu. Kemudian soal kebudayaan yang berkembang, jangan sampai ada klaim budaya yang beradab dan tidak beradab. Misalnya, ada orang Dayak, orang Samin, dan Baduy yang dianggap tak beradab. Pertanyaannya kemudian, siapa yang dianggap beradab? Ternyata yang dianggap beradab adalah mereka yang dekat dengan rezim kekuasaan. Tidak sepantasanya suku adat tertentu dianggap tidak beradab karena tidak mengikuti pola pikir pemerintah. Mereka bukan tidak beradab, tetapi punya sistem nilai sendiri. Perbedaan sistem nilai itu harus dihormati agar tidak memicu konflik. Soal agama, pemerintah tidak perlu membuat dikotomi, agama resmi ataupun agama tidak resmi. Dikotomi itu akan menimbulkan gesekan di masyarakat. Bagaimana tidak, sempalan atau aliran dalam internal agama saja dianggap sesat. Orang berbeda pandangan dianggap sesat, orang berbeda pemikiran dianggap sesat. Selama ini negara tidak pernah tegas. Salah satu contohnya pada saat kelompok Ahmadiyah mengalami kekerasan karena dianggap sesat, pemerintah malah membiarkan. Kalau negara tidak bisa menghentikan sentimen yang terjadi akibat adanya perbedaan, keberagaman suku, agama, dan ras sebagai komponen pembangunan tidak akan ada lagi. Negara cukup menjamin seluruh warga negara untuk memeluk agama dan kepercayaan serta beribadah menurut agama dan kepercayaannya tersebut. Zuly Qodir • Lahir: Banjarnegara, 22 Juli 1971 • Jabatan: Dosen Pascasarjana UGM dan Ilmu Pemerintahan Fisipol UMY, Yogyakarta • Pendidikan: - Sarjana Strata 1, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (1996) - Sarjana Strata 2, Magister Studi Islam, Universitas islam Indonesia, Yogyakarta (2000) - Sarjana Strata 3, Sosiologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2006) • Karier: - Peneliti di Institut DIAN/Interfidei Yogyakarta (1995-2001) - Editor lepas di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LkiS) - Pengajar di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta - Peneliti di Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM (2004-sekarang) - Litbang Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY - Peneliti Lembaga Studi Islam dan Politik Yogyakarta (2004-sekarang) - Direktur Eksekutif Padepokan Musya Asy’arie - Presidium Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah - Anggota Majelis Pemberdayaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah • Publikasi: - Agama dalam Bayang-bayang Kekuasaan; Pustaka Pelajar, 2001 - Republik Horor; Pustaka Pelajar, 2002 - Agama dan Etos Berdagang; Pondok Educasia, 2002 - Islam Liberal; Pustaka Pelajar, 2003 [Kompas, 12/11/09] - Marilah melanjutkan semangat juang, kepemimpinan, keteladanan para pahlawan dan keberagaman potensi, bagi masa depan bangsa Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Ikutilah : Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] Zuly Qodir The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] Sedia Bibit Ikan Patin SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Bangkitnya Dunia Maya
= THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia. = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Menyambut semangat Hari Pahlawan 10 Nopember 2009 Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. TAJUK RENCANA Senin, 9 November 2009 | 02:40 WIB Bangkitnya Dunia Maya Lewat unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia hari Minggu kemarin kita saksikan bersama efektivitas pengaruh teknologi dunia maya. Sejuta lebih pendukung (facebookers) ditegakkannya keadilan terhadap Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah (Wakil Ketua nonaktif KPK) menghadirkan unjuk rasa damai. Hingga Minggu (8/11) pukul 17.00 tercatat 1.101.968 pendukung Bibit dan Chandra. Lewat peristiwa itu kita menyaksikan pengaruh efektif dari informasi dan komunikasi lewat dunia maya. Kita hargai unjuk rasa damai karena lebih efektif. Publik dan pemimpin masyarakat serta pemerintah terpanggil untuk memahami makna dan pengaruh fenomena baru itu. Kita cermati berbagai sisi dan dimensi lain dari pengalaman baru itu. Di antaranya agar masyarakat dan pemerintah, termasuk pemimpin masyarakat, menangkap dan memahami perubahan dan pengaruh kehadiran teknologi informasi. Pemerintah dan masyarakat tak bisa bersikap lain kecuali menangkap perubahan serta pengaruh hadir dan berperannya aneka macam teknologi dan komunikasi baru itu. Kita berpendapat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono termasuk pemimpin yang menangkap perubahan itu. Hal itu kita pahami dari langkahnya segera membentuk Tim Delapan yang terdiri dari tokoh muda cerdas, peka, dan bersih dan diketuai ahli hukum Adnan Buyung Nasution yang dihargai integritas, kapabilitas, serta keberanian morilnya. Kita hargai langkah Presiden membentuk tim. Kita bisa membayangkan sekiranya perkembangan persoalan yang menyangkut KPK, Polri, dan kejaksaan sempat berkembang cepat tanpa hadirnya tim yang oleh publik dinilai kejujuran, integritas, dan pemahamannya terhadap persoalan yang dihadapi. Langkah Presiden membentuk Tim Delapan selain cerdas dan tepat juga berdampak terhadap terkendalinya keadaan yang membela eksistensi KPK. Meskipun berkembang cepat dan efektif, eskalasi itu tertib dan terkendali. Pekerjaan rumah belum selesai. Kita saksikan, perkembangan itu tak sederhana dan mengandung potensi eskalasi. Tim berkejaran dengan waktu dan tarikan kiri kanan. Kita saksikan dan kita rasakan hubungan pimpinan Polri, kejaksaan, dan KPK yang berbeda dan karena itu disertai ketegangan. Untuk mencegah eskalasi hubungan lebih jauh, perlu kita ingat, tim yang diketuai Adnan Buyung itu dibentuk dan ditugaskan Presiden Yudhoyono. Apalagi jika dilihat dari eskalasi masalahnya, bijak dan tepatlah langkah Presiden membentuk tim itu. Tim baru itu serentak bersosok kredibel dan berwibawa karena integritas, kemampuan, dan karakter anggota dan pimpinannya. Bayangkan betapa heboh ruwet dan rumitnya sekiranya Presiden tidak membentuk tim. Sementara itu, kita ingatkan lagi, publik mengharapkan pula efektivitas serta kecepatan tim bekerja dan tindak lanjut Presiden. [Kompas, 5/11/09] -- Melanjutkan semangat juang, kepemimpinan dan keteladanan para pahlawan bagi masa depan bangsa. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Ikutilah : Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Penegakan HAM, Tak Mungkin Mundur Lagi
diskriminatif di negeri ini...? Masih banyak sekali. Mungkin juga sedikit yang beritikad untuk menyelesaikannya persoalan HAM di masa lalu sehingga ada kehidupan yang tak diskriminatif itu. Mengapa Anda berani mengambil jalur penegakan HAM, khususnya antidiskriminasi ini? Mungkin karena aku nggak sempat berpikir ke situ, berani atau tidak berani. Tetapi, pekerjaan ini banyak. Kalau kita sibuk dengan pikiran yang terkait dengan risiko, kapan kita bisa maju? Jalan saja. Soal risiko, banyak hal di luar kuasa kita. Kita tidak melakukan apa-apa, bisa seperti tukang becak yang tertimpa pesawat juga atau keluar rumah tertabrak bajaj atau terpeleset. Semua ada risiko. Bidang pembelaan HAM kan tak menjanjikan kesejahteraan... Kalau yang dimaksud kerja terkait masalah SARA, rasialisme, memang tak menjanjikan uang. Bahkan, terkadang kita keluar uang. Tentu saja aku harus bekerja yang lain untuk menafkahi diriku, selain kerja sosial. Semua dihitung baik. Masalahnya bukan uang di sini, namun kita mempunyai keinginan. Ini tak mungkin terjadi jika aku tidak bekerja. Artinya, jika orang hanya bicara tak ingin ada rasialisme di sini, tidak cukup. Kita harus bekerja. Ada harga yang harus dibayar, ya dibayar saja. Jika mau membuat kegiatan yang menentang rasialisme atau membuat UU, ya kerjakan saja. Tidak bisa kita hanya bermimpi. Kita harus mengerjakannya. Apa yang mendorong Anda terus menggeluti bidang ini? Kalau hukum dan HAM secara umum memang tak ada hal yang khusus. Pada saat aku lulus SMA, papaku dan seorang pendeta memintaku masuk fakultas hukum sehingga suatu saat aku bisa membela orang-orang lemah. Buatku sederhana saja, jika Tuhan izinkan, aku mau masuk fakultas hukum yang baik dan jaga tanganku tetap bersih, tidak menyuap orang. Ya, seperti jalan di karpet merah, Tuhan memberikanku jalan. Aku tidak ingin salah. Sesimpel itu. Sampai sekarang pun aku tak perlu menyuap untuk memperjuangkan impianku. Organisasi berjalan dengan baik. Tidak ada peristiwa khusus, tetapi dengan banyak mengalami peristiwa membuatku tak mungkin mundur lagi. Kadang kala ingin mundur, ingin berhenti. Lelah juga. Tetapi, mengingat para korban, ya mau mundur bagaimana caranya? Siapa yang mau membantu mereka? Ketika aku lelah, aku ingat wajah korban pelanggaran HAM, seperti Ibu Ruminah atau mereka yang menjadi korban 1965. Aku akan berjanji sekuatku agar keadilan terungkap. Janji kan gampang, bisa diingkari. Tetapi, setelah berjalan dan bertemu ribuan korban, bagaimana mundurnya? Tidak mungkin. Kita sudah melihat ribuan korban ketidakadilan. Siapa yang mau menyentuh mereka. Jika negara peduli dan masyarakat mendukungnya, mungkin saatnya saya mundur. Masalahnya selesai. Bagaimana Anda melihat sejumlah korban pelanggaran HAM yang berbalik, melemahkan upaya penegakan HAM? Ini memang fenomena yang tidak diharapkan. Tetapi, itulah realita. Orang yang semula menjadi korban pelanggaran HAM begitu mudah menukar idealismenya hanya karena uang atau kesempatan. Aku tak ingin menghakimi mereka. Tetapi, tindakan mereka itu merugikan penegakan HAM secara umum. Pandangan pada HAM atau kemanusiaan menjadi demikian rendahnya. Ini tantangan untuk mereka yang terus berteriak soal penegakan HAM. Apalagi, tak ada jaminan apa-apa untuk mereka yang terus memperjuangkan penegakan HAM. [Kompas, 5/11/09] -- Melanjutkan semangat kepemimpinan dan keteladanan pemuda Indonesia 1928 bagi masa depan bangsa. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Ikutilah : Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Jika Buaya Pilek...
. Tentu saja KPK tak mungkin lepas dari kekurangan. Namun, lembaga yang dibentuk dengan harapan menutup kekurangan lembaga lain, KPK menunjukkan hasil. Kehadirannya mengisyaratkan kita masih berhak berharap. Ada tanda-tanda, suatu saat, pelan-pelan, koruptor kita ganyang. Semua kita kubur di dalam lembaga-lembaga yang mau belajar menjadi bersih. Tanda kita masih punya alasan berharap itu tampak pada cara kerja KPK dan kelengkapan lembaganya, pengadilan tindak pidana korupsi, yang belum pernah membiarkan koruptor lepas begitu saja. Para hakim merupakan warga negara yang memiliki kepedulian tulus. Mereka tak terperangah melihat duit. Orang- orang ini bekerja dengan kreatif, mengandalkan sikap profesional, jujur, dan memiliki seni ”menjerat” koruptor yang diadili, dengan pertanyaan yang tak dimiliki pengadilan lain. Kemitraan memiliki catatan kinerja mereka, yang kemudian diteliti lagi oleh peneliti LIPI, yang memperteguh agar pengadilan tipikor menjadi model bagi pengadilan-pengadilan lain. Di sini jelas, KPK memberi kita alternatif mengembangkan model pengadilan bersih dari mentalitas dan sikap korup. Jika buaya pilek... Negeri ini bukan milik pejabat, bukan pula milik pemerintah. Polisi milik kita, seluruh rakyat Indonesia. Kejaksaan milik kita. Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan semua komisi negara milik kita. KPK mungkin betul hanya cicak. Dan jika diterkam buaya, pasti tak berdaya. Namun, cicak ini memberi presiden ”kredit” besar. Di dunia luar, gerak kita melawan korupsi dicatat sebagai bagian ”kemuliaan” Presiden SBY dan kabinet SBY. Kemitraan yang ikut gigih membentuk KPK. Jika kemitraan boleh mengklaim ikut memiliki KPK, otomatis, KPK juga milik SBY. Buaya menerkam cicak, apa bukan berarti buaya menerkam SBY? Tahukah implikasinya bagi karier dan jabatan bila melawan rakyat, sekaligus melawan presiden sendiri? Maka, patut dicatat, cicak dan buaya diciptakan Tuhan bukan untuk saling berhadapan sebagai musuh. Mereka saudara serumpun, yang bisa saling membantu. Bahkan, kalau buaya pilek, cicak pun bisa menggantikannya. [Kompas, 4/11/09] -- Melanjutkan semangat kepemimpinan dan keteladanan pemuda Indonesia bagi masa depan bangsa. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Ikutilah : Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Demokrasi yang Perlu Dievaluasi
presiden yang jorjoran. Menurut saya, kita terlalu banyak buang waktu dan tenaga. Apa ini berkaitan dengan kepemimpinan? Kita perlu demokrasi agak terpimpin. Bukan terpimpin seperti Bung Karno dulu. Tetapi, ada keterpemimpinan dari figur. Kalau ada pemimpin yang berani, tegas, berani melakukan terobosan, termasuk dalam berinisiatif membuat aturan. Pemimpin yang berani untuk mengambil risiko. Sekarang kebanyakan kita ini politisi, bukan negarawan. Politisi hanya memikirkan jangka pendek. Jiwa kenegaraan ini harus dimulai. Apakah sistem partai politik saat ini tidak berpihak menaikkan kader muda potensial? Saat ini seperti urut kacang. Lebih memerhatikan senioritas. Sekarang ini semua diatur dengan kekuatan materi, bukan kesempatan terbuka. Misalnya, mau masuk di parpol, mau jadi calon anggota legislatif (caleg) dengan nomor urut satu harus ada kontribusi sekian. Itu baru level politik yang paling bawah. Iklim kita masih jauh karena orientasinya bukan melayani rakyat, melainkan masih dalam taraf memperbaiki tingkat hidup. Politik itu masih menjadi pekerjaan, bukan lahan pengabdian. Selama ini kenapa terlibat di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI)? Sebenarnya saya orang yang muak dengan politik. Tetapi, seperti dikatakan Edmund Burke (politisi Irlandia), ”The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing.” Sekarang banyak orang baik yang tidak mau karena politik kotor dan menjijikkan. Dan, saya merasakan, dari hari-hari ini pun terasa intrik politik, fitnah-memfitnah. Tetapi, kalau orang baik itu stay away, yang menguasai nantinya preman politik. Padahal, politik yang menentukan policy semuanya, pendidikan, ekonomi, kebudayaan. Saya yang mengusulkan untuk bikin partai politik di HKTI sebagai alat perjuangan. Banyak dorongan dari Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) dan HKTI. Saya lalu ngomong dengan Pak Hasyim (Hasyim Djojohadikusumo). Lahir Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya). Bagaimana dengan kepemimpinan nasional saat ini? Pertanyaan bagi siapa pun yang memimpin, dia mau bawa ke mana Indonesia ini. Dari sana seharusnya orientasi difokuskan. Misalnya, menyikapi globalisasi. Bagaimana strategi kita menghadapi globalisasi yang bermuatan neoliberal yang sangat merusak kita. Kita seperti tetap berputar-putar, sementara negara lain, seperti Vietnam dan China, mau terus. Masih adakah harapan? DPR bisa melakukan fungsi, tak hanya dengan standar. DPR harus bisa mengoreksi berbagai undang-udang yang membuat kita terjebak, misalnya UU Migas dan UU Penanaman Modal. Kita harus kembalikan pada kekuatan modal dalam negeri. [Kompas, 3/11/09] Ikutilah : Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [ Alarm gempa ] SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Orang Bodoh yang Beruntung
teman, yang tidak cocok disebut musuh. Padahal, sebagaimana dialami bersama, kehidupan bergerak tanpa kotak. Seperti melihat Indonesia, bila ukuran yang digunakan adalah Singapura, apalagi China, Indonesia hanya negara yang tidak diurus. Bila acuannya adalah negara-negara yang baru mengenal telepon genggam seperti Afganistan, Kamboja yang ibu kotanya berisi sedikit lampu pengatur lalu lintas, apalagi sebagian Afrika yang harapan hidupnya 39 tahun, Indonesia memiliki banyak hal yang layak disyukuri. Keinginan maju selalu menggunakan yang lebih tinggi sebagai pembanding. Namun, seperti mobil yang dipaksa berlari kencang, di suatu tanjakan, akan terbakar. Tanda-tanda akan terbakar mulai terlihat. Bom teroris, pengerdilan Komisi Pemberantasan Korupsi, orang menekuni hukum bukan untuk diikuti, tetapi untuk dicari celahnya. Di tanjakan-tanjakan yang nyaris terbakar, energi panas kepintaran memerlukan kesejukan air kebijaksanaan. Bekerja, belajar, dan berdoa tentu terus dilakukan karena ini yang membuat kehidupan berputar. Namun, menarik udara segar kehidupan melalui pelayanan dan keterbukaan amat membantu dalam membuat kehidupan agar tidak terbakar. Seorang sahabat bodoh yang beruntung pernah mengirimkan pesan singkat: ”sebagaimana air yang sejuk dan lembut senantiasa mengalir ke tempat-tempat rendah, demikian juga dengan orang-orang yang rendah hati, kesehariannya juga sejuk dan lembut”. [Gede Prama Penulis Buku Sadness, Happiness, Blissfulness: Transforming Suffering Into The Ultimate Healing - Kompas 24/10/2009] -- Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [Alarm gempa] SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Bermimpi adalah Hak Segala Bangsa
. Tobing membayangkan, meski mereka bhinneka secara SARA, tetapi tunggal ika secara impian keindonesiaan. Tobing secara khusus menekankan strategisnya arti impian (dream) sebagai bentuk sublim Pancasila. Suatu ketika Soekarno pernah mereduksi Pancasila menjadi gotong-royong. Tetapi gotong-royong yang sifatnya kolektif itu menomorduakan kontribusi partikular para individu anggotanya. Juga sifatnya lebih statis karena kegotongroyongan mengerjakan sesuatu bisa selesai ketika pekerjaan itu rampung. Sebaliknya, impian adalah konsep bersifat terus-menerus sehingga lebih dinamis. Karena itu, menurut Tobing, Impian Indonesia yang juga boleh diterjemahkan menjadi Cita-cita Indonesia secara kualitatif akan lebih mampu mempersatukan manusia-manusia modern Indonesia dibandingkan dengan ungkapan lama yang sudah lapuk sehingga kehilangan geregetnya itu. Beberapa nilai dasar Indonesian Dream juga turut dijelaskan dalam buku ini, termasuk kejujuran, kerja keras, respek terhadap satu sama lain, tanggung jawab, dan ketangguhan. Pokoknya sehimpunan perilaku unggul yang biasa digolongkan sebagai etos profesional. Untuk memajukan negeri ini di tengah zaman global yang penuh persaingan ketat dengan ilmu pengetahuan sebagai dasar untuk bisa sintas bahkan menang, Indonesia juga butuh paradigma yang menjadi kerangka berpikir, bersikap, merasa, dan bertindak bagi setiap insan Indonesia. Bukankah bangsa yang tangguh dibangun oleh individu-individu warga yang tangguh? Kembali di sini Indonesian Dream tampil esensial ketika difungsikan sebagai paradigma. Kehadiran buku ini sungguh tepat waktu tatkala kabinet baru segera bertugas dan legislatif di seantero negeri mulai bekerja. Profesor Tobing tampak mempersembahkan bukunya bagi para punggawa republik yang semakin dia cintai justru ketika ia hanya bisa memandangnya dari seberang Pasifik. Ini mirip dengan Bung Hatta dan kawan-kawan dalam Perhimpunan Indonesia ketika menggagas Indonesia Merdeka di Belanda hampir seratus tahun lalu. Hanya satu kekurangan buku ini: ia berbahasa Inggris, jadi jelas elitis. ”Tapi jangan khawatir,” kata Tobing, ”Saya akan pulang ke Indonesia untuk meluncurkan edisi bahasa Indonesia pada awal 2010.” [Jansen H Sinamo Penulis buku Delapan Etos Kerja Profesional, tinggal di Jakarta - Kompas] Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [Alarm gempa] SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Loyalitas kepada Bangsa
= THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia. = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Menyambut Pemerintahan Baru - Kabinet Indonesia Baru II 2009-2014 Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. TAJUK RENCANA Jumat, 23 Oktober 2009 | 05:06 WIB Loyalitas kepada Bangsa Sebanyak 34 menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dan dua pejabat setingkat menteri dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam pidatonya di Istana Negara, Jakarta, Kamis (22/10), Presiden Yudhoyono meminta menteri yang berasal dari berbagai latar belakang betul-betul mengabdikan dirinya untuk kepentingan bangsa dan negara. Presiden juga mengingatkan, ”Kita menganut sistem presidensial. Presiden adalah nakhoda, loyalitas dan garis pertanggungjawaban (para menteri) adalah kepada presiden, bukan kepada pemimpin-pemimpin parpol dalam hubungan tugas pemerintahan.” Kita menggarisbawahi pernyataan Presiden. Dominasi pemimpin partai politik dalam formasi Kabinet Indonesia Bersatu memang mengkhawatirkan sebagian kalangan. Ada kekhawatiran, para menteri yang menjadi pemimpin parpol akan mengabdi kepada dua tuan dan akibatnya tingkat pengabdiannya pun menjadi tidak maksimal. Dalam formasi Kabinet Indonesia Bersatu II, paling tidak terdapat nama Presiden Partai Keadilan Sejahtera Tifatul Sembiring sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali sebagai Menteri Agama. Masih terdapat juga sejumlah menteri yang berasal dari partai politik seperti Agung Laksono, Mohammad S Hidayat, dan Hatta Rajasa. Kompleksitas persoalan bangsa Indonesia makin meneguhkan kita mengenai perlunya larangan rangkap jabatan. Kita berharap para menteri yang terpilih sebagai anggota DPR 2009-2014 untuk segera mengundurkan diri dari DPR. Para menteri yang masih menjabat sebagai pemimpin parpol pun lebih baik melepaskan jabatannya di partai politik. Terlebih lagi, para menteri telah menandatangani kontrak politik dengan presiden. Hal yang sama juga kita sampaikan kepada para menteri yang masih merangkap jabatan sebagai pengusaha — dalam posisinya sebagai direktur, komisaris, atau dalam bentuk apa pun — untuk dapat melepaskan segala bentuk jabatan yang masih dipegangnya. Selain agar lebih total untuk mengabdikan diri pada tugas pemerintahan, melepaskan jabatan di parpol juga membuka ruang kaderisasi di dalam parpol itu sendiri. Diskursus soal rangkap jabatan mengingatkan kita pada pernyataan yang sering dikutip banyak ilmuwan politik, ”Loyalitas kepada partai berakhir ketika loyalitas kepada bangsa dimulai.” Kita berharap tradisi politik baru bisa dimulai. Tradisi politik tanpa rangkap jabatan di kabinet sekaligus juga menunjukkan komitmen dari Kabinet Indonesia Bersatu II untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan baik. Sinyal itu penting justru ketika mulai muncul keraguan akan masa depan pemberantasan korupsi di Indonesia. [Kompas 23/10] -- Melajulah bahtera Kabinet Indonesia Bersatu II menuju pantai harapan rakyat. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat. Best Regards, Retno Kintoko Magnificat Choir Competition 2009 [MCC 2009] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm [Alarm gempa] SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Bunga Cinta untuk Teroris
mengingatkan kisah Nabi Nuh. Kendati tempat tinggalnya padang pasir tak berair, ia ikuti suara saat diminta membuat perahu. Diterangi cahaya spiritual seperti ini, mungkin layak dipertimbangkan mengirim bunga cinta bagi teroris. Bagi pemimpin dan tokoh, hati-hatilah karena menjadi teladan yang ditiru. Bagi para guru (terutama guru agama), ajarkan wajah agama yang indah di awal, di tengah, dan di akhir. Bagi orangtua, sayangi putra-putri di rumah. Bagi sahabat media, wartakan kelembutan. Pengelola televisi, tayangkan gambar-gambar yang bisa membangunkan energi kasih dalam diri manusia. Itulah sebagian contoh mengirim rangkaian bunga cinta untuk mereka yang berpotensi menjadi teroris pada masa depan. Mengirim bunga cinta kepada pihak-pihak yang berpotensi menyakiti adalah bukti rumah batin sudah bersih sekaligus jernih. Dengan batin seperti inilah kita songsong masa depan yang lebih membahagiakan. Mistikus sufi Jalaludin Rumi menulis, hidup seperti tinggal di losmen, tiap hari ganti tamu. Siapa pun tamunya (senang-sedih, suka-duka), jangan lupa tersenyum. [Gede Prama Penulis Buku Sadness, Happiness, Blissfulness: Transforming Suffering Into The Ultimate Healing, Kompas, 5/9/09] --- Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm --à untuk berdamai dengan Gempa Bumi Ayo mencoba ! Mau mencoba?! SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Perlu Kebijakan Berani!
menggelinding kencang, bak bola salju, berputar-putar, menabrak apa saja yang ditemuinya, untuk; membangkitkan dan mensejahterakan rakyat dan bagi kemajuan negara dengan cepat. Tidak percaya? Silahkan dipraktikkan saja, nanti akan segera lihat buktinya! Tari Pended Kemudian yang menarik lagi, apabila Anda ingat tari pendet, lagu Indonesia raya plesetan, batik, lagu rasa sayange, reog, angklung, manohara, pulau linggitan, pulau ambalat dsb, maka Anda akan segera ingat negara tetangga kita Malaysia. Rasanya nasionalisme Malaysia kini sudah sangat Indonesia, ini sudah terbukti dan tidak diragukan lagi. Paling tidak dibandingkan dengan para pejabat yang berwenang di Indonesia sendiri, justru belum tentu perhatian seperti mereka. Lihat saja spirit dan nasonalisme Malaysia dalam beberapa hal tersebut, sangat Indonesia sekali, bukan?! Maka banyak yang setuju bila kemudian ada wacana nakal; sebaiknya Malaysia dijadikan propinsi yang ke-34 saja, lihat saja lagu kebangsaan Malaysia “Negaraku“, dan bandingkan dengan lagu “Terang Bulan“ yang dicipta tahun 1954, satu tahun sebelum Malaysia merdeka, sempat membuat gerah Lokananta, pemilik lagu tersebut. Jadi klop sudah. Toh dalam banyak hal di atas sudah memenuhi syarat, tinggal nanti ditanyakan kepada yang bersangkutan: Apakah memang mau dan benar2 sudah mantab?! Pendet, kalau dalam bahasa Jawa berarti ‘ambil’. Ya sudah bagaimana kalau gantian Malaysia di pendet (diambil) saja. Toh, calon gubernur provinsi ke-34 nya pun juga sudah siap menjabat. Yang pasti sangat reformis, performis dan feminis, siapa lagi kalau bukan Manohara D. Pinot. Dijamin tidak ada lagi seorang pun pangeran kerajaan yang akan terlantar, apalagi sampai disakiti atau mengalami siksaan. Demikian juga para TKW dan TKI-nya. Nah bagaimana dengan Anda, setujukah dengan propinsi ke-34 tersebut?! Toh, untuk hal yang satu ini kita harus menjunjung tinggi dan tidak boleh melanggar hak dan martabat bangsa lain. Saya membayangkan seandainya mendiang Mbah Surip masih hidup, pasti akan berdendang dan berkomentar : “Ayo tak gendong, enak tho, mantep tho… ayoo mau kemana..?! dari pada ribut terus…nanti kepanasan…! Ha ha ha ha….! “ I LOVE YOU FULL…MALAYSIA! yang telah membuat kami Indonesia bangun terus…..tidur lagi! Bangun lagi…tidur lagi! Kemudian bangun….sadar dan segera bangkit untuk maju! Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko Mau mencoba?! The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm Ayo mencoba ! SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Dalam Terang Cahaya Keheningan
dan kesempurnaan. Cermati apa yang ditulis Zenkei Shibayama dalam A Flower does not talk: “silently a flower blooms, in silence it falls away….pure and fresh are the flowers with dew….calmly l read the True Word of no letters”. Bunga mekar tanpa suara, berguguran juga tanpa suara. Tanpa keluhan tanpa perdebatan. Ada kesucian yang menggetarkan dalam bunga yang berhiaskan embun pagi. Dalam bimbingan hening, tiba-tiba terbaca makna tanpa kata-kata. Zenkei Shibayama menyebutnya Scripture of no letters. Tanpa kata-kata, tanpa keriuhan. Hanya sebuah hati yang berkelimpahan dalam dirinya! Kembali ke cerita awal tentang peradaban yang riuh, dunia memang sedang dibelit krisis. Namun ketika kata-kata, perseteruan memperpanas suhu panas peradaban yang sudah panas, mungkin ini saatnya membaca Scripture of no letters. Ada yang menyebutnya pengetahuan di dalam yang hanya membuka dirinya di puncak keheningan. Untuk melangkah ke sana, mulailah hidup sesuai hukum alam. Ia yang mengalir bersama alam, tersenyum pada setiap putaran alam tahu sebenarnya tidak ada hukuman. Apa yang kerap disebut sebagai bencana, sebenarnya hanya undangan laut untuk menyelam semakin dalam. Memasuki wilayah-wilayah tanpa gelombang (baca: tanpa perdebatan) namun penuh keheningan. Sebagaimana ditulis rapi oleh kehidupan para Mahasidha (manusia yang menjadi agung karena melewati banyak rintangan seperti Jalalludin Rumi, Bunda Theresa, Milarepa, Mahatma Gandhi), awalnya bencana terlihat sebagai cobaan. Namun begitu dialami, ia memperkuat otot-otot kehidupan. Persis seperti otot fisik yang kuat karena banyak dilatih. Bila begini cara memandangnya, bencana bukannya membawa kegelapan kemarahan, ia membawa cahaya penerang. Berbekalkan ketekunan, bencana membuat batin kebal dengan penderitaan. Kekebalan ini kemudian membuat manusia bisa menyambut semua dualitas (baik-buruk, sukses-gagal, hidup-mati) dengan senyuman yang menawan. Inilah secercah cahaya keheningan. Ia menyisakan hanya satu hal: compassion is the only nourishment. Dualitas memang lenyap, kasih sayang kemudian membuat kehidupan berputar. [Gede Prama – berkarya di Jakarta tinggal di Bali] -- Maharban ya ramadhan… Mengucapkan selamat menjalankan Ibadah puasa 1430 H. Semoga semuanya bisa dijalaninya dengan baik, penuh kejernihan hati dan kebeningan jiwa, sehingga mendapat ridho dari Allah Yang Maha Kuasa dan menjadi bagian sumber kebahagiaan serta kedamaian hidup seluruh umat-Nya di dunia ini. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko Ayo mencoba..! The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm Mau mencoba ? SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Arah Reformasi Birokrasi
kerja yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi sederhana. Kedua, program perluasan ekonomi terpilih. Misal, kini biaya transaksi kredit UMKM masih terlalu tinggi. Perbaikan bukan hanya dalam birokrasi perbankan. Stimulus kredit juga harus diberikan dengan sasaran yang jelas dan metode dukungan spesifik, selain oleh bank dan pemerintah daerah. Hal ini membutuhkan perbaikan dalam kompetensi birokrasi. Badan perencana nasional tidak hanya berfungsi koordinatif dan menghasilkan standar kompetensi birokrasi. Ia juga harus menghasilkan skema terukur tentang peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam program pengembangan sektoral. [Meuthia Ganie-Rochman Sosiolog Organisasi di Universitas Indonesia - Kompas] --- Kepada pemerintah terpilih selamat bekerja, menuntaskan program kerja, dan melanjutkan mereformasi diri, mulai dari birokrasi hingga aksi2 di berbagai penjuru lini, ‘tuk menggenapi janji. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko Mau mencoba? The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm Ayo mencoba ! SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Shanti, shanti, shanti Mbah Surip!
== THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme bangsa Indonesia. == [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Shanti, shanti, shanti Mbah Surip Kepergian penyanyi fenomenal asal Jawa Timur, Urip Ariyanto (61), atau lebih dikenal Mbah Surip, yang puluhan tahun merintis jalan karier, dengan ciri khas rambut gimbal, menenteng guitar kopong. kemudian melejit di blantika musik RBT Indonesia, bak meteor, Khususnya setelah pemilu 2009. Namun kemudian hari ini, tiba2 meredup, cepat mohon pamit dalam damai. “Bukan damai yang berlawanan dengan kekacauan, bukan damai yang diikuti rasa suka kemudian menderita tatkala ia tiada, namun damai karena semuanya sempurna dalam kealamiannya. Seperti menyimpulkan, ketiadaanlah diri yang sesungguhnya. Ketika hanya ketiadaan menghuni batin, hidup berputar hanya untuk memberi, karena pemberian itulah pembebasan” (Gede Prama) Sebagaimana pemberian-NYA kepada Mbah Surip saat ini, yang telah membebaskannya. Selamat jalan pejuang kehidupan, yang berjalan, mengalir tanpa keluhan, dalam keikhlasan, dalam diam di tengah keramaian, seperti pohon, yang telah lama mempraktikkannya, tumbuh tanpa kata dan suara. Yang ada hanyalah damai, damai, damai. Rest In Peace! Best Regards, Retno Kintoko Mau mencoba? The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm Ayo mencoba ! SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3 --- On Tue, 8/4/09, Wieda Widagdo w1...@yahoo.com wrote: From: Wieda Widagdo w1...@yahoo.com Subject: [PROFEC] Turut Duka Cita atas Wafatnya Mbah Surip To: thepro...@yahoogroups.com thepro...@yahoogroups.com Date: Tuesday, August 4, 2009, 12:40 PM Assalamualaikum Wr. Wb. Mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya Mbah Surip. Semoga diampuni dosa-dosanya dan amal ibadahnya diterima disisi Allah SWTserta keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberikan kekuatan iman. Wassalamualaikum Wr. Wb. Wieda
CiKEAS Regenerasi Kepemimpinan Politik
perubahan kepemimpinan 2014 dan gapailah masa depan bangsa Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko ayo mencoba..! The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm ayo mencoba ! SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Sengketa Pemilihan Umum
kebutuhan, tetapi juga keharusan! Ada baiknya, kita hanya menyelenggarakan dua gelombang pemilihan kepada daerah saja, yakni serentak pada satu waktu di 17 provinsi dan dua setengah tahun kemudian serentak pada satu waktu di 16 provinsi sisanya. Bahkan, menurut hemat saya, pemilu legislatif pun perlu dibedakan menjadi dua kelompok. Pemilu legislatif nasional dilaksanakan bersamaan dengan pemilu presiden. Pemilu legislatif daerah (DPRD provinsi, kota, dan kabupaten) dilaksanakan bersamaan dengan pemilihan kepala daerahnya. Untuk itu, dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dari presiden untuk mentransisikan masa jabatan kepala daerah dan anggota legislatif daerah. Kelima, penguatan dan pemapanan sistem. Muara dari keempat perbaikan di atas adalah terkuatkannya sistem pemilu dalam pengertian luas. Indonesia harus segera memiliki sistem yang kuat dan mapan ini. Akhirnya, keenam, pembentukan dan penguatan warga negara. Kita selayaknya mengupayakan sungguh-sungguh terbangunnya kualitas warga negara yang ditandai oleh kemampuan setiap orang untuk tahu dan pandai menjaga hak dan kewajiban mereka, bertumpu pada diri sendiri, proaktif memperjuangkan penegakan haknya sendiri, serta berkemampuan dan berkemauan melawan tanpa kekerasan setiap pencederaan atas hak-hak mereka. [Eep Saefulloh Fatah, Pengajar Ilmu Politik Universitas Indonesia - Kompas, 28/7/09] --- Putusan KPU, MA or MK? Saat ini untuk menjadi anggota DPR tidaklah mudah, bahkan belum2 sudah pusing tujuh keliling…… padahal sudah berdarah-darah di lapangan saat kampanye, bahkan sudah menang mengantongi suara terbanyak… dan telah diputus masuk dan lolos oleh KPU, eh ternyata bisa batal karena ada lagi putusan MAribut toch jadinya? Belum lagi nanti ada putusan MK…….wallaah Anda banyangkan saja ada 100-an personil calon legislatif pilihan rakyat, yang sudah pada gede2 dan sedang semangat-semangatnya berdemokrasi - justru diombang-ambingkan statusnya. Ini baru benar-benar namanya permainan demokrasi…. Maka silakan amati dan cermati saja bangaimanakah endingnya nanti…….. Memang meriah sih untuk meramaikan pasar bursa calon legislatif, paling tidak beliau-beliau pernah masuk daftar legislatif di Senayan dan pernah keluar daftar pula…..jadi statusnya ada dua; keluar masuk, atau masuk keluar…ada-ada saja ini! Atau kalo ada yang tiba2 berteriak dan bertanya, “bisa beli nggak 2 saja, atau 5 saja, atau 10 saja!” mumpung suara sudah ngumpul di tikungan jalan untuk saling menyalip… yang begini namanya demokrasi pasar klewer, alias semproooll tenan! Capres/cawapres Terus untuk para capres/cawapres yang katanya siap menang dan siap kalah, sudah pada menyampikan pidato ucapan selamat kepada yang lain belum? Ingat, dulu pernah ada yang janji nggak? Lha kalo nggak siap kalah, namanya bukan ksatia, tapi ….[silahkan sebutkan namanya sendiri-sendiri] jadi beliau2 memang bukan seorang ksatria! Padahal sekarang beliau2 itu sudah berdiri di atas topangan puluhan juta suara rakyat, jadi tidak boleh lagi melihat hanya sebagai individu-individu lagi, tetapi kepentingan rakyat dan negaralah yang diutamakan. Toh dengan mengucapkan selamat begitu, proses hukum tetap jalan terus… memberi contoh yang baik, selanjutnya edukasi dan teladan pemimpin dapat dirasakan oleh rakyat. Kalau nggak bisa begitu, ya kapan bisa jadi pemimpin yang benar, apalagi dipercaya rakyat? Ya, khan begitu patron pemilu presiden di negara maju. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko Ayo mencoba..! The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm Ayo mencoba ,,! SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Kalahkan Terorisme - Sebaiknya..
ini terputus-putus dan belum bisa tuntas. Rasa kebersamaan bernegara dan bermasyarakat justru diharapkan menjadi semakin baik, bersatu, walau kewaspadaan masyarakat pun terus diuji untuk semakin perhatian, menjadi polisi bagi diri, keluarga dan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko Silakan mencoba? The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm Mau mencoba ? SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Kaya Rasa, Kaya Makna
ada pemimpin yang tertarik mencangkul hidupnya secara mendalam. Lalu tersentuh untuk meringankan beban mereka yang kerap menangis oleh biaya sekolah, biaya berobat, biaya keadilan yang serba mahal. [GEDE PRAMA Penulis buku Simfoni di Dalam Diri Mengolah Kemarahan Menjadi Keteduhan-Kompas, 21/7/09.] --- Manusia, semua makhluk hidup, alam dan seisinya adalah unsur penting dari sebuah ekosistem kehidupan. Harmoni dan keseimbangan kehidupan pun terus dijaganya. Bila kemudian sebagian menangis oleh karena beban biaya sekolah, biaya kesehatan dan biaya keadilan. Maka bukalah lebar2 pintu telinga, cepatkan langkah kaki untuk mendaki, masyarakat dan pemerintahpun semakin mengerti dalam menentukan wujud solusi, yang tentu sangat berarti. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko Mau mencoba? The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm Mau mencoba ? SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Kebebasan dan Ketakutan
, ketidakadilan, dan kecurangan politik yang giat kita kembangkan dalam sejarah negeri dan dunia. Oleh karena itu, betapapun amarah dan kutukan sepantasnya kita lontarkan kepada para teroris, sedikit pun tak boleh meredupkan semangat kita untuk mengkritik, mengoreksi, dan melawan berbagai bentuk kecurangan dan ketidakadilan dalam berdemokrasi. Apalagi jika terdapat indikasi kembalinya terorisme negara untuk memberangus kritisisme. Kemenangan belum bisa dirayakan sebelum pelanggaran dibereskan. Hanya di atas jalur yang benar, kemenangan kontestasi menjadi kemenangan demokrasi dan kebanggaan negeri. Hanya dengan memuliakan kebenaran, kebebasan, kesucian, dan keagamaan bisa membawa kebahagiaan bagi kehidupan bersama. Yudi Latif, Kepala Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia (PSIK-Indonesia), Kompas, 21/7/09]. * * * * * “Hanya di atas jalur yang benar, kemenangan kontestasi menjadi kemenangan demokrasi dan kebanggaan negeri. Hanya dengan memuliakan kebenaran, kebebasan, kesucian, dan keagamaan bisa membawa kebahagiaan bagi kehidupan bersama.” * * * * * --- Kebebasan Kebebasan bukanlah sesuatu yang menakutkan, bila diletakkan di atas bingkai aturan dan norma masyarakat, negara, bangsa dan etika dunia. Bahkan pencerahan dan kreativitas yang akan didapat, produktivitas pun akan berkembang. Kebebasan menjadi menakutkan ketika etika, moral dilanggar, mengabaikan hukum kehidupan, apalagi sampai bertindak brutal dan biadab. Kebanyakan orang akan menghindarinya, namun ada saja pihak yang justru ‘menyakini’ dan memelihara kebiadaban sebagai jalan untuk kembali ke syuurrga!, katanya. Inilah tugas masyarakat dan negara untuk kembali berjuang dan menyadari apakah kebebasan berbangsa yang kita miliki sekarang sudah benar, sudah pantas, bertanggung jawab, memuliakan, menghidupkan dan atau bermanfaat bagi orang lain? Ataukah kebebasan kehidupan kita justru hanya berakhir untuk dan bagi sejumlah kematian yang sia-sia – seperti halnya peristiwa yang baru saja terjadi? Ataukah untuk dipersembahkan bagi generasi Indonesia yang baik dan maju di masa depan? Semua itu butuh pengorbanan, keikhlasan dan tindakkan nyata semua elemen bangsa Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko Mau mencoba? The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm Mau mencoba ? SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Socrates tentang Keadilan - Hakiki
Tuhan tidak buta dan tidak tuli. Itu sebabnya Socrates menghadapi eksekusinya dengan hati damai. [Tjipta Lesmana Guru Besar FISIP Universitas Pelita Harapan, Kompas 16/7/09]. --- Keadilan Hakiki Keadilan dalam praksis lebih bersifat relatif, tergantung oleh siapa dan kepada siapa dipraktikkan, padahal keadilan adalah nilai dan norma yang mutlak, hakiki, yang selalu memiliki universalitas nilai bagi kehidupan manusia dalam berbangsa. Lembaga tinggi Negara seperti KPK, MA, MK, Presiden, DPR, BPK dan sebagainya merupakan lembaga2 hulu produsen praktik keadilan bagi masyarakat luas. Begitu pentingnya arti praktik keadilan, bagi kehidupan, keadilan dan kemanusiaan masyarakat luas. Karena keadilan selalu menjadi pandu dalam praktik kehidupan dan kemanusiaanya. Maka tidaklah heran bila kita bicara tentang keadilan maka kemudian kita ingat kepada tokoh2 keadilan universal seperti; Socrates, Mahatma Gandhi, Mother Theresa, Nelson Mandela dan lainnya, yang menempatkan keadilan dalam bingkai universalitas keadilan kemanusiaan yang hakiki. Seperti halnya terjadi teror ledakan bom hari ini, yang pasti ini dilakukan oleh orang-orang biadab, yang sudah lama kehilangan rasa keadilan dan kemanusiaannya. Begitu pula bagi yang 'membina dan memeliharanya'. Maka, bagi para pemangku amanah rakyat di berbagai lembaga tinggi Negara, bergumullah, bergulatlah dan berjuanglah melawan ketidakadilan dalam segala aspek kehidupan dan di dalam sistem pemerintahan Indonesia ke depan yang semakin baik. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko Mau mencoba? The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm Mau mencoba ? SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Demokrasi yang Membebaskan - Munaslub
pengawasan. Masyarakat sipil bisa berupa individu, ormas, media massa, dan LSM, harus meningkatkan soliditas pengawasan terhadap semua lembaga negara. Tidak ada jaminan dari prosedur demokrasi yang baik akan menghasilkan kualitas demokrasi yang substantif dan mampu memberi keadilan sosial bagi seluruh rakyat. [Devitri Indriasari Mahasiswa Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana Universitas Indonesia; Bekerja di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Kompas 15/7/09]. --- KLB-Munaslub Maka ketika pemilu legislatif dan pilpres baru saja usai, kemudian serta-merta muncul wacana KLB ataupun Munaslub dari salah satu atau dua partai peraih suara di pemilu tersebut, rasanya kita seperti setback, cita rasa kanak-kanak pun muncul kepermukaan, malu sich sebenarnya sama rakyat. Padahal setiap partai memiliki AD/ART yang harus diikuti dan dipatuhi. Rupanya norma dan etika dikalahkan oleh nafsu pribadi yang hanya ingin memperoleh sebuah kekuasaan belaka, tanpa mempertimbangkan kelangsungan/kebesaran partai, perasaan sejawat, konstituennya serta masyarakat Indonesia secara luas. Alih-alih mengikuti elite partai dan capres/cawapres yang sudah menunjukkan teladan, kesantunan, kebesaran jiwa, kenegarawannya, dan legowo melihat realita pilihan rakyat. Mestinya di saat-saat seperti ini para elite partai yang lain menunjukkan teladan yang baik bagi rakyat, menghargai rakyat, bukan malah berusaha merebut kursi ketua umum partai, padahal belum waktunya. nggege mongso. Sabar sedikit kenapa? Toh nanti juga sampai. Kecuali, karena ia ingin segera menyelesaikan kasus lumpur Lapindo…. tentu masalahnya menjadi lain . . . dan rakyat pasti setuju dan memakluminya...presiden terpilihpun pasti manggut-manggut...! Nah kalo ini untuk apa? Silakan jawab sendiri saja! Jawabannya sih tetap sama; untuk ‘menyelesaiken’ lumpur Lapindo! God Bless Indonesia... ! I Love You Full ….Indonesia! Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko Mau mencoba ? The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm Mau mencoba ? SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Hikmah Pilpres 2009 - Proficiat MK!
ini tidak dapat dilepaskan dari kontroversi seleksi KPU beberapa tahun yang lalu, terutama disebabkan pengabaian UU No 22/2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu, khususnya ketentuan mengenai rekam jejak (pengalaman). Penyebab lain adalah kontaminasi ambisi pribadi oknum pejabat pemerintah serta semakin menguatnya politisasi lembaga perwakilan terhadap seleksi anggota lembaga independen, termasuk KPU. Tulisan ini akan diakhiri dengan harapan agar kemenangan SBY-Boediono harus dijadikan modal menyusun kabinet yang profesional dan mempunyai komitmen terhadap harapan masyarakat yang merindukan hidup yang semakin baik. Andai kata sebagian anggota kabinet harus dipilih dari partai koalisi, mereka sebaiknya bukan sekadar kader partai, melainkan kader partai yang memenuhi persyaratan di atas. Sementara masyarakat harus terus aktif mendesak dan mengontrol agar presiden dan wakil presiden terpilih mewujudkan janji-janji mereka dalam kebijakan yang konkret. [Kompas 14/7/09] --- Proficiat MK! Selamat untuk Mahkamah Konstitusi [MK] Indonesia Saat memburu koruptor, kita berbangga kepada KPK, lembaga baru namun tidak pernah ragu. Walau sekarang terpaksa masuk ‘bengkel’ karena sedang diservice, memang selama ini mesin dipacu dengan kecepatan tinggi dan luar biasa kencang, hingga menjadi kebanggaan rakyat. Namun tiba2 ngadat, harus turun mesin, karena ‘pengendara’ cedera menyerempet pagar dan seorang warga, maka kendaraan perlu di service… akhirnya banyak teknisi ingin ikut memperbaiki dan mengaturnya termasuk polisi. Lain lagi dengan lembaga tinggi yang baru dibentuk beberapa tahun yang lalu, tergolong muda, namun memiliki integritas yang kuat bagi tegaknya Negara Indonesia yaitu, Mahkamah Konstitusi [MK]. Disaat genting dan hampir deadlock Mahkamah Konstitusi telah mengambil keputusan yang tepat dan cepat, untuk mengatasi masalah DPT, dengan bisa memilih menggunakan KTP dan kartu keluarga. Keputusan ini sangat melegakan banyak pihak, baik bagi pemilik hak memilih, peserta pilpres dan meredakan ketegangan yang mungkin bisa terjadi. – Walau kita tahu sebenarnya kegangan itu tidak perlu - karena memang tidak penting! Tetapi kalo kandidat pilpres mundur dan pilpres diundur, bisa-bisa benar anekdot masa lalu yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa tempe dan kedele, bisanya cuma mencla-mencle! Jadi hasilnya sekarang rakyat merasa lega, dan nggak rugi membayar mahal para hakim konstitusi, karena mereka telah menorehkan goresan keputusan pena emas bagi landasan demokrasi Indonesia dipenghujung pilpres 2009, 2 (dua) hari sebelum pilpres dilaksanakan. Dan Luar biasa hasilnya….melegakan rakyat dan bagi semua pihak yang berkepentingan. Dan akhirnya pun bisa membuat KPU dan pemerintah siuman kembali – untuk melanjutkan ‘kewajibannya’. Jadi jangan heran bila MK bisa disebut sebagai malaikat penyelamat pilpres 2009, dan layak dapat bintang…. Saya hanya menekankan hal ini, untuk tetap dingat dan untuk tidak melupakannya perannya di saat Negara genting, gawat dan uring-uringan! Kebesaran jiwa dan hati para kandidat pun telah dicermati dan diikuti dari awal oleh rakyat, sayang tidak semua rakyat bisa mengetahui lebih dekat dan lebih dekat lagi… terutama yang di daerah-daerah terpencil. Di lain pihak tidak lagi ada yang bisa membelokkan suara atau menggendongnya kemana-mana…. baik itu oleh partai, organisasi, lembaga, apalagi hanya oleh nafsu individu2 yang hanya ingin meraup suara…bisa2 akan merasakan seperti malarangeng bersaudara. Kecuali Anda bisa menjadi mbah Surip, karena hanya ia yang bisa! Sebab beliaulah yang memiliki hak cipta suara [lagu] : “Tak Gendong ke Mana-mana”… dengan suaranya yang lantang, dilanjutkan dengan; Where are you going.! ….I love you full!... ha…ha…ha….! Memang lepas sudah kepenatan kita selama pesta demokrasi menjelang dan dalam pilpres 2009 ini, apalagi kemudian disusul dan mendengar mbah Surip berdendang dan tertawa haha...ha! God Bless Indonesia...! I Love You Full ….Indonesia! Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko Mau mencoba? The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm Mau mencoba ? SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Tantangan Yudhoyono ke Depan - Proficiat!
pada konsistensi komitmen untuk membentuk kabinet presidensial yang efektif. Pengalaman 2004- 2009 menunjukkan, kabinet koalisi partai-partai justru menjadi ”penjara” bagi Yudhoyono karena sering ditelikung partai-partai pendukungnya di parlemen. Soal lain yang dihadapi Yudhoyono adalah memaksimalkan peran Boediono sebagai pendamping yang lebih efektif dibandingkan dengan Kalla. Problemnya, jika Boediono lebih tampil sebagai priayi ketimbang komplementer bagi kekurangan Yudhoyono, sulit dibayangkan bahwa pemerintahan hasil Pemilu 2009 bisa lebih baik dari sebelumnya. Namun, tantangan Yudhoyono mungkin lebih ringan jika tiba-tiba Partai Golkar berubah haluan dari ”lawan” menjadi ”kawan” seperti watak dasarnya. Itu artinya, kita harus bersiap-siap mengelus dada kembali dan merajut harapan akan perubahan pada pemilu berikut. [Syamsuddin Haris Profesor Riset Ilmu Politik LIPI] --- Proficiat Pilpres! Selamat untuk pasangan pilpres 2009; SBY-Boediono Setelah dihitung, menurut pendapat rakyat Indonesia ternyata pasangan inilah yang dipilih untuk memimpin Indonesia 2009-2014. Saya mengucapkan: “Proficiat, Congratulation dan Selamat mengemban amanah Rakyat Indonesia …….!” Dan untuk ketiga pasangan kandidat luar biasa yang telah berlaga di pilpres, kita mengucapkan banyak terima kasih, banyak dibantu dan disupport dalam memajukan demokrasi Indonesia, dengan berjiwa ksatria dan terbuka, sehingga seperti masyarakat kebanyakan, sangat mensyukuri pilpres berjalan aman, lancar dan damai, sehingga pantas kita ucapkan selamat dan sukses! Atau I love you full!, kata mbah Surip! Selanjutnya kita menunggu hasil KPU untuk mengumumkan dan menetapkannya. Siapa tahu nanti KPU berpendapat lain…..tho? Ya enggak mungkinlaaah, emangnya KPU Godot?! Nah, kalau untuk soal DPT kemarin memang benar; KPU is Godot! Kepada yang kalah tidak menjadi masalah, karena sesungguhnya keberhasilan menjaga jalannya demokrasi dengan baik dan benar adalah sebuah kemenangan yang besar bagi seorang yang berjiwa besar, dan bagi kebesaran bangsa Indonesia ke depan. Kini, jalan demokrasi Indonesia telah kita daki dan lewati bersama, jalan2 ekonomi, hukum, birokrasi perlu terus diperbaiki, dan jalan prestasi selalu menjadi orientasi, hingga jalan kehidupan rakyat sejahtera pun jangan hanya tinggal dalam mimpi dan ilusi….. namun hendaknya segera menjadi reality! Maka teladan dan harapan rakyat pun kiranya menjadi pijakan dan tumpuan.” Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm Mau mencoba? SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Era Politik Ketokohan - diaduk DPT
bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Meretas Budaya Birokrasi
semakin macet, penduduk miskin semakin susah akibat perilaku korupnya. Padahal, korupsi pada lembaga publik, dengan segala perwujudannya, pada akhirnya pasti merugikan publik. Bagi panelis dari Indonesia Corruption Watch, tanpa pemberantasan korupsi apa pun kebijakan pemerintah, baik itu kebijakan liberal ataupun ekonomi kerakyatan, akan berpotensi untuk diselewengkan, serta tidak akan ada jaminan akan berjalan efektif dan tepat sasaran. Birokrasi dan legitimasi Perubahan birokrasi tidak semata soal struktur organisasi dan remunerasi. Kenaikan gaji tidak menjamin hilangnya korupsi sebab berapa pun nilai gaji akan menjadi lebih banyak jika ditambah dengan uang korupsi. Peningkatan remunerasi lebih sebagai prasyarat untuk menuntut performa yang lebih tinggi dan ketegaan menegakkan disiplin. Titik penting reformasi birokrasi adalah mengubah sistem nilai dan keyakinan. Budaya Timur kita yang bersifat patron-klien dan menuntut keselarasan sebenarnya dapat menjadi instrumen untuk menerobos birokrasi. Awalnya harus dimulai dengan figur bersih dengan karakter kepemimpinan yang kuat dan kreatif dalam cara. Gubernur Gorontalo Fadel Muhammad, Wali Kota Solo Joko Widodo, Wali Kota Blitar Djarot Syaiful Hidayat, Sri Mulyani Indrawati di Departemen Keuangan adalah contoh figur yang mampu melakukan terobosan dalam perbaikan birokrasi. Selain kreatif dalam cara, modernisasi birokrasi pemerintah juga harus menciptakan mekanisme perekrutan meritokrasi, kestabilan karier, promosi internal yang terbuka, dan gaji yang kompetitif. Selanjutnya, apa yang sudah diubah hendaknya segera diinstitusikan agar menjadi otoritas impersonal yang tidak bergantung pada figur pemimpin. Ia harus menjadi sistem nilai baru yang hidup dan dihidupi oleh birokrasi. Reformasi birokrasi adalah sebuah keharusan karena lewat birokrasi negara hadir. Birokrasi merupakan representasi negara dalam melayani warganya. Pelayanan publik merupakan instrumen yang memfasilitasi kapabilitas warga negara untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya. Performa ekonomi suatu negara juga sangat dipengaruhi oleh fungsi birokrasi yang baik. Dengan demikian, mereformasi birokrasi serta-merta meraih legitimasi dari warga negara. Beberapa kepala daerah sudah membuktikannya dengan terpilih dua periode tanpa perlu melakukan berbagai rekayasa politik demi kemenangan. Tidak ada kata terlambat untuk berubah, tak peduli sejauh apa kita salah berjalan, balik arah sekarang juga. [Chris Panggabean Asisten Peneliti di Universitas Indonesia, Aktif di LMI – Kompas 2/7/09] --- Pilpres Kepada ketiga kandidat capres/cawapres silakan berpacu pada putaran terakhir kampanye, sebelum minggu depan hari Rabu, 8 April 2009 rakyat menentukan pilihannya. Mau berlangsung sekali atau duakali putaran tidak masalah, tergantung dari besarnya perolehan suara – kecuali ada yang langsung menembus angka 50% + 1 suara… maka selesailah sudah. Akan tetapi seperti halnya birokrasi, bahwa demokrasi itu yang penting adalah prosesnya, DPT tuntas dan pemilu harus dijamin negara berlangsung jujur, adil. bebas dan rahasia. Tentu tertib, aman, damai dan lancar adalah bagian bentuk kesuksesan pemilu yang didamba setiap unsur masyarakat di seluruh penjuru tanah air Indonesia. Karena inilah wujud pesta demokrasi rakyat dalam memilih pemimpin Indonesia lima untuk tahun ke depan. “Selamat berjuang menggapai bintang, banyak yang terpanggil, hanya tiga pasang yang terpilih. pun hanya sepasang yang akan ditetapkan sebagai pengemban amanah rakyat, tuk memimpin Indonesia“ Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Nyoman Mimpi Jadi Presiden
, satu-satunya kekuatan yang membuat air bisa melewati semua penghalang karena sifatnya yang lentur. Berbicara kelenturan, lagi-lagi harus kembali ke ladang pelayanan. Karena itulah hakikat kepemimpinan. Kesehatan, pendidikan, kemiskinan, dan keterbelakangan adalah ruang publik yang lapar pelayanan. Kesehatan bermakna lebih luas dari sekadar berobat gratis, tetapi juga melibatkan pendidikan. Dulu, sebagian penyakit disebabkan salah makan. Kini (sebagaimana dikemukakan banyak peneliti), sebagian besar penyakit bersumber pada salah pikiran. Pikiran inilah yang lebih layak disehatkan. Menambah daftar larangan untuk menyehatkan pikiran masyarakat hanya akan memperpanjang guncangan. Namun, memulai langkah keteladanan yang lurus, jujur bersih, dan jernih lebih membantu dalam hal ini. Lee Kuan Yew adalah seorang guru. Tahun pertama diteriaki, tahun kedua di maki, tahun ketiga dilempari api, tetapi karena lurus, jujur, dan konsisten, semua teriakan kemudian berhenti. Maka, ada yang menulis, the inner science of transformation, aspiration, habituation, commitment, consistency. Niat itu langkah awal. Membiasakan diri agar niat menjadi kenyataan, itu langkah kedua. Membuat komitmen agar tetap berjalan lurus tanpa bisa ditawar, itu hal berikut. Namun, konsistensi kemudian mengibarkan bendera perubahan. Ah, maafkanlah mimpi. Meminjam istilah Sigmund Freud dalam The Interpretation of Dream, mimpi bagi kebanyakan orang memang bunga tidur. Namun, tidak sedikit para Sufi dan Yogi yang menggunakan mimpi sebagai medium penting untuk terhubung ke alam lebih tinggi. Maka, di Timur dikenal praktik dream yoga. [Gede Prama, Penulis buku Simfoni di Dalam Diri: Mengolah Kemarahan Menjadi keteduhan – Kompas 20/6/09] --- Bila kita cermati dari ketiga calon presiden dan wakil presiden yang saat ini sedang gencar berlaga, biarpun sudah pernah menjadi presiden toh tetap saja ingin menggapai impian si Nyoman tuk kembali menjadi presiden. Paling tidak tinggal dua langkah lagi. Hal itu memang penting bagi mereka, dan kita semua pun mungkin tahu alasannya… Namun yang lebih penting setelah impiannya nanti tercapai dan sebagian lagi tentu tidak tercapai, maukah mereka semua berfikir kembali dan siap untuk menjadi Nyoman sepenuhnya? Bagi kebaikan, kemajuan demokrasi, kehidupan dan kesejahteraan bangsa Indonesia ke depan. Maka siapapun nanti yang akan terpilih menjadi presiden Indonesia ke depan, hendaklah langkah dan praktiknya senantiasa berhati dan berjiwa Nyoman. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Prasyarat Karakter Kepresidenan
bisa diturunkan dengan prioritas yang jelas. Karena presiden tidak bisa mengurus dan menyelesaikan semua urusan pemerintahan, agenda pemerintahan harus jelas dan terbatas dengan arahan yang jelas. Presiden harus menunjukkan fokus dalam mendefinisikan, dan keefektifan dalam mengajar, agenda substantifnya, demi memudahkan mobilisasi sumber daya serta menawarkan sense of direction bagi aparat pemerintahan, publik, dan media. Ambisi menyelesaikan segala masalah sekaligus beresiko menangguk kegagalan di semua ini. Keberanian menentukan fokus terkait dengan karakter ketiga yang diperlukan seorang pemimpin, yakni ketegaran; kemampuan menghadapi kesulitan, ketidakenakan, dan kegawatan. Seorang pemimpin harus menjadi jangkar keyakinan dalam samudra ketidakpastian dan ketidakpercayaan. Pemimpin pada masa krisis memerlukan kecepatan dan ketepatan untuk membidik jantung krisis. Untuk itu perlu keberanian menentukan pilihan dan menghadapi pihak-pihak antiperubahan. Namun, ada resiko besar bagi presiden yang terlalu berhati-hati mencari jalan aman; peluang lewat, momentum lenyap, sinisme menguat. Dengan prasyarat karakter yang diperlukan, publik bisa menilai pasangan mana yang mendekati tipe ideal yang diidamkan. Selanjutnya terserah Anda! --- Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Manohara - Prita dan Kartini
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme bangsa Indonesia. [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009. Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. Manohara - Prita - Kartini Jumat, 5 Juni 2009 Oleh karena keberpihakan nyata, dan sadar sebagai membawa pesan moral dan kepastian hukum, minggu ini media massa berlomba memburu berita dengan mengekpose dan menyiarkan langsung profile 2 (dua) orang ‘tokoh’ perempuan yang sedang berjuang menegakkan keadilan dan kemanusiaan karena mengalami ‘peristiwa yang sama’, seputar kekerasan di tempat yang berbeda. Manohara Pinot mengalami KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) di dalam kerajaan Kelantan negeri tetangga Malaysia, dan Prita Mulyasari mengalami KDRM (kekerasan dalam rumah maya) internet dan milis. Dengan berbagai usaha keras keduanya sedang memperjuangkan dan memberi pembelajaran kepada masyarakat dan bangsa Indonesia, untuk semakin menyempurnakan dan memperbaiki instrumens pemerintahan dan kenegaraan, undang-undang dan teknis pelaksanaanya. Tanpa kita sadari, kita diajak belajar oleh Manohara, tentang perjuangan kemanusiaan, diplomasi damai dan beradab. Kecantikan hatinya memancar keluar, hingga kita tidak sadar ia baru berusia 17th, terlalu muda untuk menghadapi masalahnya, namun langkah dan tekad hatinya menunjukkan kedewasaan dan kematangannya jiwanya – yang sangat memberikan pencerahan dan kesadaran banyak orang. Barangkali ada capres/cawapres yang akan meminang menjadi menteri peranan wanita? Atau paling tidak dubes? dipersilakan. Demikian juga Prita Mulyasari, justru saat ia menyampaikan keluhan via email malah menjadi obyek para petualang hukum… untung pas waktunya dengan kampanye Pilpres/wapres sehingga semua sadar - akan kekilafan segelintir penegak hukum yang justru mencoba-coba memiringkannya... Dari apa yang kita lihat dan dengar maka Manohara dan Prita Mulyasari, kita meyakini adalah bagian dari beberapa kaum wanita Indonesia yang mungkin adalah manifestasi dari perjuangan R.A. Kartini masa kini, yang akhirnya sering kita panggil dengan sebutan ‘Harum’ namanya. Nah kepada para kandidat pilpres, Capres/Cawapres, silahkan melanjutkan perjuangannya... tidak hanya untuk menegakkan kekuasaan saja, namun jangan lah lupa juga untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Karena itulah pilar-pilar sendi kehidupan bangsa Indonesia menuju masa depan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Pancasila - Dongeng mengharukan
mengalahkan Amerika. Menguasai hardware mengalahkan Amerika,” ujarnya. Sementara budayawan Radhar Panca dahana berkisah bagaimana bangsa ini diisi keragaman 460 suku dan 750 bahasa. “Bisa bersatu karena kemampuan berbagai,” ungkapnya. Menurut Radhar bangsa ini harus menemukan diri lewat dongeng. Dongeng Pancasila. Setelah sesi Sukardi dan Radhar, Garin kembali mendongeng. Ketika lagu “40” mengalun, Garin mendongeng tentang Mussolini. “Kita hidup di negeri penuh tapi… Tak memiliki rasa haru. Seperti kata pacar Mussolini, jika tak punya rasa haru, kita pergi,” ujar Garin. - Proficiat dan terima kasih untuk para founding fathers yang telah menemukan, menggali dan menanam Pancasila sebagai dasar negara, serta para pekarya seni yang selalu berapi-api, membakar gelora jiwa, raga dan karakternya sebagai bangsa Indonesia. Pancasila adalah dasar negara untuk menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Apa yang Diperlukan Indonesia?
tentang “jalan membangun” itu menjadi sangat penting. Saya sangat percaya bahwa jawaban itu terdapat pada idiologi pembangunan yang ditawarkan oleh gagasan-gagasan yang diwakili oleh “jalan negara kesejahteraan” alias “Welfare-state approach” bukan “Wall-street approach” sebagaimana terkandung dalam neoliberalisme. Dalam pandangan itu, yang diperlukan tidak hanya pasar yang bebas, tetapi juga pasar yang adil, tidak hanya hukum yang tegak, tetapi juga hukum yang adil, tidak hanya hak-hak sipil dan politik, tetapi juga hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya dan akhirnya bukan hanya hak milik pribadi, tetapi juga hak kolektif untuk membangun. Ini semua adalah perspektif ekonomi yang semestinya diutamakan dalam membangun negeri ini. Ketiga, memahami bahwa Indonesia adalah sebuah konstruksi rumit yang mewakili keragaman ideologi, identitas dan geografis (sering saya sebut dengan “keragaman tiga-i”: ideologies, identities, islands). Saya sangat yakin bahwa negeri ini membutuhkan sebuah kepemimpinan politik yang sangat istimewa, tidak konvensional. Kepemimpinan politik yang dimaksud adalah sebuah kombinasi antara sains dan seni untuk menghasilkan model kepemimpinan politik yang mampu merajut perbedaan (crafting diffenrences) untuk sebuah tujuan yang diterima secara kolektif. Indonesia membutuhkan kepemimpinan politik yang lebih inventif dari pada yang tranformasional sekali pun. Kualitas inventif dari kepemimpinan politik yang saya maksud terdapat dalam kapasitasnya untuk menghasilkan persatuan dan stabilitas, dua kualitas yang akhir-akhir ini menghilang dari negeri ini. Saya ingin melihat tiga kualitas itu menjadi elemen konstitutif dari kepemimpinan nasional yang akan datang. Saya kira, negeri ini memang membutuhkan sebuah supertransformasi yang dituntun oleh hadirnya perspektif dan visi masa depan yang kritis, bukan sinis. [Daniel Sparringa, Departemen Sosiologi, Universitas Airlangga – Kompas] -- Perjalanan panjang dalam proses membangun bangsa Indonesia, kini telah memacu semangat dan kesadaran baru elite dan masyarakat luas, baik di bidang sosial, ekonomi, hukum dan kemanusiaan serta di bidang lainnya. Selanjutnya dihadapkan tantangan dan peluang untuk lebih teliti, cermat, cepat dan terukur, bukan lagi dalam tingkat wacana dan regulasi formalisme, namun lebih diutamakan dalam langkah, praktik dan tindak keteladanan para pemimpin, elite dan seluruh komponen bangsa Indonesia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Memberi Tanpa Pertimbangan
, giving for no reason! Pada titik inilah seseorang lebih melihat nyala korek api saat gelap menyelimuti, menatap jalan hidup sedang naik saat kakinya terasa berat. Maka, pesan moral dari prinsip “memberi tanpa pertimbangan” adalah “Menarilah seolah tak seorang pun menonton. Menyanyilah seolah tak seorang pun mendengarkan. Bekerjalah seolah tak memerlukan uang gaji, atau jabatan. Cintailah seolah tak pernah disakiti. Berbisnislah seolah tak lagi memerlukan profit. Mencontrenglah seolah bukan simpatisan atau anggota partai manapun. Berpolitiklah seolah tak lagi punya kepentingan. Memimpinlah seolah tak lagi memerlukan sebuah kekuasaan.” Ketika kita memilih itu semua, akan lahir karya-karya terbesar dan agung dalam setiap penggalan kehidupan, tak peduli serendah atau setinggi apa pun kedudukan kita saat ini, sesedikit atau sebanyak berapa pun uang kita, dan seterusnya. Itu berarti kita memenangi hidup. [Herry Tjahjono, Motivator Budaya dan President The XO Way, Jakarta – Kompas, 23/5] -- Bagaimana dengan serial ‘drama demokrasi’ menuju legislatif 2009 dan episode menuju RI-1/RI-2. Atau bagaimana dengan kehidupan kita yang sering lebih dahulu berasumsi bahwa kita terbatas, sedikit, tidak mampu untuk memberi sesuatu pun kepada orang lain, atau bahkan yang lebih ekstrim lagi, sampai-sampai tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan dan diberikan – bagaimana kalau hal itu menjadi sindrom elite, pemimpin, legislatif atau bahkan berbagai lapisan masyarakat luas. Kembali kita diingatkan akan sebuah panggilan kehidupan, kesadaran dan kemanusian kita. Maka para unconditional people pun akan menjadi cahaya, sinar, terang dan harapan - asa bagi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia ke depan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Bukan Sembarang Presiden
dan gambar-gambar wajah mereka bisa dijumpai di sepanjang jalan, adalah tokoh-tokoh yang bukan hanya sudah sangat dikenal oleh masyarakat infrastrukturnya, lebih dari itu mereka sudah di uji moralnya, integritas sosialnya, kesungguhan pengabdiannya, ketrampilan kerja dan profesionalismenya, termasuk luasnya wawasan dan tingginya keilmuannya. Bahkan, tatkala seorang presiden memilih menteri-menteri, dan para menteri memilih bawahan-bawahannya, itu sama sekali bukan soal selera, bukan berdasarkan power share atau pembagian kekuasaan, bukan berlatar belakang kepentingan golongan atau penyeimbangan perolehan antar kelompok. Pemilihan atasan ke bawahan itu juga diselenggarakan dengan terlebih dulu mempelajari data-data dan fakta-fakta dari lapangan paling bawah, yakni siapa yang benar-benar sudah lulus dari penyaringan sosial masyarakat. Kader keterujian pemimpin nasional dan wakil rakyat yang sedemikian ketat dan kualitatif oleh system social masyarakat Indonesia membuat mustahil muncul pemimpin-pemimpin yang nyasar dan ahistoris. Kepemimpinan nasional dan perwakilan rakyat di Indonesia tidak bisa sekedar ditentukan oleh eksistensi dan mekanisme partai-partai politik. Parpol hanyalah kendaraan di ujung jalan, hanya alat terakhir untuk secara formal meresmikan apa yang sudah diproses sangat matang dalam waktu yang juga sangat panjang. Semua aktivis parpol juga sangat memahami hal itu sehingga mereka sangat bersikap rendah hati dan tidak merasa dirinya penentu utama kepemimpinan nasional. *** Presiden Indonesia dan wakil-wakil rakyat adalah orang-orang yang memang harus mereka yang menjadi presiden dan wakil-wakil rakyat. Vox populi vox dei. Demikian lah “sabda rakyat” melalui mekanisme system yang mereka selenggarakan secara konsisten dan istiqamah dari tahun ke tahun, dari era ke era. Bahkan dari zaman ke zaman. Presiden dan wakil-wakil rakyat adalah tokoh-tokoh yang muncul ke singgasana berdasarkan ujian sejarah masyarakatnya sendiri. Dengan demikian, bisa dipastikan merekalah memang yang paling layak kepribadiannya, paling bermutu kepemimpinannnya, paling unggul ilmu dan wawasannya, paling kredibel kinerjanya, paling luas wawasannya, paling terampil kerjanya, bahkan paling diridhoi Tuhan dan direstui oleh semua makhluk-makhluk Allah nonmanusia. Sistem budaya dan mekanisme sosial bangsa Indonesia yang sudah matang sejak puluhan abad yang lalu memastikan bahwa pemimpin-pemimpin nasional mereka yang lahir dari demokrasi Indonesia adalah putra-putri terbaik bangsanya. Harus mereka yang memimpin. Tak terbantahkan. Bisa jadi, Tuhan sendiri pun tak mungkin mengganti meeka karena ia mengikatkan diri ada kegembiraan dan kebanggaan menyaksikan tingkat kematangan budaya demokrasi bangsa dan Negara Indonesia. [Emha Ainun Nadjib, Budayawan - Kompas] -- Maka ketika proses koalisi berlangsung beberapa minggu terakhir, rakyat semakin diajak belajar untuk melihat, memahami dan mengerti bahwa itulah bagian dari kebisingan ‘ubyang-ubyung’, ‘iyik’ dan ‘grudag-grudug’ dari proses elit partai berambisi dalam proses memproduksi sebuah kekuasaan - kita semua menjadi lebih tahu – Padahal kekuasaan sangatlah berbeda dengan kepemimpinan. Maka hanya pemimpin yang benar-benar teruji dan dikehendaki rakyat lah [bukan hanya dikehendaki elite partai] yang akan menjadi pemimpin nyata bagi Indonesia ke depan. Kepada ketiga kadidat presiden/wakil presiden, Anda semua benar-benar layak mendapat bintang kepemimpinan Indonesia. Silakan raih, buktikan dan baktikan jiwa raga bagi kemajuan Indonesia, rakyat sudah tidak sabar menanti...! Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko Nb. Turut berdukacita yang mendalam atas tragedi jatuhnya pesawat Hercules C130 di Magetan Jawa timur. Semoga seluruh keluarga yang ditinggalkan dikuatkan dan diberi ketabahan dari Yang Maha Kuasa. Amien! The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Pertarungan Tiga Karakter
ini memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Karakter manakah yang kita perlukan untuk menyelesaikan problem kebangsaan dan kenegaraan hari ini? Tidak ada pemimpin yang cocok untuk semua musim. Seperti dikatakan oleh Montesquieu dan Max Weber, kepemimpinan merupakan suatu fungsi yang dinamis yang beragam dalam watak, lingkup, dan kepentingan, bergantung pada perkembangan masyarakat. Konsekuensinya, kekuasaan dan lokus tindakan seorang pemimpin ditentukan oleh watak personal dan kondisi yang berkembang di lingkungan politiknya. Pada masa yang “salah”, pemimpin yang baik belum tentu pemimpin yang tepat. Masa krisis memerlukan peran kepemimpinan yang lebih besar dengan misi pembebasan dan pemulihan tertib politik. Kandidat presiden yang dapat memenuhi tuntutan zaman ini adalah yang mampu memadukan antara kemampuan persuasi (good campaigning) dan kemampuan tata kelola (good governing) serta kemampuan menentukan prioritas nasional secara konsisten antara janji kuasa dan kinerja kuasa. Semoga rakyat punya kearifan untuk memilih karakter yang tepat untuk dipilih. [Yudi Latif Direktur Reform Institute] -- Kita bersyukur para capres dan cawapres memiliki karakter yang kuat dan sangat kualitas dalam jabatan yang akan diembannya. Tentu akan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia ke depan. Mengingat hanya ada tiga pasangan, maka rakyat pun tidak menjadi bingung untuk memilih mana yang terbaik. Namun rupanya semakin kita cermati justru semakin menarik Dan ternyata mereka memang benar-benar menarik, hal ini tentu menjadi suatu yang membaggakan pula bagi perkembangan demokrasi kan ketata negaraan bangsa Indonesia ke depan. Apalagi setelah tahu apa yang akan diperjuangkan dan mereka cita-citakan bagi rakyat Indonesia, apabila terpilih dan menjabat presiden/wakil presiden republik Indonesia selama lima tahun mendatang 2009-2014. Kita mendoakan semoga mereka semua dikuatkan dan dimampukan dalam meniti perjuangan dan pergulatan menuju pilpres 8 Juli 2009. Selamat berjuang! Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Pilpres dan Lumpur Lapindo
nominator capres/cawapres, ternyata pemilu legislatif yang lalu tidaklah sia-sia, karena telah menelorkan para kesatria calon capres/cawapres yang bobot, bibit dan bebet-nya luar biasa, sangat seimbang… saya benar-benar bangga menjadi bangsa Indonesia. Membikin rakyat Indonesia berbunga-bunga dalam perkembangan demokrasi dan gemes-nya nggak ketulungan untuk segera dapat memiliki presiden pilihan rakyat, yang telah berkompetisi dengan keras di perjalanan pilpres. Mengingat sektor ekonomi pun harus segera bergulir kembali. Kalo buya Syafii mengingatkan untuk segera mengatasi lumpur Lapindo, saya menambah harapan lagi, apabila presiden terpilih berbeda orangnya, maka hendaknya ada serahterima dari presiden yang lama ke presiden terpilih yang baru. Tidak seperti halnya yang selama ini berlangsung selama ini – tidak adanya acara serah terima jabatan, namun langsung pelantikan presiden… Ini PR untuk DPR terpilih untuk merumuskan aturan protokolernya, sekaligus agar memberi teladan kepada rakyat. Karena kalau di militer, departemen atau instansi mungkin itu hal yang biasa disetiap pergantian pimpinan….Ya tentu yang lalu biarlah berlalu, dan yang akan datang tentu lah akan semakin matang..! Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Pemilu 2009 dan Stabilitas Demokrasi
= THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia. = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009. Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. Pemilu 2009 dan Stabilitas Demokrasi Kamis, 14 Mei 2009 Oleh : Dimas Oky Nugroho Unggulnya Partai Demokrat dalam meraih suara pada pemilu legislatif menjadi fenomena sekaligus misteri dalam politik Indonesia kontemporer. Usianya yang baru tujuh tahun berhasil mengubah konstelasi politik nasional dan memunculkannya menjadi partai papan atas yang mampu menarik swing voters, membongkar “hukum besi” politik aliran dan berbagai klaim basis sosial tradisonal. Dalam partai yang sukses menyatukan berbagai lintas idiologi, prestasi Partai Demokrat (PD) ini mEngingatkan prestasi Golkar pada era Soeharto. Saat itu Golkar efektif menjadi partai beridiologi tengah atau, meminjam istilah Green Pedersen (2008), sebuah pivotal centrist party guna mendukung agenda pemerintah Orde Baru dalam stabilitas politik dan pembangunan. Namun, berbeda dengan Golkar yang memiliki idiologi dan sistem organisasi yang kokoh, kemenangan PD masih bersandar pada popularitas SBY. Kemampuan negara menjamin hak-hak dasar dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat seharusnya menjadi ukuran kemuliaan suatu rezim politik dari kegagalan Orde Baru, stabilitas politik dan pembangunan ekonomi yang ditopang sistimatika pembungkaman dan penebaran ketakutan hanya akan meremukkan bangsa ini dalam jebakan otoritarianisme. Namun, belajar dari kemandekan era transisi, kebebasan sipil saja tidak cukup. Dibutuhkan kehadiran negara yang stabil dan kuat, khususnya kuat dari tekanan kartel dan modal, sebagai prasyarat agar kesejahteraan sosial mampu diupayakan dan manfaatnya bisa dirasakan rakyat. Negara yang kuat adalah yang melindungi dan memajukan kepentingan nasional dan mampu mengamankan hak-hak dasar warga yang majemuk, baik hak politik, maupun hak ekonomi sosial budaya. Menyadari hal ini, kehadiran model partai tengah ala Golkar yang efektif mendukung agenda pemerintah sebenarnya masih dibutuhkan. Namun dalam lanskap multipartai, bentuknya diwujudkan dalam kekuatan koalisi parpol. Dari peta koalisi, sejauh ini PD berniat memimpin koalisi tengah. Pertanyaannya, tanpa dukungan partai “penguasa lama lapangan tengah” itu, mampukan koalisi sentral yang didesain SBY ini solid dan bertahan? Jangkar kestabilan Kehadiran sebuah koalisi partai beridiologi tengah yang reformis akan amat bermanfaat bagi stabilnya demokrasi sekalipun menjamin terwujudnya pemerintahan yang kuat. Mengutip Mietzner (2008), koalisi tengah berguna sebagai jangkar kestabilan politik sekaligus penghapus tajamnya politik idiologi dengan menarik ke tengah partai-partai yang ada di “kiri maupun kanan jalan” melalui koalisi. Namun, penulis memandang integrasi elite sebenarnya merupakan aspek yang lebih signifikan. Apalagi menimbang eksistensi aspek ideologi dalam tradisi politik Indonesia merupakan realitas sejarah sekaligus aset politik rakyat yang sulit dimusnahkan. Penelitian Higley dan kawan-kawan (1991) menunjukkan, demokrasi dapat stabil melalui struktur dan jejaring interaksi antar elite yang memungkinkan mereka mengakses sejumlah arena utama perumusan kebijakan. Dengan demikian, elite meski idiologi berbeda secara ekstrem, akan menjaga stabilitas politik dan demokrasi jika merasa system yang berlangsung mampu memberikan manfaat bersama. Pertemuan Amien Rais, tokoh Partai Amanat Nasional yang kritis terhadap pemerintahan SBY-JK, beberapa waktu lalu, merupakan contoh bagaimana perspektif integrasi elite bekerja. Keputusan Amien mendorong PAN berkoalisi dengan PD, the winning side, merupakan pilihan rasional yang memungkinkan PAN dengan segala kepentingannya terlibat dalam pemerintahan. Ketika elite mau mengompromikan perbedaan, lalu berhasil membangun jejaring politik dan komunikasi konsensual, sekalipun informal, di sanalah stabilitas demokrasi dan pemerintahan dapat dipertahankan. Menunggu Selanjutnya, politik menunggu ketulusan SBY dan kearifan Megawati dalam politik kontemporer untuk bersilaturahim dan membangun komunikasi. Peran sentral keduanya akan berdampak bagi stabilnya demokrasi Indonesia. Kita berdoa, di tikungan terakhir perjalanan politik mereka, para elite generasi transisi ini tulus bekerja keras demi kedaulatan dan kesejahteraan rakyat. Budi baik mereka akan dikenang sejarah dan menjadi inspirasi generasi politik selanjutnya. [Dimas Oky Nugroho Peneliti di Democracy an conflict Governance Institute Universitas Airlangga.] Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA
CiKEAS Berkah Tri Suci Waisak - Teladan
= THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia. = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009. Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. Berkah Tri Suci Waisak Jumat, 8 Mei 2009 | 03:03 WIB Oleh Prajnavira Mahasthavira Bukan guncangan bumi yang mengharukan sebuah kelahiran. Namun ketaatan dan perjuangan yang mengabadikan sebuah penerangan. Bukan tetesan air mata yang berlinang deras mengantarkan kepergian. Namun pelayanan dan kesetiaan yang menjalarkan kasih dan kebijakan. Berkelanalah ke seluruh penjuru bumi. Tanpa rintangan terbebaslah hati nurani. Renungkanlah berkah dari 4 pilar bakti yang hakiki. Niscaya tenteram hidup jasmani dan rohani Peringatan Tri Suci Waisak di Tanah Air tahun ini merupakan sumber inspirasi sekaligus renungan apa yang telah terjadi dan yang akan diperbuat untuk kehidupan lebih baik pada masa datang. Renungan Waisak tahun ini bertumpu pada empat pilar bakti yang merupakan salah satu ajaran mendasar umat Buddha. Napak tilas tiga peristiwa suci Waisak memberi ideologi kuat dalam pelaksanaan empat pilar bakti: kepada orangtua, Tri Ratna, tanah air, dan semua makhluk. Bakti kepada orangtua adalah yang pertama di antara ratusan kebajikan. Napak tilas Waisak pertama mengingat kelahiran agung Pangeran Siddharta, pewaris takhta Sakya, mengetuk hati kita untuk berterima kasih kepada orangtua yang kita sayangi. Dewi Maha Maya, ibunda Pangeran Siddharta, wafat setelah tujuh hari kelahiran Beliau dan terlahir di Surga Trayastrimsa. Setelah mencapai penerangan sempurna menjadi Buddha, Beliau pergi ke Surga Trayastrimsa, memberi hadiah tertinggi, darma sempurna menuju pembebasan mutlak, bagi Dewi Maya. Bagai rintik hujan yang menyejukkan hati tiap insan, purnama Waisak kedua tentang penerangan sempurna mengingatkan kita akan bakti kepada guru besar, Sakyamuni Buddha. Beliau yang telah membabarkan ajaran yang tidak lekang oleh waktu dan membentuk persaudaraan suci dengan kasih sayang sehingga kini kita semua dapat mengecap indahnya darma. Melalui peristiwa suci kedua, pintu hati diketuk untuk membuat pilihan hidup yang membawa manfaat bagi orang banyak, seperti dilakukan Buddha dengan bekerja keras membabarkan kebenaran selama beberapa dasawarsa. Perbuatan nyata yang bertumpu pada pelaksanaan paramita, bukan saja membawa manfaat bagi diri sendiri, tetapi juga pada kebahagiaan orang banyak, merupakan semangat penerangan sempurna Waisak yang terwujud dalam semangat Bodhisattva. Menjelang wafatnya, dengan tubuh yang lemah, Hyang Buddha masih menunjukkan bakti negara dan semua makhluk. Beliau mencegah peperangan yang akan memusnahkan negara Kapilavastu, tanah air Beliau. Saling menyayangi Pengabdian lebih besar untuk kebahagiaan semua makhluk juga dilaksanakan dengan sempurna oleh Hyang Buddha. Tanpa henti, Beliau berpesan kepada para siswanya agar sungguh- sungguh berusaha dan berkelana untuk kebahagiaan orang banyak. Inilah yang dikatakan bakti kepada semua makhluk. Mengingat semua makhluk hidup adalah calon Buddha, insan yang memiliki benih ke-Buddha-an, hendaknya memperlakukan orang lain dengan penuh hormat, saling menyayangi, dan mendukung satu sama lain. Konsep yang amat mendasar ini perlu terus dikumandangkan sehingga kita semua disadarkan akan persamaan dan bukan mencari perbedaan. Dengan persamaan, rasa hormat, dan menjauhi saling menyakiti akan menimbulkan perdamaian, mencegah peperangan, dan memajukan kualitas kehidupan secara global. Semoga ketiga peristiwa suci Waisak yang dilandasi empat pilar bakti dapat menyentuh hati kita yang hidup dalam masyarakat majemuk. Bakti kepada orangtua, Tri Ratna, bangsa dan negara, serta semua makhluk dapat melimpahkan berkah yang mulia untuk kemajuan kehidupan spiritual yang menjadi fondasi kuat bagi individu yang akan berkarya membawa perubahan yang baik bagi negeri Indonesia. Sarva Satva Bhavantu Sukhitatta, semoga semua makhluk hidup dalam damai dan berbahagia. Salam Dalam Darma. [Prajnavira Mahasthavira Sekretaris Jenderal World Buddhist Sangha Council; Pimpinan Vihara Mahavira Graha Pusat - Kompas] Demokrasi dan transformasi “Tidak berlebihan jika dalam konteks keindonesiaan, spirit perdamaian juga merupakan bagian dari solusi berbagai masalah kebangsaan dalam rangka membawa bangsa ke arah yang lebih baik. Sebagai bangsa yang terangkai dari mozaik kemajemukan, di dalamnya terhimpun beribu-ribu pulau, bahasa, budaya, adat kebiasaan, pikiran, dan keinginan, di mana selain merupakan kekayaan keragaman, juga dapat menimbulkan perpecahan. Apalagi pelaksanaan Pemilu 2009 berpotensi memunculkan perbedaan yang kian tajam, seperti perbedaan paham dan
CiKEAS Jangan Galak-galak
telah sah berpihak. Media hanya diwajibkan selalu menjelaskan alasan-alasan rasional lalu boleh menyatakan media kami mengusulkan pemilih ke calon A atau B. Independensi media mutakhir adalah ketika menyusun alasan-alasan itu hanya berdasarkan kepentingan publik. Sekali lagi, kita harus melawan sikap pihak tertentu yang bukannya berusaha winning the heart, tetapi malah menganggap media yang mengurai fakta atau konsultan lain sebagai musuh! Mereka sebenarnya menyiratkan teror psikis, jika kami menang, (awas) kalian akan mendapat kesusahan! Jangan galak-galak, kita tak perlu dikuliahi. Itu semua persis semangat Orde Baru. [Effendi Gazali Koordinator Program Master Komunikasi Politik UI- Kompas] Pasangan capres/cawapres Kompetisi pemilu capres/cawapres 8 Juli 2009 akan memberikan pembelajaran banyak pihak, baik bagi para pelaku, elite dan aktifis politik maupun masyarakat Indonesia. Inilah pemilu capres/wawapres ke-2 di Indonesia. Kesiapan dan dinamikanya semakin terasa dewasa dan elegan. Kita akan segera disuguhi tiga (3) menu paket khusus capres/cawapres istimewa. Mereka berasal dari partai-partai pemenang pemilu, yang akan membawa suara rakyat menuju muara kekuasaan RI-1/RI-2. Yang mendeklarasikan pertama adalah pasangan ideal, disusul pasangan ideal dan potensial lainnya. Jadi untuk semua paket pasangan capres cawapres; jangan galak-galak, jangan kenceng-kenceng, jangan boros-boros… Sejarah akan mencatat bagaimana Anda bermain dan memberi contoh yang baik kepada rakyat dan bangsa Indonesia. Karena rakyat sekarang sudah pada paham, mengerti dan semakin pinter memilih mana yang baik dan yang terbaik untuk pemerintahan RI lima (5) tahun ke depan...maka fair play adalah panglima pilpres 2009. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Seratus Hari Penuh Arti
= THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia. = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009. Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. Seratus Hari Penuh Arti Tajuk Rencana - Kompas, Jumat, 1 Mei 2009 Seratus hari lalu, Barack Obama mengawali masa kepresidenannya dengan mandat penuh dari rakyat AS. Kepercayaan dan harapan rakyat dipanggulnya. Setumpuk harapan ditaruh di atas bahu Obama. Bukan hanya harapan rakyat Amerika, tetapi juga harapan rakyat di negara lain. Dibayangkan sekaligus diharapkan bahwa Obama akan menjadi presiden yang mampu mengatasi berbagai persoalan dunia. Seperti tidak hendak mengecewakan rakyatnya — dan dunia — Obama, presiden kulit hitam pertama di AS, yang meraih 53 persen suara dalam pemilu lalu, segera bertindak. Ia berusaha menanamkan impresi, kesan memuaskan, melegakan, kepada para pemilihnya bahwa mereka tidak salah memilih dirinya. Obama juga berusaha mengatakan kepada para pemilihnya lewat tindakan nyata bahwa ia tidak hanya menebar janji, tetapi juga melaksanakan janjinya. Obama berusaha menyelamatkan perekonomian AS yang berada di ambang jurang kehancuran dengan mengeluarkan serangkaian kebijakan ekonomi misalnya, paket stimulus, strategi penyelamatan bank-bank dan industri otomotif. Ia juga membabat para ”petualang ekonomi” yang hanya mementingkan kantong sendiri. Di panggung internasional, Obama berusaha membangun kembali reputasi AS yang tercabik-cabik karena pendahulunya yang cenderung menerapkan kebijakan luar negeri yang ”melukai” negara-negara lain atau menempatkan AS lebih tinggi daripada negara lain. Dengan berjanji akan menutup kamp di Teluk Guantanamo, sebuah kamp bagi mereka yang oleh AS dianggap sebagai teroris, wajah garang AS yang semula dianggap kurang manusiawi mulai sedikit terhapus. Obama juga menawarkan untuk membuka dialog dengan Iran dan Suriah yang sebelumnya selalu dianggap sebagai musuh AS. Bahkan, Obama dengan tanpa sungkan-sungkan berjabatan tangan dengan Presiden Venezuela Hugo Chavez, tokoh terdepan dari Amerika Selatan dalam kampanye menentang dan melawan AS. Obama juga berjanji akan menarik pulang tentara AS dari Irak, salah satu mandala perang terlama dan terkejam dalam sejarah AS. Afganistan pun mendapat perhatian, dengan berjanji menuntaskan misi militer di negeri itu. Memang, masih banyak persoalan yang belum disentuh atau bahkan ia terlihat seperti begitu ambisius. Obama mengakui hal itu. Ia menyadari begitu banyak persoalan yang menumpuk di depannya yang harus diselesaikan. Terlepas dari semua itu, apa yang dilakukan itu merupakan pemenuhan janji kampanyenya. Ia bertindak, tidak hanya bicara. Seorang pemimpin akan dinilai dari tindakannya yang berguna bagi masyarakat banyak ketimbang dari omongannya yang muluk-muluk. Omongan tanpa perbuatan adalah sia-sia. --- Beruntunglah Obama kecil sempat belajar di Indonesia, paling tidak kita bisa lebih mendekatkan hati, jiwa dan spiritnya untuk menjadi contoh, ikon teladan dan panduan bagi praktik para pemimpin dunia, khususnya Indonesia saat ini dan ke depan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS “Aja Dumeh”
. Sebaliknya jika mereka diabaikan, bisa dipastikan politik akan bergerak linier dan sejarah dengan mudah akan direngkuh kembali oleh kekuatan Status Quo Catatan Penutup Melihat arus politik yang terjadi tampaknya blok perubahan nanti akan diisi oleh PDI-P, Gerindra, Hanura, Golkar, dan PPP. Sedangkan kekuatan kontinuitas mencakup PD, PKS, PKB, dan PAN. Suka atau tidak, komposisi tersebut boleh disebut ideal. Meski minus pertimbangan idiologis. Siapa pun yang terpilih menjadi presiden nanti, aja dumeh kuasa (jangan mentang-mentang bekuasa), Ia akan dibayangi mekanisme check and balances karena kekuatan kedua blok relatif seimbang. Meski demikian, tidak seperti keadaan akan membaik secara cepat. Bedanya. Jika panji perubahan yang berkibar, ada mimpi baru berupa penerapan paradigma pembangunan yang berbasis pada prinsip-prinsip pasar sosial. Sebaliknya, bila blok kontinuitas yang menang, kehidupan akan berjalan datar seperti sebelumnya meski di permukaan kehidupan mungkin tampak lebih baik. Banyak orang menyukai kehidupan yang datar tetapi tak berkarakter tersebut. Di sisi lain, ada individu-individu yang dalam dirinya, mengutip Albert Einsten, mempunyai energi setara dengan delapan bom neutron. Mereka mengganggap kehidupan yang datar, pengedepankan citra, adalah tak berjiwa. Anda pilih yang mana? Saya pilih penebar gelora! Maka, aja dumeh kuasa… [SUKARDI RINAKIT Peneliti Senior Soegeng Sarjadi Syndicate - Kompas] --- Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Membangun Kolisi -untuk Kemaslahatan Bangsa
Indonesia adalah India, Kamboja, Thailand, dan Vietnam. Vietnam yang pernah dicabik-cabik perang saudara dan lebih lambat membangun kini lebih berprestasi dalam pemberantasan korupsi. Yang lebih penting lagi, kemajuan pemberantasan korupsi di negeri itu memiliki korelasi dengan pertumbuhan ekonomi. Etika berkoalisi Indonesia memang bukan Vietnam. Jalan demokrasi telah dipilihnya. Namun, demokrasinya belum menyejahterakan rakyat. Tujuan akhir pemilu dan juga koalisi sebenarnya adalah masa depan bangsa yang lebih baik, terlebih di era persaingan ketat antarbangsa. Tetapi, elite politik menjadi parasit demokrasi. Tujuan akhir koalisi berhenti di Senayan, tidak berakhir pada kesejahteraan bangsa yang lebih baik. Politik dagang sapi ini mengingkari hak rakyat untuk menjadi lebih sejahtera. Seusai pemilu, politisi menjauh dari aspirasi dan kepentingan rakyat. Demokrasi kita dibajak elite politik. Hanya segelintir orang di lingkaran kekuasaan yang diuntungkan. Tingginya angka golput kali ini juga harus dibaca sebagai peringatan bahwa mereka terpilih disertai banyak catatan dan skeptisisme publik. Pemilu adalah kesempatan untuk mereposisi dan meluruskan tujuan akhir koalisi partai. Memang perolehan suara Partai Demokrat meningkat secara fenomenal, sementara partai-partai lain terkena degradasi (kecuali PKS). Padahal, calon PD relatif tak dikenal. Infrastruktur partainya juga belum mengakar di masyarakat. Jelas PD amat bergantung pada ketokohan SBY (politik figur), yang dalam hal ini banyak diuntungkan karena posisinya sebagai incumbent. Maka, suka atau tidak, PD lima tahun yang akan datang secara tak langsung bergantung pada langkah politik SBY. Persoalan besar PD yang mendadak menjadi demikian populer adalah bayang-bayang menjadi partai gembos pada tahun 2014, sebab SBY tidak mungkin maju lagi sebagai calon presiden. Itu akan terjadi jika PD mengabaikan prinsip-prinsip partai modern yang kuat dalam kaderisasi dan infrastruktur. Dilema cawapres Meski posisi SBY enteng jodoh, penentuan calon wakil presiden tidak sederhana. Selain menentukan suara pemilih dalam pemilihan berikut, juga menentukan perjalanan PD pada Pemilu 2014. Tentu tidak elok mengambil jatah cawapres dari PD lagi. Masalahnya, secara tak langsung itu ikut mempersiapkan calon presiden dari partai lain untuk 2014. Praksis koalisi seperti itu terbukti melahirkan persaingan terbuka antara presiden dan wakilnya, seperti terjadi antara SBY dan JK. Sebuah fenomena persaingan yang tidak lazim dan jalannya pemerintahan terdistorsi. Alternatifnya, SBY memilih cawapres yang tidak membuat kalangan partai-partai papan tengah iri, yakni dari nonpartai. Bagaimana dengan JK dan Megawati, yang masing-masing sudah diberi mandat oleh partai mereka untuk menjadi capres? Dapatkah mereka berkoalisi? Belum lagi ada Prabowo dan Wiranto yang juga ingin menjadi capres atau paling tidak cawapres. Idealnya, siapa pun yang terpilih sebagai presiden harus diterima dengan besar hati dan pihak-pihak yang kalah dapat mengimbanginya sebagai koalisi oposisi di parlemen. Yang penting adalah koalisi untuk kemaslahatan bangsa karena kekuatan eksekutif yang dominan dan didukung mayoritas legislatif akan cenderung koruptif. Bahkan, tidak mustahil akan teramat korup! [Yonky Karman Pengajar di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta] --- Koalisi untuk Negeri Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan untuk membangun dan mengembangkan masyarakat Indonesia seutuhnya. Saat ini pun elite politik Indonesia sedang gencar-gencarnya berkoalisi, dengan bekal suara yang sudah dicapai pemilu legislatif yang lalu, kemudian berupaya dengan sungguh-sungguh bagaimana dapat menggapai kekuasaan Negara. Kita kembali menimbang; apakah semua itu hanya puncak dari ambisi, ego, dan harga diri para elite negeri ini? Atau kah niat dan semangat dari seluruh Rakyat Indonesia? Ketika mandat dan kekuasaan berpadu kasih, maka kemuliaan dan kemaslatahan bangsa lah yang dijunjung. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Perihal HIKMAT
== THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDNC] [ Seri : Membangun Spiritual Keluarga Indonesia ] == [SQ] Renungan Harian “Air Hidup” Selasa, 28 April 2009 Baca: Mazmur 111:1-10 PERIHAL HIKMAT “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.” Mazmur 111:10. Ketika memerintah sebagai raja atas Israel menggantikan ayahnya (Daud), Salomo berdoa kepada Tuhan agar diberi hikmat supaya ia dapat memimpin rakyatnya dengan baik, serta faham menimbang perkara. Salomo tidak meminta umur panjang atau kekayaan, melainkan pengertian untuk membuat keputusan. Tuhan pun mengabulkan. “…sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hal yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorang pun seperti engkau.” (1 Raja-Raja 3:12b). Karena hikmatnya Salomo menjadi raja yang terkenal dan disegani bangsa-bangsa lain. Begitu pentingkah hikmat itu? Arti kata hikmat menurut kamus bahasa Indonesia adalah kebijaksanaan atau kepandaian, dan bisa disimpulkan bahwa hikmat adalah kemampuan menimbang segala sesuatu dengan benar, berakal budi dan mulia. Daud berkata, “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan,” (Mazmur 111: 10a). “Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.” (Ayub 28:28). Salomo pun menegaskan demikian (Amsal 9:10). Kita berpikir semua bentuk pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal (bangku sekolah) atau membaca buku sebanyak mungkin. Memang itu sangat berguna, namun pengetahuan yang kita dapatkan tersebut hanya mampu meningkatkan kecerdasan intelektual kita saja. Hakikat sesungguhnya dari pengetahuan adalah takut akan Tuhan dan menjauhi segala jenis kejahatan, di mana kedua hal tersebut saling terkait (tidak dapat dipisahkan): Seseorang yang takut akan Allah akan menjauhi segala jenis kejahatan. Takut yang dimaksud bukanlah seperti saat kita melihat hantu atau binatang buas, namun penghormatan dan penghargaan terhadap Pribadi Tuhan karena Dia adalah Allah yang kudus, yang di dalamnya terkandung unsur ketaatan dan keengganan kita melakukan dosa. Oleh sebab itu Musa berpesan; “Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu..” (Ulangan 4:6). Jadilah umat Allah yang penuh dengan hikmat supaya kehidupan kita semakin dikenan oleh Allah! - - [ WDNCenter_RH join ] The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Pecundang dan Demokrasi Kita
atas pihak yang kalah. Ingat, mereka yang menang tidak akan selalu menjadi pihak yang menang. Sebaliknya, mereka yang kalah tidak selalu akan menjadi pihak yang kalah. Apalagi dalam sistem demokrasi, pertarungan politik masih mungkin terjadi di luar jalur politik elektoral. The losers masih memiliki kesempatan untuk bermain pada jalur politik non-elektoral, misalnya melalui organisasi profesi, LSM, dan civil society. Atas dasar itu, apresiasi atas the losers adalah hal yang penting bagi demokrasi kita. Kita perlu mendukung the losers bahwa kegagalan kali ini bukan berarti kegagalan selamanya. Hal ini pula yang disarankan Przeworski, bahwa demokrasi akan terus terjaga jika the losers memiliki kesadaran bahwa kekalahan pada putaran pemilu bukan akhir segalanya, tetapi peluang untuk menang dalam pemilu mendatang. Hal ini lebih baik bagi mereka untuk menunggu putaran pemilu berikut daripada menjadi pemberontak. (Przeworski, 1991). Namun, harus diakui, penanaman kesadaran seperti ini tidak mudah, perlu kesabaran terutama dari pihak yang menang dan pemerintah. Dengan kata lain, kita memerlukan pemenang yang mampu memberikan toleransi atas yang kalah. Salah satu caranya adalah bagaimana meyakinkan the losers dengan argumen, bukan dengan kekerasan. Pertanyaannya, mampukah para pemenang dan pemerintah menjalankan hal ini? [Syafiq Hasyim Deputi Direktur International Center for Islam and Pluralism, Jakarta - Kompas] --- Menang atau kalah adalah hasil akhir sebuah permainan, hasil sebuah kompertisi dan kejuaraanmaka ketika para caleg telah belaga semaksimal mungkin menjelang pemilu caleg 9 April 2009 yang lalu, tentu hasil akhir tinggallah menjadi sebuah pilihan: menang atau kalah - semuanya mesti siap. Karena kehidupan demokrasi akan tumbuh dan berkembang baik apabila semua unsur menyadarinya untuk siap kalah atau menang. Dalam kehidupan demokrasi pun, menang atau kalah itu adalah sebuah pilihan. Hal yang sudah biasa. Jadi ya tidak masalah..! Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Politik Hampa Dharma - Era Baru Indonesia
perlu bagi penyehatan perekonomian adalah kedaulatan menentukan pilihan-pilihan sendiri, yang akan memperluas kesempatan rakyat mengembangkan aktivitas perekonomiannya. Masalahnya, usaha mewujudkan kedaulatan ekonomi memerlukan pemimpin berkarakter kuat yang memiliki kebesaran jiwa melampaui kepentingannya sendiri. Pemimpin yang tidak memedulikan bagaimana bisa dipilih ulang, melainkan memedulikan bagaimana keterpilihannya dijadikan pintu masuk bagi penataan sistemik. Dalam pemilu nanti, rakyat harus menemukan pemimpin seperti itu di antara tumpukan sampah plastik. Jika tak juga menemukan, kita harus lebih giat mengembangkan ekosistem kreativitas yang dapat memasok orang-orang eksentrik pada masa depan. [Kompas] -- Era Baru Indonesia Nah, sekarang akhirnya kita sampai pada tahap penting perkembangan demokrasi di Indonesia, yaitu memasuki tahap kampanye massa. Jadi tinggal 22 hari lagi hari ‘H’ penyontrengan tiba. Di saat-saat ini pun kita akan lebih jelas lagi melihat-lihat, miling-miling, menimang-nimang calon, menimbang-nimbang lagi serta untuk mengetahui apakah pilihan kita selama ini sudah tepat?! Saat ini dimana pun kita berada, kita dapat mengetahui dengan jelas apa dan bagaimana partai, caleg, capres dan program-program serta impiannya bagi rakyat dan bangsa Indonesia ke depan. Karena saat ini mereka diberi waktu oleh panitia pemilu KPU, untuk menunjukkan diri, mempertontonkan diri, berpromosi di depan konstiuennya, di depan forum, di depan mass media dan atau di tengah lapangan. Biasanya mereka tidak menyia-nyiakan jadwal waktu yang sudah diberikan, untuk saling menunjukkan kemampuan, kapabillitas, visi, misinya dan esistensinya bagi masyarakat dan bangsa Indonesia ke depan. Walau kadang saking semangatnya lupa mengendalikan emosi, bahwa kampanye yang baik itu, harus tertib dan damai! Namun demikian ada saja yang tidak dapat mengendalikan emosinya, mungkin karena sudah kebiasaan dalam hidupnya sehari-hari, maka ketika dilepas di khalayak umum, maunya menang sendiri, egois dan membuat keributan saja. Media massa pun tentu membuka program empat mata, empat telinga bahkan ratusan mata dan telinga untuk wahana membantu kita mengetahui lebih jauh kegiatan kampanye ini secara instan. Maka kitapun sekarang bisa belajar dari sikap dan tingkah laku mereka yang akan menjadi wakil kita di Senayan 5 (lima) tahun ke depan, tentu dengan sikap dan perilaku massanya. Kita pun akan akan disuguhi berbagai tingkah laku aktivis partai yang sangat beraneka ragam; diantaranya ada yang menggunakan kecerdasannya, ada pula yang menggunakan cadas kepalanya, ada yang menggunakan ototnya, ada yang menggunakan pikirannya, ada yang menggunakan dengkulnya, ada yang menggunakan hati nuraninya, ada pula yang berkobar-kobar jiwa dan raganya, ada yang menggunakan hikmat, keluhuran budi dan dharmanya, ada yang menggunakan keteladanan dan pencerahan tindakan dan langkahnya,... ada pula yang mengkombinasikan sebagian unsur2 di atas, ada pula yang mempraktikkan semua unsur dengan lengkap. Jadi ya memang macam-macamlah kiat dan praktik berpolitik dalam menggaet simpatik massa saat ini. Kadang kita tertawa geli, bahkan ngakak, atau mengangguk-angguk melihat tampilan dan kiat mereka. Jadi memang harus disyukuri karena tahap pemahaman berdemokrasi kita baru sampai tahap itu, namun harus terus berjalan dan berkembang. Maka dengan ini pula kita patut bersyukur kepada semua pihak yang terkait langsung, bagaimana proses demokrasi di Indonesia dapat berjalan mulus dan lancar. Para pemimpin pun harus sadar untuk berusaha terus memberi contoh yang baik, bukan malah memberi contoh dengan saling membenci, saling mendiskreditkan dan saling tidak mau ketemu….trus ngapain di situ.. Teman saya bilang…”pemimpin macam apa itu..?!” Kalo pemimpin jaman dahulu dan jaman bahuela silahkan saja berperang dan bertengkar terus…. Karena maklum perkembangan keberadaban dan pemikiran mereka mungkin juga baru sampai pada tahap itu…. Tetapi Indonesia di era sekarang..adalah era kesadaran kemanusiaan yang tinggi, humanity yang baik, martabat yang baik, hukum dan ekonomi menjadi penting semua makhluk di bumi pun ingin hidup damai, sejahtera, berkembang, dan maju. Jadi ingat! Sekarang adalah era baru bagi Indonesia! Bagi generasi Indonesia ke depan! Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm - SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Kampanye Damai dan Berbudaya
tidak menipu diri dengan show of force yang sebenarnya tidak nyata. Kedua, di tengah makin lunturnya keyakinan atas manfaat reformasi yang telah berlangsung selama dasawarsa bagi demokrasi di Nusantara ini, menyatakan bahwa mereka memberi kontribusi penting bagi kemajuan, kedewasaan, dan kemandirian politik masyarakat. Inisiatif peserta pemilu dengan mengambil langkah-langkah itu akan menjadi realisasi komitmen mereka untuk pemilu serta kampanye damai dan berbudaya. [ TA Legowo Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) ] - Di saat seperti ini marilah kita sempatkan berjalan-jalan ke tempat-tempat yang lebar, lapang dan luas, membuka wawasan, mata, hati dan pikiran lebar-lebar, pelesiran, sambil menikmati jamuan para pemimpin partai, caleg maupun capres yang sedang berlomba-lomba berbaik hati kepada Rakyat Indonesia tercinta. Mereka semua sedang kenceng-kencengnya berjualan, promosi, untuk menarik simpati masyarakat, rakyat semua. Bahkan mereka juga berusaha memberi diskon besar-besaran, supaya pada hari 'H' nanti, dagangan suaranya dapat laku keras, ludes, dipilih dan diborong oleh masyarakat, rakyat Indonesia dengan mencontrengnya ramai-ramai. Masyarakat pun jangan bosan-bosan dengan sabar, membuka hati dan pikiran untuk mendengar apa, bagaimana, seperti apa, para peserta konstenstan menyampaikan program-program serta impian-impiannya untuk membangun Indonesia saat ini dan di masa depan, dalam berbagai wahana dialog, debat, seminar dan diskusi antar caleg. Karena merekalah yang akan menjadi legislator dan wakil rakyat untuk masa 5 (lima) tahun ke depan. Mari kita sukseskan tahap penting perkembangan demokrasi ini, dan selamat memasuki dinamika keramaian massa, bursa, bazaar caleg dalam pesta demokrasi rakyat Indonesia yang sedang berlangsung saat ini melalui kampanye pemilu; yang tertib, lancar, aman dan damai! Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Mengurai Kontroversi Perjalanan Supersemar
, perintah dalam militer harus tegas batas-batasnya, termasuk waktu pelaksanaannya. Menurut Bung Karno, surat itu bukanlah transfer of authority. Amir Machmud yang membawa surat itu dalam perjalanan dari Bogor ke Jakarta langsung berkesimpulan bahwa itu adalah pengalihan kekuasaan. Dengan surat itu, Soeharto mengambil aksi beruntun pada Maret 1966, membubarkan PKI, menangkap 15 menteri pendukung Soekarno, memulangkan Tjakrabirawa (yang terdiri dari sekitar 4.000 anggota pasukan yang loyal kepada Presiden), dan mengontrol media massa di bawah Pusat Penerangan Angkatan Darat (Puspen AD). Tindakan Soeharto ini tidak lain mengakhiri dualisme kekuasaan yang telah terjadi pasca-Gerakan 30 September. Dualisme kekuasaan itu tampak jelas dalam kasus penghentian rencana nasionalisasi perusahaan asing akhir 1965. Tanggal 15 Desember 1965, dengan naik helikopter Soeharto menuju Istana Cipanas tempat pertemuan yang dipimpin Waperdam Chaerul Saleh dengan agenda pengambilalihan Caltex. Soeharto turun dari helikopter dan berseru, ”AD tidak setuju nasionalisasi Caltex”. Lalu, ia langsung meninggalkan tempat dan kembali ke Jakarta. Peristiwa dramatis itu sungguh menunjukkan adanya dua pimpinan nasional saat itu karena dalam kasus ini jelas Soeharto tidak bertindak atas perintah Presiden Soekarno. Pelajaran yang dapat diambil dari keluarnya Supersemar ini adalah pada masa mendatang hendaknya pergantian kekuasaan presiden berlangsung melalui pemilihan umum yang demokratis (dan damai), bukan dengan ”kudeta merangkak” yang menyakitkan. [Asvi Warman Adam Ahli Peneliti Utama LIPI] --- Sejarah adalah prasasti hidup bagi tiap generasi. Cara pandang dan pemahaman pelaku serta penulis sejarah sangat mempengaruhi kita untuk dapat belajar dari semua peristiwa yang sudah berlalu maupun yang sedang berlangsung saat ini. Pun demikian dengan Surat Perintah Sebelas Maret 1966, yang lebih terkenal dengan Supersemar itu. Kita semua dapat memetik buah dan hikmat dari sebuah perjalanan bangsa dan para pemimpinnya, untuk perbaikan dan kebaikan masyarakat Indonesia di masa depan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm - SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS DPR (Bukan) Ladang Perburuan Kenikmatan
umum. Misalnya, gagasan mengenakan pakaian khusus serta pemborgolan mereka dalam proses pengusutan perlu dilaksanakan. Seandainya dalam proses peradilan mereka ternyata bebas, negara merehabilitasi nama baiknya. Perlakuan itu untuk memberikan simbol bahwa perbuatan korup adalah tindakan yang hina. Ketiga, parpol harus mendidik dan melakukan seleksi ketat, tetapi demokratis, kadernya yang akan dipercaya menjadi pejabat publik atau wakil rakyat. Pendidikan terutama menanamkan nilai agar kader partai tahan terhadap godaan kekuasaan yang sangat menggiurkan. Tanpa upaya seperti itu, parpol sebagai tiang demokrasi akan menghancurkan demokrasi itu sendiri. Keempat, gerakan antikorupsi dan politisi busuk harus dilakukan terus-menerus. Militansi aktivis gerakan ini tidak boleh kalah kuat dari intensi elite politik yang sejak awal berniat korupsi. Rakyat harus tak boleh lelah dan jeli memilih wakilnya. Singkatnya, perlawanan terhadap korupsi tidak dapat hanya dilakukan dengan ikrar antikorupsi dan sumpah jabatan yang semakin tidak bertuah. Perlu dibangun sistem kontrol yang efektif serta pendidikan politik bagi kader parpol, serta keikutsertaan masyarakat melawan penyakit sosial yang mempunyai daya hancur yang sangat dahsyat itu. - Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm - SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Demokrasi dan Identitas Naratif
, partai politik kian dituntut profesional dalam manajemen organisasi, termasuk dalam penunjukan calon anggota legislatif. Kedua, menghadapi primordialisme kedaerahan dan agama, pemerintah pusat harus mempunyai politik budaya yang tegas. Alasannya, pertama, nilai strategis budaya sebagai penyebar standar simbolis dan komunikatif; kedua, dasar identitas bangsa; ketiga, politik budaya berdampak positif pada ekonomi dan sosial karena mengembangkan kreativitas (L. Bonet, 2007). Dengan demikian, keputusan MK bisa membuka dinamika kebangsaan baru asal mengarahkan ke universalitas konkret. Universalitas konkret sebagai bentuk komitmen etis merupakan komponen utama identitas naratif. Universalitas konkret Universalitas konkret bisa diilustrasikan dalam karya seni. Kekaguman terhadap karya seni merupakan bentuk universalitas. Jarang ada komentar yang mengatakan, karya-karya Mozart tidak bermutu. Universalitas konkret ini didefinisikan sebagai rekonsiliasi antara yang partikular dan yang universal (L Ferry, 1998:246). Partikularitas ini berlaku bagi suatu budaya (agama), saat ia membuka makna bagi seluruh kemanusiaan. Pemeluk agama-agama dipanggil untuk menjadi karya seni, artinya ambil bagian dalam kehidupan bersama dan memberi makna bagi semua. Panggilan ini berarti masuk ke pemikiran yang diperluas, maksudnya akses ke universal melalui otentifikasi partikularitas. Semakin mendalam dan otentik penghayatan agama seseorang, justru kian terbuka bagi semua. Keterbukaan ini adalah buah kebebasan yang mampu melepaskan diri dari partikularisme (agama) untuk membuka diri bagi semua golongan. Orang bisa memahami makna karya seni ketika melihat pribadi Mahatma Gandhi, Ibu Teresa dari Calcutta, Muhammad Iqbal, Muhammad Hatta, dan Romo Mangun. Para tokoh ini adalah ungkapan universalitas konkret. Universal karena mereka berjasa dan diterima semua golongan, juga konkret karena mengakar pada partikularitas agama masing-masing. Komitmen untuk kemanusiaan yang mengatasi sekat agama menandai identitas naratifnya. Universalitas konkret mengikis primordialisme karena ukuran penerimaan bukan kepemilikan pada kelompok, tetapi jasa, sumbangan, dan prestasi untuk masyarakat. [Haryatmoko Dosen Pascasarjana FIB UI dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - Kompas] --- Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Sjahrir dan Sosialisme Indonesia
pada pemikirannya tentang sosialisme yang sesuai bagi Indonesia, yaitu sosialisme-kerakyatan. Bagi Sjahrir, perkataan kerakyatan adalah suatu penghayatan dan penegasan bahwa sosialisme seperti yang dipahaminya selamanya menjunjung tinggi dasar persamaan derajat manusia. Dalam catatan sejarah diketahui, cita-cita sosialisme-kerakyatan Sjahrir tidak berhasil diwujudkan. Namun, ketidakberhasilan ini mungkin bukan semata-mata karena Sjahrir tergeser dari panggung politik atau karena PSI dibubarkan. Sosialisme, apa pun namanya, hanya paham, suatu cita-cita yang masih di tingkat konsepsi. Untuk mewujudkan cita-cita itu, ia harus dibuat operasional dan harus didukung seperangkat institusi dan mekanisme-mekanisme tertentu. Ini bukan hal mudah. Tanpa itu, ia akan berhenti pada imbauan moral atau etis, tetapi tidak membawa perubahan apa-apa. [IVAN A HADAR Wakil Pemimpin Redaksi Jurnal SosDem] “Dalam membicarakan tatanan sosial politik yang ideal, sering hadir kerinduan untuk menemukan jalan tengah antara kapitalisme dan sosialisme. Sjahrir adalah salah satu perintis pencarian jalan itu, yang tertuang dalam konsep Sosialisme Indonesia. Pertanyaannya, mungkinkah ada ”jalan tengah versi Indonesia”? Mungkinkah menyatukan dua isme yang ibarat minyak dan air? Pertanyaan lebih konkret ialah, perlukah Sosialisme Indonesia? Perlu. Alasannya, agar sisi positif sosialisme sebagai perangkat analisis sosial yang tajam dalam menggambarkan tatanan berkeadilan bisa digabungkan dengan tatanan politis demokratis yang menjadi persyaratan berfungsinya sebuah ekonomi pasar dalam konteks Indonesia. - Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm - SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Pelangi Politik di Tiga Pulau
, berbagai nilai-nilai, semuanya bertumbuh semarak menjadi pantulan pancaran hati dan jiwa pemiliknya...yaitu rakyat Indonesia. Jadi Indonesia adalah negara [nation] kesatuan yang sangat pelangi, majemuk, prural, bhinneka... Dan semua unsur itu lah bersatu padu dalam Indonesia yang ika, eka, dan yang satu! Kemudian tugas para pemegang amanah, yaitu para pemimpin/wakil rakyat diantaranya adalah : Bagaimanakah negara yang majemuk ini dengan semangat dan dedikasi kebersamaan dalam pruralisme yang ada, dapat melangkah padu, menjadi negara yang berkualitas, sejahtera, berkembang, dan maju untuk menyongsong masa depan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm - SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Orang Desa dan Dramaturgi Politik
bahwa politisi ideal adalah mereka yang dekat dan peduli dengan rakyat, politisi menciptakan panggung depannya untuk menunjukkan kepedulian bahwa mereka siap mengentaskan segala problem itu. Tampilan para politisi di poster, spanduk. dan baliho yang bertebaran di desa-desa juga bagian dan manajemen kesan itu. Bagaimana dengan tampilan iklan dari parpol yang menjadi pemegang kendali pemerintah? Panggung yang diciptakan adalah suksesnya pembangunan dengan wajah para petani desa yang riang serta anak-anak yang menikmati pendidikan murah. Maka, panggung depan yang diciptakan adalah bagaimana kepuasan grang-orang desa agar bisa dilanjutkan dan ditingkatkan. Bagaimana dengan panggung belakang politisi? Wilayah yang disebut Goffman sebagai wilayah dimana aktor membuka topengnya ini tentu tidak banyak diketahui orang desa. Ini disebabkan mayoritas politisi adalah orang kota dan orang desa akan menikmati saja panggung teater politik 2009 atau mereka acuh saja. Dan, ketika pemilu selesai, akankah teater pemilu ini menjadi kenyataan? Orang-orang desa menunggu. [ANIEK NUEHAYATI, Mahasiswi S-3 Sosiologi Pedesaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang - Kompas] --- Praktik Kampanye di Pedesaan Kelangsungan hidup bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari eksistensi dan dinamika kehidupan orang-orang desa. Pun demikian dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, hukum, dsb. Lebih-lebih di saat menghadapi perhelatan besar pemilu lima tahunan 2009 kali ini….. Semua partai berhias diri, memantas2kan diri, agar lebih cocok, pantas dan layak untuk bisa mewakili kontituennya diantaranya adalah orang-orang desa yang jumlahnya sangat signifikan. Maka jangan heran di pojok2 sawah, pematang sawah, gardu, jembatan, tanah lapang, pinggir jalan, pinggir hutan, pinggir balong, di atas kali, diatas gapura, di atas pohon, di atas rumah banyak terpasang, bendera, poster, baliho berbagai caleg dan parpolnya. Orang-orang desa memang sudah terbukti dari sejak dahulu, selalu meyimpan lumbung bagi kebutuhan orang-orang kota. Mulai dari hasil pertanian; padi, jagung, palawija sebagai 9 bahan pokok, serta hasil sayur-sayuran untuk dijual ke kota, juga tenaga kerja murah. Nah, di saat-saat seperti ini, banyak lalu lalang, aktifitas dan kesibukkan orang desa di sela-sela masa panen, atau bahkan yang gagal panen, kebanjiran, longsor dsb masih juga diharapkan lumbungnya oleh orang-orang kota. tidak lain adalah lumbung suara nya. Maka dinamika hukum ekonomi antara permintaan dan penawaran kemudian sering muncul dan terpaksa dilakukan oleh orang-orang yang berkepentingan langsung. Ada yang merasa punya lumbung suara banyak, sehingga berani menjualnya sebagai bandar, di lain pihak ada pula yang merasa punya modal, sehingga kalo perlu harus membelinya. Ada yang lebih halus, sopan dan praktis, dengan tukar guling, misalnya dengan mengaspal 1-2 km jalan masuk desa, pasang listrik penerangan desa, dengan membuat MCK, pengobatan gratis, membagi sembako, atau menukar dengan memperbaiki atau membuat bangunan tempat ibadah, dsb. Semua itu disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingannya. Itulah iklan politik dan dinamika politik menjelang pemilu yang sering terjadi di pedesaan, apapun partainya semua bersimpati untuk memajukan masyarakat di pedesaan yang sementara menjadi panggung dari sebuah dramaturgi politik lima tahun sekali ini. Semakin baik ia bekerja dan bermanfaat bagai masyarakat, maka masyarakat pun akan menilainya dan semakin fokus pada pilihannya. Jadi silakan majukan infrastruktur jalan, pertanian, perikanan, irigasi dan perhatikan pendidikan, kesehatan orang-orang di pedesaan…. Otomatis mendorong orang kota pun akan lebih maju. Selamat berkampanye di berbagai penjuru kota di Indonesia, dan menikmati praktik kampanye simpatik di lumbung suara orang pedesaan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm - SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS House of Sampoerna Menjadi Ikon
sudah generasi Sampoerna ini berkembang. Tapi, kalau benda, kami tidak secara khusus mencari. Malah, ada sebagian masyarakat yang peduli pada museum kami dan menyumbangkan koleksi mereka yang berkaitan. Misalnya, pemutar piringan hitam. Itu milik seorang kolektor yang diserahkan kepada kami setelah melihat tulisan Sampoerna Theater di baliknya. Lalu, ada pita cukai yang merupakan koleksi pencinta produk Sampoerna. Yang begitu itulah yang membantu kami berkembang dan bertahan sampai sekarang. [any rufaidah/dos - Jawapos] - Membangun kualitas jatidiri dan karakter bangsa tidak hanya melalui lembaga-lembaga Negara yang ada – baik itu eksekutif, legislatif, yudikatif, atau non departemen, namun bisa pula dilaksanakan oleh semua elemen dan komponen bangsa dengan segala kemampuan dan dedikasinya bagi perbaikan dan kemajuan rakyat dan bangsa Indonesia ke depan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Stop Pemekaran
, seperti tingkat kemakmuran yang merata dan pelayanan publik yang efisien. Dengan begitu, mereka tidak akan mudah dimobilisasi elite politik daerah untuk aneka kepentingan sempit. Inilah pendidikan demokrasi yang sesungguhnya. [Wahyudi Kumorotomo Dosen Jurusan Administrasi Negara Fisipol UGM] * * * * * “Upaya menstop pemekaran akan ditentang elite di daerah atau pihak-pihak yang mengedepankan primordialisme. Namun, melihat konflik di Sumut, Sumsel, Sulsel, Papua, dan semua daerah yang hendak dimekarkan, tidak ada kata lain kecuali menghentikannya. Perlu pemikiran jernih para anggota DPR, Departemen Dalam Negeri, dan DPOD agar otonomi daerah benar-benar berpihak pada kemakmuran rakyat daerah, bukan segelintir elite politik.” “Upaya yang harus dilakukan secara berkelanjutan adalah pendidikan politik di daerah. Warga harus menahan diri agar tidak mengedepankan primordialisme, seperti etnisitas, sejarah, atau sentimen sempit. Sebaliknya, warga perlu didorong untuk mementingkan hal-hal substansial, seperti tingkat kemakmuran yang merata dan pelayanan publik yang efisien.” “Dengan begitu, mereka tidak akan mudah dimobilisasi elite politik daerah untuk aneka kepentingan sempit. Inilah pendidikan demokrasi yang sesungguhnya.” * * * * * Pemekaran Pemilu Sekarang bagaimana dengan pemekaran partai, caleg, dan capres? Selama ini partai diberi kesempatan, dimekarkan … sehingga saat ini pun sedang mekar-mekarnya…berkembang menjadi lebih dari 38 partai. Untuk pemilu 2014 nanti, mungkin cukup 3 s/d 5 partai saja. Sepuluh (10) tahun lebih kita sudah belajar multipartai lebih dari 3 partai, namun hasilnya sekitar2 itu saja jadi setelah yang lalu dibuka seluas-luasnya, maka yad silahkan partai-partai siap-siap merger, toh berkiprah bagi bangsa dan negara tidak harus dengan memiliki partai sendiri. Tetapi kalau mental, kemauan dan niat para elite partai tetap seperti itu ya kapan bisa berkembang maju dengan baik... Begitu pula bagi kader partai, menjadi anggota legislatif/DPR pun sebaiknya cukup selama 2 periode saja, seperti halnya jabatan eksekutif, karena masa tersebut sudah sangat cukup untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara selebihnya bisa berkarya dan mengabdi di tempat lain yang lebih tepat, sekaligus untuk memperlancar proses regenerasi kader partai bagi yang lebih muda. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Indonesia dan Politik Waktu
kekuasaan. Begitulah setiap periode kekuasaan menjadikan sejarah sebagai musuhnya untuk mengangkat rezimnya sebagai masa kini yang membimbing Indonesia ke masa depan yang cerah. Dan pendidikan diperlakukan sebagai mesin pencetak, mereduksi siswa yang akan menulis masa depan sebagai sumber daya, obyek — dan bukan manusia. Atau mungkinkah terlalu berlebihan untuk berharap agar negara ini tak menjadi daun yang hanyut di sungai atau batu yang tenggelam? Agar cukup menjadi manusia yang mampu berenang dan menentukan arahnya? [Geger Riyanto Alumnus Sosiologi Universitas Indonesia] Petani Negeri Saya melihat kesabaran dan keteladanan para petani di pelosok negeri ini. Dengan tekun menggarap, menanam, merawat, menyiangi sawah ladangnya, dan menanti dengan sabar waktu masa panen, pun demikian semuanya itu untuk dipersembahkan demi melanjutkan periode waktu yang diberikan olehNya di dunia ini. Itulah siklus kehidupan para petani. Nah sekarang bagiamana dengan para petani penggarap negeri Indonesia tercinta ini, khususnya di bidang pemerintah, birokrasi, legislatif, yudikatif yang berlomba-lomba menjadikan semua itu sebagai profesi, dan sandaran hidupnya, maka diharapkan dapat mengemban amanah dan tanggung jawab yang diberikan oleh-Nya [rakyat] dapat dipersembahkan kembali untuk kesejahteraan dan kemajuan rakyat. Karena ladang itu bukan ladangmu, bukan milikmu, bukan ladang kita atau ladang kami, melainkan itu ladang milik rakyat Indonesia dan generasi Indonesia masa depan. Demikian pula periode waktu pun milik rakyat semua. Maka di saat ratusan lowongan kerja petani mandat, wakil rakyat di legislatif terbuka lebar setiap lima [5] tahun, mengikuti siklus demokrasi indonesia yang telah disepakati selama ini. Maka dengan berbagai argumentasi dan latar belakang, berduyun-duyun lah, banyak yang merasa terpanggil ingin dapat mengabdikan diri dengan prestasi, kinerja, semangat, prestasi, dan teladannya bagi bangsa dan rakyat Indonesia. Memang sangat banyak calon petani penggarap yang terpanggil, namun kita tahu hanya sedikit yang akan terpilih. Maka di saat-saat ini adalah saatnya mencari, carilah, gapailah mandat rakyat dan jadikan mandat rakyat itu jalan hidup bagi kebaikan, kemajuan, kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Indonesia tercinta ini. Selamat berkompetisi untuk meraih simpati… Berlomba2lah untuk memberikan perhatian, dukungan dengan tindakan terpuji untuk berbagai kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Maka mungkin nantinya siapa tahu diantara kita pun akan menjadi salah satu yang dipilih sekaligus menjadi pilihan rakyat. Semoga. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Mitos Kebijakan Afirmatif Pemimpin Alternatif
kelompok masyarakat (perempuan, minoritas) di lembaga publik harus merujuk pada standar tertentu untuk menjamin mutu dan kinerja. Dalam konteks kontestasi pemilu legislatif, keputusan MK seyogianya menjadi tantangan bagi para pembela hak-hak politik perempuan untuk membuktikan, kaum perempuan layak-pilih bukan karena gender inequity, tetapi kualitas yang baik. Bangsa ini sudah terlalu lama memberi toleransi kepada para medioker untuk menempati jabatan publik, baik di parlemen maupun pemerintahan. Sungguh amat berisiko bila kita menyerahkan nasib dan masa depan bangsa besar ini kepada para demagog, yang tak punya kualifikasi memadai sebagai pejabat publik. Amich Alhumami Peneliti Sosial; Department of Anthropology University of Sussex, Inggris Untuk bisa menduduki jabatan publik, kriteria dasar seperti kualitas, kompetensi, dan keahlian harus menjadi persyaratan mutlak bagi laki-laki maupun perempuan. Jadi, kebijakan afirmatif dimaksudkan untuk membuka peluang yang sama dan perlakuan setara bagi siapa pun, berprinsip equal opportunity dengan menghargai dan mengakui keragaman latar belakang sosial budaya untuk berkompetisi secara sehat dan terbuka dalam memperebutkan posisi di arena publik. --- Kebijakan afirmatif tidak menoleransi seseorang dengan kemampuan minimal dan berkapasitas rendah - dengan pertimbangan jender atau keragaman sosial budaya - guna menempati jabatan publik. --- -- Pemimpin Alternatif Bagaimana dengan pemimpin alternatif, para kandidat legislatif, para kandidat presiden/wapres Indonesia saat ini? Memang yang berkualitas, cerdas dan bijaksanalah yang nantinya diharapkan akan mengemban amanah rakyat. Mari tinggalkan tirani demokrasi Indonesia, buka seluas-luasnya kesempatan bagi yang mampu mengemban sebagai pemimpin Indonesia. Tidak menjadi presiden Indonesia pun itu bukan masalah – karena memang itu bukan hal yang penting bagi seseorang. Yang lebih penting bagaimana Indonesia bisa dipimpin dan dibina oleh para negarawan yang terbuka pikiran, hati, bekerja penuh dedikasi, komitmen, untuk kebaikan dan kemajuan rakyat Indonesia sepenuhnya. Sudah saatnya segera meninggalkan cara-cara lama yang sudah sangat usang bagi perkembangan demokrasi Indonesia ke depan. Biarlah yang mampu dan yang dipercaya rakyat yang akan memimpin kita. Jangan lagi ada kong-kali-kong, atau partai-kali-partai dalam mengoalkan kebijakan/kedudukan, karena ini bukan lagi tempat panggung hiburan buat para politisi badut. Saat inilah rakyat Indonesia sedang berkuasa, untuk menentukan siapa yang menjadi wakil legislatif/DPR bagi kita semua, demikian pula yang akan menentukan siapa presiden Indonesia saat ini dan di masa depan. Rakyat sudah tidak mudah dan tidak bisa lagi dipengaruhi oleh praktik-praktik kotor para wakil rakyat terpilih yang lupa tugasnya, karena banyak mbolos, jalan-jalan, bahkan sampai tertidur saat bersidang Output penting partai politik adalah wakil rakyat di legislatif atau DPR, tugas utamanya diantaranya sebagai legislator, merumuskan UU, hearing uji kebijakan pemerintah, dsb. bukan sebagai calo, pedagang, atau apa… walau kadang dalam praktiknya toh ada saja yang bisa melebihi. Memang Indonesia tidak harus memiliki senator atau capres seperti halnya Obama, ya paling tidak memiliki hati nurani, pemikiran dan praktik hidupnya mirip dia lah, itu sudah cukup membawa Indonesia untuk maju dan berkembang dengan baik di masa depan. Kredibilitas calon pemimpin Indonesia pun saat ini sedang diuji….oleh rakyat,….apakah nanti bisa lulus, lolos, layak dan pantas untuk dipilih atau tidak. Rakyat akan membuktikannya dalam pemilu menjelang. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Memperjuangkan Kematangan Demokrasi Indonesia
dislokasi sosial yang ditimbulkan bisa membawa instabilitas, yang acap kali mendorong sebagian warga untuk menyerukan restorasi dengan mengorbankan manfaat reformasi yang digulirkan. Betapapun mengguncangkan, pemimpin reformasi mesti siap dan mampu mengeluarkan modal politik demi membawa perubahan. Termasuk dalam kesiapan ini adalah komitmen mengurangi ongkos politik dan ketidakpopuleran demi tercapainya efektivitas pemerintahan. ”Tiada yang lebih sulit dilakukan, lebih sangsi menuai hasil, dan lebih gawat ditangani, ketimbang memulai suatu perubahan,” ujar Machiavelli. Siapa berani jadi pemimpin haruslah berani menanggung risiko: melakukan pengorbanan bagi perwujudan tatanan baru. Mari kita semua belajar menjadi warga negara yang baik, pemilih yang baik, untuk dapat memilih caleg, capres/cawapres sebagai pemimpin Indonesia yang bijaksana, matang, merakyat, harus menjunjung tinggi moral dan etika yang berlaku di Indonesia dengan benar, yang akan membawa perubahan untuk kebaikan rakyat Indonesia ke depan – pun tidak harus seperti Obama, ya paling tidak sudah harus dimulai dari sekarang, mengarah ke sana... sebagai wujud kebanggaan demokrasi Indonesia kita yang nyata, berdasar pancasila, berbhinneka tunggal ika, sebagai modal jati diri bangsa menjadi salah satu negara demokratis yang mendunia. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm -- SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Rumput Tetangga Tidak S'lalu Lebih Hijau
. Jatuhnya produksi berdampak pada kerugian perusahaan. Dan kerugian perusahaan berakibat pada sengsaranya karyawan dan pemilik modal. Ini urusan klasik, yang tidak enak dipercakapkan. Akan tetapi karena urgensinya, maka tetap valid untuk selalu dikedepankan. Begitu pula, bagaimana dengan kiprah partai kita, apakah sudah bagus program dan praktiknya bagi masyarakat, tetapi partai tetangga kok lebih bagus ya atau demokrasi negara kita sudah bagus, tetapi kok demokrasi negara tetangga lebih bagus lagi yaa... ..atau kok caleg and capres/cawapresnya, punya partai tetangga lebih bagus ya... ..atau bahkan paket stimulus fiskal Indonesia, kok rasanya di negara tetangga lebih baik ya Kita semua tahu, sekarang pemerintah Indonesia sedang gencar2nya ber-stimulus ria, yang sudah di ok pemerintah [stimulus bidang pajak dan bea, infrastuktur, dll] maka bagaimana agar pembangunan di bidang infrastruktur jalan “trans Indonesia” [Trans Jawa, Trans Sumatera, Trans Sulawesi, Trans Kalimantan, Trans Irian, Trans Sumbawa, Trans Timor, perbaikan yang rusak ] dan irigasi di berbagai wilayah Indonesia tersebut benar2 dibuat mulus oleh stimulus fiskal Indonesia saat ini. Tentu memperlancar jalan Indonesia maju di masa depan. Selamat berstimulus dengan baik…. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm -- SONETA INDONESIA www.soneta.org Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3
CiKEAS Demokrasi Permukaan
= THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia. = [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration Pruralism Indonesia Quotient] Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009. Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia. Demokrasi Permukaan Proses perjalanan demokrasi di Indonesia berjalan terus berproses menuju perbaikan, kaum intelektual, praktisi, masyarakat dan para politisi berperan langsung bagi bergeraknya proses menuju kemajuan demokrasi Indonesia di masa depan. Pada saat ini demokrasi di Indonesia masih lebih menonjolkan penampilan, corak, wajah, demokrasi permukaan – bukan menekankan pada isi, kualitasnya. Kuatnya praktik-praktik demokrasi seperti hal nya terjadi selama ini sebagian besar karena pengaruh dari sistim yang dipraktikan oleh para pengambil kebijakan publik dan pelaku kebijakan di pemerintahan Indonesia selama ini. Untuk mencapai sebuah kemajuan demokrasi suatu bangsa yang terus berproses, ternyata semua pihak perlu bekerja keras, karena ternyata kita semua memang benar-benar masih harus banyak belajar. Pun demikian di bidang ekonomi, perdagangan, hukum, social dan HAM. Dan 10 tahun terakhir kita semua sangat merasakannya bagaimana progresifnya perkembangan demokrasi di Indonesia. “”Demokrasi Permukaan” adalah model demokrasi di negara-negara berkembang di mana demokrasi masih berkutat pada pembentukan pranata formal, penyediaan prosedur elektoral, dan belum menyentuh ranah pembangunan kesadaran. Hal ini terkait masyarakat sipil yang lemah dan absennya kepemimpinan politik yang berinisiatif menciptakan kontingensi bagi lahirnya gerakan sipil ke arah demokratisasi.” Sambil menyadari bahwa kondisi kurang matang ini terkait gagalnya partai politik menjadi agen pendidikan politik, kita perlu akui juga institusi lain seperti universitas, bahkan media, belum optimal melakukan pencerahan. Khusus untuk universitas, konsentrasi berlebihan pada pemenuhan kebutuhan finansial guna menggerakkan mesin lembaga adalah awal dari kehancuran demokrasi sipil. Setidaknya ini dasar moral dari kecemasan para mahasiswa yang dulu menolak pengesahan UU Badan Hukum Pendidikan (BHP). Apa yang terjadi di Indonesia, ”demokrasi permukaan” diperburuk oleh penekanan berlebihan pada tampilan sehingga demokrasi kita sebetulnya ”demokrasi visual”, yakni demokrasi yang mengutamakan aspek tampak. Dalam politik, aspek visual tentu penting, tetapi penampilan sekadar bungkusan. Paling mendasar adalah substansi, yaitu kinerja in actu, keberpihakan pada rakyat, dan komitmen konkret terhadap prinsip pemerintahan demokratik. Untuk itu, diperlukan strategi cerdas, etis, dan legal yang intensinya mencerahkan khalayak politik. Suatu strategi yang secara mutlak tidak boleh bertalian dengan kepentingan parsial dalam pemilu. Tidak mudah memang, tetapi harus dikerjakan oleh segenap elemen civil society. Sebab, demokrasi sesungguhnya berbicara soal peran rakyat dalam menciptakan pemerintahan (Schumpeter, 1950: 269).” [Boni Hargens] Selamat berkompetisi dengan baik…. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm -- Paradoks Demokrasi Permukaan Selasa, 27 Januari 2009 | 00:55 WIB Oleh : Boni Hargens Jika politik itu paradoks, ”rokok” adalah analogi yang akurat. Ia menghadirkan nikmat dan laknat dalam keserentakan. Merokok dilukiskan sebagai ”selera pemberani” di satu sisi, tetapi ”menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin” di lain sisi. Meski paradoksal, rokok tetap terjual. Elite politik sama paradoksalnya dengan rokok. Meski gagal, korup, hipokrit, dan monolitik, tetap saja menang dalam kontestasi elektoral. Dirwan Mahmud, Bupati Bengkulu Selatan yang kemenangannya dianulir keputusan Mahkamah Konstitusi, adalah contoh kasus. Mahmud pernah membunuh dan dihukum lebih dari lima tahun, tetapi menang dalam pemilihan bupati. Mungkinkah ini justifikasi atas tesis bahwa masalah kita adalah sulitnya mempertanggungjawabkan memoria, ingatan (Eddy Kristianto, Sakramen Politik, 2008)? Atau jangan-jangan ini pembenaran tesis Demokrasi Permukaan-nya Jeff Haynes (1997)? Soal ingatan, mungkin kurang bijaksana jika kita mempersalahkan masyarakat. Memang kenyataan, kegagalan dan kejahatan politik dengan mudah terlupakan sehingga politisi macam apa pun berpeluang memenangi pemilu di Indonesia. Namun, ini bukan mutlak salah masyarakat. Kelihaian politisi mengemas diri dan tindakan politiknya adalah aspek lain yang mendasar. Terkait juga di sini konspirasi jahat