Bls: [iagi-net-l] Kapan Krakatau meletus ( was Uneg-uneg..LUSI)

2010-03-08 Terurut Topik Awang Satyana
Abah,
 
Kompilasi hubungan antara kimia magma Krakatau dengan perioda letusannya tak 
bisa dibangun kalau hanya mengandalkan van Bemmelen (1949); ada beberapa 
laporan lainnya yang perlu diacu, yaitu (1) Verbeek, R.D.M. (1885) : Krakatau 
(terbit dalam bahasa Belanda, dicetak di Batavia/Jakarta), dan ini laporan 
paling orisinil tentang Krakatau sebab ditulis berdasarkan survei Verbeek hanya 
dua tahun setelah letusan katastrofik 1883; satu lagi adalah publikasi dari 
G.A. de Neve (1981) : “Anak Krakatau (1 930 - 1980)” - Proceedings PIT X lkatan 
Ahli Geologi Indonesia, Bandung. 
 
Ketiga buku ini dengan sangat baik dikompilasi oleh Peter Willumsen, ahli 
geologi migas (dulu di Huffco Brantas) yang sangat menyukai Krakatau dan pernah 
memimpin fieldtrip ke sana (bayangkan fieldtrip ke Krakatau dipimpin oleh 
petroleum geologist). Tetapi jangan memandang sebelah mata dulu, Peter sangat 
ahli tentang Krakatau; buku fieldguide-nya yang diterbitkan IPA sangat kaya 
analisis yang didukung referensi.
 
Dari plotting antara hubungan komposisi SiO2 dan tahun letusannya diketahui 
bahwa Krakatau meletus hebat kala komposisi SiO2-nya melebihi 70 %. Siklus ke-1 
terjadi sejak sebelum Masehi dan hancur oleh letusan hebat pada 416 M. Hasil 
ejecta menta (piroklastika) hasil letusan 416 M menunjukkan kandungan SiO2 72 
%. Lalu setelah itu diferensiasi magma menuju andesit lalu basal lagi sampai 
kandungan SiO2 seminimal  53 %. Dari sini, magma pelan2 menjadi intermediat 
lagi yang menandai siklus kedua;  lalu asam lagi,  dan mencapai puncaknya pada 
1883 saat SiO2 kembali 72 % dan terjadilah letusan katastrofik yang tercatat 
dengan baik itu. Lalu magmanya menjadi basaltik lagi sampai 53 % SiO2 pada 
tahun 1927, dan saat Anak Krakatau tumbuh di tengah kaldera 1883, itulah siklus 
ketiga, tahun 1930 Anak Krakatau meletus saat SiO2 63 %; lalu turun lagi sampai 
53 % dan kini sedang menanjak naik kembali berada di posisi 55 %. 
 
Diferensiasi magma/lava Krakatau dari gabro/basal ke diorit/andesit ke 
granit/riolit sulit diprediksi berdasarkan waktu. Tahun 1927-1930 kenaikannya 
cepat, naik 10 % SiO2-nya (3.3 % setahun) dalam tiga tahun saja; Data dari 
tahun 1960 (53 % SiO2) ke 1980 (55 % SiO2) menunjukkan peningkatan yang 
melandai hanya 0.1 % SiO2 setahun. 
 
Berdasarkan ekstrapolasi dan menganggap semuanya linier, maka 
letusan katastrofik seperti tahun 1883 dengan SiO2 72 %, masih bisa puluhan 
tahun lagi. Perhitungan sangat kasar saja dengan banyak sekali asumsi dan 
menganggap linear dari perkembangan yang terakhir, maka SiO2 Krakatau di atas 
70 % akan tercapai sekitar tahun 2070. Tetapi, berdasarkan histori diferensiasi 
magmatik dan letusannya Krakatau sukar ditebak. 
 
Yang lebih penting dan bermanfaat adalah mengukur dengan rutin kadar SiO2 lava 
Krakatau, saat ia meningkat terus sampai  60 % harus mulai waspada. Letusan 
terakhir Krakatau (Anak Krakatau) tahun 1930 terjadi saat kadar SiO2-nya 63 %.
 
Untuk bencana erupsi gunungapi, kita tak pernah tidak diberitahukan alam, 
pengukuran rutin akan menunjukkannya; tetapi untuk gempa...kita selalu kecurian.
 
salam,
Awang

--- Pada Sen, 8/3/10, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id menulis:


Dari: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id
Judul: [iagi-net-l] Kapan Krakatau meletus ( was Uneg-uneg..LUSI)
Kepada: iagi-net iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 1:46 PM




    

 Ndang 

    Kalau tidak salah dalam buku yang sangat terkenal the
Geology of Indonesia  ,van Bemmelen 1949, ada hubungan yang sangat
erat antara kandungan SiO2 dengan saat Krkatau meletus.
Nah , kalau
melihat kandungan SiO2 Krakatau sekarang , apakah sudah ada perkiraan kapn
Krakatau akan  meletus besar 2 an ?.
Hanya ingin
tahu saja.

Si Abah

 3. Lava
basalto-andesitik pada dasarnya berkomposisi lebih basa

dibandingkan andesit-basaltik yang intermediat atau riolitik yang asam.
 Semakin basa lava semakin mudah dibangkitkan oleh suatu aktivitas.
Magma
 Merapi meskipun dikatakan basalto-andesitik, berbeda
dalam komposisi
 SiO2-nya dibandingkan dengan Merapi, relatif
lebih asam; semakin banyak
 SiO2 semakin kental dan kecenderungan
membentuk sumbat lava semakin besar.
 Goncangan gempa adalah
energi yang akan mengaktivitas fluida, fluida apa
 pun itu yang
ada di bawah permukaan; bisa migas, air, maupun magma. Saat

dikocok begini, lava basal akan lebih merespon dibandingkan
lava asam;
 maka meskipun Semeru terletak lebih jauh dari
episentrum gempa Yogya,
 peningkatan aktivitasnya bersamaan
dengan Merapi yang lokasinya lebih
 dekat. Jadi, respon Semeru
cepat; respon Merapi relatif lebih lambat
 karena komposisi kedua
gunungapi ini relatif berbeda dan tambahan pula di
 puncak Merapi
terdapat beberapa sumbat
  lava lama.
  
_
Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur,
ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar
Ibadah kudu lakonan.



  Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda 

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-08 Terurut Topik Awang Satyana
Firman,
 
Semua publikasi tentang Lusi dari teman2 Lapindo dan para peneliti terkait 
sudah meminta izin terkait. Publikasi dari luar Lapindo seperti dari Davies, 
Tingay pertamanya tak mengurus izin ke Migas karena mereka menggunakan data di 
luar Lapindo (bukan data, sebagian dari media). Publikasi berikutnya dari 
Davies dan Tingay yang telah menggunakan raw data Lapindo, saya tak tahu apakah 
sudah seizin Migas atau tidak sebab tak ada catatan permintaan izin.
 
Davies dan Tingay membawa bendera institusinya (perguruan tinggi dan research 
center mereka di Inggris dan Australia), Mazzini dkk membawa bendera perguruan 
tinggi dan research center-nya di Norwegia, juga mereka berkolaborasi dengan 
teman2 Lapindo. Di Indonesia, institusi yang pernah mengakses data tersebut 
adalah IAGI dan Badan Geologi. Dua hari lalu Badan Geologi juga meminta data 
tersebut, tetapi sekarang mereka langsung ke Pusdatin (prosedur yang benar 
juga) dengan tembusan ke BPMIGAS dan Ditjen Migas.
 
Karena saya di BPMIGAS, saya tentu saja pernah menganalisis semua data BJP-1 
(GG, drilling dan yang berkaitan), baik sebelum usulannya, saat pengeborannya 
dalam bentuk laporan harian, maupun sesudahnya. Publikasi saya tentang Lusi 
tidak secara khusus, tetapi menggabungkannya dengan semua gununglumpur yang 
lain di seluruh Jawa (Proceedings IPA 2008 - Satyana and Asnidar, 2008). Tidak 
ada data BJP-1 yang saya cantumkan di situ. Bila saya mencantumkan data BJP-1 
di dalam paper, tentu saja saya pun akan melakukan prosedur perizinan yang 
sama. Pendapat saya bukan mewakili pendapat BPMIGAS. 
 
Dispensasi khusus untuk data BJP-1 bisa dilakukan bila Pemerintah memandang 
perlu, barangkali dasar hukumnya sebagai KepMen (Keputusan Menteri). Selama 
ini, itu belum ada, yang ada hanyalah PerMen 027/2006 yang saya ceritakan di 
bawah. Pembukaan data BJP-1 secara umum tanpa memberlakukan regulasi/keputusan 
yang baru adalah suatu pelanggaran terhadap regulasi yang ada.
 
Para peneliti luar pun telah dapat mengakses data setelah melakukan prosedur 
yang baku. Jangan merasa ribet dengan regulasi ini, bila serius ingin melihat 
datanya, ikuti saja prosedurnya.
 
salam,
Awang

--- Pada Sen, 8/3/10, Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk menulis:


Dari: Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 9:37 PM


Dear Pak Awang,

Membaca penjelasan Pak Awang tentang pemberian izin utk melihat data mau tidak 
mau sedikit menyurutkan saya yg tadinya bersemangat melihat data2 aktual 
operasi pemboran BJP-1. Hal tentang peneliti yg menulis paper tentang BJP-1 spt 
Tingay, Davies, Mazzini, seharusnya mereka tentu melewati prosedur standar spt 
yg Pak Awang jelaskan bukan?

Saya juga jadi ingin bertanya sampai saat ini siapa saja badan hukum dan 
organisasi selain IAGI yg mendapatkan izin dan pernah menganalisa data tsb. Dan 
mengenai Tingay, Davies, dan Manzini, bendera organisasi apa yg mereka pakai 
untuk mereka mendapatkan akses ke data tsb? Dan apakah Pak Awang pernah 
menganalisa data2 BJP-1 baik geologi maupun drillingnya? Jika pernah berarti 
Pak Awang mewakili BP Migas kah? Dan melewati prosedur perizinan spt yg Pak 
Awang tulis kah?

Menurut saya akses ke data BJP-1 tsb hrs terbuka untuk berbagai kalangan, shg 
kronologi yg putus2 dan data yg diperdebatkan di milis mrpk data yg kontinyu 
dan sahih. Di satu sisi saya sangat menghormati peraturan tentang pembatasan 
akses data migas, untuk kepentingan negeri ini. Namun di sisi lain, data BJP-1 
adlh special case, di mana utk data ini seharusnya instansi berwenang (dirjen 
migas kah? atau bp migas?) memberikan dispensasi khusus untuk data tsb. 
Mengingat ini adalah data spesial yg di alur sejarahnya mengundang polemik yg 
kontroversial. Dispensasi khusus bukan berarti akses dibuka selebarnya tanpa 
izin, namun lebih ke kemudahan dan birokrasi sederhana saja. Data BJP-1 adalah 
data yg sarat makna untuk pembelajaran, data berharga yg dapat menguak tabir 
apa gerangan penyebab sejati semburan lumpur sidoarjo.

Saya mendaftarkan diri, apabila IAGI atau badan apapun berkenan menginisiasi 
lagi pembukaan data BJP-1. Dan saya yakin akan banyak yg akan mendaftar.

Salam dr Bogor Darussalam,
FF


On Mar 8, 2010, at 1:47 PM, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:

Memuat di milis-milis data mentah/ olahan/ interpretasi hasil kegiatan survei 
umum/ eksplorasi/ eksploitasi yang masih tertutup untuk umum (rahasia) tanpa 
izin dari Direktur Jenderal Migas adalah suatu pelanggaran atas Peraturan 
Menteri ESDM No. 027 Tahun 2006. Hati-hati, pelanggaran atas Peraturan ini 
mempunyai sanksi pidana atau denda. Silakan dicermati kutipan ayat-ayat di 
bawah ini yang berasal dari Peraturan tersebut.

Pasal 2 Ayat (1) 
Data yang diperoleh dari Survei Umum, Eksplorasi dan
Eksploitasi adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah.

Pasal 25 Ayat (2) 
Pemanfaatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk

RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-08 Terurut Topik Awang Satyana
 kedalaman 8478 ft menghasilkan umur 
isotop 3 Ma. Nah...loncat 13 juta tahun (!) -menarik sekali.
 
Apakah gamping Porong berumur 16 Ma itu Kujung-I yang ekivalen dengan Kujung-I 
lain di Jawa Timur yang produktif itu ? Bukan. Saya punya stratigrafi Jawa 
Timur terbaru yang sudah menggunakan umur standar absolute berdasarkan 
87Sr/86Sr and micropaleontology age dating. Beberapa tahun belakangan ini 
hampir semua operator di Jawa Timur melakukan Sr dating, ini sangat membantu 
pemahaman stratigrafi Jawa Timur yang memang kompleks. Kujung I paling muda 
yang produktif di Jawa Timur berumur 22 Ma (itu sedikit masuk ke lowermost 
Aquitanian). Gamping Porong 6 juta tahun lebih muda dari gamping Kujung I. Ia 
sedikit lebih muda dari gamping Mudi di lapangan Mudi dan Sukowati. Maka, kita 
tak bisa lagi menyebutnya Kujung, juga bukan Mudi. Saya cenderung menyebutnya 
ekivalen Jonggrangan (Kulon Progo) atau Wonosari reef bagian bawah di Peg Kidul 
saja sebab ini adalah reef2 yang muncul di selatan Kendeng. 
 
Kalau ada data strontium isotop untuk cutting 9283 ft di sumur BJP maka akan 
sangat membantu pemahaman ini. 
 
Salam,
awang
 
-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
Sent: Thursday, June 28, 2007 3:45 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Porong Limestone
 
Aku ganti judulnya supaya berkesan lebih tehnis.
 
Pak Awang apakah batugamping (yg masih hanya berdasar dari cutting
BPJ-1 ini) ekivalen dengan batugamping yang ditembus oleh sumur
Porong-1 ? Sewaktu seminar di BPPT yg ditunjukkan wektu itu, saya rasa dari 
seismic yang diinterpretasi dari Porong-1 Ke BPJ-1, sepertinya satu tubuh 
gamping besar. cmiiw.
 
Kalau kedua sumur itu tidak menembus tubuh batugamping yang identik, apakah BD 
trend tidak memanjang hingga Porong ?
Jadi model Kujung yang Pak Awang pernah buat dahulu itu apakah berubah ?
 
Salam
RDP
 
On 6/28/07, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:
 Pak Arman,
 
 Dari seismiknya gak terlalu jelas bahwa ada lapisan pasir setebal itu. 
 Di permukaan banyak breksi volkanik yang akan menyerap banyak energi 
 gelombang seismik, sehingga kualitas data seismik bisa memburuk jauh 
 ke bawah. Design casing BJP-1 disusun dengan referensi utama sumur 
 Porong-1 yang tak ada lapisan pasirnya, sehingga terjadi perbedaan 
 jauh antara prognosis stratigrafi dengan kenyataan stratigrafi.
 
 Saat menembus pasir di kedalaman sekitar 8500 ft (8581 ft tepatnya) di 
 mana diprediksi top gamping Kujung akan muncul, dilakukan beberapa 
 kali stop drilling untuk cek sampel, tetapi tetap muncul 95 % 
 batupasir dan 5 % gamping. Bor dilanjutkan sampai kedalaman 8750 ft. 
 Stop drilling lalu dilakukan VSP. Dari data VSP didapat tiga kemungkinan top 
 Kujung limestone :
 8800 ft, 9400 ft, atau 9600 ft. Maka diputuskan untuk bor terus sampai 
 ketemu gamping Kujung. Kita tahu batupasir ternyata muncul terus 
 sampai kedalaman sekitar 9283 ft, ketika cutting gamping dominan lalu 
 di TD sumur
 9297 ft total loss. Apakah gamping Kujung sudah tertembus ? Tidak tahu.
 Apakah itu sampel gamping Kujung I ? Tidak tahu, saya pikir bukan, 
 lebih muda atau jauh lebih muda.
 
 Bisa Pak Arman lihat, prosedur standar sudah dijalankan, memang harus 
 VSP atau check shot dulu bila lapisan yang diharapkan tidak muncul-muncul.
 Secara regional, sekarang kita bisa memahami mengapa batupasir 
 volkanik itu muncul di lokasi BJP. BJP adalah reef paling selatan dan 
 itu sangat dekat dengan lidah pasir volkanik dari volcanic arc 
 Intra-Miosen. Reef-reef di utara yang sezaman dengan BJP tak akan 
 punya lidah pasir volkanik semacam itu, terlalu jauh. Tapi, kita tak bisa 
 memperkirakannya sebelum drilling.
 Kita bisa melihat ada kemungkinan impurities itu (lihat paper saya di 
 Satyana, 2005, IPA : Tectono-volcanic setting on Oligo-Miocene 
 carbonates of Java), tapi tak bisa memperkirakannya justru muncul di 
 BJP. No one knows perfectly how Mother Earth operates. Tapi, sekarang 
 kita tahu bahwa semua reef di pinggir selatan Kendeng Deep akan 
 berpotensi ditutupi lidah pasir volkanik, semakin ke baratdaya dari BJP 
 semakin besar risikonya.
 
 salam,
 awang
 
 
 Sunaryo Arman C. acsuna...@yahoo.com wrote:
 Pak Awang,
 
 Ini agak melenceng sedikit dari topik utama, saya sebetulnya ingin 
 tanya dari dulu tapi nggak sempat nulisnya. Di presentasinya Pak Rudi 
 dulu ditunjukkan diagram prognosis vs actual dari sumur BP-1 yang saya 
 lihat sangat berbeda, dalam arti batuan yang didapat sangat berbeda 
 dengan yang diharapkan, Pak Awang bilang ada 3000 ft (1000 m) 
 batupasir yang tidak diharapkan. Apakah pernah diadakan penelitian 
 kenapa kok bisa begitu besar perbedaannya? 1000m batupasir kan 
 mustinya mudah terlihat di seismik. Pada saat pengeboran dan diketahui 
 ada penyimpangan dari prognosis apakah tidak dilakukan VSP atau check 
 shot yang bisa digunakan sebagai bahan re evaluasi sebelum mengebor 
 lebih jauh? Saya tanya ini karena dari pengalaman saya dulu kalau ada 
 penyimpangan sampai

[iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan Hunian Prasejarah

2010-03-08 Terurut Topik Awang Satyana
Bekas-bekas hunian manusia prasejarah (purba) yang punya industri perkakas batu 
ditemukan di banyak tempat di Jawa, terutama di Pegunungan Sewu, Pacitan. 
Begitu banyaknya artefak berupa perkakas batu pernah ditemukan di sini, 
sehingga menghasilkan istilah-istilah tertentu seperti kebudayaan Pacitanian 
atau industri Kali Baksoko. Kali Baksoko adalah sebuah kali di wilayah ini 
tempat ditemukannya banyak artefak. 
 
Itu di Jawa, tempat paling banyak ditemukannya artefak perkakas batu. 
Kelihatannya saat bermigrasi dulu, para penghuni pertama negeri kita memilih 
Jawa sebagai pangkalan terakhirnya. Pemikiran ini disebabkan begitu banyaknya 
artefak ditemukan di Jawa, juga penemuan fosil-fosil tulang hominid atau 
manusia purba. Meskipun demikian, terdapat bukti bahwa beberapa generasi 
manusia purba ini kemudian dari Jawa bermigrasi ke timur ke Nusa Tenggara 
bahkan sampai Australia.
 
Bagaimana dengan penemuan-penemuan arkeologi di pulau paling timur Indonesia : 
Papua, jarang sekali terdengar berita-berita tentang itu. Padahal, bila 
situs-situs hunian manusia purba banyak terdapat di topografi kars berupa 
gua-gua batugamping, seperti di Gua Pawon, Padalarang dan banyak sekali 
situs-situs arkeologi di gua-gua di Pegunungan Sewu, Pacitan; maka Papua dari 
segi tutupan batuan batugampingnya adalah kawasan yang paling luas di Indonesia 
(lihat publikasi Sukamto, 2000 tentang geologi regional Indonesia).
 
Mengapa jarang terdengar penemuan arkeologi di Papua ? Ada dua kemungkinan : 
(1) manusia purba memang sedikit sekali bermigrasi ke Papua dan (2) penelitian 
arkeologi jarang sekali dilakukan di Papua. Saya yakin alasan nomor dualah yang 
paling mungkin sebagai penyebabnya. Mengapa ? Di Papua Nugini (Papua New 
Guinea, PNG)) dilaporkan penemuan beberapa situs hunian manusia purba, terutama 
di kawasan pantai utaranya. Ini artinya bahwa Papua (Indonesia) mestinya pernah 
dilewati manusia purba ini dalam migrasinya dan bisa saja sebagian dari mereka 
pernah menetap di gua-gua Papua yang banyak terdapat.
 
Penelitian-peneltian arkeologi untuk Papua, baik dilakukan oleh ahli-ahli 
nasional maupun dari mancanegara terbilang sangat sedikit bila dibandingkan 
penelitian-penelitian sejenis di area Indonesia Barat dan terutama Jawa. 
Misalnya, buku bagus, terbaru dan komprehensif tentang prasejarah Indonesia 
yang ditulis oleh ahli arkeologi terkenal Peter Bellwood (2000) –diterjemahkan 
oleh PT Gramedia, hanya sedikit membahas prasejarah Papua; memang Belwood 
mengkhsuskan dirinya meneliti arkeologi Asia Tenggara dan terutama wilayah 
Indo-Malaya. 
 
Sebenarnya, aspek prasejarah Papua bisa sangat menarik sebab beberapa situs 
arkeologi telah ditemukan sampai ketinggian 4000 meter, yaitu di gua-gua 
gamping yang terdapat di Pegunungan Tengah Papua (Central Ranges of Papua) 
seperti dilaporkan oleh Hope dan Hope (1976 – Man on Mt. Jaya, AA 
Balkema-Rotterdam). Tahun 1971-1973, Ekspedisi Australia-Indonesia untuk 
Gletsyer Carstenz di ketinggian 4000 meter pada tempat bernama Mapala 
Rockshelter menemukan tulang-tulang, artefak batu, abu dan cangkang-cangkang 
kerang. Saat ditera, artefak tersebut menghasilkan umur 5440 tahun yang lalu 
(tyl). Hope dan Hope (1976) berdasarkan analisis palinologi di Ijomba Bog, 
masih di kawasan Pegunungan Tengah,  juga menyimpulkan bahwa pada 10.500 tyl, 
ada manusia purba di kawasan ini yang membuka hutan dengan membakarnya. 
Pembukaan hutan yang lebih tua dengan cara membakarnya juga ditemukan di Lembah 
Baliem yang sisa-sisanya menunjukkan umur 32.000 tyl (Haberle et al.,
 1991 – Biomass burning in Indonesia and PNG –fossil record, jurnal 
Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology 171).
 
Situs arkeologi tertua di pulau Papua (termasuk PNG) masih dipegang oleh sebuah 
gua di pantai utara PNG di Semenanjung Huon dengan artefak-artefak yang 
ditemukannya berumur 40.000 tyl (Groube et al. 1986 -40,000 year human 
occupation site-PNG, Nature 324).
 
Sekarang kita lihat kawasan Papua paling barat yang sering disebut sebagai 
Kepala Burung. Penelitian terbaru dari ahli arkeologi Juliette Pasveer (2004 
–The Djief hunters : 26,000 years of rainforest exploitation on the Bird’s Head 
of Papua, Modern Quaternary Research in SE Asia 17) menemukan hunian manusia 
purba berumur Plistosen-awal Holosen di kawasan kars batugamping Kais di 
Ayamaru. 
 
Kawasan topografi kars Ayamaru terbentuk sejak Pliosen setelah Sesar Sorong 
secara aktif mulai memengaruhi Cekungan Salawati pada Mio-Pliosen. Sesar besar 
ini telah menjungkirbalikkan Cekungan Salawati sedemikian rupa sehingga 
deposenter cekungan ini pindah dari sebelumnya di sebelah selatan menjadi di 
sebelah utara sampai barat (Satyana, 2001, Dynamic Response of the Salawati 
Basin, Eastern Indonesia to the Sorong Fault Tectonism : Example of Inter-Plate 
Deformation : Proceedings PIT IAGI ke- 30, p. 288-291). Akibat pembalikan ini, 
maka secara isostatik bagian selatan (Misool) dan bagian timur (Ayamaru) 
cekungan terangkat, 

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-07 Terurut Topik Awang Satyana
 
sudah digerus lava baru.
 
7. Gunung Kelud mengapa tak ikut direaktivasi saat itu, saya pikir apa yang 
dipikirkan Minarwan sudah benar yaitu bahwa saat gempa Yogya terjadi, ia tidak 
dalam kondisi sebagai critical venting system. Bukan Kelud saja, mengapa Lawu 
pun tidak. Untuk memeriksa kebenaran pernyataan saya ini bisa dicek dengan 
mudah, tinggal mengumpulkan monitoring harian Gunung Kelud dan Gunung Semeru 
pada hari2 sebelum gempa dan sesudah gempa. Kelud pun kita tahu kemudian 
meningkatkan aktivitasnya kan; apakah itu berhubungan dengan gempa Yogya 
sebagai apa yang disebut Mellors et al. (2007) sebagai possibility of delayed 
triggering, bisa diselidiki lebih jauh.
 
8. Gempa 2001 di area Yogya sedalam 130 km kalau diplot di gambar skematik 
konvergensi lempeng di selatan Yogya sampai area Merapi mestinya itu slab 
earthquake; coba dicek lagi apakah ia mempengaruhi aktivitas Merapi; saya 
meragukannya. Slab earthquake karena reologi mantel yang lebih kecil 
dibandingkan reologi slab, maka propagasi getaran tidak akan vertikal menuju 
permukaan, melainkan akan diagonal merambat sepanjang slab dan akhirnya 
mempengaruhi bagian updip dan permukaan slab yang jatuhnya ada di selatan garis 
pantai atau bahkan Samudera Hindia. Lagipula berapa dalam dapur magma Merapi 
itu, saya tidak yakin ia mengadakan kontak dengan slab yang menunjam di 
bawahnya.
 
salam,
Awang

--- Pada Sen, 8/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis:


Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 4:26 AM


Wah, jawaban Pak Awang sungguh panjang dan membuat saya berpikir lebih
jauh serta berusaha mencari referensi-referensi yang Pak Awang
kemukakan. Terima kasih atas respon Pak Awang yang sangat lengkap ini.

Saya ingin menanggapi beberapa paragraf saja di email Pak Awang
(berhubung saya cuma sempat membaca sedikit referensi saja). Tanggapan
saya ada di bawah paragraf Pak Awang.

Salam
mnw

2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com:
 Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu 
 komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 
 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru 
 berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua 
 gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma 
 kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek 
 katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979).

 Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil 
 erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya 
 padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan 
 respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya 
 enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya 
 di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic 
 earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical 
 Research Letters 34, L05304.
+

Saat saya sedang mencari komposisi magma Merapi dan Semeru, saya malah
menemukan kisah erupsi Merapi di Wikipedia yang katanya telah aktif
sejak bulan April 2006, yang ditandai dengan meningkatnya aktifitas
seismik, dll. Berita itu ada di alamat berikut ini:
http://en.wikipedia.org/wiki/Mount_Merapi

Dari Wiki ini kita bisa membaca bahwa pada 19 April sudah ada asap
yang keluar, dan pada awal bulan Mei aliran lava sudah terlihat dari
Merapi, dengan kata lain Merapi memang sudah aktif dan telah hendak
mengeluarkan isi perutnya sejak sebelum gempa pada tanggal 27 Mei
2006. Saya perlu pasang disclaimer di sini, Wikipedia bukan sebuah
referensi ilmiah peer-reviewed yang baik, jadi marilah kita anggap
sebagai sebuah rekaman kejadian saja.

Berkenaan dengan pernyataan Pak Awang tentang sumbat lava di lubang
kepundan Gunung Merapi, menurut hemat saya jika sudah ada lava yang
keluar, mestinya sumbatnya sudah tertembus, tapi tentu saja mungkin
interpretasi kita tidak sama. Lalu, dari segi keaktifan yang
dibandingkan oleh Haris dan Ripepe (2007) antara sebelum dan sesudah
gempa, sayang sekali tidak meliputi aktifitas Merapi sejak bulan April
2006. Mungkin aktfitas Merapi yang bulan April dan awal Mei (sebelum
tanggal 9 Mei 2006) tidak cukup signifikan secara statistik sehingga
tidak dimasukkan ke data mereka.

Dari makalah makalah Kyoshi Nishi et al. (2007) - Micro-tilt changes
preceding summit explosions at Semeru Volcano, Indonesia - Earth
Planets Space, 59, 151-156 (bisa digoogle), saya mendapatkan komposisi
magma Gunung Semeru yang katanya agak mafic (56-57% SiO2) dan mereka
kategorikan basaltik-andesit, yang mana terbaca sama dengan kompisisi
magma Merapi yang menurut Walter (2007) - setelah mengutip Voight et
al. (2000) - juga basaltik-andesit. Sayang sekali, saya tidak bisa

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-07 Terurut Topik Awang Satyana
Memuat di milis-milis data mentah/ olahan/ interpretasi hasil kegiatan survei 
umum/ eksplorasi/ eksploitasi yang masih tertutup untuk umum (rahasia) tanpa 
izin dari Direktur Jenderal Migas adalah suatu pelanggaran atas Peraturan 
Menteri ESDM No. 027 Tahun 2006. Hati-hati, pelanggaran atas Peraturan ini 
mempunyai sanksi pidana atau denda. Silakan dicermati kutipan ayat-ayat di 
bawah ini yang berasal dari Peraturan tersebut.
 
Pasal 2 Ayat (1) 
Data yang diperoleh dari Survei Umum, Eksplorasi dan
Eksploitasi adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah.
 
Pasal 25 Ayat (2) 
Pemanfaatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
keperluan ilmiah dan keperluan lainnya  selain  untuk keperluan
operasi di wilayah Kerjanya oleh Kontraktor atau pihak lain,
wajib mendapat izin dari Direktur Jenderal.
 
Pasal 25 Ayat (3) 
Kontraktor dapat melakukan pertukaran data sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan Kontraktor lain pada wilayah kerja
yang saling berbatasan setelah mendapat izin dari Direktur
Jenderal.
 
Pasal 32
Setiap orang yang mengirim atau menyerahkan atau
memindahtangankan data tanpa hak dalam bentuk apapun
dikenakan pidana atau denda sebagaimana diatur dalam pasal 1
ayat ( 2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi sebagaimana telah berubah dengan Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 002/PUU-1/2003 pada tanggal 21 Desember 2004.
 
Perhatikan aturan-aturan di atas dan saya akan menerapkannya untuk pemanfaatan 
sumur Banjar Panji-1 (BJP-1).
 
Data sumur BJP-1 diperoleh oleh Lapindo Brantas pada tahun 2006. Data itu 
adalah milik Pemerintah, bukan milik Lapindo Brantas. Tetapi, Lapindo dapat 
memanfaatkannya untuk keperluan operasinya selama Lapindo memiliki Wilayah 
Kerja (WK) tempat sumur Banjar Panji-1 berlokasi. Kontraktor lain di sekitar WK 
Brantas, misalnya Kodeco West Madura atau JOB Pertamina-PetroChina East Java, 
dapat memanfaatkan data sumur tersebut melalui mekanisme pertukaran data, 
tetapi izinnya harus diurus dulu ke Ditjen Migas melalui BPMIGAS.
 
Bila ada perguruan tinggi yang ingin melihat data sumur BJP-1 untuk keperluan 
penelitian, misalnya apa penyebab Lusi, boleh saja, tetapi tetap harus mengurus 
izinnya ke Ditjen Migas melalui BPMIGAS. Perguruan tinggi tersebut bisa menulis 
surat ke BPMIGAS atau Lapindo yang menulis surat ke BPMIGAS. Saya pikir izin 
semacam itu mestinya telah dilakukan oleh Lapindo untuk institusi yang diwakili 
oleh Mark Tingay atau Richard Davies. Bila belum, kemudian datanya sudah 
dipublikasikan, Pemerintah dapat menegur/memerkarakan Lapindo atau institusi 
tempat Mark Tingay dan Richard Davies. Begitu juga bila Lapindo ingin 
mempublikasikan paper tentang Lusi di forum atau jurnal apa pun, maka Lapindo 
harus mengurus izinnya dulu ke Ditjen Migas. Bila belum, tetapi sudah 
dipublikasikan ya sama juga, Pemerintah akan menegur/memerkarakan Lapindo.
 
Saya biasa membantu menguruskan izin sebagaimana dimaksud di atas untuk 
keperluan penelitian-penelitian teman-teman di perguruan tinggi, baik untuk 
keperluan penelitian pribadi dalam rangka menyelesaikan tugas akademik 
(skripsi, tesis, disertasi) maupun penelitian insitusi perguruan tinggi 
tersebut.
 
Apakah setiap orang yang tak berkepentingan boleh juga melihat data tersebut ? 
Saya tidak yakin, tetapi itu bisa ditanyakan ke Ditjen Migas bila diperlukan. 
 
Undangan terbuka Mas Bambang Istadi untuk melihat data sumur BJP-1 kepada siapa 
saja yang berminat berkaitan dengan paragraf di atas. Itu tidak berarti tanpa 
izin Dirjen Migas. Bila serius ada yang ingin melihat data tersebut, silakan 
didaftarkan siapa saja, mewakili institusi mana (kita tentu tidak bisa membawa 
atas nama diri sendiri). Setelah terdaftar, Lapindo silakan memroses surat 
izinnya ke Ditjen Migas. Keputusan apakah personal-personal tersebut diizinkan 
melihat data BJP-1 akan ditentukan oleh Dirjen Migas. Hal seperti ini, setahu 
saya, belum pernah terjadi. Barangkali, mekanisme ini mirip dengan pembukaan 
data dalam rangka farm out, itu juga harus dengan seizin Dirjen Migas dalam 
periode tertentu.
 
Kerahasiaan data dasar akan berakhir setelah 4 tahun, data olahan setelah 6 
tahun, data interpretasi setelah 8 tahun. Sejak kapan ? Apakah sejak data itu 
diperoleh ? Jadi karena data sumur BJP-1 diperoleh tahun 2006 maka tahun ini 
datanya akan terbuka ? Bukan, data itu menjadi terbuka dihitung bukan sejak 
data itu diperoleh (bukan otomatis), tetapi sejak status data itu ditetapkan 
Pemerintah (memerlukan penetapan oleh Pemerintah). Tentang hal ini silakan 
lihat PP No. 35 Tahun 2004, 
Penjelasan Pasal 23 Ayat 2.
 
Data yang dikirim Mas Bambang di milis adalah data yang sudah dipublikasikan, 
berasal dari makalah yang ditulisnya. Ini boleh saja, dengan catatan bahwa 
makalah tersebut sudah mendapatkan izin dari Dirjen Migas. Makalah mengenai 
migas yang menggunakan data milik Pemerintah dan belum pernah mendapatkan izin 
publikasi harus mendapatkan izin dahulu dari Dirjen Migas. Apabila telah 
diperoleh 

Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system

2010-03-03 Terurut Topik Awang Satyana
Kesimpulan dibuat bergantung kepada tujuannya ?
 
Wah saya baru tahu kalau kesimpulan itu bisa disetir oleh tujuan. Saya 
melakukan analisis asal Lusi dari A ke Z (koleksi data, analisis, sintesis, 
kesimpulan), bukan dibalikkan dari Z ke A (kesimpulan dulu diatur begini lalu 
cari data yang mendukung dan atur analisis-sintesisnya). Cara A ke Z adalah 
cara yang diajarkan di metode ilmiah.
 
Jangan berprasangka Pak, saya terbiasa berpikir ilmiah dari A ke Z, dan tak ada 
pengaruh dari institusi mana pun atau kepentingan apa pun. Soal subjektivitas, 
semua interpretasi itu melibatkan manusia dan melibatkan manusia pasti ada 
subjektivitasnya, itulah justru dinamika pikiran manusia.
 
salam,
Awang
 
 
 
salam,
Awang

--- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis:


Dari: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 3:34 PM


Terimakasih pak Awang, kalau memang ada data2nya  memang benar satu data
kalau diinteropretasi oleh orang yg berbeda bisa menghasilkan kesimpulan yg
berbeda pula.  Jadi semua kesimpulan2 yg ada itu belum tentu benar, dengan
kata lain, kesimpulan bisa dibuat tergantung tujuannya (tapi rasanya jadi
kurang fair atau objective ya ?).


wass,
nyoto




2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Pak Nyoto,

 Semua datanya ada, untuk yang Pak Nyoto tanyakan adalah data seismik dan
 data geokimia, termasuk data geologi permukaan di gununglumpur2 tua dan data
 historisnya. Tentu saja interpretasi orang lain atas data set yang sama bisa
 berbeda, wajar sekali itu kan. Tetapi yang saya kemukakan, menurut hemat
 saya sudah well constrained.

 salam,
 Awang

 --- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis:


 Dari: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com
 Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id
 Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 2:12 PM


 Pak Awang,

 Terimakasih atas jawaban2nya.

 Utk jawaban :  *yang dalam critical stage untuk meletus hanya di area Lusi
 saja*.

 Itu kan hanya interpretasinya pak Awang saja, orang lain bisa
 menginterpretasikan lain.  Apa ada data2nya bahwa hanya di area LUSI saja
 yg dalam critical stage, apa di daerah2 lain memang tidak dalam critical
 stage ? data2nya apa ?

 wass,
 nyoto






 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

  Pak Nyoto,
 
  Adalah keinginan saya sejak lama menjadikan milis sebagai sarana belajar
  kita semua. Milis adalah sarana belajar yang sangat efektif, lebih
 daripada
  paper. Berapa banyak orang yang bisa mengikuti pertemuan2 ilmiah ? Berapa
  banyak orang yang bisa mengakses paper lengkap di jurnal-jurnal ilmiah ?
  Tidak banyak Pak. Jauh lebih banyak orang yang bisa mengakses milis. Maka
  sejak saya bergabung di milis IAGI tahun 1999 saya selalu berusaha
 menulis
  yang bisa menjadi informasi untuk teman-teman semua. Agar banyak
  informasinya maka saya menulis sedikit dengan gaya ilmiah dan diusahakan
  lebih lengkap, tetapi tetap dipopulerkan. Tulisan2 saya di milis tak bisa
  dibandingkan dengan tulisan2 saya untuk paper. Untuk milis saya biasanya
  menulis 1-5 halaman bila ditulis di kertas ukuran A4. Kalau untuk paper,
  karena belakangan ini saya menulis hal2 tentang geologi regional
 Indonesia
  (area pembahasannya pasti luas), maka biasanya saya menulis 30-40 halaman
  termasuk
   gambar-gambarnya.
 
  Menjawab pertanyaan Pak Nyoto, mengapa hanya Lusi di Watukosek yang
 meletus
  (kebetulan Lusi dekat BJP-1 jadi mencurigakan ya he2..) sementara di
  sepanjang Watukosek yang lain yang sama-sama elisional tidak meletus;
  jawabannya sederhana saja : yang dalam critical stage untuk meletus hanya
 di
  area Lusi saja, di bawah Lusi ada critical venting system (ingat area
 Lusi
  bukanlah area titik lokasi sumur BJP-1). Saat sistem ini terkena
 perturbasi
  (gangguan) berupa reaktivasi Sesar Watukosek, maka critical venting
 system
  ini mengalami overpressure release berupa semburan lumpur.
 Retakan-retakan
  besar (fractures) dan kecil (fissures) adalah mekanisme perturbasi itu.
  Retakan-retakan inilah yang menyebabkan hilang lumpur di BJP-1,
 menurunkan
  produksi fluida sumur Carat dan Tanggulangin dan menyedot air di sumur2
  penduduk di kampung Pulungan, Gununganyar, Kalanganyar. Mengapa tak ada
 Lusi
  di sebelah timurlautnya di sepanjang Sesar Watukosek ? Overpressure
 release
  di
   situ sudah terjadi ratusan tahun sebelumnya dalam bentuk gununglumpur
  Pulungan, Gununganyar, Kalanganyar. Sebuah letusan gununglumpur bahkan
  sempat dicatat pengarang Serat Pararaton pada zaman Singasari.
 
  Tepat dugaan Pak Yoga, perturbation of elisional venting system bermain
  di seismotektonik, regional geology, mekanika fluida, overpressuring,
  plumbing system dan sejenisnya dengan data geologi, geokimia, geofisika,
  pengeboran.
 
  salam,
  Awang
 
  --- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis:
 
 
  Dari

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-02 Terurut Topik Awang Satyana
Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi 
magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas 
akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. 
Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah 
perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua 
gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi 
(Kusumadinata, 1979).
 
Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi 
sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal 
jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon 
reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali 
lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di 
publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic 
earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical 
Research Letters 34, L05304.
 
Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang 
hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang 
disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah 
masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik 
saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua 
gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa 
tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan.
 
Begitu juga halnya dengan cluster analysis Manga dan Brodsky (2006) atau 
Mellors et al. (2007) yang menampilkan plotting antara magnitude gempa dan 
jarak reaktivasi semburan fluida (mud volcano, volcano, liquefaction, dan 
sejenisnya) yang diakibatkannya, plotting ini selalu dipakai oleh Richard 
Davies dan Mark Tingay untuk mengatakan bahwa gempa Yogya tak mungkin memicu 
Lusi sebab lokasi Lusi terlalu jauh dari episentrum gempa Yogya dan gempa Yogya 
terlalu kecil magnitudenya untuk bisa memicu Lusi. Mereka mengatakan itu saja, 
hanya berdasarkan plotting, tak melihatnya lebih jauh secara individual 
bagaimana gempa Yogya itu, bagaimana Lusi itu.
 
Coba cek publikasi Mellors et al. (2007) - Correlations between earthquakes and 
large mud volcano eruptions - Journal of Geophysical Research 112, B04304. Saya 
kebetulan bertemu Robert Mellors saat dia diundang UGM untuk merayakan ulang 
tahun ke-50 Geologi UGM tahun lalu. Saya menanyakan plotting korelasinya itu, 
dan dia mengatakan itu hanya statistik. Ada hal-hal yang tak bisa didekati oleh 
ploting itu, yang dia katakan adalah : 1. robustness of the correlation, 2. the 
exact triggering mechanisms, 3. magnitude thresholds and triggering distances, 
dan 4. possibility of delayed triggering.
 
Tolong diperhatikan butir no. 3; seberapa besar magnitude gempa baru bisa 
memicu mud volcano dan seberapa jauh mud volcano itu dari episentrum gempa 
adalah hal yang tidak diketahui. Juga butir no. 4 berhubungan dengan ulasan 
Minarwan di bawah tentang lag time 11 bulan letusan Pinatubo setelah gempa - 
itu dipertanyakan.
 
Tentang pendapat/skenario Minarwan bahwa slab yang berhubungan dengan gempa 
menyebabkan reaktivasi volkanisme, saya tak sependapat. Gempa di slab (artinya 
gempa dalam) lebih akan merambat ke bagian updip slab tersebut menuju 
overriding plate-nya sebab gempa di slab ada di lingkungan astenosfer dan 
rheology upper mantle tersebut tentu lebih rendah dibandingkan slabnya sendiri, 
maka propagasi gaya gempa akan merambat ke bagian updip slab. Dapur magma 
umumnya masih di lower crust (kontinen/kerak akresi), jauh di atas slab; maka 
gempa di slab tak akan merektivasi dapur magma itu sehingga volkanisme tak akan 
terpengaruh oleh slab earthquake. Kasus gempa Yogya adalah gempa di overriding 
plate, jadi tak ada hubungan sama sekali dengan slab-nya yang tenggelam di 
bawah Jawa Tengah. Gempa di overriding plate akan mempropagasikan gayanya 
secara lateral, tetapi akan lebih mengarah ke satu azimuth bergantung pola 
rupture-nya. Dalam kasus gempa Yogya, propagasi gaya
 itu lebih ke arah timur dan timurlaut (silakan cek aftershocks-nya)  dan 
mengganggu keseimbangan semua fluida plumbing system atau venting system yang 
berada di wilayah sapuan gaya gempa itu. Venting system adalah struktur2 bawah 
permukaan atau di permukaan yang setting geologinya siap mengalirkan fluida ke 
permukaan.
 
Itulah juga yang menjadi alasan mengapa mud volcano Bledug Kuwu tak 
terbangunkan saat gempa Yogya terjadi, tetapi Lusi yang saat itu dalam keadaan 
critical (lihat data seismiknya) bisa saja terpicu. Bledug Kuwu adalah mud 
volcano tua (paling tidak ia sudah ada pada zaman Ratu Sima memerintah wilayah 
utara Jawa Tengah sekarang sekitar 600-700 AD sebab cerita rakyat tentang 
Bledug Kuwu sudah berkembang saat itu). Mud volcano yang tua akan punya masa 
dormant seperti gunungapi juga. Membangkitkan mud volcano yang 

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-02 Terurut Topik Awang Satyana
 dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data.

Saya berada di tengah jajak pendapat apa penyebab Lusi di pertemuan AAPG di 
Capetown, Afrika Selatan. Dari mungkin sekitar 150-200 yang hadir di situ 
anggaplah orang-orang GGR dan beberapa peteroleum engineer. Tetapi yang benar2 
telah melihat data dan menganalisnya paling banyak hanya 10 orang yaitu orang2 
yang sedang berdebat (Pak Sawolo, Adriano Mazzini dkk. vs Richard Davies, Mark 
Tingay, dkk.).
 
Selebihnya dari mereka hanyalah para penonton yang tahu Lusi hanya dari media 
(dan kita tahu bahwa media suka berpihak ke satu kubu). 
 
Lalu, tiba-tiba moderator perdebatan membuat acara kreativitas sendiri 
(kreativitas ini bukan inisiatif AAPG, lihat AAPG Explorer edisi Jan/Feb 2009), 
menanyakan ke sekitar 150 orang yang tak pernah menganalisis data tentang apa 
penyebab Lusi setelah mereka melihat empat presentasi dari pihak2 yang 
berdebat. Hasilnya kita sudah tahu karena ramai diberitakan media di Indonesia.
 
Saya mengamati semua yang terjadi dan kini berpendapat bahwa yang terjadi dalam 
jajak pendapat itu adalah apa yang disebut Malcolm Gladwell dalam bukunya 
Blink (terjemahan Gramedia, 2009) sebagai Warren Harding Error, yaitu 
memutuskan pendapat berdasarkan penampilan saja, tidak tahu datanya, tidak 
pernah menyelidikinya. Warren Harding adalah seorang presiden Amerika Serikat 
(1920-an), presiden terburuk dalam sejarah Amerika kata Gladwell. Ia dipilih 
karena penampilan fisiknya yang tampan dan tinggi, dan meyakinkan; padahal
 
Richard Davies dan Mark Tingay berpresentasi dengan sangat baik, hanya beberapa 
orang yang tahu dengan pasti kebenaran presentasinya; tentu mereka presentasi 
dengan bahasa Inggris yang sempurna sebab yang satu orang Inggris yang lain 
orang Australia. Presentasi Pak Sawolo dan Adriano juga baik dan hanya beberapa 
orang saja di ruangan itu yang tahu pasti kebenaran presentasinya. Tetapi, Pak 
Sawolo orang Jawa; Adriano orang Italia, jelas bahasa Inggrisnya, meskipun 
baik, tak sesempurna Davies dan Tingay. Dan, para penonton sebagian besar 
adalah para native speaker berbahasa Inggris.
 
Maka, terjadilah dark side of thin slicing atau blink yang salah (Gladwell, 
2005-2009); menilai hanya dari penampilan sesaat. Maka, jajak pendapat itu tak 
pernah saya acu.
 
salam,
Awang
 

--- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis:


Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 9:59 AM


Ok Pak Bambang. Salut lah buat DPR sekarang..ternyata mereka semua tidak
asal..semuanya based on data. Great!

Maaf ya Pak..mungkin saya memang tidak berdasarkan data. Tapi yang jelas
saya yakin Rudi Rubiandini cs..dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data.
Tapi yah itu tadi..lebih hebat DPR ternyata..respect dan salute buat DPR RI.

Tapi data itu kadang bisa dimainkan oleh orang yang ingin mendrive data ke
keinginannya. Pasti semua tau apa yang saya maksud disini. Asalkan pak
Bambang + DPR tidak mengeliminir data, tidak 'buta' terhadap data yang lain,
tidak berpihak pada data yang 'pro Gempa' saja..yah berarti memang Pak
Bambang sudah tepat pada pendirian bapak.

Sebentar lagi Indonesia akan maju pasti..karena DPR sudah sangat meng
'honour' data. Baguslah..

2010/3/3 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com

 Pak Natan,

 Sangat disayangkan jika pak Natan dan kita semua mengabaikan data dan
 fakta. Padahal sebagai geologist/scientist kita selalu bergelut dengan
 data dan melakukan analisa berdasarkan data,... mungkin anggota DPR yang
 bapak sebut lebih meng honour data,..

 Salam,
 Bambang


 2010/3/2 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com

  Saya tidak akan menghabiskan konsentrasi di data dlsbnya. Saya hanya
  gemes..hebat sekali pendapat Gempa pemicu Lusi itu. Dianut DPR, jadi
  official pendapat iagi periode kemarin, dan si SP3kan polisi/jaksa.
 
 


 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
 2010

 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net 
 

Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system

2010-03-02 Terurut Topik Awang Satyana
Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya 
terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa 
dicari di google he2..
 
salam,
Awang

--- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis:


Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM


 hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system;
kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar.

Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ?
Saya coba gugling kok ndak ketemu.

RDP



  Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.com

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-02 Terurut Topik Awang Satyana
Natan,
 
Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, 
masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini 
saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. 
Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, 
seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak 
dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih 
yang jadinya mempolitisasi kasus ini ?
 
Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. 
Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah 
lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa 
lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. 
Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau 
mengancam bila pendapatnya tidak diterima.
 
salam,
Awang

--- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis:


Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, 
Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM


Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa
Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang
tidak akan panas Pak Awang.

Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR,
Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb??

2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu
 komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27
 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru
 berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua
 gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma
 kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek
 katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979).

 Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil
 erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya
 padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan
 respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya
 enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih
 detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced
 by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi
 - Geophysical Research Letters 34, L05304.

 Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics
 yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang
 disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah
 masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat
 statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti
 mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap
 episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan.

 Begitu juga halnya dengan cluster analysis Manga dan Brodsky (2006) atau
 Mellors et al. (2007) yang menampilkan plotting antara magnitude gempa dan
 jarak reaktivasi semburan fluida (mud volcano, volcano, liquefaction, dan
 sejenisnya) yang diakibatkannya, plotting ini selalu dipakai oleh Richard
 Davies dan Mark Tingay untuk mengatakan bahwa gempa Yogya tak mungkin memicu
 Lusi sebab lokasi Lusi terlalu jauh dari episentrum gempa Yogya dan gempa
 Yogya terlalu kecil magnitudenya untuk bisa memicu Lusi. Mereka mengatakan
 itu saja, hanya berdasarkan plotting, tak melihatnya lebih jauh secara
 individual bagaimana gempa Yogya itu, bagaimana Lusi itu.

 Coba cek publikasi Mellors et al. (2007) - Correlations between earthquakes
 and large mud volcano eruptions - Journal of Geophysical Research 112,
 B04304. Saya kebetulan bertemu Robert Mellors saat dia diundang UGM untuk
 merayakan ulang tahun ke-50 Geologi UGM tahun lalu. Saya menanyakan plotting
 korelasinya itu, dan dia mengatakan itu hanya statistik. Ada hal-hal yang
 tak bisa didekati oleh ploting itu, yang dia katakan adalah : 1. robustness
 of the correlation, 2. the exact triggering mechanisms, 3. magnitude
 thresholds and triggering distances, dan 4. possibility of delayed
 triggering.

 Tolong diperhatikan butir no. 3; seberapa besar magnitude gempa baru bisa
 memicu mud volcano dan seberapa jauh mud volcano itu dari episentrum gempa
 adalah hal yang tidak diketahui. Juga butir no. 4 berhubungan dengan ulasan
 Minarwan di bawah tentang lag time 11 bulan letusan Pinatubo setelah gempa -
 itu dipertanyakan.

 Tentang pendapat/skenario Minarwan bahwa slab yang berhubungan dengan gempa
 menyebabkan reaktivasi volkanisme, saya tak sependapat. Gempa di slab
 (artinya gempa

Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system

2010-03-02 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Nyoto,
 
Banyak paper ditulis panjang, apalagi yang pembahasannya komprehensif, tulisan 
saya di milis pendek sekali; bagaimana kita mau menganalisisnya bila malas 
membaca paper tersebut. Masakan kesimpulan kita hanya didasarkan kepada obrolan 
saja atau satu dua paragraf di milis. Mungkin Pak Nyoto sudah punya sasmita 
bahwa tulisan-tulisan saya soal Lusi pasti tidak pro-pengeboran BJP-1 sebagai 
penyebabnya, maka ah buat apa dibaca juga he2... Justru kalau Pak Nyoto mau 
mendebat isi sebuah paper, paper itu harus dibaca dengan teliti dan mendebatnya 
berdasarkan tesis2 yang diajukannya.
 
Saya menulis latar belakangnya dulu Pak, tak langsung menukik ke satu titik 
sebab anggota milis ini kan bervariasi sekali pengalaman dan keahliannya. 
Kesimpulannya pasti ada, tetapi mesti ditelusuri dari awal.
 
Saat saya diminta membedah buku Atlantis tulisan Prof. Santos, saya dengan 
lelah membaca buku tebal ini sampai selesai, lelah karena saya sudah tahu 
ke mana saya akan dibawa Santos, tetapi saya harus meneliti jalannya. Dari situ 
saya bisa menyusun antitesis2 atas tesis-tesis geologi yang diajukan di 
bukunya. Ternyata begitu juga yang terjadi dengan Prof. Harry Truman, ahli 
arkeologi senior Indonesia. Pak Truman curhat kepada saya sebelum membahas 
buku itu kira2 begini, Saya lelah sekali membaca buku Santos ini, membosankan, 
pembahasannya berulang-ulang... Tetapi itu diselesaikannya sebab Pak Truman 
hendak meneliti tesis-tesis arkeologi yang diajukan Prof. Santos.
 
salam,
Awang

--- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis:


Dari: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 12:29 PM


Pak Awang ini memang senengnya yang panjang2, semua emailnya pak Awang
selalu panjng sekaleee  yg kadang2 bikin kita jadi males membacanya
... soalnya utk nyari kesimpulannya nggak mudah.

wass,
nyoto





2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya
 terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa
 dicari di google he2..

 salam,
 Awang

 --- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis:


 Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
 Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id
 Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM


  hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system;
 kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar.

 Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ?
 Saya coba gugling kok ndak ketemu.

 RDP



      Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya
 sekarang! http://id.mail.yahoo.com



  Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI

2010-03-02 Terurut Topik Awang Satyana
Oky,
 
Pertanyaan Oky dulu pernah ditanyakan rekan milis yang lain saat 
diskusi-diskusi tentang Lusi baru dimulai. Jawaban pendek saya, tanpa 
pengeboran BJP-1 kasus Lusi pun sangat mungkin terjadi, intensitasnya kita 
tidak tahu tetapi sebesar yang sekarang sangat mungkin. Jawaban saya itu tentu 
didasarkan kepada pemikiran bahwa BJP-1 tak punya kait-mengait dengan Lusi; 
kalau ada pun tak signifikan.
 
Lalu ada pertanyaan menggoda lainnya, kok gempa Yogya tak bikin Lusi di tempat 
lain, atau Bledug Kuwu kok diam saja; lalu ada pertanyaan lainnya lagi yang 
lebih menggoda gempa-gempa lain yang lebih dahulu di sekitar Jawa Timur yang 
mungkin lebih besar megnitudenya darpadai gempa Yogya kok tak menyemburkan 
Lusi. Semua pertanyaan itu sudah seringkali saya jawab, silakan dicek di arsip 
milis IAGI saja.
 
salam,
Awang

--- Pada Rab, 3/3/10, Oky E oky...@yahoo.com menulis:


Dari: Oky E oky...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 1:14 PM


Pak bagus sekali ulasannya  dan  hukum geologi bernama perturbation of 
elisional venting system;... sangat menarik bila bisa dishare. Ada satu 
pertanyyaan dari saya pak, terlepas dari aktivitas pemboran yang sebagian 
berpendapat sebagai penyebab LUSI, apakah mungkin tanpa pemboran yang 
dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat 
lagi??? ... 

--- On Wed, 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:

From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, 
Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Date: Wednesday, March 3, 2010, 5:07 AM

Natan,
 
Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, 
masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini 
saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. 
Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, 
seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak 
dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih 
yang jadinya mempolitisasi kasus ini ?
 
Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. 
Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah 
lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa 
lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. 
Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau 
mengancam bila pendapatnya tidak diterima.
 
salam,
Awang

--- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis:


Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, 
Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM


Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa
Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang
tidak akan panas Pak Awang.

Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR,
Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb??

2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu
 komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27
 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru
 berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua
 gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma
 kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek
 katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979).

 Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil
 erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya
 padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan
 respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya
 enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih
 detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced
 by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi
 - Geophysical Research Letters 34, L05304.

 Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics
 yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang
 disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah
 masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat
 statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti
 mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap
 episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan

Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system

2010-03-02 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Nyoto,
 
Adalah keinginan saya sejak lama menjadikan milis sebagai sarana belajar kita 
semua. Milis adalah sarana belajar yang sangat efektif, lebih daripada paper. 
Berapa banyak orang yang bisa mengikuti pertemuan2 ilmiah ? Berapa banyak orang 
yang bisa mengakses paper lengkap di jurnal-jurnal ilmiah ? Tidak banyak Pak. 
Jauh lebih banyak orang yang bisa mengakses milis. Maka sejak saya bergabung di 
milis IAGI tahun 1999 saya selalu berusaha menulis yang bisa menjadi informasi 
untuk teman-teman semua. Agar banyak informasinya maka saya menulis sedikit 
dengan gaya ilmiah dan diusahakan lebih lengkap, tetapi tetap dipopulerkan. 
Tulisan2 saya di milis tak bisa dibandingkan dengan tulisan2 saya untuk paper. 
Untuk milis saya biasanya menulis 1-5 halaman bila ditulis di kertas ukuran A4. 
Kalau untuk paper, karena belakangan ini saya menulis hal2 tentang geologi 
regional Indonesia (area pembahasannya pasti luas), maka biasanya saya menulis 
30-40 halaman termasuk
 gambar-gambarnya.
 
Menjawab pertanyaan Pak Nyoto, mengapa hanya Lusi di Watukosek yang meletus 
(kebetulan Lusi dekat BJP-1 jadi mencurigakan ya he2..) sementara di sepanjang 
Watukosek yang lain yang sama-sama elisional tidak meletus; jawabannya 
sederhana saja : yang dalam critical stage untuk meletus hanya di area Lusi 
saja, di bawah Lusi ada critical venting system (ingat area Lusi bukanlah area 
titik lokasi sumur BJP-1). Saat sistem ini terkena perturbasi (gangguan) berupa 
reaktivasi Sesar Watukosek, maka critical venting system ini mengalami 
overpressure release berupa semburan lumpur. Retakan-retakan besar (fractures) 
dan kecil (fissures) adalah mekanisme perturbasi itu. Retakan-retakan inilah 
yang menyebabkan hilang lumpur di BJP-1, menurunkan produksi fluida sumur Carat 
dan Tanggulangin dan menyedot air di sumur2 penduduk di kampung Pulungan, 
Gununganyar, Kalanganyar. Mengapa tak ada Lusi di sebelah timurlautnya di 
sepanjang Sesar Watukosek ? Overpressure release di
 situ sudah terjadi ratusan tahun sebelumnya dalam bentuk gununglumpur 
Pulungan, Gununganyar, Kalanganyar. Sebuah letusan gununglumpur bahkan sempat 
dicatat pengarang Serat Pararaton pada zaman Singasari.
 
Tepat dugaan Pak Yoga, perturbation of elisional venting system bermain di 
seismotektonik, regional geology, mekanika fluida, overpressuring, plumbing 
system dan sejenisnya dengan data geologi, geokimia, geofisika, pengeboran.
 
salam,
Awang

--- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis:


Dari: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, 
Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 1:32 PM


Pak Awang tidak salah, memang betul, kalau paper mesti panjang, yg saya
maksud tulisan di milis, kalau cara nulisnya sama kayak di paper ya bisa
jadi membosankan yg akan membacanya.

Jadi kalau nulis di milis itu memang sebaiknya jangan disamakan dengan nulis
di paper, dan yg lebih penting lagi, kesimpulan nya jangan dari awal
sampai akhir tulisan itu, soalnya bisa mengaburkan yg membacanya.

Menyambung pertanyaan pak Oky : *apakah mungkin tanpa pemboran yang
dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat
lagi??? ...*
**
Kalau jawabannya ya (mungkin), berarti terbukti bahwa LUSI dipicu oleh
gempa, dan LUSI akan lahir atau terjadi di-mana2 atau paling tidak
dibeberapa tempat yg mempunyai posisi geologi sama dengan LUSI, misalnya
disepanjang sesar watu kosek atau di sepanjang jalur yg sejajar ataupun
searah dengan LUSI terhadap pusat gempa Yogya.  Sedang kenyataannya apa yg
telah terjadi ?   Apakah kita juga menjumpai LUSI2 lain di tempat2 lain ?
apakah kita yakin kalau tidak ada pemboran sumur BP-1 LUSI pun akan lahir
pada *saat itu  juga disitu* ?  utk itu tanyalah kepada rumput yg bergoyang




wass,
nyoto





2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Pak Nyoto,

 Banyak paper ditulis panjang, apalagi yang pembahasannya komprehensif,
 tulisan saya di milis pendek sekali; bagaimana kita mau menganalisisnya bila
 malas membaca paper tersebut. Masakan kesimpulan kita hanya didasarkan
 kepada obrolan saja atau satu dua paragraf di milis. Mungkin Pak Nyoto sudah
 punya sasmita bahwa tulisan-tulisan saya soal Lusi pasti tidak
 pro-pengeboran BJP-1 sebagai penyebabnya, maka ah buat apa dibaca juga
 he2... Justru kalau Pak Nyoto mau mendebat isi sebuah paper, paper itu harus
 dibaca dengan teliti dan mendebatnya berdasarkan tesis2 yang diajukannya.

 Saya menulis latar belakangnya dulu Pak, tak langsung menukik ke satu titik
 sebab anggota milis ini kan bervariasi sekali pengalaman dan keahliannya.
 Kesimpulannya pasti ada, tetapi mesti ditelusuri dari awal.

 Saat saya diminta membedah buku Atlantis tulisan Prof. Santos, saya dengan
 lelah membaca buku tebal ini sampai selesai, lelah karena saya sudah
 tahu ke

[iagi-net-l] Bls: [Forum-HAGI] Fwd: [JBP] Fwd: [Tsunami Message - IOC] Widespread Warning - Initial

2010-02-27 Terurut Topik Awang Satyana
Gelombang tsunami akibat gempa Chile ini akan memasuki wilayah Indonesia di 
utara Papua pada hari Minggu besok 28 Februari 2010 menjelang pukul 12.00 WIT 
(Waktu Indonesia Timur), melintasi Jayapura pada pukul 12:02 WIT, berhadapan 
dengan Pulau Biak pada 12:46 WIT,  dan berhadapan secara frontal dengan 
Manokwari pada pukul 13:05 WIT, lalu melewati Sorong pada pukul 13:33 WIT, 
kemudian berhadapan dengan Pulau Halmahera pada pukul 14:05 WIT. 
 
Paling tidak mesti diberitahukan kepada para penduduk pantai utara Papua dari 
Jayapura-Sarmi-Biak-Manokwari-Sorong-Waigeo-Halmahera agar hari Minggu besok 28 
Februari 2010 antara pukul 11.00 - 15.00 WIT tidak melaut di dekat pantai, dan 
untuk antisipasi, lebih baik lagi bila mereka meninggalkan rumah, 
khususnya yang berlokasi di dekat pantai, untuk sementara pergi ke tempat yang 
lebih tinggi. Saran meninggalkan rumah ini terutama untuk penduduk di pantai 
Biak, Manokwari dan Halmahera yang datangnya gelombang tsunami akan frontal 
terhadap wilayah ini.
 
Perhitungan di atas didasarkan atas peta tsunami gempa Chile 27 Februari 2010 
yang dikeluarkan oleh NOAA/NWS/West Coast and Alaska Tsunami Warning Center. 
 
Bila ada rekan-rekan yang bisa berhubungan dengan teman di Jayapura, Biak, 
Manokwari, Sorong dan Halmahera, tidak ada salahnya memberitahukan mereka agar 
awas. Masih ada waktu untuk bersiap2.
 
salam,
Awang

--- Pada Sab, 27/2/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis:


Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
Judul: [Forum-HAGI] Fwd: [JBP] Fwd: [Tsunami Message - IOC] Widespread Warning 
- Initial
Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id
Tanggal: Sabtu, 27 Februari, 2010, 6:47 PM


Tsunami warning

-- Forwarded message --
From: JBP jabarped...@gmail.com
Date: Sat, 27 Feb 2010 18:05:33 +0700
Subject: [JBP] Fwd: [Tsunami Message - IOC] Widespread Warning - Initial
To: jabarped...@googlegroups.com

Mohon waspada bagi yang bertempat tinggal di kawasan ini, untuk Indonesia:
Jayapura, Warsa, Manokwari, Sorong, Berebere, Patani, Geme.
Waktu tertera adalah UTC/GMT, untuk WIB ditambahkan 7, dan WIT +9.
Silahkan diteruskan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

 Original Message 
Subject:     [Tsunami Message - IOC] Widespread Warning - Initial
Date:     Sat, 27 Feb 2010 10:45:51 GMT



TSUNAMI BULLETIN NUMBER 005
PACIFIC TSUNAMI WARNING CENTER/NOAA/NWS
ISSUED AT 1045Z 27 FEB 2010

THIS BULLETIN APPLIES TO AREAS WITHIN AND BORDERING THE PACIFIC
OCEAN AND ADJACENT SEAS...EXCEPT ALASKA...BRITISH COLUMBIA...
WASHINGTON...OREGON AND CALIFORNIA.

... A WIDESPREAD TSUNAMI WARNING IS IN EFFECT ...

A TSUNAMI WARNING IS IN EFFECT FOR

  CHILE / PERU / ECUADOR / COLOMBIA / ANTARCTICA / PANAMA /
  COSTA RICA / NICARAGUA / PITCAIRN / HONDURAS / EL SALVADOR /
  GUATEMALA / FR. POLYNESIA / MEXICO / COOK ISLANDS / KIRIBATI /
  KERMADEC IS / NIUE / NEW ZEALAND / TONGA / AMERICAN SAMOA /
  SAMOA / JARVIS IS. / WALLIS-FUTUNA / TOKELAU / FIJI /
  AUSTRALIA / HAWAII / PALMYRA IS. / TUVALU / VANUATU /
  HOWLAND-BAKER / NEW CALEDONIA / JOHNSTON IS. / SOLOMON IS. /
  NAURU / MARSHALL IS. / MIDWAY IS. / KOSRAE / PAPUA NEW GUINEA /
  POHNPEI / WAKE IS. / CHUUK / RUSSIA / MARCUS IS. / INDONESIA /
  N. MARIANAS / GUAM / YAP / BELAU / JAPAN / PHILIPPINES /
  CHINESE TAIPEI

THIS BULLETIN IS ISSUED AS ADVICE TO GOVERNMENT AGENCIES.  ONLY
NATIONAL AND LOCAL GOVERNMENT AGENCIES HAVE THE AUTHORITY TO MAKE
DECISIONS REGARDING THE OFFICIAL STATE OF ALERT IN THEIR AREA AND
ANY ACTIONS TO BE TAKEN IN RESPONSE.

AN EARTHQUAKE HAS OCCURRED WITH THESE PRELIMINARY PARAMETERS

  ORIGIN TIME -  0634Z 27 FEB 2010
  COORDINATES -  36.1 SOUTH   72.6 WEST
  DEPTH       -   55 KM
  LOCATION    -  NEAR COAST OF CENTRAL CHILE
  MAGNITUDE   -  8.8

MEASUREMENTS OR REPORTS OF TSUNAMI WAVE ACTIVITY

  GAUGE LOCATION        LAT   LON    TIME        AMPL         PER
  ---  - --  -  ---  -
  IQUIQUE CL           20.2S  70.1W  0906Z   0.27M /  0.9FT  72MIN
  ANTOFAGASTA CL       23.2S  70.4W  0941Z   0.49M /  1.6FT  52MIN
  ARICA CL             18.5S  70.3W  1007Z   0.94M /  3.1FT  44MIN
  DART LIMA 32412      18.0S  86.4W  0941Z   0.24M /  0.8FT  36MIN
  CALDERA CL           27.1S  70.8W  0843Z   0.45M /  1.5FT  20MIN
  TALCAHUANO CL        36.7S  73.4W  0653Z   2.34M /  7.7FT  88MIN
  COQUIMBO CL          30.0S  71.3W  0852Z   1.32M /  4.3FT  30MIN
  CORRAL CL            39.9S  73.4W  0739Z   0.90M /  2.9FT  16MIN
  SAN FELIX CL         26.3S  80.1W  0815Z   0.53M /  1.7FT  08MIN
  VALPARAISO CL        33.0S  71.6W  0708Z   1.29M /  4.2FT  20MIN

  LAT  - LATITUDE (N-NORTH, S-SOUTH)
  LON  - LONGITUDE (E-EAST, W-WEST)
  TIME - TIME OF THE MEASUREMENT (Z IS UTC IS GREENWICH TIME)
  AMPL - TSUNAMI AMPLITUDE MEASURED RELATIVE TO NORMAL SEA LEVEL.
         IT IS ...NOT... CREST-TO-TROUGH WAVE HEIGHT.
         VALUES ARE GIVEN IN BOTH METERS(M) AND FEET(FT).
  PER  - PERIOD OF TIME IN MINUTES(MIN) FROM ONE 

[iagi-net-l] Gempa Chile 8.8 Mw 27 Februari 2010

2010-02-27 Terurut Topik Awang Satyana
Sebuah gempa besar (moment magnitude 8,8 Mw) terjadi di pantai Chile (lokasi 
episentrum : 35.846°S, 72.719°W), Amerika Selatan hari Sabtu 27 Februari 2010 
saat penduduk Chile tidur lelap pukul 03:34:14 waktu setempat (13:34:14 WIB). 
Gempa berpusat dari kedalaman 35 km yang berdasarkan moment tensor 
solution berupa pematahan batuan sesar anjak (thrust) dengan jurus 11 deg NE 
dan kemiringan 25 deg.
 
Secara tektonik, gempa berlokasi sekitar 250 km di sebelah timur jalur subduksi 
lempeng samudera Nazca yang menunjam di bawah lempeng benua Amerika Selatan. 
Arah pematahan gempa lebih kurang sejajar dengan jalur subduksi ini, sehingga 
konvergensi antara Nazca dan Amerika Selatan dengan kecepatan 8 cm/tahun ini 
dapat dipertimbangkan sebagai penyebab pematahan batuan yang mengakibatkan 
gempa. Kedalaman gempa pada 35 km menunjukkan bahwa pusat gempa berasal dari 
bidang kontak (interface) antara lempeng Amerika Selatan dan lempeng Nazca yang 
miring masuk ke bawah Amerika Selatan.
 
Dalam kegempaan,Chile memegang magnitude gempa terbesar di dunia, yaitu sebesar 
9,5 magnitude yang terjadi pada tahun 1960 dan berlokasi 230 km di sebelah 
selatan gempa 27 Februari 2010 ini. Gempa 9,5 M tersebut telah menewaskan 
sebanyak 1655 penduduk Chile bagian selatan. Pada saat itu juga terjadi tsunami 
yang menjalar ke seluruh cekungan Samudera Pasifik dan telah menewaskan 61 
orang di Hawaii, Filipina dan Jepang.
 
Gempa Chile 8,8 Mw 27 Februari 2010 pun telah menyebabkan tsunami sebab semua 
syarat tsunami-genic earthquake telah dipenuhinya. Beberapa pengukuran awal 
menunjukkan bahwa tsunami telah terjadi dengan ketinggian tsunami (run up) 
sementara 0,6- 2,6 meter. NOAA dan West Pacific Tsunami Center telah 
memperhitungkan bahwa gempa ini akan menyebabkan tsunami ke seluruh tepi 
Cekungan Pasifik, termasuk Indonesia. Kawasan Jayapura, Biak, Manokwari, 
Sorong, Halmahera akan dilalui tsunami ini pada hari Minggu besok 28 Februari 
2010 antara pukul 12:03 - 14:05 WIT (Waktu Indonesia Timur). Belajar bahwa 
gempa Chile 9,5 M pada 1960 pun telah merenggut 61 penduduk Hawaii, Filipina 
dan Jepang akibat tsunami yang dibangkitkannya; maka sebaiknya penduduk kita di 
utara Papua sampai Halmahera pun mesti waspada.
 
Korban tewas di Chile akibat gempa ini belum diketahui pasti; semoga tidak 
terlalu banyak.
 
salam,
Awang


  Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! 
http://id.mail.yahoo.com

Re: [iagi-net-l] TSUNAMI WARNING Akibat Gempa M8.8 Chile 27 Feb 2010.

2010-02-27 Terurut Topik Awang Satyana
Beberapa menit yang lalu, tsunami telah sampai  pulau paling timur di Jepang, 
memang ketinggiannya masih rendah, hanya beberapa inci, tetapi diperhitungkan 
tsunami akan semakin meninggi mendekati pulau-pulau utama Jepang sebab dasar 
laut mendangkal; diperkirakan akan sampai tiga meter tingginya. Dari kemarin, 
Jepang telah melakukan persiapan, mengosongkan wilayah-wilayah yang 
diperkirakan akan digenangi, mengunci mati dan mematok semua kapal-kapal boat, 
dan mengevakuasi 70.000 warganya.
 
Bila Jepang telah dilanda tsunami, tentu Papua dan Halmahera pun sudah 
dilaluinya; terasa atau tidak akan ditentukan oleh orientasi garis pantai, 
morfologi pantai, dan batimetri sekitar pantai. Tidak ada salahnya mengevakuasi 
warga sebab tsunami sudah nyata-nyata telah dan akan terjadi. Paling tidak 
membuat mereka tidak melaut dulu atau mengosongkan rumah beberapa jam saat 
tsunami lewat. Seperti kata Pak Rovicky, ini bisa dipakai sebagai tsunami drill 
sebab wilayah utara Papua dan Halmahera bisa menjadi tempat tsunami kiriman 
dari wilayah ring of fire.
 
salam,
Awang

--- Pada Ming, 28/2/10, Wahyudi Adhiutomo wahyudi.adhiut...@gmail.com menulis:


Dari: Wahyudi Adhiutomo wahyudi.adhiut...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] TSUNAMI WARNING Akibat Gempa M8.8 Chile 27 Feb 2010.
Kepada: Mailing List IAGI iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Minggu, 28 Februari, 2010, 11:55 AM


Setuju, pakdhe.
Saya heran juga kok sepertinya menjadi kebanggaan BMKG untuk membantah 
informasi yang didapat dari sumber luar. Kenapa informasi seperti Tsunami 
Warning itu tidak dianggap sebagai bagian dari apa yg namanya Mitigasi 
Bencana? Tapi entahlah... Bisa juga karena sebagian besar (common) rakyat 
Indonesia menganggap itu sebagai info yg meresahkan, maklum suka 
memotong-motong pernyataan yg penting bombastis, sehingga BMKG segera 
menenangkan dengan mengeluarkan pernyataan yg menenangkan juga.
Semoga pernyataan itu benar2x keyakinan BMKG dan bukan sekedar pernyataan yg 
menenangkan.


Salam,
WA
Ku tunggu kedatanganmu walaupun tak pasti, tsunami
--
No BlackBerry™ While Driving. Please use your BlackBerry™ in appropriate 
situations and places.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
Date: Sun, 28 Feb 2010 11:31:26 
To: Forum HAGIfo...@hagi.or.id; IAGIiagi-net@iagi.or.id; 
geologi...@googlegroups.com
Subject: [iagi-net-l] TSUNAMI WARNING Akibat Gempa M8.8 Chile 27 Feb 2010.
Saya sangat menyayangkan pernyataan BMKG bahwa tsunami tidak akan sampai ke
Indonesia disampaikan terlalu dini ..
http://www.detiknews.com/read/2010/02/28/093831/1307783/10/bmkg-tsunami-tak-sampai-ke-indonesia
 

Ini sebenernya dapat dipakai sepakai real global tsunami drill latihan
menghadapi tsunami secara global. Bagaimana persiapan, bagaimana penyebaran
informasi, dan juga bagaimana perhatian pemerintah, penolong badan-badan
dunia dsb
Kalau toh memang tidak terjadi hal ini perlu dipakai sebagai bahan evaluasi
nantinya bila benar-benar terjadi.
Jepang bahkan secara serius mengungsikan 50 ribu warganya.
http://www.detiknews.com/read/2010/02/28/105728/1307798/10/jepang-evakuasi-50-ribu-warganya
 
http://www.detiknews.com/read/2010/02/28/082608/1307761/10/jepang-juga-keluarkan-peringatan-tsunami-besar
 

Semoga tsunami ini memang benar-benar tidak merusak

Salam waspada

RDP
http://rovicky.wordpress.com/2010/02/28/tsunami-warning-akibat-gempa-m8-8-chile-27-feb-2010/
 
http://rovicky.wordpress.com/2010/02/28/ditengah-samodera-tsunami-itu-secepat-pesawat-jet/
 




  Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

[iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi

2010-02-20 Terurut Topik Awang Satyana
Di gedung auditorium Museum Indonesia TMII, Jakarta,  sebuah gedung yang asri 
dengan batu dan tiang-tiang berukir nan megah, seminar Atlantis digelar PT Ufuk 
Publishing House pada Sabtu 20 Februari 2010 tadi pagi-siang pukul 09.30-13.30. 
Seminar dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai kalangan yang meminati isu 
Atlantis. Jadwal selesai mundur 1 ½ jam oleh serunya diskusi.
 
Sejak buku terjemahannya diterbitkan PT Ufuk akhir tahun lalu, buku tulisan 
Prof. Arysio Santos (ahli fisika nuklir Brazil) laku keras di pasaran. Buku 
kontroversial yang mengatakan bahwa benua Atlantis yang hilang itu ternyata 
Indonesia tentu menimbulkan minat tersendiri bagi orang Indonesia. Berdasarkan 
hal itulah maka PT Ufuk serius menggelar seminar ini mengundang para narasumber 
yang berkaitan dengan bidang bahasan buku Atlantis.
 
Menganggap bahwa isu yang dilempar Prof. Santos ini penting untuk harga diri 
bangsa (sebab Atlantis terkenal berkebudayaan tinggi) dan penting bagi ilmu 
pengetahuan Indonesia, maka PT Ufuk mengundang Prof. Dr Jimly Assidiqie (mantan 
ketua MK, dan anggota Watimpres) untuk memberikan pidato kunci. Sebelumnya, 
seminar dibuka oleh Prof. Dr. Umar Anggara Jenie (Ketua LIPI) yang memberikan 
pengantar tentang aspek ilmu pengetahuan isu Atlantis ini. 
 
Prof. Umar Jenie bersikap netral dalam isu ini sebab beliau mengakui tak 
mempunyai kapasitas untuk menilai pendapat Prof. Santos (Pak Umar adalah 
seorang ahli farmasi). Tetapi Pak Umar mengutip Arthur Clarke bahwa kebenaran 
itu tak harus selalu berdasarkan kebenaran pada saat kini, bisa juga didasarkan 
atas imajinasi yang saat ini belum terbukti tetapi kelak mungkin saja terbukti. 
Dan bila sebuah seminar internasional tentang Atlantis diperlukan diadakan, 
LIPI akan mendukungnya. Buku Prof. Santos baik, dalam hal bisa merangsang 
perdebatan sebab perdebatan merupakan jalannya ilmu pengetahuan.
 
Prof. Jimly, sebagai seorang ahli hukum juga tak bisa menilai pendapat Prof. 
Santos ini, tetapi Pak Jimly mengatakan bahwa bila isu ini benar, maka buku 
Atlantis ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia, paling tidak bisa 
membangun kembali harga dirinya di dunia internasional. Sebelum buku Atlantis 
ini, ada buku kontroversial lain yang ditulis Stephen Oppenheimer ahli genetika 
dari Inggris berjudul “Eden in the East” yaitu Sundaland sebagai tempat awal 
peradaban manusia modern. Dua buku ini penting bagi identitas bangsa Indonesia, 
begitu menurut Prof. Jimly.
 
Pembahasan teknis detail pendapat Prof. Santos dilakukan melalui disiplin ilmu 
arkeologi (oleh Prof.Dr. Harry Truman Simanjuntak) dan geologi (oleh saya). 
Setelah Prof. Truman dan saya presentasi, Radhar Panca Dahana melanjutkan acara 
dengan berbicara tentang aspek budaya Indonesia masa lalu.
 
Presentasi Prof. Truman (Centre for Prehistoric and Austronesian Studies, 
mantan Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia) berjudul “Atlantis –Indonesia ?”. 
Sebagai seorang ilmuwan senior, Prof. Truman mengemukakan pertama kali 
bagaimana sebuah karya ilmiah itu dibangun, bagaimana analisis sumber data itu 
dilakukan, bagaimana kondisi datanya. Bila premis dibangun atas data yang tak 
sahih (valid), maka premis salah, hipotesis salah, kesimpulan pun salah. Itulah 
yang terjadi dengan buku Prof. Santos. Tak ada analisis data dilakukan. Prof. 
Santos hanya menyambungkan fakta atau fiksi di sana-sini menjadi suatu 
rangkaian cerita. Uji sumber data tak dilakukan, kesimpulan didasarkan bukan 
atas data dan analisis yang valid. Banyak kerancuan dikemukakan dengan 
pembahasan yang tidak sistematis. Selanjutnya, Prof. Truman membahas kebudayaan 
tinggi Indonesia 11.600 tahun yang lalu versi Prof.Santos (saat penenggelaman 
Atlantis Indonesia terjadi) dikontraskan
 dengan penemuan-penemuan artefak di Indonesia yang berangka tahun sekitar 
11.600 tahun. Pada masa ini, manusia Indonesia berada pada MMA (manusia modern 
awal) pada tingkat kebudayaan latest paleolithic dan preneolithic. Kebudayaan 
pada masa ini berdasarkan penemuan2 arkeologi dicirikan oleh berburu, meramu, 
hunian gua dan teknologi lithik (batu). Dengan terjadinya deglasiasi pada masa 
ini, manusia makin banyak tinggal di dalam gua dan mengembangkan kebudayaan gua 
termasuk rock art, perkembangan konsepsi kepercayaan. Dengan kata lain, tak ada 
tingkat kebudayaan yang maju seperti yang diceritakan Plato di dalam cerita 
Atlantis. Karena tak ada bukti arkeologi sama sekali bahwa Indonesia telah 
berkebudayaan maju sebelum 11.600 tahun yang lalu, maka Prof. Truman dengan 
tegas menolak pendapat Prof. Santos.
 
Tentang bantahan geologi atas pendapat-pendapat Prof. Santos telah saya 
kemukakan di dalam diskusi-diskusi di milis dari beberapa tahun yang lalu sejak 
Prof. Santos mengeluarkan pendapatnya itu pada tahun 2005. Saya 
mempresentasikan materi berjudul “Benua Atlantis yang Hilang itu Indonesia ? : 
Antitesis-Antitesis Geologi”. Pada intinya, Prof. Santos menyamakan 
penenggelaman Sundaland sebagai penenggelaman Atlantis. Hanya, 

Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi

2010-02-20 Terurut Topik Awang Satyana
Iya Pak Rovicky, itu pertanyaan terbesar tentang Atlantis. Sebenarnya seputar 
Atlantis itu ada dua pertanyaan : (1) apakah Atlantis itu fakta (ada) atau 
fiksi (sekadar khayalan Plato), (2) bila ada di mana lokasinya (sudah 30 lokasi 
diajukan : 13 di Laut Tengah, 13 di Lautan Atlantik, 4 di luar keduanya 
termasuk di Indonesia).
 
Seminar di TMII tersebut tak membahas pertanyaan utama, tetapi menganalisis 
pendapat Prof. Santos sebab pemicu seminar ini adalah bukunya itu. Sebuah 
seminar yang lengkap tentang Atlantis tentu harus mencakup pertanyaan utama itu 
: adakah Atlantis itu ? 
 
salam,
Awang

--- Pada Sab, 20/2/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis:


Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan 
Geologi
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, 
Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 20 Februari, 2010, 10:51 PM


Menarik sekali Pak Awang,
Cuman kok kayaknya soal Atlantis ini njujug dengan kesimpulan Atlantis itu
ada. Trus sekarang mencari dimana Atlantis itu?. Padahal ada atau
fakta  dalam sains itu semestinya dicari buktinya dulu baru diyakini
keberadaannya. Berbeda dengan keyakinan agama, dimana tanpa bukti
(evidences) sudah diyakini kebenarannya.
Jadi sepertinya pembuktian dimana Atlantis seolah-olah bukan sains. Wong
evidences keberadaanya masih hipotesa. Yang saya ragu .. bolehkan
keberadaan Atlantis ini disebut sebagai hipotesa sains walaupun tanpa
indikasi awal dari pengamatan ?

*[image: Sumber
Wiki]http://rovicky.files.wordpress.com/2009/11/benua-benua.jpg
*
http://rovicky.wordpress.com/2009/11/27/benua-geologi-benua-sejarah-benua-khayalan/

RDP

2010/2/20 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com:
 Di gedung auditorium Museum Indonesia TMII, Jakarta,  sebuah gedung yang
asri dengan batu dan tiang-tiang berukir nan megah, seminar Atlantis digelar
PT Ufuk Publishing House pada Sabtu 20 Februari 2010 tadi pagi-siang pukul
09.30-13.30. Seminar dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai kalangan yang
meminati isu Atlantis. Jadwal selesai mundur 1 ½ jam oleh serunya diskusi.

 Sejak buku terjemahannya diterbitkan PT Ufuk akhir tahun lalu, buku
tulisan Prof. Arysio Santos (ahli fisika nuklir Brazil) laku keras di
pasaran. Buku kontroversial yang mengatakan bahwa benua Atlantis yang hilang
itu ternyata Indonesia tentu menimbulkan minat tersendiri bagi orang
Indonesia. Berdasarkan hal itulah maka PT Ufuk serius menggelar seminar ini
mengundang para narasumber yang berkaitan dengan bidang bahasan buku
Atlantis.

 Menganggap bahwa isu yang dilempar Prof. Santos ini penting untuk harga
diri bangsa (sebab Atlantis terkenal berkebudayaan tinggi) dan penting bagi
ilmu pengetahuan Indonesia, maka PT Ufuk mengundang Prof. Dr Jimly Assidiqie
(mantan ketua MK, dan anggota Watimpres) untuk memberikan pidato kunci.
Sebelumnya, seminar dibuka oleh Prof. Dr. Umar Anggara Jenie (Ketua LIPI)
yang memberikan pengantar tentang aspek ilmu pengetahuan isu Atlantis ini.

 Prof. Umar Jenie bersikap netral dalam isu ini sebab beliau mengakui tak
mempunyai kapasitas untuk menilai pendapat Prof. Santos (Pak Umar adalah
seorang ahli farmasi). Tetapi Pak Umar mengutip Arthur Clarke bahwa
kebenaran itu tak harus selalu berdasarkan kebenaran pada saat kini, bisa
juga didasarkan atas imajinasi yang saat ini belum terbukti tetapi kelak
mungkin saja terbukti. Dan bila sebuah seminar internasional tentang
Atlantis diperlukan diadakan, LIPI akan mendukungnya. Buku Prof. Santos
baik, dalam hal bisa merangsang perdebatan sebab perdebatan merupakan
jalannya ilmu pengetahuan.

 Prof. Jimly, sebagai seorang ahli hukum juga tak bisa menilai pendapat
Prof. Santos ini, tetapi Pak Jimly mengatakan bahwa bila isu ini benar, maka
buku Atlantis ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia, paling tidak
bisa membangun kembali harga dirinya di dunia internasional. Sebelum buku
Atlantis ini, ada buku kontroversial lain yang ditulis Stephen Oppenheimer
ahli genetika dari Inggris berjudul “Eden in the East” yaitu Sundaland
sebagai tempat awal peradaban manusia modern. Dua buku ini penting bagi
identitas bangsa Indonesia, begitu menurut Prof. Jimly.

 Pembahasan teknis detail pendapat Prof. Santos dilakukan melalui disiplin
ilmu arkeologi (oleh Prof.Dr. Harry Truman Simanjuntak) dan geologi (oleh
saya). Setelah Prof. Truman dan saya presentasi, Radhar Panca Dahana
melanjutkan acara dengan berbicara tentang aspek budaya Indonesia masa lalu.

 Presentasi Prof. Truman (Centre for Prehistoric and Austronesian Studies,
mantan Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia) berjudul “Atlantis –Indonesia
?”. Sebagai seorang ilmuwan senior, Prof. Truman mengemukakan pertama kali
bagaimana sebuah karya ilmiah itu dibangun, bagaimana analisis sumber data
itu dilakukan, bagaimana kondisi datanya. Bila premis dibangun atas data
yang tak sahih (valid), maka premis salah, hipotesis salah, kesimpulan

Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi

2010-02-20 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Harry,
 
Menurut sumber utama cerita Atlantis, yaitu Timaeus dan Critias (Plato, 360 
BC), kata Atlantis berasal dari Atlas, seorang tokoh dalam kisah mitologi 
Yunani; ditulis sebagai   : Ἀτλαντὶς νῆσος, island of Atlas. Sedangkan Lautan 
Atlantik disebut mengikuti cerita Plato juga. Plato di dalam Timaeus dan 
Critias itu menceritakan bahwa benua Atlantis sebesar Lybia dan Asia (Kecil) 
yang terletak di belakang Pilar Hercules. Pilar Hercules menurut banyak 
peneliti dianggap sebagai Selat Gibraltar sekarang yang membatasi Pegunungan 
Atlas di ujung utara Afrika dan bagian Spanyol paling selatan. Satu-satunya 
tempat benua Atlantisseluas Lybia dan Asia Kecil adalah di lautan lepas di 
sebelah barat Selat Gibraltar, maka lautan lepas itu disebut sebagai Lautan 
Atlantik karena dianggap menjadi tempat benua Atlantis.
 

salam,
Awang

--- Pada Ming, 21/2/10, Harry Kusna harryku...@yahoo.com menulis:


Dari: Harry Kusna harryku...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan 
Geologi
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Minggu, 21 Februari, 2010, 12:38 AM


Hanya pertanyaan awam Pak Awang 
Atlantis itu tidak ada hubungannya dengan Atlantic yang terletak antara benua 
Eropa dan Amerika?
Bagaimana asal mula penamaan atlantis itu?  Apakah penamaan tsb dahulu ada 
hubungan dengan dugaan letaknya, yang mungkin tenggelam di samudra Atlantik?
Terimakasih.

Wassalam,
HK



From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; 
Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Sent: Sat, February 20, 2010 10:51:56 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan 
Geologi

Menarik sekali Pak Awang,
Cuman kok kayaknya soal Atlantis ini njujug dengan kesimpulan Atlantis itu
ada. Trus sekarang mencari dimana Atlantis itu?. Padahal ada atau
fakta  dalam sains itu semestinya dicari buktinya dulu baru diyakini
keberadaannya. Berbeda dengan keyakinan agama, dimana tanpa bukti
(evidences) sudah diyakini kebenarannya.
Jadi sepertinya pembuktian dimana Atlantis seolah-olah bukan sains. Wong
evidences keberadaanya masih hipotesa. Yang saya ragu .. bolehkan
keberadaan Atlantis ini disebut sebagai hipotesa sains walaupun tanpa
indikasi awal dari pengamatan ?

*[image: Sumber
Wiki]http://rovicky.files.wordpress.com/2009/11/benua-benua.jpg
*
http://rovicky.wordpress.com/2009/11/27/benua-geologi-benua-sejarah-benua-khayalan/

RDP

2010/2/20 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com:
 Di gedung auditorium Museum Indonesia TMII, Jakarta,  sebuah gedung yang
asri dengan batu dan tiang-tiang berukir nan megah, seminar Atlantis digelar
PT Ufuk Publishing House pada Sabtu 20 Februari 2010 tadi pagi-siang pukul
09.30-13.30. Seminar dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai kalangan yang
meminati isu Atlantis. Jadwal selesai mundur 1 ½ jam oleh serunya diskusi.

 Sejak buku terjemahannya diterbitkan PT Ufuk akhir tahun lalu, buku
tulisan Prof. Arysio Santos (ahli fisika nuklir Brazil) laku keras di
pasaran. Buku kontroversial yang mengatakan bahwa benua Atlantis yang hilang
itu ternyata Indonesia tentu menimbulkan minat tersendiri bagi orang
Indonesia. Berdasarkan hal itulah maka PT Ufuk serius menggelar seminar ini
mengundang para narasumber yang berkaitan dengan bidang bahasan buku
Atlantis.

 Menganggap bahwa isu yang dilempar Prof. Santos ini penting untuk harga
diri bangsa (sebab Atlantis terkenal berkebudayaan tinggi) dan penting bagi
ilmu pengetahuan Indonesia, maka PT Ufuk mengundang Prof. Dr Jimly Assidiqie
(mantan ketua MK, dan anggota Watimpres) untuk memberikan pidato kunci.
Sebelumnya, seminar dibuka oleh Prof. Dr. Umar Anggara Jenie (Ketua LIPI)
yang memberikan pengantar tentang aspek ilmu pengetahuan isu Atlantis ini.

 Prof. Umar Jenie bersikap netral dalam isu ini sebab beliau mengakui tak
mempunyai kapasitas untuk menilai pendapat Prof. Santos (Pak Umar adalah
seorang ahli farmasi). Tetapi Pak Umar mengutip Arthur Clarke bahwa
kebenaran itu tak harus selalu berdasarkan kebenaran pada saat kini, bisa
juga didasarkan atas imajinasi yang saat ini belum terbukti tetapi kelak
mungkin saja terbukti. Dan bila sebuah seminar internasional tentang
Atlantis diperlukan diadakan, LIPI akan mendukungnya. Buku Prof. Santos
baik, dalam hal bisa merangsang perdebatan sebab perdebatan merupakan
jalannya ilmu pengetahuan.

 Prof. Jimly, sebagai seorang ahli hukum juga tak bisa menilai pendapat
Prof. Santos ini, tetapi Pak Jimly mengatakan bahwa bila isu ini benar, maka
buku Atlantis ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia, paling tidak
bisa membangun kembali harga dirinya di dunia internasional. Sebelum buku
Atlantis ini, ada buku kontroversial lain yang ditulis Stephen Oppenheimer
ahli genetika dari Inggris berjudul “Eden in the East” yaitu Sundaland
sebagai tempat awal peradaban manusia modern. Dua buku ini penting bagi
identitas bangsa

Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi

2010-02-20 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Harry,
 
Menurut sumber utama cerita Atlantis, yaitu Timaeus dan Critias (Plato, 360 
BC), kata Atlantis berasal dari Atlas, seorang tokoh dalam kisah mitologi 
Yunani; ditulis sebagai   : Ἀτλαντὶς νῆσος, island of Atlas. Sedangkan Lautan 
Atlantik disebut mengikuti cerita Plato juga. Plato di dalam Timaeus dan 
Critias itu menceritakan bahwa benua Atlantis sebesar Lybia dan Asia (Kecil) 
yang terletak di belakang Pilar Hercules. Pilar Hercules menurut banyak 
peneliti dianggap sebagai Selat Gibraltar sekarang yang membatasi Pegunungan 
Atlas di ujung utara Afrika dan bagian Spanyol paling selatan. Satu-satunya 
tempat benua Atlantisseluas Lybia dan Asia Kecil adalah di lautan lepas di 
sebelah barat Selat Gibraltar, maka lautan lepas itu disebut sebagai Lautan 
Atlantik karena dianggap menjadi tempat benua Atlantis.
 

salam,
Awang

--- Pada Ming, 21/2/10, Harry Kusna harryku...@yahoo.com menulis:


Dari: Harry Kusna harryku...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan 
Geologi
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Minggu, 21 Februari, 2010, 12:38 AM


Hanya pertanyaan awam Pak Awang 
Atlantis itu tidak ada hubungannya dengan Atlantic yang terletak antara benua 
Eropa dan Amerika?
Bagaimana asal mula penamaan atlantis itu?  Apakah penamaan tsb dahulu ada 
hubungan dengan dugaan letaknya, yang mungkin tenggelam di samudra Atlantik?
Terimakasih.

Wassalam,
HK



From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; 
Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Sent: Sat, February 20, 2010 10:51:56 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan 
Geologi

Menarik sekali Pak Awang,
Cuman kok kayaknya soal Atlantis ini njujug dengan kesimpulan Atlantis itu
ada. Trus sekarang mencari dimana Atlantis itu?. Padahal ada atau
fakta  dalam sains itu semestinya dicari buktinya dulu baru diyakini
keberadaannya. Berbeda dengan keyakinan agama, dimana tanpa bukti
(evidences) sudah diyakini kebenarannya.
Jadi sepertinya pembuktian dimana Atlantis seolah-olah bukan sains. Wong
evidences keberadaanya masih hipotesa. Yang saya ragu .. bolehkan
keberadaan Atlantis ini disebut sebagai hipotesa sains walaupun tanpa
indikasi awal dari pengamatan ?

*[image: Sumber
Wiki]http://rovicky.files.wordpress.com/2009/11/benua-benua.jpg
*
http://rovicky.wordpress.com/2009/11/27/benua-geologi-benua-sejarah-benua-khayalan/

RDP

2010/2/20 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com:
 Di gedung auditorium Museum Indonesia TMII, Jakarta,  sebuah gedung yang
asri dengan batu dan tiang-tiang berukir nan megah, seminar Atlantis digelar
PT Ufuk Publishing House pada Sabtu 20 Februari 2010 tadi pagi-siang pukul
09.30-13.30. Seminar dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai kalangan yang
meminati isu Atlantis. Jadwal selesai mundur 1 ½ jam oleh serunya diskusi.

 Sejak buku terjemahannya diterbitkan PT Ufuk akhir tahun lalu, buku
tulisan Prof. Arysio Santos (ahli fisika nuklir Brazil) laku keras di
pasaran. Buku kontroversial yang mengatakan bahwa benua Atlantis yang hilang
itu ternyata Indonesia tentu menimbulkan minat tersendiri bagi orang
Indonesia. Berdasarkan hal itulah maka PT Ufuk serius menggelar seminar ini
mengundang para narasumber yang berkaitan dengan bidang bahasan buku
Atlantis.

 Menganggap bahwa isu yang dilempar Prof. Santos ini penting untuk harga
diri bangsa (sebab Atlantis terkenal berkebudayaan tinggi) dan penting bagi
ilmu pengetahuan Indonesia, maka PT Ufuk mengundang Prof. Dr Jimly Assidiqie
(mantan ketua MK, dan anggota Watimpres) untuk memberikan pidato kunci.
Sebelumnya, seminar dibuka oleh Prof. Dr. Umar Anggara Jenie (Ketua LIPI)
yang memberikan pengantar tentang aspek ilmu pengetahuan isu Atlantis ini.

 Prof. Umar Jenie bersikap netral dalam isu ini sebab beliau mengakui tak
mempunyai kapasitas untuk menilai pendapat Prof. Santos (Pak Umar adalah
seorang ahli farmasi). Tetapi Pak Umar mengutip Arthur Clarke bahwa
kebenaran itu tak harus selalu berdasarkan kebenaran pada saat kini, bisa
juga didasarkan atas imajinasi yang saat ini belum terbukti tetapi kelak
mungkin saja terbukti. Dan bila sebuah seminar internasional tentang
Atlantis diperlukan diadakan, LIPI akan mendukungnya. Buku Prof. Santos
baik, dalam hal bisa merangsang perdebatan sebab perdebatan merupakan
jalannya ilmu pengetahuan.

 Prof. Jimly, sebagai seorang ahli hukum juga tak bisa menilai pendapat
Prof. Santos ini, tetapi Pak Jimly mengatakan bahwa bila isu ini benar, maka
buku Atlantis ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia, paling tidak
bisa membangun kembali harga dirinya di dunia internasional. Sebelum buku
Atlantis ini, ada buku kontroversial lain yang ditulis Stephen Oppenheimer
ahli genetika dari Inggris berjudul “Eden in the East” yaitu Sundaland
sebagai tempat awal peradaban manusia modern. Dua buku ini penting bagi
identitas bangsa

[iagi-net-l] Info : Seminar (Gratis) Indonesia Atlantis (TMII Sabtu 20 Feb. 2010)

2010-02-17 Terurut Topik Awang Satyana
Info “Seminar Indonesia Atlantis” (PT Ufuk Publishing)
Waktu  : Sabtu 20 Februari 2010, pukul 09.30-12.00 WIB
Tempat : Auditorium Museum Indonesia TMII

Seminar gratis, pendaftaran (untuk mendapatkan ‘free pass’ masuk TMII), kirim 
e-mail ke i...@ufukpress.com.
Salam,
Awang
Berikut kutipan dari : www.ufukpress.com
PULUHAN PEMBACA BUKU MENDAFTAR SEMINAR ATLANTIS;THE LOST CONTINENT FINALLY 
FOUND SETIAP HARI 
Seminar Atlantis;The Lost Continent Finally Found karya Prof.Arysio Santos 
tinggal 8 (delapan) hari lagi. Selama masa sosialisasi seminar yang telah 
dilakukan Ufuk Publishing House sejak tanggal 8 Februari 2010, tak kurang 
puluhan warga masyarakat melakukan registrasi pendaftaran setiap harinya 
melalui i...@ufukpress.com
 
Hingga saat ini, persiapan untuk seminar tersebut terus dimatangkan. 
“Diperkirakan seminar Atlantis tersebut akan ramai karena antusiasme pembaca 
buku Atlantis;The Lost Continent Finally Found karya Prof.Arysio Santos yang 
sangat besar, para tokoh dan pakar yang memiliki kapabilitas tinggi dalam 
membahas karya tersebut serta masyarakat umum yang penasaran mengenai temuan 
berharga dari Prof.Santos tersebut.” Tutur Sadan, Marketing Communication, 
menjelaskan. Seminar tersebut akan diselenggarakan di auditorium Museum 
Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah, Pk.09.30 hingga 12.00 WIB.Museum megah 
dengan arsitek khas Bali yang sangat kental Indonesia tersebut terletak 
bersebelahan dengan gedung pengelola pusat, Taman Mini Indonesia Indah-Jakarta.
 
Apa yang dilakukah oleh peserta yang telah mendaftar/registrasi ?
“Peserta akan mendapat surat undangan yang dikirim via email masing-masing. 
Surat undangan tersebut wajib diprint dan dibawa pada saat hari H untuk nanti 
diperlihatkan petugas di pintu gerbang TMII. Khawatirnya jika undangan tersebut 
tidak dibawa, maka peserta itu nanti tidak bisa masuk ke dalam areal TMII”, 
jelas Sadan menambahkan.

Hingga saat ini jumlah peserta yang telah mengonfirmasi kehadiran berasal dari 
Bandung  Jakarta, serta kota-kota besar lainnya. “Rencananya, acara tersebut 
akan menghadirkan Prof.Dr.Jimly Assiddiqie(mantan Ketua MK-RI), Prof.Dr.Harry 
Truman Simandjuntak, Prof.Dr.Umar Anggara Jenie(Ketua LIPI), Dr.Oman 
Abdurrahman (Direktur Museum Geologi Bandung), dan lainnya. Pasti ramai dan 
berjalan penuh arti diskusi tersebut” tutur Sadan menambahkan.
 
 
Sumber: Ufuk Publishing House


  Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

Re: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info

2010-02-10 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,
 
John Decker (kini di Black Gold) dkk. dalam beberapa kesempatan mempublikasikan 
studi regional Unocal untuk Kutei Basin, publikasi2 itu (full paper) bisa dicek 
di beberapa proceedings IPA lima tahun terakhir dan sebagian abstraknya ada di 
pertemuan tahunan AAPG nasional dan internasional. Beberapa aspek yang pernah 
dibahas adalah tentang geokimianya (Rui Lin dkk, IPA 2005), multibeam batimetri 
(John Decker dkk, IPA 2004), high ressolution biostratigraphy (Morley dkk., IPA 
2007), dll. Art Saller (dulu Unocal, kini Chevron Houston) juga mempublikasikan 
sebuah full paper tentang sequence stratigrafi Kutei di AAPG Bulletin 2007 
hasil studi regional itu. Di Jurnal SPE tak ada studi regional (GG) Kutei. 
 
Hasil studi regional Unocal (2003-2005) sebaik saat Total melakukan Mahakam 
Synthesis pada mid-1990s. KR betul merupakan inisial horizon regional seismic 
mapping yang berasal dari kependekan Kutei Regional. Perhatikan bahwa Unocal 
menyebut Kutei, sementara VICO menyebutnya Kutai. Mana yang benar di antara 
keduanya, itu perlu penelitian historis atau toponimi tersendiri. Saya memilih 
menyebutnya Kutei dalam publikasi-publikasi.
 
Salam,
Awang

--- Pada Rab, 10/2/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis:


Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Redy Zahar red...@gmail.com
Tanggal: Rabu, 10 Februari, 2010, 5:12 PM


Btw, regional studinya Unocal itu pernah dipublikasikan nggak ?
Kalau ngga salah mereka menggunakan (introduce) nomenklature horizon KR
(Kutai Regional ??) dimana publikasinya IPA, AAPG, SPE ?

RDP

2010/2/2 Herry Maulana hmaulana1...@yahoo.com

 Kuncen nya Sepinggan, Yakin dan Balikpapan Regional jaman Unocal dulu mas
 Redy Zahar (mungkin ikut monitor milis)..
 mungkin beliau bisa memberi referensi artikel/paper yg lebih detil
 disamping tentunya pengalaman pribadi.

 Salam,
 Herry




 
 From: mohammad syaiful mohammadsyai...@gmail.com
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id; geologi...@googlegroups.com
 Sent: Tue, 2 February, 2010 9:40:45 AM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info

 kalo nggak salah, cak andang pernah 'meneliti' berbagai delta di kiri
 dan kanan mahakam.

 salam,
 syaiful

 2010/2/2 Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com:
  Ada yang tahu keberadaan artikel atau paper tentang delta sepinggan ?
 
  Sepinggan Delta bukan merupakan delta yang aktif saat ini. Karena
 ukurannya
  jauh lebih kecil dari Delta Mahakam disebelah utaranya. Delta ini menjadi
  delta yang terpinggirkan. Saya juga kesulitan mencari tulisan atau
 artikel
  tentang Delta Sepinggan ini.
 
  Adakah yang mengetahui adanya artikel atau paper yang memiliki bahasan
  khusus Delta Sepinggan ini ?
 
  RDP
 



 --
 Mohammad Syaiful - Explorationist, Consultant Geologist
 Mobile: 62-812-9372808
 Emails:
 msyai...@etti.co.id (business)
 mohammadsyai...@gmail.com

 Technical Manager of
 Exploration Think Tank Indonesia (ETTI)


 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

 
 Ayo siapkan makalah!
 Untuk dipresentasikan di PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 4-6 Oktober
 2010
 Deadline penyerahan makalah - 15 Februari 2010

 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net 
 http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-netArchive 2:
 http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
 on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
 IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
 or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
 of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
 information posted on IAGI mailing list.
 -



  
__
 Yahoo!7: Catch-up on your favourite Channel 7 TV shows easily, 

[iagi-net-l] Alga, Padang Lamun, Terumbu Karang, dan Sistem Hidrokarbon

2010-02-10 Terurut Topik Awang Satyana
Akhir tahun lalu saya berada di sebuah kawasan pantai di Kuta, Bali untuk 
mengajar sebuah kursus. Hampir setiap sore atau pagi, saya sempatkan 
berjalan-jalan di pantai. Selain sekadar berolah raga dan menghirup udara laut, 
saya juga sempatkan mengamati air laut bolak-balik di wilayah muka pantai 
(shoreface, intertidal)  bersama sedimentasi yang dihasilkannya. Struktur 
sedimen gelembur gelombang (wave ripple/ ripple mark) terlihat di mana-mana. 
 
Kawasan pantai memang sering dijadikan tempat pengamatan struktur sedimen 
modern. Saya teringat ke pantai Aquitaine di tepi pantai Atlantik, Prancis saat 
beberapa tahun yang lalu bersama teman-teman Total ekskursi ke sana dan 
ramai-ramai menggali muka pantai menggunakan sekop demi mengamati struktur 
sedimen Resen hasil proses2 di pantai. Saya juga teringat saat ikut ekskursi 
dengan Chevron hampir 20 tahun yang lalu ke pantai Galvestone, di tepi Teluk 
Mexico, Texas; saat itu kami menancapkan alat coring dari kaca serat (fiber 
glass) ke pasir pantai sampai beberapa dalam, mencabutnya lagi dan mengamati 
struktur sedimen endapan pasir di dalam core. Pekerjaan coring di Delta Mahakam 
(Resen) sering pula dilakukan oleh rombongan ekskursi ke daerah ini untuk 
mempelajari proses sedimentasi delta.
 
Begitulah, itu dilakukan dalam rangka memahami proses sedimentasi pada masa 
lalu, pada masa geologi sebab dalam geologi berlakulah prinsip “the present is 
the key to the past”.
 
Di pantai Kuta Bali itu, saya mengamati banyak alga berwarna coklat yang 
terhempas ke pantai, juga menemukan ‘rumput laut’ tumbuh di tempat berbatu 
maupun berpasir. Saya juga naik ke pulau-pulau buatan yang dibangun agak jauh 
dari pantai ke arah laut. Pulau-pulau ini dibangun untuk memecah gelombang; 
semacam tanggul yang dibuat dari batu-batugamping terumbuan. Batu-batu pemecah 
gelombang di pantai Kuta ini mungkin didatangkan dari kawasan Bali selatan, 
sebab sekilas melihatnya seperti batugamping yang pernah saya lihat di Uluwatu.
 
Alga, ‘rumput laut’ dan hewan karang batu (scelaractinian coral) adalah tiga 
makhluk hidup yang membangun struktur yang saling berhubungan, yaitu terumbu. 
Terumbu adalah reservoir migas yang penting di Indonesia. Saya ingin sedikit 
bercerita bahwa istilah alga dan ‘rumput laut’ telah disalahgunakan dalam 
perbincangan atau diskusi-diskusi.
 
Dalam dunia perdagangan atau dalam penggunaan sehari-hari, alga sering disebut 
sebagai rumput laut yang merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris ‘sea 
weed’. Mengacu kepada buku-buku biologi marin (misalnya “Laut Nusantara”, 
tulisan Dr. Anugerah Nontji, 1987, 2002 –Penerbit Djambatan), sebenarnya, 
istilah rumput laut itu tidak tepat karena secara botani alga tidak termasuk 
golongan rumput-rumputan (Graminae). Selain itu, alga sering pula disebut 
‘ganggang’ atau ‘agar-agar’. Istilah ganggang dapat membingungkan karena 
istilah ini telah digunakan untuk jenis tertentu tumbuhan air tawar (Hydrilla). 
Sementara agar-agar, sering dikaitkan dengan kandungan kimia dari beberapa 
jenis alga laut yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan agar-agar.
 
Istilah rumput laut akan lebih membingungkan lagi karena sering pula digunakan 
sebagai terjemahan istilah ‘sea grass’. Padahal ‘sea grass’ bukanlah rumput, 
bukan pula alga, melainkan tumbuhan akuatik yang berbunga (Angiospermae) dari 
bangsa Helobiae yang hidup di dalam laut. Untuk mengganti istilah rumput laut, 
para ahli biologi marin di Indonesia telah mengusulkan istilah ‘lamun’ sebagai 
terjemahan sea grass. Istilah ‘lamun’ telah lama digunakan oleh penduduk 
Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta untuk menyebut ‘rumput laut’ (jangan 
dikelirukan dengan ‘lamun’ dalam bahasa Sunda yang artinya ‘kalau/bila’)
 
Alga ada yang hidup sebagai fitoplankton - melayang-layang ke mana air 
membawanya, atau sebagai fitobentos - menancap di dasar laut. Sebagai 
fitobentos, alga sedikit terdapat di perairan yang dasarnya berlumpur atau 
berpasir. Alga butuh tempat (substrat) yang kokoh  untuk melekat. Di terumbu 
karang, alga umum ditemukan, mereka melekat pada batu, potongan karang, 
cangkang moluska, potongan kayu, dan sebagainya. Substansi alga bermacam-macam, 
ada yang lunak, keras mengandung kapur, berserabut dan sebagainya. Alga yang 
berkapur (calcareous) misalnya ‘Halimeda’ banyak ditemukan di terumbu karang 
dan ikut memperkuat formasi terumbu karang tersebut.
 
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan jenis alga. Pengkajian ilmiah 
mengenai alga laut telah dimulai lebih daripada 250 tahun yang lalu, oleh 
Rumphius (tahun 1750) di perairan Ambon. Ilmuwan ini, meskipun buta, meneliti 
alga dengan detail. Pada tahun 1900, bersamaan dengan Ekspedisi Siboga, telah 
diidentifikasi sebanyak 782 jenis alga di Indonesia. Dan, penduduk Indonesia 
telah berabad-abad menggunakan alga untuk berbagai keperluan, termasuk sebagai 
bahan pangan.
 
Kini tentang lamun (sea grass), ini adalah tumbuhan berbunga yang sudah 
sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di 

Re: [iagi-net-l] Geologiwan Indonesia berbagi pengalaman--pertanyaan

2010-02-09 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Bosman,
 
Dalam perkembangannya, akhiran -wan mengalami perluasan arti menjadi orang 
yang berprofesi/ahli dalam bidang. Ini bila kita bandingkan dengan artinya 
dulu yang masih terbatas sebaga' orang yang mempunyai... (misalnya rupawan, 
jutawan, hartawan, dll.). Dulu pun ada peraturan bahwa pemakaian -wan hanya 
untuk kata yang mendahuluinya berhuruf akhir -a, sedangkan yang berhuruf akhir 
-i digunakan akhiran -man (bandingkan wartawan dan seniman). Maka, bila kita 
ingin menyebut orang yang menekuni ilmu pengetahuan, disebutlah ilmiawan; 
sekarang aturan itu tidak ada lagi sebab kita telah mengganti ilmiawan dengan 
ilmuwan.
 
Pemakaian akhiran -wan mempunyai aturan-aturan sbb. : 
 
1. hanya dapat mengikuti kata benda (nomina) atau adjektiva, tidak pernah 
melekat pada kata kerja (verba) 
2.akhiran -wan hanya dapat mengikuti huruf hidup 
3.akhiran -wan dapat berjender netral ataupun lelaki, namun untuk perempuan 
menggunakan -wati, namun tidak semua yang dapat dilekati dengan -wan dapat 
dilekati dengan -wati
 
Penyebutan geologiwan telah memenuhi syarat no. 1-3 di atas, 'geologi' adalah 
kata benda, huruf akhirnya huruf hidup, dan geologiwan bisa bermakna netral, 
tidak salah juga secara kebahasaan kalau mau ditambahkan 'geologiwati' untuk 
ahli geologi perempuan, tetapi saya pikir 'geologiwan' saja sudah cukup 
(beranalogi dengan ilmuwan).
 
Geologiwan juga tercantum dalam kamus padanan istilah geologi susunan Pak 
Mulyono Purbo-Hadiwijoyo, sedangkan geologiwati tidak, jadi geologiwan dalam 
hal ini bermakna netral, untuk lak-laki dan perempuan.
 
salam,
Awang



--- Pada Sel, 9/2/10, bosman batubara bosman200...@yahoo.com menulis:


Dari: bosman batubara bosman200...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Geologiwan Indonesia berbagi pengalaman--pertanyaan
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Selasa, 9 Februari, 2010, 9:20 PM


Pakdhe, pertanyaan...
Saya belum melihat kamus Bahasa Indonesia. Apakah kata geologiwan itu 
mengandung makna jenis kelamin? maksud saya mengacu ke geologist laki-laki. 
Kalau ya, berarti ada geologiwati. 


tabik
bosman batubara 

weblog: http://annelis.wordpress.com





From: herman.dar...@shell.com herman.dar...@shell.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tue, February 9, 2010 9:03:39 PM
Subject: [iagi-net-l] Geologiwan Indonesia berbagi pengalaman

Rekan-rekan, khususnya mahasiswa dan yang baru lulus,

Beberapa di antara kita mau bagi-bagi pengalamannya sebagai geologiwan. 
Silahkan baca tulisan mereka di:
http://geologiwan-bagi-pengalaman.blogspot.com/
Dari sejarah kita tau kalau geologiwan Indonesia punya pengalaman banyak. Jadi 
kita sebenarnya kaya dengan pengalaman geologi, apalagi kalau dikumpulkan. 
Dengan demikian geologiwan muda dan calon geologiwan bisa belajar dari yang 
lebih senior. 
Bagi yang ingin membagikan pengalaman, anda belum terlambat. Baca instruksinya 
di blog ini. 

Salam, dan selamat menikmati...

Herman Darman


      


  
___
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info

2010-02-02 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,
 
Ke japri saya kirimkan paper saya tentang Adang fault di PIT IAGI tahun 1996 
(Satyana, A.H., 1996, Adang-Lupar Fault, Kalimantan : Controversies and New 
Observations on the Trans-Kalimantan Megashear, Proceedings Indonesian 
Association of Geologists (IAGI), 25th  Annual Convention, Bandung, p. 
124-143.).
 
Di paper itu saya membagi Adang Fault dari onshore ke offshore-nya menjadi tiga 
porsi : (1) Busang-Purukcahu, (2) Makunjung-Kuaro, (3) Paternoster-Balabalagan. 
Yang terkait dengan sedimentasi dan deformasi Delta Sepinggan tentu bagian 
offshore-nya (Paternoster-Balabalagan). 
 
Apa slip Adang, apakah sinistral, dextral, atau pernah dua-duanya ? Studi2 saya 
selanjutnya menunjukkan bahwa pada earliest Tertiary sampai Paleogen Adang 
adalah dextral, sementara saat Neogen dan Plistosen ia adalah sinistral fault. 
Mengapa bisa begitu ? Driving force-nya harus dicari secara regional ke sebelah 
baratlaut sampai Lupar, South China Sea dan Vietnam, dan ke tenggara ke arah 
Sulawesi Selatan dan Sumba. Mengapa begitu ? Sebab, Adang hanyalah bagian kecil 
sesar regional trans-continental di Indonesia Barat dan SE Asia.
 
Pada Paleogen, Adang bagian dari escape tectonics yang terjadi sebagai 
deformasi post-collision India-Eurasia 50 Ma. Ia satu status dengan Sumatran 
Fault (yang Paleogen). Saat itu, banyak sesar2 mendatar regional memotong 
Sumatra, Vietnam dan Kalimantan sebagai bagian post-collision escape tectonism, 
dan sebagian besar dextral, termasuk Adang-Lupar.
 
Pada Neogen, Adang bagian dari pembalikan slip saat driving-force regional 
berpindah dari barat-baratlaut (India collision) ke timur- tenggara (westward 
Pacific movement dan northward Australian movement). Pada saat Neogen ini, 
Adang punya hubungan ke Walanae Fault di Sulawesi Selatan dan Sumba Fracture di 
Nusa Tenggara. Anticlocwise rotation of Kalimantan juga berhubungan dengan 
pembalikan slip ini.
 
Itu hanyalah sintesis regional berdasarkan banyak analisis, untuk lengkapnya 
bisa dibaca di : (1) Satyana, A.H.,  2003, Accretion and Dispersion of 
Southeast Sundaland : the Growing and Slivering of a Continent, Joint 
Convention of Indonesian Association of Geologists (IAGI), 31st Annual 
Convention and Indonesian Association of Geophysicists (HAGI), 28th Annual 
Convention, Jakarta, December 2003; juga (2) Satyana, A.H., 2006, 
Post-Collisional Tectonic Escapes in Indonesia : Fashioning the Cenozoic 
History, 35th Annual Convention, Indonesian Association of Geologists (IAGI), 
Pekanbaru, 21-22 November 2006.
 
Untuk kepentingan Delta Sepinggan, Adang Fault tak lebih dari sebuah synthetic 
transfer zone dan transtensional fault dengan manifestasi down to the north 
menuju North Makassar Strait dalam pola deformasi step down, sehingga 
memberikan ruang buat pembentukan beberapa struktur di dalam blok synthetic 
transfer zone. Teman2 Total yang bertugas di South Mahakam pasti paham dengan 
yang saya sebutkan ini.
 
salam,
Awang
 
 

--- Pada Sel, 2/2/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis:


Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info
Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS 
eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Tanggal: Selasa, 2 Februari, 2010, 1:30 PM


Pak Awang dkk
Salah satu hal yg intriguing me adalah Adan Fault.
Secara sepintas terlihat sagai sesar normal yg merupakan batas antara
Kutei dengan Paternoster. Namun ada eberapa peta g memperlihatkan sbg
patahan geser. Nah menariknya lagi ada yg menggambarkan geser kanan
namun juga ada yg geser kiri. Nah yg geser kiri ini saya agak susah
nanggkepnya.
Apa driving mechanism dari patahan geser ini ?

Rdp

On 02/02/2010, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:
 Pak Rovicky,

 Delta Sepinggan memang delta di pinggir Delta Mahakam, bukan terpinggirkan,
 pada masanya (middle Miocene, atau N13-N15 menurut van de Weerd dan Armin,
 1992, AAPG Bull.) ia delta yang aktif bersama delta tua lainnya (Maruat,
 Yakin). Meskipun tidak lagi menjadi pusat perhatian sebesar Mahakam, Delta
 Sepinggan punya andil kepada reservoir, sources, dan seals untuk beberapa
 lapangan di selatan Cekungan Kutei offshore, dan ia merupakan delta paling
 prolific di selatan Kutei Basin offshore.

 Kalau yang dipublikasi memang tak banyak, ada dari Charlie Stuart dan Leveq
 tahun 1996 (AAPG Bull, 1996, abstract only) saat mereka masih aktif di
 Unocal, tetapi hanya abstrak. Stuart pun pernah mempresentasikan Sepinggan
 di Simposium Seq Strat IPA 1996. Yang mungkin berhubungan dari Bu Etty Nuay
 (IPA, 1985), meskipun itu untuk wilayah onshore Delta Sepinggan. Keterangan
 yang sedikit-sedikit itu, diambil dari sana-sini bisa dipakai sebagai awal
 berangkat.

 Pak Rovicky bisa cek artikel/paper2 ini :

 Nuay et al., (1985) : EARLY MIDDLE MIOCENE DELTAIC PROGRADATION IN THE
 SOUTHERN KUTAI BASIN, IPA Proceedings, p. 63-81 -paper ini menunjukkan

Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info

2010-02-02 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Noor,
 
Segmen Busang-Purukcahu sudah saya cek dari peta geologi P3G, segmen 
Makunjung-Kuaro saya cek dari penampang seismik lama Pertamina Tanjung, Kaltim 
Shell, dan Mobil-Jackson Adang (wah..blok-blok lawas ini), keduanya positif 
menunjukkan keberadaan Adang Fault. 
 
Ground check bukan satu-satunya metode untuk memeriksa keberadaan fault sebab 
yang namanya singkapan tentu tak akan sempurna, bisa tersingkap, bisa tidak. 
Meskipun demikian peta2 geologi P3G sudah saya gunakan untuk menentukan lokasi 
Adang Fault itu. Di wilayah Makunjung-Kuaro banyak sekali lipatan2 en echelon 
yang baru bisa dimengerti kejadiannya berhubungan dengan Adang Fault bila kita 
melakukan analisis struktur menggunakan strain ellipsoid.
 
Segmen Paternoster-Balabalagan juga nampak di penampang seismik Total dan 
Unocal (Chevron). Jangan membayangkan Adang Fault sebagai trace sesar tunggal 
di sini, di wilayah ini Adang Fault muncul sebagai splay synthetic yang disebut 
van de Weerd dan Armin (geologists Unocal) di AAPG Bull Nov. 1992 sebagai 
Balikpapan Fault. Throw yang menipis dan mati ke timur itu sesuai dengan 
berakhirnya terrane Paternoster dan menipisnya sedimen delta sebab Adang Fault 
zone persis membatasi batas utara terrane Paternoster. Semua sesar mendatar 
regional di Indonesia harus dianalisis secara regional sebagai bidang-bidang 
lemah di area suture akresi atau akhir terrane. Kalau membawanya ke skala 
lokal, apalagi untuk kepentingan petroleum geoogy, memang tak akan segera 
terlihat, tetapi Adang Fault jelas ada.
 
salam,
Awang

--- Pada Sel, 2/2/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis:


Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Selasa, 2 Februari, 2010, 3:37 PM


Pak Awang:
Untuk kepentingan Delta Sepinggan, Adang Fault tak lebih dari sebuah synthetic 
transfer zone dan transtensional fault dengan manifestasi down to the north 
menuju North Makassar Strait dalam pola deformasi step down, sehingga 
memberikan ruang buat pembentukan beberapa struktur di dalam blok synthetic 
transfer zone. Teman2 Total yang bertugas di South Mahakam pasti paham dengan 
yang saya sebutkan ini.

Sebenarnya Adang Fault ini sendiri mungkin masih merupakan misteri bagi banyak 
orang:
- lokasi benarnya dimana..? 
Dari diskusi dengan beberapa teman, ternyata suka beda-beda lokasi tepatnya 
dari patahan ini
- betul-kah ada...? 
Eksistensi patahan ini umumnya berasal dari study yang bersifat regional dan 
kelihatannya belum (CMIIW) ada intensif ground checking dari data lapangan 
maupun geofisik (seismik).
Secara internal (terutama di area South Mahakam), saya agak meragukan 
ada-tidaknya Adang fault ini Memang ada beberapa patahan yang cukup besar 
yang seperti pak Awang sebutkan (step down ke arah selat Makassar), tetapi 
apakah itu merupakan bagian dari Adang fault kok kami agak meragukanapalagi 
kalau dirunut ke arah timur, maka kelihatannya patahan ini juga makin kabur 
keberadaannya..

Mungkin pak ADB yang sedang napak tilas bukti-bukti Adang Fault di lapangan 
bisa bercerita lebih lanjut tentang keberadaan patahan ini.



salam,




From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; 
Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Sent: Tue, February 2, 2010 4:08:49 PM
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info

Pak Rovicky,
 
Ke japri saya kirimkan paper saya tentang Adang fault di PIT IAGI tahun 1996 
(Satyana, A.H., 1996, Adang-Lupar Fault, Kalimantan : Controversies and New 
Observations on the Trans-Kalimantan Megashear, Proceedings Indonesian 
Association of Geologists (IAGI), 25th  Annual Convention, Bandung, p. 
124-143.).
 
Di paper itu saya membagi Adang Fault dari onshore ke offshore-nya menjadi tiga 
porsi : (1) Busang-Purukcahu, (2) Makunjung-Kuaro, (3) Paternoster-Balabalagan. 
Yang terkait dengan sedimentasi dan deformasi Delta Sepinggan tentu bagian 
offshore-nya (Paternoster-Balabalagan). 
 
Apa slip Adang, apakah sinistral, dextral, atau pernah dua-duanya ? Studi2 saya 
selanjutnya menunjukkan bahwa pada earliest Tertiary sampai Paleogen Adang 
adalah dextral, sementara saat Neogen dan Plistosen ia adalah sinistral fault. 
Mengapa bisa begitu ? Driving force-nya harus dicari secara regional ke sebelah 
baratlaut sampai Lupar, South China Sea dan Vietnam, dan ke tenggara ke arah 
Sulawesi Selatan dan Sumba. Mengapa begitu ? Sebab, Adang hanyalah bagian kecil 
sesar regional trans-continental di Indonesia Barat dan SE Asia.
 
Pada Paleogen, Adang bagian dari escape tectonics yang terjadi sebagai 
deformasi post-collision India-Eurasia 50 Ma. Ia satu status dengan Sumatran 
Fault (yang Paleogen). Saat itu, banyak sesar2 mendatar regional memotong 
Sumatra, Vietnam dan Kalimantan sebagai bagian post

RE: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info

2010-02-02 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Muharram,
 
Dari peta gravity hasil pengolahan - anomali SVD (second vertical derivative) 
terdapat pergeseran trend anomali yang selaras dengan lokasi Adang Fault. Dari 
anomali Bouguer pun cukup terlihat anomali trend tersebut. Adang Fault 
memisahkan dua fisiografi besar di wilayah ini : Barito Platform di selatannya 
dan Bongan Deep di utaranya, tak mungkin tak terlihat di anomali gravity.
 
Paper saya tersebut, saya kirimkan via japri. 
 
salam,
Awang

--- Pada Sel, 2/2/10, Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina-ep.com 
menulis:


Dari: Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina-ep.com
Judul: RE: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Selasa, 2 Februari, 2010, 4:18 PM


Saya tertarik dengan pertanyaan Pak Noor, Betulkah ada ... (Adang Fault)?

Dari studi gravity Pertamina di Blok Tanjung-II yang posisinya tepat di atas
Adang-Lupar Megashear jika diplot pada peta tectonic framework Kalimantan,
tidak ditemukan indikasi adanya sesar besar berarah NW-SE itu. Bisa jadi
karena Adang Fault lokasi sebenarnya bukan disitu, atau Adang Fault tidaklah
benar-benar memanjang membelah pulau Kalimantan sebagaimana banyak kita
temukan dalam publikasi-publikasi. Sayangnya kami belum ketemu paper Pak
Awang yang membagi Adang Fault atas tiga porsi, siapa tahu dari paper itu
bisa terjawab bahwa Blok Tanjung-II ada diantara peralihan ketiga porsi
Adang Fault.

Salam,
MJP

-Original Message-
From: noor syarifuddin [mailto:noorsyarifud...@yahoo.com] 
Sent: Tuesday, February 02, 2010 3:37 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need
info

Pak Awang:
Untuk kepentingan Delta Sepinggan, Adang Fault tak lebih dari sebuah
synthetic transfer zone dan transtensional fault dengan manifestasi down to
the north menuju North Makassar Strait dalam pola deformasi step down,
sehingga memberikan ruang buat pembentukan beberapa struktur di dalam blok
synthetic transfer zone. Teman2 Total yang bertugas di South Mahakam pasti
paham dengan yang saya sebutkan ini.

Sebenarnya Adang Fault ini sendiri mungkin masih merupakan misteri bagi
banyak orang:
- lokasi benarnya dimana..? 
Dari diskusi dengan beberapa teman, ternyata suka beda-beda lokasi tepatnya
dari patahan ini
- betul-kah ada...? 
Eksistensi patahan ini umumnya berasal dari study yang bersifat regional dan
kelihatannya belum (CMIIW) ada intensif ground checking dari data lapangan
maupun geofisik (seismik).
Secara internal (terutama di area South Mahakam), saya agak meragukan
ada-tidaknya Adang fault ini Memang ada beberapa patahan yang cukup
besar yang seperti pak Awang sebutkan (step down ke arah selat Makassar),
tetapi apakah itu merupakan bagian dari Adang fault kok kami agak
meragukanapalagi kalau dirunut ke arah timur, maka kelihatannya patahan
ini juga makin kabur keberadaannya..

Mungkin pak ADB yang sedang napak tilas bukti-bukti Adang Fault di lapangan
bisa bercerita lebih lanjut tentang keberadaan patahan ini.



salam,




From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com;
Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Sent: Tue, February 2, 2010 4:08:49 PM
Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need
info

Pak Rovicky,
 
Ke japri saya kirimkan paper saya tentang Adang fault di PIT IAGI tahun 1996
(Satyana, A.H., 1996, Adang-Lupar Fault, Kalimantan : Controversies and New
Observations on the Trans-Kalimantan Megashear, Proceedings Indonesian
Association of Geologists (IAGI), 25th  Annual Convention, Bandung, p.
124-143.).
 
Di paper itu saya membagi Adang Fault dari onshore ke offshore-nya menjadi
tiga porsi : (1) Busang-Purukcahu, (2) Makunjung-Kuaro, (3)
Paternoster-Balabalagan. Yang terkait dengan sedimentasi dan deformasi Delta
Sepinggan tentu bagian offshore-nya (Paternoster-Balabalagan). 
 
Apa slip Adang, apakah sinistral, dextral, atau pernah dua-duanya ? Studi2
saya selanjutnya menunjukkan bahwa pada earliest Tertiary sampai Paleogen
Adang adalah dextral, sementara saat Neogen dan Plistosen ia adalah
sinistral fault. Mengapa bisa begitu ? Driving force-nya harus dicari secara
regional ke sebelah baratlaut sampai Lupar, South China Sea dan Vietnam, dan
ke tenggara ke arah Sulawesi Selatan dan Sumba. Mengapa begitu ? Sebab,
Adang hanyalah bagian kecil sesar regional trans-continental di Indonesia
Barat dan SE Asia.
 
Pada Paleogen, Adang bagian dari escape tectonics yang terjadi sebagai
deformasi post-collision India-Eurasia 50 Ma. Ia satu status dengan Sumatran
Fault (yang Paleogen). Saat itu, banyak sesar2 mendatar regional memotong
Sumatra, Vietnam dan Kalimantan sebagai bagian post-collision escape
tectonism, dan sebagian besar dextral, termasuk Adang-Lupar.
 
Pada Neogen, Adang bagian dari pembalikan slip saat driving-force regional
berpindah dari barat-baratlaut

Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info

2010-02-02 Terurut Topik Awang Satyana
 Shear
ketimbang menyebutkan fault, karena ekspresinya tidak atau belum terlihat
secara gamblang.
Namun ada sedikit yang mengganjal yaitu kenapa tidak adanya ekspresi Mega
Shear ini dalam peta geologi (surface Geology Map) yang diterbitkan oleh P3G
(Badan Geologi).
Dalam tulisannya PATERSON, D.W., BACHITAR, A., BATES, J.A., MOON, J.A.,
SURDAM, R.C. tahun 1997 IPA Petr System, juga ada gambaran mega shear ini.

Pak Awang menarik megashear ini lebih ke arah utara memotong Ketungau Basin,
tetapi Paterson dan ADB menarik garis ini ke sebelah selatan Ketungau
-Malawi Basins. Tetapi saya juga tidak punya evidence apa-apa di permukaan,
sehingga saya tidak tahu pasti kemana Megashear ini lari-nya. Ini yang
agak menyulitkan saya untuk menjelaskan Adang Fault ini. (Sepertinya Adang
Fault, memang haya bagian dari MegaShear ini).

Beberapa kemungkinan adalah karena MegaShear ini menjadi pasif post Neogen
.. please correct me if i am wrong (cmiiw). Sehingga tidak terekspresi pada
sedimen-sedimen Neogen yang tersingkap.

RDP

2010/2/2 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com

 Pak Muharram,

 Dari peta gravity hasil pengolahan - anomali SVD (second vertical
 derivative) terdapat pergeseran trend anomali yang selaras dengan lokasi
 Adang Fault. Dari anomali Bouguer pun cukup terlihat anomali trend tersebut.
 Adang Fault memisahkan dua fisiografi besar di wilayah ini : Barito Platform
 di selatannya dan Bongan Deep di utaranya, tak mungkin tak terlihat di
 anomali gravity.

 Paper saya tersebut, saya kirimkan via japri.

 salam,
 Awang

 --- Pada Sel, 2/2/10, Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina-ep.com
 menulis:


 Dari: Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina-ep.com
 Judul: RE: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need
 info
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id
 Tanggal: Selasa, 2 Februari, 2010, 4:18 PM


 Saya tertarik dengan pertanyaan Pak Noor, Betulkah ada ... (Adang Fault)?

 Dari studi gravity Pertamina di Blok Tanjung-II yang posisinya tepat di
 atas
 Adang-Lupar Megashear jika diplot pada peta tectonic framework Kalimantan,
 tidak ditemukan indikasi adanya sesar besar berarah NW-SE itu. Bisa jadi
 karena Adang Fault lokasi sebenarnya bukan disitu, atau Adang Fault
 tidaklah
 benar-benar memanjang membelah pulau Kalimantan sebagaimana banyak kita
 temukan dalam publikasi-publikasi. Sayangnya kami belum ketemu paper Pak
 Awang yang membagi Adang Fault atas tiga porsi, siapa tahu dari paper itu
 bisa terjawab bahwa Blok Tanjung-II ada diantara peralihan ketiga porsi
 Adang Fault.

 Salam,
 MJP

 -Original Message-
 From: noor syarifuddin [mailto:noorsyarifud...@yahoo.com]
 Sent: Tuesday, February 02, 2010 3:37 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need
 info

 Pak Awang:
 Untuk kepentingan Delta Sepinggan, Adang Fault tak lebih dari sebuah
 synthetic transfer zone dan transtensional fault dengan manifestasi down
 to
 the north menuju North Makassar Strait dalam pola deformasi step down,
 sehingga memberikan ruang buat pembentukan beberapa struktur di dalam blok
 synthetic transfer zone. Teman2 Total yang bertugas di South Mahakam pasti
 paham dengan yang saya sebutkan ini.

 Sebenarnya Adang Fault ini sendiri mungkin masih merupakan misteri bagi
 banyak orang:
 - lokasi benarnya dimana..?
 Dari diskusi dengan beberapa teman, ternyata suka beda-beda lokasi tepatnya
 dari patahan ini
 - betul-kah ada...?
 Eksistensi patahan ini umumnya berasal dari study yang bersifat regional
 dan
 kelihatannya belum (CMIIW) ada intensif ground checking dari data
 lapangan
 maupun geofisik (seismik).
 Secara internal (terutama di area South Mahakam), saya agak meragukan
 ada-tidaknya Adang fault ini Memang ada beberapa patahan yang cukup
 besar yang seperti pak Awang sebutkan (step down ke arah selat Makassar),
 tetapi apakah itu merupakan bagian dari Adang fault kok kami agak
 meragukanapalagi kalau dirunut ke arah timur, maka kelihatannya patahan
 ini juga makin kabur keberadaannya..

 Mungkin pak ADB yang sedang napak tilas bukti-bukti Adang Fault di lapangan
 bisa bercerita lebih lanjut tentang keberadaan patahan ini.



 salam,



 
 From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com;
 Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Sent: Tue, February 2, 2010 4:08:49 PM
 Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need
 info

 Pak Rovicky,

 Ke japri saya kirimkan paper saya tentang Adang fault di PIT IAGI tahun
 1996
 (Satyana, A.H., 1996, Adang-Lupar Fault, Kalimantan : Controversies and New
 Observations on the Trans-Kalimantan Megashear, Proceedings Indonesian
 Association of Geologists (IAGI), 25th  Annual Convention, Bandung, p.
 124-143.).

 Di paper itu saya membagi Adang Fault dari onshore ke offshore-nya menjadi
 tiga porsi : (1) Busang-Purukcahu, (2) Makunjung-Kuaro, (3

Re: Bls: [iagi-net-l] Atlantis! Surga yang Hilang Itu Adalah Indonesia

2010-02-01 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Seto,
 
Sistem pertanian dengan gaya berundak (terracing) adalah tradisi global yang 
ditemukan di mana saja, di Eropa, di Afrika, di Asia, di Amerika. Prof. Santos 
boleh mengatakan bahwa asalnya tetap dari Indonesia yang lalu tersebar ke 
seluruh dunia. Tetapi, tak ada bukti-bukti yang menguatkan itu.
 
Model berundak yang pertama kali ditemukan adalah taman gantung di Babilonia 
dan zigurat di Persia. Ini lebih awal dari zaman pertanian manapun di 
Indonesia. Prof.Santos mengaitkan model berundak pesawahan di Indonesia dengan 
undak-undak Borobudur, tetapi taman bergantung di Babilonia (Irak sekarang) dan 
zigurat Persia jauh lebih tua dariapada Borobudur yang dibangun tahun 825 AD. 
Jelas bila Prof Santos mengatakan bahwa bentuk undak berasal dari Indonesia, 
bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa hipotesis itu sebuah anakronisme -tak 
ada sokongan kronologi arkeologi.
 
Mumi di Mesir diawetkan tanpa menggunakan rempah sedikit pun. Kata mumi 
berasal dari kata bahasa Latin pertengahan mumia yang juga berasal dari kata 
Persia mum yang artinya bitumen -minyak setengah padat yang ditemukan di 
celah-celah batuan atau lubang yang digali di sekitar Persia-Mesir. Bitumen 
adalah zat utama yang digunakan dalam prosedur pembalsaman mayat dalam rangka 
membuat mumi. 
 
Setiap dinasti di Mesir punya gaya membuat mumi tersendiri, tetapi tak pernah 
ditemukan catatan bahwa digunakan rempah-rempah (apalagi dari Indonesia). Yang 
paling sukses dalam pembuatan mumi adalah Dinasti ke-21. Mereka menggunakan 
semacam garam bernama natron sebagai zat utama pemumian. Natron adalah 
dehidrator yang bisa mengeringkan tubuh lebih baik daripada pasir gurun. 
Setelah isi perut dikeuarkan, juga otak dan jantungnya, mayat kosong itu 
dibalsam menggunakan natron untuk mengeringkannya dengan cara menarik semua 
kelembabannya, membuat dehidrasi, agar mayat tak mengalami dekomposisi. Lalu 
mayat dibalsam menggunakan zat kimia yang berfungsi sebagai pengawet, 
desinfektan dan sanitizer. Setelah kering, mayat dibungkus dalam linen,lalu 
dibungkus lagi oleh kanvas, kemudian diletakkan di sarkofagus atau peti batu.
 
Penelitian modern larutan balsam itu ternyata secara kimiawi terbuat dari 
formaldehyde, glutaraldehyde, methanol, etahanol dan zat pelarut lainnya. 
 
Tak ada rempah-rempah digunakan dalam pemumian, maka jangan berpikir dulu soal 
armada dari Maluku yang membawa rempah-rempah ke Mesir. Tak pernah ada 
buktinya, hanya spekulasi saja.
 
salam,
Awang

--- Pada Sen, 1/2/10, anoms...@gmail.com anoms...@gmail.com menulis:


Dari: anoms...@gmail.com anoms...@gmail.com
Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Atlantis! Surga yang Hilang Itu Adalah Indonesia
Kepada: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com, iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 1 Februari, 2010, 6:52 PM


Pak awang, dr aspek geologi memang teori prof santos bs dimentahkan tapi 
bagaimana dengan segi yang lain pak? Pertanian, kekayaan alam seperti emas. Kl 
tdk salah dlm tulisan plato disebutkan di atlantis terdapat sistem perswahan 
dengan bentuk terasiring (kl tdk salah ya pak hehe). Bukankah hal seperti ini 
hanya ada di indonesia?

Migrasi manusia berawal dari afrika tetapi mungkinkah peradaban manusia berawal 
dr indonesia? Seperti kata prof santos, hanya dengan kondisi seperti di 
indonesia lah manusia awal bs mempunyai peradaban krn segala sesuatuny cocok 
utk membangun suatu peradaban. Firaun2 mesir jika wafat mereka akan diolesi 
suatu obat yg asalnya dari rempah2. Rempah2 bukankah berasal dr indonesia?jika 
ya, artinya 4000 SM leluhur kita telah berdagang dgn pihak asing dan yang pasti 
telah memiliki armada laut yg canggih pada masanya.

Salam,
Seto

Sent from Warnet deket rumah

-Original Message-
From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
Date: Mon, 1 Feb 2010 11:48:07 
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Geo Unpadgeo_un...@yahoogroups.com; 
Eksplorasi BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Subject: Bls: [iagi-net-l] Atlantis! Surga yang Hilang Itu Adalah Indonesia

Akhir November 2009 yang lalu, saya diberi buku ini oleh penerbitnya 
(penerjemah) di Indonesia (PT Ufuk Press, Jakarta) untuk membahasnya dalam 
acara bedah buku yang diadakan oleh Fakultas Teknik Geologi Universitas 
Padjadjaran. Acara diadakan di Auditorium Badan Geologi di Jl. Diponegoro, 
Bandung, dihadiri para mahasiswa geologi, para dosen geologi, para ahli 
geologi, dan masyarakat umum yang tertarik dengan isyu ini.
Dari Ufuk Press, hadir beberapa perwakilannya.
 
Buku terjemahannya enak dibaca, dicetak sesuai dengan tampilan aslinya. Saat 
itu buku terjemahan ini belum diedarkan, tetapi saya punya karena langsung 
diberi oleh penerbitnya, gratis lagi he2... 
 
Meskipun begitu, setelah mempelajarinya cukup detail dan membandingkannya 
dengan ilmu geologi yang saya tekuni, saya tidak sepakat dengan hipotesis Prof. 
Santos (alm.) bahwa Indonesia (tepatnya Sundaland) adalah Atlantis yang hilang 
itu. Argumen-argumen mengapa hipotesis ini tidak bernalar secara geologi

Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info

2010-02-01 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,
 
Delta Sepinggan memang delta di pinggir Delta Mahakam, bukan terpinggirkan, 
pada masanya (middle Miocene, atau N13-N15 menurut van de Weerd dan Armin, 
1992, AAPG Bull.) ia delta yang aktif bersama delta tua lainnya (Maruat, 
Yakin). Meskipun tidak lagi menjadi pusat perhatian sebesar Mahakam, Delta 
Sepinggan punya andil kepada reservoir, sources, dan seals untuk beberapa 
lapangan di selatan Cekungan Kutei offshore, dan ia merupakan delta paling 
prolific di selatan Kutei Basin offshore. 
 
Kalau yang dipublikasi memang tak banyak, ada dari Charlie Stuart dan Leveq 
tahun 1996 (AAPG Bull, 1996, abstract only) saat mereka masih aktif di Unocal, 
tetapi hanya abstrak. Stuart pun pernah mempresentasikan Sepinggan di Simposium 
Seq Strat IPA 1996. Yang mungkin berhubungan dari Bu Etty Nuay (IPA, 1985), 
meskipun itu untuk wilayah onshore Delta Sepinggan. Keterangan yang 
sedikit-sedikit itu, diambil dari sana-sini bisa dipakai sebagai awal berangkat.
 
Pak Rovicky bisa cek artikel/paper2 ini : 
 
Nuay et al., (1985) : EARLY MIDDLE MIOCENE DELTAIC PROGRADATION IN THE SOUTHERN 
KUTAI BASIN, IPA Proceedings, p. 63-81 -paper ini menunjukkan onshore part 
Sepinggan Delta.
 
van de Weerd and Armin (1992) : Origin and Evolution of HC-Bearing Basins of 
Kalimantan (Borneo), Indonesia, AAPG Bull, Nov. 1992 - paper ini menunjukkan 
bagaimana delta2 di Kutei dari yang paling tua ke yang paling muda 
berprogradasi.
 
Stuart  Leveq (1996) : Evolution of Miocene Pre-Mahakam Delta, East 
Kalimantan, Indonesia: ABSTRACT AAPG Bulletin Volume 80 (1996) - hanya abstrak, 
tetapi lebih detail membahas progradasi delta2 tua di selatan Kutei (Maruat to 
Yakin to Sepinggan)
 
Stuart et al. (1996) : SEQUENCE STRATIGRAPHIC STUDIES IN THE LOWER KUTEI BASIN, 
EAST KALIMANTAN, INDONESIA,  hanya Proceedings IPA Seq Strat Symposium - 
seperti presentasinya di AAPG di atas, Charlie Stuart di sini membahasanya dari 
segi seq  strat, lumayan ada pembahasannya tentang Sepinggan, meskipun tak 
banyak, full paper. 
 
Studi lebih detail tentu berasal dari in house study Unocal (Chevron sekarang), 
mungkin juga Total yang sekarang sedang mengeksplorasi lebih aktif wilayah 
selatannya. Tetapi itu bukan barang yang bisa diakses. 
 
salam,
Awang
 
Paper2 di atas mudah diakses, beberapa saya muatkan abstraknya.
Evolution of Miocene Pre-Mahakam Delta, East Kalimantan, Indonesia: ABSTRACT
Charles J. Stuart, Richard A. Leveq
AAPG Bulletin
Volume 80 (1996)
Sequence stratigraphy played a prominent role in two Unocal regional studies of 
late Paleogene and Neogene strata in the eastern (offshore) Kutei basin, East 
Kalimantan, Indonesia. A chronostratigraphic framework was applied to regional 
correlation, facies analysis, organic geochemistry, and 2-D basin modeling. 
Sedimentation at the southern basin margin was significantly affected by the 
stable Paternoster platform and reactivation of faults associated with the 
Paleogene Adang fault zone. Three major delta systems are recognized, in 
addition to late middle Miocene Mahakam deltaics: the early Miocene Maruat 
system, and middle Miocene Yakin and Sepinggan systems. The depocenters of 
these delta systems appear to have shifted progressively to the east- northeast 
where they bec ome fixed in the late middle Miocene (Mahakam delta). Maruat 
deltaic sedimentation ended abruptly at the Maruat Limestone, which was 
deposited during a widespread, possibly
 global-eustatic, flooding event. Variations in limestone thickness may be due 
to irregular paleobathymetry caused by early movement of normal faults within 
the reactivated Adang zone. Normal fault movement accelerated during deposition 
of overlying Yakin Formation deltaics. The Yakin thickens abruptly across 
faults in the Adang fault zone demonstrating syndepositional fault movements. 
Yakin deltaics are sharply overlain by a thick, aggradational succession of 
coaly deltaic sediments that comprise the Sepinggan Deltaics. These strata 
grade upward into distal deltaics and reefal(?) limestones that are the 
southerly equiv lents to the Mahakam delta system.
 
EARLY MIDDLE MIOCENE DELTAIC PROGRADATION IN THE SOUTHERN KUTAI BASIN
PROCEEDINGS INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION Fourteenth Annual Convention, 
October 1985, p. 63-81
 





Synthesis of geology, paleontology and seismic strati- 
graphy ina 1200square km areamrrounding Balikpapan Bay, 
East Kalimantan, has led to the recognition of an eastward 
prograding delta system, active during Middle Miocene time. 
.Facies interpretation based on well cuttings and side wall 
cores fiom 9 wells combined with approximately 4000 
shothole samples from seismic time equivalent rock units 
in outcrop, provided the frame-work for this synthesis. 
Subsurface delineation of the 3 main depostional en-
vironments was achieved by means of seismic stratigraphy. 
It is inferred that this progradationand observed eastward 
shift of paleoenvironments in thi's delta and shore complex 
are the result of 

[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Akimeugah-Sahul-Bintuni-Salawati (was :GlidingTectonics...)

2010-01-31 Terurut Topik Awang Satyana
Edo,
 
Waipoga Basin bukan piggy-back basin sebab Waipoga Basin tidak terletak di atas 
dan bukan bagian sistem collision zone Central Ranges of Papua. Waipoga Basin 
terletak jauh ke depan dari collision zone tersebut, pada kerak transisi dan 
oseanik. Sebagian peneliti menyebutnya sebagai forearc basin, meskipun tidak 
sama dengan forearc basins di Indonesia Barat. Waipoga lebih cocok kalau mau 
disebut sebagai hybrid forearc basin.
 
salam,
Awang

--- Pada Sen, 1/2/10, edo albert edoyas...@yahoo.com menulis:


Dari: edo albert edoyas...@yahoo.com
Judul: Re: [Forum-HAGI] Akimeugah-Sahul-Bintuni-Salawati (was 
:GlidingTectonics...)
Kepada: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com, Forum Himpunan Ahli 
Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com, IAGI iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 1 Februari, 2010, 8:50 AM






Mas Awang,
 
Kutipan Pak Awang : 
Kadang-kadang, di atas jalur benturan ini terbentuk cekungan baru berumur 
Neogen, umum disebut cekungan punggung babi alias piggy back basin sebab 
seperti lengkungan bagian atas punggung babi (badan babi adalah zone collision 
itu sendiri). Cekungan ini pun bisa berisi hidrokarbon, kasus di Timor dan 
Seram membuktikan hal itu.
 Apakah Wapoga Basin Merupakan bagian dari piggy back basin, bila central range 
of irian jaya sebagai collision zonenya ?
 
kind regard
 
Edo






 

 


  Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! 
memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! 
http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Bls: [iagi-net-l] Atlantis! Surga yang Hilang Itu Adalah Indonesia

2010-01-31 Terurut Topik Awang Satyana

Akhir November 2009 yang lalu, saya diberi buku ini oleh penerbitnya 
(penerjemah) di Indonesia (PT Ufuk Press, Jakarta) untuk membahasnya dalam 
acara bedah buku yang diadakan oleh Fakultas Teknik Geologi Universitas 
Padjadjaran. Acara diadakan di Auditorium Badan Geologi di Jl. Diponegoro, 
Bandung, dihadiri para mahasiswa geologi, para dosen geologi, para ahli 
geologi, dan masyarakat umum yang tertarik dengan isyu ini.
Dari Ufuk Press, hadir beberapa perwakilannya.
 
Buku terjemahannya enak dibaca, dicetak sesuai dengan tampilan aslinya. Saat 
itu buku terjemahan ini belum diedarkan, tetapi saya punya karena langsung 
diberi oleh penerbitnya, gratis lagi he2... 
 
Meskipun begitu, setelah mempelajarinya cukup detail dan membandingkannya 
dengan ilmu geologi yang saya tekuni, saya tidak sepakat dengan hipotesis Prof. 
Santos (alm.) bahwa Indonesia (tepatnya Sundaland) adalah Atlantis yang hilang 
itu. Argumen-argumen mengapa hipotesis ini tidak bernalar secara geologi 
(mainstream geology) saya kemukakan di forum bedah buku tersebut. 
 
Di luar dugaan saya, ternyata PT Ufuk Press gembira mengapa saya menyerang buku 
yang diterjemahkannya itu dan diberikannya secara gratis kepada saya. Rupanya, 
Ufuk suka menerjemahkan buku-buku yang kontroversial. Pada kesempatan yang 
sama, saya juga diminta membahas secara geologi buku Misteri 2012 (Greg 
Braden dkk.) yang juga kontroversial dan diterjemahkan oleh PT Ufuk Press. Bila 
buku2-nya kontroversial, biasanya  akan meramaikan pasar, katanya. Hm..
 
Berikut adalah beberapa antitesis yang saya kemukakan sebagai keberatan2 atas 
hipotesis Prof. Santos bahwa Indonesia adalah Atlantis.
 
Prof. Arysio Santos (AS) : Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang 
berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya 
(Spanyol).
Awang H. Satyana (AHS) : Atlantis berasal dari bahasa Yunani : Ἀτλαντὶς νῆσος, 
island of Atlas

AS : Lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu (9600 
BC) itu adalah di Indonesia dan Laut Cina Selatan (tepatnya Sundaland). 
Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, 
Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) 
sebagai pusatnya.
AHS : India, Srilangka, Laut Cina Selatan dan Indonesia Timur bukan bagian 
Sundaland. Laut Cina Selatan bukan paparan benua yang tenggelam.
 
AS : Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat 
letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian 
besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistosen) .
AHS : Atlantis sank into the ocean in a single day and night of misfortune. 
(Plato, 360 BC : Timaeus  Critias), bukan gradual akibat deglasiasi.
 
AS :  Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang 
sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah 
sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya 
letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa 
Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan 
pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan 
yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang 
memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran 
Sunda.
AHS :  Supervolcano Toba meletus pada 74.000 tahun yang lalu, jauh lebih awal 
daripada masa Atlantis 11.600 tyl. Tidak ada bukti bahwa Krakatau pernah 
meletus pada 11.600 tyl.
 
AS :  Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang 
sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah 
sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya 
letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa 
Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan 
pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan 
yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang 
memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran 
Sunda.
AHS : Letusan supervolcano lebih mungkin menyebabkan musim dingin karena abu 
volkanik menutupi atmosfer menghalangi sinar Matahari (Tambora 1815 : a year 
without a summer), bukan mencairkan es.
 
AS : Pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan 
lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan 
lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, 
mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama 
pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi 
oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan 
gelombang tsunami yang dahsyat.
AHS : Gempa tidak disebabkan beban sedimen dan air pada dasar 

[iagi-net-l] Bls: [Geo_unpad] Bertanya mengenai Banten Block

2010-01-30 Terurut Topik Awang Satyana

Wiend,
 
Salam kenal kembali.
 
Blok Banten secara fisiografis dari utara ke selatan, oleh Baumann et al. (1973 
-IPA Proceedings) tersusun oleh Seribu Platform yang merupakan tinggian, 
Rangkasbitung segment yang merupakan lereng atau hinge belt, West Malingping 
Low-Badui Segment yang merupakan palung terusan sebelah barat dari Palung Bogor 
dan Bayah High yang merupakan tinggian. 
 
Beberapa peneliti memberikan batas Banten Block ke sebelah timur terhadap sisa 
Jawa Barat adalah Teluk Pelabuhan Ratu di sebelah selatan dan Teluk Jakarta di 
sebelah uatra. Mungkin batas ini benar. Di sebelah selatan terdapat fault trend 
yang sejajar dengan Teluk Pelabuhan Ratu berarah BD-TL, memisahkan Bayah High 
dengan Jampang Segment di sebelah timur. Di sebelah utara, Seribu Platform 
dibatasi ke sebelah timurnya oleh suatu gradien gayaberat yang curam.
 
Di sebelah selatan Banten Block terdapat beberapa pasangan rendahan (low) dan 
tinggian (high) yang arahnya lebih kurang U-S. Dari barat ke timur 
tinggian-rendahan itu adalah Ujung Kulon High-East Ujung Kulon Low, Honje 
High-West Malingping Low, Bayah High-Cibadak Pelabuhanratu Low. 
 
Melihat urutan stratigrafinya, Bayah High kiranya sudah menjadi tinggian sejak 
post Oligosen Bawah, atau oleh pengangkatan mid-Oligocene. Sementara West 
Malingping Low masih terus menjadi rendahan sampai Plio-Pleistosen, terbukti 
sedimen Cimanceuri (Pliosen) tebal diendapkan di dalam rendahan ini, sementara 
sedimen termuda di tinggian Bayah adalah bagian atas Formasi Bayah berupa 
batupasir Eosen Atas yang merupakan endapan fluvial-delta mengandung batubara. 
Berdasarkan data vitrinite reflectance pada singkapan batubaranya, yaitu 
0.55-0.6 %, maka ditafsirkan bahwa Tinggian Bayah dulunya pernah tenggelam 
sampai kedalaman 5000-7000 ft.
 
Batupasir Bayah di Tinggian Bayah punya kualitas yang baik berdasarkan dua 
sumur coring DDH-1 dan DDH2 yang dibor oleh Amoco di Tinggian Bayah. Tetapi, 
tak ada sealingnya sebab sejak Oligosen tengah, tak ada lagi pengendapan di 
sini. Jadi Bayah High tak akan jadi tempat akumulasi hidrokarbon, mungkin di 
flank Tinggian Bayah bisa saja terjadi akumulasi, selama ada sedimen yang lebih 
muda diendapkan dan bisa berfungsi sebagai sealing; atau mengharapkan sealing 
olef fault.
 
Sementara Malingping Low, saat ini bisa berfungsi sebagai kitchen dengan 
maturity level awal matang-optimum matang. Batuan induknya adalah Upper Bayah 
coals dan Lower Cijengkol coals.
 
Keterangan tambahan tentang Banten Block, silakan disimak di ulasan berikut.
 
salam,
Awang
 


[iagi-net-l] Melihat Kembali Tektono-Volkanik Banten Block
Awang Satyana
Mon, 25 Oct 2004 22:07:38 -0700
Bagian barat Pulau Jawa ini menarik secara geologi, sekarang hampir seluruhnya 
masuk 
ke dalam Provinsi Banten. Dan di geologi, wilayah ini pun biasa disebut Banten 
Block. 
van Bemmelen sejak tahun 1949 telah menyebut wilayah ini sebagai Banten Block 
dan 
membuat batasnya berupa garis hampir selatan-utara dari Teluk Pelabuhan Ratu 
sampai 
Teluk Jakarta. Bukan sekedar garis batas wilayah, ternyata adalah juga garis 
batas 
geologi. Kata van Bemmelen, terdapat perbedaan arah struktur yang menyolok 
antara 
struktur2 di Banten Block yang didominasi arah Utara-Selatan dengan struktur2 
Jawa 
yang didominasi Barat-Timur. Publikasi2 selanjutnya memang menunjukkan hal itu.
 
Publikasi2 tektonik terbaru menunjukkan bahwa Pulau Jawa pernah menyatu dengan 
Sumatra, sehingga orientasi Pulau Jawa pun hampir seperti Sumatra. Lalu sejak 
sekitar 
Mio-Pliosen kedua pulau saling berpisah,  Pulau Jawa terputar anti-clockwisely 
sedangkan Sumatra terputar clockwisely, membuka Selat Sunda semakin melebar ke 
arah 
selatan mirip2 triangle zone. Penelitian terbaru paleomagnetik Jawa menunjukkan 
bahwa 
bagian timur Pulau Jawa (datanya belum lengkap, jadi baru diketahui bagian 
timurnya 
saja) pernah menduduki paleo-latitude lebih ke selatan di banding sekarang - 
jadi 
membenarkan bahwa Pulau Jawa pernah terotasi anti-clockwisely.
 
Kelihatannya, pemisahan Sumatra dan Jawa ini meninggalkan banyak luka geologi 
baik 
di Banten maupun di Lampung, berupa segmented basements di kedua wilayah 
tersebut yang 
berarah utara-selatan, sehingga di Banten misalnya ditemukan sistem horst dan 
graben 
seperti Ujung Kulon High - Ujung Kulon Low - Honje High - West Malingping Low. 
Di 
Selat Sunda, di pusat pemisahan ini, lebih parah lagi segmentasi-nya. Dan 
kondisi ini 
diperparah dengan aktifnya Sesar Mendatar Sumatra yang dextral dan Sesar 
Mendatar 
Ujung Kulon (di offshore baratdaya Pelabuhan Ratu). Kedua sesar mendatar ini 
saling 
berposisi step-over, seperti ber-estafet dari Sesar Sumatra ke Sesar Ujung 
Kulon. 
Daerah estafet adalah Selat Sunda, akibatnya akan tebentuk extensional stress 
pada 
kedua sesar dextral tersebut di wilayah Selat Sunda, dan terbukalah Selat Sunda 
melalui mekanisme pull-apart basin, sebagai konsekuensi dua sesar mendatar yang 
membentuk releasing stepover. Segmentasi kerak di

[iagi-net-l] Belajar dari Haiti EQ untuk Mitigasi Sumatra EQ

2010-01-21 Terurut Topik Awang Satyana
Gempa (EQ-earthquake) besar (“large, but it was not huge”, kata Jian Lin dari 
WHOI –Woods Hole Oceanographic Institution) di Haiti pada 12 Januari 2010 
terjadi akibat patahan batuan di sebuah sesar mendatar sinistral bernama 
Enriquillo-Plantain Garden Fault (lihat ulasan di bawah). Sesar ini panjangnya 
500 km, wilayah pematahan kemarin terjadi pada sebuah segmen sesar dengan 
panjang 50-60 km. Sesar ini sesar aktif yang bergerak dengan laju 7mm/tahun. 
 
Dalam proses pergeserannya, tentu sesar ini tidak mulus bergeser seperti 
pergeseran antara persentuhan dua balok besi yang lurus dan rata. Tetapi, pasti 
di beberapa tempat terdapat penguncian tektonik (coupling) pergerakan karena 
berbagai geometri segmen batuan/kerak Bumi yang acak. Pergerakan di suatu 
tempat memang terkunci, tetapi secara regional dua segmen di kedua sisi 
Enriquillo-Plantain Garden Fault bergerak terus karena mengakomodasi gerakan 
Lempeng Amerika Utara dan Lempeng Karibia dengan laju 20 mm/tahun. Maka, 
wilayah terkunci itu hanyalah sementara sebab di luarnya terus bergerak. Di 
wilayah terkunci, gaya tekan akibat pergeseran batuan akan terakumulasi sekian 
lama membentuk energi potensial yang sangat besar, misalnya selama puluhan atau 
ratusan tahun. Kala segmen batuan/kerak tak kuat lagi menahan stress yang 
begitu besar, pecahlah ia dan bergeser –rupture and slide, patahan, sesar. 
Seketika energi potensial yang kumulatif segera berubah
 menjadi energi kinetik dengan magnitude yang sama (hukum kekekalan energi) 
tetapi tersebar ke segala arah dalam bentuk energi gerak –goyangan, ayunan, dan 
goncangan gempa kita menyebutnya.
 
Skala magnitude 7,0 Mw atau 7,0 SR sebenarnya titik awal saja untuk sebuah 
gempa besar, tetapi mengapa korban tewas di Haiti begitu besar (bisa ratusan 
ribu orang tewas, dan sekitar 1,5 juta orang terkena dampaknya menurut berita 
terakhir). Ada tiga penyebab, paling tidak : (1) gempanya dangkal – 13 km, (2) 
terjadi di pinggir ibu kota Haiti, (3) menyerang kawasan yang bisa disebut 
kumuh di wilayah itu dengan bangunan tempat tinggal yang dibangun seadanya. 
Bahkan istana raja Haiti pun diporakporandakan gempa, apalagi kawasan kumuh di 
pinggir ibu kota.
 
Sebenarnya, penduduk Haiti tinggal di wilayah yang dipagari oleh pagar-pagar 
sesar mendatar yang berkawan dengan gempa, mereka tinggal di platelet (lempeng 
kecil) Gonvave yang sulit diprediksi kemauannya bergerak, yang terkurung di 
dalam Lempeng Karibia, dikurung oleh sesar-sesar mendatar besar. Tahun 1946, 
sebuah gempa besar melanda Haiti berasal dari pagar sesar lainnya, 
Septentrional Fault, bermagnitude 8,1 yang diperkirakan 30x lebih dahsyat 
daripada gempa minggu lalu.
 
Sebuah pelajaran untuk penduduk Indonesia yang tinggal di atas Sesar Sumatra 
yang kerap juga berkawan dengan gempa. Sesar Sumatra yang bergerak menganan 
(dekstral) yang masih aktif sampai sekarang, yang terbagi ke dalam sekitar 
sepuluh segmen sesar. Para geologist harus membantu mitigasi gempa di wilayah 
ini dengan melihat di mana posisi-posisi sesar yang berpotensi terkunci gerakan 
tektoniknya karena berbagai sebab geometri sesar maupun segmen keraknya. 
Titik-titik belok (bend points) yang berpotensi menyebabkan kuncian tektonik 
saat slip terjadi (restraining bends) harus diwaspadai sebagai wilayah 
potensial sedang mengakumulasi stress. Sejarah kejadian gempa di sepanjang 
Sesar Sumatra harus dilihat kembali. Wilayah seismic gap di sepanjang Sesar 
Sumatra padahal berada di restraining bend harus dilihat sebagai wilayah dengan 
kemungkinan paling tinggi untuk terjadi gempa pada masa mendatang.
 
Sumatra dan Jawa, meskipun di beberapa tempat punya pagar sesar yang berbahaya, 
teratur di tepi barat Sumatra tetapi malang-melintang di Jawa, tidak terkurung 
oleh sesar-sesar besar seperti di Haiti. Di Sumatra, ia terbuka ke arah timur, 
di Jawa ia terbuka ke beberapa tempat.
 
Setiap kejadian geologi di muka Bumi, baik untuk dimaknai dan diambil pelajaran 
daripadanya guna manfaat kita, apalagi wilayah Indonesia adalah wilayah tempat 
gempa betah berumah tinggal.
 
Salam,
Awang
 
---
 
Gempa Haiti 12 Januari 2010 : Enriquillo-Plantain Garden Killer Line !
Sabtu, 16 Januari, 2010 21:13
Dari: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.comMelihat detail kontakKepada: 
IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS 
eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 
Seperti diberitakan, Haiti di Amerika Tengah saat ini tengah berduka. Sebuah 
gempa besar bermagnitude 7,0 Mw (7,0 SR) melanda Pulau Hispaniola di Laut 
Karibia tempat negara Haiti berlokasi pada hari Selasa 12 Januari 2010 pukul 
16.53 waktu setempat (Rabu 13 Januari 2010 pukul 04.53 WIB). Gempa ini menurut 
pengakuan Pemerintah dan PBB (berita petang TV One Sabtu 16 Januari 2010) 
diperkirakan dapat menelan korban sampai 200.000 orang, sehingga menjadi salah 
satu dari 10 gempa terburuk dalam satu abad terakhir. 
 
Data USGS (United States Geological

[iagi-net-l] Gempa Haiti 12 Januari 2010 : Enriquillo-Plantain Garden Killer Line !

2010-01-16 Terurut Topik Awang Satyana
Seperti diberitakan, Haiti di Amerika Tengah saat ini tengah berduka. Sebuah 
gempa besar bermagnitude 7,0 Mw (7,0 SR) melanda Pulau Hispaniola di Laut 
Karibia tempat negara Haiti berlokasi pada hari Selasa 12 Januari 2010 pukul 
16.53 waktu setempat (Rabu 13 Januari 2010 pukul 04.53 WIB). Gempa ini menurut 
pengakuan Pemerintah dan PBB (berita petang TV One Sabtu 16 Januari 2010) 
diperkirakan dapat menelan korban sampai 200.000 orang, sehingga menjadi salah 
satu dari 10 gempa terburuk dalam satu abad terakhir.
 
Data USGS (United States Geological Survey) menyebutkan bahwa episentrum gempa 
berlokasi di darat, di bagian barat Pulau Hispaniola, berjarak 25 km sebelah 
BBD dari Port-Au-Prince, ibu kota negara Haiti. Korban gempa diperkirakan ¾-nya 
berasal dari Port-Au-Prince. Gempa menggoyang wilayah ibu kota dengan goncangan 
skala VIII-IX MMI (modified Mercalli Intensity) dengan kelas goncangan : 
severe-violent dan potensi kerusakan : berat. Gempa ini merusakkan istana 
presiden dan banyak gedung pemerintah lainnya. Gempa dirasakan juga di 
pulau-pulau sekitarnya (Bahama, Kuba, Jamaika, Dominika, Puerto Rico) sampai 
Venezuela dan Florida.
 
Episentrum gempa berlokasi di 18.457°N, 72.533°W dengan kedalaman pusat gempa 
13 km. Berdasarkan data moment tensor solution (USGS Centroid dan Global CMT 
Project) gempa berasal dari pematahan batuan secara mendatar mengiri 
(left-lateral strike slip fault) dengan jurus 71 deg. dan kemiringan 64 deg 
(USGS Centroid moment tensor solution). 
 
Secara tektonik,  Haiti menduduki Pulau Hispaniola (sebuah gugusan pulau Busur 
Kepulauan Antila)  yang merupakan tepi utara Lempeng Karibia. Lempeng Karibia 
merupakan lempeng kecil (platelet, sliver plate) yang terjepit di antara dua 
lempeng besar Amerika Utara dan Amerika Selatan. Batas Lempeng Karibia terhadap 
Lempeng Amerika Utara dari timur ke barata adalahPalung Puerto Rico, transform 
fault (sesar mendatar yang berlokasi di batas lempeng atau antarlempeng) 
bernama Septentrional Fault, Palung Cayman, dan transform fault lagi yang terus 
ke barat memotong daratan Amerika Tengah di wilayah Guatemala. Batas lempeng 
yang merupakan palung dan transform fault ini menggambarkan vektor konvergensi 
Lempeng Amerika Utara dan Lempeng Karibia yang rumit.
 
Gempa 12 Januari 2010 berlokasi di cabang (splay) transform fault Septentrional 
Fault di bagian selatan Haiti bernama Enriquillo-Plantain Garden Fault. Ibu 
kota Haiti, Port-Au-Prince juga dilewati sesar ini. Baik transform 
Septentrional Fault maupun splay transform Enriquillo-Plantain Garden Fault 
bergerak sinistral. Pematahan gempa 12 Januari 2010 itu pun menunjukkan gerak 
sinistral berdasarkan data moment tensor solution. Transform fault 
Septentrional Fault bergerak dengan laju 20 mm/tahun, sedangkan splay-nya  
(Enriquillo-Plantain Garden Fault) yang menimbulkan gempa 12 Januari 2010 itu 
bergerak dengan laju 7 mm/tahun.
 
Gempa besar di Haiti pada tahun 1860, 1770, 1761, 1751, 1684, 1673, dan 1618 
diperkirakan juga berhubungan dengan pematahan di Enriquillo-Plantain Garden 
Fault.  Jelas, bahwa sesar ini biang gempa.
 
Gempa-gempa di Haiti secara tektonik mirip dengan gempa-gempa besar yang 
berlokasi di Sesar Sumatra maupun Sesar Mentawai. Perbedaannya adalah bahwa 
Kepulauan Antila (Lesser Antilles dan Antilles) merupakan proper island arc, 
sementara Sumatra merupakan continental margin arc. Trevor Hatherton dan 
William Dickinson telah menganalogikan tektonik, magmatisme dan seismisitas 
kedua wilayah ini sejak 1969 melalui publikasi “The Relationship between 
Andesitic Volcanism and Seismicity in Indonesia, the Lesser Antilles, and Other 
Island Arcs “ (Journal of Geophysical Research, 1969,p. 5301-5310). Itu adalah 
salah satu makalah klasik yang turut melahirkan Teori Tektonik Lempeng.
 
Berhati-hatilah setiap orang yang tinggal di atas retakan-retakan kerak Bumi 
yang masih suka bergerak sebab mereka suatu waktu dapat menjadi “killer lines”.
 
Salam,
Awang


  Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard 
Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-12 Terurut Topik Awang Satyana
 section dari sumur-sumur
yang ada sedimentasinya selalu menerus dan tidak
 ada
rumpang. 
 
 Dalam skala kecil kita memang
mengamati di satu lapangan adanya gelinciran
 blok (shale
scouring) yang dalam log section akan terlihat sebagai rumpang
 sedimentasi. Tapi untuk skala satu cekungan rasanya belum pernah
 mendengar.
 
 
 salam, 


 
 

From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 To:
iagi-net@iagi.or.id
 Cc: Geo Unpad
geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id;
 Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Sent: Fri, January 8, 2010 12:19:16 PM
 Subject: Re:
[iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was :

Geologic Transect ...)
 
 Pak Noor,

 
 Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya
bersama teman-teman
 dari SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk
meninjau sumur ex VICO
 Pelarang-1 yang dibor di puncak bukit
yang sebenarnya puncak antiklin. Di
 lereng antiklin ditemukan
banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di
 puncak antiklin,
hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1
 pun
mengalami masalah overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih
 Pamaluan. Batupasir Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya
sudah
 dikanibalisasi dan diendapkan di lereng-lerengnya, atau
sinklinnya. Maka
 di wilayah ini tak bisa lagi play antiklin jadi
target, harus semacam
 updip pinchout di lereng antiklin atau
bahkan sinklin. Bukan hanya sumur
 Pelarang saja yang mengalami
begitu, tetapi beberapa sumur lain yang dibor
 di puncak antiklin
sebelah barat Cekungan Kutei mengalami problem yang
 sama.
  
 Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat
Kuching High naik
 setelah selesainya spreading South China Sea,
itu sekitar late-Oligocene
 sampai earliest Miocene, sehingga
delta pertama di Kutei umurnya early
 Miocene, sebab Kuching High
jadi provenance utama delta2 di Kutei. Setelah
 itu, center of
gliding tectonics makin bergerak ke arah timurnya masuk ke
 Upper
Kutei Basin, lalu makin muda masuk ke bagian barat Lower Kutei Basin
 saat inversi intra-Miosen terjadi. Pada periode tektonik
berikutnya
 (Mio-Plio dan Plio-Plistosen, center pengangkatan
makin bergerak ke timur
 bersamaan dengan jalannya progradasi
sedimen yang semakin muda juga
 bergerak semakin ke timur. Maka
dapat dilihat bahwa gliding tectonics
 sebenarnya menerus, hanya
center of upliftnya bermigrasi makin muda makin
 ke timur. Pada
Plio-Pleistosen ia sudah masuk ke offshore, yang
 menyebabkan
extensional faults di wilayah outer shelf, tetapi kemudian

toe-thrusting di slope-nya.
  
 Migrasi center of
uplift yang memicu gliding tectonics maju ke arah
 embayment-nya
atau depresi utamanya juga terjadi di Jawa Barat yang
 menghadapi
Palung Bogor (ingat migrasi thrust Pak Suyono Martodjojo, 1984

sejak dari Walat thrust sampai inversi Baribis), juga terjadi di antara
 Serayu Selatan dan Serayu Utara, center of uplifts-nya maju terus
ke utara
 semakin muda (lihat penampang evolusi geologi Jawa
Tengah dari van
 Bemmelen, di lembar peta -plate, no.
35).
  
 salam,
 Awang 
 
 --- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin
noorsyarifud...@yahoo.com
 menulis:
 


 Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com
 Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was :
Geologic
 Transect ...)
 Kepada:
iagi-net@iagi.or.id
 Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:35 AM
 
 
 Pak Awang,
 Cekungan Kutei memang
masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi
 tectonic
gliding memang pernah dikemukakan beberapa peneliti. Data-data

pengeboran juga mendukung hipotesis ini. Seingat saya sumur Prangat-1
itu
 adalah salah satu contoh pengeboran di puncak antiklin yang
isinya shale
 semua
 
 Tapi ada satu yang
masih mengganjal: data bore-hole ovalization
 (break-out)
menunjukkan ada kemenerusan trend yang relatif sama baik
 secara
lateral maupun vertikal. Ini tentunya mencerminkan setting stress
 tektonik yang relatif sama dari waktu-ke-waktu. Sementara itu kalau
kita
 memakai hipotesis tectonic gliding, maka tentu itu sifatnya
sesaat' dan
 tidak menerus seperti ini.
 
 
 salam,
 
 



From: Awang Satyana
awangsaty...@yahoo.com
 To: iagi-net@iagi.or.id; Forum
Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
 fo...@hagi.or.id
 Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com;
Geo Unpad
 geo_un...@yahoogroups.com
 Sent: Thu,
January 7, 2010 5:23:18 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding
Tectonics dan Prospek HC (was :
 Geologic Transect ...)
 
 Pak Frank,
  
 Iya, gliding
tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation,

biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita

menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh
 kepada massa yang dilengserkan, semakin tebal tentu semakin
mungkin
 tergelincir.
  
 Gliding
tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift

atau sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang
 terangkat, slope, dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan
sagging

[iagi-net-l] Junghuhn Mengunjungi Bandung dan Jakarta (Oktober 2009-Januari 2010)

2010-01-10 Terurut Topik Awang Satyana
Franz Wilhelm Junghuhn, penyelidik alam Jawa terpenting pada masanya 
(1835-1848), penyusur dan pendaki gunung-gunung di Jawa; kembali mengunjungi 
Jawa yang sangat dicintainya. Kali ini, ia tidak naik gunung lagi, tetapi ia 
mengunjungi perguruan tinggi di Bandung –ITB (Oktober 2009) kemudian 
melanjutkan perjalanannya ke Erasmus Huis –Kedutaan Besar Belanda di Jakarta 
(Desember 2009-Januari 2010). Saya menemuinya di Erasmus Huis pada hari 
terakhir ia berada di Jakarta.
 
Ada apa ini ? Sebuah perjalanan dan pertemuan imajiner kah ? Tidak juga. Saya 
benar-benar menemuinya dan memegang peta besar Jawa karyanya yang sepanjang 
sekitar 4 meter dan selebar 1 meter yang dibuatnya pada tahun 1855 dan 
disebutnya “Kaart van het eiland Java” (Peta Pulau Jawa). Saya juga memoto 
buku-buku magnum opusnya yang ditulis dalam bahasa Jerman “Java – Seine 
Gestalt, Pflanzendecke, und innere Bauart” (Leipzig, 1857) (Jawa – Bentuknya, 
Tutupan Vegetasinya dan Struktur Dalamnya). 
 
Benar bertemu Junghuhn ? Saya hanya bertemu dengan karya-karyanya. Junghuhn 
telah terbaring untuk selamanya di Lembang pada 24 April 1864. 
 
Jadi apa yang dimaksud dengan Junghuhn mengunjungi Bandung dan Jakarta itu ? 
Kedutaan Besar Belanda (Erasmus Huis) dan Kedutaan Besar Jerman (Goethe 
Institut) memperingati  200 tahun kelahiran Junghuhn (26 Oktober 1809) dengan 
menampilkan kembali sosok peneliti besar ini melalui pameran ilmiah. Banyak 
foto karya Junghuhn sendiri, lukisan-lukisan litografi aslinya, peralatan 
lapangannya, buku-bukunya, dan yang menjadi pusat pameran –peta besar 
Jawa-Madura  skala 1 : 350.000 dipamerkannya. Semua itu disusun sedemikian rupa 
sehingga saya merasa sedang berhadapan langsung dengan Junghuhn.
 
Dalam memperingati kelahiran Junghuhn, pameran diadakan selama hampir empat 
bulan di tiga kota di dunia : di Bandung (ITB, Oktober 2009), di Mansfeld, 
Jerman (November 2009) –Mansfeld adalah kota kelahiran Junghuhn  dan di Jakarta 
(Desember 2009-9 Januari 2010). Saya baru mengetahui ada pameran tersebut 
terlambat, maka menjelang hari terakhir pameran (Jumat 8 Januari 2010), saya 
pergi ke Erasmus Huis di Kuningan, Jakarta. Siang itu, tak banyak pengunjung 
datang, hanya empat orang : dua mahasiswa geografi, satu orang expat, dan saya; 
mungkin karena : sedang waktu Jumatan, hujan gerimis, dan pameran sudah 
berlangsung hampir sebulan. 
 
Untuk milis ini, pada beberapa tahun yang lalu, saya pernah menulis tentang 
Junghuhn, di bawah ini adalah beberapa informasi tambahan berasal dari pameran. 
 
Peta Jawa-Madura karya Junghuhn (1855) menjadi perhatian utama. Ini adalah peta 
Jawa kedua yang dibuat secara detail selama zaman kolonialisme Belanda. Yang 
pertama adalah karya Raffles (1817). Tentu saja karya Junghuhn lebih detail 
karena berskala lebih besar, dengan garis kontur yang padat sehingga dapat 
menggambarkan topografi, dan lebih akurat. Akurasi peta Raffles dan Junghuhn 
itu dibandingkan dengan peta satelit modern, dan akurasi peta Junghuhn 
menakjubkan. Meskipun demikian, Junghuhn di bukunya mengakui bahwa peta Jawa 
Raffles adalah referensi utamanya saat memetakan ulang Jawa dan Madura. Yang 
hebat dari Jughuhn adalah bahwa ia melakukan penelusuran sendiri selama hampir 
13 tahun untuk mendapatkan nilai topografi yang tepat, termasuk mendaki 
gunung-gunung di Jawa. 
 
Betapa hebatnya peta Junghuhn tersebut pada zamannya, sehingga tak kurang dari 
Alexander von Humboldt (naturalis dan geographer terkenal di dunia) 
mengomentari peta Jawa Junghuhn sebagai berikut,”Betapa besar rasa terima 
kasihku kepada Junghuhn  atas peta yang indah, sungguh geologis, beraneka ragam 
bentuk. Setelah sebuah makan malam, Raja, Pangeran Friedrich dari Belanda, 
Menteri Peperangan, dan banyak Jenderal mengagumi peta ini sebagai sebuah karya 
yang sangat luar biasa,” (Berlin, 20 April 1857).
 
Tetapi penelitian dan pemetaan Junghuhn sesungguhnya telah membimbing pembukaan 
beberapa lahan untuk keperluan perkebunan, budidaya, dan sebagainya yang 
sebenarnya dibenci oleh Junghuhn. Junghuhn menginginkan alam yang ditelitinya 
tetap liar, tetapi ironisnya berkat petanyalah alam yang semula liar itu dibuka 
untuk dimanfaatkan. Peta Junghuhn juga digunakan pemerintah kolonial untuk 
menumpas pemberontakan-pemberontakan di Jawa.
 
Meskipun pendidikan formalnya adalah seorang dokter dan pada awal kariernya di 
Sumatra dan Jawa adalah sebagai seorang dokter tentara, Junghuhn menaruh minat 
yang besar kepada botani dan telah mendidik diri sebagai ahli botani melalui 
perkenalannya dengan para ahli botani professional dan perjalanan-perjalanan 
lapangannya. Akhir kariernya di Jawa pun ia sebagai pembudi daya tanaman kina.
 
Namun pada tahun 1837 saat ia bekerja sebagai dokter di bawah Dr. Fritze , 
kepala lembaga kesehatan masyarakat di Hindia Belanda, sekaligus sebagai 
seorang geologist amatir, Jughuhn mulai berminat kepada geologi. Jughuhn 
diangkat sebagai asisten untuk lawatan inspeksi kesehatan. Dr. Fritze 
membawanya 

Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-08 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Cepi, terima kasih atas masukannya. Bila yang diambil kasus adalah South 
Mahakam atau South Makassar Strait, itu memang akan berbeda dengan main Mahakam 
dan North Makassar. Perbedaan ini adalah relatif terhadap Sulawesi. Di sebelah 
selatannya, sisi Makassar Strait menyempit karena ada Paternoster Platform dan 
mendekati Sulawesi. Jadi kompresi dari Sulawesi (Majene Fold Belt) bisa saja 
berperan di situ. Tetapi, bisa juga akibat reaktivasi Adang-Paternoster Fault. 
Gempa-gempa di Balikpapan atau South Makassar sering berlokasi di splay sesar 
ini. Sesar ini sendiri secara regional bersambung ke Walanae Fault di South 
Sulawesi, lalu mungkin menyambung lagi ke Sumba Fracture. Sumba Fracture ini 
yang mungkin menerima gaya yang masih aktif dari benturan Australia terhadap 
Timor. Rotasi Kalimantan mestinya sudah berhenti, kecuali kalau gerak translasi 
ke BL, mungkin bisa saja terjadi, perlu data vektor GPS di Kalimantan untuk 
membuktikan hal ini. Gempa itu
 saya pikir terjadi karena reactivated fault, bukan rotasi CCW Kalimantan.
 
Shortening Selat Makassar itu itu harus dilihat dengan hati-hati, di bagian 
mana shortening-nya. Bila sampai offshore West Sulawesi foldbelt(di wilayah 
Exxon Surumana, Marathon Pasangkayu, StatOil-Pertamina Karama dan COPI Kuma) 
wajar saja shortening tersebut sebab srtuctural style di sini imbrikasi. Tetapi 
kalau shortening ke seluruh Makassar Strait sampai ke Mahakam, seharusnya ada 
kompresi dan menimbulkan sesar2 naik dengan vergency ke barat dan miring ke 
timur. Pada kenyataannya, tidak ada hal seperti itu.
 
Kejadian toe-thrusts ini tentu bukan dari distal ke proximal, tetapi sebaliknya 
dari proximal ke distal atau searah dengan progradasi sedimen. Migrasi 
thrust-nya searah dengan progradasi sedimen pasir.
 
salam,
Awang

--- Pada Jum, 8/1/10, m-adam.c...@total.com m-adam.c...@total.com menulis:


Dari: m-adam.c...@total.com m-adam.c...@total.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Forum HAGI 
fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 5:26 PM


Pak Awang,

Dalam beberapa hal saya setuju dengan pendapat yang menerangkan bahwa 
folding dan thrust di cekungan Kutei berhubungan dengan thin-skin gliding 
tectonic. Kalau kita melihat penampang seismic yang memotong daerah south 
mahakam dari onshore ke offshore terlihat beberapa thrust dan folding di 
offshore dengan bidang gelincir di sekitar oligocene dan aktivasi 
structure ini berakhir disekitar Miosen akhir-tengah. 

Hanya saja kalau kita urutkan kejadian seri thrust di daerah ini dimulai 
di daerah distal offshore kemudian disusul seri yang lebih proximal. Agak 
sulit saya menerangkan ponded-basin di belakang thrust terangkat kemudian 
oleh seri thrust berikutnya dengan bidang gelincir yang sama. Saya 
mencurigai bahwa ada lateral compression dari West Sulawesi yang 
memungkinkan urutan kejadian seri thrust ini terbalik dari distal ke 
proximal. Gaya ini berlangsung terus menerus seperti yang diterangkan Pak 
Noor. Dan bahkan mungkin masih berlangsung hingga sekarang data GPS di 
Selat Makassar dan Selatan Selat Makassar menunjukan adanya shortening 22 
mm pertahun di Selat Makassar dan 17 mm pertahun di Selatan Selat 
Makassar.

Mungkin saat ini Kalimantan masih berotasi anti-clockwise, gempa 
Balikpapan beberapa bulan lalu mungkin berhubungan dengan ini.

Salam

CP





Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com 
08/01/2010 04:19
Please respond to
iagi-net@iagi.or.id


To
iagi-net@iagi.or.id
cc
Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, 
Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Subject
Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)






Pak Noor,

Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya bersama teman-teman 
dari SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk meninjau sumur ex VICO 
Pelarang-1 yang dibor di puncak bukit yang sebenarnya puncak antiklin. Di 
lereng antiklin ditemukan banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di 
puncak antiklin, hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1 
pun mengalami masalah overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih 
Pamaluan. Batupasir Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya sudah 
dikanibalisasi dan diendapkan di lereng-lerengnya, atau sinklinnya. Maka 
di wilayah ini tak bisa lagi play antiklin jadi target, harus semacam 
updip pinchout di lereng antiklin atau bahkan sinklin. Bukan hanya sumur 
Pelarang saja yang mengalami begitu, tetapi beberapa sumur lain yang dibor 
di puncak antiklin sebelah barat Cekungan Kutei mengalami problem yang 
sama.

Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat Kuching High naik 
setelah selesainya spreading South China Sea, itu sekitar late-Oligocene 
sampai earliest Miocene, sehingga delta pertama di Kutei umurnya early 
Miocene, sebab

Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-08 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Noor,
 
Terjadinya kanibalisasi antiklin-antiklin di inner belt Samarinda Anticlinorium 
terjadi melalui inversi yang menyebabkan uplift. Kalau pada saat itu topografi 
antara uplift dan depresinya berkembang slope yang cukup panjang, maka suatu 
gliding tectonics bisa bekerja bersamaan dengan progradasi sedimen yang 
dikanibalisasi dari tinggian antiklin. Jadi lokasi center of upliftnya 
merupakan batas operasi gliding tectonics yang paling dangkal. Gliding 
tectonics bergeser semakin muda ke timur, kalau mau didetailkan di mana, harus 
dilakukan restoration of geologic sections, dari situ kita mendelineasi gliding 
tectonics.
 
Gliding tectonics adalah syndepositional deformation, maka tak akan memberikan 
rumpang yang berarti. Progradasi delta di Kutei pun terus-menerus, tanpa 
rumpang berarti, akibatnya karena gliding tectonics sering terjadi dalam 
progradasi sedimen, maka di dalam gliding tectonics pun tak akan ada pula 
rumpang.
 
salam,
Awang
 
--- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis:


Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 1:50 PM


Pak Awang,
Terima kasih penjelasannya.

Kalau paleo-gliding mungkin kita bisa melihat jejak hulu dari potongan yang 
menggelincir dengan adanya area di barat Kutei yang hampir tidak ada sediment 
sama sekali (kelihatan sangat jelas di peta SLAR). Namun kalau gliding yang 
lebih muda, itu kira-kira di mana ya...? Rasanya hampir semua section dari 
sumur-sumur yang ada sedimentasinya selalu menerus dan tidak ada rumpang. 

Dalam skala kecil kita memang mengamati di satu lapangan adanya gelinciran blok 
(shale scouring) yang dalam log section akan terlihat sebagai rumpang 
sedimentasi. Tapi untuk skala satu cekungan rasanya belum pernah mendengar.


salam, 



From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; 
Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Sent: Fri, January 8, 2010 12:19:16 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)

Pak Noor,
 
Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya bersama teman-teman dari 
SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk meninjau sumur ex VICO Pelarang-1 yang 
dibor di puncak bukit yang sebenarnya puncak antiklin. Di lereng antiklin 
ditemukan banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di puncak antiklin, 
hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1 pun mengalami masalah 
overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih Pamaluan. Batupasir 
Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya sudah dikanibalisasi dan diendapkan 
di lereng-lerengnya, atau sinklinnya. Maka di wilayah ini tak bisa lagi play 
antiklin jadi target, harus semacam updip pinchout di lereng antiklin atau 
bahkan sinklin. Bukan hanya sumur Pelarang saja yang mengalami begitu, tetapi 
beberapa sumur lain yang dibor di puncak antiklin sebelah barat Cekungan Kutei 
mengalami problem yang sama.
 
Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat Kuching High naik setelah 
selesainya spreading South China Sea, itu sekitar late-Oligocene sampai 
earliest Miocene, sehingga delta pertama di Kutei umurnya early Miocene, sebab 
Kuching High jadi provenance utama delta2 di Kutei. Setelah itu, center of 
gliding tectonics makin bergerak ke arah timurnya masuk ke Upper Kutei Basin, 
lalu makin muda masuk ke bagian barat Lower Kutei Basin saat inversi 
intra-Miosen terjadi. Pada periode tektonik berikutnya (Mio-Plio dan 
Plio-Plistosen, center pengangkatan makin bergerak ke timur bersamaan dengan 
jalannya progradasi sedimen yang semakin muda juga bergerak semakin ke timur. 
Maka dapat dilihat bahwa gliding tectonics sebenarnya menerus, hanya center of 
upliftnya bermigrasi makin muda makin ke timur. Pada Plio-Pleistosen ia sudah 
masuk ke offshore, yang menyebabkan extensional faults di wilayah outer shelf, 
tetapi kemudian toe-thrusting di slope-nya.
 
Migrasi center of uplift yang memicu gliding tectonics maju ke arah 
embayment-nya atau depresi utamanya juga terjadi di Jawa Barat yang menghadapi 
Palung Bogor (ingat migrasi thrust Pak Suyono Martodjojo, 1984 sejak dari Walat 
thrust sampai inversi Baribis), juga terjadi di antara Serayu Selatan dan 
Serayu Utara, center of uplifts-nya maju terus ke utara semakin muda (lihat 
penampang evolusi geologi Jawa Tengah dari van Bemmelen, di lembar peta 
-plate, no. 35).
 
salam,
Awang 

--- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis:


Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:35 AM


Pak Awang,
Cekungan Kutei memang masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi

Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Frank,
 
Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, 
biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya 
decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang 
dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir.
 
Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau 
sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, 
dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah 
tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging, structural 
grain masih didominasi extensional faults, bukan toe -thrusting ala gliding 
tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya sebab periode kejadiannya pun 
berlainan. Dalam mata eksplorasi migas, decollement sering menjadi sealing/cap 
yang resilient. Jadi bila ada deformasi post-rift yang ditutupi decollement, 
itu bisa jadi trap sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi 
postrift tak tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D), nah dalam kasus 
ini generated hydrocarbon dari synrift sequence bisa masuk ke trap 
toe-thrusting di atas decollement.
 
Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik sebab semakin banyak 
fraksi mineral stabilnya yang tertinggal yaitu kuarsa, dan semakin banyak 
clay-winnowing-nya sehingga membersihkan pasir dari pengotor lempung. 
Reservoir2 di laut dalam Makassar Strait membuktikan ini. Agar sands di 
toe-thrust block memberikan aliran turbiditnya sendiri, maka toe-thrust block 
itu harus pernah tersingkap dan di-kanibal pasirnya lalu diendapkan ulang 
sebagai turbidit sands di downdipnya. Tetapi saya tak yakin ini terjadi untuk 
toe-thrust block di sistem deep-water sebab itu akan membutuhkan forced 
regression yang sangat besar untuk batupasir di toe-thrust block tersingkap. 
Tetapi bila batupasir di toe-thrust block tergerus oleh submarine gravity flow, 
bisa saja itu mengendapkan ulang pasirnya. Di Kutei Basin, yang namanya sands 
di puncak antiklin terangkat dan di-kanibal lalu diendapkan ulang di hilirnya 
adalah sudah biasa. Maka banyak antiklin di bagian onshore
 Kutei sebelah barat tak punya lagi pasir sebab pasirnya sudah dikanibalisasi. 
Maka mengebor sumur di puncak-puncak antiklin yang terkanibal adalah kesalahan 
besar, yang ditemukan hanyalah shales dengan interbeds tipis sands dan 
overpressured.
 
Dan dalam sistem to-thrusting yang sejalan dengan progradasi, mengebor sumur di 
puncak antiklinnya pun kesalahan sebab di situ pasir akan tipis sebab pasir 
akan mengumpul di ponded basin di belakang thrust block. Bila di puncak 
antiklin, akan ada diapir dan sands yang tipis. Flank antiklin harus menjadi 
targetnya.
 
salam,
Awang
 
salam,
Awang

--- Pada Kam, 7/1/10, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com menulis:


Dari: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Tanggal: Kamis, 7 Januari, 2010, 9:24 AM


Pak Awang,
Ulasan yang menarik sekali.
saya mau tanya mengenai lengseran nya ...
pertama,  apakah mekanisme gliding tektonik(lengseran) ini selalu memerlukan 
plastic zone dimana sediment-blocknya akan bergeser? jadi perlu shale/salt yang 
plastics dan mungkin juga perlu ketebalan tertentu?

pertanyaan kedua,
di daerah extension, sering sekali terjadi rifting, lalu terendapkan synrift 
sediment, lalu post rift.   seandainya post-rift sedimentnya ada plastics 
sediment misalnya shale atau salt,  dan extension force terus berjalan, 
tersedia accomodation space yang bukan diisi dengan longsoran tetapi dengan 
lengseran (yang bisa besar sekali dimensinya). kemudian bisa saja terjadi 
toe-trust structure pada sediment diatas shale atau saltnya.  nah pertanyaan 
saya adalah bagaimana membedakan fenomena ini dengan gliding tectonic yang 
hanya disebabkan oleh gravity seperti yang Pak Awang deskripsikan.  yang paling 
penting adalah apakah perlu membedakannya dilihat dari mata eksplorasi migas?

Pertanyaan ketiga mengenai longsoran setelah toe-thrust terjadi.  apakah 
mungkin kualitas reservoir dari sand lebih baik setelah sand itu tersebut di 
rework  dan menjadi endapan turbidit?  dan apakah mungkin ada beberapa aliran 
turbidite di satu toe-thrust block?  jadi tidak tergantung dengan sungai yang 
ada di onshorenya.


terima kasih sebelumnya atas penjelasannya.

salam,
frank




From: unt...@dgtl.esdm.go.id unt...@dgtl.esdm.go.id
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wed, January 6, 2010 5:28:40 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic     
 Transect ...)

Penjelasan pak Awang menarik sekali karena saya sedang mempelajari apa iya
bahwa endapan Tersier di Jawa bukan merupakan suatu akuifer. Jadi bedanya
Pak Awang cari minyak saya coba untuk cari air di pegunungan Tersier untuk
mendukung 

Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik Awang Satyana
Vicki,
 
Saya tidak melihat komponen kinematika kompresi yang signifikan untuk 
to-thrusting di Makassar Strait maupun Tarakan deepwater. Beberapa penulis 
sering menyebut kompresi dari Sulawesi sebagai asal kinematika struktur2 
positif ini, tetapi data seismik terbaru yang memotong Selat Makassar tak 
menunjukkan structural grain kompresif apa pun di level Neogen sampai ke Kutei 
maupun Tarakan, struktur kompresif dari Sulawesi ini hanya sampai bagian barat 
Sulawesi offshore. Maka saya melihat bahwa toe thrusting di sini berasal dari 
kinematika internal dari progradasi sedimen dan dipicu gliding tectonics dari 
Kuching uplift dan semua updip ullifts lainnya di Kute dan Tarakan onshore.
 
Beberapa penulis pun mengatakan toe-thrusting ini dikendalikan oleh transversal 
faults (strike-slip faults) yang ada di level Paleogen. Tetapi, hubungan antara 
Paleogen dan Neogen sediments di Kutei maupun Tarakan tidak jelas karena 
terlalu dalam, sehingga kendali tersebut tak bisa dievaluasi lebih jauh.
 
Paper saya dkk di Journal of Asian Earth Sciences dapat menjelaskan lebih jauh 
tentang hal ini (Satyana, A.H., Imanhardjo, D.N., and Surantoko, 1999, Tectonic 
Controls on the Hydrocarbon Habitats of the Barito, Kutei, and Tarakan basins, 
Eastern Kalimantan, Indonesia : Major Dissimilarities in  Adjoining Basins, 
Journal of Asian Earth Sciences, 17 (1999), p. 99-122).
 
Kendeng Zone dan Rembang Zone memang punya deformasi dengan vergency reverse 
faults dan thrusts yang berlainan. Akibatnya, Zone Randublatung berada pada 
posisi downblock baik terhadap Kendeng Zone maupun Rembang Zone. Maka 
Randublatung Zone sangat depressed, subsided dan tenggelam, sebagai triangle 
zone, membuat Bouguer gravity-nya paling minimum negatif di Jawa. Deformasi di 
Kendeng Zone dan Rembang Zone ini sama-sekali bukan gliding tectonics; tetapi 
sebelum Kendeng dan Rembang terdeformasi, gliding tectonics di Randublatung 
bisa beroperasi, persis seperti di Serayu Utara, termasuk melipat sedimen 
turbidit yang diendapkan di depresi Randublatung. Kemudian pada Mio-Pliosen, 
Randublatung ini semakin tenggelam oleh tectonic load dan thrust sheets yang 
berulang-ulang terutama di Kendeng Zone. saya meyakini bahwa kini di 
Randublatung Zone ada deepwater Ngrayong dan isolated carbonate platform yang 
ditumbuhi pinnacle reefs tipe Banyu Urip/Mudi/Sukowati
 tetapi jauh sudah tenggelam oleh deformasi Mio-Pliosen.
 
salam,
Awang

--- Pada Jum, 8/1/10, vicki amir vickirezkya...@yahoo.com menulis:


Dari: vicki amir vickirezkya...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com
Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 7:56 AM


Pak Awang, 

Apakah betul untuk proses pengkanibalisasi-an itu sebenarnya adalah case thrust 
propagation fold yang memang berasosiasi dgn toe-thrust di bagian distal suatu 
delta? Saya kira mungkin masih ada komponen lateral kompresi yang signifikan 
disana, dan lebih besar daripada hanya gliding tectonics saja layaknya 
avalanche suatu paket sedimen yg semi-kompak (CMIIW). Karena kasus turbidit 
sands yang terendapkan di downdip tersebut adalah seiring dgn propagasi dari 
thrustnya, semakin sloping, semakin intensif pula turbidit eventnya. Dan itu 
setidaknya membutuhkan lateral kompresi yang lebih dominan seperti halnya yang 
terjadi di beberapa reservoir turbidit di Delta Niger, karena berasosiasi dgn 
toe thrust faulting yang cukup panjang secara length of faultnya. Mohon 
koreksinya.

Lalu bagaimana dgn kasus di Jawa Timur contohnya thrust fault ke arah Utara yg 
berumur Mio-Plio pada Kendeng Zone dan thrust fault ke arah Selatan 
Rembang-Madura Zone layaknya Triangle Zone di Ramba dan Supat fault di South 
Sumatra basin? Apakah ada potensi turbidit reservoir dsana?

Mohon pencerahannya. Thanks.

Wassalam
Vicki Amir







From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com
Sent: Thu, 7 January, 2010 16:23:18
Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic     
 Transect ...)

Pak Frank,

Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, 
biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya 
decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang 
dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir.

Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau 
sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, 
dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah 
tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging

[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics dan Prospek HC)

2010-01-07 Terurut Topik Awang Satyana
 sedimen di bawahnya, 
akan  dapat didefinisikan (Sehingga bisa menjawab pertanyaan P'Frank, tentang 
membedakan Gliding Tectonic deposit dengan Toe-Trust Block :)).

Secara Teknik akuisisi , saya menyarankan penggunaan offset yang lebih panjang  
dari optimasi normal, sedangkan mengenai  batuan keras  (batuan beku/breksi 
volcanik)  yg dangkal  atau malah tersingkap di permukaan),  tidak perlu pusing 
dengan patokan depth charge, Charge (single/pattern) cukup masuk ke 
bedrock/outcrop batuan keras tsb,  lalu tutup dengan adonan semen.

Saya penasaran tu di daerah onshore Jawa Barat selatan,  karena di wilayah 
tersebut belum ada data seismik hingga sekarang.  Kebanyakan mungkin kurang 
tertarik karena di wilayah tersebut  berdasarkan peta geologi permukaan banyak  
volcanic cover Kuarter  (padahal  sebagian besar permukaan area  hanya fragmen 
halus klastik volkanik, yang hanya menimbulkan sedikit hambatan saja untuk 
akuisisi seismik). Di wilayah tersebut, memang hampir tidak ada rembesan 
oil/gas , ini juga yang mungkin membuat orang kurang tertarik.  Tapi, bukankah 
banyak sekali Oil/gas field di Negeri tercinta ini yang dipermukaannya kagak 
pake oil/gas seeps  segala  ??:)
Setau saya, ada  potensi batuan resevoir di Jawa Barat selatan ini malah lebih 
bagus dari Jawa Tengah selatan,  terbukti dari dijumpainya singkapan batupasir 
(dan karbonat ) dengan kualitas yang bagus di daerah Sukabumi  dan sekitarnya.  
Mungkin terdapat perbedaan signifikan  provenance sedimen antara Jawa Tengah 
Selatan dan Jawa Barat Selatan ?  Soal ini, mungkin  rekan2 geologist  dapat 
menjelaskan lebih lanjut.:)

Salam,
BKG

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
Sent: 07 Januari 2010 1:17
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS; Geo Unpad
Subject: Bls: [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics 
dan Prospek HC)

Pak Bambang,

Terima kasih atas infonya, nanti saya cek website-nya. Teman-teman 
geophysicists barangkali bisa berkomentar untuk masalah akuisisi seismik di 
onshore Jawa ini sebab saya melihat masih banyak sekali potensi migas terkubur 
di bawah volcanic cover Miosen-Kuarter ini, terutama di perbatasan antara Jawa 
Barat-Jawa Tengah dan Serayu Utara. Rembesan minyaknya, pada kedua area 
ini,paling kaya di Jawa.

Untuk Serayu Utara, kelihatannya lebih banyak rembesan minyak dibandingkan 
gas.Contoh minyak Cipluk yang saya peroleh kelihatannya light oil atau minyak 
dalam maximal maturity. Jadi masalah overmaturity mungkin tak perlu terlalu 
dikhawatirkan. Main-peak maturity untuk minyak kelihatannya masih terjadi di 
Serayu Utara.

salam,
Awang

--- Pada Rab, 6/1/10, Bambang Gumilar bgumilar_mail...@yahoo.co.id menulis:


Dari: Bambang Gumilar bgumilar_mail...@yahoo.co.id
Judul: Bls: [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics dan 
Prospek HC)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 6 Januari, 2010, 11:13 PM


Mengutip alenia terakhir dari tulisan pak Awang di bawah ini tentang teknologi 
akuisisi seismik, saya tertarik untuk membaca ulang arsip-arsip beberapa tahun 
terakhir tentang kisah sukses Chevron di Gulf of Mexico dan di Angola yang 
berhasil mendisain akuisisi seismik untuk Sub-Salt. Berangkat dari ide yang 
sama, teknologi ini diteliti lagi dan dicoba untuk Sub-Basalt (volcanic) di 
Laut Utara. Ternyata berhasil dengan ditemukannya 'Rosebank' dan sudah banyak 
publikasi tentang ini. http://www.chevron.com/news/press/Release/?id=2007-07-17 
(Press Release ini adalah domain publik). Juga di website  
http://www.faroebusinessreport.com/content/view/271/39/

Pertanyaannya selanjutnya, seandainya kita bisa melakukan 'seismic imaging' di 
Jawa Tengah Utara, apakah HC yang masih ada tidak ter-'thermal-cracked'? 
Mengingat kedalaman dan gradien geothermal di kawasan tersebut. Jika target-nya 
gas, mungkin masih susah bagi teknologi ini untuk diapplikasikan secara 
ekonomis (cost effective).

Wassalam,

-bg
www.linkedin.com/in/bambanggumilar



- Pesan Asli 
Dari: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id
Terkirim: Sel, 5 Januari, 2010 21:29:32
Judul: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect 
...)

Pak Budi,

Setelah banyak mempelajari struktur dan tektonik di berbagai wilayah di 
Indonesia, saya melihat bahwa kompresi lateral dengan penggerak utama tektonik 
lempeng tidak selalu menjadi satu-satunya penyebab kinematika elemen struktur 
dan tektonik. Banyak hal yang menuntut penjelasan lebih dari sekadar kompresi.

Bahkan dengan konsep exhumation, yaitu terangkatnya kembali kerak benua yang 
pernah tenggelam di bawah kerak berasosiasi oseanik, saya tak akan melihat lagi 
bahwa seluruh pengangkatan yang terkenal itu (Himalaya, Kuching High, Meratus, 
Central Ranges of Papua, dsb.) semuanya karena tektonik lempeng semata. Memang

Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Noor,
 
Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya bersama teman-teman dari 
SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk meninjau sumur ex VICO Pelarang-1 yang 
dibor di puncak bukit yang sebenarnya puncak antiklin. Di lereng antiklin 
ditemukan banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di puncak antiklin, 
hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1 pun mengalami masalah 
overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih Pamaluan. Batupasir 
Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya sudah dikanibalisasi dan diendapkan 
di lereng-lerengnya, atau sinklinnya. Maka di wilayah ini tak bisa lagi play 
antiklin jadi target, harus semacam updip pinchout di lereng antiklin atau 
bahkan sinklin. Bukan hanya sumur Pelarang saja yang mengalami begitu, tetapi 
beberapa sumur lain yang dibor di puncak antiklin sebelah barat Cekungan Kutei 
mengalami problem yang sama.
 
Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat Kuching High naik setelah 
selesainya spreading South China Sea, itu sekitar late-Oligocene sampai 
earliest Miocene, sehingga delta pertama di Kutei umurnya early Miocene, sebab 
Kuching High jadi provenance utama delta2 di Kutei. Setelah itu, center of 
gliding tectonics makin bergerak ke arah timurnya masuk ke Upper Kutei Basin, 
lalu makin muda masuk ke bagian barat Lower Kutei Basin saat inversi 
intra-Miosen terjadi. Pada periode tektonik berikutnya (Mio-Plio dan 
Plio-Plistosen, center pengangkatan makin bergerak ke timur bersamaan dengan 
jalannya progradasi sedimen yang semakin muda juga bergerak semakin ke timur. 
Maka dapat dilihat bahwa gliding tectonics sebenarnya menerus, hanya center of 
upliftnya bermigrasi makin muda makin ke timur. Pada Plio-Pleistosen ia sudah 
masuk ke offshore, yang menyebabkan extensional faults di wilayah outer shelf, 
tetapi kemudian toe-thrusting di slope-nya.
 
Migrasi center of uplift yang memicu gliding tectonics maju ke arah 
embayment-nya atau depresi utamanya juga terjadi di Jawa Barat yang menghadapi 
Palung Bogor (ingat migrasi thrust Pak Suyono Martodjojo, 1984 sejak dari Walat 
thrust sampai inversi Baribis), juga terjadi di antara Serayu Selatan dan 
Serayu Utara, center of uplifts-nya maju terus ke utara semakin muda (lihat 
penampang evolusi geologi Jawa Tengah dari van Bemmelen, di lembar peta 
-plate, no. 35).
 
salam,
Awang 

--- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis:


Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:35 AM


Pak Awang,
Cekungan Kutei memang masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi 
tectonic gliding memang pernah dikemukakan beberapa peneliti. Data-data 
pengeboran juga mendukung hipotesis ini. Seingat saya sumur Prangat-1 itu 
adalah salah satu contoh pengeboran di puncak antiklin yang isinya shale 
semua

Tapi ada satu yang masih mengganjal: data bore-hole ovalization (break-out) 
menunjukkan ada kemenerusan trend yang relatif sama baik secara lateral maupun 
vertikal. Ini tentunya mencerminkan setting stress tektonik yang relatif sama 
dari waktu-ke-waktu. Sementara itu kalau kita memakai hipotesis tectonic 
gliding, maka tentu itu sifatnya sesaat' dan tidak menerus seperti ini.


salam,



From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com
Sent: Thu, January 7, 2010 5:23:18 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)

Pak Frank,
 
Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, 
biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya 
decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang 
dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir.
 
Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau 
sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, 
dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah 
tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging, structural 
grain masih didominasi extensional faults, bukan toe -thrusting ala gliding 
tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya sebab periode kejadiannya pun 
berlainan. Dalam mata eksplorasi migas, decollement sering menjadi sealing/cap 
yang resilient. Jadi bila ada deformasi post-rift yang ditutupi decollement, 
itu bisa jadi trap sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi 
postrift tak tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D), nah dalam kasus 
ini generated hydrocarbon dari synrift sequence bisa masuk ke trap 
toe-thrusting di atas decollement.
 
Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik sebab semakin

Bls: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Frank,
 
Toe-thrusting bukan oleh extension, apalagi compression. Ia karena 
gravity-sliding yang berhubungan dengan differential gravity movement, yang 
memerlukan upifted area, subsided area, dan progradasi sedimen. Ruang gerak 
jelas dibutuhkan sebab ke situlah fokus pelengseran. Dan space of accommodation 
semacam itu bukan masalah di Kutei dan Tarakan sebab mereka adalah embayment 
yang subsided -akan membuka ruang gerak yang maksimal. Tempat semacam itu 
sedikit bermasalah di Serayu Utara, juga Bogor, dan Kendeng atau Randublatung 
di Jawa sebab mereka pada prinsipnya bergeometri trough -palung (sempit tetapi 
dalam). Namun sempitnya itu sekarang, setelah dideformasi dan diperdalam 
tectonic load berikutnya. Dulunya mereka lumayan lebar dan dalam sehingga 
gliding tectonics bisa berjalan. Material plastis telah kita bahas kemarin, 
justru itu yang menjadi toe-nya atau decollement atau detachment atau floor of 
thrust (jangan kelirukan gliding tectonics dengan floor of
 thrust dan roof of thrust dalam sistem duplex pada thin-skinned tectonics).
 
Strike-slip bukan suatu keharusan dalam gliding tectonics, kebetulan saja di 
Makassar dan Tarakan ada strike-slip faults yang kata beberapa peneliti 
di bekas rifting Makassar Strait pada Paleogen. dari data seismik, saya tak 
melihat ada pengaruh deformasi Paleogen ke deformasi to-thrusting yang 
seluruhnya di Neogen. Di Tarakan, strike-slip-nya lebih muda, ada yang baru 
muncul atau re-activated pada Neogen. Sesar2 semacam ini bisa membatasi 
blok-blok toe-thrusting sebagai barrier, dan dalam skala kecil benar bisa 
menyatu ke sisi utara atau selatan sistem toe-thrusting sebagai tear faults. 
Memang, strike-slip fault tak mendorong toe-thrusting.
 
Sesar2 normal di outer shelf dan upper slope bisa memicu toe-thrusting di 
sebelah downdip-nya, paling tidak membuat massa runtuhan, sebelum mereka 
sendiri lalu terdeformasi secara toe-thrusting. Tetapi, normal faults yang 
berjasa dalam hal ini adalah normal faults paling luar yang paling dekat 
(frontal) dengan to-thrust paling updip (untuk diskusi kasus lihat paper paling 
baru dari teman2 Eni Bukat Bu Teten - Hediaty et al. (2009 -IPA) tentang 
mekanisme hubungan normal faults dan toe-thrusting di Tarakan.
 
Paleogen dan Neogen di Kutei dan Tarakan harus dicurigai dibatasi oleh 
decollement yang besar. Yang satu terdeformasi, yang lain tidak, mungkin saja 
sebab mereka berada dalam sistem thin-skinned tectonics, bukan thick-skinned 
tectonics; tetapi yang Paleogen pun tak terkompresi; jadi yang Neogen 
terdeformasi secara toe-thrusting yang thin-skinned tectonics, Paleogennya 
devoid of deformation dengan structural style yang sama.
 
salam,
Awang

--- Pada Jum, 8/1/10, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com menulis:


Dari: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
Judul: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek 
HC (was : Geologic Transect ...)
Kepada: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id, 
iagi-net@iagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id
Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 12:26 PM


Mau ikutan nanya lagi.
apakah Toe-thrust itu lebih sering disebabkan oleh extension dan bukan 
compression.  karena, supaya bisa tergelincir harus ada ruang geraknya selain 
material plastis dibawahnya.
terus apakah strike slipnya itu adalah hasil dari tear-fault (fault sobekan?)  
ditepi dari toe-thrust faultnya? jadi strike slip faultnya bukan penyebabnya?
Kemudian apakah Thrust fault yang kelihatan itu disebabkan oleh dorongan dari 
normal fault yang di ujung satu dari toe-thrust system?

kecuali kalau material yang dibawahnya material plastis yang di kompressi tanpa 
menyebabkan kompressi di material yang diatas bahan plastis. tapi bagaimana ini 
bisa terjadi?

terima kasih atas penjelasanannya




From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id
Sent: Fri, January 8, 2010 9:19:26 AM
Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : 
Geologic Transect ...)


Vicki,

Saya tidak melihat komponen kinematika kompresi yang signifikan untuk 
to-thrusting di Makassar Strait maupun Tarakan deepwater. Beberapa penulis 
sering menyebut kompresi dari Sulawesi sebagai asal kinematika struktur2 
positif ini, tetapi data seismik terbaru yang memotong Selat Makassar tak 
menunjukkan structural grain kompresif apa pun di level Neogen sampai ke Kutei 
maupun Tarakan, struktur kompresif dari Sulawesi ini hanya sampai bagian barat 
Sulawesi offshore. Maka saya melihat bahwa toe thrusting di sini berasal dari 
kinematika internal dari progradasi sedimen dan dipicu gliding tectonics dari 
Kuching uplift dan semua updip ullifts lainnya di Kute dan Tarakan onshore.

Beberapa penulis pun

[iagi-net-l] The Only Living Earth : Destiny or By Chance ?

2010-01-06 Terurut Topik Awang Satyana
Bumi yang penuh kehidupan tingkat kompleks itu sebuah takdir yang telah diatur 
atau sekadar kebetulan saja ?
 
Kemajuan penelitian-penelitian astronomi, kosmologi (mempelajari asal muasal 
Alam Semesta), eksobiologi/astrobiologi (mempelajari kehidupan ekstraterestrial 
atau kehidupan di luar Bumi) dan planetary geology (mempelajari geologi 
planet-planet) serta semua publikasinya, menunjukkan bahwa Bumi kita yang penuh 
kehidupan kompleks (kompleks di sini adalah multisel dan memunculkan manusia 
seperti kita yang cerdas dan berteknologi) itu adalah sesuatu yang unik, bukan 
yang umum, di Alam Semesta. Bagaimana kehidupan kompleks itu bisa muncul di 
Bumi, dan kelihatannya sulit di tempat lain, akan menunjukkan bahwa ia memang 
dirancang untuk bisa dihuni –artinya suatu takdir yang telah diatur (destiny), 
bukan oleh suatu kebetulan belaka (by chance). 
 
Siapa yang mengaturnya ?  Orang beriman tentu tahu jawabannya. Dan, kemajuan 
ilmu pengetahuan menunjukkan ke arah itu, secara ringkas dalam suatu teori 
bernama “Rare Earth Theory” yang dipelopori oleh Peter Ward (geologist dan 
paleontologist) dan Donald Brownlee (astronomer dan astrobiologist) melalui 
buku mereka berjudul “Rare Earth : Why Complex Life Is Uncommon in the 
Universe” (Springer Verlag, 2000). Dan hampir sepuluh tahun setelah buku itu 
terbit, penelitian-penelitian astronomi, kosmologi, eksobiologi/astrobiologi 
dan planetary geology makin menguatkan teori Rare Earth. 
 
Sebuah DVD film dokumenter terbitan BBC (2008) dengan durasi tayang selama 
empat jam (tepatnya 248 menit) berjudul “Earth : The Power of the Planet” 
dengan narator Dr. Iain Stewart (geologist) baru selesai saya tonton. Dari lima 
episode-nya, satu di antaranya dialokasikan untuk menerangkan tentang apa itu 
teori Rare Earth. Dari film tersebut, diperdalam dengan publikasi-publikasi 
terbaru yang berhubungan dengan Rare Earth, saya ringkaskan di bawah ini untuk 
rekan-rekan semua. 
 
Rare Earth adalah suatu antitesis (kontra) terhadap teori lain yang lebih dulu 
populer yang dipelopori oleh Carl Sagan bernama “mediocrity” atau “Copernican 
principle”. Carl Sagan (alm.) adalah seorang astronomer dan exobiologist 
terkenal yang banyak menulis buku yang laku di pasaran (misalnya Cosmos –telah 
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Obor Indonesia 1997 dengan 
kata pengantar oleh Prof. Bambang Hidayat-astronomer paling senior di 
Indonesia, The Pale Blue Dot yang dihiasi gambar-gambar dan foto-foto aduhai, 
Carl Sagan’s Universe yang sedikit teknis, dll.). Buku-bukunya sering ditulis 
dengan kata-kata puitis, sehingga nikmat dan ‘syahdu’ membacanya. Carl Sagan 
pun seorang selebritas dan ilmuwan yang sering muncul di televisi dan dia dekat 
dengan para penguasa Amerika Serikat. Maka, jutaan dollar US dialirkan 
Pemerintah AS untuk mendanai penelitian-penelitian yang mengobsesi Carl Sagan : 
kehidupan ekstraterestrial.
 Carl Sagan meyakini bahwa di Alam Semesta banyak kehidupan. Ide-idenya menjadi 
inspirasi film-film bertajuk ET (extra-terrestrial) –yang mendominasi film-film 
fiksi ilmiah pada era 80-an. Secara ringkas, program peneltian Carl Sagan dan 
timnya bernama SETI –search for extra-terrestrial intelligence. Banyak 
radio-teleskop dengan diameter lebar didirikan di gurun Arizona untuk menangkap 
sinyal-sinyal yang mungkin mambawa tanda-tanda kehidupan dari luar Bumi. Film 
“Contact” yang berkaitan dengan ini dan dibintangi oleh Jodie Foster adalah 
berdasarkan ide Carl Sagan tentang kontak dengan ET.
 
Namun demikian, meskipun telah lebih dari 20 tahun teleskop-teleskop radio 
dengan piringan parabola lebar itu diarahkan ke segenap penjuru langit, tak ada 
satu “beep” pun terbaca atau “terdengar” di layar monitor yang dipasang 24 jam 
selama puluhan tahun itu. Harapannya, “beep” itu adalah salam pembuka dari 
makhluk cerdas di luar Bumi (ETI) yang menyapa para manusia yang sangat 
berharap disapa. “Kalau ETI itu suatu hal yang umum di Alam Semesta,  mengapa 
tak pernah ada kontak ?” Pertanyaan ini terkenal sebagai Fermi paradox. “If the 
universe is teeming with aliens, where is everybody” (Webb, 2002). Sampai Carl 
Sagan sendiri meninggal pada tahun 1996, belum ditemukan tanda-tanda adanya 
kontak dengan ETI. Program SETI pun mulai dilecehkan kebanyakan orang, bahkan 
sebuah iklan minuman memanfaatkan radio telescope itu. Dua anak muda naik ke 
piringan parabola teleskop sambil minum minuman bersoda. Lalu mereka berserdawa 
 “bluuurrrppp” yang segera tertangkap di layar monitor para astronom dan 
menimbulkan kehebohan luar biasa di antara para peneliti sebab dikiranya ada 
kontak dengan ETI, padahal itu suara gas dari perut si anak muda di atas radio 
teleskop (huh...). Dana penelitian SETI pun otomatis berkurang dan kurang 
populer lagi, apalagi pembela utamanya telah tiada.
 
Apakah memang tak ada kehidupan lain yang kompleks (seperti di Bumi) di luar 
Bumi, di Alam Semesta yang begitu luas itu ? Apakah Alam Semesta itu hanya 
diciptakan untuk 

Bls: [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics dan Prospek HC)

2010-01-06 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Bambang,
 
Terima kasih atas infonya, nanti saya cek website-nya. Teman-teman 
geophysicists barangkali bisa berkomentar untuk masalah akuisisi seismik di 
onshore Jawa ini sebab saya melihat masih banyak sekali potensi migas terkubur 
di bawah volcanic cover Miosen-Kuarter ini, terutama di perbatasan antara Jawa 
Barat-Jawa Tengah dan Serayu Utara. Rembesan minyaknya, pada kedua area 
ini,paling kaya di Jawa.
 
Untuk Serayu Utara, kelihatannya lebih banyak rembesan minyak dibandingkan 
gas.Contoh minyak Cipluk yang saya peroleh kelihatannya light oil atau minyak 
dalam maximal maturity. Jadi masalah overmaturity mungkin tak perlu terlalu 
dikhawatirkan. Main-peak maturity untuk minyak kelihatannya masih terjadi di 
Serayu Utara.
 
salam,
Awang

--- Pada Rab, 6/1/10, Bambang Gumilar bgumilar_mail...@yahoo.co.id menulis:


Dari: Bambang Gumilar bgumilar_mail...@yahoo.co.id
Judul: Bls: [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics dan 
Prospek HC)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Rabu, 6 Januari, 2010, 11:13 PM


Mengutip alenia terakhir dari tulisan pak Awang di bawah ini tentang teknologi 
akuisisi seismik, saya tertarik untuk membaca ulang arsip-arsip beberapa tahun 
terakhir tentang kisah sukses Chevron di Gulf of Mexico dan di Angola yang 
berhasil mendisain akuisisi seismik untuk Sub-Salt. Berangkat dari ide yang 
sama, teknologi ini diteliti lagi dan dicoba untuk Sub-Basalt (volcanic) di 
Laut Utara. Ternyata berhasil dengan ditemukannya 'Rosebank' dan sudah banyak 
publikasi tentang ini. 
http://www.chevron.com/news/press/Release/?id=2007-07-17 (Press Release ini 
adalah domain publik). Juga di website  
http://www.faroebusinessreport.com/content/view/271/39/

Pertanyaannya selanjutnya, seandainya kita bisa melakukan 'seismic imaging' di 
Jawa Tengah Utara, apakah HC yang masih ada tidak ter-'thermal-cracked'? 
Mengingat kedalaman dan gradien geothermal di kawasan tersebut. Jika target-nya 
gas, mungkin masih susah bagi teknologi ini untuk diapplikasikan secara 
ekonomis (cost effective).

Wassalam,

-bg
www.linkedin.com/in/bambanggumilar 
 


- Pesan Asli 
Dari: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id
Terkirim: Sel, 5 Januari, 2010 21:29:32
Judul: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect 
...)

Pak Budi,
 
Setelah banyak mempelajari struktur dan tektonik di berbagai wilayah di 
Indonesia, saya melihat bahwa kompresi lateral dengan penggerak utama tektonik 
lempeng tidak selalu menjadi satu-satunya penyebab kinematika elemen struktur 
dan tektonik. Banyak hal yang menuntut penjelasan lebih dari sekadar kompresi. 
 
Bahkan dengan konsep exhumation, yaitu terangkatnya kembali kerak benua yang 
pernah tenggelam di bawah kerak berasosiasi oseanik, saya tak akan melihat lagi 
bahwa seluruh pengangkatan yang terkenal itu (Himalaya, Kuching High, Meratus, 
Central Ranges of Papua, dsb.) semuanya karena tektonik lempeng semata. Memang, 
tektonik lempeng penggerak utamanya sehingga banyak mikro-kontinen bertubrukan, 
tetapi exhumation tak memerlukan tektonik lempeng yang lateral, ia hanya 
memerlukan kompensasi gravity, sebab naiknya kembali kerak kontinen yang pernah 
tenggelam itu terjadi karena perbedaan density kerak dan gravity. Saat ini 
exhumation sedang terjadi di banyak tempat ex collision di Indonesia (Timor, 
Banggai, Meratus, dsb.).
 
Kemudian, apa yang sudah naik pun, wajar dan sering sekali diikuti oleh gerak 
runtuhan (collapse) di sebelahnya - ini hanya penyeimbangan isostasi, dan yang 
namanya isostasi selalu gravity-movement. Maka semua foredeep yang terbentuk di 
sebelah suatu zone collision harus dicurigai sebagai collapse gravity. Weber 
Deep, depresi laut paling dalam di Indonesia (7000 m) -lebih dari palung 
Sumatra dan Jawa, terjadi karena collapse gravity di depan jalur collision 
Tanimbar-Kei-Seram.
 
Gliding tectonics semula dipicu oleh differential gravity movement. Definisi 
yang Pak Budi kutipkan dari American Journal of Science (1954) itu memuaskan. 
Begitulah gliding tectonics atau tektonik longsoran/lengseran itu, ia 
membutuhkan topografi yang tinggi (uplifted) dan topografi yang rendah 
(subsided). Di kedua topografi yang beda tinggi ini akan bermain gravity 
movement dan kalau di antara keduanya dihubungkan oleh suatu lereng, maka 
berjalanlah gravity movement melalui gliding tectonics. Gliding tectonics pun 
fenomena tektonik juga, hanya penyebab lipatan dan sesar di sini bukan gaya 
kompresi, melainkan gaya berat (gravity) ditambah progradasi sedimen.
 
Gliding tectonics bisa bekerja dalam skala lokal maupun regional. Memang lebih 
banyak yang bekerja dalam skala regional sebab dalam skala regional perbedaan 
topografi tinggi rendah dan differential gravity movement-nya lebih nyata. Di 
wilayah alluvial fan, lebih banyak bekerja sistem runtuhan dalam bentuk

Re: [iagi-net-l] Geologic Transect of Central Java (Fieldtrip BPMIGAS , 27-30 Desember 2009)

2010-01-05 Terurut Topik Awang Satyana
Tepat, Pak Untung. Gunung Pawinihan dan Gunung Telagalele, gunung-gunung di 
Serayu Ranges, masih bergerak pada saat Resen ini karena gliding tectonics 
dengan kecepatan 24-40 cm/tahun berdasarkan pengukuran titik triangulasi dari 
tahun 1931-1934 (van Bemmelen, 1949, hal. 616). Apakah kini mereka masih 
bergerak, teman2 di Geodesi dengan teknologi GPS-nya bisa membuktikannya dengan 
mudah.
 
Salam,
Awang
 
-Original Message-
From: unt...@dgtl.esdm.go.id [mailto:unt...@dgtl.esdm.go.id] 
Sent: 05 Januari 2010 16:44
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Geologic Transect of Central Java (Fieldtrip 
BPMIGAS , 27-30 Desember 2009)
 
Pak Awang di Banjarnegara seingat saya ada 2 tempat yang suka jalan-jalan
yaitu G. Pawinihan dan Daerah Kaliurang apa itu yang merupakan gliding
tectonic atau gravity fault saya kurang paham (Salam Untung).

--- Pada Sen, 4/1/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com menulis:


Dari: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Geologic Transect of Central Java (Fieldtrip BPMIGAS 
, 27-30 Desember 2009)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id
Tanggal: Senin, 4 Januari, 2010, 3:37 PM


Abah,
 
Tahun 1976 sampai 2009 berselang 33 tahun, waktu yang cukup lama untuk sebuah 
bongkah lenyap karena dimanfaatkan orang atau ditelan pelapukan dan erosi. Saya 
tak tahu pasti apakah bongkah di Karangkobar itu masih ada atau tidak, tetapi 
kami tak mengunjunginya pada kegiatan ekskursi kemarin.
 
Namun, keterangan Abah menguatkan pendapat van Bemmelen (1949) yang saya yakini 
benar bahwa di Serayu Utara, termasuk Karangkobar, bermain yang namanya gliding 
tectonics karena differential gravity movement (geantiklin Serayu Selatan 
terangkat, membentuk geosinklin Serayu Utara). Di Serayu Utara juga sebuah 
contoh ideal bagaimana pola pikir van Bemmelen (1949) tentang geosinklin yang 
menjadi antiklinorium terwujud. Saya baru bisa memahaminya setelah dalam lima 
tahun ini merenungi hubungan antara Serayu Utara (Karangkobar) dan Serayu 
Selatan (Karangsambung).
 
Akan halnya bongkah Nummulites (Eosen, kemungkinan milik Karangsambung) dapat 
masuk ke Karangsambung itu adalah permainan gliding tectonics semata. Serayu 
Selatan terangkat pada saat Oligo-Miosen dan sepanjang Miosen mengikuti 
old-andesite volcanism dan beberapa periode tektonik berikutnya. Banyak formasi 
batuan tua terangkat dan menjadi provenance buat sedimen yang diendapkan di 
depresi Serayu Utara yang terbentuk akibat kompensasi isosatik pengangkatan 
Serayu Selatan. Sebagian batusedimen itu adalah batugamping Nummulites yang 
diendapkan sebagai bongkah di Serayu Utara. Saya yakin dulu di sekitar bongkah 
itu ada sedimen2 lain yang lebih halus sebagai sedimen pengisi Serayu Utara, 
hanya tererosi dan kemudian meninggalkan bongkah Nummulites.
 
Peter Lunt, mantan ahli geologi Lundin, saat masih aktif di Lundin Banyumas dan 
Lundin Blora, mau tak mau banyak meneliti wilayah Serayu Selatan dan Serayu 
Utara. Beberapa sedimen di Serayu Utara dikatakannya sebagai olistostrom dari 
provenace Serayu Selatan, misalnya Worawari di wilayah Bagelen. Saya 
meyakininya, begitu pula yang ditunjukkan van Bemmelen (1949). Apa yang bukan 
volkaniklastik di Serayu Utara, sebagian besar harus dicurigai sebagai sedimen 
eksternal yang dipasok dari Serayu Selatan dengan mekanisme pengendapan 
sebagian sebagai olistostrom. Maka bongkah Nummulites di Karangkobar itu bisa 
saja dulunya sebuah olistolith.
 
Di Serayu Selatan pun ada dua jenis Nummulites, Nummulites klasik yang seperti 
duit logam ketip atau koin, khas Eosen (Tengah) Bayat, kepunyaan Formasi Karang 
Sambung; dan ada Nummulites lain yang lebih primitif yang tak gampang dilihat 
kalau tak jeli, yang belum lama ditemukan oleh penelitian S3 Pak Prasetyadi 
(UPN) di Blok Luk Ulo yaitu Formasi Bulukuning, yang berumur sedikit lebih tua 
: Eosen Awal. Yang di Karangkobar saya yakin Nummulites Eosen Tengah 
Karangsambung.
 
Sumur2 Belanda di wilayah Karangkobar memang ada, tetapi dangkal saja dan 
merupakan sumur stratigrafi, lokasinya bisa dilihat di buku jilid II van 
Bemmelen (1949). Beberapa menemukan indikasi minyak/gas. Bila serius, maka 
semua rembesan minyak dan sumur minyak di Serayu Utara harus dianalisis asal 
minyaknya -ini penting untuk membangun analisis dan sintesis petroleum system 
wilayah ini.
 
Lapangan Cipluk di-KSO-kan (kerja sama operasi) Pertamina kepada pihak ketiga. 
Siapa operatornya, kawan2 dari Pertamina Jawa barangkali bisa menambahkan.
 
Serayu Utara dekat saja dari sini, tetapi dalam petroleum geology harus diakui 
bahwa ia merupakan terra incognita sebab kita telah mengabaikannya. Untuk 
meneliti Serayu Utara, saya membuka kembali publikasi2 lama tentang Jawa 
Tengah, misal dari Harloff (1935), dari ter Haar (1935), dari Hetzel (1936), 
van Bemmelen (1949), dan paper klasik tentang sedimentasi regional Jawa yang 
saya

[iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-05 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Budi,
 
Setelah banyak mempelajari struktur dan tektonik di berbagai wilayah di 
Indonesia, saya melihat bahwa kompresi lateral dengan penggerak utama tektonik 
lempeng tidak selalu menjadi satu-satunya penyebab kinematika elemen struktur 
dan tektonik. Banyak hal yang menuntut penjelasan lebih dari sekadar kompresi. 
 
Bahkan dengan konsep exhumation, yaitu terangkatnya kembali kerak benua yang 
pernah tenggelam di bawah kerak berasosiasi oseanik, saya tak akan melihat lagi 
bahwa seluruh pengangkatan yang terkenal itu (Himalaya, Kuching High, Meratus, 
Central Ranges of Papua, dsb.) semuanya karena tektonik lempeng semata. Memang, 
tektonik lempeng penggerak utamanya sehingga banyak mikro-kontinen bertubrukan, 
tetapi exhumation tak memerlukan tektonik lempeng yang lateral, ia hanya 
memerlukan kompensasi gravity, sebab naiknya kembali kerak kontinen yang pernah 
tenggelam itu terjadi karena perbedaan density kerak dan gravity. Saat ini 
exhumation sedang terjadi di banyak tempat ex collision di Indonesia (Timor, 
Banggai, Meratus, dsb.).
 
Kemudian, apa yang sudah naik pun, wajar dan sering sekali diikuti oleh gerak 
runtuhan (collapse) di sebelahnya - ini hanya penyeimbangan isostasi, dan yang 
namanya isostasi selalu gravity-movement. Maka semua foredeep yang terbentuk di 
sebelah suatu zone collision harus dicurigai sebagai collapse gravity. Weber 
Deep, depresi laut paling dalam di Indonesia (7000 m) -lebih dari palung 
Sumatra dan Jawa, terjadi karena collapse gravity di depan jalur collision 
Tanimbar-Kei-Seram.
 
Gliding tectonics semula dipicu oleh differential gravity movement. Definisi 
yang Pak Budi kutipkan dari American Journal of Science (1954) itu memuaskan. 
Begitulah gliding tectonics atau tektonik longsoran/lengseran itu, ia 
membutuhkan topografi yang tinggi (uplifted) dan topografi yang rendah 
(subsided). Di kedua topografi yang beda tinggi ini akan bermain gravity 
movement dan kalau di antara keduanya dihubungkan oleh suatu lereng, maka 
berjalanlah gravity movement melalui gliding tectonics. Gliding tectonics pun 
fenomena tektonik juga, hanya penyebab lipatan dan sesar di sini bukan gaya 
kompresi, melainkan gaya berat (gravity) ditambah progradasi sedimen.
 
Gliding tectonics bisa bekerja dalam skala lokal maupun regional. Memang lebih 
banyak yang bekerja dalam skala regional sebab dalam skala regional perbedaan 
topografi tinggi rendah dan differential gravity movement-nya lebih nyata. Di 
wilayah alluvial fan, lebih banyak bekerja sistem runtuhan dalam bentuk 
molassic deposits yang disuplai dari tinggian sekitarnya ke rendahan yang 
ditempati kipas aluvial. Saya tak yakin gliding tectonics bekerja dengan baik 
di sini. Di wilayah delta mungkin saja, tetapi itu pun harus delta yang 
berprogradasi dalam jarak jauh dan ada tinggian regional di wilayah 
hinterland-nya. Syarat ini dipenuhi secara ideal oleh wilayah progradasi delta 
di Cekungan Kutei dengan tinggian hinterland-nya berupa Kuching High di sebelah 
utara Kalimantan Tengah. Bahwa gliding tectonics membentuk Samarinda 
Anticlinorium yang terkenal itu di wilayah ini pernah dibahas oleh van Bemmelen 
(1949), Rose dan Hartono (1976 -IPA), dan Ott (1987 -IPA).
 Dalam pandangan saya, itu penjelasan yang lebih memuaskan bagi asal Samarinda 
Anticlinorium dibandingkan penjelasan2 sesudahnya (oleh John Chambers  Tim 
Daley, Ken McClay, dll.).
 
Di wilayah slope-lah (lebih dalam dari prodelta terutama di wilayah slope), 
gliding tectonics terutama bermain. Semua toe-thrusting di sini yang dipicu 
oleh decollement dalam kinematika thin-skinned tectonics berasamaan dengan 
progradasi sedimen, pada dasarnya adalah manifestasi gliding tectonics, yang 
tak memerlukan kompresi.
 
Reservoir dan source dalam gliding tectonics akan berasal dari reworked, 
transported, dan re-deposited sediments turbidit yang berasal dari provenance 
di uplifted area di dekatnya yang tersingkap pada saat lowstand sea level. 
Contoh idealnya adalah di Makassar Strait dan Tarakan deep water. Semua 
lapangan produktif di laut dalam Makassar (West Seno misalnya) atau Aster di 
Tarakan deepwater adalah sedimen turbidit (baik reservoir maupun source-nya) 
yang berasal dari exposed seri delta-delta ancient Mahakam. Kemudian reservoir 
dan source ini terlibat dalam gliding tectonics yang membentuk toe-trusting.
 
Di Jawa Tengah Utara (Serayu Utara), konsepnya akan sama, kita harus mencari 
reworked, transported dan redeposited sediments yang berasal dari uplifted 
Serayu Selatan atau northern platform Jawa Tengah, yang saat itu menjadi sumber 
sedimen untuk depresi Serayu Utara. Apakah ada batupasir turbidit saat itu, di 
mana diendapkan ? Inilah kesulitan utama di Jawa Tengah yang tak ditemukan di 
Makassar Strait. Semua redeposited sediments itu, yang punya kualitas sebagai 
reservoir dan sources sekarang terpendam dalam di bawah endapan volkaniklastik 
sejak Miosen - Kuarter. Padahal, Merawu bagian bawah (early Miocene) dan Lutut 
sands (early Miocene) 

Re: [iagi-net-l] Geologic Transect of Central Java (Fieldtrip BPMIGAS , 27-30 Desember 2009)

2010-01-04 Terurut Topik Awang Satyana
Abah,
 
Tahun 1976 sampai 2009 berselang 33 tahun, waktu yang cukup lama untuk sebuah 
bongkah lenyap karena dimanfaatkan orang atau ditelan pelapukan dan erosi. Saya 
tak tahu pasti apakah bongkah di Karangkobar itu masih ada atau tidak, tetapi 
kami tak mengunjunginya pada kegiatan ekskursi kemarin.
 
Namun, keterangan Abah menguatkan pendapat van Bemmelen (1949) yang saya yakini 
benar bahwa di Serayu Utara, termasuk Karangkobar, bermain yang namanya gliding 
tectonics karena differential gravity movement (geantiklin Serayu Selatan 
terangkat, membentuk geosinklin Serayu Utara). Di Serayu Utara juga sebuah 
contoh ideal bagaimana pola pikir van Bemmelen (1949) tentang geosinklin yang 
menjadi antiklinorium terwujud. Saya baru bisa memahaminya setelah dalam lima 
tahun ini merenungi hubungan antara Serayu Utara (Karangkobar) dan Serayu 
Selatan (Karangsambung).
 
Akan halnya bongkah Nummulites (Eosen, kemungkinan milik Karangsambung) dapat 
masuk ke Karangsambung itu adalah permainan gliding tectonics semata. Serayu 
Selatan terangkat pada saat Oligo-Miosen dan sepanjang Miosen mengikuti 
old-andesite volcanism dan beberapa periode tektonik berikutnya. Banyak formasi 
batuan tua terangkat dan menjadi provenance buat sedimen yang diendapkan di 
depresi Serayu Utara yang terbentuk akibat kompensasi isosatik pengangkatan 
Serayu Selatan. Sebagian batusedimen itu adalah batugamping Nummulites yang 
diendapkan sebagai bongkah di Serayu Utara. Saya yakin dulu di sekitar bongkah 
itu ada sedimen2 lain yang lebih halus sebagai sedimen pengisi Serayu Utara, 
hanya tererosi dan kemudian meninggalkan bongkah Nummulites.
 
Peter Lunt, mantan ahli geologi Lundin, saat masih aktif di Lundin Banyumas dan 
Lundin Blora, mau tak mau banyak meneliti wilayah Serayu Selatan dan Serayu 
Utara. Beberapa sedimen di Serayu Utara dikatakannya sebagai olistostrom dari 
provenace Serayu Selatan, misalnya Worawari di wilayah Bagelen. Saya 
meyakininya, begitu pula yang ditunjukkan van Bemmelen (1949). Apa yang bukan 
volkaniklastik di Serayu Utara, sebagian besar harus dicurigai sebagai sedimen 
eksternal yang dipasok dari Serayu Selatan dengan mekanisme pengendapan 
sebagian sebagai olistostrom. Maka bongkah Nummulites di Karangkobar itu bisa 
saja dulunya sebuah olistolith.
 
Di Serayu Selatan pun ada dua jenis Nummulites, Nummulites klasik yang seperti 
duit logam ketip atau koin, khas Eosen (Tengah) Bayat, kepunyaan Formasi Karang 
Sambung; dan ada Nummulites lain yang lebih primitif yang tak gampang dilihat 
kalau tak jeli, yang belum lama ditemukan oleh penelitian S3 Pak Prasetyadi 
(UPN) di Blok Luk Ulo yaitu Formasi Bulukuning, yang berumur sedikit lebih tua 
: Eosen Awal. Yang di Karangkobar saya yakin Nummulites Eosen Tengah 
Karangsambung.
 
Sumur2 Belanda di wilayah Karangkobar memang ada, tetapi dangkal saja dan 
merupakan sumur stratigrafi, lokasinya bisa dilihat di buku jilid II van 
Bemmelen (1949). Beberapa menemukan indikasi minyak/gas. Bila serius, maka 
semua rembesan minyak dan sumur minyak di Serayu Utara harus dianalisis asal 
minyaknya -ini penting untuk membangun analisis dan sintesis petroleum system 
wilayah ini.
 
Lapangan Cipluk di-KSO-kan (kerja sama operasi) Pertamina kepada pihak ketiga. 
Siapa operatornya, kawan2 dari Pertamina Jawa barangkali bisa menambahkan.
 
Serayu Utara dekat saja dari sini, tetapi dalam petroleum geology harus diakui 
bahwa ia merupakan terra incognita sebab kita telah mengabaikannya. Untuk 
meneliti Serayu Utara, saya membuka kembali publikasi2 lama tentang Jawa 
Tengah, misal dari Harloff (1935), dari ter Haar (1935), dari Hetzel (1936), 
van Bemmelen (1949), dan paper klasik tentang sedimentasi regional Jawa yang 
saya sukai tulisan FX Sujanto dan Abah sendiri (Sujanto dan Sumantri, 1977) : 
Preliminary study on the Tertiary depositional
patterns of Java, Proceedings Indonesian Petroleum Assoc., 6th Annu. Conv., p. 
183-
213.
 
salam,
Awang

--- Pada Sen, 4/1/10, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id menulis:


Dari: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id
Judul: Re: [iagi-net-l] Geologic Transect of Central Java (Fieldtrip BPMIGAS 
, 27-30 Desember 2009)
Kepada: iagi-net iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Senin, 4 Januari, 2010, 2:35 PM





 Awang

Perjalanan Anda mengingatkan saya ke tahun
1976 , waktu saya menjadi filed geologist, sangat indah memang hidup
sebagai fiield geologist itu. Sayang saat itu saya masih
culun  heheheh
Seingat saya waktu itu didaerah
Karang Kobar ( waktu itu kami menginap/base camp di kampungnya Ebiet G
Ade) , kami menemukan bongkahan besar batu gammping ditengah sawah 
dengan fosil nummulites didalamnya .Apakah Anda sempat kesana .

Kalau tidak salah  ada pemboran yang dilakukan pada zaman Belanda ,
yang juga mengeluarkan gas.

Seperti Anda katakan memang Serayu
ini merupakan misteri bagi pemburu migas.
Katanya ada rencaa
mengembangkan lapangan Cipluk , siapa operatornya ? Apakah Pertamina.

Si Abah.


   Di dalam waktu dua hari
perjalanan lapangan di Jawa 

[iagi-net-l] Geologic Transect of Central Java (Fieldtrip BPMIGAS , 27-30 Desember 2009)

2009-12-30 Terurut Topik Awang Satyana
Di dalam waktu dua hari perjalanan lapangan di Jawa Tengah (28-29 Desember 
2009), sembilan geologist dan geophysicist BPMIGAS (Awang, Cepi Irawan, Cipi 
Armandita, Agung Gunawan, Arii Arjuna, Sumaryana, Andre, Irfan Taufik , 
Abdurrohim); tiga geologist UPN Veteran Yogyakarta (C. Prasetyadi, Vian Bonny, 
Adi Gunawan) dan seorang petroleum engineer (Jalu-BPMIGAS) melakukan perjalanan 
selama 75 juta tahun dalam skala waktu geologi. Kelancaran selama di lapangan 
dibantu oleh tiga staf dari Paramitha Tour Yogyakarta atas kerja sama dengan 
UPN.

Hal ini dimungkinkan dengan cara melakukan transect (lintasan memotong) dari 
selatan ke utara, dari wilayah Luk Ulo ke Kendal, dari batuan tertua ke batuan 
termuda, dari singkapan batuan berumur sekitar 80 juta tahun ke singkapan 
berumur sekitar 5 juta tahun, dari melange Luk Ulo ke batugamping Kapung di 
Lapangan Cipluk.

Divisi Eksplorasi BPMIGAS bersama beberapa divisi lainnya setiap tahun 
melakukan dua kali fieldtrip atau ekskursi geologi dengan berbagai tujuan. 
Setelah tujuh tahun dilakukan, atau sejak 2002, tinggal wilayah Maluku dan 
Papua yang belum dikunjungi. Maksud melakukan fieldtrip ini tentu banyak, 
misalnya : memberikan penyegaran geologi lapangan kepada para pekerja BPMIGAS, 
melakukan diskusi-diskusi dengan perguruan-perguruan tinggi atau 
lembaga-lembaga penelitian yang dilibatkan, melakukan kajian-kajian tertentu di 
wilayah-wilayah yang dinilai menarik secara geologi maupun geologi migas, dan 
memberikan pengenalan geologi lapangan kepada pekerja-pekerja BPMIGAS 
non-geologist yang diikutsertakan.

Menutup tahun 2009 ini, Eksplorasi BPMIGAS melakukan fieldtrip mengusung tema 
geologic transect of Central Java dengan fokus mempelajari aspek-aspek 
geologi migas Cekungan Serayu Utara. Fieldtrip dilakukan empat hari termasuk 
perjalanan dari dan kembali ke Jakarta. Dalam pelaksanaan fieldtrip ini, 
BPMIGAS bekerja sama dengan Jurusan Geologi UPN Veteran Yogyakarta (Pak 
Prasetyadi dan Tim). 

Fokus fieldtrip dipilih Cekungan Serayu Utara karena inilah salah satu wilayah 
di Jawa yang tertinggal tidak dieksplorasi secara serius oleh 
perusahaan-perusahaan minyak. Di sisi lain, wilayah ini kaya akan rembesan 
hidrokarbon dan mestinya memiliki semua elemen dan proses petroleum system. 

Kami berangkat dari kantor BPMIGAS di Patra Office Tower , Jakarta pada hari 
Minggu 27 Desember 2009 pukul 08.40 menggunakan bus carter Big Bird ukuran 
sedang. Tujuan kami adalah Purwokerto sebab perjalanan lapangan akan dimulai 
dari selatan, dari batuan tertua di Jawa Tengah (dan Jawa). Menuju Purwokerto, 
perjalanan diputuskan mengambil jalur selatan (via Tasikmalaya dan Majenang) 
agar mendapatkan panorama fisiografi yang lebih menarik. Mulai tengah hari, 
hujan gerimis-lebat mengguyur bus sepanjang perjalanan. Kami istirahat dua kali 
untuk makan siang di Limbangan, Garut dan minum kopi di sebuah warung kopi 
menjelang kota Majenang untuk mengurangi rasa penat, dingin dan kantuk. Sesuai 
yang diperkirakan, pukul 19.00 kami tiba di Purwokerto, bertemu dengan Tim UPN 
dan menginap di Hotel Dynasty. Setelah makan malam di Restoran Asiatic, kami 
melakukan diskusi tentang geologi regional Jawa dan detail rute fieldtrip yang 
akan dilalui. Pukul 22.00 diskusi
 usai.

Senin 28 Desember 2009 setelah sarapan, kami memulai perjalanan lapangan 
menggunakan bus carter Pegasus ukuran menengah yang dibawa teman-teman UPN 
dari Yogyakarta. Bus ini sudah biasa digunakan teman-teman UPN dalam melakukan 
fieldtrip, sehingga Pak Sopirnya sudah biasa melakukan manuver-manuver di 
jalan-jalan sempit dan curam dekat lokasi-lokasi singkapan. Meskipun demikian, 
karena keamanan harus diutamakan, di jalanan yang terlalu berbahaya untuk bus, 
teman-teman UPN telah siap dengan pasukan motor ojeg dan L-300. Hari pertama di 
lapangan akan menempuh perjalanan yang cukup berat dan panjang. Tujuan 
pengamatan adalah melange Luk Ulo dan kompleks batuan pra-Karang Sambung di 
Serayu Selatan berumur pra-Tersier sampai Eosen Awal, dan kompleks batuan 
volkanoklastik Merawu, Penyatan, Halang di Serayu Utara berumur Miosen 
Awal-Miosen Atas.

Dari Purwokerto, kami melalui Sokaraja kemudian berbelok ke selatan menuju 
Banyumas. Dari Banyumas, kami berbelok ke timurlaut menuju Banjarnegara. Jalan 
ini sejajar dengan Pegunungan Serayu yang sesungguhnya merupakan tiga jalur 
antiklin besar yang sambung-menyambung berarah BBD-TTL : Antiklin Banyumas, 
Antiklin Gombong, Antiklin Karangsambung. Sebelum Banjarnegara, di sekitar 
Purwareja bus berbelok ke selatan masuk ke jalan sempit , inilah jalan menuju 
kompleks batuan dasar Luk Ulo. Akses ke Luk Ulo dari arah utara ini jarang 
dilakukan para geologist, kebanyakan geologist mencapai Luk Ulo dari arah 
selatan, dari Kebumen. Akhirnya, jalan terlalu sempit dan terjal untuk bus 
masuk terus. Maka, dengan lima motor ojeg kami bergantian diantar ke lokasi 
mendekati singkapan. Untuk mencapai singkapan melange Luk Ulo di dasar Sungai 
Sapi (anak Sungai 

[iagi-net-l] Bls: [Geo_unpad] [ Tanya ] Kutai Basin

2009-12-02 Terurut Topik Awang Satyana
Anom,
 
1. Dalam sistem growth fault (yakinkan dulu dari data seismik bahwa itu benar 
growth fault -growth fault akan punya bidang sesar yang listric atau nonplanar, 
seperti sendok makan, melengkung di bagian bawah), antiklin yang ada di bagian 
turunnya terjadi secara roll over. 
 
Xiao dan Suppe (1992) -AAPG Bull. pernah mempublikasikan paper bagus tentang 
asal roll over anticline ini, yaitu menggunakan metode kink-band dalam struktur 
geologi (yaitu struktur nonplanar dianggap sebagai disusun oleh fragmen2 planar 
yang saling bersambung dengan titik belok -bending point- di setiap sambungan 
fragmen planar). 
 
Dalam growth fault ada bending point terbesar yaitu di dasar nonplanar-nya. 
Nah, saat fault ini bergerak secara syn-depositional, sedimen yang merosot di 
bagian blok turun akan mendapatkan gaya tekan ke atas karena ruang 
kompensasinya semakin mengecil akibat nonplanar tadi (dalam sesar planar maka 
sedimen yang merosot tadi akan terus merosot sebab ruang kompensasi tetap 
volumenya). Gaya tekan ke atas inilah yang kemudian melipat sedimen yang turun 
tadi menjadi roll over (melengkung di atas). Saya kebetulan pernah bertemu 
langsung dengan Hong Bin Xiao dan John Suppe saat ada konferensi struktur di 
Texaco tahun yang sama dengan publikasi tersebut (1992), mereka menunjukkan 
simulasi pembentukan roll over tersebut menggunakan komputer.
 
Jadi yang harus diselidiki pertama adalah apakah antiklin prospek tersebut roll 
over dari growth fault atau bukan.
 
Karena progradasi sedimen delta di Kutei maupun Tarakan ke arah timur, maka 
betul arah2 growth fault akan utara-selatan (sebab arah growth fault akan 
selalu tegak lurus terhadap arah progradasi sedimen delta). Dan, arah roll over 
anticline pun karena ia dibentuk growth fault akan sejajar dengan sesarnya 
yaitu utara-selatan.
 
Bila ternyata arah antiklin ini justru barat-timur, tetapi ada satu sistem 
dengan growth fault yang utara-selatan; maka harus diselidiki dulu apakah 
memang itu growth fault, jangan2 hanya sesar planar saja bekas rifting Makassar 
Strait di dekat Mangkalihat. Bila benar itu growth fault sesuai ciri2nya, maka 
antiklin B-T itu bisa saja merupakan rotated roll over secara anticlockwisely 
akibat drag Mangkalihat Fault. Saya punya data seismik terbaru di antara 
Mangkalihat dan Sulawesi dan menunjukkan bahwa Sesar Mangkalihat aktif sampai 
ke Kuarter, jadi drag oleh Mangkalihat Fault mungkin saja. Rotasi semacam itu 
dari roll over yang utara-selatan menjadi barat-timur menuntut kinematika bahwa 
Mangkalihat Fault bergerak secara dextral. Bila sinistral, ia tak akan 
menyebabkan drag anticlockwisely.
 
Problem timbul karena Palu-Koro (sinistral) ke Mangkalihat berdasarkan data 
seismik terbaru (PGS 2008) bersambung (ada juga di publikasi Baillie et al. 
(2004) -IPA Proc. dan menurut publikasi Rangin (1991) dan Tongkul (1991) 
Mangkalihat adalah  sinistral, bukan dextral - maka suatu drag sinistral tak 
akan merotasi antiklin U-S menjadi B-T.
 
Publikasi Rangin dan Tongkul tersebut belum tentu benar juga, bisa saja 
Mangkalihat dextral : ini harus diselidiki. 
 
Bila memang Mangkalihat dextral maka semua skenario masuk, baik antiklin 
tersebut sebagai rotated fold oleh drag dextral maupun sebagai en echelon fold 
dalam sistem dextral. Strain ellipsoid Wilcox (1973) bila diterapkan di sistem 
dextral Mangkalihat akan menghasilkan en echelon fold yang barat-timur; tetapi 
bila Mangkalihat benar sinistral maka arah antiklin en echelon itu akan 
BL-Tenggara.
 
Sesar-sesar mendatar besar bisa saja mengubah gaya slip-nya sepanjang 
sejarahnya bergantung dari mana driver utamanya berasal. Sesar2 besar di 
IndoCina (RRF, TPF, Wang Chao, dsb.) dianggap dextral seperti Sumatra Fault 
pada Paleogen, tetapi kemudian menjadi sinistral saat driver utama dari 
collision India tak terlalu aktif lagi di Neogen, gantian Pacific plate 
movement yang aktif. Maka sekarang menjadi penting kapan umur Mangkalihat 
berubah dari sinistral menjadi dextral dan kapan rotasi terjadi.
 
2. Biasanya yang namanya en echelon fold memang banyak lipatan2 sejenis yang 
paralel; itu juga yang saya temukan untuk en echelon folds di utara Barito di 
wilayah Makunjung-Kuaro relatif terhadap bagian selatan Adang Fault (dextral 
saat pembentukan en echelon fold ini) - Satyana (1994) -PIT IAGI Proc atau di 
Salawati Basin terhadap Sorong Fault yang sinistral (Satyana et al., 2002 -PIT 
IAGI Proc.). Bila ia sendiri saja, coba cek lagi sebab data seismik sampai ke 
dekat Lembah Palu di sebelah selatan Mangkalihat masih menunjukkan beberapa 
fold dan fault en echelon bahkan sampai ke dasar laut. Kalau Samarinda 
Anticlinorium jangan ditafsirkan sebagai akibat couple strikes Adang dan 
Mangkalihat. Teori ini sudah pernah diuji oleh beberapa peneliti struktur 
geologi Ken McClay atau Angus Ferguson dengan sand  clay box modelling dan tak 
terbukti. Buat saya, penjelasan gliding tectonic sebagai asal Samarinda 
Anticlinorium yang pernah dikemukakan van Bemmelen
 

Bls: [iagi-net-l] Potensi Hydrocarbon di Indonesia Timur

2009-12-02 Terurut Topik Awang Satyana
 di IPA Proc 2003 : 
sedimentology and evolution of Kais carbonate platform); dari stage 1 ke stage 
berikutnya diatur oleh basin plumbing - kemana basin terangkat, ke mana basin 
tenggelam; dan itu semua hanyalah permainan Sorong Fault tectonism, tak ada 
hubungan sama sekali dengan Tarera-Aiduna, tak ada hubungan sama sekali dengan 
pergerakan terranes di sekitarnya (kalau ada).

salam,
Awang

--- Pada Sel, 24/11/09, sigit prabowo sigit_p...@yahoo.com menulis:

 Dari: sigit prabowo sigit_p...@yahoo.com
 Judul: [iagi-net-l] Potensi Hydrocarbon di Indonesia Timur
 Kepada: awang satyana awangsaty...@yahoo.com, iagi-net@iagi.or.id
 Tanggal: Selasa, 24 November, 2009, 1:30 PM
 Pak Awang dan para IAGI Netters
 YTH.,
  
 Mengevaluasi potensi Hydrocarbon (HC) di Indonesia Timur,
 dalam hal ini pada wilayah antara NW shelf of Australia s/d
 Kepala Burung, Papua; saya ingin mengajukan beberapa
 pertanyaan :
  
 1. Dalam beberapa literature (Bradshaw, et al, PESA 1994;
 Tyler, GSWA, 2005); disebutkan bahwa petroleum system di
 Australia, bisa dibagi dalam beberapa fase petroleum
 supersystems, yaitu : 
  
 a. Proterozoic (McArthur, Urapungan, Centralian), belum
 menjadi economic petroleum production, namun di beberapa
 tempat, seperti di Dingo-Amadeus basin, McArthur basin,
 Officer basin, terdapat oil dan gas show; dan juga TOC
 5% (Urapungan)
 b. Larapintine 1 (Middle Cambrian), terdapat oil show di
 Officer  Amadeus basins, terdapat source potential TOC
  5% di Arafura basin.
 c. Larapintine 2 (Ordovician), terdapat oil  gas
 discovery di Amadeous  Canning basins
 d. Larapintine 3 (Late Devonian), terdapat oil discovery di
 Canning basin, dan gas discovery di Bonaparte basin
 e. Gondwanaland 1 (kadang disebut juga sebagai transisi
 dari Larapintine 3, Early-Middle Carboniferous), oil
 discovery di Canning dan Bonaparte basins, dan gas discovery
 di Perth basin
 f. Gondwanaland 2 (Late Permian-Early Triassic) oil 
 gas discovery di Perth basin, gas discovery di Bonaparte
 basin
 g. Westralian (Middle-Late Triassic s/d Cretaceous), gas
 discovery di NW shelf, di bagian selatan (?) seperti di
 Perth basin diklasifikasikan menjadi Austral supersystem.
  
 Klasifikasi yang mirip dan lebih sederhana bisa ditemukan
 di Longley, Bradshaw, dan Hebberger; AAPG Memoir 2001;
 dimana disebutkan terdapat beberapa pembagian supersystem
 (dan era nya juga), menjadi :
  
 a. Proterozoic, meliputi a1. McArthur (evaporitic rifts,
 1700-1500 Ma, lacustrine dolomites shales source facies),
 a2. Urapungan (marine shelf and slope, foreland basin, 1400
 Ma, marine shale), a3. Centralian (Centralian
 superbasin-intracratonic basin dalam Rodinia, marine,
 evaporitic, glacial, 750-650-600 Ma, carbonate evaporites
 shales, post glacial marine shale)
  
 b. Paleozoic, meliputi b1. Larapintine (Lower Paleozoic
 tropical climate, carbonate, evaporites, marine clastics,
 Cambrian s/d Early Carboniferous, marine calcareous shale),
 b2. Gondwanan (Late Carboniferous-Early Triassic glaciation,
 clastic, Early Permian-Late Triassic, dari non marine-delta
 s/d marine source facies)
  
 c. Mesozoic, meliputi : c1. Westralian (Triassic-Cenozoic
 break-up dari northern  western margin, marine
 environment, sub-unit Sahul, Late Triassic-Early Cretaceous,
 deltaic-marine anoxic, marine carbonate), c2. Austral (Late
 Jurassic-Cenozoic break-up dari southern  Southwestern
 margin, terrestrial rift environments, Late Jurassic-Early
 Cretaceous, fluvio-deltaic, fluvio lacustrine shale-dan
 fluvial-coaly), dan c3. Murta (Cretaceous interior sag,
 fluvial-lacustrine to marine, Late Jurassic, Late Albian,
 fluvial lacustrine shale, lacustrine/marginal marine, anoxic
 marine oil shale.
  
 d. Cenozoic, meliputi : Capricorn (Late Cretaceous-Cenozoic
 rifts, northeast Australia, tropical break-up dari laut
 Coral, Eocene, lacustrine oil shale.
  
 Kemudian bila dikombinasikan dengan beberapa literature
 seperti antara lain Barber et al, 2003  2006; Myra
 Keep, GSA 2008; JJ Veevers 2005, Hill  Hall 2002;
 dll,..bahwa NW shelf Australia-Timor-Tanimbar-Kai-Kepala
 Burung-dan pulau Seram; terdapat beberapa pola petroleum
 system, yang mirip dengan Paleozoic Gondwana dan Mesozoic
 Westralian supersystem. Dan sepertinya juga berkaitan dengan
 proses rifting yang terjadi di daerah ini, yang mana kalau
 saya amati, ternyata terdapat 2 pola : 1. Paleozoic (Late
 Devonian-Permian) NE-SW extensional direction, basin2 nya
 meliputi : Carnarvon, Canning/Fitzroy/Willara, Petrel
 sub-basin/Bonaparte basin, Money shoal, South Aru graben,
 Georgina, Amadeous, dan Officers basins; dan 2. Mesozoic
 (Mid-Late Carboniferous-Jurassic) NW-SE extensional
 direction, meliputi basin2 al. : Barrow, Bedout, Dampier,
 Browse-Vulcan, Malita graben, Lengguru depocentre. 
  
 Pertanyaan saya, apakah ada kemungkinan ditemukan di
 sepanjang NW Australia s/d kepala burung, adanya
 supersystem2 dan petroleum system2 yang lain, mengingat
 minimal Arafura, kepala burung dan Papua sendiri pernah

[iagi-net-l] Seminar Nasional Geologi Universitas Jenderal Soedirman (14 November 2009)

2009-11-16 Terurut Topik Awang Satyana
 kreatif setelah melakukan banyak analisis. 
Materi ini pernah dipresentasikan di pertemuan IPA bulan Mei yang lalu (Cipi 
Armandita, Mukti Maruf, Awang Satyana, 2009). Saya membawakannya secara khusus 
untuk para mahasiswa Geo-Unsoed yang saya harapkan kelak menjadi local expert 
untuk Banyumas Basin sebab kampus mereka berlokasi di wilayah yang dalam 
pemahaman saya memiliki geologi sangat menarik (bintang lima !). 

Materi ini berbicara tentang begitu banyaknya rembesan minyak dan gas di suatu 
jalur yang membujur dari baratlaut-tenggara dari Majalengka sampai Banyumas. 
Jalur ini segaris dengan sesar besar dekstral yang saya sebut Zona Sesar 
Pamanukan-Cilacap. Jalur ini pun segaris dengan penyebaran Formasi Halang dan 
Formasi Kumbang. Di ujung baratlaut jalur ini berdiri dengan gagah Gunungapi 
Ciremai, sementara di sebelah tenggaranya berdiri Gunungapi Slamet yang tak 
kalah perkasanya. Analisis struktur detail yang dilakukan Cipi Armandita 
menunjukkan bahwa posisi Ciremai berada pada suatu dogleg dalam dua sistem 
sesar mendatar dextral (duplex). Karena dextral, dogleg atau belokan tajam ini 
bersifat membuka, sehingga kita sebut saja trans-tension duplex. Studi 
sedimentologi detail di lapangan yang dilakukan pada Formasi Halang oleh Mukti 
Maruf di sebelah tenggara Ciremai menunjukkan bahwa semua arah sedimentasi 
Halang dari baratlaut ke tenggara. Hal ini membuka
 interpretasi bahwa Halang dipasok oleh proto-Ciremai yang terjadi sebagai 
back-arc volcanism yang duduk di atas Sesar Pamanukan-Cilacap. Patut dicurigai 
bahwa proto-Ciremai yang berumur Miosen itu bukan subduction-related volcanism 
tetapi back-arc volcanism yang kemunculannya ke permukaan akibat trans-tension 
duplex Pamanukan-Cilacap. 
Maka sebuah rekonstruksi disusun, bahwa pada Miosen dari Majalengka sampai 
Banyumas ada space of accommodation akibat pembukaan transtension duplex 
Pamanukan-Cilacap, ke dalamnya diendapkan sedimen volkaniklastik Formasi Halang 
dan Formasi Kumbang. Provenance kedua sedimen ini adalah gunung-gunungapi purba 
proto Ciremai dan Kumbang yang terbentuk di dogleg transtension duplex. Lalu 
pada periode berikutnya, jalur trans-tension ini terangkat atau terinversikan 
seiring terjadinya migrasi thrusting dari pojok baratdaya Jawa Barat menuju 
timurlautnya (ingat konsep migration thrust Jawa Barat Pak Suyono Martodjojo, 
1984 ) dari Cikalong Thrust sampai Baribis Thrust.  

Jalur transtension Majalengka-Banyumas ini terinversikan seiring terjadinya 
Cirata Thrust pada N19. Kami menyebutnya Cirata-Cadasngampar Thrust. Inversi 
inilah yang membuat implikasi petroleum system yang penting untuk Jalur 
Majalengka-Banyumas. Begitu jalur ini terangkat, sebelah utara dan selatan 
jalur ini tenggelam dengan cepat selama Pliosen akibat gaya isostatik. Segera 
terbentuk depresi di wilayah selatan jalur ini yang kami sebut Depresi 
Bobotsari-Serayu Utara di sebelah utara jalur dan Depresi Banyumas-Citanduy di 
sebelah selatan jalur. Ke dalam kedua depresi ini diendapkan sedimen Pliosen 
yang sangat tebal dalam waktu yang singkat : Pemali yang diapirik. 
Penenggelaman dan pembebanan inilah yang telah ikut menenggelamkan sedimen 
Paleogen pra-Halang (KarangSambung, Old Andesite di tenggara dan ekivalen 
Talang Akar-Lower-Middle Cibulakan di baratlaut) ke dalam suatu kedalaman oil 
window.

Kisah selanjutnya adalah bahwa minyak dan gas digenerasikan dari batuan induk 
Paleogen Formasi Karang Sambung dan Formasi Talang Akar (Lower Cibulakan), lalu 
mereka bermigrasi ke atas ke sisi selatan dan utara jalur inversi 
Majalengka-Banyumas sehingga kini kita temukan banyak rembesan migas di sisi 
selatan dan utara Jalur Tinggian Majalengka-Banyumas. Bahwa minyak ini berasal 
dari serpih Formasi Karang Sambung di wilayah Banyumas dapat dianalogikan 
dengan oil to source correlation dari kondensat sumur Jati-1 (Lundin Banyumas, 
2005) dan singkapan serpih Karang Sambung seperti pernah dipublikasikan oleh 
Pak Eddy Subroto (2008). Bahwa minyak di Majalengka berasal dari ekivalen 
Talang Akar juga pernah dibuktikan secara geokimia menggunakan korelasi 
biomarker seperti dipublikasikan oleh Totong Usman dari Pertamina (2005). Maka, 
boleh disimpulkan bahwa Depresi Citanduy-Banyumas dan Depresi Bobotsari-Serayu 
Utara adalah kitchens yang aktif, yang memigrasikan
 minyak dan gas yang digenerasikannya ke Tinggian Majalengka-Banyumas. Di mana 
perangkap migas di wilayah ini -yang pertama harus menjadi target pertama 
adalah sepanjang jalur sub-thrust sebelah utara dan selatan Tinggian 
Majalengka-Banyumas. Kalau saja teknologi akuisisi seismik mampu menembus 
tutupan volkanik di batas Jawa Barat-Jawa Tengah, maka akan banyak prospek 
tersingkap.  

Sumur minyak pertama di Indonesia (sumur Maja-1 di Desa Cibodas, Majalengka) 
dibor Jan Reerink pada tahun 1871 di ujung baratlaut Jalur Majalengka-Banyumas 
menggunakan rig Pennsylvania -sejenis rig yang dipakai Kolonel Drake mengebor 
sumur minyak pertama di dunia. Belasan sumur minyak dibornya

Bls: Fwd: [iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia

2009-11-10 Terurut Topik Awang Satyana
 berbahasa
 Melayu. Bahkan raja Islam Pertama di demak diperkirakan
 tidak berbahahasa
 Jawa, tetapi Melayu (Pramoedya Ananta Toer, tempo 
 Doeloe, jakarta : hasta
 Mitra. 1982.).
 
 Kemungkinan bahasa melayu kuno asalnya dari malaya (sesuai
 migrasi manusia
 di Asia) menyebar pertama ke nusantara, berkembang lagi di
 malaya  menyebar
 ke dua kalinya lebih luas ke Nusantara pada zaman Islam
 Nusantara.
 
 (panggung sejarah: persembahan kepada  prof.Dr, Denys
 Lombard; Yayasan Obor
 zindonesia 1999)
 2009/11/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 
 Dongeng untuk Pak Sugeng.
 
  Bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang memang
 berkembang dari bahasa
  Melayu. Tetapi, jangan pernah menganggap bahwa bahasa
 Indonesia berkembang
  dari bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia
 sekarang. Bahasa Indonesia
  berkembang dari bahasa Melayu yang digunakan sejak
 lama di hampir seluruh
  wilayah Indonesia sendiri. Justru bahasa Melayu di
 Malaysia sekarang berakar
  dari bahasa Melayu di wilayah Indonesia.
 
  Pada masa itu sudah terkenal di sebagian besar wilayah
 Nusantara suatu
  bahasa perhubungan, suatu lingua franca, yang disebut
 bahasa Melayu Pasar.
  Di berbagai daerah itu, Melayu Pasar diucapkan dalam
 dialek-dialek tertentu.
  Suatu dialek Melayu yang terkenal saat itu adalah
 dialek Melayu Riau. Banyak
  ahli bahasa Indonesia mengatakan bahwa bahasa
 Indonesia berkembang dari
  bahasa Melayu dialek Riau.
 
  Menggali lebih dalam lagi, bukti tertua bahwa bahasa
 Melayu telah menjadi
  bahasa perhubungan di Indonesia adalah bukti-bukti
 berupa prasasti dari
  Kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Prasasti-prasasti
 terkenal masa Kerajaan
  Sriwijaya itu menggunakan bahasa Melayu : prasasti
 Kedukan Bukit (683 M),
  Talang Tuwo (684 M), Kota Kapur (686 M) dan Karang
 Brahi (688 M).
 
  Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang memiliki
 armada perkapalan
  untuk keperluan berdagang. Orang-orangnya menjelajah
 seluruh negeri di
  Nusantara dan sekitarnya, mereka ketika singgah di
 suatu wilayah juga
  mengajarkan bahasa Melayu yang digunakan di Sriwijaya
 agar memudahkan urusan
  berdagang (maka disebut Melayu Pasar). Di daerah Kedu,
 Jawa Tengah pernah
  ditemukan suatu prasasti berangka tahun 832 M dan
 disebut Inskripsi
  Gandasuli. Menurut de Casparis, ahli arkeologi
 Prancis, prasasti ini
  menggunakan bahasa Melayu kuno. Catatan para pelawat
 dari luar negeri ke
  Nusantara pada zaman Sriwijaya, misalnya I
 Tsing,  juga menyebutkan bahwa
  bahasa perhubungan masa itu adalah bahasa Melayu.
 Semakin menuju abad-abad
  modern bahasa Melayu semakin berkembang digunakan di
 Nusantara, tidak lagi
  terbatas untuk keperluan berdagang  tetapi juga
 untuk menuliskan karya-karya
  sastra. Telah banyak ditemukan karya-karya sastra dari
 abad XIV-XVII berupa
  cerita pelipur
   lara, hikayat, dongeng-dongeng, dan sebagainya.
 Bahasa dan isi karya-karya
  sastra ini mendapatkan pengaruh baik dari bahasa
 Sanskerta dengan
  unsur-unsur Hindunya dan dari bahasa Arab-Persia
 dengan unsur-unsur
  Islamnya.
 
  Ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia pada abad
 XVI, mereka
  menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu
 merupakan suatu bahasa resmi
  dalam pergaulan dan bahasa perdagangan. Mereka juga
 menemukan bahwa bahasa
  Melayu telah digunakan dari Sumatra sampai Maluku. Di
 samping itu, di setiap
  daerah digunakan juga bahasa-bahasa daerah seperti
 Sunda, Jawa, Madura, dan
  lain-lain. Bahasa Melayu, atau bahasa daerah setempat,
 juga telah diwajibkan
  digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah
 (surat keputusan
  Pemerintah Kolonial Belanda no. 104 tahun 1871). Ini
 dilakukan karena
  kegagalam menggunakan bahasa Belanda atau bahasa
 Portugis sebagai bahasa
  pengantar.
 
  Pada awal masa pergerakan kebangsaan, saat banyak
 perkumpulan pemuda
  bersifat kedaerahan (Jong Java, Jong Sumatra, Jong
 Ambon, dan sebagainya
  –jong = pemuda) yang ingin bersatu, pilihan bahasa
 persatuan menjadi sesuatu
  yang sulit sebab setiap perkumpulan pemuda itu ingin
 menjadikan bahasa
  daerahnya masing-masing sebagai bahasa persatuan. Para
 pemuda ini tak
  berhasil menemukan kesepakatan. Sementara itu,
 Pemerintah Belanda pada saat
  yang bersamaan (1908) tengah melakukan politik balas
 budi kepada bangsa
  Indonesia. Mereka mendirikan Comissie voor de
 Volkslectuur (Komisi untuk
  Bacaan Rakyat) yang menerbitkan buku-buku murah. Semua
 buku itu dicetak
  dalam bahasa Melayu. Oleh Pemerintah Belanda, pada
 tahun 1918, Dewan Rakyat
  (Volksraad) pun diberikan kebebasan untuk berbahasa
 Melayu daripada
  berbahasa Belanda.
 
  Karena keinginan yang kuat untuk bersatu, maka
 perkumpulan para pemuda pada
  tahun 1926 mengorbankan sentimen kedaerahannya
 masing-masing dan dengan rela
  memilih bahasa Melayu dialek Riau (disebut juga Melayu
 Tinggi), yang selama
  ini telah digunakan sebagai bahasa resmi perhubungan,
 sebagai bahasa
  persatuan. Maka saat diadakan Kongres Pemuda Indonesia
 di Jakarta pada 28

[iagi-net-l] Flores Thrust Tetap Aktif (Gempa Sumbawa 9 November 2009)

2009-11-09 Terurut Topik Awang Satyana
Sebuah gempa berkekuatan 6,7 SR mengguncang pantai utara Sumbawa bagian timur 
pada subuh kemarin Senin 9 November 2009  pukul 03:41:46 WITA. BMKG 
menganalisis bahwa gempa ini berlokasi di 8.24 LS - 118.65 BT atau 28 km 
baratlaut kota Raba di ujung semenanjung yang diapit oleh dua teluk : Teluk 
Sanggar dan Teluk Bima. Gempa berasal dari kedalaman 25 km.  

Media hari ini menurunkan berita bahwa gempa telah menewaskan dua orang dan 
melukai 40 orang akibat bangunan runtuh.

Data USGS Body-Wave Moment Tensor Solution menunjukkan bahwa pematahan batuan 
yang mengakibatkan gempa ini berupa sesar naik jenis sesar anjak (thrust) 
dengan jurus 92 deg NE dan kemiringan 29 deg.

Secara regional, pola pematahan batuan yang mengakibatkan gempa ini sejajar 
dengan Flores Thrust sebuah megathrust besar dan panjang dari utara 
Wetar-Alor-Flores-Sumbawa. Maka dapat diduga bahwa pematahan batuan pada  
kedalaman 25 km ini berhubungan dengan percabangan (splay) Flores Thrust. 
Flores Thrust sesungguhnya juga merupakan jalur subduksi kerak samudera Banda 
bagian barat (segmen Laut Flores) yang menyusup di bawah busur kepulauan Nusa 
Tenggara. Maka Nusa Tenggara duduk di atas dua jalur subduksi yang polaritas 
(arah)-nya berlawanan, slab (kerak samudera) Hindia yang miring ke utara dan 
slab Banda yang miring ke selatan.

Karena dalam beberapa dekade ini episentrum gempa dan aktivitas volkanik lebih 
sering terjadi di sisi utara Sumbawa-Flores-Alor-Wetar, maka boleh saja diduga 
bahwa aktivitas tektonik subduksi slab Banda lebih aktif dibandingkan dengan 
subduksi slab Hindia. Aktivitas ini mungkin sejak Pliosen-Plistosen, seiring 
berpindahnya jalur volkanik aktif dari selatan ke utara (perhatikan bahwa semua 
gunungapi aktif Nusa Tenggara ada di sisi utara, bukan di sisi selatan : 
Agung-Rinjani-Tambora-Sangeang Api-dst.)

Flores Thrust telah terkenal sebagai biang gempa2 besar di Sumbawa dan Flores. 
Database gempa menunjukkan bahwa selama tahun 1990-an tercatat ada 10 gempa 
berkekuatan  6.5 M di sekitar wilayah ini. Yang terbesar dan terkenal adalah 
yang terjadi pada Desember 1992, saat sebuah gempa besar berkekuatan M 7.8 
terjadi di sebelah utara Flores 350 km ke sebelah timur dari lokasi gempa 
kemarin. Gempa tersebut saat itu menewaskan 2500 orang dan membuat 90.000 orang 
kehilangan rumah akibat runtuh atau disapu tsunami. Itulah tsunami terburuk 
pertama yang banyak mendapatkan perhatian.

Indonesia secara geologi masih penuh geliat, masih muda umurnya, masih 
menghentak-hentak, apalagi di sana-sini tertekan lempeng-lempeng yang saling 
beradu. Berhati-hatilah, siap selalu sebab gempa datang tanpa bisa diduga-duga.

salam,
Awang



  
___
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru.
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. 
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



[iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia

2009-11-02 Terurut Topik Awang Satyana
 
perkembangannya. Bahasa Indonesia telah berkembang sedemikian rupa selama 
puluhan tahun, mendapatkan pengaruh dan pengayaan dari bahasa-bahasa daerah dan 
bahasa asing. Bahasa Indonesia telah berkembang sesuai kemajuan zaman, agar 
tetap lentur digunakan oleh masyarakat Indonesia yang juga berkembang.

Tidak ada bahasa nasional persatuan di dunia ini seperti bahasa Indonesia yang 
bisa mengatasi sekitar 700-an suku atau puak, kebudayaan mereka pada umumnya, 
dan bahasa-bahasa mereka pada khususnya.

Salam,
Awang


--- Pada Kam, 29/10/09, Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id 
menulis:

 Dari: Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id
 Judul: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah 
 Pemuda
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id, IAGI iagi-net@iagi.or.id, Geo Unpad 
 geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Eksplorasi 
 BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Tanggal: Kamis, 29 Oktober, 2009, 7:15 AM
 Pak Awang yang baik,
  
 Trimakasih, uraiannya yang sangat bagus telah menambah
 pengetahuan kami. Pasti pak Awang mengoleksi bukunya pak
 Prof. Yus Badudu (Guru Besar Bahasa Indonesia di Unpad).
 Saya mempunyai bbrp buku beliau, dan pernah akan diajak
 sowan untuk minta tanda-tangan beliau (kebetulan menantunya,
 mas Edwin Latuihamalo teman di lokasi pemboran). Semoga
 nanti terlaksana. Sekalian mohon ijin, tulisan Pak Awang ini
 akan saya sebarkan kepada saudara dan teman saya Guru Bahasa
 Indonesia.
  
 Setengah abad yll, ketika masih menjadi murid SR (sekolah
 rakyat) di kelas satu dan dua kami menggunakan pengantar
 Basa Jawa (saya kan ada di pedalaman Jawa Tengah); baru
 setelah naik ke kelas tiga, kami dikenalkan Basa Melayu
 (Cara Mlayu). Belakangan, dengan berkembangnya jaman, kita
 di seluruh Negeri telah menggunakan Bahasa Indonesia.
 Saya pernah mendengar sindiran bahwa Bahasa Indonesia itu
 berasal dari Bahasa Malaysia. Saya rasa ini tidak seluruhnya
 benar; menurut saya bahwa Bahasa Indonesia (sekarang ini)
 adalah masih satu rumpun dengan Rumpun Bahasa Melayu yang
 berlaku di Semenanjung Malaya dan Sumatera.
 Memang Bahasa Indonesia telah mengalami evolusi, misalnya
 mulai dengan Ejaan OP Ophoysen (?), Ejaan Soewandi (Menteri
 PDK?) dan Ejaan yang disempurnakan; juga kata-2 serapan yang
 diambil dari bbrp bahasa daerah maupun bahasa asing.
 Misalnya: Production sharing (bagi hasil), ketika saya masih
 merantau di Singapura, saya dengar kata sharing artinya
 kongsi yang kalau di kita sama dengan patungan (ini dari
 bahasa Jawa). Kulkas (Belanda: Kul Kas) sementara saudara
 kami di S'pura menyebutnya peti sejok...
 Kata budak, kaki tangan kalau di Malaysia merupakan
 kata-2 yang biasa sementara di kita berkonotasi negatif.
  
 Yang jelas bahwa Bahasa Indonesia telah mengalami perubahan
 dan perkembangan, dan telah dipergunakan di seluruh negeri.
 Ketika saya di desa Durian Kering, di ujung pulau Salawati,
 semua penduduknya fasih berbahasa Indonesia.
 Mohon pencerahannya hubungan antara Bahasa Indonesia dengan
 Bahasa Melayu.
  
 Trimakasih, dan salam hangat,
 sugeng
  
 nb. Tidak menduga, cucu keponakan saya di desa Jateng juga
 sudah memakai pengantar Bhs Indonesia, selain Jawa. Bahkan
 sudah mulai diperkenalkan bahasa Inggris. Suatu hari ketika
 bertelepon, saya dibuat agak terkejut karena budak kecil
 ini sempat berkata; Oke, Mbah, see you tomorrow morning...O,
 nggih Mbah, susune pun telas (...oyha, susunya sudah habis).
 Ini artinya minta dikirimi pake,he-he. 
  
  
  
  
 
 
 
 From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
 Sent: Wed 10/28/2009 11:06 PM
 To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
 Subject: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia :
 Memperingati Sumpah Pemuda
 
 
 
 Hari Sumpah Pemuda yang kita peringati untuk ke-81 tahun
 hari ini, mempunyai makna tersendiri pada tahun ini,
 khususnya yang menyangkut bahasa persatuan kita Bahasa
 Indonesia, yang merupakan sumpah ketiga para pemuda pada 28
 Oktober 1928.
 
 Tahun ini, tepatnya pada 9 Juli 2009, Bahasa Indonesia
 telah resmi diundangkan dalam Undang-Undang. Undang-Undang
 tersebut adalah UU Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009
 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
 Kebangsaan. UU ini termuat dalam Lembaran Negara Republik
 Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, dan Penjelasan atas UU No.
 24/2009 ini tercantum sebagai Tambahan Lembaran Negara
 Republik Indonesia Nomor 5035.
 
 Setelah 81 tahun Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Nasional,
 akhirnya peraturan-peraturan tentang tata tertib berbahasa
 masuk ke dalam UU khusus. UU ini juga mengatur pemakaian
 bahasa asing dan bahasa daerah.
 
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang tata tertib
 tersebut yang mungkin berhubungan dengan bisnis perminyakan
 atau pertambangan secara umum di Indonesia saya kutipkan
 berikut ini.
 
 Pasal 30 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pelayanan
 administrasi publik di instansi pemerintahan.
 
 Pasal 31 (1) Bahasa Indonesia wajib

[iagi-net-l] Padanan Bahasa Indonesia untuk Istilah-Istilah Keilmuan

2009-10-31 Terurut Topik Awang Satyana
 resmi untuk dipakai. Hal ini tercermin pada publikasi dari
 Direktorat
 Geologi (sekarang PSG) dan juga saya lihat Lemigas dan
 instansi2
 Departemen
 ESDM lainnya. Itulah sebabnya Pak Sukamto mengikuti
 peraturan istilah dari
 Departemen Pertambangan sebagai pejabat Direktorat Geologi
 dulu.
 
 Mas Moel ini adalah teman dekat dan teman baik saya sejak
 zaman mahasiswa
 teman berdiskusi dan berdebat, terutama mengenai masalah
 istilah geologi
 dalam bahasa Indonesia. Mengenai hal ini kami telah sepakat
 untuk tidak
 sependapat.
 
 Beliau berpendapat bahwa usahakan semua istilah asing
 diterjemahkan ke
 Bahasa Indonesia, pertama dicari dari bahasa Melayu, kalau
 tidak ada
 bahasa
 Melayunya cari istilah lokal, misalnya Sunda, Jawa atau
 bahasa daerah
 lainnya, bahkan bahasa Sanserketa yang merupakan induk
 bahasa2 Nusantara,
 kalau masih tidak ada cari istilah dalam bahasa Arab yang
 sudah lazim
 digunakan di dalam bahasa Indonesia, dan terakhir dengan
 meng-indonesia-kan
 bahasa Inggris bahkan bahasa Belanda,
 Tapi menurut hemat saya hal ini membingungkan terutama
 kalau istilah ini
 digunakan dalam bahasa aselinya karena terjadi perubahan
 makna bahkan
 pengertian. Misalnya istilah napal, istilah ini digunakan
 dalam bahasa
 lokal
 di Sumatra dengan pengertian untuk setiap batuan yang
 berlapis atau bahkan
 diartikan cadas dalam bahasa Sunda. Istilah serpih juga
 menimbulkan salah
 pengertian di masyarakat karena serpih -serpihan itu
 artinya keping2
 kecil.
 Juga istilah Inggris banyak menggukanan 1 suku kata seperti
 tuf, menjadi
 tufa, padahal istilah tufa itu dalam bahasa Inggris
 mempunyai pengertian
 lain, yaitu endapan travertine. Juga beliau tidak setuju
 adanya consonant
 rangkap dalam bahasa Indonesia, sehingga basalt menjadi
 basal (saya ledek:
 kalau granite harus jadi geranit Mas?). Seismic survey
 menjadi survai
 kegempaan (saya ledek: kalau seismicity survey jadi survai
 kegempaan
 juga?,
 kalau earthquake survey ?).
 Saya lebih setuju pengindonesian istilah teknik ilmiah itu
 adalah dengan
 melakukan pengindonesian istilah Inggris yang terutama
 berakar dari bahasa
 Latin, seperti porosity menjadi porositas (bukan
 kesarangan), permeability
 menjadi permeabilitas (bukan kelulusan sebagaimana beliau
 terjemahkan).
 University menjadi Universitas dsb
 Konsep baru dan istilah baru akan muncul terus dalam
 perkembangan sains
 dan
 teknologi, nantinya kita hanya akan disibukkan  dengan
 menghabiskan waktu
 dengan penelusuran kata2 yang dari bahasa
 melayu/sanserkerta kuno setiap
 ada
 istilah baru. Ini pun tidak menjamin ketepatan dari
 pengertiannya,
 terutama
 hal ini menyangkut ilmu2 yang sudah terspesialisasi. Banyak
 menurut hemat
 saya istilah2 Indonesia dalam kamus beliau itu tidak
 mencerminkan
 pengertian
 sebenarnya, Conton istilah mudstone dari klasifikasi
 Dunham, sebenarnya
 istilah ini asalnya adalah lime-mudstone tetapi kebiasaan
 dipersingkat
 jadi
 mudstone. Kalau diterjemahkan menjadi batulumpur, bagaimana
 dengan istilah
 mud-rock yang betul-betul mempunyai pengertian batulumpur.
 Perhatikan
 kalau
 membaca batulumpur di pulikasi dan peta2 diterbitkan
 Direktorat Geologi
 (GRDC atau PSG), mungkin yang dimaksud mudstone dalam
 pengertian Dunham.
 Untuk menghindari salah pengertian dalam bahasa Inggris-pun
 melange (asal
 bahasa Perancis) juga en echelon. nuee d'ardante, avalanche
 dsb tidak
 diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, tetap istilah
 perancis digunakan
 dengan ditulis dengan huruf miring (italic) untuk
 menghidari salah
 pengertian. Penggunaan bancuh dsb akan membingungkan saja.
 Juga dalam pendidikan saya kira istilah mineral, batuan,
 gejala tektonik
 dan
 sebagainya kita ambil dari istilah Inggris saja yang
 diindonesiakan,
 sehingga bagi si mahasiswa kalau membaca buku artikel dalam
 bahasa Inggris
 tidak dibingungkan oleh istilah atau sibuk melihat dikamus
 Pak Mulyono
 Purbo, yang belum tentu ada di situ..
 
 Sebagai penutup saya ucapkan alangkah bahagianya para
 ilmuwan biologi.
 kedokteran, pertanian, termasuk juga para ahli
 paleontologi  tidak terlalu
 dibingungkan masalah istilah, karena mereka masih
 menggunakan istilah
 ilmiah
 zaman dulu yang resmi yaitu istilah2 Latin
 Wassalam
 RPK
 
 
 - Original Message -
 From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 To: iagi-net@iagi.or.id;
 Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
 fo...@hagi.or.id
 Sent: Friday, October 30, 2009 8:35 AM
 Subject: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia :
 Memperingati Sumpah
 Pemuda
 
 
 Pak Idho,
 
 Makassar sudah lebih dari siap untuk melaksanakan
 pertemuan2 nasional
 maupun
 internasional. Sarana2 penunjangnya banyak, baik untuk
 keperluan fiedtrip
 dari melange pra-Tersier di Bantimala sampai terumbu karang
 modern di
 paparan Sangkarang, maupun untuk sekadar berwisata :
 kampung laut, benteng
 Belanda tempat Diponegoro ditawan, trans-studio, dll.
 Bandara
 Hasanuddin-nya
 yang modern, serasa mendarat di kota2 US saja.
 
 Teman-teman Geologi di UNHAS, Pengda IAGI di

Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda

2009-10-31 Terurut Topik Awang Satyana
 dipakai. Hal ini tercermin pada publikasi
 dari Direktorat
  Geologi (sekarang PSG) dan juga saya lihat Lemigas dan
 instansi2
  Departemen
  ESDM lainnya. Itulah sebabnya Pak Sukamto mengikuti
 peraturan istilah dari
  Departemen Pertambangan sebagai pejabat Direktorat
 Geologi dulu.
 
  Mas Moel ini adalah teman dekat dan teman baik saya
 sejak zaman mahasiswa
  teman berdiskusi dan berdebat, terutama mengenai
 masalah istilah geologi
  dalam bahasa Indonesia. Mengenai hal ini kami telah
 sepakat untuk tidak
  sependapat.
 
  Beliau berpendapat bahwa usahakan semua istilah asing
 diterjemahkan ke
  Bahasa Indonesia, pertama dicari dari bahasa Melayu,
 kalau tidak ada
  bahasa
  Melayunya cari istilah lokal, misalnya Sunda, Jawa
 atau bahasa daerah
  lainnya, bahkan bahasa Sanserketa yang merupakan induk
 bahasa2 Nusantara,
  kalau masih tidak ada cari istilah dalam bahasa Arab
 yang sudah lazim
  digunakan di dalam bahasa Indonesia, dan terakhir
 dengan
  meng-indonesia-kan
  bahasa Inggris bahkan bahasa Belanda,
  Tapi menurut hemat saya hal ini membingungkan terutama
 kalau istilah ini
  digunakan dalam bahasa aselinya karena terjadi
 perubahan makna bahkan
  pengertian. Misalnya istilah napal, istilah ini
 digunakan dalam bahasa
  lokal
  di Sumatra dengan pengertian untuk setiap batuan yang
 berlapis atau bahkan
  diartikan cadas dalam bahasa Sunda. Istilah serpih
 juga menimbulkan salah
  pengertian di masyarakat karena serpih -serpihan itu
 artinya keping2
  kecil.
  Juga istilah Inggris banyak menggukanan 1 suku kata
 seperti tuf, menjadi
  tufa, padahal istilah tufa itu dalam bahasa Inggris
 mempunyai pengertian
  lain, yaitu endapan travertine. Juga beliau tidak
 setuju adanya consonant
  rangkap dalam bahasa Indonesia, sehingga basalt
 menjadi basal (saya ledek:
  kalau granite harus jadi geranit Mas?). Seismic survey
 menjadi survai
  kegempaan (saya ledek: kalau seismicity survey jadi
 survai kegempaan
  juga?,
  kalau earthquake survey ?).
  Saya lebih setuju pengindonesian istilah teknik ilmiah
 itu adalah dengan
  melakukan pengindonesian istilah Inggris yang terutama
 berakar dari bahasa
  Latin, seperti porosity menjadi porositas (bukan
 kesarangan), permeability
  menjadi permeabilitas (bukan kelulusan sebagaimana
 beliau terjemahkan).
  University menjadi Universitas dsb
  Konsep baru dan istilah baru akan muncul terus dalam
 perkembangan sains
  dan
  teknologi, nantinya kita hanya akan disibukkan 
 dengan menghabiskan waktu
  dengan penelusuran kata2 yang dari bahasa
 melayu/sanserkerta kuno setiap
  ada
  istilah baru. Ini pun tidak menjamin ketepatan dari
 pengertiannya,
  terutama
  hal ini menyangkut ilmu2 yang sudah terspesialisasi.
 Banyak menurut hemat
  saya istilah2 Indonesia dalam kamus beliau itu tidak
 mencerminkan
  pengertian
  sebenarnya, Conton istilah mudstone dari klasifikasi
 Dunham, sebenarnya
  istilah ini asalnya adalah lime-mudstone tetapi
 kebiasaan dipersingkat
  jadi
  mudstone. Kalau diterjemahkan menjadi batulumpur,
 bagaimana dengan istilah
  mud-rock yang betul-betul mempunyai pengertian
 batulumpur. Perhatikan
  kalau
  membaca batulumpur di pulikasi dan peta2 diterbitkan
 Direktorat Geologi
  (GRDC atau PSG), mungkin yang dimaksud mudstone dalam
 pengertian Dunham.
  Untuk menghindari salah pengertian dalam bahasa
 Inggris-pun melange (asal
  bahasa Perancis) juga en echelon. nuee d'ardante,
 avalanche dsb tidak
  diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, tetap istilah
 perancis digunakan
  dengan ditulis dengan huruf miring (italic) untuk
 menghidari salah
  pengertian. Penggunaan bancuh dsb akan membingungkan
 saja.
  Juga dalam pendidikan saya kira istilah mineral,
 batuan, gejala tektonik
  dan
  sebagainya kita ambil dari istilah Inggris saja yang
 diindonesiakan,
  sehingga bagi si mahasiswa kalau membaca buku artikel
 dalam bahasa Inggris
  tidak dibingungkan oleh istilah atau sibuk melihat
 dikamus Pak Mulyono
  Purbo, yang belum tentu ada di situ..
 
  Sebagai penutup saya ucapkan alangkah bahagianya para
 ilmuwan biologi.
  kedokteran, pertanian, termasuk juga para ahli
 paleontologi  tidak terlalu
  dibingungkan masalah istilah, karena mereka masih
 menggunakan istilah
  ilmiah
  zaman dulu yang resmi yaitu istilah2 Latin
  Wassalam
  RPK
 
 
  - Original Message -
  From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
  To: iagi-net@iagi.or.id;
 Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
  fo...@hagi.or.id
  Sent: Friday, October 30, 2009 8:35 AM
  Subject: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia :
 Memperingati Sumpah
  Pemuda
 
 
  Pak Idho,
 
  Makassar sudah lebih dari siap untuk melaksanakan
 pertemuan2 nasional
  maupun
  internasional. Sarana2 penunjangnya banyak, baik untuk
 keperluan fiedtrip
  dari melange pra-Tersier di Bantimala sampai terumbu
 karang modern di
  paparan Sangkarang, maupun untuk sekadar berwisata :
 kampung laut, benteng
  Belanda tempat Diponegoro ditawan, trans-studio, dll.
 Bandara
  Hasanuddin-nya
  yang modern

Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda

2009-10-29 Terurut Topik Awang Satyana
Pak M.M. Poerbo-Hadiwidjojo juga secara aktif sejak pertengahan tahun 1970-an 
telah terlibat dalam penyiapan bab-bab yang menyangkut kegeologian dalam buku 
paket IPBA (Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa) SMP dan SMA yang diterbitkan 
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Buku-buku tersebut terkontrol secara 
mutu dan bahasa sebab para penulisnya adalah tokoh-tokoh ilmuwan yang menguasai 
bidangnya dan biasa menulis. Tiga penulis utamanya adalah : Pak Bambang Hidayat 
menulis bab-bab yang berhubungan dengan keantariksaan (astronomi), Pak 
Poerbo-Hadiwidjojo menulis bab-bab kegeologian, dan Pak Wajong menulis bab-bab 
tentang meteorologi.

Buku-buku IPBA SMP-SMA tersebut masih saya simpan dengan baik, di tempat yang 
layak, sebagai kenangan bahwa saya tertarik pada geologi sejak SMP berkat 
buku-buku tersebut.

Kamus istilah keilmuan lama terbitan Lembaga Bahasa tahun 1953 bahkan telah 
mencantumkan nama Pak Poerbo-Hadiwidjaja sebagai penggagas penerjemahan 
istilah-istilah ilmu kebumian di dalam kamus itu. Suatu teladan konsistensi 
yang baik.

PSG atau P3G atau secara umum Badan Geologi adalah sebuah institusi yang sangat 
konsisten menerapkan penggunaan istilah-istilah geologi dalam bahasa Indonesia 
dalam karya tulis anggitan para ahli geologinya. Hal seperti itu saya lihat 
juga dalam diri Pak Rab Sukamto, yang lebih suka menyebut batuan bancuh 
daripada melange, poton daripada mud volcano. Gaya bertutur menggunakan 
istilah2 bahasa Indonesia dalam geologi itu saya temukan juga di diri Pak 
Sutikno Bronto, ahli volkanologi dari Badan Geologi.

Saya yakin tidak mudah menemukan padanan istilah2 itu. Sementara itu, Pedoman 
Umum Pembentukan Istilah (Kep Men P  K RI No. 0543a/U/1987 tanggal 9 September 
1987) mengamanatkan bahwa bila ada padanan istilah dalam bahasa Indonesia untuk 
suatu istilah keilmuan, utamakanlah padanan istilah bahasa Indonesia tersebut. 
Padanan-padanan istilah dalam bahasa Indonesia tersebut selamanya akan tetap 
asing bila kita tidak mempedulikannya apalagi memakainya bahkan melecehkannya. 
Marilah kita mulai hargai karya-karya anak-anak bangsa sendiri.

salam,
Awang

--- On Thu, 10/29/09, unt...@dgtl.esdm.go.id unt...@dgtl.esdm.go.id wrote:

 From: unt...@dgtl.esdm.go.id unt...@dgtl.esdm.go.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah
Pemuda
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Thursday, October 29, 2009, 1:44 PM
 Salam hormat saya kepada M.M. Poerbo
 Hadiwidjojo yang tidak putus-putsnya
 menggali istilah bahasa Indonesia untuk aplikasi di ilmu
 kebumian khusus
 geologi (Untung)
 
  Teman-teman anggota IAGI,
 
  UU soal bahasa ini tidak terlalu mulus jalannya sampai
 ke saat
  diundangkannya. Pada awalnya banyak yang menentang.
 Menentangnya bukan
  karena kalangan itu tidak mau bahasa Indonesia menjadi
 wajib di mana-mana,
  tetapi lebih ke arah apakah akan ada gunanya UU itu?
 Kalau pun sekarang
  sudah menjadi UU apakah akan ada implementasinya atau
 pelaksanaan
  hukumnya. Banyak kata wajib yang digunakan di dalam
 UU tersebut. Nah,
  kalau ada yang melanggar, apakah akan ada yang
 menegur? Yang menegur saja
  belum tentu ada, apalagi yang akan menangkap
 pelanggarnya. Banyak
  kalangan takut UU ini akan merupakan UU yang
 ompong.
 
  Kemarin, di rubrik surat pembaca harian Pikiran Rakyat
 (PR) (catatan:
  PR mendapat predikat koran nasional yang berbahasa
 Indonesia terbaik
  peringkat kelima, juaranya dipegang Koran Tempo dan
 Kompas menempati
  peringkat kedua) terdapat tulisan yang mengatakan
 bahwa orang Indonesia
  lebih senang mempergunakan bahasa asing. Dia
 mencontohkan suatu pasar saja
  mempergunakan nama Pasar Baru Trade Center, belum lagi
 perumahan, kafe,
  dll. Bahkan, suatu kegiatan kebersihan antar-RW saja
 di Bandung
  mempergunakan istilah Bandung green and clean!
 Apakah ada nanti pihak
  yang akan menegur dan melarang penggunaan nama atau
 istilah seperti itu?
  Dulu pernah terjadi pengindonesiaan nama asing
 sehingga toko roti
  bernama Holland Bakery diganti menjadi Holan
 Bakeri. Ini bukan
  mengindonesiakan nama, tetapi (menurut saya) malah
 meledek.
 
  Teman-teman di kalangan pemerintahan dan swasta
 haruslah menjadi portal
  yang mengingatkan (kalau tidak mampu memaksa)
 pelaksanaan UU ini. BPMIGAS
  tampaknya sudah mulai dengan memaksa sebisa-bisanya
 presentasi di
  BPMIGAS harus berbahasa Indonesia. Perguruan tinggi
 seharusnya yang paling
  aktif. Terus terang saya iri kepada UKM (Universiti
 Kebangsaan Malaysia)
  yang mewajibkan setiap mahasiswa pascasarjana
 internasionalnya mengambil
  kuliah Bahasa Melayu (walau pengantar kuliah lainnya
 bahasa Inggris), dan
  ketika saya tanya apa perlunya, mereka menjawab bahwa
 universitas adalah
  organ yang bertanggung-jawab melestarikan bahasa
 (Melayu). Jadi dosen dan
  mahasiswanya belajar bahasa Melayu (ingat bahwa dosen
 itu selalu belajar
  agar dapat mengajar dengan baik).
 
  Jadi, marilah kita berbuat sesuatu, jangan hanya
 terpesona oleh UU 

Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda

2009-10-29 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Syaiful,

UU tersebut yang lengkap adalah 87 halaman, terdiri atas 52 halaman UU dan 35 
halaman Penjelasan UU.

Keingingan mengutamakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmiah yang semakin 
maju, termasuk menggunakannya sebagai bahasa resmi di dalam pertemuan-pertemuan 
ilmiah seperti IAGI atau HAGI; dan keinginan menggunakan bahasa Inggris sebagai 
bahasa resmi dalam pertemuan-pertemuan ilmiah seperti IAGI atau HAGI agar IAGI 
atau HAGI berkelas internasional; akan selalu menjadi dilema yang sulit dicari 
solusinya. 

Bahasa Indonesia rasanya akan sulit bila digunakan sebagai bahasa resmi di 
pertemuan IPA sebab banyak sekali expatriate yang datang ke pertemuan IPA, 
begitu juga sebaliknya bila kita menggunakan bahasa Inggris saat presentasi di 
pertemuan IAGI dan HAGI akan terasa lucu sebab hampir seluruh pendengarnya 
orang-orang Indonesia. Untuk PIT IAGI/HAGI saya biasanya memilih membuat bahan 
presentasi dalam bahasa Inggris, tetapi mempresentasikannya dalam bahasa 
Indonesia. Untuk makalahnya sendiri, kadang-kadang saya menulisnya dalam bahasa 
Indonesia, waktu lain menulisnya dalam bahasa Inggris.

Sebenarnya, yang lebih penting adalah bahwa kemampuan bahasa Indonesia dan 
bahasa Inggris, keduanya harus terus diasah.

Salam,
Awang

-Original Message-
From: mohammad syaiful [mailto:mohammadsyai...@gmail.com] 
Sent: 29 Oktober 2009 13:54
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah 
Pemuda

terimakasih, pak awang.

lewat japri, saya sudah menerima uu tsb versi digital dari pak untung
(format pdf, 52 halaman, file sebesar 230kb).

memang mesti didiskusikan, antara kita mau menggunakan bahasa
indonesia di segala kesempatan tanpa syarat, dengan keinginan untuk
dikenal secara internasional lebih cepat yg tentunya menggunakan
bahasa internasional.

salam,
syaiful


--- On Thu, 10/29/09, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:

 From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 Subject: Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah
   Pemuda
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, 
 Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Date: Thursday, October 29, 2009, 11:07 AM
 Pak Syaiful, maaf saya tidak memiliki
 data digital UU ini. Bila berminat, Pak Syaiful bisa mampir
 ke Gramedia di Botani Square, Bogor dan mencarinya di bagian
 Hukum dan Undang-Undang. Bukunya baru saja diterbitkan
 beberapa minggu yang lalu.
 
 Yang dikhawatirkan Pak Eddy bahwa UU ini bisa menjadi UU
 ompong beralasan sebab di dalam UU ini tak ada ketentuan
 pidana atas pelanggaran tata tertib berbahasa Indonesia.
 Pidana dalam UU ini hanya diterapkan atas pelanggaran
 berkaitan dengan bendera, lambang negara dan lagu
 kebangsaan. Meskipun demikian, bisa saja nanti di dalam PP
 turunannya masalah pidana kebahasaan ini diatur.
 
 Kembali terpulang ke dalam diri kita masing-masing, apakah
 kita mempunyai kepedulian kepada bahasa Indonesia atau
 tidak. Bila kita peduli, tentu kita tak akan
 menomorduakannya.
 
 salam,
 Awang
 
 --- On Thu, 10/29/09, Eddy Subroto subr...@gc.itb.ac.id
 wrote:
 
  From: Eddy Subroto subr...@gc.itb.ac.id
  Subject: Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia :
 Memperingati Sumpah      Pemuda
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Date: Thursday, October 29, 2009, 3:28 PM
  Teman-teman anggota IAGI,
  
  UU soal bahasa ini tidak terlalu mulus jalannya sampai
 ke
  saat
  diundangkannya. Pada awalnya banyak yang menentang.
  Menentangnya bukan
  karena kalangan itu tidak mau bahasa Indonesia
 menjadi
  wajib di mana-mana,
  tetapi lebih ke arah apakah akan ada gunanya UU itu?
 Kalau
  pun sekarang
  sudah menjadi UU apakah akan ada implementasinya atau
  pelaksanaan
  hukumnya. Banyak kata wajib yang digunakan di dalam
 UU
  tersebut. Nah,
  kalau ada yang melanggar, apakah akan ada yang
 menegur?
  Yang menegur saja
  belum tentu ada, apalagi yang akan menangkap
  pelanggarnya. Banyak
  kalangan takut UU ini akan merupakan UU yang
 ompong.
  
  Kemarin, di rubrik surat pembaca harian Pikiran
 Rakyat
  (PR) (catatan:
  PR mendapat predikat koran nasional yang berbahasa
  Indonesia terbaik
  peringkat kelima, juaranya dipegang Koran Tempo dan
 Kompas
  menempati
  peringkat kedua) terdapat tulisan yang mengatakan
 bahwa
  orang Indonesia
  lebih senang mempergunakan bahasa asing. Dia
 mencontohkan
  suatu pasar saja
  mempergunakan nama Pasar Baru Trade Center, belum
 lagi
  perumahan, kafe,
  dll. Bahkan, suatu kegiatan kebersihan antar-RW saja
 di
  Bandung
  mempergunakan istilah Bandung green and clean!
 Apakah ada
  nanti pihak
  yang akan menegur dan melarang penggunaan nama atau
 istilah
  seperti itu?
  Dulu pernah terjadi pengindonesiaan nama asing
 sehingga
  toko roti
  bernama Holland Bakery diganti menjadi Holan
 Bakeri.
  Ini bukan
  mengindonesiakan nama, tetapi (menurut saya) malah
  meledek.
  
  Teman-teman di kalangan pemerintahan dan swasta
 haruslah

RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda

2009-10-29 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Idho,

Makassar sudah lebih dari siap untuk melaksanakan pertemuan2 nasional maupun 
internasional. Sarana2 penunjangnya banyak, baik untuk keperluan fiedtrip dari 
melange pra-Tersier di Bantimala sampai terumbu karang modern di paparan 
Sangkarang, maupun untuk sekadar berwisata : kampung laut, benteng Belanda 
tempat Diponegoro ditawan, trans-studio, dll. Bandara Hasanuddin-nya yang 
modern, serasa mendarat di kota2 US saja. 

Teman-teman Geologi di UNHAS, Pengda IAGI di sana, dan Kantor ESDM di sana 
sudah terbukti dapat mengorganisasi pertemuan2 ilmiah (Seminar Nasional Geologi 
Sulawesi awal Oktober yang lalu).

Khusus berhuungan dengan dunia migas, Sulawesi pun serentak bangkit menarik 
investor nasional dan internasional untuk mengeksplorasi Sulawesi baik di 
daratan maupun lepas pantai (lepas pantai barat Sulawesi, Sulawesi daratan 
bagian barat, Sulawesi Timur, Teluk Bone, Teluk Tomini, Buton). 

Geologi dan biodiversitas Sulawesi, ruangan ini terlalu sempit untuk 
menceritakannya. Satu kata saja, menakjubkan ! 

Memikirkan semua hal di atas, maka Makassar sebagai salah satu kota terdepan 
dan termaju di Sulawesi, lebih dari siap untuk menyambut para ilmuwan kebumian 
bertemu di kota ini.

salam,
Awang

--- Pada Jum, 30/10/09, Turidho (TURIDHO) turi...@chevron.com menulis:

 Dari: Turidho (TURIDHO) turi...@chevron.com
 Judul: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah  
 Pemuda
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
 fo...@hagi.or.id
 Tanggal: Jumat, 30 Oktober, 2009, 8:10 AM
 Jika pak MJP pulang kampong, saya
 sich ingin lihat Trans Studio yang di sebut2 terbesar di
 dunia!!! Mudah2an kalau 2011 fasilitasnya sudah lengkap.
 Itulah mengapa PIT IAGI di Makasar dipilih th 2011 ketimbang
 2010
 
 -Original Message-
 From: Muharram Jaya Panguriseng [mailto:muhar...@pertamina-ep.com]
 
 Sent: Friday, October 30, 2009 6:43 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id;
 'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia'
 Subject: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia :
 Memperingati Sumpah Pemuda
 
 Betul Pak Syaiful, saya kira dari segi infrastruktur
 Makassar siap
 menyelenggarakan event Nasional maupun Internasional. Kalo
 saya sekalian
 pulang kampong Pak he he he ...
 
 Semoga saja teman-teman pengurus HAGI 2010-2012 yang akan
 datang juga
 tertarik dengan Makassar, demikian juga dengan ASEG.
 
 Wassalam,
 --mjp--
 
 -Original Message-
 From: mohammad syaiful [mailto:mohammadsyai...@gmail.com]
 
 Sent: Thursday, October 29, 2009 5:59 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia :
 Memperingati Sumpah
 Pemuda
 
 kang muharam,
 
 usai rakernas iagi yg memutuskan bahwa pit iagi 2010 di
 lombok dan pit
 iagi 2011 di makassar, sekjen iagi langsung berkontak-ria
 dengan
 sekjen hagi. singkatnya, kemungkinan utk 2010 tetap jalan
 sendiri2
 karena hagi sudah gabung dengan seg (sementara di iagi itu
 sudah beda
 pengda), sedangkan utk 2011 bisa saja iagi kerja-sama
 dengan hagi
 (juga aseg kalaulah diperlukan) dengan lokasi di kota
 makassar.
 
 tapi memang tidak perlu terlalu dipaksakan. jika memang
 sulit utk
 digabungkan, ya jalan saja sendiri2, semoga semuanya dapat
 berjalan
 lancar dan bermanfaat buat bangsa.
 
 salam,
 syaiful
 
 2009/10/29 Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina-ep.com:
  Untuk Joint Convention HAGI-SEG, 2010 Bali terpaksa
 harus menggunakan
 Bahasa
  Ingris lagi Pak Awang. Apalagi SEG meminta level-4
 dimana seleksi abstract
  akan melibatkan SEG, sebagai imbalannya mereka akan
 membantu
 mempublikasikan
  event ini diluar sana.
 
  Demikian juga dengan Joint Convention HAGI-ASEG
 (Australian Society of
  Exploration Geophysicists) 2011 kalo jadi (atau 2012
 kalo HAGI ingin PIT
  sendiri di 2011). Jauh-jauh hari President of ASEG
 dalam pertemuannya
 dengan
  Pak Elan Biantoro (President of HAGI) dan para
 menterinya di Jakarta awal
  tahun ini meminta agar joint ini bisa terwujud.
 
  Susah memang, ibarat buah simalakama. Ingin
 diperhitungkan dikawasan atau
  tetap dalam kesendirian namun berdaulat.
 
  Mudah-mudahan PIT IAGI ke-39 2010 Lombok dan PIT IAGI
 ke-40 2011 Makassar
  bisa mewujudkan amanah UU ini.
 
  Dalam Joint Luncheon Talk (Bahasa Indonesia-nya apa
 ya?) berikutnya, tentu
  akan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan
 benar.
  Majulah IAGI dan HAGI. Majulah bangsaku...
 
  Salam,
  --mjp--
 
 
  -Original Message-
  From: mohammad syaiful [mailto:mohammadsyai...@gmail.com]
  Sent: Thursday, October 29, 2009 2:40 PM
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia :
 Memperingati Sumpah
  Pemuda
 
  betul, pak awang, saya sangat sepakat. terimakasih.
 
  salam,
  syaiful
 
  2009/10/29 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com:
  Pak Syaiful,
 
  UU tersebut yang lengkap adalah 87 halaman,
 terdiri atas 52 halaman UU
 dan
  35 halaman Penjelasan UU.
 
  Keingingan mengutamakan bahasa Indonesia sebagai
 bahasa ilmiah yang
  semakin

Bls: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia: Unjuk Rembug dari A.S.

2009-10-29 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Yo,

UU 24/2009 Pasal 32 ayat (1) : 

(1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam forum yang
bersifat nasional atau forum yang bersifat internasional
di Indonesia.

Pertanyaan Pak Yo : 

Saya ingin bertanya apakah karena U.U. tadi, seseorang dari mancanegara yang 
akan memberikan suatu loka-karya atau seminar harus memberikannya dalam 
bahasa Indonesia?

Bila hanya mengacu secara tertulis kepada ayat di atas, jawabannya adalah ya. 
Tetapi UU ini nantinya akan diikuti dengan peraturan pelaksanaannya, mungkin di 
situ akan lebih jelas. Meskipun demikian, ayat ini punya efek positif dan 
negatif; positif karena dapat memajukan bahasa Indonesia secara internasional 
(karena ada keinginan agar bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional -UU 
24/2009 pasal 44); negatif karena bisa saja tak ada lagi kontribusi dari para 
pembicara internasional di dalam seminar2 internasional di Indonesia sebab 
mereka harus menyampaikan makalahnya dalam bahasa Indonesia.

Kemudian, tak ada sanksi atau pidana di dalam UU 24/2009 terkait pelanggaran 
peraturan berbahasa ini. 

Secara pribadi, saya sangat mendukung penggunaan dua bahasa (bahasa Indonesia 
dan bahasa Inggris) dalam kontrak-kontrak migas (mengacu kepada UU 24/2009 
Pasal 31 ayat (1) dan (2)). Dan bila terjadi sengketa, bahasa Indonesia-lah 
yang harus menjadi acuan, bukan bahasa Inggris. Sebagai anggota Tim Penilai WK 
Migas dan CBM, saya akan menyampaikan hal ini kepada teman-teman di Direktorat 
Jenderal Migas. Selama ini, kontrak-kontrak migas hanya ditulis dalam bahasa 
Inggris.

Salam,
Awang


--- Pada Jum, 30/10/09, Yo Sumartojo sumar...@bellsouth.net menulis:

 Dari: Yo Sumartojo sumar...@bellsouth.net
 Judul: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia: Unjuk Rembug dari A.S.
 Kepada: iagi-net@iagi.or.id, turi...@chevron.com
 Cc: Dr. Wawan Budianta wawanj...@yahoo.com
 Tanggal: Jumat, 30 Oktober, 2009, 8:38 AM
 Rekan-rekan IAGI,
 
 Dari A.S. saya ikuti diskusi tentang penggunaan bahasa
 Indonesia dalam wacana geologi di Indonesia. Saya ingin
 bertanya apakah karena U.U. tadi, seseorang dari mancanegara
 yang akan memberikan suatu loka-karya atau seminar harus
 memberikannya dalam bahasa Indonesia?
 
 Saya sendiri saat ini, kadang-kadang, juga bekerja sebagai
 penerjemah lisan (interpreter) paruh-waktu dan sampingan
 (occasional) pada Departmen Luar Negeri A.S. menemani
 tamu-tamu dari Indonesia yang mungkin saja ketrampilannya
 dalam bahasa Inggeris kurang.
 
 Masalah saya yalah bagaimana menggunakan istilah-istilah
 Indonesia yang tepat dan benar dalam macam-macam bidang
 pengetahuan. Hampir setiap hari saya membaca beberapa surat
 kabar Indonesia melalui jalur internet. Sering-sering merasa
 heran banyak kata-kata asing (Inggeris) yang digunakan
 begitu saja, seolah-olah kata-kata tadi adalah bahasa
 Indonesia.
 
 Situs dibawah ini adalah U.U. dengan lampirannya lagu
 kebagsaan Indonesia Raya yang menjadi rembugan dalam
 beberapa email (imel?). Mungkin rekan-rekan lainnya sudah
 mengetahuinya. 
  
 Ada sambutan dari rekan-rekan IAGI?
 
 
 
 http://www.depdagri.go.id/konten.php?nama=ProdukHukumop=detail_hukumid=2312
 
 Salam,
 
 Yo (Jojok Sumartojo)
 
 Registered Professional Geologist
 
 
 
 


  Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda? 
Buat Pingbox terbaru Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda

2009-10-28 Terurut Topik Awang Satyana
Ya Pak Budhi, saya ingat ketika kita bertemu di PIT IAGI Semarang tersebut. 
Silakan disebarkan saja tulisan saya tersebut apabila dirasakan dapat 
bermanfaat.

salam
Awang 

--- On Wed, 10/28/09, Budhi Kuswan Susilo budhikuswansus...@gmail.com wrote:

 From: Budhi Kuswan Susilo budhikuswansus...@gmail.com
 Subject: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah 
 Pemuda
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: iagisum...@googlegroups.com
 Date: Wednesday, October 28, 2009, 11:47 PM
 Pak Awang,
 Saya budhi, kita bertemu di North ballroom, Gumaya Hotel.
 Informasinya sangat menarik dan penting. Mohon ijin untuk
 saya langsung
 sebarkan pada milis IAGI Sumsel ya! Semoga memberi
 kemanfaatan bagi kami di
 sumsel.
 Terima kasih
 
 Salam,
 Budhi Kuswan S
 
 
 -Original Message-
 From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
 
 Sent: 28 Oktober 2009 23:07
 To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
 Subject: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia :
 Memperingati Sumpah
 Pemuda
 
 Hari Sumpah Pemuda yang kita peringati untuk ke-81 tahun
 hari ini, mempunyai
 makna tersendiri pada tahun ini, khususnya yang menyangkut
 bahasa persatuan
 kita Bahasa Indonesia, yang merupakan sumpah ketiga para
 pemuda pada 28
 Oktober 1928.
 
 Tahun ini, tepatnya pada 9 Juli 2009, Bahasa Indonesia
 telah resmi
 diundangkan dalam Undang-Undang. Undang-Undang tersebut
 adalah UU Republik
 Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
 Lambang Negara,
 serta Lagu Kebangsaan. UU ini termuat dalam Lembaran Negara
 Republik
 Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, dan Penjelasan atas UU No.
 24/2009 ini
 tercantum sebagai Tambahan Lembaran Negara Republik
 Indonesia Nomor 5035.
 
 Setelah 81 tahun Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Nasional,
 akhirnya
 peraturan-peraturan tentang tata tertib berbahasa masuk ke
 dalam UU khusus.
 UU ini juga mengatur pemakaian bahasa asing dan bahasa
 daerah.
 
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang tata tertib
 tersebut yang
 mungkin berhubungan dengan bisnis perminyakan atau
 pertambangan secara umum
 di Indonesia saya kutipkan berikut ini. 
 
 Pasal 30 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pelayanan
 administrasi
 publik di instansi pemerintahan.
 
 Pasal 31 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota
 kesepahaman atau
 perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi
 pemerintah Republik
 Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan warga
 negara
 Indonesia.
 
 Pasal 31 (2) Nota kesepahaman atau perjanjian sebagaimana
 dimaksud pada ayat
 (1) yang melibatkan pihak asing ditulis juga dalam bahasa
 nasional pihak
 asing tersebut dan/atau bahasa Inggris.
 
 Pasal 32 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam forum
 yang bersifat
 nasional atau forum yang bersifat internasional di
 Indonesia.
 
 Pasal 33 ((1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
 komunikasi resmi di
 lingkungan kerja pemerintah dan swasta.
 
 Pasal 33 ( 2) Pegawai di lingkungan kerja lembaga
 pemerintahan dan swasta
 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum mampu
 berbahasa Indonesia
 wajib mengikuti atau diikutsertakan dalam pembelajaran
 untuk meraih
 kemampuan berbahasa Indonesia.
 
 Pasal 34 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam laporan
 setiap lembaga atau
 perseorangan kepada instansi pemerintahan.
 
 Pasal 35 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
 penulisan karya ilmiah
 dan publikasi karya ilmiah di Indonesia.
 
 Pasal 35 (2) Penulisan dan publikasi sebagaimana dimaksud
 pada ayat (1)
 untuk tujuan atau bidang kajian khusus dapat menggunakan
 bahasa daerah atau
 bahasa asing.
 
 Demikian beberapa peraturan atau tata tertib berbahasa
 Indonesia. Bila ini
 dilakukan, maka akan berimplikasi seperti di bawah.
 
 -Dokumen kontrak harus ditulis dalam bahasa Indonesia bila
 BPMIGAS
 berkontrak dengan perusahaan nasional, atau dengan bahasa
 Indonesia dan
 bahasa Inggris bila BPMIGAS berkontrak dengan pihak asing.
 -BPMIGAS hanya akan menulis surat-surat dan
 dokumen-dokumennya dalam bahasa
 Indonesia.
 -Laporan-laporan yang disampaikan kepada BPMIGAS harus
 menggunakan bahasa
 Indonesia.
 -Komunikasi resmi di kantor2 K3S (Kontraktor Kontrak Kerja
 Sama) harus
 menggunakan bahasa Indonesia, bila presentasi dianggap
 komunikasi resmi,
 maka tak ada keharusan menggunakan bahasa Inggris.
 -Orang-orang expatriate yang bekerja di K3S wajib mengikuti
 atau diikutkan
 kursus bahasa Indonesia dan bila mereka presentasi di
 BPMIGAS mereka harus
 menggunakan bahasa Indonesia.
 -Forum-forum pertemuan ilmiah di Indonesia seperti IPA,
 IAGI atau HAGI wajib
 menggunakan bahasa Indonesia sebagai media komunikasi;
 makalahnya sendiri
 boleh ditulis dalam bahasa Inggris.
 
 Peraturan Presiden tentang hal ini, yang mengatur lebih
 jauh tata tertib
 penggunaan bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing
 akan diterbitkan
 paling lama dua tahun sesudah UU ini diundangkan (batas
 waktu : Juli 2011).
 
 Implikasi UU ini kepada bisnis perminyakan/pertambangan
 sehari-hari akan
 cukup

RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda

2009-10-28 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Sugeng,

Pak Yus Badudu adalah salah seorang ahli bahasa dan sastra Indonesia yang saya 
kagumi. Kesederhanaan, ketekunan dan konsistensinya mengagumkan. Pak Yus bukan 
seorang ahli dadakan sebab beliau merangkak dari bawah sejak sebagai guru di 
sebuah SD Gorontalo sampai menjadi gurubesar di Universitas Padjadjaran.

Ketekunan dan konsistensinya terhadap bahasa Indonesia sungguh luar biasa, 
menyusun banyak sekali buku pembinaan bahasa Indonesia sampai berbagai kamus 
kecil dan besar. Dalam usianya yang sudah melebihi 80 tahun pun, buku-bukunya 
yang terbaru masih juga terbit. Tidak banyak ahli kita setekun, sekonsisten dan 
seproduktif Pak Yus Badudu.

Pak Sugeng yang aktif mengoleksi Intisari tentu paham konsistensi Pak Yus 
Badudu sebab beliau mengasuh kolom bahasa Indonesia di Intisari selama 
bertahun-tahun.

Saya mengoleksi cukup banyak buku-buku tulisan Pak Badudu, baik yang lama 
maupun yang paling baru. Para penerus Pak Badudu pun masih saya ikuti 
kiprahnya, termasuk menyimak acara BINAR di TVRI -acara pembinaan bahasa 
Indonesia yang dikemas dengan modern, di acara itu saya bisa mengamati 
bagaimana Pak Dendy Sugono, kepala Pusat Bahasa Indonesia, bertutur -asyik 
menyimaknya, gaya seorang penutur bahasa Indonesia yang nyaris sempurna..

Soal bahasa Melayu dan bahasa Indonesia kapan-kapan saya ulas, saya punya 
beberapa buku bagus yang layak dijadikan acuan tentang ini.

salam,
Awang

--- On Thu, 10/29/09, Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id wrote:

 From: Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah 
 Pemuda
 To: iagi-net@iagi.or.id, IAGI iagi-net@iagi.or.id, Geo Unpad 
 geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Eksplorasi 
 BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Date: Thursday, October 29, 2009, 7:15 AM
 Pak Awang yang baik,
  
 Trimakasih, uraiannya yang sangat bagus telah menambah
 pengetahuan kami. Pasti pak Awang mengoleksi bukunya pak
 Prof. Yus Badudu (Guru Besar Bahasa Indonesia di Unpad).
 Saya mempunyai bbrp buku beliau, dan pernah akan diajak
 sowan untuk minta tanda-tangan beliau (kebetulan menantunya,
 mas Edwin Latuihamalo teman di lokasi pemboran). Semoga
 nanti terlaksana. Sekalian mohon ijin, tulisan Pak Awang ini
 akan saya sebarkan kepada saudara dan teman saya Guru Bahasa
 Indonesia.
  
 Setengah abad yll, ketika masih menjadi murid SR (sekolah
 rakyat) di kelas satu dan dua kami menggunakan pengantar
 Basa Jawa (saya kan ada di pedalaman Jawa Tengah); baru
 setelah naik ke kelas tiga, kami dikenalkan Basa Melayu
 (Cara Mlayu). Belakangan, dengan berkembangnya jaman, kita
 di seluruh Negeri telah menggunakan Bahasa Indonesia.
 Saya pernah mendengar sindiran bahwa Bahasa Indonesia itu
 berasal dari Bahasa Malaysia. Saya rasa ini tidak seluruhnya
 benar; menurut saya bahwa Bahasa Indonesia (sekarang ini)
 adalah masih satu rumpun dengan Rumpun Bahasa Melayu yang
 berlaku di Semenanjung Malaya dan Sumatera.
 Memang Bahasa Indonesia telah mengalami evolusi, misalnya
 mulai dengan Ejaan OP Ophoysen (?), Ejaan Soewandi (Menteri
 PDK?) dan Ejaan yang disempurnakan; juga kata-2 serapan yang
 diambil dari bbrp bahasa daerah maupun bahasa asing.
 Misalnya: Production sharing (bagi hasil), ketika saya masih
 merantau di Singapura, saya dengar kata sharing artinya
 kongsi yang kalau di kita sama dengan patungan (ini dari
 bahasa Jawa). Kulkas (Belanda: Kul Kas) sementara saudara
 kami di S'pura menyebutnya peti sejok...
 Kata budak, kaki tangan kalau di Malaysia merupakan
 kata-2 yang biasa sementara di kita berkonotasi negatif.
  
 Yang jelas bahwa Bahasa Indonesia telah mengalami perubahan
 dan perkembangan, dan telah dipergunakan di seluruh negeri.
 Ketika saya di desa Durian Kering, di ujung pulau Salawati,
 semua penduduknya fasih berbahasa Indonesia.
 Mohon pencerahannya hubungan antara Bahasa Indonesia dengan
 Bahasa Melayu.
  
 Trimakasih, dan salam hangat,
 sugeng
  
 nb. Tidak menduga, cucu keponakan saya di desa Jateng juga
 sudah memakai pengantar Bhs Indonesia, selain Jawa. Bahkan
 sudah mulai diperkenalkan bahasa Inggris. Suatu hari ketika
 bertelepon, saya dibuat agak terkejut karena budak kecil
 ini sempat berkata; Oke, Mbah, see you tomorrow morning...O,
 nggih Mbah, susune pun telas (...oyha, susunya sudah habis).
 Ini artinya minta dikirimi pake,he-he. 
  
  
  
  
 
 
 
 From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
 Sent: Wed 10/28/2009 11:06 PM
 To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
 Subject: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia :
 Memperingati Sumpah Pemuda
 
 
 
 Hari Sumpah Pemuda yang kita peringati untuk ke-81 tahun
 hari ini, mempunyai makna tersendiri pada tahun ini,
 khususnya yang menyangkut bahasa persatuan kita Bahasa
 Indonesia, yang merupakan sumpah ketiga para pemuda pada 28
 Oktober 1928.
 
 Tahun ini, tepatnya pada 9 Juli 2009, Bahasa Indonesia
 telah resmi diundangkan dalam Undang

RE: [iagi-net-l] OOT - The World's Heritage (Unesco, 2009) dan Borobudur

2009-10-27 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Sugeng,

Tepat dugaan Pak Sugeng, di buku tersebut ada the World's Heritage peninggalan 
arkeologis Buddha di Afghanistan. Afghanistan punya dua the World's Heritage, 
salah satunya adalah peninggalan-peninggalan arkeologi di Hazarajat atau lebih 
terkenal sebagai Bamiyan Valley. 

Unesco secara kelompok menyebutkan tempat ini sebagai Cultural Landscape and 
Archaelogical Remains of the Bamiyan Valley. Diakui sebagai the World's 
Heritage pada tahun 2003, dua tahun setelah patung-patung raksasa Buddha di 
tempat ini dirusakkan secara brutal oleh Taliban pada bulan Maret 2001.

Unesco mengakui tempat ini sebagai the World's Heritage dengan kriteria yang 
sama seperti untuk Borobudur, Human creative genius; interchange of values, 
testimony to cultural tradition; significance in human history; heritage 
associated with events of universal significance.

Lembah Bamian ini secara regional terdapat di Dataran Tingi Hazarajat, suatu 
pass (jalan tembus di dataran tingi) di ketinggian 2500 meter yang merupakan 
satu dari percabangan Jalan Sutra. Panoramanya tentu sangat indah, berbaur 
dengan nuansa religi zaman awal peradaban. Patung-patung Buddha di sini 
didirikan dari abad pertama sampai abad ke-13.

Sekaligus, di tempat ini bisa disaksikan juga bekas-bekas kebiadaban sebuah 
kelompok radikal bernama Taliban yang menghancurkan dua buah patung raksasa 
Buddha berumur lebih dari 1000 tahun.

Pak Sugeng, tahun 2002 saya pernah ke Sumenep, mengunjungi Pak Bupati Sumenep 
di kantor beliau yang sangat artistik, penuh sentuhan arsitektur Cina -seperti 
sedang di Forbidden City, Beijing saja rasanya. Kantor tersebut dulunya adalah 
sebuah kraton yang didirikan pada abad ke-18 oleh Panembahan Sumolo, anak 
laki-laki Ratu Raden Ayu Tirtonegoro dan suaminya, Bendoro Saud. Diyakini bahwa 
arsitek Kraton Sumenep ini adalah seorang Cina perantauan pertama di Sumenep 
yang merupakan pelarian dari Batavia saat di Batavia terjadi pembunuhan banyak 
orang Cina. 

Istana Aria Wiraraja/Banyak Wade, saya belum sempat mengunjunginya.

Selamat bekerja di Dolang-Dolang-1, semoga sumur tersebut menemukan minyak 
meskipun tak mudah menemukan minyak di Madura...sebuah pulau dengan deformasi 
luar biasa, tempat sesar mendatar besar mencabik-cabik formasi-formasi dan 
mengangkatnya tinggi-tinggi. 

salam,
Awang

--- On Tue, 10/27/09, Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id wrote:

 From: Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] OOT - The World's Heritage (Unesco, 2009) dan 
 Borobudur
 To: iagi-net@iagi.or.id, IAGI iagi-net@iagi.or.id, Geo Unpad 
 geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Eksplorasi 
 BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, October 27, 2009, 11:37 AM
 Pak Awang,
 Ini pasti buku bagus dan menarik; semoga sudah ada di
 Jakarta.
 Apakah di dalam buku ini juga ada patung-2 Budha ukuran
 raksasa yang dipahat di dinding-2 tebing gunung di dataran
 tinggi Hazarajat, Afganistan? Patung-2 ini usianya sudah
 seribuan tahun, dan sempat diberondong peluru sebelum
 akhirnya Unesco turun tangan (melarangnya).
  
 Salam dari Madura,
 sugeng
  
 nb. Di Sumenep juga ada istana hebat (Pangeran Aria
 Wiraraja/ Banyak Wide?), bangunannya berarsitektur Jawa,
 China dan Eropa. Kapan mau menengok? 
 
 
 
 From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
 Sent: Mon 10/26/2009 10:54 PM
 To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
 Subject: [iagi-net-l] OOT - The World's Heritage (Unesco,
 2009) dan Borobudur
 
 
 
 Sebuah buku setebal 832 halaman baru saja diterbitkan oleh
 Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural
 Organization) di Paris bekerja sama dengan Penerbit Harper
 Collins, London berjudul, The World's Heritage : A Complete
 Guide to the Most Extraordinary Places. Isinya dapat
 diduga, yaitu menjelaskan tempat-tempat di seluruh dunia
 yang oleh Unesco dikategorikan sebagai Warisan Dunia yang
 harus dilestarikan.
 
 Buku diawali oleh kata pengantar dari Mr. Koichiro Matsuura
 (Direktur Jenderal Unesco) tentang makna Warisan Dunia,
 disusul oleh peta-peta dan daftar seluruh tempat Warisan
 Dunia, kemudian issue utama buku berupa penjelasan ringkas
 (tetapi cukup padat) setiap tempat Warisan Dunia beserta
 foto atau peta penuh warna yang mewakilinya, dan diakhiri
 oleh indeks. Menarik, melihat-lihat tempat-tempat Warisan
 Dunia tersebut yang memiliki keunikan masing-masing,
 terlebih lagi bila mengingat bahwa proses menyeleksi,
 menilai dan memutuskan tempat-tempat Warisan Dunia itu tidak
 sederhana. Buku ini mungkin sudah tersedia juga di toko-toko
 buku internasional di Indonesia, saya membelinya di
 Singapura dengan harga 50 S$.
 
 Pemikiran dan usaha menyelamatkan tempat-tempat unik di
 dunia dipicu oleh pembangunan Bendungan Aswan, Mesir pada
 tahun 1959. Pembangunan ini telah menggenangi Lembah Sungai
 Nil yang sesungguhnya merupakan tempat dengan warisan
 sejarah kebudayaan yang kaya karena

Re: [iagi-net-l] Borobudur..............Re: [ Forum-HAGI] OOT - The World’s Heritage (Une sco, 2009) dan Borobudur

2009-10-27 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Franc,

Bagaimana Candi Borobudur ditemukan dan digali kembali dilaporkan oleh Raffles 
dalam bukunya The History of Java (1817) -buku ini sudah diterjemahkan ke 
dalam bahasa Indonesia tahun 2008 lalu oleh Penerbit Narasi.

Penggalian oleh tim saat Raffles menjadi gubernur jenderal Inggris di Indonesia 
(1811-1816) adalah penggalian untuk pertama kalinya sejak Borobudur terkubur 
pada abad ke-11. Karena Inggris tidak lama di Indonesia, maka penggalian pada 
zaman Raffles ini diteruskan oleh Pemerintah Belanda.

Raffles menugaskan ahli arkeologi Belanda, Cornelius untuk memimpin penggalian 
ini. Penggalian dilakukan oleh 200 penduduk desa di sekitar Borobudur yang 
menggali tanah dan membersihkan semak belukar sampai Candi Borobudur sedikit 
demi sedikit terbuka kembali. Setelah 21 tahun dilakukan penggalian, seluruh 
bagian candi baru tersingkap pada tahun 1835. Perlu diperhatikan bahwa 
penggalian yang lama ini juga akibat pecahnya perang Jawa (Belanda vs. Pangeran 
Diponegoro) pada tahun 1815-1830.

Tentang bagaimana Candi Borobudur dibangun, kita hanya bisa menduga-duganya 
saja sebab tak satu pun inskripsi (tulisan) ditemukan di antara 1.600.000 batu 
balok andesit yang digunakan untuk membangun candi (Phil Grabsky, 2000, The 
Lost Temple of Java, Seven Dials). Yang jelas, candi dibangun tidak mengikuti 
bentuk piramid sebab ratusan ribu balok andesit yang sangat berat itu pernah 
miring dan hampir runtuh pada tahun 800 M saat dibangun seperti gunungapi 
(piramid). Wangsa Syailendra pembangun candi ini adalah dinasti pemuja gunung, 
maka Borobudur dibentuknya seperti pegunungan.

Prof Rooseno (alm), ahli beton terkemuka Indonesia, ketua tim teknis pemugaran 
Candi Borobudur 1973-1983, pernah mengatakan, Biar dibom, Borobudur akan tetap 
berdiri. Benar saja, saat teroris meledakkan Candi pada Januari 1985, hanya 
beberapa stupa yang rusak. Borobudur tetap berdiri dengan kokoh meskipun 
dipasangi 11 bom di mana-mana. Daoed Joesoef, mantan Menteri PK pada era Orde 
Baru, menulis di bukunya Borobudur (Kompas, 2004) bahwa saat ia menjadi 
Menteri, ia sering menerima surat kaleng yang isinya mengumpat, menghujat dan 
mengutuk bahwa dirinya adalah orang kafir sebab telah memimpin pemugaran 
berhala terbesar di Tanah Air. Maka pengeboman Borobudur mungkin tak terlalu 
mengagetkan Pak Daoed Joesoef, meskipun tetap menyakitkan.

Bagaimana Borobudur dibangun biarlah tetap menjadi misteri sebab meskipun telah 
ada sekitar 500 makalah riset tentang Borobudur sejak awal 1900-an, tak ada 
satu pun yang dengan jelas menggambarkan tahapan-tahapan pembangunan itu 
-semuanya baru dugaan2.

Terselubung dalam misteri sering lebih menarik daripada yang tersingkap dengan 
jelas.

salam,
Awang


--- On Tue, 10/27/09, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote:

 From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
 Subject: [iagi-net-l] Borobudur..Re: [Forum-HAGI] OOT - The 
 World’s Heritage (Unesco, 2009) dan Borobudur
 To: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id
 Cc: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tuesday, October 27, 2009, 2:33 PM
 Mumpung bicarakan Borobudur, saya mau
 tanya...
 Waktu Borobudur pertama digali oleh
 Belanda,   apakah ada bukti bahwa borobudur
 pernah dipakai untuk berdoa/persembahan sebelum tertimbun?
 Pertanyaan ini timbul setelah saya baca cara orang zaman
 dahulu membuat bangunan tinggi,
 setiap lantai/level  dibangun dan dibuat selevel
 dengan tanah sekitarnya, lalu dibangun lagi, lalu ditimbun
 lagi.
 demikian seterusnya.  jadi mereka tidak perlu
 memanjat2 yang tinggi; sehingga lebih mudah menyusun batu2
 yang berat.
 
 pertanyaan saya adalah apakah Borobudur waktu digali oleh
 Belanda merupakan galian pertama kalinya setelah dibangun
 atau sudah pernah 
 
 digali sebelumnya.  salah satu bukti bahwa sudah
 pernah digali sebelumnya adalah dengan ditemukannya sisa2
 bukti persembahan/doa.
 
 atau Borobudur dibangun tdk dengan cara menimbun begini.
 
 terima kasih atas pencerahan dan diskusi nya.
 
 salam,
 frank
 
 
 
 
 
 From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 To: IAGI iagi-net@iagi.or.id;
 Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com;
 Forum HAGI fo...@hagi.or.id;
 Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Sent: Mon, October 26, 2009 4:54:02 PM
 Subject: [Forum-HAGI] OOT - The World’s Heritage (Unesco,
 2009) dan Borobudur
 
 Sebuah buku setebal 832 halaman baru saja diterbitkan oleh
 Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural
 Organization) di Paris bekerja sama dengan Penerbit Harper
 Collins, London berjudul, “The World’s Heritage : A
 Complete Guide to the Most Extraordinary Places”. Isinya
 dapat diduga, yaitu menjelaskan tempat-tempat di seluruh
 dunia yang oleh Unesco dikategorikan sebagai Warisan Dunia
 yang harus dilestarikan. 
 
 Buku diawali oleh kata pengantar dari Mr. Koichiro Matsuura
 (Direktur Jenderal Unesco) tentang makna Warisan Dunia,
 disusul oleh peta-peta dan daftar seluruh tempat

Re: [iagi-net-l] dolang dolang

2009-10-27 Terurut Topik Awang Satyana
Abah, 

Mendahului jawaban dari Pak Sugeng nanti, lokasi Dolang-Dolang ada di antara 
sumur Karasan-1 dan Konang-1, Madura sebelah barat, Kabupaten Bangkalan. Sumur 
Konang-1 (Shell, 1953) gas overpressure dan blow out, sumur Karasan-1 (JOB 
Pertamina-Medco Madura, 2003) berindikasi gas. Teman-teman SPE Petroleum Madura 
memiliki rencana agresif untuk mengeksplorasi Pulau Madura, dan segera 
memproduksikannya bila menemukan HC dan ekonomis.

Namun, semua orang yang pernah bekerja di Madura, termasuk Abah, pasti tahu 
tidaklah mudah mengeksplorasi Pulau Madura. Kondisi bawah permukaannya penuh 
tantangan (harus kuat iman, kata teman saya seorang senior geophysicist). 
Merealisasikan sumur di sana pun punya tantangannya tersendiri. 

BPMIGAS tentu akan mendukung setiap usaha eksplorasi dan produksi, selama 
secara teknis dan anggaran memenuhi syarat2 yang diterapkan dan wajar (good 
engineering practices).

salam,
Awang



--- On Tue, 10/27/09, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote:

 From: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id
 Subject: [iagi-net-l] dolang dolang
 To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tuesday, October 27, 2009, 7:45 PM
 
 
 Pak Sugeng
 
 Kira kira lokasi sumur Doleng Dolang sebelah mana
 sih/
 Waktu saya di JOB Shell Madura , kita bor dua sumur dry
 hole
 semua (walaupun ada indikasi ) tapi tidak ditest .
 Semoga berhasil
 .
 
 Si Abah
  
 Nganyerikeun hate batur hirupna mo
 bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama
 , Elmu tungtut
 dunya siar Ibadah kudu lakonan.
 


  


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



[iagi-net-l] Gempa Sumba 6.1 SR (25 Oktober 2009)

2009-10-25 Terurut Topik Awang Satyana
Sumba dan sekitarnya kena giliran disapa gempa pada hari Minggu subuh tadi 
(04.54 WITA). Setelah Jumat malam gempa mengguncang Manokwari, Sabtu hampir 
tengah malam gempa mengguncang Laut Banda dan Maluku, kini giliran Sumba. 

Dengan gempa bermagnitude 6,1 SR sedalam hanya 19 km menurut BMKG (atau 5.5 Mw, 
kedalaman hanya 3,5 km menurut USGS) tentu akan menyebabkan guncangan yang 
cukup untuk Pulau Sumba meskipun episentrum gempa ini terletak di dasar laut 
sebelah baratlaut Sumba. Kalau saja pematahan batuan di dalam gempa ini berupa 
dip-slip dan punya jurus yang sejajar dengan arah Pulau Sumba, maka besar 
kemungkinan Sumba telah dilanda tsunami. 

Untunglah gempa Sumba tadi subuh berupa sesar mendatar berjurus 34 NE dan 
kemiringan 66 deg, sehingga kemungkinannya sebagai tsunami-genic EQ kecil, 
lagipula jurus pematahannya tegak lurus terhadap arah sumbu panjang Sumba.

Pematahan batuan pada gempa ini terjadi di overriding micro-plate Sumba atau 
kerak akresi di depannya. Sumba terkenal sebagai suatu mikro-kontinen yang 
menempati posisinya sekarang pada Paleogen, setelah lepas oleh sesar besar dari 
induknya di SE Sundaland melalui Sumba Fracture (kebanyakan literatur 
berargumen demikian), atau dari induknya di Australia dan Timor (beberapa 
peneliti mengatakannya demikian). Yang jelas, posisi Sumba sebagai 
mikro-kontinen di wilayah forearc adalah suatu hal yang sangat unik dan sangat 
berpengaruh kepada kinematika konvergensi lempeng di wilayah ini.

Hati-hati, gempa-gempa berkekuatan signifikan sedang banyak terjadi di wilayah 
Indonesia dalam dua bulan terakhir ini. Setiap hari memang tercatat gempa-gempa 
di Indonesia, tetapi empat gempa berkekuatan 7+ SR terjadi di dalam waktu tak 
sampai dua bulan lumayan mengkhawatirkan. 

salam,
Awang


  


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



[iagi-net-l] Gempa Manokwari (6,0 SR) dan Gempa Banda (7,3 SR) 23-24 Oktober 2009

2009-10-24 Terurut Topik Awang Satyana
Manokwari, Kepala Burung Papua, Jumat 23 Oktober 2009 pukul 20.15 WIT, penduduk 
kota berlarian ketakutan keluar dari rumah dan gedung karena kota mereka 
diguncang gempa sampai skala VI MMI (Modified Mercalli Intensity). Bayangan 
rumah dan gedung yang runtuh seperti di Padang dan sekitarnya akibat gempa 30 
September 2009 yang lalu tentu terlintas di pikiran mereka. 

Manokwari semalam diguncang gempa berkekuatan 6,0 SR (5.8-6.0 Mw-USGS) berasal 
dari tempat dangkal (23 km -BMKG, 35 km-USGS) di lepas pantai 13 km sebelah 
tenggara kota Manokwari(data BMKG; 3 km sebelah timur Manokwari -USGS). Di 
wilayah ini terkenal sebuah sesar mendatar besar sinistral bernama Sorong Fault 
yang ke sebelah timur-tenggara menyeberang dari Kepala Burung ke Pulau Yapen. 
Plotting lokasi episentrum gempa dari data BMKG (0.91 LS, 134.18 BT) 
menempatkan gempa ini berasosiasi dengan Sesar Sorong. Ini dibuktikan dengan 
data USGS body-wave moment tensor solution yang menunjukkan pematahan oblique 
sesar naik dan mendatar dengan jurus 330 NE dan kemiringan 60 deg. 

Arah pematahan ini hampir sejajar dengan trace Sesar Sorong di sebelah tenggara 
Manokwari. Arah 300-330 (NNW-SSE) seperti ini dalam sistem sesar mendatar 
sinistral akan membentuk jalur bengkokan yang saling menahan dan menekan 
(restraining bend), sehingga wajar sekali analisis centroid moment tensor 
memberikan solusi sesar naik dengan arah 317 dan kemiringan 67 deg; dan 
analisis body-wave moment tensor memberikan solusi yang menunjukkan pematahan 
oblique sesar naik dan mendatar dengan jurus 330 NE dan kemiringan 60 deg. 
Berdasarkan data momen tensor solutions dari USGS ini, saya yakin lokasi 
episentrum gempa yang lebih tepat adalah justru dari BMKG (13 km sebelah 
tenggara Manokwari).

Lempeng Pasifik yang bergerak di sebelah utara Sesar Sorong merupakan lempeng 
yang saat ini bergerak paling cepat di seluruh dunia, yaitu 12-13 cm/tahun. 
Maka wajar bagian utara Papua adalah wilayah yang rawan gempa.



Sabtu menjelang tengah malam tadi, 24 Oktober 2009 pukul 23.40 WIT, kembali 
wilayah Indonesia Timur diguncang gempa. Kali ini lokasinya jauh di bawah Laut 
Banda yang teduh dan gelap di tengah malam, 6.23 LS dan 130.60 BT (BMKG) atau 
di sebelah barat Dalaman Weber -depresi permukaan kerak Bumi paling dalam di 
Indonesia (7000+ meter) atau 209 km sebelah baratlaut Saumlaki (Pulau Tanimbar, 
Maluku Tenggara). Gempa berkekuatan signifikan : 7,3 SR (BMKG) atau 7.0 Mw 
(USGS). Kedalaman gempa 138 km (USGS) atau 165 km menurut BMKG. Gempa ini telah 
mengguncang Saumlaki pada skala IV-V MMI dan Ambon serta Fak Fak pada skala 
III-IV MMI.

BMKG melaporkan bahwa gempa Laut Banda ini berpotensi tsunami. Tetapi melihat 
body-wave moment tensor solution dari USGS yang menunjukkan pematahan mendatar 
dengan jurus 60 NE dan kemiringan 84 deg; serta ini merupakan gempa yang cukup 
dalam, kemungkinan potensi tsunami menjadi kecil.

Gempa yang cukup besar ini terjadi di slab (kerak samudera) yang menyusun 
bagian depan kerak benua Australia (sistem passive margin). Kerak samudera ini 
sebelum Pliosen telah menyusup (mekanisme subduction) di bawah Busur Banda 
kemudian pada Pliosen kerak benua Australia ternyata juga ikut menyusup 
(mekanisme underthrusting) di bawah Busur Banda. Kejadian gempa ini sekaligus 
menunjukkan bahwa dalam sistem passive margin pun gerak tektonik masih aktif. 
Gempa masih bisa terjadi di slab meskipun ia terlindungi oleh kerak benua di 
bagian belakangnya. Penjalaran energi gempa pun berjalan sepanjang slab updip 
ke arah selatan (Tanimbar), timur (Aru), timurlaut (Fak Fak) dan utara (Ambon) 
dalam cara unik ke arah mana slab tersebut mulai menyusup.

---

Patut menjadi perhatian bahwa di dalam dua bulan ini, Indonesia sudah mengalami 
empat kali gempa dengan magnitude signifikan (7+ M) : Tasikmalaya, Padang, 
Sungai Penuh-Jambi dan Laut Banda. Gempa2 di Jalur Sumatra-Selat Sunda-Jawa 
bisa saja saling berhubungan, di bawah Laut Banda lain lagi, di batas selatan 
Pasifik lain lagi. Waspadalah !

salam,
Awang



2009-10-23 11:15:28 (Mw 6.0) NEAR N COAST OF PAPUA, INDONESIA 
-0.9 134.1 (29373)Friday, October 23, 2009 6:33 PM
From: USGS ENS e...@usgs.gov
To: awangsaty...@yahoo.com                     

== PRELIMINARY EARTHQUAKE REPORT ==

Region:                            NEAR N COAST OF PAPUA, INDONESIA
Geographic coordinates:             0.885S, 134.109E
Magnitude:                        6.0 Mw
Depth:                            35 km
Universal Time (UTC):             23 Oct 2009  11:15:28
Time near the Epicenter:          23 Oct 2009  20:15:28
Local standard time in your area: 23 Oct 2009  18:15:28

Location with respect to nearby cities:
   3 km (2 miles) E (95 degrees) of Manokwari, Irian Jaya, Indonesia
314 km (195 miles) E (91 degrees) of Sorong, Irian Jaya, Indonesia
406 km (253 miles) NW (323 degrees) of Enarotali, Irian Jaya, Indonesia
730 km (454 miles) ENE (65 degrees) 

[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gempa Ujung Kulon 16 Oktober 2009

2009-10-17 Terurut Topik Awang Satyana
 Meilano irwan.meil...@gmail.com wrote:

 From: Irwan Meilano irwan.meil...@gmail.com
 Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gempa Ujung Kulon 16 Oktober 2009
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad 
 geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id
 Date: Saturday, October 17, 2009, 10:37 PM
 Pak Awang dan anggota milis ysh,
 
 Bila dilihat di peta google, gempa ini berada di bawah
 pulau panaitan.
 Mekanismenya sesar naik dan arah jurusan 116/296 derajat.
 
 Pak Hery H. (LIPI), di papernya tahun 1990 (tectonics),
 telah menjelaskan
 bahwa wilayah ini  mengalami ektensi, sebagai respon
 deformasi sliver
 sumatra ke arah barat laut, di ujung selatan sesar
 sumatra.
 Terinspirasi hal ini kami membuat riset kecil2an dengan
 membuat jaringan
 gps di ujung lampung, dan barat banten, pd pertengahan
 tahun 2009 ini.
 Tapi belum punya hasil sudah gempa duluan :-( .
 
 Ektensi di selat sunda ini, mungkin bisa menjelaskan
 beberapa gempa
 dengan mekanisme sesar naik ke arah dekat dengan banten.
 Tetapi informasi kedalamannya, mungkin yang  diberikan
 oleh BMKG (10km)
 lebih realistis daripada yg dikeluarkan USGS (50km)
 
 nuhun,
 irwan meilano
 
 
 
 On Fri, Oct 16, 2009 at 7:17 PM, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 wrote:
  Gempa bermagnitude 6,5 Mw, kedalaman hiposentrum 55,6
 km lumayan menggoyang kota Jakarta. Saya mengurungkan turun
 lift dari Lt 22 karena gedung Patra Jasa tempat kantor
 BPMIGAS berayun walaupun tak sekeras saat gempa Tasikmalaya
 bulan lalu terjadi. Gempa berpusat di Ujung Kulon, Selat
 Sunda.
 
  Nampaknya gempa-gempa tengah aktif antara selatan
 Sumatra-Jawa, berayun seperti bandul dari ujung satu ke
 ujung lain, kini menyerang tengahnya. Berhati2-lah kawan...
 
  salam,
  Awang
 
  Magnitude 6.5 - SUNDA STRAIT, INDONESIA
  2009 October 16 09:52:52 UTC
  DetailsMaps
  Earthquake Details
  Magnitude 6.5
  Date-Time Friday, October 16, 2009 at 09:52:52 UTC
  Friday, October 16, 2009 at 04:52:52 PM at epicenter
 
  Location 6.692°S, 105.153°E
  Depth 55.6 km (34.5 miles)
  Region SUNDA STRAIT, INDONESIA
  Distances 137 km (85 miles) S (185°) from
 T.-Telukbetung, Sumatra, Indonesia
  187 km (116 miles) W (278°) from Sukabumi, Java,
 Indonesia
  187 km (116 miles) WSW (251°) from JAKARTA, Java,
 Indonesia
 
  Location Uncertainty horizontal +/- 12.3 km (7.6
 miles); depth +/- 17.5 km (10.9 miles)
  Parameters NST= 33, Nph= 33, Dmin=350.5 km, Rmss=1.41
 sec, Gp= 76°,
  M-type=teleseismic moment magnitude (Mw), Version=7
  Source U.S. Geological Survey, National Earthquake
 Information Center:
  World Data Center for Seismology, Denver
 
 
 
 
 
 -- 
 Irwan Meilano, Dr.sc
 Lecturer
 Geodesy Research Group
 Faculty of Earth Science and Technology
 Institut Teknologi Bandung (ITB)
 Ganesa 10, Bandung 40132,Indonesia
 irw...@gd.itb.ac.id
 irwan.meil...@gmail.com
 
 __
 The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list.
 fo...@hagi.or.id
 | www.hagi.or.id
 * PIT HAGI ke 34, 8-13 November 2009, Yogyakarta
 * Kunjungi http://pit34hagi.web.id/ untuk info lebih lanjut
 





PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



[iagi-net-l] Gempa Ujung Kulon 16 Oktober 2009

2009-10-16 Terurut Topik Awang Satyana
Gempa bermagnitude 6,5 Mw, kedalaman hiposentrum 55,6 km lumayan menggoyang 
kota Jakarta. Saya mengurungkan turun lift dari Lt 22 karena gedung Patra Jasa 
tempat kantor BPMIGAS berayun walaupun tak sekeras saat gempa Tasikmalaya bulan 
lalu terjadi. Gempa berpusat di Ujung Kulon, Selat Sunda.

Nampaknya gempa-gempa tengah aktif antara selatan Sumatra-Jawa, berayun seperti 
bandul dari ujung satu ke ujung lain, kini menyerang tengahnya. Berhati2-lah 
kawan...

salam,
Awang

Magnitude 6.5 - SUNDA STRAIT, INDONESIA
2009 October 16 09:52:52 UTC 
DetailsMaps 
Earthquake Details
Magnitude 6.5 
Date-Time Friday, October 16, 2009 at 09:52:52 UTC
Friday, October 16, 2009 at 04:52:52 PM at epicenter 
 
Location 6.692°S, 105.153°E 
Depth 55.6 km (34.5 miles) 
Region SUNDA STRAIT, INDONESIA 
Distances 137 km (85 miles) S (185°) from T.-Telukbetung, Sumatra, Indonesia
187 km (116 miles) W (278°) from Sukabumi, Java, Indonesia
187 km (116 miles) WSW (251°) from JAKARTA, Java, Indonesia
 
Location Uncertainty horizontal +/- 12.3 km (7.6 miles); depth +/- 17.5 km 
(10.9 miles) 
Parameters NST= 33, Nph= 33, Dmin=350.5 km, Rmss=1.41 sec, Gp= 76°,
M-type=teleseismic moment magnitude (Mw), Version=7 
Source U.S. Geological Survey, National Earthquake Information Center:
World Data Center for Seismology, Denver 
 
Event ID us2009mva4 






PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



[iagi-net-l] Ringkasan PIT ke-38 IAGI (Semarang 12-14 Oktober 2009)

2009-10-14 Terurut Topik Awang Satyana
PIT ke-38 IAGI yang berlangsung di Hotel Gumaya, Jalan Gajah Mada 59-61, 
Semarang telah selesai dilaksanakan. Pak Lambok Hutasoit, Ketua Umum IAGI, 
dalam pidato penutupan PIT ini menyatakan bahwa PIT telah berlangsung dengan 
sukses. Selamat kepada segenap Panitia PIT ke-38 (terutama berasal dari Dinas 
ESDM Jawa Tengah dan Universitas Diponegoro) yang telah bekerja keras untuk 
menyelenggarakan PIT ini.

PIT ini diawali dengan ice-breaker party pada Senin malam 12 Oktober 2009. 
Acara makan malam dan keakraban di antara peserta PIT ini agak terlambat 
dimulai karena tempat acara dipindahkan dari semula di tempat terbuka di 
samping gedung hotel ke salah satu restoran di hotel. Penyebabnya adalah hujan 
deras mengguyur Semarang. Hujan ini juga telah menyebabkan pesawat yang hendak 
mendarat di Bandara Ahmad Yani terpaksa mesti naik lagi (beberapa peserta PIT 
ada di dalam pesawat itu). Meskipun dimulai agak terlambat, acara ice-breaker 
berlangsung dengan baik, seperti biasanya -yaitu menjadi ajang reuni atau 
berkenalan baru. Sambil makan, peserta dihibur oleh para seniman daerah kota 
Semarang berupa nyanyian dan tarian.

PIT dibuka esok paginya, Selasa 13 Oktober 2009. Sambil menunggu pembukaan, 
para seniman Semarang menghibur para peserta. Kali ini berupa wayang orang 
dengan cerita dagelan. Bagus dan lucu, membuat para peserta 
gerr-gerran...(tertawa). Acara resmi diawali dengan menyanyikan Indonesia 
Raya, dilanjutkan  pidato sambutan dari Pak Teguh Dwi Paryono (Ketua Panitia), 
disambung pidato  oleh Pak Lambok. Pak Menteri Purnomo Yusgiantoro batal 
membuka acara, sambutan beliau dibacakan oleh Pak Sukhyar, Kepala Badan Geologi 
yang sekaligus membuka acara PIT secara resmi, sebelumnya Pak Sukhyar mengajak 
peserta mengheningkan cipta atau berdoa untuk para korban gempa di Sumatra 
Barat. Dalam pembukaan ini juga diberikan Penghargaan IAGI kepada beberapa ahli 
geologi yang menekuni dan mengkomunikasikan geowisata : Budi Brahmantyo, Hanang 
Samodra, Agus Hendratno, Yudi Purnama (maaf kalau ada yang terlupakan saya 
tulis). Selamat kepada Pak Budi dkk. 

Setelah beristirahat sejenak, acara PIT dilanjutkan oleh diskusi panel yang 
dipandu Prof. Eko Budihardjo, seorang tokoh arsitektur kota dari Universitas 
Diponegoro  (saya baru tahu beliau ternyata humoris, itu tak bisa ditebak dari 
beberapa bukunya tentang arsitektur kota -tentu saja). Para panelis sedianya 
ada tiga, tetapi satu absen; yang hadir adalah Pak Eko Teguh Paripurno (UPN) 
dan Pak Bambang Istadi (EMP). Para Panelis berusaha menampilkan 
presentasi/pembicaraan  sesuai tema PIT ke-38 Menerima Tengara (Sinyal, 
Tanda2, Isyarat) Bumi untuk Menciptakan Suatu Harmoni Kehidupan melalui 
Geologi. Meskipun Bumi tidak pernah berkata-kata secara verbal, ia 
sesungguhnya berkata-kata melalui alam  yang bisa dipahami oleh para ahli 
geologi.  Tengara itu mestinya diindahkan oleh manusia agar bisa hidup di Bumi 
secara harmoni. Pak Eko Paripurno membahas masalah lingkungan dan pengelolaan 
sumberdaya.  Sebuah kalimat mutiara diperkenalnya, memayu hayuning
 bawono  - menjadikan bumi yang baik menjadi lebih baik. Pak Bambang Istadi 
membahas tentang kejadian bencana Lusi (Lumpur Sidoarjo) dan pengelolaan 
lingkungannya. Pertanyaan dari peserta diskusi cukup gencar, terutama masalah 
Lusi, tetapi semunya dapat dijawab dengan baik oleh Pak Bambang, juga Pak Eko 
Paripurno. Usaha ekstraksi sumberdaya selamanya akan bertentangan dengan 
lingkungan yang lestari, lalu bagaimana mendamaikan kedua hal ini (pembangunan 
vs lingkungan). Pak Eko menjawab, usahakan kesetimbangan, a.l. mengecilkan 
risiko dampak lingkungan. Kata2 kunci dilemparkan Pak Eko Budihardjo  menutup 
diskusi panel ini : R  D -research  development ? Bukan, di Indonesia adalah 
rust  dust ---hasil2 penelitian berkarat dan berdebu karena tak pernah 
dipakai. Hm...rasanya ada benarnya, itu adalah tantangan buat para peneliti.

Setelah makan siang, dimulailah sesi presentasi teknis. Presentasi teknis ini 
terus berlanjut sampai hari besoknya (Rabu 14 Oktober 2009). Sesi teknis adalah 
acara inti atau batang tubuh PIT. Terdaftar di buklet program sebanyak 123 
presentasi oral dan 34 presentasi poster. Presentasi oral dilakukan di enam 
tempat ruangan secara paralel. Poster dipasang di booth poster di samping 
ballroom. Namun, disayangkan bahwa sebanyak 20 presentasi oral dan 4 presentasi 
poster tidak hadir presenter dan posternya alias no show -tidak datang ke PIT 
tanpa pemberitahuan padahal namanya sudah tercantum di program teknis. Karena 
semua presentasi dilangsungkan secara paralel, maka tidak mungkin kita bisa 
melihat semua presentasi oral, kecuali presentasi poster. Maka CD berisi 
makalah lengkap atau extended abstract dari semua presentasi di PIT ini 
merupakan hal yang penting (paling penting sebenarnya - untuk pengkajian lebih 
lanjut sebab seminar hanya berlalu 2 hari
 tetapi karya tulis bisa belasan-puluhan tahun).

Acara lain yang tak kalah penting dari PIT ini adalah 

[iagi-net-l] Seminar Geologi Sulawesi dan Prospeknya (3 Oktober 2009)

2009-10-09 Terurut Topik Awang Satyana
Ini lanjutan cerita saya tentang seminar Geologi Sulawesi dan Prospeknya yang 
diadakan oleh IAGI Pengda Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat 
dan Sulawesi Tengah serta Panitia Seminar yang terutama berasal dari civitas  
academica Universitas Hasanuddin  pada hari Sabtu 3 Oktober 2009 di Hotel 
Horison, Makassar (Ujung Pandang). 


Panitia telah menghadirkan materi2 yang bervariasi tentang geologi Sulawesi 
ditinjau dari berbagai aspeknya beserta prospek2-nya, yaitu sbb. : 

- Geologi Sulawesi : Dr. Rab. Sukamto  (mantan peneliti geologi P3G) 
-presentasi kunci
- Geodinamika Sulawesi : Dr. Safri Burhanuddin (UNHAS, Kementerian Kelautan RI)
- Geologi Kuarter Sulawesi : Kris Budiono, M.Sc. (Badan Geologi)
- Kebencanaan Geologi Sulawesi : Dr. Haryadi Permana (LIPI)
- Stratigrafi Sulawesi Selatan : Dr. Djuhaeni (ITB)
- Cekungan Sedimen dan Prospek Hidrokarbon Sulawesi : Awang Satyana (BPMIGAS)
- Basement Geology Sulawesi : Dr. Ade Kadarusman (PT INCO)
- Magmatisme dan Volkanisme Sulawesi : Dr. Bambang Priadi (ITB)
- Metalogeny dan Sumberdaya Mineral Sulawesi : Dr. Arifudin Idrus (UGM)

Dalam posting artikel yang terpisah, saya telah menceritakan presentasi kunci 
yang dibawakan oleh Pak Rab Sukamto, sesepuh geologi Sulawesi Selatan. Berikut 
ini adalah ringkasan setiap pembicaraan yang dibahas di dalam seminar tersebut.


Pak Safri Burhanuddin dalam presentasi berjudul Evolusi Geodinamika Sulawesi 
membahas terbentuknya Pulau Sulawesi berdasarkan evolusi geodinamika di 
Indonesia Timur. Data yang digunakan berasal dari hasil-hasil riset geomarin 
kerja sama Indonesia dengan Prancis, Australia dan Jerman dalam beberapa 
periode sejak 1990-2005. Publikasi-publikasi terdahulu diacu juga dalam 
presentasi ini. Menurut Pak Safri, evolusi geodinamika Sulawesi dan Indonesia 
Timur sudah dimulai sejak zaman Karbon. Diidentifikasi bahwa Indonesia Timur 
dibangun oleh enam mikroblok/terrane/mintakat, lima di antaranya berasal dari 
pecahan Gondwana (disebut : Kolonodale, Seram, Banggai-Sula, Lusipara dan 
Timor) dan satunya lagi merupakan blok asal Lempeng Pasifik (Halmahera). 
Penggolongan menjadi mintakat-mintakat tersebut berdasarkan kesamaan dan 
kekhasan runtunan batuan. Pulau Sulawesi merupakan mozaik (amalgamasi) lima 
mintakat (Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Kolonodale, Lusipara dan
 Banggai-Sula). Saya yakin bahwa Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara bukan 
merupakan mintakat asli Indonesia Timur.  Berdasarkan rekonstruksi 
paleotektonik yang ditampilkan sejak Trias -Resen terlihat bahwa periode utama 
pembentukan  Pulau Sulawesi terjadi pada periode Miosen Tengah - Pliosen Tengah 
(15-3,5 Ma). Berdasarkan rekonstruksi tersebut, diperkirakan bahwa 
mikrokontinen Buton membentur Sulawesi pada 13 Ma dan mikrokontinen Banggai 
membentur Sulawesi pada 3,5 Ma. Hal lain yang menarik adalah bahwa Sulawesi 
dikelilingi oleh tujuh cekungan laut dalam (2000 m) yaitu Laut Sulawesi, Selat 
Makassar, Laut Flores,  Teluk Bone, Laut Banda, Laut Maluku dan Teluk Tomini.


Setelah para peserta seminar melihat  waktu ratusan juta tahun, Pak Kris 
Budiono membawa para peserta ke waktu kini yang merupakan hasil proses geologi 
Kuarter. Dalam presentasi berjudul Geologi Kuarter Kawasan Darat dan Laut 
Pulau Sulawesi, Pak Kris mengawali pembahasannya tentang definisi geologi 
Kuarter. Geologi Kuarter membahas : dinamika perubahan endapan Kuarter 
(misalnya perubahan garis pantai), sebaran endapan Kuarter yang berpotensi 
sumberdaya termasuk airtanah, kemampuan daya dukung fisik endapan Kuarter untuk 
wilayah penghunian manusia maupun industri, juga melakukan prediksi tentang 
kemungkinan perubahan fisik pada masa mendatang.  Karena posisi Sulawesi 
penting dalam hal vertebrata Plistosen-Holosen dan merupakan pulau utama yang 
membuat Alfred Wallace menorehkan garis biogeografinya yang terkenal itu, Pak 
Kris membahas sedikit pembagian fauna Kuarter di Sulawesi Selatan berdasarkan 
penyelidikan ahli vertebrata van den Bergh (1999).
 Kemudian berdasarkan pemetaan geologi Kuarter , geomorfologi dan geomarin, Pak 
Kris menampilkan contoh-contoh proses geologi Kuarter terutama sedimentasi di 
area Menado, Gorontalo, Teluk Tomini, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, tepi 
timur Selat Makassar, Kepulauan Banggai, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi 
Selatan. Pak Kris juga menunjukkan contoh proses geologi Kuarter yang 
berhubungan dengan bencana, yaitu tsunami yang pernah terjadi di Toli-Toli (1 
Januari 1996). Pak Kris juga berkali-kali menekankan agar proses-proses geologi 
Kuarter hendaknya dijadikan peringatan dini sesuai yang pernah dikatakan Alm. 
Pak Katili kepada Pak Kris. Misalnya, Lembah Palu merupakan sesar aktif yang 
saat bergerak bisa menimbulkan bencana sebab bersinggungan dengan manusia yang 
tinggal di puluhan desa sepanjang sesar besar ini. Seharusnya rumah-rumah 
disitu dibangun agar tahan gempa, atau lebih baik lagi bila dihindari membangun 
di situ. Tetapi, tanda-tanda alam ini
 kelihatannya tidak dipedulikan

Re: [iagi-net-l] FW: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN ENERGI

2009-10-09 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Koesoema,

Satu ikat manuskrip tulisan tangan van Bemmelen (1949) pernah ditunjukkan 
kepada saya oleh Prof Tobi dari Belanda pada tahun 1987 saat Prof Tobi 
mengunjungi Geologi UNPAD. Saat itu saya masih mahasiswa dan tak terpikirkan 
untuk minta izin meng-copynya. Saya tak tahu apakah itu manuskrip pertama 
sebelum PD-2 atau setelahnya karena pada saat itu saya belum tahu bahwa van 
Bemmelen menulis bukunya itu dua kali. Setelah Arie Lasut gugur, saya pikir 
Belanda mungkin mengambil kembali beberapa manuskrip dan arsip yang pernah 
dibawa Arie Lasut.

salam
Awang

--- On Thu, 10/8/09, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id wrote:

 From: R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] FW: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN ENERGI
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Thursday, October 8, 2009, 7:39 PM
 Saya mempunyai cerita agak lain
 mengenai zaman Jepang ini.
 Van Bemmelen cs tidak langsung masuk interniran waktu
 Jepang masuk ke Indonesia, tapi masih sempat bekerja di
 bawah pengawasan Jepang, paling tidak 1 tahun. Selain itu
 ada juga ahli geologi berkebangsaan Swiss atau Jerman yang
 terus bekerja di bawah kekuasaan Jepang, karena negara Swiss
 adalah netral di Perang Dunia ke-1 bahkan Jerman adalah
 sekutu Jepang. Antara lain Rothpletz yang orang Swiss,
 bahkan di bekerja sampai usai perang dunia ke-2 (walaupun
 pada waktu itu ia lebih banyak ngumpulkan artefact di utara
 Bandung, bahkan kembali jadi kepala ahli geologi di 
 tahun 50-han di bawah Ir Surodjo.
 Yang menarik perhatian saya adalah bahwa sebelum masuk
 interniran Van Bemmelen itu menitipkan manuscript the
 Geology of Indonesia yang dia tulis pada salah satu staff
 geoloog Indonesia, mungkin yang dimaksud itu Lasut, selain
 dia itu menitipkan arsip. Tetapi setelah usai Perang Dunia
 ke-2, yang bersangkutan tidak mau mengembalikan naskah
 (manuscript) maupun arsipnya itu, sehingga Van Bemmelen
 terpaksa menulis ulang the Geology of Indonesia itu dari
 luar kepala atau berdasarkan memori saja.
 Sekarang yang jadi pertanyaan jika ini benar masih adakah
 manuscript/ naskah van Bemmelen yang aseli itu? Akan sangat
 menarik dan sangat berharga sekali jika naskah ini ikut
 diselamatkan Lasut, karena tentunya naskah ini akan lebih
 lengkap dan lebih akurat daripada buku van Bemmelen the
 Geology of Indonesia yang telah diterbitkan tahun 1949,
 karena buku terakhir ini ditulis dari memori atau dari luar
 kepala.
 Mungkin ada yang mengetahui keberadaan naskah ini?
 Wassalam
 RPK
 - Original Message - From: noor syarifuddin
 noorsyarifud...@yahoo.com
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Thursday, October 08, 2009 4:52 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] FW: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN
 ENERGI
 
 
 Pak Untung,
 Betul sekali, saya ingat waktu jadi panitia di BPPT dulu
 banget (pertama kalinya PIT di BPPT) ktia sempat kelabakan
 cari itu model piagam LasutAlhamdulillah ada senior yang
 bersedia meminjamkan untuk di-contek
 Saya setuju untuk menghidupkan kembali tradisi Piagam Lasut
 ini...
 
 
 salam,
 
 
 
 From: unt...@dgtl.esdm.go.id
 unt...@dgtl.esdm.go.id
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Thu, October 8, 2009 5:53:50 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] FW: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN
 ENERGI
 
 Kang Awang sekedar mengingatkan saja kalau tidak salah
 untuk the best
 paper IAGI itu dikenal (dulu) diberi nama sebagai Lasut
 Award yang plakat
 atau piagam atau apaun namanya yang terbuat dari logam
 masternya
 ketlingsut entah dimana, kalau memungkinkan perlu
 dipikirkan untuk membuat
 master baru.(Untung Sudarsono)
 
  Sebenarnya, ada yang tidak terungkap dalam cerita
 tersebut, tetapi
  terungkap dalam beberapa buku lama terbitan Belanda
 (misalnya : Fabricius,
  1949 - The East Indies Episodes).
  
  Para pemuda Indonesia yang dari awal bekerja di Dienst
 van Het Mijnwezen
  (dalam zaman Jepang di Indonesia diganti nama menjadi
 Chisitsu Chosasho)
  sebagai asisten para geoloog Belanda (termasuk Arie
 Frederick Lasut dan
  Soenoe Soemosoesastro) kehilangan atasannya secara
 tiba-tiba sebab banyak
  geoloog Belanda itu pada tahun 1942 ditawan Jepang dan
 dibuang ke
  interniran. Salah satu geoloog Belanda yang dibuang ke
 kamp konsentrasi di
  Saigon adalah van Bemmelen.
  
  Para pemuda itu kemudian berganti atasan, yaitu orang2
 Jepang - tetapi
  orang2 Jepang tak banyak melakukan peneltian geologi
 dan pertambangan saat
  menjajah Indonesia.
  
  Agustus 1945 Jepang bertekuk lutut di depan Tentara
 Sekutu sebab dua
  kotanya dijatuhi bom atom pertama di dunia. Belanda
 yang membonceng di
  Tentara Sekutu masuk kembali ke Indonesia termasuk ke
 Chisitsu Chosasho
  meskipun Indonesia sudah menyatakan kemerdekaannya
 pada 17 Agustus 1945
  (tak diakui Belanda). Tetapi di Dinas Urusan
 Pertambangan ini (begitu
  Belanda menyebutnya -Dienst van Het Mijnwezen) banyak
 sekali arsip
  pertambangan dan geologi yang hilang sebab disandera
 dan dilarikan para
  pemuda Indonesia yang tak rela Belanda bercokol
 kembali 

[iagi-net-l] Sehari bersama Pak Rab Sukamto dan Geologi Sulawesi Selatan

2009-10-06 Terurut Topik Awang Satyana
Ini topik lain dari diskusi gempa, berikut cerita tentang sebuah seminar 
geologi yang baru saja diselenggarakan kawan2 Pengda IAGI Sulawesi.

IAGI Pengda Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat dan Sulawesi 
Tengah serta Panitia Seminar yang terutama berasal dari civitas  academica 
Universitas Hasanuddin  pada hari Sabtu 3 Oktober 2009 yang lalu telah 
mengadakan seminar sehari berjudul  Geologi Sulawesi dan Prospeknya. Seminar 
berlangsung di Hotel Horison, Makassar, dihadiri sekitar 200 peserta. Peserta 
seminar terutama adalah para mahasiswa geologi atau pertambangan Universitas 
Hasanuddin dan para pejabat  di lingkungan pertambangan di wilayah Sulawesi.  

Seminar dibuka dengan sebuah tarian daerah lalu menyanyikan Indonesia Raya.  
Setelah diawali sambutan oleh Pak Nurhamdan, Ketua Pengda IAGI Sulawesi, 
seminar dibuka secara resmi oleh Pak Lambok Hutasoit,  Ketua Umum IAGI. Seminar 
berlangsung sampai pukul 17.30 dengan antusiasme dan partisipasi yang baik dari 
para peserta, terbukti dari masih penuhnya ruangan sampai seminar berakhir dan 
banyaknya pertanyaan yang diajukan.
Panitia telah menghadirkan materi2 yang bervariasi tentang geologi Sulawesi 
ditinjau dari berbagai aspeknya beserta prospek2-nya, yaitu sbb. : 

1. Geologi Sulawesi : Dr. Rab. Sukamto  (mantan peneliti geologi P3G) 
-presentasi kunci
2. Geodinamika Sulawesi : Dr. Safri Burhanuddin (UNHAS  Kementerian Kelautan 
RI)
3. Geologi Kuarter Sulawesi : Kris Budiono, M.Sc. (Badan Geologi)
4. Kebencanaan Geologi Sulawesi : Dr. Haryadi Permana (LIPI)
5. Stratigrafi Sulawesi Selatan : Dr. Djuhaeni (ITB)
6. Cekungan Sedimen dan Prospek Hidrokarbon Sulawesi : Awang Satyana (BPMIGAS)
7. Basement Geology Sulawesi : Dr. Ade Kadarusman (PT INCO)
8. Magmatisme dan Volkanisme Sulawesi : Dr. Bambang Priadi (ITB)
9. Metalogeny dan Sumberdaya Mineral Sulawesi : Dr. Arifudin Idrus (UGM)

Beberapa pembicara seperti Pak Rab, Pak Safri, Pak Ade dan Pak Bambang , setahu 
saya, merupakan para spesialis Sulawesi dalam bidangnya masing2, beberapa di 
antara mereka melakukan riset untuk disertasi doktornya di Sulawesi. Maka, ini 
adalah kesempatan terbaik , khususnya bagi para mahasiswa,  untuk belajar 
banyak hal tentang geologi Sulawesi langsung dari para spesialisnya.

Kali ini saya ingin menceritakan tentang Pak Rab Sukamto, sosok seorang ahli 
geologi yang namanya tak bisa dipisahkan dari geologi Sulawesi Selatan. Cerita 
tentang seminarnya sendiri akan saya tulis secara terpisah.

Pak Rab Sukamto dalam presentasi kuncinya menyampaikan pengalaman-pengalamannya 
dalam memetakan geologi Sulawesi. Pak Rab dan rekan2-nya dari Direktorat 
Geologi (saat itu awal tahun 1970-an) bertugas memetakan geologi Sulawesi 
sebagai bagian pemetaan geologi bersistem Indonesia yang tercantum dalam 
Repelita I (Rencana Pembangunan Lima Tahun 1969-1974). Sampai tahun 1980-an 
pemetaan itu terus dilakukan. Nama-nama formasi yang sekarang kita kenal di 
peta-peta geologi Sulawesi (terutama Sulawesi Selatan) berasal dari Pak Rab. 
Sebuah daerah di Sulawesi Selatan bernama Bantimala sungguh menarik untuk Pak 
Rab. Di sini berkumpul banyak sekali jenis batuan dalam struktur yang sangat 
kompleks berumur pra-Tersier. Kompleks batuan ini kemudian diketahui sebagai 
kompleks batuan bancuh (melange). Urutan batuan sedimen berumur Paleosen sampai 
Neogen kemudian di beberapa tempat menutupinya.  

Sebagai salah seorang senior dan sesepuh dalam dunia geologi Indonesia, dalam 
seminar kemarin itu Pak Rab menyampaikan beberapa nasihatnya, antara lain 
tentang publikasi. Orang Indonesia pada umumnya lambat dalam mempublikasikan 
hasil penelitiannya. Mereka pergi ke lapangan,  menemukan suatu atau beberapa 
hal yang sangat menarik dan menjadi perbincangan. Tetapi kemudian publikasi 
tentang hal itu bukan berasal dari orang Indonesia, namun dari para ahli asing 
yang ikut melihat hasil penelitian lapangan tersebut. Pak Rab punya pengalaman 
hasil2 penelitian lapangannya di Sulawesi yang tidak dipublikasikan digunakan 
(ada yang dengan izin, ada juga yang tanpa izin) oleh beberapa ahli asing dari 
Inggris, Malaysia, Jepang dan Amerika (Pak Rab tak menyebutkan nama ahli2 
tersebut,  tetapi saya dapat menduganya dari publikasi2 yang mereka tulis) dan 
mempublikasikannya dalam  makalah2 di jurnal internasional tanpa membawa nama 
Pak Rab. Maka, hendaknya kita semua
 tanggap dalam mempublikasikan penelitian2 kita sebelum disalib orang asing.. 

Tetapi sebagai salah seorang reviewer/editor AAPG Bulletin, saya tahu bahwa 
jurnal2 internasional itu ada mafianya tersendiri yang tak mudah ditembus 
oleh orang-orang yang tak dikenalnya. Maka bila ada orang Indonesia yang 
mengirimkan artikelnya yang bagus ke jurnal internasional misalnya Island Arc  
atau Journal of Asian Earth Sciences, tanpa membawa nama seorang ahli atau 
profesor (terutama asing, yang telah biasa menulis di jurnal internasional), 
belum tentu artikelnya akan diterbitkan. 

Pak Rab juga sebagai orang yang sangat

Re: [iagi-net-l] Doa dan gempa

2009-10-05 Terurut Topik Awang Satyana
Gempa bukan hukuman atau pelajaran dari Tuhan bagi umat manusia. Apakah Tuhan 
menghukum orang-orang tak berdosa (bayi2 yang belum sadar berbuat atas 
kehendaknya sendiri) oleh bencana ? Apakah Tuhan memberikan pelajaran bagi umat 
manusia dengan bau mayat korban gempa dan wajah alam yang memar ? Tuhan juga 
tidak menunjukkan kekuatanNya yang dahsyat dengan menelan banyak korban 
-makhluk yang telah diciptakanNya sebab manusia pada umumnya tahu bahwa Tuhan 
Mahakuasa dan Mahakuat. Tuhan tak memerlukan pengakuan atas kekuatanNya dengan 
menelan korban2. Tuhan tidak sewenang-wenang.

Lalu bagaimana mengartikan bencana bila ia bukan hukuman atau pelajaran dari 
Tuhan ? Bencana mengajar manusia bersolidaritas sosial dan menghargai Alam. 

Gempa adalah proses geologi normal yang menjadi bencana ketika ia bersentuhan 
dengan manusia. Ada area2 tertentu yang menjadi tempat proses geologi 
berlangsung terus sampai sekarang. Dalam hal ini, proses2 geologi tersebut 
sebenarnya menjadi sistem peringatan dini. Bila manusia tinggal bersatu di area 
tersebut, hendaknya mereka tanggap dengan peringatan dini ini. Berumah tinggal 
di daerah gempa misalnya bangunlah bangunan yang kokoh atau bangunan yang 
sedemikian rupa dibangun sehingga akan ikut berayun dengan gelombang gempa 
permukaan yang menjalar, misalnya dengan rangka dan dinding kayu dan beratap 
sirap (seperti pucuk cemara ditiup angin yang tak patah karena berayun ke mana 
angin meniup). Jangan berumah tinggal di bibir jurang atau di kaki bukit yang 
berbahaya longsor kapan saja.

Mari kita berdoa agar para ahli gempa dapat menggunakan rentetan gempa ini 
untuk bisa menjadikan mereka semakin cerdas dalam memitigasi gempa. Bukan suatu 
hal yang mustahil bahwa kelak gempa bisa diprediksi dengan tepat sebelum 
kejadian, manusia dikaruniai Tuhan kecerdasan. Dan mari kita berdoa agar Pemda 
dan masyarakat yang tinggal di daerah bencana sadar bahwa mereka sedang 
bersentuhan dengan proses2 geologi yang bisa menjadi bencana kapan saja, 
kewaspadaan dan kesiapsiagaan harus menjadi bagian kesadaran penuh.

salam duka untuk para korban gempa,
Awang

--- On Sun, 10/4/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote:

 From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 Subject: [iagi-net-l] Doa dan gempa
 To: muslimkl muslim...@googlegroups.com, org mg 
 muhammadiyah_soci...@yahoogroups.com, Perwakilan Khusus Muhammadiyah 
 M'sia muhammadiyah...@yahoogroups.com, kampung-...@yahoogroups.com 
 kampung-...@yahoogroups.com, katy81 kat...@googlegroups.com, IAGI 
 iagi-net@iagi.or.id, geologi...@googlegroups.com 
 geologi...@googlegroups.com, jabarped...@googlegroups.com, 
 kagamamalay...@yahoogroups.com, Forum Pembaca Kompas 
 forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id
 Date: Sunday, October 4, 2009, 2:06 PM
 Doa mungkin tidak akan menghentikan
 terjadinya gempa. tetapi berdoalah
 supaya dimudahkan mengerti dan mengenali  kegempaan
 dan menerima
 gejala serta akibat gempa sebagai bagian ciptaanNya.
 
 Rdp
 
 -Berdoa smoga diberi kemudahan menerima dan mengerti dunia
 ini apa adanya. -
 
 -- 
 Sent from my mobile device
 
 Jangan hanya menunggu laporan kerusakan gempa - http://bit.ly/2pvlGw
 
 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak
 biro...
 
 ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
 yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
 13-14 Oktober 2009
 -
 To unsubscribe, send email to:
 iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to:
 iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
 information posted on its mailing lists, whether posted by
 IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be
 liable for any, including but not limited to direct or
 indirect damages, or damages of any kind whatsoever,
 resulting from loss of use, data or profits, arising out of
 or in connection with the use of any information posted on
 IAGI mailing list.
 -
 
 





PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD 

RE: [iagi-net-l] Doa dan gempa

2009-10-05 Terurut Topik Awang Satyana
, kitapun bisa berteori mengenai upaya peningkatan
 produksi, kita juga bisa berteori dan berhitung mengenai
 banyaknya reserve oil di suatu anticline, tapi kitapun kerap
 kali menghadapi kenyataan dry hole pada sumur yang mempunyai
 semua parameter bagi terdapatnya minyak bumi, dan kitapun
 juga sering menjumpai total produksi melebihi total reserve
 yang kita hitung. Dan itulah Allah swt, yang Maha Kuasa dan
 Maha Pengatur atas segalanya. 
 Memang gempa bukan selalu merupakan HUKUMAN, tapi bisa
 juga sebagai PERINGATAN, atau UJIAN, dari Tuhan bagi umat
 manusia. Gempa adalah sunatullah, yang salah satu sifatnya
 adalah bersifat universal. Betapa bagus dan mulianya suatu
 bangunan didirikan (misal adalah sebagai tempat beribadah),
 namun jika didirikan tanpa mengikuti hukum2 Allah 
 (sunatullah), pada saatnya akan hancur juga. Bangunan2 yang
 peruntukannya sungguh mulia seperti ini, jika misalnya
 didirikan di atas bukit tanpa penangkal petir, niscaya akan
 hancur tersambar petir.
 Seyogyanya bencana2 alam ini menyadarkan kepada kita akan
 betapa kecilnya manusia, dan betapa besarnya Tuhan.
 Seyogyanyalah juga membuat kita berpikir apakah ini ujian
 dariNya, peringatan dariNya, atau..hukuman dariNya? Ya Allah
 berilah kami kemampuan untuk mengambil hikmah dari semua
 peristiwa alam yang tidak lain merupakan ciptaanMu? Dan
 ampunilah hambamu ini yang tidak pandai membaca ayat2Mu yang
 tersirat dalam seluruh peristiwa alam. Kami membenarkan
 firmanMu bahwa tidak ada musibah yang terjadi tanpa ijinMu,
 dan kamipun membenarkan firmanMu bahwa Engkau tidak akan
 menurunkan musibah yang melewati batas seorang manusia untuk
 menanggungnya.
 Terimalah arwah para korban bencana gempa di tempat yang se
 baik2nya di sisiMu, dan diampuni segala dosanya. Dan bagi
 keluarga yang tinggal, berilah kesabaran dan keikhlasan
 untuk menerima keputusanMu ini.
 -ido-
 
             
 
 -Original Message-
 From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
 
 Sent: Tuesday, October 06, 2009 9:26 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id;
 Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
 Subject: Re: [iagi-net-l] Doa dan gempa
 
 Gempa bukan hukuman atau pelajaran dari Tuhan bagi umat
 manusia. Apakah Tuhan menghukum orang-orang tak berdosa
 (bayi2 yang belum sadar berbuat atas kehendaknya sendiri)
 oleh bencana ? Apakah Tuhan memberikan pelajaran bagi umat
 manusia dengan bau mayat korban gempa dan wajah alam yang
 memar ? Tuhan juga tidak menunjukkan kekuatanNya yang
 dahsyat dengan menelan banyak korban -makhluk yang telah
 diciptakanNya sebab manusia pada umumnya tahu bahwa Tuhan
 Mahakuasa dan Mahakuat. Tuhan tak memerlukan pengakuan atas
 kekuatanNya dengan menelan korban2. Tuhan tidak
 sewenang-wenang.
 
 Lalu bagaimana mengartikan bencana bila ia bukan hukuman
 atau pelajaran dari Tuhan ? Bencana mengajar manusia
 bersolidaritas sosial dan menghargai Alam. 
 
 Gempa adalah proses geologi normal yang menjadi bencana
 ketika ia bersentuhan dengan manusia. Ada area2 tertentu
 yang menjadi tempat proses geologi berlangsung terus sampai
 sekarang. Dalam hal ini, proses2 geologi tersebut sebenarnya
 menjadi sistem peringatan dini. Bila manusia tinggal bersatu
 di area tersebut, hendaknya mereka tanggap dengan peringatan
 dini ini. Berumah tinggal di daerah gempa misalnya bangunlah
 bangunan yang kokoh atau bangunan yang sedemikian rupa
 dibangun sehingga akan ikut berayun dengan gelombang gempa
 permukaan yang menjalar, misalnya dengan rangka dan dinding
 kayu dan beratap sirap (seperti pucuk cemara ditiup angin
 yang tak patah karena berayun ke mana angin meniup). Jangan
 berumah tinggal di bibir jurang atau di kaki bukit yang
 berbahaya longsor kapan saja.
 
 Mari kita berdoa agar para ahli gempa dapat menggunakan
 rentetan gempa ini untuk bisa menjadikan mereka semakin
 cerdas dalam memitigasi gempa. Bukan suatu hal yang mustahil
 bahwa kelak gempa bisa diprediksi dengan tepat sebelum
 kejadian, manusia dikaruniai Tuhan kecerdasan. Dan mari kita
 berdoa agar Pemda dan masyarakat yang tinggal di daerah
 bencana sadar bahwa mereka sedang bersentuhan dengan proses2
 geologi yang bisa menjadi bencana kapan saja, kewaspadaan
 dan kesiapsiagaan harus menjadi bagian kesadaran penuh.
 
 salam duka untuk para korban gempa,
 Awang
 
 --- On Sun, 10/4/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 wrote:
 
  From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
  Subject: [iagi-net-l] Doa dan gempa
  To: muslimkl muslim...@googlegroups.com,
 org mg muhammadiyah_soci...@yahoogroups.com,
 Perwakilan Khusus Muhammadiyah M'sia muhammadiyah...@yahoogroups.com,
 kampung-...@yahoogroups.com
 kampung-...@yahoogroups.com,
 katy81 kat...@googlegroups.com,
 IAGI iagi-net@iagi.or.id,
 geologi...@googlegroups.com
 geologi...@googlegroups.com,
 jabarped...@googlegroups.com,
 kagamamalay...@yahoogroups.com,
 Forum Pembaca Kompas forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com,
 Forum HAGI fo...@hagi.or.id
  Date: Sunday, October 4, 2009, 2:06 PM
  Doa mungkin tidak akan menghentikan

[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Bls: Dari Great Sunda Barrier Reef ke real Sunda Straits [1 Attachment]

2009-09-29 Terurut Topik Awang Satyana
). Reservoir presence 
bisa dikaji lagi bila kita punya data seismik baru yang bisa meresolusi 
reflektor di bawah 12,000 ft. Kualitasnya bisa dipertanyakan sebab reservoir 
itu akan ditutupi sedimen setebal minimal 12,000 ft.
 
Di Selat Sunda mungkin gas hidrat belum muncul, tetapi gas biogenik mungkin 
sekali terbentuk yang bisa jadi gas2 pocket yang membahayakan drilling; kecuali 
kalau terperangkap dalam jumlah besar di sedimen Pliosen itu bisa lumayan untuk 
dikejar seperti di Selat Madura sampai utara Bali (ref Terang-Sirasun dan Maleo 
fields). Gas hidrat baru muncul di selatan Selat Sunda mendekati palung di 
kedalaman laut yang lebih dari 2000 m.
 
salam,
Awang

--- On Tue, 9/29/09, Ipong Kunwau ipongkun...@yahoo.com wrote:


From: Ipong Kunwau ipongkun...@yahoo.com
Subject: [Geo_unpad] Bls: Dari Great Sunda Barrier Reef ke real Sunda Straits 
[1 Attachment]
To: geo_un...@yahoogroups.com
Date: Tuesday, September 29, 2009, 2:24 PM


  


[Attachment(s) from Ipong Kunwau included below] 




maaf, main referencenya ketinggalan. terlampir abstract dari papernya 
Susilohadi perihal Sunda Straits.
kuntadi '86





Dari: Ipong Kunwau ipongkunwau@ yahoo.com
Kepada: geo_un...@yahoogrou ps.com
Terkirim: Selasa, 29 September, 2009 14:15:18
Judul: Dari Great Sunda Barrier Reef ke real Sunda Straits




Great article Pak Awang..., thanks.
 
Meminjam kata Sunda saya juga ingin mengajak teman2 utk mendiskusikan 
terbentuknya Sunda Straits yg terkait erat dengan Sesar Sumatra (dextral 
strike-slip fault), sekaligus membandingkannya dengan Cekungan Salawati yg 
terkait dengan Sorong Fault (sinistral strike-slip fault).
 
Sekilas seismic data (GUINCO, 1998) shows a similar rapid thickenning of the 
Plio-Pleistocene sections such in the Salawati Basin, Papua.  Here are the 
discussions:
 
- However, Sunda strait grabens were formed earlier / older (in Late Miocene) 
than the Salawati Basin, which was formed by Plio-Pleisto Sorong Fault.
 
- Both grabens (Sunda and Salawati) are still located on the continental crust? 
IS IT?
 
- Salawati still has Kais reefal carbonates, where the Sunda strait is - 
unfortunately - located at the deeper marine (outer shelf / bathyal) settings 
of Late Miocene Parigi reefal limestones and Mid-Late Miocene Upper Cibulakan 
shallow marine sandstones, which were found to be well developed as the main 
producing reservoirs in the Offshore West Java acreage (now belongs to PHE 
Pertamina West Java).
 
Reservoir presence  quality kill the HC potential in Sunda straits, IS IT?
 
Lots of hydrates provides the drilling hazards too? IS IT?
 
Kind regards,
 
Kuntadi '86





Dari: Awang Satyana awangsatyana@ yahoo.com
Kepada: IAGI iagi-...@iagi. or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogrou ps.com; 
Forum HAGI fo...@hagi.or. id; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmigas@ 
yahoogroups. com
Terkirim: Senin, 28 September, 2009 07:57:20
Judul: [Geo_unpad] Great Sunda Barrier Reef

  

Molengraaff dan Umbgrove adalah dua ahli geologi Belanda yang banyak 
menyelidiki paparan Sunda untuk pertama kalinya, khususnya geomorfologi dan 
kompleks terumbunya. Beberapa hasil penelitiannya telah dipublikasikan pada 
pertemuan2 ilmiah pada masa itu (misalnya Molengraff dan Weber, 1919 : ...the 
Origin of the Sunda Sea..., Proc. Konink. Akadem, Wetenschappen; Umbgrove, 1929 
: De Koraalriffen der Duizend-Eilanden, Dienst Mijnbouw Ned. Indie). 

Menarik, bahwa Umbgrove (1929) mencantumkan “Soenda bariere rif” dalam petanya 
tentang batas Soendaland. Yang dimaksudkannya adalah sebuah jalur terumbu 
penghalang (barrier reef) yang kalau diukur secara kasar memanjang hampir 1200 
km berarah baratdaya-timurlaut dari sebelah timur Kangean sampai Berau di 
sebelah utara Semenanjung Mangkalihat, Kalimantan. 

Apa yang disebut Umbgrove 80 tahun lalu itu, sekarang disebut “the Great Sunda 
Barrier Reef” oleh Tomascik et al. (1997) : The Ecology of the Indonesian Seas, 
Vol 1, hal. 583, Periplus Editions.

Meskipun telah dikenal sejak 80 tahun yang lalu, ternyata publikasi detail 
tentang carbonate sedimentology Great Sunda Barrier Reef tidak banyak. Beberapa 
dari sedikit publikasi itu adalah publikasi dari ahli geologi marin terkenal 
zaman Belanda : Kuenen (1933) : Geology of coral reefs-The Snellius Expedition 
dan Kuenen (1947) : Two problems of marine geology : atolls and canyons, yang 
membahas terumbu Great Sunda Barrier Reef ini di ujung utaranya (sekitar muara 
Sungai Berau utara Mangkalihat) . 

Publikasi yang baru tentang terumbu jalur ini adalah dari geologists yang saat 
itu bekerja untuk Petrocorp Maratua Netherwood dan Wight (1993) : Structurally- 
controlled, linear reefs in a Pliocene-delta- front setting, IPA core workshop 
yang membahas area di sekitar pembahasan Kuenen (1933, 1947). Publikasi lain 
adalah dari para sedimentologist Total yang membahas Great Sunda Barrier Reef 
ini di bagian tengahnya (Paternoster) , Burollet et al. (1986) : Sedimentation 
and Ecology of the Paternoster Platform, East Kalimantan, IPA Proc

[iagi-net-l] Great Sunda Barrier Reef

2009-09-27 Terurut Topik Awang Satyana
Molengraaff dan Umbgrove adalah dua ahli geologi Belanda yang banyak 
menyelidiki paparan Sunda untuk pertama kalinya, khususnya geomorfologi dan 
kompleks terumbunya. Beberapa hasil penelitiannya telah dipublikasikan pada 
pertemuan2 ilmiah pada masa itu (misalnya Molengraff dan Weber, 1919 : ...the 
Origin of the Sunda Sea..., Proc. Konink. Akadem, Wetenschappen; Umbgrove, 1929 
: De Koraalriffen der Duizend-Eilanden, Dienst Mijnbouw Ned. Indie).  

Menarik, bahwa Umbgrove (1929) mencantumkan “Soenda bariere rif” dalam petanya 
tentang batas Soendaland. Yang dimaksudkannya adalah sebuah jalur terumbu 
penghalang (barrier reef) yang kalau diukur secara kasar memanjang hampir 1200 
km berarah baratdaya-timurlaut dari sebelah timur Kangean sampai Berau di 
sebelah utara Semenanjung Mangkalihat, Kalimantan. 

Apa yang disebut Umbgrove 80 tahun lalu itu, sekarang disebut “the Great Sunda 
Barrier Reef” oleh Tomascik et al. (1997) : The Ecology of the Indonesian Seas, 
Vol 1, hal. 583, Periplus Editions.

Meskipun telah dikenal sejak 80 tahun yang lalu, ternyata publikasi detail 
tentang carbonate sedimentology Great Sunda Barrier Reef tidak banyak. Beberapa 
dari sedikit publikasi itu adalah publikasi dari ahli geologi marin terkenal 
zaman Belanda : Kuenen (1933) : Geology of coral reefs-The Snellius Expedition 
dan Kuenen (1947) : Two problems of marine geology : atolls and canyons,  yang 
membahas terumbu Great Sunda Barrier Reef ini di ujung utaranya (sekitar muara 
Sungai Berau utara Mangkalihat). 

Publikasi yang baru tentang terumbu jalur ini adalah dari geologists yang saat 
itu bekerja untuk Petrocorp Maratua Netherwood dan Wight (1993) : 
Structurally-controlled, linear reefs in a Pliocene-delta-front setting, IPA 
core workshop yang membahas area di sekitar pembahasan Kuenen (1933, 1947). 
Publikasi lain adalah dari para sedimentologist Total yang membahas Great Sunda 
Barrier Reef ini di bagian tengahnya (Paternoster), Burollet et al. (1986) : 
Sedimentation and Ecology of the Paternoster Platform, East Kalimantan, IPA 
Proc.

Buku guide menyelam di Indonesia yang cukup bisa diandalkan, yaitu Muller, ed. 
(1999) :  Diving Indonesia, Periplus Guides - hanya mencantumkan dua tempat di 
jalur Great Sunda Barrier Reef yang suka dikunjungi para penyelam :  yaitu 
Kangean-Sakala yang terletak di ujung selatan Great Sunda Barrier Reef dan 
Sangalaki-Maratua-Kakaban di ujung utara Great Sunda Barrier Reef.  

Demikian publikasi-publikasi yang ada, paling tidak sepengetahuan saya,  yang 
sedikit banyak terkait dengan Great Sunda Barrier Reef.

Great Barrier Reef paling terkenal di dunia, di sebelah timurlaut Australia, 
yang membujur sepanjang sekitar 2000 km telah digunakan sebagai laboratorium 
alam untuk belajar tentang carbonate sedimentology guna keperluan analogi 
modern karakteristik reservoir karbonat dalam eksplorasi dan produksi migas. 
Beberapa perusahaan minyak internasional (misalnya ExxonMobil) suka melakukan 
fieldtrip dan penelitian di beberapa pulau terumbu di dalam jalur Great 
Australian Barrier Reef ini. Beberapa ahli karbonat terkenal juga tidak jarang 
menjadikan Great Australian Barrier Reef ini sebagai wilayah penelitiannya 
(misalnya Toni Simo).

Sejauh yang saya tahu, Great Sunda Barrier Reef tidak banyak/belum pernah 
mendapatkan kunjungan penelitian dari para ahli karbonat yang suka meneliti 
karbonat2 modern Indonesia (Wahyu Hantoro, Charles Jordan, Mark Longman, Robert 
Park, Moyra Wilson, dll.).

Padahal, Great Sunda Barrier Reef mempunyai beberapa aspek yang mungkin tak 
dimiliki oleh Great Australian Barrier Reef. Yaitu, ada satu jalur terumbu 
penghalang bagian Great Sunda Barrier Reef di sebelah utara Paternoster 
Platform yaitu jalur terumbu penghalang Balabalagan yang persis duduk di atas 
jalur sesar besar yang masih suka aktif yaitu Adang-Paternoster Fault. 
Kemudian, di depan Cekungan Kutai dan di depan Cekungan Tarakan sebelah selatan 
(Muara Sub-Basin), terumbu di sini mesti berhadapan dengan sedimen 
silisiklastik yang begitu banyak yang dibawa sungai-sungai besar dari 
Kalimantan. Bagaimana terumbu2 penghalang ini menyesuaikan diri terhadap input 
sedimen tersebut merupakan kisah unik tersendiri.

“Delta-front barrier reef” adalah satu istilah dari Tomascik et al. (1997) yang 
digunakan untuk menerangkan kejadian terumbu penghalang di suatu wilayah di 
dalam jalur Great Sunda Barrier Reef khususnya di sebelah selatan Tarakan. 
Kuenen (1947) menyatakan bahwa Berau Barrier Reef (Berau adalah nama suatu 
wilayah –sungai, delta, di sebelah utara Mangkalihat, Kalimantan Timur) 
berkembang sekitar 10 km dari Delta Berau.

Kehadiran suatu delta-front barrier reef yang mengartikan bahwa kompleks 
terumbu ini berkembang di suatu wilayah yang banyak input sedimennya seperti 
delta bertentangan dengan teori klasik yang banyak dipercaya, yaitu bahwa 
terumbu karang (coral reefs) tidak berkembang di wilayah dengan lingkungan 
pantai yang keruh karena banyak sedimen dan 

Re: [iagi-net-l] FW: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN ENERGI

2009-09-27 Terurut Topik Awang Satyana
Sebenarnya, ada yang tidak terungkap dalam cerita tersebut, tetapi terungkap 
dalam beberapa buku lama terbitan Belanda (misalnya : Fabricius, 1949 - The 
East Indies Episodes).  

Para pemuda Indonesia yang dari awal bekerja di Dienst van Het Mijnwezen (dalam 
zaman Jepang di Indonesia diganti nama menjadi Chisitsu Chosasho) sebagai 
asisten para geoloog Belanda (termasuk Arie Frederick Lasut dan Soenoe 
Soemosoesastro) kehilangan atasannya secara tiba-tiba sebab banyak geoloog 
Belanda itu pada tahun 1942 ditawan Jepang dan dibuang ke interniran. Salah 
satu geoloog Belanda yang dibuang ke kamp konsentrasi di Saigon adalah van 
Bemmelen.  

Para pemuda itu kemudian berganti atasan, yaitu orang2 Jepang - tetapi orang2 
Jepang tak banyak melakukan peneltian geologi dan pertambangan saat menjajah 
Indonesia. 

Agustus 1945 Jepang bertekuk lutut di depan Tentara Sekutu sebab dua kotanya 
dijatuhi bom atom pertama di dunia. Belanda yang membonceng di Tentara Sekutu 
masuk kembali ke Indonesia termasuk ke Chisitsu Chosasho meskipun Indonesia 
sudah menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 (tak diakui Belanda). 
Tetapi di Dinas Urusan Pertambangan ini (begitu Belanda menyebutnya -Dienst van 
Het Mijnwezen) banyak sekali arsip pertambangan dan geologi yang hilang sebab 
disandera dan dilarikan para pemuda Indonesia yang tak rela Belanda bercokol 
kembali di Indonesia. Adalah A.F. Lasut yang banyak membawa arsip tersebut. 

Kalau sekarang rekan2 main ke perpustakaan PSG (Pusat Survei geologi) dan masih 
dapat mempelajari laporan2 berbahasa Belanda pada tahun-tahun sebelum 1945 
(misalnya dari Harloff, Hetzel, Duyjes, van Es, van Bemmelen, Umbgrove, 
Molengraaf, Koolhoven, dll.) itu adalah berkat usaha A.F. Lasut dan 
kawan-kawan. Bila tidak disandera dan dilarikan, saya yakin laporan2 asli 
Belanda itu kini semuanya ada di Belanda seperti nasib arsip-arsip yang lain.

Betapa berartinya laporan2 Belanda itu sebab itulah modal pertama Jawatan 
Geologi dalam membuat peta2 geologi bersistemnya.

Adalah A.F. Lasut pula yang membuat van Bemmelen menulis dua kali manuskripnya 
untuk buku masterpiece-nya itu (The Geology of Indonesia). Menurut sebuah buku, 
van Bemmelen sempat meminta manuskrip pertamanya itu kepada Arie Lasut sebab 
saat van Bemmelen ditawan Jepang ke Saigon mana sempat dia menyelamatkan 
arsip2nya -bisa menyelamatkan nyawa saja sudah baik. Tetapi Arie Lasut tak 
memberikannya bahkan melarikannya ke Yogya. Merasa tak mungkin lagi mendapatkan 
manuskripnya itu. akhirnya van Bemmelen menulis kembali seluruhnya dan berhasil 
menerbitkannya tahun 1949 di Belanda, pada tahun yang sama saat Arie Frederick 
Lasut ditembak...

27 Desember 1949 pengakuan kedaulatan Indonesia secara de facto dan de jure, 
maka Belanda tak punya momen lagi masuk ke Indonesia, dan arsip2 yang pernah 
dilarikan A.F. Lasut dan kawan2 kini dengan aman bisa dibawa ke Bandung kembali 
dan kini kita bisa menikmatinya.

Sehelai manuskrip asli van Bemmelen itu pernah ditunjukkan kepada saya oleh 
seorang profesor Belanda yang kebetulan pernah berkunjung ke Geologi-UNPAD saat 
saya masih mahasiswa di sana tahun 1987.

Demikian, memang A.F. Lasut sangat berjasa buat geologi Indonesia. Bila tidak, 
kita tak akan pernah melihat laporan2 Belanda dengan mudah (di Bandung saja, 
tak perlu ke Belanda) tentang geologi Indonesia antara tahun 1856-1942.

salam,
Awang

--- On Mon, 9/28/09, Kuntadi, Nugrahanto kuntadi.nugraha...@se1.bp.com wrote:

 From: Kuntadi, Nugrahanto kuntadi.nugraha...@se1.bp.com
 Subject: [iagi-net-l] FW: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN ENERGI
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Monday, September 28, 2009, 10:40 AM
 FYI...
 
  __ 
  From:     Tjahjadi, Leonardus S. 
 
  Sent:    Monday, September 28, 2009
 10:15 AM
  To:    Ariana Retno, Murdiyanti
 (Istech); Deny, Suryanto; Edward,
  Syafron; Erick V, Yudhanto; Festarina; Gita Kumala
 Anggardini, Simange
  (ES); Kuntadi, Nugrahanto; Margareth,  Pattinama;
 Meizarwin; Mike S,
  Wulansari; Natalia Margareth, Navratilova; Rijal,
 Anshori; Rini,
  Apriani; Riza, Robini; Ruly, Mardani; Samsu, Dharmawan
 H (JKT); Samuk
  Franklyn Konyorah; Soeryowibowo, Moektianto; Stevy K.,
 Wospakrik;
  Supriyono; Suyoso, Abi; Tepy, Septyana; Tjahjadi,
 Leonardus S.; Yanto,
  Kambu; Yayat, Supriatna (Jakarta); Dumex, Pasaribu;
 Agus, Setiawan RE;
  Ana, Widyanita; Angke, Nuraeni; Dhimaz, Adisetyo; Eko,
 Apolianto;
  Festarina; Fitria, Nila Asri; Fitrix Primantoro,
 Putro; Frans, JP
  Silitonga; Harso, Isworo; I Made, Suyasa; Imam S,
 Harun; Indriani;
  Kasim, Achmadi T.; Ksatrianto, Ester; Marcya, Nasution
 (Istech); May
  Sari, Hendrawati; Muhammad, Triandi; Obigesto, Ichwan;
 Pranoto,
  Albertus; Purwati, Astuti; Rahmatunnisa, Anis (CAT);
 Rais, Sazli;
  Randy, Lester; Riky Innaka; Sani, Ogosti Wahyu; Surya,
 Dharma;
  Valentinus, Pearly; Wahyu, Hidayat; Yopi, Isnawan
 (Jakarta); Zulfikri
  Subject:    HARI JADI PERTAMBANGAN DAN
 ENERGI
  
  DEPARTEMEN 

[iagi-net-l] Re: ulasan gempa di tenggara nusa dua bali

2009-09-22 Terurut Topik Awang Satyana
Kang Hery,

Punten nembe diwaler e-mailna, Ieu ulasan gempana : 

Magnitude 5.8 Mw - SOUTH OF BALI, INDONESIA
2009 September 18 23:06:57 UTC 
Versión en Español

Earthquake Details
Magnitude 5.8 Mw
Date-Time Saturday, September 19, 2009 at 07:06:57 AM at epicenter 
 
Location 9.271°S, 115.570°E 
Depth 71.6 km (44.5 miles) 
Region SOUTH OF BALI, INDONESIA 
75 km (45 miles) SSE of Denpasar, Bali, Indonesia
 
Location Uncertainty horizontal +/- 13.9 km (8.6 miles); depth +/- 5.9 km (3.7 
miles) 
M-type=teleseismic moment magnitude (Mw)
Source USGS NEIC (WDCS-D)
 
Melihat kedalamannya yang 71.6 km; posisi episentrumnya di depan busur 
Bali-Lombok, pada Lombok forearc basin, 225 km di sebelah utara jalur subduksi, 
maka pusat gempa terjadi di kerak samudera Hindia (ini slab earthquake) yang 
menunjam mulai dari jalur subduksi miring ke utara ke bawah Bali-Lombok. Kontur 
kedalaman 100 km bidang miring subduksi Wadati-Benioff 100 km bila 
diproyeksikan ke atas terletak persis di garis pantai selatan Bali dan Lombok 
(Hamilton, 1979); maka kedalaman pusat gempa ini mengkonfirmasi kebenaran peta 
tektonik Hamilton (1979).

Berdasarkan momen tensornya (USGS centroid moment tensor), gempa ini 
diakibatkan patahan naik dengan strike 17 deg dan kemiringan 41 deg. Strike ini 
hampir sejajar dengan vektor konvergensi lempeng di wilayah ini.

Gempa mestinya (berdasarkan statistik) bukan tsunami-genic earthquake karena 
gempa relatif bukan gempa dangkal dan magnitudenya kurang kuat. Ini terbukti 
juga dengan skala MMI di wilayah Bali dan Lombok yang hanya II-III dengan 
goncangan lemah, potential damage hampir tak ada dan peak ground acceleration 
yang rendah 0.17-1.4 %g dan peak velocity 0.1-1.1 cm/detik.

Demikian, Kang.

salam,
Awang

  
--- On Mon, 9/21/09, heryadi rachmat hery_rach...@yahoo.com wrote:

 From: heryadi rachmat hery_rach...@yahoo.com
 Subject: ulasan gempa di tenggara nusa dua bali
 To: awang satyana awangsaty...@yahoo.com
 Date: Monday, September 21, 2009, 8:13 AM
 
 
 
 Kang Awang kumaha ulasan gempabumi yang terjadi di tenggara
 Nusa Dua, diantos, wassalam heryadi
 
 
 --- On Fri, 18/9/09, Awang Satyana
 awangsaty...@yahoo.com wrote:
 
 
 
 
 
 
 

 Get your preferred Email name!  
 
 Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.






PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya

2009-09-15 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Franc,

van Bemmelen (1949) menarik garis volcano-tectonic yang besar dari Selat Madura 
sampai hampir pantai selatan Jawa Timur berarah utara-selatan. Menurutnya, 
inilah sebuah transverse fault yang besar yang memotong tegak lurus trend 
struktur Jawa yang barat-timur. Transverse fault ini menjadi lokasi semua 
gunungapi aktif maupun mati di wilayah ini, sehingga lineament gunungapi ini 
menyimpang dari lineament gunungapi Jawa pada umumnya (barat-timur). Di sini, 
kompleks Tengger-Semeru berarah utara-selatan. Bahkan, wilayah Grati dan 
Semokrong di tepi pantai utara eastern spur Jawa Timur ini, atau di sebelah 
selatan Selat Madura, menurut van Bemmelen (1949) masih merupakan bukit-bukit 
yang terjadi oleh aktivitas volcano-tectonic akibat runtuhnya kaldera Tengger. 

Collapse kaldera di puncak yang menyebabkan gravity sliding di kaki gunungapi 
membentuk ridges, adalah teori khas van Bemmelen. Ia pun menerangkan asal 
Gendol highs di Menoreh, Jawa Tengah dengan mekanisme yang sama sebagai akibat 
gravity sliding oleh runtuhnya kaldera Merapi. Van Bemmelen pun menerangkan 
asal Antiklinorium Samarinda di Kalimantan Timur sebagai akibat gravity sliding 
saat Kuching High terangkat -teorinya kemudian dikembangkan oleh Rose dan 
Hartono (1976) dan Hank Ott (1987). Sebuah teori yang sangat menarik dan saya 
cukup meyakininya. Kini, di sistem deepwater perkembangan toe thrusting juga 
erat kaitannya dengan gravity sliding di shelf areanya. Contoh2 di Kutei, 
Tarakan, dan Sarawak deepwater sangat khas membuktikan ini.

Saya meminjam transverse fault Tengger-Semeru van Bemmelen ini untuk 
menerangkan terjadinya Depresi Lumajang ke sebelah timurnya, dengan menggunakan 
juga transverse fault pasangannya di wilayah Jember, yaitu Iyang 
(Yang)-Argopuro Fault (dalam paper terbaru saya tentang hilangnya Pegunungan 
Selatan Jawa di beberapa tempat -Satyana, 2009 : Disappearance of the Java's 
Southern Mountains - Roles of Java's Transverse Faults- Simposium Internasional 
Pegunungan Selatan Jawa -UGM). Kedua transverse fault ini mengapit wilayah 
Lumajang yang tenggelam, sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua transverse fault 
tersebut merupakan block faulting yang besar dengan block terbannya (downblock) 
ditempati oleh Depresi Lumajang. Bahwa Lumajang tenggelam bisa dengan segera 
dilihat apabila kita mengamati garis pantai selatan Lumajang yang terindentasi 
ke dalam dan Pegunungan Selatannya yang hilang.

Kembali ke Bromo, betul, ia merupakan salah satu gunungapi cinder cone yang 
muncul dari kaldera lautan pasir Tengger yang terkenal itu. Di kaldera Tengger 
yang berdiameter 10 km itu muncul beberapa gunungapi kecil. Walaupun kini kita 
hanya bisa temukan tiga gunungapi di kaldera ini (Batok-Bromo-Kursi yang 
berjajar utara-selatan mengikuti transverse fault itu), vulkanoloog Belanda 
Neumann van Padang (195i - catalogue of the active volcanoes of the world, p. 
146-147) menyebutkan bahwa ada tujuh buah pusat letusan di kaldera Tengger ini.

Gunungapi aktif di kaldera Tengger tinggal Bromo saja dengan kepundan ditutupi 
danau sejak 1838. Menurut Hadian dan Kusumadinata (1979 : Data Dasar Gunungapi 
Indonesia), undak-undak di Gunung Bromo menunjukkan bahwa pusat letusannya 
bergerak ke arah utara. Nah, ini bisa dihubungkan dengan hasil penelitian Pak 
Seno ITS alm. (murid2 Pak Seno : Dicky dan Adji, yang pernah bersama Pak Seno 
meneliti ini, sekarang di BPMIGAS -silakan Dicky dan Adji berbagi cerita untuk 
Pak Franc dan rekan2 milis lainnya.

Transverse Fault Tengger-Semeru (saya sebut namanya begitu) dari van Bemmelen 
(1949) mungkin ada betulnya sebab semua gunungapi mati dan giat di wilayah ini 
membentuk kelurusan utara-selatan : mulai dari sebelah utara ke selatan : 
Gunung Pananjakan, Batok, Bromo, Kursi, Ranu Pani, Ranu Kumbolo (ini bekas2 
kawah gunungapi) dan paling selatan adalah gunung Semeru -puncak tertinggi di 
Jawa (3676 m).

Demikian Pak Franc sedikit cerita regional tentang Bromo yang sangat indah itu, 
saya mengunjungi kaldera Tengger dan semua gunungapi di dalamnya pada Desember 
2005 bersama tim fieldtrip BPMIGAS dan bapak2 dosen serta mahasiswa2 UGM (Bromo 
saat itu merupakan tujuan akhir kami setelah selama tiga hari sebelumnya kami 
mempelajari deepwater sediments di Jalur Kendeng dan mengunjungi situs 
Meganthropus di Perning, Mojokerto).

salam dari Indonesia,
Awang
 
--- On Sat, 9/12/09, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote:

 From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
 Subject: [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya
 To: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
 fo...@hagi.or.id
 Date: Saturday, September 12, 2009, 1:57 PM
 Hallo semuanya,
 mudah2an akhir pekan ini menjadi akhir pekan yang sangat
 indah ...
 
 hari ini saya tiba2 ingat  Alm. Pak Seno  dan
 diskusi kami tentang Gunung Bromo dan sekitarnya, waktu HAGI
 mengadakan post convention field trip ke gunung Bromo.
 
 awal diskusi dimulai  setelah kami melihat serigala
 putih dalam 

Re: [iagi-net-l] GEMPA JABAR : MENGAPA KEC.PENGALENGAN BANDUNG RUSAK BERAT

2009-09-15 Terurut Topik Awang Satyana
Mang Okim,

Sebenarnya ada dua sesar besar (block faulting) yang digambarkan van Bemmelen 
(1949)di area yang kemarin menderita kerusakan paling parah akibat gempa 
Tasikmalaya 2 September 2009. Kedua sesar besar berarah barat-timur itu adalah 
: (1) Sesar Pangalengan (Sesar Malabar-Tilu) yang merupakan batas antara zone 
fisiografi Bandung dan Pegunungan Selatan dan (2) Sesar Kancana di sebelah 
selatan Pangalengan di tengah Zone Pegunungan Selatan. Saya sependapat dengan 
Mang Okim bahwa mungkin saja kedua sesar besar itu telah direaktivasi saat 
gempa terjadi. Sesar2 sedalam 4 km ini bisa menjadi konduit energi gempa ke 
permukaan saat gelombang permukaan  gempa(surface wave-Rayleigh dan Love 
waves)menjalar dari episentrum ke arah utara. Itu terbukti dari kerusakan parah 
di permukaan di sekitar kedua jalur sesar ini.

Kemudian kelihatannya kedua jalur sesar ini telah dijadikan konduit untuk magma 
menerobos ke permukaan kemudian menjadi gunungapi. Dengan kata lain, kantong 
magma gunung2 ini berlokasi di sekitar sesar2 tersebut. Gunungapi2 aktif/mati 
tersebar di sepanjang kedua sesar ini. Misalnya, Sesar Pangalengan di atasnya 
ditutupi oleh kompleks gunung Masigit-Patuha-Tilu-Malabar-Guntur. Sesar Kancana 
di atasnya ditutupi oleh rangkaian gunung Kancana-Papandayan-Cikuray. Beberapa 
gunung tersebut terbilang masih aktif (Papandayan, Guntur). Sehingga bila 
sesarnya direaktivasi, maka bisa saja gunung2api ini digiatkan kembali.

Akan halnya Sesar Lembang, kelihatannya ini tak menjadi konduit untuk Gunung 
Tangkuban Parahu sebab Sesar Lembang umurnya lebih muda dari Gunung Tangkuban 
Parahu. Sesar ini terjad akibat collapse lereng selatan gunung ini. Apakah 
gempa kemarin mereaktivasi Sesar Lembang ? Bisa saja sebab posisi sesar ini 
sejajar dengan sesar2 di Jawa Barat selatan yang disebutkan di atas, jadi 
peluangnya bisa saja. 

Kalau diperhatikan, observatorium astronomi Bosscha dibangun di suatu tempat 
paling tinggi (1303 m) daripada sekitarnya. Sebenarnya, tempat paling tinggi 
itu adalah puncak upblock Sesar Lembang. Maka posisi observatorium Bosscha 
sebenarnya bisa rawan terhadap gempa2 di Jawa Barat bila menggerakkan Sesar 
Lembang.

Seperti yang diinformasikan Mang Okim, betul bahwa umur2 sesar ini dari selatan 
ke utara semakin muda : Sesar Kancana (Plio-Plistosen), Sesar 
Pangalengan/Malabar-Tilu (Plistosen Bawah), Lembang Fault (sub-Recent). Dari 
beberapa pengalaman reaktivasi gempa kepada sesar (Sesar Opak, Sesar Mentawai, 
Sesar Sumatra, Sesar Sorong,dll.) umur tua-muda bukanlah sesuatu prasyarat 
reaktivasi. Banyak sesar berumur Miosen terbukti bisa direaktivasi.

salam,
Awang


--- On Tue, 9/15/09, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote:

 From: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] GEMPA JABAR : MENGAPA KEC.PENGALENGAN BANDUNG  
 RUSAK  BERAT
 To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tuesday, September 15, 2009, 2:51 PM
 
 
 
  Rekan dan Mang Okim
 
 Sebenarnya apayang dikatakan Cak
 Ipul dan Mang Okim  banyak benernya heheheh atau
 seluruhnya benar.
 Kalau menyumbang dalam arti secara finansial itu baik ,
 akan teapi bila
 memang tidak juga TIDAK berarti anggoat IAGI tidak perduii
 (sebagaimana
 dikatakan oleh Sekjen IAGI), Tentu saja sebagai anggota dan
 Bekas Presiden
 Rotary Indonesia Mang Okim sangat concern dengan
 kegiatan
 sosial - nya .
 Tetapi hal lain yang mestinya dilaksanakan oleh
 profesional adalah menuyumbangkan sesuatu yang positip
 dalam kemampuan
 profesinya.
 Dan sekali lagi Mang Okim telah melakukan - nya
 dengan  mengkaji secara sederhana faktor adanya aktifitas
 Sesar
 Pangalengan. Apakah ini benar , tentu harus ada penelitian
 yang lebih
 mendetil.
 Akan tetapi hal yeng penting disini adalah adanya kenyatan
 bahwa tingkat kerusakan sangat bergantung pada struktur
 tanah dan
 aktifitas tektonik lokal.
 Hal inilah yang harus dianalisa , mana mana
 lokasi yang merupakan lokasi  dengan kriteria sperti itu
 ?
 Tentu
 saja tindak lanjutnya adalah bagaimana menimialkan
 kerusakan pad daerah
 daerah spt itu. Bukan pekerjaan yang enteng kan . Nah IAGI
 mungkin dapat
 berperan dalam hal ini.
 
 Si Abah
 
  
 
    sentilan mang okim terasa menyengat juga pada akhir
 minggu
 ini. yg
  pertma,
  tentunya 'press release' saja tidak
 cukup kalau targetnya adalah lebih
  dari
  itu. yg kedua,
 sekiranya ada pertanyaan yg berhubung dengan kegundaan utk
 
 mengetahui geologi pengalengan, 'kan dapat dilontarkan di
 milis ini.
  dengan
  harapan tentunya, para pakar kita dapat
 menjelaskannya.
  
  namun hari2 ini adalah hari2
 menjelang lebaran, orang sudah terburu2 utk
  menyelesaikan
 pekerjaan dan segera mudik; atau justru mendekam di masjid
 
 karena itulah yg disarankan selama 10 hari terakhir
 ramadhan.
 
 
  iagi bisa saja menggalang dana utk nantinya
 disumbangkan ke
 para korban.
  apakah perlu? mungkin ya, mungkin tidak. setahu
 saya, tidak kurang banyak
  anggota kita yg menyalurkan bantuan
 ini melalui banyak pihak. sebut salah
  satunya 

Re: [iagi-net-l] DPR Sepakat Merevisi UU Minyak dan Gas

2009-09-04 Terurut Topik Awang Satyana
BPMIGAS kerap dipanggil DPR. Persiapan untuk itu makin memberati kesibukan 
BPMIGAS yang sudah sangat sibuk menangani lebih dari 200 blok2 migas dan CBM. 
Tidak puas dengan keterangan2 BPMIGAS, satu demi satu KKKS besar dipanggilnya 
juga. 

Bubarkan BPMIGAS, mereka tidak becus mengawasi kontrak migas, produksi turun 
terus, padahal cost recovery naik terus ! adalah bisik-bisik atau celetukan 
atau marah besar yang suka terdengar bila rapat dengan DPR atau terbaca di 
koran-koran saat wartawan menanyai pendapat para anggota Dewan tentang BPMIGAS. 

Jadi sebenarnya DPR sejak BPMIGAS berdiri telah mengawasi proses migas lewat 
Komisi VII-nya. Memang sejak Era Reformasi DPR menunjukkan kekuasaan eksekutif, 
padahal DPR adalah badan legislatif -pembuat UU. Sekarang kekuasaan eksekutif 
DPR itu ingin dilegalisasi lewat revisi UU Migas. Bagaimana bila sebuah badan 
mempunyai kekuasaan legislatif-eksekutif, dan mungkin sebentar lagi yudikatif ? 
Superbody. Barangkali mendung akan memayungi prosedur migas Indonesia di 
depan...

salam,
Awang

--- On Fri, 9/4/09, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote:

 From: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] DPR Sepakat Merevisi UU Minyak dan Gas
 To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id
 Date: Friday, September 4, 2009, 9:16 PM
 
 
 
 Hahahahahahahahahah
 Tanpa amandemen UU No 22  saja , sudah
 banyak bisnis  yang direcoki  oleh anggota DPR yang
 terhormat.
 Kalau mau tahu tanyakan sama teman teman KKS , bagaimana
 aktfnya para anggota terhormat itu mengunjungi BP Migas dan
 sering benar
 meninjau lapangan.
 
 Apa kita mau mengaplikasikan Trias Plitika
 Angin Ribut sehingga fungsi legeslasi dan eksekusi dicampur
 baurkan
 ???
 
 Ngaco deh kalau maksud amandemen UU ini dengan tujuan
 segala macam kokntrak KKS harus disetujui DPR.
 Lama lama Kontrak
 operasional lebih besar dari sekian juta dollar harus masuk
 ke DPR dulu
 sebelum diaplikasikan.Apa jadi seperti ini .?
 Dari sini saja
 sudah tercium bau tidak  sedap deh.
 
 Kapan yah DPR ma
 menyadari fungsi - nya benar dalam sistim ketata negaraan
 kita ???
 
 Semoga DPR yad akan lebih berfikir dengan lebih jernih.
 
 Si Abah 
 
 
 Makin panjang saja nih rantai
 birokrasinya..
   
   
 
 -
  JAKARTA. Kemarin (1/9), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
 akhirnya
 menyetujui
  hak inisiatif yang diajukan puluhan anggota dewan
 untuk merevisi
  Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak
 dan Gas Bumi (UU Migas).
  Sepuluh fraksi mendukung hak inisiatif
 ini.
   
  Salah satu aturan main yang diusulkan
 perubahannya adalah soal kontrak
  kerjasama (KKS) migas. DPR
 ingin ikut memberi masukan sekaligus
  persetujuan sebelum
 Pemerintah memilih kontraktor, termasuk pembatasan
  jangka waktu
 kontrak. Itu butuh persetujuan DPR, kata Jurubicara
 Fraksi
  Kebangkitan Bangsa Anna Muamana.
   
 
 Keterlibatan DPR juga mencakup pengawasan. Jurubicara
 Fraksi Golkar
 Watty
  Amir menegaskan, fungsi monitoring itu tidak sebatas
 pada
 bahan bakar
  minyak dan gas saja, tapi juga produksi minyak
 mentah dan gas bumi.
  Produksi kita rendah, maka perlu
 optimalisasi yang disertai dengan
  pengawasan, ujar
 Watty.
   
  Ketentuan lain yang juga masuk dalam
 usul revisi adalah soal kewajiban
  memasok produksi minyak untuk
 kebutuhan dalam negeri atau domestic market
  obligation (DMO).
 DPR ingin menaikkan DMO dari 25% menjadi 75% dari total
 
 produksi. Negara harus menjamin pemenuhan kebutuhan dalam
 negeri, kata
  Jurubicara Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
 Perjuangan Isma Yatun.
   
  DPR menyerahkan proses
 amandemen UU Migas pada DPR dan Pemerintah periode
  berikutnya.
 Sebab, sisa waktu jabatan periode ini terbatas, ujar
 Agung
  Laksono, Ketua DPR.
   
  Sekadar
 mengingatkan, September 2008 lalu, puluhan anggota DPR
 mengajukan
  hak inisiatif revisi UU Migas. Mereka mengusulkan
 amandemen untuk
 delapan
  pasal.
  
  
  
 
 
 -- 
 ___
 Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur,
 ngangeunahkeun hate
 jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah
 kudu lakonan.
 





PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi 

[iagi-net-l] Gempa Laut Sindangbarang (Mw 7.4) 2 Sep 09, 14:55 WIB

2009-09-03 Terurut Topik Awang Satyana
Tengah penyusunan MOM seusai rapat dengan suatu KKKS, di ruang rapat kami 
merasakan goyangan yang keras dan bunyi retakan di dinding. Gempa ! Gempa 
ternyata berlangsung lama dengan goyangan yang keras (sekitar 3 menit). Tak 
sempat lagi lari ke luar ruangan, kami yang sedang rapat memilih masuk kolong 
meja rapat yang kokoh dan berdoa di situ. Seusai gempa, kami mencoba 
menghubungi keluarga masing-masing dan tak mendapatkan sambungan telepon-putus.

Di bawah adalah e-mail dari USGS yang menginformasikan sebuah gempa besar baru 
saja terjadi (pukul 14.55 WIB) dengan pusat di Lautan Hindia di selatan pantai 
Sindangbarang. Gempa berkekuatan 7.4 Mw dengan kedalaman hiposentrum 62 km. 
Belum diketahui pola pematahan batuan penyebab gempa ini. Melihat kedalamannya, 
diperkirakan gempa merupakan slab earthquake -gempa yang terjadi di bagian atas 
kerak samudera Hindia yang menunjam di bawah kerak akresi Jawa.

Semoga tidak banyak korban terjadi.

salam,
Awang

--- On Wed, 9/2/09, USGS ENS e...@usgs.gov wrote:

 From: USGS ENS e...@usgs.gov
 Subject: 2009-09-02 07:55:02 (Mw 7.4) JAVA, INDONESIA -7.8 107.3
 To: awangsaty...@yahoo.com
 Date: Wednesday, September 2, 2009, 3:12 PM
          
            == PRELIMINARY
 EARTHQUAKE REPORT ==
 
 ***This event supersedes event AT00187810.
 
 
 Region:             
               JAVA,
 INDONESIA
 Geographic coordinates:         
    7.837S, 107.262E
 Magnitude:             
           7.4 Mw
 Depth:             
               62 km
 Universal Time (UTC):         
     2 Sep 2009  07:55:02
 Time near the Epicenter:       
    2 Sep 2009  14:55:02
 Local standard time in your area:  2 Sep 2009 
 14:55:02
 
 Location with respect to nearby cities:
  104 km (65 miles) SSW (199 degrees) of Bandung, Java,
 Indonesia
  113 km (70 miles) SSE (155 degrees) of Sukabumi, Java,
 Indonesia
  124 km (77 miles) WSW (243 degrees) of Tasikmalaya, Java,
 Indonesia
  198 km (123 miles) SSE (163 degrees) of JAKARTA, Java,
 Indonesia
 
 
 ADDITIONAL EARTHQUAKE PARAMETERS
 
 event ID             
        :  US 2009lbat
 
 This event has been reviewed by a seismologist at NEIC
 For subsequent updates, maps, and technical information,
 see:
 http://earthquake.usgs.gov/eqcenter/recenteqsww/Quakes/us2009lbat.php
 or
 http://earthquake.usgs.gov/
 
 National Earthquake Information Center
 U.S. Geological Survey
 http://neic.usgs.gov/
 
 
 DISCLAIMER: https://sslearthquake.usgs.gov/ens/help.html?page=help#disclaimer
 
 This email was sent to awangsaty...@yahoo.com
 
 You requested mail for events between -90.0/90.0 latitude
 and 
 180.0/-180.0 longitude 
 for M6.0 between 08:00 and 20:00 and M6.5 other times.
 
 
 To change your parameters or unsubscribe, go to:
 https://sslearthquake.usgs.gov/ens
 





PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Gempa Laut Sindangbarang (Mw 7.4) 2 Sep 09, 14:55 WIB

2009-09-03 Terurut Topik Awang Satyana
Data terakhir yang dihimpun dari BMG dan USGS menyatakan bahwa magnitude gempa 
7.3 SR atau 7.0 Mw (moment magnitude). Kedalaman fokus gempa masih simpang siur 
dengan kisaran 60-30 km (60-50 km dari USGS, 30 km dari BMG). Moment tensor 
solution dari USGS menunjukkan pematahan batuan yang mengakibatkan gempa ini 
adalah sesar naik dengan arah jurus 56 degNE dan kemiringan 50 deg.

Berdasarkan publikasi dari Hamilton (1979) yang menunjukkan seismic section 
dari geomarin untuk wilayah selatan Sindangbarang ini, Widiyantoro dan van der 
Hilst (1996) yang menunjukkan section tomographic wilayah ini, Kopp (2002) yang 
menunjukkan section seismik forearc dan melange wilayah ini, dan Hall (2008) 
tentang tektonik forearc Jawa Barat; dan dengan asumsi kedalaman fokus 50-30 
km; maka diperkirakan bahwa sumber gempa berasal dari pematahan di slab (kerak 
oseanik) yang menunjam di bawah kerak akresi Jawa dengan episentrumnya 
berlokasi di forearc basin Jawa Barat. 

Theoretical P-wave arrival dari USGS menunjukkan bahwa di dalam waktu 1 menit 
gelombang gempa ini sudah menjalar ke hampir seluruh Jawa dari sumbernya. 

Gempa ini tidak tsunami-genic yang signifikan (dilaporkan tsunami sangat kecil 
terjadi) mungkin karena fokus gempanya tidak terlalu dangkal dan masih ada 
komponen pematahan lateral berdasarkan moment tensornya.

salam,
Awang

--- On Wed, 9/2/09, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:

 From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 Subject: [Forum-HAGI] Gempa Laut Sindangbarang (Mw 7.4) 2 Sep 09, 14:55 WIB
 To: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo 
 Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS 
 eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, September 2, 2009, 3:44 PM
 Tengah penyusunan MOM seusai rapat
 dengan suatu KKKS, di ruang rapat kami merasakan goyangan
 yang keras dan bunyi retakan di dinding. Gempa ! Gempa
 ternyata berlangsung lama dengan goyangan yang keras
 (sekitar 3 menit). Tak sempat lagi lari ke luar ruangan,
 kami yang sedang rapat memilih masuk kolong meja rapat yang
 kokoh dan berdoa di situ. Seusai gempa, kami mencoba
 menghubungi keluarga masing-masing dan tak mendapatkan
 sambungan telepon-putus.
 
 Di bawah adalah e-mail dari USGS yang menginformasikan
 sebuah gempa besar baru saja terjadi (pukul 14.55 WIB)
 dengan pusat di Lautan Hindia di selatan pantai
 Sindangbarang. Gempa berkekuatan 7.4 Mw dengan kedalaman
 hiposentrum 62 km. Belum diketahui pola pematahan batuan
 penyebab gempa ini. Melihat kedalamannya, diperkirakan gempa
 merupakan slab earthquake -gempa yang terjadi di bagian atas
 kerak samudera Hindia yang menunjam di bawah kerak akresi
 Jawa.
 
 Semoga tidak banyak korban terjadi.
 
 salam,
 Awang
 
 --- On Wed, 9/2/09, USGS ENS e...@usgs.gov
 wrote:
 
  From: USGS ENS e...@usgs.gov
  Subject: 2009-09-02 07:55:02 (Mw 7.4) JAVA, INDONESIA
 -7.8 107.3
  To: awangsaty...@yahoo.com
  Date: Wednesday, September 2, 2009, 3:12 PM
           
             == PRELIMINARY
  EARTHQUAKE REPORT ==
  
  ***This event supersedes event AT00187810.
  
  
  Region:             
                JAVA,
  INDONESIA
  Geographic coordinates:         
     7.837S, 107.262E
  Magnitude:             
            7.4 Mw
  Depth:             
                62 km
  Universal Time (UTC):         
      2 Sep 2009  07:55:02
  Time near the Epicenter:       
     2 Sep 2009  14:55:02
  Local standard time in your area:  2 Sep 2009 
  14:55:02
  
  Location with respect to nearby cities:
   104 km (65 miles) SSW (199 degrees) of Bandung,
 Java,
  Indonesia
   113 km (70 miles) SSE (155 degrees) of Sukabumi,
 Java,
  Indonesia
   124 km (77 miles) WSW (243 degrees) of
 Tasikmalaya, Java,
  Indonesia
   198 km (123 miles) SSE (163 degrees) of JAKARTA,
 Java,
  Indonesia
  
  
  ADDITIONAL EARTHQUAKE PARAMETERS
  
  event ID             
         :  US 2009lbat
  
  This event has been reviewed by a seismologist at
 NEIC
  For subsequent updates, maps, and technical
 information,
  see:
  http://earthquake.usgs.gov/eqcenter/recenteqsww/Quakes/us2009lbat.php
  or
  http://earthquake.usgs.gov/
  
  National Earthquake Information Center
  U.S. Geological Survey
  http://neic.usgs.gov/
  
  
  DISCLAIMER: 
  https://sslearthquake.usgs.gov/ens/help.html?page=help#disclaimer
  
  This email was sent to awangsaty...@yahoo.com
  
  You requested mail for events between -90.0/90.0
 latitude
  and 
  180.0/-180.0 longitude 
  for M6.0 between 08:00 and 20:00 and M6.5 other
 times.
  
  
  To change your parameters or unsubscribe, go to:
  https://sslearthquake.usgs.gov/ens
  
 
 
       
 
 __
 The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list.
 fo...@hagi.or.id
 | www.hagi.or.id
 * PIT HAGI ke 34, 8-13 November 2009, Yogyakarta
 * Kunjungi http://pit34hagi.web.id/ untuk info lebih lanjut
 





PP-IAGI 2008

Re: [iagi-net-l] IAGI Pre and Post Convention FiledtripCourse

2009-09-03 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Benyamin,

Hanya satu fieldtrip dan satu kursus dalam PIT IAGI ini. Apakah tidak ada tema 
lain yang menarik untuk dijadikan kursus ? Apakah area Jawa Tengah dan 
sekitarnya tidak menarik untuk dijadikan fieldtrip ? 

Saya mengamati terjadi penurunan jumlah kursus dan fieldtrip dalam pelaksanaan 
PIT IAGI beberapa tahun terakhir ini. Biasanya 3-4 kursus dan 3-4 fieldtrip 
dalam sekali PIT bisa diorganisasi dan dilaksanakan. Apakah ada penurunan animo 
komunitas geologi terhadap kursus dan fieldtrip ?

Perlu kita amati juga animo komunitas geologi terhadap PIT, bila semakin 
menurun jumlah pesertanya, harus ada yang kita benahi.

salam,
Awang

--- On Thu, 9/3/09, benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com wrote:

 From: benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com
 Subject: [iagi-net-l] IAGI Pre and Post Convention FiledtripCourse
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Thursday, September 3, 2009, 9:12 AM
  Dear Geoscientists,
 
 
 
 The Indonesian Association of Geologists (IAGI) will
 conduct its Annual
 Convention and Exhibiton at the Gumaya Hotel, Semarang,
 Central Java on
 October 13-14, 2009.
 
 A fieldtrip and a Geology course before and after the
 Convention will be
 offered to Convention participants:
 
 
 
 *1. The field trip will be on DEEP MARINE SAND OF KUTAI
 BASIN* (Pre
 Convention: October 8th-12th, 2009)
 
 
 
 *2. The Geology Course will be on CORE DESCRIPTION AND
 ANALYSIS *(Post
 Convention: October 14 (evening) – 17, 2009)
 
 
 
 Please do not forget to jot down this Fieldtrip and Geology
 Course on your
 agenda.
 
 
 
 
 
 *For more information, please contact:*
 
 
 
 *The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition Committee*
 
 
 
 Phone : 021 - 837 92688
 Fax : 021 - 837 92687
 Email : endra.sulis...@gda.co.id
 / muhammad.roza...@gda.co.id
 /
 benyamin.sembir...@gda.co.id
 
 Contact Persons : M. Rozalli, Endra Sulistya, Benyamin
 
 
 
 
 
 Thank you for your kind attention
 
 
 
 Best regards,
 
 The Convention Committee
 
 
 
 -
 
 
 
 *The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition **
 Pre-Convention Field Trip*
 
 
 
 *The Deep Marine Sand of Kutai Basin*
 
 
 
 
 *Fieldtrip Overview*
 Although the Mahakam Delta is famous for its Deltaic
 Complex, actually it
 also has deep marine sand deposits that recently have
 proven to be producing
 in the Makassar Strait deep-water Blocks. Outcrops of deep
 marine turbidite
 sand systems within the age of N2 - N8 will be visited to
 give the
 participants an overview of the deep marine
 “turbiditic” sands of Paleo
 Mahakam Delta in contrast to the shallow marine turbidites
 in the prodelta
 and shelf areas. Examples of bathyal up to pro-delta
 turbidite systems will
 be discussed with published turbidite-systems models as
 references.
 
 
 The field trip will cover the Balikpapan Bay, Sepaku
 District, Tenggarong,
 Loa Duri, Samarinda, and Samboja. A total of 11 (eleven)
 outcrops will be
 visited in 3 days, with an average of 4 outcrops per day.
 All of the
 outcrops are turbidite sandstones, comprising of outer-fan,
 middle-fan and
 suprafan facies as well as shelf and prodelta turbidites
 traditionally known
 to occur in the Miocene Pulau Balang Formation. Comparison
 between deep
 marine  shallow marine turbidites of Kutai Basin will
 also be highlighted.
 Although it will not be visited, the equivalent proximal
 lowstand deposits
 will also be discussed (infact, their outcrop ridges can be
 seen from one of
 the field-trip turbidite stops).
 
 
 Reservoir characters such as lateral extent vs thickness,
 porosity,
 permeability, heterogeneity, petrography, log characters,
 fossil
 assemblages, sedimentary structures and even tectonic
 feature association
 will be discussed using field sample data at outcrop
 localities.
 
 
 To ease off stress after daylight deal with the complexity
 of deep marine
 sands of Paleo Mahakam Delta outcrops, several tourism
 spots will be
 visited. On top of that, typical rock hounds dinner will
 also be served.
 This will include a visit to the “Kutai” Museum 
 karaoke dinner in
 Tenggarong and dine out at the world class chili-crab
 corner in Samarinda.
 A summary session will be conducted before leaving
 Samarinda for Balikpapan
 to catch the plane to Jakarta.
 
 
 
 
 *Date*
 October 8th-12th, 2009
 (5 days / 4 nights)
 start on Thursday and finish on Monday
 
 
 
 *Venue*
 Samarinda  Balikpapan
 
 
 
 *Instructor*
 Dr. Ir. Andang Bachtiar, MSc.
 
 
 
 *Cost**
 *USD  2000,-/person
 Registration deadline by October 3, 2009
 
 *Who Should Attend*
 exploration geologist, development / production geologist,
 geophysicist,
 reservoir engineer, log analyst, petrophysicist, coal
 geologist  all
 geoscientist.
 
 
 *Fieldtrip Fasilities*
 Air ticket, hotel, meals (breakfast, lunch, dinner),
 logistic (snack,
 softdrink, fruit), guidebook, shirt, hat, back pack,

Re: [iagi-net-l] IAGI Pre and Post Convention FiledtripCourse

2009-09-03 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Benz,

Terima kasih atas penjelasannya yang rinci dan tuntas. Terima kasih juga kepada 
Pak Prasiddha yang telah menginfomasikan kursus2 lain dalam rangkaian PIT ini, 
rupanya ada kursus/FT lain yang dikelola MGEI dalam acara ini. Memang kalau 
segmen pasarnya kecil, kita tak bisa mengharapkan sesuatu yang besar -apalagi 
kalau segmen yang kecil itu menjadi target pasar banyak organisasi profesi. 

Mungkin perlu dipikirkan untuk menyebarkan angket satu lembar saja tentang apa 
tema kursus dan pilihan FT yang disukai ke mana dan tentang apa sebagai bagian 
dari seminar kit PIT IAGI di Semarang besok. Untuk memudahkan pengisian hanya 
dengan mencontreng, bisa didaftarkan kursus2/FT2 atau lain-lain sesuai 
keinginan pribadi. Lalu sediakan kotak khusus buat menampung angket itu.  
Kemudian PP-IAGI nanti mengevaluasinya. Ini untuk mengetahui kecenderungan 
pasar. Siapa tahu ini bisa menjadi jalan agar kursus/FT yang diselenggarakan 
bisa sesuai dengan keinginan pasar. Kan sayang bila Panitia telah berusaha 
menyusun misalnya 4 kursus 4 FT, tetapi yang jalan hanya 1 kursus dan 1 FT 
akibat kekurangan peserta.

salam,
Awang


--- On Thu, 9/3/09, benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com wrote:

 From: benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com
 Subject: Re: [iagi-net-l] IAGI Pre and Post Convention FiledtripCourse
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Thursday, September 3, 2009, 5:15 PM
 Salam,
 
 Pak Awang yang sangat perhatian,
 Panitia PIT IAGI dalam menyelenggarakan Kursus maupun
 Fieldtrip biasanya
 bekerja sama dengan universitas, konsultan penyelenggara
 fieldtrip dan
 berbagai instansi lainnya. Beberapa tahun ini saya terlibat
 panitia baik
 secara langsung maupun tidak langsung. Fieldtrip yang saya
 sampaikan ke
 milis merupakan kerja sama Panitia IAGI dengan Konsultan
 penyelenggara.
 Karena saya melihat agak terlabat penginformasian acara ini
 sehingga saya
 mendahului penyampaian FT dan Kursus tersebut, walaupun
 sebenarnya Panitia
 IAGI bekerja sama juga dengan MGEI untuk menyelenggarakan
 FT dan
 kursus/seminar lainnya, dan saya lihat juga MGEI melakukan
 publikasi
 tersendiri di lingkungan nya. Hal ini untuk penginformasian
 yg lebih cepat.
 Karena acapkali acara Fieldtrip IAGI kurang mendapatkan
 peserta (kurang
 peminat) karena informasi yg terlambat.
 
 Untuk tema lain yg lebih menarik di Jatim dan Jateng
 mungkin saja ada, tapi
 mungkin belum ada lembaga atau univ yang bisa bekerjasama
 pada tahun ini.
 
 Penurunan Animo, saya agak ragu menjawabnya, karena
 berdasarkan pengamatan
 saya di beberapa tahun terakhir ini memang kegiatan ini
 sedikit peminatnya.
 Mungkin memang pasar nya cuma kecil. jadi gak bisa
 dipaksa.
 Apa sebab utama nya saya juga kurang paham. Kalo masalah
 jumlah yg bapak
 sampaikan, kurang pas. Harusnya apakah sejumlah FT yang
 disajikan itu laku
 apa tidak. Bisa aja kita buat jumlahnya banyak tapi tidak
 ada satupun yang
 diminati. Sewaktu PIT di Bali, banyak FT tapi gak diminati.
 Kalo gak salah
 waktu itu hanya ada satu yg diminati dgn jumlah minim
 sekali, FT ke Newmont,
 yg lain?
 
 Pernah beberapa tema kita pasarkan di PIT IAGI tapi tidak
 laku namun di
 acara yang sejenis di organisasi lain laku. Katanya sih
 ada kecenderungan
 kalau IAGI yg mengadakan kurang bonafide. Padahal baik
 IAGI maupun
 Organisasi lain itu, ya itu-itu juga kan orangnya yg
 menyelengarakan.
 Juga ada kecenderungan untuk Fieldtrip/Kursus ke Luar
 Negeri. karena mungkin
 itu kelihatan lebih bergengsi, lebih menarik jalan-jalan
 nya ke negara lain
 dsb.
 
 Semoga bermanfaat
 
 Salam
 benz
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 2009/9/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 
  Pak Benyamin,
 
  Hanya satu fieldtrip dan satu kursus dalam PIT IAGI
 ini. Apakah tidak ada
  tema lain yang menarik untuk dijadikan kursus ? Apakah
 area Jawa Tengah dan
  sekitarnya tidak menarik untuk dijadikan fieldtrip ?
 
  Saya mengamati terjadi penurunan jumlah kursus dan
 fieldtrip dalam
  pelaksanaan PIT IAGI beberapa tahun terakhir ini.
 Biasanya 3-4 kursus dan
  3-4 fieldtrip dalam sekali PIT bisa diorganisasi dan
 dilaksanakan. Apakah
  ada penurunan animo komunitas geologi terhadap kursus
 dan fieldtrip ?
 
  Perlu kita amati juga animo komunitas geologi terhadap
 PIT, bila semakin
  menurun jumlah pesertanya, harus ada yang kita
 benahi.
 
  salam,
  Awang
 
  --- On Thu, 9/3/09, benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com
  wrote:
 
   From: benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com
   Subject: [iagi-net-l] IAGI Pre and Post
 Convention FiledtripCourse
   To: iagi-net@iagi.or.id
   Date: Thursday, September 3, 2009, 9:12 AM
    Dear Geoscientists,
  
  
  
   The Indonesian Association of Geologists (IAGI)
 will
   conduct its Annual
   Convention and Exhibiton at the Gumaya Hotel,
 Semarang,
   Central Java on
   October 13-14, 2009.
  
   A fieldtrip and a Geology course before and after
 the
   Convention will be
   offered to Convention participants:
  
  
  
   *1. The field trip

[iagi-net-l] Terumbu Karang Sulawesi

2009-08-30 Terurut Topik Awang Satyana
Sulawesi, selain tektonik dan basement geology-nya pelik namun menantang, dan 
bio-geografinya membimbing Afred Russel Wallace menaruh garis biogeografinya 
yang terkenal itu, Sulawesi pun menyimpan kompleks terumbu karang (coral reef) 
yang memukau dan world-class.

Bahwa Sulawesi begitu kaya akan berbagai jenis kompleks terumbu karang akan 
segera terlihat bila kita melihat peta terumbu karang sekeliling Sulawesi hasil 
pemetaan Salm dan Halim (1984 : Marine Conservation Atlas : Planning for the 
Survival of Indonesia’s Seas and Coasts, IPB-WWF). Peta ini menunjukkan bahwa 
sekitar 90 % garis pantai Sulawesi dibentengi oleh fringing reef dan barrier 
reef. Sementara beberapa km-puluhan km di pulau-pulau besar kecil sekitarnya 
tumbuh kompleks patch reef dan atoll.

Mengapa bisa begitu, mudah dipahami sebab dua syarat utama pembentukan terumbu 
karang terpenuhi di Sulawesi, yaitu : 1) pulau ini dipotong garis khatulistiwa 
sehingga air lautnya hangat (umumnya di atas 22 C) nyaman bagi habitat hewan 
karang dan 2) tak ada sungai besar (sebesar sungai-sungai besar di 
Sumatra-Jawa-Kalimantan) yang akan menumpahkan banyak sedimen di muaranya lalu 
terserak sepanjang pantai kemudian membunuh pertumbuhan hewan karang oleh 
kekeruhan air laut.

Aneka basement yang membangun Sulawesi sampai ke pantainya, entah itu volkanik, 
kontinen, maupun kerak oseanik, merupakan substrate yang baik buat hewan-hewan 
karang macam scleractinian coral membangun strukturnya di pantai menjadi 
kompleks fringing reef, memagari garis pantai Sulawesi. Pulau-pulau terpisah di 
sekeliling Sulawesi entah itu volkanik, kontinen, maupun oseanik akan ditumbuhi 
terumbu karang fringing reef mulanya, tetapi karena tektoniknya yang aktif 
penenggelaman pulau-pulau terisolasi ini aktif juga. Manakala pulau-pulau ini 
kemudian tenggelam, terumbu karang yang memagarinya berusaha mempertahankan 
diri agar tetap tak jauh dari muka laut (keep up growth). Maka bila kita 
terbang agak ke selatan dari Ujung Pandang ke Banggai, akan terlihat kompleks 
terumbu yang melingkar mengitari laguna yang bundar – itulah atol. Atol Taka 
Bone Rate (terluas ke-3 di dunia), atol Tukang Besi, atol Banggai, dan atol 
Togian merupakan atol-atol terkenal yang
 sering muncul dalam literatur-literatur tentang modern coral reefs.

Whitten dkk. (2002 : The Ecology of Sulawesi – Periplus) meringkas beberapa 
kompleks terumbu karang utama di Sulawesi seperti di bawah ini. 

Atol Taka Bone Rate (dalam literatur lama disebut Tijger) tersebar di sebelah 
selatan Teluk Bone. Luasnya 2220 km2, atau hanya 20 % lebih kecil dari atol 
terluas di dunia (Atol Marshall di Pasifik). Atol ini dibangun oleh kompleks 
patchreef dan barrier reef. Atol ini tumbuh dari punggungan bawahlaut yang 
tenggelam sampai sedalam 2000 m.

Kompleks patch reef Sangkarang atau Spermonde membentuk pulau-pulau terumbu 
sebanyak 160 pulau dengan luas total 16.000 km2. Kompleks patch reef di 
Kepulauan Spermonde ini termasuk yang paling banyak dipelajari di Indonesia di 
samping kompleks patch reef Kepulauan Seribu di utara Jakarta. Universitas 
Hasanuddin dan National Natural History Museum di Leiden, Belanda menjadikan 
Kepulauan Sangkarang ini sebagai basis penelitian terumbu modern.

Bila kita ingin melihat semua jenis kompleks reef (fringing, patch, barrier, 
atoll reefs) maka Kepulauan Togian di Teluk Tomini dapat menjadi pilihan 
terbaik. Dua atolnya terdapat di pulau-pulau Batudaka, 7 km sebelah baratlaut 
Togian. Atol ini melingkari laguna sedalam 20-50 m yang dikelilingi oleh reef 
flats. Barrier reefnya ditemukan di dekat batimetri 200 meter pada jarak 15 km 
dari Kepulauan Togian dengan patch reef tumbuh di pulau paling timur dari 
kepulauan ini sampai ke garis pantai utara Lengan Timur Sulawesi. Juga, terumbu 
jenis ini ditemukan di sekitar paparan Togian sebelum dipagari oleh barrier 
reef di sekeliling Togian. Fringing reef ditemukan hampir di sepanjang pantai 
pulau-pulau Togian. 

Vesuvius reefs, 80 km ke sebelah selatan-baratdaya dari Banggai, menurut sebuah 
cerita merupakan tempat di mana penjelajah pengeliling dunia Sir Francis Drake 
membuang meriam dari kapalnya “The Golden Hind” pada tahun 1580. Operation 
Drake, penjelajahan mengelilingi dunia yang dilakukan 400 tahun kemudian (1980) 
untuk menapak tilas perjalanan Francis Drake, singgah di Vesuvius reef untuk 
mencari meriam itu tetapi tak menemukannya.

Sulawesi juga seideal Jawa dalam hal kekayaannya untuk pertumbuhan karbonat 
berumur Paleogen, Neogen dan modern. Ketiganya antara lain berkumpul di Sulawei 
Selatan : karbonat Tonasa yang berumur Eosen-Oligosen, karbonat Tacipi yang 
berumur Miosen Akhir dan kompleks terumbu karang moderen di pantai dan 
pulau-pulau sekitar Sulawesi Selatan. Ketiganya tersingkap dan tersebar baik 
untuk dipelajari.

Salam,
Awang






PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD 

Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?

2009-08-27 Terurut Topik Awang Satyana
Wahyudin,

Iya memang sebagian besar volcanics di Makassar Strait adanya di northern area, 
di sebelah selatan kalau ada conical structure besar kemungkinan memang itu 
reef. Alasannya adalah kerak kontinen di Makassar Strait utara lebih tertarik 
(publikasi terbaru dari Hall et al., 2009) yaitu total 600 km sehingga sebagian 
orang menduga bahwa di situ sudah muncul oceanic crust bukan lagi continental 
crust yang menipis. Sementara di Makassar Strait selatan kerak kontinennya 
lebih masif. Perlu juga diingat bahwa rifting di Makassar Strait utara 
dipengaruhi oleh sea-floor spreading di Sulawesi Sea, yang lebih membesarkan 
angka Beta-nya (koefisien rifting).

Hubungannya dengan keberadaan volcanics adalah bahwa semakin dangkal Moho, 
semakin terangkat heat flow, semakin tipis kerak, semakin besar kemungkinan 
mantle material akan naik ke permukaan lewat bounding faults rift dan tersembur 
sebagai volcanics - northern area.

Sebaliknya semakin tebal keraknya,semakin jauh kemungkinan mantle materials 
tersembur sebagai volcanics di horst block. Ini kasus Makassar Strait - 
southern area

salam,
Awang

--- On Thu, 8/27/09, wahyudin.nas...@yahoo.co.id wahyudin.nas...@yahoo.co.id 
wrote:

 From: wahyudin.nas...@yahoo.co.id wahyudin.nas...@yahoo.co.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to 
 Tomini-Bone Bay Line ?
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Thursday, August 27, 2009, 2:32 PM
 Pak Awang,
 
 Volkanik yang muncul di Selat Makasar hanya meliputi north
 makasar strait saja kan Pak? Bagaimana dengan south makasar
 strait apakah ada kemungkinan muncul volcanik seperti di
 north makasar strait? Bagaimana  perbedaan secara
 kejadian tektoniknya? 
 
 Terimakasih atas sharing ilmunya Pak.
 
 Salam,
 
 Wahyudin B. Nasifi
 
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 
 -Original Message-
 From: MINARWAN minarw...@gmail.com
 
 Date: Thu, 27 Aug 2009 09:17:22 
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of
 Sundaland to Tomini-Bone 
     Bay Line ?
 
 Pak Awang,
 
 Apakah bisa jika kemunculan volkanik di Selat Makassar kita
 kaitkan
 dengan subduksi di bagian tenggara Sundaland?
 
 Mungkin dengan data geokimia jenis volkanik yang telah
 ditembus oleh
 sumur itu tentu akan bisa diketahui, cuma data seperti ini
 pasti
 rahasia deh yah.
 
 Salam menyimak,
 mnw
 
 2009/8/26 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com:
 Sebelum rifting terjadi - saya tafsirkan rifting sebagai
 proses
 dispersi (lihat paper saya di PIT IAGI-HAGI, 2003 tentang
 akresi dan
 dispersi Sundaland), terjadi akresi Paternoster ke
 Kalimantan, lalu
 terjadi dispersi melalui rifting Selat Makassar pada
 Paleogen.
 Elevated heatflow terjadi di tengah Selat Makassar yang
 memunculkan
 beberapa volkanik di Selat Makassar sekarang (satu volkanik
 telah
 ditembus sumur Rangkong-1 Exxon Surumana). Gravity dan
 magnetik
 regional yang memotong Selat Makassar sangat kontras
 menunjukkan
 attenuated
   basement kontinen yang menipis akibat elevated
 heatflow.
 
  salam,
  Awang
 
 
 
 -- 
 - when one teaches, two learn -
 http://www.geotutor.tk

 http://www.linkedin.com/in/minarwan

 
 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak
 biro...
 
 ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
 yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
 13-14 Oktober 2009
 -
 To unsubscribe, send email to:
 iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to:
 iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
 information posted on its mailing lists, whether posted by
 IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be
 liable for any, including but not limited to direct or
 indirect damages, or damages of any kind whatsoever,
 resulting from loss of use, data or profits, arising out of
 or in connection with the use of any information posted on
 IAGI mailing list.
 -
 
 





PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt

Re: [iagi-net-l] Mengetahui basement type dari magnetic dan gravity.

2009-08-27 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,

Melihat kasus-kasus penentuan tipe basement di Makassar Strait atau Jawa; 
penentuan tipe basement dari gravity dan magnetik itu adalah secara tidak 
langsung. Yaitu, dengan cara membuat crustal model dari penampang gravity dan 
magnetik terukur (observed). Crustal model yang disusun kemudian dengan cara 
tertentu akan menghasilkan penampang gravity/magnetic calculated. Akurasi 
crustal model yang dipakai akan ditentukan oleh berimpitnya penampang 
gravity/magnetik observed dan calculated. Semakin berimpit semakin baik crustal 
model yang dipilih.

Dari crustal model itulah kemudian diinterpretasikan tipe basement sepanjang 
lintasan gravity/magnetik. Pengambilan atau penentuan crustal model tentu tak 
langsung jadi, tetapi trial dan error sampai keberimpitan data gravity/magnetic 
observed dengan yang calculated terjadi. Basement-nya sendiri biasanya 
ditentukan densitasnya berdasarkan sampel basement yang diambil dari lapangan 
di lintasan gravity (di onshore), juga batuan sedimen penutupnya. Namanya 
pemodelan, maka akan banyak asumsinya, yang tentu bisa melenceng dari faktanya.

Kasus analisis dan modeling di kedua daerah di atas karena memotong wilayah 
onshore dan offshore ya menggunakan data anomali Bouguer di darat dan free air 
di offshore.

Yang paling baik tentu kalau kita bisa ambil sampel basementnya, itu hard data, 
tapi kan kecil kemungkinan dilakukan di Makassar Strait. Dua belas atau lebih 
sumur yang akan dibor oleh tujuh operator di Makassar Strait sampai 3 tahun ke 
depan pun belum tentu akan dan mau mengambil sampel basement Makassar Strait.

Jadi, terpaksa kita harus puas dengan modeling gravity dan magnetik walaupun 
beberapa paper yang membahas hal ini, dari zaman Bona Situmorang (1987), Ian 
Cloke (1997) sampai pemodelan terbaru di paper terbaru Robert Hall (2009) 
pendapatnya berbeda-beda. Berdasarkan data gravity, Situmorang (1987) 
menyebutkan bahwa seluruh Makassar Strait basementnya adalah kontinen yang 
menipis (attenuated continental basement), Cloke (1997) yang disertasinya 
tentang hal ini dengan tegas menyebut North Makassar Strait : oceanic basement, 
South Makassar Strait : attenuated continental basement. Paper terbaru Hall et 
al. (2009) -dengan semua muridnya (termasuk dua mahasiswa masternya -Siti 
Nur'aini dan Sinchia Puspita) cenderung mengikuti Cloke meskipun secara 
pribadi, Robert Hall (diskusi Mei y.l.)masih meragukannya sebab data seismik 
terbaru di North Makassar Strait menunjukkan model rifting yang khas regim 
kontinen.

Nah, apakah the nature of basement underlying the North Makassar Strait akan 
tetap menjadi enigma ? Sebab satu-satunya metode yang dipakai untuk mengetahui 
ini pun banyak menjadi perdebatan dalam 22 tahun terakhir ini.

Silakan teman2 ahli gravity dan magnetik (a.l. Pak Wawan Gunawan, Pak Eko 
Widianto, tentu punya penjelasan yang tepat).

salam,
Awang 

--- On Thu, 8/27/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote:

 From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 Subject: [iagi-net-l] Mengetahui basement type dari magnetic dan gravity.
 To: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id
 Date: Thursday, August 27, 2009, 8:46 PM
 Bagaimana sih mengetahui basement
 type dari peta gravity dan magnetic.
 Hal ini tentunya perlu untuk diketahui terutama basin2 yang
 belum ada
 sumur/penetrasi hingga ke basement.
 
 Seringkali seismic tidak direkam sampai ke bawah basement
 (acoustic).
 Sehingga hanya gravity dan magnetic saja yg bisa dipakai.
 
 Adakah rumus jempol (rule of thumb) ciri-ciri dari
 continental
 basement dan bagaimana ciri-ciri dari oceanic basement ?
 Gravity mana yg dipakai (freeair, bouger, atau residual
 ??). Bagaimana
 dengan magnetic datanya. Untuk land dan marine data tentu
 saja
 memiliki perbedaan juga.
 
 Salam
 Rdp
 
 -- 
 Sent from my mobile device
 
 http://tempe.wordpress.com/2009/08/18/berandai-andai-sby-jadi-proklamator/
 
 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak
 biro...
 
 ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!!
 yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang
 13-14 Oktober 2009
 -
 To unsubscribe, send email to:
 iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to:
 iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 

Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?

2009-08-27 Terurut Topik Awang Satyana
Abah,

Sebenarnya itu bukan pertanyaan sederhana. 

Persoalan berikutnya muncul dari Lengan Tenggara Sulawesi dan Pulau Muna yang 
dua-duanya berada di sebelah timur Teluk Bone. Kalau Teluk Bone dianggap rifted 
Sundaland margin, lalu apa status Lengan Tenggara-Muna tersebut ? Apakah mereka 
benar2 batas timur Sundaland ? Tidak masalah dengan Buton sebab Buton adalah 
satu mikrokontinen yang collided Lengan Tenggara Sulawesi -dan mungkin Muna. 
Kapantoreh ophiolites di Buton bisa merupakan hasil obduction karena collision 
ini. Kalau benar Muna-Buton sangat berbeda, memang mereka dua terrane yang 
berlainan yang lalu berdampingan kini akibat collision.

Di atas itulah yang patut kita kategorikan sebagai jawaban sederhana, yang 
sebenarnya saya yakin tak sesederhana itu. Jawaban yang lebih mungkin benar 
akan kita peroleh kalau melakukan rekonstruksi tektonik atas wilayah dari 
Sulawesi Selatan-Bone-Sulawesi Tenggara-Buton menggunakan data geologi dan 
paleomagnetik. 

salam,
Awang

--- On Thu, 8/27/09, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote:

 From: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern  
 Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?
 To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id
 Date: Thursday, August 27, 2009, 5:21 AM
 
 
 Awang
 
 Pertanyaan sedehana ,
 Apakah data dan kesimpulan
 Anda seperti diterangkan sebelumnya merubah posisi tektonik
 Buton dan MUNA
 ?
 Setahu saya dua pulau yang sangat berdekatan itu surface
 geology nya sangat berbeda , mengapa ?
 
 Si Abah 
 
 ___
  
 
   Pak Rovicky,
  
  Bahwa ada
 Jurassic dan Pre-Tertiary sediments lainnya di sisi timur
 
 Sundaland yang belum termetamorfosakan seperti di Sumatra,
 barulah kita
  duga dari data seismik terbaru yang ditembak di area
 Tomini
 (Jablonsky,
  2007)dan Laut Flores (Emmet et al., 2008; Granath et
 al., 2009) -semuanya
  dipublikasi di IPA Proceedings. Untuk
 menyebutnya punya potensi migas
  seperti Jurassic sequence di NW
 Shelf Australia, Arafura atau Bintuni kita
  harus pelajari lebih
 jauh lagi. Kalau dari pandangan sekilas, PT sequence
  ini
 membentuk synrift juga yang bisa jadi kitchen dan
 sekaligus
 
 reservoirnya di sekuen late synrift atau post-rift. Jadi
 meskipun sama2
  Jurassic atau PT lainnya seperti di Australia, model
 pengendapannya
  kelihatannya tak mengikuti passive margin ala NW
 Shelf of Australia,
  tetapi mengikuti model rifting cekungan2 di
 Sundaland.
  
  Saya belum pernah melihat data geokimia
 oil seeps di tepi Teluk Tomini
  itu, kita lihat saja biomarker
 oleanane dan hopane-nya (dari seri
  triterpane mz 191), bila
 rasio oleanane/hopane  0.2 maka ia
  Tertiary-sourced (metode
 age-diagnostic biomarker dari Peters et al.,
  1999) dan di GCMS
 scan-nya oleanane-nya punya puncak yang tinggi sebab
  olenanane
 berasal dari angiosperm yang berlimpah pada Tertiary dan
 absen
 
 di PT (kecuali sedikit sekali di Cretaceous).
  
  Oil
 seeps di sebelah timurnya, yang berasal dari Banggai Basin,
 meskipun
  basin ini Australoid, minyaknya Tertiary-sourced
 dengan oleanane
 yang
  berlimpah. Di sini potensi source Mesozoic ada
 seperti
 Australoid lainnya,
  tetapi tak ada bukti HC baik seeps maupun di
 lapangan yang sudah
  digenerasi dari Mesozoic kitchen di
 Banggai.
  
  salam,
  Awang
  
 
 --- On Wed, 8/26/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 wrote:
  
 
 From: Rovicky Dwi Putrohari
 rovi...@gmail.com
  Subject: Re: [Forum-HAGI]
 [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of
  Sundaland to
 Tomini-Bone Bay Line ?
  To: iagi-net@iagi.or.id,
 Forum
 HAGI fo...@hagi.or.id,
 Geo Unpad
 
 geo_un...@yahoogroups.com,
 Eksplorasi BPMIGAS
  eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
  Date:
 Wednesday, August 26, 2009, 8:22 PM
  Pak Awang,
 
 Apakah jurrasic atau pre tertiary sekuen ekstensi dari
  sunda
 juga
  memiliki potensial penghasil migas seperti
 Jurrasicnya
  NWShelf
  Australia ?
 
  Konon oil seapage yg ada di pinggir
 tomini berciri HC
  yang
  dihasilkan oleh
 Jurrasic-Triassic(?) source tipe (pre
  tertiary oil).
  Cmmiw.
 
  Salam
  Rdp
 
  On 8/25/09, Awang Satyana
 awangsaty...@yahoo.com
  wrote:
   Pak
 Rovicky,
  
   Kalau yang dimaksud adalah
 kelanjutan NW shelf of
  Australia, di bawah ini
 
  adalah beberapa hal yang memberatkannya.
  
   1. Sekuens sedimen di Tomini dan terutama di
 Bone
  menunjukkan sekuens Sunda
  
 (synrift-sagging-postrift-syninversion), bukan sekuens
  yang
 khas Australoid
   (rift-drift sequence Late
 
 Paleozoic-Mesozoic-Tertiary). Sekuens Australoid
   paling
 barat yang kita temukan adalah di Buton dan
  Banggai. Kalau
 di
   Sulawesi kedua sekuens ini sekarang
 sebelah-menyebelah
  itu mengkonfirmasi
  
 bahwa Sulawesi dibangun melalui collision of terranes
  Sundae
 vs Australoid.
  
   2. Rekonstruksi
 tektonik tak berhasil menunjukkan apa
  mekanisme yang
 andai
   membawa paparan Australia ke bawah Bone dan
 Tomini.
  Sementara

[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?

2009-08-26 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,

Bahwa ada Jurassic dan Pre-Tertiary sediments lainnya di sisi timur Sundaland 
yang belum termetamorfosakan seperti di Sumatra, barulah kita duga dari data 
seismik terbaru yang ditembak di area Tomini (Jablonsky, 2007)dan Laut Flores 
(Emmet et al., 2008; Granath et al., 2009) -semuanya dipublikasi di IPA 
Proceedings. Untuk menyebutnya punya potensi migas seperti Jurassic sequence di 
NW Shelf Australia, Arafura atau Bintuni kita harus pelajari lebih jauh lagi. 
Kalau dari pandangan sekilas, PT sequence ini membentuk synrift juga yang bisa 
jadi kitchen dan sekaligus reservoirnya di sekuen late synrift atau post-rift. 
Jadi meskipun sama2 Jurassic atau PT lainnya seperti di Australia, model 
pengendapannya kelihatannya tak mengikuti passive margin ala NW Shelf of 
Australia, tetapi mengikuti model rifting cekungan2 di Sundaland.

Saya belum pernah melihat data geokimia oil seeps di tepi Teluk Tomini itu, 
kita lihat saja biomarker oleanane dan hopane-nya (dari seri triterpane mz 
191), bila rasio oleanane/hopane  0.2 maka ia Tertiary-sourced (metode 
age-diagnostic biomarker dari Peters et al., 1999) dan di GCMS scan-nya 
oleanane-nya punya puncak yang tinggi sebab olenanane berasal dari angiosperm 
yang berlimpah pada Tertiary dan absen di PT (kecuali sedikit sekali di 
Cretaceous).

Oil seeps di sebelah timurnya, yang berasal dari Banggai Basin, meskipun basin 
ini Australoid, minyaknya Tertiary-sourced dengan oleanane yang berlimpah. Di 
sini potensi source Mesozoic ada seperti Australoid lainnya, tetapi tak ada 
bukti HC baik seeps maupun di lapangan yang sudah digenerasi dari Mesozoic 
kitchen di Banggai.

salam,
Awang

--- On Wed, 8/26/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote:

 From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland 
 to Tomini-Bone Bay Line ?
 To: iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad 
 geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS 
 eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, August 26, 2009, 8:22 PM
 Pak Awang,
 Apakah jurrasic atau pre tertiary sekuen ekstensi dari
 sunda juga
 memiliki potensial penghasil migas seperti Jurrasicnya
 NWShelf
 Australia ?
 
 Konon oil seapage yg ada di pinggir tomini berciri HC
 yang
 dihasilkan oleh Jurrasic-Triassic(?) source tipe (pre
 tertiary oil).
 Cmmiw.
 
 Salam
 Rdp
 
 On 8/25/09, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 wrote:
  Pak Rovicky,
 
  Kalau yang dimaksud adalah kelanjutan NW shelf of
 Australia, di bawah ini
  adalah beberapa hal yang memberatkannya.
 
  1. Sekuens sedimen di Tomini dan terutama di Bone
 menunjukkan sekuens Sunda
  (synrift-sagging-postrift-syninversion), bukan sekuens
 yang khas Australoid
  (rift-drift sequence Late
 Paleozoic-Mesozoic-Tertiary). Sekuens Australoid
  paling barat yang kita temukan adalah di Buton dan
 Banggai. Kalau di
  Sulawesi kedua sekuens ini sekarang sebelah-menyebelah
 itu mengkonfirmasi
  bahwa Sulawesi dibangun melalui collision of terranes
 Sundae vs Australoid.
 
  2. Rekonstruksi tektonik tak berhasil menunjukkan apa
 mekanisme yang andai
  membawa paparan Australia ke bawah Bone dan Tomini.
 Sementara untuk ke bawah
  Buton dan Banggai kita punya mekanismenya yaitu Sesar
 Sorong dan semua
  splaynya di sebelah timur Sulawesi.
 
  3. Di lain pihak, secara tektonik, kita punya
 mekanismenya untuk menyebut
  Teluk Bone sebagai rifted marginal basin di pinggir
 Sundaland. Posisi
  tektonik Tomini tidak semudah merekonstruksi Teluk
 Bone -ini membutuhkan
  pemikiran yang lebih kritis, tetapi bisa disebutkan
 bahwa 70 % sekuens
  sedimennya menunjukkan tipe tektonostratigrafi Sunda.
 Hanya keberadaan
  multiple seqence sampai ke umur Oxfordian (Jurrasic)
 -Jablonsky, 2007; itu
  menarik dicermati sebab Oxfordian rift tak biasa kita
 temukan di Sundaland
  sebelah barat. Tetapi paper2 terbaru dari Jim Granath
 (2009 IPA Proc.)
  -pernah saya ulas di milis ini saat membahas beberapa
 paper IPA 2009- dengan
  menggunakan seismik sampai ke Moho diindikasi bahwa
 Sundaland tenggara punya
  rift sampai ke umur Jurassic.
 
  4. Paper Granath et al. (2009), bila benar, punya
 implikasi tektonik bahwa
  Sundaland tenggara berasal dari paparan Australia -
 tetapi pemikiran ini
  perlu dilihat dengan hati-hati sebab meskipun sampai
 ke Jurassic umurnya,
  sekuens sedimen di Sundaland tenggara ini tak sama
 dengan basin2 Austraoid
  yang ada di Indonesia (Bintuni, Iwur, Akimeugah,
 Banggai, Seram, Arafura,
  Buton).
 
  Apakah asal Sunda (Sundae/Sondaicus)atau Australia
 (Australoid) memang
  penting dilihat sebab exploration play concepts di
 keduanya jauh berbeda.
  Kasus ini telah terjadi sekian lama untuk sebuah pulau
 terisolasi di selatan
  Nusa Tenggara : Sumba -apakah dia Sundae atau
 Australoid. Siapa yang mau
  mengeksplorasi Sumba, baik hidrokarbon maupun mineral
 -mau tak mau akan
  terlibat dalam 'perdebatan' ini.
 
  salam,
  Awang
 
  --- On Tue, 8/25/09

Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?

2009-08-26 Terurut Topik Awang Satyana
Sigit,

1. Metode paleomagnetik-radiometri, pengukuran plate vector (kecepatan dan 
arah) dengan GPS dan mantle tomography saya pikir bisa dipakai untuk analisis 
historis maupun forward modelling (prediksi) akresi dan dispersi terrane.. 
Paleomagnetik-radiometri merupakan metode utama yang dipakai para ahli tektonik 
untuk menguraikan sejarah rift-drift-collision terranes. Terrane yang saat ini 
sedang bergerak mendekati suatu terrane lain dapat diukur dengan GPS detail dan 
kita bisa memprediksi kapan akresi antar terranes itu terjadi dengan menganggap 
vektor konstan buat masa-masa mendatang. Mana terranes yang akan terpisah 
(dispersi) bisa dilihat dari section mantle tomography, awasi setiap mantle 
plume yang sedang naik (upwelling-superplume) itu kelak akan mendelaminasi 
kerak di litosfer yang lalu rifting-spreading dan terranes baru terbentuk 
kemudian drifting. Terranes diidentifikasi bila ia berbeda secara provinsi 
geologi dengan terrane lainnya. Maka sekumpulan
 data geologi akan bisa menunjukkan delineasi terranes.

2. Heatflow jelas berpengaruh pada sekuen akresi dan dispersi lalu akan 
tercermin di gravity dan magnetic anomalynya. Sebelum akresi akan terjadi 
subduksi -itu terjadi di sel konveksi yang menurun atau heatflow yang merendah. 
Sementara itu, dispersi justru terjadi diawali oleh elevated heatflow yang 
mencerminkan terjadi superplume lalu memisahkannya seperti dijelaskan di atas. 
Contoh yang baik adalah proses rifting Makassar. Sebelum rifting terjadi - saya 
tafsirkan rifting sebagai proses dispersi (lihat paper saya di PIT IAGI-HAGI, 
2003 tentang akresi dan dispersi Sundaland), terjadi akresi Paternoster ke 
Kalimantan, lalu terjadi dispersi melalui rifting Selat Makassar pada Paleogen. 
Elevated heatflow terjadi di tengah Selat Makassar yang memunculkan beberapa 
volkanik di Selat Makassar sekarang (satu volkanik telah ditembus sumur 
Rangkong-1 Exxon Surumana). Gravity dan magnetik regional yang memotong Selat 
Makassar sangat kontras menunjukkan attenuated
 basement kontinen yang menipis akibat elevated heatflow.

salam,
Awang 

--- On Wed, 8/26/09, sigit prabowo sigit_p...@yahoo.com wrote:

 From: sigit prabowo sigit_p...@yahoo.com
 Subject: Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to 
 Tomini-Bone  Bay Line ?
 To: iagi-net@iagi.or.id, awang satyana awangsaty...@yahoo.com
 Date: Wednesday, August 26, 2009, 5:22 PM
 
 Pak Awang YTH.,
  
 Menarik sekali menyimak tulisan pak Awang tentang batas
 timur dari Sundaland, berkaitan dengan hal ini, saya ingin
 menanyakan tentang beberapa hal pak :
  
 1. Apakah ada metode yang cukup akurat untuk memprediksi
 lokasi akan terjadi nya akresi dan dispersi dari terranes2
 yang saling berinteraksi ini..., dan juga pengidentifikasian
 dari terranes2 yang mungkin belum sempat dikenali...?
  
 2. Apakah ada hubungan antara saat proses dari akresi dan
 dispersi terranes dengan misalkan heat flow spike,
 gravity-magnetic anomaly, dsb?
  
 Mohon pencerahan nya pak...
  
 Terimakasih
  
 Best Regards
 Sigit Ari P.
 
 --- On Mon, 8/24/09, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 wrote:
 
 
 From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 Subject: Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of
 Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?
 To: iagi-net@iagi.or.id,
 Forum HAGI fo...@hagi.or.id,
 Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com,
 Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Date: Monday, August 24, 2009, 11:29 PM
 
 
 Pak Rovicky,
 
 Kalau yang dimaksud adalah kelanjutan NW shelf of
 Australia, di bawah ini  adalah beberapa hal yang
 memberatkannya. 
 
 1. Sekuens sedimen di Tomini dan terutama di Bone
 menunjukkan sekuens Sunda
 (synrift-sagging-postrift-syninversion), bukan sekuens yang
 khas Australoid (rift-drift sequence Late
 Paleozoic-Mesozoic-Tertiary). Sekuens Australoid paling
 barat yang kita temukan adalah di Buton dan Banggai. Kalau
 di Sulawesi kedua sekuens ini sekarang sebelah-menyebelah
 itu mengkonfirmasi bahwa Sulawesi dibangun melalui collision
 of terranes Sundae vs Australoid.
 
 2. Rekonstruksi tektonik tak berhasil menunjukkan apa
 mekanisme yang andai membawa paparan Australia ke bawah Bone
 dan Tomini. Sementara untuk ke bawah Buton dan Banggai kita
 punya mekanismenya yaitu Sesar Sorong dan semua splaynya di
 sebelah timur Sulawesi. 
 
 3. Di lain pihak, secara tektonik, kita punya mekanismenya
 untuk menyebut Teluk Bone sebagai rifted marginal basin di
 pinggir Sundaland. Posisi tektonik Tomini tidak semudah
 merekonstruksi Teluk Bone -ini membutuhkan pemikiran yang
 lebih kritis, tetapi bisa disebutkan bahwa 70 % sekuens
 sedimennya menunjukkan tipe tektonostratigrafi Sunda. Hanya
 keberadaan multiple seqence sampai ke umur Oxfordian
 (Jurrasic) -Jablonsky, 2007; itu menarik dicermati sebab
 Oxfordian rift tak biasa kita temukan di Sundaland sebelah
 barat. Tetapi paper2 terbaru dari Jim Granath (2009 IPA
 Proc.) -pernah saya ulas di milis ini saat membahas beberapa
 paper IPA 2009- dengan menggunakan

[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?

2009-08-26 Terurut Topik Awang Satyana
Yoga,

Tidak ada yang membingungkan tentang hal ini. Kalau ofiolit Latimojong  complex 
ada di sebelah timur prisma akresi Bantimala itu menandakan bahwa subduction 
selalu mendahului collision -sebagaimana mestinya. Subduction terjadi di 
Bantimala yang menghasilkan melange tersingkap di Bantimala, Barru dan Biru 
area. Kemudian, kerak oseanik yang menunjam ini di sebelah timurnya membawa 
suatu kerak kontinen yang menumpang di atasnya. Kontinen mikro ini kemudian 
collided setelah subduksi di Bantimala selesai. Saat collision, sebagian kerak 
oseanik lepas dari akarnya (detached) dan terobduksi ke pinggir mikro-kontinen 
tadi lalu tersingkap sebagai Latimojong ophiolite yang sekarang berposisi di 
sebelah timur Bantimala.

Ofiolit Meratus terjadi dengan cara yang sama, prisma akresinya ditemukan lebih 
ke sebelah baratnya yang sudah overprinted oleh beberapa peristiwa tektonik. 
Bahwa ofiolit Meratus hanya alokton/detached dari akarnya dan di bawah ofiolit 
Meratus ini ada kontinen yang diobduksinya telah dibuktikan oleh pengukuran dan 
modeling gayaberat. Saya dan rekan (Satyana and Armandita, 2008) 
mempublikasikan kasus ini di PIT HAGI 2008 di Bandung. Bila tertarik dengan 
model emplacement ofiolit di pinggir Sundaland dan bukti gravitynya, paper 
tersebut bisa dipelajari (ada di CD proceedings HAGI 2008).

SampaiButon kita temukan lagi emplacement ofiolit yang semakin muda; maka dari 
Meratus ke Lompobatang ke Buton, emplacement ofiolit ini semakin muda,yang 
masing2 terobduksi ke kerak2 kontinen di Paternoster, Sulawesi Selatan, Bone, 
dan Sulawesi Tenggara-Buton. Bila dibuat section-nya model emplacement ini akan 
terlihat seperti efek domino atau lebih pasnya gendong-menggendong (hm..istilah 
Mabh Surip lagi he2..). Waspadai bahwa piggy-back basin yang bisa prospektif 
akan berkembang di sistem seperti ini.

salam,
Awang

--- On Tue, 8/25/09, Arief Yoga arief.y...@pertamina-ep.com wrote:

 From: Arief Yoga arief.y...@pertamina-ep.com
 Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland 
 to Tomini-Bone Bay Line ?
 To: 'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia' fo...@hagi.or.id, 
 iagi-net@iagi.or.id, 'Geo Unpad' geo_un...@yahoogroups.com, 'Eksplorasi 
 BPMIGAS' eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, August 25, 2009, 10:58 AM
 Sungguh menarik kajiannya, Pak
 Awang.
 
 Tapi ada yang saya ingin tanyakan. Bagaimana dengan
 Latimojong complex di
 sebelah timur Sulawesi Selatan dimana ditemukan seri
 ophiolite disitu?  yang
 saya tahu seri ophiolite dsn terbentuk akibat 
 hubungannya dengan collision
 dengan kontinen dari arah timur. Apakah ophiolite ini dapat
 terbentuk
 melewati batas sundaland di Teluk Bone yang Pak Awang
 maksudkan?  Lalu
 bagaimana dengan prisma akresi yang dimanifestasikan di
 Bantimala dan
 menjadi penanda adanya zona subduksi yang dipercaya pada
 awalnya datang dari
 arah tenggara (sebelum sulawesi selatan mengalami rotasi)?
 Kalau memang
 Batas Sundaland ada di Teluk Bone, dan subduksi masih aktif
 datang  dari
 timur, bukankah seharusnya prisma akresinya akan muncul di
 bagian timur
 Teluk Bone? Tapi yang ditemukan justru Bantimala complex
 yang ada di bagian
 barat Sulawesi Selatan. 
 
 Terima kasih dan mohon pencerahannya Pak Awang,
 
 Salam,
 
 Yoga
 
 
 
 -Original Message-
 From: forum-boun...@hagi.or.id
 [mailto:forum-boun...@hagi.or.id]
 On Behalf
 Of Awang Satyana
 Sent: Tuesday, August 25, 2009 10:29 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id;
 Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
 Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern
 Margin of Sundaland
 to Tomini-Bone Bay Line ?
 
 Pak Rovicky,
 
 Kalau yang dimaksud adalah kelanjutan NW shelf of
 Australia, di bawah ini
 adalah beberapa hal yang memberatkannya. 
 
 1. Sekuens sedimen di Tomini dan terutama di Bone
 menunjukkan sekuens Sunda
 (synrift-sagging-postrift-syninversion), bukan sekuens yang
 khas Australoid
 (rift-drift sequence Late Paleozoic-Mesozoic-Tertiary).
 Sekuens Australoid
 paling barat yang kita temukan adalah di Buton dan Banggai.
 Kalau di
 Sulawesi kedua sekuens ini sekarang sebelah-menyebelah itu
 mengkonfirmasi
 bahwa Sulawesi dibangun melalui collision of terranes
 Sundae vs Australoid.
 
 2. Rekonstruksi tektonik tak berhasil menunjukkan apa
 mekanisme yang andai
 membawa paparan Australia ke bawah Bone dan Tomini.
 Sementara untuk ke bawah
 Buton dan Banggai kita punya mekanismenya yaitu Sesar
 Sorong dan semua
 splaynya di sebelah timur Sulawesi. 
 
 3. Di lain pihak, secara tektonik, kita punya mekanismenya
 untuk menyebut
 Teluk Bone sebagai rifted marginal basin di pinggir
 Sundaland. Posisi
 tektonik Tomini tidak semudah merekonstruksi Teluk Bone
 -ini membutuhkan
 pemikiran yang lebih kritis, tetapi bisa disebutkan bahwa
 70 % sekuens
 sedimennya menunjukkan tipe tektonostratigrafi Sunda. Hanya
 keberadaan
 multiple seqence sampai ke umur Oxfordian (Jurrasic)
 -Jablonsky, 2007; itu
 menarik dicermati sebab Oxfordian rift tak biasa kita

[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Extending Eastern Margin of Sundaland toTomini-Bone Bay Line ?

2009-08-25 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Khozin,

Punggung Tengah Papua yang melintang di antara 4-5 deg LS sepanjang hampir 700 
km tersebut punya rata-rata ketinggian di atas 3600 meter dpl, tetapi beberapa 
puncaknya menjulang sampai melebihi snowline 4400 meter dpl, yaitu Puncak 
Jaya (5030 mdpl -puncak tertinggi di Indonesia, no. 2 tertinggi di wilayah 
tropika setelah Kilimanjaro di Kenya), Puncak Yamin (4530 mdpl), Puncak Mandala 
(4700 mdpl). Maka di ketiga puncak itu dan wilayah di bawahnya di atas 4400 
mdpl terdapat salju abadi yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh iklim. 
Keberadaan salju abadi di ketiga puncak ini tidak berhubungan dengan asal Papua 
dari Australia. Keberadaan salju tersebut seluruhnya sebagai akibat altitude 
yang melebihi snowline.

Orang2 Papua yang punya ras melanosoid bisa punya hubungan genetika dengan 
Aborigin Australia sebab antara Papua dan Australia pernah terhubung sebagai 
satu daratan pada zaman glasiasi, ketika Paparan Laut Arafura dan laut-laut 
dangkal di sebelah utara Australia masih menjadi daratan. Deglasiasi terakhir  
10.000 tahun yang lalu baru mengubur daratan itu dengan laut-laut yang kita 
kenal sekarang.

Pemetaan genome (pemetaan DNA manusia berdasarkan sampel darah) terakhir yang 
pernah dilakukan dan dipublikasikan menunjukkan bahwa orang2 Nusa Tenggara 
Timur pun satu ras dengan Papua dan Aborigin. Pengurutan DNA dengan teknik 
rekombinan dalam biologi molekuler juga berhasil memetakan pola migrasi antara 
Papua dan NTT serta Australia. Jelas konfigurasi daratan dan lautan pada 
Plistosen akhir dan Holosen mengatur spesiasi di pulau-pulau ini termasuk ras 
manusia.

Bahkan, spesies jangkrik di Papua pernah dipetakan, dan beberapa publikasi 
terbaru menunjukkan bahwa spesies jangkrik2 ini bisa menunjukkan terrane 
amalgamation di wilayah Papua. Bisa dipahami sebab 3/4 masa hidup jangkrik 
adalah di bawah tanah, dan kita tahu bahwa setiap tanah di Papua, juga di 
tempat2 lain,  mencerminkan apa jenis batuan di bawahnya. Tentang ini pernah 
saya ulas dan posting di milis seperti di bawah ini.

salam,
Awang

LAMPIRAN

[iagi-net-l] Jangkrik dan Terrane Tectonics Papua
Awang Satyana
Tue, 20 May 2008 04:06:30 -0700

Jangkrik dan tektonik lempeng ternyata berhubungan (!). 
   
  Wilayah endemisme jangkrik (cicada) di Papua tepat mengikuti batas-batas 
terrane yang beramalgamasi menyusun Papua. Itu yang terlihat bila kita melihat 
peta area endemisme jangkrik di Papua, Papua New Guinea (PNG), dan Pasifik 
Barat. Artikel tentang area jangkrik di Papua tersebut ditulis oleh dua orang 
ahli serangga dari University of Amsterdam : Hans Duffels dan Arnold de Boer 
(2007), berjudul, “Cicada Endemism in Papua”. Artikel ini muncul di buku baru 
Periplus “Ecology of Papua” halaman 532-538. Buku ekologi ini merupakan judul 
terakhir dari seri buku-buku ekologi Indonesia yang terbit sejak 1981. 
   
  Bila tertarik, buku ekologi Papua ini (dua volume) bisa dibeli di gerai 
Periplus yang biasa ada di bandara. Harganya masih mahal, Rp 900.000 untuk dua 
volume (mungkin nantinya akan berkurang harganya – biasanya begitu seperti 
untuk judul-judul yang lain). Volume Papua ini lama dinanti, direncanakan dari 
awal 1990-an, baru terwujud setelah sekitar 15 tahun, itu pun dengan model yang 
berbeda dari judul-judul pulau lainnya, volume Papua ini berbentuk kumpulan 
artikel yang disunting (edited), bukan model sintesis seperti judul-judul 
sebelumnya.
   
  Kembali ke jangkrik, Duffels dan de Boer (2007) menulis bahwa para jangkrik 
yang suka bernyanyi keras (keluarga Hemiptera dan Cicadoidea) ini terwakili 
dengan baik untuk setiap wilayah di Papua dan PNG. Plotting distribusi 
spesies-spesies jangkrik ini bisa dikelompokkan ke dalam lima wilayah 
endemisme, yaitu : (1) Kepala Burung, (2) North New Guinea, (3) Central Range 
of Papua-PNG, (4) South New Guinea, dan (5) Papuan/PNG Peninsula. Kelima 
wilayah endemisme jangkrik Papua-PNG ini secara geologi merupakan 
kesatuan-kesatuan geologi (provinsi geologi/mandala geologi/terrane geologi) 
yang berbeda-beda. 
   
  Berdasarkan pengetahuan tektonik Papua (misalnya rekonstruksi Hall, 2002 - 
Journal of Asian Earth Sciences, 20 (2002); atau van Ufford dan Cloos, 2005 – 
AAPG Bull v. 89, no. 1; atau publikasi saya dkk.–Satyana et al., 2007-PIT IAGI 
Bali, dan Satyana et al., 2008 di PIT IPA besok) amalgamasi terrane2 pembentuk 
Papua-PNG seperti sekarang ini terjadi secara berurutan. Terrane2 ini 
mengakresi wilayah inti Papua-PNG yaitu South New Guinea yang merupakan bagian 
lempeng benua Australia (bagian selatan Papua-PNG sekarang). Central Range 
berakresi 25 Ma, Papuan Peninsula 15 Ma, North New Guinea 10 Ma, dan Kepala 
Burung 10 Ma.
   
  Mengapa endemisme bisa terjadi mengikuti terrane ? Menurut Duffels dan de 
Boer sebab jangkrik-jangkrik ini lama terisolasi di wilayah-wilayah terrane 
yang terpisah sebelum terrane tempat habitatnya berakresi. Apakah setelah 
berakresi para jangkrik ini tidak berbaur dengan jangkrik-jangkrik tetangganya 
? Secara

[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?

2009-08-24 Terurut Topik Awang Satyana
 memiliki arah tertentu yang bisa
 dikenali untuk menentukan sejarah dan arah penunjamannya?
 Jika ya, bisakah
 arah ini terubah lagi oleh gaya tektonik lain setelahnya?
 Maksud saya, seperti di Bantimala Melange Complex (sekitar
 50 km ke utara
 dari kota Makassar), arah dip dari singkapan melange
 complex-nya berlawanan
 dengan arah penunjamannya (andaikan asumsi bahwa subduksi
 di lengan sulawesi
 selatan berasal dari masuknya kerak samudera dari sebelah
 timur), ternyata
 dip dari singkapannya berlawanan. 
 Mohon pecerahannya pak...Terima kasih.
 
 Warm Regards
 -dimas-
   
 
 -Original Message-
 From: forum-boun...@hagi.or.id
 [mailto:forum-boun...@hagi.or.id]
 On Behalf
 Of Awang Satyana
 Sent: Friday, August 21, 2009 10:36 AM
 To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
 Subject: [Forum-HAGI] Extending Eastern Margin of Sundaland
 to Tomini-Bone
 Bay Line ?
 
 Di manakah batas timur Daratan Sunda (Sundaland) ?
 Barangkali kita harus
 bedakan dulu antara Sundaland sebagai core dan Sundaland
 sebagai accreted
 crust. Sundaland core adalah inti (benua) Sundaland,
 sementara accreted
 crust Sundaland adalah crustal mass hasil akresi terhadap
 Sundaland yang
 akan menambah luas dan jauh batas Sundaland. 
 
 Konsep terrane tectonics (antara lain yang dikemukakan oleh
 Howell et al.,
 1985 : Tectonostratigraphic terranes of the Circum-Pacific
 Region, dalam :
 Howell, D.G., ed.,Tectonostratigraphic Terranes of the
 Circum-
 Pacific Region, Circum-Pacific Council for Energy and
 Mineral Resources,
 Houston, p. 3-23.) memandang bahwa yang namanya inti benua
 pun ternyata
 disusun oleh amalgamasi banyak terrane. Untuk amalgamasi
 Sundaland, paper
 pertama tentang ini adalah yang ditulis oleh paper terkenal
 Pulunggono dan
 Cameron (1984 -IPA Proceedings).
 
 Akresi kepada suatu core kontinen bisa terjadi melalui dua
 cara : subduction
 dan collision. Subduction menghasilkan kerak prisma akresi
 melalui proses
 subduction off-scraping (penyuguan dalam penunjaman,
 sebagian massa kerak
 oseanik dikerok-disugu, dicampur dengan massa dari pinggir
 kontinen, diramu
 dalam sedimentasi dan tektonik imbrikasi jadilah prisma
 akresi yang
 bentuknya membaji mirip geometri prisma). Collision terjadi
 ketika satu
 terrane (dalam hal ini mikro-kontinen) beramalgamasi ke
 kerak kontinen yang
 lain, menghentikan subduksi, mengangkat sebagian kerak
 oseanik yang
 terjepit, lepas dari akarnya, dan terjepit di antara dua
 terrane yang beradu
 melalui proses obduksi.
 
 Ada proses lain lagi dalam hubungan ini yang kontra
 terhadap akresi, yaitu
 dispersi. Kalau akresi menyatukan maka dispersi menceraikan
 apa yang sudah
 bersatu. Mengapa dispersi mesti terjadi setelah akresi.
 Sebab, proses akresi
 telah menumbuhkan benua sehingga benua makin luas. Sesuatu
 yang luas di
 dalam litosfer akan menghalangi sirkulasi mantle plume di
 astenosfer dan
 upper mantle. Maka upwelling mantle plume akan
 mendelaminasi (menipiskan -
 membuka lapisan2 litsfer), lalu setelah mendelaminasinya
 akan
 menghanyutkan apa yang sudah dipisahkannya melalui
 continental drifting.
 Dalam skala global sejarah akresi telah membentuk Rodinia
 atau Pangaea, lalu
 sejarah dispersi menceraikannya menjadi Gondwana dan
 Laurasia, dll., dll.
 
 Bahwa Sundaland punya sejarah akresi dan dispersi, pernah
 saya publikasikan
 dalam pertemuan gabungan IAGI dan HAGI (Satyana, 2003 :
 Accretion and
 Dispersion of SE Sundaland : the Growing and Slivering of a
 Continent).
 Paper ini berargumen bahwa batas timur Sundaland adalah
 Sulawesi Selatan,
 detached continental platform di Laut Flores yang
 melarikan diri dari
 sekitar South Makassar, dan bagian tengah Teluk Bone.
 Kelihatannya, batas
 ini harus kita jauhkan lagi sampai Teluk Tomini  dan
 Sulawesi Tenggara
 berdasarkan data seismik terbaru speculative survey yang
 diakuisi Migas dan
 sebuah service company dari luar pada tahun 2006-2008 di
 wilayah Teluk
 Tomini dan Teluk Bone.
 
 Pengetahuan sampai saat ini menyebutkan bahwa Teluk Bone
 adalah forearc
 basin relative terhadap volcanic arc di Sulawesi Selatan
 terutama yang
 berumur Neogen (Camba volcanics) yang kelihatannya
 membentuk arc yang masif
 di Lengan Sulawesi Selatan itu. Dan tentang Teluk Tomini
 kita tak banyak
 tahu sebab tak ada data seismik di situ sebelum 2006. Namun
 setelah
 dilakukan survey seismik dan interpretasinya gambaran kedua
 teluk besar di
 utara dan selatan Sulawesi ini cukup menakjubkan. Secara
 umum, keduanya
 menunjukkan basins yang terbentuk karena rifting lalu
 tenggelam. Di Teluk
 Bone, gambarannya mirip di Selat Makassar, dengan semua
 sekuen sedimen
 kelihatannya Tersier setebal maksimum 5.5 seconds.
 Sementara di Teluk Tomini
 menceritakan sejarah tektonik dan sedimentasi yang luar
 biasa sebab
 ditemukan tumpukan sangat tebal sampai 7 seconds sekuen2
 pra-Tersier sd
 Tersier yang mestinya berhubungan dengan rifting tetapi
 yang sekarang
 bertumpuk lalu tenggelam.
 
 Ciri yang segera nampak dari data seismik kedua

Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?

2009-08-24 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,

Kalau yang dimaksud adalah kelanjutan NW shelf of Australia, di bawah ini  
adalah beberapa hal yang memberatkannya. 

1. Sekuens sedimen di Tomini dan terutama di Bone menunjukkan sekuens Sunda 
(synrift-sagging-postrift-syninversion), bukan sekuens yang khas Australoid 
(rift-drift sequence Late Paleozoic-Mesozoic-Tertiary). Sekuens Australoid 
paling barat yang kita temukan adalah di Buton dan Banggai. Kalau di Sulawesi 
kedua sekuens ini sekarang sebelah-menyebelah itu mengkonfirmasi bahwa Sulawesi 
dibangun melalui collision of terranes Sundae vs Australoid.

2. Rekonstruksi tektonik tak berhasil menunjukkan apa mekanisme yang andai 
membawa paparan Australia ke bawah Bone dan Tomini. Sementara untuk ke bawah 
Buton dan Banggai kita punya mekanismenya yaitu Sesar Sorong dan semua splaynya 
di sebelah timur Sulawesi. 

3. Di lain pihak, secara tektonik, kita punya mekanismenya untuk menyebut Teluk 
Bone sebagai rifted marginal basin di pinggir Sundaland. Posisi tektonik Tomini 
tidak semudah merekonstruksi Teluk Bone -ini membutuhkan pemikiran yang lebih 
kritis, tetapi bisa disebutkan bahwa 70 % sekuens sedimennya menunjukkan tipe 
tektonostratigrafi Sunda. Hanya keberadaan multiple seqence sampai ke umur 
Oxfordian (Jurrasic) -Jablonsky, 2007; itu menarik dicermati sebab Oxfordian 
rift tak biasa kita temukan di Sundaland sebelah barat. Tetapi paper2 terbaru 
dari Jim Granath (2009 IPA Proc.) -pernah saya ulas di milis ini saat membahas 
beberapa paper IPA 2009- dengan menggunakan seismik sampai ke Moho diindikasi 
bahwa Sundaland tenggara punya rift sampai ke umur Jurassic.

4. Paper Granath et al. (2009), bila benar, punya implikasi tektonik bahwa  
Sundaland tenggara berasal dari paparan Australia - tetapi pemikiran ini perlu 
dilihat dengan hati-hati sebab meskipun sampai ke Jurassic umurnya, sekuens 
sedimen di Sundaland tenggara ini tak sama dengan basin2 Austraoid yang ada di 
Indonesia (Bintuni, Iwur, Akimeugah, Banggai, Seram, Arafura, Buton).

Apakah asal Sunda (Sundae/Sondaicus)atau Australia (Australoid) memang penting 
dilihat sebab exploration play concepts di keduanya jauh berbeda. Kasus ini 
telah terjadi sekian lama untuk sebuah pulau terisolasi di selatan Nusa 
Tenggara : Sumba -apakah dia Sundae atau Australoid. Siapa yang mau 
mengeksplorasi Sumba, baik hidrokarbon maupun mineral -mau tak mau akan 
terlibat dalam 'perdebatan' ini.

salam,
Awang

--- On Tue, 8/25/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote:

 From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 Subject: Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to 
 Tomini-Bone  Bay Line ?
 To: iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad 
 geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS 
 eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
 Date: Tuesday, August 25, 2009, 9:40 AM
 Pak Awang
 Apa dasar pak awang menyatakan yg dibawah bone-tomini itu
 kepanjangan
 (ekstensi) dari sunda ? Mungkinkah itu kepanjangan dari
 paparan
 Australia ?
 
 Salam
 Rdp
 
 On 8/21/09, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
 wrote:
  Di manakah batas timur Daratan Sunda (Sundaland) ?
 Barangkali kita harus
  bedakan dulu antara Sundaland sebagai core dan
 Sundaland sebagai accreted
  crust. Sundaland core adalah inti (benua) Sundaland,
 sementara accreted
  crust Sundaland adalah crustal mass hasil akresi
 terhadap Sundaland yang
  akan menambah luas dan jauh batas Sundaland.
 
  Konsep terrane tectonics (antara lain yang dikemukakan
 oleh Howell et al.,
  1985 : Tectonostratigraphic terranes of the
 Circum-Pacific Region, dalam :
  Howell, D.G., ed.,Tectonostratigraphic Terranes of the
 Circum-
  Pacific Region, Circum-Pacific Council for Energy and
 Mineral Resources,
  Houston, p. 3-23.) memandang bahwa yang namanya inti
 benua pun ternyata
  disusun oleh amalgamasi banyak terrane. Untuk
 amalgamasi Sundaland, paper
  pertama tentang ini adalah yang ditulis oleh paper
 terkenal Pulunggono dan
  Cameron (1984 -IPA Proceedings).
 
  Akresi kepada suatu core kontinen bisa terjadi melalui
 dua cara : subduction
  dan collision. Subduction menghasilkan kerak prisma
 akresi melalui proses
  subduction off-scraping (penyuguan dalam penunjaman,
 sebagian massa kerak
  oseanik dikerok-disugu, dicampur dengan massa dari
 pinggir kontinen, diramu
  dalam sedimentasi dan tektonik imbrikasi jadilah
 prisma akresi yang
  bentuknya membaji mirip geometri prisma). Collision
 terjadi ketika satu
  terrane (dalam hal ini mikro-kontinen) beramalgamasi
 ke kerak kontinen yang
  lain, menghentikan subduksi, mengangkat sebagian kerak
 oseanik yang
  terjepit, lepas dari akarnya, dan terjepit di antara
 dua terrane yang beradu
  melalui proses obduksi.
 
  Ada proses lain lagi dalam hubungan ini yang kontra
 terhadap akresi, yaitu
  dispersi. Kalau akresi menyatukan maka dispersi
 menceraikan apa yang sudah
  bersatu. Mengapa dispersi mesti terjadi setelah
 akresi. Sebab, proses akresi
  telah menumbuhkan benua sehingga benua makin luas.
 Sesuatu

[iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?

2009-08-20 Terurut Topik Awang Satyana
Di manakah batas timur Daratan Sunda (Sundaland) ? Barangkali kita harus 
bedakan dulu antara Sundaland sebagai core dan Sundaland sebagai accreted 
crust. Sundaland core adalah inti (benua) Sundaland, sementara accreted crust 
Sundaland adalah crustal mass hasil akresi terhadap Sundaland yang akan 
menambah luas dan jauh batas Sundaland. 

Konsep terrane tectonics (antara lain yang dikemukakan oleh Howell et al., 1985 
: Tectonostratigraphic terranes of the Circum-Pacific Region, dalam :  Howell, 
D.G., ed.,Tectonostratigraphic Terranes of the Circum-
Pacific Region, Circum-Pacific Council for Energy and Mineral Resources, 
Houston, p. 3-23.) memandang bahwa yang namanya inti benua pun ternyata disusun 
oleh amalgamasi banyak terrane. Untuk amalgamasi Sundaland, paper pertama 
tentang ini adalah yang ditulis oleh paper terkenal Pulunggono dan Cameron 
(1984 -IPA Proceedings).

Akresi kepada suatu core kontinen bisa terjadi melalui dua cara : subduction 
dan collision. Subduction menghasilkan kerak prisma akresi melalui proses 
subduction off-scraping (penyuguan dalam penunjaman, sebagian massa kerak 
oseanik dikerok-disugu, dicampur dengan massa dari pinggir kontinen, diramu 
dalam sedimentasi dan tektonik imbrikasi jadilah prisma akresi yang bentuknya 
membaji mirip geometri prisma). Collision terjadi ketika satu terrane (dalam 
hal ini mikro-kontinen) beramalgamasi ke kerak kontinen yang lain, menghentikan 
subduksi, mengangkat sebagian kerak oseanik yang terjepit, lepas dari akarnya, 
dan terjepit di antara dua terrane yang beradu melalui proses obduksi.

Ada proses lain lagi dalam hubungan ini yang kontra terhadap akresi, yaitu 
dispersi. Kalau akresi menyatukan maka dispersi menceraikan apa yang sudah 
bersatu. Mengapa dispersi mesti terjadi setelah akresi. Sebab, proses akresi 
telah menumbuhkan benua sehingga benua makin luas. Sesuatu yang luas di dalam 
litosfer akan menghalangi sirkulasi mantle plume di astenosfer dan upper 
mantle. Maka upwelling mantle plume akan mendelaminasi (menipiskan - membuka 
lapisan2 litsfer), lalu setelah mendelaminasinya akan menghanyutkan apa yang 
sudah dipisahkannya melalui continental drifting. Dalam skala global sejarah 
akresi telah membentuk Rodinia atau Pangaea, lalu sejarah dispersi 
menceraikannya menjadi Gondwana dan Laurasia, dll., dll.

Bahwa Sundaland punya sejarah akresi dan dispersi, pernah saya publikasikan 
dalam pertemuan gabungan IAGI dan HAGI (Satyana, 2003 : Accretion and 
Dispersion of SE Sundaland : the Growing and Slivering of a Continent). Paper 
ini berargumen bahwa batas timur Sundaland adalah Sulawesi Selatan, detached 
continental platform di Laut Flores yang melarikan diri dari sekitar South 
Makassar, dan bagian tengah Teluk Bone. Kelihatannya, batas ini harus kita 
jauhkan lagi sampai Teluk Tomini  dan Sulawesi Tenggara berdasarkan data 
seismik terbaru speculative survey yang diakuisi Migas dan sebuah service 
company dari luar pada tahun 2006-2008 di wilayah Teluk Tomini dan Teluk Bone.

Pengetahuan sampai saat ini menyebutkan bahwa Teluk Bone adalah forearc basin 
relative terhadap volcanic arc di Sulawesi Selatan terutama yang berumur Neogen 
(Camba volcanics) yang kelihatannya membentuk arc yang masif di Lengan Sulawesi 
Selatan itu. Dan tentang Teluk Tomini kita tak banyak tahu sebab tak ada data 
seismik di situ sebelum 2006. Namun setelah dilakukan survey seismik dan 
interpretasinya gambaran kedua teluk besar di utara dan selatan Sulawesi ini 
cukup menakjubkan. Secara umum, keduanya menunjukkan basins yang terbentuk 
karena rifting lalu tenggelam. Di Teluk Bone, gambarannya mirip di Selat 
Makassar, dengan semua sekuen sedimen kelihatannya Tersier setebal maksimum 5.5 
seconds. Sementara di Teluk Tomini menceritakan sejarah tektonik dan 
sedimentasi yang luar biasa sebab ditemukan tumpukan sangat tebal sampai 7 
seconds sekuen2 pra-Tersier sd Tersier yang mestinya berhubungan dengan rifting 
tetapi yang sekarang bertumpuk lalu tenggelam.

Ciri yang segera nampak dari data seismik kedua teluk ini adalah sekuen2 
tektonostratigrafi yang khas rifting basins, yaitu : pre-rift, syn-rift, 
sagging, dan post-rift. Ciri yang tak biasa ada di rifting basins Indonesia 
Barat tetapi ada di Tomini dan Bone adalah tak hadirnya sekuen syn-inversion 
dan banyaknya sekuen karbonat yang muncul. Dua ciri khas terakhir itu muncul 
karena dua wilayah ini tenggelam paling tidak sejak Neogen akhir. Tetapi 
melihatnya secara umum, kita akan mengingat rifting basins di Indonesia Barat 
di dalam atau sekeliling Sundaland (NSB, CSB, SSB, West  East Natuna, Sunda, 
West Java, East Java, Barito, Makassar Strait, basins2 di Sulawesi Selatan 
onshore). Maka, menjadi pemikiran bahwa wilayah Tomini dan Bone merupakan 
rifted Sunda basins juga -sehingga berimplikasi bahwa tepi timur Sundaland ada 
di Tomini-Bone Bay Line sebelum ia dihentikan oleh para pelarian baru 
Australoid Banggai-Sula dan Buton-Tukang Besi. Tetapi meskipun
 Tomini Bay menunjukkan 

<    1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   >