Bls: [iagi-net-l] Kapan Krakatau meletus ( was Uneg-uneg..LUSI)
Abah, Kompilasi hubungan antara kimia magma Krakatau dengan perioda letusannya tak bisa dibangun kalau hanya mengandalkan van Bemmelen (1949); ada beberapa laporan lainnya yang perlu diacu, yaitu (1) Verbeek, R.D.M. (1885) : Krakatau (terbit dalam bahasa Belanda, dicetak di Batavia/Jakarta), dan ini laporan paling orisinil tentang Krakatau sebab ditulis berdasarkan survei Verbeek hanya dua tahun setelah letusan katastrofik 1883; satu lagi adalah publikasi dari G.A. de Neve (1981) : “Anak Krakatau (1 930 - 1980)” - Proceedings PIT X lkatan Ahli Geologi Indonesia, Bandung. Ketiga buku ini dengan sangat baik dikompilasi oleh Peter Willumsen, ahli geologi migas (dulu di Huffco Brantas) yang sangat menyukai Krakatau dan pernah memimpin fieldtrip ke sana (bayangkan fieldtrip ke Krakatau dipimpin oleh petroleum geologist). Tetapi jangan memandang sebelah mata dulu, Peter sangat ahli tentang Krakatau; buku fieldguide-nya yang diterbitkan IPA sangat kaya analisis yang didukung referensi. Dari plotting antara hubungan komposisi SiO2 dan tahun letusannya diketahui bahwa Krakatau meletus hebat kala komposisi SiO2-nya melebihi 70 %. Siklus ke-1 terjadi sejak sebelum Masehi dan hancur oleh letusan hebat pada 416 M. Hasil ejecta menta (piroklastika) hasil letusan 416 M menunjukkan kandungan SiO2 72 %. Lalu setelah itu diferensiasi magma menuju andesit lalu basal lagi sampai kandungan SiO2 seminimal 53 %. Dari sini, magma pelan2 menjadi intermediat lagi yang menandai siklus kedua; lalu asam lagi, dan mencapai puncaknya pada 1883 saat SiO2 kembali 72 % dan terjadilah letusan katastrofik yang tercatat dengan baik itu. Lalu magmanya menjadi basaltik lagi sampai 53 % SiO2 pada tahun 1927, dan saat Anak Krakatau tumbuh di tengah kaldera 1883, itulah siklus ketiga, tahun 1930 Anak Krakatau meletus saat SiO2 63 %; lalu turun lagi sampai 53 % dan kini sedang menanjak naik kembali berada di posisi 55 %. Diferensiasi magma/lava Krakatau dari gabro/basal ke diorit/andesit ke granit/riolit sulit diprediksi berdasarkan waktu. Tahun 1927-1930 kenaikannya cepat, naik 10 % SiO2-nya (3.3 % setahun) dalam tiga tahun saja; Data dari tahun 1960 (53 % SiO2) ke 1980 (55 % SiO2) menunjukkan peningkatan yang melandai hanya 0.1 % SiO2 setahun. Berdasarkan ekstrapolasi dan menganggap semuanya linier, maka letusan katastrofik seperti tahun 1883 dengan SiO2 72 %, masih bisa puluhan tahun lagi. Perhitungan sangat kasar saja dengan banyak sekali asumsi dan menganggap linear dari perkembangan yang terakhir, maka SiO2 Krakatau di atas 70 % akan tercapai sekitar tahun 2070. Tetapi, berdasarkan histori diferensiasi magmatik dan letusannya Krakatau sukar ditebak. Yang lebih penting dan bermanfaat adalah mengukur dengan rutin kadar SiO2 lava Krakatau, saat ia meningkat terus sampai 60 % harus mulai waspada. Letusan terakhir Krakatau (Anak Krakatau) tahun 1930 terjadi saat kadar SiO2-nya 63 %. Untuk bencana erupsi gunungapi, kita tak pernah tidak diberitahukan alam, pengukuran rutin akan menunjukkannya; tetapi untuk gempa...kita selalu kecurian. salam, Awang --- Pada Sen, 8/3/10, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id menulis: Dari: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id Judul: [iagi-net-l] Kapan Krakatau meletus ( was Uneg-uneg..LUSI) Kepada: iagi-net iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 1:46 PM Ndang Kalau tidak salah dalam buku yang sangat terkenal the Geology of Indonesia ,van Bemmelen 1949, ada hubungan yang sangat erat antara kandungan SiO2 dengan saat Krkatau meletus. Nah , kalau melihat kandungan SiO2 Krakatau sekarang , apakah sudah ada perkiraan kapn Krakatau akan meletus besar 2 an ?. Hanya ingin tahu saja. Si Abah 3. Lava basalto-andesitik pada dasarnya berkomposisi lebih basa dibandingkan andesit-basaltik yang intermediat atau riolitik yang asam. Semakin basa lava semakin mudah dibangkitkan oleh suatu aktivitas. Magma Merapi meskipun dikatakan basalto-andesitik, berbeda dalam komposisi SiO2-nya dibandingkan dengan Merapi, relatif lebih asam; semakin banyak SiO2 semakin kental dan kecenderungan membentuk sumbat lava semakin besar. Goncangan gempa adalah energi yang akan mengaktivitas fluida, fluida apa pun itu yang ada di bawah permukaan; bisa migas, air, maupun magma. Saat dikocok begini, lava basal akan lebih merespon dibandingkan lava asam; maka meskipun Semeru terletak lebih jauh dari episentrum gempa Yogya, peningkatan aktivitasnya bersamaan dengan Merapi yang lokasinya lebih dekat. Jadi, respon Semeru cepat; respon Merapi relatif lebih lambat karena komposisi kedua gunungapi ini relatif berbeda dan tambahan pula di puncak Merapi terdapat beberapa sumbat lava lama. _ Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan. Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Firman, Semua publikasi tentang Lusi dari teman2 Lapindo dan para peneliti terkait sudah meminta izin terkait. Publikasi dari luar Lapindo seperti dari Davies, Tingay pertamanya tak mengurus izin ke Migas karena mereka menggunakan data di luar Lapindo (bukan data, sebagian dari media). Publikasi berikutnya dari Davies dan Tingay yang telah menggunakan raw data Lapindo, saya tak tahu apakah sudah seizin Migas atau tidak sebab tak ada catatan permintaan izin. Davies dan Tingay membawa bendera institusinya (perguruan tinggi dan research center mereka di Inggris dan Australia), Mazzini dkk membawa bendera perguruan tinggi dan research center-nya di Norwegia, juga mereka berkolaborasi dengan teman2 Lapindo. Di Indonesia, institusi yang pernah mengakses data tersebut adalah IAGI dan Badan Geologi. Dua hari lalu Badan Geologi juga meminta data tersebut, tetapi sekarang mereka langsung ke Pusdatin (prosedur yang benar juga) dengan tembusan ke BPMIGAS dan Ditjen Migas. Karena saya di BPMIGAS, saya tentu saja pernah menganalisis semua data BJP-1 (GG, drilling dan yang berkaitan), baik sebelum usulannya, saat pengeborannya dalam bentuk laporan harian, maupun sesudahnya. Publikasi saya tentang Lusi tidak secara khusus, tetapi menggabungkannya dengan semua gununglumpur yang lain di seluruh Jawa (Proceedings IPA 2008 - Satyana and Asnidar, 2008). Tidak ada data BJP-1 yang saya cantumkan di situ. Bila saya mencantumkan data BJP-1 di dalam paper, tentu saja saya pun akan melakukan prosedur perizinan yang sama. Pendapat saya bukan mewakili pendapat BPMIGAS. Dispensasi khusus untuk data BJP-1 bisa dilakukan bila Pemerintah memandang perlu, barangkali dasar hukumnya sebagai KepMen (Keputusan Menteri). Selama ini, itu belum ada, yang ada hanyalah PerMen 027/2006 yang saya ceritakan di bawah. Pembukaan data BJP-1 secara umum tanpa memberlakukan regulasi/keputusan yang baru adalah suatu pelanggaran terhadap regulasi yang ada. Para peneliti luar pun telah dapat mengakses data setelah melakukan prosedur yang baku. Jangan merasa ribet dengan regulasi ini, bila serius ingin melihat datanya, ikuti saja prosedurnya. salam, Awang --- Pada Sen, 8/3/10, Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk menulis: Dari: Firman Fauzi geafi...@yahoo.co.uk Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 9:37 PM Dear Pak Awang, Membaca penjelasan Pak Awang tentang pemberian izin utk melihat data mau tidak mau sedikit menyurutkan saya yg tadinya bersemangat melihat data2 aktual operasi pemboran BJP-1. Hal tentang peneliti yg menulis paper tentang BJP-1 spt Tingay, Davies, Mazzini, seharusnya mereka tentu melewati prosedur standar spt yg Pak Awang jelaskan bukan? Saya juga jadi ingin bertanya sampai saat ini siapa saja badan hukum dan organisasi selain IAGI yg mendapatkan izin dan pernah menganalisa data tsb. Dan mengenai Tingay, Davies, dan Manzini, bendera organisasi apa yg mereka pakai untuk mereka mendapatkan akses ke data tsb? Dan apakah Pak Awang pernah menganalisa data2 BJP-1 baik geologi maupun drillingnya? Jika pernah berarti Pak Awang mewakili BP Migas kah? Dan melewati prosedur perizinan spt yg Pak Awang tulis kah? Menurut saya akses ke data BJP-1 tsb hrs terbuka untuk berbagai kalangan, shg kronologi yg putus2 dan data yg diperdebatkan di milis mrpk data yg kontinyu dan sahih. Di satu sisi saya sangat menghormati peraturan tentang pembatasan akses data migas, untuk kepentingan negeri ini. Namun di sisi lain, data BJP-1 adlh special case, di mana utk data ini seharusnya instansi berwenang (dirjen migas kah? atau bp migas?) memberikan dispensasi khusus untuk data tsb. Mengingat ini adalah data spesial yg di alur sejarahnya mengundang polemik yg kontroversial. Dispensasi khusus bukan berarti akses dibuka selebarnya tanpa izin, namun lebih ke kemudahan dan birokrasi sederhana saja. Data BJP-1 adalah data yg sarat makna untuk pembelajaran, data berharga yg dapat menguak tabir apa gerangan penyebab sejati semburan lumpur sidoarjo. Saya mendaftarkan diri, apabila IAGI atau badan apapun berkenan menginisiasi lagi pembukaan data BJP-1. Dan saya yakin akan banyak yg akan mendaftar. Salam dr Bogor Darussalam, FF On Mar 8, 2010, at 1:47 PM, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Memuat di milis-milis data mentah/ olahan/ interpretasi hasil kegiatan survei umum/ eksplorasi/ eksploitasi yang masih tertutup untuk umum (rahasia) tanpa izin dari Direktur Jenderal Migas adalah suatu pelanggaran atas Peraturan Menteri ESDM No. 027 Tahun 2006. Hati-hati, pelanggaran atas Peraturan ini mempunyai sanksi pidana atau denda. Silakan dicermati kutipan ayat-ayat di bawah ini yang berasal dari Peraturan tersebut. Pasal 2 Ayat (1) Data yang diperoleh dari Survei Umum, Eksplorasi dan Eksploitasi adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah. Pasal 25 Ayat (2) Pemanfaatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
RE: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
kedalaman 8478 ft menghasilkan umur isotop 3 Ma. Nah...loncat 13 juta tahun (!) -menarik sekali. Apakah gamping Porong berumur 16 Ma itu Kujung-I yang ekivalen dengan Kujung-I lain di Jawa Timur yang produktif itu ? Bukan. Saya punya stratigrafi Jawa Timur terbaru yang sudah menggunakan umur standar absolute berdasarkan 87Sr/86Sr and micropaleontology age dating. Beberapa tahun belakangan ini hampir semua operator di Jawa Timur melakukan Sr dating, ini sangat membantu pemahaman stratigrafi Jawa Timur yang memang kompleks. Kujung I paling muda yang produktif di Jawa Timur berumur 22 Ma (itu sedikit masuk ke lowermost Aquitanian). Gamping Porong 6 juta tahun lebih muda dari gamping Kujung I. Ia sedikit lebih muda dari gamping Mudi di lapangan Mudi dan Sukowati. Maka, kita tak bisa lagi menyebutnya Kujung, juga bukan Mudi. Saya cenderung menyebutnya ekivalen Jonggrangan (Kulon Progo) atau Wonosari reef bagian bawah di Peg Kidul saja sebab ini adalah reef2 yang muncul di selatan Kendeng. Kalau ada data strontium isotop untuk cutting 9283 ft di sumur BJP maka akan sangat membantu pemahaman ini. Salam, awang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] Sent: Thursday, June 28, 2007 3:45 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Porong Limestone Aku ganti judulnya supaya berkesan lebih tehnis. Pak Awang apakah batugamping (yg masih hanya berdasar dari cutting BPJ-1 ini) ekivalen dengan batugamping yang ditembus oleh sumur Porong-1 ? Sewaktu seminar di BPPT yg ditunjukkan wektu itu, saya rasa dari seismic yang diinterpretasi dari Porong-1 Ke BPJ-1, sepertinya satu tubuh gamping besar. cmiiw. Kalau kedua sumur itu tidak menembus tubuh batugamping yang identik, apakah BD trend tidak memanjang hingga Porong ? Jadi model Kujung yang Pak Awang pernah buat dahulu itu apakah berubah ? Salam RDP On 6/28/07, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Pak Arman, Dari seismiknya gak terlalu jelas bahwa ada lapisan pasir setebal itu. Di permukaan banyak breksi volkanik yang akan menyerap banyak energi gelombang seismik, sehingga kualitas data seismik bisa memburuk jauh ke bawah. Design casing BJP-1 disusun dengan referensi utama sumur Porong-1 yang tak ada lapisan pasirnya, sehingga terjadi perbedaan jauh antara prognosis stratigrafi dengan kenyataan stratigrafi. Saat menembus pasir di kedalaman sekitar 8500 ft (8581 ft tepatnya) di mana diprediksi top gamping Kujung akan muncul, dilakukan beberapa kali stop drilling untuk cek sampel, tetapi tetap muncul 95 % batupasir dan 5 % gamping. Bor dilanjutkan sampai kedalaman 8750 ft. Stop drilling lalu dilakukan VSP. Dari data VSP didapat tiga kemungkinan top Kujung limestone : 8800 ft, 9400 ft, atau 9600 ft. Maka diputuskan untuk bor terus sampai ketemu gamping Kujung. Kita tahu batupasir ternyata muncul terus sampai kedalaman sekitar 9283 ft, ketika cutting gamping dominan lalu di TD sumur 9297 ft total loss. Apakah gamping Kujung sudah tertembus ? Tidak tahu. Apakah itu sampel gamping Kujung I ? Tidak tahu, saya pikir bukan, lebih muda atau jauh lebih muda. Bisa Pak Arman lihat, prosedur standar sudah dijalankan, memang harus VSP atau check shot dulu bila lapisan yang diharapkan tidak muncul-muncul. Secara regional, sekarang kita bisa memahami mengapa batupasir volkanik itu muncul di lokasi BJP. BJP adalah reef paling selatan dan itu sangat dekat dengan lidah pasir volkanik dari volcanic arc Intra-Miosen. Reef-reef di utara yang sezaman dengan BJP tak akan punya lidah pasir volkanik semacam itu, terlalu jauh. Tapi, kita tak bisa memperkirakannya sebelum drilling. Kita bisa melihat ada kemungkinan impurities itu (lihat paper saya di Satyana, 2005, IPA : Tectono-volcanic setting on Oligo-Miocene carbonates of Java), tapi tak bisa memperkirakannya justru muncul di BJP. No one knows perfectly how Mother Earth operates. Tapi, sekarang kita tahu bahwa semua reef di pinggir selatan Kendeng Deep akan berpotensi ditutupi lidah pasir volkanik, semakin ke baratdaya dari BJP semakin besar risikonya. salam, awang Sunaryo Arman C. acsuna...@yahoo.com wrote: Pak Awang, Ini agak melenceng sedikit dari topik utama, saya sebetulnya ingin tanya dari dulu tapi nggak sempat nulisnya. Di presentasinya Pak Rudi dulu ditunjukkan diagram prognosis vs actual dari sumur BP-1 yang saya lihat sangat berbeda, dalam arti batuan yang didapat sangat berbeda dengan yang diharapkan, Pak Awang bilang ada 3000 ft (1000 m) batupasir yang tidak diharapkan. Apakah pernah diadakan penelitian kenapa kok bisa begitu besar perbedaannya? 1000m batupasir kan mustinya mudah terlihat di seismik. Pada saat pengeboran dan diketahui ada penyimpangan dari prognosis apakah tidak dilakukan VSP atau check shot yang bisa digunakan sebagai bahan re evaluasi sebelum mengebor lebih jauh? Saya tanya ini karena dari pengalaman saya dulu kalau ada penyimpangan sampai
[iagi-net-l] Plato Gamping Ayamaru, Papua dan Hunian Prasejarah
Bekas-bekas hunian manusia prasejarah (purba) yang punya industri perkakas batu ditemukan di banyak tempat di Jawa, terutama di Pegunungan Sewu, Pacitan. Begitu banyaknya artefak berupa perkakas batu pernah ditemukan di sini, sehingga menghasilkan istilah-istilah tertentu seperti kebudayaan Pacitanian atau industri Kali Baksoko. Kali Baksoko adalah sebuah kali di wilayah ini tempat ditemukannya banyak artefak. Itu di Jawa, tempat paling banyak ditemukannya artefak perkakas batu. Kelihatannya saat bermigrasi dulu, para penghuni pertama negeri kita memilih Jawa sebagai pangkalan terakhirnya. Pemikiran ini disebabkan begitu banyaknya artefak ditemukan di Jawa, juga penemuan fosil-fosil tulang hominid atau manusia purba. Meskipun demikian, terdapat bukti bahwa beberapa generasi manusia purba ini kemudian dari Jawa bermigrasi ke timur ke Nusa Tenggara bahkan sampai Australia. Bagaimana dengan penemuan-penemuan arkeologi di pulau paling timur Indonesia : Papua, jarang sekali terdengar berita-berita tentang itu. Padahal, bila situs-situs hunian manusia purba banyak terdapat di topografi kars berupa gua-gua batugamping, seperti di Gua Pawon, Padalarang dan banyak sekali situs-situs arkeologi di gua-gua di Pegunungan Sewu, Pacitan; maka Papua dari segi tutupan batuan batugampingnya adalah kawasan yang paling luas di Indonesia (lihat publikasi Sukamto, 2000 tentang geologi regional Indonesia). Mengapa jarang terdengar penemuan arkeologi di Papua ? Ada dua kemungkinan : (1) manusia purba memang sedikit sekali bermigrasi ke Papua dan (2) penelitian arkeologi jarang sekali dilakukan di Papua. Saya yakin alasan nomor dualah yang paling mungkin sebagai penyebabnya. Mengapa ? Di Papua Nugini (Papua New Guinea, PNG)) dilaporkan penemuan beberapa situs hunian manusia purba, terutama di kawasan pantai utaranya. Ini artinya bahwa Papua (Indonesia) mestinya pernah dilewati manusia purba ini dalam migrasinya dan bisa saja sebagian dari mereka pernah menetap di gua-gua Papua yang banyak terdapat. Penelitian-peneltian arkeologi untuk Papua, baik dilakukan oleh ahli-ahli nasional maupun dari mancanegara terbilang sangat sedikit bila dibandingkan penelitian-penelitian sejenis di area Indonesia Barat dan terutama Jawa. Misalnya, buku bagus, terbaru dan komprehensif tentang prasejarah Indonesia yang ditulis oleh ahli arkeologi terkenal Peter Bellwood (2000) –diterjemahkan oleh PT Gramedia, hanya sedikit membahas prasejarah Papua; memang Belwood mengkhsuskan dirinya meneliti arkeologi Asia Tenggara dan terutama wilayah Indo-Malaya. Sebenarnya, aspek prasejarah Papua bisa sangat menarik sebab beberapa situs arkeologi telah ditemukan sampai ketinggian 4000 meter, yaitu di gua-gua gamping yang terdapat di Pegunungan Tengah Papua (Central Ranges of Papua) seperti dilaporkan oleh Hope dan Hope (1976 – Man on Mt. Jaya, AA Balkema-Rotterdam). Tahun 1971-1973, Ekspedisi Australia-Indonesia untuk Gletsyer Carstenz di ketinggian 4000 meter pada tempat bernama Mapala Rockshelter menemukan tulang-tulang, artefak batu, abu dan cangkang-cangkang kerang. Saat ditera, artefak tersebut menghasilkan umur 5440 tahun yang lalu (tyl). Hope dan Hope (1976) berdasarkan analisis palinologi di Ijomba Bog, masih di kawasan Pegunungan Tengah, juga menyimpulkan bahwa pada 10.500 tyl, ada manusia purba di kawasan ini yang membuka hutan dengan membakarnya. Pembukaan hutan yang lebih tua dengan cara membakarnya juga ditemukan di Lembah Baliem yang sisa-sisanya menunjukkan umur 32.000 tyl (Haberle et al., 1991 – Biomass burning in Indonesia and PNG –fossil record, jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology 171). Situs arkeologi tertua di pulau Papua (termasuk PNG) masih dipegang oleh sebuah gua di pantai utara PNG di Semenanjung Huon dengan artefak-artefak yang ditemukannya berumur 40.000 tyl (Groube et al. 1986 -40,000 year human occupation site-PNG, Nature 324). Sekarang kita lihat kawasan Papua paling barat yang sering disebut sebagai Kepala Burung. Penelitian terbaru dari ahli arkeologi Juliette Pasveer (2004 –The Djief hunters : 26,000 years of rainforest exploitation on the Bird’s Head of Papua, Modern Quaternary Research in SE Asia 17) menemukan hunian manusia purba berumur Plistosen-awal Holosen di kawasan kars batugamping Kais di Ayamaru. Kawasan topografi kars Ayamaru terbentuk sejak Pliosen setelah Sesar Sorong secara aktif mulai memengaruhi Cekungan Salawati pada Mio-Pliosen. Sesar besar ini telah menjungkirbalikkan Cekungan Salawati sedemikian rupa sehingga deposenter cekungan ini pindah dari sebelumnya di sebelah selatan menjadi di sebelah utara sampai barat (Satyana, 2001, Dynamic Response of the Salawati Basin, Eastern Indonesia to the Sorong Fault Tectonism : Example of Inter-Plate Deformation : Proceedings PIT IAGI ke- 30, p. 288-291). Akibat pembalikan ini, maka secara isostatik bagian selatan (Misool) dan bagian timur (Ayamaru) cekungan terangkat,
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
sudah digerus lava baru. 7. Gunung Kelud mengapa tak ikut direaktivasi saat itu, saya pikir apa yang dipikirkan Minarwan sudah benar yaitu bahwa saat gempa Yogya terjadi, ia tidak dalam kondisi sebagai critical venting system. Bukan Kelud saja, mengapa Lawu pun tidak. Untuk memeriksa kebenaran pernyataan saya ini bisa dicek dengan mudah, tinggal mengumpulkan monitoring harian Gunung Kelud dan Gunung Semeru pada hari2 sebelum gempa dan sesudah gempa. Kelud pun kita tahu kemudian meningkatkan aktivitasnya kan; apakah itu berhubungan dengan gempa Yogya sebagai apa yang disebut Mellors et al. (2007) sebagai possibility of delayed triggering, bisa diselidiki lebih jauh. 8. Gempa 2001 di area Yogya sedalam 130 km kalau diplot di gambar skematik konvergensi lempeng di selatan Yogya sampai area Merapi mestinya itu slab earthquake; coba dicek lagi apakah ia mempengaruhi aktivitas Merapi; saya meragukannya. Slab earthquake karena reologi mantel yang lebih kecil dibandingkan reologi slab, maka propagasi getaran tidak akan vertikal menuju permukaan, melainkan akan diagonal merambat sepanjang slab dan akhirnya mempengaruhi bagian updip dan permukaan slab yang jatuhnya ada di selatan garis pantai atau bahkan Samudera Hindia. Lagipula berapa dalam dapur magma Merapi itu, saya tidak yakin ia mengadakan kontak dengan slab yang menunjam di bawahnya. salam, Awang --- Pada Sen, 8/3/10, MINARWAN minarw...@gmail.com menulis: Dari: MINARWAN minarw...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Senin, 8 Maret, 2010, 4:26 AM Wah, jawaban Pak Awang sungguh panjang dan membuat saya berpikir lebih jauh serta berusaha mencari referensi-referensi yang Pak Awang kemukakan. Terima kasih atas respon Pak Awang yang sangat lengkap ini. Saya ingin menanggapi beberapa paragraf saja di email Pak Awang (berhubung saya cuma sempat membaca sedikit referensi saja). Tanggapan saya ada di bawah paragraf Pak Awang. Salam mnw 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com: Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. + Saat saya sedang mencari komposisi magma Merapi dan Semeru, saya malah menemukan kisah erupsi Merapi di Wikipedia yang katanya telah aktif sejak bulan April 2006, yang ditandai dengan meningkatnya aktifitas seismik, dll. Berita itu ada di alamat berikut ini: http://en.wikipedia.org/wiki/Mount_Merapi Dari Wiki ini kita bisa membaca bahwa pada 19 April sudah ada asap yang keluar, dan pada awal bulan Mei aliran lava sudah terlihat dari Merapi, dengan kata lain Merapi memang sudah aktif dan telah hendak mengeluarkan isi perutnya sejak sebelum gempa pada tanggal 27 Mei 2006. Saya perlu pasang disclaimer di sini, Wikipedia bukan sebuah referensi ilmiah peer-reviewed yang baik, jadi marilah kita anggap sebagai sebuah rekaman kejadian saja. Berkenaan dengan pernyataan Pak Awang tentang sumbat lava di lubang kepundan Gunung Merapi, menurut hemat saya jika sudah ada lava yang keluar, mestinya sumbatnya sudah tertembus, tapi tentu saja mungkin interpretasi kita tidak sama. Lalu, dari segi keaktifan yang dibandingkan oleh Haris dan Ripepe (2007) antara sebelum dan sesudah gempa, sayang sekali tidak meliputi aktifitas Merapi sejak bulan April 2006. Mungkin aktfitas Merapi yang bulan April dan awal Mei (sebelum tanggal 9 Mei 2006) tidak cukup signifikan secara statistik sehingga tidak dimasukkan ke data mereka. Dari makalah makalah Kyoshi Nishi et al. (2007) - Micro-tilt changes preceding summit explosions at Semeru Volcano, Indonesia - Earth Planets Space, 59, 151-156 (bisa digoogle), saya mendapatkan komposisi magma Gunung Semeru yang katanya agak mafic (56-57% SiO2) dan mereka kategorikan basaltik-andesit, yang mana terbaca sama dengan kompisisi magma Merapi yang menurut Walter (2007) - setelah mengutip Voight et al. (2000) - juga basaltik-andesit. Sayang sekali, saya tidak bisa
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Memuat di milis-milis data mentah/ olahan/ interpretasi hasil kegiatan survei umum/ eksplorasi/ eksploitasi yang masih tertutup untuk umum (rahasia) tanpa izin dari Direktur Jenderal Migas adalah suatu pelanggaran atas Peraturan Menteri ESDM No. 027 Tahun 2006. Hati-hati, pelanggaran atas Peraturan ini mempunyai sanksi pidana atau denda. Silakan dicermati kutipan ayat-ayat di bawah ini yang berasal dari Peraturan tersebut. Pasal 2 Ayat (1) Data yang diperoleh dari Survei Umum, Eksplorasi dan Eksploitasi adalah milik Negara yang dikuasai oleh Pemerintah. Pasal 25 Ayat (2) Pemanfaatan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk keperluan ilmiah dan keperluan lainnya selain untuk keperluan operasi di wilayah Kerjanya oleh Kontraktor atau pihak lain, wajib mendapat izin dari Direktur Jenderal. Pasal 25 Ayat (3) Kontraktor dapat melakukan pertukaran data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Kontraktor lain pada wilayah kerja yang saling berbatasan setelah mendapat izin dari Direktur Jenderal. Pasal 32 Setiap orang yang mengirim atau menyerahkan atau memindahtangankan data tanpa hak dalam bentuk apapun dikenakan pidana atau denda sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat ( 2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah berubah dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-1/2003 pada tanggal 21 Desember 2004. Perhatikan aturan-aturan di atas dan saya akan menerapkannya untuk pemanfaatan sumur Banjar Panji-1 (BJP-1). Data sumur BJP-1 diperoleh oleh Lapindo Brantas pada tahun 2006. Data itu adalah milik Pemerintah, bukan milik Lapindo Brantas. Tetapi, Lapindo dapat memanfaatkannya untuk keperluan operasinya selama Lapindo memiliki Wilayah Kerja (WK) tempat sumur Banjar Panji-1 berlokasi. Kontraktor lain di sekitar WK Brantas, misalnya Kodeco West Madura atau JOB Pertamina-PetroChina East Java, dapat memanfaatkan data sumur tersebut melalui mekanisme pertukaran data, tetapi izinnya harus diurus dulu ke Ditjen Migas melalui BPMIGAS. Bila ada perguruan tinggi yang ingin melihat data sumur BJP-1 untuk keperluan penelitian, misalnya apa penyebab Lusi, boleh saja, tetapi tetap harus mengurus izinnya ke Ditjen Migas melalui BPMIGAS. Perguruan tinggi tersebut bisa menulis surat ke BPMIGAS atau Lapindo yang menulis surat ke BPMIGAS. Saya pikir izin semacam itu mestinya telah dilakukan oleh Lapindo untuk institusi yang diwakili oleh Mark Tingay atau Richard Davies. Bila belum, kemudian datanya sudah dipublikasikan, Pemerintah dapat menegur/memerkarakan Lapindo atau institusi tempat Mark Tingay dan Richard Davies. Begitu juga bila Lapindo ingin mempublikasikan paper tentang Lusi di forum atau jurnal apa pun, maka Lapindo harus mengurus izinnya dulu ke Ditjen Migas. Bila belum, tetapi sudah dipublikasikan ya sama juga, Pemerintah akan menegur/memerkarakan Lapindo. Saya biasa membantu menguruskan izin sebagaimana dimaksud di atas untuk keperluan penelitian-penelitian teman-teman di perguruan tinggi, baik untuk keperluan penelitian pribadi dalam rangka menyelesaikan tugas akademik (skripsi, tesis, disertasi) maupun penelitian insitusi perguruan tinggi tersebut. Apakah setiap orang yang tak berkepentingan boleh juga melihat data tersebut ? Saya tidak yakin, tetapi itu bisa ditanyakan ke Ditjen Migas bila diperlukan. Undangan terbuka Mas Bambang Istadi untuk melihat data sumur BJP-1 kepada siapa saja yang berminat berkaitan dengan paragraf di atas. Itu tidak berarti tanpa izin Dirjen Migas. Bila serius ada yang ingin melihat data tersebut, silakan didaftarkan siapa saja, mewakili institusi mana (kita tentu tidak bisa membawa atas nama diri sendiri). Setelah terdaftar, Lapindo silakan memroses surat izinnya ke Ditjen Migas. Keputusan apakah personal-personal tersebut diizinkan melihat data BJP-1 akan ditentukan oleh Dirjen Migas. Hal seperti ini, setahu saya, belum pernah terjadi. Barangkali, mekanisme ini mirip dengan pembukaan data dalam rangka farm out, itu juga harus dengan seizin Dirjen Migas dalam periode tertentu. Kerahasiaan data dasar akan berakhir setelah 4 tahun, data olahan setelah 6 tahun, data interpretasi setelah 8 tahun. Sejak kapan ? Apakah sejak data itu diperoleh ? Jadi karena data sumur BJP-1 diperoleh tahun 2006 maka tahun ini datanya akan terbuka ? Bukan, data itu menjadi terbuka dihitung bukan sejak data itu diperoleh (bukan otomatis), tetapi sejak status data itu ditetapkan Pemerintah (memerlukan penetapan oleh Pemerintah). Tentang hal ini silakan lihat PP No. 35 Tahun 2004, Penjelasan Pasal 23 Ayat 2. Data yang dikirim Mas Bambang di milis adalah data yang sudah dipublikasikan, berasal dari makalah yang ditulisnya. Ini boleh saja, dengan catatan bahwa makalah tersebut sudah mendapatkan izin dari Dirjen Migas. Makalah mengenai migas yang menggunakan data milik Pemerintah dan belum pernah mendapatkan izin publikasi harus mendapatkan izin dahulu dari Dirjen Migas. Apabila telah diperoleh
Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Kesimpulan dibuat bergantung kepada tujuannya ? Wah saya baru tahu kalau kesimpulan itu bisa disetir oleh tujuan. Saya melakukan analisis asal Lusi dari A ke Z (koleksi data, analisis, sintesis, kesimpulan), bukan dibalikkan dari Z ke A (kesimpulan dulu diatur begini lalu cari data yang mendukung dan atur analisis-sintesisnya). Cara A ke Z adalah cara yang diajarkan di metode ilmiah. Jangan berprasangka Pak, saya terbiasa berpikir ilmiah dari A ke Z, dan tak ada pengaruh dari institusi mana pun atau kepentingan apa pun. Soal subjektivitas, semua interpretasi itu melibatkan manusia dan melibatkan manusia pasti ada subjektivitasnya, itulah justru dinamika pikiran manusia. salam, Awang salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis: Dari: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 3:34 PM Terimakasih pak Awang, kalau memang ada data2nya memang benar satu data kalau diinteropretasi oleh orang yg berbeda bisa menghasilkan kesimpulan yg berbeda pula. Jadi semua kesimpulan2 yg ada itu belum tentu benar, dengan kata lain, kesimpulan bisa dibuat tergantung tujuannya (tapi rasanya jadi kurang fair atau objective ya ?). wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Pak Nyoto, Semua datanya ada, untuk yang Pak Nyoto tanyakan adalah data seismik dan data geokimia, termasuk data geologi permukaan di gununglumpur2 tua dan data historisnya. Tentu saja interpretasi orang lain atas data set yang sama bisa berbeda, wajar sekali itu kan. Tetapi yang saya kemukakan, menurut hemat saya sudah well constrained. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis: Dari: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 2:12 PM Pak Awang, Terimakasih atas jawaban2nya. Utk jawaban : *yang dalam critical stage untuk meletus hanya di area Lusi saja*. Itu kan hanya interpretasinya pak Awang saja, orang lain bisa menginterpretasikan lain. Apa ada data2nya bahwa hanya di area LUSI saja yg dalam critical stage, apa di daerah2 lain memang tidak dalam critical stage ? data2nya apa ? wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Pak Nyoto, Adalah keinginan saya sejak lama menjadikan milis sebagai sarana belajar kita semua. Milis adalah sarana belajar yang sangat efektif, lebih daripada paper. Berapa banyak orang yang bisa mengikuti pertemuan2 ilmiah ? Berapa banyak orang yang bisa mengakses paper lengkap di jurnal-jurnal ilmiah ? Tidak banyak Pak. Jauh lebih banyak orang yang bisa mengakses milis. Maka sejak saya bergabung di milis IAGI tahun 1999 saya selalu berusaha menulis yang bisa menjadi informasi untuk teman-teman semua. Agar banyak informasinya maka saya menulis sedikit dengan gaya ilmiah dan diusahakan lebih lengkap, tetapi tetap dipopulerkan. Tulisan2 saya di milis tak bisa dibandingkan dengan tulisan2 saya untuk paper. Untuk milis saya biasanya menulis 1-5 halaman bila ditulis di kertas ukuran A4. Kalau untuk paper, karena belakangan ini saya menulis hal2 tentang geologi regional Indonesia (area pembahasannya pasti luas), maka biasanya saya menulis 30-40 halaman termasuk gambar-gambarnya. Menjawab pertanyaan Pak Nyoto, mengapa hanya Lusi di Watukosek yang meletus (kebetulan Lusi dekat BJP-1 jadi mencurigakan ya he2..) sementara di sepanjang Watukosek yang lain yang sama-sama elisional tidak meletus; jawabannya sederhana saja : yang dalam critical stage untuk meletus hanya di area Lusi saja, di bawah Lusi ada critical venting system (ingat area Lusi bukanlah area titik lokasi sumur BJP-1). Saat sistem ini terkena perturbasi (gangguan) berupa reaktivasi Sesar Watukosek, maka critical venting system ini mengalami overpressure release berupa semburan lumpur. Retakan-retakan besar (fractures) dan kecil (fissures) adalah mekanisme perturbasi itu. Retakan-retakan inilah yang menyebabkan hilang lumpur di BJP-1, menurunkan produksi fluida sumur Carat dan Tanggulangin dan menyedot air di sumur2 penduduk di kampung Pulungan, Gununganyar, Kalanganyar. Mengapa tak ada Lusi di sebelah timurlautnya di sepanjang Sesar Watukosek ? Overpressure release di situ sudah terjadi ratusan tahun sebelumnya dalam bentuk gununglumpur Pulungan, Gununganyar, Kalanganyar. Sebuah letusan gununglumpur bahkan sempat dicatat pengarang Serat Pararaton pada zaman Singasari. Tepat dugaan Pak Yoga, perturbation of elisional venting system bermain di seismotektonik, regional geology, mekanika fluida, overpressuring, plumbing system dan sejenisnya dengan data geologi, geokimia, geofisika, pengeboran. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis: Dari
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan. Begitu juga halnya dengan cluster analysis Manga dan Brodsky (2006) atau Mellors et al. (2007) yang menampilkan plotting antara magnitude gempa dan jarak reaktivasi semburan fluida (mud volcano, volcano, liquefaction, dan sejenisnya) yang diakibatkannya, plotting ini selalu dipakai oleh Richard Davies dan Mark Tingay untuk mengatakan bahwa gempa Yogya tak mungkin memicu Lusi sebab lokasi Lusi terlalu jauh dari episentrum gempa Yogya dan gempa Yogya terlalu kecil magnitudenya untuk bisa memicu Lusi. Mereka mengatakan itu saja, hanya berdasarkan plotting, tak melihatnya lebih jauh secara individual bagaimana gempa Yogya itu, bagaimana Lusi itu. Coba cek publikasi Mellors et al. (2007) - Correlations between earthquakes and large mud volcano eruptions - Journal of Geophysical Research 112, B04304. Saya kebetulan bertemu Robert Mellors saat dia diundang UGM untuk merayakan ulang tahun ke-50 Geologi UGM tahun lalu. Saya menanyakan plotting korelasinya itu, dan dia mengatakan itu hanya statistik. Ada hal-hal yang tak bisa didekati oleh ploting itu, yang dia katakan adalah : 1. robustness of the correlation, 2. the exact triggering mechanisms, 3. magnitude thresholds and triggering distances, dan 4. possibility of delayed triggering. Tolong diperhatikan butir no. 3; seberapa besar magnitude gempa baru bisa memicu mud volcano dan seberapa jauh mud volcano itu dari episentrum gempa adalah hal yang tidak diketahui. Juga butir no. 4 berhubungan dengan ulasan Minarwan di bawah tentang lag time 11 bulan letusan Pinatubo setelah gempa - itu dipertanyakan. Tentang pendapat/skenario Minarwan bahwa slab yang berhubungan dengan gempa menyebabkan reaktivasi volkanisme, saya tak sependapat. Gempa di slab (artinya gempa dalam) lebih akan merambat ke bagian updip slab tersebut menuju overriding plate-nya sebab gempa di slab ada di lingkungan astenosfer dan rheology upper mantle tersebut tentu lebih rendah dibandingkan slabnya sendiri, maka propagasi gaya gempa akan merambat ke bagian updip slab. Dapur magma umumnya masih di lower crust (kontinen/kerak akresi), jauh di atas slab; maka gempa di slab tak akan merektivasi dapur magma itu sehingga volkanisme tak akan terpengaruh oleh slab earthquake. Kasus gempa Yogya adalah gempa di overriding plate, jadi tak ada hubungan sama sekali dengan slab-nya yang tenggelam di bawah Jawa Tengah. Gempa di overriding plate akan mempropagasikan gayanya secara lateral, tetapi akan lebih mengarah ke satu azimuth bergantung pola rupture-nya. Dalam kasus gempa Yogya, propagasi gaya itu lebih ke arah timur dan timurlaut (silakan cek aftershocks-nya) dan mengganggu keseimbangan semua fluida plumbing system atau venting system yang berada di wilayah sapuan gaya gempa itu. Venting system adalah struktur2 bawah permukaan atau di permukaan yang setting geologinya siap mengalirkan fluida ke permukaan. Itulah juga yang menjadi alasan mengapa mud volcano Bledug Kuwu tak terbangunkan saat gempa Yogya terjadi, tetapi Lusi yang saat itu dalam keadaan critical (lihat data seismiknya) bisa saja terpicu. Bledug Kuwu adalah mud volcano tua (paling tidak ia sudah ada pada zaman Ratu Sima memerintah wilayah utara Jawa Tengah sekarang sekitar 600-700 AD sebab cerita rakyat tentang Bledug Kuwu sudah berkembang saat itu). Mud volcano yang tua akan punya masa dormant seperti gunungapi juga. Membangkitkan mud volcano yang
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data. Saya berada di tengah jajak pendapat apa penyebab Lusi di pertemuan AAPG di Capetown, Afrika Selatan. Dari mungkin sekitar 150-200 yang hadir di situ anggaplah orang-orang GGR dan beberapa peteroleum engineer. Tetapi yang benar2 telah melihat data dan menganalisnya paling banyak hanya 10 orang yaitu orang2 yang sedang berdebat (Pak Sawolo, Adriano Mazzini dkk. vs Richard Davies, Mark Tingay, dkk.). Selebihnya dari mereka hanyalah para penonton yang tahu Lusi hanya dari media (dan kita tahu bahwa media suka berpihak ke satu kubu). Lalu, tiba-tiba moderator perdebatan membuat acara kreativitas sendiri (kreativitas ini bukan inisiatif AAPG, lihat AAPG Explorer edisi Jan/Feb 2009), menanyakan ke sekitar 150 orang yang tak pernah menganalisis data tentang apa penyebab Lusi setelah mereka melihat empat presentasi dari pihak2 yang berdebat. Hasilnya kita sudah tahu karena ramai diberitakan media di Indonesia. Saya mengamati semua yang terjadi dan kini berpendapat bahwa yang terjadi dalam jajak pendapat itu adalah apa yang disebut Malcolm Gladwell dalam bukunya Blink (terjemahan Gramedia, 2009) sebagai Warren Harding Error, yaitu memutuskan pendapat berdasarkan penampilan saja, tidak tahu datanya, tidak pernah menyelidikinya. Warren Harding adalah seorang presiden Amerika Serikat (1920-an), presiden terburuk dalam sejarah Amerika kata Gladwell. Ia dipilih karena penampilan fisiknya yang tampan dan tinggi, dan meyakinkan; padahal Richard Davies dan Mark Tingay berpresentasi dengan sangat baik, hanya beberapa orang yang tahu dengan pasti kebenaran presentasinya; tentu mereka presentasi dengan bahasa Inggris yang sempurna sebab yang satu orang Inggris yang lain orang Australia. Presentasi Pak Sawolo dan Adriano juga baik dan hanya beberapa orang saja di ruangan itu yang tahu pasti kebenaran presentasinya. Tetapi, Pak Sawolo orang Jawa; Adriano orang Italia, jelas bahasa Inggrisnya, meskipun baik, tak sesempurna Davies dan Tingay. Dan, para penonton sebagian besar adalah para native speaker berbahasa Inggris. Maka, terjadilah dark side of thin slicing atau blink yang salah (Gladwell, 2005-2009); menilai hanya dari penampilan sesaat. Maka, jajak pendapat itu tak pernah saya acu. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 9:59 AM Ok Pak Bambang. Salut lah buat DPR sekarang..ternyata mereka semua tidak asal..semuanya based on data. Great! Maaf ya Pak..mungkin saya memang tidak berdasarkan data. Tapi yang jelas saya yakin Rudi Rubiandini cs..dan geologist2 di Afsel ga ngasal tanpa data. Tapi yah itu tadi..lebih hebat DPR ternyata..respect dan salute buat DPR RI. Tapi data itu kadang bisa dimainkan oleh orang yang ingin mendrive data ke keinginannya. Pasti semua tau apa yang saya maksud disini. Asalkan pak Bambang + DPR tidak mengeliminir data, tidak 'buta' terhadap data yang lain, tidak berpihak pada data yang 'pro Gempa' saja..yah berarti memang Pak Bambang sudah tepat pada pendirian bapak. Sebentar lagi Indonesia akan maju pasti..karena DPR sudah sangat meng 'honour' data. Baguslah.. 2010/3/3 Bambang P. Istadi bambang.ist...@energi-mp.com Pak Natan, Sangat disayangkan jika pak Natan dan kita semua mengabaikan data dan fakta. Padahal sebagai geologist/scientist kita selalu bergelut dengan data dan melakukan analisa berdasarkan data,... mungkin anggota DPR yang bapak sebut lebih meng honour data,.. Salam, Bambang 2010/3/2 Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Saya tidak akan menghabiskan konsentrasi di data dlsbnya. Saya hanya gemes..hebat sekali pendapat Gempa pemicu Lusi itu. Dianut DPR, jadi official pendapat iagi periode kemarin, dan si SP3kan polisi/jaksa. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan diri! Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net
Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa dicari di google he2.. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar. Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ? Saya coba gugling kok ndak ketemu. RDP Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Natan, Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ? Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau mengancam bila pendapatnya tidak diterima. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan. Begitu juga halnya dengan cluster analysis Manga dan Brodsky (2006) atau Mellors et al. (2007) yang menampilkan plotting antara magnitude gempa dan jarak reaktivasi semburan fluida (mud volcano, volcano, liquefaction, dan sejenisnya) yang diakibatkannya, plotting ini selalu dipakai oleh Richard Davies dan Mark Tingay untuk mengatakan bahwa gempa Yogya tak mungkin memicu Lusi sebab lokasi Lusi terlalu jauh dari episentrum gempa Yogya dan gempa Yogya terlalu kecil magnitudenya untuk bisa memicu Lusi. Mereka mengatakan itu saja, hanya berdasarkan plotting, tak melihatnya lebih jauh secara individual bagaimana gempa Yogya itu, bagaimana Lusi itu. Coba cek publikasi Mellors et al. (2007) - Correlations between earthquakes and large mud volcano eruptions - Journal of Geophysical Research 112, B04304. Saya kebetulan bertemu Robert Mellors saat dia diundang UGM untuk merayakan ulang tahun ke-50 Geologi UGM tahun lalu. Saya menanyakan plotting korelasinya itu, dan dia mengatakan itu hanya statistik. Ada hal-hal yang tak bisa didekati oleh ploting itu, yang dia katakan adalah : 1. robustness of the correlation, 2. the exact triggering mechanisms, 3. magnitude thresholds and triggering distances, dan 4. possibility of delayed triggering. Tolong diperhatikan butir no. 3; seberapa besar magnitude gempa baru bisa memicu mud volcano dan seberapa jauh mud volcano itu dari episentrum gempa adalah hal yang tidak diketahui. Juga butir no. 4 berhubungan dengan ulasan Minarwan di bawah tentang lag time 11 bulan letusan Pinatubo setelah gempa - itu dipertanyakan. Tentang pendapat/skenario Minarwan bahwa slab yang berhubungan dengan gempa menyebabkan reaktivasi volkanisme, saya tak sependapat. Gempa di slab (artinya gempa
Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Pak Nyoto, Banyak paper ditulis panjang, apalagi yang pembahasannya komprehensif, tulisan saya di milis pendek sekali; bagaimana kita mau menganalisisnya bila malas membaca paper tersebut. Masakan kesimpulan kita hanya didasarkan kepada obrolan saja atau satu dua paragraf di milis. Mungkin Pak Nyoto sudah punya sasmita bahwa tulisan-tulisan saya soal Lusi pasti tidak pro-pengeboran BJP-1 sebagai penyebabnya, maka ah buat apa dibaca juga he2... Justru kalau Pak Nyoto mau mendebat isi sebuah paper, paper itu harus dibaca dengan teliti dan mendebatnya berdasarkan tesis2 yang diajukannya. Saya menulis latar belakangnya dulu Pak, tak langsung menukik ke satu titik sebab anggota milis ini kan bervariasi sekali pengalaman dan keahliannya. Kesimpulannya pasti ada, tetapi mesti ditelusuri dari awal. Saat saya diminta membedah buku Atlantis tulisan Prof. Santos, saya dengan lelah membaca buku tebal ini sampai selesai, lelah karena saya sudah tahu ke mana saya akan dibawa Santos, tetapi saya harus meneliti jalannya. Dari situ saya bisa menyusun antitesis2 atas tesis-tesis geologi yang diajukan di bukunya. Ternyata begitu juga yang terjadi dengan Prof. Harry Truman, ahli arkeologi senior Indonesia. Pak Truman curhat kepada saya sebelum membahas buku itu kira2 begini, Saya lelah sekali membaca buku Santos ini, membosankan, pembahasannya berulang-ulang... Tetapi itu diselesaikannya sebab Pak Truman hendak meneliti tesis-tesis arkeologi yang diajukan Prof. Santos. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis: Dari: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 12:29 PM Pak Awang ini memang senengnya yang panjang2, semua emailnya pak Awang selalu panjng sekaleee yg kadang2 bikin kita jadi males membacanya ... soalnya utk nyari kesimpulannya nggak mudah. wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Panjang Pak ceritanya, nanti saya tuliskan tersendiri; itu kesimpulan saya terakhir soal penyebab Lusi berdasarkan analisis2 terakhir. Tidak semua bisa dicari di google he2.. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:30 AM hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system; kayaknya ada yg terlewat ketika aku belajar geologi dasar. Pak Awang ... Apa sih hukum geologi yg satu ini ? Saya coba gugling kok ndak ketemu. RDP Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI
Oky, Pertanyaan Oky dulu pernah ditanyakan rekan milis yang lain saat diskusi-diskusi tentang Lusi baru dimulai. Jawaban pendek saya, tanpa pengeboran BJP-1 kasus Lusi pun sangat mungkin terjadi, intensitasnya kita tidak tahu tetapi sebesar yang sekarang sangat mungkin. Jawaban saya itu tentu didasarkan kepada pemikiran bahwa BJP-1 tak punya kait-mengait dengan Lusi; kalau ada pun tak signifikan. Lalu ada pertanyaan menggoda lainnya, kok gempa Yogya tak bikin Lusi di tempat lain, atau Bledug Kuwu kok diam saja; lalu ada pertanyaan lainnya lagi yang lebih menggoda gempa-gempa lain yang lebih dahulu di sekitar Jawa Timur yang mungkin lebih besar megnitudenya darpadai gempa Yogya kok tak menyemburkan Lusi. Semua pertanyaan itu sudah seringkali saya jawab, silakan dicek di arsip milis IAGI saja. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Oky E oky...@yahoo.com menulis: Dari: Oky E oky...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 1:14 PM Pak bagus sekali ulasannya dan hukum geologi bernama perturbation of elisional venting system;... sangat menarik bila bisa dishare. Ada satu pertanyyaan dari saya pak, terlepas dari aktivitas pemboran yang sebagian berpendapat sebagai penyebab LUSI, apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ... --- On Wed, 3/3/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Wednesday, March 3, 2010, 5:07 AM Natan, Ah yang panas di milis hanya beberapa orang saja; diskusinya memang panas. Hm, masa kesimpulan harus dipaksakan agar tidak panas maka kesimpulannya begini saja. Ah itu kan bukan kredo seorang ilmuwan, tetapi sudah persis politician. Dan, paragraf kedua Natan di bawah itu adalah pemaksaan kehendak namanya, seperti demo-demo yang suka memaksakan kehendak, kalau keinginan kami tidak dipenuhi, kami akan mengerahkan lebih banyak lagi masa. Hati-hati, siapa nih yang jadinya mempolitisasi kasus ini ? Mari berdebat di koridor sains, perbedaan pendapat adalah lumrah dalam sains. Jangan ngambek, mengancam, dll. Jangan hanya bermain di permukaan, masuklah lebih dalam, jangan hanya bermain di waktu sekarang, masuklah juga ke masa lalu. Jangan hanya menukik ke satu titik, lihatlah arena sekelilingnya. Geologist terlatih untuk itu, dan tidak pernah diajarkan untuk ngambek atau mengancam bila pendapatnya tidak diterima. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com menulis: Dari: Nataniel Mangiwa nataniel.mang...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Uneg-uneg..LUSI Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 11:32 AM Kalau saja keputusan iagi kemarin, DPR RI, dan kepolisian dan BPMIGAS bahwa Lusi dikarenakan ada kesalahan dalam pengeboran..jelas banyak rekan yang tidak akan panas Pak Awang. Apa alasannya untuk panas kalau pendapat kita sudah dianut oleh Iagi, DPR, Lapindo, BPMIGAS, kepolisian, jaksa, dlsb?? 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Ada satu hal yang Minarwan tak libatkan dalam ulasan di bawah, yaitu komposisi magma antara Merapi dan Semeru. Propagasi energi gempa Yogya 27 Mei 2006 jelas akan lebih cepat sampai ke Merapi dibandingkan ke Semeru berdasarkan jaraknya. Tetapi saat getaran ini sampai ke dapur magma kedua gunungapi itu, terjadilah perbedaan respon karena perbedaan komposisi magma kedua gunungapi ini. Kedua gunungapi ini komposisinya berbeda, silakan cek katalog gunungapi (Kusumadinata, 1979). Lagipula, Merapi terkenal punya sumbat lava di lubang kepundannya hasil erupsi sebelumnya yang membuat ia tak segera merespon getaran gempa Yogya padahal jaraknya hanya 50 km; lalu respon itu baru muncul bersamaan dengan respon reaktivasi Semeru pada hari yang bersamaan meskipun Semeru jaraknya enam kali lebih jauh dari episentrum gempa. Silakan cek untuk lebih detailnya di publikasi Walter et al. (2007) : Volcanic activity influenced by tectonic earthquakes : static and dynamic stress triggering at Mt Merapi - Geophysical Research Letters 34, L05304. Menurut hemat saya, jangan hanya selesai di cluster analysis statistics yang hanya melihat jarak dan magnitude gempa dengan semua reaktivasi yang disebabkannya (mud volcano, magmatic volcano, liquefaction, dsb.). Lihatlah masalahnya satu demi satu secara individual. Bila kita hanya melihat statistik saja tanpa menelitinya lebih jauh, maka kita akan sulit mengerti mengapa kedua gunungapi yang jaraknya berbeda enam kali lipat terhadap episentrum gempa tersebut bisa merespon gempa itu pada saat yang bersamaan
Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system
Pak Nyoto, Adalah keinginan saya sejak lama menjadikan milis sebagai sarana belajar kita semua. Milis adalah sarana belajar yang sangat efektif, lebih daripada paper. Berapa banyak orang yang bisa mengikuti pertemuan2 ilmiah ? Berapa banyak orang yang bisa mengakses paper lengkap di jurnal-jurnal ilmiah ? Tidak banyak Pak. Jauh lebih banyak orang yang bisa mengakses milis. Maka sejak saya bergabung di milis IAGI tahun 1999 saya selalu berusaha menulis yang bisa menjadi informasi untuk teman-teman semua. Agar banyak informasinya maka saya menulis sedikit dengan gaya ilmiah dan diusahakan lebih lengkap, tetapi tetap dipopulerkan. Tulisan2 saya di milis tak bisa dibandingkan dengan tulisan2 saya untuk paper. Untuk milis saya biasanya menulis 1-5 halaman bila ditulis di kertas ukuran A4. Kalau untuk paper, karena belakangan ini saya menulis hal2 tentang geologi regional Indonesia (area pembahasannya pasti luas), maka biasanya saya menulis 30-40 halaman termasuk gambar-gambarnya. Menjawab pertanyaan Pak Nyoto, mengapa hanya Lusi di Watukosek yang meletus (kebetulan Lusi dekat BJP-1 jadi mencurigakan ya he2..) sementara di sepanjang Watukosek yang lain yang sama-sama elisional tidak meletus; jawabannya sederhana saja : yang dalam critical stage untuk meletus hanya di area Lusi saja, di bawah Lusi ada critical venting system (ingat area Lusi bukanlah area titik lokasi sumur BJP-1). Saat sistem ini terkena perturbasi (gangguan) berupa reaktivasi Sesar Watukosek, maka critical venting system ini mengalami overpressure release berupa semburan lumpur. Retakan-retakan besar (fractures) dan kecil (fissures) adalah mekanisme perturbasi itu. Retakan-retakan inilah yang menyebabkan hilang lumpur di BJP-1, menurunkan produksi fluida sumur Carat dan Tanggulangin dan menyedot air di sumur2 penduduk di kampung Pulungan, Gununganyar, Kalanganyar. Mengapa tak ada Lusi di sebelah timurlautnya di sepanjang Sesar Watukosek ? Overpressure release di situ sudah terjadi ratusan tahun sebelumnya dalam bentuk gununglumpur Pulungan, Gununganyar, Kalanganyar. Sebuah letusan gununglumpur bahkan sempat dicatat pengarang Serat Pararaton pada zaman Singasari. Tepat dugaan Pak Yoga, perturbation of elisional venting system bermain di seismotektonik, regional geology, mekanika fluida, overpressuring, plumbing system dan sejenisnya dengan data geologi, geokimia, geofisika, pengeboran. salam, Awang --- Pada Rab, 3/3/10, nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com menulis: Dari: nyoto - ke-el ssoena...@gmail.com Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] perturbation of elisional venting system Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 3 Maret, 2010, 1:32 PM Pak Awang tidak salah, memang betul, kalau paper mesti panjang, yg saya maksud tulisan di milis, kalau cara nulisnya sama kayak di paper ya bisa jadi membosankan yg akan membacanya. Jadi kalau nulis di milis itu memang sebaiknya jangan disamakan dengan nulis di paper, dan yg lebih penting lagi, kesimpulan nya jangan dari awal sampai akhir tulisan itu, soalnya bisa mengaburkan yg membacanya. Menyambung pertanyaan pak Oky : *apakah mungkin tanpa pemboran yang dilakukan bencana LUSI tersebut tetap ada, atau bahkan lebih dahsyat lagi??? ...* ** Kalau jawabannya ya (mungkin), berarti terbukti bahwa LUSI dipicu oleh gempa, dan LUSI akan lahir atau terjadi di-mana2 atau paling tidak dibeberapa tempat yg mempunyai posisi geologi sama dengan LUSI, misalnya disepanjang sesar watu kosek atau di sepanjang jalur yg sejajar ataupun searah dengan LUSI terhadap pusat gempa Yogya. Sedang kenyataannya apa yg telah terjadi ? Apakah kita juga menjumpai LUSI2 lain di tempat2 lain ? apakah kita yakin kalau tidak ada pemboran sumur BP-1 LUSI pun akan lahir pada *saat itu juga disitu* ? utk itu tanyalah kepada rumput yg bergoyang wass, nyoto 2010/3/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Pak Nyoto, Banyak paper ditulis panjang, apalagi yang pembahasannya komprehensif, tulisan saya di milis pendek sekali; bagaimana kita mau menganalisisnya bila malas membaca paper tersebut. Masakan kesimpulan kita hanya didasarkan kepada obrolan saja atau satu dua paragraf di milis. Mungkin Pak Nyoto sudah punya sasmita bahwa tulisan-tulisan saya soal Lusi pasti tidak pro-pengeboran BJP-1 sebagai penyebabnya, maka ah buat apa dibaca juga he2... Justru kalau Pak Nyoto mau mendebat isi sebuah paper, paper itu harus dibaca dengan teliti dan mendebatnya berdasarkan tesis2 yang diajukannya. Saya menulis latar belakangnya dulu Pak, tak langsung menukik ke satu titik sebab anggota milis ini kan bervariasi sekali pengalaman dan keahliannya. Kesimpulannya pasti ada, tetapi mesti ditelusuri dari awal. Saat saya diminta membedah buku Atlantis tulisan Prof. Santos, saya dengan lelah membaca buku tebal ini sampai selesai, lelah karena saya sudah tahu ke
[iagi-net-l] Bls: [Forum-HAGI] Fwd: [JBP] Fwd: [Tsunami Message - IOC] Widespread Warning - Initial
Gelombang tsunami akibat gempa Chile ini akan memasuki wilayah Indonesia di utara Papua pada hari Minggu besok 28 Februari 2010 menjelang pukul 12.00 WIT (Waktu Indonesia Timur), melintasi Jayapura pada pukul 12:02 WIT, berhadapan dengan Pulau Biak pada 12:46 WIT, dan berhadapan secara frontal dengan Manokwari pada pukul 13:05 WIT, lalu melewati Sorong pada pukul 13:33 WIT, kemudian berhadapan dengan Pulau Halmahera pada pukul 14:05 WIT. Paling tidak mesti diberitahukan kepada para penduduk pantai utara Papua dari Jayapura-Sarmi-Biak-Manokwari-Sorong-Waigeo-Halmahera agar hari Minggu besok 28 Februari 2010 antara pukul 11.00 - 15.00 WIT tidak melaut di dekat pantai, dan untuk antisipasi, lebih baik lagi bila mereka meninggalkan rumah, khususnya yang berlokasi di dekat pantai, untuk sementara pergi ke tempat yang lebih tinggi. Saran meninggalkan rumah ini terutama untuk penduduk di pantai Biak, Manokwari dan Halmahera yang datangnya gelombang tsunami akan frontal terhadap wilayah ini. Perhitungan di atas didasarkan atas peta tsunami gempa Chile 27 Februari 2010 yang dikeluarkan oleh NOAA/NWS/West Coast and Alaska Tsunami Warning Center. Bila ada rekan-rekan yang bisa berhubungan dengan teman di Jayapura, Biak, Manokwari, Sorong dan Halmahera, tidak ada salahnya memberitahukan mereka agar awas. Masih ada waktu untuk bersiap2. salam, Awang --- Pada Sab, 27/2/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: [Forum-HAGI] Fwd: [JBP] Fwd: [Tsunami Message - IOC] Widespread Warning - Initial Kepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id Tanggal: Sabtu, 27 Februari, 2010, 6:47 PM Tsunami warning -- Forwarded message -- From: JBP jabarped...@gmail.com Date: Sat, 27 Feb 2010 18:05:33 +0700 Subject: [JBP] Fwd: [Tsunami Message - IOC] Widespread Warning - Initial To: jabarped...@googlegroups.com Mohon waspada bagi yang bertempat tinggal di kawasan ini, untuk Indonesia: Jayapura, Warsa, Manokwari, Sorong, Berebere, Patani, Geme. Waktu tertera adalah UTC/GMT, untuk WIB ditambahkan 7, dan WIT +9. Silahkan diteruskan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Original Message Subject: [Tsunami Message - IOC] Widespread Warning - Initial Date: Sat, 27 Feb 2010 10:45:51 GMT TSUNAMI BULLETIN NUMBER 005 PACIFIC TSUNAMI WARNING CENTER/NOAA/NWS ISSUED AT 1045Z 27 FEB 2010 THIS BULLETIN APPLIES TO AREAS WITHIN AND BORDERING THE PACIFIC OCEAN AND ADJACENT SEAS...EXCEPT ALASKA...BRITISH COLUMBIA... WASHINGTON...OREGON AND CALIFORNIA. ... A WIDESPREAD TSUNAMI WARNING IS IN EFFECT ... A TSUNAMI WARNING IS IN EFFECT FOR CHILE / PERU / ECUADOR / COLOMBIA / ANTARCTICA / PANAMA / COSTA RICA / NICARAGUA / PITCAIRN / HONDURAS / EL SALVADOR / GUATEMALA / FR. POLYNESIA / MEXICO / COOK ISLANDS / KIRIBATI / KERMADEC IS / NIUE / NEW ZEALAND / TONGA / AMERICAN SAMOA / SAMOA / JARVIS IS. / WALLIS-FUTUNA / TOKELAU / FIJI / AUSTRALIA / HAWAII / PALMYRA IS. / TUVALU / VANUATU / HOWLAND-BAKER / NEW CALEDONIA / JOHNSTON IS. / SOLOMON IS. / NAURU / MARSHALL IS. / MIDWAY IS. / KOSRAE / PAPUA NEW GUINEA / POHNPEI / WAKE IS. / CHUUK / RUSSIA / MARCUS IS. / INDONESIA / N. MARIANAS / GUAM / YAP / BELAU / JAPAN / PHILIPPINES / CHINESE TAIPEI THIS BULLETIN IS ISSUED AS ADVICE TO GOVERNMENT AGENCIES. ONLY NATIONAL AND LOCAL GOVERNMENT AGENCIES HAVE THE AUTHORITY TO MAKE DECISIONS REGARDING THE OFFICIAL STATE OF ALERT IN THEIR AREA AND ANY ACTIONS TO BE TAKEN IN RESPONSE. AN EARTHQUAKE HAS OCCURRED WITH THESE PRELIMINARY PARAMETERS ORIGIN TIME - 0634Z 27 FEB 2010 COORDINATES - 36.1 SOUTH 72.6 WEST DEPTH - 55 KM LOCATION - NEAR COAST OF CENTRAL CHILE MAGNITUDE - 8.8 MEASUREMENTS OR REPORTS OF TSUNAMI WAVE ACTIVITY GAUGE LOCATION LAT LON TIME AMPL PER --- - -- - --- - IQUIQUE CL 20.2S 70.1W 0906Z 0.27M / 0.9FT 72MIN ANTOFAGASTA CL 23.2S 70.4W 0941Z 0.49M / 1.6FT 52MIN ARICA CL 18.5S 70.3W 1007Z 0.94M / 3.1FT 44MIN DART LIMA 32412 18.0S 86.4W 0941Z 0.24M / 0.8FT 36MIN CALDERA CL 27.1S 70.8W 0843Z 0.45M / 1.5FT 20MIN TALCAHUANO CL 36.7S 73.4W 0653Z 2.34M / 7.7FT 88MIN COQUIMBO CL 30.0S 71.3W 0852Z 1.32M / 4.3FT 30MIN CORRAL CL 39.9S 73.4W 0739Z 0.90M / 2.9FT 16MIN SAN FELIX CL 26.3S 80.1W 0815Z 0.53M / 1.7FT 08MIN VALPARAISO CL 33.0S 71.6W 0708Z 1.29M / 4.2FT 20MIN LAT - LATITUDE (N-NORTH, S-SOUTH) LON - LONGITUDE (E-EAST, W-WEST) TIME - TIME OF THE MEASUREMENT (Z IS UTC IS GREENWICH TIME) AMPL - TSUNAMI AMPLITUDE MEASURED RELATIVE TO NORMAL SEA LEVEL. IT IS ...NOT... CREST-TO-TROUGH WAVE HEIGHT. VALUES ARE GIVEN IN BOTH METERS(M) AND FEET(FT). PER - PERIOD OF TIME IN MINUTES(MIN) FROM ONE
[iagi-net-l] Gempa Chile 8.8 Mw 27 Februari 2010
Sebuah gempa besar (moment magnitude 8,8 Mw) terjadi di pantai Chile (lokasi episentrum : 35.846°S, 72.719°W), Amerika Selatan hari Sabtu 27 Februari 2010 saat penduduk Chile tidur lelap pukul 03:34:14 waktu setempat (13:34:14 WIB). Gempa berpusat dari kedalaman 35 km yang berdasarkan moment tensor solution berupa pematahan batuan sesar anjak (thrust) dengan jurus 11 deg NE dan kemiringan 25 deg. Secara tektonik, gempa berlokasi sekitar 250 km di sebelah timur jalur subduksi lempeng samudera Nazca yang menunjam di bawah lempeng benua Amerika Selatan. Arah pematahan gempa lebih kurang sejajar dengan jalur subduksi ini, sehingga konvergensi antara Nazca dan Amerika Selatan dengan kecepatan 8 cm/tahun ini dapat dipertimbangkan sebagai penyebab pematahan batuan yang mengakibatkan gempa. Kedalaman gempa pada 35 km menunjukkan bahwa pusat gempa berasal dari bidang kontak (interface) antara lempeng Amerika Selatan dan lempeng Nazca yang miring masuk ke bawah Amerika Selatan. Dalam kegempaan,Chile memegang magnitude gempa terbesar di dunia, yaitu sebesar 9,5 magnitude yang terjadi pada tahun 1960 dan berlokasi 230 km di sebelah selatan gempa 27 Februari 2010 ini. Gempa 9,5 M tersebut telah menewaskan sebanyak 1655 penduduk Chile bagian selatan. Pada saat itu juga terjadi tsunami yang menjalar ke seluruh cekungan Samudera Pasifik dan telah menewaskan 61 orang di Hawaii, Filipina dan Jepang. Gempa Chile 8,8 Mw 27 Februari 2010 pun telah menyebabkan tsunami sebab semua syarat tsunami-genic earthquake telah dipenuhinya. Beberapa pengukuran awal menunjukkan bahwa tsunami telah terjadi dengan ketinggian tsunami (run up) sementara 0,6- 2,6 meter. NOAA dan West Pacific Tsunami Center telah memperhitungkan bahwa gempa ini akan menyebabkan tsunami ke seluruh tepi Cekungan Pasifik, termasuk Indonesia. Kawasan Jayapura, Biak, Manokwari, Sorong, Halmahera akan dilalui tsunami ini pada hari Minggu besok 28 Februari 2010 antara pukul 12:03 - 14:05 WIT (Waktu Indonesia Timur). Belajar bahwa gempa Chile 9,5 M pada 1960 pun telah merenggut 61 penduduk Hawaii, Filipina dan Jepang akibat tsunami yang dibangkitkannya; maka sebaiknya penduduk kita di utara Papua sampai Halmahera pun mesti waspada. Korban tewas di Chile akibat gempa ini belum diketahui pasti; semoga tidak terlalu banyak. salam, Awang Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com
Re: [iagi-net-l] TSUNAMI WARNING Akibat Gempa M8.8 Chile 27 Feb 2010.
Beberapa menit yang lalu, tsunami telah sampai pulau paling timur di Jepang, memang ketinggiannya masih rendah, hanya beberapa inci, tetapi diperhitungkan tsunami akan semakin meninggi mendekati pulau-pulau utama Jepang sebab dasar laut mendangkal; diperkirakan akan sampai tiga meter tingginya. Dari kemarin, Jepang telah melakukan persiapan, mengosongkan wilayah-wilayah yang diperkirakan akan digenangi, mengunci mati dan mematok semua kapal-kapal boat, dan mengevakuasi 70.000 warganya. Bila Jepang telah dilanda tsunami, tentu Papua dan Halmahera pun sudah dilaluinya; terasa atau tidak akan ditentukan oleh orientasi garis pantai, morfologi pantai, dan batimetri sekitar pantai. Tidak ada salahnya mengevakuasi warga sebab tsunami sudah nyata-nyata telah dan akan terjadi. Paling tidak membuat mereka tidak melaut dulu atau mengosongkan rumah beberapa jam saat tsunami lewat. Seperti kata Pak Rovicky, ini bisa dipakai sebagai tsunami drill sebab wilayah utara Papua dan Halmahera bisa menjadi tempat tsunami kiriman dari wilayah ring of fire. salam, Awang --- Pada Ming, 28/2/10, Wahyudi Adhiutomo wahyudi.adhiut...@gmail.com menulis: Dari: Wahyudi Adhiutomo wahyudi.adhiut...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] TSUNAMI WARNING Akibat Gempa M8.8 Chile 27 Feb 2010. Kepada: Mailing List IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 28 Februari, 2010, 11:55 AM Setuju, pakdhe. Saya heran juga kok sepertinya menjadi kebanggaan BMKG untuk membantah informasi yang didapat dari sumber luar. Kenapa informasi seperti Tsunami Warning itu tidak dianggap sebagai bagian dari apa yg namanya Mitigasi Bencana? Tapi entahlah... Bisa juga karena sebagian besar (common) rakyat Indonesia menganggap itu sebagai info yg meresahkan, maklum suka memotong-motong pernyataan yg penting bombastis, sehingga BMKG segera menenangkan dengan mengeluarkan pernyataan yg menenangkan juga. Semoga pernyataan itu benar2x keyakinan BMKG dan bukan sekedar pernyataan yg menenangkan. Salam, WA Ku tunggu kedatanganmu walaupun tak pasti, tsunami -- No BlackBerry™ While Driving. Please use your BlackBerry™ in appropriate situations and places. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Date: Sun, 28 Feb 2010 11:31:26 To: Forum HAGIfo...@hagi.or.id; IAGIiagi-net@iagi.or.id; geologi...@googlegroups.com Subject: [iagi-net-l] TSUNAMI WARNING Akibat Gempa M8.8 Chile 27 Feb 2010. Saya sangat menyayangkan pernyataan BMKG bahwa tsunami tidak akan sampai ke Indonesia disampaikan terlalu dini .. http://www.detiknews.com/read/2010/02/28/093831/1307783/10/bmkg-tsunami-tak-sampai-ke-indonesia Ini sebenernya dapat dipakai sepakai real global tsunami drill latihan menghadapi tsunami secara global. Bagaimana persiapan, bagaimana penyebaran informasi, dan juga bagaimana perhatian pemerintah, penolong badan-badan dunia dsb Kalau toh memang tidak terjadi hal ini perlu dipakai sebagai bahan evaluasi nantinya bila benar-benar terjadi. Jepang bahkan secara serius mengungsikan 50 ribu warganya. http://www.detiknews.com/read/2010/02/28/105728/1307798/10/jepang-evakuasi-50-ribu-warganya http://www.detiknews.com/read/2010/02/28/082608/1307761/10/jepang-juga-keluarkan-peringatan-tsunami-besar Semoga tsunami ini memang benar-benar tidak merusak Salam waspada RDP http://rovicky.wordpress.com/2010/02/28/tsunami-warning-akibat-gempa-m8-8-chile-27-feb-2010/ http://rovicky.wordpress.com/2010/02/28/ditengah-samodera-tsunami-itu-secepat-pesawat-jet/ Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
[iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi
Di gedung auditorium Museum Indonesia TMII, Jakarta, sebuah gedung yang asri dengan batu dan tiang-tiang berukir nan megah, seminar Atlantis digelar PT Ufuk Publishing House pada Sabtu 20 Februari 2010 tadi pagi-siang pukul 09.30-13.30. Seminar dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai kalangan yang meminati isu Atlantis. Jadwal selesai mundur 1 ½ jam oleh serunya diskusi. Sejak buku terjemahannya diterbitkan PT Ufuk akhir tahun lalu, buku tulisan Prof. Arysio Santos (ahli fisika nuklir Brazil) laku keras di pasaran. Buku kontroversial yang mengatakan bahwa benua Atlantis yang hilang itu ternyata Indonesia tentu menimbulkan minat tersendiri bagi orang Indonesia. Berdasarkan hal itulah maka PT Ufuk serius menggelar seminar ini mengundang para narasumber yang berkaitan dengan bidang bahasan buku Atlantis. Menganggap bahwa isu yang dilempar Prof. Santos ini penting untuk harga diri bangsa (sebab Atlantis terkenal berkebudayaan tinggi) dan penting bagi ilmu pengetahuan Indonesia, maka PT Ufuk mengundang Prof. Dr Jimly Assidiqie (mantan ketua MK, dan anggota Watimpres) untuk memberikan pidato kunci. Sebelumnya, seminar dibuka oleh Prof. Dr. Umar Anggara Jenie (Ketua LIPI) yang memberikan pengantar tentang aspek ilmu pengetahuan isu Atlantis ini. Prof. Umar Jenie bersikap netral dalam isu ini sebab beliau mengakui tak mempunyai kapasitas untuk menilai pendapat Prof. Santos (Pak Umar adalah seorang ahli farmasi). Tetapi Pak Umar mengutip Arthur Clarke bahwa kebenaran itu tak harus selalu berdasarkan kebenaran pada saat kini, bisa juga didasarkan atas imajinasi yang saat ini belum terbukti tetapi kelak mungkin saja terbukti. Dan bila sebuah seminar internasional tentang Atlantis diperlukan diadakan, LIPI akan mendukungnya. Buku Prof. Santos baik, dalam hal bisa merangsang perdebatan sebab perdebatan merupakan jalannya ilmu pengetahuan. Prof. Jimly, sebagai seorang ahli hukum juga tak bisa menilai pendapat Prof. Santos ini, tetapi Pak Jimly mengatakan bahwa bila isu ini benar, maka buku Atlantis ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia, paling tidak bisa membangun kembali harga dirinya di dunia internasional. Sebelum buku Atlantis ini, ada buku kontroversial lain yang ditulis Stephen Oppenheimer ahli genetika dari Inggris berjudul “Eden in the East” yaitu Sundaland sebagai tempat awal peradaban manusia modern. Dua buku ini penting bagi identitas bangsa Indonesia, begitu menurut Prof. Jimly. Pembahasan teknis detail pendapat Prof. Santos dilakukan melalui disiplin ilmu arkeologi (oleh Prof.Dr. Harry Truman Simanjuntak) dan geologi (oleh saya). Setelah Prof. Truman dan saya presentasi, Radhar Panca Dahana melanjutkan acara dengan berbicara tentang aspek budaya Indonesia masa lalu. Presentasi Prof. Truman (Centre for Prehistoric and Austronesian Studies, mantan Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia) berjudul “Atlantis –Indonesia ?”. Sebagai seorang ilmuwan senior, Prof. Truman mengemukakan pertama kali bagaimana sebuah karya ilmiah itu dibangun, bagaimana analisis sumber data itu dilakukan, bagaimana kondisi datanya. Bila premis dibangun atas data yang tak sahih (valid), maka premis salah, hipotesis salah, kesimpulan pun salah. Itulah yang terjadi dengan buku Prof. Santos. Tak ada analisis data dilakukan. Prof. Santos hanya menyambungkan fakta atau fiksi di sana-sini menjadi suatu rangkaian cerita. Uji sumber data tak dilakukan, kesimpulan didasarkan bukan atas data dan analisis yang valid. Banyak kerancuan dikemukakan dengan pembahasan yang tidak sistematis. Selanjutnya, Prof. Truman membahas kebudayaan tinggi Indonesia 11.600 tahun yang lalu versi Prof.Santos (saat penenggelaman Atlantis Indonesia terjadi) dikontraskan dengan penemuan-penemuan artefak di Indonesia yang berangka tahun sekitar 11.600 tahun. Pada masa ini, manusia Indonesia berada pada MMA (manusia modern awal) pada tingkat kebudayaan latest paleolithic dan preneolithic. Kebudayaan pada masa ini berdasarkan penemuan2 arkeologi dicirikan oleh berburu, meramu, hunian gua dan teknologi lithik (batu). Dengan terjadinya deglasiasi pada masa ini, manusia makin banyak tinggal di dalam gua dan mengembangkan kebudayaan gua termasuk rock art, perkembangan konsepsi kepercayaan. Dengan kata lain, tak ada tingkat kebudayaan yang maju seperti yang diceritakan Plato di dalam cerita Atlantis. Karena tak ada bukti arkeologi sama sekali bahwa Indonesia telah berkebudayaan maju sebelum 11.600 tahun yang lalu, maka Prof. Truman dengan tegas menolak pendapat Prof. Santos. Tentang bantahan geologi atas pendapat-pendapat Prof. Santos telah saya kemukakan di dalam diskusi-diskusi di milis dari beberapa tahun yang lalu sejak Prof. Santos mengeluarkan pendapatnya itu pada tahun 2005. Saya mempresentasikan materi berjudul “Benua Atlantis yang Hilang itu Indonesia ? : Antitesis-Antitesis Geologi”. Pada intinya, Prof. Santos menyamakan penenggelaman Sundaland sebagai penenggelaman Atlantis. Hanya,
Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi
Iya Pak Rovicky, itu pertanyaan terbesar tentang Atlantis. Sebenarnya seputar Atlantis itu ada dua pertanyaan : (1) apakah Atlantis itu fakta (ada) atau fiksi (sekadar khayalan Plato), (2) bila ada di mana lokasinya (sudah 30 lokasi diajukan : 13 di Laut Tengah, 13 di Lautan Atlantik, 4 di luar keduanya termasuk di Indonesia). Seminar di TMII tersebut tak membahas pertanyaan utama, tetapi menganalisis pendapat Prof. Santos sebab pemicu seminar ini adalah bukunya itu. Sebuah seminar yang lengkap tentang Atlantis tentu harus mencakup pertanyaan utama itu : adakah Atlantis itu ? salam, Awang --- Pada Sab, 20/2/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Sabtu, 20 Februari, 2010, 10:51 PM Menarik sekali Pak Awang, Cuman kok kayaknya soal Atlantis ini njujug dengan kesimpulan Atlantis itu ada. Trus sekarang mencari dimana Atlantis itu?. Padahal ada atau fakta dalam sains itu semestinya dicari buktinya dulu baru diyakini keberadaannya. Berbeda dengan keyakinan agama, dimana tanpa bukti (evidences) sudah diyakini kebenarannya. Jadi sepertinya pembuktian dimana Atlantis seolah-olah bukan sains. Wong evidences keberadaanya masih hipotesa. Yang saya ragu .. bolehkan keberadaan Atlantis ini disebut sebagai hipotesa sains walaupun tanpa indikasi awal dari pengamatan ? *[image: Sumber Wiki]http://rovicky.files.wordpress.com/2009/11/benua-benua.jpg * http://rovicky.wordpress.com/2009/11/27/benua-geologi-benua-sejarah-benua-khayalan/ RDP 2010/2/20 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com: Di gedung auditorium Museum Indonesia TMII, Jakarta, sebuah gedung yang asri dengan batu dan tiang-tiang berukir nan megah, seminar Atlantis digelar PT Ufuk Publishing House pada Sabtu 20 Februari 2010 tadi pagi-siang pukul 09.30-13.30. Seminar dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai kalangan yang meminati isu Atlantis. Jadwal selesai mundur 1 ½ jam oleh serunya diskusi. Sejak buku terjemahannya diterbitkan PT Ufuk akhir tahun lalu, buku tulisan Prof. Arysio Santos (ahli fisika nuklir Brazil) laku keras di pasaran. Buku kontroversial yang mengatakan bahwa benua Atlantis yang hilang itu ternyata Indonesia tentu menimbulkan minat tersendiri bagi orang Indonesia. Berdasarkan hal itulah maka PT Ufuk serius menggelar seminar ini mengundang para narasumber yang berkaitan dengan bidang bahasan buku Atlantis. Menganggap bahwa isu yang dilempar Prof. Santos ini penting untuk harga diri bangsa (sebab Atlantis terkenal berkebudayaan tinggi) dan penting bagi ilmu pengetahuan Indonesia, maka PT Ufuk mengundang Prof. Dr Jimly Assidiqie (mantan ketua MK, dan anggota Watimpres) untuk memberikan pidato kunci. Sebelumnya, seminar dibuka oleh Prof. Dr. Umar Anggara Jenie (Ketua LIPI) yang memberikan pengantar tentang aspek ilmu pengetahuan isu Atlantis ini. Prof. Umar Jenie bersikap netral dalam isu ini sebab beliau mengakui tak mempunyai kapasitas untuk menilai pendapat Prof. Santos (Pak Umar adalah seorang ahli farmasi). Tetapi Pak Umar mengutip Arthur Clarke bahwa kebenaran itu tak harus selalu berdasarkan kebenaran pada saat kini, bisa juga didasarkan atas imajinasi yang saat ini belum terbukti tetapi kelak mungkin saja terbukti. Dan bila sebuah seminar internasional tentang Atlantis diperlukan diadakan, LIPI akan mendukungnya. Buku Prof. Santos baik, dalam hal bisa merangsang perdebatan sebab perdebatan merupakan jalannya ilmu pengetahuan. Prof. Jimly, sebagai seorang ahli hukum juga tak bisa menilai pendapat Prof. Santos ini, tetapi Pak Jimly mengatakan bahwa bila isu ini benar, maka buku Atlantis ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia, paling tidak bisa membangun kembali harga dirinya di dunia internasional. Sebelum buku Atlantis ini, ada buku kontroversial lain yang ditulis Stephen Oppenheimer ahli genetika dari Inggris berjudul “Eden in the East” yaitu Sundaland sebagai tempat awal peradaban manusia modern. Dua buku ini penting bagi identitas bangsa Indonesia, begitu menurut Prof. Jimly. Pembahasan teknis detail pendapat Prof. Santos dilakukan melalui disiplin ilmu arkeologi (oleh Prof.Dr. Harry Truman Simanjuntak) dan geologi (oleh saya). Setelah Prof. Truman dan saya presentasi, Radhar Panca Dahana melanjutkan acara dengan berbicara tentang aspek budaya Indonesia masa lalu. Presentasi Prof. Truman (Centre for Prehistoric and Austronesian Studies, mantan Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia) berjudul “Atlantis –Indonesia ?”. Sebagai seorang ilmuwan senior, Prof. Truman mengemukakan pertama kali bagaimana sebuah karya ilmiah itu dibangun, bagaimana analisis sumber data itu dilakukan, bagaimana kondisi datanya. Bila premis dibangun atas data yang tak sahih (valid), maka premis salah, hipotesis salah, kesimpulan
Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi
Pak Harry, Menurut sumber utama cerita Atlantis, yaitu Timaeus dan Critias (Plato, 360 BC), kata Atlantis berasal dari Atlas, seorang tokoh dalam kisah mitologi Yunani; ditulis sebagai : Ἀτλαντὶς νῆσος, island of Atlas. Sedangkan Lautan Atlantik disebut mengikuti cerita Plato juga. Plato di dalam Timaeus dan Critias itu menceritakan bahwa benua Atlantis sebesar Lybia dan Asia (Kecil) yang terletak di belakang Pilar Hercules. Pilar Hercules menurut banyak peneliti dianggap sebagai Selat Gibraltar sekarang yang membatasi Pegunungan Atlas di ujung utara Afrika dan bagian Spanyol paling selatan. Satu-satunya tempat benua Atlantisseluas Lybia dan Asia Kecil adalah di lautan lepas di sebelah barat Selat Gibraltar, maka lautan lepas itu disebut sebagai Lautan Atlantik karena dianggap menjadi tempat benua Atlantis. salam, Awang --- Pada Ming, 21/2/10, Harry Kusna harryku...@yahoo.com menulis: Dari: Harry Kusna harryku...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 21 Februari, 2010, 12:38 AM Hanya pertanyaan awam Pak Awang Atlantis itu tidak ada hubungannya dengan Atlantic yang terletak antara benua Eropa dan Amerika? Bagaimana asal mula penamaan atlantis itu? Apakah penamaan tsb dahulu ada hubungan dengan dugaan letaknya, yang mungkin tenggelam di samudra Atlantik? Terimakasih. Wassalam, HK From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Sent: Sat, February 20, 2010 10:51:56 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi Menarik sekali Pak Awang, Cuman kok kayaknya soal Atlantis ini njujug dengan kesimpulan Atlantis itu ada. Trus sekarang mencari dimana Atlantis itu?. Padahal ada atau fakta dalam sains itu semestinya dicari buktinya dulu baru diyakini keberadaannya. Berbeda dengan keyakinan agama, dimana tanpa bukti (evidences) sudah diyakini kebenarannya. Jadi sepertinya pembuktian dimana Atlantis seolah-olah bukan sains. Wong evidences keberadaanya masih hipotesa. Yang saya ragu .. bolehkan keberadaan Atlantis ini disebut sebagai hipotesa sains walaupun tanpa indikasi awal dari pengamatan ? *[image: Sumber Wiki]http://rovicky.files.wordpress.com/2009/11/benua-benua.jpg * http://rovicky.wordpress.com/2009/11/27/benua-geologi-benua-sejarah-benua-khayalan/ RDP 2010/2/20 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com: Di gedung auditorium Museum Indonesia TMII, Jakarta, sebuah gedung yang asri dengan batu dan tiang-tiang berukir nan megah, seminar Atlantis digelar PT Ufuk Publishing House pada Sabtu 20 Februari 2010 tadi pagi-siang pukul 09.30-13.30. Seminar dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai kalangan yang meminati isu Atlantis. Jadwal selesai mundur 1 ½ jam oleh serunya diskusi. Sejak buku terjemahannya diterbitkan PT Ufuk akhir tahun lalu, buku tulisan Prof. Arysio Santos (ahli fisika nuklir Brazil) laku keras di pasaran. Buku kontroversial yang mengatakan bahwa benua Atlantis yang hilang itu ternyata Indonesia tentu menimbulkan minat tersendiri bagi orang Indonesia. Berdasarkan hal itulah maka PT Ufuk serius menggelar seminar ini mengundang para narasumber yang berkaitan dengan bidang bahasan buku Atlantis. Menganggap bahwa isu yang dilempar Prof. Santos ini penting untuk harga diri bangsa (sebab Atlantis terkenal berkebudayaan tinggi) dan penting bagi ilmu pengetahuan Indonesia, maka PT Ufuk mengundang Prof. Dr Jimly Assidiqie (mantan ketua MK, dan anggota Watimpres) untuk memberikan pidato kunci. Sebelumnya, seminar dibuka oleh Prof. Dr. Umar Anggara Jenie (Ketua LIPI) yang memberikan pengantar tentang aspek ilmu pengetahuan isu Atlantis ini. Prof. Umar Jenie bersikap netral dalam isu ini sebab beliau mengakui tak mempunyai kapasitas untuk menilai pendapat Prof. Santos (Pak Umar adalah seorang ahli farmasi). Tetapi Pak Umar mengutip Arthur Clarke bahwa kebenaran itu tak harus selalu berdasarkan kebenaran pada saat kini, bisa juga didasarkan atas imajinasi yang saat ini belum terbukti tetapi kelak mungkin saja terbukti. Dan bila sebuah seminar internasional tentang Atlantis diperlukan diadakan, LIPI akan mendukungnya. Buku Prof. Santos baik, dalam hal bisa merangsang perdebatan sebab perdebatan merupakan jalannya ilmu pengetahuan. Prof. Jimly, sebagai seorang ahli hukum juga tak bisa menilai pendapat Prof. Santos ini, tetapi Pak Jimly mengatakan bahwa bila isu ini benar, maka buku Atlantis ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia, paling tidak bisa membangun kembali harga dirinya di dunia internasional. Sebelum buku Atlantis ini, ada buku kontroversial lain yang ditulis Stephen Oppenheimer ahli genetika dari Inggris berjudul “Eden in the East” yaitu Sundaland sebagai tempat awal peradaban manusia modern. Dua buku ini penting bagi identitas bangsa
Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi
Pak Harry, Menurut sumber utama cerita Atlantis, yaitu Timaeus dan Critias (Plato, 360 BC), kata Atlantis berasal dari Atlas, seorang tokoh dalam kisah mitologi Yunani; ditulis sebagai : Ἀτλαντὶς νῆσος, island of Atlas. Sedangkan Lautan Atlantik disebut mengikuti cerita Plato juga. Plato di dalam Timaeus dan Critias itu menceritakan bahwa benua Atlantis sebesar Lybia dan Asia (Kecil) yang terletak di belakang Pilar Hercules. Pilar Hercules menurut banyak peneliti dianggap sebagai Selat Gibraltar sekarang yang membatasi Pegunungan Atlas di ujung utara Afrika dan bagian Spanyol paling selatan. Satu-satunya tempat benua Atlantisseluas Lybia dan Asia Kecil adalah di lautan lepas di sebelah barat Selat Gibraltar, maka lautan lepas itu disebut sebagai Lautan Atlantik karena dianggap menjadi tempat benua Atlantis. salam, Awang --- Pada Ming, 21/2/10, Harry Kusna harryku...@yahoo.com menulis: Dari: Harry Kusna harryku...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Minggu, 21 Februari, 2010, 12:38 AM Hanya pertanyaan awam Pak Awang Atlantis itu tidak ada hubungannya dengan Atlantic yang terletak antara benua Eropa dan Amerika? Bagaimana asal mula penamaan atlantis itu? Apakah penamaan tsb dahulu ada hubungan dengan dugaan letaknya, yang mungkin tenggelam di samudra Atlantik? Terimakasih. Wassalam, HK From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Sent: Sat, February 20, 2010 10:51:56 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Atlantis Itu Indonesia ? : Bantahan Arkeologi dan Geologi Menarik sekali Pak Awang, Cuman kok kayaknya soal Atlantis ini njujug dengan kesimpulan Atlantis itu ada. Trus sekarang mencari dimana Atlantis itu?. Padahal ada atau fakta dalam sains itu semestinya dicari buktinya dulu baru diyakini keberadaannya. Berbeda dengan keyakinan agama, dimana tanpa bukti (evidences) sudah diyakini kebenarannya. Jadi sepertinya pembuktian dimana Atlantis seolah-olah bukan sains. Wong evidences keberadaanya masih hipotesa. Yang saya ragu .. bolehkan keberadaan Atlantis ini disebut sebagai hipotesa sains walaupun tanpa indikasi awal dari pengamatan ? *[image: Sumber Wiki]http://rovicky.files.wordpress.com/2009/11/benua-benua.jpg * http://rovicky.wordpress.com/2009/11/27/benua-geologi-benua-sejarah-benua-khayalan/ RDP 2010/2/20 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com: Di gedung auditorium Museum Indonesia TMII, Jakarta, sebuah gedung yang asri dengan batu dan tiang-tiang berukir nan megah, seminar Atlantis digelar PT Ufuk Publishing House pada Sabtu 20 Februari 2010 tadi pagi-siang pukul 09.30-13.30. Seminar dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai kalangan yang meminati isu Atlantis. Jadwal selesai mundur 1 ½ jam oleh serunya diskusi. Sejak buku terjemahannya diterbitkan PT Ufuk akhir tahun lalu, buku tulisan Prof. Arysio Santos (ahli fisika nuklir Brazil) laku keras di pasaran. Buku kontroversial yang mengatakan bahwa benua Atlantis yang hilang itu ternyata Indonesia tentu menimbulkan minat tersendiri bagi orang Indonesia. Berdasarkan hal itulah maka PT Ufuk serius menggelar seminar ini mengundang para narasumber yang berkaitan dengan bidang bahasan buku Atlantis. Menganggap bahwa isu yang dilempar Prof. Santos ini penting untuk harga diri bangsa (sebab Atlantis terkenal berkebudayaan tinggi) dan penting bagi ilmu pengetahuan Indonesia, maka PT Ufuk mengundang Prof. Dr Jimly Assidiqie (mantan ketua MK, dan anggota Watimpres) untuk memberikan pidato kunci. Sebelumnya, seminar dibuka oleh Prof. Dr. Umar Anggara Jenie (Ketua LIPI) yang memberikan pengantar tentang aspek ilmu pengetahuan isu Atlantis ini. Prof. Umar Jenie bersikap netral dalam isu ini sebab beliau mengakui tak mempunyai kapasitas untuk menilai pendapat Prof. Santos (Pak Umar adalah seorang ahli farmasi). Tetapi Pak Umar mengutip Arthur Clarke bahwa kebenaran itu tak harus selalu berdasarkan kebenaran pada saat kini, bisa juga didasarkan atas imajinasi yang saat ini belum terbukti tetapi kelak mungkin saja terbukti. Dan bila sebuah seminar internasional tentang Atlantis diperlukan diadakan, LIPI akan mendukungnya. Buku Prof. Santos baik, dalam hal bisa merangsang perdebatan sebab perdebatan merupakan jalannya ilmu pengetahuan. Prof. Jimly, sebagai seorang ahli hukum juga tak bisa menilai pendapat Prof. Santos ini, tetapi Pak Jimly mengatakan bahwa bila isu ini benar, maka buku Atlantis ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia, paling tidak bisa membangun kembali harga dirinya di dunia internasional. Sebelum buku Atlantis ini, ada buku kontroversial lain yang ditulis Stephen Oppenheimer ahli genetika dari Inggris berjudul “Eden in the East” yaitu Sundaland sebagai tempat awal peradaban manusia modern. Dua buku ini penting bagi identitas bangsa
[iagi-net-l] Info : Seminar (Gratis) Indonesia Atlantis (TMII Sabtu 20 Feb. 2010)
Info “Seminar Indonesia Atlantis” (PT Ufuk Publishing) Waktu : Sabtu 20 Februari 2010, pukul 09.30-12.00 WIB Tempat : Auditorium Museum Indonesia TMII Seminar gratis, pendaftaran (untuk mendapatkan ‘free pass’ masuk TMII), kirim e-mail ke i...@ufukpress.com. Salam, Awang Berikut kutipan dari : www.ufukpress.com PULUHAN PEMBACA BUKU MENDAFTAR SEMINAR ATLANTIS;THE LOST CONTINENT FINALLY FOUND SETIAP HARI Seminar Atlantis;The Lost Continent Finally Found karya Prof.Arysio Santos tinggal 8 (delapan) hari lagi. Selama masa sosialisasi seminar yang telah dilakukan Ufuk Publishing House sejak tanggal 8 Februari 2010, tak kurang puluhan warga masyarakat melakukan registrasi pendaftaran setiap harinya melalui i...@ufukpress.com Hingga saat ini, persiapan untuk seminar tersebut terus dimatangkan. “Diperkirakan seminar Atlantis tersebut akan ramai karena antusiasme pembaca buku Atlantis;The Lost Continent Finally Found karya Prof.Arysio Santos yang sangat besar, para tokoh dan pakar yang memiliki kapabilitas tinggi dalam membahas karya tersebut serta masyarakat umum yang penasaran mengenai temuan berharga dari Prof.Santos tersebut.” Tutur Sadan, Marketing Communication, menjelaskan. Seminar tersebut akan diselenggarakan di auditorium Museum Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah, Pk.09.30 hingga 12.00 WIB.Museum megah dengan arsitek khas Bali yang sangat kental Indonesia tersebut terletak bersebelahan dengan gedung pengelola pusat, Taman Mini Indonesia Indah-Jakarta. Apa yang dilakukah oleh peserta yang telah mendaftar/registrasi ? “Peserta akan mendapat surat undangan yang dikirim via email masing-masing. Surat undangan tersebut wajib diprint dan dibawa pada saat hari H untuk nanti diperlihatkan petugas di pintu gerbang TMII. Khawatirnya jika undangan tersebut tidak dibawa, maka peserta itu nanti tidak bisa masuk ke dalam areal TMII”, jelas Sadan menambahkan. Hingga saat ini jumlah peserta yang telah mengonfirmasi kehadiran berasal dari Bandung Jakarta, serta kota-kota besar lainnya. “Rencananya, acara tersebut akan menghadirkan Prof.Dr.Jimly Assiddiqie(mantan Ketua MK-RI), Prof.Dr.Harry Truman Simandjuntak, Prof.Dr.Umar Anggara Jenie(Ketua LIPI), Dr.Oman Abdurrahman (Direktur Museum Geologi Bandung), dan lainnya. Pasti ramai dan berjalan penuh arti diskusi tersebut” tutur Sadan menambahkan. Sumber: Ufuk Publishing House Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
Re: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info
Pak Rovicky, John Decker (kini di Black Gold) dkk. dalam beberapa kesempatan mempublikasikan studi regional Unocal untuk Kutei Basin, publikasi2 itu (full paper) bisa dicek di beberapa proceedings IPA lima tahun terakhir dan sebagian abstraknya ada di pertemuan tahunan AAPG nasional dan internasional. Beberapa aspek yang pernah dibahas adalah tentang geokimianya (Rui Lin dkk, IPA 2005), multibeam batimetri (John Decker dkk, IPA 2004), high ressolution biostratigraphy (Morley dkk., IPA 2007), dll. Art Saller (dulu Unocal, kini Chevron Houston) juga mempublikasikan sebuah full paper tentang sequence stratigrafi Kutei di AAPG Bulletin 2007 hasil studi regional itu. Di Jurnal SPE tak ada studi regional (GG) Kutei. Hasil studi regional Unocal (2003-2005) sebaik saat Total melakukan Mahakam Synthesis pada mid-1990s. KR betul merupakan inisial horizon regional seismic mapping yang berasal dari kependekan Kutei Regional. Perhatikan bahwa Unocal menyebut Kutei, sementara VICO menyebutnya Kutai. Mana yang benar di antara keduanya, itu perlu penelitian historis atau toponimi tersendiri. Saya memilih menyebutnya Kutei dalam publikasi-publikasi. Salam, Awang --- Pada Rab, 10/2/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: Re: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Redy Zahar red...@gmail.com Tanggal: Rabu, 10 Februari, 2010, 5:12 PM Btw, regional studinya Unocal itu pernah dipublikasikan nggak ? Kalau ngga salah mereka menggunakan (introduce) nomenklature horizon KR (Kutai Regional ??) dimana publikasinya IPA, AAPG, SPE ? RDP 2010/2/2 Herry Maulana hmaulana1...@yahoo.com Kuncen nya Sepinggan, Yakin dan Balikpapan Regional jaman Unocal dulu mas Redy Zahar (mungkin ikut monitor milis).. mungkin beliau bisa memberi referensi artikel/paper yg lebih detil disamping tentunya pengalaman pribadi. Salam, Herry From: mohammad syaiful mohammadsyai...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id; geologi...@googlegroups.com Sent: Tue, 2 February, 2010 9:40:45 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info kalo nggak salah, cak andang pernah 'meneliti' berbagai delta di kiri dan kanan mahakam. salam, syaiful 2010/2/2 Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com: Ada yang tahu keberadaan artikel atau paper tentang delta sepinggan ? Sepinggan Delta bukan merupakan delta yang aktif saat ini. Karena ukurannya jauh lebih kecil dari Delta Mahakam disebelah utaranya. Delta ini menjadi delta yang terpinggirkan. Saya juga kesulitan mencari tulisan atau artikel tentang Delta Sepinggan ini. Adakah yang mengetahui adanya artikel atau paper yang memiliki bahasan khusus Delta Sepinggan ini ? RDP -- Mohammad Syaiful - Explorationist, Consultant Geologist Mobile: 62-812-9372808 Emails: msyai...@etti.co.id (business) mohammadsyai...@gmail.com Technical Manager of Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan makalah! Untuk dipresentasikan di PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 4-6 Oktober 2010 Deadline penyerahan makalah - 15 Februari 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-netArchive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - __ Yahoo!7: Catch-up on your favourite Channel 7 TV shows easily,
[iagi-net-l] Alga, Padang Lamun, Terumbu Karang, dan Sistem Hidrokarbon
Akhir tahun lalu saya berada di sebuah kawasan pantai di Kuta, Bali untuk mengajar sebuah kursus. Hampir setiap sore atau pagi, saya sempatkan berjalan-jalan di pantai. Selain sekadar berolah raga dan menghirup udara laut, saya juga sempatkan mengamati air laut bolak-balik di wilayah muka pantai (shoreface, intertidal) bersama sedimentasi yang dihasilkannya. Struktur sedimen gelembur gelombang (wave ripple/ ripple mark) terlihat di mana-mana. Kawasan pantai memang sering dijadikan tempat pengamatan struktur sedimen modern. Saya teringat ke pantai Aquitaine di tepi pantai Atlantik, Prancis saat beberapa tahun yang lalu bersama teman-teman Total ekskursi ke sana dan ramai-ramai menggali muka pantai menggunakan sekop demi mengamati struktur sedimen Resen hasil proses2 di pantai. Saya juga teringat saat ikut ekskursi dengan Chevron hampir 20 tahun yang lalu ke pantai Galvestone, di tepi Teluk Mexico, Texas; saat itu kami menancapkan alat coring dari kaca serat (fiber glass) ke pasir pantai sampai beberapa dalam, mencabutnya lagi dan mengamati struktur sedimen endapan pasir di dalam core. Pekerjaan coring di Delta Mahakam (Resen) sering pula dilakukan oleh rombongan ekskursi ke daerah ini untuk mempelajari proses sedimentasi delta. Begitulah, itu dilakukan dalam rangka memahami proses sedimentasi pada masa lalu, pada masa geologi sebab dalam geologi berlakulah prinsip “the present is the key to the past”. Di pantai Kuta Bali itu, saya mengamati banyak alga berwarna coklat yang terhempas ke pantai, juga menemukan ‘rumput laut’ tumbuh di tempat berbatu maupun berpasir. Saya juga naik ke pulau-pulau buatan yang dibangun agak jauh dari pantai ke arah laut. Pulau-pulau ini dibangun untuk memecah gelombang; semacam tanggul yang dibuat dari batu-batugamping terumbuan. Batu-batu pemecah gelombang di pantai Kuta ini mungkin didatangkan dari kawasan Bali selatan, sebab sekilas melihatnya seperti batugamping yang pernah saya lihat di Uluwatu. Alga, ‘rumput laut’ dan hewan karang batu (scelaractinian coral) adalah tiga makhluk hidup yang membangun struktur yang saling berhubungan, yaitu terumbu. Terumbu adalah reservoir migas yang penting di Indonesia. Saya ingin sedikit bercerita bahwa istilah alga dan ‘rumput laut’ telah disalahgunakan dalam perbincangan atau diskusi-diskusi. Dalam dunia perdagangan atau dalam penggunaan sehari-hari, alga sering disebut sebagai rumput laut yang merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris ‘sea weed’. Mengacu kepada buku-buku biologi marin (misalnya “Laut Nusantara”, tulisan Dr. Anugerah Nontji, 1987, 2002 –Penerbit Djambatan), sebenarnya, istilah rumput laut itu tidak tepat karena secara botani alga tidak termasuk golongan rumput-rumputan (Graminae). Selain itu, alga sering pula disebut ‘ganggang’ atau ‘agar-agar’. Istilah ganggang dapat membingungkan karena istilah ini telah digunakan untuk jenis tertentu tumbuhan air tawar (Hydrilla). Sementara agar-agar, sering dikaitkan dengan kandungan kimia dari beberapa jenis alga laut yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan agar-agar. Istilah rumput laut akan lebih membingungkan lagi karena sering pula digunakan sebagai terjemahan istilah ‘sea grass’. Padahal ‘sea grass’ bukanlah rumput, bukan pula alga, melainkan tumbuhan akuatik yang berbunga (Angiospermae) dari bangsa Helobiae yang hidup di dalam laut. Untuk mengganti istilah rumput laut, para ahli biologi marin di Indonesia telah mengusulkan istilah ‘lamun’ sebagai terjemahan sea grass. Istilah ‘lamun’ telah lama digunakan oleh penduduk Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta untuk menyebut ‘rumput laut’ (jangan dikelirukan dengan ‘lamun’ dalam bahasa Sunda yang artinya ‘kalau/bila’) Alga ada yang hidup sebagai fitoplankton - melayang-layang ke mana air membawanya, atau sebagai fitobentos - menancap di dasar laut. Sebagai fitobentos, alga sedikit terdapat di perairan yang dasarnya berlumpur atau berpasir. Alga butuh tempat (substrat) yang kokoh untuk melekat. Di terumbu karang, alga umum ditemukan, mereka melekat pada batu, potongan karang, cangkang moluska, potongan kayu, dan sebagainya. Substansi alga bermacam-macam, ada yang lunak, keras mengandung kapur, berserabut dan sebagainya. Alga yang berkapur (calcareous) misalnya ‘Halimeda’ banyak ditemukan di terumbu karang dan ikut memperkuat formasi terumbu karang tersebut. Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan jenis alga. Pengkajian ilmiah mengenai alga laut telah dimulai lebih daripada 250 tahun yang lalu, oleh Rumphius (tahun 1750) di perairan Ambon. Ilmuwan ini, meskipun buta, meneliti alga dengan detail. Pada tahun 1900, bersamaan dengan Ekspedisi Siboga, telah diidentifikasi sebanyak 782 jenis alga di Indonesia. Dan, penduduk Indonesia telah berabad-abad menggunakan alga untuk berbagai keperluan, termasuk sebagai bahan pangan. Kini tentang lamun (sea grass), ini adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di
Re: [iagi-net-l] Geologiwan Indonesia berbagi pengalaman--pertanyaan
Pak Bosman, Dalam perkembangannya, akhiran -wan mengalami perluasan arti menjadi orang yang berprofesi/ahli dalam bidang. Ini bila kita bandingkan dengan artinya dulu yang masih terbatas sebaga' orang yang mempunyai... (misalnya rupawan, jutawan, hartawan, dll.). Dulu pun ada peraturan bahwa pemakaian -wan hanya untuk kata yang mendahuluinya berhuruf akhir -a, sedangkan yang berhuruf akhir -i digunakan akhiran -man (bandingkan wartawan dan seniman). Maka, bila kita ingin menyebut orang yang menekuni ilmu pengetahuan, disebutlah ilmiawan; sekarang aturan itu tidak ada lagi sebab kita telah mengganti ilmiawan dengan ilmuwan. Pemakaian akhiran -wan mempunyai aturan-aturan sbb. : 1. hanya dapat mengikuti kata benda (nomina) atau adjektiva, tidak pernah melekat pada kata kerja (verba) 2.akhiran -wan hanya dapat mengikuti huruf hidup 3.akhiran -wan dapat berjender netral ataupun lelaki, namun untuk perempuan menggunakan -wati, namun tidak semua yang dapat dilekati dengan -wan dapat dilekati dengan -wati Penyebutan geologiwan telah memenuhi syarat no. 1-3 di atas, 'geologi' adalah kata benda, huruf akhirnya huruf hidup, dan geologiwan bisa bermakna netral, tidak salah juga secara kebahasaan kalau mau ditambahkan 'geologiwati' untuk ahli geologi perempuan, tetapi saya pikir 'geologiwan' saja sudah cukup (beranalogi dengan ilmuwan). Geologiwan juga tercantum dalam kamus padanan istilah geologi susunan Pak Mulyono Purbo-Hadiwijoyo, sedangkan geologiwati tidak, jadi geologiwan dalam hal ini bermakna netral, untuk lak-laki dan perempuan. salam, Awang --- Pada Sel, 9/2/10, bosman batubara bosman200...@yahoo.com menulis: Dari: bosman batubara bosman200...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Geologiwan Indonesia berbagi pengalaman--pertanyaan Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Selasa, 9 Februari, 2010, 9:20 PM Pakdhe, pertanyaan... Saya belum melihat kamus Bahasa Indonesia. Apakah kata geologiwan itu mengandung makna jenis kelamin? maksud saya mengacu ke geologist laki-laki. Kalau ya, berarti ada geologiwati. tabik bosman batubara weblog: http://annelis.wordpress.com From: herman.dar...@shell.com herman.dar...@shell.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tue, February 9, 2010 9:03:39 PM Subject: [iagi-net-l] Geologiwan Indonesia berbagi pengalaman Rekan-rekan, khususnya mahasiswa dan yang baru lulus, Beberapa di antara kita mau bagi-bagi pengalamannya sebagai geologiwan. Silahkan baca tulisan mereka di: http://geologiwan-bagi-pengalaman.blogspot.com/ Dari sejarah kita tau kalau geologiwan Indonesia punya pengalaman banyak. Jadi kita sebenarnya kaya dengan pengalaman geologi, apalagi kalau dikumpulkan. Dengan demikian geologiwan muda dan calon geologiwan bisa belajar dari yang lebih senior. Bagi yang ingin membagikan pengalaman, anda belum terlambat. Baca instruksinya di blog ini. Salam, dan selamat menikmati... Herman Darman ___ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info
Pak Rovicky, Ke japri saya kirimkan paper saya tentang Adang fault di PIT IAGI tahun 1996 (Satyana, A.H., 1996, Adang-Lupar Fault, Kalimantan : Controversies and New Observations on the Trans-Kalimantan Megashear, Proceedings Indonesian Association of Geologists (IAGI), 25th Annual Convention, Bandung, p. 124-143.). Di paper itu saya membagi Adang Fault dari onshore ke offshore-nya menjadi tiga porsi : (1) Busang-Purukcahu, (2) Makunjung-Kuaro, (3) Paternoster-Balabalagan. Yang terkait dengan sedimentasi dan deformasi Delta Sepinggan tentu bagian offshore-nya (Paternoster-Balabalagan). Apa slip Adang, apakah sinistral, dextral, atau pernah dua-duanya ? Studi2 saya selanjutnya menunjukkan bahwa pada earliest Tertiary sampai Paleogen Adang adalah dextral, sementara saat Neogen dan Plistosen ia adalah sinistral fault. Mengapa bisa begitu ? Driving force-nya harus dicari secara regional ke sebelah baratlaut sampai Lupar, South China Sea dan Vietnam, dan ke tenggara ke arah Sulawesi Selatan dan Sumba. Mengapa begitu ? Sebab, Adang hanyalah bagian kecil sesar regional trans-continental di Indonesia Barat dan SE Asia. Pada Paleogen, Adang bagian dari escape tectonics yang terjadi sebagai deformasi post-collision India-Eurasia 50 Ma. Ia satu status dengan Sumatran Fault (yang Paleogen). Saat itu, banyak sesar2 mendatar regional memotong Sumatra, Vietnam dan Kalimantan sebagai bagian post-collision escape tectonism, dan sebagian besar dextral, termasuk Adang-Lupar. Pada Neogen, Adang bagian dari pembalikan slip saat driving-force regional berpindah dari barat-baratlaut (India collision) ke timur- tenggara (westward Pacific movement dan northward Australian movement). Pada saat Neogen ini, Adang punya hubungan ke Walanae Fault di Sulawesi Selatan dan Sumba Fracture di Nusa Tenggara. Anticlocwise rotation of Kalimantan juga berhubungan dengan pembalikan slip ini. Itu hanyalah sintesis regional berdasarkan banyak analisis, untuk lengkapnya bisa dibaca di : (1) Satyana, A.H., 2003, Accretion and Dispersion of Southeast Sundaland : the Growing and Slivering of a Continent, Joint Convention of Indonesian Association of Geologists (IAGI), 31st Annual Convention and Indonesian Association of Geophysicists (HAGI), 28th Annual Convention, Jakarta, December 2003; juga (2) Satyana, A.H., 2006, Post-Collisional Tectonic Escapes in Indonesia : Fashioning the Cenozoic History, 35th Annual Convention, Indonesian Association of Geologists (IAGI), Pekanbaru, 21-22 November 2006. Untuk kepentingan Delta Sepinggan, Adang Fault tak lebih dari sebuah synthetic transfer zone dan transtensional fault dengan manifestasi down to the north menuju North Makassar Strait dalam pola deformasi step down, sehingga memberikan ruang buat pembentukan beberapa struktur di dalam blok synthetic transfer zone. Teman2 Total yang bertugas di South Mahakam pasti paham dengan yang saya sebutkan ini. salam, Awang --- Pada Sel, 2/2/10, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com menulis: Dari: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 2 Februari, 2010, 1:30 PM Pak Awang dkk Salah satu hal yg intriguing me adalah Adan Fault. Secara sepintas terlihat sagai sesar normal yg merupakan batas antara Kutei dengan Paternoster. Namun ada eberapa peta g memperlihatkan sbg patahan geser. Nah menariknya lagi ada yg menggambarkan geser kanan namun juga ada yg geser kiri. Nah yg geser kiri ini saya agak susah nanggkepnya. Apa driving mechanism dari patahan geser ini ? Rdp On 02/02/2010, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Pak Rovicky, Delta Sepinggan memang delta di pinggir Delta Mahakam, bukan terpinggirkan, pada masanya (middle Miocene, atau N13-N15 menurut van de Weerd dan Armin, 1992, AAPG Bull.) ia delta yang aktif bersama delta tua lainnya (Maruat, Yakin). Meskipun tidak lagi menjadi pusat perhatian sebesar Mahakam, Delta Sepinggan punya andil kepada reservoir, sources, dan seals untuk beberapa lapangan di selatan Cekungan Kutei offshore, dan ia merupakan delta paling prolific di selatan Kutei Basin offshore. Kalau yang dipublikasi memang tak banyak, ada dari Charlie Stuart dan Leveq tahun 1996 (AAPG Bull, 1996, abstract only) saat mereka masih aktif di Unocal, tetapi hanya abstrak. Stuart pun pernah mempresentasikan Sepinggan di Simposium Seq Strat IPA 1996. Yang mungkin berhubungan dari Bu Etty Nuay (IPA, 1985), meskipun itu untuk wilayah onshore Delta Sepinggan. Keterangan yang sedikit-sedikit itu, diambil dari sana-sini bisa dipakai sebagai awal berangkat. Pak Rovicky bisa cek artikel/paper2 ini : Nuay et al., (1985) : EARLY MIDDLE MIOCENE DELTAIC PROGRADATION IN THE SOUTHERN KUTAI BASIN, IPA Proceedings, p. 63-81 -paper ini menunjukkan
Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info
Pak Noor, Segmen Busang-Purukcahu sudah saya cek dari peta geologi P3G, segmen Makunjung-Kuaro saya cek dari penampang seismik lama Pertamina Tanjung, Kaltim Shell, dan Mobil-Jackson Adang (wah..blok-blok lawas ini), keduanya positif menunjukkan keberadaan Adang Fault. Ground check bukan satu-satunya metode untuk memeriksa keberadaan fault sebab yang namanya singkapan tentu tak akan sempurna, bisa tersingkap, bisa tidak. Meskipun demikian peta2 geologi P3G sudah saya gunakan untuk menentukan lokasi Adang Fault itu. Di wilayah Makunjung-Kuaro banyak sekali lipatan2 en echelon yang baru bisa dimengerti kejadiannya berhubungan dengan Adang Fault bila kita melakukan analisis struktur menggunakan strain ellipsoid. Segmen Paternoster-Balabalagan juga nampak di penampang seismik Total dan Unocal (Chevron). Jangan membayangkan Adang Fault sebagai trace sesar tunggal di sini, di wilayah ini Adang Fault muncul sebagai splay synthetic yang disebut van de Weerd dan Armin (geologists Unocal) di AAPG Bull Nov. 1992 sebagai Balikpapan Fault. Throw yang menipis dan mati ke timur itu sesuai dengan berakhirnya terrane Paternoster dan menipisnya sedimen delta sebab Adang Fault zone persis membatasi batas utara terrane Paternoster. Semua sesar mendatar regional di Indonesia harus dianalisis secara regional sebagai bidang-bidang lemah di area suture akresi atau akhir terrane. Kalau membawanya ke skala lokal, apalagi untuk kepentingan petroleum geoogy, memang tak akan segera terlihat, tetapi Adang Fault jelas ada. salam, Awang --- Pada Sel, 2/2/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis: Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Selasa, 2 Februari, 2010, 3:37 PM Pak Awang: Untuk kepentingan Delta Sepinggan, Adang Fault tak lebih dari sebuah synthetic transfer zone dan transtensional fault dengan manifestasi down to the north menuju North Makassar Strait dalam pola deformasi step down, sehingga memberikan ruang buat pembentukan beberapa struktur di dalam blok synthetic transfer zone. Teman2 Total yang bertugas di South Mahakam pasti paham dengan yang saya sebutkan ini. Sebenarnya Adang Fault ini sendiri mungkin masih merupakan misteri bagi banyak orang: - lokasi benarnya dimana..? Dari diskusi dengan beberapa teman, ternyata suka beda-beda lokasi tepatnya dari patahan ini - betul-kah ada...? Eksistensi patahan ini umumnya berasal dari study yang bersifat regional dan kelihatannya belum (CMIIW) ada intensif ground checking dari data lapangan maupun geofisik (seismik). Secara internal (terutama di area South Mahakam), saya agak meragukan ada-tidaknya Adang fault ini Memang ada beberapa patahan yang cukup besar yang seperti pak Awang sebutkan (step down ke arah selat Makassar), tetapi apakah itu merupakan bagian dari Adang fault kok kami agak meragukanapalagi kalau dirunut ke arah timur, maka kelihatannya patahan ini juga makin kabur keberadaannya.. Mungkin pak ADB yang sedang napak tilas bukti-bukti Adang Fault di lapangan bisa bercerita lebih lanjut tentang keberadaan patahan ini. salam, From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Sent: Tue, February 2, 2010 4:08:49 PM Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info Pak Rovicky, Ke japri saya kirimkan paper saya tentang Adang fault di PIT IAGI tahun 1996 (Satyana, A.H., 1996, Adang-Lupar Fault, Kalimantan : Controversies and New Observations on the Trans-Kalimantan Megashear, Proceedings Indonesian Association of Geologists (IAGI), 25th Annual Convention, Bandung, p. 124-143.). Di paper itu saya membagi Adang Fault dari onshore ke offshore-nya menjadi tiga porsi : (1) Busang-Purukcahu, (2) Makunjung-Kuaro, (3) Paternoster-Balabalagan. Yang terkait dengan sedimentasi dan deformasi Delta Sepinggan tentu bagian offshore-nya (Paternoster-Balabalagan). Apa slip Adang, apakah sinistral, dextral, atau pernah dua-duanya ? Studi2 saya selanjutnya menunjukkan bahwa pada earliest Tertiary sampai Paleogen Adang adalah dextral, sementara saat Neogen dan Plistosen ia adalah sinistral fault. Mengapa bisa begitu ? Driving force-nya harus dicari secara regional ke sebelah baratlaut sampai Lupar, South China Sea dan Vietnam, dan ke tenggara ke arah Sulawesi Selatan dan Sumba. Mengapa begitu ? Sebab, Adang hanyalah bagian kecil sesar regional trans-continental di Indonesia Barat dan SE Asia. Pada Paleogen, Adang bagian dari escape tectonics yang terjadi sebagai deformasi post-collision India-Eurasia 50 Ma. Ia satu status dengan Sumatran Fault (yang Paleogen). Saat itu, banyak sesar2 mendatar regional memotong Sumatra, Vietnam dan Kalimantan sebagai bagian post
RE: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info
Pak Muharram, Dari peta gravity hasil pengolahan - anomali SVD (second vertical derivative) terdapat pergeseran trend anomali yang selaras dengan lokasi Adang Fault. Dari anomali Bouguer pun cukup terlihat anomali trend tersebut. Adang Fault memisahkan dua fisiografi besar di wilayah ini : Barito Platform di selatannya dan Bongan Deep di utaranya, tak mungkin tak terlihat di anomali gravity. Paper saya tersebut, saya kirimkan via japri. salam, Awang --- Pada Sel, 2/2/10, Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina-ep.com menulis: Dari: Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina-ep.com Judul: RE: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Selasa, 2 Februari, 2010, 4:18 PM Saya tertarik dengan pertanyaan Pak Noor, Betulkah ada ... (Adang Fault)? Dari studi gravity Pertamina di Blok Tanjung-II yang posisinya tepat di atas Adang-Lupar Megashear jika diplot pada peta tectonic framework Kalimantan, tidak ditemukan indikasi adanya sesar besar berarah NW-SE itu. Bisa jadi karena Adang Fault lokasi sebenarnya bukan disitu, atau Adang Fault tidaklah benar-benar memanjang membelah pulau Kalimantan sebagaimana banyak kita temukan dalam publikasi-publikasi. Sayangnya kami belum ketemu paper Pak Awang yang membagi Adang Fault atas tiga porsi, siapa tahu dari paper itu bisa terjawab bahwa Blok Tanjung-II ada diantara peralihan ketiga porsi Adang Fault. Salam, MJP -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:noorsyarifud...@yahoo.com] Sent: Tuesday, February 02, 2010 3:37 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info Pak Awang: Untuk kepentingan Delta Sepinggan, Adang Fault tak lebih dari sebuah synthetic transfer zone dan transtensional fault dengan manifestasi down to the north menuju North Makassar Strait dalam pola deformasi step down, sehingga memberikan ruang buat pembentukan beberapa struktur di dalam blok synthetic transfer zone. Teman2 Total yang bertugas di South Mahakam pasti paham dengan yang saya sebutkan ini. Sebenarnya Adang Fault ini sendiri mungkin masih merupakan misteri bagi banyak orang: - lokasi benarnya dimana..? Dari diskusi dengan beberapa teman, ternyata suka beda-beda lokasi tepatnya dari patahan ini - betul-kah ada...? Eksistensi patahan ini umumnya berasal dari study yang bersifat regional dan kelihatannya belum (CMIIW) ada intensif ground checking dari data lapangan maupun geofisik (seismik). Secara internal (terutama di area South Mahakam), saya agak meragukan ada-tidaknya Adang fault ini Memang ada beberapa patahan yang cukup besar yang seperti pak Awang sebutkan (step down ke arah selat Makassar), tetapi apakah itu merupakan bagian dari Adang fault kok kami agak meragukanapalagi kalau dirunut ke arah timur, maka kelihatannya patahan ini juga makin kabur keberadaannya.. Mungkin pak ADB yang sedang napak tilas bukti-bukti Adang Fault di lapangan bisa bercerita lebih lanjut tentang keberadaan patahan ini. salam, From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Sent: Tue, February 2, 2010 4:08:49 PM Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info Pak Rovicky, Ke japri saya kirimkan paper saya tentang Adang fault di PIT IAGI tahun 1996 (Satyana, A.H., 1996, Adang-Lupar Fault, Kalimantan : Controversies and New Observations on the Trans-Kalimantan Megashear, Proceedings Indonesian Association of Geologists (IAGI), 25th Annual Convention, Bandung, p. 124-143.). Di paper itu saya membagi Adang Fault dari onshore ke offshore-nya menjadi tiga porsi : (1) Busang-Purukcahu, (2) Makunjung-Kuaro, (3) Paternoster-Balabalagan. Yang terkait dengan sedimentasi dan deformasi Delta Sepinggan tentu bagian offshore-nya (Paternoster-Balabalagan). Apa slip Adang, apakah sinistral, dextral, atau pernah dua-duanya ? Studi2 saya selanjutnya menunjukkan bahwa pada earliest Tertiary sampai Paleogen Adang adalah dextral, sementara saat Neogen dan Plistosen ia adalah sinistral fault. Mengapa bisa begitu ? Driving force-nya harus dicari secara regional ke sebelah baratlaut sampai Lupar, South China Sea dan Vietnam, dan ke tenggara ke arah Sulawesi Selatan dan Sumba. Mengapa begitu ? Sebab, Adang hanyalah bagian kecil sesar regional trans-continental di Indonesia Barat dan SE Asia. Pada Paleogen, Adang bagian dari escape tectonics yang terjadi sebagai deformasi post-collision India-Eurasia 50 Ma. Ia satu status dengan Sumatran Fault (yang Paleogen). Saat itu, banyak sesar2 mendatar regional memotong Sumatra, Vietnam dan Kalimantan sebagai bagian post-collision escape tectonism, dan sebagian besar dextral, termasuk Adang-Lupar. Pada Neogen, Adang bagian dari pembalikan slip saat driving-force regional berpindah dari barat-baratlaut
Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info
Shear ketimbang menyebutkan fault, karena ekspresinya tidak atau belum terlihat secara gamblang. Namun ada sedikit yang mengganjal yaitu kenapa tidak adanya ekspresi Mega Shear ini dalam peta geologi (surface Geology Map) yang diterbitkan oleh P3G (Badan Geologi). Dalam tulisannya PATERSON, D.W., BACHITAR, A., BATES, J.A., MOON, J.A., SURDAM, R.C. tahun 1997 IPA Petr System, juga ada gambaran mega shear ini. Pak Awang menarik megashear ini lebih ke arah utara memotong Ketungau Basin, tetapi Paterson dan ADB menarik garis ini ke sebelah selatan Ketungau -Malawi Basins. Tetapi saya juga tidak punya evidence apa-apa di permukaan, sehingga saya tidak tahu pasti kemana Megashear ini lari-nya. Ini yang agak menyulitkan saya untuk menjelaskan Adang Fault ini. (Sepertinya Adang Fault, memang haya bagian dari MegaShear ini). Beberapa kemungkinan adalah karena MegaShear ini menjadi pasif post Neogen .. please correct me if i am wrong (cmiiw). Sehingga tidak terekspresi pada sedimen-sedimen Neogen yang tersingkap. RDP 2010/2/2 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Pak Muharram, Dari peta gravity hasil pengolahan - anomali SVD (second vertical derivative) terdapat pergeseran trend anomali yang selaras dengan lokasi Adang Fault. Dari anomali Bouguer pun cukup terlihat anomali trend tersebut. Adang Fault memisahkan dua fisiografi besar di wilayah ini : Barito Platform di selatannya dan Bongan Deep di utaranya, tak mungkin tak terlihat di anomali gravity. Paper saya tersebut, saya kirimkan via japri. salam, Awang --- Pada Sel, 2/2/10, Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina-ep.com menulis: Dari: Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina-ep.com Judul: RE: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Selasa, 2 Februari, 2010, 4:18 PM Saya tertarik dengan pertanyaan Pak Noor, Betulkah ada ... (Adang Fault)? Dari studi gravity Pertamina di Blok Tanjung-II yang posisinya tepat di atas Adang-Lupar Megashear jika diplot pada peta tectonic framework Kalimantan, tidak ditemukan indikasi adanya sesar besar berarah NW-SE itu. Bisa jadi karena Adang Fault lokasi sebenarnya bukan disitu, atau Adang Fault tidaklah benar-benar memanjang membelah pulau Kalimantan sebagaimana banyak kita temukan dalam publikasi-publikasi. Sayangnya kami belum ketemu paper Pak Awang yang membagi Adang Fault atas tiga porsi, siapa tahu dari paper itu bisa terjawab bahwa Blok Tanjung-II ada diantara peralihan ketiga porsi Adang Fault. Salam, MJP -Original Message- From: noor syarifuddin [mailto:noorsyarifud...@yahoo.com] Sent: Tuesday, February 02, 2010 3:37 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info Pak Awang: Untuk kepentingan Delta Sepinggan, Adang Fault tak lebih dari sebuah synthetic transfer zone dan transtensional fault dengan manifestasi down to the north menuju North Makassar Strait dalam pola deformasi step down, sehingga memberikan ruang buat pembentukan beberapa struktur di dalam blok synthetic transfer zone. Teman2 Total yang bertugas di South Mahakam pasti paham dengan yang saya sebutkan ini. Sebenarnya Adang Fault ini sendiri mungkin masih merupakan misteri bagi banyak orang: - lokasi benarnya dimana..? Dari diskusi dengan beberapa teman, ternyata suka beda-beda lokasi tepatnya dari patahan ini - betul-kah ada...? Eksistensi patahan ini umumnya berasal dari study yang bersifat regional dan kelihatannya belum (CMIIW) ada intensif ground checking dari data lapangan maupun geofisik (seismik). Secara internal (terutama di area South Mahakam), saya agak meragukan ada-tidaknya Adang fault ini Memang ada beberapa patahan yang cukup besar yang seperti pak Awang sebutkan (step down ke arah selat Makassar), tetapi apakah itu merupakan bagian dari Adang fault kok kami agak meragukanapalagi kalau dirunut ke arah timur, maka kelihatannya patahan ini juga makin kabur keberadaannya.. Mungkin pak ADB yang sedang napak tilas bukti-bukti Adang Fault di lapangan bisa bercerita lebih lanjut tentang keberadaan patahan ini. salam, From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Sent: Tue, February 2, 2010 4:08:49 PM Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info Pak Rovicky, Ke japri saya kirimkan paper saya tentang Adang fault di PIT IAGI tahun 1996 (Satyana, A.H., 1996, Adang-Lupar Fault, Kalimantan : Controversies and New Observations on the Trans-Kalimantan Megashear, Proceedings Indonesian Association of Geologists (IAGI), 25th Annual Convention, Bandung, p. 124-143.). Di paper itu saya membagi Adang Fault dari onshore ke offshore-nya menjadi tiga porsi : (1) Busang-Purukcahu, (2) Makunjung-Kuaro, (3
Re: Bls: [iagi-net-l] Atlantis! Surga yang Hilang Itu Adalah Indonesia
Pak Seto, Sistem pertanian dengan gaya berundak (terracing) adalah tradisi global yang ditemukan di mana saja, di Eropa, di Afrika, di Asia, di Amerika. Prof. Santos boleh mengatakan bahwa asalnya tetap dari Indonesia yang lalu tersebar ke seluruh dunia. Tetapi, tak ada bukti-bukti yang menguatkan itu. Model berundak yang pertama kali ditemukan adalah taman gantung di Babilonia dan zigurat di Persia. Ini lebih awal dari zaman pertanian manapun di Indonesia. Prof.Santos mengaitkan model berundak pesawahan di Indonesia dengan undak-undak Borobudur, tetapi taman bergantung di Babilonia (Irak sekarang) dan zigurat Persia jauh lebih tua dariapada Borobudur yang dibangun tahun 825 AD. Jelas bila Prof Santos mengatakan bahwa bentuk undak berasal dari Indonesia, bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa hipotesis itu sebuah anakronisme -tak ada sokongan kronologi arkeologi. Mumi di Mesir diawetkan tanpa menggunakan rempah sedikit pun. Kata mumi berasal dari kata bahasa Latin pertengahan mumia yang juga berasal dari kata Persia mum yang artinya bitumen -minyak setengah padat yang ditemukan di celah-celah batuan atau lubang yang digali di sekitar Persia-Mesir. Bitumen adalah zat utama yang digunakan dalam prosedur pembalsaman mayat dalam rangka membuat mumi. Setiap dinasti di Mesir punya gaya membuat mumi tersendiri, tetapi tak pernah ditemukan catatan bahwa digunakan rempah-rempah (apalagi dari Indonesia). Yang paling sukses dalam pembuatan mumi adalah Dinasti ke-21. Mereka menggunakan semacam garam bernama natron sebagai zat utama pemumian. Natron adalah dehidrator yang bisa mengeringkan tubuh lebih baik daripada pasir gurun. Setelah isi perut dikeuarkan, juga otak dan jantungnya, mayat kosong itu dibalsam menggunakan natron untuk mengeringkannya dengan cara menarik semua kelembabannya, membuat dehidrasi, agar mayat tak mengalami dekomposisi. Lalu mayat dibalsam menggunakan zat kimia yang berfungsi sebagai pengawet, desinfektan dan sanitizer. Setelah kering, mayat dibungkus dalam linen,lalu dibungkus lagi oleh kanvas, kemudian diletakkan di sarkofagus atau peti batu. Penelitian modern larutan balsam itu ternyata secara kimiawi terbuat dari formaldehyde, glutaraldehyde, methanol, etahanol dan zat pelarut lainnya. Tak ada rempah-rempah digunakan dalam pemumian, maka jangan berpikir dulu soal armada dari Maluku yang membawa rempah-rempah ke Mesir. Tak pernah ada buktinya, hanya spekulasi saja. salam, Awang --- Pada Sen, 1/2/10, anoms...@gmail.com anoms...@gmail.com menulis: Dari: anoms...@gmail.com anoms...@gmail.com Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Atlantis! Surga yang Hilang Itu Adalah Indonesia Kepada: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com, iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Senin, 1 Februari, 2010, 6:52 PM Pak awang, dr aspek geologi memang teori prof santos bs dimentahkan tapi bagaimana dengan segi yang lain pak? Pertanian, kekayaan alam seperti emas. Kl tdk salah dlm tulisan plato disebutkan di atlantis terdapat sistem perswahan dengan bentuk terasiring (kl tdk salah ya pak hehe). Bukankah hal seperti ini hanya ada di indonesia? Migrasi manusia berawal dari afrika tetapi mungkinkah peradaban manusia berawal dr indonesia? Seperti kata prof santos, hanya dengan kondisi seperti di indonesia lah manusia awal bs mempunyai peradaban krn segala sesuatuny cocok utk membangun suatu peradaban. Firaun2 mesir jika wafat mereka akan diolesi suatu obat yg asalnya dari rempah2. Rempah2 bukankah berasal dr indonesia?jika ya, artinya 4000 SM leluhur kita telah berdagang dgn pihak asing dan yang pasti telah memiliki armada laut yg canggih pada masanya. Salam, Seto Sent from Warnet deket rumah -Original Message- From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Date: Mon, 1 Feb 2010 11:48:07 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Geo Unpadgeo_un...@yahoogroups.com; Eksplorasi BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Subject: Bls: [iagi-net-l] Atlantis! Surga yang Hilang Itu Adalah Indonesia Akhir November 2009 yang lalu, saya diberi buku ini oleh penerbitnya (penerjemah) di Indonesia (PT Ufuk Press, Jakarta) untuk membahasnya dalam acara bedah buku yang diadakan oleh Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran. Acara diadakan di Auditorium Badan Geologi di Jl. Diponegoro, Bandung, dihadiri para mahasiswa geologi, para dosen geologi, para ahli geologi, dan masyarakat umum yang tertarik dengan isyu ini. Dari Ufuk Press, hadir beberapa perwakilannya. Buku terjemahannya enak dibaca, dicetak sesuai dengan tampilan aslinya. Saat itu buku terjemahan ini belum diedarkan, tetapi saya punya karena langsung diberi oleh penerbitnya, gratis lagi he2... Meskipun begitu, setelah mempelajarinya cukup detail dan membandingkannya dengan ilmu geologi yang saya tekuni, saya tidak sepakat dengan hipotesis Prof. Santos (alm.) bahwa Indonesia (tepatnya Sundaland) adalah Atlantis yang hilang itu. Argumen-argumen mengapa hipotesis ini tidak bernalar secara geologi
Bls: [iagi-net-l] Delta Sepinggan yang terpinggirkan - Need info
Pak Rovicky, Delta Sepinggan memang delta di pinggir Delta Mahakam, bukan terpinggirkan, pada masanya (middle Miocene, atau N13-N15 menurut van de Weerd dan Armin, 1992, AAPG Bull.) ia delta yang aktif bersama delta tua lainnya (Maruat, Yakin). Meskipun tidak lagi menjadi pusat perhatian sebesar Mahakam, Delta Sepinggan punya andil kepada reservoir, sources, dan seals untuk beberapa lapangan di selatan Cekungan Kutei offshore, dan ia merupakan delta paling prolific di selatan Kutei Basin offshore. Kalau yang dipublikasi memang tak banyak, ada dari Charlie Stuart dan Leveq tahun 1996 (AAPG Bull, 1996, abstract only) saat mereka masih aktif di Unocal, tetapi hanya abstrak. Stuart pun pernah mempresentasikan Sepinggan di Simposium Seq Strat IPA 1996. Yang mungkin berhubungan dari Bu Etty Nuay (IPA, 1985), meskipun itu untuk wilayah onshore Delta Sepinggan. Keterangan yang sedikit-sedikit itu, diambil dari sana-sini bisa dipakai sebagai awal berangkat. Pak Rovicky bisa cek artikel/paper2 ini : Nuay et al., (1985) : EARLY MIDDLE MIOCENE DELTAIC PROGRADATION IN THE SOUTHERN KUTAI BASIN, IPA Proceedings, p. 63-81 -paper ini menunjukkan onshore part Sepinggan Delta. van de Weerd and Armin (1992) : Origin and Evolution of HC-Bearing Basins of Kalimantan (Borneo), Indonesia, AAPG Bull, Nov. 1992 - paper ini menunjukkan bagaimana delta2 di Kutei dari yang paling tua ke yang paling muda berprogradasi. Stuart Leveq (1996) : Evolution of Miocene Pre-Mahakam Delta, East Kalimantan, Indonesia: ABSTRACT AAPG Bulletin Volume 80 (1996) - hanya abstrak, tetapi lebih detail membahas progradasi delta2 tua di selatan Kutei (Maruat to Yakin to Sepinggan) Stuart et al. (1996) : SEQUENCE STRATIGRAPHIC STUDIES IN THE LOWER KUTEI BASIN, EAST KALIMANTAN, INDONESIA, hanya Proceedings IPA Seq Strat Symposium - seperti presentasinya di AAPG di atas, Charlie Stuart di sini membahasanya dari segi seq strat, lumayan ada pembahasannya tentang Sepinggan, meskipun tak banyak, full paper. Studi lebih detail tentu berasal dari in house study Unocal (Chevron sekarang), mungkin juga Total yang sekarang sedang mengeksplorasi lebih aktif wilayah selatannya. Tetapi itu bukan barang yang bisa diakses. salam, Awang Paper2 di atas mudah diakses, beberapa saya muatkan abstraknya. Evolution of Miocene Pre-Mahakam Delta, East Kalimantan, Indonesia: ABSTRACT Charles J. Stuart, Richard A. Leveq AAPG Bulletin Volume 80 (1996) Sequence stratigraphy played a prominent role in two Unocal regional studies of late Paleogene and Neogene strata in the eastern (offshore) Kutei basin, East Kalimantan, Indonesia. A chronostratigraphic framework was applied to regional correlation, facies analysis, organic geochemistry, and 2-D basin modeling. Sedimentation at the southern basin margin was significantly affected by the stable Paternoster platform and reactivation of faults associated with the Paleogene Adang fault zone. Three major delta systems are recognized, in addition to late middle Miocene Mahakam deltaics: the early Miocene Maruat system, and middle Miocene Yakin and Sepinggan systems. The depocenters of these delta systems appear to have shifted progressively to the east- northeast where they bec ome fixed in the late middle Miocene (Mahakam delta). Maruat deltaic sedimentation ended abruptly at the Maruat Limestone, which was deposited during a widespread, possibly global-eustatic, flooding event. Variations in limestone thickness may be due to irregular paleobathymetry caused by early movement of normal faults within the reactivated Adang zone. Normal fault movement accelerated during deposition of overlying Yakin Formation deltaics. The Yakin thickens abruptly across faults in the Adang fault zone demonstrating syndepositional fault movements. Yakin deltaics are sharply overlain by a thick, aggradational succession of coaly deltaic sediments that comprise the Sepinggan Deltaics. These strata grade upward into distal deltaics and reefal(?) limestones that are the southerly equiv lents to the Mahakam delta system. EARLY MIDDLE MIOCENE DELTAIC PROGRADATION IN THE SOUTHERN KUTAI BASIN PROCEEDINGS INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION Fourteenth Annual Convention, October 1985, p. 63-81 Synthesis of geology, paleontology and seismic strati- graphy ina 1200square km areamrrounding Balikpapan Bay, East Kalimantan, has led to the recognition of an eastward prograding delta system, active during Middle Miocene time. .Facies interpretation based on well cuttings and side wall cores fiom 9 wells combined with approximately 4000 shothole samples from seismic time equivalent rock units in outcrop, provided the frame-work for this synthesis. Subsurface delineation of the 3 main depostional en- vironments was achieved by means of seismic stratigraphy. It is inferred that this progradationand observed eastward shift of paleoenvironments in thi's delta and shore complex are the result of
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Akimeugah-Sahul-Bintuni-Salawati (was :GlidingTectonics...)
Edo, Waipoga Basin bukan piggy-back basin sebab Waipoga Basin tidak terletak di atas dan bukan bagian sistem collision zone Central Ranges of Papua. Waipoga Basin terletak jauh ke depan dari collision zone tersebut, pada kerak transisi dan oseanik. Sebagian peneliti menyebutnya sebagai forearc basin, meskipun tidak sama dengan forearc basins di Indonesia Barat. Waipoga lebih cocok kalau mau disebut sebagai hybrid forearc basin. salam, Awang --- Pada Sen, 1/2/10, edo albert edoyas...@yahoo.com menulis: Dari: edo albert edoyas...@yahoo.com Judul: Re: [Forum-HAGI] Akimeugah-Sahul-Bintuni-Salawati (was :GlidingTectonics...) Kepada: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, IAGI iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Senin, 1 Februari, 2010, 8:50 AM Mas Awang, Kutipan Pak Awang : Kadang-kadang, di atas jalur benturan ini terbentuk cekungan baru berumur Neogen, umum disebut cekungan punggung babi alias piggy back basin sebab seperti lengkungan bagian atas punggung babi (badan babi adalah zone collision itu sendiri). Cekungan ini pun bisa berisi hidrokarbon, kasus di Timor dan Seram membuktikan hal itu. Apakah Wapoga Basin Merupakan bagian dari piggy back basin, bila central range of irian jaya sebagai collision zonenya ? kind regard Edo Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
Bls: [iagi-net-l] Atlantis! Surga yang Hilang Itu Adalah Indonesia
Akhir November 2009 yang lalu, saya diberi buku ini oleh penerbitnya (penerjemah) di Indonesia (PT Ufuk Press, Jakarta) untuk membahasnya dalam acara bedah buku yang diadakan oleh Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran. Acara diadakan di Auditorium Badan Geologi di Jl. Diponegoro, Bandung, dihadiri para mahasiswa geologi, para dosen geologi, para ahli geologi, dan masyarakat umum yang tertarik dengan isyu ini. Dari Ufuk Press, hadir beberapa perwakilannya. Buku terjemahannya enak dibaca, dicetak sesuai dengan tampilan aslinya. Saat itu buku terjemahan ini belum diedarkan, tetapi saya punya karena langsung diberi oleh penerbitnya, gratis lagi he2... Meskipun begitu, setelah mempelajarinya cukup detail dan membandingkannya dengan ilmu geologi yang saya tekuni, saya tidak sepakat dengan hipotesis Prof. Santos (alm.) bahwa Indonesia (tepatnya Sundaland) adalah Atlantis yang hilang itu. Argumen-argumen mengapa hipotesis ini tidak bernalar secara geologi (mainstream geology) saya kemukakan di forum bedah buku tersebut. Di luar dugaan saya, ternyata PT Ufuk Press gembira mengapa saya menyerang buku yang diterjemahkannya itu dan diberikannya secara gratis kepada saya. Rupanya, Ufuk suka menerjemahkan buku-buku yang kontroversial. Pada kesempatan yang sama, saya juga diminta membahas secara geologi buku Misteri 2012 (Greg Braden dkk.) yang juga kontroversial dan diterjemahkan oleh PT Ufuk Press. Bila buku2-nya kontroversial, biasanya akan meramaikan pasar, katanya. Hm.. Berikut adalah beberapa antitesis yang saya kemukakan sebagai keberatan2 atas hipotesis Prof. Santos bahwa Indonesia adalah Atlantis. Prof. Arysio Santos (AS) : Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Awang H. Satyana (AHS) : Atlantis berasal dari bahasa Yunani : Ἀτλαντὶς νῆσος, island of Atlas AS : Lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu (9600 BC) itu adalah di Indonesia dan Laut Cina Selatan (tepatnya Sundaland). Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. AHS : India, Srilangka, Laut Cina Selatan dan Indonesia Timur bukan bagian Sundaland. Laut Cina Selatan bukan paparan benua yang tenggelam. AS : Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistosen) . AHS : Atlantis sank into the ocean in a single day and night of misfortune. (Plato, 360 BC : Timaeus Critias), bukan gradual akibat deglasiasi. AS : Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda. AHS : Supervolcano Toba meletus pada 74.000 tahun yang lalu, jauh lebih awal daripada masa Atlantis 11.600 tyl. Tidak ada bukti bahwa Krakatau pernah meletus pada 11.600 tyl. AS : Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda. AHS : Letusan supervolcano lebih mungkin menyebabkan musim dingin karena abu volkanik menutupi atmosfer menghalangi sinar Matahari (Tambora 1815 : a year without a summer), bukan mencairkan es. AS : Pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. AHS : Gempa tidak disebabkan beban sedimen dan air pada dasar
[iagi-net-l] Bls: [Geo_unpad] Bertanya mengenai Banten Block
Wiend, Salam kenal kembali. Blok Banten secara fisiografis dari utara ke selatan, oleh Baumann et al. (1973 -IPA Proceedings) tersusun oleh Seribu Platform yang merupakan tinggian, Rangkasbitung segment yang merupakan lereng atau hinge belt, West Malingping Low-Badui Segment yang merupakan palung terusan sebelah barat dari Palung Bogor dan Bayah High yang merupakan tinggian. Beberapa peneliti memberikan batas Banten Block ke sebelah timur terhadap sisa Jawa Barat adalah Teluk Pelabuhan Ratu di sebelah selatan dan Teluk Jakarta di sebelah uatra. Mungkin batas ini benar. Di sebelah selatan terdapat fault trend yang sejajar dengan Teluk Pelabuhan Ratu berarah BD-TL, memisahkan Bayah High dengan Jampang Segment di sebelah timur. Di sebelah utara, Seribu Platform dibatasi ke sebelah timurnya oleh suatu gradien gayaberat yang curam. Di sebelah selatan Banten Block terdapat beberapa pasangan rendahan (low) dan tinggian (high) yang arahnya lebih kurang U-S. Dari barat ke timur tinggian-rendahan itu adalah Ujung Kulon High-East Ujung Kulon Low, Honje High-West Malingping Low, Bayah High-Cibadak Pelabuhanratu Low. Melihat urutan stratigrafinya, Bayah High kiranya sudah menjadi tinggian sejak post Oligosen Bawah, atau oleh pengangkatan mid-Oligocene. Sementara West Malingping Low masih terus menjadi rendahan sampai Plio-Pleistosen, terbukti sedimen Cimanceuri (Pliosen) tebal diendapkan di dalam rendahan ini, sementara sedimen termuda di tinggian Bayah adalah bagian atas Formasi Bayah berupa batupasir Eosen Atas yang merupakan endapan fluvial-delta mengandung batubara. Berdasarkan data vitrinite reflectance pada singkapan batubaranya, yaitu 0.55-0.6 %, maka ditafsirkan bahwa Tinggian Bayah dulunya pernah tenggelam sampai kedalaman 5000-7000 ft. Batupasir Bayah di Tinggian Bayah punya kualitas yang baik berdasarkan dua sumur coring DDH-1 dan DDH2 yang dibor oleh Amoco di Tinggian Bayah. Tetapi, tak ada sealingnya sebab sejak Oligosen tengah, tak ada lagi pengendapan di sini. Jadi Bayah High tak akan jadi tempat akumulasi hidrokarbon, mungkin di flank Tinggian Bayah bisa saja terjadi akumulasi, selama ada sedimen yang lebih muda diendapkan dan bisa berfungsi sebagai sealing; atau mengharapkan sealing olef fault. Sementara Malingping Low, saat ini bisa berfungsi sebagai kitchen dengan maturity level awal matang-optimum matang. Batuan induknya adalah Upper Bayah coals dan Lower Cijengkol coals. Keterangan tambahan tentang Banten Block, silakan disimak di ulasan berikut. salam, Awang [iagi-net-l] Melihat Kembali Tektono-Volkanik Banten Block Awang Satyana Mon, 25 Oct 2004 22:07:38 -0700 Bagian barat Pulau Jawa ini menarik secara geologi, sekarang hampir seluruhnya masuk ke dalam Provinsi Banten. Dan di geologi, wilayah ini pun biasa disebut Banten Block. van Bemmelen sejak tahun 1949 telah menyebut wilayah ini sebagai Banten Block dan membuat batasnya berupa garis hampir selatan-utara dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai Teluk Jakarta. Bukan sekedar garis batas wilayah, ternyata adalah juga garis batas geologi. Kata van Bemmelen, terdapat perbedaan arah struktur yang menyolok antara struktur2 di Banten Block yang didominasi arah Utara-Selatan dengan struktur2 Jawa yang didominasi Barat-Timur. Publikasi2 selanjutnya memang menunjukkan hal itu. Publikasi2 tektonik terbaru menunjukkan bahwa Pulau Jawa pernah menyatu dengan Sumatra, sehingga orientasi Pulau Jawa pun hampir seperti Sumatra. Lalu sejak sekitar Mio-Pliosen kedua pulau saling berpisah, Pulau Jawa terputar anti-clockwisely sedangkan Sumatra terputar clockwisely, membuka Selat Sunda semakin melebar ke arah selatan mirip2 triangle zone. Penelitian terbaru paleomagnetik Jawa menunjukkan bahwa bagian timur Pulau Jawa (datanya belum lengkap, jadi baru diketahui bagian timurnya saja) pernah menduduki paleo-latitude lebih ke selatan di banding sekarang - jadi membenarkan bahwa Pulau Jawa pernah terotasi anti-clockwisely. Kelihatannya, pemisahan Sumatra dan Jawa ini meninggalkan banyak luka geologi baik di Banten maupun di Lampung, berupa segmented basements di kedua wilayah tersebut yang berarah utara-selatan, sehingga di Banten misalnya ditemukan sistem horst dan graben seperti Ujung Kulon High - Ujung Kulon Low - Honje High - West Malingping Low. Di Selat Sunda, di pusat pemisahan ini, lebih parah lagi segmentasi-nya. Dan kondisi ini diperparah dengan aktifnya Sesar Mendatar Sumatra yang dextral dan Sesar Mendatar Ujung Kulon (di offshore baratdaya Pelabuhan Ratu). Kedua sesar mendatar ini saling berposisi step-over, seperti ber-estafet dari Sesar Sumatra ke Sesar Ujung Kulon. Daerah estafet adalah Selat Sunda, akibatnya akan tebentuk extensional stress pada kedua sesar dextral tersebut di wilayah Selat Sunda, dan terbukalah Selat Sunda melalui mekanisme pull-apart basin, sebagai konsekuensi dua sesar mendatar yang membentuk releasing stepover. Segmentasi kerak di
[iagi-net-l] Belajar dari Haiti EQ untuk Mitigasi Sumatra EQ
Gempa (EQ-earthquake) besar (“large, but it was not huge”, kata Jian Lin dari WHOI –Woods Hole Oceanographic Institution) di Haiti pada 12 Januari 2010 terjadi akibat patahan batuan di sebuah sesar mendatar sinistral bernama Enriquillo-Plantain Garden Fault (lihat ulasan di bawah). Sesar ini panjangnya 500 km, wilayah pematahan kemarin terjadi pada sebuah segmen sesar dengan panjang 50-60 km. Sesar ini sesar aktif yang bergerak dengan laju 7mm/tahun. Dalam proses pergeserannya, tentu sesar ini tidak mulus bergeser seperti pergeseran antara persentuhan dua balok besi yang lurus dan rata. Tetapi, pasti di beberapa tempat terdapat penguncian tektonik (coupling) pergerakan karena berbagai geometri segmen batuan/kerak Bumi yang acak. Pergerakan di suatu tempat memang terkunci, tetapi secara regional dua segmen di kedua sisi Enriquillo-Plantain Garden Fault bergerak terus karena mengakomodasi gerakan Lempeng Amerika Utara dan Lempeng Karibia dengan laju 20 mm/tahun. Maka, wilayah terkunci itu hanyalah sementara sebab di luarnya terus bergerak. Di wilayah terkunci, gaya tekan akibat pergeseran batuan akan terakumulasi sekian lama membentuk energi potensial yang sangat besar, misalnya selama puluhan atau ratusan tahun. Kala segmen batuan/kerak tak kuat lagi menahan stress yang begitu besar, pecahlah ia dan bergeser –rupture and slide, patahan, sesar. Seketika energi potensial yang kumulatif segera berubah menjadi energi kinetik dengan magnitude yang sama (hukum kekekalan energi) tetapi tersebar ke segala arah dalam bentuk energi gerak –goyangan, ayunan, dan goncangan gempa kita menyebutnya. Skala magnitude 7,0 Mw atau 7,0 SR sebenarnya titik awal saja untuk sebuah gempa besar, tetapi mengapa korban tewas di Haiti begitu besar (bisa ratusan ribu orang tewas, dan sekitar 1,5 juta orang terkena dampaknya menurut berita terakhir). Ada tiga penyebab, paling tidak : (1) gempanya dangkal – 13 km, (2) terjadi di pinggir ibu kota Haiti, (3) menyerang kawasan yang bisa disebut kumuh di wilayah itu dengan bangunan tempat tinggal yang dibangun seadanya. Bahkan istana raja Haiti pun diporakporandakan gempa, apalagi kawasan kumuh di pinggir ibu kota. Sebenarnya, penduduk Haiti tinggal di wilayah yang dipagari oleh pagar-pagar sesar mendatar yang berkawan dengan gempa, mereka tinggal di platelet (lempeng kecil) Gonvave yang sulit diprediksi kemauannya bergerak, yang terkurung di dalam Lempeng Karibia, dikurung oleh sesar-sesar mendatar besar. Tahun 1946, sebuah gempa besar melanda Haiti berasal dari pagar sesar lainnya, Septentrional Fault, bermagnitude 8,1 yang diperkirakan 30x lebih dahsyat daripada gempa minggu lalu. Sebuah pelajaran untuk penduduk Indonesia yang tinggal di atas Sesar Sumatra yang kerap juga berkawan dengan gempa. Sesar Sumatra yang bergerak menganan (dekstral) yang masih aktif sampai sekarang, yang terbagi ke dalam sekitar sepuluh segmen sesar. Para geologist harus membantu mitigasi gempa di wilayah ini dengan melihat di mana posisi-posisi sesar yang berpotensi terkunci gerakan tektoniknya karena berbagai sebab geometri sesar maupun segmen keraknya. Titik-titik belok (bend points) yang berpotensi menyebabkan kuncian tektonik saat slip terjadi (restraining bends) harus diwaspadai sebagai wilayah potensial sedang mengakumulasi stress. Sejarah kejadian gempa di sepanjang Sesar Sumatra harus dilihat kembali. Wilayah seismic gap di sepanjang Sesar Sumatra padahal berada di restraining bend harus dilihat sebagai wilayah dengan kemungkinan paling tinggi untuk terjadi gempa pada masa mendatang. Sumatra dan Jawa, meskipun di beberapa tempat punya pagar sesar yang berbahaya, teratur di tepi barat Sumatra tetapi malang-melintang di Jawa, tidak terkurung oleh sesar-sesar besar seperti di Haiti. Di Sumatra, ia terbuka ke arah timur, di Jawa ia terbuka ke beberapa tempat. Setiap kejadian geologi di muka Bumi, baik untuk dimaknai dan diambil pelajaran daripadanya guna manfaat kita, apalagi wilayah Indonesia adalah wilayah tempat gempa betah berumah tinggal. Salam, Awang --- Gempa Haiti 12 Januari 2010 : Enriquillo-Plantain Garden Killer Line ! Sabtu, 16 Januari, 2010 21:13 Dari: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.comMelihat detail kontakKepada: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Seperti diberitakan, Haiti di Amerika Tengah saat ini tengah berduka. Sebuah gempa besar bermagnitude 7,0 Mw (7,0 SR) melanda Pulau Hispaniola di Laut Karibia tempat negara Haiti berlokasi pada hari Selasa 12 Januari 2010 pukul 16.53 waktu setempat (Rabu 13 Januari 2010 pukul 04.53 WIB). Gempa ini menurut pengakuan Pemerintah dan PBB (berita petang TV One Sabtu 16 Januari 2010) diperkirakan dapat menelan korban sampai 200.000 orang, sehingga menjadi salah satu dari 10 gempa terburuk dalam satu abad terakhir. Data USGS (United States Geological
[iagi-net-l] Gempa Haiti 12 Januari 2010 : Enriquillo-Plantain Garden Killer Line !
Seperti diberitakan, Haiti di Amerika Tengah saat ini tengah berduka. Sebuah gempa besar bermagnitude 7,0 Mw (7,0 SR) melanda Pulau Hispaniola di Laut Karibia tempat negara Haiti berlokasi pada hari Selasa 12 Januari 2010 pukul 16.53 waktu setempat (Rabu 13 Januari 2010 pukul 04.53 WIB). Gempa ini menurut pengakuan Pemerintah dan PBB (berita petang TV One Sabtu 16 Januari 2010) diperkirakan dapat menelan korban sampai 200.000 orang, sehingga menjadi salah satu dari 10 gempa terburuk dalam satu abad terakhir. Data USGS (United States Geological Survey) menyebutkan bahwa episentrum gempa berlokasi di darat, di bagian barat Pulau Hispaniola, berjarak 25 km sebelah BBD dari Port-Au-Prince, ibu kota negara Haiti. Korban gempa diperkirakan ¾-nya berasal dari Port-Au-Prince. Gempa menggoyang wilayah ibu kota dengan goncangan skala VIII-IX MMI (modified Mercalli Intensity) dengan kelas goncangan : severe-violent dan potensi kerusakan : berat. Gempa ini merusakkan istana presiden dan banyak gedung pemerintah lainnya. Gempa dirasakan juga di pulau-pulau sekitarnya (Bahama, Kuba, Jamaika, Dominika, Puerto Rico) sampai Venezuela dan Florida. Episentrum gempa berlokasi di 18.457°N, 72.533°W dengan kedalaman pusat gempa 13 km. Berdasarkan data moment tensor solution (USGS Centroid dan Global CMT Project) gempa berasal dari pematahan batuan secara mendatar mengiri (left-lateral strike slip fault) dengan jurus 71 deg. dan kemiringan 64 deg (USGS Centroid moment tensor solution). Secara tektonik, Haiti menduduki Pulau Hispaniola (sebuah gugusan pulau Busur Kepulauan Antila) yang merupakan tepi utara Lempeng Karibia. Lempeng Karibia merupakan lempeng kecil (platelet, sliver plate) yang terjepit di antara dua lempeng besar Amerika Utara dan Amerika Selatan. Batas Lempeng Karibia terhadap Lempeng Amerika Utara dari timur ke barata adalahPalung Puerto Rico, transform fault (sesar mendatar yang berlokasi di batas lempeng atau antarlempeng) bernama Septentrional Fault, Palung Cayman, dan transform fault lagi yang terus ke barat memotong daratan Amerika Tengah di wilayah Guatemala. Batas lempeng yang merupakan palung dan transform fault ini menggambarkan vektor konvergensi Lempeng Amerika Utara dan Lempeng Karibia yang rumit. Gempa 12 Januari 2010 berlokasi di cabang (splay) transform fault Septentrional Fault di bagian selatan Haiti bernama Enriquillo-Plantain Garden Fault. Ibu kota Haiti, Port-Au-Prince juga dilewati sesar ini. Baik transform Septentrional Fault maupun splay transform Enriquillo-Plantain Garden Fault bergerak sinistral. Pematahan gempa 12 Januari 2010 itu pun menunjukkan gerak sinistral berdasarkan data moment tensor solution. Transform fault Septentrional Fault bergerak dengan laju 20 mm/tahun, sedangkan splay-nya (Enriquillo-Plantain Garden Fault) yang menimbulkan gempa 12 Januari 2010 itu bergerak dengan laju 7 mm/tahun. Gempa besar di Haiti pada tahun 1860, 1770, 1761, 1751, 1684, 1673, dan 1618 diperkirakan juga berhubungan dengan pematahan di Enriquillo-Plantain Garden Fault. Jelas, bahwa sesar ini biang gempa. Gempa-gempa di Haiti secara tektonik mirip dengan gempa-gempa besar yang berlokasi di Sesar Sumatra maupun Sesar Mentawai. Perbedaannya adalah bahwa Kepulauan Antila (Lesser Antilles dan Antilles) merupakan proper island arc, sementara Sumatra merupakan continental margin arc. Trevor Hatherton dan William Dickinson telah menganalogikan tektonik, magmatisme dan seismisitas kedua wilayah ini sejak 1969 melalui publikasi “The Relationship between Andesitic Volcanism and Seismicity in Indonesia, the Lesser Antilles, and Other Island Arcs “ (Journal of Geophysical Research, 1969,p. 5301-5310). Itu adalah salah satu makalah klasik yang turut melahirkan Teori Tektonik Lempeng. Berhati-hatilah setiap orang yang tinggal di atas retakan-retakan kerak Bumi yang masih suka bergerak sebab mereka suatu waktu dapat menjadi “killer lines”. Salam, Awang Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
section dari sumur-sumur yang ada sedimentasinya selalu menerus dan tidak ada rumpang. Dalam skala kecil kita memang mengamati di satu lapangan adanya gelinciran blok (shale scouring) yang dalam log section akan terlihat sebagai rumpang sedimentasi. Tapi untuk skala satu cekungan rasanya belum pernah mendengar. salam, From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Sent: Fri, January 8, 2010 12:19:16 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Noor, Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya bersama teman-teman dari SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk meninjau sumur ex VICO Pelarang-1 yang dibor di puncak bukit yang sebenarnya puncak antiklin. Di lereng antiklin ditemukan banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di puncak antiklin, hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1 pun mengalami masalah overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih Pamaluan. Batupasir Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya sudah dikanibalisasi dan diendapkan di lereng-lerengnya, atau sinklinnya. Maka di wilayah ini tak bisa lagi play antiklin jadi target, harus semacam updip pinchout di lereng antiklin atau bahkan sinklin. Bukan hanya sumur Pelarang saja yang mengalami begitu, tetapi beberapa sumur lain yang dibor di puncak antiklin sebelah barat Cekungan Kutei mengalami problem yang sama. Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat Kuching High naik setelah selesainya spreading South China Sea, itu sekitar late-Oligocene sampai earliest Miocene, sehingga delta pertama di Kutei umurnya early Miocene, sebab Kuching High jadi provenance utama delta2 di Kutei. Setelah itu, center of gliding tectonics makin bergerak ke arah timurnya masuk ke Upper Kutei Basin, lalu makin muda masuk ke bagian barat Lower Kutei Basin saat inversi intra-Miosen terjadi. Pada periode tektonik berikutnya (Mio-Plio dan Plio-Plistosen, center pengangkatan makin bergerak ke timur bersamaan dengan jalannya progradasi sedimen yang semakin muda juga bergerak semakin ke timur. Maka dapat dilihat bahwa gliding tectonics sebenarnya menerus, hanya center of upliftnya bermigrasi makin muda makin ke timur. Pada Plio-Pleistosen ia sudah masuk ke offshore, yang menyebabkan extensional faults di wilayah outer shelf, tetapi kemudian toe-thrusting di slope-nya. Migrasi center of uplift yang memicu gliding tectonics maju ke arah embayment-nya atau depresi utamanya juga terjadi di Jawa Barat yang menghadapi Palung Bogor (ingat migrasi thrust Pak Suyono Martodjojo, 1984 sejak dari Walat thrust sampai inversi Baribis), juga terjadi di antara Serayu Selatan dan Serayu Utara, center of uplifts-nya maju terus ke utara semakin muda (lihat penampang evolusi geologi Jawa Tengah dari van Bemmelen, di lembar peta -plate, no. 35). salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis: Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:35 AM Pak Awang, Cekungan Kutei memang masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi tectonic gliding memang pernah dikemukakan beberapa peneliti. Data-data pengeboran juga mendukung hipotesis ini. Seingat saya sumur Prangat-1 itu adalah salah satu contoh pengeboran di puncak antiklin yang isinya shale semua Tapi ada satu yang masih mengganjal: data bore-hole ovalization (break-out) menunjukkan ada kemenerusan trend yang relatif sama baik secara lateral maupun vertikal. Ini tentunya mencerminkan setting stress tektonik yang relatif sama dari waktu-ke-waktu. Sementara itu kalau kita memakai hipotesis tectonic gliding, maka tentu itu sifatnya sesaat' dan tidak menerus seperti ini. salam, From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Sent: Thu, January 7, 2010 5:23:18 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Frank, Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir. Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging
[iagi-net-l] Junghuhn Mengunjungi Bandung dan Jakarta (Oktober 2009-Januari 2010)
Franz Wilhelm Junghuhn, penyelidik alam Jawa terpenting pada masanya (1835-1848), penyusur dan pendaki gunung-gunung di Jawa; kembali mengunjungi Jawa yang sangat dicintainya. Kali ini, ia tidak naik gunung lagi, tetapi ia mengunjungi perguruan tinggi di Bandung –ITB (Oktober 2009) kemudian melanjutkan perjalanannya ke Erasmus Huis –Kedutaan Besar Belanda di Jakarta (Desember 2009-Januari 2010). Saya menemuinya di Erasmus Huis pada hari terakhir ia berada di Jakarta. Ada apa ini ? Sebuah perjalanan dan pertemuan imajiner kah ? Tidak juga. Saya benar-benar menemuinya dan memegang peta besar Jawa karyanya yang sepanjang sekitar 4 meter dan selebar 1 meter yang dibuatnya pada tahun 1855 dan disebutnya “Kaart van het eiland Java” (Peta Pulau Jawa). Saya juga memoto buku-buku magnum opusnya yang ditulis dalam bahasa Jerman “Java – Seine Gestalt, Pflanzendecke, und innere Bauart” (Leipzig, 1857) (Jawa – Bentuknya, Tutupan Vegetasinya dan Struktur Dalamnya). Benar bertemu Junghuhn ? Saya hanya bertemu dengan karya-karyanya. Junghuhn telah terbaring untuk selamanya di Lembang pada 24 April 1864. Jadi apa yang dimaksud dengan Junghuhn mengunjungi Bandung dan Jakarta itu ? Kedutaan Besar Belanda (Erasmus Huis) dan Kedutaan Besar Jerman (Goethe Institut) memperingati 200 tahun kelahiran Junghuhn (26 Oktober 1809) dengan menampilkan kembali sosok peneliti besar ini melalui pameran ilmiah. Banyak foto karya Junghuhn sendiri, lukisan-lukisan litografi aslinya, peralatan lapangannya, buku-bukunya, dan yang menjadi pusat pameran –peta besar Jawa-Madura skala 1 : 350.000 dipamerkannya. Semua itu disusun sedemikian rupa sehingga saya merasa sedang berhadapan langsung dengan Junghuhn. Dalam memperingati kelahiran Junghuhn, pameran diadakan selama hampir empat bulan di tiga kota di dunia : di Bandung (ITB, Oktober 2009), di Mansfeld, Jerman (November 2009) –Mansfeld adalah kota kelahiran Junghuhn dan di Jakarta (Desember 2009-9 Januari 2010). Saya baru mengetahui ada pameran tersebut terlambat, maka menjelang hari terakhir pameran (Jumat 8 Januari 2010), saya pergi ke Erasmus Huis di Kuningan, Jakarta. Siang itu, tak banyak pengunjung datang, hanya empat orang : dua mahasiswa geografi, satu orang expat, dan saya; mungkin karena : sedang waktu Jumatan, hujan gerimis, dan pameran sudah berlangsung hampir sebulan. Untuk milis ini, pada beberapa tahun yang lalu, saya pernah menulis tentang Junghuhn, di bawah ini adalah beberapa informasi tambahan berasal dari pameran. Peta Jawa-Madura karya Junghuhn (1855) menjadi perhatian utama. Ini adalah peta Jawa kedua yang dibuat secara detail selama zaman kolonialisme Belanda. Yang pertama adalah karya Raffles (1817). Tentu saja karya Junghuhn lebih detail karena berskala lebih besar, dengan garis kontur yang padat sehingga dapat menggambarkan topografi, dan lebih akurat. Akurasi peta Raffles dan Junghuhn itu dibandingkan dengan peta satelit modern, dan akurasi peta Junghuhn menakjubkan. Meskipun demikian, Junghuhn di bukunya mengakui bahwa peta Jawa Raffles adalah referensi utamanya saat memetakan ulang Jawa dan Madura. Yang hebat dari Jughuhn adalah bahwa ia melakukan penelusuran sendiri selama hampir 13 tahun untuk mendapatkan nilai topografi yang tepat, termasuk mendaki gunung-gunung di Jawa. Betapa hebatnya peta Junghuhn tersebut pada zamannya, sehingga tak kurang dari Alexander von Humboldt (naturalis dan geographer terkenal di dunia) mengomentari peta Jawa Junghuhn sebagai berikut,”Betapa besar rasa terima kasihku kepada Junghuhn atas peta yang indah, sungguh geologis, beraneka ragam bentuk. Setelah sebuah makan malam, Raja, Pangeran Friedrich dari Belanda, Menteri Peperangan, dan banyak Jenderal mengagumi peta ini sebagai sebuah karya yang sangat luar biasa,” (Berlin, 20 April 1857). Tetapi penelitian dan pemetaan Junghuhn sesungguhnya telah membimbing pembukaan beberapa lahan untuk keperluan perkebunan, budidaya, dan sebagainya yang sebenarnya dibenci oleh Junghuhn. Junghuhn menginginkan alam yang ditelitinya tetap liar, tetapi ironisnya berkat petanyalah alam yang semula liar itu dibuka untuk dimanfaatkan. Peta Junghuhn juga digunakan pemerintah kolonial untuk menumpas pemberontakan-pemberontakan di Jawa. Meskipun pendidikan formalnya adalah seorang dokter dan pada awal kariernya di Sumatra dan Jawa adalah sebagai seorang dokter tentara, Junghuhn menaruh minat yang besar kepada botani dan telah mendidik diri sebagai ahli botani melalui perkenalannya dengan para ahli botani professional dan perjalanan-perjalanan lapangannya. Akhir kariernya di Jawa pun ia sebagai pembudi daya tanaman kina. Namun pada tahun 1837 saat ia bekerja sebagai dokter di bawah Dr. Fritze , kepala lembaga kesehatan masyarakat di Hindia Belanda, sekaligus sebagai seorang geologist amatir, Jughuhn mulai berminat kepada geologi. Jughuhn diangkat sebagai asisten untuk lawatan inspeksi kesehatan. Dr. Fritze membawanya
Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Cepi, terima kasih atas masukannya. Bila yang diambil kasus adalah South Mahakam atau South Makassar Strait, itu memang akan berbeda dengan main Mahakam dan North Makassar. Perbedaan ini adalah relatif terhadap Sulawesi. Di sebelah selatannya, sisi Makassar Strait menyempit karena ada Paternoster Platform dan mendekati Sulawesi. Jadi kompresi dari Sulawesi (Majene Fold Belt) bisa saja berperan di situ. Tetapi, bisa juga akibat reaktivasi Adang-Paternoster Fault. Gempa-gempa di Balikpapan atau South Makassar sering berlokasi di splay sesar ini. Sesar ini sendiri secara regional bersambung ke Walanae Fault di South Sulawesi, lalu mungkin menyambung lagi ke Sumba Fracture. Sumba Fracture ini yang mungkin menerima gaya yang masih aktif dari benturan Australia terhadap Timor. Rotasi Kalimantan mestinya sudah berhenti, kecuali kalau gerak translasi ke BL, mungkin bisa saja terjadi, perlu data vektor GPS di Kalimantan untuk membuktikan hal ini. Gempa itu saya pikir terjadi karena reactivated fault, bukan rotasi CCW Kalimantan. Shortening Selat Makassar itu itu harus dilihat dengan hati-hati, di bagian mana shortening-nya. Bila sampai offshore West Sulawesi foldbelt(di wilayah Exxon Surumana, Marathon Pasangkayu, StatOil-Pertamina Karama dan COPI Kuma) wajar saja shortening tersebut sebab srtuctural style di sini imbrikasi. Tetapi kalau shortening ke seluruh Makassar Strait sampai ke Mahakam, seharusnya ada kompresi dan menimbulkan sesar2 naik dengan vergency ke barat dan miring ke timur. Pada kenyataannya, tidak ada hal seperti itu. Kejadian toe-thrusts ini tentu bukan dari distal ke proximal, tetapi sebaliknya dari proximal ke distal atau searah dengan progradasi sedimen. Migrasi thrust-nya searah dengan progradasi sedimen pasir. salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, m-adam.c...@total.com m-adam.c...@total.com menulis: Dari: m-adam.c...@total.com m-adam.c...@total.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 5:26 PM Pak Awang, Dalam beberapa hal saya setuju dengan pendapat yang menerangkan bahwa folding dan thrust di cekungan Kutei berhubungan dengan thin-skin gliding tectonic. Kalau kita melihat penampang seismic yang memotong daerah south mahakam dari onshore ke offshore terlihat beberapa thrust dan folding di offshore dengan bidang gelincir di sekitar oligocene dan aktivasi structure ini berakhir disekitar Miosen akhir-tengah. Hanya saja kalau kita urutkan kejadian seri thrust di daerah ini dimulai di daerah distal offshore kemudian disusul seri yang lebih proximal. Agak sulit saya menerangkan ponded-basin di belakang thrust terangkat kemudian oleh seri thrust berikutnya dengan bidang gelincir yang sama. Saya mencurigai bahwa ada lateral compression dari West Sulawesi yang memungkinkan urutan kejadian seri thrust ini terbalik dari distal ke proximal. Gaya ini berlangsung terus menerus seperti yang diterangkan Pak Noor. Dan bahkan mungkin masih berlangsung hingga sekarang data GPS di Selat Makassar dan Selatan Selat Makassar menunjukan adanya shortening 22 mm pertahun di Selat Makassar dan 17 mm pertahun di Selatan Selat Makassar. Mungkin saat ini Kalimantan masih berotasi anti-clockwise, gempa Balikpapan beberapa bulan lalu mungkin berhubungan dengan ini. Salam CP Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com 08/01/2010 04:19 Please respond to iagi-net@iagi.or.id To iagi-net@iagi.or.id cc Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Subject Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Noor, Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya bersama teman-teman dari SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk meninjau sumur ex VICO Pelarang-1 yang dibor di puncak bukit yang sebenarnya puncak antiklin. Di lereng antiklin ditemukan banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di puncak antiklin, hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1 pun mengalami masalah overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih Pamaluan. Batupasir Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya sudah dikanibalisasi dan diendapkan di lereng-lerengnya, atau sinklinnya. Maka di wilayah ini tak bisa lagi play antiklin jadi target, harus semacam updip pinchout di lereng antiklin atau bahkan sinklin. Bukan hanya sumur Pelarang saja yang mengalami begitu, tetapi beberapa sumur lain yang dibor di puncak antiklin sebelah barat Cekungan Kutei mengalami problem yang sama. Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat Kuching High naik setelah selesainya spreading South China Sea, itu sekitar late-Oligocene sampai earliest Miocene, sehingga delta pertama di Kutei umurnya early Miocene, sebab
Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Noor, Terjadinya kanibalisasi antiklin-antiklin di inner belt Samarinda Anticlinorium terjadi melalui inversi yang menyebabkan uplift. Kalau pada saat itu topografi antara uplift dan depresinya berkembang slope yang cukup panjang, maka suatu gliding tectonics bisa bekerja bersamaan dengan progradasi sedimen yang dikanibalisasi dari tinggian antiklin. Jadi lokasi center of upliftnya merupakan batas operasi gliding tectonics yang paling dangkal. Gliding tectonics bergeser semakin muda ke timur, kalau mau didetailkan di mana, harus dilakukan restoration of geologic sections, dari situ kita mendelineasi gliding tectonics. Gliding tectonics adalah syndepositional deformation, maka tak akan memberikan rumpang yang berarti. Progradasi delta di Kutei pun terus-menerus, tanpa rumpang berarti, akibatnya karena gliding tectonics sering terjadi dalam progradasi sedimen, maka di dalam gliding tectonics pun tak akan ada pula rumpang. salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis: Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 1:50 PM Pak Awang, Terima kasih penjelasannya. Kalau paleo-gliding mungkin kita bisa melihat jejak hulu dari potongan yang menggelincir dengan adanya area di barat Kutei yang hampir tidak ada sediment sama sekali (kelihatan sangat jelas di peta SLAR). Namun kalau gliding yang lebih muda, itu kira-kira di mana ya...? Rasanya hampir semua section dari sumur-sumur yang ada sedimentasinya selalu menerus dan tidak ada rumpang. Dalam skala kecil kita memang mengamati di satu lapangan adanya gelinciran blok (shale scouring) yang dalam log section akan terlihat sebagai rumpang sedimentasi. Tapi untuk skala satu cekungan rasanya belum pernah mendengar. salam, From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Sent: Fri, January 8, 2010 12:19:16 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Noor, Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya bersama teman-teman dari SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk meninjau sumur ex VICO Pelarang-1 yang dibor di puncak bukit yang sebenarnya puncak antiklin. Di lereng antiklin ditemukan banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di puncak antiklin, hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1 pun mengalami masalah overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih Pamaluan. Batupasir Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya sudah dikanibalisasi dan diendapkan di lereng-lerengnya, atau sinklinnya. Maka di wilayah ini tak bisa lagi play antiklin jadi target, harus semacam updip pinchout di lereng antiklin atau bahkan sinklin. Bukan hanya sumur Pelarang saja yang mengalami begitu, tetapi beberapa sumur lain yang dibor di puncak antiklin sebelah barat Cekungan Kutei mengalami problem yang sama. Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat Kuching High naik setelah selesainya spreading South China Sea, itu sekitar late-Oligocene sampai earliest Miocene, sehingga delta pertama di Kutei umurnya early Miocene, sebab Kuching High jadi provenance utama delta2 di Kutei. Setelah itu, center of gliding tectonics makin bergerak ke arah timurnya masuk ke Upper Kutei Basin, lalu makin muda masuk ke bagian barat Lower Kutei Basin saat inversi intra-Miosen terjadi. Pada periode tektonik berikutnya (Mio-Plio dan Plio-Plistosen, center pengangkatan makin bergerak ke timur bersamaan dengan jalannya progradasi sedimen yang semakin muda juga bergerak semakin ke timur. Maka dapat dilihat bahwa gliding tectonics sebenarnya menerus, hanya center of upliftnya bermigrasi makin muda makin ke timur. Pada Plio-Pleistosen ia sudah masuk ke offshore, yang menyebabkan extensional faults di wilayah outer shelf, tetapi kemudian toe-thrusting di slope-nya. Migrasi center of uplift yang memicu gliding tectonics maju ke arah embayment-nya atau depresi utamanya juga terjadi di Jawa Barat yang menghadapi Palung Bogor (ingat migrasi thrust Pak Suyono Martodjojo, 1984 sejak dari Walat thrust sampai inversi Baribis), juga terjadi di antara Serayu Selatan dan Serayu Utara, center of uplifts-nya maju terus ke utara semakin muda (lihat penampang evolusi geologi Jawa Tengah dari van Bemmelen, di lembar peta -plate, no. 35). salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis: Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:35 AM Pak Awang, Cekungan Kutei memang masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi
Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Frank, Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir. Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging, structural grain masih didominasi extensional faults, bukan toe -thrusting ala gliding tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya sebab periode kejadiannya pun berlainan. Dalam mata eksplorasi migas, decollement sering menjadi sealing/cap yang resilient. Jadi bila ada deformasi post-rift yang ditutupi decollement, itu bisa jadi trap sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi postrift tak tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D), nah dalam kasus ini generated hydrocarbon dari synrift sequence bisa masuk ke trap toe-thrusting di atas decollement. Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik sebab semakin banyak fraksi mineral stabilnya yang tertinggal yaitu kuarsa, dan semakin banyak clay-winnowing-nya sehingga membersihkan pasir dari pengotor lempung. Reservoir2 di laut dalam Makassar Strait membuktikan ini. Agar sands di toe-thrust block memberikan aliran turbiditnya sendiri, maka toe-thrust block itu harus pernah tersingkap dan di-kanibal pasirnya lalu diendapkan ulang sebagai turbidit sands di downdipnya. Tetapi saya tak yakin ini terjadi untuk toe-thrust block di sistem deep-water sebab itu akan membutuhkan forced regression yang sangat besar untuk batupasir di toe-thrust block tersingkap. Tetapi bila batupasir di toe-thrust block tergerus oleh submarine gravity flow, bisa saja itu mengendapkan ulang pasirnya. Di Kutei Basin, yang namanya sands di puncak antiklin terangkat dan di-kanibal lalu diendapkan ulang di hilirnya adalah sudah biasa. Maka banyak antiklin di bagian onshore Kutei sebelah barat tak punya lagi pasir sebab pasirnya sudah dikanibalisasi. Maka mengebor sumur di puncak-puncak antiklin yang terkanibal adalah kesalahan besar, yang ditemukan hanyalah shales dengan interbeds tipis sands dan overpressured. Dan dalam sistem to-thrusting yang sejalan dengan progradasi, mengebor sumur di puncak antiklinnya pun kesalahan sebab di situ pasir akan tipis sebab pasir akan mengumpul di ponded basin di belakang thrust block. Bila di puncak antiklin, akan ada diapir dan sands yang tipis. Flank antiklin harus menjadi targetnya. salam, Awang salam, Awang --- Pada Kam, 7/1/10, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com menulis: Dari: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Tanggal: Kamis, 7 Januari, 2010, 9:24 AM Pak Awang, Ulasan yang menarik sekali. saya mau tanya mengenai lengseran nya ... pertama, apakah mekanisme gliding tektonik(lengseran) ini selalu memerlukan plastic zone dimana sediment-blocknya akan bergeser? jadi perlu shale/salt yang plastics dan mungkin juga perlu ketebalan tertentu? pertanyaan kedua, di daerah extension, sering sekali terjadi rifting, lalu terendapkan synrift sediment, lalu post rift. seandainya post-rift sedimentnya ada plastics sediment misalnya shale atau salt, dan extension force terus berjalan, tersedia accomodation space yang bukan diisi dengan longsoran tetapi dengan lengseran (yang bisa besar sekali dimensinya). kemudian bisa saja terjadi toe-trust structure pada sediment diatas shale atau saltnya. nah pertanyaan saya adalah bagaimana membedakan fenomena ini dengan gliding tectonic yang hanya disebabkan oleh gravity seperti yang Pak Awang deskripsikan. yang paling penting adalah apakah perlu membedakannya dilihat dari mata eksplorasi migas? Pertanyaan ketiga mengenai longsoran setelah toe-thrust terjadi. apakah mungkin kualitas reservoir dari sand lebih baik setelah sand itu tersebut di rework dan menjadi endapan turbidit? dan apakah mungkin ada beberapa aliran turbidite di satu toe-thrust block? jadi tidak tergantung dengan sungai yang ada di onshorenya. terima kasih sebelumnya atas penjelasannya. salam, frank From: unt...@dgtl.esdm.go.id unt...@dgtl.esdm.go.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wed, January 6, 2010 5:28:40 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Penjelasan pak Awang menarik sekali karena saya sedang mempelajari apa iya bahwa endapan Tersier di Jawa bukan merupakan suatu akuifer. Jadi bedanya Pak Awang cari minyak saya coba untuk cari air di pegunungan Tersier untuk mendukung
Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Vicki, Saya tidak melihat komponen kinematika kompresi yang signifikan untuk to-thrusting di Makassar Strait maupun Tarakan deepwater. Beberapa penulis sering menyebut kompresi dari Sulawesi sebagai asal kinematika struktur2 positif ini, tetapi data seismik terbaru yang memotong Selat Makassar tak menunjukkan structural grain kompresif apa pun di level Neogen sampai ke Kutei maupun Tarakan, struktur kompresif dari Sulawesi ini hanya sampai bagian barat Sulawesi offshore. Maka saya melihat bahwa toe thrusting di sini berasal dari kinematika internal dari progradasi sedimen dan dipicu gliding tectonics dari Kuching uplift dan semua updip ullifts lainnya di Kute dan Tarakan onshore. Beberapa penulis pun mengatakan toe-thrusting ini dikendalikan oleh transversal faults (strike-slip faults) yang ada di level Paleogen. Tetapi, hubungan antara Paleogen dan Neogen sediments di Kutei maupun Tarakan tidak jelas karena terlalu dalam, sehingga kendali tersebut tak bisa dievaluasi lebih jauh. Paper saya dkk di Journal of Asian Earth Sciences dapat menjelaskan lebih jauh tentang hal ini (Satyana, A.H., Imanhardjo, D.N., and Surantoko, 1999, Tectonic Controls on the Hydrocarbon Habitats of the Barito, Kutei, and Tarakan basins, Eastern Kalimantan, Indonesia : Major Dissimilarities in Adjoining Basins, Journal of Asian Earth Sciences, 17 (1999), p. 99-122). Kendeng Zone dan Rembang Zone memang punya deformasi dengan vergency reverse faults dan thrusts yang berlainan. Akibatnya, Zone Randublatung berada pada posisi downblock baik terhadap Kendeng Zone maupun Rembang Zone. Maka Randublatung Zone sangat depressed, subsided dan tenggelam, sebagai triangle zone, membuat Bouguer gravity-nya paling minimum negatif di Jawa. Deformasi di Kendeng Zone dan Rembang Zone ini sama-sekali bukan gliding tectonics; tetapi sebelum Kendeng dan Rembang terdeformasi, gliding tectonics di Randublatung bisa beroperasi, persis seperti di Serayu Utara, termasuk melipat sedimen turbidit yang diendapkan di depresi Randublatung. Kemudian pada Mio-Pliosen, Randublatung ini semakin tenggelam oleh tectonic load dan thrust sheets yang berulang-ulang terutama di Kendeng Zone. saya meyakini bahwa kini di Randublatung Zone ada deepwater Ngrayong dan isolated carbonate platform yang ditumbuhi pinnacle reefs tipe Banyu Urip/Mudi/Sukowati tetapi jauh sudah tenggelam oleh deformasi Mio-Pliosen. salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, vicki amir vickirezkya...@yahoo.com menulis: Dari: vicki amir vickirezkya...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 7:56 AM Pak Awang, Apakah betul untuk proses pengkanibalisasi-an itu sebenarnya adalah case thrust propagation fold yang memang berasosiasi dgn toe-thrust di bagian distal suatu delta? Saya kira mungkin masih ada komponen lateral kompresi yang signifikan disana, dan lebih besar daripada hanya gliding tectonics saja layaknya avalanche suatu paket sedimen yg semi-kompak (CMIIW). Karena kasus turbidit sands yang terendapkan di downdip tersebut adalah seiring dgn propagasi dari thrustnya, semakin sloping, semakin intensif pula turbidit eventnya. Dan itu setidaknya membutuhkan lateral kompresi yang lebih dominan seperti halnya yang terjadi di beberapa reservoir turbidit di Delta Niger, karena berasosiasi dgn toe thrust faulting yang cukup panjang secara length of faultnya. Mohon koreksinya. Lalu bagaimana dgn kasus di Jawa Timur contohnya thrust fault ke arah Utara yg berumur Mio-Plio pada Kendeng Zone dan thrust fault ke arah Selatan Rembang-Madura Zone layaknya Triangle Zone di Ramba dan Supat fault di South Sumatra basin? Apakah ada potensi turbidit reservoir dsana? Mohon pencerahannya. Thanks. Wassalam Vicki Amir From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Sent: Thu, 7 January, 2010 16:23:18 Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Frank, Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir. Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics dan Prospek HC)
sedimen di bawahnya, akan dapat didefinisikan (Sehingga bisa menjawab pertanyaan P'Frank, tentang membedakan Gliding Tectonic deposit dengan Toe-Trust Block :)). Secara Teknik akuisisi , saya menyarankan penggunaan offset yang lebih panjang dari optimasi normal, sedangkan mengenai batuan keras (batuan beku/breksi volcanik) yg dangkal atau malah tersingkap di permukaan), tidak perlu pusing dengan patokan depth charge, Charge (single/pattern) cukup masuk ke bedrock/outcrop batuan keras tsb, lalu tutup dengan adonan semen. Saya penasaran tu di daerah onshore Jawa Barat selatan, karena di wilayah tersebut belum ada data seismik hingga sekarang. Kebanyakan mungkin kurang tertarik karena di wilayah tersebut berdasarkan peta geologi permukaan banyak volcanic cover Kuarter (padahal sebagian besar permukaan area hanya fragmen halus klastik volkanik, yang hanya menimbulkan sedikit hambatan saja untuk akuisisi seismik). Di wilayah tersebut, memang hampir tidak ada rembesan oil/gas , ini juga yang mungkin membuat orang kurang tertarik. Tapi, bukankah banyak sekali Oil/gas field di Negeri tercinta ini yang dipermukaannya kagak pake oil/gas seeps segala ??:) Setau saya, ada potensi batuan resevoir di Jawa Barat selatan ini malah lebih bagus dari Jawa Tengah selatan, terbukti dari dijumpainya singkapan batupasir (dan karbonat ) dengan kualitas yang bagus di daerah Sukabumi dan sekitarnya. Mungkin terdapat perbedaan signifikan provenance sedimen antara Jawa Tengah Selatan dan Jawa Barat Selatan ? Soal ini, mungkin rekan2 geologist dapat menjelaskan lebih lanjut.:) Salam, BKG -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: 07 Januari 2010 1:17 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS; Geo Unpad Subject: Bls: [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics dan Prospek HC) Pak Bambang, Terima kasih atas infonya, nanti saya cek website-nya. Teman-teman geophysicists barangkali bisa berkomentar untuk masalah akuisisi seismik di onshore Jawa ini sebab saya melihat masih banyak sekali potensi migas terkubur di bawah volcanic cover Miosen-Kuarter ini, terutama di perbatasan antara Jawa Barat-Jawa Tengah dan Serayu Utara. Rembesan minyaknya, pada kedua area ini,paling kaya di Jawa. Untuk Serayu Utara, kelihatannya lebih banyak rembesan minyak dibandingkan gas.Contoh minyak Cipluk yang saya peroleh kelihatannya light oil atau minyak dalam maximal maturity. Jadi masalah overmaturity mungkin tak perlu terlalu dikhawatirkan. Main-peak maturity untuk minyak kelihatannya masih terjadi di Serayu Utara. salam, Awang --- Pada Rab, 6/1/10, Bambang Gumilar bgumilar_mail...@yahoo.co.id menulis: Dari: Bambang Gumilar bgumilar_mail...@yahoo.co.id Judul: Bls: [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics dan Prospek HC) Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 6 Januari, 2010, 11:13 PM Mengutip alenia terakhir dari tulisan pak Awang di bawah ini tentang teknologi akuisisi seismik, saya tertarik untuk membaca ulang arsip-arsip beberapa tahun terakhir tentang kisah sukses Chevron di Gulf of Mexico dan di Angola yang berhasil mendisain akuisisi seismik untuk Sub-Salt. Berangkat dari ide yang sama, teknologi ini diteliti lagi dan dicoba untuk Sub-Basalt (volcanic) di Laut Utara. Ternyata berhasil dengan ditemukannya 'Rosebank' dan sudah banyak publikasi tentang ini. http://www.chevron.com/news/press/Release/?id=2007-07-17 (Press Release ini adalah domain publik). Juga di website http://www.faroebusinessreport.com/content/view/271/39/ Pertanyaannya selanjutnya, seandainya kita bisa melakukan 'seismic imaging' di Jawa Tengah Utara, apakah HC yang masih ada tidak ter-'thermal-cracked'? Mengingat kedalaman dan gradien geothermal di kawasan tersebut. Jika target-nya gas, mungkin masih susah bagi teknologi ini untuk diapplikasikan secara ekonomis (cost effective). Wassalam, -bg www.linkedin.com/in/bambanggumilar - Pesan Asli Dari: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id Terkirim: Sel, 5 Januari, 2010 21:29:32 Judul: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Budi, Setelah banyak mempelajari struktur dan tektonik di berbagai wilayah di Indonesia, saya melihat bahwa kompresi lateral dengan penggerak utama tektonik lempeng tidak selalu menjadi satu-satunya penyebab kinematika elemen struktur dan tektonik. Banyak hal yang menuntut penjelasan lebih dari sekadar kompresi. Bahkan dengan konsep exhumation, yaitu terangkatnya kembali kerak benua yang pernah tenggelam di bawah kerak berasosiasi oseanik, saya tak akan melihat lagi bahwa seluruh pengangkatan yang terkenal itu (Himalaya, Kuching High, Meratus, Central Ranges of Papua, dsb.) semuanya karena tektonik lempeng semata. Memang
Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Noor, Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya bersama teman-teman dari SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk meninjau sumur ex VICO Pelarang-1 yang dibor di puncak bukit yang sebenarnya puncak antiklin. Di lereng antiklin ditemukan banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di puncak antiklin, hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1 pun mengalami masalah overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih Pamaluan. Batupasir Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya sudah dikanibalisasi dan diendapkan di lereng-lerengnya, atau sinklinnya. Maka di wilayah ini tak bisa lagi play antiklin jadi target, harus semacam updip pinchout di lereng antiklin atau bahkan sinklin. Bukan hanya sumur Pelarang saja yang mengalami begitu, tetapi beberapa sumur lain yang dibor di puncak antiklin sebelah barat Cekungan Kutei mengalami problem yang sama. Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat Kuching High naik setelah selesainya spreading South China Sea, itu sekitar late-Oligocene sampai earliest Miocene, sehingga delta pertama di Kutei umurnya early Miocene, sebab Kuching High jadi provenance utama delta2 di Kutei. Setelah itu, center of gliding tectonics makin bergerak ke arah timurnya masuk ke Upper Kutei Basin, lalu makin muda masuk ke bagian barat Lower Kutei Basin saat inversi intra-Miosen terjadi. Pada periode tektonik berikutnya (Mio-Plio dan Plio-Plistosen, center pengangkatan makin bergerak ke timur bersamaan dengan jalannya progradasi sedimen yang semakin muda juga bergerak semakin ke timur. Maka dapat dilihat bahwa gliding tectonics sebenarnya menerus, hanya center of upliftnya bermigrasi makin muda makin ke timur. Pada Plio-Pleistosen ia sudah masuk ke offshore, yang menyebabkan extensional faults di wilayah outer shelf, tetapi kemudian toe-thrusting di slope-nya. Migrasi center of uplift yang memicu gliding tectonics maju ke arah embayment-nya atau depresi utamanya juga terjadi di Jawa Barat yang menghadapi Palung Bogor (ingat migrasi thrust Pak Suyono Martodjojo, 1984 sejak dari Walat thrust sampai inversi Baribis), juga terjadi di antara Serayu Selatan dan Serayu Utara, center of uplifts-nya maju terus ke utara semakin muda (lihat penampang evolusi geologi Jawa Tengah dari van Bemmelen, di lembar peta -plate, no. 35). salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis: Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:35 AM Pak Awang, Cekungan Kutei memang masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi tectonic gliding memang pernah dikemukakan beberapa peneliti. Data-data pengeboran juga mendukung hipotesis ini. Seingat saya sumur Prangat-1 itu adalah salah satu contoh pengeboran di puncak antiklin yang isinya shale semua Tapi ada satu yang masih mengganjal: data bore-hole ovalization (break-out) menunjukkan ada kemenerusan trend yang relatif sama baik secara lateral maupun vertikal. Ini tentunya mencerminkan setting stress tektonik yang relatif sama dari waktu-ke-waktu. Sementara itu kalau kita memakai hipotesis tectonic gliding, maka tentu itu sifatnya sesaat' dan tidak menerus seperti ini. salam, From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Sent: Thu, January 7, 2010 5:23:18 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Frank, Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir. Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging, structural grain masih didominasi extensional faults, bukan toe -thrusting ala gliding tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya sebab periode kejadiannya pun berlainan. Dalam mata eksplorasi migas, decollement sering menjadi sealing/cap yang resilient. Jadi bila ada deformasi post-rift yang ditutupi decollement, itu bisa jadi trap sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi postrift tak tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D), nah dalam kasus ini generated hydrocarbon dari synrift sequence bisa masuk ke trap toe-thrusting di atas decollement. Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik sebab semakin
Bls: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Frank, Toe-thrusting bukan oleh extension, apalagi compression. Ia karena gravity-sliding yang berhubungan dengan differential gravity movement, yang memerlukan upifted area, subsided area, dan progradasi sedimen. Ruang gerak jelas dibutuhkan sebab ke situlah fokus pelengseran. Dan space of accommodation semacam itu bukan masalah di Kutei dan Tarakan sebab mereka adalah embayment yang subsided -akan membuka ruang gerak yang maksimal. Tempat semacam itu sedikit bermasalah di Serayu Utara, juga Bogor, dan Kendeng atau Randublatung di Jawa sebab mereka pada prinsipnya bergeometri trough -palung (sempit tetapi dalam). Namun sempitnya itu sekarang, setelah dideformasi dan diperdalam tectonic load berikutnya. Dulunya mereka lumayan lebar dan dalam sehingga gliding tectonics bisa berjalan. Material plastis telah kita bahas kemarin, justru itu yang menjadi toe-nya atau decollement atau detachment atau floor of thrust (jangan kelirukan gliding tectonics dengan floor of thrust dan roof of thrust dalam sistem duplex pada thin-skinned tectonics). Strike-slip bukan suatu keharusan dalam gliding tectonics, kebetulan saja di Makassar dan Tarakan ada strike-slip faults yang kata beberapa peneliti di bekas rifting Makassar Strait pada Paleogen. dari data seismik, saya tak melihat ada pengaruh deformasi Paleogen ke deformasi to-thrusting yang seluruhnya di Neogen. Di Tarakan, strike-slip-nya lebih muda, ada yang baru muncul atau re-activated pada Neogen. Sesar2 semacam ini bisa membatasi blok-blok toe-thrusting sebagai barrier, dan dalam skala kecil benar bisa menyatu ke sisi utara atau selatan sistem toe-thrusting sebagai tear faults. Memang, strike-slip fault tak mendorong toe-thrusting. Sesar2 normal di outer shelf dan upper slope bisa memicu toe-thrusting di sebelah downdip-nya, paling tidak membuat massa runtuhan, sebelum mereka sendiri lalu terdeformasi secara toe-thrusting. Tetapi, normal faults yang berjasa dalam hal ini adalah normal faults paling luar yang paling dekat (frontal) dengan to-thrust paling updip (untuk diskusi kasus lihat paper paling baru dari teman2 Eni Bukat Bu Teten - Hediaty et al. (2009 -IPA) tentang mekanisme hubungan normal faults dan toe-thrusting di Tarakan. Paleogen dan Neogen di Kutei dan Tarakan harus dicurigai dibatasi oleh decollement yang besar. Yang satu terdeformasi, yang lain tidak, mungkin saja sebab mereka berada dalam sistem thin-skinned tectonics, bukan thick-skinned tectonics; tetapi yang Paleogen pun tak terkompresi; jadi yang Neogen terdeformasi secara toe-thrusting yang thin-skinned tectonics, Paleogennya devoid of deformation dengan structural style yang sama. salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com menulis: Dari: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Judul: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id, iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 12:26 PM Mau ikutan nanya lagi. apakah Toe-thrust itu lebih sering disebabkan oleh extension dan bukan compression. karena, supaya bisa tergelincir harus ada ruang geraknya selain material plastis dibawahnya. terus apakah strike slipnya itu adalah hasil dari tear-fault (fault sobekan?) ditepi dari toe-thrust faultnya? jadi strike slip faultnya bukan penyebabnya? Kemudian apakah Thrust fault yang kelihatan itu disebabkan oleh dorongan dari normal fault yang di ujung satu dari toe-thrust system? kecuali kalau material yang dibawahnya material plastis yang di kompressi tanpa menyebabkan kompressi di material yang diatas bahan plastis. tapi bagaimana ini bisa terjadi? terima kasih atas penjelasanannya From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id Sent: Fri, January 8, 2010 9:19:26 AM Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Vicki, Saya tidak melihat komponen kinematika kompresi yang signifikan untuk to-thrusting di Makassar Strait maupun Tarakan deepwater. Beberapa penulis sering menyebut kompresi dari Sulawesi sebagai asal kinematika struktur2 positif ini, tetapi data seismik terbaru yang memotong Selat Makassar tak menunjukkan structural grain kompresif apa pun di level Neogen sampai ke Kutei maupun Tarakan, struktur kompresif dari Sulawesi ini hanya sampai bagian barat Sulawesi offshore. Maka saya melihat bahwa toe thrusting di sini berasal dari kinematika internal dari progradasi sedimen dan dipicu gliding tectonics dari Kuching uplift dan semua updip ullifts lainnya di Kute dan Tarakan onshore. Beberapa penulis pun
[iagi-net-l] The Only Living Earth : Destiny or By Chance ?
Bumi yang penuh kehidupan tingkat kompleks itu sebuah takdir yang telah diatur atau sekadar kebetulan saja ? Kemajuan penelitian-penelitian astronomi, kosmologi (mempelajari asal muasal Alam Semesta), eksobiologi/astrobiologi (mempelajari kehidupan ekstraterestrial atau kehidupan di luar Bumi) dan planetary geology (mempelajari geologi planet-planet) serta semua publikasinya, menunjukkan bahwa Bumi kita yang penuh kehidupan kompleks (kompleks di sini adalah multisel dan memunculkan manusia seperti kita yang cerdas dan berteknologi) itu adalah sesuatu yang unik, bukan yang umum, di Alam Semesta. Bagaimana kehidupan kompleks itu bisa muncul di Bumi, dan kelihatannya sulit di tempat lain, akan menunjukkan bahwa ia memang dirancang untuk bisa dihuni –artinya suatu takdir yang telah diatur (destiny), bukan oleh suatu kebetulan belaka (by chance). Siapa yang mengaturnya ? Orang beriman tentu tahu jawabannya. Dan, kemajuan ilmu pengetahuan menunjukkan ke arah itu, secara ringkas dalam suatu teori bernama “Rare Earth Theory” yang dipelopori oleh Peter Ward (geologist dan paleontologist) dan Donald Brownlee (astronomer dan astrobiologist) melalui buku mereka berjudul “Rare Earth : Why Complex Life Is Uncommon in the Universe” (Springer Verlag, 2000). Dan hampir sepuluh tahun setelah buku itu terbit, penelitian-penelitian astronomi, kosmologi, eksobiologi/astrobiologi dan planetary geology makin menguatkan teori Rare Earth. Sebuah DVD film dokumenter terbitan BBC (2008) dengan durasi tayang selama empat jam (tepatnya 248 menit) berjudul “Earth : The Power of the Planet” dengan narator Dr. Iain Stewart (geologist) baru selesai saya tonton. Dari lima episode-nya, satu di antaranya dialokasikan untuk menerangkan tentang apa itu teori Rare Earth. Dari film tersebut, diperdalam dengan publikasi-publikasi terbaru yang berhubungan dengan Rare Earth, saya ringkaskan di bawah ini untuk rekan-rekan semua. Rare Earth adalah suatu antitesis (kontra) terhadap teori lain yang lebih dulu populer yang dipelopori oleh Carl Sagan bernama “mediocrity” atau “Copernican principle”. Carl Sagan (alm.) adalah seorang astronomer dan exobiologist terkenal yang banyak menulis buku yang laku di pasaran (misalnya Cosmos –telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Obor Indonesia 1997 dengan kata pengantar oleh Prof. Bambang Hidayat-astronomer paling senior di Indonesia, The Pale Blue Dot yang dihiasi gambar-gambar dan foto-foto aduhai, Carl Sagan’s Universe yang sedikit teknis, dll.). Buku-bukunya sering ditulis dengan kata-kata puitis, sehingga nikmat dan ‘syahdu’ membacanya. Carl Sagan pun seorang selebritas dan ilmuwan yang sering muncul di televisi dan dia dekat dengan para penguasa Amerika Serikat. Maka, jutaan dollar US dialirkan Pemerintah AS untuk mendanai penelitian-penelitian yang mengobsesi Carl Sagan : kehidupan ekstraterestrial. Carl Sagan meyakini bahwa di Alam Semesta banyak kehidupan. Ide-idenya menjadi inspirasi film-film bertajuk ET (extra-terrestrial) –yang mendominasi film-film fiksi ilmiah pada era 80-an. Secara ringkas, program peneltian Carl Sagan dan timnya bernama SETI –search for extra-terrestrial intelligence. Banyak radio-teleskop dengan diameter lebar didirikan di gurun Arizona untuk menangkap sinyal-sinyal yang mungkin mambawa tanda-tanda kehidupan dari luar Bumi. Film “Contact” yang berkaitan dengan ini dan dibintangi oleh Jodie Foster adalah berdasarkan ide Carl Sagan tentang kontak dengan ET. Namun demikian, meskipun telah lebih dari 20 tahun teleskop-teleskop radio dengan piringan parabola lebar itu diarahkan ke segenap penjuru langit, tak ada satu “beep” pun terbaca atau “terdengar” di layar monitor yang dipasang 24 jam selama puluhan tahun itu. Harapannya, “beep” itu adalah salam pembuka dari makhluk cerdas di luar Bumi (ETI) yang menyapa para manusia yang sangat berharap disapa. “Kalau ETI itu suatu hal yang umum di Alam Semesta, mengapa tak pernah ada kontak ?” Pertanyaan ini terkenal sebagai Fermi paradox. “If the universe is teeming with aliens, where is everybody” (Webb, 2002). Sampai Carl Sagan sendiri meninggal pada tahun 1996, belum ditemukan tanda-tanda adanya kontak dengan ETI. Program SETI pun mulai dilecehkan kebanyakan orang, bahkan sebuah iklan minuman memanfaatkan radio telescope itu. Dua anak muda naik ke piringan parabola teleskop sambil minum minuman bersoda. Lalu mereka berserdawa “bluuurrrppp” yang segera tertangkap di layar monitor para astronom dan menimbulkan kehebohan luar biasa di antara para peneliti sebab dikiranya ada kontak dengan ETI, padahal itu suara gas dari perut si anak muda di atas radio teleskop (huh...). Dana penelitian SETI pun otomatis berkurang dan kurang populer lagi, apalagi pembela utamanya telah tiada. Apakah memang tak ada kehidupan lain yang kompleks (seperti di Bumi) di luar Bumi, di Alam Semesta yang begitu luas itu ? Apakah Alam Semesta itu hanya diciptakan untuk
Bls: [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics dan Prospek HC)
Pak Bambang, Terima kasih atas infonya, nanti saya cek website-nya. Teman-teman geophysicists barangkali bisa berkomentar untuk masalah akuisisi seismik di onshore Jawa ini sebab saya melihat masih banyak sekali potensi migas terkubur di bawah volcanic cover Miosen-Kuarter ini, terutama di perbatasan antara Jawa Barat-Jawa Tengah dan Serayu Utara. Rembesan minyaknya, pada kedua area ini,paling kaya di Jawa. Untuk Serayu Utara, kelihatannya lebih banyak rembesan minyak dibandingkan gas.Contoh minyak Cipluk yang saya peroleh kelihatannya light oil atau minyak dalam maximal maturity. Jadi masalah overmaturity mungkin tak perlu terlalu dikhawatirkan. Main-peak maturity untuk minyak kelihatannya masih terjadi di Serayu Utara. salam, Awang --- Pada Rab, 6/1/10, Bambang Gumilar bgumilar_mail...@yahoo.co.id menulis: Dari: Bambang Gumilar bgumilar_mail...@yahoo.co.id Judul: Bls: [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics dan Prospek HC) Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Rabu, 6 Januari, 2010, 11:13 PM Mengutip alenia terakhir dari tulisan pak Awang di bawah ini tentang teknologi akuisisi seismik, saya tertarik untuk membaca ulang arsip-arsip beberapa tahun terakhir tentang kisah sukses Chevron di Gulf of Mexico dan di Angola yang berhasil mendisain akuisisi seismik untuk Sub-Salt. Berangkat dari ide yang sama, teknologi ini diteliti lagi dan dicoba untuk Sub-Basalt (volcanic) di Laut Utara. Ternyata berhasil dengan ditemukannya 'Rosebank' dan sudah banyak publikasi tentang ini. http://www.chevron.com/news/press/Release/?id=2007-07-17 (Press Release ini adalah domain publik). Juga di website http://www.faroebusinessreport.com/content/view/271/39/ Pertanyaannya selanjutnya, seandainya kita bisa melakukan 'seismic imaging' di Jawa Tengah Utara, apakah HC yang masih ada tidak ter-'thermal-cracked'? Mengingat kedalaman dan gradien geothermal di kawasan tersebut. Jika target-nya gas, mungkin masih susah bagi teknologi ini untuk diapplikasikan secara ekonomis (cost effective). Wassalam, -bg www.linkedin.com/in/bambanggumilar - Pesan Asli Dari: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id Terkirim: Sel, 5 Januari, 2010 21:29:32 Judul: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Budi, Setelah banyak mempelajari struktur dan tektonik di berbagai wilayah di Indonesia, saya melihat bahwa kompresi lateral dengan penggerak utama tektonik lempeng tidak selalu menjadi satu-satunya penyebab kinematika elemen struktur dan tektonik. Banyak hal yang menuntut penjelasan lebih dari sekadar kompresi. Bahkan dengan konsep exhumation, yaitu terangkatnya kembali kerak benua yang pernah tenggelam di bawah kerak berasosiasi oseanik, saya tak akan melihat lagi bahwa seluruh pengangkatan yang terkenal itu (Himalaya, Kuching High, Meratus, Central Ranges of Papua, dsb.) semuanya karena tektonik lempeng semata. Memang, tektonik lempeng penggerak utamanya sehingga banyak mikro-kontinen bertubrukan, tetapi exhumation tak memerlukan tektonik lempeng yang lateral, ia hanya memerlukan kompensasi gravity, sebab naiknya kembali kerak kontinen yang pernah tenggelam itu terjadi karena perbedaan density kerak dan gravity. Saat ini exhumation sedang terjadi di banyak tempat ex collision di Indonesia (Timor, Banggai, Meratus, dsb.). Kemudian, apa yang sudah naik pun, wajar dan sering sekali diikuti oleh gerak runtuhan (collapse) di sebelahnya - ini hanya penyeimbangan isostasi, dan yang namanya isostasi selalu gravity-movement. Maka semua foredeep yang terbentuk di sebelah suatu zone collision harus dicurigai sebagai collapse gravity. Weber Deep, depresi laut paling dalam di Indonesia (7000 m) -lebih dari palung Sumatra dan Jawa, terjadi karena collapse gravity di depan jalur collision Tanimbar-Kei-Seram. Gliding tectonics semula dipicu oleh differential gravity movement. Definisi yang Pak Budi kutipkan dari American Journal of Science (1954) itu memuaskan. Begitulah gliding tectonics atau tektonik longsoran/lengseran itu, ia membutuhkan topografi yang tinggi (uplifted) dan topografi yang rendah (subsided). Di kedua topografi yang beda tinggi ini akan bermain gravity movement dan kalau di antara keduanya dihubungkan oleh suatu lereng, maka berjalanlah gravity movement melalui gliding tectonics. Gliding tectonics pun fenomena tektonik juga, hanya penyebab lipatan dan sesar di sini bukan gaya kompresi, melainkan gaya berat (gravity) ditambah progradasi sedimen. Gliding tectonics bisa bekerja dalam skala lokal maupun regional. Memang lebih banyak yang bekerja dalam skala regional sebab dalam skala regional perbedaan topografi tinggi rendah dan differential gravity movement-nya lebih nyata. Di wilayah alluvial fan, lebih banyak bekerja sistem runtuhan dalam bentuk
Re: [iagi-net-l] Geologic Transect of Central Java (Fieldtrip BPMIGAS , 27-30 Desember 2009)
Tepat, Pak Untung. Gunung Pawinihan dan Gunung Telagalele, gunung-gunung di Serayu Ranges, masih bergerak pada saat Resen ini karena gliding tectonics dengan kecepatan 24-40 cm/tahun berdasarkan pengukuran titik triangulasi dari tahun 1931-1934 (van Bemmelen, 1949, hal. 616). Apakah kini mereka masih bergerak, teman2 di Geodesi dengan teknologi GPS-nya bisa membuktikannya dengan mudah. Salam, Awang -Original Message- From: unt...@dgtl.esdm.go.id [mailto:unt...@dgtl.esdm.go.id] Sent: 05 Januari 2010 16:44 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Geologic Transect of Central Java (Fieldtrip BPMIGAS , 27-30 Desember 2009) Pak Awang di Banjarnegara seingat saya ada 2 tempat yang suka jalan-jalan yaitu G. Pawinihan dan Daerah Kaliurang apa itu yang merupakan gliding tectonic atau gravity fault saya kurang paham (Salam Untung). --- Pada Sen, 4/1/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com menulis: Dari: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Geologic Transect of Central Java (Fieldtrip BPMIGAS , 27-30 Desember 2009) Kepada: iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id Tanggal: Senin, 4 Januari, 2010, 3:37 PM Abah, Tahun 1976 sampai 2009 berselang 33 tahun, waktu yang cukup lama untuk sebuah bongkah lenyap karena dimanfaatkan orang atau ditelan pelapukan dan erosi. Saya tak tahu pasti apakah bongkah di Karangkobar itu masih ada atau tidak, tetapi kami tak mengunjunginya pada kegiatan ekskursi kemarin. Namun, keterangan Abah menguatkan pendapat van Bemmelen (1949) yang saya yakini benar bahwa di Serayu Utara, termasuk Karangkobar, bermain yang namanya gliding tectonics karena differential gravity movement (geantiklin Serayu Selatan terangkat, membentuk geosinklin Serayu Utara). Di Serayu Utara juga sebuah contoh ideal bagaimana pola pikir van Bemmelen (1949) tentang geosinklin yang menjadi antiklinorium terwujud. Saya baru bisa memahaminya setelah dalam lima tahun ini merenungi hubungan antara Serayu Utara (Karangkobar) dan Serayu Selatan (Karangsambung). Akan halnya bongkah Nummulites (Eosen, kemungkinan milik Karangsambung) dapat masuk ke Karangsambung itu adalah permainan gliding tectonics semata. Serayu Selatan terangkat pada saat Oligo-Miosen dan sepanjang Miosen mengikuti old-andesite volcanism dan beberapa periode tektonik berikutnya. Banyak formasi batuan tua terangkat dan menjadi provenance buat sedimen yang diendapkan di depresi Serayu Utara yang terbentuk akibat kompensasi isosatik pengangkatan Serayu Selatan. Sebagian batusedimen itu adalah batugamping Nummulites yang diendapkan sebagai bongkah di Serayu Utara. Saya yakin dulu di sekitar bongkah itu ada sedimen2 lain yang lebih halus sebagai sedimen pengisi Serayu Utara, hanya tererosi dan kemudian meninggalkan bongkah Nummulites. Peter Lunt, mantan ahli geologi Lundin, saat masih aktif di Lundin Banyumas dan Lundin Blora, mau tak mau banyak meneliti wilayah Serayu Selatan dan Serayu Utara. Beberapa sedimen di Serayu Utara dikatakannya sebagai olistostrom dari provenace Serayu Selatan, misalnya Worawari di wilayah Bagelen. Saya meyakininya, begitu pula yang ditunjukkan van Bemmelen (1949). Apa yang bukan volkaniklastik di Serayu Utara, sebagian besar harus dicurigai sebagai sedimen eksternal yang dipasok dari Serayu Selatan dengan mekanisme pengendapan sebagian sebagai olistostrom. Maka bongkah Nummulites di Karangkobar itu bisa saja dulunya sebuah olistolith. Di Serayu Selatan pun ada dua jenis Nummulites, Nummulites klasik yang seperti duit logam ketip atau koin, khas Eosen (Tengah) Bayat, kepunyaan Formasi Karang Sambung; dan ada Nummulites lain yang lebih primitif yang tak gampang dilihat kalau tak jeli, yang belum lama ditemukan oleh penelitian S3 Pak Prasetyadi (UPN) di Blok Luk Ulo yaitu Formasi Bulukuning, yang berumur sedikit lebih tua : Eosen Awal. Yang di Karangkobar saya yakin Nummulites Eosen Tengah Karangsambung. Sumur2 Belanda di wilayah Karangkobar memang ada, tetapi dangkal saja dan merupakan sumur stratigrafi, lokasinya bisa dilihat di buku jilid II van Bemmelen (1949). Beberapa menemukan indikasi minyak/gas. Bila serius, maka semua rembesan minyak dan sumur minyak di Serayu Utara harus dianalisis asal minyaknya -ini penting untuk membangun analisis dan sintesis petroleum system wilayah ini. Lapangan Cipluk di-KSO-kan (kerja sama operasi) Pertamina kepada pihak ketiga. Siapa operatornya, kawan2 dari Pertamina Jawa barangkali bisa menambahkan. Serayu Utara dekat saja dari sini, tetapi dalam petroleum geology harus diakui bahwa ia merupakan terra incognita sebab kita telah mengabaikannya. Untuk meneliti Serayu Utara, saya membuka kembali publikasi2 lama tentang Jawa Tengah, misal dari Harloff (1935), dari ter Haar (1935), dari Hetzel (1936), van Bemmelen (1949), dan paper klasik tentang sedimentasi regional Jawa yang saya
[iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Budi, Setelah banyak mempelajari struktur dan tektonik di berbagai wilayah di Indonesia, saya melihat bahwa kompresi lateral dengan penggerak utama tektonik lempeng tidak selalu menjadi satu-satunya penyebab kinematika elemen struktur dan tektonik. Banyak hal yang menuntut penjelasan lebih dari sekadar kompresi. Bahkan dengan konsep exhumation, yaitu terangkatnya kembali kerak benua yang pernah tenggelam di bawah kerak berasosiasi oseanik, saya tak akan melihat lagi bahwa seluruh pengangkatan yang terkenal itu (Himalaya, Kuching High, Meratus, Central Ranges of Papua, dsb.) semuanya karena tektonik lempeng semata. Memang, tektonik lempeng penggerak utamanya sehingga banyak mikro-kontinen bertubrukan, tetapi exhumation tak memerlukan tektonik lempeng yang lateral, ia hanya memerlukan kompensasi gravity, sebab naiknya kembali kerak kontinen yang pernah tenggelam itu terjadi karena perbedaan density kerak dan gravity. Saat ini exhumation sedang terjadi di banyak tempat ex collision di Indonesia (Timor, Banggai, Meratus, dsb.). Kemudian, apa yang sudah naik pun, wajar dan sering sekali diikuti oleh gerak runtuhan (collapse) di sebelahnya - ini hanya penyeimbangan isostasi, dan yang namanya isostasi selalu gravity-movement. Maka semua foredeep yang terbentuk di sebelah suatu zone collision harus dicurigai sebagai collapse gravity. Weber Deep, depresi laut paling dalam di Indonesia (7000 m) -lebih dari palung Sumatra dan Jawa, terjadi karena collapse gravity di depan jalur collision Tanimbar-Kei-Seram. Gliding tectonics semula dipicu oleh differential gravity movement. Definisi yang Pak Budi kutipkan dari American Journal of Science (1954) itu memuaskan. Begitulah gliding tectonics atau tektonik longsoran/lengseran itu, ia membutuhkan topografi yang tinggi (uplifted) dan topografi yang rendah (subsided). Di kedua topografi yang beda tinggi ini akan bermain gravity movement dan kalau di antara keduanya dihubungkan oleh suatu lereng, maka berjalanlah gravity movement melalui gliding tectonics. Gliding tectonics pun fenomena tektonik juga, hanya penyebab lipatan dan sesar di sini bukan gaya kompresi, melainkan gaya berat (gravity) ditambah progradasi sedimen. Gliding tectonics bisa bekerja dalam skala lokal maupun regional. Memang lebih banyak yang bekerja dalam skala regional sebab dalam skala regional perbedaan topografi tinggi rendah dan differential gravity movement-nya lebih nyata. Di wilayah alluvial fan, lebih banyak bekerja sistem runtuhan dalam bentuk molassic deposits yang disuplai dari tinggian sekitarnya ke rendahan yang ditempati kipas aluvial. Saya tak yakin gliding tectonics bekerja dengan baik di sini. Di wilayah delta mungkin saja, tetapi itu pun harus delta yang berprogradasi dalam jarak jauh dan ada tinggian regional di wilayah hinterland-nya. Syarat ini dipenuhi secara ideal oleh wilayah progradasi delta di Cekungan Kutei dengan tinggian hinterland-nya berupa Kuching High di sebelah utara Kalimantan Tengah. Bahwa gliding tectonics membentuk Samarinda Anticlinorium yang terkenal itu di wilayah ini pernah dibahas oleh van Bemmelen (1949), Rose dan Hartono (1976 -IPA), dan Ott (1987 -IPA). Dalam pandangan saya, itu penjelasan yang lebih memuaskan bagi asal Samarinda Anticlinorium dibandingkan penjelasan2 sesudahnya (oleh John Chambers Tim Daley, Ken McClay, dll.). Di wilayah slope-lah (lebih dalam dari prodelta terutama di wilayah slope), gliding tectonics terutama bermain. Semua toe-thrusting di sini yang dipicu oleh decollement dalam kinematika thin-skinned tectonics berasamaan dengan progradasi sedimen, pada dasarnya adalah manifestasi gliding tectonics, yang tak memerlukan kompresi. Reservoir dan source dalam gliding tectonics akan berasal dari reworked, transported, dan re-deposited sediments turbidit yang berasal dari provenance di uplifted area di dekatnya yang tersingkap pada saat lowstand sea level. Contoh idealnya adalah di Makassar Strait dan Tarakan deep water. Semua lapangan produktif di laut dalam Makassar (West Seno misalnya) atau Aster di Tarakan deepwater adalah sedimen turbidit (baik reservoir maupun source-nya) yang berasal dari exposed seri delta-delta ancient Mahakam. Kemudian reservoir dan source ini terlibat dalam gliding tectonics yang membentuk toe-trusting. Di Jawa Tengah Utara (Serayu Utara), konsepnya akan sama, kita harus mencari reworked, transported dan redeposited sediments yang berasal dari uplifted Serayu Selatan atau northern platform Jawa Tengah, yang saat itu menjadi sumber sedimen untuk depresi Serayu Utara. Apakah ada batupasir turbidit saat itu, di mana diendapkan ? Inilah kesulitan utama di Jawa Tengah yang tak ditemukan di Makassar Strait. Semua redeposited sediments itu, yang punya kualitas sebagai reservoir dan sources sekarang terpendam dalam di bawah endapan volkaniklastik sejak Miosen - Kuarter. Padahal, Merawu bagian bawah (early Miocene) dan Lutut sands (early Miocene)
Re: [iagi-net-l] Geologic Transect of Central Java (Fieldtrip BPMIGAS , 27-30 Desember 2009)
Abah, Tahun 1976 sampai 2009 berselang 33 tahun, waktu yang cukup lama untuk sebuah bongkah lenyap karena dimanfaatkan orang atau ditelan pelapukan dan erosi. Saya tak tahu pasti apakah bongkah di Karangkobar itu masih ada atau tidak, tetapi kami tak mengunjunginya pada kegiatan ekskursi kemarin. Namun, keterangan Abah menguatkan pendapat van Bemmelen (1949) yang saya yakini benar bahwa di Serayu Utara, termasuk Karangkobar, bermain yang namanya gliding tectonics karena differential gravity movement (geantiklin Serayu Selatan terangkat, membentuk geosinklin Serayu Utara). Di Serayu Utara juga sebuah contoh ideal bagaimana pola pikir van Bemmelen (1949) tentang geosinklin yang menjadi antiklinorium terwujud. Saya baru bisa memahaminya setelah dalam lima tahun ini merenungi hubungan antara Serayu Utara (Karangkobar) dan Serayu Selatan (Karangsambung). Akan halnya bongkah Nummulites (Eosen, kemungkinan milik Karangsambung) dapat masuk ke Karangsambung itu adalah permainan gliding tectonics semata. Serayu Selatan terangkat pada saat Oligo-Miosen dan sepanjang Miosen mengikuti old-andesite volcanism dan beberapa periode tektonik berikutnya. Banyak formasi batuan tua terangkat dan menjadi provenance buat sedimen yang diendapkan di depresi Serayu Utara yang terbentuk akibat kompensasi isosatik pengangkatan Serayu Selatan. Sebagian batusedimen itu adalah batugamping Nummulites yang diendapkan sebagai bongkah di Serayu Utara. Saya yakin dulu di sekitar bongkah itu ada sedimen2 lain yang lebih halus sebagai sedimen pengisi Serayu Utara, hanya tererosi dan kemudian meninggalkan bongkah Nummulites. Peter Lunt, mantan ahli geologi Lundin, saat masih aktif di Lundin Banyumas dan Lundin Blora, mau tak mau banyak meneliti wilayah Serayu Selatan dan Serayu Utara. Beberapa sedimen di Serayu Utara dikatakannya sebagai olistostrom dari provenace Serayu Selatan, misalnya Worawari di wilayah Bagelen. Saya meyakininya, begitu pula yang ditunjukkan van Bemmelen (1949). Apa yang bukan volkaniklastik di Serayu Utara, sebagian besar harus dicurigai sebagai sedimen eksternal yang dipasok dari Serayu Selatan dengan mekanisme pengendapan sebagian sebagai olistostrom. Maka bongkah Nummulites di Karangkobar itu bisa saja dulunya sebuah olistolith. Di Serayu Selatan pun ada dua jenis Nummulites, Nummulites klasik yang seperti duit logam ketip atau koin, khas Eosen (Tengah) Bayat, kepunyaan Formasi Karang Sambung; dan ada Nummulites lain yang lebih primitif yang tak gampang dilihat kalau tak jeli, yang belum lama ditemukan oleh penelitian S3 Pak Prasetyadi (UPN) di Blok Luk Ulo yaitu Formasi Bulukuning, yang berumur sedikit lebih tua : Eosen Awal. Yang di Karangkobar saya yakin Nummulites Eosen Tengah Karangsambung. Sumur2 Belanda di wilayah Karangkobar memang ada, tetapi dangkal saja dan merupakan sumur stratigrafi, lokasinya bisa dilihat di buku jilid II van Bemmelen (1949). Beberapa menemukan indikasi minyak/gas. Bila serius, maka semua rembesan minyak dan sumur minyak di Serayu Utara harus dianalisis asal minyaknya -ini penting untuk membangun analisis dan sintesis petroleum system wilayah ini. Lapangan Cipluk di-KSO-kan (kerja sama operasi) Pertamina kepada pihak ketiga. Siapa operatornya, kawan2 dari Pertamina Jawa barangkali bisa menambahkan. Serayu Utara dekat saja dari sini, tetapi dalam petroleum geology harus diakui bahwa ia merupakan terra incognita sebab kita telah mengabaikannya. Untuk meneliti Serayu Utara, saya membuka kembali publikasi2 lama tentang Jawa Tengah, misal dari Harloff (1935), dari ter Haar (1935), dari Hetzel (1936), van Bemmelen (1949), dan paper klasik tentang sedimentasi regional Jawa yang saya sukai tulisan FX Sujanto dan Abah sendiri (Sujanto dan Sumantri, 1977) : Preliminary study on the Tertiary depositional patterns of Java, Proceedings Indonesian Petroleum Assoc., 6th Annu. Conv., p. 183- 213. salam, Awang --- Pada Sen, 4/1/10, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id menulis: Dari: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id Judul: Re: [iagi-net-l] Geologic Transect of Central Java (Fieldtrip BPMIGAS , 27-30 Desember 2009) Kepada: iagi-net iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Senin, 4 Januari, 2010, 2:35 PM Awang Perjalanan Anda mengingatkan saya ke tahun 1976 , waktu saya menjadi filed geologist, sangat indah memang hidup sebagai fiield geologist itu. Sayang saat itu saya masih culun heheheh Seingat saya waktu itu didaerah Karang Kobar ( waktu itu kami menginap/base camp di kampungnya Ebiet G Ade) , kami menemukan bongkahan besar batu gammping ditengah sawah dengan fosil nummulites didalamnya .Apakah Anda sempat kesana . Kalau tidak salah ada pemboran yang dilakukan pada zaman Belanda , yang juga mengeluarkan gas. Seperti Anda katakan memang Serayu ini merupakan misteri bagi pemburu migas. Katanya ada rencaa mengembangkan lapangan Cipluk , siapa operatornya ? Apakah Pertamina. Si Abah. Di dalam waktu dua hari perjalanan lapangan di Jawa
[iagi-net-l] Geologic Transect of Central Java (Fieldtrip BPMIGAS , 27-30 Desember 2009)
Di dalam waktu dua hari perjalanan lapangan di Jawa Tengah (28-29 Desember 2009), sembilan geologist dan geophysicist BPMIGAS (Awang, Cepi Irawan, Cipi Armandita, Agung Gunawan, Arii Arjuna, Sumaryana, Andre, Irfan Taufik , Abdurrohim); tiga geologist UPN Veteran Yogyakarta (C. Prasetyadi, Vian Bonny, Adi Gunawan) dan seorang petroleum engineer (Jalu-BPMIGAS) melakukan perjalanan selama 75 juta tahun dalam skala waktu geologi. Kelancaran selama di lapangan dibantu oleh tiga staf dari Paramitha Tour Yogyakarta atas kerja sama dengan UPN. Hal ini dimungkinkan dengan cara melakukan transect (lintasan memotong) dari selatan ke utara, dari wilayah Luk Ulo ke Kendal, dari batuan tertua ke batuan termuda, dari singkapan batuan berumur sekitar 80 juta tahun ke singkapan berumur sekitar 5 juta tahun, dari melange Luk Ulo ke batugamping Kapung di Lapangan Cipluk. Divisi Eksplorasi BPMIGAS bersama beberapa divisi lainnya setiap tahun melakukan dua kali fieldtrip atau ekskursi geologi dengan berbagai tujuan. Setelah tujuh tahun dilakukan, atau sejak 2002, tinggal wilayah Maluku dan Papua yang belum dikunjungi. Maksud melakukan fieldtrip ini tentu banyak, misalnya : memberikan penyegaran geologi lapangan kepada para pekerja BPMIGAS, melakukan diskusi-diskusi dengan perguruan-perguruan tinggi atau lembaga-lembaga penelitian yang dilibatkan, melakukan kajian-kajian tertentu di wilayah-wilayah yang dinilai menarik secara geologi maupun geologi migas, dan memberikan pengenalan geologi lapangan kepada pekerja-pekerja BPMIGAS non-geologist yang diikutsertakan. Menutup tahun 2009 ini, Eksplorasi BPMIGAS melakukan fieldtrip mengusung tema geologic transect of Central Java dengan fokus mempelajari aspek-aspek geologi migas Cekungan Serayu Utara. Fieldtrip dilakukan empat hari termasuk perjalanan dari dan kembali ke Jakarta. Dalam pelaksanaan fieldtrip ini, BPMIGAS bekerja sama dengan Jurusan Geologi UPN Veteran Yogyakarta (Pak Prasetyadi dan Tim). Fokus fieldtrip dipilih Cekungan Serayu Utara karena inilah salah satu wilayah di Jawa yang tertinggal tidak dieksplorasi secara serius oleh perusahaan-perusahaan minyak. Di sisi lain, wilayah ini kaya akan rembesan hidrokarbon dan mestinya memiliki semua elemen dan proses petroleum system. Kami berangkat dari kantor BPMIGAS di Patra Office Tower , Jakarta pada hari Minggu 27 Desember 2009 pukul 08.40 menggunakan bus carter Big Bird ukuran sedang. Tujuan kami adalah Purwokerto sebab perjalanan lapangan akan dimulai dari selatan, dari batuan tertua di Jawa Tengah (dan Jawa). Menuju Purwokerto, perjalanan diputuskan mengambil jalur selatan (via Tasikmalaya dan Majenang) agar mendapatkan panorama fisiografi yang lebih menarik. Mulai tengah hari, hujan gerimis-lebat mengguyur bus sepanjang perjalanan. Kami istirahat dua kali untuk makan siang di Limbangan, Garut dan minum kopi di sebuah warung kopi menjelang kota Majenang untuk mengurangi rasa penat, dingin dan kantuk. Sesuai yang diperkirakan, pukul 19.00 kami tiba di Purwokerto, bertemu dengan Tim UPN dan menginap di Hotel Dynasty. Setelah makan malam di Restoran Asiatic, kami melakukan diskusi tentang geologi regional Jawa dan detail rute fieldtrip yang akan dilalui. Pukul 22.00 diskusi usai. Senin 28 Desember 2009 setelah sarapan, kami memulai perjalanan lapangan menggunakan bus carter Pegasus ukuran menengah yang dibawa teman-teman UPN dari Yogyakarta. Bus ini sudah biasa digunakan teman-teman UPN dalam melakukan fieldtrip, sehingga Pak Sopirnya sudah biasa melakukan manuver-manuver di jalan-jalan sempit dan curam dekat lokasi-lokasi singkapan. Meskipun demikian, karena keamanan harus diutamakan, di jalanan yang terlalu berbahaya untuk bus, teman-teman UPN telah siap dengan pasukan motor ojeg dan L-300. Hari pertama di lapangan akan menempuh perjalanan yang cukup berat dan panjang. Tujuan pengamatan adalah melange Luk Ulo dan kompleks batuan pra-Karang Sambung di Serayu Selatan berumur pra-Tersier sampai Eosen Awal, dan kompleks batuan volkanoklastik Merawu, Penyatan, Halang di Serayu Utara berumur Miosen Awal-Miosen Atas. Dari Purwokerto, kami melalui Sokaraja kemudian berbelok ke selatan menuju Banyumas. Dari Banyumas, kami berbelok ke timurlaut menuju Banjarnegara. Jalan ini sejajar dengan Pegunungan Serayu yang sesungguhnya merupakan tiga jalur antiklin besar yang sambung-menyambung berarah BBD-TTL : Antiklin Banyumas, Antiklin Gombong, Antiklin Karangsambung. Sebelum Banjarnegara, di sekitar Purwareja bus berbelok ke selatan masuk ke jalan sempit , inilah jalan menuju kompleks batuan dasar Luk Ulo. Akses ke Luk Ulo dari arah utara ini jarang dilakukan para geologist, kebanyakan geologist mencapai Luk Ulo dari arah selatan, dari Kebumen. Akhirnya, jalan terlalu sempit dan terjal untuk bus masuk terus. Maka, dengan lima motor ojeg kami bergantian diantar ke lokasi mendekati singkapan. Untuk mencapai singkapan melange Luk Ulo di dasar Sungai Sapi (anak Sungai
[iagi-net-l] Bls: [Geo_unpad] [ Tanya ] Kutai Basin
Anom, 1. Dalam sistem growth fault (yakinkan dulu dari data seismik bahwa itu benar growth fault -growth fault akan punya bidang sesar yang listric atau nonplanar, seperti sendok makan, melengkung di bagian bawah), antiklin yang ada di bagian turunnya terjadi secara roll over. Xiao dan Suppe (1992) -AAPG Bull. pernah mempublikasikan paper bagus tentang asal roll over anticline ini, yaitu menggunakan metode kink-band dalam struktur geologi (yaitu struktur nonplanar dianggap sebagai disusun oleh fragmen2 planar yang saling bersambung dengan titik belok -bending point- di setiap sambungan fragmen planar). Dalam growth fault ada bending point terbesar yaitu di dasar nonplanar-nya. Nah, saat fault ini bergerak secara syn-depositional, sedimen yang merosot di bagian blok turun akan mendapatkan gaya tekan ke atas karena ruang kompensasinya semakin mengecil akibat nonplanar tadi (dalam sesar planar maka sedimen yang merosot tadi akan terus merosot sebab ruang kompensasi tetap volumenya). Gaya tekan ke atas inilah yang kemudian melipat sedimen yang turun tadi menjadi roll over (melengkung di atas). Saya kebetulan pernah bertemu langsung dengan Hong Bin Xiao dan John Suppe saat ada konferensi struktur di Texaco tahun yang sama dengan publikasi tersebut (1992), mereka menunjukkan simulasi pembentukan roll over tersebut menggunakan komputer. Jadi yang harus diselidiki pertama adalah apakah antiklin prospek tersebut roll over dari growth fault atau bukan. Karena progradasi sedimen delta di Kutei maupun Tarakan ke arah timur, maka betul arah2 growth fault akan utara-selatan (sebab arah growth fault akan selalu tegak lurus terhadap arah progradasi sedimen delta). Dan, arah roll over anticline pun karena ia dibentuk growth fault akan sejajar dengan sesarnya yaitu utara-selatan. Bila ternyata arah antiklin ini justru barat-timur, tetapi ada satu sistem dengan growth fault yang utara-selatan; maka harus diselidiki dulu apakah memang itu growth fault, jangan2 hanya sesar planar saja bekas rifting Makassar Strait di dekat Mangkalihat. Bila benar itu growth fault sesuai ciri2nya, maka antiklin B-T itu bisa saja merupakan rotated roll over secara anticlockwisely akibat drag Mangkalihat Fault. Saya punya data seismik terbaru di antara Mangkalihat dan Sulawesi dan menunjukkan bahwa Sesar Mangkalihat aktif sampai ke Kuarter, jadi drag oleh Mangkalihat Fault mungkin saja. Rotasi semacam itu dari roll over yang utara-selatan menjadi barat-timur menuntut kinematika bahwa Mangkalihat Fault bergerak secara dextral. Bila sinistral, ia tak akan menyebabkan drag anticlockwisely. Problem timbul karena Palu-Koro (sinistral) ke Mangkalihat berdasarkan data seismik terbaru (PGS 2008) bersambung (ada juga di publikasi Baillie et al. (2004) -IPA Proc. dan menurut publikasi Rangin (1991) dan Tongkul (1991) Mangkalihat adalah sinistral, bukan dextral - maka suatu drag sinistral tak akan merotasi antiklin U-S menjadi B-T. Publikasi Rangin dan Tongkul tersebut belum tentu benar juga, bisa saja Mangkalihat dextral : ini harus diselidiki. Bila memang Mangkalihat dextral maka semua skenario masuk, baik antiklin tersebut sebagai rotated fold oleh drag dextral maupun sebagai en echelon fold dalam sistem dextral. Strain ellipsoid Wilcox (1973) bila diterapkan di sistem dextral Mangkalihat akan menghasilkan en echelon fold yang barat-timur; tetapi bila Mangkalihat benar sinistral maka arah antiklin en echelon itu akan BL-Tenggara. Sesar-sesar mendatar besar bisa saja mengubah gaya slip-nya sepanjang sejarahnya bergantung dari mana driver utamanya berasal. Sesar2 besar di IndoCina (RRF, TPF, Wang Chao, dsb.) dianggap dextral seperti Sumatra Fault pada Paleogen, tetapi kemudian menjadi sinistral saat driver utama dari collision India tak terlalu aktif lagi di Neogen, gantian Pacific plate movement yang aktif. Maka sekarang menjadi penting kapan umur Mangkalihat berubah dari sinistral menjadi dextral dan kapan rotasi terjadi. 2. Biasanya yang namanya en echelon fold memang banyak lipatan2 sejenis yang paralel; itu juga yang saya temukan untuk en echelon folds di utara Barito di wilayah Makunjung-Kuaro relatif terhadap bagian selatan Adang Fault (dextral saat pembentukan en echelon fold ini) - Satyana (1994) -PIT IAGI Proc atau di Salawati Basin terhadap Sorong Fault yang sinistral (Satyana et al., 2002 -PIT IAGI Proc.). Bila ia sendiri saja, coba cek lagi sebab data seismik sampai ke dekat Lembah Palu di sebelah selatan Mangkalihat masih menunjukkan beberapa fold dan fault en echelon bahkan sampai ke dasar laut. Kalau Samarinda Anticlinorium jangan ditafsirkan sebagai akibat couple strikes Adang dan Mangkalihat. Teori ini sudah pernah diuji oleh beberapa peneliti struktur geologi Ken McClay atau Angus Ferguson dengan sand clay box modelling dan tak terbukti. Buat saya, penjelasan gliding tectonic sebagai asal Samarinda Anticlinorium yang pernah dikemukakan van Bemmelen
Bls: [iagi-net-l] Potensi Hydrocarbon di Indonesia Timur
di IPA Proc 2003 : sedimentology and evolution of Kais carbonate platform); dari stage 1 ke stage berikutnya diatur oleh basin plumbing - kemana basin terangkat, ke mana basin tenggelam; dan itu semua hanyalah permainan Sorong Fault tectonism, tak ada hubungan sama sekali dengan Tarera-Aiduna, tak ada hubungan sama sekali dengan pergerakan terranes di sekitarnya (kalau ada). salam, Awang --- Pada Sel, 24/11/09, sigit prabowo sigit_p...@yahoo.com menulis: Dari: sigit prabowo sigit_p...@yahoo.com Judul: [iagi-net-l] Potensi Hydrocarbon di Indonesia Timur Kepada: awang satyana awangsaty...@yahoo.com, iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Selasa, 24 November, 2009, 1:30 PM Pak Awang dan para IAGI Netters YTH., Mengevaluasi potensi Hydrocarbon (HC) di Indonesia Timur, dalam hal ini pada wilayah antara NW shelf of Australia s/d Kepala Burung, Papua; saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan : 1. Dalam beberapa literature (Bradshaw, et al, PESA 1994; Tyler, GSWA, 2005); disebutkan bahwa petroleum system di Australia, bisa dibagi dalam beberapa fase petroleum supersystems, yaitu : a. Proterozoic (McArthur, Urapungan, Centralian), belum menjadi economic petroleum production, namun di beberapa tempat, seperti di Dingo-Amadeus basin, McArthur basin, Officer basin, terdapat oil dan gas show; dan juga TOC 5% (Urapungan) b. Larapintine 1 (Middle Cambrian), terdapat oil show di Officer Amadeus basins, terdapat source potential TOC 5% di Arafura basin. c. Larapintine 2 (Ordovician), terdapat oil gas discovery di Amadeous Canning basins d. Larapintine 3 (Late Devonian), terdapat oil discovery di Canning basin, dan gas discovery di Bonaparte basin e. Gondwanaland 1 (kadang disebut juga sebagai transisi dari Larapintine 3, Early-Middle Carboniferous), oil discovery di Canning dan Bonaparte basins, dan gas discovery di Perth basin f. Gondwanaland 2 (Late Permian-Early Triassic) oil gas discovery di Perth basin, gas discovery di Bonaparte basin g. Westralian (Middle-Late Triassic s/d Cretaceous), gas discovery di NW shelf, di bagian selatan (?) seperti di Perth basin diklasifikasikan menjadi Austral supersystem. Klasifikasi yang mirip dan lebih sederhana bisa ditemukan di Longley, Bradshaw, dan Hebberger; AAPG Memoir 2001; dimana disebutkan terdapat beberapa pembagian supersystem (dan era nya juga), menjadi : a. Proterozoic, meliputi a1. McArthur (evaporitic rifts, 1700-1500 Ma, lacustrine dolomites shales source facies), a2. Urapungan (marine shelf and slope, foreland basin, 1400 Ma, marine shale), a3. Centralian (Centralian superbasin-intracratonic basin dalam Rodinia, marine, evaporitic, glacial, 750-650-600 Ma, carbonate evaporites shales, post glacial marine shale) b. Paleozoic, meliputi b1. Larapintine (Lower Paleozoic tropical climate, carbonate, evaporites, marine clastics, Cambrian s/d Early Carboniferous, marine calcareous shale), b2. Gondwanan (Late Carboniferous-Early Triassic glaciation, clastic, Early Permian-Late Triassic, dari non marine-delta s/d marine source facies) c. Mesozoic, meliputi : c1. Westralian (Triassic-Cenozoic break-up dari northern western margin, marine environment, sub-unit Sahul, Late Triassic-Early Cretaceous, deltaic-marine anoxic, marine carbonate), c2. Austral (Late Jurassic-Cenozoic break-up dari southern Southwestern margin, terrestrial rift environments, Late Jurassic-Early Cretaceous, fluvio-deltaic, fluvio lacustrine shale-dan fluvial-coaly), dan c3. Murta (Cretaceous interior sag, fluvial-lacustrine to marine, Late Jurassic, Late Albian, fluvial lacustrine shale, lacustrine/marginal marine, anoxic marine oil shale. d. Cenozoic, meliputi : Capricorn (Late Cretaceous-Cenozoic rifts, northeast Australia, tropical break-up dari laut Coral, Eocene, lacustrine oil shale. Kemudian bila dikombinasikan dengan beberapa literature seperti antara lain Barber et al, 2003 2006; Myra Keep, GSA 2008; JJ Veevers 2005, Hill Hall 2002; dll,..bahwa NW shelf Australia-Timor-Tanimbar-Kai-Kepala Burung-dan pulau Seram; terdapat beberapa pola petroleum system, yang mirip dengan Paleozoic Gondwana dan Mesozoic Westralian supersystem. Dan sepertinya juga berkaitan dengan proses rifting yang terjadi di daerah ini, yang mana kalau saya amati, ternyata terdapat 2 pola : 1. Paleozoic (Late Devonian-Permian) NE-SW extensional direction, basin2 nya meliputi : Carnarvon, Canning/Fitzroy/Willara, Petrel sub-basin/Bonaparte basin, Money shoal, South Aru graben, Georgina, Amadeous, dan Officers basins; dan 2. Mesozoic (Mid-Late Carboniferous-Jurassic) NW-SE extensional direction, meliputi basin2 al. : Barrow, Bedout, Dampier, Browse-Vulcan, Malita graben, Lengguru depocentre. Pertanyaan saya, apakah ada kemungkinan ditemukan di sepanjang NW Australia s/d kepala burung, adanya supersystem2 dan petroleum system2 yang lain, mengingat minimal Arafura, kepala burung dan Papua sendiri pernah
[iagi-net-l] Seminar Nasional Geologi Universitas Jenderal Soedirman (14 November 2009)
kreatif setelah melakukan banyak analisis. Materi ini pernah dipresentasikan di pertemuan IPA bulan Mei yang lalu (Cipi Armandita, Mukti Maruf, Awang Satyana, 2009). Saya membawakannya secara khusus untuk para mahasiswa Geo-Unsoed yang saya harapkan kelak menjadi local expert untuk Banyumas Basin sebab kampus mereka berlokasi di wilayah yang dalam pemahaman saya memiliki geologi sangat menarik (bintang lima !). Materi ini berbicara tentang begitu banyaknya rembesan minyak dan gas di suatu jalur yang membujur dari baratlaut-tenggara dari Majalengka sampai Banyumas. Jalur ini segaris dengan sesar besar dekstral yang saya sebut Zona Sesar Pamanukan-Cilacap. Jalur ini pun segaris dengan penyebaran Formasi Halang dan Formasi Kumbang. Di ujung baratlaut jalur ini berdiri dengan gagah Gunungapi Ciremai, sementara di sebelah tenggaranya berdiri Gunungapi Slamet yang tak kalah perkasanya. Analisis struktur detail yang dilakukan Cipi Armandita menunjukkan bahwa posisi Ciremai berada pada suatu dogleg dalam dua sistem sesar mendatar dextral (duplex). Karena dextral, dogleg atau belokan tajam ini bersifat membuka, sehingga kita sebut saja trans-tension duplex. Studi sedimentologi detail di lapangan yang dilakukan pada Formasi Halang oleh Mukti Maruf di sebelah tenggara Ciremai menunjukkan bahwa semua arah sedimentasi Halang dari baratlaut ke tenggara. Hal ini membuka interpretasi bahwa Halang dipasok oleh proto-Ciremai yang terjadi sebagai back-arc volcanism yang duduk di atas Sesar Pamanukan-Cilacap. Patut dicurigai bahwa proto-Ciremai yang berumur Miosen itu bukan subduction-related volcanism tetapi back-arc volcanism yang kemunculannya ke permukaan akibat trans-tension duplex Pamanukan-Cilacap. Maka sebuah rekonstruksi disusun, bahwa pada Miosen dari Majalengka sampai Banyumas ada space of accommodation akibat pembukaan transtension duplex Pamanukan-Cilacap, ke dalamnya diendapkan sedimen volkaniklastik Formasi Halang dan Formasi Kumbang. Provenance kedua sedimen ini adalah gunung-gunungapi purba proto Ciremai dan Kumbang yang terbentuk di dogleg transtension duplex. Lalu pada periode berikutnya, jalur trans-tension ini terangkat atau terinversikan seiring terjadinya migrasi thrusting dari pojok baratdaya Jawa Barat menuju timurlautnya (ingat konsep migration thrust Jawa Barat Pak Suyono Martodjojo, 1984 ) dari Cikalong Thrust sampai Baribis Thrust. Jalur transtension Majalengka-Banyumas ini terinversikan seiring terjadinya Cirata Thrust pada N19. Kami menyebutnya Cirata-Cadasngampar Thrust. Inversi inilah yang membuat implikasi petroleum system yang penting untuk Jalur Majalengka-Banyumas. Begitu jalur ini terangkat, sebelah utara dan selatan jalur ini tenggelam dengan cepat selama Pliosen akibat gaya isostatik. Segera terbentuk depresi di wilayah selatan jalur ini yang kami sebut Depresi Bobotsari-Serayu Utara di sebelah utara jalur dan Depresi Banyumas-Citanduy di sebelah selatan jalur. Ke dalam kedua depresi ini diendapkan sedimen Pliosen yang sangat tebal dalam waktu yang singkat : Pemali yang diapirik. Penenggelaman dan pembebanan inilah yang telah ikut menenggelamkan sedimen Paleogen pra-Halang (KarangSambung, Old Andesite di tenggara dan ekivalen Talang Akar-Lower-Middle Cibulakan di baratlaut) ke dalam suatu kedalaman oil window. Kisah selanjutnya adalah bahwa minyak dan gas digenerasikan dari batuan induk Paleogen Formasi Karang Sambung dan Formasi Talang Akar (Lower Cibulakan), lalu mereka bermigrasi ke atas ke sisi selatan dan utara jalur inversi Majalengka-Banyumas sehingga kini kita temukan banyak rembesan migas di sisi selatan dan utara Jalur Tinggian Majalengka-Banyumas. Bahwa minyak ini berasal dari serpih Formasi Karang Sambung di wilayah Banyumas dapat dianalogikan dengan oil to source correlation dari kondensat sumur Jati-1 (Lundin Banyumas, 2005) dan singkapan serpih Karang Sambung seperti pernah dipublikasikan oleh Pak Eddy Subroto (2008). Bahwa minyak di Majalengka berasal dari ekivalen Talang Akar juga pernah dibuktikan secara geokimia menggunakan korelasi biomarker seperti dipublikasikan oleh Totong Usman dari Pertamina (2005). Maka, boleh disimpulkan bahwa Depresi Citanduy-Banyumas dan Depresi Bobotsari-Serayu Utara adalah kitchens yang aktif, yang memigrasikan minyak dan gas yang digenerasikannya ke Tinggian Majalengka-Banyumas. Di mana perangkap migas di wilayah ini -yang pertama harus menjadi target pertama adalah sepanjang jalur sub-thrust sebelah utara dan selatan Tinggian Majalengka-Banyumas. Kalau saja teknologi akuisisi seismik mampu menembus tutupan volkanik di batas Jawa Barat-Jawa Tengah, maka akan banyak prospek tersingkap. Sumur minyak pertama di Indonesia (sumur Maja-1 di Desa Cibodas, Majalengka) dibor Jan Reerink pada tahun 1871 di ujung baratlaut Jalur Majalengka-Banyumas menggunakan rig Pennsylvania -sejenis rig yang dipakai Kolonel Drake mengebor sumur minyak pertama di dunia. Belasan sumur minyak dibornya
Bls: Fwd: [iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia
berbahasa Melayu. Bahkan raja Islam Pertama di demak diperkirakan tidak berbahahasa Jawa, tetapi Melayu (Pramoedya Ananta Toer, tempo Doeloe, jakarta : hasta Mitra. 1982.). Kemungkinan bahasa melayu kuno asalnya dari malaya (sesuai migrasi manusia di Asia) menyebar pertama ke nusantara, berkembang lagi di malaya menyebar ke dua kalinya lebih luas ke Nusantara pada zaman Islam Nusantara. (panggung sejarah: persembahan kepada prof.Dr, Denys Lombard; Yayasan Obor zindonesia 1999) 2009/11/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Dongeng untuk Pak Sugeng. Bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang memang berkembang dari bahasa Melayu. Tetapi, jangan pernah menganggap bahwa bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia sekarang. Bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu yang digunakan sejak lama di hampir seluruh wilayah Indonesia sendiri. Justru bahasa Melayu di Malaysia sekarang berakar dari bahasa Melayu di wilayah Indonesia. Pada masa itu sudah terkenal di sebagian besar wilayah Nusantara suatu bahasa perhubungan, suatu lingua franca, yang disebut bahasa Melayu Pasar. Di berbagai daerah itu, Melayu Pasar diucapkan dalam dialek-dialek tertentu. Suatu dialek Melayu yang terkenal saat itu adalah dialek Melayu Riau. Banyak ahli bahasa Indonesia mengatakan bahwa bahasa Indonesia berkembang dari bahasa Melayu dialek Riau. Menggali lebih dalam lagi, bukti tertua bahwa bahasa Melayu telah menjadi bahasa perhubungan di Indonesia adalah bukti-bukti berupa prasasti dari Kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Prasasti-prasasti terkenal masa Kerajaan Sriwijaya itu menggunakan bahasa Melayu : prasasti Kedukan Bukit (683 M), Talang Tuwo (684 M), Kota Kapur (686 M) dan Karang Brahi (688 M). Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang memiliki armada perkapalan untuk keperluan berdagang. Orang-orangnya menjelajah seluruh negeri di Nusantara dan sekitarnya, mereka ketika singgah di suatu wilayah juga mengajarkan bahasa Melayu yang digunakan di Sriwijaya agar memudahkan urusan berdagang (maka disebut Melayu Pasar). Di daerah Kedu, Jawa Tengah pernah ditemukan suatu prasasti berangka tahun 832 M dan disebut Inskripsi Gandasuli. Menurut de Casparis, ahli arkeologi Prancis, prasasti ini menggunakan bahasa Melayu kuno. Catatan para pelawat dari luar negeri ke Nusantara pada zaman Sriwijaya, misalnya I Tsing, juga menyebutkan bahwa bahasa perhubungan masa itu adalah bahasa Melayu. Semakin menuju abad-abad modern bahasa Melayu semakin berkembang digunakan di Nusantara, tidak lagi terbatas untuk keperluan berdagang tetapi juga untuk menuliskan karya-karya sastra. Telah banyak ditemukan karya-karya sastra dari abad XIV-XVII berupa cerita pelipur lara, hikayat, dongeng-dongeng, dan sebagainya. Bahasa dan isi karya-karya sastra ini mendapatkan pengaruh baik dari bahasa Sanskerta dengan unsur-unsur Hindunya dan dari bahasa Arab-Persia dengan unsur-unsur Islamnya. Ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia pada abad XVI, mereka menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu merupakan suatu bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa perdagangan. Mereka juga menemukan bahwa bahasa Melayu telah digunakan dari Sumatra sampai Maluku. Di samping itu, di setiap daerah digunakan juga bahasa-bahasa daerah seperti Sunda, Jawa, Madura, dan lain-lain. Bahasa Melayu, atau bahasa daerah setempat, juga telah diwajibkan digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah (surat keputusan Pemerintah Kolonial Belanda no. 104 tahun 1871). Ini dilakukan karena kegagalam menggunakan bahasa Belanda atau bahasa Portugis sebagai bahasa pengantar. Pada awal masa pergerakan kebangsaan, saat banyak perkumpulan pemuda bersifat kedaerahan (Jong Java, Jong Sumatra, Jong Ambon, dan sebagainya –jong = pemuda) yang ingin bersatu, pilihan bahasa persatuan menjadi sesuatu yang sulit sebab setiap perkumpulan pemuda itu ingin menjadikan bahasa daerahnya masing-masing sebagai bahasa persatuan. Para pemuda ini tak berhasil menemukan kesepakatan. Sementara itu, Pemerintah Belanda pada saat yang bersamaan (1908) tengah melakukan politik balas budi kepada bangsa Indonesia. Mereka mendirikan Comissie voor de Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat) yang menerbitkan buku-buku murah. Semua buku itu dicetak dalam bahasa Melayu. Oleh Pemerintah Belanda, pada tahun 1918, Dewan Rakyat (Volksraad) pun diberikan kebebasan untuk berbahasa Melayu daripada berbahasa Belanda. Karena keinginan yang kuat untuk bersatu, maka perkumpulan para pemuda pada tahun 1926 mengorbankan sentimen kedaerahannya masing-masing dan dengan rela memilih bahasa Melayu dialek Riau (disebut juga Melayu Tinggi), yang selama ini telah digunakan sebagai bahasa resmi perhubungan, sebagai bahasa persatuan. Maka saat diadakan Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta pada 28
[iagi-net-l] Flores Thrust Tetap Aktif (Gempa Sumbawa 9 November 2009)
Sebuah gempa berkekuatan 6,7 SR mengguncang pantai utara Sumbawa bagian timur pada subuh kemarin Senin 9 November 2009 pukul 03:41:46 WITA. BMKG menganalisis bahwa gempa ini berlokasi di 8.24 LS - 118.65 BT atau 28 km baratlaut kota Raba di ujung semenanjung yang diapit oleh dua teluk : Teluk Sanggar dan Teluk Bima. Gempa berasal dari kedalaman 25 km. Media hari ini menurunkan berita bahwa gempa telah menewaskan dua orang dan melukai 40 orang akibat bangunan runtuh. Data USGS Body-Wave Moment Tensor Solution menunjukkan bahwa pematahan batuan yang mengakibatkan gempa ini berupa sesar naik jenis sesar anjak (thrust) dengan jurus 92 deg NE dan kemiringan 29 deg. Secara regional, pola pematahan batuan yang mengakibatkan gempa ini sejajar dengan Flores Thrust sebuah megathrust besar dan panjang dari utara Wetar-Alor-Flores-Sumbawa. Maka dapat diduga bahwa pematahan batuan pada kedalaman 25 km ini berhubungan dengan percabangan (splay) Flores Thrust. Flores Thrust sesungguhnya juga merupakan jalur subduksi kerak samudera Banda bagian barat (segmen Laut Flores) yang menyusup di bawah busur kepulauan Nusa Tenggara. Maka Nusa Tenggara duduk di atas dua jalur subduksi yang polaritas (arah)-nya berlawanan, slab (kerak samudera) Hindia yang miring ke utara dan slab Banda yang miring ke selatan. Karena dalam beberapa dekade ini episentrum gempa dan aktivitas volkanik lebih sering terjadi di sisi utara Sumbawa-Flores-Alor-Wetar, maka boleh saja diduga bahwa aktivitas tektonik subduksi slab Banda lebih aktif dibandingkan dengan subduksi slab Hindia. Aktivitas ini mungkin sejak Pliosen-Plistosen, seiring berpindahnya jalur volkanik aktif dari selatan ke utara (perhatikan bahwa semua gunungapi aktif Nusa Tenggara ada di sisi utara, bukan di sisi selatan : Agung-Rinjani-Tambora-Sangeang Api-dst.) Flores Thrust telah terkenal sebagai biang gempa2 besar di Sumbawa dan Flores. Database gempa menunjukkan bahwa selama tahun 1990-an tercatat ada 10 gempa berkekuatan 6.5 M di sekitar wilayah ini. Yang terbesar dan terkenal adalah yang terjadi pada Desember 1992, saat sebuah gempa besar berkekuatan M 7.8 terjadi di sebelah utara Flores 350 km ke sebelah timur dari lokasi gempa kemarin. Gempa tersebut saat itu menewaskan 2500 orang dan membuat 90.000 orang kehilangan rumah akibat runtuh atau disapu tsunami. Itulah tsunami terburuk pertama yang banyak mendapatkan perhatian. Indonesia secara geologi masih penuh geliat, masih muda umurnya, masih menghentak-hentak, apalagi di sana-sini tertekan lempeng-lempeng yang saling beradu. Berhati-hatilah, siap selalu sebab gempa datang tanpa bisa diduga-duga. salam, Awang ___ Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru. Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. Cepat sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
[iagi-net-l] OOT :Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia
perkembangannya. Bahasa Indonesia telah berkembang sedemikian rupa selama puluhan tahun, mendapatkan pengaruh dan pengayaan dari bahasa-bahasa daerah dan bahasa asing. Bahasa Indonesia telah berkembang sesuai kemajuan zaman, agar tetap lentur digunakan oleh masyarakat Indonesia yang juga berkembang. Tidak ada bahasa nasional persatuan di dunia ini seperti bahasa Indonesia yang bisa mengatasi sekitar 700-an suku atau puak, kebudayaan mereka pada umumnya, dan bahasa-bahasa mereka pada khususnya. Salam, Awang --- Pada Kam, 29/10/09, Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id menulis: Dari: Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id Judul: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda Kepada: iagi-net@iagi.or.id, IAGI iagi-net@iagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Tanggal: Kamis, 29 Oktober, 2009, 7:15 AM Pak Awang yang baik, Trimakasih, uraiannya yang sangat bagus telah menambah pengetahuan kami. Pasti pak Awang mengoleksi bukunya pak Prof. Yus Badudu (Guru Besar Bahasa Indonesia di Unpad). Saya mempunyai bbrp buku beliau, dan pernah akan diajak sowan untuk minta tanda-tangan beliau (kebetulan menantunya, mas Edwin Latuihamalo teman di lokasi pemboran). Semoga nanti terlaksana. Sekalian mohon ijin, tulisan Pak Awang ini akan saya sebarkan kepada saudara dan teman saya Guru Bahasa Indonesia. Setengah abad yll, ketika masih menjadi murid SR (sekolah rakyat) di kelas satu dan dua kami menggunakan pengantar Basa Jawa (saya kan ada di pedalaman Jawa Tengah); baru setelah naik ke kelas tiga, kami dikenalkan Basa Melayu (Cara Mlayu). Belakangan, dengan berkembangnya jaman, kita di seluruh Negeri telah menggunakan Bahasa Indonesia. Saya pernah mendengar sindiran bahwa Bahasa Indonesia itu berasal dari Bahasa Malaysia. Saya rasa ini tidak seluruhnya benar; menurut saya bahwa Bahasa Indonesia (sekarang ini) adalah masih satu rumpun dengan Rumpun Bahasa Melayu yang berlaku di Semenanjung Malaya dan Sumatera. Memang Bahasa Indonesia telah mengalami evolusi, misalnya mulai dengan Ejaan OP Ophoysen (?), Ejaan Soewandi (Menteri PDK?) dan Ejaan yang disempurnakan; juga kata-2 serapan yang diambil dari bbrp bahasa daerah maupun bahasa asing. Misalnya: Production sharing (bagi hasil), ketika saya masih merantau di Singapura, saya dengar kata sharing artinya kongsi yang kalau di kita sama dengan patungan (ini dari bahasa Jawa). Kulkas (Belanda: Kul Kas) sementara saudara kami di S'pura menyebutnya peti sejok... Kata budak, kaki tangan kalau di Malaysia merupakan kata-2 yang biasa sementara di kita berkonotasi negatif. Yang jelas bahwa Bahasa Indonesia telah mengalami perubahan dan perkembangan, dan telah dipergunakan di seluruh negeri. Ketika saya di desa Durian Kering, di ujung pulau Salawati, semua penduduknya fasih berbahasa Indonesia. Mohon pencerahannya hubungan antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu. Trimakasih, dan salam hangat, sugeng nb. Tidak menduga, cucu keponakan saya di desa Jateng juga sudah memakai pengantar Bhs Indonesia, selain Jawa. Bahkan sudah mulai diperkenalkan bahasa Inggris. Suatu hari ketika bertelepon, saya dibuat agak terkejut karena budak kecil ini sempat berkata; Oke, Mbah, see you tomorrow morning...O, nggih Mbah, susune pun telas (...oyha, susunya sudah habis). Ini artinya minta dikirimi pake,he-he. From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Wed 10/28/2009 11:06 PM To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS Subject: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda Hari Sumpah Pemuda yang kita peringati untuk ke-81 tahun hari ini, mempunyai makna tersendiri pada tahun ini, khususnya yang menyangkut bahasa persatuan kita Bahasa Indonesia, yang merupakan sumpah ketiga para pemuda pada 28 Oktober 1928. Tahun ini, tepatnya pada 9 Juli 2009, Bahasa Indonesia telah resmi diundangkan dalam Undang-Undang. Undang-Undang tersebut adalah UU Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. UU ini termuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, dan Penjelasan atas UU No. 24/2009 ini tercantum sebagai Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035. Setelah 81 tahun Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Nasional, akhirnya peraturan-peraturan tentang tata tertib berbahasa masuk ke dalam UU khusus. UU ini juga mengatur pemakaian bahasa asing dan bahasa daerah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang tata tertib tersebut yang mungkin berhubungan dengan bisnis perminyakan atau pertambangan secara umum di Indonesia saya kutipkan berikut ini. Pasal 30 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pelayanan administrasi publik di instansi pemerintahan. Pasal 31 (1) Bahasa Indonesia wajib
[iagi-net-l] Padanan Bahasa Indonesia untuk Istilah-Istilah Keilmuan
resmi untuk dipakai. Hal ini tercermin pada publikasi dari Direktorat Geologi (sekarang PSG) dan juga saya lihat Lemigas dan instansi2 Departemen ESDM lainnya. Itulah sebabnya Pak Sukamto mengikuti peraturan istilah dari Departemen Pertambangan sebagai pejabat Direktorat Geologi dulu. Mas Moel ini adalah teman dekat dan teman baik saya sejak zaman mahasiswa teman berdiskusi dan berdebat, terutama mengenai masalah istilah geologi dalam bahasa Indonesia. Mengenai hal ini kami telah sepakat untuk tidak sependapat. Beliau berpendapat bahwa usahakan semua istilah asing diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, pertama dicari dari bahasa Melayu, kalau tidak ada bahasa Melayunya cari istilah lokal, misalnya Sunda, Jawa atau bahasa daerah lainnya, bahkan bahasa Sanserketa yang merupakan induk bahasa2 Nusantara, kalau masih tidak ada cari istilah dalam bahasa Arab yang sudah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia, dan terakhir dengan meng-indonesia-kan bahasa Inggris bahkan bahasa Belanda, Tapi menurut hemat saya hal ini membingungkan terutama kalau istilah ini digunakan dalam bahasa aselinya karena terjadi perubahan makna bahkan pengertian. Misalnya istilah napal, istilah ini digunakan dalam bahasa lokal di Sumatra dengan pengertian untuk setiap batuan yang berlapis atau bahkan diartikan cadas dalam bahasa Sunda. Istilah serpih juga menimbulkan salah pengertian di masyarakat karena serpih -serpihan itu artinya keping2 kecil. Juga istilah Inggris banyak menggukanan 1 suku kata seperti tuf, menjadi tufa, padahal istilah tufa itu dalam bahasa Inggris mempunyai pengertian lain, yaitu endapan travertine. Juga beliau tidak setuju adanya consonant rangkap dalam bahasa Indonesia, sehingga basalt menjadi basal (saya ledek: kalau granite harus jadi geranit Mas?). Seismic survey menjadi survai kegempaan (saya ledek: kalau seismicity survey jadi survai kegempaan juga?, kalau earthquake survey ?). Saya lebih setuju pengindonesian istilah teknik ilmiah itu adalah dengan melakukan pengindonesian istilah Inggris yang terutama berakar dari bahasa Latin, seperti porosity menjadi porositas (bukan kesarangan), permeability menjadi permeabilitas (bukan kelulusan sebagaimana beliau terjemahkan). University menjadi Universitas dsb Konsep baru dan istilah baru akan muncul terus dalam perkembangan sains dan teknologi, nantinya kita hanya akan disibukkan dengan menghabiskan waktu dengan penelusuran kata2 yang dari bahasa melayu/sanserkerta kuno setiap ada istilah baru. Ini pun tidak menjamin ketepatan dari pengertiannya, terutama hal ini menyangkut ilmu2 yang sudah terspesialisasi. Banyak menurut hemat saya istilah2 Indonesia dalam kamus beliau itu tidak mencerminkan pengertian sebenarnya, Conton istilah mudstone dari klasifikasi Dunham, sebenarnya istilah ini asalnya adalah lime-mudstone tetapi kebiasaan dipersingkat jadi mudstone. Kalau diterjemahkan menjadi batulumpur, bagaimana dengan istilah mud-rock yang betul-betul mempunyai pengertian batulumpur. Perhatikan kalau membaca batulumpur di pulikasi dan peta2 diterbitkan Direktorat Geologi (GRDC atau PSG), mungkin yang dimaksud mudstone dalam pengertian Dunham. Untuk menghindari salah pengertian dalam bahasa Inggris-pun melange (asal bahasa Perancis) juga en echelon. nuee d'ardante, avalanche dsb tidak diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, tetap istilah perancis digunakan dengan ditulis dengan huruf miring (italic) untuk menghidari salah pengertian. Penggunaan bancuh dsb akan membingungkan saja. Juga dalam pendidikan saya kira istilah mineral, batuan, gejala tektonik dan sebagainya kita ambil dari istilah Inggris saja yang diindonesiakan, sehingga bagi si mahasiswa kalau membaca buku artikel dalam bahasa Inggris tidak dibingungkan oleh istilah atau sibuk melihat dikamus Pak Mulyono Purbo, yang belum tentu ada di situ.. Sebagai penutup saya ucapkan alangkah bahagianya para ilmuwan biologi. kedokteran, pertanian, termasuk juga para ahli paleontologi tidak terlalu dibingungkan masalah istilah, karena mereka masih menggunakan istilah ilmiah zaman dulu yang resmi yaitu istilah2 Latin Wassalam RPK - Original Message - From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Sent: Friday, October 30, 2009 8:35 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda Pak Idho, Makassar sudah lebih dari siap untuk melaksanakan pertemuan2 nasional maupun internasional. Sarana2 penunjangnya banyak, baik untuk keperluan fiedtrip dari melange pra-Tersier di Bantimala sampai terumbu karang modern di paparan Sangkarang, maupun untuk sekadar berwisata : kampung laut, benteng Belanda tempat Diponegoro ditawan, trans-studio, dll. Bandara Hasanuddin-nya yang modern, serasa mendarat di kota2 US saja. Teman-teman Geologi di UNHAS, Pengda IAGI di
Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda
dipakai. Hal ini tercermin pada publikasi dari Direktorat Geologi (sekarang PSG) dan juga saya lihat Lemigas dan instansi2 Departemen ESDM lainnya. Itulah sebabnya Pak Sukamto mengikuti peraturan istilah dari Departemen Pertambangan sebagai pejabat Direktorat Geologi dulu. Mas Moel ini adalah teman dekat dan teman baik saya sejak zaman mahasiswa teman berdiskusi dan berdebat, terutama mengenai masalah istilah geologi dalam bahasa Indonesia. Mengenai hal ini kami telah sepakat untuk tidak sependapat. Beliau berpendapat bahwa usahakan semua istilah asing diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, pertama dicari dari bahasa Melayu, kalau tidak ada bahasa Melayunya cari istilah lokal, misalnya Sunda, Jawa atau bahasa daerah lainnya, bahkan bahasa Sanserketa yang merupakan induk bahasa2 Nusantara, kalau masih tidak ada cari istilah dalam bahasa Arab yang sudah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia, dan terakhir dengan meng-indonesia-kan bahasa Inggris bahkan bahasa Belanda, Tapi menurut hemat saya hal ini membingungkan terutama kalau istilah ini digunakan dalam bahasa aselinya karena terjadi perubahan makna bahkan pengertian. Misalnya istilah napal, istilah ini digunakan dalam bahasa lokal di Sumatra dengan pengertian untuk setiap batuan yang berlapis atau bahkan diartikan cadas dalam bahasa Sunda. Istilah serpih juga menimbulkan salah pengertian di masyarakat karena serpih -serpihan itu artinya keping2 kecil. Juga istilah Inggris banyak menggukanan 1 suku kata seperti tuf, menjadi tufa, padahal istilah tufa itu dalam bahasa Inggris mempunyai pengertian lain, yaitu endapan travertine. Juga beliau tidak setuju adanya consonant rangkap dalam bahasa Indonesia, sehingga basalt menjadi basal (saya ledek: kalau granite harus jadi geranit Mas?). Seismic survey menjadi survai kegempaan (saya ledek: kalau seismicity survey jadi survai kegempaan juga?, kalau earthquake survey ?). Saya lebih setuju pengindonesian istilah teknik ilmiah itu adalah dengan melakukan pengindonesian istilah Inggris yang terutama berakar dari bahasa Latin, seperti porosity menjadi porositas (bukan kesarangan), permeability menjadi permeabilitas (bukan kelulusan sebagaimana beliau terjemahkan). University menjadi Universitas dsb Konsep baru dan istilah baru akan muncul terus dalam perkembangan sains dan teknologi, nantinya kita hanya akan disibukkan dengan menghabiskan waktu dengan penelusuran kata2 yang dari bahasa melayu/sanserkerta kuno setiap ada istilah baru. Ini pun tidak menjamin ketepatan dari pengertiannya, terutama hal ini menyangkut ilmu2 yang sudah terspesialisasi. Banyak menurut hemat saya istilah2 Indonesia dalam kamus beliau itu tidak mencerminkan pengertian sebenarnya, Conton istilah mudstone dari klasifikasi Dunham, sebenarnya istilah ini asalnya adalah lime-mudstone tetapi kebiasaan dipersingkat jadi mudstone. Kalau diterjemahkan menjadi batulumpur, bagaimana dengan istilah mud-rock yang betul-betul mempunyai pengertian batulumpur. Perhatikan kalau membaca batulumpur di pulikasi dan peta2 diterbitkan Direktorat Geologi (GRDC atau PSG), mungkin yang dimaksud mudstone dalam pengertian Dunham. Untuk menghindari salah pengertian dalam bahasa Inggris-pun melange (asal bahasa Perancis) juga en echelon. nuee d'ardante, avalanche dsb tidak diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, tetap istilah perancis digunakan dengan ditulis dengan huruf miring (italic) untuk menghidari salah pengertian. Penggunaan bancuh dsb akan membingungkan saja. Juga dalam pendidikan saya kira istilah mineral, batuan, gejala tektonik dan sebagainya kita ambil dari istilah Inggris saja yang diindonesiakan, sehingga bagi si mahasiswa kalau membaca buku artikel dalam bahasa Inggris tidak dibingungkan oleh istilah atau sibuk melihat dikamus Pak Mulyono Purbo, yang belum tentu ada di situ.. Sebagai penutup saya ucapkan alangkah bahagianya para ilmuwan biologi. kedokteran, pertanian, termasuk juga para ahli paleontologi tidak terlalu dibingungkan masalah istilah, karena mereka masih menggunakan istilah ilmiah zaman dulu yang resmi yaitu istilah2 Latin Wassalam RPK - Original Message - From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Sent: Friday, October 30, 2009 8:35 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda Pak Idho, Makassar sudah lebih dari siap untuk melaksanakan pertemuan2 nasional maupun internasional. Sarana2 penunjangnya banyak, baik untuk keperluan fiedtrip dari melange pra-Tersier di Bantimala sampai terumbu karang modern di paparan Sangkarang, maupun untuk sekadar berwisata : kampung laut, benteng Belanda tempat Diponegoro ditawan, trans-studio, dll. Bandara Hasanuddin-nya yang modern
Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda
Pak M.M. Poerbo-Hadiwidjojo juga secara aktif sejak pertengahan tahun 1970-an telah terlibat dalam penyiapan bab-bab yang menyangkut kegeologian dalam buku paket IPBA (Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa) SMP dan SMA yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Buku-buku tersebut terkontrol secara mutu dan bahasa sebab para penulisnya adalah tokoh-tokoh ilmuwan yang menguasai bidangnya dan biasa menulis. Tiga penulis utamanya adalah : Pak Bambang Hidayat menulis bab-bab yang berhubungan dengan keantariksaan (astronomi), Pak Poerbo-Hadiwidjojo menulis bab-bab kegeologian, dan Pak Wajong menulis bab-bab tentang meteorologi. Buku-buku IPBA SMP-SMA tersebut masih saya simpan dengan baik, di tempat yang layak, sebagai kenangan bahwa saya tertarik pada geologi sejak SMP berkat buku-buku tersebut. Kamus istilah keilmuan lama terbitan Lembaga Bahasa tahun 1953 bahkan telah mencantumkan nama Pak Poerbo-Hadiwidjaja sebagai penggagas penerjemahan istilah-istilah ilmu kebumian di dalam kamus itu. Suatu teladan konsistensi yang baik. PSG atau P3G atau secara umum Badan Geologi adalah sebuah institusi yang sangat konsisten menerapkan penggunaan istilah-istilah geologi dalam bahasa Indonesia dalam karya tulis anggitan para ahli geologinya. Hal seperti itu saya lihat juga dalam diri Pak Rab Sukamto, yang lebih suka menyebut batuan bancuh daripada melange, poton daripada mud volcano. Gaya bertutur menggunakan istilah2 bahasa Indonesia dalam geologi itu saya temukan juga di diri Pak Sutikno Bronto, ahli volkanologi dari Badan Geologi. Saya yakin tidak mudah menemukan padanan istilah2 itu. Sementara itu, Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Kep Men P K RI No. 0543a/U/1987 tanggal 9 September 1987) mengamanatkan bahwa bila ada padanan istilah dalam bahasa Indonesia untuk suatu istilah keilmuan, utamakanlah padanan istilah bahasa Indonesia tersebut. Padanan-padanan istilah dalam bahasa Indonesia tersebut selamanya akan tetap asing bila kita tidak mempedulikannya apalagi memakainya bahkan melecehkannya. Marilah kita mulai hargai karya-karya anak-anak bangsa sendiri. salam, Awang --- On Thu, 10/29/09, unt...@dgtl.esdm.go.id unt...@dgtl.esdm.go.id wrote: From: unt...@dgtl.esdm.go.id unt...@dgtl.esdm.go.id Subject: Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda To: iagi-net@iagi.or.id Date: Thursday, October 29, 2009, 1:44 PM Salam hormat saya kepada M.M. Poerbo Hadiwidjojo yang tidak putus-putsnya menggali istilah bahasa Indonesia untuk aplikasi di ilmu kebumian khusus geologi (Untung) Teman-teman anggota IAGI, UU soal bahasa ini tidak terlalu mulus jalannya sampai ke saat diundangkannya. Pada awalnya banyak yang menentang. Menentangnya bukan karena kalangan itu tidak mau bahasa Indonesia menjadi wajib di mana-mana, tetapi lebih ke arah apakah akan ada gunanya UU itu? Kalau pun sekarang sudah menjadi UU apakah akan ada implementasinya atau pelaksanaan hukumnya. Banyak kata wajib yang digunakan di dalam UU tersebut. Nah, kalau ada yang melanggar, apakah akan ada yang menegur? Yang menegur saja belum tentu ada, apalagi yang akan menangkap pelanggarnya. Banyak kalangan takut UU ini akan merupakan UU yang ompong. Kemarin, di rubrik surat pembaca harian Pikiran Rakyat (PR) (catatan: PR mendapat predikat koran nasional yang berbahasa Indonesia terbaik peringkat kelima, juaranya dipegang Koran Tempo dan Kompas menempati peringkat kedua) terdapat tulisan yang mengatakan bahwa orang Indonesia lebih senang mempergunakan bahasa asing. Dia mencontohkan suatu pasar saja mempergunakan nama Pasar Baru Trade Center, belum lagi perumahan, kafe, dll. Bahkan, suatu kegiatan kebersihan antar-RW saja di Bandung mempergunakan istilah Bandung green and clean! Apakah ada nanti pihak yang akan menegur dan melarang penggunaan nama atau istilah seperti itu? Dulu pernah terjadi pengindonesiaan nama asing sehingga toko roti bernama Holland Bakery diganti menjadi Holan Bakeri. Ini bukan mengindonesiakan nama, tetapi (menurut saya) malah meledek. Teman-teman di kalangan pemerintahan dan swasta haruslah menjadi portal yang mengingatkan (kalau tidak mampu memaksa) pelaksanaan UU ini. BPMIGAS tampaknya sudah mulai dengan memaksa sebisa-bisanya presentasi di BPMIGAS harus berbahasa Indonesia. Perguruan tinggi seharusnya yang paling aktif. Terus terang saya iri kepada UKM (Universiti Kebangsaan Malaysia) yang mewajibkan setiap mahasiswa pascasarjana internasionalnya mengambil kuliah Bahasa Melayu (walau pengantar kuliah lainnya bahasa Inggris), dan ketika saya tanya apa perlunya, mereka menjawab bahwa universitas adalah organ yang bertanggung-jawab melestarikan bahasa (Melayu). Jadi dosen dan mahasiswanya belajar bahasa Melayu (ingat bahwa dosen itu selalu belajar agar dapat mengajar dengan baik). Jadi, marilah kita berbuat sesuatu, jangan hanya terpesona oleh UU
Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda
Pak Syaiful, UU tersebut yang lengkap adalah 87 halaman, terdiri atas 52 halaman UU dan 35 halaman Penjelasan UU. Keingingan mengutamakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmiah yang semakin maju, termasuk menggunakannya sebagai bahasa resmi di dalam pertemuan-pertemuan ilmiah seperti IAGI atau HAGI; dan keinginan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi dalam pertemuan-pertemuan ilmiah seperti IAGI atau HAGI agar IAGI atau HAGI berkelas internasional; akan selalu menjadi dilema yang sulit dicari solusinya. Bahasa Indonesia rasanya akan sulit bila digunakan sebagai bahasa resmi di pertemuan IPA sebab banyak sekali expatriate yang datang ke pertemuan IPA, begitu juga sebaliknya bila kita menggunakan bahasa Inggris saat presentasi di pertemuan IAGI dan HAGI akan terasa lucu sebab hampir seluruh pendengarnya orang-orang Indonesia. Untuk PIT IAGI/HAGI saya biasanya memilih membuat bahan presentasi dalam bahasa Inggris, tetapi mempresentasikannya dalam bahasa Indonesia. Untuk makalahnya sendiri, kadang-kadang saya menulisnya dalam bahasa Indonesia, waktu lain menulisnya dalam bahasa Inggris. Sebenarnya, yang lebih penting adalah bahwa kemampuan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, keduanya harus terus diasah. Salam, Awang -Original Message- From: mohammad syaiful [mailto:mohammadsyai...@gmail.com] Sent: 29 Oktober 2009 13:54 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda terimakasih, pak awang. lewat japri, saya sudah menerima uu tsb versi digital dari pak untung (format pdf, 52 halaman, file sebesar 230kb). memang mesti didiskusikan, antara kita mau menggunakan bahasa indonesia di segala kesempatan tanpa syarat, dengan keinginan untuk dikenal secara internasional lebih cepat yg tentunya menggunakan bahasa internasional. salam, syaiful --- On Thu, 10/29/09, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Thursday, October 29, 2009, 11:07 AM Pak Syaiful, maaf saya tidak memiliki data digital UU ini. Bila berminat, Pak Syaiful bisa mampir ke Gramedia di Botani Square, Bogor dan mencarinya di bagian Hukum dan Undang-Undang. Bukunya baru saja diterbitkan beberapa minggu yang lalu. Yang dikhawatirkan Pak Eddy bahwa UU ini bisa menjadi UU ompong beralasan sebab di dalam UU ini tak ada ketentuan pidana atas pelanggaran tata tertib berbahasa Indonesia. Pidana dalam UU ini hanya diterapkan atas pelanggaran berkaitan dengan bendera, lambang negara dan lagu kebangsaan. Meskipun demikian, bisa saja nanti di dalam PP turunannya masalah pidana kebahasaan ini diatur. Kembali terpulang ke dalam diri kita masing-masing, apakah kita mempunyai kepedulian kepada bahasa Indonesia atau tidak. Bila kita peduli, tentu kita tak akan menomorduakannya. salam, Awang --- On Thu, 10/29/09, Eddy Subroto subr...@gc.itb.ac.id wrote: From: Eddy Subroto subr...@gc.itb.ac.id Subject: Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda To: iagi-net@iagi.or.id Date: Thursday, October 29, 2009, 3:28 PM Teman-teman anggota IAGI, UU soal bahasa ini tidak terlalu mulus jalannya sampai ke saat diundangkannya. Pada awalnya banyak yang menentang. Menentangnya bukan karena kalangan itu tidak mau bahasa Indonesia menjadi wajib di mana-mana, tetapi lebih ke arah apakah akan ada gunanya UU itu? Kalau pun sekarang sudah menjadi UU apakah akan ada implementasinya atau pelaksanaan hukumnya. Banyak kata wajib yang digunakan di dalam UU tersebut. Nah, kalau ada yang melanggar, apakah akan ada yang menegur? Yang menegur saja belum tentu ada, apalagi yang akan menangkap pelanggarnya. Banyak kalangan takut UU ini akan merupakan UU yang ompong. Kemarin, di rubrik surat pembaca harian Pikiran Rakyat (PR) (catatan: PR mendapat predikat koran nasional yang berbahasa Indonesia terbaik peringkat kelima, juaranya dipegang Koran Tempo dan Kompas menempati peringkat kedua) terdapat tulisan yang mengatakan bahwa orang Indonesia lebih senang mempergunakan bahasa asing. Dia mencontohkan suatu pasar saja mempergunakan nama Pasar Baru Trade Center, belum lagi perumahan, kafe, dll. Bahkan, suatu kegiatan kebersihan antar-RW saja di Bandung mempergunakan istilah Bandung green and clean! Apakah ada nanti pihak yang akan menegur dan melarang penggunaan nama atau istilah seperti itu? Dulu pernah terjadi pengindonesiaan nama asing sehingga toko roti bernama Holland Bakery diganti menjadi Holan Bakeri. Ini bukan mengindonesiakan nama, tetapi (menurut saya) malah meledek. Teman-teman di kalangan pemerintahan dan swasta haruslah
RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda
Pak Idho, Makassar sudah lebih dari siap untuk melaksanakan pertemuan2 nasional maupun internasional. Sarana2 penunjangnya banyak, baik untuk keperluan fiedtrip dari melange pra-Tersier di Bantimala sampai terumbu karang modern di paparan Sangkarang, maupun untuk sekadar berwisata : kampung laut, benteng Belanda tempat Diponegoro ditawan, trans-studio, dll. Bandara Hasanuddin-nya yang modern, serasa mendarat di kota2 US saja. Teman-teman Geologi di UNHAS, Pengda IAGI di sana, dan Kantor ESDM di sana sudah terbukti dapat mengorganisasi pertemuan2 ilmiah (Seminar Nasional Geologi Sulawesi awal Oktober yang lalu). Khusus berhuungan dengan dunia migas, Sulawesi pun serentak bangkit menarik investor nasional dan internasional untuk mengeksplorasi Sulawesi baik di daratan maupun lepas pantai (lepas pantai barat Sulawesi, Sulawesi daratan bagian barat, Sulawesi Timur, Teluk Bone, Teluk Tomini, Buton). Geologi dan biodiversitas Sulawesi, ruangan ini terlalu sempit untuk menceritakannya. Satu kata saja, menakjubkan ! Memikirkan semua hal di atas, maka Makassar sebagai salah satu kota terdepan dan termaju di Sulawesi, lebih dari siap untuk menyambut para ilmuwan kebumian bertemu di kota ini. salam, Awang --- Pada Jum, 30/10/09, Turidho (TURIDHO) turi...@chevron.com menulis: Dari: Turidho (TURIDHO) turi...@chevron.com Judul: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Tanggal: Jumat, 30 Oktober, 2009, 8:10 AM Jika pak MJP pulang kampong, saya sich ingin lihat Trans Studio yang di sebut2 terbesar di dunia!!! Mudah2an kalau 2011 fasilitasnya sudah lengkap. Itulah mengapa PIT IAGI di Makasar dipilih th 2011 ketimbang 2010 -Original Message- From: Muharram Jaya Panguriseng [mailto:muhar...@pertamina-ep.com] Sent: Friday, October 30, 2009 6:43 AM To: iagi-net@iagi.or.id; 'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia' Subject: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda Betul Pak Syaiful, saya kira dari segi infrastruktur Makassar siap menyelenggarakan event Nasional maupun Internasional. Kalo saya sekalian pulang kampong Pak he he he ... Semoga saja teman-teman pengurus HAGI 2010-2012 yang akan datang juga tertarik dengan Makassar, demikian juga dengan ASEG. Wassalam, --mjp-- -Original Message- From: mohammad syaiful [mailto:mohammadsyai...@gmail.com] Sent: Thursday, October 29, 2009 5:59 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda kang muharam, usai rakernas iagi yg memutuskan bahwa pit iagi 2010 di lombok dan pit iagi 2011 di makassar, sekjen iagi langsung berkontak-ria dengan sekjen hagi. singkatnya, kemungkinan utk 2010 tetap jalan sendiri2 karena hagi sudah gabung dengan seg (sementara di iagi itu sudah beda pengda), sedangkan utk 2011 bisa saja iagi kerja-sama dengan hagi (juga aseg kalaulah diperlukan) dengan lokasi di kota makassar. tapi memang tidak perlu terlalu dipaksakan. jika memang sulit utk digabungkan, ya jalan saja sendiri2, semoga semuanya dapat berjalan lancar dan bermanfaat buat bangsa. salam, syaiful 2009/10/29 Muharram Jaya Panguriseng muhar...@pertamina-ep.com: Untuk Joint Convention HAGI-SEG, 2010 Bali terpaksa harus menggunakan Bahasa Ingris lagi Pak Awang. Apalagi SEG meminta level-4 dimana seleksi abstract akan melibatkan SEG, sebagai imbalannya mereka akan membantu mempublikasikan event ini diluar sana. Demikian juga dengan Joint Convention HAGI-ASEG (Australian Society of Exploration Geophysicists) 2011 kalo jadi (atau 2012 kalo HAGI ingin PIT sendiri di 2011). Jauh-jauh hari President of ASEG dalam pertemuannya dengan Pak Elan Biantoro (President of HAGI) dan para menterinya di Jakarta awal tahun ini meminta agar joint ini bisa terwujud. Susah memang, ibarat buah simalakama. Ingin diperhitungkan dikawasan atau tetap dalam kesendirian namun berdaulat. Mudah-mudahan PIT IAGI ke-39 2010 Lombok dan PIT IAGI ke-40 2011 Makassar bisa mewujudkan amanah UU ini. Dalam Joint Luncheon Talk (Bahasa Indonesia-nya apa ya?) berikutnya, tentu akan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Majulah IAGI dan HAGI. Majulah bangsaku... Salam, --mjp-- -Original Message- From: mohammad syaiful [mailto:mohammadsyai...@gmail.com] Sent: Thursday, October 29, 2009 2:40 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda betul, pak awang, saya sangat sepakat. terimakasih. salam, syaiful 2009/10/29 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com: Pak Syaiful, UU tersebut yang lengkap adalah 87 halaman, terdiri atas 52 halaman UU dan 35 halaman Penjelasan UU. Keingingan mengutamakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmiah yang semakin
Bls: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia: Unjuk Rembug dari A.S.
Pak Yo, UU 24/2009 Pasal 32 ayat (1) : (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam forum yang bersifat nasional atau forum yang bersifat internasional di Indonesia. Pertanyaan Pak Yo : Saya ingin bertanya apakah karena U.U. tadi, seseorang dari mancanegara yang akan memberikan suatu loka-karya atau seminar harus memberikannya dalam bahasa Indonesia? Bila hanya mengacu secara tertulis kepada ayat di atas, jawabannya adalah ya. Tetapi UU ini nantinya akan diikuti dengan peraturan pelaksanaannya, mungkin di situ akan lebih jelas. Meskipun demikian, ayat ini punya efek positif dan negatif; positif karena dapat memajukan bahasa Indonesia secara internasional (karena ada keinginan agar bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional -UU 24/2009 pasal 44); negatif karena bisa saja tak ada lagi kontribusi dari para pembicara internasional di dalam seminar2 internasional di Indonesia sebab mereka harus menyampaikan makalahnya dalam bahasa Indonesia. Kemudian, tak ada sanksi atau pidana di dalam UU 24/2009 terkait pelanggaran peraturan berbahasa ini. Secara pribadi, saya sangat mendukung penggunaan dua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) dalam kontrak-kontrak migas (mengacu kepada UU 24/2009 Pasal 31 ayat (1) dan (2)). Dan bila terjadi sengketa, bahasa Indonesia-lah yang harus menjadi acuan, bukan bahasa Inggris. Sebagai anggota Tim Penilai WK Migas dan CBM, saya akan menyampaikan hal ini kepada teman-teman di Direktorat Jenderal Migas. Selama ini, kontrak-kontrak migas hanya ditulis dalam bahasa Inggris. Salam, Awang --- Pada Jum, 30/10/09, Yo Sumartojo sumar...@bellsouth.net menulis: Dari: Yo Sumartojo sumar...@bellsouth.net Judul: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia: Unjuk Rembug dari A.S. Kepada: iagi-net@iagi.or.id, turi...@chevron.com Cc: Dr. Wawan Budianta wawanj...@yahoo.com Tanggal: Jumat, 30 Oktober, 2009, 8:38 AM Rekan-rekan IAGI, Dari A.S. saya ikuti diskusi tentang penggunaan bahasa Indonesia dalam wacana geologi di Indonesia. Saya ingin bertanya apakah karena U.U. tadi, seseorang dari mancanegara yang akan memberikan suatu loka-karya atau seminar harus memberikannya dalam bahasa Indonesia? Saya sendiri saat ini, kadang-kadang, juga bekerja sebagai penerjemah lisan (interpreter) paruh-waktu dan sampingan (occasional) pada Departmen Luar Negeri A.S. menemani tamu-tamu dari Indonesia yang mungkin saja ketrampilannya dalam bahasa Inggeris kurang. Masalah saya yalah bagaimana menggunakan istilah-istilah Indonesia yang tepat dan benar dalam macam-macam bidang pengetahuan. Hampir setiap hari saya membaca beberapa surat kabar Indonesia melalui jalur internet. Sering-sering merasa heran banyak kata-kata asing (Inggeris) yang digunakan begitu saja, seolah-olah kata-kata tadi adalah bahasa Indonesia. Situs dibawah ini adalah U.U. dengan lampirannya lagu kebagsaan Indonesia Raya yang menjadi rembugan dalam beberapa email (imel?). Mungkin rekan-rekan lainnya sudah mengetahuinya. Ada sambutan dari rekan-rekan IAGI? http://www.depdagri.go.id/konten.php?nama=ProdukHukumop=detail_hukumid=2312 Salam, Yo (Jojok Sumartojo) Registered Professional Geologist Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda? Buat Pingbox terbaru Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda
Ya Pak Budhi, saya ingat ketika kita bertemu di PIT IAGI Semarang tersebut. Silakan disebarkan saja tulisan saya tersebut apabila dirasakan dapat bermanfaat. salam Awang --- On Wed, 10/28/09, Budhi Kuswan Susilo budhikuswansus...@gmail.com wrote: From: Budhi Kuswan Susilo budhikuswansus...@gmail.com Subject: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda To: iagi-net@iagi.or.id Cc: iagisum...@googlegroups.com Date: Wednesday, October 28, 2009, 11:47 PM Pak Awang, Saya budhi, kita bertemu di North ballroom, Gumaya Hotel. Informasinya sangat menarik dan penting. Mohon ijin untuk saya langsung sebarkan pada milis IAGI Sumsel ya! Semoga memberi kemanfaatan bagi kami di sumsel. Terima kasih Salam, Budhi Kuswan S -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: 28 Oktober 2009 23:07 To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS Subject: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda Hari Sumpah Pemuda yang kita peringati untuk ke-81 tahun hari ini, mempunyai makna tersendiri pada tahun ini, khususnya yang menyangkut bahasa persatuan kita Bahasa Indonesia, yang merupakan sumpah ketiga para pemuda pada 28 Oktober 1928. Tahun ini, tepatnya pada 9 Juli 2009, Bahasa Indonesia telah resmi diundangkan dalam Undang-Undang. Undang-Undang tersebut adalah UU Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. UU ini termuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, dan Penjelasan atas UU No. 24/2009 ini tercantum sebagai Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035. Setelah 81 tahun Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Nasional, akhirnya peraturan-peraturan tentang tata tertib berbahasa masuk ke dalam UU khusus. UU ini juga mengatur pemakaian bahasa asing dan bahasa daerah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang tata tertib tersebut yang mungkin berhubungan dengan bisnis perminyakan atau pertambangan secara umum di Indonesia saya kutipkan berikut ini. Pasal 30 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pelayanan administrasi publik di instansi pemerintahan. Pasal 31 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi pemerintah Republik Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan warga negara Indonesia. Pasal 31 (2) Nota kesepahaman atau perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang melibatkan pihak asing ditulis juga dalam bahasa nasional pihak asing tersebut dan/atau bahasa Inggris. Pasal 32 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam forum yang bersifat nasional atau forum yang bersifat internasional di Indonesia. Pasal 33 ((1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta. Pasal 33 ( 2) Pegawai di lingkungan kerja lembaga pemerintahan dan swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum mampu berbahasa Indonesia wajib mengikuti atau diikutsertakan dalam pembelajaran untuk meraih kemampuan berbahasa Indonesia. Pasal 34 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam laporan setiap lembaga atau perseorangan kepada instansi pemerintahan. Pasal 35 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam penulisan karya ilmiah dan publikasi karya ilmiah di Indonesia. Pasal 35 (2) Penulisan dan publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk tujuan atau bidang kajian khusus dapat menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing. Demikian beberapa peraturan atau tata tertib berbahasa Indonesia. Bila ini dilakukan, maka akan berimplikasi seperti di bawah. -Dokumen kontrak harus ditulis dalam bahasa Indonesia bila BPMIGAS berkontrak dengan perusahaan nasional, atau dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris bila BPMIGAS berkontrak dengan pihak asing. -BPMIGAS hanya akan menulis surat-surat dan dokumen-dokumennya dalam bahasa Indonesia. -Laporan-laporan yang disampaikan kepada BPMIGAS harus menggunakan bahasa Indonesia. -Komunikasi resmi di kantor2 K3S (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) harus menggunakan bahasa Indonesia, bila presentasi dianggap komunikasi resmi, maka tak ada keharusan menggunakan bahasa Inggris. -Orang-orang expatriate yang bekerja di K3S wajib mengikuti atau diikutkan kursus bahasa Indonesia dan bila mereka presentasi di BPMIGAS mereka harus menggunakan bahasa Indonesia. -Forum-forum pertemuan ilmiah di Indonesia seperti IPA, IAGI atau HAGI wajib menggunakan bahasa Indonesia sebagai media komunikasi; makalahnya sendiri boleh ditulis dalam bahasa Inggris. Peraturan Presiden tentang hal ini, yang mengatur lebih jauh tata tertib penggunaan bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing akan diterbitkan paling lama dua tahun sesudah UU ini diundangkan (batas waktu : Juli 2011). Implikasi UU ini kepada bisnis perminyakan/pertambangan sehari-hari akan cukup
RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda
Pak Sugeng, Pak Yus Badudu adalah salah seorang ahli bahasa dan sastra Indonesia yang saya kagumi. Kesederhanaan, ketekunan dan konsistensinya mengagumkan. Pak Yus bukan seorang ahli dadakan sebab beliau merangkak dari bawah sejak sebagai guru di sebuah SD Gorontalo sampai menjadi gurubesar di Universitas Padjadjaran. Ketekunan dan konsistensinya terhadap bahasa Indonesia sungguh luar biasa, menyusun banyak sekali buku pembinaan bahasa Indonesia sampai berbagai kamus kecil dan besar. Dalam usianya yang sudah melebihi 80 tahun pun, buku-bukunya yang terbaru masih juga terbit. Tidak banyak ahli kita setekun, sekonsisten dan seproduktif Pak Yus Badudu. Pak Sugeng yang aktif mengoleksi Intisari tentu paham konsistensi Pak Yus Badudu sebab beliau mengasuh kolom bahasa Indonesia di Intisari selama bertahun-tahun. Saya mengoleksi cukup banyak buku-buku tulisan Pak Badudu, baik yang lama maupun yang paling baru. Para penerus Pak Badudu pun masih saya ikuti kiprahnya, termasuk menyimak acara BINAR di TVRI -acara pembinaan bahasa Indonesia yang dikemas dengan modern, di acara itu saya bisa mengamati bagaimana Pak Dendy Sugono, kepala Pusat Bahasa Indonesia, bertutur -asyik menyimaknya, gaya seorang penutur bahasa Indonesia yang nyaris sempurna.. Soal bahasa Melayu dan bahasa Indonesia kapan-kapan saya ulas, saya punya beberapa buku bagus yang layak dijadikan acuan tentang ini. salam, Awang --- On Thu, 10/29/09, Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id wrote: From: Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id Subject: RE: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda To: iagi-net@iagi.or.id, IAGI iagi-net@iagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Thursday, October 29, 2009, 7:15 AM Pak Awang yang baik, Trimakasih, uraiannya yang sangat bagus telah menambah pengetahuan kami. Pasti pak Awang mengoleksi bukunya pak Prof. Yus Badudu (Guru Besar Bahasa Indonesia di Unpad). Saya mempunyai bbrp buku beliau, dan pernah akan diajak sowan untuk minta tanda-tangan beliau (kebetulan menantunya, mas Edwin Latuihamalo teman di lokasi pemboran). Semoga nanti terlaksana. Sekalian mohon ijin, tulisan Pak Awang ini akan saya sebarkan kepada saudara dan teman saya Guru Bahasa Indonesia. Setengah abad yll, ketika masih menjadi murid SR (sekolah rakyat) di kelas satu dan dua kami menggunakan pengantar Basa Jawa (saya kan ada di pedalaman Jawa Tengah); baru setelah naik ke kelas tiga, kami dikenalkan Basa Melayu (Cara Mlayu). Belakangan, dengan berkembangnya jaman, kita di seluruh Negeri telah menggunakan Bahasa Indonesia. Saya pernah mendengar sindiran bahwa Bahasa Indonesia itu berasal dari Bahasa Malaysia. Saya rasa ini tidak seluruhnya benar; menurut saya bahwa Bahasa Indonesia (sekarang ini) adalah masih satu rumpun dengan Rumpun Bahasa Melayu yang berlaku di Semenanjung Malaya dan Sumatera. Memang Bahasa Indonesia telah mengalami evolusi, misalnya mulai dengan Ejaan OP Ophoysen (?), Ejaan Soewandi (Menteri PDK?) dan Ejaan yang disempurnakan; juga kata-2 serapan yang diambil dari bbrp bahasa daerah maupun bahasa asing. Misalnya: Production sharing (bagi hasil), ketika saya masih merantau di Singapura, saya dengar kata sharing artinya kongsi yang kalau di kita sama dengan patungan (ini dari bahasa Jawa). Kulkas (Belanda: Kul Kas) sementara saudara kami di S'pura menyebutnya peti sejok... Kata budak, kaki tangan kalau di Malaysia merupakan kata-2 yang biasa sementara di kita berkonotasi negatif. Yang jelas bahwa Bahasa Indonesia telah mengalami perubahan dan perkembangan, dan telah dipergunakan di seluruh negeri. Ketika saya di desa Durian Kering, di ujung pulau Salawati, semua penduduknya fasih berbahasa Indonesia. Mohon pencerahannya hubungan antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Melayu. Trimakasih, dan salam hangat, sugeng nb. Tidak menduga, cucu keponakan saya di desa Jateng juga sudah memakai pengantar Bhs Indonesia, selain Jawa. Bahkan sudah mulai diperkenalkan bahasa Inggris. Suatu hari ketika bertelepon, saya dibuat agak terkejut karena budak kecil ini sempat berkata; Oke, Mbah, see you tomorrow morning...O, nggih Mbah, susune pun telas (...oyha, susunya sudah habis). Ini artinya minta dikirimi pake,he-he. From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Wed 10/28/2009 11:06 PM To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS Subject: [iagi-net-l] Legalitas Bahasa Indonesia : Memperingati Sumpah Pemuda Hari Sumpah Pemuda yang kita peringati untuk ke-81 tahun hari ini, mempunyai makna tersendiri pada tahun ini, khususnya yang menyangkut bahasa persatuan kita Bahasa Indonesia, yang merupakan sumpah ketiga para pemuda pada 28 Oktober 1928. Tahun ini, tepatnya pada 9 Juli 2009, Bahasa Indonesia telah resmi diundangkan dalam Undang
RE: [iagi-net-l] OOT - The World's Heritage (Unesco, 2009) dan Borobudur
Pak Sugeng, Tepat dugaan Pak Sugeng, di buku tersebut ada the World's Heritage peninggalan arkeologis Buddha di Afghanistan. Afghanistan punya dua the World's Heritage, salah satunya adalah peninggalan-peninggalan arkeologi di Hazarajat atau lebih terkenal sebagai Bamiyan Valley. Unesco secara kelompok menyebutkan tempat ini sebagai Cultural Landscape and Archaelogical Remains of the Bamiyan Valley. Diakui sebagai the World's Heritage pada tahun 2003, dua tahun setelah patung-patung raksasa Buddha di tempat ini dirusakkan secara brutal oleh Taliban pada bulan Maret 2001. Unesco mengakui tempat ini sebagai the World's Heritage dengan kriteria yang sama seperti untuk Borobudur, Human creative genius; interchange of values, testimony to cultural tradition; significance in human history; heritage associated with events of universal significance. Lembah Bamian ini secara regional terdapat di Dataran Tingi Hazarajat, suatu pass (jalan tembus di dataran tingi) di ketinggian 2500 meter yang merupakan satu dari percabangan Jalan Sutra. Panoramanya tentu sangat indah, berbaur dengan nuansa religi zaman awal peradaban. Patung-patung Buddha di sini didirikan dari abad pertama sampai abad ke-13. Sekaligus, di tempat ini bisa disaksikan juga bekas-bekas kebiadaban sebuah kelompok radikal bernama Taliban yang menghancurkan dua buah patung raksasa Buddha berumur lebih dari 1000 tahun. Pak Sugeng, tahun 2002 saya pernah ke Sumenep, mengunjungi Pak Bupati Sumenep di kantor beliau yang sangat artistik, penuh sentuhan arsitektur Cina -seperti sedang di Forbidden City, Beijing saja rasanya. Kantor tersebut dulunya adalah sebuah kraton yang didirikan pada abad ke-18 oleh Panembahan Sumolo, anak laki-laki Ratu Raden Ayu Tirtonegoro dan suaminya, Bendoro Saud. Diyakini bahwa arsitek Kraton Sumenep ini adalah seorang Cina perantauan pertama di Sumenep yang merupakan pelarian dari Batavia saat di Batavia terjadi pembunuhan banyak orang Cina. Istana Aria Wiraraja/Banyak Wade, saya belum sempat mengunjunginya. Selamat bekerja di Dolang-Dolang-1, semoga sumur tersebut menemukan minyak meskipun tak mudah menemukan minyak di Madura...sebuah pulau dengan deformasi luar biasa, tempat sesar mendatar besar mencabik-cabik formasi-formasi dan mengangkatnya tinggi-tinggi. salam, Awang --- On Tue, 10/27/09, Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id wrote: From: Sugeng Hartono sugeng.hart...@petrochina.co.id Subject: RE: [iagi-net-l] OOT - The World's Heritage (Unesco, 2009) dan Borobudur To: iagi-net@iagi.or.id, IAGI iagi-net@iagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Tuesday, October 27, 2009, 11:37 AM Pak Awang, Ini pasti buku bagus dan menarik; semoga sudah ada di Jakarta. Apakah di dalam buku ini juga ada patung-2 Budha ukuran raksasa yang dipahat di dinding-2 tebing gunung di dataran tinggi Hazarajat, Afganistan? Patung-2 ini usianya sudah seribuan tahun, dan sempat diberondong peluru sebelum akhirnya Unesco turun tangan (melarangnya). Salam dari Madura, sugeng nb. Di Sumenep juga ada istana hebat (Pangeran Aria Wiraraja/ Banyak Wide?), bangunannya berarsitektur Jawa, China dan Eropa. Kapan mau menengok? From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Mon 10/26/2009 10:54 PM To: IAGI; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS Subject: [iagi-net-l] OOT - The World's Heritage (Unesco, 2009) dan Borobudur Sebuah buku setebal 832 halaman baru saja diterbitkan oleh Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) di Paris bekerja sama dengan Penerbit Harper Collins, London berjudul, The World's Heritage : A Complete Guide to the Most Extraordinary Places. Isinya dapat diduga, yaitu menjelaskan tempat-tempat di seluruh dunia yang oleh Unesco dikategorikan sebagai Warisan Dunia yang harus dilestarikan. Buku diawali oleh kata pengantar dari Mr. Koichiro Matsuura (Direktur Jenderal Unesco) tentang makna Warisan Dunia, disusul oleh peta-peta dan daftar seluruh tempat Warisan Dunia, kemudian issue utama buku berupa penjelasan ringkas (tetapi cukup padat) setiap tempat Warisan Dunia beserta foto atau peta penuh warna yang mewakilinya, dan diakhiri oleh indeks. Menarik, melihat-lihat tempat-tempat Warisan Dunia tersebut yang memiliki keunikan masing-masing, terlebih lagi bila mengingat bahwa proses menyeleksi, menilai dan memutuskan tempat-tempat Warisan Dunia itu tidak sederhana. Buku ini mungkin sudah tersedia juga di toko-toko buku internasional di Indonesia, saya membelinya di Singapura dengan harga 50 S$. Pemikiran dan usaha menyelamatkan tempat-tempat unik di dunia dipicu oleh pembangunan Bendungan Aswan, Mesir pada tahun 1959. Pembangunan ini telah menggenangi Lembah Sungai Nil yang sesungguhnya merupakan tempat dengan warisan sejarah kebudayaan yang kaya karena
Re: [iagi-net-l] Borobudur..............Re: [ Forum-HAGI] OOT - The World’s Heritage (Une sco, 2009) dan Borobudur
Pak Franc, Bagaimana Candi Borobudur ditemukan dan digali kembali dilaporkan oleh Raffles dalam bukunya The History of Java (1817) -buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia tahun 2008 lalu oleh Penerbit Narasi. Penggalian oleh tim saat Raffles menjadi gubernur jenderal Inggris di Indonesia (1811-1816) adalah penggalian untuk pertama kalinya sejak Borobudur terkubur pada abad ke-11. Karena Inggris tidak lama di Indonesia, maka penggalian pada zaman Raffles ini diteruskan oleh Pemerintah Belanda. Raffles menugaskan ahli arkeologi Belanda, Cornelius untuk memimpin penggalian ini. Penggalian dilakukan oleh 200 penduduk desa di sekitar Borobudur yang menggali tanah dan membersihkan semak belukar sampai Candi Borobudur sedikit demi sedikit terbuka kembali. Setelah 21 tahun dilakukan penggalian, seluruh bagian candi baru tersingkap pada tahun 1835. Perlu diperhatikan bahwa penggalian yang lama ini juga akibat pecahnya perang Jawa (Belanda vs. Pangeran Diponegoro) pada tahun 1815-1830. Tentang bagaimana Candi Borobudur dibangun, kita hanya bisa menduga-duganya saja sebab tak satu pun inskripsi (tulisan) ditemukan di antara 1.600.000 batu balok andesit yang digunakan untuk membangun candi (Phil Grabsky, 2000, The Lost Temple of Java, Seven Dials). Yang jelas, candi dibangun tidak mengikuti bentuk piramid sebab ratusan ribu balok andesit yang sangat berat itu pernah miring dan hampir runtuh pada tahun 800 M saat dibangun seperti gunungapi (piramid). Wangsa Syailendra pembangun candi ini adalah dinasti pemuja gunung, maka Borobudur dibentuknya seperti pegunungan. Prof Rooseno (alm), ahli beton terkemuka Indonesia, ketua tim teknis pemugaran Candi Borobudur 1973-1983, pernah mengatakan, Biar dibom, Borobudur akan tetap berdiri. Benar saja, saat teroris meledakkan Candi pada Januari 1985, hanya beberapa stupa yang rusak. Borobudur tetap berdiri dengan kokoh meskipun dipasangi 11 bom di mana-mana. Daoed Joesoef, mantan Menteri PK pada era Orde Baru, menulis di bukunya Borobudur (Kompas, 2004) bahwa saat ia menjadi Menteri, ia sering menerima surat kaleng yang isinya mengumpat, menghujat dan mengutuk bahwa dirinya adalah orang kafir sebab telah memimpin pemugaran berhala terbesar di Tanah Air. Maka pengeboman Borobudur mungkin tak terlalu mengagetkan Pak Daoed Joesoef, meskipun tetap menyakitkan. Bagaimana Borobudur dibangun biarlah tetap menjadi misteri sebab meskipun telah ada sekitar 500 makalah riset tentang Borobudur sejak awal 1900-an, tak ada satu pun yang dengan jelas menggambarkan tahapan-tahapan pembangunan itu -semuanya baru dugaan2. Terselubung dalam misteri sering lebih menarik daripada yang tersingkap dengan jelas. salam, Awang --- On Tue, 10/27/09, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Subject: [iagi-net-l] Borobudur..Re: [Forum-HAGI] OOT - The World’s Heritage (Unesco, 2009) dan Borobudur To: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: iagi-net@iagi.or.id Date: Tuesday, October 27, 2009, 2:33 PM Mumpung bicarakan Borobudur, saya mau tanya... Waktu Borobudur pertama digali oleh Belanda, apakah ada bukti bahwa borobudur pernah dipakai untuk berdoa/persembahan sebelum tertimbun? Pertanyaan ini timbul setelah saya baca cara orang zaman dahulu membuat bangunan tinggi, setiap lantai/level dibangun dan dibuat selevel dengan tanah sekitarnya, lalu dibangun lagi, lalu ditimbun lagi. demikian seterusnya. jadi mereka tidak perlu memanjat2 yang tinggi; sehingga lebih mudah menyusun batu2 yang berat. pertanyaan saya adalah apakah Borobudur waktu digali oleh Belanda merupakan galian pertama kalinya setelah dibangun atau sudah pernah digali sebelumnya. salah satu bukti bahwa sudah pernah digali sebelumnya adalah dengan ditemukannya sisa2 bukti persembahan/doa. atau Borobudur dibangun tdk dengan cara menimbun begini. terima kasih atas pencerahan dan diskusi nya. salam, frank From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Sent: Mon, October 26, 2009 4:54:02 PM Subject: [Forum-HAGI] OOT - The World’s Heritage (Unesco, 2009) dan Borobudur Sebuah buku setebal 832 halaman baru saja diterbitkan oleh Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) di Paris bekerja sama dengan Penerbit Harper Collins, London berjudul, “The World’s Heritage : A Complete Guide to the Most Extraordinary Places”. Isinya dapat diduga, yaitu menjelaskan tempat-tempat di seluruh dunia yang oleh Unesco dikategorikan sebagai Warisan Dunia yang harus dilestarikan. Buku diawali oleh kata pengantar dari Mr. Koichiro Matsuura (Direktur Jenderal Unesco) tentang makna Warisan Dunia, disusul oleh peta-peta dan daftar seluruh tempat
Re: [iagi-net-l] dolang dolang
Abah, Mendahului jawaban dari Pak Sugeng nanti, lokasi Dolang-Dolang ada di antara sumur Karasan-1 dan Konang-1, Madura sebelah barat, Kabupaten Bangkalan. Sumur Konang-1 (Shell, 1953) gas overpressure dan blow out, sumur Karasan-1 (JOB Pertamina-Medco Madura, 2003) berindikasi gas. Teman-teman SPE Petroleum Madura memiliki rencana agresif untuk mengeksplorasi Pulau Madura, dan segera memproduksikannya bila menemukan HC dan ekonomis. Namun, semua orang yang pernah bekerja di Madura, termasuk Abah, pasti tahu tidaklah mudah mengeksplorasi Pulau Madura. Kondisi bawah permukaannya penuh tantangan (harus kuat iman, kata teman saya seorang senior geophysicist). Merealisasikan sumur di sana pun punya tantangannya tersendiri. BPMIGAS tentu akan mendukung setiap usaha eksplorasi dan produksi, selama secara teknis dan anggaran memenuhi syarat2 yang diterapkan dan wajar (good engineering practices). salam, Awang --- On Tue, 10/27/09, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote: From: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id Subject: [iagi-net-l] dolang dolang To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id Date: Tuesday, October 27, 2009, 7:45 PM Pak Sugeng Kira kira lokasi sumur Doleng Dolang sebelah mana sih/ Waktu saya di JOB Shell Madura , kita bor dua sumur dry hole semua (walaupun ada indikasi ) tapi tidak ditest . Semoga berhasil . Si Abah Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
[iagi-net-l] Gempa Sumba 6.1 SR (25 Oktober 2009)
Sumba dan sekitarnya kena giliran disapa gempa pada hari Minggu subuh tadi (04.54 WITA). Setelah Jumat malam gempa mengguncang Manokwari, Sabtu hampir tengah malam gempa mengguncang Laut Banda dan Maluku, kini giliran Sumba. Dengan gempa bermagnitude 6,1 SR sedalam hanya 19 km menurut BMKG (atau 5.5 Mw, kedalaman hanya 3,5 km menurut USGS) tentu akan menyebabkan guncangan yang cukup untuk Pulau Sumba meskipun episentrum gempa ini terletak di dasar laut sebelah baratlaut Sumba. Kalau saja pematahan batuan di dalam gempa ini berupa dip-slip dan punya jurus yang sejajar dengan arah Pulau Sumba, maka besar kemungkinan Sumba telah dilanda tsunami. Untunglah gempa Sumba tadi subuh berupa sesar mendatar berjurus 34 NE dan kemiringan 66 deg, sehingga kemungkinannya sebagai tsunami-genic EQ kecil, lagipula jurus pematahannya tegak lurus terhadap arah sumbu panjang Sumba. Pematahan batuan pada gempa ini terjadi di overriding micro-plate Sumba atau kerak akresi di depannya. Sumba terkenal sebagai suatu mikro-kontinen yang menempati posisinya sekarang pada Paleogen, setelah lepas oleh sesar besar dari induknya di SE Sundaland melalui Sumba Fracture (kebanyakan literatur berargumen demikian), atau dari induknya di Australia dan Timor (beberapa peneliti mengatakannya demikian). Yang jelas, posisi Sumba sebagai mikro-kontinen di wilayah forearc adalah suatu hal yang sangat unik dan sangat berpengaruh kepada kinematika konvergensi lempeng di wilayah ini. Hati-hati, gempa-gempa berkekuatan signifikan sedang banyak terjadi di wilayah Indonesia dalam dua bulan terakhir ini. Setiap hari memang tercatat gempa-gempa di Indonesia, tetapi empat gempa berkekuatan 7+ SR terjadi di dalam waktu tak sampai dua bulan lumayan mengkhawatirkan. salam, Awang PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
[iagi-net-l] Gempa Manokwari (6,0 SR) dan Gempa Banda (7,3 SR) 23-24 Oktober 2009
Manokwari, Kepala Burung Papua, Jumat 23 Oktober 2009 pukul 20.15 WIT, penduduk kota berlarian ketakutan keluar dari rumah dan gedung karena kota mereka diguncang gempa sampai skala VI MMI (Modified Mercalli Intensity). Bayangan rumah dan gedung yang runtuh seperti di Padang dan sekitarnya akibat gempa 30 September 2009 yang lalu tentu terlintas di pikiran mereka. Manokwari semalam diguncang gempa berkekuatan 6,0 SR (5.8-6.0 Mw-USGS) berasal dari tempat dangkal (23 km -BMKG, 35 km-USGS) di lepas pantai 13 km sebelah tenggara kota Manokwari(data BMKG; 3 km sebelah timur Manokwari -USGS). Di wilayah ini terkenal sebuah sesar mendatar besar sinistral bernama Sorong Fault yang ke sebelah timur-tenggara menyeberang dari Kepala Burung ke Pulau Yapen. Plotting lokasi episentrum gempa dari data BMKG (0.91 LS, 134.18 BT) menempatkan gempa ini berasosiasi dengan Sesar Sorong. Ini dibuktikan dengan data USGS body-wave moment tensor solution yang menunjukkan pematahan oblique sesar naik dan mendatar dengan jurus 330 NE dan kemiringan 60 deg. Arah pematahan ini hampir sejajar dengan trace Sesar Sorong di sebelah tenggara Manokwari. Arah 300-330 (NNW-SSE) seperti ini dalam sistem sesar mendatar sinistral akan membentuk jalur bengkokan yang saling menahan dan menekan (restraining bend), sehingga wajar sekali analisis centroid moment tensor memberikan solusi sesar naik dengan arah 317 dan kemiringan 67 deg; dan analisis body-wave moment tensor memberikan solusi yang menunjukkan pematahan oblique sesar naik dan mendatar dengan jurus 330 NE dan kemiringan 60 deg. Berdasarkan data momen tensor solutions dari USGS ini, saya yakin lokasi episentrum gempa yang lebih tepat adalah justru dari BMKG (13 km sebelah tenggara Manokwari). Lempeng Pasifik yang bergerak di sebelah utara Sesar Sorong merupakan lempeng yang saat ini bergerak paling cepat di seluruh dunia, yaitu 12-13 cm/tahun. Maka wajar bagian utara Papua adalah wilayah yang rawan gempa. Sabtu menjelang tengah malam tadi, 24 Oktober 2009 pukul 23.40 WIT, kembali wilayah Indonesia Timur diguncang gempa. Kali ini lokasinya jauh di bawah Laut Banda yang teduh dan gelap di tengah malam, 6.23 LS dan 130.60 BT (BMKG) atau di sebelah barat Dalaman Weber -depresi permukaan kerak Bumi paling dalam di Indonesia (7000+ meter) atau 209 km sebelah baratlaut Saumlaki (Pulau Tanimbar, Maluku Tenggara). Gempa berkekuatan signifikan : 7,3 SR (BMKG) atau 7.0 Mw (USGS). Kedalaman gempa 138 km (USGS) atau 165 km menurut BMKG. Gempa ini telah mengguncang Saumlaki pada skala IV-V MMI dan Ambon serta Fak Fak pada skala III-IV MMI. BMKG melaporkan bahwa gempa Laut Banda ini berpotensi tsunami. Tetapi melihat body-wave moment tensor solution dari USGS yang menunjukkan pematahan mendatar dengan jurus 60 NE dan kemiringan 84 deg; serta ini merupakan gempa yang cukup dalam, kemungkinan potensi tsunami menjadi kecil. Gempa yang cukup besar ini terjadi di slab (kerak samudera) yang menyusun bagian depan kerak benua Australia (sistem passive margin). Kerak samudera ini sebelum Pliosen telah menyusup (mekanisme subduction) di bawah Busur Banda kemudian pada Pliosen kerak benua Australia ternyata juga ikut menyusup (mekanisme underthrusting) di bawah Busur Banda. Kejadian gempa ini sekaligus menunjukkan bahwa dalam sistem passive margin pun gerak tektonik masih aktif. Gempa masih bisa terjadi di slab meskipun ia terlindungi oleh kerak benua di bagian belakangnya. Penjalaran energi gempa pun berjalan sepanjang slab updip ke arah selatan (Tanimbar), timur (Aru), timurlaut (Fak Fak) dan utara (Ambon) dalam cara unik ke arah mana slab tersebut mulai menyusup. --- Patut menjadi perhatian bahwa di dalam dua bulan ini, Indonesia sudah mengalami empat kali gempa dengan magnitude signifikan (7+ M) : Tasikmalaya, Padang, Sungai Penuh-Jambi dan Laut Banda. Gempa2 di Jalur Sumatra-Selat Sunda-Jawa bisa saja saling berhubungan, di bawah Laut Banda lain lagi, di batas selatan Pasifik lain lagi. Waspadalah ! salam, Awang 2009-10-23 11:15:28 (Mw 6.0) NEAR N COAST OF PAPUA, INDONESIA -0.9 134.1 (29373)Friday, October 23, 2009 6:33 PM From: USGS ENS e...@usgs.gov To: awangsaty...@yahoo.com == PRELIMINARY EARTHQUAKE REPORT == Region: NEAR N COAST OF PAPUA, INDONESIA Geographic coordinates: 0.885S, 134.109E Magnitude: 6.0 Mw Depth: 35 km Universal Time (UTC): 23 Oct 2009 11:15:28 Time near the Epicenter: 23 Oct 2009 20:15:28 Local standard time in your area: 23 Oct 2009 18:15:28 Location with respect to nearby cities: 3 km (2 miles) E (95 degrees) of Manokwari, Irian Jaya, Indonesia 314 km (195 miles) E (91 degrees) of Sorong, Irian Jaya, Indonesia 406 km (253 miles) NW (323 degrees) of Enarotali, Irian Jaya, Indonesia 730 km (454 miles) ENE (65 degrees)
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gempa Ujung Kulon 16 Oktober 2009
Meilano irwan.meil...@gmail.com wrote: From: Irwan Meilano irwan.meil...@gmail.com Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gempa Ujung Kulon 16 Oktober 2009 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id Date: Saturday, October 17, 2009, 10:37 PM Pak Awang dan anggota milis ysh, Bila dilihat di peta google, gempa ini berada di bawah pulau panaitan. Mekanismenya sesar naik dan arah jurusan 116/296 derajat. Pak Hery H. (LIPI), di papernya tahun 1990 (tectonics), telah menjelaskan bahwa wilayah ini mengalami ektensi, sebagai respon deformasi sliver sumatra ke arah barat laut, di ujung selatan sesar sumatra. Terinspirasi hal ini kami membuat riset kecil2an dengan membuat jaringan gps di ujung lampung, dan barat banten, pd pertengahan tahun 2009 ini. Tapi belum punya hasil sudah gempa duluan :-( . Ektensi di selat sunda ini, mungkin bisa menjelaskan beberapa gempa dengan mekanisme sesar naik ke arah dekat dengan banten. Tetapi informasi kedalamannya, mungkin yang diberikan oleh BMKG (10km) lebih realistis daripada yg dikeluarkan USGS (50km) nuhun, irwan meilano On Fri, Oct 16, 2009 at 7:17 PM, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Gempa bermagnitude 6,5 Mw, kedalaman hiposentrum 55,6 km lumayan menggoyang kota Jakarta. Saya mengurungkan turun lift dari Lt 22 karena gedung Patra Jasa tempat kantor BPMIGAS berayun walaupun tak sekeras saat gempa Tasikmalaya bulan lalu terjadi. Gempa berpusat di Ujung Kulon, Selat Sunda. Nampaknya gempa-gempa tengah aktif antara selatan Sumatra-Jawa, berayun seperti bandul dari ujung satu ke ujung lain, kini menyerang tengahnya. Berhati2-lah kawan... salam, Awang Magnitude 6.5 - SUNDA STRAIT, INDONESIA 2009 October 16 09:52:52 UTC DetailsMaps Earthquake Details Magnitude 6.5 Date-Time Friday, October 16, 2009 at 09:52:52 UTC Friday, October 16, 2009 at 04:52:52 PM at epicenter Location 6.692°S, 105.153°E Depth 55.6 km (34.5 miles) Region SUNDA STRAIT, INDONESIA Distances 137 km (85 miles) S (185°) from T.-Telukbetung, Sumatra, Indonesia 187 km (116 miles) W (278°) from Sukabumi, Java, Indonesia 187 km (116 miles) WSW (251°) from JAKARTA, Java, Indonesia Location Uncertainty horizontal +/- 12.3 km (7.6 miles); depth +/- 17.5 km (10.9 miles) Parameters NST= 33, Nph= 33, Dmin=350.5 km, Rmss=1.41 sec, Gp= 76°, M-type=teleseismic moment magnitude (Mw), Version=7 Source U.S. Geological Survey, National Earthquake Information Center: World Data Center for Seismology, Denver -- Irwan Meilano, Dr.sc Lecturer Geodesy Research Group Faculty of Earth Science and Technology Institut Teknologi Bandung (ITB) Ganesa 10, Bandung 40132,Indonesia irw...@gd.itb.ac.id irwan.meil...@gmail.com __ The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list. fo...@hagi.or.id | www.hagi.or.id * PIT HAGI ke 34, 8-13 November 2009, Yogyakarta * Kunjungi http://pit34hagi.web.id/ untuk info lebih lanjut PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
[iagi-net-l] Gempa Ujung Kulon 16 Oktober 2009
Gempa bermagnitude 6,5 Mw, kedalaman hiposentrum 55,6 km lumayan menggoyang kota Jakarta. Saya mengurungkan turun lift dari Lt 22 karena gedung Patra Jasa tempat kantor BPMIGAS berayun walaupun tak sekeras saat gempa Tasikmalaya bulan lalu terjadi. Gempa berpusat di Ujung Kulon, Selat Sunda. Nampaknya gempa-gempa tengah aktif antara selatan Sumatra-Jawa, berayun seperti bandul dari ujung satu ke ujung lain, kini menyerang tengahnya. Berhati2-lah kawan... salam, Awang Magnitude 6.5 - SUNDA STRAIT, INDONESIA 2009 October 16 09:52:52 UTC DetailsMaps Earthquake Details Magnitude 6.5 Date-Time Friday, October 16, 2009 at 09:52:52 UTC Friday, October 16, 2009 at 04:52:52 PM at epicenter Location 6.692°S, 105.153°E Depth 55.6 km (34.5 miles) Region SUNDA STRAIT, INDONESIA Distances 137 km (85 miles) S (185°) from T.-Telukbetung, Sumatra, Indonesia 187 km (116 miles) W (278°) from Sukabumi, Java, Indonesia 187 km (116 miles) WSW (251°) from JAKARTA, Java, Indonesia Location Uncertainty horizontal +/- 12.3 km (7.6 miles); depth +/- 17.5 km (10.9 miles) Parameters NST= 33, Nph= 33, Dmin=350.5 km, Rmss=1.41 sec, Gp= 76°, M-type=teleseismic moment magnitude (Mw), Version=7 Source U.S. Geological Survey, National Earthquake Information Center: World Data Center for Seismology, Denver Event ID us2009mva4 PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
[iagi-net-l] Ringkasan PIT ke-38 IAGI (Semarang 12-14 Oktober 2009)
PIT ke-38 IAGI yang berlangsung di Hotel Gumaya, Jalan Gajah Mada 59-61, Semarang telah selesai dilaksanakan. Pak Lambok Hutasoit, Ketua Umum IAGI, dalam pidato penutupan PIT ini menyatakan bahwa PIT telah berlangsung dengan sukses. Selamat kepada segenap Panitia PIT ke-38 (terutama berasal dari Dinas ESDM Jawa Tengah dan Universitas Diponegoro) yang telah bekerja keras untuk menyelenggarakan PIT ini. PIT ini diawali dengan ice-breaker party pada Senin malam 12 Oktober 2009. Acara makan malam dan keakraban di antara peserta PIT ini agak terlambat dimulai karena tempat acara dipindahkan dari semula di tempat terbuka di samping gedung hotel ke salah satu restoran di hotel. Penyebabnya adalah hujan deras mengguyur Semarang. Hujan ini juga telah menyebabkan pesawat yang hendak mendarat di Bandara Ahmad Yani terpaksa mesti naik lagi (beberapa peserta PIT ada di dalam pesawat itu). Meskipun dimulai agak terlambat, acara ice-breaker berlangsung dengan baik, seperti biasanya -yaitu menjadi ajang reuni atau berkenalan baru. Sambil makan, peserta dihibur oleh para seniman daerah kota Semarang berupa nyanyian dan tarian. PIT dibuka esok paginya, Selasa 13 Oktober 2009. Sambil menunggu pembukaan, para seniman Semarang menghibur para peserta. Kali ini berupa wayang orang dengan cerita dagelan. Bagus dan lucu, membuat para peserta gerr-gerran...(tertawa). Acara resmi diawali dengan menyanyikan Indonesia Raya, dilanjutkan pidato sambutan dari Pak Teguh Dwi Paryono (Ketua Panitia), disambung pidato oleh Pak Lambok. Pak Menteri Purnomo Yusgiantoro batal membuka acara, sambutan beliau dibacakan oleh Pak Sukhyar, Kepala Badan Geologi yang sekaligus membuka acara PIT secara resmi, sebelumnya Pak Sukhyar mengajak peserta mengheningkan cipta atau berdoa untuk para korban gempa di Sumatra Barat. Dalam pembukaan ini juga diberikan Penghargaan IAGI kepada beberapa ahli geologi yang menekuni dan mengkomunikasikan geowisata : Budi Brahmantyo, Hanang Samodra, Agus Hendratno, Yudi Purnama (maaf kalau ada yang terlupakan saya tulis). Selamat kepada Pak Budi dkk. Setelah beristirahat sejenak, acara PIT dilanjutkan oleh diskusi panel yang dipandu Prof. Eko Budihardjo, seorang tokoh arsitektur kota dari Universitas Diponegoro (saya baru tahu beliau ternyata humoris, itu tak bisa ditebak dari beberapa bukunya tentang arsitektur kota -tentu saja). Para panelis sedianya ada tiga, tetapi satu absen; yang hadir adalah Pak Eko Teguh Paripurno (UPN) dan Pak Bambang Istadi (EMP). Para Panelis berusaha menampilkan presentasi/pembicaraan sesuai tema PIT ke-38 Menerima Tengara (Sinyal, Tanda2, Isyarat) Bumi untuk Menciptakan Suatu Harmoni Kehidupan melalui Geologi. Meskipun Bumi tidak pernah berkata-kata secara verbal, ia sesungguhnya berkata-kata melalui alam yang bisa dipahami oleh para ahli geologi. Tengara itu mestinya diindahkan oleh manusia agar bisa hidup di Bumi secara harmoni. Pak Eko Paripurno membahas masalah lingkungan dan pengelolaan sumberdaya. Sebuah kalimat mutiara diperkenalnya, memayu hayuning bawono - menjadikan bumi yang baik menjadi lebih baik. Pak Bambang Istadi membahas tentang kejadian bencana Lusi (Lumpur Sidoarjo) dan pengelolaan lingkungannya. Pertanyaan dari peserta diskusi cukup gencar, terutama masalah Lusi, tetapi semunya dapat dijawab dengan baik oleh Pak Bambang, juga Pak Eko Paripurno. Usaha ekstraksi sumberdaya selamanya akan bertentangan dengan lingkungan yang lestari, lalu bagaimana mendamaikan kedua hal ini (pembangunan vs lingkungan). Pak Eko menjawab, usahakan kesetimbangan, a.l. mengecilkan risiko dampak lingkungan. Kata2 kunci dilemparkan Pak Eko Budihardjo menutup diskusi panel ini : R D -research development ? Bukan, di Indonesia adalah rust dust ---hasil2 penelitian berkarat dan berdebu karena tak pernah dipakai. Hm...rasanya ada benarnya, itu adalah tantangan buat para peneliti. Setelah makan siang, dimulailah sesi presentasi teknis. Presentasi teknis ini terus berlanjut sampai hari besoknya (Rabu 14 Oktober 2009). Sesi teknis adalah acara inti atau batang tubuh PIT. Terdaftar di buklet program sebanyak 123 presentasi oral dan 34 presentasi poster. Presentasi oral dilakukan di enam tempat ruangan secara paralel. Poster dipasang di booth poster di samping ballroom. Namun, disayangkan bahwa sebanyak 20 presentasi oral dan 4 presentasi poster tidak hadir presenter dan posternya alias no show -tidak datang ke PIT tanpa pemberitahuan padahal namanya sudah tercantum di program teknis. Karena semua presentasi dilangsungkan secara paralel, maka tidak mungkin kita bisa melihat semua presentasi oral, kecuali presentasi poster. Maka CD berisi makalah lengkap atau extended abstract dari semua presentasi di PIT ini merupakan hal yang penting (paling penting sebenarnya - untuk pengkajian lebih lanjut sebab seminar hanya berlalu 2 hari tetapi karya tulis bisa belasan-puluhan tahun). Acara lain yang tak kalah penting dari PIT ini adalah
[iagi-net-l] Seminar Geologi Sulawesi dan Prospeknya (3 Oktober 2009)
Ini lanjutan cerita saya tentang seminar Geologi Sulawesi dan Prospeknya yang diadakan oleh IAGI Pengda Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah serta Panitia Seminar yang terutama berasal dari civitas academica Universitas Hasanuddin pada hari Sabtu 3 Oktober 2009 di Hotel Horison, Makassar (Ujung Pandang). Panitia telah menghadirkan materi2 yang bervariasi tentang geologi Sulawesi ditinjau dari berbagai aspeknya beserta prospek2-nya, yaitu sbb. : - Geologi Sulawesi : Dr. Rab. Sukamto (mantan peneliti geologi P3G) -presentasi kunci - Geodinamika Sulawesi : Dr. Safri Burhanuddin (UNHAS, Kementerian Kelautan RI) - Geologi Kuarter Sulawesi : Kris Budiono, M.Sc. (Badan Geologi) - Kebencanaan Geologi Sulawesi : Dr. Haryadi Permana (LIPI) - Stratigrafi Sulawesi Selatan : Dr. Djuhaeni (ITB) - Cekungan Sedimen dan Prospek Hidrokarbon Sulawesi : Awang Satyana (BPMIGAS) - Basement Geology Sulawesi : Dr. Ade Kadarusman (PT INCO) - Magmatisme dan Volkanisme Sulawesi : Dr. Bambang Priadi (ITB) - Metalogeny dan Sumberdaya Mineral Sulawesi : Dr. Arifudin Idrus (UGM) Dalam posting artikel yang terpisah, saya telah menceritakan presentasi kunci yang dibawakan oleh Pak Rab Sukamto, sesepuh geologi Sulawesi Selatan. Berikut ini adalah ringkasan setiap pembicaraan yang dibahas di dalam seminar tersebut. Pak Safri Burhanuddin dalam presentasi berjudul Evolusi Geodinamika Sulawesi membahas terbentuknya Pulau Sulawesi berdasarkan evolusi geodinamika di Indonesia Timur. Data yang digunakan berasal dari hasil-hasil riset geomarin kerja sama Indonesia dengan Prancis, Australia dan Jerman dalam beberapa periode sejak 1990-2005. Publikasi-publikasi terdahulu diacu juga dalam presentasi ini. Menurut Pak Safri, evolusi geodinamika Sulawesi dan Indonesia Timur sudah dimulai sejak zaman Karbon. Diidentifikasi bahwa Indonesia Timur dibangun oleh enam mikroblok/terrane/mintakat, lima di antaranya berasal dari pecahan Gondwana (disebut : Kolonodale, Seram, Banggai-Sula, Lusipara dan Timor) dan satunya lagi merupakan blok asal Lempeng Pasifik (Halmahera). Penggolongan menjadi mintakat-mintakat tersebut berdasarkan kesamaan dan kekhasan runtunan batuan. Pulau Sulawesi merupakan mozaik (amalgamasi) lima mintakat (Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Kolonodale, Lusipara dan Banggai-Sula). Saya yakin bahwa Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara bukan merupakan mintakat asli Indonesia Timur. Berdasarkan rekonstruksi paleotektonik yang ditampilkan sejak Trias -Resen terlihat bahwa periode utama pembentukan Pulau Sulawesi terjadi pada periode Miosen Tengah - Pliosen Tengah (15-3,5 Ma). Berdasarkan rekonstruksi tersebut, diperkirakan bahwa mikrokontinen Buton membentur Sulawesi pada 13 Ma dan mikrokontinen Banggai membentur Sulawesi pada 3,5 Ma. Hal lain yang menarik adalah bahwa Sulawesi dikelilingi oleh tujuh cekungan laut dalam (2000 m) yaitu Laut Sulawesi, Selat Makassar, Laut Flores, Teluk Bone, Laut Banda, Laut Maluku dan Teluk Tomini. Setelah para peserta seminar melihat waktu ratusan juta tahun, Pak Kris Budiono membawa para peserta ke waktu kini yang merupakan hasil proses geologi Kuarter. Dalam presentasi berjudul Geologi Kuarter Kawasan Darat dan Laut Pulau Sulawesi, Pak Kris mengawali pembahasannya tentang definisi geologi Kuarter. Geologi Kuarter membahas : dinamika perubahan endapan Kuarter (misalnya perubahan garis pantai), sebaran endapan Kuarter yang berpotensi sumberdaya termasuk airtanah, kemampuan daya dukung fisik endapan Kuarter untuk wilayah penghunian manusia maupun industri, juga melakukan prediksi tentang kemungkinan perubahan fisik pada masa mendatang. Karena posisi Sulawesi penting dalam hal vertebrata Plistosen-Holosen dan merupakan pulau utama yang membuat Alfred Wallace menorehkan garis biogeografinya yang terkenal itu, Pak Kris membahas sedikit pembagian fauna Kuarter di Sulawesi Selatan berdasarkan penyelidikan ahli vertebrata van den Bergh (1999). Kemudian berdasarkan pemetaan geologi Kuarter , geomorfologi dan geomarin, Pak Kris menampilkan contoh-contoh proses geologi Kuarter terutama sedimentasi di area Menado, Gorontalo, Teluk Tomini, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, tepi timur Selat Makassar, Kepulauan Banggai, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Pak Kris juga menunjukkan contoh proses geologi Kuarter yang berhubungan dengan bencana, yaitu tsunami yang pernah terjadi di Toli-Toli (1 Januari 1996). Pak Kris juga berkali-kali menekankan agar proses-proses geologi Kuarter hendaknya dijadikan peringatan dini sesuai yang pernah dikatakan Alm. Pak Katili kepada Pak Kris. Misalnya, Lembah Palu merupakan sesar aktif yang saat bergerak bisa menimbulkan bencana sebab bersinggungan dengan manusia yang tinggal di puluhan desa sepanjang sesar besar ini. Seharusnya rumah-rumah disitu dibangun agar tahan gempa, atau lebih baik lagi bila dihindari membangun di situ. Tetapi, tanda-tanda alam ini kelihatannya tidak dipedulikan
Re: [iagi-net-l] FW: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN ENERGI
Pak Koesoema, Satu ikat manuskrip tulisan tangan van Bemmelen (1949) pernah ditunjukkan kepada saya oleh Prof Tobi dari Belanda pada tahun 1987 saat Prof Tobi mengunjungi Geologi UNPAD. Saat itu saya masih mahasiswa dan tak terpikirkan untuk minta izin meng-copynya. Saya tak tahu apakah itu manuskrip pertama sebelum PD-2 atau setelahnya karena pada saat itu saya belum tahu bahwa van Bemmelen menulis bukunya itu dua kali. Setelah Arie Lasut gugur, saya pikir Belanda mungkin mengambil kembali beberapa manuskrip dan arsip yang pernah dibawa Arie Lasut. salam Awang --- On Thu, 10/8/09, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id wrote: From: R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id Subject: Re: [iagi-net-l] FW: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN ENERGI To: iagi-net@iagi.or.id Date: Thursday, October 8, 2009, 7:39 PM Saya mempunyai cerita agak lain mengenai zaman Jepang ini. Van Bemmelen cs tidak langsung masuk interniran waktu Jepang masuk ke Indonesia, tapi masih sempat bekerja di bawah pengawasan Jepang, paling tidak 1 tahun. Selain itu ada juga ahli geologi berkebangsaan Swiss atau Jerman yang terus bekerja di bawah kekuasaan Jepang, karena negara Swiss adalah netral di Perang Dunia ke-1 bahkan Jerman adalah sekutu Jepang. Antara lain Rothpletz yang orang Swiss, bahkan di bekerja sampai usai perang dunia ke-2 (walaupun pada waktu itu ia lebih banyak ngumpulkan artefact di utara Bandung, bahkan kembali jadi kepala ahli geologi di tahun 50-han di bawah Ir Surodjo. Yang menarik perhatian saya adalah bahwa sebelum masuk interniran Van Bemmelen itu menitipkan manuscript the Geology of Indonesia yang dia tulis pada salah satu staff geoloog Indonesia, mungkin yang dimaksud itu Lasut, selain dia itu menitipkan arsip. Tetapi setelah usai Perang Dunia ke-2, yang bersangkutan tidak mau mengembalikan naskah (manuscript) maupun arsipnya itu, sehingga Van Bemmelen terpaksa menulis ulang the Geology of Indonesia itu dari luar kepala atau berdasarkan memori saja. Sekarang yang jadi pertanyaan jika ini benar masih adakah manuscript/ naskah van Bemmelen yang aseli itu? Akan sangat menarik dan sangat berharga sekali jika naskah ini ikut diselamatkan Lasut, karena tentunya naskah ini akan lebih lengkap dan lebih akurat daripada buku van Bemmelen the Geology of Indonesia yang telah diterbitkan tahun 1949, karena buku terakhir ini ditulis dari memori atau dari luar kepala. Mungkin ada yang mengetahui keberadaan naskah ini? Wassalam RPK - Original Message - From: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, October 08, 2009 4:52 PM Subject: Re: [iagi-net-l] FW: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN ENERGI Pak Untung, Betul sekali, saya ingat waktu jadi panitia di BPPT dulu banget (pertama kalinya PIT di BPPT) ktia sempat kelabakan cari itu model piagam LasutAlhamdulillah ada senior yang bersedia meminjamkan untuk di-contek Saya setuju untuk menghidupkan kembali tradisi Piagam Lasut ini... salam, From: unt...@dgtl.esdm.go.id unt...@dgtl.esdm.go.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thu, October 8, 2009 5:53:50 PM Subject: Re: [iagi-net-l] FW: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN ENERGI Kang Awang sekedar mengingatkan saja kalau tidak salah untuk the best paper IAGI itu dikenal (dulu) diberi nama sebagai Lasut Award yang plakat atau piagam atau apaun namanya yang terbuat dari logam masternya ketlingsut entah dimana, kalau memungkinkan perlu dipikirkan untuk membuat master baru.(Untung Sudarsono) Sebenarnya, ada yang tidak terungkap dalam cerita tersebut, tetapi terungkap dalam beberapa buku lama terbitan Belanda (misalnya : Fabricius, 1949 - The East Indies Episodes). Para pemuda Indonesia yang dari awal bekerja di Dienst van Het Mijnwezen (dalam zaman Jepang di Indonesia diganti nama menjadi Chisitsu Chosasho) sebagai asisten para geoloog Belanda (termasuk Arie Frederick Lasut dan Soenoe Soemosoesastro) kehilangan atasannya secara tiba-tiba sebab banyak geoloog Belanda itu pada tahun 1942 ditawan Jepang dan dibuang ke interniran. Salah satu geoloog Belanda yang dibuang ke kamp konsentrasi di Saigon adalah van Bemmelen. Para pemuda itu kemudian berganti atasan, yaitu orang2 Jepang - tetapi orang2 Jepang tak banyak melakukan peneltian geologi dan pertambangan saat menjajah Indonesia. Agustus 1945 Jepang bertekuk lutut di depan Tentara Sekutu sebab dua kotanya dijatuhi bom atom pertama di dunia. Belanda yang membonceng di Tentara Sekutu masuk kembali ke Indonesia termasuk ke Chisitsu Chosasho meskipun Indonesia sudah menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 (tak diakui Belanda). Tetapi di Dinas Urusan Pertambangan ini (begitu Belanda menyebutnya -Dienst van Het Mijnwezen) banyak sekali arsip pertambangan dan geologi yang hilang sebab disandera dan dilarikan para pemuda Indonesia yang tak rela Belanda bercokol kembali
[iagi-net-l] Sehari bersama Pak Rab Sukamto dan Geologi Sulawesi Selatan
Ini topik lain dari diskusi gempa, berikut cerita tentang sebuah seminar geologi yang baru saja diselenggarakan kawan2 Pengda IAGI Sulawesi. IAGI Pengda Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah serta Panitia Seminar yang terutama berasal dari civitas academica Universitas Hasanuddin pada hari Sabtu 3 Oktober 2009 yang lalu telah mengadakan seminar sehari berjudul Geologi Sulawesi dan Prospeknya. Seminar berlangsung di Hotel Horison, Makassar, dihadiri sekitar 200 peserta. Peserta seminar terutama adalah para mahasiswa geologi atau pertambangan Universitas Hasanuddin dan para pejabat di lingkungan pertambangan di wilayah Sulawesi. Seminar dibuka dengan sebuah tarian daerah lalu menyanyikan Indonesia Raya. Setelah diawali sambutan oleh Pak Nurhamdan, Ketua Pengda IAGI Sulawesi, seminar dibuka secara resmi oleh Pak Lambok Hutasoit, Ketua Umum IAGI. Seminar berlangsung sampai pukul 17.30 dengan antusiasme dan partisipasi yang baik dari para peserta, terbukti dari masih penuhnya ruangan sampai seminar berakhir dan banyaknya pertanyaan yang diajukan. Panitia telah menghadirkan materi2 yang bervariasi tentang geologi Sulawesi ditinjau dari berbagai aspeknya beserta prospek2-nya, yaitu sbb. : 1. Geologi Sulawesi : Dr. Rab. Sukamto (mantan peneliti geologi P3G) -presentasi kunci 2. Geodinamika Sulawesi : Dr. Safri Burhanuddin (UNHAS Kementerian Kelautan RI) 3. Geologi Kuarter Sulawesi : Kris Budiono, M.Sc. (Badan Geologi) 4. Kebencanaan Geologi Sulawesi : Dr. Haryadi Permana (LIPI) 5. Stratigrafi Sulawesi Selatan : Dr. Djuhaeni (ITB) 6. Cekungan Sedimen dan Prospek Hidrokarbon Sulawesi : Awang Satyana (BPMIGAS) 7. Basement Geology Sulawesi : Dr. Ade Kadarusman (PT INCO) 8. Magmatisme dan Volkanisme Sulawesi : Dr. Bambang Priadi (ITB) 9. Metalogeny dan Sumberdaya Mineral Sulawesi : Dr. Arifudin Idrus (UGM) Beberapa pembicara seperti Pak Rab, Pak Safri, Pak Ade dan Pak Bambang , setahu saya, merupakan para spesialis Sulawesi dalam bidangnya masing2, beberapa di antara mereka melakukan riset untuk disertasi doktornya di Sulawesi. Maka, ini adalah kesempatan terbaik , khususnya bagi para mahasiswa, untuk belajar banyak hal tentang geologi Sulawesi langsung dari para spesialisnya. Kali ini saya ingin menceritakan tentang Pak Rab Sukamto, sosok seorang ahli geologi yang namanya tak bisa dipisahkan dari geologi Sulawesi Selatan. Cerita tentang seminarnya sendiri akan saya tulis secara terpisah. Pak Rab Sukamto dalam presentasi kuncinya menyampaikan pengalaman-pengalamannya dalam memetakan geologi Sulawesi. Pak Rab dan rekan2-nya dari Direktorat Geologi (saat itu awal tahun 1970-an) bertugas memetakan geologi Sulawesi sebagai bagian pemetaan geologi bersistem Indonesia yang tercantum dalam Repelita I (Rencana Pembangunan Lima Tahun 1969-1974). Sampai tahun 1980-an pemetaan itu terus dilakukan. Nama-nama formasi yang sekarang kita kenal di peta-peta geologi Sulawesi (terutama Sulawesi Selatan) berasal dari Pak Rab. Sebuah daerah di Sulawesi Selatan bernama Bantimala sungguh menarik untuk Pak Rab. Di sini berkumpul banyak sekali jenis batuan dalam struktur yang sangat kompleks berumur pra-Tersier. Kompleks batuan ini kemudian diketahui sebagai kompleks batuan bancuh (melange). Urutan batuan sedimen berumur Paleosen sampai Neogen kemudian di beberapa tempat menutupinya. Sebagai salah seorang senior dan sesepuh dalam dunia geologi Indonesia, dalam seminar kemarin itu Pak Rab menyampaikan beberapa nasihatnya, antara lain tentang publikasi. Orang Indonesia pada umumnya lambat dalam mempublikasikan hasil penelitiannya. Mereka pergi ke lapangan, menemukan suatu atau beberapa hal yang sangat menarik dan menjadi perbincangan. Tetapi kemudian publikasi tentang hal itu bukan berasal dari orang Indonesia, namun dari para ahli asing yang ikut melihat hasil penelitian lapangan tersebut. Pak Rab punya pengalaman hasil2 penelitian lapangannya di Sulawesi yang tidak dipublikasikan digunakan (ada yang dengan izin, ada juga yang tanpa izin) oleh beberapa ahli asing dari Inggris, Malaysia, Jepang dan Amerika (Pak Rab tak menyebutkan nama ahli2 tersebut, tetapi saya dapat menduganya dari publikasi2 yang mereka tulis) dan mempublikasikannya dalam makalah2 di jurnal internasional tanpa membawa nama Pak Rab. Maka, hendaknya kita semua tanggap dalam mempublikasikan penelitian2 kita sebelum disalib orang asing.. Tetapi sebagai salah seorang reviewer/editor AAPG Bulletin, saya tahu bahwa jurnal2 internasional itu ada mafianya tersendiri yang tak mudah ditembus oleh orang-orang yang tak dikenalnya. Maka bila ada orang Indonesia yang mengirimkan artikelnya yang bagus ke jurnal internasional misalnya Island Arc atau Journal of Asian Earth Sciences, tanpa membawa nama seorang ahli atau profesor (terutama asing, yang telah biasa menulis di jurnal internasional), belum tentu artikelnya akan diterbitkan. Pak Rab juga sebagai orang yang sangat
Re: [iagi-net-l] Doa dan gempa
Gempa bukan hukuman atau pelajaran dari Tuhan bagi umat manusia. Apakah Tuhan menghukum orang-orang tak berdosa (bayi2 yang belum sadar berbuat atas kehendaknya sendiri) oleh bencana ? Apakah Tuhan memberikan pelajaran bagi umat manusia dengan bau mayat korban gempa dan wajah alam yang memar ? Tuhan juga tidak menunjukkan kekuatanNya yang dahsyat dengan menelan banyak korban -makhluk yang telah diciptakanNya sebab manusia pada umumnya tahu bahwa Tuhan Mahakuasa dan Mahakuat. Tuhan tak memerlukan pengakuan atas kekuatanNya dengan menelan korban2. Tuhan tidak sewenang-wenang. Lalu bagaimana mengartikan bencana bila ia bukan hukuman atau pelajaran dari Tuhan ? Bencana mengajar manusia bersolidaritas sosial dan menghargai Alam. Gempa adalah proses geologi normal yang menjadi bencana ketika ia bersentuhan dengan manusia. Ada area2 tertentu yang menjadi tempat proses geologi berlangsung terus sampai sekarang. Dalam hal ini, proses2 geologi tersebut sebenarnya menjadi sistem peringatan dini. Bila manusia tinggal bersatu di area tersebut, hendaknya mereka tanggap dengan peringatan dini ini. Berumah tinggal di daerah gempa misalnya bangunlah bangunan yang kokoh atau bangunan yang sedemikian rupa dibangun sehingga akan ikut berayun dengan gelombang gempa permukaan yang menjalar, misalnya dengan rangka dan dinding kayu dan beratap sirap (seperti pucuk cemara ditiup angin yang tak patah karena berayun ke mana angin meniup). Jangan berumah tinggal di bibir jurang atau di kaki bukit yang berbahaya longsor kapan saja. Mari kita berdoa agar para ahli gempa dapat menggunakan rentetan gempa ini untuk bisa menjadikan mereka semakin cerdas dalam memitigasi gempa. Bukan suatu hal yang mustahil bahwa kelak gempa bisa diprediksi dengan tepat sebelum kejadian, manusia dikaruniai Tuhan kecerdasan. Dan mari kita berdoa agar Pemda dan masyarakat yang tinggal di daerah bencana sadar bahwa mereka sedang bersentuhan dengan proses2 geologi yang bisa menjadi bencana kapan saja, kewaspadaan dan kesiapsiagaan harus menjadi bagian kesadaran penuh. salam duka untuk para korban gempa, Awang --- On Sun, 10/4/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote: From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Subject: [iagi-net-l] Doa dan gempa To: muslimkl muslim...@googlegroups.com, org mg muhammadiyah_soci...@yahoogroups.com, Perwakilan Khusus Muhammadiyah M'sia muhammadiyah...@yahoogroups.com, kampung-...@yahoogroups.com kampung-...@yahoogroups.com, katy81 kat...@googlegroups.com, IAGI iagi-net@iagi.or.id, geologi...@googlegroups.com geologi...@googlegroups.com, jabarped...@googlegroups.com, kagamamalay...@yahoogroups.com, Forum Pembaca Kompas forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id Date: Sunday, October 4, 2009, 2:06 PM Doa mungkin tidak akan menghentikan terjadinya gempa. tetapi berdoalah supaya dimudahkan mengerti dan mengenali kegempaan dan menerima gejala serta akibat gempa sebagai bagian ciptaanNya. Rdp -Berdoa smoga diberi kemudahan menerima dan mengerti dunia ini apa adanya. - -- Sent from my mobile device Jangan hanya menunggu laporan kerusakan gempa - http://bit.ly/2pvlGw PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD
RE: [iagi-net-l] Doa dan gempa
, kitapun bisa berteori mengenai upaya peningkatan produksi, kita juga bisa berteori dan berhitung mengenai banyaknya reserve oil di suatu anticline, tapi kitapun kerap kali menghadapi kenyataan dry hole pada sumur yang mempunyai semua parameter bagi terdapatnya minyak bumi, dan kitapun juga sering menjumpai total produksi melebihi total reserve yang kita hitung. Dan itulah Allah swt, yang Maha Kuasa dan Maha Pengatur atas segalanya. Memang gempa bukan selalu merupakan HUKUMAN, tapi bisa juga sebagai PERINGATAN, atau UJIAN, dari Tuhan bagi umat manusia. Gempa adalah sunatullah, yang salah satu sifatnya adalah bersifat universal. Betapa bagus dan mulianya suatu bangunan didirikan (misal adalah sebagai tempat beribadah), namun jika didirikan tanpa mengikuti hukum2 Allah (sunatullah), pada saatnya akan hancur juga. Bangunan2 yang peruntukannya sungguh mulia seperti ini, jika misalnya didirikan di atas bukit tanpa penangkal petir, niscaya akan hancur tersambar petir. Seyogyanya bencana2 alam ini menyadarkan kepada kita akan betapa kecilnya manusia, dan betapa besarnya Tuhan. Seyogyanyalah juga membuat kita berpikir apakah ini ujian dariNya, peringatan dariNya, atau..hukuman dariNya? Ya Allah berilah kami kemampuan untuk mengambil hikmah dari semua peristiwa alam yang tidak lain merupakan ciptaanMu? Dan ampunilah hambamu ini yang tidak pandai membaca ayat2Mu yang tersirat dalam seluruh peristiwa alam. Kami membenarkan firmanMu bahwa tidak ada musibah yang terjadi tanpa ijinMu, dan kamipun membenarkan firmanMu bahwa Engkau tidak akan menurunkan musibah yang melewati batas seorang manusia untuk menanggungnya. Terimalah arwah para korban bencana gempa di tempat yang se baik2nya di sisiMu, dan diampuni segala dosanya. Dan bagi keluarga yang tinggal, berilah kesabaran dan keikhlasan untuk menerima keputusanMu ini. -ido- -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Tuesday, October 06, 2009 9:26 AM To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Re: [iagi-net-l] Doa dan gempa Gempa bukan hukuman atau pelajaran dari Tuhan bagi umat manusia. Apakah Tuhan menghukum orang-orang tak berdosa (bayi2 yang belum sadar berbuat atas kehendaknya sendiri) oleh bencana ? Apakah Tuhan memberikan pelajaran bagi umat manusia dengan bau mayat korban gempa dan wajah alam yang memar ? Tuhan juga tidak menunjukkan kekuatanNya yang dahsyat dengan menelan banyak korban -makhluk yang telah diciptakanNya sebab manusia pada umumnya tahu bahwa Tuhan Mahakuasa dan Mahakuat. Tuhan tak memerlukan pengakuan atas kekuatanNya dengan menelan korban2. Tuhan tidak sewenang-wenang. Lalu bagaimana mengartikan bencana bila ia bukan hukuman atau pelajaran dari Tuhan ? Bencana mengajar manusia bersolidaritas sosial dan menghargai Alam. Gempa adalah proses geologi normal yang menjadi bencana ketika ia bersentuhan dengan manusia. Ada area2 tertentu yang menjadi tempat proses geologi berlangsung terus sampai sekarang. Dalam hal ini, proses2 geologi tersebut sebenarnya menjadi sistem peringatan dini. Bila manusia tinggal bersatu di area tersebut, hendaknya mereka tanggap dengan peringatan dini ini. Berumah tinggal di daerah gempa misalnya bangunlah bangunan yang kokoh atau bangunan yang sedemikian rupa dibangun sehingga akan ikut berayun dengan gelombang gempa permukaan yang menjalar, misalnya dengan rangka dan dinding kayu dan beratap sirap (seperti pucuk cemara ditiup angin yang tak patah karena berayun ke mana angin meniup). Jangan berumah tinggal di bibir jurang atau di kaki bukit yang berbahaya longsor kapan saja. Mari kita berdoa agar para ahli gempa dapat menggunakan rentetan gempa ini untuk bisa menjadikan mereka semakin cerdas dalam memitigasi gempa. Bukan suatu hal yang mustahil bahwa kelak gempa bisa diprediksi dengan tepat sebelum kejadian, manusia dikaruniai Tuhan kecerdasan. Dan mari kita berdoa agar Pemda dan masyarakat yang tinggal di daerah bencana sadar bahwa mereka sedang bersentuhan dengan proses2 geologi yang bisa menjadi bencana kapan saja, kewaspadaan dan kesiapsiagaan harus menjadi bagian kesadaran penuh. salam duka untuk para korban gempa, Awang --- On Sun, 10/4/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote: From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Subject: [iagi-net-l] Doa dan gempa To: muslimkl muslim...@googlegroups.com, org mg muhammadiyah_soci...@yahoogroups.com, Perwakilan Khusus Muhammadiyah M'sia muhammadiyah...@yahoogroups.com, kampung-...@yahoogroups.com kampung-...@yahoogroups.com, katy81 kat...@googlegroups.com, IAGI iagi-net@iagi.or.id, geologi...@googlegroups.com geologi...@googlegroups.com, jabarped...@googlegroups.com, kagamamalay...@yahoogroups.com, Forum Pembaca Kompas forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id Date: Sunday, October 4, 2009, 2:06 PM Doa mungkin tidak akan menghentikan
[iagi-net-l] Re: [Geo_unpad] Bls: Dari Great Sunda Barrier Reef ke real Sunda Straits [1 Attachment]
). Reservoir presence bisa dikaji lagi bila kita punya data seismik baru yang bisa meresolusi reflektor di bawah 12,000 ft. Kualitasnya bisa dipertanyakan sebab reservoir itu akan ditutupi sedimen setebal minimal 12,000 ft. Di Selat Sunda mungkin gas hidrat belum muncul, tetapi gas biogenik mungkin sekali terbentuk yang bisa jadi gas2 pocket yang membahayakan drilling; kecuali kalau terperangkap dalam jumlah besar di sedimen Pliosen itu bisa lumayan untuk dikejar seperti di Selat Madura sampai utara Bali (ref Terang-Sirasun dan Maleo fields). Gas hidrat baru muncul di selatan Selat Sunda mendekati palung di kedalaman laut yang lebih dari 2000 m. salam, Awang --- On Tue, 9/29/09, Ipong Kunwau ipongkun...@yahoo.com wrote: From: Ipong Kunwau ipongkun...@yahoo.com Subject: [Geo_unpad] Bls: Dari Great Sunda Barrier Reef ke real Sunda Straits [1 Attachment] To: geo_un...@yahoogroups.com Date: Tuesday, September 29, 2009, 2:24 PM [Attachment(s) from Ipong Kunwau included below] maaf, main referencenya ketinggalan. terlampir abstract dari papernya Susilohadi perihal Sunda Straits. kuntadi '86 Dari: Ipong Kunwau ipongkunwau@ yahoo.com Kepada: geo_un...@yahoogrou ps.com Terkirim: Selasa, 29 September, 2009 14:15:18 Judul: Dari Great Sunda Barrier Reef ke real Sunda Straits Great article Pak Awang..., thanks. Meminjam kata Sunda saya juga ingin mengajak teman2 utk mendiskusikan terbentuknya Sunda Straits yg terkait erat dengan Sesar Sumatra (dextral strike-slip fault), sekaligus membandingkannya dengan Cekungan Salawati yg terkait dengan Sorong Fault (sinistral strike-slip fault). Sekilas seismic data (GUINCO, 1998) shows a similar rapid thickenning of the Plio-Pleistocene sections such in the Salawati Basin, Papua. Here are the discussions: - However, Sunda strait grabens were formed earlier / older (in Late Miocene) than the Salawati Basin, which was formed by Plio-Pleisto Sorong Fault. - Both grabens (Sunda and Salawati) are still located on the continental crust? IS IT? - Salawati still has Kais reefal carbonates, where the Sunda strait is - unfortunately - located at the deeper marine (outer shelf / bathyal) settings of Late Miocene Parigi reefal limestones and Mid-Late Miocene Upper Cibulakan shallow marine sandstones, which were found to be well developed as the main producing reservoirs in the Offshore West Java acreage (now belongs to PHE Pertamina West Java). Reservoir presence quality kill the HC potential in Sunda straits, IS IT? Lots of hydrates provides the drilling hazards too? IS IT? Kind regards, Kuntadi '86 Dari: Awang Satyana awangsatyana@ yahoo.com Kepada: IAGI iagi-...@iagi. or.id; Geo Unpad geo_un...@yahoogrou ps.com; Forum HAGI fo...@hagi.or. id; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmigas@ yahoogroups. com Terkirim: Senin, 28 September, 2009 07:57:20 Judul: [Geo_unpad] Great Sunda Barrier Reef Molengraaff dan Umbgrove adalah dua ahli geologi Belanda yang banyak menyelidiki paparan Sunda untuk pertama kalinya, khususnya geomorfologi dan kompleks terumbunya. Beberapa hasil penelitiannya telah dipublikasikan pada pertemuan2 ilmiah pada masa itu (misalnya Molengraff dan Weber, 1919 : ...the Origin of the Sunda Sea..., Proc. Konink. Akadem, Wetenschappen; Umbgrove, 1929 : De Koraalriffen der Duizend-Eilanden, Dienst Mijnbouw Ned. Indie). Menarik, bahwa Umbgrove (1929) mencantumkan “Soenda bariere rif” dalam petanya tentang batas Soendaland. Yang dimaksudkannya adalah sebuah jalur terumbu penghalang (barrier reef) yang kalau diukur secara kasar memanjang hampir 1200 km berarah baratdaya-timurlaut dari sebelah timur Kangean sampai Berau di sebelah utara Semenanjung Mangkalihat, Kalimantan. Apa yang disebut Umbgrove 80 tahun lalu itu, sekarang disebut “the Great Sunda Barrier Reef” oleh Tomascik et al. (1997) : The Ecology of the Indonesian Seas, Vol 1, hal. 583, Periplus Editions. Meskipun telah dikenal sejak 80 tahun yang lalu, ternyata publikasi detail tentang carbonate sedimentology Great Sunda Barrier Reef tidak banyak. Beberapa dari sedikit publikasi itu adalah publikasi dari ahli geologi marin terkenal zaman Belanda : Kuenen (1933) : Geology of coral reefs-The Snellius Expedition dan Kuenen (1947) : Two problems of marine geology : atolls and canyons, yang membahas terumbu Great Sunda Barrier Reef ini di ujung utaranya (sekitar muara Sungai Berau utara Mangkalihat) . Publikasi yang baru tentang terumbu jalur ini adalah dari geologists yang saat itu bekerja untuk Petrocorp Maratua Netherwood dan Wight (1993) : Structurally- controlled, linear reefs in a Pliocene-delta- front setting, IPA core workshop yang membahas area di sekitar pembahasan Kuenen (1933, 1947). Publikasi lain adalah dari para sedimentologist Total yang membahas Great Sunda Barrier Reef ini di bagian tengahnya (Paternoster) , Burollet et al. (1986) : Sedimentation and Ecology of the Paternoster Platform, East Kalimantan, IPA Proc
[iagi-net-l] Great Sunda Barrier Reef
Molengraaff dan Umbgrove adalah dua ahli geologi Belanda yang banyak menyelidiki paparan Sunda untuk pertama kalinya, khususnya geomorfologi dan kompleks terumbunya. Beberapa hasil penelitiannya telah dipublikasikan pada pertemuan2 ilmiah pada masa itu (misalnya Molengraff dan Weber, 1919 : ...the Origin of the Sunda Sea..., Proc. Konink. Akadem, Wetenschappen; Umbgrove, 1929 : De Koraalriffen der Duizend-Eilanden, Dienst Mijnbouw Ned. Indie). Menarik, bahwa Umbgrove (1929) mencantumkan “Soenda bariere rif” dalam petanya tentang batas Soendaland. Yang dimaksudkannya adalah sebuah jalur terumbu penghalang (barrier reef) yang kalau diukur secara kasar memanjang hampir 1200 km berarah baratdaya-timurlaut dari sebelah timur Kangean sampai Berau di sebelah utara Semenanjung Mangkalihat, Kalimantan. Apa yang disebut Umbgrove 80 tahun lalu itu, sekarang disebut “the Great Sunda Barrier Reef” oleh Tomascik et al. (1997) : The Ecology of the Indonesian Seas, Vol 1, hal. 583, Periplus Editions. Meskipun telah dikenal sejak 80 tahun yang lalu, ternyata publikasi detail tentang carbonate sedimentology Great Sunda Barrier Reef tidak banyak. Beberapa dari sedikit publikasi itu adalah publikasi dari ahli geologi marin terkenal zaman Belanda : Kuenen (1933) : Geology of coral reefs-The Snellius Expedition dan Kuenen (1947) : Two problems of marine geology : atolls and canyons, yang membahas terumbu Great Sunda Barrier Reef ini di ujung utaranya (sekitar muara Sungai Berau utara Mangkalihat). Publikasi yang baru tentang terumbu jalur ini adalah dari geologists yang saat itu bekerja untuk Petrocorp Maratua Netherwood dan Wight (1993) : Structurally-controlled, linear reefs in a Pliocene-delta-front setting, IPA core workshop yang membahas area di sekitar pembahasan Kuenen (1933, 1947). Publikasi lain adalah dari para sedimentologist Total yang membahas Great Sunda Barrier Reef ini di bagian tengahnya (Paternoster), Burollet et al. (1986) : Sedimentation and Ecology of the Paternoster Platform, East Kalimantan, IPA Proc. Buku guide menyelam di Indonesia yang cukup bisa diandalkan, yaitu Muller, ed. (1999) : Diving Indonesia, Periplus Guides - hanya mencantumkan dua tempat di jalur Great Sunda Barrier Reef yang suka dikunjungi para penyelam : yaitu Kangean-Sakala yang terletak di ujung selatan Great Sunda Barrier Reef dan Sangalaki-Maratua-Kakaban di ujung utara Great Sunda Barrier Reef. Demikian publikasi-publikasi yang ada, paling tidak sepengetahuan saya, yang sedikit banyak terkait dengan Great Sunda Barrier Reef. Great Barrier Reef paling terkenal di dunia, di sebelah timurlaut Australia, yang membujur sepanjang sekitar 2000 km telah digunakan sebagai laboratorium alam untuk belajar tentang carbonate sedimentology guna keperluan analogi modern karakteristik reservoir karbonat dalam eksplorasi dan produksi migas. Beberapa perusahaan minyak internasional (misalnya ExxonMobil) suka melakukan fieldtrip dan penelitian di beberapa pulau terumbu di dalam jalur Great Australian Barrier Reef ini. Beberapa ahli karbonat terkenal juga tidak jarang menjadikan Great Australian Barrier Reef ini sebagai wilayah penelitiannya (misalnya Toni Simo). Sejauh yang saya tahu, Great Sunda Barrier Reef tidak banyak/belum pernah mendapatkan kunjungan penelitian dari para ahli karbonat yang suka meneliti karbonat2 modern Indonesia (Wahyu Hantoro, Charles Jordan, Mark Longman, Robert Park, Moyra Wilson, dll.). Padahal, Great Sunda Barrier Reef mempunyai beberapa aspek yang mungkin tak dimiliki oleh Great Australian Barrier Reef. Yaitu, ada satu jalur terumbu penghalang bagian Great Sunda Barrier Reef di sebelah utara Paternoster Platform yaitu jalur terumbu penghalang Balabalagan yang persis duduk di atas jalur sesar besar yang masih suka aktif yaitu Adang-Paternoster Fault. Kemudian, di depan Cekungan Kutai dan di depan Cekungan Tarakan sebelah selatan (Muara Sub-Basin), terumbu di sini mesti berhadapan dengan sedimen silisiklastik yang begitu banyak yang dibawa sungai-sungai besar dari Kalimantan. Bagaimana terumbu2 penghalang ini menyesuaikan diri terhadap input sedimen tersebut merupakan kisah unik tersendiri. “Delta-front barrier reef” adalah satu istilah dari Tomascik et al. (1997) yang digunakan untuk menerangkan kejadian terumbu penghalang di suatu wilayah di dalam jalur Great Sunda Barrier Reef khususnya di sebelah selatan Tarakan. Kuenen (1947) menyatakan bahwa Berau Barrier Reef (Berau adalah nama suatu wilayah –sungai, delta, di sebelah utara Mangkalihat, Kalimantan Timur) berkembang sekitar 10 km dari Delta Berau. Kehadiran suatu delta-front barrier reef yang mengartikan bahwa kompleks terumbu ini berkembang di suatu wilayah yang banyak input sedimennya seperti delta bertentangan dengan teori klasik yang banyak dipercaya, yaitu bahwa terumbu karang (coral reefs) tidak berkembang di wilayah dengan lingkungan pantai yang keruh karena banyak sedimen dan
Re: [iagi-net-l] FW: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN ENERGI
Sebenarnya, ada yang tidak terungkap dalam cerita tersebut, tetapi terungkap dalam beberapa buku lama terbitan Belanda (misalnya : Fabricius, 1949 - The East Indies Episodes). Para pemuda Indonesia yang dari awal bekerja di Dienst van Het Mijnwezen (dalam zaman Jepang di Indonesia diganti nama menjadi Chisitsu Chosasho) sebagai asisten para geoloog Belanda (termasuk Arie Frederick Lasut dan Soenoe Soemosoesastro) kehilangan atasannya secara tiba-tiba sebab banyak geoloog Belanda itu pada tahun 1942 ditawan Jepang dan dibuang ke interniran. Salah satu geoloog Belanda yang dibuang ke kamp konsentrasi di Saigon adalah van Bemmelen. Para pemuda itu kemudian berganti atasan, yaitu orang2 Jepang - tetapi orang2 Jepang tak banyak melakukan peneltian geologi dan pertambangan saat menjajah Indonesia. Agustus 1945 Jepang bertekuk lutut di depan Tentara Sekutu sebab dua kotanya dijatuhi bom atom pertama di dunia. Belanda yang membonceng di Tentara Sekutu masuk kembali ke Indonesia termasuk ke Chisitsu Chosasho meskipun Indonesia sudah menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 (tak diakui Belanda). Tetapi di Dinas Urusan Pertambangan ini (begitu Belanda menyebutnya -Dienst van Het Mijnwezen) banyak sekali arsip pertambangan dan geologi yang hilang sebab disandera dan dilarikan para pemuda Indonesia yang tak rela Belanda bercokol kembali di Indonesia. Adalah A.F. Lasut yang banyak membawa arsip tersebut. Kalau sekarang rekan2 main ke perpustakaan PSG (Pusat Survei geologi) dan masih dapat mempelajari laporan2 berbahasa Belanda pada tahun-tahun sebelum 1945 (misalnya dari Harloff, Hetzel, Duyjes, van Es, van Bemmelen, Umbgrove, Molengraaf, Koolhoven, dll.) itu adalah berkat usaha A.F. Lasut dan kawan-kawan. Bila tidak disandera dan dilarikan, saya yakin laporan2 asli Belanda itu kini semuanya ada di Belanda seperti nasib arsip-arsip yang lain. Betapa berartinya laporan2 Belanda itu sebab itulah modal pertama Jawatan Geologi dalam membuat peta2 geologi bersistemnya. Adalah A.F. Lasut pula yang membuat van Bemmelen menulis dua kali manuskripnya untuk buku masterpiece-nya itu (The Geology of Indonesia). Menurut sebuah buku, van Bemmelen sempat meminta manuskrip pertamanya itu kepada Arie Lasut sebab saat van Bemmelen ditawan Jepang ke Saigon mana sempat dia menyelamatkan arsip2nya -bisa menyelamatkan nyawa saja sudah baik. Tetapi Arie Lasut tak memberikannya bahkan melarikannya ke Yogya. Merasa tak mungkin lagi mendapatkan manuskripnya itu. akhirnya van Bemmelen menulis kembali seluruhnya dan berhasil menerbitkannya tahun 1949 di Belanda, pada tahun yang sama saat Arie Frederick Lasut ditembak... 27 Desember 1949 pengakuan kedaulatan Indonesia secara de facto dan de jure, maka Belanda tak punya momen lagi masuk ke Indonesia, dan arsip2 yang pernah dilarikan A.F. Lasut dan kawan2 kini dengan aman bisa dibawa ke Bandung kembali dan kini kita bisa menikmatinya. Sehelai manuskrip asli van Bemmelen itu pernah ditunjukkan kepada saya oleh seorang profesor Belanda yang kebetulan pernah berkunjung ke Geologi-UNPAD saat saya masih mahasiswa di sana tahun 1987. Demikian, memang A.F. Lasut sangat berjasa buat geologi Indonesia. Bila tidak, kita tak akan pernah melihat laporan2 Belanda dengan mudah (di Bandung saja, tak perlu ke Belanda) tentang geologi Indonesia antara tahun 1856-1942. salam, Awang --- On Mon, 9/28/09, Kuntadi, Nugrahanto kuntadi.nugraha...@se1.bp.com wrote: From: Kuntadi, Nugrahanto kuntadi.nugraha...@se1.bp.com Subject: [iagi-net-l] FW: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN ENERGI To: iagi-net@iagi.or.id Date: Monday, September 28, 2009, 10:40 AM FYI... __ From: Tjahjadi, Leonardus S. Sent: Monday, September 28, 2009 10:15 AM To: Ariana Retno, Murdiyanti (Istech); Deny, Suryanto; Edward, Syafron; Erick V, Yudhanto; Festarina; Gita Kumala Anggardini, Simange (ES); Kuntadi, Nugrahanto; Margareth, Pattinama; Meizarwin; Mike S, Wulansari; Natalia Margareth, Navratilova; Rijal, Anshori; Rini, Apriani; Riza, Robini; Ruly, Mardani; Samsu, Dharmawan H (JKT); Samuk Franklyn Konyorah; Soeryowibowo, Moektianto; Stevy K., Wospakrik; Supriyono; Suyoso, Abi; Tepy, Septyana; Tjahjadi, Leonardus S.; Yanto, Kambu; Yayat, Supriatna (Jakarta); Dumex, Pasaribu; Agus, Setiawan RE; Ana, Widyanita; Angke, Nuraeni; Dhimaz, Adisetyo; Eko, Apolianto; Festarina; Fitria, Nila Asri; Fitrix Primantoro, Putro; Frans, JP Silitonga; Harso, Isworo; I Made, Suyasa; Imam S, Harun; Indriani; Kasim, Achmadi T.; Ksatrianto, Ester; Marcya, Nasution (Istech); May Sari, Hendrawati; Muhammad, Triandi; Obigesto, Ichwan; Pranoto, Albertus; Purwati, Astuti; Rahmatunnisa, Anis (CAT); Rais, Sazli; Randy, Lester; Riky Innaka; Sani, Ogosti Wahyu; Surya, Dharma; Valentinus, Pearly; Wahyu, Hidayat; Yopi, Isnawan (Jakarta); Zulfikri Subject: HARI JADI PERTAMBANGAN DAN ENERGI DEPARTEMEN
[iagi-net-l] Re: ulasan gempa di tenggara nusa dua bali
Kang Hery, Punten nembe diwaler e-mailna, Ieu ulasan gempana : Magnitude 5.8 Mw - SOUTH OF BALI, INDONESIA 2009 September 18 23:06:57 UTC Versión en Español Earthquake Details Magnitude 5.8 Mw Date-Time Saturday, September 19, 2009 at 07:06:57 AM at epicenter Location 9.271°S, 115.570°E Depth 71.6 km (44.5 miles) Region SOUTH OF BALI, INDONESIA 75 km (45 miles) SSE of Denpasar, Bali, Indonesia Location Uncertainty horizontal +/- 13.9 km (8.6 miles); depth +/- 5.9 km (3.7 miles) M-type=teleseismic moment magnitude (Mw) Source USGS NEIC (WDCS-D) Melihat kedalamannya yang 71.6 km; posisi episentrumnya di depan busur Bali-Lombok, pada Lombok forearc basin, 225 km di sebelah utara jalur subduksi, maka pusat gempa terjadi di kerak samudera Hindia (ini slab earthquake) yang menunjam mulai dari jalur subduksi miring ke utara ke bawah Bali-Lombok. Kontur kedalaman 100 km bidang miring subduksi Wadati-Benioff 100 km bila diproyeksikan ke atas terletak persis di garis pantai selatan Bali dan Lombok (Hamilton, 1979); maka kedalaman pusat gempa ini mengkonfirmasi kebenaran peta tektonik Hamilton (1979). Berdasarkan momen tensornya (USGS centroid moment tensor), gempa ini diakibatkan patahan naik dengan strike 17 deg dan kemiringan 41 deg. Strike ini hampir sejajar dengan vektor konvergensi lempeng di wilayah ini. Gempa mestinya (berdasarkan statistik) bukan tsunami-genic earthquake karena gempa relatif bukan gempa dangkal dan magnitudenya kurang kuat. Ini terbukti juga dengan skala MMI di wilayah Bali dan Lombok yang hanya II-III dengan goncangan lemah, potential damage hampir tak ada dan peak ground acceleration yang rendah 0.17-1.4 %g dan peak velocity 0.1-1.1 cm/detik. Demikian, Kang. salam, Awang --- On Mon, 9/21/09, heryadi rachmat hery_rach...@yahoo.com wrote: From: heryadi rachmat hery_rach...@yahoo.com Subject: ulasan gempa di tenggara nusa dua bali To: awang satyana awangsaty...@yahoo.com Date: Monday, September 21, 2009, 8:13 AM Kang Awang kumaha ulasan gempabumi yang terjadi di tenggara Nusa Dua, diantos, wassalam heryadi --- On Fri, 18/9/09, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Get your preferred Email name! Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya
Pak Franc, van Bemmelen (1949) menarik garis volcano-tectonic yang besar dari Selat Madura sampai hampir pantai selatan Jawa Timur berarah utara-selatan. Menurutnya, inilah sebuah transverse fault yang besar yang memotong tegak lurus trend struktur Jawa yang barat-timur. Transverse fault ini menjadi lokasi semua gunungapi aktif maupun mati di wilayah ini, sehingga lineament gunungapi ini menyimpang dari lineament gunungapi Jawa pada umumnya (barat-timur). Di sini, kompleks Tengger-Semeru berarah utara-selatan. Bahkan, wilayah Grati dan Semokrong di tepi pantai utara eastern spur Jawa Timur ini, atau di sebelah selatan Selat Madura, menurut van Bemmelen (1949) masih merupakan bukit-bukit yang terjadi oleh aktivitas volcano-tectonic akibat runtuhnya kaldera Tengger. Collapse kaldera di puncak yang menyebabkan gravity sliding di kaki gunungapi membentuk ridges, adalah teori khas van Bemmelen. Ia pun menerangkan asal Gendol highs di Menoreh, Jawa Tengah dengan mekanisme yang sama sebagai akibat gravity sliding oleh runtuhnya kaldera Merapi. Van Bemmelen pun menerangkan asal Antiklinorium Samarinda di Kalimantan Timur sebagai akibat gravity sliding saat Kuching High terangkat -teorinya kemudian dikembangkan oleh Rose dan Hartono (1976) dan Hank Ott (1987). Sebuah teori yang sangat menarik dan saya cukup meyakininya. Kini, di sistem deepwater perkembangan toe thrusting juga erat kaitannya dengan gravity sliding di shelf areanya. Contoh2 di Kutei, Tarakan, dan Sarawak deepwater sangat khas membuktikan ini. Saya meminjam transverse fault Tengger-Semeru van Bemmelen ini untuk menerangkan terjadinya Depresi Lumajang ke sebelah timurnya, dengan menggunakan juga transverse fault pasangannya di wilayah Jember, yaitu Iyang (Yang)-Argopuro Fault (dalam paper terbaru saya tentang hilangnya Pegunungan Selatan Jawa di beberapa tempat -Satyana, 2009 : Disappearance of the Java's Southern Mountains - Roles of Java's Transverse Faults- Simposium Internasional Pegunungan Selatan Jawa -UGM). Kedua transverse fault ini mengapit wilayah Lumajang yang tenggelam, sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua transverse fault tersebut merupakan block faulting yang besar dengan block terbannya (downblock) ditempati oleh Depresi Lumajang. Bahwa Lumajang tenggelam bisa dengan segera dilihat apabila kita mengamati garis pantai selatan Lumajang yang terindentasi ke dalam dan Pegunungan Selatannya yang hilang. Kembali ke Bromo, betul, ia merupakan salah satu gunungapi cinder cone yang muncul dari kaldera lautan pasir Tengger yang terkenal itu. Di kaldera Tengger yang berdiameter 10 km itu muncul beberapa gunungapi kecil. Walaupun kini kita hanya bisa temukan tiga gunungapi di kaldera ini (Batok-Bromo-Kursi yang berjajar utara-selatan mengikuti transverse fault itu), vulkanoloog Belanda Neumann van Padang (195i - catalogue of the active volcanoes of the world, p. 146-147) menyebutkan bahwa ada tujuh buah pusat letusan di kaldera Tengger ini. Gunungapi aktif di kaldera Tengger tinggal Bromo saja dengan kepundan ditutupi danau sejak 1838. Menurut Hadian dan Kusumadinata (1979 : Data Dasar Gunungapi Indonesia), undak-undak di Gunung Bromo menunjukkan bahwa pusat letusannya bergerak ke arah utara. Nah, ini bisa dihubungkan dengan hasil penelitian Pak Seno ITS alm. (murid2 Pak Seno : Dicky dan Adji, yang pernah bersama Pak Seno meneliti ini, sekarang di BPMIGAS -silakan Dicky dan Adji berbagi cerita untuk Pak Franc dan rekan2 milis lainnya. Transverse Fault Tengger-Semeru (saya sebut namanya begitu) dari van Bemmelen (1949) mungkin ada betulnya sebab semua gunungapi mati dan giat di wilayah ini membentuk kelurusan utara-selatan : mulai dari sebelah utara ke selatan : Gunung Pananjakan, Batok, Bromo, Kursi, Ranu Pani, Ranu Kumbolo (ini bekas2 kawah gunungapi) dan paling selatan adalah gunung Semeru -puncak tertinggi di Jawa (3676 m). Demikian Pak Franc sedikit cerita regional tentang Bromo yang sangat indah itu, saya mengunjungi kaldera Tengger dan semua gunungapi di dalamnya pada Desember 2005 bersama tim fieldtrip BPMIGAS dan bapak2 dosen serta mahasiswa2 UGM (Bromo saat itu merupakan tujuan akhir kami setelah selama tiga hari sebelumnya kami mempelajari deepwater sediments di Jalur Kendeng dan mengunjungi situs Meganthropus di Perning, Mojokerto). salam dari Indonesia, Awang --- On Sat, 9/12/09, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Subject: [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya To: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Date: Saturday, September 12, 2009, 1:57 PM Hallo semuanya, mudah2an akhir pekan ini menjadi akhir pekan yang sangat indah ... hari ini saya tiba2 ingat Alm. Pak Seno dan diskusi kami tentang Gunung Bromo dan sekitarnya, waktu HAGI mengadakan post convention field trip ke gunung Bromo. awal diskusi dimulai setelah kami melihat serigala putih dalam
Re: [iagi-net-l] GEMPA JABAR : MENGAPA KEC.PENGALENGAN BANDUNG RUSAK BERAT
Mang Okim, Sebenarnya ada dua sesar besar (block faulting) yang digambarkan van Bemmelen (1949)di area yang kemarin menderita kerusakan paling parah akibat gempa Tasikmalaya 2 September 2009. Kedua sesar besar berarah barat-timur itu adalah : (1) Sesar Pangalengan (Sesar Malabar-Tilu) yang merupakan batas antara zone fisiografi Bandung dan Pegunungan Selatan dan (2) Sesar Kancana di sebelah selatan Pangalengan di tengah Zone Pegunungan Selatan. Saya sependapat dengan Mang Okim bahwa mungkin saja kedua sesar besar itu telah direaktivasi saat gempa terjadi. Sesar2 sedalam 4 km ini bisa menjadi konduit energi gempa ke permukaan saat gelombang permukaan gempa(surface wave-Rayleigh dan Love waves)menjalar dari episentrum ke arah utara. Itu terbukti dari kerusakan parah di permukaan di sekitar kedua jalur sesar ini. Kemudian kelihatannya kedua jalur sesar ini telah dijadikan konduit untuk magma menerobos ke permukaan kemudian menjadi gunungapi. Dengan kata lain, kantong magma gunung2 ini berlokasi di sekitar sesar2 tersebut. Gunungapi2 aktif/mati tersebar di sepanjang kedua sesar ini. Misalnya, Sesar Pangalengan di atasnya ditutupi oleh kompleks gunung Masigit-Patuha-Tilu-Malabar-Guntur. Sesar Kancana di atasnya ditutupi oleh rangkaian gunung Kancana-Papandayan-Cikuray. Beberapa gunung tersebut terbilang masih aktif (Papandayan, Guntur). Sehingga bila sesarnya direaktivasi, maka bisa saja gunung2api ini digiatkan kembali. Akan halnya Sesar Lembang, kelihatannya ini tak menjadi konduit untuk Gunung Tangkuban Parahu sebab Sesar Lembang umurnya lebih muda dari Gunung Tangkuban Parahu. Sesar ini terjad akibat collapse lereng selatan gunung ini. Apakah gempa kemarin mereaktivasi Sesar Lembang ? Bisa saja sebab posisi sesar ini sejajar dengan sesar2 di Jawa Barat selatan yang disebutkan di atas, jadi peluangnya bisa saja. Kalau diperhatikan, observatorium astronomi Bosscha dibangun di suatu tempat paling tinggi (1303 m) daripada sekitarnya. Sebenarnya, tempat paling tinggi itu adalah puncak upblock Sesar Lembang. Maka posisi observatorium Bosscha sebenarnya bisa rawan terhadap gempa2 di Jawa Barat bila menggerakkan Sesar Lembang. Seperti yang diinformasikan Mang Okim, betul bahwa umur2 sesar ini dari selatan ke utara semakin muda : Sesar Kancana (Plio-Plistosen), Sesar Pangalengan/Malabar-Tilu (Plistosen Bawah), Lembang Fault (sub-Recent). Dari beberapa pengalaman reaktivasi gempa kepada sesar (Sesar Opak, Sesar Mentawai, Sesar Sumatra, Sesar Sorong,dll.) umur tua-muda bukanlah sesuatu prasyarat reaktivasi. Banyak sesar berumur Miosen terbukti bisa direaktivasi. salam, Awang --- On Tue, 9/15/09, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote: From: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id Subject: Re: [iagi-net-l] GEMPA JABAR : MENGAPA KEC.PENGALENGAN BANDUNG RUSAK BERAT To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id Date: Tuesday, September 15, 2009, 2:51 PM Rekan dan Mang Okim Sebenarnya apayang dikatakan Cak Ipul dan Mang Okim banyak benernya heheheh atau seluruhnya benar. Kalau menyumbang dalam arti secara finansial itu baik , akan teapi bila memang tidak juga TIDAK berarti anggoat IAGI tidak perduii (sebagaimana dikatakan oleh Sekjen IAGI), Tentu saja sebagai anggota dan Bekas Presiden Rotary Indonesia Mang Okim sangat concern dengan kegiatan sosial - nya . Tetapi hal lain yang mestinya dilaksanakan oleh profesional adalah menuyumbangkan sesuatu yang positip dalam kemampuan profesinya. Dan sekali lagi Mang Okim telah melakukan - nya dengan mengkaji secara sederhana faktor adanya aktifitas Sesar Pangalengan. Apakah ini benar , tentu harus ada penelitian yang lebih mendetil. Akan tetapi hal yeng penting disini adalah adanya kenyatan bahwa tingkat kerusakan sangat bergantung pada struktur tanah dan aktifitas tektonik lokal. Hal inilah yang harus dianalisa , mana mana lokasi yang merupakan lokasi dengan kriteria sperti itu ? Tentu saja tindak lanjutnya adalah bagaimana menimialkan kerusakan pad daerah daerah spt itu. Bukan pekerjaan yang enteng kan . Nah IAGI mungkin dapat berperan dalam hal ini. Si Abah sentilan mang okim terasa menyengat juga pada akhir minggu ini. yg pertma, tentunya 'press release' saja tidak cukup kalau targetnya adalah lebih dari itu. yg kedua, sekiranya ada pertanyaan yg berhubung dengan kegundaan utk mengetahui geologi pengalengan, 'kan dapat dilontarkan di milis ini. dengan harapan tentunya, para pakar kita dapat menjelaskannya. namun hari2 ini adalah hari2 menjelang lebaran, orang sudah terburu2 utk menyelesaikan pekerjaan dan segera mudik; atau justru mendekam di masjid karena itulah yg disarankan selama 10 hari terakhir ramadhan. iagi bisa saja menggalang dana utk nantinya disumbangkan ke para korban. apakah perlu? mungkin ya, mungkin tidak. setahu saya, tidak kurang banyak anggota kita yg menyalurkan bantuan ini melalui banyak pihak. sebut salah satunya
Re: [iagi-net-l] DPR Sepakat Merevisi UU Minyak dan Gas
BPMIGAS kerap dipanggil DPR. Persiapan untuk itu makin memberati kesibukan BPMIGAS yang sudah sangat sibuk menangani lebih dari 200 blok2 migas dan CBM. Tidak puas dengan keterangan2 BPMIGAS, satu demi satu KKKS besar dipanggilnya juga. Bubarkan BPMIGAS, mereka tidak becus mengawasi kontrak migas, produksi turun terus, padahal cost recovery naik terus ! adalah bisik-bisik atau celetukan atau marah besar yang suka terdengar bila rapat dengan DPR atau terbaca di koran-koran saat wartawan menanyai pendapat para anggota Dewan tentang BPMIGAS. Jadi sebenarnya DPR sejak BPMIGAS berdiri telah mengawasi proses migas lewat Komisi VII-nya. Memang sejak Era Reformasi DPR menunjukkan kekuasaan eksekutif, padahal DPR adalah badan legislatif -pembuat UU. Sekarang kekuasaan eksekutif DPR itu ingin dilegalisasi lewat revisi UU Migas. Bagaimana bila sebuah badan mempunyai kekuasaan legislatif-eksekutif, dan mungkin sebentar lagi yudikatif ? Superbody. Barangkali mendung akan memayungi prosedur migas Indonesia di depan... salam, Awang --- On Fri, 9/4/09, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote: From: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id Subject: Re: [iagi-net-l] DPR Sepakat Merevisi UU Minyak dan Gas To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id Date: Friday, September 4, 2009, 9:16 PM Hahahahahahahahahah Tanpa amandemen UU No 22 saja , sudah banyak bisnis yang direcoki oleh anggota DPR yang terhormat. Kalau mau tahu tanyakan sama teman teman KKS , bagaimana aktfnya para anggota terhormat itu mengunjungi BP Migas dan sering benar meninjau lapangan. Apa kita mau mengaplikasikan Trias Plitika Angin Ribut sehingga fungsi legeslasi dan eksekusi dicampur baurkan ??? Ngaco deh kalau maksud amandemen UU ini dengan tujuan segala macam kokntrak KKS harus disetujui DPR. Lama lama Kontrak operasional lebih besar dari sekian juta dollar harus masuk ke DPR dulu sebelum diaplikasikan.Apa jadi seperti ini .? Dari sini saja sudah tercium bau tidak sedap deh. Kapan yah DPR ma menyadari fungsi - nya benar dalam sistim ketata negaraan kita ??? Semoga DPR yad akan lebih berfikir dengan lebih jernih. Si Abah Makin panjang saja nih rantai birokrasinya.. - JAKARTA. Kemarin (1/9), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya menyetujui hak inisiatif yang diajukan puluhan anggota dewan untuk merevisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU Migas). Sepuluh fraksi mendukung hak inisiatif ini. Salah satu aturan main yang diusulkan perubahannya adalah soal kontrak kerjasama (KKS) migas. DPR ingin ikut memberi masukan sekaligus persetujuan sebelum Pemerintah memilih kontraktor, termasuk pembatasan jangka waktu kontrak. Itu butuh persetujuan DPR, kata Jurubicara Fraksi Kebangkitan Bangsa Anna Muamana. Keterlibatan DPR juga mencakup pengawasan. Jurubicara Fraksi Golkar Watty Amir menegaskan, fungsi monitoring itu tidak sebatas pada bahan bakar minyak dan gas saja, tapi juga produksi minyak mentah dan gas bumi. Produksi kita rendah, maka perlu optimalisasi yang disertai dengan pengawasan, ujar Watty. Ketentuan lain yang juga masuk dalam usul revisi adalah soal kewajiban memasok produksi minyak untuk kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO). DPR ingin menaikkan DMO dari 25% menjadi 75% dari total produksi. Negara harus menjamin pemenuhan kebutuhan dalam negeri, kata Jurubicara Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Isma Yatun. DPR menyerahkan proses amandemen UU Migas pada DPR dan Pemerintah periode berikutnya. Sebab, sisa waktu jabatan periode ini terbatas, ujar Agung Laksono, Ketua DPR. Sekadar mengingatkan, September 2008 lalu, puluhan anggota DPR mengajukan hak inisiatif revisi UU Migas. Mereka mengusulkan amandemen untuk delapan pasal. -- ___ Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu lakonan. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi
[iagi-net-l] Gempa Laut Sindangbarang (Mw 7.4) 2 Sep 09, 14:55 WIB
Tengah penyusunan MOM seusai rapat dengan suatu KKKS, di ruang rapat kami merasakan goyangan yang keras dan bunyi retakan di dinding. Gempa ! Gempa ternyata berlangsung lama dengan goyangan yang keras (sekitar 3 menit). Tak sempat lagi lari ke luar ruangan, kami yang sedang rapat memilih masuk kolong meja rapat yang kokoh dan berdoa di situ. Seusai gempa, kami mencoba menghubungi keluarga masing-masing dan tak mendapatkan sambungan telepon-putus. Di bawah adalah e-mail dari USGS yang menginformasikan sebuah gempa besar baru saja terjadi (pukul 14.55 WIB) dengan pusat di Lautan Hindia di selatan pantai Sindangbarang. Gempa berkekuatan 7.4 Mw dengan kedalaman hiposentrum 62 km. Belum diketahui pola pematahan batuan penyebab gempa ini. Melihat kedalamannya, diperkirakan gempa merupakan slab earthquake -gempa yang terjadi di bagian atas kerak samudera Hindia yang menunjam di bawah kerak akresi Jawa. Semoga tidak banyak korban terjadi. salam, Awang --- On Wed, 9/2/09, USGS ENS e...@usgs.gov wrote: From: USGS ENS e...@usgs.gov Subject: 2009-09-02 07:55:02 (Mw 7.4) JAVA, INDONESIA -7.8 107.3 To: awangsaty...@yahoo.com Date: Wednesday, September 2, 2009, 3:12 PM == PRELIMINARY EARTHQUAKE REPORT == ***This event supersedes event AT00187810. Region: JAVA, INDONESIA Geographic coordinates: 7.837S, 107.262E Magnitude: 7.4 Mw Depth: 62 km Universal Time (UTC): 2 Sep 2009 07:55:02 Time near the Epicenter: 2 Sep 2009 14:55:02 Local standard time in your area: 2 Sep 2009 14:55:02 Location with respect to nearby cities: 104 km (65 miles) SSW (199 degrees) of Bandung, Java, Indonesia 113 km (70 miles) SSE (155 degrees) of Sukabumi, Java, Indonesia 124 km (77 miles) WSW (243 degrees) of Tasikmalaya, Java, Indonesia 198 km (123 miles) SSE (163 degrees) of JAKARTA, Java, Indonesia ADDITIONAL EARTHQUAKE PARAMETERS event ID : US 2009lbat This event has been reviewed by a seismologist at NEIC For subsequent updates, maps, and technical information, see: http://earthquake.usgs.gov/eqcenter/recenteqsww/Quakes/us2009lbat.php or http://earthquake.usgs.gov/ National Earthquake Information Center U.S. Geological Survey http://neic.usgs.gov/ DISCLAIMER: https://sslearthquake.usgs.gov/ens/help.html?page=help#disclaimer This email was sent to awangsaty...@yahoo.com You requested mail for events between -90.0/90.0 latitude and 180.0/-180.0 longitude for M6.0 between 08:00 and 20:00 and M6.5 other times. To change your parameters or unsubscribe, go to: https://sslearthquake.usgs.gov/ens PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Gempa Laut Sindangbarang (Mw 7.4) 2 Sep 09, 14:55 WIB
Data terakhir yang dihimpun dari BMG dan USGS menyatakan bahwa magnitude gempa 7.3 SR atau 7.0 Mw (moment magnitude). Kedalaman fokus gempa masih simpang siur dengan kisaran 60-30 km (60-50 km dari USGS, 30 km dari BMG). Moment tensor solution dari USGS menunjukkan pematahan batuan yang mengakibatkan gempa ini adalah sesar naik dengan arah jurus 56 degNE dan kemiringan 50 deg. Berdasarkan publikasi dari Hamilton (1979) yang menunjukkan seismic section dari geomarin untuk wilayah selatan Sindangbarang ini, Widiyantoro dan van der Hilst (1996) yang menunjukkan section tomographic wilayah ini, Kopp (2002) yang menunjukkan section seismik forearc dan melange wilayah ini, dan Hall (2008) tentang tektonik forearc Jawa Barat; dan dengan asumsi kedalaman fokus 50-30 km; maka diperkirakan bahwa sumber gempa berasal dari pematahan di slab (kerak oseanik) yang menunjam di bawah kerak akresi Jawa dengan episentrumnya berlokasi di forearc basin Jawa Barat. Theoretical P-wave arrival dari USGS menunjukkan bahwa di dalam waktu 1 menit gelombang gempa ini sudah menjalar ke hampir seluruh Jawa dari sumbernya. Gempa ini tidak tsunami-genic yang signifikan (dilaporkan tsunami sangat kecil terjadi) mungkin karena fokus gempanya tidak terlalu dangkal dan masih ada komponen pematahan lateral berdasarkan moment tensornya. salam, Awang --- On Wed, 9/2/09, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: [Forum-HAGI] Gempa Laut Sindangbarang (Mw 7.4) 2 Sep 09, 14:55 WIB To: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Wednesday, September 2, 2009, 3:44 PM Tengah penyusunan MOM seusai rapat dengan suatu KKKS, di ruang rapat kami merasakan goyangan yang keras dan bunyi retakan di dinding. Gempa ! Gempa ternyata berlangsung lama dengan goyangan yang keras (sekitar 3 menit). Tak sempat lagi lari ke luar ruangan, kami yang sedang rapat memilih masuk kolong meja rapat yang kokoh dan berdoa di situ. Seusai gempa, kami mencoba menghubungi keluarga masing-masing dan tak mendapatkan sambungan telepon-putus. Di bawah adalah e-mail dari USGS yang menginformasikan sebuah gempa besar baru saja terjadi (pukul 14.55 WIB) dengan pusat di Lautan Hindia di selatan pantai Sindangbarang. Gempa berkekuatan 7.4 Mw dengan kedalaman hiposentrum 62 km. Belum diketahui pola pematahan batuan penyebab gempa ini. Melihat kedalamannya, diperkirakan gempa merupakan slab earthquake -gempa yang terjadi di bagian atas kerak samudera Hindia yang menunjam di bawah kerak akresi Jawa. Semoga tidak banyak korban terjadi. salam, Awang --- On Wed, 9/2/09, USGS ENS e...@usgs.gov wrote: From: USGS ENS e...@usgs.gov Subject: 2009-09-02 07:55:02 (Mw 7.4) JAVA, INDONESIA -7.8 107.3 To: awangsaty...@yahoo.com Date: Wednesday, September 2, 2009, 3:12 PM == PRELIMINARY EARTHQUAKE REPORT == ***This event supersedes event AT00187810. Region: JAVA, INDONESIA Geographic coordinates: 7.837S, 107.262E Magnitude: 7.4 Mw Depth: 62 km Universal Time (UTC): 2 Sep 2009 07:55:02 Time near the Epicenter: 2 Sep 2009 14:55:02 Local standard time in your area: 2 Sep 2009 14:55:02 Location with respect to nearby cities: 104 km (65 miles) SSW (199 degrees) of Bandung, Java, Indonesia 113 km (70 miles) SSE (155 degrees) of Sukabumi, Java, Indonesia 124 km (77 miles) WSW (243 degrees) of Tasikmalaya, Java, Indonesia 198 km (123 miles) SSE (163 degrees) of JAKARTA, Java, Indonesia ADDITIONAL EARTHQUAKE PARAMETERS event ID : US 2009lbat This event has been reviewed by a seismologist at NEIC For subsequent updates, maps, and technical information, see: http://earthquake.usgs.gov/eqcenter/recenteqsww/Quakes/us2009lbat.php or http://earthquake.usgs.gov/ National Earthquake Information Center U.S. Geological Survey http://neic.usgs.gov/ DISCLAIMER: https://sslearthquake.usgs.gov/ens/help.html?page=help#disclaimer This email was sent to awangsaty...@yahoo.com You requested mail for events between -90.0/90.0 latitude and 180.0/-180.0 longitude for M6.0 between 08:00 and 20:00 and M6.5 other times. To change your parameters or unsubscribe, go to: https://sslearthquake.usgs.gov/ens __ The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list. fo...@hagi.or.id | www.hagi.or.id * PIT HAGI ke 34, 8-13 November 2009, Yogyakarta * Kunjungi http://pit34hagi.web.id/ untuk info lebih lanjut PP-IAGI 2008
Re: [iagi-net-l] IAGI Pre and Post Convention FiledtripCourse
Pak Benyamin, Hanya satu fieldtrip dan satu kursus dalam PIT IAGI ini. Apakah tidak ada tema lain yang menarik untuk dijadikan kursus ? Apakah area Jawa Tengah dan sekitarnya tidak menarik untuk dijadikan fieldtrip ? Saya mengamati terjadi penurunan jumlah kursus dan fieldtrip dalam pelaksanaan PIT IAGI beberapa tahun terakhir ini. Biasanya 3-4 kursus dan 3-4 fieldtrip dalam sekali PIT bisa diorganisasi dan dilaksanakan. Apakah ada penurunan animo komunitas geologi terhadap kursus dan fieldtrip ? Perlu kita amati juga animo komunitas geologi terhadap PIT, bila semakin menurun jumlah pesertanya, harus ada yang kita benahi. salam, Awang --- On Thu, 9/3/09, benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com wrote: From: benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com Subject: [iagi-net-l] IAGI Pre and Post Convention FiledtripCourse To: iagi-net@iagi.or.id Date: Thursday, September 3, 2009, 9:12 AM Dear Geoscientists, The Indonesian Association of Geologists (IAGI) will conduct its Annual Convention and Exhibiton at the Gumaya Hotel, Semarang, Central Java on October 13-14, 2009. A fieldtrip and a Geology course before and after the Convention will be offered to Convention participants: *1. The field trip will be on DEEP MARINE SAND OF KUTAI BASIN* (Pre Convention: October 8th-12th, 2009) *2. The Geology Course will be on CORE DESCRIPTION AND ANALYSIS *(Post Convention: October 14 (evening) – 17, 2009) Please do not forget to jot down this Fieldtrip and Geology Course on your agenda. *For more information, please contact:* *The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition Committee* Phone : 021 - 837 92688 Fax : 021 - 837 92687 Email : endra.sulis...@gda.co.id / muhammad.roza...@gda.co.id / benyamin.sembir...@gda.co.id Contact Persons : M. Rozalli, Endra Sulistya, Benyamin Thank you for your kind attention Best regards, The Convention Committee - *The 38th IAGI Annual Convention and Exhibition ** Pre-Convention Field Trip* *The Deep Marine Sand of Kutai Basin* *Fieldtrip Overview* Although the Mahakam Delta is famous for its Deltaic Complex, actually it also has deep marine sand deposits that recently have proven to be producing in the Makassar Strait deep-water Blocks. Outcrops of deep marine turbidite sand systems within the age of N2 - N8 will be visited to give the participants an overview of the deep marine “turbiditic” sands of Paleo Mahakam Delta in contrast to the shallow marine turbidites in the prodelta and shelf areas. Examples of bathyal up to pro-delta turbidite systems will be discussed with published turbidite-systems models as references. The field trip will cover the Balikpapan Bay, Sepaku District, Tenggarong, Loa Duri, Samarinda, and Samboja. A total of 11 (eleven) outcrops will be visited in 3 days, with an average of 4 outcrops per day. All of the outcrops are turbidite sandstones, comprising of outer-fan, middle-fan and suprafan facies as well as shelf and prodelta turbidites traditionally known to occur in the Miocene Pulau Balang Formation. Comparison between deep marine shallow marine turbidites of Kutai Basin will also be highlighted. Although it will not be visited, the equivalent proximal lowstand deposits will also be discussed (infact, their outcrop ridges can be seen from one of the field-trip turbidite stops). Reservoir characters such as lateral extent vs thickness, porosity, permeability, heterogeneity, petrography, log characters, fossil assemblages, sedimentary structures and even tectonic feature association will be discussed using field sample data at outcrop localities. To ease off stress after daylight deal with the complexity of deep marine sands of Paleo Mahakam Delta outcrops, several tourism spots will be visited. On top of that, typical rock hounds dinner will also be served. This will include a visit to the “Kutai” Museum karaoke dinner in Tenggarong and dine out at the world class chili-crab corner in Samarinda. A summary session will be conducted before leaving Samarinda for Balikpapan to catch the plane to Jakarta. *Date* October 8th-12th, 2009 (5 days / 4 nights) start on Thursday and finish on Monday *Venue* Samarinda Balikpapan *Instructor* Dr. Ir. Andang Bachtiar, MSc. *Cost** *USD 2000,-/person Registration deadline by October 3, 2009 *Who Should Attend* exploration geologist, development / production geologist, geophysicist, reservoir engineer, log analyst, petrophysicist, coal geologist all geoscientist. *Fieldtrip Fasilities* Air ticket, hotel, meals (breakfast, lunch, dinner), logistic (snack, softdrink, fruit), guidebook, shirt, hat, back pack,
Re: [iagi-net-l] IAGI Pre and Post Convention FiledtripCourse
Pak Benz, Terima kasih atas penjelasannya yang rinci dan tuntas. Terima kasih juga kepada Pak Prasiddha yang telah menginfomasikan kursus2 lain dalam rangkaian PIT ini, rupanya ada kursus/FT lain yang dikelola MGEI dalam acara ini. Memang kalau segmen pasarnya kecil, kita tak bisa mengharapkan sesuatu yang besar -apalagi kalau segmen yang kecil itu menjadi target pasar banyak organisasi profesi. Mungkin perlu dipikirkan untuk menyebarkan angket satu lembar saja tentang apa tema kursus dan pilihan FT yang disukai ke mana dan tentang apa sebagai bagian dari seminar kit PIT IAGI di Semarang besok. Untuk memudahkan pengisian hanya dengan mencontreng, bisa didaftarkan kursus2/FT2 atau lain-lain sesuai keinginan pribadi. Lalu sediakan kotak khusus buat menampung angket itu. Kemudian PP-IAGI nanti mengevaluasinya. Ini untuk mengetahui kecenderungan pasar. Siapa tahu ini bisa menjadi jalan agar kursus/FT yang diselenggarakan bisa sesuai dengan keinginan pasar. Kan sayang bila Panitia telah berusaha menyusun misalnya 4 kursus 4 FT, tetapi yang jalan hanya 1 kursus dan 1 FT akibat kekurangan peserta. salam, Awang --- On Thu, 9/3/09, benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com wrote: From: benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] IAGI Pre and Post Convention FiledtripCourse To: iagi-net@iagi.or.id Date: Thursday, September 3, 2009, 5:15 PM Salam, Pak Awang yang sangat perhatian, Panitia PIT IAGI dalam menyelenggarakan Kursus maupun Fieldtrip biasanya bekerja sama dengan universitas, konsultan penyelenggara fieldtrip dan berbagai instansi lainnya. Beberapa tahun ini saya terlibat panitia baik secara langsung maupun tidak langsung. Fieldtrip yang saya sampaikan ke milis merupakan kerja sama Panitia IAGI dengan Konsultan penyelenggara. Karena saya melihat agak terlabat penginformasian acara ini sehingga saya mendahului penyampaian FT dan Kursus tersebut, walaupun sebenarnya Panitia IAGI bekerja sama juga dengan MGEI untuk menyelenggarakan FT dan kursus/seminar lainnya, dan saya lihat juga MGEI melakukan publikasi tersendiri di lingkungan nya. Hal ini untuk penginformasian yg lebih cepat. Karena acapkali acara Fieldtrip IAGI kurang mendapatkan peserta (kurang peminat) karena informasi yg terlambat. Untuk tema lain yg lebih menarik di Jatim dan Jateng mungkin saja ada, tapi mungkin belum ada lembaga atau univ yang bisa bekerjasama pada tahun ini. Penurunan Animo, saya agak ragu menjawabnya, karena berdasarkan pengamatan saya di beberapa tahun terakhir ini memang kegiatan ini sedikit peminatnya. Mungkin memang pasar nya cuma kecil. jadi gak bisa dipaksa. Apa sebab utama nya saya juga kurang paham. Kalo masalah jumlah yg bapak sampaikan, kurang pas. Harusnya apakah sejumlah FT yang disajikan itu laku apa tidak. Bisa aja kita buat jumlahnya banyak tapi tidak ada satupun yang diminati. Sewaktu PIT di Bali, banyak FT tapi gak diminati. Kalo gak salah waktu itu hanya ada satu yg diminati dgn jumlah minim sekali, FT ke Newmont, yg lain? Pernah beberapa tema kita pasarkan di PIT IAGI tapi tidak laku namun di acara yang sejenis di organisasi lain laku. Katanya sih ada kecenderungan kalau IAGI yg mengadakan kurang bonafide. Padahal baik IAGI maupun Organisasi lain itu, ya itu-itu juga kan orangnya yg menyelengarakan. Juga ada kecenderungan untuk Fieldtrip/Kursus ke Luar Negeri. karena mungkin itu kelihatan lebih bergengsi, lebih menarik jalan-jalan nya ke negara lain dsb. Semoga bermanfaat Salam benz 2009/9/3 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Pak Benyamin, Hanya satu fieldtrip dan satu kursus dalam PIT IAGI ini. Apakah tidak ada tema lain yang menarik untuk dijadikan kursus ? Apakah area Jawa Tengah dan sekitarnya tidak menarik untuk dijadikan fieldtrip ? Saya mengamati terjadi penurunan jumlah kursus dan fieldtrip dalam pelaksanaan PIT IAGI beberapa tahun terakhir ini. Biasanya 3-4 kursus dan 3-4 fieldtrip dalam sekali PIT bisa diorganisasi dan dilaksanakan. Apakah ada penurunan animo komunitas geologi terhadap kursus dan fieldtrip ? Perlu kita amati juga animo komunitas geologi terhadap PIT, bila semakin menurun jumlah pesertanya, harus ada yang kita benahi. salam, Awang --- On Thu, 9/3/09, benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com wrote: From: benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com Subject: [iagi-net-l] IAGI Pre and Post Convention FiledtripCourse To: iagi-net@iagi.or.id Date: Thursday, September 3, 2009, 9:12 AM Dear Geoscientists, The Indonesian Association of Geologists (IAGI) will conduct its Annual Convention and Exhibiton at the Gumaya Hotel, Semarang, Central Java on October 13-14, 2009. A fieldtrip and a Geology course before and after the Convention will be offered to Convention participants: *1. The field trip
[iagi-net-l] Terumbu Karang Sulawesi
Sulawesi, selain tektonik dan basement geology-nya pelik namun menantang, dan bio-geografinya membimbing Afred Russel Wallace menaruh garis biogeografinya yang terkenal itu, Sulawesi pun menyimpan kompleks terumbu karang (coral reef) yang memukau dan world-class. Bahwa Sulawesi begitu kaya akan berbagai jenis kompleks terumbu karang akan segera terlihat bila kita melihat peta terumbu karang sekeliling Sulawesi hasil pemetaan Salm dan Halim (1984 : Marine Conservation Atlas : Planning for the Survival of Indonesia’s Seas and Coasts, IPB-WWF). Peta ini menunjukkan bahwa sekitar 90 % garis pantai Sulawesi dibentengi oleh fringing reef dan barrier reef. Sementara beberapa km-puluhan km di pulau-pulau besar kecil sekitarnya tumbuh kompleks patch reef dan atoll. Mengapa bisa begitu, mudah dipahami sebab dua syarat utama pembentukan terumbu karang terpenuhi di Sulawesi, yaitu : 1) pulau ini dipotong garis khatulistiwa sehingga air lautnya hangat (umumnya di atas 22 C) nyaman bagi habitat hewan karang dan 2) tak ada sungai besar (sebesar sungai-sungai besar di Sumatra-Jawa-Kalimantan) yang akan menumpahkan banyak sedimen di muaranya lalu terserak sepanjang pantai kemudian membunuh pertumbuhan hewan karang oleh kekeruhan air laut. Aneka basement yang membangun Sulawesi sampai ke pantainya, entah itu volkanik, kontinen, maupun kerak oseanik, merupakan substrate yang baik buat hewan-hewan karang macam scleractinian coral membangun strukturnya di pantai menjadi kompleks fringing reef, memagari garis pantai Sulawesi. Pulau-pulau terpisah di sekeliling Sulawesi entah itu volkanik, kontinen, maupun oseanik akan ditumbuhi terumbu karang fringing reef mulanya, tetapi karena tektoniknya yang aktif penenggelaman pulau-pulau terisolasi ini aktif juga. Manakala pulau-pulau ini kemudian tenggelam, terumbu karang yang memagarinya berusaha mempertahankan diri agar tetap tak jauh dari muka laut (keep up growth). Maka bila kita terbang agak ke selatan dari Ujung Pandang ke Banggai, akan terlihat kompleks terumbu yang melingkar mengitari laguna yang bundar – itulah atol. Atol Taka Bone Rate (terluas ke-3 di dunia), atol Tukang Besi, atol Banggai, dan atol Togian merupakan atol-atol terkenal yang sering muncul dalam literatur-literatur tentang modern coral reefs. Whitten dkk. (2002 : The Ecology of Sulawesi – Periplus) meringkas beberapa kompleks terumbu karang utama di Sulawesi seperti di bawah ini. Atol Taka Bone Rate (dalam literatur lama disebut Tijger) tersebar di sebelah selatan Teluk Bone. Luasnya 2220 km2, atau hanya 20 % lebih kecil dari atol terluas di dunia (Atol Marshall di Pasifik). Atol ini dibangun oleh kompleks patchreef dan barrier reef. Atol ini tumbuh dari punggungan bawahlaut yang tenggelam sampai sedalam 2000 m. Kompleks patch reef Sangkarang atau Spermonde membentuk pulau-pulau terumbu sebanyak 160 pulau dengan luas total 16.000 km2. Kompleks patch reef di Kepulauan Spermonde ini termasuk yang paling banyak dipelajari di Indonesia di samping kompleks patch reef Kepulauan Seribu di utara Jakarta. Universitas Hasanuddin dan National Natural History Museum di Leiden, Belanda menjadikan Kepulauan Sangkarang ini sebagai basis penelitian terumbu modern. Bila kita ingin melihat semua jenis kompleks reef (fringing, patch, barrier, atoll reefs) maka Kepulauan Togian di Teluk Tomini dapat menjadi pilihan terbaik. Dua atolnya terdapat di pulau-pulau Batudaka, 7 km sebelah baratlaut Togian. Atol ini melingkari laguna sedalam 20-50 m yang dikelilingi oleh reef flats. Barrier reefnya ditemukan di dekat batimetri 200 meter pada jarak 15 km dari Kepulauan Togian dengan patch reef tumbuh di pulau paling timur dari kepulauan ini sampai ke garis pantai utara Lengan Timur Sulawesi. Juga, terumbu jenis ini ditemukan di sekitar paparan Togian sebelum dipagari oleh barrier reef di sekeliling Togian. Fringing reef ditemukan hampir di sepanjang pantai pulau-pulau Togian. Vesuvius reefs, 80 km ke sebelah selatan-baratdaya dari Banggai, menurut sebuah cerita merupakan tempat di mana penjelajah pengeliling dunia Sir Francis Drake membuang meriam dari kapalnya “The Golden Hind” pada tahun 1580. Operation Drake, penjelajahan mengelilingi dunia yang dilakukan 400 tahun kemudian (1980) untuk menapak tilas perjalanan Francis Drake, singgah di Vesuvius reef untuk mencari meriam itu tetapi tak menemukannya. Sulawesi juga seideal Jawa dalam hal kekayaannya untuk pertumbuhan karbonat berumur Paleogen, Neogen dan modern. Ketiganya antara lain berkumpul di Sulawei Selatan : karbonat Tonasa yang berumur Eosen-Oligosen, karbonat Tacipi yang berumur Miosen Akhir dan kompleks terumbu karang moderen di pantai dan pulau-pulau sekitar Sulawesi Selatan. Ketiganya tersingkap dan tersebar baik untuk dipelajari. Salam, Awang PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD
Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?
Wahyudin, Iya memang sebagian besar volcanics di Makassar Strait adanya di northern area, di sebelah selatan kalau ada conical structure besar kemungkinan memang itu reef. Alasannya adalah kerak kontinen di Makassar Strait utara lebih tertarik (publikasi terbaru dari Hall et al., 2009) yaitu total 600 km sehingga sebagian orang menduga bahwa di situ sudah muncul oceanic crust bukan lagi continental crust yang menipis. Sementara di Makassar Strait selatan kerak kontinennya lebih masif. Perlu juga diingat bahwa rifting di Makassar Strait utara dipengaruhi oleh sea-floor spreading di Sulawesi Sea, yang lebih membesarkan angka Beta-nya (koefisien rifting). Hubungannya dengan keberadaan volcanics adalah bahwa semakin dangkal Moho, semakin terangkat heat flow, semakin tipis kerak, semakin besar kemungkinan mantle material akan naik ke permukaan lewat bounding faults rift dan tersembur sebagai volcanics - northern area. Sebaliknya semakin tebal keraknya,semakin jauh kemungkinan mantle materials tersembur sebagai volcanics di horst block. Ini kasus Makassar Strait - southern area salam, Awang --- On Thu, 8/27/09, wahyudin.nas...@yahoo.co.id wahyudin.nas...@yahoo.co.id wrote: From: wahyudin.nas...@yahoo.co.id wahyudin.nas...@yahoo.co.id Subject: Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ? To: iagi-net@iagi.or.id Date: Thursday, August 27, 2009, 2:32 PM Pak Awang, Volkanik yang muncul di Selat Makasar hanya meliputi north makasar strait saja kan Pak? Bagaimana dengan south makasar strait apakah ada kemungkinan muncul volcanik seperti di north makasar strait? Bagaimana perbedaan secara kejadian tektoniknya? Terimakasih atas sharing ilmunya Pak. Salam, Wahyudin B. Nasifi Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: MINARWAN minarw...@gmail.com Date: Thu, 27 Aug 2009 09:17:22 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ? Pak Awang, Apakah bisa jika kemunculan volkanik di Selat Makassar kita kaitkan dengan subduksi di bagian tenggara Sundaland? Mungkin dengan data geokimia jenis volkanik yang telah ditembus oleh sumur itu tentu akan bisa diketahui, cuma data seperti ini pasti rahasia deh yah. Salam menyimak, mnw 2009/8/26 Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com: Sebelum rifting terjadi - saya tafsirkan rifting sebagai proses dispersi (lihat paper saya di PIT IAGI-HAGI, 2003 tentang akresi dan dispersi Sundaland), terjadi akresi Paternoster ke Kalimantan, lalu terjadi dispersi melalui rifting Selat Makassar pada Paleogen. Elevated heatflow terjadi di tengah Selat Makassar yang memunculkan beberapa volkanik di Selat Makassar sekarang (satu volkanik telah ditembus sumur Rangkong-1 Exxon Surumana). Gravity dan magnetik regional yang memotong Selat Makassar sangat kontras menunjukkan attenuated basement kontinen yang menipis akibat elevated heatflow. salam, Awang -- - when one teaches, two learn - http://www.geotutor.tk http://www.linkedin.com/in/minarwan PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt
Re: [iagi-net-l] Mengetahui basement type dari magnetic dan gravity.
Pak Rovicky, Melihat kasus-kasus penentuan tipe basement di Makassar Strait atau Jawa; penentuan tipe basement dari gravity dan magnetik itu adalah secara tidak langsung. Yaitu, dengan cara membuat crustal model dari penampang gravity dan magnetik terukur (observed). Crustal model yang disusun kemudian dengan cara tertentu akan menghasilkan penampang gravity/magnetic calculated. Akurasi crustal model yang dipakai akan ditentukan oleh berimpitnya penampang gravity/magnetik observed dan calculated. Semakin berimpit semakin baik crustal model yang dipilih. Dari crustal model itulah kemudian diinterpretasikan tipe basement sepanjang lintasan gravity/magnetik. Pengambilan atau penentuan crustal model tentu tak langsung jadi, tetapi trial dan error sampai keberimpitan data gravity/magnetic observed dengan yang calculated terjadi. Basement-nya sendiri biasanya ditentukan densitasnya berdasarkan sampel basement yang diambil dari lapangan di lintasan gravity (di onshore), juga batuan sedimen penutupnya. Namanya pemodelan, maka akan banyak asumsinya, yang tentu bisa melenceng dari faktanya. Kasus analisis dan modeling di kedua daerah di atas karena memotong wilayah onshore dan offshore ya menggunakan data anomali Bouguer di darat dan free air di offshore. Yang paling baik tentu kalau kita bisa ambil sampel basementnya, itu hard data, tapi kan kecil kemungkinan dilakukan di Makassar Strait. Dua belas atau lebih sumur yang akan dibor oleh tujuh operator di Makassar Strait sampai 3 tahun ke depan pun belum tentu akan dan mau mengambil sampel basement Makassar Strait. Jadi, terpaksa kita harus puas dengan modeling gravity dan magnetik walaupun beberapa paper yang membahas hal ini, dari zaman Bona Situmorang (1987), Ian Cloke (1997) sampai pemodelan terbaru di paper terbaru Robert Hall (2009) pendapatnya berbeda-beda. Berdasarkan data gravity, Situmorang (1987) menyebutkan bahwa seluruh Makassar Strait basementnya adalah kontinen yang menipis (attenuated continental basement), Cloke (1997) yang disertasinya tentang hal ini dengan tegas menyebut North Makassar Strait : oceanic basement, South Makassar Strait : attenuated continental basement. Paper terbaru Hall et al. (2009) -dengan semua muridnya (termasuk dua mahasiswa masternya -Siti Nur'aini dan Sinchia Puspita) cenderung mengikuti Cloke meskipun secara pribadi, Robert Hall (diskusi Mei y.l.)masih meragukannya sebab data seismik terbaru di North Makassar Strait menunjukkan model rifting yang khas regim kontinen. Nah, apakah the nature of basement underlying the North Makassar Strait akan tetap menjadi enigma ? Sebab satu-satunya metode yang dipakai untuk mengetahui ini pun banyak menjadi perdebatan dalam 22 tahun terakhir ini. Silakan teman2 ahli gravity dan magnetik (a.l. Pak Wawan Gunawan, Pak Eko Widianto, tentu punya penjelasan yang tepat). salam, Awang --- On Thu, 8/27/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote: From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Subject: [iagi-net-l] Mengetahui basement type dari magnetic dan gravity. To: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id Date: Thursday, August 27, 2009, 8:46 PM Bagaimana sih mengetahui basement type dari peta gravity dan magnetic. Hal ini tentunya perlu untuk diketahui terutama basin2 yang belum ada sumur/penetrasi hingga ke basement. Seringkali seismic tidak direkam sampai ke bawah basement (acoustic). Sehingga hanya gravity dan magnetic saja yg bisa dipakai. Adakah rumus jempol (rule of thumb) ciri-ciri dari continental basement dan bagaimana ciri-ciri dari oceanic basement ? Gravity mana yg dipakai (freeair, bouger, atau residual ??). Bagaimana dengan magnetic datanya. Untuk land dan marine data tentu saja memiliki perbedaan juga. Salam Rdp -- Sent from my mobile device http://tempe.wordpress.com/2009/08/18/berandai-andai-sby-jadi-proklamator/ PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?
Abah, Sebenarnya itu bukan pertanyaan sederhana. Persoalan berikutnya muncul dari Lengan Tenggara Sulawesi dan Pulau Muna yang dua-duanya berada di sebelah timur Teluk Bone. Kalau Teluk Bone dianggap rifted Sundaland margin, lalu apa status Lengan Tenggara-Muna tersebut ? Apakah mereka benar2 batas timur Sundaland ? Tidak masalah dengan Buton sebab Buton adalah satu mikrokontinen yang collided Lengan Tenggara Sulawesi -dan mungkin Muna. Kapantoreh ophiolites di Buton bisa merupakan hasil obduction karena collision ini. Kalau benar Muna-Buton sangat berbeda, memang mereka dua terrane yang berlainan yang lalu berdampingan kini akibat collision. Di atas itulah yang patut kita kategorikan sebagai jawaban sederhana, yang sebenarnya saya yakin tak sesederhana itu. Jawaban yang lebih mungkin benar akan kita peroleh kalau melakukan rekonstruksi tektonik atas wilayah dari Sulawesi Selatan-Bone-Sulawesi Tenggara-Buton menggunakan data geologi dan paleomagnetik. salam, Awang --- On Thu, 8/27/09, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote: From: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ? To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id Date: Thursday, August 27, 2009, 5:21 AM Awang Pertanyaan sedehana , Apakah data dan kesimpulan Anda seperti diterangkan sebelumnya merubah posisi tektonik Buton dan MUNA ? Setahu saya dua pulau yang sangat berdekatan itu surface geology nya sangat berbeda , mengapa ? Si Abah ___ Pak Rovicky, Bahwa ada Jurassic dan Pre-Tertiary sediments lainnya di sisi timur Sundaland yang belum termetamorfosakan seperti di Sumatra, barulah kita duga dari data seismik terbaru yang ditembak di area Tomini (Jablonsky, 2007)dan Laut Flores (Emmet et al., 2008; Granath et al., 2009) -semuanya dipublikasi di IPA Proceedings. Untuk menyebutnya punya potensi migas seperti Jurassic sequence di NW Shelf Australia, Arafura atau Bintuni kita harus pelajari lebih jauh lagi. Kalau dari pandangan sekilas, PT sequence ini membentuk synrift juga yang bisa jadi kitchen dan sekaligus reservoirnya di sekuen late synrift atau post-rift. Jadi meskipun sama2 Jurassic atau PT lainnya seperti di Australia, model pengendapannya kelihatannya tak mengikuti passive margin ala NW Shelf of Australia, tetapi mengikuti model rifting cekungan2 di Sundaland. Saya belum pernah melihat data geokimia oil seeps di tepi Teluk Tomini itu, kita lihat saja biomarker oleanane dan hopane-nya (dari seri triterpane mz 191), bila rasio oleanane/hopane 0.2 maka ia Tertiary-sourced (metode age-diagnostic biomarker dari Peters et al., 1999) dan di GCMS scan-nya oleanane-nya punya puncak yang tinggi sebab olenanane berasal dari angiosperm yang berlimpah pada Tertiary dan absen di PT (kecuali sedikit sekali di Cretaceous). Oil seeps di sebelah timurnya, yang berasal dari Banggai Basin, meskipun basin ini Australoid, minyaknya Tertiary-sourced dengan oleanane yang berlimpah. Di sini potensi source Mesozoic ada seperti Australoid lainnya, tetapi tak ada bukti HC baik seeps maupun di lapangan yang sudah digenerasi dari Mesozoic kitchen di Banggai. salam, Awang --- On Wed, 8/26/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote: From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ? To: iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Wednesday, August 26, 2009, 8:22 PM Pak Awang, Apakah jurrasic atau pre tertiary sekuen ekstensi dari sunda juga memiliki potensial penghasil migas seperti Jurrasicnya NWShelf Australia ? Konon oil seapage yg ada di pinggir tomini berciri HC yang dihasilkan oleh Jurrasic-Triassic(?) source tipe (pre tertiary oil). Cmmiw. Salam Rdp On 8/25/09, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Pak Rovicky, Kalau yang dimaksud adalah kelanjutan NW shelf of Australia, di bawah ini adalah beberapa hal yang memberatkannya. 1. Sekuens sedimen di Tomini dan terutama di Bone menunjukkan sekuens Sunda (synrift-sagging-postrift-syninversion), bukan sekuens yang khas Australoid (rift-drift sequence Late Paleozoic-Mesozoic-Tertiary). Sekuens Australoid paling barat yang kita temukan adalah di Buton dan Banggai. Kalau di Sulawesi kedua sekuens ini sekarang sebelah-menyebelah itu mengkonfirmasi bahwa Sulawesi dibangun melalui collision of terranes Sundae vs Australoid. 2. Rekonstruksi tektonik tak berhasil menunjukkan apa mekanisme yang andai membawa paparan Australia ke bawah Bone dan Tomini. Sementara
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?
Pak Rovicky, Bahwa ada Jurassic dan Pre-Tertiary sediments lainnya di sisi timur Sundaland yang belum termetamorfosakan seperti di Sumatra, barulah kita duga dari data seismik terbaru yang ditembak di area Tomini (Jablonsky, 2007)dan Laut Flores (Emmet et al., 2008; Granath et al., 2009) -semuanya dipublikasi di IPA Proceedings. Untuk menyebutnya punya potensi migas seperti Jurassic sequence di NW Shelf Australia, Arafura atau Bintuni kita harus pelajari lebih jauh lagi. Kalau dari pandangan sekilas, PT sequence ini membentuk synrift juga yang bisa jadi kitchen dan sekaligus reservoirnya di sekuen late synrift atau post-rift. Jadi meskipun sama2 Jurassic atau PT lainnya seperti di Australia, model pengendapannya kelihatannya tak mengikuti passive margin ala NW Shelf of Australia, tetapi mengikuti model rifting cekungan2 di Sundaland. Saya belum pernah melihat data geokimia oil seeps di tepi Teluk Tomini itu, kita lihat saja biomarker oleanane dan hopane-nya (dari seri triterpane mz 191), bila rasio oleanane/hopane 0.2 maka ia Tertiary-sourced (metode age-diagnostic biomarker dari Peters et al., 1999) dan di GCMS scan-nya oleanane-nya punya puncak yang tinggi sebab olenanane berasal dari angiosperm yang berlimpah pada Tertiary dan absen di PT (kecuali sedikit sekali di Cretaceous). Oil seeps di sebelah timurnya, yang berasal dari Banggai Basin, meskipun basin ini Australoid, minyaknya Tertiary-sourced dengan oleanane yang berlimpah. Di sini potensi source Mesozoic ada seperti Australoid lainnya, tetapi tak ada bukti HC baik seeps maupun di lapangan yang sudah digenerasi dari Mesozoic kitchen di Banggai. salam, Awang --- On Wed, 8/26/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote: From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ? To: iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Wednesday, August 26, 2009, 8:22 PM Pak Awang, Apakah jurrasic atau pre tertiary sekuen ekstensi dari sunda juga memiliki potensial penghasil migas seperti Jurrasicnya NWShelf Australia ? Konon oil seapage yg ada di pinggir tomini berciri HC yang dihasilkan oleh Jurrasic-Triassic(?) source tipe (pre tertiary oil). Cmmiw. Salam Rdp On 8/25/09, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Pak Rovicky, Kalau yang dimaksud adalah kelanjutan NW shelf of Australia, di bawah ini adalah beberapa hal yang memberatkannya. 1. Sekuens sedimen di Tomini dan terutama di Bone menunjukkan sekuens Sunda (synrift-sagging-postrift-syninversion), bukan sekuens yang khas Australoid (rift-drift sequence Late Paleozoic-Mesozoic-Tertiary). Sekuens Australoid paling barat yang kita temukan adalah di Buton dan Banggai. Kalau di Sulawesi kedua sekuens ini sekarang sebelah-menyebelah itu mengkonfirmasi bahwa Sulawesi dibangun melalui collision of terranes Sundae vs Australoid. 2. Rekonstruksi tektonik tak berhasil menunjukkan apa mekanisme yang andai membawa paparan Australia ke bawah Bone dan Tomini. Sementara untuk ke bawah Buton dan Banggai kita punya mekanismenya yaitu Sesar Sorong dan semua splaynya di sebelah timur Sulawesi. 3. Di lain pihak, secara tektonik, kita punya mekanismenya untuk menyebut Teluk Bone sebagai rifted marginal basin di pinggir Sundaland. Posisi tektonik Tomini tidak semudah merekonstruksi Teluk Bone -ini membutuhkan pemikiran yang lebih kritis, tetapi bisa disebutkan bahwa 70 % sekuens sedimennya menunjukkan tipe tektonostratigrafi Sunda. Hanya keberadaan multiple seqence sampai ke umur Oxfordian (Jurrasic) -Jablonsky, 2007; itu menarik dicermati sebab Oxfordian rift tak biasa kita temukan di Sundaland sebelah barat. Tetapi paper2 terbaru dari Jim Granath (2009 IPA Proc.) -pernah saya ulas di milis ini saat membahas beberapa paper IPA 2009- dengan menggunakan seismik sampai ke Moho diindikasi bahwa Sundaland tenggara punya rift sampai ke umur Jurassic. 4. Paper Granath et al. (2009), bila benar, punya implikasi tektonik bahwa Sundaland tenggara berasal dari paparan Australia - tetapi pemikiran ini perlu dilihat dengan hati-hati sebab meskipun sampai ke Jurassic umurnya, sekuens sedimen di Sundaland tenggara ini tak sama dengan basin2 Austraoid yang ada di Indonesia (Bintuni, Iwur, Akimeugah, Banggai, Seram, Arafura, Buton). Apakah asal Sunda (Sundae/Sondaicus)atau Australia (Australoid) memang penting dilihat sebab exploration play concepts di keduanya jauh berbeda. Kasus ini telah terjadi sekian lama untuk sebuah pulau terisolasi di selatan Nusa Tenggara : Sumba -apakah dia Sundae atau Australoid. Siapa yang mau mengeksplorasi Sumba, baik hidrokarbon maupun mineral -mau tak mau akan terlibat dalam 'perdebatan' ini. salam, Awang --- On Tue, 8/25/09
Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?
Sigit, 1. Metode paleomagnetik-radiometri, pengukuran plate vector (kecepatan dan arah) dengan GPS dan mantle tomography saya pikir bisa dipakai untuk analisis historis maupun forward modelling (prediksi) akresi dan dispersi terrane.. Paleomagnetik-radiometri merupakan metode utama yang dipakai para ahli tektonik untuk menguraikan sejarah rift-drift-collision terranes. Terrane yang saat ini sedang bergerak mendekati suatu terrane lain dapat diukur dengan GPS detail dan kita bisa memprediksi kapan akresi antar terranes itu terjadi dengan menganggap vektor konstan buat masa-masa mendatang. Mana terranes yang akan terpisah (dispersi) bisa dilihat dari section mantle tomography, awasi setiap mantle plume yang sedang naik (upwelling-superplume) itu kelak akan mendelaminasi kerak di litosfer yang lalu rifting-spreading dan terranes baru terbentuk kemudian drifting. Terranes diidentifikasi bila ia berbeda secara provinsi geologi dengan terrane lainnya. Maka sekumpulan data geologi akan bisa menunjukkan delineasi terranes. 2. Heatflow jelas berpengaruh pada sekuen akresi dan dispersi lalu akan tercermin di gravity dan magnetic anomalynya. Sebelum akresi akan terjadi subduksi -itu terjadi di sel konveksi yang menurun atau heatflow yang merendah. Sementara itu, dispersi justru terjadi diawali oleh elevated heatflow yang mencerminkan terjadi superplume lalu memisahkannya seperti dijelaskan di atas. Contoh yang baik adalah proses rifting Makassar. Sebelum rifting terjadi - saya tafsirkan rifting sebagai proses dispersi (lihat paper saya di PIT IAGI-HAGI, 2003 tentang akresi dan dispersi Sundaland), terjadi akresi Paternoster ke Kalimantan, lalu terjadi dispersi melalui rifting Selat Makassar pada Paleogen. Elevated heatflow terjadi di tengah Selat Makassar yang memunculkan beberapa volkanik di Selat Makassar sekarang (satu volkanik telah ditembus sumur Rangkong-1 Exxon Surumana). Gravity dan magnetik regional yang memotong Selat Makassar sangat kontras menunjukkan attenuated basement kontinen yang menipis akibat elevated heatflow. salam, Awang --- On Wed, 8/26/09, sigit prabowo sigit_p...@yahoo.com wrote: From: sigit prabowo sigit_p...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ? To: iagi-net@iagi.or.id, awang satyana awangsaty...@yahoo.com Date: Wednesday, August 26, 2009, 5:22 PM Pak Awang YTH., Menarik sekali menyimak tulisan pak Awang tentang batas timur dari Sundaland, berkaitan dengan hal ini, saya ingin menanyakan tentang beberapa hal pak : 1. Apakah ada metode yang cukup akurat untuk memprediksi lokasi akan terjadi nya akresi dan dispersi dari terranes2 yang saling berinteraksi ini..., dan juga pengidentifikasian dari terranes2 yang mungkin belum sempat dikenali...? 2. Apakah ada hubungan antara saat proses dari akresi dan dispersi terranes dengan misalkan heat flow spike, gravity-magnetic anomaly, dsb? Mohon pencerahan nya pak... Terimakasih Best Regards Sigit Ari P. --- On Mon, 8/24/09, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ? To: iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Monday, August 24, 2009, 11:29 PM Pak Rovicky, Kalau yang dimaksud adalah kelanjutan NW shelf of Australia, di bawah ini adalah beberapa hal yang memberatkannya. 1. Sekuens sedimen di Tomini dan terutama di Bone menunjukkan sekuens Sunda (synrift-sagging-postrift-syninversion), bukan sekuens yang khas Australoid (rift-drift sequence Late Paleozoic-Mesozoic-Tertiary). Sekuens Australoid paling barat yang kita temukan adalah di Buton dan Banggai. Kalau di Sulawesi kedua sekuens ini sekarang sebelah-menyebelah itu mengkonfirmasi bahwa Sulawesi dibangun melalui collision of terranes Sundae vs Australoid. 2. Rekonstruksi tektonik tak berhasil menunjukkan apa mekanisme yang andai membawa paparan Australia ke bawah Bone dan Tomini. Sementara untuk ke bawah Buton dan Banggai kita punya mekanismenya yaitu Sesar Sorong dan semua splaynya di sebelah timur Sulawesi. 3. Di lain pihak, secara tektonik, kita punya mekanismenya untuk menyebut Teluk Bone sebagai rifted marginal basin di pinggir Sundaland. Posisi tektonik Tomini tidak semudah merekonstruksi Teluk Bone -ini membutuhkan pemikiran yang lebih kritis, tetapi bisa disebutkan bahwa 70 % sekuens sedimennya menunjukkan tipe tektonostratigrafi Sunda. Hanya keberadaan multiple seqence sampai ke umur Oxfordian (Jurrasic) -Jablonsky, 2007; itu menarik dicermati sebab Oxfordian rift tak biasa kita temukan di Sundaland sebelah barat. Tetapi paper2 terbaru dari Jim Granath (2009 IPA Proc.) -pernah saya ulas di milis ini saat membahas beberapa paper IPA 2009- dengan menggunakan
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?
Yoga, Tidak ada yang membingungkan tentang hal ini. Kalau ofiolit Latimojong complex ada di sebelah timur prisma akresi Bantimala itu menandakan bahwa subduction selalu mendahului collision -sebagaimana mestinya. Subduction terjadi di Bantimala yang menghasilkan melange tersingkap di Bantimala, Barru dan Biru area. Kemudian, kerak oseanik yang menunjam ini di sebelah timurnya membawa suatu kerak kontinen yang menumpang di atasnya. Kontinen mikro ini kemudian collided setelah subduksi di Bantimala selesai. Saat collision, sebagian kerak oseanik lepas dari akarnya (detached) dan terobduksi ke pinggir mikro-kontinen tadi lalu tersingkap sebagai Latimojong ophiolite yang sekarang berposisi di sebelah timur Bantimala. Ofiolit Meratus terjadi dengan cara yang sama, prisma akresinya ditemukan lebih ke sebelah baratnya yang sudah overprinted oleh beberapa peristiwa tektonik. Bahwa ofiolit Meratus hanya alokton/detached dari akarnya dan di bawah ofiolit Meratus ini ada kontinen yang diobduksinya telah dibuktikan oleh pengukuran dan modeling gayaberat. Saya dan rekan (Satyana and Armandita, 2008) mempublikasikan kasus ini di PIT HAGI 2008 di Bandung. Bila tertarik dengan model emplacement ofiolit di pinggir Sundaland dan bukti gravitynya, paper tersebut bisa dipelajari (ada di CD proceedings HAGI 2008). SampaiButon kita temukan lagi emplacement ofiolit yang semakin muda; maka dari Meratus ke Lompobatang ke Buton, emplacement ofiolit ini semakin muda,yang masing2 terobduksi ke kerak2 kontinen di Paternoster, Sulawesi Selatan, Bone, dan Sulawesi Tenggara-Buton. Bila dibuat section-nya model emplacement ini akan terlihat seperti efek domino atau lebih pasnya gendong-menggendong (hm..istilah Mabh Surip lagi he2..). Waspadai bahwa piggy-back basin yang bisa prospektif akan berkembang di sistem seperti ini. salam, Awang --- On Tue, 8/25/09, Arief Yoga arief.y...@pertamina-ep.com wrote: From: Arief Yoga arief.y...@pertamina-ep.com Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ? To: 'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia' fo...@hagi.or.id, iagi-net@iagi.or.id, 'Geo Unpad' geo_un...@yahoogroups.com, 'Eksplorasi BPMIGAS' eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Tuesday, August 25, 2009, 10:58 AM Sungguh menarik kajiannya, Pak Awang. Tapi ada yang saya ingin tanyakan. Bagaimana dengan Latimojong complex di sebelah timur Sulawesi Selatan dimana ditemukan seri ophiolite disitu? yang saya tahu seri ophiolite dsn terbentuk akibat hubungannya dengan collision dengan kontinen dari arah timur. Apakah ophiolite ini dapat terbentuk melewati batas sundaland di Teluk Bone yang Pak Awang maksudkan? Lalu bagaimana dengan prisma akresi yang dimanifestasikan di Bantimala dan menjadi penanda adanya zona subduksi yang dipercaya pada awalnya datang dari arah tenggara (sebelum sulawesi selatan mengalami rotasi)? Kalau memang Batas Sundaland ada di Teluk Bone, dan subduksi masih aktif datang dari timur, bukankah seharusnya prisma akresinya akan muncul di bagian timur Teluk Bone? Tapi yang ditemukan justru Bantimala complex yang ada di bagian barat Sulawesi Selatan. Terima kasih dan mohon pencerahannya Pak Awang, Salam, Yoga -Original Message- From: forum-boun...@hagi.or.id [mailto:forum-boun...@hagi.or.id] On Behalf Of Awang Satyana Sent: Tuesday, August 25, 2009 10:29 AM To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ? Pak Rovicky, Kalau yang dimaksud adalah kelanjutan NW shelf of Australia, di bawah ini adalah beberapa hal yang memberatkannya. 1. Sekuens sedimen di Tomini dan terutama di Bone menunjukkan sekuens Sunda (synrift-sagging-postrift-syninversion), bukan sekuens yang khas Australoid (rift-drift sequence Late Paleozoic-Mesozoic-Tertiary). Sekuens Australoid paling barat yang kita temukan adalah di Buton dan Banggai. Kalau di Sulawesi kedua sekuens ini sekarang sebelah-menyebelah itu mengkonfirmasi bahwa Sulawesi dibangun melalui collision of terranes Sundae vs Australoid. 2. Rekonstruksi tektonik tak berhasil menunjukkan apa mekanisme yang andai membawa paparan Australia ke bawah Bone dan Tomini. Sementara untuk ke bawah Buton dan Banggai kita punya mekanismenya yaitu Sesar Sorong dan semua splaynya di sebelah timur Sulawesi. 3. Di lain pihak, secara tektonik, kita punya mekanismenya untuk menyebut Teluk Bone sebagai rifted marginal basin di pinggir Sundaland. Posisi tektonik Tomini tidak semudah merekonstruksi Teluk Bone -ini membutuhkan pemikiran yang lebih kritis, tetapi bisa disebutkan bahwa 70 % sekuens sedimennya menunjukkan tipe tektonostratigrafi Sunda. Hanya keberadaan multiple seqence sampai ke umur Oxfordian (Jurrasic) -Jablonsky, 2007; itu menarik dicermati sebab Oxfordian rift tak biasa kita
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Extending Eastern Margin of Sundaland toTomini-Bone Bay Line ?
Pak Khozin, Punggung Tengah Papua yang melintang di antara 4-5 deg LS sepanjang hampir 700 km tersebut punya rata-rata ketinggian di atas 3600 meter dpl, tetapi beberapa puncaknya menjulang sampai melebihi snowline 4400 meter dpl, yaitu Puncak Jaya (5030 mdpl -puncak tertinggi di Indonesia, no. 2 tertinggi di wilayah tropika setelah Kilimanjaro di Kenya), Puncak Yamin (4530 mdpl), Puncak Mandala (4700 mdpl). Maka di ketiga puncak itu dan wilayah di bawahnya di atas 4400 mdpl terdapat salju abadi yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh iklim. Keberadaan salju abadi di ketiga puncak ini tidak berhubungan dengan asal Papua dari Australia. Keberadaan salju tersebut seluruhnya sebagai akibat altitude yang melebihi snowline. Orang2 Papua yang punya ras melanosoid bisa punya hubungan genetika dengan Aborigin Australia sebab antara Papua dan Australia pernah terhubung sebagai satu daratan pada zaman glasiasi, ketika Paparan Laut Arafura dan laut-laut dangkal di sebelah utara Australia masih menjadi daratan. Deglasiasi terakhir 10.000 tahun yang lalu baru mengubur daratan itu dengan laut-laut yang kita kenal sekarang. Pemetaan genome (pemetaan DNA manusia berdasarkan sampel darah) terakhir yang pernah dilakukan dan dipublikasikan menunjukkan bahwa orang2 Nusa Tenggara Timur pun satu ras dengan Papua dan Aborigin. Pengurutan DNA dengan teknik rekombinan dalam biologi molekuler juga berhasil memetakan pola migrasi antara Papua dan NTT serta Australia. Jelas konfigurasi daratan dan lautan pada Plistosen akhir dan Holosen mengatur spesiasi di pulau-pulau ini termasuk ras manusia. Bahkan, spesies jangkrik di Papua pernah dipetakan, dan beberapa publikasi terbaru menunjukkan bahwa spesies jangkrik2 ini bisa menunjukkan terrane amalgamation di wilayah Papua. Bisa dipahami sebab 3/4 masa hidup jangkrik adalah di bawah tanah, dan kita tahu bahwa setiap tanah di Papua, juga di tempat2 lain, mencerminkan apa jenis batuan di bawahnya. Tentang ini pernah saya ulas dan posting di milis seperti di bawah ini. salam, Awang LAMPIRAN [iagi-net-l] Jangkrik dan Terrane Tectonics Papua Awang Satyana Tue, 20 May 2008 04:06:30 -0700 Jangkrik dan tektonik lempeng ternyata berhubungan (!). Wilayah endemisme jangkrik (cicada) di Papua tepat mengikuti batas-batas terrane yang beramalgamasi menyusun Papua. Itu yang terlihat bila kita melihat peta area endemisme jangkrik di Papua, Papua New Guinea (PNG), dan Pasifik Barat. Artikel tentang area jangkrik di Papua tersebut ditulis oleh dua orang ahli serangga dari University of Amsterdam : Hans Duffels dan Arnold de Boer (2007), berjudul, Cicada Endemism in Papua. Artikel ini muncul di buku baru Periplus Ecology of Papua halaman 532-538. Buku ekologi ini merupakan judul terakhir dari seri buku-buku ekologi Indonesia yang terbit sejak 1981. Bila tertarik, buku ekologi Papua ini (dua volume) bisa dibeli di gerai Periplus yang biasa ada di bandara. Harganya masih mahal, Rp 900.000 untuk dua volume (mungkin nantinya akan berkurang harganya biasanya begitu seperti untuk judul-judul yang lain). Volume Papua ini lama dinanti, direncanakan dari awal 1990-an, baru terwujud setelah sekitar 15 tahun, itu pun dengan model yang berbeda dari judul-judul pulau lainnya, volume Papua ini berbentuk kumpulan artikel yang disunting (edited), bukan model sintesis seperti judul-judul sebelumnya. Kembali ke jangkrik, Duffels dan de Boer (2007) menulis bahwa para jangkrik yang suka bernyanyi keras (keluarga Hemiptera dan Cicadoidea) ini terwakili dengan baik untuk setiap wilayah di Papua dan PNG. Plotting distribusi spesies-spesies jangkrik ini bisa dikelompokkan ke dalam lima wilayah endemisme, yaitu : (1) Kepala Burung, (2) North New Guinea, (3) Central Range of Papua-PNG, (4) South New Guinea, dan (5) Papuan/PNG Peninsula. Kelima wilayah endemisme jangkrik Papua-PNG ini secara geologi merupakan kesatuan-kesatuan geologi (provinsi geologi/mandala geologi/terrane geologi) yang berbeda-beda. Berdasarkan pengetahuan tektonik Papua (misalnya rekonstruksi Hall, 2002 - Journal of Asian Earth Sciences, 20 (2002); atau van Ufford dan Cloos, 2005 AAPG Bull v. 89, no. 1; atau publikasi saya dkk.Satyana et al., 2007-PIT IAGI Bali, dan Satyana et al., 2008 di PIT IPA besok) amalgamasi terrane2 pembentuk Papua-PNG seperti sekarang ini terjadi secara berurutan. Terrane2 ini mengakresi wilayah inti Papua-PNG yaitu South New Guinea yang merupakan bagian lempeng benua Australia (bagian selatan Papua-PNG sekarang). Central Range berakresi 25 Ma, Papuan Peninsula 15 Ma, North New Guinea 10 Ma, dan Kepala Burung 10 Ma. Mengapa endemisme bisa terjadi mengikuti terrane ? Menurut Duffels dan de Boer sebab jangkrik-jangkrik ini lama terisolasi di wilayah-wilayah terrane yang terpisah sebelum terrane tempat habitatnya berakresi. Apakah setelah berakresi para jangkrik ini tidak berbaur dengan jangkrik-jangkrik tetangganya ? Secara
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?
memiliki arah tertentu yang bisa dikenali untuk menentukan sejarah dan arah penunjamannya? Jika ya, bisakah arah ini terubah lagi oleh gaya tektonik lain setelahnya? Maksud saya, seperti di Bantimala Melange Complex (sekitar 50 km ke utara dari kota Makassar), arah dip dari singkapan melange complex-nya berlawanan dengan arah penunjamannya (andaikan asumsi bahwa subduksi di lengan sulawesi selatan berasal dari masuknya kerak samudera dari sebelah timur), ternyata dip dari singkapannya berlawanan. Mohon pecerahannya pak...Terima kasih. Warm Regards -dimas- -Original Message- From: forum-boun...@hagi.or.id [mailto:forum-boun...@hagi.or.id] On Behalf Of Awang Satyana Sent: Friday, August 21, 2009 10:36 AM To: IAGI; Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: [Forum-HAGI] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ? Di manakah batas timur Daratan Sunda (Sundaland) ? Barangkali kita harus bedakan dulu antara Sundaland sebagai core dan Sundaland sebagai accreted crust. Sundaland core adalah inti (benua) Sundaland, sementara accreted crust Sundaland adalah crustal mass hasil akresi terhadap Sundaland yang akan menambah luas dan jauh batas Sundaland. Konsep terrane tectonics (antara lain yang dikemukakan oleh Howell et al., 1985 : Tectonostratigraphic terranes of the Circum-Pacific Region, dalam : Howell, D.G., ed.,Tectonostratigraphic Terranes of the Circum- Pacific Region, Circum-Pacific Council for Energy and Mineral Resources, Houston, p. 3-23.) memandang bahwa yang namanya inti benua pun ternyata disusun oleh amalgamasi banyak terrane. Untuk amalgamasi Sundaland, paper pertama tentang ini adalah yang ditulis oleh paper terkenal Pulunggono dan Cameron (1984 -IPA Proceedings). Akresi kepada suatu core kontinen bisa terjadi melalui dua cara : subduction dan collision. Subduction menghasilkan kerak prisma akresi melalui proses subduction off-scraping (penyuguan dalam penunjaman, sebagian massa kerak oseanik dikerok-disugu, dicampur dengan massa dari pinggir kontinen, diramu dalam sedimentasi dan tektonik imbrikasi jadilah prisma akresi yang bentuknya membaji mirip geometri prisma). Collision terjadi ketika satu terrane (dalam hal ini mikro-kontinen) beramalgamasi ke kerak kontinen yang lain, menghentikan subduksi, mengangkat sebagian kerak oseanik yang terjepit, lepas dari akarnya, dan terjepit di antara dua terrane yang beradu melalui proses obduksi. Ada proses lain lagi dalam hubungan ini yang kontra terhadap akresi, yaitu dispersi. Kalau akresi menyatukan maka dispersi menceraikan apa yang sudah bersatu. Mengapa dispersi mesti terjadi setelah akresi. Sebab, proses akresi telah menumbuhkan benua sehingga benua makin luas. Sesuatu yang luas di dalam litosfer akan menghalangi sirkulasi mantle plume di astenosfer dan upper mantle. Maka upwelling mantle plume akan mendelaminasi (menipiskan - membuka lapisan2 litsfer), lalu setelah mendelaminasinya akan menghanyutkan apa yang sudah dipisahkannya melalui continental drifting. Dalam skala global sejarah akresi telah membentuk Rodinia atau Pangaea, lalu sejarah dispersi menceraikannya menjadi Gondwana dan Laurasia, dll., dll. Bahwa Sundaland punya sejarah akresi dan dispersi, pernah saya publikasikan dalam pertemuan gabungan IAGI dan HAGI (Satyana, 2003 : Accretion and Dispersion of SE Sundaland : the Growing and Slivering of a Continent). Paper ini berargumen bahwa batas timur Sundaland adalah Sulawesi Selatan, detached continental platform di Laut Flores yang melarikan diri dari sekitar South Makassar, dan bagian tengah Teluk Bone. Kelihatannya, batas ini harus kita jauhkan lagi sampai Teluk Tomini dan Sulawesi Tenggara berdasarkan data seismik terbaru speculative survey yang diakuisi Migas dan sebuah service company dari luar pada tahun 2006-2008 di wilayah Teluk Tomini dan Teluk Bone. Pengetahuan sampai saat ini menyebutkan bahwa Teluk Bone adalah forearc basin relative terhadap volcanic arc di Sulawesi Selatan terutama yang berumur Neogen (Camba volcanics) yang kelihatannya membentuk arc yang masif di Lengan Sulawesi Selatan itu. Dan tentang Teluk Tomini kita tak banyak tahu sebab tak ada data seismik di situ sebelum 2006. Namun setelah dilakukan survey seismik dan interpretasinya gambaran kedua teluk besar di utara dan selatan Sulawesi ini cukup menakjubkan. Secara umum, keduanya menunjukkan basins yang terbentuk karena rifting lalu tenggelam. Di Teluk Bone, gambarannya mirip di Selat Makassar, dengan semua sekuen sedimen kelihatannya Tersier setebal maksimum 5.5 seconds. Sementara di Teluk Tomini menceritakan sejarah tektonik dan sedimentasi yang luar biasa sebab ditemukan tumpukan sangat tebal sampai 7 seconds sekuen2 pra-Tersier sd Tersier yang mestinya berhubungan dengan rifting tetapi yang sekarang bertumpuk lalu tenggelam. Ciri yang segera nampak dari data seismik kedua
Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?
Pak Rovicky, Kalau yang dimaksud adalah kelanjutan NW shelf of Australia, di bawah ini adalah beberapa hal yang memberatkannya. 1. Sekuens sedimen di Tomini dan terutama di Bone menunjukkan sekuens Sunda (synrift-sagging-postrift-syninversion), bukan sekuens yang khas Australoid (rift-drift sequence Late Paleozoic-Mesozoic-Tertiary). Sekuens Australoid paling barat yang kita temukan adalah di Buton dan Banggai. Kalau di Sulawesi kedua sekuens ini sekarang sebelah-menyebelah itu mengkonfirmasi bahwa Sulawesi dibangun melalui collision of terranes Sundae vs Australoid. 2. Rekonstruksi tektonik tak berhasil menunjukkan apa mekanisme yang andai membawa paparan Australia ke bawah Bone dan Tomini. Sementara untuk ke bawah Buton dan Banggai kita punya mekanismenya yaitu Sesar Sorong dan semua splaynya di sebelah timur Sulawesi. 3. Di lain pihak, secara tektonik, kita punya mekanismenya untuk menyebut Teluk Bone sebagai rifted marginal basin di pinggir Sundaland. Posisi tektonik Tomini tidak semudah merekonstruksi Teluk Bone -ini membutuhkan pemikiran yang lebih kritis, tetapi bisa disebutkan bahwa 70 % sekuens sedimennya menunjukkan tipe tektonostratigrafi Sunda. Hanya keberadaan multiple seqence sampai ke umur Oxfordian (Jurrasic) -Jablonsky, 2007; itu menarik dicermati sebab Oxfordian rift tak biasa kita temukan di Sundaland sebelah barat. Tetapi paper2 terbaru dari Jim Granath (2009 IPA Proc.) -pernah saya ulas di milis ini saat membahas beberapa paper IPA 2009- dengan menggunakan seismik sampai ke Moho diindikasi bahwa Sundaland tenggara punya rift sampai ke umur Jurassic. 4. Paper Granath et al. (2009), bila benar, punya implikasi tektonik bahwa Sundaland tenggara berasal dari paparan Australia - tetapi pemikiran ini perlu dilihat dengan hati-hati sebab meskipun sampai ke Jurassic umurnya, sekuens sedimen di Sundaland tenggara ini tak sama dengan basin2 Austraoid yang ada di Indonesia (Bintuni, Iwur, Akimeugah, Banggai, Seram, Arafura, Buton). Apakah asal Sunda (Sundae/Sondaicus)atau Australia (Australoid) memang penting dilihat sebab exploration play concepts di keduanya jauh berbeda. Kasus ini telah terjadi sekian lama untuk sebuah pulau terisolasi di selatan Nusa Tenggara : Sumba -apakah dia Sundae atau Australoid. Siapa yang mau mengeksplorasi Sumba, baik hidrokarbon maupun mineral -mau tak mau akan terlibat dalam 'perdebatan' ini. salam, Awang --- On Tue, 8/25/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote: From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ? To: iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Date: Tuesday, August 25, 2009, 9:40 AM Pak Awang Apa dasar pak awang menyatakan yg dibawah bone-tomini itu kepanjangan (ekstensi) dari sunda ? Mungkinkah itu kepanjangan dari paparan Australia ? Salam Rdp On 8/21/09, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: Di manakah batas timur Daratan Sunda (Sundaland) ? Barangkali kita harus bedakan dulu antara Sundaland sebagai core dan Sundaland sebagai accreted crust. Sundaland core adalah inti (benua) Sundaland, sementara accreted crust Sundaland adalah crustal mass hasil akresi terhadap Sundaland yang akan menambah luas dan jauh batas Sundaland. Konsep terrane tectonics (antara lain yang dikemukakan oleh Howell et al., 1985 : Tectonostratigraphic terranes of the Circum-Pacific Region, dalam : Howell, D.G., ed.,Tectonostratigraphic Terranes of the Circum- Pacific Region, Circum-Pacific Council for Energy and Mineral Resources, Houston, p. 3-23.) memandang bahwa yang namanya inti benua pun ternyata disusun oleh amalgamasi banyak terrane. Untuk amalgamasi Sundaland, paper pertama tentang ini adalah yang ditulis oleh paper terkenal Pulunggono dan Cameron (1984 -IPA Proceedings). Akresi kepada suatu core kontinen bisa terjadi melalui dua cara : subduction dan collision. Subduction menghasilkan kerak prisma akresi melalui proses subduction off-scraping (penyuguan dalam penunjaman, sebagian massa kerak oseanik dikerok-disugu, dicampur dengan massa dari pinggir kontinen, diramu dalam sedimentasi dan tektonik imbrikasi jadilah prisma akresi yang bentuknya membaji mirip geometri prisma). Collision terjadi ketika satu terrane (dalam hal ini mikro-kontinen) beramalgamasi ke kerak kontinen yang lain, menghentikan subduksi, mengangkat sebagian kerak oseanik yang terjepit, lepas dari akarnya, dan terjepit di antara dua terrane yang beradu melalui proses obduksi. Ada proses lain lagi dalam hubungan ini yang kontra terhadap akresi, yaitu dispersi. Kalau akresi menyatukan maka dispersi menceraikan apa yang sudah bersatu. Mengapa dispersi mesti terjadi setelah akresi. Sebab, proses akresi telah menumbuhkan benua sehingga benua makin luas. Sesuatu
[iagi-net-l] Extending Eastern Margin of Sundaland to Tomini-Bone Bay Line ?
Di manakah batas timur Daratan Sunda (Sundaland) ? Barangkali kita harus bedakan dulu antara Sundaland sebagai core dan Sundaland sebagai accreted crust. Sundaland core adalah inti (benua) Sundaland, sementara accreted crust Sundaland adalah crustal mass hasil akresi terhadap Sundaland yang akan menambah luas dan jauh batas Sundaland. Konsep terrane tectonics (antara lain yang dikemukakan oleh Howell et al., 1985 : Tectonostratigraphic terranes of the Circum-Pacific Region, dalam : Howell, D.G., ed.,Tectonostratigraphic Terranes of the Circum- Pacific Region, Circum-Pacific Council for Energy and Mineral Resources, Houston, p. 3-23.) memandang bahwa yang namanya inti benua pun ternyata disusun oleh amalgamasi banyak terrane. Untuk amalgamasi Sundaland, paper pertama tentang ini adalah yang ditulis oleh paper terkenal Pulunggono dan Cameron (1984 -IPA Proceedings). Akresi kepada suatu core kontinen bisa terjadi melalui dua cara : subduction dan collision. Subduction menghasilkan kerak prisma akresi melalui proses subduction off-scraping (penyuguan dalam penunjaman, sebagian massa kerak oseanik dikerok-disugu, dicampur dengan massa dari pinggir kontinen, diramu dalam sedimentasi dan tektonik imbrikasi jadilah prisma akresi yang bentuknya membaji mirip geometri prisma). Collision terjadi ketika satu terrane (dalam hal ini mikro-kontinen) beramalgamasi ke kerak kontinen yang lain, menghentikan subduksi, mengangkat sebagian kerak oseanik yang terjepit, lepas dari akarnya, dan terjepit di antara dua terrane yang beradu melalui proses obduksi. Ada proses lain lagi dalam hubungan ini yang kontra terhadap akresi, yaitu dispersi. Kalau akresi menyatukan maka dispersi menceraikan apa yang sudah bersatu. Mengapa dispersi mesti terjadi setelah akresi. Sebab, proses akresi telah menumbuhkan benua sehingga benua makin luas. Sesuatu yang luas di dalam litosfer akan menghalangi sirkulasi mantle plume di astenosfer dan upper mantle. Maka upwelling mantle plume akan mendelaminasi (menipiskan - membuka lapisan2 litsfer), lalu setelah mendelaminasinya akan menghanyutkan apa yang sudah dipisahkannya melalui continental drifting. Dalam skala global sejarah akresi telah membentuk Rodinia atau Pangaea, lalu sejarah dispersi menceraikannya menjadi Gondwana dan Laurasia, dll., dll. Bahwa Sundaland punya sejarah akresi dan dispersi, pernah saya publikasikan dalam pertemuan gabungan IAGI dan HAGI (Satyana, 2003 : Accretion and Dispersion of SE Sundaland : the Growing and Slivering of a Continent). Paper ini berargumen bahwa batas timur Sundaland adalah Sulawesi Selatan, detached continental platform di Laut Flores yang melarikan diri dari sekitar South Makassar, dan bagian tengah Teluk Bone. Kelihatannya, batas ini harus kita jauhkan lagi sampai Teluk Tomini dan Sulawesi Tenggara berdasarkan data seismik terbaru speculative survey yang diakuisi Migas dan sebuah service company dari luar pada tahun 2006-2008 di wilayah Teluk Tomini dan Teluk Bone. Pengetahuan sampai saat ini menyebutkan bahwa Teluk Bone adalah forearc basin relative terhadap volcanic arc di Sulawesi Selatan terutama yang berumur Neogen (Camba volcanics) yang kelihatannya membentuk arc yang masif di Lengan Sulawesi Selatan itu. Dan tentang Teluk Tomini kita tak banyak tahu sebab tak ada data seismik di situ sebelum 2006. Namun setelah dilakukan survey seismik dan interpretasinya gambaran kedua teluk besar di utara dan selatan Sulawesi ini cukup menakjubkan. Secara umum, keduanya menunjukkan basins yang terbentuk karena rifting lalu tenggelam. Di Teluk Bone, gambarannya mirip di Selat Makassar, dengan semua sekuen sedimen kelihatannya Tersier setebal maksimum 5.5 seconds. Sementara di Teluk Tomini menceritakan sejarah tektonik dan sedimentasi yang luar biasa sebab ditemukan tumpukan sangat tebal sampai 7 seconds sekuen2 pra-Tersier sd Tersier yang mestinya berhubungan dengan rifting tetapi yang sekarang bertumpuk lalu tenggelam. Ciri yang segera nampak dari data seismik kedua teluk ini adalah sekuen2 tektonostratigrafi yang khas rifting basins, yaitu : pre-rift, syn-rift, sagging, dan post-rift. Ciri yang tak biasa ada di rifting basins Indonesia Barat tetapi ada di Tomini dan Bone adalah tak hadirnya sekuen syn-inversion dan banyaknya sekuen karbonat yang muncul. Dua ciri khas terakhir itu muncul karena dua wilayah ini tenggelam paling tidak sejak Neogen akhir. Tetapi melihatnya secara umum, kita akan mengingat rifting basins di Indonesia Barat di dalam atau sekeliling Sundaland (NSB, CSB, SSB, West East Natuna, Sunda, West Java, East Java, Barito, Makassar Strait, basins2 di Sulawesi Selatan onshore). Maka, menjadi pemikiran bahwa wilayah Tomini dan Bone merupakan rifted Sunda basins juga -sehingga berimplikasi bahwa tepi timur Sundaland ada di Tomini-Bone Bay Line sebelum ia dihentikan oleh para pelarian baru Australoid Banggai-Sula dan Buton-Tukang Besi. Tetapi meskipun Tomini Bay menunjukkan